Materi Peserta Pelatihan Konseling PMBA [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA



MATERI PESERTA PELATIHAN KONSELING PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN ANAK



KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2020



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA



MATERI PESERTA PELATIHAN KONSELING PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN ANAK



KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2020



KATA PENGANTAR Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama, sehingga anak lebih pendek dari anak normal seusianya. Kekurangan gizi dalam waktu lama terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak yang disebut 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). Kekurangan gizi tersebut disebabkan karena pada masa bayi dan anak tidak mendapatkan asupan sesuai dengan pola pemberian makan terbaik bagi bayi dan anak. Berdasarkan dokumen Global Strategy for Infant and Young Child Feeding (IYCF). Merekomendasikan pola pemberian makan terbaik bayi dan anak sampai usia 2 tahun adalah 1) Memberi kesempatan pada bayi untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD); 2) Menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan; 3) Mulai memberi makanan pendamping Air Susu Ibu (ASI) yang bergizi sejak bayi berusia 6 bulan; 4) Meneruskan menyusui sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan menyusun Materi Peserta Pelatihan Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak yang diharapkan dapat menjadi acuan peserta dalam menerapkan PMBA yang sesuai dengan rekomendasi yang ada. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan materi ini. Kami berharap materi in dapat digunakan untk seluruh peserta pelatihan Konseling PMBA baik di tingkat provinsi, kabupaten/kota, puskesmas maupun kader. Direktur Gizi Masyarakat Dr. Dhian Probhoyekti Dipo



Materi Peserta Pelatihan Konseling



i



DAFTAR ISI



Halaman Kata ................................................ i Pengantar Daftar ......................................................... iii Isi . A



Materi Dasar Kebijakan Gizi dalam Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga (PIS –PK) ............... 3



B



Materi Inti 1. Konsep Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)....................................................26 2. Pemberian Air Susu Ibu (ASI)...........................53 3. Pemberian Makan Ibu Hamil, Ibu Menyusui dan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ..................................... 113 ASI) 4. Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak......................................176 5. Gizi dan Kesehatan Ibu.................................. 220 6. Rujukan Anak Sakit ke Fasilitas Kesehatan.......................................................247 7. Konseling PMBA ....................................... 256



Materi Peserta Pelatihan Konseling



iii



Materi Peserta Pelatihan Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak



Materi Peserta Pelatihan Konseling



1



MATERI DASAR KEBIJAKAN GIZI DALAM PROGRAM INDONESIA SEHAT PENDEKATAN KELUARGA



I.



DESKRIPSI SINGKAT Program Indonesia Sehat dilaksanakan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Pelaksanaan Program Indonesia Sehat diselenggarakan melalui pendekatan keluarga, yang mengintegrasikan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM) secara berkesinambungan, dengan target keluarga, berdasarkan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga. Kebijakan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS PK) diharapkan dapat mengatasi permasalahan kesehatan di Indonesia saat ini, salah satunya melalui pilar Paradigma Sehat yang dilakukan oleh sektor kesehatan dan non kesehatan serta seluruh lapisan masyarakat. Berbagai permasalahan kesehatan sangat berkaitan dengan masih tingginya masalah gizi, baik masalah kurang gizi atau gizi lebih.



Materi Peserta Pelatihan Konseling



3



Dalam mengatasi berbagai permasalahan kesehatan dan gizi tersebut diatas maka perlu dilakukan kebijakan percepatan perbaikan gizi yang difokuskan pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kebijakan ini ditujukan untuk mendukung optimalnya kesehatan ibu saat hamil dan menyusui, serta menunjang proses tumbuh kembang yang baik pada janin, bayi dan anak sampai usia dua tahun. Salah satu upaya dalam percepatan perbaikan gizi pada 1000 HPK adalah Strategi Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), yang sangat penting untuk tercapainya kondisi gizi dan kesehatan yang baik pada ibu, bayi dan anak sejak usia dini. Materi ini akan menjelaskan tentang Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS PK), serta kebijakan percepatan perbaikan gizi masyarakat di Indonesia, khususnya tentang Strategi Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA). II.



TUJUAN PEMBELAJARAN a. Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami kebijakan gizi dalam Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) b. Tujuan Pembelajaran Khusus : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu: 1. Menjelaskan tentang kebijakan PIS-PK 2. Menjelaskan tentang kebijakan Gizi



III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN A.Kebijakan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) 1. Pembangunan Kesehatan 2. Paradigma Sehat 3. Pendekatan Keluarga B.Kebijakan Gizi 1. Permasalahan gizi di Indonesia 2. Kebijakan perbaikan gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) 3. Menjelaskan strategi, pokok program serta indikator pemberian makan bayi dan anak IV. URAIAN MATERI A. Pokok Bahasan. 1 : Kebijakan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga 1. Pembangunan kesehatan Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan kesehatan yaitu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (Pasal 2 UU 36/2009).



Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Pembangunan Indonesia tahun 2020-2024 ditujukan untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas, berdaya saing, sehat, cerdas, adaptif, inovatif, terampil dan berkarakter. Dalam Peraturan Presiden No. 18 tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), disebutkan arah dan kebijakan RPJMN tahun 2020-2024 adalah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta terutama penguatan pelayanan kesehatan dasar dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif, didukung inovasi dan pemanfaatan teknologi. Strategi yang dilakukan antara lain: 1) Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi; 2) Percepatan Perbaikan Gizi Masyarakat; 3) Peningkatan Pengendalian



Penyakit; 4) Pemberdayaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas); dan 5) Penguatan Sistim Kesehatan dan Pengawasan Obat dan Makanan. Upaya kesehatan lambat laun akan beralih dari kuratif dan rehabilitatif menjadi preventif dan promotif. Pentingnya penerapan paradigma pembangunan kesehatan baru, yaitu paradigma sehat merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan bangsa yang bersifat proaktif. 2. Paradigma sehat Paradigma sehat merupakan model pembangunan kesehatan jangka panjang yang diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri. Paradigma sehat didefinisikan sebagai cara pandang atau pola pikir pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, proaktif antisipatif, dengan melihat masalah kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis dan lintas sektoral, dalam suatu wilayah yang berorientasi kepada peningkatan pemeliharaan dan perlindungan terhadap penduduk agar tetap sehat dan bukan hanya penyembuhan penduduk yang sakit.



Pada intinya, paradigma sehat memberikan perhatian utama terhadap kebijakan yang bersifat pencegahan dan promosi kesehatan, memberikan dukungan dan alokasi sumber daya untuk menjaga agar yang sehat tetap sehat namun tetap mengupayakan yang sakit segera sehat. Pada prinsipnya kebijakan tersebut menekankan pada masyarakat untuk mengutamakan kegiatan kesehatan daripada mengobati penyakit. Berdasarkan prinsip paradigma sehat, Puskesmas wajib mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi risiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Dengan Paradigma Sehat maka orang-orang yang sehat akan diupayakan agar tetap sehat dengan menerapkan pendekatan yang holistik. Selama ini cara pandang, asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang berlaku tampaknya masih menitikberatkan pada penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan atau paradigma sakit.



3. Pendekatan keluarga Keluarga adalah suatu lembaga yang merupakan satuan (unit) terkecil dari masyarakat, terdiri atas ayah, ibu dan anak. Keluarga yang seperti ini disebut rumah tangga atau keluarga inti. Sedangkan keluarga yang anggotanya mencakup juga kakek dan atau nenek atau individu lain yang memiliki hubungan darah, bahkan juga tidak memiliki hubungan darah (misalnya pembantu rumah tangga), disebut keluarga luas (extended family). Oleh karena merupakan unit terkecil dari masyarakat, maka derajat kesehatan rumah tangga atau keluarga menentukan derajat kesehatan masyarakatnya. Pendekatan Keluarga adalah salah satu cara puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga di wilayah kerjanya. Untuk menyatakan bahwa suatu keluarga sehat atau tidak, maka digunakan sejumlah penanda atau indikator. Dalam rangka pelaksanaan Program Indonesia Sehat telah disepakati adanya 12 indikator utama untuk penanda



indikator kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas indikator utama tersebut adalah sebagai berikut: a. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB) b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan c. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap d. Bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif e. Balita mendapatkan Pemantauan Pertumbuhan f. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar g. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur h. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan i. Anggota keluarga tidak ada yang merokok j. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional k. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih l. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat Berdasarkan indikator tersebut diatas, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga Sehat (IKS) dari setiap keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indikator, mencerminkan kondisi Perikaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dari keluarga yang bersangkutan.



B. Pokok Bahasan. 2 : Kebijakan Gizi 1. Permasalahan gizi di indonesia Saat ini Indonesia menghadapi tantangan triple burden masalah gizi, dimana terdapat masalah kekurangan gizi yang masih tinggi dan belum teratasi, namun di sisi lain juga kita dihadapkan pada masalah kegemukan atau obesitas yang semakin meningkat, yang pada akhirnya menyebabkan berbagai penyakit tidak menular (PTM). Kecenderungan peningkatan angka kejadian PTM tidak terlepas dari peranan asupan gizi yang tidak seimbang. Disamping itu masalah gizi mikro, khususnya anemia pada ibu hamil, karena anemia akan berdampak pada perkembangan janin. Kekurangan gizi pada awal kehidupan atau usia dini akan berdampak serius terhadap kualitas SDM di masa depan. Kondisi kekurangan gizi pada usia dini menyebabkan kegagalan pertumbuhan sehingga mengakibatkan berat badan lahir rendah, pendek, kurus, serta daya tahan tubuh yang rendah. Selain itu anak yang kurang gizi akan berisiko mengalami hambatan perkembangan otak/kognitif sehingga kesulitan dalam mengikuti pendidikan, yang pada akhirnya berakibat pada rendahnya produktivitas di masa dewasa. Kondisi kekurangan gizi saat awal kehidupan juga berdampak akan mendorong terjadinya



rekayasa sel-sel DNA pada anak dan akibatnya tubuh anak akan lebih mudah gemuk, dimana terjadi peningkatan risiko gangguan metabolik yang berujung pada kejadian penyakit tidak menular saat usia dewasa, seperti Diabetes tipe II, Stroke, Penyakit Jantung Koroner, dan lainnya. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan masih tingginya prevalensi kekurangan gizi pada balita di Indonesia, antara lain sebanyak 17,7% balita gizi kurang di Indonesia (BB/U), sebanyak 30,8% balita mengalami stunting (PB/U atau TB/U), dan 10,2% balita dalam status gizi kurus (BB/PB atau BB/TB). Selain itu, kondisi gizi ibu hamil dan wanita usia subur (WUS) juga masih sangat memprihatinkan, dimana sebanyak 17,3% ibu hamil dan wanita usia subur (WUS) tidak hamil ada sebesar 14,5% dalam kondisi kurang energi kronik (KEK). Prevalensi anemia pada ibu hamil juga meningkat drastis yaitu dari sebelumnya 37,1% (Riskesdas, 2013) menjadi 48,9% (Riskesdas, 2018). Sebagian besar ibu hamil yang anemia berusia 15-24 tahun (84,6%). Kondisi ibu hamil sangat berpengaruh terhadap janin yang ada di dalamnya yang pada akhirnya mempengaruhi kondisi bayi yang dilahirkannya. Pemberian makan pada ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak memiliki pengaruh yang sangat



penting untuk keberlangsungan hidup anak (UNICEF, 2011). Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kekurangan gizi pada balita antara lain masih kurang baiknya praktik pemberian makan bayi dan anak. Data Riskesdas 2018 menunjukkan proporsi konsumsi makanan beragam pada anak 6-23 bulan pada MP ASI hanya mencapai 46,6%. Sedangkan proporsi inisiasi menyusu dini (IMD) pada bayi baru lahir baru mencapai 58,2%. 2. Percepatan perbaikan gizi fokus pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) Salah satu kebijakan nasional dalam upaya perbaikan gizi masyarakat tertuang dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009, bahwa upaya perbaikan gizi ditujukan untuk peningkatan mutu gizi perorangan dan masyarakat. Selanjutnya dalam rangka percepatan perbaikan gizi, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi yang fokus pada 1000 hari pertama kehidupan (1000 kHPK). Gerakan ini bertujuan meningkatkan efektifitas dan inisatif yang telah ada, diantaranya dengan meningkatkan koordinasi serta dukungan teknis, advokasi kemitraan yang inovatif dan partisipatif dalam meningkatkan keadaan gizi dan



kesehatan masyarakat di Indonesia, dengan prioritas pada 1000 HPK. 1000 HPK merupakan momentum kritis yang menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan masa depan suatu bangsa karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan otak yang pesat. Periode ini dimulai sejak 270 hari masa kehamilan sampai 730 hari setelah seorang anak dilahirkan, atau sampai anak berusia 2 (dua) tahun. Masa 1000 HPK dapat menjadi masa emas apabila pada periode ini kebutuhan gizi ibu hamil dan anak sampai usia 2 tahun dapat terpenuhi dan kondisi kesehatan dapat terjaga baik. Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode 1000 HPK tersebut, dalam jangka pendek berisiko menyebabkan terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan, dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah berisiko menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan risiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua. Serta kualitas kerja yang tidak



kompetitif yang berakibat produktivitas ekonomi.



pada



rendahnya



Praktik pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta setelah ibu melahirkan. Beberapa fakta dan informasi yang ada menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI secara eksklusif, dan 2 dari 3 anak usia 6-24 bulan tidak menerima makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI). MP-ASI diberikan/mulai diperkenalkan ketika balita berusia diatas 6 bulan. Selain berfungsi untuk mengenalkan jenis makanan baru pada bayi, MP-ASI juga dapat mencukupi kebutuhan gizi tubuh bayi yang tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI, serta menbentuk daya tahan tubuh dan perkembangan sistem imunologis anak terhadap makanan maupun minuman. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan Antenatal Natal Care, Post Natal dan pembelajaran dini yang berkualitas, dimana 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun tidak terdaftar di PAUD, 2 dari 3 ibu hamil belum mengonsumsi suplemen zat besi yang memadai, menurunnya tingkat kehadiran anak di Posyandu (dari 79% di 2007 menjadi 64% di 2013) dan tidak mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi.



Upaya percepatan perbaikan gizi dilakukan melalui intervensi gizi spesifik dan intervensi sensitif secara terpadu dan saling bersinergi. Intervensi gizi spesifik adalah kegiatan yang dilakukan oleh sektor kesehatan ditujukan langsung kepada sasaran pada periode 1000 HPK dan bersifat jangka pendek. Sedangkan intervensi sensitif merupakan berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan yang sasarannya adalah masyarakat umum, namun apabila dilaksanakan secara terpadu dengan intervensi gizi spesifik, maka dampaknya sensitif terhadap keselamatan proses pertumbuhan dan perkembangan 1000 HPK. Intervensi gizi spesifik merupakan bagian dari kegiatan pelayanan kesehatan melalui pendekatan siklus hidup dengan prioritas sasaran periode 1000 HPK, sebagai berikut: a. Ibu Hamil: 1) 2) 3) 4)



Suplementasi besi folat Periksa kehamilan (konseling gizi bumil) Imunisasi Tetanus Toksoid (TT). Penanggulangan kecacingan pada ibu hamil. 5) Pemberian kelambu dan pengobatan bagi ibu hamil yang positif malaria. 6) Pemberian Makanan Tambahan bagi Ibu hamil



b. Ibu Menyusui dan Bayi 0-6 bulan: 1) 2) 3) 4) 5) 6)



Persalinan ditolong Nakes. Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Promosi ASI Eksklusif (konseling). Imunisasi dasar. Pantau tumbuh kembang. Penanganan bayi sakit.



c. Ibu Menyusui dan Anak 6-24 bulan: 1) Pemberian MP-ASI dan ASI diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih. 2) Pemberian kapsul vitamin A serta melengkapi imunisasi dasar. 3) Pemantauan tumbuh kembang secara rutin setiap bulan. 4) Penanganan anak sakit secara tepat. 5) Pemberian suplementasi zink atau taburia (di daerah tertentu). 6) Pemberian obat cacing 7) Pemberian Makanan Tambahan bagi balita kurus Disamping itu untuk meningkatkan tujuan juga dilakukan intervensi sensitif yang dilakukan oleh sektor diluar kesehatan yang kalau dapat dilaksanakan secara maksimal akan mendukung pencapaian keberhasilan sebesar 70%. Beberapa sektor tersebut adalah: a. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui program PAUD dengan pendidikan gizi dan pendidikan kesehatan reproduksi.



b. Kementerian Pertanian melalui program ketahanan pangan, kampanye pemanfaatan pekarangan rumah tangga. c. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui program penyediaan sarana air bersih dan sanitasi. d. Kementerian Perindustrian melalui program pembinaan iodisasi industri garam rakyat, pengawasan fortifikasi garam beriodium. e. Kementerian Sosial melalui program bantuan pangan non tunai terutama sumber protein, PKH dan pemanfaatan fasilitator untuk pendidikan gizi. f. Badan Pengawas Obat dan Makanan melalui program monitoring keamanan pangan. g. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional melalui program pendidikan kespro, bina keluarga balita. h. Kementerian Agama melalui program kursus calon pengantin, pendidikan gizi dan kesehatan di sekolah keagamaan, mendorong peran pemuka agama. 3. Strategi Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) Strategi pemberian makan bayi dan anak bertujuan untuk meningkatkan status gizi dan kesehatan, tumbuh kembang dan kelangsungan hidup anak di Indonesia.



Tujuan khusus strategi PMBA antara lain: a. Meningkatnya cakupan bayi baru lahir yang mendapatkan ASI dalam 1 (satu) jam pertama (IMD) b. Meningkatnya cakupan pemberian ASI eksklusif 6 bulan c. Meningkatnya cakupan pemberian MP-ASI pada bayi dan anak 6 – 24 bulan d. Meningkatnya cakupan bayi yang mendapatkan ASI sampai 24 bulan atau lebih e. Meningkatnya jumlah sarana pelayanan kesehatan yang melaksanakan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (10 LMKM) f. Menciptakan lingkungan yang kondusif terhadap perilaku menyusui melalui peraturan perundang-undangan dan kebijakan g. Penguatan sarana pelayanan kesehatan dalam menerapkan 10 LMKM h. Peningkatan komitmen dan kapasitas stakeholder dalam meningkatkan, melindungi dan mendukung pemberian ASI dan MP-ASI i. Pemberdayaan ibu, keluarga dan masyarakat dalam praktik pemberian ASI dan MP-ASI



Sesuai dengan tujuan strategi PMBA tersebut, maka perlu dilakukan kegiatan berikut : a. Pengembangan peraturan perundangan dan kebijakan b. Pengawasan pemasaran susu formula c. Pengawasan produk makanan bayi dan anak usia dini d. Revisi fasilitas pelayanan kesehatan sayang bayi e. Peningkatan kapasitas petugas f. Advokasi dan promosi peningkatan PMBA g. Perlindungan pekerja perempuan h. Pemberdayaan masyarakat i. Riset dan pengembangan teknologi Indikator keberhasilan kegiatan PMBA antara lain: a. Peningkatan cakupan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) b. Peningkatakn cakupan menyusui ASI Eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan c. Peningkatan cakupan pemberian MP-ASI mulai usia 6 bulan d. Peningkatan cakupan anak yang mendapatkan ASI sampai usia 24 bulan e. Rumah sakit melaksanakan 10 LMKM f. Menurunnya angka kematian bayi dan balita g. Menurunnya angka prevalensi gizi kurang



Pemberian makanan atau gizi yang tepat sesuai dengan kebutuhan ibu dan anak dilakukan dengan pola asuh yang benar, antara lain : a. Untuk ibu hamil dan ibu menyusui diberikan makanan sesuai prinsip gizi seimbang yaitu penerapannya sesuai isi piringku, mengacu kebutuhan ibu hamil dan ibu menyusui dengan mempertimbangkan tambahan porsi protein hewani b. Bagi bayi baru lahir dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan setelah itu dilanjutkan dengan pemberian ASI saja tanpa diberikan makanan atau minuman tambahan apapun termasuk air putih, kecuali vitamin dan obat yang diberikan tenaga kesehatan (ASI Eksklusif) c. Ketika sudah berusia 6 bulan sampai 2 tahun anak diberikan MP-ASI dari bahan makanan lokal dan ASI diteruskan sampai usia 2 tahun d. Untuk memastikan bahwa pola asuh terkait gizi yang diberikan sudah benar maka perlu dilakukan pemantauan pertumbuhan. Konsumsi gizi ibu hamil penting untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil, pertumbuhan janin, persalinan yang aman dan persiapan menyusui. Ibu Hamil harus makan satu porsi lebih banyak dibanding sebelum hamil dengan mengikuti panduan isi piringku ibu hamil untuk sekali



makan. Pemenuhan gizi ibu hamil melalui isi piringku antara lain: a. 50% dari jumlah makanan setiap kali makan adalah sayur dan buah b. 50% lagi adalah makanan pokok dan lauk pauk c. Porsi sayur lebih banyak dibandingkan porsi buah dan porsi makanan pokok lebih banyak dari porsi lauk. d. Dianjurkan untuk minum setiap kali makan. Setelah anak lahir sangat penting terpenuhinya standar emas pemberian makan kepada anak melalui PMBA yaitu antara lain: a. Inisiasi Menyusu Dini Praktik pemberian makan bayi diawali dengan IMD, yaitu segera setelah lahir bayi ditengkurapkan di perut/dada ibu sehingga kulit ibu melekat pada kulit bayi atau terjadi kontak kulit dan dilakukan minimal selama 1 jam. b. ASI Eksklusif 6 bulan Setelah itu dilanjutkan dengan pemberian ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, yaitu pemberian ASI saja tanpa ditambah cairan/makanan lainnya kecuali obat tetes/sirup yang direkomendasikan oleh dokter.



c. MP-ASI sejak usia 6 bulan Sejak bayi berusia 6 bulan mulai diberikan makanan pendamping ASI sambil tetap diteruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan. MP ASI merupakan makanan atau minuman lain selain ASI. Dianjurkan makanan yang terbuat dari bahan makanan lokal yang tersedia di pasar dan di sekitar wilayah tempat tinggal atau dari makanan keluarga. d. Melanjutkan pemberian ASI sampai dengan 2 tahun atau lebih Berbagai penelitian menunjukkan hasil bahwa menyusui meningkatkan kapandaian. Penelitian oleh Mortensen et al (2002) menyimpulkan bahwa terdapat korelasi lamanya pemberian ASI dengan tingkat IQ. Praktik pemberian ASI dan MP ASI akan berhasil apabila: a. Ibu, bapak atau pengasuh bayi mendapatkan informasi yang benar dan lengkap tentang pemberian ASI dan MP-ASI dan bebas dari pengaruh pemasaran susu formula. b. Ibu mendapatkan akses dukungan untuk menyusui, mencegah dan menyelesaikan masalah dalam pemberian ASI dan MP-ASI baik dari petugas kesehatan, kelompok ibu menyusui maupun masyarakat sekitar.



c. Bagi ibu bekerja, menyusui ekslusif dapat dilakukan bila ibu mendapatkan cuti melahirkan dan mendapatkan kesempatan serta fasilitas istirahat menyusui atau memerah ASI ketika sudah kembali bekerja. d. Adanya riset berbasis populasi dan investigasi hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan pemberian ASI dan MP-ASI. Percepatan perbaikan gizi membutuhkan komitmen kuat dari berbagai pihak, baik dari pemerintah pusat dan daerah, lembaga sosial kemasyarakatan, akademisi dan organisasi profesi, media masa, mitra pembangunan serta dunia usaha. Pada lingkup pemerintahan di tingkat pusat, Kementerian Kesehatan bertugas untuk: a. Monitoring dan evaluasi berjenjang di tingkat provinsi, kabupaten/kota dan Puskesmas b. Menyiapkan kebijakan dan pedoman/media KIE PMBA c. Orientasi PMBA ke LP/LS dan provinsi Di tingkat Provinsi, dan Kab/Kota bertugas untuk: a. Pelatihan/orientasi implementasi PMBA ke Kab/Kota b. Kampanye PMBA c. Monev ke kabupaten/kota/puskesmas



Puskesmas bertugas untuk: a. Sosialiasi dan kampanye PMBA kepada masyarakat b. Pelatihan kader tentang PMBA c. Edukasi PMBA kepada sasaran/keluarga



MATERI INTI 1 (MI 1) KONSEP PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN ANAK (PMBA)



I.



DESKRIPSI SINGKAT Definisi anak dan bayi dalam PMBA berbeda dengan definisi pada umumnya, untuk itu peserta perlu mendefinisikan istilah-istilah dalam PMBA yang akan digunakan dalam pelatihan ini. Kondisi yang diperlukan bagi anak yang bergizi baik dan sehat terdiri dari 4 (empat) faktor utama yaitu makanan, praktik pemberian makan dan pengasuhan, pelayanan kesehatan serta kebersihan, sanitasi dan air bersih. Pada masyarakat terdapat kearifan lokal dan mitos yang dapat mempengaruhi PMBA, maka perlu digali permasalahan dari berbagai pengalaman tentang praktik PMBA. Modul ini akan membahas tentang pentingnya PMBA (definisi ibu hamil, ibu menyusui, bayi, anak, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), pemberian ASI Eksklusif, Makanan Pendamping ASI (MP ASI), Pemberian MP ASI dan pengenalan faktor-faktor yang menjadikan ibu hamil dan ibu menyusui berstatus gizi baik, menjadikan anak berstatus gizi baik dan sehat serta beberapa situasi umum yang mempengaruhi PMBA.



II. TUJUAN PEMBELAJARAN



A. Tujuan Pembelajaran Umum: Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami konsep PMBA. B. Tujuan Pembelajaran Khusus: Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu: 1. Menjelaskan pentingnya PMBA. 2. Menjelaskan situasi umum yang mempengaruhi PMBA. III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN



A. Pentingnya PMBA 1. Definisi 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), stunting, ibu hamil, ibu menyusui, bayi, anak, IMD, pemberian ASI Eksklusif, pemberian MP ASI serta ruang lingkup PMBA. 2. Pengenalan faktor-faktor utama yang menjadikan ibu hamil dan ibu menyusui berstatus gizi baik. 3. Pengenalan faktor-faktor yang menjadikan anak berstatus gizi baik dan sehat. B. Situasi umum yang mempengaruhi PMBA 1. Pemberian kolostrum 2. BBLR atau bayi prematur dan pengasuhan ibu kanguru 3. Bayi sakit di bawah 6 bulan dan bayi sakit di atas 6 bulan



4. Kehamilan baru (hamil saat masih menyusui balita) 5. Bayi menangis 6. Ibu yang sakit dan ibu yang kurus atau kurang gizi atau ibu stres 7. Makan selama kehamilan 8. Makan selama menyusui 9. BAB sembarangan 10. Kebersihan diri ibu selama hamil dan menyusui 11. PMBA dalam situasi bencana IV. URAIAN MATERI



A. Pokok Bahasan 1: Pentingnya Makan Bayi dan Anak (PMBA)



Pemberian



1. Definisi 1000 HPK, stunting, ibu hamil, ibu menyusui, bayi, anak, IMD, pemberian ASI Eksklusif, pemberian MP ASI serta ruang lingkup PMBA a. 1000 HPK: Periode 1000 Hari Pertama Kehidupan sejak awal kehamilan sampai ulang tahun ke 2 (dua) anak merupakan masa kritis yang menentukan kesehatan, kesuksesan, dan kesejahteraan anak di masa datang. b. Stunting: anak dengan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya. Stunting terjadi akibat kekurangan gizi berulang dalam waktu yang lama, pada saat janin hingga anak berusia 2 (dua) tahun.



Stunting (Balita pendek):  Kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak lebih pendek dibandingkan dengan usianya. (kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal kehidupan setelah lahir, tetapi baru nampak setelah anak berusia 2 tahun)  Stunting pada anak dapat berakibat fatal bagi kemampuan belajar di sekolah, dan bagi produktivitas mereka di masa dewasa. Penelitian membuktikan bahwa kemampuan anak pendek lebih rendah dibandingkan anak dengan tinggi normal; dan pada saat dewasa, kemampuan bekerja (produktivitas) anak pendek lebih rendah dibandingkan dengan anak yang normal.  Pencegahan anak stunting dilakukan dengan pemberian gizi yang baik sejak dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun. c. Ibu hamil: ibu yang mengandung janin dalam rahimnya. d. Ibu menyusui: ibu yang memberikan ASI kepada bayinya, baik secara langsung dari payudara maupun menggunakan ASI perah untuk bayinya.



e. Bayi: dari lahir sampai usia 1 tahun. f.



Anak (dalam konteks PMBA) dari usia 12 bulan sampai usia 2 tahun.



g. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses menyusu dimulai segera setelah lahir yang dilakukan dengan cara kontak kulit dengan kulit antara bayi dan ibu yang berlangsung selama minimal 1 (satu) jam. h. Pemberian ASI Ekslusif: Hanya memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan.



Definisi



Bayi harus menerima



ASI Pemberian (termasuk ASI Eksklusif ASI perah atau dari ibu susu )



i.



Bayi boleh menerima Obat tetes, sirup (vitamin, mineral, obat atau Oralit) yang diresepkan oleh petugas kesehatan



Bayi tidak boleh menerima air putih, minuman atau makanan lain



Makanan Pendamping ASI (MP ASI): makanan yang dimasak dari bahan lokal yang tersedia (dari dapur, kebun atau pasar) yang tepat digunakan sebagai makanan pendamping ASI. MP ASI dimulai usia 6 bulan saat ASI menjadi tidak lagi mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.



j.



Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI): proses berawal ketika ASI saja tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi, oleh karena itu cairan dan makanan lain diperlukan bersamaan dengan pemberian ASI. Pemberian MP ASI diberikan mulai usia 6 sampai 24 bulan.



k. Ruang Lingkup Pelatihan Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA):  Gizi ibu hamil,  Gizi Ibu menyusui,  IMD,  ASI Eksklusif,  MP ASI,  ASI lanjutan sampai 2 tahun atau lebih 2. Pengenalan faktor-faktor yang menjadikan ibu hamil dan ibu menyusui berstatus gizi baik dan sehat



Makanan Gizi Seimban g



Pelayanan Kesehatan



Kebersihan, Sanitasi dan Air bersih



Dukungan Keluarga



3. Pengenalan faktor-faktor yang menjadikan anak berstatus gizi baik dan sehat



Makanan



Praktik pemberian makanan dan pengasuhan



Pelayanan kesehatan



Kebersihan sanitasi dan air bersih



B. Pokok Bahasan 2: Situasi umum yang mempengaruhi PMBA Situasi Umum Pemberian Kolostrum



Apa yang akan dilakukan  Kepercayaan lokal: misalnya kolostrum harus dibuang; kolostrum adalah susu yang basi/kadaluwarsa, tidak baik, dll.  Apa yang kita ketahui: kolostrum mengandung antibodi dan faktor pelindung lainnya bagi bayi, dan berwarna kuning karena kaya dengan vitamin A.  Bayi yang baru lahir memiliki perut sebesar kelereng. Beberapa tetes kolostrum akan mengisi perutnya dengan sempurna. Jika bayi yang baru lahir diberi air atau cairan lainnya, perutnya akan menjadi penuh dan tidak ada lagi ruang bagi kolostrum.  Rekomendasi: Kolostrum perlu diberikan kepada bayi sejak lahir



Situasi Umum Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi Prematur dan pengasuhan Ibu Kanguru



Apa yang akan dilakukan  Kepercayaan lokal: BBLR atau bayi prematur terlalu kecil dan lemah untuk bisa menghisap/menyusu.  Apa yang kita ketahui: bayi prematur harus senantiasa berada dalam kontak kulit dengan ibunya, ini akan membantu mengatur suhu tubuh dan pernapasannya, dan membuatnya selalu dekat dengan payudara ibunya.  BBLR dengan kehamilan penuh mungkin akan menyusu dengan sangat perlahan; berikan dia waktu.  ASI dari ibu yang bayinya lahir prematur sangat sesuai dengan usia bayinya dan akan berubah sejalan dengan pertumbuhan bayinya (misalnya: ASI untuk bayi lahir prematur usia 7 bulan sangat cocok bagi usus/pencernaannya, dengan lebih banyak kandungan protein dan lemak daripada ASI untuk bayi lahir dengan cukup bulan).  Lihat Kartu (posisi)



Konseling



6



Situasi Umum



Apa yang akan dilakukan  Para ibu perlu dukungan untuk pelekatan (attachment) bayi yang baik, dan bantuan untuk menyangga.  Pola pemberian makanan: pemberian makanan yang lama dan lambat tidak masalah–biarkan bayi tetap dipayudara.  Pemberian ASI langsung mungkin tidak bisa dilakukan untuk beberapa minggu, tapi para ibu perlu didorong untuk memerah ASInya dan memberikan ASI tersebut kepada bayi dengan menggunakan cangkir.  Jika bayi tidur untuk waktu yang lama, dan dibalut kain berlapis (dibedong), buka dan lepaskan bajunya untuk membangunkannya agar bisa disusui. adalah tanda  Tangisan terakhir dari rasa lapar. Tanda-tanda awal dari rasa lapar meliputi kombinasi dari tanda-tanda berikut: (i) menjadi waspada dan resah, (ii) membuka mulut dan memutar kepala, (iii) menjulurkan lidah, (iv) mengisap jari atau tangan. Satu tanda saja mungkin belum menunjukkan rasa



Situasi Umum



Bayi sakit di bawah 6 Bulan dan Bayi sakit di atas 6 bulan



Apa yang akan dilakukan lapar. Jadi jelaskan bahwa ibu sebaiknya memberikan tanggapan dengan memberikan makan bayi bila ia menunjukkan tanda-tanda tersebut. Bayi sakit dibawah 6 bulan Kepercayaan lokal: cairan tidak boleh diberikan pada bayi yang sakit atau yang terkena diare. • Apa yang kita ketahui: Anak yang sakit seringkali tidak mau makan, tapi ia perlu kekuatan untuk melawan penyakitnya. • Berikan ASI lebih sering selama diare untuk membantu bayi melawan penyakitnya dan agar tidak kehilangan berat adannya. • Pemberian ASI juga memberikan kenyamanan bagi bayi • Jika bayi terlalu lemah untuk mengisap, perah ASI untuk diberikan kepada bayi (baik dengan gelas atau diperah langsung ke mulutnya). Ini akan membantu ibu menjaga persediaan ASInya dan menjaga agar payudaranya tidak bengkak (engorgement).



Situasi Umum



Apa yang akan dilakukan Bayi sakit diatas 6 bulan: Kepercayaan lokal: carian tidak boleh diberikan pada bayi yang sakit atau yang terkena diare. •



Tingkatkan pemberian ASI selama diare, dan lanjutkan pemberian makanan kesukaannya dalam jumlah kecil.







Selama masa pemulihan, berikan lebih banyak makanan dari biasanya (penambahan makanan padat setiap hari) selama penyembuhan (untuk dua minggu berikut) untuk menambah energi dan gizi yang hilang selama sakit.







Pada saat anak sakit, berikan anak makanan seperti bubur kental, meskipun ia tidak tertarik untuk memakannya.







Hindari makanan pedas dan berlemak. Berikan ASI lebih sering selama dua minggu setelah pulih.











Susu hewan dan cairan lain dapat meningkatkan diare (asal kepercayaan bahwa susu menyebabkan diare). Namun hal itu tidak berlaku untuk ASI.



Situasi Umum



Apa yang akan dilakukan • Berikan oralit bila perlu untuk mengganti cairan yang hilang saat diare.



Kehamilan Baru (hamil saat masih menyusui balita)



 Kepercayaan lokal: ibu harus berhenti menyusui anak yang lebih tua saat mengetahui dirinya hamil.  Apa yang kita ketahui: adalah penting untuk menyusui anak setidaknya sampai anak berusia 1 (satu) tahun.  Perempuan hamil dapat dengan aman menyusui anak yang lebih tua, tapi ia sendiri harus makan dengan baik guna menjaga kesehatannya (dalam hal ini ia makan untuk tiga orang: dirinya sendiri, bayi yang dikandung,dan anak yang lebih tua).  Karena ibu sedang hamil, maka payudaranya mengandung sejumlah kolostrum, yang mungkin dapat menyebabkan anak yang lebih tua terkena diare untuk beberapa hari (kolostrum memiliki efek laksatif). Setelah beberapa hari, anak yang lebih tua tidak akan lagi terkena diare.



Situasi Umum



Bayi Menangis



Apa yang akan dilakukan  Kadang-kadang puting susu ibu menjadi lembut saat ia hamil. Namun, itu cukup aman untuk menyusui dua anak dan tidak akan membahayakan kedua bayi. ASInya cukup untuk kedua bayi. Kepercayaan lokal: lapar dan sawan (diganggu ‘makhluk halus’) Bantu ibu untuk mengetahui penyebab mengapa bayinya dan dengarkan menangis perasaannya:  Tidak nyaman: dingin, kotor.



panas,



 Lelah: terlalu banyak yang datang mengunjungi.  Penyakit/merasa sakit: pola tangisan yang berubah.  Lapar: tidak mendapatkan cukup ASI; percepatan pertumbuhan.  Makanan ibu: bisa jadi makanan tertentu; kadangkadang susu sapi.  Obat-obatan yang diminum ibu.



 Sakit perut kolik.



Situasi Umum Ibu yang sakit dan Ibu yang kurus atau kurang gizi atau ibu stres



Apa yang akan dilakukan Kepercayaan lokal: ASI ibu sakit panas/penyakitnya dapat menular.  Ibu sakit tetap bisa menyusui bayinya.  Cari bantuan medis untuk penyakit yang diderita ibu.  Ibu perlu banyak beristirahat dan minum air putih untuk membantu kesembuhannya.  Bila diperlukan, ASI dapat diperah dan diberikan pakai sendok/cangkir pada bayi. Kepercayaan lokal: ibu yang kurus atau kurang gizi tidak bisa menghasilkan ASI yang cukup. 



Apa yang kita ketahui: adalah penting bahwa seorang ibu mendapatkan makanan yang baik untuk menjaga kesehatannya sendiri.







Ibu yang kurus atau kurang gizi akan menghasilkan jumlah ASI yang memadai (dengan kualitas yang lebih baik daripada kebanyakan makanan yang didapatkan bayi) jika anak sering menyusu.



Situasi Umum



Apa yang akan dilakukan  Payudara yang sering diisap dan dikeluarkan ASInya akan menghasilkan lebih banyak ASI. 



Ibu harus makan lebih banyak demi kesehatannya sendiri (berikan makanan untuk ibu dan biarkan ia menyusui anaknya).







Ibu perlu minum kapsul vitamin A segera setelah melahirkan.







Jika ibu sangat kurus rujuk ibu ke fasilitas kesehatan. Ibu Stres:



 Stres yang dialami ibu tidak akan merusak ASInya, atau menurunkan produksinya. Namun, ASI bisa tidak keluar untuk sementara waktu.  Jika ibu terus saja menyusui, maka air susunya akan keluar lagi.  Tetap jaga anak untuk bisa melakukan kontak kulit dengan ibu jika ibu membolehkan.  Carikan Ibu seseorang yang bisa mendengarkan keluhannya, berikan kesempatan kepadanya untuk bicara, dan berikan



Situasi Umum



Apa yang akan dilakukan dukungan emosional dan bantuan praktis.  Bantu Ibu untuk duduk atau merebahkan diri dengan posisi yang nyaman untuk menyusui bayinya.  Tunjukkan pada temannya bagaimana memijitnya, seperti memijit punggung, untuk membantunya merasa nyaman dan ASInya bisa keluar.



Makan selama kehamilan



 Beri Ibu minuman hangat seperti teh atau air hangat, untuk membantunya merasa nyaman.  Kebiasaan lokal: makanan selama hamil kurang bervariasi  Selama kehamilan, tubuh membutuhkan makanan tambahan setiap hari makan satu makanan tambahan atau kudapan setiap hari.  Minum bila haus, tapi jangan minum teh atau kopi waktu makan.  Tidak ada makanan yang dilarang.  Ibu hamil harus menghindari minuman beralkohol dan rokok.



Situasi Umum 















Apa yang akan dilakukan Ibu hamil dengan KEK sebaiknya mengonsumsi makanan lebih banyak dari ibu hamil tidak KEK dan beraneka ragam seperti sayur mayur, ikan, daging, kacang-kacangan, biji-bijian dan buah-buahan untuk memenuhi kebutuhan energi, protein, mineral dan vitamin yang digunakan untuk pemeliharaan, pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan serta cadangan selama masa menyusui. Ibu hamil memerlukan berbagai zat gizi yang diperoleh dari berbagai makanan sumber tenaga/makanan pokok, hewani, nabati, sayuran dan buah-buahan yang disebut zat gizi mikro (mineral dan vitamin) seperti Zat Besi, Kalsium, Iodium, Zink, Selenium, dan Vitamin (A, B1, B2, B3, B6, asam folat, B12, C, D). Ibu hamil dan ibu menyusui sebaiknya membatasi konsumsi garam, gula, serta minuman kopi dan teh. Ibu hamil sebaiknya minum 8-12 gelas air setiap hari.



Situasi Umum



Makan selama menyusui



Apa yang akan dilakukan  Pada trimester I (3 bulan pertama kehamilan) ibu membutuhkan penambahan energi minimal untuk perkembangan organ dan jaringan janin (180 kkal/setara dengan 1 porsi makanan pokok) dan protein hewani (20 gr/setara dengan seekor ikan kembung/1 butir telur) untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.  Kebiasaan lokal: kurang variasi (sayur dan buah) dan kurang minum  Saat menyusui, tubuh membutuhkan makanan tambahan setiap harinya, makanlah ekstra dua kali (porsi kecil) atau makanan selingan.  Tidak perlu makanan khusus yang dibutuhkan untuk kecukupan jumlah dan kualitas ASI.  Produksi ASI tidak dipengaruhi langsung dari makanan ibu, melainkan isapan bayi. Namun konsumsi gizi seimbang diperlukan untuk menunjang kesehatan ibu.



Situasi Umum



Apa yang akan dilakukan  Beberapa budaya menyebutkan bahwa minuman-minuman tertentu dapat meningkatkan ASI; minuman ini biasanya membuat efek rileks pada Ibu.  Tidak ada pantangan (makanan) untuk ibu menyusui.  Saat menyusui, ibu harus menghindari minuman beralkohol dan merokok.  Ibu menyusui minum air 1213 gelas per hari.



Buang Air Besar (BAB) Sembarangan



 Kebiasaan lokal: masih banyak yang buang air besar sembarangan.  Buang Air Besar (BAB) harus dilakukan di jamban.  Bersihkan kotoran hewan peliharaan di sekitar rumah.  Kuman dari BAB sembarangan dan kotoran hewan peliharaan dapat dipindahkan oleh manusia/hewan seperti lalat, tikus, kecoa, dan lain-lain.  Kuman masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan penyakit dan menghambat penyerapan zat gizi sehingga bayi mudah sakit dan



Situasi Umum



Kebersihan Diri Ibu Selama Hamil dan Menyusui



Apa yang akan dilakukan akhirnya akan mengganggu pertumbuhan.  Walaupun bayi dan anak sudah mendapatkan makanan bergizi, pertumbuhan dapat terganggu apabila bayi dan anak sering sakit akibat masalah sanitasi.  Kebiasaan lokal: malas mandi, sikat gigi, dan ganti pakaian.  Mencuci tangan menggunakan sabun dan air bersih dengan langkah sesudah buang air besar dan buang air kecil dan sebelum makan, menyusui, memegang bayi, menyiapkan makan dan minuman dan memberikan anak makan dan minum  Lima (5) tangan:



langkah



cuci



1) Basahi tangan seluruhnya dengan air bersih mengalir 2) Gosok sabun ke telapak, punggung tangan dengan sela jari 3) Bersihkan bagian bawah kuku 4) Bilas tangan dengan air



Situasi Umum



Apa yang akan dilakukan bersih mengalir 5) Keringkan tangan dengan handuk/tisu atau keringkan dengan udara/dianginkan  Mandi minimal 2 kali sehari  Menyikat gigi minimal 2 kali sehari (setelah makan pagi dan sebelum tidur)  Mengganti pakaian termasuk pakaian dalam minimal 2 kali sehari  Membersihkan kuku, rambut serta daerah kewanitaan setiap hari



PMBA dalam situasi bencana







Kepercayaan lokal: (i) Kualitas dan kuantitas ASI dipengaruhi oleh bencana yang dialami Ibu sehingga menyebabkan stres; (ii) Stres akan membuat ASI mengering; (iii) Stres akan membuat ASI basi/rusak.







Tidak benar bahwa stres membuat ASI kering atau rusak. Pijatan di pundak atau tangan dapat membantu ibu merasa lebih relaks dan akan membantu kelancaran ASInya. Ruang



Situasi Umum



Apa yang akan dilakukan yang aman dan tenang dengan dukungan konselor akan meningkatkan kepercayaan diri Ibu. Lebih sering menyusui akan membantu ibu memproduksi lebih banyak ASI apabila dia khawatir bahwa produksi ASInya tidak mencukupi. Menjaga agar bayi tetap dekat, baik siang maupun malam, akan membantu meningkatkan rasa percaya Ibu. 



Kepercayaan lokal: kebutuhan yang paling mendesak dan penting dalam keadaan darurat adalah memberikan susu formula pada bayi.







Tindakan yang paling penting adalah melindungi dan mendukung pemberian ASI. Susu formula tidak diperlukan kecuali dalam sejumlah kecil kasus dimana bayi tidak mungkin disusui, seperti anak yang terpisah dari ibunya atau anak yang orang tuanya meninggal.



Situasi Umum



Apa yang akan dilakukan  Susu formula sangat berisiko bagi bayi dalam situasi darurat. Air, botol, dot dan alat yang kotor menyebabkan diare dan kurang gizi dan bayi bisa meninggal. 



Persediaan susu formula mungkin akan habis, sementara ASI akan selalu tersedia. ASI aman dan merupakan makanan terbaik bagi bayi.







Ibu yang telah berhenti menyusui karena bencana, masih dapat menyusui bayinya. Dengan bantuan konselor, relaktasi dapat dilakukan. Mungkin perlu waktu tergantung lama ibu berhenti menyusui







Bagi bayi yang harus menggunakan susu formula, rekomendasi utama adalah dengan menggunakan cangkir serta dengan pengawasan dari tenaga kesehatan setempat



V. REFERENSI



1. The Community Infant and Young Children Counselling Package, 2013, UNICEF/URCCH. New York. 2. Panduan Pelatih, Tahun 2017, Modul Pelatihan Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. 3. Strategi Global Pemberian Makanan Bayi dan Anak, Tahun 2003, World Health Orgaization, Geneva. 4. SK Menkes No.450 Tahun 2004 tentang Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan Bagi Bayi di Indonesia, Jakarta. 5. Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, Jakarta. 6. Standard Anthropometri, Tahun 2005, World Health Organization, Geneva.



VI. LAMPIRAN Lampiran : MI 1.1 Panduan Diskusi Kelompok Situasi umum yang mempengaruhi PMBA Tujuan: Peserta mampu mengatasi beberapa keadaan umum yang dapat mempengaruhi Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA). Petunjuk: 1. Pelatih membagi peserta menjadi dua kelompok dan memberikan masing-masing kelompok paket kartu (dapat berbentuk ikan yang bertuliskan situasi atau kondisi umum terkait beberapa kepercayaan PMBA di daerah itu. Penjepit kertas dapat ditempelkan ke mulut ikan dan satu klip yang lainnya disematkan diujung tali yang diikatkan kesebuah batang panjang). 2. Kartu (ikan) hendaknya ditempatkan terbalik sehingga peserta dapat memancing kartu. 3. Pelatih meminta peserta untuk memancing (satu kartu) dan mendiskusikan: a. Bagaimana situasi/kepercayaan/mitos ini mempengaruhi PMBA di masyarakat Anda. b. Bagaimana Anda dapat menghilangkan kepercayaan itu? c. Apa yang hendaknya/atau dapat dilakukan? 4. Pelatih meminta peserta untuk mendiskusikan situasi atau kondisi umum terkait beberapa kepercayaan dalam PMBA,



bagaimana kepercayaan itu dapat ditangani atau diatasi (apa yang kita ketahui). Contoh-contoh berbagai kepercayaan yang banyak diyakini (tambahkan atau kurangi daftar ini agar sesuai dengan situasi setempat): Pemberian kolostrum, bayi dengan berat lahir rendah atau prematur dan perawatan metode kangguru kehamilan baru, bayi sering menangis, ibu sakit dan ibu yang kurus, makan selama kehamilan, makan selama menyusui, buang air besar (bab) sembarangan dan kebersihan diri selama hamil dan menyusui, PMBA dalam situasi bencana. 5. Pelatih meminta peserta mengulang kembali hasil diskusi dan merangkumnya. 6. Pelatih meminta peserta untuk meninjau materi peserta MI.1: Situasi umum yang mempengaruhi Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA). Alat bantu: 1. Kartu berbentuk ikan bertuliskan situasi umum terkait beberapa kepercayaan dalam PMBA. 2. Media pancing. 3. Materi peserta



MATERI INTI 2 (MI 2) PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI)



I.



DESKRIPSI SINGKAT Praktik pemberian ASI dianjurkan sejak bayi lahir hingga anak berusia 24 bulan atau lebih. Praktik tersebut dimulai dari Inisiasi Menyusu Dini (IMD), yaitu proses menyusu dimulai segera setelah lahir dilakukan dengan cara kontak kulit dengan kulit antara bayi dan ibu yang berlangsung selama minimal 1 jam, dilanjutkan dengan ASI eksklusif yaitu memberikan hanya ASI saja sejak bayi lahir sampai usia 6 bulan. Bayi disusui sesering mungkin siang dan malam. Sejak usia 6 bulan mulai berikan Makanan Pendamping ASI (MP ASI) dan ASI diteruskan sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. Materi ini akan membahas tentang risiko tidak memberikan ASI bagi bayi, ibu, keluarga dan masyarakat/bangsa, penjelasan praktik-praktik menyusui yang direkomendasikan serta merefleksikan kapan dan dimana kegiatan konseling menyusui dilakukan dan apa rekomendasi praktik-praktik pemberian ASI . Dalam materi ini secara singkat mempelajari anatomi payudara dan bagaimana payudara memproduksi dan mengeluarkan ASI. Agar sukses menyusui, diberikan pula peragaan tentang posisi dan pelekatan yang baik dalam menyusui, cara memerah ASI dengan tangan



dan menampungnya serta cara memberikan ASI perah dengan cangkir. Pada proses memberikan ASI sering terjadi kendala atau kesulitan yang ditemui ibu seperti ibu merasa ASI tidak cukup, dan kesulitan-kesulitan lain seperti luka/lecet pada puting susu karena posisi dan pelekatan yang kurang tepat. Pada situasi bencana, sering timbul anggapan bahwa ibu tidak bisa menyusui karena ibu sedang stres. Kita perlu mengetahui bagaimana cara mengidentifikasi kesulitan-kesulitan dalam pemberian ASI, apa saja gejalanya dan langkah-langkah pencegahannya. II. TUJUAN PEMBELAJARAN



A. Tujuan Pembelajaran Umum: Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menjelaskan praktik pemberian ASI yang direkomendasikan. B. Tujuan Pembelajaran Khusus: Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu: 1. Menjelaskan cara menyusui yang baik. 2. Menjelaskan praktik menyusui yang



direkomendasikan. 3. Menjelaskan cara menangani kesulitankesulitan pemberian ASI.



III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN



A. Cara menyusui yang baik 1. Anatomi payudara dan cara produksi ASI. 2. Posisi dan pelekatan menyusui yang baik. 3. Cara memerah ASI dengan tangan,



menyimpan ASI perah, dan memberikan ASI perah dengan cangkir B. Praktik menyusui yang direkomendasikan 1. Risiko tidak memberikan ASI bagi bayi, ibu,



keluarga dan masyarakat/bangsa. 2. Praktik pemberian ASI yang direkomendasikan. 3. Rekomendasi jadwal kunjungan Konseling PMBA. C. Kesulitan pemberian ASI 1. Identifikasi kesulitan pemberian ASI yang



sering terjadi termasuk pada situasi bencana. 2. Gejala dan pencegahan kesulitan pemberian ASI yang sering terjadi dan cara penanganan kesulitan dalam pemberian ASI. 3. Relaktasi.



IV. URAIAN MATERI



A. Pokok bahasan 1: Cara menyusui yang baik 1. Anatomi



payudara memproduksi ASI.



dan



cara



payudara







Di bagian luar ada areola, yaitu kulit yang berwarna gelap di sekeliling dekat puting. Pada areola ada kelenjar-kelenjar kecil yang disebut kelenjar Montgomery, yang mengeluarkan cairan yang berminyak untuk membersihkan dan melumasi puting.







Di bagian dalam terdapat alveoli yang berjumlah jutaan. Alveoli berbentuk kantongkantong sangat kecil dengan sel-sel pembuat ASI.







Produksi ASI: Ketika bayi menyusu, payudara mengirimkan rangsangan ke otak. Otak



kemudian bereaksi mengeluarkan hormon Prolaktin yang masuk ke dalam aliran darah menuju kembali ke payudara. Hormon Prolaktin merangsang sel-sel pembuat air susu untuk bekerja, memproduksi susu. Selsel pembuat air susu sesungguhnya tidak langsung bekerja ketika bayi menyusu. Sebagian besar hormon Prolaktin berada dalam darah selama kurang lebih 30 menit, setelah proses menyusui. Jadi setelah proses menyusu selesai, barulah sebagian besar hormon Prolaktin sampai di payudara dan merangsang sel-sel pembuat air susu untuk bekerja. Jadi, hormon Prolaktin bekerja untuk produksi susu berikutnya. Air susu yang dihisap bayi saat ini, sudah tersedia dalam payudara, yaitu di pembuluh/saluran air susu. 



Menghisap dan memerah ASI sangat penting bagi penyediaan ASI yang baik. Semakin sering dihisap bayi, semakin banyak ASI yang diproduksi.







Bila bayi tidak menyusu, maka ASI yang diproduksi dalam payudara akan lebih sedikit karena ASI yang menetap/“diam” dalam pembuluh/saluran air susu menghambat produksi ASI. Semakin jarang bayi menyusu, semakin sedikit ASI yang diproduksi. Jika bayi berhenti menyusu,



maka payudara memproduksi ASI.



juga



akan



berhenti







Kebanyakan ibu dapat menghasilkan ASI lebih dari yang dibutuhkan bayi mereka. Bila seorang ibu mempunyai bayi kembar dan keduanya menyusu, payudara ibu akan membuat ASI untuk dua bayi. Sebagian besar ibu dapat menghasilkan ASI yang cukup setidaknya untuk dua bayi







Keluarnya ASI: Ketika menerima rangsangan dari payudara, otak juga mengeluarkan hormon Oksitosin selain hormon Prolaktin. Hormon Oksitosin diproduksi lebih cepat daripada Prolaktin. Hormon ini juga masuk ke dalam aliran darah menuju payudara. Di payudara, hormon Oksitosin ini merangsang sel-sel otot untuk berkontraksi. Kontraksi ini menyebabkan ASI hasil produksi sel-sel pembuat susu terdorong mengalir melalui saluran ASI menuju puting. Kadang-kadang, bahkan ASI mengalir hingga keluar payudara ketika bayi sedang tidak menyusu.







Pelepasan/mengalirnya ASI (kadang disebut refleks ejeksi) dapat dipengaruhi oleh emosi ibu ketakutan, kecemasan, rasa sakit, rasa rikuh dan malu.







ASI awal adalah ASI yang mengandung lebih banyak air dan memuaskan dahaga bayi. ASI akhir mengandung lebih banyak lemak dan menghilangkan rasa lapar bayi.



2. Posisi dan pelekatan yang baik



Empat ciri posisi menyusui yang baik: a. Kepala dan badan bayi membentuk garis lurus b. Wajah bayi menghadap payudara, hidung berhadapan dengan puting c. Badan bayi dekat ke tubuh ibu d. Ibu menggendong/mendekap badan bayi secara utuh.



Berbagai Posisi Menyusui: Posisi Posisi menggendong (cradle)



Posisi menyilang (cross cradle)



Posisi menyilang untuk bayi kembar



Keterangan Posisi ini merupakan posisi yang paling umum digunakan



Posisi ini berguna bagi: - bayi yang baru lahir dan bayi kecil dan lemah - bayi apapun dengan kesulitan melakukan posisi - bayi apapun dengan kesulitan melakukan pelekatan - bisa digunakan untuk bayi kembar



Posisi menyamping (side lying)



Posisi di bawah (under arm)



berbaring Posisi ini cocok dan nyaman bagi ibu setelah melahirkan dan ini membantu ibu istirahat sambil menyusui. Ibu dan anak keduanya berbaring di sisi masingmasing dan berhadapan.



lengan



Ibu duduk dengan nyaman dengan bayinya di bawah lengannya. Badan bayi melewati sisi ibu dan kepalanya berada sejajar dengan payudara. Posisi ini sangat tepat diterapkan:  Setelah operasi Caesar  Ketika puting terasa sakit/nyeri Posisi di bawah lengan  Untuk bayi kecil untuk bayi kembar  Ketika menyusui anak kembar



Empat (4) tanda pelekatan yang baik: 1) Bayi dekat dengan payudara dengan mulut terbuka lebar 2) Dagu bayi menyentuh payudara 3) Bagian areola di atas lebih banyak terlihat dibanding di bawah mulut bayi 4) Bibir bawah bayi memutar keluar (dower).



Pelekatan yang baik dan pelekatan yang kurang baik: Pelekatan yang baik dan kurang baik terlihat dari luar



Pelekatan yang baik dan kurang baik terlihat dari dalam mulut



Keterangan: Gambar Pelekatan yang baik (di dalam mulut bayi)



 Puting hanya menjadi sepertiga dari bentuk puting panjang tadi.  Bayi menghisap dari payudara, bayi mengulum sebagian besar areola dan jaringan di bawahnya ke dalam mulut.  Bayi menarik ulur jaringan payudara membentuk sebuah puting yang memanjang.  Menghisap bukan dari puting.  Posisi lidah bayi: tertarik ke depan, di atas gusi bawah dan di bawah areola. Lidah pada kenyataannya melikuk/melengkung di sekitar puting jaringan payudara (Anda tidak dapat melihat hal tersebut dalam gambar, walaupun anda mungkin bisa melihatnya ketika mengamati bayi).  Semacam gerakan gelombang bersama lidah bayi dari depan ke belakang. Gelombang ini menekan jaringan payudara ke palatal atas bayi. Ini menekan ASI keluar dari saluran ASI masuk ke mulut bayi untuk ditelan (tindakan menghisap). Gambar Pelekatan yang tidak baik (di dalam mulut bayi):  Hanya puting yang berada dalam mulut bayi, bukan jaringan payudara yang mendasarinya.  Saluran ASI berada di luar mulut bayi, dimana lidah tidak menjangkaunya.  Lidah bayi di belakang di dalam mulut dan tidak menekan saluran ASI.



Akibat Pelekatan yang tidak baik:  Puting retak dan lecet.  Nyeri yang mengakibatkan kurangnya aliran ASI dan produksi ASI yang rendah. Tanda-tanda menghisap yang efektif, yaitu:  Bayi menghisap pelan dan dalam dengan sesekali jeda  Terlihat atau terdengar bayi menelan  Pipi bayi membulat penuh dan tidak cawak atau menarik ke dalam 3.



Cara memerah ASI dengan tangan memberikan ASI perah dengan cangkir



dan



Kadang ibu perlu memerah ASI untuk bayinya:  Bayi terlalu lemah atau terlalu kecil untuk menghisap dengan aktif.  Bayi memerlukan waktu yang lebih lama dari biasanya untuk belajar menghisap; misalnya karena puting terbenam.  Memberi makan bayi dengan berat badan rendah yang tidak dapat menyusu (lihat Kartu Konseling 8).  Memberi makan bayi sakit.  Untuk menutupi kebutuhan ASI ketika ibu atau bayi sakit.  Melonggarkan saluran ASI yang tersumbat atau pembengkakan payudara.  Ibu harus berpisah dengan bayinya selama







beberapa jam. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan ketika ibu terpisah dari bayinya: - Belajarlah cara memerah ASI anda sendiri segera setelah bayi anda lahir. - Susui bayi secara eksklusif dan sering selama sepanjang waktu dimana anda bersama dengan bayi anda. - Perah dan simpan ASI sebelum anda meninggalkan rumah sehingga pengasuh bayi anda dapat memberi ASI pada bayi anda selama anda pergi. - Perah ASI anda sementara anda jauh dari bayi anda, bahkan bila anda tidak dapat menyimpannya. Ini akan membuat ASI tetap melimpah dan mencegah pembengkakan payudara. - Ajarkan pengasuh bayi bagaimana cara menyimpan ASI perah dan gunakan cangkir yang bersih untuk memberi makan bayi anda saat anda tidak di rumah. - Luangkan waktu untuk menyusui sebelum meninggalkan bayi anda dan ketika anda pulang, tingkatkan jumlah pemberian ASI sementara anda bersama dengan bayi anda. Artinya, anda hendaknya lebih sering menyusui pada malam hari dan akhir pekan. - Bila memungkinkan, bawa bayi anda ke tempat kerja (atau kapan saja anda harus keluar rumah selama beberapa jam). Bila hal



ini tidak memungkinkan, pertimbangkan untuk meminta bantuan seseorang membawa bayi anda ke tempat kerja anda untuk disusui ketika anda istirahat. - Dapatkan dukungan ekstra dari anggota keluarga dalam mengasuh bayi dan anak anda yang lain dan untuk melakukan pekerjaan rumah tangga.



Keterangan Gambar:  Simpan ASI perah dalam wadah yang bersih dan ditutup serta diberi label tanggal ASI diperah.  ASI perah dapat disimpan selama 4 jam di suhu ruang 27°C - 32°C.  ASI perah dapat disimpan selama 6 sampai 8 jam bila kondisi ASI perah sangat bersih dan disimpan di tempat yang sejuk bersuhu lebih rendah dari



suhu ruang (kurang dari 25°C).  ASI perah bisa disimpan di kulkas dengan suhu 4°C selama 48 jam (2 hari) sampai dengan 72 jam (3 hari).  Bila ASI yang baru diperah tidak akan digunakan dalam 72 jam (3 hari), ASI perah didinginkan lebih dulu di rak kulkas (bisa dijadikan dalam 1 wadah untuk masa perah 24 jam) sebelum dibekukan. Simpan ASI perah sebanyak 15-60 ml per wadah untuk menghindari ASI perah terbuang karena tidak habis diminum oleh bayi. 



















ASI perah yang dibekukan di dalam freezer dengan suhu –15°C dapat disimpan selama 2 minggu. ASI perah yang dibekukan di dalam freezer dengan suhu –18°C dapat disimpan selama 3 bulan dan selama 6 bulan dengan suhu - 20°C. Sebelum dihangatkan ASI perah yang telah dikeluarkan dari freezer, disimpan selama 12 jam di rak bagian bawah kulkas agar menghindari perubahan suhu yang terlalu ekstrim ASI perah yang akan diberikan ke bayi dikeluarkan dari kulkas, dimasukkan ke dalam gelas kaca bersih, direndam di dalam mangkuk berisi air hangat. Berikan ASI perah kepada bayi dengan cangkir atau sendok. Tuangkan ASI ke dalam cangkir atau sendok secukupnya. Dekatkan cangkir atau sendok ke bibir bawah bayi dan biarkan















bayi menghisap sedikit demi sedikit dengan lidahnya. Jangan menuangkan ASI ke dalam mulut bayi. Botol dan dot tidak aman digunakan untuk memberi ASI perah karena sulit dibersihkan dan mudah terkontaminasi. ASI perah beku yang lebih dulu diberikan kepada bayi adalah ASI yang terakhir diperah. Pelatih menjelaskan tentang Last In First Out (LIFO) bukan lagi First In First Out (FIFO) ASI perah beku yang sudah dicairkan selama 24 jam, tidak boleh diletakkan di suhu ruang selama lebih dari 2 jam.



4. Pembuatan model payudara dan boneka



Langkah-langkah membuat boneka dan model Payudara terdapat di Lampiran MI 2.1 B. Pokok bahasan 2 : Praktik menyusui yang direkomendasikan 1. Risiko tidak memberikan ASI bagi bayi, ibu,



keluarga dan masyarakat/bangsa a. Risiko tidak memberikan ASI bagi bayi  Risiko kematian yang lebih besar (bayi yang tidak diberi ASI 14 kali lebih besar kemungkinannya meninggal dibandingkan bayi yang disusui secara eksklusif pada enam bulan pertama).



 Susu Formula tidak memiliki antibodi untuk melindungi bayi dari sakit: badan ibu membuat ASI dengan antibodi yang melindungi bayi dari penyakit tertentu dalam lingkungan ibu/ anak.  Tidak menerima zat antibodi pertama mereka dari kolostrum.  Susu formula sulit diserap usus bayi. Susu formula sama sekali bukan makanan sempurna bagi bayi.  Sering mengalami diare, lebih sering sakit, dan lebih parah sakitnya (anak usia kurang dari enam bulan yang diberi makanan campuran mendapatkan makanan, susu formula dan air terkontaminasi, berisiko lebih tinggi terkena diare). Pada situasi bencana dengan lingkungan/sanitasi yang buruk, penggunaan susu formula meningkatkan risiko diare yang lebih tinggi.  Infeksi saluran pernafasan yang lebih sering.  Risiko kekurangan gizi yang lebih besar, khususnya bagi bayi usia muda.  Lebih besar kurang gizi.



kemungkinan



mengalami



 Tumbuh kembang tidak optimum: gangguan pertumbuhan, berat badan



kurang, tubuh pendek (stunting), kurus (wasting) karena penyakit menular seperti diare atau pneumonia.  Keterikatan yang kurang kuat antara ibu dan bayi; tidak merasa aman.  Lebih besar kemungkinan kelebihan berat badan.  Lebih besar risiko terkena penyakit jantung, diabetes melitus, kanker, asma, gigi keropos, dan lain-lain pada usia lanjut. b. Risiko tidak memberikan ASI bagi Ibu:  Ibu menjadi berisiko lebih mudah hamil.  Meningkatnya risiko anemia bila pemberian ASI tidak dimulai sejak dini (lebih banyak pendarahan setelah persalinan).  Mengganggu ikatan/bonding dengan bayinya.  Meningkatnya depresi paska persalinan.  Kejadian kanker rahim dan kanker payudara lebih rendah pada ibu menyusui. c. Risiko tidak memberikan ASI bagi keluarga  Meningkatkan risiko kesakitan pada ibu dan anak-anaknya  Ada biaya untuk berobat kaena penyakit



yang disebabkan oleh pemberian susu lain.  Ada biaya untuk membeli susu formula, kayu bakar atau bahan bakar lain untuk merebus air, dan peralatan.  Tidak bisa menjarangkan kelahiran dengan metode amenore laktasi/MAL (lactational amenorrhea method/LAM), yaitu metode menjarangkan kelahiran yang bisa dilakukan jika ibu menyusui eksklusif, frekuensi menyusui sering, usia bayinya di bawah 6 bulan, dan masa menstruasi ibu belum kembali. Catatan: topik MAL akan dibahas lebih detail pada MI. 5. Gizi dan Kesehatan Ibu  Menghabiskan waktu lebih banyak untuk membeli dan menyiapkan susu lain, mengambil air dan kayu bakar, dan melakukan perjalanan untuk mendapatkan pengobatan medis.



d. Risiko tidak memberikan ASI bagi masyarakat / bangsa  Ada peningkatan pengeluaran negara untuk memberikan pelayanan kesehatan karena jumlah anak yang sakit bertambah.  Menurunkan harapan hidup anak karena bayi yang tidak diberi ASI akan meningkat risiko kematiannya.  Meningkatkan risiko kerusakan lingkungan (pohon-pohon digunakan sebagai kayu bakar untuk merebus air, susu dan peralatan, dan ada limbah dari kaleng dan kardus susu formula). Hal tersebut berbeda dengan ASI karena ASI adalah sumber daya alam yang terbarukan.  Ada pengeluaran negara untuk mengimpor susu dan peralatan untuk menyiapkan susu tersebut sehingga tidak menghemat uang negara yang mestinya bisa digunakan untuk hal lain. 2. Praktik-praktik



pemberian



ASI



yang



direkomendasikan Rekomendasi menyusui berlaku UNTUK SELURUH BAYI dalam SITUASI APAPUN; begitu pula dengan rekomendasi: ”HINDARI PENGGUNAAN SUSU FORMULA”. Catatan: dengan melaksanakan praktik menyusui yang direkomendasikan, ibu dapat menyusui dan mempertahankan pasokan ASInya.



Praktik pemberian direkomendasikan dan terkait praktik konseling



Praktik pemberian ASI yang dianjurkan



IMD: (1) Segera lakukan kontak kulit antara ibu dan bayi segera setelah lahir



ASI poin-poin



yang diskusi



Diskusi terkait praktik konseling yang mungkin dilakukan Catatan: pilih 2 sampai 3 poin yang paling relevan dengan situasi ibu dan/atau TAMBAHKAN poinpoin diskusi lain yang sesuai  Kontak kulit antara ibu dan bayi akan memberikan kehangatan pada bayi dan dapat membantu merangsang timbulnya ikatan atau kedekatan, dan membantu perkembangan otak bayi.  Kontak kulit akan membantu mengalirnya Kolostrum/ASI pertama.  Dalam jam-jam pertama mungkin tidak terlihat adanya ASI. Bagi beberapa ibu, hal ini bisa memakan waktu sampai satu atau dua hari hingga ASInya keluar. Adalah penting untuk terus mendekatkan bayi ke payudara untuk merangsang produksi ASI.  Kolostrum adalah ASI pertama yang kental berwarna kekuningan yang dapat melindungi anak dari penyakit.  KK 2: Ibu hamil/melahirkan



Praktik pemberian ASI yang dianjurkan



Diskusi terkait praktik konseling yang mungkin dilakukan Catatan: pilih 2 sampai 3 poin yang paling relevan dengan situasi ibu dan/atau TAMBAHKAN poinpoin diskusi lain yang sesuai di fasilitas kesehatan  Booklet pesan utama KK 2  Brosur: Bagaimana Menyusui Bayi Anda



IMD: (2) Biarkan bayi mencari puting dan menyusu sampai puas minimal satu jam pertama kelahiran



 Pastikan bahwa bayi melekat dengan baik.  ASI pertama ini disebut kolostrum. Kolostrum itu berwarna kekuningan dan mengandung antibodi yang dapat melindungi bayi.  Kolostrum memberikan zat antibodi pertama terhadap berbagai penyakit.  JANGAN berikan cairan lain selain ASI setelah bayi lahir



Catatan: Pemberian ASI penting dalam beberapa hari pertama



 KK 2: Ibu hamil/melahirkan di fasilitas kesehatan  Booklet pesan utama KK 2  Brosur: Bagaimana Menyusui Bayi Anda  Pemberian ASI yang sering sejak bayi lahir akan membantu bayi belajar menyusu dengan pelekatan yang baik dan membantu



Praktik pemberian ASI yang dianjurkan



Diskusi terkait praktik konseling yang mungkin dilakukan Catatan: pilih 2 sampai 3 poin yang paling relevan dengan situasi ibu dan/atau TAMBAHKAN poinpoin diskusi lain yang sesuai mencegah terjadinya pembengkakan payudara ibu dan komplikasi lain.  Dalam beberapa hari pertama, bayi mungkin menyusu hanya 2 atau 3 kali sehari. Jika bayi masih mengantuk di hari kedua, ibu bisa saja memerah kolostrumnya dan memberikannya kepada bayi dengan gelas.  Jangan berikan yang lain – seperti air putih, susu formula, makanan atau cairan lain kepada bayi yang baru lahir.



ASI Eksklusif (tidak ada makanan atau minuman lain) sejak usia 0 sampai 6 bulan



 Dalam enam bulan pertama bayi hanya membutuhkan ASI.  Jangan berikan apapun selain ASI (bahkan air putih sekalipun) kepada bayi selama enam bulan pertama.  ASI mengandung seluruh cairan yang dibutuhkan bayi, bahkan dalam cuaca yang panas.  Memberikan air putih dan cairan lain kepada bayi akan



Praktik pemberian ASI yang dianjurkan



Diskusi terkait praktik konseling yang mungkin dilakukan Catatan: pilih 2 sampai 3 poin yang paling relevan dengan situasi ibu dan/atau TAMBAHKAN poinpoin diskusi lain yang sesuai membuatnya kenyang sehingga ia jarang menyusu, dan berakibat produksi ASInya juga berkurang.  Air putih, cairan lain dan makanan untuk bayi usia di bawah enam bulan akan menyebabkan diare.  KK 3: Selama enam bulan pertama, bayi Anda HANYA membutuhkan ASI  KK 4: Pentingnya pemberian ASI eksklusif dalam enam bulan pertama.  Booklet pesan utama KK 3 dan KK 4  Brosur: Bagaimana Menyusui Bayi Anda.



Sering menyusui bayi, siang dan malam



 Setelah beberapa hari pertama, kebanyakan bayi baru lahir ingin sering menyusu, 8 sampai 12 kali sehari. Pemberian ASI yang sering dilakukan akan membantu produksi ASI.  Begitu pemberian ASI sudah mantap, susui bayi 8 kali atau lebih, siang dan malam agar



Praktik pemberian ASI yang dianjurkan



Diskusi terkait praktik konseling yang mungkin dilakukan Catatan: pilih 2 sampai 3 poin yang paling relevan dengan situasi ibu dan/atau TAMBAHKAN poinpoin diskusi lain yang sesuai produksi susu ibu tetap banyak. Jika bayi bisa mengisap dengan baik, merasa puas dan berat badannya bertambah, maka jumlah pemberian ASI tidaklah penting.  Semakin sering bayi mengisap (dengan pelekatan yang baik) maka semakin banyak produksi ASI.  Pada situasi bencana, bila ibu merasa ASI berhenti/kurang karena stres, terus menyusui untuk memastikan produksi ASI tetap ada dan dapat mencukupi kebutuhan bayi  KK 5: Susui bayi kapan pun ia minta, baik siang maupun malam hari (8 sampai 12 kali sehari) agar jumlah air susu Anda banyak.  Booklet pesan utama KK 5  Brosur: Bagaimana Menyusui Bayi Anda.



Praktik pemberian ASI yang dianjurkan Menyusui ketika bayi meminta disusui



Diskusi terkait praktik konseling yang mungkin dilakukan Catatan: pilih 2 sampai 3 poin yang paling relevan dengan situasi ibu dan/atau TAMBAHKAN poinpoin diskusi lain yang sesuai  Tangisan adalah tanda bayi itu lapar.  Tanda-tanda awal bayi ingin disusui: - Resah - Membuka mulut dan menggelengkan kepala - Menjulurkan lidah - Mengisap jari atau tangan  KK 5: Susui bayi kapanpun diminta, siang/malam (8 sampai 12 kali sehari) agar jumlah ASI Anda banyak.  Booklet pesan utama KK 5



Biarkan bayi menyelesaikan dan melepaskan sendiri satu payudara sebelum ia berganti ke payudara yang lain.



 Berganti dari satu payudara ke payudara yang lain akan menghalangi bayi untuk mendapatkan ASI akhir yang bergizi.  ASI awal memiliki kandungan air yang lebih banyak dan dapat menghilangkan rasa haus bayi; ASI akhir memiliki lebih banyak lemak dan dapat menghilangkan rasa lapar bayi.



Praktik pemberian ASI yang dianjurkan



Diskusi terkait praktik konseling yang mungkin dilakukan Catatan: pilih 2 sampai 3 poin yang paling relevan dengan situasi ibu dan/atau TAMBAHKAN poinpoin diskusi lain yang sesuai  KK 5: Susui bayi kapanpun bayi minta, baik siang atau malam (8 sampai 12 kali sehari) agar jumlah ASI ibu menjadi banyak.  Booklet pesan utama KK 5



Posisi dan pelekatan yang baik



 4 posisi menyusui yang baik: tubuh bayi harus lurus, dan menghadap ke payudara, bayi harus dekat ke ibu, dan ibu menopang seluruh tubuh bayi, bukan hanya menopang leher dan pundaknya.  4 tanda pelekatan yang baik: mulut terbuka lebar, dagu menyentuh payudara ibu, areola terlihat lebih banyak di atas puting susu bukan di bawahnya, dan bibir bawah terbuka.  KK 6 : Posisi menyusui  KK 8: Memberikan ASI pada bayi dengan berat lahir rendah  KK 7: Pelekatan yang baik  Booklet pesan utama KK 6,



Praktik pemberian ASI yang dianjurkan



Diskusi terkait praktik konseling yang mungkin dilakukan Catatan: pilih 2 sampai 3 poin yang paling relevan dengan situasi ibu dan/atau TAMBAHKAN poinpoin diskusi lain yang sesuai KK 8, dan KK 7  Brosur: Bagaimana Menyusui Bayi Anda



Teruskan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun atau lebih



 ASI memberikan cukup banyak energi dan gizi selama periode pemberian makanan tambahan dan membantu melindungi anak dari penyakit.  KK 12 sampai 15: Kartu Konseling Pemberian MP ASI  Booklet pesan utama KK 12 sampai 15  Brosur: Bagaimana Menyusui Bayi Anda



Terus memberikan ASI ketika bayi atau ibu sakit



 Berikan ASI lebih sewaktu bayi sakit



sering



 Gizi dan perlindungan imunologi/kekebalan dari ASI sangat penting bagi bayi saat ibu atau bayi dalam keadaan sakit.  Pemberian ASI memberikan rasa nyaman bagi bayi yang sakit.



Praktik pemberian ASI yang dianjurkan



Diskusi terkait praktik konseling yang mungkin dilakukan Catatan: pilih 2 sampai 3 poin yang paling relevan dengan situasi ibu dan/atau TAMBAHKAN poinpoin diskusi lain yang sesuai  KK 17: Menyusui bayi sakit dengan usia di bawah enam bulan  Booklet pesan utama KK 17



Ibu perlu makan dan minum untuk menghilangkan rasa lapar dan haus



 Tidak ada makanan atau diet khusus yang diperlukan untuk menghasilkan ASI yang berkualitas.  Produksi ASI tidak dipengaruhi oleh makanan ibu.  Tidak ada dilarang.



makanan



yang



 Ibu perlu didorong untuk makan lebih banyak untuk menjaga kesehatan.  KK 1: Gizi untuk Ibu hamil dan menyusui  Booklet pesan utama KK 1  Brosur: Gizi Selama Kehamilan dan Menyusui Hindari pemberian ASI perah (ASIP) dengan Botol



 ASI Perah (ASIP) diberikan dengan cangkir atau sendok agar bayi tidak menjadi bingung puting serta Meminimalkan risiko kontaminasi.



Praktik pemberian ASI yang dianjurkan



Diskusi terkait praktik konseling yang mungkin dilakukan Catatan: pilih 2 sampai 3 poin yang paling relevan dengan situasi ibu dan/atau TAMBAHKAN poinpoin diskusi lain yang sesuai  Pada situasi bencana, dengan lingkungan sanitasi yang buruk, pemberian ASI Perah (ASIP) harus dilakukan dengan menggunakan cangkir atau sendok, untuk meminimalkan risiko diare kerena botol tidak higienis.  KK 11: Melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) mencegah terjadinya penyakit  KK 12 sampai 16: Kartu Konseling Makanan tambahan/pendamping ASI  Booklet pesan utama KK 11, KK 12 sampai 16



3. Rekomendasi jadwal kunjungan konseling



PMBA Kapan



Poin-poin diskusi



Kontak 1 dan 2



 Pelekatan dan posisi yang baik



(Selama Kehamilan)



 Pengenalan awal pemberian ASI/ IMD (memberikan kolostrum)  Pemberian ASI di beberapa hari pertama  Pemberian ASI eksklusif sejak lahir sampai usia 6 bulan (hindari cairan dan makanan lain, bahkan air putih)  Pemberian ASI sesuai permintaan sampai 12 kali sehari semalam  Ibu perlu makan dan minum lebih banyak untuk menjaga kesehatan  Kehadiran ibu di dalam kelompok pendukung ibu  Bagaimana mencari kader, bila perlu



Kontak 3: Persalinan



 Letakkan bayi hingga kontak kulit dengan ibu  Pelekatan dan posisi yang baik  Pengenalan awal pemberian ASI/IMD (memberikan



Kapan



Poin-poin diskusi kolostrum, hindari pemberian air dan cairan lainnya).



 Pemberian ASI beberapa hari pertama Kunjungan setelah melahirkan Kontak 4: Dalam 24 Jam Kontak 5: Dalam minggu pertama setelah melahirkan (7 hari)



pada



 Pelekatan dan posisi yang baik  Pemberian ASI beberapa hari pertama



pada



 Pemberian ASI eksklusif dari lahir sampai usia enam bulan  Pemberian ASI sesuai permintaan sampai 12 kali sehari semalam



Kontak 6: Dalam 2 minggu pertama  Pastikan ibu memerah ASI



tahu



cara



 Mencegah masalah yang mungkin timbul dalam pemberian ASI (payudara bengkak, sakit atau puting yang retak) Kontak 7:1 bulan  Sesi imunisasi  Promosi Pemantauan Pertumbuhan



 Pelekatan dan posisi yang tepat  Pemberian ASI eksklusif dari lahir hingga usia enam bulan  Pemberian ASI waktu sesuai permintaan sampai 12 kali sehari semalam



Kapan 6 minggu  Sesi Keluarga Berencana  Promosi Pemantauan Pertumbuhan  Klinik Anak Sakit  Tindak lanjut masyarakat



Dari 5 sampai 6 bulan  Pemantauan Pertumbuhan  Faskes untuk merujuk Anak Sakit  Pemantauan oleh masyarakat



Poin-poin diskusi  Kesulitan-kesulitan dalam pemberian ASI (saluran yang tersumbat yang dapat menyebabkan mastitis, dan tidak cukup ASI)  Terus memberikan ASI saat bayi atau ibu sakit  Keluarga Berencana  Pertolongan medis segera  Meningkatkan mempertahankan ASI



dan produksi



 Kader jangan sampai mengubah posisi jika anak tidak mengalami kesulitan  Persiapkan ibu untuk memberikan MP ASI saat bayi mencapai usia 6 bulan  Di usia 6 bulan, mulai tawarkan makanan 2 sampai 3 kali sehari – secara perlahan perkenalkan berbagai jenis makanan (makanan pokok, bubur, sayuran, buah-buahan dan produk hewani) dan tetap melanjutkan pemberian ASI



C. Pokok bahasan 3: Penanganan kesulitan pemberian ASI



kesulitan



-



1. Identifikasi kesulitan-kesulitan pemberian ASI



Gambar Payudara bengkak, puting lecet dan mastitis.



2. Gejala-gejala dan pencegahan dari kesulitan-



kesulitan pemberian ASI yang sering terjadi, dan membantu ibu untuk mengatasi kesulitankesulitan serta ASI tidak cukup Kesulitan pemberian ASI Payudara membengkak



Pencegahan  Letakkan bayi kontak kulit dengan ibu  Mulai berikan ASI dalam satu jam pertama kelahiran



Gejala:  Terjadi pada kedua payudara 



Membengkak



 Pelekatan yang baik  Memberikan ASI sesering mungkin semau bayi



Apa yang perlu dilakukan  Perbaiki pelekatan  Berikan ASI lebih sering  Usap payudara dengan lembut untuk merangsang aliran ASI  Tekan di sekitar areola untuk mengurangi pembengkakan dan untuk







Lunak







Hangat







Agak kemerahan







Sakit







Kulit mengkilat, kencang dan puting susu rata dan sulit diisap anak



(sesering dan selama yang diinginkan anak) siang dan malam: 8 sampai 12 kali sehari semalam



Catatan: di hari pertama atau kedua bayi mungkin hanya menyusu 2 sampai 3 kali Bisa terjadi pada hari ke 3 sampai ke 5 setelah melahirkan (bila produksi susu meningkat drastis dan anak belum bisa menyusu)



membantu bayi mengisap  Menyusui pada kedua payudara  Perah ASI untuk mengurangi tekanan sampai bayi bisa mengisap  Kompres dengan air hangat untuk membantu aliran ASI sebelum diperah  Kompres dengan air dingin untuk mengurangi rasa sakit setelah diperah



Puting lecet  Pelekatan yang baik



 Tetap menyusui bayi



 Hindari penggunaan botol susu (cara menghisap yang berbeda dengan menghisap puting



 Perbaiki pelekatan dengan memastikan bahwa bayi datang dari bawah payudara dan didekap erat



Gejala:  Payudara/puting terasa sakit



sehingga terjadi bingung puting)



 Hindari menggunakan sabun atau krim pada puting  Kadang berdarah  Retak di ujung puting atau di dasarnya  Bisa infeksi



terjadi



 Mulai menyusui pada sisi yang kurang terasa sakit  Ubah posisi menyusui  Biarkan bayi melepaskan sendiri isapannya  Oleskan cairan ASI ke puting  Hindari menggunakan sabun atau krim pada puting  Susui bayi tanpa menunggu payudara penuh  Hindari penggunaan botol susu



Saluran air susu tersumbat dapat menyebabkan salah satu payudara mengalami infeksi (mastitis)



 Minta bantuan dari keluarga untuk melakukan tugas rumah tangga yang tidak terkait dengan perawatan bayi



 Tetap menyusui bayi (jika ASI tidak dikeluarkan, ada risiko terjadinya abses; biarkan bayi menyusu sesering yang ia inginkan)  Kompres dengan



Gejala saluran tersumbat:



 Pastikan pelekatannya baik



air hangat (pakai handuk)



 Terasa sangat sakit  Kemerahan di satu tempat



 Hindari memegang payudara dengan pegangan “gunting”



 Pegang bayi dalam posisi yang berbedabeda sehingga lidah bayi/dagunya dekat dengan saluran yang tersumbat/mastit is (daerah yang kemerahan). Lidah/dagu akan memijit payudara dan mengeluarkan air susu dari bagian payudara itu



 Umumnya ibu merasa tidak enak badan



 Hindari memakai pakaian ketat



 Pastikan pelekatannya baik



 Ada tonjolan lunak, nyeri, kemerahan, ibu tidak merasa sakit, tidak demam Gejala mastitis:  Payudara membengkak keras



 Demam  Kadangkadang bayi menolak menyusu karena ASI terasa asin



 Susui bayi saat ia menginginkan, dan biarkan bayi melepaskan sendiri isapannya



 Untuk saluran yang tersumbat: lakukan pijitan lembut pada payudara dengan telapak tangan, menggulungkan jari ke arah puting; kemudian peras air susu atau biarkan bayi



menyusu setiap 2-3 jam siang dan malam  Ibu beristirahat  Ibu minum lebih banyak  Jika tidak ada perkembangan dalam 24 jam, rujuk  Jika terjadi mastitis: peras jika terlalu sakit untuk diisap bayi Ibu “merasa” tidak punya cukup ASI  Bayi resah atau tidak kenyang



 Letakkan bayi kontak kulit dengan ibu



susui Pertama, pastikan  Mulai bayi dalam apakah bayi waktu 1 jam mendapatkan cukup pertama ASI atau tidak (berat setelah badan, urin, dan kelahiran buang air besar)  Tetap bersama bayi  Pastikan pelekatan yang baik  Dorong bayi untuk sering menyusu



 Dengarkan keluhan ibu dan mengapa ia mengatakan bahwa ASInya tidak cukup  Tentukan apakah ada penyebab yang jelas atas kesulitan menyusui (pola menyusui, kondisi mental ibu, ibu atau bayi sakit)  Periksa berat badan bayi, urin dan kotorannya



 Biarkan bayi melepaskan sendiri puting susu ibunya  Menyusui eksklusif siang dan malam  Hindari penggunaan botol & susu  Berikan dorongan untuk metode keluarga berencana yang cocok



(jika berat badan kurang, rujuk)  Bangun rasa percaya diri ibu, yakinkan bahwa ia dapat menghasilkan banyak ASI  Jelaskan apa kesulitan yang mungkin timbul pada umur 2 sampai 3 minggu, 6 minggu, 3 bulan karena terjadinya percepatan pertumbuhan sehingga bayi membutuhkan ASI lebih banyak  Jelaskan pentingnya mengeluarkan banyak ASI dari payudara  Periksa/perbaiki pelekatan  Sarankan untuk menghentikan segala macam asupan selain ASI bagi bayi – jangan beri air putih, susu formula, teh, atau



cairan lain.  Hindari pemisahan ibu dan bayi dan pengasuhan bayi oleh orang lain (perah ASI bila ibu jauh dari bayinya)  Sarankan perubahan pola menyusui. Sering-sering susui bayi waktu ia minta, siang dan malam  Biarkan bayi melepaskan sendiri isapannya  Pastikan bahwa ibu mendapatkan cukup makanan dan minum  Payudara menghasilkan banyak ASI bila diisap oleh bayi – jika ia banyak menyusu, ASInya akan banyak (payudara itu seperti ”pabrik‟ – semakin banyak diisap, semakin banyak pula ASI



yang diproduksi)  Ambil makanan atau minuman lokal yang dapat membantu ibu “memproduksi ASI”  Pastikan bahwa ibu sering melakukan kontak kulit dengan bayi ASI “tidak cukup” yang Sesungguhnya 







Berat badan bayi tidak bertambah: garis pertumbuhan untuk bayi usia kurang dari 6 bulan mendatar atau menurun Untuk bayi setelah umur 4 sampai 6 minggu: paling kurang 6 kali pipis dan 3-4 kali buang air besar



 Sama seperti di atas







Sama seperti di atas







Jika tidak ada kenaikan berat badan selama 1 minggu, rujuk ibu dan bayi pada fasilitas kesehatan terdekat



3. Relaktasi Relaktasi adalah melakukan pemberian ASI kembali setelah ibu berhenti, apakah itu masih baru atau sudah lama. a. Siapa yang dapat melakukan relaktasi? Perempuan yang pernah menyusui sebelumnya, atau yang produksi ASInya sudah menurun, dapat dibantu untuk menyusui kembali. Pada konteks bencana, Ibu berhenti menyusui karena stres sehingga jumlah ASInya berkurang. b. Apa yang diperlukan untuk keberhasilan relaktasi? 



Motivasi perempuan.







Bayi sering menyusu.







Staf terampil yang punya cukup waktu untuk membantu ibu.







Sebuah daerah yang ditentukan dimana kemajuan bisa diikuti. Kapan pun perempuan yang memiliki pengalaman dalam relaktasi membantu yang lain. Dukungan untuk melanjutkan pemberian ASI.







 



Kadang-kadang alat pemberian ASI, tube/spuit dan selang NGT diperlukan. Rujuk ke fasilitas kesehatan (pengelolaan juga bisa dilakukan di rumah oleh kader yang memiliki pelatihan khusus).



c. Berapa lama relaktasi itu? 



























Bervariasi, tergantung dari kuatnya motivasi ibu, dan jika bayi mau sering-sering menyusu. Jika bayi kadang-kadang masih menyusu, produksi ASI kemungkinan akan meningkat dalam beberapa hari. Jika bayi telah berhenti menyusu, mungkin perlu waktu sekitar 1 sampai 2 minggu sebelum ASInya kembali. Lebih mudah bagi ibu untuk relaktasi bila bayinya masih kecil (kurang dari 2 bulan) dibandingkan bila ia sudah lebih tua (lebih dari 6 bulan). Namun, ini mungkin saja pada usia kapan saja. Lebih mudah bila bayi baru berhenti menyusui, daripada sudah berhenti dalam waktu yang lama. Ibu yang sudah tidak menyusui selama bertahun-tahun bisa memproduksi ASI lagi, meskipun ia sudah paska menopause. Misalnya, seorang nenek bisa menyusui cucunya. Pelatih selesai menjelaskan tentang Relaktasi dan lakukan peragaan memijat Reflek Oksitosin



V. REFERENSI 1. The Community Infant and Young Children Counselling Package, 2013, UNICEF/URCCH. New York. 2. Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Bina Gizi, 2014, Panduan Pelatih Konseling Menyusui. 3. Strategi Global Pemberian Makan Bayi dan ANAK (pmba), Kementeraian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. 4. SK Menkes No. 450 Tahun 2004 tentang pemberian ASI Eksklusif 6 bulan Bagi Bayi di Indonesia. 5. Peraturan Menteri No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif. Jakarta.



VI. LAMPIRAN



Lampiran: MI 2.1 Panduan Cara Membuat Boneka dan Model Payudara Petunjuk: 1. Pelatih menunjukkan bagaimana cara membuat boneka dengan menggunakan bahan sederhana (kertas yang digulung menjadi bola untuk kepala, dan ditutupi dengan kain uang sama untuk digunakan di bagian batang tubuh, botol kecil yang diisi dengan air untuk batang tubuh boneka, atau menggunakan handuk tanpa memakai botol, karet gelang untuk membantu membentuk leher, lengan dan kaki, baju bayi yang khas kalau ada, dan kain atau selimut untuk menyelimuti boneka. lihat gambar berikut ini :



2. Pelatih mengajak peserta bekerja bersama untuk membuat boneka. 3. Pelatih memperagakan bagaimana membuat model payudara dengan menggunakan bahan sederhana (2 kaus kaki, 1 kaus kaki menyerupai warna kulit untuk



menunjukkan bagian luar payudara, dan kaus kaki yang lain untuk menunjukkan bagian dalam payudara). 4. Pelatih mengajak peserta bekerja bersama untuk membuat model payudara. Catatan: Masing-masing kelompok hendaknya membuat sedikitnya satu boneka untuk digunakan dalam pelaksanaan pelatihan di masa mendatang. Saran lain untuk pembuatan boneka: Lipat handuk mandi menjadi setengahnya. Ambil bagian tengah atas handuk dan bentuk menjadi bulatan kain untuk dijadikan kepala bayi (kertas yang diremas menjadi kepalan dapat membantu bentuk bulat kepala bayi). Bentuk dengan karet gelang elastis untuk membuat leher. Dari kepala terus ke bawah, bentuk kain menjadi serupa dua tangan, dan bentuk dengan gelang elastisdi titik dimana lengan atas bertemu dengan badan. Sisakan beberapa bagian handuk menjadi tubuh boneka dan ikat handuk untuk membentuk dua kaki dan ikat dengan gelang elastis di titik dimana kaki bertemu dengan badan. Alat bantu: 1. Handuk sejumlah peserta 2. Kaos kaki sejumlah peserta 3. Kain perca/dacron/kapas/koran bekas 4. Spidol 5. Karet gelang 6. Selotif kertas 7. Peniti



Lampiran : MI 2.2 Panduan Peragaan Posisi dan Pelekatan yang Baik Tujuan: Peserta terampil dalam memperagakan Posisi dan Pelekatan yang baik Petunjuk: 1. Pelatih mengajak semua peserta untuk memperagakan cara menggendong bayi saat ibu menyusui dengan menggunakan boneka dan model payudara. Pelatih menjelaskan 4 ciri posisi menyusui yang baik: a. Badan bayi membentuk garis lurus b. Wajah bayi menghadap payudara, hidung berhadapan dengan puting c. Bayi dekat ke tubuh ibu d. Ibu menggendong/mendekap badan bayi secara utuh 2. Pelatih meminta peserta mengamati dan menjelaskan KK 6: Posisi Menyusui dan KK 8: Memberikan ASI pada bayi dengan berat badan lahir rendah 3. Pelatih mengajak peserta untuk mendiskusikan manfaat masing-masing posisi menyusui. 4. Pelatih menjelaskan saat kepala bayi diletakkan di siku, bayi harus menunduk untuk dapat melekat pada payudara, sehingga bayi sulit untuk menelan. Pelatih meminta peserta untuk menundukkan kepala sambil



menelan ludah. Pelatih meminta peserta untuk menolehkan kepala sambil menelan ludah. Pelatih membahas kesulitan yang sama seperti ketika bayi menelan ASI. 5. Pelatih menjelaskan kepada ibu empat tanda pelekatan yang baik: a. Bayi dekat dengan payudara dengan mulut terbuka lebar, b. Dagu menyentuh payudara, c. Bagian areola di atas lebih banyak terlihat dibanding di bawah mulut bayi, dan d. Bibir bawah bayi memutar keluar (dower). 6. Pelatih menunjukkan gambar pelekatan yang baik dan pelekatan yang tidak baik. 7. Pelatih mengajukan pertanyaan pada peserta: Apa yang akan terjadi di dalam mulut bayi ketika pelekatan baik dan pelekatan yang tidak baik? Dan menjelaskan perbedaannya. 8. Pelatih meminta peserta mengamati dan menjelaskan KK 7 dan booklet pesan utama: Pelekatan yang baik 9. Pelatih menanyakan kepada peserta dan membahas tanda-tanda menghisap yang efektif, yaitu:  Bayi menghisap pelan dan dalam dengan sesekali jeda  Terlihat atau terdengar bayi menelan  Pipi bayi membulat penuh dan tidak cawak atau menarik ke dalam 10. Pelatih menjelaskan bahwa tanda-tanda menghisap yang efektif menunjukkan bahwa bayi mendapatkan ASI yang cukup.



11. Pelatih berperan menjadi konselor dan pelatih lain berperan menjadi Ibu dengan menggunakan boneka bayi dan model payudara untuk memperagakan bagaimana membantu ibu memposisikan bayi dan pelekatan ke payudaranya (bila tidak ada ibu menyusui). Langkah bermain peran:  Konselor memberi salam ke ibu dan memperkenalkan diri  Ibu mengatakan bahwa ia mengalami kesulitan menyusui  Konselor meminta ibu menunjukkan cara menyusui bayinya yang dilakukan selama ini.  Ibu memperagakan cara menyusui dengan posisi kepala bayi berada di siku.  Konselor mengamati ibu saat menyusui dan menganalisis posisi dan pelekatan yang tidak baik  Konselor menawarkan bantuan kepada ibu untuk menunjukkan posisi dan pelekatan yang berbeda supaya ibu merasa nyaman dan bayi bisa menghisap secara efektif. Ibu bersedia menerima bantuan konselor  Konselor menggunakan boneka dan model payudara untuk memberi contoh posisi dan pelekatan yang baik.  Konselor menunjukkan kepada ibu posisi menyusui cradle/membuai.  Konselor mendiskusikan dengan ibu bahwa saat kepala bayi diletakkan di siku, bayi harus menunduk untuk dapat melekat pada payudara, sehingga bayi sulit untuk menelan.



















Konselor menunjukkan untuk mulai melekatkan bayi, ibu hendaknya menyentuh bibir bayi dengan putingnya. Konselor menjelaskan bahwa ibu hendaknya menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar. Ketika bayi membuka lebar mulutnya, dekatkan bayi ke arah payudara dari arah bawah (bukan mendekatkan langsung ke arah payudara). Konselor menjelaskan seberapa cepat menggerakkan bayi ke payudara ibu (mengarahkan bibir bawah bayinya tepat di bawah puting, sehingga puting berada di atas mulut bayi dan dagu ibu menyentuh payudara ibu) bayi hendaknya mendekati payudara dengan hidungnya ke puting (bukan mulut ke puting). Konselor menunjukkan kepada ibu bagaimana memegang payudaranya dengan jari yang membentuk huruf C, ibu jari di atas areola dan jari lainnya berada di bawah areola. Jari hendaknya berposisi mendatar terhadap dinding perut untuk menghindari agar tidak menghalangi bayi. Pastikan bahwa jari tidak terlalu dekat dengan areola sehingga bayi dapat mengulum payudara sepenuh mulutnya. Jari hendaknya tidak dalam metode gunting karena metode ini cenderung meletakkan tekanan pada saluran-saluran ASI dan dapat menarik puting keluar dari mulut bayi. Konselor mengajak ibu mencoba mempraktikkan posisi menyusui sesuai yang ditunjukkan oleh konselor Ibu mempraktikkan cara menyusui sesuai dengan



yang sudah ditunjukkan oleh konselor.  Konselor memastikan bahwa ibu duduk dalam posisi nyaman dan rileks  Konselor mencari dan menemukan tanda posisi dan pelekatan yang baik.  Konselor memperhatikan bagaimana ibu merespon  Ibu mengatakan bahwa ibu merasa lebih nyaman dengan cara menyusui yang baru  Konselor mendorong ibu mencoba cara menyusui yang baru  Konselor berterima kasih kepada ibu 12. Pelatih meminta peserta untuk mengulang kembali dan membuat rangkuman. Alat bantu: 1. Boneka 2. Model payudara 3. Peniti 4. Gambar anatomi payudara 5. Gambar pelekatan baik dan tidak baik 6. Kartu konseling 7. Booklet pesan utama



Lampiran : MI 2.3 Panduan Bermain Peran Posisi dan Pelekatan yang Baik Tujuan: Peserta terampil dalam membantu memperbaiki posisi dan pelekatan menyusui. Petunjuk : 1. Pelatih membagi kelompok yang beranggotakan tiga orang (ibu, kader/konselor dan pengamat) untuk mempraktikkan cara memperbaiki posisi dan pelekatan secara bergantian. Pelatih mengamati dan langsung memberi masukan bila ada yang kurang tepat. 2. Peserta yang berperan sebagai ibu akan memerankan seorang ibu yang sedang mengalami kesulitan memposisikan dan melekatkan bayinya saat menyusui. 3. Peserta yang berperan sebagai kader/konselor akan membantu ibu menggunakan posisi menyusui yang baik (4 tanda) dan pelekatan yang baik (4 tanda). 4. Peserta yang berperan sebagai pengamat akan mengamati kader/konselor dan memberikan umpan balik tentang praktik posisi dan pelekatan yang dilakukan oleh peserta yang berperan sebagai kader/konselor.



5. Semua peserta akan mempraktikkan masing-masing peran. 6. Pelatih mengamati dan memberikan umpan balik di kelompok. 7. Pelatih merangkum hasil praktik posisi dan pelekatan menyusui yang baik.



Alat Bantu: 1. Boneka 2. Model payudara 3. Peniti



Lampiran : MI 2.4 Panduan Praktik Cara memerah ASI dengan tangan dan memberikan ASI perah dengan cangkir Tujuan: Peserta terampil dalam memerah ASI dengan tangan, dan memberikan ASI perah dengan cangkir. Petunjuk: 1. Pelatih memperagakan teknik memerah ASI dan memberikan ASI perah dengan menggunakan model payudara, boneka, dan cangkir. 2. Pelatih meminta peserta mempraktikkan cara membantu ibu untuk memerah ASI. Pelatih mendampingi peserta selama praktik dan membantu bila ada kesulitan. 3. Pelatih meminta peserta mempraktikkan cara membantu ibu untuk memberikan ASI perah dengan cangkir. Pelatih mendampingi peserta selama praktik dan membantu bila ada kesulitan. 4. Pelatih meminta peserta untuk melihat dan membahas KK9: Bagaimana memerah ASI dan memberikan ASI dengan cangkir, KK10: Bila Ibu terpisah dari Bayinya, dan Booklet Pesan Utama. 5. Pelatih meminta peserta untuk mengulang kembali dan merangkum.



Alat bantu: 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Boneka Model payudara Peniti Cangkir dan sendok Kartu konseling Booklet pesan utama



Lampiran : MI 2.5 Panduan Diskusi Kelompok Risiko tidak memberikan ASI bagi bayi, ibu, keluarga, dan masyarakat/bangsa. Tujuan: Peserta mampu menjelaskan mengenai risiko tidak memberikan ASI bagi bayi, ibu, keluarga, dan masyarakat/bangsa.



Petunjuk: 1. Pelatih membagi peserta menjadi 4 kelompok. Masing-masing kelompok diberi flipchart dengan judul sebagai berikut: RISIKO tidak memberikan ASI bagi Bayi, RISIKO tidak memberikan ASI bagi Ibu, RISIKO tidak memberikan ASI bagi Keluarga, RISIKO Tidak Memberikan ASI bagi Masyarakat/Bangsa (untuk diskusi: tambahkan dengan RISIKO Tidak memberikan ASI pada saat bencana). 2. Pelatih memberikan waktu lima menit kepada masing-masing kelompok untuk menuliskan poinpoin Risiko sebanyak-banyaknya sesuai tugas kelompok masing-masing. 3. Pelatih memimpin diskusi untuk membahas masingmasing risiko.



4. Pelatih meminta peserta untuk meninjau Materi Risiko Tidak Memberikan ASI Bagi Bayi/Anak, Ibu, Keluarga, Masyarakat/Negara.



Alat bantu: 1. Flipchart 2. Spidol 3. Selotip



11



Materi Peserta Pelatihan Konseling



Lampiran : MI 2.6 Panduan Diskusi Kelompok Kesulitan yang Sering Terjadi Selama Pemberian ASI Tujuan Peserta mampu memahami kesulitan yang sering terjadi selama pemberian ASI. Petunjuk: 1. Pelatih membagi peserta ke dalam 4 (empat) kelompok kerja dan memberikan kepada setiap kelompok kesulitan yang sering terjadi selama pemberian ASI, disertai foto-foto pembengkakan payudara, puting lecet, saluran ASI tersumbat yang dapat menyebabkan mastitis, dan ASI tidak cukup. 2. Pelatih meminta setiap kelompok selama 5 menit untuk mendiskusikan gejala-gejala, pencegahan dan apa yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut, serta apa yang dilakukan untuk ibu yang merasa ASI tidak cukup. 3. Pelatih meminta setiap kelompok menjelaskan hasil diskusi kepada seluruh kelompok. 4. Pelatih meminta kelompok lain untuk menyumbangkan pemikirannya sebagai poin tambahan. 5. Pelatih meminta peserta untuk meninjau Materi Kesulitan Pemberian ASI yang sering terjadi dan Materi ASI tidak cukup.



6. Pelatih meminta peserta untuk melihat Brosur Bagaimana Menyusui Bayi Anda. 7. Pelatih meminta peserta untuk mengulang kembali dan membuat rangkuman. Alat bantu: 1. Flipchart 2. Brosur Bagaimana Menyusui Bayi Anda 3. Gambar-gambar kesulitan pemberian ASI 4. Metaplan bertuliskan ASI tidak cukup 5. Spidol 6. Selotip kertas



MATERI INTI 3 (MI 3) PEMBERIAN MAKAN IBU HAMIL, IBU MENYUSUI, DAN MAKANAN PENDAMPIN (MP ASI)



I. DESKRIPSI SINGKAT Ibu hamil dan menyusui mengalami peningkatan kebutuhan gizi untuk perkembangan dan pertumbuhan janin dalam kandungan, persiapan ibu menyusui dan pada saat ibu menyusui. Oleh karena itu seorang ibu hamil dan menyusui membutuhkan makanan tambahan 1 (satu) porsi lebih banyak dari biasanya. Pemberian makan yang baik sejak lahir hingga usia dua tahun merupakan salah satu upaya mendasar untuk menjamin pencapaian kualitas tumbuh kembang sekaligus memenuhi hak anak. Rekomendasi Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF diantaranya memberikan MP ASI sejak bayi berusia 6 bulan sampai 23 bulan, dan meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 23 bulan atau lebih. Rekomendasi tersebut menekankan, secara sosial budaya MP ASI hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah dan mudah diperoleh di daerah setempat (indigenous food). Banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyiapkan makanan ibu hamil, ibu menyusui dan MP



ASI, namun akan lebih mudah karena makanan yang dimasak untuk keluarga dengan bahan-bahan makanan lokal dapat diberikan kepada anak, dengan mempertimbangkan hal-hal yang penting dalam pembuatan MP ASI. Materi ini akan membahas tentang Pemberian makan ibu hamil, ibu menyusui dan MP ASI. II. TUJUAN PEMBELAJARAN A. Tujuan Pembelajaran Umum: Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan pemberian makan ibu hamil, menyusui dan MP ASI. B. Tujuan Pembelajaran Khusus: Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu: 1. Menjelaskan pemberian makan ibu hamil, ibu menyusui dan MP ASI 2. Melakukan praktik pemberian makan ibu hamil, ibu menyusui dan MP ASI III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN A. Pemberian makan ibu hamil, ibu menyusui dan MP ASI 1. Pentingnya melanjutkan pemberian ASI setelah bayi berusia 6 bulan.



2. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian MP ASI bagi setiap kelompok umur. 3. Rekomendasi pemberian MP ASI anak usia 6-23 bulan. 4. Rekomendasi pemberian makan ibu hamil dan ibu menyusui. B. Makanan ibu hamil, ibu menyusui dan MP ASI 1. Pengenalan makanan-makanan yang diperkaya dan/atau makanan tambahan yang ada di masyarakat. 2. Lima (5) kunci untuk makanan yang aman. 3. Membahas variasi makanan lokal. 4. Penyiapan makanan ibu hamil, ibu menyusui dan MP ASI bagi anak usia 6 – 23 bulan. IV. URAIAN MATERI A. Pokok Bahasan 1: Pemberian makan ibu hamil, ibu menyusui dan MP ASI 1. Pentingnya melanjutkan pemberian setelah bayi berusia 6 bulan



ASI



 Dari usia 0 sampai 6 bulan ASI memberikan seluruh kebutuhan energi anak.  Dari usia 6 sampai 8 bulan ASI terus memberikan dua pertiga kebutuhan energi anak; sepertiga lagi dari kebutuhan energi itu harus diberikan dari makanan pendamping asi (MP ASI).



 Dari usia 9 sampai 11 bulan ASI terus memberikan sekitar setengah kebutuhan energi anak; setengah lagi dari kebutuhan energi itu harus diberikan dari makanan pendamping (MP ASI).  Dari usia 12 sampai 23 bulan ASI terus memberikan sekitar sepertiga kebutuhan energi anak, sisanya harus diberikan dari makanan pendamping.  Di samping memberikan gizi, pemberian ASI akan terus memberikan perlindungan kepada anak terhadap berbagai macam penyakit, memberikan kedekatan/kasih sayang dan kenyamanan (bonding) yang membantu tumbuh kembang anak. 2. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian MP ASI bagi setiap kelompok umur Pemberian makanan pendamping artinya adalah memberikan makanan selain ASI, ketika bayi sudah berusia 6 bulan, ASI saja tidak lagi mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizinya, oleh sebab itu makanan lain harus diberikan bersama dengan ASI untuk mencegah terjadinya stunting. Makanan lain inilah yang disebut Makanan Pendamping ASI (MP ASI).



Hal-hal yang harus kita pertimbangkan waktu berbicara tentang pemberian MP ASI: U = Usia Fre = Frekuensi Ju = Jumlah setiap kali makan Tek = Tekstur (kekentalan/ konsistensi) Va = Variasi Res = Pemberian makan aktif/ responsif Bersih = Kebersihan 3. Rekomendasi pemberian MP ASI anak usia 6-23 bulan Tabel 3.1 Praktik Pemberian MP ASI yang Dianjurkan



Usia



6-8 bulan



Jumlah Energi dari MP ASI yang dibutuhkan per hari 200 kkal



Konsistensi /Tekstur



Mulai dengan bubur kental, makanan lumat



Frekuensi



2-3 kali setiap hari. 1-2 kali selingan dapat diberikan



Jumlah setiap kali makan Mulai dengan 2-3 sendok makan setiap kali makan, tingkatkan bertahap hingga ½ mangkok berukuran 250 ml (125 ml)



9-11 bulan



300 kkal



12-23 bulan



550 kkal



Jika Tidak Mendap at ASI (6-23 bulan)



Jumlah kalori sesuai dengan kelompok usia



Makanan yang dicincang halus dan makanan yang dapat dipegang bayi Makanan keluarga



3-4 kali setiap hari 1-2 kali selingan dapat diberikan



3-4 kali setiap hari 1-2 kali selingan dapat diberikan Konsistensi Frekuensi /Tekstur sesuai sesuai dengan dengan kelompok usia kelompok usia dan tambahkan 1-2 kali makan ekstra 1-2 kali selingan dapat diberikan



½-¾ mangkok ukuran 250 ml (125 – 200 ml)



¾-1 mangkok ukuran 250 ml Jumlah setiap kali makan sesuai dengan kelompok umur, dengan penambaha n 1-2 gelas susu per hari @250 ml dan 2-3 kali cairan (air putih, kuah sayur, dll)



”Sesuaikan ukuran dalam bagan di atas dengan ukuran lokal yang cocok untuk menentukan jumlah makanan. Gunakan garam beriodium dalam menyiapkan makanan keluarga”.



Tabel 3.2. Pemberian Makan Aktif/Responsif Pemberian  Bersabarlah dan dorong terus bayi untuk makanan makan lebih banyak aktif/responsif  Jika bayi menolak untuk makan, terus (waspada dan dorong untuk makan; pangkulah bayi responsif sewaktu ia diberi makan, atau menghadap terhadap tandake dia kalau ia dipangku oleh orang lain tanda yang  Tawarkan makanan baru berkali-kali, anakditunjukkan oleh anak mungkin tidak suka (tidak mau bayi bahwa ia menerima) makanan baru pada awalnya. siap untuk  Waktu pemberian makan adalah masa-masa makan; dorong bagi anak untuk belajar dan mencintai. bayi/anak untuk Berinteraksilah dengannya dan kurangi makan tapi gangguan waktu ia diberi makan. jangan dipaksa)  Jangan paksa anak untuk makan.  Bantu anak yang lebih tua untuk makan Kebersihan



 Berikan makan kepada bayi dalam mangkuk/piring yang bersih; jangan gunakan botol karena susah dibersihkan dan dapat menyebabkan bayi mengalami diare.  Cuci tangan anda dengan sabun sebelum menyiapkan makanan, sebelum makan dan sebelum memberi makan anak.  Cuci tangan anak dengan sabun sebelum ia makan. Beberapa hal untuk berdiskusi mengenai kebersihan: - Awali dengan memberikan pujian - Gunakan KK untuk memulai diskusi: “Apa yang harus dilakukann di lingkungan rumah kita serta untuk kebersihan diri kita”  Gunakan Kegiatan Kelompok Berorientasi Tindakan untuk berdiskusi



Diadaptasi dari WHO Infant and Young Child Feeding Counselling: An Integrated Course (2006)



Pemberian Makan Aktif/Responsif untuk Anak Definisi: Pemberian makan secara aktif/responsif adalah bersikap perhatian dan responsif terhadap tanda-tanda yang disampaikan anak bahwa ia siap untuk makan; berikan dorongan secara aktif kepada anak untuk makan, tapi jangan paksa dia. Pentingnya pemberian makan secara aktif: Bila anak makan sendiri, mungkin dia tidak akan kenyang. Ia gampang terganggu. Oleh sebab itu, anak perlu bantuan. Bila anak tidak mendapatkan makanan yang cukup, ia akan menjadi kurang gizi.  Biarkan anak makan dari piringnya sendiri (pengasuh akan tahu seberapa banyak anak makan).  Duduk bersama anak, bersikap sabar dan berikan dorongan agar ia mau makan.  Berikan makanan yang bisa diambil dan dipegang anak; anak-anak sering kali ingin makan sendiri. Berikan dia dorongan untuk melakukan itu, tapi pastikan bahwa makanan itu memang masuk ke mulutnya.



 Ibu/ayah/pengasuh bisa menggunakan tangannya (setelah dicuci) untuk menyuapi anak.  Beri anak makan begitu ia memperlihatkan tanda bahwa ia lapar.  Jika anak menolak untuk makan, terus berikan dorongan; cobalah untuk memangku anak waktu memberinya makan.  Ajak anak bermain, coba untuk menjadikan makan sebagai pengalaman belajar dan menyenangkan, tidak hanya sebagai pengalaman makan. Anak harus diberi makan di tempat yang biasa ia diberi makan.  Anak sebanyak mungkin harus makan bersama keluarga untuk menciptakan suasana yang dapat meningkatkan perkembangan psiko- afektif.  Bantu anak untuk makan.  Jangan paksa jika anak tidak mau makan. Jangan paksakan makanan masuk ke mulutnya  Jika anak menolak untuk makan, tunggu atau tangguhkan sampai ia mau.  Jangan berikan anak terlalu banyak minum sebelum dan sewaktu ia makan.  Beri pujian kepada anak waktu ia makan.



Materi Peserta Pelatihan Konseling



12



Ayah, anggota keluarga (misalnya kakak), pengasuh anak dapat ikut ambil bagian dalam pemberian makan aktif/responsif. 4. Rekomendasi Pemberian Makanan Ibu Hamil dan Ibu Menyusui Untuk mencukupi kebutuhan gizi ibu hamil setiap harinya perlu diperhatikan porsi makan per jenis makanan dengan menggunakan ukuran rumah tangga sebagai berikut:



Tabel 3.3 Anjuran Jumlah Porsi Menurut Kecukupan Energi untuk Ibu Hamil dan Ibu Menyusui untuk konsumsi satu hari



Bahan Makanan Nasi atau makanan pokok Protein hewani seperti: ikan, telur, ayam, dan lainnya Protein nabati seperti: tempe, tahu dan kacangkacangan



Ibu Tidak Hamil & tidak menyusui (WUS)



Ibu Hamil Trimester 1



Ibu Hamil Trimester 2&3



Ibu menyusui



Contoh



5p



5p



6p



6p



1 p nasi= 100 g atau ¾ gelas



3p



4p



4p



4p



1 p telur = 55 g atau 1 butir



4p



1 p tempe = 50 g atau 2 potong sedang



3p



4p



4p



Sayuran



3p



4p



4p



4p



Buah



5p



4p



4p



4p



Minyak/ santan*)



5p



5p



5p



6p



Gula**)



2p



2p



2p



2p



1 p bayam = 100 g atau 1 gelas sayur matang tanpa kuah 1 p pisang ambon = 50 g atau 1 buah kecil



1p=5g atau 1 sendok teh 1 p = 10 g atau 1 sendok makan



Keterangan: *) Penggunaan minyak/santan dibatasi tidak lebih dari porsi yang dianjurkan. Minyak/ santan digunakan dalam pengolahan makanan seperti digoreng, ditumis dan dimasak dengan santan. **) Penggunaan gula dibatasi tidak lebih dari porsi yang dianjurkan. gula dapat digunakan dalam pengolahan makanan/minuman. Catatan:  Pada kehamilan trimester pertama (minggu 113) kebutuhan gizi berfokus pada penambahan protein hewani, dan nabati.  Pada kehamilan trimester kedua (minggu 1326) pertumbuhan janin sangat cepat dan ibu memerlukan tambahan energi lebih kurang 300 kalori dan protein yang lebih tinggi dari biasa yaitu 20 gram serta zat gizi mikro yang lebih banyak.  Pada kehamilan trimester ketiga (minggu 27lahir), kebutuhan gizi sama dengan trimester kedua. Informasi Utama  KK 1: Kartu Konseling Pemberian Makan Ibu Hamil dan Ibu Menyusui  KK 22 : Porsi Makan dan Minum Ibu Hamil  KK 23 : Porsi Makan dan Minum Ibu Menyusui  Booklet Pesan Utama  Brosur: Ibu hamil dan menyusui



Tabel 3.4 Berbagai jenis makanan lokal yang ada Makanan Pokok: biji-bijian, seperti jagung, gandum, beras, sagu dan umbi-umbian seperti singkong dan kentang



Kacang-kacangan seperti kedelai, kacang hijau, kacang polong, kacang tanah dan biji-bijian seperti wijen, tempe dan tahu Buah-buahan dan sayuran yang mengandung vitamin A seperti mangga, pepaya, jeruk, daundaunan hijau, wortel, ubi jalar dan labu; dan buah-buahan dan sayuran lain seperti pisang, nanas, alpukat, semangka, tomat, terung dan kol. Catatan: termasuk tanaman liar yang digunakan secara lokal serta tanaman lain Makanan kaya zat besi bersumber hewani seperti daging sapi, ayam, hati dan telur; dan makanan bersumber hewani lainnya seperti ikan, susu dan produk susu lainnya Cat: makanan hewani harus dimulai saat anak telah mencapai usia 6 bulan



Tabel 3.5 Peran Utama Zat Gizi dalam Tubuh dan Makanan Sumbernya Zat Gizi Protein



Karbohidrat



Fungsi Selama Kehamilan Bahan utama pembentuk sel tubuh  pembentukan tambahan cairan darah ibu dan cadangan energi/tenaga Penyedia energi/tenaga untuk ibu dan janin selama hamil



Lemak



Penyedia energi/ tenaga jangka panjang untuk pertumbuhan (≤ 30% kalori sehari)



Asam Lemak Essential (EFA)



Pembentukan jaringan saraf pusat, otak dan jaringan janin, serta pertumbuhan dan perkembangan otak Meningkatkan kesehatan: Jaringan kulit, selaput mukosa saluran cerna, saluran kemih, saluran nafas Penglihatan dan imunitas Mendukung pertumbuhan tulang



Vitamin A



Makanan Sumbernya Ikan, telur, daging, tempe, tahu, kacang-kacangan, susu Beras, jagung, sagu, singkong, ubi jalar, kentang, talas, dan hasil olahannya Minyak kelapa, minyak kelapa sawit, mentega, santan, lemak kambing dan lemak sapi Alpukat, minyak kedelai, minyak jagung dan minyak ikan Ikan, hati, kuning telur, ubi jalar, sayuran dan buah-buahan berwarna jingga/oranye Provitamin A: Buah-buahan, sayuran berwarna hijau



Zat Gizi



Vitamin B6



Vitamin B12



Asam Folat



Vitamin C



Fungsi Selama Kehamilan dan gigi



Membantu pembentukan sel darah merah Perlu dalam metabolisme asam lemak dan sintesis protein Membantu pembentukan sel darah merah Meningkatkan pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan saraf Perlu untuk produksi, perbaikan dan fungsi DNA Perlu untuk produksi darah Membantu fungsi enzim (pencernaan)



Meningkatkan kesehatan gusi, gigi dan tulang Meningkatkan absorbsi zat besi (Fe) Sebagai antioksidan



Makanan Sumbernya



Beras merah, daging, hati, ikan tuna, kentang, pisang, tempe, kacang-kacangan



Ikan, brokoli, kembang kol, mangga, pare, kacang-kacangan, jeruk manis, alpukat, melon, semangka, kacang panjang, ubi jalar dan wortel Aneka buah terutama jeruk, jambu biji dan tomat



Zat Gizi Vitamin D



Vitamin E



Kalsium



Zat (Fe)



besi



Magnesium



Fungsi Selama Kehamilan Membantu penyerapan kalsium yang dibutuhkan untuk memperkuat tulang ibu hamil dan janin Mencegah oksidasi asam lemak tak jenuh pembentuk struktur membran sel Membantu mineralisasi cukup untuk pembentukan tulang dan gigi kuat Berperan pada kontraksi dan relaksasi otot, fungsi saraf, pembekuan darah, tekanan darah dan imunitas Membantu sintesis eritrosit Berperan mencegah kelelahan Diperlukan enzim yang membentuk asam amino, kolagen, dan hormon Membantu: Pembentukan tulang dan gigi kuat Regulasi insulin dan kadar gula darah Mempertahankan



Makanan Sumbernya Susu, minyak hati ikan, ikan, telur, jamur Kecambah, asparagus, alpukat, bayam, minyak sayur, gandum, lobak, bengkoang Ikan teri, susu, tempe, kacangkacangan



Hati, ikan, daging, telur, tempe, tahu, kacang-kacangan dan sayuran berwarna hijau



Kacang mete, kacang tanah, tempe, ikan, sayur berwarna hijau dan beras merah



Zat Gizi



Zinc (Seng)



Iodium



Fungsi Selama Kehamilan keseimbangan asambasa Membantu pembentukan organ dan kerangka tubuh dan organ sirkulasi Sebagai komponen insulin dan beberapa enzim Membantu sintesis DNA, RNA dan protein Berperan pada penyembuhan luka Bahan pembentuk hormon pertumbuhan



Makanan Sumbernya Ikan, telur, daging, tempe, kacangkacangan, susu dan jamur Ikan, telur, daging, tempe, kacangkacangan, susu dan jamur



Ikan, kerang, udang, garam beriodium, rumput laut



Tabel 3.6 Praktik Pemberian Makan yang Dianjurkan bagi Bayi dan Anak, Ibu Hamil dan Ibu Menyusui serta Poin-poin Diskusi Konseling Praktik Kemungkinan Topik Pembahasan Pemberian Catatan: Pilih 2-3 yang paling relevan Makanan dengan keadaan Ibu dan/atau Tambahan TAMBAHKAN diskusi permasalahan yang yang ada di wilayah tersebut Dianjurkan Setelah bayi  Berikan contoh jenis-jenis makanan tambahan berusia 6 bulan, lokal berikan  Bila mungkin, gunakan ASI, bukan air, untuk makanan melembikkan bubur tambahan (seperti bubur  KK11: Praktik PHBS yang baik, dapat mencegah berbagai penyakit kental 2-3 kali sehari)  KK12: Mulai memberikan MP ASI saat bayi disamping ASI sudah berusia 6 bulan  Brosur: Bagaimana Memberikan Makan Bayi setelah Usia 6 Bulan Setelah bayi  Secara perlahan tingkatkan frekuensi, jumlah, semakin besar, tekstur (kepekatan/konsistensi), dan jenis tingkatkan makanannya, terutama makanan yang berasal frekuensi dari hewan. Tambahkan tabur gizi pada makanan pemberian siap saji dalam satu kali makan. Tabur gizi makanan, diberikan 2 hari satu kali. jumlah, tekstur  KK11: Praktik PHBS yang baik, dapat dan jenisnya mencegah berbagai penyakit  KK12 sampai 16: Kartu Konseling Pemberian MP ASI



Praktik Pemberian Makanan Tambahan yang Dianjurkan Pemberian Makanan Tambahan dari 6-8 bulan, berikan ASI, ditambah 2 sampai 3 kali makan dan 1 sampai 2 kali makanan selingan per hari.



Kemungkinan Topik Pembahasan Catatan: Pilih 2-3 yang paling relevan dengan keadaan Ibu dan/atau TAMBAHKAN diskusi permasalahan yang ada di wilayah tersebut  Mulai dengan 2 sampai 3 sendok bubur atau makanan yang dilumatkan (berikan contoh bubur dan makanan keluarga)  Diusia 6 bulan, makanan ini merupakan ajang pengenalan rasa baru daripada makanan sesungguhnya  Buat bubur dengan susu terutama ASI; kacang yang dilumatkan (sedikit minyak juga bisa ditambahkan)  Secara perlahan tingkatkan menjadi setengah (cangkir 250 ml).  Tunjukkan jumlah dalam cangkir yang dibawa ibu  Makanan apapun dapat diberikan kepada bayi setelah usia 6 bulan sejauh makanan itu dilumatkan atau dicincang/dicacah. Anak-anak tidak memerlukan gigi untuk mengunyah makanan seperti telur, daging, dan sayuran hijau.  Tambahkan tabur gizi pada makanan yang siap saji dalam satu kali makan. Tabur gizi diberikan 2 hari satu kali.  KK11: Praktik PHBS yang baik, dapat mencegah berbagai penyakit  KK13: Pemberian MP ASI usia 6 bulan - 8 bulan  KK16: Variasi Makanan  Brosur: Bagaimana Memberi Makan Bayi setelah Usia 6 Bulan



Praktik Pemberian Makanan Tambahan yang Dianjurkan Pemberian Makanan



Kemungkinan Topik Pembahasan Catatan: Pilih 2-3 yang paling relevan dengan keadaan Ibu dan/atau TAMBAHKAN diskusi permasalahan yang ada di wilayah tersebut



 Berikan makanan yang telah dicacah/dipotongpotong dan makanan yang bisa dipegang/digenggam Tambahan dari usia 9-11 bulan:  Secara perlahan tingkatkan sampai setengah mangkuk (ukuran 250 ml). Tunjukkan jumlah ASI, ditambah dalam cangkir yang dibawa ibu. 3-4 kali makan  Makanan bersumber hewani sangat penting dan dan 1-2 kali dapat diberikan. Tambahkan tabur gizi pada makanan makanan siap saji dalam satu kali makan. Tabur selingan gizi diberikan 2 hari satu kali. perhari.  KK 16: Variasi Makanan  Brosur: Bagaimana Memberikan Makan Bayi setelah usia 6 bulan Pemberian Makanan Tambahan dari usia 12-23 bulan: ASI, ditambah 3-4 kali makan dan 1-2 kali makanan selingan perhari.



 Berikan makanan keluarga  Berikan tiga perempat (3/4) sampai 1 mangkuk (ukuran 250ml). Tunjukkan ukuran dalam mangkuk yang dibawa ibu.  Makanan yang diberikan harus disiapkan dan disimpan dalam tempat yang bersih untuk menghindari diare dan penyakit lain.  Makanan disimpan dalam temperatur normal harus dikonsumsi dalam 2 jam. Tambahkan tabur gizi, dua hari sekali, pada makanan siap saji. KK 11: Praktik PHBS yang baik, dapat mencegah berbagai penyakit KK 15: Pemberian MP ASI usia 12-23 bulan KK 16: Variasi Makanan Brosur: Bagaimana Memberi Makan Bayi setelah Usia 6 Bulan



Praktik Pemberian Makanan Tambahan yang Dianjurkan Berikan bayi 23 variasi dari makanan keluarga; makanan pokok, kacangkacangan, sayur, dan makanan bersumber hewani



Kemungkinan Topik Pembahasan Catatan: Pilih 2-3 yang paling relevan dengan keadaan Ibu dan/atau TAMBAHKAN diskusi permasalahan yang ada di wilayah tersebut  Coba berikan makanan yang berbeda sesuai dengan kelompok makanan untuk setiap kali makan. Misalnya:  Makanan bersumber hewani kaya zat besi seperti daging, hati, dan telur; serta  Makanan bersumber hewani lainnya seperti ikan dan ayam  Makanan pokok seperti jagung, nasi, tepung, umbi-umbian  Makanan berasal dari kacang-kacangan  Buah dan sayur kaya vitamin A, serta buah dan sayur lain  Tambahkan minyak atau lemak dalam jumlah kecil untuk memberikan tambahan energi (tambahan minyak tidak diperlukan bila anak makan makanan yang digoreng, atau bila bayi terlihat sehat dan gemuk)  KK12 sampai 16: Kartu Konseling Pemberian MP ASI  Brosur: Bagaimana Memberi Makan Bayi setelah Usia 6 Bulan



Praktik Kemungkinan Topik Pembahasan Pemberian Catatan: Pilih 2-3 yang paling relevan Makanan dengan keadaan Ibu dan/atau Tambahan TAMBAHKAN diskusi permasalahan yang yang ada di wilayah tersebut Dianjurkan Teruskan  Selama tahun pertama dan kedua, ASI adalah pemberian ASI sumber gizi yang paling penting bagi bayi Anda. sampai anak  Menyusui diantara waktu makan dan setelah berusia dua makan; jangan mengurangi frekuensi menyusui tahun atau lebih  KK 12 sampai 16: Kartu Konseling Pemberian MP ASI



Bayi tidak mendapat ASI umur 6-23 bulan



 Brosur: Bagaimana Memberi Makan Bayi setelah Usia 6 Bulan  Paling kurang 2 gelas susu setiap hari diberikan untuk anak-anak usia di bawah 2 tahun yang tidak lagi disusui.  Susu itu bisa berupa susu formula yang dijual di pasar, yang disiapkan sesuai petunjuk, atau susu hewani, yang harus direbus terlebih dahulu untuk anak yang berusia dibawah 12 bulan. Susu ini bisa diberikan kepada anak sebagai minuman hangat atau dingin. Dan bisa ditambahkan ke dalam bubur atau makanan lain.  Seluruh anak memerlukan makanan tambahan sejak usia 6 bulan.  Anak-anak yang tidak diberi ASI dari usia 5 sampai 9 bulan membutuhkan jumlah makanan dan makanan selingan yang sama seperti anak yang diberi ASI seusia itu ditambah 1 makanan ekstra dan 2 gelas susu setiap hari (1 gelas = 250ml)



Praktik Pemberian Makanan Tambahan yang Dianjurkan



Kemungkinan Topik Pembahasan Catatan: Pilih 2-3 yang paling relevan dengan keadaan Ibu dan/atau TAMBAHKAN diskusi permasalahan yang ada di wilayah tersebut  Anak-anak yang tidak diberi ASI dari usia 9 sampai 12 bulan membutuhkan jumlah makanan dan makanan selingan yang sama seperti anak yang diberi ASI seusia itu ditambah 2 makanan ekstra dan 2 gelas susu setiap hari (1 gelas = 250ml)  Anak-anak yang tidak diberi ASI dari usia 12 sampai 23 bulan membutuhkan jumlah makanan dan makanan selingan yang sama seperti anak yang diberi ASI seusia itu ditambah 2 makanan ekstra dan 2 gelas susu setiap hari (1 gelas = 250ml)  Setelah bayi berusia 6 bulan, berikan juga 2 sampai 3 cangkir air putih setiap hari, terutama pada saat cuaca panas.



Praktik Pemberian Makanan Tambahan yang Dianjurkan



Kemungkinan Topik Pembahasan Catatan: Pilih 2-3 yang paling relevan dengan keadaan Ibu dan/atau TAMBAHKAN diskusi permasalahan yang ada di wilayah tersebut



Praktik Kemungkinan Topik Pembahasan Pemberian Catatan: Pilih 2-3 yang paling relevan Makanan dengan keadaan Ibu dan/atau Tambahan TAMBAHKAN diskusi permasalahan yang yang ada di wilayah tersebut Dianjurkan Bersabarlah  Pada awalnya bayi mungkin perlu waktu untuk dan bujuk anak membiasakan diri memakan makanan selain dari untuk ASI. menghabiskan  Gunakan piring tersendiri untuk memberi makan makanannya anak untuk memastikan bahwa ia memakan seluruh makanan yang diberikan.  Lihat Materi Peserta 7.4: Pemberian Makan secara Aktif/Responsif.  KK 12 sampai 16: Kartu Konseling Pemberian MP ASI  Brosur: Bagaimana Memberi Makan Bayi setelah Usia 6 Bulan Cuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan, sebelum makan dan memberi makan anak. Cuci tangan anak sebelum ia makan



 Makanan yang akan diberikan kepada anak harus selalu disimpan dan disiapkan ditempat yang bersih untuk mencegah kontaminasi, yang dapat menyebabkan diare dan penyakit lainnya.  Cuci tangan Anda dengan sabun setelah ke toilet dan cuci dan bersihkan pantat bayi.  Pastikan bayi/anak Anda berada lingkungan yang bersih saat makan



dalam



KK 11: Praktik PHBS yang baik, dapat mencegah berbagai penyakit



Praktik Kemungkinan Topik Pembahasan Pemberian Catatan: Pilih 2-3 yang paling relevan Makanan dengan keadaan Ibu dan/atau Tambahan TAMBAHKAN diskusi permasalahan yang yang ada di wilayah tersebut Dianjurkan Beri makan bayi  Piring mudah untuk dibersihkan dengan piring  KK 12-15: Pemberian Makanan dan sendok Pendamping/MP ASI yang bersih Bujuk anak untuk terus menyusu dan terus makan sewaktu ia sakit dan berikan makanan tambahan setelah sembuh



 Kebutuhan cairan dan makanan lebih tinggi sewaktu anak sakit. Lebih mudah bagi anak untuk makan sedikit makanan tapisering.  Berikan anak makanan yang ia sukai dalam jumlah kecil sepanjang hari.  Anak yang sakit membutuhkan makanan tambahan dan harus sering-sering disusui untuk memulihkan kekuatannya dan berat yang hilang selama ia sakit.  Manfaatkan masa setelah kesembuhan ketika selera makannya telah kembali untuk memastikan bahwa anak mengganti apa yang hilang sewaktu ia sakit.  KK 18: Pemberian Makanan Pada Bayi Sakit di atas usia 6 bulan



Praktik Pemberian Makanan Tambahan yang Dianjurkan Pemberian Makan Ibu Hamil/Ibu Menyusui



Kemungkinan Topik Pembahasan Catatan: Pilih 2-3 yang paling relevan dengan keadaan Ibu dan/atau TAMBAHKAN diskusi permasalahan yang ada di wilayah tersebut  Ada penambahan porsi ketika hamil yaitu penambahan protein hewani di trimester pertama karena kebutuhan protein untuk pertumbuhan janin dalam kandungan.  Ada penambahan porsi karbohidrat/energi ketika trimester dua dan tiga untuk pertumbuhan janin dalam kandungan.  Variasi makanan perlu diperhatikan selama hamil dan menyusui agar kebutuhan ibu dan janin/bayi tercukupi.  Ibu hamil mengonsumsi paling sedikit 90 tablet tambah darah (TTD) selama hamil, untuk mengurangi mual tablet dapat diminum sebelum tidur  Ibu hamil dan ibu menyusui minum yang cukup untuk menjaga kesehatannya  Kartu Konseling 1: Pemberian Makan Selama Hamil dan Menyusui  KK 11: Praktik PHBS yang baik, dapat mencegah berbagai penyakit  KK 16: Variasi Makanan  Brosur Gizi Ibu Hamil dan Menyusui



Catatan:  Gunakan garam beriodium sewaktu menyiapkan makanan keluarga.  Berikan kapsul vitamin A kepada bayi dan anakanak mulai usia 6 bulan, setiap enam bulan sampai anak berusia 5 tahun.  Di negara-negara dimana tingkat anemia dan kekurangan gizi mikro cukup tinggi, tabur gizi diberikan mulai usia 6 bulan.  Di negara-negara dimana prevalensi balita pendek atau stunted masih tinggi dan kerawanan pangan cukup tinggi, tabur gizi dapat diberikan kepada anak-anak mulai usia 6 bulan. Tabur gizi ini ditambahkan ke makanan tambahan yang biasa diberikan untuk memperkaya zat gizi pada makanan dan bukan untuk menggantikan makanan lokal. Jika produk-produk tersebut tersedia melalui posyandu atau dapat diperoleh di pasaran dengan harga terjangkau, maka tabur gizi perlu direkomendasikan bagi para pengasuh sebagai cara untuk meningkatkan kualitas hidup anak. Zat besi  Cadangan zat besi yang sudah ada sejak bayi lahir secara perlahan terpakai sampai usia 6 bulan.  Tidak banyak zat besi yang berasal dari ASI (meskipun itu mudah diserap). Setelah berusia 6 bulan, kebutuhan bayi akan zat besi harus dipenuhi oleh makanan yang ia makan.  Sumber terbaik untuk zat besi adalah makanan hewani, seperti hati, daging dan telur.



 Beberapa makanan vegetarian seperti kacangan juga mengandung zat besi. Sumber- sumber lain adalah makanan yang diberi zat besi dan suplemen zat besi.  Tumbuhan seperti buncis, kacang-kacangan dan bayam merupakan sumber zat besi.  Memakan makanan yang kaya vitamin C secara bersamaan waktu atau sesudah makan akan meningkatkan serapan zat besi.  Minum teh, coklat dan kopi waktu makan akan mengurangi serapan zat besi. Vitamin A Sumber vitamin A terbaik adalah buah-buahan dan sayuran berwarna kuning (seperti pepaya, mangga, markisa, jeruk, wortel, labu, ubi jalar kuning); sayuran hijau, dan jeroan (hati) dari hewan; telur, susu dan makanan yang terbuat dari susu, seperti mentega; susu bubuk dan makanan lain yang diperkaya dengan vitamin A. Catatan: Perlu dipastikan bahwa anak usia 6 sampai 11 bulan mendapatkan kapsul vitamin A berwarna biru (100.000 IU) dan anak usia 12 sampai 59 bulan mendapatkan kapsul vitamin A berwarna merah (200.000 IU) pada bulan Februari dan Agustus.



Informasi Utama:  KK 11: Praktik PHBS yang baik, dapat mencegah berbagai penyakit  KK 12-16: Kartu Konseling Pemberian Makanan Pendamping ASI  KK 18: Pemberian Makanan Pada Bayi Sakit



di atas usia 6 bulan  Materi Pesan Utama  Brosur: Bagaimana Memberi Makan Bayi setelah Usia 6 Bulan B. Pokok Bahasan 2: Makanan ibu hamil, ibu menyusui dan MP ASI 1. Pengenalan makanan-makanan yang diperkaya dengan vitamin dan mineral dan/atau makanan tambahan yang ada di masyarakat. a. Fortifikasi adalah penambahan zat gizi mikro pada bahan makanan tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan nilai gizi bahan makanan tersebut. b. Suplementasi adalah pemberian zat gizi mikro pada sasaran tertentu dengan maksud memenuhi kebutuhan akan zat gizi mikro tersebut. 2. Lima (5) kunci makanan yang aman Lima kunci makanan yang aman: a. Jagalah kebersihan (tangan, tempat kerja, peralatan) b. Pisahkan makanan mentah dengan makanan yang sudah dimasak c. Gunakan makanan segar dan masak sampai matang (daging, ayam, telur dan ikan)



d. Simpan makanan dalam suhu yang tepat sesuai dengan jenis makanannya e. Gunakan air bersih yang aman 3. Penyiapan MP ASI bagi anak usia 6-23 bulan Bantuan praktis kepada ibu/ayah/pengasuh dalam menyiapkan MP ASI bagi anak usia 6– 23 bulan, diskusikan contoh-contoh makanan lokal. Terus berikan ASI sampai usia 2 tahun atau lebih dan berikan MP ASI 4 bintang (****) kepada anak. Makanan 4 bintang dibuat dengan memasukkan bahan makanan dari kategori berikut:  Bahan makanan hewani: yang mengandung tinggi zat besi, antara lain daging, ayam, hati, telur, ikan dan produk berasal dari susu, dll mendapat 1 bintang (*). Makanan hewani sangat penting dan bisa diberikan kepada bayi dan anak. Masak sampai matang dan iris atau cincang sesuai usia.  Bahan makanan pokok: beras, jagung, kentang, sagu, singkong, ubi, dll mendapat 1 bintang (*)  Kacang-kacangan: kacang hijau, kacang merah, kacang kedelai, kacang tolo, kacang bogor, tempe, tahu dll mendapat 1 bintang (*)



 Buah-buahan/sayuran: terutama buah yang kaya vitamin A, seperti pepaya, mangga, markisa, jeruk dll; dan sayuran kaya vitamin A, seperti wortel, labu, daun ubi jalar, daun kelor, bayam, kangkung, buncis dll mendapat 1 bintang (*)  Berikan 1-2 makanan selingan: di antara makanan utama berikan makanan tambahan yang mudah disiapkan, bersih, aman dan tersedia di tempat dan dapat dimakan dengan dipegang. Makanan selingan dapat berupa beberapa irisan mangga matang, pepaya, pisang, alpukat, dan buah-buahan dan sayuran lain, roti, kue-kue, ubi rebus dll.  Gunakan garam beriodium pada saat penyiapan makanan keluarga.  Teh dan kopi tidak dianjurkan untuk diberikan kepada anak-anak.  Jangan berikan minuman yang manis.  MP ASI dapat disiapkan dari makanan keluarga atau disiapkan secara terpisah. Ini akan membantu anak secara bertahap dari ASI ke makanan keluarga.  Gunakan kata ”4 bintang*” untuk mendefinisikan kebutuhan asupan makanan tambahan (kata yang lebih tepat dibandingkan kata ”cukup” dan ”tepat”)



Penjelasan tabel 3.1 Pemberian Makan Bayi dan Anak Usia 6-23 bulan yang mendapat ASI dan tidak mendapat ASI: a.



Usia 6 sampai 8 bulan 1) Pada usia ini bayi mempunyai ukuran lambung yang masih kecil, yaitu sekitar 25-30 ml/kg BB. 2) Kebutuhan energi per hari anak 6-11 bulan adalah 800 kkal (AKG, 2019). ASI masih memberikan 60-70% dari total kebutuhan energi per hari sehingga jumlah energi dari MP ASI yang dibutuhkan per hari sekitar 200 kkal (WHO/PAHO, 2003). 3) Dalam satu hari bayi diberikan 2-3 kali makanan utama. 4) Bayi diperkenalkan dengan MP ASI berupa bubur kental untuk memberikan lebih banyak energi. 5) Setiap kali makan MP ASI diberikan mulai 2-3 sendok makan, meningkat secara bertahap sampai ½ mangkok ukuran 250 ml (125 ml). 6) MP ASI harus mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup.  Karbohidrat dapat diperoleh dari bahan makanan pokok seperti beras, biji-bijian, jagung, gandum, sagu, dan umbi-umbian.



 Protein hewani dapat diperoleh dari unggas, hati, telur, ikan, daging sapi, susu dan produk olahannya. Sumber protein hewani mengandung asam amino yang lengkap dan mineral dengan bioavailabilitas yang baik, serta memiliki daya serap yang baik. Sehingga pemberian protein hewani dalam MP ASI diprioritaskan.  Protein nabati dapat diperoleh dari kacang-kacangan seperti kacang kedelai, kacang hijau, kacang polong, kacang tanah, tempe, tahu, dll. Kacangkacangan mengandung asam fitat yang dapat menghambat penyerapan zat besi dan mineral. Asam fitat akan berkurang dengan proses pengolahan seperti perendaman, pemanasan, dan fermentasi (contohnya tempe dan tahu).  Lemak sebagai sumber energi yang efisien. Penggunaan/penambahan sejumlah minyak/lemak pada MP ASI akan memberikan tambahan kandungan energi tanpa meningkatkan volume MP ASI. Lemak dapat diperoleh dari berbagai jenis minyak (minyak kelapa sawit, minyak bekatul, minyak wijen, dll),



margarin, mentega, santan dan bahan makanan lainnya yang berasal dari bahan makanan hewani dan bahan makanan nabati. Sebagai sumber protein hewani, Ikan juga mengandung asam lemak esensial (omega 3, omega 6) yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan otak. Contoh ikan yang banyak mengandung asam lemak esensial antara lain ikan laut dalam, misalnya ikan kembung, ikan tongkol, ikan tuna, ikan sardin, ikan tenggiri, ikan kerapu, dan ikan salmon.  Vitamin dan mineral dibutuhkan oleh tubuh. Buah dan sayuran merupakan sumber vitamin (vitamin A dan vitamin C), terutama yang berwarna kuning, orange dan hijau, tetapi kandungan seratnya tinggi. Kebutuhan serat bayi dan anak sangat sedikit (IOM, 2005) maka pemberian buah dan sayur pada bayi dan anak dapat diperkenalkan dalam jumlah sedikit. Pemenuhan kebutuhan vitamin dan mineral dapat diperoleh dari bahan makanan lain yaitu sumber karbohidrat, protein hewani, dan protein nabati. Masalah defisiensi mineral pada bayi dan anak yang terbesar adalah



defisiensi zat besi dan seng. Sumber zat besi dan seng yang berasal dari protein hewani lebih mudah diserap misalnya daging merah dan hati ayam. 7) Berikan makanan selingan yang bergizi kepada anak 1-2 kali sehari sesuai keinginan bayi dengan tekstur disesuaikan dengan keterampilan oromotor/ mengunyah dan menelan. Contoh makanan selingan misalnya puding susu, puding santan kacang hijau kepada anak 1-2 kali sehari sesuai keinginan bayi. Selingan diutamakan berupa makanan padat gizi. 8) Lumatkan makanan agar dapat dengan mudah dikunyah dan ditelan bayi, tingkatkan bertahap teksturnya sesuai kemampuan bayi. 9) Saat berusia 8 bulan, anak sudah dapat dilatih agar bisa makan sendiri. Sangat penting untuk pemberian makanan yang bisa dipegang anak setelah ia bisa duduk 10) Lanjutkan pemberian ASI 11) Makanan harus disiapkan dan disimpan di tempat yang bersih agar tidak terkontaminasi sehingga terhindar dari diare dan penyakit lainnya.



b.



Usia 9 sampai 11 bulan 1) Dalam satu hari bayi diberikan 3-4 kali makanan utama 2) Kebutuhan energi per hari untuk anak 611 bulan adalah 800 kkal (AKG, 2019). ASI masih memberikan 50-70% dari total kebutuhan energi per hari. Sehingga jumlah energi dari MP ASI yang dibutuhkan per hari sekitar 300 kkal (WHO/PAHO, 2003). 3) Setiap kali makan MP ASI diberikan ½ mangkok (125 ml) meningkat bertahap sampai ¾ mangkok ukuran 250 ml (200 ml) MP ASI harus mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati, lemak, vitamin dan mineral dalam pokok jumlah yang sesuai. 4) MP ASI harus mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup.  Karbohidrat dapat diperoleh dari bahan makanan seperti beras, bijibijian, jagung, gandum, sagu, dan umbi-umbian.  Protein hewani dapat diperoleh dari unggas, hati, telur, ikan, daging sapi, susu dan produk olahannya. Sumber protein hewani mengandung asam amino yang lengkap dan mineral



dengan bioavailabilitas yang baik, serta memiliki daya serap yang baik. Sehingga pemberian protein hewani dalam MP ASI diprioritaskan.  Protein nabati dapat diperoleh dari kacang-kacangan seperti kacang kedelai, kacang hijau, kacang polong, kacang tanah, tempe, tahu, dll. Kacangkacangan mengandung asam fitat yang dapat menghambat penyerapan zat besi dan mineral. Asam fitat akan berkurang dengan proses pengolahan seperti perendaman, pemanasan, dan fermentasi (contohnya tempe dan tahu).  Lemak sebagai sumber energi yang efisien. Penggunaan/penambahan sejumlah minyak/lemak pada MP ASI akan memberikan tambahan kandungan energi tanpa meningkatkan volume MP ASI. Lemak dapat diperoleh dari berbagai jenis minyak (minyak kelapa sawit, minyak bekatul, minyak wijen, dll), margarin, mentega, santan dan bahan makanan lainnya yang berasal dari bahan makanan hewani dan bahan makanan nabati. Sebagai sumber protein hewani, Ikan juga mengandung



asam lemak esensial (omega 3, omega 6) yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan otak. Contoh ikan yang banyak mengandung asam lemak esensial antara lain ikan laut dalam, misalnya ikan kembung, ikan tongkol, ikan tuna, ikan sardin, ikan tenggiri, ikan kerapu, dan ikan salmon.  Vitamin dan mineral dibutuhkan oleh tubuh. Buah dan sayuran merupakan sumber vitamin (vitamin A dan vitamin C), terutama yang berwarna kuning, orange dan hijau, tetapi kandungan seratnya tinggi. Kebutuhan serat bayi dan anak sangat sedikit (IOM, 2005) maka pemberian buah dan sayur pada bayi dan anak dapat diperkenalkan dalam jumlah sedikit. Pemenuhan kebutuhan vitamin dan mineral dapat diperoleh dari bahan makanan lain yaitu sumber karbohidrat, protein hewani, dan protein nabati. Masalah defisiensi mineral pada bayi dan anak yang terbesar adalah defisiensi zat besi dan seng. Sumber zat besi dan seng yang berasal dari protein hewani lebih mudah diserap misalnya daging merah dan hati ayam.



5) Berikan makanan selingan 1 sampai 2 kali sehari. Contoh makanan selingan misalnya puding susu, puding buah, puding roti, perkedel kentang, nagasari, kroket, kue lumpur, mangga, alpukat, pisang , jeruk, pepaya, dan lain-lain. Selingan diutamakan berupa makanan padat gizi. 6) Lanjutkan pemberian ASI. 7) Makanan harus disiapkan dan disimpan di tempat yang bersih agar tidak terkontaminasi, sehingga terhindar dari diare dan penyakit lainnya. c.



Usia 12 sampai 23 bulan 1) Dalam satu hari anak diberikan 3-4 kali makanan utama 2) Kebutuhan energi per hari anak usia 1-3 tahun sekitar 1350 kkal (AKG, 2019). ASI masih memberikan 30-40% dari total kebutuhan energi per hari. Sehingga jumlah energi dari MP ASI yang dibutuhkan per hari sekitar 550 kkal (WHO/PAHO, 2003). 3) Jumlah setiap kali makan MP ASI diberikan ¾ mangkok (200 ml) meningkat bertahap sampai 1 mangkok ukuran 250 ml MP ASI harus mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati, lemak, vitamin dan mineral dalam



jumlah yang sesuai. 4) MP ASI harus mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup.  Karbohidrat dapat diperoleh dari bahan makanan pokok seperti beras, biji-bijian, jagung, gandum, sagu, dan umbi-umbian.  Protein hewani dapat diperoleh dari unggas, hati, telur, ikan, daging sapi, susu dan produk olahannya. Sumber protein hewani mengandung asam amino yang lengkap dan mineral dengan bioavailabilitas yang baik, serta memiliki daya serap yang baik. Sehingga pemberian protein hewani dalam MP ASI diprioritaskan.  Protein nabati dapat diperoleh dari kacang-kacangan seperti kacang kedelai, kacang hijau, kacang polong, kacang tanah, tempe, tahu, dll. Kacangkacangan mengandung asam fitat yang dapat menghambat penyerapan zat besi dan mineral. Asam fitat akan berkurang dengan proses pengolahan seperti perendaman, pemanasan, dan fermentasi (contohnya tempe dan tahu).



 Lemak sebagai sumber energi yang efisien. Penggunaan/penambahan sejumlah minyak/lemak pada MP ASI akan memberikan tambahan kandungan energi tanpa meningkatkan volume MP ASI. Lemak dapat diperoleh dari berbagai jenis minyak (minyak kelapa sawit, minyak bekatul, minyak wijen, dll), margarin, mentega, santan dan bahan makanan lainnya yang berasal dari bahan makanan hewani dan bahan makanan nabati. Sebagai sumber protein hewani, Ikan juga mengandung asam lemak esensial (omega 3, omega 6) yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan otak. Contoh ikan yang banyak mengandung asam lemak esensial antara lain ikan laut dalam, misalnya ikan kembung, ikan tongkol, ikan tuna, ikan sardin, ikan tenggiri, ikan kerapu, dan ikan salmon.  Vitamin dan mineral dibutuhkan oleh tubuh. Buah dan sayuran merupakan sumber vitamin (vitamin A dan vitamin C), terutama yang berwarna kuning, orange dan hijau, tetapi kandungan seratnya tinggi. Kebutuhan serat bayi dan anak sangat sedikit (IOM, 2005)



maka pemberian buah dan sayur pada bayi dan anak dapat diperkenalkan dalam jumlah sedikit.



5)



6) 7)



8)



Pemenuhan kebutuhan vitamin dan mineral dapat diperoleh dari bahan makanan lain yaitu sumber karbohidrat, protein hewani, dan protein nabati. Masalah defisiensi mineral pada bayi dan anak yang terbesar adalah defisiensi zat besi dan seng. Sumber zat besi dan seng yang berasal dari protein hewani lebih mudah diserap misalnya daging merah dan hati ayam. Berikan paling kurang 1 sampai 2 kali makanan selingan seperti barongko, bakpau, bakpia, panada, pastel, perkedel jagung/perkedel kentang, nagasari, jalangkote, pisang ijo, alpukat, mangga dan lain-lain. Selingan diutamakan berupa makanan padat gizi. Lanjutkan pemberian ASI dengan frekuensi hanya 3-4 kali sehari. Sebaiknya tidak memberikan makanan manis sebelum waktu makan sebab dapat mengurangi nafsu makan Makanan untuk anak-anak harus disiapkan dan disimpan di tempat yang bersih agar tidak terkontaminasi, sehingga terhindar dari diare dan penyakit lainnya.



d.



Usia 6 sampai 23 bulan Tidak Mendapat ASI Prinsip pemberian makan bayi dan anak yang tidak mendapat ASI sesuai dengan bayi dan anak yang mendapat ASI tetapi diperlukan tambahan sebagai berikut: 1) Dalam satu hari bayi dan anak diberikan tambahan 1-2 kali makan ekstra, selain makanan utamanya sesuai usianya. 2) Jumlah dan variasi setiap kali makan MP ASI diberikan sesuai kelompok usianya 3) Makanan selingan dapat diberikan 1-2 kali 4) Penambahan 1-2 gelas @250 ml susu segar atau susu formula dan 2-3 kali cairan (air putih, kuah sayur, dll) per hari dapat diberikan, terutama pada saat cuaca panas.



Contoh menu Makanan Ibu Hamil dan Ibu Menyusui 2500 kkal dapat dilihat pada lampiran MI 3.5 Tabel 3.7 Pemenuhan Kebutuhan Gizi bagi Ibu Hamil dan Ibu Menyusui Sasaran Gizi ibu hamil



Disarankan  Ibu hamil perlu makan beraneka ragam (4 bintang) untuk memenuhi kebutuhan energi, protein, lemak dan



Dihindari/dibatasi  Batasi konsumsi garam, gula serta minuman kopi dan teh serta makanan berlemak dan berbumbu tajam.



Sasaran



Disarankan zat mikro (zat besi, asam folat, kalsium, kalsium, iodium dan zink).  Konsumsi makanan ibu hamil diperlukan untuk menjaga kesehatan ibu dan memenuhi kebutuhan untuk perkembangan dan pertumbuhan janinnya serta cadangan selama menyusui nantinya. Jadi ibu hamil perlu menambahkan satu porsi makan dari porsi makan biasanya.  Ibu hamil mengonsumsi makanan satu porsi lebih banyak dari porsi makan biasanya.  Pada trimester 1 ibu hamil memerlukan tambahan energi sebanyak 180 kkal atau setara dengan setengah piring makanan 4 bintang setiap harinya. Pada



Dihindari/dibatasi Kafein dan Tanin (kopi, teh, coklat) dapat menghambat penyerapan zat besi dalam makanan.  Hindari konsumsi alkohol, soda dan jamu  Kerja berat dan stress berlebihan  Menghindari rokok dan asap rokok.  Hindari obatobatan tanpa anjuran tenaga kesehatan



Sasaran



Disarankan trimester kedua dan ketiga masingmasing sebanyak 300 kkal atau setara dengan 1 piring makanan 4 bintang setiap harinya.  Apabila Ibu hamil dengan KEK sebaiknya mengonsumsi makanan yang beraneka ragam untuk memenuhi kebutuhan energi, protein, mineral dan vitamin yang digunakan untuk pemeliharaan, pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan selama masa menyusui. Ibu dengan KEK membutuhkan 500 kkal setara dengan 1 piring makanan 4 bintang dan 2 macam makanan selingan setiap harinya.  Ibu hamil memerlukan mikronutrien penting



Dihindari/dibatasi



Sasaran



Disarankan selama hamil, seperti zat besi, asam folat, kalsium, yodium, zink.  Ibu hamil sebaiknya minum 8-12 gelas air setiap hari.  Meningkatkan konsumsi protein hewani. Sumbernya: ikan, telur, ayam, daging, udang, susu segar dan lainnya.  Meningkatkan konsumsi buah berwarna dan mengandung serat. Sumbernya: Pisang, pepaya, mangga, jeruk, semangka, rambutan, jambu biji, alpukat dan lain-lain  Ibu hamil mengatasi mual dan muntah (emesis) makan dengan porsi kecil tapi sering.  Suami dan keluarga memberikan dukungan untuk menjaga gizi ibu selama hamil. Membantu pekerjaan rumah seperti



Dihindari/dibatasi



Sasaran



Disarankan



Dihindari/dibatasi



mencuci, mengangkat air dan lain-lain  Tidak ada pantangan makanan untuk ibu hamil. Gizi Ibu Menyusui



 Ibu menyusui perlu makan beraneka ragam untuk memenuhi kebutuhan energi, protein dan zat mikro untuk pemeliharaan kesehatan ibu.  Protein diperlukan dalam proses pembentukan ASI. Selama menyusui gizi bayi diambil dari gizi ibu melalui ASI, oleh karena itu ibu perlu mengonsumsi gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan bayi dan ibu. Sumber protein: ikan, telur, dan susu segar.  Kebutuhan karbohidrat ibu meningkat setelah menyusui. Pada 6 bulan pertama ibu membutuhkan



 Membuang ASI pertama (kolostrum) karena memiliki kandungan untuk kekebalan tubuh bayi  Hindari Membersihkan payudara dengan alkohol, iodin, obat merah karena dapat terminum oleh bayi  Menghindari pakaian dalam (BH) yang ketat  Hindari mengikat perut terlalu kencang, menempelkan daun-daun dan obat tradisional pada kemaluan karena dapat menyebabkan infeksi.



Sasaran



Disarankan tambahan energi sebanyak 330 kkal atau setara dengan 1 piring makanan 4 bintang setiap harinya. Sedangkan pada 6 bulan berikutnya membutuhkan sebanyak 400 kkal atau setara dengan 1 piring makanan 4 bintang ditambah 1 macam makanan selingan setiap harinya.  Zat gizi mikro yang diperlukan selama menyusui adalah zat besi, Kalsium, Iodium, Selenium, Zink, Vitamin (A, B1, B2, B3, B6, asam folat, B12, C, D.)  Ibu menyusui sebaiknya minum 1213 gelas per hari  Tidak ada pantangan makanan untuk ibu selama menyusui



Dihindari/dibatasi  Batasi mengonsumsi garam, gula  Batasi mengonsumsi minuman kopi dan teh. Kandungan kafein pada kopi dan teh karena dapat mengganggu penyerapan zat besi.



Catatan: 



Cuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan dan memberi makan anak







Rekomendasi praktik pemberian MP ASI







Variasi Makanan Lokal







Lihat KK 11-16: Kartu Konseling mengenai Makanan tambahan/MP ASI







Lihat Booklet Pesan Utama







Lihat Brosur: Bagaimana Memberikan Makan Bayi setelah 6 bulan



V. REFERENSI 1. Panduan Pelatih, 2017, Modul Pelatihan Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan MCAI, Jakarta. 2. Kementerian Kesehatan, 2014, Pedoman Gizi Seimbang, 2014, Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta. 3. Depkes RI, 2006, Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) Lokal, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. 4. WHO, 2006, Infant and Young Child Feeding Counseliling An Integrated Course, WHO, Geneva. 5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2016 Tentang Standar Produk Suplementasi Gizi.



Brosur Bahan Makanan Penukar



VI. LAMPIRAN Lampiran : MI 3.1 Panduan Diskusi Kelompok Pemberian MP ASI Anak Usia 6 Sampai 23 Bulan Tujuan: Setelah mengikuti diskusi ini, peserta mampu memahami pemberian MP ASI anak usia 6 sampai 23 bulan. Petunjuk: a. Pelatih membagi peserta menjadi 2 kelompok. b. Pelatih menyiapkan dua flipchart yang sudah diberi kolom: Usia, Frekuensi, Jumlah, Tekstur, Variasi, Pemberian Makan Aktif Responsif, Kebersihan dan diberi baris: mulai usia 6 bulan, 6-8 bulan, 9-11 bulan, 12-23 bulan, anak usia 6-23 bulan yang tidak diberi ASI. c. Pelatih membagikan metaplan/potongan kertas kepada kelompok dengan membedakan warna setiap kolom yang bertuliskan isi chart yang diambil dari Tabel Praktik Pemberian MP ASI yang dianjurkan d. Pelatih meminta kedua kelompok untuk melanjutkan sampai flipchart itu terisi. e. Pelatih meminta satu kelompok untuk menjelaskan apa yang ada dalam flip chart mereka. f. Pelatih meminta kelompok yang lain untuk melengkapi. g. Pelatih meminta peserta untuk meninjau dan tanyakan pada mereka informasi apa yang ada dalam kartu itu.



       



KK 11: Praktik PHBS yang baik, dapat mencegah berbagai penyakit KK 12: Mulai Memberikan Makanan Pendamping ketika Anak berusia 6 bulan KK 13: Pemberian Makanan Pendamping dari usia 6-8 bulan KK 14: Pemberian Makanan Pendamping dari usia 9-11 bulan KK 15: Pemberian Makanan Pendamping dari usia 12-23 bulan KK 16: Variasi Makanan KK 18: Bagaimana Memberi Makan Bayi setelah Usia 6 Bulan KK 22: Gizi Ibu Hamil dan Menyusui



h. Pelatih meminta peserta untuk meninjau Tabel Praktik Pemberian MP ASI yang dianjurkan dan poin diskusi. i. Pelatih meminta peserta untuk meninjau Tabel Pemberian Makan Aktif/Responsif untuk anak. j. Pelatih membagikan Alat Bantu Pelatihan: Contohcontoh tekstur (kekentalan/konsistensi) bubur untuk menggambarkan tekstur MP ASI, serta mangkok dan sendok untuk menggambarkan jumlah k. Pelatih meminta peserta mengulang kembali dan membuat rangkuman.



Alat bantu: 1. 2. 3. 4.



Flipchart Metaplan/kertas berwarna Alat masak dan alat makan Bubur kental



Lampiran : MI 3.2 Panduan Diskusi Kelompok Pemberian Makan Ibu Hamil dan Ibu Menyusui Tujuan: Setelah mengikuti diskusi ini, peserta mampu memahami pemberian makan ibu hamil dan ibu menyusui. Petunjuk: 1. Pelatih menunjukkan kepada peserta tabel anjuran jumlah porsi ibu hamil dan ibu menyusui (tabel 3.3 dan 3.4) dan isi piringku sesuai dengan kebiasaan setempat. 2. Pelatih memimpin diskusi tentang isi piringku 3. Pelatih meminta peserta meninjau: a. KK 11: Praktik PHBS yang baik, dapat mencegah berbagai penyakit dan tanyakan pada mereka informasi apa yang ada dalam kartu itu b. KK 1: Gizi untuk Ibu Hamil dan Ibu Menyusui c. KK 16: Variasi Makanan d. Booklet Pesan Utama dan e. Brosur: Gizi Ibu Hamil dan Menyusui Alat bantu: 1. Flipchart 2. KK 3. Booklet Pesan Utama 4. Brosur Ibu Hamil dan Ibu Menyusui 5. ATK



Lampiran : MI 3.3 Panduan Praktik Penyiapan Makanan Keluarga Tujuan: Setelah mengikuti diskusi ini, peserta mampu memahami pengelompokkan makanan 4 bintang Petunjuk: 1. Pelatih membagi peserta menjadi 2 kelompok. 2. Pelatih membagikan 1 flipchart kepada masing-masing kelompok. Masing-masing flipchart dibagi menjadi 4 bagian berupa 4 kelompok bahan makanan (mengacu pada table 3.4), yaitu: makanan pokok, kacangkacangan, buah dan sayuran, dan makanan bersumber hewani. Pelatih meminta peserta kedua kelompok itu untuk mengisi isi flipchart mereka dengan berbagai macam makanan lokal yang tersedia dengan cara meletakkan makanan (contoh/foto makanan lokal) dan menulis bahan makanan dalam kotak yang sesuai di flipchart. 3. Pelatih menanyakan pada kedua kelompok: makanan lokal yang mana yang mengandung zat besi? Dan makanan lokal mana yang mengandung vitamin A? Tanyakan dari jenis makanan tersebut mana makanan yang kaya zat gizi untuk ibu hamil? Sumber makanan dan zat gizi apa saja dan apa kegunaannya untuk bayi dan anak serta ibu hamil dan menyusui ?



4. Pelatih meminta peserta untuk melihat materi peserta tabel 3.4 dan tabel 3.5 5. Pelatih membagi peserta menjadi 5 kelompok. 6. Pelatih meminta masing-masing kelompok membuat menu makan siang. 7. Pelatih meminta peserta untuk mengambil bahan makanan lokal yang telah disediakan sesuai dengan menu yang dibuat. 8. Pelatih memberikan penilaian terhadap menu yang dibuat oleh masing-masing kelompok dengan cara memberikan 1 bintang untuk setiap kelompok bahan makanan yang dipilih. Fasilitator mendiskusikan 4 jenis bahan makanan yang ditandai dengan 4 bintang. 9. Pelatih meminta peserta membuat rangkuman.



Alat bantu: 1. Bahan makanan 2. Flipchart 3. Metaplan bintang



Lampiran : MI 3.4 Panduan Praktik Pembuatan Makanan Ibu Hamil, Ibu Menyusui dan MP- ASI Tujuan: Setelah mengikuti praktik ini, peserta mampu membuat makanan ibu hamil, ibu menyusui dan MP- ASI Petunjuk: 1. Pelatih membagi kelompok menjadi 5 kelompok. 2. Pelatih mengajak peserta untuk mencuci tangan bersama dengan 5 langkah 3. Pelatih mengajak peserta untuk mendiskusikan porsi makanan ibu hamil dan ibu menyusui untuk satu hari sesuai dengan Tabel 3.3. 4. Pelatih meminta setiap kelompok untuk mengambil makanan lokal yang tersedia yang mungkin didapatkan (makanan pokok, kacang-kacangan dan biji-bijian, buah-buahan dan sayuran kaya vitamin A,buah-buahan dan sayuran lain, makanan hewani kaya zat besi), dan minyak. 5. Pelatih meminta masing-masing kelompok untuk membuat makanan ibu hamil, ibu menyusui dan MP ASI untuk satu kali makan (misal makan siang)



dengan menggunakan makanan yang tersedia sesuai kelompok usia berikut:  Ibu hamil dan ibu menyusui  Usia 6 bulan  Dari 6 bulan sampai 8 bulan  Dari 9 bulan sampai 11 bulan  Dari 12 bulan sampai 23 bulan 6. Pelatih meminta masing-masing kelompok untuk memperlihatkan dan menjelaskan makanan yang disiapkan ke seluruh kelompok, dan diskusikan karakteristik kesesuaian usia dari makanan tambahan itu: frekuensi pemberian, jumlah, kekentalan (konsistensi), variasi, pemberian makan aktif/responsif, dan kebersihan dan makanan ibu hamil dan menyusui. 7. Pelatih menyiapkan MP ASI pabrikan dan mengajak peserta membandingkan MP ASI pabrikan dengan makanan lokal. 8. Pelatih meminta peserta membuat rangkuman. Alat bantu: 1. Alat masak 2. Alat makan 3. Makanan lokal 4. Makanan pabrikan



Lampiran : MI 3.5 Contoh Menu Makanan Ibu Hamil dan Menyusui 2500 kkal Nilai Gizi Contoh Menu Makanan Ibu Hamil dan Menyusui 2500 kkal Nilai Gizi Energi 2507,5 kkal Karbohidrat 400 gram Protein 82 gram Contoh Menu Makanan Ibu Hamil dan Menyusui 2500 kkal Waktu Makan



Menu Makanan



Bahan Makanan



Berat (gram)



Pagi



Nasi goreng +sayuran



- Nasi - Kecap - Wortel - Buncis /sawi - Minyak kelapa - Timun



150



Tempe bumbu kecap



- Tempe



50



- Minyak kelapa



2,5



- Kecap



25 25 5 75



Ukuran Rumah tangga (URT) 1 ¼ gelas secukupnya ¼ gelas ¼ gelas 1 sdt 1 buah sedang 2 potong sedang ½ sdt secukup nya



Waktu Makan



10.00



Siang



16.00



Menu Makanan



Bahan Makanan



Berat (gram)



Telur dadar



- Telur ayam - Minyak kelapa



50 2,5



Pisang Ambon Kolak Pisang Ubi



- Pisang Ambon



50



- Pisang



25



- Ubi



135



- Gula Merah - Santan Encer



10 50



Nasi Sayur bayam + labu siam



- Nasi - labu siam - bayam



200 100 50



Tempe Bumbu Bali



- Tempe



100



Perkedel Ayam



- Ayam



40



- Telur ayam - Minyak kelapa



55 5



1 potong sedang 1 btr 1 sdt



- Pisang Ambon



50



1 buah kecil



- Ubi Kuning - Tepung terigu - Minyak kelapa



135 3 5



1 biji sdg ½ sdt 1 sdt



- Jeruk Manis



50



1 buah kecil



Pisang Ambon Ubi Goreng Jeruk Manis



- Minyak kelapa



5



Ukuran Rumah tangga (URT) 1 btr ½ sdt 1 buah kecil ½ buah kecil 1 buah besar 1 sdm ½ gelas kecil 1 ½ gelas 1 gelas ½ gelas 4 potong sedang 1 sdt



Waktu Makan



Menu Makanan



Bahan Makanan



Berat (gram)



Malam



Nasi Cah kangkung



- Nasi - Kangkung - Minyak kelapa



150 100 5



Tahu goreng



- Tahu



110



Ukuran Rumah tangga (URT) 1 ¼ gelas 1 gelas 1 sdt



- Minyak kelapa



5



1 potong besar /2 ptg 1 sdt



Semur telur ayam



- Telur ayam - Minyak kelapa



55 5



1 btr 1 sdt



Pisang Ambon Susu



- Pisang Ambon - Susu - Gula



50 200 cc 5



1 buah kecil 1 gelas 1 sdt



MATERI INTI 4 (MI 4) PEMANTAUAN PERTUMBUHAN



I. DESKRIPSI SINGKAT Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak sangat penting untuk deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan balita, karena itu balita harus secara rutin ditimbang setiap bulan. Hasil penimbangan di plot di KMS/ Buku KIA dengan tepat agar dapat ditentukan status pertumbuhannya sehingga dapat ditindak lanjuti. Selain penimbangan berat badan dilakukan juga pengukuran panjang badan atau tinggi badan. Penilaian perkembangan dapat dilakukan dengan menggunakan menggunakan buku KIA yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan anak normal. Jika ditemukan penyimpangan, gunakan formulir Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) untuk penilaian tindak lanjut Materi ini akan membahas tentang penimbangan berat badan anak menggunakan dacin, pengukuran panjang badan/tinggi badan, pengisian KMS/ di dalam Buku KIA serta menentukan status pertumbuhan dalam KMS/Buku KIA dan tindak lanjutnya. Materi tentang pemeriksaan perkembangan ini dilakukan dengan menggunakan instrumen Buku KIA.



II. TUJUAN PEMBELAJARAN A. Tujuan Pembelajaran Umum: Setelah mengikuti materi melakukan pemantauan perkembangan anak.



ini, peserta mampu pertumbuhan dan



B. Tujuan Pembelajaran Khusus: Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu: 1. Menjelaskan cara menimbang berat badan dan mengukur panjang badan/tinggi badan anak. 2. Melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran panjang badan/tinggi badan anak 3. Melakukan pengisian KMS dalam buku KIA dengan benar. 4. Melakukan penentuan status pertumbuhan pada KMS dalam buku KIA dan tindak lanjutnya. 5. Melakukan deteksi dini pemantauan perkembangan dengan menggunakan buku KIA. III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN A. Cara menimbang berat badan dan mengukur panjang badan/tinggi badan anak B. Menimbang berat badan dan mengukur panjang badan/tinggi badan anak C. Mengisi KMS dalam buku KIA dengan benar D. Menentukan status pertumbuhan pada KMS dalam buku KIA dan tindak lanjutnya E. Deteksi dini pemantauan perkembangan dengan menggunakan buku KIA



IV. URAIAN MATERI A. Pokok Bahasan 1: Cara menimbang berat badan dan mengukur panjang badan/tinggi badan anak Penimbangan berat badan anak setiap bulan dilakukan untuk memonitor pertumbuhan anak. Dengan adanya pemantauan pertumbuhan anak yang dilakukan secara teratur, maka bila ditemukan adanya masalah dapat dilakukan pencegahan dan penanganan sedini mungkin sebelum balita jatuh ke gizi kurang atau bahkan gizi buruk. Alat timbang yang direkomendasikan untuk menimbang berat badan anak di posyandu adalah dacin dan memiliki ketelitian hingga 100 gram.



Langkah-langkah Mempersiapkan Alat Timbang



Langkah-langkah Menimbang Balita 1. Masukkan balita kedalam sarung timbang dengan pakaian seminimal mungkin dan geser bandul sampai jarum tegak lurus. 2. Baca berat badan balita dengan melihat angka di ujung bandul geser. 3. Catat hasil penimbangn dengan benar di kertas/buku bantu dalam kg dan ons. 4. Kembalikan bandul ke angka nol dan keluarkan balita dari sarung/celana/kotak timbang



Cara Mengukur panjang/ tinggi badan Mengukur panjang atau tinggi anak tergantung dari umur dan kemampuan anak untuk berdiri. Mengukur panjang dilakukan dengan cara anak telentang. Sedangkan mengukur tinggi anak berdiri tegak.  Anak berumur kurang dari 2 tahun, pengukuran dilakukan dengan telentang  Anak berusia 2 tahun atau lebih dan anak sudah mampu berdiri, pengukuran dilakukan dengan berdiri tegak.  Jika seorang anak berumur kurang dari 2 tahun diukur tingginya (berdiri) maka ditambahkan 0,7 cm untuk mengonversi menjadi panjang badan







Jika seorang anak berumur 2 tahun atau lebih dan diukur panjangnya (telentang) maka dikurangi 0,7 cm untuk mengonversi menjadi tinggi badan. Persiapan Mengukur Panjang Badan



Alat yang digunakan untuk mengukur panjang/tinggi badan anak, menggunakan alat ukur dengan kriteria sebagai berikut :  Kuat dan tahan lama  Mempunyai presisi sampai 0,1 cm  Sudah dikalibrasi  Memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI)



Gambar. Alat ukur panjang badan Langkah-langkah Mengukur Panjang Badan: Menggunakan alat panjang badan:  Pilih meja atau tempat yang datar dan rata. Siapkan alat ukur panjang badan  Lepaskan kunci pengait yang berada di samping papan pengukur  Buka papan hingga posisinya memanjang dan datar  Tarik meteran sampai menempel rapat pada dinding tempat menempelnya kepala dan pastikan meteran menunjuk angka nol dengan mengatur skrup skala yang ada di bagian kaki balita  Geser kembali papan penggeser pada tempatnya



Persiapan Mengukur Tinggi Badan Menggunakan Microtoise



1. Letakkan microtoise di lantai yang datar dan menempel pada dinding yang rata 2. Tarik pita meteran tegak lurus ke atas sampai angka pada jendela baca menunjukkan angka nol 3. Tempelkan ujung pita meteran pada dinding dengan menggunakan lakban/selotip 4. Kurang lebih jarak 50 cm dari ujung pita diberi lakban/selotip agar tidak bergerak. Geser kepala microtoise ke atas dan ke bawah



Gambar. Microtoise



B. Pokok Bahasan 2: Menimbang Berat Badan dan Mengukur Panjang/Tinggi Badan anak dengan benar Persiapan  Jelaskan pada ibu alasan untuk Menimbang menimbang anak, sebagai contoh, untuk memantau pertumbuhan anak, menilai proses penyembuhan, atau melihat reaksi anak terhadap perubahan pengasuhan dan pemberian makanan.  Gunakan pakaian seminimal mungkin. Jelaskan, hal ini perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil timbangan yang akurat. Penggunaan popok basah, atau sepatu dan jeans, dapat menambah berat lebih dari 0,5 kg. Bayi harus ditimbang tanpa pakaian. Jika terlalu dingin untuk menanggalkan pakaian, atau anak menolak untuk ditanggalkan pakaiannya, perlu diberi catatan bahwa anak ditimbang menggunakan pakaian. Hindari anak menjadi takut/jengkel. Menimbang Anak Menggunakan Dacin Persiapan  Gantung dacin pada tempat yang kokoh Alat seperti penyangga kaki tiga atau pelana rumah atau kosen pintu atau dahan pohon yang kuat.  Atur posisi batang dacin sejajar dengan mata penimbang.  Letakkan bandul geser pada angka nol, jika ujung kedua paku timbang tidak dalam posisi lurus, maka timbangan



perlu ditera atau diganti dengan yang baru.  Pastikan bandul geser berada pada angka NOL  Pasang sarung/celana/kotak timbang yang kosong pada dacin.  Seimbangkan dacin dengan memberi kantung plastik berisikan pasir/batu diujung batang dacin, sampai kedua jarum tegak lurus. Pelaksanaan Penimbangan



 Masukkan



balita kedalam sarung timbang dengan pakaian seminimal mungkin dan geser bandul sampai jarum tegak lurus.  Baca berat badan balita dengan melihat angka diujung bandul geser.  Catat hasil penimbangan dengan benar di kertas/buku bantu dalam kg dan ons.  Kembalikan bandul ke angka nol dan keluarkan balita dari sarung/celana/ kotak timbang.



Pelaksanaan Pengukuran Panjang Badan Sebelum diukur, pastikan sepatu anak, kaus kaki, dan hiasan rambut sudah dilepas. Jika bayi diukur telanjang, alas papan pengukur dengan menggunakan kain kering pada daerah kepala untuk menghindari cedera, dan jika ruang tempat pengukuran dalam keadaan dingin maka selimuti anak agar tetap hangat sambil menunggu pengukuran.















 











Ibu dapat diminta membantu proses pengukuran dengan tujuan untuk menenangkan serta menghibur anak. Telentangkan anak di atas papan pengukur dengan posisi kepala menempel pada bagian papan yang datar dan tegak lurus (papan yang tidak dapat bergerak) Pengukur 2 memastikan bagian puncak kepala anak menempel pada bagian papan yang statis, posisi kepala anak harus sesuai garis frankfort tegak lurus terhadap papan pengukur Posisikan seluruh bagian belakang badan anak menempel secara tepat pada papan pengukur Pengukur 1 menggeser bagian papan yang bergerak. Pastikan posisi telapak kaki menempel tegak lurus pada papan geser dan jari kaki menghadap ke atas (dengan cara menekan bagian lutut anak). Bila sulit dilakukan, dibenarkan hanya satu telapak kaki yang menempel tegak lurus di papan geser. Pengukur 1 membaca panjang badan anak dari angka kecil ke angka besar dan catat. Mata Pengukur 1 tegak lurus papan skala saat membaca.



Pelaksanaan Pengukuran Tinggi Badan Gambar. Mengukur Panjang Badan  Pastikan sepatu/alas kaki, kaos kaki, hiasan



rambut, dan tutup kepala sudah dilepaskan.  Pengukur 1 memposisikan anak berdiri tegak lurus di bawah microtoise membelakangi dinding, pandangan anak lurus ke depan. Pastikan posisi kepala sesuai garis Frankfort dan sudah berada di bawah alat geser microtoise  Pengukur 1 memastikan 5 bagian tubuh anak menempel di dinding : - Bagian Belakang Kepala - Punggung - Bokong - Betis - Tumit  Pengukur 2 memposisikan kedua lutut anak rapat dan dengan lembut menekan perut anak



 Pengukur 1 memegang



dagu dan menarik kepala microtoise sampai puncak kepala anak dan membaca angka pada jendela baca, mata pembaca sejajar dengan garis merah pada papan baca  Angka yang dibaca dari angka kecil ke arah angka besar  Catat hasil pengukuran tinggi badan Untuk anak obese/gemuk Pada anak dengan obesitas, minimal 3 (tiga) bagian tubuh menempel di dinding yaitu punggung, bokong dan betis/tumit



Gambar. Pengukuran Tinggi Badan 18



Materi Peserta Pelatihan Konseling



C. Pokok Bahasan 3: Mengisi KMS dalam buku KIA dengan benar Langkah Pengisian KMS  Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. Dengan KMS gangguan pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat. Memilih KMS sesuai jenis kelamin  KMS berwarna biru untuk anak laki-laki dan KMS berwarna merah muda untuk anak perempuan.



KMS Balita



Mengisi identitas anak dan orang tua pada halaman muka KMS  Tuliskan data identitas anak pada halaman 2 bagian 5: Identitas anak. Contoh, catatan data identitas Aida Fitri.



Mengisi Bulan Lahir dan Bulan Penimbangan Anak  Tulis bulan lahir anak pada kolom bulan penimbangan di bawah umur 0 bulan.  Tulis semua kolom bulan berikutnya secara berurutan. Contoh disamping, Aida lahir pada bulan Februari 2019.



 Apabila anak tidak diketahui tanggal kelahirannya, tanyakan perkiraan umur anak tersebut.  Tulis bulan saat penimbangan pada kolom sesuai umurnya.  Tulis semua kolom berikutnya secara berurutan. Contoh: Penimbangan dilaksanakan pada akhir bulan Agustus 2019. Bila Ibu/pengasuh mengatakan anak baru saja berulang tahun yang pertama bulan lalu, berarti umur anak saat ini 13 bulan. Tulis Agustus dibawah umur 13 bulan. Meletakkan Titik Berat Badan dan Membuat Garis Pertumbuhan Anak  Letakkan (ploting) titik berat badan hasil penimbangan.  Tulis berat badan hasil penimbangan di bawah kolom bulan penimbangan.  Letakkan titik berat badan pada titik temu garis tegak (bulan penimbangan) dan garis datar (berat badan). Contoh: Aida dalam penimbangan bulan Juni 2019 umurnya 4 bulan dan berat badannya 6 kg.



 Hubungkan titik berat badan bulan ini dengan bulan lalu  Jika bulan sebelumnya anak ditimbang, hubungkan titik berat badan bulan lalu dengan bulan ini dalam bentuk garis lurus. Contoh: Aida lahir pada bulan Februari 2019 dengan berat badan lahir 3,0 kg. Data berat badannya adalah sebagai berikut: - Bulan Maret, berat badan Aida 3,3 kg. - Bulan April, berat badan Aida 4,7 kg. - Bulan Mei, Aida tidak datang ke Posyandu. - Bulan Juni, berat badan Aida 6,0 kg. - Bulan Juli, berat badan Aida 6,6 kg. - Bulan Agustus, berat badan Aida 6,6 kg. - Bulan September, berat badan Aida 6,3 kg. Jika anak bulan lalu tidak ditimbang, maka garis pertumbuhan tidak dapat dihubungkan.



19



Materi Peserta Pelatihan Konseling



Mencatat Setiap Kejadian yang Dialami Anak Catat setiap kejadian kesakitan yang dialami anak. Contoh:  Pada penimbangan di bulan Maret anak tidak mau makan.  Saat ke Posyandu di bulan Agustus, anak sedang mengalami diare.  Penimbangan selanjutnya di bulan September anak sedang demam.



Mengisi Catatan Pemberian Kapsul Vitamin A Tanggal diisi oleh kader sesuai dengan tanggal dan bulan pemberian kapsul vitamin A oleh kader.



Mengisi Kolom Pemberian ASI Eksklusif Beri tanda () bila pada bulan tersebut bayi masih diberi ASI saja, tanpa makanan dan minuman lain. Bila diberi makanan lain selain ASI, bulan tersebut dan bulan berikutnya diisi dengan tanda (-).



D. Pokok Bahasan 4: Menentukan status pertumbuhan dalam KMS dalam Buku KIA dan tindak lanjutnya



Menentukan status pertumbuhan pada KMS dalam Buku KIA dan tindak lanjutn



Cara Menentukan Status Pertumbuhan Balita dalam KMS Status pertumbuhan anak dapat diketahui dengan 2 cara yaitu dengan menilai garis pertumbuhannya, atau dengan menghitung kenaikan berat badan anak dibandingkan dengan Kenaikan Berat Badan Minimum (KBM).



Contoh disamping menggambarkan status pertumbuhan berdasarkan grafik pertumbuhan anak dalam KMS: a. TIDAK NAIK(T); grafik berat badan memotong garis pertumbuhan dibawahnya; kenaikan berat badan < KBM ( KBM (>900 g) c. NAIK(N) grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhannya; kenaikan berat badan >KBM (>500 g) d. TIDAK NAIK(T) grafik berat badan mendatar; kenaikan berat badan