MCS - Course 11 - Sistem Pengukuran Kinerja PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MANAGEMENT CONTROL SYSTEMS Dr. Ronny Andesto, S.E., M.M



COURSE # 11



PENGUKURAN KINERJA



Agenda 01



Keterbatasan Sistem Pengendalian Keuangan



02



Balanced Scorecard



03



Implementasi Balanced Scorecard



04



Kesulitan dalam Mengmplementasi Balance Scorecard



Keterbatasan (Kelemahan) Sistem Pengendalian Keuangan







Mengandalkan pengukuran kinerja semata-mata pada ukuran-ukuran kinerja keuangan tidaklah cukup memadai, dan dapat mengarah pada perilaku disfungsional (dysfungtional behaviour) para manajer. Ada beberapa alasan untuk ini, yaitu, antara lain :







▪ ▪ ▪



Penggunaan ukuran kinerja keuangan semata untuk mengevaluasi kinerja dapat mengarahkan para manajer untuk mengambil tindakan jangka pendek untuk memenuhi target kinerja keuangan, yang kadang kala tindakan tersebut tidak sesuai/selaras dengan kepentingan (tujuan) jangka panjang perusahaan. Untuk memenuhi tuntutan kinerja (laba) jangka pendek, para manajer unit bisnis memiliki insentif untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang bermanfaat bagi kepentingan (tujuan) perusahaan dalam jangka panjang. Penggunaan ukuran kinerja keuangan berupa laba jangka pendek semata, dapat mendistorsi komunikasi antara manajer unit bisnis dengan manajer senior. Pengendalian keuangan yang ketat melalui ukuran-ukuran kinerja keuangan dapat memotivasi manajer unit bisnis untuk memanipulasi data keuangan (fraudulent behavior) tentang kinerja unit bisnisnya.



Balanced Scorecard (Sistem Pengukuran Kinerja Integratif)







♦ ♦ ♦







Untuk mengatasi keterbatasan (kelemahan) pengendalian keuangan yang semata-mata mengandalkan ukuran kinerja keuangan, maka muncul alternatif sistem pengukuran kinerja integratif yang tidak hanya fokus pada ukuran kinerja keuangan. Ukuran kinerja alternatif tersebut adalah Balanced Scorecard. Balanced Scorecard mengintegrasikan serta mengkaitkan beberapa ukuran kinerja yang tidak hanya fokus pada ukuran keuangan tetapi juga fokus pada perspektif lainnya dari bisnis. Perspektif pengukuran kinerja berdasarkan Balanced Scorecard meliputi : ▪ Perspektif Keuangan (misal, margin laba, return on aset, dan arus kas). ▪ Perspektif Pelanggan (misal, pangsa pasar, kepuasan pelanggan, retensi pelanggan). ▪ Perspektif Proses Bisnis Internal (misal, retensi karyawan, respons time, utiliasi kapasitas). ▪ Perspektif Pembelajaran dan Inovasi (misal, persentase penjualan produk baru, inovasi yang dihasilkan). Balanced Scorecard berusaha menyeimbangkan (balanced) antara ukuran-ukuran kinerja strategis yang berbeda dalam keempat perspektif tersebut dalam upaya untuk mencapai keselarasan tujuan, sehingga mendorong setiap anggota organisasi untuk bertindak sesuai dengan kepentingan terbaik perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.



Implementasi Balanced Scorecard







Secara garis besar, ada 4 (empat) tahapan pokok yang harus dilalui perusahaan untuk mengimplementasikan sistem pengukuran kinerja berbasis Balanced Scorecard, yaitu, meliputi :



▪ ▪ ▪ ▪



Merumuskan/menetapkan strategi : Balanced scorecard membangun keterkaitan antara strategi dengan tindakan operasional. Pada tahap ini, merupakan hal yang penting bagi perusahaan untuk merumuskan tujuannya secara eksplisit yang dinyatakan dalam target-target yang akan dicapai. Menetapkan ukuran-ukuran kinerja dari strategi : Pada tahap ini perusahaan menetapkan ukuranukuran kinerja dari strategi yang telah ditetapkan. Perusahaan harus fokus pada ukuran-ukuran kinerja yang penting dan mengkaitkan ukuran-ukuran kinerja tersebut satu sama lainnya. Mengintegrasikan ukuran kinerja ke dalam sistem manajemen : Balanced scorecard mengintegrasikan ukuran-ukuran kinerja ke dalam struktur formal maupun informal perusahaan, budaya perusahaan, serta praktik sumber daya manusia yang diterapkan perusahaan. Mereviu ukuran kinerja dan hasil yang dcapai secara berkala : Penerapan balanced scorecard merupakan proses yang kontinyu dan tidak hanya terbatas pada upaya penetapan ukuran kinerja. Ukuran kinerja dan hasil yang dicapai harus direviu secara berkala yang memungkinkan manajemen untuk melakukan tindakan perbaikan (corrective action) jika diperlukan dalam rangka mengantisipasi perubahan pada lingkungan internal dan eksternal perusahaan.



Kesulitan dalam Mengimplementasikan Balanced Scorecard







Ada beberapa kesulitan yang dihadapi dalam mengimplementasikan Balanced Scorecard, antara lain :











▪ ▪ ▪



Adanya korelasi yang buruk antara ukuran non-keuangan dengan hasil keuangan yang diperoleh : Tidak ada jaminan bahwa profitabilitas masa depan akan mengikuti pencapaian target non-keuangan.



Terpaku pada hasil-hasil keuangan : Meskipun telah mengembangkan ukuran kinerja yang integratif (keuangan dan non-keuangan), pemegang saham dan komisaris biasanya tetap menuntut pencapaian ukuran kinerja keuangan tertentu (misal, laba), yang dapat mendorong manajemen untuk melakukan tindakan-tindakan jangka pendek untuk memenuhi tuntutan tersebut. Ukuran-ukuran kinerja yang telah ditetapkan sering tidak diperbarui : Balanced scorecard merupakan proses yang kontinyu, yang harus diperbarui secara periodik. Jika ukuran-ukuran kinerja tidak diperbarui, maka ukuran tersebut bisa kehilangan relevansi terhadap perubahan kondisi. Terlalu banyak ukuran kinerja yang digunakan : Terlalu banyaknya ukuran kinerja yang digunakan dan harus dipenuhi dapat menyebabkan manajer manajer kehilangan fokus dalam melakukan pekerjaannya, sehingga sulit untuk menetapkan prioritas. Kesulitan dalam menetapkan trade-off : Kebanyakan scorecard tidak menetapkan bobot (weigth) untuk masing-masing ukuran kinerja, sehingga menyulitkan manajer untuk melakukan trade-off antara ukuran kinerja keuangan dan ukuran kinerja non-keuangan.



Note :







Untuk contoh rincian ukuran-ukuran kinerja pada balanced scorecard berdasarkan keempat perspektif pengukuran kinerja yang dicakup (keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan inovasi), lihat contoh pada textbook Anthony & Govindarajan (2007), Management Control Systems, Chapter 11.