Metode Penelitian Kualitatif Dengan Menggunakan Pendekatan Fenomenologi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Metode Penelitian Kualitatif (Pendekatan Fenomenologi)



Diajukan sebagai tugas mata kuliah Metodelogi Penelitian Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis



Disusun oleh: Dedi Kusuma



12030118410022



Sondang Tiurma



12030118410024



Rachmi Intani



12030118410034



PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO TAHUN 2019



Metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan Fenomenologi.  Pendekatan fenomenologi berhubungan dengan pemahaman tentang bagaimana keseharian, dunia intersubyektif (dunia kehidupan). Fenomenologi bertujuan untuk menginterpretasikan tindakan sosial kita dan orang lain sebagai sebuah yang bermakna (dimaknai) serta dapat merekonstruksi kembali turunan makna (makna yang digunakan saat berikutnya) dari tindakan yang bermakna pada komunikasi intersubjektif individu dalam dunia kehidupan sosial. (Rini Sudarmanti, 2005)  Fenomenologi sebagai sebuah metode riset sering dikatakan memiliki kemiripan dengan studi naratif dan etnografis. Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Fenomenologi dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji dan peneliti bebas untuk menganalisi data yang diperoleh.  Menurut Polkinghorne (Creswell,1998) Studi fenomenologi menggambarkan arti sebuah pengalaman hidup untuk beberapa orang tentang sebuah konsep atau fenomena. Orangorang yang terlibat dalam menangani sebuah fenomena melakukan eksplorasi terhadap struktur kesadaran pengalaman hidup manusia. Sedangkan menurut Husserl (Creswell, 1998) peneliti fenomenologis berusaha mencari tentang hal-hal yang perlu (esensial), struktur invarian (esensi) atau arti pengalaman yang mendasar dan menekankan pada intensitas kesadaran dimana pengalaman terdiri hal-hal yang tampak dari luar dan hal-hal yang berada dalam kesadaran masing-masing berdasarkan memori, image dan arti



Analisis Jurnal:



Studi Fenomenologi: Praktik Dan Makna Akuntansi Bagi Wirausahawan Difabel Netra Pada Usaha Mikro Diska Arliena Hafni Universitas Aisyiyah Yogyakarta Vol. XV No.2, September 2017 A. Permasalahan Penelitian  Penelitian tentang praktik usaha mikro yang dijalankan oleh wirausahawan difabel netra sangat layak untuk diangkat. Terlebih Keats dan Bracker (Auken dan Howard, 1993) menyebutkan bahwa usaha kecil adalah entitas unik. Perbedaan karakteristik usaha mikro dengan usaha mikro yang lain sangat mungkin menghasilkan perbedaan praktik akuntansinya, terlebih antara usaha mikro dengan usaha besar. Teori institusional menjelaskan, pada konteks akuntansi yang dipraktikkan oleh organisasi/usaha, akuntansi dibentuk secara sosial oleh individu di dalam dan di luar organisasi/usaha tersebut.



 Penelitian ini menjadikan teori institusional sebagai pijakan untuk menganalisis praktik akuntansi yang dijalankan oleh wirausahawan difabel pada usaha usaha mikro, sehingga nantinya ditemukan sebuah makna akuntansi dari sudut pandang wirausahawan difabel netra itu sendiri. Dipilihnya wirausahawan penyandang difabel netra dengan pertimbangan sejauh mana keterbatasan penglihatan yang dimiliki oleh wirausahawan tersebut mempengaruhi pelaksanaan praktik akuntansi - dalam arti sempit perhitungan dan pencatatan keuangan - yang dijalankan pada bisnisnya, serta makna apa yang terbangun dalam praktik akuntansi tersebut. Dengan demikian, akan diketahui sejauh mana akuntansi sebagai sebuah ilmu dapat berperan atau membantu keberlangsungan usaha mikro bagi wirausahawan difabel netra. B. Tujuan Penelitian Studi ini menjelaskan bagaimana akuntansi dipraktekkan oleh wirausahawan yang memiliki difabel netra pada usaha mikro.



C. Metode Penelitian  Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif.  Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma intepretif yakni pemahaman yang mendalam atas realitas apa adanya.



 Fenomenologi transendental dipilih sebagai metode dalam penelitian ini. fenomenologi transendental atau yang kerap hanya disebut fenomenologi merupakan ilmu mengenai penampakan atau fenomena (Adian, 2010). Fenomena sendiri dijelaskan oleh Kuswarno (2009) sebagai fakta yang disadari dan masuk dalam pemahaman manusia. Dengan demikian, fenomena bukanlah sepenuhnya seperti apa yang tampak secara kasat mata melainkan apa yang masuk dalam kesadaran.



 Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah unit analisis individu, yaitu informan. Informan utama penelitian adalah wirausahawan penyandang difabel, netra. Informan merupakan wirausahawan difabel netra yang menjalankan usaha mikro di Daerah Istimewa Yogyakarta. Informan dipilih dengan metode snowball sampling.



 Metode pengumpulan data adalah wawancara dan pengamatan secara langsung.



D. Hasil Penelitian  Akuntansi yang dipraktikkan oleh para wirausahawan difabel netra adalah dalam bentuk catatan keuangan maupun ingatan. Dalam penelitian ini, praktik akuntansi dalam bentuk catatan dilakukan oleh para wirausahawan difabel netra di awal menjalankan usahanya. Hal itu juga didasari oleh sebuah tanggungjawab untuk membuat laporan keuangan yang harus diserahkan kepada institusi pemberi bantuan modal (Dinas Sosial, BAZNAS, LAZIS, dan sebagainya). Namun, saat ini para wirausahawan difabel netra tidak lagi melakukan pencatatan. Hal ini dikarenakan terbatasnya waktu yang dimiliki mengingat pencatatan keuangan dengan Braille membutuhkan waktu yang lebih lama, di samping itu juga membutuhkan kertas yang lebih banyak.  Para wirausahawan difabel netra lebih suka mengingat daripada mencatat. Pengelolaan keuangan yang ditandai dengan perhitungan angka-angka untuk pengambilan keputusan dilakukan dalam ingatan para wirausahawan difabel netra. Jam terbang atau pengalaman lebih banyak berbicara dibanding hal-hal teoritis yang harus dilakukan oleh para wirausahawan difabel netra dalam menjalankan usahanya.  Karakteristik usaha skala mikro membuat para wirausahawan difabel netra sulit bahkan tidak mungkin untuk memperaktikkan akuntansi umum yang didesain untuk lingkungan perusahaan lainnya yang lebih rumit, terlebih lagi para wirausahawan difabel netra memiliki keterbatasan penglihatan.



 Teori institusional dapat menjelaskan bahwa praktik akuntansi yang dijalankan oleh para wirausahawan difabel netra sangat bergantung pada lingkungan di mana, bagaimana dan oleh siapa usaha tersebut dijalankan.