Membangun Jemaat THN 2019 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



2 Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja Jln. Ahmad Yani No. 45, Rantepao 91831 Toraja Utara, Sul-Sel Tlp. (0423) 21612, 21460, 21219, 21742 Fax. (0423) 27165 E-mail: [email protected] Website: bps-gerejatoraja.org



Katalog dalam terbitan (KDT) Membangun Jemaat KPWG Gereja Toraja Tahun 2018 Cet. Toraja: Sulo, 2018 Hlm: 15 x 21 cm.



Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari penerbit. Isi di luar tanggung jawab Percetakan.



Dicetak oleh Percetakan Sulo Rantepao PT. SULO Jl. Sam Ratulangi 66 Rantepao 91831, Toraja Utara, Sulawesi Selatan Tlp. (0423) 25020, 21024; Faks (0423) 21024. E-mail: [email protected]



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



3



MEMBANGUN JEMAAT NOMOR 90 TAHUN 2019 BAHAN KHOTBAH,PENELAAHAN ALKITAB, DAN BACAAN HARIAN GEREJA TORAJA TAHUN 2019



Penyunting, Edit dan lay out Pdt. Daud Palelingan Editor: Pdt. Dr. Joni Tapingku Pdt. Daud Palelingan Penerjemah Bahasa Toraja Pdt. Elvis Leme` Saladan Desain sampul Tata letak



: Rantivianto Kendenan : Daud Palelingan



Koreksi dan Pembaca Akhir Pdt. Dr. Alfred Anggui



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



4 KATA PENGANTAR Dari tengah suasana keprihatinan yang tetap kita rasakan bersama dengan saudara-saudara kita di Lombok, Palu, Sigi dan Donggala sebagai akibat berbagai peristiwa alam yang telah menelan begitu banyak korban jiwa dan harta benda di tahun 2018 yang lalu, kita tetap mau menaikkan syukur kepada Tuhan. Tentu saja kita bersyukur bukan karena peristiwa yang terjadi dan telah menelan begitu banyak korban, tetapi kita bersyukur karena kita percaya betapa Tuhan juga tetap menolong dan memberi kekuatan bagi kita semua untuk merajut asa bersama menuju masa depan. Seperti Yunus yang menaikkan doa syukur dari kedalaman samudera raya dan belenggu lumut laut yang melilit kepalanya, kita pun percaya betapa doa dan seruan kita kepada Tuhan dari jurang pergumulan yang terdalam sekalipun, senantiasa didengarkan oleh Tuhan Pemilik alam semesta ini. Sebagai warga Gereja Toraja, kita juga bersyukur dapat berperan serta dengan segala keterbatasan kita dalam menolong saudara-saudara kita yang menderita di berbagai tempat tersebut. Sehubungan dengan itu, sejumlah bahan khotbah dan PA dalam buku Membangun Jemaat Tahun 2019 ini kiranya dapat menolong kita untuk tetap hidup berpengharapan dan mampu melihat kebaikan Tuhan di tengah berbagai pergumulan hidup yang dialami. Dalam kehidupan berbangsa, tahun 2019 akan diwarnai dengan sebuah agenda penting, yakni pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, serta pemilihan anggota DPR RI, DPD RI dan DPRD. Gereja Toraja sepenuhnya meyakini, bahwa bidang politik juga merupakan bagian dari lingkup pelayanan gereja, sebab kehidupan politik pada dasarnya dimaksudkan untuk membangun tatanan kehidupan dan peradaban manusia menjadi lebih baik sebagaimana yang Tuhan kehendaki. Oleh sebab itu, segenap warga Gereja Toraja diharapkan dapat mendukung seluruh proses kehidupan politik secara baik dan benar sesuai dengan peran dan tanggung jawab yang sudah diberikan kepada kita masing-masing. Termasuk dalam hal ini mendoakan segenap warga Gereja Toraja yang juga memberi diri mereka untuk dicalonkan menjadi anggota legislatif di berbagai tingkatannya dalam pemilu tahun 2019 ini. Melalui bahan khotbah dan PA dalam buku ini, kita semua kiranya dapat semakin diperlengkapi guna menentukan sikap terbaik menurut iman Kristen yang harus ditempuh guna mewujudkan kehidupan sosial politik yang jauh lebih baik, berkeadilan dan bermartabat. Selain berbicara tentang konteks kehidupan kita bersama di tahun ini, melalui kesempatan ini kami juga ingin menyampaikan, bahwa buku Membangun Jemaat Tahun 2019 ini mulai menggunakan Kalender Tahun Gerejawi sebagai acuan dalam penerbitan, yakni yang dimulai dengan minggu Adven 1 dan diakhiri dengan minggu Kristus Raja yang jatuh pada hari Minggu terakhir sebelum minggu adven tahun berikutnya. Itu sebabnya, buku Membangun Jemaat Tahun 2019 ini hanya memuat bahan khotbah dan Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



5 PA hingga akhir bulan November, sehubungan dengan Akhir Tahun Gerejawi (minggu Kristus Raja) di tahun ini yang jatuh pada tanggal 24 November 2019. Dengan demikian buku Membangun Jemaat untuk terbitan berikutnya, yakni Tahun 2020, akan diawali dengan bahan khotbah untuk minggu-minggu Adven di Bulan Desember 2019, yakni sehubungan dengan minggu Adven 1 sebagai awal Tahun Gerejawi dan berakhir dengan bahan khotbah dan PA di Minggu Kristus Raja yang merupakan Akhir Tahun Gerejawi. Maksud dari semua perubahan ini, ialah untuk membuat segenap warga Gereja Toraja semakin menghayati perjalanan hidupnya dalam terang perjalanan karya penyelamatan Allah dalam diri Yesus Kristus. Hari-hari yang akan dilalui kiranya tidak berlalu begitu saja, tetapi ditempatkan dalam karya Kristus bagi dunia. Demikian penyampaian kami. Dari Tongkonan Sangullele kami ucapkan selamat untuk terus melayani bersama dan menghasilkan buahbuah terbaik dalam dunia. Tuhan beserta kita sekalian. Salam dan doa kami Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



6 MEMAHAMI LEKSIONARI EKUMENIS Apa dan untuk apa Leksionari? Leksionari (dari kata Lectio yang berarti “baca”) adalah suatu kumpulan daftar bacaan Alkitab yang disusun secara ekumenis dan ditujukan untuk memproklamasikan Firman Tuhan dalam ibadah atau liturgi menurut Tahun Gerejawi (Penjelasan lengkap mengenai Tahun Gerejawi atau Tahun Liturgi dalam hubungannya dengan Leksionari dapat dibaca dalam buku Liturgi Gereja Toraja). Leksionari merupakan hasil dari upaya gereja Tuhan untuk memproklamasikan Firman Tuhan kepada umat dengan cara menyeleksi bagian-bagian dari Alkitab menurut tahun gerejawi yang berlangsung selama satu tahun dan dapat digunakan secara ekumenis oleh setiap umat yang memiliki latar belakang denominasi, etnis, budaya, dan geografis yang berbeda-beda. Karena itulah, daftar bacaan ini disebut Leksionari Ekumenis. Tujuan utama adalah pertumbuhan iman. Proses pertumbuhan iman umat tersebut disusun dalam siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga tahun, yaitu tahun A, tahun B, dan tahun C. Tahun A berpusat pada Injil Matius, tahun B berpusat pada Injil Markus, tahun C berpusat pada Injil Lukas. Sedang Injil Yohanes ditempatkan sebagai suplemen di antara tahun A, tahun B, dan tahun C, khususnya pada hari raya gerejawi. Setiap siklus terdapat 52 minggu ditambah dengan 10 hari raya gerejawi, yaitu malam Natal, Natal, Tutup Tahun, Tahun Baru, Epifani 6 Januari, Rabu Abu, Kamis putih, Jumat Agung, Sabtu sunyi, dan Kenaikan Tuhan Yesus, sehingga semuanya 62 kali kebaktian. Siklus 3 tahun jadi 186 kali kebaktian. Dengan 4 bacaan maka setiap tiga tahun selesai 744 pasal. Oleh karena Alkitab terdiri dari 1189 pasal (PL=929 pasal; PB=260 pasal), maka yang terbaca hanya 62,59%. Sisanya (37,43%) mesti dipikirkan, karena itu dimuat dalam daily reading. Leksionari merupakan upaya bagi gereja untuk membangun teologinya secara ekumenis berdasarkan tahun gerewi yang berpusat kepada kehidupan dan karya keselamatan Kristus. Dengan demikian Leksionari hanyalah salah satu dari program pembangunan gereja. Melalui bacaan Leksionari, RCL memfasilitasi umat untuk menghayati karya keselamatan Allah di dalam kehidupan dan peristiwa Kristus secara utuh di dalam lingkaran tahun gerejawi yang dipentaskan dalam Liturgi. Kisah kehidupan dan peristiwa Kristus dirayakan dalam rangkaian ibadah yang terus menerus berulang. Makna “pengulangan” di sini tidaklah identik dengan rutinisme. Sebaliknya, pengulangan itu mengajak umat untuk menjadi sadar akan sesuatu yang penting dan mulia. Kata Ibrani untuk kata “peringatan” adalah zakar yang berarti “menjadi sadar akan sesuatu, atau mengingat. Dalam bahasa Yunani, tindakan mengingat ini disebut anamnesis, yang menunjuk pada pengenanangan karya keselamatan Allah dalam kehidupan umat dengan melibatkan seluruh kedirian dan keberadaan Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



7 umat untuk melakukan sesuatu sebagai respon terhadap karya Allah pada masa lampau. Manfaat Leksionari 1. Pengkhotbah dipandu untuk menyiapkan materi khotbahnya berdasarkan daftar bacaan Alkitab yang telah tersusun secata sistematis dan sesuai dengan tahun gerejawi. 2. Hubungan tradisi antara gereja masa kini dengan gereja awal dan sinagoge tetap terpelihara, sehingga gereja di masa kini dapat belajar tentang kekayaan hikmat dari kehidupan umat di masa lampau. 3. Ada keseragaman bahan pemberitaan firman yang membebaskan gereja dari batas-batas denominasi, sehingga memungkinkan terjadi dialog ekumenis. 4. Pendidikan iman yang dialami oleh umat selama tiga tahun dalam satu siklus akan diulang kembali dalam siklus berikutnya. Pengulangan pembacaan tersebut akan memperdalam spiritualitas umat. 5. Kitab-kitab kanon Alkitab diperlakukan secara lebih seimbang, sebab leksionari terdiri dari kitab-kitab dari Perjanjian Lama, Mazmur, surat Rasuli dan Injil. 6. Pada hari raya gerejawi, umat belajar bagaimana hubungan antara berita Injil dengan kitab-kitab di PL dan juga surat-surat Rasuli. Lalu pada minggu biasa, umat belajar hubungan teologis suatu kitab dengan kitab lain yang sejenis dengan pola semi sinambung, misalnya Mingu 1 dari 1 Samuel 15:34-16:13; minggu II dari 1 Samuel 17:1a, 4-11, 19-23), 32-49; Minggu III dari 2 Samuel 1:1, 17-27, dan seterusnya. Jika tidak menggunakan Leksionari, maka selaku pengkhotbah akan melakukan beberapa hal sbb: 1. Memilih dan mengambil suatu teks tertentu menurut penilaian dan kebutuhannya sendiri. Jarang dilandasi oleh konsistensi untuk membahas seluruh teks dalam kanon Alkitab. Karena itu, kemungkinan besar akan menggunakan perikop atau ayat-ayat tertentu yang lebih subyektif dibandingkan daftar pembacaan Alkitab secara leksionaris. 2. Pemilihan teks atau perikop bukan dilakukan secara sistematis dan jarang memedulikan makna kalender gerejawi sepanjang tahun. Pengertian hari raya gerejawi hanya terbatas pada hari raya sesuai kalender yang disahkan pemerintah. Karena itu ayat atau perikop dari minggu ke minggu tidak beraturan dan tidak berkesinambungan. Bahan bacaan dari suatu hari minggu ke hari Minggu yang lain sering tidak memiliki kaitan atau hubungan teologis yang jelas. 3. Untuk memenuhi kebutuhan jenis khotbah yang tematis, pengkhotbah akan cenderung mencari ayat atau perikop yang kita Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



8 anggap sesuai dengan tema khotbah tersebut. Karena itu pengkhotbah akan cenderung “memaksakan” pemikiran-pemikiran kita terhadap maksud atau makna dari ayat dan perikop tersebut. Dalam hal ini, pengkhotbah akan terjebak dalam bahaya dengan pola penafsiran eisegese, yaitu memasukkan ide-ide pikiran kita dengan mencari pembenaran dari suatu ayat. Dengan leksionari, otoritas berada pada Firman, dan tidak lagi pengkhotbah. Sebab dengan demikian, bukan lagi pengkhotbah yang menentukan bacaan tetapi disediakan bersama berdasarkan tahun gerejawi. Pengkhotbah dan umat memiliki kedudukan yang sama dalam penggunaan teks yang telah disusun secara leksionaris. Pemilihan dan penggunaan bukan lagi hasil dari tindakan individual dengan otoritas tertentu, tetapi terkait dengan publik. Umat memiliki akses dan kemampuan untuk mempersiapkan diri terlebih dahulu, sehingga umat dapat lebih intensif berpartisipasi dalam kegiatan ibadah. Tim Penyusun MEMBANGUN JEMAAT 2019



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



9



KALENDER GEREJA TORAJA DAN HARI-HARI LIBUR NASIONAL RI TAHUN 2019 TANGGAL 1 Januari 6 Januari 5 Februari 24 Februari 24 Feb s/d 3 Maret 27 Februari 3 Maret 6 Maret 7 Maret 10 Maret 17 Maret 18-23 Maret 24 Maret 25 Maret 31 Maret April 3 April 7 April 14 April 18 April 19 April 20 April 21 April Mei 1 Mei 19 Mei 29 Mei 30 Mei Juni 1 Juni 09 Juni 05-06 Juni



KETERANGAN Ibadah Syukur Menyambut Tahun Baru (Kondisikan Ibadah bersama Sekolah Minggu) Epifania (Kondisikan Ibadah bersama Sekolah Minggu) Tahun baru Imlek Pembukaan Pekan anak Gereja Toraja Minggu pelaksanaan Pekan Anak Gereja Toraja (Tgl 3 Maret Kondisikan ibadah bersama SM) HUT Sekolah Minggu Gereja Toraja  Minggu Transfigurasi  Hari Doa Sedunia Rabu-Abu Hari Raya Nyepi Prapaskah I  Prapaskah II  Mengenang Baptisan I dan 106 T-IMT Minggu Pekabaran Injil Gereja Toraja Prapaskah III HUT Gereja Toraja ke-72 Prapaskah IV Bulan Diakonia dan Aksi Pangiu’ Isra` Mi`raj Prapaskah V Prapaskah VI Kamis Putih Jumat Agung Sabtu Sunyi PASKAH (Kondisikan Ibadah bersama Sekolah Minggu) Bulan Pendidikan Gereja Toraja Hari Buruh Internasional Hari raya Waisak HUT PGI ke-69 Pundi Khusus PGI Kenaikan Yesus ke Sorga Bulan UKI Toraja Hari Lahir Pancasila Hari Pentakosta Hari Raya Idul Fitri



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



10 10 Juni 16 Juni 23 Juni 30 Juni 24-30 Juni 11 Agustus 17 Agustus 1 September 1 September Oktober 6 Oktober 29 Sep - 5 Oktober 20-26 Oktober 31 Oktober 31 Oktober 3-9 November 9 November 24 Nov-1 Des 24 November 1 Desember 4 Desember 8 Desember 11 Desember 15 Desember 16-22 Desember 22 Desember 24 Desember 25 Desember 31 Desember



Minggu Penghayatan Pentakosta pertama  Minggu Trinitas  Minggu Penghayatan Pentakosta Kedua Minggu Penghayatan Pentakosta ketiga Minggu Penghayatan Pentakosta keempat Minggu Persembahan Gereja Toraja Hari Raya Idul Adha Hari Kemerdekaan Tahun Baru Hijriah  Hari Doa Syukur Alkitab  Pembukaan Pekan Anak Gereja Toraja Bulan Aksi Pangiu Gereja Toraja Hari Perjamuan Kudus sedunia dan hari PI Indonesia Minggu Doa Kesatuan Umat Kristen se-dunia Minggu Pemuda Hari Reformasi Gereja HUT PKB Gereja Toraja Minggu Kaum Bapak Maulid Nabi Muhammad Minggu Perempuan Gereja Toraja Akhir Tahun Gerejawi Adven I Ulang Tahun PWGT Adven II HUT PPGT Adven III (Pembukaan Pekan Keluarga, Ibadah bersama anak)



Pelaksanaan pekan keluarga Adven IV Puncak pekan keluarga dan Ibadah Natal Rumah Tangga Hari Raya Natal (Ibadah bersama Sekolah Minggu) Ibadah Akhir Tahun (Ibadah bersama Sekolah Minggu)



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



11 Bahan Khotbah Tahun Baru



Tanggal 1 Januari 2019



BERPENGHARAPAN MENGHIDUPI WAKTU TUHAN (Ma’rannuanan ussoyanan Katuoan lan attun-Na Puang) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 8:1-10 : Pengkhotbah 3:1-15 : Wahyu 21:1-8 (Bahan Utama) : Matius 25:31-46 : Mazmur 96:8 : Wahyu 21:6-7



Tujuan: 1. Jemaat mengerti arti kehidupan yang berpengharapan dalam Tuhan 2. Jemaat mempraktekan cara hidup berpengharapan dalam Kristus.



Pemahaman Teks Wahyu 21:1-8, menggambarkan suasana kehidupan baru yang dipenuhi damai sejahtera. Kehidupan baru itu akan diperuntukkan bagi mereka yang berhasil menghadapi pertarungan iman selama menjalani kehidupannya. Dalam kehidupan baru Tuhan menghapuskan ratap tangis sebab segala sesuatu yang lama telah dibuat-Nya berlalu." (psl. 21:4). Dia yang duduk di atas takhta kemuliaan berfirman, "Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru (psl. 21:5). Hal ini menunjukkan bahwa ketika Allah melakukan pembaruan, maka segala kekuatan yang akan menyengsarakan ciptaan-Nya akan dihapuskan, karena Tuhanlah yang akan memerintah sebagai raja atas umat-Nya (ay. 7). Untuk menuju ke susana tersebut, setiap orang percaya diharapkan mengisi kehidupanya dengan benar dalam segala waktu yang Tuhan telah siapkan. Untuk itulah Pengkhotbah 3:1-13 menjelaskan betapa pentingnya mengisi waktu yang Tuhan telah sediakan karena Tuhan telah membuat setiap kesempatan yang ada menjadi indah (ay. 11). Untuk mengisi waktu yang Tuhan telah anugerahkan, pemazmur mengajak kita untuk memuliakan sang pencipta (Mazmur 8), karena untuk itulah Tuhan memperlengkapi manusia dengan berbagai kemampuan untuk berkarya memuliakan Tuhan dalam setiap kesempatan yang Tuhan telah anugerahkan. Dalam Matius 25:31-46 menjelaskan tentang kedatangan Yesus kembali untuk menjadi Hakim Agung mengadili bangsa-bangsa. Karena itu, Yesus menggunakan gambaran kambing dan domba sebagai tanda pembeda tentang dua bentuk kehidupan yang berbeda yakni domba yang mengacu kepada gambaran orang yang dibenarkan untuk hidup dalam kesempurnaan, sedangkan kambing digambarkan sebagai kelompok yang akan mengalami hukuman kekal (ay. 32-34, 41, 46). Tugas orang yang dibenarkan adalah membangun dan menciptakan kepedulian di antara orang-orang yang selalu merusak kebenaran dan kenyaman. Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



12 Korelasi Bacaan  Pengkhotbah mengambarkan betapa pentingnya menggunakan waktu sebaik-baiknya. Salah satu cara mengisi waktu yang Tuhan sediakan adalah memuliakan Tuhan seperti yang dilakukan oleh pemazmur, karena waktu yang sedang kita hidupi sekarang ini akan berakhir dengan penghakiman seperti yang digambarkan dalam injil Matius. Namun janganlah orang percaya kuatir, karena kitab Wahyu telah menggambarkan bahwa orang benar akan dipilih oleh Tuhan. Pokok-pokok pengembangan khotbah  Pengharapan terakhir dari kitab Wahyu ialah suatu dunia baru yang diubah dan ditebus, tempat Kristus tinggal dengan umat-Nya dan kesempurnaan akan berdiam didalamnya. Dalam kesempurnaan tersebut terjadilah sesuatu yang belum pernah ada, bahkan segala kekuatan yang pernah ada dan yang akan menyengsarakan ciptaan-Nya telah dihapuskan. Karena itu, kitab Wahyu mengajak umat percaya untuk tetap setia dalam perjuangan iman karena yang berhasil melewati pergulatan hidup akan menjadi pemenang untuk mewarisi kerajaan Allah (ay. 7 ).  Tujuan kehidupan orang percaya adalah sebuah suasana kehidupan yang didalamnya Kristus memerintah dan itulah yang disebut dengan kesempurnaan hidup. Untuk menuju ke kesempurnaan tersebut, setiap orang percaya harus menyatakan sikap kasihnya pada Allah yang mewujud dalam tindakan nyata misalnya memerhatikan orang yang lemah, peduli kepada yang tidak memiliki tumpangan, berbagi dengan yang tidak memiliki pakaian, lapar, kehausan, serta mereka yang tidak berdaya dalam berbagai bentuk. (Mat. 25:40).  Kalau kita meyakini bahwa orang percaya adalah kelompok orang benar yang akan menerima pembaharuan yang telah disediakan Allah (Mat. 25: 34), maka tugas kita adalah menjalani dan mengisi kehidupan berpengharapan itu dengan terus menyatakan kepedulian terhadap orang lain (Mat. 25: 35-40), karena kelompok yang sulit membuka hati terhadap mereka yang mengharapkan pertolongan selama hidupnya akan berada di tempat siksaan yang kekal (Mat. 25: 42-45).  Allah yang kita percayai adalah Allah yang tidak terkurung dalam ruang dan waktu. Dia adalah Allah yang telah menciptakan waktu serta kehidupan baru yang sedang kita tuju sebagaimana yang telah di gambarkan dalam kitab wahyu bahwa ada sesuatu yang hendak kita capai dalam menjalani hidup, yakni sebuah kehidupan damai sejahtera bersama Tuhan. Disinilah kitab Wahyu menyemangati kita karena semua bentuk dukacita dan ratap tangis sudah tak ada lagi dalam kehidupan langit yang baru dan bumi yang baru. Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



13  Sebagai manusia yang masa hidupnya dibatasi oleh waktu, maka tugas kita adalah menjalani dan menggunakan waktu sebaik mungkin. Karena itu penting dihayati bahwa kesadaran seseorang terhadap penggunaan waktu, akan mempengaruhi tingkat kesungguhannya dalam menghargai waktu yang Tuhan telah ciptakan, bahwa semakin tinggi kesadaran kita akan pentingnya waktu, maka akan semakin cermat pula kita merencanakan dan menjalani hidup kita dengan baik di hadapan Allah. Kita harus sadar bawa waktu dan kesempatan yang kita gunakan setiap hari adalah anugerah Tuhan. Tuhan hanya “meminjamkan” kepada kita waktu tersebut untuk kita gunakan secara benar sambil terus memiliki pengharapan seperti pesan Kitab Wahyu.  Saat ini kita memasuki tahun 2019. Tahun 2018 telah dilalui dengan berbagai suasananya. Pengkhotbah telah menjelaskan bahwa kehidupan yang sili berganti itu, selalu saja ada harapan baru yang Tuhan sediakan bagi mereka yang tetap berpengharapan dalam Tuhan. Kehidupan orang percaya adalah sebuah Kehidupan yang sudah diperbaharui untuk selanjutnya melakukan pembaharuan dalam bentuk menyatakan kepedulian Allah terhadap orang lain dalam perjalanan kehidupannya.  Pasang surut kehidupan sepanjang tahun 2018 telah mewarnai perjalanan kehidupan kita. Dan sekarang ini kita sedang berada pada titik star di tahun 2019 untuk selanjutnya menghidupi tahun 2019 dengan berbagai situasi dan keadaan yang belum kita rasakan. Untuk itulah kitab Wahyu mengajak kita untuk terus menghayati kehidupan yang berpengharapan karena Allah akan terus mendatangkan kebaikan bagi kita dalam menghidupi waktu yang Tuhan telah ciptakan. Karena itu janganlah kuatir saat menatap hari depan dengan berbagai tantangannya dan tentang bagaimana keadannya karena segala sesuatu yang baru telah diciptakan bagi setiap orang yang terus mempercayakan hidupnya kepada Tuhan. Hal ini telah menjadi penenkanan kitab wayu bahwa: “lihatlah Aku menjadikan segala sesuatu baru!”.  Untuk menghidupi tahun yang baru, Injil Matius menekankan bahwa setiap orang percaya hendaknya bertanggung jawab atas waktu yang diberikan oleh Tuhan. Itu artinya ada panggilan atas kekristenan kita untuk terus melakukan tindakan kasih, karena setiap tindakan kasih yang kita lakukan, sesungguhnya kita sedang mengisi waktu Tuhan dengan baik.  Dalam menghidupi tahun 2019 tantangan pasti ada, bahkan mungkin kita akan mengalami kebutuhan ekonomi yang semakin sulit, lapangan pekerjaan yang semakin tertutup, bahkan mungkin lingkungan alam yang semakin rusak serta berbagai macam pergumulan lainnya yang dapat saja menyurutkan semangat kita, tetapi tetaplah memiliki pengharapan Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



14 bahwa jika kita sungguh-sungguh mempercayakan hidup kita kepada Tuhan, maka segala bentuk ketidakmungkinan kita akan dimungkinkan oleh Allah. Tugas kita adalah mengisi dan mengerjakan perintah Tuhan dalam hidup kita dan selanjutnya Tuhan akan mengisi kehidupan kita dengan segala yang di kehendaki-Nya.  Karena itu, tetaplah berpengharapan dalam menghidupi tahun 2019. Pilihlah segala bentuk kehidupan yang berkenan di hadapan Allah, karena setiap pilihan yang kita pilih serta setiap semangat yang kita bangun, sesunguhnya kita sedang membangunnya untuk diri kita sendiri. Terpujilah Tuhan. Amin



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



15 Bahan Khotbah Hari Minggu ke-1



Tanggal 6 Januari 2019



TERANG SEGALA BANGSA (Arrangna Mintu` Bangsa) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 72:1-14 : Yesaya 60:1-6 : Efesus 3:1-13 (Bahan Utama) : Matius 2:1-12 : Yesaya 60:5 : Yesaya 60:1



Tujuan: 1. Jemaat memahami bahwa Yesus Kristus adalah Terang bagi segala bangsa. 2. Jemaat berkomitmen untuk turut menceritakan Terang itu bagi semua manusia.



Pemahaman Teks 1. Efesus 3:1-12, selain berupaya menjelaskan maksud pekerjaan pemberitaan Injil yang dilakukan oleh Rasul Paulus di tengah-tengah orang non Yahudi, juga sekaligus berbicara mengenai karya penyelamatan Allah bagi orang-orang non Yahudi tersebut. Mereka yang tadinya dipandang berada di luar janji penyelamatan Allah oleh karya Yesus Kristus, kini juga diyakini berada dalam janji penyelamatan tersebut: yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus (Ef. 3:6). Hal ini dipandang penting untuk dijelaskan lebih jauh, sebab seperti yang dikemukakan dalam perikop sebelumnya, selama ini orang-orang non Yahudi dipandang sebagai pihak yang "jauh", tanpa pengharapan dan berada di luar penggenapan janji Allah (Ef. 2:11-17). 2. Karya Kristus ini dijelaskan Paulus sebagai kekayaan yang tidak terduga dan luar biasa dahsyatnya. Betapa tidak, anugerah keselamatan dari Allah bagi orang-orang non Yahudi merupakan sebuah hal yang sulit sekali diterima selama ini. Misalnya yang dialami Rasul Petrus saat diminta Tuhan pergi ke rumah Kornelius, perwira Romawi yang bukan Yahudi. Petrus bahkan perlu diberikan penglihatan khusus dari Tuhan, agar bersedia untuk datang ke rumah Kornelius di Kaisarea (Kis. 10). Demikian pula dengan kisah Rasul Paulus saat ditangkap dan nyaris dibunuh orangorang Yahudi di Yerusalem, karena disangka telah membawa Trofimus, orang Yunani dari Efesus, masuk ke dalam Bait Allah (Kis. 21:29). Tampak begitu jelas tebalnya tembok pemisah yang ada di antara orang-orang Yahudi dengan orang-orang bukan Yahudi. Namun demikian, oleh Rasul Paulus dikemukakan, betapa karya penyelamatan Allah dalam Yesus Kristus, telah membuat orang-orang bukan Yahudi pun beroleh anugerah keselamatan dari Tuhan. Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



16 3. Menjadi ahli waris, anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus merupakan 3 wujud nyata dari karya penyelamatan Allah bagi bangsa-bangsa. Ketiga hal yang dimaksudkan di sini tidaklah menunjuk pada kesatuan mereka dengan bangsa Israel, tetapi kesatuan mereka dengan semua bangsa lainnya, termasuk bangsa Israel, karena anugerah dalam Yesus Kristus. Sebagai anggota tubuh, mereka bukanlah anggota-anggota tubuh yang sekedar ditambahkan saja pada tubuh yang sudah ada sebelumnya. Sebaliknya, bersama dengan semua bangsa lainnya, termasuk bangsa Israel, mereka bersama-sama dibentuk menjadi satu tubuh. Mereka memiliki kedudukan dan peran yang sama. Mereka bukanlah sekedar pelengkap belaka. Sebaliknya, tanpa mereka gereja bukanlah sebuah gereja yang hadir sebagai sebuah identitas yang baru dalam Yesus Kristus. 4. Dua bacaan lainnya, yakni Yesaya 60:1-6 dan Matius 2:1-12, juga berbicara mengenai karya penyelamatan Allah bagi bangsa-bangsa lainnya. Kisah orang Majus sendiri merupakan wujud nyata kehadiran Kristus sebagai Terang bagi segala bangsa. Kristus tidak hanya menjadi terang bagi bangsa Israel, tetapi juga sampai ke daerah para Majus dari Persia. Para Majus (Yunani: Magoi) bukanlah orang biasa pada umumnya. Mereka dipahami sebagai orang-orang dengan kekuatan dan pengetahuan supranatural, serta mampu memperoleh berbagai pengetahuan yang mendalam dari pengamatan mereka terhadap alam semesta. Tak heran, jika secara umum, kata “magoi” juga sering diterjemahkan dengan “wise men” (Hagner, Word Biblical Commentary: Matthew 1-13, hlm. 26). Karena itu jarak jauh yang mereka tempuh untuk menyembah Yesus jelas bukanlah sebuah perjalanan biasa, melainkan sebuah perjalanan yang lahir dari sebuah pengenalan tertentu tentang siapa Yesus, Sang Raja itu. Tak ada yang bisa menghalangi Terang tersebut bercahaya hingga ke seluruh penjuru dunia. Herodes yang merasa begitu dengki pada Bayi Yesus, dalam kedudukannya sebagai seorang raja, ternyata juga tak sanggup berbuat apa-apa untuk menghalangi Terang itu bersinar. Herodes memang bisa membunuh bayi-bayi di Betlehem, namun Terang itu terus saja bersinar menerangi kehidupan seluruh bangsa. 5. Yesaya 60:1-6 pun berbicara demikian. Terang yang datang di Sion ternyata telah menarik perhatian segenap bangsa. Bangsa-bangsa dan raja-raja datang berduyun-duyun kepada cahaya yang terbit bagi Sion (ay. 3). Menarik diperhatikan bahwa bangsa-bangsa sesungguhnya tidak datang ke Sion, tetapi datang pada Cahaya yang terbit bagi Sion. Dalam hal ini, bukan Israel yang harus jadi fokus utama, tetapi pada Tuhan yang menjadi Terang bagi Israel dan segenap bangsa.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



17 Pokok-pokok pengembangan khotbah 1. Bagaimana sungguh-sungguh bisa meyakini bahwa karya penyelamatan Allah ini memang merupakan sebuah hal yang ditujukan bagi semua bangsa tanpa kecuali? Hal ini penting, sebab sikap-sikap yang eksklusif dan melihat pihak-pihak lain sebagai orang luar, bahkan lawan yang tak perlu dipedulikan, masih amat sering mewarnai sikap hidup umat Tuhan. Kisah orang-orang Majus yang datang menyembah Yesus adalah sebuah bukti nyata betapa Kristus adalah Terang yang hadir untuk segala bangsa. Sekat-sekat dan tembok pemisah karena berbagai perbedaan yang ada di antara manusia tidak bisa menghalangi Terang itu bercahaya bagi semua bangsa. 2. Banyak kisah lain yang bisa dikemukakan sebagai bukti betapa Yesus memang hadir menjadi terang bagi segala bangsa. Kisah Kornelius, seorang perwira pasukan Italia di Kaisarea, bisa menjadi contoh yang lain. Meskipun ada larangan yang sangat kuat di kalangan orang Yahudi untuk bergaul dengan orang-orang non Yahudi yang dianggap najis (bnd. Kis. 10:28), namun hal tersebut sama sekali tidak bisa menghalangi Tuhan untuk datang berbicara langsung kepada Kornelius. Terang juga tiba pada Kornelius meskipun ia dan bangsanya dipandang tidak tahir, sebab bukan merupakan bangsa Yahudi. 3.Dalam surat Efesus sendiri (yang menjadi bahan utama khotbah ini) dijelaskan lebih jauh bahwa tembok pemisah ini diruntuhkan oleh Kematian Yesus Kristus: “karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diriNya…” (Ef. 1:14-15). Kematian Kristus juga telah membuat Paulus dan jemaat Efesus memiliki keberanian dan jalan masuk untuk menghadap Allah (Ef. 3:12). Pandangan ini bisa mengingatkan kita pada peristiwa terbelahnya tabir Bait Suci pada peristiwa kematian Yesus (Luk. 23:45). Tabir Bait suci yang menjadi pemisah antara ruang kudus dan ruang maha kudus, yang selama ini menjadi pembatas bagi umat untuk bisa langsung datang menghadap Allah, menjadi tiada karena kematian Yesus (bnd. Ibr. 10:19-20). 4. Yang kemudian menjadi pertanyaan lebih jauh ialah, seberapa jauh semua bangsa sudah mengenal, bahwa Kristus adalah Terang yang juga hadir buat mereka semua? Seberapa jauh pula kita, yang sudah mengenal Terang itu, juga sudah turut menceritakan kepada bangsa-bangsa lain tentang Terang itu, sehingga mereka juga bisa mengenal Terang yang juga datang bagi mereka? Pesan kitab Yesaya cukup jelas, “Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan Tuhan terbit atasmu” (Yes. 60:1). Terang sejati itu sudah datang atas kita, karena itu kita pun harus bangkit dan menceritakan terang itu bagi semua bangsa. Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



18 Bahan Khotbah Minggu ke-2



Tanggal 13 Januari 2019



ENGKAULAH ANAK-KU YANG KUKASIHI, KEPADAMULAH AKU BERKENAN (Kamumo Anak Pa'kaboro'Ku; dio dukamo Kalemi nanii kasendeang-Ku) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 29:1-11 : Yesaya 43:1-7 : Kisah Para Rasul 8:14-17 : Lukas 3:15-22 (Bahan Utama) : Amsal 11:24-25 : Yesaya 43:1



Tujuan: 1. Jemaat meyakini dengan sungguh bahwa Yesus Kristus adalah Mesias Anak Allah. 2. Jemaat hidup dalam iman yang sungguh kepada Yesus, Anak Allah yang hidup.



Pemahaman Teks 1. Peristiwa yang terjadi di sekitar baptisan Yesus Kristus pada dasarnya merupakan bukti dari pernyataan Yohanes Pembaptis tentang diri Yesus Kristus yang luar biasa. Yohanes Pembaptis yang begitu hebat dalam pandangan orang-orang Yahudi pada masa itu, bahkan hingga dipandang sebagai mesias, ternyata melihat dirinya tak punya nilai apa-apa jika dibandingkan dengan Yesus Kristus, Mesias yang sesungguhnya. Kepada orang banyak, ia berkata "Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasutNyapun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api" (Luk. 3:16). Jadi jika Yohanes Pembaptis yang demikian hebat bisa berkata demikian, bisa dibayangkan bagaimana luar biasanya Yesus dalam pengenalan Yohanes Pembaptis. 2. Peristiwa baptisan Yesus sendiri memiliki makna yang penting, yakni merupakan peristiwa yang sejak dari awal memang telah menegaskan hal ke-Mesias-an Yesus, yakni sebagai Mesias yang menderita. Pertanyaan mendasar yang penting ialah, mengapa Yesus harus dibaptis? Bukankah baptisan Yohanes adalah baptisan orang yang bertobat (bnd. Kis. 19:4)? Yesus sendiri tidak berdosa, jadi tak mungkin Ia dibaptis sebagai tanda pertobatan. Karena itu, baptisan Yesus sesungguhnya memiliki makna solidaritas Allah dengan manusia yang berdosa. Saat Yesus dibaptis, Ia hadir berdiri dalam barisan orang-orang berdosa yang juga akan dibaptis. Karena itu baptisan Yesus sesungguhnya menjelaskan bagaimana Yesus sejak awal memang menempatkan diri-Nya pada posisi orang yang berdosa dan menjalani keberadaan yang demikian dengan setia hingga mati di kayu salib. Dalam peristiwa kematian-Nya pun, tampak begitu jelas pesan tentang kehadiran Yesus sebagai Mesias yang menderita. Yesus tidak hanya mati dengan jalan salib, jalan kematian orang yang Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



19 amat berdosa dan terkutuk, melainkan juga mati tersalib di antara kedua penjahat. 3. Keberadaan Yesus sebagai Mesias yang harus menderita, selain dijelaskan melalui peristiwa Baptisan Yohanes atas diri-Nya, juga ditegaskan melalui kehadiran Roh Kudus yang turun atas diri-Nya, serta terdengarnya suara Bapa dari sorga. Dengan kata lain, turunnya Roh Kudus dan hadirnya suara Bapa dari sorga merupakan sebuah legitimasi yang begitu nyata atas diri Yesus sebagai Mesias, Anak Allah yang harus menderita. Hadirnya Roh Kudus dalam rupa burung merpati juga hendak menegaskan, betapa hadirnya Allah itu memang bukanlah sekedar sebuah ilusi semata, melainkan betul-betul nyata dan dapat disaksikan oleh manusia. Dalam bahasa yang sedikit berbeda, Injil Yohanes menjelaskan makna peristiwa tersebut lebih jauh. Dalam Yohanes 1:33-34 dikemukakan ucapan Yohanes Pembaptis, "Dan akupun tidak mengenalNya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus. Dan aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah!” Kehadiran Roh Kudus lebih jauh menjelaskan bagaimana Allah hadir menyertai seluruh karya Yesus Kristus di tengah umat manusia. 4. Kehadiran Roh Kudus juga kemudian berlanjut dalam pekerjaan muridmurid Yesus, yakni para rasul di kemudian hari. Para Rasul tidak bekerja dengan kekuatan dan kemauan mereka sendiri, melainkan dipanggil, diutus, bahkan terus disertai oleh Allah sendiri. Bacaan kedua, yakni Kisah Para Rasul 8:14-17, menjelaskan hal tersebut. Saat Petrus dan Yohanes berdoa agar orang-orang Samaria dapat beroleh Roh Kudus, Roh Kudus pun turun atas orang-orang di Samaria. 5. Inti Yesaya 43:1-7 hendak menegaskan tentang keberadaan Tuhan sebagai Penebus dan Juruselamat umat-Nya. Oleh sebab itu, janji karya penebusan Allah bagi umat-Nya seharusnya membuat umat Tuhan tak lagi takut menjalani kehidupan yang penuh dengan tantangan. Perjalanan melalui air, sungai bahkan api sekalipun merupakan perjalanan yang akan terus dipimpin oleh Tuhan. Kehadiran Yesus Kristus sendiri kemudian hendaknya dipahami sebagai penggenapan dari janji penebusan dan penyelamatan Allah bagi umat-Nya. Pokok-pokok pengembangan khotbah 1. Identitas dan keberadaan Yesus sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup, memang telah menjadi pokok utama perdebatan sedari awal, baik di masa pelayanan Yesus sendiri maupun di masa kehidupan gereja mulamula. Dalam kitab-kitab Injil ada begitu banyak peristiwa yang menceritakan hal tersebut. Misalkan saja, sesaat setelah Yesus dibaptis Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



20 dan diproklamasikan sebagai Anak Allah, iblis langsung datang mencobaiNya dengan pernyataan, “Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti” (Luk. 4:3). Selain godaan untuk mengubah batu menjadi roti guna mengatasi rasa lapar saat itu, perkataan Iblis juga sesungguhnya merupakan godaan bagi Yesus untuk membuktikan diri-Nya sebagai Anak Allah dengan jalan yang dikehendaki oleh iblis, yakni membuat mujizat dengan cara mengubah batu menjadi roti. Demikian pula dengan kisah pengakuan Petrus tentang Yesus sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup, yang memang dikisahkan dalam ketiga Injil Sinoptik (Luk. 9:18-21, Mat. 16:13-20 dan Mrk. 8:27-30). Yesus pada akhirnya ternyata juga mengajukan pertanyaan kepada para murid, tentang siapa Dia menurut mereka. Lebih jauh lagi Injil Yohanes bahkan secara begitu jelas menuliskan bahwa “tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias Anak Allah…” (Yoh. 20:31). 2. Salah satu hal penting yang seringkali memunculkan penolakan terhadap keberadaan Yesus sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup, ialah terkait dengan penderitaan dan kematian yang harus dialami Yesus. Jalan salib yang telah ditetapkan Allah, menjadi jalan penyelamatan umat manusia, telah menjadi penghalang bagi banyak orang untuk percaya pada Yesus sebagai Anak Allah. Tak heran jika kepada jemaat di Korintus Paulus pernah menyampaikan, bahwa jalan salib itu merupakan sebuah batu sandungan bagi orang-orang Yahudi dan sebuah kebodohan bagi orangorang bukan Yahudi (1 Kor. 1:23). 3. Kisah pembaptisan Yesus Kristus merupakan satu peristiwa penting yang menjelaskan identitas Yesus sebagai Mesias, Anak Allah yang memang harus menempuh jalan penderitaan. Sebagaimana yang sudah dijelaskan pada bagian pemahaman teks, jalan salib dan penderitaan bukanlah sebuah bentuk ketidakberdayaan Allah. Sebaliknya, ini adalah bentuk kasih dan solidaritas Allah yang begitu besar atas diri umat manusia. 4. Dengan mulut kita mengaku bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah yang hidup. Yang kemudian menjadi perenungan lebih jauh ialah, seberapa jauh kita sungguh hidup dalam pengharapan yang besar pada Yesus Kristus sebagai Tuhan kita? Hal ini penting, sebab beragam persoalan kehidupan yang ditemui seringkali membuat banyak orang, seperti halnya pula para murid, yang kehilangan imannya pada Tuhan Yesus. Misalkan saja, saat para murid diberi tanggung jawab untuk memberi makan lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan yang ada pada mereka, mereka justru ragu. Tentu ironis, sebab selain Yesus yang memberikan perintah, Ia pun hadir saat itu di tengah-tengah mereka (Luk. 9:10-17). Oleh sebab itu, percaya kepada Yesus sebagai Mesias Anak Allah, seharusnya dapat diwujudkan melalui kehidupan yang sungguh penuh dengan pengharapan. Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



21 Bahan Khotbah Minggu ke-3 (Minggu kedua setelah Epifania)



Tanggal 20 Januari 2019



YESUS ITULAH TUHAN (Yesu Iamo Puang) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 36: 1-13 : Yesaya 62:1-5 : 1 Korintus 12:1-11 : Yohanes 2:1-11 (Bahan Utama) : Mazmur 36:10 : 1 Korintus 12:6



Tujuan: 1. Jemaat dapat memahami Ketuhanan Yesus. 2. Jemaat tetap percaya bahwa Yesus itulah Tuhan dan sumber segala karunia



Pemahaman Teks Mazmur 36:1-13 mempertentangan antara orang fasik dengan orang yang berlindung pada kasih setia Tuhan. Orang fasik selalu sibuk dengan kejahatan. Hatinya menjadi sarang dosa dan mulutnya mengeluarkan katakata jahat dengan tipu muslihat. Di tempat tidurnya pun ia merancangkan kejahatan. Orang fasik tidak kuasa menolak kejahatan. Mereka bahkan dengan sengaja menempatkan diri di jalan yang tidak baik. Namun orang yang berlindung pada Allah berharap pada kasih setia Allah. Kasih setia Allah menjadi jaminan yang sangat berharga dan menjadi tempat perlindungan serta memberikan sumber cahaya ilahi untuk menerangi jalan hidupnya. Bacaan kedua (Yes. 62:1-5), merupakan doa nabi Yesaya untuk datangnya keselamatan bagi Yerusalem. Dalam doanya, nabi Yesaya percaya, bahwa Allah akan memenuhi janji-Nya mewujudkan keselamatan bagi Yerusalem, keselamatan yang akan menimbulkan sukacita besar bagi Yerusalem. Sukacita tersebut diibaratkan dengan sukacita pengantin pada pesta perkawinan. Dalam hal ini, relasi Allah dengan umat-Nya memang sering digambarkan seperti relasi suami-istri. Allah selalu mengharapkan adanya kedekatan hubungan. Ketika umat berpaling menyembah allah lain, maka itu adalah bentuk ketidaksetiaan kepada Tuhan. Namun demikian, Allah selalu setia kepada umat-Nya. Itulah keyakinan nabi Yesaya. Allah akan bertindak menyelamatkan dan memulihkan Yerusalem, sehingga kebenaranNya akan kembali bersinar di hadapan seluruh bangsa. Rasul Paulus memberikan pengajaran agar jemaat di Korintus memahami dan menggunakan karunia-karunia Roh untuk kehidupan bersama (1 Kor. 12:1-11). Orang-orang di Korintus diingatkan, bahwa apabila sekarang mereka telah mengenal Allah, maka itu terjadi karena karunia Allah kepada mereka. Tidak ada manusia yang dengan kekuatannya sendiri dapat mengenal Allah. Allah mengaruniakan Roh Kudus menjadi penuntun bagi Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



22 manusia mengenal Allah. Hanya jika Roh Kudus menuntun, maka manusia dapat mengaku: Yesus itulah Tuhan. Itulah yang telah dialami orang-orang di Korintus. Melalui Roh-Nya, Allah bahkan lebih jauh memperlengkapi mereka dengan berbagai karunia. Karunia-karunia Allah itu harus dipergunakan untuk kepentingan bersama. Karunia adalah pemberian Tuhan sehingga tidak boleh membuat pemiliknya sombong. Sebaliknya itu harus menjadi sarana untuk semakin mengenal Allah, serta tidak menjadi sumber konflik dan perpecahan. Yohanes 2:1-11 menguraikan tentang mujizat Yesus yang mengubah air menjadi anggur. Peristiwa ini merupakan pelayanan Yesus yang pertama. Peristiwa tersebut terjadi di Kana yang terletak di daerah Galilea. Dalam peta Alkitab, Kana dan Nazaret masih bersebelahan. Nazaret adalah tempat Yesus dibesarkan sehingga wajar apabila ibu Yesus terlibat dalam acara perkawinan tersebut. Dalam perjamuan itu Yesus serta murid-murid-Nya juga diundang. Bisa jadi Yesus bukanlah peserta istimewa, namun menjadi istimewa karena kejadian mujizat yang dilakukan-Nya. Ayat 3 menjelaskan bahwa ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus datang kepada Yesus. Ia memberitahukan kondisi terkini dari pelaksanaan pesta perkawinan tersebut. Ia sendiri belum tahu bagaimana Yesus akan menolong acara perkawinan yang kekurangan anggur, apakah dengan menyuruh murid-Nya mencari anggur di sekitar daerah itu atau mengubah sesuatu menjadi anggur. Tetapi jauh di dalam batinnya, ia yakin bahwa Yesus sanggup menolong. Karena itu, walaupun ia mendapat jawaban Tuhan Yesus yang sedikit bernuansa agak kasar (ay. 4), ia tidak menyerah karena Ibu Yesus menyuruh para pelayan untuk menuruti apa yang akan dikatakan oleh Yesus (ay. 5). Pada ayat 6-8 Yesus menggunakan enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan kaki para tamu sesuai tuntutan adat istiadat Yahudi, sehingga yang menarik adalah air yang berada dalam tempayan itu sudah berubah menjadi anggur yang kualitasnya sangat baik. Ayat 9-10 mencatat respons dari pemimpin pesta. Pemimpin pesta tidak mengetahui dari mana sumber anggur tersebut. Tetapi ketika ia mengecapnya, ia memuji mempelai laki-laki karena dianggap menyediakan anggur kualitas baik sepanjang pesta. Kisah mujizat tersebut sering diartikan sebagai sebuah kepedulian dan kasih Yesus mengubahkan hal yang akan memalukan menjadi pujian. Dari kisah mujizat yang dilakukan Tuhan Yesus inilah, kita dapat berkesimpulan bahwa: Yesus itulah Tuhan. Dia bertindak memberikan jalan keluar untuk setiap masalah. Pokok-pokok Yang Dapat Dikembangkan 1. Mengenal kuasa Yesus Dicatat bahwa ketika pesta perkawinan di Kana kekurangan anggur ibu Yesus datang kepada Yesus (ay. 3). Tidak diketahui bagaimana pihak keluarga atau pelaksana pesta pada saat itu menyikapi kekurangan anggur. Kekurangan anggur dalam suatu pesta perkawinan bukanlah Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



23 sebuah persoalan sepele karena dapat membuat malu keluarga pelaksana di hadapan para tamu. Ibu Yesus sangat peka terhadap kondisi tersebut. Ia tahu apa yang harus dilakukan. Bahkan yang lebih penting, ia tahu ke mana harus menyampaikan keadaan tersebut. Sebagai ibu yang melahirkan dan membesarkan Yesus, tentu ia memiliki pengenalan dan kedekatan dengan Yesus. Sebagai seorang ibu ia pasti sudah merasakan bahwa anaknya itu memiliki kuasa yang sanggup menolong. Karena itu ia datang kepada-Nya menyampaikan kondisi yang terjadi sekaligus mengandung permohonan supaya Yesus melakukan sesuatu sebagai solusi. Bagaimana cara Yesus akan memberikan solusi, mungkin ia sendiri belum tahu tetapi ia yakin bahwa Yesus sanggup menolong. Pada bagian ini kita juga dapat belajar bahwa pengenalan terhadap Tuhan merupakan hal yang amat penting. Kisah mujizat di Kana ini sesungguhnya bermula dari pengenalan Maria, ibu Yesus tentang kuasa Yesus. 2. Jangan sampai salah alamat Pemimpin pesta tidak mengetahui dari mana sumber anggur yang dibawa pelayan kepadanya (ay. 9). Ia pun tidak mencari tahu dari mana sumber anggur tersebut, selain memuji mempelai laki-laki. Sepintas pujian ini rasanya wajar saja bahwa mempelai laki-laki berhasil menyediakan anggur kualitas baik sepanjang acara pesta. Namun pujian pemimpin pesta itu menjadi lucu karena salah alamat. Dia tidak tahu, bahwa Tuhan Yesuslah yang telah melakukannya sehingga kebutuhan anggur dalam pestanya dapat terpenuhi. Tuhan Yesus telah melakukan hal yang tidak mungkin terjadi dalam pandangan manusia, yakni mengubah air menjadi anggur dengan kualitas yang baik. Kita percaya bahwa Tuhanlah yang mengatur segala hal yang kita alami dalam hidup ini. Tentu Tuhan selalu memiliki tujuan untuk segala hal yang dimungkinkan-Nya terjadi. Bisa jadi Tuhan memakai momen tertentu di dalam hidup kita untuk memperkenalkan kuasa dan kasih-Nya kepada kita. Hanya saja karena faktor ketidaktahuan kita sehingga kita tidak menyadari campur tangan Tuhan. Kita melewatkan kesempatan yang Tuhan ciptakan untuk mengenal dan mengakui, bahwa Dialah Tuhan. 3. Roh Kudus untuk kemampuan mengaku: Yesus Itulah Tuhan. Dalam Mukadimah Pengakuan Gereja Toraja mengatakan: “Di bawah pimpinan Roh Kudus dan berdasarkan Firman Allah, kita percaya, bahwa Tuhan Allah berkenan menyatakan diri-Nya, yaitu: Kehendak-Nya, KasihNya dan Kuasa-Nya kepada kita di dalam Yesus Kristus, sehingga kita tiba pada pengakuan: YESUS KRISTUS ITULAH TUHAN DAN JURU SELAMAT”. Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



24 Salah satu rujukan ayat yang dipakai, yakni 1 Korintus 12:3, memang menggunakan kata ADALAH. Tetapi pemilihan kata ITULAH dalam Pengakuan Gereja Toraja merupakan sebuah penegasan, bahwa Tuhan Yesus itulah Tuhan dan Juruselamat satu-satunya. Tidak ada pilihan lain. Yesus bukanlah salah satu Juruselamat di antara sejumlah juruselamat yang mungkin ada, melainkan satu-satunya Tuhan dan Juruselamat. Lebih jauh lagi, terkait dengan pekerjaan Roh Kudus, hal yang patut diperhatikan dalam kalimat awal Mukadimah di atas ialah, bahwa pengakuan: YESUS KRISTUS ITULAH TUHAN DAN JURUSELAMAT, itu hanya dapat terucapkan karena tuntunan Roh Kudus. Pengakuan ini sangat sejalan dengan yang dikatakan Rasul Paulus dalam 1 Korintus 12:3, bahwa tidak mungkin ada orang yang dapat mengaku: Yesus itulah Tuhan, jika tidak dituntun Roh Kudus.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



25 Bahan Khotbah Minggu Ke-4



Tanggal 27 Januari 2019



FIRMAN YANG MEMPERSATUKAN (Dipasangkale lan kadan-Na Puang) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 19:1-15 : Nehemia 8:1-9 : 1 Korintus12:12-31(Bahan Utama) : Lukas 4:14-21 : Ulangan 16:16 : Mazmur 119:167-168



Tujuan: 1. Jemaat memahami pentingnya mencintai Firman Tuhan sebagai dasar persatuan. 2. Jemaat menunjukkan dan memupuk persekutuan berdasarkan Firman Tuhan.



Pemahaman Teks Mazmur 19:1-15 terdiri dari dua bagian. Bagian pertama menunjukkan kemuliaan Allah yang nampak dalam ciptaan-Nya (ay. 17). Ia mau agar seluruh ciptaan-Nya memuji dan mengagungkan-Nya. Ciptaan itu sendiri yang menunjukkan betapa berkuasa dan agung sang Pencipta itu. Bagian kedua adalah keagungan kitab suci atau Firman Tuhan. Pemazmur menunjukkan kehebatan dan kegunaan Firman Tuhan (ay. 8-12) dan mengajar kita untuk menggunakannya (ay. 13-15). Karena itu pemazmur mengatakan bahwa Firman Tuhan itu sempurna, lebih dari segala-galanya, menyejukkan jiwa, memberi hikmat, menyejukkan hati, murni dan membuat mata bercahaya, bahkan lebih indah dari pada emas murni dan lebih manis dari pada madu. Nehemia 8:1-9. mengisahkan tentang kehidupan baru umat Tuhan setelah kembali dari pembuangan. Setelah tiba bulan ketujuh, yakni ketika umat Tuhan menetap di kotanya masing-masing, mereka merayakan bulan baru yang juga disebut hari peniupan serunai atau terompet (Im. 23:24-25 ; Bil. 29:1). Dalam kalender Yahudi, perayaan itu biasanya berlangsung dari pertengahan September sampai pertengahan Oktober. Mereka terdorong oleh kerinduan yang amat besar terhadap Taurat Tuhan, sehingga meminta imam Ezra agar membacakan kitab Taurat Musa. Mereka berdiri dengan setia dari pagi sampai tengah hari mendengarkan pengajaran Taurat itu. Dalam 1 Korintus 12:12-31, Paulus memaparkan bahwa orang-orang percaya kepada Yesus Kristus dipersekutukan oleh Roh Kudus menjadi satu tubuh yaitu tubuh Kristus (ay. 12). Untuk memupuk dan menumbuhkan persekutuan itu mereka diperlengkapi oleh Roh Kudus dengan karunia yang berbeda (ay. 11). Untuk menata setiap anggota menggunakan talentanya bagi kepentingan bersama, maka Allah menetapkan beberapa orang dalam jemaat yaitu: rasul, nabi, pengajar, dan mereka yang menerima karunia khusus untuk mengadakan mujizat, menyembuhkan, melayani, memimpin dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh (ay. 28). Paulus menggunakan Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



26 tubuh manusia yang terdiri dari berbagai anggota tubuh dan fungsi yang berbeda sebagai gambaran persekutuan tubuh Krisus (ay. 12-28). Mereka yang berbeda harus saling memperhatikan dan satu perasaan (ay. 26). Dalam Lukas 4:14-21, setelah lolos dari pencobaan di padang gurun, maka oleh kuasa Roh, Yesus kembali ke Galilea. Ia mengajar di rumah-rumah ibadah. Selanjutnya Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan. Seperti biasa, Ia mengajar di rumah ibadat pada hari sabat. Ia mendasarkan ajaranNya pada Yesaya 61:1-2. Semua orang memperhatikan pengajaran-Nya. Korelasi bacaan Firman Tuhan menunjukkan betapa agung dan mulia Allah itu yang nampak melaui ciptaan dan Taurat-Nya (Mz. 19:1-15). Taurat Tuhan sangat indah melebihi segala harta. Untuk itu jemaat mesti merindukan dan mempelajarinya (Neh. 8:1-9). Yesus sendiri yang adalah Firman yang menjadi manusia, mengajarkan firman yang tertulis (kitab suci). Dengan itu kita mengenal dan percaya kepadanya (Luk. 4:14-21). Orang percaya dipersekutukan dalam satu kesatuaan yang disebut gereja. Mereka bertumbuh dan membina persekutuannya dengan berdasar pada Firman Tuhan di bawah bimbingan Roh kudus (1 Kor.12:12-31). Pokok-pokok pengembangan khotbah 1. Tuhan mau supaya kita mengenal-Nya. Dia bahkan menghendaki supaya kita terus berelasi dengan-Nya. Tuhan memperkenalkan diri-Nya dengan berbagai cara. Baik melalui ciptaan-Nya (Mz. 19:1-7), melalui Firman-Nya yang tertulis (Mz. 19:8-15) dan melalui Yesus Kristus (Ibr. 1:1-2). 2. Pengenalan yang benar tentang Tuhan yang penuh kasih menciptakan kerinduan untuk ingin selalu bersama-Nya. Kerinduan yang mendalam untuk selalu berkomunikasi dengan-Nya melalui Firman-Nya mendorong kita untuk terus mencintai dan memperlajari Firman-Nya (Neh. 8:1-9). Kerinduan yang besar terhadap Firman Tuhan melebihi segala harta duniawi (Mz. 19:11) Karena itu, orang yang sungguh merindukan Firman Tuhan, tidak mengenal lelah (Neh. 8:4 ; Mz. 119:62). 3. Untuk mengerti Firman Tuhan, maka selain oleh penerangan Roh kudus, para pengajar atau pemberita Firman Tuhan perlu menjelaskan sedemikian rupa agar dimengerti oleh pendengarnya (Neh. 8:9), sehingga memuliakan Tuhan (Neh.8:7 ; Luk. 4:14-21). 4. Jemaat Tuhan yg hidup di bawah otoritas Tuhan senantiasa menata kehidupan dan persekutuannya berdasarkan talenta yang dikaruniakan Tuhan kepadanya. Mereka telah menjadi satu tubuh yaitu tubuh Kristus (1 Kor. 12:12), dan Kristuslah kepalanya. Kita telah dibaptis menjadi satu tubuh dan diberi minum dari satu Roh (1 Kor. 12:13). Anggota jemaat yang berbeda-beda latar belakang dan talenta tidak boleh ada yang merasa kelas satu atau kelas dua sebagaimana gambaran anggota tubuh jasmani kita. Rupaya ada anggota Jemaat Korintus yang merasa kelas dua karena tidak memiliki karunia yang menakjubkan. Kita sering iri bukan terhadap Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



27 orang yang jauh lebih tinggi di atas kita, tapi justru yang sedikit tinggi di atas kita. Ini di gambarkan dengan kaki dan tangan (ay. 15), telinga dan mata (ay. 16). Paulus memberi gambaran tubuh jasmani dengan anggota dan fungsi yang berbeda. Allah menempatkan semuanya begitu rupa dan memberi fungsi yang berbeda untuk saling melayani. Demikian jugalah semestinya, jemaat harus saling menopang seorang dengan yang lain. Hidup satu perasaan sebagai anggota-anggota tubuh Kristus (ay. 26).



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



28 Bahan Khotbah Minggu Ke-5



Tanggal 3 Februari 2019



SETIALAH PADA PANGGILANMU (Karitutui tu Kaditambaianmu) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 71:1-6 : Yeremia 1:4-10 (Bahan Utama) : 1 Korintus 13:1-13 : Lukas 4:21-30 : Mazmur 138:1-2 : 1 Korintus 13:2



Tujuan: 1. Warga jemaat memahami pentingnya sebuah panggilan. 2. Warga Jemaat mempraktikkan kesetiaan terhadap panggilan hidupnya.



Pemahaman Teks Yeremia dipanggil dan bernubuat ketika Yosia memerintah sebagai raja di Yehuda yang sudah menjadi jajahan Asyur. Hidup keagamaan orang Yehuda sebelumnya sungguh menyedihkan karena telah membawa penyembahan berhala ke dalam rumah Tuhan. Yosia dalam tahun 12 pemerintahannya mulai mengadakan pembaharuan dengan dengan merusak dan menyingkirkan semua patung berhala dan mulai melakukan pemusatan ibadah di Yerusalem. Pemanggilan Yeremia sebagai nabi sejalan dengan pembaruan yang dilakukan oleh raja Yosia. Yeremia 1:4-10 menguraikan tentang pemanggilan dan pengutusan Yeremia sebagai nabi untuk menyampaikan Firman Tuhan ke tengah-tengah bangsa Yehuda. Paling tidak ada empat hal penting dari pemanggilan Yeremia yang perlu menjadi perhatian kita, yaitu: pertama, Allah telah mengenal Yeremia sebelum ia dibentuk dalam di dalam rahim ibunya (ay.5); kedua, sebelum ia lahir, Yeremia sudah dikuduskan dan ditetapkan sebagai nabi (ay.5,9); ketiga, Yeremia dipanggil pada usia yang masih muda (ay.6); keempat: tugas utama pengutusan Yeremia adalah untuk mencabut, merobohkan, membinasakan dan meruntuhkan, serta sekaligus untuk membangun dan menanam (ay.10). Allah mengenal baik siapa yang dipanggil-Nya. Ia tidak pernah salah pilih. Ia bahkan menjamin akan menyertai dan menjaga orang-orang yang diutus-Nya (ay.8). Tidak ada yang dapat menghalangi kehendak Allah untuk memakai siapapun yang dikehendaki-Nya sebagai saksi-Nya. Ia sendiri yang akan memperlengkapi orang yang dipilih-Nya untuk melaksanakan tugas pengutusannya (ay.9). Perikop 1 Korintus 13:1-13 berisi penjelasan Paulus kepada jemaat di Korintus mengenai kesalahpahaman mereka tentang karunia-karunia lahiriah. Bagi Paulus, kasih adalah yang terutama di antara karunia-karunia lahiriah. Semua karunia sehebat apapun akan sia-sia adanya tanpa kasih. Kasih adalah karunia yang paling utama untuk membangun tubuh Kristus. Kasih yang dimaksud di sini adalah kasih tanpa pamrih sebagaimana yang Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



29 telah dipraktikkan Yesus dalam mewujudkan misi-Nya menyelamatkan manusia. Kemampuan dan karunia berbicara, bernubuat, memiliki semua pengetahuan dan hikmat manusia dan beragam karunia lainnya, bukan berarti tidak penting dan tidak perlu. Namun menjadi tidak berarti jika tidak ada kasih yang menjadi dasar utamanya. Kasih tanpa pamrih inilah yang harus menjadi dasar bagi orang percaya dalam mewujudkan panggilan hidupnya sehari-hari. Karena dengan kasih tanpa pamrih itulah yang menjadi pemicu dan pemacu sekaligus sebagai dasar, bingkai, dan isi dari kesaksian setiap orang untuk tetap setia dalam melaksanakan tugas panggilannya Lukas 4:21-30 adalah penegasan Yesus Kristus tentang salah satu nubuatan nabi Yesaya yang telah digenapi dalam diri-Nya. Melalui pengajaran-Nya, orang banyak yang mendengar membenarkan dan sekaligus heran dan takjub akan kemahiran Yesus dalam mengajar. Mereka menjadi heran karena mereka tahu bahwa Yesus ini adalah anak Yusuf tetapi memiliki kemampuan yang menakjubkan. Namun bersamaan dengan itu mereka menjadi kesal dan marah karena menganggap bahwa Yesus menafsirkan sesuka hati nubuatan Yesaya itu, bahkan menggunakannya untuk menyerang dan membongkar kedok mereka. Pengajaran Yesus melalui kata-kata yang indah membuat mereka senang bercampur heran. Namun sikap mereka berubah menjadi kebencian dan marah ketika Yesus mulai menyinggung “perasaan” mereka. Setiap pengkhotbah tentu perlu meneladani sikap Yesus ini. Kebenaran tidak boleh disembunyikan karena alasan kekuatiran membuat para pendengar tersinggung. Kebenaran hendaknya disampaikan secara lantang dan tegas. Pokok-pokok pengembangan khotbah 1. Setiap orang Kristen adalah orang yang dikasihi, dipilih, dipanggil dan diselamatkan Allah di dalam dan melalui karya pengorbanan Yesus Kristus. Oleh karena itu kita bertanggung jawab untuk menghidupi kasih, pilihan, dan panggilan Allah itu dalam kehidupan sehari-hari. Bersamaan dengan itu, kita pun diberi tugas dan tanggung jawab untuk menyampaikan dan memberitakan kehendak Allah kepada siapapun dan kapanpun melalui kata dan perbuatan sehari-hari. Oleh karena itu tugas kesaksian dan pelayanan bukan hanya tanggung jawab pejabat gereja, tetapi semua orang percaya. Gereja Toraja mengakui adanya jabatan Imamat Am Orang Percaya, yakni jabatan sebagai raja, imam, dan nabi (silahkan pengkhotbah menjelaskan ketiga jabatan imamat am ini). Sebagai orang yang dipanggil sekaligus diutus, kita yakin sepenuhnya bahwa Dia yang telah memilih, memanggil dan mengutus kita, juga akan memperlengkapi kita dengan segala sesuatu yang kita butuhkan untuk melaksanakan tugas panggilan, kesaksian dan pelayanan kita. 2. Untuk dapat mewujudkan tugas kesaksian dan panggilan sebagaimana tersebut di atas, maka syarat utamanya adalah kesetiaan. Panggilan Allah itu tidak tergantung pada pertimbangan manusiawi, Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



30 tetapi pada kesetiaan melaksanakan apa yang menjadi kehendak Tuhan. Dalam ayat 7, kepada Yeremia ditegaskan janganlah kau katakan aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau Kuutus haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu haruslah kau sampaikan. Tidak ada tawar menawar tentang apa dan kapan kita harus menyampaikan kehendak Tuhan. Karena itu berbagai alasan yang seringkali dikemukakan berdasarkan logika dan pertimbangan manusiawi, seperti alasan masih muda dan tidak pandai bicara (ay.6) atau beragam alasan lainnya, hendaknya dikesampingkan. Kesetiaan adalah salah satu sikap yang juga ditekankan Yesus dalam pengajaranpengajaran-Nya, misalnya saat berbicara mengenai penggunaan talenta dalam Matius 25:14-30 (bnd. Luk. 19:11-27), atau juga dalam Lukas 16:10-13. Menurut Yesus, jika seseorang setia dalam perkara kecil, pasti setia dalam perkara yang lebih besar (pengkhotbah dapat mengangkat kisah-kisah dari Perjanjian Lama tentang orang-orang yang tetap setia pada panggilannya, seperti: Nuh, Yusuf, Daniel, dll, atau kisah-kisah nyata lainnya yang dapat menjadi inspirasi dan memberi penguatan tentang pentingnya kesetiaan). 3. Selain kesetiaan, faktor lain yang sama pentingnya adalah kasih. Orang percaya adalah orang-orang yang telah menerima kasih sejati dari Allah di dalam dan melalui Yesus. Orang percaya diberi tugas dan diutus ke dalam dunia untuk menjadi saksi mewartakan kasih dalam setiap situasi kehidupan sehari-hari. Kasih tanpa pamrih adalah suatu penanda kualitas dan kualifikasi dari orang-orang yang telah menerima dan menikmati kasih Allah, yang wajib diwujudkan dalam hubungan dengan siapapun. Interaksi dan komunikasi dengan sesama akan sangat bermakna jika didasari oleh kasih. Paulus lebih jauh menegaskan wuud kasih itu dengan mengatakan, bahwa “kasih itu sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, tidak melakukan yang tidak sopan, tidak pemarah, tidak menyimpan kesalahan orang lain, tidak bersukacita karena ketidakbenaran tetapi ia bersukacita karena kebenaran, menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu” (1 Kor. 13:4-7). Yeremia dipanggil dan diutus untuk menyampaikan kehendak Tuhan bagi bangsanya karena Tuhan begitu mengasihi mereka. Bagi Yesus, kasih kepada Allah dan sesama manusia adalah hukum yang utama dan pertama bagi setiap orang percaya (Mat. 22:37-40). 4. Kesetiaan untuk menyuarakan kebenaran dan kehendak Allah sangat mungkin diperhadapkan dengan tantangan, penolakan dan perlawanan, bukan hanya yang berasal dari luar, tetapi juga dari kalangan diri sendiri. Apalagi kalau yang bersangkutan merasa terganggu, terusik, atau terancam dari “zona nyaman” yang selama ini telah dihidupi dan dinikmatinya. Ini adalah resiko dan konsekwensi logis yang harus dihadapi oleh para pejuang kebenaran, keadilan dan kebaikan. Orang Kristen harus Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



31 berani menyampaikan kebenaran dan meluruskan sesuatu yang menyimpang, meskipun harus menerima kritik, kecaman atau bahkan ancaman. Tugas pengutusan orang percaya adalah untuk mencabut, merobohkan, membinasakan dan meruntuhkan berbagai hal yang tidak benar, serta sekaligus membangun dan menanam tata kehidupan yang sesuai kehendak Tuhan. Orang percaya yang setia pada panggilannya tetap akan menyatakan dan memberitakan kebenaran, sekalipun ia menghadapi banyak tantangan, karena ia yakin sepenuhnya bahwa Tuhan akan tetap menjaga dan memeliharanya.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



32 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 4-9 Februari 2019



SETIALAH PADA PANGGILANMU (Karitutui tu kaditambaianmu) 1 Korintus 13:1-13 Tujuan: 1. Warga jemaat memahami pentingnya sebuah panggilan. 2. Warga Jemaat mempraktikkan kesetiaan terhadap panggilan hidupnya.



Pembimbing Teks Perikop ini merupakan satu kesatuan dari pasal 12 dan 14 yang merupakan usaha Rasul Paulus untuk memberikan penjelasan-penjelasan yang berkaitan dengan masalah yang muncul dalam jemaat di Korintus, khususnya yang berhubungan dengan berbagai karunia lahiriah yang Allah berikan kepada tiap-tiap anggota jemaat. Di Jemaat Korintus, ada anggota jemaat yang menganggap bahwa karunia berbahasa roh lebih tinggi dibanding dengan karunia-karunia lainnya. Demikian juga dengan sebaliknya, ada anggota jemaat yang justru melihat bahwa karunia untuk mengadakan mujizat adalah karunia yang tertinggi. Bagi Paulus, semua karunia yang dianugerahkan Allah kepada orang percaya harus diwujudkan dalam kasih. Rasul Paulus menekankan betapa besarnya peran kasih dalam kehidupan orang percaya. Bagi Paulus, peran kasih lebih dari sekadar karunia-karunia lahiriah. Semua karunia sehebat apapun akan sia-sia adanya tanpa kasih. Kasih adalah karunia yang paling utama untuk membangun tubuh Kristus. Kasih yang dimaksud di sini adalah kasih tanpa pamrih sebagaimana yang telah dipraktikkan Yesus dalam mewujudkan misi-Nya untuk menyelamatkan manusia. Kemampuan dan karunia berbicara, bernubuat, memiliki semua pengetahuan dan hikmat manusia, dll, bukan berarti tidak penting dan tidak perlu, namun menjadi tidak berarti jika tidak ada kasih yang menjadi dasar utamanya. Ayat 1-3 selalu diawali dengan kalimat “..sekalipun aku…” ingin menegaskan, bahwa orang percaya yang memiliki banyak karunia akan sia-sia adanya jika tidak memiliki kasih. Dapat dikatakan bahwa karunia yang paling utama yang harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari adalah menyatakan kasih secara konkrit. Selanjutnya dalam ayat 4-7, Paulus mengemukakan contoh nyata dari kasih untuk menjelaskan bahwa dengan memiliki kasih seperti itu segala sesuatunya akan berjalan dengan baik dan berkualitas. Bahkan bagi Paulus, dari tiga hal yang penting, yaitu: iman, pengharapan dan kasih, yang terbesar di antaranya adalah kasih. Orang Kristen telah menerima dan menikmati kasih Allah yang dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus. Sebagai orang yang telah menerima dan menikmati kasih Allah yang tanpa pamrih itu, maka setiap orang percaya pun dipanggil dan diutus untuk mempraktikkan kasih itu dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan mempraktikkan kasih itu hanya dapat dilaksanakan jika kita berkomitmen untuk tetap setia kepada Allah. Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



33 Hanya dengan tetap memelihara dan menjaga kesetiaan kepada Allah yang telah mengasihi, memilih dan memanggil kita sebagai umat-Nya, kita dapat mempraktikkan kasih itu tanpa pamrih kepada setiap orang dan di setiap waktu. Pertanyaan diskusi 1. Baca kembali dengan saksama ayat 4-7 dan sebutkan mana dari contohcontoh kasih tersebut telah dilaksanakan, dan mana yang belum! Menurut saudara apa yang menjadi kendala mengapa contoh-contoh tersebut tidak dilaksanakan? (Basai sia pemarangai tu ay.4-7, Umbanna tu soyanan pa’kaboro’ tu dipogau’mo na umbanna tu tae’pa ! Situru’ pangappa’ta, apara tu ussakkalanganniki’ 2. Mengampuni adalah salah satu wujud kasih. Namun, mengapa kita sangat sulit mengampuni orang-orang yang pernah bersalah atau menyakiti hati kita? Bagaimana cara yang dapat kita lakukan sehingga mampu mempraktikkan kasih yang tulus sebagai panggilan hidup kita? (Ma’pagarri’ iamo sala misa’ tanda manassana pa’kaboro’, apa matumbai anna lendu’ia masussanna tu umpagarri’ to mangka kasalan lako kaleta. Umba tongan ladikua umpapayanni tu kamatinurusan ma’pakaboro’ tu ditambanki’ lan katuoanta?)



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



34 Bahan Khotbah Minggu ke-6



Tanggal 10 Februari 2019



ALLAHKU DAHSYAT (Inang Matande tu Puangku) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 138:1-8 : Yesaya 6:1-8 (Bahan Utama) : 1 Korintus 15:1-11 : Lukas 5:1-11 : Mazmur 138:1-2 : Mazmur 138:8



Tujuan: 1. Warga jemaat semakin sadar akan kedahsyatan Allah. 2. Warga jemaat mengandalkan kedahsyatan Allah.



Pemahaman Teks Yesaya 6:1-8 menceritakan tentang begitu dahsyatnya kemuliaan Tuhan yang menyadarkan Yesaya bahwa ia akan binasa karena dirinya penuh dengan kenajisan. Yesaya sadar bahwa ia adalah seorang yang najis bibir dan tinggal berada di antara mereka yang juga najis bibir. Hal itu sekaligus mau mengatakan bahwa ia sebenarnya bukan orang yang layak untuk mendapat kesempatan dan penglihatan itu. Ia juga bukanlah orang yang berbeda dengan orang sekitar pada zamannya. Ketakutan Yesaya akan binasa muncul, setelah ia menyadari akan dirinya yang penuh dosa dan seharusnya tidak layak melihat Tuhan Sang Raja alam semesta. I Korintus 15:1-11 menjelaskan pokok masalah tentang kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus. Kebangkitan Tuhan Yesus di hari ketiga membuktikan kedahsyatan-Nya mengalahkan kuasa dosa, Iblis dan juga maut. Oleh karena Jemaat Korintus diganggu oleh orang-orang yang tidak percaya akan kebangkitan, maka penting bagi Paulus untuk membahasnya (ay.3). Keraguan orang-orang Korintus akan kebangkitan Kristus dijawab oleh Paulus dengan memberikan bukti meyakinkan, bahwa ada banyak orang yang telah melihat Kristus setelah peristiwa kebangkitan, antara lain Kefas (Petrus), kedua belas rasul (ay. 5), lebih dari lima ratus saudara sekaligus (ay.6), Yakobus, kemudian semua rasul (ay. 7), dan Paulus sendiri (ay. 8). Mereka semua adalah saksi dari kebangkitan Kristus. Paulus pun yang sudah diubahkan adalah saksi otentik dari kuasa kebangkitan Kristus (ay. 9-10). Di sini jelas bahwa kedahsyatan kuasa Allah sanggup mengubah kehidupan anak-anak Tuhan yang sungguh-sungguh seperti Paulus, sehingga ia bekerja melebihi orang lain. Sekalipun menganggap diri seorang yang paling kecil, tetapi Paulus mampu mempersembahkan hidup yang luar biasa bagi Allah. Bukan karena ia kuat, tetapi karena kuasa Allah itulah yang mendorongnya lebih bersemangat. Lukas 5:1-11 juga menceritakan kedahsyatan kuasa Allah di dalam Yesus yang mengubah pengalaman seluruh hidup Simon Petrus dan temanBerakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



35 temannya dari penjala ikan menjadi penjala manusia. Dikisahkan dalam perikop ini, bahwa Simon Petrus dan teman-temannya sedang membereskan jalanya. Mereka adalah nelayan profesional yang semalaman menjala ikan tetapi tidak mendapatkan hasil. Hidup mereka sangat tergantung dari hasil tangkapan ikan. Di tengah kesibukan mereka membereskan jala, datanglah Yesus menghampiri mereka. Setelah terjadi dialog sejenak, Yesus bersama Petrus dan teman-temannya bertolak ke tempat yang dalam dan menebarkan jala. Hasilnya sungguh di luar dugaan, mereka mendapat banyak ikan bahkan jala mereka nyaris koyak. Hal menarik dari kisah ini ialah bahwa Simon menyadari keadaan dirinya yang tidak pantas mendapat perhatian serta sapaan dari Yesus. Yesus tahu akan ketulusan hati Simon, sebab itu Ia berkata: “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjadi penjala manusia.” (ay. 10). Semenjak itu hidup Simon berubah haluan, dari seseorang yang hanya memikirkan untuk kepentingan dirinya sendiri, mencari ikan, mendapat untung dari hasil jualan ikan, menjadi seorang yang memikirkan misi dan perutusan Tuhan, sekalipun untuk itu ia masih harus menjalani proses selama tiga tahun bersama-sama dengan Yesus. Tiga tahun ia hidup bersama Yesus. Ia melihat apa yang dilakukan Yesus, mendengarkan segala pengajaran Yesus, bahkan menyaksikan peristiwa penyaliban, kematian dan kebangkitan Yesus. Benang merah dari ketiga bacaan di atas terletak pada kedahsyatan kuasa Allah yang mengubah pengalaman hidup setiap orang, mulai dari yang merasa dirinya najis dan lemah (Yesaya), hina (Paulus) sampai kepada mereka yang hanya mementingkan darinya sendiri (Simon), menjadi orang yang memikirkan dan melaksanakan panggilan Allah. Hal ini juga menegaskan kedahsyatan kuasa Allah bisa berlaku bagi siapa saja, kapan dan dimana saja. Kedahsyatan kuasa Allah tidak dapat dibatasi oleh apapun. Pemahaman bahan utama Yesaya 6 (juga 8:1-18) berisi sebuah kesaksian yang merupakan otobiografi Yesaya tentang pengalamannya sebagai nabi. Pasal-pasal ini (6:1-8:18) merupakan pengumpulan nubuat-nubuat Yesaya sepanjang waktu tertentu, yaitu sejak pemanggilannya sampai zaman perang Syro-Efraimi (734-733 SM), di mana Raja Ahas menolak nasihat Nabi Yesaya dan lebih mengandalkan diri pada kekuatan manusia dan politik duniawi. Dapat diterima bahwa dalam pasal 6 ini Yesaya sendiri melukiskan dan menceritakan tentang segala pengalamannya secara rohani dan psikologis, yang pada satu pihak dapat berhubungan erat dengan Allah yang dahsyat karena kekudusan-Nya, akan tetapi pada pihak lain menginsyafi betapa besar perbedaan antara Allah yang mahakudus dengan manusia yang najis dan lemah. Penglihatan itu terjadi dalam tahun matinya Raja Uzia (740 SM). Sebenarnya Raja Uzia dari awalnya adalah seorang raja yang saleh dan takut akan Tuhan, sehingga ia sukses dan berhasil. Umat Israel pun penuh damai dan sejahtera dalam pemerintahannya. Namun dalam tahun-tahun berikutnya ia menjadi sombong dan angkuh. Ia melakukan hal yang tidak Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



36 benar di hadapan Tuhan dengan menyerobot tugas Imam besar di bait Allah yang seharusnya tidak boleh ia lakukan (2 Taw. 26:18-21). Walau para Imam sudah memperingatkannya untuk tidak melakukan pembakaran ukupan kudus itu dan supaya tidak masuk ke tempat kudus tersebut (sebab hanya orang-orang yang dikuduskanlah yang boleh melakukannya), ia tidak mau mengindahkannya. Justru ia berbalik memarahi Imam Azarya dan rombongan Imam lainnya, sehingga akhirnya ia dihukum Tuhan. Raja Uzia tidak mendapat kehormatan lagi di hadapan Allah. Ia kena penyakit kusta, sehingga dikucilkan sampai pada kematiannya. Perilaku raja Uzia yang tidak menghormati kekudusan Allah dan yang mengotori kekudusan Tuhan, bahkan sebaliknya mengotori dan mempermainkan kekudusan Tuhan, telah membawa petaka baginya, yakni menjalani hidup yang berujung pada kehinaan dan kematian. Dalam penglihatan itu, Yesaya melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi menjulang dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci. Pandangan ini memperlihatkan keagungan Tuhan yang tentunya jauh melebihi keagungan raja-raja yang ada dan terutama yang memerintah ketika itu. Pada peristiwa kematian Raja Uzia itu, Israel merasa terpukul dan penuh kesedihan, sebab di bawah pemerintahan Raja Uzia mereka boleh menikmati kemakmuran dan kesejahteraan. Ketika mendengar bahwa Raja Uzia dihukum dan mati, Israel pun berada dalam suasana ketakutan. Mereka sebelumnya memahami bahwa Raja Uzia dapat membawa kemakmuran bagi mereka. Karena itu, jika Allah kemudian memperlihatkan kekuasaanNya yang jauh mengatasi keagungan raja-raja khususnya Raja Uzia, maka Ia hendak mengatakan bahwa bukanlah keagungan Raja Uzia dan kekuasaanya yang menjamin dan sumber kemakmuran tersebut, tetapi Tuhanlah yang membangkitkan Raja Uzia dan yang memberkatinya. Itu sebabnya, ketika Uzia sudah berlaku tidak setia, serta mempermainkan pelayanan dan kekudusan Tuhan, maka Tuhan menghukumnya. Demikian juga Israel yang telah diberkati Tuhan dengan berbagai bentuk kemakmuran. Sumber kemakmuran mereka bukanlah dari raja Uzia ataupun dari diri mereka sendiri. Karena itu, ketika mereka tidak mau bertobat dan memperbaiki kerohanian mereka yang penuh kebobrokan, maka Tuhan akan menghukum mereka. Dalam penglihatan itu, Yesaya melihat para Serafim (kata kerja Ibrani saraf yang berarti “menyala” atau “membakar”) yang mengawal dan menjaga kekudusan Tuhan. Para Serafim ini adalah golongan makhluk yang menyerupai malaikat. Tugas para Serafim ialah senantiasa siap untuk melaksanakan segala perintah Tuhan dengan segera dan dengan semangat yang bernyala-nyala. Enam sayap para Serafim menjadi simbol dari mobilitas dan gerak cepat mereka. Arti kata Serafim itu sendiri, yakni “menyala” atau “membakar”, menunjukkan bahwa mereka bertindak juga seperti kilat yang membakar dan bernyala-nyala. Demi kekudusan dan kemuliaan Tuhan, mereka para Serafim itupun tidak dapat memandang wajah Tuhan. Mereka menutupi muka mereka dan kaki mereka (di sini dalam arti ketelanjangan mereka). Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



37 Tugas lain para Serafim yang dilihat oleh Yesaya ialah memuji-muji Tuhan (ay.3). Para Serafim bernyanyi silih berganti dan saling menjawab. Mereka memuji-muji hakikat Tuhan yang kudus. Tuhan adalah Yang Kudus di surga, di alam semesta dan di bumi. Kekudusan Tuhan ini mau menegaskan bahwa Tuhan melebihi segala makhluk dan alam semesta; dan Tuhan tidak mengenal dosa dan kenajisan, sehingga Dia akan menghukum umat-Nya yang najis (ay.9-13a). Sebaliknya, Dia yang Mahakudus merupakan juga Penyelamat bagi umat-Nya; Dia menguduskan Yesaya dan mengutusnya sebagai nabi kepada umat-Nya. Maka kekudusan itu pada satu pihak menimbulkan jarak yang mutlak antara Tuhan dan manusia, akan tetapi pada pihak lain juga menunjukkan hubungan persekutuan Tuhan dengan umat-Nya. Pernyataan Tuhan mengenai kekudusan-Nya yang dinamis itu menggetarkan alas ambang pintu Bait Allah. Inilah pernyataan kehadiran Tuhan yang mahakudus. Dengan ini Bait Allah itu seolah-olah dalam penglihatan itu berubah menjadi sebuah balai surgawi, tempat Allah bersemayam. Ayat 5-8 berisi penyucian dan pengutusan Yesaya. Di hadapan kekudusan Tuhan, Yesaya sekonyong-konyong menjadi sadar mengenai keadaan dirinya sendiri dan bangsanya. Rasa takut dan gelisah meliputi hati sanubarinya. Dia teringat akan akibat yang dahsyat yang dapat menimpa dirinya, karena dia sudah melihat Tuhan yang dahsyat dalam kekudusanNya (bnd.Kel.33:20). Yesaya berteriak: “Celakalah aku; aku binasa! Sebab aku adalah orang yang najis dan dari bangsa yang najis!” Yesaya dan bangsanya tidak dapat ikut bernyanyi bersama-sama dengan para Serafim itu, karena mereka adalah najis bibir. Walaupun mereka dapat memenuhi segala peraturan seremonial yang berlaku untuk kebaktian di dalam Bait Allah yang di atas bumi itu, namun pada hakekatnya mereka masih belum pantas untuk dapat mengambil bagian dalam kebaktian yang tertinggi di dalam balai surgawi yang nampak di dalam penglihatan itu. Yesaya benar-benar menyadari dan berhadapan dengan kenyataan ilahi yang ada di belakang segala bentuk dan tata ibadah yang nampak secara lahiriah. Oleh karena itu Yesaya menyadari dan mengakui kekecilannya dan kenajisannya. Ia telah dilahirkan dan hidup di tengah-tengah bangsa yang najis. Kenajisan adalah mutlak dan tidak ada titik-titik kesucian sedikitpun pada dirinya. Perasaan dan pengakuan Yesaya ini memang bukanlah sesuatu yang dilebih-lebihkan karena demikianlah sebenarnya hakekat manusia yang berdosa (bnd. Rm. 7:24). Dalam ayat 6-7, seorang dari para Serafim secara simbolis menyucikan Yesaya karena perintah TUHAN yang mahakudus itu. Bara diambil dari mezbah dan disentuhkan pada mulut Yesaya. Ini berarti, bahwa Allah berkenan mengampuni kesalahannya dan menghapus kenajisannya. Penyentuhan mulut dengan api dihubungkan dengan tugas kenabian Yesaya yang menuntut kemurnian dalam memberitakan Firman Tuhan (bnd. Zef. 3:9). Demikianlah Yesaya disucikan dan disiapkan untuk mengemban tugas pengutusannya. Dengan demikian Yesaya tidak lagi najis bibir. Ia pun diperbolehkan ambil bagian dalam ibadat dan pelayanan yang suci. Rahmat yang Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



38 diterimanya tidaklah untuk dinikmati oleh diri sendiri saja, melainkan juga telah memberi dorongan yang kuat untuk dapat menyaksikannya kepada bangsanya. Yesaya tidak lagi merasa takut. Sebaliknya ia menyadari suatu tugas baru yang dipercayakan padanya. Terdorong oleh semangat yang kudus, Yesaya memberi jawabannya yang spontan: “Inilah aku, utuslah aku!” Jawaban ini pun menunjukkan segi-segi yang menarik, yaitu sebagai suatu jawaban pribadi dan spontan. Yesaya tidak lebih dahulu minta penjelasan atau keterangan-keterangan lebih lanjut mengenai panggilan itu. Lebih-lebih Yesaya tidak mengadakan “tawar-menawar” seperti halnya Musa atau Yeremia. Sebaliknya, jawabannya menunjukkan penyerahan diri yang sebulat-bulatnya bagi pelayanan dan pengabdian diri kepada Tuhan yang kudus.Tugas panggilan missioner semacam itu juga tetap diberikan kepada setiap orang percaya. Untuk itu, Tuhan juga menantikan respons yang tegas dan relah dari orang percaya di zaman modern ini juga. Pokok-pokok yang dapat dikembangkan 1. Belajar dari kisah panggilan Tuhan bagi Yesaya, Simon dan Paulus, tampak jelas betapa Tuhan pertama-tama tidak mencari orang saleh dan benar untuk mewujudkan kehendak-Nya di dunia. Yang dibutuhkan oleh Tuhan adalah orang yang mau diubahkan oleh Firman dan kekudusanNya. Dewasa ini banyak pengikut Yesus Kristus terpesona akan kasih dan kebaikan Allah, tetapi tidak banyak yang mau berpikir tentang kekudusan-Nya. Tanpa sadar, kita pun bisa terjebak dalam kenyamanan hidup seperti Raja Uzia. Memiliki harta, asuransi, suami, istri, anak, kepandaian, karier, kedudukan, tentu saja tidaklah salah. Namun di atas semuanya itu, harus disadari betapa Tuhan sumber segala berkat dan satu-satunya yang patut disembah. 2. Tuhan mengubah hidup Yesaya dengan pengudusan yang dilakukan oleh Allah terhadap pribadinya. Allah perlu menguduskan bibirnya terlebih dahulu, supaya bibir itu layak untuk menyampaikan kehendak Tuhan dengan benar. Seringkali kita juga mempergunakan bibir kita untuk halhal yang tidak berkenan di hadapan Tuhan, misalnya dengan mengeluh, berkata sia-sia, marah dan membicarakan keburukan orang lain. Kita perlu membuka diri supaya Tuhan menguduskan bibir kita dengan Firman-Nya, sehingga bibir kita jadi kudus dan bisa dipakai oleh Tuhan untuk bernubuat dengan benar dan tepat. 3. Kedahsyatan Tuhan hanya akan jika kita mau diubahkan oleh Firman Allah dan menguduskan diri bagi-Nya. Memberi diri dikuduskan untuk Tuhan, bukan pertama-tama menjadi pendeta atau menjadi Majelis Gereja, tetapi lebih dari itu kita memberikan hidup untuk Tuhan. Sejalan dengan itu, kita juga harus memiliki batas teritorial dalam hidup kita yang menyatakan bahwa jelas kita adalah milik Allah dan bukan milik dunia. Kita harus memiliki batasan yang jelas antara dosa dan kebenaran, antara yang baik dan yang jahat. Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



39 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 11-16 Februari 2019



ALLAHKU DAHSYAT (Inang Matande tu Puangku) 1 Korintus 15:1-11 Tujuan: 1. Warga jemaat semakin sadar akan kedahsyatan Allah. 2. Warga jemaat mengandalkan kedahsyatan Allah.



Pembimbing Teks 1 Korintus 15 mengajarkan tentang kebangkitan Kristus, kebangkitan orang-orang percaya dan juga masalah kebangkitan tubuh. Melalui bagian ini, Rasul Paulus mengingatkan Jemaat Korintus supaya dapat berdiri teguh di dalam Injil karena ada yang tidak percaya dengan kebangkitan dari kematian. Ia mengatakan bahwa jikalau tidak ada kebangkitan maka tidak ada Injil dan sia-sialah kepercayaan mereka. Dalam hal ini, kematian Yesus merupakan dasar dari keselamatan manusia. Ungkapan, “Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci” (ay. 3), memberi penjelasan bahwa jika Kristus tidak mati, maka manusia tidak memiliki keselamatan. Tuhan Yesus mati sebagai kurban pengganti karena dosa manusia. Ia mati untuk menebus manusia sehingga melalui kematian-Nya manusia dapat bersekutu dengan Allah. Hal ini secara nyata menggenapi apa yang telah dinubuatkan Yesaya (Yes. 53:5-12). Kemudian dikatakan bahwa Yesus yang mati itu telah dikuburkan (ay. 4). Fakta ini membuktikan bahwa Tuhan Yesus telah melalui fase kematian. Ungkapan “bahwa Ia telah dikuburkan” mengukuhkan kenyataan tentang kematian-Nya. Di sisi yang lain, hal ini juga menyatakan bahwa kematian-Nya bukanlah berita bohong. Demikian juga ungkapan “bahwa Yesus telah dibangkitkan” (ay. 4), secara langsung menggenapi nubuat Tuhan Yesus sendiri akan kebangkitan-Nya dalam Matius 12:40. Pada akhirnya, keraguan orang-orang Korintus akan kebangkitan Kristus dijawab oleh Paulus dengan memberikan bukti yang meyakinkan, yakni banyaknya orang yang telah melihat Yesus setelah kebangkitan-Nya, antara lain: Kefas (Petrus), kedua belas rasul (ay. 5), lebih dari lima ratus saudara sekaligus (ay. 6), Yakobus, kemudian semua rasul (ay. 7), dan Paulus sendiri (ay. 8). Mereka semua adalah saksi-saksi dari kebangkitan Kristus. Karena itu, pengalaman Rasul Paulus akan kuasa kebangkitan Kristus membawanya kepada suatu pemahaman tentang hidup yang baru di dalam Tuhan. Hal yang sama pun diingatkan Paulus kepada Jemaat di Korintus. Dengan tegas ia mengingatkan kembali akan makna hidup di dalam Kristus. Pengalaman Rasul Paulus akan kebangkitan Kristus terungkap dalam ayat 9: “Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah”. Apa yang dikatakan oleh Paulus bukanlah hal yang berlebihan. Ketika ia menatap kehidupannya di belakang, ia mendapati bahwa selama ini, ia telah Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



40 melakukan hal yang tidak berguna bagi Kristus. Moralitasnya menjadi rapuh karena ia tidak mengerti akan anugerah itu. Untuk itu ia menyatakan kerendahan hatinya yang disertai dengan perasaan menyesal telah menganiaya jemaat Tuhan. Ia menganggap dirinya yang terkecil atau yang paling hina dan tidak layak untuk disebut sebagai seorang Rasul sekalipun jabatan itu ia dapatkan langsung dari Allah. Di sini terlihat bahwa Rasul Paulus menyadari siapa dirinya di hadapan Tuhan yang kudus dan yang berkuasa. Ia tahu diri tentang kondisi hidupnya. Kesadaran diri Paulus inilah yang membawanya pada suatu perubahan yang radikal, yakni perubahan yang membuat dia siap dianiaya dan menderita demi Tuhannya. Jika Rasul Paulus menganggap diri seorang yang paling kecil tetapi mampu mempersembahkan hidupnya yang luar biasa bagi Allah, maka bukan karena ia kuat, melainkan karena kedahsyatan kuasa Allah itulah yang mendorong dia lebih bersemangat. Pertanyaan diskusi 1. Baca kembali ayat 9! Menurut Anda, apa maksud Rasul Paulus dalam ayat tersebut? Percakapkanlah! (Basai sule tu ay 9! Apara tu nasanga Rasulu’ Paulus lan te aya‘ iate, ta sipa’kadai. 2. Kebangkitan Kristus sebagai bukti kedahsyatan Allah telah membawa perubahan yang luar biasa dalam kehidupan Rasul Paulus. Percakapkanlah bagaimana menjadi pengikut Yesus yang luar biasa! (KamalimbangunanNa Kristus iamo tanda manassana kamatandeanNa Puang Matua tu umpatibalik tongan penaanna Rasulu’ Paulus.Ta sipa’kadai umba tongan ladikua mendadi tomenturu’ lako Yasu Kristus)



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



41 Bahan Khotbah Minggu ke-7



Tanggal 17 Februari 2019



KUASA YANG TAK TERTANDINGI (Kuasa tu tae’ napadatandean) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 1:1-6 : Yeremia 17:5-10(Bahan Utama) : 1 Korintus 15:12-20 : Lukas 6:17-26 : I Tawarikh 16:29 : Mazmur 1:1-3



Tujuan: 1. Warga jemaat sadar akan kemahakuasaan Allah. 2.Warga jemaathidup mengandalkan kuasa Allah..



Pemahaman Bacaan Yeremia 17:5-10 berisi peringatan Tuhan yang sangat keras melalui Nabi Yeremia tentang seperti apa jadinya manusia yang tidak mengandalkan Tuhan dan terus memilih untuk bergantung kepada kekuatan dirinya sendiri serta manusia lain. Mereka yang mengandalkan kekuatan manusia bagaikan padang gurun penuh semak bulus yang tidak akan mengalami datangnya masa kebaikan. Mereka akan menemui hari hidup dalam ketakutan, kecemasan dan kebinasaan. Sebaliknya, mereka yang mengandalkan Tuhan ibarat pohon yang ditanam di tepi aliran air. Mereka bisa saja mengalami masa yang berat saat masa pertumbuhannya, tetapi akan mendapatkan kekuatan dari Tuhan yang membuat akarnya semakin tertancap dalam, guna tetap berdiri kokoh dan menghasilkan buah (bnd. Mz. 1:6). Surat 1 Korintus 15:12-20 berisi penegasan Rasul Paulus tentang pentingnya keyakinan umat Tuhan di Jemaat Korintus terhadap kebangkitan Yesus Kristus. Dengan kebangkitan Yesus Kristus berarti umat Tuhan telah memperoleh pengharapan dan seharusnya menyatakan hidup yang berpengharapan. Bahkan ketika ajal tiba, pengharapan itu tetap ada karena kebangkitan Kristus adalah yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan Rasul Paulus dan sia-sia pulalah kepercayaan umat Tuhan (ay.14,17). Mereka tidak hanya akan menjadi saksi dusta (ay. 15), tetapi dosa mereka pun tidak diampuni (ay.17), mereka akan binasa (ay.18) dan tidak ada pengharapan (ay. 19). Memang telah ada beberapa orang yang meninggal yang dihidupkan kembali (mis. 1 Raj. 17:23-24; Yoh.11), namun mereka akan mengalami kematian kembali. Karena itu, kebangkitan Kristus sebagai yang sulung bukan sekadar berarti yang pertama, tetapi terkait juga dengan otoritas, kuasa atau yang memerintah. Yesus dikatakan sebagai buah sulung, bukan karena Dia merupakan hasil pertama yang bangkit dari kematian dalam karya penebusan Allah, tetapi bahwa Dialah yang berkuasa dan yang Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



42 memerintah setelah peristiwa kebangkitan tersebut. Itulah sebabnya kebangkitan Kristus dari kematian, menjaminkan keselamatan dan kehidupan yang kekal bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Lukas 6:17-26 berisi pengajaran Yesus tentang kebahagiaan sejati. Jika orang banyak saat itu berbahagia karena melihat kehebatan Yesus dalam hal menyembuhkan sakit penyakit dan mengusir roh jahat, maka Yesus mau menunjukkan kepada mereka hal yang lebih fundamental. Bagi Yesus, kebahagiaan sejati bukan terletak pada kesehatan, kelepasan dari tekanan mental, atau pun kelepasan dari berbagai masalah kebutuhan hidup sehari-hari. Kebahagiaan sejati adalah mengandalkan kuasa Allah dan kehendak-Nya (ay.20-23). Kemiskinan, kelaparan, dukacita karena dibenci dan ditolak, serta difitnah, bahkan sampai kematian sekali pun, tidak dapat menghilangkan kebahagiaan umat Tuhan. Pada umumnya ketiga bacaan di atas menekankan kuasa Allah yang tidak dapat ditandingi oleh kuasa dan kekuatan apapun. Mengandalkan kuasa Allah berarti berkat dan kebahagiaan. Sebaliknya, mengandalkan manusia dan kekuatannya sendiri serta berpaling meninggalkan Allah, berarti kutuk. Pemahaman Bahan Utama Yeremia 17:5-10 berlatar belakang masa pemerintahan Raja Yosia. Raja Yosia terkenal dengan tindakannya melakukan reformasi di berbagai bidang kehidupan bangsa Yehuda. Oleh karena reformasi yang dilakukan itu, penduduk Yehuda makmur secara ekonomi. Mereka menikmati rasa aman dan sejahtera. Akan tetapi reformasi di bidang ekonomi, sosial dan militer, ternyata tidak diikuti dengan reformasi yang serius di bidang keagamaan. Pada masa itu penduduk Yehuda melanjutkan kebiasaan lama sebagaimana yang mereka lakukan pada pemerintahan sebelumnya. Penduduk Yehuda hidup dalam penyembahan berhala, dan praktek ketidakadilan sosial menjadi praktek hidup yang lazim di Yehuda. Dalam konteks kehidupan seperti inilah Yeremia bernubuat atas otoritas Tuhan dan mengkritik penduduk Yehuda dengan keras karena ketidaksetiaan mereka kepada Tuhan. Pemberitaan Yeremia pada periode ini sama kerasnya dengan pemberitaan nabi Amos dan Yesaya pendahulunya. Yeremia memberitakan tentang berbagai bentuk kejahatan dan ancaman kehancurann bagi bangsa Yehuda. Ia mengingatkan kehidupan politik yang mengandalkan kekuatan dan perhitungan manusia, yaitu mengikuti pengaruh Mesir atau Asyur (Yer. 2:17-18). Yeremia yakin bahwa Tuhan akan menjatuhkan hukuman atas Yehuda sehingga Yehuda akan mengalami kerugian yang hebat. Selain itu, nabi berharap bahwa dengan berita hukuman maka akan ada titik balik atau pertobatan Yehuda. Jadi inti dari konteks pergumulan Yeremia adalah sinkritisme dan pengandalan diri manusia ketimbang pengandalan kuasa Allah. Dalam ayat 5-8, Yeremia mengkontraskan kehidupan bangsa Yehuda yang mengandalkan kekuatan manusia dengan kehidupan orang yang Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



43 mengandalkan Tuhan. Mereka yang mengandalkan kekuatan manusia dan segala yang dimilikinya bagaikan padang gurun penuh semak bulus yang tidak akan mengalami datangnya keadaan baik. Bentuk kepercayaan yang berpusat pada manusia dan diri sendiri pasti akan bermuara pada kekecewaan dan pasti akan lenyap. Mereka tidak akan mengalami datangnya masa kebaikan. Mereka akan menemui hari hidup dalam ketakutan, kecemasan dan kebinasaan. Sebaliknya, mereka yang mengandalkan kuasa Tuhan ibarat pohon yang ditanam di tepi aliran air (ay. 8). Dari segi sastra, ayat 8 sama dengan Mazmur 1:1, 6. Baik Yeremia maupun Mazmur, keduanya menggambarkan nasib orang benar dan orang fasik. Orang fasik hidup dan masa depan mereka tidak menentu arah bagaikan sekam yang ditiup angin dan jalannya menuju kebinasaan. Berbeda dengan orang benar, tidak berjalan menurut jalan orang fasik tapi yang menjadikan Taurat Tuhan sebuah kesukaan dan merenungkannya siang dan malam. Jalan hidup mereka Tuhan kenal dan selalu menghasilkan buah. Apa saja yang diperbuatnya berhasil. Ayat 9-10 kembali kepada karya misterius di hati manusia (ay.1) dan menyatakan bahwa hanya Allah yang dapat menyelidiki hati dan jalan manusia yang tak terduga. Di mata Tuhan, ada begitu banyak kemunafikan dan kepura-puraan penduduk Yehuda. Dari penampilan terlihat begitu rohani dan mencintai Tuhan tetapi pada kenyataannya hati mereka penuh dengan tipu muslihat dan kelicikan. Yeremia menuliskan demikian, “Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?” (ay. 9). Kemudian Tuhan melalui perantaraan nabi Yeremia menyampaikan bahwa Ia akan menghukum mereka yang licik dan jahat. Di mata Tuhan, hanya hukuman yang pantas bagi manusia licik: “Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya” (ay.10). Jika manusia bisa dengan kelicikannya menipu orang lain dan dirinya sendiri, maka Tuhanlah demikian. Ia menyelidiki setiap hati dan mengetahui segala seluk-beluk kelicikan dan kebobrokan hati manusia. Sebelum manusia berencana dan bertindak, Ia sudah mengetahui motif dan keinginannya. Tidak ada kepurapuraan di hadapan Tuhan, karena tidak ada rahasia manusia yang tidak diketahui-Nya. Segala sesuatu terbuka lebar di hadapan Tuhan. Pokok-pokok pengembangan khotbah 1. Mengandalkan kuasa Allah. Yeremia 17:7a mengatakan, “Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan”. Kata “mengandalkan” adalah terjemahan dari kata kerja Ibrani batah, yang berarti “mempercayai, berharap”. Mempercayai dan berharap di sini bukan sekadar tahu dan yakin, melainkan merupakan penyerahan diri atau ketergantungan secara total kepada Tuhan dan melakukan kehendak-Nya. Penyerahan diri atau ketergantungan secara total di sini bukanlah berarti bahwa Tuhan yang bekerja dan kita cukup bersantai saja, melainkan memberi Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



44 pesan untuk mengandalkan Tuhan sebagai yang pertama dan terutama dalam bekerja. Rasul Paulus menyatakan “bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu” (Rm.8:28). Jika Tuhan turut bekerja berarti Ia ikut ambil bagian bekerja bersama dengan kita. Yang seringkali terjadi ialah bahwa ketika kita menghadapi sesuatu, kita berusaha dulu sampai kehabisan akal baru ingat Tuhan. Padahal Tuhan harusnya menjadi yang pertama diandalkan. 2. Mengandalkan kuasa Allah berarti berkat. Berkat yang dimaksud di sini bukan pertama-tama yang berhubungan dengan kebutuhan jasmani yang kelihatan dan sifatnya sementara. Dalam bentuk kata benda, kata kerja “mengandalkan” diterjemahkan dari kata betah (Bhs.Ind.=“betah”), yang berarti ketenteraman, tidak takut, keamanan, kesenangan dan kebahagiaan. Inilah berkat bagi setiap orang yang mengandalkan Tuhan. Ayat 8 mengatakan, “Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah”. Inilah jaminan berkat Tuhan bagi mereka yang mengandalkan kuasa Allah yang tak tertandingi itu.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



45 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 18-23 Februari 2019



KUASA YANG TAK TERTANDINGI (Kuasa tu tae’ napadatandean) Lukas 6:17-26 Tujuan: 1. Warga jemaat sadar akan kemahakuasaan Allah. 2. Warga jemaat hidup mengandalkan kuasa Allah



Pembimbing Teks Lukas 6:17-26 terdiri dari dua bagian, yakni penyembuhan banyak orang (ay. 17-19) dan ucapan bahagia (ay. 20-26). Ayat 17-19 merupakan peralihan atau pendahuluan kepada ayat 20-26 bahkan sampai ayat 49. Jika ayat 17-19 menjelaskan keadaan sejumlah besar orang yang datang membanjiri suatu tempat untuk mendengarkan pengajaran Yesus, mendapatkan kesembuhan dan pembebasan dari kuasa-kuasa jahat, maka ayat 20-49 menjelaskan contoh-contoh pengajaran Yesus. Salah satu pengajaran Yesus pada bagian ini adalah ucapan bahagia (ay. 20-16). Istilah “berbahagialah” tidak hanya berkenaan dengan akhirat. Ucapan “berbahagialah” (Yun. Makarios= selamat, beruntung, mujur) dipakai untuk menyatakan kepada seseorang bahwa ia bergirang hati karena keadaannya yang menggirangkan itu. Itu sebabnya orang-orang Yunani menggunakan ungkapan “berbahagialah” itu misalnya untuk memuji orang tua dengan anak-anaknya yang baik tingkah-lakunya, atau orang-orang berada (kaya) dengan kekayaan mereka, atau memuji seseorang yang mendapat kehormatan dan nama karena perbuatanperbuatannya yang gagah berani. Juga di kalangan orang Yahudi, orang-orang dikatakan “berbahagia” apabila mereka diberkati Allah dengan dianugerahi anak-anak (Kej.30:13) atau apabila mengalami keberuntungan (Ayb.29:11; Yes.32:20). Bagi orang Yahudi, “keselamatan” itu bukanlah hanya bersifat rohani, tetapi merangkum badan dan jiwa, yang lahiriah dan yang batiniah, yang jasmaniah dan yang rohaniah (ada hubungannya dengan syalom dalam Luk.2:13-14). Seluruh keselamatan itu disimpulkan dalam istilah “Kerajaan Allah” (=terwujudnya kekuasaan Allah). Hidup dengan selamat dan bahagia ialah hidup sebagai warga Kerajaan Allah, yakni hidup dalam kuasa dan kehendak Allah, dengan mengasihi dan melayani Allah serta sesama manusia bahkan seluruh ciptaan. Kerajaan itu adalah seperti benda yang sedemikian berharganya, hingga segala yang lain tidak ada artinya dibandingkan dengan kerajaan itu (bnd. 12:32-33; Mat. 13:44). Menarik bahwa Yesus kemudian mengarahkan ucapan “berbahagia” ini, tidak kepada orang-orang yang kondisinya baik dan berkecukupan dalam pandangan manusia, seperti mereka yang kaya dan kenyang. Sebaliknya, yang disebut berbahagia ialah justru mereka sedang berada dalam kondisi Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



46 sebaliknya, yakni miskin dan lapar. Pertama-tama Yesus menyebutkan berbahagia orang yang miskin (ay.20b). Makna dari pengertian itu ialah bahwa orang-orang miskin adalah mereka yang tidak dapat mengandalkan dan tidak dapat memegahkan sesuatu kepunyaan mereka, dalam hal jasmaniah maupun dalam hal rohaniah. Mereka adalah orangorang yang hanya dengan rendah hati dapat berharap akan pertolongan Allah (bnd. Luk. 4:18). Hanya dan justru untuk orang-orang semacam itulah disediakan Kerajaan Allah. Pintu menuju Kerajaan Allah adalah demikian kecil, hingga orang harus melepaskan dan menanggalkan dahulu segala kekayaan, baik yang jasmaniah maupun rohaniah, kemudian harus merendahkan dan membungkukkan diri untuk masuk melalui pintu itu (bnd. Luk.18:18-27). Ucapan bahagia yang kedua ditujukan kepada orang yang lapar (ay.21a). Kehidupan dalam kerajaan Allah mempunyai akibat-akibat untuk hubungan antara warga-warga kerajaan itu, sedang untuk hari depan berlaku janji bahwa segala penderitaan dan kesengsaraan manusia, baik yang berupa jasmani maupun yang berupa rohani akan dihapuskan. Ucapan bahagia yang ketiga ditujukan kepada orang yang menangis (ay.21b). Di satu pihak, yang dimaksudkan dengan orang-orang yang “menangis” adalah orang yang remuk jiwanya, serta menangis karena dosa-dosa mereka. Tetapi di pihak lain, ucapan bahagia itu juga dapat berlaku bagi orang yang menderita di dunia ini dan yang mencari kekuatannya pada Tuhan. Ayat 22-23 berisi ucapan bahagia berkenaan dengan kedudukan orang-orang Kristen di dunia yang seringkali dibenci karena keberadaan mereka sebagai pengikut Kristus. Mereka yang mengaku Yesus sebagai Anak Manusia, yaitu Mesias, akan dibenci dan diusir. Mereka akan dihina bukan karena nama mereka sebagai pribadi, tetapi sebutan mereka sebagai Kristen. Di sinilah kebahagiaan itu kalau orang-orang menunjuk mereka dengan cara menghina serta berkata: “itu orang Kristen”. Bagi mereka yang menderita karena mengaku percaya kepada Kristus dan bersaksi tentang Dia, berlaku janji bahwa Allah akan mengupahi mereka dengan keselamatan yaitu sebagai warga kerajaan Allah yang ada dan sedang datang itu. Ayat 2426 berisi ancaman hukuman bagi mereka yang tidak memperhatikan pengajaran Yesus dan lebih mengandalkan kekayaan (ay. 24), kelimpahan (ay. 25) dan pujian yang dangkal (ay. 26). Apabila mereka menjadi lemah dalam perjuangan menjadi Kristen, maka akan berlaku hukuman bagi mereka. Pertanyaan diskusi 1. Baca kembali ayat 20-22! Apa ukuran dunia ini tentang kebahagiaan? (Basai sule tu aya’ 20-22! Ta sipa’kadai ! Apara tu mendadi sukaranna lino diona kamauparan?) 2. Mengapa dalam kehidupan ini sering kita tidak mengandalkan kuasa Allah yang tidak tertandingi itu? Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



47 (Matumbai anna nenne’ tangdisattuan tu kuasa kamatandean-Na Puang Matua lan katuoanta?)



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



48 Bahan Khotbah Minggu ke-8 7 minggu setelah Epipani



Tanggal 24 Februari 2019



MENGHAYATI KEHADIRAN ALLAH (Unnanung mandalan kama’diorenanNa Puang Matua) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 37:1-11 : Kejadian 45:1-15 (Bahan Utama) : 1 Korintus 15:42-50 : Lukas 6:27-36 : Mazmur 136:26 : Lukas 6:36



Tujuan: 1. Warga Jemaat memahami kehadiran Allah dalam berbagai situasi kehidupan 2. Warga jemaat dapat bersikap mengampuni dalam menyikapi perlakuan jahat yang dialami



Pemahaman Teks Kejadian 45:1-15 merupakan kelanjutan pasal 44 tentang Yehuda yang berbicara membela Benyamin, yakni dengan menjelaskan betapa pentingnya Benyamin bagi Yakub ayah mereka, yang juga merupakan ayah Yusuf. Yakub sangat mengasihi Benyamin, sehingga tanpa Benyamin, Yakub yang sudah tua itu tentu akan sangat berdukacita. Penjelasan Yehuda membuat Yusuf tak kuasa lagi menahan tangisnya. Ini adalah air mata kelembutan dan kasih sayang yang amat dalam. Setelah menyuruh semua orang lain keluar, ia pun menangis amat keras, seraya memperkenalkan dirinya kepada saudara-saudaranya, “Akulah Yusuf! Masih hidupkah Bapa?”. Saudara-saudara Yusuf menjadi amat takut dan gemetar, khususnya karena mengingat perbuatan jahat mereka dahulu terhadap Yusuf. Namun demikian, Yusuf ternyata tetap mengasihi mereka, sehingga bagi saudara-saudara Yusuf, peristiwa ini merupakan saat yang paling membahagiakan, yakni saat bagaikan mereka bangkit dari kematian mereka. Mereka sama sekali tidak menyangka adanya perubahan sikap Yusuf, seorang yang berwibawa dan sangat berpengaruh dalam istana Firaun, menjadi sikap seorang saudara yang sangat akrab dan intim dengan mereka. Yusuf memerintahkan agar semua pelayannya menyingkir, demi mewujudkan sebuah suasana percakapan pribadi di antara saudara bersaudara, yakni percakapan yang akrab, intim, bebas dan terbuka, serta tidak perlu didengarkan oleh orang lain. Waktu itu nama Ibrani Yusuf sudah tidak dikenal lagi di kalangan kerajaan, Yusuf hanya dikenal dengan nama Mesir-nya yakni Zafnat-Paaneah. Karena itu ia memperkenalkan nama Ibraninya yang sudah hilang dan dilupakan oleh orang Mesir, “Akulah Yusuf, saudaramu yang kamu jual ke Mesir”. Ia menjelaskan siapa dirinya, sekaligus membesarkan hati mereka. Yusuf meyakinkan mereka. Namun sebaliknya saudara-saudara Yusuf semakin merendah karena mengingat akan perbuatan mereka yang telah Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



49 menjual Yusuf. Saudara-saudaranya terkejut, gemetar, ketakutan. Tetapi Yusuf dengan ramah dan akrab menggapai mereka dan mengatakan: “marilah dekat-dekat”. Yusuf berusaha keras untuk menghilangkan ketakutan dan dukacita mereka, “janganlah bersusah hatimu dan janganlah janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu” (ay. 5). Terlihat jelas bagaimana Yusuf memahami tindakan saudara-saudaranya dari sudut pandang rencana Tuhan yang jauh lebih besar. Meskipun dilatar belakangi oleh rancangan dan perbuatan jahat dari saudara-saudaranya, Yusuf tetap yakin bahwa kehadirannya di Mesir memiliki makna yang mulia, tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga bahkan untuk keselamatan Mesir dan mempertahankan kelangsungan kehidupan Israel. Itu sebabnya Yusuf juga berjanji untuk mengurus ayah dan seluruh keluarga selama masa kelaparan (karorian). Ia menyuruh saudarasaudaranya untuk secepatnya kembali ke Kanaan dan memberitahukan kepada ayahnya bahwa Yusuf masih hidup dan kini ia menjadi tuan tanah di Mesir. Yusuf tahu bahwa berita ini akan membuat mereka memperoleh harapan hidup lagi. Ia mau berbagi tempat tinggal di Gosyen, kawasan Mesir yang berhadapan dengan Kanaan, supaya mereka tidak melupakan daerah asalnya. Ia benjanji untuk memenuhi seluruh kebutuhan Yakub dan seluruh keturunannya (ay. 9-13). Dua nama yang disandang oleh Yusuf yaitu Yusuf (nama Ibraninya1) yang berarti: Allah akan menambahkan dan ZafnatPaaneah (nama Mesirnya 2); yang berarti raja kehidupan dari zaman ke zaman (Kej. 41:45), memperlihatkan bagaimana Yusuf memang harus menyelamatkan keturunannya dan juga bangsa-bangsa lain. Korelasi Bacaan Mazmur 37:1-11, menegaskan pesan agar umat Tuhan tetap bertahan dalam Tuhan, meskipun orang fasik sepintas kelihatan lebih sejahtera. 1



2



.Yusuf" adalah sebuah nama pemberian maskulin yang berasal dari bahasa Ibrani, yang tercatat dalam Alkitab Ibrani, sebagai ֵ‫יוססף‬, Ibrani Standar Yossef, Ibrani Tiberias dan Aram Yôsēp̄. Dalam bahasa Arab, termasuk dalam al-Qur'an, namanya dieja menjadi ‫ يوسف‬atau Yūsuf. Nama tersebut diterjemahkan dari kata Ibrani ֵ‫ יהוה להוסיף‬YHWH Lhosif yang artinya "ALLAH akan menambahkan". .Nama Mesir yg diberikan oleh Firaun kepada Yusuf pada pelantikannya (Kej 41:45); upaya mencari asal usul kata itu dalam bh Mesir menghasilkan pendapat yg berbeda-beda. Usul Steindorff D(d) p'-nt(r)lw f-'nh secara fonetis adalah baik, tapi tidak pas dalam hal artinya, lagipula berasal dari kurun waktu yg terlalu kemudian. Pendapat-pendapat lain kebanyakannya secara fonetis tidak dapat diterima, atau tidak sejajar dengan kata Mesir yg sebenarnya. Tapi, bentuk konsonantal Ibrani Tsp-n-t p-'n-kh adalah mungkin, dengan satu perubahan kecil (demi eufoni Ibrani) menjadi Ts-t-n p p-'n-h, yang berarti (Yosef) dd-n. f 'Ip-'nh (Yusuf) yang dipanggil 'Ip`ankh'; dd-n. f agaknya merupakan konstruksi yg terkenal untuk memperkenalkan nama kedua, yaitu 'Ip`ankh', suatu nama yg lazim pada periode-periode Kerajaan Pertengahan dan Hyksos, yakni pada Zaman Bapak-bapak leluhur dan Zaman Yusuf. KAK/BS/HAO. Zafnat-Paaneah (bahasa Inggris: Zaphnath-Paaneah; bahasa Ibrani: ‫ )צצפָפננתַ נפפָענסנח‬adalah nama yang disebutkan dalam Alkitab Ibrani (dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen) dalam Kitab Kejadian pasal 41:45 sebagai nama baru yang diberikan oleh Firaun Mesir kepada Yusuf ketika diangkat menjadi orang kedua di Mesir. Nama ini merupakan alih aksara dari nama dalam bahasa Mesir kuno ke dalam tulisan dan pelafalan bahasa Ibrani yang berarti raja kehidupan dari zaman ke zaman.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



50 Kejadian 45:1-15 menjelaskan perjalanan hidup Yusuf yang begitu berat. Meskipun Yusuf amat disayangi oleh Yakub ayahnya (Yusuf adalah anak kesebelas), namun ia amat dibenci oleh saudara-saudaranya. Oleh saudarasaudaranya, Yusuf dijual kepada saudagar-saudagar dari Midian. Saudagarsaudagar Midian itu kemudian menjualnya lagi kepada Potifar, kepala pegawai istana Firaun di Mesir. Meski sempat menarik hati Potifar majikannya, Yusuf kemudian harus masuk penjara sebagai akibat dari fitnah yang dilakukan oleh istri Potifar atas dirinya. Luar biasa pergumulan hidup Yusuf. Namun demikian, dalam perjalanan hidupnya, Yusuf ternyata mampu merasakan kehadiran Allah yang terus menyertainya hingga menjadi seorang penguasa di Mesir. Kisah Yusuf dapat dilihat dalam perspektif surat 1 Kor. 15:42-50. Pada bagian ini Paulus menjelaskan bahwa orang yang ditaburkan dalam kelemahan akan dibangkitkan dalam kekuatan. Pesannya jelas, penyertaan Tuhan dapat memastikan dipulihkannya umat Tuhan yang berada dalam kelemahan dan penderitaan. Jika dikaitkan dengan bacaan Lukas 6:27-36 tentang ajaran untuk mengasihi musuh dan tetap berbuat baik bagi mereka, maka kisah Yusuf dapat dilihat sebagai contoh dari ajaran Tuhan Yesus tersebut. Yusuf sama sekali tidak membalas kejahatan saudara-saudaranya. Sebaliknya, ia justru mengampuni mereka dan berkomitmen untuk memelihara hidup mereka. Kejahatan saudara-saudaranya yang menjadi awal penderitaan panjangnya di Mesir ternyata mampu dilihat Yusuf dalam terang kasih dan rencana Tuhan sendiri. Ia percaya Tuhanlah yang menuntun dirinya hingga tiba di Mesir. Kepada saudara-saudaranya, Yusuf berkata, “jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah” (ay.8).



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



51 Pokok-pokok Pengembangan Khotbah Aplikasi 1. Penyataan kasih Yusuf terhadap saudara-saudaranya (ay.1), sesungguhnya dapat dipahami sebagai wujud kasih Kristus bagi umat manusia. Tangisan Yusuf yang demikian keras, dapat memperlihatkan rasa belas kasih Allah terhadap orang-orang yang datang kepadanya dengan penuh penyesalan, pertobatan dan kesediaan untuk menanggalkan segala dosa, serta tindakan mereka yang keliru. Aplikasi 2. Setiap orang pasti selalu bergumul dengan dosa yang ada pada dirinya. Oleh sebab itu, belas kasih Allah sebagaimana yang terlihat dalam cara Yusuf memaafkan saudara-saudaranya, hendaknya juga menjadi bentuk kehidupan kita kini. Sama seperti Yusuf, kita pun mungkin seringkali mengalami perlakukan jahat dari orang-orang sekitar kita. Namun seperti Yusuf yang mampu melihat kehadiran Tuhan dalam pergumulannya dan membuatnya mampu mengampuni saudara-saudaranya, kita pun hendaknya bisa melihat pergumulan yang kita alami dalam terang penyertaan Tuhan sendiri. Aplikasi 3. Pekerjaan Allah untuk menyelamatkan manusia dari dalam keberdosaannya benar-benar sangat luar biasa. Meski sulit dipahami dengan logika pikiran manusia semata, namun pada akhirnya menjadi jelas cara Tuhan bekerja. Penderitaan yang dialami pada akhirnya menjadi dibuat menjadi jelas. Tidak ada yang sia-sia. Karena itu, penting sekali kemampuan memaknai setiap peristiwa yang terjadi dalam terang pemeliharaan Tuhan. Aplikasi 4. Perjalanan hidup Yusuf begitu berat dan penuh dinamika. Ia dijual oleh saudara-saudaranya kepada orang Ismael, saudagar-saudagar dari Midian. Selanjutnya, ia dijual lagi kepada Potifar sang kepala pegawai istana Firaun. Ia bahkan kemudian masuk dalam penjara, sebelum kemudian keluar menjadi penguasa di Mesir. Namun dalam seluruh perjalanan hidupnya, Yusuf mampu merasakan kehadiran Allah. Masa kehidupan sampai sukses di Mesir justru digunakan sebaik-baiknya untuk bekerja penuh tanggung jawab, serta mengasihi keluarganya, mengasihi orang yang pernah merancangkan celaka baginya, mengasihi orang yang memusuhinya, bahkan mengasihi siapa saja termasuk orang Mesir .



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



52 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 25- 2 Maret 2019



MENGHAYATI KEHADIRAN ALLAH (Unnannung mandalan kama’direnanNa Puang) Lukas 6:27-36 Tujuan: 1. Warga Jemaat memahami kehadiran Allah dalam berbagai situasi kehidupan 2. Warga jemaat dapat bersikap mengampuni dalam menyikapi perlakuan jahat yang dialami



Pembimbing Teks Lukas 6:27-36 merupakan bagian pengajaran Yesus kepada muridmuridNya, yakni yang menegaskan sebuah cara hidup yang menjadi identitas mereka sebagai anak-anak Allah. Cara hidup yang dimaksudkan dalam hal ini, ialah hidup mengampuni. Menurut Yesus, kesediaan untuk mengampuni dan tetap berbuat baik kepada orang-orang yang telah berbuat jahat sekalipun, merupakan sikap yang membedakan mereka dengan orang-orang berdosa. Kepada para murid Yesus berkata, “sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian” (ay.33). Bahkan lebih jauh lagi, para murid juga dinasehati untuk meminta berkat bagi orang yang mengutuk mereka dan berdoa bagi orang yang mencaci mereka (ay.28). Bahan utama khotbah hari Minggu (Kej. 45:1-15) telah memperlihatkan bagaimana Yusuf telah mengampuni saudara-saudaranya, bahkan memelihara kelanjutan hidup mereka. Sikap mengampuni bukanlah tanpa dasar. Menurut Tuhan Yesus, sikap mengampuni musuh sesungguhnya merupakan sikap dari Bapa di sorga. Allah yang Mahatinggi bersikap baik, tidak hanya bagi orang-orang yang baik, tetapi Dia juga bersikap baik bagi mereka yang jahat dan tidak tahu berterima kasih (ay.35). Pertanyaan diskusi 1. Mengapa kita harus mengampuni musuh atau orang yang berbuat jahat kepada kita? Matumbai anta sipatu umpagarri’ tu ualinta ba’tu to umpogau’ kadake lako kaleta? 2. Bagaimana caranya mengatasi perasaan sakit dan dendam yang muncul sebagai akibat dari perbuatan jahat yang kita alami? Umba ladikua unta’tanni tu pa’di’ penaa sia kamabirisan tu bu’tu belanna gau’ kadakena tau lako kaleta?



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



53 Bahan Khotbah Minggu ke-9 Minggu Transfigurasi



Tanggal 3 Maret 2019



MEMANCARKAN WAJAH TUHAN (Umpaparrang lindoNa Puang Matua) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 99:1-9 : Keluaran 34:29-35 : 2 Korintus 3:12-18 : Lukas 9:28-36 (Bahan Utama) : Mazmur 99:3 : Mazmur 99:9



Tujuan: 1. Jemaat memahami arti dan makna wajah Allah 2. Jemaat menghidupi dan memancarkan wajah Tuhan dalam hidup keseharian



Pemahaman Teks Mazmur 99:1-9 menjelaskan kemuliaan Allah yang disaksikan oleh umat-Nya. KemuliaanNya luar biasa, jauh tinggi mengatasi segala bangsa. Itu sebabnya, Tuhan patut disembah dan ditinggikan. Ia adalah Raja yang kuat, yakni yang menegakkan kebenaran, serta keadilan bagi umat-Nya. Ia pun setia menjawab seruan umat-Nya. Keluaran 34:29-35 menjelaskan peristiwa saat Allah menyatakan kemuliaan-Nya melalui Musa. Muka Musa jadi bercahaya. Kata Ibrani untuk bercahaya merupakan kata yang aneh, yakni berasal dari kata Ibrani yang artinya “tanduk” (arti harafiahnya adalah memancar). Jerome dalam Vulgata menerjemahkan kalimat itu dari segi arti pokok akar katanya = “ditanduk”. Karena itu kadang-kadang para pelukis seringkali melukis Musa dengan kepala yang bertanduk. Sebelumnya Musa bertemu dengan Allah selama empat puluh hari dan selama itu ia berpuasa (bnd. Mat. 4:1-11). Hasilnya ialah Musa mendapat kemilau kemuliaan Tuhan yang terpancar dari wajahnya. Kemuliaan ini disaksikan oleh Harun dan seluruh bangsa Israel. Kharisma kepemimpinannya semakin jelas. Kemuliaan itu berasal dari Tuhan Allah sendiri. Musa menekankan semua hukum-hukum Allah yang harus ditaati oleh umat-Nya. Jika dahulu, Harunlah juru bicaranya, tetapi sekarang Musa sendirilah yang langsung menyampaikan Firman Tuhan itu. Lukas 9:28-36 menceritakan kemuliaan Allah yang dinyatakan dalam diri Yesus Kristus, sehubungan dengan karya penyelamatan Allah melalui penderitaan Yesus Kristus. Pengakuan Petrus yang mewakili para murid bahwa Yesus adalah Mesias, ternyata tidak serta merta berarti bahwa mereka mengerti misi Mesianik Yesus yang harus melalui jalan penderitaan. Untuk itulah pemuliaan Yesus menjadi peneguhan bagi mereka, bahwa Yesus memang adalah Mesias yang dijanjikan Allah sejak Perjanjian Lama dan yang akan menempuh jalan penderitaan. Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



54 Dalam 2 Korintus 3:12-18, Paulus menekankan tentang kemuliaan Tuhan yang tidak terselubung pada warga jemaat. Paulus menyoroti tindakan Musa dalam Keluaran 34 sebagai tindakan yang berani (ay.12-13) bandingkan (Kel.34:33-35). Keberanian itu berasal dari Tuhan (Kis.4:29). Paulus menegaskan bahwa karena tindakan Musa yang menutupi mukanya pada saat ia turun dari gunung Sinai, orang Yahudi pun tidak bisa memahami secara utuh Perjanjian Lama itu, meskipun orang Yahudi merasa sangat mengerti isi perjanjian itu. Sampai hari ini pun, selubung itu masih tetap menyelubungi mereka (ay.14-15) dan yang bisa menyingkapkan selubung itu hanya Kristus. Karena itu mereka harus berbalik pada Tuhan supaya selubung itu diambil dari mata mereka (ay.16). Pada saat itulah penglihatan rohaninya tidak akan terhalang lagi. Di sinilah terletak makna kehadiran Yesus yang memerdekakan kita dari selubung yang mengisolasi kita dari anugerah Kristus dan memerdekakan kita dari jajahan dosa (ay.17 bnd.Rm.10:4). Kemerdekaan itu tidak akan memudar, tetapi akan terus mentransformasi hidup kita makin menyerupai cahaya Kristus. Pemahaman bahan utama Ayat 28-30 mengisahkan peristiwa yang terjadi saat Yesus naik ke atas gunung untuk berdoa bersama tiga murid-Nya, yakni Petrus, Yohanes dan Yakobus. Saat Yesus berdoa, rupa wajah-Nya berubah. Berbeda dengan Injil Matius dan Markus, Lukas tidak menggunakan kata “berubah rupa” (transfigurasi atau metamorphosa), seperti istilah yang sudah digunakan oleh agama-agama yang ada di sekitarnya. Tetapi Lukas menggunakan istilah “rupa wajah-Nya lain daripada rupa sebelumnya”. Dalam hal ini wajahNya menjadi sangat bercahaya jauh melebihi cahaya wajah Musa. PakaianNya pun putih berkilau-kilauan. Ayat 31-33 mengisahkan tentang percakapan Elia dan Musa yang menegaskan maksud perjalanan Yesus ke Yerusalem yang akan segera terwujud, yakni yang menunjuk pada kematian Yesus. Pada sisi lain, Petrus justru merasa bahagia dan ingin tetap tinggal di atas gunung dengan cara membuat kemah bagi Yesus, Musa dan Elia. Ayat 34 menjelaskan tentang awan yang menaungi mereka sebagai tanda kehadiran Allah. Kejadian inipun pernah terjadi dalam peristiwa lain, misalnya dalam Keluaran 40:34-35. Di dalam awan, Allah menjadikan Kemah Suci dan Bait Suci sebagai milik-Nya. Lalu ketika awan itu menutupi kemah pertemuan dan hinggap di atas kemah, Musa tidak dapat memasuki kemah pertemuan itu. Demikian pula dalam 2 Tawarikh 5:14, ketika awan itu memenuhi Bait Suci, imam-imam itu tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian oleh karena awan itu. Awan seperti inilah yang tampak di sini yang membuat para murid ketakutan. Mereka tidak berani masuk ke dalam awan itu. Ayat 35-36 mengisahkan tentang suara dari dalam awan itu, yang berkata: "Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia". Meskipun kalimat Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



55 ini tidak selengkap dengan kalimat yang ada dalam Matius 3:17, Mrk. 1:11 dan 2 Pet. 1:17, tetapi maksud utama sudah jelas, bahwa Yesus sungguh adalah Anak Allah. Para murid merahasiakan apa yang telah mereka saksikan di bukit itu. Mereka menunggu saat yang tepat untuk mengatakannya. Mereka kini sementara diproses untuk menjadi murid yang lebih berani. Mereka akan diutus untuk memberitakan apa yang telah mereka saksikan secara langsung. Mereka menantikan pengutusan dari Yesus. Mereka memang harus memegang teguh rahasia yang mereka telah saksikan di bukit itu, namun bukan berarti mereka tetap tinggal di gunung itu. Mereka tidak boleh membuat kemah di gunung itu, karena mereka harus turun untuk memberitakan kepada sesisi dunia setelah mereka sudah diperlengkapi. Banyak orang baru mau percaya pada Yesus apabila sudah cocok dengan logikanya. Pokok pembacaan kita tidak hanya fokus pada siapa Yesus (Kristologi), sehingga kita tidak usah menghabiskan waktu untuk memperdebatkan apakah Dia Musa baru, Elia baru, atau siapa. Tetapi yang lebih utama, adalah apa yang harus dilakukan oleh pada murid dan bagaimana menanggapi, serta menindaklanjuti berita tentang penderitaan yang harus ditanggung oleh Yesus (Ekklesiologi). Kehadiran Musa dan Elia di atas gunung bukan bertujuan untuk menyempurnakan keabsahan Yesus sebagai Tuhan, karena sejak dari awal Yesus adalah Tuhan. Tetapi kehadiran Musa dan Elia yang membicarakan kepergian-Nya dan kematian Yesus di Yerusalem, lebih pada upaya untuk menegaskan tentang jalan penderitaan yang memang harus dilalui oleh Yesus. Di dalam Kristus kita berjumpa dengan Allah dengan bermacammacam cara. Ada yang dramatis dan ada yang biasa-biasa saja, baik dalam doa, perenungan Firman, ataupun dalam berbagai bentuk lain sesuai dengan cara Allah sendiri. Perjumpaan itu harus menghasilkan kemuliaan Tuhan yang terpancar dari dalam diri kita dan disaksikan oleh sesama. Pokok-pokok pengembangan khotbah Aplikasi 1. Kewajiban untuk berdoa adalah kewajiban yang mengubah bukan hanya rupa tetapi lebih dari itu dituntut perobahan sikap, cara hidup yang merendahkan diri. Melalui doa kita memperoleh hikmat, anugerah dan sukacita yang menjadikan wajah bercahaya. Kehadiran Musa dan Elia adalah dalam kaitan dengan pembebasan bangsa Israel dari Mesir dari rumah perbudakan. Keluaran 34:35 Apabila orang Israel melihat muka Musa, bahwa kulit muka Musa bercahaya, maka Musa menyelubungi mukanya kembali sampai ia masuk menghadap untuk berbicara dengan TUHAN. Pembebasan dan keberangkatan mereka dari Mesir adalah keberangkatan yang penuh kemenangan. Musa, Elia dan kitab nabi-nabi yang lain selalu menyebutnya dalam berbagai tulisannya, yaitu penderitaan-Nya, kemenangan-Nya dan disusul dengan kemuliaan-Nya (Luk. 24:26-27 dan 1 Ptr. 1:11). Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



56 Aplikasi 2. Pekerjaan berat, pergumulan, penderitaan, sakit penyakit, dan berbagai macam tantangan sekalipun, tidak akan menghalangi kita untuk senantiasa memancarkan wajah cerah dan kehidupan yang memperlihatkan kemuliaan Allah. Keinginan Petrus untuk mendirikan tiga kemah ternyata tidak ditanggapi oleh Yesus. Artinya jelas, yakni mereka hendaknya tidak tinggal menetap di gunung. Sebaliknya mereka harus pergi dan turun menjadi saksi Kristus di tengah-tengah kehidupan yang sesungguhnya. Aplikasi 3. Kita sering lalai dalam memanfaatkan betapa berharganya berkat yang kita terima. Kita baru sadar ketika berkat itu berlalu percuma. Perubahan wajah mengajak kita untuk merenungkan kematian kita sebagai kepergian kita dari dunia ini menuju Rumah Bapa, juga kita harus renungkan dalam kondisi baik seperti ini. Dalam kemuliaan yang tengah kita alami, jangan ada yang meninggikan diri. Kita senantiasa mengingat bahwa kita tidak akan tinggal abadi dalam dunia ini.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



57 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 4-9 Maret 2019



MEMANCARKAN WAJAH TUHAN (Umpaparrang lindoNa Puang Matua) Keluaran 34:29-35 Tujuan: 1. Jemaat memahami arti dan makna wajah Allah 2. Jemaat menghidupi dan memancarkan wajah Tuhan dalam hidup keseharian



Pemahaman Teks Keluaran 34:29-35 mengisahkan perjumpaan Musa dengan Allah di gunung Sinai dalam rangka pembaruan perjanjian Allah dengan umat Israel. Untuk itulah Musa naik ke gunung Sinai. Musa berada di gunung Sinai selama 40 hari untuk berjumpa dengan Tuhan secara pribadi. Ketika Musa turun dari gunung Sinai, wajah Musa tampak bercahaya. Keadaan itu itu disaksikan oleh Harun dan seluruh umat Israel. Musa tidak sadar kalau kemuliaan Tuhan menyinari mukanya sehingga setiap kali Musa menghadap Tuhan dalam kemah pertemuan, wajahnya pun bercahaya sehingga bangsa Israel sangat ketakutan melihatnya. Jika sebelumnya Harun yang menjadi juru bicara, tetapi sekarang Musa sendirilah yang langsung menyampaikan Firman Tuhan itu. Musa dengan tegas menekankan hukum-hukum Allah yang harus ditaati oleh umat-Nya bahwa penyembahan terhadap lembu emas yang dilakukan oleh bangsa Israel sangat jelas merusak relasi mereka dengan Allah. Untuk itulah Musa menegaskan ulang agar bangsa Israel sadar dan segera berbalik pada Tuhan. Wajah Musa yang bercahaya menunjukan tanda kehadiran Tuhan, sekaligus menjelaskan bahwa Musa sebagai perantara Allah memiliki wibawah untuk memantulkan cahaya kemuliaan Allah. Dalam keberdosaan umat, mereka tak sanggup melihat wajah Musa sehingga Musa menyelubungi wajahnya. Cahaya kehadiran Allah akan tampak dalam kehidupan seseorang jika memiliki hubungan dekat dengan Allah seperti Musa, sehingga jika hamba Allah berhadapan dengan orang-orang yang menyembunyikan dosanya biasanya tak sanggup memandang wajah hamba Allah yang terus menyatakan kekudusan dan kemuliaan Tuhan. Jika ingin memancarkan wajah Allah, maka dekatlah dengan Tuhan secara benar dalam memelihara kekudusan dan kemuliaan Allah dalam hidup keseharian. Pertanyaan diskusi 1. Apa yang menyebabkan umat Israel takut memandang wajah Musa yang bercahaya? Matumbai anna mataku’ tu to Israel untiro lindona Musa tu pandila-dila? 2. Cara hidup seperti apa yang harus kita lakukan untuk memancarkan wajah Allah dalam kehidupan kita? diskusikanlah A’gan katuoan umba susi tu ladipana’ta’ anna parrang tu lindoNa Puang Matua lan Katuoanta? Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



58 Bahan Khotbah Rabu Abu



Tanggal 6 Maret 2019 SEGERALAH BERBALIK (Tibalik komi madomi’)



Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 51:1-17 : Yoel 2:12-17 (Bahan Utama) : 2 Korintus 6:1-10 : Matius 6:16-18 : Keluaran 34:20 : 1 Korintus 6:20



Tujuan: 1. Jemaat memahami arti dan makna sebuah pertobatan 2. Jemaat segera hidup dalam pertobatan dalam menjalani kehidupannya



Korelasi Bacaan Mazmur 51:1-17 berisikan ungkapan pengakuan dosa dan pertobatan Daud, sehubungan dengan perbuatannya terhadap Uria dan Batsyeba, isteri Uria. Perbuatan ini adalah perbuatan yang memalukan yang mencemari tabiat atau karakternya. Dia mengaku dosanya dengan sungguh, seraya berdoa memohon pengampunan atas dosanya. Ia ingin agar nuraninya merasa sejahtera, diberi anugerah dan tidak berbuat dosa lagi. Dia berjanji akan melakukan yang terbaik semampunya (ay.15) demi kemuliaan Allah (ay. 18), lalu ditutup dengan sebuah doa bagi Sion dan Yerusalem (ay. 20). Dalam 2 Korintus 6:1-10, Paulus menjalani pelayanannya sebagai orang yang telah berdamai dengan Kristus. Ia sadar bahwa faktor ketidaklayakan seorang pelayan bisa menjadi batu sandungan untuk menerima berkat Allah. Karena itu, Paulus menekankan soal keteladanan sebagai hamba Tuhan. Paulus berusaha semampunya untuk menjadi teladan yang baik dan tidak memberi sandungan bagi orang lain. Ia tidak pernah menggerutu dan menghindari tanggungjawab. Sebaliknya ia tetap sabar, disiplin, murah hati, tetap berjaga-jaga dan berdoa, serta berpuasa dan tidak munafik. Bersabar dalam hal ini bukanlah berarti berdiam diri secara pasif sambil menanti apa yang bakal terjadi. Bersabar berarti memiliki kecakapan, ketahanan dan ketangguhan untuk menanggung segala sesuatu. Itu sebabnya Paulus juga menekankan perlunya kerja keras, agar pelayanan mereka tidak menjadi celaan bagi pihak lain. Dalam Matius 6:16-18, kita diperingatkan untuk menghindari kemunafikan dalam beribadah. Menekankan cara pertobatan yang benar dalam hubungannya dengan Tuhan. Dalam konteks ini, terlihat bagaimana orang munafik suka memamerkan puasa mereka. Bahkan mereka kerap-kali memamerkan mukanya yang murung dan muram di jalan-jalan, padahal mereka seharusnya berada dan berdoa di kamar mereka masing-masing. Ketiga bacaan di atas tampak memiliki korelasi yang jelas dengan Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



59 bacaan bahan utama (Yoel 2:12-17), yang menyerukan pertobatan yang bersumber dari hati. Kehidupan umat Tuhan dengan segala pelayanan yang diembannya, hendaknya diwujudkan dengan baik dan tidak menjadi batu sandungan dan bahan celaan bagi orang lain. Pemahaman bahan Utama Yoel 2:12-17, adalah pengulangan seruan pertobatan yang lebih tegas lagi. Umat diminta untuk meratap, berkabung dan berpuasa (Yl. 1:5,8,13-14) dengan sungguh-sungguh. Yang harus dikoyakkan sebagai tanda dukacita dan pertobatan mereka, bukanlah pakaian mereka, melainkan hati mereka (ay. 13). Ayat 12: tindakan berpuasa, meratap dan mengungkapkan penyesalan, haruslah disertai dengan perubahan hati dan bukan hanya penampakan lahiriah saja: “Berbaliklah kepadaku dengan segenap hatimu”. Walau tidak disebutkan secara spesifik pelanggaran apa yang dilakukan oleh umat di sini, namun umat pasti sudah mengerti perbuatan dosa apa yang telah dilakukan oleh umat. Mereka telah menyimpang dari jalan Tuhan dan mengikuti jalan mereka sendiri. Ayat 13 dan 16: pertobatan yang diinginkan oleh Allah adalah pertobatan yang tulus dari lubuk hati terdalam dan bukan sekedar ritus. Pertobatan itu juga harus dilakukan oleh semua umat. Perhatikan, ayat 16: “kumpulkanlah bangsa ini, kuduskanlah jemaah, himpunkanlah orang-orang yang tua, kumpulkanlah anak-anak, bahkan anak-anak yang menyusu; baiklah pengantin laki-laki keluar dari kamarnya, dan penganten perempuan dari kamar tidurnya”. Harapan dari pertobatan itu adalah agar Tuhan menarik hukuman-Nya dan menggantinya dengan berkat (ay.14). Ayat 17: Allah mengharapkan agar para pelayan Tuhan menangis, mohon belas kasihan Tuhan seraya berkata, “sayangilah ya Tuhan, umatMu”, agar umat Tuhan diselamatkan dan tidak menjadi celaan bagi bangsabangsa lain. Pokok-pokok pengembangan khotbah  Rabu Abu Ash Wednesday adalah perayaan gerejawi yang sudah lama dipraktekkan dalam gereja. Dalam pelaksanaan Rabu Abu dilakukan pemberian tanda salib dari abu pada kening/dahi sebagai simbol PERTOBATAN. Biasanya pendeta yang melakukan pemberian tanda salib pada kening/dahi untuk mengingatkan anggota jemaat pada pertobatannya sambil mengucapkan Bertobatlah dan Percayalah kepada Injil (Mat. 1:15). Apa yang menjadi dasar untuk segera berbalik? Pertobatan bukan hanya soal memperbaiki kelakuan, akan tetapi terutama pada soal perobahan arah (segerah berbalik) yang berakar pada sikap batin dan menuju pada kehendak Allah.  Dalam seluruh kitab Ibrani, kasih sayang Allah selalu menjadi pegangan utama para umat (Mzm. 86:15, Mzm. 103:8, Yun. 4:2). Tuhan sangat murka terhadap pelanggaran umat-Nya, tetapi keadilan-Nya ditegakkan Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



60 melalui penghukuman dengan kasih dan kemurahan-Nya. Allah memanggil umat-Nya untuk berbalik dan kembali mengikuti Allah, serta diikuti ketulusan hati untuk bertobat. Bertobat dengan segenap hati berarti melingkupi seluruh kekuatan kepribadian, pikiran, perasaan dan kemauan yang dipusatkan pada Tuhan. Aplikasi 1: Dasar kita untuk segera berbalik adalah sifat Allah sendiri: pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia (ay. 13).  Dasar dari sang nabi untuk memohon adalah karena mereka adalah umat Allah sendiri (bnd. Ul. 9:25,29). Allah sangat memperhatikan kesejahteraan mereka. Cara yang paling tepat untuk menghindari cemohan-cemohan para penyindir adalah Allah mencegah malapetaka yang akan menimpa umat-Nya (bnd. Kel. 32:12; Mzm.79:10). Dalam Mazmur 51, Daud berdoa dan memohon agar Allah menghapuskan dosa-dosanya, dan setelah itu dia memuji dan memuliakan Allah (ay. 16). Daud sangat meyakini Allah sebagai Allah yang menyelamatkan. Allah berkuasa untuk mengambil keputusan-Nya sendiri. Yang pasti, rancangan Allah adalah rancangan damai sejahtera (bnd. Yer. 29:11). Aplikasi 2: Seperti Daud yang bertobat dari hati yang tulus, dia berjanji untuk tetap bersorak-sorai memberitakan keadilan-Nya. Tujuan Allah untuk membebaskan kita adalah agar kita tetap bersorak-sorai memberitakan keadilan-Nya. Inilah yang harus dilakukan oleh semua orang yang telah mendapat kemurahan dari ke-adilan-Nya.  Manfaat puasa bukan pada pelaksanaan dan bentuk puasa itu sendiri. Berpuasa pada intinya bukanlah suatu kewajiban itu sendiri, melainkan sarana untuk mengarahkan hati kita untuk melakukan kewajibankewajiban lain, terutama berbalik kepada Allah. Tidak ada ajaran dalam Alkitab yang mengajarkan kita untuk kembali kepada puasa. Tetapi puasa adalah tindakan penyangkalan diri. Kalau kita tidak makan dan minum selama berhari-hari tetapi kita tidak menyangkal diri, berarti tujuan puasa tidak tercapai. Puasa dan kegiatan ibadah yang benar tidak bertujuan agar orang lain kagum tentang kita, tetapi keterarahan kita sepenuhnya kepada Allah. Aplikasi 3: Puasa bukan soal pantang makan dan minum selama berhari-hari, tetapi puasa adalah sarana untuk mengekang keinginan daging lalu diarahkan kepada keinginan Roh (berbalik kepada Allah). Karena itu kita perlu memeriksa ibadah kita, apakah sudah berjalan sesuai arah yang dikehendaki Allah, ataukah hanya sebatas pada keinginan mempertontonkan kesalehan atau kedermawanan kita. Ibadah kita harus berbalik dari cara lama yang dibenci oleh Allah. Kita hendaknya tetap rendah hati, karena segala yang ada pada kita adalah milik yang berasal dari Allah sendiri dan harus dimanfaatkan untuk kemuliaan nama-Nya. Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



61 Bahan Khotbah Minggu ke-10 (Prapaskah pertama)



Tanggal 10 Maret 2019



MENGAKU DENGAN MULUT, PERCAYA DENGAN HATI (Dio Puduk dinii mangaku, anna penaa ma’patongan) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 91:9-16 : Ulangan 26:1-11 : Roma 10:4-15 (Bahan Utama) : Lukas 4:1-13 : Mazmur 4:6 : Roma 10:9-10



Tujuan: 1. Jemaat memahami makna prapaskah dalam bentuk pengakuan iman dan kesaksian hidup. 2. Jemaat mempraktekkan cara hidup percaya dalam hidup kesehariannya.



Pemahaman bacaan Tampak cukup jelas, bahwa korelasi keempat bacaan dalam pekan ini terletak pada pengakuan atas kasih dan anugerah Allah yang menyelamatkan, melindungi dan memberi berkat. Jika Mazmur 91:6-9 berisikan sebuah pengakuan bahwa Allah adalah tempat perlindungan yang akan menolong umat-Nya dalam menghadapi kesulitan, maka kitab Ulangan 26:1-11 memberi penjelasan bahwa persembahan buah bungaran adalah wujud pengakuan umat Tuhan, bahwa hasil yang diperoleh berasal dari Tuhan. Kedua bacaan lainnya pun demikian. Roma 10:4-15 menegaskan pandangan Rasul Paulus bahwa manusia dibenarkan karena iman. Iman adalah jawaban manusia atas anugerah Allah di dalam Yesus Kristus. Dengan demikian Paulus menekankan pengakuan, bahwa keselamatan diperoleh bukan melalui usaha melainkan melalui anugerah (mengaku dengan mulut dan percaya dalam hati). Lukas 4:1-13 memberi penekanan pada pernyataan dan pengakuan Yesus bahwa Allah adalah sumber hidup, penguasa dunia. Karena itu manusia seharusnya hanya menyembah dan mempercayakan hidup hanya kepada Allah saja. Pemahaman teks Dalam membaca kitab Roma, kita dapat memperoleh gambaran bahwa Paulus memberi tekanan pada keselamatan untuk seluruh bangsa. Dalam Roma 1:5 diungkapkan bahwa: “kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya”. Paulus menegaskan bahwa Injil itu untuk semua bangsa, bukan hanya untuk orang Yahudi. Roma 10:4-15 mulai dengan sebuah penegasan dan sekaligus ketegasan bahwa “Kristus adalah kegenapan hukum Taurat”. Pernyataan ini menjadi semacam kesimpulan dari uraian Paulus sebelumnya mengenai cara Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



62 Israel dalam menggapai keselamatan atau memperoleh kebenaran. Cara Israel dilihat oleh Paulus sebagai cara yang salah karena mereka memahami bahwa keselamatan diperoleh dengan jalan berupaya melalui ketaatan dalam melakukan hukum Taurat. Oleh Paulus cara itu disebut “mendirikan kebenaran sendiri” (10:3), dan sebagai akibatnya mereka tidak takluk pada kebenaran Allah. Itu sebabnya Paulus menegaskan, bahwa Kristus adalah kegenapan hukum Taurat. Alasannya nampak pada ayat 5 dan 6:  Paulus mengakui kebenaran pandangan Musa, tentang kebenaran Hukum Taurat, bahwa “orang yang melakukannya, akan hidup karenanya” (merujuk Imamat 18:5). Namun, Paulus juga sadar bahwa tidak ada seorang pun yang akan sanggup memenuhinya. Hanya Yesus Anak Allah yang sanggup memenuhinya. 



Kemudian Paulus juga mengutip perkataan Musa dalam Ulangan 30:1213, bahwa hukum Allah tidaklah sulit dan mustahil untuk diperoleh. Firman itu memang kini sudah dekat di dalam mulut dan hati umat Tuhan. Namun demikian, itu boleh terjadi karena karya penyelamatan Allah, yakni melalui kematian dan kebangkitan Kristus. Dengan demikian menjadi jelas, bahwa kebenaran karena iman adalah berpusat pada kematian dan kebangkitan Kristus (anugerah).



Memperhatikan uraian Paulus di sini, kita memperoleh kesan bahwa nampaknya ada perbedaan antara teologi Yahudi dengan teologi Paulus dalam soal keselamatan. Teologi Yahudi berpandangan, bahwa keselamatan diperoleh melalui ketaatan dalam melakukan hukum taurat. Sedangkan menurut Paulus, keselamatan adalah anugerah Allah melalui kematian dan kebangkitan Kristus. Bagi Paulus, iman bukanlah usaha memperoleh keselamatan melainkan jawaban manusia atas keselamatan yang sudah dikaruniakan melalui kematian dan kebangkitan Kristus. Makanya Paulus menegaskan bahwa Kristus adalah kegenapan hukum Taurat. Ayat 9 dan 10 berbicara mengenai panggilan dan tanggung jawab dari orang-orang yang telah mendapat anugerah (dibenarkan). Mengaku dengan mulut bahwa Yesus adalah Tuhan. Percaya dalam hati bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati. Apa artinya mengaku dengan mulut dan percaya dalam hati? Mengaku dengan mulut, menunjuk pada aspek kesaksian yang dapat didengar dan diketahui oleh orang lain. Pengakuan bahwa “Yesus adalah Tuhan” merupakan kesaksian bagi seluruh dunia (bukan hanya orang Yahudi) yang merupakan sasaran penyelamatan dari Allah. Jadi mengaku dengan mulut merupakan aspek tindakan dan perbuatan dari iman. Percaya dalam hati merupakan aspek yang menjadi dasar dari tindakan dan perbuatan. Inti dari kepercayaan dan keyakinan adalah Yesus yang mati dan bangkit. Kematian dan kebangkitan adalah anugerah Allah untuk keselamatan manusia. Dengan demikian menurut Paulus perbuatan adalah jawaban terhadap anugerah. Hal inilah yang lebih ditegaskan Paulus pada ayat 11 dan 13. Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



63 Pokok pengembangan khotbah:  Apa yang harus dilakukan sebagai orang yang telah mendapat anugerah keselamatan dalam Yesus Kristus? (Pengkhotbah bisa memulainya dengan mengemukakan pendapat yang hidup dan berkembang di dalam jemaat. Misalnya, ada yang mengatakan bahwa karena kita sudah diselamatkan jadi apa saja boleh dilakukan, dll.). 



Roma 10:4-13 merupakan uraian penegasan Paulus mengenai siapa yang diselamatkan. Di kalangan warga jemaat di Roma masih banyak pemahaman bahwa keselamatan diperoleh dengan jalan berusaha menaati hukum Taurat. Paham ini merupakan pengaruh dari paham Yahudi. Penjelasan ini memberi penekanan pada usaha manusia. Bagi Paulus, paham seperti itu adalah upaya untuk membangun kebenaran diri sendiri (ay. 3), serta membuat manusia tidak takluk kepada kebenaran Allah yang adalah Pemilik bahkan kebenaran itu sendiri.







Itulah sebabnya Paulus menyampaikan sebuah penegasan bahwa: Kristus adalah kegenapan hukum Taurat. Dengan pernyataan ini Paulus hendak menegaskan bahwa manusia tidak mampu dengan usahanya untuk dibenarkan. Hanya Yesus yang mampu menaati hukum Taurat. Dengan demikian kebenaran diperoleh hanya oleh anugerah Allah di dalam Yesus Kristus. Penulis syair Nyanyian Rohani 157:2 mengakui, bahwa Meski aku bekerja, tahan sampai berlelah, tidak cukup kuatku Hanya oleh sayang-Mu, oleh darah-Mu kudus dapat aku ditebus.







Sebagai jawaban manusia atas karya Allah itu, maka manusia semestinya “mengaku dengan mulut dan percaya dengan hati”. Mengaku dengan mulut menekankan aspek kesaksian, sesuatu yang dapat didengar oleh orang lain. Jadi intinya ialah aspek tindakan dan perbuatan. Aspek yang dapat dilihat, didengar dan dinikmati oleh orang lain. Percaya dengan (dalam) hati menekankan aspek yang merupakan dasar dari tindakan dan perbuatan. Jadi intinya adalah tindakan dan perbuatan yang lahir dari sebuah keyakinan bahwa Yesus telah mati dan bangkit untuk keselamatan manusia. Jadi tindakan merupakan jawaban terhadap anugerah Allah di dalam Yesus Kristus.







Orang-orang yang telah mendapat anugerah keselamatan di dalam Yesus Kristus hendaknya bersaksi tentang anugerah Allah itu di dalam kehidupan sehari-hari. Ini yang biasa disebut pekabaran injil. Pekabaran injil merupakan sebuah pengakuan bahwa keselamatan dialami oleh manusia hanya melalui anugerah. Pengakuan mengenai anugerah Allah juga dapat ditunjukkan dengan jalan mempersembahkan hasil pertama (Ul. 26:1-11). Pengakuan seperti ini bukan hanya dapat ditunjukkan pada saat situsi aman dan nyaman, tetapi juga ketika sedang berhadapan



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



64 dengan pergumulan sebagaimana ditunjukkan Yesus pada saat Ia dicobai iblis di padang gurun (Luk. 4:1-13). 



Masa prapaskah bukan hanya masa bagi gereja untuk mempersiapkan diri merayakan paskah, tetapi juga merupakan masa bagi gereja untuk fokus merenungkan dan mengevaluasi keterlibatannya dalam memberitakan injil sebagai kesaksian dari pengakuan atas anugerah Allah.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



65 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 10-16 Maret 2019



MENGAKU DENGAN MULUT, PERCAYA DENGAN HATI (Dio Puduk dinii mangaku, anna penaa ma’patongan) Lukas 4:1-13 Tujuan: 1. Jemaat memahami makna prapaskah dalam bentuk pengakuan iman dan kesaksian hidup. 2. Jemaat mempraktekkan cara hidup percaya dalam hidup kesehariannya.



Pembimbing Teks Lukas 4:1-13 menguraikan peristiwa Yesus dicobai oleh iblis. Dalam kisah ini Yesus tampil sebagai tokoh sentral yang menyatakan kebenaran berdasarkan Firman Allah, sedangkan Iblis merupakan pribadi yang tampil sebagai penggoda dan penentang. Iblis dalam mencobai Yesus terkesan mengutip Firman Tuhan, namun sesungguhnya ia memberi penjelasan yang bersifat manipulative (lihat ayat 6 dan 10). Penjelasan iblis dalam cerita ini merupakan sebuah kebohongan. Penjelasannya adalah penjelasan yang memanipulasi kebenaran Firman menjadi kebenaran palsu. Penjelasan dan pengetahuannya mengenai Firman Tuhan tidaklah utuh. Yesus sendiri amat konsisten dalam menghadapi pergumulan dan pencobaan hidup, yakni selalu berdasar pada Firman. Cobaan pertama dihadapi Yesus berdasarkan Ul. 8:3 (ay.4), cobaan kedua berdasarkan Ul.6:13 (ay.8) dan cobaan ketiga berdasarkan Ul.6:16 (ay.12). Tampak jelas, Yesus menjadikan Firman Tuhan sebagai dasar utama dalam menghadapi tantangan dan persoalan hidup. Pertanyaan diskusi 1. Apa perbedaan Yesus dengan iblis dalam hal memahami dan memberlakukan Firman Allah? (Apa sisengaranna Puang Yesu anna deata bulituk diona untandai sia umpogau’ kadanNa Puang Matua?) 2. Seberapa jauh kita sudah berdasar pada Firman Allah dalam menghadapi pergumulan hidup? (Umbamo anggenna dinai umpenggarontoi’ kadanNa Puang Matua lan untingayoi tu a’gan katuoan)



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



66 Bahan Khotbah Hari Minggu Ke-11 Prapaskah II



Minggu 17 Maret 2019



BERSERAH DALAM RENCANA ALLAH (Massorongan Tama Tanan penaanNa Puang Matua) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 27:7-14 : Kejadian 15:1-12 : Filipi 3:17-4:1 : Lukas 13:31-35 (Bahan Utama) : Yunus 2:9 : Filipi 4:1



Tujuan: 1. Jemaat memahami arti dan makna penderitaan Kristus. 2. Jemaat menghidupi arti penderitaan Kristus dengan berserah dalam rencana Allah.



Pemahaman Teks Mazmur 27:7-14 menggambarkan iman pemazmur yang hidup dalam pencarian akan Tuhan, serta aktif berserah diri dan mengandalkan Tuhan. Pernyataan Daud, “Nantikanlah TUHAN, kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN” (ay.14), menunjukkan adanya relasi yang sangat hidup dengan Tuhan. Hal tersebut nampak pula pada ayat-ayat sebelumnya yang mengungkapkan perasaan dan isi hati Daud. Mencari wajah Tuhan di ayat 8 berarti datang dan tinggal di dalam rumah-Nya, tempat yang menjamin kehadiran-Nya. Perintah untuk mencari wajah Tuhan merupakan bentuk penguatan, sebab dalam perintah tersebut terkandung janji dan jaminan kehadiran-Nya. Kehadiran-Nya merupakan jaminan keselamatan. Kejadian 15:1-12 menggambarkan reaksi Abram ketika Allah menjanjikan, bahwa keturunannya akan menjadi bangsa yang besar. Sekalipun janji tersebut dinyatakan ketika Abram sudah tua, tapi ia tidak sinis. Ayat 6 mengatakan, “Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran”. Allah melihat iman Abram dan memperhitungkan hal itu sebagai kebenaran. Kebenaran yang dimaksud ialah mempunyai hubungan yang benar dengan Tuhan dan kehendak-Nya (bnd. Kej.6:9; Ayb.12:14, dst.). Abram percaya kepada Tuhan dan membiarkan Tuhan berkarya melalui dirinya. Abram sendiri tidak hanya menunggu dengan pasif, melainkan juga bertindak aktif (ay.8-11). Demikianlah iman yang dimiliki Abraham. Hatinya terarah kepada Allah dalam kepercayaan, ketaatan dan penyerahan diri. Abram membiarkan kedaulatan dan kebesaran Allah bekerja dalam dirinya, seraya menunggu pemenuhan janji Allah dengan sabar. Dalam Filipi 3:17-4:1, Rasul Paulus mengajak jemaat untuk meneladani dan memperhatikan cara hidupnya yang tetap teguh dalam Tuhan, walaupun mengalami rupa-rupa penderitaan. Dia meratapi orang-orang Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



67 yang mengaku pengikut Kristus, namun berseteru dengan salib Kristus, yakni dengan hidup untuk diri sendiri. Mereka tidak memiliki pikiran Kristus, tetapi pikiran “dunia”. Rasul Paulus menunjukkan tentang masa hidupnya sekarang, bahwa dia menaruh keyakinan yang penuh kepada Tuhan yang dapat mengendalikan segala sesuatu. Paulus berharap dan berserah diri, serta sungguh-sungguh menantikan kedatangan Tuhan kembali. Dalam Lukas 13:31-35, terungkap sebuah pesan utama, bahwa tidak ada satu hal pun yang dapat menghalangi penyelamatan Allah melalui karya Yesus Kristus. Hal tersebut tergambar dari jawaban Yesus yang sedikitpun tidak menunjukkan rasa takut atas infomasi dari sekelompok orang Farisi yang menyampaikan bahwa Herodes akan membunuh-Nya. Saat Yesus diminta oleh orang Farisi untuk meninggalkan tempat itu karena Ia akan dibunuh oleh Herodes, Yesus justru memperingatkan bahwa Herodes tidak memiliki kuasa apa pun atas diri-Nya (ay.31). Kepada mereka Yesus bahkan berkata, "Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai” (ay.32). Kata “si serigala” mengandung arti kelicikan dan sikap pengecut dari Herodes. Selain itu, ungkapan “Pada hari yang ketiga aku akan selesai” juga menunjukkan, bahwa Yesus memiliki rencana hidup yang pasti dan Ia tidak takut pada ancaman dari Herodes. Herodes, si serigala licik, serta para pemuka agama yang memusuhi Dia dan penduduk kota Yerusalem yang pada akhirnya menyerukan, "Salibkanlah Dia! Salibkanlah Dia! (Luk. 23:21), bukanlah penentu kematian Yesus. Sebaliknya, kematianNya merupakan ketetapan Allah sendiri. Itu sebabnya Yesus tidak menyingkirkan diri dari Yerusalem, tempat Ia harus mati. Yesus justru semakin memantapkan hati menuju ke sana untuk memenuhi kehendak Bapa-nya, mati tersalib di sana demi dosa manusia sebagaimana nubuat nabi-nabi (ay.33). Yesus meratapi Yerusalem (ay.34), sebab Ia mengetahui persis apa yang akan menimpa kota tersebut, yaitu kehancuran Yerusalem (ay.35). Ratapan Yesus merupakan ratapan kasih atas Yerusalem. Korelasi Bacaan Allah memiliki kedaulatan untuk memulihkan masa depan ciptaanNya yang telah dirusakkan oleh dosa. Untuk maksud dan tujuan tersebut, Allah menyatakan janji-Nya. Pemulihan masa depan tersebut, berawal dari pemanggilan Abram dengan pemberian janji akan keturunan (Kej.15:7-14). Oleh iman dan ketaatan Abram dalam tindakan yang berserah diri dalam rencana Allah, maka janji Allah terpenuhi dengan kelahiran Ishak. Melalui garis keturunan Abram, Allah bertindak mewujudkan penyelamatan masa depan manusia dan seluruh ciptaan dari akibat dosa. Sikap taat dan berserah diri ini jugalah yang dikemukakan dalam Mazmur 27:7-14. Alkitab menyaksikan bahwa puncak penyelamatan manusia dan seluruh ciptaan terwujud dalam pengorbanan Yesus. Allah sendiri yang bertindak menyelamatkan dunia beserta seluruh isinya melalui karya Yesus Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



68 sebagai Penebus. Penebusan tersebut telah dinubuatkan oleh nabi-nabi terdahulu dan oleh Yesus sendiri, bahwa Ia akan menderita, disalib, mati dan bangkit dari antara orang mati (baca Yoh. 2:13-22). Pengorbanan Kristuslah yang telah menjadikan manusia warga kerajaan Sorga. Oleh sebab itu, manusia harus hidup meneladani Kristus (Flp. 3:17-4:1). Pokok-pokok pengembangan khotbah 1. Ketakutan seringkali mengalahkan kebenaran. Terutama ketakutan yang disebabkan oleh penguasa yang kejam dan bengis. Yesus menunjukkan bahwa tidak perlu takut pada kuasa mana pun di dunia. Ketakutan memang bias membuat kita tak lagi mengandalkan Tuhan. Tetapi sebaliknya pula, sikap mengandalkan Tuhan justru dapat menghilangkan ketakutan kita. Dalam perjalanan menuju Yerusalem untuk menyambut penderitaan dan kematiaanNya, orang Farisi telah menakut-nakuti Dia dengan rencana pembunuhan-Nya oleh Herodes, agar lari dan kabur mencari selamat. Namun usaha sekelompok orang Farisi itu gagal total. Yesus mampu mengatasi situasi yang dihadapi. Dia sadar, bahwa para nabi terdahulu menghadapi ajalnya di Yerusalem dan Ia mengetahui jika di Yerusalem pun Dia akan mati. Bagi Yesus, kehendak Bapa adalah di atas segalanya. Kehendak dunia tidak dapat menghalangi pekerjaan penyelamatan Allah di dalam diri-Nya. 2. Kasih Tuhan merupakan jaminan keselamatan. Pelayanan Yesus sepenuhnya mendemostrasikan kasih Allah bagi manusia dan seluruh ciptaan-Nya. Seluruh pelayanan-Nya di bumi yang membebaskan orangorang tertindas oleh kuasa dosa, yang mencelikkan mata orang buta dan menyembuhkan berbagai penyakit, serta berbagai tindakan pemulihan lainnya, merupakan wujud kasih Allah yang menyelamatkan. Ekspresi mendalam kasih Tuhan juga terkandung dalam ratapan Yesus atas Yerusalem. Lukas 31:34 menegaskan bahwa bagaimana pun keadaan umat, Allah tetap memiliki keinginan keras untuk memberkati dan menyelamatkan umat-Nya. Ibarat induk ayam yang mengumpulkan anakanaknya di bawah sayapnya untuk melindunginya dari bahaya burung pemangsa, demikian Tuhan menjaga dan memelihara anak-anak-Nya. 3. Penderitaan dan pengorbanan Kristus merupakan wujud kasih Allah yang tak ternilai harganya. Melalui Yesus, Allah menjalankan misi penyelamatan bagi manusia dan seluruh ciptaan-Nya. Janji Allah merupakan jaminan masa depan. Kepercayaan dan ketaatan kepada janji tersebut merupakan jalan meraih kasih Allah yang menyelamatkan. Itulah yang tampak dalam iman Abram. Puncak pemenuhan janji Allah mewujud dalam pengorbanan Kristus. Pengorbanan tersebut telah menjadikan manusia berdosa sebagai warga kerajaan Sorga (Flp.3:20), sehingga manusia hendaknya tidak lagi menjadi seteru Kristus, tetapi berserah diri dalam rencana Allah, seperti ungkapan pemazmur “Nantikanlah TUHAN! Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



69 Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN”.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



70 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 18-23 Maret 2019



BERSERAH DALAM RENCANA ALLAH (Massorongan Tama Tanan PenaanNa Puang Matua) Filipi 3:17-4:1 Tujuan: 1. Jemaat memahami arti penderitaan Kristus. 2. Jemaat menghidupi arti penderitaan Kristus dengan berserah dalam rencana Allah.



Pembimbing Teks Dunia masa kini banyak dipengaruhi oleh paham dan praktek, bahwa masa depan dan kebesaran seseorang hanya diukur dengan jabatan atau kedudukan, nama besar dan harta. Tetapi sesungguhnya praktek dan paham semacam itu semata-mata tertuju pada perkara duniawi yang pada akhirnya berujung dengan kebinasaan. Kebesaran justru semakin nyata ketika orang mau berserah diri dalam rencana Allah dan berkorban demi kebenaran Allah. Filipi 3:17-4:1 berisi nasihat untuk hidup baik. Dalam perikop ini, Rasul Paulus memberi nasihat kepada anggota jamaat Filipi supaya jangan hidup menuruti kelakuan penyesat-penyesat (ay.17-19). Paulus mengajak untuk meneladani dan memperhatikan cara hidupnya yang tetap teguh dalam Tuhan, walaupun mengalami rupa-rupa penderitaan. Keteladanan Paulus memperlihatkan kebesaran Allah. Dia meratapi orang-orang yang mengaku pengikut Kristus, namun sesungguhnya berseteru dengan salib Kristus karena hanya hidup untuk diri sendiri. Mereka tidak memiliki pikiran Kristus yang menderita demi umat manusia, tetapi pikiran “dunia” yang hanya hidup untuk kepentingan diri sendiri. Pengikut Kristus harus senantiasa mengingat akan dirinya sebagai warga Kerajaan Sorga (ay.20-21), yang tetap menyadari bahwa hidupnya adalah pemberian Tuhan. Olehnya itu harus tetap berdiri teguh di dalam Kristus (4:1). Itulah berita pelayanan gereja, yakni Injil Kristus. Rasul Paulus menunjukkan tentang masa hidupnya yang sekarang, bahwa dia menaruh keyakinan yang penuh kepada Tuhan yang dapat mengendalikan segala sesuatu. Paulus senantiasa berharap, berserah diri dan dengan sungguh menantikan kedatangan Tuhan kembali.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



71 Pertanyaan Diskusi 1. Dalam ayat 18-19, Paulus meratapi tentang orang-orang yang hidup sebagai seteru Kristus. Apakah yang dimaksud dengan seteru Kristus dan masih adakah di sekitar kita? (Lan ay.18,19, Natangi’ Rasulu’ Paulus tu to unnuali Kristus. Apara tu disanga ualinna Kristus, sia denpa raka to susito lan alla’ta?) 2. Apa saja yang menjadi penyebab orang kurang berserah diri dalam rencana Allah? (Apasiara tu naposaba’ anna denpa temai tau tangkan massorongan lako tanan penaanNa Puang Matua?)



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



72 Bahan Khotbah Minggu Ke-12 Tanggal 24 Maret 2019 (Prapaskah III, persiapan HUT Gereja Toraja yang ke-72) BERTAHAN DALAM KEBENARAN (Tumanan lan katonganan) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 63:2-9 : Yesaya 55:1-9 : 1 Korintus 10:1-13 (Bahan Utama) : Lukas 13:1-9 : 1 Korintus 10:16 : 1 Korintus 10:13



Tujuan: 1. Jemaat memahami bahwa Allah dalam kasihnya tetap menghukum setiap pelanggaran 2. Jemaat semakin berpegang pada kebenaran dalam menjalani kehidupannya



Pemahaman Leksionary Korelasi empat bacaan minggu ini terletak pada seruan pertobatan atau ajakan untuk tetap memegang yang benar walaupun di tengah pergumulan. Mazmur 63:2-9 menekankan sikap pemazmur yang meyakini Tuhan sebagai Penolong, walaupun ia sementara berada di padang gurun yang penuh tantangan. Tak jauh berbeda dengan itu, kitab Yesaya 55:1-9 berisi seruan Yesaya agar ikut serta dalam arak-arakan keselamatan. Seruan ini adalah ajakan untuk fokus pada Allah sebagai pembebas. Menurut Yesaya, fokus pada Allah akan berimplikasi pada kesediaan untuk meninggalkan hal-hal yang tidak berkenan kepada Allah. Gagasan ini juga yang mengemuka dalam bacaan lainnya, yakni Injil Lukas 13:1-9 yang menekankan pentingnya pertobatan. Surat 1 Korintus 10:1-13 pun demikian, yakni berisi uraian Paulus mengenai sejarah Israel ketika mereka berada di padang gurun. Sejarah itu menunjukkan, bahwa Allah dalam kasih-Nya memang tetap memelihara umat Israel dengan berbagai cara. Namun, lebih jauh juga ditegaskan, bahwa Allah dalam kasih-Nya tetap menghukum setiap pelanggaran di kalangan umat-Nya. Semua ini dikemukakan Paulus, agar warga jemaat tetap waspada dan disiplin, sehingga tidak gagal seperti bangsa Israel. Pemahaman teks Surat 1 Kor.10:1-13 merupakan uraian Paulus mengenai perjalanan bangsa Israel di padang gurun, yakni yang memperlihatkan jatuh bangunnya mereka untuk hidup dalam ketaatan pada Tuhan. Dalam perjalanan tersebut, pemeliharaan Allah memang tetap nyata melalui “makanan rohani” dan “minuman rohani”. Dalam ayat 1-4, Paulus menguraikan bagaimana nenek moyang mereka mengalami anugerah pemeliharaan Allah, yaitu menjadi pengikut Musa melalui jalan dibaptis dalam awan dan laut (ay.2), serta Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



73 makan makanan rohani dan minum minuman rohani yang sama (ay.3-4), yakni minum dari batu karang rohani, yaitu Kristus (pernyataan ini adalah tafsiran Paulus atas Keluaran 17:6 dan Bilangan 20:11). Sangat jelas pada bagian ini bahwa Allah yang mereka sembah adalah Allah yang penuh kasih melindungi dan menyelamatkan umat-Nya. Sejarah Israel adalah sejarah dimana Allah bertindak membebaskan, melindungi, menuntun dan menyelamatkan umat-Nya. Namun demikian, selain menjelaskan pemeliharaan Allah (ay.1-4), Paulus juga mengemukakan tindakan Allah yang menghukum mereka sebagai akibat dari pelanggaran mereka (ayat 5-10). Pelanggaran yang dimaksud Paulus, misalnya:  Menyembah berhala (ay.7 bnd. Kel. 32:6). Hal ini lebih jelas kalau dibaca dalam terjemahan Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK).  Percabulan yang berakibat tewasnya 23.000 orang dalam satu hari (ay.8; bnd Bil.25:1-18).  Mencobai Tuhan yang mengakibatkan mereka mati dipagut ular tedung (ay.9 bnd Bil.21:5-6).  Bersungut-sungut yang mengakibatkan mereka dibinasakan malaikat maut (ay.10 bnd. Bil.16:41-49). Semua contoh pelanggaran ini dengan jelas memperlihatkan, bahwa ternyata Allah tidak bermain-main dengan dosa. Setiap pelanggaran akan mendapat hukuman. Ayat 11-13 berisi maksud dari penceritaan ulang sejarah Israel. Selain sebagai peringatan bagi jemaat untuk berhati-hati dan jangan sampai gagal dalam mengemban maksud panggilan Tuhan terhadap mereka yang hidup dalam zaman akhir, tetapi juga sebagai penguatan kepada yang merasa frustasi dan pesimis menantikan pertolongan Tuhan. Paulus dalam surat ini hendka menegaskan, bahwa Allah setia dan sanggup memberi jalan keluar pada setiap pergumulan. Pokok pengembangan khotbah  Pada tanggal 25 Maret 2019, Gereja Toraja akan genap berusia 72 tahun. Di usia 72 tahun ini, Gereja Toraja tentu patut bersyukur dengan berbagai kemajuan dan perkembangan sebagai salah satu wujud pemeliharaan Allah (pengkhotbah dapat memaparkan beberapa contoh dari kemajuan dan perkembangan yang dimaksud). Namun demikian, kita juga patut tertunduk malu melihat perilaku warga gereja yang nampaknya belum mampu mencerminkan pola hidup yang diwarnai oleh kebenaran (misalnya masih ada orang dengan ringan saja melakukan hal yang tidak benar dengan alasan: “bukan cuma kita yang lakukan”, kita butuh makan, dll). Sebuah perenungan penting mengemuka, yakni bagaimana agar kita semua dapat bertahan dalam kesetiaan dan kebenaran? 



Surat 1 Korintus 10:1-13 merupakan cerita Paulus kepada Jemaat Korintus tentang sejarah Israel. Paulus menginginkan agar jemaat Korintus tahu



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



74











mengenai apa yang telah terjadi dengan orang Israel ketika mereka berada di padang gurun. Melalui sejarah Israel, Paulus berharap warga jemaat di Korintus dapat mempelajari dan menyadari banyak hal, sehingga kehidupan mereka menjadi semakin baik. Sikap Paulus tampak selaras dengan pepatah, “pengalaman adalah guru terbaik”. Sejarah menjadi tempat gereja dapat belajar tentang pemeliharaan Allah dan juga hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Allah sehingga hendaknya tidak dilakukan. Melalui penelusuran sejarah Israel ini ada beberapa hal yang menarik disimak. Pertama, wujud pemeliharaan Allah (ay. 1-4). Bangsa Israel ketika berada di padang gurun tentu menghadapi berbagai tantangan, terutama soal makanan dan minuman. Bagaimana mendapatkan makanan dan minuman di tengah padang gurun itu apa lagi mereka dalam jumlah yang banyak ditambah ternak mereka. Namun nampak dengan jelas bagaimana Allah bertindak menuntun dan memelihara mereka. Umat Israel mengalami pemeliharaan dari Allah melalui petunjuk tiang awan dan tiang api, serta melalui makanan dan minuman pemberian Tuhan. Istilah yang dipakai oleh Paulus di sini, ialah makan makanan rohani yang sama dan minum minuman rohani yang sama, yakni dari batu karang rohani yaitu Kristus (bnd. Nyanyian Rohani 157 dan KJ 37). Dengan ini sebenarnya Paulus mengingatkan jemaat akan kesetiaan dan pemeliharaan Allah kepada umat-Nya (gereja-Nya). Penyertaan dan pemeliharaan Allah terhadap umat-Nya selalu tersedia. Karena itu jangan ragukan kuasanya. Kedua, ialah ganjaran terhadap dosa (ay.5-10). Paulus menguraikan, bahwa sekalipun Allah setia memelihara umat-Nya, namun Allah juga tetap menghukum setiap pelanggaran umat yang sedang dipeliharanya. Pesannya jelas, yakni Allah tidak bermain-main dengan dosa. Penghukuman atas pelanggaran itu merupakan wujud totalitas Allah dalam mengasihi, yakni membuat umat-Nya dapat terus hidup dalam keberadaan sebagaimana yang dikehendaki-Nya. Hal ini tentu perlu menjadi peringatan bagi warga gereja agar tidak lagi bermain-main dengan dosa karena 1001 alasan yang dicari-cari. Pada hari ulang tahun Gereja Toraja yang ke 72 ini kita perlu mengingat perjuangan Gereja Toraja dalam mempertahankan imannya. Pada masamasa sulit dahulu, banyak orang menderita bahkan mati dibunuh karena bertahan dalam kebenaran iman (pengkhotbah dapat menyebut beberapa contoh). Hal ini dapat mereka tempuh (bertahan dalam kebenaran) karena hidup mereka berpusat pada Tuhan. Mereka menerima kekuatan dan pertolongan dari Tuhan, sehingga mereka juga tetap bisa bertahan dalam perarakan keselamatan sebagaimana yang disampaikan oleh Nabi Yesaya.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



75 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 25-30 Maret 2019



BERTAHAN DALAM KEBENARAN (Tumanan lan Katonganan) Lukas 13:1-9 Tujuan: 1. Jemaat memahami bahwa Allah dalam kasih-Nya tetap menghukum setiap pelanggaran 2. Jemaat semakin berpegang pada kebenaran dalam menjalani kehidupannya



Pembimbing teks Ungkapan “pada waktu” itu yang mengawali perikop ini, menunjukkan bahwa cerita dalam perikop ini merupakan kejadian atau peristiwa yang betul terjadi. Beberapa orang telah datang menyampaikan berita kepada Yesus mengenai orang-orang Galilea yang mati secara tragis dan mengerikan. Orang-orang Galilea tersebut mati dibunuh oleh Pilatus dan darah mereka dicampurkan oleh Pilatus dengan darah korban yang sedang mereka persembahkan. Di kalangan orang Yahudi sendiri berkembang paham, bahwa orangorang yang mati demikian itu sangat besar dosanya (bnd. jawaban Yesus pada ayat 2). Karena itu, maksud dari penyampaian berita ini sesungguhnya juga mengandung dugaan dan pandangan yang demikian. Tak heran jika terhadap para pembawa berita tersebut, Yesus justru berbalik menyampaikan pertanyaan yang mengandung teguran, "Sangkamu orangorang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian” (ay. 2-3). Jawaban yang sama juga disampaikan sehubungan dengan kasus 18 orang yang mati ditimpa menara dekat Siloam. Jawaban Yesus ini sekaligus menjelaskan, bahwa cara kematian seseorang tidak dapat dipakai untuk menentukan berdosa atau tidaknya seseorang. Demikian pula sebaliknya, dosa tidaklah menentukan cara kematian seseorang. Yang pasti, ialah semua orang harus bertobat, termasuk mereka yang berdiam di Yerusalem, yakni yang berdiam di sekitar pusat kegiatan keagamaan bangsa Israel. Para pembawa berita tidak boleh merasa diri lebih baik dari orang lain. Mereka pun harus bertobat. Kisah pohon ara yang tidak berbuah (ayat 6-9) lebih jauh memperlihatkan betapa Yesus menantikan pertobatan umat-Nya. Selama tiga tahun sang pemilik kebun menantikan buah pohon ara, seraya juga menyampaikan peringatan untuk menebang pohon itu jika tidak menghasilkan buah yang dikehendaki. Pertanyaan diskusi 1. Ungkapkanlah pemahaman anda mengenai makna penantian buah selama 3 tahun (ay.7). Bagaimana merefleksikan hal tersebut sehubungan dengan masa jabatan Penatua atau Diaken dalam Gereja Toraja? Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



76 (Pokadai umba susi pahangta diona battuananna tu dikua tallung taun sidanu’ untayan bua (ay.7). Umba dikua umpamanassai siumpu’na toean Penatua sia Diaken lan Gereja Toraja) 2. Apakah masih ada pemahaman di kalangan warga jemaat, bahwa penderitaan yang dialami seseorang merupakan akibat dari dosa tertentu? (Denparaka pahang lan alla’na kombongan kumua ia temai kamaparrisan dadi lako simisa’-misa’ tau buntu tumangna kasalan napogau’)



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



77 Bahan Khotbah Minggu ke-13 Prapaskah IV



Tanggal 31 Maret 2019



CELA YANG TERHAPUSKAN (Diseroimo tu kamaruttakan ) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 32:1-7 : Yosua 5:1-12 (Bahan Utama) : 2 Korintus 5:16-21 : Lukas 15:11-32 : Maleakhi 3:10 : 2 Korintus 5:17



Tujuan : 1. Jemaat menyadari bahwa cela manusia karena dosa telah terhapus oleh anugerah Allah. 2. Jemaat menghidupi anugerah Allah dengan hidup sebagai ciptaan baru.



Pemahaman teks Mazmur 32:1-7, Pemazmur merasa dikejar-kejar oleh kesalahan yang pernah ia lakukan, ia berusaha untuk menyembunyikannnya, tetapi ia merasa tangan Tuhan begitu kuat menekannnya (ay. 3-4). Tangan Tuhan yang menekan itu adalah tanda kasih Tuhan yang menuntun hambaNya tiba pada pertobatan, sehingga akhirnya dia datang kepada Tuhan mengakui dosanya: “dosaku kuberitahukan kepadaMu dan kesalahanku tidak kusembunyikan….” (ay. 5). Pemazmur sangat lega, karena Tuhan berkenan mengampuni dosanya; itulah sebabnya ia berkata: “Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi. Berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitunkan Tuhan kepadanya” (ay.1-2). Yosua 5:1-12, Bangsa Israel sudah menginjakkan kaki di negeri perjanjian Kanaan. Masuknya mereka di negeri pernjian dengan cara menyeberangi sungai Yordan secara ajaib (psl. 3-4) sama seperti penyeberangan laut Tiberau (Kel. 14:15-31). Peristiwa penyeberangan yang ajaib itu membuat tawar hati bangsa-bangsa Kanaan (ay. 1). Sesudah peristiwa penyeberangan itu Tuhan memerintahkan Yosua menyunat seluruh laki-laki Israel. Musa diperintahkan membuat pisau dari batu dan menyunat orang Israel :”sunatlah lagi orang Israel itu untuk kedua kalinya” (ay. 5). Orang-orang Israel yang masuk negeri Kanaan adalah generasi kedua yang belum disunat, sementara generasi yang keluar dari Mesir semuanya telah binasa dipadang gurun karena doa pemberontakan mereka; 40 tahun di padang gurun sunat tidak dilaksanakan. Sesudah Yosua menyunat semua laki-laki bangsa itu, maka berfirmanlah Tuhan tentang umat itu : “ Hari ini telah kuhapuskan cela Mesir itu dari padamu” (ay. 9). Cela Mesir menunjuk kepada dosa penyembahan berhala mereka sebagaimana orang Mesir, dan yang membuat mereka selalu ingin kembali ke Mesir, ketika mereka menghadapi masalah. Dosa penyembahan berhala atau pemberontakan mereka yang menyebabkan mereka tidak Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



78 disunat. Sunat adalah tanda perjanjian yang ditetapkan Tuhan. Kini umat itu disunat berarti Allah dalam anugerahNya telah mengambil prakarsa menarik umat itu kedalam perjanjian dengan diri-Nya. Tempat melaksanakan sunat itu diberi nama Gilgal, yang berarti “menggelindingkan”, mengandung arti bahwa cela umatNya telah digelindingkan jauh, dijauhkan, disingkirkan. Sesudah peristiwa sunat, maka umat Israel merayakan paskah. Dengan perayaan paskah itu mereka mengingat peristiwa dimana Tuhan membawa mereka keluar dari Mesir. Perayaana paskah ini myekinkan umat Israel bahwa Tuhan sungguh telah mebebaskan mereka dan memberikan negeri perjanjian Kanaan kepada mereka. Bukan hanya itu, merekapun langsung memakan hasil bumi negeri itu, mengolahnya menjadi roti tidak beragi. Peristiwa ajaib penyeberangan sungai Yordan, peristiwa sunat dan makan hasil negeri Kanaan adalah tanda bahwa Yahweh tetaplah Tuhan bagi bangsa Israel dan Israel tetaplah umat bagi Tuhan. 2 Korintus 5:16-21, berisi kesaksian rasul Paulus mengenai cara Alah menyelesaiakan dosa manusia, yaitu dengan jalan memberikan Anak TunggalNya, Yesus Kristus, sebagai perantara yang mendamaikan kita dengan diriNya. Oleh peristiwa pendamaian itu, maka setiap orang percaya telah menjadi manusia baru :” Jadi barang siapa yang ada dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu sesungguhnya yang baru sudah datang “ (ay. 17) yang memandang segala sesuatu dengan sudut pandang yang baru di dalam Kristus. Lukas 15:1-3; 11b-32, Perumpamaan yang disampaikan Yesus sebagai tanggapan atas sikap orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang bersungutsungut karena Yesus bergaul dan makan dengan orang-orang berdosa”. Yesus mengisahkan seorang Bapak yang punya dua orang anak dengan karakter yang amat berbeda. Anak bungsu meminta hak warisannya kepada ayahnya. Walaupun dalam adat istiadat Yahudi, hak warisan baru dapat diambil setelah sang Bapak meninggal, namun anak bungsu sudah memintanya dan sang Bapa memberikannya. Si bungsu pun menjual semua haknya dan pergi meninggalkan rumah Ayahnya dengan hidup berfoya-foya dan akhirnya jatuh melarat yang akhirnya menjadi penjaga babi bahkan ingin makan dari ampas makanan babi. Dalam kemelaratannya, ia teringat akan keadaan dirumah Bapanya yang tak ada kekurangan makanan sedikirpun. Maka ia memutuskan untuk kembali meminta maaf kepada Bapanya dan siap bekerja sebagai upahan di rumah Bapanya. Ia pun bangkit dan pergi untuk menjumpai Bapaknya. Ketika Bapanya melihat anaknya dari jauh, maka hatinya tergerak oleh belas kasihan, iapun berlari menyambut anaknya itu memeluknya, menciumnya dan memerintahkan hambanya untuk mengenakan kepadanya jubah, cincin dan sepatu, serta mengadakan pesta dengan sukaria. Dalam kisah ini, subjek utama adalah Sang Bapa, bukan pada anak yang hilang dan kemudian kembali, tetapi Sang Bapak yang tergerak oleh belas kasihan, yang segera berlari dan menyambut anak bungsunya yang tersesat sebelum Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



79 ia mengaku dosa dan keselahannnya, memeluknya,mengenakan jubah, cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya, dan kemudian berpesta ria. Kata Sang Bapak : “sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali (ay. 24). Sikap Sang Bapa dalam kisah ini, dipakai Yesus untuk menggambarkan sikap Allah yang penuh kasih kepada manusia, yang tergambar dalam sikap Yesus yang menyambut dan bergaul dengan orang berdosa, bahkan yang kemudian mati demi untuk orang berdosa. Anak sulung, yang tinggal siang malam dengan Bapanya, menolak kembalinya adiknya. Ia marah terhadap Bapanya yang yang mau menerima kembali adiknya yang dinilainya tidak layak lagi untuk diterima di rumah Bapa. Ia merasa diri benar dan hanya dialah yang mesti dikasihi Bapanya. Inilah sikap orang Parsi dan ahli taurat yang merasa diri kelompok orang benar, yang suci dan layak dihadapan Bapa. Orang berdosa, seperti pemungut cukai perempuan sundal, tidak layak dihadapan Bapa, karena itulah dijauhi dalam pegaulan hidup sehari-hari. Sikap anak sulung juga sering menjadi sikap kita dalam kehidupan sehari-hari. Korelasi keempat Pembacaan. Dosa membuat manusia tercela dihadapan Allah penciptanya, yang menyebabkan Allah murka terhadap manusia. Tetapi oleh kasihNya Allah menyatakan anugerah pengampunanNya yang dinyatakan dengan kesediaan menyambut orang yang berdosa dan mendamaikannya dengan diriNya dan menjadikannya manusia baru melalui pengorbanan Anak TunggalNya, Yesus Kristus. Pokok-pokok yang dapat dikembangkan. Pertama: Cela manusia, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “cela” berarti: Sesuatu yang menyebabkan kurang sempurna; cacat; kekurangan, juga berarti aib atau noda”. Allah memanggil bangsa Israel menjadi umatNya dengan membawa bangsa itu keluar dari Mesir, agar beribadah kepada Tuhan. Tuhan memberikan hukum untuk menjadi pedoman hidup sebagai umat Tuhan. Tetapi bangsa Israel tidak setia. Mereka memberontak dengan menyembah berhala sebagaimana cara hidup mereka di Mesir. Semangat berhala Mesir begitu kuat mempengaruhi mereka dalam perjalanan di padang gurun yang nyata melalui sikap mereka yang selalu ingin kembali ke Mesir. Akibat dari pemberontakan – pemberontakan mereka,Tuhan menghukum semua generasi pertama yang keluar dari Mesir. Sikap Israel yang hidup dalam pemberontakan adalah juga gambaran hidup kita sehari-hari sebagai orang yang menyebut diri beriman kepada Tuhan. Kedua: Kasih Allah yang membebaskan dari cela. Sekalipun Allah telah membinasakan generasi pertama dari bangsa itu karena cela mereka, tidaklah berarti bahwa Allah gagal pada rencanaNya. Ia memelihara dan mengizinkan generasi yang lahir di padang gurun untuk memasuki negeri perjanjian. Allah tetap setiap pada janjiNya, bahwa Israel adalah umatNya Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



80 dan tanah Kanaan adalah milik pusaka umatNya. Peristiwa penyebarangan sungai Yordan secara ajaib, adalah peristiwa yang menegaskan ulang bahwa Yahweh tetaplah Allah bagi bangsa Israel, dan Israel tetaplah umat Allah. Setelah bangsa itu berada di dataran Yeriko, maka Tuhan memerintahkan Yosua untuk menyunat semua laki-laki dari bangsa itu. 40 tahun di padang gurun sunat tidak dilaksanakan sebagai akibat dari dosa pemberontakan yang terus terjadi dalam hidup mereka. Bangsa itu disunat adalah tanda bahwa Allah mengembalikan bangsa itu ke dalam hubungan perjanjian dengan diriNya. Sesudah penyunatan itu Tuhan berfirman : “ Hari ini telah kuhapuskan cela Mesir dari padamu” (ay. 9). Menghapuskan cela Mesir berarti uhan telah mengamuni dosa pemberontakan umat itu. Tempa itu diberi nama “Gilgal” yang berarti menggelindingkan. Cela Mesir, dosa umat itu, telah digelindingkan jauh dari mereka. Semua karena kasih, karena kemurahan Allah, anugerah Allah. Tindakan anugerah Allah yang menjauhkan cela Mesir, secara konkrit dinyatakan dalam diri Kristus, yang dalam hiup dan pelayananNya menggambarkan sikap Allah yang penuh kasih, menyambut orang-orang berdosa dan mengampuni mereka, bahkan yang berkorban sebagai korban pendamaian. Oleh korban Kristus kita telah menjadi anggota keluarga Allah (umat Allah) tanda dan meterai dari itu ialah “Baptisan Kudus”. Adakah kita mengamini bahwa cela kita telah dihapuskan? Ketiga: Mengalami dan menghidupi hidup baru. Sesudah Tuhan menjauhkan cela umatNya dengan membawa mereka kembali kedalam perjanjian kekal, maka orang Israel merayakan paskah. Perayaan paskah adalah pembebasan dari Mesir. Perayaan paskah ini menegaskan keyakinan bangsa Israel bahwa Tuhan benar-benar telah membebaskan mereka dari Mesir, dan Tuhan telah memberikan negeri itu yang dinyatakan dengan makan hasil dari negeri itu. Umat Israel dibebaskan untuk menjalani suasana hidup baru sebagai Umat milik Tuhan. Masih banyak tantangan yang dihadapi seperti perang melawan bangsa-bangsa yang mendiami negeri itu, tetapi kini mereka melangkah dengan pasti bersama Tuhan. Kita telah dibebaskan oleh Kristus melalui kematian dan kebangkitanNya. Kristus telah menjadikan kita manusia baru. Kita dipanggil melangkah memasuki masa depan bersama Tuhan. Dengan mengandalkan kuasa Roh Kudus kita akan terus mengalami dan menikmati hidup baru sebagai milik Kristus. Roh Kudus akan menolong kita untuk bangkit dari kelemahan-kelemahan iman kita seperti anak bungsu yang tidak mau tinggal dalam keterpurukannya, tetapi mengambil skap bangkit dan pergi kepada Bapanya. Roh Kudus menolong kita untuk terus menyatakan kasih dan pengampunan kepada sesama serta menuntun sesama datang kepada Tuhan dan mengalami hidup baru. Dalam kenyataannya kita banyak kali mengambil contoh dan sikap anak sulung, yang tidak ingin orang lain mengalami kuasa dan kasih Tuhan.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



81 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 1-6 April 2019 CELA YANG TERHAPUS (Diseroimo tu kamaruttakan) Lukas 15: 11-32



Tujuan : 1. Jemaat menyadari bahwa cela manusia karena dosa telah terhapus oleh anugerah Allah. 2. Jemaat menghidupi anugerah Allah dengan hidup sebagai ciptaan baru.



Pembimbing Teks Orang-orang Farisi dan ahli Taurat bersungut-sungut karena Yesus menerima dan bergaul dengan orang-orang berdosa. Menanggapi sungutsungut itu, Yesus menyampaikan sebuah perumpamaan mengenai seorang ayah yang punya dua anak yang memiliki karakter yang berbeda (ay. 1-3). Ayat 11-20a anak bungsu meminta bagian warisannya kepada ayahnya. Menurut adat istiadat Yahudi harta warisan baru dapat diambil setelah ayah yang memberi warisan itu meninggal dunia, akan tetapi anak bungsu itu sudah memintanya sehingga ayahnya memberikannya. Ia pun pergi keluar negeri hidup bebas dan berfoya-foya. Berfoya-foya mengandung arti “hidup tidak benar, yang merusak atau merugikan dirinya”. Karena berfoya-foya maka segeralah habis hartanya, dan ia terpuruk dan melarat. Dalam keterpurukannya ia pergi kepada seorang majikan di daerah itu agar diterima sebagai seorang penjaga babi di ladangnya. Dalam kelaparannya yang amat sangat ia ingin mengisi perut dengan ampas makanan babi. Sungguh suatu aib, seorang Yahudi, dari keluarga kaya harus menjadi penjaga babi yang adalah binatang haram atau najis yang adalah milik seorang kafir. Dalam kemelaratannya, ia teringat akan bapanya yang penuh kasih, mengingat keadaan dirumah bapanya yang tak ada kekurangan makanan, iapun menyadari kesalahannya, dan mengambil keputusan untuk kembali meminta mengakui dosanya bahwa ia telah berdosa terhadap “surga” (Allah) dan bapanya. Bahkan iapun bersedia bekerja sebagai upahan (lebih rendah dari hamba) asal ia diterima dirumah bapanya. Ia tidak hanya sadar dan mengambil keputusan tetapi ia pun bangkit dan pergi untuk menjumpai bapanya. Ayat 20b-24 menjelaskan bahwa ketika anak bungsu itu bertemu dengan bapanya ia sadar bahwa ternyata pikirannya tentang bapanya terlalu sempit dan harapannya terlalu kecil. Sebab ternyata sang bapa sudah lama menantikannya dan sekarang sedang berdiri memandang jauh. Dan walaupun keadaan anak itu sudah amat berubah karena sudah jadi pengemis, bapanya langsung mengenali dia dari jauh, dan hatinya tergerak oleh belas kasihan serta berlari mendapatkannya, memeluknya dan menciumnya, dan langsung memerintahkan hambanya untuk mengenakan kepadanya jubah, cincin dan sepatu. Jubah adalah tanda kehormatan, cincin Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



82 (cincin meterai) adalah tanda kedudukan yang tinggi dan kekuasaan yang diberikan (disini kedudukan sebagai anak). Sesudah itu sang ayah mengadakan pesta besar karena katanya: “sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali”(ay. 24). Ayat 25-32, menguraian bahwa sementara pesta berlangsung, anak sulung kembali dari ladang, dan menanyakan apa yang terjadi kepada seorang hamba, dan hamba itu menjelaskan bahwa:“adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat” (ay. 27). Anak sulung itu marah dan tidak mau bergabung dalam pesta suka cita itu. Ia protes kepada ayahnya: “sudah sekian tahun aku bersama ayah, belum pernah melanggar perintah ayah tapi, baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama pelacur-pelacur (sudah bersalah, berdosa) bapa menyembelih anak lembu tambun (ay. 28-30). Anak sulung merasa diri anak yang benar dan tidak punya pelanggaran. Ia tak menghendaki kembalinya adiknya yang telah sesat dan mau bertobat itu. Pertanyaan disikusi 1. Dalam perumpamaan ini adalah tiga tokoh yang ditampilkan. Siapakah yang menjadi sentral dalam kisah ini? Jelaskan (Lan te pa’pasusian, den tallu tau di pamanassa. Mindanna tu mendadi una’na te ulelean ? ta pamalesoi) 2. Apa pelajaran berharga bagi anda dari anak bungsu dan anak sulung ? Jelaskan. (Apara tu mandu mendadi peladaran diomai te anak tampak sola anak pa’bunga’?)



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



83 Bahan Khotbah Minggu ke-14 Prapaskah V



Tanggal 7 April 2019



LUPAKAN MASA LALU, LIHAT KE DEPAN (Bokoi’mi tu apa lendu’, tiroi tu apa dio tingayo) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 126:1-6 : Yesaya 43:16-21 (Bahan Utama) : Filipi 3:1b-16 : Yohanes 12:1-8 : Mazmur 126:5-6 : Yesaya 43:18-19



Tujuan: 1. Jemaat memahami bahwa Allah saja yang setia, berkuasa dan mau memulihkan umatNya. 2. Jemaat berserah kepada Tuhan agar terlepas dari keterikatan pada masa lalu dan berjalan ke masa depan dalam pengharapan.



Pemahaman Teks Mazmur 126:1-6 adalah suatu nyanyian ziarah umat Israel yang mengungkapkan isi hati, perasaan dan pikiran umat yang terus mengenang dan mendambakan pemulihan dari penderitaan. Pemulihan yang dilakukan oleh TUHAN dan diakui sebagai perkara besar, yang melahirkan sukacita besar sebagaimana terungkap dalam tawa dan sorak-sorai, serta membuat bangsa-bangsa mengakui kebesaran Tuhan (ay. 2). Pemulihan itu dilakukan oleh Allah sendiri (ay.1) dan diminta dalam doa oleh umat-Nya (ay.4). Perkara pemulihan oleh Allah yang dilukiskan seperti “...memulihkan batang air kering di tanah Negeb” (ay.4), menghidupkan keyakinan dan pengharapan untuk menjadi aktif dengan penuh semangat dan pengharapan menjalani hidup, bekerja dan menuai hasilnya (ay.6). Bertahan dalam iman di tengah penderitaan karena situasi yang demikian sulit, digambarkan seperti penabur yang bekerja dengan mencucurkan air mata. Mereka bagaikan petani yang harus memilih satu di antara dua pilihan yang amat sulit, yakni menjadikan gandum yg tersisa sedikit sebagai benih tanpa kepastian hasil, atau dibuat jadi tepung roti yang tentu akan segera habis. Umat yang percaya pada TUHAN, akan memilih untuk menabur, meskipun harus berjalan sambil menangis. Mereka yakin, bahwa bagaimanapun sulit dan buruknya keadaan, Dia yang telah membebaskan dan memilih umat-Nya pasti bertindak untuk memulihkannya lagi dari penderitaan yang berat sekalipun. Yesaya 43:4b-21 menjelaskan bagaimana Yesaya bersama umat di tempat pembuangan. Yesaya ikut mengalami depresi berat yang berkepanjangan. Di sana, di Babel yang jaya dan penuh kemegahan duniawi, secara umum Israel mengalami tekanan lahir batin yang luar biasa (tentu ada juga yang sudah menjadi terbiasa, terutama jika ternyata di sana mereka Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



84 mengalami hidup berkecukupan). Umumnya mereka sangat rindu untuk kembali ke Israel, negeri yang menyimpan kenangan manis di masa lalu dengan Sion sebagai pusatnya, sebagaimana terungkap antara lain dalam Mazmur 126 serta kerinduan amat dalam dan terungkap lebih kuat dalam Marmur 42. Kisah-kisah indah dan menakjubkan, yang terjadi pada masa lalu tentu saja selalu diceriterakan untuk mengikuti perintah Tuhan melalui Musa (Ul. 6:6-7). Berbagai cara dilakukan untuk bisa tetap ingat akan segala yang Tuhan lakukan dan perintahkan (Ul.6:8-9). Semua itu harus dilakukan supaya mereka selalu ingat (Ul. 5:15; 16:22) dan jangan sampai terjadi bahwa umat melupakan Tuhan dengan segala yang telah dilakukan-Nya (Ul. 6:11). Dalam situasi depresi dengan tekanan lahir dan batin yang berkepanjangan, godaan yang sangat berbahaya adalah meragukan kehadiran dan campur tangan Allah pada masa kini dan masa depan. Inilah bahaya rohani yang sedang mengancam umat di pembuangan, yakni menganggap Allah itu hanya tinggal kenangan. Allah dipandang hanya sebagai Allah di masa lalu yang tak terasa lagi kehadiran dan kuasa-Nya di tengah situasi kini yang serba sulit dalam segala hal. Secara politik, orang tawanan tak memiliki kekuatan. Secara ekonomi, mereka menjadi pekerja atau suruhan yang serba dibatasi. Di bidang agama, kalaupun ada kebebasan, kebutuhan rohani tetap saja tak terpenuhi sepenuhnya, oleh karena keberadaan Israel yang diyakini sebagai tanah perjanjian dengan Bait Suci di Yerusalem sebagai pusat kehidupan beragama dan sekaligus simbol kehadiran Allah, berada jauh di sana. Bahaya yang demikian ini menjadi ancaman serius ketika sebenarnya umat telah melihat dan mengingat masa lalu dengan cara yang salah. Cara yang salah itu ialah terpaku pada peristiwanya, yang memang menakjubkan, sebagaimana selalu diceriterakan ulang yakni keluaran dari Mesir, perjalanan di padang gurun melewati laut, penaklukan tanah Kanaan, dan banyak lagi. Pada bagian ini Yesaya hanya menyebut salah satu peristiwa mengherankan dan tak terlupakan yakni peristiwa di laut Teberau (ay. 16-17). Mengidealkan peristiwa dan mengidolakan orang yang ada dalam peristiwa itu, sesungguhnya merupakan salah satu bentuk penyangkalan terhadap Tuhan yang ada dan bertindak di balik semua peristiwa itu. Kecenderungan mengidealkan atau mengidolakan peristiwa dan orang-orang tertentu di dalamnya nampak dalam keinginan untuk mengalami peristiwa yang sama, dan kalau tak terulang seperti itu, seolah Allah tak ada lagi dan tinggal sebagai kenangan masa lalu. Terhadap cara mengingat seperti itulah, Firman Tuhan datang melalui Yesaya, “Janganlah mengingat-ingat hal-hal yang dahulu, dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala” (ay. 18). Perintah ini dapat diartikan demikian, “jangan hanya melihat dan mengukur kehadiran dan kuasa Tuhan dari peristiwa tertentu.” Tuhan menyebut dirinya Yahwe (TUHAN) yang berarti “AKU adalah AKU” atau “AKULAH AKU” (Kel. 3:14). Ia tak bisa dijelaskan dengan sesuatu di luar diri-Nya, Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



85 apalagi dengan peristiwa tertentu saja. Yang pasti, Ia adalah Allah yang hidup dan kekal, tidak terkurung dalam ruang dan tak terbatasi oleh waktu. Ia adalah TUHAN, baik masa lalu maupun masa kini dan akan datang. Allah yang Esa itu berbuat dan bertindak bukan dengan satu cara. Karena itu Ia mengatakan, “Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru,...” (ay. 19). Ia bukan hanya bisa membuat laut terbelah, tetapi Ia juga dapat melakukan atau membuat apapun untuk mencapai maksud-Nya. Ia berkuasa mutlak atas segala ciptaan-Nya dan atas segala peristiwa. Ia membuat jalan di padang gurun, dan sungai-sungai di padang belantara (ay. 19-20). Segala sesuatu adalah mungkin bagi Dia. Semuanya adalah dalam rangka menyatakan kehendak, kuasa dan kasih-Nya bagi umat yang begitu dikasihiNya, dan karena itu diberinya minum dari sungai-sungai yang diadakan di tempat yang dianggap tak mungkin. Semua itu dalam rangka maksud-Nya membentuk umat bagi-Nya, supaya umat memberitakan kemasyhuran-Nya (ay.21). Filipi 3:14b-14 menjelaskan, bahwa perubahan besar yang dialami Paulus berawal dari titik balik kehidupan yang terjadi sebagai anugrah Allah semata. Kebenaran kerena kepercayaan kepada Kristus membuat segala sesuatunya menjadi baru, termasuk cara pandangnya terhadap apa yang sangat dijunjung dan dibanggakan pada masa lalu. Pada titik balik kehidupan karena kepercayaan itu, ia dimungkinkan untuk menata kehidupan berorientasi ke depan dengan mengutamakan pengenalan akan Kristus dan pengharapan tentang suatu akhir yang dinantikan, yakni kebangkitan dari antara orang mati. Yohanes 12:1-8 menjelaskan bahwa penggunaan minyak narwastu yang mahal untuk membasuh/meminyaki kaki Yesus dipahami oleh Yudas Iskariot sebagai tindakan pemborosan yang sia-sia. Maria sendiri melihatnya sebagai tindakan sepenuh hati dan penuh arti. Dalam konteks cerita ini, tindakan Maria dilihat sebagai ekspresi sukacita atas kehadiran Yesus yang telah membangkitkan Lazarus, saudaranya. Yesus sendiri meneguhkan tindakan Maria sebagai persiapan untuk penguburan-Nya. Peristiwa dibangkitkannya Lazarus telah lewat (masa lalu), tetapi diingat dengan penuh syukur kepada Yesus, ditindaklanjuti dengan ungkapan syukur dan relasi yang akrab dengan Yesus pada masa kini, serta melihat masa depan yang terjamin dalam pengorbanan Yesus, yang akan mati (dikubur) sebagai kurban untuk penebusan dosa manusia. Pokok-pokok yang dapat dikembangkan  Jangan mengingat-ingat Pada beberapa kesempatan, sabda Tuhan menegaskan tentang betapa pentingnya mengingat dan sungguh berbahayanya melupakan (lihat bagian pemahaman teks Yesaya 43). Pada bagian lain, sabda Tuhan mengamanatkan pentingnya melupakan sesuatu yang mungkin bagi kita penting dan memang sulit dilupakan. Mazmur 45:10 mengatakan, “lupakanlah bangsamu dan seisi rumahmu.” Dalam Yesaya 43:18 Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



86 dikatakan, “Janganlah mengingat-ingat hal-hal yang dahulu, dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala.” Apakah maksudnya? (Lihat lagi pemahaman teks Yesaya 43). Rupanya cara mengingat dan melupakan itu bisa berbeda, bisa keliru dan bisa benar, bisa negatif bisa juga positif. Mengingat masa lalu, kemudian terikat kepadanya, terkenang begitu rupa sampai menginginkan hal itu terulang dan terulang lagi adalah suatu cara melihat atau mengingat masa lalu yang keliru. Jadi, ungkapan “lupakan masa lalu” atau “jangan mengingatingatnya lagi” menunjuk pada cara melihat atau mengingat masa lalu secara keliru, yakni hanya mengingat peristiwa dan orangnya, lalu berharap itu terulang lagi. Mengingat yang benar adalah mengingat peristiwa sebagai cara Tuhan saja. Cara atau metode yang dipakai Tuhan tak boleh diidolakan, dikenang sedemikian rupa sampai kita tertambat padanya dan bukan lagi teringat pada Tuhan yang hidup dan kekal, yakni Tuhan masa lalu, Tuhan masa kini dan Tuhan masa depan.  Tuhan bertindak secara baru untuk maksud-Nya sendiri bagi umatNya Tuhan yang hidup dan setia, berbuat dengan penuh kuasa, dengan bebas sesuai kehendak dan maksud-Nya. Ia tidak terikat pada suatu masa dan peristiwa. Ia tidak terikat dan terpola dengan suatu cara dalam membentuk umat-Nya. Allah yang Esa, hidup dan kekal itu bertindak secara baru sesuai maksud-Nya, membuat sesuatu yang baru dengan maksud yang sama, yakni membentuk, membebaskan dan memulihkan umat-Nya. Dengan kuasa-Nya yang tanpa batas, Ia dapat melakukan apapun untuk kebaikan dan keselamatan umat yang dikasihi-Nya. Oleh sebab itu, jangan karena terasa lambat dan tidak seperti yang pernah terjadi, kita lalu menjadi putus asa dalam menghadapi penderitaan, serta meragukan kehadiran dan campur tangan Allah. Bagaimanapun derita kita, sepanjang apapun masa-masa sulit kita, percaya sabda-Nya: “Lihat, aku hendak membuat sesuatu yang baru...”. Perbuatan-Nya yang selalu baru telah disempurnakan di dalam Kristus yang mati dan bangkit untuk menyelamatkan manusia dan segala ciptaan-Nya. Di dalam Kristus yang hidup, kita dapat berkata: “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu” (Rat.3:22-23). 



Terarah ke masa depan, menyongsong panggilan sorgawi Bertolak dari perbuatan Allah yang sempurna di dalam Kristus, kita terpanggil untuk mengingat dengan syukur perbuatan Tuhan di masa lalu, mensyukuri kehadiran-Nya pada hari ini, serta bergaul akrab dengan-Nya, supaya kita tumbuh mengenal Kristus, semakin mengarahkan langkahlangkah hidup kita ke masa depan dalam pengharapan bahwa pada waktunya kita dibangkitkan dari antara orang mati, atau memperoleh hadiah yakni panggilan sorgawi (Fil.3:11-14)



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



87  Konteks masa kini yang perlu mendapat perhatian khusus Untuk mengembangkan khotbah secara kontekstual dan aplikatif, beberapa hal berikut bisa menjadi perhatian khusus: 1. Perhatikan, apakah dalam jemaat dan masyarakat, masih ada kecenderungan untuk berbangga diri atau bahkan menjadi sombong karena membangun identitas dari kejayaan-kejayaan di masa lalu, bahkan mungkin karena kehebatan, ketokohan dan popularitas nenek moyang. 2. Adakah yang terkenang begitu rupa pada suatu peristiwa di masa lalu, kemudian menjadi ragu dan bertanya, masihkah Allah yang dulu membebaskan atau memulihkanku dari suatu keterpurukan, juga sedang bertindak saat ini dan di sini ketika aku terpuruk lagi. Bukankah kita pernah (mungkin sering) mendengar ada orang yang sangat berapi-api bersaksi tentang kuasa dan kebaikan Allah pada masa lalu, tetapi sekarang mulai mundur dari hidup berjemaat. Dahulu mengagumi Allah karena peristiwa tertentu, tetapi saat kesulitan dan penderitaan lain datang, kekaguman berubah menjadi cemooh. 3. Sebagai bangsa Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir, kita mengalami keadaan dan situasi hidup bermasyarakat yang secara politik agak mencemaskan, terutama karena kecenderungan politisasi agama. Umat Kristen mungkin merasa situasi sudah terlalu lama dan berlarut-larut, mengundang kecemasan dan rasa tidak pasti. Bagaimana mengalami dan mengerti kehadiran Tuhan dalam situasi demikian?



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



88 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 8-13 April 2019



LUPAKAN MASA LALU, LIHAT KE DEPAN (Bokoi’mi tu apa lendu’, tiroi tu apa dio tingayo) Filipi 3:1b-16 Tujuan: 1. Jemaat memahami bahwa Allah saja yang setia, berkuasa dan mau memulihkan umatNya. 2. Jemaat berserah kepada Tuhan agar terlepas dari keterikatan pada masa lalu dan berjalan ke masa depan dalam pengharapan.



Pemahaman Teks Paulus berbicara tentang apa yang dahulu dan apa yang sekarang dengan cara yang berbeda. Sangat menarik karena ia berbicara tentang diri dan pengalamannya sendiri terkait dengan perubahan radikal dalam dirinya setelah berjumpa dengan Yesus. Perjumpaan Paulus dengan Yesus telah mengubah pandangan dan cara pandangnya terhadap masa lalu dan masa kini serta masa akan datang. Jika ia memandang secara lahiriah (ay. 4b), maka masa lalunya itu patut dibanggakan. Ketaatannya beragama, secara lahiriah sungguh sempurna (ay.5-6). Namun karena kini Kristus adalah segalanya, dan yang utama adalah pengenalan akan Kristus, maka apa yang dulu dianggap keuntungan, sekarang dianggap rugi dan dibuang sebagai sampah (ay. 7-8). Kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus menjadi dasar dan titik tolak dari perubahan radikal ini (ay. 9). Perubahan adikal ini dikerjakan dengan perubahan kehendak. Dulu ia berkehendak mengejar kebenaran karena melakukan hukum Taurat, tetapi sekarang kehendaknya adalah mengenal Kristus dan menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya (ay. 10). Tujuan akhirnya adalah beroleh kebangkitan dari antara orang mati (ay. 11). Dalam rangka itu ia berjuang melupakan yang telah lewat (masa lalu) dan mengarahkan diri ke masa depan untuk memperoleh panggilan sorgawi (ay. 13-14). Kegiatan 1. Masing-masing peserta mencatat apa saja dari masa lalu yang pernah dianggap sangat berharga dan dibanggakan. Setelah itu, beri tanda (misalnya tanda lingkaran) pada poin yang sampai sekarang masih bernilai dan dibanggakan, dan beri tanda lain (misalnya tanda silang) pada poin yang sudah dianggap sampah. Dua atau tiga orang dapat diberi kesempatan untuk mengungkapkannya. (Kema’dinni anna pantan disura’ apasiara lan to attu lendu’ tu mandu tasanga apa keangga’ lako kaleta, umbanna tu sae lako totemo tontongpa diposende belanna disanga misa’ apa keangga’), sia umbanna tu apa lendu’ disangamo barubuk totemo. Da’dua ba’tu tallu tau ma’din diben attu anna pokadai. Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



89 2. Diskusikan: 1. Bagaimana bisa terjadi bahwa yang dahulu dianggap berguna, sekarang dianggap sampah. (Matumbai anna ia tu disanga apa keangga’ lan attu lendu’, disanga barubukmo lan attu totemo) 2. Apakah pesan Firman Tuhan dari Filipi 3:4b-14 yang terasa sangat relevan dengan hidup beriman kita sekarang? (Apara pangadaran kadanNa Puang Matua lanmai Fil. 4:4b-14 tu tasa’dingpa kumua siumpu’ katuoan kapatongananta totemo?) 3. Ternyata bukan hanya masa lalu buruk yang harus dilupakan supaya tidak menjadi belenggu yang menghambat langkah ke depan, tetapi yang baik dan membanggakan di masa lalu juga perlu untuk dilupakan jika itu menghambat untuk berjalan bersama Kristus ke masa depan”. Percakapkanlah, bagaimana pandangan saudara tentang pernyataan ini, dalam sorotan Firman Tuhan yang menjadi bahan PA. (Manassa kumua tae’ anna ia manna tu apa tangmelo lan attu lendu’ tu parallu dikalupai kumua da’ anna poriki’ sia natumangki’ tumengka lako tingayo, apa ia duka tu disanganna melo sia diposende lan attu lendu’ parallu duka dikalupai ia ke mendadi sakkalanganni lako kaleta tumengka sisola Kristus lako attu la sae. Ta sipa’kadai, umba susi pangappa’ta diona te kada iate ke dipasiumpu’i kadanNa Puang Matua tu ta sipa’kadai totemo. Catatan: Pemimpin dan kelompok dapat memilih sendiri cara dan pokok yang hendak dijadikan kegiatan atau bahan diskusi.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



90 Bahan Khotbah Minggu ke-14 Prapaskah VI



Tanggal 14 April 2019



TETAPLAH RENDAH HATI (Tontongko Umpamadiong Penaa) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 118:19-29 : Yesaya 50:4-9 : Filipi 2:1-11 : Lukas 19:28-44 (Bahan Utama) : Mazmur 57:10 : Filipi 2:2-4



Tujuan: 1. Warga Jemaat mengerti dan memahami arti Kerendahan Hati Yesus 2. Warga Jemaat Menghidupi Kerendahan hati Yesus



Pemahaman Teks Mazmur 118:19-29 berisi puji-pujian yang dinyanyikan oleh umat Israel ketika mereka dalam peziarahan ke Yerusalem melakukan perayaan besar. Mulai dengan Mazmur 114, kemudian Mazmur 115, 116, 117 dan terakhir Mazmur 118, saat rombongan besar memasuki kota Yerusalem. Mazmur ini menempatkan TUHAN sebagai pusat dan satu-satunya pemilik dan penentu segala yang menghidupakan dan menyelamatkan. Sukacita memasuki Yerusalem terungkap dalam syair demikian: “Diberkatilah dia yang datang dalam nama TUHAN! Kami memberkati kamu dari dalam rumah TUHAN” (ay. 26). Syair ini muncul dengan tambahan “...sebagai raja...” dalam pujianpujian yang dinyanyikan saat menyembut Yesus masuk Yerusalem (Luk. 19: 38) Dalam bagian Mazmur ini, kata “TUHAN” muncul sebanyak 10 kali, disebut dalam bentuk orang kedua (Engkau, -Mu) empat kali dan dalam bentuk orang ketiga ( Dia, -Nya) sebanyak dua kali. Apa yang dilakukan TUHAN adalah : (1) menjawab (doa), (2) menerangi, (3) menjadikan hari, memberi hidup, (4) menyelamatkan, memberi kemujuran. TUHAN yang adalah Allah membuat perkara besar: membuat yang dianggap tak bernilai dan terbuang (batu) menjadi yang pokok dan menentukan: batu yang terbuang menjadi batu penjuru). Allah yang sedemikian itu adalah Allah yang kasi setia-Nya kekal (selama-salamnya). Hanya Dia sajalah alamat segala syukur, pengorbanan dan doa. Yesaya 50:-4-9 merupakan nubuat Yesaya sebagai nabi ikut yang telah mengalami tekanan berat dalam kehidupan sebagai pribadi dan warga umat Israel yang hidup di pembuangan. Dalam konteks demikian, Yesaya sebagai nabi, sekaligus, sebagai representasi umat Allah, diperlakukan dan bersikap sebagai hamba yang taat sepenuhnya karena ia telah mendengar dan yakin sepenuhnya bahwa keberadaannya dijamin oleh Allah, Penolong, dan yang menyatakan kebenaran (menyatakan ia benar). Itulah murid sejati, Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



91 yang berlaku sebagai hamba. Penderitaan karena perlakuan keji tidak membuat ia mundur dan berpaling. Sebagai nubuatan, gambaran murid (hamba) yang taat ini menunjuk kepada Mesias yang akan datang sebagai hamba yang taat sepenuhnya, mengalami penderitaan yang tiada bandingnya, sebab tidak ada jalan lain untuk menyelematkan dunia ini. Injil Markus, antara lain, mencatat bagaimana Yesus mengalami perlakuan seperti digambarkan dalam Yesaya 50: 6 (Mrk. 10:34). Filipi 2:1-11 adalah lanjutan dari nasihat Paulus yang mengungkap keprihatinannya tentang masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan jemaat di Filipi, khususnya siskap-sikap pribadi yang mengancam keutuhan jemaat. Pokok nasihatnya adalah mengutamakan dan meneladani Kristus sebagai jalan untuk mewujudkan kesatuan Jemaat dan kehidupan kristiani. Lukas 19:28-44, dalam seluruh penuturan kisah Yesus dalam kitabkitab Injil, banyak ditemukan kalimat-kalimat atau pernyataan-pernyataan Yesus yang terasa amat kontroversial, menyorot secara tajam, bahkan ada yang membuat bingung pendengarnya. Dalam kisah ini (dicatat dalam keempat kitab Injil) bukan hanya perkataan Yesus yang mengundang kontroversi, melainkan simbol-simbol, baik tindakan maupun benda yang diginakan. Ada keledai muda tertambat yang belum pernah ditunggangi, ada nama tempat, ada pakaian diapakai sebagai alas dan dihamparkan di jalan. Mengikuti kebiasaan para nabi, ketika kata-kata nubuat telah disampaikan secara berulang, namun umat tidak juga mengerti dan berubah, maka nabi menggunakan berbagai bentuk ekspresi bermakna simbolis, tindakantindakan sebagai bentuk bahasa non-verbal. Mislanya mengoyakkan pakaian (1 Raj. 11:29-31), menyembunyikan ikat pinggang (Yer. 11:1-7), mengawini perempuan sundal (Hos. 1:2). Sudah tiga tahun Yesus melakukan pelayanan dan pemuridan secara khusus, namun hingga sejauh itu, orang Yahudi, termasuk murid-murid-Nya belum juga mengerti. Hal Kerajaan Allah dan kemesiasan-Nya masih tetap tersembunyi bagi mata mereka (ayat 42). Saatnya kian mendekat, dan para muridpun belum mengenal siapa Yesus sesungguhnya, apa makna semua persitiwa dan ajaran Yesus terkait dengan pengharapan umat Israel mengenai Mesias yang akan datang. Kini, Yesus menggunakan model komunikasi dalam bentuk drama teatrikal, menggunakan simbol-simbol untuk menyatakan secara tegas kepada umum siapa Dia sebenarnya, bahwa Dialah Mesias, Raja yang telah lama dinantikan. Nampaknya semua simbol yang digunakan oleh Yesus adalah simbol-simbol yang biasa dalam kehidupan Israel yakni: 1. Nama tempat: Betfage dan Betani, dan bukit Zaitun (ay. 29). Banyak tempat yang dilalui oleh Yesus, tetapi tiga tempat ini dicatat dalam konteks pejalanan Yesus menuju Yerusalem, suatu perjalanan yang dibayangkan oleh pengikut-Nya sebagai perjalanan menuju takhta kerajaan Israel, perjalanan menuju saat dan tempat diurapi-Nya Yesus sebagai Raja. Betfage artinya rumah buah ara awal/mentah dan Betani berarti rumah ara yang matang. Bukit Zaitun sendiri adalah tempat yang bisa dibayangkan sebagai jalan yang dilalui raja menuju Yerusalem (Zak. Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



92 14:4). Dari tempat ini, seluruh kota Yerusalem dapat dilihat dengan jelas, dan sebaliknya kelihatan dengan jelas dari kota Yerusalem (letaknya saling berhadapan). Dari Yerusalem orang dapat melihat pemandangan yang jarang terjadi, yakni adanya pergerakan rombongan yang menyertai calon raja. Dari bukit Zaitun, calon raja dengan rasa yang tak terlukiskan memandang kota idaman yang mengagumkan. Disebutnya nama tempat Betfage dan Betani mengungkapkan apa yang sedang dipikirkan oleh Yesus tentang kaum sebangsa-Nya: apakah Ia akan menemukan mereka sebagai ara yang matang atau buah ara yang mentah, dan karena itu dikutuki (Matius 21:18-22). Ingatlah bahwa, pohon ara digunakan juga sebagai simbol kesejahteraan (1 Raj. 4:25). 2. Keledai adalah hewan piaraan yang dipakai untuk angkutan. Penggunaan secara khusus adalah menjadi tunggangan raja dalam masa damai (tak ada perang). Berbeda dengan kuda, yang digunakan dalam perang. Keledai muda yang belum pernah ditunggangi tentu memiliki makna khusus. Ada maksud khusus, berbeda dari biasanya. Boleh dikata, dikuduskan untuk suatu tujuan khusus: menyampaikan pesan perdamaian dan rendah hati. Perlu diingat bahwa pada masa itu, menjadi suatu kebanggaan juga bagi seseorang bila keledainya dipinjam oleh seorang raja. Dengan ini Yesus menyatakan dan mengumumkan bahwa Ia datang sebagai raja damai. Dengan cara itu pula terpenuhilah nubuat nabi Zakaria (Zak. 9:9-10) 3. Pakaian sebagai alas kuda dan karpet di jalan yang dilalui Yesus. Penggunaan pakaian dengan cara demikian adalah salah satu pengharagaan tertinggi yang diberikan kepada seorang raja Yesus hendak menyatakan secara tegas bahwa Dialah Mesias yang dijanjikan dan dinantikan. Kali ini pernyataan hendak ditegaskan melalui rangkaian peristiwa yang biasanya terjadi dalam prosesi menyongsong pengurapan seorang raja. Yesus membuat rencana dan persiapan yang khusus untuk perjalanan menuju akhir di Yerusalem. Sudah saatnya untuk mengumumkan di hadapan umum bahwa Dialah Mesias. Jelas sekali, keberanian Yesus menantang arus yang menentangnya terlihat dalam kisah ini. Betapa tidak, Ia sungguh sadar bahwa perlawanan terhadap-Nya semakin kuat seiring dengan semakin meluasnya dampak dari pengajaran dan pelayanan-Nya. Persepakatan resmi untuk pembunuhan dan penangkapan-Nya sudah direncanakan dan diumumkan oleh para pemimpin Yahudi (Yoh. 11:57). Dalam situasi demikian, Yesus justru dengan sengaja merencanakan dan mengatur sedemikian rupa, bahkan dramatis, perjalanan-Nya ke Yerusalem dipandang sebagai perjalanan menuju saat dan tempat pengurapan-Nya sebagai Raja. Masuk ke Yerusalem dengan rombongan dan perarakan yang khas untuk prosesi pengurapan, penyambutan ala kerajaan pastlah dipahami sebagai pernyataan terbuka yang menantang siapapun yang hendak menghalangi dan melawan-Nya. Ini semua untuk menyatakan Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



93 bahwa inilah hari untuk mengumumkan bahwa semakin dekatlah saat yang dinantikan itu, bahwa Yesuslah Mesias. Bayangkanlah peristiwa itu terjadi ketika umat Israel dalam jumlah yang sangat besar berkumpul di Yerusalem untuk persiapan perayaan besar, Paskah dan Hari raya Roti Tak Beragi. Ketegasan itu dinyatakan juga secara verbal (dengan kata-kata), ketika orang Farisi yang menyertai Yesus meminta-Nya menegor muridmurid-Nya yang menyanyikan syair mazmur: “Diberkatilah Dia yang datang sebagai Raja dalam nama Tuhan,...” (ayat 38). Yesus menjawab: “Aku berkata kepadamu: Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak.” Dengan ini Yesus menegaskan bahwa inilah harinya, tak ada apapun dan siapun yang dapat menghalanginya. Kemarahan semua penentang-Nya sebenarnya bersumber pada ketidakmengertian dan perbedaan pandangan dan sikap dalam hal terwujudnya kerajaan yang dikehendaki Allah. Dengan menggunakan keledai, Yesus mengumumkan kerajaan-Nya sebagai kerajaan damai beralaskan kasih yang akan terwujud dengan menaati secara total dan sepenuh-Nya kehendak Bapa-Nya. Untuknya Ia harus mengosongkan diri , menyangkali kemuliaan-Nya sebagai Anak, merendahkan diri, rela mengorbankan segala-Nya (Fil. 2:6-8) untuk menanggung dosa dan maut, menggantikan dan menebus manusia. Manusia (orang Yahudi) menolaknya karena mereka memahami dan menantikan terwujudnya kerajaan Israel yang menaklukkan segala kerajaan di dunia ini. Karena itu yang mereka harapkan adalah perlawanan dan perang terhadap penjajah. Terhadap pandangan dan sikap demikian, Yesus menyatakan (menubuatkan) apa yang akan terjadi kemudian sebagai akibat dari pilihan yang salah ini (baca ayat 43-44). Sebagai penulis, yang menulis Injil sesudah kejatuhan dan kehancuran Yerusalem pada tahun 70, Lukas meyakini bahwa peristiwa itu telah dinubuatkan oleh Yesus, ketika kaum sebangsanya tetap menolak kerajaan damai yang ditawarkan dan dinyatakan-Nya. Keruntuhan Yerusalem adalah akibat dari pilihan menolak Yesus dan memilih jalan pemberontakan melalui perang. Pokok-pokok yang dapat dikembangkan  Bukan Perang, bukan kekuasaan Umat manusia, sebagaimana halnya orang Yahudi pada zaman Yesus, umumnya menghendaki terwujudnya damai sejahtera dengan cara sebagaimana yang mereka pikirkan: kerajaan yang ditata secara duniawi dalam kebenaran dan keadilan sebagaimana diyakini. Cara-cara yang biasa untuk semua kerajaan pun dipakai. Pasukan berkuda, kereta perang, penaklukan, dan berbagai cara merebut dan mempertahankan kekuasaan demi melindungi diri dan membangun kehidupan duniawi menjadi hal normal. Dalam konteks demikian, jalan Tuhan: kerajaan (kemesiasan) yang bersifat rohani dengan misi kedamaian beralaskan kasih sayang menjadi tak terterima. Dengan mengendarai keledai, Yesus menyatakan jalan lain yang dikehendaki Bapa-Nya: kerajaan damai yang Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



94 hanya mungkin terwujud dengan pengorbanan diri Anak tunggal-Nya, pengorbanan karena kasih untuk dunia yang berdosa. Pengorbanan yang hanya mungkin karena kasih yang memberi diri (beranugrah). Pemberian diri yang hanya mungkin karena penyangkkalan kemuliaan/pengosongan diri untuk menjadi hamba yang taat sampai mati.  Akuilah Yesus sebagaina dikehendaki-Nya Mengaminkan karya penyelamatan Kristus melalui pengakuan iman dalam liturgi dan kata-kata dalam hidup sehari-hari mungkin tidak terlalu sulit. Tetapi amatlah sering kita mengalami kesulitan untuk mengakui Dia sebagaima Ia menghendaki-Nya. Ia menghendaki kita menerima-Nya, dan karena itu mengakui jalan yang dilalui-Nya untuk menyelamatkan kita. Murid-murid Yesus masih terjebak dalam pemahaman dan pengharapan mesianis orang Yahudi, maka mereka menghendaki Yesus menjadi Mesias sebagai yang mereka harapkan. Mereka mau mengakui Yesus sebagai Mesias tetapi seperti yang mereka kehendaki, bukan seperti yang Yesus sendiri kehendaki. Kita tergoda untuk membangun kerajaan bagi diri dan kelompok kita sendiri sebagimana yang kita impikan dan kehendaki. Keinginan berkuasa dan diakui sebagai raja kecil, ingin dipuji dan dihormati sebagai penentu, membuat kita sulit mengalami kerajaan damai beralaskan kasih sayang. Dalam hal ini, nasehat Paulus kepada orang Kristen di Filipi untuk meneladani Yesus menjadi sangat relevan (Fil. 2: 5-8).  Merendahkan diri (rendah hati) tak mengurangi apapun Yesus ditinggikan justru karena Ia datang dan memerintah dalam damai dengan kasih. Tak satu bagian pun pada diri-Nya yang menjadi buruk dan memalukan hanya karena Ia mengalami segala bentuk perlakuan buruk. Mengikut Yesus dengan setia melalui jalan yang telah dilalui-Nya adalah tidak lazim di dunia ini. Kalau kita ditolak, dihina dan bahkan diperlakukan tidak wajar karena memilih jalan-Nya, itu tidak akan mengurangi apapun. Tetaplah rendah hati dan menjadi pembawa damai, apapun masalahnya dan bagaimanapun situasinya karena itulah jalan Yesus untuk mewujudkan kerajaan-Nya.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



95 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 15-20 April 2019



TETAPLAH RENDAH HATI (Tontongko Umpamadiong Penaa) Filipi 2:1-11 Tujuan: 1. Warga Jemaat mengerti dan memahami arti Kerendahan Hati Yesus 2. Warga Jemaat Menghidupi Kerendahan Hati Yesus



Pembimbing Teks Filipi 2:1-11 adalah bagian dari nasihat-nasihat Paulus yang diuraikan secara terus terang, menyusul bagian tentang kesaksiannya dalam penjara. Dapat dibayangkan bagaimana perasaan dan sikap dari para pembaca pertama (orang kristen di Filipi) yang mengetahui, atau setidaknya membayangkan, keadaan Paulus dalam penjara. Para pembaca pasti menerima dengan baik oleh karena tentulah nasihat itu berdasar pada kebenaran yang diyakini dan dihidupi oleh Paulus yang teraniaya karena Injil. Nasihat-nasihat Paulus menempatkan Kristus sebagai pusat, dirangkainya dalam kesadaran diri bahwa kecenderungan menjadikan diri sebagai pusat (menjadi raja kecil) adalah masalah terbesar dalam kehidupan manusia, sebagaimana nyata juga dalam kehidupan orang Kristen di Filipi. Tak mungkin menjadi rendah hati, jika kita masih menempatkan diri sebagai pusat. Untuk itu, meneladani Kristus yang mengosongkan diri-Nya sendiri (ayat 7) adalah jalan yang ditentukan untuk setiap pengikut-Nya. Kegiatan: 1. Masing-masing peserta ibadah membaca secara brulang bagian yang menyentuhnya secara khusus, kemudian menghubungkannya dengan satu atau dua peristiwa berkesan dalam hidupnya yang dianggap kenamengena dengan bagian perikop yang menjadi perhatian khususnya (5 menit). Beri kesempatan untuk memilih satu orang teman untuk berbagi pengalaman dan pemahaman (5 menit). Jika ada yang bersedia berbagi dalam kelompok besar, boleh diberi kesempatan kepada satu atau dua orang. 2. Percakapkanlah:  Apa penyebab paling mendasar dari kesulitan untuk menjadi rendah hati. Apa tu mandu menggaronto’ anna butung magasa tu umpamadiong penaa?  Bentuk disiplin rohani bagaimana yang akan dikembangkan sebagai latihan untuk menumbuhkan sikap rendah hati. Umba susi tu sukaran kapatonganan ladisoyanan anna tu’tuan lobo’ tu kamadiongan penaa. Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



96 Bahan Khotbah Kamis Putih



Tanggal 18 April 2019



BERBAGI KASIH DALAM HIDUP (Untaa Pa’kaboro’ lan Katuoan) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 116:12-19 : Keluaran 12:12-15 : 1 Korintus 11:23-34 (Bahan Utama) : Yohanes 13:1-17 : Mazmur 76:12 : Yohanes 13:14-15



Tujuan: 1. Jemaat memahami arti dan makna pengorbanan Yesus. 2. Jemaat menghidupi makna kamis putih dalam bentuk berbagi kasih. Pemahaman Teks Mazmur 116:12-19 merupakan tanggapan pemazmur atas kebajikan Tuhan terhadap dirinya, dengan seruan akan membayar nazar melalui korban syukur (ay. 12-14, 17). Hal ini terjadi karena pemazmur telah mengalami keselamatan dan pembebasan dari Tuhan. Keluaran 12:12-15 berkisah tentang tindakan pembebasan Allah dari beban kehidupan yang dialami umat-Nya di Mesir. Tuhan memerintahkan Israel untuk menyembelih anak domba dan memakannya bersama dengan roti yang tidak beragi. Peristiwa paskah ini mengingatkan umat Israel di Mesir dan keturunannya, bahwa Allah betul-betul hadir menghukum orangorang Mesir dan membebaskan umat-Nya dari perbudakan di Mesir. 1 Korintus 11:23-34 Paulus menjelaskan perlunya tindakan kepedulian satu dengan yang lain dalam perjamuan bersama. Penjelasan ini muncul karena kebiasaan perjamuan kudus telah berubah menjadi perkumpulan orang-orang yang justru hanya menikmati makanannya sendiri (ay. 17-22). Padahal, perjamuan kudus merupakan tempat untuk mengingat kembali kepedulian Kristus sebagai bentuk kasih dan pembebasan-Nya bagi keselamatan dunia (ay.23-26). Pengakuan akan tubuh dan darah Kristus ditandai dengan sikap menghormati perjamuan kudus dalam bentuk makan bersama, karena melakukan perjamuan kudus tanpa mengakui tubuh dan darah Kristus sama dengan mengundang hukuman bagi diri sendiri (ay. 2734). Menikmati makanan sendiri dalam perjamuan bersama hanya mendatangkan kecemburuan perkumpulan, sebab orang yang tidak punya makanan akan merasa malu jika orang lain tidak berbagi makanan. Yohanes 13:1-17 menguraikan bagaimana Yesus mengawali tindakan kasih dengan cara membasuh kaki murid-muridNya (ay.4-5). Yesus menyampaikan bahwa Ia telah mengambil peran yang sangat rendah untuk melayani mereka. Sebab itu para murid hendaknya berpikir bahwa melayani Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



97 bukanlah tindakan rendah. Alasannya jelas, Yesus sendirilah yang justru telah merendahkan diri untuk melayani mereka (ay.15). Yesus berkata, "Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya" (ay. 17). Korelasi bacaan Keempat bacaan pada dasarnya memperlihatkan tanggapan terhadap karya kasih Allah yang telah membebaskan umat-Nya. Keluaran 12 dan Mazmur 116 sama-sama berbicara mengenai response bagi karya pembebasan Tuhan, baik bagi umat Israel secara menyeluruh, maupun bagi pemazmur secara pribadi. Demikian pula dengan surat 1 Korintus 11 yang menjelaskan makna perjamuan kudus sebagai tempat untuk mengingat kembali kasih Kristus kepada umat-Nya, serta Injil Yohanes 13 yang memuat perintah Yesus bagi para murid untuk saling membasuh sebagai response terhadap tindakan Yesus yang telah membasuh kaki mereka. Pokok-Pokok Pengembangan Khotbah  Dalam 1 Korintus 11:23-26 Paulus menyampaikan agar warga jemaat Korintus tidak mengedepankan kehendaknya sendiri. Berkaitan dengan hal tersebut, Paulus menjelaskan tindakan Yesus dalam perjamuan yang justru berkenan memberikan hidup-Nya kepada para murid. Dalam perjamuan itu, Yesus memecah-mecahkan roti dan membagikannya kepada para murid sebagai ungkapan penyerahan diri-Nya. Roti sebagai lambang berkat dan cinta kasih adalah bentuk penyelenggaraan ilahi yang harus dipecahkan dan dibagikan supaya tidak ada yang yang kelaparan secara rohani. Dengan menyantap roti kehidupan, kita menjadi milik-Nya dan berjuang hidup berdasarkan apa yang Ia inginkan yaitu hidup yang berbagi kepada semua.  Saling berbagi dalam perjamuan adalah bentuk kepedulian yang harus nampak dalam tindakan kasih, seperti Yesus yang telah berbagi dalam perjamuan malam bersama dengan murid-muridNya. Yesus tidak hanya membagi makanan, tetapi Dia justru membagi kasih-Nya dengan jalan membasuh kaki murid-muridNya. Secara fisik ia memperlihatkan kepada murid-Nya bahwa Dia tidak hanya mengasihi para murid-Nya dengan makanan dan kata-kata, tetapi justru melalui tindakan-Nya.  Kisah pembasuhan kaki dalam perjamuan bersama merupakan awal dari kisah sengsara Yesus, bahwa untuk membebaskan manusia dari dosa Yesus memilih jalan penderitaan. Tindakan ini tidak lazim karena pembasuhan kaki dilakukan oleh Yesus yang mereka akui sebagai Guru dan Tuhan dan yang selama ini diakui oleh para murid memiliki kewibawaan yang datang dari Allah.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



98  Di sini kewibawaan tidak digunakan untuk mendahulukan kepentingan pribadi, tetapi untuk melayani. Yesus yang memiliki kewibawaan Ilahi, justru berkenan merendahkan diri-Nya dengan jalan membasuh kaki para murid-Nya. Yesus memandang hidup-Nya sebagai pelayan demi keselamatan manusia, “Aku datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani (bnd. Mrk.10)  Kisah pembasuhan kaki yang dilakukan oleh Yesus terhadap muridmurid-Nya di kemudian hari disebut sebagai perayaan Kamis Putih yang mengingatkan kita tentang betapa perlunya kita saling melayani dan saling menguatkan satu dengan yang lain.  Kamis Putih dilakukan sebelum Paskah. Dalam ibadah tersebut jemaat dapat melakukan tindakan saling membasuh kaki sebagai peringatan dan perintah Yesus yang mencuci kaki para murid-Nya. Dengan demikian ibadah kamis Putih merupakan penghayatan terhadap kasih Yesus sebagai seorang hamba yang disimbolkan dengan membasuh kaki para murid-Nya.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



99 Bahan Khotbah Jumat Agung



Tanggal 19 April 2019



KASIH YANG TAK TERPERIKAN (Pa’kaboro’ tangdisandak maparri’na) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 22:2-6 : Yesaya 52:13-15 (Bahan Utama) : Ibrani 4:14-5:10 : Yohanes 19:28-30 : Mazmur 22:26-27 : 1 Petrus 4:7-8



Tujuan: 1. Jemaat memahami mengapa Yesus rela mati bagi dunia ini 2. Jemaat menjalani hidupnya dalam kerelaan mengasihi.



Pemahaman Teks Mazmur 22:2-6 ini adalah yang pertama dari deretan mazmur kesengsaraan. Mazmur ini menjadi sangat menarik perhatian, selain karena dipakai Tuhan Yesus saat berada di kayu salib, juga karena kata-katanya yang memang menarik. Di dalam mazmur ini ada perpaduan aneh antara keluhan dan pujian. Sangat menarik bahwa pemazmur tidak kehilangan iman ketika mengalami penderitaan yang hebat. Dia merasa ditinggalkan oleh Allah, tetapi dia mengakui bahwa Allah itu dekat. Dalam mazmur ini tidak disebutkan tentang dosa sebagai penyebab dari penderitaan. Juga tidak ada pembelaan karena keadaan tidak bersalah, serta tidak ada pengakuan bahwa diri benar dan tidak ada pembalasan dendam. Karena itu, kata-kata tersebut secara khusus cocok dengan penderitaan Kristus, walaupun dalam makna utamanya kata-kata itu didasarkan pada pengalaman pribadi sang pemazmur. Yesaya 52:13-15 berbicara tentang penderitaan dan penolakan Mesias sebagai hamba. Padahal karena keberadaannya sebagai hamba yang menderita, banyak orang akan diampuni, dibenarkan, ditebus dan disembuhkan. Apa yang dilakukan Sang Hamba adalah demi menuntaskan panggilan-Nya menjadi terang bagi bangsa-bangsa. Perikop ini merupakan puncak dari sederetan nyanyian hamba Tuhan (Yes. 40:1-7; 42:1-6; 50:4-6). Perikop ini telah menjadi inspirasi bagi penulis Perjanjian Baru untuk memahami tindakan Allah yang berinkarnasi (menjelma menjadi manusia) untuk menyelamatkan manusia. Jangan lupa, nyanyian Hamba ini tidak berhenti sampai kematian-Nya yang menggantikan hukuman dosa, melainkan terus sampai pada kebangkitan-Nya sebagai pemenang tunggal atas kuasa dosa dan maut. Dia yang telah menang berhak atas semua orang, yang oleh penderitaan-Nya, telah dimerdekakannya dari dosa. Oleh karena itu, respon yang paling tepat bagi mereka yang ditebus adalah menghambakan diri kepada-Nya. Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



100 Ibrani 4:14-5:10, menjelaskan secara rinci mengenai Imam Besar kita. Dulu imam besar Israel hanya memasuki tempat yang Maha Suci di Bait Allah sekali dalam setahun. Namun Imam Besar kita lebih Agung, karena Dia telah melintasi semua langit. Ia berada di tempat Maha Kudus selaku Imam Besar kita. Hak-Nya untuk memperoleh kedudukan itu dijamin oleh kematian dan kebangkitan-Nya. Sebagai Imam Besar, Ia sangat mengenal kebutuhan, kekhawatiran, pencobaan dan persoalan kita, sebab Ia juga pernah dicobai tanpa tunduk kepada pencobaan itu. Dia sepenuhnya tahu mengenai segala bentuk dosa, meskipun Dia sendiri tidak berbuat dosa. Puncak pengenalanNya akan dosa diperoleh-Nya ketika Dia mengambil alih segenap dosa kita untuk dipikulnya di Kalvari. Sekarang Ia berada di hadirat Allah dan kita dapat menghampiri-Nya setiap saat. Yohanes 19:28-30 mengisahkan keadaan Yesus di atas kayu salib. Sangat menarik bahwa penulis menggunakan kata “sesudah itu”. Artinya, karena Yesus tahu sepenuhnya bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia: supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci, "Aku haus!" Dia tahu bahwa sebentar lagi Dia pasti mati, dan dengan kematianNya segala sesuatu memang telah selesai. Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus. Anggur asam adalah minuman murah yang disukai oleh prajurit. Tampaknya prajurit itu menyediakan bunga karang seandainya mereka mau memberikan anggur asam kepada mereka yang disalibkan, karena orang yang disalibkan tidak dapat minum dari mangkok. Minuman ini lain dari anggur bercampur mur dalam Markus 15:23. Tampaknya anggur bercampur mur menjadi semacam obat bius yang meredakan rasa sakit, maka ditolak oleh Tuhan Yesus, karena Dia merasa Dia harus sadar mengalami penderitaan itu. Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia, "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya. Penderitaan Yesus dalam menyediakan penebusan bagi umat manusia yang jatuh, kini sudah berakhir. Karya penebusan sudah selesai. Dia telah menanggung hukuman bagi dosa kita, sambil membuka jalan keselamatan untuk semua orang. Keempat bacaan Alkitab hari ini menjelaskan, bagaimana penderitaan dan kematian Tuhan Yesus di atas kayu salib sebagai wujud kasih-Nya untuk menyelamatkan manusia dan dunia dari kebinasaannya. Perbuatan Allah itu telah “dinubuatkan” dalam Perjanjian Lama (Mis. Mazmur 22 dan Yesaya 52:13-15) dan digenapi dalam Perjanjian Baru (Mis. Yohanes 19 dan Ibrani 4:14-5:10). Semua itu terjadi karena besarnya kasih Tuhan pada dunia dan segala yang ada di dalamnya. Karena kasih-Nya, Ia rela menaggung penderitaan yang tak terperikan itu. Semua demi dunia dan yang tinggal di dalamnya. Pokok-pokok Pengembangan khotbah 1. Ia rela mati bagi dunia Ini Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



101 Penderitaan Sang Hamba yang dinubuatkan oleh Yesaya, tergenapi di dalam pribadi Tuhan Yesus Kristus yang kematian-Nya kita peringati hari ini. Semua penderitaan itu dialaminya karena Ia menyerahkan seluruh kehidupan-Nya kepada Bapa-Nya, begitu kata Ibrani 5:7-8 “Dalam hidupNya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya”. Mengapa Ia mau menyerahkan seluruh hidup-Nya kepada Bapa? Kata menyerah, seperti halnya kata tunduk, adalah kata yang tidak disukai, karena menyiratkan kekalahan, dan tidak ada orang yang ingin kalah. Mengalah memberikan gambaran yang tidak menyenangkan karena itu berarti mengakui kehebatan orang lain. Kata ini hampir selalu dipakai dalam konteks negatif. Dalam kebudayaan persaingan pada masa kini, kita diajar untuk tidak pernah menyerah dan pasrah karena itu kita tidak sering mendengar tentang menyerah. Kalau menang adalah segalanya, maka menyerah tidak pernah terpikirkan. Kita lebih memilih berbicara tentang kemenangan, keberhasilan, kemampuan mengatasi dan menaklukkan daripada mengalah, tunduk, taat, dan menyerah. Namun demikian, penyerahan pada Tuhan adalah inti hidup beriman kita. Itu adalah respon alami terhadap kasih dan belas kasihan Tuhan yang luar biasa. Kita memberikan diri kita kepada-Nya, bukan karena ketakutan atau kewajiban, melainkan dalam kasih, karena “Allah lebih dahulu mengasihi kita”. Sembilan puluh lima persen tidaklah cukup. Tuhan menginginkan seluruh kehidupan kita. Ada tiga penghalang yang menghalangi penyerahan diri secara total kepada Tuhan: ketakutan, keangkuhan dan kebingungan. Pertama, Ketakutan. Apakah aku dapat mempercayai Tuhan? Percaya adalah unsur terpenting dalam penyerahan. Kita tidak akan berserah kepada Tuhan kecuali kita percaya kepada-Nya. Namun kita tidak dapat percaya kepadaNya sebelum kita juga mengenal Dia dengan lebih baik. Ketakutan menghalangi kita untuk menyerahkan diri, tetapi kasih membuang segala ketakutan. Semakin kita menyadari betapa besarnya Tuhan mengasihi kita, semakin mudah kita berserah. Bagaimanakan kita tahu bahwa Tuhan mengasihi kita? Pernyataan paling besar dari kasih Tuhan adalah pengorbanan-Nya untuk kita. Jika anda ingin tahu seberapa pentingnya anda bagi Tuhan, pandanglah Kristus dengan tangan yang terentang di kayu salib, yang berkata: “Aku mengasihimu sebesar ini” Ingat, usiaNya baru 33 tahun. Di usia itu Ia mendapat hukuman mati. Pada saat itu penyaliban adalah kematian yang paling kejam. Hanya penjahat-penjahat besar yang menerima hukuman seperti ini. Tidak seperti penjahat lainnya, tangan dan kaki Yesus dipakukan ke salib. Ukuran setiap paku Antara 6 sampai 8 inci. Paku Didorong masuk ke dalam pergelangan tangan-Nya, Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



102 Bukan di telapak tangan seperti yang sering digambarkan. Ada otot dalam pergelangan tangan yang memanjang sampai ke bahu. Tentara Romawi tahu, jika paku didorong ke dalam pergelangan tangan maka otot itu akan rusak dan pecah. Dalam keadaan itu, Yesus menggunakan punggung-Nya untuk menopang diri sehingga Ia bisa bernafas. Kedua kaki-Nya dipakukan bersama. Yesus dipaksa untuk menopang diri-Nya di atas sebuah paku menembus kaki-Nya masuk tertusuk ke dalam kayu salib (bisakah anda membayangkan sakitnya berdiri dalam posisi itu?). Yesus tidak dapat menopang diri-Nya dengan kaki-Nya karena kesakitan. Jadi Ia dipaksa untuk mengelok-elokkan punggung dan kaki-Nya hanya untuk dapat bernafas. Bayangkan perjuangan, sakit, penderitaan dan keteguhan hati-Nya Yesus menahan kenyataan ini lebih dari 3 jam. Ya, lebih dari 3 jam! Bisakah anda membayangkan penderitaan yang Ia alami? Beberapa menit sebelum Yesus mati, darah berhenti mengalir dan tubuh-Nya mulai mengeluarkan air melalui luka-lukaNya. Dari gambar yang sering kita lihat, terdapat lukaluka di tangan dan kaki, serta luka cambuk di punggung-Nya. Tapi apakah kita pernah menyadari luka yang ada di dalam tubuh Yesus? Sebuah palu mendorong paku-paku besar menerobos pergelangan tangan-Nya, kedua kakinya dipaku dengan sebuah paku yang besar. Sebuah paku yang besar dipakukan melalui lengan-Nya. Kemudian tentara Romawi menusuk punggung-Nya dengan tombak. Darah-Nya pun habis. Kini hanya air yang mengalir dari luka-luka-Nya. Tubuh manusia dewasa berisi 3,5 liter darah. Jadi 3,5 liter darah habis keluar dari tubuh-Nya. Ada tiga paku besar ditusuk ketubuh-Nya sebuah mahkota duri di kepala-Nya, tentara Romawi menikam dada Yesus dengan tombak. Yesus harus menanggung semua ini karena Ia mengasihi kita. Tuhan adalah seorang kekasih dan pembebas, dan berserah kepada-Nya mendatangkan kebebasan, bukan ikatan. Ketika kita sepenuhnya berserah kepada-Nya, kita menemukan bahwa Ia bukanlah seorang tiran (raja atau penguasa yang lalim), melainkan seorang Juruslamat; bukan seorang atasan, melainkan seorang saudara; bukan seorang diktator (kepala pemerintahan yang mempunyai kekuasaan mutlak), melainkan seorang sahabat. Kedua, Keangkuhan. Akuilah bahwa kita terbatas. Dalam banyak kesempatan kita terlalu angkuh untuk mengakui bahwa kita hanyalah ciptaan dan tidak berkuasa atas segala sesuatu. PGT Bab III ayat 1 berkata, “manusia diciptakan oleh Allah menurut gambar-Nya”. Gambar Allah adalah hubungan dalam tanggung jawab dengan Allah, dengan sesama manusia dan dengan alam semesta, dalam pengenalan yang benar, kesucian, kebenaran dan kasih. Iblis telah menggoda manusia pertama dengan berkata: “Kamu akan menjadi seperti Allah”. Keinginan untuk berkuasa sepenuhnya adalah penyebab banyak tekanan dalam hidup. Ingat, kita bukanlah Tuhan, dan tak akan pernah menjadi Tuhan. Karena itu manusia harus berhenti dari usahanya untuk menjadi Tuhan, Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



103 serta menerima kenyataan, bahwa kita adalah manusia, ciptaan Allah dan bukan Allah. Ketiga, Kebingungan. Taatlah dalam keadaanmu sebagai ciptaan. Berserah kepada Tuhan bukanlah tindakan pasrah yang pasif atau fatalisme yang kemudian dijadikan alasan untuk bersikap malas. Itu bukan sikap menerima status quo. Tuhan memanggil orang-orang yang berserah untuk berperang bagi-Nya. Berserah bukanlah untuk para penakut dan yang membiarkan dirinya diinjak. Yesus taat dan setia menjalani “jalan salib” sampai tuntas. Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai (Yoh. 19:28) “Berkatalah Ia Sudah selesai (Yoh. 19:30). Yesus tahu bahwa semua yang dijalani itu sesuai rencana dan kehendak Bapa-Nya. Karena itu melalui kematian-Nya, Ia telah menyelesaikan dan mewujudkan penebusan Bapa bagi dunia. Yesus menjadi Anak Domba kurban penghapus dosa, sehingga tidak perlu lagi dipersembahkan korban karena dosa (Ibr. 10:18b). Melalui diri Yesus Kristus yang tersalib, tabir penyekat Allah dengan manusia disingkapkan dan dikoyakkan, sehingga hubungan Allah dengan manusia dan segala ciptaan menjadi baru. Allah menjangkau dan merangkul kembali manusia melalui jalan salib, jalan hina dan keji, karena Allah hendak menunjukkan betapa besar kasih-Nya kepada manusia yang hina dan keji karena dosadosanya. Kasih yang besar dari Allah mengharuskan Ia mengorbankan anak-Nya yang tunggal menjadi tebusan untuk manusia yang sesungguhnya tidak layak itu “Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu” (1 Kor. 6:20). Hanya di dalam darah Yesus yang tertumpah manusia menemukan kembali jati dirinya sebagai anak-anak Allah. Hanya melalui Imam Besar sejati, manusia berjumpa kembali dengan Allah Sang Pencipta. Ingat, berserah bukanlah menekan kepribadian kita. Pernyataan terbaik dari sikap berserah adalah ketaatan. Kita berkata ya pada apa yang Tuhan minta dari kita. Kebingungan tidak akan membawa kita pada ketaatan. Kebingungan akan membinasakan kita. Menjalani Hidupnya Dalam Kerelaan Mengasihi. Manusia cenderung tidak mampu memberlakukan kasih yang sejati. Sebaliknya, manusia justru semakin giat membangun tembok-tembok pemisah . Peristiwa salib dan kematian Yesus menginspirasi kita untuk mengoreksi dan menilai ulang sikap dan perilaku kita. Ketidakberesan manusia tidak menghalangi dan membatasi kasih agung mulia dan tulus-iklas. Rencana Allah tidak terbelenggu perlawanan dan atau rancangan dan kesuksesan manusia. Ingat, kesempatan-kesempatan besar datang hanya sesekali, tetapi kesempatan-kesempatan kecil ada di sekitar kita tiap saat, melalui tindakan sederhana seperti mengatakan kebenaran, bersikap sopan dan mendorong semangat orang lain. Semua itu mendatangkan dampak besar bagi mereka yang merasakannya. Tidak ada kasih tanpa ketaatan kepada perintah. Jika selama ini kita berpikir, bahwa kita tahu di mana Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



104 TUHAN tinggal, maka kita tahu apa yang DIA sukai dan kita yakin, bahwa kita tahu apa yang DIA tidak sukai. Kita telah mempelajari firman TUHAN dan surat-surat cinta tua-Nya kepada begitu banyak gereja, sehingga kita menyatakan bahwa kita mengetahui segalanya tentang TUHAN. Namun demikian, satu perenungan mendalam yang patut digumuli, ialah bukan soal berapa banyak yang kita ketahui tentang DIA, melainkan apakah kita sungguh mengenal DIA dan mengasihi DIA?



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



105 Bahan Khotbah Sabtu Sunyi



Tanggal 20 April 2019



SUNYI DAN MENCEKAM (Makarorrong sia Metakuran) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 31:1-4 : Ratapan 3:1-9 : 1 Petrus 4:1-8 : Yohanes 19:38-42(Bahan Utama) : Mazmur 50:14 : 1 Petrus 4:7-8



Tujuan: 1. Jemaat memahami bahwa orang percaya tidak luput dari kesusahan dan penderitaan. 2. Jemaat mengimani, bahwa kematian Kristus memberi harapan akan hidup yang kekal.



Pemahaman Teks Mazmur 31:1-4 ini termasuk dalam kelompok mazmur kepercayaan dan pengabdian. Dalam mazmur ini diungkapkan kepercayaan seseorang terhadap integritas dan pertolongan Allah dalam berbagai situasi hidup yang dialami oleh pemazmur, yakni Daud. Teks bacaan adalah doa yang sifatnya amat pribadi, yang mengungkapkan situasi hidup yang amat berat dan mencekam, serta membuat Daud sangat bersusah hati dan meratap. Bagi Daud tidak ada lagi jalan keluar dari kesusahan itu selain datang kepada Allah, sebab ia dikepung oleh orang-orang yang membencinya dan merancangkan kematian baginya. Satu-satunya tumpuan harapan yang kini ia percayai sanggup menolongnya, hanyalah Allah saja. Ratapan 3:1-9 menjelaskan tentang dua hal yang sangat mendukacitakan Yeremia dan umat Israel, yakni kehancuran Yerusalem tempat Bait Allah berada, serta pembuangan ke Babel. Yeremia meyakini bahwa kesusahan yang dialaminya bersama umat Israel adalah hukuman Allah atas kedegilan hati mereka. Mereka tidak mau mendengarkan tuntunan Tuhan melalui nabi-Nya. Dosa telah menjadi perintang bagi doadoa mereka kepada Allah dan telah membuat semua jalan sepertinya menjadi buntu dan tidak ada lagi jalan keluar. Hanya ratapan dan kesusahan hatilah yang mewarnai hari-hari mereka yang jauh dari Tuhan dan jauh pula dari negeri mereka. Mereka menjadi bangsa yang kehilangan harga diri dan kehormatan sebagai umat pilihan. Satu-satunya jalan untuk semua ini ialah berbalik kepada Tuhan dengan segala pengakuan dosa dan kerelaan untuk diubahkan-Nya dalam rancangan-Nya. Surat 1 Petrus 4:1-8 adalah surat pengharapan kepada orang-orang percaya perantau atau pendatang di seluruh wilayah Asia Kecil kekaisaran Romawi. Surat ini berisi penegasan tentang identitas orang percaya kepada Kristus, serta pergumulan yang akan mereka hadapi dan pengharapan yang dimiliki di balik semua kesusahan dan penderitaan karena iman kepada Kristus. Secara khusus, teks bacaan menyinggung soal hubungan orang Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



106 percaya dengan Kristus, termasuk dalam penderitaan dimana penderitaan Kristus menjadi teladan. Penulis surat ini mengingatkan orang percaya untuk selalu insaf bahwa hidup yang mereka jalani dalam iman kepada Kristus adalah hidup yang tidak mudah, melainkan sarat dengan kesusahan bahkan penderitaan seperti yang telah dialami oleh Yesus sendiri. Mereka juga diajak untuk menggunakan waktu yang ada dengan tidak berbuat dosa, melainkan hidup melakukan apa yang Allah kehendaki, sebab Kristus akan menghakimi setiap orang pada waktunya. Yohanes 19:38-42 menjelaskan, bahwa segala perjalanan pelayanan Yesus yang ditandai dengan pengajaran, teguran dan juga mujizat pada waktunya harus berakhir dalam penderitaan yang berujung kematian. Hiruk pikuk dari keramaian orang yang mencari-Nya dan juga di antara para murid telah berubah menjadi kesunyian yang mencekam ketika Yesus harus mati di kayu salib. Tidak banyak lagi orang yang mau mempedulikan tubuh-Nya yang telah membujur kaku di salib, selain dari mereka yang sungguh-sungguh mengasihi-Nya dan menaruh harap pada-Nya. Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus murid yang tidak masuk kelompok 12 murid, justru menjadi bagian dari orang-orang yang masih peduli padaNya sekalipun Ia sudah mati. Dua orang inilah yang bersama dengan beberapa orang terdekat Yesus berusaha supaya jenazah Yesus tetap diperlakukan dengan hormat menurut adat Yahudi dan menaruh-Nya pada kubur yang telah dibuat oleh Yusuf dari Arimatea. Pada waktunya, di kubur inilah peristiwa kebangkitan Yesus dari antara orang mati terjadi sesuai dengan janji-Nya. Korelasi bacaan Keterkaitan yang tampak jelas di antara semua bacaan, ialah bahwa penderitaan adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam hidup orang percaya sekalipun, baik itu derita sebagai buah dari dosa ataupun derita karena iman kepada Allah Bapa. Derita dan kesusahan selalu menghadirkan ratapan, penyesalan dan juga nada keputusasaan sehingga penting untuk memiliki pengharapan dalam iman. Seperti Kritus telah menderita kitapun akan menanggung derita. Namun pada waktunya, Allah pasti mengubah kesunyian hidup menjadi gegap gempita, serta mengubah kain perkabungan menjadi sukacita dalam pengharapan akan kebangkitan Kristus. Pokok-pokok pengembangan khotbah 1. Realitas Penderitaan Pertanyaan penting dari pokok ini ialah dari mana datangnya penderitaan/kesusahan itu atau mengapa kita menderita? Dalam teks bacaan kita, kita menemukan 3 hal yaitu: karena dosa, karena kebencian orang lain dan karena Allah izinkan. 2.



Derita Kristus sebagai Teladan Penghiburanlah yang dibutuhkan ketika penderitaan sedang menerpa hidup kita. Dalam kontek iman, penghiburan itu kita dapat ketika



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



107 kita sadar bahwa Tuhan Yesus juga telah menempuh segala penderitaan bahwa kematian karena dosa manusia, karena ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa dan karena kasih-Nya kepada umat manusia. 3.



Lubang Kubur adalah pembaringan sementara Kisah pelayanan Kristus yang berakhir dengan kematian di salib, diikuti pula dengan kesunyiaan yang mencekam. Saat Ia mati, hanya segelintir orang saja yang masih peduli pada-Nya dan mau mengurus jenazah-Nya sampai ke dalam lubang kubur. Dalam pikiran manusia, kubur ini adalah akhir segala-galanya. Tetapi dalam iman kepada Kristus, lubang kubur hanyalah tempat pembaringan sementara. Pada waktu yang Allah tentukan sendiri di tempat itu pula mereka yang dikasihi-Nya menyaksikan kebangkitan-Nya yang menjaminkan kebangkitan untuk hidup yang kekal dan pada waktu-Nya Ia akan menghakimi setiap orang. Kalau semua orang akan mati seperti Yesus, maka penting untuk memaknai hari-hari hidup dengan melakukan apa yang Allah kehendaki.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



108 Bahan Khotbah Minggu ke-16 Paskah



Tanggal 21 April 2019



DIA TELAH MENGATAKANNYA (Iamo mangka umpokadai) Mazmur Pujian Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 118:1-12 : Yesaya 65:17-25 : 1 Korintus 15:19-26 : Lukas 24:1-12 (Bahan Utama) : 1 Tawarikh 16:29 : Roma 6:20-23



Tujuan: 1. Jemaat memahami arti kebangkitan Yesus 2. Jemaat meyakini kebangkitan Kristus dan menyaksikannya dalam kehidupan tiap hari.



Pemahaman Teks Mazmur 118:1-12 merupakan pujian yang dinyanyikan bangsa Yahudi pada masa Paskah. Mazmur 118 ini memiliki kesetaraan dengan Mazmur 113 yang mengungkapkan perbuatan Tuhan yang dahsyat untuk membebaskan umat-Nya dari keterpurukan. Kesulitan yang dialami oleh umat Tuhan sesungguhnya amat menakutkan, namun Tuhan tetap memberikan pertolongan bagi umat-Nya (ay. 10-12). Di masa Paskah ini, Mazmur 118 menjadi perenungan sebagai pengungkapan syukur atas kemenangan Tuhan Yesus yang bangkit dari kematian. Yesaya 65:17-25 memperlihatkan adanya kehidupan baru yang merupakan bentuk penggenapan dari janji Tuhan bagi umat pilihan-Nya. Tuhan sendirilah yang berprakarsa dalam mewujukan langit yang baru dan bumi yang baru (ay. 17). Langit dan bumi yang baru merupakan gambaran pemenuhan janji Allah akan datangnya Yerusalem yang baru, di mana setiap umat yang percaya kepada-Nya dapat menikmati sejahtera yang bersumber dari Tuhan. Umat percaya dapat menikmati segala situasi kehidupan dengan penuh damai, karena anugerah-Nya (ay. 20-25). Surat 1 Korintus 15:19-26 mengarahkan kita untuk melihat kembali pentingnya kebangkitan Kristus yang telah mengalahkan musuh yang terakhir, yaitu maut (ay.26). Kebangkitan Kristus menjadi keutamaan untuk melihat kehidupan yang memiliki makna yang baik dalam persekutuan dengan Kristus (ay.22). Lukas 24:1-12 merupakan kisah kebangkitan Yesus yang diberitakan oleh “sekelompok perempuan” yang awalnya bermaksud pergi ke kubur Yesus untuk membawa rempah-rempah, namun mendapati batu sudah terguling dan tidak lagi menemukan mayat Yesus (ay.1-3 dan ay.10).



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



109 Pokok-pokok Pengembangan khotbah Lukas 24:1-12 dengan Tema “DIA TELAH MENGATAKANNYA” mengarahkan kita untuk mengembangkan pokok-pokok pikiran dengan tetap memperhatikan keterkaitan semua bacaan dalam pekan ini. Beberapa hal yang menarik untuk dikembangkan dalam khotbah adalah: 1. Kerinduan “sekelompok perempuan” mengunjungi kuburan Yesus (ay. 13), ternyata berujung pada penemuan batu yang telah terguling dan kubur yang telah kosong. Rempah-rempah dan minyak mur yang telah mereka persiapkan sejak awal, yakni saat kembali menyaksikan bagaimana mayat Yesus dibaringkan (Luk. 23:55-56 a), dengan maksud untuk menghilangkan bau busuk dan juga sebagai “rasa hormat” mereka atas jenazah Yesus, akhirnya tidak lagi difungsikan. Peristiwa ini mengingatkan betapa mereka memang tidak lagi berpikir tentang kebangkitan Yesus, meskipun Yesus sendiri telah berbicara tentang kebangkitan-Nya saat Ia masih hidup. 2. “Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea” (ay.6b), merupakan jawaban malaikat Tuhan bagi mereka yang termangu-mangu dalam kebingungan. Kebangkitan Yesus merupakan hal yang sesungguhnya sudah disampaikan sebelumnya. Itu sebabnya malaikat bertanya, “mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara yang mati?” (ay.5). Kebangkitan memang merupakan peristiwa yang sulit dimengerti, namun apa yang disampaikan Tuhan, pasti tergenapi. 3. Tindakan sekelompok perempuan setelah mengingat kembali akan perkataan Tuhan Yesus (ay.8-10). Kalangan perempuan yang mengalami perjumpaan dengan malaikat Tuhan di kuburan, kembali diteguhkan dalam keyakinan, bahwa Yesus sungguh-sungguh telah bangkit dari antara orang mati. Mereka pulang dan menceritakan kepada kesebelas murid dan kepada saudara-saudara mereka semua, apa yang dialami di kuburan Yesus. 4. Keraguan para murid dan lainnya (ay. 11-12). Sikap kesebelas murid dan saudara-saudara mereka yang lain dalam mendengar berita dari kalangan perempuan yang kembali dari kubur Yesus, tidak serta merta mempercayainya, “Tetapi bagi mereka perkataan-perkataan itu seakanakan omong kosong ...” (ay. 11). Lain halnya dengan Petrus yang juga diliputi keraguan, bertindak cepat berangkat ke kubur Yesus dan hanya menemukan kain kafan saja di sana (ay. 12). Pokok-pokok yang dapat diaplikasikan Bertolak dari bacaan leksionari pada Paskah ini, beberapa hal yang dapat diangkat dalam penerapan khotbah, yakni: 1. Tuhan tidak akan membiarkan umat-Nya berada dalam situasi terpuruk dan terbelenggu oleh dosa, namun akan mengangkat-Nya dan tetap Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



110 memelihara dengan kasih-Nya. Tuhan sendirilah yang berprakarsa dalam mengangkat manusia dari belenggu dosa dan menganugerahkan keselamatan melalui karya penyelamatan di dalam Yesus Kristus (bnd. Yoh. 3:16; 1 Kor. 15:20; Yes. 65:17-18). 2. “Batu besar penutup kuburan Yesus” yang telah terguling, merupakan satu tanda bahwa Ia telah bangkit. Kebangkitan Yesus dari antara orang mati merupakan pemenuhan janji Allah untuk menyelamatkan manusia dan seisi dunia ini. “Batu besar yang menjadi penghalang” untuk menyaksikan kubur Yesus yang telah kosong sebagai bukti Yesus telah bangkit, kini tidak lagi menjadi penghalang. Kiranya tidak ada lagi “batubatu yang besar” dalam kehidupan kita yang masih menjadi penghalang untuk melihat kebangkitan Yesus, misalnya: keraguan, keutamaan pada pengandalan diri, egois, kesombongan dan lain sebagainya. 3.



Dalam kehidupan bergeraja/jemaat saat ini, partisipasi dan keaktifan mewartakan Injil Yesus Kristus, tidak hanya diperlihatkan kalangan lakilaki, tetapi juga kalangan perempuan. Sekelompok perempuan yang pergi ke kuburan Tuhan Yesus kembali bersemangat menceritakan/mewartakan kebangkitan Tuhan Yesus. Kiranya kalangan perempuan dalam lingkup pelayanan Gereja Toraja tetap mempertahankan dan bahkan semakin meningkatkan keaktifannya dalam mewartakan berita kebangkitan Tuhan Yesus melalui kata dan tindakan nyata.



4.



Tema “DIA TELAH MENGATAKANNYA” mengajak semua umat untuk menyakini janji-janji Tuhan yang telah dinyatakan lewat firman-Nya dan berlaku dalam sepanjang kehidupan kita. Umat Tuhan hendaknya tidak lagi melupakan janji Tuhan dalam kehidupannya. Tuhan akan selalu menuntun kita secara bersama-sama dalam mewartakan berita sukacita tentang kebangkitan-Nya lewat kata dan tindakan nyata, “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat. 28:20b). Amin.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



111 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 22-27 April 2019



DIA TELAH MENGATAKANNYA (Iamo mangka umpokadai) 1 Korintus 15:19-26 Tujuan: 1. Jemaat memahami arti kebangkitan Yesus 2. Jemaat meyakini kebangkitan Kristus dan menyaksikannya dalam kehidupan tiap hari.



Pembimbing Teks 1 Korintus 15:19-26 mengarahkan kita untuk mengerti makna yang terkandung dalam kebangkitan Kristus. Pengharapan kepada-Nya tidak lagi menjadi sia-sia, karena Kristus yang telah dibangkitkan menjadi jaminan hidup selamanya bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya (ay. 9-20). Dosa yang mendatangkan maut ke dalam dunia telah dikalahkan oleh Kristus yang bangkit, sehingga tidak lagi menjadi penghalang untuk menikmati persekutuan dengan Kristus (ay. 21-22). Menurut Paulus, maut adalah upah dosa yang mendatangkan kematian seutuhnya dari kasih karunia Allah (lihat Rm. 6:23). Dalam Roma 5:21 dikatakan bahwa “dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita”. Karena itu, maut adalah musuh menakutkan dan yang terakhir ditaklukkan melalui kebangkitan Kristus, “Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut” (ay.26). Di masa Paskah ini, kita semakin diteguhkan dalam iman untuk melihat kehidupan yang bermakna, karena telah dipulihkan dan mendapatkan semangat baru melalui kebangkitan Kristus. Semangat baru tersebut hendaknya terbangun melalui keaktifan mewartakan berita Injil bagi semua hingga pada “kedatangan Kristus kembali” ke dalam dunia sebagai “Hakim yang Adil” dan memberikan mahkota bagi yang taat kepada-Nya (ayat 23-25; Lihat: Kis. 1:11; 2 Tim. 4:8). Pertanyaan diskusi 1. Apa yang ingin diungkapkan oleh Rasul Paulus dengan kata “maut” dalam perikop bacaan saat ini? Perhatikan ayat 21 dan 26; bandingkan 1 Korintus 15:54-56; Roma 6:23; Roma 7:24. (Apa sitonganna lamorai napokada Rasulu’ Paulus diona “Kamatean” lan pa’basanta? Pemarangai ayat 21 dan 26; pasitiroi 1 Korintus 15:54-56; Roma 6:23; Roma 7:24.) 2. Hal-hal apa saja yang dapat menjadi penghalang dalam melihat dan memaknai dengan benar kebangkitan Kristus dalam kehidupan kita? Perhatikan ayat 19-20, 23; bandingkan Lukas 24:5-9; Wahyu 21:8. Diskusikanlah! (Apa sia tu mendadi sakkalangan untiroi sia umpopa’gai’ tonganni tu kamalimbangunanNa Kristus lan katuoanta? Pemarangai ayat 19-20, 23; pasitiroi Lukas 24:5-9; Wahyu 21:8.) Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



112 Bahan Khotbah Minggu ke-17 (Minggu ke-1 sesudah Paskah)



Tanggal 28 April 2019



DIALAH ALFA DAN OMEGA (Iamo Pamulanna sia Ma’katampakanna) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 118:14-29 : Kisah Para Rasul 5:26-32 : Wahyu 1:4-8 (Bahan Utama) : Yohanes 20:19-31 : Mazmur 118:21 : Yohanes 20:29



Tujuan: 1. Jemaat memahami dan meyakini bahwa Allah tidak pernah meninggalkan umatNya. 2. Jemaat menjadi saksi yang setia tentang kasih setia Allah dalam Kristus.



Pemahaman Teks Mazmur 118:14-29 tergolong dalam mazmur liturgis, mazmur yang digubah untuk perayaan atau kebaktian khusus. Umumnya digunakan dalam perayaan Paskah. Bagian dari teks mazmur ini juga kerap disebut sebagai Mazmur Mesianis yang digenapi dalam diri Yesus Kristus. Secara utuh mazmur 118 bertutur tentang kasih setia Tuhan yang tak putus atau yang sifat-Nya abadi bagi umat-Nya. Pengalaman iman yang diungkapkan oleh pemazmur, bahwa sekalipun umat-Nya dihajar karena dosa atau kesalahannya tetapi Ia tetap mengasihi mereka dan menjadikan diri-Nya sebagai sumber kekuatan dan pertolongan yang mendatangkan sukcita bagi umat-Nya. Gambaran Mesianis yang ditolak oleh manusia (batu yang terbuang) tetapi di tangan Allah menjadi pengharapan dunia (batu penjuru), menjadi sebuah proklamasi (hari ini) dari pihak Allah tentang anugerah-Nya yang menebus dan menyelamatkan umat-Nya. Tindakan Allah yang seperti itu adalah tindakan yang mendatangkan berkat dan didorong karena kebaikan dan kasih setia-Nya. Respon yang dinantikan adalah pujian haleluya. Kisah Para Rasul 5:26-32 merupakan bagian dari catatan pelayanan para rasul dalam merintis dan membangun kehidupan berjemaat mula-mula. Di satu sisi kesaksian mereka tentang Kristus membuat jumlah orang percaya kian bertambah, tetapi pada sisi lain hidup para rasul menjadi terancam oleh pihak-pihak yang tidak senang dengan pengajaran dan kesaksian mereka tentang Yesus Kristus. Dalam teks ini, kita menemukan intimidasi yang dilakukan oleh para anggota Mahkamah Agama dan Imam Besar terhadap para rasul, tetapi di pihak lain kita melihat keteguhan hati para rasul dalam menghadapi ancaman tersebut. Sikap para rasul dalam mengisahkan ulang penyaliban dan kebangkitan Kristus, menegaskan posisi Yesus yang tinggi, serta mengungkapkan sikap mereka yang “harus lebih taat kepada Allah dari pada manusia”, sungguh menjadi gambaran betapa Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



113 mereka tidak mau bergeming, apalagi mundur dari apa yang menjadi amanah hidup dan tugas pelayanan mereka sebagai saksi Kristus. Pada pihak lain, ini sekaligus merupakan sebuah pukulan keras bagi para pemimpin Yahudi sebagai pihak yang telah menyebabkan derita dan penyaliban atas diri Yesus. Para Rasul berkeyakinan, bahwa Roh Kuduslah yang akan berkarya terus dalam kehidupan setiap orang yang Ia perkenankan, karena kasih dan rahmatNya. Wahyu 1:4-8 berisi penglihatan kepada Yohanes di Pulau Patmos, yakni yang terjadi di tengah-tengah intimidasi yang dilakukan oleh pihak Romawi terhadap umat Tuhan. Mereka mewajibkan semua orang yang berada dalam kekuasaan kekaisaran Romawi untuk tunduk dan menyembah kepada Kaisar yang menganggap dirinya sebagai dewa. Pihak-pihak yang menolak pasti akan dihukum mati. Dalam kondisi ini, Yohanes menyampaikan salam dari Dia yang adalah Alfa dan Omega. Sebuah pernyataan penting untuk menguatkan iman orang Kristen yang diwakili oleh tujuh jemaat. Salam yang menegaskan, bahwa kasih setia dalam Kristus adalah kasih yang tidak ada habisnya, kasih yang tidak putus-putusnya, kasih yang sudah, sedang dan akan terus mereka terima. Yohanes juga meneguhkan pengharapan mereka bahwa kekuasaan Kristus melampaui kekuasaan dan pemerintahan para raja, pembesar termasuk kaisar Romawi. 7 Jemaat atau angka 7 dalam hidup orang Israel selalu berarti kesempurnaan atau keseluruhan yang lengkap, yakni sebuah gambaran akan kesempunaan, keutuhan dan karya penebusan Allah dalam Kristus. Yohanes 20:19-31 adalah bagian dari kisah kebangkitan Yesus Kristus. Sejumlah catatan penting bagi iman Kristiani tertulis dalam bagian ini, yakni pemulihan iman murid-murid yang redup karena derita dan kematian Yesus, tugas pengutusan yang ditandai dengan kehadiran Roh Kudus, pengakuan akan ke-Tuhan-an dan ke-Allah-an Yesus yang diucapkan oleh Tomas, serta catatan penting yang mengungkapkan betapa tidak terjangkaunya karya Allah yang sempurna dalam Yesus. Yohanes memberi kesimpulan penting bagi kita, bahwa maksud dari semua kesaksian, baik oleh para murid, oleh Roh Kudus, maupun juga oleh Yesus sendiri, adalah untuk menegaskan bahwa Yesuslah Mesias dan Anak Allah yang hidup. Dengan demikian, semua orang akan menjadi percaya pada Yesus, yang menjaminkan kehidupan dan kasih yang kekal abadi. Korelasi bacaan Dari keseluruhan teks ini kita menemukan sebuah benang merah yang menghubungkan semuanya yakni penderitaan, tekanan, kesukaran dan intimidasi dari mereka yang menolak Kristus tidak merintangi kasih sayang Tuhan untuk terus Ia nyatakan kepada umat-Nya, karena Dialah Alfa dan Omega.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



114 Pokok-pokok pengembangan khotbah Menjadi pengikut Kristus ternyata bukanlah perkara yang mudah. Kesulitan itu dapat muncul karena orang-orang yang merasa terusik oleh kabar selamat yang diberitakan dalam nama-Nya, tekanan dari pihak penguasa yang tidak mengenal-Nya dan menganggap diri sangat berkuasa ataupun juga ketika Tuhan memberi batu uji dalam kehidupan. Menjadi saksi Kristus mestilah selalu disadari penuh dengan resiko penderitaaan, bahkan ancaman kematian sekalipun. 1. Kasih Setia Tuhan yang tak putus-putusnya Allah adalah Bapa yang penuh kasih. Ia bersedia mengampuni kesalahan umat-Nya dan menegakkannya kembali. Ia menyediakan harihari esok yang lebih baik ganti hari-hari kemarin yang penuh derita. Ia juga menyediakan penguatan dan penghiburan dalam Roh-Nya di tengah berbagai himpitan. Mengapa? Karena Allah peduli. Allah kekal adanya dan kasih setia-Nya pun tidak pernah berakhir. Wujud terbesar dari kasih setia Allah atas hidup umat-Nya adalah betapa kasih setia Kristus tidak akan pernah berubah, baik kemarin, hari ini bahkan selamalamanya. Dialah Alfa dan Omega. Dari Dia segala sesuatu dan akan tertuju pada-Nya jua. 2. Pengharapan yang melampaui apapun Karena kesaksian kita akan karya selamat di dalam Kristus, kita mungkin akan kehilangan nyawa kita dan luput dari ketenangan menjalani hidup. Namun demikian, hal yang tidak bisa diambil dari kita dan tidak bisa digantikan oleh apapun dari dunia ini, ialah kasih Kristus yang kekal. Jaminan penghiburan, penyertaan dan kepastian hidup kekal, adalah pengharapan yang melampaui apapun termasuk penderitaan.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



115 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 29 April-04 Mei 2019



DIALAH ALFA DAN OMEGA (Iamo Pamulanna sia Ma’katampakanna) Kisah Para Rasul 5:26-32 Tujuan: 1. Jemaat memahami dan meyakini bahwa Allah tidak pernah meninggalkan umatNya. 2. Jemaat menjadi saksi yang setia tentang kasih setia Allah dalam Kristus.



Pembimbing Teks Sekilas nampaknya tidak ada hubungan teks ini dengan tema di atas. Tetapi kalau kita perhatikan dengan seksama, maka kita akan menemukan titik temunya pada ayat 30-32. Dalam nas ini, murid-murid merunutkan kembali peristiwa penderitaan Yesus, penderitaan yang sedang mereka alami karena Kristus dan pemeliharaan Roh Kudus atas mereka. Semuanya terjadi karena kasih setia Tuhan atas Israel supaya mereka mau bertobat dan menerima pengharapan yang dijanjikan dalam Kristus yang telah duduk dalam kemuliaan-Nya yang kekal. Kasih setia Allah dalam Kristus dan dalam karya Roh Kudus inilah yang menjadi arah yang selaras dengan tema di atas. Dalam keseluruhan teks kita menemukan beberapa catatan penting, yakni: 1. Adanya ketakutan yang dialami oleh para imam besar Ketakutan yang mereka alami bukanlah terhadap para rasul tetapi dampak yang diakibatkan oleh tugas kesaksian yang mereka kerjakan. Para imam melihat bahwa berita tentang Kristus telah memenuhi Yerusalem dan membuat semakin banyak orang yang percaya. Kepada jumlah yang semakin banyak itulah mereka takut bertindak tegas dan terang-terangan kepada pada rasul (ay. 26) 2.



Pertanggungjawaban iman Teks ini juga memberikan kesaksian iman dari para rasul bahwa tekanan bahkan ancaman dari siapapun tidak boleh mengaburkan misi memberitakan injil Kristus kepada segala bangsa. Ungkapan “lebih takut pada Allah daripada manusia” hendaknya menjadi sebuah prinsip hidup orang-orang percaya yang telah ditebus dan diselamatkan dalam Kristus, serta menjadi ketetapan hati dari setiap saksi Kristus(27-29).



3.



Pengharapan dalam Kristus Apa pengharapan di balik kasih setia Allah yang tidak berkesudahan? Dalam teks ini kita menemukan, bahwa pengharapan kita kepada Kristus tidaklah sia-sia, karena Dia telah ditinggikan dan telah dimuliakan. Juga bahwa Allah dalam Roh Kudus-Nya akan selalu beserta orang-orang yang menaruh harap dan percaya padaNya. Pemeliharaan yang tidak henti, karena Dialah Alfa dan Omega.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



116 Pertanyaan diskusi 1. Dalam suka-duka hidup yang kita jalani, pernahkah kita merasakan bahwa kasih Allah terhenti atau terputus? (Lan a’gan masussa sia manaman tu taolai lan katuoanta, den raka anta sa’dingi kumua ka’tu tu pa’kaboro’na Puang Matua lako kaleta?) 2. Apakah yang mesti kita wujudkan dalam tugas kesaksian kita untuk meyakinkan orang lain, bahwa sungguh Yesus adalah Alfa dan Omega? (Apa tu parallu tapapayan lan kasa’bianta anna manappa’ tu to senga’ kumua ia Tu Puang Yesus inang Iamo tipamulanna sia Ma’katampakanna?)



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



117 Bahan Khotbah Minggu ke-18 (Minggu ke-2 Sesudah Paskah/HARDIKNAS)



Tanggal 05 Mei 2019



AKULAH YESUS YANG ENGKAU ANIAYA (Akumo Yesu, tu mupakario-rio) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 30:1-13 : Kisah Para Rasul 9:1-9 (Bahan Utama) : Wahyu 5:11-14 : Yohanes 21:1-19 : Mazmur 30:5 : Kisah Para Rasul 9:5-6



Tujuan: 1. Jemaat memahami bahwa penganiayaan kepada Kristus bisa dilakukan oleh siapa saja. 2. Jemaat menyadari bahwa penganiayaan kepada murid Tuhan adalah penganiayaan terhadap Kristus.



Pemahaman Teks Mazmur 30:1-13 masuk dalam bagian pertama pembagian Kitab Mazmur yang banyak berbicara tentang manusia dan ciptaan lain di hadapan Allah. Mazmur ini masuk pula dalam kelompok mazmur pujian syukur dan pengakuan akan pertolongan Allah dalam menyelamatkan dan membebaskan umat-Nya (pribadi pun sebagai bangsa). Dalam teks ini kita menemukan sebuah pengakuan dari pemazmur, bahwa ia telah tergoda untuk mengandalkan diri dan tidak lagi menjadikan Allah sebagai sumber keberhasilannya, yakni saat ia merasa keadaannya sangat baik, menikmati kejayaan, kemasyhuran dan kemakmuran. Karena sikap ini, Allah kemudian menarik tangan-Nya yang telah memberkati, membimbing dan yang bahkan telah berperang untuknya. Dampak dari tindakan Allah itu sungguh dahsyat, yakni membuat pemazmur harus berseru-seru dalam kesukaran, dalam perderitaan dan dalam olok-olok yang diterimanya. Pemazmur berusaha membangkitkan pengharapannya lagi dan mengandalkan Allah yang ia percaya dapat mengangkatnya dari kejatuhan. Kisah Para Rasul 9:1-9 adalah penggalan dari kisah pertobatan Saulus dalam perjumpaan-Nya dengan Yesus di jalan menuju Damsyik. Saulus adalah seorang muda (Kis. 7:58) yang menghasut orang untuk membunuh Stefanus dan yang berusaha membinasakan jemaat, serta memenjarakan pengikut-pengikut Kristus di Yerusalem (Kis. 8:1-3). Dalam fanatisme membela ajaran Taurat Yahudi, Saulus bahkan meminta kewenangan yang lebih besar dari Imam Besar untuk memperluas jangkauan penganiayaan terhadap murid-murid Tuhan (Kis.9:1-2). Namun, dalam kewenangan yang besar dan semangat yang berkobar-kobar untuk menganiaya, di jalan menuju Damsyik Saulus justru mengalami peristiwa yang kemudian justru mengubah perjalanan hidupnya dari seorang penganiaya jemaat Tuhan menjadi pengikut Kristus yang taat. Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



118 Dalam teks ini kita melihat 3 hal yang dialami Saulus. Pertama, semangat yang berkobar untuk menganiaya. Kedua, peristiwa saat ia tersungkur di hadapan Yesus yang menjumpainya dan yang memperkenalkan diri sebagai Yesus yang Saulus aniaya. Ketiga, peristiwa saat ia tidak dapat berbuat apa-apa selama 3 hari lamanya (buta, serta tidak makan dan minum) dan siap menuruti perintah Yesus saja (ay. 6). Wahyu 5:11-14 secara khusus berbicara tentang suatu nubuat, suatu pengharapan tentang Anak Domba (Yesus Kristus) yang telah tersembelih (mati karena dosa) namun akan duduk dalam kemuliaan Ilahi, dan segala orang dari segala bangsa akan memuliakan dan memuji Dia. Bahkan semua yang disebut sebagai tua-tua, makhluk-makhluk dan malaikat, tersungkur menyembahNya. Penglihatan ini adalah sebuah pengharapan yang hendak meneguhkan iman orang-orang Kristen yang sedang teraniaya pada masa Yohanes, agar tetap setia dan meyakini bahwa pada waktunya Kristus akan disembah oleh semua orang. Yohanes 21:1-19 menjelaskan sebuah penting, bahwa inti dari segala tulisan dalam Injil Yohanes telah terangkum indah dalam pasal 20:31, “tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya”. Yohanes menekankan kebenaran ilahi yang menjelma di dalam diri Yesus Kristus sebagai respons atas ajaran sesat yang meragukan sifat, kepribadian dan keilahian Kristus. Teks bacaan berbicara tentang kesaksian Yohanes tentang kuasa dan keilahian Yesus ketika Ia menampakkan diri kepada para murid di pantai danau Tiberias pasca kebangkitan-Nya. Ada 3 hal yang ditekankan dalam peristiwa perjumpaan kembali Yesus dengan para murid. Pertama, Yesus hadir dan menyapa murid di tengah kegalauan mereka dan di tengah hasrat mereka untuk kembali kepada pekerjaan yang lama. Kedua, Ketika mereka mendengarkan tuntunan Yesus mereka sungguh kembali dapat mengenali Yesus sebagai Tuhan. Ketiga, sapaan kasih Kristus kepada Petrus dan kawan-kawan membangun komitmen untuk mengerjakan estafet pelayanan Yesus dengan kesungguhan dan tidak gentar dengan apapun sekalipun maut akan mereka temui. Korelasi bacaan Orang yang mengandalkan diri pada waktunya akan direndahkan. Sedangkan pada waktunya semua orang juga akan sujud kepada Yesus sebagai Anak Domba yang tersembelih, yang duduk dan yang memerintah bersama dengan Bapa dalam kemuliaan-Nya yang abadi. Selain itu, semua teks berbicara tentang perjumpaan dengan Allah mengubahkan kehidupan seperti yang dialami pemazmur, Saulus dan segenap murid. Pokok-pokok yang dapat dikembangkan  Akulah Yesus yang engkau aniaya” sebagai wujud keberpihakan Jawaban Yesus atas pertanyaan Saulus: “Siapakah Engkau?” merupakan wujud keberpihakan Yesus atas segala derita yang kini harus Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



119 dialami oleh murid-murid-Nya dan pengikut Jalan Lurus/Jalan Tuhan, sebagai akibat penganiayaan yang dilakukan oleh Saulus dan para pengikutnya. Pernyataan yang membenarkan bahwa jalan derita yang telah Ia tempuh akan dihadapi pula oleh pengikut-Nya (Mat. 10:16-24; Mrk. 13:9-13); pernyataan yang membenarkan bahwa Yesus sungguh satu dengan mereka yang percaya pada-Nya, sama seperti Ia dan Bapa satu adanya (Yoh. 17:20-23) dan sebuah pernyataan kasih yang menegaskan hakekat Allah sebagai kasih (Mat. 25:31-46; 1 Yoh. 4:7-21). Aplikasi: Kalau dicubit itu sakit, maka jangan mencubit orang lain!  Akulah Yesus yang engkau aniaya” sebagai proklamasi kebangkitan Jawaban Yesus ini juga merupakan sebuah proklamasi Yesus atas kebangkitan-Nya kepada Saulus dan orang-orang yang mengikutnya dalam perjalanan ke Damsyik. Sebuah pernyataan, bahwa kebenaran yang Yesus ajarkan tentang diri-Nya dan Kerajaan Allah, serta yang diberitakan oleh para murid, adalah kebenaran yang tidak dapat dihentikan oleh siapapun termasuk oleh Saulus. Aplikasi: kebenaran bisa dihalangi dengan berbagai cara, tetapi kebenaran itu pada waktunya akan muncul sebagai yang menang.  Akulah Yesus yang aniaya” sebagai kebenaran pengharapan Jawaban Yesus atas pertanyaan Saulus: “Siapakah engkau?” adalah sebuah pernyataan yang membenarkan bahwa Yesus sungguh telah menjadi Anak Domba Allah yang telah tersembelih dan mati untuk memulihkan hubungan Bapa dengan manusia yang telah rusak karena dosa. Karena semua yang telah dilakukan-Nya dalam ketaatan kepada Bapa dan kasih terhadap manusia, maka Allah telah mengaruniakan kepada-Nya nama, kedudukan, kemuliaan, kehormatan dan pujian di atas siapapun, baik di dunia maupun di sorga. Inilah kebenaran pengharapan kita, bahwa Kristus yang menang menjaminkan kemenangan bagi mereka yang berjalan pada Jalan Kebenaran-Nya, jalan di mana derita dan kematian bukan lagi menjadi sebuah hal yang mesti ditakuti. Aplikasi: sorga adalah milik orang-orang yang percaya kepada Kristus dan yang setia mengikut-Nya memikul salib dan menyangkal diri. Sekaitan dengan hari Pendidikan Nasional maka Pendidikan karakter yang berteladankan Kristus adalah sebuah keharusan yang perlu dibangun dalam keluarga, jemaat dan dalam Pendidikan Kristen. Dengan demikian, anak-anak kita tidak akan mudah menyerah dalam perjuangan hidupnya, baik dalam iman dan meraih cita-cita; menjadi anak-anak yang memiliki pandangan tentang masa depan cerah yang Tuhan sediakan.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



120 Bahan Penelaahan Alkitab (Minggu ke-2 sesudah Paskah/HARDIKNAS)



Tanggal 6-11 Mei 2019



AKULAH YESUS YANG ENGKAU ANIAYA (Akumo Yesu, tu mupakario-rio) Wahyu 5:11-14 Tujuan: 1. Jemaat memahami bahwa penganiayaan kepada Kristus bisa dilakukan oleh siapa saja.



2. Jemaat menyadari bahwa penganiayaan kepada murid Tuhan adalah penganiayaan terhadap Kristus.



Pembimbing Teks Apocalypse atau apocalupsis yang berarti penyingkapan adalah nama lain untuk menyebut kitab Wahyu. Wahyu/penyingkapan disampaikan kepada Yohanes di pulau Patmos pada masa pemerintahan Domitianus yang menjadikan dirinya sebagai “Tuhan dan Allah” dan yang mengakibatkan penganiayaan kepada jemaat-jemaat. Secara khusus teks bacaan berbicara tentang suatu nubuat, suatu pengharapan tentang Anak Domba (Yesus Kristus) yang telah tersembelih (mati karena dosa manusia), namun akan duduk dalam kemuliaan Ilahi dan segala orang dari segala bangsa akan memuliakan dan memuji Dia. Bahkan semua yang disebut sebagai tua-tua, makhluk-makhluk dan malaikat, tersungkur menyembahNya. Inilah pengharapan yang hendak meneguhkan iman orang-orang Kristen yang sedang teraniaya pada masa Yohanes untuk tetap setia dan meyakini bahwa pada waktunya Kristus akan disembah oleh semua orang. Penggalan nyanyian pujian baru dalam teks bacaan ini menegaskan tentang siapa Yesus, yakni Singa dari Yehuda yang telah menang (ay. 5), Anak Domba yang tersembelih yang telah membeli dengan darah-Nya untuk kemuliaan Allah, manusia dari tiap suku, kaum, bangsa dan bahasa dan menjadikan mereka suatu kerajaan bagi Allah dan menjadikan meraka imam dan raja. Hal ini sekaligus menegaskan, bahwa Yesus telah mati dan bangkit, bahkan kini bertahkta bersama Sang Bapa dalam kemuliaan-Nya yang abadi dan menjadi jaminan pembenaran bagi yang setia pada-Nya.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



121 Pertanyaan diskusi: 1. Apakah wujud penderitaan yang dialami oleh pengikut Yesus dewasa ini? (Umba susi tu kamaparrisan naolai to unturu’ Puang Yesu lan attu totemo?) 2. Masih adakah keraguan anda akan kebenaran bahwa Yesus telah bangkit dan bertahta dalam kemuliaanNya, serta sedang menantikan mereka yang setia pada-Nya? (Denparaka tu tangmanassa ungkatottongi kumua ia tu Puang Yesu mangkamo malimbangun dio mai to’tomate sia unnisungmo dao inan kamala’biranNa, sia mukkun Natayan to tontong mengkaola lako kalena?)



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



122 Bahan Khotbah Minggu Ke-19 (Minggu ke-3 sesudah Paskah)



Tanggal 12 Mei 2019



GEMBALA YANG SESUNGGUHNYA (Iamo To Mangkambi’ Tongan) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 23:1-6 : Kisah Para Rasul 9:32-43 : Wahyu 7:9-17 (Bahan Utama) : Yohanes 10:22-30 : Mazmur 57:10-11 : Wahyu 7:12



Tujuan: 1. Jemaat memahami bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah yang ditentukan Bapa menjadi Gembala atas umat-Nya. 2. Jemaat mempercayakan hidup dalam tuntunan dan pemeliharaan pada Kristus saja.



Pemahaman Teks Mazmur 23:1-6 masuk dalam kategori mazmur kepercayaan dan pengabdian hati seorang penurut Allah. Dalam teks ini, Allah digambarkan sebagai sosok Gembala yang dekat dan penuh kasih terhadap kawanan domba gembalaan-Nya. Allah sebagai Gembala digambarkan sebagai pribadi yang selalu ingin memperhatikan, mengasihi, memelihara, melindungi dan membimbing dalam setiap situasi hidup kawanan domba-Nya. Pada sisi lain, sebagai domba, pemazmur menggambarkan respons yang mesti dimiliki yakni menikmati pemeliharaan dan tuntunan sang gembala dengan penuh antusias dan pengharapan yang teguh (dalam suka dan duka). Ketaatan dan kebergantungan yang penuh pada pemeliharaan sang Gembala akan menolong segenap kawanan domba menemukan kekuatan, penghiburan dan pertolongan dalam situasi yang sulit dan mengancam. Kisah Para Rasul 9:32-43. Petrus dan kawan-kawan adalah penerima mandat dari Yesus untuk melaksanakan tugas sebagai gembala atas kawanan domba, umat yang percaya kepada Kristus. Mereka dipanggil dan diutus untuk membangun, meneguhkan, menguatkan, menghibur dan menyatakan kuasa Kristus kepada domba-dombanya. Pada gilirannya jemaat dapat menikmati kasih Allah dalam damai (ay. 31); jemaat dipulihkan dari penderitaan sakit (ay. 33); jemaat dihiburkan (ay. 40-41) dan diteguhkan oleh kuasa Allah (psl.9:42). Ini adalah realitas kehidupan kawanan domba yang dijaga oleh gembala dengan sungguh-sungguh mengerjakan panggilannya. Petrus dalam pelayanannya meneguhkan kesaksian dan menyatakan kuasa Kristus, Sang Gembala Agung yang tidak dibatasai oleh tempat dan situasi. Wahyu 7:9-17. Dalam pasal 7 ayat 2, Yohanes mengungkapkan apa yang dilihatnya tentang malaikat yang membawa meterai Allah yang hidup yang akan disematkan pada dahi hamba-hamba Allah. Pemberian meterai menegaskan, bahwa mereka adalah milik kepunyaan Allah yang berada Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



123 dalam perlindungan, pemeliharaan dan penggembalaan Allah sendiri. Umat yang dimeteraikan tidak hanya berasal dari keturunan 12 suku Israel tetapi dari segala kaum, suku dan bangsa yang telah melalui berbagai penderitaan karena iman percaya mereka kepada Allah. Teks bacaan ini menggarisbawahi beberapa hal penting: Pertama, pujian yang dialamatkan kepada Allah dan Anak Domba (ay. 11-12) dari malaikat, pemimpin-pemimpin dan keempat makhluk (seperti rupa singa, anak lembu, muka manusia dan burung nazar (Why. 4:6-7)gambaran yang mewakili makhluk hidup. Kedua, ayat 13-14 berisi kumpulan orang-orang berjubah putih, yakni orang-orang yang telah menang atas penderitaan dan telah menerima pengampunan dalam darah Anak Domba dan yang olehnya merekapun terhitung dalam orang-orang yang masuk dalam kemuliaan Ilahi. Ketiga, ayat 15-17 merupakan jaminan yang akan diterima dari orang-orang yang telah menang atas penderitaannya. Pesan inti dari bagian ini bahwa penggembalaan sang Anak Domba tidak berkesudahan adanya. Yohanes 10:22-30 berisi ajaran yang memperkenalkan Yesus Kristus sebagai Gembala yang baik (ay. 1-30). Ini adalah gambaran yang gamblang tentang gembala yang sejati dan pemimpin yang benar atas umat-Nya, gembala dan pemimpin yang berbeda dari semua gembala palsu. Ciri khas Kristus sebagai Gembala, ialah Ia sungguh mengenal domba-domba-Nya dan domba-domba-Nya mendengarkan suara-Nya sebagai Gembala. Yesus rela mempertaruhkan hidup-Nya untuk memberi jaminan hidup dan keselamatan bagi domba-domba-Nya. Ini merupakan kritik terhadap pola kepemimpinan Yahudi yang cenderung mengabaikan umat dan lebih memperhatikan kepentingan dan kenyamanan diri sendiri. Korelasi bacaan Allah dalam Yesus Kristus adalah Gembala yang benar dan baik. Dalam kasih-Nya, Ia menggembalakan umat secara sungguh-sungguh untuk memberikan kehidupan kekal bagi mereka. Pokok-pokok pengembangan khotbah Siapakah Gembala? Gembala adalah orang yang menjaga atau memelihara ternak. Di Timur Tengah, gembala dianggap golongan tak terpandang namun peran mereka sangatlah penting bagi para pemilik ternak. Mereka menghabiskan banyak waktu bersama ternak di padang dan harus bertindak sebagai pelindung bagi kawanan ternak jika ada bahaya datang. Dalam teks Alkitab yang kita baca hari ini, kita menemukan beberapa kelompok gembala yaitu: gembala upahan, gembala sebagai “orang asing”, gembala sebagai “pencuri” dan sebagai gembala yang baik. Yesus Gembala yang sesungguhnya Allah sebagai gembala atas umat-Nya (Mzm.23; Mzm.100:3; Yeh. 34:11-16) adalah pengakuan iman yang terungkap dalam Perjanjian Lama sehubungan dengan kebaikan dan tindakan Allah yang melindungi dan Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



124 menyelamatkan umat-Nya. Dalam konteks Perjanjian Baru, Allah sebagai gembala berwujud pula dalam amanah pelayanan yang diemban Yesus dari Bapa. Pernyataan Yesus sebagai Gembala yang baik pertama-tama adalah sebuah kritik terhadap kepemimpinan Yahudi yang kerap tidak berpihak pada yang lemah, dan cenderung mementingan kenyamanan diri sendiri; dan yang kedua adalah sebuah pernyataan bahwa Allah selalu peduli, Allah selalu setia dalam memelihara umat kepunyaan-Nya. Puncak dari semuanya itu, ialah sebagai Gembala, Yesus Kristus menjadi pintu satu-satunya dalam menemukan kebenaran hidup dan menjadi Gembala yang memberikan hidup-Nya melalui kematian-Nya untuk menjaminkan keselamatan yang utuh bagi umat gembalaan-Nya. Pengharapan di dalam penggembalaan Kristus. Kristus adalah Gembala yang sesungguhnya dalam hidup kita. Karena itu kita memiliki kepastian pengharapan, bahwa: 1. Bersama Kristus kita yakin menemukan mata air dan padang rumput (yang kita butuhkan dalam hidup). Yang dibutuhkan ialah kita mau mengenal-Nya, serta mendengarkan suara-Nya dan perintah-Nya dengan sungguh. 2. Bersama Kristus kita yakin akan selamat. Yesus adalah satu-satunya pintu menuju kehidupan yang berkelimpahan dan satu-satu jalan keselamatan yang kekal. 3.Bersama Kristus kita yakin akan penyertaan yang tiada terputus, baik ketika kita hidup dalam dunia ini, pun ketika masuk dalam kemuliaan-Nya yang abadi.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



125 Bahan Penelaahan Alkitab (Minggu ke-3 sesudah Paskah)



Tanggal 13-18 Mei 2019



GEMBALA YANG SESUNGGUHNYA ( Iamo To Mangkambi’ Tongan ) Yohanes 10:22-30 Tujuan: 1. Jemaat memahami bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah yang ditentukan Bapa menjadi Gembala atas umat-Nya. 2. Jemaat mempercayakan hidup dalam tuntunan dan pemeliharaan pada Kristus saja sebagai Gembala yang sesungguhnya.



Pembimbing Teks Yohanes 10:22-30 adalah penggalan dari keutuhan pasal 10 yang berbicara tentang kewibawaan Yesus sebagai Gembala. Yesus pertama-tama mengkritik praktek penggembalaan, praktek kepemimpinan di kalangan Yahudi yang dianggap sebagai “gembala asing” dan “pencuri” atas kawanan domba atau umat gembalaannya yang adalah milik Allah (ay. 1-5). Dengan menempatkan diri sebagai Gembala yang baik, Yesus tidak hanya mengkritik tetapi sekaligus juga menunjukkan apa yang seharusnya dikerjakan dan dimiliki seorang gembala. Gembala yang baik menurut Yesus adalah pintu, yakni yang berarti jalan atau arah yang mesti dilalui oleh domba agar tidak sesat. Gembala yang baik dalam ajaran Yesus adalah yang mengenal dombadombanya, yang suaranya dikenal dan didengar oleh domba-dombanya, yang menuntun menemukan padang rumput dan yang bertaruh nyawa demi keamanan dan keselamatan kawanan domba. Komitmen penggembalaan yang diwujudkan oleh Yesus adalah bagian dari sebuah ketaatan pada Sang Bapa yang telah memberikan amanah, kepercayaan ataupun tanggung jawab kepada Yesus (ay. 27-30). Pertanyaan diskusi 1. Apa yang dewasa ini menjadi batu sandungan dalam praktek penggembalaan yang dilakukan oleh pelayan (Pendeta, Penatua, Diaken, pengurus OIG)? (Lan attu totemo, apa tu nenne’ mendadi batu katitodoan lako (Pandita,Penatua, Diaken,Pengurus OIG) lan umpogau’ passanan ma’pakilala? 2. Setiap kali para gembala jemaat (Pendeta, Penatua, Diaken) diutus, mereka selalu berjanji untuk setia. Dalam prakteknya ada yang tidak setia. Menurut anda, apakah mereka ini dapat disamakan dengan “gembala asing” ? (Ia ke ditokkoi tu to ma’kaya lan kombongan (Pandita,Penatua,Diaken) tongke mangallu’ kumua la makaritutu, apa lan kapayananna,den tu tangmakaritutu. Ia ke situru’ pangappa’ta, ia tu to sisito ma’din raka dipasangtinti “to senga’ ”) Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



126 Bahan Khotbah Minggu Ke-20 (Peringatan Kebangkitan Nasional)



Tanggal 19 Mei 2019



HIDUP DALAM KENDALI ALLAH (Tuo Lan Pa’pana’ta’Na Puang Matua) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 148:1-14 : Kisah Para Rasul 11:1-8 : Wahyu 21:1-8 (Bahan Utama) : Yohanes 13:31-35 : Mazmur 9:2-3 : Yohanes 13:34



Tujuan: 1. Jemaat memahami bahwa Allah dalam Yesus Kristus sudah, sedang dan akan mengendalikan dunia. 2. Jemaat menjadi pelopor dan contoh hidup yang telah dibaharui dengan memberlakukan hidup yang toleran dan menghargai kemajemukan.



Pemahaman Teks Mazmur 148:1-14 ini masuk dalam golongan mazmur yang merupakan pujian yang membesarkan nama, kemegahan, kebaikan, kebesaran dan keselamatan Allah. Teks ini secara tegas berbicara tentang kemutlakan untuk menyembah Tuhan sebagai Pencipta, Pemerintah dan Pemberi ketetapan atas umat-Nya bahkan atas segala yang ada di langit dan di bumi. Allah yang mengatasi segala sesuatunya merupakan sebuah proklamasi pemazmur tentang Allah yang ia sembah, Allah yang melampaui apapun yang disembah oleh bangsa-bangsa lain (ada yang menyembah Matahari, bulan dan makhluk-makhluk tertentu). Hal yang sangat kontras diungkapkan bahwa semua yang disembah oleh bangsa-bangsa lain justru menyembah kepada Allahnya pemazmur. Allah sembahan pemazmur diyakini adalah Allah yang akan meninggikan tanduk (memberi kuasa) bagi umat-Nya, sehingga umat-Nya menjadi pujian di hadapan-Nya dan di hadapan bangsa-bangsa. Kisah Para Rasul 11:1-8 menjelaskan bagaimana Petrus mengisahkan pergumulan batinnya, yakni terkait dengan apa yang ia kehendaki selama ini, dengan apa yang Tuhan ingin ia lakukan melalui sebuah penglihatan. Petrus mengalami pergumulan terkait dengan pembedaan dan pemisahan antara orang-orang bersunat dan tidak bersunat, antara orang Yahudi dan bukan Yahudi, antara yang halal dan yang haram, antara yang tahir dan tidak tahir, antara yang ia yakini selama ini dengan yang kini Allah kehendaki. Sehubungan dengan penglihatan itu, pemahaman baru yang kemudian dimiliki oleh Petrus, ialah Allah di dalam Yesus yang telah mengutusnya untuk bersaksi, adalah juga Allah bagi bangsa-bangsa di luar Yahudi. Allah yang ia layani adalah juga Allah bagi orang-orang yang tidak bersunat, Allah baginya, bagi kelompok Kristen bersunat (Yahudi) dan bagi orang-orang Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



127 seperti Kornelius. Petrus yang mengalami pencerahan Ilahi, kini berbalik memberi pencerahan bagi mereka yang mempersoalkan perjumpaannya di rumah Kornelius. Wahyu 21:1-6 berbicara tentang pengharapan akan pembaharuan yang inisiatornya adalah Allah sendiri. Bumi dan segala yang ada di dalamnya yang telah rusak oleh dosa akan dibaharui dengan situasi yang sangat berbeda. Di sana jejak-jejak dosa tidak ada lagi, selain kemuliaan Anak Domba, Sang Alfa dan Omega dinyatakan. Kalau dalam dunia saat ini dosa menjadi jurang pemisah antara Allah yang kudus dengan manusia yang menderita, meratap dan berkabung karena dosa, maka dalam langit dan bumi yang baru Allah dan manusia yang ditebus dan dikuduskannya diam bersama. Yerusalem, Kota Allah yang mulia menjadi tempat Allah memerintah dan umat tebusan-Nya memuliakan Dia dengan sukacita dan kegembiraan yang tiada habisnya. Langit dan bumi yang baru dengan Yerusalem kota Allah sebagai pusat pemerintahan Allah inilah yang menjadi sasaran dan tujuan pengharapan kita, terlebih di tengah-tengah berbagai kesukaran hidup yang dialami di dunia ini, seperti situasi yang dihadapi umat percaya pada masa Yohanes menerima penglihatan ini. Sebuah harapan, sebuah penghiburan diharapkan menjauhkan umat percaya dari keputusasaan. Yohanes 13:31-35 menjelaskan, bahwa pasca acara pembasuhan yang Yesus lakukan kepada para murid-Nya, Ia memberi penegasan penting tentang hal yang mesti dilakukan dan mesti menjadi identitas yang melekat pada diri mereka yang membuat orang lain mengenal mereka sebagai murid Yesus. Dua hal penting dalam pengajaran Yesus dalam teks ini, yakni: pengharapan kepada Anak Manusia (tentang kemuliaan-Nya dan juga tentang tempat yang mulia) serta praktek hidup mengasihi di antara mereka dan yang memberi dampak pada dunia. Kemuliaan Kristus dan kasih Kristus menjadi tuntunan dan teladan dalam praktek hidup mereka mengemban tugas kesaksian bagi dunia. Korelasi Bacaan Hal yang menghubungkan keseluruhan teks, ialah bahwa hanya ketika manusia hidup dalam kendali, dalam kuasa, dalam tuntunan dan dalam kehendak Allah, ia akan beroleh penghiburan dan kekuatan menghadapi berbagai kesukaran hidup. Padanya dijaminkan pula sebuah kepastian pengharapan akan kemuliaan dan kehidupan yang dibaharui dalam Kristus. Pokok-pokok yang dapat dikembangkan dalam Khotbah 1. Allah adalah Sang Pencipta Dari keseluruhan teks, kita dapat melihat sebuah penjelasan tentang siapakah Allah itu. Allah adalah Sang Pencipta segala sesuatunya (Mzm.148) dan karena itu Allah itu juga adalah Allah bagi segala bangsa, bukan hanya untuk orang-orang Yahudi/Israel (Kis. 11). Selain itu, Allah di Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



128 dalam Yesus Kristus adalah Allah Perancang masa depan, Allah yang menyediakan pembaharuan hidup, Allah yang mengubahkan dukacita menjadi sukacita karena pengharapan (Why. 21) dan Allah adalah Sang Pemberi teladan (Yoh. 13). 2. Pengharapan Kepada Allah Dosa telah begitu kuat merusak tatanan kehidupan yang awalnya sungguh amat baik dalam sebuah harmoni kehidupan. Dosa telah membuat jarak antara Allah dengan manusia, antara manusia dengan sesamanya dan antara manusia dengan lingkungannya. Ketidaknyamanan, penderitaan, dukacita, kesusahan hidup dan pementingan diri sendiri, menjadi warna dari realitas kehidupan. Akibatnya, segalanya menjadi tidak jelas, bahkan tidak pasti lagi. Dalam kondisi itulah kepeduliaan tindakan Allah dibutuhkan agar manusia tidak binasa dalam keputusaan, karena ketidakpastian. Di dalam Kristus, Allah memberi teladan kasih dan memberi harapan akan hari esok yang lebih baik. 3. Panggilan sebagai pengikut Kristus Sebagai pengikut Kristus, orang Kristen dipanggil dan diutus ke dalam dunia ini, yakni kepada segala bangsa bahkan kepada segala makhluk. Maksudnya, ialah untuk menyatakan kasih Allah dalam Kristus (hidup dengan teladan Kristus) dan untuk menyakinkan dunia ini tentang kehidupan mulia di dalam Kristus, bahwa terdapat pengharapan akan kehidupan yang dibaharui dari kefanaan yang penuh derita, kepada hidup yang kekal dalam kemuliaan Allah. Manusia yang percaya dipanggil dan diutus untuk memuji dan memuliakan Allah sehingga menjadi kesaksian bagi dunia dan dunia pun mempercayakan hidupnya dalam tuntunan, serta kendali Allah.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



129 Bahan Penelaahan Alkitab (Peringatan Kebangkitan Nasional)



Tanggal 20-25 Mei 2019



HIDUP DALAM KENDALI ALLAH (Tuo Lan Pa’pana’ta’Na Puang Matua) Mazmur 148:1-14 Tujuan: 1. Jemaat memahami bahwa Allah dalam Yesus Kristus sudah, sedang dan akan mengendalikan dunia. 2. Jemaat menjadi pelopor dan contoh hidup yang telah dibaharui dengan memberlakukan hidup yang toleran dan menghargai kemajemukan



Pembimbing teks Bila dengan seksama kita memperhatikan teks bacaan ini maka ada beberapa hal penting yang dijelaskan kepada kita, yaitu: 1. Allah itu ada di tempat yang tinggi Hal ini menegaskan tentang siapa dan dimana Allah, serta sejauh mana kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Dari tempat tinggi, Ia mengendalikan segala sesuatu yang Ia ciptakan. Ia bahkan memegang kendali atas apa yang ditakuti oleh makhluk ciptaan-Nya seperti badai dan lainnya. Di tempat yang tinggi, Ia menyatakan kuasa-Nya yang melampaui kuasa raja, penguasa dan pemimpin dunia. Tempat Ia berada (sorga) menjadi alamat pujian, doa dan harapan tentang kehidupan abadi. 2.Panggilan manusia dan segala makhluk Allah adalah Sang Pencipta, Sang Penguasa bumi dan sorga, serta Pengendali kehidupan. Karena itu, yang tentu Dia harapkan dari semua yang Ia ciptakan, adalah ketaatan akan perintah-Nya, kesetiaan pada tuntunan-Nya, serta kesungguhan hati memuliakan dan memuji-Nya senantiasa. Pertanyaan diskusi 1. Kalau Allah adalah pengendali kehidupan, mengapa Ia membiarkan bencana terjadi dalam hidup manusia? (Ia ke Puang Matua unnato’i tu katuoanta, matumbai anna popa’elo’nai dadi tu kasanggangan dadi lan katuoanna torro tolino) 2. Sebagai pengikut Kristus, apa tanggung jawab kita di tengah-tengah beragam persoalan hidup dewasa ini? (Lako kita to menturu’ lako Puang Yesus, apa tu passanan tengkota lako tu ma’rupa-rupa a’gan merussai’ lan te lino totemo)



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



130 Bahan khotbah Minggu ke-21



Tanggal 26 Mei 2019



DAMAI SEJAHTERA KUTINGGALKAN BAGIMU Kamarampasan Kutampeangkomi Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 67:1-8 : Kisah Para Rasul 16:9-15 : Wahyu 21:10,22-22:5 : Yohanes 14:23-29(Bahan Utama) : Mazmur 67:6-7 : Yohanes 14:27



Tujuan: 1. Jemaat memahami bahwa Allah adalah sumber damai sejahtera 2. Jemaat memelihara kekudusan hidup untuk dapat menikmati damai sejahtera



Pemahaman Teks Mazmur 67:1-8 berisi ajakan kepada umat untuk selalu bersyukur kepada Allah sebagai satu-satunya sumber berkat, sehingga hidup kita tidak dapat dipisahkan daripada-Nya. Kisah Para Rasul 16:9-15 menjelaskan pelayanan Paulus dan Silas di Filipi yang sungguh membawa sukacita dalam hidup keluarga Lidia, karena memberi diri untuk dibaptis. Bukti sukacita Lidia ialah bahwa ia mempersilahkan Paulus dkk tinggal di rumahnya. Wahyu 21:10,22-22:5 berisi pengharapan akan Yerusalem baru sebagai dambaan setiap orang kudus. Tempat itu penuh sukacita dan damai sejahtera yang paripurna dan kekal adanya. Yohanes 14:23-29 berisi pesan Yesus kepada orang percaya sebelum naik ke sorga, bahwa Roh kudus akan dikaruniakan untuk menyertai mereka, memberi sukacita dan mewujudkan damai sejahtera yang kekal. Kepergian Yesus adalah untuk menyediakan tempat bagi mereka yang percaya dan Ia pasti akan kembali. Korelasi Tuhan telah dan terus memberikan kedamaian kepada semua orang. Damai sejahtera yang diberikan Tuhan adalah berupa belas kasihan, sinar mentari, hasil tanah, serta tuntunan bagi para penguasa agar memerintah dengan adil. Hanya orang kudus yang bisa merasakan damai sejahtera yang sesungguhnya. Pokok-pokok yang dapat dikembangkan 1. Janji Penghiburan Seseorang ketika hendak bepergian terkadang menyampaikan pesan-pesan kepada orang yang akan ditinggalkan dengan harapan bahwa pesan itu akan dipegang teguh oleh orang yang akan ditinggalkan, karena pesan itu akan membawa dampak baik bagi Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



131 hidupnya. Begitu juga sebelum Yesus terangkat ke sorga, Ia menyampaikan pesan (ajaran) kepada murid-murid-Nya. Isi pesan (ajaran) Yesus kepada murid-murid-Nya itu adalah tentang karya Roh Kudus. Setelah Yesus terangkat ke sorga orang percaya tidak akan ditinggalkan begitu saja, tetapi akan tetap dituntun oleh Allah lewat kuasa Roh Kudus. Roh Kudus akan membuat orang percaya dapat terus menikmati damai sejahtera Allah, membuat setiap orang menjadi teguh sehingga menjadi tidak lagi gelisah dan gentar. Karena itu kenaikan Yesus ke Sorga adalah perpisahan yang justru akan memberi pengharapan bagi orang percaya. Perpisahan ini tidaklah seperti umumnya perpisahan yang terkadang membuat orang yang ditinggalkan menjadi sedih, gelisah, bahkan putus harapan. Perpisahan karena naiknya Yesus ke sorga, bukanlah perpisahan selamalamanya. Ini adalah peristiwa yang memang harus terjadi sebagai bagian dari rancangan kasih Tuhan bagi umat-Nya. Yesus yang telah turun ke dalam dunia, bahkan kemudian mati tersalib untuk menebus dosa manusia, kini kembali ke tempat-Nya yang kudus. Hal yang menjadi pengharapan bagi orang percaya, ialah bahwa kepergian Yesus ke sorga adalah karena kuasa Allah. Yesus ke sorga untuk menyediakan tempat bagi orang percaya, dan kelak juga akan kembali untuk menjemput kita untuk dibawa ke dalam rumah Bapa (Yerusalem baru) untuk menikmati damai sejahtera Allah secara paripurna kalau kita setia percaya kepada-Nya dan terus menjaga kekudusan hidup dengan cara hidup mengasihi Allah (ay. 23). Jika kita hidup dalam tuntunan Firman Tuhan, itulah tanda bahwa kita mengasihi Tuhan dan tanda bahwa Tuhan bersama-sama dengan kita. Firman Tuhan menjadi petunjuk dan hikmat dalam menjalani kehidupan, sehingga kita tidak lagi menjalani kehidupan ini beradasarkan apa yang dikatakan manusia, iblis maupun dukun, melainkan berdasar pada apa yang Tuhan katakan. 2. Roh Kudus sebagai bukti penyataan kehadiran Allah (ay. 26) Naiknya Yesus ke sorga tidaklah berarti absennya Tuhan dalam hidup manusia. Tuhan memang tidak lagi hadir menyertai umat-Nya dalam rupa manusia, sebab Tuhan mencurahkan Roh-Nya yang Kudus sebagai penyataan kehadiran-Nya dalam hidup kita. Roh Kudus akan bekerja dalam kehidupan kita untuk mengajar dan mengingatkan kita dalam hidup ini. Saat kita menyampaikan doa, maka Roh Kudus akan membuka jalan dan hikmat pada kita untuk mendapatkan jawaban doa kita. Jadi hendaklah kita peka mendengarkan tuntunan Tuhan dari dalam hati kita. Dengan demikian, Penghibur yang dijanjikan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya sungguh memberikan pemahaman kepada kita tentang eksistensi pribadi Allah di tengah-tengah kehidupan muridmurid-Nya ataupun dalam kehidupan umat percaya. Pada kita dinyatakan bagaimana kasih dan kepedulian Tuhan yang begitu besar Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



132 sehingga manakala Tuhan Yesus menyatakan kata-kata perpisahan, maka murid-murid-Nya tidak perlu lagi takut menjalani kehidupan ini. 3. Damai Sejahtera yang diberikan Tuhan (ay.27) Penyataan kehadiran Tuhan dalam kehidupan kita juga nyata ketika ada damai sejahtera menguasai hidup kita. Ada keyakinan akan kuasa Tuhan dan tetap ada sukacita di tengah suka duka yang datang silih berganti dalam kehidupan ini. Ketakutan, kebencian, dendam, sakit hati jauh dari kita. Di dalam 2 Timotius 1:7 dikatakan “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melaikan Roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban”. Yohanes 14:27 mengatakan, "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu" (ay. 27). Akhir-akhir ini banyak orang Kristen yang mengucapkan kata syalom, baik di kantor, di tepi jalan, supermarket, maupun dalam ibadah dan pidato. Orang-orang yang tidak seiman pun kadang mengucapkannya dan beroleh sambutan dari pendengarnya. Kadang kita mendengar kata ini diucapkan berulang kali, "Syalom saudarakuuu... ah di belakang sana kayaknya masih tiduuur.... Syalooooom saudara-saudara di belakang sana!!!" (dengan suara yang meninggi). Ketika hadirin menyambut dengan kencang, barulah si pembicara di podium gembira berkata, "begitulah orang Kristen harus semangat !!!" Terlihat betapa kata syalom telah menjadi sebuah sapaan biasa belaka, seperti kata ucapan selamat pagi dan apa kabar. Makna kata syalom sesungguhnya lebih dari itu. Seperti yang diucapkan Yesus, damai sejahtera yang diberi-Nya tidak sama dengan yang dari dunia. Dunia pastilah tidak mampu memberikan damai sejahtera sebagaimana yang dijanjikan Yesus. Kata "Syalom" dari Yesus bukanlah suatu harapan murahan. Damai sejahtera yang hendak Ia berikan adalah damai sejahtera yang mengharuskan Yesus melalui jalan penderitaan, kesunyian, bahkan kematian, sebelum kemudian Ia bangkit dan bertakhta dalam kerajaan sorga sebagai bukti dan jaminan pasti kemenanganNya atas maut dan berbagai pergumulan hidup manusia. Untuk itulah, perkataanNya kepada para murid, "Jangan gelisah dan gentar hatimu", merupakan sebuah jaminan pasti yang dapat menenteramkan para murid dalam pengembaraan mereka kelak tanpa kehadiran Yesus. Sehubungan dengan itu, ucapan syalom yang sering kita kemukakan, hendaknya tidak berhenti sebagai sebuah sapaan belaka, tetapi hendaknya terwujud melalui hidup yang dapat memberi kedamaian bagi sesama. Damai sejahtera yang dijanjikan Tuhan, adalah damai sejahtera yang bersumber dari Kristus sendiri. Itulah sebabnya dikemukakan, "Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah" (Kol. 3:15). Damai Kristus bermula dari dalam hati. Ketika Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



133 seseorang memiliki damai sejahtera Kristus keinginan duniawinya pasti mati, karena baginya Yesus itu sudah lebih dari pada cukup. Itulah yang dirasakan Rasul Paulus. "Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus," (Flp. 3:7-8). Jika damai sejahtera Kristus dalam hati, maka umat juga akan tetap bersyukur meski berada dalam badai permasalahan, sebab bukan kondisi di luar dirinya yang menentukan kedamaian dirinya. Rumah yang megah, tabungan yang melimpah, bukanlah penentu damai sejahtera yang sesungguhnya. Karena itu, jika masih ada orang Kristen yang hidupnya terus mengeluh dan bersungut-sungut karena beragam hal di luar dirinya yang sesungguhnya bukan penentu utama damai sejahtera, maka mereka berarti belum menerima damai Kristus yang sempurna di dalam hatinya.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



134 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 27 Mei-1 Juni 2019



DAMAI SEJAHTERA KUTINGGALKAN BAGIMU Kamarampasan Kutampeangkomi Kisah Para Rasul 16:9-15 Tujuan: 1. Jemaat memahami bahwa Allah adalah sumber damai sejahtera. 2. Jemaat memelihara kekudusan hidup untuk dapat menikmati damai sejahtera.



Pembimbing Teks Tim misi dari Jemaat Anthiokia yang dipimpin oleh Rasul Paulus hendak memberitakan injil ke Asia, namun Roh Kudus mencegah mereka untuk pergi ke Asia. Setelah melintasi Misia, mereka sampai di Troas dan pada malam harinya tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan: Ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya: “Menyeberanglah kemari dan tolonglah kami!” Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah mereka mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia. Penglihatan itu diyakini sebagai panggilan Tuhan bagi mereka untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana. Makedonia adalah Yunani pada masa kini. Setelah sampai di Makedonia, Rasul Paulus dan tim misinya menyusuri tepi sungai pada hari Sabat dan bertemu dengan sekelompok wanita yang sedang berkumpul di rumah sembahyang orang Yahudi. Rasul Paulus sebelumnya adalah seorang Farisi yang menganggap remeh wanita. Namun dalam penginjilan di Makedonia justru Tuhan mempertemukan Rasul Paulus dengan para wanita untuk diinjili. Tuhan sebenarnya menguji Paulus, bagaimana kasihnya terhadap semua orang tanpa membeda-bedakan gender. Tuhan ternyata kemudian membangun jemaat di Filipi melalui sebuah peristiwa awal berupa pertobatan Lidia, seorang wanita pengusaha yang bersama anggota keluarganya memberi diri dibaptis. Lidia adalah seorang pengusaha perempuan yang sangat kaya. Dia menjual kain ungu, bahan pakaian untuk orang kaya, pejabat-pejabat dan para senator dalam kekaisaran Romawi pada zaman itu. Lidia berasal dari Tiatira (Turki, ia seorang Asia) yang berbisnis di Eropa (Yunani). Kisah Para Rasul 16:14 menegaskan bagaimana Tuhan membuka hati Lidia untuk mendengar perkataan Paulus dan ia menjadi percaya. Manusia tidak bisa membuka hati sesamanya untuk menerima firman Tuhan. Hanya Tuhan yang sanggup membukanya. Namun, manusia juga harus memberi respon terhadap ketukan Tuhan di pintu hatinya, yakni dengan memberi hati diisi Firman Tuhan atau dengan sengaja mengeraskan hati. Banyak orang bertelinga, tapi tidak mau mendengar suara Tuhan yang berfirman kepadanya. Tuhan membuka hati Lidia karena dia mencari Tuhan. Lukas 24:25 menjelaskan tentang Tuhan yang membuka pikiran dan pengertian sehingga kita dapat mengerti waktu kita membaca Alkitab atau waktu mendengar pemberitaan firman Tuhan. Itu adalah kasih karunia Tuhan. Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



135 Dalam 1 Korintus 3:5-9 dikemukakan, bahwa tugas kita sebagai pelayan, pengurus, penatalayan dan jemaat adalah menabur dan menanam, yaitu memberitakan injil/firman Tuhan, serta menyiram (berdoa, konseling, pelayanan dan berbuat kebajikan), sedangkan yang menumbuhkan adalah Tuhan. Karena itu jangan cepat menyerah dan menjadi kecewa jika pertumbuhan belum nampak. Pertumbuhan membutuhkan proses, serta ketekunan untuk terus menyiram dan memupuk. Tuhan sedang bekerja untuk menumbuhkan, berakar dan berbuah. Seringkali kita hanya melihat satu sisi saja, tetapi Tuhan selalu bekerja, tidak satu arah saja karena Tuhan selalu ingin ada respon dari orang yang mendengarkan firman Tuhan. Lidia telah memberikan respon terhadap firman, maka dia dan seluruh keluarganya diselamatkan oleh Tuhan. Sungguh pemberitaan injil yang dinyatakan oleh Paulus dan kawan-kawan membawa sukacita besar bagi Lidia dan seisi rumahnya. Kisah Para Rasul 16:15 menjelaskan tentang Lidia dan seluruh keluarganya yang diselamatkan oleh Tuhan. Pastilah Lidia salah seorang pendukung gereja di Filipi dan juga mendukung misi Rasul Paulus dan timnya. Lidia bertobat, maka seluruh keluarganya pun mendengar firman dan diselamatkan. Ingatlah bahwa Tuhan menghendaki supaya seluruh keluarga kita juga diselamatkan. Rumah Lidia telah menjadi tempat tinggal dan menjadi basis penginjilan bagi Paulus dan rekan-rekannya selama berada di sana. Pertanyaan diskusi 1. Menurut anda, apakah pelayanan firman Allah yang disampaikan oleh para hamba-hamba Tuhan dalam keluarga kita menjadi sesuatu yang kita rindukan dan membawa damai sejahtera? (Ia tu kadanNa Puang Matua naparampo temai kaunanNa Puang Matua lan tanan dapo’ta, mendadisiaraka misa’ apa di kamali’ sia umpabu’tuanki’ kamarampasan? Ta pada pokadai tu pangappa’ta. 2. Apakah pekerjaan dan jabatan kita sudah merupakan bagian dari Pekabaran Injil? (Ia tu pengkarangan ta tu’gunni sia toean dio kaleta, diangkaransiamoraka situang kapessa’bian diona Kareba Kaparannuan?)



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



136 Bahan Khotbah Kamis Hari Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga



Tanggal 30 Mei 2019



IA PERGI DAN AKAN KEMBALI (MaleMo apa la sae sule) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 47:1-10 : Kisah Para Rasul 1:1-11 (Bahan Utama) : Efesus 1:15-23 : Lukas 24:44-53 : Mazmur 20:3-4 : Kisah Para Rasul 1:11



Tujuan: 1. Jemaat memahami bahwa Yesus memerintah bersama dengan Bapa di sorga. 2. Jemaat bertekun dalam tuntunan Roh Kudus menantikan penggenapan segala janji Allah.



Pemahaman Teks Mazmur 47: 1-10 berisi pujian kepada Allah yang dilakukan oleh umat di Bait suci. Allah dipuja karena Dia dianggap sebagai Raja atas segala ciptaan dan Allah Abraham, bapa orang yang percaya. Kisah Para Rasul 1:1-11 berisi perintah Yesus kepada murid-murid untuk menantikan dengan tekun di Yerusalem penggenapan janji akan Roh Kudus yang akan memberi mereka kuasa untuk memberitakan Injil. Efesus 1:15-23 berisi kesaksian Paulus tentang kuasa Allah yang membangkitkan Kristus dan yang sekarang memerintah bersama dengan Allah di sorga (duduk di sebelah kanan dan kehormatan) dan bertindak sebagai Kepala Jemaat. Lukas 24:44-53 adalah penjelasan Yesus kepada murid tentang misi Ilahi dalam penderitaan, kebangkitan Kristus dan tanggungjawab murid menjadi saksi yang yakin pada pimpinan Roh Kudus. Korelasi Bacaan Yesus berasal dari sorga dan memerintah bersama dengan Bapa atas segala ciptaan. Ia juga berdaulat atas kehidupan umat-Nya di sorga dan di bumi, serta memperlengkapi mereka kuasa dari tempat tinggi. Pokok-pokok yang dapat dikembangkan 1. Perpisahan yang menakjubkan Kenaikan Tuhan Yesus ke surga adalah peristiwa penting dalam kehidupan beriman umat kristiani (murid Yesus) yang disaksikan oleh Alkitab. Peristiwa itu terjadi setelah empat puluh hari kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Peristiwa luar biasa itu sangat memukau para murid Yesus yang hadir pada waktu itu. Itulah sebabnya mereka sangat tercengang ketika menyaksikan Tuhan Yesus terangkat ke sorga di depan mata mereka. Namun pada sisi yang lain, kenaikan Tuhan Yesus ke sorga juga menjadi peristiwa yang menyedihkan bagi para murid karena harus Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



137 berpisah dengan Gurunya. Para murid seakan belum siap untuk ditinggalkan oleh Guru mereka. Itu juga sebabnya mengapa mereka tersentak ketika malaikat Tuhan menegur mereka yang sedang termangumangu menatap ke langit, “Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu melihat ke langit? Yesus ini yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga” (Kis.1:11). Di Sorga, Yesus memerintah sebagai Raja, duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Berada di posisi “sebelah kanan-Nya” adalah menunjuk kepada posisi “kuasa dan kehormatan”. Jadi dalam Kerajaan Allah, Dia-lah yang memerintah, baik dalam kehidupan saat ini maupun yang akan datang. Dalam kedudukan yang penuh kemuliaan dan kekuasaan ini, Yesus Kristus ditetapkan sebagai Kepala bagi Jemaat (Ef. 1:15-23). 2. Janji dan Pengutusan Kita Sebelum terangkat ke sorga, Tuhan Yesus memberikan perintahperintah terakhir kepada para murid-Nya. Di Kisah Para Rasul 1:8 dikatakan, “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh kudus turun ke atas kamu dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi”. Ungkapan ini adalah janji penyertaan sekaligus amanat Tuhan Yesus tentang tugas yang harus diemban oleh para murid-Nya. Para murid akan menerima “kuasa” itu. Itulah Roh Kudus yang akan turun ke atas mereka. Roh Kudus itu yang akan menguatkan mereka untuk melaksanakan amanat Yesus. Tuhan Yesus memberikan amanat kepada para murid untuk menjadi saksi-saksi-Nya tidak hanya di tempat (kampung) mereka sendiri, tetapi juga di tempat-tempat lain bahkan sampai ke ujung bumi (menjangkau semua bangsa). Tuhan Yesus mengutus para murid untuk bersaksi tentang iman mereka. Amanat pengutusan para murid untuk bersaksi kepada banyak bangsa adalah tugas yang amat berat dan beresiko. Diperlukan suatu keberanian, daya tahan dan ketekunan yang luar biasa untuk melaksanakan tugas kesaksian ini. Tuhan Yesus sangat mengerti akan hal ini. Itulah sebabnya, ketika Ia terangkat ke sorga, Ia tetap memberikan harapan dan jaminan kepada para murid-Nya. Jaminan itu adalah kuasa Roh kudus yang akan memberikan keberanian dan daya tahan bagi para murid untuk melaksanakan tugas kesaksian tersebut. Kenaikan Tuhan Yesus ke sorga ternyata tidak menghilangkan harapan para murid akan penyertaan-Nya. Roh Kuduslah yang diutus Tuhan untuk menguatkan iman percaya para murid-Nya itu. Bersaksi tentang iman kepada Kristus di dalam dunia yang penuh gejolak ini, bukanlah tugas yang ringan. Kita sering diperhadapkan dengan berbagai macam kesulitan dan tantangan di sepanjang jalan. Bahkan tidak menutup kemungkinan, nyawa kita pun harus dipertaruhkan. Dunia yang menjadi tempat kesaksian kita adalah dunia yang menantang kita dari berbagai segi kehidupan manusia. Kita akan Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



138 menghadapi berbagai macam kesulitan dan tantangan dalam kehidupan dengan beragam latar belakang sosial manusia, budaya, agama, suku, golongan dan lain-lainnya. Itulah yang perlu dan harus kita sadari penuh ketika kita menerima amanat pengutusan itu. Kita diutus Tuhan untuk bersaksi di dunia yang keras dan juga kejam. Jika melihat perjalanan kehidupan bergereja sejak dari gereja mula-mula, sesungguhnya sudah terdapat banyak bukti yang menunjukkan betapa tugas kesaksian itu sangat berat dan penuh penderitaan. Ketika kita hendak menyatakan kebenaran Tuhan, maka kita harus siap menghadapi risiko untuk dijauhi, ditolak, dicemooh, dibenci, bahkan dianiaya oleh orang-orang di sekitar kita. Kita dapat mengingat kisah-kisah memilukan, sekaligus membanggakan dari para martir yang mati karena bersaksi tentang Kristus. Penganiayaan bahkan kematian yang menimpa mereka, di satu sisi adalah sebuah kisah yang sangat memilukan. Ketika mereka mengabarkan berita sukacita dari Allah, yaitu Kristus yang mati dan bangkit demi keselamatan manusia, mereka harus menanggung aniaya yang keji. Namun di sisi yang lain, kisah-kisah pengorbanan para martir itu juga memberikan kepada kita sebuah pelajaran yang sangat membanggakan. Mereka rela mati demi Kristus yang mereka beritakan. Sungguh suatu keberanian yang luar biasa. Apa yang membuat para martir itu berani dan rela mati demi Kristus? Tidak lain adalah karena mereka yakin bahwa mereka akan hidup bersama-sama Kristus setelah mengalami penderitaan di dunia yang fana ini. Kristus yang hidup telah menjadi milik mereka dan mereka telah menjadi milik Kristus. Pengorbanan Yesus Kristus di bukit Kalvari menjadi kekuatan mereka. Kebangkitan dan Kenaikan Yesus ke sorga menjadi pengharapan iman mereka. Ada satu hal yang menarik tentang sejarah perkembangan gereja, betapa semakin gereja dihambat, maka ia akan semakin merambat. Semakin gereja ditindas, maka ia pun akan semakin berkembang. Inilah buah penyertaan Allah, yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus ketika akan terangkat ke sorga. Kuasa Roh Kudus akan menyertai (menolong) para murid. Penyertaan ini juga berlaku orang yang percaya kepada Kristus saat ini dalam menyatakan kesaksian tentang Kristus yang hidup, sehingga akan terus menjadi sumber kekuatan bagi gereja Tuhan untuk semakin hidup dan berkembang. Kita yakin dan percaya bahwa Roh Kudus yang dijanjikan Tuhan Yesus ketika Ia naik ke sorga, akan senantiasa menolong dan menghibur kita dalam melaksanakan tugas kesaksian kita tentang-Nya. Kuasa Roh Kudus membuat setiap orang percaya tetap kokoh dan teguh, sehingga kita menjadi tidak gelisah dan gentar. Untuk itulah, mari kita bersamasama berusaha menjadi saksi-saksi Kristus yang setia di tengah-tengah dunia ini. Kita bersaksi tentang Kristus yang mati dan bangkit demi keselamatan umat manusia. Jangan hanya termangu-mangu menatap ke langit, sebab kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga adalah perpisahan yang memberi pengharapan bagi orang percaya. Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



139 Bahan Khotbah Minggu Ke-22



Tanggal 2 Juni 2019



CERMIN KEMULIAAN ALLAH (Sammin Kamala’biran-Na Puang Matua) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 97:1-12 : Kisah Para Rasul 16:16-34 : Wahyu 22:12-21 : Yohanes 17:20-26(Bahan Utama) : Mazmur 97:12 : Mazmur 97:10a



Tujuan: 1. Jemaat memahami bahwa kesatuan orang percaya adalah cermin kemuliaan Allah. 2. Jemaat saling mendukung dalam menjalankan tugas gereja.



Pemahaman Teks Kisah Para Rasul 16:16-34 mengisahkan peristiwa di Filipi saat Paulus mengusir roh jahat dari tubuh seorang perempuan dengan cara berkata “Demi nama Yesus Kristus aku menyuruh engkau keluar dari perempuan ini”. Kemampuan Paulus mengusir roh jahat membuktikan kesatuannya dengan Kristus. Akibatnya ialah Paulus dan Silas difitnah oleh orang-orang yang kehilangan keuntungan materi melalui kuasa roh jahat sehingga Paulus dan Silas mengalami kesatuan penderitaan dengan Kristus, walau tentu saja penderitaan mereka tidak seberat yang dialami Yesus. Di dalam penjara Paulus dan Silas bersatu di dalam doa dan pujipujian kepada Allah sehingga pintu-pintu penjara dan belenggu para tahanan terbuka dengan sendirinya. Kepala penjara nyaris bunuh diri karena menyangka bahwa semua tahanan telah melarikan diri. Namun Paulus mencegahnya. Pada akhirnya, kepala penjara justru percaya kepada Kristus dan dibaptis bersama keluarganya. Dia yang awalnya adalah “musuh” yang memenjarakan Paulus dan Silas, kemudian justru menjadi satu di dalam iman kepada Kristus. Wahyu 22:12-21 mengisahkan penglihatan Rasul Yohanes tentang kejadian-kejadian yang akan terjadi di akhir zaman saat Yesus datang sebagai hakim atas orang yang hidup dan yang mati. Penglihatan dari Tuhan ini disampaikan untuk memberi kekuatan percaya kepada semua orang percaya yang mengalami penindasan dari berbagai pihak, sejak gereja mula-mula hingga saat ini. Yesus menegaskan bahwa Dia adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir (sudah ada sebelum segala sesuatu ada dan tetap ada sampai segala sesuatunya hilang lenyap). Yesus memberi hak kepada orangorang yang percaya untuk masuk ke dalam sorga dan tinggal selamalamanya bersama dengan Dia. Yohanes 17:20-26 adalah bagian ketiga dari 3 hal yang didoakan Tuhan Yesus menjelang Ia ditangkap untuk dihukum mati di atas kayu salib. Bagian pertama yang didoakan ialah tentang kemuliaan di dalam Bapa dan Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



140 Anak (Yesus Kristus), serta kehidupan kekal yang tersedia bagi mereka yang percaya (ay. 1-5). Bagian kedua ialah doa untuk murid-murid supaya dilindungi dalam dunia dan diutus untuk melayani dunia (ay.6-19). Sedangkan bagian penutup adalah supaya orang-orang percaya saat itu bersatu dengan orang-orang yang percaya di kemudian hari sebagai gambaran kesatuan Bapa dengan Anak dan menjadi kesaksian kepada dunia. Salah satu tugas supaya menjadi sempurna di dalam Yesus Kristus, ialah tugas sebagai Imam. Sebagai imam, Ia telah mengorbankan langsung diriNya sendiri sebagai korban penebus dosa dunia di atas kayu salib. Namun dalam posisi sebagai imam juga, Ia terus mendoakan umat-Nya agar mereka senantiasa teguh dalam kesatuan dengan Kristus (bnd. Ibr. 7:24-25). Pokok-pokok pengembangan khotbah 1. Yesus berdoa supaya orang percaya menjadi satu sehingga dunia tahu kesatuan Kristus dengan Bapa (ay. 20-23) Yesus Kristus tidak hanya mendoakan murid-murid-Nya saat itu, tetapi juga untuk orang-orang percaya, yakni hasil pemberitaan murid-murid dari generasi ke generasi. Yesus berdoa supaya sekalipun orang-orang percaya ini tidak hidup di waktu atau tempat yang sama, namun mereka tetap bersatu: “Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala” (Yoh.10:16). Yesus berdoa supaya semua orang percaya di semua tempat dan di segala zaman mengikuti contoh kesatuan Kristus dengan Bapa-Nya. Yesus adalah Firman Allah yang menjadi manusia, yang bersatu dengan Bapa yang berfirman. Supaya dunia percaya bahwa Yesus Kristus itu diutus oleh Bapa. Yesus Kristus itu adalah Allah. Bukan hanya itu, tetapi kesatuan iman dari orang-orang percaya tentang kesatuan Allah Bapa dengan Kristus membuat mereka ada di dalam kesatuan Bapa dengan Anak. Kesatuan ini menjadi bukti bagi dunia bahwa Allah Bapa telah mengutus Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dunia. Kesatuan orang percaya akan membawa kemuliaan bagi Allah. Contohnya adalah mujizat yang terjadi di penjara. Kepala penjara yang melihat kejadian tersebut menjadi percaya kepada Kristus bersama keluarganya (Kis.16:27-34). Ilustrasi: Orang tua yang mengharapkan supaya anak-anak mereka saling mengasihi, sekaligus akan menjadi kesaksian bagi orang lain bahwa orang tua tersebut telah berhasil mendidik anak-anak tersebut di dalam kasih. Aplikasi Apa saja yang paling sering kita kelancaran pendidikan dan usaha, mendapatkan pasangan hidup yang Permintaan-permintaan seperti itu tentu



minta dalam doakan? Kekayaan, keamanan dan kenyamanan, baik, mendapatkan keturunan? saja tidak salah. Namun satu hal



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



141 yang penting disadari, bahwa yang paling diinginkan oleh Yesus ialah kesatuan antara orang-orang yang percaya kepada-Nya. Karena itu mari tinggalkan kebiasaan-kebiasaan yang dapat memecahbelah keesaan gereja dan keutuhan tubuh Kristus. 2. Yesus berdoa supaya Ia tetap bersama-sama dengan orang-orang yang percaya kepada-Nya (ay. 24-26). Yesus ingin supaya Ia tidak terpisah dari orang-orang yang percaya kepada-Nya, sama seperti Ia tidak bisa terpisah dari Bapa-Nya sejak sebelum dunia dijadikan. Ini hasrat (keinginan yang begitu kuat) dari Yesus kepada manusia yang percaya kepada-Nya. Ia ingin agar kasih Bapa kepada Kristus tetap ada dalam hati orang-orang percaya karena Ia ingin tetap bersatu atau bersama-sama dengan umat-Nya. Doa Yesus ini menjadi bukti. Saat Ia sudah naik ke sorga, penyertaan-Nya kepada para rasul berlanjut di dalam tuntunan Roh Kudus. Salah satu contoh terlihat dalam bacaan pertama yakni Kisah Rasul 16. Saat Paulus dan Silas bersatu dalam doa dan puji-pujian, mujizat pun terjadi. Pintu-pintu dan belenggu (rantai pengikat) para tahanan terlepas dengan sendirinya. Itu bukti bahwa Yesus tetap bersama hamba-hamba-Nya. Yesus bahkan memberi jaminan, bahwa Ia akan tinggal di sorga bersama-sama dengan semua orang yang percaya kepada-Nya (Why. 22:14). Aplikasi: a. Mari sambut dengan sukacita hasrat Kristus, untuk tinggal bersama dengan kita selama-lamanya. Dia ingin supaya karya-Nya untuk menyelamatkan dunia dinikmati oleh umat-Nya. b. Bukan hanya di akhir zaman, tetapi saat ini juga Ia rindu tetap tinggal bersama dengan kita. Mari rasakan kehadiran-Nya setiap saat dalam diri kita masing-masing. c. Ikhlaskan/serahkan diri sepenuhnya supaya Kristus bekerja di dalam diri kita sehingga kehidupan bersama Kristus terlihat nyata dan dirasaakan orang di sekitar kita melalui kata-kata yang semakin baik, sikap yang makin penuh kasih dan perbuatan yang makin menjadi berkat kepada sesama. Soli Deo Gloria.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



142 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 3-8 Juni 2019



CERMIN KEMULIAAN ALLAH (Sammin Kamala’biranNa Puang Matua) Kisah Para Rasul 16:16-34 Tujuan: 1. Jemaat memahami bahwa kesatuan orang percaya adalah cermin kemuliaan Alah. 2. Jemaat hidup saling mendukung dalam menjalankan tugas gereja.



Pemahaman Teks Di Filipi, saat Paulus dan Silas pergi ke rumah sembahyang orang Yahudi (sinagoge), mereka bertemu dengan seorang hamba perempuan yang mempunyai roh tenung. Dengan tenungan-tenungannya, tuan-tuannya memperoleh penghasilan besar. Menarik sekali, bahwa orang yang memiliki roh tenung pun pergi ke rumah ibadah. Iblis pun masuk di tempat ibadah. Beberapa hari orang itu mengikuti Paulus dan kawan-kawan sambil terus mengganggu pelayanan Paulus, sehingga Paulus mengusir roh jahat dari tubuh perempuan tersebut dengan cara berkata “Demi nama Yesus Kristus aku menyuruh engkau keluar dari perempuan ini”. Namun demikian, penyembuhan perempuan justru dipandang merugikan para majikan perempuan ini, sehingga mereka menangkap Paulus dan Silas, serta menfitnahnya sebagai pengacau kota. Akibatnya, Paulus dan Silas pun dimasukkan ke dalam penjara. Di dalam penjara Paulus dan Silas bersatu di dalam doa dan puji-pujian kepada Allah sehingga pintupintu penjara dan belenggu para tahanan terbuka dengan sendirinya. Kepala penjara nyaris bunuh diri karena menyangka bahwa semua tahanan telah melarikan diri. Namun Paulus mencegahnya. Pada akhirnya, kepala penjara justru percaya kepada Kristus dan dibaptis bersama keluarganya. Dia yang awalnya adalah “musuh” yang memenjarakan Paulus dan Silas, kemudian justru menjadi satu di dalam iman kepada Kristus. Pertanyaan diskusi 1. Menurut saudara, apa yang membuat kepala penjara justru memberi dirinya dibaptis dan menjadi pengikut Kristus? (Umba susi pangappa’ta, apa tu umpatilao penanna sapiri (kapala pa’tarungkuan) ussorong kalena didio’ sia mendadi to menturu’ lako Puang Yesu?) 2. Seberapa jauh kehidupan bersama antar gereja-gereja sekarang ini sudah mencerminkan kemuliaan Allah dan membawa orang pada pengenalan terhadap Kristus? (Umbamo anggenna nanai temai kapa’misaran to sarani totemo umpapayan kamala’biranNa Puang Matua sia solan tau lako kauntandaian Kristus?) Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



143 Bahan Khotbah Minggu Ke-23



Tanggal 9 Juni 2019



ROH KUDUS MENJADIKAN KITA ANAK-ANAK ALLAH (Penaa Masallo’ umpopendadiki’ anakNa Puang Matua) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 104:24-35 : Kisah Para Rasul 2:1-21 : Roma 8:12-17 (Bahan Utama) : Yohanes 14:8-17 : Yohanes 14:12 : Mazmur 104:33



Tujuan: 1. Jemaat memahami statusnya sebagai keluarga Allah. 2. Jemaat makin tekun melakukan disiplin rohani (bersekutu, berdoa, membaca Alkitab, bersaksi).



Pemahaman Teks: Kisah Para Rasul 2:1-21, menjelaskan tentang Roh Kudus yang dijanjikan oleh Yesus kepada para murid-Nya, kini hinggap atau datang kepada para pengikut Kristus sehingga “penuhlah mereka dengan Roh Kudus”. Roh Kudus memampukan pengikut Kristus yang merupakan orangorang Galilea, berbicara atau mengucapkan bahasa-bahasa asing, yaitu bahasa dari orang-orang yang hadir dari berbagai tempat di Yerusalem pada waktu itu, sehingga semua yang hadir pun tercengang-cengang dan heran. Roh Kudus juga memberi keberanian untuk bersaksi di depan banyak sekali orang, sehingga mereka mampu memahami pekerjaan Allah untuk menyelamatkan manusia melalui Yesus Kristus. Roma 8:12-17 merupakan penjelasan lebih jauh tentang kehadiran Roh Allah dalam diri manusia yang lemah. Jika di pasal sebelumnya (Roma 7) dikemukakan tentang tidak berdayanya manusia yang dikuasai dosa untuk melakukan perintah Tuhan yang tertulis dalam Hukum Taurat, maka kini Roma 8 kehadiran dan pimpinan Roh Allah dalam tubuh yang lemah itu. Oleh kekuatan Roh Allah, tubuh lemah manusia bisa melakukan dan mengikuti perintah Allah. Roh Allah yang memimpin manusia sehingga mereka bisa mematikan atau tidak melakukan perbuatan-perbuatan dosa, melainkan hidup sesuai kehendak Allah sekalipun harus menderita (ay. 17). Bahkan oleh pimpinan Roh Allah, seseorang memiliki bukti dan jaminan bahwa ia adalah anak Allah (ay. 14-15). Yohanes 14:8-7 merupakan penjelasan Yesus tentang Penolong yang akan melanjutkan karya-Nya. Pada waktunya, karya penebusan Kristus akan selesai melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Namun selanjutnya dibutuhkan peran Roh Kudus sebagai Penolong yang akan menyertai pengikut Kristus selama-lamanya (ay.16) dan meyakinkan mereka tentang keselamatan di dalam Yesus Kristus. Roh itu tidak terlihat, namun Ia akan menyertai pengikut Kristus, bahkan akan tinggal dan berdiam di dalam diri Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



144 orang percaya, serta terus melakukan pekerjaan-Nya agar orang percaya pun semakin yakin, bahwa mereka adalah anak-anak Allah. Pokok-pokok yang dapat dikembangkan 1. Roh Allah menjadikan manusia sebagai anak-anak Allah sehingga mampu untuk tidak berbuat dosa (ay. 12-15). Roh Allah yang tinggal dalam diri pengikut Kristus menjadi penolong selama-lamanya (Yoh. 14:16-17) sehingga para pengikut Kristus dijauhkan dari kuasa dosa dan mampu menjalani hidup yang menyenangkan Allah, serta makin menjauhi dosa. Pernyataan “kita adalah orang berhutang” (ayat 12), dapat dipahami dalam hubungan dengan pasal 7:24-25, bahwa di dalam Yesus Kristus kita telah dilepaskan dari “tubuh maut” yakni tubuh yang akan binasa dan terpisah dari Tuhan, karena dosa. Roh Allah meyakinkan kita, bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat sehingga kita “diberi kuasa menjadi anak-anak Allah” (Yoh.1:12). Dengan demikian kita adalah orang yang berhutang kepada pengorbanan Kristus, yakni orang yang tidak lagi hidup menurut daging. Hidup menurut daging hanya akan membawa kematian (ay.13), tetapi dalam pimpinan Roh Allah, orang-orang yang telah dibarui di dalam Kristus akan mengalami kehidupan selama-lamanya: “Siapa yang ada di dalam Kristus, Ia adalah ciptaan baru” (2 Kor. 5:17). Tubuh yang kita warisi dari Adam ini akan hancur dan kembali menjadi debu melalui kematian. Namun di dalam Kristus kita akan mengalami kebangkitan dan hidup kekal. Bapa kita di sorga tidak akan membiarkan anak-anakNya binasa selama-lamanya. Roh Allahlah yang terus bekerja membarui umat-Nya terus menerus. Ilustrasi: tubuh kita akan lemah jika tidak makan dan minum, tetapi akan kuat jika makan dan minum. Demikianlah kita yang dipimpin Roh Kudus akan mampu dan kuat menjauhkan diri dari dosa. Tanpa pimpinan Roh Kudus kita akan tetap lemah dan gampang sekali berbuat dosa Aplikasi Mari selalu memohon agar Roh Kudus terus menerus memimpin dan membarui kita, sehingga kita pun makin dimampukan untuk tidak berbuat dosa. Kita juga hendaknya semakin sering beribadah, berdoa, membaca Alkitab dan bersaksi kepada sesame, sebagai ciri-ciri kesatuan kita dengan Bapa di sorga. Seorang anak akan rindu untuk selalu bersama-sama dengan orang tuanya. Demikian pun kita sebagai anak Allah tentu ingin selalu bersama dengan Bapa melalui ibadah dan beragam kegiatan lainnya. 2. Roh Kudus bersaksi bersama dengan roh kita tentang identitas baru kita sebagai anak Allah (ay. 16-17). Dua saksi sangat menguatkan dan bisa diterima dalam sebuah perkara (Bil. 35:30; Ul. 17:6; dan Ul. 19:15). Roh Allah yang tinggal dalam diri pengikut Kristus (Yoh. 14:17) menjadi jaminan, bahwa kita adalah Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



145 bagian dari keluarga Allah sendiri dan Allah berkenan menjadikan pengikut Kristus sebagai anak-anak Allah. Roh Kudus mendorong setiap pengikut Kristus untuk taat kepada Bapa. Menjadi milik Kristus berarti hidup dalam tuntunan Roh Kudus. Kita tidak hidup sendiri lagi karena Roh Kudus berkenan tinggal dan bersaksi bersama dengan roh kita. Peristiwa Pentakosta di Kisah Rasul pasal 2 memberikan bukti, bahwa kehadiran Roh Kudus dalam diri pengikut Kristus mengubahkan para murid sehingga membuat orang-orang yang hadir tercengangcengang dan heran (ay. 7 dan 12). Roh Kudus yang datang dan tinggal dalam diri orang-orang percaya memampukan mereka melakukan hal yang mencengangkan. Hal yang sama terjadi saat Yesus, dalam kesatuan dengan Roh Kudus, melakukan begitu banyak mujizat yang mencengangkan. Dalam kesaksian Roh Kudus bahwa kita adalah anakanak Allah, kita pun mendapatkan jaminan sebagai ahli waris kerajaan Allah atau penerima janji-janji Allah. Penderitaan sebagai anak-anak Allah yang dialami bersama Kristus, juga menjadi jaminan kemuliaan anak-anak Allah bersama Yesus Kristus. Ilustrasi: Jika ayah dan ibu memiliki kesaksian yang sama bahwa kita adalah anak mereka maka tidak ada yang bisa membantah lagi. Demikian halnya dengan Roh Kudus yang bersaksi bersama dengan roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah. Aplikasi: a. Mari serahkan diri kita untuk terus bersaksi bersama Roh Kudus bahwa kita adalah anak-anak Allah. b. Sekalipun harus menderita karena iman kepada Yesus Kristus, yakinlah bahwa Roh Kudus akan tetap setia menjadi pendamping selama-lamanya. Roh Kudus akan memampukan atau menolong kita menghadapi segala macam keadaan.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



146 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 10-15 Juni 2019



ROH KUDUS YANG MENCENGANGKAN (Penaa Masallo’ umpopendadiki’ anakNa Puang Matua) Kisah Para Rasul 2:1-21 Tujuan: 1. Jemaat memahami pekerjaan Roh Kudus yang mencengangkan. 2. Jemaat makin tekun melakukan disiplin rohani (bersekutu, berdoa, membaca Alkitab, bersaksi).



Pembimbing Teks Hari Pentakosta adalah hari pengucapan syukur bagi Israel atas panen gandum. Pentakosta berarti hari kelima puluh yang dirayakan 7 minggu setelah hari paskah. Setiap orang Yahudi diwajibkan muncul di Bait Allah di depan Tuhan (Kel.34:23; Ul.16:16) pada hari raya ini, yakni yang merupakan pesta besar kedua setelah Paskah. Namun demikian, Pentakosta juga kemudian menjadi hari peringatan pemberian 10 hukum di Gunung Sinai, karena jarak waktu antara Paskah dengan kedatangan di Sinai, juga terhitung lima puluh hari (Kel. 19:1). Itulah sebabnya banyak orang Yahudi dan penganut agama Yahudi dari berbagai tempat (Kis.2:9-11) datang berkumpul di Yerusalem untuk merayakan Pentakosta. Pada saat itulah, Roh Kudus yang telah dijanjikan oleh Yesus kepada para murid-Nya, turun dan hinggap di atas para murid. Mereka pun penuh dengan Roh Kudus. Roh Kudus memampukan pengikut Kristus berbicara atau mengucapkan bahasa-bahasa asing, yaitu bahasa dari orang-orang yang hadir dari berbagai tempat pada waktu itu. Roh Kudus membuat orangorang yang sebagian tidak terpelajar itu (dari Galilea, bekerja sebagai nelayan) menjadi bisa berbahasa asing, sehingga orang yang mendengarnya pun menjadi heran dan tercengang. Memang ada pula pihak yang menyindir para pengikut Kristus tersebut dengan menyebutkan mereka “sedang mabuk oleh anggur manis” (ay. 13). Namun demikian, Roh Kudus juga terus memberi keberanian kepada para murid untuk bersaksi di depan banyak orang, serta menjelaskan pekerjaan Allah yang menyelamatkan manusia melalui penebusan Yesus Kristus. Pertanyaan diskusi 1. Adakah bukti yang bisa disebutkan sebagai tanda bahwa Roh Kudus terus bekerja hingga kini? Denraka tu tandana kumua ia tu Penaa Masallo' tontong mengkarang landa’ lako attu totemo? Pada pokadai) 2. Dulu ada kelompok yang menyindir pekerjaan Roh Kudus (ay. 13). Menurut saudara, adakah juga kelompok yang menyindir saat ini? (Den sangtaan tau untellei tu pengkaranganNa Penaa Masallo’ (ay.13).Ia ke kita, denparaka tosenga’ tu patelle totemo? Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



147 Bahan Khotbah Minggu Ke-24 Minggu 1 setelah Pentakosta



Tanggal 16 Juni 2019



ROH KUDUS MEMIMPIN KE DALAM KEBENARAN (Penaa Masallo’ ullalananki’ Lako Kamanapparan) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 8:2-10 : Amsal 8:1-4, 22-31 : Roma 5:1-5 : Yohanes 16:12-15 (Bahan Utama) : Mazmur 37:5-6 : Yohanes 16:13



Tujuan: 1. Jemaat memahami bahwa Roh Kuduslah yang memimpin kepada kebenaran sejati. 2. Jemaat makin menyerahkan diri dipimpin Roh Kudus.



Pemahaman Teks Melalui keempat bacaan dalam minggu ini (Mazmur, Amsal, Roma, dan Yohanes), kita diajak untuk semakin mendalami peran dan kuasa Roh Kudus di dalam kehidupan orang percaya. Jemaat hendak semakin diyakinkan bahwa Roh Kuduslah yang memimpin kepada kebenaran, sehingga jemaat juga semakin menyerahkan diri dipimpin Roh Kudus. Mazmur 8 mengajak kita untuk memahami bahwa Rohlah yang membimbing manusia untuk melihat kemuliaan Allah (ay. 2,4) dan menyadari dirinya sebagai orang yang tak bernilai (ay. 5). Pemazmur menyadari kemanusiaannya yang tak bernilai itu di hadapan kemuliaan Allah yang nyata terlihat pada ciptaan-Nya yang lain (langit, bulan, dan bintangbintang). Sesungguhnya manusia tidak bernilai. Kemuliaan dan kehormatan manusia merupakan dua mahkota pemberian Allah. Karena itu, kemuliaan dan kehormatan yang ada seharusnya tidak membuat orang percaya menjadi arogan (sombong), melainkan hendaknya senantiasa rendah hati di hadapan sesame, terlebih di hadapan Allah, Sang Pemilik kemuliaan dan kehormatan tersebut. Amsal 8 menggambarkan bahwa hikmat berseru-seru memperdengarkan suaranya di segala tempat. Hikmat yang dimaksud di sini ialah perkataan Allah yang menciptakan dan sekaligus mengatur hidup manusia. Dengan Hikmat Allah itu, yakni Firman Allah, orang percaya mengatur hidupnya agar senantiasa seturut dengan Firman Allah. Perlu diaminkan bahwa tiada tempat di mana Allah tidak berkata-kata. Keyakinan ini menyadarkan kita, bahwa juga tiada tempat atau pun kondisi/keadaan yang tanpa kehadiran Allah di dalamnya. Allah hadir di segala tempat dan keadaan orang percaya sebagai bukti yang nyata bahwa Allah beserta kita (Imanuel). Roma 5 merupakan kesaksian Paulus, bahwa dengan perantaraan Roh, ia bersama dengan rasul-rasul yang lainnya diberikan jabatan Rasul Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



148 untuk dapat menuntun semua bangsa menjadi percaya dan taat kepada nama Yesus Kristus, Tuhan kita. Kasih Allah telah dicurahkan dalam hati manusia oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada orang percaya. Dalam kesaksian Rasul Paulus itu, peran dan kuasa Roh Kudus sangat ditekankan. Jabatan Rasul bukanlah sebuah pencapaian atau prestasi individual, tapi pemberian Roh Kudus. Jabatan kerasulan diberikan sebagai pemberian kuasa sekaligus kesempatan untuk menuntun semua bangsa menjadi murid Kristus (perhatikan kembali amanat Yesus kepada para murid dalam Matius 28). Yohanes 16:12-15 merupakan penjelasan Yesus untuk meyakinkan murid-Nya, bahwa Roh Kebenaran akan memimpin orang percaya untuk memahami seluruh kebenaran yakni semua ajaran dan perkataan Yesus Kristus. Pokok-Pokok Yang dapat dikembangkan Kitab Yohanes ditulis dengan maksud “tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya” (Yoh. 20:31). Dalam ayat ini sangat ditekankan oleh Yohanes tentang “siapakah Yesus itu?” Penekanan ini sangat bermakna sebagai pertanggungjawaban keyakinan para murid di kalangan orang Yahudi pada waktu itu. Yesus bukan hanya Rabi namun Ia itulah Mesias, Anak Allah. Iman para murid jangan goyah sebab Yohanes begitu yakin bahwa hanya dengan iman kepada Yesuslah maka para murid memperoleh hidup. Penekanan Yohanes ini sangat penting mengingat kondisi yang sedang dihadapi para murid ketika itu. Para murid mulai dikucilkan dari sinagoge-sinagoge Yahudi. Maksud pengucilan tersebut untuk mencegah mereka menyebarluaskan berita tentang Yesus di sana. Dalam kondisi demikianlah, penulis kitab Yohanes merasa perlu memberikan penguatan. Keyakinan ini tidak boleh goyah, sebab erat hubungannya dengan hidup mereka sendiri. Tulisan Yohanes ini menyadarkan kita, pembaca firman Tuhan masa kini, bahwa ada hubungan yang jelas dan antara keyakinan dan kehidupan. Hubungan antara keyakinan dan kehidupan tidaklah hanya dimaksudkan untuk kehidupan yang sementara dijalani saat ini, namun juga di masa depan. Bahkan, kehidupan yang dimaksud juga berkaitan dengan hubungan yang benar dengan Sumber Hidup yaitu Allah sendiri. Berbicara tentang hubungan keyakinan dan kehidupan, Yesus pun menyadari keterhubungan ini. Yesus merasa penting untuk mengokohkan keyakinan para murid tentang “siapa Diri-Nya sesungguhnya?”. Mulai pasal 2:1 sampai dengan pasal 11:44, Yohanes menunjukkan tujuh tanda kemuliaan Yesus, Sang Mesias itu. Ketujuh tanda tersebut lahir dalam pengalaman kebersamaan Yesus dan para murid. Yohanes perlu menulisnya untuk mengingatkan kembali para murid dengan maksud agar para murid percaya kepada-Nya bahwa Dia-lah Mesias, Anak Allah. Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



149 Selanjutnya Yesus juga sadar, bahwa akan tiba saatnya Ia akan berpisah dengan para murid-Nya. Karena itu Ia merasa perlu menyiapkan para murid sedemikian rupa. Beberapa persiapan itu tercatat dalam pasal 13:1 sampai dengan pasal 17:26. Bahan bacaan Yohanes 16:12-15 merupakan bagian dari upaya Yesus mempersiapkan para murid untuk berpisah denganNya. Pasal 16:12-15 merupakan bagian dari sebuah perikop yang berjudul “Pekerjaan Penghibur”. Dari judul tersebut diperoleh keterangan, bahwa keterpisahan akan mendukacitakan para murid (ay. 6). Pada perikop sebelumnya (ay. 1-4a), Yesus mengungkapkan beberapa kejadian yang akan dialami oleh para murid, yaitu dikucilkan dan dibunuh. Hal ini perlu disampaikan, agar mereka jangan kecewa dan menolak Yesus. Pengucilan bahkan pembunuhan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah gereja sampai saat ini. Para murid tentu harus siap menghadapinya, agar mereka kemudian tidak berubah menjadi kecewa dan bahkan menolak Yesus. Termasuk dalam hal ini, gereja pada masa kini. Gereja hendaknya terus membekali semua umat Tuhan, agar siap menghadapi resiko sebagai orang yang mempercayakan hidupnya kepada Yesus. Dalam ayat 7 Yesus mengatakan: “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu”. Perkataan Yesus ini menjelaskan tentang perbedaan pandangan Yesus dan para murid sehubungan perpisahan yang akan terjadi. Para murid akan merasakannya sebagai dukacita namun Yesus justru melihatnya sebagai waktu kedatangan Penghibur. Apa dan bagaimana pekerjaan Penghibur itu dijelaskan dalam ayat 8-11. Pengutusan Penghibur ini sekaligus sebagai tanda bahwa sesungguhnya Yesus tetap bersama-sama dengan para murid. Oleh sebab itu sesungguhnya tidak ada alasan para murid untuk berduka. Penghibur yang dimaksudkan, ialah Roh Kebenaran. Pada bagian sebelumnya disampaikan, “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku” (Yoh.15:26). Roh Kebenaran adalah Roh yang keluar dari Bapa. Yesus mengatakan bahwa Ia dan Bapa adalah satu. Dengan demikian Yesus dan Roh Kebenaran juga satu adanya. Lebih jauh lagi, ayat ini juga menjelaskan tentang tugas Roh Kebenaran yakni bersaksi tentang Yesus, serta memimpin para murid ke dalam seluruh kebenaran dan memberitakan kepada para murid apa yang diterima dari Yesus. Apa yang dimaksud “kebenaran”? Dalam Perjanjian Lama, kebenaran Allah berarti keterpercayaan-Nya (Yes. 65:16). Dalam Perjanjian Baru kebenaran berarti pengetahuan yang tepat (1 Tim. 4:3). Sebagian besar dari Injil Yohanes memberikan penjelasan tentang kebenaran Allah (Yoh.3:33), yang dinyatakan oleh Yesus Kristus (Yoh. 8:26) dan Kristus sendiri adalah kebenaran (Yoh. 14:6). Jadi “kebenaran” adalah hal yang melekat pada diri Allah. “Kebenaran” bukanlah sekedar sifat Allah, namun lebih Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



150 daripada itu “kebenaran” itu ialah Allah sendiri. Sehingga tepatlah bila dikatakan, bahwa Roh Allah ialah Roh Kebenaran itu sendiri. Dalam minggu-minggu pasca Pentakosta, kita diajak untuk semakin menghayati dan meyakini peran Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya. Mengapa hal ini penting? Salah satu tugas Roh Kebenaran yaitu memimpin para murid ke dalam seluruh kebenaran. Apa maksudnya? Untuk tiba di tempat yang dituju, kita membutuhkan petunjuk arah yang dimaksud. Agar lebih memastikan lagi bahwa arah yang dimaksud itu sudah tepat, kita membutuhkan seseorang yang bertugas untuk mendampingi atau memandu perjalanan. Pemandu itu adalah seorang yang sudah tahu dengan baik jalan menuju tempat yang dimaksud. Tidak sekedar itu, sebaiknya pemandu yang dimaksud adalah penduduk setempat sehingga tidaklah mungkin orang yang dipandu akan tersesat. Roh Kebenaran yang akan diutus bersumber dari Kristus sendiri, dari rumah Bapa. Roh Kebenaran memimpin para murid ke dalam seluruh kebenaran dapat berarti memimpin perjalanan pulang ke rumah Bapa. Hidup dalam dunia ini berarti hidup sebagai perjalanan pulang ke rumah Bapa. Dalam perjalanan pulang itu seringkali beberapa persoalan bahkan banyak persoalan telah mengganggu suasana perjalanan hidup. Disadari atau tidak, permasalahan/persoalan hidup justru seringkali mengaburkan arah dan tujuan hidup. Karena itu kita membutuhkan panduan yang langsung datang dari tujuan yang hendak dicapai, yaitu rumah Bapa. Terakhir, bacaan pasca Pentakosta ini menyadarkan orang percaya bahwa Yesus sendiri telah mengupayakan Diri-Nya untuk senantiasa terhubung dengan para murid-Nya. Pengutusan Roh Kebenaran, Penghibur itu adalah bukti bahwa Yesus senantiasa menghubungkan Diri-Nya dengan manusia yang mempercayakan hidupnya kepada-Nya. Karena itu, sebagai murid yang setia, kita hendaknya senantiasa membangun hubungan yang benar dengan Yesus, yakni dengan terus-menerus menyambut kehadiran Penghibur itu dalam hati. Dengan demikian, kerohanian kita terus dibangun untuk terus melayani dalam keluarga, pekerjaan, gereja dan masyarakat, bahkan bangsa Indonesia.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



151 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 17-22 Juni 2019



ROH KUDUS MEMIMPIN KE DALAM KEBENARAN (Penaa Masallo’ ullalananki’ Lako Kamanapparan) Roma 5:1-5 Tujuan: 1. Jemaat memahami bahwa Roh Kuduslah yang memimpin kepada kebenaran 2. Jemaat makin menyerahkan diri dipimpin Roh Kudus.



Pembimbing Teks Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah. 1:2 Injil itu telah dijanjikan-Nya sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam kitab-kitab suci, tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud, dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita (ay.1-4). Dalam Ayat 1-4 ini, Paulus menyatakan dengan jelas siapa Yesus. Yesus adalah Injil atau berita sukacita dari Allah. Yesus adalah penggenapan janji Allah sebagaimana yang telah dinubuatkan para nabi dalam kitab-kitab suci sebagaimana yang dapat dibaca dalam Perjanjian Lama. Yesus adalah Anak Allah yang menurut daging diperanakkan dari keturunan raja Daud. Ialah Tuhan kita, Tuhan yang berkuasa dan telah bangkit dari antara orang mati. Yesus adalah Kristus yang dinantikan itu. Jadi Pekabaran Injil yang dimaksudkan oleh Rasul Paulus ialah memberitakan siapa itu Yesus Kristus. Dengan perantaraan-Nya kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya (ay.5). Hal ini dapat dimengerti sebagai pengakuan Rasul Paulus tentang jabatan kerasulan yang diterimanya. Jabatan kerasulan itu diterima dari Allah di dalam Yesus Kristus sebagai kasih karunia. Jabatan kerasulan adalah tanda kasih Allah kepada Paulus dan sekaligus sebagai karunia Allah kepadanya. Jabatan kerasulan itu dikaruniakan dengan maksud agar Paulus menuntun semua bangsa pada kepercayaan dan ketaatan kepada Tuhan Yesus Kristus. Pertanyaan diskusi 1. Apakah yang warga jemaat pahami tentang jabatan rasul? (Umba susi pahangna kombongan tu pangka’ Rasulu’?) 2. Apakah semua orang percaya diberikan jabatan kerasulan? Jelaskan (Mintu’raka to ma’patongan diben pangka’ Rasulu?) Pamalesoi 3. Bagaimana pandangan jemaat terhadap dirinya dan lembaga gereja sehubungan dengan tugas kerasulan? (Umba nakua timbanganna Kombongan la diona kalena sia lan kapa’misaran kombongan tu siumpu’na passanan tengko Rasulu’?)



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



152 Bahan Khotbah Minggu ke-25 Minggu ke 2 setelah Pentakosta



Tanggal 23 Juni 2019



DITUNTUN KUASA DAN KASIH KRISTUS (Napanundu’ Kuasa sia Pa’kaboro’Na Kristus) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 42:1-12 : Yesaya 65:1-9 : Galatia 3:1-29 (Bahan Utama) : Lukas 8:26-39 : Mazmur 43:4 : Galatia 3:26



Tujuan:



1.



Jemaat memahami dan meyakini bahwa Gereja diciptakan oleh Tuhan sebagai tempat mengalami kuasa dan kasih Kristus. 2. Jemaat makin rajin bersekutu dan menyatakan syukurnya di dalam persekutuan.



Pemahaman Teks Mazmur 42:1-12 dimulai dengan pernyataan putus asa “seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah”. Ini merupakan penggambaran suasana pemazmur yang berada dalam kesakitan dan kesengsaraan yang luar biasa, yang membuat dia mengatakan “Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup”. Makusdnya jelas, yakni ia ingin mengalami Tuhan, tetapi dia tidak bisa. Ia tidak berhenti percaya pada Tuhan, tapi dia tidak bisa merasakan Tuhan. Dia kehilangan pengalaman relasional dengan Allah. Pikiran tentang Tuhan yang memberikan ketenangan dan menguatkan dia, sudah tidak ada lagi. Hal ini diakibatkan setidaknya oleh tiga hal. Pertama, ialah perubahan komunitas. Ayat 5 menggambarkan bahwa dulu dia berada dekat kuil yaitu di bagian selatan Yehuda dan ia bisa hadir di kuil untuk beribadah. Tetapi tanpa alasan jelas dalam ayat 7 dikemukakan, bahwa sekarang dia berada di tanah Yordan, yang terletak di wilayah utara Yehuda, jauh dari kuil di mana dia membangun hubungan yang intim secara pribadi dengan Tuhan. Kedua, ialah situasi yang tidak diharapkan yaitu ejekan orang-orang. Dalam ayat 4 dan ayat 11, orang menanyakan “dimana Allahmu” sehingga dalam ayat 10 pemazmur berkata: Aku berkata kepada Allah, gunung batuku, mengapa Engkau melupakan aku? Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh? Sedangkan alasan ketiga, ialah penurunan kesehatan fisik. Dalam ayat 4 pemazmur mengatakan kondisinya yaitu air matanya menjadi makanan siang dan malam. Dengan kata lain, ia tidak tidur atau makan. Air mata adalah makanan dan air matanya menjadi tidurnya. Yesaya 65:1-9 merupakan tanggapan Tuhan terhadap doa Yesaya. Tuhan menerangkan bagaimana Dia memberi kasih dan perhatian-Nya kepada orang Israel, serta berkenan memberi petunjuk dan membuka Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



153 tangan-Nya kepada mereka yang sudah melupakan Tuhan, bahkan memberontak dan tidak lagi mencari Tuhan. Namun Tuhan juga menyampaikan penghukuman karena ketidaksetiaan dan ketaatan mereka. Hal itu dimulai saat mereka diserang oleh pasukan Asyur dan pembuangan ke Babel. Sekalipun mereka mendapat hukuman dari Tuhan, tetapi Tuhan tetap mengasihi mereka. Kasih dan berkat Tuhan itu digambarkan oleh Yesaya “seperti tandan buah anggur masih terdapat airnya”. Dalam bahasa Ibrani, tirosh yang umumnya diterjemahkan sebagai “anggur baru” di sini di terjemahkan “air”. Ini membuktikan masih ada berkat Tuhan yang tersedia bagi mereka. Allah tidak akan memusnahkan mereka. Karena itu yang dituntut Tuhan adalah pertobatan yang sungguh dari bangsa Israel. Lukas 8:26-39 mengisahkan mujizat yang merupakan kelanjutan dari mujizat yang terjadi di danau, yakni saat Yesus meredakan angin ribut. Tujuan Yesus menyeberangi danau itu, ialah untuk mencari daerah yang sunyi. Mereka masuk di daerah Gerasa yang bukan lagi wilayah orang Yahudi. Di daerah itu Yesus berjumpa dengan seorang yang kerasutan setan, yakni Legion. Legion adalah sepasukan tentara Romawi yang terdiri dari 6000 serdadu, sehingga selain dapat menjelaskan keberadaan setan dalam dirinya yang berjumlah banyak dan lebih dari satu, legion juga bisa menjelaskan kejahatan setan yang serupa dengan kejahatan-kejahatan tentara Romawi yang mungkin dilihatnya pada masa kecil dan terus menghantuinya. Dampak legion ini sendiri luar biasa, yakni membuat orang ini mengalami kelainan jiwa. Itu sebabnya ia tinggal di gua-gua kuburan dan mengembara di rimba-rimba. Orang ini juga mempunyai kekuatan yang luar biasa yang dapat membinasakan siapa saja, sehingga orang menghindarinya dan tidak ada yang berusaha berbuat sesuatu untuk menolongnya. Namun demikian, Yesus justru memberikan perhatian kepadanya. Yesus tidak merasa takut menemuinya. Yesus bahkan memulihkan dia dengan cara mengusir setan-setan dari dalam diri orang tersebut dan memindahkannya ke dalam sejumlah kawanan babi yang ada di sana. Peristiwa ini memang tidak membuat orang-orang Gerasa menjadi percaya kepada Yesus. Mereka justru lebih sedih karena kehilangan babibabi kepunyaan mereka itu. Hal ini tentu bisa memperlihatkan, betapa mereka lebih mementingkan pertimbangan ekonomis, ketimbang pemulihan kehidupan manusia. Tak heran jika mereka kemudian mengusir Yesus dari daerah mereka. Yesus memang juga kemudian meninggalkan daerah tersebut. Namun demikian satu hal yang pasti, di sana Yesus memperlihatkan dan membuktikan perbuatan kasih dan kuasa Allah yang memulihkan itu. Galatia 3:1-29 ditulis oleh Paulus ketika dia mendengar bahwa di Galatia ada beberapa Guru Yahudi yang sedang mengacaukan orang kristen yang ada di sana dengan memaksa mereka disunatkan dan menerima kuk Taurat Musa sebagai syarat-syarat yang perlu untuk diselamatkan dan diterima dalam Gereja. Di Galatia hal-hal yang menjadi bahan diskusi dan menjadi persoalan yaitu pertanyaan-pertanyaan, apakah iman kepada Yesus Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



154 Kristus sebagai Tuhan dan Jusruslamat merupakan satu-satunya syarat untuk selamat? Ataukah ketaatan kepada upacara dan peraturan Yahudi tertentu dari Perjanjian Lama juga masih diperlukan untuk memperoleh keselamatan dalam Kristus? Menurut Paulus, syarat-syarat yang dituntut hukum, seperti sunat tidak punya hubungan dengan pekerjaan kasih karunia Allah dalam Kristus untuk keselamatan umat manusia. Kita menerima Roh Kudus, serta hidup oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus dan bukan hidup oleh hukum Taurat. Paulus menekankan bahwa hukum Taurat diberikan oleh Tuhan untuk menunjukkan dosa dan memberikan kesadaran bagi manusia akan perlunya belas kasihan, kasih karunia dan anugerah keselamatan dalam Kristus. Hukum Taurat berfungsi sebagai penuntun sementara bagi umat Allah hingga keselamatan oleh iman kepada Kristus datang (ay.22-26) dan menyatakan kehendak Allah untuk perilaku umat-Nya (Kel.19:4-6). Hukum Taurat akan menuntun kita kepada Kristus, “supaya kita dibenarkan karena iman” (ay.24). Sebab itu kita tidak lagi mencari keselamatan melalui ketaatan pada Hukum Taurat termasuk sistem pengorbanan, tetapi keselamatan diperoleh karena kasih karunia Allah melalui kematian dan kebangkitan Kristus. Korelasi bacaan Satu korelasi yang tampak jelas dari keempat bacaan di atas, ialah terkait dengan kasih dan kuasa Allah yang memulihkan kehidupan umat-Nya yang berada dalam penderitaan dan kesesakan. Pokok-pokok yang dapat dikembangkan 1. Berada dalam kuasa dan kasih Kristus, kita hidup tenang Ketenangan hidup adalah dambaan semua orang, tapi ternyata ketenangan itu tidak dapat ditentukan oleh harta, jabatan, kedudukan, uang dan sebagainya. Hal seperti itulah yang membuat Daud senantiasa merindukan hadirat Tuhan. Ia melihat Tuhan sebagai penolong satusatunya, sebab dia sungguh merasakan keadaan ketika dia seakan-akan ditinggalkan oleh Tuhan. Ketika dia jauh dari Tuhan, rasanya ia tidak mampu lagi menjalani hidup karena dihina dan diolok (Mzm.42:1-12). Hidup tenang berada dalam kuasa Tuhan juga dialami oleh seorang yang kerasukan setan seperti yang diceritakan dalam Injil Lukas 8:26-39. Selama bertahun-tahun orang itu tidak mengalami ketenangan karena gangguan setan. Tetapi ketika berjumpa dengan Yesus, orang itu mengalami ketenangan dan pemulihan karena kuasa dan kasih Kristus itu. Lebih dari itu, dia bahkan ingin mengikut Yesus dan terus memberitakan hal itu. Sebab itu biarlah kita juga selalu haus dan lapar untuk menikmati hadirat Tuhan melalui persekutuan bersama orang-orang kudus di gereja dan di berbagai tempat lainnya. 2. Hanya karena kasih karunia Tuhan Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



155 Terputusnya hubungan manusia dengan Tuhan membuat manusia mengalami penderitaan dalam hidupnya. Dosa itu membuat manusia hidup dalam ketidaktenangan dan berujung pada maut (Rm. 6:23). Itulah sebabnya manusia berusaha mencari ketenangannya sendiri, namun tidak ada satupun usaha manusia yang dapat membuatnya menikmati kehidupan yang tenang dan mengalami keselamatan. Termasuk dalam hal ini upaya memenuhi tuntutan hukum Taurat, seperti yang diajarkan Guruguru Yahudi yang sedang mengacaukan orang Kristen di Galatia dengan cara memaksa mereka disunatkan dan menerima kuk Taurat Musa sebagai syarat-syarat yang perlu untuk diselamatkan dan diterima dalam Gereja. Ketika Paulus mendengar berita itu, ia menulis surat ini ke jemaat di Galatia untuk terus meyakinkan orang Kristen yang ada di sana, bahwa keselamatan dapat diperoleh bukan karena ketaatan pada hukum taurat, tetapi semata-mata karena kasih karunia Allah di dalam Yesus Kristus yang telah disalibkan, mati dan dikuburkan tetapi bangkit pada hari yang ketiga. Kita dibenarkan karena Iman kepada Yesus Kristus. Karya Keselamatan itulah yang juga dilihat oleh Yesaya bahwa sekalipun umat Israel selalu memberontak di hadapan Tuhan, tetapi Tuhan dengan kasihNya selalu menyatakan berkat-Nya. Tuhan menghukum yang memberontak kepada-Nya dan mengasihi yang setia kepada-Nya. Sebab itu yang dituntut Tuhan adalah pertobatan dari bangsa Israel. 3. Sebagai orang yang telah menerima kasih karunia Allah haruslah bersyukur Hidup bersyukur adalah buah dari iman setiap orang percaya. Menurut J. M. Malessy dalam lagunya KJ 450, “Hidup kita yang benar, haruslah mengucap syukur”, dasar yang paling dalam dari hidup yang bersyukur ialah “Karena Kristus Penebus sudah berkorban bagi kita”. Itu berarti hal utama yang mestinya mendorong kita untuk selalu bersyukur adalah karya keselamatan Allah di Dalam Yesus Kristus. Kiranya oleh pekerjaan Roh Kudus kita dapat terus hidup bersyukur kepada Tuhan.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



156 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 24-29 Juni 2019



DITUNTUN KUASA DAN KASIH KRISTUS (Napanundu’ Kuasa sia Pa’kaboro’Na Kristus) Lukas 8:26-39 Tujuan: 1. Jemaat memahami bahwa Gereja diciptakan sebagai tempat mengalami Kasih Kristus. 2. Jemaat makin rajin bersekutu dan menyatakan syukurnya di dalam persekutuan.



Pembimbing Teks Lukas 8:26-39 mengisahkan mujizat yang merupakan kelanjutan dari mujizat yang terjadi di danau, yakni saat Yesus meredakan angin ribut. Tujuan Yesus menyeberangi danau itu, ialah untuk mencari daerah yang sunyi. Mereka masuk di daerah Gerasa yang bukan lagi wilayah orang Yahudi. Di daerah itu Yesus berjumpa dengan seorang yang kerasutan setan, yakni Legion. Legion adalah sepasukan tentara Romawi yang terdiri dari 6000 serdadu, sehingga selain dapat menjelaskan keberadaan setan dalam dirinya yang berjumlah banyak dan lebih dari satu, legion juga bisa menjelaskan kejahatan setan yang serupa dengan kejahatan-kejahatan tentara Romawi yang mungkin dilihatnya pada masa kecil dan terus menghantuinya. Dampak legion ini sendiri luar biasa, yakni membuat orang ini mengalami kelainan jiwa. Itu sebabnya ia tinggal di gua-gua kuburan dan mengembara di rimba-rimba. Orang ini juga mempunyai kekuatan yang luar biasa yang dapat membinasakan siapa saja, sehingga orang menghindarinya dan tidak ada yang berusaha berbuat sesuatu untuk menolongnya. Namun demikian, Yesus justru memberikan perhatian kepadanya. Yesus tidak merasa takut menemuinya. Yesus bahkan memulihkan dia dengan cara mengusir setan-setan dari dalam diri orang tersebut dan memindahkannya ke dalam sejumlah kawanan babi yang ada di sana. Peristiwa ini memang tidak membuat orang-orang Gerasa menjadi percaya kepada Yesus. Mereka justru lebih sedih karena kehilangan babibabi kepunyaan mereka itu. Hal ini tentu bisa memperlihatkan, betapa mereka lebih mementingkan pertimbangan ekonomis, ketimbang pemulihan kehidupan manusia. Tak heran jika mereka kemudian mengusir Yesus dari daerah mereka. Yesus memang juga kemudian meninggalkan daerah tersebut. Namun demikian satu hal yang pasti, di sana Yesus memperlihatkan dan membuktikan perbuatan kasih dan kuasa Allah yang memulihkan itu. Pertanyaan diskusi: 1. Seperti apa kasih dan kuasa Allah yang dapat saudara saksikan melalui peristiwa pemulihan orang yang kerasukan setan ini? (Umba susi tu kuasa sia pa’kaboro’Na Puang Matua ta’sa'bi ullendui’ kadipamatananna tu to naroso deata bulituk?) Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



157 2. Bagaimana kita memahami ungkapan Yesus yang mengatakan: Pulanglah ke rumahmu dan ceritakanlah segala sesuatu yang telah diperbuat Allah atasmu? (Umba susi pahangta tu kadanNa Puang Yesus nakua: Sulemoko lako banuammu, pokadanni tau tu penggauran kapua mangka napogau' Puang Matua lako kalemu)



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



158 Bahan Khotbah Minggu ke-26 Minggu ke 3 setelah Pentakosta



Tanggal 30 Juni 2019



HIDUP SEBAGAI ORANG-ORANG KUDUS (Tuo susi sipato’na to Masallo’) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 77:12-21 : Mazmur 16:1-11 (Bahan Utama) : Galatia 5:13-25 : Lukas 9:51-62 : Mazmur 16:5 : Mazmur 16:8



Tujuan: 1.Jemaat memahami dan menghayati kehidupan sebagai orang yang dikuduskan Allah dalam Yesus Kristus oleh Roh Kudus. 2 Jemaat menunjukkan kehidupan sebagai orang kudus yakni yang mewujudkan buah Roh.



Pemahaman Teks Mazmur 77:1-2, 11-21 memuat pengakuan tentang kebesaran Ilahi, yakni tentang keajaiban-keajaiban yang dilakukan oleh Allah terhadap Israel. Nampaknya pemazmur mengingat kebesaran Tuhan dalam perjalanan Israel dari Mesir, khususnya saat menyeberangi laut Teberau. Awalnya pemazmur merasa terjepit namun akhirnya mengalami kelegaan. Beberapa hal yang membuat pemazmur merasa puas yaitu: Pertama jalan Allah itu kudus (ay. 14). Dia mempunyai tujuan yang kudus dari semua yang diperbuat-Nya. Semua itu dikuduskan dalam setiap pemeliharaan-Nya yang sudah ditentukan. Yang kedua adalah bahwa jalan pembebasan melalui laut itu disiapkan oleh Allah sendiri (ay.15, 20), sehingga Ia tidak bisa dibandingkan dengan allah lain (ay. 14). Ia menuntun umat-Nya dari Mesir (ay.16), membelah laut menjadi lorong dan membinasakan orang Mesir (ay. 20). Melalui Musa dan Harun, Ia juga menuntun umat-Nya bagaikan kawanan domba (ay.21). Mazmur 16 berbicara tentang dua hal. Pertama ayat 1-7 Daud berbicara tentang dirinya sebagai bagian dari Kristus dan sekaligus mewakili orang percaya yang menyatakan keyakinannya kepada Allah (ay. 1, kesetiaannya kepada Allah (ay. 2), kasihnya kepada umat Allah (ay. 3), ketaatannya menyembah kepada Allah dengan cara yang benar (ay. 4) dan kepuasan serta bagian yang diperolehnya di dalam Tuhan (ay. 5-7). Kedua, tentang penyertaan Tuhan bagi dirinya, yakni dengan tidak membiarkan orang kudus itu binasa (ayat 8-11). Sebagaimana yang dikhotbahkan oleh Petrus dalam Kisah 2:24-25, bagian ini juga sering dipahami sebagai nubuat pemazmur tentang kematian dan kebangkitan Kristus. Yesus memang telah mati, namun Ia tidak terus menerus tinggal dalam dunia orang mati. Yesus, Anak Daud itu telah bangkit dan duduk di atas takhta kemuliaan-Nya. Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



159 Galatia 5:1,13-25 berisi peringatan bagi jemaat Galatia bahwa Kristus benar-benar telah membebaskan mereka dari hukum Taurat (ay. 1). Karena itu kemerdekaan tersebut hendaknya tidak digunakan salah sebagai kesempatan untuk hidup dalam dosa (ay.13). Mereka yang percaya kepada Yesus Kristus dibimbing oleh Roh Kudus untuk hidup sebagai anak-anak Allah (ay.22-26), yakni hidup menghasilkan buah Roh dengan sembilan wujud: kasih, suka cita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan dan penguasaan diri. Mereka tidak boleh lagi dikendalikan oleh keinginan daging atau keinginan jahat (ay. 19-21) yakni; percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Orang Kristen benar-benar hidup kudus dan berbeda dengan kehidupan duniawi. Lukas 9:51-62 mengisahkan perjalanan Yesus ke Yerusalem. Bahwa menjelang waktunya Yesus diangkat ke sorga ia mengarahkan pandanganNya ke Yerusalem. Karena itu Ia mempersiapkan murid-murid-Nya menghadapi penderitaan yang akan dihadapi-Nya. Setiap perkataan dan perbuatan Yesus dalam sepanjang perjalanan ke Yerusalem memiliki makna tertentu. Dengan itu murid-murid-Nya dipersiapkan untuk memahami kematian yang akan menimpa-Nya. Mereka pun dibimbing untuk melanjutkan pekerjaan yang telah dikerjakan-Nya. Dalam perjalanan ke Yerusalem, Yesus berjumpa dengan banyak orang. Ada yang memahami ajaran-Nya dan bersedia mengikut-Nya walaupun banyak alasan (ay. 57-62). Tetapi ada juga yang tidak memahami dan tidak bersedia melakukan apa yang harus dilakukan oleh seorang pengikut Kristus (ay. 51-55). Korelasi antar Bacaan Keempat bacaan pada dasarnya memperlihatkan kehidupan orangorang kudus, yakni tentang Allah yang kudus yang juga menjaga dan memelihara kehidupan orang-orang kudus, serta menolong orang-orang kudus untuk dapat pula hidup dengan benar sebagai orang-orang yang juga sudah ditebus dan dikuduskan dalam Yesus Kristus. Pokok-pokok yang dapat dikembangkan 1. Allah yang kudus itu adalah Allah yang penuh kasih. Ia membebaskan umat-Nya dari penderitaan. Tidak ada satu kekuatan yang sanggup menghalangi rencana-Nya. Ia menuntun, dan menjamin serta memelihara dengan penuh kasih. Ia mengatasi segala kekuatan manusia dan kekuatan alam demi pembebasan umat-Nya. Siang dan malam pun Ia terus menyatakan kehadiran-Nya. Karena itu dalam mengenang perbuatanperbuatan Allah yang besar di masa lalu ia mengambil kesimpulan, bahwa tidak ada allah lain yang dapat disejajarkan dengan Allah (Mzm. 16:2). 2. Daud sebagai umat kudus Tuhan di bumi ini menyatakan, bahwa ia melihat kehidupan orang-orang kudus sebagai hal yang menyukakan. Walaupun banyak orang yang menyembah allah lain dan Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



160 mempersembahkan korban curahan darah baginya, namun Daud sendiri tidak mengambil bagian dalam penyembahan mereka (ay.4). Pemazmur tetap menjaga kekudusannya sebagai umat Tuhan. Ia menyadari bahwa Tuhanlah yang mengatur dan meneguhkan bagian yang diundikan baginya (ay. 5). 3. Perenungan pemazmur ini sesungguhnya adalah nubuat tentang pembebasan seorang penebus yang mengalami penderitaan dengan mencurahkan darah-Nya sendiri. Ia senantiasa memandang kepada Tuhan (ay. 8), karena itu ia tidak merasa goyah sebab Allah tidak membiarkan dia turun ke dalam dunia orang mati (ay. 10) Ia yakin, betapa jalan yang ditempuh ini adalah jalan kehidupan. Nubuat ini menunjuk kepada Yesus Kristus sebagaimana dalam Lukas 9:51-62 dan Kisah Para Rasul 2:24,25, 30-31. 4. Tindakan Allah yang menebus manusia dengan darah yang mahal, menjadikan orang yang ditebus menjadi milik-Nya yang kudus. Ia mau supaya umat kepunyaan-Nya itu hidup kudus dalam tuntunan Roh Kudus. Mereka hendaknya tidak lagi membiarkan dirinya diperhamba oleh keinginan daging, melainkan hidup oleh Roh dan menghasilkan buah Roh (Gal. 5:1, 13-25).



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



161 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 1-6 Juli 2019



HIDUP SEBAGAI ORANG-ORANG KUDUS (Tuo susi sipato’na to Masallo’) Galatia 5 :1,13-25 Tujuan: 1. Jemaat memahami dan menghayati kehidupan sebagai orang yang dikuduskan Allah dalam Yesus Kristus oleh Roh Kudus. 2. Jemaat menunjukkan kehidupan sebagai orang kudus yakni yang mewujudkan buah Roh.



Pembimbing Teks Galatia adalah wilayah di Asia kecil (sekarang Turki), yang penduduknya kebanyakan adalah orang Gaul atau orang Keltik dan telah tinggal di wilayah itu sebelum tahun 200 SM. Pada zaman Paulus, orang Romawi menguasai wilayah Galatia ini. Dalam kitab ini Rasul Paulus mengajarkan bahwa Allah menghendaki supaya orang yang percaya kepada Yesus Kristus hidup sebagai anak-anak Allah (pasl 1:16), dan bukan lagi di bawah kuk perhambaan hukum Taurat. Kristus telah membebaskan anakanak Allah dari kuk perhambaan hukum Taurat (pasal 5:1). Roh Kudus menuntun mereka (pasal 5:16) dan menolong mereka untuk hidup kudus sama seperti Allah adalah kudus. Mereka hidup menghasilkan buah Roh (ay. 22-23). Mereka semestinya hidup saling mengasihi bukan saling membenci (ay. 15). Jika mereka tidak menampakkan kasih atau masih dikuasai oleh keinginan daging (ay. 19-21) dan tetap hidup di dalamnya, itu berarti mereka masih membiarkan dirinya diperbudak oleh keinginan daging dan hawa nafsu mereka. Paulus mau meyakinkan mereka bahwa sesungguhnya mereka benar-benar telah dimerdekakan dalam Yesus Kristus. Namun demikian, kemerdekaan itu hendaknya tidak digunakan untuk hidup berdasarkan keinginan daging. Keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh, demikian pula sebaliknya (ay. 16-17). Pertanyaan diskusi 1. Baca ayat 19-21 dan 22-23. Perhatikan pertentangan gaya hidup di situ. Mengapa orang Kristen dituntut untuk hidup mewujudkan buah Roh? Apa konsekuensinya? (Basai tu ay.19-21 na 22-23, pemarangai tu pa’poraian kale siuali. Matumbai anna dipamati’tin lako to sarani la umpapayan buanna penaa? Apara poleanna? 2. Adakah praktek hidup dalam jemaat yang anda lihat bertentangan dengan keinginan Roh? Sebutkan! (Denraka ta tiro tu soyanan katuoan lan kombongan tu siuali pa’poraian penaa? Pada pokadai)



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



162 Bahan Khotbah Minggu ke-27 Minggu Trinitas



Tanggal 7 Juli 2019



BERBUAT BAIK SELAMA ADA KESEMPATAN (Umpogau’ melo su’ding denpi Palambi’ta) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 30:1-13 : 2 Raja-Raja 5:1-14 (Bahan Utama) : Galatia 6:1-18 : Lukas 10:1-11, 16-20 : Mazmur 30:5 : Galatia 6:9



Tujuan: 1. Warga jemaat menyadari bahwa Tuhan itu baik. 2. Warga jemaat selalu berbuat baik sebagai wujud syukur kepada Allah yang telah mendatangkan kebaikan-Nya.



Pemahaman Teks Mazmur 30 menggambarkan penyataan sukacita dan kebahagiaan umat Tuhan karena terluput dari bahaya dan maut. Semua keselamatan dialami karena kuasa dan rahmat Allah yang telah mendengar doanya (ay. 14). Penderitaan yang dialami karena sakit penyakit yang dapat berupa sakit fisik tetapi juga bisa berarti penderitaan karena suasana batin. Ia mengalami kelepasan dan mengajak orang memuji-muji nama Tuhan dengan gembira (ay. 5,6). Tuhan telah menampatkan umat-Nya di atas gunung yang kokoh dan tidak goyah untuk selama-lamanya (ay. 7,8). Hal itu dia bandingkan, bahwa itu tidak akan terjadi jika ia sudah menjadi debu, turun ke dunia orang mati (ay. 9,10). Ia seakan menawar kepada Tuhan bahwa: “berikan hidup dan pertahankan nyawaku agar dapat memuji-muji Engkau”. Ratapannya telah Tuhan ubah menjadi kegirangan besar sehingga bersukacita, seterusnya dan selamanya (ay. 12,13). Lukas 10:1-11, 16-20, menceriterakan tindakan Yesus yang mempercayakan pelayanan kepada 70 murid ke banyak daerah untuk menyampaikan berita Injil (ay. 1). Angka 70 memiliki simbol penting dalam sejarah Bangsa Israel. Kejadian 46:27, Kel. 1:5, Ul. 10:22, menyatakan bahwa anak Yakub yang tiba di Mesir 70 orang. Dengan mengutus 70 murid berarti Yesus mau mengingatkan bahwa dari 70 orang akan menjadi bangsa yang besar. Dari pemberitaan murid yang 70 akan diperoleh tuaian yang banyak. Ia mengandaikan murid itu sebagai penuai karena memang tuaian banyak dan pekerja sedikit (ay. 2). Ia mengambil analogi mengenai gandum yang sudah matang, siap dituai tetapi pekerja sedikit. Jika tidak segera dituai maka gandum rusak dan pemilik tidak memperoleh hasil yang maksimal. Namun harus disadari bahwa pengutusan itu akan menghadapi tantangan, “diutus ke tengah serigala”, bahwa tantangan yang berat bahkan kadang Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



163 nyawa menjadi taruhannya (ay.3). pergilah dan sampaikan salam damai sejahtera kepada setiap rumah (ay. 5-6). Jika tuan rumah menerima para utusan Injil maka baiklah mereka tinggal di situ. Ada jaminan yang Tuhan janjikan dalam tugas pelayanan yang dipercayakan kepada para utusan-Nya. Mereka diminta untuk menyembuhkan orang dan menyatakan kasih Tuhan. Namun jika ada yang tidak menerima kedatangan para utusan itu maka keluarlah dari situ dan kebaskanlah debunya dari kakimu. Itulah perintah Yesus kepada para utusaan itu. Yesus memberikan jaminan kepada para pekerja itu, “Barangsiapa yang mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku”, pernyataan Yesus jelas. Dan “Barangsiapa yang menolak kamu, ia menolak Dia yang mengutus Aku’ (ay. 16). Dan apa yang terjadi? Para utusan itu pulang dengan kabar baik...setan-setan takluk demi nama Tuhan Yesus, iblis jatuha dari langit (ay. 17,18). Yesus memberikan kuasa kepada para utusan untuk menyatakan kuasa Allah. bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di surga (ay. 20), merupakan penutup pernyataan Yesus yang luar biasa. 2 Raja-Raja 5:1-16 Jika memperhatikan pasal sebelumnya khususnya 2 Raja-Raja 4-8, dicerierakan mengenai mujizat dari Allah melalui nabi Elisa. Perjumpaan nabi dengan raja memperlihatkan kuasa dan otoritas Allah nyata dalam diri nabi ketimbang dalam diri raja yang tidak mengandalkan Allah. Melalui kisah-kisah yang luar biasa itu, penulis kitab Raja-Raja ingin menegaskan bahwa kuasa Allah melampaui kuasa manusia termasuk pada diri raja yang tidak takut dan tidak taat kepada Allah. Dalam konteks cerita 1 Raja-Raja 5:1-14 ini, ada sebuah pertentangan yang sebenarnya agak sukar dihubungkan. Bangsa Aram saat itu merupakan salah satu musuh Bangsa Israel. Mereka sering mengadakan penghadangan dan peperangan (ay. 2, bdk. 2 Raja-Raja 6:8-23). Salah satu tindakan mereka terhadap Bangsa Israel yang terungkap dalam cerita ini ialah ditawannya seorang gadis dari Israel yang kemudian dipekerjakan di rumah Naaman, sang Panglima perang itu. Latar belakang cerita ini diawali dengan kisah sang panglima perang yang mengidap penyakit kusta (kulit yang bersisik-sisik). Orang yang berpenyakit kusta, penyakit itu ada pada kulitnya yang penuh dengan sisik-sisik putih licin, mengkilap dan ditekan, daging disekitarnya tidak terasa sakit lagi. Penyakit ini tak terobatkan. Dikalangan orang Israel, penyakit ini dianggap najis dan berbahaya, karena dapat menular; sebab itu harus diasingkan dari masyarakat, (bdk. Kel 13, Kel 14; Luk 18:12-19, penyakit ini dianggap sebgai symbol dari dosa. Inilah yang sangat mengganggu Naaman, sang panglima perang itu. sejauh ini, tidak ada jalan keluar dari penyakitnya itu. Ia dalam posisi terdesak untuk segera sembuh. Jika tidak, dapat saja ia dikucilkan, karena penyakitnya bisa menular. Ia bisa terancam dari kedudukannya dan kehilangan kehormatannya. Perempuan yang dirampas dari Israel segera mengingat mengenai kuasa Allah dalam diri nabi di negerinya. Nabi ialah eorang hamba Tuhan yang dipanggil untuk menyampaikan Firman Allah kepada manusia. Khususnya para nabi Israel yang bertindak selaku pembicara atas nama Allah Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



164 (seperti Musa, Elia, Amos, Yesaya dll.). jadi seorang nabi menerima petunjuk dari Allah dan melakukannya atas kehendak Allah. itulah yang diimani oleh anak perempuan ini. Dan dalam imannya, ia memberanikan diri menyampaikan hal itu kepada istri Naaman. Dan Naaman pada akhirnya menerima “saran iman” itu (ay. 3-5). Naaman dengan segala kemegahan dan kegagahannya membawa pengawal, surat sakti dari Raja Aram dan barangbarang berharga sepeprti emas, perak dan pakaian (ay. 5). Sepertinya dengan segala hal yang dia bawa akan mempermudah urusannya untuk memperoleh kesembuhan. Begitu seriusnya penyakit kusta Naaman nyata dari keluhan Raja Israel yang menanggapi buruk dan penuh kecemasan surat yang dikirim oleh Raja Aram. Raja Israel tidak berdaya menghadapi penyakit Naaman (ay. 7). Sikap raja ini membawa kepanikan dalam istana. Segera Nabi Elisa mendengar hal itu, ia menyampaikan pesan agar menyuruh rombongan Aram itu kepadanya dengan satu tujuan, agar mereka tahu bahwa di Israel ada Allah yang berkuasa melalui nabi-Nya (ay. 8). Hal ini sejalan dengan apa yang diimani oleh seorang anak perempuan Israel yang tinggal di rumah Naaman. Kuasa Allah telah memperjumpakan Naaman dengan tujuannya, menerima kesembuhan dari Allah melalui nabi Elisa. Namun kemudian “ritual” yang disampaikan Elisa tidak masuk akal bagi Naaman. Ia enggan dan memperlihatkan apa yang dimiliki lebih berharga dari apa yang dikatakan oleh nabi. “Banyak sungai lebih baik di negeriku dari pada sungai di Israel”, ia mulai marah dan jengkel (bdk. Ay.11-12). Kesombongan dan sifat mengandalkan diri hampir menggagalkan tujuannya hari itu. Tidak mengakui otoritas Allah, tidak berserah penuh pada kuasa-Nya mendekatkan dia pada perjalanan yang sia-sia. Untungnya ia mau “menunduk dan melunak”, kemudian melakukan nasihat dari pegawainya. Dan hasilnya luar biasa, sembuh total dari penyakitnya, tanpa bekas malah kulitnya seperti kulit seorang anak (ay. 13-14). Ketaatannya telah membawa dia kepada mujizat dan pengenalan akan kuasa Allahnya Bangsa Israel. Pokok-pokok khotbah yang dapat dikembangkan 1. Status manusia bukan jaminan tanpa masalah. Naaman sebagai panglima perang, orang yang sangat dihormati, orang yang memiliki pengaruh dan memiliki kontrol atas kerajaan Aram. Namun kedudukannya tidak membuat baginya terhindar dari masalah, bahkan masalah yang bagi orang Israel berarti kutuk dan harus disingkirkan dari pergaulan. Ia dengan segala status yang melekat pada dirinya tidak bisa membantunya untuk lepas dari masalah yang dia hadapi. Dalam keadaan yang dialami, jalan keluarnya ada pada kuasa Allah yang disembah oleh Bangsa Israel, yang sebenarnya dimusuhi oleh Bangsa Aram. Untuk itu tidak ada alasan untuk merasa sangat bangga atas apa yang kita miliki. Ada saatnya semua yang kita miliki, kekayaan, status, pangkat, jabatan tidak akan dapat membantu lepas dari pergumulan dan penderitaan. Jalan keluarnya, hanya bersandar pada Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



165 kuasa Allah yang dahsyat yang melampaui segala keadaan dan situasi manusia. 2. Siapa pun punya potensi iman. Seorang perempuan, masih muda, sementara dipekerjakan di rumah tuan yang telah merampasnya. Posisinya hanyalah perempuan yang dipekerjakan, yang dibutuhkan ialah tangannya yang bekerja. Tidak jelas apakah ia diperlakukan baik atau buruk. Namun sepertinya ia memiliki “potensi” sehingga ia dipekejakan di rumah sang panglima. Namun potensi yang luar biasa dimiliki ialah keyakinannya bahwa Allah sementara bekerja dan menyatakan kuasa-Nya dalam situasi yang kelihatan tanpa harapan sekalipun. Rupanya ada hubungan yang baik antara perempuan Israel ini dengan tuan dan nyonya rumah. Tuan rumah memiliki rasa “hormat dan respekt” terhadap perempuan ini. Ia mempertaruhkan imannya. Walaupun ia berstatus tawanan, orang yang dirampas tetapi ia tetap memiliki dasar iman dan keyakinan bahwa Allah Israel adalah Allah yang berkuasa melampaui daerah, mengasihi orang lain walaupun yang saat itu bermusuhan dengan orang Israel. Adakah iman yang sedemikian dalam iman jemaat. Iman yang tidak hanya muncul dari orang besar, berpangkat, bukan dari orang dengan status yang kuat. Iman juga muncul dari orang biasa, penampilan sederhana, penampilan yang tidak menonjol. Dan apakah kita memiliki rasa “hormat dan respek” terhadap pendapat yang diutarakan oleh orang “kecil” yang posisinya lebih rendah. Naaman yang tidak mengenal Allah Israel respek terhadap iman “anak kecil” di rumahnya. Demikian juga sikap iman yang kita miliki...respek terhadap penyataan iman dan keputusan iman setiap orang percaya. 3. Berani mengambil Resiko Bisa dibayangkan bahwa perempuan ini sebenarnya sedang mempertahruhkan hidup, keberadannya dan juga imannya akan Allah yang mahakuasa yang dia percayai bersama dengan keluarganya, bersama dengan bangsanya. Andai saja, Naaman telah pergi dengan segala bekal yang mahal (ay. 5) dan tidak mendapatkan kesembuhan seperti yang dikatakan anak perempuan ini maka pastilah ia akan berada dalam kesulitan besar. Namun imannya yang luar biasa akan kuasa Allah, tidak membuatnya gentar. Ia telah membuat pertaruhan besar dan sangat penting dalam hidupnya. Ia terlebih mempertahkan kuasa Allahnya, Allah yang hidup yang kuasa-Nya berlaku juga bagi bangsa lain, termasuk bagi musuh Bangsa israel. 4. Tidak ada temat bagi kepahitan. Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



166 Melihat situasi yang dialami oleh perempuan dari Israel ini, sangat masuk akal jika ia kepahitan, marah yang berkepanjangan. Bukankah ia diambil paksa dari tanahnya, dari keluarganya, kemerdekaannya dirampas dan ia pasti berada dalam ketidakbebasan. Ini, secara manusiawi akan memunculkan sikap marah, jengkel dan kepahitan kepada orang yang telah “merampas” dari keluarganya. Jika orang yang telah memperlakukan kita dengan sangat buruk dan terjadi yang lebih buruk kepadanya, dalam hal ini Naaman yang kena sakit kusta, maka pasti sikap manusiawi kita akan mucul. Bersukacita atas hal buruk yang terjadi kepada musuh, kepada lawan. Semakin buruk keadaan sang musuh, semakin senang dirasakan. Semakin terjatuh musuh kita, semakin besar kegirangan dalam hati. Orang Toraja katakan, “pallakko”, “pissik”. Seandainya masih ada penderitaan yang lain terjadi. Begitu naluri dan perasaan gampang(an) manusia. Namun sang perempuan ini tidak demikian. Justru ia hadir dalam imannya memberikan solusi dan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi tuannya. Iman yang telah berakar dalam hidupnya ketika ia berada di negerinya. Adakah iman yang demikian dalam jemaat? Kesempatan untuk melampiaskan sukacita atas masalah yang dihadapi oleh musuhnya dia abaikan. Dia justru merespon baik keadaan yang dialaminya. Ia memiliki kesempatan memberikan kesaksian mengenai Allah yang dahsyat yang ia percayai. Dari pada dikuasai oleh kepahitan, kemarahan dan dendam lebih baik dikuasai oleh kemurahan hati dan hati yang tulus menyatakan kuasa Allah kepada semua. 5. Jangan remehkan kuasa Tuhan. Sikap Naaman yang awalnya tidak menerima dengan baik “pernyataan iman” sang Abdi Allah. ia mau mengukur dan seakan menyertakan posisinya sebagai panglima tentara untuk menerima “kasih dan keselamatan dari Allah Israel. Dia yang sudah berhadapan dengan kesembuhan hampir gagal hanya karena sikap arogan, sombong dan tidak adanya sikap ketaatan akan otoritas Allah. namun nasihat orang yang kedudukannya lebih rendah, telah membuka matanya untuk menerima kesembuhan yang sungguh ajaib. Ada juga sikap yang tidak mau menerima dan tidak terbuka akan kasih karunia dari Allah yang tidak dapat dibatasi dengan apa pun. Posisi, cara pandang, aliran berfikir, apa yang kita miliki justru kadang menutup jalan kemurahan Allah dalam hidup kita. Jalan Allah kadang diukur oleh cara berpikir kita. Dan itu adalah kegagalan besar.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



167 Bahan Penelaahan Alkitab Tanggal 8-13 Juli 2019 BERBUAT BAIK SELAMA ADA KESEMPATAN (Umpogau’ melo su’ding denpi Palambi’ta) Galatia 6:1-18 Tujuan: 1. Warga jemaat menyadari bahwa Tuhan itu baik. 2. Warga jemaat selalu berbuat baik sebagai wujud syukur kepada Allah yang telah mendatangkan kebaikan-Nya.



Pembimbing Teks Galatia adalah propinsi kerajaan Romawi yang terletak di bagian timur dari negara Turki sekarang (Asia Kecil). Di situ terdapat kota-kota Ikonium, Listra, Derbe dan Antiokhia di Pisidia. Paulus membawa Injil ke sana (Kis 13-14). Mengenai alasan tulisan Surat Galatia, ditemukan berbagai macam pendapat. Jelas bahwa kedatangan orang-orang Yudais (penganut ajaran Yahudi yang keras) di Galatia mengandung maksud mau memaksa para pengikut Kristus yang berasal dari orang bukan Yahudi, agar mereka mematuhi hukum Yahudi, terutama sunat. Gerakan itu menyangkut masalah ajaran prinsip (Gal 2:21; 5:2-4, Gal 1:6). Paulus menulis suratnya yang paling tajam dan paling bergelora itu, demi untuk membebaskan jemaat Galatia, yang telah diberi ajaran salah bahwa orang harus memenuhi tuntutan hukum Taurat untuk selamat. Namun Paulus menyanggah bahwa di dalam kasih karunia Allah di dalam Yesus, setiap orang percaya diselamatkan. Orang yang dibenarkan itu tidak dikarenakan oleh ikatannya pada hukum, sebab hanya imanlah yang memberikan keselamatan berdasarkan janji. Hal itu dibuktikan oleh Abraham maupun oleh seluruh PL. Orang-orang dibebaskan dari hukum oleh Kristus. Cinta kasihlah yang menjadi dasarnya. Sebagai akbat dari keselamatan itu maka setiap orang percaya dipanggil untuk menyatakan kasih Allah kepada sesama sebagai orang yang telah dimerdekakan. Nasihat ini diikuti petunjuk-petunjuk konkrit. Paulus sangat menekankan kebersamaan dalam jemaat sebagai satu persekutuan yang dibangun atas kasih Kristus. Semua orang ditekankan untuk mengambil bagian dalam persekutuan itu, apa pun tindakan yang pada dasarnya didasari atas kasih kepada Allah maka semua tindakan itu berguna untuk membangun tubuh Kristus. Beberapa nasihat praktis Paulus, “memimpin orang itu ke jalan yang benar dengan roh lemah lembut”, “bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu”, “tiap-tiap orang menilai pekerjaannya sendiri”, “membagi segala sesuatu yang ada padanya” (menunjuk pada kesaksian iman dalam jemaat, bukan melulu harta benda), “menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu”, “janganlah kita jemu-jemu berbuat baik”, “marilah kita berbuat baik kepada semua orang.” Petunjuk Paulus sangat praktis untuk dilakukan baik dalam lingkup persekutuan orang percaya maupun dalam hubungan dengan orang yang percaya. Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



168 Pertanyaan diskusi: 1. Mengapa Paulus menulis demikian banyak daftar perbuatan baik yang harus dilakukan oleh jemaat Galatia? (Buda uluanna tu penggauran melo nasura’ simisa’ Rasulu’ Paulus tu sipatu napogau’ kombongan dio Tesalonika. Matumbai to?) 2. Amati dan simak daftar perbuatan baik di atas. Mana perbuatan baik yang sudah dan gampang dilakukan dan apa yang sukar dilakukan? (Pemarangai tu penggauran melo nasura’ Rasulu’ Paulus. Umbannara tu madomi’ sia maraa dipogau’ na umbanna tu lendu’ masussanna dipogau’?)



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



169 Bahan Khotbah Minggu ke-28



Tanggal 14 Juli 2019



HIDUP MENURUT FIRMAN (Tuo Situru’ KadanNa Puang Matua) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 25:1-10 : Ulangan 30:9-14 : Kolose 1:1-14 : Lukas 10:25-37 : Mazmur 107:22 : Lukas 10:27-28



Tujuan: 1.Warga Jemaat menyadari bahwa orang percaya mesti hidup menurut Firman Tuhan. 2.Warga jemaat semakin berupaya hidup berbuah melalui tutur kata berdasarkan Firman Tuhan dan menjadikan Firman Tuhan sebagai pegangan hidup.



Pendahuluan Jika kita merenungkan tindak-tanduk, tutur kata, cara berpikir kita setiap hari, apakah semua itu digerakkan oleh keyakinan agama kita berdasarkan Firman Tuhan, atau sesungguhnya tidak ada hubungannya dengan keyakinan kita? pertanyaan ini penting untuk menyadari apakah kita hidup berdasarkan Firman Tuhan atau kita jalani hidup ini seperti umumnya orang sekalipun mereka berbeda-beda keyakinan/agama. Dulu penulis pernah ditanya oleh seorang warga jemaat, dengan mengatakan: pak pendeta, mengapa sekarang ini di daerah kita hampir semua penduduk sudah memeluk agama Kristen, tetapi mengapa kejahatan semakin banyak? Katanya lagi, malahan yang dulu ditabukan aluk Todolo, sekarang ini orang melakukannya tanpa merasa bersalah atau berdosa. Lalu saya jawab sesungguhnya kekristenan tidak mengajarkan kejahatan, melainkan kebaikan. Jika kita membaca Alkitab yang menjadi dasar pengajaran kekristenan, semua yang baik yang diajarkan untuk dilakukan tidak ada kejahatan. Kebaikan yang diajarkan dari Alkitab adalah kebaikan menurut Tuhan untuk manusia, bukan kebaikan menurut ukuran manusia. Setelah mendengar penjelasan saya, orang itu bertanya lagi, jika demikian mengapa kejahatan bertambah padahal mestinya berkurang karena Alkitab mengajar kita tentang kebaikan? Jawaban saya waktu itu, saya katakan yang terjadi ilah lain yang diajarkan dari Alkitab. Yakobus mengatakan: hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja (Yak. 1:22a). Hampir setiap saat fFirman Tuhan diperdengarkan tetapi ternyata kebanyakan kita baru sebatas pendengar dan belum menjadi pelaku firman. Pokok-pokok yang dapat dikembangkan Menyadari kenyataan bahwa ternyata terbanyak di antara kita masih sebatas pendengar firman, maka sekarang melalui pembacaan tadi kita Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



170 dituntun dengan tema: Hidup menurut firman. Dari bacaan tersebut kita dingatkan bahwa: 1. Mazmur 25:1-10 Tuhan menunjukkan jalan dan hukum-Nya melalui FirmanNya. Memerhatikan perikop ini maka jelas bahwa berisi doa permohoan Daud kepada Tuhan ketika ia sedang menghadapi ancaman dari musuhmusuhnya. Sebagai orang yang hidup dalam persekutuan yang mesra dengan Tuhan, ia percaya tidak mungkin dipermalukan di hadapan musuh-musuhnya. Menurut tafsiran Marie Claire Barth dan B.A. Pareira di hadapan ancaman para musuhnya, di dalam kesulitan yang dialaminya pemazmur memohon seperti Musa di padang gurun “Beritahukanlah kiranya jalan-Mu kepadaku, sehingga aku mengenal Engkau”. Sebagai anggota umat, pemazmur sekaligus mohon diajar sedemikian rupa “supaya ia tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan”. Jalanjalan Tuhan dan hukum-hukum-Nya tentu dinyatakan melalui friman-Nya. Jadi untuk dapat hidup menurut friman maka kita mesti mengikuti jalanjalan dan hukum-hukum yang ditunjukkan-Nya melalui friman-Nya. Memerhatikan perihidup kita sehari-hari, pertanyaan untuk direnungkan: apakah kita sungguh-sungguh telah hidup menurut firmanNya? seperti pemazmur, apakah kita juga menyadari bahwa jalan-jalan Tuhan dan hukum-hukum-Nya hanya dapat diperoleh lewat firman-Nya? hidup menurt friman-Nya tidak hanya dinyatakan ketika kita mengalami pergumulan, tetapi mestinya menjadi pola hidup sebagai orang percaya kepada-Nya. 2. Ulangan 30:8-14 Firman itu sangat dekat kepadamu, di dalam mulutmu dan di dalam hatimu. Bangsa Israel diingatkan oleh Musa bahwa Tuhan akan memulihkan keadaan bangsa Israel jika berbalik kepada Tuhan. Jika pemulihan itu terjadi maka Tuhan akan mengumpulkan mereka kembali dengan mengembalikan mereka dari berbagai penjuru. Ketika mereka kembali berkumpul di negeri yang telah menjadi milik nenek moyangnya. Pada saat itu mereka akan mendengar kembali suara Tuhan dan melakukan segala perintah-Nya. Musa juga mengingat umat Israel bahwa sesungguhnya tidaklah terlalu sukar untuk melakukan perintah-Nya karena firman itu tidak tetap di sorga tanpa dapat dihampiri. Firman itu sudah diberikan kepada manusia dengan kata-kata sederhana yang mudah dimengerti. Firman itu, juga tidak berada di tempat yang sulit dijangkau, di seberang laut. Menurut Musa, firman itu sangat dekat, karena ia berada di dalam mulut dan di dalam hati. Karena kedekatannya firman itu kepada manusia maka sesungguhnya tidak ada alasan untuk tidak melakukannya. Bagaimana dengan kehidupan kita sehari-hari, apakah kita sadar juga bahwa sesungguhnya firman itu dekat dengan kita? apakah kita sungguh Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



171 telah menjalani kehidupan ini berdasarkan firman? Mestinya tidak ada alasan untuk hidup tidak menuurut firman, karena firman itu dekat, ia berada di dalam mulut dan di dalam hati. Jika kita sungguh-sungguh menghayati bahwa jika kita hidup menurut firman Tuhan maka hidup ini akan menjadi indah dan menarik. Mengapa? Karena friman Tuhan itu mengajarkan kehendak Allah dan kehendak Allah itu adalah baik dan benar menurut ukuran Allah, bukan baik dan benar menurut ukuran manusia yang berdosa. 3. Kolose 1:1-14 Firman Tuhan menumbuhkan iman, kasih, dan pengharapan Kepada jemaat di Kolose, Rasul Paulus menyatakan bahwa ia senantiasa bersyukur setiap kali berdoa. Ada tiga hal yang disyukuri Paulus dan kawan pelayannya mengenai jemaat Kolose, yaitu : mereka bersyukur karena iman jemaat Kolose kepada Yesus Kristus, bersyukur karena kasih jemaat Kolose kepada semmua orang kudus, dan bersyukur karena pengharapan jemaat yang disediakan di sorga. Pengharapan jemaat lahir dari firman kebenaran, yakni Injil yang didengar dari Epafras yang oleh Paulus disebut sebagai kawan pelayan yang dikasihi. Rupanya, Epafraslah yang pertama kali mewartakan Injil kepada jemaat Kolose. Paulus dan kawan-kawan berdoa untuk jemaat Kolose meminta agar warga jemaat Kolose menerima segala hikmatdan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Allah dengan sempurna. Pengetahuan terhadap kehendak Tuhan akan membuat hidup layak dan berkenan di hadapan Tuhan. Selain itu, mengetahui kehendak, akan memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik. Dan tidak kalah pentingnya, mengetahui kehendak Tuhan akan menolong kita untuk bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Firman Tuhan akan menolong kita untuk bertumbuh dalam iman, kasih, dan pengharapan. Pertanyaan untuk direnungkan : apakah kita sebagai orang percaya sudah menjadikan Firman Tuhan sebagai santapan rohani setiap hari? Setelah beberapa tahun GCA (Gerakan Cinta Alkitab) digalakkan dalam Gereja Toraja, apakah kita sudah mengalami dan menikmati pertumbuhan iman, kasih dan pengharapan? Ingat, dari friman Tuhan saja kita mengenal kehendak Allah dan mengatahui dengan benar tentang Allah yang kita sembah. 4. Lukas 10:25-37 Menjadi pelaku Firman Kisah yang diceritakan dalam perikop ini percakapan Tuhan Yesus dengan seorang ahli Taurat. Dalam ayat 25 dikatakan bahwa ahli Taurat itu datang kepada Yesus dengan maksud untuk mencobai-Nya. Mengawali percakapannya dengan Yesus, ia mengajukan pertanyaan: apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal? Jawaban Yesus terhadap pertanyaan ini juga berupa pertanyaan: apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Yesus sadar bahwa sebagai ahli Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



172 Taurat tentu ia menguasai firman Tuhan, dan ternyata benar. Ahli Taurat itu menjawab: Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Ahli Taurat ini kemudian bertanya siapakah sesamaku manusia? Untuk menjawab pertanyaan ini Yesus bercerita tentang Orang samaria yang murah hati. Dikisahkan bahwa ada seorang dari Yeriko turun ke Yerusalem dirampok dan dipukuli sampai setengah mati oleh para penyamun lalu ditinggalkan tak berdaya. Kemudian ada seorang imam yang lewat tetapi tidak tergerak hatinya untuk menolong orang yang sekarat itu. Setelah itu ada orang Lewi lewat tetapi juga tidak tergerak menolong orang tersebut. Kemudian ada seorang Samaria yang lewat dan melihat orang yang menderita itu, maka tergeraklah hatinya untuk menolong. Imam dan orang Lewi adalah orang yang tahu firman Tuhan, tetapi ternyata tidak tergerak hatinya untuk menolong. Sehingga, sesungguhnya pengetahuannya tentang firman Tuhan sangat tidak ada artinya karena tidak menghidupi firman itu. Rupanya bagi kedua orang tersebut mengetahui friman Tuhan hanya sebatas pengetahuan tanpa dihidupi. Yakobus mengatakan : “hendaklah kamu menjadi pegi kita jika ia tidak dilakukan dalam hidup laku firman dan bukan hanya pendengar saja “ (Yak. 1:22a). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa firman Tuhan akan bermakna bagi kehidupan kita jika dapat melakukannya. Firman Tuhan tidak akan berarti apa-apa bagi kita jika hanya sebatas diketahui dan tidak dilakukan. Jika kita sudah mejadi pelaku firman berarti kita telah hidup menurut Firman.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



173 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 15-20 Juli 2019



HIDUP MENURUT FIRMAN (Tuo Situru’ KadanNa Puang Matua) Kolose 1:1-14 Tujuan: 1.Warga Jemaat menyadari bahwa orang percaya mesti hidup menurut Firman Tuhan. 2.Warga jemaat semakin berupaya hidup berbuah melalui tutur kata berdasarkan Firman Tuhan dan menjadikan Firman Tuhan sebagai pegangan hidup.



Pembimbing Teks Surat Kolose ini, berdasarkan ayat 1 dan 2, ditulis oleh Rasul Paulus yang ditujukan kepada orang-orang yang percaya kepada Kristus di Kolose. Khusus ayat 3-14 berisi ucapan syukur dan doa Paulus untuk jemaat Korintus. Paulus bersyukur bahwa jemaat Kolose telah memiliki iman kepada Yesus Kristus, kasih kepada orang kudus dan pengharapan yang tersedia bagi mereka di sorga sebagai bukti bahwa Injil yang diberitakan kepada mereka tidak sis-sia. Injil itu telah berbuah dan berkembang. Rupanya yang pertama kali memerdengarkan Injil kepada mereka bukanlah Paulus, melainkan Epafras, yang oleh Paulus disebut kawan pelayan. Paulus juga menyebut Epafras sebagai pelayan Kristus yang setia. Selain bersyukur, Paulus pun berdoa untuk jemaat Kolose agar menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna. Jika jemaat memiliki hikmat dan pengertian yang benar dan mengetahui kehendak Tuhan, maka jemaat akan menjalani hidup yang layak dan berkenan kepada Allah dalam segala hal, akan membuahkan hasil dalam segala pekerjaan yang baik. Paulus juga berdoa agar Jemaat Kolose bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah sehingga dikuatkan dalam menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar. Pertanyaan diskusi : 1. Perhataikan ayat 9b-11, apakah artinya hidup menurut firman bagi orang yang percaya kepada Yesus Kristus? (Pemarangai tu ay 9b-11, apa battuananna tu Tuo situru’ kadanNa Puang Matua lako to umpatongan Yesus Karistus 2. Mengapa membaca dan mendengarkan firman Tuhan akan memengaruhi pertumbuhan iman, kasih dan pengharapan? (Matumbai anna ia tu umbasa sia umperangi kadanna Puang Matua den patunna lako kaloboranna kapatonganan, Pa’kaboro’ sia kapa’rannuanan?)



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



174 Bahan Khotbah Minggu ke-29



Tanggal 21 Juli 2019



MENYAMBUT KEHADIRAN ALLAH Untammui kama’diorenanNa Puang Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 15:1-5 : Kejadian 18:1-10 : Kolose 1:15-28 : Lukas 10:38-42 (Bahan Utama) : Mazmur 50:14 : Kolose 1:25-26



Tujuan: 1. Jemaat meyakini kehadiran Allah dalam hidupnya; 2. Jemaat memahami tanggung jawab iman, merespon kehadiran Allah dengan menyambut dan melayani



Pemahaman Teks Kejadian 18:1-10 mengisahkan peristiwa saat Allah mengulangi janjiNya kepada Abraham untuk memperoleh seorang anak melalui Sarah, istrinya. Jika melihat rentetan peristiwa mulai dari pemanggilan Abraham (psl. 12), yakni saat Allah mengikat suatu perjanjian dengan Abraham, maka jelas bahwa Allah meminta Abraham untuk keluar dari zona nyaman hidupnya untuk memulai sebuah perjalanan panjang yang diatur oleh Allah sendiri. Allah berjanji akan membuat keturunan Abraham menjadi sangat banyak seperti pasir di laut dan bintang-bintang di langit. Bahkan oleh keturunan Abraham, semua bangsa di muka bumi akan beroleh berkat. Janji ini sangatlah menarik. Abraham pun menerima hal itu dengan lapang dada dan beranjak keluar dari zona nyaman kehidupannya. Namun, janji akan keturunan itu ternyata tak kunjung tergenapi, sementara pada saat bersamaan Abraham juga melihat dirinya dan istrinya sudah semakin tua. Dalam pasal 15 Abraham kembali mempertanyakan hal itu kepada Allah. Masihkah perjanjian awal itu akan digenapi oleh Allah, khususnya jika melihat fakta betapa Abraham dan istrinya sudah sangat tua? Dalam pasal ini, Allah kembali memperbaharui perjanjian dengan Abraham. Ia menegaskan bahwa perjanjian itu tidak dapat dibatalkan. Sekalipun secara manusiawi hal tersebut terlihat mustahil, tetapi bagi Allah hal itu tetap mungkin dan pasti. Yang menarik dari sikap Abraham, ialah konsistensi Abraham dalam menyambut kehadiran Allah yang juga tidak pernah berubah. Dari awal Abraham senantiasa menyambut kehadiran Allah dengan sangat bersukacita. Ia selalu membuka diri menyambut dan melayani Allah. Hal itu diwujudkannya dengan selalu memberikan korban persembahan yang terbaik bagi Allah, sekalipun ia dalam posisi kecewa. Kita bisa melihat mulai dari pasal 12- 18, bahwa Abraham tetap menempatkan Allah di atas Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



175 dari segalanya. Abraham tetap menyambut kehadiran Allah dengan memberikan pelayanan yang terbaik bagi Allah. Allah pun memperhitungkan semua itu sebagai sebuah kebenaran. Kolose 1:15-29 merupakan pujian Paulus terkait cara hidup jemaat di Kolose sebagaimana informasi dari Epafras, kawan sepelayanan Paulus. Jemaat Kolose disebut sangat memberi perhatian kepada semua orang kudus dan juga kepada para pelayan, termasuk kepada Epafras dan Paulus (Kol. 1:7-8). Paulus memuji sikap hidup demikian dan menyebut hal itu sebagai Injil yang telah berbuah (ay. 6). Bagi Paulus, apa yang dilakukan oleh jemaat di Kolose adalah merupakan sebuah perwujudan iman yang luar biasa. Jemaat di Kolose telah mewujudkan Injil yang olehnya mereka telah diselamatkan. Injil bukanlah hanya persoalan kekaguman dan soalnanti, tetapi Injil haruslah dinyatakan dalam seluruh sikap hidup kita kini. Paulus pun tidak berhenti berdoa agar kehidupan jemaat di Kolose tetap seperti itu, serta memohon hikmat dan pengertian yang benar bagi mereka, agar mereka dapat terus mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna (ay.9). Sikap hidup seperti itulah yang hendak Paulus contohkan sebagai bentuk dari mengutamakan Kristus. Dalam bacaan kita (ay. 15-29), Paulus menyatakan bagaimana Kristus menjadi yang utama.  Kristus menjadi gambar Allah yang tidak kelihatan. Di dalam dan melalui Kristus kita dapat melihat Allah. Dengan kata lain, Allah telah mengkonkritkan diri-Nya di dalam Kristus, sehingga kita dapat melihat tidak hanya gambar Allah di dalam diri Yesus, melainkan kita juga mengenal bagaimana Allah mengasihi dan menyelamatkan kita dengan tindakan nyata.  Ia kepala dari tubuh dan yang telah mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, sehingga semua orang yang menerima-Nya dijadikanNya kudus dan tak bercela, serta tak bercacat di hadapan-Nya. Demikianlah Kristus telah menempatkan semua orang percaya menjadi sangat berarti. Kepada mereka telah dijaminkan keselamatan yaitu kehidupan kekal. Karena itu, Paulus meminta agar setiap orang harus bertekun dalam imannya, tetap teguh dan jangan pernah mau digeser dari pengharapan Injil yang telah mereka dengar. Lukas 10:38-42 (Cerita Maria dan Marta) ditempatkan dalam deretan panjang dari pengajaran Yesus. Harap kita ingat dengan baik bahwa cerita ini bukan pertama-tama dimaksudkan untuk mendikotomi antara pekerjaan atau peran yang diambil oleh Maria dan Marta, sehingga kita kadang terjebak untuk memilih bahwa peran Marialah yang sangat berkenan kepada Yesus. Cara penyambutan yang dilakukan oleh kedua wanita ini memang terbilang sangat bertolak belakang. Bagi Yesus, itu bukanlah soal. Setiap orang dapat saja menyatakan cara penyambutan mereka kepada Yesus. Maria dengan caranya menyambut Yesus yakni dengan duduk di kaki Yesus dan mendengarkan perkataann-Nya. Sementara Marta malah menyambut Yesus dengan cara menyiapkan konsumsi bagi Yesus dan bagi semua orang Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



176 yang juga datang menyambut Yesus. Yesus menghargai kedua cara penyambutan ini. Persoalan yang kemudian ditimbulkan oleh Marta, ialah saat dia merasa ada ketidakadilan yang dilakukan oleh Maria saudaranya. Marta merasa mengapa Maria tidak sedikitpun terbeban untuk membantunya menyiapkan konsumsi bagi Yesus dan bagi semua orang yang ada. Hal inilah yang ditanggapi oleh Yesus. Jadi bukan karena Marta salah dalam memilih menyambut Yesus dengan cara menyiapkan kebutuhan makan dan minum, tetapi Yesus menegor Marta yang melakukan penyembutan atas diri-Nya itu dengan bersungut-sungut dan menyalahkan Maria yang tidak membantunya. Bagi Yesus, setiap orang yang menyambut Dia dengan cara yang dilakukan-Nya, hendaknya hal itu dilakukan dengan penuh sukacita bukan karena terpaksa dan apa lagi menyalahkan orang lain. Kerjakanlah apa yang menjadi bagian kita dan biarkanlah juga orang mengerjakan apa yang menjadi bagian mereka, sebab semua yang kita lakukan untuk menyambut dan melayani Tuhan, sekecil apapun itu, di mata Tuhan sangatlah berarti. Pelayanan dan penyambutan kita kepada Yesus akan tidak bermakna bila semua itu kita lakukan dalam sungut-sungut atau dalam ketidaktulusan hati kita. Pokok-pokok yang dapat dikembangkan 1. Cara penyambutan Maria dan Marta menjadi patron menarik bagi kita bahwa menyambut Allah di dalam Yesus tidaklah harus dengan tindakan spektakuler, tetapi apa yang ada pada kita itulah yang sebenarnya yang dikehendaki oleh Allah untuk kita berikan kepada Yesus. 2. Sikap Marta yang tidak melihat bahwa pelayanan yang dilakukannya kepada Yesus, itupun dihargai oleh Yesus. Hal menarik yang diperankan oleh Marta dalam hal ini dan itu menjadi pelajaran buat kita semua, bahwa terkadang kita cenderung menyalahkan orang lain yang tidak mau melayani Tuhan dan hanya mau enaknya saja. Melihat sikap hidup orang yang demikian, kita malah mundur dan juga tidak mau lagi meneruskan pelayanan kita kepada Yesus. Marta ditegur oleh Yesus, agar jangan menyusahkan diri dengan banyak perkara. Artinya janganlah kita menyusahkan diri kita dengan cara orang melayani dan menyambut Yesus dengan tindakannya, tetapi mari melihat dan mensyukuri apa yang bisa kita berikan kepada Yesus. Kita menyambut dan melayani Yesus bukan demi dan untuk orang lain. 3. Menjadikan Kristus yang utama, sebab Dialah yang telah menempatkan kita kembali sebagai anak-anak Allah dan berhak atas kehidupan kekal. Untuk itu, seluruh kehidupan kita ini harusnya mencerminkan sikap yang senantiasa menyambut Dia, yakni dengan menyatakan sikap dan pelayanan kita kepada semua orang. Yesus mengingatkan kita, bahwa kehadiran-Nya adalah setiap saat dalam kehidupan kita. Tidak hanya berkat dan penyertaan-Nya saja yang perlu kita sadari dan kita sambut, tetapi juga kehadiran diri-Nya di dalam semua orang-orang lemah, miskin Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



177 dan yang terpinggirkan. Menyambut dan melayani mereka adalah juga berarti bahwa telah menyambut dan melayani Kristus.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



178 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 22-27 Juli 2019



MENYAMBUT KEHADIRAN ALLAH (Untammui kama’direnanNa Puang) Kolose 1:15-29 Tujuan: 1. Jemaat meyakini kehadiran Allah dalam hidupnya; 2. Jemaat memahami tanggung jawab iman, merespon kehadiran Allah dengan menyambut dan melayani



Pembimbing Teks Di tengah kehidupan kini yang begitu banyak menawarkan pilihan, kemampuan menentukan skala prioritas merupakan sebuah hal yang penting. Dalam berbagai keterbatasan, kita tahu betapa tidak semua hal mungkin untuk dilakukan. Namun demikian, tak jarang kita salah dalam menetapkan hal-hal yang seharusnya menjadi prioritas utama. Hal-hal yang yang sesungguhnya tidak demikian penting, justru sering menyita begitu banyak waktu, perhatian dan daya kita. Demikian pula sebaliknya. Hal-hal yang sesungguhnya amat penting, justru tidak kita berikan perhatian dan waktu yang memadai. Dalam bagian ini Paulus memuji pelayanan dan sikap hidup jemaat di Kolose, yakni yang dipandang tepat dalam menjadikan pelayanan kepada Kristus menjadi prioritas utama. Lebih jauh Paulus hendak menyadarkan jemaat, bahwa prioritas utama kehidupan kita adalah menyambut dan melayani Kristus. Kolose 1:15-29 menjelaskan alasan mengapa Kristus harus menjadi prioritas hidup kita. Menurutnya, segala sesuatu telah terjadi di dalam Yesus Kristus. Yesus Kristuslah yang telah membawa kita kembali kepada Allah. Di dalam Kristuslah kita kembali diperdamaikan dengan Allah. Di dalam dan melalui Dia juga kita dapat mengenal dengan baik siapa Allah dan bagaimana Allah bekerja dan menyelamatkan kita. Tidak hanya itu. Paulus juga menyebutkan bahwa di dalam dan melalui Kristus kita semua ditempatkan menjadi kudus, tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya. Artinya kita telah dibersihkan dari berbagai bentuk kesalahan dan dosa-dosa kita, sehingga di dalam Kristus kita menjadi sempurna di hadapan Allah. Kristus menjadi yang utama dan yang terutama dalam kehidupan kita. Hal ini seharusnya menjadi persoalan penting yang selalu kita refleksikan dalam kehidupan kita masing-masing dan memikirkan bagaimana agar seluruh kehidupan kita menjadi cerminan kita menyambut yang utama dan yang terutama itu.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



179 Pertanyaan diskusi 1. Bacalah ayat 26-27! Apakah yang Paulus maksudkan dengan rahasia yang tersembunyi selama berabad-abad itu? Lalu bagaimana respon kita setelah kita diberitahu rahasia itu? (Basai tu ay 26-27! Apara tu nasanga Rasulu’ Paulus rasia tu maarra' tempon dio mai sia disituran-turanann? Na umba susi pebalinta ke dipaissannimiki’ tu rasia iato?) 2. Menurut saudara, apakah kendala yang paling merintangi kita sehingga kita tidak dapat menjadikan Kristus sebagai yang paling utama dan menjadikan kita tidak dapat menyambut Dia dengan baik dalam kehidupan kita? (situru’ pahangta, apa tu mendadi sakkalangan sia mandu unnampangiki’ naurunganni ia tu Kristus tae’ anna mendadi tongan penggarontosanta sia napourung tae’ anna ditammui melo lan katuoanta?)



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



180 Bahan Khotbah Minggu ke-30



Tanggal 28 Juli 2019



MENGANDALKAN KEMURAHAN TUHAN (Ussattuan kamasokananNa Puang Matua) Bacaan Mazmur Bahan 1 Bahan 2 Bahan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 138:1-8 : Hosea 1:2-10 : Kolose 2:6-15 : Lukas 11:1-13 (Bahan Utama) : Mazmur 138:1-2 : Lukas 11:9-10



Tujuan: 1. Agar warga jemaat meyakini kasih setia Tuhan yang memampukan menyelesaikan masalah. 2. Agar jemaat hidup dalam relasi yang intim dengan Tuhan.



Pemahaman Teks Mazmur 138:1-8 sangat menggelitik dan menggugah iman. Seorang Raja memiliki segala-galanya. Ia memiliki kekayaan yang melimpah, pengawal yang berjaga-jaga, hamba-hamba yang siap melayani dia, serta kedudukan yang dihormati seluruh rakyat. Sepertinya tidak ada lagi yang kurang. Tetapi bagi Raja Daud, semua itu ternyata dipandang tidak ada artinya jika ia jauh dari Tuhan. Bagi Daud, Tuhanlah yang terutama. Itu sebabnya ia memuliakan Tuhan dan mengambil sikap bersyukur kepada Tuhan (ay. 1), sujud ke arah Bait-Nya yang kudus, memuji Tuhan, percaya dan menantikan janji Tuhan bagi dirinya dan keturunannya (ay. 2). Ia sadar betapa hanya Allah yang sanggup menolong dalam kesesakan (ay.3), yang selalu memperhatikan orang-orang yang setia dan juga telah membebaskan raja dari jerat musuh (ay. 7) dan yang akan menyelesaikan perjuangan dan harapan sang raja (ay. 8). Hosea 1:2-10 membawa kita dalam sebuah perenungan, yakni apakah yang paling menjijikkan bagi Tuhan? Apa yang Tuhan paling benci dalam kehidupan umat-Nya? Tuhan yang maha pemurah ternyata bisa murka karena hal dosa dan pelanggaran umat-Nya. Tuhan sangat membenci dosa, sehingga orang yang melanggar pasti dihukum. Gambaran bangsa Israel yang tidak setia kepada Tuhan digambarkan melalui pernikahan Nabi Hosea, yakni yang diperintahkan Tuhan untuk mengawini perempuan sundal dan kemudian melahirkan anak sundal. Pernikahan ini adalah gambaran bangsa Israel yang lebih percaya kepada kekuatan dewa asing dari pada kuasa Allah sendiri (ay. 2). Perempuan sundal itu kemudian melahirkan anak-anak dengan nama yang memiliki makna sehubungan dengan ketidaksetiaan mereka. Anak pertama, Yizreel, artinya Tuhan akan menghukum keluarga Yehu, karena dosanya kepada Yizreel (ay. 4). Anak kedua, Lo-Ruhama berarti Tuhan pasti menghukum bangsa Israel dan tidak akan menyayangi mereka, tetapi akan menyayangi kaum Yehuda dan menyelamatkan mereka (ay. 7). Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



181 Anak ketiga, Lo-Ami, artinya bangsa Israel bukan lagi umat Tuhan dan Allah pun bukan lagi Allah mereka (ay. 9). Kolose 2:6-15 berbicara tentang keselamatan bagi orang percaya di dalam Yesus Kristus. Di sana dikemukakan, bahwa hidup orang percaya harus tetap di dalam Dia, berakar di dalam Dia dan juga dibangun di dalam Dia (ay. 7). Setiap orang percaya hendaknya berpegang teguh pada iman kepada Yesus Kristus, sehingga kehidupan orang percaya pun sepadan dengan apa yang Tuhan kehendaki. Memang ada banyak godaan, ajaran filsafat yang kosong, ajaran-ajaran palsu dan segala macam ajaran turun temurun yang berasal dari roh jahat (ay. 8). Namun demikian mereka harus tetap percaya kepada Kristus. Dalam Kristuslah berdiam seluruh kepenuhan ke-Allah-an (ay. 9). Dalam Kristus jugalah pengampunan dan penghapusan dosa itu dinyatakan: “dan itu ditiadakannya dengan memakukannya pada kayu salib” (ay. 14). Lukas 11:1-13 menceritakan permintaan murid agar mereka diajar berdoa seperti yang dilakukan Yohanes kepada muridnya. Jawaban Yesus sederhana, “Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah namaMu; jadilah kerajaan-Mu”. Jika dibandingkan dengan bagian yang paralel dalam Matius 6:9-13, memang terdapat sedikit perbedaan redaksional. Namun jika ditelusuri dan dimaknai lebih jauh, maka hal pertama yang terlihat sangat penting ialah hal menyebut dan memuliakan Bapa, serta menguduskan nama-Nya. Itu yang paling pertama dalam doa yang diajarkan Yesus. Hal yang kedua ialah terkait dengan kebutuhan manusia, permohonan pengampunan dosa dan kesediaan untuk mengampuni dosa (ay. 2-4), sebagai hal yang dimohonkan pada Bapa. Itu sebabnya Yesus menempatkan hubungan Bapa di sorga dengan umat-Nya sebagai hal yang terpenting, melebihi semua hal lainnya dalam hidup manusia. Dalam relasi yang akrab dengan sang Bapa, para murid hendaknya tidak perlu ragu dalam menyampaikan permohonan mereka. Kesediaan Bapa untuk memenuhi kebutuhan umat-Nya dianalogikan dengan kesediaan seseorang yang ternyata bersedia memenuhi permohonan sahabatnya yang tetap berani datang meminta bantuan padanya meskipun sudah larut malam (ay.5-8). Itu sebabnya lebih jauh Yesus mengajar mereka untuk senantiasa meminta, mencari dan mengetok. Bapa pasti akan menjawab dan memberikan yang terbaik. Karena jika seorang bapa di dunia saja bisa memberikan yang terbaik kepada anaknya, maka terlebih Bapa di sorga pasti akan memberikan yang terbaik kepada anak-anak-Nya (ay. 12,13). Pokok-Pokok pengembangan khotbah a. Hubungan dengan Allah: sumber kedamaian Hubungan yang begitu akrab menjadi tema bacaan saat ini. Adakah setiap umat memiliki orang terdekat? Seperti seorang anggota jemaat bercerita, “Saya tahu rahasia bapak itu, luar dalam”. Pak pendeta menjawab, “Bagaimana bisa kamu tahu mengenai rahasianya. Padahal saya berusaha untuk mengetahui tetapi ia tidak pernah mau cerita”. Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



182 “Kuncinya sederhana Pak pendeta. Bukan karena jabatan dan kekayaan, tetapi karena hubungan yang akrab”, sahut anggota jemaat. Demikianlah kunci relasi umat dengan Bapa di sorga. Jika umat merasa dekat, maka akan timbul kerinduan untuk selalu menyapa, menantikan dan merindukan Bapa di sorga. Raja Daud memiliki segalanya. Sebagai seorang raja, ia dihormati. Ia memiliki banyak kekayaan, untuk menjamin semua kebutuhannya, keamanan hidupnya terjamin dalam benteng kokoh dengan pengawal yang berjaga-jaga siang dan malam. Sekilas, apa yang kurang? Namun bagi Raja Daud, semuanya ternyata dipandang siasia jika tidak disertai hubungan akrab dengan Allah. Sujud ke arah Bait Kudus Allah menjadi kerinduannya. Hubungan dengan Allah melebihi kegembiraan, sukacita, kenyamanan dan keamanan yang ditawarkan oleh dunia dengan segala kenikmatannya. Di dalam kasih dan penyembahan pada Tuhan saja, Raja Daud dapat mengalami kedamaian. b. Hubungan dengan Allah: diberikan kesempatan untuk “meminta” dan pasti dikenal Hal yang sama diakarkan oleh Tuhan Yesus. Hubungan sangat mempengaruhi semua tindakan dan pikiran kita. Bayangkan, adakah di antara kita yang jika membutuhkan uang, dapat pergi ke pasar dan meminta kepada siapa saja yang tidak dikenal, “Bolehkah saya meminjam uangmu?” Jelas tidak mungkin ada orang yang mau meminjamkan uangnya kepada seseorang yang tidak dikenalnya dengan baik? Namun jaminan Yesus luar biasa, Allah yang kita percayai adalah Allah yang mengenal kita lebih dari pengenalan seorang bapa kepada anaknya. Kita bukan orang asing dan tidak dikenal. Kita juga bukan sekedar tamu atau orang yang sekedar datang singgah sejenak. Kita sungguh adalah anak yang dikenal, disayang, dipelihara dan dikenal. Ia mendengarkan keluh kesah dan kerinduan umatnya, serta mengenal sukacita pun juga kesukaran dan pergumulan mereka. Seorang ibu dalam khotbahnya bercerita, “Kalau saya datang mengunjungi seorang nenek yang tidak bisa lagi melihat, saya sering bertanya, “Nenek, mitandai siaraka mindanna te rampo?” (Apakah nenek mengenal siapa yang datang?). Sang nenek yang sudah tidak bisa lagi melihat, dengan sangat yakin menjawab, “Kutandai ia anak” (saya tahu nak), sambil kemudian menyebut nama sang ibu. Bapa di sorga tentu mengenal kita lebih dalam lagi. Bukan sekedar suara dan nama kita, tetapi bahkan setiap pergumulan dan hal terbaik yang kita butuhkan. c. Hubungan dengan Allah: Hidup dalam Kehendak-Nya Setiap ayah yang mengasihi anaknya pasti menginginkan agar anaknya hidup sesuai dengan apa yang ia kehendaki. Itulah sebabnya mengapa Allah sangat marah ketika bangsa yang disayangi memberontak Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



183 dan tidak lagi mempercayai kasih-Nya. Tindakan Allah yang menghukum bertujuan agar bangsa Israel kembali kepada kasih Allah yang kekal. Seorang bapak memberikan kesaksian dalam ibadah, “Kami bersyukur untuk anak kami yang bungsu, yang sangat kami sayangi. Jujur saja, selama ini saya sebagai ayahnya sudah habis akal, habis kesabaran dan habis isi kantong memikirkan anak ini. Anak orang lain nakal, tapi anak kami lebih nakal. Anak orang lain menyakiti hati orang tuanya, anak kami lebih menyakiti hati kami. Namun mamanya, entah bagaimana ia berdoa, entah bagaimana ia menyebut anak kami ini dalam permohonannya, sehingga saat ini kita dapat bersyukur. Tuhan mendengar doa kami. Anak kami sudah mendapat ijazah SMA. Kami berterima kasih kepada bapak kepala sekolah dan guru, kepada semua yang telah mendoakan, menasihati dan membimbing dia. Kami bersyukur anak kami telah menyelesaikan kursus alat berat dan dapat sertifikat. Ia juga sudah mendapatkan SIM A dan rencana pergi ke luar daerah mencari pekerjaan”. Menutup kesaksiannya, ia juga menyampaikan, “Doakan anak bungsu kami ini, supaya ia benar-benar bertobat dan kembali kepada jalan yang Tuhan kehendaki”. Demikianlah kerinduan sang ayah, agar anaknya hidup dalam kehendak Bapa.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



184 Bahan penelaahan Alkitab



Tanggal 29-3 Agustus 2019



MENGANDALKAN KEMURAHAN TUHAN (Ussattuan Kamasokananna Puang Matua) Mazmur 138:1-8 Tujuan: 1. Agar warga jemaat meyakini kasih setia Tuhan yang memampukan menyelesaikan masalah. 2. Agar jemaat hidup dalam relasi yang intim dengan Tuhan.



Pemahaman Teks Dalam bacaan hari ini dikisahkan mengenai Daud, yang dalam segala kelimpahan dan kehormatannya sebagai seorang raja, ternyata begitu luar biasa dalam menyembah Tuhan. Dalam ayat 2 Daud berkata, “Aku hendak sujud ke arah bait-Mu3 yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasihMu dan oleh karena setia-Mu”. Kata “sujud” berarti, berlutut serta meletakkan dahi ke lantai (seperti waktu salat) atau pernyataan hormat dengan berlutut serta menundukkan kepala sampai ke tanah. Tindakan bersujud ini biasa dilakukan ketika seseorang memperoleh kenikmatan, keberhasilan, kegembiraan atau terlepas dari kesulitan dan musibah. Bersujud berarti membungkuk dengan meletakkan dahi ke lantai dan menumpukkan kedua belah tangan. Jika bersujud dilakukan oleh seorang rakyat biasa, maka itu merupakan hal yang lumrah. Namun jika hal ini dilakukan oleh seorang raja, tentulah sangat menarik. Tata cara menghadap raja, tidak sembarangan. Seseorang yang ingin menghadap raja harus, termasuk istrinya harus berlutut sebelum berbicara kepada raja (1 Raj. 1:16). Namun Raja Daud membalikkan keadaan ini. Dalam menghadap Tuhan, ia mengambil posisi sebagai rakyat atau orang biasa. Di hadapan Allah, Daud menempatkan dirinya sama dan sejajar dengan orang lain. Ini sikap yang luar biasa. Merendahkan hati dan diri di hadapan Allah yang maha kuasa, yang memerintah dan berkenan akan doa dan permohonan umat-Nya. Pertanyaan diskusi 1. Raja Daud bisa saja merasa puas dan bangga dengan apa yang dimilikinya. Namun, mengapa Raja Daud justru memilih tindakan sujud menghormati Tuhan dan memuliakan Tuhan dalam posisinya sebagai raja, orang yang paling berkuasa dan berpengaruh? (Sitonganna ma’din bangsia nasanga Daud kumua ganna’mo tu apa dio kalena, apa matumbai anna la’bi nabudanan tu umpengkaolai Puang



3



Perlu diketahui bahwa Bait Kudus yang dimaksud di sini bukan bangunan Bait Kudus yang selama ini dipahami. Ingat bahwa Bait Kudus nanti didirikan oleh Raja Salomo, anak Raja Daud. Sehingga Bait Kudus yang dimaksud ialah tempat penyembahan Umat Israel pada masa Raja Daud, di mana itu menunjuk ke Yerusalem, setelah Tabut Perjanjian telah diletakkan di sana. (bndk. 2 Taw. 16, 2 Taw. 21:18-22:1, 2 Sam 24:18-25).



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



185 Matua moi raka anna diomo kalena tu kuasa ma’pamatantu susi misa’ datu?) 2.



Dalam segala kecukupan yang kita miliki, sering membuat kita tidak lagi menghormati dan mencari Tuhan, misalnya dalam pelaksanaan adat yang disertai dengan Judi; misalnya adu kerbau dan sabung ayam dengan dalih adat budaya. Kecenderungan apa yang menjadi motivasi orang sekarang yang terkesan tidak lagi menghormati Tuhan ketika melaksanakan acara adat? (Ia temai eanan tu disanga ganna’mo dio kaleta nenne’ untumangki’ anna ia tu Puang Matua tae’mo na dikasiri’, susinna lan umpana’ta’ ada’, dipogau’ dukamo tu tangga’ ma’pasilaga tedong sia si saung anna disanga ada’. Apara tu mandu nadaka’ tau totemo anna butung tangnakasiri’mo tu Puang Matua lan umpana’ta’ ada’?)



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



186 Bahan Khotbah Minggu ke-31



Tanggal 4 Agustus 2019



KASIH ALLAH DAN KEDEGILAN HATI MANUSIA (Pa’kaboro’na Puang Matua na Kamakarrasan Penaanna To lino) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 107:1-9 : Hosea 11:1-11 (Bahan Utama) : Kolose 3:1-11 : Lukas 12:13-21 : Mazmur 136:25-26 : Lukas 2:15



Tujuan: 1. Jemaat memahami kasih Allah yang membebaskan dan mengampuni. 2. Jemaat menjauhkan diri dari cara hidup penuh kedegilan lalu menghidupi kasih Allah.



Pemahaman Teks Hosea 11:1-11 menggambarkan bangsa Israel sebagai gadis: “Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia”. Yang diingat kembali adalah “masa mudanya waktu dia berangkat dari tanah Mesir” (2:14), masa kasih pertama, yakni permulaan kasih antara bapa dan anak. Di dalam seluruh Perjanjian Lama, peristiwa keluaran dari Mesir merupakan pengakuan pokok dalam kepercayaan Israel. Tetapi untuk pertama kali barulah di bagian ini kasih Allah dikemukakan sebagai dasar pembebasan. Di kemudian hari itu diteruskan dalam Kitab Ulangan 7:8. Pembebasan itu serentak pula merupakan pemilihan (dari Mesir Kupanggil) dan pengangkatan selaku anak (anak-Ku itu). Suatu ikatan mesra seperti hubungan ayah dan anak menandakan perjanjian Yahwe dengan Israel. Demikianlah dalam Keluaran 4:22, Israel disebut “anak-Ku, anak-Ku yang sulung” dan orang-orang Israel dalam Ulangan 14:1 “anak-anak TUHAN”. Ungkapan “dari Mesir Kupanggil anak-Ku” memang juga dikemukakan dalam Injil Matius 2:15, yakni sebagai nubuat yang tergenapi dalam peristiwa Yesus bersama orang tuanya mengungsi ke Mesir. Dalam hal ini, sejalan dengan peristiwa eksodus bangsa Israel, Mesir adalah sebuah tempat pengungsian dan tempat tinggal sementara dengan kondisi kehidupan penuh tantangan dan beban. Karena itu perjalanan kembali dari Mesir sesungguhnya mengingatkan tindakan Allah membebaskan dan memulihkan umat-Nya. Secara umum kitab ini berbicara tentang ketidaksetiaan umat Israel pada satu sisi dan juga kasih setia Tuhan pada sisi yang lain. Umat diingatkan agar tidak menyembah Baal dan membuat mereka disebutkan sebagai anakanak sundal (2:3). Pertentangan melawan Baalisme ini menjadi lebih jelas di dalam sejarah selanjutnya. Kendatipun Allah memilih orang Israel (Makin Kupanggil mereka), namun di negeri Kanaan mereka meninggalkan Dia (makin pergi mereka dari hadapan-Ku). Dalam suasana pertanian dan kebudayaan penduduk asli, mereka mempersembahkan korban kepada Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



187 dewa-dewa kesuburan penduduk asli itu (mereka mempersembahkan korban kepada para baal). Kelimpahan dan kekayaan telah menyesatkan mereka, sehingga mereka menyembah berhala (mereka membakar korban kepada patung-patung), khususnya anak lembu (bnd. 8:4-5; 10:5,6). Di manakah sekarang ketaatan mereka kepada panggilan Allah itu? Umatku betah dalam membelakangi Aku. Ini mengenai kedegilan yang sama seperti yang disebut dalam 4:16. Meskipun Allah mengasihi dan memelihara mereka, namun mereka memberontak. Ia telah memanggil mereka anak-Nya, tetapi mereka memanggil kepada Baal. Ketidasetiaan mereka terhadap perjanjian dan kurangnya mereka berterima kasih terhadap pemeliharaan-Nya adalah dosa. Mereka menyangkal Dia (berhenti meninggikan nama-Ku). Tetapi di tengah-tengah pemberitahuan penghukuman itu masih bercahaya sinar kasih dan rahmat Allah, bilamana Ia masih menyebut mereka “umat-Ku”. Orang Israel sungguh-sungguh akan bertobat: mereka akan mengikuti TUHAN. Dahulu mereka “mengikuti para kekasih” (2:4), atau kesiasiaan, tetapi di masa depan semuanya itu akan berubah. Faktor pembaruan utama ialah firman Allah yang menang: Ia akan mengaum seperti singa. Bukan lagi suara singa yang menerkam, melainkan suara yang memanggil kembali anaknya sambil mengejutkan semua orang yang menghalangi. Akhirnya anak-anak-Nya akan taat dan datang dengan gemetar dari segala penjuru, dari perarakan dan pembuangan. Terlebih dahulu datang anak-anak dari barat (atau: dari laut), yakni mereka yang terbuang ke sebelah barat atau yang melarikan diri dari daerah pantai Laut Tengah dari sebab kekerasan tentara Asyur, dan juga dari Mesir. Kolose 3:1-11 berisi uraian Paulus tentang cara hidup manusia baru yang sudah dibangkitkan bersama dengan Kristus. Cerita ini jelas mengandung perubahan bentuk suatu permulaan baru yang membawa tanggung jawab dan tantangan. Lighfoot menyebutkan betapa umat Tuhan telah mengalami “suatu perpindahan ke dalam suasana keberadaan baru”. Karena itu Paulus menekankan “carilah perkara yang di atas di mana Kristus ada. Kata “di atas” dilihat sebagai kebalikan dari “perkara yang di bumi”. Paulus membayangkan kehidupan Kristen sebagai suatu pencarian yang terus menerus dengan Kristus sendiri sebagai tujuan. Lukas 12:13-21 mengisahkan pengajaran Yesus terkait cara menyikapi harta benda duniawi, baik bagi mereka yang berkelimpahan, maupun bagi mereka yang berkekurangan. Terhadap mereka yang mempunyai barang berkelimpahan, Yesus menceritakan perumpamaan mengenai orang kaya yang bodoh. Ada dua yang nampak dari orang ini: 1. Ia tidak pernah sanggup melihat yang jauh dari dirinya sendiri. Tidak ada perumpamaan yang begitu penuh dengan kata-kata, saya, aku, saya punya dan kepadaku. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang kaya itu sangat bersikap mengkonsentrasikan segala sesuatu pada dirinya sendiri. Ketika orang ini memiliki harta yang berlimpah-limpah maka satu hal yang tidak masuk akal adalah bagaimana memberikan harta itu Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



188 kepada orang lain. Seluruh sikapnya adalah merupakan kebalikan dari kekristenan. 2. Ia tidak pernah melihat lebih jauh dari dunia ini. Segala rencana yang dikerjakannya dibuat atas dasar kehidupan di sini. Seorang yang tidak pernah mengingat bahwa ada dunia lain selain dari dunia ini telah ditentukan untuk menghadapi hari-hari yang sangat mengerikan. Sedangkan kepada mereka yang berkekurangan, Yesus berpesan agar mereka tidak kuatir. Tanpa bermaksud pasrah dan mengabaikan kenyataan yang memang penuh kekurangan, Yesus pada intinya mengajak agar orang tetap berusaha dengan sungguh-sungguh dan melakukan hal terbaik yang bisa dicapainya, lalu menyerahkan hasil dan pemeliharaan selanjutnya dalam tangan kasih Tuhan. Dalam hal ini Yesus menunjuk kepada bunga-bunga di padang yang tidak menenun namun dipelihara oleh Allah. Demikian juga dengan burung-burung di udara. Perkataan Yesus, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan semuanya akan ditambahkan” juga menegaskan hal tersebut. Yang paling penting ialah hidup yang terarah pada kehendak Allah. Pokok-pokok pengembangan Khotbah 1. Kasih yang membebaskan mengingatkan kita tentang peristiwa keluarnya bangsa Israel dari Mesir sebagai tindakan kasih Allah kepada umat-Nya, yakni yang diibaratkan kasih dalam hubungan antara anak dan ayah. 2. Kasih yang mengampuni. Penyelewengan Israel mengisahkan kebencian dan kekecewaan hati Tuhan, tetapi Allah bermura hati tetap mengasihi umat-Nya yang mencapai puncaknya di dalam pengorbanan Yesus Kristus yang adalah bukti kasih cinta yang tulus, nyata tanpa pamri, berkorban demi keselamatan kita manusia. 3. Penyembahan kepada berhala (perselingkuhan yang menyakitkan hati Tuhan). Umat Israel setelah mengalami kemapanan tergiur akan kemakmuran sehingga berbalik menyembahkan kepada berhala. Perbuatan itu menyakitkan hati Tuhan, sebab penyembah berhala merupakan tanda betapa mereka tidak lagi tahu siapa sesungguhnya yang menjadi sumber berkat satu-satunya dalam hidup mereka. 4. Anak-anaknya akan datang dari seluruh penjuru bumi dapat Mengingatkan kita tentang kembalinya Israel setelah merdeka. Dalam kurun waktu 71 tahun merdeka, Israel mengalami kemajuan yang luar biasa di berbagai bidang sehingga mereka patut diperhitungkan sebagai negara besar. 5. Harta adalah berkat dari Allah. Harta yang kita miliki adalah milik dan pemberian Allah. Mathen Luther mengatakan: “Kita adalah bendahara Allah untuk menyimpan harta milik-Nya”. Karena syukuri apa yang Tuhan beri dan pergunakan untuk kemuliaan nama-Nya.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



189 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 5-10 Agustus 2019



KASIH ALLAH DAN KEDEGILAN HATI MANUSIA (Pa’kaboro’na Puang Matua na Kamakarrasan Penaanna To lino) Lukas 12:13-21 Tujuan: 1. Jemaat memahami kasih Allah. 2. Jemaat menjauhkan diri dari cara hidup kedegilan lalu menghidupi kasih Allah.



Pembimbing Teks Pada umumnya Yesus dipandang sebagai Rabi yang bijaksana. Karena itu tidak mengherankan bila orang meminta pendapat-Nya tentang suatu perkara mengenai pertikaian harta milik seorang adik yang dirampas warisannya. Yesus menolak untuk menjawab perkara itu secara khusus, tapi Ia justru menggali sampai kepada dasar perkara itu dengan memberi suatu peringatan keras terhadap ketamakan yang mungkin berdasar pada pengenalan-Nya akan orang yang bersangkutan secara pribadi. Ketamakan untuk mendapat lebih dari yang sudah orang punyai bukan hanya menimbulkan pertikaian, tapi juga mengungkapkan hal yang salah secara asasi karena melihat harta sebagai hal yang utama. Bilamana Allah mengambil hidup seseorang yang menyangka bahwa ia dapat pensiun dalam kenikmatan berkat suatu panen yang sangat berhasil, maka dengan segera menjadi jelas betapa sia-sianya harta kepunyaan itu karena orang kaya itu telah gagal memperoleh harta kekayaan sejati yakni hubungan yang benar dengan Allah. Di Palestina kekayaan seringkali dalam bentuk pakaian yang mahal, tetapi ngengat dapat membinasakan pakian-pakaian yang mahal tersebut. Apabila seseorang mengenakan jiwanya dengan pakaian kehormatan, maka tidak ada satupun di atas dunia ini yang dapat membinasakan mereka. Apabila seseorang mencari harta di sorga, maka hatinya juga akan terpaut di sorga. Tetapi kalau hatinya mencari harta di dunia, maka hatinya juga akan terpaut di dunia ini. Pertanyaan diskusi 1. Mengapa orang yang menimbun harta kekayaannya ini disebutkan Yesus sebagai orang bodoh? (Matumbai anna sangai Puang Yesu Baga tu to umpakombongan eanan kalena?) 2. Bagaimana sebaiknya kita menggunakan harta yang Tuhan berikan? (Umba ladikua umpake meloi tu eanan nakamaseanki’ Puang Matua?)



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



190 Bahan Khotbah Minggu ke-32



Tanggal 11 Agustus 2019



KETAATAN YANG SUNGGUH (Kamengkaolan Ponno Inaa) Bacaan Mazmur Bahan 1 Bahan 2 Bahan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 50:1-8 : Yesaya 1:1,10-20 (Bahan Utama) : Ibrani 11:1-3,8-16 : Lukas 12:22-34 : Mazmur 116:17-18 : Yesaya 1:19-20



Tujuan: 1. Agar warga jemaat meyakini bahwa Tuhan mengganjar ketaatan kepada-Nya. 2. Agar warga jemaat hidup dalam ketaatan yang sungguh kepada Tuhan.



Pemahaman Teks Mazmur 50:1-8 berisi pengakuan Azaf4 mengenai kekuasaan Tuhan yang mengatasi segala kuasa di bumi. Ia berfirman dan memanggil bumi, di Sion Allah tampak bersinar (ay. 1). Dia adalah Allah yang tidak berdiam diri setelah menciptakan dunia ini, melainkan tetap menyatakan tanda kehadiran-Nya di alam semesta, supaya manusia gemetar, menaruh percaya dan hidup dalam ketaatan kepada-Nya. Ia bertakhta di gunung Sion, tempat yang kudus (ay. 2). Ia datang untuk orang-orang yang Dia kasihi (ay. 5). Dia tetap setia kepada orang yang setia, mengenal setiap orang yang berpegang pada perintah-Nya, namun sekaligus menghardik dan menghukum orang yang berlaku tidak setia (ay. 8). Keadilan Tuhan akan sungguh nyata demi mengingatkan semua orang untuk tetap berjalan dalam kasih karunia-Nya. Yesaya 1:10-20 berisi teguran dan peringatan Allah yang begitu tegas kepada bangsa Israel. Mereka diumpamakan dengan bangsa Sodom dan rakyat Gomora karena ketidaktaatan mereka. 5 Kesetiaan dan kasih sayang Allah kepada umat-Nya dibalas bangsa Israel dengan pemberontakan dan ketidaksetiaan. Allah setia memelihara mereka seperti seorang ibu membesarkan anak-anaknya, namun anak-anak itu melupakan dan memberontak (ay. 2). Ungkapan lembu mengenal pemiliknya dan keledai mengenal palungannya (ay.3), adalah sindiran yang sangat tajam kepada bangsa Israel. Binatang yang tidak berakal budi mengetahui pemiliknya dan tempatnya makan, tetapi bangsa Israel justru tidak. Tuhan membenci perayaan dan persembahan korban umat-Nya karena tindakan mereka 4 Azaf adalah salah satu keturunan suku Lewi yang memiliki keahlian dalam memainkan alat musik. Keahliannya itu mendukung dia dalam menyusun dan menggubah Mazmur. Salah satunya dalam Mazmur 50. 5 Dalam Kejadian 19 diceritakan mengenai hukuman kepada Sodom dan Gomorah yang menggambarkan dunia dalam pemberontakannya terhadap Allah melalui kehidupan yang penuh kejahatan dan perbuatan asusila, serta untuk melambangkan murka Allah terhadap kejahatan tersebut. Mereka hidup dalam pemberontakan, korupsi, perbuatan asusila sehingga dimusnahkan secara total oleh murka Allah.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



191 sehari-hari bertentangan dengan kehendak Allah. Mereka beribadah, rajin memberikan persembahan dan berkumpul di Bait Allah, tetapi perbuatan mereka sangat jahat. Mereka merampas dan merugikan sesama, sehingga Allah menolak persembahan mereka, bahkan doa mereka tidak berkenan bagi Tuhan (ay.15). Oleh karena itu jelas, bahwa Allah menginginkan satu hal, yakni pertobatan yang sungguh dari umat-Nya. Allah tidak mau berkompromi dengan dosa dan pelanggaran umat-Nya. Allah mau mereka meninggalkan perbuatan mereka dan kembali menjadi bangsa yang setia. Allah adalah Tuhan yang pengasih. Ia bersedia mengampuni dan menghapus segala dosa umat-Nya “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba (Yes. 1:18). Inilah janji terbaik Allah bagi umat-Nya. Ibrani 11:1-3 dan 8-16 menjelaskan contoh kehidupan beriman umat Tuhan. Setiap manusia selalu memiliki alasan dalam melakukan sesuatu. Orang tua menyekolahkan anaknya agar anaknya pintar, berakhlak dan memiliki keterampilan untuk dipakai sebagai bekal mencari pekerjaan. Demikian juga hidup orang percaya. Dasar dari semua tindakan orang percaya, ialah iman. Iman harusnya menjadi dasar tindakan kita (ay. 1) saat bersekutu di gereja dan mengajar anak-anak untuk mengenal dan takut akan Allah, bahkan saat memilih bahwa di Tongkonannya hanya perbuatan yang memuliakan Allah yang dapat dilakukan di situ. Orang yang mendasarkan hidupnya dengan iman akan berkenan kepada Tuhan dan berjalan menurut kehendak-Nya (ay. 8). Abraham telah membuktikan hal itu. Panggilan Allah yang diimani telah menuntun dia menjalani rancangan Tuhan baginya, yakni menjadi orang yang dipersiapkan Allah menjadi alat berkat bagi dunia (Kej. 12). Dalam kesetiaan Abraham hidup dalam panggilan Allah tersebut, Allah pun menyediakan baginya sebuah kota yang dipersiapkan dan dibangun oleh Allah sendiri, yaitu tanah air sorgawi (ay. 16). Lukas 12:22-34 berbicara tentang hal kekuatiran. Kekuatiran memang tidak dapat dilepaskan dari hidup manusia, baik yang terkait dengan kecukupan uang, kesehatan yang baik, perjalanan dengan pesawat, maupun terkait dengan hilangnya barang-barang berharga yang dimiliki. Banyak sekali yang bisa menjadi penyebab kekuatiran. Yesus pun tahu bahwa manusia kuatir soal makanan, soal pakaian dan soal kehidupan (ay. 23). Sehubungan dengan itu, Yesus mengajarkan betapa kekuatiran manusia dapat menjadi pertanda bahwa ia sama sekali tidak berdaya dan tidak berkuasa sedikit pun atas hidupnya. Allah yang adalah pencipta langit dan bumi, Dialah yang berkuasa dan mengendalikan semua keadaan dan kehiduppan manusia (ay. 24,28). Jika Allah mendandani bunga bakung, jika Allah memberi makan burung pipit, maka lebih lagi manusia pasti dipelihara oleh Allah. Oleh sebab itu, hal yang paling penting bagi orang percaya ialah pertama-tama mencari dan melakukan kehendak Allah, kemudian yang lain akan ditambahkan (ay. 31). Dalam pemeliharaan Allah yang pasti ini, orang Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



192 percaya dipanggil untuk menjadi berkat bagi sesama, itulah kekayaan yang tidak dapat binasa (ay.33). Pokok-pokok pengembangan khotbah a. Masih Adakah Iman di Bumi? Diceritakan di sebuah media online, bahwa saat gempa terjadi di Lombok pada skala 7,2 skala Richter, seorang imam yang tengah memimpin ibadah, ternyata tetap berdiri di posisinyasaat gempa meluluhlantakkan daerahnya, meskipun ia punya kesempatan untuk menyelamatkan diri. Ia lebih memilih tetap pada posisi ibadah sebagai tanda ketaatan dan kesetiaan kepada Yang disembahnya dari pada menyelamatkan dirinya. Tidak diragukan lagi bahwa apa yang dilakukannya adalah sebuah “Ketaatan Yang Sungguh”. Jika sang imam bisa bertahan dengan kesetiaaan yang luar biasa, walaupun gempa bisa menyebabkan kematian atau kecelakaan yang fatal, maka pasti ada yang sungguh kuat dalam dirinya yang mendorongnya untuk tetap setia. Inilah yang dialami oleh bangsa Israel dalam hubungan dengan Tuhan. Tuhan mengasihi dan memelihara, serta memenuhi janji-Nya kepada mereka. Namun ketika semua keadaan mereka berubah menjadi semakin baik dan mapan, maka pada saat yang sama pun mereka melupakan Tuhan. Ungkapan “Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya" (Yesaya 1:3) merupakan keadaan bangsa Israel yang tidak mengenal lagi Tuhan. Hidup mereka seperti yang dikisahkan oleh salah seorang pendeta: “Warga jemaat ketika masih belum punya apa-apa datang ke pendeta, memanggil penatua dan diaken. Ia mohon doa agar anakanka berhasil dalam studi, kuliah dan lulus. Setelah lulus, datang lagi ke pendeta, tolong doakan anak kami mau pergi merantau, pergi mencari pekerjaan. Mereka pergi, dan sungguh Tuhan memberkati keluarga. Anak-anaknya sukses luar biasa di perantauan. Kemudian datang ke gereja memberikan persembahan. Sang anak yang sukses kembali ke kampung halaman, apa yang dilakukan? Dalam acara adat, bangun arena adu kerbau, pasang tempat untuk adu ayam. Apakah ini sikap yang layak? Apakah ini sikap menghormati Tuhan? 6 Sang imam bertahan dalam Mesjid dalam posisi menyembah, karena hidup dalam ketaatan dan penyerahan diri kepada Yang disembahnya. Demikian juga setiap orang percaya. Allah memanggil kita untuk kembali mengingat kebaikan, kemurahan dan kasih Allah, lalu kembali merenungkan semua kebaikan dan kasih Tuhan dan mengambil sikap taat dan percaya kepadaNya dengan segenap hati. 6



Khotbah yang disampaikan seorang pendeta dalam menyampaikan kesadaran bahwa orang Toraja diberkati Tuhan tetapi berkat yang Tuhan berikan justru dipakai untuk “melawan Tuhan dan kehendak-Nya”.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



193 b. Allah tidak bisa disuap Pernah ada pertanyaan yang kemudian menciptakan diskusi dan perdebatan yang cukup serius, “apakah uang dari hasil judi, bisa dipersembahkan”. Yang setuju mengatakan, “Uang tidak tahu apa-apa, uang hasil judi, uang hasil korupsi, uang hasil mencuri tidak masalah...yang masalah itu orangnya!” Sedangkan yang tidak setuju mengatakan, “Tidak bisa uang hasil judi dipersembahkan. Uang yang dihasilkan dengan cara yang tidak benar, tidak dapat dipersembahkan”. Tentu ada berbagai pandangan dan alasan lainnya yang bisa dikemukakan. Namun jika perdebatan di atas dijawab dengan perikop Yesaya 1:10-13, maka jawabannya jelas betapa Tuhan tidak berkenan pada persembahan yang demikian. Yang sesungguhnya Tuhan inginkan, ialah pertobatan, sikap dan tingkah laku yang baik dari umat-Nya. Jadi bukan sekedar memberi persembahan. Persembahan yang benar berasal dari hati yang berkenan kepada Tuhan dan dari hidup yang benar, bukan yang bersumber dari dosa dan hasil kejahatan. Tuhan membenci hal itu. Yang Allah inginkan ialah persembahan syukur yang memang lahir dari hati yang menyembah, yang sujud dan memuliakan Dia.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



194 c. Panggilan dan Pengampunan Allah Bangsa Israel seringkali tidak hidup dalam ketaatan kepada Allah. Mereka dengan begitu mudahnya meninggalkan kepercayaan dan ketaatan kepada Allah. Bagaimana dengan hidup iman orang percaya saat ini? Saya mengenal sebuah keluarga yang baru dikaruniai anak laki-laki oleh Tuhan pada kelahiran anak yang kelima. Diberi nama Ka sesuai doa orang tuanya. Kelahirannya disambut sukacita. Anak ini pasti bawa kebaikan dan sukacita. Setelah anak ini besar, bukannya bawa sukacita, bukannya bawa kebahagiaan malah bawa masalah, bawa pergumulan, nakal luar biasa. Sekolah tidak beres, di rumah berantakan, ke gereja tidak pernah. Ayah ibunya berdoa, menasihati dan mengajar, namun tidak ada yang berubah. Waktu berlalu dan anak ini pun “terpaksa” lulus di SMK. Setelah itu “dipaksa” pergi merantau, pulang lagi, pergi lagi, sehingga ayah dan ibunya hampir menyerah. Ayahnya katakan apa? “Dia nakal luar biasa, dia bandel, tidak taat, tidak mengdengarkan, memberontak kepada orang tua tetapi satu hal kami yakin....Dia adalah anak kami dan kami percaya Tuhan menganugerahkan kepada kami karena Tuhan punya rencana bagi hidup kami dan anak kami ini.” Berita terakhir, sang anak telah bekerja di salah satu kota di Indonesia. Inilah model ketaatan kepada rencana Tuhan dan perbuatan-Nya yang luar biasa. Dosamu merah seperti kirmizi, pelanggaranmu merah seperti kain kesumba tetapi akan putih seperti salju, akan putih seperti bulu domba. Pengharapan bagi kita yang tidak dapat dibandingkan dengan apa pun dalam dunia ini. Sebenarnya kita semua sudah harus binasa, dihukum dan tidak layak di hadapan Allah, namun Dia tetap Allah kita dan kita adalah anak-Nya. Ia memanggil kita sebagai anak untuk taat. Jika Allah mengasihi kita luar biasa maka mentaati Dia adalah hal terbaik.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



195 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 12-17 Agustus 2019



KETAATAN YANG SUNGGUH (Kamengkaolan Ponno Inaa) Lukas 12:22-34 Tujuan: 1. Warga jemaat meyakini bahwa Tuhan mengganjar ketaatan kepada-Nya. 2. Warga jemaat hidup dalam ketaatan yang sungguh kepada Tuhan.



Pemahaman Teks Dua pemuda kristen yang sangat bersahabat, Matius dan Markus, tersesat di padang gurun dan sangat kelaparan. Mereka terus berjalan dan pada tengah hari mereka melihat sebuah bangunan yang ternyata sebuah mesjid dengan beberapa jemaah yang selesai sembahyang. Mereka berdua sangat senang tetapi sekaligus cemas. Apakah mereka akan menerima kita? Mari kita berpura-pura jadi muslim! Matius berkata, “Aku akan mengubah namaku menjadi Ahmad!” Markus berkata, “Tidak. Aku tidak akan mengubah namaku. Aku tetap Markus”. Mereka mendekat dan ternyata imam mesjid sangat baik hati. Dia bertanya kepada Matius, “Siapa namamu?” Tanpa ragu-ragu ia menjawab, “Ahmad!” “Dan kamu siapa namamu?”, tanya imam kepada Markus. “Namaku Markus!” Imam mengangguk dan memanggil jemaahnya, “Tolong bawakan air sejuk dan makanan buat Markus! Dan kamu, Ahmad, maaf, waktu berbuka puasa masih beberapa jam lagi!” Kekuatiran menurut Alkitab adalah sebuah keadaan yang tidak dapat dihindari. Abraham pernah kuatir soal Sara yang diambil oleh Firaun (Kej. 12:15); Daud pernah kuatir akan hidupnya dan lari bersembunyi (1 Sam 19); Petrus pada saat pengkapan Yesus (Luk. 22:54-71), dll. Kekuatiran7 merupakan hal yang melekat dengan kehidupan manusia dan hal itu dipahami oleh Yesus dengan tepat. Yesus memberikan dua buah hal yang perlu dipikirkan berhubungan dengan kekuatiran. Pertama, Lukas 12:25: “Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta pada jalan hidupnya?”. Kedua, Lukas 12:28: “Jadi, jika rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api demikian didandani Allah, terlebih lagi kamu, hai orang yang kurang percaya!” Perkataan ajaran Yesus ini mengandung dua makna. Pertama, betapa kekuatiran manusia tidak akan memberi manfaat apapun. Oleh sebab itu, manusia hendaknya hanya mempercayakan hidupnya pada Tuhan saja sebagai pemegang kendali atas hidup ini. Kedua, jika kita percaya bahwa hidup kita berharga di hadapan Allah, maka Allah pasti akan memeliharanya seperti Ia memelihara burung-burung dan mendandani bunga-bunga di padang. Satu hal yang Yesus pesankan, Kerajaan Allah, adalah yang paling penting. Carilah dahulu Kerajaan Allah itu. 7



Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kekuatiran berarti gelisah dan cemas terhadap suatu hal yang belum diketahui dengan pasti, mengenai suatu hal.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



196 Pertanyaan diskusi: 1. Apa yang menyebabkan kita sebagai umat Tuhan sering dikalahkan oleh rasa kekuatiran kita? (Apa naposaba’ anna ia tu kita taunNa Puang Matua nenne’ki’ nataloi kaka’turannuanta? 2. Bagaimana caranya mengubah rasa kuatir menjadi sikap bergantung total kepada pemeliharaan Allah? (Umba ladikua anna ia tu penaa nenne’ ka’tu rannua mendadi kapa’rannuanan sangkalebu tallang lako pandaranaNa Puang Matua?)



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



197 Bahan khotbah HUT RI



Tanggal 17 Agustus 2019



MEMPROKLAMASIKAN KABAR BAIK (Umpa’peissanan Kareba Kaparannuan) Bacaan Mazmur Bacaan Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 118:1-12 : Yesaya 61:1-11 : Mazmur 118:21 : Efesus 2:19-20



Tujuan: 1. Warga jemaat memahami arti kabar baik. 2. Warga jemaat memproklamasikan kabar baik.



Pemahaman Teks Yesaya 61:1-11 berisi nubuat seorang nabi setelah kembalinya bangsa Israel dari pembuangan Babel. Pada tahun 538 sm, Raja Koresy mengizinkan orang-orang Yahudi untuk pulang ke Yerusalem untuk membangun kembali Bait Suci (Ezr. 6:3-5). Sekelompok demi sekelompok orang-orang Yahudi mulai pulang dari pembuangan untuk bergabung dengan golongan masyarakat yang tetap tinggal di Yerusalem, dan secara bersama-sama meletakkan dasar Bait Suci (Ezr. 5:14-16). Akan tetapi yang terjadi adalah pembangunan Bait Suci tidak maju-maju. Kota seluruhnya masih reruntuhan dan karena harapan tinggi-luhur akan zaman baru tidak kunjung datang, maka timbul berbagai ketegangan di mana orang-orang, khususnya yang berkecukupan, mengutamakan pembangunan rumahnya sendiri, sedangkan orang-orang miskin tidak dapat berbuat apa-apa untuk pembangunan Bait Suci dan pembangunan rumahnya sendiri. Di bidang keagamaan, para imam menyalahgunakan kedudukan mereka; rakyat berbakti kepada dewadewa di samping Tuhan; perayaan hari Sabat dan pembayaran pajak dianggap remeh. Jadi, walaupun mereka sudah kembali dari pembuangan, tetapi orangorang Yahudi masih berada dalam tahun-tahun gelap dan penuh frustasi. Dalam situasi yang demikian, bangkitlah seorang nabi yang membawakan firman Tuhan. Teguran lama, yaitu untuk tetap setia kepada Tuhan kembali diaktualkan; harapan dan kesadaran baru ditimbulkan dengan tujuan supaya umat Tuhan hidup dan tetap percaya kepada Allah. Inti dari pemberitaan Yesaya bagian ketiga (Pasal 56-66) adalah menghibur umat Israel dan memberitakan Tahun Rahmat Tuhan seperti yang ditemukan dalam Yesaya 61:1-11 ini. Ayat 1-3 menjelaskan tentang kabar baik yang menimbulkan kesukaan. Kabar baik ini dialamatkan kepada orangorang sengsara, yakni mereka yang berkekurangan, miskin dan tertekan. Kabar baik ini juga diberitakan kepada orang-orang yang remuk hati (patah hati, patah semangat, putus asa), yakni mereka yang tidak mempunyai harapan untuk mendapat suatu masa depan yang baik. Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



198 Demikian juga kepada orang-orang tawanan diberitakan pembebasan. Mereka yang tadinya memperhambakan diri karena utang atau dipenjarakan karena tidak sanggup membayar pajak, dinyatakan bebas dan orang-orang yang terkurung dilepaskan (atau orang-orang yang terikat diuraikan tali-talinya). Kalimat ini dapat diartikan sesuai dengan Yesaya 42:6 atau sesuai dengan 42:7, di mana orang-orang buta disembuhkan. Kabar baik yang memberitakan datangnya tahun rahmat Tuhan ini seringkali dikaitkan dengan tahun Yobel atau tahun kelima-puluh. Pada tahun ini, setiap orang yang sebelumnya telah kehilangan tanah pusaka mereka, yakni yang menjadi sumber kehidupan mereka, diperkenankan Tuhan untuk kembali memiliki dan mengolah tanah tersebut lagi (Im.25:10-17). Pada tahun itu, orang-orang yang tertindas dilepaskan dan para penindas dihukum; orang-orang sombong direndahkan dan orangorang sengsara ditinggikan Allah; orang-orang yang terhuyunghuyung, kaum penganggur yang lapar, wanita yang mandul, orangorang yang hina dan miskin, mereka yang berkabung dipuaskan, ditinggikan, dan diberi kesukaan. Perubahan ini dilukiskan dengan kiasan yang indah, yakni orang-orang yang berkabung dan menaruh abu di atas kepalanya, akan dikaruniai perhiasan untuk kepala mereka. Demikian pun mereka yang menggunakan kain kabung, akan diberikan minyak untuk pesta (ay.3). Ayat 4-6 menjelaskan bagaimana umat yang kembali dari pembuangan mencita-citakan pembangunan Yerusalem dan negerinegeri lain yang ditinggalkan penduduknya. Mereka tidak lagi mencari nafkahnya sendiri, melainkan menjadi imam dan pelayan Allah di dalam ibadah. Ayat 7-9 menjelaskan penderitaan Israel pada masa lampau yang dipertentangkan sekali lagi dengan kesukaan yang akan datang . Dua kali lipat (Yes. 40:2), Israel mendapat malu, noda dan ludah (Yes. 50:6). Namun dua kali lipat juga ia akan beroleh warisan sebagai buah kemenangan dan memperoleh sukacita abadi. Perubahan ini datang dari Allah yang mencintai hukum. Ayat 10-11 berita keselamatan yang disambung dengan pujian yang meriah. Sebagaimana pastinya bumi memancarkan tumbuh-tumbuhan, demikian pula Tuhan akan mendatangkan keselamatan-Nya yang akan menimbulkan pujian. Pokok-pokok yang dapat dikembangkan 1. Memproklamasikan kabar baik kepada orang sengsara. Memproklamasikan kabar baik, yang diterjemahkan dari kata Ibrani bashar, mempunyai pengertian yang luas. Secara umum kata bashar berarti membawa berita sukacita atau kebahagiaan. Sedangkan dalam Yesaya 61:1, kata bashar pertama-tama digunakan untuk memproklamasikan keagungan Allah. Kata ini juga tidak hanya sekadar Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



199 memproklamirkan dan menunjuk kepada nubuatan para nabi di masa depan, tetapi juga prioritas utamanya adalah membawakan kabar baik kepada orang-orang yang menderita pada masa itu. Proklamasi itu tidak hanya mencakup penyelamatan, tetapi juga berita kebahagiaan dari Allah. Inilah yang menjadi elemen penting dalam nubuatan para nabi, termasuk Nabi Yesaya sehunbungan dengan pekerjaan mereka mencakup upaya menyembuhkan, membebaskan, memberi kenyamanan dan menyelamatkan. Adapun kabar baik itu diterima bukan hanya untuk bangsa Israel saja, tetapi juga semua orang yang sedang tertindas dalam bentuk apapun. Kabar baik itu pun tidak hanya dikabarkan dalam Perjanjian Lama saja, ketika zaman para nabi, tetapi juga pada zaman Perjanjian Baru, saat Yesus Kristus datang untuk memberitakan kabar baik bagi seluruh umat manusia dan bahkan seluruh ciptaan. Yesus Kristus adalah pemenuhan dari semua kabar baik ini. Dia adalah Pembawa kabar baik itu, bahkan Ia adalah Kabar Baik itu sendiri. Dia yang akan mewujudnyatakan nubuat nabi Yesaya itu. Dalam karya kehidupan-Nya, terlihat penggenapan nubuat Yesaya. Ia melepaskan orang-orang dari berbagai penderitaan, termasuk bentukbentuk penderitaan yang menghasilkan maut sebagai upah dosa. Melalui kedatangan-Nya, manusia menjadi percaya pada kabar baik yang hidup di dalam diri-Nya (bnd. Luk. 4:16-30). 2. Proklamasi HUT RI tahun ini adalah kesempatan untuk kembali merenungkan panggilan kita sebagai pembawa kabar baik. Proklamasi kabar baik yang berisi pembebasan dari berbagai bentuk penindasan, kesengsaraan dan penderitaan juga sangat diperlukan bagi masyarakat masa kini. Di sekitar kita begitu mudah ditemui orang-orang yang terhimpit oleh berbagai macam penderitaan, kesulitan ekonomi, sakit-penyakit, kekurangan pangan, mengalami remuk hati karena persoalan-persoalan rumah tangga, terpenjara oleh keinginan-keinginan duniawi dan orang-orang yang berduka. Tidak sedikit dari mereka yang tidak berdaya dan putus asa. Siapakah yang harus memberitakan kabar baik bagi mereka? Tentu saja Tuhan tetap mengutus hamba-Nya, yaitu kita sebagai gereja umat Tuhan. Karena itu sebuah hal yang patut direnungkan, ialah sudahkah kita mengerjakan tugas ini dengan baik? Semoga kita tidak pernah berhenti untuk terus memproklamasikan kabar baik bagi segenap umat manusia.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



200 Bahan Khotbah Minggu ke-33



Tanggal 18 Agustus 2019



HAKIM SELURUH BUMI (To Umpaolai Salunna Mintu’ Lino) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 82:1-8 : Yesaya 5:1-7 (Bahan Utama) : Ibrani 11:29-12:2 : Lukas 12:49-56 : Yesaya 5:1 : Ibrani 12:2



Tujuan: 1. Jemaat memahami bahwa Tuhanlah hakim seluruh bumi. 2. Jemaat hidup dan taat kepada ketetapan Allah.



Pemahaman Teks Mazmur 82 menjelaskan bahwa Tuhan berdiri sebagai hakim dan menuntut para hakim dunia yang sudah gagal membela orang-orang miskin dan tidak mampu menghukum orang-orang jahat. Ketidakadilan telah merusak sistem hukum yang telah ditetapkan oleh Tuhan, sehingga anakanak yatim dan orang-orang yang lemah semakin menderita. Dasar dari terciptanya perdamaian dan ketertiban, baik dalam masyarakat, keluarga, maupun Gereja adalah kebenaran dan keadilan dari Allah (Mzm. 89:15;97:2). Kepemimpinan adalah hal yang serius dan sangat penting sebab para pemimpin adalah wakil Tuhan yang harus memberi pertanggungjawaban kepada Allah. Para Hakim/Pemimpin dalam ketidakadilannya dapat menikmati kesenangannya, tetapi pada akhirnya mereka akan mati. Mereka akan dihakimi oleh Hakim seluruh bumi, yakni Allah. Dialah yang menetapkan dan menegakkan kebenaran, serta memerintah berdasarkan kebenaran-Nya. Dia adalah Tuhan kebenaran. Yesaya 5:1-7 merupakan sebuah nyanyian yang disebut nyanyian tentang kebun anggur. Bangsa Israel disebut sebagai kebun anggur dan penggarapnya adalah Tuhan. Allah mempersiapkan dan mengolah serta menanami kebun itu dengan anggur pilihan. Ia mendirikan menara penjagaan di tengah kebun itu agar menghasilkan buah anggur yang baik, dan di tengah-tengah kebun itu Allah mendirikan menara jaga yakni hukum dan ketetapan-Nya agar bangsa itu hidup sesuai ketetapan Tuhan agar mereka tetap aman. Untuk itulah Allah memilih pemimpin dengan maksud untuk menjaga dan menuntun umat, tetapi ternyata bangsa itu menjadi egois, tidak tahu bersyukur. Keadilan bahkan tidak ada lagi di negeri, karena para pemimpin telah mengabaikan kebenaran Allah yang membuat Tuhan murka. Dosa bangsa disebut sebagai “buah anggur yang asam” karena mereka tidak tahu lagi bersyukur atas berkat yang diberikan Tuhan, mereka hidup egois, orang kaya mencuri dari orang miskin dan kesenangan fisik Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



201 telah menguasai manusia. Bahkan disebutkan tidak ada lagi keadilan di negeri itu, karena para pemimpin telah bersekutu dengan kejahatan dan berpaling dari kebenaran Firman Tuhan. Bangsa Israel disebut sebagai kebun anggur yang berbuah lebat, namun ketika umat itu berbalik dari pada Tuhan, dan menyembah ilah lain, sehingga Tuhan menghukum bangsa itu melalui bangsa lain yang akhirnya kebun itu menjadi rusak. Tuhan menghendaki buah yang baik, tetapi justru yang dihasilkan adalah buah yang asam. Ibrani 11:29-40 menjelaskan bahwa iman adalah keyakinan yang membawa kepada ketaatan kepada Tuhan. Iman yang sejati didasarkan kepada Firman Tuhan dan dinyatakan dalam apa yang dilakukan. Orang yang beriman melakukan segala sesuatu untuk Tuhan, sehingga Tuhanpun melakukan segala sesuatu kepadanya sehingga mereka dapat mengalami dan melakukan hal-hal yang luar biasa. Lukas 12:49-59 menjelaskan tentang Yesus yang datang membawa pemisahan. Kebenaran tetap kebenaran, dosa tetap dosa. Tidak ada kompromi. Damai yang dimaksudkan dunia tidak sama dengan damai yang dibawa oleh Yesus. Damai oleh Yesus adalah damai atas dasar keadilan dan kebenaran, sehingga tidak dapat berkompromi dengan kehendak jahat manusia. Korelasi bacaan Israel digambarkan sebagai kebun anggur dan penggarapnya adalah Allah sendiri. Allah sebagai hakim akan mengadili para hakim dunia yang bertindak sewenang-wenang. Ketidakadilan dan egoisme penguasa adalah perbuatan melawan ketetapan Tuhan. Ketika Allah bertindak dalam kebenaran-Nya untuk menegakkan keadilan, Ia menghukum penjahat dan membenarkan orang yang menderita akibat kejahatan itu. Keputusan Allah menyatakan pihak yang satu bersalah dan pihak yang lain benar. Dari pihak orang yang jahat keadilan Allah dialami sebagai murka dan penghukuman. Namun bagi pihak orang benar, keadilan Allah dialami sebagai pembenaran dan pemulihan. Jika pihak orang benar berada di bawah tekanan ketidakadilan, maka putusan Allah merupakan pembebasan dan penyelamatan bagi mereka. Pokok-pokok yang dapat dikembangkan 1. Allah berdaulat dalam pemerintahan-Nya. Untuk itu pemerintah (Raja) yang disebut wakil Allah harus mempertanggungjawabkan tugasnya kepada Allah. Pertanggungjawaban pelaksanaan hukum atas kebenaran dan keadilan adalah kepada Allah dan bukan kepada peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu para hakim/penguasa (pemerintah) harus berlaku adil berdasarkan kebenaran dan keadilan Allah. 2. Apa yang benar tentang Dasa Titah adalah benar tentang hukum-hukum lainnya. Allah sudah menetapkan Israel dalam keadilan dan mengikatnya dalam diri-Nya melalui perjanjian. Hukum-hukum Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



202



3.



4.



5.



6.



mengatur dan merupakan respons Israel terhadap anugerah dan karya Allah yang Adil. Menaati hukum berarti memelihara kebenaran dan keadilan yang merupakan pemberian Allah kepada Israel, agar mendatangkan syalom, tetapi melalui hukum itulah dinyatakan bahwa manusia telah berdosa dan merusakkan syalom sebagai buah keadilan. Pemimpin-pemimpin di Israel pada setiap tingkatan mempunyai tugas utama, yakni memelihara atau memulihkan kebenaran dan keadilan. Hakim-hakim sebelum kerajaan di Israel tidak hanya terlibat dalam hal menghakimi sebagaimana peran hakim masa kini. Lebih dari itu, ada hakim yang justru perannya hanya melayani sebagai pembebaspembebas militer dalam rangka mewujudkan karya Allah yang adil dalam bentuk penyelamatan yang nyata, seperti halnya Debora, hakim wanita, yang bersama Barak, pemimpin militer, memperoleh kemenangan yang besar di Megido (Hak. 5:11b). Tugas memelihara keadilan terletak di pundak Raja-raja. Jika Raja setia dalam tugasnya menjalankan keadilan dan meneladani Allah yang melindungi orang lemah dan miskin (bnd. Ul. 17:18-20), maka Allah akan mengaruniakan kepadanya kemakmuran. Dalam tulisan-tulisan hikmat, ditekankan tentang tugas raja sebagai penegak keadilan sosial (bnd. Ams. 16:12;29:4,14) . Ibu Raja Lemuel memperingatkan anaknya agar jangan mabuk minuman dalam menjalankan tugasnya sebagai raja, sehingga ia melupakan apa yang telah ditetapkan dan membengkokkan hak orang-orang yang tertindas. Hal ini penting, sebab salah satu tugas penting bagi raja dalam perannya sebagai hakim, adalah untuk memenangkan perkara orang-orang yang tertindas. Hanya oleh iman, kebenaran dan keadilan dapat ditegakkan. Oleh iman juga kita dimampukan untuk menjadi penegak keadilan dan kebenaran itu. Ibrani 11:32-33 menyebutkan beberapa orang yang dapat menaklukkan kerajaan-kerajaan dan dapat mengamalkan kebenaran. Iman adalah kemurahan Tuhan terhadap kita yang dilandasi oleh kebenaran akan janji tanpa syarat dalam Kristus. Hal ini diungkapkan melalui pikiran kita dan diteguhkan dalam hati kita oleh Roh Kudus. Dengan demikian, kebenaran dan keadilan Allah hanya dapat diketahui dan dilakukan melalui iman.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



203 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 19-24 Agustus 2019



HAKIM SELURUH BUMI (To Umpaolai Salunna Mintu’ Lino) Lukas 12:49-59 Tujuan: 1. Jemaat memahami bahwa Tuhanlah hakim seluruh bumi. 2. Jemaat hidup dan taat kepada ketetapan Allah.



Pembimbing Teks Menarik untuk kita renungkan, mengapa Yesus dikatakan datang membawa pemisahan atau pertentangan? Bukankah Yesus sering disebut Raja damai, datang ke dunia untuk membawa pendamaian? Yesus sendiri menyampaikan bahwa kehadiran-Nya di dunia ini akan mengakibatkan pertentangan bahkan pemisahan: ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya (ay. 53 bnd Mik. 67:9). Kedatangan Tuhan memang untuk membawa pesan damai, namun isi dari pesan itu akan membawa pertentangan ketika kemudian tidak dilakukan berdasarkan ajaran dari pesan itu. Akibatnya mereka disebut melawan Kritus. Di sini akan terjadi pertentangan antara mereka yang menerima Kristus bersama dengan ajaran-Nya, dengan mereka yang menentang Kristus dan ajaran-Nya. Menerima Kristus berarti mutlak menerima dan mengikuti ajaran-Nya, walaupun itu bertentangan dengan nilai-nilai yang bertentangan dengan yang diajarkan oleh dunia. Ajaran Yesus akan menjadi dakwaan terhadap semua yang kita lakukan, sementara yang menjadi hakim atas perkara itu adalah Yesus sendiri. Tidak ada kompromi terhadap semua dakwaan. Artinya ajaran dan hukum-hukum Allah adalah mutlak dan harus menjadi dasar dari seluruh kehidupan kita. Pokok diskusi 1. Baca kembali ayat 53. Apa maksud dari ayat ini? Basai sule tu aya’ 53. Apara battuananna tu kada lan aya’ iate ? 2. Jika dibandingkan dengan Mikha 7:9, bagaimana pemahaman kita dengan tema “Hakim seluruh Bumi”? Pasitiroi Mika 7:9, Umba susi pahangta kedipasiumpu’i penggarontosan “To Umpaolai Salunna Mintu’ Lino”



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



204 Bahan Khotbah Minggu ke-34



Tanggal 25 Agustus 2019



DARI SINAI BERALIH KE SION (Ludaomai Sinai tilengka’ lako Sion) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 103:1-13 : Yeremia 1:4-10 : Ibrani 12:18-29 (Bacaan Utama) : Lukas 13:10-17 : Ibrani 12:28 : Yermia 1:8



Tujuan: 1. Jemaat memahami bahwa pengharapan damai sejahtera ada di Yerusalem baru. 2. Jemaat setia dalam perarakan menuju Yerusalem Sorgawi.



Pemahaman Teks Mazmur 103 berisi tentang pujian pemazmur atas segala kebaikan Tuhan. Ada empat hal pokok yang menjadi alasan pemazmur menyatakan pujian kepada Tuhan: 1. Pujian (ay. 1,2). Ia bersaksi terhadap dirinya dengan mengajak jiwanya dan batinnya untuk memuji Tuhan. Ia ingin segenap hidupnya (tubuh dan Jiwa) seutuhnya memuliakan Tuhan, karena anugerah Tuhan diyakini menjangkau bahkan menyelamatkan seantero hidupnya. 2. Pengampunan (ay. 3,10-14). Pengampunan itu seperti kesembuhan dari penyakit, menebus dari kematian karena dosa, lalu menggantinya dengan mahkota kehidupan. Manusia tidak berdaya di bawah kuasa dosa, tetapi oleh kasih dan kesetiaan Allah, manusia ditarik dari lobang kubur kepada kehidupan yang diperbaharui. 3. Penebusan (ay. 4-9). Allah sangat memahami keadaan kita yang hanya debu saja (ay. 14) dan berada di dalam ketidak berdayaan. Itu sebabnya Ia hadir bagaikan seorang Bapa terhadap anaknya, bahkan dengan tindakanNya sendiri menghalau kuasa dosa yang telah menguasai hidup kita. Walaupun kita berdosa, tetapi Allah yang adalah kasih tidak membalaskan setimpal dengan dosa yang kita lakukan. Sebagai Bapa, Ia dengan penuh pengertian dan kasih sayang yang tidak terbatas, merangkul kita kembali dengan memberi mahkota kehidupan. Yeremia 1:4-10. Yeremia adalah seorang Imam yang dipanggil menjadi Nabi. Ia dipanggil untuk menegur raja-raja, nabi-nabi palsu dan imam-imam yang sarat dengan kemunafikan. Tugas ini oleh Yeremia sungguh amat berat, walaupun sesungguhnya ia tidak merasa takut terhadap manusia tetapi merasah rapuh di hadapan Tuhan, untuk itu ia menyatakan kerapuhannya dengan meratap sebagaimana diceriterakan dalam Kitab Ratapan. Yeremia menperkenalkan dirinya dan memnceriterakan bagaimana Allah memilihnya untuk bernubuat kepada bangsa Yahudi, dan sekalipun Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



205 merasa tidak siap namun desakan Allah tidak bisa ditolak dan bahkan Allah terus mendesaknya. Yeremia diberi tugas untuk bernubuat tentang malapetakan sekaligus pengharapan. Dalam Ibrani 12:18-29 diberitakan tentang peristiwa saat kekudusan Allah yang dahsyat dinyatakan dan manusia berdosa akan merasa ketakutan. Kebesaran, kekudusan dan kemuliaan Allah menyebabkan mereka berteriak ketakutan dan sangat gemetar. Di sini digambarkan betapa dahsyatnya hukum Allah yang membuat Musa sangat ketakutan dan gemetar ketika dipanggil untuk menerima hukum itu. Tetapi oleh Yesus Kristus, kita tidak lagi datang ke gunung Sinai yang menyeramkan, tetapi ke bukit Sion. Di sini terjadi perpindahan dari peristiwa yang dahsyat dan menakutkan kepada peristiwa pengharapan, yaitu Yerusalem baru. Sinai ada di padang gurun sedangkan Sion ada di tanah perjanjian. Sinai adalah gunung batu yang curam dan sarat dengan badai, sedangkan Sion adalah kota Allah, Yerusalem sorgawi penuh damai sejahtera. Dalam Lukas 13:10-17 Yesus melakukan penyembuhan pada hari sabat untuk menunjukkan perlawanan-Nya terhadap kuasa roh jahat dan kemenangan-Nya atas kuasa roh itu. Penyakit dari perempuan yang disembuhkan itu disinyalir merupakan pengaruh roh jahat. Namun demikian, tindakan penyembuhan yang dilakukan Yesus di hari sabat ini ternyata mengakibatkan protes kepala rumah ibadat Yahudi yang merupakan bagian dari pemuka-pemuka Yahudi. Walaupun sebenarnya Yesus sudah diberi izin untuk berbicara tentang kerajaan Allah, tetapi ketika ia melakukan penyembuhan, maka itu dianggap melanggar ketetapan Allah. Tindakan penyembuhan pada hari Sabat ini sesungguhnya tidak hanya memulihkan perempuan yang sakit, tetapi sekaligus juga merupakan teguran kepada para pemuka Yahudi yang salah memahami Sabat. Mereka dipandang sangat mementingkan soal ritual perayaan Sabat, tapi justru mengabaikan inti perayaan sabat yang justru merupakan pemulihan Tuhan bagi manusia. Sabat bukan hanya soal berhenti bekerja, tetapi sesungguhnya merupakan kesempatan pemulihan bagi mereka yang sudah sangat letih bekerja, termasuk para hamba dan ternak (bnd.Ul.5:14-15). Kekudusan Allah yang dijaga pada hari sabat, hendaknya diwujudkan dalam pulihnya kondisi segenap ciptaan Allah, termasuk manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Itu sebabnya Yesus keras menyindir pemuka agama Yahudi. Mereka tidak mempersoalkan hewan mereka yang dilepaskan dan dipelihara pada hari Sabat, namun mereka justru tidak peduli pada pemulihan sesama mereka. Korelasi Bacaan Mazmur 103 menyatakan kebaikan Allah dalam pengampunan-Nya, memberi kesembuhan, melepaskan dan menyelamatkan. Dalam Yeremia 1:4-10, Allah memberi kekuatan, kemampuan dan keyakinan dalam ketidakberdayaan. Dalam Ibrani 12:18-29, Allah dalam kasih dan kesetiaannya memanggil kita untuk bertobat, sebab pertobatan menjaminkan damai Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



206 sejahtera menuju Yerusalem Sorgawi. Lukas 13:10-17 menjelaskan tindakan penyembuhan yang dilakukan Yesus untuk menyatakan teguran kepada para pemuka Yahudi yang lebih mementingkan soal perayaan Sabat daripada menyatakan kasih kepada sesama. Kasih Allah adalah kasih yang mengampuni dan menyelamatkan. Pokok-pokok yang dapat dikembangkan 1. Allah itu baik. Ia tidak membalas setimpal dengan kesalahan kita. Ia tidak menghendaki kita binasa, sehingga dengan kasih dan anugerah-Nya, Ia berinisiatif mengambil tindakan penyelamatan dengan mengangkat kita dari lobang kubur sebagai akibat dosa, lalu membawa kita kepada kehidupan dengan memberi mahkota kemenangan. 2. Allah telah memperkenalkan diri-Nya sebagai Allah yang menyelamatkan, tetapi juga menyatakan diri-Nya sebagai Allah yang menghukum setiap orang yang terus berkanjang dalam dosa. Penebusan telah dianugerahkan di dalam Yesus Kristus untuk membawa kita berpindah dari lobang kubur yang menyeramkan, menuju kehidupan di Sion yang penuh damai sejahtera. 3. Sebagai bentuk penebusan yang telah diberikan, kita dituntut untuk mengabdi kepada-Nya dengan tulus tanpa kepentingan pribadi, serta menunjukkan kepedulian kita terhadap mereka yang membutuhkan pertolongan.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



207 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 26-31 Agustus 2019



DARI SINAI BERALIH KE SION (Ludaomai Sinai tilengka’ lako Sion) Lukas 13:10-17 Tujuan: 1. Jemaat memahami bahwa pengharapan Damai sejahtera ada di Yerusalem baru 2. Jemaat setia dalam perarakan menuju Yerusalem Sorgawi.



Pembimbing Teks Dalam Lukas 13:10-17 Yesus melakukan penyembuhan pada hari sabat untuk menunjukkan perlawanan-Nya terhadap kuasa roh jahat dan kemenangan-Nya atas kuasa roh itu. Penyakit dari perempuan yang disembuhkan itu disinyalir merupakan pengaruh roh jahat. Namun demikian, tindakan penyembuhan yang dilakukan Yesus di hari sabat ini ternyata mengakibatkan protes kepala rumah ibadat Yahudi yang merupakan bagian dari pemuka-pemuka Yahudi. Walaupun sebenarnya Yesus sudah diberi izin untuk berbicara tentang kerajaan Allah, tetapi ketika ia melakukan penyembuhan, maka itu dianggap melanggar ketetapan Allah. Tindakan penyembuhan pada hari Sabat ini sesungguhnya tidak hanya memulihkan perempuan yang sakit, tetapi sekaligus juga merupakan teguran kepada para pemuka Yahudi yang salah memahami Sabat. Mereka dipandang sangat mementingkan soal ritual perayaan Sabat, tapi justru mengabaikan inti perayaan sabat yang justru merupakan pemulihan Tuhan bagi manusia. Sabat bukan hanya soal berhenti bekerja, tetapi sesungguhnya merupakan kesempatan pemulihan bagi mereka yang sudah sangat letih bekerja, termasuk para hamba dan ternak (bnd.Ul.5:14-15). Kekudusan Allah yang dijaga pada hari sabat, hendaknya diwujudkan dalam pulihnya kondisi segenap ciptaan Allah, termasuk manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Itu sebabnya Yesus keras menyindir pemuka agama Yahudi. Mereka tidak mempersoalkan hewan mereka yang dilepaskan dan dipelihara pada hari Sabat, namun mereka justru tidak peduli pada pemulihan sesama mereka. Perayaan tahun Sabat juga makin menjelaskan makna keadilan dan pemulihan bagi sesama dalam perayaan Sabat. Tahun sabat itu didasarkan atas keyakinan bahwa Allah memiliki tanah dan disebut “suatu Sabat untuk Tuhan (Im. 25:4) dan waktu penghapusan utang demi Tuhan (Ul. 15:2). Jadi kewajiban material dan korban-korban dalam pemeliharaan tahun Sabat dianggap sebagai persembahan kepada Allah, dan sebagai dampak nyata dari peraturan ini adalah mewujudkan keprihatinan kemanusiaan terhadap orang yang melarat dan berhutang, bahwa Allah dihormati dengan memelihara hukum yang memberi manfaat kepada sesama manusia yang menderita. Prinsip moral yang sangat mendasar dalam perayaan Sabat adalah pelayanan kepada Allah dan sesama manusia. Kedua hal ini tidak dapat Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



208 dipisahkan. Allah tidak ingin disembah oleh orang-orang yang mengabaikan keadilan dan belas kasihan. Menyembah Allah harus dinyatakan dengan kerelaan berkorban bagi sesama khususnya mereka yang menderita. Pokok diskusi 1. Apa perbedaan antara Yesus dan pemimpin agama Yahudi dalam memahami ketetapan Sabat? (Apa sisengaranna Puang Yesus napekaamberan to Yahudi diona umpahang allo katorroan?) 2. Kita telah beralih dari kehidupan lama ke kehidupan baru di dalam Kristus. Bagaimana ini dinyatakan dalam kehidupan kita? (Dipatilengka’moki’ lanmai katuan dolo lako katuoan ba’ru lan Kristus. Umba ladikua umpapayanni te ianna lan katuoanta?)



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



209 Bahan Khotbah Minggu ke-35



Tanggal 1 September 2019



PERSAUDARAAN SEJATI (Pa’kaboro’ Matontongan) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 112:1-10 : Yermia 2:1-13 : Ibrani 13:1-16 (Bahan Utama) : Lukas 14:7-14 : Ibrani 13:15 : Ibrani 13:16



Tujuan: 1. Jemaat memahami bahwa mengutamakan kepentingan diri sendiri tidak dikehendaki Tuhan. 2. Jemaat memelihara dan mewujudkan kasih persaudaraan



Pemahaman Teks: Mazmur 112:1-10 berisi penyampaian pemazmur kepada Tuhan tentang kebahagiaan orang yang menaati dan menghormati Allah. Orang yang menghormati Allah dan memperhatikan sesamanya pasti mendapat upah. Ia dapat bertahan terhadap goncangan hidup, merasa aman dan tidak takut. Pemazmur menggambarkan upah dalam bentuk materi, karena pada zamannya tidak terdapat konsep mengenai hidup setelah kematian (ay. 2-3), serta umat Allah yang mengalami kesukaran namun diberi perlengkapan untuk dapat menghadapinya (ay. 7-8). Dalam Yeremia 2:1-13, Allah menyatakan umat-Nya bersalah karena mereka tidak setia kepada-Nya dan menyembah berhala. Mereka lebih suka meminta pertolongan kepada Mesir dan Asyur daripada kepada Allah (ay.18). Segala pelanggaran mereka dipaparkan di hadapan mereka dalam serangkaian gambaran yang sangat jelas. Mereka lebih suka air cemar milik mereka sendiri daripada sumber air segar yang dari Allah (ay. 13). Dalam Lukas 14:1,7-14 Yesus menghadiri perjamuan makan. Para tamu dengan penuh hormat ditempatkan menurut tingkatan dan statusnya dalam masyarakat (seperti dalam perjamuan resmi zaman sekarang). Tetapi setiap orang ingin duduk di kursi pada ujung meja yang dianggap tempat terhormat. Tuhan Yesus memuji orang yang benar-benar rendah hati (ay.711). Kemurahan hati yang sesungguhnya tidak mencari pamrih (ay.12-14). Dalam Ibrani 13:1-16 dikemukakan betapa Allah memperhatikan seluruh kehidupan kita, yakni tentang bagaimana kita memakai rumah kita, bagaimana kita menanggapi kebutuhan orang lain, bagaimana keadaan pernikahan kita, bagaimana menggunakan uang kita. Kita tumbuh menjadi kuat sebagai orang-orang Kristen bukan dengan melaksanakan berbagai peraturan agama, melainkan dengan menaati Allah. Orang-orang yang mengandalkan korban persembahan menurut agama Yahudi, tidak dapat menikmati keuntungan dari pengorbanan Kristus (yang telah memberikan Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



210 diri-Nya menjadi kurban persembahan untuk menebus dosa). Ia mengajak kita untuk tidak malu mengakui Dia sebagai penanggung dosa kita (ay. 13). Ia juga menasihati kita untuk selalu berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban demikianlah yang berkenan kepada Allah (ay. 16). Korelasi bacaan Akhir surat Ibrani ini berisi berbagai nasihat. Nasihat untuk menjaga kasih persaudaraan dengan sesama yang dapat dinyatakan melalui tindakan nyata, yaitu peduli terhadap orang lain dalam artian tidak semata-mata untuk kepentingan diri sendiri. Hal ini pun ditekankan oleh Yesus dalam Lukas 14:1, 7-14, yakni untuk tidak mementingkan kehormatan diri sendiri, sebab sebagaimana yang dijelaskan dalam Yeremia 2:1-13, bahwa kehormatan yang sesungguhnya bersumber dari Tuhan sendiri. Sedangkan Mazmur 112:1-10 mempertegas kebahagiaan orang benar yang takut akan Tuhan Pokok-pokok pengembangan khotbah Surat kepada orang Ibrani ini adalah surat yang ditujukan secara khusus kepada orang Yahudi atau penganut agama Yahudi yang sudah Kristen. Oleh sebab itu, Kitab Ibrani membahas tentang Ibadah Yahudi (Israel). Namun tujuan dari Kitab Ibrani secara umum ditujukan kepada orang-orang Kristen tanpa mempedulikan latar belakang Yahudi atau bukan Yahudi yang hidup dalam berbagai bentuk pengajaran sehingga akan meninggalkan iman di dalam Yesus Kristus. Kitab Ibrani juga menegaskan bahwa Yesus Kristus adalah Pencipta, Cahaya Kemuliaan Allah, Gambar dan wujud Allah, Penopang segala yang ada, Penebus dosa dan duduk di tempat tertinggi di sebelah kanan Yang Maha Besar (1:2-3). Dengan demikian, Yesus lebih tinggi daripada malaikatmalaikat dan juga lebih tinggi daripada Musa dan Harun. Yesus adalah Imam Besar Agung. Dalam ayat sebelumnya (Ibrani 12:28-29) dikatakan, “Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepadaNya, dengan hormat dan takut. Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan”. Oleh Iman dalam Yesus Kristus kita menerima kerajaan Yang Tak Tergoncangkan sehingga kita datang beribadah kepada Allah dengan hati yang dikuasai oleh ucapan syukur dan dengan cara yang berkenan kepada-Nya. Apakah cara yang dikenan oleh Allah? Ibrani 13:1 mengatakan, “Peliharalah Kasih persaudaraan”. Jadi, ini adalah sifat hati atau cara hidup orang Kristen, hidup yang dikenan oleh Allah, yaitu hidup dalam kasih persaudaraan, hidup dalam kebenaran (Mzm. 112), hidup dalam kerendahan hati (Luk. 14:7-11). Kasih persaudaraan bukanlah kasih antara saudara dengan saudara (keluarga) atau sesama orang Kristen saja, tetapi secara rohani kasih persaudaraan adalah bagi semua orang tanpa dibatasi oleh agama, Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



211 bahasa, kedudukan dan berbagai perbedaan lainnya. Persaudaraan yang berdasar pada hubungan keluarga dan agama tidak dapat menjadi dasar untuk mendapatkan persaudaraan yang sejati. Orang yang hidup dalam persaudaraan yang sejati adalah orang yang hatinya dipenuhi oleh kasih. Dalam Perjanjian Lama (Im. 19:18, 34), Allah memerintahkan kepada orang Israel untuk mengasihi sesama seperti diri sendiri. Sebagaimana kita ingin diperlakukan oleh orang lain, maka terlebih dahulu kita juga harus berbuat untuk orang lain. Jadi standar untuk mengasihi adalah diri sendiri. Kalau mau diperlakukan baik, maka berbuat baiklah kepada sesama. Kalau mau dihormati, maka hormatilah orang lain. Dalam Perjanjian Lama, standar mengasihi sesama adalah diri sendiri. Yohanes 13:34 mengatakan “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi”. Kalau umat pilihan (Israel) atau orang Yahudi diajarkan untuk mengasihi sesama seperti diri sendiri berdasarkan hukum Taurat, maka Yesus Kristus mengajarkan kepada murid-murid-Nya untuk saling mengasihi sama seperti Yesus telah mengasihi. Jadi ada perubahan standar dalam mengasihi. Jika sebelumnya dalam perjanjian lama, mengasihi diri sendiri menjadi ukuran dalam mengasihi sesama, maka sekarang tidak lagi demikian. Yesus Kristus kini menjadi standar dalam mengasihi, sebab satu-satunya Pribadi yang mengasihi dengan sempurna adalah Yesus Kristus. Jadi, kasih yang sejati adalah mengasihi sesama seperti Yesus mengasihi kita. Kasih sejati adalah mengasihi sesama, seperti Kristus mengasihi manusia berdosa, yakni dengan cara mengorbankan diri-Nya sendiri demi keselamatan umat manusia. Oleh sebab itu, surat Ibrani 13:1-16 lebih jauh mengingatkan agar umat Tuhan senantiasa bersedia memberi tumpangan (ay.2), mengingat orang-orang yang diperlakukan dengan sewenang-wenang, serta terus berbuat baik kepada orang lain.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



212 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 2-7 September 2019



PERSAUDARAAN SEJATI (Pa’kaboro’ Matontongan) Lukas 14:7-14 Tujuan: 1. Jemaat memahami bahwa mengutamakan kepentingan diri sendiri tidak dikehendaki Tuhan. 2. Jemaat memelihara dan mewujudkan Kasih persaudaraan dalam kehidupan keseharian.



Pembimbing Teks Dalam kebiasaan duduk, kita sebagai orang yang beribadah kepada Tuhan di dalam gedung gereja, seringkali lebih suka duduk di tempat bagian belakang daripada duduk di tempat depan. Dalam hal duduk, biasanya ada jemaat sudah menentukan tempat untuk duduk setiap kali ibadah. Tetapi dalam menghadiri undangan sebuah pesta, biasanya ada yang mencari tempat duduk di bagian depan, sebab tempat duduk paling depan adalah tempat duduk kehormatan. Ini membuktikan, bahwa semua manusia tanpa terkecuali ingin dihargai dan mendapatkan penghormatan, serta ingin menjadi yang utama. Hal-hal seperti ini jugalah yang disaksikan oleh Yesus dalam kehidupan masyarakat pada masa tersebut. Namun demikian, apa yang Yesus ajarkan tentang kehormatan? Dalam Lukas 14:11 Yesus mengatakan “Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan”. Itu berarti ada dua hal yang penting. Pertama, orang ditinggikan hanya oleh anugerah Allah. Tidak ada seorang pun yang dapat meninggikan dirinya kepada sesama apalagi di hadapan Allah. Kedua, orang yang ditinggikan adalah mereka yang merendahkan dirinya. Pemimpinpemimpin dunia yang dihormati atau diagungkan adalah mereka yang memimpin dan melayani dalam kerendahan hati. Teladan dalam kerendahan hati adalah Yesus Kristus. “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama” (Fil. 2:5-9) Selain undangan, Yesus juga mengajarkan kepada orang yang mengundang (ay.12), tentang siapa saja yang harus diundang dalam jamuan siang atau malam. Menurut Yesus, yang hendaknya diundang dalam jamuan makan adalah mereka yang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang buta. Lukas 14:14 mengatakan “Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



213 kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar”. Pertanyaan diskusi 1. Dalam bernegara dan berjemaat, orang seperti apakah yang kita seringkali tinggikan? Mengapa? (Lan torroanta lan Tondok sia Kombongan, To umbara susi tu nenne’ tapamadao? Matumbai?) 2. Baca kembali ay.13,14; Mengapa Yesus mengatakan, bahwa mengundang orang miskin, cacat, lumpuh dan buta akan memberi kebahagiaan? (Basai sule tu ay.13,14; Matumbai anna kua Puang Yesus kumua iari tu untoratu to kalala' sia to sala' dadi, sia to sondo' sia to buta tu mepasalama’?)



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



214 Bahan Khotbah Minggu ke-36



Tanggal 8 September 2019



KESUNGGUHAN HATI MENGIKUT YESUS (Lantuk Penaa Unturu’ Puang Yesu) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 1: 1-6 : Yeremia 18:1-11 : Filemon 1:1-21 : Lukas 14: 25-35 (Bahan Utama) : Roma 12:1 : Lukas 14:35.



Tujuan: 1. Jemaat memahami bahwa Tuhan menuntut kesungguhan hati untuk mengikut Yesus. 2. Jemaat memiliki kesungguhan hati dalam mengikut Yesus dalam kehidupan sehari-hari.



Pemahaman Teks Lukas 14:25-35 adalah bagian dari pengajaran Yesus yang dilakukanNya dalam perjalanan menuju Yerusalem, tempat Ia akan mengalami penderitaan dan kematian-Nya. Banyak orang yang datang berduyun-duyun mengikuti-Nya (ay. 25), namun mereka tidak menyadari bahwa Yesus justru sedang dalam perjalanan menuju penderitaan dan kematian-Nya. Mereka menyangka bahwa mengikuti Yesus pasti selalu menyenangkan, sebab akan penuh dengan mujizat dan tanda ajaib yang bisa membuat mereka takjub dan makin tertarik mengikuti-Nya. Mereka memiliki harapan yang besar sekali, bahwa Yesus akan segera mewujudkan secara lahiriah janji Tuhan akan datangnya Kerajaan Allah (bnd. Luk. 19:11; Kis. 1:6;). Benar bahwa kedatangan Yesus memang untuk menghadirkan dan memproklamasikan datangnya Kerajaan Allah, namun tidak seperti yang dipikirkan dan yang diharapkan orang banyak itu. Melalui pengajaran-Nya ini, Yesus melawan dan membalikkan pandangan yang keliru tersebut. Hal mengikut Yesus pertama-tama haruslah berangkat dari hati dan komitmen yang sungguhsungguh. Dalam ayat 26-27 (bnd. Mat. 10:37-38), Yesus secara tegas menguraikan tentang syarat mutlak yang harus dipenuhi kalau mau mengikut Dia. Dibandingkan dengan rumusan dalam Matius 10:37-38, syarat yang dikemukakan Yesus dalam perikop ini sangat tegas dan radikal. Jika dipahami secara harafiah, penegasan Yesus ini memang dapat menimbulkan kesalahpahaman, seolah-olah orang yang mengikut Yesus harus memusuhi dan tidak mengasihi semua keluarganya, serta membenci bapak, ibu, saudara, isteri (suami), anak, atau bahkan dirinya sendiri (nyawanya). Tentu bukan demikian yang dimaksudkan. Selain bertentangan dengan perintah kelima Dasa Titah (Kel.20:12), kata “membenci” dalam ayat 26 ini sesungguhnya dapat berarti “kurang mencintai”, “tidak mencintai” atau “kurang kasih sayang” (bnd. Ul. 21:15). Dengan kata lain, yang sesungguhnya Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



215 dikehendaki oleh Yesus, ialah agar orang-orang yang mau mengikut Dia haruslah menjadikan Yesus sebagai prioritas yang terutama dan pertama, lebih dari tuntutan-tuntutan keluarga. Yang bersangkutan harus bersedia memikul salibnya dan harus bersedia menghadapi maut sekalipun. Ketaatan dan kesetiaan pada Yesus tentu saja tidak harus dipertentangkan dengan kasih kepada sesama, sebab justru kasih dan kesetiaan yang total kepada Yesuslah, yang akan menjadi dasar bagi terwujudnya kasih kepada keluarga dan sesama manusia, sebagaimana juga ditegaskan dalam Hukum Kasih (Mat. 22:37-39). Selanjutnya dalam ayat 28-33, Yesus mengemukakan dua contoh konkrit “kebodohan”, yakni jika seseorang membangun rumah tetapi tidak mampu menyelesaikannya, serta saat seorang raja pergi berperang tetapi tidak memiliki perhitungan matang tentang kekuatan yang dimilikinya. Sedangkan dalam ayat 34-35, Yesus kembali mengingatkan tentang garam bisa membuat cita rasa yang enak dan menjadi pengawet, namun jika telah menjadi tawar, maka garam tersebut tidak akan ada lagi gunanya (lih. Mat. 5:13, Mrk. 9:50). Hal-hal ini pada intinya mau menegaskan pentingnya komitmen dan kesetiaan dalam mengikut Yesus. Dalam Yeremia 18:1-11, Tuhan meminta nabi Yeremia pergi belajar ke tukang periuk. Dalam proses tersebut, Yeremia belajar bagaimana tukang periuk memilih tanah liat, lalu membentuknya menjadi sebuah periuk. Yeremia melihat bagaimana kesabaran, ketelitian, ketekunan dan kesungguhan si tukang dalam bekerja untuk menghasilkan sebuah periuk. Terkadang dia harus merombak desainnya jika periuk yang dibentuknya itu dipandang tidak sempurna sebagaimana yang ia harapkan. Jika tukang periuk memiliki kesabaran yang tinggi, demikian juga Tuhan memiliki kesabaran yang luar biasa terhadap umat-Nya yang telah menyimpang jauh dari Tuhan. Jika mereka bertobat dari dosa-dosanya, maka seperti periuk di tangan si tukang periuk, demikian juga umat Israel di tangan Tuhan, akan dibentuk sesuai dengan kehendak-Nya (ay. 5-6). Dosa dan kejahatan pasti akan dihukum, tetapi jika mereka bertobat maka pasti Tuhan menarik hukuman-Nya (ay. 7-8). Surat Filemon termasuk bagian surat-surat (Efesus, Filipi, Kolose, Filemon) yang ditulis Paulus ketika ia dipenjara. Filemon adalah anggota Jemaat Kolose dan rumahnya dipakai untuk pertemuan-pertemuan jemaat (ay.2). Dia adalah seorang tuan tanah berkebangsaan Yunani yang berdomisili di lembah Lycus wilayah Kolose. Onesimus yang menjadi pokok pembicaraan dalam perikop ini adalah salah seorang budak Filemon yang melarikan diri dan bertemu dengan Paulus di Roma, yang membuatnya menerima Injil. Setelah pertobatannya, Paulus meyakinkan Onesimus untuk kembali ke Filemon, dan meminta agar Filemon dapat menerima Onesimus kembali, bukan lagi dalam status sebagai budak tetapi sebagai saudara dalam Kristus (ay. 16). Menerima Onesimus dengan kasih dan pengampunan, adalah sama dengan menerima Paulus sendiri (ay.17). Bagi Paulus, ketulusan dan pengampunan merupakan dasar utama dalam upaya Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



216 saling menerima satu terhadap yang lainnya. Keteguhan hati dalam mengikut Yesus hendaknya dibuktikan dengan kesediaan menerima dengan penuh kasih dan pengampunan saudara-saudara seiman tanpa memandang latar belakang atau masa lalunya. Pokok-Pokok pengembangan khotbah 1. Ada orang yang masuk Kristen dengan harapan, bahwa masalahmasalah yang dihadapinya dapat selesai dengan segera. Agama Kristen, bahkan Yesus sering dipandang sama dengan tukang sulap yang dengan ‘sim salabim” segera dapat membebaskan dan melepaskan kita dari semua masalah dan beban hidup yang dihadapi. Mereka tidak menyadari bahwa sebagai orang yang telah diselamatkan di dalam dan melalui karya Yesus, orang Kristen sesungguhnya diberikan sebuah tanggung jawab yang besar. Orang Kristen tidak lepas dari berbagai persoalan kehidupan, tetapi pada sisi lain tetap diyakini bahwa Tuhan akan tetap mengaruniakan kekuatan, kesabaran, ketekunan, dan ketegaran dalam menghadapinya. 2. Kehidupan yang berpadanan dengan panggilan sebagai pengikut Yesus hanya dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari jika hubungan dengan Tuhan tetap terpelihara dengan baik. Salah satu syarat yang mendasari terpeliharanya hubungan yang baik dengan Tuhan, yaitu iman dan kesungguhan hati dalam mengikuti dan mengasihi Tuhan. Setiap orang yang menjadi pengikut Kristus harus bersedia dan rela melepaskan berbagai ikatan yang (potensial) dapat menjadi penghalang bagi perwujudan iman dan kasih kepada Tuhan. Sebagai orang yang telah menerima anugerah keselamatan, setiap orang Kristen wajib mempraktikkan pola kehidupan yang berpadanan dengan panggilan itu. Ia harus mengasihi Tuhan lebih dari keluarganya (Luk. 14: 26), selalu siap memikul salibnya dan menyangkal dirinya (Luk. 9:23), serta dibenci orang karena Nama Yesus (Mat. 10:22; 24:9; Mrk. 13:13; Luk. 21:17), bahkan rela kehilangan nyawa karena imannya (Luk 14:26). Dengan demikian, orang Kristen dituntut selalu (bukan kadang-kadang) memiliki kemampuan untuk memilih dan memilah mana yang sesuai dan tidak sesuai dengan kehendak Allah. Kesungguhan hati dalam mengikut Yesus harus mendasari, mewarnai dan melingkupi semua aspek kehidupan orang percaya. 3. Kesungguhan hati dalam mengikut Tuhan ditandai oleh kesediaan untuk membiarkan diri kita dibentuk oleh Tuhan sesuai dengan kehendak dan kemauan-Nya. Seperti halnya tukang periuk, jika tanah liat di tangannya itu rusak, ia akan mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya. Dalam kerangka itu, yang dibutuhkan adalah pengakuan dosa (bertobat) dari segala kejahatan, memperbaiki tingkah laku dan perbuatan (Yer. 18:8, 11). Harus diakui bahwa sebagai manusia, kita memiliki banyak kelemahan, kekurangan dan keterbatasan, baik dalam pikian, Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



217 perkataan dan perbuatan kita sehari-hari. Untuk itulah dibutuhkan pertobatan dan pengakuan dosa secara terus menerus sebagai bukti konkrit dari kesungguhan hati dalam mengikut Yesus. 4. Kesungguhan mengikuti Yesus hendaknya diwujudkan juga dalam bentuk kasih yang nyata, dan meneguhkan sesama orang kudus, serta bersedia menerima orang lain sebagai saudara dengan apa adanya dan tidak melihat masa lalunya (Fil. 1:5, 7, 16). Hubungan antar sesama orang percaya adalah hubungan sebagai saudara satu dengan yang lain, tanpa perbedaaan status, jenis kelamin, jabatan, keadaan ekonomi dan berbagai perbedaan lainnya. Kesungguhan hati mengikut Yesus diwujudkan secara nyata dalam membangun, membina, dan memelihara persaudaraan tanpa pamrih antar sesama umat Tuhan.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



218 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 9-14 September 2019



KESUNGGUHAN HATI MENGIKUT YESUS (Lantuk Penaa Unturu’ Puang Yesu) Yeremia 18:1-11 Tujuan: 1. Jemaat memahami bahwa Tuhan menuntut kesungguhan hati untuk mengikut Yesus. 2. Jemaat memiliki kesungguhan hati dalam mengikut Yesus dalam kehidupan sehari-hari.



Pembimbing Teks Dalam perikop ini, Tuhan meminta nabi Yeremia pergi belajar ke tukang periuk. Dalam proses tersebut, Yeremia belajar bagaimana tukang periuk memilih tanah liat, memprosesnya menjadi sebuah periuk. Yeremia melihat bagaimana kesabaran, ketelitian, ketekunan, dan kesungguhan si tukang dalam bekerja untuk menghasilkan sebuah periuk. Bahkan kadang dia harus merombak desainnya jika menurut pemandangannya periuk yang dibentuknya itu tidak sempurna sebagaimana yang ia harapkan. Jika bejana yang dibuatnya rusak, maka si tukang periuk dengan sabar mengerjakannya kembali untuk menghasilkan bentuk lain yang baik menurut pemandangannya. Melalui proses belajar ini, Tuhan menyampaikan maksud-Nya kepada Yeremia bahwa seperti halnya tukang periuk membentuk sebuah bejana menurut kehendaknya, demikian juga Tuhan terhadap umat-Nya. Jika tukang periuk memiliki kesabaran yang tinggi, demikian juga Tuhan memiliki kesabaran yang luar biasa terhadap umat-Nya yang telah menyimpang jauh dari Tuhan. Tuhan tidak pernah kompromi dengan dosa dan kejahatan yang dilakukan oleh umat-Nya. Ia selalu merancangkan yang baik bagi orangorang pilihan-Nya (Yer. 29:11), tetapi syaratnya ialah kehidupan yang tetap sungguh-sungguh mengikuti “apa maunya” Tuhan. Jika umat pilihan-Nya tidak bertobat, maka rancangan malapetaka telah menanti mereka (ay.10). Sebagai umat yang telah dipilih dan dipanggil Allah, yang dituntut dari mereka adalah bertobat dari dosa-dosanya, Dosa dan kejahatan pasti akan dihukum, tetapi jika mereka bertobat maka pasti Tuhan menarik hukuman-Nya (ay. 7-8). Umat Tuhan telah dipilih, dipanggil dan dikuduskan oleh inisiatif Tuhan sendiri, sehingga kehidupan mereka juga harus mencerminkan keterpilihan, keterpanggilan, dan kekudusannya dalam keseharian hidup mereka (Bnd. Im. 19:2; 20:26). Orang Kristen adalah orang-orang yang telah dipilih, dipanggil dan dikuduskan dalam karya penyelamatan yang telah dikerjakan oleh Yesus, sekali untuk selama-lamanya. Seperti halnya umat Allah pada masa Yeremia, orang Kristen masa kinipun dipanggil untuk menjalani kehidupannya dalam ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan secara terus menerus. Hal ini menjadi bukti nyata kesungguhan hati dalam mengikut Yesus. Sebagai pengikut Yesus, kita yakin sepenuhnya bahwa di dalam Tuhan hidup kita terjamin secara utuh. Oleh karena itu, apapun yang kita alami dan hadapi dalam Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



219 kesungguhan hati mengikuti-Nya, kita percaya hal itu adalah cara Tuhan dalam membentuk hidup kita sesuai dengan apa yang baik dalam pemandangan-Nya. Pertanyaan diskusi 1. Banyak orang yang mengaku sebagai pengikut Yesus, namun tidak sungguh-sungguh menghidupi pengakuannya. Kemukakan dan diskusikan hal-hal apa saja yang menjadi penghalang atau penghambat kesungguhan seseorang mengikut Yesus! (Buda tau mangaku kumua to menturu’ lako Puang Yesu, apa tae’ anna tuo tongan lan pangakuanna. Pokadai apasiara tu mendadi sakkalangan anna tang lantuk penaa tu tau menturu’ lako Puang Yesu?) 2. Kemukakan bentuk-bentuk konkrit ketidaktaatan (pemberontakan) kita kepada Tuhan dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari! Bagaimana kecenderungan itu bisa dikurangi atau dihilangkan? (Pokadai! Umbasia susi tu dinai pabali-bali lako Puang Matua lan katuoanta keall0-keallo! Umba dikua umpa’dei te kabiasan susi te lanmai katuoanta)



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



220 Bahan Khotbah Minggu ke-37



Minggu 15 September 2019



YANG HILANG AKAN KU CARI ( Ia tu Pa’dena laKudaka’) Bacaan Mazmur : Mazmur 51:1-10 Bacaan 1 : Yeremia 4:11-28 Bacaan 2 : 1 Timotius 1:12-17 Bacaan 3 : Lukas 15:1-10 (Bahan Utama) Nas Persembahan : Keluaran 36:3 Petunjuk Hidup Baru: 1 Timotius 15-17 Tujuan: 1. Jemaat memahami bahwa Tuhan selalu mencari umat-Nya yang tersesat karena dosa. 2. Jemaat hidup dalam pertobatan dengan memelihara persekutuan bersama Tuhan.



Pemahaman Teks Mazmur 51 berisi ungkapan penyesalan dan pertobatan raja Daud setelah menghampiri Betsyeba, dan pengakuan perbuatan jahatnya mengorbankan Uria, suami Betsyeba. Daud telah menggunakan kekuasaan sebagai raja untuk menindas dan mengorbankan Uria. Hawa nafsu telah menutup pintu hatinya untuk melakukan apa yang benar dan berkenan kepada Allah. Teguran nabi Natan menyadarkan akan perbuatannya yang menista Allah sehingga dia menyesal dan bertobat dari perbuatan jahat itu. Dalam ayat 3-10, Daud memohon belas kasihan Allah. Dia meminta dibersihkan dan ditahirkan dari pelanggaran, kesalahan dan dosanya. Daud tidak mencari-cari alasan untuk membenarkan perbuatannya. Tetapi secara jujur ia mengaku di hadapan Tuhan bahwa ia benar-benar telah melakukan pelanggaran, kesalahan dan dosa. Daud sadar, bahwa dia sendirilah yang bertanggungjawab atas perbuatannya dan sungguh-sungguh bergumul dengan dosanya (ay. 5). Dia sepenuhnya mengakui, bahwa perbuatannya itu adalah perbuatan menentang Allah (ay. 6). Sebab itu, hanya kepada Allah saja ia datang memohon pembersihan dan pemulihan dari dosanya. Yeremia 4:11-28 berisi seruan nabi agar Israel bertobat dari pelanggarannya. Nabi Yeremia menyampaikan Firman Allah yang menunjukkan kemarahan Allah kepada umat Israel. Kemarahan tersebut disebabkan pelanggaran mereka atas perintah dan hukum Allah. Mereka dinilai bodoh, tolol dan tak berpengertian (ay. 22). Dikatakan bodoh karena tidak mengenal Allah yang telah melakukan hal-hal dahsyat dalam hidup mereka. Mereka melakukan hal yang sangat tidak disukai Allah, yaitu tidak tahu berbuat kebaikan, tapi pintar berbuat jahat. Itu sebabnya Tuhan marah dan menghajar mereka dengan menggerakkan kerajaaan Babilonia Utara untuk menaklukkan dan menjajah mereka dalam waktu lama. Malapetaka nasional menjadi hukuman atas umat yang memberontak/murtad kepada Allah (ay. 17-18). Itulah sebabnya nabi berseru: “Bersihkanlah hatimu dari kejahatan” (ay. 14). Sebab ketika mengaku dosa, Allah bertindak Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



221 menyucikan (1 Yoh. 1:9) dan memberi awal yang baru (Mzm. 51:3-4, 12-13). Tuhan berulang-ulang memanggil umat yang berdosa, Kembalilah! Kembalilah! Perikop 1 Timotius 1:12-17 menjelaskan bahwa Yesus Kristus itu Allah yang setia. Yesus mati untuk menyelamatkan orang berdosa. Dia bangkit dari kematian untuk memperlengkapi dan memampukan hamba-hamba-Nya melakukan pekerjaan pelayanan. Hal tersebut nyata dalam perjalanan hidup Paulus. Ayat 12 menyatakan bahwa kekuatan Paulus tidak bersumber dari dirinya sendiri, melainkan bersumber dari kuasa Allah yang bekerja dalam dirinya. Ayat 13 mengungkapkan kehidupan Paulus di masa lampau, yakni selaku Saulus sang penghujat dan penganiaya yang ganas (baca Kis. 8:1-3). Tapi di kemudian hari dia menyadari bahwa apa yang dilakukannya itu merupakan kesalahan besar, “karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman”. Ayat 14-16 mengungkapkan kehidupan Paulus pada masa kini yang beroleh anugerah kesabaran dan kasih Allah. Berdasarkan hal itu, maka dia tampil sebagai figur yang layak diteladani. Lukas 15:1-10 memberi pengertian tentang makna di balik kehilangan dan merupakan pembelaan Kristus tentang pelayanan-Nya. Melalui perikop ini, Yesus menyampaikan maksud mengapa Ia berteman bahkan mau makan bersama-sama dengan orang yang dinilai sebagai orang yang berdosa pada saat itu. Pesan yang terkandung, ialah bahwa ada pencarian yang menyeluruh bagi mereka yang hilang dan ada sukacita yang besar ketika yang hilang ditemukan kembali (ay. 10). Yesus itulah Allah yang penuh kasih dan pengertian (bnd. Mzm. 103:8-13). Dia mengetahui persis keadaan mereka yang hilang, yakni sebagai domba-domba sesat yang membutuhkan seorang gembala setia untuk membawa mereka pulang. Dia paham bagaimana yang hilang menjadi seperti demikian, bahwa domba adalah binatang yang bodoh dan mudah tersesat. Dia tahu bagaimana kemungkinan ke masa depan bagi yang hilang, yakni bahwa domba dapat dikembalikan ke dalam kawanannya dan dirham dapat ditemukan. Kesemuanya ini akan membawa sukacita bagi gembalanya atau yang empunya dirham tersebut. Korelasi bacaan Yeremia 4:11-28 menyoroti keberdosaan dan seruan pertobatan dari dosa. Pengharapan akan pengampunan menjadi dasar doa Daud (Mzm.51: 9), yakni bahwa Tuhan penuh kasih dan setia kepada perjanjian-Nya. Serusak bagaimana pun umat-Nya, perjanjian Allah tetap kekal. Tuhan tidak sematamata menghukum, tetapi juga mencari yang hilang sampai ditemukan (Luk. 15:1-10). Tuhan memberikan kesempatan untuk kembali ke jalan yang benar dan itu merupakan sukacita bagi sorga dan bumi, sebagaimana yang telah terjadi atas Paulus (1 Tim. 1:12-17). Pokok-pokok pengembangan khotbah Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



222 Pertama, berdosa berarti murtad kepada Allah. Murtad kepada Allah mengandung makna “ketidaksetiaan” dan “ketidakpercayaan” kepada Allah. Murtad itu seperti penyakit yang semakin lama semakin parah hingga mengakibatkan hilangnya selera rohani. Kebanyakan orang kristen tidak langsung dengan serta merta menyimpang dari kehendak Allah dan berkubang dalam dosa. Tetapi kerohaniannya merosot sedikit demi sedikit sampai akhirnya mendapati dirinya berada dalam masalah dosa. Awalnya meninggalkan kasih yang mula-mula (Why. 2:4), sertamulai hidup menurut daging dan bukan menurut Roh (Gal. 3:1-3). Itulah sebabnya, Tuhan menasihati agar hidup berjaga-jaga dan berdoa (Mat. 26:41). Saat lengah, maka virus dosa menerobos masuk ke dalam hidup manusia. Dosa membawa malapetaka dalam hidup manusia dan seluruh ciptaan (Rm.3:23). Jika tidak diatasi, maka akan berujung pada kematian. Begitu dahsyatnya akibat dosa itu, maka kurang lebih empat puluh kali Yeremia menyerukan agar umat Tuhan kembali kepada Tuhan. Kedua, anugerah Allah bagi yang tidak layak. Yesus Kristus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang yang berdosa merupakan wujud kasih setia Allah dalam anugerah-Nya. Allah adalah sumber anugerah pengampunan dan hidup baru. Pergaulan Yesus dengan orang-orang berdosa menunjukkan bagaimana Allah mau menawarkan anugerah kepada orang yang sama sekali tidak layak (Luk. 15:1-10). Ada harapan bagi setiap orang berdosa karena Allah senantiasa menerimanya kembali. Pertobatan manusia membawa sukacita bagi Tuhan. Allah senantiasa menunggu yang hilang untuk kembali ke rumah yang kekal. Ketiga, rasa syukur menjadi daya dorong untuk tidak menyia-nyiakan kasih Allah (1 Tim. 1:12). Kasih karunia Allah dalam iman kepada Yesus Kristus adalah pemberian yang tidak bisa dimiliki tanpa Allah menganugerahkannya. Jalan keselamatan terbuka melalui Kristus Yesus. Dari keberdosaan, Tuhan mengangkat orang yang beriman kepada-Nya menjadi ahli waris kerajaan Sorga. Jadi patutlah mengucap syukur, bahwa kita telah beriman kepada Allah yang esa di dalam Yesus Kristus. Anugerah Allah disertai dengan kerinduan Allah yang besar, yaitu hidup manusia yang tertib berdasarkan iman (1 Tim. 1:4) sebagai awal dari hidup yang kekal (1 Tim. 1:16). Iman yang tercetus oleh anugerah Allah pasti bermuara pada pola hidup tertib berdasarkan kasih. Hal itu berarti menghormati dan memuliakan Allah di atas segalanya. Paulus mengakhiri hidupnya dengan baik dan Tuhan mempercayakan sesuatu yang ia tidak duga sebelumnya, yaitu melayani Kristus secara luar biasa. Jika bisa melayani Tuhan, maka itu kehormatan yang besar. Max Lucado mengatakan: “Tuhan menerima kita apa adanya, tetapi Dia tidak membiarkan kita seadanya”.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



223 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 16-21 September 2019



YANG HILANG AKAN KU CARI (Ia tu Pa’dena laKudaka’) 1 Timotius 1:12-17 Tujuan: 1. Jemaat memahami bahwa Tuhan selalu mencari umat-Nya yang tersesat karena dosa. 2. Jemaat hidup dalam pertobatan dengan memelihara persekutuan bersama Tuhan.



Pembimbing Teks 1 Timotius 1:12-17 menjelaskan bahwa Yesus Kristus itu Allah yang setia. Yesus mati untuk menyelamatkan orang berdosa. Dia bangkit dari kematian untuk memperlengkapi dan memampukan hamba-hamba-Nya melakukan pekerjaan pelayanan. Hal tersebut dapat disaksikan dalam perjalanan hidup Paulus. Ayat 12 menyatakan bahwa kekuatan Paulus tidak bersumber dari dirinya sendiri, melainkan bersumber dari kuasa Allah yang bekerja dalam dirinya. Yesus Kristus yang menguatkan Paulus, menghargai Paulus (“menganggap setia”) dan melibatkannya dalam pelayanan. Penghargaan dan pengasihan, keduanya merupakan anugerah. Ayat 13 mengungkapkan kehidupan Paulus di masa lampau selaku Saulus sang penghujat dan penganiaya yang ganas (baca Kis. 8:1-3). Tapi di kemudian hari dia menyadari bahwa apa yang dilakukannya itu merupakan kesalahan besar, “Karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman”. Ketidaktahuannya tidak menghilangkan dosanya. Paulus dikasihani sebagai orang yang tidak berdaya keluar dari keberdosaannya, karena tidak beriman. Itu merupakan anugerah Allah yang khas diberikan kepada “seorang penghujat dan seorang penganiaya yang ganas”. Ayat 14-16 mengungkapkan kehidupan Paulus pada masa kini yang beroleh anugerah kesabaran dan kasih Allah. Anugerah tersebut yang ditegaskan Paulus dalam ayat 15-16. Yesus Kristus datang justru untuk orang berdosa, dan sebagai orang yang paling berdosa, Paulus menjadi contoh akan kesabaran Kristus bagi semua orang berdosa. Yang percaya menerima hidup kekal sebagai anugerah pengganti hukuman kekal. Ayat 17 berisi pujian Paulus kepada Allah sebagai Raja yang telah berkenan menyelamatkan pemberontak seperti Paulus dan semua manusia berdosa. Dia-lah yang melayakkan Paulus menjadi figur yang layak diteladani.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



224 Pertanyaan Diskusi 1.Baca ayat 15 dan renungkan! Mengapa Paulus menilai dirinya sebagai orang yang paling berdosa? (Basai tu ay.15 sia nannungi! Matumbai anna sanga kalena tu Paulus mandu losong kasalanna?) 2.Menurut anda, mengapa orang sulit meninggalkan dosanya dan bertobat seperti yang dialami oleh Rasul Paulus? (Situru’ pangappa’ta, matumbai anna masussa tu tau untampe dosana sia mengkatoba’ susi tu dadi lako Rasulu’ Paulus)



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



225 Bahan Khotbah Minggu ke-38



Tanggal 22 September 2019



JANGAN MENDUA HATI (Da’ ammi ma’dua Penaa) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 113:1-9 : Yeremia 8:18-22 : 1 Timotius 2:1-7 : Lukas 16:10-18 (Bahan Utama) : Ulangan 12:26 : Lukas 16:10



Tujuan: 1. Warga Jemaat memahami bahwa bahwa hanya Allah yang layak disembah. 2. Warga Jemaat menunjukkan kesetiaan kepada Allah dalam kehidupan sehari-hari.



Pemahaman teks Tuhan hanya satu. Dalam Ulangan 6:4 yang biasa disebut “Shema Israel” dikatakan: “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kata shema yang berarti “mendengar” dinyatakan sebagai penegasan kepada orang Yahudi agar mereka senantiasa menegaskan imannya kepada Allah sebagai Tuhan yang sejati dan hidup, serta hanya Dia yang patut disembah dan ditaati. Hal ini kembali ditegaskan oleh Tuhan Yesus dengan mengatakan, bahwa "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa” (Mrk.12:29). Menyembah Allah sebagai Allah yang satu-satunya artinya menuntut kesetiaan yang mutlak dan utuh, sebba tidak ada allah lain selain Dia. Dalam Ulangan 20:3-5 secara tegas dinyatakan bahwa penyembahan terhadap ilah lain adalah larangan, sehingga pelanggaran atas aturan ini akan mendatangkan hukuman sampai pada keturunan ketiga dan keempat bagi orang-orang yang menyembah ilah lain (menduakan Tuhan). Yeremia 8:18-22 menjelaskan mengapa umat Israel mendukakan Tuhan, sehingga mereka harus diratapi. Mereka sesungguhnya telah menjadikan Tuhan hanya sebagai salah satu dari berhala-berhala yang mereka sembah. Mereka memang tidak meninggalkan Tuhan, tetapi Tuhan dipandang hanyalah sebagai salah satu dari berbagai ilah lain yang mereka sembah. Inilah yang menjadi gugatan Tuhan terhadap mereka. Tuhan tidak ingin disetarakan dengan ilah manapun, karena hanya Dialah satu-satunya Tuhan yang dapat disembah. Sebagaimana dinyatakan dalam sepuluh Hukum “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku, jangan sujud menyembah atau beribadah kepadanya…” Pernyataan ini adalah Hukum dan bukan sekedar aturan biasa, sehingga berarti mutlak dan harus ditaati. Bahkan jika itu dilanggar, maka Tuhan akan menuntut balas (Kel. 20:3-5). Dalam Yeremia 16:20 dikatakan “Allah buatan manusia itu bukan allah, berhala-berhala itu adalah perak dan emas buatan tangan manusia (Mzm. 115:4), maka berhala-berhala itu disebut hampa, angin dan kesia-siaan Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



226 (Yes. 41:29). Berdasarkan semua itu, maka kepada Israel dinyatakan atau diproklamasikan, bahwa hanya Tuhanlah yang benar-benar Allah. Allah telah memperkenalkan diri-Nya kepada Israel sebagai Allah yang esa, juga sekaligus memperkenalkan diri-Nya sebagai yang esa di dalam Firman dan karya-Nya. Untuk itulah Musa memerintahkan kepada Israel agar mengasihi Allah dengan segenap hati, dengan segenap jiwa dan dengan segenap kekuatan. Artinya, seluruh eksistensi kehidupan Israel harus dipersembahkan kepada Tuhan. Pengabdian kepada Tuhan yang esa di dalam Firman dan karya-Nya harus dilakukan secara esa melalui kata dan perbuatan, lahir dan batin. Lukas 16:13 menegaskan ketidakmungkinan kita untuk melayani kebenaran dan sekaligus kefasikan, menjadi yang terbesar dan sekaligus yang terkecil, serta melakukan yang menyenangkan Tuhan dan sekaligus yang menjijikkan Tuhan. Tidak mungkin seseorang mengabdi kepada Allah dan sekaligus pula mengabdi kepada mammon. Tuhan menilai dari seberapa yang manusia dapat berikan, sementara dunia menilai seberapa banyak yang dihasilkan manusia. Melalui perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur Yesus mau menjelaskan tentang soal kejujuran sehingga menghindari korupsi. Namun ada hal yang paling mendasar dari perumpamaan ini bahwa bendahara yang tidak jujur telah terjebak dalam kelalimannya, sehingga dengan sangat bijaksana ia memelihara persahabatan dengan harta demi masa depannya di dunia, sementara ia lupa bahwa ia sedang kehilangan harta dan masa depan dalam kerajaan Allah yang justru itulah yang menjadi tujuan utama dan harus dipertanggungjawabkan ketika Kristus datang kembali. Sang bendahara sedang terancam masa depannya ketika dituduh menghamburkan milik tuannya. Ia berfikir jika dipecat maka ia akan kehilangan masa depan. Untuk itulah ia menggunakan kelicikannya, yakni memperalat orang-orang yang berhutang dengan cara menurunkan nilai utang mereka dari yang sesungguhnya. Hal ini dilakukan dengan maksud, agar ketika ia dipecat maka orang-orang yang berhutang itu akan merasa berhutang budi kepadanya dan merekalah yang akan menjamin masa depannya kelak. Dengan demikian sang bendahara ini, selain tetap menunjukkan pengabdiannya kepada tuannya walaupun dengan kemunafikan, juga mengabdi kepada orang-orang yang berhutang dengan harapan bahwa merekalah yang nanti akan menolong jika ia dipecat. Mazmur 113:1-9 mengajak umat Tuhan untuk memuji Tuhan dalam seluruh waktu dan tempat. Tuhan berada di atas tempat yang maha tinggi dan mengatasi seluruh bangsa, tetapi sekaligus menjangkau seluruh umat manusia dalam segala keberadaannya, khususnya dalam menunjukkan belas kasihan-Nya bagi mereka yang hina dan miskin. Dia datang menegakkan yang miskin dan hina dari dalam debu, dan mengangkatnya pada kedudukan yang sama dengan para penguasa. Keberadaan Allah di tempat yang maha tinggi menunjukkan kedaulatan Allah sebagai yang satu-satunya berkuasa. Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



227 Dia berkuasa di atas segala kuasa yang ada, sehingga apapun yang diperilah manusia takluk di bawah kekuasaan-Nya. Dalam 1 Timotius 2:1-7, Rasul Paulus menasihatkan untuk mendoakan semua orang, termasuk para raja dan para pembesar, sehingga tercipta hidup dalam kesalehan dan kehormatan. Para raja dan pembesar patut didoakan, karena di hadapan Tuhan tidak ada kekuasaan dan kehormatan lain selain pada diri Allah. Hal ini pula yang dimaksudkan oleh Paulus untuk meluruskan pandangan dari pihak Yahudi yang menganggap bahwa keselamatan dibatasi hanya untuk suatu bangsa atau golongan tertentu saja. Allah yang esa adalah satu-satunya Allah bagi segenap umat manusia. Melalui Yesus Kristus, Allah telah menganugerahkan keselamatan kepada semua orang yang percaya. Pokok-pokok yang dapat dikembangkan 1. Allah hanya satu, tidak ada ilah lain selain Dia. Masih banyak orang Kristen yang belum sepenuhnya menyembah Allah. Dalam banyak hal sering kita tidak sadar bahwa kita sedang menduakan Tuhan dalam kehidupan kita, misalnya dalam soal adat dan budaya. Kecenderungan kita masih lebih pada penguatan nilai-nilai adat dan budaya sesuai agama suku (aluk to dolo) dibanding dengan melakukannya dalam nilainilai Kristiani. 2. Sering kita lebih mengutamakan kepentingan materi dibanding dengan kepentingan rohani. Materi justru menjadi tujuan utama demi masa depan, bukan masa depan sorgawi. 3. Kejujuran dalam mengelola berkat Allah yang dipertanggungjawabkan kepada kita masih sering diabaikan, bahkan dalam jemaat sering lebih dominan kita berbicara soal materi dibanding soal pelayanan. Allah tidak ingin disandingkan dengan apapun. Allah adalah Allah yang esa, berdaulat, dan satu-satunya yang harus disembah. Kekuasaan, jabatan, materi atau apapun yang oleh manusia dianggap paling bernilai di dunia ini, tetap tidak dapat menggantikan posisi Allah di tempat Yang Maha tinggi. Yesus Kristus sebagai Anak Tunggal Bapa, adalah satu-satunya yang dapat membawa kita kepada keselamatan, bukan materi atau kuasa lainnya.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



228 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 23-28 September 2019



JANGAN MENDUA HATI (Da’ ammi ma’dua Penaa) Yeremia 8:18-22 Tujuan: 1. Warga Jemaat memahami bahwa bahwa hanya Allah yang layak disembah. 2. Warga Jemaat menunjukkan kesetiaan kepada Allah dalam kehidupan sehari-hari.



Pembimbing Teks Bangsa Israel mengalami penderitaan akibat pemberontakan mereka terhadap Tuhan. Itulah sebabnya nabi Yeremia meratapi Yehuda dan Yerusalem yang telah berada dalam situasi yang sangat kritis. Sesungguhnya mereka telah diberi kesempatan untuk bertobat ketika Tuhan menyampaikan seruan melalui nubuat-nubuat yang disampaikan oleh para Nabi, namun kesempatan itu diabaikan. Mereka justru semakin menunjukkan perlawanan mereka. Kejahatan yang paling menonjol dilakukan oleh mereka terhadap Tuhan, adalah ketika mereka telah menyembah berbagai ilah lain. Mereka lupa, bahwa Tuhan hanya satu. Allah tidak mungkin diduakan apalagi disetarakan dengan ilah lain. Dalam Ulangan 6:4 yang disebut “Shema”, dari bahasa Ibrani yang artinya “mendengar”. Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kata dengarlah, dapat berarti camkan, catat atau ingat, bahwa Tuhanlah, Allah satu-satunya. Hal ini dinyatakan sebagai penegasan kepada orang Yahudi agar mereka senantiasa menegaskan imannya kepada Allah sebagai Tuhan yang sejati dan hidup, bahwa hanya Dia yang patut disembah dan ditaati. Israel yang telah menyembah ilah lain, membuat Tuhan menyesal dan sakit hati. Mereka adalah bangsa yang dikasihani tetapi mereka justru berkhianat terhadap pengasihan Allah. Konsekuensi dari sikap tersebut, ialah penghukuman dengan cara membuang bangsa itu ke Babel. Namun demikian, oleh anugerah Tuhan mereka tetap dipanggil untuk kembali. Allah akan menerima mereka kembali, jika mereka sungguh-sungguh bertobat. Pertanyaan Didkusi 1. Apa saja yang sering membuat kita menduakan Tuhan? (Apasiara tu nenne’ untumangki’ anta umpada’dua Puang?) 2. Apa akibat dari mendua hati? (Apara poleanna tu ma’dua penaa? Sipa’kadai)



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



229 Bahan Khotbah Minggu ke-39



Tanggal 29 September 2019



JAMINAN HIDUP YANG SESUNGGUHNYA (Torro Manassana Tongan Polean Katuoan) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 146:1-10 : Yeremia 32:1-15 : 1 Timotius 6:2b-21 : Lukas 16:19-31 (Bahan Utama) : Maleakho 3:10 : Mazmur 146:8-9



Tujuan: 1. Warga jemaat memahami bahwa hanya pada Allah ada kepastian jaminan hidup. 2. warga jemaat menggantungkan seluruh hidupnya kepada Allah.



Pemahaman Teks Mazmur 146:1-10. Berdasarkan pengelompokan mazmur, teks ini masuk dalam kelompok nyanyian haleluya atau pujian. Itu berarti teks ini adalah bagian yang sering digunakan dalam kebaktian Israel. Hal yang sangat ditekankan dalam kelompok mazmur ini ialah membesarkan nama, kemegahan, kebaikan, kebesaran dan keselamatan Allah. Mengapa umat perlu memuji Allah? Alasan yang dikemukakan pemazmur sangat jelas bahwa Allah adalah penolong dan tumpuan harapan yang setia. Ia adalah Pencipta yang menjaminkan pemeliharaan-Nya bagi umat-Nya, bagi orangorang yang tidak berdaya: yang lapar, terpenjara, buta, yatim, janda dan mereka yang tertekan oleh berbagai pergumulan hidup. Itulah sebabnya pula pemazmur mengingatkan umat untuk tidak bergantung dan berharap pada kemampuan sesama manusia, karena mereka terbatas adanya. Yeremia 32:1-15. Apakah yang dapat dilakukan oleh seorang yang sedang dipenjara, selain meratapi diri? Tetapi tidak demikian dengan Yeremia. Ia memang sedang dipenjarakan oleh Zedekia, raja Yehuda saat penaklukan oleh Nebukadnezar, raja Babel. Namun Yeremia justru masih dapat melakukan hal yang membangkitkan harapan akan hari esok. Kepada Yeremia, Tuhan memberitahukan tentang pembuangan yang akan dialami Zedekia dan juga akan kedatangan kerabatnya yakni Hanameel, anak Salum. Perintah Tuhan kepada Yeremia untuk membeli tanah milik kerabatnya di Anatot, adalah sebuah gambaran bahwa sesudah masa pembuangan, Tuhan akan mengembalikan umat-Nya dari Babel dan mendiami kembali negeri mereka, serta mengusahakan kembali tanah-tanah mereka. Pembelian tanah oleh Yeremia dalam situasi yang sulit menjadi simbol janji Allah dan tanda pengharapan bagi masa depan Yehuda. Perikop 1 Timotius 6:2b-21 menekankan perbedaan yang diharapkan oleh Paulus dari diri Timotius dengan mereka yang suka dengan ajaranajaran yang tidak sehat. Dengan menyebut Timotius ataupun umat yang dilayani Timotius sebagai manusia Allah, Paulus sedang menegaskan kepada Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



230 Timotius bahwa Ia adalah milik Allah di dalam Kristus, sehingga sepatutnyalah hidupnya berpadanan dengan ajaran Yesus dan bukan dengan ajaran ataupun perilaku yang tidak benar. Perbedaan yang dipaparkan Paulus sangat jelas bahwa manusia Allah (milik Allah) belajar bersyukur dengan apa yang dimiliki, mengejar keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan untuk merebut hidup yang kekal di dalam Allah, Penguasa yang satu-satunya. Sedang orang yang suka dengan ajaran yang bukan ajaran Kristus adalah orang yang berlagak tahu tetapi tidak tahu apa-apa, pandai bersilat kata, serta mencintai uang yang menyebabkan mereka jatuh dalam jerat dan beroleh celaka. Melalui Lukas 16:19-31, khususnya jika kita memperhatikan pasal 16 secara utuh, akan diperoleh pengajaran tentang bagaimana manusia mengelola apa yang dimilikinya, entah itu harta, mamon ataupun tanggungjawabnya. Ada orang yang dapat mengelola dengan baik tetapi ada pula yang tidak dapat penjadi pengelola yang benar. Secara khusus, teks bacaan kita berbicara tentang orang kaya yang tidak mampu mengelola dengan baik dan benar kekayaan yang dikaruniakan kepadanya. Ia menikmati kekayaannya dalam pesta yang mewah, tetapi tidak punya belas kasih kepada si miskin (Lazarus) yang setiap hari ada di depan pintu rumahnya. Ia mengabaikan pengajaran dan kesaksian Musa dan para nabi. Akhir dari kisah hidupnya, ialah penderitaan yang kekal. Sedangkan si miskin, yang menjalani hidup dengan sabar dan menanggung derita, serta menikmati hidup apa adanya sambil bertekun pada belas kasih Allah saja, pada akhirnya dihiburkan dan dimuliakan bersama Abraham. Korelasi bacaan Kalau orang percaya bahwa Allah satu-satunya Pencipta, maka seharusnya kepada Allah saja manusia mengharapkan pertolongan, pemeliharaan dan kepastian masa depannya. Mereka yang mengandalkan hidup pada materi pada akhirnya akan sengsara, karena harta tidak menjaminkan kebahagiaan kekal. Pokok-pokok pengembangan khotbah 1. Kebutuhan Manusia Manusia butuh makan, minum, harta, uang, kasih sayang, jabatan, kedudukan dan banyak lagi, tetapi hal yang menjadi persoalan ialah bagaimana memperoleh semua itu, bagaimana mengelola semua itu dan bagaimana pula mempertanggungjawabkannya, baik kepada Tuhan maupun kepada sesama. 2. Manusia harus tetap bergantung pada Allah Tidak dapat ditampik bahwa manusia dengan akal, tenaga, pertimbangan dan kekuatannya dapat mengerjakan dan memperoleh banyak hal pula. Tetapi manusia harus selalu sadar, bahwa dalam semua yang ia dapat lakukan dan kerjakan itu, tidaklah serta merta Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



231 mendatangkan kebahagian yang sejati. Mengandalkan diri sendiri dan bekerja untuk diri sendiri pada akhirnya menjadikan manusia itu cenderung materialistis dan egois sehingga kepekaan kepada sesama dan kepada Allah menjadi buyar. Kekayaan tidak dapat membeli umur panjang, cinta kasih yang tulus, kesehatan dan kebahagiaan. Tetapi Allah bisa memberikannya melebihi hal-hal serba terbatas yang dapat diperoleh manusia. 3. Jaminan Allah melampaui hidup di dunia ini Iman Kristen mengajarkan kita bahwa ada kehidupan yang kekal yang Allah sediakan, kehidupan yang sungguh-sungguh membahagiakan, kehidupan di mana tidak lagi ada penderitaan selain sukacita dalam kemuliaan abadi. Tetapi untuk sampai ke sana manusia memerlukan anugerah Allah dan kesetiaan hidup seperti yang Allah kehendaki. Hidup dalam kasih yang sungguh kepada Allah berarti hidup dalam ketaatan pada perintah-Nya dan kasih yang sungguh kepada sesama.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



232 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 30 September- 5 Oktober 2019



JAMINAN HIDUP YANG SESUNGGUHNYA (Torro Manassana Tongan Polean Katuoan) 1 Timotius 6:2b-21 Tujuan: 1. Warga jemaat memahami bahwa hanya pada Allah ada kepastian jaminan hidup. 2. Warga jemaat menggantungkan seluruh hidupnya kepada Allah.



Pembimbing Teks Dalam teks ini ada sejumlah catatan penting yang Paulus sampaikan kepada Timotius terkait dengan apa yang akan dia hadapi dan apa yang harus dia lakukan. 1. Yang akan dia hadapi Paulus mengingatkan Timotius tentang kian maraknya orang mengikuti ajaran yang nyata-nyata tidak sesuai dengan ajaran Yesus. Orang semakin cenderung mengandalkan diri dengan perkataannya, kekayaannya dan membiarkan diri hidup dalam kebencian, fitnah, percekcokan dan mengabaikan kebenaran serta menjadikan ibadah tempat mencari untung (ay. 3-5) 2. Hal yang harus dia kerjakan Paulus menyebut Timotius sebagai manusia Allah. Hal ini berarti bahwa Paulus mengingatkan Timotius tentang siapa dirinya yang sejati dalam Kristus, yaitu sebuah kesadaran bahwa ia adalah milik Allah. Sebagai manusia Allah, hal yang mesti nyata dari hidup Timotius dan pelayanannya ialah mangajarkan kebenaran yang bersumber dari ajaran Kristus, belajar bersyukur untuk setiap apa yang diberikan Allah dalam hidup dan pelayanannya, tekun dalam hidup beribadah, setia, sabar, penuh kasih dan lembut, serta selalu mengandalkan Tuhan sebagai Penguasa dan Pemberi hidup yang satu-satunya, serta tidak lalai menegur mereka yang hidup mengandalkan kekayaan semata dan menjadikan kekayaan, uang, kesenangan duniawi menjadi tujuan hidup (ay. 6-21). Pertanyaan diskusi 1. Mengapa Paulus merasa perlu meminta Timotius untuk mengingatkan orang yang mengejar kekayaan atau uang semata? (Matumbai anna palakui Rasulu’ Paulus tu Timotius umpakilalai tu to barak lako eanan sia kabasisiinaan lako doi’?) 2. Dua ciri manusia diungkapkan oleh Paulus yakni manusia duniawi dan manusia Allah. Pada posisi manakah kecenderungan hidup kita dan apa akibatnya? (Da’dua tu sipa’na to lino napokada Rasulu’ Paulus iamo tu to umbudanan mentolinona na taunNa Puang Matua). Umbanna tu nanai katuoanta na apa poleanna?) Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



233 Bahan khotbah Minggu ke-40



Tanggal 6 Oktober 2019



TEGUH DALAM IMAN, PENGHARAPAN DAN KASIH (Tumanan lan Kapatonganan, Kapa’rannuanan na Pa’kaboro’) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 37:1-9 : Ratapan 3:19-26 (Bahan Utama) : 2 Timotius 1:1-14 : Lukas 17:5-10 : Amos 4:5 : Ratapan 3:24-26



Tujuan: 1.Jemaat memahami peranan iman, pengharapan dan kasih 2.Jemaat mewujudkan buah-buah iman, pengharapan dan kasih dalam kehidupan setiap hari



Pemahaman teks Mazmur 37:1-9 merupakan ajakan kepada orang benar agar tidak marah atau iri hati terhadap orang fasik. Pada ayat 12-26 berbicara tentang kejahatan dan kebinasaan orang fasik, namun ayat 27-40 berbicara tentang janji Tuhan (pengharapan) bagi yang hidup benar. Lalu mengapa orang benar tidak perlu marah atau iri hati kepada orang fasik? 1. Walau mereka kelihatan berjaya, tetapi mereka akan segera lenyap. Seperti rumput yang berumur pendek dan daun yang cepat layu. Demikian digambarkan orang fasik itu (ay. 2,9,10). 2. Orang benar ada dalam pemeliharaan Tuhan (Providentia Dei, ay. 3-6,11). Bisa saja kehidupan orang benar lebih sengsara dari orang fasik, namun dalam jangka panjang akan terlihat, bahwa orang benar akan bertahan sampai kesudahannya karena mereka memiliki hidup yang berpengharapan. Kesanggupan orang benar untuk bertahan adalah kasih karunia Tuhan, yang juga menganugerahkan iman bagi mereka. 3. Kemarahan atau iri hati kepada orang fasik merupakan bentuk ketidakpercayaan seseorang kepada Tuhan. Ia meragukan keadilan Tuhan dan kemampuan Tuhan untuk memberkatinya, sedangkan di sisi lain iri hati juga hanya akan menimbulkan dosa. Ratapan 3:19-26 menggambarkan, bahwa “Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap” (ay.21). Ratapan 3 menguraikan tentang tangan Tuhan yang menghukum karena dosa umat. Pergumulan peratap adalah pergumulan yang mewakili pergumulan umat yang sedang menerima hukuman Tuhan karena dosa mereka. Akibat dosa itu ialah penderitaan. Allah tidak bermain-main dengan dosa dan akibat dosa yang paling berat, adalah ditinggalkan oleh Allah. Itulah sebabnya Yesus berteriak di kayu salib “Eloi, Eloi lama sabakhtani”. Namun demikian, di tengah penderitaan yang dialami, tetap masih ada iman dalam diri sang nabi, yaitu pemahaman dan keyakinan tentang Allah yang adalah Kasih dan Sumber kasih, sehingga tidak akan membiarkan Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



234 mereka selamanya demikian. Karena itulah ia berbicara tentang manusia dalam kesatuan sebagai pendosa tetapi yang juga dikasihi Allah (bnd. perkataan Marthin Luther, “simus iustus et peccator”: berdosa tetapi sudah dibenarkan). Ia realistis tentang kuasa dosa, tetapi ia tidak berhenti di situ. Ia hidup dalam pengharapan, bahwa Allah adalah kasih dan sumber kasih. Karena Allah adalah kasih maka Ia hidup dalam iman dan pengharapan sebagai jalan menuju persekutuan kasih yang utuh dengan Allah. “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibrani 11:1). Di mana ada kasih, ke sanalah Tuhan memerintahkan berkat-Nya. Dalam 2 Timotius 1:1-14 dijelaskan tentang keyakinan atau iman Timotius yang teguh dalam menghadapi penderitaan. Iman yang teguh itu memang sudah diakarkan oleh ibu dan neneknya dahulu. Kini, keteguhan imannya diuji oleh pelbagai penderitaan yang harus dia hadapi sebagai murid Kristus. Ia diminta untuk tidak malu dan takut bersaksi tentang Injil dalam situasi bagaimanapun, bahkan tetap menunjukkan bahwa orientasi hidup kita melampaui kini dan di sini. Hidup kita menuju pada sebuah pengharapan yang pasti, yakni persekutuan yang utuh dengan Tuhan, seperti ucapan Daud bahwa tujuan akhir hidupnya adalah diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa (Mzm. 23:6). Dalam Lukas 17:5-10 tertulis “Tambahkanlah iman kami”. Iman adalah menggantungkan diri kepada sesuatu yang melampaui diri kita. Dengan iman kita mempercayakan hidup kepada Dia yang melampaui diri kita, yakni Tuhan. Allah beranugerah kepada kita dan kita diminta merespon dengan iman. Tetapi iman itu sendiri adalah anugerah Tuhan juga. Karena itulah murid-murid meminta kepada Tuhan, “Tambahkanlah iman kami”. Jawaban Tuhan atas permintaan para murid, ialah “kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu” (ay. 6). Maknanya cukup jelas, yakni selain menjelaskan dahsyatnya dampak iman yang sungguh, pertambahan iman ternyata juga harus dimulai dengan keberanian mengucapkan hal-hal yang kita harapkan. Hal ini tampak selaras dengan penjelasan Yesus berikutnya, yakni yang berbicara pada intinya mengenai ketaatan sebagai hamba. Murid yang beriman mendapatkan kekuatannya justru dari ketaatannya sebagai hamba. Sumber kekuatan untuk menegur dan mengampuni dosa adalah ketaatan sepenuhnya kepada Allah. Korelasi untuk pengembangan khotbah Dalam kondisi kehidupan yang sulit sekalipun, umat Tuhan hendaknya tidak pernah kehilangan iman dan pengharapan kepada Tuhan, sebab kasih setia Tuhan tidak pernah berubah. Iman dan pengharapan yang sungguh inilah yang akan menolong mereka terus menyelesaikan persoalan mereka, serta menghasilkan buah-buah kebaikan dan kasih dalam kehidupan yang sulit sekalipun. Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



235 1. Kasih mengarahkan kita kepada Tuhan, sedangkan iman dan pengharapan mengarahkan kepada kesempurnaan diri kita. Iman memberikan kita kesempunaan akal budi (iman adalah kegiatan akal budi) dan pengharapan menyempurnakan keinginan kita (harapan adalah kegiatan keinginan) akan kehidupan kekal di surge (bahasa Daud: diam di rumah Tuhan sepanjang masa). Atau dengan kata lain, kasih adalah tujuan akhir, namun iman dan pengharapan merupakan cara. Sama seperti cara melayani tujuan akhir, maka iman dan pengharapan melayani kasih. 2. Kasih mengarahkan iman dan pengharapan. Iman tanpa kasih kepada Tuhan akan berakhir dengan iman yang mati 1 Korintus 13:3 menggambarkan bahwa kasihlah yang menyebabkan seseorang penuh sukacita untuk mau belajar tentang Tuhan dengan lebih lagi setiap hari. Kasih juga yang membuat kita dengan penuh kesediaan dan sukacita melayani sesama kita. Harapan tanpa kasih kepada Tuhan adalah sia-sia (1 Kor. 13:3). Kasih kita kepada Tuhanlah yang menyebabkan kita terus berharap akan persatuan dengan Tuhan di tengah-tengah setiap penderitaan dan kesulitan yang kita alami. Harapan yang mati hanya berharap demi kesenangan pribadi, namun harapan yang dilandasi kasih membuat kita bersedia berkurban untuk orang yang kita kasihi, demi kasih kita kepada Tuhan. Inilah yang menyebabkan kita turut bersukacita dalam setiap penderitaan dan kesulitan karena kita berpartisipasi dalam penderitaan Kristus. 3. Kasih adalah abadi, namun iman dan pengharapan akan lenyap. Kasih akan terus ada sampai selama-lamanya, karena Allah adalah kasih dan sumber kasih. Iman, yang merupakan dasar dari harapan yang tidak kita lihat, akan lenyap di surga, karena di surga, kita melihat Tuhan muka dengan muka. Jadi iman, tidak diperlukan lagi. Demikian juga dengan harapan, yang merindukan suatu yang baik, akan lenyap di surga, karena di surga kita telah mencapai tujuan akhir, yaitu kebahagiaan kekal. Pada saat kita mencapai sesuatu yang kita harapkan, yaitu kebahagiaan kekal, maka kita tidak berharap lagi, namun beristirahat dan menikmatinya (1 Kor. 13:8-12). Reinhold Niebuhr berkata, bahwa Tak ada sesuatu yang kita anggap bernilai yang dapat kita capai sepenuhnya dalam sepanjang hidup kita, karena itu kita mesti diselamatkan oleh pengharapan. Tak ada sesuatu yang kita anggap benar, indah atau baik akan lengkap maknanya sepanjang konteks sejarah hidup kita, karena itu kita mesti diselamatkan oleh iman. Tak ada sesuatu pun yang kita lakukan yang kita anggap luhur dapat kita selesaikan sendiri, karena itu kita mesti diselamatkan oleh kasih.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



236 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 7-12 Oktober 2019



TEGUH DALAM IMAN, PENGHARAPAN DAN KASIH (Tumanan lan Kapatonganan, Kapa’rannuanan na Pa’kaboro`) 2 Timotius 1:1-14 Tujuan: 1.Jemaat memahami peranan iman, pengharapan dan kasih 2.Jemaat mewujudkan buah-buah iman, pengharapan dan kasih dalam kehidupan setiap hari



Pembimbing Teks Mulailah dengan bertanya kepada yang hadir, apa yang mereka pahami dengan kata iman, pengharapan dan kasih. Minta jawaban singkat dari dua sampai tiga orang. Sesudah itu, ingatkan tentang khotbah hari minggu bahwa iman adalah sikap hidup melampaui diri sendiri dan menggantungkan hidup kepada suatu kuasa yang melampaui diri kita sendiri yang kita sebut Tuhan. Sedangkan pengharapan adalah sikap hidup yang melampaui kini dan di sini, berorientasi jauh ke depan menuju Sang Kasih Abadi yaitu Tuhan untuk tiba pada suatu keadaan seperti keyakinan Daud: “Aku akan diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa”. Kasih adalah sikap hidup bukan untuk diri sendiri tapi untuk Tuhan dan sesama ciptaan. Minggu ini kita merenungkan tentang tiga keutamaan iman kristiani yaitu iman, pengharapan dan kasih. Teks yang barusan kita baca berbicara tentang keyakinan atau iman, pengharapan dan kasih Timotius yang teguh dalam menghadapi penderitaan. Iman yang teguh itu memang sudah diakarkan oleh ibu dan neneknya dahulu. Kini, keteguhan imannya diuji oleh pelbagai penderitaan yang harus dia hadapi sebagai murid Kristus. Timotius diminta untuk tidak malu dan takut untuk bersaksi tentang Injil dalam situasi yang bagaimanapun, sebab orientasi hidup umat percaya sesungguhnya melampaui kini dan di sini. Hidup kita menuju pada sebuah pengharapan yang pasti, yakni persekutuan yang utuh dengan Tuhan (Bnd. Maz.23:6 : tujuan hidup umat Tuhan adalah diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa). Itu adalah salah satu wujud iman yang diharapkan dalam diri Timotius. Wujud iman lainnya, adalah kasih. Paulus dengan tegas mengatakan, bahwa Allah tidak memberikan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. Oleh sebab itu, di tengah-tengah kehidupan yang penuh penderitaan, Timotius diminta untuk terus berbuah menghasilkan kasih dan kebaikan. Pertanyaan Diskusi 1. Apa yang menjadi pegangan Timotius teguh dalam Iman? Diskusikanlah. (Apa tu napentoei Timotius tumanan lan kapatonganan) 2. Terkadang ada orang yang mengaku beriman, namun enggan berbagi kasih dengan sesama. Bagaimana menurut pandangan saudara? (Den tu tau ussanga kalena unnampui kapatonganan apa magasa umpapayan pa’kaboro’ lako to senga’. Umba susi pahangta diona te?) Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



237 Bahan Khotbah Minggu ke-41



Tanggal 13 Oktober 2019



TUHAN SETIA MEMELIHARA UMAT-NYA (Makaritutu tu Puang ma’paraka lako taun-Na) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 111:1-10 : Yeremia 29:1-14 (Bahan Utama) : 2 Timotius 2:1-13 : Lukas 17:11-19 : Yesaya 1:13 : Mazmur 111:10



Tujuan: 1.Jemaat memahami bahwa Tuhan tetap setia memelihara kehidupan Umat-Nya. 2.Jemaat selalu mengandalkan pemeliharaan Allah dalam segala situasi dan keadaan.



Pemahaman teks Mazmur 111:1-10 menguraikan perbuatan Allah yang penuh kuasa bersumber dari kasih setia-Nya yang kekal telah membangkitkan pujian dalam diri pemazmur. Awal hingga akhir dari mazmur ini adalah pujian syukur yang seluruhnya berawal dari karya dan kasih setia kekal Allah. Dalam ayat 5 digambarkan tentang kisah pemeliharaan Allah selama pengembaraan di padang gurun menuju tanah perjanjian. Dari perenungan akan perbuatan-perbuatan Allah itu, pemazmur beroleh pengenalan lebih dalam tentang siapakah Allah sesungguhnya. Seluruh karya Allah itu tidak saja menunjukkan kemahakuasaan Allah, tetapi juga menampakkan kebenaran dan kemurahan Allah. Perbuatan Allah di masa lalu itu membuat pemazmur teguh beriman, bahwa karena Allah setia adanya (ay.7), maka seluruh rencana dan semua pekerjaan Allah akan berlangsung terus selamanya (ay. 8a). Hal itu menimbulkan pujian pemuliaan dari manusia sebagai ungkapan syukur atas perbuatan-perbuatan Allah yang penuh kasih. Karena itu meskipun pujian syukur memang berkenan di hati Allah, namun mesti ditegaskan pula bahwa Alkitab tidak pernah memandang pujian syukur sebagai hal yang mengandung nilai menghasilkan pahala. Pujian syukur semata dilandaskan atas karya dan sifat Allah yang setia dan penuh kasih, seperti sebuah lagu “Kunyanyikan kasih setia Tuhan selamanya”. Pujian syukur itu merupakan sikap dari meninggikan Allah sebagai wujud ketaatan kita. Dalam penilaian Allah, orang yang sungguh paham kebenaran dan memiliki pengertian untuk menilai dan bertindak benar adalah orang yang takut akan Allah. Yeremia 29:1-14 merupakan bagian yang tidak terlepas dari nubuat nabi palsu, Hananya. Nubuatnya telah berdampak luas bahwa Babel segera akan tumbang dan orang Yehuda yang tersisa di Babel akan segera pulang. Ciri nabi palsu dalam hal ini, ialah menyatakan yang enak di telinga dan klop di hati. Untuk menangkal pengaruh nubuat palsu itu Yeremia kembali menyampaikan pesan yang benar-benar serasi dengan maksud Allah Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



238 membuang mereka ke Babel. Pembuangan ke Babel itu final dan Yehuda akan diam di sana selama tujuh puluh tahun. Yeremia meyakinkan umat di pembuangan untuk menerima situasi mereka dengan percaya bahwa dalam hal itu ada rancangan damai sejahtera Allah untuk mereka dan bukan rancangan kecelakaan. Hanya dengan menerima hajaran Allah untuk membawa mereka kepada pertobatan, mereka dapat kembali merasakan tangan kasih dan penyertaan-Nya. Mereka akan mengalami pemulihan yang berasal dari Allah sendiri. Lewat penderitaan mereka, Allah ingin menyatakan kuasa dan kasih-Nya, serta berkat untuk bangsa lain. Oleh karena rancangan Allah adalah untuk kesejahteraan mereka, maka mereka pun dipanggil untuk menjadi alat Allah menyejahterakan lingkungan mereka. Dengan kata lain, melalui pembuangan di Babel umat Tuhan dikembalikan kepada misi semula, yakni misi yang telah dicanangkan Tuhan sejak di kaki gunung Sinai (Kel. 19:5-6) yakni menjadi model bangsa yang kudus dan menjadi imam bagi bangsa-bangsa lain. Di Babel, umat pembuangan menjadi model bagi lingkungan mereka, yakni bagaimana beribadah dan hidup suci di hadapan Allah. Dalam 2 Timotius 2:1-13 dijelaskan, bahwa penderitaan sedapat mungkin dihindari. Tetapi ketika Timotius mengalami penderitaan karena pemberitaan Injil, Paulus malah mendorongnya untuk menjadi kuat dan ikut menderita. Dasarnya adalah kasih karunia Allah di dalam Yesus Kristus (ay. 1). Paulus memberi tiga gambaran kepada Timotius tentang bagaimana menjadi kuat dalam penderitaan yaitu: 1. Seperti seorang prajurit yang baik berjuang dengan komitmen penuh kepada Yesus Kristus yang memilikinya (ay. 3-4). 2. Seperti seorang olahragawan yang bertanding sesuai aturan untuk memperoleh mahkota (ay. 2 dan 5). 3. Seperti seorang petani yang bekerja keras dan menikmati hasilnya (ay. 6). Jadi berjuang, bertanding, dan bekerja keras merupakan tiga hal yang dinasihatkan Paulus kepada Timotius untuk dilakukan agar ia menjadi pelayan Tuhan yang kuat menghadapi penderitaan. Selain itu Paulus menegaskan bahwa dalam segala sesuatu yang dialami Timotius, Tuhan akan memberikan hikmat dan pengertian yang dibutuhkannya (ay. 7). Paulus sendiri adalah bukti nyata dari anugerah dan kekuatan Allah itu (ay. 8-10). Karena pemberitaan Injil yang diberitakannya Paulus telah mengalami banyak penderitaan. Namun dengan anugerah dan kekuatan Allah, ia sabar menanggung semua penderitaan itu. Pada bagian akhir dari perikop, Paulus menguatkan Timotius dengan janji kesetiaan Tuhan yang tidak pernah berubah. Dalam Lukas 17:11-19 diuraikan bahwa keselamatan kita adalah anugerah Allah (sola gratia). Karena itu dibutuhkan kesadaran sebagai respon syukur terhadap anugerah tersebut. Kesaksian apapun tentang hidup akan senantiasa menunjuk pada Allah saja. Dalam teks ini kita melihat siapa yang beriman dan diselamatkan, serta siapa yang tidak beriman. Sepuluh orang kusta sama-sama percaya, bahwa Yesus sanggup Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



239 menyembuhkan dan keyakinan mereka semua sungguh besar. Hal itu nampak dari sikap mereka kepada perintah Tuhan Yesus dan mujizat pun terjadi. Dari kisah tersebut hanya satu orang yang kembali mengucap syukur yakni orang Samaria, sedangkan sembilan orang lainnya tidak kembali. Orang Samaria ini kembali karena dia tidak hanya merasakan dan mengalami jamahan kuasa Tuhan tetapi menyadari akan anugerah-Nya. Oleh karena itu ia kembali untuk mengucap syukur. Yesus menegaskan kepada orang itu bahwa imannya sudah menyelamatkannya (ay.19). Lalu bagaimana dengan yang sembilan orang lainnya yang juga telah beroleh kesembuhan? Sikap yang tidak mau kembali bersyukur sesungguhnya memperlihatkan, betapa mereka hanya mementingkan kesembuhan dan bukan Tuhan yang memberikan kesembuhan. Mereka merasakan mujizat ilahi tetapi tidak merasakan jamahan anugerah ilahi. Sentuhan kasih ilahi tidak mereka sadari, oleh sebab itu respons mereka pun tidak ada. Orang yang telah mengalami sentuhan anugerah pasti penuh pengucapan syukur. Korelasi untuk pengembangan khotbah Kita mesti membangun keyakinan bahwa Allah kita dalam Yesus Kristus adalah Allah yang telah menciptakan segala sesuatu dan tetap setia memelihara ciptaan-Nya itu (Providentia Dei). Oleh sebab itu warga jemaat hendaknya senantiasa mengandalkan Tuhan dalam kehidupannya. Pemeliharaan Allah itu merupakan wujud anugerah-Nya yang tak berkesudahan. Dan karena Allah adalah kasih dan sumber kasih maka Allah beranugerah. Karena Allah adalah kasih maka Allah menciptakan segala sesuatu, termasuk manusia dan setia memelihara ciptaan-Nya itu. Anugerah artinya segala sesuatu yang kita tidak berhak tetapi diberikan kepada kita. Bagaimana kita merespon anugerah? Hanya dengan iman (sola fide). Kita diminta untuk selalu bersyukur dalam segala hal, karena semua hanya anugerah. Hidup beriman menunjuk pada sikap yang senantiasa mau bersyukur dan memuliakan Allah sebagai Sang Sumber kehidupan. Allah punya rencana dengan ciptaan-Nya,sehingga kita diciptakan untuk memuliakan dan mencerminkan Dia. Kita terpanggil untuk memuliakan Dia dan menyaksikan Dia di manapun kita berada.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



240 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 14-19 Oktober 2019



TUHAN SETIA MEMELIHARA UMAT-NYA (Makaritutu tu Puang ma’paraka lako taun-Na) Lukas 17:11-19 Tujuan: 1.Jemaat memahami bahwa Tuhan tetap setia memelihara kehidupan Umat-Nya. 2.Jemaat selalu mengandalkan pemeliharaan Allah dalam segala siatuasi dan keadaan.



Pembimbing Teks Sebagai tanda bahwa kita sungguh diselamatkan, maka dibutuhkan kepekaan akan hal-hal rohani dalam kehidupan. Yakni mampu mengalami bahwa “Kerajaan Allah ada di antara kamu”. Serta mampu berkata seperti Yakub, “Ternyata Tuhan ada di sini tapi aku tidak menyadarinya” (Kej. 28:16). Pendeknya, mampu “melihat” Tuhan dalam perjalanan kehidupan kita dalam hal-hal yang paling kecil sebab Allah yang sudah menyelamatkan kita dalam diri Tuhan Yesus Kristus terus memelihara kita. Dan hal yang sangat penting dalam keselamatan kita adalah bahwa keselamatan itu semata-mata karena anugerah saja (sola gratia). Maka sebagai respons akan anugerah tersebut adalah ucapan syukur bahwa kesaksian apapun tentang hidup, akan senantiasa menunjuk pada Allah saja. Dalam teks ini kita melihat siapa yang beriman dan diselamatkan, serta siapa yang tidak beriman. Sepuluh orang kusta sama-sama percaya, bahwa Yesus sanggup menyembuhkan dan keyakinan mereka semua sungguh besar. Hal itu nampak dari sikap mereka kepada perintah Tuhan Yesus dan mujizat pun terjadi. Dari kisah tersebut hanya satu orang yang kembali mengucap syukur yakni orang Samaria, sedangkan sembilan orang lainnya tidak kembali. Orang Samaria ini kembali karena dia tidak hanya merasakan dan mengalami jamahan kuasa Tuhan tetapi menyadari akan anugerah-Nya. Oleh karena itu ia kembali untuk mengucap syukur. Yesus menegaskan kepada orang itu bahwa imannya sudah menyelamatkannya (ay.19). Lalu bagaimana dengan yang sembilan orang lainnya yang juga telah beroleh kesembuhan? Sikap yang tidak mau kembali bersyukur sesungguhnya memperlihatkan, betapa mereka hanya mementingkan kesembuhan dan bukan Tuhan yang memberikan kesembuhan. Mereka merasakan mujizat ilahi tetapi tidak merasakan jamahan anugerah ilahi. Sentuhan kasih ilahi tidak mereka sadari, oleh sebab itu respons mereka pun tidak ada. Orang yang telah mengalami sentuhan anugerah pasti penuh pengucapan syukur.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



241 Pertanyaan Diskusi 1. Menurut saudara, mengapa satu orang itu kembali bersyukur, sedangkan sembilan orang yang lainnya tidak kembali? Diskusikanlah. (Situru’ pangappa’ta, matumbai anna misa’ri tau sule ma’kurre sumanga’, apa ia tu kasera tau tae’ anna sule? Sipa’kadai) 2. Seluruh hidup kita adalah pengucapan syukur. Mengapa kita perlu bersyukur senantiasa? (Mintu’ sulapa’ katuoanta iamo pa’kurre sumanga’. Matumbai anna den sipatu ma’kurre sumanga’?)



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



242 Bahan Khotbah Minggu ke-42 Pekan Pemuda



Tanggal 20 Oktober 2019



TETAP BERPEGANG PADA KEBENARAN Tumanan Untoe manda’ Katonganan Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 121:1-8 : Yeremia 31:27-34 : 2 Timotius 3:14-4:5 (Bahan Utama) : Lukas 18:1-8 : Mazmur 141:2 : 2 Timotius 3:14a



Tujuan: 1. Warga jemaat senantiasa meyakini dan berpegang pada kebenaran dari Tuhan 2. Warga jemaat senantiasa mewujudkan kebenaran itu dalam hidupnya.



Pemahaman Teks Mazmur 121:1-8 merupakan mazmur yang menggambarkan peziarahan umat Tuhan dalam peribadahan menuju Yerusalem. Mazmur ini seperti dialog, yang satu menyatakan keyakinan bahwa Tuhan pasti menolong dan yang lain mengaminkan keyakinan itu. Hal ini sesuai dengan konteks umat Tuhan sebagai keadaan kaum ziarah yang pergi ke Yerusalem dengan menempuh jalan sukar dan berbahaya. Begitu pula secara rohani, orang beriman menempuh jalan yang sukar menuju Yerusalem sorgawi. Dalam Yeremia 31:27-34, Tuhan membuat perjanjian yang baru yakni Tuhan akan menempatkan Firman-Nya dalam hati umat-Nya. Taurat-Nya tidak akan ditulis lagi pada loh batu, melainkan pada hati manusia. Perjanjian baru itu akan disertai dengan kuasa dan kasih karunia yang cukup bagi semua orang untuk hidup benar di hadapan Allah. Dengan kasih karunia itu, setiap orang dari dalam dirinya oleh kuasa yang dari Allah akan mengenal kebenaran Tuhan. Dalam 2 Timotius 3:14-4:5, Rasul Paulus mengingatkan Timotius untuk tetap berpegang pada kebenaran yang telah diterima dan diyakininya. Paulus mengatakan bahwa situasi akan berubah, manusia akan mencintai dirinya dan melakukan segala yang buruk (ay. 1-4). Dalam situasi seperti itu dibutuhkan keteguhan. Bahkan Paulus mengatakan bahwa akan ada waktunya di mana orang tidak bisa lagi menerima ajaran yang sehat. Sebaliknya, mereka justru akan mengumpulkan guru-guru palsu untuk memuaskan keinginan mereka. Orang akan cenderung percaya pada dongeng. Di sinilah dibutuhkan kesabaran bagi orang yang teguh menyatakan kebenaran, bahkan dalam penderitaan sekalipun. Dalam bagian ini, ada dua hal yang disampaikan Paulus kepada Timotius. Pertama, keteguhan untuk tetap berpegang pada kebenaran yang telah dia terima dan tidak begeser dari keyakinan itu. Kedua, kebenaran itu juga harus Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



243 disampaikan atau diberitakan kepada orang lain, sekalipun akan ada banyak tantangan bahkan penderitaan. Lukas 18:1-8 berisi sebuah pengajaran yang disampaikan Tuhan Yesus tentang sebuah ketekunan. Seorang janda yang tekun memperjuangkan haknya di depan hakim yang tidak takut akan Allah dan akhirnya beroleh apa yang dia inginkan. Allah yang baik dan jauh melebihi hakim ini, tentu juga akan mengabulkan permohonan anak-anak-Nya yang tekun meminta kepada-Nya. Korelasi Bacaan Tuhan diyakini sebagai penolong yang teguh, karena Dia telah membaharui perjanjian-Nya dengan memberikan kuasa dan kasih karunia kepada setiap orang percaya, serta menuliskan dalam batin mereka setiap Firman-Nya. Kebenaran itulah yang harus dipegang teguh dan disampaikan kepada orang lain, sehingga kita menjadi orang-orang yang dibenarkan di hadapan Tuhan. Pokok-pokok pengembangan khotbah  Perikop 2 Timotius 3:15 menegaskan bahwa pengenalan akan kitab suci sejak dini amatlah perlu, karena hal itu akan dapat memberi hikmat dan menuntun kepada keselamatan. Jika sejak dini kebenaran itu diperkenalkan, maka akan dapat mengarahkan hidup seseorang untuk tetap berjalan pada kebenaran yang sejati.  Tantangan yang sedang dan akan dihadapi khususnya bagi para pemuda, adalah bahwa ada godaan untuk lebih mengikuti perkembangan dunia termasuk ajaran-ajaran yang tidak benar, yakni hanya untuk memuaskan keinginan mereka. Seperti telah diingatkan oleh Rasul Paulus dalam 2 Timotius 4:3-4, akan ada waktunya orang tidak lagi menerima ajaran sehat dan sebaliknya justru mengumpulkan guru-guru palsu sesuai selera mereka.  Ayat 5 mengatakan kuasailah dirimu dalam segala hal. Hal ini menjadi tantangan bagi orang percaya khususnya bagi para pemuda. Mampu mengendalikan diri dalam berbagai hal adalah sebuah tuntutan agar bisa tetap berjalan sesuai dengan kebenaran Tuhan.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



244 Bahan Penelaahan Alkitab Pekan pemuda



Tanggal 21-26 Oktober 2019



TETAP BERPEGANG PADA KEBENARAN (Tumanan Untoe manda’ Katonganan) Lukas 18:1-8 Tujuan: 1. Warga jemaat senantiasa meyakini dan berpegang pada kebenaran dari Tuhan 2. Warga jemaat senantiasa mewujudkan kebenaran itu dalam hidupnya.



Pembimbing Teks Bagian ini adalah pengajaran yang Yesus sampaikan kepada muridmurid-Nya tentang kegigihan seorang janda memperjuangkan perkaranya di depan hakim hakim yang tidak benar. Dalam konteks Yahudi, sepertinya para janda selalu menghadapi berbagai pergumulan. Makanya ada banyak hukum yang melindungi para janda. Allah sendiri membela perkara janda (Ul. 10:18) dan mengutuk orang yang bersikap tidak adil terhadap dia (Ul. 27:19). Tidak ada penggambaran tentang janda itu, apakah miskin atau kaya. Tetapi sepertinya dia tidak mungkin membayar pengacara untuk membela haknya. Makanya dia langsung menyampaikannya kepada hakim untuk menjadi pembelanya sekaligus yang akan memutus perkaranya. Penekanan dalam kisah ini adalah tentang sikap sang janda yang begitu gigih memperjuangkan haknya dan tidak jemu-jemu datang kepada hakim itu (ay. 5), sehingga pada akhirnya hakim memutuskan untuk membenarkan janda itu. Kata Yesus: “camkanlah apa yang dikatakan hakim itu”. Walaupun ia tidak takut akan Allah, namun karena ketekunan janda itu, maka sang hakim pun membenarkannya. Dalam ayat 7, Yesus menegaskan tentang keberadaan Allah, yang tentu jauh melebihi hakim yang tidak benar itu. Allah yang adil dan penuh kasih pasti akan membenarkan orang-orang siang malam berseru kepada-Nya. Pertanyaan diskusi 1. Apa yang menyebabkan hakim itu pada akhirnya membenarkan perkara janda tersebut? Apara naposaba’ naurungan yatinde to mangra’ta’ kara-kara tang malambu’ napapatalo tinde baine balu? 2. Apakah kita sering memperjuangkan kebenaran dengan gigih dalam kehidupan kita? Sebutkan contohnya! (Nenne’ siaki raka umpangeai katonganan lan katuoanta? Pokadai tu dipogau’namo?)



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



245 Bahan Khotbah Minggu ke- 43



Tanggal 27 Oktober 2019



MENIKMATI BUAH PEMULIHAN DAN PERTOBATAN (Umperasai Buanna katilendokan sia Kapengkatobaran) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 84:1-7 : Yoel 2:23-32 (Bahan Utama) : 2 Timotius 4:6-8,16-18 : Lukas 18:9-14 : Mazmur 119:108 : Lukas 18:14



Tujuan: 1. Warga jemaat mengerti arti pemulihan dan pertobatan. 2. Warga Jemaat senantiasa menghidupi pertobatan dalam hidup setiap hari.



Penjelasan Teks Mazmur 84:1-7 menjelaskan tentang pemazmur yang merindukan kediaman Tuhan. Kediaman Tuhan menjadi tujuan ziarah kehidupan. Hidup sepertinya tak berarti tanpa berada dalam rumah Tuhan. Yoel 2:23-32 menjelaskan pertobatan yang membawa berkat. Allah memulihkan kehidupan umat-Nya yang hidup dalam pertobatan. Ayat 23 mengatakan “Hai bani Sion bersorak-soraklah dan bersukacitalah karena Tuhan Allahmu! Sebab telah diberikan-Nya kepadamu hujan pada awal musim dengan adilnya, dan diturunkan-Nya kepadamu hujan pada awal dan hujan pada akhir musim seperti dulu. Keadilan Allah yang dinyatakan sesuai dengan kesetiaan Tuhan terhadap umat oleh karena perjanjian. Dengan adilnya juga berarti dengan ukuran tepat umat kembali dalam relasi dengan Tuhan. Ayat 25: “Aku akan memulihkan kepadamu tahun-tahun yang hasilnya dimakan habis belalang pindahan”. Hal ini sebagai pemulihan dari hukuman sebagaimana dalam Yoel 1:4 yakni apa yang ditinggalkan belalang penggerip telah dimakan belalang pindahan, apa yang ditinggalkan belalang pindahan dimakan belalang pelompat, dan apa yang ditinggalkan belalang pelompat telah dimakan belelang pelahap. Ayat 26 menekankan janji kepada umat yang telah bertobat dan kembali kepada Allah. Makan dengan kenyang sebagai gambaran dari berkat dan penyertaan Tuhan. Tidak akan malu lagi sebagai tanda bahwa Tuhan akan menjadi pembela mereka. 2 Timotius 4:6-8, 16-18 menekankan kesetiaan yang membawa mahkota kehidupan. Bagian ini merupakan kesaksian Paulus mengenai dirinya. Ayat 6: “Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan”. Dalam tradisi Yahudi dan bangsa-bangsa di sekitarnya, ada kebiasaan mencurahkan anggur, air atau minyak di atas korban persembahan. Bagi Paulus hidupnya yang disimbolkan dengan darahnya menjadi persembahan kepada Tuhan. Hal itu menjadi lebih kongkret dalam ayat 7 bahwa “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman”. Ini merayakan Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



246 penegasan Paulus tentang kesetiaannya dalam menjalani hidupnya sebagai buah dari pertobatannya. Yang menjadi keyakinan imannya ialah bahwa janji Allah akan mahkota kehidupan akan segera menjadi miliknya. Ayat 8: “Telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan Tuhan”. Paulus tetap setia kepada Tuhannya dan Injil yang dipercayakan kepadanya, maka Roh Kudus bersaksi kepadanya bahwa persetujuan Allah dan "mahkota kebenaran" tersedia bagi dia di sorga. Lukas 18:9-14 menggambarkan bahwa kesombongan tidak menghasilkan apa-apa. Yesus memberikan pengajaran lewat sebuah perumpamaan. Orang selalu mengandalkan perbuatan baiknya, seperti orang Farisi yang mendaftarkan perbuatan-perbuatannya yang dia anggap baik. Orang yang berpusat pada dirinya, mengandalkan dirinya (ay. 11,12). Berbeda dengan pemungut cukai yang merasa tidak layak. Hal itu ditunjukkan dengan berdiri jauh-jauh bahkan tidak berani menengadah ke langit atau tidak berani mengangkat mukanya. Dia memohon pengasihan Allah karena mengakui dirinya sebagai orang yang berdosa dan tidak layak. Dari dua gambaran itu, Yesus secara tegas menyatakan bahwa pemungut cukai pulang sebagai orang yang dibenarkan Allah. Dia memperoleh kasih karunia Allah. Pemulihan itu semata-mata anugerah Allah yang harus diterima dengan kerendahan hati. Korelasi bacaan Pemulihan atau pengampunan yang disediakan Tuhan,yakni yang disambut dengan pertobatan dan kerendahan hati, akan mendatangkan berkat dan memberi mahkota kebenaran. Pokok-pokok pengembangan khotbah 1. Allah menyediakan pengampunan dan pemulihan sebagaimana yang disaksikan oleh nabi Yoel. Umat yang telah hidup dalam pertobatan, dipulihkan oleh Allah. Berkat dan pembelaan diberikan Allah sebagai wujud dari pemulihan bagi umat-Nya. Sebagai orang-orang yang telah percaya dan menerima karya keselamatan sebagai penggenapan janji Allah, maka kita perlu menghidupi pertobatan sehingga pemulihan akan kita nikmati dalam hidup setiap saat. 2. Pertobatan itu harus terwujud dalam kesediaan kita hidup seturut dengan kehendak Tuhan, dan menjadikan kesempatan hidup sebagai pertandingan iman sebagaimana yang Paulus nyatakan dalam hidupnya. Mahkota kehidupan hanya tersedia bagi mereka yang setia dan tekun hidup dalam pertobatan. 3. Pemulihan tidak akan pernah kita alami ketika kita masih berpusat pada diri sendiri dan menganggap perbuatan baik yang kita lakukan sebagai alasan Allah untuk membenarkan kita. Pemulihan yang Allah sediakan itu hanya karena kasih karunia-Nya, sehingga hal itu perlu disambut dengan penuh kerendahan hati. Kita sungguh tidak layak di hadapan-Nya, tetapi Dialah yang telah membenarkan kita. Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



247 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 28 Oktober-02 November 2019



MENIKMATI BUAH PEMULIHAN DAN PERTOBATAN (Umperasai Buanna katilendokan sia Kapengkatobaran) Lukas 18:9-14 Tujuan: 1. Warga jemaat mengerti arti pemulihan dan pertobatan. 2. Warga Jemaat senantiasa menghidupi pertobatan dalam hidup setiap hari.



Pembimbing Teks Perumpamaan yang disampaikan Yesus ini cukup unik kepada mereka yang menganggap diri benar dan memandang rendah semua orang lain. Orang yang merasa benar datang kepada Tuhan dengan mendaftarkan perbuatannya, yakni perbuatan yang menurutnya membedakannya dengan orang lain. Bukan pemabuk, bukan orang lalim, bukan pezinah, bukan pemungut cukai, berpuasa dua kali seminggu, memberi persepuluhan dari segala penghasilannya. Tidak ada yang salah dengan itu. Semua itu tuntutan hukum Taurat dan wajib untuk dilakukan. Lalu pertanyaannya, apa yang salah? Yang menjadi persoalan bagi orang Farisi itu adalah ungkapa-Nya yang mengatakan “aku tidak sama seperti semua orang lain”. Dari pernyataan itu ada dua hal, pertama dia menganggap dirinya sangat berbeda dengan orang lain, dan yang kedua dia merasa bahwa dengan semua itu dia layak dianggap orang paling benar. Sikap yang berbeda diperlihatkan pemungut cukai. Dia datang kepada Tuhan di Bait Allah, tetapi dia berdiri jauh-jauh dan tidak berani menengadah ke langit. Itu dua sikap yang menunjukkan sikap kerendahan hati dan merasa tidak layak. Hal itu dipertegas dengan ungkapannya “kasihanilah aku orang berdosa ini”. Dari dua sikap orang tersebut, Yesus menegaskan bahwa pemungut cukai pulang sebagai orang yang dibenarkan oleh Allah. Pertanyaan diskusi 1. Dari dua model orang dalam pembacaan kita, apa yang menjadi dasar Allah membenarkan salah satu dari mereka? Yake dipemarangai te da’dua tau lan pa’basanta, apara tu mendadi penggarontosan Puang Matua unggente’i to tongan tu misa’? 2. Kemukakanlah contoh-contoh dalam hidup kita yang kadang menyerupai sikap orang Farisi dalam pembacaan kita! Pokadai pira-pira a’gan lan katuoanta tu susi-susi to Parisi lan pa’basanta.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



248 Bahan Khotbah Minggu ke-44



Tanggal 3 November 2019



BERIMAN DALAM KETIDAKAMANAN (Ma”patongan Lan Katangrapasan) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 32:1-7 : Habakuk 1:1-4; 2:1-4 (Bahan Utama) : 2 Tesalonika 1:1-4,11-12 : Lukas 19:1-10 : Mazmur 96:8 : Habakuk 2:4



Tujuan: 1.Jemaat mengetahui bahwa Tuhan tidak akan berdiam diri melihat umat-Nya tertindas. 2.Jemaat tetap teguh beriman di tengah berbagai ketidaknyamanan/kekuatiran hidup.



Pemahaman teks Gambaran secara ringkas tentang isi atau berita yang terdapat dalam tiap bacaan tersebut di atas dapat diuraikan sebagai berikut: Mazmur 32:1-7 merupakan mazmur atau nyanyian syukur orang yang diampuni dosanya. Selama hidup dalam dosa, ia merasa berada di bawah penindasan Tuhan. Tetapi tatkala ia membuka diri, mengakui dosanya di hadapan Tuhan, ‘mencari’ dan menemui Tuhan, ia akhirnya merasakan betapa Tuhan itu murah hati: dosanya diampuni. Tuhan terbuka menerima orang berdosa yang datang kepada-Nya; Ia berkenan menjadi tempat perlindungan umat-Nya dari berbagai ancaman, Ia adalah penjaga dalam kesesakan, dan penolong dalam bahaya. Itu sebabnya pemazmur sungguh merasakan kebahagiaan sebagai orang tebusan Allah. Habakuk 1:1-4; 2:1-4 berisi teriakan seorang yang tertindas kepada Tuhan. Ia merasa ditinggalkan, dan Tuhan seakan tidak peduli akan keadaannya. Namun demikian, Tuhan memastikan bahwa apa yang dijanjikan-Nya akan nyata. Ia akan membebaskan umat-Nya sementara itu orang yang sombong akan berlalu. Sebab itu, berbahagialah mereka yang percaya/beriman. Bacaan 2 Tesalonika 1:1-4, 11-12 memperlihatkan dua hal yang dilakukan Paulus terkait dengan sikap Jemaat Tesalonika. Pertama, Paulus mengucap syukur melihat kepercayaan dan kasih jemaat Tesalonika yang semakin bertambah walaupun di tengah penderitaan dan penganiayaan. Kedua, Paulus mendoakan mereka supaya tetap tabah menjelang kedatangan Tuhan menghadapi penganiayaan dan penindasan. Lukas 19:1-10 mengisahkan tentang Zakheus, seorang pemungut cukai. Orang yang menggeluti pekerjaan seperti Zakheus termasuk yang sangat dibenci oleh orang Yahudi, karena mereka dianggap berpihak kepada pemerintah penjajah (Romawi). Karena keberpihakan itu pula, mereka pun dipandang melawan kehendak Allah sebab hanya kepada Allahlah persembahan layak diberikan (bukan kepada manusia, termasuk Kaisar Romawi). Dengan demikian, mereka tergolong orang berdosa sehingga patut disisihkan dari masyarakat (Yahudi). Namun demikian, sikap Yesus yang menerima Zakheus menunjukkan bahwa Tuhan menerima orang yang Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



249 berdosa dan tersisih dari masyarakat. Ia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Bertolak dari Habakuk 1:1-4; 2:1-4 (sebagai bahan utama), kita dapat merumuskan kesatuan pesan yang terdapat dalam keempat bahan bacaan di atas, yaitu bahwa penindasan atau ketertindasan nyaris tak terelakkan dari kehidupan umat Allah. Kehadiran Allah sendiri bahkan seringkali dialami oleh umat-Nya sebagai pribadi yang menindas dengan tangannya (Mzm. 32:1-7). Dalam ketertindasan, Nabi Habakuk sudah berkali-kali berseru kepada Allah untuk dilepaskan, namun Tuhan seakan tidak peduli. Namun demikian, ia percaya pada janji Tuhan, bahwa akan tiba masanya Tuhan akan membebaska umat-Nya. Untuk hal itu, Nabi Habakuk percaya pada janji Allah. Sikap percaya pada janji Allah juga ditunjukkan oleh jemaat di Tesalonika. Hal itu yang memungkinkan mereka bertekun dalam iman di tengah-tengah penderitaan. Perbuatan Allah yang membebaskan umat-Nya dari penindasan itu telah dialami oleh Zakheus. Ia yang tersisih dari masyarakat dirangkul oleh Tuhan Yesus. Buahnya, Zakheus mengalami perubahan hidup. Fokus pada Habakuk 1:1-4; 2:1-4, kita menemukan adanya teologi salib versi Perjanjian Lama. Terlihat, betapa kehadiran Tuhan tidak hanya ditemukan (atau bahkan terutama) di titik-titik tinggi kehidupan, yakni di kala kehidupan dipandang baik, melainkan Ia juga hadir dan memenuhi kehidupan kita dalam pelbagai penderitaan yang kita alami. Habakuk memberikan dua gambar atau potret kehidupan beriman. Yang pertama, adalah bahwa orang benar hidup sekarang dalam terang janji yang telah mereka terima. Tuhan selalu memiliki rencana yang baik atas kehidupan umat-Nya. Janji dan rencana itu pasti akan diwujudkan-Nya. Kehidupan beriman menjanjikan visi itu. Kita hidup sekarang dengan iman penuh bahwa janji dan tindakan yang Tuhan lakukan untuk mewujudkan janjinya itu akan terlaksana. Oleh sebab itu, kendatipun di sekeliling sekarang ini, kita melihat dunia di mana terlalu sering "orang jahat mengelilingi orang benar," Tetapi kita percaya bahwa visi Tuhan akan kebaikan umatnya pasti akan datang. Gambaran kedua dari kehidupan iman adalah bahwa orang-orang yang mengasihi Tuhan akan selalu bersukacita. Sukacita itu melampaui keadaan ketika lumbung, ranting, dan padang rumput kosong. Ini adalah gambaran hati yang mengasihi Tuhan: ia bukan hanya bersukacita kala berkat-berkat Tuhan melimpah, kala karunia-karunia Allah nyata. Orang beriman tahu dan menerima kenyataan bahwa titik-titk terendah dalam hidup bukanlah suatu pertanda bahwa Tuhan telah meninggalkan kita. Percaya yang benar menerima dan mengakui bahwa Allah sesungguhnya akan menemukan kita pula di dalam penderitaan kita. Pokok-pokok pengembangan khotbah  Tuhan selalu hadir dalam kehidupan umat-Nya. Tanda kehadiran-Nya tidak hanya ketika umat-Nya merasa terberkati. Allah pun hadir kadangkala justru ketika umat-Nya merasakan bahwa kehdupan ini diliputi dengan berbagai kesulitan dan penderitaan.  Orang beriman adalah orang yang mengasihi dan menerima pelbagai cara Tuhan hadir dan memelihara kehidupannya. Ia percaya bahwa Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



250















Tuhan selalu merancangkan kebaikan bagi kehidupannya. Kebaikan itu harus dilihat pertama-tama dari sudut pandang Alllah, bukan manusia. Dalam hal inilah, apa yang baik dalam pemandangan Allah, bisa tampak tidak baik dalam pemandangan manusia. Kita mesti berhati-hati untuk tidak melihat kehidupan secara fatalis. Kita tidak boleh memandang bahwa semua penderitaan yang terjadi dalam hidup itu disebabkan oleh tindakan Allah. Banyak kali, hal itu terjadi karena tindakan kita sendiri; karena dosa yang kita lakukan. Oleh sebab itu, manusia perlu selalu berbenah diri, jangan membiarkan diri hidup dalam dosa. Perbuatan dosa kendatipun untuk sesaat memberi kenikmatan, pada akhirnya pasti akan membawa penderitaan. Sebaliknya, tindakan Allah, kendatipun untuk sesaat memberi penderitaan, pada akhirnya akan membawa kehidupan dan keselamatan. Memahami dan meyakini bahwa rencana dan tindakan Allah selalu baik bagi umat-Nya, akan membuat orang percaya dimampukan untuk selalu beriman dalam ketidakamanan hidup yang dijalaninya.



Aplikasi Apakah hidup anda saat ini sudah aman dan nyaman? Apakah berkatberkat Tuhan selalu anda rasakan? Sukacita selalu dan senantiasa melingkupi hidup anda di semua tempat dan bidang kehidupan yang anda jalani? Mungkin tidak banyak, bahkan tidak ada orang, yang dengan yakin akan menjawab “Ya” atas semua pertanyaan tersebut. Hal itu terjadi karena situasi tak aman dan nyaman selalu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, termasuk umat Allah.  Jika ketidakamanan itu terjadi karena dosa dan kesalahan kita, segeralah bertobat dan tinggalkanlah dosa itu. Percayalah, Allah terbuka menerima dan mengampuni kita (bandingkan bacaan Mazmur dan Zakheus). Oleh pengampunannya, kita pasti berbahagia. Dosa selalu membebani kita di hadapan Allah. Bandingkan saja ketika kita berhutang kepada seseorang, kepada Bank, apalagi kepada rentenir. Hari-hari kita dipenuhi dengan beban, rasa bersalah, dan ketertekanan. Hidup kita tidak aman dan nyaman. Namun seandainya Bank atau pemiutang kita menyatakan “hutangmu sudah tidak kuperhitungkan lagi”, kita pasti bersukacita. Demikianlah dalam kasih dan keterbukaan Allah menerima kita yang berdosa. Jika kita datang kepadanya kita pasti akan bersukacita karena ia berkenan mengampuni dan melunaskan “hutang” dosa kita.  Jika ketidakamanan itu terjadi di saat kita telah hidup dalam jalan-Nya, janganlah meninggalkan jalan kebenaran yang telah kita pilih. Tetaplah hidup dalam jalan-Nya. Karena jalan-Nya pasti membawa kita kepada kehidupan yang baik yang telah dijanjikan-Nya. Jangan mengukur kehadiran Allah berdasarkan berkat-berkat yang kita terima, tetapi ukurlah berkat-berkat Allah dari sudut pandang Allah sendiri yang selalu berencana dan bertindak demi kebaikan dan keselamatan umat-Nya. Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



251 Bahan Penelaahan Alkitab (Puncak Minggu Kaum Bapak)



Tanggal 4-9 November 2019



BERIMAN DALAM KETIDAKAMANAN (Ma’patongan lan Katangrapasan) 2 Tesalonika 1:1-4, 11-12 Tujuan: 1.Jemaat mengetahui bahwa Tuhan tidak akan berdiam diri melihat umat-Nya tertindas. 2.Jemaat tetap teguh beriman di tengah berbagai ketidaknyamanan/kekuatiran hidup.



Pembimbing Teks Jemaat Tesalonika hidup dalam ketidakamanan karena tantangan dan penindasan yang mereka terima dari masyarakat yang tidak seiman dengan mereka. Menghadapi tantangan seperti itu, Paulus sewajarnya merasa kuatir kalau-kalau mereka akan meninggalkan iman mereka, mengingat Jemaat Tesalonika termasuk jemaat yang masih amat muda. Namun apa yang dikuatirkan itu tidak terjadi. Jemaat tetap teguh dalam iman mereka. Karena sikap jemaat seperti itulah, kita dapat memahami betapa bersyukurnya Paulus atas keteguhan hati jemaat. Itu sebabnya surat Paulus ini diawali dengan ucapan syukur. Ajakan untuk selalu mengucap syukur dalam komunitas Kristen selalu agak kontra-intuitif. Ketika "waktu" itu baik, seseorang dengan mudah melupakan karunia-karunia Tuhan yang menciptakan dan menopang kehidupan. Ketika "kali" buruk, sulit untuk mengumpulkan daftar hal-hal yang harus disyukuri oleh orang lain. Namun demikian, untuk bertahan menunggu “waktu” kedatangan Tuhan, Paulus tetap mengingat mereka untuk tidak kehilangan orientasi. Ia mau mengajak jemaat untuk tetap mengorientasikan diri pada kedatangan Tuhan, daripada mengorientasikan diri pada persoalan-persoalan kehidupan. Bagi Paulus, kedatangan dan kehidupan bersama Tuhan itulah sumber kekuatan dan keamanan hidup yang sejati dan kekal; sementara itu, keamanan hidup berdasarkan keadaan kehidupan kini dan di sini di dunia ini bersifat sementara. Apapun yang terjadi di kehidupan kini dan di sini, entah hidup aman atau tidak aman itu sesungguhnya ujian untuk iman; ujian untuk orientasi kekekalan kita. Pertanyaan diskusi 1. Apa yang membuat Paulus dan Jemaat Tesalonika sanggup bertahan dalam keadaaan tidak aman yang mereka alami? (Apa tu napomatoto’ Rasulu’ Paulus sola Kombongan dio Tesalonika anna tontong batta’ lan a’gan tang rapa’? 2. Adakah jaminan yang membuat anda mampu bertahan dalam keadaan hidup yang tidak memberi ketentraman? (Denraka pentoean tu ma’din umpabatta’ki’ ke lanki’ a’gan katuoan tangrapa’ ?) Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



252 Bahan khotbah Minggu ke- 45



Tanggal 10 November 2019



MEMANDANG ALLAH MELAMPAUI HIDUP INI (Mentiro lako Puang Matua Undoanni Katuoan iate) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 17:1-9 : Ayub 19:23-27a : 2 Tesalonika 2:1-17 (Bahan Utama) : Lukas 20:27-40 : Mazmur 76:12 : 2 Tesalonika 2:15



Tujuan: 1.Jemaat percaya pada Allah yang hidup. 2.Jemaat selalu mengorientasikan pandangannya pada rancangan Allah dalam hidupnya.



Pemahaman Teks: Secara ringkas, gambaran isi dari keempat bacaan di atas adalah sebagai berikut: Mazmur 17:1-9 merupakan nyanyian permohonan kepada Allah untuk diluputkan “dari orang-orang dunia ini yang bagiannya adalah dalam hidup ini”. Dalam hal ini tampak adanya kesadaran pemazmur akan adanya ruang atau suasana kehidupan yang lain dan berbeda serta melampaui hidup ini. Pada pihak lain, dalam mazmur ini tersirat tekad pemazmur untuk “dalam kebenaran, akan memandang wajah” Allah. Baginya, memandang wajah Allah itu memberinya kepuasan tersendiri. Ayub 19:23-27a mengisahkan tokoh Ayub yang saleh tetapi sedang dirundung derita. Namun demikian, dalam penderitaan dan bayang-bayang kehidupan itu, ia yakin pada Allah yang hidup yang akan menebusnya yakni yang disebutnya “Penebusku yang hidup”; Penebus yang akan berdiri di atas (baca: mengatasi) debu/bumi. Kepada Allah itu Ayub mengarahkan pandang, menantikan pertolongan. Walau sekarat sekalipun, harapannya tetap, ia mengatakan “tanpa dagingku pun aku akan melihat Allah,” (ayat 26). Ia yakin Allah yang pasti “akan memihak” kepadanya; memperhatikan kehidupannya. Perikop 2 Tesalonika 2:1-5, 13-17 berisi himbauan Paulus kepada jemaat untuk tidak bingung dan gelisah melihat berbagai kedurhakaan, penyesatan, kemurtadan oleh hadirnya si pendurhaka. Pendurhaka itu akan melakukan berbagai perbuatan ajaib, tanda dan mujizat palsu; melakukan tipu daya terhadap mereka yang akan binasa. Paulus mengajak jemaat untuk ‘memandang’ kepada (karya) Yesus, yang mengasihi mereka (to napakaboro’ Puang), yang telah memanggil mereka dari semula, yang menguduskan mereka, yang memberikan kemuliaan-Nya dan yang menganugerahkan penghiburan abadi dan pengharapan. Lukas 20:27-40 memperlihatkan cara pandang orang Zaduki, yang sama seperti orang pada umumnya (dalam ayat 35 disebut oleh Yesus sebagai “orang-orang dunia ini”), cenderung hanya memandang realitas hidup sejauh kehidupan ini. Itu sebabnya, sukar bagi mereka memahami Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



253 ajaran Yesus tentang kebangkitan. Dalam kasus pernikahan, misalnya, mereka bingung bagaimana kelanjutan pernikahan orang setelah kebangkitan. Dalam hal ini, orang Zaduki telah berusaha memandang “kehidupan nanti” (kehidupan setelah kebangkitan) hanya saja masih menggunakan cara pandang “kehidupan ini” (kehidupan sebelum kebangkitan). Dengan kata lain, mereka menggunakan cara pandang dunia ini untuk memandang kehidupan di dunia yang akan datang. Bagi Yesus, mereka/orang yang “mendapat bagian dalam dunia yang lain” yakni yang akan beroleh kebangkitan dari Allah haruslah mengarahkan pandangnya hanya kepada Allah saja (belanna la lu lako nasang tu katuoanna mintu’ tau – ay. 38). Artinya, menggunakan cara pandang Allah, bukan cara pandangnya sendiri. Hal itu harus dilakukan, karena Allah itu adalah Allah yang hidup, bukan Allah orang mati (ay. 38). Pesan yang terdapat dalam keempat bagian Alkitab ini dikorelasikan oleh konsep tentang dunia. Ada dua dunia yang disebutkan di dalamnya: dunia ini dan dunia yang lain, yang akan datang. Ada orang yang hidup menurut dunia ini serta mengorientasikan pikirannya pada dunia ini. Mereka ini tidak dapat memahami dunia yang lain. Sebaliknya, ada yang mengorientasikannya pada dunia lain. Mereka itulah yang walaupun menjalani hidup di dunia ini dengan penuh penderitaan dan penindasan, namun tidak kehilangan harapan. Alasannya jelas, yakni karena orientasi hidupnya tidak sebatas dunia ini, melainkan mengatasi atau melampauinya. Itulah sebabnya kita memilih tema: Memandang Allah melampaui hidup ini. Melalui tema ini, kita diajak untuk memahami dan menghayati eksistensi Allah dan realita kehidupan ini berdasarkan cara pandang Allah sendiri, Sang Pemilik dan Pengatur kehidupan baik kehidupan ini maupun kehidupan yang akan datang. Pokok–pokok pengembangan khotbah 1. Semua manusia, dalam kesadaran religiusnya, menyadari bahwa ada “dunia ini” dan ada “dunia nanti.” Semua menyadari bahwa kehidupan tidak berakhir setelah kehidupan ini, tetapi masih ada kelanjutannya di dunia nanti itu. Masing-masing memiliki cara pandang yang berbeda, tetapi pada dasarnya mengakui bahwa ada hubungan antara cara kita menyikapi kehidupan di dunia ini dengan keadaan kita dalam kehidupan di dunia nanti itu. Bagi iman Kristen, kepercayaan kepada Kristus merupakan jaminan kepastian kehidupan di dunia nanti. Kepercayaan kepada Allah, di dalam Kristus, itulah yang memberikan inspirasi terhadap kehidupan ini. 2. Keempat bacaan Alkitab kita hari ini mengungkapkan kesadaran orangorang beriman yang mampu ‘melihat’ dunia nanti melampaui dunia ini: pemazmur, Ayub, Paulus, dan Yesus. Bagi mereka, bersama dan melihat Allah dalam kehidupan ini maupun untuk kehidupan nanti, itulah yang sangat didambakan. Hal itu menyebabkan mereka sanggup dan tiada lelah menghadapi berbagai persoalan dan tantangan kehidupan di dunia ini. Sebab itu, benarlah kata bijak bahwa “jika pandangan kita selalu diarahkan pada urusan duniawi, maka yang akan dirasakan hanyalah kelelahan.” Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



254 3. Bagi rasul Paulus, pada akhir zaman Allah akan menyatakan diri-Nya dalam kedatangan Kristus untuk menghukum “manusia durhaka” dan membawa umat percaya dalam kemuliaan-Nya. Oleh sebab itu, jemaat perlu mawas diri di tengah-tengah berbagai usaha pemurtadan yang mendahului datangnya hari Tuhan. Jemaat hendaknya tetap berdiri teguh dan berpegang pada ajaran yang benar. 4. Setiap orang percaya dipanggil untuk merespons karya Allah yang telah memilihnya dengan hidup kudus. Sikap percaya kepada Allah yang hidup, seharusnya membawa konsekuensi etis, yaitu menghadirkan anugerah kehidupan Allah tersebut dalam realita kehidupan. Walaupun kehidupan di dunia ini akan berlalu, namun realita kehidupan di masa kini begitu bernilai sama halnya dengan keselamatan di masa mendatang. Kita, selama kehidupan di dunia, dipanggil untuk menghadirkan tandatanda keselamatan dan berkat Allah. 5. Allah kita adalah Allah yang hidup. Ia bukan Allah yang mati dan lalai atau tidak lagi memperhatikan kehidupan kita. Di dalam persekutuan dengan Allah yang hidup, semua orang percaya sudah dan pasti akan memperoleh anugerah kehidupan. Anugerah kehidupan itu melampaui kehidupan di masa kini. Ia menjangkau kehidupan setelah kehidupan ini. Sebab itu, patutlah bagi kita untuk tidak memandang kehidupan melampaui kehidupan ini. Kita harus memandang hanya kepada Allah saja.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



255 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 11-16 November 2019



MEMANDANG ALLAH MELAMPAUI HIDUP INI (Mentiro lako Puang Matua Undoanni Katuoan iate) Ayub 19:23-27a Tujuan: 1.Jemaat percaya pada Allah yang hidup. 2.Jemaat selalu mengorientasikan pandangannya pada rancangan Allah dalam hidupnya.



Pembimbing Teks Ayub adalah seorang tokoh yang terkenal karena kesalehannya di hadapan Tuhan. Selain itu, ia juga dikenali kaum sebangsanya sebagai seorang yang kaya raya. Banyak orang, bahkan iblis sekalipun, menganggap bahwa kekayaannya itulah yang membuatnya saleh. Ia tanpa masalah dan tidak kekurangan sesuatu pun, sehingga tidak ada alasan ia melarikan diri dari Tuhan. Itulah sebabnya, untuk menguji kesalehannya maka ditimpakanlah kepadanya berbagai bencana kehidupan yang terperikan. Ia kehilangan seluruh harta bendanya; anak-anaknya meninggal semua; kaum kerabat dan kawan-kawannya melupakan dia; para budaknya tidak lagi menghormatinya. Istri, saudara-saudaranya, anak-anak di daerahnya, dan teman-teman karibnya menghina dia. Itulah sebabnya berbagi kata keluhan keluar dari mulutnya. Seluruh perkataan Ayub mengungkapkan kepedihan hati yang begitu dalam sebagai seorang yang runtuh berkeping-keping, tanpa harapan, tanpa kehormatan, dan belas-kasihan. Dalam keterpurukan itu, ia bahkan pernah merasa ditolak oleh Allah, dan setiap orang tanpa terkecuali. Ia meratapi kehidupannya, bahkan ia mengutuki hari kelahirannya. Namun demikian, kemarahan Ayub kepada Allah bukanlah suatu kemarahan yang sifatnya menetap. Pada akhirnya (ay. 25) Ayub mengalami suatu lompatan iman, sehingga ia mampu mengaku bahwa Allah sebagai penebusnya yang hidup. Iman Ayub lahir di tengah-tengah situasi ketiadaan iman dan harapan, di tengah-tengah situasi penolakan dan perasaan putusasa yang total. Pengakuan iman Ayub tidak ditempatkan pada generasi mendatang atau keturunannya kelak, tetapi kepada Allah yang menjadi saksinya. Ayub tetap memandang kepada Allah yang adalah “penebus”-nya. Di saat keluarga, kerabat, dan sahabat-sahabatnya telah meninggalkan dan mengabaikan dia, ia yakin Allah sebagai penebusnya akan membangkitkan dia di atas debu. Lebih dari itu Ayub percaya bahwa ia kelak akan melihat Allah walau seluruh daging dan kulit tubuhnya hancur. Pertanyaan diskusi 1. Pernahkah Anda mengalami dan merasakan suatu suasana kehidupan yang sangat menyakitkan, di mana orang-orang terdekat , bahkan Allah sekalipun seakan-akan meninggalkan Anda? Diskusikanlah! Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



256 (Denmo raka anta olai ba’tu tasa’ding tu misa’ a’gan katuoan tu mandu tongan maparri’ sae lako butung to nasitampeimiki’ to mai to marengke’ta sia takua naelorankimoki’ Puang Matua?) 2. Apa yang dapat kita pelajari dari kisah kehidupan Ayub ketika kita dirundung berbagai persoalan kehidupan? (Apa tu ma’din dipeladai’ diomai Ayub Ia ke nalambi’ki’ tu ma’rupa-rupa a’gan katuoan mabanda’? ).



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



257 Bahan Khotbah Minggu Ke-46



Tanggal 17 November 2019



TEKUN BERKARYA (Makaritutu Mengkarang) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 98:1-9 : Yesaya 65:17-25 : 2 Tesalonika 3:6-13 (Bahan Utama) : Lukas 21:5-19 : Mazmur 5:4 : FilIpi 2:14-16



Tujuan: 1. Agar Jemaat memahami bahwa kerja merupakan wujud iman 2. Agar warga jemaat berkomitmen untuk tetat tekun berkarya



Pemahaman Teks Dalam keseluruhan kitab Yesaya yang pada umumnya dibagi tiga, Yesaya 65:17-25 berada pada bagian ketiga, yang merupakan janji Allah kepada umatNya yang sedang berada dalam pembuangan di Babel. Kepada mereka diberikan janji bahwa kelak, akan ada pemulihan untuk mereka yang meliputi pemulihan secara mental bahwa mereka akan kembali mendapatkan ketenangan setelah mendapat tekanan secara politik (ay. 1719); pemulihan ekonomi bahwa apa yang mereka usahakan akan dituai hasilnya (ay. 21-23); serta pemulihan sosial bahwa ada relasi dengan sesama dan dengan Allah akan kembali seperti semula. (ay. 24-25) Surat Paulus kepada Jemaat di Tesalonika dilatarbelakangi oleh sebuah pemahaman yang salah mengenai kedatangan Kristus di kalangan warga jemaat. Ada anggapan yang tersebar di antara mereka bahwa kedatangan Kristus sudah sangat dekat, sehingga mereka tidak mau lagi bekerja dan hanya menggantungkan hidup kepada orang lain. Untuk itulah paulus menegur mereka. Dalam Kitab Injil Lukas, Tuhan Yesus berbicara mengenai masa yang akan datang bahwa Bait Allah yang menjadi kebanggaan orang Yahudi akan diruntuhkan (ay. 5-6). Akan ada ajaran sesat yang memberi ajaran salah mengenai kedatangan Tuhan (ay. 9); akan muncul peperangan (ay. 10), akan ada bencana (ay. 11) akan ada penganiayaan (ay. 12) akan ada perpecahan (ay. 16) tetapi Tuhan akan memberi jawaban ketika harus memberi jawab mengenai iman, dan dalam ayat 18 dijanjikan bahwa sehelai rambutpun tidak akan jatuh ke tanah, asalkan mereka tetap bertahan (ay. 18-19). Pokok-pokok pengembangan khotbah Secara kronologis atau urut-urutan sejarah, ketiga pembacaan ini berurutan dan saling terkait. Dalam kitab Yesaya, ada janji mengenai pemulihan umat Allah yang pada saat itu sedang berada dalam pembuangan. Janji itu dipenuhi dengan kembalinya orang Israel dari pembuangan setelah 70 tahun ditawan, dan puncaknya adalah berdirinya Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



258 kembali Bait Suci setelah dihancurkan orang Babel yang datang menyerang dan menawan orang Israel. Namun, pada masa pelayanan Yesus, Dia menubuatkan bahwa akan ada saat di mana Bait suci di robohkan, akan ada penyesatan, penganiayaan, penderitaan dan fitnah yang ditujukan kepada umat Tuhan. Itu semua akan yerjadi menjelang kedatangan Yesus kembali untuk menghakimi. Dalam catatan sejarah gereja mula–mula pada abad pertama masehi, semua yang dikatakan Tuhan Yesus telah terjadi. Bait Allah diruntuhkan pada tahun 70 Masehi oleh Kaisar Nero. Kota Yerusalem dibakar dan orang Kristen dituduh sebagai pembakar. Akibatnya terjadilah penganiayaan kepada Kristen dianiaya. Karena itulah berkembang ajaran yang salah dari beberapa orang bahwa Yesus Kristus sudah akan datang dan akhir dunia sudah akan terjadi. Ajaran itu mengakibatkan banyak warga jemaat yang tidak mau lagi bekerja, dan mementingkan kepentingan iman pribadi tidak peduli kepada orang lain. Sementara itu, untuk kebutuhan mereka sehari hari, mereka mulai bergantung kepada orang lain. Tidak jarang pula muncul perselisihan di antara mereka karena masalah-masalah ekonomi. Karena itulah rasul Paulus mengingatkan orang di Tesalonika agar tidak terpengaruh dengan ajaran, contoh buruk, dan pengharapan yang salah, melainkan tetap tekun berkarya sebagai buah iman. Sekaitan dengan tema: Tekun Berkarya teks 2 Tesalonika 3:6-13 hendak menyatakan beberapa pokok perenungan dalam kaitan dengan sikap hidup dalam kaitannya dengan dunia kerja, atau yang biasa di sebut dengan etos kerja. sebagai berikut: 1. Hindarilah bergaul akrab dengan orang-orang yang memiliki etos kerja yang rendah. Dalam ayat 6 rasul Paulus mengatakan: “Tetapi kami berpesan kepadamu, saudara-saudara, dalam nama Tuhan Yesus Kristus, supaya kamu menjauhkan diri dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran yang telah kamu terima dari kami”. Tampaknya rasul Paulus sangat mengenrti bahwa pergaulan dengan orang-orang yang malas, bisa memengaruhi semangat bekerja yang seharusnya dimiliki oleh umat Tuhan sebagai bagian dari penghayatan iman. 2. Meneladani etos kerja yang baik (ay. 8-11) Dalam ayat 7-11, Rasul Paulus mengingatkan jemaat untuk mengikuti teladan para rasul, yang disamping melakukan pekerjaan pelayanan, mereka tetap tekun mengerjakan hal-hal yang semestinya mereka kerjakan untuk menopang kehidupan mereka dan tidak mau menjadi beban kepada jemaat, meskipun mereka bisa saja melakukan hal itu. Dengan tegas Rasul Paulus menekankan perlunya sikap hidup yang tidak hanya mementingkan hal-hal rohani saja, melainkan juga untuk tetap Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



259 berkarya demi kehidupan mereka. Dikatakan bahwa jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. 3. Tetap berkarya dan berdoa (ay. 12-13) Dalam ayat 11 Paulus mengungkap bahwa alasannya berbicara sedemikian keras, karena ternyata ada orang-orang Tesalonika yang suka menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak berguna. Mereka terlihat sangat sibuk, tetapi apa yang mereka kerjakan sebenarnya tidak berguna dan tidak mendatang kebaikan kagi kehidupan mereka. Yang ada adalah menjadi sumber masalah. Dalam kenyataan kehidupan ini, kadang-kadang kita sangat menyibukkan diri dengan berbagai hal, tanpa sadar bahwa kadang-kadang hal yang membuat kita sibuk, justru tidak ada gunanya, bahkan merugikan diri sendiri. Untuk itu Rasul Paulus mengingatkan untuk tetap bekerja dengan tekun sambil tetap mengarahkan iman kepada Tuhan.



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



260 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 18-23 November 2019



TEKUN BERKARYA (Makaritutu Mengkarang) Yesaya 65:17-25 Tujuan: 1. Agar Jemaat memahami bahwa kerja merupakan wujud iman 2. Agar warga jemaat berkomitmen untuk tetat tekun berkarya



Pembimbing Teks Pasal 65 merupakan bagian ketiga dari Kitab Yesaya yang umumnya dibagi atas tiga yaitu pasal 1-39, pasal 40-55 dan pasal 55-66. Bagian pertama berkaitan dengan kondisi bangsa Israel yang telah memberontak dan kepada mereka diberitakan ancaman penghukuman dari Tuhan yang pasti akan datang. Bagian kedua berlatar belakang masa pembuangan ke Babel, dimana apa yang telah disampaikan dalam bagian pertama telah terjadi, dimana umat Tuhan ditawan oleh bangsa Babel. Kepada mereka seruan pertobatan dinyatakan, dan janji pemulihan diberikan. Sedangkan bagian ketiga berlatar belakang situasi bangsa Israel yang telah kembali dari pembuangan, tetap kehidupan mereka belum sepenuhnya pulih, karena secara ekonomi, sosial dan politik, mereka masih harus berjuang keras untuk mendapatkan kehidupan mereka kembali. Ayat 17-25 merupakan janji Allah bahwa hidup mereka akan dipulihkan setelah mengalami kehancuran karena dosa-dosa mereka sendiri. Mereka mendapat janji bahwa mereka akan kembali mendapat ketenangan setelah mendapat tekanan secara politik (ay. 17-19). Selanjutnya ada juga pemulihan ekonomi bahwa apa yang mereka usahakan akan dituai hasilnya (ay. 21-23). Dalam ayat 24-25 juga dijanjikan pemulihan secara sosial bahwa akan ada relasi dengan sesama dan dengan Allah akan kembali seperti semula. Pertanyaan diskusi 1. Apa yang melatarbelakangi adanya janji pemulihan?. Apakah karena mereka bertobat, atau karena memang Allah ingin memulihkan ? (Apara napourung anna den tu pangallu katilendokan.Belanna kapengkatobaranna raka, ba’tu inang kalo’ penaanNa Puang Matua ullendokanni?) 2. Hal apa yang paling utama yang harus dilakukan untuk menerima pemulihan itu ? (Apa tu sipatu tongan ladipogau’ anna polalanni katilendokan lako kaleta?)



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



261 Bahan Khotbah Hari Minggu ke-47 (Akhir Tahun Gerejawi)



Tanggal 24 November 2019



KRISTUSLAH RAJA (Manassa Kristusmo tu Datu) Bacaan Mazmur Bacaan 1 Bacaan 2 Bacaan 3 Nas Persembahan Petunjuk Hidup Baru



: Mazmur 46:2-12 : Yeremia 23:1-6 : Kolose 1:15-23 : Lukas 23:33-43 (Bahan Utama) : I Tawarikh 29:9 : Kolose 1:23



Tujuan : 1. Jemaat memahami apa artinya pengakuan bahwa Kristulah Raja 1. Jemaat membuka diri untuk kenyataan hidup yang baru



Pemahaman Teks Mazmur 46 dan dua Mazmur berikutnya merupakan nyanyian dari bani Korah. Mereka adalah penunggu-penunggu pintu gerbang perkemahan bani Lewi (kelompok Imam). Keturunan ini mempunyai tugas jabatan sebagai penjaga-penjaga ambang pintu Kemah, seperti yang telah dilakukan bapa-bapa mereka (Lih. 1 Tawarikh 9:18-20). Nyanyian-nyanyian ini tak lain adalah kesaksian bahwa Allah dari awal dan seterusnya Dialah yang memimpin umat-Nya. Bahkan, ketika kota Allah, yakni Yerusalem, terancam oleh pasukan Asyur, keturunan Korah percaya bahwa kota itu tidak akan goncang, sebab Allah yang akan menolongnya. Yeremia 23:1-6 Pada umumnya kitab Yeremia berisi sejumlah nubuatan tentang Raja-raja Yehuda. Allah mengumpamakan Raja sebagai gembala dan rakyat sebagai domba-domba gembalaan. Dari bacaan kita hari ini, jelas bahwa Raja-raja yang belakangan memerintah “kurang becus” menggembalakan domba-domba. Ketidakbecusan ini berujung pada penghukuman yang tak lain adalah pembuangan ke Babilonia. Kini, ketika penghukuman telah ditanggung, Allah sendiri yang berinisiatif untuk mengumpulkan kembali domba-domba yang terserak. Ketika hari itu tiba, domba-domba akan memerlukan gembala yang baru Raja yang baru. Sebagaimana Daud adalah Raja yang sangat dicintai Allah, maka tunasnya/keturuanannya diharapkan menjadi Raja yang membawa keadilan dan kebenaran. Ia akan menjadi Raja yang memerintah dengan adil. Kolose 1:11-20 menjelaskan bahwa peran Kristus sebagai seorang Raja adalah mengalahkan kekuatan-kekuatan yang merusak dan menindas manusia. Paulus menggambarkan Kerajaan yang dipimpin oleh Kristus sebagai sebuah perubahan: dari kungkungan kuasa gelap menuju penebusan. Di dalam Yesus, manusia diampuni dosanya. Dengan kata lain, ia dibawa masuk dalam sebuah kenyataan hidup yang sama sekali lain dengan sebelumnya. Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



262 Lukas 23:33-43 Penulis Injil Lukas sangat unik dalam menuturkan kisah penyaliban Yesus. Pada teks Matius dan Markus kita dapat membaca detail-detail kekerasan fisik yang dialami Yesus, sedangkan di dalam Lukas, kita menemukan gaya penceritaan yang cukup lembut. Kekerasan yang disorot tidak berfokus pada kekerasan fisik, melainkan kekerasan verbal, yakni Yesus diolok-olok. Sebuah ironi bahwa seorang Raja diolok-olok. Bukankah Raja seharusnya dihormati dan dipuji? Sekurang-kurangnya ada tiga oknum yang mengolok-olok Yesus: (1) Pemimpin-pemimpin; (2) Para Prajurit; (3) Salah seorang penjahat yang disalib di samping Yesus. Menarik, bahwa olok-olokan ini ditujukan pada Yesus dengan maksud supaya Yesus dapat membuktikan diri-Nya bahwa Ia sungguh Raja. Apakah Yesus merespons pancingan seperti ini? Ternyata tidak! Yesus hanya merespons sebuah suara yang sangat lain: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” Dan pada saat itu juga, menjelang momen-momen kematian-Nya sendiri, Yesus tetap menjalankan pelayanan-Nya, menyelamatkan seorang penjahat dari keadaannya yang gelap menuju kerajaan-Nya. Pokok-pokok yang dapat dikembangkan 1. Kristuslah Raja tema kita saat ini adalah sebuah pengakuan. Pengakuan ini, sekurang-kurangnya kita dapati melalui mulut Paulus dan seorang penjahat yang disalib bersama Yesus. Pengakuan yang datang dari penjahat di samping Yesus, bahkan mengubahkan kenyataan hidupnya. Di dalam pengakuannya, ada kerendahan hati. Ia tidak meminta untuk diselamatkan atau dibebaskan dari hukumannya, ia hanya meminta untuk diingat. Dan ia diberi lebih daripada yang ia minta. Lantas, apa artinya bagi kita ketika kita mengakui bahwa Kristus adalah Raja? Seperti apa sepantasnya hidup di dalam Kerajaan Kristus? 2. Di dalam Kristus, kita dilahirkan ke dalam kenyataan yang baru. Kita diubahkan dari suasana gelap menuju sebuah kenyataan yang sama sekali berbeda. Suasana gelap bisa berupa dosa. Dosa bukan hanya ketika kita melanggar aturan, tetapi dosa juga bisa berupa kekuatan-kekuatan yang siap menghancurkan kita, apabila kita tidak berjaga-jaga (lih. kisah Kain). Kekuatan-kekuatan itu dapat berupa iri hati, dengki, amarah, kemunafikan, kesombongan, dll. Kekuatan-kekuatan itu siap menerkam kita dan mengubahkan kita menjadi seseorang yang sama sekali bukan hakikat diri kita. Di sinilah peran Yesus sebagai Raja: mengalahkan kekuatan-kekuatan tersebut, jika kita membuka ruang di dalam diri kita untuk-Nya. 3. Minggu ini merupakan akhir tahun liturgi gerejawi. Minggu berikut, kita akan memasuki awal liturgi gerejawi, sebuah momen perpindahan yang pas untuk merefleksikan perjalanan selama satu tahun terakhir dan bersiap-siap untuk sebuah awal yang baru, kenyataan hidup yang dibarui oleh Kristus. Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



263 Bahan Penelaahan Alkitab



Tanggal 25-30 November 2019



KRISTUSLAH RAJA (Manassa Kristusmo tu Datu) Yeremia 23:1-6 Tujuan : 1. Jemaat memahami apa artinya pengakuan bahwa Kristulah Raja 2. Jemaat membuka diri untuk kenyataan hidup yang baru



Pembimbing Teks Nabi Yeremia adalah nabi yang hidup antara akhir abad ketujuh dan awal abad keenam Sebelum Masehi. Lama sekali Yeremia bekerja sebagai nabi, dan selama waktu itu ia selalu memperingatkan umat Allah tentang bencana yang akan menimpa mereka karena mereka berdosa dan menyembah berhala. Nubuatan itu menjadi kenyataan pada masa Yeremia masih hidup: Nebukadnezar raja Babel merebut dan menghancurkan Yerusalem serta Rumah TUHAN yang ada di situ; raja Yehuda bersama rakyatnya diangkut ke Babel atau Babilonia. Yeremia juga menubuatkan bahwa orang-orang itu akan kembali dari pembuangan dan keadaan bangsa Israel pulih kembali. Yeremia 23:1-6 merupakan teguran yang sangat keras kepada pemimpin Israel yang dinilai tidak bekerja dengan becus untuk menggembalakan umat Israel: “Celakalah kamu”. Setelah itu pembalasan dari Tuhan diberitakan. Sebenarnya Nabi Yeremia sering digelari sebagai nabi yang halus dengan tutur bahasa yang lembaut. Tetapi nampaknya kegelisahan Yeremia sudah sedemikian dalam, sehingga di menegur para pemimpin umat Israel dengan keras. Pertanyaan diskusi 1. Seandainya kita berada pada posisi para pemimpin umat Israel, lalu mendapatkan kata-kata: “Celakalah kamu karena perbuatanmu”. Bagaimana penerimaan kita ? (Kennala morong anna kita umpassanni tu toean tomangkambi’na to Israel anna den dipatu’tunni kada “Upu’ allomu belanna penggauranmu”, Umba ladikua untarimai? 2. Teguran yang keras sering kita dengar dalam kehidupan persekutuan. Bagaimana pandangan kita dengan teguran-teguran seperti itu ? Lalu bagaimana seandainya yang menegur kita adalah Kristus sang Raja ? (Biasaki’ urrangi peta’tan kapua lan katuoan kasipulungan. Umba nakua tanan penaanta diona tu peta’tan susito? Na umba susi kennala Puang Yesu tu digente’ Datu umpatu’tunniki’ tu peta’tan susito?



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



264 BACAAN HARIAN GEREJA TORAJA TAHUN 2019



Januari 2019 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



Mazmur 147:12-20 Amsal 1:1-7 Mazmur72:12-19 Kisah Para Rasul7:44-53 Yeremia 31:7-9 Yohanes 1:10-18 Efesus 4:17-32 Efesus 5:15-21 Lukas 1:67-80 1 Korintus 1:18-31



11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.



Mazmur 29:1-11 Pengkhotbah 3:1-15 Mazmur 106:1-12 Efesus 6:10-20 Hakim-Hakim 5:12-21 Bilangan 27:1-11 Mazmur 36:6-13 Yeremia 3:19-25 Yeremia 4:1-4 Mazmur 145:1-7



21. Mazmur 145:8-13 22. Kidung Agung 4:1-8 23. KidungAgung 4:9-15 24. Yesaya 61:1-8 25. Nehemiah 2:1-10 26. Nehemiah 5:1-13 27. Mazmur 119:1-8 28. Mazmur 119:89-96 29. 2 Korintus 7:2-16 30. Yeremia 36:27-32 31. Kisah Para Rasul 10:44-48



Februari 2019 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



Kisah Para Rasul 19:1-12 Yohanes 1:43-51 Mazmur 56: 1-14 1 Raja-Raja 17:7-16 1 Korintus 14:13-25 Yeremia 1:11-19 Bilangan 20:22-29 Bilangan 27:12-23 Lukas 4:42-44 Mazmur 115:1-8



11. Hakim-Hakim 5:1-11 12. 2 Timotius 3:1-9 13. Yesaya 8:1-10 14. Yeremia 13:12-14 15. Yeremia 13:20-27 16. Lukas 11:24-28 17. Mazmur 120:118. 1 Korintus 15:20-34 19. 2 Korintus 1:12-24 20. Lukas 11:37-44



21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.



Kejadian 43:16-23 Mazmur 37:1-11 Kejadian 44:18-34 Kejadian 33:1-20 1 Korintus 11:2-16 Mazmur 38:2-13 Lukas 17:1-6 Ulangan 9:1-6



11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.



1 Tawarikh 21:1-17 Mazmur 17:1-5 Lukas 21:34-22:6 Filipi 3:1b-11 Filipi 3:17-4:1 Mazmur 27:1-6 Roma 4:1-15 Keluaran 33:1-23 Mazmur 105:1-11 Lukas 13:22-30



21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.



Wahyu 2:8-11 Daniel 12:1-13 Mazmur 63:1-9 Yeremia 11:1-17 Mazmur 39:1-7 Roma 2:12-16 Bilangan 13:1-33 2 Korintus 4:16-5:5 2 Korintus 5:6-15 Keluaran 32:7-14 Wahyu 19:1-5



11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.



Mazmur 31:10-19 Yesaya 54:7-10 Lukas 22:1-13 Mazmur 31:10-14 Imamat 23:1-8 Mazmur 31: 15-19 Mazmur 31:20-25 Ibrani 2:10-18 Ibrani 2:5-9



21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.



Mazmur 118:19-29 Yosua 10:16-27 Hakim-hakim 4:17-24 Lukas 24:1-12 Kisah Para Rasul 5:12-16 Mazmur 150:1-6 Luke 24:36-43 Wahyu 1:9-20 Mazmur 122:1-9



Maret 2019 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



Mazmur 99:1-5 Lukas 10:21-24 Keluaran 35:4-29 Kisah Para Rasul 10:9-23 Mazmur 35:18-26 Kisah Para Rasul 10:23b-33 Keluaran 5:12-24 Kisah Para Rasul 7:35-42 Mazmur 91:1-2, 14-16 1 Yohanes 2:1-6



April 2019 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



Imamat 23:26-44 Mazmur 53:1-7 2 Raja-raja 4:1-7 Filipi 2:19-24 Yesaya 43:8-13 Yohanes 11:45-57 Ibrani 10:19-25 Mazmur 20:7-10 Hakim-hakim 9:7-15



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



265 10. Lukas 18:31-34



20. Mazmur 118:13-18



30. Wahyu 2:8-11



11. Lukas 12:22-34 12. Mazmur 100:1-5 13. Wahyu 15:1-4 14. Kisah Para Rasul 9:32-35 15. Yeremia 50:17-20 16. Mazmur 148:7-14 17. Wahyu 11:15-19 18. Daniel 7:23-27 19. Mazmur 133:1-3 20. Kisah Para Rasul 11:19-26



21. 2 Samuel 1:4-16 22. Imamat 19:9-19 23. Amsal 2:1-5 24. Mazmur 67 25. Lukas 19:1-10 26. Mazmur 93:1-4 27. Wahyu 21:5-14 28. 2 Tawarikh 15:1-19 29. Lukas 2:25-35 30. Wahyu 22:6-13 31. Keluaran 33:12-17



Mei 2019 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



Lukas 12:4-12 Mazmur 30:9-13 Yesaya 6:1-5 Kejadian 18:1-15 Kisah Para Rasul 9:10-19a Yehezkiel 1:1-28 Kisah Para Rasul 26:1-18 Mazmur 121:1-8 Yehezkiel 11:1-13 Yehezkiel 20:39-44



Juni 2019 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



Yohanes 1:14-18 Kisah Para Rasul 16:35-40 Mazmur 29:-11 2 Tawarikh 5:2-14 Lukas 9:22-27 Galatia 5:16-26 Mazmur 104:1-9 Lukas 1:5-25 Mazmur 48:1-9 1 Korintus 2:1-12



11. Yehezkiel 11:14-25 12. Lukas 1:26-38 13. Mazmur 8:1-10 14. Efesus 4:1-6 15. Lukas 2:41-52 16. Mazmur 124:1-8 17. Efesus 4:7-16 18. Efesus 5:15-20 19. Lukas 1:46b-55 20. Roma 2:25-29



21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.



Galatia 3:15-22 Amsal 11:3-13 1 Korintus 1:18-31 Mazmur 59:1-8 Efesus 2:11-22 Mazmur 59:9-18 2 Korintus 13:1-10 Mazmur 77:1-8 Lukas 9:22-27 1 Yohanes 2:7-11



Juli 2019 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



Mazmur 75 Efesus 5:1-20 Matius 10:16-25 Mazmur 30:5-6 2 Korintus 8:1-7 Lukas 9:1-6 Mazmur 119:73-80 Kisah Para Rasul 19:21-27 2 Raja-raja 5:19b-27 Lukas 10:13-16



11. Mazmur 82:1-8 12. Kisah Para Rasul 7:9-16 13. Yohanes 3:14-21 14. Yakobus 2:1-13 15. Ayub 24:1-8 16. 1 Yohanes 3:11-18 17. Pengkhotbah 9:13-18 18. Amos 5:4-6 19 Efesus 3:14-21 20. Lukas 8:4-15



21. Keluaran 18:1-12 22. Kolose 1:27-2:5 23. 1 Yohanes 2:1-6 24. Ulangan 12:1-12 25. Mazmur 85:9-10 26. Kisah Para Rasul 2:22-36 27. Lukas 8:22-25 28. Hosea 2:15-22 29. Mazmur 44:1-9 30. Roma 9:30-10:3 31. Hosea 7:8-16



Agustus 2019 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



Ayub 23:1-12 Efesus 4:17-24 Pengkhotbah 1:1-11 Hosea 12:3-11 Mazmur 60 Pengkhotbah 3:16-4:6 Lukas 12:22-34 Yesaya 9:7-11 Mazmur 50:7-15 Matius 6:19-24



11. Ibrani 11:1-7 12. Mazmur 11:1-7 13. 2 Tawarikh 34:22-33 14. Lukas 12:41-48 15. Ibrani 10:26-36 16. 1 Samuel 5:1-12 17. Matius 24:14-30 18. Yeremia 23:30-40 19. Mazmur 74:12-17 20. Yesaya 5:25-30



21. Yesaya 27: 1-5 22. Yeremia 6:6-9 23. Yeremia 6:27-30 24. Lukas 6:1-5 25. Mazmur 71:1-11 26. Yeremia 7:1-15 27. Yeremia 7:16-20 28. Lukas 6:6-11 29. 1 Petrus 3:8-12 30. 1 Petrus 4:7-11 31. Matius 20:20-28



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



266



September 2019 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



Mazmur 119:65-72 Ibrani 13:1-6 Titus 1:1-4 Yeremia 3:14-18 Filipi 2:19-30 Kolose 4:7-17 Matius 10:34-42 Mazmur 2:4-9. 1 Timotius 3:14-16 1 Timotius 4:1-16



11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.



Lukas 18:18-26 Mazmur 14:1-7 2 Petrus 2:1-10a Yohanes 10:1-21 Mazmur 14:1-7 Mazmur 94:12-19 Yohanes 3:1-21 Ayub 40:1-9 Keluaran 23:1-13 Roma 8:31-39



21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.



Markus 12:41-44 Mazmur 79:8-13 Kisah Para Rasul 4:1-11 1 Korintus 9: 19-23 Amsal 21:10-16 Amsal 22:1-9 Efesus 2:1-10 Lukas 9:46-48 Amos 6:1-8 Wahyu 3:14-22



11. 2 Timotius 2:1-13 12. Lukas 12:12-16 13. Mazmur 102:1-12 14. Kisah Para Rasul 26:24-32 15. Efesus 10:10-20 16. 2 Raja-Raja 15:1-7 17. Yesaya 54:11-17 18. 2 Timotius 2:14-16 19. Markus 10:46-52 20. Mazmur 119:97-104



21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.



1 Korintus 6:1-13 Yakobus 5:7-11 Yeremia 50:1-5 Yoel 1: 1-13 2 Timotius 3:10-15 Yoel 2: 12-17 Yoel 2: 18-22 Mazmur 87:1-7 1 Petrus 5:1-11 Matius 21:28-32 2 Korintus 1:3-11



11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.



Hagai 2:11-15 Hagai 2: 16-20 Yohanes 5:19-29 Roma 1:18-23 Yesaya 59:1-8 Yesaya 59: 9-15 Yesaya 60:1-7 Yesaya 60:15-22 Mazmur 76:2-11 Mazmur 76: 12-16



21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.



Ibrani 9:23-28 1 Petrus 1:3-12 Lukas 1:67-80 Wahyu 21:1-8 Yeremia 30:1-11 Wahyu 22:6-17 Yeremia 31:1-6 Mazmur 24:1-6 Yesaya 60:8-14 Mazmur 24:7-10



11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.



Mazmur 21:10-14 2 Petrus 3:1-10 2 Petrus 3:11-16 Lukas 3:1-18 Mazmur 146:1-10 Kisah Para Rasul 5:12-16 Yehezkiel 47:1-12



21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.



Yohanes 3:22-36 Mazmur 80:1-8 Lukas 1:46-56 Mazmur 148:1-6 Mazmu5 148:7-14 Amsal 8:22-31 1 Yohanes 5:1-12



Oktober 2019 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



Hosea 10:9-15 Hosea 12:1-7 Ratapan 3:18-26 Wahyu 2:12-17 Matius 20:29-34 Yesaya 7:1-9 Mazmur 137: 1-9 Habakuk 2:1-5 Markus 11:12-14 2 Timotius 1:3-18



November 2019 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



Yeremia 33:14-26 Habakuk 2:6-11 Yohanes 8: 30-35 Mazmur 142:2-8 Habakuk 3: 1-6 Amos 5:14-17 Zakaria 1:1-6 Zakaria 6:9-15 Hagai 1:1-14 Lukas 20:1-8



Desember 2019 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Mazmur 124:1-8 Roma 6:1-14 Ibrani 11:32-40 Yesaya 54:1-10 Mazmur 72:1-4 Mazmur 72: 5-11 Yesaya 40:1-5



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



267 8. Yesaya 40:9-11 9. Mazmur 21:1-9 10. Yesaya 41:1-5



18. Zakaria 8:1-8 19. 2 Semuel 7:1-17 20. Galatia 4:1-11



28. 29. 30. 31.



Yesaya 49:22-23 Yesaya 49:8-12 Yesaya 26:1-8 Mazmur 20:1-10



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



268 TIM KERJA PENYUSUN MEMBANGUN JEMAAT No. 90 Tahun 2019 Ketua Sekretaris A.



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.



: Pdt. Elvis Leme` Saladan, S.Th. : Pdt. Daud Palelingan, S.Th., MM.



Anggota Pdt. Albatros Palilu, M.Theol. Pdt. Alex Palimbunga`, M.Theol. Pdt. Armand Dannari, S.Th., MM. Pdt. Christian Tanduk, M.Th. Pdt. DR. Alfred Anggui Pdt. DR. Joni Tapingku, M.Th. Pdt. DR. Soleman Manguling, M.Th. Pdt. DR.Abraham Tanggulungan, M.Th. Pdt. Gerson, M.Th Pdt. Jhoni Ma`dika, M.Th. Pdt. Marthen Lamida, S.Th. Pdt. Misel Basongan,S.Th Pdt. Okywenti Kombong, M.Th. Pdt. Palajukan,S.Th Pdt. Petrus Senga`, S.Th., MM Pdt. Semuel Tokam Kabanga`, M.Th. Pdt. Semuel Tulak, M.Mis. Pdt.Daniel Rori`,S.Th. M.Min. Pnt. A.K. Sampeasang, M. Pd. Pnt. Yan Malino, M. Pdk



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



269 TIM PENULIS MEMBANGUN JEMAAT No. 90 Tahun 2019 B. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.



PENULIS: Pdt. Albatros Palilu, M.Theol. Pdt. Alex P Palimbunga’,M.Theol. Pdt. Armand Dannari, S.Th., MM. Pdt. Ayub Toding, S.Th. Pdt. Christian Tanduk, M.Th. Pdt. Daniel Rori`, S.Th., M. Min. Pdt. Daud Kaluring, S. Th. Pdt. Daud Palelingan, S.Th., MM. Pdt. DR. Abraham Tanggulungan, M.Th. Pdt. DR. Alfred Anggui, M.Th. Pdt. DR. Joni Tapingku, M.Th. Pdt. DR. Markus Lolo, M.Th. Pdt. DR. Soleman Manguling, M.Th. Pdt. Elvis Leme` Saladan,S.Th. Pdt. F.T.Timbang, M.Si. Pdt. Gerson, M.Th. Pdt. Joni Ma`dika, M.Th. Pdt. Misel Basongan, S.Th Pdt. Okiwenti Kombong,M.Th. Pdt. Palajukan, S.Th. Pdt. Petrus Senga`, S.Th., MM. Pdt. Rasely Sinampe, M.Th. Pdt. Samuel Tokam Kabanga`, M.Th. Pdt. Semuel Tulak, M.Mis. Pdt. Soleman Allolinggi`, M.Si. Pdt. Yahya Boong, S. Th., MM. Pdt. Yonatan Mangolo, M.Th. Pnt. A. K. Sampeasang, M. Pd. Pnt. Yan Malino, M. Pd.



C. Penerjemah kedalam bahasa Toraja: Tema dan Pertanyaan untuk Penelaahan Alkitab: Pdt. Elvis Leme’ Saladan, S.Th. D. Pengetikan dan perampungan naskah Membangun Jemaat No. 90 Tahun 2019: Pdt. Daud Palelingan E. Penyunting, Lay Out: Pdt. Daud Palelingan F. Editor: Pdt.Dr. Joni Tapingku, M.Th dan Pdt. Daud Palelingan, S.Th., MM. G. Desain Sampul: Rantivianto Kendenan, Tata letak: Pdt. Daud Palelingan H. Koreksi dan Pembaca Akhir: Pdt. DR. Alfred Anggui, M.Th



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia



270



Berakar dalam Kristus dan berbuah banyak di dalam dunia