Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

METODE PENELITIAN KUANTITATIF, KUALITATIF DAN R & D



Sanksi pelanggaran pasal 44: Undang-undang N o. 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas Undang-undang N o . 6 Tahun 1982 tentang hak cipta. 1.



Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak m engum um kan atau m em perbanyak suatu ciptaan atau m em beri izin untuk itu dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak R p 1 00 .0 0 0 .0 0 0 ,- (seratus ju ta rupiah)



2.



Barangsiapa dengan sengaja m enyiarkan, m em am erkan, mengedarkan, atau m enjual kepada um um suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat I (satu), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lim a ) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5 0 .0 0 0 .0 0 0 ,- (lim a puluh ju ta rupiah)



METODE PENELITIAN KUANTITATIF, KUALITATIF DAN R & D



Prof. Dr. Sugiyono



PENERBIT ALFABETA BANDUNG



Dilarang keras memfotokopi sebagian atau seluruh isi buku ini, serta mermperjualbelikannya tanpa mendapat izin tertulis dari Penerbit



H ak cipta© dilindungi undang-undang Cetakan ke 6 Pebruari 2009



Sta26 (x + 334) 16x24cm



Judul



: Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D



Penulis



: Prof. Dr. Sugiyono



Penerbit



: cv. ALFABETA Telp. 022-2008822 Fax. 022-2020373 e-mail: [email protected] marketing sms: 081 320 380 644



ISBN



: 979-8433-64-0 Anggota Ikatan Penerbit Indonesia ( I KAP I )



PENGANTAR



Borg and G all (1989) mengungkapkan beberapa nama penelitian ku a n tita tif dan ku a lita tif. Penelitian k u a n tita tif disebut sebagai metode tradisional, positivistik, scientific, confirm atory, kuantitatif. Sedangkan metode k u a lita tif sering disebut sebagai metode baru, postpositivistic, discovery, interpretive dan kualita tif. Nama kedua metode tersebut yang paling banyak digunakan adalah metode k u a n tita tif dan kua litatif. Perbedaan kedua metode tersebut, tidak semata-mata yang satu pakai angka dan yang lain tidak. Perbedaan kedua metode tersebut m eliputi aksioma dasar, proses penelitian dan karakteristik penelitian itu sendiri. Dari segi proses, penelitian ku a n tita tif bersifat d e d u k tif dan penelitian k u a lita tif bersifat in d u k tif. Keberadaan metode tersebut tidak perlu dipertentangkan, karena ju stru satu sama lain saling melengkapi. B ila d itin ja u dari tingkat kesulitan, maka sebenarnya metode k u a lita tif lebih su lit bila dibandingkan dengan metode kuantitatif. Seperti dinyatakan oleh B org and G all 1988 bahwa “ Q u alitative research is much more d iffic u lt to do w ell than quantitative research because the data collected are usually subjective and the m ain measurement tool fo r collecting data is the investigator him self Pertanyaan yang sering muncul terhadap ke dua metode tersebut adalah apakah kedua metode itu dapat digabungkan. D alam hal in i Thomas D. Cook and Charles Reichardt, (1978) menyatakan “ To the conclusion that qualitative an d quantitative methods themselves can never be used together. Since the methods are lin ked to different paradigm s and since one must choose between m utually exclusive and antagonistic w o rld views, one must also choose between the methods type” . Kesim pulannya, metode k u a lita tif dan ku a n tita tif tidak akan pernah dipakai bersama-sama, karena ke dua metode tersebut m e m ilik i paradigma yang berbeda dan perbedaannya bersifat m utually exclusive, sehingga dalam penelitian hanya dapat m em ilih salah satu metode. Karena paradigma ke dua metode tersebut berbeda, maka sangat sulit menggabungkan metode tersebut digunakan dalam satu proses penelitian yang bersamaan. M enurut penulis, ke dua metode tersebut dapat digunakan bersama-sama atau digabung, tetapi dengan catatan sebagai berikut.



1.



Dapat digunakan bersama untuk m eneliti pada obyek yang sama, tetapi tujuan yang berbeda. M etode k u a lita tif digunakan untuk menemukan hipotesis, sedangkan metode kua n tita tif digunakan untuk m enguji hipotesis. E ach m etholology can be used to complement the other w ithin the same area o f inquiry, since they have different purposes o r aims (Susan Stainback, 1988)



2.



D igunakan secara bergantian. Pada tahap pertama menggunakan metode k u a lita tif, sehingga ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut d iu ji dengan metode kuantitatif.



3.



Ke dua metode penelitian tidak dapat digabungkan dalam waktu bersamaan, tetapi teknik pengumpulan data dapat digabungkan. M isalnya penelitian k u a n tita tif dengan teknik pengumpulan data yang utama adalah kuesioner. Selanjutnya untuk mengecek dan mem perbaiki kebenaran data dari kuesioner tersebut dilakukan pengumpulan data dengan teknik lain yaitu observasi dan wawancara.



Pada buku in i dikemukakan tiga metode yaitu kuantitaif, ku a litatif, penelitian dan pengembangan (research and developm ent/R&D). Metode k u a n tita tif cocok digunakan untuk penelitian pada populasi yang luas, permasalahan sudah jelas, teramati, terkur, dan peneliti bermaksud menguji hipotesis. M etode penelitian k u a lita tif cocok digunakan terutama bila permasalahan masih remang-remang bahkan gelap, peneliti bermaksud ingin memahami secara mendalam suatu situasi sosial yang kompleks, penuh makna. Selain itu metode k u a lita tif juga cocok digunakan untuk m engkontruksi fenomena sosial yang rum it, menemukan hipotesis dan teori. M etode penelitian dan pengembangan (R & D ) digunakan apabila peneliti bermaksud menghasilkan produk tertentu, dan sekaligus menguji keefektifan produk tersebut. Dengan metode R & D diharapkan dapat ditem ukan dan d iu ji produk-roduk baru yang berguna bagi kehidupan manusia, lembaga dan masyarakat. Perkembangan teknologi di berbagai bidang seperti otom otif, pesawat terbang, elektronika, komputer, kedokteran, obat-obatan, kontrukdi banggunan dan lain-lain adalah produk dari R & D . Metode penelitian in i bersifat longitud inal, sehingga penelitian dilakukan secara bertahap, dan setiap tahap m ungkin digunakan metode yang berbeda. B uku in i dikembangkan dari buku yang saya tulis sebelumnya, yaitu M etode Penelitian A dm inistrasi (ku an tita tif) dan buku M em aham i Penelitian K u a lita tif. Dengan hadim ya buku in i diharapkan pembaca dapat dengan mudah untuk memahami ketiga metode tersebut, sehingga dapat m em ilih metode penelitian mana yang paling cocok digunakan untuk penelitian.



DAFTAR ISI



Halaman K A T A P E N G A N T A R ................................................................................. D AFTAR I S I



.......................................................................................



v vii



BAGIAN I PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF BAB 1



PERSPEKTIF M E TO D E P E N E LIT IA N K U A N T IT A T IF D A N K U ALITTAE F A. B. C. D. E. F. G. H.



Pengertian Metode P enelitian.......................................... Jenis-jenis P enelitian........................................................ Pengertian Metode Penelitian Kuantitatif dan K u a lita tif........................................................................... Perbedaan Penelitian Kuantitatif dan K u a lita tif Kapan Penelitian Kuantitatif dan K ualitatif digunakan......................................................................... Jangka waktu Penelitian K u a lita tif................................. Apakah Metode Penelitian Kuantitatif dan K u alitatif dapat digabungkan.......................................................... Kompetensi Peneliti Kuantitatif dan K u a lita tif..............



2 2 4 7 9 23 25 26 27



BAGIAN II. METODE KUANTITATIF BAB 2



BAB 3



PROSES P E N E LIT IA N , V A R IA B E L D A N P A R A D IG M A P E N E L IT IA N



30



A. B. C. D. E. F.



30 32 35 38 42 48



Proses Penelitian K u a n tita tif............................................. M asalah............................................................................... Rumusan M asalah............................................................. Variabel P enelitian............................................................. Paradigma P enelitian........................................................ Menemukan M asalah........................................................



L A N D A S A N TEORI, K E R A N G K A BER FIKIR D A N PE N G A JU AN HIPOTESIS



52



A. B.



52 56



Pengertian T e o ri................................................................. Tingkatan dan Fokus T e o r i...............................................



C. D. E. F. BAB 4



M E TO D E EKSPERIM EN A. B.



BAB 5



E F.



BAB 8



Populasi............................................................................. Sampel .............................................................................. Teknik S am pling.............................................................. Menentukan Ukuran Sam pel.......................................... Contoh Menentukan Ukuran Sam pel............................. Cara Mengambil Anggota Sam pel.................................



S K A L A P E N G U KU R A N D A N IN STR U M EN P E N E L IT IA N A. B. C. D.



BAB 7



Pengertian........................................................................ Beberapa Macam Desain Eksperim en...........................



PO PULASI D A N SAM PEL A. B. C. D. E. F.



BAB 6



Kegunaan Teori dalam P enelitian.................................. Deskripsi T e o ri................................................................ Kerangka B e r fik ir ......................................................... H ip o te sis..........................................................................



Macam-macam skala pengukuran................................. Instrumen P enelitian....................................................... Cara Menyusun Instrum en.............................................. Contoh Judul Penelitian dan Instrumen yang dikem bangkan.................................................................. Validitas dan Reliabilitas Instrum en.............................. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrum en



57 58 60 63 72 72 73 80 80 81 81 86



89 91



92 92 102 103 113 121 125



T E K N IK P E N G U M PU LA N D A T A



137



A. B. C.



137 142 145



Interview (W awancara).................................................. Kuesioner (A n g k e t)........................................................ O bservasi.........................................................................



A N A LIS IS D A T A



147



A. B. C.



147 149



D.



Statistik D eskriptif dan Inferensial................................ Statistik Parametris dan Nonparametris........................ Judul Penelitian dan Statistik yang digunakan untuk analisis.............................................................................. Konsep Dasar Pengujian H ipotesis................................



154 159



BAB 9



CONTOH A N A LIS IS D A T A D A N PENGUJIAN HIPOTESIS



166



BAGIAN III. METODE PENELITIAN KUALITATIF BAB 10



BAB 11



BAB 12



BAB 13



BAB 14



M A S A L A H , FOKUS, JUDUL, D A N TEO RI D A L A M P E N E LIT IA N K U A L IT A T IF



205



A. B. C. D. E.



205 207 209 211 213



Masalah Dalam Penelitian K u a lita tif............................. Fokus P enelitian.............................................................. Bentuk Rumusan M asalah.............................................. Judul Penelitian K u a lita tif.............................................. Teori dalam Penelitian K u a lita tif...................................



POPULASI D A N SAM PEL



215



A. B.



215 217



Pengertian........................................................................ Teknik Pengambilan Sampel ..........................................



IN S TR U M E N D A N T E K N IK PEN G U M PU LAN D A T A



222



A. B.



222 224



Instrumen P enelitian....................................................... Teknik Pengumpulan D a ta .............................................



T E K N IK A N A LIS IS D A T A



243



A. B.



243 245 245



Pengertian...................................................................... Proses Analisis D a ta ........................................................ 1. Analisis Data Sebelum di lapangan........................... 2. Analisis Data di Lapangan model Miles and H uberm an..................................................................... 3. Analisis data Selama di Lapangan Model S pradley........................................................................



V A L ID IT A S D A N R E L IA B IL IT A S P E N E LITIA N K U A L IT A T IF A. B.



Pengertian......................................................................... Pengujian validitas dan reliabilitas penelitian k u a lita tif............................................................................. 1. U ji K re d ib ilita s ............................................................



246 253



267 267 269 270



2. Pengujian T ransferability............................................



276



3. Pengujian D epena bility................................................



277



4. Pengujian C o n firm a b ility ............................................



277



BAGIAN IV. PROPOSAL PENELITIAN B A B 15



P E N Y U S U N A N PROPOSAL P E N E LITIA N



279



A. B.



279 287



Proposal Penelitian K u a n tita tif...................................... Proposal Penelitian K u a lita tif........................................



BAGIAN IV. PENELITIAN PENGEMBANGAN B A B 16



M E TO D E P E N E LIT IA N D A N P E N G E M B A N G A N



297



A. B. C. D. E.



Pengertian........................................................................ Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan Laporan Penelitian dan Pengembangan ( R & D ) ........... Contoh Judul Penelitian dan Pengembangan................ Contoh Laporan Penelitian dan Pengembangan ( R & D ) ..............................................................................



297 298 311 312



D A F T A R P U S T A K A .................................................................................



326



L A M P IR A N T A B E L S T A T IS T IK



330



313



BAGIAN I METODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF



Pada bagian 1 ini hanya terdiri atas satu bab, yaitu perspektif metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dalam bab ini dikemukakan tentang: pengertian metode penelitian; jenis-jenis penelitian; pengertian metode penelitian kuantitatif dan kualitatif; perbedaan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif; kapan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif digunakan; jangka waktu penelitian kualitatif; kem ungkinan metode kualitatif dan kuantitatif dapat digabungkan; dan kompetensi peneliti kuantitatif dan kualitatif.



BAB



1



PERSPEKTIF METODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF A. Pengertian M etode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan ca ra ilm iah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, ca ra ilm iah, data, tujuan, dan kegunaan. C a ra ilm ia h berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada c iri-c iri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. R a s io n a l berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal. sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. E m p iris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. (Bedakan cara yang tidak ilm iah, misalnya mencari uang yang hilang, atau provokator, atau tahanan yang melarikan d iri m elalui paranormal). S istem atis a rtin y a , proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis. Data yang diperoleh m elalui penelitian itu adalah data empiris (teram ati) yang mempunyai kriteria tertentu yaitu valid. V a lid menunjukkan derajad ketepatan antara data yang sesugguhnya terjadi pada obyek dengan data yang dapat dikum pulkan oleh peneliti. M isalnya dalam masyarakat tertentu terdapat 5000 orang m iskin, sementara peneliti melaporkan jauh di bawah atau di atas 5000 orang m iskin, maka derajad validitas hasil penelitian itu rendah atau misalnya dalam suatu unit kerja pemerintahan, dimana dalam unit kerja tersebut ik lim kerjanya sangat bagus, sementara peneliti melaporkan ik lim kerjanya tidak bagus, maka data yang dilaporkan tersebut juga tidak valid. U ntuk mendapatkan data yang langsung valid dalam penelitian sering sulit dilakukan, oleh karena itu data yang telah terkum pul sebelum diketahui validitasnya, dapat d iu ji m elalui pengujian



reliabilitas dan obyektivitas. Pada umumnya kalau data itu reliabel dan obyektif, maka terdapat kecenderungan data tersebut akan valid. Data yang valid pasti reliabel dan obyektif. reliabel berkenaan derajad konsistensi/keajegan data dalam interval waktu tertentu. M isalnya pada hari pertama wawancara, sumber data mengatakan bahwa ju m la h karyawan yang berdemonstrasi sebanyak 1 0 0 0 orang, maka besok atau lusa pun sumber data tersebut kalau ditanya akan tetap mengatakan bahwa ju m la h karyawan yang berdemonstrasi tetap sebanyak 1000 orang. O byektivitas berkenaan dengan interpersonal agreement (kesepakatan antar banyak orang). B ila banyak orang yang m enyetujui bahwa karyawan yang berdemontrasi sebanyak 1 0 0 0 orang, maka data tersebut adalah data yang o b y e ktif (o b y e k tif lawannya subyektif). Data yang re lia b e l belum tentu v a lid , misalnya setiap hari seseorang karyawan perusahaan pulang malam dengan alasan ada rapat, padahal kenyataannya tida k ada rapat. Hal ini diucapkan secara konsisten tetapi berbohong, sehingga data tersebut terlihat reliabel (konsisten) tetapi tidak valid. Data yang obyektif ju g a belum tentu valid, m isalnya 99 % dari sekelompok orang menyatakan bahwa si A adalah pencuri, dan 1% menyatakan bukan pencuri. Padahal yang benar, ju stru yang hanya 1 % yang menyatakan bahwa A adalah bukan pencuri. Pernyataan kelom pok tersebut terlihat ob ye ktif (disepakati 99% ) tetapi tidak valid. Setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu. Secara umum tujuan penelitian ada tiga macam yaitu yang bersifat penem uan, pembuktian dan pengem bangan. Penem uan berarti data yang diperoleh dari penelitian itu adalah data yang betul-betul baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. Pem b u ktian berarti data yang diperoleh itu digunakan untuk membuktikan adanya keragu-raguan terhadap inform asi atau pengetahuan tertentu, dan pengem bangan berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada. Penelitian yang bersifat penemuan misalnya, menemukan cara yang paling e fe k tif untuk memberantas korupsi, penelitian yang bersifat membuktikan misalnya, m embuktikan apakah betul bahwa in se n tif dapat meningkatkan prestasi kerja di unit tertentu atau tidak. Selanjutnya penelitian yang bersifat mengembangkan misalnya, mengembangkan sistem pemberdayaan masyarakat yang efektif. M elalui penelitian manusia dapat menggunakan hasilnya. Secara umum data yang telah diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk m em aham i, memecahkan dan m e ng an tisip asi m asalah. Memahami berarti memperjelas suatu masalah atau inform asi yang tidak diketahui dan selanjutnya menjadi tahu, memecahkan berarti m em inim alkan atau menghilangkan masalah, dan mengantisipasi berarti mengupayakan agar masalah tidak terjadi.



Penelitian yang akan digunakan untuk memahami masalah misalnya, penelitian tentang sebab-sebab jatuhnya pesawat terbang atau sebab-sebab membudayanya korupsi di Indonesia, penelitian yang bersifat memecahkan masalah misalnya, penelitian untuk mencari cara yang e fe k tif untuk memberantas korupsi di Indonesia, dan penelitian yang bersifat antisipasi masalah misalnya penelitian untuk mencari cara agar korupsi tidak terjadi pada pemerintahan baru.



B. Jenis-jenis M etode Penelitian Jenis-jenis metode penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan, tujuan, dan tingkat kealamiahan (natural setting) obyek yang d ite liti. Berdasarkan tujuan, metode penelitian dapat diklasifikasikan menjadi penelitian dasar (basic research), penelitian terapan (applied research) dan penelitian pengembangan (research and development). Selanjutnya berdasarkan tingkat kealamiahan, metode penelitian dapat dikelom pokkan menjadi metode penelitian eksperimen, survey dan naturalistik. Hal in i dapat digambarkan seperti gambar 1 . 1 berikut. Gay (1977) menyatakan bahwa sebenarnya sulit untuk membedakan antara penelitian m urni (dasar) dan terapan secara terpisah, karena keduanya terletak pada satu garis kontinum. Penelitian dasar bertujuan untuk mengembangkan teori dan tidak memperhatikan kegunaan yang langsung bersifat praktis. Penelitian dasar pada umumnya dilakukan pada laboratorium yang kondisinya terkontrol dengan ketat. Penelitian terapan dilakukan dengan tujuan menerapkan, m enguji, dan mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam memecahkan masalahmasalah praktis. Jadi penelitian murni/dasar berkenaan dengan penemuan dan pengembangan ilm u. Setelah ilm u tersebut digunakan untuk memecahkan masalah, maka penelitian tersebut akan menjadi penelitian terapan. Jujun S. Suriasumantri (1985) menyatakan bahwa penelitian dasar atau m urni adalah penelitian yang bertujuan menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui, sedangkan penelitian terapan adalah bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan praktis. Dalam bidang pendidikan, Borg and Gall (1988) menyatakan bahwa, penelitian dan pengembangan (research and developm ent/R&D), merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Penelitian dan pengembangan merupakan “jembatan” antara penelitian dasar (basic research) dengan penelitian terapan (applied research), di mana penelitian dasar bertujuan untuk “ to discover new knowledge about fundam ental phenom ena” dan ap plied research bertujuan untuk menemukan pengetahuan yang secara praktis dapat diaplikasikan.



Walaupun ada kalanya penelitian terapan juga untuk mengembangkan produk. Penelitian dan pengembangan bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan memvalidasi suatu produk.



G am bar 1.1. M a c a m -m a c a m m etode p e n e litia n berdasarkan tu ju a n dan tin g k a t kealam iahan te m p at p e n e litia n Selanjutnya B org and G all (1989) menyatakan: One way to bridge the gap between research and p ractice in education is to Research & Developmet. Pada umumnya penelitian R & D bersifat lo n g itud inal (beberapa tahap). U n tu k penelitian analisis kebutuhan sehingga mampu dihasilkan produk yang bersifat hipotetik sering digunakan metode penelitian dasar. Selanjutnya untuk m enguji produk yang masih bersifat hipotetik tersebut, digunakan eksperimen. Setelah produk teruji, maka dapat diaplikasikan. Proses pengujian produk dengan ekspermen tersebut, dinamakan penelitian terapan (ap plied research). Hubungan antara penelitian dasar, penelitian pengembangan (R & D ) dan penelitian terapan ditunjukkan pada gambar 1.2.



B asic Research



Research &



A p p lie d



D e v e lo p m e n t



Research



— Penem uan ilm u baru



*







Penem uan, pengem bangan dan p e ng u jia n p ro d u k



M enerapka n Ilm u /p ro d u k



G a m b a r 1.2 P e n e litia n dan pengem bangan m erupakan “ je m b a ta n ” antara b a s ic re se a rc h dan a p p lie d re se a rch M etode penelitian eksperimen, survey dan n atu ra listik/ku a lita tif juga dapat ditempatkan dalam satu garis kontinum , seperti ditunjukkan pada gambar 1.3 berikut. D ari gambar tersebut terlihat bahwa, metode penelitian eksperimen sangat tidak alamiah/natural karena tempat penelitian di laboratorium dalam kondisi yang terkontrol sehingga tidak terdapat pengaruh dari luar. Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh treatment (perlakuan) tertentu. M isalnya pengaruh ruang kerja A C terhadap produktivitas kerja. M etode survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya (perlakuan tidak seperti dalam ekperimen). M etode penelitian n a tu ralistik/ku a litatif, digunakan untuk m eneliti pada tempat yang alamiah, dan penelitian tidak membuat perlakuan, karena peneliti dalam mengumpulkan data bersifat emic, yaitu berdasarkan pandangan dari sumber data, bukan pandangan peneliti.



M e to d e



M e to d e



M e to d e



E k s p e rim e n



S urvey



N a tu a lis tik



£neliti ingin mendapatkan inform asi yang luas dari suatu populasi. Metode penelitian ku a n tita tif cocok digunakan untuk mendapatkan infomasi yang luas tetapi tidak mendalam. B ila populasi terlalu luas, maka penelitian dapat menggunakan sampel yang diam bil dari populasi tersebut. c. B ila ingin diketahui pengaruh perlakuan/treatment tertentu terhadap yang lain. U ntuk kepentingan ini metode eksperimen paling cocok digunakan. M isalnya pengaruh jam u tertentu terhadap derajad kesehatan



d. e.



f.



B ila peneliti bermaksud menguji hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian dapat berbentuk hipotesis deskriptif, kom paratif dan assosiatif. B ila peneliti ingin mendapatkan data yang akurat, berdasarkan fenomena yang em piris dan dapat diukur. M isalnya ingin mengetahui IQ anak-anak dari masyarakat tertentu, maka dilakukan pengukuran dengan test IQ. B ila ingin m enguji terhadap adanya keragu-raguan tentang validitas pengetahuan, teori dan produk tertentu.



2. M etode Kualitatif M etode k u a lita tif digunakan untuk kepentingan yang berbeda bila dibandingkan dengan metode kuantitatif. B erikut ini dikemukakan kapan metode k u a lita tif digunakan. a.



b.



c.



d.



B ila masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang atau m ungkin malah masih gelap. Kondisi semacam in i cocok d ite liti dengan metode ku alita tif, karena peneliti k u a lita tif akan langsung masuk ke obyek, melakukan penjelajahan dengan grant tour question, sehingga masalah akan dapat ditemukan dengan jelas. M e la lu i penelitian model in i, peneliti akan melakukan ekplorasi terhadap suatu obyek. Ibarat orang akan mencari sumber minyak, tambang emas dan lain lain. U ntuk memahami makna di balik data yang tampak. Gejala sosial sering tidak bisa difaham i berdasarkan apa yang diucapkan dan dilakukan orang. Setiap ucapan dan tindakan orang sering mempunyai makna tertentu. Sebagai contoh, orang yang menangis, tertawa, cemberut, mengedipkan mata, m e m iliki makna tertentu. Sering terjadi, menurut penelitian k u a n tita tif benar, tetapi justru menjadi tanda tanya menurut penelitian kua lita tif. Sebagai contoh ada 99 orang menyatakan bahwa A adalah pencuri, sedangkan satu orang menyatakan tidak. M ungkin yang satu orang in i yang benar. M enurut penelitian kuantitatif, cinta suami kepada isteri dapat diukur dari banyaknya sehari dicium . M enurut penelitian ku a litatif, semakin banyak suami mencium isteri, maka malah m enjadi tanda tanya, jangan-jangan hanya pura-pura. Data untuk mencari makna dari setiap perbuatan tersebut hanya cocok d ite liti dengan metode ku alita tif, dengan teknik wawancara mendalam, dan observasi berperan serta, dan dokumentasi. U ntuk memahami interaksi sosial. Interaksi sosial yang kompleks hanya dapat diurai kalau peneliti melakukan penelitian dengan metode k u a lita tif dengan cara iku t berperan serta, wawancara mendalam terhadap interaksi sosial tersebut. Dengan dem ikian akan dapat ditem ukan pola-pola hubungan yang jelas. M em aham i perasaan orang. Perasaan orang sulit dim engerti kalau tidak d ite liti dengan metode ku alita tif, dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam, dan observasi berperan serta untuk ikut merasakan apa yang dirasakan orang tersebut.



e. Untuk mengembangkan teori. Metode k u a lita tif paling cocok digunakan untuk mengembangkan teori yang dibangun m elalui data yang diperoleh melalui lapangan. Teori yang demikian dibangun m elalui grounded research. Dengan metode k u a lita tif peneliti pada tahap awalnya melakukan penjelajahan, selanjutnya melakukan pengumpulan data yang mendalam sehingga dapat ditemukan hipotesis yang berupa hubungan antar gejala. Hipotesis tersebut selanjutnya diverivikasi dengan pengumpulan data yang lebih mendalam. B ila hipotesis terbukti, maka akan menjadi tesis atau teori. f. Untuk memastikan kebenaran data. Data sosial sering sulit dipastikan kebenarannya. Dengan metode kualita tif, m elalui teknik pengumpulan data secara triangulasi/gabungan (karena dengan teknik pengumpulan data tertentu belum dapat menemukan apa yang d itu ju , maka ganti teknik lain), maka kepastian data akan lebih terjam in. Selain itu dengan metode kualitatif, data yang diperoleh d iu ji kredibilitasnya, dan penelitian berakhir setelah data itu jenuh, maka kepastian data akan dapat diperoleh. Ibarat mencari siapa yang menjadi provokator, maka sebelum ditemukan siapa provokator yang dimaksud maka penelitian belum dinyatakan belum selesai. Meneliti sejarah perkembangan. Sejarah perkembangan kehidupan seseorang tokoh atau masyarakat akan dapat dilacak m elalui metode kualitatif. Dengan menggunakan data dokumentasi, wawancara mendalam kepada pelaku atau orang yang dipandang tahu, maka sejarah perkembangan kehidupan seseorang. M isalnya akan m eneliti sejarah perkembangan kehidupan raja-raja di Jawa, sejarah perkembangan masyarakat tertentu sehingga masyarakat tersebut menjadi masyarakat yang etos kerjanya tinggi atau rendah. Penelitian perkembangan ini juga bisa dilakukan di bidang pertanian, bidang teknik seperti m eneliti kinerja mobil dan sejenisnya, dengan melakukan pengamatan secara terusmenerus yang dibantu kamera terhadap proses tumbuh dan berkembangnya bunga tertentu, atau mesin m obil tertentu.



g.



F. Jangka Waktu Penelitian Kualitatif Pada umumnya jangka waktu penelitian k u a lita tif cukup lama, karena tujuan penelitian k u a lita tif adalah bersifat penemuan. Bukan sekedar pembuktian hipotesis seperti dalam penelitian kuantitatif. Namun dem ikian kemungkinan jangka penelitian berlangsung dalam waktu yang pendek, bila telah ditemukan sesuatu dan datanya sudah jenuh. Ibarat mencari provokator, atau mengurai masalah, atau memahami makna, kalau semua itu dapat ditemukan dalam satu minggu, dan telah teruji kredibilitasnya, maka penelitian kualitatif dinyatakan selesai, sehingga tidak memerlukan waktu yang lama. Dalam Hal in i Susan Stainback menyatakan bahwa “ There is no way to give easy to how long it takes to do a qualitatitve research study. The



“ty p ic a l" study pro b ab ly last about a year. But the actual length o r duration depends on the recources, interest, and purposes o f the investigator. It also depends on the size o f the study and how much time the researcher puts into the study each day o r week” tidak ada cara yang mudah untuk menentukan berapa lama penelitian k u a lita tif dilaksanakan. Pada umumnya penelitian dilaksanakan dalam tahunan. Tetapi lamanya penelitian akan tergantung pada keberadaan sumber data, interest, dan tujuan penelitian. Selain itu juga akan tergantung cakupan penelitian, dan bagaimana peneliti mengatur waktu yang digunakan dalam setiap hari atau tiap minggu.



G.



Apakah Metode digabungkan.



Kualitatif



dan



Kuantitatif



dapat



Setiap metode penelitian m em iliki keunggulan dan kekurangan. Oleh karena itu metode k u a lita tif dan k u a ntita tif keberadaannya tidak perlu dipertentangkan karena keduanya justru saling melengkapi (complement each other). M etode penelitian k u a ntitatif cocok digunakan untuk penelitian yang masalahnya sudah jelas, dan umumnya dilakukan pada populasi yang luas sehingga hasil penelitian kurang mendalam. Sementara itu metode penelitian k u a lita tif cocok digunakan untuk m eneliti di mana masalahnya belum jelas, dilakukan pada situasi sosial yang tidak luas, sehingga hasil penelitian lebih mendalam dan bermakna. M etode k u a n tita tif cocok untuk menguji hipotesis/teori sedangkan metode k u a lita tif cocok untuk menemukan hipotesis/teori . Setiap calon peneliti harus sudah memahami karakteristik ke dua metode tersebut, sehingga tahu pasti kapan menggunakan metode k u a lita tif dan kuantitatif. Jangan sampai menyatakan menggunakan metode kualitatif, karena tidak tahu atau takut dengan statistik. Padahal m eneliti dengan metode k u a lita tif yang benar, jauh lebih sulit daripada menggunakan metode kuantitatif. Karena paradigma ke dua metode tersebut berbeda, maka sangat sulit menggabungkan metode tersebut digunakan dalam satu proses penelitian yang bersamaan. D alam hal in i Thomas D. Cook and Charles Reichardt, (1978) menyatakan “ To the conclusion that qualitative and quantitative methods themselves can never be used together. Since the methods are lin ke d to different paradigm s and since one must choose between mutually exclusive and antagonistic w orld views, one must also choose between the methods type” . Kesimpulannya, metode k u a lita tif dan k u a n tita tif tidak akan pernah dipakai bersama-sama, karena ke dua metode tersebut m em iliki paradigma yang berbeda dan perbedaannya bersifat m utually exclusive, sehingga dalam penelitian hanya dapat m em ilih salah satu metode. Seperti telah dikemukakan perbedaan ke dua metode m eliputi tiga hal, yaitu



perbedaan dalam aksioma, proses penelitian dan karakteristik penelitiannya itu sendiri. Menurut penulis, ke dua metode tersebut dapat digunakan bersamasama atau digabungkan, tetapi dengan catatan sebagai berikut. 1. Dapat digunakan bersama untuk meneliti pada obyek yang sama, tetapi tujuan yang berbeda. Metode k u a lita tif digunakan untuk menemukan hipotesis, sedangkan metode k u a n titatif digunakan untuk menguji hipotesis. Each metholology can be used to complement the other w ithin the same area o f inquiry, since they have different purposes o r aims (Susan Stainback, 1988) 2. Digunakan secara bergantian. Pada tahap pertama menggunakan metode kualitatif, sehingga ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut diuji dengan metode kuantitatif. 3. Metode penelitian tidak dapat digabungkan karena paradigmanya berbeda. Tetapi dalam penelitian ku a n tita tif dapat menggabungkan penggunaan teknik pengumpulan data (bukan metodenya), sepertinya penggunaan triangulasi dalam penelitian kua litatif. Dalam penelitian kuantitatif misalnya, teknik pengumpulan data yang utama misalnya menggunakan kuesioner, data yang diperoleh adalah data kuantitatif. Selanjutnya untuk memperkuat dan mengecek validitas data hasil kuesioner tersebut, maka dapat dilengkapi dengan observasi atau wawancara kepada responden yang telah memberikan angket tersebut, atau orang lain yang memahami terhadap masalah yang d ite liti. B ila data antara kuesioner dan wawancara tidak sama, maka dilacak terus sampai ditemukan kebenarannya data tersebut. B ila sudah dem ikian maka proses pengumpulan data seperti triangulasi dalam penelitian kualitatif. 4. Dapat menggunakan metode tersebut secara bersamaan, asal kedua metode tersebut telah difaham i dengan jelas, dan seseorang telah berpengalaman luas dalam melakukan penelitian. Bagi peneliti baru sebaiknya tidak b e rfik ir untuk menggunakan metode tersebut dengan cara menggabungkan.



H. Kompetensi peneliti kuantitatif dan kualitatif. Berikut ini dikem ukakan kompetensi yang perlu d im ilik i oleh peneliti kuantitatif dan ku alita tif.



I. Kompetensi Peneliti Kuantitatif a b



M e m ilik i wawasan yang luas dan mendalam tentang bidang yang akan diteliti, Mampu melakukan analisis masalah secara akurat, sehingga dapat ditemukan masalah penelitian yang betul-betul masalah,



c d e



f g h i



j k 1



M am pu menggunakan teori yang tepat sehingga dapat digunakan untuk memperjelas masalah yang d ite liti, dan merumuskan hipotesis penelitian, Memahami berbagai jenis metode penelitian kuantitatif, seperti metode survey, ekperimen, expost facto, evaluasi dan sejenisnya, Memahami teknik-teknik sampling, seperti probability sampling dan nonprobability sampling, dan mampu menghitung dan m em ilih jum lah sampel yang representatif dengan sampling error tertentu, M am pu menyusun instrumen untuk mengukur berbagai variabel yang d ite liti, mampu menguji validitas dan reliabilitas instrumen, M am pu mengumpulkan data dengan kuesioner, maupun dengan wawancara dan observasi, B ila pengumpulan data dilakukan oleh tim , maka harus mampu mengorganisasikan tim peneliti dengan baik, M am pu menyajikan data, menganalisis data secara kua n tita tif untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis penelitian yang telah dirumuskan, M am pu memberikan interpretasi terhadap data hasil penelitian maupun hasil pengujian hipotesis, M am pu membuat laporan secara sistematis, dan menyampaikan hasil penelitian ke fih a k-fih a k yang terkait, M am pu membuat abstraksi hasil penelitian, dan membuat artikel untuk dim uat ke dalam ju rn a l ilm iah.



2. Kom petensi peneliti kualitatif a b



c d e



f g h



M e m ilik i wawasan yang luas dan mendalam tentang bidang yang akan d ite liti, M am pu menciptakan rapport kepada setiap orang yang ada pada konteks sosial yang akan d ite liti. Menciptakan rapport berarti mampu membangun hubungan yang akrab dengan setiap orang yang ada pada konteks sosial, M e m ilik i kepekaan untuk melihat setiap gejala yang ada pada obyek penelitian (konteks sosial), M am pu menggali sumber data dengan observasi partisipan, dan wawancara mendalam secara triangulasi, serta sumber-sumber lain M am pu menganalisis data k u a lita tif secara in d u k tif berkesinambungan mulai dari analisis deskriptif, domain, komponensial, dan tema kultural/ budaya M am pu m enguji kredibilitas, dependabilitas, konfirm abilitas, dan transferabilitas hasil penelitian M am pu menghasilkan temuan pengetahuan, hipotesis atau ilm u baru M am pu membuat laporan secara sistematis, jelas, lengkap dan rinci



BAGIAN II



METODE PENELITIAN KUANTITATIF Pada bagian II ini terdiri atas sem bilan Bab yaitu Bab 2 sampai dengan Bab 9. Bab 2 berkenaan dengan proses penelitian, masalah, variabel dan paradigma penelitian; Bab 3 berkenaan dengan landasan teori, kerangka berfikir dan pengajuan hipotesis; Bab 4 berkenaan dengan m etode penelitian eksperimen; Bab 5 berkenaan dengan populasi dan sampel, Bab 6 berkenaan dengan skala pengukuran dan instrumen penelitian; Bab 7 berkenaan dengan teknik pengum pulan data, Bab 8 berkenaan dengan analisis data; dan Bab 9 diberikan contoh analisis data kuantitatif dan pengujian hipotesis



BAB 2



PROSES PENELITIAN, MASALAH, VARIABEL DAN PARADIGM A PENELITIAN A. Proses Penelitian Kuantitatif Proses penelitian ku a n tita tif pada gambar 2.1 berikut dikembangkan dari proses penelitian ku a n tita tif seperti yang tertera pada gambar 1.4.



Berdasarkan gambar 2.1 diberikan penjelasan sebagai berikut. Setiap penelitian selalu berangkat dari masalah, namun masalah yang dibawa peneliti ku a n tita tif dan k u a lita tif berbeda. Dalam penelitian kuantitatif, masalah yang dibawa oleh peneliti harus sudah jelas, sedangkan masalah



dalam penelitian ku a lita tif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki lapangan. Setelah masalah diidentifkasikan, dan dibatasi, maka selanjutnya masalah tersebut dirumuskan. Rumusan masalah pada umumnya dinyatakan ' dalam kalimat pertanyaan. Dengan pertanyaan in i maka akan dapat memandu peneliti untuk kegiatan penelitian selanjutnya. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka peneliti menggunakan berbagai teori untuk menjawabnya. Jadi teori dalam penelitian k u a n tita tif ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah penelitian tersebut. Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru menggunakan teori tersebut dinamakan hipotesis, maka [ hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan | masalah penelitian. Hipotesis yang masih merupakan jawaban sementara tersebut, selanjutnya akan dibuktikan kebenarannya secara empiris/nyata. U ntuk itu peneliti melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan pada populasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti. B ila populasi terlaiu \ luas, sedangkan peneliti m e m iliki keterbatasan waktu, dana dan tenaga, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diam bil dari populasi tersebut. Bila peneliti bermaksud membuat generalisasi, maka sampel yang diambil harus representatif, dengan teknik random sampling. Meneliti adalah mencari data yang teliti/akurat. U ntuk itu peneliti perlu menggunakan instrumen penelitian. Dalam ilm u -ilm u alam, teknik, dan ilmu-ilmu em pirik lainnya, instrumen penelitian seperti termometer untuk mengukur suhu, timbangan untuk mengukur berat semuanya sudah ada, sehingga tidak perlu membuat instrumen. Tetapi dalam penelitian sosial, sering instrumen yang akan digunakan untuk m eneliti belum ada, sehingga peneliti harus membuat atau mengembangkan sendiri. A gar instrumen dapat dipercaya, maka harus d iu ji validitas dan relibilitasnya. Setelah instrumen teruji validitas dan reliabilitasnya, maka dapat digunakan untuk mengukur variabel yang telah ditetapkan untuk d ite liti. Instrumen untuk pengumpulan data dapat berbentuk test dan nontest. U ntuk intrumen yang berbentuk nontest, dapat digunakan sebagai kuesioner, pedoman observasi dan wawancara. Dengan dem ikian teknik pengumpulan data selain berupa test dalam penelitian ini dapat berupa kuesioner, observasi dan wawancara. Data yang telah terkum pul selanjutnya dianalisis. A nalisis diarahkan untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan. Dalam penelitian k u a n tita tif analisis data menggunakan statistik. Statistik yang digunakan dapat berupa statistik d e skrip tif dan inferensial/induktif. Statistik inferensial dapat berupa statistik parametris dan statistik nonparametris. Peneliti menggunakan statistik inferensial bila penelitian dilakukan pada sampel yang diam bil secara random.



Data hasil analisis selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan. Penyajian data dapat mengunakan tabel, tabel distribusi frekuensi, grafik garis, g ra fik batang, piech art (diagram lingkaran), dan pictogram. Pembahasan terhadap hasil penelitian merupakan penjelasan yang mendalam dan interpretasi terhadap data-data yang telah disajikan. Setelah hasil penelitian diberikan pembahasan, maka selanjutnya dapat disim pulkan. Kesim pulan berisi jawaban singkat terhadap setiap rumusan masalah berdasarkan data yang telah terkumpul. Jadi kalau rumusan masalah ada lim a, maka kesimpulannya juga ada lima. Karena peneliti melakukan penelitian bertujuan untuk memecahkan masalah, maka peneliti berkewajiban untuk memberikan saran-saran. M ela lu i saran-saran tersebut diharapkan masalah dapat dipecahkan. Saran yang diberikan harus berdasarkan kesimpulan hasil penelitian. Jadi jangan membuat saran yang tidak berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. A pabila hipotesis penelitian yang diajukan tidak terbukti, maka perlu dicek apakah ada yang salah dalam penggunaan teori, instrumen, pengumpulan, analisis data, atau rumusan masalah yang diajukan.



B. Masalah Seperti telah dikemukakan bahwa pada dasarnya penelitian itu dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan untuk memecahkan masalah. U ntuk itu setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah. Seperti dinyatakan oleh Em ory (1985) bahwa, baik penelitian murni maupun terapan, semuanya berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian terapan, hasilnya langsung dapat digunakan untuk membuat keputusan. Jadi setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah, walaupun diakui bahwa m em ilih masalah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian (Tuckman, 1998). B ila dalam penelitian telah dapat menemukan masalah yang betul-betul masalah, maka sebenamya pekerjaan penelitian itu 50% telah selesai. Oleh karena itu menemukan masalah dalam penelitian merupakan pekerjaan yang tidak mudah, tetapi setelah masalah dapat ditemukan, maka pekerjaan penelitian akan segera dapat dilakukan.



1. Sum ber Masalah Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan. Stonner (1982) mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan, dan kompetisi.



a. Terdapat penyim pangan a n ta ra pengalam an dengan kenyataan Di dunia ini yang tetap hanya perubahan, namun sering perubahan itu tidak diharapkan oleh orang-orang tertentu, karena akan dapat menimbulkan masalah. Orang yang biasanya menjadi pim pinan pada bidang pemerintahan harus berubah ke bidang bisnis. Hal in i pada awalnya tentu akan muncul masalah. Orang atau kelom pok yang biasanya mengelola pemerintahan dengan sistem sentralisasi lalu berubah menjadi desentralisasi, maka akan muncul masalah. Orang biasanya menulis menggunakan mesin ketik manual harus ganti dengan komputer, maka akan muncul masalah. Apakah masalahnya sehingga perlu ada perubahan. Apakah masalahnya dengan sistem sentralisasi, sehingga perlu berubah menjadi sistem desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, apakah masalahnya sehingga kebijakan pendidikan selalu berubah, ganti menteri ganti kebijakan? Apakah masalahnya setelah terjadi perubahan? b. Terdapat penyim pangan a n ta ra dengan kenyataan



apa yang telah d ire n ca n a ka n



Suatu rencana yang telah ditetapkan, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan tujuan dari rencana tersebut, maka tentu ada masalah. M ungkin masih ingat bahwa pada era orde baru direncanakan pada tahun 2000 Bangsa Indonesia akan tinggal landas tetapi ternyata tidak, sehingga muncul masalah. Dengan adanya reformasi diharapkan harga-harga akan turun, ternyata tidak, sehingga timbul masalah. Direncanakan dengan adanya penataran pengawasan melekat, maka akan terjadi penurunan dalam ju m la h K K N , tetapi ternyata tidak sehingga tim bul masalah. Apakah masalahnya sehingga apa yang telah direncanakan tidak menghasilkan kenyataan. Jadi untuk menemukan masalah dapat diperoleh dengan cara m elihat dari adanya penyimpangan antara yang direncanakan dengan kenyataan. c. Ada pengaduan Dalam suatu organisasi yang tadinya tenang tidak ada masalah, ternyata setelah ada pihak tertentu yang mengadukan produk maupun pelayanan yang diberikan, maka tim bul masalah dalam organisasi itu. Pikiran pembaca yang dimuat dalam koran atau majalah yang mengadukan kualitas produk atau pelayanan suatu lembaga, dapat dipandang sebagai masalah, karena diadukan lewat media sehingga banyak orang yang menjadi tahu akan kualitas produk dan kualitas pelayanan. Dengan dem ikian orang tidak akan membeli lagi atau tidak menggunakan jasa lembaga itu lagi. Demonstrasi yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap suatu organisasi juga dapat menimbulkan masalah. Dengan dem ikian masalah penelitian dapat digali dengan cara menganalisis isi pengaduan.



d.



A d a k o m p e tis i



Adanya saingan atau kom petisi sering dapat menimbulkan masalah besar, b ila tidak dapat memanfaatkan untuk kerja sama. Perusahaan Pos dan G iro merasa mempunyai masalah setelah ada biro jasa lain yang menerima titipan surat, titipan barang, ada hand phone yang dapat digunakan untuk SMS, internet, e-m ail. Perusahaan Kereta A p i memandang angkutan umum jalan raya dengan Bus sebagai pesaing, sehingga menimbulkan masalah. Tetapi m ungkin PT. T elkom kurang mempunyai masalah karena tidak ada perusahaan lain yang memberikan jasa yang sama lewat telepon kabel, tetapi menjadi masalah setelah ada saingan telepon genggam (hand phone). D alam proposal penelitian, setiap masalah harus ditunjukkan dengan data. M isalnya penelitian tentang S D M , maka masalah SD M , harus ditunjukkan dengan data. Masalah S D M misalnya, berapa ju m la h S D M yang terbatas, jenjang pendidikan yang rendah, kompetensi dan produktivitas yang masih rendah. Data masalah dapat diperoleh dari hasil pengamatan pendahuluan terhadap hasil penelitian orang lain, atau dari dokumentasi. Data yang diberikan harus up to date, lengkap dan akurat. Jumlah data masalah yang dikemukakan tergantung pada jum lah variabel penelitian yang ditetapkan untuk d ite liti. Kalau penelitian berkenaan dengan 5 variabel, maka data masalah yang dikemukakan m inim al 5. Tanpa menunjukkan data, maka masalah yang dikemukakan dalam penelitian tidak akan dipercaya. Pada tabel 2.1 berikut diberikan contoh data tentang masalah SD M di Indonesia, yang menduduki rangking 110 dari 179 negara. In i menjadi masalah karena yang diharapkan S D M yang berkualitas tnggi tetapi kenyataannya S D M yang ada kualitasnya dibandingkan lebih rendah dari negara-negara lain.



T A B E L 2.1 P E R B A N D IN G A N H U M A N D E V E L O P M E N T IN D E X 16 N E G A R A T A H U N 2002 No.



Nilai HDI dan rangking Tahun



Negara 1975



1980



1985



1990



1990



2000



1.



Norw ay



0,859



0,877



0,888



0,901



0,894



0,925



1



2.



Australia



0,844



0,861



0,873



0,888



0,927



0,939



5



3.



USA



0,863



0,884



0,898



0,914



0,925



0,939



6



4.



G erm any



--



0,859



0,868



0,885



0,907



0,925



17



5.



China (Hongkong)



0,756



0,795



0,823



0,859



0,877



0,888



23



6.



Singapura



0,722



0,755



0,782



0,818



0,857



0,885



25



7.



Korea



0,691



0,732



0,774



0,815



0,852



0,882



27



8.



Brunei



-



-



-



-



-



0,856



32



Rk



9.



Panama



0,712



0,731



0,745



0,747



0,770



0,787



57



ia :



10.



Malaysia



0,616



0,659



0,693



0,722



0,760



0,782



59



in



It.



Saudi Arabia



0,587



0,646



0,670



0,706



0,737



0,759



71



a:



12.



Vietnam



-



-



0,583



0,605



0,649



0,688



109



13.



Indonesia



0,469



0,530



0,582



0,623



0,664



0,684



110



0,473



0,511



0,545



0,577



124



0,404



0,442



0,473



0,499



138



0,275



173



i:



14. India 0,372 0,345 '15. Pakistan 16. Sierra Leone Bnber: Human D evelopm ent R ep o rt (2003) 0,407



0,434



C. Rumusan M a s a la h ■musan masalah berbeda dengan masalah. Kalau masalah itu merupakan finjangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi, maka rumusan isalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya lalui pengumpulan data. Namun dem ikian terdapat kaitan erat antara salah dan rumusan masalah, karena setiap rumusan masalah penelitian hs didasarkan pada masalah.



1, Bentuk-bentuk Rum usan M asalah Penelitian lerti telah dikemukakan bahwa, rumusan masalah itu merupakan suatu :anyaan yang akan dicarikan jawabannya m elalui pengumpulan data. Jntuk-bentuk rumusan masalah penelitian ini dikembangkan berdasarkan pelitian menurut tingkat eksplanasi. (level o f explanation). Bentuk isalah dapat dikelom pokkan ke dalam bentuk masalah deskriptif, iparatif dan assosiatif. a, Rumusan m asalah D e s k rip tif : Rumusan masalah d e s k rip tif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan Higan pertanyaan terhadap keberadaan variabel m andiri, baik hanya pada Itu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian I peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, n mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain. Penelitian macam ini untuk selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif. ntoli rumusan masalah deskriptif: Seberapa baik kinerja Kabinet Bersatu? Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negeri Berbadan Hukum? Seberapa tinggi efektivitas kebijakan mobi! berpenumpang tiga di Jakarta?



I) Seberapa tinggi tingkat kepuasan dan apresiasi masyarakat terhadap pelayanan I pemerintah daerah di bidang kesehatan?



D ari beberapa contoh di atas terlihat bahwa setiap pertanyaan penelitian berkenaan dengan satu variabel atau lebih secara m andiri (bandingkan dengan masalah kom paratif dan assosiatif. Peneliti yang bermaksud mengetahui kinerja Kabinet Gotong Royong, sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi berbadan hukum, efektivitas kebijakan m obil berpenumpang tiga, tingkat kepuasan dan apresiasi masyarakat terhadap pelayanan pemerintah di bidang kesehatan adalah contoh penelitian deskriptif. b.



R u m u san M a s a la h K o m p a ra tif



Rumusan kom paratif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Contoh Rumusan masalahnya adalah sebagai berikut. 1) Adakah perbedaan produktivitas kerja antara Pegawai Negeri, BUMN dan Swasta? (satu variabel pada 3 sampel). 2)



Adakah kesamaan cara promosi antara perusahaan A dan B?



3)



Adakah perbedaan, kemampuan dan disiplin kerja antara pegawai Swasta Nasional, dan Perusahaan asing (dua variabel, pada dua sampel).



4)



Adakah perbedaan kenyamanan naik Kereta Api dan Bus menurut berbagai kelompok masyarakat.



5)



Adakah perbedaan daya tahan berdiri pelayan toko yang berasal dari kota dan desa, gunung (satu variabel pada 3 sampel).



6



Adakah perbedaan tingkat kepuasan masyarakat di Kabupaten A dan B dalam hal pelayanan kesehatan?



)



7) Adakah perbedaan kualitas manajemen antara Bank Swasta dan Bank Pemerintah. c.



R u m u sa n M a s a la h A s s o s ia tif



Rumusan masalah assosiatif adalah suatu rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu: hubungan sim etris, hubu ngan kausal, dan in tera ktif/re sip ro ca l/tim b al balik. 1) H u b u n g a n s im e tris Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan munculnya bersama. Jadi bukan hubungan kausal maupun interaktif, contoh rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: a)



Adakah hubungan antara banyaknya bunyi burung prenjak dengan tamu yang datangl Hal ini bukan berarti yang menyebabkan tamu datang adalah bunyi burung. (Di pedesaan Jawa Tengah ada kepercayaan kalau di depan rumah ada



bunyi burung Prenjak, maka diyakini akan ada tamu, di Jawa Barat, kupu-kupu dan tamu). b) Adakah hubungan antara banyaknya semut di pohon dengan tingkat manisnya



buahl c) Adakah hubungan antara warna rambut dengan kemampuan memimpinl d) Adakah hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan jumlah kejahatan? e) Adakah hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan sepatu yang dibeli? Contohjudul penelitiannya adalah sebagai berikut. (1) Hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan jumlah sepatu yang terjual. (2) Hubungan antara tinggi badan dengan prestasi kerja di bidang pemasaran. (3) Hubungan antara payung yang terjual dengan tingkat kejahatan.



2) Hubungan Kausal Hubungan kausal adalah hubungan yang b e rs ifa t sebab akibat. Jadi disini ada variabel independen (va ria b e l yang m e m p e n g a ru h i) dan dependen (dipe ng a ruh i), contoh: a) Adakah pengaruh sistem penggajian terhadap prestasi kerja? b) Seberapa besar masyarakat?



pengaruh



kepemimpinan



nasional



terhadap



perilaku



c) Seberapa besar pengaruh tata ruang kantor terhadap efisiensi kerja karyawan? d) Seberapa besar pengaruh kurikulum, media pendidikan dan kualitas guru terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah? Contohjudul penelitiannya: (a) Pengaruh insentif terhadap disiplin kerja karyawan di departemen X. (b)



Pengaruh gaya kepemimpinan dan tata ruang kantor terhadap efisiensi kerja di Departemen X. Contoh pertama dengan satu variabel independen dan contoh kedua dengan dua variabel independen.



3) Hubungan interaktif/resiprocal/timbal balik Hubungan in te r a k tif adalah hubungan yang s a lin g m em p e n g a ru h i. D i sini tidak d ik e ta h u i m ana variabel independen dan dependen, contoh: (a) Hubungan antara motivasi dan prestasi. Di sini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi dan juga prestasi mempengaruhi motivasi. (b) Hubungan antara kecerdasan dengan kekayaan. Kecerdasan dapat menyebabkan kaya, demikian juga orang yang kaya dapat meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi.



D. Variabel Penelitian 1. Pengertian Kalau ada pertanyaan tentang apa yang anda te liti, maka jawabannya berkenaan dengan variabel penelitian. Jadi variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh inform asi tentang hal tersebut, kemudian d ita rik kesimpulannya. Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai “ variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain (Hatch dan Farhady, 1981). Variabel juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. T in g gi, berat badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, d isip lin kerja, merupakan atribut-atribut dari setiap orang. Berat, ukuran, bentuk, dan warna merupakan atribut-atribut dari obyek. Struktur organisasi, model pendelegasian, kepemimpinan, pengawasan, koordinasi, prosedur dan mekanisme kerja, deskripsi pekerjaan, kebijakan, adalah merupakan contoh variabel dalam kegiatan administrasi. Dinamakan variabel karena ada variasinya. M isalnya berat badan dapat dikatakan variabel, karena berat badan sekelompok orang itu bervariasi antara satu orang dengan yang lain. D em ikian juga m otivasi, persepsi dapat juga dikatakan sebagai variabel karena misalnya persepsi dari sekelompok orang tentu bervariasi. Jadi kalau peneliti akan m em ilih variabel penelitian, baik yang d im ilik i orang obyek, maupun bidang kegiatan dan keilmuan tertentu, maka harus ada variasinya. Variabel yang tidak ada variasinya bukan dikatakan sebagai variabel. U ntuk dapat bervariasi, maka penelitian harus didasarkan pada sekelompok sumber data atau obyek yang bervariasi. K e rlin g e r (1973) menyatakan bahwa variabel adalah konstruk (■ constructs) atau sifat yang akan dipelajari. D iberikan contoh misalnya, tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status sosial, jenis kelamin, golongan gaji, produktivitas kerja, dan lain-lain. D i bagian lain Kerlinger menyatakan bahwa variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu n ila i yang berbeda (different values). Dengan dem ikian variabel itu merupakan suatu yang bervariasi. Selanjutnya K idder (1981), menyatakan bahwa variabel adalah suatu kualitas (qu alities) dimana peneliti m empelajari dan menarik kesimpulan darinya. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat dirumuskan di sini bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nila i dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian d ita rik kesimpulannya.



2. Macam-macam Variabel Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi: a. Variabel Independen: variabel in i sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau tim bulnya variabel dependen (terikat). b. Variabel Dependen'. sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.



Komiunen ixGrja \ (Variabel Independen)



N N Produktivitas Kerja y (Variabel Dependen)



Gambar 2.2. C ontoh hubungan va ria be l independen-dependen c. Variabel M o d e ra to r: adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel disebut juga sebagai variabel independen ke dua. Hubungan perilaku suami dan isteri akan semakin baik (kuat) kalau mempunyai anak, dan akan semakin renggang kalau ada fih a k ke tiga ikut mencampuri. D i sini anak adalah sebagai variabel moderator yang memperkuat hubungan, dan fihak ke tiga adalah sebagai variabel moderator yang memperlemah hubungan. Hubungan m otivasi cian produktivitas kerja akan semakin kuat bila peranan pem im pin dalam menciptakan ik lim kerja sangat baik, dan hubungan semakin rendah bila peranan pemimpin kurang baik dalam menciptakan ik lim kerja. d. Variabel in te rve n in g : dalam hal ini Tuckman (1988) menyatakan “ A n intervening variable is that fa c to r that theoretically affect the observed phenomenon but cannot be seen, measure, o r m anipulate” . Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diam ati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak di antara variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau tim bulnya variabel dependen.



Perilaku Isteri



Perilaku Suami (Variabel Independen)



(Variabel Dependen)



>



Jumlah Anak (Variabel Moderator) ___ .___________ ___ G a m b a r 2.3a.



C on toh hubungan va ria b e l m od erator, dependen.



independen-



Produktivitas Keija



Motivasi Kerja V



r



(Variabel Independen)



......



(Variabel Dependen)



Kepemimpinan (Variabel Moderator)



___________________ G a m b a r 2.3b.



C o n to h



hubungan



va ria b e l



indepe nden-



m o de ra tor, dependen. Pada contoh berikut dikemukakan bahwa tinggi rendahnya penghasilan akan mempengaruhi secara tidak langsung terhadap harapan hidup (panjang pendeknya umur). Dalam hal in i ada variabel antaranya, yaitu yang berupa gaya hidup seseorang. Antara variabel penghasilan dengan gaya hidup, terdapat variabel moderator, yaitu budaya lingkungan tempat tinggal.



G a m b a r 2.3.



C o n to h hubungan v a ria b e l m o d e ra to r-In te rv e n in g , dependen.



independen-



e. Variabel k o n tro l: adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel indepeden terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak d ite liti. V ariabel kontrol sering digunakan oleh peneliti, bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan. Contoh: pengaruh jenis pendidikan terhadap keterampilan dan mengetik. Variabel independenya pendidikan (SMU dan SMK), variabel kontrol yang ditetapkan sama misalnya, adalah naskah yang diketik sama, mesin tik yang digunakan sama, ruang tempat mengetik sama. Dengan adanya variabel kontrol tersebut, maka besarnya pengaruh jenis pendidikan terhadap ketrampilan mengetik dapat diketahui lebih pasti.



Gambar 2.4.



Contoh hubungan dependen.



variabel



independen-kontrol,



Untuk dapat menentukan kedudukan variabel independen, dan dependen, moderator, intervening atau variabel yang lain, harus d ilih a t konteksnya dengan dilandasi konsep teoritis yang mendasari maupun hasil dari pengamatan yang em piris. U ntuk itu sebelum peneliti m em ilih variabel apa yang akan d ite liti perlu melakukan kajian teoritis, dan melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada obyek yang akan d ite liti. Jangan sampai terjadi membuat rancangan penelitian dilakukan di belakang meja, dan tanpa mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang ada di obyek penelitian. Sering terjadi, rumusan masalah penelitian dibuat tanpa m elalui studi pendahuluan ke obyek penelitian, sehingga setelah dirum uskan ternyata masalah itu tidak menjadi masalah pada obyek penelitian. Setelah masalah dapat difaham i dengan jelas dan d ika ji secara teoritis, maka peneliti dapat menentukan variabel-variabel penelitiannya. Pada kenyataannya, gejala-gejala sosial itu m e liputi berbagai macam variabel saling terkait secara simultan baik variabel independen, dependen, moderator, dan intervening, sehingga penelitian yang baik akan mengamati semua variabel tersebut. Tetapi karena adanya keterbatasan dalam berbagai hal, maka peneliti sering hanya memfokuskan pada beberapa variabel penelitian saja, yaitu pada variabel independen dan dependen. Dalam penelitian k u a lita tif hubungan antara semua variabel tersebut akan diamati,



karena penelitian k u a lita tif berasumsi bahwa gejala itu tidak dapat diklasifikasikan, tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan {holistic).



E. Paradigma Penelitian Dalam penelitian ku a rititatif/po sitivistik, yang dilandasi pada suatu asumsi bahwa suatu gejala itu dapat diklasifikasikan, dan hubungan gejala bersifat kausal (sebab akibat), maka peneliti dapat melakukan penelitian dengan memfokuskan kepada beberapa variabel saja. Pola hubungan antara variabel yang akan d ite liti tersebut selanjutnya disebut sebagai paradigma penelitian. Jadi paradigma penelitian dalam hal ini diartikan sebagai pola pikir yang m enunjukkan hubungan antara variabel yang akan d ite liti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jum lah rumusan masalah yang perlu dijaw ab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jum lah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang akan digunakan. Berdasarkan hal in i maka bentuk-bentuk paradigma atau model penelitian k u a n tita tif khususnya untuk penelitian survey seperti gambar berikut:



1. Paradigma Sederhana Paradigma penelitian ini terdiri atas satu variabel independen dan dependen. Hal in i dapat digambarkan seperti gambar 2.5 berikut.



G a m b a r 2.5 P aradigm a Sederhana X = Kualitas alat



Y = Kualitas barang yag dihasilkan



Berdasarkan paradigma tersebut, maka kita dapat menentukan: a.



b.



Jumlah rumusan masalah de skrip tif ada dua, dan asso sia tif ada satu yaitu: 1) Rumusan masalah d e skrip tif (dua). a) Bagaimana X ?( Kualitas alat). b) Bagaimana Y? (kualitas barang yang dihasilkan). 2) Rumusan masalah assosiatif/hubungan (satu) a) Bagaimanakah hubungan atau pengaruh kualitas alat dengan kualitas barang yang dihasilkan. T eori yang digunakan ada dua, yaitu teori tentang alat-alat kerja dan tentang kualitas barang.



c. Hipotesis yang dirumuskan ada dua macam hipotesis d e skrip tif dan hipotesis assosiatif {hipotesis d e skrip tif sering tidak dirumuskan). 1) Dua hipotesis deskriptif: a) Kualitas alat yang digunakan oleh lembaga tersebut telah mencapai 70% baik b) Kualitas barang yang dihasilkan oleh lembaga tersebut telah mencapai 99% dari yang diharapkan 2) Hipotesis assosiatif: Ada hubungan yang p o s itif dan signifikan antara kualitas alat dengan kualitas barang yang dihasilkan. H al ini berarti bila kualitas alat ditingkatkan, maka kualitas barang yang dihasilkan akan menjadi semakin tinggi (kata signifikan hanya digunakan apabila hasil uji hipotesis akan digeneralisasikan ke populasi di mana sampel tersebut diam bil) d. Teknik analisis Data Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis tersebut, maka dapat dengan mudah ditentukan teknik statistik yang digunakan untuk analisis data dan menguji hipotesis. 1) Untuk dua hipotesis deskriptif, bila datanya berbentuk interval dan ratio, maka pengujian hipotesis menggunakan t-test one sampel. 2) Untuk hipotesis assosiatif, bila data ke dua variabel berbentuk interval atau ratio, maka menggunakan teknik Statistik Korelasi Product M om ent (liha t pedoman umum m e m ilih teknik statistik untuk pengujian hipotesis).



2. Paradigma Sederhana Berurutan Dalam paradigma ini terdapat lebih dari dua variabel, tetapi hubungannya masih sederhana. L ih a t gambar 2.6.



x?



Xi X j = k u a lita s in p u t X 2 = k u a lita s proses Gambar 2.6



X 3 = ku a lita s o u tp u t Y = ku a lita s o u tco m e



Paradigma sederhana, menunjukkan hubungan antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen secara berurutan. U ntuk mencari hubungan antar variabel (X i dengan X 2; X 2 dengan X 3 dan X 3 dg Y ) tersebut digunakan teknik korelasi sederhana. N aik turun harga Y dapat diprediksi melalui persamaan regresi Y atas X 3, dengan



persamaan Y = a + b X 3. Berdasarkan contoh 1 tersebut, berapa jum lah rumusan masalah, d e skrip tif dan assosiatif?



3. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Indepeden Dalam paradigma ini terdapat dua variabel independen dan satu dependen. D alam paradigma in i terdapat 3 rumusan masalah deskriptif, dan 4 rumusan masalah assosiatif (3 korelasi sederhana dan 1 korelasi ganda). Gambar 2.8.



r3



X i = lin g k u n g a n keluarga;



Y



= keberhasilan usaha;



X 2 = d e m o g ra fi; Gambar 2.7



Paradigma ganda dengan dua variabel independen X , dan X 2, dan satu variabel dependen Y . U ntuk mencari hubungan X i dengan Y dan X 2 dengan Y , menggunakan teknik korelasi sederhana. U ntuk mencari hubungan X] dengan X 2 secara bersama-sama terhadap Y menggunakan korelasi ganda.



4. Paradigma Ganda dengan Tiga Variabel Indepeden D alam paradigma in i terdapat tiga variabel indepeden ( X b X 2, X 3) dan satu dependen (Y ). Rumusan masalah d e skrip tif ada 4 dan rumusan masalah assosiatif (hubungan) untuk yang sederhana ada 6 dan yang ganda minimal 1. (lih at gambar 2.9 berikut)



Gambar 2.8 Paradigma ganda dengan tiga variabel independen



X| = Kualitas mesin; X2 = Gaya kepemimpinan manajer;



X 3 = Sistem karir; Y = Produktivitas kerja



Gambar 2.8 adalah paradigma ganda dengan tiga variabel independen yaitu X i, X 2, dan X 3. U ntuk mencari besarnya hubungan antara X , dengan Y ; X 2 dengan Y ; X 3 dengan Y ; X , dengan X 2; X 2 dengan X 3; dan X i dengan X 3 dapat menggunakan korelasi sederhana. U ntuk mencari besarnya hubungan antar X i secara bersama-sama dengan X 2 dan X 3 terhadap Y digunakan korelasi ganda. Regresi sederhana, dan ganda serta korelasi parsial dapat diterapkan dalam paradigma ini.



5. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Dependen



X = tingkat pendidikan Y2 = disiplin kerja



Y t = gaya kepemimpinan



Gambar 2.9 Paradigma ganda dengan satu variabel independen dan dua dependen. U ntuk mencari besarnya hubungan antara X dan Y ], dan X dengan Y 2 digunakan teknik korelasi sederhana. D em ikian juga untuk Y j dengan Y 2. A nalisis regresi juga dapat digunakan di sini.



6. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Indepeden dan Dua Dependen Dalam paradigma in i terdapat dua variabel independen (X ,, X 2) dan dua variabel dependen (Y i dan Y 2). Terdapat 4 rumusan masalah deskriptif, dan enam rumusan masalah hubungan sederhana. K orelasi dan regresi ganda juga dapat digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel secara simultan.



X i = kebersihan K e re ta;



Y i = ju m la h tik e t yang te rju a l;



X 2 = pelayanan K A ;



Y 2 = kepuasan P enum pang K A ;



Gambar 2.10 Adalah paradigma ganda dua variabel independen dan dua variabel dependen. Hubungan antar variabel r b r2, r3, r4, r5, dan r 6 dapat dianalisis dengan korelasi sederhana. Hubungan antara X i bersama-sama dengan X 2 terhadap Y) dan X , dan X 2 bersama-sama terhadap Y 2 dapat dianalisis dengan korelasi ganda. Analisis regresi sederhana maupun ganda dapat juga digunakan untuk memprediksi jumlah tiket yang terjual dan kepuasan penumpang Kereta A pi.



7. Paradigma Jalur



X i = Status Sosial Ekonomi, X 3 = Motivasi berprestasi, (n ach)



X 2 = IQ; Y = Prestasi belajar (achievement)



Gambar 2.11 Paradigma ja lu r. Teknik analisis S tatistik yang digunakan dinamakan path analysis (analisis ja lu r). Analisis dilakukan dengan menggunakan korelasi dan regresi sehingga dapat diketahui untuk sampai pada variebel dependen terakhir, harus lewat ja lu r langsung, atau melalui variabel intervening. Dalam paradigma itu terdapat empat rumusan masalah deskriptif, dan 6 rumusan masalah hubungan. Paradigma penelitian gambar 2.11 dinamakan paradigma ja lu r, karena terdapat variabel yang berfungsi sebagai ja lu r antara (X 3). Dengan adanya variabel antara in i, akan dapat digunakan untuk mengetahui apakah untuk mencapai sasaran akhir harus melewati variabel antara itu atau bisa langsung ke sasaran akhir. D ari gambar terlihat bahwa, m urid yang berasal dari status sosial ekonom i tertentu X i, tidak bisa langsung mencapai prestasi belajar yang tinggi Y (korelasi 0,33) tetapi harus m elalui peningkatan m o tif berprestasinya X 2 (r = 0,41) dan baru dapat mencapai prestasi Y (r = 0,50). Tetapi bila m urid mempunyai IQ yang tinggi (X 2) maka mereka langsung



pat mencapai prestasi (Y ) dengan r = 0,57. Contoh tersebut diberikan oleh erlinger. Bentuk-bentuk paradigma penelitian yang lain masih cukup banyak, contoh-contoh yang diberikan terutama dikaitkan dengan teknik statistik ig dapat digunakan. T eknik statistik yang bersifat m enguji perbedaan i tercermin pada paradigma yang telah diberikan, tetapi akan lebih pak pada paradigma penelitian dengan metode eksperimen. Dalam fksperimen misalnya akan dapat d iu ji hipotesis yang menyatakan ada tidaknya perbedaan produktivitas kerja antara lembaga yang dipim pin pria dengan wanita. dan



Universitas Negeri Yogyakarta (1987) dalam pedoman penulisan tesisnya memberikan contoh paradigma penelitian seperti ditunjukkan pada gambar 2.12 berikut. A nalisis statistik yang digunakan sudah lebih f kompleks, dari pada paradigma yang telah diberikan pada contoh ■ sebelumnya.



Gambar 2.12. P a ra d ig m a a n ta r U bahan M o d e l R ecursive Keterangan gambar 2.12 X| X2 X3 X4 Y| Y2 Y3



tingkat sosial ekonomi keluarga tingkat kecerdasan (IQ) siswa kualitas guru fasilitas sekolah motivasi berprestasi aspirasi pendidikan dan jabatan prestasi belajar secara keseluruhan



Nurtain (1983) dalam disertasinya yang berjudul: “ Gaya dan W ibaw a Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam M engelola Kematangan Guru dan Hubungan dengan H asil Belajar M u rid ” memberikan paradigma penelitian seperti gambar 2.13.



enteseden



Kepala Sekolah



Gambar 2.13



Guru



Paradigma penelitian: gaya dan wibaw a kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola kematangan guru dan hubungannya dengan hasil belajar (N urtain, 1983)



F. M enem ukan Masalah Pada dasarnya setiap orang m e m iliki masalah, bahkan orang yang tidak mempunyai masalah akan dimasalahkan oleh orang lain (hanya orang gila yang tidak mempunyai masalah). Namun seperti telah dikemukakan bahwa menemukan masalah yang betul-betul masalah bukanlah pekerjaan mudah. Oleh karena itu b ila masalah penelitian telah ditemukan, maka pekerjaan penelitian telah 50% selesai. Dengan dem ikian pekerjaan menemukan masalah merupakan 50% dari kegiatan penelitian. U ntuk menemukan masalah dapat dilakukan dengan cara melakukan analisis masalah, yaitu dengan pohon masalah. Dengan analisis masalah melalui pohon masalah ini, maka permasalahan dapat diketahui mana masalah yang penting, yang kurang penting dan yang tidak penting. Melalui analisis masalah in i juga dapat diketahui akar-akar permasalahannya. B erikut ini diberikan contoh analisis terhadap faktor-faktor yang diduga menjadi masalah sehingga produktivitas kerja pegawai rendah. Analisis masalah menggunakan paradigma dari Sutermeister (1976) tentang faktor-



2> r > o



-> t—



z z>i>coc»cn-o



z>o



e -) 7; > ?



ta' 1 ~ lO ; p3o 4 ^ CTQ



3 n> *3T3 CD



3 *c-t rr



crq p



o oc7T r-t-



"O CD



CTQ



CD



— t



P



X) P



CL P



M isalnya dalam suatu organisasi produktivitasnya rendah, atau banyak pengaduan dari masyarakat tentang kualitas pelayanan yang diberikan oleh organisasi tersebut. Berdasarkan masalah tersebut, maka selanjutnya dilakukan analisis, apakah yang menyebabkan produktivitas kerja organisasi tersebut rendah. M enurut paradigma pada gambar 2.14 tersebut, rendahnya produktivitas kerja organisasi disebabkan oleh rendahnya produktivitas kerja orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut. Mengapa produktivitas kerja orang-orang dalam organisasi tersebut rendah, maka perlu dianalisis lagi. M enurut paradigma tersebut rendahnya produktivitas orang dalam organisasi bisa disebabkan oleh variabel job perform ance dan teknologi. M ela lu i dua variabel tersebut selanjutnya diam ati, apakah job perform ance orang yang rendah atau faktor teknologi sebagai alat kerja yang kurang baik. M e la lu i hasil pengamatan dan analisis ternyata ditemukan bahwa alat-alat kerja masih cukup baik, tetapi jo b perform ance orang-orang yang rendah. Berdasarkan hal tersebut, maka masalahnya telah ditemukan, yaitu jo b perform ance orang/pegawai sebagai menyebabkan produktivitas kerja pegawai rendah. Setelah ditemukan bahwa ternyata penyebab utama produktivitas kerja pegawai adalah terletak pada orang-orangnya dan bukan alat-alat kerjanya, maka selanjutnya dianalisis lagi permasalahan tersebut. Mengapa job perform ance (penampilan kerja) para pegawai rendah? M enurut paradigma tersebut terdapat dua variabel yang diduga sebagai penyebab rendahnya penampilan kerja yaitu variabel kemampuan kerja dan motivasi kerja. Berdasarkan dua variabel tersebut, selanjutnya dilakukan pengamatan dan analisis, apakah penyebab utama sehingga penampilan kerja pegawai rendah. Hasil pengamatan sementara dan analisis (m isalnya) menemukan bahwa sebenarnya kemampuan kerja pegawai cukup tinggi, tetapi m otivasi kerjanya yang rendah. Dengan dem ikian yang menjadi masalah adalah m otivasi kerja pegawai yang rendah. M enurut paradigma tersebut rendahnya motivasi kerja, bisa disebabkan oleh variabel kondisi sosial tempat kerja, kebutuhan in d ividu, dan kondisi fis ik tempat kerja. Berdasarkan hal tersebut selanjutnya dilakukan pengamatan dan analisis, dan misalnya untuk sementara ditemukan bahwa ternyata ke tiga variabel tersebut merupakan variabel-variabel yang diduga secara bersama-sama menyebabkan m otivasi kerja pegawai rendah. Pada variabel kondisi sosial yang menjadi permasalahan utama karena sistem prom osi yang tidak baik dan keterikatan anggota kurang. Selanjutnya pada variabel kebutuhan in d ivid u ditemukan permasalahan utama adalah pada hubungan sosial yang tidak baik, dan pada variabel kondisi fis ik tempat kerja, permasalahannya adalah pada tata ruang kerja yang tidak baik. Berdasarkan hal tersebut yang menjadi masalah yaitu yang diduga penyebab



motivasi kerja pegawai rendah adalah sistem promosi yang kurang baik, keterikatan anggota dalam organisasi inform al kurang, hubungan sosial dalam organisasi formal kurang baik, dan tata ruang kerja juga tidak baik. Melalui analisis masalah dengan pohon masalah (pohonnya m iring ke kanan) tersebut, permasalahan dalam penelitian dapat dirumuskan ke dalam paradigma penelitian seperti gambar 2.15 berikut. B ila variabel produktivitas kerja tidak ada, maka ju d u l penelitiannya dapat dirumuskan seperti berikut. “Pengaruh sistem promosi, keterikatan anggota dalam o rganisasi inform al, hubungan sosial, dan tata ruang kerja, terhadap m otivasi kerja, dan dampak selanjutnya terhadap produktivitas k e rja ” . Tetapi dalam karena paradigma tersebut, masih terdapat produktivitas kerja, maka jud u ln ya akan menjadi panjang bila tiap variabel disebutkan dalam ju d u l. Oleh karena itu judulnya dapat dipersingkat sebagai berikut. “ Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja pe gaw ai". Berdasarkan ju d u l yang singkat tersebut, peneliti harus menjelaskan faktor-faktor tersebut berisi variabel yang terkait dengan motivasi kerja dan penampilan kerja dan selanjutnya dirumuskan dalam paradigma penelitian. Dalam penelitian in i variabel independen dari variabel produktivitas kerja (Y ) adalah penampilan kerja (X 3); variabel independen dari penampilan kerja adalah m otivasi kerja (X 2); selanjutnya variabel indepeden dari m otivasi kerja terdapat empat macam, yaitu sistem promosi (X j), keterikatan anggota dalam organisasi inform al (X 2), hubungan sosial dalam pekerjaan(X3), dan tata ruang tempat kerja (X 4). Sistem Promosi Keterikatan anggota



dim organisasi informal



motivasi Kerja



Penampilan Kerja



V



Produktivitas Kerja



Hubungan sosial dalam pekerjaan



Tata ruang dalam pekerjaan



Gambar 2.15.



H asil analisis masalah terhadap rendahnya produktivitas lembaga, yang selanjutnya dirumuskan dalam paradigma penelitian.



LAN D ASAN TEO R I, KERANGKA B ER FIKIR DAN PENGAJUAN H IPO TESIS A. Pengertian Teori Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka lawgkah kedua dalam proses penelitian (ku a n tita tif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian (Sumadi Suryabrata, 1990). Landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (tria l and error). Adanya landasan teoritis ini merupakan c iti bahwa penelitian itu merupakan cara ilm iah untuk mendapatkan data. Setiap penelitian selalu menggunakan teori. Seperti dinyatakan oleh Neumen (2003) "Researchers use theory differently in various types of research hut some type o f theory is present in most s o c ia l research" K erlinger (1978) mengemukakan bahwa Theory is a set o f interrelated construct (concepts), definitions, and proposition that present a systematic view o f phenom ena by specifying relations among variables, with purpose of explaining and p re d ictin g the phenomena. Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, m elalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. W ilia m W iersma (1986) menyatakan bahwa: A theory is a generalization or series o f generalization by w hich we attempt to explain one phenomena in a systematic manner. Teori adalah generalisasi atau] kumpuian generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik. Cooper and Schindler (2003), mengemukakan bahwa, A theory is a set o f system atically interrelated concepts, definition, an d proposition that are



advanced to explain and predict phenomena (fact). Teori adalah seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang tersusun secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. Selanjutnya Sitirahayu Haditono (1999), menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti yang penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan, dan meramalkan gejala yang ada. Mark 1963, dalam (Sitirahayu Haditono, 1999), membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga teori yang dimaksud in i berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian dapat dibedakan antara lain: 1. Teori yang deduktif: memberi keterangan yang dim ulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data akan diterangkan 2. Teori yang induktif: cara menerangkan adalah dari data ke arah teori. Dalam bentuk ekstrim titik pandang yang p o s itiv is tik ini dijum pai pada kaum behaviorist 3. Teori yang fungsional: di sini nampak suatu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi data Berdasarkan tiga pandangan in i dapatlah disim pulkan bahwa teori dapat dipandang sebagai berikut. 1. Teori menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara logis. Hukum-hukum ini biasanya sifat hubungan yang deduktif. Suatu hukum menunjukkan suatu hubungan antara variabel-variabel em piris yang bersifat ajeg dan dapat diram al sebelumnya 2. Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu kelompok hukum yang diperoleh secara em piris dalam suatu bidang tertentu. D i sini orang mulai dari data yang diperoleh dan dari data yang diperoleh itu datang suatu konsep yang teoritis (in d u k tif) 3. Suatu teori juga dapat m enunjuk pada suatu cara menerangkan yang menggeneralisasi. D i sini biasanya terdapat hubungan yang fungsional antara data dan pendapat yang teoritis Berdasarkan data tersebut di atas secara umum dapat d ita rik kesimpulan bahwa, suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem pengertian ini diperoleh m elalui, jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat d iu ji kebenarannya, bila tidak, dia bukan suatu teori. Teori semacam in i mempunyai dasar em piris. Suatu teori dapat memandang gejala yang dihadapi dari sudut yang berbeda-beda, misalnya dapat dengan menerangkan, tetapi dapat pula dengan menganalisa dan menginterpretasi secara k ritis (Habermas, 1968). M isalkan melukiskan suatu konflik antar generasi yang dilakukan oleh ahli teori yang berpandangan emansipatoris akan berlainan dengan cara m elukiskan seorang ahli teori lain tidak berpandangan emansipatoris.



T eori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkal konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis. Secara umum, teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk m enjelaskan (explanation), m eram alkan (p re d ictio n ), dan pen gend alian (co ntro l) suatu gejala. Mengapa kalau besi kena panas memuai, dapat dijawab dengan teori yang berfungsi menjelaskan. Kalau besi dipanaskan sampai 75° C berapa pemuaiannya, dijaw ab dengan teori yang berfungsi meramalkan. Selanjutnya berapa ja ra k sambungan rel kereta api yang paling sesuai dengan kondisi ik lim Indonesia sehingga kereta api jalannya tidak terganggu karena sambungan dijaw ab dengan teori yang berfungsi mengendalikan.. Dalam bidang Adm inistrasi H oy & M iskel (2001) mengemukakan definisi teori sebagai berikut. “ Theory in adm inistration, however has the same role as theory in physics, chemistry, o r biology; that is providing general explanations and guiding research” . Selanjutnya didefinisikan bahwa teori adalah seperangkat konsep, asumsi, dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi. “ Theory is a set o f interrelated concepts, assumptions, and generalizations that system atically describes and explains regularities in behavior in organizations ” . Berdasarkan yang dikemukakan H oy & M iskel (2001) tersebut dapat dikemukakan d isin i bahwa, 1 ) teori itu berkenan dengan konsep, asumsi dan generalisasi yang logis, 2 ) berfungsi untuk mengungkapkan, menjelaskan dan mem prediksi perilaku yang m e m iliki keteraturan, 3) sebagai stimulan dan panduan untuk mengembangkan pengetahuan. Selanjutnya H oy & M iskel (2001) mengemukakan bahwa komponen teori itu m eliputi konsep dan asumsi. A concept is a term that has been given an abstract, generalized meaning. Konsep merupakan istilah yang bersifat abstrak dan bermakna generalisasi. Contoh konsep dalam administrasi adalah leadership (kepemimpinan), satisfaction (kepuasan) dan informal organization (organisasi inform al). Sedangkan asumsi merupakan pernyataan diterim a kebenarannya tanpa pembuktian. A n assumption, accepted w ithout p ro o f are not necessarily self-evident. B erikut ini diberikan contoh asumsi dalam bidang administrasi. 1. 2.



A dm inistrasi merupakan generalisasi tentang perilaku semua manusia dalam organisasi A dm inistrasi merupakan proses pengarahan dan pengendalian kehidupan dalam organisasi sosial.



Setiap teori akan mengalami perkembangan, dan perkembangan itu terjadi apabila teori sudah tidak relevan dan kurang berfungsi lagi untuk mengatasi masalah. B eriku t diberikan contoh perkembangan teori manajemen seperti ditunjukkan pada tabel 3.1 dan tabel 3.2



TABEL 3.1 PERKEMBANGAN TEORI ADMINISTRASI/MANAJEMEN Period Classical organizatio naltheory



M anagem ent Elem ents



Leadership Organization Production Process



Human Relation Approach



Authority Administration Reward Structure Leadership Organisasi Production Process Authority Administration Reward



Behavior science approach



Structure Consideration of all major elem ents with heavy em phasis on contingency leadership, culture, transform ational, and system theory



Procedures



C o n tr ib u tio n an d B asic C oncept



Taylor (time and motion Top to bottom study, functional supervisor, M achine piece rate) Individual Fayol (five basic functions, fourteen principles of Anticipated m anagem ent) consequences Gulick (POSDCoRB) Rule; coercive W eber (ideal bureaucracy) Leader separate Economic Formal Mayo, Reothlisberger, and All direction Dickson (Hawthorne Organism studies); intellectual undercurrents: Lewin (group Group dynam ic); Lewin, Lippitt, Unanticipated and W hite (leadership consequences studies); Roger (clientGroup Norm centered therapy); M oreno (sociom etric technique); Participative W hyte (hum an relation in the Social and restaurant industry); Homes psychological (sm all groups) Informal Barnard (cooperative system ); Bakke (fusion process); Argyris (optim al actualization-organizational and individual); Getzel and Guba (social system theoryhom othetic and idiographic); M aslow (need hierarchy); Hertzberg (hygiene-m otivation); M cGregor (theory X and Y); Likert (System 1 -4 ); Halpin and Croft (openclosed climate); Blake and M outon (leadership grid), Etzioni (com pliance theory), M intzberg (structure of organization); Hersey and Blanchard (situational leadership); Bennis (leadership-unconsciously); Bass (transform ational leadership); Senge (learning organization); Bolman and Deal (refram ing organizations); Dem ing (TQM).



TABEL 3.2 MANAGEMENT MOVEMENT No.



Nama Gerakan Manajemen



1.



US Industrial (before 1875)



Revolution



2.



C aptain o f industry (1895 1900)



Bentuk Peristiwa



Steam pow er (1 7 9 0 - 1810) Railroad boom (1 8 3 0 - 1850) Telegraph (1844) Form ation o f cooperate giant; John D. R ockefeller (oil) James B. Duke (tobacco) Andrew C arnegie (steel) C ornelius V aderbult (shipping & railroaded)



3. 4. 5.



6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.



Henry Tow ne “The engineer as economist" 1886 T aylor’s W ork (1 8 9 5 - 1915) Henry Fayol (1915) Founding M anagerial scients (1920’s) How thorne study, led by Elton M ayo (1924 1932) H um an Relation M ovem ent M ary Parker Follet (1920 - 1933) C hester Barnard (1938) S tarr’s translation o f royal work (1949) Ralph Davis, Top m anagem ent Planning (1951) M anagem ent Process Period George Terry, Principle M anagem ent (1953) (1950’s - 1960’s) K oontz and O ’D onnell, Principle Management (1955) M anagem ent theory jungle Proses approach; quantitative approach; Behavior (1960’s) approach System A pproach (1960’s - Integrating the various approach to study of 1970’s m anagem ent C om bines certain characteristic o f traditional Theory Z (1980’s) Japanese and A m erican approach A ttem pt to lea m anagem ent lesson from a group Search for excellence (1980’s) U S 1961 - 1980. International M ovem ent Increase o f international global m arket and of (1980’s - 1990’s) m anagerial approaches fluid organization m ultdiscipilinary % International m ovem ent into 2"1* Extremely multi skilled teams Scientific M anagem ent era (1 8 9 5 - 1920) Period o f solidification (1920 1930’s)



Mengapa K K N tidak bisa diberantas di era reformasi saat ini, dapat dijelaskan m elalui teori yang berfungsi menjelaskan. Setelah K K N tidak bisa diberantas, maka bagaimana akibatnya terhadap perekonomian nasional, dijaw ab dengan teori yang berfungsi prediksi. Supaya K K N tidak terjadi lagi di Indonesia apa yang perlu dilakukan, dijawab dengan teori yang berfungsi pengendalian (fungsi kontrol).



B. T in g k a ta n d an F o k u s Te ori Numan (2003) mengemukakan tingkatan teori (level o f theory) menjadi tiga yaitu, micro, meso, dan macro. M ic ro level theory: sm all slices o f time, space, o r a num ber o f people. The concept are usually not very abstract. M eso-level theory: attempts to lin k m acro and m icro levels o r to operate at an intermediate level. Contoh teori organisasi dan gerakan sosial, atau komunitas tertentu. M a c ro level theory: concerns the operation o f larger aggregates such as so cia l institutions, entire culture systems, and whole societies. It uses more concepts that are abstract Selanjutnya fokus teori dibedakan menjadi tiga yaitu teori subvasiskj teori form al, dan m idle range theory. Subtantive theory is developed f o r a specific area o f so cia l concern, such as deliquent gangs, strikes, diforce, or



ras relation. Formal theory is developed f o r a broad conceptual area in general theory, such as deviance; socialization, o r power. M id le range theory are slightly more abstract than em p irical generalization o r specific hypotheses. Midle range theories can be fo rm a l o r subtantive. M id le range theory is princippally used in sociology to guide e m p irica l inquiry. Teori yang digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan d iu ji melalui pengumpulan data adalah teori subtantif, karena teori in i lebih fokus berlaku untuk obyek yang akan d ite liti.



C. Kegunaan teori dalam penelitian Cooper and Schindler (2003), menyatakan bahwa kegunaan teori dalam penelitian adalah: I I. 2. ]. 4. 5.



Theory narrows the range o f fa c t we need to study Theory suggest which research approaches are lik e ly to y ie ld the greatest meaning Theory suggest a system f o r the research to impose on data in o rder to classify them in the most m eaningfid way Theory summarizes what is known about object o f study and states the uniformities that lie beyond immediate observation Theory can be used to pre d ict fu rth e r fa c t that should be found.



Wiliam Wiersma (1986) menyatakan bahwa “ B a s ic a lly , theory helps provide a frame work by serving as the point o f departure f o r pu rsuit o f a research problems. The theory identifies the c ru c ia l factors. It provides a guidefor systematizing and interrelating the various fa ce ts o f research. How ever, besides providing the systematic view o f the fa c to rs under study, the theory also may very w ell identify gaps, weak points, and inconsistencies that indicate the need f o r ad ditio na l research. Also, the development o f theory may light the way f o r continued research on the phenomena under study. Another fu nction o f theory is provide one o r more generalization that canbe test and used in p ra c tic a l applications and fu rth e r re se arch ” Semua penelitian bersifat ilm iah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori. Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus sudah jelas, karena teori di sini akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian. Oleh karena itu landasan teori dalam proposal penelitian ku a n tita tif harus sudah jelas teori apa yang * akan dipakai. Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang pertama digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variabel yang akan d ite liti. Fungsi teori yang kedua (prediksi dan pemandu untuk menemukan fakta) adalah untuk merumuskan hipotesis



dan menyusun instrumen penelitian, karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif. Selanjutnya fungsi teori yang ke tiga (kon tro l) digunakan mencandra dan membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dalam upaya pemecahan masalah. D alam proses penelitian seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.1, terlihat bahwa untuk dapat mengajukan hipotesis penelitian, maka peneliti harus membaca buku-buku dan hasil-hasil penelitian yang relevan, lengkap dan m utakhir. Membaca buku adalah prinsip b e rfik ir deduksi dan membaca hasil penelitian adalah prinsip b e rfik ir induksi. Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori, dan kerangka berfikir, sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrumen penelitian.



D. Deskripsi Teori Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (dan bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang d ite liti. Berapa jumlah kelom pok teori yang perlu dikemukakan/dideskripsikan, akan tergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah variabel yang d ite liti. B ila dalam suatu penelitian terdapat tiga variabel independen dan satu dependen, maka kelom pok teori yang perlu dideskripsikan ada empat kelompok teori, yaitu kelom pok teori yang berkenaan dengan tiga variabel independen dan satu dependen. Oleh karena itu, semakin banyak variabel yang d ite liti, maka akan semakin banyak teori yang perlu dikemukakan. D eskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang d ite liti, m elalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah. Teori-teori yang dideskripsikan dalam proposal maupun laporan penelitian dapat digunakan sebagai indikator apakah peneliti menguasai teori dan konteks yang d ite liti atau tidak. Variabel-variabel penelitian yang tidak dapat dijelaskan dengan baik, baik dari segi pengertian maupun kedudukan dan hubungan antar variabel yang d ite liti, menunjukkan bahwa peneliti tidak menguasai teori dan konteks penelitian. U ntuk menguasai teori, maupun generalisasi-generalisasi dari hasil penelitian, maka peneliti harus rajin membaca. Orang harus membaca dan membaca, dan menelaah yang dibaca itu setuntas m ungkin agar ia dapat menegakkan landasan yang kokoh bagi langkah-langkah berikutnya.



Membaca merupakan keterampilan yang harus dikembangkan dan dipupuk (Sumadi Suryabrata, 1996). Untuk dapat membaca dengan baik, maka peneliti harus mengetahui sumber-sumber bacaan. Sumber-sumber bacaan dapat berbentuk buku-buku teks, kamus, ensiklopedia, jo urnal ilm iah dan hasil-hasil penelitian. B ila peneliti tidak m em iliki sumber-sumber bacaan sendiri, maka dapat melihat di perpustakaan, baik perpustakaan lembaga form al, maupun perpustakaan pribadi. Sumber bacaan yang baik harus memenuhi tiga kriteria, yaitu relevansi, kelengkapan, dan kemutakhiran (kecuali penelitian sejarah, penelitian ini justru menggunakan sumber-sumber bacaan lama). Relevansi berkenaan dengan kecocokan antara variabel yang d ite liti dengan teori yang dikemukakan, kelengkapan berkenaan dengan banyaknya sumber yang dibaca, kemutakhiran berkenaan dengan dimensi waktu. M a kin baru sumber yang digunakan, maka akan semakin m utakhir teori. Hasil penelitian yang relevan bukan berarti sama dengan yang akan diteliti, tetapi masih dalam lingkup yang sama. Secara teknis, hasil penelitian yang relevan dengan apa yang akan d ite liti dapat d ilih a t dari: permasalahan yang diteliti, waktu penelitian, tempat penelitian, sampel penelitian, metode penelitian, analisis, dan kesimpulan. M isalnya peneliti yang terdahulu, melakukan penelitian tentang tingkat penjualan jenis kendaraan berm otor di Jawa Timur, dan peneliti berikutnya m eneliti di Jawa Barat. Jadi hanya berbeda lokasi saja. Peneliti yang kedua in i dapat menggunakan referensi hasil penelitian yang pertama. Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai berikut: 1. 2.



Tetapkan nama variabel yang d ite liti, dan ju m la h variabelnya. Cari sumber-sumber bacaan (buku, kamus, ensiklopedia, journal ilmiah, laporan penelitian, Skripsi, Tesis, Disertasi) yang sebanyakbanyaknya dan yang relevan dengan setiap variabel yang d ite liti. 3. Lihat daftar isi setiap buku, dan p ilih to p ik yang relevan dengan setiap variabel yang akan d ite liti. (U ntuk referensi yang berbentuk laporan penelitian, lih at ju d u l penelitian, permasalahan, teori yang digunakan, tempat penelitian, sampel sumber data, teknik pengumpulan data, analisis, kesimpulan dan saran yang diberikan). 4. Cari de fin isi setiap variabel yang akan d ite liti pada setiap sumber bacaan, bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain, dan p ilih d e finisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. 5. Baca seluruh isi to p ik buku yang sesuai dengan variabel yang akan dite liti, lakukan analisa, renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca.



6



.



Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ki dalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaai yang d iku tip atau yang digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus dicantumkan.



E. Kerangka Berfikir Uma Sekaran dalam bukunya Business Research (1992) mengemukakau bahwa, kerangka b e rfik ir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah d iidentifika si sebagai masalah yang penting. Kerangka b e rfik ir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan d ite liti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen. B ila dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu iku t dilibatkan dalam penelitian. Pertautai antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigm penelitian. O leh karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir. Kerangka b e rfik ir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara m andiri, maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang d ite liti (Sapto Haryoko, 1999). Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih, biasanya dirumuskan hipotesis yang berbentuk komparasi maupun hubungan. Oleh karena itu dalam rangka menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan maupun komparasi, maka perlu dikemukakan kerangka berfikir, Langkah-langkah dalam menyusun kerangka pem ikiran yang selanjutnya membuahkan hipotesis ditunjukkan pada gambar 3.1. Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilm iah sebagai dasar bagi argumentasi dalam menyusun kerangka pem ikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pem ikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi obyek permasalahan. (Suriasumantri, 1986). K rite ria utama agar suatu kerangka pem ikiran bisa meyakinkan sesama ilm uw an, adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka b e rfik ir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi kerangka b e rfik ir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel



yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis.



Gambar 3.1. Proses penyusunan kerangka b e rfik ir untuk merumuskan hipotesis



Berdasarkan gambar 3.1 tersebut dapat diberi penjelasan sebagai berikut:



1.



Menetapkan variabel yang diteliti.



U ntuk menentukan kelom pok teori apa yang perlu dikemukakan dalam menyusun kerangka b e rfik ir untuk pengajuan hipotesis, maka harus ditetapkan terlebih dulu variabel penelitiannya. Berapa ju m la h variabel yang d ite liti, dan apakah nama setiap variabel, merupakan titik tolak untuk menentukan teori yang akan dikemukakan.



2.



Membaca Buku dan Hasil Penelitian (HP)



Setelah variabel ditentukan, maka langkah berikutnya adalah membaca buku-buku dan hasil penelitian yang relevan. Buku-buku yang dibaca dapat berbentuk buku teks, ensiklopedia, dan kamus. Hasil penelitian yang dapat dibaca adalah, laporan penelitian, jo urnal ilm iah, Skripsi, Tesis, dan Disertasi.



3.



Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian (HP)



D ari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dapat dikemukakan teoriteori yang berkenaan dengan variabel yang d ite liti. Seperti telah dikemukakan, deskripsi teori berisi tentang, definisi terhadap masing-masing variabel yang d ite liti, uraian rin ci tentang ruang lingkup setiap variabel, dan kedudukan antara variabel satu dengan yang lain dalam konteks penelitian itu.



4. Analisis Kritis terhadap Teori dan Hasil Penelitian Pada tahap in i peneliti melakukan analisis secara k ritis terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang telah dikemukakan. Dalam analisis in i peneliti akan mengkaji apakah teori-teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu betul-betul sesuai dengan obyek penelitian atau tidak, karena sering terjadi teori-teori yang berasal dari luar tidak sesuai untuk penelitian di dalam negeri.



5. Analisis Komparatif Terhadap Teori dan Hasil Penelitian A nalisis kom paratif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu dengan teori yang lain, dan hasil penelitian satu dengan penelitian yang lain, M e la lu i analisis kom paratif in i peneliti dapat memadukan antara teori satu dengan teori yang lain, atau mereduksi bila dipandang terlalu luas.



6. Sintesa kesimpulan M e la lu i analisis kritis dan kom paratif terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang relevan dengan semua variabel yang d ite liti, selanjutnya peneliti dapat melakukan sintesa atau kesimpulan sementara. Perpaduan /SO



sintesa antara variabel satu dengan variabel yang lain akan menghasilkan kerangka berfikir yang selanjutnya dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis.



7. Kerangka B e rfik ir Setelah sintesa atau kesimpulan sementara dapat dirumuskan maka selanjutnya disusun kerangka berfikir. Kerangka b e rfik ir yang dihasilkan dapat berupa kerangka b e rfik ir yang assosiatif/hubungan maupun komparatif/perbandingan. Kerangka b e rfik ir assosiatif dapat menggunakan kalimat: jika begini maka akan begitu; jik a komitmen kerja tinggi, maka produktivitas lembaga akan tinggi p u la atau jik a pengawasan dilakukan dengan baik (positif), maka kebocoran anggaran akan berkurang (negatif).



8, Hipotesis Berdasarkan kerangka b e rfik ir tersebut selanjutnya disusun hipotesis. B ila kerangka berfikir berbunyi “jik a komitmen kerja tinggi, maka produktivitas lembaga akan tin g g i” , maka hipotesisnya berbunyi “ ada hubungan yang positif dan signifikan antara komitmen kerja dengan produktivitas kerja” Bila kerangka b e rfik ir berbunyi “ K arena lembaga A menggunakan teknologi tinggi, maka produktivitas kerjanya lebih tinggi b ila dibandingkan dengan lembaga B yang teknologi kerjanya rendah,” maka hipotesisnya berbunyi “Terdapat perbedaan produktivitas kerja yang signifikan antara lembaga A dan B, atau produktivitas kerja lembaga A lebih tinggi bila dibandingkan dengan lembaga B ” . Selanjutnya Uma Sekaran (1992) mengemukakan bahwa, kerangka berfikir yang baik, memuat hal-hal sebagai berikut: 1. Variabel-variabel yang akan d ite liti harus dijelaskan. 2. Diskusi dalam kerangka b e rfik ir harus dapat menunjukkan dan menjelaskan pertautan/hubungan antar variabel yang d ite liti, dan ada teori yang mendasari. 3. Diskusi juga harus dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan antar variabel itu p o s itif atau negatif, berbentuk simetris, kausal atau in te ra k tif (tim bal balik). 4. Kerangka b e rfik ir tersebut selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk diagram (paradigma penelitian), sehingga pihak lain dapat memahami kerangka p ik ir yang dikemukakan dalam penelitian.



F. Hipotesis Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka b e rfikir. Tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap penelitian harus merumuskan hipotesis.



Penelitian yang bersifat e kp lo ra tif dan merumuskan hipotesis.



d e skrip tif sering



tidak



perlu



Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalim at pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta em piris yang diperoleh m elalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang em pirik. Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis, Selanjutnya hipotesis, tersebut akan d iu ji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.



hipotesis penelitian dan



Dalam hal ini perlu dibedakan pengertian Pengertian hipotesis penelitian seperti telah dikemukakan di atas. Selanjutnya hipotesis statistik itu ada, bila penelitian bekerja dengan sampel.



hipotesis statistik.



Jika penelitian tidak menggunakan sampel, maka tidak ada hipotesis statistik. Dalam suatu penelitian, dapat terjadi ada hipotesis penelitian, tetapi tidak ada hipotesis statistik. Penelitian yang dilakukan pada seluruh populasi mungkin akan terdapat hipotesis penelitian tetapi tidak akan ada hipotesis statistik. Ingat bahwa hipotesis itu berupa jawaban sementara terhadap rumusan masalah dan hipotesis yang akan d iu ji in i dinamakan Sebagai lawannya adalah Hipotesis kerja disusun berdasarkan atas teori yang dipandang handal, sedangkan hipotesis nol dirumuskan karena teori yang digunakan masih diragukan kehandalannya.



kerja.



hipotesis nol (nihil).



hipotesis



U ntuk lebih mudahnya membedakan antara hipotesis penelitian dan hipotesis statistik, maka dapat dipahami m elalui gambar 3.2 berikut:



Contoh Hipotesis Penelitiannya: 1.



Kemampuan daya beli masyarakat (dalam populasi) itu rendah (hipotesis deskriptif).



2.



Tidak terdapat perbedaan kemampuan daya beli antara kelompok masyarakat Petani dan Nelayan (dalam Populasi itu/hipotesis komparatif).



3.



Ada hubungan positif antara penghasilan dengan kemampuan daya beli masyarakat (dalam populasi itu/hipotesis assosiatif).



G am bar 3.2 P e n e litia n P opulasi Pada gambar 3.2 di atas yang d ite liti adalah populasi, sehingga hipotesis statistiknya tidak ada. Yang ada hanya hipotesis penelitian. Dalam pembuktiannya tidak ada istilah “ signifikansi” (taraf kesalahan atau taraf kepercayaan). Selanjutnya perhatikan pula gambar 3.3 berikut, menggunakan sampel. Pada penelitian in i untuk populasi, sumber datanya menggunakan sampel yang tersebut. Jadi yang dipelajari adalah data sampel. sampel itu dapat diberlakukan ke populasi, dinamakan



yaitu penelitian yang mengetahui keadaan diam bil dari populasi Dugaan apakah data hipotesis statistik.



Pada gambar 3.3 di atas terdapat hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Hipotesis statistik diperlukan untuk m enguji apakah hipotesis penelitian yang hanya d iu ji dengan data sampel itu dapat diberlakukan untuk populasi atau tidak. Dalam pembuktian ini akan muncul istilah signifikansi, atau taraf kesalahan atau kepercayaan dari pengujian. S ignifikan artinya hipotesis penelitian yang telah terbukti pada sampel itu (baik deskriptif, komparatif, maupun assosiatif) dapat diberlakukan ke populasi. Contoh hipotesis penelitian yang mengandung hipotesis statistik:



1. Ada p erb ed a an y an g signifikan a n ta ra p e n g h asilan ra ta -ra ta m a sy a ra k a t d alam sampel d en g a n p o p u la si. P e n g h a sila n m a sy a ra k a t itu p alin g tin g g i h an y a R p. 500 .0 00 /b u lan (h ip o te sis d esk rip tif). 2. T erdapat p e rb e d a a n y an g signifikan a n ta ra p en g h a sila n p eta n i d an n elay an (hipotesis k o m p a ra tif). 3. Ada h u b u n g an y an g p o s itif d an signifikan a n ta ra cu ra h h u ja n d e n g a n ju m la h payung y an g te rju a l (h ip o tesis a sso sia tif/h u b u n g a n ). A d a h u b u n g a n p o sitif artinya, b ila cu ra h h u jan tin g g i, m ak a ak an sem ak in b an y a k p ay u n g y an g terjual. Terdapat dua macam hipotesis penelitian yaitu hipotesis kerja dan hipotesis nol. Hipotesis kerja dinyatakan dalam kalim at p o s itif dan hipotesis nol dinyatakan dalam kalim at negatif.



hipotesis



Dalam statistik juga terdapat dua macam hipotesis yaitu (hipotesis a lternatif tidak sama dengan hipotesis kerja). Dalam kegiatan penelitian, yang d iu ji terlebih dulu adalah hipotesis penelitian terutama pada hipotesis kerjanya. B ila penelitian akan mem buktikan apakah hasil pengujian hipotesis itu signifikansi atau tidak, maka diperlukan hipotesis statistik. T eknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis in i adalah statistik inferensial. Statistik yang bekerja dengan data populasi adalah statistik deskriptif.



kerja dan hipotesis alternatif



G a m b a r 3.3 P e n e litia n b eke rja dengan data sam pel D alam hipotesis statistik, yang d iu ji adalah hipotesis nol, hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan antara data sampel, dan data populasi. Yang d iu ji hipotesis nol karena peneliti antara sampel dan populasi atau statistik dan parameter. Param eter adalah ukuran-ukuran yang berkenaan dengan populasi, dan statistik di sini diartikan sebagai ukuran-ukuran yang berkenaan dengan sampel.



tidak berharap ada perbedaan



1. Bentuk-bentuk Hipotesis Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. B ila d ilih a t dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah penelitian ada tiga yaitu: rumusan masalah deskrip tif (variabel m andiri), kom para?//' (perbandingan) dan a sso sia tif (hubungan). Oleh karena itu, maka bentuk hipotesis penelitian juga ada tiga yaitu hipotesis deskriptif, komparatif, dan assosiatif/hubungan. Hipotesis deskriptif, adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah deskriptif; hipotesis kom paratif merupakan jawaban sementara terhadap masalah kom paratif, dan hipotesis assosiatif adalah merupakan jawaban



sementara terhadap masalah assosiatif/hubungan. Pada b u tir 2 berikut nanti diberikan contoh judul penelitian, rumusan masalah, dan rumusan hipotesis. Rumusan hipotesis deskriptif, lebih didasarkan pada pengamatan pendahuluan terhadap obyek yang d ite liti.



a. Hipotesis D eskriptif Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel m andiri.



masalah



Contoh: I) Rumusan Masalah D eskriptif a) Berapa daya tahan lampu pijar merk X? b) Seberapa tinggi semangat kerja karyawan di PT. Y?



1) Hipotesis Deskriptif Daya tahan lampu pijar merk X = 600 jam (Ho). Ini merupakan hipotesis nol, karena daya tahan lampu yang ada pada sampel diharapkan tidak berbeda secara signifikan dengan daya tahan lampu yang ada pada populasi. Hipotesis altematifnya adalah: Daya tahan lampu pijar merk X * 600 jam. “Tidak sama dengan” ini bisa berarti lebih besar atau lebih kecil dari 600 jam.



3) Hipotesis Statistik (hanya ada bila berdasarkan data sampel) Ho



:



n



=



600



Ha



:



\x



^



600



p,



:



Adalah nilai rata-rata populasi yang dihipotesiskan atau ditaksir melalui sampel



Untuk rumusan masalah no. 2) hipotesis nolnya bisa berbentuk demikian. a) Semangat kerja karyawan di PT X = 75% dari kriteria ideal yang ditetapkan. b) Semangat kerja karyawan di PT X paling sedikit 60% dari kriteria ideal yang ditetapkan (paling sedikit itu berarti lebih besar atau sama dengan >). c) Semangat kerja karyawan di PT X paling banyak 60% dari kriteria ideal yang ditetapkan (paling banyak itu berarti lebih kecil atau sama dengan 75%



Hipotesis statistik adalah (hanya ada bila berdasarkan data sampel) a)



Ho: p = 75% Ha: p # 75%



b)



Ho: p > 75% Ha: p < 75%



c)



p = hipotesis berbentuk prosentase



Ho: p < 75% Ha: p > 75%



Teknik statistik yang digunakan untuk menguji ketiga hipotesis tersebut tidak sama. Cara-cara pengujian hipotesis akan diberikan pada bab tersendiri, yaitu pada bab analisis data.



b. H ipotesis K om paratif Hipotesis kom paratif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah kom paratif. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.



Contoh:



1) Rumusan Masalah Komparatif Bagaimanakah produktivitas kerja karyawan PT X bila dibandingkan dengan PT Y?



2 ) Hipotesis komparatif Berdasarkan rumusan masalah komparatif tersebut dapat dikemukakan tiga model hipotesis nol dan alternatif sebagai berikut:



Hipotesis Nol: 1) Ho



: Tidak terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan di PT X dan PT Y; atau terdapat persamaan produktivitas kerja antara karyawan PT X dan Y, atau



2) Ho



: Produktivitas karyawan PT X lebih besar atau sama dengan (>) PT



3) H o



Y (“ leb ih b esar atau sam a d e n g a n ” = p alin g sed ik it). : P ro d u k tiv ita s k ary aw a n P T X lebih k ecil atau sam a d en g a n (< ) P T Y (“ leb ih kecil atau sam a d e n g a n ” = p a lin g b esar).



Hipotesis A lte rn atif:



1) H a Ha 3) H a



2)



: P ro d u k tiv ita s k erja k ary aw a n P T X lebih b e s a r (atau lebih kecil) d ari k ary aw a n P T Y. : P ro d u k tiv ita s k ary aw a n P T X lebih k ecil d ari p a d a (< ) P T Y. : P ro d u k tiv ita s k ary aw an P T X lebih b esar d a rip a d a (> ) P T Y.



3) Hipotesis Statistik dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) 2)



Ha



: :



Ho



:



Ho



Ha 3)



Ha



: :



Ho



P-l = M-2 Hi



^ Ml < Ml ^ Ml > Hi



M-2



Ml



M-2 M2 M2 M2



M2



-



ra ta -ra ta (p o p u la si) p ro d u k tiv ita s k ary aw a n P T .X



= ra ta -ra ta (p o p u la si) p ro d u k tiv ita s k ary aw a n P T . Y



c. Hipotesis Assosiatif Hipotesis assosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah assosiatif yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.



Contoh: 1) Rumusan Masalah Assosiatif Adakah h u b un g an y an g sig n ifik an an ta ra tin g g i b a d a n p ela y a n to k o d en g a n barang yang terju al.



2) Hipotesis Penelitian: Terdapat h u b u n g an y an g p o s itif d an sig n ifik an a n ta ra tin g g i b a d a n p ela y a n toko dengan b a ra n g y an g terju al.



3) Hipotesis Statistik Ho: p = 0, Ha: p ^ 0 ,



0 b era rti tid a k ad a h u b u n g an . “ tid a k sam a d en g a n n o l” b era rti leb ih b e s a r atau k u ran g (-) d ari n ol b erarti ad a h u b u n g an , p = n ilai k o rela si d a la m fo rm u la si y an g d ih ip o te sisk a n .



2. Paradigma Penelitian, Rumusan Masalah dan Hipotesis. Pada bab dua telah disampaikan paradigma penelitian. Dengan paradigma penelitian itu, peneliti dapat menggunakan sebagai panduan untuk merumuskan masalah, dan hipotesis penelitiannya, yang selanjutnya dapat digunakan untuk panduan dalam pengumpulan data dan analisis. Pada setiap paradigma penelitian m inim a! terdapat satu rumusan masalah penelitian, yaitu masalah deskriptif. B erikut in i contoh ju d u l penelitian, paradigma, rumusan masalah dan hipotesis penelitian. a.



Judul Penelitian: H ub u n gan a n ta r a g a y a k e p e m im p in a n m a n a g e r p e ru s a h a a n dengan p re s ta s i k e r ja k a r y a w a n . ( g a y a k e p e m im p in a n a d a la h variab el in d e p e n d e n ( X ) d a n p re s ta s i k e r ja a d a ia h v a r ia b e l depen den ( Y ) ) .



b. Paradigma Penelitiannya, adalah:



c. Rumusan Masalah 1) Seberapa baik (bagaimana X?)



gaya



kepemimpinan



manajer



yang



ditampilkan?



2) Seberapa baik prestasi kerja karyawan? (Bagaimana Y). 3) Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan manajer dengan prestasi kerja karyawan? (adakah hubungan antara X dan Y?). Butir ini merupakan masalah assosiatif. 4) Bila sampel penelitiannya golongan I, II dan III, maka rumusan masalah komparatifnya adalah: a) Adakah perbedaan persepsi antara karyawan Golongan I, II dan III tentang gaya kepemimpinan manajer? b) Adakah perbedaan persepsi antara pegawai Gol I, II dan III tentang prestasi kerja karyawan.



d. Rumusan Hipotesis Penelitian 1) Gaya kepemimpinan yang ditampilkan manajer (X) ditampilkan kurang baik, dan nilainya paling tinggi 60% dari kriteria yang diharapkan. 2) Prestasi kerja karyawan (Y) kurang memuaskan, dan nilainya paling tinggi 65. 3) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan manajer dengan prestasi kerja karyawan, artinya makin baik kepemimpinan manajer, maka akan semakin baik prestasi kerja karyawan. 4) Terdapat perbedaan persepsi tentang gaya kepemimpinan antara Gol, I, II dan III. 5) Terdapat perbedaan persepsi tentang prestasi kerja antara Gol, I, II dan III. U ntuk bisa d iu ji dengan statistik, maka data yang akan didapatkan harus diangkakan. U ntuk bisa diangkakan, maka diperlukan instrumen yang m e m ilik i skala pengukuran. U ntuk ju d u l di atas ada dua instrumen, yaitu instrumen gaya kepemimpinan dan prestasi kerja pegawai. U ntuk ju d u l penelitian yang berisi dua independen variabel atau lebih, rumusan masalah penelitiannya akan lebih banyak, dem ikian juga rumusati hipotesisnya (liha t bagian paradigma penelitian) dan di bagian analisis data.



kteristik Hipotesis yang Baik erupakan dugaan terhadap keadaan variabel m andiri, perbandingan adaan variabel pada berbagai sampel, dan merupakan dugaan ntang hubungan antara dua variabel atau lebih. (Pada umumnya iipotesis deskriptif tidak dirumuskan) inyatakan dalam kalim at yang jelas, sehingga tida k m enimbulkan rbagai penafsiran. apat diuji dengan data yang dikum pulkan dengan metode-metode lmiah.



METODE PENELITIAN EKSPERIMEN A. Pengertian Pada Bab 1 telah dikemukakan bahwa, bila d ilih a t dari tingkat kealamiahan (setting) tempat penelitian terdapat tiga metode penelitian, yaitu penelitian eksperimen, survey dan naturalistik (ku a lita tif). Penelitian eksperimen dilakukan di laboratorium sedangkan penelitian naturalistik/kualitatif dilakukan pada kondisi yang alamiah. Dalam penelitian eksperimen ada perlakuan (treatment), sedangkan dalam penelitian naturalistik tidak ada perlakuan. Dengan dem ikian metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Pada bab berikut akan dikemukakan khusus tentang metode eksperimen, karena metode in i sebagai bagian dari metode k u a n tita tif mempunyai ciri khas tersendiri, terutama dengan adanya kelom pok kontrolnya. Bandingkan paradigma penelitian eksperimen in i dengan berbagai paradigma yang telah dikemukakan pada bab 2. Dalam bidang fisika, penelitian-penelitian dapat menggunakan desain eksperimen, karena variabel-variabel dapat dipilih dan variabel-variabel lain dapat mempengaruhi proses eksperimen itu dapat dikontrol secara ketat.



Misalnya: 1.



Mencari pengaruh panas terhadap muai panjang suatu benda. Dalam hal ini variasi panas dan muai panjang dapat diukur secara teliti, dan penelitian dilakukan di laboratorium, sehingga pengaruh-pengaruh variabel lain dari luar dapat dikontrol.



2.



Pengaruh air laut terhadap tingkat korosi logam tertentu. Hal ini juga dapat dilakukan melalui penelitian dengan desain eksperimen, karena kondisi dapat dikontrol secara teliti.



Tetapi dalam penelitian-penelitian sosial, desain eksperimen yang digunakan untuk penelitian akan sulit mendapatkan hasil yang akurat, karena banyak variabel luar yang berpengaruh dan sulit mengkontrolnya.



Misalnya:



Mencari pengaruh diklat yang diberikan kepada para pegawai terhadap prestasi kerjanya.



Untuk mencari seberapa besar pengaruh d ikla t terhadap prestasi kerja, maka harus membandingkan prestasi kerja pegawai sebelum mendapat diklat, dan sesudah mendapat dikla t atau membandingkan orang yang mempunyai kemampuan sama yang tidak mendapat diklat. Prestasi kerja seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh dikla t saja, tetapi oleh variabel lain, misalnya IQ, pengalaman, pengawasan, pendidikan dan lain-lain, sehingga mengukur seberapa jauh pengaruh d ikla t terhadap prestasi kerja secara te liti akan sulit dilakukan.



B. Beberapa Bentuk Desain Eksperimen Terdapat beberapa bentuk desain eksperimen yang dapat digunakan dalam penelitian bisnis, yaitu: Pre-Experim ental Design, True Experim ental Design, Factorial Design, dan Q uasi Experim ental Design. Hal in i dapat digambarkan seperti gambar 4.1 berikut.



Gambar 4.1. Macam-macam M etode eksperimen



1. Pre-Experimental Designs (nondesigns) Dikatakan pre-experim ental design, karena desain in i belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh. Mengapa?, karena masih terdapat variabel luar yang ik u t berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal in i dapat terjadi, karena tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak d ip ilih secara random. Bentuk pre-experim ental designs ada beberapa macam yaitu: One-Shot Case Study, O ne-G roup Pretest-Posttest Design, One-Group Pretest- I Posttest Design, dan Intact-Group Com parison a.



O n e-Sh ot Case Study



Paradigma dalam penelitian eksperimen model ini dapat digambarkan seperti berikut:



X 0



X = treatment yang diberikan (variabel independen) O = Observasi (variabel dependen)



Paradigma itu dapat dibaca sebagai berikut: terdapat suatu kelompok diberi treatment/perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya. (Treatment adalah sebagai variabel independen, dan hasil adalah sebagai variabel; dependen).



Contoh:



Pengaruh alat kerja baru diklat (X) terhadap produktivitas kerja karyawan (O). Terdapat kelom pok pegawai yang menggunakan alat kerja baru kemudian setelah bulan diukur produktivitas kerjanya. Pengaruh alat kerja baru terhadap produktivitas kerja diukur dengan membandingkan produktivitas sebelum menggunakan alat baru dengan produktivitas setelah menggunakan alat baru (m isalnya selalu menggunakan alat baru produktivitasnya 150/jam dan setelah menggunakan alat baru produktivitasnya 500/jam. Jadi pengarul alat baru adalah 500 - 150 = 350/jam.



b. One-Group Pretest-Posttest Design Kalau pada desain no. a, tidak ada pretest, maka pada desain in i terdapat pretest, sebelum diberi perlakuan. Dengan dem ikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Desain ini dapat digambarkan seperti berikut:



01 = 0 2 =



nilai pretest (sebelum diberi dikla t) nilai posttest (setelah diberi d iklat)



Pengaruh dikla t terhadap prestasi kerja pegawai = ( 0 2 - 0 ,)



c. Intact-Group Comparison Pada desain ini terdapat satu kelom pok yang digunakan untuk penelitian, tetapi dibagi dua, yaitu setengah kelom pok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan) dan setengah untuk kelom pok kontrol (yang tidak diberi perlakuan). Paradigma penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut. O! = hasil pengukuran setengah kelom pok yang diberi perlakuan 0 2



= hasil pengukuran setengah kelom pok yang tidak diberi perlakuan



Pengaruh perlakuan = 0 | - 0 2



Contoh: Terdapat sekelompok karyawan di bidang produksi, yang setengah dalam melaksanakan pekerjaanya menggunakan lampu yang sangat terang (Oi), dan setengahnya lagi dengan lampu yang kurang terang (Oz). Setelah beberapa minggu diukur produktivitas kerjanya. Kelompok mana yang lebih produktif. Jadi pengaruh cahaya lampu terhadap produktivitas kerja adalah (Oi - O 2). Epertftefah dikemukakan bahwa, ketiga bentuk desain preexperim ent itu bila diterapkan untuk penelitian, akan banyak variabel-variabel luar yang masih berpengaruh dan sulit dikontrol, sehingga validitas internal penelitian menjadi rendah.



2. True Experim ental Design Dikatakan true experim ental (eksperimen yang betul-betul), karena dalam desain ini, peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan dem ikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi. C iri utama dari true experim ental adalah bahwa, sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelom pok kontrol diam bil secara random dari populasi tertentu. Jadi cirin ya adalah adanya kelompok kontrol dan sampel dipilih secara random. Di sini dikem ukakan dua bentuk design true experim ental yaitu: Posttest Only C ontrol D esign dan Pretest G roup Design.



a. Posttest-Only Control Design R



X



R



02 04



Dalam design in i terdapat dua kelom pok yang masing-masing d ip ilih secara random (R). K elom pok pertama diberi perlakuan (X ) dan kelompok yang lain tidak. K elom pok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelom pok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol Pengaruh adanya perlakuan (treatment) adalah ( 0 ] : 0 2). Dalam penelitian yang sesungguhnya, pengaruh treatment dianalisis dengan u ji beda, pakai statistik t-te s t misalnya. K ala u terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan.



b. Pretest- Posttest Control Group Design



03



04



R



O



0^



X



R



04



D alam desain in i terdapat dua kelom pok yang d ip ilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelom pok eksperimen dan kelom pok kontrol. Hasil pretest yang bail bila n ila i kelom pok eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Pengaruh Perlakuan adalah ( 0 2 - O i) - ( 0 4 - 0 3)



3. Factorial Design Desain fa kto ria l merupakan m odifikasi dari design true experimental, yaitu dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yanj mempengaruhi perlakuan (variabel independen) terhadap hasil (variabel dependen). Paradigma design faktorial dapat digambarkan seperti berikut.



R



01



R



03



R



05 o7



R



X X



Y1



o2



Y1



04



Y2



o6 o8



Y2



Pada desain in i semua kelom pok d ip ilih secara random, kemudian masingmasing diberi pretest. K elom pok untuk penelitian dinyatakan baik, bila setiap kelom pok n ila i pretestnya sama. Jadi Oi = O 3 = 0 5 = 0 7. Dalam hal in i variabel moderatornya adalah Y , dan Y 2



nc.



Contoh: Dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh prosedur kerja baru terhadap kepuasan pelayanan pada masyarakat. Untuk itu dipilih empat kelompok secara random. Variabel moderatornya adalah jenis kelamin, yaitu laki-laki (Yt) dan perempuan (Y2). Treatment/perlakuan (prosedur kerja baru) dicobakan pada kelom pok eksperimen pertama yang telah diberi pretest (O) = kelom pok la k i-la k i) dan kelompok eksperimen ke dua yang telah diberi pretest ( 0 5 = kelom pok perempuan). Pengaruh perlakuan (X ) terhadap kepuasan pelayanan untuk kelompok laki-laki = ( 0 2 - O ,) - ( 0 4 - 0 3). Pengaruh perlakuan (prosedur kerja baru) terhadap nila i penjualan barang untuk kelom pok perempuan = (06 - O5 ) - (Os - O 7 ) Bila terdapat perbedaan pengaruh prosedur kerja baru terhadap kepuasan masyarakat antara kelom pok kerja pria dan wanita, maka penyebab utamanya adalah bukan karena treatment yang diberikan (karena treatment yang diberikan sama), tetapi karena adanya variabel moderator, yang dalam hal in i adalah jenis kelamin. Pria dan wanita menggunakan prosedur kerja baru yang sama, tempat kerja yang sama nyamannya, tetapi pada umumnya, kelom pok wanita lebih ramah dalam memberikan pelayanan, sehingga dapat meningkatkan kepuasan masyarakat.



4. Quasi Experimental Design Bentuk desain eksperimen in i merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain in i mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Walaupun demikian desain in i lebih baik dari pre-experim ental design. Quasi-experimental design, digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelom pok kontrol yang digunakan untuk penelitian. Dalam suatu kegiatan administrasi atau manajemen, sering tidak mungkin menggunakan sebagian para karyawannya untuk eksperimen dan sebagian tidak. Sebagian menggunakan prosedur kerja baru yang lain tidak. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan dalam menentukan kelom pok kontrol dalam penelitian, maka dikembangkan desain Q uasi Experim ental. Berikut in i dikemukakan dua bentuk desain quasi eksperimen, yaitu Time-Series D e sig n dan Nonequivalent C o n tro l G ro u p D esign. a. Time Series D esig n



O 1 O 2 O 3 O 4 X O 5 06 O 7 Os



Dalam desain in i kelom pok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat d ip ilih secara random. Sebelum diberi perlakuan, kelom pok diberi pretest sampai empat kali, dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelom pok sebelum diberi perlakuan. B ila hasil pretest selama empat kali ternyata nilainya berbeda-beda, berarti kelom pok tersebut keadaannya labil, tidak menentu, dan tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelom pok dapat diketahui dengan jelas, maka baru diberi treatment. Desain penelitian in i hanya menggunakan satu kelom pok saja, sehingga tidak memerlukan kelom pok kontrol. H asil pre test yang baik adalah Oi = 0 2= 0 3 = 0 4 dan hasil perlakuan yang baik adalah 0 5 = Ofi = 0 7 = 0 8. Besarnya pengaruh perlakuan adalah



= (O + Ofi + O + Os) —( Oi + O + O + O ). 5



7



2



3



4



Kem ungkinan hasil penelitian dari desain ini ditunjukkan pada gambar 4.2 berikut. D ari gambar 4.2 terlihat bahwa, terdapat berbagai kemungkinan hasil penelitian yang menggunakan desain time series.



Oi Gambar 4.2



O2



O3



O4



O5



06



Berbagai kemungkinan hasil menggunakan desain Tim e Series



O7 penelitian



Os yang



Hasil penelitian yang paling baik adalah ditunjukkan pada G ra fik A. Hasil pretest menunjukkan keadaan kelom pok stabil dan konsisten 02=03 0 4) setelah diberi perlakuan keadaannya meningkat secara konsisten ( 0 5 =



(Oi =



0(>= 0 7= Os).



=



Grafik B memperlihatkan ada pengaruh perlakuan terhadap kelom pok yang sedang dieksperimen, tetapi setelah itu kem bali lagi pada posisi semula. Jadi pengaruh perlakuan hanya sebagai contoh: Pada waktu penataran, pengetahuan, dan keterampilannya meningkat, tetapi setelah kembali ke tempat kerja kemampuannya kem bali seperti semula. G ra fik C memperlihatkan pengaruh luar lebih berperan dari pada pengaruh perlakuan, sehingga grafiknya naik terus. G ra fik D m enunjukkan keadaan kelompok tidak menentu.



b. Nonequivalent Control Group Design Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design , hanya pada desain ini kelom pok eksperimen maupun kelom pok kontrol tidak dipilih secara random.



Oi 0 3



X



0 2 04



Contoh: Dilakukan penelitian untuk mencari pengaruh perlakuan senam pagi terhadap derajad kesehatan karyawan. desain penelitian dipilih satu kelompok karyawan. Selanjutnya dari satu kelompok tersebut yang setengah diberi perlakuan senam pagi setiap hari dan yang setengah lagi tidak. 0 / dan O 3 merupakan derajad kesehatan karyawan sebelum ada perlakuan senam pagi. 0 2 adalah derajad kesehatan karyawan setelah senam pagi selama 1 tahun. O 4, adalah derajad kesehatan karyawan yang tidak diberi perlakuan senam pagi. Pengaruh senam pagi terhadap derajad kesehatan karyawan adalah (O 2 - O/) - (O 4 - O 3).



PO PU LASI DAN SA M PEL



A. Populasi Populasi adalah w ilayah generalisasi yang te rdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian d ita rik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar yang ada pada obyek/ subyek yang dipelajari, tetapi m eliputi seluruh yang d im ilik i oleh subyek atau obyek itu.



jumlah karakteristik/sifat



M isalnya akan melakukan penelitian di sekolah X , maka sekolah X ini merupakan populasi. Sekolah X mempunyai sejumlah orang/subyek dan obyek yang lain. H al in i berarti populasi dalam arti jum lah/kuantitas. Tetapi sekolah X juga mempunyai karakteristik orang-orangnya, misalnya motivasi kerjanya, d is ip lin kerjanya, kepemimpinannya, ik lim organisasinya dan lainlain; dan juga mempunyai karakteristik obyek yang lain, misalnya kebijakan, prosedur kerja, tata ruang kelas, lulusan yang dihasilkan dan lain-lain. Yang terakhir berarti populasi dalam arti karakteristik. Satu orang-pun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu orang itu mempunyai berbagai karakteristik, misalnya gaya bicaranya, disiplin pribadi, hobi, cara bergaul, kepemimpinannya dan lain-lain. M isalnya akan melakukan penelitian tentang kepemimpinan presiden Y maka kepemimpinan itu merupakan sampel dari semua karakteristik yang dimiliki presiden Y. D alam bidang kedokteran, satu orang sering bertindak sebagai populasi. Darah yang ada pada setiap orang adalah populasi, kalau akan diperiksa cukup diam bil sebagian darah yang berupa sampel. Data yang diteliti dari sampel tersebut selanjutnya diberlakukan ke seluruh darah yang dimiliki orang tersebut.



3. Sampel Sampel adalah bagian dari jum lah dan karakteristik yang d im ilik i oleh populasi tersebut. B ila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. U ntuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (m ew akili). Bila sampel tidak representatif, maka ibarat orang buta disuruh menyimpulkan karakteristik gajah. Satu orang memegang telinga gajah, maka ia menyimpulkan gajah itu seperti kipas. Orang kedua memegang badan gajah, maka ia m enyim pulkan gajah itu seperti tem bok besar. Satu orang lagi memegang ekornya, maka ia m enyim pulkan gajah itu kecil seperti seutas tali. Begitulah kalau sampel yang d ip ilih tidak representatif, maka ibarat 3 orang buta itu yang membuat kesimpulan salah tentang gajah.



C. Teknik Sampling Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. U ntuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Secara skematis, teknik macammacam sampling ditunjukkan pada gambar 5.1.



Teknik Sampling Non probability Sampling



Probability sampling



I 1. Simple random sam pling



1.



Sam pling sistem atis



2. Proportionate stratified random sam pling



2.



Sam pling kuota



3.



Sam pling incidental



3. Disproportionate stratified random sampling



4.



Purposive Sam pling



5.



Sam pling jenuh



4.



6.



Snow ball sam pling



Area (cluster) sam pling (sam pling m enurut daerah)



^



_____________



Gambar 5.1 Macam-macam T e kn ik Sampling



D ari gambar tersebut terlihat bahwa, teknik sampling pada dasarnya dapat dikelom pokkan menjadi dua yaitu dan P ro b a b ility sam pling m eliputi, sim ple random, proportionate stratified random, disproportionate stratified random, dan area random. N o n-pro bability sampling m eliputi, sam pling sistematis, sam pling kuota, sam pling aksidental, purposive sampling, sam pling jen uh, dan snowball sampling.



Sampling.



Probability Sampling



Nonprobability



1. Probability Sampling P robability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. T eknik in i m eliputi, sim ple random sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified random, sam pling area (cluster) sam pling (sam pling menurut daerah).



a. Simple Random Sampling Dikatakan sim ple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara dem ikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. L ih a t gambar 5.2 berikut.



Gambar 5.2 Teknik Simple Random Sampling b. Proportionate Stratified Random Sampling T eknik in i digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari latar belakang pendidikan yang berstrata, maka populasi pegawai itu berstrata. M isalnya ju m la h pegawai yang lulus S, =45, S2 = 30, S T M = 800, ST = 900, S M E A = 400, SD = 300. Jumlah sampel yang harus diam bil m eliputi strata pendidikan tersebut. Jumlah sampel dan teknik pengambilan sampel diberikan setelah bab ini. T eknik Proportionate Stratified Random Sam pling dapat digambarkan seperti gambar 5.3 berikut.



Gambar 5.3 T eknik S tratified Random Sampling



c. Disproportionate Stratified Random Sampling Teknik ini digunakan untuk menentukan ju m lah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional. M isalnya pegawai dari unit kerja tertentu mempunyai; 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang Si , 800 orang SMU, 700 orang SMP, maka tiga orang lulusan S3 dan empat orang S2 itu diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua kelom pok ini lerlalu kecil bila dibandingkan dengan kelom pok Si, S M U , dan SMP. i



Cluster Sampling (Area Sampling)



Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel b ila obyek >ang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten. U ntuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan. Misalnya di Indonesia terdapat 30 propinsi, dan sampelnya akan menggunakan 15 propinsi, maka pengambilan 15 propinsi itu dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat, karena propinsi-propinsi di Indonesia itu berstrata (tidak sama) maka pengambilan sampelnya perlu menggunakan stratified random sampling. Propinsi di Indonesia ada yang pendudukanya padat, ada yang tidak; ada yang mempunyai hutan banyak ada yang tidak, ada yang kaya bahan tambang ada yang tidak. K arakteristik semacam ini perlu diperhatikan sehingga pengambilan sampel m enurut strata populasi itu dapat ditetapkan. Teknik sampling daerah in i sering digunakan m elalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga. T e kn ik in i dapat digambarkan seperti gambar 5.4 berikut.



Gambar 5.4 T eknik Cluster Random Sampling



2. Nonprobability Sampling N o n p rob ab ility Sam pling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk d ip ilih m enjadi sampel. T eknik sampel ini m eliputi, sampling I sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh, snowball.



a. Sampling Sistematis Sampling Sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nom or urut. M isalnya anggota populasi yang te rdiri dari 100 orang. D ari semua anggota itu diberi nomor urut, yaitu nom or 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nom or ga n jil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, m isalnya kelipatan dari bilangan lim a. U ntuk ini maka yang diambil i sebagai sampel adalah nomor 1, 5, 10, 15, 20, dan seterusnya sampai 100, L i hat gambar 5.5.



j



PO PULASI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



11 12 13 14 15 16 17 18 19 20



21 22 23 24 25 26 27 28 29 30



31 32 33 34 35 36 37 38 39 40



SAMPEL 3 6



Diambil secara sistematis



9 12



15 18



24 27 30 33 36 39



21



Gambar 5.5. Sampling Sistematis. N o populasi kelipatan tiga yang diam bil (3. 6 , 9, dan seterusnya)



Sampling Kuota ling Kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang unyai ciri-ciri tertentu sampai jum lah (kuota) yang diinginkan. Sebagai oh, akan melakukan penelitian tentang pendapat masyarakat terhadap yanan masyarakat dalam urusan Ijin M endirikan Bangunan. Jumlah :| yang ditentukan 500 orang. Kalau pengumpulan data belum rkan pada 500 orang tersebut, maka penelitian dipandang belum i, karena belum memenuhi kouta yang ditentukan. Bila pengumpulan data dilakukan secara kelom pok yang te rd iri atas 5 g pengumpul data, maka setiap anggota kelom pok harus dapat nghubungi 100 orang anggota sampel, atau 5 orang tersebut harus dapat can data dari 500 anggota sampel. pling lnsidental Sampling lnsidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan tulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan eliti dapat digunakan sebagai sampel, b ila dipandang orang yang tulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. L Sampling Purposive Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan imbangan tertentu. M isalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas anan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan, upenelitian tentang kondisi p o litik di suatu daerah, maka sampel sumber (jnya adalah orang yang ahli p o litik . Sampel in i lebih cocok digunakan )tuk penelitian ku alita tif, atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan ■pralisasi. I Sampling Jenuh Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel b ila semua anggota 'pulasi digunakan sebagai sampel. H al in i sering dilakukan b ila jum lah •pulasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin mbuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain ■pel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan Impel.



. Snowball Sampling owball sampling adalah teknik penentuan sampel yang m ula-m ula lahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding Jang lama-lama m enjadi besar. D alam penentuan sampel, pertama-tama jipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang in i belum merasa fengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang ffldang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua



orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jum lah sampel semal banyak. T e kn ik pengambilan sampel ditunjukkan pada gambar 5.6 berik Pada penelitian k u a lita tif banyak menggunakan sampel Purposive a Snow ball. M isalnya akan m eneliti siapa provokator kerusuhan, maka al cocok menggunakan Purposive dan Snow ball sampling.



D. Menentukan Ukuran Sampel



Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Juml sampel yang diharapkan 1 0 0 % m ew akili populasi adalah sama deng jum lah anggota populasi itu sendiri. Jadi bila jum lah populasi 1000 dan ha penelitian itu akan diberlakukan untuk 1 0 0 0 orang tersebut tanpa a kesalahan, maka ju m la h sampel yang diam bil sama dengan jum lah popul; tersebut yaitu 1000 orang. M akin besar jum lah sampel mendekati popula maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya mal kecil ju m la h sampel menjauhi populasi, maka makin besar kesalah generalisasi (diberlakukan umum).



Berapa ju m la h anggota sampel yang paling tepat digunakan dak penelitian? Jawabannya tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalah yang dikehendaki. Tingkat ketelitian/kepercayaan yang dikehendaki seri tergantung pada sumber dana, waktu dan tenaga yang tersedia. Makin bes tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jum lah sampel yang di peri ukc dan sebaliknya, m akin kecil tingkat kesalahan, maka akan semakin bes jum lah anggota sampel yang diperlukan sebagai sumber data.



B e riku t in i diberikan tabel penentuan jum lah sampel dari populi tertentu yang dikembangkan dari Isaac dan M ich a el, untuk tingl kesalahan, 1 %, 5%, dan 10%. Rumus untuk menghitung ukuran sampel di populasi yang diketahui jum lahnya adalah sebagai berikut.



s -



X2. N. P. Q



— d2 (N - 1) + X2. P. Q



Rumus 5.1 1



)



A2dengan dk= 1, taraf kesalahan bisa 1%, 5%, 10%. P= Q = 0,5. d = 0,05. s = jumlah sampel



TABEL 5.1 PENENTUANJUMLAH SAMPEL DARI POPULASI TERTENTU DENGAN TARAF KESALAHAN 1%, 5 % , DAN 10%________________



/



s



/ | 1%



5%



10%



10



10



10



10



15



15



14



r\



N



s



N



1%



5%



10%



280



197



155



138



14



290



202



158



140



s 1%



5%



2 80 0



537



310



10% 247



3 000



543



312



248 251



20



19



19



19



300



207



161



143



350 0



558



317



25



24



23



23



320



216



167



147



4000



569



3 20



254



30



29



28



27



340



225



172



151



4500



578



323



255



35



33



32



31



360



234



177



155



5 00 0



586



3 26



257



40



38



36



35



380



242



182



158



6 00 0



598



3 29



259



45



42



40



39



400



250



186



162



7 00 0



606



3 32



261



50



47



44



42



420



257



191



165



8 000



613



3 34



263



55



51



48



46



440



265



195



168



9 00 0



618



335



263



60



55



51



49



460



272



198



171



10000



622



336



263



65



70



59



55



53



480



279



202



173



15000



635



340



266



63



58



56



500



285



205



176



20000



642



342



267



75



67



62



59



550



301



213



182



30000



649



344



268



80



71



65



62



600



315



221



187



40000



563



345



2 69



85



75



68



65



650



329



227



191



50000



655



3 46



2 69



90



79



72



68



700



341



233



195



75000



658



346



2 70



95



83



75



71



750



352



238



199



100000



659



347



270



100



87



78



73



800



363



243



202



150000



661



347



270



110



94



84



78



8 50



373



247



205



200000



661



347



270



120



102



89



83



900



3 82



251



208



250000



662



348



270



130



109



95



88



950



391



255



211



300000



662



348



270



140



116



100



92



1000



3 99



258



213



350000



662



348



270



150



122



105



97



1100



4 14



265



217



400000



662



348



270



160



129



110



101



1200



427



270



221



450000



663



348



270



170



135



114



105



1300



4 40



275



224



500000



663



348



270



180



142



119



108



1400



450



279



227



550000



663



348



270



190



148



123



112



1500



460



283



229



600000



663



348



270



200



154



127



115



1600



4 69



286



232



650000



663



348



270



210



160



131



118



1700



4 77



289



234



700000



663



348



270



220



165



135



122



1800



485



292



235



750000



663



348



270



230



171



139



125



1900



492



294



237



800000



663



348



271



240



176



142



127



200 0



498



297



238



850000



663



348



271



250



182



146



130



220 0



510



301



241



900000



663



348



271



260



187



149



133



2 400



520



304



243



950000



663



348



271



270



192



152



135



2 60 0



529



307



245



1 00 0 0 00



663



348



271



6 64



349



272



O O



berdasarkan rumus tersebut dapat dihitung ju m lah sampel dari populasi m ulai dari 10 sampai dengan 1.000.000. D ari tabel 5.1 terlihat bahwa, makin besar taraf kesalahan, maka akan semakin kecil ukuran sampel. Sebagai contoh: untuk populasi 1 0 0 0 , untuk taraf kesalahan 1 %, ju m la h sampelnya = 399; untuk ta ra f kesalahan 5% jum lah sampelnya = 258, dan untuk taraf kesalahan 10%, ju m la h sampelnya = 213. D ari tabel juga terlihat bahwa bila ju m la h populasi tak terhingga, maka ju m la h anggota sampelnya untuk kesalahan 1% = 664, 5% = 349, dan 10%, 272. U ntuk ju m la h populasi 10 ju m la h anggota sampel sebenamya hanya 9,56 tetapi dibulatkan, sehingga menjadi 1 0 . Cara menentukan ukuran sampel seperti yang dikemukakan di atas didasarkan atas asumsi bahwa populasi berdistribusi normal. B ila sampel tida k berdistribusi norm al, misalnya populasi homogen maka cara-cara tersebut tidak perlu dipakai. M isalnya populasinya benda, katakan logam dimana susunan m olekulnya homogen, maka ju m lah sampel yang diperlukan 1 % saja sudah bisa m ew akili. Sebenamya terdapat berbagai rumus untuk m enghitung ukuran sampel, m isalnya dari Cochran, Cohen d ll. B ila keduanya digunakan untuk m enghitung ukuran sampel, terdapat sedikit perbedaan jum lahnya. Lalu yang dipakai yang mana? Sebaiknya yang dipakai adalah ju m la h ukuran sampel yang paling besar. Selanjutnya pada gambar 5.7 berikut in i diberikan cara menentukan jum lah anggota sampel dengan menggunakan Nom ogram H erry K in g seperti berikut ini. D alam N om ogram H erry K in g tersebut, ju m la h populasi maksimum 2000, dengan tara f kesalahan yang bervariasi, m ulai 0,3% sampai dengan 15%, dan faktor pengali yang disesuaikan dengan taraf kesalahan yang ditentukan. D alam nomogram terlihat untuk confident interval (interval kepercayaan) 80% fa kto r pengalinya = 0,780, untuk 85% faktor pengalinya = 0,785; untuk 99% faktor pengalinya = 1,195 dan untuk 99% faktor pengalinya = 1,573. Contoh: Misalnya populasi berjumlah 200. Bila dikehendaki kepercayaan sampel terhadap populasi 95% atau tingkat kesalahan 5%, maka jumlah sampel yang diambil 0,58 x 200 x 1,195) = 19,12 orang . (Tarik dari angka 200 melemti taraf kesalahan 5%, maka akan ditemukan titik di atas angka 60. Titik itu kurang lebih 58, untuk kesalahan 5% berarti taraf kepercayaan 95%, sehinggi ; faktor pengalinya = 1,195).



Prosentase populasi yang diambil sebagai sampel



Ukuran populasi



— 30 — 40



Tingkat kesalahan di atas 15 %



-



50 60 70 80 90



-



100



- 150 -



200



300 NBTE: Chart shows 90% confidence values only: Multiply the determine R or E value by multiplication factors below for other confidence intervalsN



- 0 ,5



Cont. Int. 80% 85% 95% 99%



Mult .Fact.



—0,3 Tingkat kesalahan yang dikehendaki



Gambar 5.7



— 400 -



500 600 700 800 900



-1000



-1500



-2000



Nom ogram H arry K in g U n tu k M enentukan Ukuran Sampel D ari Populasi Sampai 2.000



E. Contoh M enentukan Ukuran Sam pel Akan dilakukan penelitian untuk mengetahui tanggapan kelompok masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah tertentu. Kelom pok masyarakat itu terdiri 1000 orang, yang dapat dikelompokkan berdasarkan jenjang pendidikan, yaitu lulusan S, = 50, Sarjana Muda = 300, S M K = 500, SMP = 100, SD = 50 (populasi berstrata). Dengan menggunakan tabel 5.1, b ila ju m la h populasi = 1000, kesalahan 5%, maka ju m la h sampelnya = 258. Karena populasi berstrata, maka sampelnya juga berstrata. Stratanya ditentukan menurut jenjang



pendidikan. Dengan dem ikian masing-masing sampel untuk tingkat pendidikan harus proporsional sesuai dengan populasi. Berdasarkan perhitungan dengan cara berikut in i jum lah sampel untuk kelom pok SI = 14, Sarjana M uda (S M ) = 83, S M K = 139, SMP = 14, dan SD = 28. SI SM SMK SMP SD



= 50/1000 = 300/1000 = 500/1000 = 1 0 0 /1 0 0 0 = 50/1000 Jumlah



X X X X X



258 258 258 258 258



13,90 83,40 139,0 27,8 13,91



= = =



=



12,9 77,4 129 25,8 12,9 258



Jadi jum lah sampelnya = 12,9 + 77,4 + 129 + 25,8 + 12,9 = 258. Jumlah yang pecahan bisa dibulatkan ke atas, sehingga jum lah sampel menjadi 13 + 78 + 129 + 2 6 + 13 = 259. Pada perhitungan yang menghasilkan pecahan (terdapat koma) sebaiknya dibulatkan ke atas sehingga ju m la h sampelnya lebih 259. Hal ini lebih aman daripada kurang dari 258. Gambaran jum lah populasi dan sampel dapat ditunjukkan pada gambar 5.8 berikut:



Populasi



1000



Gambar 5.8



Sampel



Sampel yang diam bil dari berstrata dengan kesalahan 5%



populasi



Roscoe dalam buku R esearch M ethods F o r B usiness (1982:253) memberikan saran-saran tentang ukuran sampel untuk penelitian seperti berikut ini.



1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500. 2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: pria-wanita, pegawai negeri-swasta dan lain-lain) maka ju m lah anggota sampel setiap kategori minimal 30. 3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan m ultivariate (korelasi atau regresi ganda misalnya), maka ju m la h anggota sampel minimal 10 kali dari jum lah variabel yang d ite liti. M isalnya variabel penelitiannya ada 5 (independen + dependen), maka jum lah anggota sampel = 10 x 5 = 50 . 4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelom pok kontrol, maka ju m la h anggota sampel masing-masing antara 1 0 s/d 2 0 .



F. Cara Mengambil Anggota Sampel. Di bagian depan bab in i telah dikemukakan terdapat dua teknik sampling, yaitu probability sam pling dan nonprobability sampling. P ro b a b ility sampling adalah teknik sampling yang memberi peluang sama kepada anggota populasi untuk d ip ilih menjadi anggota sampel. Cara demikian sering disebut dengan random sampling, atau cara pengambilan sampel secara acak. Pengambilan sampel secara random/acak dapat dilakukan dengan bilangan random, komputer, maupun dengan undian. B ila pengambilan dilakukan dengan undian, maka setiap anggota populasi diberi nomor terlebih dahulu, sesuai dengan ju m la h anggota populasi. Karena teknik pengambilan sampel adalah random, maka setiap anggota populasi mempunyai peluang sama untuk d ip ilih m enjadi anggota sampel. Untuk contoh diatas peluang setiap anggota populasi = 1/1000. Dengan demikian cara pengambilannya b ila nomor satu telah diam bil, maka perlu dikembalikan lagi, kalau tidak dikem balikan peluangnya menjadi tidak sama lagi. Misalnya nom or pertama tidak dikem balikan lagi maka peluang berikutnya menjadi 1: (1000 - 1) = 1/999. Peluang akan semakin besar bila yang telah diam bil tidak dikem balikan. B ila yang telah diam bil keluar lagi, dianggap tidak sah dan dikem balikan lagi.



ii BAB



6 S K A LA PEN GUKURAN DAN IN STR U M EN PENELITIAN



Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data, sedangkan dalam penelitian kualitatif-naturalistik peneliti akan lebih banyak menjadi instrumen, karena dalam penelitian k u a lita tif peneliti merupakan key instruments. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur n ila i variabel yang d ite liti. Dengan dem ikian jum lah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada jum lah variabel yang d ite liti. B ila variabel penelitiannya lim a, maka ju m la h instrumen yang digunakan untuk penelitian juga lim a. Instrumen-instrumen penelitian sudah ada yang dibakukan, tetapi masih ada yang harus dibuat peneliti sendiri. Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data k u a n tita tif yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala. Bermacam-macam skala pengukuran akan diberikan pada halaman berikut.



A. Macam-macam Skala Pengukuran Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan | menghasilkan data kuantitatif. Sebagai contoh, misalnya timbangan emas sebagai instrumen untuk mengukur berat emas, dibuat dengan skala mg dan akan menghasilkan data kua n tita tif berat emas dalam satuan mg bila digunakan untuk mengukur; meteran sebagai instrumen untuk mengukur panjang dibuat dengan skala mm, dan akan menghasilkan data kuantitatif panjang dengan satuan mm. Dengan skala pengukuran in i, maka n ila i variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan kom unikatif. M isalnya berat emas 19 gram, berat



besi 100 kg, suhu badan orang yang sehat 37° Celsius, IQ seseorang 150. Selanjutnya dalam pengukuran sikap, sikap sekelompok orang akan diketahui termasuk gradasi mana dari suatu skala sikap. Macam-macam skala pengukuran dapat berupa: skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio, dari skala pengukuran itu akan diperoleh data nominal, ordinal, interval dan ratio (hal in i telah diberikan pada bab I). Berbagai skala sikap yang dapat digunakan Administrasi, Pendidikan dan Sosial antara lain adalah: 1. 2. 3. 4.



untuk



penelitian



Skala Likert Skala Guttman Rating Scale Semantic Deferential



Ke lima jenis skala tersebut bila digunakan dalam pengukuran, akan mendapatkan data interval, atau rasio. H al in i akan tergantung pada bidang yangakan diukur.



1. Skala Likert Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial in i telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yangselanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diuku r dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala L ik e rt mempunyai gradasi dari sangat p o s itif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain: a. b. c. d. e.



Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju



a. Sangat positif b. Positif c. Negatif d. Sangat negatif



a. b. c. d.



a. b. c. d.



Selalu Sering Kadang-kadang T id ak pernah



Sangat baik B aik T id a k baik Sangat tidak baik



Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya:



1. 2. 3. 4. 5.



Setuju/selalu/sangat p o s itif diberi skor S etuju/sering/positif diberi skor Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor T id ak setuju/ham pir tidak pem ah/negatif diberi skor Sangat tidak setuju/tidak pemah diberi skor



5 4 3



2 1



Instrumen penelitian yang menggunakan skala L ik e rt dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda.



a. Contoh Bentuk Checklist: B erilah jawaban pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi tanda (V ) pada kolom yang tersedia.



No.



Pertanyaan



1.



Prosedur kerja yang baru itu akan segera diterapkan di perusahaan anda.



2



SS



ST



Jaw aban RG TS



STS



V



.



SS ST RG TS TS



= = = = =



Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju T ida k setuju



diberi diberi diberi diberi diberi



skor skor skor skor skor



5 4 3 2 1



Kem udian dengan teknik pengumpulan data angket, maka instrumen tersebut misalnya diberikan kepada 1 0 0 orang karyawan yang diam bil secara random. D a ri 100 orang pegawai setelah dilakukan analisis misalnya: 25 40 5 20 10



Orang Orang Orang Orang Orang



menjawab menjawab menjawab menjawab menjawab



SS ST RG TS STS



Berdasarkan data tersebut 65 orang (40 + 25) atau 65% karyawan menjawab setuju dan sangat setuju. Jadi kesimpulannya mayoritas karyawan setuju dengan adanya metode kerja baru. Data interval tersebut juga dapat dianalisis dengan menghitung rata-rata jawaban berdasarkan skoring setiap jawaban dari responden. Berdasarkan skor yang telah ditetapkan dapat dihitung sebagai berikut.



Jmlahskor untuk 25 o ran g



y an g m en ja w a b S S Jumlahskor untuk 40 o ran g y an g m en ja w ab S S Jumlah skor untuk 5 o ran g y an g m en ja w ab R G Amlahskor untuk 20 o ran g y an g m en ja w a b T S Jumlah skor untuk 10 o ran g y an g m en ja w ab S T S



=



25x5



=



125



= = = =



40x4



= = = =



160



=



350



5x3 20x2 10 x 1



Jumlah total



15 20 10



Jumlah skor ideal (kriterium ) untuk seluruh item = 5 x 100 = 500 (seandainya semua menjawab SS). Jumlah skor yang diperoleh dari penelitian = 350. Jadi berdasarkan data itu maka tingkat persetujuan terhadap metode kerja baru itu = (350 : 500) x 100% = 70% dari yang diharapkan (100%) Secara kontinum dapat digambarkan seperti berikut:



1 1



STS



TS



i 1 100



1 I 200



RG



ST



1 1 1 1 1 1 300 3 5 0 400



SS 1 500



Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari 100 responden maka rata-rata 350 terletak pada daerah setuju.



b, Contoh bentuk pilihan ganda Berilah salah satu jawaban terhadap pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi tanda lingkaran pada nom or jawaban yang tersedia. Prosedur kerja yang baru itu akan segera diterapkan d i lem baga anda? a. b. c. d. e.



Sangat tidak setuju Tidak setuju Ragu-ragu/netral Setuju Sangat setuju



Dengan bentuk p ilih an ganda itu, maka jawaban dapat diletakkan pada tempat yang berbeda-beda. U ntuk jawaban di atas “ sangat tidak setuju” diletakkan pada jawaban nom or pertama. U ntuk item selanjutnya jawaban “sangat tidak setuju” dapat diletakkan pada jawaban nom or terakhir.



D alam penyusunan instrumen untuk variabel tertentu, sebaiknya butirb u tir pertanyaan dibuat dalam bentuk kalim at positif, netral atau negatif, sehingga responden dapat menjawab dengan serius dan konsisten. Contoh: 1.



Saya mencintai mobil Diesel karena hemat bahan bakar (positif).



2.



Mobil Diesel banyak diproduksi di Jepang (netral).



3.



Mobil Diesel sulit dihidupkan di tempat dingin (negatif).



Dengan cara dem ikian maka kecenderungan responden untuk menjawab pada kolom tertentu dari bentuk checklist dapat dikurangi. Dengan model ini juga responden akan selalu membaca pertanyaan setiap item instrumen dan juga jawabannya. Pada bentuk checklist, sering jawaban tidak dibaca, karena letak jawaban sudah menentu. Tetapi dengan bentuk checklist, maka akan didapat keuntungan dalam hal in i singkat dalam pembuatannya, hemat kertas, mudah mentabulasikan data, dan secara visual lebih menarik. Data yang diperoleh dari skala tersebut adalah berupa data interval.



2. Skala Guttm an Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ y a -tid a k ” ; “ benar-salah” ; “ pernah-tidak pernah” ; “ p o s itif-n e g a tif ’ dan lainlain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikotom i (dua alternatif). Jadi kalau pada skala L ik e rt terdapat 3, 4, 5, 6 , 7 interval, dari kata “ sangat setuju” sampai ’’sangat tidak setuju” , maka pada dalam skala Guttman hanya ada dua interval yaitu “ setuju” atau “ tidak setuju” . Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Contoh : 1.



2.



Bagaimana pendapat anda, bila orang itu menjabat pimpinan di perusahaan ini? a.



Setuju



b.



Tidak setuju



Pernahkah pimpinan melakukan pemeriksaan di ruang kerja anda? a.



Tidak pernah



b.



Pernah



Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan terendah nol. M isalnya untuk jawaban setuju diberi skor 1 dan tidak setuju diberi skor 0. Analisa dilakukan seperti pada skala Likert. Pernyataan yang berkenaan dengan fakta benda bukan termasuk dalam skala pengukuran interval dikotom i.



Contoh: 1. Apakah tempat kerja anda dekat Jalan Protokol? a. Ya b. Tidak 2. Anda punya ijazah sarjana? a.



Tidak



b. Punya



3, Semantic Defferensial Skala pengukuran yang berbentuk semantic differensial dikembangkan oleh Osgood. Skala in i juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “ sangat positifn ya" terletak di bagian kanan garis, dan jawaban yang “ sangat n e g a tif' terletak di bagian k iri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang. Contoh:



Beri nilai gaya kepemimpinan Manajer anda Tidak bersahabat Lupa Janji Memusuhi Mencela Mendominasi



Bersahabat Tepatjanji Bersaudara Memberi pujian Mempercayai



Responden dapat memberi jawaban, pada rentang jawaban yang p o s itif sampai dengan negatif. H al in i tergantung pada persepsi responden kepada yang dinilai. Responden yang memberi penilaian dengan angka 5, berarti persepsi responden terhadap pem im pin itu sangat p o sitif, sedangkan b ila memberi jawaban pada angka 3, berarti netral, dan b ila memberi jawaban pada angka 1 , maka persepsi responden terhadap pem im pinnya sangat negatif.



4. Rating Scale Dari ke tiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang diperoleh semuanya adalah data k u a lita tif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi dengan data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.



rating-scale



Responden menjawab, senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, pernah atau tidak pernah adalah merupakan data kualitatif. Dalam skala model rating scale, responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban k u a lita tif yang telah disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban k u a n tita tif yang telah disediakan. Oleh karena itu ratingscale ini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainya, seperti skala untuk mengukur status sosial ekonom i, kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan dan lain-lain. Yang penting bagi penyusun instrumen dengan rating scale adalah harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada a lternatif jawaban pada setiap item instrumen. Orang tertentu m em ilih jawaban angka 2, tetapi angka 2 oleh orang tertentu belum tentu sama maknanya dengan orang lain yang juga m em ilih jawaban dengan angka 2 .



Contoh 1: S e b e ra p a b a ik d a ta ru a n g k e rja y an g a d a di P e ru sa h a a n A ?



Berilah jawaban dengan angka: 4. 3. 2. 1.



b ila b ila b ila b ila



ta ta ta ta ta ta ta ta



ru a n g ru an g ru a n g ru a n g



itu itu itu itu



san g a t b aik cu k u p b aik k u ran g b aik san g a t tid a k b aik



Jawablah dengan melingkari nomor jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan yang sebenamya No. item Pertanyaan tentang tata ruang kantor Interval jawaban 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10



P e n a ta a n m eja k e rja se h in g g a aru s k erja m en ja d i p en d e k P e n c a h a y a a n alam tiap ru an g an P e n c a h a y a a n b u a ta n /listrik tiap ru an g sesu ai d e n g a n k eb u tu h an . W a rn a lan tai se h in g g a tid a k m en im b u lk an p a n tu la n c a h a y a y an g d a p a t m en g g a n g g u p eg aw ai S irk u la si u d a ra setiap ru an g an K e se ra sia n w arn a ala t-a la t k an to r, p e ra b o t d e n g a n ru an g an P e n e m p a ta n lem ari arsip P e n e m p a ta n ru a n g a n p im p in an M e n in g k a tk a n k ea k ra b a n sesa m a p eg aw ai K e b e rsih a n ru an g an



4



3



2



1



4 4



3



1



-J



T.



2 2



1



4



3



2



1



4



3



2



1



4



3



2



1



4 4 4 4



3 3 3 3



2 2 2 2



1 1 1 1



Bila



instrumen tersebut digunakan sebagai angket dan diberikan kepada 30 responden, maka sebelum dianalisis, data dapat ditabulasikan seperti pada tabel 6 . 1 halaman berikut.



pada



I' Jumlah skor kriterium (bila setiap b u tir mendapat skor tertinggi) = 4 x 10 *30= 1200. Untuk ini skor tertinggi tiap b u tir = 4, ju m la h b u tir = 10 dan jumlah responden = 30. f Jumlah skor hasil pengumpulan data = 818. Dengan dem ikian kualitas tataruang kantor lembaga A menurut persepsi 30 responden itu 818 : 1200 = n dari kriteria yang ditetapkan. Hal in i secara kontinum dapat dibuat Jategori sebagai berikut. ^ 0 0



San.9 tidak



________ 600



, 9Q0



1200



K u r a n g 8 1 8 C u k u p S a n g a t baik baik baik



baik Nilai 818 termasuk dalam kategori interval “ kurang baik dan cukup baik” . Tetapi lebih mendekati cukup baik.



Contoh 2: Seberapa tinggi pengetahuan anda terhadap mata pelajaran berikut sebelum dan sesudah mengikuti pendidikan dan latihan. Arti setiap angka adalah sebagai berikut. 0



= bila sama sekali belum tahu



1



= telah mengetahui sampai dengan 25%



2 = telah mengetahui sampai dengan 50% 3 = telah mengetahui sampai dengan 75% 4



= telah mengetahui 100% (semuanya)



Mohon dijawab dengan cara melingkari nomor sebelum dan sesudah latihan Pengetahuan sebelum mengikuti diklat 3 4 0 1 2 3 4 0 1 2 3 4 0 1 2 3 4 0 1 2 3 4 0 1 2 3 4 0 1 2 3 4 0 1 2



Mata pelajaran Komunikasi Tata ruang kantor Pengambilan keputusan Sistem pembuatan laporan Pemasaran Akutansi Statistik



Pengetahuan sesudah mengikuti diklat 0 2 3 4 2 0 3 4 0 2 3 4 0 2 3 4 0 2 3 4 0 2 3 4 0 2 3 4



Dengan dapat diketahuinya pengetahuan sebelum dan sesudah mengikuti d iklat, maka pengaruh pendidikan dan latihan dalam menambah pengetahuan para pegawai yang m engikuti dikla t dapat dikenali. Data dari pengukuran sikap dengan skala sikap adalah berbentuk data interval, dem ikian juga dalam pengukuran tata ruang. Tetapi data hasil dari pengukuran penambahan pengetahuan seperti tersebut dia atas akan menghasilkan rasio. Selain instrumen seperti yang telah dibicarakan di atas, ada instrumen penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data nom inal dan ordinal.



TABEL 6.1 JAWABAN 30 RESPONDEN TENTANG TATA RUANG KANTOR



Nomor Responden 1 2



3 4 5



1 4 3 3



Jawaban Responden untuk item nomor: 2 3 4 5 6 7 8 9 3 2 1 2 3 3 3 4 4 4 1 3 4 4 3 2 3



1



2



4



3



10 4



1



1 1



3 3



3 3



3 3



3 3



2



2



2



2



4



4



3



3



29 29 28 25 29 15 18 33 36 14 24 15 28 33 26 38



2



2



2



2



2



20



3



3



2



2



2



27 27



2



2



2



21



3 3 4 3 4



3 3 4 3 4



3 3 4 3 4



3 3 3 4 3 3



3 3



3



1



3 3 3



2



2



3 3 3 3 3 4 3 3 3 4



2



2



2



3 4 3 3 4 3



2



2



4 3 3 4 4 4 4 4



4 3 3 4 4



26 28 37 30 35 29 38 26 25 29



3 3 3



2



2



2



3



3 3



3



3



2



1



3 3 3 2



2



3 2



1



4 3 4



2



2



2



1



2



2



1 1 1



2



1 1



3 4



4 3



4 3



4 3



3 3



1



1



3 4 1



2



2



3



2



1



3



2



2



1



2 2



2



3



4 3 4



3 3 3 4



3 3 3 4



3 3 3 4



2



2



2



2



3 3



2



3



3



20



1



3 3 1



21



2



22



3



23 24 25 26 27 28 29 30



2



3 3 3 3 4 3 3 3 3 3



1



7



2



2



2



2



2



8



3 4



3 4



3 4



10



1



3 4 1



1



11



3



3



3



12



2



13 14 15 16 17 18 19



3 4 3 4



2 2



2 2



4 3 4



2



Jumlah



3 4 3 4 4 4 3



1



3



6



9



1



Jml



2



2



2



2



4 3 3



4



4



4



2



2



2



2



2



2



2



2



2



1



2



2



2



3



4



4



1



1



2 2 2



818



1, Instrumen untuk m enjaring data nom inal Contoh: a. Berapakah jumlah pegawai di tempat anda bekerja



pegawai.



b. Berapakah orang yang dapat berbahasa Belanda........ orang. c. Berapakah orang pemimpin yang Anda sukai.................... d. Berapakah jumlah komputer yang dapat digunakan di lembaga Anda komputer. e. Dari mana Anda mengetahui tata kerja yang b a ru .................



2, Instrumen untuk m enjaring data ordinal Contoh:



Berilah rangking terhadap sepuluh pegawai di bidang pelayanan rumah sakit sebagai berikut.



TABEL 6.2 RANGKING TERHADAP SEPULUH PEGAWAI DI BIDANG PELAYANAN RUMAH SAKIT Nama Pegawai A B C D E F G H i



Rangking nomor



1



j Misalnya pegawai E adalah yang paling baik kinerjanya, maka pegawai tersebut diberi tersebut diberi rangking 1 . Pada tabel 6.3 berikut in i juga diberikan contoh instrumen untuk mendapatkan data ordinal. Dengan instrumen tersebut responden dim inta untuk mengurutkan rangking 23 faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan. M isalnya sistem pembinaan ka rir merupakan faktor yang paling berperan dalam mempengaruhi produktivitas, maka faktor no 1 0 tersebut diberi rangking 1 .



TABEL 6.3 RANGKING FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN Rank No.



....... ....... ....... ....... ....... ....... ....... ....... ....... ....... ....... ....... ....... .......



Faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan 1 . latar belakang pendidikan formal 2 . dorongan keluarga 3. training sebelum bekerja 4. magang sebelum bekerja 5. bakat seseorang 6 . pengawasan atasan 7. peranan pemimpin 8 . gaji bulanan 9. uang lembur 1 0 . pembinaan karier 1 1 . pekerjaan sesuai minat 1 2 . hubungan dengan teman kerja 13. hubungan dengan pemimpin 14. kejelasan apa yang dikerjakan 15. kreati vitas 16. kebersihan ruangan 17. cahaya ruangan 18. sirkulasi udara 19. waktu istirahat 2 0 . alat-alat kerja 2 1 . kesehatan kerja 2 2 . harapan karyawan yang dipenuhi 23. disiplin kerja



B. Instrum en Penelitian Pada prinsipnya m eneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. M e n e liti dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau dinamakan membuat laporan dari pada melakukan penelitian. Namun dem ikian dalam skala yang paling rendah laporan juga dapat dinyatakan sebagai bentuk penelitian (Em ory, 1985). Karena pada prinsipnya m eneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. A la t ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati, Secara spesifik semua fenomena in i disebut variabel penelitian. Instrum en-instrum en yang digunakan untuk mengukur variabel dalam ilm u alam sudah banyak tersedia dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya. V ariabel-variabel dalam ilm u alam misalnya panas, maka instrumennya



adalah calorimeter, variabel suhu maka instrumennya adalah thermometer, variabel panjang maka instrumennya adalah m istar (meteran), variabel berat maka instrumennya adalah timbangan berat. Instrum en-instrum en tersebut mudah didapat dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya, kecuali yang rusak dan palsu. Instrumen-instrumen yang rusak atau palsu b ila digunakan untuk mengukur harus d iu ji validitas dan reliabilitasnya terlebih dulu. Instrumen-instrumen dalam penelitian sosial memang ada yang sudah tersedia dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya, seperti instrumen untuk mengukur m otif berprestasi, (n-ach) untuk mengukur sikap, mengukur IQ, mengukur bakat dan lain-lain. Walaupun instrumen-instrumen tersebut sudah ada tetapi sulit untuk dicari, dimana harus dicari dan apakah bisa d ib e li atau tidak. Selain itu instrumen-instrumen dalam bidang sosial walaupun telah te ru ji validitas analisis reliabilitasnya, tetapi bila digunakan untuk tempat tertentu belum tentu tepat dan m ungkin tidak valid dan reliabel lagi. H al in i perlu dimaklumi karena gejala/fenomena sosial itu cepat berubah dan sulit dicari kesamaannya. Instrumen tentang kepemimpinan m ungkin valid untuk kondisi Amerika, tetapi m ungkin tidak valid untuk Indonesia. Untuk itu maka peneliti-peneliti dalam bidang sosial instrumen penelitian yang digunakan sering disusun sendiri termasuk m enguji validitas dan reliabilitasnya. Jumlah instrumen penelitian tergantung pada ju m lah variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk d ite liti. M isalnya akan m eneliti tentang “Pengaruh kepemimpinan dan iklim kerja lem baga terhadap produktivitas kerja pegaw ai ” . Dalam hal ini ada tiga instrumen yang perlu dibuat yaitu: 1. Instrumen untuk mengukur kepemimpinan 2.



Instrumen untuk mengukur ik lim kerja,



3.



Instrumen untuk mengukur produktivitas kerja pegawai



C. Cara M enyusun Instrum en Instrumen-instrumen penelitian dalam bidang sosial umumnya dan khususnya bidang adm inistrasi yang sudah baku sulit ditemukan. U ntuk itu maka peneliti harus mampu membuat instrumen yang akan digunakan untuk penelitian. T itik tolak dari penyusunan adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk d ite liti. D ari variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur. D ari indikator in i kemudian dijabarkan menjadi b u tir-b u tir pertanyaan atau pemyataan. U ntuk memudahkan penyusunan instrumen, maka perlu digunakan ‘ m a trik pengem bangan in stru m e n ” atau “ k is i- k is i in stru m e n ”.



Sebagai contoh misalnya variabel penelitiannya “ tingkat kekayaan” Indika tor kekayaan misalnya: rumah, kendaraan, tempat belanja, pendidikan, jenis makanan yang sering dimakan, jenis olahraga yang dilakukan dan sebagainya. U ntuk indikator rumah, bentuk pertanyaannya misalnya: 1) berapa ju m la h rumah, 2) dimana letak rumah, 3) berapa luas masing-masing rumah, 4) bagaimana kualitas bangunan rumah dan sebagainya. U ntuk bisa menetapkan indikator-ind ikator dari setiap variabel yang d ite liti, maka diperlukan wawasan yang luas dan mendalam tentang variabel yang d ite liti, dan teori-teori yang mendukungnya. Penggunaan teori untuk menyusun instrumen harus secermat m ungkin agar diperoleh indikator yang valid. Caranya dapat dilakukan dengan membaca berbagai referensi (seperti buku, ju rn a l) membaca hasil-hasil penelitian sebelumnya yang sejenis, dan konsultasi pada orang yang dipandang ahli. M oorhead (1986) mengemukakan indikator birokrasi yang ideal menurut M ax W eber, in dika tor (prinsip) pengorganisasian menurut Fayol, dan indikato r performance kerja (kinerja) adalah sebagai berikut.



1. Indikator Birokrasi yang ideal menurut Weber: a.



Rules and procedure:



b.



D iv isio n o f la b o r



c.



H ie ra rch y o f authority



d.



Technical competence



e.



Separation o f ownership



f



Rights and property o f the position



g.



Docum entation



2. Indikator Pengorganisasian (prinsip organisasi) menurut Fayol a.



D iv isio n o f work



b.



A uthority and responsibility



c.



D iscip lin e



d.



U nity o f command



e.



Unity o f direction



f



Subordination o f in d ividu al interest to general interest



g.



Rem uneration o f personnel



h.



C entralization



i.



S c a la r chain



j.



O rd er



3. Indikator P erform ance a. Quantity b. Quality c. Teamwork d. Innovation e. Independence Osborne dalam bukunya yang berjudul “ Reinventing Government” How the Entrepreneurial Spirit Is Transforming The Public Sector , yang dilerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “ Mewirausahakan Birokrasi” mengemukakan 1 0 prinsip yang dapat dijadikan sebagai indikator pemerintah wirausaha.



1. Pemerintahan Katalis:



mengarahkan ketimbang (Catalytic Government: Steering rather than row ing)



mengayuh



Pemerintahan Milik Masyarakat:



2.



memberi wewenang ketimbang melayani (Com m unity-Owned Government: Em pow ering rather than Serving)



3.



M enyuntikkan persaingan ke dalam pemberian pelayanan (competitive government: injecting Competition in to ser\’ice delivery)



Pemerintahan yang kompetitif:



4. Pemerintahan yang digerakkan oleh Misi: mengubah organisasi yang digerakkan oleh peraturan (M ission transferring rule-driven organization) 5.



driven government:



Pemerintahan yang berorientasi hasil:



M em biayai hasil, bukan masukkan (Result oriented government: fu n d in g outcome, not input)



6. Pemerintahan berorientasi pelanggan:



memenuhi kebutuhan pelanggan bukan birokrasi (Custom er-driven government: M eeting the needs o f the customer, not bureaucracy)



7.



Pemerintahan



Wirausaha:



M enghasilkan ketimbang membelanjakan (Enterprising Government: E a rn in g rather than spending)



8. Pemerintahan Antisipatif:



Mencegah daripada mengobati (Anticipatory Government: prevention rather than cure)



9. Pemerintahan berorientasi Pasar:



mendongkrak perubahan m elalui pasar(M arket-oriented Government: leveraging change through out the market)



10.



Mengumpulkan semua menjadi satu (Pu t it a ll together)



Bapenas merumuskan Indikator Good Public Governance Pemerintahah yang baik) di Indonesia menjadi 14 yaitu:



(Tata



1. Berwawasan ke depan (visi strategis) 2. Terbuka (transparan) 3. Cepat Tanggap (responsif) 4. Bertanggungjawab/bertanggunggugat (akuntabel) 5. Profesional dan kompeten 6



. Efisien dan e fe k tif



7. Desentralistis 8



. Dem okratis



9. M endorong partisipasi masyarakat 10. M endorong kemitraan dengan swasta dan masyarakat 11. M enjunjung tin gg i supremasi hukum 12. Berkom itm en pada pengurangan kesenjangan 13. Berkom itm en pada tuntutan pasar 14. Berkom itm en pada lingkungan hidup



mengemukakan indikator manajemen yang



Robert M . R anftl (1982) efektij d ilih a t dari variabel planning, organizing and staffing, directing, control,! com m unication, space and facilities adalah sebagai berikut.



1. Planning a.



D evelop realistic, time phased plans f o r long, medium, and' short term.



b.



A nalyze risk and provide f o r contingencies.



c.



Produce v a lid and timely proposals and accurate cojfl estimate.



d.



F o recast fu nd ing and manpower requirement accurately.



2. Organizing and Staffing a.



E stablish c le a r accountability.



definition



of



function,



authority,



and



b.



Select the most q u alifie d personal to f i l l its needs.



c.



A ssign personnel so as to best utilize th eir capabilities anil potential.



d.



Assess its strengths and weakness deficiency correct deficiencies.



and prom ptly correct I



3. Directing a.



M ain tain high perform ance standard.



b.



Stress people-oriented leadership and the im portance o f personal example.



c.



Delegate work effectively, encouraging maximum employee involvement and responsibility.



d.



Recognize achievement and distribute rew ard equitably.



e.



Encourage employee development and growth.



4. Control a.



M o n ito r operasional deficiencies.



progress



and



prom ptly



correct



b.



Control expenditures as required to assure achievement o f p ro fil objective.



c.



Adhere to schedule.



d.



Assess its productivity and continually strive it improve it.



5. Communication a.



M a in ta in good communications.



intra-



and



inter



organizational



b.



Keep management inform ed o f key operations and problems.



c.



Keep employee inform ed and s o lic it their ideas and opinion.



d.



Encourage the exchange o f technical inform ation.



6. Procurement/Subcontracting a. b.



A c t prom ptly on procurem ent matter E stablish e f f e c tiv e tim e - p h a s e d p lan s f o r procurem ent



c.



Assume an active role in “make o r



d.



Assist in M oping sub*‘ontract sources



e.



M a in ta in an effective interface with subcontractors and m onitor subcontractor progress



7 . Space and Facilities a.



A ccurately p red ict its space and fa c ilitie s needs.



b.



M ake optim al use o f ava ilab le space and fa cilitie s .



c.



Ensure p ro p e r maintenance instruments and equipment.



d.



M o i” *-'



and



ca libra tio n



e.



M ain tain required accountability records o f a ll property.



f.



M a in ta in high standards o f housekeeping.



C hung/M egginson (1981) mengemukakan indikator variabel performance kerja yang m eliputi: 1.



Quantity o f work



2.



Q u ality o f work



3.



Jo b Knowledge



4.



Creativeness



5.



Cooperation



6.



D ependability



7.



Initiative



8.



Personal Q ualities



Selanjutnya di bagian yang lain Chung/Megginson (1981) mengemukakan indikator variabel pekerjaan manajer (manager jo b ) adalah seperti tabel 6.4 berikut. D ari tabel 6.4 ter-ihat bahwa, pekerjaan manajer m eliputi lim a sub variabel yaitu: interpersonal role; inform ational role; decision roles, adm inistrative activities; technical, organizing activities. Setiap sub variabel ada yang dikembangkan menjadi berbagai komponen dan ada yang tidak. Berdasarkan komponen dan deskripsi tersebut selanjutnya dapat disusun ke dalam pertanyaan atau pernyataan. Parasuraman dan B erry (1990) memberikan dim ensi, indikator dan contoh pertanyaan tentang Kualitas Pelayanan seperti ditunjukkan pada tabel 6.5 berikut. Dangin A ryadi (2002) mengembangkan instrumen untuk mengukur Pelaksanaan Manajemen U n it Produksi di Sekolah Menengah Kejuruan, dengan kisi-kisi seperti ditunjukkan pada tabel 6 .6 . Pada penelitian tersebut, terdapat 5 variabel yang ditetapkan untuk d ite liti yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.



TABEL 6.4 KISI-KISI/MATRIK PENGEMBANGAN INSTRUMEN: VARIABEL PEKERJAAN MANAJER Variabel



Subvariabel



i M anajer



Interpersonal Role



as ‘E5 a> X VX



Informational Roles



Decision Roles



Decision Roles \dministrative \ctivities ’echnical \ctivities Organizing ictivities



Komponen dan Deskripsi Figure head: activities involving ceremonial, social, or legal duties (dinner, luncheons, signing contract, civic affair, etc) Leader, motivating, guiding, developing subordinates (staffing, training, and rewarding employees) Liaison: maintaining contacts with people outside of your chain of command (staff meeting, lunches with peers, customers, and supplier) Monitor: Seeking and obtaining information through verbal and written communication media (meeting, memos, reports, telephone) Disseminator: transmitting information to subordinates (trough meeting, memos, briefing, and telephone) Spokesperson-, transmitting information to people outside the work group (speaking to groups, reporting to outsiders, and briefing stockholders) Entrepreneur: searching for business opportunities and planning new activities for performance improvement (new venture, new product, and planning) Disturbance Handler, taking corrective action on problems or pressure (labor strikes, material shortages, and personal conflict resolutions) Resource Allocate: deciding which organizational units get what resources and how much (budgeting, capital expenditure decisions, and personal assignment) Negotiator, negotiating with employees, customers, suppliers, labor contract negotiations, and salary negotiations) Processing paperwork, budgetary administration, and monitoring rules and regulation Solving technical problems, supervising the technical work, and working with tools and equipment Organizing or reorganizing group activities, reassigning tasks, and defining authority and responsibility relationships



TABEL 6.5 DIMENSI, DEFINISI DAN CONTOH PERTANYAAN TENTANG KUALITAS PELAYANAN Dimension and Definition Tangibles: Appearance of physical facilities equipment, personnel, and communication materials. Reliability. A bility to perform the promised service dependably and accurately



Responsiveness: Willingness to help customers and provide prompt service



Competence-. Possession o f the required skills and knowledge to perform the service



Courtesy : Politeness, respect, consideration, and friendliness o f contact personnel.



Example of Specific Question Raised by Customer 1. 2. 3. 4.



5.



Are the bank’s facilities attractive? Is my stockbroker dressed appropriately? Is my credit card statement easy to understand? Do the tools used by the repair person look modern?



When a loan officer says she w ill call me back in 15 minutes, does she do so? 6 . Does the stockbroker follow my exact instruction to buy or sell? 7. Is my credit card statement free o f errors? 8 . Is my washing machine repaired right the first time? 9. When there is a problem with my bank statement, does the bank resolve the problem quickly? 10. Is my stockbroker willing to answer my question? 1l> A re charges for returned merchandise credited to my account promptly? 12. Is the repair firm willing to give me a specific time when the repair person w ill show up? 13. Is the bank teller able to process my transactions without fumbling around? 14. Does my brokerage firm have the research capabilities to accurately track market development? 15. When I call my credit card company, is the person at the other and able to answer my questions? 16. Does the repair person appear to know what he is doing? 17. Does the bank teller have a pleasant demeanor? 18. Does my broker refrain from acting busy or being rude when I ask questions? 19. Are the telephone operators in the credit card company consistently polite when answering my calls? 20. Does the repair person take o ff his muddy shoes before stepping on my carpet?



Lanjutan tabel 6.5



t



Dimension and Definition



Credibility. T ru st worthiness, believability, honesty of the service provider.



Security: Freedom from danger, risk, o r doubt.



Access: Approachability and ease of contact



Communication: Keeping customer informed in language they can understand and listening to them



Understanding the Customer: Making the effort to know customers and their needs



Examples of specific Question Raised by Customer Does the bank have a good reputation? Does my broker refrain from pressuring me to buy? Are the interest rates/fees charged by my credit card company consistent with the services provided? Does the repair firm guarantee its service? Is it safe for me to use the bank’ s automatic teller machines? Does my brokerage firm know where my stock certificate is? Is my credit card safe from unauthorized use? Can I be confident that the repair job was done properly?_________________________ How easy is it for me to talk to senior bank officials when I have a problem? Is it easy to get through to my broker over the telephone? Does the credit card company have a 24- hour, toll-free telephone number? Is the repair service facility conveniently located? Can the loan officer explain clearly the various charges related to the mortgage loan? Does my broker avoid using technical jargon? When I call my credit card company, are they willing to listen to me? Does the repair firm call when they are unable to keep a scheduled repair appointment?_____ Does someone in my bank recognize me as a regular customer? Does my broker try to determine what my specific financial objectives are? Is the credit card company consistent with what I can afford (i.e..neither too high nor too low? Is the repair firm willing to be flexible enough to accommodate my schedule?_____________



TABEL 6.6 KISI-KISI INSTRUMEN UNTUK MENGUKUR PELAKSANAAN MANAJEMEN UNIT PRODUKSI PADA SMK DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Indikator



Variabel Perencanaan



1. 2



Pengorganisasian



Pelaksanaan



. 3. 4. 5. 6 . 7. 1. 2 . 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2



. 3. 4. 5. 6 .



Proses Omset Pemanfaatan Relevansi Target Ketertiban



3 3 1



3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1



3 4 4 1 1 2



Nomor butir pada instrumen* A l, 2, 3 A4, 5, 6 A7 A 8 , 9, 10 A ll A12 dan 13 A. 14 B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 C l, 2, 3 C4, 5, 6 C 8 , 9, 11 C12 C13 C14, 15



DI Program 1 2 D2, 3 Intensitas 1 D4 Evaluasi Tindak lanjut 1 D5 1 D6 Kualitas 1 Jadwal D7 Resiko 1 D8 Biaya 1 D9 Pemantauan 1 DIO 1 D ll 1 0 . Pelaporan *Instrumen tidak dilampirkan, sehingga butir-butir tidak diketahui Pengawasan



1.



Tujuan Keterkaitan Sistematis Anggaran Jadwal Program Pengembangan Struktur organisasi Mekanisme kerja Ketatausahaan Staffing Program kerja Departemenisasi BadanIndependen



Jumlah butir



2



. 3. 4. 5. 6 . 7. 8. 9.



D, Contoh Judul Penelitianan Dikembangkan



dan



Instrum en



yang



Judul Penelitian:



GAYADAN SITU A SI K EPEM IM PIN A N SERTA PENGARUHNYA TERHADAP IK L IM KERJA ORGANISASI Judul tersebut terdiri atas dua variabel indepeden dan satu dependen. Masing-masing instrumennya adalah: a. Instrumen untuk mengukur variabel gaya kepemimpinan b. Instrumen untuk mengukur variabel situasi kepemimpinan c. Instrumen untuk mengukur variabel ik lim kerja organisasi Supaya penyusunan instrumen lebih sistematis, sehingga mudah untuk dikontrol, dikoreksi, dan dikonsultasikan pada orang ahli, maka sebelum instrumen disusun menjadi item -item instrumen, maka perlu dibuat kisi-kisi instrumen seperti pada tabel 6.5 dan 6 . 6 Selanjutnya untuk menyusun item -item instrumen, maka indikator dari variabel yang akan d ite liti dijabarkan m enjadi item - jm instrumen. Item item instrumen harus disusun dengan bahasa yang jelas sehingga semua fihak yang berkepentingan tahu apa yang dimaksud dalam item instrumen tersebut. Indikator-indikator variabel itu sering disebut suatu “ construct” dari suatu instrumen, yang dalam membuatnya diperlukan berbagai konsep dan teori serta hasil penelitian yang memadai. Berikut ini diberikan contoh instrumen yang diperlukan untuk mengungkapkan variabel gaya kepemimpinan, situasi kepemimpinan, dan iklim kerja organisasi dari suatu populasi penelitian (m isalnya unit kerja tertentu). Item-item setiap instrumen merupakan muatan atau penjabaran dari indikator variabel yang d ite liti. Instrumen gaya kepemimpinan te rd iri atas 18 b u tir pertanyaan, situasi kepemimpinan 18 b u tir pertanyaan, dan ik lim kerja organisasi 14 butir pertanyaan. Berapa ju m la h item /butir instrumen yang diperlukan? Jawabannya adalah yang paling sedikit tetapi memadai untuk mengukur variabel yang akan d ite liti. Termometer pengukur suhu badan hanya memuat 8 butir pertanyaan (apakah suhu badannya: 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42 °C), tetapi instrumen in i sudah cukup memadai untuk mengukur suhu badan. Suhu badan orang tidak ada yang di bawah 35° C atau d i atas 42° C. Termometer suhu badan menjadi tidak memadai b ila digunakan untuk mengukur suhu udara, yang rentangnya berbeda dengan suhu badan.



TABEL 6.7 KISI-KISI INSTRUMEN YANG DIPERLUKAN UNTUK MENGUKUR GAYA KEPEMIMPINAN, SITUASI KEPEMIMPINAN DAN IKLIM KERJA ORGANISASI V ariabel Penelitian



Indikator 1.



Gaya Kepemimpinan



2



.



3. 1



Situasi kepemimpinan



2



. 3. 1



2



Iklim Kerja organisasi



.



. .



3. 4. 5. 6 . 7.



No. item instrumen



Kepem im pinan d ire k tif Kepemimpinan supportive Kepemimpinan p a rtisip atif



1,4, 7, 10, 13, 16 2, 5, 8 , 11, 14, 17



Hubungan pemimpin dengan anggota Tugas-tugas Power position



1,2, 3 ,4 , 5, 6 ,



O tonom i dan fleksibilitas Menaruh kepercayaan dan terbuka Sim patik dan memberi dukungan Jujur dan menghargai Kejelasan tujuan Pekerjaan yang resiko Pertumbuhan kepribadian



3 ,6 , 9, 12, 15, 18



7, 8 , 9, 10, 11, 12 13, 14, 15, 16, 17, 18 1, 2 3 ,4



5, 6 7 ,8 9, 10 11, 12 13, 14



1. Instrumen yang diperlukan untuk mengungkapkan v a ria b e l g a y a k e p e m im p in a n dari suatu unit kerja tertentu. Sumber datanya adalah bawahan dari pimpinan yang dinilai. Bentuk angketnya adalah m u ltip le c h o ic e (p ilih a n g a n d a ) Mohon dijawab pertanyaan-pertanyaan berikut sesuai dengan hasil pengamatan Bapak/Ibu/Sdr. 1.



Apakah pemimpin Anda menjelaskan tugas-tugas yang harus dikerjakan kelompok? a.



Tidak pernah



b.



Jarang sekali



c.



Sering



d.



Selalu



2. Apakah pimpinan Anda menunjukkan hal-hal yang dapat menarik minat kerja pegawai? a. Selalu b. Sering c. Jarang sekali d. Tidak pernah 3. Apakah pemimpin merumuskan tujuan?



Anda



mengajak



anggota



kelompok



bersama-sama



a. Selalu b. Sering c. Jarang sekali d. Tidak pernah 4. Apakah pemimpin Anda memberitahukan kepada para pegawai tentang apa yang harus dan bagaimana cara mengerjakan suatu pekerjaan? a. Tidak pernah b. Jarang sekali c.



Sering,



&.



S e \a \u



5. Apakah pemimpin Anda berupaya m n g m b a n g k l t t l S U B S m bersahabat?



Tidak pernah



I



b. Jarang sekali



6.



C.



Sering



d.



Selalu



Apakah pemimpin Anda bekerja sama dengan anggota kelompok utituk menyusun tugasnya masing-masin^1? a.,



Se\a\u



V>. H&r'wvg, e.



Jaran g scVtaW



d. Tidak pernah



yang Jain?



menetapkan



orang dengan orang a.



Selalu



b.



Sering



c.



Jarang sekali



d.



Tidak pernah



8



.



9.



Apakah pemimpin Anda memberi kesempatan kepada para pegawai untuk menyampaikan perasaan dan perhatiannya? a.



Tidak pernah



b.



Jarang sekali



c.



Sering



d.



Selalu



Apakah pemimpin Anda menggunakan partisipasi dari anggota kelompok untuk melancarkan komunikasi antar pegawai? a.



Selalu



b.



Sering



c.



Jarang sekali



d.



Tidak pernah



10. Apakah pemimpin Anda melakukan instruksi yang jelas kepada para pegawai? a.



Selalu



b.



Sering



c.



Jarang sekali



d.



Tidak pernah



11. Apakah pemimpin Anda memperhatikan konflik-konflik yang terjadi pada anggota kelompok pegawai? a.



Tidak pernah



b.



Jarang sekali



c.



Sering



d.



Selalu



12. Apakah pemimpin Anda lebih memperhatikan kerja kelompok dari pada kompetisi individual? a.



Selalu



b.



Sering



c.



Jarang sekali



d.



Tidak pernah



13. Apakah pemimpin Anda mengatakan kepada para pegawai bagaimana caranya mendapatkan hadiah? a.



Tidak pernah



b.



Jarang sekali



c.



Sering



d.



Selalu



14. Apakah pemimpin Anda memberi hadiah kepada para pegawai agar mereka seialu bersemangat kerja?



a. Selalu b. Sering c. Jarang sekali



d. Tidak pernah Apakah pemimpin Anda memberi kesempatan kepada para pegawai untuk mendiskusikan masalah-masalah dengan pimpinan?



15.



a. Tidak pernah b.



Jarang sekali



c.



Sering



d. Selalu 16. Apakah pemimpin Anda menggunakan hadiah dan hukuman untuk mengontrol para pegawai? a. Selalu b. Sering c.



Jarang sekali



d. Tidak pernah 17.



Apakah pimpinan Anda menekankan hubungan antar pribadi kepada para pegawai? a.



18.



Selalu



b.



Sering



c.



Jarang sekali



d.



Tidak pernah



Apakah pemimpin Anda memberikan perhatian pada kelompok yang tidak sukses dalam kerja? a.



Tidak pernah



b.



Jarang sekali



c.



Sering



d.



Selalu



Instrumen tentang gaya kepemimpinan itu dikembangkan dari teori kepemimpinan situasional. Oleh karena itu gaya kepemimpinan yang baik, tergantung pada situasinya. Pada saat menjelaskan tugas-tugas kelom pok maka ia harus bergaya d ire k tif, pada saat m enunjukkan hal-hal yang dapat menarik m inat anggotanya maka ia harus bergaya suportif, dan untuk merumuskan tujuan kelom pok maka ia bergaya partisipatif. Jadi tidak berarti gaya kepemimpinan yang baik itu yang p a rtisip a tif saja.



Dengan instrumen tentang gaya kepemimpinan itu, maka akan dapat digunakan untuk mengukur gaya kepemimpinan seseorang atau kelom pok orang pada lembaga tertentu. Sebaik apa gaya yang ditampilkan oleh seseorang akan dapat diu kur dan diketahui secara Cara menghitung seperti pada contoh instrumen tata ruang di atas, atau pada bab tentang analisis data.



kualitas



kuantitatif.



Item -item (b u tir) instrumen gaya kepemimpinan itu sifatnya masih umum, untuk lebih spesifiknya maka item -item tersebut perlu dikaitkan dengan tugas-tugas pem im pin sehari-hari. M e n ila i pem im pin akan lebih o b ye ktif bila sumber datanya menggunakan berbagai kelom pok yang terlibat dengan pekerjaan pimpinan. U ntuk itu maka akan o b y e k tif bila sumber datanya adalah: 1.



Bawahan



2.



Teman kerja



3.



Atasan (b ila ada)



4.



Yang bersangkutan (pem im pin m enilai dirinya sendiri).



Contoh instrumen gaya kepemimpinan yang diberikan tersebut sumber datanya adalah bawahan, untuk itu maka item pertanyaan dimulai dari kalim at “ apakah pem im pin A nda” kata “ Anda” bisa diganti “ bapak/ibu/sdr”. B ila datanya adalah teman kerja pem im pin, maka item pertanyaan dapat dim ulai dengan kalim at “ apakah teman kerja anda/bapak/ ibu/sdr” . Dalam pengantar instrumen perlu disebutkan nama teman kerja itu siapa. Demikian juga bila sumber datanya atasan ataupun yang bersangkutan maka item pertanyaan perlu menggunakan kata ganti yang sesuai.



2. Instrumen yang diperlukan untuk mengungkapkan v a ria b e l situasi k e p e m im p in a n dari suatu lembaga. Sumber datanya adalah para pegawai. Bentuk instrumennya adalah c h e c k list. Untuk itu dapat digunakan sebagai pedoman observasi, wawancara, maupun sebagai angket. Mohon dijawab sesuai dengan situasi yang sebenarnya, dengan cara memberi tanda ( V ) pada kolom jawaban yang telah tersedia. S = Semuanya; SB = Sebagian Besar; SK = Sebagian Kecil; T A = tidak ada



No. Pertanyaan tentang situasi kepemimpinan 1. 2



.



3.



Apakah para pegawai memberi dukungan kepada para pimpinan? Apakah terdapat kesetiakawanan di antara para pegawai? Apakah para pegawai patuh dan loyal kepada pimpinan?



S



SB



SK TA



4. 5. 6.



7. 8.



9. 10 . 11 . 12 .



13. 14. 15. 16.



17. 18.



Apakah para pegawai memerlukan pengetahuan dan ketrampilan kerja dari pimpinan? Apakah tujuan pribadi dan kelompok pegawai diperhatikan oleh pimpinan? Apakah penampilan kerja para pegawai memuaskan? Apakah tujuan kelompok diberikan dengan jelas oleh pimpinan? Apakah prosedur kerja sudah dijelaskan oleh pimpinan? Apakah tugas-tugas telah disederhanakan sehingga setiap pegawai dapat mengerjakannya? Apakah cara-cara kerja yang spesifik telah dijelaskan? Apakah berbagai masalah yang muncul telah diberikan pemecahannya dengan betul? Apakah sudah ada cara-cara yang mudah untuk mengecek apakah suatu pekerjaan telah atau belum dilaksanakan? Apakah berbagai pengetahuan dalam bidang manajerial dipunyai oleh pimpinan? Apakah semua penampilan kerja pegawai menjadi wewenang pimpinan untuk menilai? Apakah semua gaji pegawai menjadi wewenang pimpinan untuk memutuskannya? Apakah semua hadiah yang akan diberikan kepada para pegawai menjadi wewenang pimpinan? Apakah semua dukungan dari atasan pimpinan diterima semua oleh karyawan? Apakah berbagai bidang ketrampilan kerja dipunyai pimpinan?



Item nomor 1 s/d 6 , merupakan dimensi hubungan pim pinan dengan anggota. Item nom or 7 s/d 12 merupakan dimensi tugas pim pinan. Item nomor 13 s/d 18, merupakan dimensi kekuasaan/power dari kepemimpinan



3. Instrumen untuk mengungkapkan iklim kerja organisasi. Bentuk instrumen ra tin g sc a le . Dapat digunakan untuk pedoman observasi, wawancara, dan sebagai angket. Sumber data para pegawai. Mohon dijawab item-item instrumen iklim kerja organisasi di temnnt u— bekerja. Jawaban yang diberikan dengan ' sesuai dengan Denrlo~ " ‘ 1



Arti angka-angka: 4 berarti sangat setuju = baik sekali 3 berarti setuju = cukup baik 2 berarti tidak setuju = tidak baik 1 berarti sangat tidak setuju = sangat tidak baik No. Pertanyaan tentang iklim kerja organisasi Tingkat Persetujuan 1 2 3 1.



2



.



3.



4. 5. 6. 7. 8



.



9.



10. 11. 12



.



13.



14.



Terdapat fleksibilitas dalam menggunakan waktu dan sumber-sumber untuk mencapai tujuan organisasi Para pegawai menyetujui pendapat dan inisiatif anda. Pemimpin sangat menaruh kepercayaan kepada anda. Anda diberi kebebasan untuk mendiskusikan berbagai masalah dengan atasan anda. Atasan anda selalu memperhatikan problem yang anda hadapi. Terdapat kesetiakawanan pada kelompok kerja anda, dan masing-masing saling memberi bantuan. Kontribusi anda kepada lembaga mendapat tanggapan yang cukup menyenangkan. Semua pegawai memahami kalau pekerjaan yang baik perlu diberi hadiah. Tujuan setiap pekerjaan yang anda kerjakan didefinisikan dengan jelas. Anda telah mengetahui kalau aktivitas anda itu ada kaitannya dengan tujuan kelompok. Para pegawai merasa bebas dan tidak takut untuk tidak menyetujui pendapat dan tindakan atasan. Para pegawai dapat mengerjakan yang baru tanpa ada rasa takut. Para pegawai selalu menekankan untuk dapat melaksanakan pekerjaan dengan kualitas yang tinggi. Pencapaian tujuan dari setiap tugas selalu ditekan pada lembaga anda.



4



3



2



1



4



3



2



1



4



3



2



1



4



3



2



1



4



3



2



1



4



3



2



1



4



3



2



1



4



3



2



1



4



3



2



1



4



3



2



1



4



3



2



1



4



3



2



1



4



3



2



1



4



3



2



1



D a ri tiga bentuk instrumen (bentuk pilihan ganda untuk instrumen gaya kepemimpinan; checklist untuk instrumen situasi kepemimpinan; dan rating scale untuk instrumen ik lim kerja organisasi) tersebut maka pembaca dapal membedakan mana yang lebih kom unikatif. Tiga instrumen tersebut dapat



itat dalam bentuk yang sama, misalnya pilihan ganda semua, rating scale uma, atau checklist semua. Bentuk-bentuk instrumen mana yang akan d ip ilih tergantung beberapa lator, diantaranya adalah teknik pengumpulan data yang akan digunakan. Bila akan menggunakan angket, maka bentuk p ilihan ganda lebih iomunikatif, tetapi tidak hemat kertas, dan instrumen menjadi tebal sehingga responden malas untuk menjawabnya. Bentuk checklist, dan rating scale tot digunakan sebagai pedoman observasi maupun wawancara. Kapan ketigametode pengumpulan data in i digunakan? Angket



digunakan bila responden jum lahya besar dapat membaca dengan baik, dan dapat mengungkapkan hal-hal yang sifatnya rahasia



2. Observasi



digunakan bila obyek penelitian bersifat perilaku manusia, proses kerja, gejala alam, responden kecil.



3.



W a w a n ca ra



digunakan b ila ing in mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jum lah responden sedikit



G abungan



digunakan bila ingin mendapatkan data yang lengkap, akurat dan konsisten



4.



ketiga n y a



E, Validitas dan Reliabilitas In stru m en Dalam hal ini perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan instrumen yang valid dan reliabel. H asil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkum pul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang d ite liti. Kalau dalam obyek berwarna merah, sedangkan data yang terkum pul memberikan data berwarna putih maka hasil penelitian tidak valid. Selanjutnya hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Kalau dalam obyek kemarin berwarna merah, maka sekarang dan besok tetap berwarna merah. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (m engukur) itu valid. V a lid b erarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan te liti, karena meteran memang alat untuk mengukur panjang. Meteran tersebut menjadi tidak valid jik a digunakan untuk mengukur berat. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang b ila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. A la t ukur panjang dari karet adalah contoh instrumen yang tidak reliabel/konsisten.



Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Jadi instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Hal ini tidak berarti bahwa dengan menggunakan instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, otomatis hasil (data) penelitian menjadi valid dan reliabel. H al in i masih akan dipengaruhi oleh kondisi obyek yang d ite liti, dan kemampuan orang yang menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu peneliti harus mampu mengendalikan obyek yang d ite liti dan meningkatkan kemampuan dan menggunakan instrumen untuk mengukur variabel yang d ite liti. Instrumen-instrumen dalam ilm u alam, misalnya meteran, thermometer, timbangan, biasanya telah diakui validitasnya dan reliabilitasnya (kecuali instrumen yang sudah rusak dan palsu). Instrumen-instrum en itu dapat dipercaya validitas dan reliabilitasnya karena sebelum instrumen itu digunakan/dikeluarkan dari pabrik telah d iu ji validitas dan reliabilitasnya/ditera. Instrum en-instrum en dalam ilm u sosial sudah ada yang baku (standard), karena telah te ru ji validitas dan reliabilitasnya, tetapi banyak juga yang belum baku bahkan belum ada. U ntuk itu maka peneliti harus mampu menyusun sendiri instrumen pada setiap penelitian dan menguji validitas dan reliabilitasnya. Instrumen yang tidak teruji validitas dan reliabilitasnya bila digunakan untuk penelitian akan menghasilkan data yang sulit dipercaya kebenarannya. Instrumen yang reliabel belum tentu valid. M eteran yang putus dibagian ujungnya, b ila digunakan berkali-kali akan menghasilkan data yang sama (reliabel) tetapi selalu tidak valid. H al in i disebabkan karena instrumen (meteran) tersebut rusak. Penjual jam u berbicara di mana-mana kalau obatnya m anjur (reliabel) tetapi selalu tidak valid, karena kenyataannya jam unya tidak manjur. R eliabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen. Oleh karena itu walaupun instrumen yang valid umumnya pasti reliabel, tetapi pengujian reliabilitas instrumen perlu dilakukan. Pada dasarnya terdapat dua macam instrumen, yaitu instrumen yang berbentuk test untuk mengukur prestasi belajar dan instrumen yang nontest untuk m engukur sikap. Instrumen yang berupa test jawabannya adalah “ salah atau benar” , sedangkan instrumen sikap jawabannya tidak ada yang “ salah atau benar” tetapi bersifat “ p o s itif dan n e g a tif’. Skema tentang instrumen yang baik dan cara pengujiannya ditunjukkan pada gambar 6 . 1 di halaman berikut. Pada gambar tersebut ditunjukkan bahwa instrumen yang baik, (yang berupa test maupun nontest) harus valid dan reliabel. Instrumen yang valid



harus mempunyai validitas internal dan eksternal. Instrumen yang mempunyai validitas internal atau rasional, b ila k rite ria yang ada dalam instrumen secara rasio nal (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur. Jadi kriterianya ada d i dalam instrumen itu. Instrumen yang mempunyai validitas eksternal bila krite ria di dalam instrumen disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah ada. Kalau validitas internal instrumen dikembangkan menurut teori yang relevan, maka validitas eksternal instrumen dikembangkan dari fakta empiris. M isalnya akan mengukur kinerja (performance) sekelompok pegawai, maka tolak ukur (kriteria) yang digunakan didasarkan pada to lo k ukur yang telah ditetapkan di kepegawaian itu. Sedangkan validitas internal dikembangkan dari teori-teori tentang kinerja. Untuk itu penyusunan instrumen yang baik harus memperhatikan teori dan fakta di lapangan. Penelitian yang mempunyai validitas internal, b ila data yang dihasilkan merupakan fungsi d a ri rancangan dan instrumen yang digunakan. Instrumen tentang kepemimpinan akan menghasilkan data kepemimpinan, bukan motivasi. Penelitian yang mempunyai validitas eksternal bila, hasil penelitian dapat diterapkan pada sampel yang lain, atau hasil penelitian itu dapat digeneralisasikan. Validitas internal instrumen yang berupa test harus memenuhi construct validity (validitas konstruksi) dan content valid ity (validitas isi). Sedangkan untuk instrumen yang nontest yang digunakan untuk m engukur sikap cukup memenuhi validitas konstruksi (construct). Sutrisno H adi (1986) menyamakan construct valid ity sama dengan lo g ic a l valid ity atau valid ity by definition. Instrumen yang mempunyai validitas konstruksi, jik a instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan yang didefinisikan. M isalnya akan mengukur efektivitas o rg a n isa si, maka perlu didefinisikan terlebih dahulu apa itu efektifitas organisasi. Setelah itu disiapkan instrumen yang digunakan untuk mengukur efektivitas organisasi sesuai dengan definisi yang telah dirumuskan itu. U n tu k m elahirkan definisi, maka diperlukan teori-teori. Dalam hal in i Sutrisno Hadi menyatakan bahwa “bila bangunan teorinya sudah benar, maka hasil pengukuran dengan alat ukur (instrumen) yang berbasis pada teori itu sudah dipandang sebagai hasil yang valid.



CONTRUCT VALIDATY Disusun berdasarkan teori yang relevan



A A \



UJI VALIDITASNYA Dengan Konsultasi ahli



sT



Validitas internal /rasional Valid mengukur apa yang hendak di ukur (Ketepatan)



Gambar 6.1.



CONTENT VALIDITY Disusun berdasarkan rancangan/ program yang telah ada



A A ( \r -



UJI VALIDITASNYA Dengan M em bandingkan p ro g ra m yang ada dan Konsultasi ahli



Skema Tentang Instrumen dan Cara-cara Pengujian V aliditas dan R eliabilitas



Instrumen yang harus mempunyai validitas isi (content v a lid ity ) adalah instrumen yang berbentuk test yang sering digunakan untuk mengukur prestasi belajar (achievement) dan mengukur efektivitas pelaksanaan program dan tujuan. U ntuk menyusun instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi (content va lid ity ), maka instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program, maka instrumen disusun berdasarkan program yang telah direncanakan. Selanjutnya instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat tercapainya tujuan (efektivitas) maka instrumen harus disusun berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan.



P. Pengujian Validitas dan reliabilitas Instrumen Berikut ini dikemukakan cara pengujian validitas dan reliabilitas instrumen yang akan digunakan untuk penelitian.



1. Pengujian Validitas Instrumen



a. Pengujian Validitas Konstruksi (Construct Validity) Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment experts). Dalam hal in i setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diuku r dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli dim inta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. M ungkin p a ra a h li akan memberi keputusan: instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirom bak total. Jumlah tenaga ahli yang digunakan m inim al tiga orang dan umumnya mereka yang telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang d ite liti. Setelah pengujian konstruksi dari ahli dan berdasarkan pengalaman empiris di lapangan selesai, maka diteruskan dengan u ji coba instrumen. Instrumen tersebut dicobakan pada sampel dari mana populasi diam bil. (pengujian pengalaman em piris ditunjukkan pada pengujian validitas external) Jumlah anggota sampel yang digunakan sekitar 30 orang. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Berikut ini diberikan contoh analisis faktor untuk m enguji construct validity. M isalnya akan dilakukan pengujian construct va lid ity m elalui analisis faktor terhadap instrumen untuk mengukur prestasi kerja pegawai. Jadi dalam hal in i variabel penelitiannya adalah prestasi kerja. Berdasarkan teori dan hasil konsultasi ahli, indikator prestasi kerja pegawai m eliputi dua faktor vaitu: kualitas h a s il kerja dan kecepatan kerja. Selanjutnya indikator (faktor) kecepatan kerja dikembangkan menjadi tiea ne.rfnnvaan Hqi



kerja dikembangkan menjadi 4 bu tir pertanyaan. Instrumen yang terdiri 7 b u tir pertanyaan tersebut, selanjutnya diberikan kepada 5 pegawai sebagai responden untuk menjawabnya. (Dalam prakteknya menggunakan sekitar 30 responden) Jawaban 7 responden ditunjukkan pada tabel 6 .8 . A rti angka: 4 berarti sangat tinggi, 3 tinggi, 2 rendah, 1 sangat rendah prestasinya. Seperti telah dikemukakan bahwa, analisis faktor dilakukan dengan cara mengkorelasikan ju m la h skor faktor dengan skor total. B ila korelasi tiap faktor tersebut p o s itif dan besarnya 0,3 ke atas maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat. Jadi berdasarkan analisis faktor itu dapat disim pulkan bahwa instrumen tersebut m em iliki validitas konstruksi yang baik.



TABEL 6.8 DATA PRESTASI KERJA 7 PEGAWAI No. Res. 1. 2



. 3. 4.



5.



Skor Faktor 1 untuk butir No: 1 2 3 3 4



4 3



Jim



2



1 (Xx) 10 9 4



3



1



2



1



3



3



2



2



3 4



9 8



Skor Faktor 2 untuk butir No: 1 2 3 4 3 4 3 4 3



3 3



2



4



4 4



Jm l



2 (X2) 12



15



Jml



Total (Y) 22



24



2



I



2



8



12



4



3



3



1



2



1



14 7



23 15



Berdasarkan tabel 6.9 tersebut telah dihitung bahwa korelasi antara jumlah faktor 1 (X |) dengan skor total (Y ) = 0,85 dan korelasi antara jum lah faktor 2 ( X 2) dengan skor total (Y ) = 0,94. Karena koefisien korelasi ke dua faktor tersebut di atas 0,30, maka dapat disim pulkan bahwa kualitas h a sil kerja dan kecepatan kerja merupakan konstruksi (construct) yang valid untuk variabel prestasi kerja pegawai. Selanjutnya apakah setiap b u tir dalam instrumen itu valid atau tidak, dapat diketahui dengan cara mengkorelasikan antara skor b u tir dengan skor total (Y ). Jadi untuk keperluan ini ada tujuh koefisien korelasi yang perlu dihitung. B ila harga korelasi di bawah 0,30, maka dapat disim pulkan bahwa b u tir instrumen tersebut tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang. D ari hasil perhitungan diketahui bahwa korelasi ke tujuh butir instrumen dengan skor total ditunjukkan pada tabel 6.9 berikut: Berdasarkan tabel 6.9 berikut dapat diketahui, bahwa b u tir no 2 (faktor 1) tidak valid, karena korelasi b u tir tersebut dengan skor total hanya 0 , 2 2 (di bawah r k ritis 0,3). B u tir tersebut tidak selaras dengan b u tir yang lain.



TABEL 6.9 HASIL PERHITUNGAN PENGUJIAN VALIDITAS KONSTRUK No. r hitung r kritis Keputusan uy r2y



ny



uy rsy



''ey r7y



0,95 0,79 0 ,2 2



0,73 0,79 0,84 0,83



0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30



valid valid tidak valid valid valid valid valid



Pengujian seluruh bu tir instrumen dalam satu variabel dapat juga dilakukan dengan mencari daya pembeda skor tiap item dari kelom pok yang memberikan jawaban tinggi dan jawaban rendah. Dalam hal in i Masrun (1979) menyatakan bahwa “ .... an alisis untuk mengetahui daya pembeda, sering juga dinamakan an a lisis untuk mengetahui valid ita s ite m ". Jumlah kelompok yang tinggi diam bil 27% dan kelom pok yang rendah diam bil 27% dari sampel uji coba. Pengujian analisis daya pembeda dapat menggunakan t-test. Berikut in i diberikan contoh analisis daya pembeda untuk menguji validitas instrumen.



TABEL 6.10 KELOMPOK SKOR TINGGI DAN RENDAH PADA INSTRUMEN UNTUK MENGUKUR KINERJA APARATUR NEGARA Skor-skor kelom pok Rendah



126 128 135 135 135 140 142 X , =135,1 si = 6 , 1 s , 2 = 3 8 ,1 .



81 96 104 107



oo



► — oi



Skor-skor kelom pok T in gg i



108 109 X 2 = 101,85 s, = 1 0 , 2 s , 2 = 104,4



Contoh: Suatu instrumen penelitian akan digunakan untuk mengukur kinerja aparatur negara. Instrumen tersebut telah dikonsultasikan kepada para ahli aparatur dan dinyatakan siap untuk diujicoba. U ji coba diberlakukan terhadap sampel 25 responden yang tahu masalah aparatur. Berdasarkan 25 responden tersebut



dapat dikelompokkan 27% responden yang memberikan skor tinggi dan 27% skor rendah (27% responden berarti 0,27 x 25 = 7), seperti tertera dalam tabel 6.9 di atas. U ntuk m enguji daya pembeda secara signifikan digunakan rumus t-test sebagai berikut.



XI - X2 t — — ------1 + 1 nl



Rumus 6.1



ft 2



Dimana



(n, - l ) s f +



(n 2 - l) s 2



Rumus 6.2



Sgab—



(n, + n 2 ) - 2



Berdasarkan data yang ada pada tabel 6.10 di atas dan rumus tersebut, maka varian gabungan (sgab) dapat dihitung.



( 7 - 1) 38,1 + ( 7 - 1) 104,4 = \ I -----------------------------------------------------= 8,4 (7 + 7) - 2 s gab = 8,4V -------► selanjutnya dimasukkan dalam rumus t. 135,1 - 101,85 t= = 7 3 7 . Sgab



8,84 J



1/7 + 1/7



Jadi t hitung = 7,37. U ntuk mengetahui apakah perbedaan itu signifikan atau tidak, maka harga t hitung tersebut perlu dibandingkan dengan harga t tabel. Bila t hitung lebih besar dengan t tabel, maka perbedaan itu signifikan, sehingga instrumen dinyatakan valid. Berdasarkan tabel t (tabel II dalam lampiran), dapat diketahui bahwa b ila tingkat kesalahan 5%, dengan dk 12, maka harga t tabel = 1,78. (dk = n, + n2 - 2 = 7 + 7 - 2 = 12). Ternyata harga t hitung 7,37 jauh lebih besar daripada t tabel 1,78 sehingga dapat dinyatakan terdapat perbedaan yang



signifikan antara kelom pok skor tinggi ( X ^ dan kelom pok rendah (X 2). Hal ini dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut valid. Pengujian validitas dengan u ji beda in i didasarkan asumsi bahwa kelompok responden yang digunakan sebagai u ji coba berdistribusi normal. Dengan demikian kelompok skor tinggi dan rendah harus berbeda secara signifikan, sesuai dengan bentuk kurva normal.



b. Pengujian Validitas Isi (Content Validity) Untuk instrumen yang berbentuk test, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Seorang dosen yang memberi ujian di luar pelajaran yang telah ditetapkan, berarti instrumen ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi. Untuk instrumen yang akan mengukur efektivitas pelaksanaan program, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan. Secara teknis pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-k isi instrumen, atau m atrik pengembangan instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang d ite liti, indikator sebagai tolok ukur dan nomor bu tir (item ) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis. Pada setiap instrumen baik test maupun nontest terdapat b u tir-b u tir (item ) pertanyaan atau pernyataan. U ntuk m enguji validitas b u tir-b u tir instrumen lebih lanjut, maka setelah dikonsultasikan dengan ahli, maka selanjutnya diujicobakan, dan dianalisis dengan analisis item atau u ji beda (seperti contoh di atas). A nalisis item dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor butir instrumen dengan skor total dan u ji beda dilakukan dengan menguji signifikansi perbedaan antara 27% skor kelom pok atas dan 27% skor kelompok bawah.



c. Pengujian Validitas Eksternal Validitas eksternal instrumen d iu ji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan faktafakta empiris yang terjadi di lapangan. M isalnya instrumen untuk mengukur kinerja sekelompok pegawai, maka kriteria kinerja pada instrumen itu dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan (em piris) tentang kinerja pegawai yang baik. B ila telah terdapat kesamaan antara krite ria dalam instrumen dengan fakta di lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen teisebut mempunyai validitas eksternal yang tinggi. Instrumen penelitian yang mempunyai validitas eksternal yang tinggi akan mengakibatkan hasil penelitian mempunyai validitas eksternal yang tinggi pula. Penelitian mempunyai validitas eksternal bila hasil



penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada sampel lain dal: populasi yang d ite liti. U ntuk meningkatkan validitas eksternal peneliti selain meningkatkan validitas eksternal instrumen, maka dapat dilakuk dengan memperbesar ju m la h sampel.



2. Pengujian Reliabilitas Instrumen Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maup internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-reU (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilit instrumen dapat d iu ji dengan menganalisis konsistensi bu tir-b utir yang a pada instrumen dengan teknik tertentu.



a. Test-retest Instrumen penelitian yang reliabilitasnya d iu ji dengan test-retest dilakuk dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Ja dalam h a l in i instrumennya sama, respondennya sama, dan waktunya yai berbeda. R eliabilitas diuku r dari koefisien korelasi antara percobaan pertar dengan yang berikutnya. B ila koefisien korelasi p o s itif dan signifikan ma instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel. Pengujian cara in i sering juj disebut stability.



b. Ekuivalen Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbed tetapi maksudnya sama. Sebagai contoh (untuk satu b u tir saja); Berapa tahi pengalaman kerja anda di lembaga ini?. Pertanyaan tersebut dapat ekuivak dengan pertanyaan berikut. Tahun berapa anda mulai bekerja di lembaga in Pengujian reliabilitas instrumen dengan cara ini cukup dilakuk; sekali, tetapi instrumennya dua, pada responden yang sama, waktu sanit instrumen berbeda. R eliabilitas instrumen dihitung dengan cai mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan data instrume yang dijadikan equivalent. B ila korelasi p o s itif dan signifikan, mat instrumen dapat dinyatakan reliabel.



c. Gabungan Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrume yang equivalent itu beberapa kali, ke responden yang sama. Jadi cara ii merupakan gabungan pertama dan kedua. R eliabilitas instrumen dilakuka dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelasikan pad pengujian kedua, dan selanjutnya dikorelasikan secara silang. H al in i dap; digambarkan seperti gambar 6 . 2 berikut:



Instrumen ekuivalen



Pengujan



Skor data instrumen kedua



Skor data instrumen pertama



kel



"



r8



T







r3 | _ J? — — Skor data instrumen pertama



Pengujian



ke II



Gambar 6.2.



X



*



u J



l _______ ,



instrumen pertama



r< ------r2------ * *



___



1



Pengujian R eliabilitas Gabnngan



Jika dengan dn» kali



"



‘ " BS



w



k M fis ie n korelasi itu



™ ka dapat d,nya,akan b a h w l tersebut reliabel.



"



'



"



reliabilitas



I



-



^



^



d ig u n a k a n UMUk m e m p r e d ,k s'



instrumen.



Pengujian reliabilitas



d„a



d a ri



S p e a rm a n



instrumen



dilakukan dengan te kn ik belah dan Anova H oyt.



p



B row n (Spltt half), K R . 20,



Berikut diberikan rumus-rumusnya.



1) Rumus Spearman Brown: R um us 6.3



:



S



S



t C



(rumus dapat



f ^



S



b



a



dilihat pada bab VI)



n



perrama dan kedna



2) Rumus KR. 20 (Kuder Richardson) Rumus 6.4 D i mana: k = Pi =



ju m la h item dalam instrumen proporsi banyaknya subyek yang menjawab pada item 1



qs



= 1 - Pi



s2i



=



varians total



3) Rumus KR 21 Rumus 6.5



D i mana: k = ju m la h item dalam instrumen M = mean skor total s2j = varians total



4) Analisis Varians Hoyt (Anova Hoyt) Rumus 6.6



D i mana: MKs M ke rj



= = =



mean kuadrat antara subyek mean kuadrat kesalahan reliabilitas instrumen



B erikut in i diberikan contoh pengujian validitas instrumen dengan analisis item, dan pengujian reliabilitas dengan teknik belah dua (sp lit half] dari Spearman Brow n. U ntuk mempercepat analisis hasil u ji coba dalam rangka pengujian variabel dan reliabilitas instrumen, maka disarankan untuk menggunakan komputer.



3. Contoh Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen Instrumen yang akan d iu ji adalah instrumen Gaya Kepemimpinan Manajer, seperti contoh di depan. Instrumen tersebut diasumsikan telah disetujui oleh



para ahli. Oleh karena itu instrumen telah dicobakan kepada 30 responden dan hasilnya ditunjukkan pada tabel 6 . 1 1 di halaman berikut. Instrumen terdiri atas 18 b u tir (item ), dimana tiap b u tir disiapkan 4 diberi skor 1 dan tertinggi diberi skor 4.



in te rv al jawaban. Jawaban terendah



a. Pengujian Validitas Instrumen Pengujian validitas tiap bu tir digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan ju m lah tiap skor butir. Dalam tabel telah ditunjukkan skor totalnya, yang merupakan ju m la h tiap skor butir.



TABEL 6.11 DATA HASILUJI COBA INSTRUMEN GAYA KEPEMIMPINAN Skor untuk item no:



No. Res



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.



25. 26. 27. 28. 29. 30.



Skor Total



1



2



3



4



5



6



7



8



9



10



11



12



13



14



15



16



17



18



4 3 2 3 3 1 2 3 4 1 3 1 2 4 2 3 2 3 4



3 3 1 3 3 1 3 3 4 2 4 2 3 3 3 2 3 1 3



4 4 3 3 2 1 3 2 4 2 3 3 2 4 4 4 4 3 2 4



3 2 2 3 3 1 3 2 4 3 4 1 3 3 3 3 3 2 3 4 3 1 4 3 4 4 4 3 3



4 3 1 4 4 2 3 2 4 3 3 2 2 4 3 2 1 3 2 2 4 1 3



2 4 2 2 3 1 3 3 4 3 4 1 3 3 2 3 2 2 4 3 3



4 3 3 4 2 1 2 3 4 3 3 2 3 4 3 4 3 3 3 4 2



4 4 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 4 3 2 4 4 3 3



4 3 2 4 2 3 4 4 3 4 3 3 4 3 1 4 3 3 3 2 4



3 2 1 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 4 2 2 3 3



3 3 2 3 3 2 3 3 3 4 2 1 2 4 1 3 2 3 3 3



2 3 2 2 3 1 4 4 2 3 3 2 3 2 1 2 3 4 1 2



3



4



3 3 4



4 3 1 3 2 1 2 3 3 2 4 3 3 3 2 3 4 3 2 3 3 1 4 3 3



2 2 2 3 2 1 3 3 4 3 3 1 2 3 1 4 3 2 3 4



4 3 3 4



4 3 1 3 2 3 3 3 3 2 4 1 2 2 2 4 3 3 3 2 3 4 3 3 3 4



3 3 2 4 2 2 3 2 4 3 3 2 2 3 3 3 3 2 4 2 2



3 4 1 3 3 3 4



4 4 1 2 1 2 2 2 2 3 3 2 3 3 1 3 2 4 2 1 4 1 3 4



3 3 2 2 2 1 4 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 1 2 3 3 4 3 1 3 3



2 2



1



2



4 3 3



2



3 4 3



2 2 1



2



3 3



2



2 2



3 3 3



4



1 3 3 3



2



3



4



3



4



2



3 3 3 3



4 2



2 2



3



2 2 2



3 3



2



1



2



2



2



3



2



3



2



2



1 3 3 3 3 3



2



3 3 3



2



3



2 2 4



3



4 4



2



3 3



2



3 3



2



2 2



3



3 3 3



1



1



2



2



2



2 1 2 2 2



3



2



2 2 2



4 1 1



2 2 4



1



2



3



2



3



2



2 2



3 4 3



2 2



3



2



3



2 4 2



60 55 32 54 45 28 53 50 61 49 55 35 48 57 40 55 48 51 49 47 49 31 55 55 43 49



48 49 57



45



Dalam hal analisis item in i Masrun (1979) menyatakan “ T e kn ik Korelasi untuk menentukan validitas item in i sampai sekarang merupakan teknik yang paling banyak digunakan” . Selanjutnya dalam memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi, Masrun menyatakan “ Item yang mempunyai



korelasi p o s itif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang m enunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tingg Biasanya syarat m inim um untuk dianggap memenuhi syarat adalah ka 0,3” - Jadi kalau korelasi antara b u tir dengan skor total kurang dari 0,' b u tir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Berdasarkan data yang terkum pul dari 30 responden yang ditun dalam tabel 6 . 1 2 , maka terdapat 18 koefisien korelasi (jum lah but H asil analisis item ditujukan pada tabel 6.12 berikut: T A B E L 6.12 H A S IL A N A L IS IS IT E M IN S T R U M E N G A Y A K E P E M IM P II'



No. Butir Instrumen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18



Koefisien Korelasi



Keterangan



0,71 0 ,6 3 0 ,4 5 0,51 0 ,6 0 0 ,5 9 0 ,7 2 0,31 0 ,4 5 0 ,4 5 0 ,5 6 0 ,3 6 0,41 0 ,6 7 0,3 5 0 ,7 0 0 ,5 6 0,51



V alid V alid V alid V alid V alid V alid V alid V alid V alid V alid V alid V alid V alid V alid V alid V alid V alid V alid



D ari tabel 6.12 itu dapat dibaca bahwa, korelasi antara skor b u tir 1 ( skor total = 0,71 antara b u tir 2 dengan skor total = 0,63 dan setei Korelasi yang digunakan adalah korelasi Pearson M om ent yang run dapat d ilih a t pada bab analisis data.



Seperti telah dikemukakan bahwa, bila koefisien korelasi sama < 0,3 atau lebih (paling kecil 0,3). M aka b u tir instrumen dinyatakan valii u ji coba tersebut ternyata koefisien korelasi semua b u tir dengan skor I atas 0,3, sehingga semua b u tir instrumen gaya kepemimpinan diny valid. B u tir yang mempunyai validitas tertinggi adalah b u tir satu, c koefisien korelasi 0,71 dan paling rendah adalah b u tir nomor 8 ( koefisien korelasi 0,31.



b. Pengujian Reliabilitas Instrumen Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan internal consistency dengan Teknik Belah Dua (sp lit half) yang dianalisis dengan rumus Spearman Brown (lihat rumusnya). U ntuk keperluan itu maka b u tir-b u tir instrumen di belah menjadi dua kelom pok, yaitu kelom pok instrumen ganjil dan kelompok genap. Selanjutnya skor data tiap kelom pok itu disusun sendiri. Untuk kelompok ganjil ditunjukkan pada tabel 6.13.



TABEL 6.13 DATA UNTUK ITEM GANJIL No. Res 1. 2.



3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



1



3



5



4 3



4 4 3 3



4 3



2



1



Skor untuk butir INo: 1 3 7 9 1



2



2



2



4



2



3



2



2



1



2



3



2



21



3 4 4 3 4 3 3 4 3



2



2



1



1



2



3



4 4



3 3 4 3 3



1



1



4 3 3 3



3



1



2



3



3



2



3 4



2



2



4



10.



1



2



11.



3



3 4 3 3



1



3 3



4 3 3 2



2



2



2



2



4



4 4 4 4 3



4 3



2



2



2



4



2



3 4 3 4 3 3 3 4



2



2



4



2



2



3 4



1



1



1



3



1



1



2



3



3



4 3 3



2



2



3 3



3 3 3 3 4



3 3 3 4



2



2



2



2



3 4 3



3 4 3



2



2



2



2



2 2



4



1



3



3



31 28 18 29



1



2



2



Skor Total



4 3



2



12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.



7



4 3 3 4



4 4



.3 3



5



3 4



1



4 4



3 3



2



2



2



2



3 3



4 3 3



2



2



2



1



3 3



2



3



2



2



3



2



2



3 3 3 3



4 3



4



2



2



4



1



2



1



2



2



3 4



4



4



2



2



2



1



2



2



2



3 4



4



2



2



4



2



2



1



3 4 3



3 3



3 3 3



1



2



2



2



2



3



2



4



2



14 26 25 31 25 27 18 23 30 19 29 24 27 24 23 24 13 26 28 19 24 23 25 30



1



1



3



21



2



3 2



1



3 3 3 3 3



2



3 3



3 3



1



3 4



I



2



Dan skor butimya dijumlahkan sehingga menghasilkan skor total. Selanjutn skor total antara kelompok ganjil dan genap dicari korelasinya. Jadi yai dikorelasikan adalah: 31, 28, 18, ...., 30, 21 dengan 29, 27, 14....... 27, 2 Setelah dihitung didapat koefisien korelasi 0,68. Koefisien korelasi i selanjutnya dimasukkan dalam rumus Spearman Brown. 2 . rh r, = ----------=2 '



1 + rb



:--= 0,809



. 0,68



1,68



Jadi reliabilitas instrumen gaya kepemimpinan = 0,809. Karena berdasarkan u coba instrumen ini sudah valid dan reliabel seluruh butirnya, maka instrume dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan data.



No. Res



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.



TABEL 6.14 DATA UNTUK ITEM GENAP



2



4



6



3 3 1 3 3



3 2 2 3 3



2 4 2 2 3



3 3 4 2 4 2 3 3 3 2 3 1 3 2 2 1 3 3 2 2 3 3 3 4



3 2 4 3 4 1 3 3 3 3 3 2 3 4 3 1 4 3 4 4 4 3 3 4



3 3



1



1



1



4



3 4 1 3 3 2 3 2 2 4 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 2



8



4 4 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 4 3 2 4 4 3 3 2 4 3 3 4 2 3 2 3



Item No. 10 2 3 2 1 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 4 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 4 3 4 4



4 3 1 3 2 3 3 3 3 2 4 1 2 2 2 4 3 3 3 2 3 4 3 3 3 4 2 3 2 1



4



3 3 2 3 3 2 3 3 3 4 2 1 2 4 1 3 2 3 3 3 2 1 3 3 4 2 2 2 3 2



6



4 3 1 3 2 1 2 3 3 2 4 3 3 3 2 3 4 3 2 3 3 1 4 3 3 2 3 2 3 2



8



3 3 2 2 2 1 4 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 1 2 3 3 4 3 1 3 3 2 4 2



Skor Total 29 27 14 25 24 14 27 25 30 24 28 17 25 27 21 26 24 24 25 25 25 18 29 27 24 25 25 24 27 24



Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen yang lebih lengkap dapat diliha pada buku Statistika Untuk Penelitian, oleh Sugiyono, terbitan tahun 2004,



BAB



7



TEKNIK PEN G U M PU LAN DATA



Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu, kualitas instrumen penelitian, dan kualitas pengum pulan data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu instrum en yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. B ila d ilih a t dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain. B ila di lih a t dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sum ber prim er, dan sumber sekunder. Sumber prim er adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila d ilih a t dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya. Pada bab in i hanya akan dikemukakan pengumpulan data berdasarkan tekniknya, yaitu m elalui wawancara, angket, dan observasi.



A. Interview (Wawancara) Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus d ite liti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan ju m la h respondennya sedikit/kecil.



T e knik pengumpulan data in i mendasarkan d iri pada laporan tentai sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan da keyakinan pribadi. Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa anj yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode intervk juga kuesioner (angket) adalah sebagai berikut. 1.



Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu t dirinya sendiri



2.



Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti benar dan dapat dipercaya



3.



Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa dimaksudkan oleh peneliti.



Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstrukt dapat dilakukan m elalui tatap muka (face to face) maupun menggunakan telepon.



1. W a w a n c a ra Te rstru k tu r W awancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan dal peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti i inform asi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam mel wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun disiapkan. Dengan wawancara terstruktur in i setiap responden pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya. I wawancara terstruktur in i pula, pengumpulan data dapat mengg beberapa pewawancara sebagai pengumpul data. Supaya pewawancara mempunyai ketrampilan yang sama, maka diperlukan t kepada calon pewawancara. D alam melakukan wawancara, selain harus membawa ins sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan r lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar. I bidang pembangunan misalnya, b ila akan melakukan penelitian mengetahui respon masyarakat terhadap berbagai pembangunan yan diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka membawa fo to -fo to atau brosur tentang berbagai jenis pembanguna telah dilakukan. M isalnya pembangunan gedung sekolah, bendungai pengairan sawah-sawah, pembangunan pembangkit tenaga lis trik d; lain. B e riku t ini diberikan contoh wawancara terstruktur, tentang tan masyarakat terhadap berbagai pelayanan pemerintah Kabupaten I







d ib e r ik a n



^|



k e p a d a



masyarakau Pewawancara



m



e lin g k a r i



n , 1" 8 d'berikanT t p a M bu .erbad.p ^ tan g g ap



P—



Bagaimanakah



" *



K a b u p a te n im ? a.



Sangat B a g u s



b.



Bagus



c. Tidak bagus d.



S a n g a t t id a k



Bagaimanakah



2



b a g u s



^



te rh a d a p



p e la y a n a n



b id a n g



k e s e h a ta n



d i



ta n g g a p a



K a b u p a te n in i? a.



S angat B a g u s



b.



B agus



c.



T id a k b a g u s



d 3. K a b u p a te n



in i?



a.



S a n g a t J e le k



b.



J e le k



c.



B ag us



d.



S a n g a t



Bagus



B agaim anak ah



5.



K a b u p a te n



m i?



a.



B a g u s



s e k a li



b.



B a g u s



c.



J e le k



d. d.



S a n g a t je le k



ta n g g a p a n



Bagaimanakah tanggapa -rr p n K a Ib u p an tt e n a.



B_ ak/Ibu



te rh a d a p



p e la y a n a n



u ru s a n



KTP



B a p a k /lb u



p e lty a n a „



p e n e ta „ g



, „



ja la n



di



P



in i'?



in i?



S a n g a t b a ik



b.



B a ik



c.



T id a k



b a ik



S a n g a t tid a k baik Bagaimanakah ta n g g a p a



d d..



rr .1 u p aten ini*? K ab in i?



a. S an g a t Je le k b. Jele k c. B ag u s d. S a n g a t b a g u s



feu terhadap pelayanan sa lu ra n air di



7.



8



.



9.



Bagaimanakah tanggapan Bapak/Ibu terhadap pelayanan bidang keamanai Kabupaten ini? a.



Sangat bagus



b.



Bagus



c.



Jelek



d.



Jelek sekali



Bagaimanakah tanggapan Bapak/Ibu terhadap pelayanan bidang sarana i prasarana jalan di Kabupaten ini? a.



Sangat baik



b.



Baik



c.



Jelek



d.



Sangat jelek



Bagaimanakah tanggapan Bapak/Ibu terhadap pelayanan rekreasi di Kabupat ini? a.



Sangat memuaskan



b.



Memuaskan



c.



Tidak memuaskan



d.



Sangat tidak memuaskan



10. Bagaimanakah tanggapan Bapak/Ibu terhadap pelayanan air minum i Kabupaten ini? a.



2.



Sangat bagus



b.



Bagus



c.



Jelek



d.



Sangat jelek



W a w a n c a r a T id a k T e r s tr u k tu r



j



Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Contoh: Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibu terhadap kebijakan pemerintah tentang impor gula saat ini? Dan bagaimana dampaknya terhadap pedagang dan petani? Wawancara tid a k terstruktur atau terbuka, sering digunakan dalam penelitian pendahuluan atau malahan untuk penelitian yang lebih mendalam tentang responden. Pada penelitian pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkai inform asi awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada pada obyek, sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan atau variabe



n yang harus diteliti. U ntuk mendapatkan gambaran permasalahan yang lebihlengkap, maka peneliti perlu melakukan wawancara kepada fih a k-fih a k nne mewakili berbagai tingkatan yang ada dalam obyek. M isalnya akan melakukan penelitian tentang ik lim kerja perusahaan, maka dapat dilakukan wawancara dengan pekerja tingkat bawah, supervisor, dan manajer. Untuk mendapatkan inform asi yang lebih dalam tentang responden, maka peneliti dapat juga menggunakan wawancara tidak terstruktur. Misalnya seseorang yang dicurigai sebagai penjahat, maka peneliti akan melakukan wawancara tidak terstruktur secara mendalam, sampai diperoleh bierangan bahwa orang tersebut penjahat atau bukan. Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceriterakan oleh responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada suatu tujuan. Dalam melakukan wawancara peneliti dapat menggunakan cara “berputar-putar baru m enukik” artinya pada awal wawancara, yang dibicarakan adalah hal-hal yang tidak terkait dengan tujuan, dan b ila sudah terbuka kesempatan untuk menanyakan sesuatu yang menjadi tujuan, maka segeraditanyakan. Wawancara baik yang dilakukan dengan fa c e to fa c e maupun yang menggunakan pesawat telepon, akan selalu terjadi kontak pribadi, oleh karena itu pewawancara perlu memahami situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan d i mana harus melakukan wawancara. Pada saat responden sedang sibuk bekerja, sedang mempunyai masalah berat, sedang mulai istirahat, sedang tidak sehat, atau sedang marah, maka harus hati-hati dalam melakukan wawancara. Kalau dipaksakan wawancara dalamkondisi seperti itu, maka akan menghasilkan data yang tidak valid dan akurat. Bila responden yang akan diwawancarai telah ditentukan orangnya, maka sebaiknya sebelum melakukan wawancara, pewawancara m inta waktu terlebih dulu, kapan dan dimana bisa melakukan wawancara. Dengan cara ini, maka suasana wawancara akan lebih baik, sehingga data yang diperoleh akan lebih lengkap dan valid. Informasi atau data yang diperoleh dari wawancara sering bias. Bias adalah menyimpang dari yang seharusnya, sehingga dapat dinyatakan data tersebut subyektif dan tidak akurat. Kebiasaan data in i akan tergantung pada pewawancara, yang d iw aw ancarai (responden) dan situasi & kondisi pada saat wawancara. Pewawancara yang tidak dalam posisi netral, m isalnya ada maksud tertentu, diberi sponsor akan memberikan interpretasi data yang berbeda dengan apa yang disampaikan oleh responden. Responden akan memberi data yang bias, b ila responden tidak dapat menangkap dengan jelas



apa yang ditanyakan peneliti atau pewawancara. Oleh karena itu peneli jangan memberi pertanyaan yang bias. Selanjutnya situasi dan kondis seperti yang juga telah dikemukakan di atas, sangat mempengaruhi prose wawancara, yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi validitas data.



B. Kuesioner (Angket) Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan can memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada respondei untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yanj efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu api yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan b ila ju m la h responden cukup besar dan tersebar di wilayah yanj luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau d ik irim melalui pos, atau internet. B ila penelitian dilakukan pada lingkup yang tidak terlalu luas, sehingga kuesioner dapat diantarkan langsung dalam waktu tidak terlalu lama, maka pengirim an angket kepada responden tidak perlu m elalui pos. Dengan adanya kontak langsung antara peneliti dengan responden akan menciptakan suatu kondisi yang cukup baik, sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data o b y e k tif dan cepat. Uma Sekaran (1992) mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai teknik pengumpulan-, data yaitu: p rin sip penulisan, pengukuran dan penam pilan fisik .



1. Prinsip Penulisan Angket: Prinsip in i menyangkut beberapa faktor yaitu: isi dan tujuan pertanyaan, bahasa yang digunakan mudah, pertanyaan tertutup terbuka-negatif positif, pertanyaan tidak mendua, tidak menanyakan hal-hal yang sudah lupa, pertanyaan tid ak mengarahkan, panjang pertanyaan, dan urutan pertanyaan



a. Isi dan tujuan Pertanyaan Yang dimaksud di sini adalah, apakah isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk pengukuran atau bukan? Kalau berbentuk pengukuran, maka dalam membuat pertanyaan harus te liti, setiap pertanyaan harus skala pengukuran dan ju m la h itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang d ite liti



b. Bahasa yang digunakan Bahasa yang digunakan dalam penulisan kuesioner (angket) harus disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden. Kalau sekiranya responden tidak dapat berbahasa Indonesia, maka angket jangan disusun dengan bahasa Indonesia. Jadi bahasa yang digunakan dalam angket harus



memperhatikan jenjang pendidikan responden, keadaan sosial budaya, dan “frame of reference” dari responden.



c. Tipe dan Bentuk Pertanyaan Tipe pertanyaan dalam angket dapat terbuka atau tertutup, (kalau dalam wawancara: terstruktur dan tidak terstruktur). dan bentuknya dapat menggunakan kalimat p o s itif atau negatif. Pertanyaan terbuka, adalah pertanyaan yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya berbentuk uraian tentang sesuatu hal. Contoh: bagaimanakah tanggapan anda terhadap iklan-iklan di T V saat ini? Sebaliknya pertanyaan tertutup, adalah pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk m em ilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah tersedia. Setiap pertanyaan angket yang mengharapkan jawaban berbentuk data nominal, ordinal, interval, dan ratio, adalah bentuk pertanyaan tertutup. Pertanyaan tertutup akan membantu responden untuk menjawab dengan cepat, dan juga memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data terhadap seluruh angket yang telah terkumpul. Pertanyaan/pernyataan dalam angket perlu dibuat kalim at p o s itif dan n e ga tif agar responden dalam memberikan jawaban setiap pertanyaan lebih serius, dan tidak mekanistis.



d. Pertanyaan tidak mendua Setiap pertanyaan dalam angket jangan mendua (double-barreled) sehingga menyulitkan responden untuk memberikan jawaban. Contoh:



Bagaimana pendapat anda tentang kualitas dan kecepatan pelayanan KTP? Ini adalah pertanyaan yang mendua, karena menanyakan tentang dua hal sekaligus, yaitu kualitas dan liarga. Sebaiknya pertanyaan tersebut dijadikan menjadi dua yaitu: bagaimanakah kualitas pelayanan KTP? Bagaimanakah kecepatan pelayanan ?



e. Tidak menanyakan yang sudah lupa Setiap pertanyaan dalam instrumen angket, sebaiknya juga tidak menanyakan hal-hal yang sekiranya responden sudah lupa, atau pertanyaan yang memerlukan jawaban dengan b e rfik ir berat.



Contoh: Bagaimanakah kinerja para penguasa Indonesia 30 tahun yang lalu? Menurut anda, bagaimanakah cara mengatasi krisis ekonomi saat ini? (kecuali penelitian yang mengharapkan pendapat para ahli). Kalau misalnya umur responden baru 25 tahun, dan pendidikannya rendah, maka akan sulit memberikan jawaban.



/ . Pertanyaan tidak menggiring Pertanyaan dalam angket sebaiknya juga tidak menggirir jawaban yang baik saja atau ke yang je le k saja. M isalnya: bagaima: kalau bonus atas jasa pelayanan di tingkatkan? jawaban responden cenderung akan setuju. Bagaimanakah prestasi kerja anda selama se terakhir? jawabannya akan cenderung baik.



g. Panjang Pertanyaan Pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang, sell akan membuat jenuh responden dalam mengisi. B ila jum lah variabel be sehingga memerlukan instrumen yang banyak, maka instrumen tei dibuat bervariasi dalam penampilan, model skala pengukuran digunakan, dan cara mengisinya. Disarankan em pirik jum lah perta yang memadai adalah antara 20 s/d 30 pertanyaan.



«



h. Urntan pertanyaan Urutan pertanyaan dalam angket, dim ulai dari yang umum n ke hal yang spesifik, atau dari yang mudah menuju ke hal yang sulit diacak. H al ini perlu dipertimbangkan karena secara psikhologis mempengaruhi semangat responden untuk menjawab. Kalau pada aw sudah diberi pertanyaan yang sulit, atau yang spesifik, maka responder patah semangat untuk mengisi angket yang telah mereka terima. I pertanyaan yang diacak perlu dibuat bila tingkat kematangan resp terhadap masalah yang ditanyakan sudah tinggi.



i. Prinsip Pengukuran A ngket yang diberikan kepada responden adalah meru instrumen penelitian, yang digunakan untuk mengukur variabel yang d ite liti. Oleh karena itu instrumen angket tersebut harus dapat digu untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel tentang variabel diukur. Supaya diperoleh data penelitian yang valid dan reliabel, sebelum instrumen angket tersebut diberikan pada responden, maka d iu ji validitas dan reliabilitasnya terlebih dulu. Instrumen yang tidak dan reliabel bila digunakan untuk mengumpulkan data, akan mengha data yang tidak valid dan reliabel pula.



j. Penampilan Fisik Angket Penampilan fis ik angket sebagai alat pengumpul data mempengaruhi respon atau keseriusan responden dalam mengisi a Angket yang dibuat di kertas buram, akan mendapat respon yang 1 menarik bagi responden, bila dibandingkan angket yang dicetak dalam yang bagus dan berwarna. Tetapi angket yang dicetak di kertas yang dan berwarna akan menjadi mahal.



C. Observasi Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai c iri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkom unikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi p a rticip a n t observation (observasi berperan serta) dan non participant observation, selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi dapat dibedakan m enjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur.



1. Observasi Berperan serta (Participant observation) Dalam observasi in i, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diam ati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti iku t melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ik u t merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. Dalam suatu perusahaan atau organisasi pemerintah misalnya, peneliti dapat berperan sebagai karyawan, ia dapat mengamati bagaimana perilaku karyawan dalam bekerja, bagaimana semangat kerjanya, bagaimana hubungan satu karyawan dengan karyawan lain, hubungan karyawan dengan supervisor dan pim pinan, keluhan dalam melaksanakan pekerjaan dan lainlain



2. Observasi Nonpartisipan Kalau dalam observasi partisipan peneliti terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang diam ati, maka dalam observasi nonpartisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Misalnya dalam suatu Tempat Pemungutan Suara (TPS), peneliti dapat mengamati bagaimana perilaku masyarakat dalam hal mengunakan hak pilihnya, dalam interaksi dengan panitia dan p em ilih yang lain. Peneliti mencatat, menganalisis dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan tentang perilaku masyarakat dalam pem ilihan umum. Pengumpulan data dengan



observasi nonpartisipan ini tidak akan mendapatkan data yang mendal; dan tidak sampai pada tingkat makna. M akna adalah n ila i-n ila i di b; perilaku yang tampak, yang terucapkan dan yang tertulis.



D alam suatu proses produksi, peneliti dapat mengamati bagaim, mesin-mesin bekerja dalam mengolah bahan baku, komponen mesin m; yang masih bagus dan yang kurang bagus, bagaimana kualitas barang y; dihasilkan, dan bagaimana perform ance tenaga kerja atau open mesinnya.



a. Observasi Terstruktur



Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang sec sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan di mana tempatn Jadi observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan p; tentang variabel apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengama peneliti menggunakan instrumen penelitian yang telah teruji validitas i reliabilitasnya. Pedoman wawancara terstruktur, atau angket tertutup da juga digunakan sebagai pedoman untuk melakukan observasi. Misah peneliti akan melakukan pengukuran terhadap kinerja pegawai yang bertu; dalam pelayanan IM B (Ijin M endirikan Bangunan), maka peneliti da m enilai setiap perilaku dan ucapan dengan menggunakan instrumen yj digunakan untuk mengukur kinerja karyawan tersebut.



b. Observasi Tidak Terstruktur



Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan sec sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal in i dilakukan kare peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dal melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang te baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.



D alam suatu pameran produk industri dari berbagai negara, pene belum tahu pasti apa yang akan diamati. Oleh karena itu peneliti da] melakukan pengamatan bebas, mencatat apa yang tertarik, melakuk analisis dan kemudian dibuat kesimpulan.



ANALISIS DATA Dalampenelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkum pul. Kegiatan dalam analisis data adalah: mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang d ite liti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. U ntuk penelitian yang tidak merumuskan ! hipotesis, langkah terakhir tidak dilakukan. Teknik analisis data dalam penelitian ku a n tita tif menggunakan statistik. Terdapat beberapa dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian, yaitu statistik deskriptif, dan statistik inferensial. Statistik inferensial m eliputi statistik param etris dan statistik nonparam etris. Lihat gambar 8.1. Contoh-contoh penggunaan statistik untuk pengujian hipotesis secara lengkap diberikan pada bab berikut.



A. Statistik D eskriptif dan Inferensial Statistik de skrip tif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Penelitian yang dilakukan pada populasi (tanpa diam bil sampelnya) jelas akan menggunakan statistik deskriptif dalam analisisnya. Tetapi bila penelitian dilakukan pada sampel, maka analisisnya dapat menggunakan statistik d e s k rip tif maupun inferensial. Statistik d e s k rip tif dapat digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi di mana sampel diam bil. Tetapi b ila peneliti ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi, maka teknik analisis yang digunakan adalah statistik inferensial.



Termasuk dalam statistik de s k rip tif antara lain adalah penyajian data melalui tabel, gra fik, diagram lingkaran, pictogram , perhitungan modus, median, mean (pengukuran tendensi sentral), perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran data m elalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi, perhitungan prosentase. Dalam statistik d e skrip tif juga dapat dilakukan mencari kuatnya hubungan antara variabel m elalui analisis korelasi, melakukan prediksi dengan analisis regresi, dan membual perbandingan dengan membandingkan rata-rata data sampel atau populasi. Hanya perlu diketahui bahwa dalam analisis korelasi, regresi, atau membandingkan dua rata-rata atau lebih tidak perlu d iu ji signifikansinya. Jadi secara teknis dapat diketahui bahwa, dalam statistik d e skrip tif tidak ada u ji signifikansi, tidak ada taraf kesalahan, karena peneliti tidak bermaksud membuat generalisasi, sehingga tidak ada kesalahan generalisasi. S tatistik inferensial, (sering juga disebut statistik in d u k tif atau statist p ro b a b ilita s), adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini akan cocok digunakan bila sampel diam bil dari populasi yang jelas, dan teknik pengambilan sampel dari populasi itu dilakukan secara random. Statistik in i disebut statistik probabilitas, karena kesimpulan yang diberlakukan untuk populasi berdasarkan data sampel itu kebenarannya bersifat peluang (probability). Suatu kesimpulan dari data sampel yang akan diberlakukan untuk populasi itu mempunyai peluang kesalahan dan



kebenaran (kepercayaan) yang dinyatakan dalam bentuk prosentase. B ila peluang kesalahan 5% maka taraf kepercayaan 95%, b ila peluang kesalahan K maka taraf kepercayaannya 99%. Peluang kesalahan dan kepercayaan ini disebut dengan ta raf signifikansi. Pengujian taraf signifikansi dari hasil suatu analisis akan lebih praktis bila didasarkan pada tabel sesuai teknik analisis yang digunakan. M isalnya u ji t akan digunakan tabel t, u ji F digunakan tabel F. Pada setiap tabel sudah disediakan untuk taraf signifikansi berapa persen suatu hasil analisis dapat digeneralisasikan. Dapat diberikan contoh misalnya dari hasil analisis korelasi ditemukan koefisien korelasi 0,54 dan untuk signifikansi untuk 5%. H al itu berarti hubungan variabel sebesar 0,54 itu dapat berlaku pada 95 dari 100 sampel yang diam bil dari suatu populasi. Contoh lain misalnya dalam analisis u ji beda ditemukan : signifikansi untuk 1%. H al in i berarti perbedaan itu berlaku pada 99 dari 100 sampel yang diambil dari populasi. unluk



Jadi signifikansi adalah kemampuan digeneralisasikan dengan kesalahan tertentu. Ada hubungan signifikan berarti hubungan itu dapat digeneralisasikan. Ada perbedaan signifikan berarti perbedaan itu dapat digeneralisasikan. Yang belum



faham tentang statistik, signifikan sering diartikan dengan bermakna, tidak dapat diabaikan, nyata, berarti. Pengertian tersebut tidak operasional dan malah membingungkan.



B. Statistik Parametris dan Nonparametris I Statistik inferensial terdapat statistik parametris dan nonparametris. Statistik I parametris digunakan untuk m enguji parameter populasi m elalui statistik, atau menguji ukuran populasi m elalui data sampel. (pengertian statistik di sini adalah data yang diperoleh dari sampel). Parameter populasi itu meliputi: rata-rata dengan notasi fA (m u), simpangan baku a (sigma), dan varians a2. Sedangkan statistiknya adalah m elipu ti: rata-rata X



(X bar),



simpangan baku s, dan varians s2. Jadi parameter populasi yang berupa u diuji melalui X garis, selanjutnya a d iu ji m elalui s, dan a 2 d iu ji m elalui s2. Dalam statistik, pengujian parameter m elalui statistik (data sampel) tersebut dinamakan u ji hipotesis statistik. Oleh karena itu penelitian yang berhipotesis statistik adalah penelitian yang menggunakan sampel. Dalam statistik hipotesis yang d iu ji adalah hipotesis nol, karena tidak dikehendaki adanya perbedaan antara parameter populasi dan statistik (data yang diperoleh dari sampel). Sebagai contoh n ila i suatu pelajaran 1000 mahasiswa rata-ratanya 7,5. Selanjutnya misalnya, dari 1000 orang itu diam bil sampel 50 orang, dan n ila i rata-rata dari sampel 50 mahasiswa itu 7,5. H al in i berarti tidak ada perbedaan antara parameter (data populasi) dan statistik (data sampel). Hanya dalam kenyataannya n ila i parameter jarang diketahui. Statistik nonparametris tidak m enguji parameter populasi, tetapi menguji distribusi.



Penggunaan statistik parametris dan nonparametris tergantung pada asumsi dan jen is data yang akan dianalisis. Statistik parametris memerlukan terpenuhi banyak asumsi. Asumsi yang utama adalah data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Selanjutnya dalam penggunaan salah satu test mengharuskan data dua kelompok atau lebih yang d iu ji harus homogen, dalam regresi harus terpenuhi asumsi linieritas. Statistik nonparametris tidak menuntut terpenuhi banyak asumsi, misalnya data yang akan dianalisis tidak harus berdistribusi normal. Oleh karena itu statistik nonparametris sering disebut “ distribution fre e 'X bebas distribusi). Statistik parametris mempunyai kekuatan yang lebih daripada statistik nonparametris, b ila asumsi yang melandasi dapat terpenuhi. Seperti dinyatakan oleh Emory (1985) bahwa “ The param etric test are more pow erful are generally the tests o f choice i f their use assumptions are reasonably met". Selanjutnya Phophan (1973) menyatakan “ ... param etric procedures are often markedly more pow erful than their nonparam etric counterparts” . Penggunaan kedua statistik tersebut juga tergantung pada jenis data yang dianalisis. Statistik param etris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data interval dan rasio, sedangkan statistik nonparametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data nominal, ordinal. Pada tabel 8 . 1 berikut ditunjukkan penggunaan statistik parametris dan nonparametris untuk analisis data khususnya untuk pengujian hipotesis. D alam tabel terlihat bahwa statistik parametris digunakan untuk menganalisis data interval dan rasio. dan nonparametris untuk data nominal dan ordinal. Jadi untuk menguji hipotesis dalam penelitian ku a n tita tif yang menggunakan statistik, ada dua hal utama yang harus diperhatikan, yaitu m acam data dan bentuk hipotesis yang diajukan.



1. Macam data Macam-macam data penelitian telah diberikan pada bab I, yaitu: data no m in al, o rd in al, in te rv a l atau ratio.



2. Bentuk Hipotesis Bentuk hipotesis ada tiga yaitu: hipotesis deskriptif, kom paratif dm assosiatif. Dalam hipotesis kom paratif, dibedakan menjadi dua, yaitu kom paratif untuk dua sampel dan lebih dari dua sampel. Hipotesis d e s k rip tif yang akan d iu ji dengan statistik parametris merupakan dugaan terhadap nilai dalam satu sampel (unit sampel), dibandingkan dengan standar, sedangkan hipotesis d e s k rip tif yang akan diuji dengan statistik nonparametris merupakan dugaan ada tidaknya perbedaan secara signifikan n ila i antar kelom pok dalam satu sampel. Hipotesis kom paratif merupakan dugaan ada tidaknya perbedaan secara signifikan n ila i-n ila i dua kelom pok atau lebih. Hipotesis assosiatif, adalah dugaan



terhadap ada tidaknya hubungan secara signifikan antara dua variabel atau lebih. Bentuk-bentuk hipotesis in i telah dijelaskan pada bab III.



TABEL 8.1 PENGUNAAN STATISTIK PARAMETRIS DAN NONPARAMETRIS UNTUK MENGUJI HIPOTESIS teskriptif rfACAM Satu DATA 'ariabel tau satu ampel)** Binomial Nominal



X satu



sampel



BENTUK HIPOTESIS Komparatif Komparatif (lebih dari dua sampel) (dua sampel) Related Me Nemar



Run Test



Interval



-test*



Rasio



Fisher Exact Probability X2 dua sampel Median Test



Related



ndependen



untuk k Cochran Q Xsample



Assosiatif (hubungan)



Contingency Coefficient C



MannWhitney Utest



M edian Spearman Friedman Extension Rank Corre­ Wilcoxon Two-W ay Kruskallation matched Kolomogorov Anova W allis One Kendall Tau Smirnov pairs Way Anova WaldWoldfowitz Korelasi Product Moment* Sign test



Ordinal



Independen



t-test of Related



t-test* Independent



One-W ay Anova*



Korelasi Parsial*



Two-W ay Two-W ay Anova* Anova*



Korelasi Ganda*



One-Way Anova*



Regresi, sederhana & Ganda* * **



Statistik Parametris deskriptif untuk parametris artinya satu nonparametris artinya satu sampel



variabel, dan



untuk



Berdasarkan tabel 8.1 tersebut dapat dikemukakan di sini bahwa: 1.



Untuk m enguji hipotesis d e s k rip tif satu sampel (unisampel) bila datanya berbentuk nom inal, maka digunakan teknik statistik: a.



B inom ial



b.



Chi kuadrat satu Sampel



2.



U ntuk m enguji hipotesis d e skrip tif satu sampel bila datanya berbentuk ordinal, maka digunakan teknik statistik: a.



Run Test



3.



U ntuk m enguji hipotesis d e skrip tif satu variabel (univariabel) bila datanya berbentuk interval atau ratio, maka digunakan t-test satu sampel.



4.



U ntuk m enguji hipotesis kom paratif dua sampel yang berpasangan bila datanya berbentuk nom inal digunakan teknik statistik: a.



5.



6



M cN em ar



U ntuk m enguji hipotesis kom paratif dua sampel berpasangan bila datanya berbentuk o rd in a l digunakan teknik statistik: a.



Sign Test



b.



W ilc o x o n matched pairs



.



U ntuk m enguji hipotesis kom paratif dua sampel berpasangan, bila datanya berbentuk interval atau ratio, digunakan t-test dua sampel,



7.



U ntuk m enguji hipotesis kom paratif dua sampel indepeden bila datanya berbentuk nom inal digunakan teknik statistik:



8



.



9.



a.



Fisher exact probability



b.



C hi Kuadrat Dua sampel



U ntuk m enguji hipotesis kom paratif dua sampel indepeden bila datanya berbentuk o rd in a l digunakan teknik statistik: a.



M edian Test



b.



M ann-W hitney U Test



c.



K olm ogorov Sm irnov



d.



W a ld -W o lfo w itz



U ntuk m enguji hipotesis kom paratif dua sampel berpasangan bila datanya berbentuk interval dan ratio, digunakan t-test sampel berpasangan (related).



10. U ntuk m enguji hipotesis kom paratif k sampel berpasangan, bila datanya berbentuk nom inal, digunakan teknik statistik: a.



Chocran Q



11. U ntuk m enguji hipotesis kom paratif k sampel berpasangan, bila datanya berbentuk ordinal, digunakan teknik statistik: a.



Friedman Tw o-w ay Anova



12. Untuk menguji hipotesis kom paratif sampel berpasangan bila datanya berbentuk interval atau ratio digunakan analisis varians satu jalan maupun dua jalan (One W ay dan T w o W ay Anova). 13. Untuk menguji hipotesis kom paratif k sampel independen, bila datanya berbentuk nominal, digunakan teknik statistik: a.



Chi K uadrat k sampel



14. Untuk menguji hipotesis kom paratif k sampel independen, bila datanya berbentuk o rdin al, digunakan teknik statistik: a.



Median Extension



b.



K ruskal-W allis One W ay Anova



15. Untuk menguji hipotesis assosiatif/hubungan (korelasi) b ila datanya berbentuk nom inal digunakan teknik statistik: a.



Koefisien Kontingensi



16. Untuk menguji hipotesis assosiatif/hubungan (korelasi) bila datanya berbentuk o rd in a l digunakan teknik statistik: a.



Korelasi Spearman Rank



b.



Korelasi K endall Tau



17. Untuk m enguji hipotesis assosiatif/hubungan b ila datanya berbentuk interval atau ratio, digunakan: a.



Korelasi Produk M om ent: untuk m enguji hipotesis hubungan antara satu variabel independen dengan satu dependen).



b.



K orelasi ganda bila untuk m enguji hipotesis tentang hubungan dua variabel indepeden atau lebih secara bersama bersamasama dengan satu variabel dependen.



c.



K orelasi Parsial digunakan untuk m enguji hipotesis hubungan antara dua variabel atau lebih, bila terdapat variabel yang dikendalikan.



d.



A nalisis regresi digunakan untuk melakukan prediksi, bagaimana perubahan nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dinaikkan atau diturunkan nilainya (dim anipulasi).



Hipotesis penelitian yang akan d iu ji dalam penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah yang diajukan, tetapi perlu diketahui bahwa setiap penelitian tidak harus berhipotesis, namun harus merumuskan masalahnya. Penelitian yang harus berhipotesis adalah penelitian yang menggunakan metode eksperimen.



C. Judul Penelitian dan Statistik yang digunakan u Analisis B e riku t in i diberikan beberapa contoh ju d u l penelitian, bentuk parai rumusan masalah, hipotesis dan teknik statistik yang akan digunakan pengujian hipotesis.



1. Contoh 1



a. Judul penelitian PENGARUH K E C E R D A S A N E M O T IO N A L TERHADAP PRE P E G A W A I DI PEMERINTAH PROPINSI MADUKARA



b. Bentuk paradigmanya adalah seperti berikut: X = Kecerdasan Emosional



Y = Prestasi kerja pegawai Berdasarkan paradigma tersebut terlihat bahwa, untuk ju d u l penelitia te rd iri atas satu variabel independen dan satu dependen, terdap rumusan masalah deskriptif, dan satu masalah assosiatif. Dengan de juga terdapat dua hipotesis de skrip tif dan satu hipotesis assosiatif terdapat kesulitan dalam merumuskan hipotesis deskriptif, maka hipot tidak perlu dirumuskan, tetapi rumusan masalahnya saja yang harus d dengan perhitungan statistik). Dua hipotesis d e skrip tif d iu ji dengan s yang sama. T eknik statistik yang ada pada tabel 8.1 belum lengkap, terutama statistik yang digunakan untuk mencari pengaruh (varians) variabel t terhadap (varians) variabel lain. U ntuk mencari pengaruh varians v dapat digunakan teknik statistik dengan menghitung besarnya kc determinasi. K oefisien determinasi dihitung den ran mengkuac koefisien korelasi yang telah ditemukan, dan selanju? ,ya dikalikan 100%. K oefisien determinasi (penentu) dinyatakan dalam persen. Jad contoh no. 1 di atas, besarnya pengaruh kecerdasan emotional te prestasi pegawai pertama-tama dihitung koefisien korelasinya. M ditemukan korelasi p o s itif dan signifikan antara kecerdasan em dengan prestasi kerja pegawai sebesar 0,70; hal itu berarti kc determinasinya = 0,702 = 0,49. Jadi dapat disim pulkan bahwa variar terjadi pada variabel prestasi kerja pegawai 49% dapat dijelaskan i varians yang terjadi pada variabel kecerdasan emotional pegawai. Ata dinyatakan bahwa pengaruh kecerdasan emosional terhadap rendahnya prestasi kerja pegawai sama dengan 49%, sedangkan sisan; ditentukan oleh fa kto r dilu ar variabel kecerdasan emosional, misali kedisiplinan, dan lain-lain. Korelasi p o s itif dan signifikan antara kect



emotional dengan prestasi kerja pegawai sebesar 0,49, artinya m akin tinggi kecerdasan emotional seseorang, maka akan semakin tinggi prestasi kerja pegawai. Kesimpulan in i dapat berlaku untuk populasi di mana sampel tersebut diambil.



c. Rumusan masalah, hipotesis, dan teknik statistik untuk analisis data (ketiganya sangat berkaitan) Pada tabel 8.2 berikut diberikan contoh, rumusan masalah penelitian, rumusan hipotesis dan teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis, berdasarkan ju d u l penelitian pada contoh 1 di atas, yaitu Pengaruh terhadap d i P ro p in si Madukara



kecerdasan emosional



prestasi kerja pegawai



T A B E L 8.2. C O N TO H J U D U L P E N E L IT IA N , R U M U S A N , M A S A L A H , HIPOTESIS D A N T E K N I K A N A L IS IS D A T A Y A N G D IG U N A K A N (S A T U V A R IA B E L IN D E P E N D E N ) Rumusan Masalah



B e ra p a k a h



ra ta -ra ta



k e c e rd a s a n pegaw ai



d i



e m o tio n a l P r o p in s i



M a d u k a ra ?



B e ra p a k a h p re s ta s i



rata-rata kerja



p e g a w a i?



Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emotional pegawai dengan prestasi kerja?



Hipotesis



Statistik untuk uji hipotesis



Kecerdasan emosional (EQ) pegawai di Pemerintah Propinsi Madukara paling tinggi 150.



Teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis dapat dilihat pada tabel 8.1. Data yang terkumpul adalah ratio. Bentuk Hipotesisnya adalah deskriptif maka teknik uji untuk hipotesis no. 1 dan 2 adalah sama yaitu: t-test (untuk satu sampel).



Prestasi kerja pegawai Pemerintah Propinsi Madukara paling tinggi 140 atau 70% dari kriteria yang diharapkan. (kriteria prestasi kerja pegawai paling tinggi misalnya 2 0 0 )



t - test satu sampel



Terdapat hubungan yang positif dan signifikansi antara kecerdasan emotional dengan prestasi kerja pegawai



Data ke dua variabel adalah data ratio, oleh karena itu teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah: Korelasi Pearson Product Moment



Bagaimanakah pengaruh kecerdasan emotional terhadap prestasi kerja pegawai?



Kecerdasan emotional berpengaruh positif terhadap prestasi kerja pegawai



K o e fisie n d iterm in a a n a lisis re g re si sedet



T e knik statistik yang digunakan untuk melakukan prediksi pengar penayangan iklan terhadap n ila i penjualan adalah dengan teknik tunggal (satu variabel independen satu variabel independen). Untuk atas misalnya, b ila rumusan masalahnya adalah: kalau lama pen iklan ditingkatkan sampai optim al, berapakah n ila i penjualan barangi



2. Contoh 2



a. Judul Penelitian Pengaruh Kemampuan K e rja dan M o tiva si K e rja Karyaw an t Produktivitas K e rja di PT. M itra Raja



b. Bentuk paradigmanya adalah sebagai berikut: X t = kemampuan karyawan X2 = motivasi kerja Y = produktivitas kerja



c. Diasumsikan penelitian menggunakan sampel, yang diambi stratified random sampling Semua Instrumen penelitian menggunakan skala interval, sehingga d didapat adalah data interval. Oleh karena itu, statistik yang digunaka parametris, setelah asumsi yang mendasari dapat dibuktikan.



d. Rumusan Masalah, hipotesis dan teknik statistik yang dif, untuk menguji hipotesis pada judul Penelitian “Pi Kemamvuan dan Motivasi Kerja terhadap Produktivitas Kerja X[



= kemampuan kerja karyawan;



X2



= m otivasi kerja karyawan;



Y



= produktivitas kerja karyawan



TABEL 8.3



dan



CONTOHRUMUSAN MASALAH, HIPOTESIS DAN TEKNIK STATISTIK YANG DIGUNAKAN UNTUK ANALISIS (DUA VARIABEL INDEPENDEN) Statistik Untuk Hipotesis Rumusan masalah Menguji Hipotesis ah Deskriptif



Hipotesis Deskriptif:



1. Kemampuan kerja karyawan PT Mitra Raja masih rendah, paling tinggi baru mencapai 60% dari kriteria yang diharapkan . Seberapa tinggi motivasi 2. Motivasi kerja karyawan PT Mitra Raja masih kerja karyawan PT Mitra rendah, paling tinggi baru Raja? mencapai 65% dari kriteria yang diharapkan 3. Produktivitas kerja |3. Seberapa tinggi karyawan PT Mitra Raja produktivitas kerja masih rendah, paling karyawan PT Mitra tinggi baru mencapai 70% Raja? dari kriteria yang diharapkan____________ i tinggi kemampuan kerja karyawan PT Mitra Raja?



1 s/d 3 sama yaitu:



t-test



satu sampel



t-test satu sampel



t-test satu sampel



Masalah A ssosiatif:



|4. Adakah hubungan antara 4. Terdapat hubungan yang Korelasi Product Moment bisa positif dan signifikansi X, dan Y? dilanjutkan dengan antara X, dan Y. regresi tunggal. |5. Adakah hubungan antara 5. Terdapat hubungan yang positif dan signifikansi X2 dengan Y? antara X 2 dan Y.



s.d.a



|6 . Adakah hubungan antara 6 . Terdapat hubungan yang X| dengan X 2? positif dan signifikansi antara X, dan X 2 .



s.d.a



7. Terdapat hubungan yang Korelasi ganda, |7. Secara bersama-sama parsial, dilanjutkan adakah hubungan antara positif dan signifikansi antara X! dan X 2 dengan regresi ganda. X|dan X 2 dengan Y? Y.



Masalah Komparatif Masalah komparatif ini ada karena sampel dalam penelitian ini terdiri atas kelompok wanita dan pria. Selain itu juga terdiri atas golongan I, II, dan III. Rumusan masalah adalah: 8



Hipotesis no. 8 , 9, dan 10 adalah hipotesis nol. Lainnya hipotesis kerja.



. Adakah perbedaan 8 . Tidak terdapat perbedaan kemampuan kerja antara kemampuan kerja antara karyawan pria dan wanita pegawai pria dan wanita di PT Mitra Raja di PT Mitra Raja?



t - test untuk dua sampel independen.



9. Tidak terdapat perbedaan 9. Adakah perbedaan motivasi kerja antara motivasi kerja antara karyawan pria dan karyawan pria dan wanita wanita di PT Mitra Raja? di PT Mitra Raja



s.d.a



10. Tidak terdapat 10. Adakah perbedaan perbedaan produktivitas produktivitas kerja kerja antara karyawan antara karyawan pria dan wanita di PT Mitra Raja? pria dan wanita di PT Mitra Raja



s.d.a



11. Adakah perbedaan 11. Terdapat perbedaan kemampuan kerja kemampuan kerja antara antara karyawan karyawan golongan I, II golongan I, II dan III di dan III. PT Mitra Raja? 12. Adakah perbedaan 12. Terdapat perbedaan motivasi kerja antara motivasi kerja antara karyawan golongan I, II karyawan golongan I, II dan II di PT Mitra dan III di PT Mitra Raja Raja? 13. Terdapat perbedaan 13. Adakah perbedaan produktivitas kerja antara produktivitas kerja antara karyawan karyawan golongan I, II dan III di PT Mitra Raja . golongan I, II dan III di PT Mitra Raja?



Analisis varians satu jalan. Bila terjadi perbedaan dilanjutkan dengan ttest untuk dua sampel. s.d.a



s.d.a



D ari dua contoh tersebut, terlihat bahwa bila variabel ditambah satu saja (m enjadi dua) maka rumusan masalah yang akan dicari kan jawabannya m elalui penelitian menjadi bertambah banyak, dem ikian juga teknik analisis datanya.



3, Contoh 3 (penelitian eksperim en) a.



b.



Judulpenelitian:Pengaruh terhadap Konstruksi



Terpadu



Gugus Kendali



penerapan K erja



Produktivitas



Karyawan



Mutu di



Industri



true experimental design.



Dalam hal ini digunakan Dalam model ini terdapat kelom pok eksperimen dan kelom pok kontrol, dimana pengambilannya dilakukan secara random. Paradigma adalah seperti: R



=



k e lo m p o k



e k s p e r im e n



dan



k o n tro l



d ia m b il s e c a ra



ra n d o m .



ROi X R03 -



o2 04



O j



&



0 3 =



ke



d u a



p re te s t a w a ln y a . a w a ln y a



0 2



=



k e lo m p o k



u n tu k



te r s e b u t d io b s e r v a s i d e n g a n



m e n g e ta h u i



Y a n g



ke m a m p u a n



d ih a r a p k a n



k e r ja



ke m a m p u a n



k e r ja



sam a.



p r o d u k tiv ita s



k e r ja



k a ry a w a n



ya n g



t e la h



d ik e n a i



k e n d a li m u tu . 0 4



=



p r o d u k tiv ita s



k a ry a w a n



ya n g



tid a k



d ik e n a i



k e n d a li m u tu . X



= tre a tm e n t. K e lo m p o k d a la m



a ta s s e b a g a i k e lo m p o k



k e r ja n y a d ig u n a k a n



b a w a h t id a k



G ug us



e k s p e r im e n



K e n d a li M u t u



d ib e r i tr e a tm e n t, y a itu



T e rp a d u . S e d a n g k a n



k e lo m p o k



d ib e r i tre a tm e n t/s e b a g a i k e lo m p o k k o n tr o l.



Untuk contoh no. 3 di atas terdapat dua kali analisis. A nalisis yang pertama adalah menguji perbedaan kemampuan awal antara kelom pok eksperimen dan kelompok kontrol ( 0 ] : 0 3). Pengujiannya menggunakan t-test. Hasil yang diharapkan tidak terdapat perbedaan yang signifikansi antara kemampuan awal kelom pok kontrol dan kelom pok eksperimen, yaitu antara 0 , dengan 0 2. Analisis yang kedua adalah untuk m enguji hipotesis yang diajukan. Dalam hal ini hipotesis yang diajukan adalah: “ Penerapan Gugus Kendali Mutu akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan” . T eknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah teknik t-test untuk dua sampel related. Yang d iu ji adalah perbedaan antara 0 2 dengan 0 4. Kalau terdapat perbedaan di mana 0 2 lebih besar dari O, maka Gugus Kendali M utu berpengaruh positif, dan b ila 0 2 lebih kecil daripada 0 4 maka berpengaruh negatif.



D. Konsep Dasar Pengujian Hipotesis Sebelum diberikan contoh analisis data dan pengujian hipotesis terlebih dahulu diberikan konsep dasar tentang pengujian hipotesis. Seperti telah dikemukakan pada Bab 3 (masalah dan hipotesis),



hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.



Kebenaran dari hipotesis itu harus dibuktikan m elalui data yang terkumpul.



Pengertian hipotesis tersebut adalah untuk hipotesis penelitian. Sedangkan I secara statistik hipotesis diartikan sebagai pernyataan mengenai keadaanl populasi (parameter) yang akan d iu ji kebenarannya berdasarkan data yang 1 diperoleh dari sampel penelitian (statistik). Jadi maksudnya adalah taksiran ■ keadaan populasi m elalui data sampel. Oleh karena itu dalam statistik yangH d iu ji adalah hipotesis nol. “ The n u ll hypothesis is used f o r testing. It isI statement that no different exists between the param eter and statistic being V com pared” (Em ory, 1985). Jadi hipotesis nol adalah pernyataan tidak I adanya perbedaan antara parameter dengan statistik (data sampel). LawanH dari hipotesis nol adalah hipotesis alternatif, yang menyatakan ada I perbedaan antara param eter dan statistik. Hipotesis nol diberi notasi Ho, I dan hipotesis a lte rn a tif diberi notasi Ha.



1. Taraf Kesalahan Seperti telah dikemukakan, pada dasarnya menguji hipotesis itu adalah I menaksir parameter populasi berdasarkan data sampel. Terdapat dua cara I menaksir yaitu, dan A p o in t estimate (titik I taksiran) adalah suatu taksiran parameter populasi berdasarkan satu nilai dari I rata-rata data sampel. Sedangkan interval estimate (taksiran interval) adalah I suatu taksiran parameter populasi berdasarkan I



a point estimate



sampeL



interval estimate.



nilai interval rata-rata data



Saya berhipotesis (menaksir) bahwa daya tahan kerja orang I Indonesia itu 10 jam /hari. Hipotesis ini disebut p o in t estimate, karena daya I tahan kerja orang Indonesia ditaksir m elalui satu n ilai yaitu 10 jam/hari. Bila § hipotesisnya berbunyi daya tahan kerja orang Indonesia antara 8 sampai 1 dengan 12 jam /ha ri, maka hal in i disebut interval estimate. N ila i intervalnya I adalah 8 sampai dengan 1 2 jam . M enaksir parameter populasi yang menggunakan n ila i tunggal (point I estimate) akan mempunyai resiko kesalahan yang lebih tinggi dibandingkan I dengan yang menggunakan interval estimate. M enaksir daya tahan kerja I orang Indonesia 10 jam /hari akan mempunyai kesalahan yang lebih besar' b ila dibandingkan dengan n ila i taksiran antara 8 sampai dengan 1 2 jam. I



Makin besar interval taksirannya maka akan semakin kecil kesalahannya.



M enaksir daya tahan kerja orang Indonesia 6 sampai 14 jam /hari akan mempunyai kesalahan yang lebih kecil bila dibandingkan dengan interval taksiran 8 sampai 12 jam . U ntuk selanjutnya kesalahan taksiran ini dinyatakan dalam peluang yang berbentuk prosentase. M enaksir daya tahan kerja orang Indonesia dengan interval antara 6 sampai dengan 14 jam/hari akan mempunyai prosentase kesalahan yang lebih kecil b ila digunakan interval taksiran 8 sampai dengan 12 jam /hari. Biasanya dalam penelitian kesalahan taksiran ditetapkan terlebih dulu, yang digunakan adalah 5% dan 1%. Daerah taksiran dan kesalahannya dapat digambarkan seperti gambar 8 . 2 berikut.



Gambar 8.2 Daerah Taksiran dan Besarnya Kesalahan Dari gambar 8.2 tersebut dapat diberi penjelasan seperti berikut: a. Daya tahan kerja orang Indonesia ditaksir 10 jam /hari. Hipotesis in i bersifat point estimate, tidak mempunyai daerah taksiran, kemungkinan kesalahannya tinggi, misalnya 1 0 0 %. b. Daya tahan kerja orang Indonesia 8 sampai dengan 12 jam /hari. Terdapat daerah taksiran. c. Daya tahan kerja orang Indonesia antara 6 sampai dengan 14 jam/hari. Daerah taksiran lebih besar dari no. 2, sehingga kemungkinan kesalahan juga lebih kecil daripada no. 2 . d. Jadi makin kecil taraf kesalahan yang ditetapkan, maka interval estimate-nya semakin lebar, sehingga tingkat ketelitian taksiran semakin rendah.



2. Dua Kesalahan dalam Menguji Hipotesis Dalam menaksir parameter populasi berdasarkan data sampel, kemungkinan akan terdapat dua kesalahan yaitu: a.



Kesalahan Tipe I adalah suatu kesalahan bila menolak hipotesis nol (Ho) yang benar (seharusnya diterim a). D alam hal in i tingkat kesalahan dinyatakan dengan a (baca alpha).



b. Kesalahan Tipe II, adalah kesalahan b ila menerima hipotesis yang salah (seharusnya ditolak). Tingkat kesalahan untuk ini dinyatakan dengan (3 (baca beta). Berdasarkan hal tersebut, maka hubungan antara keputusan m enolak atau menerima hipotesis dapat ditabelkan sebagai berikut.



TABEL 8.4 HUBUNGAN ANTARA KEPUTUSAN MENOLAK ATAU MENERIMA HIPOTESIS Keputusan



Keadaan sebenarnya



Hipotesis benar



Hipotesis salah



Terim a hipotesis



T idak membuat kesalahan



Kesalahan Tipe II ((3)



M enolak hipotesis



Kesalahan tipe I (a )



T idak membuat kesalahan



D ari tabel tersebut diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Keputusan menerima



kesalahan.



b. Keputusan



hipotesis not yang benar, berarti tidak membuat



menerima



kesalahan tipe II. ((3)



hipotesis nol yang salah,



c. M em buat keputusan menolak



kesalahan tipe I. ( a )



d. Keputusan menolak



kesalahan.



berarti



terjadi



hipotesis nol yang benar, berarti terjadi



hipotesis nol yang salah,



berarti tidak



membuat



B ila n ila i statistik (data sam pel) yang diperoleh d a ri h a sil pengumpulan data sama dengan n ila i param eter populasi atau m asih berada pada nilai interval param eter populasi, maka hipotesis yang dirum uskan 1 0 0 % diterim a. Jadi tidak terdapat kesalahan. Tetapi bila nila i statistik di luar nilai parameter populasi akan terdapat kesalahan. Kesalahan in i semakin besar bila n ila i statistik jauh dari n ila i parameter populasi.



level of significant



T ingkat kesalahan in i selanjutnya dinamakan atau tingkat signifikansi. Dalam prakteknya tingkat signifikansi telah ditetapkan oleh peneliti terlebih dahulu sebelum hipotesis d iu ji. Biasanya tingkat signifikansi (tingkat kesalahan) yang diam bil adalah 1% dan 5%. Suatu hipotesis terbukti dengan mempunyai kesalahan 1 % berarti b ila penelitian dilakukan pada 1 0 0 sampel yang diam bil dari populasi yang sama, maka akan terdapat satu kesimpulan salah yang diberlakukan untuk populasi. (data dari satu sampel tersebut tidak dapat diberlakukan ke populasi di mana sampel tersebut diam bil) D alam pengujian hipotesis kebanyakan digunakan kesalahan tipe I yaitu berapa persen kesalahan untuk menolak hipotesis nol (H o) yang benar (yang seharusnya diterim a).



3. Macam Pengujian Hipotesis



^



pihak



j “ is u” mana yane akan d,pa 01 tergantung pada bunyi kalim at hipotesis.



^ r ^ e S ^ sa n a a d e n g a ,,H 0 =;Ha, (Jji Dua Pih ak (Two T a il Test)



- ;>a,T1., dengan” dan



jiii



Hipotesis nol Hipotesis altern atif



Ho Ha



.



Daya tahan lampu merk X = 400 jam Ho : H =400 jam lannpu merk X * 400 jam.



• D ay a tahan



Ha : H * 400 jam 400 jam



Hi



400 jam



1*2



merk A = merkB H ip o t e s is n o l



Ho : Hi = 1*2 (tidak beda) Daya tahan lampu merk A * merk B



: H ip o te s is



a lte r n a tif



Ha :: Hi *



(bevbeda^



Ho : Hi = M -2 ( t ' d a k b e d a ) H a : Hi * Hi ( b e r b e d a )



Hipotesis n o l H ip o te s is







T .dak >da hubunga„ antara X dengan Y a t hubimg, „ a n t a ra X dengan Y



a lte r n a tit



Ho : p = 0 (berarti tidak ada hubungan) H a



. p



*



0



(b e ra rti a d a



h u b u n g a n )



Daerah Penolakan Ho Daerah Penolakan Ho



Daerah peneriMaan Ho



I'iTa



Gambar 8.3 U ji Dua Fihak



!



1) Uji Pihak Kiri Uji pihak kiri digunakan apabila: hipotesis nol (Ho) berbunyi “ lebih besar atau sama dengan” (>) dan hipotesis altematifnya berbunyi “lebih kecil” ( 400 jam Ha : | i< 400 jam



Contoh hipotesis komparatif (dua sampel): Hipotesis nol



:



Daya tahan lampu merk A paling sedikit sama dengan lampu merk B.



Hipotesis alternatif



:



Daya tahan lampu merk A lebih kecil dari merk B.



Ho:n, > p 2 Ha : pi, < \x2



lampu merk A dan H2 : lampu merk B



Contoh hipotesis assosiatif: Hipotesis nol



:



Hubungan antara X dengan Y paling sedikit (kecil) 0,65.



Hipotesis alternatif



:



Hubungan antara X dengan Y lebih kecil dari 0,65.



Ho : p > 0,65 Ha : p < 0,65 U ji pihak kiri dapat digambarkan seperti gambar 8.4 berikut.



2) Uji Pihak kanan U ji pihak kanan digunakan apabila hipotesis nol (H o) berbunyi “ lebih kecil atau sama dengan ()”. Kalimat lebih kecil atau sam a dengan sinonim dengan kata “paling besar”. Cnntnh hinotesis deskriptif (satu



Hipotesis nol Hipotesis alternatif



:



sampel):



D ay a tah an lam p u m erk A p a lin g la m a 4 0 0 ja m . D ay a ta h a n la m p u m erk B le b ih b e s a r d ari 4 0 0 ja m



H o: H < 4 0 0 ja m H a: n > 4 00 ja m



Cirntoh hipotesis komparatif (dua sampel): Hipotesis nol Hipotesis alternatif



: D ay a ta h a n la m p u m erk A p a lin g b e s a r (tin g g i) sam a d en g a n la m p u m erk B . : D a y a tah an la m p u m erk A le b ih b e s a r d ari m erk B .



Ho : Hi < pL2 - lam p u m erk A d an Ha : Hi > pi2 - la m p u m erk B



Contoh hipotesis assosiatif: Hipotesis nol Hipotesis alte rn atif



: H u b u n g an a n ta ra X d e n g a n Y p a lin g sed ik it (k ecil) 0 ,6 5 . : H u b u n g a n a n ta ra X d e n g a n Y le b ih k ec il d ari 0 ,6 5 .



Ho : p > 0,65 Ha : p < 0,65 Uji pihak kanan d a p a t d ig a m b a rk a n sep erti g a m b a r 8.5 b e rik u t.



Dari gambar 8.3, 8.4, dan 8.5 tersebut terlihat bahw a, dalam uji dua pihak taraf kesalahan a dibagi m enjadi dua yaitu yang diletakkan pada pihak kiri dan kanan. H arganya setengah ( V i a ) sedangkan pada uji satu pihak (kanan maupun kiri) harga terletak pada satu pihak saja, yaitu terletak di pihak kanan saja atau kiri saja, taraf kesalahannya adalah a . Selanjutnya pada B ab IX berikut akan diberikan beberapa contoh analisis data dan pengujian hipotesis, baik hipotesis deskriptif, kom paratif, dan assosiatif yang m enggunakan Statistik Param etris m aupun N onparam eris.



BAB



9 CONTOH ANALISIS DATA DAN PENGUJIAN HIPOTESIS



Seperti telah dikem ukakan pada bab sebelum nya, analisis kuantitatif dapat m enggunakan statistik param etris dan nonparam etris. Statistik parametris digunakan untuk m enganalisis data interval dan rasio, jum lah sampel besar, serta berlandaskan pada ketentuan bahw a data yang akan dianalisis berdistribusi normal. Sedangkan statistik 'nonparam etris digunakan untuk m enganalisis data yang berbentuk nom inal dan ordinal, jum lah sampel kecil, dan tidak harus berdistribusi normal. Pada bab berikut hanya akan diberikan sebagian contoh penggunaan statistik param etris untuk Pengujian Hipotesis D eskriptif, A ssosiatif (K orelasi, Korelasi Ganda, K orelasi parsial) kom paratif (t-test dan Analisis Varian). U ntuk m em ahami penggunaan statistik untuk penelitian dapat dibaca pada buku Statistik U ntuk Penelitian



1. Judul Penelitian: Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Situasi Kepemimpinan terhadap Iklim Kerja Organisasi di Kabupaten Pringgondani



2. Variabel Penelitian: P a d a p e n e litia n itu v ariab el p e n e litia n n y a ad alah : Gaya Kepemimpinan (Xi), d an Situasi Kepemimpinan (X 2) seb ag ai v ariab el in d e p e n d e n d an Iklim Kerja Organisasi (Y ) seb ag ai v ariab el d ep en d e n . 3. Paradigma Penelitian: K ep em im p in a n S itu a si k e p em im p in an Ik lim k erja o rg a n isa si



4. Populasi dan Sampel: Populasi dalam p en elitia n ini ad a lah sem u a p eg a w a i y an g m e n d u d u k i ja b a ta n Eselon IV sam pai d en g a n II d e n g a n ju m la h 5 0 o ran g . B e rd a sa rk a n tin g k at kesalahan 5% , m ak a u k u ra n sam p el d ite m u k an 4 4 o ra n g te rd iri atas 3 0 o ran g pria dan 14 o ran g w an ita (lih at tab el p e n e n tu a n u k u ra n sam p el p a d a b ab Populasi dan S am p el). S ed a n g k a n p e m b a g ia n a n g g o ta sam p el m e n u ru t E se lo n adalah sebagai b erik u t: a. Eselon II diam bil sebanyak 10 orang dengan 6 orang p ria dan 4 orang w anita. b. Eselon III diam bil sebanyak 14 orang dengan 10 o ran g p ria dan 4 o ran g w anita. c. Eselon IV diam bil sebanyak 20 orang dengan 14 o ran g p ria dan 6 o ran g w anita. 5. Rumusan Masalah:



a. Rumusan Masalah Deskriptif: 1) S eb erap a b a ik G a y a k ep e m im p in a n p a ra e se lo n di K a b u p a te n P rin g g o n d a n i? 2) S eb erap a b aik situ asi k e p em im p in an d i K a b u p a te n P rin g g o n d a n i? 3) S eb erap a b aik ik lim k erja o rg a n isa sin y a ?



b. Rumusan Masalah Assosiatif (hubungan): 1)



A d a k ah h u b u n g a n y an g p o s itif d an sig n ifik a n a n ta ra g ay a k ep em im p in an d en g a n ik lim k erja o rg a n isa si? 2) A d a k ah h u b u n g a n y an g p o s itif d an sig n ifik a n a n ta ra situ asi k e p e m im p in a n d en g a n ik lim k erja o rg a n isa si? 3) A d a k ah h u b u n g an y an g p o s itif d an sig n ifik a n a n ta ra g ay a k e p e m im p in a n d en g a n situ asi k e p em im p in an ? 4) A d a k ah h u b u n g a n a n ta ra g ay a k e p e m im p in a n d an situ asi k e p e m im p in a n se c a ra b ersa m a -sa m a d e n g a n ik lim k e rja o rg a n isa si? c.



Rumusan Masalah Komparatif: 1) A d a k a h p e rb e d a a n g ay a k e p em im p in an se c a ra sig n ifik a n a n ta ra eselo n II, III d an IV ? 2) A d a k a h p e rb e d a a n situ asi k ep e m im p in a n se c a ra sig n ifik a n an ta ra e se lo n II, III d a n IV ? 3) A d a k a h p e rb e d a a n ik lim k erja o rg a n isa si s e c a ra sig n ifik a n an ta ra o rg a n isa si y an g d ip im p in o leh eselo n II, III, d an IV ? 4 ) A d a k a h p e rb e d a a n g ay a k ep em im p in an y an g sig n ifik an an ta ra p im p in a n e se lo n p ria d an w an ita? 5 ) A d a k a h p e rb e d a a n situ asi k ep em im p in an y an g sig n ifik a n an ta ra o rg a n isa si y an g d ip im p in o leh p ria d an w an ita? 6) A d a k a h p e rb e d a a n ik lim k e rja o rg a n isa si y an g sig n ifik a n a n ta ra o rg a n isa si y an g d ip im p in p ria d an w an ita?



6 . Hipotesis



(jawaban masalah diatas)



sementara



terhadap



rumusan



a. Hipotesis Deskriptif (bisa dirumuskan dan bisa tidak) 1) G ay a k ep e m im p in a n p ara eselo n di K a b u p a te n P ringgondani sama d e n g a n 7 5 % d ari y an g d ih ara p k a n . 2 ) R a ta -ra ta situ asi k ep em im p in an p a lin g re n d a h 4 0 % dari yang d ih a ra p k a n . 3) Ik lim k erja o rg an isa si di K ab u p a ten P rin g g o n d a n i p alin g tinggi 60% d ari y an g d ih a ra p k a n



b. Hipotesis Assosiatif (hubungan) 1)



T e rd a p a t h u b u n g an y an g p o s itif d a n k e p e m im p in a n d an ik lim k erja o rg an isa si.



2)



Terdapat hubungan yang positif dan signifikan kepemimpinan dengan iklim kerja organisasi.



3)



T e rd a p a t h u b u n g an y an g p o s itif d an sig n ifik an antara gaya k e p e m im p in a n d en g a n situ asi k ep em im p in an . T e rd a p a t h u b u n g an y an g p o s itif d an sig n ifik a n antara gaya k e p e m im p in a n d an situ asi k e p e m im p in a n s e c a ra b ersam a-sam a dengan ik lim k e rja o rg an isa si.



4)



sig n ifik an



antara gaya antara situasi



c. Hipotesis Komparatif: 1) 2) 3) 4) 5) 6)



T e rd a p a t p e rb e d a a n g ay a k e p e m im p in a n y an g signifikan antara p im p in a n e se lo n II, III d an IV . T e rd a p a t p e rb e d a a n situ asi k e p e m im p in a n y an g signifikan antara o rg a n isa si y an g d ip im p in o leh eselo n II, III d an IV . T e rd a p a t p e rb e d a a n ik lim k e rja o rg a n isa si y an g signifikan antara o rg a n isa si y an g d ip im p in o leh eselo n II, III d an IV . T e rd a p a t p e rb e d a a n g ay a k e p e m im p in a n y an g sign ifik an antara p e m im p in p ria d an w an ita. T e rd a p a t p e rb e d a a n situ asi k ep e m im p in a n y an g signifikan antara o rg a n isa si y an g d ip im p in o leh p ria d an w an ita. T e rd a p a t p e rb e d a a n ik lim k e rja y an g sig n ifik a n a n ta ra organisasi yang d ip im p in p ria d a n w an ita.



7. Instrumen Penelitian In stru m e n p en e litia n m en g g u n a k an in stru m en sep erti y an g te rte ra pada Bah Skala Pengukuran dan Instrumen Penelitian. T e rd a p a t tig a instrum en yaitu in stru m e n G a y a K e p e m im p in a n d en g a n 3 in d ik a to r d an 18 butir, Situasi K e p e m im p in a n d e n g a n 3 in d ik a to r d an 18 b u tir, d an Ik lim O rg an isasi dengan 7 in d ik a to r d a n 14 b u tir p e rtan y a an /p ern y ataa n .



8. Tabulasi Data H asil P e n e litia n Berdasarkan d ata y an g te rk u m p u l d ari 4 4 re sp o n d e n y an g d ite ta p k a n seb ag ai sampel, data variabel g ay a k e p em im p in an d a p a t d ita b u la sik a n sep erti p a d a tabel 9.1, data variabel situ asi k ep e m im p in a n d itu n ju k k a n p a d a ta b e l 9 .2 d a n d a ta variabel iklim kerja p a d a ta b e l 9 .3 .



TABEL 9.1 DATA HASIL PENELITIAN GAYA KEPEMIMPINAN



c



0



0



UJ



Res



“3



1. 2. .5 ii 0 _J ----w UJ _



5



.2 ii



= Z 0 _1 (0 LU



a c 5



ra ti



z 0 _i



10



11



12



13



3



4



4 3



2 2



3 3



2 4



4 2



3 3



3 3



1 3



2



2 4



3 2



1 3



3 3 2 3



3 2



3 3



3 2



3 1



3 3



4 1



3 1



3 3



4 3



3 1



53 38



4 4



2



2 2



2 1



3 2



40



3 2



4 3



3 2



55 39



1



2 4



2



32



3



3 4



2 3



55 49



3 2



2



40



3 2



46



4



2 1



3 2 3



3 2



1 3



4



3



1



2



2



3



3 4 2 2



3 1 4



2 2 2



3 1 3



4 2 4



3 3 3



3



1



2



3



3



1 1 2 3



2 2



1 3



1 4



1 3



2 2



2 4



2 3



3



3



3



2



3 3



2 2



2 3



2



3 3



1 1



2 2



3 4



4



3



2



3



3



2



3



3 3



3 2



2 3 2



3 4 1 3 4



2 3 3



4



2



3



3 4



2 4



2 3



2 2



2 2



3 2



2 2



1 3



3 2



3 4



2



2 2



1 2



1



1



3



2



3



2



3



2 4



2



2



3 2



3 4



3 3



3 3



3 3



3 4



15. 16.



1



3 2



4 3



3 4



2



3



3



2 2



2 3



3 1



1



3 2



2 3



2



3



2



3



4



3



2 2



1



2



3



1 1



3 3



1 2



3 2



4 3



1 3 3 2 4 3



23. 24.



3 4



2 5.



2 3



28. 29. 30.



'c f



43. 44.



2 2 2 1 3 3



4 1



3 2



2



3 4



2 2



2 2



2 3



3 2



3



3 4



3 3



3 4



3 2



3 3 2



2



2



3



2 2



1 3



2 2



3 3 4



3 2 2 4



2 3 4



3



4



3



4



3



3 2



4 4



3



2



3 2 3



3 3



3 3



2 4



3 1 3 3 3 4 2



2 3 1 3 4



3



3



2 3



3 2



3 3



2



2



3 2



116



111



3



3 1



2 3



2 3 3



3



3



2



3



3 2 4



3



2 4



2 2



3



3



2 2



4 4



3 2



2 2



3



3 4



1



2 2 3 2 3 4 3



3 4



3 2



4



3 3 2



4 4



3



3 2 4



3 2



3 2



3 3 3 3 3 3 4 2



3 4 2 3 4 2



45



1



43



3



3



4



2



39



3



2



3



45 42



2



2



3



2



2



3



2



3 4



2 3



3 2



3 2



2 4



2 3



2 3



3 2



1 2 4



3 1



4



3 2



2



1 3 2



1 2 3



1 1 2



2



3 3



1 2



2 3



3 4



2 2 4



3 3 3 3 2 3



2 2



3 3 3



3



3



2



3 2 4



3 2 3 4 3 3



3 2 3



2



3 4



2



4



3 3 3 3



3 4



3 3 3



3 4 2



3



1 2 2



3 3



1 2



3 2



3 2



2 4



1



1



1 2 4



2



4



3



2



3



3



4



3



2 3



3 2



4



3



3



2 2



2 2



3



2



3 3



2 1



3 4



2



1



3



2



1



1



3



120



138



119



102



123



122



119



113



111



//,



3



2



3



No. 1 s/d 10 kelom pok eselon kelompok eselon IV.



3 2 3



3 2



3 4



3 2



3 3



1 3



3 3 2



2



2



3 2



3



44



49 57



2



3



2



45



4



3



3



1



2 2



3 2



1 3



43 45



3 3 2



4 3 2



3 4



3 2 4



2 2



3 2



2 2 2



2 3 2 3



42 55 57



3 3



46



3 2



48 44 49



2 3 2



3 3 2 4



2



3



2



45



3



4 3 3 2



3 4



4



3 4



3 2



3



1 1



3



2



2



3



3



2



2



1 2



117



118



94



106



113



2



55



3 4



1



3



49



3 1 2 4



3



3 3



3 2



1 3 2



2 3



3 2



3 4



2



3



16



2 4 2



4 1



3 2



15



3 3 3 3



3 2



32. 33. 34.



Jumlah



9



3 3 1 3



11. 12.



39. 40. 41. 42.



ro



8



3 4



13. 14.



35. 36. 37. 38.



u



7



3 4 2



2 3 2



31.



>



6



3 4



3 3



2 6. 27.



61 38 54



5



2



2 3



21. 22.



50



3 2 2



4



2 4 2



3 2



19.



2



3



3 4



3 4



20.



3 4



2



2



2 3



17. 18.



18



1



3. 4.



8. 9. 10.



Skor Tntal i oiai 17



14



5. 6. 7.



ro



c



_



S kor untuk item no:



No.



2



2 2 3 2



3 2 2



3 1 3



47 44 57 55 55 48 49 41



3



3 2



39



121



109



2072



No. 11 s/d 24 kelompok eselon III, dan No.



25



s/d 44



TABEL 9.2 DATA HASIL PENELITIAN SITUASI KEPEMIMPINAN c o 0> in UJ



0)



*



.2 oi 2



o _J cnU L



w



cro



$



Z



o



cn LU



B ij



Skor untuk item no:



No. Res 7



8



9



11



12



16



17



3 2 2 3 3 3 2 4



2 2 2 3 2 2 2 3 2



3 1 2 4 4 2 3 3 4 2



3 3 1 3 3 3 4 4 3 1



4 3 2 1 4 2 3 1 4 3



3 3 3 3 3 2 2 2 2 4



3 2 3 2 4 2 3 4 3 2



3 2 4 3 3 3 2 2 4 3



2 4 3 4 2 2 3 3 3 3



3 3 4 3 3 4 3 4 3 2



4 1 3 1 4 4 1 3 2 3



3 3 2 3 3 3 2 2 3 2



3 4 2 3 4 3 2 1 4 3



2 3 2 2 3 1 3 2 3 4



55 42 44 47 57 46 48 48 55 48



2 3 3 3 3 4 3 2 2 3 3 4 4 3



1 2 4 2 2 3 1 3 3 2 2 3 3 2



2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3



3 4 3 4 4 3 3 2 3 1 2 3 4 4



2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 4 3 2



2 2 3 4 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3



4 3 3 3 3 2 4 3 2 3 3 2 3 1



2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3



2 3 3 4 3 2 1 3 3 2 3 4 4 2



3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2



2 3 2 4 2 2 2 3 4 3 2 4 2 3



2 1 3 2 1 1 3 4 1 2 2 2 4 1



4 2 2 3 1 2 4 3 3 3 3 3 2 3



2 4 3 4 3 2 3 2 3 4 2 3 3 2



2 3 2 3 2 3 2 3 1 2 3 1 2 2



41 50



3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3



1 4 4 2 2 2 4 4 1 4 4 4 2 4 4 3 4 4 3 2



2 3 3 3 3 2 2 3 1 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3



2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2



2 4 3 3 1 2 2 3 3 3 3 3 1 2 3 2 1 3 3 3



1 3 2 2 4 1 3 4 2 4 2 2 4 3 4 3 3 4 2 3



3 1 3 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 1 3 3 3



2 2 2 1 2 3 4 2 3 2 4 4 2 4 2 3 2 2 3 2



3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2



1 3 2 2 3 3 1 4 2 4 2 2 3 1 3 3 3 4 2 3



1 2 3 3 1 3 1 3 3 3 3 3 1 1 4 2 2 3 3 2



2 4 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 4



1 1 3 2 2 2 1 1 2 3 2 2 2 1 2 2 1 2 3 1



2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 4 3 3 2 1 3



3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3



2 1 3 2 4 2 2 3 2 3 3 3 4 2 4 3 1 3 3 1



36 46 47 44



112 108 121



131



113



98



121



1



2



3



4



5



6



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



3 2 1 3 4 3 3 2 3 2



3 2 2 3 3 2 2 3 2 3



4 1 2 3 2 3 3 4 4 2



2 2 3 2 3 2 4 3 3 3



T "



3



11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.



2 4 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 4



1 3 3 2 3 2 3 1 2 2 2 1 3 3



3 2 3 4 3 3 1 3 3 2 2 2 4 4



25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44.



3 3 2 3 1 1 3 3 3 3 2 2 1 3 2 2 3 3 2 3



2 2 3 2 3 2 4 2 3 2 3 3 3 4 3 2 2 2 3 2



Jum lah



Skor Total



10



1



13



14



15



123 117 117 113 119 113 118



91



18



112 121 107



51 I 57 43 45 45 46 45 43 42 49 55 47



'



45 I 39 45 49 40 51 48 48 45 45 55 42 41 50 45 45



1



2055



No. 1 s/d 10 kelompok eselon II, No. I I s/d 24 kelompok eselon III, dan No. 25 s/dU kelompok eselon IV.



TABEL 9.3 DATA HASIL PENELITIAN IKLIM KERJA ORGANISASI J. Kel



ESLO N



S kor untuk item no: Skor Total



No. Res 1



.55 11 Z 0 CO UJ (0



a 5



2



3



4



5



6



7



8



9



10



11



12



13



14



1.



2



1



3



2



3



2



1



3



1



2



2



3



1



3



29



2.



1



3



2



4



4



2



4



3



3



3



2



3



2



3



39



3.



4



1



4



2



3



2



2



4



2



3



3



1



2



4



37



4.



4



3



3



3



4



2



4



3



4



3



2



3



4



3



45



5.



2



3



4



3



2



3



4



3



2



3



1



3



4



3



40



6.



2



3



3



3



2



3



3



3



4



3



2



3



3



3



40



7.



3



2



3



2



3



2



3



4



3



2



3



4



3



4



41



8.



3



1



2



3



3



2



3



4



1



2



1



2



3



4



34



9.



2



3



1



2



2



1



4



3



4



2



3



4



4



3



38



10.



3



2



3



3



3



3



3



3



3



3



2



3



3



3



40



11.



2



2



2



1



1



2



3



2



2



1



1



1



3



2



25



12.



2



3



4



3



2



3



4



3



2



3



2



3



2



3



39



13.



3



2



2



3



3



2



3



2



3



1



3



2



3



2



34



to



14.



3



3



3



2



2



3



4



3



4



2



3



4



4



3



43



15.



3



2



2



3



1



2



2



2



2



3



2



3



2



2



31



ii



16.



3



2



3



2



3



2



3



4



3



2



2



2



3



4



38



17.



3



2



2



3



1



2



3



2



3



4



2



1



3



2



33



2



z 0



_l (/) UJ



18.



2



3



3



1



3



2



1



2



3



3



2



3



1



19.



2



4



3



2



3



2



1



3



1



2



2



3



1



3



32



2 0.



2



3



2



2



2



3



1



3



2



3



1



2



1



3



30



31



21.



2



2



2



2



4



2



2



3



4



3



1



3



2



3



35



.t?



22.



3



2



2



1



3



2



3



2



3



2



3



2



3



2



33



§ $



23.



3



2



3



3



3



3



3



3



3



3



2



3



3



3



40



24.



3



2



1



2



2



3



2



1



1



3



2



3



2



1



28



25.



2 1



4



2 4



3 2 3



2 2



1 2



1 3



2



3



3 3 2



2 3 3



3 1 2



1 2 3



2 3



3 2



2



2



3



2 2



3 2 3 3



2 3



2 4



1 2



3 3 1



3 3 1



2



3



3 4



3



2 4



3 3 4



3 3 2 2 4



3 2 2



3 3 2



2 4 2 1



32



2 2



3 3 2



2 2



3 3



2 3



3 2



3 2



3



2 2



3 3 4



4



3 3



2 4



3 3 3



2 6. 27. 28. 29. CO Cl >



z 0 w LLl



1= to §



Jum lah



3 3 4



30. 31.



2 3



32. 33. 3 4.



3 3 3



3 5. 36. 37.



3 2 2



38.



1



2



2 2 2



3 3 2



3 3



4 4



2



3



3 3



2 3



3 3 4



3 3 4



4 2



3 3 2



4 2



2 2 2 3



3 3 2



2



2 1



3



2



3



2 4 3



2 3 2



3



3 4



35 35 33 39 34 40 37



3 3



2 3



36



3



4 2



40 37



1



3 3 3



2



4



3



2



4



2



43



4



3



1



2



3



35



3



3 4



2



40



39.



4



3



2



3



3



2



3



4



3



3



3



4



42



40.



2



3



4



3



2



3



2



3



2



3



1



3



4



3



38



41.



2



4



3



2



3



2



1



1



2



2



3



32



3



2



3



2



3



2



3



3



2



3



3 4



1



42.



3 4



3



4



41



43.



3



2



3



3



2



3



2



3



1



3



2



3



2



34



4 4.



2



3



2 4



3



2



3



4



3



2



3



4



3



4



3



43



113



107



113



117



126



16 0 1



117



100



120



126



115



2



112



101



113



121



No. 1 s/d 10 kelom pok eselon II, No. 11 s/d 24 kelompok eselon III, dan No. 25 s/d 44 kelompok eselon IV.



9, Uji Normalitas Data Hipotesis yang telah dirum uskan akan diuji dengan Statistik Param etris, antara lain dengan m enggunakan t - t e s t u n t u k s a t u s a m p e l , k o r e l a s i d a n r e g r e s i , a n a l i s i s v a r i a n d a n t - t e s t u n t u k d u a s a m p e l . Penggunaan Statistik



Param etris m ensyaratkan bahw a data setiap variabel yang akan dian harus berdistribusi norm al. Oleh karena itu sebelum pengujian hipc dilakukan, maka terlebih dulu akan dilakukan pengujian normalitas Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menguji norma data antara lain dengan K e r t a s P e l u a n g d a n C h i K u a d r a t . Pada kesemp ini digunakan Chi K uadrat untuk menguji norm alitas data. Langkah-langkah pengujian norm alitas data dengan Chi Kuadrat ad; sebagai berikut: 1) M erangkum data seluruh variabel yang akan diuji normalitasn D alam hal ini data gaya kepem im pinan, situasi kepemimpinan, d iklim kerja organisasi yang ada pada tabel 9.1, 9.2, dan c, dirangkum ke dalam tabel 9.4 berikut. 2)



M enentukan jum lah kelas interval. D alam hal ini jumlah kel; intervalnya = 6, karena luas kurva norm al dibagi menjadi enan yang m asing-m asing luasnya adalah: 2,7%; 13,34%; 33,96 % 33,96% , 13,34%, 2,7%.



3) M enentukan panjang kelas interval yaitu: (data terbesar - data terkecil) dibagi dengan jum lah kelas interval ( 6 ).



4)



M enyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi, yang sekaligus m erupakan tabel penolong untuk m enghitung harga Chi Kuadrat (lihat contoh berikut).



5)



M enghitung frekuensi yang diharapkan (fh), dengan cara m engalikan persentase luas tiap bidang kurva normal dengan jumlah anggota sampel.



6)



M em asukkan harga-harga fh ke dalam ke dalam tabel kolom fj, sekaligus m enghitung harga-harga (f0 -



fh) dan



(*



dan f„



m enjum lahkannya. H arga



adalah m erupakan harga Chi



f,‘ K uadrat (%h2) hitung. 7)



M e m b a n d in g k a n h arg a C hi K u a d ra t h itu n g d en g a n Chi K u a d ra t T a b e l. B ila h arg a C hi K u a d ra t h itu n g lebih kecil atau sam a dengan harga Chi K uadrat tabel (%i,2^ %t2 X maka distribusi data dinyatakan norm al, dan bila lebih besar (>) dinyatakan tidak normal.



TABEL 9.4 RANGKUMAN DATA GAYA KEPEMIMPINAN, SITUASI KEPEMIMPINAN DAN IKLIM KERJA ORGANISASI No. 1.



2. 3. 4. 5.



6. 7.



8. 9.



10. 11.



12 . 13 . 14 . 15 . 16 . 17 . 18 . 19 .



20 .



21. 22 . 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44.



Gaya kepemimpinan (X,) 50 61 38 54 53 38 49 40 55 39 32 55 49 55 40 46 44 45 43 39 45 42 49 57 45 43 45 42 55 57 46 48 44 49 47 44 57 45 55 55 48 49 41 39 £=2072,



X = 47,09



s = 6,54



Situasi kepemimpinan (Xj)



Iklim (Y)



55 42 44 47 57 46 48 48 55 48 41 50 51 57 43 45 45 46 45 43 42 49 55 47 36 46 47 44 45 39 45 49 40 51 48 48 45 45 55 42 41 50 45 45



29 39 37 45 40 40 41 34 38 40 25 39 34 43 31 38 33 31 32 30 35 33 40 28 32 35 35 33 39 34 40 37 36 40 37 40 43 35 42 38 32 41 34 43



= 2055,



X = 46,70



s = 4,79



=1601,



X = 36,39



s = 4,51



a. Pengujian Normalitas Data Gaya Kepemimpinan (Xj) Seperti telah dikem ukakan dalam langkah-langkah pengujian norm alitas data, maka data variabel gaya kepem im pinan disusun ke dalam tabel penolong yaitu tabel 9.5.



TABEL 9.5 TABEL PENOLONG UNTUK PENGUJIAN NORMALITAS DATA GAYA KEPEMIMPINAN Interval 3 2 -3 6 3 7 -4 1 4 2 -4 6 4 7 -5 1 52 - 56 5 7 -6 1



fo



fh



(fo-fh)



(fo-fh)2



1 8 14 9 8 4 44



1,2 5,9 14,9 14,9 5,9 1,2 44,0



-0,2 2,1 -0,9 -5,9 2,1 2,8 0,0



0,0 4,5 0,9 35,3 4,5 7,9 53,2



(fo -f„)2 fh 0,0 0,8 0,1 2,4 0,8 6,7 10,7



H a rg a fh = 2,7% x 44 = 1,2; 13,34% x 44 = 5,9; 33,96% x 44 = 14,9; 33,96%x 4 4 = 1 4 ,9 ; 13,34% x 44 = 5,9; 2,7% x 44 = 1 ,2 . B erdasarkan perhitungan, ditem ukan harga Chi K uadrat hitung = 10,7. H arga tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga Chi Kuadrat Tabe (Lam piran Tabel VI), dengan dk (derajat kebebasan) 6-1 = 5. B ila dk 5 dan taraf kesalahan 5%, maka harga Chi K uadrat Tabel = 11,070. Karena harga Chi K uadrat hitung lebih kecil dari harga Chi K uadrat tabel (10,7 < 11,070), m aka distribusi data g a y a k e p e m i m p i n a n (X, ) tersebut normal. b.



P e n g u j i a n N o r m a l i t a s D a t a S i t u a s i K e p e m i m p i n a n ( X 2)



C ara pengujian norm alitas data untuk variabel situasi kepemimpinan dan iklim kerja organisasi seperti cara pengujian norm alitas data untuk variabe gaya kepem im pinan. D ata untuk variabel situasi kepem im pinan (X 2) disusun ke dalam tabel 9.6 dan variabel iklim kerja organisasi (Y) disusun ke dalam tabel 9.7.



TABEL 9.6 TABEL PENOLONG UNTUK PENGUJIAN NORMALITAS DATA SITUASI KEPEMIMPINAN Interval 36-39 40-43 44-47 48-51 52-55 56-59



fo



fh



(fo-fh)



(fo-fh)2



(f„-f„)2 fh



2 8 17 11 4 2 44



1,2 5,9 14,9 14,9 5,9 1,2 44,0



0,8 2,1 2,1 -3,9 -1,9 0,8 0



0,7 4,5 4,2 15,5 3,5 0,7 29,1



0,6 0,8 0,3 1,0 0,6 0,6 3,8



H a rg a fh = 2,7% x 44 = 1,2; 13,34% x 44 = 5,9; 33,96% x 44 = 14,9; 33,96% x 4 4 = 14,9; 13,34% x 44 = 5,9; 2,7% x 44 = 1,2 .



Berdasarkan perhitungan ditem ukan harga Chi K uadrat hitung = 3,8. H arga harga Chi K uadrat Tabel, dengan ift(derajat kebebasan) 6-1 =5. B ila dk 5 dan taraf kesalahan 5%, m aka harga 'ChiKuadrat Tabel = 11,070. K arena harga Chi K uadrat hitung lebih kecil f Ari harga Chi Kuadrat tabel (3,8 < 11,070), m aka distribusi data v a r i a b e l liluasik e p e m im p in a n (X2) tersebut normal.



ersebut selanjutnya dibandingkan dengan



f, P e n g u jia n N o r m a l i t a s D a t a S i t u a s i K e p e m i m p i n a n ( X 2)



T A B E L 9 .7



TABEL PENOLONG UNTUK PENGUJIAN NORMALITAS DATAIKLIM KERIA ORGANISASI '



Interval



fo 2 7 12 16 6 1



25-28 [ 29-32 33-36 37-40 41-44 45-48



,_L



44



(fo -fh )2



fh



(fo -fh )



(fo -fh )2



1,2 5,9 14,9 14,9 5,9 1,2 44,0



0,8 1,1 -2,9



0,7 1,3 8,7



1,1 0,1 -0,2



1,1 0,0 0,0



0,6 0,2 0,6 0,1 0,0 0,0



0



11,8



1,5



f.>



Harga fh = 2,7% x 44 = 1,2; 13,34% x 44 = 5,9; 3 3,96% x 44 = 14,9; 33,96% x 44= 14,9; 13,34% x 44 = 5,9; 2,7% x 44 = 1,2 . Berdasarkan perhitungan ditem ukan harga Chi K uadrat hitung = 1 ,5 Harga tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga Chi K uadrat Tabel, dengan dk (derajat kebebasan) 6-1 =5. B ila dk 5 dan taraf kesalahan 5% , m aka harga Chi Kuadrat Tabel = 11,070. K arena harga Chi K uadrat hitung lebih kecil dari harga Chi K uadrat tabel (1,5 < 11,070), m aka distribusi data variabel iklim kerja organisasi (Y) tersebut normal. Berdasarkan pengujian norm alitas terhadap tiga variabel yang diteliti [ temyata semuanya norm al. Oleh karena itu penggunaan Statistik Param etris untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan. 10. Teknik S tatistik untuk Analisis Data dan Pengujian Hipotesis Berbagai Teknik statistik yang akan digunakan untuk pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 8.1 yaitu P e d o m a n m e m i l i h t e k n i k s t a t i s t i k u n t u k p e n g u ji a n h i p o t e s i s (B ab VIII). Pertim bangan yang diperlukan adalah j e n i s d ata d a n b e n t u k h i p o t e s i s . Hipotesis deskriptif adalah dugaan terhadap nilai satu variabel secara mandiri antara data sampel dan data populasi (jadi bukan dugaan nilai komparasi atau assosiasi). N am un dalam penelitian sosial, hipotesis deskriptif ini jaran g dirum uskan. B ila hipotesis deskriptif tidak dirum uskan,



maka analisis data diarahkan untuk m enjaw ab rum usan masalah, sehin tidak m enguji hipotesis. A nalisis dilakukan dengan cara melaku perhitungan sehingga setiap rum usan m asalah dapat ditem ukan jawaban secara kuantitatif. D ata hasil analisis deskriptif dapat disajikan dalam ber tabulasi silang, tabel distribusi frekuensi, grafik batang, grafik garis, dan chart. M enjaw ab rum usan m asalah deskriptif m erupakan hal yang sai m endasar dan penting dalam penelitian, karena data utam a dari peneli akan dapat diketahui dengan jelas dari hasil analisis deskriptif ini. Da contoh ini terdapat tiga rum usan m asalah deskriptif yang harus dija\ yaitu: 1)



Seberapa baik Pringgondani?



G aya



kepem im pinan



para eselon



di



Kabup;



2)



Seberapa baik situasi kepem im pinan di Kabupaten Pringgondani?



3)



Seberapa baik iklim kerja organisasinya?



U ntuk dapat m enjaw ab ke tiga rum usan m asalah deskriptif tersebut, m pertam a-tam a ditentukan terlebih dulu s k o r i d e a l / k r i t e r i u m . Skor ic adalah skor yang ditetapkan dengan asum si bahw a setiap responden p setiap pertanyaan m em beri jaw aban dengan skor tertinggi. Selanjutnya un m enjaw ab ke tiga rum usan m asalah tersebut, dapat dilakukan dengan c m em bagi jum lah skor hasil penelitian dengan skor ideal. Skor ideal untuk gaya kepem im pinan = 4 x 1 8 x 44 = 3.168 (4 = s tertinggi, 18 jum lah butir instrum en gaya kepem im pinan, dan 44 jun responden). Skor ideal situasi kepem im pinan = 4 x 18 x 44 = 3.168. S ideal iklim kerja organisasi = 4 x 14 x 44 = 2.464. B erdasarkan hal terse m aka m asing-m asing rum usan m asalah deskriptif dapat dihitung nilainya.



R um usan m asalah no 1 adalah: S e b e r a p a b a i k G a y a k e p e m i m p i n a n p e s e l o n d i K a b u p a t e n P r i n g g o n d a n i ? Untuk m enjaw ab pertanyaan terse m aka dapat dihitung dengan cara sebagai berikut. B erdasarkan data y terkum pul (tabel 9.1) setelah dihitung dapat ditem ukan bahw a jum lah s variabel gaya kepem im pinan yang diperoleh m elalui pengum pulan dat 2.072. D engan dem ikian nilai gaya kepem im pinan yang ditam pilkan c pim pinan eselon IV s/d II = 2.072 : 3.168 = 0,65 = 65% dari y diharapkan. Jadi nilai gaya kepem im pinan pim pinan eselon di Kabupa Pringgondani = 65% dari yang diharapkan. Hasil yang diharapkan ada 100%.



R um usan m asalah no 2 adalah: S e b e r a p a b a i k s i t u a s i k e p e m i m p i n a i K a b u p a t e n P r i n g g o n d a n i ? . Jum lah skor ideal situasi kepem im pinan 4 x 1 44 = 3.168. Jum lah skor yang diperoleh m elalui pengum pulan data = 2( (tabel 9.2). Jadi nilai situasi kepem im pinan = 2055 : 3.168 = 0,65 atau 6 dari yang diharapkan.



Rumusan masalah no 3 adalah: S e b e r a p a b a i k i k l i m k e r ja o rg a n isa sin ya ?. Jumlah skor ideal iklim kerja organisasi = 4 x 14 x 44 = 2.464. Jumlah skor data yang terkum pul melalui penelitian 1.601. Dengan demikian nilai iklim kerja organisasi = 1.601 : 2.464 = 0,649 atau 64,9% dari yangdiharapkan. Hasil penelitian ini akan dapat dideskripsikan lebih rinci apabila setiap pertanyaan dalam setiap instrum en dihitung nilainya. Dengan demikian setiap pertanyaan dari setiap instrum en untuk seluruh responden dapat diketahui mana yang m endapat nilai rendah, nilai tinggi atau nilai ratarata. Untuk variabel gaya kepem im pinan, terdapat 18 data, situasi kepemimpinan 18 data dan iklim kerja organisasi 14 data yang harus disajikan. Sebagai contoh aspek gaya kepem im pinan yang paling baik adalah kemampuan dalam m em beritahukan kepada para pegawai tentang apa yang harus dan bagaimana cara m engerjakan suatu pekerjaan (No. 4 dengan nilai 138). Sedangkan yang paling jelek adalah dalam hal kesanggupan pem im pin dalam memberi hadiah kepada para pegawai agar m ereka selalu bersem angat kerja (Butir No. 14 dengan nilai 94). Analisis deskriptif ju g a dapat dilakukan pada setiap indikator. Sebagai contoh untuk variabel K epem im pinan terdapat tiga indikator yaitu kepemimpinan direktif, kepem im pinan suportif dan kepem im pinan partisipatif. B erdasarkan tiga indikator tersebut akan dapat diketahui, indikator kepemimpinan m ana yang lebih baik m enurut persepsi responden. Untuk itu dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut. 1) No butir untuk gaya kepem im pinan d i r e k t i f ada 6 butir yaitu N o 1, 4, 7, 10, 13, 16. Jum lah nilai untuk butir tersebut (Tabel 9.1 baw ah) 116 + 138 + 123 + 113 + 118 + 113 = 721. Skor idealnya = 4 x 6 x 44 = 1056. Jadi kualitas gaya kepem im pinan direktif = 721 : 1056 = 0,68 atau 68% dari yang diharapkan. 2) No butir untuk gaya kepem im pinan s u p p o r t i v e ada 6 butir yaitu No 2, 5, 8, 11, 14, 17. Jum lah nilai untuk butir tersebut (Tabel 9.1 baw ah) 111 + 119 + 122 -I- 111 + 94 + 121 = 678. Skor idealnya = 4 x 6 x 44 = 1056. Jadi kualitas gaya kepem im pinan direktif = 678 : 1056 = 0,642 atau 64,2% dari yang diharapkan. 3) No butir untuk gaya kepem im pinan p a r t i s i p a t i f ada 6 butir yaitu No 3, 6, 9, 12, 15, 18. Jum lah nilai untuk butir tersebut (Tabel 9.1 baw ah) 120 + 102 + 1 1 9 + 1 1 7 + 106 + 109 = 673. Skor idealnya = 4 x 6 x 44 = 1056. Jadi kualitas gaya kepem im pinan direktif = 673 : 1056 = 0,640 atau 64,0% dari yang diharapkan. Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat diketahui bahw a nilai gaya kepemimpinan direk tif = 68% , kepem im pinan suportif 64,2% dan kepemimpinan p artisip atif 64,0% dari yang diharapkan. Jadi yang terbaik



adalah kem am puan pem im pin dalam m enam pilkan gaya kepemimj: d irektif dengan nilai 68%.



U ntuk variabel penelitian yang lain, kualitas nilai setiap indikator c dianalisis dengan cara m elakukan perhitungan seperti contoh tersebut di



1) H ipotesis D eskriptif B ila hipotesis deskriptif dirum uskan maka perlu diuji. Berdasarkan pedc m em ilih teknik statistik untuk pengujian hipotesis (tabel 8.1) maki hipotesis deskriptif no. 1, 2 dan 3 adalah digunakan t-test satu sai (karena data interval atau ratio). U ntuk hipotesis no. 1 digunakan uji kanan, no.2 uji fihak kiri dan no.3 uji dua fihak. Dikatakan uji fihak k karena harga t tabel diletakkan pada bagian sebelah kanan kurva, dikat uji fihak kiri karena harga t tabel diletakkan pada sebelah kiri kurva, dikatakan uji dua fihak karena harga t tabel dibagi dua dan diletakkan sebelah kanan dan kiri kurva.



2 ) H ipotesis A ssosiatif (hubungan)



H ipotesis assosiatif no. 1, 2 dan 3 diuji dengan K orelasi Product Mon H ipotesis no.4 dengan korelasi ganda. Bila ingin mem prediksi bagain pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen m aka diana dengan regresi. B ila ingin m engetahui sum bangan efektif setiap vari terhadap variabel independen maka dianalisis dengan korelasi parsial.



3) H ipotesis K om paratif



H ipotesis kom paratif no. 1, 2, dan 3 diuji dengan t-test dua sampel, hipotesis no. 4, 5, dan 6 diuji dengan analisis varian satu jalan (o n e a n o v a ).



a. Pengujian Hipotesis Deskriptif Seperti telah dikem ukakan terdapat tiga hipotesis deskriptif yang diuji y i 1)



G aya kepem im pinan para pim pinan eselon di K abupaten Pringgon paling tinggi 75% dari yang diharapkan.



2)



Situasi kepem im pinan paling rendah 40% dari yang diharapkan.



3)



Iklim kerja organisasi di Kabupaten Pringgondani sama dengan 1 dari yang diharapkan.



U ntuk m enguji ke tiga hipotesis tersebut digunakan dengan rum us sebagai berikut:



s



R um us 9.1



t-test satu sat



= nilai t yang dihitung = nilai rata-rata = nilai yang dihipotesiskan s



= sim pangan baku sampel



n



= jum lah anggota sampel



langkah-langkah pengujian hipotesis deskriptif adalah sebagai berikut: a) Menghitung skor ideal untuk variabel yang diuji. Skor ideal adalah skor tertinggi karena diasum sikan setiap responden memberi jawaban dengan skor yang tertinggi. b) Menghitung rata-rata nilai variabel (m enghitung X ). c) Menentukan nilai yang dihipotesiskan (m enentukan p,o ). d) Menghitung nilai sim pangan baku variabel (m enghitung s ) . e) Menentukan jum lah anggota sampel. f) Memasukkan nilai-nilai tersebut ke dalam rum us 9.1. 1) P e n g u j i a n a d a la h :



h ip o t e s is



d e s k r ip t if p e rt a m a ,



ru m u sa n



G aya k e p e m im p in a n p a ra p im p in a n e s e lo n di P r in g g o n d a n i p a l i n g t in g g i 7 5 % d a r i y a n g d ih a r a p k a n .



h ip o t e s is n y a K a b u p a ten



a) Skor ideal untuk gaya kepem im pinan = 4 x 1 8 x 4 4 = 3168 (4 = skor tertinggi tiap item, 18 = jml item instrum en, 44 jum lah responden). Rata-rata = 3.168 : 44 = 72 b) Untuk situasi kepem im pinan = 4 x 18 x 44 = 3.168 (4 = skor tertinggi tiap item, 18 = jm l item instrum en). R ata-rata = 3168 : 44 = 72 c) Untuk iklim kerja organisasi = 4 x 14 x 44 = 2.464 (4 = skor tertinggi item, 14 = jm l item instrum en). R ata-rata = 2.464 : 44 = 56 Untuk variabel gaya kepem im pinan nilai yang dihipotesiskan adalah “paling tinggi 75%” dari nilai ideal, hal ini berarti 0,75 x 72 = 54. H ipotesis statistiknya dapat dirum uskan sebagai berikut. Ho untuk m em prediksi lebih rendah atau sam a dengan 75% dari skor ideal. Paling tinggi = lebih rendah atau sam a dengan ( 75% > 0,75 x 72 = 54



Vn



-s/44



Harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel (Tabel II dalam lam piran) dengan derajat kebebasan (d k) = n-1 = (44 - 1 = 43) dan taraf kesalahan a = 5% untuk uji satu fihak ( o n e t a i l t e s t ) . Berdasarkan dk 43 dan a = 5% , ternyata harga t tabel untuk uji satu fihak = 1,682 Karena harga t hitung lebih kecil dari harga t tabel atau jatuh pada daerah penerimaan Ho (-7,007 < 1,682) m aka H 0 diterim a dan H a ditolak. (D alam tabel II, harga t yang ada adalah untuk harga dk 40 dengan harga 1,684 dan 60 dengan harga 1,671, sedangkan yang untuk 43 tidak ada. Oleh karena itu dilakukan dengan interpolasi, sehingga ditem ukan harga t tabel 1,682. Harga-harga ini dapat ditunjukkan pada gam bar 9.1. Harga -7 ,0 0 7 terletak pada daerah penerim aan Ho. Jadi hipotesis yang m enyatakan bahwa gaya kepemimpinan paling tinggi 75% dari yang diharapkan dapat diterim a, atau tidak terdapat perbedaan antara yang diduga dalam populasi dengan data yang terkumpul dari sam pel. Dari perhitungan sampel ditem ukan rata-rata kualitas gaya kepem im pinan = 65% dari yang diharapkan.



-7,007



1,682



65%



75%



G am bar 9.1. Uji H ipotesis Fihak K anan 2)



P e n g u jia n



adalah:



h ip o t e s is



d e s k r ip s i



R a t a -r a t a s it u a s i k e p e m im p in a n d ih a r a p k a n . H,: n > 40 % > 0,40 x 72 = 28,8 H a: pi < 40,% < 0,40 x 72 = 28,8



ke



dua,



p a lin g



ru m u sa n re n d a h



40%



h ip o t e s is n y a d a r i yang



Pengujian m enggunakan uji fih ak kiri



X - n 0 _ 46,7-28,8 : 24,913 4,79 s V44 Harga t hitung = 24,813. H arga tersebut selanjutnya dibandingkan harga t label dengan dk 43 dan a = 5%. H arga t tabel = 1,682. H arga t hitung (24,813) ternyata jatuh pada daerah penerim aan Ho, sehingga H 0 diterim a dan Haditolak. Jadi hipotesis yang m enyatakan bahw a Situasi kepem im pinan paling rendah 40% dari yang diharapkan dapat diterim a, atau tidak terdapat perbedaan antara yang diduga dalam populasi dengan data yang terkum pul dari sampel. Hasil perhitungan terhadap data sampel diperoleh nilai situasi kepemimpinan = 64,9%.



Daerah Penerimaan Ho



Daerah Penerimaan Ha 1,682



24,813



G am bar 9.2. Uji H ipotesis Fihak Kiri 3 ) P e n g u jia n h i p o t e s is d e s k r i p t i f y a n g k e t ig a , r u m u s a n h ip o t e s is n y a a d a la h : Ik lim k e r ja o r g a n is a s i d i K a b u p a t e n P r in g g o n d a n i s a m a d e n g a n 6 0 % d a ri y a n g d ih a r a p k a n H0: |i = 60 % = 0,6 x 56 = 33,6 Ha: n * 60 % * 0,6 x 56 = 33,6 Untuk ini pengujian m enggunakan uji dua fihak X - | i 0 _ 36,39-33,6 : 4,10 s “ 4,51 •Jn



-v/44



selanjutnya harga t tersebut dibandingkan dengan harga t tabel dengan dk = n-1 = (44 - 1 = 43) dan taraf kesalahan a = 5%, m aka harga t tabel pada uji dua fihak = 2,01785 (dengan interpolasi). K arena t h itu n g ie b ih besar dari



harga t tabel, (4,10 > 2,01785 ) atau jatuh pada daerah penerim aan Ha, maka H 0 ditolak dan Ha diterim a. Jadi hipotesis yang m enyatakan bahw a iklim kerja organisasi sama dengan 60% dari yang diharapkan ditolak. B erdasarkan pembuktian iklim kerja organisasi tidak sama dengan 60% , yaitu 64,9% (Dari perhitungan sam pel diperoleh nilai iklim kerja organisasi = 64,9% ) D aerah D aerah



P enerim aan



Penerim aa



Ho



Ha



-2,0178



2,0178



4,1 0



G am bar 9.3. Uji H ipotesis Dua Fihak b.



P e n g u jia n H ip o t e s is A s s o s ia t if (h u b u n g a n )



H ipotesis asso siatif diuji dengan teknik korelasi. T erdapat berbagai macam teknik korelasi, yaitu korelasi Pearson Product M om ent (r) korelasi Rasio (r|), korelasi Spearm an R ank (p), korelasi B iserial (rb), korelasi Point B iserial ( r t a b e l ) m a k a H a d i t e r i m a . Ternyata rh (0,9129) lebih besar dari r tabel (0,632). D engan dem ikian koefisien korelasi 0,9129 itu signifikansi. (hasilnya sama dengan cara sebelum ya, dengan uji t). A nalisis korelasi dapat dilanjutkan dengan m enghitung koefisien determinasi, dengan cara m engkuadratkan koefisien yang ditem ukan. Jadi koefisien determ inasi untuk contoh di atas adalah 0,91292 = 0,83. Hal ini berarti varian yang terjadi pada variabel pengeluaran 83,33% ditentukan oleh



varian yang terjadi pada variabel penghasilan. Pengertian ini sering diarti pengaruh penghasilan terhadap pengeluaran = 83,33% , dan sisanya 16,6 ditentukan faktor lain, seperti pengeluaran yang tak terduga. Misal karena keluarga sakit mendadak.



1) Pengujian H ipotesis A sso sia tif No. 1, hipotesisnya berbunyi: T e rd a p a t h u b u n g a n y a n g p o s it if d a n k e p e m im p in a n d a n ik lim k e r ja o r g a n is a s i.



s ig n if ik a n



a n ta ra



g



TABEL 9.10 GAYA KEPEMIMPINAN (X,) DAN IKLIM KERJA ORGANISASI (Y) No. res 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. Z Rata



X, 50 61 38 54 53 38 49 40 55 39 32 55 49 55 40 46 44 45 43 39 45 42 49 57 45 43 45 42 55 57 46 48 44 49 47 44 57 45 55 55 48 49 41 39 2072 47.09



Y 29 39 37 45 40 40 41 34 38 40 25 39 34 43 31 38 33 31 32 30 35 33 40 28 32 35 35 33 39 34 40 37 36 40 37 40 43 35 42 38 32 41 34 43 1601 36.39



(X ,- X ) (x) 2.91 13.91 -9.09 6.91 5.91 -9.09 1.91 -7.09 7.91 -8.09 -15.09 7.91 1.91 7.91 -7.09 -1.09 -3.09 -2.09 -4.09 -8.09 -2.09 -5.09 1.91 9.91 -2.09 -4.09 -2.09 -5.09 7.91 9.91 -1.09 0.91 -3.09 1.91 -0.09 -3.09 9.91 -2.09 7.91 7.91 0.91 1.91 -6.09 -8.09 0.00



(Y ,- Y )



. .



-7.39 2.61 0.61 8.61 3.61 3.61 4.61 -2.39 1.61 3.61 -11.39 2.61 -2.39 6.61 -5.39 1.61 -3.39 -5.39 -4.39 -6.39 -1.39 -3.39 3.61 -8.39 -4.39 -1.39 -1.39 -3.39 2.61 -2.39 3.61 0.61 -0.39 3.61 0.61 3.61 6.61 -1.39 5.61 1.61 -4.39 4.61 -2.39 6.61 0.00



....



(x2)



/l 8 3 9 ,6 4 x 8 76,43



Jadi terdapat korelasi yang p ositif sebesar 0,39 antara gaya kepem im pinan dengan situasi kepem im pinan. Apakah harga tersebut signifikan atau tidak maka perlu diuji signifikansinya dengan rum us t berikut atau membandingkan dengan tabel korelasi (Tabel III, dalam lam piran ).



( _ 0 .» J 4 4 ^ 2 V* - 0 ,3 9 harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel. Untuk kesalahan 5% uji dua fihak dan dk = n-2= 42, maka diperoleh t tabel = 2,02. Hal ini dapat digam barkan sebagai berikut: D aerah Daerah



P enerim aan



Penerim aan



Ho



Ha



-



Gam bar 9.5.



2,75



-



2,02



2,02



2,75



Uji signifikansi koefisien korelasi dengan uji dua fihak



Berdasarkan hasil tersebut maka dinyatakan bahw a t hitung jatuh pada daerah penolakan Ha, m aka dapat dinyatakan bahw a korelasi antara gaya kepemimpinan dan iklim kerja sebesar 0,39 adalah signifikan dan sehingga digeneralisasikan untuk populasi dim ana sampel diam bil (Ho : tidak ada hubungan ditolak) Bila m enggunakan r tabel untuk n = 44 dan kesalahan 5% m aka r tabel = 0,297, sedangkan untuk r hitung adalah 0,41. K e t e n t u a n b i l a r h i t u n g le b ih k e c i l d a r i r t a b e l, m a k a H o d it e r im a , d a n H a d it o l a k . T e t a p i s e b a lik n y a b il a r h it u n g le b ih b e s a r d a r i r t a b e l ( r h > r ,) m a k a H a d it e r im a . Dari hasil tam pak bahw a r hitung lebih besar dari r tabel m aka Ha diterim a, dengan dem ikian korelasi 0,39 itu signifikan (hasilnya sam a dengan cara sebelumnya, dengan uji t).



A nalisis dapat dilanjutkan dengan m enghitung persamaan regresinya. Persam aan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dim anipulasi (dirubah-rubah). A nalisis regresi yang lebih lengkap diberikan pada contoh 2. Secara um um persam aan regresi sederhana (dengan satu prediktor) dapat dirum uskan sebagai berikut:



Y' — a + b X



R um us 9.5



Y



=



N ilai yang diprediksikan



a



=



K onstanta atau bila harga X = 0



B



=



K oefisien regresi



X



=



N ilai variabel independen



U ntuk dapat m enem ukan persam aan regresi, m aka harus dihitung terlebih dulu harga a dan b. Cara m enghitung harga a dan b dapat dilihat pada buku lain yang saya tulis yang berjudul “S t a t i s t i k u n t u k P e n e l i t i a n " . Berdasarkan perhitungan ditem ukan harga a = 23,704 dan harga b = 0,269 Persamaan regresi yang digunakan untuk m em prediksi iklim kerja organisasi berdasarkan gaya kepem im pinan adalah Y ’ = 23,704 + 0,269 X. Hal ini berarti bila K ualitas gaya kepem im pinan ditingkatkan sampai nilai 72, maka iklim organisasi akan m enjadi 43,094. 2)



P e n g u jia n H ip o t e s is A s s o s ia t if N o . 3 , h ip o t e s is n y a b e r b u n y i: T e rd a p a t h u b u n g a n y a n g p o s it if d a n s ig n if ik a n k e p e m im p in a n d a n ik lim k e r ja o r g a n is a s i.



a n t a r a situasi



Perhitungan korelasi dapat m enggunakan tabel penolong seperti ditunjukkan pada tabel 9.11 berikut. Dengan rumus 9.2 dapat dihitung harga r, B erdasarkan perhitungan berikut, ditem ukan korelasi antara situasi kepem im pinan dengan iklim kerja organisasi sebesar 0,38. r



TA B EL 9.11 SITUASI K E PE M IM PIN A N (X 2) D A N IKLIM K ERJA O R G A N ISA SI (Y)



39



(X2- X )



(Y ,- Y )



(X )



(y )



- 4 .7 0



2 .6 1



0 .3 0



8 .6 1



(X 2) 2 2 .1 3



(y 2) 6 .8 3 0 .3 8



1 .3 0



3.6 1



1 3 .0 6



4 .6 1



2 1 .2 9



3.6 1



1 3 .0 6



8 .3 0



39



3 .3 0



2 .6 1



10.86



6 .8 3



1 8 .4 5



5 .6 9



-5 .3 9



1 3 .7 2



38



1.61



2.9 1



2 .6 0



32



-4 .3 9



2.9 1



1 9 .2 4



35



-1 .3 9



2 2 .1 3



- 8 .3 9



0 .0 9



- 3 .7 0



49 40



8 .3 0



28



0 .3 0



1 9 .2 4



35



0 .3 0



- 1 .3 9



0 .0 9



- 3 .3 9



7 .3 1



3.6 1



2 .9 1



1 .9 2



34 40



- 1 .7 0



1 3 .0 6 0 .3 8



48



40



45



35



- 1 .7 0



3 .6 1



1 8 .4 5



3 .6 1



1.68



-1 .3 9



2 .9 1



1 3 .0 6



1 .9 2 3 1 .5 1



38 32 50



45



43



2055



16 0 1



- 5 .7 0 3 .3 0



4.6 1



- 1 .7 0



6.6 1



10.8



1 9 .2 4 2 1 .2 9



2 .9 1 9 8 5 .1 6



8 7 6 .4 3



Harga koefisien korelasi tersebut selanjutnya diuji signifikansinya dengan membandingkan dengan harga r tabel. B ila m enggunakan r tabel untuk n = 44 dan kesalahan 5% m aka r tabel = 0,297, sedangkan untuk r hitung adalah 0,38. K e t e n t u a n b i l a r h i t u n g l e b i h k e c i l d a r i r t a b e l , m a k a H o d i t e r i m a ,



d a n H a d it o la k . T e t a p i s e b a l ik n y a b il a r h it u n g le b ih b e s a r d a r i r ta b el ( > r t) m a k a H a d i t e r i m a . Dari hasil perhitungan ternyata r hitung lebih bes dari r tabel m aka H a diterim a. Dengan dem ikian korelasi 0,38 itu signifikai Jadi H asilnya dapat diberlakukan pada populasi di m ana sampel diambil. H yang m enyatakan tidak ada hubungan antara situasi kepemimpinan denga iklim organisasi ditolak. U ntuk dapat m enem ukan persam aan regresi, maka harus dihitun; terlebih dulu harga a dan b. B erdasarkan perhitungan ditem ukan harga a = 19,745 dan harga b = 0,356 Persam aan regresi yang digunakan untuk m em prediksi iklim kerja organisasi berdasarkan gaya kepemimpinan adalah Y ’ = 19,745 + 0,356 X. Hal ini berarti bila K ualitas situasi kepemimpinan ditingkatkan sam pai nilai 72, maka iklim organisasi akan m enjadi 45,40. 3)



P e n g u jia n H ip o t e s is A s s o s ia t if N o . 3 , h ip o t e s is n y a b e r b u n y i: T e rd a p a t h u b u n g a n y a n g p o s it if d a n k e p e m im p in a n d a n s it u a s i k e p e m im p in a n .



s ig n if ik a n



a n ta ra



gaya



D engan cara yang sam a didapatkan r hitung sebesar 0,30. Harga koefisien i korelasi tersebut selanjutnya diuji signifikansinya dengan membandingkanj dengan r tabel. B ila m enggunakan r tabel untuk n = 44 dan kesalahan 5%j m aka r tabel = 0,297, sedangkan r hitung adalah 0,30. K e t e n t u a n b ila r h i t u n g l e b i h k e c i l d a r i r t a b e l , m a k a H o d i t e r i m a , d a n H a d i t o l a k . Tetapi s e b a l i k n y a b i l a r h i t u n g l e b i h b e s a r d a r i r t a b e l ( r h > r t) m a k a H a d iterim a , Dari hasil tam pak bahw a r hitung lebih besar dari r tabel m aka Ha diterima, dengan dem ikian korelasi 0,30 itu signifikan. M aka hipotesis yang m enyatakan “T e r d a p a t h u b u n g a n y a n g p o s i t i f d a n s i g n i f i k a n a n t a r a gaya k e p e m i m p i n a n d a n s i t u a s i k e p e m i m p i n a n ” dapat diterim a dan dapat diberlakukan pada populasi di mana sampel tersebut diam bil. TA B EL 9.12 R A N G K U M A N PE N G U JIA N H IPO TE SIS ASSOSIATIF Variabel yang dikorelasikan



r hitung



r tabel



Keterangan



r2



Persamaan Regresi



Gaya kepemimpinan dengan iklim kerja organisasi (ryxi)



0,39



0,297



Signifikan



0,152



Y’= 23,70 + 0,269 X,



0,38



0,297



Signifikan



0,143



Y’= 19,745 + 0,356 X2



0,3



0,297



Signifikan



0,092



Y’= 36,23 + 0,222 X3



Situasi kepemimpinan denqan iklim kerja (ryx2) Gaya Kepemimpinan dengan situasi kepemimpinan (r X1X2)



U-===S5=“^=“ S =3 6 , 1 3 +0,2224 X . Hasil pengujian



ke



'S J



sdigambarkan r r seperti " gam bar . .



hinotesis assosiatif tersebut dapat selanjutnya angka-angka k o re k s



parad,gma =0,39.



Y ’=



penemian'



y



23,70 + 0 ,2 6 9 X,



Y ’= 19,745 + 0,356 X 2 ryx2= u ’:’°-



O a tn ^ a r ,,



Koefisien Korelasi dan persamaan regresi antar variabel



ie „ sa „



an korelasi ganda (R y x .x .) dapa,



Untuk m enguj



P



^



. berikut:



tung UG»5“ “



r 2yx, + r" y x 2 2 r yXir ^ r Xix1_ R y* i x 2 — ^ 1 — r xix, Ryxix2



=



j s a j i r le n s a n



-



ryxi ryX2



~—



Rumus 9.6.



v ariab el 3



v a r ia b e l Y



k o r e la s i P r o d u c t M o m e n t a n ta ra



Xt d e n g a n



- k o re la si P ro d u c t M o m e n t am a ra X , d en g a n - k o re la si P ro d u c t M o m e n t a n ta ra X i d e n g a n



2



Jadi terdapat korelasi p ositif antara gaya kepem im pinan dan situasi kepem im pinan secara bersam a-sam a dengan iklim kerja sebesar 0,566. H ubungan ini secara kualitatif dapat dinyatakan sedang, dan besarnya lebih dari korelasi individual antara Xi dengan Y, m aupun X 2 dengan Y. Korelasi sebesar 0,566 itu baru berlaku untuk sampel yang diteliti. Apakah koefisien korelasi itu dapat digeneralisasikan atau tidak, m aka harus diuji signifikansinya dengan rum us 9.7.



F R2/k h ( l - R 2) / ( n - k - l )



R um us 9.7



Dimana: R



= K oefisien korelasi ganda



k



= Jum lah variabel independen



n



= Jum lah anggota sampel







0 ,5 6 6 2 / 2 h



(l - 0 ,5 6 6 2)/(4 4 - 2 - 1)



_ n F t (9,61 > 3,225) maka dapat dinyatakan bahw a korelasi ganda tersebut signifikan dan dapat diberlakukan dim ana sam pel diam bil. Pada korelasi ganda dapat dilanjutkan dengan regresi ganda. Misalnya kalau ada pertanyaan bila kualitas gaya kepem im pinan dan situasi kepem im pinan secara bersam a-sam a ditingkatkan sampai nilai yang optimal, bagaim anakah kualitas iklim organisasinya? K ualitas gaya kepemimpinan yang optim al sesuai dengan skor ideal instrum en 4 x 18 = 72 (4 skor tertinggi, 18 jum lah butir instrumen). Selanjutnya untuk situasi kepem im pinan, m isalnya ditingkatkan juga sam pai 72 orang. Untuk m em prediksi kualitas iklim organisasi maka digunakan analisis regresi ganda dua dengan persam aan. (Perhitungan regresi diberikan secara khusus pada buku Statistik untuk Penelitian) Y ’ = a + b,X , + b2X 2



Berdasarkan perhitungan telah ditem ukan harga a = 13,946, bi= 0,209 dan b 2 =0,269. Jadi persam aan regresinya = Y ’ = 13,946 + 0,209 X) + 0,269 X 2. Bila gaya kepemimpinan dan situasi kepem im pinan di optim alkan (X! = 72 dan X2 = 72), m aka Iklim kerja organisasi m enjadi Y ’ = 13,946 + (0,209)(72) + (0,269)(72) = 48,142. Jadi bila gaya kepem im pinan dan situasi kepem im pinan ditingkatkan sampai optimal (72) m aka iklim kerja organisasinya m enjadi = 48,142 (maksimum = 56). Hal ini terjadi karena tingkat korelasinya yang rendah. jj P e n g u j i a n H i p o t e s i s A s s o s i a t i f N o . 5 h i p o t e s i s n y a b e r b u n y i : B ila s i t u a s i k e p e m i m p i n a n d i k e n d a l i k a n s a m a , t e r d a p a t h u b u n g a n y a n g p o s it if d a n s ig n if ik a n a n t a r a g a y a k e p e m im p in a n d e n g a n s it u a s i k e p e m im p in a n Pengujian hipotesis tersebut m enggunakan korelasi parsial. K orelasi parsial digunakan untuk analisis atau pengujian hipotesis apabila peneliti berm aksud mengetahui pengaruh atau hubungan variabel independen dengan dependen, di mana salah satu variabel independennya dikendalikan (dibuat tetap). Untuk contoh di atas, m isalnya peneliti ingin m engetahui berapa besar hubungan antara kualitas gaya kepem im pinan dengan iklim kerja organisasi, bila dalam situasi kepem im pinan yang sama. Jadi dalam hal ini variabel situasi kepemimpinan dikendalikan. Perhitungan korelasi parsial dapat dilakukan dengan rum us 9.8 berikut, di m ana X 2 sebagai variabel kontrol.



R y x ^



■ -\/l ~ r 2 x l x 2 * J l - r 2 y x 2



Untuk memudahkan m em buat rum usan korelasi parsial yang baru, bila variabel kontrolnya dirubah, m aka dapat dipandu dengan gam bar. G am bar 9.7 berikut adalah panduan untuk m erum uskan koefisien parsial bila X 2 sebagai variabel yang dikendalikan.



X,



.. .....



p



Y



{x7}



Gambar 9.7. Korelasi antara X, dengan Y bila X2 tetap Bila X] sebagai variabel kontrol, maka gambamya seperti gambar 9.8.



G am bar 9.8. K orelasi antara X 2 dengan Y bila Xi tetap B erdasarkan gam bar 9.8 itu, maka rum us korelasi parsialnya sebagai berikut.



2 .Aj



r y x 2 - r y x l . r x ]x 2



Rumus 9.9



Vk - r 2x xx 2 ^ k - r 2 y x x Uji koefisien korelasi parsial dapat dihitung dengan rum us 9.10



R um us 9.10



Dimana: rp



= korelasi parsial yang ditem ukan



n



= ju m lah sampel



t



= t hitung yang selanjutnya dikonsultasikan dengan t tabel.



U ntuk contoh yang telah diberikan, bila situasi kepem im pinan dalam kondisi yang sama, m aka berapa besar koefisien korelasi antara gaya kepemimpinan dengan iklim organisasi, dan apakah koefisien itu signifikan atau tidak? U ntuk itu digunakan rum us 9.8. H arga-harga r bisa diam bil dan dari gambar 9.7 tentang korelasi antar berbagai variabel. 0 ,3 9 - ( 0 , 3 8 ) ( 0 , 3 0 ) R y x j .jc , = ——- --------; ■= 0 ,3 1 2 V l - 0 ,3 0 2_ Vl - 0 ,3 8 Jadi korelasi antara gaya kepem im pinan dengan iklim kerja, bila situasi kepem im pinan dikontrol/dikendaiikan = 0,312. A ngka ini lebih kecil dari korelasi yang langsung dan tanpa adanya kontrol dari situasi kepemimpinan (0,312 < 0,39). U ntuk m enguji signifikansi koefisien korelasi ini dapat digunakan rum us 9.10 di atas.



0,3 1 2 V 4 4 - 3



= 2,104



V 1 - 0 ,3 1 2 2 Harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel dengan taraf kesalahan 5 % (uji dua fihak) atau 1%. D engan dk = 44 - 1 = 43. Harga t tabel untuk kesalahan 5% = 2,018. K etentuan pengujian: b i l a t hitun g l e b i h b e s a r d a r i t t a b e l , m a k a k o e f i s i e n k o r e l a s i p a r s i a l y a n g d ite m u k a n s i g n i f i k a n ( n y a t a ) a t a u d a p a t d i g e n e r a l i s a s i k a n . T ernyata t hitung (2,104) lebih besar dari t tabel (2,018). Jadi koefisien korelasi parsialnya signifikan (2,018 < 2,104).



Jadi kesimpulannya adalah, apabila situasi kepem im pinan dikendalikan (tidak bervariasi), m aka korelasi antara gaya kepem im pinan dengan iklim kerja hanya = 0,312 dan hasil ini adalah signifikan. Untuk lebih m em ahami arti dari korelasi parsial, gunakan analogi melalui dua contoh berikut. 1) Korelasi antara ukuran telapak tangan dengan kem am puan bicara r 12 = 0,50. Hal ini berarti makin besar telapak tangan m akin m am pu bicara (bayi telapak tangannya kecil sehingga belum m am pu bicara). Padahal telapak tangan akan sem akin besar bila um ur bertam bah 2) Korelasi antara besar telapak tangan dengan um ur r ^ = 0,7 3) Korelasi antara kem am puan bicara dengan um ur r2j = 0,7



-h.2 =



0,50



n.3 = 0,7



Dari data tersebut, bila um ur dikendalikan, m aksudnya adalah untuk orang yang um urnya sam a, m aka korelasi antara besar telapak tangan dengan kemampuan bicara hanya 0,0196. c. Uji H ipotesis K om p aratif T erdapat enam R um usan hipotesis kom paratif yaitu: 1) T erdapat perbedaan gaya kepem im pinan antara pim pinan pejabat eselon kelom pok pria dan wanita



2) T erdapat perbedaan situasi kepem im pinan antara organisasi yan dipim pin pejabat eselon kelom pok pria dan w anita 3) T erdapat perbedaan iklim kerja organisasi antara organisasi yanj dipim pin pejabat eselon kelom pok pria dan wanita 4) Terdapat perbedaan gaya kepem im pinan antara pim pinan eselon II, in dan IV. 5) T erdapat perbedaan situasi kepem im pinan antara organisasi yang dipim pin oleh eselon II, III dan IV. 6) T erdapat perbedaan iklim kerja organisasi antara organisasi yang dipim pin oleh eselon II, III dan IV. H ipotesis no 1), 2), dan 3) diuji dengan m enggunakan t-test dan hipotesis no 4), 5) dan 6) diuji dengan A nalisis Varian Satu Jalan ( O n e w a y anova). Berikut ini hanya akan diberikan contoh pengujian hipotesis no. 1) dengan ttest dan hipotesis no. 4) dengan A nalisis Varian. 1) P e n g u jia n b e r b u n y i:



H ip o te s is



K o m p a r a tif d u a



T e r d a p a t p e r b e d a a n g a y a k e p e m im p in a n e s e lo n k e l o m p o k p r i a d a n w a n it a .



sa m p e l, hipotesisnya



a n t a r a p i m p i n a n p e ja b a t



Pengujian hipotesis m enggunakan t-test. Terdapat beberapa rumus t-test yang digunakan untuk pengujian, dan berikut ini diberikan pedoman penggunaannya. a)



B ila jum lah anggota sampel nj = n2, dan varian hom ogen ( a ,2 = a22) m aka dapat digunakan rum us t-test baik untuk s e p a r a t e d , m a upu n p o o l v a r i a n . (Rum us 9.11 dan 9.12). U ntuk m elihat harga t tabel digunakan dk = ni + n 2 - 2.



b)



B ila n, £ n2, varian hom ogen ( a ,2 = a 22) , dapat digunakan rumus t test dengan p o o l e d v a r i a n . (rum us 9.12). D erajat kebebasannya (dk) = nj + n2 - 2.



c)



B ila ni = n2, varian tidak hom ogen (a !2 £ a 22) dapat digunakan rum us 9.11 dan 9.12;. dengan dk = n, -1 atau n2 - 1. Jadi dk bukan n, + n2 - 2. (Phophan, 1973).



d)



B ila n, ^ n2 dan varian tidak hom ogen ( a ,2 a 22). Untuk ini digunakan t test dengan s e p a r a t e d v a r i a n , rum us 9.11. harga t sebagai penganti t-tabel dihitung dari selisih harga t tabel dengan dk (ni - 1) dan dk (n2 - 1) dibagi dua, dan kem udian ditambahkan dengan harga t yang terkecil.



C o n to h :



= 30; dengan dkt = 29, maka harga t-tabel untuk signifikan 1%= 2,756. n2= 14. Harga t-tabel untuk signifikan 1% dengan dk2 13 =



3 ,0 12 . Jad i h arg a t-tab e l y an g d ig u n a k a n ad a lah : (3 ,0 1 2 - 2 ,7 5 6 )/2 = 0 ,1 2 8 , se la n ju tn y a d ita m b a h d e n g a n h a rg a t y a n g te rk e c il. Jad i 2 ,7 5 6 + 0 ,1 2 8 = 2 ,8 8 4 . H a rg a t = 2 ,8 8 4 ini a d a la h seb ag ai p en g a n ti h arg a t-tab e l. (P h o p h an , 1 973). d k ,= 3 0 - 1 = 2 9 , d k 2 = 1 4 - l = 13. e) Bila sampel berkorelasi/berpasangan, m isalnya m em bandingkan sebelum dan sesudah treatm ent atau perlakuan, atau membandingkan kelom pok kontrol dengan kelom pok eksperim en, maka digunakan t test sampel related. Rum us 9.13. Rumus-rumus t-test Rum us 9.11. Separated varian



Rum us 9.12. (polled varian)



R um us 9.13. U ntuk sampel berpasangan/related



Data tentang gaya kepem im pinan pejabat eselon kelom pok pria dan wanita ditunjukkan pada tabel 9.13 berikut. Hipotesis yang akan diuji berdasarkan n yang tidak sama, yaitu n, = 30 dan n2 = 14. Tetapi varian ke dua sampel hom ogen atau tidak, m aka perlu diuji homogenitas variannya terlebih dulu dengan uji F.



F=



Varian terbesar _ 44,59 = 1,063 Varian terkecil 41,94



Harga ini selanjutnya dibandingkan dengan harga F tabel dengan dk pembilarg (30 - 1 = 29) dan dk penyebut = (14 -1 = 13). B erdasarkan dk tersebut dan untuk kesalahan 5%, m aka harga F tabel (Tabel X II lam piran) = 2,387. Ternyata harga F hitung lebih kecil dari pada F tabel (1,063 < 2,387). Dengan dem ikian dapat dinyatakan bahw a varian ke dua kelom pok data tersebut adalah hom ogen.



TABEL 9.13 DA TA K U A L IT A S G A Y A K E PEM IM PIN A N PE JA B A T ESELON K E LO M PO K PRIA DAN W ANITA No.



Kelompok Pria (X1)



Kelompok Wanita (X2)



1.



50



49



2.



61



40



3.



38



55



4.



54



39



5.



53



45



6.



38



42



7.



32



49



8.



55



57



9.



49



55



10.



55



55



11.



40



48



12.



46



49



13.



44



41



14.



45



39



15.



43



16



39



17.



45



18.



43



19.



45



20.



42



21.



55



22.



57



23.



46



24.



48



25.



44



26.



49



27.



47



28.



44



29.



57



30.



45



n



30



14



X



46.97



47.36



s,



6.68



6.48



Si2



44.59



41.94



K arena ni dan n 2 tidak sama, tetapi varian hom ogen, m aka pengujian t-test m enggunakan rum us 9.12 polled varian.



Selanjutnya t hitung tersebut dibandingkan dengan t tabel (Tabel II lampiran) dengan dk = n, + n2 - 2 = 30 + 14 - 2 = 42. D engan dk 42 dan taraf kesalahan 5% , m aka t tabel = 2,0189 (uji dua pihak dan dengan interpolasi). Dalam hal ini berlaku ketentuan bahw a, bila t hitung lebih kecil atau sama dengan t tabel, m aka Ho diterim a. Ternyata t hitung lebih kecil daripada t tabel (-0,085 < 2,0189). Dengan dem ikian ho diterim a dan Ha ditolak. K esim pulannya tidak terdapat perbedaan yang signifikan, antara gaya kepemimpinan pejabat eselon kelom pok pria dan wanita. Pengujian hipotesis kom paratif dua sampel untuk no. 2 dan 3 dapat dilakukan dengan cara seperti di atas. 2) P engujian H ip o te s is K o m p a r a tif tig a sa m p e l s e c a r a b ersa m a sama, h ip o te s is n y a b erb u n y i: T e rd a p a t p e r b e d a a n g a y a k e p e m im p in a n a n t a r a p im p in a n e s e lo n



III d a n IV . ( Pengujian dengan analisis varian)



II,



Sampelnya adalah pim pinan eselon II, III, dan IV. B erdasarkan hasil penelitian, data gaya kepem im pinan Eselon II, III, dan IV ditunjukkan pada tabel 9.14 berikut. Analisis varian dapat digunakan apabila varian ke tiga kelom pok data tersebut homogen. Oleh karena itu sebelum Analisis V arian digunakan untuk pengujian hipotesis, m aka perlu dilakukan pengujian hom ogenitas varian terlebih dahulu dengan uji F dengan rum us seperti berikut. V a ria n te rb e sa r V a ria n terk ecil Berdasarkan data yang ada pada tabel 9.14 ternyata varian (s2) yang terbesar = 69,79 dan terkecil 29,69 jadi: ^ V a ria n te rb e sa r 6 9 ,7 9 F = ------------------------ = ----------= 2,351 V a ria n terk e cil 29,69 harga F hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga F tabel dengan dk pem bilang na-l dan dk penyebut nc-l. Jadi dk pem bilang = 10-1 = 9, dan dk penyebut = 20-1 = 19. Dengan dk pem bilang 9 dan dk penyebut 19, berdasar tabel F (Tabel XII lam piran), maka harga F tabel = 2,43 (tingkat kesalahan 5% ), dan untuk tingkat kesalahan 1% harga F tabel = 3,52. T ernyata harga F hitung lebih kecil dari F tabel untuk kesalahan 5% dan 1% (Fh < F, (5%) < F t (i%)). M aka data yang akan dianalisis hom ogen untuk tingkat kesalahan 1% m aupun 5%. (Bila F hitung lebih besar dari tabel, m aka varian tidak homogen). Selanjutnya untuk perhitungan Anova dapat dilakukan dengan m enggunakan tabel penolong seperti ditunjukkan pada Tabel 9.15.



TABEL 9.14 D A T A PE R B A N D IN G A N GAYA K E PEM IM PIN A N ESE L O N II,III D A N IV



No. 1. 2.



3. 4. 5. 6.



7. 8. 9.



10. /



Eselon II



Eselon III



Eselon IV



(* l)



(x2)



(x3)



50 61 38 54 53 38 49 40 55 39



32 55 49 55 40 46 44 45 43



45 43 45 42 55 57 46 48 44



11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. n £ X



s s2



10 477 47.70 8,35 69,79



39



49



45 42 49 57



47 44 57 45 55 55 48 49 41 39 20 954 47,70 5,45 29,69



14 641 45,79 6,86 47,10



TABEL 9.15



TABEL PENOLONG UNTUK PERHITUNGAN ANOVA GAYA KEPEMIMPINAN Eselon II Xi2



No.



Xi



Eselon III



x2



Eselon IV



x22



x3



x32



Jumlah Total X X2



1.



50



2500



32



1024



45



2025



127



5549



2.



61



3721



55



3025



43



1849



159



8595



3.



38



1444



49



2401



45



2025



132



5870



54



2916



55



3025



42



1764



151



7705



2809



40



1600



55



3025



148



7434 6809



V



■=&



,



20. Jml Jml



38



1444



46



2116



57



3249



141



49



2401



44



1936



46



2116



139



6453



40



1600



45



2025



48



2304



133



5929



55



3025



43



1849



44



1936



142



6810



39



1521



39



15 2 1



49



2401



127



5443



45



2025



47



2209



92



4234



42



1764



44



1936



86



3700



49



2401



57



3249



106



5650



57



3249



45



2025



102



5274



55



3025



55



3025



55



3025



55



3025



48



2304



48



2304



49



2401



49



2401



41



1681



41



1681



39



1521



39



1521



46070



2072



99412



477



23381



ni == 10



641



29961



954



n2 ==14



n 3 = =20



£ n = 44



Hasil perhitungan melalui tabel tersebut di atas, selanjutnya dimasukkan dalam ke dalam tabel ringkasan Anova berikut, seperti ditunjukkan pada Tabel 9.16. ■1



I



JK,„ = I x j -



Y 2072 2 — '2U— = 99412-----— -1839.6364



(Y X



,v®1/ (M:I | ( ^ .)‘ , (ZXj >h



n2



( ZXXr j



n ,n



N



J K ihl = J K , oi - J K mu = 1839,6364 - 34,979 = 1804,6574 3



_ (4 7 7 )2 ( (641)2 ( (954)2 10



14



20



(2072)2 _ , Ftab



M K .,,,



M Kant



M K dll



Dalam Kelompok



Ftab



Lihat tabel untuk 5% dan 1%



Ha diterima



M Kda!



N = jumlah seluruh anggota sampel m = jumlah kelompok sampel TABEL 9.17 T A B E L R IN G K A SA N ANO VA H A SIL PE RH ITU NG AN Sumber Variasi



dk



Total



44-1 = 43



Antar Kelompok



3 -1 =2



Dalam Kelompok



44-3 = 41



Jumlah Kuadrat 1839,6364 34,979



MK



Fh



Ftab



-



F h < Ftab



17,4896 0,397



(0,397 t tabel 2,00), nilai rata-rata ujicoba 3 lebih besar dan berbeda secara signifikan dengan nilai ujicoba 2 (76,19 > 71,18) dan nilai ujicoba 3 lebih besar dari ujicobal (79,19 > 68,67). Kesimpulannya adalah bahwa model yang dihipotesiskan terbukti efektif berdasarkan pada pengujian terbatas. Dalam ujicoba terbatas (1 SMK) penerapan desain model memperoleh hasil: (1) Subtansi isi dan fleksibilitas struktur desain model, termasuk dalam kategori tinggi (2) Penerapan desain model memberikan kemudahan guru dalam menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran (3) Meningkatkan prestasi siswa secara signifikan.



2) Pengujian yang lebih luas.



Pengujian model yang lebih luas dilakukan pada tugas SMK yaitu SMK A, SMK B, dan SMK C. dengan desian one group pretest-postest yang dapat digambarkan seperti gambar 16.7 berikut. O i X O p



->



SMK A



Oi



:



P re te s



Oi x o 2



-►



SMK B



02



:



P o stte st



O i x o 2



->



SMK C



X



T re a tm e n t b e ru p a peneraj m o d el



Gambar 16.7 Ujicoba dengan one group pretest-postes Setiap SMK dilakukan pengujian selama tiga kali, yaitu ujicoba 4, ujicoba 5 dan ujicoba 6 .



a) Pengujian di SMK A.



Data hasil pengujian model pada SMK A dengan jumlah siswa 36, ditunjukkan pada tabel 16.7 berikut. Berdasarkan tabel 17.7 terlihat bahwa pengujian dilakukan tiga kali, yaitu ujicoba 4, 5 dan 6 . Model dapat dinyatakan efektif apabila nilai ujicoba ke 5 lebih besar dari ujicoba 4, dan pengujian 6 lebih besar dari nilai ujicoba 5. Hasil pretest untuk tiga kelompok sama, sehingga yang diuji signifikansinya hanya hasil postest.



TABEL 16.7 DATA HASIL UJI COBA YANG LEBIH LUAS PADA SMK A 36



R atarata 7 1 ,1 7



S ta n d a r D ev ia si 1,95



U jicoba 5



36



7 3 ,2 8



2 ,1 3



U jicoba 5



36



7 3 ,2 8



2,1 3



U jicoba 6



36



7 6,61



2 ,0 6



U jicoba 4



36



7 1 ,1 7



1,95



U jicoba 6



36



7 6,61



2 ,0 6



K egiatan



N



U jicoba 4



N ilai t h itu n g



df



t- tabel



6 ,3 9



70



2 ,0 0



8,45



70



2 ,0 0



13,12



70



2 ,0 0



Berdasarkan tabel 16.7 tersebut terlihat bahwa nilai rata-rata ujicoba 5 (73,18) lebih besar dari nilai rata-rata ujicoba 4 (71,17); Dalam pengujian signifikansi diperoleh harga t hitung (6,39) lebih besar dari harga t tabel (2,00). Dengan demikian perbedaan tersebut dinyatakan signifikan. Rata-rata ujicoba 6 (76,61) lebih besar daripada nilai uji coba 5 (73,28), dan harga t hitung 8,45 lebih besar dari harga t tabel 2,00. Rata-rata uji coba 6 (76,61) juga lebih besar dari rata-rata ujicoba 4 (71,17) dan harga t hitung (13,12 lebih besar darpada t tabel 2,00. Jadi perbedaannya signifikan. Kesimpulannya model efektif pada SMK A, karena setiap diuji coba menghasilkan nilai yang cenderung lebih tinggi.



b) Pengujian di SMK B.



Data hasil pengujian model pada SMK B dengan jumlah siswa 38, ditunjukkan pada tabel 16.8 berikut. Berdasarkan tabel 16.8 terlihat bahwa pengujian dilakukan tiga kali, yaitu ujicoba 4, 5 dan 6 . Model dapat dinyatakan efektif apabila nilai ujicoba ke 5 lebih besar dari ujicoba 4, dan pengujian 6 lebih besar dari nilai ujicoba 5. Hasil pretest untuk tiga kelompok sama, sehingga yang diuji signifikansinya hanya hasil postest.



TABEL 16.8 DATA HASIL UJI COBA YANG LEBIH LUAS PADA SMK B



K e g ia ta n U jic o b a U jic o b a U jic o b a U jic o b a U jic o b a U jic o b a



4 5 5 6 4 6



N 38 38 38 38 38 38



R atara ta 6 7 ,5 5 7 0 ,3 9 7 0 ,3 0 7 3 ,0 5 6 7 ,5 5 7 3 ,0 5



S ta n d a r D ev ia si 2 ,7 4 2 ,1 0 2 ,1 0 2 ,2 7 2 ,7 4 2 ,2 7



N ilai t h itu n g



df



t- tab el



7 ,4 0



74



2 ,0 0



9 ,5 6



74



2 ,0 0



12,42



74



2 ,0 0



Berdasarkan tabel 16.8 tersebut terlihat bahwa nilai rata-rata ujicoba 5 (70,39) lebih besar dari nilai rata-rata ujicoba 4 (67,55); Dalam pengujian signifikansi diperoleh harta t hitung (7,40) lebih besar dari harga t tabel (2,00). Dengan demikian perbedaan tersebut dinyatakan signifikan. Rata-rata ujicoba 6 (73,05) lebih besar daripada nilai uji coba 5 (70,30), dan harga t hitung 8,45 lebih besar dari harga t tabel 2,00. Rata-rata uji coba 6(73,05) juga lebih besar dari rata-rata ujicoba 4 (67,55) dan harga t hitung (12,42 lebih besar darpada t tabel 2,00. Jadi perbedaannya signifikan. Kesimpulannya model efektif pada SMK B, karena setiap diuji coba menghasilkan nilai yang cenderung lebih tinggi.



c) Pengujian di SMK C.



Data hasil pengujian model pada SMK B dengan jumlah siswa 36, ditunjukkan pada tabel 16.9 berikut. Berdasarkan tabel 16.9 terlihat bahwa pengujian dilakukan tiga kali, yaitu ujicoba 4, 5 dan 6 . Model dapat dinyatakan efektif apabila nilai ujicoba ke 5 lebih besar dari ujicoba 4, dan pengujian 6 lebih besar dari nilai ujicoba 5. Hasil pretest untuk tiga kelompok sama, sehingga yang diuji signifikansinya hanya hasil postest. Jumlah sampel = 38



TABEL 16.9 DATA HASIL UJI COBA YANG LEBIH LUAS PADA SMK C



Kegiatan Ujicoba 4 Ujicoba 5 Ujicoba 5 Ujicoba 6 Ujicoba 4 Ujicoba 6



N 38 38 38 38 38 38



Ratarata 63,09 67,91 67,91 70,54 63,09 70,54



Standar Deviasi 2,32 2,48 2,48 2,11



2,32 2,11



Nilai t hitung 11,41



df



t- tabel



68



2,00



9,88



68



2,00



15,08



68



2,00



Berdasarkan tabel 16.9 tersebut terlihat bahwa nilai rata-rata ujicoba 5 (67,91) lebih besar dari nilai rata-rata ujicoba 4 (63,09); Dalam pengujian signifikansi diperoleh harta t hitung (11,41) lebih besar dari harga t tabel (2,00). Dengan demikian perbedaan tersebut dinyatakan signifikan. Rata-rata ujicoba 6 (70,54) lebih besar daripada nilai uji coba 5 (67,91), dan harga t hitung 9,88 lebih besar dari harga t tabel 2,00. Rata-rata uji coba 6 (70,54) juga lebih besar dari rata-rata ujicoba 4 (63,09) dan harga t hitung (15,08 lebih besar darpada t tabel 2,00. Jadi perbedaannya signifikan. Kesimpulannya model efektif pada SMK C, karena setiap diuji coba menghasilkan nilai yang cenderung lebih tinggi.



Berdasarkan uji coba yang lebih luas pada tiga SMK tersebut, terlihat bahwa model pembelajaran preskriptif dengan learning guide dapat meningkatkan prestasi siswa bila dibandingkan dengan model lain yang telah ada. Selain itu dalam uji coba yang lebih luas (3 SMK), penerapan desain pembelajaran preskriptif dengan learning guide memperoleh hasil: ( 1 ) subtansi isi dan fleksibilitas struktur desain model berkategori tinggi (2 ) mempermudah pelaksanaan tugas guru dalam menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan eveluasi pembelajaran (3) meningkatkan prestasi siswa secara signifikan. Data ditunjukkan pada tabel 16.7 dan tabel 16.8 dan 16.9 (4) dalam skala sekolah tertentu, penerapan desain model memperoleh dukungan alat/bahan serta dukungan dari institusi pasangan yang tinggi.



c. Tingkat Keterteraan Model



Data tentang tingkat keterterapan model ditunjukkan pada tabel 16.10 berikut. Model diujicobakan pada SMK A, SMK B dan SMK C, yang masing-masing terakreditasi dengan sangat baik, baik dan sedang. Berdasarkan tabel 16.10 berikut terlihat bahwa desain model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, memiliki tingkat keterterapan yang tinggi terutama bagi SMK terakreditasi sangat baik dan baik (SMK A dan SMK B). Sedangkan SMK yang terakreditasi C (SMK C), faktor yang kurang mendukung dalam penerapan model terutama yang berakitan dengan alat dan bahan pembelajaran produktif yang tersedia, serta dukungan institusi pasangan dalam penyelenggaraan pembelajaran. Dengan demikian bagi SMK yang terakreditasi sedang perlu mengupayakan alat/fasilitas dan bahan untuk memenuhi kebutuhan minimal dalam penyelenggaraan pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide.



TABEL 16.10 DATA HASIL OBSERVASI TENTANG TINGKAT KETERAPAN MODEL A sp ek S u b ta n si isi d an fle k sib ilita s S tru k tu r D e sa in D u k u n g a n th d P e la k sa n a a n T u g a s g u ru P e n in g k a ta n P re sta si sisw a



T in g k a t K e te rte ­ ra p a n T in g g i S ed an g R en d ah T in g g i S ed an g R en d ah -



SM K A (% )



SM K B (% )



SM K C (% )



8 1 ,8 4 13,63 4 ,5 4 8 8 ,5 4 6 ,5 8 4 ,8 8 S ig n ifi­ kan



8 6 ,8 4 13,05



8 5 ,1 2 14,88



-



-



8 2,63 15,57 1,89 S ig n ifi­ kan



8 3 ,7 2 6 ,9 8 9 ,3 0 S ig n ifi­ kan



S u m b e r D ata G u ru / in stru k tu r G u ru / in stru k tu r T e s t o b y e k tif d a n tin d ak an



Potensi Ketersediaan Alat dan Bahan P otensi dukungan stake holder



Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah



88,45 11,55



82,44 17,56



-



-



89,16 10,84



78,12 21,88



19 7 8 ,84 2 ,16 19,76 80,24



Guru dan hasil observasi Guru dan hasil observasi



d. Validasi Model



Validasi model meliputi dua hal yaitu dampak penerapan model terhadap tugas guru dalam menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar, dan dampak penerapan model terhadap prestasi belajar siswa.



1) Dukungan terhadap tugas guru



Berdasarkan angket yang diberikan kepada 14 guru tentang dampak penerapan model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, diperoleh data seperti ditunjukkan pada tabel 16.10. Berdasarkan tabel 16.11 tersebut, terlihat bahwa dengan diterapkan model pembelajaran tersebut maka 79,92% guru menyatakan bahwa dalam menyusun rencana pembelajaran lebih mudah, 72% menyatakan dalam melaksanakan pembelajaran lebih mudah, dan 94,54% guru menyatakan dalam hal evaluasi pembelajaran lebih mudah.



TABEL 16.11 DAMPAK PENERAPAN LEARNING GUIDE TERHADAP PELAKSANAAN TUGAS GURU



Aspek Tugas M enyusun R encana Pem belajaran



M elaksanakan pem belajaran



Deskripsi Hasil Penerapan Model Lebih mudah 7 6 ,9 2 pada seluruh kom ponen 2 3 ,0 8 % pada modul diklat



72% pada pengelolaan kelas, layanan/bim bingan diklat, dan pelaksanaan test 24% layanan dan bim bingan sisw a



Ada Kesam aan



Lebih sulit



76,40% tidak 15,07% pada penyusunan test 8,53% pada penyusunan jobsheet dan modul



15% pada penyusunan test



80% tidak



5,66% pada pelaksanaan test



16% pelaksanaan test



3,77% pada pem bim bingan sisw a



4% pada plaksanaan test 94,54% pada penyusunan, test, Melaksanakan pelaksanaan dan remidial evaluasi hasil 5,46% pada belajar penyusunan test



4% pada layanan bimbingan 78,80% tidak 8,14% pelaksanaan remidial 13,06% pelaksanaan test



3,71% pada penyusunan test



2) Peningkatan Prestasi Siswa



Pengujian dampak penggunaan model peskriptif dengan learning guide, menggunakan metode ekperimen quasi (Quasi experimental design), model Nonequivalent Control Group yang dapat digambarkan seperti gambar 16. 8 berikut. Dalam quasi experiment ini terdapat kelompok ekspermen dan kontrol, tetapi pengambilan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tersebut tidak dilakukan secara random. Pengaruh treatment (model pembelajaran preskriptif) adalah bila nilai 02 lebih besar dari 04 dan perbedaannya signifikan. 0 1



03



X



0 2



04



Oi & O 3 O 2 & O4 X



; ; ;



Pretes Postest Treatment berupa penerapan model



Gambar 16.8 Ujicoba dengan one group pretest-postes Data hasil validasi ditunjukkan pada tabel 16.12 berikut. Dari tabel terlihat bahwa, uji validasi dilakukan tiga kali dengan jumlah sampel masing-masing 105 pada kelompok ekperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata kelompok ekperimen 1 = 72,73 dan kelompok kontrol 1 = 66,01, sehingga nilai kelompok ekperimen lebih tinggi dari nilai kelompok kontrol. Harga t hitung = 16,55 dan t tabel = 1,98. Kesimpulannya model pembelajaran preskriptif dengan learning guide dapat meningkatkan pembelajaran secara signifikan. Validasi ke 2 dan ke tiga juga menunjukkan demikian, dimana nilai kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol yang tidak mendapat perlakuan dan harga t hitung lebih besar dari harga t tabel. Kesimpulannya model efektif digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada program produktif.



TABEL 16.12 DATA HASIL VALIDASI MODEL PEMBELAJARAN PRESKRITIF Kegiatan Kel. Eksperimen 1 Kel. Kontrol 1 Kel. Eksperimen 2 Kel. Kontrol 2 Kel. Eksperimen 3 Kel. Kontrol 3



N 105 105 105 105 105 105



Ratarata 72,73 66,01



73,55 67,32 74,71 68,59



Standar Deviasi



Nilai t hitung



df



t- tabel



2 ,6 6



16,55



208



1,98



20,47



208



1,98



23,56



208



1,98



3,94 2,55 3,01 2,50 2,32



7. Kesim pulan



a. Pembelajaran program produktif (penyusunan rencana, pelaksanaan,



dan evaluasi pembelajaran) yang terjadi selama ini tidak sejalan dengan model dan prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. b. Model pembelajaran preskriptif dengan learning guide yang dikembangkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa program produktif. Jadi model hipotetik seperti yang ditunjukkan pada gambar 16.4 terbukti dapat meningkatkan pembelajaran. Penggunaan model dengan menggunakan tahapan seperti ditunjukkan pada gambar 16.9. c. Desain model pembelajaran preskriptif dengan penerapan learning guide, memiliki tingkat keterterapan yang tinggi terutama bagi SMK terakreditasi sangat baik dan baik (SMK A dan SMK B). d. Dengan diterapkan model pembelajaran tersebut maka 79,92% guru menyatakan bahwa dalam menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran lebih mudah.



Guru/Instruktur menjelaskan materi subkompetensi Membaca dan memahami modul pembelajaran







1/



\ L



?!



Membaca dan memahami dg learning guide



j1



— 1r S



—g /



Membaca dan memahami jobsheet



fi



t Guru/Inst ruktur



Guru/Inst ruktur



Cek Hasil Penyelesaian Tugas (self check) ya



Tidak...



Test Tertulis



100 % betul Guru/Inst ruktur



Belum



TestTindakan



Belum Menguasai



Gambar 16.9 Langkah-langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Preskriptif dengan penerapan Learning Guide



Lanjut ke sub kompetensi berikutnya



^



DAFTAR PUSTAKA



Allen, Harrelt. Policy Science and Future Research, Praeger Publisher, New York, 1986. Alma, Buchari. Pengantar Bisnis, Alfabeta, Bandung, 1998 Ann Majchrzak, Methods for Policy Research, sage Publication, Beverly Hills, London, 1984. Anselm Strauss, Juliet Corbin; Basic of Qualitative Research, Techniques and procedures for Developing Grounded Theory, Sage Publications, International Educational and Professional Publisher, London, 1995 Bogdan, Robert C; Biklen, Knopp Sari; Qualitative Research For Education; An Introduction to Theory and Methods; Allyn and Bacon; Boston London; 1982 Borg R Walter; Gall Meredith D; Educational Research-, An Intruduction, Fifth Edition; Longman,1989 Catherine Marhall, Gretchen B Rossman; Designing Qualitative Research, Second Edition; Sage Publications, International Educational and Professional Publisher, London, 1995 Champion dean, J, Basic Statistic for Sosial Research, Macmillan Publishing Co, Inc. 1981. Chisnall, Peter M., Marketing Research, McGraw Hill Marketing Series, 1992. Cook Thomas D, Qualitative and Quantitative Methods Instrumen Evaluation Research, sage Publication, Beverly Hills, 1979. Conover, W. J, Practical Nonparametric Statistic, John Wiley & Son, New York, 1980. Bappenas, Sekretaris Pengembangan Public Good Governance; Public Good Gonernance', Sebuah Paparan Singkat 2003 Emory, Business Research Methods, Richard D. Irwin Inc. 1985. Esterberg, Kristin G; Qualitative Methods in Social Research, Me Graw Hill, New York, 2002 Faisal, Sanapiah; Penelitian Kualitatif, Dasar dan Aplikasv, YA3 Malang, 1990



Frenkel Jack, R, How to Design and Evaluate Research Instrumen Education, McGraw Hill Publishing Coy, 1990. Glasnapp, Douglas R., dkk., Essential of Statistical Analysis for the Behavioral Sciences, Bell & Howell Company, 1985. Handayaningrat, Soewarno, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, CV Haji Masagung, Jakarta, 1990. Hoy, Wayne K., dkk., Educational Administration, McGraw Hill Companies, 2001. Hunsberger Crof, et all, Statistical Inference for Management and Economic , Lowa State University, 1980. Kast Fremont E. Rosenzweig, Organization and Management, McGraw Hill, 1979. Kerlinger, Fred, N, Foundation of Behavioral Research, Holt, Rinehart, 1973. Kidder Louise, Research Methods in Social Relation, Holt, Rinehart and Winston, 1981. Krathwohl David B, Social and Behavioral Science Research, Lind, Douglas A., Basis Statistics for Business and Economics, McGraw Hill International Edition, 2000. Marshall ,Catherine, Gretchen B Rossman; Designing Qualitative Research, Second Edition; Sage Publications, International Educational and Professional Publisher, London, 1995 Masrun, Reliabilitas dan Cara-cara Menentukannya, UGM, 1979. , Analisis Item, Fakultas Psikologi UGM, 1979. Matlack, William F., Statistics for Public Policy and Management, Duxbury Press Series instrumen Public Administration, 1982. Mueller Daniel, Measuring Social Attitudes, A Handbook for Researchers and Practitioners, Teacher College Press, 1986. Neuman, W Lawrence; Social Research Methods, Qualitative and Quantitative Approach. AB, Boston, NewYork, 2003 Nurtain, Gaya dan Wibawa Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengelola Kematangan Guru dan Hubungannya dengan Hasil Belajar, Disertasi FPS-IKIP Bandung, 1983. Osborne, David., dkk., Mewirausahakan Birokrasi, PT Pustaka Bina Pressindo, Jakarta, 1995.



Parasuraman, Valarie A. Zeithaml A; Berry Leonard L; Delevering Quality Service; Balancing Customer Perception and Expectations; The Free Press, London 1990 Phophan James, W, Sirotnik Kenneth, A, Educational Statistic , Harper & Row Publisher, New York, 1973. Rosenbloom, David H., dkk., Public Administration, McGraw Hill Companies, 2002. Rossi, Wright, Anderson, Handbook of Survey Research, Quantitative Studies instrumen Social Relations, Academic Press, Inc., 1973. Rue, Leslie W., dkk., Management, McGraw Hill Companies, 2000. Samsudi; Pengembangan Model Pembelajaran Program Produktif Sekolah Menengah Kejuruan, Studi Model Preskriptif dengan Penerapan Learning Guide pada Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif. Disertasi Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung 2006 Spradley James, Participant Observation, Holt, Rinehart and Winston, 1980. Susan Stainback; William Stainback; Understanding & Conducting Qualitative Research-, Kendall/Hunt Publishing Company; Dubuque, Iowa; 1988 Sugandha, Dann., Pengantar Administrasi Negara, Intermedia, Jakarta, 1989. Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 2004. ________ , Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, 2005 Suriasumantri, Jujun, S., Filsafat llmu, Sebuah Pengantar Populer, Sinar Harapan, 1985. Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid 1, 2, UGM, 1986. ____________ , Statistik , Jilid 2, 3, UGM, 1986. Strauss, Anselm L, Qualitative Analysis for Social Scientist, Cambridge University Press, 1987. Spadley James, Participant Observation, Holt, Rinehart and Winston, 1980. Strauss, Anselm L, Qualitative Analysis for Social Scientist, Cambridge University Press, 1987. Strauss, Anselm; Corbin Juliet; Basic of Qualitative Research, Techniques and procedures for Developing Grounded Theory, Sage Publications, International



Uma Sekaran, Research Methods for Business, Southern Illinois University at Carbondale, 1984. Uwe Flick, An Introduction to Qualitative Research, Sage Publications, International Educational and Professional Publisher, London, 1995 William, David C, Naturalistic Inquiry Materials, FPS-IKIP, Bandung, 1988. Wiersma Wiliam; Research Methods in Education; An Introduction-, Forth Edition; Allyn and Bacon Inc; Boston, London, Sydney, Toronto; 1986 Yin Robert, K, Case Study Research, Design and Methods, Sage Publication Beverly-Hills, 1984. Young Pauline, Scientific Social Survey and Research, Prentice Hall of India Private limited, 1982.



LAMPIRAN-UVMPIRAN TABEL T A BEL I



: LUAS DI BAWAH LENGKUNGAN KURVE NORM ALDARI 0 S/D Z



T ABEL II : NILAI-NILAI DALAM DISTRIBUSI t TABEL III : NILAI-NILAI r PODUCT M OM ENT TABEL IV : NILAI-NILAI CHI KUADRAT



TA B ELI LUAS DI BAWAH LENGKUNGAN KURVE NORMAL DARIO S /D Z z 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4



0



1



2



3



4



5



6



7



8



9



00,00 03,98 07,93 11,79 15,54



00,40 04,38 08,32 12,17 15,91



00,80 04,78 08,71 12,55 16,28



01,20 05,17 09,10 12,93 16,64



01,60 05,57 09,48 13,31 17,00



01,99 05,96 09,87 13,68 17,36



02,39 06,36 10,26 14,06 17,72



02,79 06,75 10,64 14,43 18,08



03,19 07,14 11,03 14,80 18,44



03,59 07,53 11,41 15,17 18,79



0,5 0,6 0,7 0,8 0,9



19,15 22,57 '25,80 28,81 31,59



19,50 22,91 26,11 29,10 31,86



19,85 23,24 26,42 29,39 32,12



20,19 23,57 26,73 29,67 32,38



20,54 23,89 27,03 29,95 32,64



20,88 24,22 27,34 30,23 32,89



21,23 24,54 27,64 30,51 33,15



21,57 24,86 27,94 30,78 33,40



21,90 25,17 28,23 31,06 33,65



22,24 25,49 28,52 31,33 33,89



1,0 1,1 1,2 1,3 1,4



34,13 36,43 38,49 40,32 41,92



34,38 36,65 38,69 40,49 42,07



34,61 36,86 38,88 40,66 42,22



34,85 37,08 39,07 40,82 42,36



35,08 37,29 39,25 40,99 42,51



35,31 37,49 39,44 41,15 42,65



35,54 37,70 39,62 41,31 42,79



35,77 37,90 39,80 41,47 42,92



35,99 38,10 39,97 41,62 43,06



36,21 38,30 40,15 41,77 43,19



1,5 1,6 1,7 1,8 1,9



43,32 44,52 45,54 46,41 47,13



43,45 44,63 45,64 46,49 47,19



43,57 44,74 45,73 46,56 47,26



43,70 44,84 45,82 46,64 47,32



43,82 44,95 45,91 46,71 47,38



43,94 45,05 45,99 46,78 47,44



44,06 45,15 46,08 46,86 47,50



44,19 45,25 46,16 46,93 47,56



44,29 45,35 46,25 46,99 47,61



44,41 45,45 46,33 47,06 47,67



2,0 2,1 2,2 2,3 2,4



47,72 48,21 48,61 48,98 49,18



47,78 48,26 48,64 48,96 49,20



47,83 48,30 48,68 48,98 49,22



47,88 48,34 48,71 49,01 40,25



47,93 48,38 48,75 40,04 49,27



47,98 48,42 48,78 49,06 49,29



48,03 48,46 48,81 49,09 49,31



48,08 48,50 48,84 49,11 49,32



48,12 48,54 48,87 49,13 49,34



48,17 48,57 48,90 49,16 49,36



2,5 2,6 2,7 2,8 2,9



49,38 49,53 49,65 40,74 49,81



49,40 49,55 49,66 49,75 49,82



49,41 49,56 49,67 49,76 49,82



40,43 49,57 49,68 49,77 40,83



49,45 49,59 49,69 49,77 49,84



49,46 49,60 49,70 49,78 49,84



49,48 49,61 49,71 49,79 49,85



49,49 49,62 49,72 49,79 49,85



49,51 49,63 49,73 49,80 49,86



49,52 49,64 49,74 49,81 49,86



3,0 3,1 3,2 3,3 3,4



49,87 49,90 49,93 49,95 49,97



49,87 49,91 49,93 49,95 49,97



49,87 49,91 49,94 49,95 49,97



49,88 49,91 49,94 49,96 49,97



49,88 49,92 49,94 49,96 49,97



49,89 49,92 49,94 49,96 49,97



49,89 49,92 49,94 49,96 49,97



49,89 49,92 49,95 49,96 49,97



49,90 49,93 49,95 49,97 49,97



49,90 49,93 49,95 49,97 49,98



3,5 3,6 3,7 3,8 3,9



49,98 49,98 49,99 49,99 50,00



49,98 49,98 49,99 49,99 50,00



49,98 49,99 49,99 49,99 50,00



49,98 49,99 49,99 49,99 50,00



49,98 49,99 49,99 49,99 50,00



49,98 49,99 49,99 49,99 50,00



49,98 49,99 49,99 49,99 50,00



49,98 49,99 49,99 49,99 50,00



49,98 49,99 49,99 49,99 50,00



49,98 49,99 49,99 49,99 50,00



TABEL II NILAI-NILAI DALAM DISTRIBUSI t



0,50 dk 1 2



3 4 5 6



7 8



9 1 0 11 1 2



13 14 15 16 17 18 19



0,25 1 ,0 0 0



0,816 0,765 0,741 0,727 0,718 0,711 0,706 0,703 0,700 0,697 0,695 0,692 0,691 0,690 0,689 0 ,6 8 8 0 ,6 8 8



2 0



0,687 0,687



21



0 ,6 8 6



2 2



23 24 25 26 27 28 29 30 40 60 1 2 0 oo



0 ,6 8 6



0,685 0,685 0,684 0,684 0,684 0,683 0,683 0,683 0,681 0,679 0,677 0,674



a untuk uji dua fihak (two tail test) 0 ,2 0 0 ,1 0 0,05 a untuk uji satu fihak (one tail test) 0 ,1 0 0,05 0,025 3,078 6,314 12,706 1 ,8 8 f 4,303 2,920 3,182 1,638 2,353 2,132 1,533 2,776 2,571 1,476 2,015 2,447 1,440 1,943 1,415 1,895 2,365 1,397 2,306 1,860 2,262 1,383 1,833 1,372 1,812 2,228 1,363 1,796 2 ,2 0 1 1,782 2,179 1,356 1,771 1,350 2,160 1,345 1,761 2,145 1,341 1,753 2,131 1,337 1,746 2 ,1 2 0 1,333 1,740 2 ,1 1 0 1,734 1,330 2 ,1 0 1 1,729 1,328 2,093 1,325 2,086 1,725 1,721 1,323 2,080 1,321 1,717 2,074 1,714 1,319 2,069 2,064 1,318 1,711 1,316 1,708 2,060 1,315 1,706 2,056 1,314 2,052 1,703 1,313 1,701 2,048 2,045 1,699 1,311 1,697 2,042 1,310 1,684 2 ,0 2 1 1,303 1,671 1,296 2 ,0 0 0 1,289 1,658 1,980 1,282 1,645 1,960



0 ,0 2



0 ,0 1



31,821 6,965 4,541 3,747 3,365 3,143 2,998 2,896 2,821 2,764 2,718 2,681 2,650 2,624 2,602 2,583 2,567 2,552 2,539 2,528 2,518 2,508 2,500 2,492 2,485 2,479 2,473 2,467 2,462 2,457 2,423 2,390 2,358 2,326



0,01



0,005 63,657 9,925 5,841 4,604 4,032 3,707 3,499 3,355 3,250 3,169 3,106 3,055 3,012 2,977 2,947 2,921 2,898 2,878 2,861 2,845 2,831 2,819 2,807 2,797 2,787 2,779 2,771 2,763 2,756 2,750 2,704 2,660 2,617 2,576



TABEL III NILAI-NILAI r PODUCT MOMENT



N 3



Taraf Signifikan



5% 0,997



1% 0,999



N 27



Taraf Signifikan 5%



1%



0,381



0,487



N



Taraf Signifikan 5%



1%



55



0,266



0,345 0,330



4



0,950



0,990



28



0,374



0,478



60



0,254



5



0,878



0,959



29



0,367



0,470



65



0,244



0,317



6



0,811



0,917



30



0,361



0,463



70



0,235



0,306



7



0,754



0,874



31



0,355



0,456



75



0,227



0,296



8



0,707



0,834



32



0,349



0,449



80



0,220



0,286



9



0,666



0,798



33



0,344



0,442



85



0,213



0,278 0,270



10



0,632



0,765



34



0,339



0,436



90



0,207



11



0,602



0,735



35



0,334



0,430



95



0,202



0,263



12



0,576



0,708



36



0,329



0,424



100



0,195



0,256



13



0,553



0,684



37



0,325



0,418



125



0,176



0,230



14



0,532



0,661



38



0,320



0,413



150



0,159



0,210



15



0,514



0,641



39



0,316



0,408



175



0,148



0,194



A6



0,497



0,623



40



0,312



0,403



200



0,138



0,181



17



0,482



0,606



41



0,308



0,398



300



0,113



0,148



18



0,468



0,590



42



0,304



0,393



400



0,098



0,128



19



0,456



0,575



43



0,301



0,389



500



0,088



0,115



20



0,444



0,561



44



0,297



0,384



600



0,080



0,105



21



0,433



0,549



45



0,294



0,380



700



0,074



0,097



22



0,423



0,537



46



0,291



0,376



800



0,070



0,091



23



0,413



0,526



47



0,288



0,372



900



0,065



0,086



0,368



1000



0,062



0,081



24



0,404



0,515



48



0,284



25



0,396



0,505



49



0,281



0,364



26



0,388



0,496



50



0,279



0,361



TABEL IV NILAI-NILAI CHI KUADRAT



elk 1 2



3 4 5



50% 0,455 1,386 2,366 3,357 4,351



30% 1,074 2,408 3,665 4,878 6,064



Taraf signifikansi 2 0 % 1 0 % 1,642 2,706 3,219 4,605 4,642 6,251 5,989 7,779 7,289 9,236



5%, 3,841 5,991 7,815 9,488 11,070



7,231 8,558 8,383 9,803 9,524 . 11,030 10,656 12,242 11,781 13,442



10,645 12,017 13,362 14,684 15,987



12,592 14,067 15,507 16,919 18,307



10,341 11,340 12,340 13,339 14,339



12,899 14,011 15,119 16,222 17,322



14,631 15,812 16,985 18,151 19,311



17,275 18,549 19,812 21,064 22,307



19,675 21,026 22,362 23,685 24,996



15,338 16,338 17,338 18,338 19,337



18,418 19,511 20,601 21,689 22,775



23,542 24,769 25,989 27,204 28,412



23 24 25



20,337 21,337 22,337 23,337 24,337



23,858 24,939 26,018 27,096 28,172



20,465 21,615 22,760 23,900 25,038 26,171 27,301 28,429 29,553 30,675



29,615 30,813 32,007 33,196 34,382



26,296 27,587 28,869 30,144 31,410 32,671 33,924 35,172 35,415 37,652



26 27 28 29 30



25,336 26,336 27,336 28,336 29,336



29,246 30,319 31,391 32,461 33,530



31,795 32,912 34,027 35,139 36,250



35,563 36,741 37,916 39,087 40,256



38,885 40,113 41,337 42,557 43,773



6



7 8



9 1 0 11 1 2



13 14 15 16 17 18 19 2 0 21 2 2



5,348 6,346 7,344 8,343 9,342



f