Makalah Toksikologi Racun [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS TOKSIKOLOGI KLINIK “senyawa struktur & efek toksisitas racun biotis yang berasal dari hewan dan tumbuhan ” DOSEN PENGAMPUH : RINI PRASTYAWATI S.SI M.SI



Disusun oleh :



NURUL IVANA 20522015



FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN UNIVERSITAS SAINS DAN TEKNOLOGI JAYAPURA 2021



KATA PENGANTAR



Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ” senyawa & struktur kimia yang terkandung pada racun biotis yang berasal dari hewan & tanaman ” Saya juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Rini selaku dosen mata kuliah Toksikologi klinik yang sudah memberikan kepercayaan kepada saya untuk menyelesaikan tugas ini. Saya sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan juga wawasan terhadap bagaimana mengetahui dan mengidentifikasikan senyawa , struktur kimia yang terkandung pada racun biotis terhadap hewan dan tumbuhan . saya pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.



Jayapura , 30 September 2021



DAFTAR ISI



Kata pengantar ……………………………………………………………………………………….. Daftar isi………………………………………………………………………………………………… Bab 1 pendahuluan ………………………………………………………………………………… 1. Latar belakang 2. Rumusan masalah Bab 2 pembahasan ………………………………………………………………………………….. 1. Definisi 2. Macam macam racun biotis pada hewan a) Senyawa b) struktur kimia c) Efek toksisitas 3. Macam macam racun biotis pada tumbuhan a) Senyawa b) Struktur c) Efek toksisitas Lampiran jurnal ………………………………………………………………………………………. Bab 3 Penutup…………………………………………………………………………........................ a) Kesimpulan b) Saran & kritik Daftar pustaka ……………………………………………………………………………………………



PENDAHULUAN Latar belakang Toksikologi adalah pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh bahan kimia yang merugikan bagi organisme hidup. Dari definisi diatas, jelas terlihat bahwa dalam Toksikologi terdapat unsur-unsur yang saling berinteraksidengan suatu cara-cara tertentu untuk menimbulkan respon pada system biologi yang dapat menimbulkan kerusakan pada system biologi tersebut.Salah satu unsur Toksikologi adalah agent-agent kimia atau fisika yangmampu menimbulkan respon pada system biologi. Selanjutnya cara-cara pemaparan merupakan unsur lain yang turut menentukan timbulnya efek-efek yang tidak diinginkan ini. Menurut sejarahnya usaha-usaha pertama untuk menggolong-golongakan agent-agent adalah didasarkan sumber-sumber alamnya. Satu dari pelopor dalam bidang ini adalah Discorides yang membagi racun-racun kedalam racun- racun binatang, tumbuh-tumbuhan dan mineral. Zat-zat toksin digolongkan dengan cara-cara yang bermacam-macam tergantung pada minat dan kebutuhan dari yang menggolongkannya. Sebagai contoh, zat-zat toksis dibicarakan dalam kaitannya dengan organ-organ sasaran dan dikenal sebagai racun-racun liver Bapak Toksikologi, Paracelsus, menyatakan bahwa: Segala sesuatu adalah racun dan tidak ada yang tanpa racun. Hanya dosis yang membuat sesuatu menjadi bukan racun (Dosis solum facit venum). Istilah racun bersinonim dengan kata toksin dan bisa, namun memiliki definisi yang berbeda antara yang satu dengan lainnya. Kata "toksin" didefinisi sebagai racun yang dihasilkan dari proses biologi, atau sering disebut sebagai biotoksin. Sementara, bisa didefinisikan sebagai cairan mengandung racun yang disekresikan atau dihasilkan oleh hewan selama proses pertahanan diri atau menyerang hewan lain dengan gigitan maupun sengatan.



B. TUJUAN 1. Mengetahui sumber-sumber racun (binatang, tumbuh-tumbuhan,). 2. Mengetahui senyawa , struktur dan gejala klinis keracunan .



C. Rumusan masalah 1. Jelaskan senyawa dan struktur kimia yang terkandung pada racun biotis pada hewan 2. Jelaskan senyawa dan struktur kimia yang terkandung pada racun biotis pada tumbuhan 3. Bagaimana efek toksisitas racun biotis pada hewan dan tumbuhan



BAB II PEMBAHASAN 2.1



Tumbuh-Tumbuhan



Banyak spesies tumbuhan di dunia tidak dapat dimakan karena kandungan racun yang dihasilkannya. Proses domestikasi atau pembudidayaan secara berangsur-angsur dapat menurunkan kadar zat racun yang dikandung oleh suatu tanaman sehingga tanaman pangan yang kita konsumsi mengandung racun dengan kadar yang jauh lebih rendah daripada kerabatnya yang bertipe liar (wild type). Penurunan kadar senyawa racun pada tanaman yang telah dibudidaya antara lain dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat tumbuhnya. Karena racun yang dihasilkan oleh tanaman merupakan salah satu cara untuk melawan predator, maka tidak mengherankan bila tanaman pangan modern jauh lebih rentan terhadap penyakit. Beberapa kelompok racun yang ditemukan pada tanaman yang biasa kita konsumsi, ada beberapa yang larut lemak dan dapat bersifat bioakumulatif BERIKUT INI 10 TUMBUHAN YANG BERACUN BESERTA SENYAWA & STRUKTUR EFEK TOKSISITAS



1. Jamur amanita



Jamur amanita phalloidesa



Jamur Amanita phalloides dikenal pula sebagai payung maut (DeathCap). Dari sekian banyaknya jenis jamur beracun, Amanita phalloides merupakan spesies jamur paling berbahaya karena kematian biasanya terjadi setelah mengonsumsi jamur ini. Masyarakat awam sering sering mengira jamur ini dengan champignon (jamur agaricus). Secara morfologi, jamur Amanita phalloides termasuk organismeheterotrof karena tidak mempunyai pigmen hijau daun (khlorofil) untukmelakukan proses fotosintesis. Tubuh buah seperti payung dengan tudung berwarna merah, coklat muda, coklat tua sampai kuning dengan bintik-



bintik putih. Dapat hidup sebagai saprofit atau parasit. Menurut Ainsworth (1973),jamur beracun ini dicirikan sebagai tumbuhan talus dengan struktur tubuhuniseluler atau berfilamen, bersifat amotil (dengan pengaliran sitoplasma melalui miselium), dinding sel mengandung kitin dan selulosa, serta memiliki inti sel (eukariot). Pada umumnya dapat berkembang biak secara seksual(generatif) maupun aseksual (vegetatif). Cara reproduksi jamur Amanitaphalloides secara aseksual akan menghasilkan spora dengan sporokarpa makroskopik maupun mikroskopik. Habitatnya tumbuh liar di hutan, tegalan, pekarangan, serta dapat ditemukan pula di antara jatuhan daun atau pada tanah humus. Senyawa & Struktur kimia racun jamur Amanita phalloides Karena efek toksiknya yang sangat berbahaya, maka sejak abad ke-19 para ahli kimia telah melakukan penelitian terhadap kandungan senyawa kimia pada jamur Amanita phalloides yang berpotensi sebagai racun. Pada tahun 1891, R. Kobert menemukan senyawa kimia yang beliau namakan phallin. Walaupun bersifat haemolitik namun senyawa kimia ini tidak memiliki efek toksik. Kemudian Lynen, F. dan U. Wieland (1938) menemukan phalloidin sebagai racun utama pada jamur Amanita phalloides. Dan pada tahun 1941, amanitin ditemukan oleh Wieland, H dan R. Hallermayer sebagai senyawa berikutnya yang bersifat sebagai racun. Phalloidin merupakan salah satu kelompok racun death cap (Amanita phalloides) yang sering dikenal pula sebagai phallotoxin. Berupa rantai bisiklik heptapeptide dan terikat secara khusus pada interfase subunit F-actin.



Oleh sebab itu,ikatan phalloidin lebih kuat pada actin filament (F-actin) daripada pada actin monomer.Secara stokiometrik, phalloidin bereaksi dengan actin dan berfungsi menstabilkan polimer-polimer actin (khususnya struktur F-actin). Ikatan polimerisasi pada struktur actin filament (F-actin) distabilkan dengan cara mengurangi tingkat konstan untuk peruraian subunit actin monomer.



Gejala dan Efek Keracunan Jamur Amanita phalloides A. Studi Toksisitas Phalloidin Gejala akibat keracunan phalloidin baru akan terjadi setelah periode laten yangcukup lama yaitu sekitar 8-24 jam. Muntahnya penderita keracunan menandakan jika gejala baru terjadi. Setelah itu diikuti terjadinya gangguan pada saluran pencernaan. Yang bersangkutan akan merasa sangat sakit dan terjadi diare hebat. Akibatnya akan banyak air dan elektrolit yang hilang dalam tubuh sehingga akan terjadi kegagalan sirkulasi. Efek toksik dari racun ini yaitu terjadi kerusakan pada organ ginjal dan hati.Kerusakan ginjal menyebabkan berkurangnya produksi air kemih atau bahkan tidakada sama sekali. Sedangkan kerusakan hati mengakibatkan sakit kuning yang biasanya muncul dalam kurun waktu 2-3 hari. Kadang-kadang gejala akan hilangdengan sendirinya, tetapi hampir 50% penderita akan meninggal dalam 5-8 hari. B. studi toksisitas amanitin Diare dan kejang merupakan gejala-gejala pertama akibat keracunan amanitin.Penundaan pengobatan terhadap gejala-gejala ini akan membuatnya lebih sulit untuk didiagnosa yang nantinya dapat berakibat fatal. Beberapa efek toksik (dampak) dari racun ini akan terlihat dalam kurun waktu 10 jam. Hal ini merupakan hal yang biasa untuk beberapa dampak yang akan terjadi dalam kurun waktu 24 jam setelah berada dalam proses pencernaan. Setelah itu, perutakan terasa terpompa dan timbul rasa sakit yang luar biasa. Pada hari keempat dan kelima, amanitin akan mulai memperlihatkan dampak yang parah pada hati dan ginjal, yang mengarah pada rusaknya sistem total kedua organ tubuh ini. Racun ini secara efektif dapat menyebabkan cytolysis hepatocytes (sel-sel hati). Biasanya orang-orang yang terkena racun ini akan mati dalam waktu sekitar seminggu dari saat proses pencernaannya. Studi lain menyatakan sekitar 15% dari yang terkena racun ini akan mati dalam waktu 10 hari melewati tahap keadaan tak sadarkan diri sampai ke keadaan gagal ginjal, gagal hati, koma hepatic, gagal saluran pernafasan dan mati. Orang-orang yang sembuh akan memiliki resiko kerusakan hati yang permanen(Anonim, 2007)



2. Cicuta / water hemlock



CICUTA / WATER HEMLOCK Cicuta atau disebut juga water hemlock adalah genus dari empat spesies tanamanan beracun dalam family Apiaceae . Cicuta memiliki bunga putih yang kecil, tumbuh bersusun dengan bentuk payung. Pada batang bagian bawah yang tebal terdapat ruang-ruang kecil berisi cairan berwarna coklat yang sangat beracun. Cairan ini akan keluar jika batang cicuta dipatahkan atau dipotong. Tingginya sekitar 0,5-1.0 m. Cicuta biasanya tumbuh pada lahan basah, seperti pada padang rumput yang basah atau disepanjang tepi sungai di daratan Amerika Utara dan Eropa. Petumbuhannya dimulai pada musim semi, akan meningkat dan berbunga pada bulan Juni atau Juli.Cicuta terkenal mematikan. Pada bagian batang, akar, dan bunganya mengandung senyawa beracun yang disebut cicutoxin. Senyawa beracun ini lebih banyak terdapat pada bagian akar dari tanaman cicuta. Jika termakan dapat menyebabkan denyut nadi cepat, napas cepat, kejang-kejang, koma, hingga kematian dapat terjadi pada 15 menit setelah dosis mematikan dikonsumsi SENYAWA & STRUKTUR KIMIA CICUTOXIN Nama IUPAC







(8E,10E,12E,14R) -heptadeca-8,10,12-triene4,6-diyne-1,14-diol Nama lain Cicutoxin Cicutoxin adalah terjadi secara alami beracun senyawa kimia diproduksi oleh beberapa tanaman dari keluarga Apiaceae termasuk hemlock air (Cicuta spesies) dan dropwort air (Oenanthe crocata). Senyawa itu mengandung poliena, polyyne, dan alkohol kelompok fungsional dan merupakan a isomer struktural dari oenanthotoxin, juga ditemukan di dropwort air. Keduanya adalah milik C17-polyacetylenes . Itu menyebabkan kematian kelumpuhan pernapasan akibat gangguan pada sistem syaraf pusat.Ini kuat, tidak kompetitif antagonis dari asam gamma-aminobutyric (GABA) reseptor. Pada manusia, cicutoxin dengan cepat menghasilkan gejala mual, emesis dan sakit perut, biasanya dalam 60 menit setelah menelan. Ini bisa menyebabkan tremor, kejang, dan kematian.. Cicutoxin adalah asam gamma-aminobutyric nonkompetitif (GABA) antagonis di sistem saraf pusat (SSP). GABA biasanya mengikat domain beta dari GABA sebuah reseptor dan mengaktifkan reseptor yang menyebabkan aliran klorida melintasi membran. Cicutoxin mengikat tempat yang sama dengan GABA, karena reseptor ini tidak diaktifkan oleh GABA. Pori reseptor tidak akan terbuka dan klorida tidak dapat mengalir melintasi membran. Pengikatan cicutoxin ke domain beta juga memblokir saluran klorida. Kedua efek cicutoxin di GABA reseptor menyebabkan konstanta depolarisasi. Ini menyebabkan hiperaktif di sel, yang mengarah ke kejang.



3. Strychnine



Strychnine adalah senjata pembunuhan di novel Agatha Christie dan film-film serial detectif. Strychnine ini merupakan racun yang bertindak cepat, belum ada pengobatan yang efektif untuk menyelamatkan korban dari gangguan racun ini. Salah satu dari bentuk racun yang lebih populer pada awal abad kedua puluh. Strychnine menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan reaksi refleks berlebihan. Dengan dosis yang benar korban bisa mati dalam waktu sepuluh sampai dua puluh menit.



a. Senyawa & struktur



Striknina adalah sebuah alkaloid kristaline, pahit, tak berwarna dan beracun yang dipakai sebagai pestisida, terutama untuk membunuh vertebrata-vertebrata kecil seperti burung dan hewan pengerat. Sumber paling umumnya adalah berasal dari biji-bijian pohon Strychno s nux-vomica. Strychnineini merupakan racun yang bertindak cepat, pengobatan yang efektif sekarang mungkin tidak ada dan itu hanya dapat dilihat sebagai senjata pembunuh yang efisien dalam fiksi dan sangat kuno menunjukkan misteri pembunuhan. b. efek toksisitas



Tumbuhan ini walau terlihat indah dan menarik, baik buahnya yang seperti bisa di konsumsi, namun Strychnine memiliki racun yang menyerang saraf pusat dan mengakibatkan kejang-kejang. Dengan Dosis yang tepat maka korban dapat mengalami kematian dalam waktu 10 - 20 menit. Racun ini membunuh secara perlahan-lahan dan membuat korban menderita hingga meninggal



4. Monkshood Atau Wolfsbane



Bunga wolfsbane atau yang sering disebut juga dengan bunga aconitum, sudah sejak lama diandalkan sebagai tanaman herbal. Dalam pengobatan tradisional Cina, bunga herbal ini digunakan untuk mengatasi peradangan, meringankan gejala kedinginan yang ekstrem, dan gangguan pencernaan. Sebagian lainnya, menggunakan bunga aconitum sebagai obat untuk mengatasi kejang, nyeri sendi, kebas, masalah kulit tertentu, hingga rambut rontok. Bahkan bunga yang punya banyak warna ini dipercaya mampu merangsang produksi keringat serta menyembuhkan luka. Meski begitu, bunga yang punya rupa menawan ini cukup berbahaya jika tidak disengaja dikonsumsi dan dapat menyebabkan keracunan. Jadi, penggunaan tanaman herbal ini tidak bisa sembarangan dan harus di bawah pengawasan ahli. a. Senyawa dan struktur Bunga wolfsbane mengandung alkaloid, yang merupakan senyawa yang dapat menurunkan rasa nyeri. Zat ini bekerja dengan cara memengaruhi sistem saraf kardiovaskular dan saraf pusat, sehingga merangsang rasa nyeri hilang. Bunga aconitum segar sangat beracun dan dosis yang aman tergantung pada pengolahan. Perendaman dan pendidihan selama proses merebus dapat menurunkan kadar alkaloidnya sehingga jadi tidak beracun. alkaloid b. Efek toksisitas Monkshood dapat ditemukan tumbuh di seluruh Eropa dan Amerika Serikat. Karena semua bagian tanaman beracun, maka penanganannyapun ekstra hati-hati. Kontak



dengan kulit dapat menyebabkan mati rasa sementara dan anak-anak yang memegang umbi untuk jangka waktu yang panjang dapat menyerap alkaloid beracun dan mati penyerapan tanaman dapat menyebabkan gejala jantung dan kelumpuhan.



5. Gympie Gympie



Gympie Gympie dengan nama ilmiah Dendrocnide moroides ini merupakan tumbuhan yang subur di Hutan Maluku, Indonesia dan Hutan Timur, Australia. Saat memasuki hutan berhati-hatilah dengan tumbuhan yang satu ini ! Bila kebetulan menjumpainya, segeralah menjauh, karena berada didekatnya sama saja mengundang bahaya. Namanya memang sekilas terdengar imut tapi jangan sampai terkecoh, ternyata racunnya mematikan. a. Senyawa & struktur Orang biasa menyebut gympie gympie dengan sebutan tumbuhan penyengat, karena bila kulit tersentuh daun gympie gympie sedikit saja, rasanya seperti disengat dan menimbulkan rasa panas luar biasa dan tidak akan hilang hingga berbulan-bulan, karena efek racun moroidin yang terdapat di bulu tumbuhan ini.



Struktur kimia moroidin, oktapeptida bisiklik bertanggung jawab atas nyeri jangka panjang yang disebabkan oleh Moroides dendrosnida menyengat Ada bukti anekdot bahwa beberapa tanaman tidak menyengat, tetapi masih memiliki rambut, menunjukkan adanya perubahan kimiawi pada toksin. b. Efek toksisitas Saat manusia menyentuh daun, maka bulu-bulu halus itu akan menyuntikkan moroidin ke dalam lapisan kulit menimbulkan rasa menyengat. Terkadang, hanya berada di hadapan tanaman itu saja dapat menyebabkan gatal-gatal, ruam, bersin dan mimisan parah. Karena zat moroidin tersebut dilepaskan ke udara sekitar pohon. Salah satu orang pertama yang mendokumentasikan efek



samping dari sengatan Gympie-Gympie adalah AC Macmillan. Surveyor jalan North Queensland itu melaporkan pada tahun 1866 bahwa kudanya tersengat, mengamuk lalu meninggal dalam 2 jam. Pada 1994 juga dialami Cyril Bromley yang jatuh di tanaman tersebut ketika latihan militer.



6. Suicide Tree



Suicide tree dengan nama lain pong-pong dan othalanga adalah sebutan untuk spesies tumbuhan yang memilki nama ilmiah Cerbera odollam. Bentuk tumbuhan ini sangatlah mirip dengan oleander flower, karena berasal dari keluarga yang sama. Alasan pemberian nama suicide tree sendiri adalah karena tumbuhan ini cukup popular untuk senjata pembunuhan diam-diam dan juga untuk bunuh diri. a. Senyawa dan struktur Suicide tree mempunyai bagian bunga berwarna putih seperti melati, namun ukurannya lebih besar. Tumbuhan ini memiliki kandungan racun bernama cerberin. Cerberin ini dapat menyebabkan gangguan otot jantung, kegagalan pernapasan, dan kemudian kematian.



b. Efek toksisitas Biji dari suicide tree ini juga sangatlah beracun dan tidak memberikan rasa pahit akan kandungan racun maupun bau yang menyengat menyebabkan kegagalan pernapasan, dan kemudian kematian. . Hal inilah yang membuat biji tumbuhan ini cukup populer digunakan untuk meracuni seseorang dengan mencampurkannya di dalam makanan, karena rasanya dapat ditutupi oleh bumbu makanan lainnya. Tidak hanya itu saja, racun dari suicide tree ini sering diabaikan saat



autopsi. Itulah sebabnya mengapa suicide tree sering dikatakan sebagai alat pembunuhan yang sempurna.



7. Deadly Nightshade



Sekilas, tumbuhan dengan nama ilmiah Atropa belladonna ini terlihat tidak berbahaya bahkan terlihat dapat dimakan dengan buah berrynya yang berwarna hijau atau hitam mengkilat, ditambah lagi rasa mereka yang manis. Sayangnya, tumbuhan deadly nightshade ini adalah salah satu tumbuhan paling mematikan yang ada di dunia. Belladonna, yang punya nama lain Atropa belladonna atau nightshade, merupakan tanaman semak beracun yang berasal dari Asia dan Eropa. Tanaman ini menghasilkan buah beri hitam yang tidak boleh dimakan.. 



a. Senyawa & struktur Racun yang terkandung dari tumbuhan ini adalah atropine dan scopolamine yang diproduksi alami oleh sel suatu organisme. Anehnya adalah racun atropine dan scopolamine yang ada di dalam tumbuhan ini tidak memengaruhi hewan tertentu seperti kuda, kelinci, domba dan beberapa burung diketahui tidak terpengaruh oleh racun mereka. Scopolamine berfungsi untuk mengurangi sekresi beberapa organ tubuh. Ini juga membantu mengurangi mual dan muntah akibat asam lambung naik. Selain itu, scopolamine berfungsi untuk mengendalikan detak jantung dan melemaskan otot. Atropine serupa dengan scopolamine. Atropine sama-sama digunakan untuk mengurangi sekresi organ tubuh. Namun tidak seefektif scopolamine bila digunakan untuk meregangkan otot dan mengendalikan denyut jantung. Atropine juga digunakan sebagai bahan obat tetes mata untuk melebarkan mata. Dalam beberapa kasus, atropine bekerja sebagai penangkal racun serangga atau insektisida. 



b.



Efek toksisitas Belladonna adalah salah satu tanaman paling beracun yang diketahui, dan penggunaannya melalui mulut meningkatkan risiko dalam berbagai kondisi klinis, seperti komplikasi kehamilan, penyakit kardiovaskular, gangguan gastrointestinal, dan gangguan kejiwaan. Semua bagian tumbuhan mengandung alkaloid tropane. Menurut National Institutes of Health (NHS), nightshade tidak aman dikonsumsi secara langsung. Memakan buah atau daun dari tanaman ini dapat menyebabkan kematian. Kontak kulit langsung dengan daunnya dapat menimbulkan reaksi alergi dan ruam kulit kemerahan. Itu sebabnya di zaman dulu, getah tanaman ini sering digunakan sebagai racun yang dioleskan pada ujung panah. 



8. Angel’s Trumpet (Terompet Malaikat)



Brugmansia adalah tanaman berbentuk semak yang besar-besar atau bisa juga merupakan pohon yang kecil. Batangnya semi-kayu. Dari batangnya itu sering kali tumbuh banyak cabang. Tinggi tanaman ini bisa mencapai tiga sampai sebelas meter. Nama “angel’s trumpet” merujuk pada bunganya yang besar, menggantung, dan berbentuk seperti terompet. Panjang bunganya sekitar 1450 cm dan lebarnya 10-35 cm. Kebanyakan dari genus brugmansia ini memiliki wangi yang kuat. Wanginya akan sangat tercium di malam hari. Bunga terompet ini berasal dari daerah tropis di Amerika Selatan, sepanjang Andes dari Venezuela sampai daerah utara Chile. Selain itu tanaman ini juga dapat ditemukan tumbuh di daerah tenggara Brazil. Bunga ini kemudian tumbuh sebagai bunga ornamen yang ditanam di dalam pot di seluruh dunia. Brugmansia kemudian ternaturalisasi di daerah tropis yang terisolasi di seluruh dunia, termasuk di Asia. a. Senyawa & struktur kimia Brugmansia kaya akan scolopamine dan beberapa senyawa tropan alkoloid lainnya Hiosin hidrobromida atau dikenal dengan istilah lain Skopolamin hidrobromida (atau Scopolamine hydrobromide dalam bahasa inggris) adalah alkaloid tropana berupa garam hidrobromida yang berasal dari famili Solanaceae. Tanaman penghasil Hiosin hidrobromida khususnya berasal dari tanaman alami Henbane (Hyoscyamus niger) dan Belladona (Atropa belladonna). Hiosin hidrobromida merupakan pencampuran reaksi antara Skopolamin dengan Hidrogen bromida.



Alkaloid tropane adalah kelas bicyclic alkaloid dan metabolit sekunder yang mengandung tropane ring di mereka struktur kimia . Alkaloid tropana terjadi secara alami di banyak anggota tanaman keluarga Solanaceae . Alkaloid tropane tertentu seperti kokain dan skopolamin keduanya terkenal karena efek psikoaktifnya, penggunaan terkait dan asosiasi budaya. Alkaloid tropane tertentu seperti ini memiliki sifat farmakologis dan dapat bertindak sebagai antikolinergik atau stimulan .



b. Efek toksisitas Efek dari mengonsumsi tanaman ini adalah membuat otot halus lumpuh, membuat bingung, mulut kering, diare, migrain, berhalusinasi secara visual maupun pendengaran, hingga kematian. Dalam sebuah jurnal patologi, efek halusinasi dari Brugmansia ini kemudian dijelaskan lebih seperti “mengerikan daripada menyenangkan”. Tanaman Brugmansia tumbuh dengan mudah di tanah yang lembap dan berdrainase yang baik. Tanaman ini pun membutuhkan sinar matahari yang cukup. Brugmansia juga tumbuh dengan baik di kawasan yang udaranya tidak dalam suhu beku. Tanaman ini dapat dengan mudah diperbanyak dengan cara stek ujung rantingnya. Itulah beberapa hal mengenai Angel’s Trumpet atau Brugmansia yang mematikan. Tanaman ini memanglah indah, namun sebaiknya manusia menghindarkan dirinya dari mengonsumsi tanaman yang menarik perhatian ini



9. Oleander



Oleander merupakan tanaman yang populeri di negara Amerika Serikat. Tanaman yang indah ini biasanya dapat ditemukan di pekarangan sekolah, taman bermain, hingga perkebunan. Di balik parasnya yang indah, ternyata tanaman ini merupakan salah satu tanaman yang paling mematikan di dunia. Oleander mengandung cardiac glycosides yang dapat menurunkan kontraksi jantung dalam jangka panjang. Jika kamu memakan daunnya, kamu dapat teracuni dengan beberapa gejala seperti diare, muntah, a. Senyawa & struktur



cardiac glycosides / Glikosida jantung adalah kelas senyawa organik yang meningkatkan kekuatan output jantung dan menurunkan laju kontraksi dengan menghambat pompa natrium-kalium ATPase seluler . Penggunaan medis mereka yang bermanfaat adalah sebagai pengobatan untuk gagal jantung kongestif dan aritmia jantung ; namun, toksisitas relatifnya mencegahnya digunakan secara luas.Paling sering ditemukan sebagai metabolit sekunder di beberapa tanaman seperti tanaman foxglove , senyawa ini tetap memiliki beragam efek biokimia mengenai fungsi sel jantung dan juga telah disarankan untuk digunakan dalam pengobatan kanker. Sejak zaman kuno, manusia telah menggunakan tanaman yang mengandung glikosida jantung dan ekstrak kasarnya sebagai pelapis panah, bantuan pembunuhan atau bunuh diri, racun tikus, tonik jantung, diuretik dan emetik, terutama karena sifat racun dari senyawa ini. Jadi, meskipun glikosida jantung telah digunakan untuk fungsi pengobatannya, toksisitasnya juga harus dikenali. Sebagai contoh, pada tahun 2008 pusat racun AS melaporkan 2.632 kasus keracunan digoxin, dan 17 kasus kematian terkait digoxin. b. Efek toksisitas Karena glikosida jantung mempengaruhi sistem kardiovaskular, neurologis, dan gastrointestinal, ketiga sistem ini dapat digunakan untuk menentukan efek toksisitas. Efek senyawa ini pada sistem kardiovaskular menimbulkan kekhawatiran, karena mereka dapat secara langsung mempengaruhi fungsi jantung melalui efek inotropik dan kronotropiknya. Dalam hal aktivitas inotropik, dosis glikosida jantung yang berlebihan menghasilkan kontraksi jantung dengan kekuatan yang lebih besar, karena kalsium lebih lanjut dilepaskan dari SR sel otot jantung. Toksisitas juga mengakibatkan perubahan aktivitas kronotropik jantung, yang mengakibatkan berbagai jenis disritmia dan takikardia ventrikel yang berpotensi fatal..



10.



Kacang Merah (Phaseolus Vulgaris)



Racun alami yang dikandung oleh kacang merah disebut fitohemaglutinin (phytohaemagglutinin), yang termasuk golongan lektin. Keracunan makanan oleh racun ini biasanya disebabkan karena konsumsi kacang merah dalam keadaan mentah atau yang dimasak kurang sempurna. Gejala keracunan yang ditimbulkan antara lain adalah mual, muntah, dan nyeri perut yang diikuti oleh diare. Telah dilaporkan bahwa pemasakan yang kurang sempurna dapat meningkatkan toksisitas sehingga jenis pangan ini menjadi lebih toksik daripada jika dimakan mentah. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya keracunan akibat konsumsi kacang merah, sebaiknya kacang merah mentah



direndam dalam air bersih selama minimal 5 jam, air rendamannya dibuang lalu direbus dalam air bersih sampai mendidih selama 10 menit, lalu didiamkan selama 45-60 menit sampai teksturnya lembut.



2.2 HEWAN Seperti racun tanaman, racun hewan terdiri dari beragam struktur dan modus tindakan Sebuah contoh sederhana dan terkenal adalah asam formiat yang ditemukan pada semut (nama ini berasal dari kata Latin, formika, untuk semut). Racun hewan sering campuran protein kompleks.Sebagian besar dari kita menderita racun hewan di beberapawaktu dalam kehidupan kita bahkan jika itu hanya sengatan lebah waspor. Namun, di beberapa negara kematian dan penyakit akibat racun hewan merupakan proporsipenting kasus keracunan dan penyebab signifikan penyakit dan kematian.Dalam penggolongan permulaan ini meliputi bisa-bisa dan toxin-toxin yang dihasilkan didalam organ-organ khusus dari ular, laba-laba dan binatang-biatang laut. Penggolongan modern yang didasarkan atas pendekatan ini akan melibatkan organisme-organisme laut karena racun ikan seperti toxin ciquatera BERIKUT 10 HEWAN YANG BERACUN BESERTA SENYAWA & STRUKTUR DAN EFEK TOKSISITAS



1. DeathStalker scorpion



Deathstalker (Leiurus quinquestriatus) adalah spesies kalajengking juga dikenal sebagai Palestina kalajengking kuning, kalajengking kuning Israel, Omdurman kalajengking, Naqab gurun kalajengking. Terlihat di bawah cahaya hitam di sini. Stalker Scorpion banyak ditemukan di daerah Afrika Utara dan Timur Tengah Ada yang menganggap sengatan kalajengking relatif tidak berbahaya,hanya menyebabkan efek lokal saja Namun jenis Stalker Scorpion memiliki racun neurotoksin yang sangat kuat pada ujung ekornya.



a. Senyawa & struktur kimia Scorpion memiliki racun neurotoksin yang sangat kuat pada ujung ekornya. Chlorotoxin (Cltx) adalah senyawa aktif yang ditemukan di racun kalajengking.Memiliki kemampuan untukmenghambat konduktansi saluran klorida. Terkena Cltx dalam dosis yang banyak dapat mengakibatkan kelumpuhan melalui gangguan saluran ion. Mirip dengan toksin botulinum, Cltx telah terbukti memiliki



nilai terapeutik yang signifikan. Bukti menunjukkan bahwa Cltx dapat menghambat kemampuan untuk glioma. Empat racun utama yang dikeluarkan oleh sengatan kalajengking deathstalker pada korbannya adalah sebagai berikut : Scyllatoxin



dinamai monster laut mitologi Yunani Scylla, bekerja dengan menghalangi konduktansi kecil Ca 2+ -aktif K +



Klorotoksin



terdiri dari peptida asam amino 36, yang menyebabkan penyumbatan konduktansi kecil yang ditemukan di saluran klorida. Ini adalah subjek penelitian dalam memerangi tumor, terutama otak.



Charybdotoxin



diketahui memblokir saluran kalium yang diaktifkan kalsium dan dapat memicu hiperrangsangan saraf. Ini terdiri dari 37 asam amino neurotoksin yang ditemukan dalam sengatan penguntit kematian. Itu juga dinamai monster laut dari mitologi Yunani, Charybdis.



Agitoxins



Ada tiga jenis agitoksin dalam racun, yang semuanya membawa 38 zat asam amino yang kuat.



b. Efek toksisitas Sengatan Deathstalker dikenal sangat menyakitkan, dan begitu racunnya menembus kulit manusia, bisa menyebabkan mual, muntah, sakit kepala, diare, dan kram perut, serta pembengkakan yang terlihat di tempat sengatan. Korban yang lebih rentan, anak-anak dan orang tua, juga dapat mengalami kejang dan retensi cairan di paru-paru. Untuk orang-orang seperti itu, kematian bisa datang melalui kolaps jantung dan pernapasan.



2.



Ubur ubur jellyfish



Penghargaan ‘Binatang paling beracun di dunia’ sementara ini masih dipegang oleh ubur-ubur Jellyfish. Sejak tahun 1954, sudah tercatat angkat kematian sedikitnya 5.567 orang akibat terkena racunnya. Jellyfish banyak ditemukan di perairan Asia dan Australia. a. Senyawa & struktur kimia Ubur-ubur memiliki alat penyengat berupa tentakel yaitu sebagai alat pertahanan diri dalam keadaan terancam. Tentakel ubur-ubur dilengkapi dengan nematocyst yang mengandung racun sehingga menimbulkan berbagai efek saat ubur-ubur menyengat. Racun yang dihasilkan nematocyst ubur-ubur adalah campuran kompleks protein yang mengandung bradikinine, hemolysine, serotonine, histamine, prostaglandine, adenosine triphosphatase, nucleotidas, fibrinolysin, RNAse, DNAse, dermatoneurotoksin, kardiotoksin, neurotoksin, miotoksin, dan protein antigen. b. Efek toksisitas Sengatan ubur-ubur dapat menyebabkan gejala reaksi lokal dan reaksi sistemik pada manusia. Sengatan ubur-ubur dapat menimbulkan gangguan jantung dan paru serta syok anafilaktik hingga kematian. Selain itu, gejala kematian yang terjadi pada hewan coba mencit yang diinduksi racun ubur-ubur adalah terjadi peningkatan aktivitas, iritasi lokal pada bagian tempat injeksi, ataksia, penurunan tonus otot, dan flaccid paralysis sampai akhirnya kejang-kejang sebelum mengalami kematian. Racun ubur-ubur juga memiliki potensi yang menyebabkan terjadinya hemolisis karena memiliki komponen hemolisin yang mengganggu transpor ion membran plasma dan menyebabkan penurunan tekanan osmotik plasma yang menyebabkan eritrosit mudah pecah atau lisis.



3.



Ikan buntal



ikan ini adalah salah satu ikan paling beracun di dunia. Ikan buntal paling banyak berenang di perairan Jepang, Cina, dan Filipina dan Meksiko. Meski berbisa, ikan buntal dapat dimakan bila disajikan dengan mengikuti langkah keamanan pangan yang benar. ikan ini memiliki racun yangsangat mematikan, racun ini bahkan tidak dapat hilang walaupun ikan ini sudah di masak, di Jepang hanya sedikit pembuat sushi yang memiliki ijin untuk menyajikan ikan ini direstoran-restoran, di karenakan di butuhkan teknik memotong ikan ini dikenal dengan masakan ikan "Fugu". a. Senyawa & strukur kimia Kulit, jaringan otot, hati, dan gonad (kelenjar kelamin) ikan buntal semuanya mengandung racun yang disebut tetrodoxin. Racun pada ikan ini di kenal sebagai tetrodotoxin (TTX).Tetrodotoxin adalah racun saraf yang sangat kuat, mematikan pada dosis sekitar 10 G kg/ 1 berat badan. Efek awalan dalah kesemutan di mulut diikuti dalam 10-45 menit dengan otot inkoordinasi b. Efek toksisitas Jika kurang beruntung saat mengonsumsinya, kamu akan mengalami sensasi geli, rasa terbakar di mulut, mual, sakit kepala, dan masalah bicara hingga koordinasi. Sementara itu, jika menelan terlalu banyak, kamu akan mengalami kejang, kelumpuhan, aritmia jantung dan kematian.



4. Laba-Laba Fiddleback



Walaupun hanya memiliki ukuran 1/2 inch (1,27 cm) namun labalaba ini dapat di katakan sebagai laba-laba paling beracun di dunia. Gigitan oleh laba-laba ini pada umumnya tidak terasa sakit, namun setelah 8 jam maka korban akan berada dalam kondisi kesakitan maupun sekarat. Gigitannya pada umumnya menyebabkan muntah-muntah, pembengkakan dan nekrosis (Kematian SeL ) 5. ular Diamondback



Ular berbisa diamondback timur ( Crotalus adamanteus ) adalah ular berbisa terberat di Amerika Utara. Hal ini mudah dikenali dari pola sisik berbentuk berlian di punggungnya. Diamondback adalah jenis ular berbisa terbesar dan ular berbisa terberat. Rata-rata orang dewasa berukuran panjang 3,5 sampai 5,5 kaki dan berat 5,1 pon. Namun, orang dewasa bisa menjadi jauh lebih besar. Satu spesimen yang dibunuh pada tahun 1946 memiliki panjang 7,8 kaki dan berat 34 pon. Laki-laki cenderung lebih besar dari perempuan. Kulit ular berbisa punggung berlian dihargai karena polanya yang indah. Spesies ini memiliki reputasi sebagai ular berbisa paling berbahaya di Amerika Utara, dengan tingkat kematian akibat gigitan berkisar antara 10-30% (tergantung sumber). Gigitan rata-rata dapat menghasilkan 400-450 miligram racun, dengan perkiraan dosis mematikan manusia hanya 100-150 miligram. The racun mengandung senyawa yang disebut crotolase bahwa pembekuan fibrinogen, akhirnya mengurangi platelet count dan pecah sel darah merah. Komponen racun lainnya adalah neuropeptida yang dapat menyebabkan serangan jantung. Racun ini menyebabkan pendarahan di tempat gigitan, pembengkakan dan perubahan



warna, nyeri hebat, nekrosis jaringan, dan tekanan darah rendah. Dua antivenom yang efektif telah dikembangkan, tetapi salah satunya tidak lagi diproduksi.



6. Katak beracun( Katak corroboree)



Katak corroboree terdiri dari dua spesies, yaitu Pseudophryne corroboree dan Pseudophryne pengilleyi. Katak ini memiliki kemampuan menghasilkan racun sendiri dan bukan berasal dari sumber makanan tertentu seperti katak beracun lainnya di dunia.Kedua katak tersebut berasal dari Southern Tablelands, Australia. a. Senyawa & strukur kimIa



Hewan amfibi beracun ini mampu menghasilkan alkaloid sebagai racun pertahanan diri dan melindungi kulit dari mikroba. Jika racun katak ini masuk ke tubuh pemangsa akan sangat mematikan. Katak Corroboree adalah vertebrata pertama yang ditemui yang mampu menghasilkan alkaloid beracun mereka sendiri, berbanding memperolehnya melalui diet seperti katak lain. Alkaloid dirembeskan dari kulit sebagai pertahanan terhadap pemangsa, dan berpotensi melawan jangkitan kulit oleh mikroba. Ia telah digambarkan berpotensi mematikan mamalia jika tertelan. Alkaloid unik yang dihasilkan telah diberi nama pseudo-phrynamine. - https://ms.wikiwagsdisposables.com/744098corroboree-frog-EDILIK b. Efek toksisitas Katak ini dapat membunuh dan memangsa para predator yang mengabaikan warna terang mereka sebagai peringatan , menyebabkan pembengkakakan dan sensasi bakar



7. Laba-laba pengembara brasil (Phoneutria)



laba-laba pengembara Brasil (Brazilian wandering spiders), yang nama Latinnya Phoneutria, adalah genus laba-laba berbisa dari keluarga Ctenidae yang berpotensi menimbulkan masalah bagi kesehatan manusia. Laba-laba ini umumnya ditemukan di Amerika Selatan tropis, dan sangat jarang menemukan laba-laba ini di luar habitat alami mereka di Amerika Selatan. Dilansir Independent, hewan tersebut tinggal di hutan Kosta Rika, Columbia, Peru, Brazil, dan Paraguay dan mendapatkan nama mereka dari kebiasaan bergerak melintasi lantai hutan pada malam hari untuk mencari makanan. a. Senyawa & strukur kimia



Guinness Book of World Records menamakannya laba-laba paling berbisa di dunia karena memiliki racun neurotoksik yang paling aktif dari laba-laba hidup mana pun. Senyawanya disebut phtx3 phoneutria nigriventer toxin b. Efek toksisitas Toksin PhTx3 menyebabkan rasa sakit yang luar biasa, pembengkakan, kelumpuhan, kerusakan sel kulit, komplikasi pernapasan yang fatal, serangan jantung, dan ereksi yang menyakitkan (priapism) pada pria yang berlangsung hingga empat jam.Bahkan korban gigitan laba-laba pengembara Brasil dilaporkan bisa terbunuh dalam waktu satu jam.Biasanya korban adalah anak-anak di bawah usia tujuh tahun.



8. Ular laut belcher



Ular laut belcher adalah ular paling berbisa, bukan hanya di laut, melainkan di dunia. Ya, bahkan kemampuan membunuh ular taipan pedalaman masih kalah jauh jika dibandingkan dengan ular belcher.Seperti ditulis dalam laman Britannica, ada beberapa jenis spesies ular laut dan beberapa di antaranya memang sangat berbisa. Ular laut belcher adalah salah satunya. Ia memang berasal dari famili Elapidae atau kobra. a. Senyawa strukur kimia & efek toksisitas Satu tetes bisa ular belcher dapat membunuh 1.800 orang karena kandungan bisanya terdiri dari neurotoksin kuat dan miotoksin. Gejala utama dari orang yang terkena bisa belcher adalah perdarahan hebat dan gagal napas.Namun, karena habitatnya jauh dari manusia, tidak ada laporan kematian akibat gigitan ular ini. Selain itu, sifat ular ini sangat pemalu dan cenderung menghindari konfrontasi.



9. Siput kerucut



a. Senyawa & strukur



kimia



Conotoxin mewakili kategori racun yang dihasilkan oleh siput kerucut yang hidup di laut, dan mampumenghambat aktivitas sejumlah saluran ion seperti kalsium, natrium, kalium atau saluran. Dalam banyak kasus,racun yang dikeluarkan oleh berbagai jenis siput kerucut mencakup berbagai jenis conotoxins, yang mungkin khusus untuk saluran ion yang berbeda, b. Efek toksisitas sehingga menciptakan racun yang mampu meluas gangguan fungsi saraf. Salah satu bentuk unik conotoxins, ω-conotoxin (. ω-CgTx) sangat spesifik untuk saluran Ca dan telah menunjukkan kegunaan dalam mengisolasi racun dari sistem. Secara signifikan, ω-CgTx mampu mengikat dan menghambat saluran kalsium yang terletak di membran neuron tapi bukan dari sel-sel otot .



10.



Madu racun lebah



a. Senyawa strukur kimia& efek toksisitas Apitoxin atau madu racun lebah, adalah cairan tak berwarna dan pahit.Bagian aktif dari racun adalah campuran kompleks protein, yang menyebabkan peradangan lokal dan bertindak sebagai antikoagulan. Racun ini diproduksi dalam perut lebah pekerja dari campuran sekresi asam dan basa.Apitoxin bersifat asam (pH 4,5-5,5). Sebuah lebah madu dapat menyuntikkan 0,1 mg racun melalui penyengat nya. Apitoxin mirip dengan jelatang toksin. Diperkirakan bahwa 1% dari populasi alergi terhadap sengatan lebah. Racun lebah terapi digunakan oleh beberapa sebagai pengobatan untuk rematik dan penyakit sendi karena antikoagulan dan sifat anti-inflamasi. Hal ini juga digunakan untuk menurunkan rasa mudah terpengaruh orang alergi terhadap sengatan serangga.



Bab 3 Penutup A, kesimpulan Toksikologi adalah pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh bahan kimia yang merugikan bagi organisme hidup. Dari definisi diatas, jelas terlihat bahwa dalam Toksikologi terdapat unsur-unsur yang saling berinteraksidengan suatu cara-cara tertentu



untuk menimbulkan respon pada system biologi yang dapat menimbulkan kerusakan pada system biologi tersebut. Bapak Toksikologi, Paracelsus, menyatakan bahwa: Segala sesuatu adalah racun dan tidak ada yang tanpa racun. Hanya dosis yang membuat sesuatu menjadi bukan racun (Dosis solum facit venum). Istilah racun bersinonim dengan kata toksin dan bisa, namun memiliki definisi yang berbeda antara yang satu dengan lainnya. Kata "toksin" didefinisi sebagai racun yang dihasilkan dari proses biologi, atau sering disebut sebagai biotoksin.



B. SARAN Setelah memahami materi ini secara mendalam, saya harapkan pembaca dapat mengerti dan menambah ilmu serta wawasannya. Semoga tulisan yang saya buat ini dapat membantu pembaca dalam menyelesaikan tugas atau materi yang bersangkutan dengan pokok bahasan senyawa dan struktur racun biotis pada hewan dan tumbuhan Apabila ada kekurangan dari penulisan makalah yang ini, harap pembaca dapat memakluminya.



Daftar pustaka Conant, R. dan JT Collins. A Field Guide to Reptiles and Amphibians: Eastern and Central North America (3rd ed.), 1991. Houghton Mifflin Company, Boston, Massachusetts. Ernst, CH dan RW Barbour. Ular dari Amerika Utara bagian Timur . George Mason University Press, Fairfax, Virginia, 1989. Hammerson, GA Crotalus adamanteus . Daftar Merah Spesies Terancam IUCN 2007: e.T64308A12762249. doi: 10.2305 / IUCN.UK.2007.RLTS.T64308A12762249.en



Hasiba, U .; Rosenbach, LM; Rockwell, D .; Lewis JH "Sindrom mirip DIC setelah envenomasi oleh ular Crotalus horridus horridus." Jurnal Kedokteran New England . 292: 505–507, 1975. McDiarmid, RW; Campbell, JA; Touré, T. Spesies Ular Dunia: Referensi Taksonomi dan Geografis , Volume 1, 1999. Washington, District of Columbia. Liga Herpetologis. 511 hlm. ISBN 1-893777-00-6 Jürgen Müller: Die Konstitutionserforschung der Alkaloide: Die Pyridin - Piperidin- Gruppe. Deutscher Apotheker Verlag (1998), ISBN 3-7692-0899-4 Eberhard Breitmaier: Alkaloide. Betäubungsmittel, Halluzinogene und andere Wirkstoffe, Leitstrukturen aus der Natur. B.G. Teubner Verlag (2002), ISBN 3-519-13542-6 Waltraud Stammel, Helmut Thomas: Endogene Alkaloide in Säugetieren. Ein Beitrag zur Pharmakologie von körpereigenen Neurotoxinen. In: Naturwissenschaftliche Rundschau. 60(3), S. 117–124 (2007), ISSN 0028-1050 Terlau H, Olivera BM (2004). "Conus venoms: a rich source of novel ion channel-targeted peptides". Physiol. Rev. 84 (1): 41–68. doi:10.1152/physrev.00020.2003. PMID  14715910. Olivera BM, Teichert RW (2007). "Diversity of the neurotoxic Conus peptides: a model for concerted pharmacological discovery". Molecular Interventions. 7 (5): 251–60. doi:10.1124/mi.7.5.7. PMID  17932414. "Archived copy" (PDF). Archived (PDF) from the original on 2017-08-29. Retrieved 2017-03-31. Olivera BM, Watkins M, Bandyopadhyay P, Imperial JS, de la Cotera EP, Aguilar MB, Vera EL, Concepcion GP, Lluisma A (September 2012). "Adaptive radiation of venomous marine snail lineages and the accelerated evolution of venom peptide genes". Ann. N. Y. Acad. Sci. 1267 (1): 61–70. Czarnetzki, B. M.; Thiele, T.; Rosenbach, T. (February 1990). "Evidence for leukotrienes in animal venoms". Journal of Allergy and Clinical Immunology. 85 (2): 505–509. doi:10.1016/0091-6749(90)90162W. PMID  1968071. Meier J, White J (1995). Clinical toxicology of animal venoms and poisons. CRC Press, Inc. ISBN  0-84934489-1. Aufschnaiter, Andreas; Kohler, Verena; Khalifa, Shaden; Abd El-Wahed, Aida; Du, Ming; El-Seedi, Hesham; Büttner, Sabrina (2020-01-21). "Apitoxin and Its Components against Cancer, Neurodegeneration and Rheumatoid Arthritis: Limitations and Possibilities". Toxins. 12 (2): 66. doi:10.3390/toxins12020066. ISSN  2072-6651. PMC  7076873. PMID  31973181.