Manajemen MPKP Ichtiarni Revisi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan profesi bidan merupakan pendidikan yang mempersiapkan lulusan menguasai kompetensi yang dipersyaratkan sebagai seorang bidan ahli profesional, bekerja secara mandiri, mampu mengembangkan diri, dan beretika. Kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi serta tuntutan masyarakat yang semakin kritis terhadap pelayanan kebidanan yang diberikan oleh bidan memberikan konsekuensi kepada lukusan pendidikan bidan untuk meningkatkan hard skill, soft skill, dan pengetahuannya serta bertindak sesuai kompetensi dan kewenangannya. Pembelajaran pada tahap profesi dilaksanakan dengan sistem blok. Blok 14 dilaksanakan untuk mencapai capaian pembelajaran yang kompeten dalam memberikan manajemen pelayanan kebidanan. Model bimbingan yang digunakan preseptorship-mentorship. Dengan sistem ini diharapkan peserta didik dapat mengintegrasikan seluruh pengetahuan, keterampilan, dan sikap, sehingga mampu melakukan peran sebagai bidan dalam memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya khususnya di Praktik Mandiri Bidan (PMB). Praktik Mandiri Bidan (PMB) adalah salah satu anggota dari Ikatan Bidan Indonesia (IBI) yang bertugas meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi terstandar. Praktik Mandiri Bidan ini mendapat pembinaan oleh Bidan Delima yang merupakan program dari IBI. Dalam menjalankan tugasnya Praktik Mandiri Bidan memiliki standarisasi, yaitu bidan delima. Bidan Delima adalah sistem standarisasi kualitas pelayanan Praktik Mandiri Bidan (PMB), dengan penekanan pada kegiatan monitoring & evaluasi serta kegiatan pembinaan & pelatihan yang rutin dan berkesinambungan. Bidan Delima melambangkan Pelayanan berkualitas dalam Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana yang berlandaskan kasih sayang, sopan santun, ramah-tamah, sentuhan



1



yang manusiawi, terjangkau, dengan tindakan kebidanan sesuai standar dan kode etik profesi. Bidan Delima dibutuhkan dalam rangka: 1.



Mempertahankan dan meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan BPS, sesuai kebutuhan masyarakat.



2.



Melindungi masyarakat sebagai konsumen dan bidan sebagai provider, dari praktek yang tidak terstand



3.



Sebagai standarisasi pelayanan kebidanan bagi PMB sejalan dengan rencana strategis IBI.



4.



Menjadi standar dalam mengevaluasi pelayanan kebidanan di PMB karena memiliki tools (perangkat) yang lebih lengkap.



5.



Sebagai bagian dari pelaksanaan rencana kerja IBI dalam pelayanan kebidanan, sekaligus untuk mempertahankan dan meningkatkan citra IBI.



6. 1.2.



Sebagai tempat pilihan terbaik bagi praktik pendidikan bidan. Tujuan Praktik



1.2.1. Tujuan Umum Mendesain manajemen pelayanan kebidanan secara mandiri dan profesional di Praktik Mandiri Bidan 1.2.2. Tujuan Khusus 1. Melakukan pengkajian kebutuhan organisasi pelayanan kebidanan 2. Melakukan nalisa kebutuhan manajemen pelayanan kebidanan 3. Melakukan perencanaan manajemen kebidanan 4. Melakukan pengorganisasian manajemen kebidanan 5. Melakukan pengelolaan manajemen kebidanan 6. Melakukan pengendalian dan monitoring pelayanan kebidanan 7. Melakukan evaluasi pelayanan kebidanan 8. Mengkaji hambatan-hambatan yang terjadi dalam manajemen pelayanan kebidanan 1.3.



Pelaksanaan Tanggal 18-10-2020 s/d 14-11-2020



2



BAB 2 ISI 2.1. Profil dan Gambaran umum PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd merupakan Praktik Mandiri Bidan yang berlokasi di Jl. Surabayan IV No. 4 Surabaya, termasuk dalam wilayah Puskesmas Kedungdoro Surabaya. PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd merupakan klinik Bidan Delima yang memberikan pelayanan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan 24 jam, perawatan nifas, perawatan bayi baru lahir, imunisasi dan KB. PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd dipimpin oleh seorang bidan yang dibantu 1 orang bidan pelaksana. PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd merupakan klinik bidan delima yang memberikan pelayanan bagi pasien umum dan pasien BPJS. PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd digunakan sebagai tempat praktik bagi mahasiswa DIII Kebidanan, DIV Kebidanan dan Pendidikan profesi bidan. 2.2. Pengumpulan Data (5M) 2.2.1. Man 1. Klien Jumlah klien di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd periode Januari – Agustus 2020 Bulan Jumlah Klien Januari 290 Februari 286 Maret 255 April 245 Mei 255 Juni 240 Juli 235 Agustus 232 Jumlah 2038 Sumber: Buku registrasi PMB



3



2.



Struktur organisasi Struktur organisasi merupakan susunan kepengurusan yang diletakkan di dalam ruang perawatan dan bertujuan untuk memberikan informasi secara jelas kepada pasien, keluarga, maupun pengunjung terkait kepengurusan dan pengelolaan ruangan. Struktur organisasi di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd Kepala PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd



Bidan Pelaksana Nurul Dwi Lina Wati, Amd. Keb 3. Bidan a) Kepala PMB Nama



: Fidda Royani, S.Keb. Bd



Tempat/ Tanggal lahir : Surabaya, 26 April 1989 Alamat Rumah



: Surabayan 4 No.4



Alamat Praktik



: Surabayan 4 No.4



No. Sip-B



: 503 446 /0879/SIPB/436.6.3/2015



No. STR Bidan



: 16 02 72220-3191434



Organisasi Profesi



: IBI Surabaya Ranting Selatan



Jabatan



: Sekretaris



No. KTA IBI



: 13.01.1675



Riwayat Pendidikan



:



-



D3 Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya tahun 2010



-



S1 Pendidikan Bidan Universitas Airlangga tahun 2014



Pelatihan -



APN tahun 2011



-



CTU tahun 2015



-



MU tahun 2019



-



Triple eliminasi tahun 2020



4



b) Bidan Pelaksana Nama



: Nurul Dwi Lina Wati, Amd. Keb



Tempat/ Tanggal lahir : Surabaya, 25 September 1997 Alamat Rumah



: Jl. Golf 6 No. 60



Alamat Praktik



: Surabayan 4 No.4



Lama bekerja



: 1 tahun 8 bulan



Organisasi Profesi



: Anggota IBI Surabaya Ranting Selatan



Riwayat Pendidikan : -



D3 Kebidanan Stikes ABI 2018



Pelatihan -



APN tahun 2020



4. Pembagian tugas a) Kepala PMB: 



Tugas Pokok Bertanggungjawab terhadap fungsi PMB agar dapat berjalan



dengan baik. 



Fungsi 1. Sebagai Manajer 2. Sebagai Bidan







Kegiatan pokok 1. Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen. 2. Membina bidan pelaksana dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dan meningkatkan mutu pelayanan. 3. Melakukan pengawasan bagi pelaksanaan kegiatan. 4. Menjalin kemitraan dengan berbagai pihak (Puskesmas) dan masyarakat dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat. 5. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan PMB. 6. Melaporkan hasil kegiatan program ke Puskesmas 7. Sebagai bidan (fungsional) melaksanakan tugas pelayanan kepada klien.



5



b) Bidan Pelaksana 



Tugas Pokok Melaksanakan pelayanan pada klien di PMB







Fungsi Sebagai bidan pelaksana







Kegiatan pokok 1. Melaksanakan pelayanan terhadap pasien 2. Memastikan bahwa pelayanan sesuai dengan prosedur 3. Menyiapkan buku registrasi pelayanan pasien, rujukan, resep di meja pelayanan sebelum pelayanan dimulai 4. Mengusulkan sarana dan prasarana terkait kebutuhan pelayanan PMB 5. Merekap dan melaporkan hasil kegiatan pelayanan di PMB 6. Bertanggung jawab terhadap kebersihan, kerapian dan ketersediaan sarana dan prasarana PMB



5.



Penghitungan jumlah tenaga Penetapan jumlah tenaga merupakan suatu proses membuat perencanaan untuk menentukan berapa banyak tenaga yang dibutuhkan dan dengan kriteria seperti apa pada suatu unit. Untuk penetapan ini ada beberapa rumus yang dikembangkan oleh para ahli. Selain untuk menetapkan rumus ini juga dapat digunakan untuk menilai dan membandingkan apakah tenaga yang ada saat ini cukup, kurang atau berlebih. Rumus tersebut antara lain: a. Menurut Gillies (1982) Kebutuhan tenaga secara kuantitatif dapat dirumuskan dengan perhitungan sebagai berikut: Jumlah Tenaga = A X B X 365 ( 365−C ) X jam kerja/hari Keterangan : A : jam efektif/24 jam waktu perawatan yang dibutuhkan pasien/hari 6



B : rata-rata jumlah pasien per hari C : jumlah hari libur, 365 = jumlah hari kerja dalam 1 tahun Menggunakan Rumus Gillies A= 10/24 = 0,42 B= 10 C= 60 Jumlah tenaga =



0,42 X 10 X 365 1535 = = 0,503 = 1 orang ( 365−60 ) X 10 3050



Berdasarkan perhitungan jumlah tenaga kerja menurut rumus Gillies didapatkan 1 orang bidan. Hal ini sudah sesuai dengan yang diterapkan di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd b. Menurut Depkes, 2005 Menurut Depkes, modal pendekatan yang dapat digunakan dalam



penghitungan



tenaga



keperawatan



di



rumah



sakit



memperhatikan unit kerja yang ada pada rumah sakit. Penetapan didasarkan klasifikasi pasien dengan cara penghitungan -



Rawat jalan Jumlah Tenaga = rata−rata jumlah pasien x jumlah jam perawatan jumlah jam kerjaefektif /hari x 60 jam Keterangan : hasil ditambah koreksi 15%



-



Kamar bersalin Jumlah tenaga = rata−rata jumlah pasien x jumlah jam perawatan jumlah jam kerja efektif /hari



Kajian dan Analisis Data a. Menggunakan rumus Depkes 



Penghitungan untuk rawat jalan Jumlah tenaga =



10 x 30 300 1 = = = 1 orang 10 x 60 600 2



7



15 x 1 = 0,15 + 1 = 1,15 orang = 1 orang 100 



Penghitungan untuk VK Jumlah tenaga = rata−rata jumlah pasien x jumlah jam perawatan jumlah jam kerja efektif /hari 5 x5 Jumlah tenaga = 30 = 0,8 = 1 orang 10 Berdasarkan perhitungan jumlah tenaga kerja menurut rumus



Depkes didapatkan 1 orang bidan. Hal ini sudah sesuai dengan yang diterapkan di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd 6.



Quality Nurse Work Life (QNWL) Quality Nurse Work Life atau kualitas kehidupan kerja merupakan kualitas kerja yang dirasakan perawat yang terdiri dari aspek kepuasan lingkungan kerja, atasan kerja, kepuasan pelaksanaan kerja dan pengembangan diri perawat.



Hasil kuesioner Quality Nurse Work Life (n=1) di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd No Seberapa besar hal dibawah Sangat Tidak Netral Setuju Sangat Anda rasakan dalam lingkungan Tidak Setuj Setuju pekerjaan Anda Setuju u 1 Saya memiliki tujuan dan sasaran 1 yang jelas untuk melaksanakan (100%) tugas-tugas pekerjaan saya 2 Saya mampu untuk 1 mengungkapkan pendapat saya dan (100%) mempengaruhi perubahan dalam lingkungan kerja saya 3 Saya memiliki kesempatan untuk 1 menggunakan kemampuan saya (100%) dalam bekerja 4 Saya merasa baik-baik saja saat ini 1 (100%) 5 Atasan saya memberikan fasilitas 1 dan fleksibilitas yang cukup untuk (100%) saya bekerja dan kehidupan keluarga saya 6 Jam kerja atau jadwal kerja saya 1 sesuai dengan kondisi saya saat ini (100%) 7 Saya sering merasa tertekan saat 1 8



8



9 10 11 12



13 14 15 16 17 18 19 20



21 22 23



24



bekerja Ketika saya melakukan keberhasilan dalam pekerjaan saya, hal itu diakui oleh atasan langsung saya Beberapa waktu yang lalu, saya merasa kecewa dan tertekan Saya puas dengan kehidupan saya saat ini Saya ingin belajar keterampilan baru Saya merasa terlibat dalam pengambilan keputusan yang berpengaruh terhadap saya dalam lingkungan kerja saya Atasan saya memberikan apa yang saya butuhkan untuk melaksanakan pekerjaan saya secara efektif Atasan langsung saya memberikan jadwal atau jam kerja yang fleksibel



(100%) 1 (100%) 1 (100%) 1 (100%) 1 (100%) 1 (100%) 1 (100%) 1 (100%) 1 (100%)



Dalam banyak hal, hidup saya mendekati ideal Saya bekerja dalam lingkungan yang aman Secara umum, semua berjalan lancar bagi saya Saya puas dengan kesempatan karir yang saya dapatkan Saya sering merasakan tekanan yang berlebihan saat bekerja Saya puas dengan pelatihan yang saya dapatkan untuk dapat melaksanakan pekerjaan saya saat ini Beberapa waktu yang lalu, saya merasa bahagia atas semua hal yang saya dapatkan Kondisi pekerjaan saya memuaskan



1 (100%) 1 (100%) 1 (100%) 1 (100%) 1 (100%) 1 (100%) 1 (100%)



Saya merasa terlibat dalam pengambilan keputusan yang berpengaruh terhadap orang lain dalam lingkungan kerja saya Saya puas terhadap kualitas kehidupan kerja saya secara umum



1 (100%) 1 (100%)



9



Berdasarkan hasil kuesioner QNWL secara keseluruhan bidan merasa puas dengan kualitas kehidupan kerja. Bidan mengungkapkan memiliki tujuan dan sasaran yang jelas. Bidan menyatakan tidak merasa tertekan dengan kondisi kerja, dan menyatakan kondisi pekerjaan memuaskan. Pada pernyataan kemampuan bekerja menyatakan sangat setuju. Bidan menyatakan puas terhadap kesempatan karir yang didapatkan dan menyatakan puas dengan pelatihan yang didapatkan. Kepala PMB memberikan kesempatan kepada bidan untuk mengikuti pelatihan dan seminar untuk meningkatkan keterampilan. 2.1.2. Material 2.1.2.1. Setting gedung a. Lokasi Jl. Surabayan 4 No. 4, RT 05, RW 02 Kecamatan Tegalsari Surabaya b. Bangunan Bangunan Praktik Mandiri Bidan 1) Bersifat permanen 2) Berada di rumah tinggal, akses pintu keluar masuk tempat praktik terpisah dari tempat tinggal perorangan 3) Uraian denah: a. Sebelah utara merupakan perbatasan antara ruang steril alat dan rumah tinggal b. Sebelah selatan merupakan arah pintu masuk c. Sebelah barat berbatasan dengan rumah tinggal d. Sebelah timur merupakan ruang pemeriksaan, bersalin, nifas Ruang Pemrosesan alat Kamar mandi Ruang Bersalin Ruang Nifas Ruang periksa Ruang pendaftaran dan konsultasi 10 Ruang Tunggu



2.1.2.2.



Fasilitas Di dalam manajemen sangat diperlukan adanya pengelolaan



Fasilitas sarana, prasarana, dan peralatan sebagai faktor pendukung dan penunjang terlaksananya pelayanan kebidanan. Sarana dan Peralatan kesehatan untuk pelayanan kebidanan adalah semua bentuk alat yang dipergunakan



dalam



melaksanakan



tindakan



untuk



menunjang



kelancaran pelaksanaan asuhan kebidanan, sehingga diperoleh tujuan kebidanan yang efisien dan efektif. 1. Ruang tunggu, yang dilengkapi dengan bangku, poster, tempat cuci tangan. 2. Ruang pendaftaran, yang dilengkapi dengan meja, kursi dan kipas angin. 3. Ruang pemeriksaan, ukuran 3x2m2, dinding dan lantai terbuat dari bahan yang tidak tembus air dan mudah dibersihkan, keras, rata, tidak licin, bersih, dan tidak berdebu, dilengkapi tempat tidur untuk pemeriksaan dengan ukuran sesuai standar, meja dan kursi, tempat untuk mencuci tangan dengan air mengalir dan tersedia sabun atau antiseptik dengn serta tersedia media informasi kesehatan ibu dan anak. 4. Ruang bersalin, ukuran minimal 3x4 m2 untuk satu tempat tidur persalinan sesuai standar, dinding dan lantai terbuat dari bahan yang tidak tembus air dan mudah dibersihkan, keras, rata, tidak licin, dan bersih, tersedia meja dan set resusitasi untuk neonatal dan tersedia antiseptik untuk mencuci tangan 5. Ruang nifas untuk ibu dan bayi dengan jumlah tempat tidur sebanyak 2 buah. Ruangan bersih dan tidak berdebu tersedia antisptik untuk mencuci tangan 6. WC/kamar mandi, dengan kloset jongkok, tersedia gayung dan bak air juga dapat digunakan sebagai pegangan



11



7. Ruang pemrosesan alat dan pengelolaan limbah, tersedia wastafel khusus pencucian alat dengan air mengalir, tersedia alat-alat untuk pemrosesan alat seperti bak dekontaminasi, dan larutan klorin. 2.1.2.3. Alat Kesehatan Di dalam manajemen keperawatan sangat diperlukan adanya pengelolaan peralatan sebagai faktor pendukung dan penunjang terlaksananya pelayanan keperawatan. Peralatan kesehatan untuk pelayanan keperawatan adalah semua bentuk alat kesehatan yang dipergunakan dalam melaksanakan tindakan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan asuhan keperawatan, sehingga diperoleh tujuan keperawatan yang efisien dan efektif. Berikut adalah peralatan kesehatan yang ada di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd : No Alat Kesehatan I. Set Pemeriksaan Obstetri Gynekologi 1 Bak instrumen dengan tutup 2 Baki logam tempat alat steril bertutup 3 Palu refleks 4 pen lancet 5 Sphygmanometer dewasa 6 stetoskop dewasa 7 sudip lidah 8 termometer dewasa 9 timbangan dewasa 10 torniket karet 11 Doppler 12 gunting benang 1 3 gunting episiotomi 14 gunting tali pusat 15 gunting verband 16 klem kasa (korentang) 17 tempat klem kasa (korentang) 18 lampu periksa halogen 19 masker oksigen+ nasal kanula dewasa 20 meja instrumen 21 needle holder matheiu 22 pinset jaringan (sirurgis) 23 pinset kasa (anatomis)



Jumlah Kondisi     3 baik 1 baik 1 baik 2 baik 2 baik 2 baik 1 baik 1 baik 1 baik 1 baik 1 baik 1 baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 12



baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik



Jumlah minimum  



Usulan  



1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 2 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah



-



1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah



-



24 25 26 27



pinset bedah setengah kocher spekulum (sim) spekulum cocor bebek



28 standar infus 29 stetoskop janin 30 tabung oksigen dan regulator II. Set pemeriksaan Kesehatan Anak 1 alat pengukur panjang bayi 2 lampu periksa 3 pengukur lingkar kepala 4 pengukur tinggi badan anak 5 timbangan bayi III. Set Pelayanan KB 1 Baki logam tempat alat steril bertutup 2 implan kit 3 IUD kit 4 Aligator ekstraktor 5 gunting mayo CVD 6 klem kasa lurus 7 klem penarik benang AKDR 8 sonde uterus sims 9 tenakulum schroeder 10 Scapel 11 Trochar IV. Set Imunisasi 1 vaccine carrier 2 vaccine refrigerator V. Set Resusitasi Bayi  1 Baby suction pump portale 2 Meja resusitasi dengan penghangat 3 penghisap lendir deelee VI. Peralatan Lain 1 Bantal 2 celemek plastik 3 kacamata google 4 sepatu boot 5 penutup rambut 6 duk bolong 7 Kasur 8 lemari alat



1 3 3



baik baik baik



1 buah 1 buah 1 buah 1 buah



1 1 1



baik baik baik



2 buah 1 buah 1 set



perlu ditambah -



1 1 1 1 1



baik baik baik baik baik



1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah



-



1 1 1 1 1 1 1 1 1 1



baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik



1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah



-



 



13



 



 



 



1 1



baik Baik



1 buah 1 buah



-



1 1 1



Baik Baik Baik



1 buah 1 buah 1 buah



-



3 2 1 1 1 2 4 1



Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik



3 buah 1 buah 1 buah 1 pasang 1 buah 2 buah 3 buah 1 buah



-



9 10 11 12 13 14 15 16 17



lemari obat Metlin Perlak Pispot pita lila Sprei set tumbuh kembang anak sikat untuk membersihkan peralatan tempat sampah injak



1 1 5 1 1 3 1 1 6



Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik



1 buah 1 buah 5 buah 2 buah 1 buah 3 buah 1 buah 1 buah 2 buah



18



toples kapas/kasa steril



1



Baik



3 buah



19 20



tromol kapas/kasa steril waskom kecil



1 1



baik baik



3 buah 1 buah



21 22



Bengkok pengukur tinggi badan (microtoise)



1 1



baik baik



23 24 25 26 37



handuk pembungkus neonatus lemari kecil pasien selimut bayi selimut dewasa Sterilisator



3 1 2 2 1



baik baik baik baik baik



3 buah 1 buah sesuai kebutuhan 1 buah 2 buah 3 buah 1 set



perlu ditambah perlu ditambah perlu ditambah -



Analisis Data PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd sudah memiliki peralatan medis dan non medis yang lengkap dan sesuai standar Bidan Delima. 2.1.4.



Consumable (obat habis pakai)



Pemenuhan stok obat dan consumable di PMB Fidda, Royani, S.Keb. Bd dilakukan secara mandiri. Di bawah ini tabel tabel dafar obat habis pakar di PMB Fidda, Royani, S.Keb. Bd No . Jenis Obat KONTRASEPSI ORAL



Sediaan



1 Desogestrel Kombinasi desogestrel dan 2 ethinylestradiol Kombinasi levonorgestrel dan 3 ethinylestradiol



Tablet



4 Lynestrenol



Tablet



Tablet Tablet



14



Jumlah sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan



Jumlah yang ada



Usulan



-



-



-



-



5



-



-



-



kombinasi cyproterone acetat dan 5 ethinyl estradiol kombinasi gestodene dan 6 ethynylestradiol 7 Levonorgesterl kombinasi drospirenone dan 8 ethinylestradiol kombinasi ethinylestradiol dan 9 lynestrenol KONTRASEPSI SUNTIK Medroxyprogesterone acetate 10 (DMPA) 11 Kombinasi DMPA dan cyplonate KONTRASEPSI IMPLAN 12 Levonorgesterl



Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet



Vial Vial



Rods



13 Etonogestrel KONTRASEPSI AKDR



Rods



14 IUD Cu T 380 A



Set



15 IUD Levonogestrel KONDOM



Set



sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan



sesuai 16 Kondom Buah kebutuhan OBAT KEGAWATDARURATAN DAN OBAT LAIN sesuai 17 Oksitosin inj Ampul kebutuhan sesuai 18 metilergometrin inj Ampul kebutuhan sesuai 19 MgSO4 40% inj. ampul kebutuhan sesuai 20 Kalsium glukonat 10% inj ampul kebutuhan sesuai 21 nifedipin/amlodipin   kebutuhan sesuai 22 Metildopa   kebutuhan sesuai 23 vit A dosis tinggi softgel kebutuhan sesuai 24 tamblet tambah darah Tablet kebutuhan sesuai 25 Vit K1 inj ampul kebutuhan 15



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



20



-



20



-



10



-



-



-



10



-



-



-



10



-



5



-



5



-



1



-



1



-



-



-



-



-



5



-



10



-



5



-



26 salep mata gentamicin BAHAN HABIS PAKAI 1 Alkohol 2 cairan desinfeltan 3 kain steril 4 Kapas 5 kasa nonsteril 6 kasa steril 7 lidi kapas steril 8 Masker 9 pofilin tinctura 25% 10 sabun tangan atau antiseptik 11 benang chromic catgut 12 gelang bayi 13 infus set dewasa infus set wing needle u anak dan 14 bayi no 23 dan 25 15 jarum jahit 16 kantong urin 17 kateter folley 18 kateter nelaton 19 Pembalut 20 pengikat tali pusat 21 Plester 22 sabun cair untuk cuci tangan 23 sarung tangan 24 sarung tangan panjang



tube



sesuai kebutuhan



1



-



sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan



1 1 1 10 10 10 5 5 3 3 2 6



-



sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan



3 3 3 3 3 5 1 3 10 1



-



Analisis Data PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd sudah memiliki obat dan alat habis pakai yang lengkap dan sesuai standar Bidan Delima, 2.1.3. Method 2.1.3.1. Model pelayanan (MAKP) 1. Fungsional (bukan model MAKP). Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat



16



hanya melakukan satu atau dua jenis intervensi keperawatan saja (misalnya, merawat luka) kepada semua pasien di bangsal. (Nursalam, 2016)



Kelebihan: a. manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik; b. sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga; c. perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum berpengalaman. Kelemahan: a. tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat; b. pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan; c. persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja. 2. MAKP Model Tim Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbedabeda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2–3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.Metode ini biasa digunakan pada pelayanan keperawatan di unit rawat inap, unit rawat jalan, dan unit gawat darurat.



17



Konsep metode Tim: a. ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan; b. pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin; d. anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim; e. peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan berhasil bila didukung oleh kepala ruang. Kelebihannya: a. memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh; b. mendukung pelaksanaan proses keperawatan; c. memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah di atasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim. Kelemahan: komunikasi antaranggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk. Konsep metode Tim: a. ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan; b. pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin; c. anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim; d. peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan berhasil bila didukung oleh kepala ruang. Tanggung jawab anggota tim: a. memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung jawabnya; b. kerja sama dengan anggota tim dan antartim; c. memberikan laporan.



18



Tanggung jawab ketua tim: a. membuat perencanaan; b. membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi; c. mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien; d. mengembangkan kemampuan anggota; e. menyelenggarakan konferensi. Tanggung jawab kepala ruang: a. perencanaan: •



menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masingmasing;







mengikuti serah terima pasien pada sif sebelumnya;







mengidentifikasi



tingkat



ketergantungan



pasien:



gawat,



transisi, dan persiapan pulang, bersama ketua tim; •



mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur penugasan/penjadwalan;







merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan;







mengikuti



visite



dokter



untuk



mengetahui



kondisi,



patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan, dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien; •



mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk kegiatan membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan, membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan, mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah, serta memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk;







membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri;







membantu membimbing peserta didik keperawatan;







menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.



19



b. pengorganisasian: •



merumuskan metode penugasan yang digunakan;







merumuskan tujuan metode penugasan;







membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas;







membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2 ketua tim, dan ketua tim membawahi 2–3 perawat;







mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lainlain;







mengatur dan mengendalikan logistik ruangan,







mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik;







mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak berada di tempat kepada ketua tim;







memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien;







mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya;







identifikasi masalah dan cara penanganannya.



c. pengarahan: •



memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim;







memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik;







memberi



motivasi



dalam



peningkatan



pengetahuan,



keterampilan, dan sikap; •



menginformasikan



hal-hal



yang



dianggap



penting



dan



berhubungan dengan asuhan keperawatan pada pasien; •



melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan;







membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya;







meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.



20



d. pengawasan: •



melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien, melalui supervisi: 1) pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi, mengamati sendiri, atau melalui laporan langsung secara lisan, dan memperbaiki/ mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga; 2) pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas; 3) evaluasi; 4) mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim; 5) audit keperawatan.



3.



MAKP Primer Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab penuh



selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat Kelebihan: a. bersifat kontinuitas dan komprehensif; b. perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan pengembangan diri; c. keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit (Gillies, 1989) dalam (Nursalam, 2016)



21



Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui dan komprehensif. Kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis, penuh pertimbangan, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu. Konsep dasar metode primer: a. ada tanggung jawab dan tanggung gugat; b. ada otonomi; c. ketertiban pasien dan keluarga. Tugas perawat primer: a. mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif; b. membuat tujuan dan rencana keperawatan; c. melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas; d. mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain; e. mengevaluasi keberhasilan yang dicapai; f. menerima dan menyesuaikan rencana; g. menyiapkan penyuluhan untuk pulang; h. melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di masyarakat; i. membuat jadwal perjanjian klinis; j. mengadakan kunjungan rumah. Peran kepala ruang/bangsal dalam metode primer: a. sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer; b. orientasi dan merencanakan karyawan baru; c. menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten; d. evaluasi kerja;



22



e. merencanakan/menyelenggarakan pengembangan staf; f. membuat 1–2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang terjadi. Ketenagaan metode primer: a. setiap perawat primer adalah perawat bed side atau selalu berada dekat dengan pasien; b. beban kasus pasien 4–6 orang untuk satu perawat primer; c. penugasan ditentukan oleh kepala bangsal; d. perawat



primer



dibantu



oleh



perawat



profesional



lain



maupun



nonprofesional sebagai perawat asisten; 4.



Metode Kasus Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat



ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap sif, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat/pribadi dalam memberikan asuhan keperawatan khusus seperti kasus isolasi dan perawatan intensif(intensive care). Kelebihannya: a. perawat lebih memahami kasus per kasus; b. sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah. Kekurangannya: a. belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab; b. perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.



Sistem asuhan keperaawatan “case method nursing”



23



5.



Model Modifikasi/ Moduler Model MAKP Tim dan Primer digunakan secara kombinasi dari kedua



sistem. Menurut Sitorus (2002) penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan berikut. - Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S-1 Keperawatan atau setara. - Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim. - Melalui kombinasi kedua model tesebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan D-3, bimbingan tentang asuhan keperawatan diberikan oleh perawat primer/ketua tim.



(Jadwal diatur Pagi, Sore, Malam, dan Libur/Cuti) Metode Tim Primer (Modifikasi) 6.



Model Asuhan yang digunakan Metode yang digunakan di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd adalah metode



modifikasi antara metode primer dan tim. Metode primer digunakan karena terdapat bidan primer yang berlatar belakang pendidikan S1 profesi bidan yang melaksanakan asuhan kebidanan pada



24



klien secara komprehensif. Bidan menjalankan tugas-tugasnya



sebagai bidan



primer diantaranya memberikan pendidikan kesehatan dan melakukan rujukan kepada klien saat diperlukan. Metode tim digunakan karena dalam memberikan asuhan pada klien dilakukan secara kerja sama oleh dua orang. Mekanisme pelaksanaan : a. Ketua tim sebagai sebagai bidan profesional b. Komunikasi efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin. c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim. Tanggung Jawab Ketua Tim a. Membuat perencanaan. b. Membuat penugasan, supervisi, evaluasi. c. Mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien. Tanggung Jawab Anggota Tim a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung jawabnya. b. Kerja sama dengan anggota tim dan antar tim. c. Memberikan laporan. 2.1.3.2.Pendokumentasian Dokumentasi keperawatan merupakan bagian dari media komunikasi antara perawat yang melakukan asuhan keperawatan dengan perawat lain atau dengan tenaga kesehatan lain. Dengan tujuan untuk menghindari kesalahan dan ketidaklengkapan informasi dalam asuhan keperawatan. Data mengenai dokumentasi keperawatan dikumpulkan melalui kuesioner dan observasi. Berikut jenis-jenis dokeumentasi keperawatan bessserta penerapannya di PMB Fidda Royani, S.Keb.Bd: 1.



Model dokumentasi SOR (source oriented record) Model



dokumentasi



SOR



(sourceoriented-record)merupakan



model



dokumentasi yang berorientasi pada sumber informasi. Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau sumber yang mengelola pencatatan. Dokumentasi dibuat dengan cara setiap anggota tim kesehatan membuat catatan sendiri dari hasil observasi. Kemudian, semua hasil dokumentasi dikumpulkan



25



menjadi satu. Sehingga masing-masing anggota tim kesehatan melaksanakan kegiatan sendiri tanpa bergantung dengan anggota tim kesehatan yang lain (Adhinda, 2018). Misalnya, kumpulan dokumentasi yang bersumber dari dokter, bidan, perawat, fisioterapi, ahli gizi, dan lain-lain. Dokter menggunakan lembar untuk mencatat instruksi, lembaran riwayat penyakit dan perkembangan penyakit. Bidan menggunakan catatankebidanan, begitu pula disiplin lain mempunyai catatan masingmasing. Model ini dapat diterapkan pada pasien rawat inap, yang didalamnya terdapat catatan pesan ditulis oleh Dokter, dan riwayat keperawatan yang ditulis oleh perawat. Namun demikian, secara umum catatan ini berupa pesan Dokter (Adhinda, 2018). Catatan-catatan dalam model ini ditempatkan atas dasar disiplin orang atau sumber yang mengolah pendokumetasian. Model dokumentasi SOR ini dapat dibuat dengan formulir grafik, format pemberian obat, format catatan perawat termasuk riwayat penyakit klien, riwayat perawatan perawatan dan perkembangan pasien, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan diagnostik, formulir masuk Rumah sakit dan formulir untuk tindakan operasi yang ditandatangani oleh pasien dan keluarga. Model dokumentasi SOR terdiri dari 5 kompnen, yaitu: Lembar penerimaan berisi biodata, Lembar instruksi Dokter, Lembar riwayat medis atau penyakit, Catatan perawat. dan Catatan dan laporan khusus. Keuntungan model dokumentasi SOR (source-oriented-record)adalah: Menyajikan data yang berurutan dan mudah diidentifikasi, Memudahkan perawat melakukan cara pendokumentasian, Proses pendokumentasian menjadi sederhana (Adhinda, 2018). 2.



Model dokumentasi POR (Problem-oriented-record) Model dokumentasi POR (problemoriented-record) merupakan model



dokumentasi yang berorientasi pada masalah. Dimana model ini berpusat pada data klien yang didokumentasikan dan disusun menurut masalah klien. Pendekatan ini pertama kali dikenalkan oleh dr. Lawrence Weed dari Amerika Serikat. Dalam format aslinya pendekatan berorientasi masalah ini dibuat untuk memudahkan pendokumentasian dengan catatan perkembangan yang terintegrasi,



26



dengan sistem ini semua petugas kesehatan mencatat observasinya dari suatu daftar masalah. Komponen-komponen model dokumentasi POR : a.



Data dasar Data dasar merupakan kumpulan informasi tentang klien yang berisi semua



informasi-informasi yang telah dikaji dari klien sejak pertama kali masuk Rumah Sakit. Data dasar ini meliputi: riwayat klien tentang keadaan umum klien, riwayat keluarga, keadaan penyakit yang dialami pasien, tindakan keperawatan yang pernah diberikan, pemeriksaan fisik, dan data-data penunjang (laboratorium dan diagnostik) (Adhinda, 2018). b.



Daftar masalah Daftar masalah merupakan hasil penafsiran dari data dasar atau hasil analisis



dari perubahan data. Daftar ini mencerminkan keadaan atau nilai yang tidak normal dari data yang didapat dengan menggunakan urutan prioritas yang dituliskan ke dalam daftar masalah dan diberikan pada setiap pergantian shift. Kriteria daftar masalah yang dibuat adalah: Data yang telah teridentifikasi dari data dasar disusun sesuai dengan tanggal identifikasi masalah, Daftar masalah ditulis pertama kali oleh perawat yang pertama kali bertemu dengan klien ataupun orang yang diberi tanggungjawab untuk menuliskannya, Daftar ini berada pada bagian depan status klien, Tiap masalah diberikan tanggal, nomor, rumusan masalah, serta nama perawat yang menemukan masalah tersebut (Adhinda, 2018). c.



Daftar rencana awal asuhan keperawatan Merupakan rencana yang dapat dikembangkan secara spesifik untuk setiap



masalah. Daftar rencana awal asuhan keperawatan terdiri dari tiga komponen, yaitu: Pemeriksaan diagnostic, Manajemen kasus atau disebut juga usulan terapi, dan Pendidikan kesehatan (sebagai tujuan jangka panjang). d.



Catatan perkembangan Merupakan catatan tentang perkembangan dari keadaan klien yang



didasarkan pada setiap masalah yang ditemukan pada klien. Revisi atau pembaharuan rencana dan tindakan mengikuti perubahan dari keadaan klien. Catatan perkembangan ini berisi perkembangan atau kemajuan dari setiap masalah



27



kesehatan klien. Catatan perkembangan dapat digunakan dalam bentuk: SOAP, SOAPIER, dan PIE (Adhinda, 2018). 3.



Model dokumentasi PIE (problem-intervention-evaluation) Model dokumentasi PIE (problemintervention-evaluation) merupakan suatu



pendekatan orientasi –proses pada dokumentasi keperawatan dengan penekanan pada masalah keperawatan, intervensi dan evaluasi keperawatan. Karakteristik Model dokumentasi PIE (problem-intervention-evaluation) ad alah: Dimulai dari pengkajian ketika pertama kali klien masuk ke Rumah sakit, diikuti dengan pelaksanaan pengkajian sistem tubuh pada setiap pergantian dinas (Adhinda, 2018). Data masalah dipergunakan untuk asuhan keperawatan dalam waktu yang lama dan juga untuk masalah yang kronis, Intervensi yang dilaksanakan dan rutin, didokumentasi dalam flow sheet, Catatan perkembangan digunakan untuk intervensi yang spesifik, Masalah yang ditemukan pada klien, dibuat dengan simbol “P (problem)”, Intervensi terhadap penyelesaian masalah, biasanya dibuat dengan simbol “ I (intervention)”, Keadaan klien sebagai pengaruh dari intervensi, dibuat denga simbol “E (evaluation)” dan Setiap masalah yang diidentifikasi harus dievaluasi minimal 8 jam. (Adhinda, 2018). 4.



Model dokumentasi yang digunakan Model dokumentasi yang diterapkan di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd



adalah POR ( problem Oriented Record ) karena memmenuhi beberapa kriteria, diantaranya: a. Data dasar Pengkajian data dasar yang dilakukan pada klien yaitu alasan datang dan keluhan klien, tindakan keperawatan yang pernah diberikan, pemeriksaan fisik, dan data-data penunjang. b. Daftar masalah Data yang telah teridentifikasi dari data dasar disusun sesuai dengan tanggal identifikasi masalah dan dikelompokkan sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan kepada klien. Daftar masalah ditulis oleh bidan yang bertemu dengan. Tiap keluhan klien dicatat diberikan tanggal, nomor, secara berurutan.



28



c. Daftar rencana awal asuhan keperawatan Daftar rencana awal asuhan terdiri dari tiga komponen, yaitu: Pemeriksaan diagnostic seperti pemeriksaan darah yang dilakukan oleh ibu hamil, manajemen kasus atau disebut juga usulan terapi meliputi pemberian terapi untuk mengatasi keluhan yang dirasakan oleh klien dan Pendidikan kesehatan, setiap klien yang datang diberikan pendidikan kesehatan sesuai dengan keluhan yang dialami. d. Catatan perkembangan Catatan perkembangan klien dibuat dalam bentuk SOAP 2.1.4. Money 1.



Sumber Dana Sumber dana diperoleh dari pembayaran secara umum yang dilakukan oleh klien terhadap pelayanan yang telah didapatkan, yaitu pelayanan ANC, PNC, KB, dan imunisasi. Pembayaran secara umum dan BPJS bisa digunakan untuk pelayanan persalinan.



2.



Rencana Anggaran Belanja Rencana anggaran belanja dikeluarkan per bulan untuk gaji karyawan, alat habis pakai, pembayaran listrik, air, pengelolaan limbah medis, administrasi, dan pengeluaran lainnya.



2.2.5. Mutu Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasaan rata-rata serta penyelenggaraannya sesuai dengan standart dan kode etik profesi. Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan dimata masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi dengan jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat dengan penderitaan, kesakitan, kesengsaraan yang di alami pasien dan keluarganya. Salah satu indikator dari mutu pelayanan keperawatan itu adalah apakah pelayanan keperawatan yang diberikan itu memuaskan pasien atau tidak. Kepuasan



29



merupakan perbandingan antara kualitas jasa pelayanan yang di dapat dengan keinginan, kebutuhan, dan harapan (Tjiptono, 2004). Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd Surabaya telah menerapkan upaya penjaminan mutu perawatan pasien, dimana terdapat beberapa aspek penilaian penting, diantaranya sebagai berikut: 1.



Patient Safety Berdasarkan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1/ SNARS



(2018) seluruh pejabat structural dan pemberi layanan wajib mendorong pelaksanaan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien (PMKP), berupaya mendorong pelaksanaan budaya mutu dan keselamatan (quality and safety culture), secara proaktif melakukan identifikasi dan menurunkan variasi, menggunakan data agar fokus kepada prioritas isu dan berupaya menunjukkan perbaikan yang berkelanjutan. Sasaran keselamatan pasien (SKP) yang dikeluarkan oleh SNARS, Standar Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 (Kemenkes, 2011) dan JCI accreditation, maka sasaran tersebut meliputi 6 elemen berikut : a. Sasaran 1 : Mengidentifikasi Pasien dengan Benar Sasaran ini memiliki 2 (dua) maksud dan tujuan yakni untuk memastikan ketepatan pasien yang akan menerima layanan atau tindakan dan untuk menyelaraskan layanan atau tindakan yang dibutuhkan oleh pasien. Identifikasi pasien dilakukan untuk menghindari kesalahan pasien. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan gelang untuk identitas pasien di pasang saat pasien dilakukan penilaian risiko mulai dari IGD atau di ruang perawatan.Gelang terdiri dari 4 warna yang memiliki definisi tersendiri pada masing-masing warna. 1) Gelang pink digunakan untuk pasien perempuan. 2) Gelang biru digunakan untuk pasien laki-laki. 3) Gelang kuning digunakan untuk pasien risiko jatuh. 4) Gelang merah digunakan untuk pasien alergi. 5) Gelang ungu digunakan untuk pasien tidak dilakukan resusitasi. Menurut Kemenkes (2011) standar gelang identitas berwarna pink atau biru berisi identitas pasien meliputi nama lengkap pasien, nomor rekam medik, jenis kelamin pasien, dan tanggal lahir. Identifikasi pasien dilakukan



30



dengan mencocokan gelang identitas yang dipakai pasien. Proses identifikasi yang digunakan di rumah sakit mengharuskan terdapat paling sedikit 2 (dua) dari 3 (tiga) bentuk identifikasi, yaitu nama pasien, tanggal lahir, nomor rekam medik, atau bentuk lainnya (misalnya, nomor induk kependudukan atau barcode). Penerapan gelang identitas di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd sudah sesuai dengan kriteria Kemenkes yakni berwarna pink untuk bayi perempuan atau biru untuk bayi laki-laki, berisi identitas pasien meliputi nama lengkap pasien, nomor rekam medik, dan tanggal lahir. b. Sasaran 2 : Meningkatkan komunikasi efektif Menurut Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 (2018) komunikasi dianggap efektif bila tepat waktu, akurat, lengkap, tidak mendua (ambiguous), dan diterima oleh penerima informasi yang bertujuan mengurangi kesalahan-kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien. Komunikasi efektif yang digunakan di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd yaitu menggunakan metode SOAP. Metode ini digunakan untuk mengetahui keadaan dan riwayat kesehatan klien bagi bidan dan mitra bidan. c. Sasaran 3 : Meningkatkan keamanan obat-obat yang harus diwaspadai (high alert medications) Obat high alert adalah obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi dan dapat menyebabkan cedera serius pada pasien jika terjadi kesalahan dalam penggunaannya. Obat yang perlu diwaspadai terdiri atas obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error) dapat menimbulkan kematian atau kecacatan. Penerapan kewaspadaan tentang obat di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd sudah dilakukan menggunakan double cross check saat akan memberikan obat/ vaksin, selain itu dilakukan pemeriksaan VVM, tanggal kadaluarsa obat atau vaksin, dan ditanyakan kepada klien apakah ada alergi obat-obatan tertentu. Dalam penyimpanan vaksin di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd sudah sesuai standar dari WHO dimana vaksin disimpan pada suhu dingin antara 280C. Lemari pendingin dilengkapi dengan alat penunjuk suhu, suhu lemari



31



pendingin dipantau setiap datang dan pulang shift jaga dan didokumentasikan dalam grafik suhu. d. Sasaran 4 : Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, dan pembedahan pada pasien yang benar Ketepatan sebelum melakukan tindakan terdiri dari tiga hal yaitu tepat lokasi, tepat pasien, dan tepat prosedur. Proses untuk memastikan tepat lokasi yaitu menggunakan SPO pemberian marker atau penanda lokasi operasi yang diberikan oleh dokter operator menggunakan spidol permanen. Di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd, hal tersebut diterapkan pada tindakan pemasangan implan yaitu diberikan tanda terlebih dahulu pada lokasi yang akan dilakukan insisi pada lengan kiri. e. Sasaran 5 : Mengurangi resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan sebuah tantangan di lingkungan fasilitas kesehatan. Kenaikan angka infeksi terkait pelayanan kesehatan menjadi keprihatinan bagi pasien dan petugas kesehatan. Secara umum, infeksi terkait pelayanan kesehatan terjadi di semua unit layanan kesehatan. Upaya terpenting menghilangkan masalah infeksi ini dan infeksi lainnya adalah dengan menjaga kebersihan tangan melalui cuci tangan. Pedoman kebersihan tangan (hand hygiene) tersedia dari World Health Organization (WHO). Rumah sakit mengadopsi pedoman kebersihan tangan (hand hygiene) dari WHO ini untuk dipublikasikan di seluruh rumah sakit. Sebagai pencegahan infeksi, PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd melakukan 5 momen hand hygiene dalam melakukan pelayanan, menyediakan tempat cuci tangan dan sabun yang diletakkan di depan ruang tunggu, selalu menganjurkan klien untuk mencuci tangan sebelum masuk ke ruang pendaftaran atau ruang konsultasi, memasang poster cara mencuci tangan yang benar. Pembuangan limbah PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd melakukan MOU dengan PT. Pria yang dikoordinasi bersama bidan delima di Surabaya. f. Sasaran 6 : Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh Pasien yang pada asesmen awal dinyatakan berisiko rendah untuk jatuh dapat mendadak berubah menjadi berisiko tinggi. Hal iIni disebabkan oleh



32



operasi dan/atau anestesi, perubahan mendadak kondisi pasien, serta penyesuaian pengobatan. Banyak pasien memerlukan asesmen selama dirawat inap di rumah sakit. Rumah sakit harus menetapkan kriteria untuk identifikasi pasien yang dianggap berisiko tinggi jatuh (SNARS, 2018). Sebagai pencegahan resiko jatuh, setiap klien setealah melahirkan di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd, wajib dijaga oleh keluarga klien. 2.



Kepuasan. (Satisfaction) Penliaian kepuasan klien sudah dilakukan di PMB Fidda Royani, S.Keb.Bd dengan menggunakan kotak saran sebagai media.



3.



Perawatan diri (Self care) Penilaian perawatan diri klien setelah dilakukan penilaian pada PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd, didapatkan bahwa semua klien memiliki tingkat kemandirian minimal care, yaitu klien dapat melakukan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya secara mandiri. Pasien tetap mendapatkan perhatian dari bidan 24 jam.



4. Pelayanan kebidanan Pelayanan standar: 1. ANC 2. INC 3. PNC 4. KB 5. Imunisasi Pelayanan Unggulan: 1. Pijat Bayi 2. PITC



33



2.3.



Analisis SWOT



No Analisa Swot 1 M1 (Man) 1. Internal factor (IFAS) STRENGTH (1) Jenis Ketenagaan S1 Kebidanan : 1 D3 Kebidanan : 1 (2) Bidan pelaksana merasa puas dengan pekerjaannya (3) Struktur organisasi sudah baik (4) Bidan pelaksana memiliki masa kerja lebih dari 1 tahun TOTAL WEAKNESS (1) Tidak ada masalah 2. External Factor (EFAS) OPPORTUNITY (1) Adanya kesempatan mengikuti program pelatihan dan seminar kebidanan (2) Adanya kesempatan bagi melajutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi (3) Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa dengan bidab klinik. TOTAL THREAT (1) Tuntutan masyarakat untuk pelayanan kesehatan yang professional. (2) Makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan (3) Persaingan antar klinik semakin kuat TOTAL 2



M2 (Material) 1. Internal factor (IFAS) STRENGTH (1) Tersedia sarana dan prasarana bagi pasien dan tenaga kesehatan yang berfungsi dengan baik dan memenuhi standar.



34



Bobot



Rating



Bobot x Rating



0,3



4



1,2



0,3



3



0,9



0,2 0,2



2 2



0,4 0,4



1



2,9



1



2



2 S-W= 2,9-2,0= 0,9



0,4



4



1,2



0,3



3



0,9



0,3



3



0,9



1



3,0



0,4



3



1,2



0,4



2



0,8



0,2



2



0,4



1



0,4



2,4 O-T= 3,0-2,4= 0,6



4



1,6



No



Analisa Swot (2) Terdapat peralatan yang mendukung dalam melakukan tindakan asuhan kebidanan (3) Terdapat Standar Operasional Prosedur TOTAL



Bobot



Rating



Bobot x Rating



0,3



3



0,9



0,3



2



0,6



1 WEAKNESS (1) Tidak ada masalah 2. External Factor (EFAS) OPPORTUNITY (1) Adanya kesempatan untuk melakukan perawatan pada alat kesehatan. (2) Adanya kesempatan bidan untuk mengikuti seminar tentang penggunaan teknologi yang baru. TOTAL THREAT (1) Adanya perkembangan teknologi dalam bidang kesehatan. (2) Adanya peningkatan harga-harga alat medis. TOTAL 3



M3 (Method) MAKP 1. Internal Factor (IFAS) STRENGTH (1) Memiliki standar asuhan kebidanan (2) Sudah ada model MAKP yang digunakan yaitu MAKP moduler (tim- primer). (3) Mempunyai SPO setiap tindakan (4) Job description sudah ada. TOTAL WEAKNESS (1) Tidak ada masalah 2. External factor (EFAS) OPPORTUNITY (1) Terdapat mahasiswa yang praktik profesi manajemen yang dapat bekerjasama dengan bidan 35



3,1



1



3



3,0 S-W= 3,1-3,0= 0,1



0,5



4



2



0,5



3



1,5



1



3,5



0,5



3



1,5



0,5



3



1,5



1



3,0 O-T= 3,5-3,0 = 0,5



0,3



4



1,2



0,3



3



0,9



0,2 0,2 1



3 2



0,6 0,4 3,1



1



2



2 S-W= 3,1-2,0= 1,1



1



3



3



No



4.



Analisa Swot pelaksana atau bidan primer untuk melaksanakan asuhan pada klien TOTAL THREATENED (1) Adanya kemajuan teknologi sehingga memudahkan keluarga klien mendokumentasikan setiap tindakan bidan. (2) Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kebidanan yang profesional. (3) Terdapat undang-undang kebidanan TOTAL DOKUMENTASI 1. Internal Factor (IFAS) STRENGTH (1) Tersedianya sarana dan prasarana dokumentasi untuk tenaga kesehatan (sarana administrasi penunjang). (2) Penggunaan sistem pendokumentasian SOAP (3) Format pendokumentasian sesuai dengan standar klinik bidan delima (4) Adanya kesadaran bidan tentang tanggung jawab dan tanggung gugat. TOTAL WEAKNESS (1) Tidak ada kelemahan 2. External Factor (EFAS) OPPORTUNITY (1) Adanya pelatihan dan seminar tentang dokumentasi keperawatan. (2) Kerjasama yang baik antara perawat dan mahasiswa sehingga dapat membantu kinerja bidan dalam pendokumentasian pasien. TOTAL 36



Bobot



Rating



Bobot x Rating



1



3



3



0,4



2



0,8



0,3



3



0,9



0,3



2



0,6



1



2,3 O-T = 3-2,3= 0,7



0,3



3



0,9



0,3



4



1,2



3



0,6



2



0,4



0,2 0,2 1



3,1



1



3



3 3 S-W=3,1-3=0,1



0,5



3



1,5



0,5



3



1,5



1



3,0



No



5.



6.



Analisa Swot THREATENED (1) Tingkat kesadaran masyarakat (pasien dan keluarga) akan tanggungjawab dan tanggung gugat. (2) Persaingan klinik dalam memberikan pelayanan keperawatan. TOTAL M4 (MONEY) 1. Internal Factor (IFAS) STRENGTH (1) Ada pendapatan dari pelayanan terhadap klien (2) Ada pendapatan dari jasa untuk pasien dengan biaya BPJS yang dapat di klaim setelah perawatan. TOTAL WEAKNESS Tidak ada masalah 2. External Factor (EFAS) OPPORTUNITY (1) Melayani pembayaran dengan BPJS (2) Adanya klien umum, yang dapat meningkatkan pendapatan. TOTAL THREATENED (1) Adanya tuntutan yang tinggi dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang murah. M5 (MUTU) 1. Internal Factor (IFAS) STRENGTH Faktor Internal 1) Terdapat monitoring evaluasi bidan delima 6 bulan sekali 2) Terdapat pelayanan unggulan 3) Sasaran keselamatan pasien secara umum tercapai dengan baik (identifikasi pasien, kewaspadaan medikasi, ketepatan pasien, kontrol infeksi dan kontrol pasien jatuh) TOTAL



37



Bobot



Rating



Bobot x Rating



0,5



3



1,5



0,5



2



1



1



2,5 O-T= 3,0-2,5= 0,5



0, 5



4



2



0,5



4



2



1



4



1



3



3 S-W = 4-3 = 1



0,5



4



2



0,5 1



2



1 3,0



1



2



2 O-T= 3,0-2,0= 1,0



0,4



4



1,6



0,3 0,3



3 2



0,9 0,6



1



3,1



No



Analisa Swot WEAKNESS 1) Tidak ada masalah 2.Eksternal Faktor (EFAS) OPPORTUNITY 1) Terdapat mahasiswa praktik manajemen di PMB. 2) Kerjasama yang baik bidan dengan mahasiswa. 3) Adanya kesempatan bagi bidan untuk meningkatkan keilmuan dan skill guna meningkatkan kualitas pelayanan TOTAL



Bobot



Rating



Bobot x Rating



1



3



3 S-W = 3,1-3 = 0,1



0, 3



3



0,9



3



0,9



4



1,6



0, 3 0, 4



3,4 1



THREATENED (1) Adanya peningkatan standar masyarakat yang harus dipenuhi (2) Adanya persaingan antara klinik (3) Masyarakat yang lebih kritis TOTAL



38



0, 3 0, 3 0, 4 1



4 2 3



1,2 0,6 1,2 3 O-T= 3,4-3= 0,4



Hasil pada Kuadran



O



TURN AROUND



AGRESIF M4 (1,1)



1, 0 0, 9 0, 8 0,



M3 (1,1, 0,7) D M2 (0,1, 0,5) (0,1, 0,5)



7 0, 6 0, 5 0, 4 0,



M5 (0,1, 0,4)



3 0, 2 0, 1



W



0, DIFENSIVE 9



M1 (O,9, 0,5)



0 , 5



0 , 7



0, 3



S 0, 1



0,1 0,2 0,3



0, 2



0 , 3



0 0 0 0 0 0 , , , , , , 4DIVERSIFIKASI 5 6 7 8 9



0,4 Keterangan : M1 : Ketenagakerjaan M2 : Sarana dan prasarana M3 : Metode-Penerapan Model M4 : Keuangan M5 : Mutu D : Dokumentasi



0,5 (0,9) (0,1) (1,1) (1) (0,1) (0,1)



(0,5) (0,5) (0,7) (1) (0,4) (0,5)



0,6 0,7 0,8 0,9 1,0



T



Keterangan: Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa PMB Fidda Royani, S.Keb.Bd berada pada kuadran I agresif yang artinya dalam kondisi yang baik dan optimal pada M1 (ketenagakerjaan), M2 (sarana dan prasarana), M3 (Metode), M4 (keuangan), M5 (mutu) dan dokumentasi.



39



1 , 0



2.4.



Perencanaan



2.4.1. MAKP (Model Asuhan Keperawatan Profesional) 1. Latar Belakang Masyarakat keperawatan



semakin



profesional.



tanggap



Kebutuhan



terhadap



kualitas



masyarakat



akan



pelayanan pelayanan



keperawatan dan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolog semakin tinggi, maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan efesien. Hal ini merupakan fenomena yang harus segera direspon oleh perawat. Perawat sebagai tenaga kesehatan harus mengevaluasi keinginan dan tuntutan dari masyarakat demi meningkatkan mutu pelayanan profesional keperawatan. Peningkatan mutu tidak hanya berpaku pada tenaga kesehatan semata, tetapi juga fasilitas dan faktorfaktor lain yang mendukung peningkatan mutu pelayanan kesehatan tersebut. Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional (Nursalam, 2015). Dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap bidan di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd menggunakan MAKP model moduler atau modifikasi antara model tim dan primer. Saat ini jumlah bidan total adalah 1 orang dengan 1 kepala PMB. Pada pembagian tugas dan kerja, bidan di PMB Fidda Royani, S.Keb Bd melaksanakan MAKP tim yaitu kepala PMB bertugas sebagai pengambil keputusan dan penanggung jawab klinik, sekaligus sebagai pelaksana. Bidan bekerja dalam 1 tim saling melengkapi untuk membantu pekerjaan yang lain. Komunikasi antar anggota terjalin dengan baik, jika terdapat masalah dapat didiskusikan dan diselesaikan dengan baik. Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja dengan melibatkan anggota keperawatan dalam memberikan Asuhan Keperawatan Profesional. Pemberian pelayanan keperawatan secara profesional diharapkan mampu menyelesaikan tugasnya dalam memberikan asuhan keperawatan untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien menuju ke arah kesehatan yang optimal (Nursalam, 2015). Model keperawatan yang



40



diterapkan di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd tersebut menurut saya sudah cocok dan cukup baik untuk diterapkan di PMB tersebut. 2.



Masalah



Pelaksanaan model MAKP sudah dilaksanakan tetapi sosialisasi kepada tim masih kurang 3. Tujuan a. Tujuan umum MAKP modifikasi tim dan primer terlaksana dengan baik b. Tujuan khusus 1) Melaksanakan pelayanan sesuai pembagian tugas. 2) Bidan mengetahui tentang penerapan MAKP modifikasi tim dan primer 3) Melaksanakan MAKP sesuai dengan pembagian tugas 4) Melakukan evaluasi dari pelaksanaan MAKP yang telah direncanakan. 4. Target a.



Penerapan MAKP berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.



b.



Struktur MAKP terlaksana optimal.



c.



Menerapkan



MAKP



modular



sesuai



dengan



job



description. 5. Kriteria Evaluasi a.



Struktur Organisasi struktur MAKP Moduler tersusun dengan baik



b.



Proses Bidan dan mitra bidan melaksanakan tugas sesuai dengan wewenang masing-masing.



c.



Hasil Penerapan MAKP Modifikasi tidak menjadi beban bagi bidan



6. Program Kerja a.



Mendiskusikan



tentang



modifikasi



41



penerapan



model



MAKP



b.



Menentukan deskripsi tugas dan tanggung jawab bidan



c.



Menerapkan model MAKP sesuai dengan hasil diskusi



2.4.2. Dokumentasi 1. Latar Belakang Dokumentasi keperawatan merupakan dokumen otentik dalam pencatatan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam melaksanakan manajemen asuhan keperawatan profesional. Komponen penting dalam pendokumentasian adalah komunikasi, proses keperawatan, serta standar asuhan keperawatan. Efektivitas dan efisiensi dalam pengumpulan informasi yang relevan dapat meningkatkan kualitas dokumentasi keperawatan (Nursalam, 2018). Dokumentasi keperawatan mempunyai beberapa peran sebagai alat komunikasi multi dimensional yaitu pada tingkat sistem kesehatan, dokumentasi keperawatan sebagai praktik kompetensi perawat dan akuntabilitas perawat yang menginformasikan dan menjaga regulasi standar praktik dalam melawan hukum serta dokumentasi keperawatan sebagai standar dokumentasi keperawatan yang memfasilitasi standar komunikasi atau bahasa klinik, menginformasikan health human resource strategy melawan hukum dan menginformasikan koordinasi perawatan yang berkelanjutan.



Pada



tingkat



departemen



organisasi,



dokumentasi



keperawatan dapat memfasilitasi standar komunikasi antar tim profesional. Dokumentasi juga dapat menjadi media koordinasi perawatan melintasi intra dan interdisiplin tim. Pada taraf klien maka standar dokumentasi dapat menyampaikan secara jelas tentang riwayat klien. Dokumentasi keperawatan juga dapat sebagai tanggung gugat perawat (nursing accountability) untuk melindungi klien (Hannah, et al, 2015). Pada hasil pengkajian yang telah dilakukan di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd ditemukan permasalahan dalam aspek pendokumentasian antara lain terdapat beberapa dokumen klien tidak dilengkapi yaitu SOAP yang belum terselesaikan. 2.



Masalah



42



Pendokumentasian



kurang



maksimal



seperti



tidak



terisinya



dokumentasi SOAP secara lengkap. 3. Tujuan a. Tujuan umum Setelah dilakukan praktik manajemen, dokumentasi kebidanan dapat dilakukan penerapannya dengan benar dan lengkap. b. Tujuan khusus 1) Mendokumentasikan proses asuhan keperawatan secara lengkap 2) Mendokumentasikan proses pengkajian kebidanan 3) Mendokumentasikan diagnosis kebidanan 4) Mendokumentasikan pelaksanaan kebidanan 5) Mendokumentasikan evaluasi kebidanan 6) Mendokumentasikan pengelolaan logistik dan obat 7) Mendokumentasikan pengkajian yang berkaitan dengan lembar pengkajian SOAP 4. Target Dokumentasi kebidanan dilakukan dengan benar, lengkap, dan teratur. 5. Kriteria Evaluasi a. Struktur Menyiapkan dokumentasi klien dalam satu paket yang lengkap. b. Proses 1) Dokumentasi klien dilakukan secara bertahap sesaat setelah melakukan pelayanan. 2) Melakukan dokumentasi kebidanan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. c. Hasil Mahasiswa dan perawat dapat melakukan dokumentasi keperawatan pada dokumen klien lengkap. 6. Program Kerja a. Mahasiswa melakukan pendokumentasian bersama dengan bidan dan mitra bidan b. Melakukan pendokumentasian SOAP secara lengkap



43



44



2.5.



Pelaksanaan



2.5.1. Ketenagaan (M1-Man) 1. Persiapan Penilaian dan pengawasan M1 (Man) pada bidan secara kuantitas dan kualitas di PMB Fidda Royani, S.Keb.Bd 2. Pelaksanaan Proses pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan ketenaga kerjaan ini adalah secara kentitas dengan penghitungan kebutuhan tenaga perawat dilakukan oleh mahasiswa praktik profesi manajemen kepada pasien di PMB Fidda Royani, S.Keb.Bd Surabaya pada tanggal 1 September 2020 menggunakan metode Gilles dan kemenkes 2011. Dan secara kualitas yaitu menganjurkan bidan untuk mengikuti seminar kebidanan daring (webinar) untuk meningkatkan pengetahuan.selain itu dilakukan pengkajian kepuasan kerja bidan dengan menggunakan QNWL. 3. Hambatan Selama menjalankan praktik profesi manajemen, tidak



mengalami



hambatan dalam ketenagaan 4. Dukungan Dukungan terhadap pelaksanaan profesi managemen diperoleh dari kepala bidan dan bidan pelaksana yang ada di di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd. dengan memberikan saran, mengingatkan, dan bantuan ketenagaan dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan. 2.5.2. Sarana Prasarana (M2-Materials) 1.



Persiapan Penilaian sarana dan prasarana dilakukan pengamatan dan penilaian



sarana dan prasarana dilakukan dengan cara mengobservasi untuk menilai kelayakan sarana dan prasarana tersebut. 2.



Pelaksanaan Proses pelaksanaan pengamatan dan penilaian sarana dan prasarana di



PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd dilakukan dengan cara mengobservasi, wawancara dengan kepala bidan, melihat kondisi alat dan melakukan pengecekan pada alat tersebut apakah masih berfungsi dengan baik atau tidak.



45



Proses pendokumentasian dan observasi sarana prasarana di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd telah dilakukan, hal ini dilakukan untuk mempermudah validasi data sarana prasarana di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd serta mempermudah proses penilaian kelayakan sarana prasarana ruangan 3.



Hambatan Selama menjalankan praktik profesi manajemen, tidak mengalami



hambatan dalam ketenagaan karena antara jumlah sarana, prasarana, obat, alat habis pakai sudah dikelola dengan baik di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd 4.



Dukungan Kepala PMB dan bidan pelaksana sangat mudah untuk diajak



berkoordinasi perihal pendokumentasian sarana, prasarana, obat, alat habis pakai di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd, sehingga hal tersebut mempermudah mahasiswa praktik manajemen untuk melakukan validasi ketersediaan dan kelayakan sarana prasarana di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd. 2.5.3. Metode (M3-Method) 2.5.3.1.



Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)



1. Persiapan Dalam penerapan MAKP mahasiswa menyiapkan mekanisme/alur kegiatan



MAKP.



Kegiatan



MAKP



dilakukan



mahasiswa



dengan



berkoordinasi dengan kepala PMB dan bidan pelaksana.. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan MAKP dilakukan dengan koordinasi bersama kepala bidan dan bidan. Dalam pelaksanaannya mahasiswa melakukan penerimaan pasien baru dan mengkaji kebutuhan klien secara komprehensif, mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan kepada kepala PMB dan bidan pelaksana. Mahasiswa menjalankan tugasnya diantaranya melaksanakan asuhan kebidanan, memberikan kebutuhan dasar klien, mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan dalam bentuk tertulis di buku register, kartu pasien, dan kohort. MAKP yang dilaksanakan PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd adalah MAKP Modifikasi yaitu gabungan antara Primer dan Tim, karena di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd. memenuhi kriteria model MAKP tersebut. Selama



46



pelaksanaan MAKP, bidan menjalankan pembagian tugas masing-masing dalam mengelola pelayanan di PMB dengan baik. 3. Hambatan a. Masalah Mahasiswa tidak maksimal dalam melakukan peran tugas MAKP. b. Sebab Mahasiswa praktik seorang diri, sehingga tidak bisa dilakukan pembagian tugas peran uji coba MAKP. c. Rekomendasi mendiskusikan tentang tugas yang dilakukan oleh Kepala PMB dan bidan pelaksana. 4. Dukungan a. Kepala PMB dan Bidan pelaksana di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd mendukung pelaksanaan model asuhan keperawatan profesional modifikasi primer dan tim b. Adanya kepercayaan pasien terhadap mahasiswa 2.5.3.2.



Dokumentasi Keperawatan



1. Persiapan Persiapan pendokumentasian data pasien beserta asuhan kepbidanan yang diberikan kepada pasien dilakukan dengan menyusun kelengkapan format pendokumentasian sesuai standar yang akan digunakan dalam melaksanakan MAKP, antara lain: a. Buku KIA b. Formulir pencatatan puskesmas meliputi registrasi kohort ibu dan kohort bayi c. Kartu ibu d. Formulir informed consent e. Formulir rujukan f. Surat keterangan hamil g. Pencatatan asuhan h. MTBS i. Partograf



47



j. Formulir persalinan, nifas, dan KB k. Formulir bayi baru lahir l. Surat kelahiran m. Kantong persalinan 2. Pelaksanaan Pendokumentasian yang dilakukan di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd selama ini adalah pendokumentasian mulai dari klien datang, hingga klien diberikan pelayanan dan pulang. Metode komunikasi yang digunakan oleh bidan adalah sistem komunikasi SOAP. Metode SOAP juga digunakan sebagai dokumentasi dalam rekam medis sebagai sebuah alat komunikasi bersama antar bidan. SOAP diisi setiap kali klien diberikan pelayanan. Selama proses pelaksanaan MAKP, mahasiswa praktik manajemen keperawatan,



pendokumentasian



data



pasien



dalam



rekam



medis



dilaksanakan dengan mengisi buku register dimulai sejak klien datang, diberikan pelayanan hingga pulang pada klien umum seperti klien dengan ANC, kontrol PNC, KB, imunisasi. Pada klien INC dan bayi baru lahir, didokumentasikan dengan partograf, lembar observasi, form persalinan dan bayi baru lahir, surat keterangan lahir dan informed consent. 3. Hambatan Selama menjalankan praktik profesi manajemen, tidak mengalami hambatan dalam pendokumentasian. 4. Dukungan Dukungan yang didapatkan dalam pengisian dokumentasi diperoleh dari Kepala PMB dengan mengingatkan bidan pelaksana untuk melengkapi setiap format yang dibutuhkan. Kepala PMB selaku pembimbing juga memberikan mengijinkan mahasiswa praktik profesi manajemen untuk melakukan pengisian rekam medis secara mandiri dan lengkap. 2.5.4. M4 (Money) 1. Persiapan Observasi M4 (Money) dilakukan dengan cara melakukan pendataan dan wawancara kepada kepala PMB.



48



2. Pelaksanaan Kegiatan Observasi M4 (Money) dilakukan dengan cara melakukan pendataan dengan data pemasukan yang ada di PMB dan pengkajian Rencana awal belanja dikaji dengan cara wawancara dengan kepala PMB, pengeluaran yang dikaji merupakan pengeluaran rata-rata per bulan. Mahasiswa tidak memberikan intervensi kepada M4(moey) karena hal tersebut adalah wewenang kepala PMB yang sudah ditetapkan. 3. Hambatan Pada saat melakukan observasi pembiayaan klien, tidak terdapat hambatan. 4. Dukungan Dukungan pada saat observasi diperoleh dari daftar tarif pelayanan klien yang lengkap. 2.5.5. M5 (Mutu) 1. Persiapan Persiapan pelaksanaan peningkatan mutu (M5) yang akan dilaksanakan antara lain: a. Mensosialisasikan tentang pentingnya cuci tangan dan 6 langkah cuci tangan serta prinsip cuci tangan kepada pasien dan keuarga pasien. b. Mempersiapkan media penilaian kepuasan klien terhadap pelayanan yang telah diberikan. 2. Pelaksanaan Kegiatan a. Patient safety Pelaksanaan sasaran keselamatan pasien (SKP) di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd antara lain: 1) Ketepatan identifikasi pasien Identifikasi pasien dilakukan untuk menghindari kesalahan pasien. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan gelang untuk identitas pasien di pasang pada ibu dan bayi baru lahir. Gelang terdiri, gelang pink digunakan untuk bayi perempuan, dan gelang biru untuk bayi laki-laki. Pada gelang identitas berisi identitas klien meliputi nama lengkap, tanggal lahir dan usia.



49



Identifikasi pasien dilakukan dengan mencocokan gelang identitas



yang



dipakai



pasien.



Beberapa



hal



yang



perlu



dikonfirmasi anatara lain nama pasien, nomor register, alamat, dan usia. Identifikasi pasien dilakukan ketika pemberian obat, pemberian terapi sebelum melakukan prosedur/tindakan. Saat pelaksanaan identifikasi pasien dilakukan setiap ada tindakan kepada pasien. 2) Peningkatan komunikasi yang efektif Komunkasi efektif yang digunakan yaitu menggunakan metode SOAP. SOAP merupakan alat yang digunakan oleh bidan berkomunikasi dengan bidan yang lain untuk mengetahui riwayat kesehatan atau riwayat pelayanan yang telah diberikan pada klien. 3) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai Cara untuk mewaspadai pemberian obat atau vaksin, bidan menggunakan double crosscheck mulai dari proses persiapan sampai pemberian ke klien. Dicek juga tanggal kadaluarsa obat dan vvm pada vaksin. Berdasarkan hasil pelaksanaan, didapatkan kewaspadaan tentang obat yang perlu diwaspadai sudah dilakukan sudah dilakukan di PMB Fidda Royani, S.Keb.Bd 4) Kepastian tepat lokasi, tepat pasien dan tepat prosedur Ketepatan sebelum melakukan tindakan terdiri dari tiga hal yaitu tepatlokasi, tepat pasien, dan tepat prosedur. Proses untuk memastikan tepat lokasi yang yang dilakukan yaitu menggunakan SPO pemberian marker atau penanda lokasi insisi yang diberikan oleh bidan menggunakan spidol permanen. Hal ini sudah dilakukan di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd pada klien dengan pemasangan KB implan. 5) Pengurangan resiko infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan Sebagai upaya pencegahan infeksi, di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd sudah melakukan 5 momen cuci tangan dan cuci tangan 6 langkah, dan menganjurkan klien mencuci tangan dan menggunakan masker sebelum memasuki ruang pelayanan.



50



6) Pengurangan resiko jatuh Pada saat pelaksanaan tidak ditemukan klien jatuh. b. Media penilaian kepuasan klien Media penilaian kepuasan klien yang berupa kotak saran di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd sudah digunakan secara maksimal. 3. Hambatan Tidak ada hambatan 4. Dukungan Dalam pelaksanaan peningkatan mutu pada PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd mendapatkan dukungan dari kepala PMB dan bidan pelaksana sehingga pelaksanaan dapat berjalan lancar. 2.6.



Evaluasi Kegiatan



2.6.1. Ketenagaan (M1-Man) 1. Evaluasi Struktur Konsep penghitungan kebutuhan tenaga bidan di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd Surabaya secara keseluruhan dan pada pasien kelolaan dihitung dengan metode Depkes dan Gillies. Untuk menilai kepuasan kerja bidan menggunakan QNWL. Sistem pengaturan ketenagaan dapat berjalan dengan baik dengan dibuatnya jadwal dinas dan jadwal libur satu hari setiap minggunya. 2.



Evaluasi Proses Pada



mengalami dipersiapkan



pelaksanaan hambatan sebelum



penataan



yang



berarti



ketenagaan



mahasiswa



karena semua



pelaksanaannya



dan



adanya



tidak



format



sudah



acuan



untuk



penghitungan tenaga. Jumlah ketenagaan yang ada di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd Surabaya terdapat 1 orang kepala PMB dan 1 orang bidan pelaksana untuk melaksanakan tugas sehari-hari, ditambah 1 mahasiswa yang sedang menjalani praktik profesi manajemen. Proses pengaturan. 3.



Evaluasi Hasil Kebutuhan tenaga rata-rata per hari selama pelaksanaan praktik



manajemen keperawatan telah dapat terpenuhi sesuai dengan pasien



51



kelolaan. Jumlah tenaga bidan yang ada di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd memenuhi kebutuhan sesuai dengan rata-rata jumlah klien perharinya. 2.6.2. Sarana dan Prasarana (M2-Material) 1.



Evaluasi Struktur Proses observasi kelayakan sarana prasarana jumlah obat, alat



kesehatan habis pakai dan tidak habis pakai yang terdapat di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd dilakukan setiap hari, sangat berguna untuk pelaksanaan setiap tindakan asuhan kebidanan pada klien. 2.



Evaluasi Proses Proses observasi alat dan penilaian kelayakan alat atau sarana



prasarana berjalan dengan baik, koordinasi dan validasi dilakukan mahasiswa praktik manajemen dengan pihak di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd. 3.



Evaluasi Hasil Alat sudah sesuai standar bidan delima. Inventarisasi sarana dan



prasarana sudah dilakukan di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd.. 2.6.3. Metode (M3-Method) 1.



Evaluasi Struktur Dalam penerapan MAKP telah terbentuk mekanisme/alur kegiatan



MAKP. 4.



Evaluasi Proses Selama proses pelaksanaan sistem MAKP, mahasiswa menjalankan



tugasnya dengan berkoordinasi dengan kepala PMB dan bidan pelaksana. 5.



Evaluasi Hasil Pelaksanaan MAKP pada pasien di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd



sudah dilaksanakan sesuai dengan peran masing-masing bidan 2.6.4. Keuangan (M4-Money) 1.



Evaluasi Struktur Sumber keuangan di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd Surabaya



sebagian besar dari pasien umum.



52



2.



Evaluasi Proses Pelaynanan asuhan kebidanan yang diberikan pada klien di PMB



Fidda Royani, S.Keb. Bd



telah terdokumentasi dengan baik untuk



menentukan jumlah total pembiayaan selama perawatan. 3.



Evaluasi Hasil Selama masa perawatan di PMB Fidda Royani, S.Keb. Bd, sumber



pembiayaan pasien yang berasal dari umum pada pelayanan ANC, PNC, KB, imunisasi dan untuk klien bersalin bida menggunakan BPJS atau pembiyaaan umum. 2.6.5. Mutu - M5 1.



Evaluasi struktur Poster mencuci tangan 6 langkah, anjuran tertulis kepada klien



untuk mencuci tangan dan menggunakan masker sudah disiapkan. Format kepuasan sudah terdapat media penilaian kepuasan klien berupa kotak saran` 2. Evaluasi proses Selama pelaksanaan MAKP, pelaksanaan peningkatan mutu sudah berjalan sesuai dengan rencana. Pengendalian infeksi dilakukan dengan cara sosialisasi cuci tangan dan memakai masker kepada klien. Serta melakukan cuci tangan pada five moments hand wash. 3.



Evaluasi hasil Semua klien patuh mencuci tangan dan menggunakan masker



untuk mencegah penularan virus dimasa pandemi Covid-19



53



BAB 3 PENUTUP 3.1. Simpulan 1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian kebutuhan organisasi pelayanan kebidanan. 2. Mahasiswa mampu melakukan nalisa kebutuhan manajemen pelayanan kebidanan. 3. Mahasiswa mampu melakukan perencanaan manajemen kebidanan. 4. Mahasiswa mampu melakukan pengorganisasian manajemen kebidanan. 5. Mahasiswa mampu melakukan pengelolaan manajemen kebidanan. 6. Mahasiswa mampu melakukan pengendalian dan monitoring pelayanan kebidanan. 7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pelayanan kebidanan. 8. Mahasiswa mampu mengkaji hambatan-hambatan yang terjadi dalam manajemen pelayanan kebidanan. 3.2. Saran 1.



Institusi Pendidikan Diharapkan makalah ini dapat menjadi pedoman atau masukan dalam



pengembangan Mata Kuliah MAKP sebagai bimbingan terhadap mahasiswa Kebidanan khususnya untuk Program Studi Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Surabaya. Diharapkan institusi pendidikan membuat pengaturan kelompok pada mahasiswa yang menjalankan praktik manajemen kebidanan. Supaya dalam praktik manajemen asuhan kebidanan profesional ini mahasiswa dapat menjalankan penerapan MAKP secara maksimal. 2.



Praktik Mandiri Bidan Diharapkan untuk meningkatkan manajemen asuhan keperawatan profesional



yang sudah diterapkan supaya dapat memberikan pelayanan yang lebih baik sehingga tingkat kepuasan klien dapat meningkat.



54



3. Mahasiswa Setelah



menyelesaikan



praktikum



Manajemen



Asuhan



Keperawatan



Profesional ini, diharapkan mahasiswa sudah mampu melakukan pengumpulan data dengan metode 5 M (Man, Material, Method, Money, dan Machine) serta mampu menerapkan proses manajemen keperawatan..



55



DAFTAR PUSTAKA



Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional edisi 4. Jakarta: Salemba Medika Nursalam.



(2018). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Keperawatan Profesional edisi 5. Jakarta: Salemba Medik



56



Praktik



57