Memahami Proses Penciptaan Manusia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MEMAHAMI PROSES PENCIPTAAN MANUSIA BERDASARKAN AL-QUR’AN MAKALAH Dosen : Dr. Irfan Bachtiar, M.Pd.I., M.H.I



Oleh : 1. Annisa Istami’ lima Yuha



(D97217085)



2. Fadwa Faradisa



(D97217090)



3. Faiq Aulia Rahmah



(D97217091)



PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL S U R A B A Y A i



KATA PENGANTAR



Assalamu’alaikum Wr.Wb Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan nikmat-Nya kepada penulis, baik berupa kesehatan fisik maupun akal pikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “MEMAHAMI PROSES PENCIPTAAN MANUSIA BERDASARKAN AL-QUR’AN” untuk memenuhi tugas mata kuliah IAD/IBD/ISD. Penulis mengucapak terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam proses penulisan makalah ini. Dengan adanya makalah ini, penulis berharap bisa memberikan sedikit pengetahuan yang bermanfaat tentang Proses Penciptaan Manusia Berdasarkan Al-Qur’an yang bebas dari kesalahan. Namun, penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini tentu terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini kedepannya. Terima kasih.



Surabaya, September 2017



Penulis



ii



DAFTAR ISI



I.



HALAMAN JUDUL ................................................................................... i



II.



KATA PENGANTAR................................................................................ ii



III.



DAFTAR ISI ............................................................................................. iii



IV.



BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 1 1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................. 1



V.



BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 2 2.1 Proses Penciptaan Manusia.................................................................. 2 2.1.1 Proses Penciptaan Manusia Pertama (Adam) ............................ 2 2.1.2 Proses Penciptaan Manusia Kedua (Siti Hawa) ........................ 4 2.1.3 Penciptaan Keturunan Adam/Reproduksi Manusia .................. 5 2.2 Fase-Fase Penciptaan Manusia............................................................. 7 2.2.1 Tahap Jasad ............................................................................... 8 2.2.2 Tahap Hayat .............................................................................. 9 2.2.3 Tahap Ruh ............................................................................... 10 2.2.4 Tahap Nafs .............................................................................. 12



VI.



BAB III PENUTUP................................................................................... 15 3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 15 3.2 Saran .................................................................................................. 15



VII.



DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 16



iii



BAB I PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Musa Asy’ari mengatakan bahwa penciptaan adalah suatu proses mewujudkan gagasan dalam kenyataan. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia senantiasa terlibat dalam proses penciptaan, antara lain gedunggedung yang berlomba makin tinggi seakan-akan mencakar langit, membangun jalan layang untuk mengatasi kemacetan karena semakin banyaknya kendaraan yang terus diproduksi, menciptakan konsep-konsep pembangunan yang baru, sesuai dengan perubahan yang senantiasa terjadi dalam kehidupan manusia, dan seterusnya. Sebagai makhluk yang berpikir dan senantiasa terlibat dalam proses penciptaan sudah sepantasnya manusia berpikir tentang asal kejadiannya, supaya manusia dapat bersyukur dengan keberadaannya. Darimana dan bagaimana manusia diciptakan sampai memiliki bentuk dan rupa yang sempurna dibanding makhluk lain.



1.2



Rumusan Masalah 1. Bagaimana proses penciptaan manusia? 2. Bagaimana fase-fase penciptaan manusia?



1.3



Tujuan 1. Mengetahui dan memahami proses penciptaan manusia. 2. Mengetahui dan memahami fase-fase penciptaan manusia.



1



BAB II PEMBAHASAN



2.1



Proses Penciptaan Manusia Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Sebagaimana dalam firman-Nya QS. At-Tin ayat 4: ‫َلقَ ْد خَ لَ ْقنَاااْل ِ ْن َسانَ فِي اَحْ َس ِن تَ ْق ِو ْي ٌم‬ “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” Penciptaan manusia dan reproduksi manusia dimaksudkan adalah penciptaan manusia pertama kali yaitu penciptaan Adam dan Hawa serta penciptaan keturunannya yang dikenal dengan reproduksi manusia. 2.1.1



Proses penciptaan manusia pertama (Adam) Di dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa Nabi Adam diciptakan oleh Allah dari tanah yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam QS. As-Sajdah:7 “Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah.”.



2



Selain itu, Allah juga berfirman dalam QS. Al-Hijr : 26 “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” Adam sebagai manusia pertama atau prototif manusia, tercipta dari anasir-anasir: a.



Tanah, diterangkan dalam Al-Qur’an (QS Surah Al-Rum [30]: 20; Ali Imran [3]: 59; Al-Kahfi [18]: 37; Fathir [35]: 11; Al-Hajj [22]: 5; Al-Sajdah [32]: 7) dalam ayat tersebut di atas term yang digunakan ialah “turab” dan “tin”.



b.



Saripati yang tersaring dari tanah, “sulalatin min tin” (QS Al-Mu’min [23]: 12).



c.



Tanah kering seperti tanah tembikar yang terbakar, “min salsalin kal fakhkhar” (QS Ar-Ramhan [55]: 14).



d.



Tanah kering yang berobah baunya “min salsalin min hama’in masnun” (QS Al-Hijr [15]: 26).



e.



Air yang merupakan asal usul seluruh kehidupan sebagaimana dijelaskan dalam ayat 54 surah Al-Furqan [25] yang artinya “Dan Dia (Allah) pula yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia (Allah) jadikan manusia itu punya keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.” (QS Al-Furqan [25]: 54).



f.



Roh, seperti dalam surah Al-Hijr ayat 29 yang artinya “maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya



3



dan telah meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)Ku...” (QS Al-Hijr [15]: 29). Dari



ayat-ayat



Al-Qur’an



yang



dikutip



di



atas



menginformasikan bahwa manusia itu terbentuk dari komponenkomponen yang dikandung dalam tanah dan air yang merupakan komponen biologis manusia serta satu lagi komponen penting yang menetunkan ciri kemanusiaan manusia yaitu roh. Setelah proses-proses fisik berlangsung dalam penciptaan manusia, pemasukan roh menjadi unsur penentu yang membedakan manusia dengan dunia makhluk lain. Komponen terakhir ini pada hakikatnya belum diketahui manusia sehingga merupakan misteri besar bagi manusia (QS AlIsra’ [17]: 85). Roh adalah getaran ilahiah yaitu getaran sinyal ketuhanan



sebagai



rahmat,



nikmat,



dan



hikmah



yang



kesemuannya sering terasakan sentuhannya, tetapi sukar dipahami hakikatnya. Sentuhan getaran rohaniah itulah yang menyebabkan manusia dapat mencerna nilai-nilai belas kasih, kejujuran, kebenaran, keadilan, dan sebagainya. (Dirjen Bimbagais, 2000). 2.1.2



Proses penciptaan mausia kedua (Siti Hawa) Dalam penciptaan Hawa sebagai istri Adam, Al-Qur’an membicarakan dengan singkat melalui surah An-Nisa’ [4]: 1 yang artinya “Hai sekalian manusia bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri dan daripadanya



4



Allah menciptakan istrinya dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan



laki-laki



dan



perempuan



yang



banyak...” Dalam ayat tersebut di atas kata-kata (wa khalaqa minha zaujaha) diartikan sebagai “dan daripadanya Allah menciptakan istrinya”. Ahli tafsir ada yang menafsirkan “daripadanya”, ialah dari unsur yang serupa dengannya (serupa dengan Adam), sehingga dapat terjadi rasa ketertarikan antara yang satu dengan yang lainnya untuk berkembang biak. 2.1.3



Penciptaan Keterunan Adam/Reproduksi Manusia Diskusi panel tentang “Al-Qur’anul Karim dan Penciptaan Manusia” yang diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Kedokteran YARSI (sekarang Universitas YARSI) Jakarta pada tanggal 17 November 1979, menyimpulkan bahwa reproduksi manusia dijelaskan oleh Al-Qur’an melalui penahapan sebagai berikut. 1.



Sel Kelamin (gamet) Keturunan manusia diciptakan dari al-ma’ artinya air (QS Al-Furqan [25]: 54), ma’in dafiq artinya air yang tumpah (QS Al-Thariq [86]: 6), ma’in mahin artinya saripati air yang lemah (sperma) (QS Al-Sajdah [32]: 8; Al-Mursalat [77]:20). Yang maksudnya dengan al-ma’ dalam ayat tersebut di atas itu tentunya adalah sperma laki-laki.



5



2.



Pembuahan (conceptio) Perhatikan ayat berikut ini (QS Al-Fathir [35]: 11; Abasa [80]: 19; Al-Mu’minun [23]: 12; Ya-Sin [36]: 77). Ayatayat tersebut menjelaskan bahwa manusia berasal dari nutfah,



conceptus/zygote



yaitu



hasil



bertemunya



spermatozoom dengan ovum. Ini jenjang pertmana kejadian manusia diperkuat dengan surah/ayat (QS Al-Insan [76]: 2) yang menyebutkan “min nutfatin ansyajin” artinya setetes mani yang bercampur. 3.



Perkembangan Janin Perhatikan Al-Qur’an surah Al-Mu’minun [23] ayat 13 dan Al-Mursalat [77] ayat 21 dalam kedua ayat ini ada katakata kunci ialah “qararin makin” yang berindikasi rahim atau uterus. Kemudian pada (QS Ali Imran [3]: 6; Al-Hajj [22]: 5) secara khusus dalam kedua ayat tersebut disebutkan kata-kata arham yang diartikan rahim. Kedua istilah tersebut mempunya makna rahim atau uterus, hal ini mempunyai ketentuan sebagai “qararin makin” yakni tempat yang kokoh, tempat yang aman, tempat yang tersedia apa yang diperlukan. Dalam surah Al-Mu’minun [23]: 12-14 diterangkan proses reproduksi



manusia



mula-mula



disebut



nutfah



(conceptus/zygote) yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim), “fi qararin makin”. Kemudian menjadi “



6



‘alaqah” (blastocyst), proses bersarangnya blastocyst pada dinding



rahim



disebut



“nidatio/implatio”



(QS



Al-



Mu’minun [23]: 13; Al-Hajj [22]: 5; Al-Alaq [96]: 2). Dari ‘alaqah kemudian menjadi “mudlghah” yaitu “embrio” selanjutnya ditiupkan roh (di ayat lain disebutkan wanafakhtu fihi min ruhihi) kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain (tsumma ansya’nahu khalqan akhar). Ayat itu ditutup dengan “fatabarakallahu ahsanul khaliqin”, Maha Suci Allah pencipta Yang Paling Baik. Selanjutnya soal masa hamil dijelaskan dalam surah dan ayat lain yaitu masa/usia minimal hamil seseorang yaitu selama enam bulan, hal ini disimpulkan dari (QS Al-Ahqaf [46]: 15) yang intinya menyebutkan bahwa masa menyusui dan hamil selama 30 bulan (wahamluhu wa fisaluhu salasuna syahran) dan dari (QS Luqman [31]: 14) yang intinya masa menyusui adalah 2 tahun atau 24 bulan (wa fisaluhu fi amain). Dengan demikian, masa hamil minimal adalah 30 bulan dikurangi 24 bulan yaitu 6 bulan. 2.2



Fase-Fase penciptaan Manusia Kata pokok yang dipakai dalam Al-Qur’an untuk menggambarkan penciptaan manusia adalah khalaqa, yang artinya menciptakan atau membentuk. Secara umum , kata



7



khalaqa dipakai untuk pengertian



penciptaan dari tidak ada menjadi ada, atau penciptaan sesuatu yang baru dari sesuatu yang ada terlebih dahulu. Al-Qur’an menyatakan bahwa penciptaan manusia bermula dari sesutu yang sudah diketahui. Seperti yang telah dijelaskan dalam Qur’an surat Al-Ma’arij ayat 39 yang artinya, “Tidak!, Kami telah ciptakan mereka dari ayat ayat yang mereka ketahui”. Dalam prosesnya, penciptaan manusia itu berlangsung dalam beberapa tahap. 2.2.1



Tahap Jasad Jasad ialah tubuh atau badan. Dalam tafsir Al-Razi diakatakan bahwa jasad ialah tubuh manusia yang berupa darah,tulang dan daging. Jadi, jasad manusia tidak lain adalah badan kasar manusia yang tampak pada luarnya, dapat diraba dan difoto serta menempati rung dan waktu tertentu. Jasad manusia mengalami perubahan. Setiap usia manusia bertambah, jasad manusia pun mengalami ketuaan dan kerusakan. Dengan datangnya kematian jasad manusia kembali keasalnya, alam semesta. Dalam kehidupan sehari-hari, jasad manusia ini diapndang sebagai sesuatu yang tidak menentukan baik buruknya manusia. Meskipun jasad manusia tersebut bagus atau cantik tetapi perbuatannya jelek, maka nilai kebagusan ataupun kecantikan itu akan hilang. Selanjutnya, Al-Qur’an menjelaskan bahwa permulaan penciptaan manusia adalah dari tanah (QS. Al-Shaffat [37]: 1). Pada ayat lain, tanah itu juga disebut shalshal, tanah liat. (QS. Ar8



Rahman [55]: 14). Mengenai tanah ini, Al-Qur’an pada ayat lain menerangkan pengertian yang lebih jelas, bahwa yang dimaksud dengan tanah adalah saripatinya (QS. Al-Mu’minun [23]: 12). 2.2.2



Tahap Hayat Al-hayat, hidup, lawan kata dari al-maut, mati. Kata alhayy dipakai untuk menyebut segala sesuatu yng tidak mati, bentuk jamaknya al-ahya’. Dalam kehidupan sehari-hari kata alhayat atau hidup , dipakai dalam kaitan dengan benda-benda hidup, yaitu manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan. Dalam Al-Qur’an menegaskan bahwa awal kehidupan manusia adalah air. “kemudian Ia menjadikan keturunannya dari air yang hina”. Air yang hina itu adalah air mani (sperma): “Bukankah ia (pada mulanya) adalah setitik mani yang dipancarkan?” (QS Al-Qiyamah [75:37]). Dari air mani yang berisi jutaan sel yang berenang, yang terbuahi dalam rahim eorang ibu, bermula suatu kehidupan manusia. Selanjutnya, melalui beberapa tahap kehidupan dalam kandungan, terbentuklah wujud manusia yang sempurna. “kemudian Kami jadikan ia mani yang tersimpan dalam wadah yang kokoh aman. Kemudian mani itu Kami jadikan segumpal darah. Lalu segumpal darah itu Kami jadikan daging. Dari gumpalan daging itu Kami jadikan tulang belulang. Kami bungkus tulang itu dengan daging kemudian Kami bentuk ia jadi



9



makhluk yang lain. Maha Suci Allah, Pencipta yang paling baik. (QS Al-Mukminun : 13,14) Jadi hidup bagi manusia dalam pengertian adanya gerak atau pertumbuhan, bermula dari air mani (sperma) yang berupa jutaan sel yang bergerak. Oleh ketentuan tuhan, sel itu terbuahi dalam kandungan seorang ibu, dan melalui tahap kehidupan dalam kandungan, akhirnya wujud manusia yang sempurna itu lahir. Esensi hidup adalah gerak dan perubahan. Perubahan terjadi karena adanya gerak. Jika gerak sudah tidak ada lagi, karena matinya tubuh manusia, proses hidup pun terhenti. Oleh karena itu, kejadian dan ketiadaan juga senantiasa berlangsung dalam perkembangan suatu hal, seperti berlangsungnya kehidupan dan kematian dalam tubuh manusia. 2.2.3



Tahap Ruh Ruh adalah sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pengetahuan manusia tentang ruh tentu saja berbeda dengan pengetahuan manusia tentang jasad, yang bisa diraba, diukur, ditimbang bahkan difoto. Pengetahuan tentang ruh bersifat



spiritual,



karena



berkaitan



dengan



medan



yang



immaterial, yang tidak bisa diraba, diukur, ditimbang ataupun difoto. Kata ruh adalah al-rih, angin. Karena itu, al-ruh disebut alnafas, nafas atau nyawa.



10



Dalam al-Qur’an terdapat 22 kata al-ruh, yang tersebut dalam 20 ayat. Kata al-ruh dalam Al-Qur’an dipakai dalam berbagai arti dan konteks, seperti dalam QS Al-Baqarah ayat 87 dan 253, An-Nisa’ ayat 171, Al- Maidah ayat 110, Yusuf ayat 87, Al-Hijr aya 29, An-Nahl ayat 2 dan 120, Al-Isra’ ayat 85, Maryam ayat 17, Al-Anbiya’ ayat 91, Asy-Syu’ara ayat 193, AsSajdah ayat 9, Shad ayat 72, Al-Mukmin ayat 15, Asy-syura ayat 193, Al-Waqiah ayat 89, Al-Mujadalah ayat 22, At-Tahrim ayat 12, Al-Ma’arij ayat 4, An-Naba ayat 38, Al-Qadr ayat 4. Lalu apakah al-ruh dari tuhan yang dihembuskan dalam diri manusia itu? Jika direnungkan ayat (QS As-Sajdah ayat 9) yang mengaitkan tiupan al-ruh kedalam diri manusia dengan dijadikannya pendengaran, penglihatan, dan kalbu, dapatlah ditarik pengertian bahwa al-ruh itu adalah pimpinan yang ada dalam



diri



manusia,



yang



membimbing



penglihatan, dan kalbunya untuk



pendengaran



,



memahami kebenaran.



Pendengaran, penglihatan, dan kalbu merupakan kesatuan ketika kalbu manusia berfungsi sebagai pimpinan. Kalbu yang tak berfungsi memimpin manusia disebut kalbu yang buta, yang tidak mampu melihat kebenaran (QS Al-Hajj ayat 46) seperti halnya alruh, al-Qur’an secara tegas menjawab dan menerangkan pertanyaan tentang al-ruh manusia sebagai amr min rabbi dan manusia diberikan pengetahuan sedikit tentangnya (QS Al-Isra’



11



ayat 85). Jadi al-ruh dalam diri manusia adalah bimbingan dan pimpinan tuhan dalam diri manusia. 2.2.4



Tahap Nafs Kata al-nafs berasal dari Al-Qur’an telah masuk dalam bahasa kita (Indonesia) dengan pengertian nafsu, nafas, dan ruh. Kata alnafs sesungguhnya mempunyai makna person (keakuan) atau self (pribadi). Al-nafs dalam pengertian keakuan atau pribadi adalah totalitas diri manusia. Pernyataan “aku” adalah pernyataan total tentang diri manusia. Jika sesorang mengatakan “aku makan”, maka pernyataan aku itu menunjuk totalitas diri, meskipun yang melakukan makan adalah mulutnya. Oleh karena itu, ia tidak akan mengatakan mulutku makan. Jadi, pernyataan “aku”, tidaklah semata mata menyangkut hal-hal yang fisik (jasad) saja, tetapi juga lebih dalam lagi berkaitan dengan hal-hal yang non fisik. Keakuan pada hakikatnya adalah totalitan diri yang bersifat transenden. Kata al-nafs dalam al-Qur’an disebutkan dalam 140 ayat. Sedangkan bentuk jamaknya nufus, terdapat dalam 2 ayat, dan dalam bentuk jamak lainnya anfus terdapat dalam 153 ayat. Dalam al-Qur’an kata al-nafs digunakan dalm 4 pengertian, yaitu 1) dalam pengertian nafsu, 2)nafas ,3)jiwa, 4) diri atau keakuan.



12



Salah satu ayat al-nafs dalam pengertian diri, keakuan, pribadi, terdapat dalam ayat berikut. Katakanlah: “Akankah aku mencari tuhan selain Allah, padahal Dialah tuhan bagi segala sesuatu? Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudaratannya kembali kepada dirinya sendiri, dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada tuhan mu lah kamu kembali, dan



akan



diberitakanNya



kepadamu



apa



yang



kamu



perselisihkan.”.(QS Al-An’am ayat 164). Realitas manusia adalah realitas pribadi, yang satu sama lain saling berhubungan, dan setiap pribadi mempunyai pendapat dan keinginan yang berbeda-beda. Setip pribadi bertanggung jawab sepenuhnya atas segala apa yang dilakukannya, ia tidak bertanggung jawab atas perbuatan orang lain. Menurut Al-Qur’an, setiap pribadi hanya memperoleh bagian dari apa yang dilakukannya. Oleh karena itu perbuatan baik pada dasarnya untuk kepentingan dirinya sendiri, demikian pula perbuatan jelek pada dasarnya akan merugikan dirinya sendiri. Disamping itu AlQur’an



juga menegaskan bahwa perbaikan nasib seseorang



ditentukan oleh kemampuannya mengubah apa yang ada dalam diri pribadinya. Dalam hal ini, kesungguhan diri manusia mempunyai arti yang sangat penting. Tuhan menjanjikan kepada siapa



yang



bersungguh-sungguh



dalam



jalan-Nya



akan



memperoleh bimbingan-Nya, karena tuhan selalu bersama-sama 13



dengan orang-orang yang berbuat kebaikan. Itulah sebabnya, mengapa sebagian besar kata nafs dalam Al-Qur’an dipahami untuk menunjukkan arti diri, keakuan. Keakuan itu bertanggung jawab atas setiap apa yang diperbuatnya (QS An-Najm ayat 3840) dan akan menanggung akibat yang timbul dari apa yang diperbuatnya itu (QS Fushshilat ayat 46) dan perubahan keadaan hidupnya hanya akan terjadi jika keakuan itu mengubah dirinya (QS Al-Anfal ayat 53. Oleh karena itu melalui kerja yang sungguh-sungguh keakuan akan mendapatkan hasil apa yang dikerjakannya (QS Al-Ankabut ayat 6).



14



BAB III PENUTUP



3.1



Kesimpulan Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang diciptakan melalui proses-proses dan fase-fase yang telah ditetapkan-Nya sedemikian rupa, sehingga terciptalah manusia yang mempunyai bentuk dan rupa yang paling sempurna diantara makhluk-makhluk yang lain. Dengan demikian, kita harus selalu menjaga dan mensyukuri apa yang telah Allah anugerahkan kepada kita.



3.2



Saran Kita harus selalu menjadi manusia yang berpikir darimana dan bagaimana asal diciptakannya. Sehingga kita tidak menjadi manusia yang lupa darimana asalnya, yang mana akan membuat sifatsifat congkak dan sombong semakin menjadi-jadi, baik di hadapan Allah maupun orang lain.



15



DAFTAR PUSTAKA



Harahap, Hakim Muda. 2007. Rahasia Al-Qur’an Menguak Alam Semesta, Mausia, Malaikat, dan Keruntuhan Alam. Depok: Darul Hikmah. Supadie, Didiek Ahmad, M.M., dkk. 2012. Pengantar Studi Islam Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers. Zainuddin, Ansar. 2017. Proses Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur’an, http://www.kumpulanmakalah.com/2016/10/penciptaan-manusia-menurut-alquran.html diunduh tanggal 17 September 2017 jam 22:10 WIB



16