Materi Panen Kelas Xii [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

3.6



Pengangkutan  Hasil  Panen Setelah hasil panen dikumpulkan disuatu tempat, kemudian segera dilakukan pengangkutan dari lapangan/kebun ke pabrik. Pengangkutan harus dikelola sedemikian rupa agar hasil panen tidak terbengkalai di lapangan. Bila hasil panen tidak segera diangkut ke pabrik, besar kemungkinan terjadi penurunan kualitas dan kuantitas. Karena itu, untuk menghindari resiko hasil tersebut, diperlukan koordinasi antara bagian panen dengan bagian pengangkutan. Berikut ini akan dibahas proses pengangkutan hasil panen.



3.6.1 Penyiapan Peralatan Pengangkutan Hasil  Panen Peralatan pengangkutan hasil panen beragam jenisnya, tergantung jenis produk yang dihasilkan suatu komoditi tanaman perkebunan. Contoh alat angkut untuk hasil lateks dipergunakan mobil tangki yang dirancang secara khusus agar tidak mudah terjadi goncangan  sehingga tidak  menimbulkan  penurunan  kua litas  lateks. Contoh lain yaitu  alat angkut untuk hasil tanaman tebu dapat berupa truk atau mesin kereta lori. Keseluruhan peralatan angkut tersebut  harus  dipersiapkan  secara baik  agar proses pengangkutan berjalan tertib, aman dan lancar sampai ke tempat tujuan. 1.  Sarana  Pengangkutan Hasil  Panen Usaha agribisnis tanaman perkebunan pada umumnya dilakukan di kawasan perkebunan atau kawasan pedesaan dimana sarana dan infra struktur jalan merupakan jalan tanah yang mendapatkan pengerasan dengan kerikil atau bebatuan. Hasil tanaman perkebunan masing masing komoditi memiliki karakteristik tersendiri, ada yang perlu segera diolah setelah dipanen  dan ada yang dapat ditunda sampai beberapa waktu tanpa mengalami penurunan mutu dari hasil yang diperolehnya, misal pucuk daun teh hasil panen harus segera dibawa ke pabrik  untuk  diolah, tandan buah segar kelapa sawit  harus  segera (kurang dari 24 jam) dibawa ke pabrik untuk diolah menjadi CPO. Penundaan hasil panen tiba di pabrik untuk diolah dapat menyebabkan penurunan mutu hasil olahannya, misal penundaan pada kelapa sawit akan menyebabkan kandungan asam lemak bebas lebih tinggi dan menjadikan minyak teroksidasi (menimbulkan bau “tengik”). Sebaliknya beberapa komoditi dapat ditahan untuk menunggu sampai pengolahan dalam waktu yang lebih lama (lebih dari  2 hari) misal kopi, kelapa, lada dan sebagainya. Selama proses pengangkutan hasil panen dari kebun ke gudang atau pabrik akan berpengaruh terhadap hasil panen, terutama terhadap kualitas hasil panen. Dengan cara



pengangkutan yang sembarang saja menyebabkan tingkat kerusakan hasil panen lebih besar. Karena itu,upaya mengangkut hasil panen tanaman perkebunan perlu mendapat perhatian khusus. Pengangkutan hasil tanaman perkebunan dilakukan secara bertahap. Pertama pengangkutan dari  kebun ke tempat pengumpulan. Kedua, pengakutan dari tempat pengumpulan ke pabrik pengolahan. Pengangkutan tahap pertama biasa nya dilakukan secara manual dipikul atau diangkut dengan lori atau beko. Pada daerah tertentu pengangkutan dari kebun ke tempat pengumpulan dilakukan dengan menggunakan sepeda atau sepeda motor. Pengang kutan  dari  tempat  pengumpulan ke pabrik dapat dilakukan dengan truk, dengan lokomotif (pada pabrik gula di pulau Jawa) 2. Pertimbangan Menentukan Cara Pengangkutan Beberapa cara yang perlu diperhatikan dalam menentukan cara pengangkutan yaitu: a. Karakteristik hasil panen Setiap hasil panen tanaman perkebunan memiliki karakter yang ber beda-beda, baik dari segi  bentuk maupun sifatnya. Hasil panen tanaman perkebunan dapat berupa daun seperti teh, tembakau, buah seperti kelapa sawit, kelapa, kakao, kopi, getah seperti karet, dan keseluruhan batang seperti tebu, dan rosella. Sesuai dengan karakter tersebut maka alat dan perlengkapan pengangkutannya harus disesuaikan, terutama  berkaitan  dengan  ukuran dari hasil  tanaman  tersebut.  Sifat hasil panen juga bervariasi, dari hasil tanaman  yang mudah rusak sampai hasil tanaman yang tahan atau tidak mudah rusak. Kemungkinan penyebab kerusakanhasil tanaman perkebunan semasa pengangkutan yakni mengangkut hasil tanaman teh dan  tembakau harus menggunakan sarana yang dapat mencegah rusaknya daun segar, sehingga pada uumumnya daun hasil panen dimasukkan kedalam karung berlubang dan tidak dilakukan pemadatan, karena pemadatan  akan  dapat merusak daun. b. Pengaruh iklim atau cuaca Beberapa jenis hasil tanaman akan terpengaruh terhadap iklim atau cuaca. Terlebih lagi bila jarak kebun ke  gudang cukup jauh. Oleh karena itu alat angkut yang diperlukan adalah yang mampu mempertahankan kualitas hasil panen selama pengangkutan ke gudang. Misal



pengangkutan tebu pada kondisi cuaca panas terik yang terlalu lama dapat berpengaruh negatif terhadap kadar gula. c. Kesesuaian alat pengangkutan Alat angkut hasil panen tanaman pertanian/perkebunan memiliki spesifikasi tertentu, sesuai dengan hasil panen tanaman apa yang akan diangkut. Namun umumnya petani tidak memiliki alat angkut yang spesifik, sehingga mereka menggunakan suatu alat angkut hasil panen tanaman pertanian yang serba guna. Contoh alat angkut spesifik lateks adalah mobil tangki. d. Jarak pengangkutan Jarak



pengangkutan juga berpengaruh terhadap tingkat kerusakan hasil



panen tanaman pertanian/perkebunan. Sebagaimana tanaman karet yang umumnya jarak kebun ke gudang/ pabrik relatif cukup jauh, sementara hasil panennya akan cepat  menggumpal  sebelum dilakukan proses pengolahan lebih lanjut. Dengan demikian untuk getah karet ini memerlukan perlakuan khusus selama pengangkutan sampai ke gudang. Demikian pula alat transportasinya juga dirancang/didesain secara khusus. e. Sarana jalan Tidak setiap tanaman dibudidayakan pada lahan yang mudah terjangkau dengan kendaraan. Umumnya di Indonesia tanaman pertanian/ perkebunan  dibudidayakan pada lahan lahan yang medannya bergelombang dan jalanpun hanya merupakan jalan setapak serta belum ada pengerasan jalan. Kalaupun ada baru dengan pe ngerasan batu yang tidak diratakan. Dengan kondisi medan lapangan yang demikian akan mempengaruhi jenis atau macam alat dan perlengkapan pengangkutan hasil panen tanaman tersebut. f. Tenaga kerja Untuk  di  Indonesia,  jumlah tenaga kerja pertanian/perkebunan masih belum menjadi faktor pembatas pada kegiatan budidaya tanaman. Mungkin permasalahannya adalah tingkat pengetahuan tenaga kerja, khusus nya dalam hal bagaimana cara mengangkut hasil panen tanaman secara benar. Di negeri lain dimana tenaga kerja bidang pertanian sudah berkurang dan cukup mahal, maka pemanfaatan teknologi penggunaan alat mesin pertanian merupakan pertimbangan untuk mengatasi mahalnya tenaga kerja.



g. Alat pengangkutan Secarakonvensional petani tidak terlalu mempermasalahkan alat dan perlengkapan pengangkutan hasil panen tanaman pertaniannya sampai pada areal pengumpulan hasil. Setiap blok disediakan areal untuk mengumpulkan hasil panen sebelum dibawa ke pabrik untuk diolah. Minimal cukup dengan menggu nakan karung-karung dan dipanggul atau digendong dari kebun hingga ke rumahnya. Namun, untuk hasil panen tanaman tertentu dengan jarak yang jauh  dan  jumlahnya  cukup  besar, maka petani sudah mulai memper timbangkan alat dan perlengkapan pengangkutan yang mungkin digunakan. h. Kendaraan pengangkut Umumnya hasil panen tanaman perkebunan diangkut dalam dua tahap hingga sampai ke gudang atau prabrik. Tahap pertama adalah mengangkut hasil panen dari kebun sampai ke tempat pengumpulan. Tempat pengumpulan ini biasanya dipilih di pinggir jalan atau tempat-tempat yang terjangkau oleh kendaraan roda empat atau pedati. Alat transportasi yang digunakan adalah: •



Tandu/keranjang/karung  yang  di bawa  oleh  tenaga  manusia  sebagai pengangkut. Alat ini diguna kan bila jalan yang dilalui adalah jalan setapak atau bahkan sesekali menyeberangi sungai.







Gerobag dorong/tarik yang di dorong atau ditarik oleh tenaga manusia. Alat pengangkut ini digunakan bila jalan yang dilalui cukup untuk dilewati gerobag dorong/tarik. Kurang lebih lebar jalan adalah 1 meter.







Sepeda atau sepeda motor. Jalan yang dilalui adalah yang memungkinkan dilewati kendaraan ini, yaitu lebar jalan lebih kurang 1 meter.







Perahu kecil atau rakit, bila jalan yang  memungkinkan  untuk  mengangkut hasil panen hanyalah sungai yang menghubungkan antara kebun dengan tempat pengumpulan. •



Mobil truk; yaitu bila jalan yang tersedia lebar sekitar 3 meteran. Hasil panen dari tempat pengumpulan ke gudang, ke rumah petani, dan atau langsung ke pabrik. Umumnya, mengangkut hasil panen dari tempat pengumpulan sampai  ke  gudang atau langsung ke pabrik adalah menggunakan kendaraan truk. Ukuran kendaraan truk yang di gunakan sebaiknya kendaraan kecil  dengan  kapasitas  angkut kurang dari 12 ton. Penggunaan truk  dengan  daya  angkut  yang besar  lebih  dari  12  ton  akan merusak jalan kebun dan infra



struktur



lainnya. Untukhasil tanaman  tertentu digunakan alat transpotasi  khusus,



seperti latek karet, dan minyak CPO. Tahap  kedua   adalah   mengangkut hasil panen dari tempat pengumpul sementara  (TPS) ke tempat pabrik. Alat transportasi dari TPS ke pabrik biasanya  menggunakan  kendaraan truk. Misalnya untuk mengangkut hasil  panen  buah  sawit,  teh,  tebu, kakao, kopi, dipergunakan alat angkut truk bak terbuka. Adakalanya untuk  pengangkutan  tebu  dari TPS ke  pabrik  dipergunakan alat angkut kereta   lori. Sedangkan  untuk  me ngangkut  hasil panen berupa lateks dari kebun  ke  pabrik  dipergunakan mobil tangki stailess.