Metoda Asosiasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Metoda Asosiasi Metoda asosiasi menjadi basis untuk menentukan unit fisik terjual dan kos yang melekat dengan jumlah rupiah penjualan. Dengan demikian metoda asosiasi dapat pula diartikan sebagai asumsi aliran kos dalam mengikuti aliran fisis barang. Asumsi diperlukan karena pada umumnya barang atau produk tidak tersedia sekaligus untuk satu perioda. Barang biasanya disediakan secara bertahap melalui beberapa kali pembelian atau melalui beberapa angkatan produksi. Dalam banyak hal, setiap kali pembelian atau angkatan produksi melibatkan kos per unit yang berbeda. Metoda asosiasi atau asumsi aliran kos yang telah dikenal adalah : 1. 2. 3. 4. 5.



Identifikasi khusus (specific identification) Masuk pertama keluar pertama / MPKP (first in, first out / fifo) Rata – rata berbobot (weighted average) Sediaan normal / minimal (normal stock) Masuk terakhir keluar pertama / MTKP (last in, first out / lifo)



Dasar pemilihan metoda sangat tergantung pada tujuan atau kondisi yang dihadapi



perusahaan.



Tujuan



utama



pemilihan



metoda



biasanya



adalah



mengasosiasi biaya dan pendapatan untuk menentukan laba yang tepat. Tujuan lain adalah menentukan nilai sediaan untuk dicantumkan dalam neraca. Mengungkapkan pengaruh perubahan harga sering dijadikan tujuan tambahan untuk



menyusun



laporan



keuangan



pelengkap



(supplementary



reports).



Beberapa perimbangan yang dapat dijadikan dasar pemilihan metoda dapat disebutkan sebagai berikut : 1. Bila dimungkinakan, kos harus diidentifikasi dengan unit fisis barang yang diukur. Artinya, unit barang sedapat-dapatnya dilekati dengan kos yang benar – benar merupakan kos unit barang bersangkutan. 2. Operasi perusahaan harus dipandang sebagai serangkaian kegiatan yang berturutan



dan



kontinus



bukannya



serangkaian



projek-projek



yang



terpisah-pisah. Ini berarti bahwa dalam suatu perioda, aliran fisis yang sesungguhnya tidak harus menjadi pertimbangan utama dalam proses penandingan. 3. Kalau tujuan ditekankan pada penilaian sediaan dengan harga paling akhir,



asosiasi



kos



akan



ditujukan



pada



sediaan



barang



dengan



menggunakan kos yang paling akhir dan kos yang paling akhir dan kos barang terjual merupakan angka residual. 4. Kalau untung dan rugi akibat fluktuasi harga (holding gains and losses) akan diidentifikasi dan dilaporkan secara terpisah dengan kos harga terjual, kos historis jelas tidak akan dapat digunakan untuk mencapai



tujuan tersebut. Asosiasi atas dasar kos tetap harus dilakukan tetapi kemudian dilakukan penilaian atas sediaan akhir untuk menentukan adanya untung atau rugi fluktuasi harga. 1. Identifikasi Khusus Kalau tujuan asosiasi adalah penandingan yang tepat antara pendapatan tertentu dan kos tertentu, metoda ini adalah yang paling ideal. Bila sistem akuntansi memungkinkan, metoda ini sangat dianjurkan penerapannya. Untuk jenis barang mahal dan perputarannya rendah, metoda ini sangat cocok sekali untuk tujuan pengendalian disamping tujuan penandingan yang tepat. Namun demikian, metoda ini mengandung beberapa kelemahan antara lain : a. Jarang sekali pendapatan khusus ditandingkan dengan kos khusus karena pendapatan perusahaan merupakan hasil dari seluruh upaya perusahaan sebagai kesatuan.oleh karena itu, identifikasi khusus tidak memberi nilai tambahan informasi b. Untuk jenis barang yang homogen dan harganya relatif murah, metoda ini menjadi terlalu mahal dan tidak sepadan dengan nilai tambahan informasi yang diperoleh c. Kalau fluktuasi harga sangat mencolok, metoda ini dapat digunakan sebagai alat manipulasi laba atau earnings management. Bila perusahaan mengirimkan laba yang tinggi, perusahaan dapat memilih barang yang kosnya rendah. Sebaliknya, bila perusahaan menginginkan laba yang rendah, perusahaan dapat memilih barang yang kosnya tinggi. 2. Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) Metoda ini berasumsi bahwa faktor kos menglir melalui perusahaan secara berurutan seperti antrean, tidak ada saling mendahului. Dalam banyak kasus, aliran fisis faktor jasa yang sesungguhnya memang harus mengalir seperti ini teruramakalau bahan, barang atau produk harus segera digunakan karena meretia merupakan jenis yang mudah rusak atau usang karena waktu. Metoda ini sangat logis dalam merefleksikan asosiasi sebab-akibat karena sangat sederhana dan jelas untuk memecah kos ke dalam dua komponen (sediaan dan barang terjual) atas dasar kos yang benar benar melekat dalam kedua komponen tersebut. Jadi, kalau penandingan secara tepat biaya dan pendapatan menjadi tujuan, metoda ini paling didukung atas dasar argumen berikut : a. Metoda ini mendekati metoda identifikasi khusus yang menjadi standar pemecahan kos. Metoda ini sistematik dan konsisten dengan aliran fisis yang sesungguhnya sehingga penandingan yang ideal dipenuhi.



b. Untung atau rugi karena fluktuasi harga dengan sendirinya terealisasi dan diakui bersamaan dengan terjualnya barang walaupun tidak disajikan secara terpisah dan melekat dalam angka laba c. Penyajian sediaan akhir dalam neraca menggambarkan kos yang mendekati kos sekarang atau kos pengganti. Tentu saja hal ini tergantung pada fluktuasi kos setelah pembelian atau produksi terakhir. Bila fluktuasi harga yang sangat tajam, metoda ini tidak dapat memisahkan untung atau rugi fluktuasi harga sebagaimana disebut dalam butir b. 3. Rata – rata Berbobot Metoda ini menganggap bahwa dalam proses produksi terjadi peleburan faktor produksi yang sama selama satu perioda menjadi satu masssa yang homogenus. Artinya, bahan baku tertentu yang dibeli berkali-kali atau produk yang dihasilkan dari beberapa angkatan produk dalam suatu perioda dianggap sebagai satu kesatuan (massa). Barulah kemudian massa tersebut dipecah menjadi dua bagian yaitu sediaan barang dan barang terjual. Sebagai konsekuensi, tiap sediaan yang ada pada saat tertentu akan selalu mengandung proporsi tertentu tiap pembelian yang pernah terjadi. Dengan demikian, metoda rata-rata akan menjadi logis, objektif, atau valid. Walaupun demikian, metoda ini tidak sejalan dengan aliran fisik yang sesungguhnya. Dalam kenyataannya, seperti bahan baku yang dikonsumsi pada saat tertentu jarang sekali terdiri atas semua bahan baku yang diperoleh dari berbagai pembelian secara proporsional. Jadi kalau pemakaian bahan baku untuk produksi mengikuti pola ini maka akan terjadi bahwa seperti barang yang berasal dari pembelian tertentu tidak akan pernah habis. Yang menjadi bobot perataan adalah banyaknya unit dalam tiap angkatan pembelian atau produksi. Metoda ini bersifat netral dalam hubungannya dengan penentuan laba. Kos yang melekat pada sediaan maupun barang terjual memuat semua kos untuk tiap angkatan pembelian atau produksi. Metoda ini memang tidak menggambarkan aliran fisis yang senyatanya tetapi hal ini tidak merupakan kelemahan konsep yang serius. Metoda ini biasanya digunakan kalau perusahaan menggunakan sistem sediaan fisis. Metoda asosiasi yang mirip dengan metoda rata – rata berbobot adalah perbandingan harga jual eceran (retail inventory method). metoda ini merupakan metoda



taksiran



dan



tidak



mendasarkan



diri



pada



aliran



kos.



Secara



konsepsioanal, kos barang tersedia dijual atau kos produksi dipecah menjadi dua komponen atas dasar perbandingan harga jual eceran sediaan dan harga eceran



barang terjual. Barang terjual dengan harga eceran akan sama atau mendekati penjualan selama perioada bergantung apakah terdapat mark-ups atau markdowns. Secara teknis, kos sediaan akhir akan ditentukan atas dasar persentae kos terhadap harga eceran. Perentase atau rasio ini merupakan perbandingan antara barang tersedia dijual dalam kos dan dalam harga eceran. Metoda ini mendekati metoda rata-rata berbobot karena semua elemen kos yang melekat pada kos barang tersedia dijual dialokasi secara proporsional kesediaan dan barang terjual tanpa memperhatikan aliran kos. Hal ini terjadi khususnya kalau harga jual selama satu perioda cukup stabil. Kalau harga cenderung manaik selama perioda bersangkutan, metoda ini akan mendekati MPKP dalam hal hsailnya. Metoda ini jarang digunakan untuk penelitian dalam rangka pelaporan resmi (eksternal) karena kurang merefleksikan konsep penandingan yang tepat. Metoda ini lebih sering digunakan untuk tujuan penyusunan laporan interim atau tujuan khusus seperti taksiran nilai sediaan yang rusak akibat suatu musibah dalam hal perusahaan menggunakan sistem sediaan fisis. Sebagai alternatif metoda harga eceran adalah metoda laba kotor. Secara konseptual metoda ini sama dengan metoda harga eceran kecuali dalam hal penentuan rasio antara kos dan penjualan. Metoda laba kotor mendasarkan perbandingan pada pengalaman perusahaan pada tahun-tahun sebelumnya sehingga metoda ini sama sekali tidak menggambarkan atau mendekati aliran kos yang sebenarnya. Seperti metoda harga eceran, metoda ini tidak dapat diterima dalam pelaporan keuangan resmi karena tidak menggambarkan konsep penandingan yang tepat. 4. Sediaan Normal metoda ini sering disebut dengan metode sediaan permanen (iron-stock method).



dengan



metoda



ini



dianggap



perusahaan



melakukan



investasi



permanen dalam sediaan. Tujuannya adalah penandingan pendapatan sekarang dengan kos sekarang sekaligus meniadakan kebutuhan pelaporan untung atau rugi menahan sediaan atau fluktuasi harga. Metoda ini menyajikan sediaan di neraca dengan harga satuan yang cukup pasti. Biasanya harga satuan yang ditentukan untuk sediaan minimal cukup rendah. Karena pendapatan sekarang ditandingkan dengan kos sekarang, laba yang diperoleh tidak mengandung untung atau rugi akibat menahan sediaan. 5. Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP) Metode ini berasumsi bahwa sediaan merupakan aset tetap yang tidak berkaitan dengan aliran kos. Dengan demikian, begitu sejumlah sediaan tertentu telah



tertimbun maka aliran faktor kos berikutnya dianggap hanya melewati timbunan tersebut dan langsung melekat pada penjualan (sebagai kos barang terjual). Untuk perusahaan – perusahaan pada umumnya aliran kos dengan metoda ini tidak sejalan dengan aliran fisis yang sesungguhnya terjadi terutama untuk perusahaan pemanufakturan dan ekstraktif. Metoda ini memang tidak bertujuan untuk menyamai aliran fisis barang tetapi untuk membandingkan pendapatan sekarang dengan kos sekarang. Seperti juga metoda sediaan normal, metoda ini akan menghasilkan laba operasi yang bebas dari untung



atau rugi akibat fluktuasi harga. Asumsi metoda ini



adalah bahwa perusahaan perlu mempertahankan investasi dalam sediaan selama umur perusahaan tersebut. Siklus transaksi dianggap dimulai dari sediaan kembali kesediaan lagi dan bukannya dari kas kembali ke kas lagi. Oleh karena itu, laba baru dapat ditentukan setelah sediaan permanen dipertahankan atau terisi kembali. Pendukung metoda ini mengajukan argumen sebagai berikut : a. Memudahkan penandingan kos sekarang dengan pendapatan sekarang b. Kalau harga cenderung naik, sediaan barang akan tersaji dengan jumlah rupiah yang cukup konservatif c. Laba operasi tidak tercemar oleh untung atau rugi fluktuasi harga atau penumpukan barang. Ini sangat bermanfaat karena laba yang dilaporkan hendaknya merupakan laba yang benar – benar dapat dibagikan dalam bentuk dividen. Untung fluktuasi harga bukan merupakan laba yang real dan dapat dibagi dalam bentuk dividen tetapi lebih merupakan jumlah untuk mempertahankan kapital. d. Dalam kondisi harga yang berfluktuasi dari tahun ke tahun, metoda ini dapat menjadi alat perataan laba tahunan secara automastis. Metoda ini sangat popular di Amerika karena metoda tersebut dapat digunakan dalam penilaian sediaan untuk kepentingan pengisian surat pemberitahuan pajak



(tax-return).



Dengan



metoda



ini,



perusahaan



akan



memperoleh



penghematan pajak dalam bentuk penundaan pembayaran pajak. Penghematan akan terjadi kalau nilai sekarang pajak yang harus dibayar dengan penggunaan metoda tertentu lebih besar dari nilai sekarang pembayaran pajak yang ditunda dengan penggunaan metoda MTKP. Walupun dari satu sisi MTKP mempunyai beberapa keunggulan untuk pelaporan keuangan, beberapa kritik diajukan terhadap metoda ini yaitu antara lain : a. Penilaian sediaan untuk tujuan penyajian di neraca tidak menggambarkan potensi jasa yang sesungguhnya dan kemungkinan tidak mempunyai arti ekonomik lagi karena kos yang digunakan adalah kos yang sudah usang.



Akibat dari hal ini adalah perhitungan – perhitungan indikator keuangan seperti rasio akan sangat tidak berpaut atau relevan lagi. b. Metoda MTKP bukan merupakan metoda untuk mengatasi perubahan tingkat harga umum (daya beli) yang sering dijadikan alasan untuk penggunaan metode ini. Penggunaan metode MTKP hanya mengatasi perubahan tingkat harga khusus. c. Metoda ini bertentangan dengan aliran fisis yang sesungguhnya sehingga tidak menggambarkan laba operasi perusahaan atas dasar kegiatan yang kronologis . dengan kata lain, konsep penandingan atas dasar sebabakibat dilanggar sama sekali, pendapatan tidakn ditandingkan dengan kos yang menimbulkan pendapatan tersebut. d. Kalau penggunaan / penjualan barang melebihi sediaan yang dianggap permanen, akan terjadi penandingan atara pendapatan sekarang dengan kos



masa



lalu



yang



sudah



usang



sehingga



laba



tidak



akan



menggambarkan kemampuan operasi perusahaan tetapi sekedar berisi akumulasi untung atau rugi menahan sediaan yang mula-mula dimiliki perusahaan pada saat metoda mulai MTKP diterapkan. Kalau metoda ini dianggap bermanfaat maka manfaat itu akan dirasakan hanya jika sediaan dasar (base inventory) tertentu dipertahankan atau tidak dilikuidasi / dijual. e. Alasan untuk meratakan laba dengan metoda ini tidak didukung sama sekali oleh konsep pelaporan atas dasar kontinuitas usaha. Fluktuasi tahunan merupakan fakta yang justru harus diungkapkan melalui laba. Fluktuasi laba itu sendiri merupakan informasi bagai pemakai laporan. Telah disebutkan sebelumnya bahwa laporan rugi-laba harus dianggap bersifat



tentatif



dan



tuk



menggambarkan



kemampuan



perusahaan



menghasilkan laba, serangkaian laporan rugi-laba tahunan akan lebih berarti daripada satu perioda laporan laba yang telah diratakan. f. Bila informasi untung dan rugi fluktuasi harus diungkapkan, metode MTKP secara



automatis



justru



menyembunyikannya



dalam



laba



opersai



sehingga dapat menyesatkan pemakai statemen keuangan. Sebagai variasi MTKP, diusulkan pula metoda MTKP atau pasar (LIFO or market), MTKP nilai-rupiah (dollar-value LIFO), dan MTKP eceran nilai rupiah (dollar-value retail LIFO). Dengan beberapa usulan tersebut metoda MTKP yang biasa disebut MTKP konvensional. Usulan metoda MTKP atau pasar didasari oleh konsep konservatisme dalam penyajian sediaan khususnya dalam kondisi harga menurun. Keberatan terhadap metoda ini adalah bahwa dalam keadaan harga cenderung menaik dalam satu perioda dan cenderung



menurun dalam perioda yang lain, penggunaan metoda ini sama saja dengan pergantian metoda dari MTKP ke MPKP yang berarti konsistensi dilanggar. Dalam keadaan harga menaik, sediaan akan dinyatakan dengan harga lama (MTKP) sedangkan dalam keadaan harga menurun, sediaan akan disajikan sebesar kos terakhir yang berarti sama saja dengan metoda MPKP. Kebertatan lain adalah bahwa laba operasi akan menjadi tercemari dengan untung atau rugi fluktuasi harga.