Makalah Uji Validitas Tes [PDF]

  • Author / Uploaded
  • reno
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

UJI VALIDITAS TES Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Makalah Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran



Dosen Pengampu : Herni Irmayani, M.Pd.



Disusun Oleh: Kelompok 1 1. Reno Triyanto



(1830201194)



2. Riana Lutfi N



(1830201195)



3. Nurlaini



(1830201185)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG 2020



KATA PENGANTAR



Puja dan puji syukur selalu kami haturkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya,



sehingga



kami



Evaluasi



dapat



menyelesaikan



penyusunan



makalah



mata kuliah



Pembelajaran. Teriring ucapan terima kasih kepada ibu Herni Irmayani, M.Pd. selaku Dosen Pengampu kami dalam pembelajaran mata kuliah Evaluasi Pembelajaran, juga yang telah memberikan bantuan serta motivasi kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik serta saran yang bersifat membangun guna perbaikan dan peningkatan kualitas makalah di masa yang akan datang dari pembaca adalah sangat berharga bagi kami. Demikian makalah ini kami susun, semoga bisa bermanfaat bagi kita semua serta menjadi tambahan referensi bagi penyusunan makalah dengan tema yang senada di waktu yang akan datang.



Palembang, 20 Maret 2020



Penyusun



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii DAFTAR ISI ............................................................................…..................… iii BAB I PENDAHULUAN ..............................................................….......…… 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................…... 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................… 1 C . Tujuan Penulisan .......................................................................….. 1 BAB II PEMBAHASAN ........................................................................…...... 2 A. Pengertian Validitas ………….…………..…................................... 2 1. Validitas Isi .………………………………………….………….. 3 2. Validitas Bangun Pengertian ………………………………….… 11 3. Validitas Empirik ……………………………………….……….. 12 a. Validitas Ramalan ………………………………………..…… 13 b. Skala Penilaian (Ranting Scale) …………………………..….. 13 B. Uji Validitas Butir Soal …………..………….................................. 14 BAB III PENUTUP ............................................................................................ 16 A. Kesimpulan ....................................................................................... 16 B. Saran....................................................................................... .......... 16 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 17



iii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Evaluasi memiliki arti penting dalam kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh seorang guru. Diantara tujuan dari evaluasi adalah untuk menilai ketercapaian tujuan pendidikan oleh anak didik, sarana untuk mengetahui apa yang telah anak didik ketahui dalam kegiatan belajar mengajar, dan memotivasi anak didik. Untuk mengevaluasi hasil belajar dan proses belajar siswa, seorang guru menggunakan berbagai macam alat atau instrumen evaluasi seperti tes tertulis, tes lisan, ceklis-observasi, angket-wawancara, dan dokumentasi. Keberhasilan mengungkap hasil dan proses belajar ini sebagaimana adanya (objektivitas hasil penilaian) sangat bergantung pada kualitas alat penilainya, di samping itu juga yang tidak kalah pentingnya tergantung pada cara pelaksanaannya. Suatu alat penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila alat tersebut memiliki atau memenuhi dua hal, yaitu validitas (ketepatan) dan reliabilitas (ketetapan atau keajegan) alat tes terjamin kualitasnya. B. Rumusan Masalah Dalam makalah ini agar lebih mudah untuk dipahami maka penulis berupaya untuk memberikan batasan hingga dapat dimengerti dengan jelas isi makalah ini sendiri secara baik dengan rumusan sebagai berikut: 1. Apa pengertian validitas tes? 2. Bagaimana uji validitas butir soal? C. Tujuan Penulisan Dalam menyusun makalah ini mempunyai beberapa tujuan, yaitu: 1. Untuk mengetahui apa pengertian validitas tes. 2. Untuk mengetahui bagaimana uji validitas butir soal. 1



BAB II PEMBAHASAN



A. Pengertian Validitas Dalam menjelaskan pengertian dan definisi validitas, ada beberapa istilah bahsa menjelaskan tentang pengertian valid. Ada yang mengistilahkan valid dengan sahih, sehingga kevalidan disamakan dengan kiesahihan. Ada juga yang mengistilahkan valid dengan tepat,sehingga kevalitan sama dengan ketepatan. Ada pula yang mengistilahkan valid deengan cermat sehngga kevalidan sama dengan keceermatan.



Untuk memahami pengertian valid, berikut



beberapa



pendapat para ahli dalam memberikan definisi. Pengertian validitas menurut Lewis R Aiken (1997), mengatakan validity of a test has been difined as the extent to which the test measures what it was disegned to measure. Djalii dan Pudji Muljono (2008) mengutip dari Cureton,bahwa “ the essential question pof test validity is how well a test does the job it is employed to d”. Budi Susetyo (2011), mengutip dari Stisno Hadi, “kesahihan dibatasi sebagi tingkat kemampuan suatu instrumen untuk mengungkap sesuatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran. Anastasi dan Urbina (1997), validitas berhubungan dengan apakah tes mengukur apa yang mesti diukurnya dan seberapa baik d8a melakukannya. Dari beberapa pendapat diatas dapat diberikan pengertian bahwa; 1) pertama validitas berkaitan dengan pengukuran, 2) validitas memberikan informasi berkaitan dengan tujuan, 3) validitas berkaitan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur, sehingga betul-betul mengukur apa yang seharusnya diukur. Sebagai contoh, seorang guru ingin mengukur kemampuan siswa daloam kemampuan fisika. Kemudian siswa diberikan soal dengan kialimat yang panjang dan berbelit-belit sehingga sukar ditangkap maknanya. Akhirnya siswa tidak dapat menjawab bukian karena ketidakmampuan siswa tersebut lebih diakibatkan karena tidak mmemahami pertanyaan jkarena panjang nya soal. 2



Djalli dan Pudji Mulyono (2011) mengatakan bahwa ada tiga jenis validitas yang sering digunakan dalam penyusunan istrumen, yakni validitas isi, validitas bangun, pengertian dan empiris. 1. Validitas isi Menurut Gregory dikutip dari Djalii dan Pudji Mulyono (2011), validitas ini menunjukan sejauhmana pertanyaan, tugas atau butir dalam suatu tes atau istrumen mempu mewakili secara keseluruhan proporsional perilaku sampel yang dikenali tes tersebut. Anas Sudjiono (2011) mengatakan bahwa validitas isi adalah validitas yang diperoleh setelah melakukan penganalisan, penelusuaran atau pengujian terhadap isi yang dikandung dalam tes hasil belajar t6ersebut.ciri khas validitas isi adalah validitas ini mendasarkan pada analisis logika, tidak dihitung secara statistik. Dibawah ini beberapa format untuk analisis isi a) Format dikotomi dengan cocok = 1 dan tidak cocok = 0 Nama penilaian: 1........................................... : 2........................................... Bidang studi :............................................... Semester :



1 2 3 4 5 Jumlah cocok Jumlah tidak cocok



1 1 1 1 0 1



2 0 0 0 0 1



Butir 3 0 1 1 1 0



4 1 1 1 1 1



5 1 0 0 0 0



1



4



2



0



3



1



4



2



0



3



3



B). Format dikotomi dengan tanda ceklist. Nama penilai : : Bidang studi : Semester Butir



: Penilai I Tidak cocok



Cocok



1 2 3 4 5



v v



Penilai II cocok Tidak cocok v v v



v v



v



v v



c). Format dengan tiga kategori cocok, ragu, dan tidak cocok nama penilai : 1 :2 Bidang studii : Semester Butir 1 2 3 4 5



cocok v v v



: Penilai I Ragu



v



Tidak Cocok



Cocok v v



v



4



Penilai II Ragu



v v



Tidak cocok



v



Sebelum uji validitas butir soal dibawah ini, bacalah petunjuk sebagai berikut: 1. Analisis setiap butir soal berdasarkan semua kriteria yang tertera didalam format 2. Berilah tanda cek (v) pada kolom “Ya” bila soal yang ditelaah sudah sesuai dengan kriteria 3. Berilah tanda cek (v) pada kolom “Tidak” bila soal yang ditelaah tidak sesuai dengan kriteria, kemudian tuliskan alasan pada ruang catatan atau pada tek soal dan perbaikannya.



a. Format validitas tes subjektif uraian FORMAT PENELAAHAN BUTIR SOAL BENTUK URAIAN Mata Pelajaran



:



Kelas semester



:



No



Aspek yang ditelaah



A 1



Materi Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes tertulis untuk bentuk uraian) Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sudah sesuai Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi (urgensi, relevansi, kontinyuitas, keterpakaian seharihari tinggi) Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenjang jenis sekolah atau



2



3



4



1



2



5



3



Nomor soal 4 5 6



7



8



9



B 5



6 7 8



C 9 10 11



12



tingakat kelas Konstruksi Menggunakan kata tanya atau perintah yang mjenuntut jawaban uraian Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal Ada pedoman penskorannya Tabel, gambar, grafik peta, atau yang sejenisnyadisajikan dengan jelas dan terbaca Bahasa / Budaya Rumusan kalimat Butir soal menggunakan bahasa indonesia yang baku Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran gandaatau salah pengertian Tidak menggunakan bahsa yang berlaku setempat/tabu Pencelaah



:



b................. Format Validitas Pilihan Ganda FORMAT PENELAAHAN SOAL BENTUK PILIHAN GANDA Mata pelajaran:......... Kelas/ semester:......... Penelaah:....................



6



no



Aspek yang ditelaah



A. 1



Materi Soal sesuai demgan indikator(menurut tes tertulis untuk bentuk pilihan ganda) Materi yang ditanyakan sesuai dengan kopetensi(urgensi,relevansi,kontinyuitas,keterp akaian sehari-hari tinggi) Plihan jawaban homogen dan logis Hanya ada satu kunci jawaban Kostruksi Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas, dan tegas. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan pernyataan yang diperlukan Pokok soal tidak memberi petunjuk kunci jawaban Pokok soal bebas dan peryataan yang bersifat negatif ganda Pilihan jawaban homogen dan logis ditinjau dari segi materi Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya jelas dan berfungsi Panjang pilihan jawaban relatif sama Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan” semua njawaban diatas salah/ benar “ dan sejenisnya Pilihan jawaban yaqng berbentuk angka/ waktu disusun berdasarkan urutan besar kecilnya ngka atau kronologisnya Butiran soal tidak tergantung pada jawaban soal sebelunya Bahasa atau Budaya Menggunakan bahsa yang sesuai dengan kaidah bahasa indonesia Menggunakan bahasa yang komunikatif Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu Pilihan jawaban tidak mengulang kata/ kelompok kata yang sama, kecuali merupakan satu kresatuan pengertian.



2 3 4 B 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 C 15 16 17 18



7



1



2



Nomor soal 3 4 5



...



c.Format Penelaahaan untuk Instrumen Perbuatan



Format penelaahan soal tes perbuatan Mata pelajaran : Kelas/ semester: Penelaahan: No A. 1.



2. 3.



4.



B.



5.



Aspek yang ditelaah Materi Soal sudah sesuai dengan indikator( menur ut tes pembuatan: kinerja, hasil, Karya atau penugasan) Pertanyataan dan jawaban yang diharapkan sudah sesuai Materi sesuai dengan tuntutan kompetensi ( urgensi, relevasi, kontinyuitas, keterpakaian sehari-hari tinggi) Isi materi yang tanyakan sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas Konstruksi Menggunakan kata tanya atau perintah yang menurut jawaban perbuatan/ pratik 8



1



2



Nomor soal 3



...



6. 7. 8.



C. 9. 10. 11.



12. 13.



Ada petunjuk yang jelas tentang cara Mengerjakan soal Ada pedoman penskorannya tabel, peta, gambar, grafik, atau sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca Bahasa/ Budaya Rumusan soal komunikatif Butir soal menggunakan bahsa Indonesia yang baku tidak menggunakan kata/ ungkapan Yang menimbulkan penafsiran ganda Atau salah pengertian tidak menggunakn bahsa yang berlakun setempat/ tabu Rumusan soal tidak mengandung kata/ungkapan yang dapat menyinggung perasaan siswa.



9



c. Vormat validitas soal Non-tes FORMAT PENELAAHAN SOAL NON-TES Nama tes



:



Kelas/ semester: Penelaahan



No



:



Aspek yang ditelaah A. 1. 2.



B. 3. 4.



5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.



Materi Pernyataan/soal sudah sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi. Aspek yang diukur pada setiap pernyataan sudah sesuai dengan tuntutan dalam kisikisi ( misal untuk tes sikap: aspek kogunisi, afeksi, atau konasinya dan pernyataan positif atau negatifnya. Konstruksi Pernyataan dirumuskan dengan singakt (tidak melebihi 20 kata) dan jelas. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak relavan objek yang dipersoalkan atau kalimatnya merupakan pernyataan yang diperlukan saja. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang bersifat negatif ganda Kalimatnya bebas dari pernyataan yang menhacu pada masa lalu Kalimatnya bebas dari pernyataan faktual Atau dapat diinterprestasikan sebagai fakta. Kalimatnya bebas dari pernyataan dapatb diinterprestasikan lebih. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mungkin disetujui atau dikosongkan oleh Hampir setiap responden. Setiap pernyataan hanya berisi satu gagasan secara lengkap. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang didak pasti seperti semua, selalu, kadangkadang, tidak satupun, tidak pernah, jangan banyak menggunakan kata hanya, sekedar, semata-mata. 10



Nomor soal 1 2



3



_



C. 12. 13. 14.



Bhasa/ Budaya Bahasa soal harus komuniatif dan sesuai dengan jenjang pendidikan siswa atau Responden. Soal harus menggunakan bahsa Indonesia baku. Soal tidak menggunakan bahsa yang berlaku setempat/baku



2. Validitas bangun pengertian (construct validity) Secara etimologis, kata konstruksi mengandung arti susunan, kerangka atau rekaan.kalimat gedung itu memiliki konstruksi beton bertulang mengandung arti bertulang mengandung arti bahwa batang tubuh dari bangunan tersebut tersususn dari bahan-bahan beton bertulang. Dengan dimikiaj validitas konstruksi dapat diartikan sebagai validitas yang melihat dari segi susunan, kerangka atau rekaanyya ( Anas Sudiyono, 2011). Djalii dan Pudji Mulyono (2011) mengatakan bahwa untuk menentukan validitas konstruk suatu instrumen harus dilakukan melalui proses penelaahan teoritas dari suatu konsep variabel yang hendak kita ukur, mulai dari perumusan konstruk, penentuan dimensi dan indikator , sampai kepada penjaaran dan penulisan butir-butir item istrumen.perumusan konstruk harus berdasarkan sintesisi dari teori-teori mengenai konsep variabel yang hendak diukur melalui proses asanlisi dan komprasi logis dan crmat. Sedangkan dimensi indikator telah dijabarkan nelalui konstruk yang telah dirumuskan dengan emprethatikan hal-hal sebagai berikut: a. Seberapa jauh indikator tersebut meupakan indikator yang tepat dan konstruk yang telah dirumuskan. b. Indikator-indikator dari suatu konstruk harus homogen, konssiten, dan konvergen untuk mengukur konstrk dari variabel yang hendak diukur c. Indkator-indikatoe tersebut harus lengkap untuk mengukur suatu konstruk secara utuh.



11



Menetapkan indikator suatu konsep dapat dilakukan dengan dua cara, yakni (a) menggunakan pemahaman atau logika berfikir atas adasar teori pengetahuan ilmiah adan (b) menggunaa pengalaman empiris , yakni apa yang terjadi dalam keidupan nyata. Contoh: konsep mengenai “ hubungan sosial”, dilihat dari pengalaman, indikatornya empiris adaah berkaitan dari:  Bisa bergaul dengan orang lain  Disenangi atau banyak teman-temanya  Menerima pendapat orang lain  Tidak memaksakan pendapatnya  Bisa bekerjasama dengan siapa pun  Dan lain-lain. Mengukur



indikator-indikator



tersebut,



berarti



mengukur



bangun



pengertian yang dapat dalam konsep hubungan sosial. Contoh lain: konsep sikap dapat dilihat dari indikatornya secra teoretik (deduksi teori) antara lain keterkaitan dari:  Kesediaan menerima stimulus obyek sikap  Kemauan mereaksi stimuls obyek sikap  Menilai stimulus obyek sikap  Menyusun/mengorganisasi obyek sikap  Internalisasi nilai yang ada dalam obyek sikap 3. Validitas empirik Validitas empirik merupakan validitas yang didasarkan pada analisis data empiris yng bersumber atau didapatkan dari pengamatan dilapangan. Suatu tes hasil belajar dapat dikatakan valid secara empirik apabial tes itu diuji dan dianalisa berdasarkan hasil



yang dapat dari lapangan. Validitas uni juga



mengisyaratkan adanya pengguanaan data tes hasil belajar selain data hasil belajar itu sendiri sebagaimana disebutkan bahwa validitas empirik berdasarkan dua kriteria, kriteria internal dan eksternal. 12



Ini berarti untuk dapat dikatakan bahwa tes hasil belajar tersebut valid secara empirik dilakukan dengan dua cara: a. Validitas ramalan ( predictive validity) Validitas ramalan



artinya dikaitakan dengan kriterian tertentu. Dalam



validitas ini yang diutamakan bkan isi tes tapi kriterianya, apakah alat ukur tersebut dapat digunakan untuk meramalkan suatu ciri atau perilaku tertentu atau kriteria tertentu yang diinginkan. Validitas ramalan mengandung dua makna. Pertama validitas jangka pendek, artinya daya ramal alat ukur tersebut hanya untuk masa yang tidak lama. Artinya skor tersebut berkorelasi pada waktu yangsama. Misalnya ketetapan (reliability) terjadi pada semester dua dan belum tentu terjadi pada semester berikutnya. Sedangkan validitaas jangka panjang mengandung makna skor tersebut akan brkorelasi juga dikemudian hari.menginggat



validitas ini lebih



menakankan pada adanya kolrelasi maka faktor yang berhubungan denngan persyaratan terjadinyan korelasi yang harus dipenihi. Faktor tersebut antara lain hubungan dari konsep dan variabel dapat dijelaskan berdasarkan pengetahuan ilmiah, minimal masuk akal, sehat dan tidak mengaada-ada. Faktor lain adalah skor yang dikorelasikan memenuhi linieritas. Ketiga validitas yang dijelaskan diatas idealnya dapat diguankan dalam menyusun instrumen penelitian, minimal dua faliditas, yakni validitas isi dan validitas bangun pengetian. Validitas isi dan bangun pengertian mutlak diperlukan dan bisa diupayakan tanpa melakukan pengujian secara statistika. b. Validitas Bandingan Tes dirasakan valid apabila tes tersebut dalam jangka waktu yang sama menunjukkan adanya



kesamaan hasil antara tes pertama dan tes-tes



berikutnya. Dengan kata lain, tes dikatakan valid jika tes tersebut menunjukkan hasil tes belajar yang sama atau hampir sama antara tes sekarang dengan tes berikutnya. Untuk mengukur tingkat validitas antara tes sekarang dengan tes-tes berikutnya dinamakan uji validitas bandingan. 13



Validitas bandingan juga sering dikenal dengan istilah; validitas sama saat, validitas pengalaman, atau validitas ada sekarang. Anas Sudiono (2011) mengatakan bahwa dalam rangka menguji validitas bandingan, data yang mencermikan pengalaman yang diperolah pada masa lalu itu, kita bandingkan dengan data hasil tes yang diperoleh sekarang ini. Jika hasil tes ini mempunyai hubungan searah dengan hasil berdasarkan pengalaman yang lalu, maka tes yang memiliki karakteristik seperti itu dapat dikatakan telah memiliki validitas bandingan.



B. Uji Validitas Butir Soal Sebagaimana yang diketahui bahwa tes-tes hasil belajar yang disusun dan dibuat oleh seorang guru, dosen atau instruktur, merupakan kumpulan dari kumpulan butir-butir item dengan tujuan untuk mengukur kemampuan dan penguasaan kompetensi siswa dalam kurun waktu tertentu atau sctelah siswa tersebut telah mengikuti proses pebelajaran dalam jangka waktu tertentu pula. Setiap butir item yang dibuat mewakili setiap kompetensi siswa atau dengan kata lain, item butir soal merupakan bagian integral atau tak terpisahkan bagi pencapaian kompetensi siswa melalui tes hasil belajar. Surapranata (2004), mengistilahkan bahwa pentingnya setiap butir item soal pada tes hasil belajar sebagai suatu totalitas dari tes hasil belajar itu sendiri. Ini berarti setiap butir soal yang dibuat mengandung pertanyaan kepada butir itu sendiri. Pertanyaan penting untuk butir soal adalah: 1) apakah sctiap butir soal tersebut sudah baik atau tidak? 2) apakah soal-soal yang dibuat sudah mampu mengukur tingkat penguasaan kompetensi siswa? 3) dengan alat ukur apa kita bisa mengatakan setiap butir itu baik atau tidak? Untuk menjawab ketiga pertanyaan tersebut diperlukan validasi setiap butir item atau dalam istilah pengukuran disebut sebagai validitas butir item.



14



Anas Sudiono (2011) mengatakan bahwa validitas butir item adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item soal, dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut. Djaali dan Pudji Pumomo (2011) mengatakan bahwa validitas butir merupakan validitas internal di mana validitas butir diperlihatkan oleh seberapa jauh hasil Ukur butir tersebut konsisten dengan basil ukur instrumen secara keseluruhan. Oleh karena itu, validitas butir tercermin pada besaran koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total instrumen. Jika koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total instrumen positif dan signifikan, maka butir tersebut dapat dianggap valid berdasarkan ukuran validitas internal, begitu sebaliknya.



15



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Pengertian validitas menurut Lewis R Aiken (1997), mengatakan validity of a test has been difined as the extent to which the test measures what it was disegned to measure. Djalii dan Pudji Muljono (2008) mengutip dari Cureton,bahwa “ the essential question pof test validity is how well a test does the job it is employed to d”. Budi Susetyo (2011), mengutip dari Stisno Hadi, “kesahihan dibatasi sebagi tingkat kemampuan suatu instrumen untuk mengungkap sesuatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran. Anastasi dan Urbina (1997), validitas berhubungan dengan apakah tes mengukur apa yang mesti diukurnya dan seberapa baik d8a melakukannya. Dari beberapa pendapat diatas dapat diberikan pengertian bahwa; 1) pertama validitas berkaitan dengan pengukuran, 2) validitas memberikan informasi berkaitan dengan tujuan, 3) validitas berkaitan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur, sehingga betul-betul mengukur apa yang seharusnya diukur. Sebagai contoh, seorang guru ingin mengukur kemampuan siswa daloam kemampuan fisika. Kemudian siswa diberikan soal dengan kialimat yang panjang dan berbelit-belit sehingga sukar ditangkap maknanya. Akhirnya siswa tidak dapat menjawab bukian karena ketidakmampuan siswa tersebut lebih diakibatkan karena tidak mmemahami pertanyaan jkarena panjang nya soal.



16



DAFTAR PUSTAKA



Ismail, Fajri, 2016. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Palembang: Karya Sukses Mandiri.



17