Membuat Program Kerja Mingguan, Berdasarkan Program Proyek [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI GOLONGAN POKOK PELAKSANA BANGUNAN IRIGASI



MEMBUAT PROGRAM KERJA MINGGUAN, BERDASARKAN PROGRAM PROYEK INA 5223.213.02.02.16



2016 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI DIREKTORAT BINA KOMPETENSI DAN PRODUKTIVITAS KONSTRUKSI Jl. Sapta Taruna Raya – Komplek PU Pasar Jumat – Jakarta Selatan



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



KATA PENGANTAR Modul pelatihan berbasis kompetensi merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai media transformasi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja kepada peserta pelatihan untuk mencapai kompetensi tertentu berdasarkan program pelatihan yang mengacu kepada Standar Kompetensi. Modul pelatihan ini berorientasi kepada pelatihan berbasis kompetensi (Competence



Based Training) diformulasikan menjadi 3 (tiga) buku, yaitu Buku Informasi, Buku Kerja dan Buku Penilaian sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam penggunaanya sebagai referensi dalam media pembelajaran bagi peserta pelatihan dan instruktur, agar pelaksanaan pelatihan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Untuk memenuhi kebutuhan pelatihan berbasis kompetensi tersebut , maka disusunlah modul pelatihan berbasis



kompetensi



dengan



judul



“Membuat



Program



Kerja



Mingguan,



berdasarkan Program Proyek“. Kami menyadari bahwa modul yang kami susun ini masih jauh dari sempurna . Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan agar tujuan dari penyusunan modul ini menjadi lebih efektif. Demikian kami sampaikan, semoga Tuhan YME memberikan tuntunan kepada kita dalam melakukan berbagai upaya perbaikan dalam menunjang proses pelaksanaan pelatihan di lembaga pelatihan kerja . Jakarta, ........................ 2016 Direktur Bina Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi



Dr. Ir. H. Masrianto, MT. NIP.



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 1 dari 13



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR .........................................................................................



1



DAFTAR ISI………............................................................................................



2



ACUAN STANDAR KOMPETENSI KERJA DAN SILABUS PELATIHAN ...........



3



A. Acuan Standar Kompetensi Kerja ............................................................



3



B. Silabus Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) ............................................



9



LAMPIRAN 1. BUKU INFORMASI 2. BUKU KERJA 3. BUKU PENILAIAN



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 2 dari 13



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



ACUAN STANDAR KOMPETENSI KERJA DAN SILABUS PELATIHAN



A. Acuan Standar Kompetensi Kerja Materi Pelatihan ini merupakan bagian dari Paket Pelatihan Jabatan Kerja Pelaksana Bangunan Irigasi yaitu sebagai representasi dari Unit Kompetensi Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek, sehingga untuk kualifikasi jabatan kerja tersebut diperlukan pemahaman dan kemampuan mengaplikasikan dari materi pelatihan lainnya, yaitu: 2.1.1. Menganalisis gambar desain, spesifikasi, rencana mutu, metode kerja,



schedulle, dan mempelajari lingkungan untuk bangunan irigasi 2.1.2. Melaksanakan Pekerjaan Persiapan Pelaksanaan 2.1.3. Melaksanakan



Pekerjaan



Bangunan



Irigasi



Sesuai



Gambar



Desain,



Spesifikasi, Metode Dan Schedulle 2.1.4. Membuat Laporan Kemajuan Pekerjaan Harian, Mingguan 2.1.5. Melakukan Pemantauan Dan Evaluasi Hasil Pekerjaan



2.2. Pengertian Unit Standar Kompetensi 2.2.1. Unit Kompetensi



Unit kompetensi adalah bentuk pernyataan terhadap tugas / pekerjaan yang akan dilakukan dan merupakan bagian dari keseluruhan unit komptensi yang terdapat pada standar kompetensi kerja dalam suatu jabatan kerja tertentu. 2.2.2. Unit Kompetensi Yang Akan Dipelajari



Salah satu unit kompetensi yang akan dipelajari dalam paket pelatihan ini adalah “Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek”.



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 3 dari 13



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



2.2.3. Durasi / Waktu Pelatihan



Pada sistem pelatihan berbasis kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam melakukan tugas tertentu. 2.2.4. Kesempatan Untuk Menjadi Kompeten



Jika peserta latih belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Pelatih akan mengatur rencana pelatihan dengan peserta latih yang bersangkutan. Rencana ini akan memberikan kesempatan kembali kepada peserta untuk meningkatkan level kompetensi sesuai dengan level yang diperlukan. Jumlah maksimum usaha / kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali. 2.3 Unit Kompetensi Kerja Yang dipelajari Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat : •



Mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan.







Mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan.







Memeriksa kemajuan peserta pelatihan.







Menyakinkan, bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian.



2.3.1 Kemampuan Awal Peserta



pelatihan



harus



telah



memiliki



pengetahuan



awal



K3-LH,



komunikasi dan kerjasama di tempat kerja. 2.3.2 Judul Unit : Membuat Program Kerja Mingguan, Berdasarkan Program Proyek 2.3.3 Kode Unit : INA 5223.213.02.02.16



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 4 dari 13



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



2.3.4 Deskripsi Unit Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan untuk membuat program kerja mingguan, berdasarkan program proyek.



2.3.5 Kemampuan Awal Peserta pelatihan harus telah memiliki pengetahuan awal SOP perusahaan, komunikasi dan struktur organisasi perusahaan. 2.3.6 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja ELEMEN KOMPETENSI 1.



Melakukan Survei



KRITERIA UNJUK KERJA 1.1 Peta situasi dan gambar-gambar kontrak



Lokasi Pekerjaan untuk



dipelajari untuk mencari alternatif jalan masuk



quarry, Sumber Bahan,



proyek



Jalan Masuk dan Sosial Budaya.



1.2 Data quarry dikumpulkan untuk sumber bahan berikut perkiraan jumlah depositnya 1.3 Daerah-daerah permukiman, persawahan/perladangan milik masyarakat didata untuk sedapat mungkin tidak terganggu 1.4 Pendekatan kepada masyarakat disekitar lingkungan proyek dilakukan untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan



2.



Membuat rencana kerja harian dan mingguan



2.1. Rencana kerja harian dan mingguan dibuat secara rinci yang mengacu kepada gambar kerja dan hasil survai 2.2. Rencana kerja harian dan mingguan diajukan kepada kepala lapangan untuk disyahkan



3.



Menyusun rencana



3.1. Gambar kerja, BOQ dan spesifikasi teknis



kebutuhan sumber



dianalisis untuk penyusunan kebutuhan bahan,



daya dan



peralatan dan tenaga kerja yang akan digunakan



dikonsultasikan ke Judul Modul : Buku Informasi



3.2. Daftar peralatan yang akan digunakan dibuat



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 5 dari 13



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



ELEMEN KOMPETENSI kepala lapangan



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



KRITERIA UNJUK KERJA berikut operator dan mekanik serta tenaga kerja lainnya



2.3.7 Batasan Variabel 1. Kompetensi ini sering diterapkan dalam satuan kerja berkelompok 2. Data dan Dokumen yang benar untuk menentukan survai lokasi pekerjaan dan penyusunan rencana kerja harus selalu tersedia. 3. Diberikan kewenangan dan inisiatif untuk menganalisis kesesuaian Gambar Kerja dengan Jadual Kerja dan penyusunan Sumber Daya 2.3.7. Panduan Penilaian 1. Kondisi Pengujian Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen. Pengujian dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau secara simulasi pada kondisi seperti tempat kerja normal dengan menggunakan kombinasi metoda uji untuk mengungkap pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai standar. 1.1



Ujian lisan



1.2



Ujian tertulis



1.3



Ujian praktek



1.4



Observasi



1.5



Portofolio atau metoda lain yang relevan



2. Keterkaitan dengan unit lain 2.1 Unit kompetensi yang harus dimiliki sebelumnya: • Menerapkan ketentuan UUJK, K3, lingkungan, dan kode etik profesi • Menganalisis Gambar Desain, Spesifikasi, Rencana Mutu, Metode Kerja, Schedule, dan Mempelajari Lingkungan untuk Pekerjaan Bangunan lrigasi. Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 6 dari 13



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



2.2 Kaitan dengan unit lain • Menerapkan ketentuan UUJK, K3, lingkungan, dan kode etik profesi • Menganalisis Gambar Desain, Spesifikasi, Rencana Mutu, Metode Kerja, Schedule, dan Mempelajari Lingkungan untuk Pekerjaan Bangunan lrigasi. • Melaksanakan Pekerjaan Persiapan Pelaksanaan • Melaksanakan Pekerjaan Bangunan lrigasi sesuai Gambar Desain, Spesifikasi, Metode dan Schedulle. • Membuat Laporan Kemajuan Pekerjaan Harian, Mingguan • Melakukan Pemantauan dan Evaluasi Hasil Pekerjaan 3. Pengetahuan yang dibutuhkan 3.1 Pengetahuan tentang survei lokasi ekerjaan untuk quarry, Sumber Bahan, Jalan Masuk dan Sosial Budaya. 3.2 Pengetahuan tentang rencana kerja harian dan mingguan. 3.3 Pengetahuan tentang kebutuhan sumber daya. 4. Keterampilan yang dibutuhkan 4.1 Keterampilan dalam melakukan kegiatan survei 4.2 Keterampilan dalam membuat rencana kerja harian dan mingguan 4.3 Ketelitian dan kecermatan dalam menentukan sumber daya 5. Aspek Kritis yang harus diperhatikan 5.1 Kemampuan mengidentifikasi jenis kegiatan survei 5.2 Kemampuan untuk mengidentifikasi tempat-tempat kritis yang mungkin menjadi hambatan kerja 5.3 Kemampuan



untuk



mengidentifikasi



spesifikasi



teknis



yang



berkaitan dengan survei lapangan 5.4 Kemampuan untuk menganalisis hasil survei 5.5 Kemampuan dalam mengendalikan tahapan pekerjaan sehingga menghasilkan mutu pekerjaan yang sesuai dengan standar mutu



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 7 dari 13



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



2.3.8 Kompetensi kunci KOMPETENSI KUNCI NO 1.



KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT INI Mengumpulkan,



menganalisa



dan



mengorganisasikan



informasi



TINGKAT 2



2.



Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide



2



3.



Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan



2



4.



Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok



2



5.



Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis



3



6.



Memecahkan masalah



2



7.



Menggunakan teknologi



2



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 8 dari 13



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



B. Silabus Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) Judul Unit Kompetensi



: Membuat Program Kerja Mingguan Berdasarkan Program Proyek



Kode Unit Kompetensi



: INA 5223.213.02.02.16



Deskripsi Unit Kompetensi



: Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan untuk membuat program kerja mingguan, berdasarkan program proyek.



Perkiraaan Waktu Pelatihan



: 360 menit terdiri dari teori 180 menit, praktek 180 menit



Tabel Silabus Unit Kompetensi



:



Elemen Kompetensi / Kriteria Unjuk Kerja



Indikator Unjuk Kerja (IUK) Persyaratan Kompetensi



1. Melakukan survai lokasi pekerjaan untuk quarry, sumber bahan, jalan masuk dan sosial budaya 1.1. Peta situasi dan gambar-



gambar kontrak dipelajari untuk mencari alternatif jalan masuk proyek



1.1.1.



1.1.2. 1.1.3.



1.1.4.



Judul Modul : Buku Informasi



Dapat menjelaskan pengertian dan fungsi peta situasi pada pelaksanaan pekerjaan Dapat menjelaskan fungsi jalan masuk proyek Dapat menjelaskan kriteria jalan masuk proyek yang memperlancar pekerjaan pelaksanaan bangunan irigasi Mampu mencari alternatif jalan masuk proyek yang paling efektif dan efisien



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Silabus



Metode/ Media Pembelajaran



Survai lokasi pekerjaan untuk quarry, sumber bahan, jalan masuk dan sosial budaya • Ceramah • Diskusi • Demonstrasi



Waktu Pembelajaran T P Jml



100



80



180



15



15



30



Halaman: 9 dari 13



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi Elemen Kompetensi / Kriteria Unjuk Kerja



Indikator Unjuk Kerja (IUK) Persyaratan Kompetensi 1.1.5.



1.2. Data quarry dikumpulkan untuk



1.2.1



sumber bahan berikut perkiraan jumlah depositnya



1.2.2



1.2.3



1.2.4 1.2.5



1.3. Daerah-daerah permukiman,



persawahan/perladangan milik masyarakat didata untuk sedapat mungkin tidak terganggu



1.3.1



1.3.2



1.3.3



1.4. Pendekatan kepada masyarakat



disekitar lingkungan proyek



Judul Modul : Buku Informasi



1.4.1



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16 Silabus



Harus mampu dengan tepat mencari alternatif jalan masuk proyek yang paling efektif dan efisien Dapat menjelaskan pengertian quarry sumber bahan. Dapat menjelaskan kriteria quarry yang dapat digunakan sebagai sumber bahan. Dapat menjelaskan cara memperkirakan jumlah deposit bahan pada quarry. Dapat menjelaskan perkiraan jumlah bahan yang ada di quarry Mampu menghitung perkiraan jumlah bahan yang ada di quarry Dapat menjelaskan fungsi pendataan daerah-daerah permukiman, persawahan/perladangan milik masyarakat Mampu mendata daerah-daerah permukiman, persawahan/perladangan milik masyarakat Harus mampu dengan cermat dan teliti mendata daerah-daerah permukiman, persawahan/perladangan milik masyarakat Dapat menjelaskan pentingnya pendekatan masyarakat di



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Metode/ Media Pembelajaran



• Ceramah • Diskusi • Demonstrasi



Pendataan Pemukiman, persawahan dan perladangan untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan bangunan irigasi



Waktu Pembelajaran T P Jml



15



15



30



• Ceramah • Diskusi • Demonstrasi



• Ceramah • Diskusi



Halaman: 10 dari 13



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi Elemen Kompetensi / Kriteria Unjuk Kerja dilakukan untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan



Indikator Unjuk Kerja (IUK) Persyaratan Kompetensi 1.4.2



1.4.3



1.4.4



2.1.1. 2.1.2.



2.1.3.



2.1.4.



Judul Modul : Buku Informasi



Silabus



sekitar lingkungan proyek Dapat menjelaskan metode pendekatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi di lingkungan proyek Mampu melakukan pendekatan kepada masyarakat disekitar lingkungan proyek untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan Harus mampu dengan tepat melakukan pendekatan kepada masyarakat disekitar lingkungan proyek untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan.



2. Membuat rencana kerja harian dan mingguan. 2.1. Rencana kerja harian dan mingguan dibuat secara rinci yang mengacu kepada gambar kerja dan hasil survai



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



Dapat menjelaskan pengertian rencana kerja harian dan mingguan Dapat menjelaskan fungsi Rencana kerja harian dan mingguan pada pelaksanaan pekerjaan bangunan irigasi Dapat menjelaskan cara membuat rencana kerja harian dan mingguan secara rinci yang mengacu kepada gambar kerja dan hasil survai Mampu merencanakan pekerjaan harian dan mingguan secara rinci yang mengacu kepada gambar



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Metode/ Media Pembelajaran



Waktu Pembelajaran T P Jml



• Demonstrasi



Rencana Kerja Harian dan Mingguan • Ceramah • Diskusi • Demonstrasi



45



45



90



30



15



45



Halaman: 11 dari 13



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi Elemen Kompetensi / Kriteria Unjuk Kerja



Indikator Unjuk Kerja (IUK) Persyaratan Kompetensi 2.1.5.



2.2. Rencana kerja harian dan mingguan diajukan kepada kepala lapangan untuk disyahkan



2.2.1.



2.2.2.



2.2.3.



3.2.1.



3.2.2.



3.2.3.



3.2.4. Judul Modul : Buku Informasi



Silabus



Metode/ Media Pembelajaran



Waktu Pembelajaran T P Jml



kerja dan hasil survai Harus mampu dengan cermat dan teliti merencanakan pekerjaan harian dan mingguan secara rinci yang mengacu kepada gambar kerja dan hasil survai Dapat menjelaskan fungsi pengesahan rencana kerja harian maupun mingguan Mampu merencanakan kerja harian maupun mingguan yang disetujui atasan Harus mampu secara cermat dan tepat merencanakan kerja harian maupun mingguan yang disetujui atasan



3. Menyusun rencana kebutuhan sumber daya dan dikonsultasikan ke kepala lapangan 3.1. Gambar kerja, BOQ dan spesifikasi teknis dianalisis untuk penyusunan kebutuhan bahan, peralatan dan tenaga kerja yang akan digunakan



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



Dapat menjelaskan fungsi gambar kerja, BoQ, dan spesifikasi teknis untuk penyusunan kebutuhan bahan, peralatan dan tenaga kerja yang akan digunakan Dapat menjelaskan jenis bahan, peralatan, dan tenaga kerja yang digunakan sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan BoQ. Mampu menganalisis gambar kerja, BOQ dan spesifikasi teknis untuk penyusunan kebutuhan bahan, peralatan dan tenaga kerja yang akan digunakan Harus mampu dengan cermat dan



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



• Ceramah • Diskusi • Demonstrasi



Kebutuhan Sumber Daya Kebutuhan Sumber daya Proyek



• Ceramah • Diskusi • Demonstrasi



30



15



45



45



45



90



30



15



45



Halaman: 12 dari 13



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi Elemen Kompetensi / Kriteria Unjuk Kerja



3.2. Daftar peralatan yang akan digunakan dibuat berikut operator dan mekanik serta tenaga kerja lainnya



Indikator Unjuk Kerja (IUK) Persyaratan Kompetensi



3.2.1.



3.2.2.



3.2.3.



Judul Modul : Buku Informasi



tepat menganalisis gambar kerja, BOQ dan spesifikasi teknis untuk penyusunan kebutuhan bahan, peralatan dan tenaga kerja yang akan digunakan. Dapat menjelaskan jenis peralatan dan tenaga kerja yang digunakan sesuai jenis pekerjaan pada bangunan irigasi. Mampu membuat daftar peralatan peralatan yang akan digunakan sesuai jenis pekerjaan pada bangunan irigasi. Harus mampu secara cermat dan tepat membuat daftar peralatan peralatan yang akan digunakan sesuai jenis pekerjaan pada bangunan irigasi.



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16 Silabus



Peralatan pekerjaan bangunan irigasi



Metode/ Media Pembelajaran



• Ceramah • Diskusi • Demonstrasi



Waktu Pembelajaran T P Jml



30



15



45



Halaman: 13 dari 13



BUKU INFORMASI MEMBUAT PROGRAM KERJA MINGGUAN, BERDASARKAN PROGRAM PROYEK INA 5223.213.02.02.16



2016



KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI DIREKTORAT BINA KOMPETENSI DAN PRODUKTIVITAS KONSTRUKSI Jl. Sapta Taruna Raya – Komplek PU Pasar Jumat – Jakarta Selatan



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



DAFTAR ISI DAFTAR ISI ...................................................................................................



1



BAB I



PENDAHULUAN .............................................................................



3



A. Tujuan Umum ............................................................................



3



B. Tujuan Khusus ...........................................................................



3



BAB II



MELAKUKAN SURVAI LOKASI PEKERJAAN UNTUK QUARRY, SUMBER BAHAN, JALAN MASUK DAN SOSIAL BUDAYA ..............



4



A. Pengetahuan yang diperlukan dalam Melakukan survai lokasi pekerjaan untuk quarry, sumber bahan, jalan masuk dan sosial budaya .........



4



1. Survai lokasi pekerjaan untuk quarry, sumber bahan, jalan masuk dan sosial budaya ..................................................................



4



2. Survei Pendahuluan ..............................................................



7



3. Pengukuran ..........................................................................



11



4. Survei Harga Satuan ..............................................................



15



5. Pengumpulan Data Sekunder .................................................



16



B. Keterampilan yang diperlukan dalam Melakukan survai lokasi pekerjaan untuk quarry, sumber bahan, jalan masuk dan sosial budaya .........



22



C. Sikap Kerja yang diperlukan dalam Melakukan survai lokasi pekerjaan untuk quarry, sumber bahan, jalan masuk dan sosial budaya .........



22



BAB III MEMBUAT RENCANA KERJA HARIAN DAN MINGGUAN ..............



24



A. Pengetahuan yang diperlukan dalam Membuat rencana kerja harian dan mingguan ...................................................................................



24



1. Rencana Kerja Harian ............................................................



24



2. Rencana Kerja Mingguan .......................................................



27



B. Keterampilan yang diperlukan dalam Membuat rencana kerja harian dan mingguan ...................................................................................



31



C. Sikap Kerja yang diperlukan dalam Membuat rencana kerja harian dan mingguan ...................................................................................



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



31



Halaman: 1 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



BAB IV



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



MENYUSUN RENCANA KEBUTUHAN SUMBER DAYA DAN DIKONSULTASIKAN KE KEPALA LAPANGAN ................................



32



A. Pengetahuan yang diperlukan dalam Menyusun rencana kebutuhan sumber daya dan dikonsultasikan ke kepala lapangan ...................



32



1. Penyusunan Rencana Kerja ....................................................



32



2. Kebutuhan Bahan ..................................................................



41



B. Keterampilan yang diperlukan dalam Menyusun rencana kebutuhan sumber daya dan dikonsultasikan ke kepala lapangan ...................



61



C. Sikap Kerja yang diperlukan dalam Menyusun rencana kebutuhan sumber daya dan dikonsultasikan ke kepala lapangan ...............................



61



DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................



62



DAFTAR PERALATAN/MESIN DAN BAHAN ..................................................



63



A. Peralatan Yang Digunakan ..........................................................



63



B. Bahan-Bahan ..............................................................................



63



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 2 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



BAB I PENDAHULUAN A. TUJUAN UMUM Setelah mempelajari modul ini peserta latih diharapkan mampu melakukan pembuatan program kerja mingguan berdasarkan program proyek. B. TUJUAN KHUSUS Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek ini guna memfasilitasi peserta latih sehingga pada akhir pelatihan diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Mempelajari peta situasi untuk mencari alternatif jalan masuk proyek yang paling efektif dan efisien 2. Menghitung perkiraan jumlah bahan yang ada di quarry 3. Mendata



daerah-daerah



permukiman,



persawahan/perladangan



milik



masyarakat 4. Melakukan pendekatan kepada masyarakat disekitar lingkungan proyek untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 3 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



BAB II MELAKUKAN SURVAI LOKASI PEKERJAAN UNTUK QUARRY, SUMBER BAHAN, JALAN MASUK DAN SOSIAL BUDAYA



A. Pengetahuan yang diperlukan dalam Melakukan Survai Lokasi Pekerjaan Untuk Quarry, Sumber Bahan, Jalan Masuk Dan Sosial Budaya 1. Survai lokasi pekerjaan untuk quarry, sumber bahan, jalan masuk dan sosial budaya Survei lapangan merupakan langkah penting pada rencana pelaksanaan proyek khususnya memperlancar pelaksanaan pekerjaan dan hasilnya merupakan data untuk pengendalian biaya, mutu dan waktu. Adapun langkah-langkah survei sebagai berikut: 1. Sumber Air Kerja ▪



Disediakan atau tidak







Membuat sumur







Menggunakan air sungai







Menggunakan PAM







Jarak sumber air kerja



2. Listrik ▪



Menggunakan fasilitas PLN







Mengusahakan sendiri (genset)



3. Tenaga Kerja ▪



Didapat dari daerah sekitar job site







Mendatangkan dari luar







Akomodasi yang diperlukan







Perlu ijin khusus atau tidak







Perlu baiaya khusus atau tidak



4. Keadaan Cuaca



Judul Modul : Buku Informasi







Terang/kadang-kadang hujan/terus menerus







Diperlukan data curah hujan dari Badan Meteorologi dan Geofisika Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 4 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



5. Data Penyelidik Tanah (Sondir, Boring Log, dsb) ▪



Jika tidak disertakan dalam dokumen tender, perlu ditanyakan ke konsultan







Perlu diketahui jenis tanah yang akan digali/yang terlibat dari luar (batu, tanah keras, dsb).







Data air tanah (elevasi dan sifat air tanah)



6. Quarry Borrow Area ▪



Disediakan atau mencari sendiri







Jika sudah disediakan apakah sudah memenuhi persyaratan teknis (dilakukan tes)







Lokasi quarry (gunung, sungai/tanah datar dll)







Jarak site







Jenis batuan/pasir/tanah timbun







Jalan menuju quarry/borrow area (ada, membuat baru, perlu diperbaiki, perlu diperlebar, perlu membuat jembatan sementara, perlu memperbaiki yang sudah ada dan lain-lain)







Apakah perlu adanya biaya pembebasan tanah







Transports material ke site (truk, dump truck, dipikul)







Biaya retribusi material (royalty) per m3







Bagaimana penempatan alat-alat di quarry/ borrow area (bila diperlukan)







Cara pengambilan material (diledakkan, memberi dari leveransi, membeli dari masyarakat setempat, mengambil dilokasi)



7. Survei harga bahan lokal: ▪



Ada/tidak pabrik kayu balok, papan, plywood







Pembayaran untuk kayu (kontan/tidak)







Harga bahan/kayu loco dipabrik/dilokasi proyek







Harga pasir, split, tanah urug dilokasi pengambilan dan sampai dengan lokasi proyek berapa Survai dan penyelidikan pada dasarnya adalah kegiatan pengumpulan data /informasi untuk persiapan perencanaan suatu jembatan. Pada umumnya



survai



merupakan



kegiatan



pengumpulan



data



yang



berdasarkan pengamatan secara visual, sedangkan penyelidikan adalah Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 5 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



kegiatan pengumpulan/penelitian data dengan metode, peralatan, dan keterampilan serta persyaratan tertentu. Survei lapangan merupakan langkah penting pada rencana pelaksanaan proyek khususnya memperlancar pelaksanaan pekerjaan dan hasilnya merupakan data untuk pengendalian biaya, mutu dan waktu langkahlangkah survei sebagai berikut: 8. Sumber Air Kerja ▪



Disediakan atau tidak







Membuat sumur







Menggunakan air sungai







Menggunakan PAM







Jarak sumber air kerja



9. Listrik ▪



Menggunakan fasilitas PLN







Mengusahakan sendiri (genset)



10. Tenaga Kerja ▪



Didapat dari daerah sekitar job site







Mendatangkan dari luar







Akomodasi yang diperlukan







Perlu ijin khusus atau tidak







Perlu baiaya khusus atau tidak



11. Keadaan Cuaca ▪



Terang/kadang-kadang hujan/terus menerus







Diperlukan data curah hujan dari Badan Meteorologi dan Geofisika



12. Data Penyelidik Tanah (Sondir, Boring Log, dsb) ▪



Jika tidak disertakan dalam dokumen tender, perlu ditanyakan ke konsultan







Perlu diketahui jenis tanah yang akan digali/yang terlibat dari luar (batu, tanah keras, dsb).







Data air tanah (elevasi dan sifat air tanah)



13. Quarry Borrow Area ▪ Judul Modul : Buku Informasi



Disediakan atau mencari sendiri Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 6 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi







Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



Jika sudah disediakan apakah sudah memenuhi persyaratan teknis (dilakukan tes)







Lokasi quarry (gunung, sungai/tanah datar dll)







Jarak site







Jenis batuan/pasir/tanah timbun







Jalan menuju quarry/borrow area (ada, membuat baru, perlu diperbaiki, perlu diperlebar, perlu membuat jembatan sementara, perlu memperbaiki yang sudah ada dan lain-lain)







Apakah perlu adanya biaya pembebasan tanah







Transports material ke site (truk, dump truck, dipikul)







Biaya retribusi material (royalty) per m3







Bagaimana penempatan alat-alat di quarry/ borrow area (bila diperlukan)







Cara pengambilan material (diledakkan, memberi dari leveransi, membeli dari masyarakat setempat, mengambil dilokasi)



14. Survei harga bahan lokal: ▪



Ada/tidak pabrik kayu balok, papan, plywood







Pembayaran untuk kayu (kontan/tidak)







Harga bahan/kayu loco dipabrik/dilokasi proyek







Harga pasir, split, tanah urug dilokasi pengambilan dan sampai dengan lokasi proyek berapa



2. Survei Pendahuluan Pada awal pelaksanaan proyek, pengukuran awal yang baik termasuk survey lokasi dan pematokan awal menentukan kelancaran pelaksanaan pekerjaan berikutnya. Hal-hal yang sebaiknya diperhatikan dalam pengukuran awal, survey lokasi dan pematokan awal antara lain diuraikan secara singkat pada bagian ini. A.1 Pemeriksaan dan pematokan batas lahan Hal yang paling mendasar adalah memastikan bahwa lahan yang dilaksanakan adalah sesuai dengan lokasi yang disebutkan dalam Kontrak dan gambar, karena semua acuan perletakan bangunan dan infrastrukturnya, harus mengacu pada batas-batas lahan yang benar. Langkah pemeriksaan dan pematokan batas lahan adalah sebagai berikut : Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 7 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi •



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



pastikan bahwa patok batas lahan, pada tiap sudut perimeter lahan sesuai dengan data Badan Pertanahan Nasional — jika belum ada patok dari BPN, sebaiknya diminta pihak BPN atau pengelola kawasan untuk memasang patok-patok batas lahan yang sesuai dengan data mereka







jika patok yang ada belum permanen (tidak dicor) atau tidak terlindungi dengan baik, sebaiknya dibuat patok beton dengan cor dan memasang titik batas dengan tanda paku tertanam di tiap patok dan lindungilah patok-patok tersebut dengan perimeter yang baik dan mudah dipantau (dari bambu atau kaso dan diberi tanda warna atau bendera atau tanda lain yang mudah dilihat)







setelah dipastikan seluruh patok perimeter sesuai, Berita Acara Joint Survey yang sudah disahkan bersama instansi terkait dan Konsultan Pengawas atau Owner harus disimpan dan menjadi dasar acuan seluruh pengukuran berikutnya







titik batas lahan dan garis perimeternya diplot ke gambar dan dilakukan cross check apakah sesuai dengan batas yang diberikan dalam gambar desain atau gambar konstruksi — jika terjadi perbedaan maka harus dilaporkan kepada Konsultan untuk dilakukan penyesuaian gambar desain







periksa luas lahan apakah sesuai dengan luasan pada sertifikat tanah yang dimiliki Owner







buatlah patok-patok benchmark utama (BM) yang terhubung dengan seluruh titik sudut perimeter lahan di lokasi yang tidak terganggu selama pelaksanaan proyek dan diplotkan pada gambar pelaksanaan, serta menjadi acuan awal pelaksanaan pematokan (stacking out) pada bangunan-bangunan yang akan dilaksanakan







jika diperlukan, dapat dibuat patok-patok pinjaman untuk mempermudah pelaksanaan pengukuran dan pematokan berikutnya.



A.2 Pemeriksaan level dan kontur tanah eksisting Setelah batas lahan dipastikan sesuai, segera dilakukan pemeriksaan level dan kontur tanah eksisting, untuk mendapatkan data acuan level bangunan serta infrastruktur yang akan dilaksanakan. Data dari pemeriksaan ini juga dapat



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 8 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



digunakan untuk perhitungan pekerjaan cut and fill serta galian/urugan yang diperlukan Tanda atau marking level di lapangan untuk level acuan seluruh bangunan yang akan dikerjakan, dapat berupa tanda segitiga terbalik berwarna merah dan angka level acuan, yang dapat dibuat pada patok BM utama atau pada bangunan atau infrastruktur eksisting yang dipastikan tidak akan berubah dalam jangka waktu yang cukup lama, minimal selama pelaksanaan proyek. Lakukan pengukuran kontur tanah eksisting, termasuk level jalan raya, saluran, pedestrian, dsb, termasuk seluruh kondisi eksisting pada area di sekitar lokasi proyek jika memungkinkan (sekitar 5 m' di luar batas lahan). Pastikan data dipelihara dengan baik dan jika tanda yang dibuat di lapangan terhapus atau rusak segera lakukan perbaikan atau pembuatan tanda yang baru. A.3 Gambar Situasi dan Potongan Setelah diperoleh data dari pengukuran dan pengecekan batas lahan serta kontur eksisting, data yang ada diplotkan di Gambar Situasi dan Potongan, sebagai gambar kerja, meliputi data-data dan informasi antara lain : •



titik patok dan garis perimeter (batas lahan)







titik patok benchmark dan pinjaman







titik penempatan tanda atau marking level acuan







garis kontur lahan eksisting







posisi dan dimensi perimeter as atau perimeter luar masing-masing bangunan serta infrastruktur utama yang akan dikerjakan, termasuk jarak antar bangunan dan infrastruktur yang direncanakan







garis sepadan bangunan (GSB)







bangunan atau konstruksi atau infrastruktur eksisting di dalam area proyek







untuk infrastruktur atau bangunan eksisting tertentu perlu diukur dan digambarkan posisi dan dimensi aktualnya, serta diberikan tanda untuk infrastruktur eksisting yang akan terpengaruh pekerjaan, misal : tiang listrik atau lampu PJU atau bak kontrol atau pohon yang harus dibongkar atau dipindahkan karena lokasi penempatannya akan dibangun jalan entrance maupun exit



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 9 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi •



potongan



melintang



dan



memanjang



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



jalan



raya



eksisting



dan



infrastrukturnya, untuk menunjukkan level masing-masing infrastruktur eksisting (jalan, saluran, kabel dan pipa eksisting) •



potongan memanjang dan melintang yang menunjukkan level bangunan dan infrastruktur (jalan dan saluran) yang akan dilaksanakan, untuk menunjukkan level rencana terhadap jalan dan saluran drainase eksisting — jika terdapat masalah segera informasikan kepada Konsultan dan Owner supaya dapat diperoleh solusinya bersama-sama, misal : untuk kemiringan saluran yang akan dilaksanakan terhadap outlet pada pertemuan dengan saluran drainase eksisting



Infrastruktur eksisting di sekitar perimeter proyek yang harus dipantau dan diambil posisi dan levelnya antara lain : •



jalan raya, saluran dan trotoar/pedestrian







tiang telepon







tiang listrik dan lampu PJU







rambu-rambu dan pohon penghijauan milik instansi kawasan atau pemerintah







posisi utilitas kabel dan pemipaan eksisting termasuk bak kontrol maupun instalasi kontrol lainnya







menara air atau menara telekomunikasi yang berada di dekat perimeter lahan proyek, yang mungkin akan terpengaruh, mempengaruhi atau harus dilindungi dari efek pelaksanaan pekerjaan







bangunan dan utilitas milik tetangga di samping dan di seberang lokasi proyek







sungai, lereng dan vegetasi tinggi di sekitar lokasi proyek dalam radius yang berpengaruh pada ataupun dipengaruhi olehpelaksanaan proyek



Selain itu perlu juga didokumentasikan kondisi tiap bangunan atau infrastruktur atau lereng alam eksisting, serta dibuat laporan atau berita acara yang diserahkan ke Konsultan, Owner atau instansi terkait, untuk data dan dasar jika terjadi permasalahan, misalnya tuduhan menimbulkan kerusakan atau tuntutan untuk memperbaiki dan memasang kembali dari pihak Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 10 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



lain,supaya dapat diketahui apakah memang kerusakan ditimbulkan karena pelaksanaan proyek atau sudah rusak sebelum proyek dimulai. A.4 Pengamatan kondisi lapangan Selain pengukuran dan pendataan serta pembuatan gambar seperti diuraikan di atas, kondisi lapangan baik di dalam lokasi maupun di sekitar lokasi proyek, perlu diamati antara lain : •



kondisi tanah dan vegetasi serta konstruksi dan utilitas eksisting di lokasi proyek







bahaya alam (lereng yang mudah longsor, daerah sambaran petir, dsb)







kondisi lalu lintas serta manuver kendaraan di sekitar lokasi proyek







lokasi dan nomor telepon instansi penting (kantor pemerintahan dan kawasan yang terdekat dengan lokasi proyek : kantor kelurahan atau kecamatan, kantor polisi, klinik atau rumah sakit, kantor pemadam kebakaran, tempat ibadah, warung makan dan kios, dsb)







kondisi sosial di sekitar lokasi proyek.



Hal ini dimaksudkan supaya tim Kontraktor dapat mengantisipasi segala kendala yang mungkin timbul serta membuat persiapan pencegahannya, termasuk memberikan gambaran awal yang baik untuk penempatan bangunan sementara termasuk akses dan jalan kerja yang diperlukan. Kendala yang mungkin timbul antara lain : potensi kemacetan pada jam tertentu di jalan sekitar proyek, adanya cekungan yang harus diperbaiki sebelum pelaksanaan konstruksi jalan di proyek, dsb. Pengamatan ini juga berguna untuk menganalisa metoda kerja yang akan digunakan, dalam kaitan aspek teknis maupun non teknis yang mungkin terjadi. 3. PENGUKURAN Dalam proses ini sebagai penentu dalam pengambilan data, perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut: B.1 Pengecekan Patok BM dan pemasangan patok CP 1. Memastikan bahwa patok batas lahan, pada tiap sudut perimeter lahan sesuai dengan data Badan Pertanahan Nasional



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 11 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



2. Jika patok yang ada belum permanen (tidak dicor) atau tidak terlindungi dengan baik, dibuat patok beton dengan cor dan memasang titik batas dengan tanda paku tertanam di tiap patok dan melindungi patok-patok tersebut dengan perimeter yang baik dan mudah dipantau (dari bambu atau kaso dan diberi tanda warna atau bendera atau tanda lain yang mudah dilihat). 3. Setelah dipastikan seluruh patok perimeter sesuai, Berita Acara Joint Survey yang sudah disahkan bersama instansi terkait dan Konsultan Pengawas disimpan dan menjadi dasar acuan seluruh pengukuran berikutnya. 4. Titik batas lahan dan garis perimeternya diplot ke gambar dan dilakukan cross check apakah sesuai dengan batas yang diberikan dalam gambar desain atau gambar konstruksi —jika terjadi perbedaan maka akan dilaporkan kepada Konsultan untuk dilakukan penyesuaian gambar desain. 5. Memastikan patok-patok benchmark utama (BM) yang terhubung dengan seluruh titik sudut perimeter lahan di lokasi yang tidak terganggu selama pelaksanaan proyek dan diplotkan pada gambar pelaksanaan, serta menjadi



acuan



awal



pelaksanaan



pematokan



(stacking



out)



pada



bangunan-bangunan yang akan dilaksanakan. 6. Membuat patok-patok Control Point (CP) untuk mempermudah pelaksanaan pengukuran dan pematokan berikutnya B.2 Pengukuran Poligon Langkah Kerja 1. Menyiapkan catatan, daftar pengukuran dan membuat sket lokasi areal yang akan diukur. 2. Menententukan dan tancapkan patok pada titik-titik yang akan dibidik. 3. Mendirikan pesawat di atas titik P1 dan melakukan penyetelan alat sampai didapat kedataran. 4. Mengarahkan pesawat ke arah utara dan menolkan piringan sudut horizontal dan kunci kembali dengan memutar sekrup piringan bawah.



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 12 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



5. Putar teropong dan arahkan teropong pesawat ke titik P2, baca dan catat sudut horizontalnya yang sekaligus sebagai sudut azimuth. Bacaan ini merupakan bacaan biasa untuk bacaan muka. 6. Dengan posisi pesawat tetap di titik P1, putar pesawat 180º searah jarum jam, kemudian putar teropong 180º arah vertikal dan arahkan teropong ke titik P2. 7. Melakukan pembacaan sudut horizontal. Bacaan ini merupakan bacaan luar biasa untuk bacaan muka. 8. Putar teropong pesawat dan arahkan di titik P akhir dan lakukan pembacaan sudut horizontal pada bacaan biasa dan luar biasa. Bacaan ini merupakan bacaan belakang. 9. Dengan cara yang sama, dilakukan pada titik-titik poligon berikutnya hingga kembali lagi ke titik P1. 10. Melakukan pengukuran jarak antar titik dengan meteran. 11. Melakukan perhitungan sudut pengambilan, sudut azimuth dan koordinat masing-masing titik. 12. Menggambar hasil pengukuran dan perhitungan. B.3 Pengukuran Water Pass Langkah Kerja; 1. Menyiapkan alat ukur waterpass di atas kaki tiga, dan siapkan pula alat tulis untuk mencatat hasil pengukuran. 2. Buka kaki tiga dari pengunci. 3. Berdirikan dan dalam keadaan tidak terkunci tinggikan sampai kira-kira sebatas dada, kemudian kuncikan kembali. 4. Renggangkan ketiga kakinya membentuk segitiga sama sisi dengan jarak antar kaki sekitar 60 cm dan kepala kaki tiga dalam keadaan mendatar. 5. Keluarkan alat ukur dari tempatnya, kemudian pasang di atas kepala kaki tiga yang sudah disiapkan tadi, pasang skrup yang ada di kepada kaki tifa pada lubang yang ada di bagian bawah alat ukur cukup kuat agar antara kaki tiga dan alat betul-betul menjadi satu kesatuan. Lalu injak alat injakan yang ada di kaki tiga. Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 13 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



6. Mengatur teropong sejajar dengan dua buah skrup pendatar. 7. Putar kedua skup pendatar ke atas atau kebawah secara bersamaan dan skrup ketiga sebagai pengatur sampingan, sampai gelembung nivo tepat ditengah kotak. 8. Untuk memenuhi syarat garis bidik sejajar garis nivo, atur gelembung nivo tabungnya agar tepat ada ditengah dengan menggunakan skrup pengatur nivo tabung. 9. Arahkan tropong ke sasaran, berupa rambu ukur yang didirikan tegak diatas titik pengukuran. 10. Cek benang diafragma terlihat atau tidak. Bila tidak terlihat putar-putar skrup pemokus difragma sampai benang diafragma tersebut terlihat jelas. 11. Menentukan dua titik A dan B. 12. Membagi panjang PQ dalam beberapa slag. 13. Membaca benang tengah di tiap slag, dengan menganggap bacaan bt yang berlawanan dengan arah pengukuran menjadi arah belakang (b), yang searah menjadi arah muka (m) dan catat pada lembar kerja. Hitung beda tinggi tiap-tiap slag. B.4 Pengukuran Situasi, Potongan Memanjang dan Melintang • Pengukuran situasi Pengukuran situasi dilakukan dengan menggunakan electronic total station (ets) atau dengan alat ukur teodolit dengan ketelitian bacaan ≤ 20”. Data yang diukur mencakup semua obyek bentukan alam dan buatan manusia yang ada disekitar bangunan rencana . Pada pengukuran situasi tersebut, pengambilan titik ukur detail / rapat. Hal ini karena pada lokasi disekitar rencana jembatan akan dilapangkan. • Profil Memanjang Pengukuran penampang memanjang dalam pelaksanaanya di lakukan bersamaan dengan pengukuran sifat datar atau pengukuran penampang melintang . Pengambilan data penampang memanjang dilakukan dengan setiap perubahan muka tanah dan sesuai dengan kerapatan detail yang ada Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 14 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



sepanjang trase. Pembacaan rambu harus di lakukan pada pada tiga benang yaitu : benang atas, benang bawah, benang tengah • Penampang Melintang Pengukuran penampang melintang saluran di lakukan alat sipat datar pada daerah



datar



dan terbuka,



tetapi



pada



daerah



dengan



topografi



bergelombang dilakukan dengan menggunakan teodolit kompas dengan ketelitian bacaan 20”. Pengukuran penampang melintang saluran dilakukan tegak lurus dengan ruas jalan. Pengambilan data dilakukan pada tiap perubahan muka tanah dan sesuai dengan kerapatan detail yang ada dengan mempertimbangkan factor skala peta yang dihasilkan dan tingkat kepentingan data yang akan ditonjolkan, Sketsa penampang melintang tidak boleh terbalik antara sisi kanan dengan sisi kiri. Untuk mempermudah pengecekan, pada masing masing sisi koridor di beri notasi yang berbeda, misalnya koridor sebelah kiri dari center line jalan diberi notasi alphabetic dan untuk koridor sebelah kanan di beri notasi numbers. Pengukuran penampang melintang dilakukan dengan persyaratan : Kondisi datar, landai dan lurus dilakukan pada interval tiap 50 m dengan lebar koridor 75 m ke kiri dan 75 m ke kanan AS trase jalan. 4. SURVEI HARGA SATUAN Harga satuan dasar dikumpulkan untuk proses perhitungan harga satuan dalam mata pembayaran pada perhitungan perkiraan harga sendiri yaitu perkiraan biaya yang harus disiapkan oleh pemilik untuk membangun jembatan tersebut. Jadi harga satuan dasar ini harus akurat dan sesuai dengan harga di lapangan dan yang mungkin akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan. Jenis-jenis harga satuan yang harus didata adalah antara lain: a. Agregat halus (pasir) b. Agregat kasar (kerikil, batu pecah) c.



Semen



d. Air e. Batu kali Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 15 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



f.



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



Baja tulangan



g. Kawat pengikat h. Kawat las i.



Oksigen



j.



Tenaga kerja tidak trampil



k. Tenaga kerja trampil l.



Mandor



m. BBM n. Sewa alat (molen, alat pancang, vibrator, mesin las, las potong, crane, genset, alat bantu lainnya) o. Kayu p. Kayu Perancah, q. Kayu untuk acuan (multipleks)



Harga



satuan



tersebut



dalam



analisa



harga



akan



dibagi



menjadi



3



bagian/komponen, yaitu: a. Tenaga kerja b. Bahan c.



Peralatan



Masing-masing komponen dalam analisa biaya tersebut mempunyai faktor sesuai dengan jenis pekerjaan yang harus dihasilkan.



Kemudian dalam analisa untuk



menghasilkan harga satuan pekerjaan tersebut harus ditambahkan pula overhead dan keuntungan. Untuk harga satuan peralatan pada umumnya sudah termasuk bahan bakar, bahan habis pakai dan operatornya. Sedangkan pajak pada umumnya akan ditambahkan kemudian setelah seluruh harga satuan pekerjaan digabungkan dalam pekerjaan bangunan irigasi secara total.



5. PENGUMPULAN DATA SEKUNDER Data sekunder adalah data yang tidak secara langsung diambil dari lapangan, pada umumnya data tersebut adalah data yang sudah ada dan merupakan hasil



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 16 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



pengumpulan data oleh pihak lain. Dalam hal ini data sekunder tidak kalah pentingnya terhadap data primer yang secara langsung diambil dari lapangan.



Peta Geologi Peta geologi adalah peta lokasi yang mencantumkan kondisi jenis tanah atau batuan yang berada pada lokasi jembatan yang akan dibangun atau struktur lainnya, juga selain itu akan dapat diketahui perkiraan jenis penyelidikan tanah yang harus dilakukan sebelum proyek tersebut dibangun. Dalam peta geologi selain tercatat data kondisi tanah, juga tercantum kondisi patahan (apabila pada daerah gempa) dan sejarah terbentuknya serta waktu pernah terjadinya gempa dengan skala Richter (kekuatan gempa). Dengan diketahuinya kondisi tanah di sekitar jembatan, maka akan dapat diperkirakan jenis pondasi dan jenis penyelidikan tanah yang harus dilakukan oleh perencana dengan lebih akurat.



Peta Topografi Peta topografi ini adalah peta yang dilengkapi dengan garis kontur dengan skala 1:25.000 atau 1:50.000 sesuai kebutuhan. Peta ini diperlukan dalam menentukan lokasi jembatan dan untuk menentukan detail pengukuran topografi yang harus dilakukan secara langsung di lapangan.



Peta Quarry Peta quarry adalah peta yang mencantumkan lokasi-lokasi bahan bangunan yang dapat digunakan oleh pelaksana dalam pembangunan. Data lokasi tersebut untuk menentukan jarak antara quarry dengan jembatan guna perhitungan analisa harga.



Data Curah Hujan Data curah hujan adalah data tentang frekuensi ketinggian curah hujan pada suatu daerah dalam periode tertentu. Data curah hujan ini pada suatu daerah tangkapan (catchment area) digunakan untuk menghitung besarnya debit air (banjir) yang



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 17 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



terjadi pada sungai dengan memperhitungkan kondisi permukaan dan kemiringan lahan. Untuk perencanaan suatu jembatan permanen digunakan perhitungan banjir rencana 50 tahunan dengan rumus hidrologi menggunakan analisa statistik, sedangkan perhitungan banjir rencana 20 tahunan untuk perencanaan jembatan semi permanen.



Survai Topografi Tujuan pengukuran topografi adalah mengumpulkan data koordinat dan ketinggian permukaan tanah sepanjang rencana trase jalan dan jembatan di dalam koridor yang ditetapkan untuk topografi dengan skala 1:1000 untuk perencanaan geometri, dan skala 1:500 untuk perencanaan jembatan. Survai topografi untuk perencanaan jembatan secara umum mencakup kegiatan: pengukuran lapangan, pengolahan data, penggambaran situasi,



dan pelaporan.



Area yang harus disurvai topografi umumnya ditentukan 200 meter pada arah jalan masuk dan 200 meter pada arah jalan keluar jembatan. Survai pada daerah sungai sekitar 50 meter ke hulu dan 50 meter ke hilir untuk sungai yang lurus, sedangkan untuk sungai yang berkelok paling sedikit 2 kelokan ke arah hulu sungai dan 1 kelokan ke arah hilir sungai.



PENYELIDIKAN Penyelidikan adalah suatu proses awal perancangan irigasi yang memerlukan suatu penelitian yang cukup detail tentang sifat-sifat atau karakteristik tanah atau aliran sungai yang menjadi dasar penentuan jenis struktur atau konstruksi yang memenuhi syarat. Penyelidikan Tanah Penyelidikan tanah meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium; •



Kegiatan di lapangan mencakup pengambilan contoh tanah di lokasi rencana jembatan yang dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: - Dengan menggunakan alat bor atau dari hasil penggalian (tanah terganggu / disturbed sample)



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 18 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



- Pengambilan contoh tanah dengan menggunakan tabung sample yang ditekan ke lapisan tanah baik secara statis maupun dinamis. - Pengambilan contoh tanah dengan menggunakan mesin bor. •



Kegiatan di Laboratorium. Contoh tanah dianalisis untuk mengetahui karakteristik fisik tanah dengan melakukan test laboratorium, seperti : Atterberg Test, Moisture Content,



Sieve Analysis dan lain-lain Tabel : Jenis Penyelidikan Tanah



BAHAN PONDASI



TANAH TAK TANAH



BATUAN



KOHESIF



KOHESIF



PENGENALAN Pemeriksaan Visual







































Foto Udara







































Konstruksi Lama







































Survai Seimik







































Suvai Ressistivitas Listrik















































































































Tes Penetrasi







































Tes Vane







































Muka Air







































Tes Beban







































Tes Tekanan Unconfined







































PENYELIDIKAN



Galian atau bor tangan – contoh & pengujian Pengeboran



/



danpengujian



contoh



PENGUJIAN / TES LAPANGAN



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 19 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Tes Berat Isi ( dalam tes pit &



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16















































































































Tes Susunan Butir Grading







































Kadar Air







































Berat Isi Kering







































Batas Cair







































Batas Plastis







































Berat Jenis







































Konsolidasi











































































dalam timbunan )



PENGUJIAN/TES LABORATORIUM Tes



Geser



atau



Tes



torsi



(



modulus geser ) Tes Triaksial (modulus elastis dan parameter kekuatan)



Tes Pemadatan (utk pemeriksaan timbunan)



LEGENDA



KATEGORI JEMBATAN



 Tahapan / tes yang perlu



1



 Tidak perlu



2







3



Tidak ada



DESKRIPSI Jembatan Sementara



Jembatan Tetap Jembatan Penting



Tes Penetrasi Sondir (Dutch Cones) Tes penetrasi sondir menggunakan alat yang bekerja secara hidrolik dilengkapi dengan biconus dan manometer untuk mengetahui tekanan ujung (cone



resistance) dan gesekan (friction). Pembacaan tekanan ujung (konus) dilakukan Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 20 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



setiap 20 cm dengan menekan pipa (stang sondir) yang masuk sedalam 20 cm. Pembacaan yang diperoleh dari percobaan sondir adalah tekanan ujung (qc) dan total resistance (tekanan ujung dan gesekan). Hasil dari percobaan dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi tanah terutama daya dukungnya dengan formula empiris dari Meyerhof: Dimana :



qall = +



qc



D + B



0,33



B



. kd (kpa)



qall = qc = B = kd = D =



daya dukung tekanan conus lebar pondasi 1 + 0,33 * (D/B) < 1,33 kedalaman



Tes Penetrasi Standar (SPT) Tes penetrasi standar adalah yang paling banyak digunakan untuk tes dinamik lubang bor. Pengujian ini berfungsi ganda yaitu pengujian penetrasi dan pengambilan contoh. Dengan demikian ini memungkinkan untuk identifikasi perubahan dalam tanah dengan dua cara yang tidak saling tergantung dan karena alasan ini tes tersebut sangat bermanfaat dalam eksplorasi. Tes Penetrasi Konus Dinamik (DCP) Tes penetrasi konus dinamik adalah jenis lain dari tes dinamik bukan lubang bor yang umum digunakan. Pengujian ini hanya kadang-kadang digunakan sebagai pengganti tes penetrasi standar khususnya dalam susunan lapisan batuan keras bila pengambilan contoh ‘split spoon’ dapat mengalami kerusakan. Bila digunakan untuk jenis tanah lain, penetrometer harus dikorelasi terhadap tes penetrasi standar bila hendak diambil manfaat penuh dari hasilnya. Penyelidikan Hidrologi dan Hidrolika Penyelidikan hidrologi dan hidrolika adalah penyelidikan yang berkaitan dengan curah hujan serta banjir dan gerusan yang dapat terjadi pada daerah sekitar irigasi. Hasil penyelidikan hidrologi digunakan untuk menentukan ketinggian atau elevasi, dan hasil penyelidikan hidrollika digunakan untuk menentukan gerusan yang mungkin akan terjadi akibat banjir dan material bawaan sungai, yang digunakan untuk menentukan letak dasar pondasi atau tipe pondasi yang akan dibangun.



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 21 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



Penyelidikan Hidrologi Penyelidikan hidrologi berkaitan dengan besaran curah hujan, daerah tangkapan hujan, kondisi sungai serta sifat-sifat sungai dimana aliran air akan mengalir. Pada penyelidikan hidrologi ini, dikumpulkan data tentang curah hujan pada beberapa lokasi untuk suatu periode tertentu, dimana data ini dapat dimintakan pada Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dan data banjir besar yang pernah terjadi dapat diperoleh dari Dinas Sumber Daya Air atau Puslitbang Sumber Daya Air yang mengamati perilaku sungai dan banjir yang pernah terjadi. Data tersebut digunakan untuk menentukan tinggi banjir rencana yang disesuaikan dengan tipe jembatannya untuk periode tertentu.



Penyelidikan Hidrolika Penyelidikan hidrolika digunakan untuk menghitung gerusan yang mungkin akan terjadi pada lokasi jembatan akibat banjir pada periode tertentu. Hasil penyelidikan ini sangat penting dalam menentukan lokasi, kedalaman pondasi serta penentuan jenis bangunan pengaman yang harus direncanakan. Masalah hidrolika sangat berkaitan erat dengan perilaku morfologi sungai.



B. Keterampilan yang diperlukan dalam Melakukan Survai Lokasi Pekerjaan Untuk Quarry, Sumber Bahan, Jalan Masuk Dan Sosial Budaya 1. Mempelajari peta situasi untuk mencari alternatif jalan masuk proyek yang paling efektif dan efisien 2. Menghitung perkiraan jumlah bahan yang ada di quarry 3. Mendata daerah-daerah permukiman, persawahan/perladangan milik masyarakat 4. Melakukan pendekatan kepada masyarakat disekitar lingkungan proyek untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan C. Sikap Kerja yang diperlukan dalam Melakukan Survai Lokasi Pekerjaan Untuk Quarry, Sumber Bahan, Jalan Masuk Dan Sosial Budaya 1. Cemat dan teliti dalam mempelajari peta situasi untuk mencari alternatif jalan masuk proyek yang paling efektif dan efisien



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 22 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



2. Cemat dan teliti dalam menghitung perkiraan jumlah bahan yang ada di quarry 3. Cemat



dan



teliti



dalam



mendata



daerah-daerah



permukiman,



persawahan/perladangan milik masyarakat 4. Cemat dan teliti dalam melakukan pendekatan kepada masyarakat disekitar lingkungan proyek untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 23 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



BAB III MEMBUAT RENCANA KERJA HARIAN DAN MINGGUAN



A. Pengetahuan yang diperlukan dalam Membuat rencana kerja harian dan mingguan 1. Rencana Kerja Harian Rencana kerja harian adalah rencana kerja yang dibuat oleh pelaksana lapangan yang kemudian diolah oleh bagian teknik. Rencana harian ini sangat simpel karena biasanya hanya 1 lembar kertas saja. Rencana ini memuat beberapa informasi penting yang harus ditulis antara lain •



Pekerjaan yang sedang dikerjakan termasuk lokasi pekerjaan.







Jumlah Jumlah tenaga kerja dengan keahliannya yang bekerja pada hari itu serta jumlah jam kerjanya.







Cuaca pada hari tersebut, Berapa jam hujan dan berapa jam cerah.







Alat-alat yang digunakan termasuk jumlah alat (alat berat, alat pendukung, dan alat bantu)







Bahan-bahan material yang digunakan







Intruksi yang diberikan dan pekerjaan yang diperiksa oleh Konsultan Pengawas.







Catatan hal – hal yang penting selama pelaksanaan pekerjaan.







Tanda tangan dari pelaksana dan konsultan pengawas.



Laporan diisi dengan tulisan tangan bukan diketik sehingga diharapkan pelaksana selalu tertib mengumpulkan laporan harian ke bagian teknik Contoh rencana harian antara lain : 1.1 Laporan Pitty Cash Harian Merupakan laporan yang diperlukan untuk mencatat transaksi harian proyek.



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 24 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



1.2 Absensi Harian Dan Daftar Upah Harian Merupakan laporan yang diperlukan untuk pengisian absensi dan pembayaran upah pekerja dan tukang secara harian



1.3 BON Pengeluaran Gudang Merupakan laporan yang diperlukan untuk mencatat pengeluaran material dari gudang disertai harga satuan, volume dan total harga



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 25 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



1.4 Bukti Penerimaan Barang Harian Merupakan bukti penerimaan barang yang dimasukkan supplier setiap harinya



1.5 Resume Transaksi Harian Merupakan Pencatatan Pembelian ataupun Pemasukan Barang dari Supplier/ Non Supplier beserta Status Pembelian apakah berupa BON atau tidak dll.



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 26 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



1.6 Laporan Harian Proyek Merupakan bentuk pelaporan yang menjelaskan pekerjaan yang dilakukan, tenaga yang dilibatkan, hingga pengadaan barang di hari itu



2. Rencana Kerja Mingguan Laporan mingguan berbeda dengan laporan harian karena isi yang dilaporkan tentu lebih lengkap. Laporan mingguan ini dibuat oleh teknik berdasarkan kondisi lapangan saat itu. Pada proyek dengan sistem kontraktor yang dilaporkan hanya progress saja kepada owner. Format laporan mingguan ini biasanya mengikuti format RAB untuk item-item pekerjaan. Isi dari laporan ini antara lain •



Volume RAB dan bobot dimasing-masing pekerjaan







Volume yang sudah dikerjakan (Minggu lalu, minggu ini dan total)







Bobot dalam persen di masing-masing item pekerjaan (Minggu lalu, minggu ini dan total)



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 27 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



Nilai kumulatif progress pada minggu ini (dalam persen)







Contoh laporan mingguan 2.1 Laporan Progres Mingguan Merupakan Laporan Progres Kemajuan Pekerjaan setiap minggunya yang dihitung berdasarkan bobot pekerjaan



2.2 Rencana Kerja 2 Mingguan Merupakan rencana kerja dalam 2 mingguan yang diukur berdasarkan bobot pekerjaan.



2.3 Opname Pekerjaan Borongan Dan Upah Merupakan bentuk pelaporan yang dilakukan setelah opname pekerjaan dan upah dilakukan terlebih dahulu.



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 28 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



2.4 Surat Permohonan Belanja Dan Kas Merupakan sebuah pencatatan untuk permohonan permintaan belanja diminggu tersebut beserta perhitungan kas.



2.5 Resume Transaksi Harian Merupakan sebuah surat permintaan belanja untuk minggu tersebut



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 29 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



2.6 Laporan Mingguan Proyek Merupakan pelaporan lengkap sebuah pekerjaan proyek diminggu tersebut yang mencakup semua data yang diambil dari laporan proyek harian diminggu tersebut ditambah data-data lainnya



2.7 Laporan Mingguan Keadaan Cuaca Merupakan contoh pelaporan keadaan cuaca mingguan



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 30 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



B. Keterampilan yang diperlukan dalam Membuat rencana kerja harian dan mingguan 1. Merencanakan pekerjaan harian dan mingguan secara rinci yang mengacu kepada gambar kerja dan hasil survai 2. Merencanakan kerja harian maupun mingguan



C. Sikap Kerja yang diperlukan dalam Membuat rencana kerja harian dan mingguan 1. Cermat dan teliti dalam merencanakan pekerjaan harian dan mingguan secara rinci yang mengacu kepada gambar kerja dan hasil survai 2. Cermat dan teliti dalam merencanakan kerja harian maupun mingguan



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 31 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



BAB IV MENYUSUN RENCANA KEBUTUHAN SUMBER DAYA DAN DIKONSULTASIKAN KE KEPALA LAPANGAN



A. Pengetahuan yang diperlukan dalam Menyusun Rencana Kebutuhan Sumber Daya Dan Dikonsultasikan Ke Kepala Lapangan 1. Penyusunan Rencana Kerja Pada tahap persiapan pelaksanaan proyek maka harus disiapkan sarana dan prasarana yang meliputi pembuatan dokumen rencana pelaksanaan proyek dan rencana persiapan fisik dilapangan untuk mendukung dimulainya pelaksanaan proyek menjadi lebih lancar. Rencana pelaksanaan proyek menjadi sangat penting dan menjadi standar atau pedoman untuk kesuksesan pelaksanaan dilapangan demi tercapainya pengendalian biaya, mutu dan waktu sesuai target yang direncanakan. Dengan dibuatnya rencana pelaksanaan dan pada tahap operasional proyek dilakukan control atas pengendalian pada setiap pekerjaan sesuai bidangnya masing-masing, maka kegiatan operasional tersebut akan terarah, terukur dan terorganisasi dengan baik. Rencana pelaksanaan proyek terdiri dari: 1. Organisasi proyek dan Job Description 2. Jadwal pelaksanaan proyek dan jadwal pengadaan sumber daya 3. Rencana mutu kontrak 4. Metode pelaksanaan (Construction Method) 5. Survei lapangan 6. Mobilisasi dan Site Plan 7. Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP) dan Cash Flow 8. Rencana K3 Proyek 9. Rencana Kelola Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 32 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



Jelas bahwa metode pelaksanaan atau metode konstruksi (Construction Method) dapat bermanfaat di dalam memberikan arahan dan pedoman yang jelas atas urutan dan fasilitas penyelesaian pekerjaan dan merupakan kesatuan dokumen prosedur pelaksanaan proyek. Penyusunan Kebutuhan Sumber Daya Manajemen dalam penyelenggaran proyek tergantung dari 2 faktor utama yaitu sumberdaya dan fungsi-fungsi manajemen. Fungsi-fungsi manajemen sebagaimana diketahui antara lain dirumuskan sebagai POAC, yaitu Planning Organizing



Actuationg and Controlling. Sedangkan sumber daya biasanya diuraikan sebagai 4M yaitu Man (Manusia, Tenaga Kerja), Money (Uang), Material (Bahan) dan Machine (Peralatan). Tetapi ada suatu pendapat dimana Sumber Daya bisa dikembangkan Jagi menjadi 5 M, dimana ada tambahan satu M lagi yaitu Method. Dengan Method atau metode konstruksi yang baik, memenuhi syarat teknis, aman dilaksanakan, memenuhi



syarat



ekonomis



(bisa



termurah



dan



efisien)



dan



merupakan



alternatif/pilihan terbaik sesuai kondisi lapangan akan merupakan sumber daya yang sangat menentukan didalam mensukseskan pelaksanaan proyek. Untuk menyusun metode konstruksi yang lengkap diperlukan data dan alanisa kebutuhan sumber daya tenaga kerja, bahan yang akan dipakai dan paling penting adalah daftar kebutuhan peralatan. a. Kebutuhan Tenaga Kerja Didalam menganalisis dan menyusun kebutuhan tenaga kerja, penentuan produktivitas pekerja sulit karena hal itu sangat bervariasi dari kontraktor yang satu dengan kontraktor yang lain dan dari satu cabang keahlian ke cabang keahlian lainnya. Namun demikian dengan diskusi dengan pihak kontraktor dan survei kebutuhan proyek didaerah tersebut, akan dapat juga memberikan manfaat. Memperkirakan biaya konstruksi dalam daerah dimana diberikan toleransi terhadap jam istirahat, minum kompi, jam makan yang lama, penghentian saat kerja lebih dini, dan lain-lain akan sangat berlainan dengan pekerjaan yang sama dengan kontraktor yang mempunyai pengendalian yang cukup ketat terhadap tenaga kerja.



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 33 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



Juga penentuan ketersediaan tenaga kerja adalah penting. Adalah perlu untuk selalu “memagang” mandor-mandor yang cakap dan mempunyai jaringanjaringan pekerja dengan jumlah yang cukup besar dengan keahlian yang cukup baik. Apabila kontraktor mendapat proyek tertentu, mandor-mandor langganan selalu harus dipanggil, dengan demikian ketersediaan tenaga kerja yang terampil dan jumlahnya mencukupi akan selalu tersedia. Setelah kita mendapatkan jumlah pekerjan untuk menyelesaikan suatu detail item pekerjaan maka kita harus membuat jadwal kebutuhan tenaga kerja. Jadwal tersebut antara lain: -



Rincian item pekerjaan secara detail



-



Rencana waktu pelaksanaan proyek



-



Rincian waktu pelaksanaan pekerjaan per item pekerjaan



-



Rincian jumlah pekerja (mandor dan tenaga terampil) untuk melaksanakan suatu item pekerjaan pada waktu tertentu.



Dalam penyelenggaraan pekerjaan bangunan irigasi, manusia sebagai sumber daya utama diartikan sebagai tenaga kerja baik yang terlibat langsung dengan proyek maupun yang tidak terlibat langsung dengan proyek. Yang terlibat langsung dengan proyek adalah tenaga kerja yang berada dikelompok pemberi pekerjaan (pengguna jasa), dikelompok Kontraktor (penyedia jasa) dan dikelompok Konsultan (penyedia jasa). Dari kualifikasinya para tenaga kerja tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tenaga hali dan “tenaga terampil”. Tenaga kerja yang terlibat langsung dengan penyelenggaraan proyek disajikan pada Tabel 2 :



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 34 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



Tabel 2. Tenaga Kerja Pada Proyek Bangunan Irigasi Kelompok Pemberi



Kelompok



Kelompok



Pekerjaan



Kontraktor



Konsultan



Pim-Pro



Kepala Proyek



Team Leader



Pim-Bag-Pro



Kepala Lapangan



Co-Team Leader



Asisten Pim-Pro



Manajer Teknik



Irrigation Engineer



Asisten Pim-Bag-Pro



Manajer Administrasi/



Dam Engineer



Keuangan Bendahara Proyek



Manajer Peralatan



Quality Engineer



Manajer Logistik



Quantity Engineer



Urusan Tata Usaha



Quality Controller



Inspector



Urusan Pergudangan



Pelaksana



Laboratory Technician



Dan sebagainya



Draftman



Draftman



Bendahara



Bag.



Proyek



Cara Perhitungan tenaga kerja pada pekerjaan bangunan irigasi •



Tentukan jenis keterampilan tenaga kerja, misal pekerja (L01), tukang (L02), kepala tukang (L03) atau mandor (L04).







Kumpulkan data upah hasil survai serta peraturan upah setempat yang ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota yang berlaku di lokasi yang berdekatan untuk daerah tempat lokasi pelaksanaan pekerjaan







Pertimbangkan tenaga kerja yang didatangkan dari luar daerah dengan memperhitungkan biaya akomodasi seperti: makan, menginap dan transport.







Jumlah jam kerja perhari selama 8 jam per hari dan diperhitungkan efektif selama 7 jam dengan waktu istirahat maksimum 1 jam.







Tentukan masing-masing biaya upah per orang-hari (OH) atau per orangjam (OJ) sesuai dengan kondisi lokasi pekerjaan.







Hitung biaya untuk keperluan K3 dengan menyusun peralatan yang diperlukan seperti helm, rompi, sepatu, masker, jas hujan, topi, sarung tangan, kaca mata pelindung dan lain-lain sesuai dengan harga yang berlaku untuk setiap jenis tenaga kerja yang digunakan.



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 35 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi







Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



Jumlahkan biaya K3 dalam satuan rupiah, dan hitung biaya pemakaian peralatan K3 per hari, dengan membagi biaya K3 dengan lama periode konstruksi atau lama (hari) pemakaian, sebagai biaya K3 per hari atau juga biaya K3 per-jam.







Biaya upah tenaga per hari atau per jam adalah upah (e) di tambah dengan biaya K3 (g)



b. Kebutuhan Peralatan Proyek Siring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, hampir semua proyek menengah sampai besar merupakan proyek padat modal dan padat alat. Dengan menggunakan peralatan berat maka sasaran pekerjaan dapat dicapai dalam waktu relatife cepat. Didalam pembuatan Dokumen Metode Konstruksi, pertama kali kita harus menetapkan dan menghitung Construction Plan atas kebutuhan peralatan berat yang dipakai pada suatu item pekerjaan berdasarkan jangka waktu tertentu sesuai jadwal pelaksanaan pekerjaan, tentu saja sesuai dengan metode konstruksi yang paling efisien dan efektif. Untuk menghitung kebutuhan peralatan proyek adalah sebagai berikut: 1. Menghitung produksi alat per jam (Hourly Production of Equipment) Contoh perhitungan:



Work Item No.



:



Work



:



Embankment with hauling more than 50 m to 1000 m



Equipment



:



M3 0,70



Bucket Capacity



:



Excavator (loading)



Bucket Factor



:



0,90



Standar Cycle Time



:



Sec 19,00



Convertion factor



:



0,90



Cycle Time



:



Sec 17,10



Earth Volume Concvac



:



0,80



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 36 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



Job Efficiency



:



0,67



Produc per cycle



:



M3 0,63



Normally Product/hr



:



M3/hr 71,10



Assumed for Calucation m3/hr



:



59,25 (61,50/1,2)



2. Menghitung waktu operasi tiap jenis peralatan didalam menyelesaikan suatu jenis item pekerjaan. Dengan dibandingkan produksi alat per satuan volume/luas maka dapat dihitung jumlah alat yang diperlukan didalam menyelsaikan satu jenis item pekerjaan sesuai jadwal waktu yang tesedia. Contoh formulir: Item No.



Description



I.



Embankment Hauling more than 50 m to 1000 m Excavation Hauling Spreadng Compaction Curing Finishing



1. 2. 3. 4. 5. 6.



Equipment



Time Operation (hour)



Excavator Dump Truck Bulldozer Vibro Roller Water Tank Excavator



269 1210 186 265 257 65



1



2



Month 3 4 5



1 3 1 1 1 1



6



1 3 1 1 1 1



Jenis Peralatan Pekerjaan Bangunan Irigasi Pekerjaan bangunan irigasi terdiri dari pekerjaan secara manual dan pekerjaan secara mekanis. Jenis pekerjaan ini sangat tergantung dari peralatan yang digunakan. Salah satu faktor yang mempengaruhi waktu pelaksanaan pekerjaan bangunan irigasi adalah jenis peralatan yang digunakan, produktifitas peralatan, jumlah dan kondisi peralatan tersebut. Adapun jenis-jenis peralatan yang digunakan untuk pekerjaan manual adalah: •



Cangkul







Linggis







Sendok semen







Sekop







Gerobak



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 37 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi







gergaji







pahat







molen







vibrator







gergajai mesin, dll



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



Sedangkan Jenis peralatan yang digunakan untuk pekerjaan bangunan air secara mekanis adalah : •



Crane







Jack hammer







Bulldozer







Exavator







Genset, dll



Peralatan yang terdiri dari alat-alat berat, peralatan laboratorium, peralatan kantor (computer, kalkulator), dan peralatan jenis-jenis lainnya merupakan penunjang utama dalam penyelenggaraan proyek. oleh karena itu, peralatan tersebut merupakan bagian dari sumber daya proyek. Dengan menggunakan peralatan maka sasaran pekerjaan dapat dicapai dalam waktu yang relative lebih cepat serta dapat memenuhi spesifikasi teknis yang telah dipersyaratkan. Alat-alat berat Berbagai macam jenis peralatan dengan kapasitas yang berbeda-beda telah banyak diproduksi untuk digunakan dalam pekerjaan konstruksi jalan maupun jembatan sesuai dengan fungsinya. Dari berbagai macam jenis peralatan dan fungsinya tersebut, dikaitkan dengan jenis-jenis pelaksanaan pekerjaan yang harus dilakukan, dapat disusun pengelompokan peralatan untuk setiap jenis penanganan pekerjaan sebagai berikut:



Earth moving Equipment ➢ Bulldozer (crawler, wheel) ➢ Loader (crawler, wheel) ➢ Motor Grader ➢ Excavator (crawler, wheel)



Companting Equipment ➢ Tandem Roller Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 38 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



➢ Pedesterian Roller ➢ Vibrating Tamper ➢ Vibrating Rammer ➢ Three Wheel Roller ➢ Tyre (Pneumatic Roller) ➢ Combination Roller ➢ Sheepfood Roller



Hauting Equipment ➢ Motor Scraper ➢ Dump Truck



Plant Equipment ➢ Stone Crushing Plant ➢ Asphalt Mixing Plant ➢ Concrete Plant/Mixer



Drilling/Boring Equipment ➢ Percusion Drill ➢ Bore Pile ➢ Hammer Drill



Pilling Equipment ➢ Pile Hammer (Diesel, Vibro)



Lifting Equipment ➢ Crane ➢ Lift Platform ➢ Forklift



Transportation Equipment ➢ Trucker ➢ Trailer ➢ Jeep ➢ Pick Up ➢ Bus



Supporting Equipment ➢ Water Tank Truck Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 39 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



➢ Fule Tank Truck ➢ Generating Set ➢ Air Compressor ➢ Water Pump Dalam manajemen penyelenggaraan proyek Sumber Daya Air, penyediaan peralatan (Kontraktor) harus sesuai dengan kebutuhannya ditinjau dari jenis, jumlah, kapasitas maupun waktu yang tersedir. Cara menggunakannya harus mengikuti



prosedur



pengoperasian,



sesuai



dengan



fungsi



masing-masing



peralatan, setelah itu peralatan harus disimpan ditempat yang bisa melindunginya dari kemungkinan hilang atau rusak. Peralatan Laboratorium Peralatan laboratorium diperlukan dalam rangka melakukan pengawasan dan pengendalian mutu atas pekerjaan konstruksi yang dilakukan oleh Kontraktor. Peralatan-peralatan



laboratorium



untuk



pengujian-pengujian



merupakan



keomponen dari sumber daya yang difungsikan dalam rangka pengendalian mutu. Jenis, jumlah dan waktu diperlukannya peralatan-peralatan laboratorium tersebut tentunya tergantung pada ruang lingkup kegiatan pengawasan atas pekerjaan konstruksi yang akan dilaksanakan. Cara perhitungan Kebutuhan peralatan • Pekerjaan Manual Untuk pekerjaan SDA yang manual, komponen peralatan penunjang yang kecil seperti: sendok tembok, linggis, gergaji, pahat biasa dan pengki diasumsikan sebagai peralatan wajib yang harus dipunyai oleh setiap pekerja/tukang sehingga tidak dihitung, sedangkan peralatan seperti beton mollen, vibrator, gergaji mesin, crane, Jack Hammer dan lainnya dihitung sebagai sewa harian dengan unit sewa-hari. HSD peralatan ini merupakan HSD peralatan siap pakai di lokasi pekerjaan yaitu harga satuan sewa alat berserta lainya seperti Jack Hammer termasuk dengan genset beserta bahan bakar dan operatornya, sehingga untuk peralatan lainnya pun seperti demikian.



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 40 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



• Pekerjaan Mekanis Telah disepakati bahwa peralatan untuk pekerjaan secara mekanis di bidang SDA diantaranya seperti Bulldozer dan Excavator atau juga pada proses pembuatan bahan olahan (seperti stone crusher, dll). HSD peralatan ini dapat dihitung sebagai rental basis (umumnya sewa-jam) ataupun hitungan berbasis kinerja (performance based) yaitu dengan cara menghitung biaya operasi peralatan per-jam dan produktivitas alat per-jam. Perhitungan kebutuhan peralatan mekanis ini berdasarkan produktifitas alat tersebut. 2. Kebutuhan Bahan Sebelum kita menghitung kebutuhan banah, setelah kita mempelajari spesifikasi dan metode yang dipakai, maka kita perlu mengadakan survei dan penelitian bahan local yang cocok untuk dipergunakan. Bila didalam perencanaan, kondisi setempat belum dipahami secara mendalam, adalah sangat mungkin kita mendapat bahan yang jauh lebih murah yang sesuai dengan spesifikasi dan metode yang akan dipakai. Juga yang sangat penting adalah waktu pengadaan bahan. Berdasarkan pengalaman yang ada, meskipun bahan local volumenya berlimpah tetapi karena banyakny aproyek pembangunan di daerah tersebut menyebabkan waktu pengadaan bahan menjadi tersendat bahkan bisa terlambat dari jadwa. Setelah kita mendapatkan jumlah bahan untuk menyelesaikan suatu item pekerjaan dengan spesifikasi tertentu, maka kita harus membuat jadwal kebutuhan bahan. Jadwal tersebut berisi antara lain: •



Rincian item pekerjaan secara detail







Rencana waktu pelaksanaan proyek







Rincian waktu pelaksanaan per item pekerjaan



Rincian jumlah/volume bahan dengan spesifikasi tertentu untuk melaksanakan item pekerjaan tersebut pada waktu tertentu. Konstruksi bangunan irigasi umumnya adalah pasangan batu kali, batu bata, dan beton. •



Untuk bendung dipakai pasangan batu kali/gunung dan atau beton



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 41 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



Kebanyakan konstruksi bendung dibuat dari pasangan batu kali/gunung, karena bahan-bahan ini terdapat disekitar lokasi pekerjaan. Pekerjaan konstruksi beton jarang dipakai karena umumnya lebih mahal jauh lebih mahal dari konsturksi pasangan batu. •



Bangunan bagi/sadap dibuat dari pasangan batu kali/gunung atau pasangan batu bata, karena bangunan ini tidak terlalu besar disbanding dengan bendung.







Gorong-gorong bulat terbuat dari beton. Gorong-gorong persegi terbuat dari pasangan batu dan pelat penutup dari beton bertulang.







Sipon terbuat dari pasangan batu atau beton.







Talang terbuat dari beton atau baja.



Sifat dan karakteristik bahan-bahan yang dipakai untuk konstruksi bangunan diatas seperti batu kali, batu bata, pasir dan semen untuk bahan adukan maupun beton, diuraikan dibawah ini. 2.1 Jenis Bahan a. Batu Batu sebagaimana bata, adalah salah satu dari bahan-bahan bangunan yang tertua yang diketahui. Sejak permulaan dari sejarah yang tercatat, batu dianggap sebagai bahan yang lebih disukai dalam konstruksi bangunan permanen. Dan sesungguhnya sampai menjelang abad ke 20 batu merupakan bahan yang utama dalam konstruksi bangunan. Sejak abad ke 20 mendapat peranan yang baru. Batu itu kemudian dikembangkan sebagai bahan pelapis permukaan, digunakan dalam lapis yang relative tipis, melapisi kerangka dari baja atau beton. Maka sifat-sifat batu, keindahan, ketetapan, sifat dapat disesuaikan, ekonomi telah digunakan, sedang bangunan batu yang berat telah banyak dikurangi. Pembagian Jenis Batu Asal geolgis Batu dapat dibagi dalam 3 golongan, tergantung pada asal geologis: 1) Batuan pembekuan (igneons rock) 2) Batuan sedimen (pengendapan) Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 42 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



3) Batuan metamofr (perubahan) Batuan pembekuan adalah hasil dari pembekuan bahan cair (magma). Batuan sedimen adalah hasil pengendapan. Batuan metamorf adalah hasil perubahan dari bentuk semula karena pengaruh tekanan yang besar, panas lengas atau gabungan dari padanya. Komposisi Batuan dapat dibagi-bagi pula berdasarkan komposisinya. Biarpun banyak jenis mineral terdapat dalam formasi batuan batu yang digunakan untuk bangunan berasal dari batuan yang termasuk dalam tiga golongan: 1) Batuan yang terutama mengandung silica 2) Batuan yang terutama mengandung silicate 3) Batuan yang terutama mineral yang mengandung kapur (calcareus



minerl). Mineral silica yang terutama ialah quartz, mineral yang banyak terdapat dipermukaan bumi. Ini adalah unsur yang utama dari pasir dan terdapat dikebanyakan tanah liat dan disementara batu-batu bangunan. Mineral silicate termasuk feldspar, homblende, serpentine dan mica. Feldspar adalah silikat dari aluminium dalam kombinasi dengan kapur



(lime) atau kalium karbonat tergantung pada kombinasinya warnya dapat merah, merah muda atau terang. Homblende adalah silikat dari aluminium dengan kapur atau besi. Ini adalah mineral yang kuat, ulet, terdapat sebagai Kristal yang hijau, abuabu atau hitam. Mica terutama adalah silikat dari aluminium dengan kombinasi mineral yang lain sebagai besi atau kalium karbonat. Ini tampak sebagai Kristal yang lunak, umumnya bening yang mudah terbelah menjadi lapis-lapis yang datar. Serpentine adalah silikat dari magnesia, terdapat sering dalam kombinasi dengan kapur. Ini warna hijau muda atau kuning dan mudah terbelah dalam bidang yang tidak tertentu. Minaral kapur (calcareus mineral) termasuk kalsit, yang terutama adalah karbonat dari kapur dan dolomit, yaitu karbonat kapur dengan kombinasi magnesia dalam jumlah yang berbeda-beda. Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 43 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



Syarat-syarat Batuan untuk Bangunan Syarat-syarat yang utama ialah: 1. Kekuatan 2. Kekerasan 3. Mudah dikerjakan 4. Ketahanan 5. Warna dan butiran 6. Porositas dan texture 7. Kemudahan pengambilan 8. Mudah dicapai Banyak batu yang memenuhi syarat kekuatan untuk banyak tujuan dalam bangunan, kekuatan tekan 380 kg/cm2 adalah cukup. Dalam beberapa hal kekuatan geser adalah penting, Kekerasan hanya perlu bila batu digunakan sebagai lantai, tangga jalan, dan sebagainya, tetapi kekerasan mengurangi kemudahan dapat dikerjakan. Yang terlunak ialah batu pasir lunak yang dapat mudah digores sampai batu yang lebih keras dari baja. Kemudian



dapat



dikerjakan



adalah



penting,



karena



kemudahan



menghasilkan bentuk dan ukuran yang dikehendaki, berakibat pada kecilnya biaya ketahanan, kemampuannya untuk bertahan terhadap pengaruh fisika dan kimia, menentukan umur dari bangunan batu yang tidak dipelihara. Ini berkisar antara 10 sampai 200 tahun. Warna penting dari segi keindahan, selera dan mode (kebiasaan). Sifat-sifat Batu alam Untuk Bahan Bangunan Keteguhan Keteguhan batu alam ialah perlawanan yang dapat diberikan sebelum runtuh, terhadap bermacam-macam gaya luar, seperti gaya tekan, gaya tarik dan gaya geser. Batu alam tidak atau hanya sedikit saja memberi perlawanan terhadap gaya-gaya geser dan tarik. Keteguhan tidak hanya tergantung pada bagian-bagian tetapi tergantung pula pada jenis, bahan pelekat. Keteguhan tekan terbesar didapat pada batuan-batuan keras, seperti granit, dimana strukturnya rapat dan teratur. Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 44 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



Keteguhan tekan batu-batu keras berkisar antara 2000 dan 3000 kg/cm2, sedangkan untuk batu-batu lembik angka-angka ini sering kurang dari 50 kg/cm2. Kebaikan batu-batuan lembik dengan butir halus terhadap yang keras dengan butir kasar, ialah kemungkinan membuat profil-profil halus padanya. Contoh-contoh ialah pualam dan beberapa batu pasir. Keawetan Keawetan ialah ketahanannya terhadap zat-zat kimia dan air. Pada batubatuan berpori, air yang diserap oleh pori-pori dan saluran-saluran dapat membeku dan merusak batunya karena perbesaran volumenya. Gas-gas bakar dan uap-uap kimia dapat menyerang berbagai macam batu alam, jika batu-batu itu mengandung bahan-bahan pelekat yang termakan oleh asam mengandung belerang. Granit dan basalt tahan serangan ini. Untuk menambah keteguhan iklim, maka permukaan batubatu dapat dilumuri dengan silikat atau fluat-fluat, sehingga tertutuplah pori-porinya. Keteguhan Aus Batu-batuan dengan butir halus, jadi umumnya batu-batuan yang mudah diupan, akan lekas aus jadi licin. Batu-batuan kasar umpamanya granit dan kwartsit, yang untuk sebagian besar tersusun dari butir-butir kwarts, mempunyai tahanan lebih besar terhadap keausan. Tetapi jika butir-butir kwarts dihubungkan sesamanya dengan bahan perekat lembik, maka keteguhan aus akan sangat berkurang. Dalam daerah-daerah yang banyak berpasir, dimana pasir yang terhalau oleh angina akan mengasah batu alam, tidak boleh dipergunakan jenis batu alam lembik atau profilprofil halus, profil-profil itu akan cepat aus. Tahan Api Kebanyakan jenis batu alam tidak dapat dipercayai jika terjadi kebakaran. Batu-batuan yang mengandung kapur asam arang seperti batu keras, Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 45 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



dalam kebakaran hebat akan berubah menjadi kapur tak terpadamkan. Jika disemprot air, kapur tak terpadamkan ini sama sekali tak terurai dan batu-batuan rusak. Batu-batuan yang tersusun dari beberapa mineral akan menunjukan rekah-rekah pada kebakaran yang disebabkan oleh pemuaian-pemuaian mineral yang tidak sama, karena angka muai yang berbeda-beda. Contoh ialah granit. Batu-batuan yang mengandung kwarts, dimana butirbutir saling dihubungkan dengan tanah liat seperti batu pasir tanah liat, batu pasir kresik dan kwartsit mempunyai tahanan api yang terbesar. b. Beton



Sifat Material Beton Beton merupakan campuran dari bahan-bahan : semen, agregat dan air. Kekuatan beton tergantung dari beberapa faktor antara lain : proporsi campuran, kondisi temperatur dan kelembaban tempat dimana beton akan mengeras. Untuk memperoleh beton dengan kekuatan seperti yang diinginkan,



maka



beton



yang



masih



muda



perlu



dilakukan



perawatan/curing, dengan tujuan agar proses hidrasi pada semen berjalan dengan sempurna. Pada proses hidrasi semen dibutuhkan kondisi dengan kelembaban tertentu agar air di dalam adukan beton tidak menguap. Apabila beton terlalu cepat mongering, maka akan timbul retak-retak pada permukaannya yang menyebabkan kekuatan beton turun. Retak ini juga akibat kegagalan mencapai reaksi hidrasi kimiawi penuh pada semen. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk perawatan beton, antara lain : 1. Beton dibasahi air secara terus menerus 2. Beton direndam dalam air 3. Beton ditutup dengan karung basah 4. Perawatan uap untuk beton yang dihasilkan dari pabrik, seperti beton pracetak, beton prategang, tiang, girder pratekan, dll. Temperatur perawatan sekitar 150°F. (Gambar 12). Lamanya perawatan biasanya Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 46 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



dilakukan selama 1 hari untuk cara ke 4, dan 5 sampai 7 hari untuk cara perawatan yang lain.



Gambar 12. Metode Perawatan Beton dengan Uap (foto : amalia)



Sifat-Sifat Beton Segar Beton segar adalah beton dalam kondisi plastis (sebelum mengeras), dan akan segera mengeras dalam beberapa jam setelah beton diaduk. Beton segar harus mempunyai kinerja tinggi yaitu: kelecakan atau kemudahan dikerjakan, kohesivitas dan kemudahan pemompaan ke tempat yang tinggi, panas hidrasi rendah, susut yang relative rendah pada proses pengerasan dan percepatan maupun penundaan waktu ikat awal. Sifatsifat yang perlu diperhatikan pada beton segar adalah: •



Sifat Kemudahan dikerjakan (Workability) Sifat ini merupakan ukuran dari tingkat kemudahan adukan untuk diaduk, diangkut, dituang dan dipadatkan.



beton



Sifat kemudahan



dikerjakan pada beton segar dipengaruhi oleh: (1) Jumlah air yang dipakai dalam campuran adukan beton. Semakin banyak air yang dipakai, semakin mudah beton segar dikerjakan tetapi jumlah air yang banyak dapat menurunkan kuat tekan beton. Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 47 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



(2) Penambahan semen ke dalam adukan. Makin banyak jumlah semen, maka beton segar makin mudah dikerjakan. (3) Gradasi agregat halus dan kasar. Apabila agregat yang digunakan mempunyai gradasi sesuai dengan persyaratan, maka adukan beton akan mudah dikerjakan. (4) Bentuk butiran agregat. Bentuk butiran agregat bulat akan lebih mempermudah pengerjaan beton. (5) Penggunaan admixture dan bahan tambah mineral. Tingkat kemudahan pengerjaan berkaitan erat dengan kelecakan beton. Semakin besar nilai slump berarti adukan beton encer dan ini berarti beton semakin mudah dikerjakan. Nilai slump berkisar antara 5 – 120 cm. Untuk mengukur kelecakan beton dilakukan pengujian



slump dengan menggunakan alat uji kerucut abrams, bola kelly atau meja alir. Proses pengujian slump disajikan pada Gambar 13. Pada



beton



segar



harus



dihindari



terjadinya



segregasi



dan



ketidakkohesifan campuran. Segregrasi terjadi disebabkan karena beton kekurangan butiran halus, butir semen kasar dan adukan sangat encer. Ketidakkohesifan beton disebabkan oleh: kekurangan semen, kekurangan pasir, kekurangan air dan susunan besar butir agregat tidak



baik.



Untuk



menghindari



terjadinya



segregasi



dan



ketidakkohesifan campuran dilakukan dengan cara memperbaiki susunan campuran beton yaitu : memperbaiki kadar air, kadar pasir, ukuran maksimum butir agregat dan penambahan jumlah butiran halus/filler.



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 48 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



Gambar 13. Pengujian Slump Pada Beton Segar (foto : Amalia)







Waktu Ikat (setting time) Waktu ikat beton merupakan waktu yang dibutuhkan oleh beton untuk mengeras, mulai dari keadaan plastis yang mudah dikerjakan menjadi bentuk yang kaku (keras). Waktu ikat beton ada dua, yaitu waktu ikat awal dan waktu ikat akhir. Waktu ikat beton diuji dengan alat penetrometer, dimana waktu ikat tercapai apabila beton segar dapat menahan beban 500 psi. Waktu ikat beton biasanya ± 1 jam. Waktu ikat berfungsi untuk mengetahui kapan saat yang tepat untuk membuka cetakan (bekesting) beton sehingga beton tidak mengalami perubahan bentuk, tetapi beton tersebut belum diperbolehkan menerima beban, baik berat sendiri maupun beban yang berasal dari luar.



Sifat –Sifat Mekanik Beton Keras •



Kuat Tekan Beton Kuat tekan beton diukur dengan silinder beton berdiameter 150 mm dan tinggi 300 mm atau dengan kubus beton berukuran 150 mm x 150



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 49 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



mm x 150 mm. Berdasarkan kuat tekannya, mutu beton dibedakan menjadi : -



Beton mutu rendah, yaitu beton dengan kuat tekan (fc’) 10 Mpa sampai 20 Mpa



-



Beton mutu sedang/beton normal, yaitu beton dengan kuat tekan (fc’) 20 Mpa sampai 40 Mpa



-



Beton mutu tinggi, yaitu beton dengan kuat tekan (fc’) 50 Mpa sampai 70 Mpa.



-



Beton mutu sangat tinggi, yaitu beton dengan kuat tekan (fc’) di atas 70 Mpa. Biasanya digunakan untuk kolom-kolom di tingkat bawah pada bangunan tinggi.



Beton yang digunakan pada struktur jembatan harus memenuhi persyaratan Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan (RSNI T-122004 ps. 4.6.2.2), yaitu untuk bagian beton yang diperkirakan akan mengalami abrasi (keausan) akibat lalu lintas disyaratkan harus memiliki kekuatan tekan fc’ yang tidak kurang dari nilai yang



sebagaimana disyaratkan dalam Tabel 4.6 – 2 RSNI.



Kuat tekan beton dipengaruhi oleh : (1) Faktor air semen (water cement ratio = w/c), semakin kecil nilai faktor air semennya maka jumlah airnya sedikit akan dihasilkan kuat tekan beton yang besar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 50 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



Amalia dan Murdiyoto (2010) yang menyebutkan bahwa semakin kecil nilai faktor air semen, maka kuat tekan beton semakin tinggi. (2) Sifat dan jenis agregat yang digunakan, semakin tinggi tingkat kekerasan agregat yang digunakan maka akan dihasilkan kuat tekan beton yang tinggi. (3) Jenis campuran (4) Kelecakan



(workability),



untuk



mengukur



tingkat



kelecakan/



workability adukan dilakukan dengan menggunakan percobaan slump. Semakin kecil nilai slump, maka beton lebih kaku dan workability beton rendah. Slump yang baik untuk pengerjakan beton adalah 70 – 80 mm. Slump > 100 mm adukan dianggap terlalu encer. (5) Perawatan (curing) beton, setelah 1 jam beton dituang/ dicor maka di sekeliling beton perlu di tutup dengan karung goni basah, agar air dalam adukan beton tidak cepat menguap. Apabila tidak dilakukan perawatan ini, maka kuat tekan beton akan turun. •



Kuat Tarik Beton Kuat tarik beton sangat kecil, yaitu 10 – 15 % f’c. Kekuatan tarik beton dapat diketahui dengan cara : (1)



Pengujian tarik langsung, dalam RSNI T-12-2004 ps. 4.4.1.1.2 hubungan kuat tarik langsung (fcr) terhadap kuat tekan beton adalah : fcr = 0,33 f ' c pada beton umur 28 hari.



(2)



Pengujian tarik belah (pengujian tarik beton tak langsung) dengan menggunakan “Split cylinder test” (Gambar 14a). P



Judul Modul : Buku Informasi



Beban garis dengan resultan P



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 51 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



Kuat tarik beton dihitung dengan rumus, fct = dimana :



2P ,  .l.d



P = merupakan resultan dari beban garis, l = panjang silinder beton dan d = diameter silinder beton.



(3) Pengujian tarik lentur (pengujian tarik beton tak langsung = flexure/modulus of rupture). Kuat tarik lentur beton dihitung berdasarkan rumus



fr =



My . Di dalam RSNI T-12-2004 ps. I



4.4.1.1.3, hubungan antara modulus runtuh (fr) dengan kuat tekan beton adalah fr = 0,6 f 'c MPa (untuk perhitungan defleksi) pada umur beton 28 hari. Pengujian kuat lentur beton disajikan pada Gambar 14b.



Gambar 14. (a) Pengujian Kuat Tarik Belah (b) Pengujian Kuat Lentur Beton (Foto : Amalia) •



Modulus elastisitas beton Modulus elastisitas beton didefinisikan sebagai kemiringan garis singgung (slope dari garis lurus yang ditarik) dari kondisi tegangan nol ke kondisi tegangan 0, 45 f’c pada kurva tegangan-regangan beton. Modulus elastisitas beton, Ec , nilainya tergantung pada mutu beton, yang terutama dipengaruhi oleh material dan proporsi campuran



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 52 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



beton. Namun untuk analisis perencanaan struktur beton yang menggunakan beton normal dengan kuat tekan yang tidak melampaui 60MPa, atau beton ringan dengan berat jenis yang tidak kurang dari 2000 kg/m3 dan kuat tekan yang tidak melampaui 40 MPa, (RSNI T12-2004 ps. 4.4.1.5),



nilai modulus elastisitas beton (Ec) dihitung



berdasarkan rumus : Ec = 0,043(wc) . f ' c , dimana nilai Wc = 1500 – 1,5



2500 kg/m3. Untuk beton normal dengan massa jenis 2400 kg/m3, modulus elastisitas beton dapat diambil sebesar Ec = 4700 f ' c . Cara Pengujian modulus elastisitas beton disajikan pada Gambar 15.



Gambar 15. Pengujian Modulus elastisitas Beton (Foto : Amalia) •



Tegangan-Regangan Beton Normal Hubungan



tegangan-regangan



beton



perlu



diketahui



untuk



menurunkan persamaan dalam analisis maupun desain struktur beton. Untuk mengetahui perilaku hubungan tegangan-regangan beton didapat dari hasil pengujian tekan terhadap silinder beton. Adapun bentuk diagram tegangan regangan beton normal ditunjukkan pada Gambar 16. Pada Gambar 17. merupakan diagram teganganregangan beton untuk berbagai jenis mutu beton (Nawy, 1998). Dari diagram tersebut terlihat bahwa beton yang berkekuatan lebih rendah mempunyai



kemampuan



deformasi



(daktilitas)



lebih



tinggi



dibandingkan beton dengan kekuatan yang tinggi. Hal ini juga terlihat dari pola keruntuhan beton terhadap beban tekan uniaksial (Amalia Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 53 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



dan Murdiyoto,2010), dimana pada beton mutu dengan kuat tekan lebih tinggi pola keruntuhan beton bersifat getas yang ditandai dengan pecahnya benda uji (Gambar 18a), sedangkan pada beton dengan kuat tekan lebih rendah keruntuhan beton ditandai dengan retak-retak kecil yang menyebar pada seluruh bagian benda uji (Gambar 18b). Tegangan maksimum beton dicapai pada regangan tekan 0,0020,0025. Regangan ultimit pada saat beton hancur 0,003 – 0,008. Untuk perencanaan, ACI



dan RSNI T-12-2004



menggunakan



regangan tekan maksimum beton sebesar 0,003, sedangkan PBI ’71 sebesar 0,0035.



fc’ : Kuat tekan beton benda uji silinder pada umur 28 hari (Mpa) fct : Kuat Tarik Beton (Mpa) Gambar Bentuk Diagram Tegangan Regangan Beton Normal εcu 16. : Regangan beton maksimum



Gambar 17. Bentuk Diagram Tegangan Regangan Beton Normal Pada Berbagai Mutu (Sumber : Nawy, 1998)



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 54 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi







Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



Poisson’s Ratio Poisson’s ratio merupakan perbandingan regangan arah lateral dengan regangan aksial akibat pembebanan aksial dalam kondisi batas elastis. Nilai poisson ratio beton normal berkisar antara 0,15 0,20. Hasil penelitian Amalia (2010) menghasilkan nilai poisson’s ratio untuk beton normal adalah 0,20-0,23. Untuk perencanaan, nilai poison’s ratio diambil 0,20.



c. Baja Tulangan Beton kuat di dalam menahan tekan tetapi lemah di dalam menahan tarik. Oleh karena itu untuk menahan gaya tarik, diperlukan suatu baja tulangan. Bentuk-bentuk baja tulangan untuk beton adalah : 1. Besi/baja, terdiri dari a. Baja tulangan polos. Tegangan leleh minimum pada baja tulangan polos biasanya sebesar 240 MPa. Diameter tulangan polos di pasaran umumnya adalah Ø6, Ø8, Ø10, Ø12, Ø14 dan Ø16. (Gambar 19a dan b) b. Baja tulangan deform (ulir= BJTD). Tegangan leleh minimum pada baja tulangan deform biasanya sebesar 400MPa. Diameter tulangan deform di pasaran umumnya adalah Ø10, Ø13, Ø16, Ø19, Ø22 Ø25, Ø28, Ø32, Ø36. (Gambar 19c dan d) 2. Kabel/tendon. Biasanya digunakan untuk beton prategang. (Gambar 19e) 3. Jaring kawat baja (wiremash), merupakan sekumpulan tulangan polos atau ulir yang dilas satu sama lain sehingga membentuk grid. Biasanya digunakan pada lantai/slab dan dinding. (Gambar 19f)



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 55 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



Gambar 19a. Ukuran tulangan polos (sumber : brosur PT. Gunung Garuda)



Gambar 19 (b) Tulangan Polos



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 56 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



Gambar 19c. Ukuran tulangan ulir (sumber : brosur PT. Gunun g Garuda)



Gambar 19 (d) Tulangan ulir (deform) Tabel 2.1. Sifat kimia dan Mekanik Baja Tulangan (sumber: brosur PT. Gunung Garuda)



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 57 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



Gambar 19 (e) Tendon dan strand (Kabel) Beton Prategang



Gambar 19 (f) Jaring Kawat Baja (Wire mesh) Sifat-sifat penting pada baja tulangan adalah : 1. Modulus young/modulus elastisitas, Es pada baja tulangan non pratekan sebesar 200.000 MPa. 2. Kekuatan leleh, fy. Mutu baja yang digunakan biasanya dinyatakan dengan kuat lelehnya. Kuat leleh/tegangan leleh baja pada umumnya adalah fy = 240 MPa, fy = 300 MPa dan fy = 400 Mpa. Untuk perencanaan, tegangan leleh tidak boleh melebihi 550 Mpa (RSNI T12-2004 ps. 4.4.2.1.2 ). 3. Lemah terhadap tekan 4. Lentur/ductile 5. Ukuran/diameter baja tulangan. Perilaku tegangan regangan baja disajikan pada Gambar 20 dan 21.



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 58 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



Tegangan



σ fu fy fs σ ε



Regangan



Gambar 20. Diagram Tegangan-Regangan Baja Keterangan Gambar



: Fy : Tegangan leleh baja, Fu : Tegangan Ultimate, Fs : Tegangan tarik baja sebelum leleh, εs : regangan tulangan.



Diagram Tegangan-Regangan Baja pada Berbagai Mutu sumber: EG Nawy, 1998)



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 59 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



Cara Menghitung Kebutuhan Bahan Bangunan Irigasi Sebelum dilakukan perhitungan kebutuhan bahan, perlu dilakukan perhitungan volume pekerjaan bangunan irigasi. Perhitungan volume pekerjaan sangat tergantung dari jenis-jenis bangunan irigasi dan bentuknya sesuai dengan gambar kerja. Perhitungan kebutuhan bahan bangunan irigasi



sangat



tergantung



dari



kebutuhan mutu yang disesuaikan dengan spesifikasi teknis pekerjaan dan berbagai aspek lainnya seperti K3 dan dampak lingkungan yang harus dicapai. Hal ini akan berimbas pada harga satuan bahan. Untuk pekerjaan irigasi,



pada umumnya bahan atau material dihitung



berdasarkan harga pasar bahan per satuan ukuran baku (misal volume dalam m³). Analisis Harga Satuan Dasar (HSD) bahan memerlukan data harga bahan baku (dari toko material dan/atau quarry/borrow area) serta biaya transportasi dan biaya produksi bahan baku menjadi bahan olahan atau bahan jadi. Kegiatan pembangunan SDA pada umumnya menggunakan material/bahan jadi, tetapi untuk volume yang besar seperti pembangunan bendungan diperlukan proses bahanolahan.



Untuk bahan olahan, produksi bahan memerlukan



peralatan yang mungkin lebih dari satu peralatan yang dihitung berdasarkan kapasitas produksinya dalam satuan pengukuran per jam atau per hari, dengan caramemasukkandata kapasitas peralatan, faktor efisiensi peralatan, faktor lain dan waktu siklus masing-masing. HSD bahan sesuai kebutuhannya dapat berupa HSD bahan baku, HSD bahan olahan, dan HSD bahan jadi. HSD bahan yang diambil dari quarry antara lain berupa: •



Bahan jadi (batu kali/gunung, pasir sungai/gunung dll).







Bahan olahan (misalnya agregat kasar dan halus hasil produksi mesin pemecah batu dan lain sebagainya) Harga bahan di quarry berbeda dengan harga bahan jadi yang dikirim sampai kebase camp atau ke tempat/lokasi pekerjaan, karena perlu biaya tambahan berupa biaya pengangkutan material dari quarry ke base camp atau tempat pekerjaan dan biaya-biaya



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 60 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



lainnya seperti retribusi penambangan Galian C dan biaya operasional peralatan/alat berat. a. Langkah perhitungan HSD bahan jadi •



Tentukan tempat dan harga setempat bahan tersebut di borrow area/quarry, pabrik atau di toko material atau juga di pelabuhan.







Hitung biaya memuat bahan jadi, transportasi dan membongkar bahan jadi, per satuan baku bahan jadi. Tabelkan dan beri kode setiap bahan jadi yang sudah dicatat harganya, harga di terima di lokasi pekerjaan atau di base camp.



b. Langkah perhitungan HSD bahan olahan •



Tentukan tempat dan harga setempat bahan tersebut di quarry, di pabrik



atau



di



pelabuhan,di toko material ataupun di tempat/lokasi



pekerjaan Penyediaan bahan baku •



Tabelkan dan beri kode setiap bahan baku yang sudah dicatat harga dan jarak dari quarrynya.



B. Keterampilan yang diperlukan dalam Menyusun Rencana Kebutuhan Sumber Daya Dan Dikonsultasikan Ke Kepala Lapangan 1. Menganalisis gambar kerja, BOQ dan spesifikasi teknis untuk penyusunan kebutuhan bahan, peralatan dan tenaga kerja yang akan digunakan. 2. Membuat daftar peralatan peralatan yang akan digunakan sesuai jenis pekerjaan pada bangunan irigasi. C. Sikap Kerja



yang diperlukan dalam Menyusun Rencana Kebutuhan



Sumber Daya Dan Dikonsultasikan Ke Kepala Lapangan 1. Cermat dan teliti dalam menganalisis gambar kerja, BOQ dan spesifikasi teknis untuk penyusunan kebutuhan bahan, peralatan dan tenaga kerja yang akan digunakan. 2. Cermat dan teliti dalam membuat daftar peralatan peralatan yang akan digunakan sesuai jenis pekerjaan pada bangunan irigasi.



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 61 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



DAFTAR PUSTAKA 1. Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama (KP02), Desember 1986. Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum 2. Standar Perencanaan Irigasi 3. Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan (KP-04), Desember 1986. 4. Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum 5. Standar Perencanaan Irigasi, Tipe Bangunan Irigasi (BI-02), Desember 1986. Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum 6. Ilmu Bahan, Ir. Bagio Sutadi, Dipl. HE, Proyek PPMI – Direktorat Irigasi, Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum 7. Pelatihan Pengendalian Mutu Pekerjaan (Quality Controller of Road Construction), serie Judul: QCE 06/Sifat dan Karakteristik Material Jalan dan Jembatan, Proyek Pengembangan dan Pembinaan Konstruksi Pusat Pelatihan Jasa Konstruksi (Puslajakons), Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 62 dari 63



Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Golongan Pokok Pelaksana Bangunan Irigasi



Kode Modul INA 5223.213.02.02.16



DAFTAR PERALATAN DAN BAHAN A.



Peralatan Yang Digunakan : 1. Peralatan Pertukangan 2. Peralatan dan Perlengkapan K3



B.



Bahan-bahan : Kertas, Tinta, Bahan-bahan P3K



Judul Modul : Buku Informasi



Membuat Program Kerja Mingguan, berdasarkan Program Proyek Edisi : 2016



Halaman: 63 dari 63