Membuat Catatan Dari Kuliah Dan Buku [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MEMBUAT CATATAN DARI KULIAH DAN BUKU1 Oleh: Suharyanto2 Modalitas Belajar “Mencatat” adalah bagian dari suatu proses belajar bagi mahasiswa, baik belajar di kelas (kuliah) maupun belajar mandiri, misalnya membaca dan meringkas buku atau membuat catatan dari buku. Oleh karena itu dalam membuat suatu catatan tidak terlepas dari bagaimana belajar dengan baik bagi seorang mahasiswa agar mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang dipelajari. Belajar yang baik adalah belajar dengan kondisi, cara dan gaya belajar yang menyenangkan bagi mahasiswa. Kondisi belajar merupakan situasi yang menunjang proses belajar yang sesuai bagi mahasiswa. Kondisi belajar ini dapat berupa suasana kejiwaan maupun suasana lingkungan. Kedua suasana ini saling berinteraksi dan membentuk kondisi bagi kelangsungan suatu aktivitas belajar. Sementara itu yang dimaksud dengan cara dan gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana mahasiswa menyerap, lalu mengatur dan kemudian mengolah informasi. Cara menyerap informasi dengan mudah merupakan cara yang dikehendaki dalam belajar dengan gaya masing-masing orang berbeda. Dari informasi yang diserap, kemudian bagaimana mengatur dan mengolahnya sehingga mudah dimengerti, diingat dan difahami oleh yang bersangkutan. Gaya belajar masing-masing individu tidaklah sama dan ini menentukan seseorang dalam keberhasilan belajar. Oleh karenanya disebut sebagai modalitas belajar. Modalitas belajar ini mencakup ada 3 (tiga) macam, yaitu Visual, Auditorial dan Kinestetik. Visual merupakan gaya belajar yang didominasi dengan cara “melihat”, Auditorial adalah gaya belajar yang didominasi dengan cara “mendengar” dan Kinestetik merupakan gaya belajar yang didominasi dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh. Berikut ini dipaparkan ciri-ciri modalitas belajar di atas. VISUAL



AUDITORIAL



KINESTETIK



- Rapi dan teratur - Berbicara dengan cepat - Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik - Mementingkan penampilan - Pengeja yang baik - Mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar - Mengingat dengan asosiasi visual - Biasanya tidak terganggu oleh keributan - Mempunyai masalah instruksi verbal kecuali ditulis - Pembaca cepat dan tekun - Lebih suka membaca daripada dibacakan - Mencoret-coret tanpa arti ketika sedang berbicara di telefon - Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain - Sering menjawab pertanyaan dengan singkat YA atau TIDAK - Lebih suka berdemontrasi daripada berpidato - Lebih suka seni daripada musik - Sering mengetahui apa yang akan dikatakan tetapi tidak pandai memilih kata-kata - Kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika ingin memperhatikan



- Berbicara pada diri sendiri saat bekerja - Mudah terganggu keributan - Menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika membacanya - Senang membaca dengan keras dan mendengarkan - Dapat mengulangi dan menirukan nada, birama dan warna suara - Merasa kesulitan dalam menulis tetapi hebat bercerita - Biasanya pembicara yang fasih - Lebih suka musik daripada seni - Belajar dengan mendengar dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat - Suka berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar - Mempunyai masalah dalam hal yang berkaitan dengan visualisasi - Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya - Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik



- Berbicara dengan perlahan - Menanggapi perhatian fisik - Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka - Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang - Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak - Belajar melalui memanipulasi dan praktik - Menghafal dengan cara berjalan dan melihat - Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca - Banyak menggunakan isyarat tubuh - Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama - Tidak dapat mengingat geografi, kecuali memang pernah ke tempat tersebut - Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi - Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot - Kemungkinan tulisannya jelek - Ingin melakukan segala sesuatu - Menyukai permainan yang menyibukkan.



Suber: DePorter dan Hernacki (2003) 1 2



Judul materi yang disampaikan pada Matrikulasi mahasiswa PPA Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu 18 – 30 Juli 2005 Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu



1



Beberapa ciri-ciri di atas tidak semuanya menggambarkan secara persis. Ada orang yang merupakan kombinasi dengan proporsi yang berbeda-beda dari ketiga modalitas belajar di atas. Kejelian dan kemampuan seseorang mengidentifikasi modalitas belajarnya akan menentukan keberhasilannya dalam belajar termasuk bagaimana membuat catatan. Kondisi ini sangat sesuai bila pada kondisi belajar mandiri (tidak di dalam kelas/kuliah) karena mahasiswa dapat menemukan/memilih media yang tepat dengan modalitas belajar yang dimiliki. Lantas bagaimana bila seseorang cenderung memiliki modalitas yang berbeda dengan media yang tersedia?. Hal ini diperlukan upaya bagaimana seorang mahasiswa melakukan pendekatan agar modalitas belajar yang ada dapat diterapkan dengan baik. Untuk itu diperlukan latihan untuk menerapkan modalitas yang bukan merupakan kecenderungan kita. Setelah mengetahui modalitas belajar apa yang dimiliki maka selanjutnya adalah bagaimana mengolah informasi yang diperoleh melalui cara belajar yang tepat sesuai dengan modalitas belajar masing-masing. Salah satu cara untuk mengolah informasi tersebut adalah dengan membuat catatan, baik catatan dari kuliah maupun dari sumber informasi yang lain misalnya buku. Prinsip Membuat Catatan dari Materi Kuliah “Mencatat” adalah merumuskan kembali informasi, gagasan dan pikiran dalam bentuk catatan yang mudah untuk dimengerti dan difahami oleh si Pencatat. Alasan mengapa harus mencatat adalah untuk meningkatkan daya ingat, yaitu meningkatkan ingatan apa yang tersimpan dalam memori kita. Dengan kata lain bila kita ingin mengingat sesuatu, jika memang harus mengingatnya, maka TULISLAH. Akan tetapi bagaimana caranya dan seperti apa formatnya? Pada prinsipnya dalam membuat catatan kuliah adalah pertama-tama dengan mengetahui konsep dasar dan kerangka materi yang sedang dan akan diberikan. Untuk mengetahui konsep dasar dan kerangka materi kuliah maka sangatlah penting menghadiri kuliah/tatap muka yang pertama. Biasanya pada pertemuan/tatap muka perdana, dosen akan menjelaskan Garis-garis Besar Program Pengajaran yang meliputi Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan suatu matakuliah. Untuk menunjang perkuliahan biasanya dikemukakan/disampaikan pula literatur yang dapat digunakan. Nah, pada perkuliahan yang perdana ini menjadi poin penting bagi mahasiswa untuk mengetahui konsep dasar matakuliah/pokok bahasan/sub pokok bahasan dan untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Setelah mengetahui konsep dasar dan kerangkan materi maka selanjutnya setiap melakukan perkuliahan mahasiswa dapat menyimak secara seksama informasi/gagasan dan pikiran yang disampaikan oleh dosen dan mahasiswa kemudian mencatanya dalam bentuk rumusan yang sesuai dengan cara mahasiswa masing-masing. Perlu diketahui bahwa mencatat bukanlah sekedar menyalin materi kuliah akan tetapi merupakan kegiatan berfikir dengan seksama merumuskan kembali bahan yang hendak dicatat, sehingga diperlukan keterlibatan emosi dan daya fikir secara penuh. Oleh karenanya dalam mengikuti perkuliahan mahasiswa hendaknya melakukan olah pikir dari apa yang didengar, dilihat dan dirasa dari dosen untuk dituangkan dalam bentuk catatan. Untuk meningkatkan kemampuan membuat catatan dari kuliah tersebut diperlukanlah informasi tambahan berupa buku, jurnal, majalah dan lain sebagainya. Dengan demikian kemampuan membaca sangat diperlukan. Prinsip Membuat Catatan dari Buku Hampir sama dengan membuat catatan dari kuliah, membuat catatan dari buku juga dibutuhkan pengetahuan tentang konsep dasar suatu buku atau informasi yang hendak diperoleh. Perbedaannya adalah bahwa mencatat dari buku diperlukan kemampuan membaca sebuah buku tersebut secara efektif dan efisien. Kemudian setelah membacanya barulah dituangkan dalam bentuk catatan yang kita kehendaki. Kemampuan membaca buku sangat penting guna menyerap informasi, gagasan dan pikiran dari sebuah buku. Beberapa kiat untuk membaca yang harus dilakukan adalah dengan 1) “mempersiapkan diri”, 2) meminimalkan gangguan, 3) duduk dengan sikap tegak, 4) meluangkan waktu beberapa saat untuk menenangkan pikiran, 5) menggunakan jari atau benda lain sebagai penunjuk, dan 6) melihat sekilas bahan bacaan sebelum memulai. Kiat ke-6 dapat dilakukan dengan melihat judul buku, membaca daftar isi buku dan sinopsis (jika ada), membaca prakata/kata pengantar dan Bab Pendahuluan secara



2



sekilas. Judul buku biasanya mencerminkan gagasan besar kandungan buku. Oleh karena itu perlu diperhatikan judul buku dengan seksama. Daftar isi buku selain berguna untuk menunjukkan keberadaan halaman suatu bab atau sub bab, juga berfungsi sebagai outline (garis besar) secara sistematis dan terstruktur kandungan buku. Sementara sinopsis merupakan gambaran secara keseluruhan dan bersifat umum dari gagasan besar isi suatu buku. Prakata atau kata pengantar biasanya memuat tentang garis besar mengapa buku tersebut ditulis, maksud dan tujuan serta hasil yang ingin dicapai dari suatu buku ditulis sekaligus untuk menghantarkan pembaca pada buku tersebut. Bab Pendahuluan pada umumnya menyampaikan latar belakang dan pentingnya suatu gagasan yang terkandung dari sutu buku. Selain halhal tersebut ada baiknya bab-bab selanjutnya juga dibaca secara cepat dan sekilas. Hal ini penting untuk mengkondisikan pembaca untuk siap mencari dan mengolah informasi/gagasan/pikiran dari suatu buku. Setelah kondisi persiapan membaca tersebut di atas dipenuhi maka langkah selanjutnya adalah membaca buku tersebut. Untuk meningkatkan kemampuan memahami bacaan diperlukan kiat-kiat: 1) menjadi pembaca aktif, yakni bahwa selama membaca otak kita harus bekerja untuk mengaitkan bahan bacaan yang sedang dibaca dengan 6 kata tanya: siapa, apa, kapan, dimana, mengapa dan bagaimana; 2) membaca gagasannya, bukan kata-katanya, yakni dengan memahami gagasan sentral dari bahan bacaan; 3) melibatkan seluruh indra, yakni panca indra kita bekerja dengan menekankan kata tertentu, menggambarkan, mecoret, dll.; 4) menciptakan minat, yaitu menumbuhkan minat kita untuk membaca; dan 5) membuat peta pikiran dari bahan bacaan tersebut, yaitu membuat outline sendiri dari materi bacaan. Ada 4 ragam kecepatan membaca, yaitu membaca biasa, melihat dengan cepat (skimming), melihat sekilas (scanning), dan kecepatan tinggi (warp speed). Pengunaan masing-masing ragam membaca tersebut disesuaikan dengan jenis buku, kebutuhan dan tujuan membaca. Membaca biasa (reguler) biasanya digunakan untuk membaca bacaan ringan/santai. Cara membaca ini biasanya relatif lambat dengan membaca baris demi baris. Membaca skimming dilakukan dengan cara yang lebih cepat lagi yaitu dengan cara mencari informasi yang diinginkan dalam suatu teks seperti cara membaca buku telepon atau kamus. Membaca scanning digunakan dengan cara yang lebih cepat lagi seperti membaca koran. Sedangkan warp speed merupakan teknik membaca tingkat tinggi yang membutuhkan kecepatan dan pemahaman tinggi. Untuk itu diperlukan konsentrasi yang baik. Selanjutnya, ketika sedang membaca ataupun setelah membaca, kita dapat menuangkan informasi/gagasan/pikiran dari bahan bacaan untuk dicatat. Membuat Catatan Setelah menguraikan modalitas belajar, prinsip membuat catatan dari perkuliahan dan membuat catatan dari buku maka berikut ini diuraikan cara membuat catatan sebagai upaya meningkatkan daya ingat. Selain itu mencatat juga merupakan upaya mengatur dan mengolah informasi yang kita serap baik melalui perkuliahan maupun dengan membaca buku. 1. Peta Pikiran Peta pikiran adalah suatu teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. Secara sepintas, peta pikiran bagaikan hasil coretan yang tidak rapinamun demikian hal ini memberikan hasil yang cukup bagus sebagai upaya mencatat suatu materi kualiah maupun buku dengan cukup menggunakan satu bidang kertas. Kiat-kiat membuat peta pikiran yang dapat ditempuh sebagai berikut: a. Tulis gagasan utamanya (pokok bahasan) di tengah bidang kertas lalu lingkupilah dengan lingkaran, persegi, atau bentuk lain (gambar, simbol, dll) b. Buat cabang besar yang menjuntai/keluar dari lingkupan gagasan utama sebagai sub gagasan (sub pokok bahasan) c. Buat cabang yang lebih kecil dari cabang besar sebagai poin poin penting dari sub gagasan d. Tulis kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang e. Tulis gagasan-gagasan penting dengan huruf yang lebih besar f. Tambahkan simbol-simbol atau ilustrasi ataupun keterangan tambahan g. Buatlah peta pikiran secara horizontal, karena dapat menambah jumlah ruang yang dapat digunakan.



3



Berikut ini contoh Peta Pikiran:



Manfaat peta pikiran adalah sebagai berikut: a. Fleksibel; dapat menambahkan poin-poin gagasan di tempat yang sesuai b. Memusatkan perhatian; perhatian tidak lagi pada kata per kata melainkan pada gagasan ataupun poin-poin gagasan c. Meningkatkan pemahaman; dapat meningkatkan pemahaman dengan memberikan catatan tinjauan ulang d. Menyenangkan; karena imajinasi dan kreativitas si pencatat tidak terbatas. 2. Catatan: T-S T-S merupakan singkatan dari Tulis dan Susun, artinya adalah catatan ini menerapkan dua langkah sekaligus yaitu menulis apa yang dilihat, didengar dan dirasa dari guru ataupun buku dan kemudian pada saat yang bersamaan menyusun beberapa komentar berupa pemikiran, kesan, perasaan, reaksi, pertanyaan dan kepedulian dari suatu gagasan atau poin gagasan. Komentar ini merupakan pendapat probadi atas apa yang ditulis. Catatan T-S ini merupakan cara menerapkan pikiran sadar ataupun bawah sadar kita terhadap materi yang sama dengan cara sadar. Pikiran sadar kita bekerja menuangkan tulisan di atas kertas dan pada saat yang sama pikiran bawah sadar kita bereaksi, membentuk kesan, membuat hubungan-hubungan dan lain-lain secara otomatis. Dengan demikian Catatan T-S ini mengkoordinasikan kedua aktivitas mental ini untuk mencapai hasil yang lebih efektif. Cara membuat Catatan T-S adalah sebagai berikut: a. Memulai dengan secarik kertas (kertas lepas ataupun buku tulis) dan bagilah menjadi dua bagian dengan menggunakan garis vertikal kira-kira sepertiga dari tepi kanan. Sisi kiri kertas (bagian 2/3 kertas) digunakan untuk mencatat (T) dan sisi kanan (bagian1/3 kertas) digunakan untuk menyusun (S). b. Pada sisi kiri, tulislah poin-poin penting, istilah diagram dan bagan-bagan, sedangkan sisi kanan untuk memberi kesan c. Berilah simbol-simbol (!, ?, @, $, dll) yang menekankan arti penting catatan yang dibuat pada sisi kiri kertas. Contoh Catatan T-S:



4



Adapun manfaat membuat Catatan T-S adalah sebagai berikut: a. Lebih mudah mengingat suatu subjek; yaitu dengan mengingat sesuatu yang kita pikirkan (kesan) ketika menuliskan gagasan b. Memusatkan perasaan (emosi); hal ini membantu untuk memasuki memori emosional sehingga memudahkan proses mengingat c. Merupakan impian yang konstruktif; tekni ini membuat kita sibuk dengan pikiran kita dalam menyusun kesan. d. Mencatat penilaian; dengan cara ini kita dapat menilai atau mengukur suatu gagasan atau suasana ketika kita sedang mencatat. Penilaian bisa setuju maupun tidak setuju dengan pembicara/penceramah/isi buku dll. Setelah mengetahui cara membuat catatan, baik dalam bentuk Peta Pemikiran maupun Catatan TS, berikut ini perlu disampaikan kiat-kiat tambahan dalam membuat catatan: a. Mendengarkan/membaca secara aktif; yaitu mengaitkan materi yang sedang didengar/dibaca dengan beberapa pertanyaan mengapa, bagaimana, kapan, apa, siapa dan dimana serta hubungannya dengan arti penting keberadaan/arti pentingnya kita mendengarkan kuliah atau membaca buku. b. Memperhatikan secara aktif; yaitu dengan mengetahui petunjuk-petunjuk awal dari suatu materi apakah dalam bentuk outline, makalah. Hand out dan lain-lain c. Berpartisipasi; Bertanya, menjawab, dan merespon seperlunya adalah bentukj partisipasi. d. Tinjauan awal; yaitu mengetahui konsep dasar dan gambaran awal tentang suatu materi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagaimana telah disebutkan di atas. e. Membuat yang auditorial menjadi visual; yaitu membuat catatan agar mudah dikenali secara langsung materi yang ditulis sebelumnya. f. Menjadikan pengulan itu mudah; yaitu catatan dapat disusun kembali pada kertas-kertas lepas, misalnya karton, plano, dll yang dapat digantung didinding, atau tempat lain sehingga memudahkan kita untuk melihatnya. Atau menyalin catatan pada kartu-kartu berukuran 3 X 5 cm agar mudah membawanya ke mana-mana. Tentu saja yang disalinkan adalah hal-hal penting dan pokok saja. Bacaan 1. DePorter, B. dan M. Hernacki, 2003. Quantum Learning: Membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan. Kaifa, Bandung. 2. DePorter, B., M. Reardon dan S. Singer-Nourie, 2003. Quantum Teaching: Mempraktikan quantum learning diruang-ruang kelas. Kaifa, Bandung. ***



5