Metode Pelaksanaan Pekerjaan Fix Revisi Ok!!! [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PT. MATRIX PRIMATAMA



METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN Nama Perusahaan



: PT. Matrix Primatama



Pekerjaan



: Kontrak Payung Institut Teknologi Bandung



Tahun



: 2016



BAB I. PENDAHULUAN 1.1



Maksud dan Tujuan Maksud adanya metode pelaksanaan pekerjaan ini yaitu menjelaskan mengenai tahapan pelaksanaan pekerjaan yang akan dilakukan, dengan menggunakan pola sesuai dengan diagram alir kegiatan dengan pengelompokkan jenis pekerjaan dan urutan pelaksanaan di mana ada ketergantungan dan keterkaitan hasil pekerjaan yang satu dengan yang lainya. Sebagai acuan bagi pelaksana supaya pelaksanaan dilapangan menjadi lebih efektif dan menghasilkan kualitas pekerjaan yang lebih baik serta tepat waktu.



BAB II. INTERPRETASI PELAKSANAAN Metode konstruksi merupakan tahapan tata laksana pekerjaan yang merupakan penerapan konsep teknis yang berpedoman terhadap dokumen pelelangan, keadaan teknis eksisting lapangan, dan sumber daya pelaksana. Berikut adalah bagan hubungan ketiga elemen tersebut diatas yang kesemuanya terikat dalam sebuah kontrak. KONTRAK



Dokumen Kontrak -Gambar Rencana Teknis -Spesifikasi Teknis -Spesifikasi Teknis METODE PELAKSANAAN



2.1



Keadaan Eksisting



Sumber Daya Pelaksana



Tanggapan Terhadap KAK



1



Metode Pelaksanaan



PT. MATRIX PRIMATAMA



Selama tidak ada perubahan-perubahan dalam Peraturan Pemerintah, untuk pelaksanaan pekerjaan tidak lepas dan tetap mengacu kepada : 1. Peraturan Beton Indonesia disingkat PBI-NI-2/1971 2. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia disingkat PKKI-NI-5/1961 3. Peraturan Umum Mengenai Instalasi Listrik (AVE) 4. Peraturan umum mengenai Instalasi Air Ledeng (AVWI) 5. Peraturan Tentang Instalasi Listrik, PUIL 1977. 6. Pedoman Plumbing Indonesia, Tahun 1979. 7. Peraturan Dinas Kebakaran Pemerintah. 8. Peraturan yang ditetapkan oleh Perusahaan Listrik Negara. 9. Peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan Air Minum setempat. 10. Peraturan Direktorat Jendral Perawatan Departemen Tenaga Kerja, Keselamatan Kerjadan Kesehatan Kerja. 11. Persyaratan Umum dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia (DTPI 1980) 12. Peraturan yang ditetapkan Dinas Kebakaran setempat 13. Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI). 14. Lain-lain syarat umum yang berhubungan dengan peraturan pembangunan yang berlaku di Indonesia. 15. Peraturan khusus Pembangunan daerah Provinsi Jawa Barat. Termasuk mengacu kepada : - Gambar Rencana yang telah disyahkan oleh Pemberi Tugas - Rencana Kerja dan Syarat-syarat ( RKS ) - Berita Acara Penjelasan Pekerjaan ( Aanwijzing ) - Kontrak Kerja - Gambar Kerja yang telah disyahkan / mendapat persetujuan (Shop Drawing), kecuali bila dalam 2 x 24 jam setelah diterimanya permohonan persetujuan dari Team Pelaksana tidak di dapat, maka shop drawing yang diajukan dianggap disetujui, dan Team Pelaksana dapat melanjutkan pekerjaan yang dimaksud. - Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan yang telah mendapat persetujuan. 2.2



Tata Laksana Proyek 2



Metode Pelaksanaan



PT. MATRIX PRIMATAMA



Tata laksana proyek bagi pelaksana konstruksi (Kontraktor) perlu disusun setelah rekanan tersebut ditunjuk selaku pelaksana proyek (Pemenang Lelang). Pada hakekatnya pelaksanaan proyek di dalam suatu perusahaan, hanyalah merupakan satuan tugas yang khusus akan menangani proyek bersangkutan, sebagai sub ordinasi dari tugas pokok dan fungsi perusahaan yang telah mengadakan kontrak kerjasama dengan pihak/instansi lain pemilik proyek yang dimaksud. 1.Pengelolaan Pelaksanaan Proyek (Manajemen Proyek) Pengelolaan pelaksanaan proyek perlu dilakukan secara profesional dengan tujuan untuk kelancaran dalam melaksanakan pekerjaan serta efisiensi biaya sehemat mungkin, dengan hasil akhir pekerjaan sebaik mungkin, dan memberikan keuntungan sebagaimana yang diinginkan demi tercapainya hasil pekerjaan yang tepat guna, tepat waktu dan tepat mutu, serta dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi pemilik proyek / pengguna hasil pekerjaan proyek tersebut. Untuk itu perlu disusun bagan Organisasi Lapangan dan hubungan-hubungannya agar tidak terjadi kesimpang siuran pekerjaan sebagai berikut : PROJECT MANAGER



MANAGER KEUANGAN & ADM



PROJECT ENGINEER



SITE MANAGER



PELAKS. KASIR



PEMBUK UAN



BAG



PERENCAN AAN



QUALITY CONTROL



SURVEY SIPIL



GUDANG



PELAKS



PELAKS



PELAKS



LOGIS



ARSITEK



ELEKTRI KAL



MEKANI



TIK



MANDOR



MANDOR



MANDOR



ARSITEK



ELEKTRIK



MEKANIK



MANDOR BAG EVA LUASI



DRAFTER SIPIL



SUB KONTRAKTOR - MEKANIKAL - ELEKTRIKAL - KUSEN , DLL



Tujuan dari Organisasi Lapangan tesebut diatas, yakni agar Project Manager selalu mengetahui segala keadaan dari proyek tersebut, Komunikasi yang cepat dan langsung diperlukan untuk tujuan tersebut diatas. Sedangkan untuk Manager 3



Metode Pelaksanaan



PT. MATRIX PRIMATAMA



Keuangan dan Sub Bagianya dapat ditempatkan di kantor pusat. Manager keuangan dan bagiannya bertugas untuk melakukan pembukuan keuangan proyek, melakukan pembayaran, dan segala administrasi keuangan termasuk melakukan penagihan kepada pihak pemilik proyek. Dan seorang manager keuangan, sekali-kali dapat melakukan peninjauan kelapangan, untuk dapat mengenal personil lapangan, caracara pelaksanaan, sehingga diharapkan akan lebih menyadari adan tugas pekerjaannya. Project Engineer dan bagiannya untuk Proyek ini di tempatkan di Lapangan, mengingat kompleksitas pekerjaan dan terbatasnya waktu pelaksanaan yakni selama 30 (tiga puluh) hari kalender, dengan tujuan untuk memudahkan seorang Project Manager mengambil keputusan dan dapat segera dilaksanakan oleh Site Manager dan Bagiannya. Bagian Perencanaan pada Organisasi tersebut peranannya cukup penting, bertugas dan bertanggung jawab untuk merencakan pelaksanaan, Pengawasan, dan Pengendalian Proyek . Sedangkan bagian survey bertugas dan bertanggung jawab atas pelaksanaan pengukuran volume kemajuan pekerjaan yang dilaporkan kepada Bagian Perencanaan sebagai bahan untuk mengevaluasi dan merencakan bila terjadi perubahan ukuran, atau perubahan volume, dan dapat dimungkinkan untuk direncakan jika ada pekerjaan baru yang belum terdapat dalam kontrak. Quality Control dalam proyek ini bertugas dan bertanggung jawab pada Pengujian Bahan/Material, pengujian mutu beton dan lain-lain, termasuk mengawasi pekerjaan, tenaga kerja, dan alat-alat serta pelaksanaan konstruksi. Bagian Evaluasi bertugas dan bertanggung jawab pada 2 atasan sekaligus, yaitu bagian perencanaan dan bagian keuangan dalam hal mempersiapkan data-data yang diperlukan sehingga project manager selalu mengetahui jalannya pelaksanaan secara tepat. Site Manager bertugas dan bertanggung jawab untuk menjalankan program pelaksaan proyek sesuai dengan hasil perencanaan, mengatur tenaga kerja secara optimal sehingga waktu yang direncakan dapat dicapai secara tepat. Disamping itu seorang Site Manager bertugas untuk melakukan Koordinasi dengan para Sub Kontraktor, para Suplier, dan para pelaksana agar program yang direncanakan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. 2.



Pendayagunaan Sumberdaya a. Sumberdaya Manusia 4



Metode Pelaksanaan



PT. MATRIX PRIMATAMA



Pemanfaatan sumber daya manusia yang setidak-tidaknya memenuhi persyaratan berikut: 



Berkompeten pada bidang pekerjaannya.







Memiliki inisiatif dan kreatif.







Bersikap tegas dan berani mengambil keputusan.







Mau bekerja keras dan pantang menyerah.



Posisi dalam pelaksanaan proyek meliputi bidang tugas : 



Manajerial







Teknik







Administrasi







Keuangan







Pelaksanaan lapangan



b. Sumberdaya Bahan Pemanfaatan sumberdaya bahan sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan untuk setiap item pekerjaan meliputi : 



Material lokal







Material fabrikan







Material terangkai



Hal pokok yang perlu diperhatikan dalam pengadaan bahan adalah :  Tersedia beberapa alternatif sumber material (pemasok, toko, pabrik, workshop).  Tersedia seperangkat daftar harga material dari beberapa sumber. 



Kuantitas material di pasaran tersedia untuk memenuhi kebutuhan proyek.



 Kualitas material yang dibutuhkan memenuhi SPEK.  Kontinuitas pemasokan material dapat menjamin kebutuhan setiap saat.



5



Metode Pelaksanaan



PT. MATRIX PRIMATAMA



c. Sumberdaya Peralatan Penggunaan peralatan dimaksudkan untuk



mempercepat penyelesaian



pekerjaan, dengan lebih mempertimbangkan optimalisasi terhadap waktu, biaya dan mutu. Dengan demikian peralatan disiapkan secara selektif menurut pertimbangan 



Kegunaan pemakaian alat.







Jenis alat sesuai dengan volume pekerjaan.







Operator/petugas yang mampu mengoperasikan alat bersangkutan.







Keandalan dan produktivitas alat.







Biaya operasional penggunaan alat dibandingkan produktivitasnya.



Tipologi peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek, meliputi :  Angkutan untuk mobilisasi / demobilisasi bahan / material.  Peralatan standar untuk pelaksanaan konstruksi bangunan.  Peralatan baku masing - masing Tukang.  Peralatan komunikasi.  Peralatan pendukung kegiatan administrasi pelaporan. d.



Sumberdaya Finansial Pekerjaan



pelaksanaan



konstruksi



adalah



pekerjaan



yang



menuntut



kemampuan profesional. Proyek pelaksanaan konstruksi bukanlah komoditas dagangan yang siap diperjual belikan dimana saja, kapan saja, kepada siapa saja. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya diperlukan sumberdaya finansial, sekalipun hanya berupa modal awal bekerja. Modal awal sejumlah hingga 30 % dari nilai proyek dialokasikan untuk menutupi biaya pekerjaan persiapan, uang muka pemesanan bahan serta pembelian atau peminjaman peralatan, hingga diperoleh angsuran pembayaran dari proyek. Selanjutnya prestasi pekerjaan fisik lapangan terus dipacu agar dapat segera ditagihkan pengangsurannya, sehingga cash flow proyek benar-benar dapat dijalankan.



6



Metode Pelaksanaan



PT. MATRIX PRIMATAMA



Gambaran pengelolaan sumberdaya finansial dalam pelaksanaan konstruksi proyek secara keseluruhan, diwujudkan dalam kerangka alokasi pembiayaan berikut: 



Pembiayaan Manajemen Rutin kantor Perusahaan, merupakan bentuk kontribusi biaya setiap proyek bagi kebutuhan rutin perusahaan.







Pembiayaan Manajemen proyek, merupakan bentuk biaya tak langsung terhadap pelaksanaan proyek.







Pembiayaan Konstruksi Proyek, merupakan bentuk biaya langsung terhadap pelaksanaan proyek.







Pembiayaan Overhead dan Taktis Proyek, merupakan bentuk biaya sampingan dan tak terduga sehubungan pelaksanaan proyek.







Sisa Hasil Usaha , merupakan keuntungan yang diperoleh atas pengelolaan pelaksanaan konstruksi proyek, dengan perhitungan adalah nilai netto proyek dikurang dengan jumlah seluruh pembiayaan tersebut.



e. Rencana Kerja Rencana kerja dipersiapkan dan disusun sebagai panduan bagi seluruh kinerja Tim Pelaksana Proyek, agar pelaksanaan kegiatan bisa tepat guna dan berhasil guna. Rencana kerja memuat substansi sebagai berikut : 



Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dan Network Planning.







Strategi dan Taktik Penanganan berbagai persoalan dalam pelaksanaan kegiatan lapangan.







Susunan Tim Pelaksana, Struktur Organisasi Kerja dan Pemberian Tugas Masing-masing, berikut rencana kebutuhan tenaga kerja lapangan (mandor, tukang, kepala tukang, laden).



3.







Rencana kebutuhan Bahan, Peralatan, dan Finansial.







Sistem dan Mekanisme Koordinasi Kerja secara internal dan eksternal.



Seleksi Material dan Peralatan Seleksi material / kesesuaian spesifikasi material dan peralatan merupakan faktor penunjang kesuksesan dalam suatu tatanan pekerjaan pelaksanaan konstruksi. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya untuk memperoleh hasil tepat guna, dan hasil guna terhadap pelaksanaan pekerjaan dimaksud. Dengan demikian hendaknya persoalan yang terkait dengan penggunaan material dan peralatan sudah dapat



7



Metode Pelaksanaan



PT. MATRIX PRIMATAMA



diantisipasi dan ditentukan sebelum kegiatan dilakukan. Sehingga biaya-biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan material dan peralatan dalam proyek dapat ditekan. Untuk itu dalam menentukan jenis material dan peralatan ini hendaknya berpedoman kepada: a. Klarifikasi seluruh jenis pekerjaan proyek yang akan dilaksanakan, untuk menentukan jenis material dan peralatan yang sesuai secara teknis dan biaya. Di Tingkat lapangan, material dan peralatan tersebut diseleksi lagi kualitas dan kelayakannya oleh Project Engineer melalui bagian Quality Control. b. Material yang akan digunakan sebaiknya diajukan contoh terlebih dahulu dan dimintakan secara tertulis persetujuan dari Konsultan Pengawas (Supervisi) Konsultan perencana serta Pemberi Tugas. Waktu pengajuan harus cukup tersedia, untuk antisipasi apabila terjadi perubahan jenis material. c. Dilakukan Pemesanan (Delivery Order) kebutuhan material dan peralatan ke lokasi, yang disesuaikan dengan jadwal pekerjaan. Jumlah material tidak boleh kurang dari volume yang sudah dihitung, bahkan untuk mengantisipasi kerusakan dan kekurangan material di lapangan sebaiknya dilakukan tambahan pesanan kebutuhan. d. Tes Laboratorium harus dilakukan terhadap bahan yang dibuat seperti Cor Beton dengan mutu tertentu untuk mengantisipasi secara dini mutu/kwalitas bahan. e. Mobilisasi Alat Penunjang dan Peralatan lainnya yang diperlukan ke lokasi sesuai dengan kebutuhan, begitu pula dengan mobilisasi tenaga kerja (setempat) maupun tenaga kerja inti.



BAB III. METODOLOGI PEKERJAAN 8



Metode Pelaksanaan



PT. MATRIX PRIMATAMA



3.1



Metode Pelaksanaan Survey Pekerjaan Perbaikan Agar diperoleh suatu konsep pekerjaan perbaikan yang tepat guna, perlu disusun suatu metode pekerjaan secara menyeluruh. Biasanya, tidak jarang sangat minimnya informasi mengenai bangunan atau tempat yang akan di perbaiki di lingkungan Kampus ITB itu sendiri seperti asbuilt drawing dari perencana terdahulu, dokumen perencanaan yang terkait,dll menjadi kendala utama dalam melakukan survey dan perencanaan pekerjaan perbaikan yang akan dilaksanakan. Adapun tahapan survey itu sendiri antara lain:    



Koordinasi terlebih dahulu kepada pihak user Peninjauan lokasi pekerjaan Pencatatan item-item pekerjaan yang akan dikerjakan Pengukuran item-item pekerjaan yang akan dikerjakan



Gambar 3.1.a Survey pengukuran



Bisa dikatakan juga bahwa, tujuan dilaksanakan survey terlebih dahulu ke lokasi yang akan dilaksanakannya perbaikan adalah agar mengetahui medan lapangan yang akan dikerjakan, agar mempermudah dalam penyusunan dokumen perencanaan baik itu dalam penggambaran, perhitungan dll. Serta mempermudah juga dalam pelaksanaannya nanti seperti pengkondisian sumber daya manusia di lapangan, kebutuhan sumber daya manusia. Dalam hal ini, kelancaran dan kemudahan dalam pelaksanaan survey lokasi pekerjaan ditunjang pula oleh tenaga sumber daya manusia yang kompeten, user yang bisa di ajak kerjasama dengan baik, kelengkapan dokumen pendukung yang akan digunakan, peralatan yang lengkap. Survey pekerjaan dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu kontraktor yang akan melaksanakan pekerjaan dan user sebagai pengguna jasa dan Direktorat Logistik sebagai pemilik anggaran untuk pekerjaan tersebut.



9



Metode Pelaksanaan



PT. MATRIX PRIMATAMA



Setelah kedua belah pihak menyetujui untuk melakukan survey langsung di lapangan, dari pihak user memberikan penjelasan secara terperinci pekerjaan apa saja yang akan dikerjakan baik itu dari segi lokasi, quantity, spesifikasi yang diinginkan, volume dll. Dari pihak kontraktor sendiri mencatat apa saja yang di jelaskan oleh user dan menanggapinya secara seksama, dokumentasikan lokasi pekerjaan bila perlu, menanyakannya langsung bila ada item pekerjaan yang kurang jelas untuk di pahami, memberikan saran secara teknis khususnya sesuai berdasarkan pengalaman yang sudah kontraktor pernah alami di lapangan kepada user jika dalam pelaksanaannya akan memberatkan salah satu pihak, mengecek kembali volume dan spesifikasi lainnya jika terdapat keraguan di salah satu pihak terkait agar tercipta dan terjalinnya situasi yang kondusif, terbangun kerjasama yang baik, tidak minim koordinasi, pekerjaan lancar dan berkesinambungan, serta hasil yang di berikan kontraktor kepada user pengguna jasa berkualitas dan memuaskan. 3.2



Metode Pelaksanaan Penyusunan Dokumen Perencanaan Pekerjaan (RAB, Spesifikasi & Gambar Teknis) Setelah tahapan survey dilakukan, tahap selanjutnya adalah menyusun dokumen pekerjaan yang meliputi rencana anggaran biaya yang sesuai dengan spesifikasi dan gambar teknis. Kelancaran dan keberhasilan dalam metode pelaksanaan penyusunan dokumen perencanaan ini di tentukan juga oleh tahap hasil survey. Seberapa lengkap data yang dikumpulkan dalam pelaksanaan survey pekerjaan, seberapa terperinci item pekerjaan, volume, ukuran, spesifikasi yang di dapatkan pada saat survey untuk nantinya berkesinambungan dalam pelaksanaan penyusunan rencana anggaran biaya yang sesuai dengan spesifikasi dan gambar teknis.



10



Metode Pelaksanaan



PT. MATRIX PRIMATAMA



Berikut ini bagan alir perencanaan untuk mengilustrasikan tata pelaksanaan dalam penyusunan dokumen pekerjaan perbaikan dari mulai survey sampai dengan dokumen perencanaan siap untuk dipakai sebagai acuan pelaksanaan.



START



SURVEY LOKASI PEKERJAAN 1. Pengukuran lokasi pekerjaan 2. Pengecekan tiap item pekerjaan 3. Dokumentasi lokasi



TIDAK DOKUMEN PERENCANAAN PEKERJAAN 1. Identifikasi hasil survey 2. Input hasil survey 3. Di jabarkan dalam bentuk Dokumen RAB,



REVIEW DAN VERIFIKASI DOKUMEN DI DIREKTORAT



YA



DOKUMEN RAB, GAMBAR KERJA, SPESIFIKASI TEKNIS, PO DAN SPMK



PELAKSANA AN Dalam penyusunan Rencana Anggaran Biaya dan Spesifikasi Teknis dalam suatu pekerjaan, data yang dibutuhkan secara teknis agar Rencana Anggaran Biaya terselesaikan dengan baik dan berkualitas adalah daftar harga bahan-bahan bangunan terbaru, daftar harga upah personil yang terlibat dalam pekerjaan, daftar analisa harga satuan terbaru (atau sesuai rujukan atau permintaan user yang bersangkutan). Untuk mempermudah dan mempersingkat waktu pekerjaan, pembuatan dilakukan dengan menggunakan bantuan software yaitu Microsoft Excel. Setelah semua data dan fasilitas pendukung lainnya tersedia tahap selanjutnya input dan hitung ukuran volume, spesifikasi barang dan harga sesuai hasil di tahap survey pekerjaan tadi tentunya mengaju ke penjelasan user pengguna jasa.



11



Metode Pelaksanaan



PT. MATRIX PRIMATAMA



Hal ini juga selaras dengan tahapan penyusunan dokumen perencanaan gambar teknis dan perhitungan struktur. Dalam suatu pekerjaan perencanaan gambar teknis dan perhitungan struktur dibutuhkan beberapa data terpenting yaitu ukuranukuran yang akurat, keterangan spesifikasi bahan, merk yang akan digunakan, dan peruntukan bangunan karena akan berpengaruh pada faktor pembebanannya. Tahap penggambaran dan perhitungan baik itu dalam segi ukuran, faktor pembebanan keterangan bahan akan di pakai dalam rencana anggaran biaya, dan analisa struktur. Dengan kata lain bila dalam penggambaran dan perhitungan struktur terdapat kekeliruan maka akan berkesinambungan pula kepada Dokumen Perencanaan Rencana Anggaran Biaya dan Analisa Struktur. Sama



seperti



halnya



pembuatan



Rencana



Anggaran



Biaya,



Untuk



mempermudah dan mempersingkat waktu pekerjaan dokumen gambar teknis, pembuatan dilakukan dengan menggunakan bantuan software yaitu Autocad, Archicad, Google Sketchup, Rendering V-ray, 3d max, dll. Sementara itu untuk mempermudah dan mempersingkat waktu pekerjaan dokumen perhitungan struktur (bila diperlukan), pembuatan dilakukan dengan menggunakan bantuan software yaitu seperti Staad Pro, SAP, ETABS. Setelah semua data dan fasilitas pendukung lainnya tersedia tahap selanjutnya gambarkan secara baik, terperinci, jelas sesuai hasil di tahap survey pekerjaan tadi tentunya mengaju ke penjelasan user pengguna jasa. 3.3



Metode Pelaksanaan Pekerjaan Persiapan (terkait dengan mobilisasi dan demobilisasi) 3.3.1. Pekerjaan Persiapan Sebelum pelaksanaan suatu item pekerjaan yang ada pelaksana menyiapkan segala sesuatu yang bersifat administratif untuk menunjang kelancaran proses pelaksanaan pekerjaan dilapangan, segala hal yang bersifat administratif dikelola dengan baik sejak penandatangan kontrak sampai dengan proses pembayaran terakhir dengan mengikuti aturan yang telah dibuat oleh pengguna jasa, termasuk menyiapkan gambar kerja atau shopdrawing yang kami ajukan pada pengawas lapangan, beserta spesifikasi bahan matrial yang diusulkan dan juga penyusunan jadwal pekerjaan dan laporan progress pekerjaan yang menyangkut penggunaan matrial dan waktu pengerjaannya. Setiap perintah kerja yang diberikan oleh pengguna jasa akan dibukukan dalam sebuah laporan yang ditandatangani oleh pihak pengguna jasa dan disesuaikan dengan yang terjadi dilapangan, lalu dimasukan dalam 12



Metode Pelaksanaan



PT. MATRIX PRIMATAMA



laporan harian, mingguan dan bulanan. Laporan visual kami berikan dalam bentuk foto baik softcopy maupun hardcopy dengan menggambarkan keadaan sebelum dikerjakan, pada saat dikerjakan dan setelah dikerjakan, sebagai dasar pembuatan as-builtdrawing pada saat serah terima pekerjaan terakhir. 3.3.2. Mobilisasi dan Demobilisasi Pekerjaan ini meliputi pekerjaan persiapan untuk memulai dan mengakhiri pekerjaan konstruksi sesuai lingkup pekerjaan yang tertuang didalam kontrak. Pekerjaan ini mencakup mobilisasi untuk melaksanakan seluruh pelayanan jasa pemborongan yang meliputi, tenaga kerja, bahan, perlengkapan, peralatan, dan atau fasilitas lain yang diperlukan untuk melaksanakan



seluruh



pekerjaan



yang



memerlukan



mobilisasi



dan



demobilisasi.



Gambar 3.3.2.a mobilisasi



3.4



Metode Pelaksanaan Sirkulasi Alat & Tenaga Kerja, serta tempat penyimpanan material 3.4.1. Penyediaan fasilitas tenaga kerja Penyedian fasilitas pekerja adalah suatu pemenuhan kebutuhan dan keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah baik didalam maupun diluar hubungan kerja, yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempertinggi produktifitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat. Tujuan pemberian penyedian fasilitas pekerja antara lain sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan kesetiaan dan keterikatan pekerja kepada pekerja. 2. Memberikan ketenangan dan pemenuhan kebutuhan bagi pekerja. 3. Memotivasi gairah kerja, disiplin dan produktifitas kerja bagi pekerja. 4. Menurunkan tingkat absensi dan turn over pekerja. 13



Metode Pelaksanaan



PT. MATRIX PRIMATAMA



5. Menciptakan lingkungan dan suasana kerja yang baik serta nyaman. 6. Membantu lancarnya pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan. 7. Memelihara kesehatan dan meningkatkan kualitas karyawan. Mengurangi kecelakaan kerja dan kerusakan peralatan perusahaan. 3.4.2. Direksi kit dan tempat penyimpanan material Kantor proyek di bangun sebagai tempat bekerja bagi para staf baik staf dari kontraktor, pengawas, maupun pemilik proyek di lapangan. Pembuatan Direksi kit pembangunan tidak di bangun secara permanen karena hanya bersifat sementara, namun tetap mengutamakan kenyaman yang mengacu pada spesifikasi teknis dokumen pelelangan yakni Direksi kit dilengkapi dengan ketentuan dalam dokumen kontrak.



PT. Matrix Primatama



Gambar 3.4.2.a Direksi kit



Pembuatan gudang material dan peralatan bertujuan untuk melindungi material maupun peralatan dari pengaruh cuaca. Gudang peralatan berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat-alat ringan, seperti: vibrator untuk pemadatan beton, mesin genset portable, alat-alat las, alat-alat untuk pekerjaan finishing (mesin potong keramik, mesin bor) serta berbagai komponen peralatan lainnya.



BAB IV. KENDALA YANG DIHADAPI DALAM PEKERJAAAN PERBAIKAN, CARA PENANGANAN / SOLUSI, CONTOH KASUS PEKERJAAN PERBAIKAN 4.1



Kendala yang di hadapi dalam pekerjaan perbaikan 14



Metode Pelaksanaan



PT. MATRIX PRIMATAMA



Pada setiap pekerjaan sudah sewajarnya bila terdapat kendala yang ditemukan dalam pelaksanaannya, begitupun dengan pekerjaan perbaikan itu sendiri terdapat kendala yang mempunyai kesulitannya tersendiri dan merupakan salah satu bagian dari pekerjaan itu sendiri yang harus secepat mungkin di selesaikan dan di carikan solusinya agar pekerjaan bisa berjalan dengan lancar dan sesuai rencana. Adapun kendala yang muncul dalam pekerjaan perbaikan yang sering kali di temui di Proyek pekerjaan perbaikan Institut Teknologi Bandung, secara singkat bisa di uraikan sebagai berikut : 1. Jam kerja dalam pekerjaan ini tidak teratur, dikarenakan gedung aktif dipakai oleh mahasiswa atau dosen untuk kegiatan akademik dan terkadang jam kerja di alihkan menjadi malam hari agar ruangan kosong dan tidak mengganggu aktivitas staff/mahasiswa yang ada di gedung tersebut. 2. Mobilisasi alat dan bahan lebih lama sampai lokasi pekerjaan, dikarenakan lokasi terdapat di beberapa lantai yang dalam proses mobilisasi tersebut memerlukan waktu yang lumayan lama 3. Pengeluaran biaya langsung dan tidak langsung proyek untuk pekerjaan perbaikan lebih membengkak, dikarenakan jam kerja yang tidak teratur, item pekerjaan perbaikan yang harus di kerjakan di luar dugaan, yang menuntut di adakannya kerja lembur dan pemindahan jam kerja. Sehingga menyebabkan biaya upah naik bisa mencapai 2 kali lipat dari pengeluaran biaya awal. 4. Luasan area yang dikerjakan dalam satu paket pekerjaan perbaikan bisa berbeda lokasi, dan tidak jarang pula jarak antar lokasi satu dengan yang lainnya lumayan jauh. 5. Dalam satu paket pekerjaan perbaikan biasanya melibatkan banyak pihak yang terkait dalam pekerjaan tersebut seperti user (Dosen, Mahasiswa, Pengelola gedung). Terkadang ada dalam beberapa paket pekerjaan, terdapat user yang gampang di ajak koordinasi, kerja sama, bertoleransi besar, tapi kadang juga ada yang susah di ajak kerjasama, rewel, dan kurang menjunjung profesionalitas dengan baik. 6. Sudah menjadi rahasia umum rasanya, dalam setiap pekerjaan mempunyai tantangan tersendiri. Hal itu bisa digambarkan dalam pekerjaan perbaikan di lingkungan Institut Teknologi Bandung, hampir disetiap kesempatan dalam pengerjaan perbaikan mempunyai medan/lokasi pekerjaan yang cukup menantang. Seperti contohnya pekerjaan memperbaiki atap bocor di lantai yang tinggi, pekerjaan memperbaiki plafond yang rusak dilantai yang tinggi. Ditinjau dari segi pengerjaan 15



Metode Pelaksanaan



PT. MATRIX PRIMATAMA



item tersebut bisa di katakan lumayan mudah, namun ada faktor yang membuatnya sulit yaitu dari segi alat bantu seperti scaffolding yang banyak, alat bantu keamanan safety belt, dari segi waktu memerlukan waktu yang lebih lama sehingga membutuhkan biaya yang ekstra, dll. 4.2



Cara penanganan / solusi untuk menyelesaikan kendala dalam pekerjaan perbaikan Sebagai kontraktor yang bertanggung jawab, totalitas, dan profesional dalam suatu pekerjaan, kendala-kendala yang di hadapi dalam setiap pekerjaan bukanlah halangan yang berarti. Sudah menjadi tugas Project Manager di lapangan untuk mencari solusi yang efektif dan efisien agar kendala-kendala tersebut bisa segera terselesaikan, adapun cara penanganan / solusi yang efektif dan efisien terhadap kendala-kendala tersebut di antaranya: 1. Koordinasi intensif baik kepada pihak user, pihak direktorat logistik. Sehingga walaupun terjadi penggantian jam kerja, dari pihak pelaksana pekerjaan bisa tetap optimal dalam pekerjaan. 2. Cara penanganan / solusi yang tepat dalam kendala ini yaitu stok dan persiapan berupa peralatan, material yang akan di pakai jauh-jauh hari sebelum hari pelaksanaan di mulai. Dengan begitu hal yang harus di perhatikan lagi agar persiapan penyetokan material dan peralatan terkoordinir dengan baik harus tersedianya tempat atau gudang sementara untuk menyimpannya, maka dari itu harus terjalin koordinasi yang inten baik kepada pihak user dan pihak direktorat logistik. 3. Cara penanganan / solusi yang tepat dalam kendala ini yaitu sebagai project manager dan pihak yang terkait dari pihak kontraktor harus lebih teliti, cermat pada saat penyusunan dokumen perencanaan baik itu dari segi survey pengecekan lokasi pekerjaan dan pada saat pembuatan rencana anggaran biaya, dll. Oleh karena itu project manager di tuntut untuk bisa lebih meminimalisir pekerjaan yang tidak terduga tersebut dan memanag waktu dan pekerja untuk lebih efektif, efisien, dan optimal, serta tepat guna dalam pekerjaan perbaikan tersebut untuk mengantisipasi membengkaknya biaya langsung dan tidak langsung pekerjaan, dikarenakan jam kerja yang tidak teratur. 4. Cara penanganan / solusi yang tepat dalam kendala ini yaitu cekatan dalam berpikir, cepat, tepat, berani cepat dalam mengambil keputusan, bisa memilah keputusan yang terbaik yang menguntungkan untuk semua pihak yang terkait dalam pekerjaan tersebut. Selain itu pengkondisian pekerja yang tepat dan menjadikan dan membentuk pribadi pekerja yang bertanggung jawab, solid, dan bisa dipercaya. Dan 16



Metode Pelaksanaan



PT. MATRIX PRIMATAMA



yang tidak kalah penting jika luasan area terpisah jauh yaitu fasilitas akomodasi dan mobilisasi untuk project manager dan pihak yang terkait lainnya memadai sehingga mempermudah dalam pengontrolan suatu pekerjaan. 5. Cara penanganan / solusi yang tepat dalam kendala ini yaitu menjalin pendekatan, kerjasama dan koordinasi yang inten baik kepada pihak user secara profesional, sehingga membentuk singkronisasi yang baik antar kedua belah pihak, sehingga keinginan dari user terkordinir dengan baik dan pekerjaanpun menjadi semakin lancar. 6. Cara penanganan / solusi yang tepat dalam kendala ini yaitu memfasilitasi perlengkapan peralatan untuk menunjang kelancaran dalam pekerjaan perbaikan yang mempunyai medan/lokasi pekerjaan yang sulit dan menantang, baik dari segi peralatan keamanan, peralatan perlengkapan penunjang pekerjaan. Selain itu managerial sumber daya manusia, dan material yang baik akan membantu meminimalisir waktu yang di perlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik dari segi mutu, waktu dan kualitas. 4.3



Pekerjaan perbaikan Pada hakikatnya terdapat perbedaan besar dalam suatu pekerjaan perbaikan dan pada suatu pekerjaan yang di bangun dari nol pekerjaan. Perbedaan yang cukup signifikan dalam urutan pekerjaan dan durasi waktu pekerjaan yang akan dilaksanakan, jika dalam pekerjaan yang di mulai dari nol, urutan pekerjaan dan durasi pekerjaan yang akan dilaksanakan perkiraan penyelesaian pekerjaan dan kesinambungan antar item pekerjaan sudah bisa di atur secara akurat baik dari segi waktu, mutu, dan biaya. Berbeda dengan pekerjaan perbaikan, dimana dalam pekerjaan perbaikan urutan pekerjaan dan durasi pekerjaan tidak bisa di atur secara akurat. Tidak jarang banyak hal-hal lain di luar dugaan yang terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan, seperti analisa solusi pada suatu item pekerjaan perbaikan, pekerjaan yang tumpang tindih dalam pelaksanaan, waktu pengerjaan yang tidak bisa di prediksi bila pekerjaan perbaikan berada di lokasi yang aktif dan di pakai setiap hari, membengkaknya biaya tidak langsung proyek di karenakan banyak peristiwa tidak terduga yang terjadi di lapangan yang pada dasarnya memang sudah menjadi resiko dan tanggung jawab pihak kontraktor untuk menyelesaikannya. Hal ini menuntut project manager lapangan untuk berpikir keras dalam memanag suatu pekerjaan perbaikan agar terwujudnya tujuan dari semua proyek yaitu tepat waktu pengerjaan, tepat kuantitas,



17



Metode Pelaksanaan



PT. MATRIX PRIMATAMA



tepast kualitas, tepat biaya sesuai dengan biaya rencana, tidak adanya gejolak sosial dengan masyarakat sekitar, tercapainya K3 dengan baik. Berikut ini terdapat contoh kasus pekerjaan perbaikan, kendala yang di hadapi dalam pekerjaan perbaikan, solusi yang di pakai untuk memecahkan kendala tersebut, pembentukan urutan kerja pekerjaan perbaikan dalam bentuk jaringan kerja sehingga bisa mempermudah dalam memanag proyek pekerjaan perbaikan 4.4 Contoh kasus, pembentukan urutan pekerjaan dan jaringan kerja Kita ambil contoh kasus pekerjaan perbaikan pada Gedung dan Bangunan Farmasi. Pada contoh kasus pekerjaan perbaikan ini item pekerjaan yang akan dilaksanakan sangat beragam, tingkat kesulitan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut pun semakin beragam pula. Terdapat item pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan sipil, pekerjaan arsitektur, pekerjaan mekanikal dan elektrikal, dll.



18



Metode Pelaksanaan



PT. MATRIX PRIMATAMA



19



Metode Pelaksanaan



PT. MATRIX PRIMATAMA



20



Metode Pelaksanaan



Gambar Barchart dan Jaringan kerja (network planning) dalam suatu pekerjaan perbaikan



Bisa terlihat dari jaringan kerja di atas bahwa, pada pekerjaan perbaikan dalam contoh kasus di atas jarang sekali pekerjaan yang satu dengan yang lainnya saling menunggu selesai dan saling berkesinambungan. Seperti tampak pada gambar jaringan kerja di atas, tabel/node pada setiap pekerjaan yang berwarna biru menunjukan bahwa pekerjaan tersebut bukan merupakan jalur kritis, bila di kemudian hari terjadi terlambat tidak akan berpengaruh ke semua pekerjaan menjadi terlambat. Namun berbeda sekali dengan tabel/node yang berwarna merah, jalur berwarna merah menunjukan bahwa item pekerjaan tersebut merupakan jalur kritis menurut logika ketergantungan tiap item pekerjaan, sehingga bila ada keterlambatan item pekerjaan yang terdapat dalam jalur kritis tersebut akan menyebabkan keterlambatan pada keseluruhan proyek. Dengan begitu sebagai pelaksana pekerjaan harus benar-benar cermat jangan sampai pada item pekerjaan yang termasuk pada jalur kritis tersebut terlambat, oleh karena itu solusi yang di ambil bisa dengan menambah sumber daya manusia, kerja lembur, dll. Jaringan kerja pekerjaan perbaikan akan jauh berbeda dengan jaringan kerja pekerjaan yang dimulai dari awal. Salah satu keuntungan pada pekerjaan perbaikan dalam kasus di atas bisa di kerjakan secara serempak atau paralel, lalu pihak kontraktor menyiapkan sumber daya manusia yang siap untuk menyelesaikan pekerjaan secara cepat, baik dan menyiapkan modal dari segi finansial , peralatan yang menunjang. Sehingga durasi pelaksanaan pekerjaan perbaikan tersebut bisa di selesaikan lebih awal dari waktu yang di tetapkan.



BAB V. TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN



5.1. Teknis pelaksanaan pekerjaan bongkaran Pekerjaan ini meliputi pekerjaan bongkaran yang berkaitan dengan pekerjaan bongkaran struktur, pekerjaan bongkaran arsitektur, pekerjaan bongkaran mekanikal & elektrikal, pekerjaan bongkaran sanitair, dll. Dalam setiap item pekerjaan item bongkaran, pekerjaan di lakukan dengan hati-hati dan rapih, sisa puing-puing bongkaran di buang ke luar lingkungan Kampus ITB agar tidak menggangu pekerjaan yang sedang berjalan dan terlebih dahulu harus di koordinasikan dulu kepada pihak user dan pengawas. Begitupun dengan sisa bongkaran yang akan di pakai kembali, di koordinasikan dan diserahkan kepada pihak user dan pengawas. Selain itu pengecekan kepada bidang yang akan di bongkar sangat diperlukan, karena tidak menutup kemungkinan dalam pekerjaan pembongkaran terdapat imbas yang bisa kurang baik kepada area lainnya.



Gambar 5.1.a Pekerjaan bongkaran



5.2. Teknis pelaksanaan pekerjaan galian dan urugan Penggalian tanah untuk pondasi setempat dilakukan secara hati-hati serta harus mengetahui ukuran panjang, lebar dan kedalaman pondasi. Tebing dinding galian tanah pondasi dibuat dengan perbandingan 5 : 1 untuk jenis tanah yang kurang baik dan untuk jenis tanah yang stabil dapat dibuat dengan perbandingan 1 : 10 atau dapat juga dibuat tegak lurus permukaan tanah tempat meletakkan pondasi. dalamnya suatu galian tanah ditentukan oleh kedalamnya tanah padat/tanah keras dan harus mengacu berdasarkan pada penyelidikan tanah yang sudah dilakukan dengan daya dukung tanah yang kuat. Lebar dasar galian tanah pondasi hendaknya dibuat lebih lebar dari ukuran pondasi agar tukang lebih leluasa bekerja. Semua galian tanah harus ditempatkan diluar dan agak jauh dari pekerjaan penggalian agar tidak mengganggu pekerjaan.



Galian tanah untuk pondasi harus sesuai gambar rencana jika di perlukan dasar galian harus dipadatkan/ditumbuk. Jika galian melampaui batas kedalaman, harus menimbun kembali dan dipadatkan sampai kepadatan maksimum, hasil galian yang dapat dipakai untuk penimbunan diangkut langsung ke tempat yang sudah direncanakan dan disetujui oleh direksi.



Gambar 5.2.a Pekerjaan galian



Untuk pekerjaan urugan pasir, pasir yang digunakan untuk pengurugan harus dilakukan test tanah dan atas persetujuan Direksi. Dipilih pasir yang baik secara teknis,bebas dari akar, bahan-bahan organis, barang bekas/sampah dan terlebih dahulu mendapat



persetujuan



Direksi



dengan



ukuran



ketebalan



10 cm di bawah lantai. Untuk pekerjaan urugan tanah, tanah yang digunakan untuk pengurugan harus dari tanah yang baik dan memenuhi syarat teknis, bebas dari akar, bahan-bahan organis, barang bekas/sampah dan terlebih dahulu mendapatkan persetujuan Direksi lapangan. Jika diijinkan dapat digunakan tanah bekas galian. Pengurugan dilakukan lapis demi lapis tiap 20 cm dengan ketebalan + 40 cm dalam keadaan padat, kemudian dibasahi dan dipadatkan. Direksi dapat memerintahkan pengurugan melebihi ukuran, diperhitungkan penyusutan tanah akibat konsolidasi.



5.3. Teknis pelaksanaan saluran dan batu kali 1. Pasangan batu kali digunakan pada pondasi, dinding dan lantai saluran dengan menggunakan campuran 1 PC : 4 Pasir.



2. Batu yang digunakan untuk pasangan harus kuat, bersih dan pecah kecuali untuk muka pasangan (rain). 3. Pada saat pemasangan batu, celah-celah diantara batu harus terisi spesi dan susunan batu harus saling mengikat (tidak segaris). 4. Pasangan batu yang sudah terpasang namun ada beberapa batu yang menonjol (tidak segaris) kontraktor harus memperbaiki kembali hingga memuaskan direksi lapangan.



Gambar 5.3.a Pekerjaan pasangan batu



5. Pasir yang digunakan harus bersih dari debu / kotoran dengan dibuktikan dari laboratorium. 6. Untuk mendapatkan gaya geser yang lebih besar sebelum memasang batu kali pada bagian dasar (alas supaya diurug pasir / beton rabat). 5.4. Teknis pelaksanaan pekerjaan struktur Dalam pekerjaan ini mutu beton dan besi beton yang dipakai untuk proyek ini (spesifikasi) disesuaikan dengan gambar kerja



dan RKS. Langkah-langkah



pembuatan kolom praktis di antaranya : 1. Diawali dengan pekerjaan pembesian beton. Besi dipotong dan dirakit. Pemotongan besi harus tepat, agar setelah ditekuk (jangkar, radius tekuk), bentuk dan panjang jadi sesuai BBS (Bar Bending Schedule). Penekukan/ pembengkokan (radius tekuk) besi harus menggunakan piringan tekuk/ roller sesuai kelompok/ jenis diameter besi. Periksa pemasangan kawat bendrat. (jika menggunakan metode sangkar). Besi yang belum & sudah dipotong harus diletakkan dan diproteksi dari tanah dan hujan. 2. Besi yang digunakan harus sesuai jumlah dan ukurannnya dengan gambar kerja. Setelah itu besi disetting di posisi masing-masing kolom dengan menyambung tulangan stek yang terdapat pada sloof. Buat garis sipatan batas beton kolom pada lantai beton tempat bekisting kolom akan didirikan. Pastikan semua pembesian



berada di dalam garis sipatan dan memiliki selimut beton, sesuai spesifikasi struktur, serta sudah terpasang “beton decking” yang memadai. 3. Semua bidang dalam plywood bekisting dinding (area beton harus diolesi minyak bekisting/mould oil sebelum didirikan. Jangan lupa dilakukan pengecekan kembali terhadap instalasi yang masuk dalam struktur kolom. Baik itu instalasi pembuangan ataupun instalasi elektrikal. Setelah bekisting kolom ditutup, semua sarana perkuatan bekisting seperti Tie rod, Form Tie, Steel wale dan Adjustad support dipasang.



Kelurusan bidang bekisting dinding/kolom dicek dengan



bantuan unting-unting, waterpas dan alat ukur. Setelah bekisting terpasang baik, buat sipatan (atau tanda dari paku) untuk batas/level pengecoran di sisi atas bekisting dinding/kolom.



Gambar 5.4.a Pekerjaan bekisting



4. Setelah bekisting beton dan tulangannya telah siap, dilanjutkan dengan pencampuran beton sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. 5. Pencampuran beton dengan menggunakan concrete mixer. Terlebih dahulu pasir dengan kualitas baik yang rendah kadar lumpurnya dicampur dengan kerikil. Setelah itu ditambahkan semen dan dicampur rata lalu terakhir ditambahkan air. Bila campuran telah rata lalu dituang ke bak pencampuran dan diisi ke ember campuran untuk diangkut dan dituang ke dalam bekisting kolom.



Gambar 5.4.b Pekerjaan campuran beton



6. Pembongkaran Bekisting Untuk kolom pembongkaran besting dilakukan setelah 4 hari pengecoran sedangkan untuk balok pembongkaran bekisting dilakukan 7 hari setelah pengecoran. Sebagai penunjang sampai pelat benar-benar mengeras. 7. Perawatan (curing) Setelah dilaksanakan pengecoran, maka untuk menjaga agar mutu beton tetap terjaga dilakukan perawatan beton. Perawatan beton yang dilakukan adalah dengan menyiram/membasahi beton 2 kali sehari selama 1 minggu. 5.5. Teknis pelaksanaan pekerjaan dinding Dalam pelaksanaan pekerjaan ini meliputi pekerjaan dinding, pekerjaan plesteran, pekerjaan acian. Pasangan batu bata untuk dinding dipasang tembok ½ bata. Pasangan bata dipasang dengan rapi tegak lurus dan water pass dengan spesi 1 s/d 1 ½ cm, bata yang akan digunakan berkualitas baik, cukup masak yang merata tidak mudah patah. Sebelum pekerjaan plesteran dimulai akan dilakukan penyiraman pada dinding bata supaya plesteran lebih kuat dan tidak retak. Trassram dipakai campuran 1 Pc : 3 Ps dilakukan pada seluruh pasangan bata bagian luar maupun bagian dalam. a. Pekerjaan pasangan batu bata Bata merah harus melalui persyaratan sebagai berikut : 1. Batu bata harus satu pabrik, satu ukuran, satu warna, satu kualitas 2. Ukuran yang di gunakan : Panjang 24 cm, lebar 11,5 cm, tebal 5,2 cm 3. Suara apabila di pukul oleh benda yang keras suaranya nyaring



Gambar 5.5.a Pemasangan bata



b. Pekerjaan plesteran Semua bahan yang digunakan dalam pekerjaan terdiri dari: a. Pasir



Pasir yang dipakai harus kasar, tajam, bersih dan bebas dari tanah liat, lumpur atau campuran-campuran lain sesuai dengan: b. Portland Cement Portland Cement yang dipakai harus baru, tidak ada bagian yang membatu dan dalam zak yang tertutup seperti disyaratkan spesifikasi dan RKS, Portland Cement menggunakan merk yang berkualitas tinggi. Portland Cement ini dipakai untuk bahan plesteran dan acian pada pekerjaan bata merah, acian pada struktur balok, plat konsol dan kolom utama. c. Air Air harus bersih segar dan bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti: minyak, asam dan unsur organik, kecuali ditunjukkan lain. Pemborong harus menyediakan air kerja atas biaya sendiri. Perancangan Campuran adukan dan plester Perbandingan campuran dan pengetesannya dapat dilaksanakan dalam waktu 1 minggu dan tidak ada penambahan waktu lagi untuk itu.



Gambar 5.5.b Plesteran



Plester/adukan dengan campuran 1 pc : 4 ps digunakan pada daerah-daerah seluruh dinding bata merah seperti ditunjukkan dalam gambar. Plester/adukan dengan campuran 1 pc : 2 ps digunakan pada daerah-daerah basah untuk kedap air, seperti daerah toilet setinggi 160 cm dari lantai dan daerah lainnya setinggi 20 cm dari lantai sebagaimana ditunjukkan dalam gambar.



Plester/adukan harus dicampur dengan bahan “additive” untuk mencegah keretakan yang tak diinginkan dan terlebih dahulu mendapat persetujuan ahli. c. Acian Acian dibuat dalam campuran 1 pc : 2 air (volume) dan digunakan hanya pada dinding-dinding yang akan di cat. Pelaksanaan a. Umum Pergunakan mesin-mesin pengaduk (molen) dan peralatan yang memadai. Bersihkan semua permukaan yang akan dipletser dan disiram air hingga jenuh. Pekerjaan plesteran harus rata sesuai perintah Konsultan Pengawas, dengan tebal plesteran kecuali bila dinyatakan lain adalah 20 mm dengan toleransi minimal 15 mm dan maksimal 25 mm. b. Pencampuran Membuat campuran adukan/plester tanpa mesin pengaduk hanya dapat dilaksanakan bila ada izin dari Konsultan Pengawas. c. Pelaksanaan Adukan/Plesteran Plesteran ke dinding bata biasa Bersihkan permukaan dinding bata dari noda-noda debu, minyak, cat dan bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya ikat plester. Basahkan sebelum pekerjaan dimulai. Pasang lapisan plester setebal yang diisyaratkan (20 mm), ratakan dengan roskam kayu/almunium dengan panjang minimal 1,2 m. basahkan terus selama kurang lebih 3 hari. Untuk pelaksanaan acian harus rapih dan halus, sebelum diaci permukaan plesteran atau permukaaan dinding yang akan diaci harus disiram oleh air terlebih dahulu dan permukaan dinding plesteran harus rata atau rapih, dan pada saat pekerjaan acian harus digosok terus dengan amplas sampai berair dan halus, sehingga pekerjaan acian rapih dan halus. 5.6 Teknis pelaksanaan pekerjaan konstruksi baja dan alumunium 5.6.1 Teknis pelaksanaan konstruksi baja



Pekerjaan ini meliputi pekerjaan Rangka Atap Baja (gording), Canal dan profil baja IWF seperti tercantum dalam gambar, termasuk penyedian tenaga kerja, bahanbahan, peralatan baja dan alat-alat bantu lainnya yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik. Bahan-bahan Semua material untuk konstruksi baja harus menggunakan baja yang baru danmerupakan "Hot rolled structural steel" dan memenuhi mutu baja ST 37 (PPBBI83 ) atau ASTM A 36 atau SS 41 ( JIS. U 3101-1970 ).



Gambar 5.6.1.a Konstruksi Baja



Semua pekerjaan baja harus disimpan rapih dan ditaruh diatas alas papan. Seluruh pekerjaan baja setelah selesai difabrikasi harus dibersihkan dari karat dengan mechanical Wire Brush, kecuali untuk bagian-bagian/tempat-tempat yang sulit dapat digunakan sikat baja kemudian dicat dengan cat primer 1 (satu) kalidengan cat ICI Green Primer R 540 - 157 dengan ketebalan minimum 35 micron. Syarat-syarat Pelaksanaan a. Gambar Kerja Sebelum fabrikasi dimulai, Kontraktor harus membuat gambar-gambar kerja yang diperlukan dan mengirim 3 ( tiga ) copy gambar kerja untuk disetujui Pemberi Tugas. Bilamana disetujui, 1 (satu) set gambar akan dikembalikan kepada Kontraktor untuk dapat dimulai pekerjaan fabrikasinya. Walaupun semua gambar kerja telah disetujui oleh Pemberi Tugas, tidaklah berarti mengurangi tanggung jawab Kontraktor bilamana terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam gambar kerja tersebut. Dan tanggung jawab atas ketepatan ukuran-ukuran selama erection tetap ada pada Kontraktor. Pengukuran dengan skala dalam gambar tidak diperkenankan. b. Pengelasan



Pengelasan harus dilaksanakan sesuai AWS atau AISC specification, baru dapat dilaksanakan dengan seijin Pemberi Tugas, dan menggunakan mesin las listrik. Las yang dipakai adalah harus merk "Kobesteel" atau yang setaraf. Kontraktor harus menyediakan tukang las yang berpengalaman dengan hasil pengalaman yang baik dalam melaksanakan konstruksi baja-baja ber tingkat. Permukaan bagian yang akan dilas harus dibersihkan dari cat, minyak, karat dan bekas-bekas potongan api yang kasar. Bekas potongan api harus digurinda dengan rata. Kerak bekas pengelasan harus dibersihkan dan disikat. Metode pengelasan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak timbul distorsi pada elemen konstruksi baja yang dilas. Pada pekerjaan las dimana terjadi banyak lapisan las (pengelasan lebihdari satu kali), maka sebelum dilakukan pengelasan berikutnya lapisan terdahulu harus dibersihkan dahulu dari kerak- kerak las / slag danpercikan-percikan logam yang ada. Tebal las pada sekali pengelasan maximum 7 mm. Lapisan las yang berporipori atau retak atau rusak harus dibuang samasekali. Bila ditemukan hal-hal yang meragukan, maka bagian tersebut harus diuji sesuai dengan standard AWS D1.0. Dan bila ada kerusakan maka segala macam biaya yang menyangkut perbaikan harus dtanggung oleh Kontraktor. Pemeriksaan dengan ultrasonik untuk las dan teknik serta standard yang dipakai harus sesuai dengan AWS D 1.0. atau harus sesuai dengan persyaratan ASTM E114 - 75 ; Ultrasonic Contact Examination or Weldmends : E27368: Ultrasonic Inspection of Longitudinal and Spiral Weldsof Welded Pipe and Tubing 1974. Cara pemeriksaan dengan "Particle Magnetic" harus sesuai dengan ASTME109. Cara pemeriksaan dengan "liquid Penetrant" harus sesuai dengan ASTME109. Semua lokasi pengujian harus dipilih oleh Pemberi Tugas. a. Baud Pengikat Lubang-lubang baut harus benar-benar tepat dan sesuai dengan diameternya. Kontraktor tidak boleh merubah atau membuat lubang baru dilapangan tanpa seijin Pemberi Tugas. Pembuatan lubang baut harus memakai bor. Untuk konstruksi yang tipis, maksimum 10 mm, boleh memakai mesin pons. Membuat lubang baut dengan api sama sekali tidak diperkenankan.



Baut penyambung harus berkwalitas baik dan baru. Diameter baut, panjang ulir harus sesuai dengan yang diperlukan. Mutu baut yang digunakan adalah Baut Hitam HTB, kecuali ditentukan lain dalam gambar. Lubang baut dibuat maksimum 2 mm. lebih besar dari diameter baut. Pemasangan dan pengencangan baut harus dikerjakan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan momen torsi yang berlebihan pada baut yang akan mengurangi kekuatan baut itu sendiri. Untuk itu diharuskan menggunakan pengencang baut yang khusus dengan momen torsi yang sesuai dengan buku petunjuk untuk pengencangan masing-masing baut. Panjang baut harus sedemikian rupa, sehingga setelah dikencangkan masih dapat paling sedikit 4 ulir yang menonjol pada permukaan, tanpa menimbulkan kerusakan pada ulir baut tersebut. Baut harus dilengkapi dengan 2 ring, masing-masing 1 buah pada kedua sisinya. Untuk menjamin pengencangan baut yang dikehendaki, maka baut-baut yang sudah dikencangkan harus diberi tanda dengan cat, guna menghindari adanya baut yang tidak dapat dikencangkan.



b. Pemotongan Besi Semua bekas pemotongan besi harus rapih dan rata. Pemotongannya hanya boleh dilaksanakan dengan brander atau gergaji besi. Pemotongan dengan mesin las sekali-kali tidak diperkenankan. c. Penyimpanan Material Semua material harus disimpan rapi dan diletakkan diatas papan atau balokbalok kayu untuk menghindari kontak langsung dengan permukaan tanah, sehingga tidak merusak material. Dalam penumpukan material harus dijaga agar tidak rusak, bengkok. Kontraktor harus memberitahukan terlebih dahulu setiap akan ada pengiriman dari pabrik ke lapangan, guna pengecekan Pemberi Tugas. Penempatan elemen konstruksi baja dilapangan harus ditempat yangkering / cukup terlindung, sehingga tidak merusak elemen-elemen tersebut. Pemberi Tugas berhak untuk menolak elemenelemen konstruksi baja yang rusak karena salah penempatan atau rusak. d. Erection



Sebelum erection dimulai, Kontraktor harus memeriksa kembali kedudukan angker-angker baja dan memberitahukan kepada Pemberi Tugas metode dan urutan pelaksanaan erection. Perhatian khusus dalam pemasangan angker-angker untuk kolom dimana jarak-jarak / kedudukan angker-angker harus tetap dan akurat untuk mencegah ketidak cocokan dalam erection, untuk ini harus dijaga agar selama pengecoran angker-angker tersebut tidak bergeser, misalnya dengan mengelas pada tulangan pile cap. Kontraktor bertanggung jawab atas keselamatan pekerja-pekerjanya dilapangan. Untuk ini Kontraktor harus menyediakan ikat pinggang pengaman, safety helmet, sarung tangan dan pemadam kebakaran. Pelaksanaan erection ini harus dikepalai oleh seorang yang benar-benar ahli dan berpengalaman dalam erection konstruksi baja bertingkat guna mencegah hal-hal yang tidak menguntungkan bagi struktur. Kegagalan dalam erection ini menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya, oleh sebab itu Kontraktor diminta untuk memberi perhatian khusus pada masalah erection ini. Semua pelat-pelat atau elemen yang rusak setelah fabrikasi, tidak akan diperbolehkan dipakai untuk erection. Untuk pekerjaan erection dilapangan, Kontraktor harus menyediakan tenaga ahli dalam bidang konstruksi baja yang senantiasa mengawasi dan bertanggung jawab atas pekerjaan erection. Tenaga ahli untuk mengawasi pekerjaan erection tersebut harus mendapat persetujuan Pemberi Tugas. Penempatan konstruksi baja dilapangan harus diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan pekerjaan erection. Kontraktor harus memberitahukan Pemberi Tugas sebelum pengiriman konstruksi baja dan menjamin bahwa setelah dilapangan, konstruksi baja tersebut tetap tidak rusak dan kotor. Bilamana ternyata yang dikirim rusak dan bengkok, Kontraktor harus mengganti yang baru. Setelah Erection selesai maka konstruksi baja dicat primer lagi dengan typecat ICI Green Primer R 540 - 157 setebal 35 micron. e.Pengecatan Pengecatan akhir dilakukan 2 (dua) kali dengan cat yang sesuai dengan spesifikasi teknis dan kualitas baik masing-masing setebal 30 micron. Pengecatan akhir ini dilakukan setelah cat primer kedua betul-betul kering. 5.6.2 Teknis pelaksanaan alumunium Konstruksi kusen alumunium yang dikerjakan seperti yang ditunjukkan dalam detail gambar termasuk bentuk dan ukurannya. Seluruh bahan alumunium berwarna



harus datang di site dengan dilengkapi bahan pelindung/pembungkus dan baru diperkenankan dibuka sesudah mendapat persetujuan pemilik proyek untuk keseragaman warna diisyaratkan, sebelum proses pabrikasi warna profil-profil harus diseleksi secermat mungkin. Kemudian pada waktu fabrikasi unit-unit, jendela, pintu partisi dan lain-lain, profil harus diseleksi lagi warnanya sehingga dalam tiap unit didapatkan warna yang sama. Pekerjaan mesin potong, mesin punch, drill, sedemikian sehingga diperoleh hasil yang telah dirangkai untuk jendela bukaan dinding dan pintu mempunyai toleransi ukuran sebagai berikut : Untuk tinggi dan lebar : 1 mm Untuk diagonal : 2 mm. Cara pelaksanaan sebagai berikut : 1.



Pasang kusen pintu dan jendela sesuai lokasi yang ditentukan.



2.



Masukan kusen yang siap dipasang ke lubang tembok dengan bantuan baji karet, kemudian atur dengan baji karet.



3.



Stel kelurusan kusen dengan tembok, kemudian lubangi kusen dan dinding dengan bor untuk tempat sekrup.



4.



Masukan fisher kedalam lubang bor, fisher dikencangkan dengan obeng.



5.



Finishing dinding tembok dengan mortar/sealant unrtuk menutupi celah.



Gambar 5.6.2.a Pekerjaan Alumunium



6.



Untuk melindungi profil dari cacat, maka harus di bungkus.



7.



Kemudian pemasangan kaca bening atau temper, karet penjepit kaca dan assesoris pekerjaan pintu-jendela aluminium.



8.



Tempat untuk kaca pada kusen harus dibersihkan. Kaca dipotong dengan diberi sedikit toleransi untuk pemuaian, dipasang pada kusen dengan dempul pengikat dan diperhitungkan pemuaiannya.



9.



Bahan yang terpasang tidak bergelombang dan dilindungi dari kerusakan, benturan serta diberi tanda agar mudah diketahui.



10.



Potongan kaca rapi, lurus dan menggunakan alat-alat pemotong kaca khusus.



11.



Finishing sandblasting pada kaca-kaca yang ada pada kusen.



5.7. Teknis pelaksanaan pekerjaan langit-langit Dalam pekerjaan langit-langit ini terdapat beberapa tahapan pengerjaan yang harus dilakukan agar hasil dalam pekerjaannya maksimal, berikut tahapan-tahapan yang harus di lakukan diantaranya: 5.7.1



Persiapan



 Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan plafond gypsum dan GRC.  Approval material yang akan digunakan kepada pihak user dan pengawas  Persiapan lahan kerja  Persiapan material kerja, antara lain : gypsum board GRC board, list gypsum, hollow 2/4 & 4/4, sekrup gypsum, textile tape, compound, air, dll.  Persiapan alat bantu kerja, antara lain : theodolith, waterpass, meteran, schaffolding, gerinda, gergaji besi, bor screw driver, kape, ampelas, cutter, selang dan air. 5.7.2



Pengukuran



 Level/peil plafond diukur dahulu dengan menggunakan theodolith dan dibantu menggunakan selang air.  Untuk mempermudah pemasangan, titik tetap pengukuran dipindahkan ke dinding atau kolom dengan ketinggian 1 m dari lantai.



Gambar 5.7.2 Pemasangan plafond



5.7.3



Pasang rangka hollow



 Setelah posisi peil plafond didapatkan, pekerjaan awal adalah pemasangan rangka hollow pada bagian tepi untuk memperoleh titik tetap plafond.  Dilanjutkan pemasangan rangka hollow pembagi yang digantung ke plat beton dengan menggunakan paku beton/penggantung. Perkuatan antara rangka hollow dengan menggunakan sekrup gypsum.  Penempatan jarak rangka hollow maksimum berjarak 60 cm.  Setelah semua rangka hollow terpasang, lakukan perataan (leveling) dengan menggunakan tarikan benang, setelah itu penggantung bisa dimatikan. 5.7.4



Pemasangan plafond gypsum dan GRC



 Setelah posisi peil plafond didapatkan, pekerjaan awal adalah pemasangan rangka hollow pada bagian tepi untuk memperoleh titik tetap plafond.  Untuk gypsum dan GRC, pertemuan diatur secara menyilang  Sebelum pemasangan sekrup pastikan bor sekrup disesuaikan benar, sehingga kepala sekrup hanya masuk sedikit kedalam permukaan lembaran gypsum dan GRC.  Tekan ujung sekrup perlahan ke dalam permukaan lembaran gypsum dan GRC sebelum menjalankan mesin bor untuk memasukkan sekrup.  Sekrup berfungsi sebagai titik perkuatan dipasang pada jarak maksimal 30 cm.  Setelah lembaran gypsum dan GRC terpasang semua, cek leveling permukaan plafond. 5.7.5



Finishing plafond gypsum dan GRC



 Untuk gypsum dan GRC, sambungan antara pertemuan diberi textile tape dan di compound kemudian digosok dengan ampelas untuk mendapatkan permukaan yang rata/flat.  Tutup semua kepala sekrup dengan compound lalu gosok dengan ampelas halus.  Setelah plafond selesai terpasang, dilanjutkan dengan pemasangan list plafond gypsum. Untuk list plafond gypsum dipasang pada pertemuan antara dinding dan plafond dengan perkuatan menggunakan compound jenis casting + lem.



5.8. Teknis pelaksanaan pekerjaan atap



Dalam pelaksanaan pemasangan penutup atap metal sheet, dan atap sirap. kontraktor menerapkan standarisasi prosedur sesuai dengan sistem mutu yang dimiliki, sesuai spesifikasi teknis yang telah ditentukan 5.8.1



Persiapan 



Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan penutup atap metal sheet.







Approval material yang akan digunakan.







Persiapan lahan kerja.







Persiapan material kerja, antara lain : nok atap, dynabolt, sekrup, dll.







Persiapan alat bantu kerja, antara lain : schaffolding, waterpass, meteran, selang air, bor listrik, cutting well, benang, dll.



5.8.2



Pemasangan penutup atap metal sheet



o Penutup atap metal sheet dalam pekerjaan ini memakai Colorbond Trimdek Hi-ten 0,4 BMT Bluescope Lysaght o Sebelum atap metal sheet dipasang, pastikan dahulu bahwa ukuran dan posisi kemiringan kuda-kuda baja ringan sudah sama dan kuat sehingga tidak akan ada lagi perubahan.



Gambar 5.8.2 Pemasangan atap



o Metal sheet dipasang secara berurutan dan sejajar ke arah memanjang rangka atap yang sudah di pasang, kemiringan mengikuti rangka atap. o Atap



metalsheet



di



pasang



secara



bertumpang



tindih/overlapping sehingga dari satu lembar metal sheet ke lembar



lainnya



terdapat



satu



keterikatan



dan



saling



berhubungan



sehingga



menambah



kekuatan



dari



segi



pemasangan. Untuk perkuatan memakai paku/skrup metal sheet. o Diusahakan



setiap



pertemuan



overlapping,



dibawah



sambungan tersebut terdapat rangka atap, sehingga bila suatu hari terbebani oleh sesuatu akan tetap bertahan dan kuat. 5.8.3



Pemasangan penutup atap metal sirap Dalam pemasangan atap sirap ini, perlu teknik khusus untuk menggunakan



atap berbahan kayu tersebut. Kayu besi atau kayu ulin dipotong - potong tipis (sekitar 4-5 mm). Kemudian kayu tersebut (atap sirap) dipasang dengan cara seperti memasang genteng tanah, yaitu dipasang bagian bawahnya terlebih dahulu, kemudian ditumpuk dengan yang diatasnya. Itu adalah teknik pemasangan atap sirap dengan cara pemasangan yang sederhana. Berikut ini kami dari UD Sirap Mandiri berbagi ilmu tentang beberapa detil teknik pemasangan atap sirap. o Untuk menjaga agar tidak renggang, sebelum dipasang, bilah-bilah kayu besi (Kayu Ulin) bahan atap sirap dipotong agar rapih dan benar -benar presisi. o Khusus untuk atap sirap expose, bilah kayu besinya (Kayu Ulin) harus benarbenar rapih dan rapat. Ini dikarenakan pada bangunan yang tidak menggunakan plafon, sirap pada bagian lapisan paling bawah biasanya terlihat. o Seperti yang telah disebutkan, bilah-bilah kayu sirap dipasang seperti memasang genteng. Agar atap sirap tersebut tidak merosot, bilah - bilah atap sirap ini perlu dipaku. Adapun paku yang dipakai untuk memasang atap sirap ini ada 2 jenis, yaitu paku kuningan dan paku biasa. Karena jumlah bilah atap sirap ini mencapai ribuan, gunakanlah pistol paku untuk memasang paku pada atap sirap tersebut. Pistol paku bekerja menembakan paku dengan tenaga angin dari kompresor, sehingga pekerjaan memasang atap sirap ini jadi lebih cepat. Sebisa mungkin proses pemasangan atap sirap ini juga dikerjakan secara bersamaan oleh sejumlah tukang. o Atap sirap biasanya dipasang antara 3 hingga 4 lapis secara berurutan, dari lapisan atap sirap yang paling bawah, atap sirap yang dipasang yaitu ; layer 1, tripleks, alumunium foil, sirap layer 2, sirap layer 3, dan sirap layer 4. 5.9. Teknis pelaksanaan pekerjaan pengecatan/laburan



5.9.1 Teknis pelaksanaan pekerjaan pengecatan dinding Pekerjaan pengecatan dinding eksterior dan interior, lingkup pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, lainnya yang



bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu



diperlukan dalam pelaksanaan, hingga dapat



pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna meliputi



tercapai



hasil



pengecatan dinding eksterior



dan interior. Langkah pengerjaan : 1. Amplas seluruh bagian tembok dan bersihkan dari kotoran dan debu yang melekat pada dinding yang di cat. 2. Bagian tembok yang catnya sudah mengelupas/mengelembung harus dikupas terlebih dahulu, dan di aci ulang. 3. Bagian tembok yang ditumbuhi lumut harus disikat dibersihkan dengan bahan fungsi killer lalu dibilas dengan air. 4. Aplikasikan cat vinilex sesuai spesifikasi yang di tentukan. 5. Proses pengerjaan pengecatan dilakukan sesuai dengan arahan supervisi dan aplikator produk yang diajukan.



Gambar 5.9.a Pengecatan dinding



Gambar 5.9.b Pengecatan plafond



Persyaratan Bahan : 1.



Sebelum pengecatan dikerjakan, cat eksistingnya terkelupas dikerok terlebih dahulusampai permukaan acian dengan menggunakan paint remover.



2.



Warna : Ditentukan oleh persetujuan pengawas yang sesuai dengan spesifikasi.



3.



Pengencer : Air bersih 10 %.



4.



Pengeringan : Minimum setelah 6 jam lapis berikutnya dapat dilakukan.



5.



Sistem Pengecatan : Minimal 3 lapis dengan roll solvand.



5.9.2 Teknis pelaksanaan pekerjaan waterproofing membrane bakar Pekerjaan waterproofing biasa dilakukan pada struktur beton area atap bangunan atau dibawah lantai toilet gedung dengan maksud untuk mencegah terjadinya kebocoran air ke lantai dibawahnya. pekerjaan waterproofing memerlukan pengerjaan dan pengawasan yang baik dan benar agar tidak terjadi kebocoran yang tentunya akan sangat merepotkan dikemudian hari, untuk mengatasi hal ini kita dapat mencoba berbagai metode waterproofing membrane yang paling baik untuk menghasilkan pekerjaan waterproofing terbaik tentunya. Untuk melaksanakan pekerjaan waterproofing kita perlukan bebarapa alat bantu seperti sikat, sapu dan kape. sedangkan bahan-bahan yang disiapkan dalam metode cara pemasangan waterproofing membrane ini antara lain:      



Bahan primer coating Waterproofing membrane Screed beton Acian halus Kawat ayam dan alat-alat bantu pekerjaan waterproofing lainya menyesuaikan kebutuhan kerja dan kondisi lapangan



Adapun tata cara pemasangan water proofing membrane antara lain: 1.



Bersihkan lokasi struktur beton yang akan dilapisi waterproofing membrane dengan alat-alat kerja yang sudah disiapkan sebelumnya, pastikan setiap bidang dan permukaan sudah benarbenar bersih.



2.



Labur permukaan atau bidang yang akan dipasang dengan primer coating secara merata serta pada bidang dinding naik sekitar 20 cm dari lantai rencana



3.



Cek kembali laburan primer coating apakah sudah benar-benar rapi dan menutup semua permukaan



4.



Pasang waterproofing membrane secara merata keseluruh permukaan beton dengan sambungan overlap kurang lebih 10 centi meter.



5.



Memeriksa



dan



mengecek



kembali



waterproofing membrane yang sudah dipasangan sebelumnya. 6. Melakukan tes penggenangan dengan air selama satu hari atau 1×24 jam jika ketinggian air tidak berkurang maka bisa dipastikan tidak terjadi kebocoran, jika belum maka perlu diperbaiki bagian yang bocor. 7.



Melaksanakan pekerjaan screed penutup waterproofing, untuk toilet langsung saja ditutup dengan screed setinggi 2 s/d 5 cm, sedangkan untuk wilayang gutter atau saluran air sebaiknya dilapisi terlebih dahulu dengan kawat ayam kemudian baru screed 2 s/d 3 cm dilanjutkan finish acian.



5.10. Teknis pelaksanaan pekerjaan penutup lantai dan dinding Meliputi pemasangan keramik lantai, dinding dan plint, titik peil mengikuti gambar rencana, warna dan motif berdasarkan spesifikasi teknis. Lantai yang dipergunakan berkualitas baik sesuai gambar rencana atau petunjuk direksi. Pekerjaan pemasangan ubin lantai baru diperkenankan untuk dipasang setelah semua pekerjaanpekerjaan dinding/plesteran dan plafond telah selesai dikerjakan. Sebelum pemasangan keramik lantai, harus direndam dalam air sampah jenuh, untuk adukan menggunakan campuran 1 pc : 5 ps, kemudian untuk nat menggunakan bahan setara lemkra FS NAT. Persyaratan Bahan : 1.



Lantai keramik yang dipasang tidak boleh ada cat berupa : retak-retak, gelombang-gelombang, berlubang, noda, permukaan cembung atau cekung. Sisi ubin keramik harus siku, penyimpangan kesikuan ubin tidak boleh lebih besar dari 0,5 cm setiap jarak 10 cm ke kanan dan ke kiri.



2.



Bahan lantai menggunakan keramik 40 x 40 cm warna putih menggunakan merk mulia atau keramik disesuaikan dengan petunjuk pada spesifikasi yang telah di tentukan.



3.



Spasi semen instan setara lemkra type FK 101, pengadukan semen instan dengan air harus diaduk rata didiamkan terlebih dahulu selama 3 menit, setelah didiamkan 3 menit baru dipasang.



4.



Pemasangan ubin keramik harus dikerjakan oleh tukang yang benar-benar ahli dan harus menghasilkan penyelesaian yang rapih dan naad yang lurus. Naad harus diisi dengan menggunakan bahan setara lemkra FS NAT yang warnanya disesuiakan dengan warna ubin yang dipakai.



5.



Pengisian nat dilakukan paling cepat 24 jam setelah tegel/ubin keramik dipasang serta celah-celah keramik atau satu sama lain harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang menghambat masuknya cairan bahan pengisi. Segera setelah pengisian naad dengan semen, permukaan lantai harus segera dibersihkan agar tidak terdapat noda bekas semen.



6.



Pemasangan keramik yang tidak rapih, bergelombang, nat tidak lurus dan sebagainya akibat dari pemasangan yang tidak baik harus dibongkar/diganti.



5.11. Teknis pelaksanaan pekerjaan sanitary Pekerjaan ini meliputi pekerjaan yang berhubungan dengan semua kamar mandi dan toilet yang ada dalam proyek ini yang ditunjukkan dalam tabel/schedule spesifikasi Sanitair, serta lokasi penempatannya ditunjukkan dalam gambar kerja untuk konstruksi. Merk yang dipakai adalah ex Toto, San-e, Pipa menggunakan Wavin atau setara. Bahan, type dan merk yang digunakan pada proyek ini ditunjukkan oleh gambar detail rencana yang dibuat oleh Perencana. a. Pekerjaan ini harus dilakukan / dikerjakan oleh tenaga-tenaga ahli yang betulbetul berpengalaman dan menguasai teknologi pemasangan, serta mempunyai keahlian khusus dalam pekerjaannya. b. Sanitair harus terpasang dengan baik, sempurna, dan kokoh, sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam petunjuk pemasangan produk sanitair bersangkutan dan disetujui Pengawas. c. Semua sistem dari sanitair harus dapat bekerja dengan baik dan sempurna.



d. Kontraktor harus menjaga pekerjaan Saniair yang sudah selesai dilaksanakan, sehingga terhindar dari kejadian-kejadian yang bisa menimbulkan kerusakan. e. Hasil pekerjaan pemasangan Sanitair harus dapat berfungsi dengan sempurna dan tidak cacat. f. Perbedaan letak/posisi plumbing yang terjadi di lapangan, harus segera dilaporkan ke pengawas agar segera dibuatkan shop drawingnya oleh kontraktor. 5.12. Teknis pelaksanaan pekerjaan jalan 5.12.1 Teknis pelaksanaan pekerjaan pemasangan lapisan pondasi bawah (Sub base). Sebelum menentukan bahan untuk digunakan sebagai bahan pondasi hendaknya dilakukan penyelidikan dan pertimbangan sebaik-baiknya sehubungan dengan persyaratan teknis. Lapis pondasi bawah (sub-base course) lapis perkerasan yang terletak antara lapis pondasi bawah menyebarkan beban roda ketanah dasar. Lapis-lapis yang menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya sehingga dapat dipukul oleh lapisan lain dengan daya dukung yang lebih jelek. Tahapan pelaksanaan lapisan pondasi bawah (sub-base course): 1. Lapis pondasi bawah adalah lapisan konstruksi pembagi beban kedua yang berupa bahan berbutir diletakkan di atas lapisan tanah dasar yang dibentuk dan dipadatkan, serta langsung di bawah lapis pondasi atas perkerasan. Pekerjaan lapis pondasi bawah terdiri dari menempatkan, memproses, mengangkut, menebarkan, mengairi dan memadatkan bahan lapis pondasi bawah



berbutir



yang



disetujui



sesuai



dengan



gambar-gambar.



2. Pelaksanaan pekerjaan : Bahan lapis pondasi bawah harus ditempatkan dan ditimbun di tempat yang bebas dari lalu-lintas serta saluran-saluran dan lintasan air di sekitarnya. Lapis pondasi bawah tersebut dicampur dilapangan ruas jalan yang bersangkutan dengan menggunakan tenaga kerja atau motor grader. Pengadukan yang merata diperlukan dan bahan tersebut harus dipasang dalam lapisan-lapisan melebihi 20 cm tebalnya atau ketebalan lain seperti diperintahkan oleh direksi teknik agar dapat mencapai tingkat pemadatan yang ditetapkan. ketebalan lapis pondasi bawah terpasang harus sesuai dengan gambar rencana dan seperti dinyatakan dalam daftar penawaran, atau seperti yang diperintahkan oleh direksi teknik di lapangan untuk memenuhi kondisi lapis bawah dasar yang sebenarnya.



3. Penghamparan dan pemadatan: Penghamparan akhir LPB sampai ketebalan dan kemiringan melintang Jalan yang diminta harus dilaksanakan dengan kelonggaran kira-kira 15%, penurunan ketebalan untuk pemadatan lapisanlapisan Lapis Pondasi Bawah. Segera setelah penghamparan dan pembentukan akhir masing-masing lapisan harus didapatkan sampai lebar penuh lapis pondasi bawah permukaan, dengan menggunakan mesin gilas roda baja atau mesin gilas roda ban Pneumatic atau peralatan pemadat lain yang disetujui oleh direksi teknik. Penggilasan untuk pembentukan dan pemadatan bahan lapis pondasi bawah akan bergerak secara gradual dari pinggir ke tengah, sejajar dengan garis sumbu jalan dan harus terus menerus sampai seluruh permukaan telah didatarkan secara merata. Pada bagian-bagian super elevasi, kemiringan melintang Jalan atau kelandaian yang terjal, penggilasan harus bergerak dari bagian yang lebih rendah ke bagian jalan yang lebih tinggi. Setiap ketidak teraturan atau bagian ambles yang mungkin terjadi, harus dibetulkan dengan menggaru atau meningkatkan dan menambahkan bahan lapis pondasi Bawah untuk membuat permukaan tersebut mencapai bentuk dan ketinggian yang benar Bagianbagian yang sempit di sekitar kerb atau dinding yang tidak dipadatkan dengan mesin gilas, harus dipadatkan dengan pemadat atau mesin tumbuk yang disetujui. Kandungan kelembaban untuk pemasangan harus dijaga dalam batas-batas 3% kurang dari kadar air optimum sampai 1% lebih dari kadar air optimum dengan penyemprotan air atau pengeringan seperlunya, dan bahan Lapis Pondasi Bawah dipadatkan untuk menghasilkan kepadatan yang ditetapkan, ke seluruh ketebalan penuh masing-masing lapisan, mencapai 100% kepadatan kering maksimum yang ditetapkan yang sesuai dengan AASHTO T99 (PB – 0111). 5.12.2 Teknis pelaksanaan pekerjaan pemasangan lapisan pondasi agregat kelas A (Base Course)  Lapis pondasi atas agregat kelas A (Base course) lapis pondasi atas jalan merupakan lapisan struktur utama di atas lapis pondasi bawah (atau di atas lapis tanah dasar dimana tidak dipasang lapis pondasi bawah). Pembangunan lapis pondasi atas terdiri dari pengadaan, pemrosesan, pengangkutan, penghamparan, penyiraman dengan air, dan pemadatan agregat batu atau



kerikil alami pilihan dalam lapis pondasi atas, di atas satu lapis pondasi bawah atau di atas lapis tanah dasar yang telah disiapkan.  Penyiapan lapis pondasi atas :Pencampuran dan penghamparan lapis pondasi atas: Agregat lapis pondasi atas (LPA) Kelas A o Agregat ditempatkan pada lokasi di atas lapis pondasi bawah yang sudah disiapkan dalam volume yang cukup untuk menyediakan penghamparan dan pemadatan



ketebalan



yang



diperlukan.



o Agregat dihampar dengan tangan oleh pekerja atau dengan motor grader sampai satu campuran yang merata, dengan batas kelembaban yang optimum. o Agregat harus dihampar dalam lapisan yang tidak melebihi ketebalan 20 cm, dalam satu cara sehingga kepadatan maksimum yang telah ditetapkan dapat dicapai. o Selama pemadatan sekelompok pekerja akan merapikan tepi hamparan dan level permukaan dengan menggunakan alat bantu.



5.12.3 Teknis pelaksanaan pekerjaan pemasangan lapisan pondasi agregat kelas B (Base Course)  Lapis pondasi atas agregat kelas B (Base course) lapis pondasi atas jalan merupakan lapisan struktur utama di atas lapis pondasi bawah (atau di atas lapis tanah dasar dimana tidak dipasang lapis pondasi bawah). Pembangunan lapis pondasi atas terdiri dari pengadaan, pemrosesan, pengangkutan, penghamparan, penyiraman dengan air, dan pemadatan agregat batu atau kerikil alami pilihan dalam lapis pondasi atas, di atas satu lapis pondasi bawah atau di atas lapis tanah dasar yang telah disiapkan.  Penyiapan lapis pondasi atas :Pencampuran dan penghamparan lapis pondasi atas: Agregat lapis pondasi atas (LPA) Kelas B o Sebelum lapisan Makadam dipasang permukaan yang akan dilapisi dengan Makadam



diperiksa



dan



disetujui



oleh



Tim



Supervisi.



o Sebelum menghampar batu kasar / pokok, buatlah bangunan penunjang samping pinggir (lebar ± 30 cm), misalnya dengan material timbunan bahu jalan, agar pemadatan batu pokok yang digilas tidak dapat terdorong kepinggir. o Dengan menggunakan suatu bahan yang ukuran maksimumnya adalah A



cm,ketebalan dari pada lapisan harus dibatasi sampai A+4 cm sebelum pemadatan untuk memperoleh suatu lapisan kira-kira A+2 cm setelah pemdatan. o Penempatan batu pokok harus dikerjakan dengan hati-hati sekali untuk membentuk permukaan jalan sedekat mungkin mendekati kemiringan dan tebal yang disyaratkan. Oleh karena itu tebal lapisan, bentuk dan kehalusan permukaan harus sering sekali diperiksa selama penghamparan agregat -agregat.



Jika



diperlukan



bahan



harus



ditambah



atau



dikurangi.



o Pada penghamparan akhir sampai ketebalan dan kemirngan melintang yang diperlukan, dilaksanakan dengan cara cadangan sekitar 10% pengurangan ketebalan untuk pemadatan bahan-bahan lapis pondasi atas segera setelah penghamparan



dan



pembentukan



akhir



setiap



lapisan



LPA.



o Saat penggilasan untuk pembentukan dan pemadatan alat penggilas maju sedikit demi sedikit dari pinggir ke tengah dari perkerasan, sejajar dengan sumbu jalan dan dilaksanakan dalam operasi yang terus menerus untuk membuat pemadatan matang yang merata. Pada bagian super elevasi, miring melintang atau kemiringan yang terjal, penggilasan harus berjalan dari bagian jalan yang lebih rendah menuju bagian atasnya. o Setiap ketidak aturan atau penurunan setempat yang mungkin terjadi, harus diperbaiki dengan membongkar permukaan yang sudah dipadatkan, menggaruk. Bahan pengisi tambahkan yaitu setiap timbul rongga diantara agregat-agregat. Penempatan bahan pengisi / halus dan penggilasan harus diteruskan sampai isian berikut tidak dapat dimasukkan lagi. Pada akhir pekerjaan, permukaan lapisan Makadam harus menyerupai batu mozaik yang padat dan bebas dari rongga-rongga. 5.12.4 Teknis pelaksanaan pekerjaan pemasangan lapisan AC-BC (Surface Course) Setelah pekerjaan lapisan agregat kelas A serta lapisan resap dan pengikat dilaksanakan maka tahap selanjutnya penghamparan lapisan AC-BC (Surface Course) setebal 5 cm. Lapisan ini digunakan sebagai lapisan penutup permukaan pada struktur lapis pondasi agregat. Metode kerja dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut: o Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat request dan diserahkan kepada perencana/pengawas untuk terlebih dahulu di setujui



o Menyerahkan hasil pengujian material lapis AC-BC yang akan digunakan dan komposisi harus spesifikasi teknik yang syaratkan o Sebelum pelaksanaan pekerjaan pekerjaan AC-BC dilakukan trial agar bisa diketahui ketebalan dan densitynya. o Pencampuran material lapisan AC-BC diolah menggunakan AMP



Gambar 5.12.4.a Pekerjaan jalan



o Material lapisan AC-BC dimuat langsung ke dumptruck dan diangkut ke lokasi pekerjaan o Material lapisan AC-BC dihampar dengan alat asphalt finisher dan dipadatkan dengan alat tandem roller dengan lintasan minimum sesuai sfesifikasi teknis, kemudian dipadatkan kembali dengan alat pneumatic tire roller dengan lintasan sesuai hasil trial dan dipadatkan finishing dengan alat tandem roller. o Selama pemadatan, sekelompok pekerja akan merapihkan tepi hamparan dengan menggunakan alat bantu. o Setelah penghamparan dan pemadatan selesai dilaksanakan pengambilan sample dengan core driil untuk ditest dilaboratorium agar diketahui ketebalan dan densitynya. 5.12.5 Teknis pelaksanaan pekerjaan pasang lapis resap pengikat (primecoat) Bahan lapis resap pengikat umumnya adalah aspal dengan penetrasi 80/100 atau penetrasi 60/70 yang dicairkan dengan minyak tanah. Volume yang digunakan berkisar antara 0,4 sapai dengan 1,3 liter/ m2 untuk lapis pondasi agregat kelas A dan 0,2 sampai 1 liter/m2 untuk pondasi tanah semen. Setelah pengeringan selama 4 sampai 6 jam, bahan pengikat harus telah meresap kedalam lapis pondasi. lapis resap pengikat yang berlebih dapat mengakibatkan pelelehan (bleeding) dan dapat menyebabkan timbulnya bidang geser, untuk itu pada daerah yang berlebih ditabur dengan pasir dan dibiarkan agar pasir tersebut diselimuti aspal.



Kegunaan dari lapis resap pengikat adalah untuk :  Memberikan daya ikat antara lapis pondasi agregat dengan campuran aspal  Mencegah lepasnya butiran lapis pondasi agregat jika dilewati kendaraan sebelum dilapis dengan campuran aspal.  Menjaga lapis pondasi agregat dari pengaruh cuaca, khususnya hujan.



Sehingga air tidak masuk ke dalam lapisan pondasi agregat yang bisa saja menyebabkan kerusakan struktur jalan. Peralatan yang digunakan : 1. Aspalht Sprayer 2. Compressor 3. Dump Truck 4. Alat Ukur 5. Alat Bantu



Gambar 5.12.5.a Pekerjaan jalan



a. Cara pemasangan : Pemasangan lapis resap pengikat digunakan alat asphalt distributor. Asphalt distributor adalah truk atau kendaraan lain yang dilengkapi dengan aspal, pompa, dan batang penyemprot. Umumnya truk dilengkapi juga dengan pemanas untuk menjaga temperatur aspal dan juga penyemprot tangan (hand sprayer). Hand sprayer digunakan untuk daerah-daerah yang sulit dicapai dengan batang penyemprotan.



.



Sebelum dilakukan pemasangan harus dipastikan bahwa daerah yang akan disemprot



bebas dari kotoran dan debu-debu. lalu asphalt distributor harus dikalibrasikan terlebih dahulu, seperti sudut nosel, ketinggian dan kecepatan kendaraan. Ketinggian batang penyemprot diatru sedemikian rupa disesuaikan dengan jarak nosel agar diperoleh penyemprotan yang tumpang tindih sebanyak 2 – 3 kali. penyemprotan dilakukan secara merata sepanjang jalan. Agar tidak menggangu pekerjaan, pastikan pelaksana mengalihkan arus lalu lintas jika dirasa perlu.



b. Tahap finishing : Pekerjaan selanjutnya adalah finishing pemadatan dan perataan jalan dengan alat peneumatic



rollerjalan



sudah



jadi



dengan



konstruksi



sebagai



berikut:



Keterangan: Perkerasan jalan dibuat berlapis-lapis seperti kue lapis, dengan tujuan untuk dapat menerima beban dan menyebarkan beban serta meneruskan beban kebawahnya. Biasanya material yang dipakai untuk perkerasan lapisan jalan raya adalah semakin kebawah semakin berkurang kwalitasnya. Karena lapisan yang ada dibawahnya semakin sedikit menerima beban. lapisan tersebut dapat dilihat seperti yang ada dibawah ini. 5.12.6 Teknis pelaksanaan pekerjaan pasang lapis resap perekat (tackcoat) Lapis perekat berfungsi untuk memberikan daya ikat antara lapis lama dengan baru, dan dipasanag pada permukaan beraspal atau beton semen yang kering dan bersih. Bahan lapis perekat adalah aspal emulsi yang cepat menyerap atau asapal keras pen 80/100 atau pen 60/70 yang dicairkan dengan 25 sampai 30 bgian minyak tanah per 100 bagian aspal. Pemakaiannya berkisar antar 0,15 liter/m2 samapai 0,50 liter /m2. Lebih tipis dibandingkan dengan pemakaian lapis resap pengikat. Banyak pendapat yang berbeda mengenai kapan penghamparan campuran aspal dapat dilakukan. Ada yang berpendapat bahwa penghamparan bisa dilakukan dengan segera meskipun proses pengeringan belum sepenuhnya selesai, ada juga yang berpendapat bahwa harus menunggu lapisan lapis perekat ini kering terlebih dahulu, baru bias dilakukan penghamparan campuran aspal. Tetapi kenyataan dilapangan banyak menggunakan pendapat yang pertama. Peralatan yang digunakan : 1. Aspalht Sprayer



2. Compressor 3. Dump Truck 4. Alat Ukur 5. Alat Bantu a. Cara pemasangan : Pemasangan lapis resap pengikat digunakan alat asphalt distributor. Asphalt Distributor adalah truk atau kendaraan lain yang dilengkapi dengan aspal, pompa, dan batang penyemprot. Umumnya truk dilengkapi juga dengan pemanas untuk menjaga temperatur aspal dan juga penyemprot tangan (hand sprayer). Hand sprayer digunakan untuk daerah daerah yang sulit dicapai dengan batang penyemprot.



Gambar 5.12.6.a Pekerjaan jalan



Sebelum dilakukan pemasangan harus dipastikan bahwa daerah yang akan disemprot bebas dari kotoran dan debu-debu. lalu asphalt distributor harus dikalibrasikan terlebih dahulu, seperti sudut nosel, ketinggian dan kecepatan kendaraan. Ketinggian batang penyemprot diatru sedemikian rupa disesuaikan dengan jarak nosel agar diperoleh penyemprotan yang tumpang tindih sebanyak 2-3 kali. penyemprotan dilakukan secara merata sepanjang jalan. Agar tidak menggangu pekerjaan, pastikan pelaksana mengalihkan arus lalu lintas jika dirasa perlu. b. Tahap finishing : Pekerjaan selanjutnya adalah finishing pemadatan dan perataan jalan dengan alat peneumatic roller Jalan sudah jadi dengan konstruksi sebagai berikut : Keterangan: Perkerasan jalan dibuat berlapis-lapis seperti kue lapis, dengan tujuan untuk dapat menerima beban dan menyebarkan beban serta meneruskan beban kebawahnya. Biasanya material yang dipakai untuk perkerasan lapisan



jalan raya adalah semakin kebawah semakin berkurang kwalitasnya. Karena lapisan yang ada dibawahnya semakin sedikit menerima beban. lapisan tersebut dapat dilihat seperti yang ada dibawah ini.



5.12.7 Teknis pelaksanaan pekerjaan patching jalan Pekerjaan patching jalan dengan ketebalan ± 15 cm dengan menggunakan agregat kasar yaitu dengan menggunakan, batu pecah 3/5, batu pecah 1/2 dan bahan penutup menggunakan screen dan pasir pada setiap lapisan diberi aspal emulsi. Langkah pengerjaan patching jalan : a. Permukaan jalan yang rusak dibongkar dengan jack hammer, setelah batas- batasnya dipotong dengan pavement cutter b. Jika dasar galian lapis pertama masih menunjukan retak – retak atau tidak kokoh, perlu digali lebih dalam.



Gambar 5.12.7.a Pekerjaan patching jalan



c. Penyemprotan tackcoat/primecoat dilakukan secara merata ke seluruh bidang, termasuk bidang-bidang tegak, dengan menggunakan aspal emulsi. d. Hindari tackcoat/primecoat yang berlebihan atau tergenang



Karena



akan



menyebabkan atau menimbulkan bleeding. e. Bagian perkerasan yang tidak kokoh harus dibongkar kembali. f. Hampar lapisan agregat halus sesuai dengan kebutuhan dengan lapisan, batu pecah 3/5, batu pecah 1/2 dan bahan penutup menggunakan screen, kemudian dipadatkan dengan tandem roller 12 ton sampai padat jenuh 95%. 5.12.8 Teknis pelaksanaan pekerjaan pasang lapisan HOTMIX HRS tebal 3 cm Lingkup pekerjaan ini terdiri dari penyediaan semua peralatan, tenaga kerja, alat-alat perlengkapan dan pelaksanaan semua pekerjaan aspal, dan pekerjaan lain yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan aspal sesuai



dengan ketentuan dan persyaratan dalam kontrak. Persyaratan yang disebutkan berikut ini akan berlaku secara umum dan meliputi semua pekerjaan aspal kecuali untuk pekerjaan-pekerjaan yang disyaratkan secara khusus. Hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan pengaspalan ini yaitu : 1. Pembatasan cuaca Aspal hotmix akan dipasang hanya dibawah kondisi cuaca kering/tidak turun hujan dan permukaan jalan yang akan di aspal harus dalam keadaan kering juga. 2. Pekerjaan Penyempurnaan Lapis permukaan dari aspal hotmix harus diselesaikan sesuai dengan persyaratan spesifikasi dan mendapat persetujuan pengawas lapangan. Luas permukaan yang tidak memenuhi dengan persyaratan dan yang dianggap tidak distujui oleh pengawas lapangan harus diperbaiki dengan cara menyingkirkan dan mengganti, menambah lapisan tambahan dan atau cara lain yang dipandang perlu oleh pengawas lapangan.



Gambar 5.12.8.a Pekerjaan hotmix jalan



Bahan-bahan pekerjaan pengaspalan 1. Agregat A. Agregat kasar Agregat kasar terdiri dari batu atau kerikil pecah atau campuran yang sesuai dari batu pecah dengan kerikil alami yang bersih. Gradasi agregat kasar harus sesuai dengan tabel berikut :



Ukuran Saringan (mm)



Persentasi Lolos Atas berat



19,0



100



12,5



30 – 100



9,5



0 – 55



4,75



0 – 10



0,075



0–1



B. Agregat halus Agregat halus terdiri dari pasir alam atau batu tersaring dalam kombinasi yang cocok, dan harus bersih dari gumpalan lempung dan benda-benda lain yang harus dibuang. Gradasi agregat halus harus sesuai dengan tabel berikut : Ukuran Saringan (mm)



Persentasi Lolos Atas berat



9,5



100



4,75



90 – 100



2,36



80 – 100



0,6



25 – 100



0,075



2



– 11



C. Filler Bahan filler terdiri dari debu batau sabak atau semen, serta harus bebas dari suatu benda yang harus dibuang. Filler berisi ukuran partikel yang 100 % lolos saringan 0,60 mm dan tidak kurang dari 75 % atas berat partikel yang lolos saringan 0,075 mm. Syarat-syarat kualitas agregat kasar Agregat kasar yang digunakan unyuk aspal hotmix harus memenuhi syarat kulaitas seperti pada tabel berikut : Uraian



Batas test



Kehilangan berat karena abrasi (500 putaran)



Penahan aspal sesudah pelapisan dan pengelupasan



Maksimum 40 %



Minimum 95 % 80 – 100



2.Bahan Aspal Bahan aspal harus AC-10 aspal hotmix gradasi kekentalan (kurang lebih ekivalen kepada Pen 60/70 memenuhi persyaratan AASHTO M 226. Suatu bahan penyatu (adhesive) dan anti pengelupasan harus ditambahkan kepada bahan aspal, jika diminta demikian oleh pengawas lapangan, Bahan tambahan tersebut harus satu jenis yang disetujui oleh pengawas lapangan dan harus ditambahkan dan dicampur sesuai dengan petunjuk Pabrik Pembuat. Persyaratan campurannya sebagai berikut : a. Komposisi campuran Campuran aspal tersebut terdiri dari agregat, filler, mineral dan bahan aspal. Komposisi rencana berada dalam batas-batas rencana yang diberikan pada tabel berikut :



Fraksi Rencana Campuran



Presentase Atas Berat Total Campuran Aspal



Fraksi agregat kasar



30 – 50



(> 2,36 mm)



Fraksi agregat halus



39 – 59



(2,36 mm – 0,075 mm)



Fraksi filler



4,5 – 7,5



Kandungan Aspal ( % total campuran atas volume)



Kandungan aspal efektif - Minimum 6,2



Kandungan aspal diserap Maksimum 1,7



Total kandunganaspal sebenarnya Minimum 6,7



Tebal film aspal Minimum 8 micron



-



-



-



b. Pebandingan campuran dan formula campuran pelaksanaan ditentukan dalam CMP. Sifat-sifat campuran yang dari CMP (Instalasi Campur Pusat) diberikan pada tabel berikut: Sifat-sifat Campuran



Pengukuran



Batas



Kandungan rongga udara



% atas volume total campuran



4%-6%



campuran padat Tebal film aspal Kuosien Marshal Stabilitas Marshal



Micron Kn/nm



Minimum 8 1,8 – 5,0 550 - 1250



Kg



Pelaksanaan Pekerjaan Peralatan pelaksanaan dan metoda operasi harus sesuai dengan daftar peralatan dan instalasi produksi yang telah disetujui dan menurut petunjuk lebih lanjut pengawas lapangan. Pada umumnya peralatan yang harus dipilih untuk penyebaran dan penyelesaian harus paver (perata) bertenaga mesin yang



mampu bekerja sampai garis dan ketinggian yang diperlukan dengan penyediaan untuk pemanasan, screeding dan sambungan perata campuran aspal hotmix. Akan tetapi dimana satu paver (perata) tidak dapat diperoleh dan tergantung kepada instruksi pengawas lapangan, pemasangan dan penyebaran dapat dilakukan dengan tenaga kerja, menggunakan garukan, sekop dan gerobak dorong. Jenis peralatan berikut ini akan dipilih untuk penyebaran, pemadatan dan penyelesaian. 1. Alat Pengangkutan Sejumlah truk angkutan yang cukup harus disediakan untuk mengangkut campuran aspal yang sesuai dengan program pekerjaan yang telah disetujui. Truk-truk tersebut harus dilengkapi dengan dasar logam rata ketat, dibersihkan dan yang sebelumnya dilapisi minyak bakar. 2. Alat untuk penyebaran dan penyelesaian Bilamana diminta demikian didalam daftar penawaran dan daftar unit produksi, peralatan untuk penyebaran dan penyelesaian harus satu paver betenaga mesin sendiri yang mampu bekerja sampai ke garis, tingkat dari penampang melintang yang diperlukan dan dapat memenuhi persyaratanpersyaratan terhadap volume dan penampilan kualitas. 3. Peralatan pemadatan Mesin gilas roda baja(mesin gilas roda 2 atau tandem 6 – 10 ton), sebuah mesin gilas dan bertekanan dengan ban dipompa mencapai tekanan 8,5 kg/cm2 dan dengan penyediaan untuk ballast dari 1500 kg-2500 kg muatan per roda. 4. Peralatan untuk menyemprot lapis aspal resap pelekat atau lapis aspal pelekat Sebuah distributor/penyemprot aspal bertekanan harus disediakan dengan penyediaan untuk pemanasan aspal.



Penyiapan lapangan 1. Sebelum dilakukan pembongkaran aspal terebih dahulu dilakukan pengukuran lokasi yang akan dikerjakan sesuai dengan gambar kerja. 2. Lokasi diberi tanda berupa cat sesuai dengan batas ukuran yang ditentukan dan harus mendapat persetujuan dari pengawas lapangan. Lokasi yang rusak yang akan diperbaiki harus dibongkar dengan hati-hati sesuai dengan batas tanda yang diberikan, pembongkaran untuk pekerjaan patching dilakukan harus berbentuk persegi empat, sisi daerah yang dibongkar harus tegak lurus dan rata.



3. Aspal bekas bongkaran harus diangkut keluar lokasi kerja dan dibuang pada tempat yang ditentukan dan lobang yang dibongkar harus dibersihkan dari material lepas. 4. Sebelum dilapisi dengan tack/prime coat bagian yang diperbaiki harus terlebih dahulu dibersihkan dengan kompresor sehingga bebas dari debu dan kotoran yang lepas. Pemasangan di atas lapisan pondasi atas 1. Bilamana memasang di atas pondasi, maka pondasi tersebut bentuk dan profilnya harus sama benar dengan yang diperlukan untuk penampang melintang dan dipadatkan sepenuhnya sampai mendapat persetujuan pengawas lapangan 2. Sebelum memasang aspal hotmix, pondasi lapangan tersebut harus dilapisi dengan aspal resap pelekat pada tingkat pemakaian 0,6 l/m2 atau tingkat lainnya menurut perintah pengawas lapangan atau sesuai yang tercantum dalam spesifikasi teknis. Pemasangan di atas satu permukaan aspal yang ada 1. Bilamana pemasangan tersebut sebagai satu lapis ulang terhadap satu permukaan aspal yang ada, setiap kerusakan pada permukaan perkerasan yang ada, termasuk lubang-lubang, bagaian amblas, pinggiran hancur dan cacat permukaan lainnya harus dibetulkan dan diperbaiki sampai disetujui pengawas lapangan 2. Sebelum pemasangan aspal hotmix, permukaan yang ada harus kering dan dibersihkan dari semua batu lepas dan bahan lain yang harus dibuang dan akan dilabur dengan aspal perekat yang disemprotkan pada tingkat pemakaian tidak melebihi 0,6 l/m2 kecuali diperintahkan lain oleh Pengawas Lapangan. Penyebaran dengan mesin 1. Sebelum operasi pengerasan dimulai, screed paver harus dipanaskan dan campuran aspal harus dimasukkan/dituang ke dalam paver pada satu temperatur di dalam batas-batas antara 140º - 110º C. 2. Selama pengoperasian paver, campuran aspal tersebut harus disebarkan dan diturunkan sampai ketingkat, ketinggian dan bentuk penampang melintang yang diperlukan di atas seluruh lebar perkerasan yang sepantasnya. 3. Paver tersebut harus beroperasi pada satu kecepatan yang tidak menimbulkan retak-retak pada permukaan, cabik-cabik atau ketidak teraturan lainnya dalam permukaan. Tingkat penyebaran harus sebagaimana yang disetujui oleh pengawas lapangan memenuhi tebal rencana. 4. Jika suatu segresi, penyobekan atau pencungkilan permukaan akan terjadi, paver tersebut harus dihentikan dan tidak boleh berlapangan kembali sampai



penyebabnya ditemukan dan diperbaiki. Penambahan yang kasar atau bahan yang telah segresi harus dibuat betul dengan menyebarkan bahan halus (fines) serta digaruk dengan baik. Akan tetapi penggarukan harus dihindarkan sejauh mungkin dan partikel kasar tidak boleh disebarkan di atas permukaan yang discreed. Penyebaran dengan tenaga manusia 1. Harus disediakan tenaga kerja yang cukup untuk memungkinkan truk angkutan dibongkar muatannya, serta campuran aspal panas tesebut disebarkan dengan penundaan minimum. Bilamana truk-truk atap datar digunakan untuk pengiriman, campuran tersebut harus dibongkar muatannya dengan sekop dan dituangkan secara tegak di atas lintasan lapangan sedemikian sehingga menimbulkan sgresi sedikit mungkin. Tidak boleh ada coba-coba dilakukan untuk menyebar campuran tersebut di atas permukaan yang discreed. 2. Campuran aspal tersebut harus disebarkan dengan sekop dan garuk yang digunakan berpasangan untuk merapihkan permukaan secara final. Papan penggun lapangan atau batang lurus akan digunakan untuk mengatur permukaan diantara papan screed. 3. Dimana diperlukan untuk penyebaran tangan, kedua papan pinggir dan papan punggung lapangan harus dipasang dan campuran aspal harus disebarkan, bekerja dari pinggir menuju ke papan tengah dan kedepan dari sambungan melintang. Penyebaran harus dilaksanakan untuk menghasilkan suatu permukaan yang seragam tanpa segresi. Pemadatan lapisan aspal 1. Pengendalian suhu  Secepatnya setelah campuran tersebut telah disebarkan dan menurun, permukaan tersebut harus diperiksa dan setiap kualitas tidak baik 



harus diperbaiki. Suhu campuran lepas terpasang harus dipantau dan penggilasan akan dimulai ketika suhu campuran tersebut turun dibawah







110º C dan harus diselesaikan sebelum suhu turun di bawah 65º C. Penggilasan campuran tersebut akan terdiri dari operasi terpisah, bekerja sedekat mungkin kepada urutan penggilasan berikut ini: Uraian



Waktu sesudah Penghamparan



Suhu Penggilasan ºC



1. Tahapawal penggilasan



0 – 10 menit



110 – 100



2. Penggilasankedua/antara



10 – 20 menit



100 – 80



3. Penggilsan akhir



20 – 45 menit



80 – 65



1. Prosedur pemadatan a. Tahap awal penggilasan dan penggilasan final akan dikerjakan semuanya dengan mesin gilas roda baja. Penggilasan kedua atau penggilasan antara akan dilakukan dengan sebuah mesin gilas ban pneumatic. Mesin gilas pemadatan akan beroperasi dengan roda kemudi sedekat mungkin ke paver. b. Kecepatan mesin gilas tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk mesin gilas roda baja, dan 6 km/jam untuk mesin gilas ban pneumatic serta akan selalu cukup lambat untuk menghindari penggeseran campuran panas. Garis penggilasan tidak boleh terlalu berubah-ubah atau arah penggilasan berbalik secara tiba-tiba yang akan menimbulkan pergeseran campuran. c. Penggilasan kedua atau penggilasan antara mengikuti sedekat sepraktis mungkin di belakang penggilasan pemadatan awal dan harus dilaksanakan sementara campuran tersebut masih pada satu temperatur bahwa akan menghasilkan pemadatan maksimum. Penggilasan akhir akan dikerjakan bilamana bahan tersebut masih dalam kondisi cukup padat dikerjakan untuk membuang semua tanda-tanda bekas mesin gilas. d. Penggilasan akan dimulai secara memanjang pada sambungan dan dari pinggiran sebelah luar yang akan berlangsung sejajar dengan sumbu lapangan, penggilasan dimulai dari sisi rendah maju menuju sisi tinggi. Lintasan berikutnya dari mesin gilas akan bertumpang tindih pada paling sedikit separuh lebar mesin gilas dan lintasan tidak boleh berhenti pada titik-titik ditempat satu meter dari titik ujung lintasan-lintasan tersebut. e. Bila menggilas sambungan memanjang, mesin gilas pemadat pertama-tama harus bergerak di atas lintasan yang sudah dilewati sebelumnya sedemikian sehingga tidak lebih dari 15 cm dari roda kemudi jalan/lewat di atas pinggir perkerasan yang tidak terpadatkan. Mesin gilas harus terus menerus sepanjang jalur ini menggeser posisinya sedikit demi sedikit menyilang sambungan tersebut dengan lintasan berikutnya, sampai diperoleh satu sambungan yang dipadatkan rapih secara menyeluruh. f. Penggilasan akan bergerak maju secara terus-menerus sebagaimana diperlukan untuk mendapatkan pemadatan yang seragam selama waktu bahwasanya campuran tersebut dalam kondisi dapat dikerjakan dan sampai semua tanda-tanda bekas mesin gilas, roda-roda tersebut harus dijaga selalu basah tetapi air yang berlebihan tidak diizinkan. Penyelesaian



1. Alat berat atau meisn gilas tidak diizinkan berdiri di atas permukaan yang baru selesai sampai permukaan tersebut mendingin secara menyeluruh dan matang.



Gambar 5.12.8.b Pekerjaan hotmix jalan



2. Permukaan aspal hotmix sesudah pemadatan harus halus dan rata kepada punggung lapangan dan tingkat yang ditetapkan di dalam toleransi yang ditentukan. Setiap campuran yang menjadi lepas-lepas dan hancur, bercampur dengan kotoran atau yang telah menjadi tidak sempurna dalam setiap arah, harus dipadatkan segera untuk menyesuaikan dengan luas disekitarnya dan setiap luas yang menunjukkan kelebihan atau kekurangan bahan aspal atas instruksi Pengawas Lapangan akan disingkirkan dan diganti. Semua tempat tinggi, sambungan tinggi, bagian yang amblas dan rongga-rongga udara harus diselesaikan sebagaimana diminta oleh Pengawas Lapangan. 3. Sementara permukaan tersebut sedang dipadatkan dan diselesaikan, kontraktor harus memperbaiki pinggiran-pinggiran dalam garis secara rapih. Setiap bahanbahan yang berlebih harus dipotong lurus setelah penggilasan final, dan dibuangoleh kontraktor sehingga disetujui oleh Pengawas Lapangan. Penyelesaian sambungan Tidak boleh ada campuran yang dipasang pada bahan ujung yang sudah digilas sebelumnya kecuali ujung tersebut tegak atau telah dipotong kembali dsampai satu permukaan tegak. Satu penyiraman aspal yang digunakan untuk permukaanpermukaan kontak harus dipaki tepat sebelum tambahan campuran dipasang terhadap bahan yang digilas sebelumnya. Pekerjaan Pengupasan dan Pengisian (Scrapping and Filling) (a) Umum Pekerjaan ini mencakup penkerjaan penyiapan tenaga, peraltan, material, pembongkaran permukaan jalan, pembersihan, penyemprotan lapis perekat (tack coat) pengisian lubang, pemadatan sesuaiketentuan atau petunjuk Pengawas Lapangan. (b) Material Lapis Perekat (tack coat) Material lapis perekat menggunakan material sebagaimana dijelaskan pada pasal yang mengatur tentang pekerjaan lapis perekat . (c) Material Pengisi



Untuk material pengisi menggunakan asapal beton sebagaimana dijelaskan pada uraian yang mengatur tentang pekerjaan pelapisan aspal permukaan.



5.12.9 Teknis pelaksanaan pekerjaan pemasangan kanstein Pemasangan kanstein beton menggunakan kanstein menggunakan type k.02.1, k.10.1, k.05.1 setara cisangkan. Kanstein dipasang dengan menggunakan spesi dengan campuran sesai dengan yang disyaratkan. Peralatan yang dibutuhkan pada pekerjaan ini meliputi : 1. Mesin plat compactor (stamper kodok) dengan luas permukaan antara 35 cm-50 cm ( jika diperlukan pemadatan tanah dilokasi) 2. Alat pemotong kanstein (Cutter) 3. Kayu yang diserut rata/penggaris untuk leveling screeding 4. Benang 5. Alat handling berupa lori/gerobak. Cara pemasangan 1. Bilamana digunakan kantein pembatas dari beton pracetak, kanstein harus dipasang di atas beton penyokong agar terjadi ikatan yang baik antara kanstein dan pondasi sehingga tidak mudah tergeser. 2. Tebarkan selapis beton penyokong setebal minimum 7 cm 3. Pasang kanstein pembatas di atas beton penyokong sewaktu masih dalam keadaan basah, sehingga ketinggian dan kelurusan kanstien sesuai dengan benang pembantu. 4. Setelah beton penyokong dalam keadaan kering, barulah timbun dengan tanah, mutu beton penyokong minimum fc’ 17,5 MPA. 5. Kanstein pembatas sering dikombinasikan dengan tali air dan mulut air sebagai saluran untuk membuang air hujan, apabila pertemuan antara kanstein dan lapisan blok tidak diberi tali air biasanya kanstein mudah terkena gesekan roda kendaraan.



5.13. Teknis pelaksanaan pekerjaan elektrikal Lingkup pekerjaan ini meliputi pengadaan semua tenaga pekerja, bahan dan peralatan, pemasangan, penyambungan, pengujian dan perbaikan selama masa pemeliharaan, untuk pekerjaan listrik tegangan rendah di dalam kegiatan pembangunan. Gambar-gambar rencana,gambar-gambar elektrikal menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan-peralatan seperti: panel, jalur kabel, lampu dan lain-lain. Spesifikasi bahan yang digunakan sesuai dengan RKS seperti pasang armatur stop kontak menggunakan merk brocco, pasang armatur saklar ganda menggunakan merk brocco, pasangan lampu TL 36 watt spiral 24 watt merk TKI. Penyesuaian harus dilakukan di lapangan karena keadaan sebenarnya dari lokasi, jarak-jarak dan ketinggian ditentukan oleh kondisi lapangan. Pekerjaan



pemasangan



instalasi



penerangan,



pemasangan



armature



pemasangan panel dan stopkontak 1 phase lengkap dengan kabel distribusinya dan panel-panelnya. 5.13.1. Proses pelaksanaan. a. Handling. Untuk material-material elektrikal dan stopkontak, karena dimensinya tidak terlalu besar dan tidak terlalu berat maka untuk pekerjaan yang dekat dengan gudang, pengangkutannya dapat menggunakan tenaga manusia. Tetapi untuk beberapa equipment harus menggunakan bantuan mobil forklift atau sejenisnya.



Gambar 5.13.1.a Pekerjaan elektrikal



b. Pemasangan / Pelaksanaan.  Pada saat pengecoran plat lantai, pekerjaan Penerangan dan Stopkontak dapat segera dimulai dengan pemasangan sparing conduit bersamaan dengan pembesian plat lantai.  Setelah bekisting plat lantai dibongkar, maka pekerjaan wiring kabel untuk elektrikal dan Stopkontak dapat segera dimulai sesuai shop drawing yang disetujui.  Test tahanan isolasi kabel dan grouping.  Jika hasil test dinyatakan baik, maka pada saat pemasangan kerangka plafond dimulai juga pemasangan armature lampu.



 Untuk stopkontak pada saat pekerjaan bata (dinding) sparing dan wiring dimulai dipasang pada dinding dimana titik Stopkontak diletakkan.  Setelah dinding dilakukan finishing dan kondisi keamanan sudah terjamin (ruangan terkunci) maka Stopkontak dapat dipasang.  Setelah itu dilanjutkan dengan connection instalasi ke panel di masing-masing lantai.  Connection panel per lantai dengan panel induk (LVMDP).  Test nyala lampu dan tegangan pada stopkontak.  Untuk pekerjaan ini dilakukan test megger. Setiap sambungan kabel tidak diperkenankan menggunakan selotip, tetapi harus menggunakan konektor khusus/lasdop, jaringan listrik dalam dinding harus ditanam dalam pipa PVC pada belokan menggunakan pipa fleksibel, kemudian untuk setiap cabang pengkabelan harus menggunakan box lengkap dengan tutupnya. Pekerjaan fire alarm ini, termasuk pengadaan semua material, peralatan, tenaga kerja dan lain-lain untuk pemasangan, pengetesan, seluruh pekerjaan sistem pengindera kebakaran seperti dipersyaratkan di dalam spesifikasi teknis dan ditunjukkan di dalam gambar rancangan. 5.14. Teknis pelaksanaan pekerjaan pembersihan lokasi pekerjaan akhir Pekerjaan ini meliputi perapihan, pembersihan pekerjaan finishingan, pasangan yang di nilai masih kurang rapih disempurnakan dan di bersihkan, pembuangan buing-buing sisa bongkaran, pekerjaan, di buang ke luar lingkungan Kampus ITB terlebih dahulu di koordinasikan dan mendapat persetujuan kepada user dan pengawas dll. 5.15.



Teknis pelaksanaan penanganan pada masa pemeliharaan Pada proyek pekerjaan, biasanya kontraktor akan mendapatkan masa



pemeliharaan pekerjaan selama (satu) bulan kalender terhitung sejak serah terima



pekerjaan dengan bobot 100 (seratus) persen. Pada masa pemeliharaan ini kontraktor akan bertanggung jawab penuh terhadap semua mutu dan kualitas hasil pekerjaan yang diperhitungkan terhadap fungsi maupun tampilan dari pekerjaan yang telah direncanakan oleh pihak pengguna jasa yang diakibatkan oleh kesalahan proses aplikasi pekerjaan atau adanya cacat produk dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan dan atau resiko yang diakibatkan oleh kesalahan desain yang telah dibuat oleh pihak pengguna jasa. Pada masa pemeliharaan kontraktor akan menempatkan seorang pelaksana lapangan yang secara intensif akan melakukan cheklist terhadap item-item pekerjaan yang telah dilakukan dan berkordinasi dengan pihak pengawas pengguna jasa untuk menerima masukan atau laporan apabila terjadi kerusakan, pengurangan mutu, dan akibat lain yang disebabkan oleh pelaksanaan pekerjaan. Pelaksana akan responsif terhadap semua laporan atau masukan dan kemudian melakukan evaluasi dan melakukan perbaikan.



BAB VI. MANAJEMEN PROGRAM KEAMANAN, KESELAMATAN KERJA (K3) PROYEK Sistem keamanan dan keselamatan kerja terhadap keseluruhan personil baik pengawas, pelaksana dan juga pekerja terutama yang ada di dalam lingkungan pekerjaan menjadi hal yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian untuk mencegah terjadinya kecelakaan antara lain mengadakan sosialisasi K3, memasang rambu-rambu peringatan agar bekerja hati-hati dan pemakaian alat-alat pengamanan untuk keselamatan kerja dan perlindungan terhadap pekerjaan itu sendiri. Untuk melayani apabila terjadi kecelakaan kecil disediakan kotak/lemari P3K mengadakan kerja-sama dengan Puskesmas terdekat. Apabila Puskesmas tidak mampu akan dirujuk ke Rumah Sakit terdekat. Secara umum dapat diartikan tujuan penerapan K3 di proyek adalah agar tidak terjadi kecelakaan kerja (zero accident), program keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek meliputi : 1. Kondisi lingkungan lengkap dengan perencanaan site. 2. Struktur organisasi K3. 3. Pokok-pokok perhatian K3. 4. Identifikasi resiko kecelakaan dan pencegahan. 5. Identifikasi kondisi dan alat yang dapat menimbulkan potensi bahaya. 6. Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja. 7. Pengaturan jalan mobilitas bahan, tenaga dan alat. 8. Lokasi penyimpanan bahan/material. 9. Direksi kit. 10. Barak kerja. Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat material diantaranya sebagai berikut : 1. Baju kerja. 2. Helm.



3. Kaca mata. 4. Sarung tangan. 5. Sepatu lapangan 6. Masker untuk pekerjaan tertentu 7. Safety belt 8. Obat-obatan untuk P3K Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja adalah upaya perlindungan bagi tenaga kerja agar selalu dalam keadaan sehat dan selamat selama bekerja di tempat kerja. Tempat kerja adalah ruang tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan usaha dan tempat terdapatnya sumber-sumber bahaya. BAB VII. PENUTUP Metode ini dibuat sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dalam proses pelaksanaan pekerjaan dan bukan merupakan aturan baku dikarenakan isi dari semua uraian dalam metode ini dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi yang terjadi di lapangan. Dan hal-hal yang belum tercantum dalam uraian metode ini menjadi bagian yang akan diperhatikan sesuai dengan perkembangan keadaan pada saat proses pelaksanaan pekerjaan. Demikian uraian metode pekerjaan ini kami buat dengan mempertimbangkan hal-hal positif untuk mendapatkan hasil pekerjaan secara efektif, efisien dan maksimal.