Makalah Yuniati Ita Lewa Gerd [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ( GERD )



DISUSUN OLEH : NAMA



: YUNIATI ITA LEWA



NIM



:PO5303203200748



TINGKAT : 2 B MATA KULIAH : KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1 DOSEM PEM.



:Ester Radandima, S.Kip,Ns,Mkep



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG PROGRAM STUDI KEPERAWATAN WAINGAPU TA. 2020/2021



KATA PENGANTAR Rasa Syukur yang sedalam - dalamnya kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena hanya dengan rahmat dan petunjuk-Nya lah saya dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Menyadari akan keterbatasan kemampuan saya, maka dalam hal ini kami  mengharap kritik dan saran membangun. Besar harapan saya semoga penulisan makalah ini dapat memenuhi syarat. Mudah-mudahan hasil dari tugas makalah ini dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi kita sekalian, Amin.



Penulis



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ............................................................................................. DAFTAR ISI ........................................................................................................... Bab I Pendahuluan.................................................................................................. A. Latar Belakang ................................................................................................ B. Rumusan Masalah .......................................................................................... C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ Bab II PEMBAHASAN.......................................................................................... A. Apa Pengertian GERD.....................................................................................  B. Apasaja Penyebab terjadinya gerd................................................................... C. Apa Epidemiologi............................................................................................  D. Apa Patofisiologis............................................................................................  Bab III Penutup...................................................................................................... A. Kesimpulan ....................................................................................................  B. Saran .............................................................................................................. Daftar Pustaka ......................................................................................................



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Refluks gastroesofageal (GERD) merupakan gejala atau kerusakan dari mukosa esofagus karena masuknya isi lambung ke dalam esofagus (Cenelli dkk 2011) . Menurut klasifikasi Montreal, GERD adalah keadaan refluksnya isi lambung ke dalam esofagus yang akan menyebabkan gejala yang sangat mengganggu, dengan atau tanpa adanya komplikasi (Vakil 2008). Konsensus Asia Pasifik menyatakan bahwa GERD dapat menyebabkan terjadinya gejala atau komplikasi yang mengganggu dimana menandakan adanya gangguan kualitas hidup pasien (Talley 2008). Kecemasan adalah suatu respon terhadap situasi yang mengancam. Kecemasan diduga dapat menyebabkan terjadinya GERD. Banyak penelitian menyebutkan bahwa kecemasan dapat menyebabkan keluhan dispesia namun belum ada penelitian yang menjelaskan mengenai hubungan antara kecemasan dapat menyebabkan terjadinya GERD. Faktor yang turut berperan dalam timbulnya GERD adalah adanya kelainan lambung salah satu diantaranya adalah pengosongan lambung yang lambat (Makmun 2010). Terjadinya refluks gastroesofageal disebabkan akibat sangat rendahnya atau hilangnya perbedaan tekanan antara LES (Lower Esophageal. Spincter) dengan laring, karena penurunan dari kekuatan otot LES yang terkadang tidak diketahui penyebabnya (Mahdi 2008). Prevelensi GERD di Asia termasuk Indonesia lebih rendah dengan presentase 5% pada tahun 1997, namun data terakhir didapatkan peningkatan mencapai 13,13% per tahun akibat adanya perubahan gaya hidup, seperti merokok dan obesitas (Talley 2008). Data dari Amerika Serikat menunjukan satu diantara lima orang dewasa mengalami refluks esofageal, serta lebih dari 40% mengalami gejala refluks esofageal sekurangnya sekali dalam satu bulan (Sontag



2009).



dipengaruhi



Sekitar



karena



50%



adanya



pasien



faktor



GERD



bersifat



simptomatik



psikososial



(Perdue



2008).



dan



Gangguan



kecemasan dialami 2-4 setiap kehidupan ((Hawari 2011). Di Amerika Serikat, 40 juta orang mengalami kecemasan dari usia 18 tahun hingga usia lanjut (NIMH 2010), sedangkan di Indonesia dari 22 juta populasi masyarakat Indonesia sebanyak 2-6 juta jiwa mengalami kecemasan (Iskandar 2006). Usia dewasa awal (17-25 tahun) lebih banyak mengalami kecemasan dibandingkan



dengan



usia



Kecemasan



dewasa



dapat



akhir



menyebabkan



(26-35



tahun)



timbulnya



(Syam



Refluks



2010).



gastroesofageal



(GERD) melalui mekanisme brain – gut – axis. Adanya stimulasi atau stresor psikis



akan



mempengaruhi



keseimbangan



dari



sistem



syaraf



otonom.



Peningkatan kortisol dari korteks adrenal yang berasal dari rangsangan korteks serebri akan merangsang dari produksi asam lambung (Levenstein 2008), Dalam keadaan asam lambung yang meningkat menyebabkan isi lambung akan



terdorong



ke



esofagus.



Apabila



sfingter



esofagus



dalam



keadaan



relaksasi maka isi lambung akan masuk ke faring, nasofaring dan mulut (Hadi 2008)



interaksi



tersebut



diduga



sebagai



penyebab



terjadinya



refluks



gastroesofageal (GERD). Beberapa penelitian telah menjelaskan pengaruh kecemasan terhadap sistem



gastrointestinal,



diantaranya



penelitian



mengenai



korelasi



skor



dispepsia dan skor kecemasan oleh Nur Huda dkk, pada tahun 2011 dengan hasil terdapatnya korelasi antara skor dispepsia dengan skor kecemasan. Penelitian hubungan tingkat kecemasan dengan dispepsia oleh Ari Lestari pada tahun 2012 didapatkan hasil semakin berat tingkat kecemasan semakin tinggi kemungkinan terjadiya dispesia. Studi kasus mengenai GERD pada ibu rumah tangga dewasa dengan stressor finansial keluarga yang dilakukan oleh Supriyatin menjelaskan bahwa timbulnya gejala GERD berhubungan dengan faktor stress yang dialami pasien. Sehingga dalam penelitian ini penulis tertarik untuk meneliti hubungan kecemasan dengan refluks gastroesofageal (GERD). B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa Pengertian GERD? 2. Apasaja Penyebab terjadinya gerd? 3. Apa Epidemiologi? 4. Apa Patofisiologis? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui Pengertian GERD? 2. Untuk mengetahui Penyebab terjadinya gerd 3. Untuk mengetahui Epidemiologi 4. Untuk mengetahui Patofisiologis



BAB II PEMBAHASAN A. DEFINISI GERD Berdasarkan Genval Workshop, definisi pasien GERD adalah semua individu yang terpapar risiko komplikasi fisik akibat refluks gastroesofageal, atau mereka yang mengalami gangguan nyata terkait dengan kesehatan (kualitas hidup) akibat gejalagejala yang terkait dengan refluks. Secara sederhana, definisi GERD adalah gangguan berupa regurgitasi isi lambung yang menyebabkan heartburn dan gejala lain (2). Terdapat dua kelompok GERD. Yang pertama adalah GERD erosif (esofagitis erosif ), didefinisikan sebagai GERD dengan gejala refluks dan kerusakan mukosa esofagus distal akibat refluks gastroesofageal. Pemeriksaan baku emas untuk diagnosis GERD erosif adalah endoskopi saluran cerna atas. Yang kedua adalah penyakit refluks nonerosif (non-erosive reflux disease, NERD), yang juga disebut endoscopicnegative GERD, didefinisikan sebagai GERD dengan gejalagejala refluks tipikal tanpa kerusakan mukosa esofagus saat pemeriksaan endoskopi saluran cerna. Saat ini, telah diusulkan konsep yang membagi GERD menjadi tiga kelompok, yaitu penyakit refluks non-erosif, esofagitis erosif, dan esofagus Barrett (2). Gastroesophageal reflux disease adalah gerakan terbalik pada majanan dan asam lambung menuju kerongkongan dan kadangkala menuju mulut. Reflux terjadi ketika otot berbentuk cincin yang secara normal mencegah isi perut mengalir kembali menuju kerongkongan (esophageal spincter bagian bawah) tidak berfungsi sebagaimana mestinya. GERD suatu kondisi di mana cairan mengalami refluks ke esophagus sehingga menimbulkan gejala khas berupa rasa terbakar, nyeri di dada, regurgitasi dan komplikasi. Gastroesophageal reflux disease adalah suatu keadaan patologis yang disebabkan oleh kegagalan mekanisme anti refluks untuk melindungi mukosa esophagus terhadap refluks asam lambung dengan kadar yang abnormal dan paparan yang berulang. Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah penyakit refluks lambung, atau penyakit kerusakan mukosa yang disebabkan oleh asam lambung yang datang dari perut ke kerongkongan. GERD biasanya disebabkan oleh perubahan penghalang antara perut dan kerongkongan, termasuk relaksasi abnormal spincter esophagus bagian bawah, yang biasanya memegang penutup bagian atas perut, atau



hiatus hernia. Perubahan ini dapat permanen atau temporer (transient) (3). B. PENYEBAB TERJADINYA GERD Beberapa penyebab terjadinya GERD meliputi (3): 1. Menurunnya tonus LES (lower esophageal spinchter) 2. Bersihan asam dari lumen esophagus menurun 3. Ketahanan epitel esophagus menurun 4. Bahan



refluksat



mengenai



dinding



esophagus



yaitu:



pH 1x episode regurg itas, Padaumur 6 – 7 bulan, gejala berkurang dari 61% menjadi 21%. Hanya 5% bayi berumur 12 bulan yang



masih mengalami GERD (3). D. PATOFISIOLOGIS Kondisi penyakit refluks gastroesofagus atau GERD (gastroesophageal reflux disease) disebabkan aliran balik (refluks) isi lambung ke dalam esophagus. GERD seringkali disebut nyeri ulu hati (heartburn) karena nyeri yang terjadi ketika cairan asam yang normalnya hanya ada di lambung, masuk dan mengiritasi atau menimbulkan rasa sepertiterbakar di esophagus. Refluks gastroesofagus biasanya terjadi setelah makan dan disebabkan melemahnya tonus sfingter esophagus atau tekanan di dalam lambung yang lebih tinggidari esophagus. Dengan kedua mekanisme ini, isi lambung yang bersifat asam bergerak masuk ke dalam esophagus (4). Isi lambung dalam keadaan normal tidak dapat masuk ke esofagus karena adanyakontraksi sfingter esofagus (sfingter esofagus bukanlah sfingter sejati, tetapi suatu areayang tonus ototnya meningkat). Sfingter ini normalnya hanya terbuka jika gelombang peristaltik menyalurkan bolus makanan ke bawah esofagus. Apabila hal ini terjadi, otot polos spingter melemas dan makanan masuk kedalam lambung. Spingter esafagus seharusnya tetap dalam keadaan tertutup kecuali pada saat ini, karena banyak organ yang berada dalam rongga abdomen, menyebabkan tekanan abdomen lebih besar daripadatekanan toraks. Dengan demikian, ada kecenderungan isi



lambung



terdorong



ke



dalam



esophagus.



Akan



tetapi,



jika



spingter



melemah atau inkompeten, spingter tidak dapat menutup lambung. Refluks akan terjadi dari daerah bertekanan tinggi (lambung) ke daerah bertekanan rendah (esofagus). Episode refluks yang berulang dapat memperburuk kondisikarena menyebabkan inflamasi dan jaringan parut di area bawah esofagus.Pada beberapa keadaan, meskipun tonus sfingter dala keadaan normal, refluks dapat terjadi jika terdapat gradien tekanan yang sangat tinggi di sfingter. Sebagai contoh, jika isi lambung berlebihan tekanan abdomen dapat meningkat secara bermakna. Kondisi ini dapat disebabkan porsi makan yang besar, kehamilan atau obesitas. Tekanan abdomen yang tinggi cenderung mendorong sfingter esofagus ke rongga toraks. Hal inimemperbesar



gradien



tekanan



antara



esofagus



dan



rongga



abdomen.



Posisi berbaring, terutama setelah makan juga dapat mengakibatkan refluks. Refluks isi lambung mengiritasi esofagus karena tingginya kandungan asam dalam isi



lambung. Walaupun esophagus memiliki sel penghasil mucus, namun sel tersebut tidak



sebanyak



atau



seaktif



sel



yang



ada



di



lambung



(4).



E. PROGNOSIS Gejala GERD biasanya berjalan perlahan -lahan, sangat jarang terjadi episode akut ataukeadaan yang bersifat menganc am nyawa (jarang menyebabkan kematian). Prognosisdari penyakit ini baik jika derajat kerusakan esofagus masih rendah dan pengobatan yangdiberikan benar pilihan dan pemakaiannya. Pada kasus-kasus dengan esofagitis grade Ddapat masuk tahap displasia sel sehingga menjadi Barret’s Esofagus dan pada akhirnya Ca Esofagus (3). I. HEALTH EDUCATION Beri tahu klien mengenai penyebab refluks , cara menghindari refluks dengan pengobatan antirefluks (medikasi, makanan, dan terapi posisional) dan gejala apayang harus dilihat dan dilaporkan(3). Minta klien menghindari keadaan apapun yang meningkatkan tekanan intra abdominal (misalnya membengkokkan badan, batuk, laithan berat, pakaianketat, konstipasi dan obesitas) atau substansi apapun yang mengurangi controlsfingter (misalnya kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol, makanan berlemak, dan obat tertentu)(3). Sarankan klien duduk tegak lurus, terutama setelah makan dan mengkonsumsimakanan dalam jumlah sedikit namun sering. Minta ia menghindari makanan yangsangat berbumbu, jus asam, minuman beralkohol, makanan kecil sebelum tidur danmakanan kaya lemak/ karbohidrat yang bisa menurunkan tekanan sfingter esophageal bawah. Sarankan ia tidak berbaring dalam 3 jam setelah makan (3).



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan Genval Workshop, definisi pasien GERD adalah semua individu yang terpapar risiko komplikasi fisik akibat refluks gastroesofageal, atau mereka yang mengalami gangguan nyata terkait dengan kesehatan (kualitas hidup) akibat gejalagejala yang terkait dengan refluks. Secara sederhana, definisi GERD adalah gangguan berupa regurgitasi isi lambung yang menyebabkan heartburn dan gejala lain (2). Terdapat dua kelompok GERD. Yang pertama adalah GERD erosif (esofagitis erosif ), didefinisikan sebagai GERD dengan gejala refluks dan kerusakan mukosa esofagus distal akibat refluks gastroesofageal. Pemeriksaan baku emas untuk diagnosis GERD erosif adalah endoskopi saluran cerna atas. Yang kedua adalah penyakit refluks nonerosif (non-erosive reflux disease, NERD), yang juga disebut endoscopicnegative GERD, didefinisikan sebagai GERD dengan gejalagejala refluks tipikal tanpa kerusakan mukosa esofagus saat pemeriksaan endoskopi saluran cerna. Saat ini, telah diusulkan konsep yang membagi GERD menjadi tiga kelompok, yaitu penyakit refluks non-erosif, esofagitis erosif, dan esofagus Barrett (2). Gastroesophageal reflux disease adalah gerakan terbalik pada majanan dan asam lambung menuju kerongkongan dan kadangkala menuju mulut. Reflux terjadi ketika otot berbentuk cincin yang secara normal mencegah isi perut mengalir kembali menuju kerongkongan (esophageal spincter bagian bawah) tidak berfungsi sebagaimana mestinya. GERD suatu kondisi di mana cairan mengalami refluks ke esophagus sehingga menimbulkan gejala khas berupa rasa terbakar, nyeri di dada, regurgitasi dan komplikasi. B. SARAN Diharapkan



pada



pembaca



dapat



memberikan



kritik



dan



saran



yangmembangun bagi penulis. Kritik dan saran diharapkan untuk disampaikan oleh pembaca apabila adakekurangan di dalam makalah kami demi kesempurnaan makalah ini.



DAFTAR PUSTAKA



Guyton. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit Edisi Revisi. Jakarta: EGC. 1995 Bastari



MB.



Penatalaksanaan



gastroesophageal



reflux



disease



(GERD).



CDK



2011;38:(7); 490-492. Juiar, ni M,dkk. Asuhan Keperawatan Anak dengan Gastroesophageal Reflux Disease. PSIK 4.



Universitas



Corwin



J,



Elizabeth.



Buku



Udayana. Saku



Patofisiologi



.



2011 Jakarta



:EGC.



2009



5. Supriatmo. Faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala refluks esofagus pada anak usia sekolah dasar. Jurnal ilmu kesehatan anak Universitas Sumatra Utara, 2003 6. Friedenberg F.K, Melissa Xanthopoulos, Gary D. Foster, and Joel E. Richter. The association between gastroesophageal reflux disease and obesity. Am J Gastroenterol. 2008;103:2111–2122 7. LeMone, Priscilla and Karen Burke. Medical-Surgical Nursing: Critical Thinking in Client



Care.



New



Jersey:



Pearson



Prentice



Hall,



2008.



8. Wiley, Blackwell. Nursing Dianoses Definition and Classification 2009-2011. 2009. United



States



of



America:



Mosby



Elsevier.



9. Moorhead S, Johnson M, Maas ML, Swanson E. 2009. Nursing Outcome Classification (NOC)



Fourth



Edition.



United



States



of



America:



Mosby



Elsevier.



10. Bulechek GM, Butcher HK, Dochterman JM. 2009. Nursing Interventions Classification (NIC) Fifth Edition. United States of America: Mosby Elsevier.