Maulid Nabi Muhammad SAW [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Maulid Nabi Muhammad SAW



Maulid Nabi atau hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada mulanya diperingati untuk membangkitkan semangat umat Islam. Sebab waktu itu umat Islam sedang berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara salib Eropa, yakni dari Prancis, Jerman, dan Inggris. Umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan dan persaudaraan ukhuwah. Ternyata peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi



Perang



Salib



bergelora



kembali.



Salahuddin



berhasil



menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583 H) Yerusalem direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa, dan Masjidil Aqsa menjadi masjid kembali, sampai hari ini. Dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara, perayaan Maulid Nabi atau Muludan dimanfaatkan oleh Wali Songo untuk sarana dakwah dengan berbagai kegiatan yang menarik masyarakat agar mengucapkan syahadatain (dua kalimat syahadat) sebagai pertanda memeluk Islam. Itulah sebabnya perayaan Maulid Nabi disebut Perayaan Syahadatain, yang oleh lidah Jawa diucapkan Sekaten. Kini peringatan Maulid Nabi sangat lekat dengan kehidupan warga Nahdlatul Ulama (NU). Hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awal (Mulud), sudah dihapal luar kepala oleh anak-anak NU.



Dalam Madarirushu’ud Syarhul



Barzanji dikisahkan, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa menghormati hari lahirku, tentu aku berikan syafa’at kepadanya di Hari Kiamat.” Sahabat Umar bin Khattab secara bersemangat mengatakan: “Siapa yang menghormati hari lahir Rasulullah sama artinya dengan menghidupkan Islam!”.



1. Maulid Nabi dalam Pandangan Al-Qur’an dan Hadits a. Hadits



Rasulullah sendiri pernah merayakan hari kelahiran beliau sendiri yaitu dengan berpuasa pada hari senin. Ketika ditanyakan oleh para shahabat beliau menjawab:



‫ي‬ َّ ‫فيه ولدت وفيه أُنزل عل‬ “itu adalah hari kelahiranku dan hari diturunkan wahyu atasku”.(H.R. Muslim)             Hadis ini tersebut dalam kitab Shaheh Muslim jilid 2 hal 819. Hadis ini menjadi landasan yang kuat untuk pelaksanaan maulid walaupun dengan cara yang berbeda bukan dengan berpuasa seperti Rasululah melainkan dengan memyediakan makanan dan berzikir dan bershalawat, namun ada titik temunya yaitu mensyukuri kelahiran Rasulullah saw. Imam As Sayuthy menjadikan hadis ini sebagai landasan dibolehkan melaksanakan maulid Nabi. b. Al-Qur’an Diantaranya dalam al-Qur’an surat Yunus ayat 58 dan surat al-Abiya’ ayat 107.



َ‫قُلْ بِفَضْ ِل هَّللا ِ َوبِ َرحْ َمتِ ِه فَبِ َذلِكَ فَ ْليَ ْف َرحُوا هُ َو َخ ْي ٌر ِم َّما يَجْ َمعُون‬ Artinya: Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. (QS. Yunus: 58)



‫ األنبياء‬. َ‫ك إِاَّل َرحْ َمةً لِ ْل َعالَ ِمين‬ َ ‫َو َما أَرْ َس ْلنَا‬ Artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (QS al-Anbiya: 107) Kelahiran Nabi Muhammad digambarkan oleh al-Qur’an sebagai keutamaan dan rahmat yang universal dan agung, memberikan kebahagiaan dan kebaikan bagi seluruh manusia. dalam dua ayat di atas Allah SWT dengan lahirnya beliau dan diutusnya beliau sebagai rasul adalah sebuah rahmat yang tidak terkira bagi seluruh alam semesta ini, rahmatan lil ‘alamin.



2. Pendapat Para Ulama a. Imam al-Suyuthi dari kalangan ulama’ Syafi’iyyah mengatakan:



‫م‬bَ َّ‫ى هللاُ َعلَ ْي ِه َوآلِ ِه َو َسل‬ َ ‫ْم قَ ْد ِر النَّبِ ِّي‬bِ‫احبُهَا لِ َما فِ ْي ِه ِم ْن تَ ْع ِظي‬ َ ‫َع ْال َح َسنَ ِة الَّتِ ْي يُثَابُ َعلَ ْيهَا‬ َّ ‫صل‬ ِ ‫ص‬ ِ ‫ه َُو ِمنَ ْالبِد‬ ْ ِ‫َوإ‬ ‫ْف‬ bِ ‫ار بِ َموْ لِ ِد ِه ال َّش ِري‬ bِ ‫ح َوااْل ِ ْستِ ْب َش‬ ِ َ‫ظه‬ ِ ‫ار ْالفَ َر‬ “Perayaan maulid termasuk bid’ah yang baik, pelakunya mendapat pahala. Sebab di dalamnya terdapat sisi mengagungkan derajat Nabi Saw dan menampakan kegembiraan dengan waktu dilahirkannya Rasulullah Saw”. b. Dari kalangan Hanafiyyah, Syaikh Ibnu ‘Abidin mengatakan:



‫ى هللاُ َعلَ ْي ِه َوآلِ ِه َو َسلَّ َم‬ َ ‫ْف ِمنَ ال َّشه ِْر الَّ ِذيْ ُولِ َد فِ ْي ِه‬ َّ ‫صل‬ ِ ‫َع ْال َمحْ ُموْ َد ِة َع َم َل ْال َموْ لِ ِد ال َّش ِري‬ ِ ‫اِ ْعلَ ْم أَ َّن ِمنَ ْالبِد‬ “Ketahuilah bahwa salah satu bid’ah yang terpuji adalah perayaan maulid Nabi pada bulan dilahirkan Rasulullah Muhammad Saw”. c. Al-Imam Ibnu Taimiyyah dari kalangan madzhab Hanbali mengatakan:



‫َظ ْي ٌم لِ ُحس ِْن قَصْ ِد ِه‬ ِ ‫اس َويَ ُكوْ ُن لَهُ فِ ْي ِه أَجْ ٌر ع‬ ِ َّ‫فَتَ ْع ِظ ْي ُم ْال َموْ لِ ِد َواتِّ َخا ُذهُ َموْ ِس ًما قَ ْد يَ ْف َعلُهُ بَعْضُ الن‬ ‫ى هللاُ َعلَ ْي ِه َوآلِ ِه َو َسلَّ َم‬ َ ِ‫ْظ ْي ِم ِه لِ َرسُوْ ِل هللا‬ َّ ‫صل‬ ِ ‫َوتَع‬ “Mengagungkan maulid Nabi dan menjadikannya sebagai hari raya telah dilakukan oleh sebagian manusia dan mereka mendapat pahala besar atas tradisi tersebut, karena niat baiknya dan karena telah mengagungkan Rasulullah Saw”. Dari beberapa keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa tradisi merayakan maulid Nabi Saw merupakan bid’ah yang baik (disunahkan), meski tidak pernah dilakukan pada zaman Nabi Saw, karena di dalamnya terdapat sisi mengagungkan dan kecintaan kepada Rasulullah Saw. Maulid Nabi menggunakan konsep yang baru, akan tetapi isinya tetap sesuai seperti yang diajarkan dalam Al-Qur’an dan hadits. Bahkan, hukum merayakan maulid bisa dianjurkan bila menjadi sarana dakwah yang paling efektif untuk mengimbangi acara-acara yang membahayakan moral bangsa.