Metode Penelitian Kuantitatif Eksperimen [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB III METODE PENELITIAN



A. Paradigma dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma positivisme dengan jenis penelitian kuantitatif. Pendekatan positivisme, menurut Neuman, mendefinisikan ilmu sosial sebagai metode yang tersusun untuk mengkombinasikan logika deduktif dengan pengamatan empiris dari perilaku individual guna mengungkap dan menguji sejumlah kemungkinan dari hukum sebab akibat yang dapat digunakan untuk menarik generalisasi dari aktivitas manusia (Gunter, 2000:4). Fokus dari paradigma ini diletakkan pada apa yang dapat diamati di permukaan. Jenis penelitian yang dapat digunakan untuk mengamati fenomena sosial dalam paradigma ini adalah penelitian kuantitatif yang didasarkan pada data konkret (tangible) dan terukur (Ruslan, 2004:29). Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen pura-pura/semu (Quasy Experiment) dengan model random (Random Model). Metode eskperimen adalah prosedur penelitian yang dilakukan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat antara variabel yang sengaja diadakan terhadap variabel di luar variabel yang diteliti (Nawawi & Martini, 1993:130). Dengan demikian, penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol (Nazir, 2005: 63). Metode penelitian eksperimen semu bearti penelitian yang mendekati sungguhan dimana tidak mungkin mengadakan kontrol/memanipulasikan semua variabel yang relevan. Harus ada kompromi dalam menentukan validitas internal dan eksternal sesuai dengan batasan-batasan yang ada (Nazir, 2005: 73)







41



Alasan pemilihan metode eksperimen pura-pura ini didasari atas kondisi objek penelitian yang sulit dirubah sehingga sulit pula untuk membentuk/membuat kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang kondisi awalnya sama. Selain itu, penelitian eksperimen dengan menggunakan manusia sebagai objeknya juga ditemui banyak hambatan, antara lain: (a) perlakuan mungkin berakibat buruk pada dan merugikan objek penelitian (b) objek penelitian bilamana terdiri atas orang dewasa jika mengetahui tengah diberi perlakuan atau diobservasi sering berlaku tidak wajar. Reaksinya itu mungkin menyembunyikan gejala yang diamati atau berlebihan (Nawawi & Martini, 1993:132-133). Model random diartikan sebagai kegiatan memilih sesuatu yang tidak dipengaruhi oleh subjektivitas pemilih. Langkah-langkah dalam penelitian eksperimen menurut Gay dan Diehl, yaitu (a) pemilihan dan perumusan masalah (b) pemilihan objek penelitian dan instrumen pengukurannya (c) pemilihan desain penelitian (d) pelaksanaan prosedur penelitian (e) analisis data (f) perumusan kesimpulan (Kuncoro, 2003: 263).



B. Definisi Operasional Variabel a.



Tingkat religiusitas didefinisikan sebagai seberapa pentingkah nilai-nilai religius yang dimiliki individu di dalam kehidupannya. Tingkat religiusitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan dimensi idelogis, ritual, pengalaman, intelektual, dan konsekuensial. a) Dimensi ideologis Dimensi ini didasarkan pada keyakinan dasar dimana seorang yang religius diharapkan, diperlukan, dan dilakukan. Dimensi ini berkaitan dengan keimanan seseorang seperti kepercayaan terhadap hari kiamat, pembalasan, dan lain-lain.







42



b) Dimensi ritual Dimensi ritual berkait dengan sejumlah tindakan peribadatan dan pemujaan sebagaimana komitmen keagamaan. Ini dihubungkan dengan sejumlah ritual keagamaan yang diajarkan dalam keyakinan individu seperti kebiasaan berdoa, dan lain-lain. c) Dimensi pengalaman Dimensi pengalaman berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan, persepsi, dan sensasi yang dialami seseorang atau didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan (atau masyarakat) yang melihat komunikasi, walaupun kecil, dalam suatu esensi ketuhanan, yaitu dengan Tuhan, kenyataan akhir, dengan otoritas transedental. Seperti merasa dekat dengan Tuhan pada saat berdoa, merasa takut bila berbuat dosa, merasakan kedamaian saat beribadah, dan sebagainya. d) Dimensi intelektual Dimensi ini mengharapkan seseorang mengetahui pemahaman tentang agamanya dan kitab suci. Dimensi intelektual berkaitan dengan dimensi ideology seperti pengetahuan tentang Al Qur’an sebagai wahyu untuk Muhammad, dan lain-lain. e) Dimensi konsekuensial Dimensi



ini



mengacu



pada



identifikasi



akibat-akibat



keyakinan



keagamaan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Sejauh mana implikasi ajaran agama mempengaruhi perilakunya. Perilaku



ini



menyangkut



sejumlah



tuntunan



keagamaan



yang



menganjurkan seseorang untuk berperilaku dan bertindak untuk memenuhi harapan agamanya seperti memaafkan, membantu orang lain, dan lain-lain.







43



Religiusitas responden kemudian dikelompok menjadi tiga kategori dengan mengacu pada nilai median (nilai tengah) dari total jawaban responden. Dengan demikian, religiusitas tinggi jika total jawaban > median, sedang jika total jawaban = media, dan rendah jika total jawaban < median. b. Intensitas komunikasi dengan kelompok sebaya didefinisikan sebagai tingkat kedalaman dan keluasan pesan yang muncul dalam aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh sekelompok individu yang memiiki kesamaan latar belakang pendidikan, agama, usia, dan jenis kelamin. Berpijak pada kerangkau teori yang telah dipaparkan sebelumnya, intensitas komunikasi akan diukur dengan menggunakan dimensi: a) Kuantitas Dimensi ini berkait dengan tingkat perhatian dan kontribusi terhadap isi pembicaraan tentang relasi gay dalam komunikasi interpersonal yang dilakukannya seperti ketertarikan memperhatikan ciri orang gay, keaktifan memulai topik pembicaraan tentang gay, dan lain-lain. b) Kualitas a) Kedekatan Ini berkaitan dengan preferensi, komitmen, dan investasi individu terhadap pesan komunikasi yang berkaitan dengan relasi gay. Di dalam kedekatan ini juga termasuk ragam pesan yang dibicarakan dalam komunikasi interpersonal dengan teman sebaya. Kedekatan ini juga merujuk pada keterlibatan tinggi dan keterlibatan rendah. Keterlibatan tinggi terjadi ketika kecenderungan sikap seseorang diaktifkan oleh sejumlah isu yang sesuai dengan konsep dirinya. Keterlibatan rendah







44



adalah sebaliknya. Ini diukur dengan pertanyaan kuesioner tentang kedekatan individu dengan orang/lingkungan gay, topik pembicaraan tentang gay, dan lain-lain. b) Interaksi Interaksi didefinisikan sebagai sejauhmanakah individu berpartisipasi dengan orang lain dalam sebuah percakapan. Individu dengan keterlibatan tinggi akan aktif menyampaikan pikiran, perasaan, dan perilakunya. Sebaliknya, individu dengan keterlibatan kurang akan menarik diri, terdistraksi, dan memiliki kandungan komunikasi yang tidak pasti. Interaksi keterlibatan memiliki tiga dimensi, yakni tingkat perhatian (attentiveness), tingkat persepsi (perceptiveness), dan tingkat respon (responsiveness). Secara operasional, ini berkait dengan ketertarikan individu terhadap gaya hidup, benda, atau pun hal-hal lain yang dekat dengan lingkungan gay. c) Keterlibatan Keterlibatan sebagai derajat bagaimana individu melihat hubungan antara dirinya dengan pesan media. Kondisi ini berkait dengan kualitas dari selektivitas dan kegunaan sebelum (prior to), pada saat (during), dan setelah pajanan (after exposure) terhadap media. Ini dapat ditunjukkan dengan upaya individu dalam mencari informasi tentang gay, sikap mereka terhadap informasi tersebut, dan apa dampak pesan tersebut terhadap dirinya setelah terpajan. Tidak berbeda dengan religiusitas, intensitas komunikasi juga dikelompok menjadi tiga kategori dengan mengacu pada nilai median (nilai tengah) dari total jawaban responden. Dengan demikian, intensitas komunikasi







45



tinggi jika total jawaban > median, sedang jika total jawaban = media, dan rendah jika total jawaban < median. c. Persepsi pria tentang relasi gay merupakan proses interpretasi individu tentang hubungan sesama pria/gay yang dipengaruhi oleh asumsi berdasarkan pengalaman sebelumnya, harapan budaya, motivasi, suasana hati (moods), dan sikap. Pengukuran terhadap persepsi akan dilakukan berdasarkan sejumlah tahapan yang terjadi dalam proses terbentuknya persepsi, yaitu: a) Stimulasi



(stimulation);



tahapan



ini



menjelaskan



tentang



rangsangan yang diperoleh oleh indera terhadap suatu objek. Individu tidak memperhatikan setiap hal, tetapi melakukan selective attention dan selective exposure. Selective attention mendorong individu untuk memperhatikan hal-hal yang memenuhi kebutuhan atau membuat dirinya menyenangkan. Selective exposure bearti individu hanya memapar pada orang atau pesan yang sesuai dengan keyakinan, bermanfaat bagi tujuannya, atau memberikan kepuasan pada sejumlah hal. Secara operasional, ini dilihat dari apakah individu pernah terpajan oleh stimuli/pesan tentang hubungan gay, melihat orang gay, dan sebagainya. b) Penataan



(organization);



tahapan



ini



menjelaskan



tentang



bagaimana individu menata sejumlah informasi yang dipilih oleh inderanya. Dalam penataan persepsinya, individu melakukan berdasarkan peraturan (rules), skema (schemata), dan panduan (scripts). Ini dapat dilihat dari apa yang dipikirkan oleh individu ketika menerima pesan tentang gay, bagaimana pendapat/pikiran mereka tentang orang gay, dan lain-lain.







46



c) Interpretasi-Evaluasi (interpretation-evaluation). Kedua hal ini adalah proses yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya sangatlah subjektif dan dipengaruhi oleh pengalaman, kebutuhan, keinginan, nilai, kepercayaan tentang sejumlah hal dan bagaimana seharusnya, harapan, kondisi fisik dan emosional, dan lain-lain. Tahapan ini dipengaruhi oleh aturan, skemata, dan panduan yang dimiliki oleh seseorang. Tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, ini berkait dengan sikap individu terhadap gay, pandangan mereka terhadap gay, dan penerimaan individu terhadap relasi gay. d) Memory merupakan tahapan penyimpanan sejumlah informasi yang dapat diingat kembali pada suatu waktu. Informasi yang sesuai dengan skema yang dimiliki individu akan memperkuat itu dan cenderung tidak berubah. Memori ini berkait dengan penyimpanan informasi gay yang pernah diterima oleh individu, pemahaman tentang hubungan gay, dan sebagainya. e) Mengingat kembali (recall) merupakan tahapan dimana individu mengakses kembali sejumlah informasi yang disimpannya dalam memori. Pengingatan kembali informasi yang sesuai dengan skema akan memudahkan seseorang untuk mengingat suatu objek, sebaliknya, kegagalan dalam mengakses informasi yang konsisten dengan skema akan menyebabkan lupa terhadap suatu objek. Tahapan ini juga akan mendorong individu untuk berpikir, memikirkan kembali, atau pun memberikan penilaian terhadap suatu objek. Hal ini diindikasikan dengan kemampuan individu untuk menjelaskan pemahamannya tentang hubungan gay,







47



kemampuannya mengingat dan menceritakan kembali pesan tersebut kepada orang lain, dan lain-lain. Seluruh dimensi dan indikator untuk setiap variabel tersebut di atas dielaborasi menjadi pertanyaan dalam kuesioner. Kuesioner disusun dengan menggunakan skala Likert untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2008:94). Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban kuesioner diberi skor 1 – 5 (1 untuk sangat tidak setuju, 2 untuk tidak setuju, 3 untuk netral, 4 untuk setuju, 5 untuk sangat setuju). Untuk detail bobot setiap pertanyaan dalam kuesiner dapat dilihat pada Lampiran Kuesioner. Untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas pernyataan dalam kuesioner dilakukan pre-test terlebih dahulu kepada 20 responden untuk benar- benar mendapatkan hasil kuesioner yang dapat diandalkan dan valid (Lihat Lampiran Validitas Reliabilitas). C. Objek Penelitian dan Tehnik Sampling a. Lokasi Penelitian Secara umum, proses pengumpulan data, penelusuran literatur, dan pemberian perlakuan terhadap objek penelitian dilakukan di Yogyakarta. Seluruh proses analisis data hingga penulisan laporan peneliti lakukan di Yogyakarta. b. Metode Penetapan Sample Sample dalam penelitian ini berjumlah 30 orang, mahasiswa universitas Islam. Jumlah ini dipilih dengan mempertimbangkan kemudahan dalam memberikan perlakuan dan pengamatan dalam penelitian, serta keterbatasan waktu, dana, dan sumber daya penelitian. Selain itu, jumlah ini berpatokan pada pernyataan Gay & Diehl (Kuncoro, 2003:111) bahwa untuk studi eksperimen dianjurkan minimal 15







48



sample per grup. Oleh karena itu, seluruh sample penelitian terbagi menjadi dua kelompok dengan jumlah yang sama. c. Karakteristik Sample Karakteristik dari sample adalah pria, berusia 18 – 25 tahun, dan beragama Islam. Penentuan karakteristik sample ini dilakukan demi homogenitas sample penelitian. Sesuai dengan judul penelitian, maka jenis kelamin sample adalah pria dan Islam dipilih sebagai agama mayoritas di Indonesia. Usia 18-25 dipilih karena rentang usia tersebut merupakan rentang usia dimana lingkungan sosial memiliki peranan dalam pembentukan persepsi dan termasuk rentang khalayak sasaran dalam film BBM. Responden dibagi menjadi dua, yaitu Kelompok 1 dan 2. Kelompok 1 merupakan variabel kontrol, yaitu variabel yang tidak diberikan perlakuan apapun sebagai pembanding saat penghitungan data. Kelompok 2 merupakan kelompok yang diberikan perlakuan 1 (T1) berupa menonton film BBM dan kesempatan berinteraksi dengan anggota kelompok. Film BBM diputar sebanyak 1 (satu) kali untuk kelompok yang mendapat perlakuan. Pemutaran film dilakukan di Ruang Audio Visual (RAV) Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Indonesia, Jl. Kaliurang 14.5 Yogyakarta pada 11 November 2009 pukul 10.00 – 12.30 WIB. Setelah menonton, responden diberi kesempatan untuk berinteraksi dan membicarakan tentang isi film dan topik yang berkaitan dengan isu gay. Dari pembagian kelompok tersebut dapat disusun desain eksperimen sebagai berikut:







49



Tabel 1 Desain Perlakuan Penelitian Kontrol (A)



T1 (B)



Tingkat religiusitas (BF1)



Intensitas komunikasi dengan peer group (BF 2) Total Metode eskperimen adalah prosedur penelitian yang dilakukan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat antara variabel yang sengaja diadakan terhadap variabel di luar variabel yang diteliti (Nawawi & Martini, 1993:130). Dengan demikian, penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol (Nazir, 2005: 63). Deskripsi tentang bagaimanakah metode eksperimen dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:







50



Gambar 4 Desain Penelitian Eksperimen Kelompok Kontrol Kelompok Dikontrol Tidak Ada Perlakuan Menonton Film BBM & Berinteraksi dengan Anggota Sample Lain A B X2




X1




X2




X1




YB.1
 Pre
‐
Test





 




YA




Perlakuan
Menonton
Film
BBM
dan
 Berinteraksi
dengan
Anggota
Sample
 lain
 X1.1




X2.1




YB.2
 
 Post
‐
Test





 YA ≠ YB.1≠ YB.2 




YB.1
≠

YB.2




Terjadi Pergeseran Persepsi Pria Heteroseksual tentang Relasi Gay Setelah Diberikan Perlakuan Penelitian melalui Metode Eksperimen yang Dilakukan Responden penelitian dibagi menjadi dua kelompok; kelompok kontrol yang tidak mendapat perlakuan (A), kelompok dikontrol dengan perlakuan menonton film BBM berinteraksi dengan anggota sample lain dalam satu kelompok (B).







51



Kelompok A terdiri atas dua variabel independen (X1 & X2) dan satu variabel dependen (Y). Melalui analisis regresi sederhana akan dicari pengaruh X1 terhadap Y dan pengaruh X2 terhadap Y. Analisis regresi ganda digunakan untuk mengetahui pengaruh X1 dan X2 secara serentak terhadap Y. Hasil regresi ganda ini dilambangkan dengan YA. Jumlah variabel yang sama juga terdapat pada kelompok B. Masingmasing



variabel



dalam



tiap



kelompok



dicari



pengaruhnya



dengan



menggunakan analisis regresi sederhana dan regresi ganda. Hasil analisis regresi sebelum dan sesudah pemberian perlakuan ini akan dibandingkan satu sama lain sehingga dapat diketahui perbedaan pengaruh masing-masing variabel dalam setiap kelompok. Untuk menarik kesimpulan penelitian, hasil analisis regresi setelah pemberian perlakuan akan dibandingkan dengan kelompok A sebagai kelompok kontrol. d. Jenis dan Sumber Data a) Data primer Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari objek penelitian (Ruslan, 2004:29). Data primer diperoleh peneliti melalui pengamatan untuk mengetahui bagaimana interaksi partisipan satu dengan lainnya



dalam



perilaku



sosialnya



(Nazir,



2005:178).



Penelitian



ini



menggunakan kuesioner sebagai alat untuk mendapatkan data primer. Agar data dari kuesioner dapat dianalisis dengan menggunakan regresi sederhana dan linear berganda, data ordinal yang diperoleh ditransformasikan terlebih dahulu menjadi data interval/rasio dengan menggunakan SPSS 13.0.







52



b) Data sekunder Data sekunder merupakan data dalam bentuk yang sudah jadi (tersedia) melalui publikasi dan informasi yang dikeluarkan di berbagai organisasi atau perusahaan, termasuk majalah, jurnal, dan kepustakaan (Ruslan, 2004:30) serta informasi relevan lainnya yang diperoleh melalui internet (online data). Di dalam penelitian ini, data sekunder berupa koleksi buku di perpustakaan FISIP UNS dan jurnal internasional yang diunduh dari Internet.



c) Metode Analisis Data a. Validitas dan Reliabilitas Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur (Ancok, 2006:124, Usman & Akbar, 2003:287). Pengujian validitas meliputi pengujian validitas konstruksi (construct validity), validitas isi (content validity), dan validitas eksternal (Sugiyono, 2008:125, Ghozali, 2008:19). Pengujian konstruk dapat menggunakan pendapat para ahli (judgement expert). Dalam hal ini, pengukuran aspek-aspek dalam penelitian dilakukan dengan berlandaskan teori-teori tertentu. Pengujian isi dilakukan dengan menggunakan matrik pengembangan instrumen. Dalam kisi-kisi ini terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur dan nomor butir pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dalam indikator. Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta yang terjadi di lapangan (Sugiyono, 2008:129). Reliabilitas ialah mengukur instrumen terhadap ketepatan (konsistensi) (Usman & Akbar, 2003:287). Reliabilitas juga bearti indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Ancok, 2006:140).







53



Validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan SPSS 13.0 dengan menggunakan nilai Cronbach Alpha. b. Uji Asumsi Agar analisis regresi dapat digunakan, maka harus dipenuhi sejumlah asumsi klasik sebagai berikut (Umar & Akbar, 2003:216): a) Variabel yang dicari memiliki hubungan fungsional dengan data berdistribusi normal. b) Variabel yang dihubungkan mempunyai pasangan sama dari subjek yang sama pula. c) Variabel yang dihubungkan mempunyai jenis data interval/rasio. Selain hal tersebut di atas, analisis regresi hanya dapat digunakan jika hubungan masing-masing variabel terbebas dari (Triton, 2006: 152-159): a) Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak konstan pada regresi sehingga akurasi hasil prediksi menjadi meragukan. Ini juga dapat diartikan sebagai ketidaksamaan variasi variabel pada semua pengamatan dan kesalahan yang terjadi memperlihatkan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel bebas sehingga kesalahan tersebut tidak random (acak). Hasan (Triton, 2006:152) menyebutkan heteroskedastisitas dapat menyebabkan: a) Penaksir yang dihasilkan menjadi tidak efisien. Hal ini disebabkan oleh variannya yang tidak minim lagi (efisien). b) Kesalahan baku koefisien regresi akan terpengaruh sehingga memberikan indikasi yang salah. Dengan demikian, koefisien







54



determinasi akan memperlihatkan daya penjelasan yang terlalu besar. b) Multikolinearitas Ini dapat dideteksi pada model regresi apabila pada variabel terdapat pasangan variabel bebas yang saling berkorelasi kuat satu sama lain. Apabila pada regresi terdeteksi kasus ini, maka dapat terjadi perubahan tanda koefisien regresi dari positif pada saat diuji dengan regresi sederhana, menjadi negatif pada saat diuji dengan regresi berganda, atau sebaliknya. Selain itu, ini juga dapat menyebabkan fluktuasi yang besar pada prediksi koefisien regresi, dan juga dapat menyebabkan



penambahan



variabel



independen



yang



tidak



terpengaruh sama sekali. c) Otokorelasi Regresi yang terdeteksi otokorelasi dapat berakibat pada biasnya interval kepercayaan dan ketidaktepatan penerapan uji F dan uji t. d) Linearitas Uji linearitas merupakan suatu upaya untuk memenuhi salah satu asumsi analisis regresi linear yang mensyaratkan adanya hubungan variabel bebas dan variabel terikat yang saling membentuk kurva normal. Kurva normal dapat terbentuk apabila setiap kenaikan skor variabel bebas diikuti oleh kenaikan skor variabel terikat. Seluruh uji asumsi klasik regresi di atas dilakukan dengan menggunakan SPSS 13.0.







55



c. Analisis Regresi Analisis regresi merupakan prosedur statistik untuk menganalisis hubungan asosiatif antara variabel bebas dan satu atau lebih variabel terikat. Regresi dapat digunakan untuk: (a) menentukan apakah variabel bebas menjelaskan variasi signifikan dalam variabel terikat: apakah terdapat hubungan (b) menentukan seberapa besar variasi dalam variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas: seberapa kuat hubungan yang ada (c) menentukan struktur atau bentuk dari hubungan (d) memprediksi nilai dari variabel terikat (Maholtra, 1999:527-528). Penelitian ini akan menggunakan analisis regresi linear berganda sebagai sebuah prosedur statistik yang bertujuan mencari pengaruh antara sejumlah variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Analisis data akan dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 13.0. d. Pembuktian Hipotesis a) Hipotesis alternatif (Ha) Terdapat pengaruh signifikan dan negatif antara tingkat religiusitas pria heteroseksual terhadap persepsi tentang relasi gay setelah perlakuan penelitian Hipotesis nol (Ho) Tidak ada pengaruh antara tingkat religiusitas pria heteroseksual terhadap persepsi tentang relasi gay setelah perlakuan penelitian Ha diterima jika p≠0 pada taraf signifikansi 95 % dan nilai kesalahan 0.05 dengan uji dua pihak (two tail test) Ho diterima jika p=0 pada taraf signifikansi 95 % dan nilai kesalahan 0.05 dengan uji dua pihak (two tail test)







56



b) Hipotesis alternatif (Ha) Terdapat pengaruh signifikan dan positif antara intensitas komunikasi dengan peer group terhadap persepsi pria heteroseksual tentang relasi gay setelah perlakuan penelitian. Hipotesis nol (Ho) Tidak ada pengaruh antara intensitas komunikasi dengan peer group terhadap persepsi pria heteroseksual tentang relasi gay setelah perlakuan penelitian. Ha diterima jika p≠0 pada taraf signifikansi 95 % dan nilai kesalahan 0.05 dengan uji dua pihak (two tail test) Ho diterima jika p=0 pada taraf signifikansi 95 % dan nilai kesalahan 0.05 dengan uji dua pihak (two tail test) c) Hipotesis alternatif (Ha) Terdapat pengaruh signifikan dan positif antara tingkat religiusitas dan intensitas komunikasi dengan peer group terhadap persepsi pria heteroseksual tentang relasi gay setelah perlakuan penelitian. Hipotesis nol (Ho) Tidak ada pengaruh antara tingkat religiusitas dan intensitas komunikasi dengan peer group terhadap persepsi pria heteroseksual tentang relasi gay setelah perlakuan penelitian Ha diterima jika p≠0 pada taraf signifikansi 95 % dan nilai kesalahan 0.05 dengan uji dua pihak (two tail test) Ho diterima jika p=0 pada taraf signifikansi 95 % dan nilai kesalahan 0.05 dengan uji dua pihak (two tail test).







57