Manajemen Inovasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RESUME BUKU



Manajemen Inovasi Pengarang Wawan Dewanto, dkk Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Program Studi Digital Bisnis



Disusun oleh: Sella Brity Yohana Sitanggang 150521038 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016



MANAJEMEN INOVASI PELUANG SUKSES MENGHADAPI PERUBAHAN BAB I MANAJEMEN INOVASI DAN INOVASI MANAJEMEN Persaingan agresif yang ditandai dengan munculnya perusahaan-perusahaan baru dan kemajuan teknologi menjadikan persaingan bisnis menjadi semakin mengglobal. Persaingan tersebut men jadikan perusahaan mendapatkan tekanan untuk selalu bertahan dalam kondisi lingkungan yang berubah secara dinamis. 1.



Konsep Inovasi Keberlangsungan hidup perusahaan bergantung pada seberapa cepat dan



tanggap perusahaan tersebut menghadapi kedinamisan yang ada. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi-strategi bersaing yang efektif dengan melakukan perbaikan, baik dari sisi pengembangan produk maupun dari sisi proses secara berlanjut. Teknologi dan inovasi sudah dikenal sebagai faktor penting dalam meningkatkan keuntungan, positioning, dan kinerja bagi perusahaan dalam menghadapi kedinamisan pasar. Dengan melakukan inovasi, perusahaan bereaksi terhadap



perubahan



pasar



yang



dinamis



dan



untuk



menciptakan



atau



mempertahankan daya saingnya. Dapat dikatakan bahwa “Innovation is an almost obligatory survival



strategy”



(Drucker, 1999). Perusahaan



yang berhasil



menciptakan keunggulan bersaing (competitive advantage) adalah perusahaan yang mampu menciptakan inovasi dan kreativitas melalui proses inovasi yang efektif dan terencana (Gupta dan MacDaniel, 2002). Oleh karena itu, diperlukan cara-cara atau strategi baru dalam menciptakan dan menghasilkan produk baru atau melakukan perbaikan (tangible maupun intangible) dengan meningkatkan kemampuan kreatif dari para karyawan perusahaan atau anggota organisasi.



Schumpeter (1934) merupakan ahli yang pertama kali mengemukakan konsep inovasi. la mendefinisikan “inovasi” sebagai kombinasi baru dari faktor-faktor produksi yang dibuat oleh pengusaha dan pemikiran inovasi adalah kekuatan pendorong yang penting (critical driving force) dalam pertumbuhan ekonomi. Konsep inovasi Schumpeter melibatkan inovasi produk, inovasi proses, inovasi pasar, penggunaan bahan baku baru dan mendapatkan bahan baku tersebut dengan cara-cara dan inovasi pada organisasi. Dengan demikian, Schumpeter telah meletakkan fondasi dasar teori mengenai inovasi untuk penelitian selanjutnya. Yang kemudian oleh beberapa peneliti dilakukan pergeseran fokus dalam penelitiannya, dari konsep inovasi secara makro bergeser pada konsep inovasi yang lebih mikro. Konsep inovasi makro ini terkait dengan inovasi yang dilakukan secara makro yang berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi, sedangkan konsep inovasi secara mikro terkait dengan inovasi yang dilakukan oleh perusahaan (Xu dkk., 2006). Dengan berkembangnya konsep inovasi dari sisi fokus penelitian secara mikro oleh para ahli, terdapat dua pendekatan yang berbeda mengenai konsep inovasi yang mereka kemukakan sebagai pendekatan yang dilakukan oleh perusahaan dalam menciptakan inovasi. Pendekatan pertama adalah “innovation as a process”, dimana inovasi didefinisikan dengan lebih menekankan pada proses inovasi dalam organisasi dan proses sosial yang menghasilkan inovasi sebagai kreativitas individu (individual creativity), budaya organisasi (organization culture), kondisi lingkungan (environment context), dan faktor-faktor sosio-ekonomi (social and economic factors) (Xu dkk., 2009; Castro dkk., 2011). Pendekatan kedua adalah “innovation as an outcome”, dimana dikatakan bahwa inovasi adalah produk yang dibuat atau penciptaan produk yang memiliki nilai tambah. Dalam perspektif inovasi sebagai sebuah hasil (on outcome), inovasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu inovasi radikal dan inovasi inkremental. Inovasi radikal (Radical Innovation) adalah adanya teknologi yang mendorong inovasi



(technology push) dalam menciptakan sesuatu yang baru bagi perusahaan dan juga untuk pasar atau pelanggan. Inovasi inkremental (Incremental Innovation) biasanya dikategorikan sebagai inovasi yang berorientasi pasar (market pull) karena ide-ide yang didapatkan dalam penciptaan produk baru berasal dari pasar, sehingga sering disebut sebagai produk yang beorientasi pasar atau marketable product (Darroch dan McNaughton, 2002). 2.



Manajemen Inovasi Manajemen inovasi merupakan alat yang digunakan oleh manajer maupun



organisasi atau perusahaan untuk mengembangkan produk dan inovasi organisasi atau dengan kata lain manajemen inovasi adalah pengelolaan dan pengorganisasian sebuah proses. Manajemen inovasi baru diperkenalkan oleh kalangan profesional di akhir abad 19 (Ortt dan Duin, 2008). Setelah Perang Dunia II berakhir dan seiring dengan tumbuhnya Industri maupun perusahaan yang berskala global menjadikan inovasi sebagai komponen yang sangat penting, sehingga pada akhir abad ke 19 tersebut, konsep manajemen Inovasi menjadi sebuah konsep yang mengiringi konsep inovasi yang ada. Perkembangan sejarah manajemen inovasi menjadi sangat penting untuk memahami eksistensi manajemen inovasi di perusahaan sepanjang masa. Perkembangan konsep manajemen inovasi yang diawali dari pasca Perang Dunia II dibagi menjadi empat generasi perkembangan yaitu: a) Generasi pertama (dari tahun ‘50-an sampai dengan pertengahan an),



konsep



pada penelitian menghasilkan pendekatan



tahun ‘60-



manajemen inovasi pada generasi awal ini lebih menekankan dan



pengembangan



produk-produk inovasi yang



dilakukan



(R&D)



perusahaan dalam



inovatif technology oriented, sehingga adalah



cenderung menghasilkan radical innovation.



technological



push



dan



b) Generasi kedua (dari pertengahan tahun ‘60-an sampai dengan akhir tahun



‘70-an),



periode



ini berada dalam kondisi perekonomian dunia yang



stabil dan menuju kemakmuran, sehingga kondisi pasar menjadi kompetitif dan keterlibatan pemerintah pada sisi permintaan menjadi dominan. c) Generasi ketiga (dari akhir tahun 70-an sampai dengan awal tahun ‘90an). Pada



generasi ini, pendekatan inovasi yang dilakukan sudah



mengkombinasikan strategi “market pull” dengan “technological push”, namun fokus yang dilakukan hanya sebatas pada inovasi produk dan proses, sehingga cenderung mengabaikan inovasi perusahaan (innovation organization). d) Generasi keempat (dari awal tahun ‘90-an sampai dengan awal tahun 2000-an). Kemajuan teknologi dan informasi menjadikan globalisasi sebagai faktor utama dalam



periode



Perkembangan



ini,



dimana



teknologi,



kompetisi



informasi,



tingkat



dan



global



semakin



ketat.



komunikasi



tersebut



telah



mempengaruhi proses bisnis internal maupun eksternal. Untuk menjelaskan lebih jauh mengenai mekanisme contextual innovation, perlu dibedakan dari sisi konteks faktor yang mempengaruhi proses inovasi. Terdapat empat “contextual factors” yang merupakan faktor yang berasal dari dalam perusahaan dan luar perusahaan (Ortt, 1988; Kotler, 2002; McQuarter dkk., 1998), yaitu: 1)



Tipe dari inovasi (Incremental, Radical, Transformational)



2)



Tipe organisasi (Centralized, Decentralized, Functional, Organic)



3)



Tipe industri (High-Tech, Supplier-Driven, Fast-Moving Consumer Goods)



4)



Tipe negara atau budaya (Egalitarian, Authoritive).



3.



Contoh Implementasi Manajemen Inovasi Di bawah ini merupakan contoh sukses dari manajemen inovasi yang telah



dilakukan oleh perusahaan-perusahaan berskala global, contohnya sebagai berikut:



a.



Toyota Motor Corporation (Paul dkk., 2008) Toyota membuat sejarah pada bulan Desember 1997 dengan merubah arah bisnis otomotifnya dengan memperkenalkan sebuah brand baru bernama PRIUS, sebuah inovasi dinamis dalam motor berbahan energi listrik (Hybrid Electric Vehicle). Brand PRIUS ini merupakan konsep green product pertama kali yang dikenalkan pada saat itu untuk menjawab tantangan industri otomotif dalam mendukung program efisiensi bahan bakar minyak (fuel economy) dan pemanasan global (emission reduction for global warming).



b. Implikasi Portofolio Manajemen R&S Project terhadap Manajemen Inovasi Kesuksesan Toyota dalam menciptakan green product PRIUS scbagai bentuk keberhasilan implementasi manajemen Inovasi memberikan sebuah gambaran tentang pentingnya sebuah teknik portofolio terstruktur yang menjadi sebuah .ildt yang berguna untuk menganalisa produk dan proyek U&D untuk perkembangan perusahaan menuju pertumbuhan pcndapatan dalam jangka waktu yang lebih panjang (Mikkola, 2001). Analisis strategis perusahaan dalam menentukan arah kebijakan strategisnya, yaitu (Mikkola, 2001): a.



BCG Growth-Share Matrix = Merupakan alat analisis strategis yang populer pada tahun 1970-an, yang diaplikasikan di berbagai perusahaan multinasional untuk menentukan skala prioritas proyek, investasi, dan pengalokasian sumber daya.



b.



McKinsey Matrix



=



Alat



analisis



ini



memberikan saran



untuk



memprioritaskan alokasi sumber daya dengan melihat faktor internal dan eksternal yang ada di perusahaan yang bermanfaat untuk keputusan investasinya. c.



Product Portfolio Matrix = Merupakan alat analisis pertama yang fokus pada portofolio produk. Alat analisis ini digunakan untuk memberikan arah



bagi perusahaan dalam mengalokasikan sumber dayanya pada kekuatan (strength) bisnisnya dan industry attractiveness. Namun, alat analisis ini belum menyertakan teknologi sebagai salah satu variabel penting yang diasosiasikan terhadap produk (Day, 1977). d.



Technology Portfolio Matrix = Untuk menjawab kekurangan dari Product Portfolio Matrix, Capon dan Glazer (1987) membuat Technology Portfolio Matrix ini dengan kerangka pemikiran yang mengkombinasikan antara teknologi dengan strategi marketing.



e.



Product and Process Development Projects Matrix = Alat analisis ini dikembangkan oleh Wheelwright dan Clark (1992) yang memfokuskan pada alat analisis dengan melihat adanya perubahan produk yang disebabkan oleh perubahan proses dimana pada akhirnya akan berakibat terhadap perubahan alokasi sumber dayanya. Namun, alat analisis ini tidak memberikan gambaran tentang pengaruh dari keputusan yang diambil terhadap kesuksesan dari perusahaan.



f.



Performance Map = Alat analisis ini dikenalkan oleh Cooper dan Kleinschmidt (1993) yang pada dasarnya menggunakan teknik analisis untuk mengidentifikasikan dimensi sukses dari produk baru. Mereka membuat penaksiran terhadap lima tipe kinerja yang berhubungan dengan dua dimensi kinerja, yaitu kinerja waktu (time performance) dan kinerja keuangan (financial performance).



g.



R&D Project Portfolio Matrix and Dynamic of



“Innovation and



Imitation” = Matriks ini merupakan alat analisis yang digunakan untuk melihat gap antara competitive advantage dengan customer value dan melihat pergeseran “value” yang terjadi antarlintas matriks, sehingga bisa menjadi sebuah matriks yang dinamis untuk melihat strategi yang paling



tepat untuk menjembatani antara competitive advantage dengan customer value. Manfaat dari penerapan pendekatan teknik portofolio proyek terhadap manajemen R&D adalah (Mikkola, 2001):  Menunjukkan kekuatan dan kelemahan dari masing-masing proyek.  Memfasilitasi informasi mengenai alokasi investasi modal, seleksi proyek, skala prioritas, dan alokasi sumberdaya.  Mengungkapkan kedinamisan proyek.  Proyek bisa selalu dilihat kesinambungannya terhadap kinerja perusahaan.  Analisis secara sistematis dari proyek yang ada.  Penyajian laporan maupun penjelasan mengenai posisi proyek secara grafis menjadikannya bisa lebih dipahami dan dimengerti oleh manajer nonteknis.  Bisa menunjukkan adanya celah dan kesempatan pengembangan di masa yang akan datang. Namun, perlu dipahami bahwa dalam pelaksanaan portofolio manajemen proyek di Research & Development ini akan dihadapi berbagai kendala, seperti (Mikkola, 2001):  Masing-masing



proyek



mempunyai



independensi



teknologi



yang



kemungkinan secara sistem akan sulit untuk dinilai dan diperbandingkan.  Dalam melakukan penilaian portofolio ini, masing-masing individu mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, apalagi apabila penilaian dilakukan oleh manajer nonteknis, contohnya: manajer keuangan menilai portofolio ini akan berbeda persepsinya penilaiannya dengan manajer operasional.  Identifikasi penilaian indikator masing-masing proyek yang sesuai untuk penilaian secara simultan akan berbeda dengan indikator secara parsial.



Evaluasi dari sebuah portofolio R&D proyek dalam matriks ini harus melibatkan beberapa hal, yaitu (Mikkola, 2001): a) Spesifikasi dari proyek R&D yang tepat dan sesuai. b) Klasifikasi proyek yang mengarahkan pada keunggulan bersaing yang berkelanjutan (sustainable competitive advantage), seperti contohnya: keunggulan secara teknis dan manfaat yang bisa diterima oleh konsumen. c) Manajemen proyek R&D yang mempertimbangkan risiko, dan



kedinamisan,



keseimbangan dalam portofolio.



d) Skala prioritas yang bisa dilakukan dalam proyek R&D untuk dieksekusi. e) Kemungkinan akan adanya kesempatan tersembunyi yang ditawarkan oleh pasar



potensial yang bias meningkatkan dan memperluas keunggulan



bersaing perusahaan. 4.



Inovasi Manajemen Proses inovasi manajemen berbeda dengan inovasi teknologi. Terdapat dua



poin penting yang membedakan antara proses inovasi manajemen dengan inovasi teknologi, yaitu (Birkinshaw dan Mol, 2006): 1.



Poin pertama adalah proses inovasi manajemen melibatkan lebih banyak pihak luar (external change agents) dibandingkan inovasi teknologi, dimana pihak luar ini memberikan masukan dan inspirasi untuk inovasi manajemen



2.



Poin kedua adalah proses inovasi manajemen merupakan proses yang bersifat bertahap dan bisa lebih disebarkan dibandingkan dengan inovasi teknologi.



BAB 2 MENGELOLA KREATIVITAS Kreativitas sering kali kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih dalam dunia bisnis, kreativitas disebut-sebut menjadi hal penting dalam proses inovasi, baik itu produk maupun jasa. Melalui kreativitas, setiap manusia bahkan Negara dapat menghasilkan sebuah karya yang tidak ternilai. Dahulu kala kreativitas sering disamakan artinya dengan penemuan (invention) atau inovasi. Kreativitas, sebut saja karya seni melalui lukisan Pablo Picasso, karya musik yang ditulis oleh Mozart dan Beethoven maupun karya yang datang melalui berbagai penemuan seperti James Watt dengan mesin uapnya atau pun lampu pijar yang ditemukan oleh Thomas Alfa Eddison. Kreativitas yang dimiliki oleh para penemu atau inventor disebut sebagai kreativitas individu. Tetapi bila menyangkut organisasi, maka kreativitas datang melalui



pemikiran kolektif. Pemikiran kolektif adalah pemikiran yang memiliki



proses dan pola yang berbeda-beda antarindividu di dalam perusahaan. Hal ini juga diungkapkan oleh Bakker (2006) yang mengatakan bahwa ide adalah keutuhan kompleks dari unsur-unsur yang saling terkait untuk membentuk bagian dari keseluruhan



yang



lebih



besar,



dimana



kreativitas berkaitan dengan



menghasilkan ide asli, mengembangkan pendekatan baru dalam menyelesaikan masalah serta mengambil risiko dalam membuat kontribusi yang unik. Amabile (1996) mendefinisikan kreativitas dengan memecahnya menjadi tiga komponen utama, yaitu pengetahuan, pemikiran kreatif, dan motivasi :  Pengetahuan:



Semua



pemahaman



relevan



yang membawa individu



mengusahakan kreativitas.  Pemikiran Kreatif: Berkaitan dengan bagaimana orang mendekati masalah dan bergantung pada kepribadian dan pemikiran atau gaya kerja.



 Motivasi: Motivasi merupakan kunci untuk menghasilkan produk menjadi kreatif dan yang paling penting adalah gairah



intrinsik dan



minat dalam



pekerjaan tersebut. Berbicara mengenai inovasi, tidak bisa dilepaskan dengan unsur kreativitas. Pengertian dari inovasi adalah hasil penerapan dari ide-ide kreatif dalam bentuk produk baru, jasa ataupun



proses.



Tantangan



terbesar yang



dihadapi setiap



perusahaan adalah bagaimana bertahan dalam situasi ketidakpastian



atau



perubahan. Kreativitas dan inovasi adalah kunci jawaban dari tantangan tersebut. 1.



Mengelola Kreativitas Individu Pablo Picasso mengatakan bahwa “Setiap orang dilahirkan memiliki



kreativitas, tetapi yang menjadi masalah adalah bagaimana mengelola kreativitas tersebut”. Artinya setiap orang yang dilahirkan di dunia ini memiliki potensi kreativitas yang sama, tetapi yang berbeda adalah hasrat dan motivasi serta lingkungan yang dihadapi untuk mengembangkan kreativitasnya. Mauzy mengungkapkan unsur-unsur penting untuk



mengembangkan



kreativitas individu sebagai berikut:  Memahami proses berpikir kreatif.  Mengidentifikasikan blok untuk berpikir kreatif dan keterampilan individu dengan bantuan manajer untuk meningkatkan respon kreatif.  Menggunakan metode berpikir kreatif lebih sering untuk mendapatkan ide-ide segar dan menemukan solusi permasalahan lebih cepat.  Membiarkan visi kreatif pribadi menjalankan ide kreativitas untuk membantu individu/manajer mencapai tujuan pribadi dan profesional. Berikut adalah perilaku kreatif yang diungkapkan oleh Florida dan Goodnight, yaitu:  Rasa ingin tahu besar  Mencari peluang baru  Inisiatif



 Imajinatif  Berorientasi masa depan  Berpikir secara visual  Melihat kemungkinan dari masalah yang tampaknya mustahil  Tidaktakut mengambil risiko  Siap untuk membuat kesalahan  Beradaptasi dengan lingkungan kerja dan perubahan kondisi di luar lingkungan kerja  Melihat hubungan sebab akibat secara utuh  Menyaring ide-ide  Mensintesis berbagai elemen Pemikiran kreatif akan membawa perusahaan menuju solusi kreatif bisnis, dimana solusi yang dihasilkan dari pemikiran kreatif akan membawa perusahaan kepada pertumbuhan bisnis (Ray dan Myers, 1988): 1.



Kefasihan: kemampuan untuk menghasilkan banyak ide. Kefasihan dapat dikembangkan dengan mengadakan sesi pemikiran kreatif dengan mencari ideide untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari.



2.



Fleksibilitas: kemampuan untuk memproduksi campuran beragam ide. Fleksibilitas dapat ditingkatkan dengan melihat sebuah kejadian, kemudian digunakan untuk menjawab tantangan yangterkait.



3.



Elaborasi: kemampuan untuk menambahkan detail, mendalam, campuran sudut pandang atau perspektif. Elaborasi dapat dikembangkan dengan menggambarkan sesuatu secara rinci, dengan menggunakan semua indra fisik.



4.



Orisinalitas: keunikan, kebaruan, kreativitas (baru) atau inovasi melalui perbaikan yang ada. Orisinalitas dapat dipelajari dengan memilih satu objek umum dan daftar banyak kegunaan baru.



Untuk mendapatkan pemikiran kreatif, dibutuhkan tempat kerja yang menunjang



para



pegawainya.



Tempat yang dimaksud adalah lingkungan yang



mendukung pegawai untuk saling berinteraksi untuk mendapatkan



ide



kreatif.



dan



Ide kreatif



saling bertukar informasi dalam



sebuah perusahaan



cenderung beragam, keanekaragaman pemikiran yang dihasilkan oleh pegawai atau individu dapat dikombinasikan untuk saling melengkapi kemampuan ide yang dikembangkan oleh masing-masing individu. Isaksen



dan



Lauer



yang berkontribusi terhadap



(2002) mengidentifikasikan faktor-faktor utama



kreativitas



dan



memberikan



iklim



kolaboratif,



antara lain adalah: 



Kepercayaan







Semangat tim







Kepemimpinan







Kegiatan yang mengangkat tujuan







Struktur berorientasi hasil







Standar keunggulan







Partisipasi dalam mengambil keputusan







Pengakuan dan dukungan pihak eksternal







Bakat







Akomodasi nilai-nilai baru yang muncul.



2.



Mengelola Kreativitas Perusahaan Bakker (2006) mengungkapkan



pentingnya



kreativitas



dalam



proses



pengembangan bisnis sebagai berikut: 1.



Kreativitas membawa ide-ide inovatif, produk, layanan, dan kepuasan pelanggan lebih besar.



2.



Pendekatan kreatif akan mendorong kepemimpinan dan membantu hubungan lebih dekat serta membuat kehidupan lebih memuaskan.



3.



Penemuan kreativitas memberikan makna lebih besar terhadap pekerjaan.



4.



Penemuan kreativitas membuka peluang atau kemungkinan baru. Seperti yang telah kita ketahui, tahapan dalam inovasi itu sendiri terdiri dari



tiga tahap, yaitu: input, process, dan output. Sebagai contoh, kesuksesan bisnis perusahaan dimulai melalui pengelolaan dan pembuatan segmentasi pasar untuk meningkatkan produk dan jasa mereka. a.



Cara Menghubungkan Kreativitas Individu dan Inovasi dalam Organisasi Organisasi kreatif memiliki strategi yang dibangun pada konteks yang



fleksibel tapi tegas, yang mencakup beberapa atau semua unsur-unsur berikut (Cook, 1998): 1.



Budaya,



gaya



kepemimpinan,



dan



nilai-nilai:



cara



bekerja,



peran



kepemimpinan dan gaya serta nilai-nilai yang dianut yang menyadari bahwa organisasi hidup dan bernafas. 2.



Struktur dan sistem: adalah tentang kedua struktur dalam organisasi, baik formal maupun informal seperti jaringan, struktur informasi, dan sisi bayangan organisasi. Sedangkan sistem meliputi penghargaan, pengakuan, dan sistem karier.



3.



Keterampilan dan sumber daya: adalah mengenai daya tarik, pengembangan, dan retensi bakat kreatif yang didukung oleh informasi, keuangan, dan iklim yang sesuai untuk kreativitas. Peter Cook (1998), dalam penelitiannya, menggambarkan sejumlah faktor



yang dapat diidentifikasikan untuk membangun kreativitas: 1.



Mengatur budaya dengan mengembangkan gaya kepemimpinan yang tepat dalam organisasi dan nilai-nilai hidup yang mendorong untuk berpikir dan bertindak melampaui hikmat saat ini serta lebih memfokuskan pada struktur informal komunikasi.



2.



Merancang sistem penghargaan yang menumbuhkan kepribadian sesuai dengan strategi dan meminimalkan penggunaan sistem untuk kepentingan mereka sendiri.



3.



Mendorong keragaman manusia dan keterampilan.



4.



Toleransi terhadap konflik yang mungkin terjadi sebagai dampak dari ide-ide yang dihasilkan. Alasan mengapa kreativitas dibutuhkan untuk kesuksesan menjalankan bisnis



disampaikan oleh Dzenis (2010) dalam salah satu artikelnya yang berjudul “10 Reasons Why Juicing Up Your Creativity is Fundamental to Your Business Success”: 1.



Kreativitas membantu melihat kesempatan pada penempatan pasar atau datang membawa solusi unik terhadap masalah.



2.



Kreativitas adalah kunci dari inovasi. Kemampuan untuk memikirkan cara mengatasi permasalahan out of the box.



3.



Kreativitas menstimulasi otak dan membantu perusahaan menjadi lebih sadar dan memperhatikan lebih terhadap apa yang perlu dikembangkan dari sekeliling kita untuk menghasilkan pendekatan baru yang membantu kemajuan perusahaan.



4.



Pemikiran kreatif membantu perusahaan agar tetap eksis dan adaptif terhadap perubahan. Pemimpin perusahaan dapat menemukan kembali bisnis dengan meminta opini dari pelanggan.



5.



Kreativitas membantu perusahaan memahami bisnis yang dijalankan melalui sudut pandang pelanggan.



6.



Kreativitas



memberikan



toleransi



tinggi



terhadap risiko yang digunakan



untuk bekerja melampaui rasa takut terhadap kegagalan. 7.



Kreativitas meningkatkan kemampuan leadership. Menjadi pemimpin yang efektif berarti menjadi kreatif pada saat pendekatan dan penyelesaian masalah.



8.



Kreativitas membantu perusahaan untuk memperluas visi pada dunia.



9.



Kreativitas



memperkuat



langkah perusahan saat permasalahan datang.



Kreativitas membantu perusahaan melambung dan kembali dengan lebih cepat saat terjatuh. 10. Kreativitas mengundang aliran dan perasaan baik, saat perasaan kita baik, maka kita dapat menarik pelanggan dan klien yang ideal. 3.



Hambatan dalam Mengembangkan Kreativitas Kreativitas dalam sebuah organisasi tidak mudah diciptakan. Kreativitas



membutuhkan stimulus yang didukung oleh llngkungan organisasi. Stimulus atau rangsangan untuk mengembangkan kreativitas dalam menciptakan budaya kreatif dalam organisasi sering kali menemui berbagai hambatan. Berikut adalah beberapa hambatan yang dihadapi organisasi dalam mengembangkan budaya kreativitas: a.



Menemukan Pemimpin Kreatif



b.



Budaya Organisasi yang Tidak Mendukung



4.



Contoh Implementasi Pengelolaan Kreativitas Organisasi:IDEO IDEO adalah sebuah perusahaan konsultan desain global yang menggunakan



pendekatan berbasis desain untuk membantu manusia atau perusahaan, baik di sektor publik dan swasta, untuk berinovasi dan berkembang. IDEO dibangun di Amerika Serikat oleh dua besaudara bernama David Kelley dan Tom Kelley pada tahun 1991. Hal yang unik dari perusahaan IDEO adalah cara mereka menjunjung filosofi dari kreativitas, yaitu dengan mengingatkan kembali pegawainya akan dunia masa kecil mereka dan hal ini didukung oleh kebijakan perusahaan yang mengizinkan pegawainya untuk membawa barang-barang pribadi yang mereka sukai dan membantu mereka mendapatkan inspirasi untuk diletakkan dalam ruang kerja. 5.



Mengelola Kreativitas Negara Keunikan tradisional tersebut berasal dari berbagai kreativitas individu lokal



yang menjadi kekayaan budaya lokal dan diteruskan menjadi nasional. Tetapi apakah sampai di situ saja? Tentu saja tidak. Karena kreativitas dalam tingkat nasional dapat



dikembangkan kembali menjadi inovasi di tingkat global. Pertanyaannya adalah bagaimana mengembangkan kreativitas individu menjadi inovasi dalam tingkat organisasi atau negara, sehingga mampu menarik pasar secara global. Departemen Budaya, websitenya



Pariwisata, telah



dan



Ekonomi



Kreatif Republik Indonesia



melalui



melakukan pemetaan terhadap industri kreatif yang ada di



Indonesia sebagai berikut (www.budpar.go.id): 1.



Periklanan:



kegiatan



kreatif yang



berkaitan jasa periklanan



meliputi



proses kreasi, produksi, dan distribusi dari iklan yang dihasilkan. 2.



Arsitektur: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan bangunan, desain interior.



3.



Pasar Barang Seni: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang asli, unik, dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi.



4.



Kerajinan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin.



5.



Desain: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.



6.



Fashion: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultasi lini produk fashion, serta distribusi produk fashion.



7.



Video, Film, dan Fotografi: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film.



8.



Permainan Interaktif: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi.



9.



Musik: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.



10. Seni



Pertunjukan:



kegiatan



kreatif



yang



berkaitan



dengan



usaha



pengembangan konten, produksi pertunjukan, desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan. 11. Penerbitan dan Percetakan: kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. 12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak: kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan data, pengembangan database, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal termasuk perawatannya. 13. Televisi dan Radio: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan acara televisi, penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay, siaran radio dan televisi. 14. Riset dan Pengembangan: kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan dan penerapan ilmu dan teknologi serta pengetahuan untuk perbaikan produk, kreasi, proses, dan teknologi baru agar memenuhi kebutuhan pasar. 15. Kuliner: sektor industri kreatif yang melakukan studi tentang produk



makanan



olahan



pemetaan



khas Indonesia yang dapat ditingkatkan daya



saingnya di pasar ritel dan pasar internasional.



BAB 3 INOVASI PRODUK Setiap perusahaan harus menciptakan inovasi untuk memperluas pasar baru serta mempertahankan pangsa pasar mereka saat ini. Salah satu inovasi yang dapat dikembangkan yaitu melalui inovasi produk. 1.



Pentingnya Strategi Inovasi Produk dan Jasa Inovasi produk merupakan hasil dari pengembangan produk baru oleh suatu



perusahaan atau industry, baik yang sudah ada maupun belum. Dari produk lama yang telah mencapai titik jenuh dipasaran, diperlukan sebuah inovasi untuk mengganti produk lama tersebut. Pengembangan produk sangat penting untuk keberlangsungan bisnis, terutama dalam membentuk loyalitas pelanggan. Inovasi produk secara lebih baik dapat terlaksana dengan memahami praktik apa yang terbaik yang harus diadopsi untuk proses pengembangan produk, dan kemudian mengadopsi untuk proses pengembangan produk, dan kemudian mengadopsi praktik-praktik ini untuk mengulangi kesuksesan dan proses maturity dari perusahaan-perusahaan yang memiliki performa terbaik (Paul dkk., 1993). Inovasi produk menjadi tanggung jawab seluruh bagian dalam bisnis. Baik departemen pemasaran, operasional, keuangan, akuntansi, pembelian, semua merupakan bagian integral dari suatu organisasi untuk mengembangkan produk secara efektif dan efisien (Holtzman, 2011). Dalam proses pergerakan pengembangan produk melalui tahapan-tahapan di atas, jumlah desain alternative akan sebuah produk baru akan berkurang hingga tersisi desain terakhir. Dengan value apa yang dimiliki (ingin diperoleh) sejak tahap awal, akan mempermudah proses pengembangan produk di tahap akhir “stage model”



2.



Cara Terbaik dalam Melaksanakan Pengembangan Produk Loch (2000) menggambarkan pelaksanaan inovasi produk melintasi dimensi



orientasi customer dan demand pull, kerja sama lintas-fungsional dalam perusahaan, dukungan top manajemen, keberadaan champion, dan kualitas pelaksanaan sebagai proses yang telah ditetapkan secara resmi.



3.



Market Pull dan Technology Push Setiap dorongan inovasi dapat datang melalui dua hal yang berbeda (Boehme,



1986; Bullinger, 1994): 1.



Market Pull/Demand Pull



2.



Technology Push



4.



Peran Pemasaran (Marketing) dalam Inovasi Produk Marketing memiliki peran yang penting dalam keberhasilan dari hasil inovasi



produk yang telah diciptakan. Kotler (2003) mendefinisikan strategi pemasaran sebagai kesatuan prinsipprinsip dalam bisnis yang digunakan perusahaan untuk melayani customer dan mencapai profitabilitas. Armstrong dan Kotler (2003) mencatat bahwa strategi pemasaran dirancang untuk memandu perusahaan dalam menggunakan sumber dayanya untuk memenuhi target customer dan mewujudkan keberhasilan pemasaran yang lebih efisien dibandingkan pesaingnya. 5.



Peluncuran Produk Baru dan Performa Strategi peluncuran untuk produk baru, menurut Hultink dan Schoorsman



(1995), adalah “keputusan penting” yang dibuat oleh manajer pemasaran. Dalam industri dengan teknologi tinggi, menjadi yang pertama untuk meluncurkan produk baru dapat membawa manfaat yang signifikan, seperti pangsa pasar yang lebih besar dan harga premium. Sebaliknya keterlambatan pengenalan produk baru dapat



menyebabkan hilangnya pangsa pasar atau bahkan lebih parah lagi kehilangan penjualannya (lost-sales) (Rosas-Vega dan Vokurka, 2000, h. 157)



BAB 4 INOVASI JASA 1.



Ruang Lingkup Inovasi Jasa Konsep inovasi jasa pertama kali dibahas oleh Miles (1993) dan telah



dikembangkan dalam dua decade terakhir. Berikut merupakan konsep inovasi jasa yang dikemukakan oleh Miles: 1.



Inovasi dalam pelayanan, misalnya dalam produk. Produk jasa baru atau peningkatan produk jasa (komoditas atau pelayanan publik) sering kali dibedakan dengan “inovasi teknologi”, meskipun produk jasa dapat memiliki elemen teknologi. Inovasi jasa terkait erat dengan desain layanan dan “pengembangan layanan baru”.



2.



Inovasi dalam proses, yaitu cara-cara baru atau peningkatan dalam proses merancang dan memproduksi jasa. Ini termasuk inovasi dalam sistem pelayanan, meskipun sering dianggap bukan sebagai inovasi produk jasa. Inovasi semacam ini mungkin berbasis teknologi, teknik atau keahlian, atau organisasi kerja (misalnya restrukturisasi kerja antara para profesional).



3.



Inovasi dalam perusahaan jasa, organisasi, dan industri. Meliputi inovasi organisasi, produk jasa, proses inovasi, dan pengelolaan proses inovasi dalam organisasi jasa. “Inovasi jasa adalah konsep baru atau peningkatan layanan secara



signifikan yang diterapkan ke dalam praktik bisnis. Misalnya saluran baru untuk interaksi pelanggan, sistem distribusi atau konsep teknologi. Sebuah inovasi jasa selalu mencakup unsur-unsur tiruan sistematis yang dapat diidentifikasi dan direproduksi dalam kasus atau lingkungan lain. Unsur tiruan dapat menghasilkan layanan atau proses layanan seperti atau bagian dan mereka. Sebuah manfaat layanan inovasi, baik untuk produsen jasa dan pelanggan dapat meningkatkan daya saing pengembangnya”.



“Inovasi jasa adalah pengembangan konsep layanan baru atau peningkatan secara signifikan sebuah produksi baru atau proses pengiriman, sebuah organisasi atau perilaku pasar baru dengan tujuan memproduksi dan menjual jasa. Konsep jasa dapat berisi berbagai tingkat penggunaan teknologi dan keabstrakannya”. Tipologi muncul sejalan dengan definisi inovasi jasa yang membedakan antara penciptaan model bisnis baru, pengembangan layanan baru, dan penciptaan interface pelanggan baru (ECON/Menon, 2006); a.



Menciptakan model bisnis baru



b.



Mengembangkan layanan baru



c.



Membuat interface pelanggan baru



Den Hertog (2000) mengidentifikasi empat “dimensi” inovasi jasa a.



Konsep jasa



b.



Interface klien



c.



System service delivery



d.



Pilihan teknologi



2.



Fitur Jasa dan Potensi Inovasi a. Fitur layanan yang terkait dengan produksi jasa 1.



Teknologi dan gedung



2.



Tenaga kerja



3.



Organisasi proses kerja



4.



Fitur produksi



5.



Organisasi industri



b. Fitur layanan yang terkait dengan produk jasa 1. Sifat produk 2. Fitur produk c. Fitur jasa yang terkait dengan konsumsi jasa 1. Pengiriman produk



2. Peran konsumen 3. Organisasi konsumsi d. Fitur layanan yang terkait dengan pasar jasa 1. Pentaan pasar 2. Peraturan 3. Pemasaran 3.



Mengelola Inovasi Jasa Menurut Schumpeter (1934), inovasi dianggap penting untuk 



Mengurangi biaya dan meningkatkan produktivitas sehingga meningkatkan keuntngan dan memperkuat organisasi.







Menjaga daya saing dalam ekonomi global







Kemampuan organisasi untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan (legiskatifm teknologi, sosial, ekonomi dan fisik).







Memnfasilitasi masuk ke pasar baru







Menanamkan budaya organisasi kreatif terutama terlihat dalam organisasi yang berorientasi penelitian atau mereka yang bekerja di pasar dinamis seperti teknologi dan komunikasi.



4.



Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inovasi Jasa Damanpour (1991) melalui metaanalisis dari 23 studi lainnya, mengusulkan



bahwa karakteristik struktural organisasi pada umumnya membantu menfasilitasi inovasi: 



Peningkatan desentralisasi







Anggota dengan tingkat keterlibatan yang lebih tinggi dalam kegiatan profesional







Jumlah yang tinggi dari dukungan administratif







Komunikasi internal yang lebih besar







Ukuran organisasi (artinya kapasitas organisasi dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang muncul







Pengetahuan teknis yang lebih besar, pengetahuan profesional dan sumber daya







Sikap yang mendukung terhadap perubahan







Diferensiasi fungsional yang lebih besar dan berbagai bidang khusus dalam organisasi.



5.



Hambatan Inovasi Jasa Beberapa faktor penghambat inovasi di antaranya (Mulgan dan Albury,



2003): 1.



Tekanan dan beban. Kebanyakan manajer jasa dan profesional menghabiskan proporsi waktu mereka dengan tekanan pekerjaan sehari-hari, memastikan proses pelayanan sesuai dengan standar, menjalankan organisasi mereka, dan melaporkan kepada pimpinannya (pimpinan politik, lembaga, dan inspektorat).



2.



Jangka waktu. Tekanan tersebut diperparah dengan dana operasional jangka pendek yang digunakan untuk perencanaan jangka panjang.



3.



Kemampuan. Para profesional dan manajer memiliki kesempatan dan motivasi untuk berinovasi, tetapi kurangnya kemampuan dalam menghadapi perubahan manajemen dan manajemen risiko, maka dapat sangat menghambat atau melemahkan proses inovasi.



4.



Insentif. Pelayanan publik secara tradisional memiliki kemungkinan gagal lebih besar dalam menerapkan inovasi. Selain itu, proses manajemen bisnis dan pekerja di level manajemen tidak cukup mengenali sistem inovasi, misalnya, dalam kompetensi inti untuk perekrutan, pengembangan, dan penilaian kinerja.



5.



Pengaturan organisasi. Hasil inovasi dari kombinasi faktor teknologi dan organisasi.



Inovasi



sistematis



hanya



timbul



pada



saat



organisasi



mengembangkan keselarasan budaya yang tepat, sistem, metode manajemen, dan proses yang menanamkan inovasi dalam struktur organisasi. 6.



Ketergantungan pada kinerja tinggi. Meskipun organisasi yang memiliki kinerja tinggi saat ini dapat menghasilkan inovasi, ada bukti yang cukup (misalnya Marks and Spencer atau British Airways pada 1990-an) bahwa mereka akan cenderung cepat puas.



7.



Berurusan dengan kegagalan. Dalam bisnis, organisasi perlu berinovasi atau mati. Di sektor publik tidak mungkin bahwa organisasi akan runtuh karena kurangnya inovasi. BAB 5 MANAJEMEN INOVASI DAN TEKNOLOGI



1.



Definisi Manajemen Teknologi Kita perlu memahami teknologi dan inovasi serta melihat aspek organisasi



secara luas. Focus dari bab ini adalah bagaimana menciptakan nilai bagi perusahaan melalui pengelolaan teknologi dan inovasi. Berikut adalah beberapa definisi utama teknologi yang diungkapkan oleh White dan Burton (2007): 



Teknologi adalah penerapan pengetahuan untuk melakukan pekerjaan







Teknologi adalah pengetahuan teoretis dan praktis, keterampilan dan artefak yang dapat digunakan untuk mengembangkan produk serta produk dan system pengiriman







Teknologi adalah sarana teknis yang digunakan orang untuk meningkatkan kualitas lingkungan mereka.







Teknologi adalah penerapan sebuah ilmu, terutama untuk tujuan industry atau perdagangan; seluruh metode dan bahan yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.



2.



Pentingnya Pengelolaan Teknologi Berikut merupakan lima alasan individu dan organisasi tertentu harus peduli



tentang pengelolaan teknologi (NTFT, 1987) 1.



Laju perubahan teknologi menuntut pendekatan lintas disiplin jika pembangunan ekonomi terjadi secara efektif dan efisien untuk mengambil keuntungan dari peluang teknologi.



2.



Laju perkembangan teknologi dan meningkatnya kepintaran konsumen telah memperpendek siklus hidup produk. Hasil faktor-faktor ini merupakan kebutuhan organisasi untuk lebih proaktif dalam pengelolaan teknologi.



3.



Ada kebutuhan untuk memotong waktu pengembangan produk serta untuk mengembangkan lebih banyak fleksibilitas dalam organisasi. Lead-time dari ide ke pasar berkurang atau berubah dengan munculnya teknologi baru.



4.



Meningkatkan kompetisi internasional menuntut bahwa organisasi harus memaksimalkan daya saing dengan efektif menggunakan teknologi baru.



5.



Perubahan teknologi berdampak kepada perubahan sistem manajemen dan equipment yang digunakan. Dalam menghadapi perubahan tersebut dilakukan beberapa tahap, yaitu tahap awal/tahap penerimaan, tahap penyesuaian, dan tahap penggunaan.



3.



Dimensi Global Globalisasi dan teknologi adalah dua pendorong paling signifikan dari kinerja



bisnis. Mereka saling terkait. Perusahaan mendapatkan keuntungan dari skala ekonomi dan ruang lingkup dengan memanfaatkan teknologi global, tetapi mereka juga membutuhkan teknologi untuk beroperasi secara global. Setiap perusahaan di pasar manapun dapat beroperasi secara multinasional dengan potensi keuntungan dalam bidang berikut (Thamhain, 2005):  Mengakses pengetahuan dan bakat-bakat baru yang saling melengkapi.  Mengakses sumber daya lebih ekonomis.



 Skala ekonomi dan ruang lingkup.  Teknologi dan berbagi sumber daya.  Peningkatan kapasitas.  Joint venture dan kemitraan. 4.



Dampak Internet dan E- Commerce Komputer modern dan teknologi informasi telah menciptakan peluang yang



luas bagi para manajer dan organisasi untuk memanfaatkan sumber, daya mereka. Dengan lebih dari 500 juta pengguna di seluruh dunia dan meningkat secara eksponensial. 5.



Definisi Manajemen Inovasi Inovasi merupakan bagian dari manajemen teknologi, tetapi karena



karakternya memiliki sifat "kebaruan", pengelolaan dan pengembangan bisnisnya menjadi unik.



Manajemen inovasi membutuhkan teknologi, tetapi manajemen



teknologi tidak selalu membutuhkan inovasi. Jika proses, produk, dan struktur organisasi cukup stabil dan berada di lingkungan yang matang, inovasi mungkin tidak sesuai. Realitas tersebut adalah sebagai berikut:  Manajemen teknologi meliputi manajemen inovasi.  Hal ini dibutuhkan untuk membina lingkungan dimana mendorong pemikiran inovatif.  Melibatkan pemimpin perusahaan dari proses dan produk yang ada untuk sesuatu yang "baik" dan lebih berharga.  Proaktif dan mendorong kreativitas dan pengambilan risiko. 6.



Proses Pengelolaan Inovasi Perusahaan-perusahaan ini ditandai dengan:



 Memisahkan dana untuk inovasi.



 Kejelasan arah pada studi yang akan dilakukan dan tindak lanjut yang diharapkan.  Cakupan kegiatan yang luas untuk belajar dari orang lain dan untuk memperoleh pemahaman tentang apa yang orang lain lakukan.  Seperangkat harapan yang realistis.  Suasana yang mendukung untuk "debugging" dan mengeksplorasi variasi serta sumber daya yang tepat untuk pemeliharaan dan layanan. Bab 6 KOMERSIALISASI DAN TRANSFER TEKNOLOGI Teknologi sebagai akar dari sebuah inovasi tidak akan berguna tanpa adanya pasar. Perwujudan sebuah inovasi pada dasarnya berkaitan erat dengan proses komersialisasi atau transfer teknologi karena inovasi tidak akan memiliki nilai tanpa keberhasilan komersialisasi suatu produk, baik teknologi ataupun jasa. 1.



Definisi dan Proses Komersialisasi Komersialisasi adalah kelanjutan dari suatu pengembangan produk baru yang



belum diketahui dan dikenal pasar. Hasil produk baru ini dapat berupa penemuan pribadi seseorang atau berdasarkan inovasi suatu perusahaan untuk meningkatkan daya saing dan keberlangsungan perusahan itu sendiri. Transfer teknologi internasional dari negara maju ke negara berkembang terus menjadi stimulus penting untuk industrialisasi dan pertumbuhan ekonomi selanjutnya. Perusahaan yang berlokasi di negara-negara berkembang akan memperoleh keuntungan dari kesuksesan transfer teknologi internasional dalam tiga cara (Calantone, dkk., 1988, 1990; Phillips, dkk., 1994): 1) Peningkatan kualitas produk dan jasa serta penurunan harga, sehingga berdampak pada meluasnya daya saing domestik dan internasional;



2) Diversifikasi ke produk atau pasar baru, sehingga berdampak pada meluasnya kegiatan usaha; 3) "Learning by doing", dihasilkan dari kerja sama teknologi dengan perusahaan asing yang lebih berpengalaman. Konsep dari komersialisasi teknologi adalah sebagai evaluasi dan prioritas dari kegiatan proyek Research & Development (R&D), jika perlu juga memperhatikan dampak proyek tersebut. Sebuah proyek mungkin adalah pengembangan atau pengkomersialisasian sebuah produk baru dan proses pembuatan atau kerumitan dari suatu produk, proses pengemasajn serta pemasaran yang dianggap satu unit kegiatan. Komersialisasi produk hanya akan sukses jika tiga pertanyaan berikut dapat dijawab: a.



Kapan waktu yang tepat untuk memperkenalkan produk baru tersebut ke pasaran?



b.



Dimana perusahaan harus memutuskan untuk meluncurkan produknya



c.



Kepada siapa produk baru tersebut hendak diluncurkan/dikomersialisasikan?



2.



Difusi Inovasi Beberapa penelitian independen telah mempelajari difusi inovasi. Peneliti



dalam bidang antropologi, geografi, dan sosiologi memiliki sejarah yang panjang dalam mencoba memahami perilaku ini dalam pola dan teknik difusi serta ide-ide yang bersumber dari masyarakat untuk distribusi produk saat ini. 3.



Adopsi Teknologi Secara umum, adopsi teknologi adalah proses multimensional, dimana



perilaku pengguna dipengaruhi oleh berbagai rangkaian keadaan. Kondisi belajar dan domain individu mengacu pada analisis tingkat mikro karena hal-hal ini berpengaruh dalam memahami perilaku dari seorang adopter teknologi. Kondisi social dan



domain masyarakat mengacu pada tingkat meso karena mereka menunjukkan bagaimana hubungan pengguna mempengaruhi perilaku adopsi. BAB 7 TAMAN ILMU DAN TEKNOLOGI Dalam rangka mendukung kemajuan, system inovasi nasional konsep Taman Ilmu dan Teknologi atau Science Technology Park (STP) mulai berkembang dewasa ini bahkan hamper di seluruh kota besar di Indonesia. 1.



Definisi Taman Ilmu dan Teknologi Taman Ilmu dan Teknologi atau Science Technology Park (STP) didirikan



untuk merangsang pembentukan dan pengembangan perusahaan yang berbasis pada terciptanya teknologi baru. Menurut Association of University Related Research Parks (1998), science park memiliki tiga karakteristik dasar: 1.



Dirancang untuk mendorong pembentukan dan pertumbuhan perusahaan yang inovatif,



2.



Menyediakan lingkungan yang memungkinkan perusahaan besar untuk mengembangkan hubungan dengan usaha kecil,



3.



Mempromosikan hubungan formal dan operasional dengan lembaga yang menjadi pusat penciptaan pengetahuan, seperti perguruan tinggi, lembaga pendidikanjinggi, dan lembaga penelitian. International Association of Science Parks (IASP) (2002), mendefinisikan



science park sebagai properti yang berbasis:  memiliki hubungan operasional dengan universitas, pusat penelitian, dan lembaga pendidikan tinggi lainnya



 dirancang untuk mendorong pembentukan dan pertumbuhan industri berbasis pengetahuan dan teknologi,



umumnya



industri-industri



baru



ini



bertempat pada satu area  memiliki tim manajemen yang stabil dan terlibat secara aktif dalam mendorong transfer teknologi dan bisnis kepada organisasi/perusahaan besar penyewa teknologi baru yang telah diciptakan oleh industri-industri kecil dalam area science park ini (Basile, 2011). Heath



(1996)



mengembangkan



model



pertumbuhan perusahaan ke dalam



tiga tahap pilihan, sebagai berikut ini: 1.



Tahap satu, berkaitan dengan kebutuhan perusahaan untuk



membentuk



jaringan yang membutuhkan kepercayaan dan saling pengertian. 2.



Tahap dua, bertransaksi membangun hubungan jangka panjang dengan perusahaan lain untuk mendapatkan dan mempertahankan keunggulan kompetitif.



3.



Tahap tiga, perusahaan ini menciptakan klaster yang mana merupakan tahap akhir dan tahap yang paling dikembangkan.



2.



Karakteristik STP Bagian ini memberikan ringkasan mengenai area, jenis penyewa, dan asal



perusahaan penyewa dalam STP di seluruh dunia. Sementara ada ribuan science park di seluruh dunia, hanya sebagian kecil yang memenuhi syarat sebagai STP yang benar. Menurut data AURP (Association of University Related Research Parks) pada tahun 1998, diperkirakan terdapat sekitar 400 STP. Dari jumlah tersebut, lebih dari setengah memiliki program inkubator bisnis atau dalam tahap perencanaan untuk membantu mendorong pengembangan teknologi maupun transfer teknologi. Selain itu, lebih dari setengah STP telah mengembangkan fokus industri tertentu.



3.



Model STP di Negara Berkembang 1. Model asli 2. Model rekrutmen 3. Model pendekatan campuran



4.



Faktor-Faktor Sukses STP STP pertama yang sukses dan mungkin yang paling sukses adalah Stanford



University Science Park di California yang berdiri pada tahun 1950 dan di tahun 1986 telah memiliki lebih dari 80 perusahaan penghuni dan mempekerjakan lebih dari 2.600 orang (Basile, 2011). Inkubator bisnis menyebar secara perlahan antara tahun 1960 dan 1970 di Amerika Serikat pemerintah



untuk merevitalisasi



ekonomi



dan



digunakan



sebagai



alat



(Somsuk, Wonglimpiyarat,



dan



Zaosirihongthong, 2012) Menurut Kharabheh (2012), Science Technology Park yang telah sukses dalam pengelolaan dan pengembangannya memiliki factor-faktor sebagai indicator kesuksesan seperti disebutkan dalam beberapa poin berikut ini: a.



Budaya dalam pengambilan Risiko



b.



Manajemen STP yang tidak memihak



c.



Lingkungan yang kondusif



d.



Keterlibatan perusahaan asing



e.



Kesamaan visi