Metode Yang Digunakan Pada Pengembangan Kognitif [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERANAN GURU UNTUK MENGEMBANGKAN KOGNITIF ANAK DI PAUD DAN TK/RA



I.



Pendahuluan Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan kita. Aspek ini selalu ada dan semakin hari kebutuhan akan hal ini semakin berkembang sejalan perkembangan zaman. Pendidikan merupakan salah satu fasilitas kita sebagai manusia dan pendidik untuk merangsang serta menstimulasi kemampuan kognitif pada anak didik. Begitu besarnya peran kognitif dalam perkembangan hidup yang akan datang, maka banyak metode yang dikembangkan sebagai cara mentransfer ilmu yang tepat sesuai dengan usianya sehingga menghasilkan pemahaman yang maksimal bagi anak didik. Pendidikan pada usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak. Salah satu cara anak agar proses belajar mereka memperoleh pengetahuan adalah melalui kegiatan bermain sambil belajar. Dengan bermain dan belajar, seorang anak dapat memperoleh kesempatan untuk mempelajari berbagai hal baru. Bemain dan belajar bagi mereka juga merupakan sarana dalam mengembangkan berbagai



keterampilan



sosialnya.



Kegiatan



bermain



dan



belajar



akan



mengembangkan otot dan melatih gerakan motorik mereka di dalam menyalurkan energi mereka yang berlebih. Dengan demikian seorang anak akan menemukan bahwa merancang suatu hal baru dan berbeda dapat menimbulkan kepuasan dan pada akhirnya anak akan menjadi lebih kreatif dan inovatif.



Vygotsky dalam Naughton ( 2003;46 ) percaya bahwa bermain membantu perkembangan kognitif anak secara langsung, tidak sekedar sebagai hasil pengembangan kognitif seperti yang dikemukakan oleh Piaget. A. Latar Belakang Masalah Peranan guru sebagai orang terdekat anak di sekolah harus bisa menciptakan suasana yang menyenangkan dan menjadi pribadi yang disukai anak. Peran guru sebagai teman, model, motivator dan fasilitator akan menjadikan anak senang datang ke sekolah dan menjadikan proses belajar jadi bermakna. Oleh karena itu dituntut kematangan yang mempersyaratkan willingnes and ability, baik secara intelektual maupun pada kondisi yang prima. Profesionalisasi seperti ini harus dipandang sebagai proses yang terus menerus. Sedangkan metode merupakan bagian strategi kegiatan. Setiap guru PAUD,TK/RA menggunakan metode sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Sebagai alat untuk mencapai tujuan tidak selamanya metode berfungsi secara optimal. Di dalam memilih metode, guru PAUD, TK/RA perlu memiliki alasan yang kuat dan perlu memperhatikan karaterstik tujuan dan karateristik anak yang dibinanya. Sesuai dengan karakteristik, tidak semua metode mengajar sesuai dan cocok digunakan pada program kegiatan anak di PAUD, TK/RA, seperti metode ceramah, kurang cocok karena menuntut anak memusatkan perhatian dalam waktu cukup lama, padahal rentang waktu perhatian anak relatif singkat. Metode yang dapat digunakan dalam pengembangan kognitif di PAUD, TK/RA,



adalah:



Bermain,



pemberian



tugas,



demonstrasi,



tanya



jawab,



mengucapkan syair, percobaan/eksperimen, bercerita, karyawisata dan dramatisasi. Karena merupakan rangkaian proses pengembangan kognitif anak, maka evaluasi harus dilakukan. Evaluasi diadakan dengan tujuan yang didasarkan pada penghargaan (ukuran keberhasilan) setiap individu yang berbeda sehingga evaluasi harus dilakukan berdasarkan ukuran keberhasilan yang berbeda pula. Melalui evaluasi dapat ditentukan tingkat ketercapaian tujuan.



B. Rumusan Masalah Salah satu tugas yang cukup sulit bagi guru PAUD,TK/RA adalah ketika harus merencanakan, mendisain dan mengadakan pusat sumber belajar yang sesuai dengan metode pengembangan kognitif yang tepat untuk tingkat kemampuan anakanak yang berbeda dalam satu kelas. Hal ini tentunya sangat berhubungan pada pembelajaran yang berpusat pada anak. Kenyataan di lapangan tidak semua guru mempunyai pemahaman yang sama dalam menginterpretasikan metode pengembangan kognitif pada PAUD. Dimana strategi yang diberikan bersifat monoton. Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana mengembangkan kognitif anak di PAUD, TK/RA menurut pendapat Vigotsky? 2. Metode apakah yang dapat digunakan untuk pengembangan kognitif anak TK/RA? 3. Mengapa strategi kegiatan di TK/RA diarahkan untuk lebih menekankan aktivitas anak didik dibandingkan aktivitas guru.? 4. Komponen apa yang harus ada dalam melaksanakan evaluasi keberhasilan anak didik, terutama dalam pengembangan kognitif?



II. Pembahasan TUJUAN



DAN



MACAM-MACAM



PENGEMBANGAN



KOGNITIF



PENDAPAT VYGOTSKY Lev Vygotsky dikenal sebagai a socialcultural constructivist asal Rusia. Vygotsky dalam Brodova dan Deborah (1996;23) berpendapat bahwa pengetahuan tidak diperoleh dengan cara dialihkan dari orang lain, melainkan merupakan sesuatu yang dibangun dan diciptakan oleh anak. Vygotsky yakin bahwa belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dipaksa dari luar karena anak adalah pembelajar aktif dan memiliki struktur psikolgis yang mengendalikan perilaku belajarnya. Selanjutnya melalui teori revolusi sosio kulturnya, Vygotsky mengemukakan bahwa manusia memiliki alat berpikir (tool of mind) yang dapat dipergunakan untuk membantu memecahkan masalah, memudahkan dalam melakukan tindakan, memperluas kemampuan, melakukan sesuatu sesuai kapasitas alami (Brodova dan Deborah,1996;26). Vygotsky mengemukakan beberapa kegunaan dari alat berpikir manusia yaitu: 



Membantu memecahkan masalah, seseorang akan mampu mencari jalan keluar terhadap masalah yang dihadapinya. Anak-anak akan mencoba memecahkan masalah dalam permainan yang sedang dikerjakan (mencari jejak).







Memudahkan dalam melakukan tindakan, dengan alat berpikirnya setiap individu akan dapat memilih tindakan atau perbuatan seefektif dan seefisien mungkin dalam mencapai tujuan itu adalah cerminan dari berfungsinya alat berfikir.







Memperluas kemampuan, melalui berbagai eksplorasi yang dilakukan seorang anak melalui panca inderanya, maka akan semakin banyak hal yang akan ia ketahui.







Melakukan sesuatu sesuai dengan kapasitas alaminya, alat berpikir berkembang secara alami, mengikuti apa yang terjadi di sekitarnya. Semakin banyak stimulasi yang diperoleh anak saat berinteraksi dengan lingkungan, maka akan semakin cepat berkembang fungsi pikirnya.



Prinsip dasar dari Vygotsky adalah bahwa anak melakukan proses kokonstruksi membangun berbagai pengetahuannya tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial dimana anak tersebut berada. Pengetahuan juga berasal dari lingkungan budaya. Pengetahuan yang berasal dari budaya biasanya didapatkan secara turun temurun melalui orang-orang yang berada di sekitar. Pengetahuan dibangun oleh anak berdasarkan kemampuannya memahami perbedaan berdasarkan kesamaan yang tampak. Vygotskly mengatakan bahwa jalan pikiran seseorang terus dimengerti dari latar sosial budaya dan sejarahnya yaitu pada asal- usul tindakan sadarnya dan dari iteraksi sosial yang dilatari oleh sejarah hidupnya. Manusia sebagai makhluk individu mempunyai alat berpikir yang tidak dimiliki oleh mahluk hidup lain. Peningkatan kualitas kognitif berasal dari kehidupan sosialnya, bukan sekedar dari individu itu sendiri. Teori Vygotsky lebih tepat dsebut sebagai pendekatan ko-konstruktivisme yaitu suatu proses membangun pengetahuan baru secara bersama-sama antara semua pihak yang terlibat di dalamnya. Vygotsky percaya bahwa kognitif tertinggi yang berkembang pesat anak berada di sekolah yaitu saat terjadinya interaksi antara anak dan guru. Pengetahuan yang diberikan secara terpaksa akan memberikan dampak yang berharga bagi anak. Menurut Vygotsky, bantuan eksternal yang diberikan guru dapat dihilangkan apabila anak tampak telah berkembang secara konsisten. Bantuan dapat diberikan saat anak beraktivitas atau mengerjakan tugas, seperti: 1. Memotivasi atau mendapatkan minat anak yang berhubungan dengan tugas. 2. Mempermudah tugas agar anak-anak mudah mengatur dan menyelesaikannya. 3. Memberikan beberapa arahan dengan tujuan membantu agar anak fokus dalam mencapai tujuannya. 4. Secara jelas menunjukkan perbedaan antara pekerjaan anak –anak dengan standar atau penyelesaian yang diinginkan guru. 5. Memberi contoh dengan jelas serta menetapkan harapan dari aktivitas yang ditampilkan (stuyf, 2007;3-5).



Terdapat perbedaan Vygotsky dengan Piaget, wlaupun mereka berdua samasama menekankan atau menfokuskan pada peran bahasa dan pengalaman bersosialisasi dalam perkembangan kognitif anak. Berkaitan dengan perkembangan kognitif



melalui



pengalaman



bersosialisasi,



Vygotsky



menekankan



pada



kemampuan bahasa terutama pada kecepatan berbicara. Sedangkan Piaget lebih menekankan pada eksplorasi sensomotor bayi. Vygotsky memandang bermain sebagai kegiatan sosal. Pada awalnya anakanak bermain secara solitary (secara sendiri-sendiri), seiring dengan kematangan kognitif anak dan berkurangnya egosentris,permainan anak lebih sosial. IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN VYGOTSKY Kegiatan pembelajaran berdasarkan teori belejar Vygotsky antara lain: 1. Menyusun balok Diharapkan anak dapat membangun imajinasinya tentang bentuk dan ruang memanipulasi bangunan dari balok-balok yang telah tersedia. 2. Menyampaikan cerita Menyampaikan



cerita



biasanya



memberikan



keuntungan



dalam



mengembangkan bahasa dan kreativitas. Vygotsky juga menggunakan hal itu untuk mendorong ketajaman ingatan, berpikir logis dan pengendalian diri. 3. Permainan dramatik Merupakan kegiatan mengungkapkan seluruh fungsi mental tinggi, pengendalian diri dan berbagai permainan simbolik. 4. Penulisan jurnal Anak melakukan komunikasi dengan orang lain melalui berbagai ungkapan secara tertulis. Berikut ini adalah contoh pemilihan metode dihubungkan dengan karakteristik tujuan. Metode yang dapat mengembangkan kognitif anak agar dapat berpikir, menalar, mampu menarik kesimpulan dan membuat generalisasi. Caranya adalah dengan mengenali alam sekitarnya, mengenal orang dan benda-benda yang ada, mengenal tubuh tubuh dan memahami perasaan mereka sendiri dan berlatih



mengurus diri mereka sendiri. Selain itu melatih anak menggunakan bahasa untuk berhubungan dengan orang lain, dan melakukan apa yang dianggap benar berdasarkan nilai yang ada dalam masyarakat (Hilderbrand, 1986). Untuk pengembangan bahasa anak dapat menggunakan metode yang dapat meningkatkan perkembangan kemampuan berbicara, mendengar, membaca dan menulis. Kita dapat memberikan kesempatan pada anak didik untuk memperoleh pengalaman yang luas dalam mendengarkan dan berbicara. Untuk



mengembangkan



kemampuan



sosial,



emosional



anak



dapat



menggunakan metode yang menggerakkan anak untuk mengekspresikan perasaan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan secara verbal dan tepat. Pengembangan fisik anak dapat dikembangkan melalui metode-metode yang dapat menjamin anak tidak cedera. Oleh karena itu guru perlu menciptakan lingkungan yang aman dan menantang (Gordon dan Browne,1985). Bahan dan alat yang digunakan dalam keadaan baik, tidak menimbulkan perasaan takut dan cemas dalam menggunakannya. Sedangkan untuk pengembangan moral dan nilai-nilai agama dapat menggunakan metode-metode yang memungkinkan terbentuknya kebiasaankebiasaan yang didasari oleh nilai-nilai agama, sehingga anak dapat hidup sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Pengalaman belajar yang dapat diberikan adalah dengan memungkinkan terbentuknya kebiasaan kerja, menghargai waktu, kejujuran, kasih sayang dan kebiasaan memelihara lingkungan. Selain dari karakteristik tujuan yang telah disebutkan, karakteristik anak juga menentukan pemilihan metode. Perlu kta cermati bahwa anak AUD pada umumnya adalah anak yang selalu bergerak, mempunyai rasa ingin tahu yang kuat, senang bereksperimen dan keinginan mengekspresikan diri secara kreatif, mempunyai imajinasi dan senang berbicar. Vigotsky mengatakan manusia dilahirkan dengan seperangkat fungsi kognitif dasar yakni kemampuan memperhatikan, mengamati dan mengingat (Dworetsky, 1990). Kebudayaan akan mentranformasikan kemampuan tersebut dalam bentuk fungsi kognitif yang lebih tinggi terutama dengan mengadakan



hubungan masyarakat dan melalui proses pembelajaran serta penggunaan bahasa. Hal ini sejalan dengan pendapat Guilford (Hildebrand, dalam Moeslihatoen,1996) untuk membantu pengembangan kognitif, anak perlu dibekali pengalaman belajar yang dirancang melalui kegiatan observasi dan mendengarkan dengan tepat. Macam-macam metode pengembangan kognitif yang dapat digunakan untuk pengembangan kognitif di PAUD, TK/RA. 1. Bermain Bermain adalah kegiatan yang ank-anak lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan (Mayesty, 1990;196-197). Anak usia dini tidak membedakan bermain, belajar dan bekerja. Anak-anak umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus melakukannya dimanapun mereka memiliki kesempatan. Piaget dalam Mayesty (1990;42) mengatakan bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepusan bagi diri seseorang. Sedangkan Parten dalam Dokket an Fleer (2000;14) memandang bahwa kegiatan bermain adalah sarana sosialisasi. Diharapkan dalam bermain memberi kesempatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan, perasaan, berekreasi dan belajar secara menyenangkan. Selain itu kegiatan bermain dapat membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa ia hidup serta lingkungan dimana ia hidup. Bermain pada anak merupakan kegiatan yang dapat disamakan dengan bekerja pada orang dewasa. Bermain memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pengaruh perkembangan anak. Menurut Dearden (hetherimgton and Parke,1997;481) bermain merupakan pekerjaan nonserius dan segalanya ada dalam itu sendiri yang memberikan kepuasan pada anak. Bermain mempunyai makna penting bagi pertumbuhan anak. Frank dan Farida caplan (Hildebrand,1986;55-56) mengemukakan ada enam belas nilai bermain bagi anak:



1) Bermain membantu pertumbuhan anak 2) Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela. 3) Bermain memberi kebebasan anak untuk bertindak 4) Bermain memberikan dunia khayal yang dapat dikuasi 5) Bermain mempuhyai unsur petualang di dalamnya 6) Bermain meletakkan perkembangan bahasa 7) Bermain mempunyai pengaruh yang unik dalam pembentukan pribadi 8) Bermain memberi kesempatan untuk menguasi diri secara fisik. 9) Bermain memperluas minat pemusatan perhatian 10) Bermain merupakan cara anak menyelidiki sesuatu 11) Bermain merupakan cara anak mempelajari peran orang dewasa 12) Bermain merupakan cara sinamis untuk belajar 13) Bermain menjernihkan pertimbangan anak 14) Bermain dapat distruktur secara akademis 15) Bermain merupakan kekuatan hidup 16) Bermain merupakan sesuatu yang essensial bagi kelestarian hidup manusi 2. Metode pemberian tugas Metode pemberian tugas ialah suatu cara penyajian kegiatan yang telah ditentukan dan anak dapat mempertanggungjawabkan sesuai petunjuk langsung dari guru. Ditinjau dari teori belajar Vygotsky pemberian tugas yang cocok adalah pemberian tugas kelompok, dimana anak bisa bersosialisasi dengan teman sekelompok, mau berbagi, mau bertanya, serta belajar untuk bekerjasama tanpa harus berharap pada kemampuan orang lain atau sebaliknya. 3. Metode demonstrasi Adalah suatu penyajian kegiatan pembelajaran dengan penjelasan lisan disertai perbuatan atau memperlihatkan suatu proses tertentu yang kemudian diikuti atau dicoba oleh anak didik. Metode demonstrasi juga bisa diartikan suatu cara memperagakan atau mempertunjukkan sesuatu atau proses kejadian atau peristiwa.



Guru dituntut mendemonstrasikan sesuatu harus jelas, alat peraga harus dipersiapkan lebih dulu, agar pada saat mendemonstraskan tidak terhambat atau terganggu. Ada dua fungsi dalam metode ini: 1.



Dapat



digunakan



untuk



memberikan



illustrasi



dalam



menjelaskan



Informasi pada anak. 2.



Dapat membantu meningkatkan daya pikir anak TK/RA terutama daya pikir dalam meningkatkan kemampuan mengenal, mengingat, berpikir konvergen dan evaluatif. Berpikir konvergen ialah kemampuan menggunakan informasi yang



diperoleh dan yang disimpan untuk menerima satu jawaban benar. Contoh anak PAUD,TK/RA sudah mengenal konsep bilangan 2. Informasi ini digunakan untuk menjawab pertanyaan berapa jumlah kaki ayam? Berpikir divergen ialah dari informasi yang diperoleh mencari sesuatu yang baru menemukan jawaban benar. Contoh anak PAUD, TK/RA telah mengetahui konsep bilangan 2. Konsep ini digunakan untuk menjawab pertanyaan: Sebutkan binatang yang memiliki kaki 2, kemudian dapat menjawab pertanyaan lebih banyak kaki ayam apa sapi? Sedang berpikir evaluatif artinya adalah anak dapat memberikan kesimpulan, penilaian, penemuan, pemecahan masalah dan berusaha memperbaiki kesalahannya. Contoh ucapan anak yang bertanya: “Bu guru, saya punya kucing yang lucu, bersih dan sehat karna saya selalu rajin memberi makan dan memandikannya.” Ungkapan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dengan makan yang cukup serta menjaga kebersihan dapat hidup bersih dan sehat. 4. Metode tanya jawab Metode tanya jawab ialah suatu cara penyajian pembelajaran dengan dalam bentuk pertanyaan dari guru yang harus dijawab oleh siswa atau sebaliknya. Guru harus berusaha agar anak aktif memberi jawaban atu keterangan bukan guru yang memberi keterangan.



Metode bercakap-cakap ini sangat bermanfaat bagi anak PAUD, TK/RA sebagai salah satu upaya yang dapat dilakukan guru agar anak berani mengungkapkan pendapat serta berani berbicara di depan umum. Selain itu metode ini mengandung manfaat belajar yaitu mewujudkan kemampuan berbahasa secara reseptif dan ekspresif. 5. Metode mengucapkan syair Metode mengucapkan syair yaitu suatu cara menyampaikan sesuatu melalui syair yang menarik yang dibuat guru untuk sesuatu, agar dapat dipahami anak. 6. Metode eksperimen/ percobaan Adalah suatu cara anak melakukan berbagai percobaan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usianya, guru sebagai fasilitator, alat berbagai percobaan sudah dipersiapkan oleh guru. Dalam metode ini anak dapat menemukan sesuatu berdasarkan pengalamannya. 7. Metode bercerita Metode bercerita adalah cara menyampaikan sesuatu dengan bertutur atau memberikan penerangan atau penjelasan secara lisan melalui cerita. Cerita harus menarik, dengan tujuan yang ingin dicapai, dengan gerak gerik yang wajar dan intonasi yang bervariasi. 8. Metode karya wisata Usman dan Setiawati (2001;131) mengemukakan bahwa metode karya wisata adalah suatu cara penyajian pembelajaran dengan membawa anak didik langsung kepada objek tertentu untuk dipelajari, yang terdapat di luar kelas, dengan bimbingan guru. Metode karya wisata juga bisa diartikan kunjungan langsung ke objek- objek di sekitar anak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.



Sehubungan dengan teori belajar menurut Vygotsky, metode karya wisata jelas sesuai, karena dengan karya wisata anak belajar bernteraksi dengan orang lain dan lingkungan. 9. Dramatisasi Salah satu metode yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran di PAUD, TK/RA adalah bermain peran, Metode dramatisasi/ bermain peran adalah cara memahami sesuatu melalui peran-peran yang dilakukan oleh tokoh atau benda-benda di sekitar anak, sehingga anak dapat memahami sesuatu sambil berimajinasi. EVALUASI PENGEMBANGAN KOGNITIF Evaluasi adalah suatu cara untuk mengukur kemajuan, pelaksanaan, keberhasilan dan perkembangan kognitif dan masalahnya yang berkaitan dengan hasil yang diharapkan pada anak. Evaluasi sebagai bagian dari proses pendidikan, merupakan proses pemantauan dan asesmen terhadap kemajuan dan perkembangan anak. Evaluasi adalah analisis sistematis data anak untuk memahami keefektifan suatu program yang diberikan dan untuk mengetahui pengaruh program tersebut terhadap anak. Evaluasi merupakan proses meringkas dan menginterpretasi data serta membuat penilaian profesional berdsarkan informasi yang diperoleh. Evaluasi sifatnya menyeluruh, mencakup pengukuran yang obyektif dan profesonal tentang performansi dan perkembangan anak. Sedangkan asesmen adalah proses pengumpulan data dan dokumentasi belajar anak dan perkembangan anak. Asesmen harus bersifat otentik, berpusat pada anak dan mengembangkan seluruh aspek fsik, psikis, sosial dan sebagainya. Asesmen dilakukan secara reguler yang merupakan bagian dari pembelajaran kelas. Asesmen dapat digunakan sebagai dasar untuk merencanakan program yang sesuai dengan perkembangan anak.



Proses asesmen dilakukan secara individual dengan cara membandingkan perkembangan



anak



saat



ini



dan



sebelumnya.



Dalam



asesmen



perlu



dipertimbangkan adanya perbedaan dalam perkembangan, pengalaman dan budaya anak. ALAT EVALUASI Dalam evaluasi pengembangan kognitif anak TK/RA terdapat berbagai macam alat evaluasi yang dapat digunakan, antara lain: a. observasi b. catatan anekdot (anecdotal record) c. kumpulan kerja anak (portofolio) d. asesmen kinerja e. asesmen kemampuan (performance assesment) f. asesmen diri (self assesment) Berikut adalah contoh kegiatan dan alat evaluasi yang digunakan: 1. Observasi pada saat kegiatan berlangsung



No



1 2 3 4



Mengelompokkan Menghitung benda yang sama kepingan bunga Nama Anak warnanya Tanpa Tanpa Tanpa Dibantu Dibantu Dibantu dibantu dibantu dibantu Rosy    Noval    Ela    Femas    Mengelompokkan benda sejenis



2. Catatan Anekdot No



Tanggal



1



5 Peb 2014



Nama Anak Agil



Komentar Banyak bertanya tentang satu topik



Ket



Cukup Kurang kurang Cukup



Tidak mau bergabung dengan teman 2



11 Peb 2014



Rahma



3



6 Maret 2014



Nabil



4



10 April 2014



Aisy



untuk sekian kalinya dengan alasan pusing Beberapa kali keluar kelas dan bermain sendiri di playground sendiri Menangis sepanjang kegiatan karena krayonnya tertukar sama Rifki



3. Kumpulan Kerja Anak (portofolio) Berikut ini adalah contoh hasil kerja anak usia 4 tahun yang dapat didokumentasikan dalam portofolio. Gambar/ tulisan anak berikut ini dapat dijadikan bukti keterampilan anak dalam berbagai aspek perkembangan.



Siswa PAUD sedang bernyanyi



Siswa PAUD sedanga lelakon wayangan 4. Assesmen Kinerja Mulai gradasi nomor 1 sampai 5 dari kurang sekali sampai baik sekali. Nama : Nabil No 1 2 3 4



Pengembangan Fisik Munggunting Menjiplak Merobek Memantulkan bola



ket: 1



= kurang sekali



2



= kurang baik



3



= cukup baik



Kegiatan Assesmen Ket 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Cukup baik   Baik   Kurang baik     Baik



4



= baik



5



= baik sekali



A. Hasil Penelitian Penelitian dilakukan dalam sebuah kelas di PAUD dengan jumlah 14 orang putri dan 7 orang putra. Dari beberapa kali pertemuan dalam satu kali tema pembelajaran di PAUD, didapatkan sebuah perbandingan hasil belajar siswa PAUD dengan di dasarkan pada penilaian secara menyeluruh pada kognitif, afektif dan psikomotor siswa PAUD pada awal pembelajaran dan akhir kegiatan pembelajaran sebagai berikut: Kognitif siswa Rentang



Pre test



Post test 2



% Awal 33



% Akhir 10



0-50



7



50-60



5



3



24



14



60-75



7



8



33



38



75-85



2



6



10



29



85-100



-



2



0



10



Jumlah



21 siswa



21 siswa



100%



100%



Afektif siswa Rentang



Pre test



Post test 1



% Awal 14



% Akhir 5



0-50



3



50-60



5



1



24



5



60-75



10



9



48



43



75-85



1



7



5



33



85-100



2



3



10



14



Jumlah



21 siswa



21 siswa



100%



100%



Rentang



Pre test



Post test



0-50



1



-



% Awal 5



% Akhir 0



50-60



4



2



19



10



60-75



9



11



43



52



75-85



7



6



33



29



85-100



-



2



0



10



Jumlah



21 siswa



21 siswa



100%



100%



Psikomotor siswa



Nilai siswa yang didapatkan sebagai hasil evaluasi kegiatan belajar mengajar dalam satu tema adalah dengan menjumlahkan nilai-nilai kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari hasil yang dicapai, maka dapat dilihatlah perkembangan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan penelitian dengan menggunakan metode dan alat evaluasi yang telah disiapkan. Tentu saja hasil ini akan dijadikan sebagai sebuah tolak ukur bagi seorang guru PAUD untuk menilai peningkatan belajar siswa dalam tiap aspeknya. Dengan begitu, diharapkan seorang guru dapat memperbaiki dan meningkatkan terus kualitas pembelajaran anak didiknya menuju titik optimal perkembangan belajar mereka. Berikut hasil belajar siswa PAUD yang telah di rekapilutasi dalam sebuah tabel: Rentang Nilai



Awal



Akhir



% Awal



% Akhir



Pembelajaran



Pembelajaran



0-50



4



1



19



5



50-60



4



2



19



10



60-75



9



6



43



29



75-85



3



9



14



43



85-100



2



3



10



14



Jumlah



21 siswa



21 siswa



100%



100%



Dari tabel di atas didapatkan hanya 5% siswa yang mendapatkan nilai tidak baik, 10% siswa mendapatkan nilai kurang baik, 29 siswa mendapatkan nilai cukup baik, 43% siswa mendapatkan predikat baik, dan 14% siswa mendapatkan predikat sangat baik. Jika dilihat dengan seksama, jumlah siswa yang berada di bawah hasil belajar rata rata 60, didapatkan 8 orang pada awal pembelajaran. Setelah mendapati pembelajaran dengan metode yang baru, tersisa hanya 3 orang siswa yang berada di bawah 60. Sedang peningkatan hasil belajar sangat jelas terlihat pada rentang nilai 60-75 dengan jumlah awal 9 siswa, menurun menjadi 6 siswa, sedangkan 3 orang laninnya mendapakan nilai jauh lebih baik, dan berada pada rentang nilai di atasnya. Seperti pada rentang nilai 75-85 yang semula hanya 3 orang siswa meningkat menjadi 9 orang siswa, begitupun pada rentang nilai 85-100 mengalami peningkatan menjadi 3 orang di akhir kegiatan dalam satu tema pembelajaran. B. Analisis Vigotsky mengatakan bahwa jalan pikiran anak harus dimengerti dari latar belakang sosial budaya dan sejarahnya. Artinya untuk memahami pikiran anak bukan dengan cara menelusuri apa yang ada di balik otak dan di kedalam



jiwanya, akan tetapi dari asal-usul tindakan sadarnya dan dari interaksi sosial yang dilatari sejarahnya hidupnya (Moll & Greenberg,1990). Membangun pengetahuan pada anak sangat berbeda dengan orang dewasa. Membangun pengetahuan anak haruslah berdasarkan pada bermain dan permainan. Dengan melalui kegiatan bermain anak-anak dapat mengembangkan berbagai aspek yang diperlukan untuk persiapan masa depan. Bermain antara lain membantu perkembangan tubuh, perkembangan sosial, perkembangan kognitif dan moral serta kepribadian maupun bahasa. Bermain juga bisa menjadikan media untuk membina hubungan yang dekat antar anak atau anak dengan orang tua/guru, orang dewasa lainnya sehingga tercipta komunikasi yang efektif. Metode mengajar yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini ditinjau dari pendekatan teori belajar menurut Vygotsky adalah : Bermain, pemberian tugas, demonstrasi, tanya jawab, mengucap syair, eksperimen, berceritera, karyawisata dan dramatisasi.



III.PENUTUP A. Kesimpulan Karena merupakan salah satu rangkaian proses pengembangan kognitif, maka evaluasi harus dilakukan. Evaluasi diadakan dengan tujuan yang didasarkan pada pengharapan (ukuran keberhasilan) setiap anak yang berbeda sehingga evaluasi harus dilakukan berdasarkan ukuran keberhasilan yang berbeda pula. Melalui evaluasi dapat ditentukan tingkat ketercapaian tujuan. Alat evaluasi dapat digunakan untuk mengetahui pengembangan kognitif pada anak adalah: Observasi, catatan anekdot, portofolio, assesmen kinerja, assesmen diri. B. Saran/ Penutup Dalam proses pembelajaran, guru hendaknya melihat hasil belajar anak dari berbagai sudut kinerja psikologis yang utuh dan menyeluruh, baik dari segi kognitif, behavioristik (tingkah laku) ataupun humanistik. Dari segi kognitif guru hendaknya dapat memilih metode dan media yang sesuai dengan perkembangan kognitif anak, sehingga hasil belajar dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan.



DAFTAR PUSTAKA



Arief S. Sadiman, dkk. Seri Pustaka Teknologi Pendidikan No. 6 Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Bredekamp, Sue & Teresa Rosegrant, (1992), Reseaching Potentials Approach Curriculum and Assesment For Young Children, Volume 1, Washington: NAEYC Depdiknas, Kurikulum Berbasis Kompetensi TK/RA, Jakarta: Balitbang Depdiknas, 2002 Dr. Yuliani Nurani Sujiono, M. Pd. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini Jakarta: Indeks Drs. Hapidin, dkk. Prosedur Evaluasi Perkembangan Anak. Makalah Workshop Kurikulum Berbasis Kompetensi GOPTKI. GTZ Seqip-TK. Modul Pengajaran untuk Guru Taman Kanak-Kanak. Hildebrand, Verna. (1986). Introduction to Early Chilhood Education 4th ed. New York: Mac Millan Publishing Company. Mayke S. Teja Saputra. (2001). Bermain, Mainan dan Permainan Untuk Pendidikan Usia Dini. Jakarta: Grasindo. Moeslichatoen, R. (1999). Jakarta:Rineka Cipta.



Metode



Pengajaran



di



Taman



Kanak-Kanak.



Padmonodewo, Soemiarti. (2000). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Yuliani Nuran Sujiono, dkk. Metode Pengembangan Kognitif. Modul 1-2 PGTK20101. Universitas Terbuka