Makalah Teori Teori Etika [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Makalah Teori Teori Etika Mata Kuliah Etika Bisnis



Disusun Oleh : Canta Nandiwardhana 19013010291 Early Agista 19013010304 Malda Mega Rahmania 19013010290 Mutiara Mei Susanti 19013010296 Thalitha Nesya D 19013010306 Mia Puspitasari 19013010301 Ardy Ramadhan F 19013010299 Ayu Rahmasari 19013010293



Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Teori-teori Etika ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sundari selaku Dosen Ekonomi Akuntansi mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.



Daftar Isi Judul ………………………………………………………………………………….. I Kata Pengantar ………………………………………………………………………..II Bab 1 Pendahuluan Latara Belakang ……………………………………………………………………….1 Rumusan Masalah ………………………………………………………………….….1 Tujuan …………………………………………………………………………………1 Bab 2 Pembahasan Etika Absoulut Versus Etika Relativ ………………………………………………….2 Perkembangan Perilaku Moral…………………………….………………………......2 Beberapa Teori Etika…….……………………………………………………….…....4 Etika Abad Ke-20 ………………………………………………………….…….…....6 Teori Etika dan Paradigma Hakikat Manusia……………………….…………..……..9 Kasus ……………………………………………………………………………...….11 Bab 3 Penutup Saran …………………………………………………………………………………12 Daftar Pustaka …………………………………………………………….………….12



BAB 1 PENDAHULUAN A.



LATAR BELAKANG



    



Teori Etika menyediakan kerangka yang dapat digunakan untuk memastikan benar tidaknyakeputusan moral. Keputusan moral yang diambil bisa menjadi beralasan ( memiliki moralreasoning ) berdasarkan suatu Teori Etika . Namun sering terjadi benturan – benturan yang diakibatkan karena pada kenyataanya banyak terdapat teori etika, yang mengakibatkan penilaianberbeda – beda sebagai akibat dari tidak adanya kesepakatan oleh semua orang. Teori Deontologi sering disebut sebagai etika kewajiban karena berpendapat bahwa tugas merupakan moral dasar dan tidak tergantung pada konsekuensi yang ditimbulkan, yang terdiri dari teori hak ( rights) Keadilan ( Justice ), perhatian ( care ), dan keutamaan (Virtue). Teori Teleologi berpandangan bahwa suatu tindakan benar atau salah tergantung pada konsekuensi yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut. Teori ini sering juga disebut dengan pendekatan konsekuensialis. Teori Etika utlitiarianisme berakar dari teori Teleologi dan sering digunakan untuk menilai kebijakan pemerintah dan komoditas public. B.     RUMUSAN MASALAH a)      Bagaimana para etikawan memberikan pendapat ketidaksamaan pandangan mengenai apakah etika bersifat absolut dan relative? b)      Bagaimana hubungan antara usia dengan perkembangan moral anak manusia? c)      Apa saja jenis teori etika, dan apa perbedaan antar teori etika? d)     Bagaimana tantangan ke depan perkembangan etika sebagai ilmu? C.    TUJUAN Makalah ini dibuat agar pembaca dapat memahami tentang: a)      Ketidaksamaan pandangan mengenai apakah etika bersifat absolut dan relative. b)      Hubungan antara usia dengan perkembangan moral anak manusia c)      Berbagai teori etika dan perbedaan antarteori etika yang ada. d)     Tantangan ke depan perkembangan etika sebagai ilmu.



1



1. ETIKA ABSOLUT VERSUS ETIKA RELATIF Sampai sekarang masih menjadi perdebatan antara para ahli apakah etika bersifat absolut atau relatif. Etika absolut dengan berbagai argumentasi yang masuk akal meyakini bahwa ada prinsip-prinsip etika yang bersifat mutlak, berlaku secara umum di manapun dan kapanpun. Sementara itu, etika relatif dengan berbagai argumentasinya, mereka justru mengatakan bahwa tidak ada prinsip atau nilai moral yang berlaku umum. Prinsip atau nilai moral yang ada dalam masyarakat berbedabeda untuk masyarakat yang berbeda dan untuk situasi yang berbeda juga. Diantara tokoh-tokoh berpengaruh yang mendukung paham etika relatif adalah Joseph Fletcher (dalam Suseno, 2006), yang terkenal dengan teori etika situasionalnya. Ia menolak adanya norma-norma moral umum karena kewajiban moral selalu bergantung pada situasi konkret, dan situasi ini dalam keseharian tidak pernah sama. Sedangkan tokoh yang berpengaruh dan mendukung etika absolut antara lain Immanuel kant dan James Rachel, mereka mengatakan bahwa ada pokok teoritis yang umum dimana ada aturan-aturan moral tertentu yang dianut secara bersama oleh semua masyarakat karena aturan-aturan itu penting untuk kelangsungan masyarakat.



2. PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL Teori perkembangan moral banyak dibahas dalam ilmu psikologi, salah satu teori yang sangat berpengaruh dikemukakan oleh Kohlberg (dalam Atkinson, 1996) dengan mengemukakan 3 tahap perkembangan moral dihubungkan dengan pertumbuhan (usia) anak, dari masing-masing tahap dibagi lagi menjadi dua subtahap sehingga secara keseluruhan ada enam Tahap perkembangan. Tahap-tahap perkembangan moral anak menurut Kohlberg : Tingkat (Level) Sublevel Tingkat I 1.      Orientasi pada hukuman (Preventional) Usia 13 tahun 6.      Orientasi prinsip etika



peraturan social untuk menghindari kecaman dari otoritas dan perasaan bersalah karena tidak melakukan kewajiban Tindakan yang dilaksanakan atas dasar prinsip yang disepakati bersama masyarakat, demi kehormatan diri Tindakan yang didasarkan atas prinsip etika yang diyakini diri sendiri untuk menghindari penghukuman diri.



Kolhberg menyimpulkan ada hubungan antara pertambahan umur dengan tingkat perkembangan moral seseorang. Pada usia dini kesadaran moral seseorang belum berkembang dengan baik sehingga cenderung Atas kepentingan diri. Semakin bertambah usia seseorang, diharapkan akan meningkat juga kesadaran moralnya. Namun dalam kenyataannya baik di Indonesia maupun di belahan dunia lain dimana pertambahan usia seseorang tidak serta-merta diikuti oleh pertumbuhan tingkat kesadaran moralnya, seperti korupsi dan memanipulasi yang banyak dilakukan oleh golongan tua. Selain itu, terdapat konsep yang berkaitan dengan perkembangan moral tersebut, antara lain : 



Perilaku moral (moral behavior) Perilaku moral mengikuti kode moral kelompok masyarakat tertentu, moral disini berarti adat kebiasaan atau tradisi.







Perilaku tidak bermoral (immoral behavior) Perilaku tidak bermoral berarti perilaku yang gagal mematuhi harapan kelompok sosial tersebut. Ketidakpatuhan ini disebabkan oleh ketidaksetujuan terhadap harapan kelompok sosial tersebut, atau karena kurang merasa wajib untuk mematuhinya.







3



Perilaku di luar kesadaran moral (immoral behavior)



Perilaku diluar kesadaran moral adalah perilaku yang menyimpang dari harapan kelompok sosial yang lebih disebabkan oleh ketidakmampuan yang bersangkutan dalam memahami harapan kelompok sosial. 



Perkembangan moral (moral development) Perkembangan moral ada hubungannya dengan tahap-tahap perkembangan intelektual seseorang, di asumsikan jika kemampuan pemahaman seseorang anak meningkat, maka tahap perkembangan moral anak tersebut juga meningkat.



3. Beberapa Teori Etika Teori ini menjelaskan proses terbentuknya harga barang dan jasa di pasar dalam sistem ekonomi pasar, yaitu melalui proses pertemuan kekuatan hukum permintaan (demand) dan hukum penawaran (supply). Etika sebagai disiplin ilmu berhubungan dengan kajian secara kritis tentang adat kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma perilaku manusia yang dianggap baik atau tidak baik. Banyak teori etika yang berkembang tampak cukup membingungkan. Untuk memperoleh pemahaman tentang berbagai teori etika yang berkembang, berikut ini diuraikan secara garis besar beberapa teori yang berpengaruh. 



4



Egoisme Egoise psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri (selfish), jadi menurut teori ini tidak adak tindakan yang sesungguhnya bersifat altruisme. Altruisme adalah suatu tindakan yang peduli pada orang lain atau mengutamakan kepentingan orang lain dengan mengorbankan kepentingan dirinya. Egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri (selfinterenst). Pokok-pokok pandangan egoisme etis a) Egoisme etis tidak mengatakan bahwa orang harus membela kepentingannya sendiri maupun kepentingan orang lain b) Egoisme etis hanya berkeyakinan bahwa satu-satunya tugas adalah membela kepentingan diri c) Meski egoisme etis berkeyakinan bahwa satu-satunya tugas adalah membela kepentingan diri, tetapi egoisme etis juga tidak mengatakan bahwa Anda harus menghindari tindakan menolong orang lain d) Menurut paham egoisme etis, tindakan menolong orang lain dianggap sebagai tindakan untuk menolong diri sendiri karena mungkin saja kepentingan orang lain tersebut bertautan dengan kepentingan diri sehingga dalam menolong orang lain sebenarnya juga dalam rangka memenuhi kebutuhan diri e) Inti dari paham egoisme etis adalah bahwa kalua ada tindakan yang menguntungkan orang lain, maka keuntungan bagi orang lain ini bukanlah alas an yang membuat tindakan itu benar. Yang membuat



tindakan itu benar adalah menguntungkan diri sendiri.



kenyataan



bahwa



tindakan



itu



Alasan yang mendukung teori Egoisme etis, antara lain: a) Argumen bahwa altruisme adalah tindakan menghancurkan diri sendiri b) Pandangan tentang kepentingan diri adalah pandangan yang paling sesuai dengan moralitas akal sehat. Alasan yang menentang teori egoisme etis antara lain: a) Egoisme etis tidak mampu memecahkan konflik-konflik kepentingan b) Egoisme etis bersifat sewenang-wenang. Misalnya, dalam suatu keadaan di mana kepentinganku, agamaku, sukuku, atau negaraku berbeda dengan kepentingannya, agamanya, sukunya, atau negaranya, maka menurut paham ini tentu yang diutamakan adalah kepentinganku, agamaku, sukuku, atau negaraku. 



Utilitarianisme Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, kemudian menjadi kata Inggris utility yang berarti “bermanfaat”. Perbedaan paham utilitarianisme dengan paham egoisme etis terletak pada siapa yang memperoleh manfaat. Egoisme etis melihat dari sudut pandang kepentingan individu, sedangkan paham utilitarianisme melihat dari sudut kepentingan orang banyak (kepentingan Bersama, kepentingan masyarakat). Paham utilitarianisme dapat diringkas sebagai berikut: a) Tindakan harus dinilai benar atau salah hanya dari konsekuensinya (akibat, tujuan, atau hasilnya). b) Dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya parameter yang penting adalah jumlah kebahagiaan atau jumlah ketidakbahagiaan. c) Kesejahteraan setiap orang sama pentingnya. Beberapa kritik yang dilontarkan terhadap paham ini antara lain: a) Sebagaimana paham egoisme, utilitarianisme juga hanya menekankan tujuan/manfaat pada pencapaian kebahagiaan duniawi dan mengabaikan aspek rohani (spiritual) b) Utilitarianisme mengorbankan prinsip keadilan dan hak individu/minoritas demi keuntungan sebagian besar orang (mayoritas).







5



Deontologi Istilah deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban. Teori yang menilai suatu tindakan berdasarkan hasil, konsekuensi, atau tujuan dari tindakan tersebut disebut teori teologi. Paham deontology justru mengatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya sama sekali dengan tujuan, konsekuensi, atau akibat dari tindakan tersebut. Imperative hypothesis adalah perintah-perintah (ought) yang bersifat khusus yang harus diikuti jika seseorang mempunyai keinginan yang relevan. Contohnya sebagai berikut.



a) Kalau anda ingin menjadi sarjana akuntansi, Anda harus (ought) memasuki Fakultas Ekonomi jurusan akuntansi b) Kalau Anda ingin menjadi pemain bola yang berhasil, Anda harus rajin berlatih sepak bola c) Kalau Anda ingin berhasil dalam studi, Anda harus rajin belajar, dan seterusnya. Imperative ccategories adalah kewajiban moral yang mewajibkan kita begitu saja tanpa syarat apapun. Dalam hal ini, kewajiban moral bersifat mutlak tanpa ada pengecualian apa pun dan tanpa dikaitkan dengan keinginan atau tujuan apa pun. Dengan dasar pemikiran yang sama, dapat dijelaskan bahwa beberapa tindakan seperti membunuh, mencuri, dan beberapa jenis tindakan lainnya dapat dikategorikan sebagai imperative categories, atau keharusan/kewajiban moral yang bersifat universal dan mutlak. Walaupun teori ini tidak lagi mengaitkan kriteria kebaikan moral dengan tujuan tindakan sebagaimana teori egoisme dan utilitarianisme, namun tak urung teori ini juga mendapat kritikan tajam – terutama dari kaum agamawan. Tujuan tertinggi yaitu kebahagiaan rohani, kebahagiaan di luar yang berkaitan dengan hal-hal yang besifat duniawi yang diperoleh bila mengikuti aturan-aturan moral yang bersumber dari Tuhan, Allah, kekuatan tak terbata, atau apa pun namanya yang melukiskan ada kekuatan tak terbatas di luar kemampuan dan pikiran manusia yang mengatur seluruh alam semesta beserta isinya.



4. Teori Hak Teori hak ini adalah pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku. Sebetulnya teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena hak berkaitan dengan kewajiban. Teori hak sekarang begitu populer, karena dinilai cocok dengan penghargaan terhadap individu yang memiliki harkat tersendiri. Karena itu manusia individual siapapun tidak pernah boleh dikorbankan demi tercapainya suatu tujuan yang lain. Teori Keutamaan (Virtue Theory) Teori keutamaan (virtue) yang memandang sikap atau akhlak seseorang. Keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral. Teori Etika Teonom Teori etika teonom dilandasi oleh filsafat risten, yang mengatakan bahwa karakter moral manusia ditentukan secara hakiki oleh kesesuaian hubungannya dengan kehendak Allah. Kelemahan teori etika Kant teletak pada pengabaian adanya tujuan mutlak, tujuan tertinggi yang harus dicapai umat manusia, walaupun ia memperkenalkan etika kewajiban mutlak. Moralitas dikatakan bersifat mutlak hanya bila moralitas itu dikatakan dengan tujuan tertinggi umat manusia. Segala sesuatu yang bersifat mutlak tidak dapat diperdebatkan dengan pendekatan rasional karena semua yang bersifat mutlak melampaui tingkat kecerdasan rasional yang dimiliki manusia.



6



5. Etika Abad Ke-20 Untuk memperkaya pemahaman tentang berbagai teori etika dan pemikiran moral yang terus berkembang , di bawah ini dijelaskan esensi dari beberapa pemikiran moral yang berpengaruh yang muncul pada abad ke - 20 sebagai tambahan atas beberapa paham / teori etika yang telah diuraikan sebelumnya . Ringkasan ini diambil dari buku Etika Abad Kedua puluh karangan Fransz Magnis Suseno ( 2006 ) . Arti Kata " Baik " Menurut George Edward Moore Kata baik adalah kunci dari moralitas , namun Moore merasa heran tidak satu pun etikawan yang berbicara tentang kata baik tersebut , seakan - akan hal itu sudah jelas dengan sendirinya . Menurut Moore , di sinilah letak permasalahannya sehingga terdapat kekacauan dalam menafsirkan kata baik tersebut . Ada banyak penafsiran tentang sesuatu yang dianggap baik . Sebagaimana telah diuraikan di depan , ada yang menafsirkan kata baik sebagai nikmat ( kaum hedonis ) , memenuhi keinginan individu ( etika egoisme , etika psikologis ) , memenuhi kepentingan orang banyak ( etika utilitarianisme ) , memenuhi kehendak Allah ( etika teonom ) , dan bahkan ada yang mengatakan kata baik tidak mempunyai arti . Ini tidak mengherankan karena menurut Moore untuk menghindari kekacauan definisi , seharusnya dimulai dengan pertanyaan paling mendasar : apakah kata baik dapat didefinisikan atau tidak ? Anggapan inti Moore sangat sederhana bahwa kata baik tidak dapat didefinisikan , sama seperti kata kuning yang tidak pernah bisa didefinisikan lagi . Walaupun kita telah mengumpulkan berbagai fakta , benda , atau sesuatu yang berwarna kuning , fakta ini tetap tidak dapat dipakai untuk menyimpulkan definisi kuning itu sendiri . Alasannya karena kedua istilah itu — kuning , baik , dan seperti banyak istilah lain mempunyai sifat primer . Suatu kata tidak dapat didefinisikan jika kata tersebut tidak lagi terdiri atas bagian - bagian sehingga tidak dapat dianalisis . Berdasarkan penjelasan ini , menurut Moore kata baik tidak dapat didefinisikan . Baik adalah baik , titik . Setiap usaha untuk mendefinisikannya akan selalu menimbulkan kerancuan . Tatanan Nilai Max Scheller Pada Bab 2 telah diungkapkan pengertian tatanan nilai menurut Max Scheller . Scheller sebenarnya membantah anggapan teori imperative category Immanuel Kant yang mengatakan bahwa hakikat moralitas terdiri atas kehendak untuk memenuhi kewajiban karena kewajiban itu sendiri . Kewajiban bukanlah unsur primer , melainkan mengikuti apa yang bernilai . Manusia wajib memenuhi sesuatu untuk mencapai sesuatu yang baik , dan yang baik itu adalah nilai . Jadi , inti dari tindakan moral adalah tujuan merealisasikan nilai - nilai dan bukan asal memenuhi kewajiban saja . Nilai - nilai bersifat material dan apriori . Material di sini bukan dalam arti ada kaitan dengan materi , tetapi sebagai lawan dari kata formal . Kedua istilah ini - material dan formal - sering dipakai dalam konteks ilmu hukum . Bersifat apriori artinya



7



kebernilaian suatu nilai tersebut mendahului segala pengalaman . Misalnya , untuk mengetahui suatu makanan enak atau tidak , memang harus sesuatu yang enak itu merupakan sesuatu yang sudah positif / pasti , maka nilai tersebut dikatakan telah diketahui lebih dahulu tanpa dicoba ( apriori ) . Menurut Scheller , ada empat gugus nilai yang masing - masing mandiri dan berbeda antara satu dengan yang lain , yaitu : ( 1 ) nilai - nilai sekitar enak dan tidak enak , ( 2 ) nilai - nilai vital , ( 3 ) nilai - nilai rohani murni , dan ( 4 ) nilai - nilai sekitar roh kudus . Etika Situasi Joseph Fletcher Joseph Fletcher termasuk tokoh yang menentang adanya prinsip - prinsip etika yang bersifat mutlak Ia berpendapat bahwa setiap kewajiban moral selalu bergantung pada situasi konkret . Sesuatu ketika berada dalam situasi tertentu bisa jadi baik dan tepat , tetapi ketika berada dalam situasi yang lain bisa jadi jelek dan salah . Norma - norma umum tidak pernah berlaku begitu saja karena norma - norma itu hanya mengikat apabila tuntutan situasi konkret juga diperhatikan . Tanpa adanya perhatian pada tuntutan situasi , hal - hal yang wajib dilakukan tidak dapat diketahui . Itulah sebabnya , moralitas hanya dapat dipahami dalam situasi konkret , padahal , situasi konkret tidak selalu sama - sehingga etika Fletcher sering disebut etika situasi . Pandangan Penuh Kasih Iris Murdoch Iris Murdoch mengamati bahwa teori-teori etika pasca-Kant yang memusatkan perhatiannya kepada kehendak bebas tidak mengenai sasaran. Menurut Murdoch, yang khas dari teori-teori etik pasca-Kant adalah bahwa nilai-nilai moral dibuang dari dunia nyata. Teori Murdoch menyatakan bahwa bukan kemampuan otonom yang menciptakan nilai, melainkan kemampuan untuk melihat dengan penuh kasih dan adil. Hanya pandangan yang adil dan penuh kasih yang menghasilkan pengertian yang betul-betul benar. Pengelolaan Kelakuan Byrrhus Frederic Skinner Teori skiner mengenai pengelolaan kelakuan dimulai dari pengamatannya bahwa dalam ilmu fisika dan ilmu hayat, manusia telah mencapai kemajuan luar biasa dalam dua ribu tahun terakhir. Akan tetapi anehnya untuk menemukan bagaimana manusia harus bertindak, ilmu etika sekarang ini tidak maju jauh dari apa yang telah dikemukakan oleh Plato dan Aristoteles. Skinner mengatakan bahwa pendekatan filsafat tradisional dan ilmu manusia tidak memadai sehingga yang diperlukan bukanlah ilmu etika, tetapi sebuah teknologi kelakuam. Ia mengacu pada ilmu kelakuan sederhana yang dikembangkan oleh Pavlov. Ide dasar Skinner adalah menemukan teknologi/cara untuk mengubah perilaku. Apabila kita dapat merekayasa kondisi-kondisi kehidupan seseorang, maka kita dapat merekayasa kelakuannya.



8



Prinsip Tanggung Jawab Hans Jonas Jonas mengamati bahwa walaupun kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa kemajuan, tetapi kemajuan tersebut juga menimbulkan masalah baru berupa ancaman kelanjutam kehidupan umat manusia-bahkan kelanjutan kehidupan di bumi ini. Etika tradisional hanya memperhatikan akibat tindakan manusia dalam lingkungan dekat dan sesaat. Etika macam ini tidak dapat lagi menghadapi ancaman global kehidupan manusia dan semua kehidupan di dunia ini. Oleh karena itu, Jonas menekankan pentingnya dirancang etika baru yang berfokus pada tanggung jawah. Intinya adalah kewajiban manusia untuk bertanggung jawab atas keutuhan kondisikondisi kehidupan umat manusia di masa depan. Kegagalan Etika Pencerahan Alasdair Maclntyre Maclntyre mengatakan bahwa etika pencerahan telah gagal karena pencerahan atas nama rasionalitas justru telah membuang apa yang menjadi dasar rasionalitas setiap ajaran moral, yaitu pandangan teknologis tentang manusia. Yang dimaksud oleh Maclntyre adalah pandangan dari Aristoles sampai dengan pandangan Thomas Aquinas bahwa manusia sebenarnya mempunyai tujuan hakiki (telos) dan bahwa manusia hidup untuk mencapai tujuan itu. Moralitas lantas mudah dipahami sebagai jalan ke tujuan hakiki tersebut. Dengan membuang tujuan hakiki umat manusia dari ilmu etika, maka etika menjadi tidak rasional lagi (irrational). Oleh karena itu, Maclntyre menganjurkan agar etika kembali pada paham teleologis tentang manusia.



6.



TEORI ETIKA DAN PARADIGMA HAKIKAT MANUSIA



Konsep tentang hakikat alam semesta dan hakikat manusia serta poko-pokok pikiran dari berbagai macam teori etika yang berkembang. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut: a.   Tampaknya sampai saat ini telah muncul beragam paham atau teori etika dimana masing-masing teori mempunyai pendukung dan penentang yang cukup berpengaruh. b.   Munculnya beragam teori etika karena adanya perbedaan paradigma, pola pikir, atau pemahaman tentang hakikat hidup sebagai manusia. c.   Hampir semua teori etika yang ada didasarkan atas paradigma tidak utuh tentang hakikat manusia. d.   Dilihat dari semua proses evolusi kesadaran diri, semua teori yang ada menjelaskan tahapan-tahapan moralitas sejalan dengan pertumbuhan tingkat kesadaran diri seseorang. e.   Teori-teori yang tampak bagaikan potongan-potongan terpisah dapat dipadukan menjadi suatu teori tunggal berdasarkan paradigm hakikat manusia secara utuh. f.    Inti dari etika manusia utuh adalah keseimbangan pada:  Kepentingan pribadi, kepentingan masyarakat, dan kepentingan tuhan.



9



   No



Keseimbangan modal materi (PQ dan IQ), modal social (EQ), dan modal spiritual (SQ). Kebahagiaan lahir (duniawi), kesejahteraan masyarakat, dan kebahagiaan batin (Surgawi). Keseimbangan antara hak (Individu), dan kewajiaban kepada masyarakat dan Tuhan. Teori



Paradigma Penalaran Kriteria etis teori



1



Egoisme



Tujuan dari tindakan Tujuan dari tindakan



2



Utilitarianis me



3



DeontologiKant



Tindakan itu sendiri



4



Teori hak



5



Teori keutamaan



Tingkat kepatuhan terhadap HAM Disposisi karakter



6



Teori teonom Disposisi karakter dan tingkat keimanan



Memenuhi kepentingan pribadi Memberi manfaat/keguna an bagi banyak orang Kewajiban mutlak setiap orang Aturan tentang hak asasi manusia Karakter positif-negatif individu Karakter mulia dan mematuhi kitab suci agama masingmasing individu dan masyarakat



Tujuan hidup



Hakikat manusia dan kecerdasan Kenikmatan duniawi secara Hakikat individu manusia dan kecerdasan Kesejahteraan duniawi Hakikat tidak masyarakat utuh Demi kewajiban itu sendiri



Hakikat tidak utuh



Demi martabat kemanusiaan



Hakikat tidak utuh



Kebahagiaan duniawi dan mental/psikologis



Hakikat tidak utuh



Kebahagiaan rohani (surgawi,akhirat,moksa,nir mala) mental dan duniawi



Hakikat utuh



Tantangan ke depan etika sebagai Ilmu. Etika sebat telah dikenal sebagai filsafat telah dikenal sejak jaman masehi.Etika sebagai ajaran moral telah menjadi bagian tak terpisahkan dari semua agama sejak agama itu hadir.Namun sebagai ilmu, etika masih kalah mapan bila dibandiingkan dengan ilmu-ilmu lainya seperti ilmu fisika, ilmu ekonomi, dan lain-lain. Perkembangan ilmu etika menjadi salah kaprah karena hanya dilandasi oleh hakikat manusia utuh- suatu paradigma tentang hakikat manusia yang hanya mengandalkan kekuatan pikiran untuk mencari kebenaran, mengejar makna hidup duniawi, dan melupakan potensi kekuatan spiritual, kekuatan tak terbatas, kekuatan Tuhan dalam diri manusia tersebut. Ilmu etika ke depan hendaknya didasarkan atas paradigm manusia utuh, yaitu suatu pola piker yang mengutamakan intregasi dan keseimbangan pada: A. Pertumbuhan PQ, IQ,EQ, Dan SQ B. Keseimbangan individu, kepentingan masyarakat, dan kepentngan Tuhan.



10



C. Keseimbangan tujuan lahiriah (duniawi) dengan tujuan rohaniah (spiritual) Semua teori etika yang pada awal kemunculanya bagaikan potongan-potongan terpisah dan berdiri sendiri, ternyata dapat dipadukan karena sifatnya yang saling melengkapi. Inti dari hakikat manusia utuh adalah keseimbangan, yang bisa diringkas sebagai berikut: A. Keseimbangan antara hak (teori hak) dan kewajiban (teori deontology).   B. Keseimbangan tujuan duniawy (teori teologi) dan rohani (teori teonom) C. Keseimbangan antara kepentingan individu (teori egoisme) dan kepentingan masyarakat (Teori utilitarianisme) D. Gabungan ketiga butir diatas kan menentukan karakter seseorang (teori keutamaan) E. Hidup adalah suatu proses evolusi kesadaran. Teori-teori etika yang dapat dianalogikan dengan alur proses evaluasi kesadaran, yaitu hak (egoisme)utilitaranisme-kewajiaban (deontology)-teonom-keutamaan (virtue).



Kasus A. Coba Anda jelaskan perilaku Haji Bambang dan Nyoman Bagiana Karang dengan menggunakan berbagai teori etika yang telah Anda pelajari. Adakah dari teoriteori tersebut yang mampu menjelaskan perilaku kedua orang tersebut? Jelaskan! Jawab: Jika dilihat dari teori-teori etika yang ada, maka perilaku Haji Bambang dan Nyoman Bagiana Karang dalam menghadapi kasus bom Bali sesuai dengan teori etika teonom, yaitu seseorang yang melakukan suatu tindakan berdasarkan hakekat utuh sebagai manusia dengan meliba tkan kecerdasan fisik ,kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang dimlikinya. Haji Bambang, Nyoman Bagiana Karang dan masyarakat Kuta lainnya menggunakan kecerdasan fisik dan kecerdasan intelektual untuk berusaha menyelamatkan diri masing-masing agar terhindar dari musibah yang sedang terjadi, serta mereka menggunakan kecerdasan emosional untuk menolong warga lainnya yang terluka maupun yang tewas. Apa yang merekalakukan merupakan perintah dari Tuhan yang terdapat dalam kitab suci mereka masing-masing, yaitu saling menolong sesama makhluk Tuhan. Tindakan saling menolong merekasebagai bentuk rasa hormat dan cinta kepada Tuhannya, yang melibatkan kecerdasan spiritual B. Bandingkan dengan sikap pemerintah Amerika Serikat dan sekutunya dalam menangani kasus teroris serupa yang menghancurkan gedung WTC. Apa yang membedakan sikap Haji Bambang dan Nyoman dengan sikap pemerintah AS dan sekutu-sekutunya? Jawab: Sikap Haji Bambang dan Nyoman dalam menangani kasus teroris dengan kecerdasan fisik , kecerdasan intelektual , kecerdasan emosional , dan kecerdasan spiritual dengan tidak terpancing emosi dan tidak saling menyalahkan



11



namun lebih memilih membantu menyelamatkan korban terorisme, sedangakan sikap Amerika Serikat dan sekutunya menggunakan kecerdasan fisik dan kecerdasan intelektual dengan melakukan pembalasan kepada Afganistan dan Irak. C. Dalam menghadapi kasus teroris yang hampir sama, suasana batin masyarakat Kuta tetap tenang dan damai, berbeda dengan suasana batin pemerintah dan sebagian masyarakat Amerika Serikat yang penuh dendam, kebencian, dan ketakutan. Mengapa bisa demikian? Jelaskan menurut teori yang telah Anda pelajari! Jawab: Perbedaan antara masyarakat Bali dan masyarakat Amerika dapat dilihat dari kecerdasan spiritual yang dimilikinya, yaitu lebih terkait kepada soal seberapa masing-masing masyakarat dekat dengan Tuhannya. Masyarakat Amerika Serikat lebih memilihuntuk membalas dendam karena mereka masih menganggap bahwa negara mereka berkuasadan cenderung tidak menggunakan kecerdasan spiritualnya, sedangkan masyarakat Bali lebihmemilih untuk hidup rukun, damai dan menggunakan kecerdasan spiritualnya. Karena jikakita menggunakan kecerdasan spiritual (mendekatkan diri kepada Tuhan) maka suasana batinakan menjadi tenang dan damai, tidak akan ada rasa dendam, kebencian, dan ketakutan. D. Pelajaran apakah yang dapat Anda petik dari kedua orang yang berbeda agama-Haji Bambang dan Nyoman-di desa Kuta, Bali dalam menghadapi kerawanan konflik akibat keragaman budaya, suku, agama, adat, dan bahasa bagi bangsa Indonesia? Jawab: Dalam menghadapi setiap perbedaan agama, budaya, suku, adat, dan sebagainya, hendaknya setiap manusia kembali berpedoman terhadap kitab sucinya masingmasing,karena tujuan utama yang diajarkan pada kitab suci semua agama adalah untuk mendapatkankebahagiaan di dunia dan di akhirat. Perbedaan agama, budaya, suku, adat, dan sebagainya,bukan berarti adanya suatu halangan untuk hidup damai dengan umat manusia lainnya danbukan halangan untuk saling tolong menolong sesama umat manusia. Kecerdasan fisik ,kecerdasan intelektual , dan kecerdasan emosional itu penting, tetapi kecerdasan spiritual lebih penting karena kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang paling mendasar yang mampu mempengaruhi ketiga kecerdasan lainnya



Saran Dengan kita mempelajari Teori-teori Etika semoga kita menjadi orang yang kritis, berpikir yang benar dalam berbagai hal, dan semoga kita Menjadi manusian yang bermoral dan berahlak mulia untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada tuhan yang maha Esa dan semoga kita dapat mencapai hakekat kehidupan yang sesungguhnya yaitu surga



12



Daftar pustaka: Agoes, Sukrisno dan I Cenik Ardana. 2014. Etika Bisnis dan Profesi. Jakarta: Salemba Empat.



13