Materi 5 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Setiap individu pasti pernah merasakan kecemasan dalam hidupnya. Baik ketika berhadapan orang lain ataupun tuntutan yang tidak terpenuhi yang mengharuskan individu untuk memenuhi tuntutan tersebut. Hal ini merupakan suatu proses dinamika psikologis dalam kehidupan individu. Dalam perkembangan social, terutama pada usia remaja yang merupakan masa yang bergejolak dan banyaknya tuntuan kebutuhan yang harus dipenuhi, tentunya hal ini memberikan peluang untuk menimbulkan kecemasan pada individu. Kecemasan yang berhubungan dengan orang lain seringkali membuat potensi individu menjadi tidak optimal. Misalkan jika individu dihadapkan pada suatu kondisi yang mengharuskan dia untuk berbicara didepan umum sementara dia tidak memiliki keberanian, maka hal ini menyebabkan kecemasan dalam dirinya dan berhubungan dengan dunia sosial. Richards (2001) menjelaskan bahwasanya kecemasan sosial adalah ketakutan akan situasi sosial dan interaksi dengan orang lain yang secara otomatis dapat membangkitkan perasaan mawas diri, penghakiman, penilaian, dan rendah diri. Atau, kecemasan sosial adalah ketakutan dan kecemasan dihakimi dan dievaluasi secara negatif oleh orang lain, yang mengarah pada perasaan inadekuat, malu diri, merasa bodoh,dan depresi. Dalam Wikipedia, dijelaskan bahwa “Social Anxiety is a term used to describe an experience of anxiety (emotional discomfort, fear, apprehension or worry) regarding social situations and being evaluated by other people”. Dengan kata lain, kecemasan social adalah suatu kondisi yang menggambarkan pengalaman kecemasan seperti emosi yang labil, ketakutan, khawatir sebagai akibat dari anggapan situasi sosial dan dinilai oleh orang lain.  Pendapat lain mengatakan bahwa “Social anxiety disorder is a chronic mental health condition that causes an irrational anxiety or fear of activities or situations in which you believe that others are watching you or judging you” (Mayo Clinic, 2007). Maksudnya adalah bahwa kecemasan social merupakan suatu kondisi kesehatan mental yang disebabkan dari adanya kecemasan yang irasional atau ketakutan terhadap aktivitas dan situasi ini yang dipercayai bahwa orang lain melihat dan menilai secara negatif. Kecemasan sosial (social anxiety) merupakan suatu bentuk rasa cemas yang diarahkan pada lingkungan sosialnya. Individu khawatir dirinya akan mendapat penilaian negatif dari orang lain, khawatir tidak mampu mendapat persetujuan dari orang lain serta takut melakukan perilaku yang memalukan di muka umum. Menurut Wakefield, Horwitz & Schmitz (2005), kecemasan sosial umum terjadi pada tiap orang, namun intensitasnya dapat berbeda-beda. Aspek-aspek dari kecemasan sosial adalah aspek kognitif, berupa penilaian dan ekspektasi bahwa individu akan dinilai negatif, aspek afektif, berupa ketakutan dan rasa cemas saat berhadapan dalam situasi sosial, dan aspek perilaku, yaitu adanya perilaku aman.  Dari beberapa pengertian di atas, ada hal yang esensi mengenai kecemasan social, para ahli psikologi mengatakan bahwa setiap individu pasti mengalami kecemasan social ketika awal bertemu dengan orang lain, atau berbicara di depan umum. Namun, yang membedakan kecemasan sosial yang bersipat klinis adalah lamanya merasa cemas dalam situasi sosial tersebbut. Misalkan orang yang takut berbicara di depan umum selalu merasa cemas ketika dihadapkan untuk berbicara didepan umum selama satu minggu terus dirundung kecemasan terhadap situasi sosial tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwasanya kecemasan sosial adalah suatu kondisi yang menyebabkan seseorang cemas, takut, khawatir terhadap  pandangan orang lain. Esensi permasalahan pada kecemasan social ini adalah keyakinan (belief) yang telah dipegang oleh individu terhadap pengalaman yang membuatnya selalu mawas diri dan takut dinilai secara negatif oleh orang lain. Kecemasan sosial ini seringkali banyak terjadi pada remaja. Hal ini



berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yulyanti pada tahun 2004 tentang perbedaan tingkat kecemasan social remaja perempuan dan laki-laki tingkat SMA di Kelapa Gading yang menunjukkan perbedaan yang signifikan antara remaja putra dan putri. Hal ini menunjukkan bahwasanya kecemasan social merupakan gejala atau fenomena yang melanda pada masa remaja dengan berbagai tingkat kebutuhan yang harus dipenuhi.    B.    Gejala Kecemasan Sosial Kecemasan social seringkali diartikan ketakutan ketika berhadapan orang lain. Namun, esensi yang lebih mendalam adalah bahwasanya kecemasan social merupakan ketakutan penilaian orang lain terhadap diri individu itu sendiri. Kondisi seperti ini, tidak jarang membuat individu takut, cemas, dan khawatir yang seringkali diwujudkan dalam perilaku penghindaran (Avoidance) terhadap peristiwa tersebut. Social anxiety ditandai dengan 3 komponen, yaitu : 1. Komponen Fisiologis (Physiological components), seperti badan berkeringat, muka merah 2. Komponen Kognitif (cognitive/perceptual components), berupa keyakinan bahwa sesorang menilai negatif terhadap dirinya 3. Komponen Perilaku (Behavioral components), dalam bentuk upaya seseorang untuk menghindari situasi yang membuat dia merasakan social anxiety. Ketiga komponen tersebut merupakan rangkaian skematis dari kecemasan sosial pada individu. Ketika individu dihadapkan pada sesuatu yang membuat cemas atau tidak menyenangkan, maka bisanya akan muncul keringat, setelah itu muncul prangsangka atau penilaian negative terhadap dirinya dan muncul perilaku untuk menghindari situasi yang serupa. Ada beberapa gejala (symptom) yang bisa dikategorikan sebagai gejala kecemasan social (Mayo Clinic, 2007) yaitu : 1. Gejala gangguan Emosional dan perilaku (Emotional and behavioral signs and symptoms of social anxiety disolder) yang ditandai dengan : a) Ketakutan yang berlebihan ketika berada pada situasi social yang orangorangnya tidak dikenal b) Takut terhadap situasi yang bisa mendatangkan penilaian dari orang lain c) Khawatir dipermalukan atau menghina diri sendiri d) Takut terhadap orang lain yang memperhatikan kecemasan yang dirasakan  e) Cemas terhadap kekacauan kegiatan sehari-hari atau rutin seperti, bekerja, sekolah, dan aktivitas lain. f) Menghindari pekerjaan atau berbicara dengan orang luar karena takut dipermalukan g) Menghindari situasi yang akan menjadikan pusat perhatian 2. Gejala fisik ditandai dengan : a.    Muka merah b.    Banyak keringat c.    Gemetar d.    Muak e.    Gangguan Sakit Perut f.    Berat untuk berbicara



g.    Suara Gemetar h.    Ketegangan otot i.    Kebingungan  j.    Berdebar-debar k.    Menceret (Diarrhea) l.     Dingin, tangan basah keringat m.    Sulit untuk menatap mata 3.    Gejala gabungan yang ditandai dengan karakteristik : a.    Rendah terhadap harga diri b.    Masalah yang berkaitan dengan ketegasan c.    Berbicara negatif pada diri sendiri d.    Sangat sensitif dikritik e.    Kurang memiliki keterampilan social (Social Skill) Bentuk-bentuk gejala di atas merupakan gejala untuk mengenali lebih dalam bentuk kecemasan social. Dengan kata lain, orang yang memiliki kecemasan social dapat dilihat dari gejala-gejala di atas karena memang kecemasan social memiliki mekanisme secara skematis yang menghasilkan perilaku.   C.    Faktor Penyebab Kecemasan Sosial Bagi seseorang yang memiliki kecemasan social tentunya berbeda-beda yang menjadi faktor pemicu kecemasan social. Rayuso (2007) mengatakan bahwa The Causes for social phobia can be many and it depends on each person, there is not a specific cause for it that doctors have identify, but there are many factors that can contribute to trigger it. Hal ini menunjukkan bahwasanya faktor penyebab kecemasan sosial pada individu itu berbeda-beda. Namun, secara garis besar faktor penyebab timbulnya kecemasan sosial adalah sebagai berikut : 1.    Faktor genetic (Genes) Biasanya keluarga yang memiliki orang tuas yang memiliki kecemasan sosial akan menurunkannya pada anaknya. 2.    Pengalaman Sosial (Social Experience)  Pengalaman sosial yang sangat kuat mempengaruhi timbulnya kecemasan sosial. Misalkan pengalaman yang traumatic di depan umum atau dihina dalam waktu yang lam. Hal ini berkembang menjadi faktor penyebab kecemasan sosial. 3.    Pengaruh Budaya Pola-pola asuh dalam keluarga yang menjadi budaya bisa menjadi faktor penyebab kecemasan sosial. Misalkan ketika anak disuruh untuk diam di depan umum, maka anak akan melakukannya terus menerus. 4.    Pengaruh Neurochemicals Para peniliti melakukan penelitian tentang pengaruh cairan kimia terhadap gejala kecemasan sosial. Dan hasilnya menunjukkan bahwa ketidakseimbangan cairan kimia serotonin di otak dapat menjadi faktor kecemasan  sosial. Seronin, Neurotransmitter membantu untuk memberikan rasa nyaman dan emosi. Orang yang mengalami kecemasan sosial memiliki perasaan sangat sensitive yang diakibatkan karena kelebihan cairan serotonin. 5.    Faktor Psikologis Faktor psikologis memiliki peranan yang sangat penting dapat menyebabkan kecemasan sosial. Termasuk repon ketakutan terhadap situasi yang tidak mengenakkan. Selain itu, keyakinan negatif dan keyakinan kondiaiona merupakan faktor psikologis yang menyebabkan kecemasan sosial.



D.    Dinamika Psikogis Kecemasan Sosial



Kecemasan sosial seringkali terjadi karena pengalaman traumatik terhadap situasi sosial atau pengalaman sosial yang tidak menyenangkan dan penilaian diri terhadap peristiwa sosial tersebut. Misalkan seorang siswa yang maju ke depan kelas kemudian tidak bisa berbicara-bicara apa-apa ketika sudah di depan kelas kemudian teman-temannya menertawakannya sehingga dia trauma dan tidak mau maju ke depan kelas lagi. 



SIKLUS KECEMASAN SOSIAL Secara kronologis, mulanya dia tidak memiliki anggapan yang buruk terhadap permintaan guru ke depan kelas untuk bercerita tentang keluarganya. Akan tetapi sambutan tertawa dari teman-temannya membuat dia merasa malu dan hina sehingga timbul pikiran negative bahwasanya “dia bodoh, tidak pantas dan tidak bisa mengatasi ini”. Kemudian muncul tindakan penyelamatan untuk tidak mengalami kejadian yang serupa dengan melakukan penghindaran (Avoidance). Bentuk-bentuk penyelamatan ini diantaranya dengan menghindari kontak mata, dan tidak mau ketika diminta ke depan kelas lagi. Adapun situasi-situasi sosial yang menyebabkan seseorang cepat stress dengan gangguan kecemasan sosial diantaranya dengan bertemu dengan orang yang baru, menjadi pusat perhatian, dilihat orang lain ketika melakukan sesuatu, berbicara di depan umum, menampilkan diri di depan panggung, dikritik, berbicara dengan orang yang penting atau otoritas, dipanggil di kelas, minum atau makan di depan umum, menggunakan kamar mandi umum, dll. Situasi sosial tersebut merupakan faktor yang mengakibatkan stress bagi orang-orang yang mengalami kecemasan sosial. Dinamika psikologis orang yang mengalami kecemasan sosial tidak jarang memberikan penilaian dirinya yang begitu rendah. Sehingga hal ini menyebabkan dia tidak memiliki kepercayaan diri. Dan tentu saja hal ini menghambat potensi yang dimilikinya. Untuk itu, gangguan kecemasan sosial merupakan gangguan yang harus diberikan kepada oran-orang yang benar ahli dalam bidang kejiwaan