Materi 1 Prosedur Teknik Pendederan Di Kolam [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

3.1 Menerangkan prosedur teknik pendederan komoditas perikanan di kolam 4.1 Menerapkan pendederan komoditas perikanan di kolam



PROSEDUR TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PERIKANAN DI KOLAM



a. Pengertian teknik pendederan komoditas perikanan di kolam Pendederan merupakan fase peralihan antara kegiatan pembenihan dan kegiatan pendederan dalam kegiatan budidaya perikanan. Kegiaatan ini bisa dilakukan di kolam. Kegiatan pendederan merupakan tahapan penting dalam kegiatan budidaya komoditas air tawar. Pada fase ini dilakukan penyiapan bibit ikan untuk proses pendederan. Bila tahap pendederan ini kurang baik maka bibit yang dihasilkan akan berkualitas rendah dengan pertumbuhan yang lambat yang kemudian juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhannya di masa pendederan. Kegiatan pendederan dapat dilakukan dengan sistem pengelolaan yang bersifat tradisional (ekstensif), madya (semi intensif), dan maju (intensif). Perbedaan ketiga sistem tersebut dapat dilihat dari aspek padat tebar, jenis pakan yang diberikan, dan pengelolaan air. Komoditas akuakultur air tawar yang banyak diproduksi dan diperdagangkan adalah ikan mas (Cyprinus carpio), ikan nila (Oreochromis niloticus), ikan lele (Clarias sp.), ikan gurame (Osphronemus guramy), ikan patin (Pangasius sp.).



Gambar 1. Kolam Tanah



Gambar 2. Kolam Semi Intensif



Gambar 3. Kolam intensif



b. Prinsip-prinsip Teknik Pendederan di Kolam Prinsip pendederan benih ikan adalah upaya membuat benih ikan hidup nyaman sehingga memiliki pertumbuhan lebih optimal. Agar benih ikan hidup nyaman, maka lingkungan kolam harus dibuat sesuai dengan kebutuhan benih ikan. Lingkungan merupakan faktor yang sangat vital bagi usaha budidaya. Lingkungan benih ikan terdiri dari benih yang berkualitas, kualitas air yang baik, pakan benih berkualitas, bebas dari hama penyakit. Adapun prinsip Teknik Pendederan Komoditas Perikanan Di Kolam adalah sebagai berikut :



1. Kualitas Induk dan Benih Riwayat benih ikan harus jelas dan berkualitas. Apabila benih didapat asal-asalan, menyebabkan penurunan produktivitas karena pertumbuhan lambat dan rentan penyakit. Benih yang baik harus sehat, lengkap anggota tubuh dan tidak sedang terserang penyakit. Ciri umumnya benih aktif berenang, pergerakan dan nafsu makan normal serta seimbang antara panjang dan berat. 2. Kualitas air Lingkungan merupakan faktor yang sangat vital bagi usaha pendederan. Faktor lingkungan yang umumnya sangat berpengaruh pada organisme target adalah kualitas air. Kelangsungan hidup benih ikan sangat dipengaruhi oleh kualitas suatu perairan, untuk mendapatkan benih ikan yang sehat dan tumbuh dengan cepat. Apabila kualitas air kurang baik, dapat menyebabkan ikan lemah, nafsu makan berkurang, dan rentan terserang penyakit.. Berikut ini merupakan kualitas air yang baik bagi usaha pendederan yaitu :



3. Kualitas pakan Pakan dibagi menjadi dua, yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami merupakan mikroorganisme yang digunakan sebagai pakan pertama larva organisme budidaya sebelum mampu mengonsumsi pakan buatan. Pakan buatan merupakan pakan yang telah diformulasikan dari bahan alami yang diproses sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan organisme target. Pakan alami dapat berupa fitoplankton, zooplankton, ataupun bentos. Pakan fitoplankton berupa Chlorella sp., Spirulina sp., Chaetoceros sp., Nannochloropsis sp, dan lain-lain. Zooplankton yang dapat digunakan dalam pakan alami, yaitu rotifera (Brachionus sp.), naupli Artemia salina, Daphnia sp., Moina sp., copepoda, jentik nyamuk, dan lain-lain. Bentos yang dapat digunakan sebagai pakan alami, yaitu cacing darah, jentik nyamuk, dan Tubifex sp. C



a. Pakan buatan



b. Pakan alami



Pakan benih yang baik adalah memiliki ukuran lebih kecil dari bukaan mulut benih ikan seperti cacing sutra, daphnia, moina infusiria dan sebagainya. 4. Kesehatan Kesehatan ikan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu organisme budidaya, lingkungan, dan patogen. Berikut ini merupakan model hubungan antara ketiga faktor tersebut.



Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting dalam budidaya organisme akuatik. Jika ikan terserang penyakit, kematian massal merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan lagi . Agar kesehatan ikan tetap terjaga, perlu dilakukan pencegahan dengan menggunakan berbagai macam perlakuan. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan desinfeksi wadah, pemberian vaksin, probiotik, imunostimulan, dan zat antimikroba alami. Ketika ikan telah terkena serangan patogen, pengobatan merupakan tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi dampak penyakit pada organisme budidaya. Pengobatan dapat dilakukan dengan perlakuan suhu dan salinitas, penggunaan fitofarmaka, dan penggunaan antibiotik. Untuk pemberantasan hama dan penyakit ikan pada kegiatan pendederan tidak secara khusus dilakukan, tetapi tetap dilakukan upaya penanggulangan baik secara preventif dengan melakukan pengeringan kolam dan secara provilasis dengan cara menjaga kualitas air jumlah pakan yang cukup dan terjaga kualitasnya.



c. Teknik Pendederan Komoditas Perikanan di Kolam Pendederan umumnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu pendederan I, pendederan II, dan pendederan III. Namun demikian yang sering dilakukan para pembibit hanyalah pendederan I dan II. Bahkan banyak pengusaha bibit yang hanya melakukan pendederan I saja. Hal ini biasanya karena tingginya permintaan bibit sehingga saat bibit baru berukuran 3 – 5 cm (akhir pendederan I) sudah banyak konsumen yang memesan, bahkan banyak yang inden. Pendederan I berlangsung selama 2 – 3 minggu hingga bibit yang semula beukuran 1 – 3 cm bertambah besar menjadi 3 – 5 cm. Selanjutnya diteruskan dengan pendederan II yang berlangsung selama 3 – 4 minggu hingga bibit menjadi sepanjang 5 – 8 cm. Sedangkan pendederan terakhir berlangsung selama 3 minggu hingga bibit menjadi sepanjang 8 – 12 cm. Bibit yang telah melewati pendederan II (5 – 8 cm) sudah dapat langsung dibesarkan tanpa melewati pendederan lagi. Pendederan I Pendederan I dimaksudkan untuk membesarkan bibit berukuran 1 – 3 cm menjadi bibit berukuran 3 – 5 cm. Dengan perawatan intensif, terutama dalam hal pemberian pakan, pengaturan air, serta pengendalian hama dan penyakit, masa pendederan I hanya membutuhkan waktu 2 – 3 minggu. a) Pelepasan bibit Bibit yang dipelihara dalam pendederan I berukuran sangat kecil, rentan stress, dan cidera sehingga pelepasannya harus dilakukan secara hati – hati. Yang penting untuk diperhatikan adalah kepadatan bibit yaitu antara 500 – 750 ekor/m2. Itu berarti kolam berukuran 2 x 3 m (6 m2) dapat diisi 3000 – 4500 bibit. Untuk menghindari stress dan cidera, pelepasan bibit dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Bibit diambil dari kolam pemeliharaan larva dengan menggunakan waring bertangkai dengan jarring yang rapat dan lembut. 2. Bibit ditempatkan pada ember atau baskom yang telah diisi air dari kolam pemeliharaan larva. 3. Setelah ember atau baskom cukup penuh, segeralah menuju kolam pendederan untuk melepaskannya. Benamkan ember atau baskom ke kolam sehingga air koma masuk sedikit demi sedikit bercampur dengan air dalam ember. Dengan cara itu maka bibit akan dapat beerrenang keluar ember atau baskom. Angkat ember atau baskom dengan posisi miring ke bawah sehingga semua air beserta bibitnya masuk ke dalam kolam. 4. Teruskan langkah tersebut hingga kolam pendederan terisi bibit dengan kepadatan yang sesuai.



Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah waktu pemindahan dan pelepasan bibit. Untuk menghindari stress yang berlebihan, bibt sebaiknya dipindahkan pada saat suhu air belum terlalu tinggi atau terlalu rendah yaitu pada pagi atau sore hari. Pada pagi hari, sebaiknya pemindahan dilakukan pada pukul 08.00 – 10.00. Sedangkan pada soe hari, pemindahan sebaikya dilakukan pada pukul 15.00 – 18.00. b) Pengaturan air Kualitas air yang digunakan untuk memlihara ikan pada masa pendederan I sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan kesehatan ikan. Air kolam harus dijaga sedemikian rupa sehingga tetap bersih. Penggunaan ari menglir dengan sistem pipa paralon adalah yang paling baik dan efektif karena air kolam yang keluar langsuang diganti dengan air yang bersih. Apabila kolam belum dilengkapi pipa untuk keluar masuk air, air harus diganti secara manual 2 – 3 hari sekali atau sesuai kebutuhan. Untungnya, pada kolam pendederan I kualitas air masih akan cukup baik dalam waktu yang cukup lama karena ukuran ikan peliharaan masih sangaat kecil dengan jumlah kotoran yang juga masih sedikit. Selain itu, pakan yang diberikan pun pakan alami yang tidak menyebabkan penurunan kualitas air. c) Pemberian pakan Bibit berukuran 1 – 3 cm tentu saja belum dapat makan pellet butiran. Pakan yang di berikan kepada bibit lele ini mengandung cukup banyak protein untuk mendukung pertumbuhannya. Selama minggu pertama, bibit hanya di beri pakan alami berupa kutu air (Daphnia sp.) dan cacing sutra (tubifex sp.) . baru pada minggu kedua bibit lele sangkuriang mulai diberi pelet 581. Pelet ini berbentuk seeperti tepung. Prinsip pemberian pakan untuk bibit adalah sebagai berikut 1. Pakan alami di berikan dalam keadaan hidup agar apabila belum termakan maka akan dapat dimakan pada waktu berikutnya. 2. Pakan alami diberikan sedikit demi sedikit hingga bibit lele sangkuriang kenyang. Caranya, dengan memasukkan kutu air atau cacing sutra sesendok demi sesendok hingga tidak aada lagi bibit lele sangkuriang yang mau memakannya. 3. Pakan di berikan 3-4 kali sehari, yaitu pagi, siang (bila mungkin), sore, dan malam hari. 4. Seiring dengan di berikannya makanan berupa pelet, jumlah pakan alami mulia di kurangi. Misalnya, untuk minggu ke-2 kombinasi 75% pakan alami dan 25% pelet, untuk minggu ke-3 kombinasi 50% pakan alami dan 50% pelet. d) Pengendalian hama dan penyakit Selain menjaga kualitas air dan memberi pakan, pembudidaya juga harus mencegah masuknya hama dan penyakit. Hama yang sering memakan bibit ikan antara lain ular, burung pemakan ikan, kadal, dan katak. Bilamana hama tersebut berhasil masuk ke dalam kolam maka dapat dipastikan 13ka nada banyak bibit yang hilang.



Untuk mencegah ular, burung, kadal, dan katak masuk ke dalam kolam, tutuplah kolam dengan anyaman bamboo. Bila hama telah terlanjur masuk, segera keluarkan atau basmi secepatnya. munculnya penyakit dilakukan dengan menjaga kebersihan air dan kolam, Pengaturan air yang baik dapat mencegah munculnya penyakit. Penambaha sedikit kapur pertanian juga membantu. Apabila bibit menunjukkan tanda – tanda terserang penyakit, terutama jamur, teteskan malachite green oxalate 1 – 5 ml atau methylene blue 10 ml per 1 meter kubik air. e) Seleksi bibit Bibit yang telah dipelihara selama 2,5 minggu akan diseleksi untuk yang pertama kali dengan menggunakan ayakan bibit ukuran 3 – 5 cm. Bibit – bibit yang telah mencapai ukuran 3 – 5 cm dapat dipanen untuk dibesarkan pada pendederan II, atau bahkan dapat langsung dijual. Bibit yang didapat dari seleksi pertama disebut bibit saringan I, bibit ini merupakan bibit berkualitas tinggi karena memiliki kecepatan pertumbuhan yang baik. Seleksi yang kedua dilakukan pada saat bibit telah dipelihara selama 3 minggu. Bibit yang diperoleh disebut bibit saringan II. Kualitas bibit ini sedikit dibawah bibit saringan pertama. Bibit yang tidaak lolos seleksi pertama dan kedua merupakan bibit sisa. Bibit ini dapat terus dibesarkan hingga mencapai ukuran 3 – 5 cm. Kualitas bibit sisa ini tidak begitu baik. Pendederan II Pendederan II merupakan kelanjutan dari pendederan II, yang mana bibit berukuran 3 – 5 cm dipelihara hingga mencapai ukuran 5 – 8 cm. Seperti halnya pada pendederan I, factor terpenting pendukung keberhasilan pendederan ini adalah pengaturan air, pemberian pakan, serta pengendalian hama dan penyakit. Pendederan II berlangsung selama 3 – 4 minggu dan dilakukan seleksi panen 3 (tiga) kali yaitu pada minggu ke – 3, minggu ke – 3,5 dan minggu ke – 4. 1. Pelepasan benih Ukuran bibit yang dipelihara pada pendederan II dua kali lebih besar dari bibit pada pendederan I. Oleh karena itu, kepadatan bibit harus dikurangi sampai setengan dari kepadatan pendederan I, yaitu 250 – 500 ekor/m2. Untuk kolam berukuran 2 x 3 m (6 m2) dapat diisi 1500 – 3000 bibit. Metode pemindahan dan pelepasan bibit pada kolam pendederan II tidak berbeda dengan yang dilakukan pada pendederan I. 2. Pengaturan air Pengaturan air pada pendederan II masih harus diperhatikan meskipun tidak seintensif pada pendederan I. Penggantian air dilakukan 2 – 3 hari sekali. Air kolam yang lama tidak diganti akan tercemar sisa makanan dan kotoran ikan. Sisa makanan itu akan membusuk dan mengeluarkan asam organic yang akan mengganggu pertumbuhan bibit dan merangsang munculnya penyakit. 3. Pemberian pakan



Pada minggu ke – 1 masa pendederan II, pakan yang diberikan berupa pakan alami dan pelet tepung(581). Jumlah pakan yang diberikan per hari adalah 10 – 15 % dari bobot total bibit yang dipelihara, terdiri dari 25 % pakan alami dan 75 % pelet yang dilembutkan. Pada minggu ke – 2, pakan yang diberikan adalah pelet tepung seluruhnya. Pada minggu ke – 3 dan ke – 4 dapat mulai menggunakan pelet butiran dengan diameter ± 1 mm (pelet 999). Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari, yaitu pada pagi, siang, dan sore hari. 4. Pengendalian hama dan penyakit Dengan semakin besarnya ukuran bibit maka semakin berkurang jumlah hama yang berbahaya baginya. Hama yang masih perlu diwaspadai adlah ular dn burung pemakan ikan. Cara pencegahannya sama seperti pada pendederan I, yaitu dengan menutup kolam menggunakan anyaman bamboo atau yang lain. Sedaangkan untuk mengendalikan penyakit, penggantian air secara rutin merupakan cara terbaik, selain menggunakan malachite green oxaite (1 – 5 ml/m3) atau methylene blue (10 ml/m3). 5. Seleksi bibit Bibit mulai diseleksi pada minggu ke – 3 dengan menggunakan saringan bibit 5 – 8 cm. Bibit yang berukuran 5 – 8 cm dapat diambil untuk dibesarkan pada pendederan III atau langsung dijual. Bibit yang didapat dalam seleksi pertama disebut bibt saringan I, merupakan bibit berkualitas terbaik. Seleksi bibt dilakukan lagi 3 – 4 hari kemudian, diperoleh bibit saringan II. Seleksi terakhir dilakukan pada minggu ke – 4, diperoleh bibit saringan III. Baik bibit saringan II muapun III juga merupakan bibit berkualtas baik dn memenuhi standard. Bibit yang tidak lolos seleksi dapat terus dipelihara hingga berukuran 5 – 8 cm. Bibit ini tidak memenuhi standard sebagai bibit yang bagus. Pendederan III Tidak banyak pembibit yang melaksanakan pendederan III, karena begitu melewati pendederan II sudah banyak konsumen yang berminat untuk membeli bibt tersebut. Bahkan akhir – akhir ini konsumen tidak cukup sabr untuk menanti bibti hingga berukuran 5 – 8 cm. Bibit berukuran 3 – 5 cm pun sudah banyak yang memintanya. Pendederan III pada prinsipnya adalah membesarkan bibit berukuran 5 – 8 cm menjadi bibit berukuran 8 – 12 cm. Bibit dengan ukuran 8 – 12 cm merupakan bibit yang paling optimal untuk pendederan. Pendederan III dilakukan selama 3 minggu. 1. Pelepasan bibit Kepadatan bibit pada pendederan III lebih rendah disbanding pendederan II, karena ukurn bibit yang digunakan lebih besaar. Jumalh bibt yang dilepas pada kolam pendederan III adalah antara 100 – 200 ekor/m2. Metode pemindahan dan pelepadan bibit sama dengan pada pendederan I dan II.



2. Pengaturan air Pengaturan air pada pendederan III tidak seintensif pendederan I dan II amun tetap harus mendapat perhatian. Penggantian air dilakukan apabila air di kolam sudah kotor. Jadi tidak harus dilakukan secara rutin. Lebih baik lagi apabila menggunakan sistem air keluar masuk sehingga kesegaran dan kebersihan air tetap terjaga. Meskipun tidak seketat pendederan I dan II, namun usahakan agar tidak ada sisa makanan dan kototran yang mengendap dan mmembusuk di dasar kolam karena hal itu dapat menghambat pertumbuhan ikan dan merangsang munculnya penyakit. 3. Pemberian pakan Pakan yang diberikan berupa pelet yang dikecilkan ukurannya hingga berdiameter 1 – 3 mm (pelet 999, 781 – 1, dan 782 – 2). Jumlah pakan yandiberikan sebanyak 5 – 10 % bobot bibit yang dipelihara. Pakan dibeikan (tiga) kali sehari, yaitu pada pagi, siang, dan sore hari. Terkadang bibit sangat rakus, makan terlalu banyak (untuk jenis lele). Padahal pelet dapat mengembang selama ada di dalam perut ikan. Akibatnya bibit mengalami kembung dan pecah perut. Untuk mencegahnya rendam pelet dalam air hangat hingga mengembang dan baru setelah itu diberikan kepada ikan. Dengan cara demikian pelet tidak akan mengembang lagi, dan kembung tidak akan terjadi. 4. Pengendalian hama dan penyakit Seperti halnya pada pendederan II, hama yang mengancam aldalah ular dan burung pemakan ikan. Cara pengendaliannya masih sama, yaitu dengan menutup kolam menggunakan anyaman bamboo atau yang lain. Serangan penyakit dapat dikendalikan dengan memelihara kebersihan air. Jika terdapat tanda – tanda ikan terserang penyakit, terutama jamur berikan malachite green oxalate atau methylene blue. 5. Seleksi bibit Bibit yang dibesarkan pada pendederan III dapat diseleksi mulai minggu ke – 2 untuk mendapatkan bibit dengan ukuran yang sesuai (8 – 12 cm). Sisa bibit yang tidak lolos seleksi pertama, diseleksi lagi pada minggu ke – 3. Sisa bibit yang tidak lolos seleksi kedua dapat terus dipelihara hingga mencapai ukuran yang disyaratkan atau langsung dijual.