Materi Modul 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MATERI MODUL 2.2 A. Latar Belakang Selamat datang kembali dalam fase eksplorasi konsep yang pertama! Bapak/Ibu CGP, dalam fase Mulai dari Diri, kami mengajak Anda untuk merefleksikan hubungan kompetensi sosial dan emosional dengan peran Anda sebagai pendidik dan dengan pembelajaran murid. Mengapa Anda diajak untuk merefleksikan  hubungan tersebut? Dalam penelitian tentang Pembelajaran Sosial dan Emosional: 



Guru yang memiliki kompetensi sosial dan emosional yang baik lebih efektif dan cenderung lebih resilien/tangguh dan merasa nyaman di kelas  karena mereka dapat bekerja lebih baik dengan murid.







Adanya keterkaitan antara kecakapan sosial dan emosional yang diukur ketika TK dan hasil ketika dewasa di bidang pendidikan, pekerjaan, pelanggaran hukum, dan kesehatan mental.



Pembahasan di atas sejalan dengan peran pendidik  yang disampaikan Ki Hajar Dewantara. Pendidik adalah  penuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak,  agar  mereka  sebagai  manusia dan anggota  masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.    Pemikiran KHD tersebut  mengingatkan bahwa tugas pendidik sebagai pemimpin pembelajaran adalah menumbuhkan motivasi mereka untuk dapat membangun perhatian yang berkualitas pada materi dengan merancang pengalaman belajar yang mengundang dan bermakna. Kita merencanakan  secara sadar pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan murid-murid untuk mewujudkan kekuatan (potensinya). Pembelajaran holistik yang memberikan mereka pengalaman untuk dapat mengeksplorasi dan mengaktualisasikan seluruh potensi dalam dirinya setinggitingginya, baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Kesadaran akan  proses pendidikan yang dapat menuntun tumbuh kembang murid secara holistik  sudah menjadi perhatian pendidik sejak lama. Kesadaran ini berawal dari teori Kecerdasan Emosi Daniel Goleman, dikembangkanlah CASEL (Collaborative for



Academic, Social and Emotional Learning)  pada tahun 1995 (www.casel.org ) sebagai konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE). Konsep PSE berdasarkan berdasarkan kerangka CASEL tersebut dikembangkan Daniel Goleman bersama sekelompok pendidik, peneliti, dan pendamping anak. PSE berbasis penelitian ini, bertujuan untuk  mendorong perkembangan anak secara positif dengan program yang terkoordinasi  antara berbagai pihak dalam komunitas sekolah.



Secara lengkap, hasil penelitian tentang manfaat penerapan pembelajaran sosial dan emosional adalah sebagai berikut:



Gambar 1. Hasil Pencapaian Penerapan Pembelajaran Sosial dan Emosional Dengan mencermati diagram  hasil di atas, kita semakin memahami urgensi  PSE, yaitu peningkatan kompetensi sosial dan emosional, terciptanya lingkungan belajar yang lebih positif, peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan sekolah. Selain itu, PSE di kelas terbukti dapat menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik. PSE memberikan pondasi yang kuat bagi murid untuk dapat sukses dalam berbagai area kehidupan mereka di luar akademik, termasuk kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal. Apa itu Well-being? Sejak beberapa dekade terakhir, well-being  menjadi perhatian  para praktisi dan akademisi pendidikan. Apa yang dimaksud dengan  well-being? Well-being berbeda dengan welfare meskipun sama-sama diterjemahkan  menjadi “kesejahteraan” dalam Bahasa Indonesia.



Menurut kamus Oxford English Dictionary, well-being dapat diartikan sebagai kondisi nyaman, sehat, dan bahagia. Well-being  adalah sebuah kondisi  individu yang memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya. Noble and McGrath (2016) menyebutkan bahwa well-being murid  yang optimal adalah keadaan emosional yang berkelanjutan (relatif stabil) yang ditandai dengan: sikap dan suasana hati yang secara umum positif, relasi yang positif dengan sesama murid dan guru, resiliensi, optimalisasi diri, dan tingkat kepuasan diri yang tinggi berkaitan dengan pengalaman belajar mereka di sekolah.



B. Definisi Pembelajaran Sosial dan Emosional Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat:  1. 2. 3. 4. 5.



Memahami, menghayati, dan  mengelola emosi  (kesadaran diri) Menetapkan dan mencapai tujuan positif  (pengelolaan diri) Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial) Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi) Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)



Gambar 2 menjelaskan kerangka sistematis dan kolaboratif pembelajaran kompetensi sosial dan emosional  CASEL: 1. Penciptaan lingkungan belajar yang tepat serta terkoordinasi untuk meningkatkan pembelajaran akademik, sosial, dan emosional semua murid 2. Kemitraan/kerjasama sekolah-keluarga-komunitas untuk membentuk lingkungan belajar dan pengalaman yang bercirikan hubungan/relasi yang saling mempercayai dan berkolaborasi 3. Kurikulum dan pembelajaran yang jelas dan bermakna, dan evaluasi secara berkala.



B.2. Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) Kerangka Kompetensi Sosial Emosional (CASEL)



Jika kita analisis lebih lanjut,  5 Kompetensi Sosial dan Emosional yang telah kita bahas berhubungan erat dengan  6 (enam) dimensi  Profil Pelajar Pancasila.  Sebagai contoh,  ketika seorang murid perlu mengeluarkan ide yang baru dan orisinil untuk memecahkan masalah  (dimensi kreatif)  diperlukan juga kemampuan bernalar kritis  untuk melihat permasalahan yang ada. Dalam situasi tersebut, murid tersebut menerapkan kesadaran diri dan manajemen diri.  Selanjutnya, solusi yang dihasilkannya juga perlu mempertimbangkan akhlak kepada makhluk hidup lain yang dapat dimunculkan dari dimensi beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Dalam situasi tersebut, ia menerapkan KSE kesadaran sosial dan keterampilan berelasi. Dalam mewujudkan solusinya, ia pun perlu melibatkan orang lain dengan tetap menghargai keragaman latar belakang yang dimiliki (dimensi gotong royong dan berkebhinekaan global). Dalam tahap ini, ia menerapkan KSE kesadaran sosial, keterampilan relasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.



Tugas 2b.1



Berdasarkan  pembelajaran  5 Kompetensi Sosial  dan Emosional yang telah Anda baca, pelajari Tabel B.2b. Gambar Kegiatan KSE dan jawablah pertanyaan berikut : 1. Apa KSE yang dapat diterapkan dalam kegiatan tersebut?   2. Bagaimana kegiatan tersebut dapat membantu murid  untuk mengembangkan KSE tersebut? (Kolom 2 Baris 1 adalah contoh untuk Anda)



Silahkan tuangkan jawaban Anda



C. Kesadaran Penuh (mindfulness) sebagai dasar penguatan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional Bapak/Ibu hebat, kita sudah membahas Lima Kompetensi Sosial dan Emosional. Selanjutnya kita akan membahas tentang kesadaran penuh (mindfulness).  Pentingnya melatih perhatian murid-murid sebagai kelanjutan dari Pembelajaran Sosial dan Emosional dikemukakan oleh Daniel Goleman, co-founder CASEL pada tahun 2017 dalam (https://compassion.emory.edu/SEElearning.pdf, p.3-4):   “Attention is a fundamental skill that impacts all aspects of learning, yet it has been largely neglected as an explicit focus for education. Because it is such an essential element of helping children better manage their inner worlds and enhance learning, training in attention seems an obvious next step for SEL”  Goleman melihat kebutuhan mendasar untuk membantu anak-anak dalam mengelola dirinya dan meningkatkan pembelajaran.   Melatih kemampuan memperhatikan  adalah kelanjutan nyata yang harus dilakukan dalam Pembelajaran Sosial dan Emosional.



Bapak/Ibu CGP, apakah akrab dengan istilah mindfulness? Mungkin ada yang sudah sering mendengar tetapi ada pula yang belum pernah mendengar sama sekali. Sebelum membahas kesadaran penuh (mindfulness) ini secara mendalam, coba kita pikirkan sejenak; apa yang ada dalam kepala kita saat menonton  film atau membaca buku kesukaan? Apakah masih dapat mengingat alur ceritanya sampai saat ini? Bagaimana dengan emosi yang muncul saat itu ketika melihat karakter utamanya menangis, mengalami kemalangan, ataupun berbahagia, dan kita turut menangis, berteriak, dan tertawa? Lalu, sebagai seorang pendidik; dalam pertemuan guru rutin saat kepala sekolah maupun guru lain mengemukakan pendapat atau mengumumkan kegiatan sekolah yang akan datang dan kita mendengarkan dengan seksama setiap informasi yang diberikan. Contoh lain adalah ketika mempersiapkan materi pembelajaran, kita memperhatikan alur yang akan dibawakan, langkah untuk mengeksekusi rancangan, dan penilaian. Kemudian pada saat di kelas kita mengamati proses belajar murid: gerak-gerik, raut wajah, bahkan sesederhana cara murid memandang saat materi sedang diberikan.



Pada saat kita mengarahkan sepenuhnya perhatian pada kegiatan yang sedang dilakukan, seperti menonton film, menyimak apa yang sedang dibicarakan, mengobservasi sekeliling kita, mengajar di kelas, mendengar penyampaian informasi dalam pertemuan guru, bahkan membaca modul ini, dan memunculkan rasa ingin tahu apa adanya dengan rasa penghargaan contoh  praktik kesadaran penuh (mindfulness). C.1. Prinsip Kesadaran Penuh (Mindfulness)  



Bapak/Ibu CGP, coba mengingat kembali saat kita merasakan beban di pundak, mungkin karena tugas yang menumpuk, sulitnya berkomunikasi dengan pimpinan atau rekan kerja, murid yang mengabaikan kesepakatan yang sudah dibuat. Sebagai guru, skenario demikian tidaklah terelakkan. Kondisi demikian dapat menjadi pemicu munculnya emosi tidak nyaman seperti frustasi, marah, kuatir dan berbagai campuran emosi lainnya yang mungkin tidak dapat kita identifikasi. Emosi-emosi tidak nyaman ini dapat mempengaruhi diri kita secara sadar dan tidak sadar. Penting bagi kita untuk mengambil jeda, menyadari emosi yang tidak nyaman agar tidak membelenggu kita  dalam memandang dan merespon orang lain, baik  dalam sebuah interaksi, pekerjaan, hingga pada keputusan-keputusan hidup yang diambil



C.1. Prinsip Kesadaran Penuh (Mindfulness)   Pada umumnya, seorang manusia dewasa yang tidur kurang lebih 8 jam perhari,  memiliki 6000 pikiran dalam sehari (Tseng and Poppenk, 2020).  Bayangkan betapa sibuknya pikiran kita. Karena sangat cair, pikiran dapat bergerak ke masa depan dan menimbulkan perasaan khawatir. Pikiran juga dapat bergerak ke masa lalu yang seringkali menimbulkan perasaan menyesal. Pikiran berada dalam situasi terbaiknya jika terfokus pada situasi saat ini dan masa sekarang. Peran praktik kesadaran penuh (mindfulness)  dapat membantu Anda dalam menyikapi, memproses, dan merespon permasalahan yang dihadapi untuk fokus pada situasi saat ini - bukan pada kekhawatiran akan masa yang akan datang ataupun penyesalan akan masa yang telah berlalu. Kesadaran penuh itu sendiri dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja/sadar pada kondisi saat sekarang. Dilandasi rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan (dalam Hawkins, 2017, hal. 15) yang sebenarnya telah ada dalam diri manusia secara alami tanpa perlu diajarkan ataupun ditumbuhkan. Akan tetapi pikiran merupakan bagian diri kita yang seringkali sulit dikendalikan. Sehingga kesadaran penuh yang sebenarnya telah dimiliki secara alami mengalami hambatan untuk benar-benar dialami.



C.1. Prinsip Kesadaran Penuh (Mindfulness)   Peran praktik kesadaran penuh (mindfulness) akan sangat terlihat disini. Akan tetapi, perlu diingat bahwa praktik kesadaran penuh (mindfulness) bukan sebagai solusi pemecahan masalah, melainkan praktik yang membantu Anda dalam menyikapi, memproses, dan merespon permasalahan yang dihadapi untuk fokus pada situasi saat ini - bukan pada kekhawatiran akan masa yang akan datang ataupun penyesalan akan masa yang telah berlalu. Menurut Hawkins (2017), cara yang paling efektif untuk memahami kesadaran penuh (mindfulness) adalah dengan ‘mengalaminya’ sendiri. Bagaimana supaya kita dapat mengalami kesadaran penuh? Jawabannya adalah dengan berlatih. Bapak/Ibu CGP, pada bagian ini kita akan mengeksplorasi bagaimana praktik-praktik kesadaran penuh memperkuat Kompetensi Kesadaran Sosial (KSE). Anda dapat membaca kembali penjelasan 5 KSE di bagian sebelumnya.



C.2. Praktik Kesadaran Penuh (Mindfulness)



Pada prinsipnya praktik kesadaran penuh merupakan segala aktivitas yang kita lakukan secara sadar. Apapun bentuk aktivitasnya - yang ditekankan adalah perhatian yang diberikan saat melakukan aktivitas tersebut. Praktik paling mendasar dan sederhana adalah melatih dan menyadari napas. Salah satu teknik menyadari dan melatih napas adalah Teknik STOP. Teknik ini dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, dan tanpa membutuhkan peralatan.



C.3. Praktik Kesadaran Penuh Memperkuat 5 Kompetensi Sosial Emosional (KSE)



Ketika Bapak/Ibu hendak mengimplementasikan kompetensi kesadaran diri, manajemen Diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung Jawab, praktik kesadaran penuh ini menjadi fondasinya. Mempraktikkan kesadaran penuh membawa fokus kita kembali pada saat ini, yang dimana akan memberikan Anda waktu dan kesempatan untuk mengenal emosi, perasaan, dan pikiran apa adanya, tanpa penilaian dan penghakiman, namun dengan kepedulian. Pengenalan dan penerimaan emosi, perasaan, dan pikiran yang sedang dialami, akan membuat Anda mampu mengidentifikasi cara pengelolaan yang tepat. Indikasi pencapaian kompetensi kesadaran diri dan manajemen diri sudah terlihat. Selanjutnya, emosi yang telah dikenali, diterima, dan dikelola akan menumbuhkan empati dan pikiran yang terbuka untuk memahami orang lain dan situasi di luar diri Anda dengan sikap yang netral. Hal ini membuka ruang yang luas bagi suatu relasi positif dapat terjalin. Dengan sendirinya, kompetensi kesadaran sosial dan keterampilan berelasi semakin terasah.



C.3. Praktik Kesadaran Penuh Memperkuat 5 Kompetensi Sosial Emosional (KSE)



Tidak berhenti sampai disitu saja; saat Anda akan mengambil keputusan-keputusan - baik keputusan hidup yang besar, memilih metode pengajaran, merancang kegiatan sekolah, memberi konsekuensi pada murid, dan bentuk-bentuk keputusan lain - dengan kesadaran penuh menjadi dasar bagi Anda membuat rancangan yang akan membawa kebaikan, pertimbangan-pertimbangan berdasarkan nilai moral dan etika, memikirkan konsekuensi, yang dimana Anda akan memiliki rasa bertanggung jawab atas setiap keputusan yang dibuat apapun hasilnya. Melatih dan menumbuhkan kesadaran penuh akan membantu individu untuk lebih terhubung dengan diri dan orang lain. Hal ini akan menjadikannya lebih responsif dalam hubungan interpersonal dan pengambilan keputusan.



C.3. Praktik Kesadaran Penuh Memperkuat 5 Kompetensi Sosial Emosional (KSE)



Gambar 5 memperlihatkan kerangka Pembelajaran Sosial Emosional berbasis kesadaran penuh dalam mewujudkan kesejahteraan psikologis (well-being) yang diadaptasi dari piramida K-For-Catanese (dalam Hawkins, 2017). Penerapan pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh secara terhubung, terkoordinasi, aktif, fokus, dan eksplisit, dapat mendukung terwujudnya well-being ekosistem sekolah.



D. Implementasi pembelajaran sosial dan emosional di kelas dan sekolah Bapak/Ibu CGP,  seperti kita pelajari sebelumnya, Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah yang memungkinkan anak dan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai  5 Kompetensi Sosial dan Emosional. Mulai dari pengajaran secara eksplisit di kelas hingga kemitraan dengan keluarga dan komunitas untuk terus mengupayakan proses kolaboratif dan berkelanjutan. Indikator penerapan KSE dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:



Tabel di atas menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran sosial dan emosional bukan hanya mencakup ruang lingkup kelas dan sekolah, namun juga melibatkan keluarga dan komunitas.  Hal ini sejalan dengan prinsip pendidikan Tri Sentra (Tiga Pusat Pendidikan) salah satu gagasan Ki Hajar Dewantara yang menerangkan bahwa pendidikan harus berlangsung di tiga lingkungan yaitu, keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dengan kolaborasi dan gotong royong, keluarga, sekolah, dan komunitas  bersama-sama  mewujudkan pendidikan yang berkualitas untuk meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan psikologis murid-murid kita.  Dalam modul 2.2 ini, kita secara khusus membahas 4 indikator pembelajaran sosial dan   emosional yang berkaitan dengan kelas dan sekolah, yaitu:  1. 2. 3. 4.



Pengajaran eksplisit Integrasi dalam  praktek mengajar guru dan kurikulum akademik Penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah Penguatan KSE pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di sekolah



Selanjutnya kita akan membahas tiap indikator dan contoh penerapannya.



D.1. Pengajaran Eksplisit



Implementasi PSE dengan pengajaran eksplisit  memastikan murid memiliki kesempatan yang konsisten untuk menumbuhkan, melatih, dan berefleksi tentang  kompetensi sosial dan emosional  dengan cara yang sesuai  dan terbuka dengan keragaman budaya.  Pengajaran eksplisit KSE dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler.   Pendidik dapat menggunakan berbagai proyek,  acara atau  kegiatan sekolah  yang rutin  untuk mengajarkan kompetensi sosial dan emosional secara eksplisit.



Refleksi D.1a. Kesadaran diri Berikut adalah contoh  RPP untuk menggambarkan pengajaran eksplisit 5 KSE. Silahkan cermati  dan berikan refleksi Anda setelah mempelajari RPP tersebut.



D.1a. Kesadaran diri Refleksi D.1a: 1. Sebelumnya saya berpikir…., ternyata….. 2. Ide pembelajaran baru atau menarik akan saya terapkan dalam adalah:



Silahkan tuangkan jawaban Anda pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!



Refleksi D.1b. Manajemen diri Berikut adalah contoh  RPP untuk menggambarkan pengajaran eksplisit 5 KSE. Silahkan cermati  dan berikan refleksi Anda setelah mempelajari RPP tersebut. D.1b. Manajemen diri Refleksi D.1c: 1. Sebelumnya saya berpikir…., ternyata….. 2. Ide pembelajaran baru atau menarik akan saya terapkan dalam adalah:



Silahkan tuangkan jawaban Anda pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!



Refleksi D.1c. Kesadaran Sosial Berikut adalah contoh  RPP untuk menggambarkan pengajaran eksplisit 5 KSE. Silahkan cermati  dan berikan refleksi Anda setelah mempelajari RPP tersebut D.1c. Kesadaran Sosial Refleksi D.1c: 1. Sebelumnya saya berpikir…., ternyata….. 2. Ide pembelajaran baru atau menarik akan saya terapkan dalam adalah:



Silahkan tuangkan jawaban Anda pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!



Refleksi D.1d. Keterampilan Berelasi Berikut adalah contoh  RPP untuk menggambarkan pengajaran eksplisit 5 KSE. Silahkan cermati  dan berikan refleksi Anda setelah mempelajari RPP tersebut.



D.1d. Kesadaran Sosial Refleksi D.1d: 1. Sebelumnya saya berpikir…., ternyata….. 2. Ide pembelajaran baru atau menarik akan saya terapkan dalam adalah:



Silahkan tuangkan jawaban Anda pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!



Refleksi D.1e. Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab: Berikut adalah contoh  RPP untuk menggambarkan pengajaran eksplisit 5 KSE. Silahkan cermati  dan berikan refleksi Anda setelah mempelajari RPP tersebut.



D.1e. Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab: Refleksi D.1e: 1. Sebelumnya saya berpikir…., ternyata….. 2. Ide pembelajaran baru atau menarik akan saya terapkan dalam adalah:



Silahkan tuangkan jawaban Anda pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!



D.2. Integrasi dalam Praktek Mengajar Guru dan Kurikulum Akademik Untuk mengintegrasikan KSE dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, tujuan Kompetensi Sosial Emosional dapat diintegrasikan ke dalam konten pembelajaran dan strategi pembelajaran pada materi akademik, serta musik, seni, dan pendidikan jasmani.    Berikut adalah contoh RPP TK - SMP yang disusun untuk memberikan gambaran bagaimana  integrasi KSE dalam 3 bagian  Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yaitu: 1. Pembukaan hangat: antara lain dengan memberikan kesempatan pada  murid untuk berbicara, mendengarkan aktif, memungkinkan interaksi, menciptakan rasa memiliki, dapat menumbuhkan salah satu kompetensi sosial dan emosional  2. Kegiatan inti yang melibatkan: antara lain dengan melakukan diskusi akademik, pembelajaran kooperatif,  pembelajaran berbasis proyek,  refleksi diri dan penilaian diri, pemberian suara dan pilihan 3. Penutupan optimistik: antara lain dengan refleksi, apresiasi, dan cara-cara positif lainnya untuk memperkuat pembelajaran Mari belajar bersama dan buatlah refleksi.



Refleksi D.2 Setelah mempelajari RPP TK - SMP, silahkan Bapak/Ibu refleksikan pertanyaan berikut. 1. Sebelumnya saya berpikir…., ternyata….. 2. Ide pembelajaran baru atau menarik akan saya terapkan dalam adalah:



Silahkan tuangkan jawaban Anda pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!



Refleksi D.2 Setelah mempelajari RPP TK - SMP, silahkan Bapak/Ibu refleksikan pertanyaan berikut. 1. Sebelumnya saya berpikir…., ternyata….. 2. Ide pembelajaran baru atau menarik akan saya terapkan dalam adalah:



Silahkan tuangkan jawaban Anda pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS! Tugas D3.1 Apa refleksi Anda setelah menonton video  tersebut: 1. Sebelumnya saya berpikir…., ternyata….. 2. Ide pembelajaran baru atau menarik  akan saya terapkan di kelas saya  adalah: 3. Yang ingin saya perdalam lebih lanjut adalah:



D.4. Penguatan Kompetensi Sosial dan Emosional Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) di Sekolah



Bapak/Ibu CGP, kita tentunya sepakat dengan ungkapan tersebut. Selain dari interaksi dengan teman-temannya, murid-murid kita akan belajar dari interaksi mereka dengan para pendidik dan tenaga kependidikan (PTK)  di sekolah.  Oleh sebab itu, penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah menjadi salah satu indikator  penting dalam pembelajaran sosial emosional di sekolah. Pendidik dan tenaga kependidikan perlu memiliki kesempatan secara reguler untuk mengembangkan kompetensi sosial, emosional dan budaya mereka sendiri, berkolaborasi, membangun hubungan saling percaya dan memelihara komunitas yang erat. Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memperkuat pembelajaran sosial emosional pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah:



1. Memodelkan (menjadi teladan): Mendukung pendidik dan tenaga kependidikan  dalam memodelkan kompetensi dan  pola pikir di seluruh komunitas sekolah dengan murid, keluarga murid, mitra komunitas, dan satu sama lain. Ini dapat meliputi: ●    Menerapkan kompetensi sosial emosional dalam peran dan tugas ●    Menciptakan budaya mengapresiasi ●    Menunjukkan kepedulian 2. Belajar: pendidik dan tenaga kependidikan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional pribadi dan mengembangkan kapasitas untuk mengimplementasikan kompetensi sosial dan emosional. Kegiatan ini dapat meliputi: ●    Membiasakan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional pribadi



●    Berkolaborasi di tempat kerja ●    Mempelajari kemungkinan adanya bias terkait dengan  literasi budaya ●    Mengembangkan pola pikir bertumbuh ●    Memahami tahapan perkembangan murid ●    Meluangkan waktu untuk melakukan selfcare (perawatan diri)  ●    Mengagendakan sesi  berbagi praktik baik 3. Berkolaborasi: menciptakan struktur berbentuk komunitas pembelajaran profesional atau pendampingan sejawat bagi pendidik dan tenaga kependidikan untuk berkolaborasi tentang cara mengasah strategi untuk mempromosikan KSE di seluruh sekolah. Kegiatan  dapat  meliputi: ●    Membuat kesepakatan bersama-sama ●    Membuat komunitas belajar profesional ●    Membuat sistem  mentoring rekan sejawat ●    Mengintegrasikan kompetensi sosial emosional dalam pelaksanaan rapat guru



Refleksi D.4b



Berdasarkan penjelasan tentang langkah-langkah penguatan KSE  bagi pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah: 1. Tentukan satu rencana yang akan  Anda terapkan untuk  penguatan KSE diri Anda. Berikan alasan Anda memilih langkah tersebut! Refleksi D.4a:



Berdasarkan penjelasan tentang langkah-langkah penguatan KSE  bagi pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah: 2. Manakah langkah penguatan kompetensi yang penting bagi rekan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah Anda saat ini? Berikan alasan Anda memilih langkah tersebut! Refleksi D.4b: