Malaka Dalam Balutan Budaya Nusa Tenggara Timur - Teresa Bere [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Malaka Dalam Balutan Budaya Nusa Tenggara Timur



Kata Pengantar



Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat penyertaannya penulis dapat menyelesaikkan tulisan ini dengan baik dan tepat waktu. Penulis menyadari bahwa, karya yang penulis susun belum mencapai kata sempurna , tetapi penulis yakin dan percaya bahwa karya ini dapat mengingatkan selalu kita pada budaya dan adat istiadat kita di Nusa Tenggara Timur tercinta. Jika dalam tulisan ini, menemukkan bahasa, kata atau pun kalimat yang tidak membuat nyaman pembaca , dan jika menemukkan kekurangan pada tulisan ini , penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Penulis yakin dan percaya bahwa segalah sesuatu tidak mungkin terselesaikkan tanpa kerja sama dari kita semua. Penulis harap agar dengan terbitnya karya ini, dapat menyadarkan kita agar selalu mencintai tradisi dan budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita. Tulisan dalam karya ini murni dari cerita nenek moyang, dan bantuan beberapa pihak yang mengetahui secara luas budaya di NTT terkhusus di Kabupaten Malaka. Akhir Kata penulis sampaikan limpah terima kasih dan mohon maaf.



Kupang,



penulis



“Flobamora , Tanah airku yang tercinta, tempat beta dibesarkan Ibunda. Sebait syair lagu tentang Nusa Tenggara Timur tercinta, Nusa yang terletak pada Indonesia tengah menurut zona waktu, Nusa berjuta pulau, keindahan ,budaya, bahasa, dan adat istiadat. Berbicara tentang keindahan , kearifan lokal dan adat istiadat Nusa tenggara Timur tidak akan ada habisnya , disetiap sudut Nusa Tenggara Timur ini akan kamu temui keindahan dan kenyamanan paling tentram. Nusa Tenggara Timur sendiri terdiri dari 21 Kabupaten dan 1 Kota. Setiap kabupaten tentu saja memiliki bahasa, tarian, dan adat istiadat yang berbeda-beda, tidak kalah juga terdapat makanan tradisional yang beragam di setiap kabupatennya . Di kabupaten Malaka kita akan menjumpai banyak sekali adat , budaya ,dan tempat wisata. Seperti :



1. Pakaian Adat Malaka



“ Pasutri Dalam Balutan Busana Adat Malaka” Pakaian adat sangat melekat dengan masyarakat NTT , setiap daerah di NTT memiliki pakaian adatnya masing masing. Seperti pada gambar diatas pasutri yang menggunakan pakaian adat khas kabupaten Malaka, Dimana "Feto" atau seorang wanita akan menggunakan pakaian dan aksesoris khas dalam sebuah prosesi adat. Dalam Gambar ” Feto” atau Wanita Balutan kain "Tais Marobo" khas orang Malaka , “So'e Re” atau Mahkota Kepala , "Bolas Kmurak" Atau ikat pinggang , "Riti" atau Gelang , dan Memegang "Tanasak Kmurak" atau Tempat Sirih Pinang.



"Tais" atau kain terbuat dari benang yang di "Soru" atau tenun oleh "Feto Malaka" atau Gadis Malaka. Kain tenun biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama tergantung dari motif dan jenis kain yang diinginkan. Jenis kain di kabupaten Malaka terdiri dari 2 jenis yaitu " Futus , Dan Fafoit" Dan memiliki beragam motif . Jenis kain yang sangat lama pembuatannya adalah “Futus” , seperti yang ada pada gambar Untuk mendapatkan 1 lembar kain jenis Futus , seorang penenun hrus menghabiskan kira-kira 1 bulan untuk mendapatkan hasil yang sempurna. "Kmurak" Yang berarti Logam, seperti pada gambar , Wanita dan Pria menggunakan aksesoris berjenis logam , yang di buat khusus oleh tangan-tangan seni orang Malaka yang berbahan dasar logam. "Manek" Yang berarti Lelaki , menggunakan perlengkapan pakaian adat khas malaka yang terdiri dari : "Ulu Hetin" atau Mahkota Khusus Laki laki, "Sakat Kakaluk" atau Menggunakan tas Samping , "Bolas" atau Ikat pinggang , dan balutan "Tais" atau Kain.



2. Rumah Adat



“Uma Fehan Weoe- Malaka” “Uma” yang berarti rumah merupkan tempat tinggal bagi setiap orang. Rumah adat di kabupaten malaka berbentuk Rumah Panggung , biasanya terbuat dari kayu sebagai dinding dan juga sebagai lantai , dan atap nya terbuat dari daun gewang. “Uma Adat” merupakan rumah sakral bagi masyarakat malaka.



Di kabupaten Malaka terdapat banyak sekali suku, dan setiap suku itu memiliki rumah adatnya masing- masing . Seperti di Desa Weoe , Kabupaten Malaka memiliki 12 suku dan rumah adat, yang di setiap rumah adat tersebut memiliki namanya masing-masing seperti : 1. Suku Laetua Weoe (Mane Ikun) dengan rumah adatnya “Uma Laetua Weoe” 2. Suku Lanain dengan rumah adatnya “Uma Lanain Weoe” 3. Suku Betaran dngan rumah adatnya “Uma Betaran” 4. Suku alas (Mane Ulun) dengan rumah adatnya “Uma Alas” 5. Suku Afau dengan rumah adatnya “Uma Afau Weoe” 6. Suku Uma’Nu dengan rumah adatnya “Uma’Nu” 7. Suku Rametan dengan rumah adat nya “Uma Rametan” adatnya “Uma Makbukar Laran”



8. Suku Makbukar Laran dengan 9. Suku Makbukar Molin



dengan rumah adatnya “Uma Makbukar Molin” dengan rumah adatnya “Uma Bada’en”



10. Suku Bada’en 11. Suku



Uma’Rohan dengan rumah adatnya “Uma Rohan”



12.



Suku Unseben (Mane Klaran) dengan rumah adatnya “Uma Seben” Bentuk dan kegunaan dari rumah adat di Desa weoe sama . Berbentuk rumah panggung dan biasanya digunakkan sebagai rumah tinggal, tempat berlangsungnya prosesi adat yang bersifat sakral, dan sebagai tempat penyimpanan benda-benda sakral peninggalan nenek moyang.



3. Tarian Tradisional



“ Bidu Lalok” Tarian Suguhan Sirih Pinang “Bidu Lalok” atau Tarian suguhan sirih pinang bagi tamu undangan adalah sebuah tarian khas dari kabupaten malaka. Tarian ini terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dalam bidu lalok seorang penari wanita akan menggunakan”Tais” atau kain sebagai balutan utama , memegang “Tanasak” atau Tempat sirih untuk disuguhkan didepan tamu tersebut, dan juga aksesoris wanita kabupaten malaka guna menambah kecantikkan seorang wanita Malaka. Dan juga seorang lelaki menggunakan Kain sebagai balutan utama beserta Selendang yang dipasang pada leher sang penari, dan menggunakan “Kakaluk” atau Tas dan “Kabir” atau tmpat sirih yang khusus dibawakan oleh seorang laki-laki di Malaka.



“Likurai Masal Kabupaten Malaka 2019” “He’uk” atau Likurai merupakan tarian yang berasal dari kabupaten Malaka, alat yang digunakan dalam tarian ini adalah “Bibiliku” atau gendang yang di gantung seperti tas pada



pundak seorang gadis malaka dan dipukul sesuai iramanya. “He’uk” atau Likurai biasanya terdiri dari “Feto dan Mane” atau Perempuan dan Laki-laki. Dalam tarian likurai tersebut seorang lelaki akan menggiring menggunakan alat giring yang diikat pada kaki kemudian disentak-sentak sesuai irama gendang yang di pukul. Alat yang digunakkan oleh seorang lelaki untuk menggiring tarian tersebut disebut dengan “Knei” dalam bahasa daerah kabupaten Malaka atau dalam bahasa indonesia disebut dengan giring-giring, yang terbuat dari logam yang akan menghasilkan bunyi pada saat kaki disentak. Pada Gambar diatas saat digelarnya Ceremoni Eltari Memorial Cup 2019 di kabupaten Malaka yang melibatkan seribu penari Likurai yang diambil dari siswa/siswi di kabupaten Malaka.



4. Prosesi Adat di Kabupaten Malaka



“Proses Hamish Batar” “Hamis Batar” merupakan ritual adat untuk menyambut masa panen jagung yang berasal dari kabupaten malak. Hamis Batar berasal dari bahasa daerah “Hamis” Yang berarti Syukur “Batar” yang berarti Jagung. Hamish batar dilaksanakan oleh masyarakat setempat sebagai ucapan syukur dan terima kasih kepada sang pencipta atas hasil panen yang mereka peroleh. Hamis batar dimpimpin oleh tua adat setempat, dan masyarakat akan mengantarkan “Batar” atau jagung ke rumah adat , lalu akan dilakukan seleksi , untuk jagung dengan tampilan bagus akan diikat pada “Ai Rudun” atau Tiang agung. Setelah semua proses telah dilaksanakan akan



dilanjutkan dengan prosesi “Kose Mama Lulik” atau Pengolesan sirih pinang agung/pemali, ritual ini sebagai proses akhir dari acara Hamis Batar , Sirih Pinang akan di makan oleh orang tua untuk mengolesi anak-anak nya agar selalu dilindungi oleh Tuhan dan Leluhur.



“Proses Pelaksanaan Afuan di Malaka”



“Afuan” merupakan salah satu prosesi adat dalam pemilihan tua adat di kabupaten Malaka. Afuan biasanya dilakukan oleh “Meo” atau orang terpacaya yang diyakini merupakkan orang terpilih atau kepercayaan dari para leluhur. Pada prosesi afuan sang “Meo” tersebut akan berkomunikasi dengan para leluhur , kemudian hadirin yang menghadiri berlangsungnya proses tersebut akan menyebutkan beberapa nama secara bergantian kemudian Meo tersebut akan menyentuh ujung kayu. Jika tangan meo mencapai ujung kayu maka nama yang disebutkan tadi yang akan terpilih menjadi sang pemimpin. Afuan biasanya dilaksanakan ketika seorang pemimpin atau seorang tua adat meninggal, untuk mencari penggantinya maka dilakukan prosesi afuan tersebut..



5. Tempat Wisata a. Tempat Wisata Religi



1. Gua Maria Lourdes-Tubaki



Gua Maria Lourdes- Tubaki merupakan tempat wisata religi yang masih terjaga keindahan alam nya. Gua ini masih alami dari batu karang tanpa ada sentuhan tangan manusia. Gua Lourdes Tubaki terletak kurang lebih 2,5 km dari pusat paroki Sta. Maria Fatima Betun. Letak gua ini berada pada ketinggian dengan pohon-pohon yang menambah rindangnya sekitaran Gua Maria tersebut. 2. Masin Lulik



“Masin Lulik” atau disebut juga Bukit Lumpur Masin Lulik merupaka tempat wisata religi yang berada di Kabupaten Malaka, Kecamatan Kobalima , Desa Litamali. Masin lulik berjarak kira-kira 17 km dari ibu kota Kabupaten Malaka. Masin Lulik dipercaya sebagai tempat penyimpanan benda keramat, juga tempat berkumpulnya parah arwah. Tiga Gunung



lumpur yang berada di tengah-tengah hamparan lumpur yang dikelilingi hutan bakau teluk hasan maubesi. Bukit lumpur tersebut sering meletup secara bergantian. Dua bukit masih aktif dan satunya sudah mati atau tiak mengeluarkan letupan.



b. Tempat Wisata Non Religi 1. PLBN Motamasin



PLBN Motamasin terletak di perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste. PLBN ini berada tepat di Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur dan menjadi salah satu pintu masuk bagi wisatawan asal Timor Leste yang ingin ke Indonesia, dan juga menjadi tempat wisata bagi wisatawan asing dan juga lokal. 2. Pantai Motadikin



“Pantai Motadikin” berada di Desa Fahiluka, Kecamatan Malaka tengah, Kabupaten Malaka. Kawasan Pantai Motadikin merupakan wisata favorit yang ramai dikunjungi warga indonesia dan wisatawan asing dari Timor Leste. Dikawasan itu terdapat panjang garis pantai sekitar 10 km. Sepanjang bibir pantai dihuni sekitar 220 keluarga. Mereka adalah warga lokal yang berprofesi sebagai Petani dan Nelayan. Ketika berkunjung kesana kita pengunjung akan disuguhkan dengan keindahan pantai, terdapat lopo yang bisa digunakkan untuk tempat teduh, dan juga hutan pinus yang masih terjaga keindahannya.



Lihat nona berwajah manis Jatuh di kali berair manis bila hati sudah jatuh cinta jangan lupa mampir ke Malaka Akhir cerita saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih serta mohon agar cerita ini bisa di baca dan membawa wawasan luas bagi para pembaca dan menjadi yang terdepan bagi semua orang cerita tentang budaya kita. ~Salam dari Nusa Tenggara timur, Nusa Toleransi~



Biodata Penulis



Nama Lengkap



:Teresa Desideria Bere



Tempat Tanggal Lahir: Weoe, 08 Desember 2002 Alamat



: Desa Weoe, Kecamatan Wewiku, Kabupaten Malaka, Provinsi NTT



Status



: Mahasiswi Semester 2 , Poltekkes Kemenkes Kupang , Prodi Farmasi



Email



: [email protected]