Materialitas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RUMUSAN MASALAH Berikut ini rumusan masalah yang dapat diambil oleh penulis berhubungan dengan kasus: 1. Bagaimana petimbangan awal auditor dalam menentukan opini tehadap suatu materialitas dalam laporan keuangan?



BAB II ISI A. PENGERTIAN MATERIALITAS Materialitas merupakan dasar penerapan dasar auditing, terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Oleh karena itu, materialitas mempunyai pengaruh yang mencakup semua aspek audit dalam audit atas laporan keuangan. Menurut FASB ( Finally Accounting Standart Board atau Badan standar tentang prinsip-prinsip akuntansi di Amerika) materialitas yaitu besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya dapat mengakibatkan perubahan atas pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut. Oleh karena auditor bertanggung jawab menentukan apakah terdapat salah saji informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut. Jika klien menolak untuk mengoreksi salah saji tersebut, maka auditor harus menerbitkan opini wajar dengan pengecualian atau tidak wajar, bergantung pada seberapa signifikan salah saji tersebut. Untuk menentukan hal tersebut, auditor sangat bergantung pada pengetahuan yang mendalam atas penerapan materialitas.



B. PERTIMBANGAN AWAL TENTANG MATERIALITAS Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam perencanaan auditnya. Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif yang berkaitan dengan



hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan dan kualitatif yang berkaitan dengan penyebab salah saji. Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua tingkat berikut ini : 



Tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas kewajaran mencakup laporan keuangan sebagai keseluruhan.







Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mencapai kesimpulan menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan.



Faktor yang harus dipertimbangkan dalam melakukan pertimbangan awal tentang materialitas pada setiap tingkat dijelaskan berikut ini : a. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas. Pertama, auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit dan kedua, pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit. Pada saat merencanakan audit, auditor perlu membuat estimasi materialitas karena terdapat hubungan terbalik antara jumlah dalam laporan keuangan yang dipandang material oleh auditor dengan jumlah pekerjaan audit yang diperlukan untuk menyatakan kewajaran laporan keuangan. Laporan keuangan mengandung salah saji material jika laporan tersebut berisi kekeliruan atau kecurangan yang dampaknya, secara individual atau secara gabungan, sedemikian signifikan sehingga mencegah penyajian secara wajar laporan keuangan tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Dalam keadaan ini, salah saji dapat terjadi sebagai akibat penerapan secara keliru prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, penyimpangan dari fakta, atau penghilangan informasi yang diperlukan. Dalam perencanaan audit, auditor harus menyadari bahwa terdapat lebih dari satu tingkat materialitas yang berkaitan dengan laporan keuangan. Kenyataannya, setiap laporan keuangan dapat memiliki dari satu tingkat materialitas. Untuk laporan laba-rugi, materialitasnya dapat dihubungkan dengan total pendapatan, laba bersih usaha, laba bersih sebelum pajak, atau laba bersih setelah pajak. Untuk neraca, materialitas dapat didasarkan pada total aktiva, aktiva lancar, modal kerja, atau modal saham.



Pertimbangan awal auditor tentang materialitas seringkali dibuat enam sampai dengan sembilan bulan sebelum tanggal neraca. Oleh karena itu, pertimbangan tersebut dapat didasarkan atas data laporan keuangan yang dibuat tahunan. Sebagai alternatif, pertimbangan tersebut dapat didasarkan atas hasil keuangan satu tahun atau lebih yang telah lalu, yang disesuaikan dengan perubahan terkini, seperti keadaan ekonomi umum dan trend industri. Sampai dengan saat ini, tidak terdapat panduan resmi yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tentang ukuran kuantitatif materialitas. Berikut ini diberikan contoh beberapa panduan kuantitatif yang digunakan dalam praktik: 



Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji 5 % sampai 10 % dari laba sebelum pajak.







Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji ½ % sampai 1 % dari total aktiva.







Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji 1 % dari total pasiva.







Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji ½ % sampai 1 % dari pendapatan bruto.



b. Materialitas pada Tingkat Saldo Akun Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada timgkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material. Saldo akun material adalah besarnya saldo akun yang tercatat, sedangkan konsep materialitas berkaitan dengan jumlah salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi keuangan. Saldo suatu akun yang tercatat umumnya mencerminkan batas atas lebih saji (overstateme) dalam akun tersebut. Oleh krena itu, akun dengan saldo yang jauh lebih kecil dibandingkan materialitas seringkali disebut sebagai tidak material mengenai risiko lebih saji. Namun, tidak ada batas jumlah kurang saji dalam suatu akun dengan saldo tercatat yang sangat kecil. Oleh karena itu, harus disadari oleh auditor, bahwa akun yang kelihatannya bersaldo tidak material, dapat berisi kurang saji ( understatement ) yang melampaui materialitasnya.



c. Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun Bila



pertimbangan



awal



auditor



tentang



materialitas



laporan



keuangan



dikuantifikasikan, penaksiran awal tentang materialitas untuk setiap akun dapat diperoleh dengan mengalokasikan materialitas laporan keuangan kea kun secara individual. Dalam melakukan alokasi, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya salah saji dalam akun tertentu dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memverifikasi akun tersebut. Dalam audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan bagi klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan auditan adalah akurat karena auditor yang bersangkutan tidak memeriksa setiap transaksi yang terjadi dalam tahun yang diaudit dan tidak dapat menentukan apakah semua transaksi yang terjadi telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan dikompilasi secara semestinya ke dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan (assurance) sebagai berikut: 



Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan







dikompilasi. Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan







keuangan auditan. Auditor dapat memberikan keyakinan, dalam bentuk pendapat (atau memberikan informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan ketidakberesan. Dengan demikian ada dua konsep yang mendasari keyakinan yang diberikan oleh



auditor yaitu konsep materialitas yang menunjukkan seberapa besar salah sajinya dan konsep risiko audit yang menunjukkan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.



Contoh Nilai Materialitas 



Nilainya tidak material Jika terdapat salah saji dalam laporan keuangan, tetapi cenderung tidak mempengaruhi keputusan pemakai laporan, salah saji tersebut dianggap tidak material. Dalam hal ini pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan. Contoh selisih salah saji Rp500 dengan total current asset Rp200.000 sehinnga total current aset menjadi Rp199.500, maka rasionya 199.500/100.000 dari total hutang maka rasionya menjadi 199,5% nilai tersebut tidak materil jika dibandingkan dengan 200% karena nilainya terlalu dekat.







Nilainya material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan Terdapat selisih Rp10.000 dari akun piutang dari total Rp200.000, nilai salah saji tersebut materil untuk akun piutang tapi nilai Rp10.000 ini jika dibandingkan dengan nilai keselurahan laporan keuangan dengan total aset Rp2.000.000.000 maka nilai Rp10.000 ke total aset Rp2.000.000.000 maka nilainya tidak materil sehingga tidak mempengaruhi keseluruhan penyajian laporan keuangan. Dengan kondisi seperti ini pendapat yang tepat adalah wajar dengan pengecualian.







Nilainya sangat material Tingkat materialitas tertinggi terjadi jika para pemakai dapat membuat keputusan yang salah dalam menyajikan laporan keuangan secara keseluruhan. Contohnya terdapat salah saji sebesar Rp100.000 dari total current aset Rp500.000 maka pengaruh salah saji tersebut material dan mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan, kemungkinan auditor menolak memberi pendapat.



D. OPINI AUDITOR TERHADAP SUATU LAPORAN KEUANGAN YANG SALAH SAJI Untuk “salah-saji telah diketahui”, auditor diwajibkan—oleh tuntutan profesinya—untuk meminta manajemen perusahaan (auditee) untuk melakukan koreksi terhadap masing-masing item salah-saji. Dalam banyak kasus, perusahaan (auditee) biasanya keberatan untuk memenuhi permintaan tersebut. Jika itu yang terjadi biasanya auditor perlu menjelaskan alasannya—secara terperinci. Jika masih tetap tidak mau, auditor biasanya menyertakan “sangkalan” (disclaimer) dalam opininya.



Sedangkan untuk “kemungkinan salah-saji”, diperlakukan sebagai berikut: 1. Jika berasal dari ekstrapolasi (proyeksi terhadap populasi dari uji secara sampling), maka auditor meminta manajemen untuk meneliti keseluruhan populasi dari mana sample diambil. Populasi ini bisa jadi berupa kelompok transaksi, saldo akun, atau informasi tambahan yang tercatum dalam disklosur laporan keuangan. Tujuan dari permintaan ini agar pihak menajemen perusahaan (auditee) menemukan semua salah-saji yang ada di dalam populasi, tanpa terkecuali—sehingga bisa melakukan koreksi yang diperlukan. 2. Jika berasal dari perbedaan estimasi—antara auditor dengan estimasi perusahaan—maka auditor meminta pihak manajemen untuk meninjau kembali metode dan asumsi yang digunakan untuk melakukan estimasi, termasuk perhitungannya. Auditor diharapkan dapat berkomunikasi dengan pihak manajemen perusahaan setelah salahsaji ditemukan, yang manapun tipenya. Makin cepat komunikasi dilakukan makin bagus, karena sangat mungkin manajemen membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk memenuhi permintaan auditor. Selanjutnya auditor meminta pihak manajemen melakukan koreksi atau meminta bukti transaksi/data/informasi tambahan. Perusahaan di sisi lainnya, diharapkan mampu menggunakan pertimbangan kualitatif dalam menilai suatu salah-saji— disamping kuantitatif.







CONTOH KASUS DALAM MATERIALITAS Saat akuntan publik mengaudit laporan perusahaan PT. AHOKKK DI DEMO RAME RAME menemukan hal-hal sebagai berikut:  Nilai total asset Perusahaan Rp. 50 Milyar  Nilai piutang netto Rp. 20 Milya  Setelah dilaksanakan prosedur audit atas piutang tersebut ditemukan nilai Piutang yang tidak jelas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan sebesar 10 Milyar. Pembahasan:



BAB III PENUTUP KESIMPULAN Materialitas adalah besarnya suatu penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang, dengan memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang yang mengandalkan pada informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau salah saji tersebut. Materialitas merupakan satu di antara berbagai faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor tentang kecukupan bukti audit. Semakin besar pengaruh salah saji maupun nilainya



semakin



materilitas



yang



dapat



mempengaruhi



laporan



keuangan laporan keuangan secara keseluruhan, maka kemungkinan auditor akan menolak memberi pendapatnya.



.



DAFTAR PUSTAKA Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing. Jakarta. Salemba Empat Kholifah, Nur. 2015. Materialitas dan Risiko Audit. Malang Mulyadi. 2010. Auditing (Cetakan ketujuh). Jakarta. Salemba Empat