MIKOSIS INTERMEDIET-dikonversi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MIKOSIS INTERMEDIET Erpi Nurdin, S.Si.,M.Kes 2.1 Mikosis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Mikosis yang mengenai permukaan badan, yaitu kulit, rambut, dan kuku disebut mikosis superficialis. Mikosis yangmenyerang alat di bawah kulit, misalnya traktus intestinalis, traktus respiratorius, traktusurogenitalis, susunan kardiovaskuler, susunan saraf sentral, otot, tulang, dan kadangkadangkulit disebut mikosis profunda. Insidens mikosis superficialis cukup tinggi di Indonesia karena menyerang masyarakat luas. Indonesia merupakan negara tropis beriklim panas dan lembab, higiene sebagian masyarakat masih kurang, adanya sumber penularan di sekitarnya, penggunaanobat-obatan



antibiotik,



steroid,



dan



sitostatika



yang



meningkat, adanya penyakit kronis danpenyakit sistemik lainnya. 2.2 Mikosis intermediet, yaitu jamur-jamur yang menyerang kulit, mukosa, subkutis, dan alat-alat dalam, terutama yang disebabkan oleh spesiese kandida. Oleh karena itu penyakitnya dinamakan kandidiasis, seperti Kandida albikan. Golongan Mikosis Intermediet : a. sporotrikosis b. kromoblasmikosis c. misetoma mikotik d. Rinospoidiosis e. Labomikosis f.



Feohifomikosis



g. Zigomikosis subkutan h. Mukormikosis i.



Rinospoidiosis



1



2.3Mukosis Intermediet A. Sporotrikosis 1.



Definisi Sporotrikosis adalah penyakit kulit yang disebabkan infeksi jamur



kronis yang ditandai dengan adanya penonjolan -penonjolan padat pada permukaan



kulit.Penonjolan-penonjolan



padat



ini



sebagai



akibat



pembengkakan kelenjar limfe yang kemudian melunak, memecah, dan menyebabkan kerusakan kulit ( epidermis dan dermis ). 2.



Etiologi Penyebab penyakit ini adalah Sporothrix schenckii yang dapat hidup di



tanah, hewan, tumbuh-tumbuhan dan sayuran yang telah membusuk. Spora jamur masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka pada kulit dan sangat jarang melalui inhalasi. Keadaan imunitas seseorang sangat berperan dalam mendapatkan infeksi sporotrikosis. Penyakit ini dapat mengenai organ lain, seperti paru, tulang, sendi, selaput lendir dan susunan saraf pusat. Penyakit ini lebih sering menyerang pria daripada wanita.Orang yang bertempat tinggal di daerah pertanian yang kelembapannya tinggi dan kebersihannya kurang, lebih mudah terkena penyakit ini. 3.



Gejala klinis Infeksi pada kulit biasanya dimulai pada jari, sebagai sebuah benjolan



kecil (nodul) yang tidak nyeri, membesar secara perlahan, dan membentuk luka. Setelah beberapa hari atau minggu kemudian, infeksi menyebar melalui pembuluh getah bening di jari, tangan, dan lengan menuju ke kelenjar getah bening, membentuk nodul-nodul dan luka di sepanjang perjalanannya. Bahkan pada tahap ini, penderita hanya sedikit atau tidak merasa nyeri. Biasanya tidak ditemukan gejala-gejala lainnya. Infeksi ini jarang bersifat fatal.



Infeksi pada paru-paru dapat menyebabkan pneumonia, dengan adanya nyeri dada ringan dan batuk. Infeksi paru-paru biasanya terjadi pada orangorang yang memiliki gangguan paru lainnya, misalnya emfisema. Infeksi pada sendi menyebabkan timbulnya pembengkakan dan membuat pergerakan menjadi nyeri. Pada kasus yang jarang, infeksi terjadi pada bagian-bagian tubuh lainnya dan dapat juga menyebar ke seluruh tubuh. Infeksi yang demikian biasanya mengancam nyawa. Infeksi juga bisa mengenai tulang, sendi, otot atau mata. Dan kadang menyerang limpa, hati, ginjal, alat kelamin atau otak. 4.



Epidemiologi Sporothrix schenckii dapat dijumpai di seluruh dunia. Sporotrikosis



terutama dijumpai di negara tropis, dimana kelembaban dan temperatur yang tinggi mendukung pertumbuhan jamur. Infeksi muncul pada negara yang memiliki 2 musim dan beriklim tropis. Bisa dijumpai di utara, selatan, tengah Amerika termasuk bagian selatan USA dan Meksiko. Negara yang lain seperti Afrika, Eropa, Jepang dan Australia. Negara-negara yang memiliki angka infeksi yang tinggi seperti : Meksiko, Brazil dan Afrika Selatan. Bagaimanapun, kadang-kadang daerah yang hiperendemis memiliki kasus yang luas, di USA infeksi paling banyak terjadi di bagian tengah lembah sungai. Infeksi sekarang ini jarang dijumpai di Eropa. Di alam, jamur tumbuh di daun sayur-sayuran busuk, kayu-kayu busuk, gigi tikus, paruh burung.



Meskipun biasanya kasus ini menyebabkan infeksi yang sporadis, sporotrikosis mengenai kelompok pekerja yang terpapar langsung dengan organisme, tukang kebun, pekerja hutan dan orang yang suka berekreasi dengan bersentuhan langsung



dengan



tumbuh-tumbuhan tersebut.



Organisme ini biasanya masuk ke kulit melalui trauma luka.



5.



Patogenesis Sporothrix schenckii dijumpai di tanah, kayu dan tumbuh-tumbuhan.



Jamur ini terutama tumbuh baik di tanah yang kaya akan bahan organik. Pada lingkungan yang hangat dengan kelembaban tinggi, jamur juga dapat tumbuh pada tumbuhan dan pohon bark. Kebanyakan kasus Sporotrikosis didapat dari lingkungan, sebagai akibat dari kontak antara kulit yang luka dengan spora jamur. Luka penetrasi dari tumbuhan mati dan bahan lain seperti serpihan kayu, lumut sphagnum, duri atau rumput kering sering menjadi infeksi. Gigitan, garukan, cakaran dan sengatan dari beragam binatang, burung dan serangga dapat juga menginokulasikan organisme ke dalam luka melalui spora yang terbawa di permukaan tubuh. Jarang, inhalasi menyebabkan penyakit dalam bentuk pulmonal. Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan. Spora masuk melalui luka. Mula-mula timbul papula atau nodula subkutan, disusul pembengkakan proksimal dari lesi (sesuai aliran getah bening). Papula atau nodula tersebut kemudian pecah membentuk ulkus granulomatosa disertai peradangan pembuluh limfe yang menyebar mengikuti aliran pembuluh limfe. 6.



Gambaran klinis Secara klinis ada 3 tipe sporotrikosis :  Tipe limfokutan Bentuk ini paling sering dijumpai. Bentuk klasik dimulai dengan papula merah muda dan tidak sakit, pustula dan nodus yang



kemudian mengalami ulserasi dengan dasar nekrosis di daerah inokulasi, disebut sebagai Sporotrikosis chancre. Infeksi kemudian meluas mengikuti aliran getah bening secara asenden dan membentuk satu rantai nodus subkutan yang keras seperti tali dalam waktu beberapa minggu. Pada tipe ini infeksi terbatas pada kulit, pembuluh getah bening dan jaringan subkutan. Bila terjadi penurunan imunitas akan terjadi infeksi sistemik. Infeksi primer terjadi pada daerah ekstremitas dan letaknya unilateral. Bila inokulasi primer terjadi pada daerah wajah, akan terbentuk nodus satelit akibat penyebaran melalui pembukuh getah bening yang arahnya berbeda-beda. Lesi ini selalu melibatkan ekstremitas, khususnya tangan dan lengan.  Fixed cutaneous sporotrichosis Biasanya terlihat pada area geofrafis dimana sporotrikosis endemis dan orang mempunyai derajat imunitas yang tinggi. Infeksi hanya terbatas pada daerah inokulasi dan tidak melibatkan pembuluh getah bening. Gambaran klinis sangat bervariasi, antara lain dapat berupa krusta tebal yang menutupi ulkus, erosi, pioderma, papula yang mengalami infiltrasi dan plak menyerupai sarkoid, plak verukosa, plak psoriasis dan selulitis muka. Sering dijumpai lesi satelit kecilkecil. Daerah yang paling sering terkena infeksi adalah muka, leher dan badan.  Sporotrikosis diseminata Bentuk ini jarang dijumpai dan dapat mengenai tulang, sendi, mukosa (mulut, hidung, mata), susunan saraf pusat (meningen), ginjal, hati, usus dan genitalia. Pada beberapa kasus Sporothrix schenckii menyebar dari lesi kutan, sementara peyebaran yag lain muncul tanpa tanda-tanda kutan. 7.



Diagnosa



Perlu dicurigai suatu sporotrikosis bila ditemukan adanya nodul dan luka yang khas. Diagnosis dikonfirmasi dengan mengidentifikasi Sporothrix pada contoh jaringan yang terinfeksi serta hasil biakan. 8.



Pengobatan Infeksi pada kulit biasanya menyebar sangat lambat dan jarang



berakibat fatal. Pengobatannya adalah dengan itraconazole per-oral (melalui mulut), bisa juga dengan kalium-yodida per-oral, tetapi kaliumyodida



tidak



seefektif



itraconazole



dan



pada



kebanyakan



orang



menimbulkan efek samping, seperti ruam, hidung berair, dan peradangan mata, mulut dan tenggorokan.Untuk infeksi yang meluas, diberikan amfoterisin B intravena (melalui pembuluh darah).



2.4Kromoblastomikosis 1.



Definisi Kromomikosis atau dengan nama lain kromoblastomikosis merupakan



infeksi jamur kronik pada kulit dan jaringan subkutan yang disebabkan jamur berpigmen yang mengunvasi kedalam dermis yang berasal dari lingkungan. Jamur – jamur berpigmen yang dapat menyebabkan kromomikosis antara lain Phialophora verucosa, Fonsecaea pedrosoi, F. compactum, Wangiella dermatitidis,dan Cladophialophora carrionii. Kromomikosis atau kromoblastomikosis atau dermatitis verukosa adalah penyakit jamur yang disebabkan bermacam-macam jamur berwarna (dematiaceous).Penyakit ini ditandai dengan pembentukan nodus verukosa kutan yang perlahan - lahan, sehingga akhirnya membentuk vegetasi papilomatosa yang besar. Pertumbuhan ini dapat menjadi ulkus atau tidak, biasanya ada di kaki atau tungkai, namun lokalisasi di tempat lain pernah ditemukan, misalnya pada tangan, muka, telinga leher, dada, dan bokong. Penyakit ini kadang-kadang dilihat di Indonesia. Sumber penyakit biasanya dari alam dan terjadi infeksi melalui trauma



Kromomikosis atau kromoblastomikosis atau dermatitis verukosa merupakan suatu infeksi jamur kronik pada kulit dan jaringan subkutan yang disebabkan jamur berpigmen yang membentuk suatu dinding tunggal yang tebal atau komplek lapisan – lapisan pada jaringan, dan yang ditandai dengan pembentukan lesi eksopitik secara lambat biasanya pada kaki dan lutut.



2.



Epidemiologi Infeksi jamur ini ditemukan secara sporadic di Amerika Selatan dan



Amerika Tengah sedikit jarang di Amerika utara. Infeksi terjadi pada area caribean,Afrika, Australia, dan jepang. Infeksi ini sering terjai terutama pada pekerja laki – laki di pedesaan.Kromoblastomikosis pertama kali ditemukan di Brazil oleh Pedroso pada tahun 1911. Sejak saat itu penyakit ini ditemukan pada tempat lain dari Amerika selatan dan Karibia, Madagaskar, Asia selatan, Asia timur, US, Rusia dan negara – negara lainnya. Para petani memiliki resiko paling besar untuk terkena infeksi ini.Trauma dari kayu dan pajanan dari tanah menyebabkan masuknya organisme kedalam kulit. Kasus kromomikosis atau kromoblastomikosis telah banyak dilaporkan di Amerika tengah, selatan dan utara, Kuba, Jamaica, Martinique, dan juga dari banyak negara lainnya seperti India, Afrika, Madagaskar, Australia, dan Eropa utara. 3.



Etiologi dan Patogenesis Kromobalstomikosis disebabkan oleh beberapa jamur yang paling



sering yaitu Phialophora verrucosa, Fonsecaea pedrosoi, F. Compacta dan Cladophialophora carrionii. Penyebab lain yang jarang yaitu Rhinocladiella aquaspersa. Nomenklatur dari jamue – jamur ini telah dijelaskan oleh McGinnis. Jamur – jamur penyebab dapat ditemukan pada kayu dan tanah dan infeksi diawali oleh suatu trauma seperti terkena potongan kayu.Infeksi ini biasanya ditemukan pada komunitas pedesaan. Laki – laki dewasa yang



bekerja sebagai petani lenih sering terkena, namun infeksi ini juga pernah dilaporkan terkena pada anak – anak. Penyakit ini dapat disebabkan oleh salah satu dari ke empat jamur ini, yakni Phialophora pedrosoi, P. verrucosa, P. compacta, dan Cladosporium carionii. Biasanya penyakit ini menyerang orang dewasa dengan frekeunsinya sama pada pria dan wanita. Dan lebih banyak terjadi pada daerah tropis dan subtropics dengan iklim panas.Higienitas yang kurang dapat mempermudah terjadinya infeksi ini, terutama pada lingkungan pertanian dan peternakan dimana dapat mempermudah perkembangan penyakit. Perjalanan penyakit ini dapat diawali dengan masuknya jamur dari tanah melalui abrasi kulit, berkembang membentuk nodula-nodula yang selanjutnya menjadi lesi verukosa yang menyerupai kembang kol.Infeksi ini sering menyerang tungkai bawah terutama telapak kaki, punggung kaki, dan bokong dengan gambaran effloresensi berupa nodula-nodula lentikular sampai nummular dengan permukaan yang kasar menyerupai kembang kol dan berbatas tegas. Lesi awal dari infeksi biasanya ditemukan pada kaki, lutut, tangan dan tungkai atas.Gambaran klinik bervariasi, lesi awal berupa papul yang menyebar secara lambat selama beberapa bulan sampai tahun. Kemudian lesi ini akan membentuk suatu plak dengan bagian tengah yang atropi. Bentuk yang agak sering berupa verrucous menyebar secara lambat dan lokal. 4.



Gejala Klinis Lesi biasanya ditemukan pada daerah tubuh yang yang terekspose,



biasanya pada kaki, lutut, tangan, muka dan leher. Sebuah papul yang membesar secara perlahan yang kemudian akan membentuk suatu plak hiperkeratosis. Pada beberapa lesi plak ini datar dan menyebar secara lambat dengan scar disentral lesi. Lesi awal dapat menjadi ulkus. Kemudian, setelah beberapa bulan atau tahun, terbentuklah massa hiperkeratosis yang besar dan biasanya memiliki ketebalan kira-kira 3cm. Ulkus sekunder dapat



terjadi. Lesi ini biasanya memberikan rasa nyeri kecuali jika terjadi infeksi bakteri sekunder dapat menyebabkan gatal dan nyeri.Lesi satelit terbentuk akibat garukan, dan mungkin dapat menyebar melalui jaringan limfatik ketempat yang jauh.Penyebaran secara hematogen dapat terjadi namun jarang, dan abses pada otak pernah ditemukan.Infeksi sekunder akhirnya dapat



menyebakan



elefantisiasis.Beberapa



stasis



limfatik



bentuk



dari



lesi



yang dapat



akhirnya



menjadi



membentuk



lesi



psoriasiform.Karsinoma sel skuamosa dapat terjadi pada lesi kronik. Lesi awal dari infeksi biasanya ditemukan pada kaki, lutut, tangan dan tungkai atas.Gambaran klinik bervariasi, lesi awal berupa papul yang menyebar secara lambat selama beberapa bulan sampai tahun. Kemudian lesi ini akan membentuk suatu plak dengan bagian tengah yang atropi. Bentuk yang agak sering berupa verrucous menyebar secara lambat dan lokal.



Gambar 1: lesi awal berupa papul pada kromoblastomikosis



Gambar 3 : Plak verrucous soliter dikelilingi eritem halo 5.



Gambaran Histopologi Gambaran histologi dari penyakit ini berupa foreign-body granuloma,



dengan area tertutup dari suatu gabungan abses-abses kecil.Pada granuloma ini dapat ditemukan sel giant yang didalamnya terdapat kumpulan-kumpulan dari sel jamur.Karena sel nya berwarna coklat keemasan sehingga dapat dibedakan secara jelas di dalam infiltrat.Sel ini dipisahkan oleh septa yang tebal dan membentuk sel yang sklerotik. Dapat juga dilihat adanya pseudoepiteliomatus hiperplasia pada lapisan epidermis, dan pada tempat yg lain terlihat eliminasi transepidermal dari sel sel jamur, yang dapat ditemukan pada stratum korneum. Jaringan yang terletak diantara nodul-nodul granulomatus menunjukkan suatu fibrosis kronik.Jika terjadi ulkus maka mungkin dapat terjadi infeksi bakteri sekunder.



Lesi ditandai dengan hiperplasia pseudoepiteliomatus dengan abses intraepidermal, reaksi granulomatus dermis, dan ditemukan adanya bentukan jamur sklerotik bodies.Jamur sering tampak seperti lapisan yang bersepta lebih banyak dibandingkan dengan tunas. Adanya sklerotik bodies lebih



banyak



dibandingkan



hifa



membedakan



dengan



invasif



phaeohyphomikosis. Gambaran histopatologi infeksi ini didapatkan dengan preparat pewarnaan



HE



dan



Giemsa



dimana



pada



epidermis



ditemukan



hiperkeatosis, akantosis, dan abses- abses kecil dikelilingi sel-sel datia.Di dalam abses dapat ditemukan elemen jamur yang berbentuk bundar, berdinding tebal dan berwarna coklat.



Gambar 4 : Sela jamur berpigmen coklat 6.



Pemeriksaan Penunjang Tipe dari jamur sklerotik atau muriform dapat dilihat pada kulit dengan



mengerok pada permukaan lesi , terutama pada area yang memiliki bintik gelap kecil pada permukaan kulit dengan menggunakan KOH 10%. Lesi ini juga dapat dibiopsi karena perubahan patologis dan adanya bentukan sel muriform yang khas. Pada kultur, jamur ini sangat mirip dengan gambaran makroskopis, membentuk suatu koloni hitam dengan permukaan yang halus. Diferensiasi yang akurat dari jamur-jamur penyebab ini sulit.Pada



tingkatan ini, pengobatan yang dipilih tidak tergantung pada diferensiasi yang tepat dari jamur penyebabnya walaupun respon jamur – jamur penyebab ini berbeda terhadap obat-obat golongan azol. Untuk pemeriksaan penunjang pada kromomikosis dapat dilakukan dengan preparat langsung dari kerokan kulit dengan KOH 10% dengan hasil ditemukannya elemen jamur berupa hifa(+), selain itu dapat pula dilakukannya biakan jaringan kulit pada agar Sabouroud dengan hasil adanya pertumbuhan koloni jamur setelah 2-3 minggu 7.



Diagnosis Banding  Tuberkulosis kutis verukosa 



Terjadi melalui inokulasi eksogen dari bakteri M. Tuberculosis pada kulit dari orang – orang yang sudah tersensitisasi sebelumnya oleh mikroorganisme ini







Tes tuberkulin +







Lesi berupa papul yang dengan menjadi hiperkeratosis. Lesi membesar melalui perifer ekspansion dengan atau tanpa central clearing, kadang- kadang diameter sampai beberapa senti meter







Dapat terbentuk fissura mengeluarkan eksudat purulen. Lesi lebih banyak soliter dan pembesaran kelenjar limfe regional dapat terjadi begitu juga dengan infeksi bakteri sekunde



 Karsinoma epidermoid 



Etiologi berupa sinar matahari, herediter, faktor genetic, arsen inorganik, radiasi ionik, faktor hidrokarbon, osteomielitis, immunosupresif, HPV.







Jarang terjadi pada orang yang memiliki pigmen melanin yang tinggi, sering terjadi pada orang yang menggunakan terapi PUVA







Sering terjadi pada usia 40-50 tahun dengan lokalisasi yang tersering adalah tungkai bawah dan secara umum ditemukan lebih banyak pada laki-laki daripada wanita







Predileksinya adalah daerah yang terpapar sinar matahari seperti kepala, leher, dan tungkai bawah.







Lesi berupa plaq, multiple, dengan daerah sekitar yang eritem, diskret yang akan menjadi hyperkeratosis. Kadang-kadang bisa juga berpigmen.







Gambaran histopatologi berupa penebalan dari lapisan epidermis dengan sel-sel yang atipik termasuk struktur adneksanya



Gambar 6 : plaq dari karsinoma epidermoid pada kaki



8.



Penatalaksanaan Pengobatan utama dari kromomikosis mencakup penggunaan anti



jamur kemoterapi.Itrakonazol dengan atau tanpa flusitosin lebih sering berhasil, meskipun respon terhadap itrakonazol sendiri lebih baik terhadap spesies C. Carrionii.Flusitosin digunakan sendiri atau kombinasi dengan amfoterisin B dapat lebih efektif, namun resisten terhadap flusitosine meningkat jika digunakan secara sendiri. Ada juga evidence lain yang menerangkan penggunaan terbinafine 250 mg lebih efektif. Thiabendazol merupakan alternatif lainnya namun obat ini tidak dapat ditoleransi oleh pasien karena efek samping pada traktus gastrointestinal. Pengobatan lain yang dianjurkan termasuk penggunaan krioterapi atau terapi panas. Penatalaksanaan secara pembedahan dapat dilakukan pada lesi yang sangat kecil, namun harus dikombinasikan dengan kemoterapi anti jamur. Pengobatan 200mg/hari



dapat



sampai



dilakukan perbaikan



dengan



pemberian



(3bulan–1tahun),



itrakonazol



Flusitosin



150-



200mg/kgBB/hari dibagi menjadi 4 dosis, Terbinafin 250mg/hari dilaporkan memberi manfaat pada beberapa kasus. Kombinasi dengan pemanasan topikal dapat membantu, demikian juga kombinasi dengan bedah beku 9.



Prognosis Prognosis baik apabila diberikan pengobatan yang tepat



2.5Misetoma mikotik 1.



Definisi Misetoma adalah penyakit kronik, supuratif dan granulomatosa yang



dapat disebabkan bakteriActinomyces dan Nocardia, yang termasuk Schizomycetes



dan



Eumycetes



atau



jamur



berfilamen.



Misetoma



merupakan suatu syndrome yang diidentikkan dengan tumor dan sinus yangmengeluarkan pus (nanah). Misetoma berlokasi pada cutaneus dan subcutaneous jaringan,fascia, ataupun pada tulang. Perubahan yang ditunjukkan berupa pembengkakan,granulomata, dan kekeringan pada



sinus. Sinus akan mengeluarkan suatu granule/grains atauseperti butiran pasir yang mengandung fungi atau bakteri. Pada pewarnaan GMS (GomoriMethenamine Silver) bentuk granule tidak teratur, yang didapatkan hiphae danclamydoconidia Pada beberapa kasus, misetoma mempunyai beberpa sinonim, yaitu Madura foot,maduromisetoma dan maduromycosis. Merupakan suatu infeksi kronis pada daerah tropismaupun subtropics, seperti yang ditemukan di Brazil, Mexico, Arab, dan beberapa daerah diIndia 2.



Etiologi  Bacterial misetoma, Disebabkan oleh bakteri dan dikenal sebagai Actinomisetoma. jenis-jenis bakt eri penyebab misetoma:  Actinomadura madurae  Actinomadura pelletieri  Streptomyces somaliensis'  fungal misetoma, Disebabkan oleh fungi dan dikenal sebagai Eumisetoma.Jenis-jenis fungi penyebab misetoma  Eumycotic misetoma (granule color)  Acremonium falci forme (white)  Acremonium recifei (white)  Aspergillus nidulans (white)  Exophiala jeanselmei (black)  Leptosphaeria senegalensis (black)  Madurella grisea (black)  Madurella misetomatis(black)  Neotestudina rosatii (white)  Pseudallesheria boydii (white to yellow)



3.



Epidemiologi Penyakit ini biasanya muncul pada para pekerja yang berada di daerah



pertanian, lebih khusus pada pria dengan usia 20-40 tahun. Penyakit ini



terjadi karena adanya spora bakteriatau fungi yang terdapat dalam tanah. Pseudoallescheria boydii spp. adalah salah satu contohfungi penyebab penyakit ini. Adanya infeksi karena penyakit ini tampak dengan adanya bentukan seperti agar-agar/ yogurt saat sudah dewasa. Penyebaran yang tidak sewajarnya juga bias terjadi, yaitu terjadinya hematogenus dan penyebaran pada limpha. Normalnya,infeksi pertama ditemukan pada daerah kaki atau tangan dan akan berjalan kearah lengan. 4.



Patofisiologi Bagian tubuh yang paling umum terkena dampak misetoma adalah kaki



bagian bawah,dengan infeksi dorsal kaki depan yang khas. Tangan adalah lokasi berikutnya yang palingumum, namun, lesi misetoma dapat terjadi di manapun pada tubuh. Lesi di dada dan punggung sering disebabkan oleh spesies Nocardia, sedangkan lesi di kepala dan leher biasanya disebabkan oleh Streptomyces somaliensis.Organisme masuk melalui trauma lokal (misalnya, luka di tangan dan kaki, trauma lokalterkait dengan tanah yang terkontaminasi).



Respon



neutrophilic



awalnya



terjadi



oleh



reaksigranulomatosa. Penyebaran terjadi melalui kulit wajah dan dapat melibatkan



tulang.Penyebaran



jarang



melalui



hematogen



atau



limfatik.Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan tambahan : Jamur masuk ke dalam kulitmelalui abrasi atau luka lecet di kaki, selanjutnya berkembang menjadi tumor di bawah kulit,menyebabkan kelainan bentuk (deformitas) pada kaki yang disebut dengan misetoma. Tumor kemudian mengalami perlunakan, terbentuk fistula atau ulkus yang mengeluarkan sekretyang megandung butir ± butir kuning kehijauan disebut dengan granula sulfur. Pederitamengeluh nyeri dan selalu disertai dengan pembengkakan kelenjar limfe regional. 5.



Histopologi Daerah abses akan ditemukan materi pyogenic dan suatu granuler yang



ditutup oleh eksudat.Pada daerah sekitar eksudat akan tampak adanya inflamasi granulomatosa, inflamasi kronis,dan granulasi pada jaringan.



6.



Faktor Yang Mempengaruhi  Kebersihan / hygiene :Lebih sering pada hygiene yang kurang yaitu melalui luka - luka atau abrasi kulityang kotor.  Lingkungan :Lingkungan yang kotor dan udara yang lembab merupakan kondisi yang baik untuk perkembangan penyakit.



7.



Gejala Klinik Gejala klinis biasanya terdiri atas pembengkakan, abses, sinus dan fistel



multiple. Di dalam sinus ditemukan butir - butir (granules) yang berpigmen yang



kemudian



penyebabnya,



dikeluarkan



misetoma



melaluieksudat.



yang



disebabkan



Berhubungan



dengan



Actinomyces



disebut



actinomycotic misetoma, yang disebabkan bakteri disebut botryomycosis dan yang disebabkan jamur berfilamen disebut maduromycosis Gejala klinis biasanya merupakan lesi kulit yang sirkumskrip dengan pembengkakan sepertitumor jinak dan harus disertai butir - butir. Inflamasi dapat menjalar dari permukaan sampaike bagian dalam dan dapat menyerang subkutis, fasia, otot dan tulang. Sering terbentuk fistel,yang mengeluarkan eksudat. Butir - butir sering bersama - sama eksudat mengalir ke luar dari jaringan.



8.



Diagnosis



Diagnosis dibuat berdasarkan klinis morfologik sesuai dengan uraian di atas. Namun biladisokong dengan gambaran histologik dan hasil biakan, diagnosis akan lebih mantap.Lagipula penentuan spesies penyebab sangat penting artinya untuk terapi dan prognosis.Diagnosis dari misetoma biasa dilakukan dengan pemeriksaan kulit, histopatologi dan isolasi.  Pemeriksaan kulit:Lokalisasi :terutama kaki, tangan, dada dan bokong.  Pemeriksaan Histopatogi :Tampak granuloma dengan serbukan sel - sel radang berupa Polimorfonuklear,Eosinofil dan makrofag. Pada bagian tengah infiltrate terlihat sel - sel epiteloid dansel datia Lagerhans.  Isolasi, Sample yang mengandung fungi diinokulasikan ke dalam Inhibitory Mould agar atauBHI agar dengan kandungan darah kambing sebesar 10% yang kemudian diinkubasi pada suhu 30°C. Skleotia harus dicuci dengan air steril atau dalam larutan antibiotic.Beberapa fungi peka terhadap cycloheximide, seperti IMA dan SDA 9.



Diagnosa Banding  Skofuloderma:Lokasi biasanya di leher atau ketiak. Timbul ulkus dengan pinggir livide dan ada jembatan - jembatan kulit.  Osteomielitis :Biasanya berupa benjolan akut berwarna merah, sekresinya pustulosa.



10. Pemeriksaan Penunjang  Pemeriksaan secret secara langsung dengann K OH 10% sulit menemukan elemen jamur.  Biakan granula sulfur dalam agar Sabauraud ; sesudah 1 –2 minggu tampak pertumbuhan koloni berwarna krem sampai coklat.  Pemeriksaan Radiologi untuk menilai derajat kerusakan 11. Penatalaksanaan



Misetoma aktinomikotik di obati dengan Penisilin prokain 2,4 - 4,8 juta unit selama 2 - 4minggu. Preparat sulfa seperti sulfadiazin 3 - 8 g / hari selama 2 - 4 minggu. Misetomaeumikotik dengan amfoterisin B intravena , kadar dalam darah 1,2 - 2 µg/ml dapatmembunuh jamur , tetapi umunya sangat resisten. Jika dengan pengobatan ini tidak menolongdianjurkan amputasi. Penyembuhan secara klinis biasanya dilakukan dengan operasi (reseksi radikal),Ketoconazole,I traconazole, bahkan amputasi kadang - kadang perlu dipertimbangkan.Misetoma disebabkan oleh fungi yang biasanya resisten terhadap kemoterapi. Bila terapi inidilakukan akan menggunakan tempo waktu yang cukup panjang. Karenanya, amputasi biasanya merupakan langkah terakhir yang dilakukanObat - obat, misalnya kombinasi kotrimoksazol dengan streptomisin dapat bermanfaat, bila penyakit yang dihadapi adalah misetoma aktinomikotik, tetapi pengobatan memerlukanwaktu lama (9 bulan - 1 tahun) dan bila kelainan belum meluas benar.



Obat



-



obat



baruantifungal,



misalnya



itrakonazol



dapat



dipertimbangkan untuk misetoma maduromikotik. Prognosis quo ad vitam umumnya baik. Pada maduromikosis prognosis quo



ad



sanationamtidak



begitu



baik



bila



dibandingkan



dengan



aktinomikosis / botriomikosis. Diseminasilimfogen atau hematogen dengan lesi pada alat - alat dalam merupakan pengecualian.



2.6Labomikosis 1.



Pengertian Lobomikosis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh jamur



Loboa Loboi atau Lacazia



2.



Gejala klinis Lesi terutama muncul di daerah yang terbuka. Area kejadian dalam



urutan frekuensi: tungkai bawah, telinga luar, tungkai atas dan



wajah; distribusi topografi mereka: tungkai bawah 32%, telinga luar 25%, tungkai atas 22%, wajah 7%, disebarluaskan 8%, sacrum 3%, thorax 2% dan leher 1%.Umumnya pasien merujuk setelah menderita lesi sebelumnya traumatis: gigitan ular, gigitan serangga, keracunan ray, luka karena penetrasi unsur-unsur, serpihan, dll Biasanya, lesi muncul sebagai plak, papula atau nodul, awalnya tunggal tetapi kemudian menjadi ganda dan disebarluaskan. Bentuk bintil kelodian adalah yang paling sering. 3.



Epidemiologi Lobomycosis telah dilaporkan hingga saat ini di sembilan negara



Amerika Selatan (Brazil, Kolombia, Suriname, Venezuela, Peru, Guyana Prancis, Guyana, Ekuador dan Bolivia) dan tiga Negara Amerika Tengah (Costa Rica, Panama dan Meksiko); dan hanya satu kasus telah dilaporkan di Eropa yang, seperti yang disebutkan sebelumnya, hasil dari manipulasi lumba-lumba. Sekarang penting untuk menunjukkan bahwa lumba-lumba lain yang terinfeksi (Turciups truncatus) ditangkap di pantai Florida. Bahkan meskipun infeksi juga telah dijelaskan dalam lumba-lumbaspesies (Turciups truncatus dan Sotalia guianense) di Venezuela, tidak ada kasus terpisah dari spesies manusia telah dilaporkan. 4.



Patogenesis Saat ini, air, bumi dan vegetasi dianggap habitat ekologis dari jamur



dan agen mengakses kulit dengan penetrasi atau trauma kecelakaan. Setelah di dermis, difagosot, memulai pertumbuhan yang lambat dan proses multiplikasi dengan menjelaskan masa inkubasi yang lama. Granuloma mikotik yang telah ditemukan di daerah kelenjar getah bening di dekat lesi pada beberapa pasien menyarankan terjadinya penyebaran limfatik; meskipun, hematogen dan kedekatan tidak dibuang. Menurut beberapa penulis, perpanjangan sebesar-besarnya lesi kulit mendukung teori penyebaran hematogen.



5.



Pengobatan Belum ada pengobatan yang efektif, ketoconazol telah terbukti tanpa



hasil yang memuaskan, serta myconazol. Trimethropin, Amfoterisin B dan 5-fluorocytosine memiliki tidak memberikan manfaat yang signifikan. Namun demikian, klofazimin, obat yang efektif diuji dalam berbagai macam mikosis, dan terutama di Nocardias, yang memiliki efek anti-inflamasi yang dikenal dalam proses granulomatosa, telah menunjukkan aktivitas therapeutical tertentu pada dosis 100 -200-mg/day. Namun, masih ada kebutuhan untuk mempelajari tindak lanjut dari kasus untuk menentukan efektivitas lengkap. 2.7Feohifomikosis 1.



Pengertian Feohifomikosis adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh jamur



golonganDematiaceae,ditandai dengan ditemukannya elemen-elemen jamur yang berwarna coklat tengguli dalam jaringan. Penyakit ini dapat mengenai kulit, jaringan bawah kulit dan organ dalam. Penyakit ini dapat menimbulkan bermacam-macam gejala lain, dari bentuk kista hingga bentuk tumor. 2.



Jamur Penyebab Jamurgolongan



dematiaceae,misalnya



Exophialajeansemei



dan



Wangiell a dermatitidis. 3.



Diagnosis Diagnosis hanya dapat dibuat dari bahan operasi kelainan otak.Pada



sediaan langsung dengan larutan KOH 10%,pada jaringan otak tampak hifa coklat bersekat,lebarnya 1,5-3 mikron atau monilioform.Pada pemeriksaan histopatologik,di dalam jaringan otak tampak hifa tengguli tersebar diseluruh kelianan atau sel bulat berangkai dengan diameter 10 mikron. 2.8Zigomikosis subkutan



1. Definisi Zygomikosis (zygomicosis) ialah mikosis yang disebabkan oleh jamur kelas zigomicetes yang dahulu disebut phycomycetes.Terdapat tiga bentuk zygomikosis,



yaitu



rinoziygomikosis



zigomikosis



entemoftora



subkutis



(fikomikosis



(entemoftoromycosis)



dan



subkutis), zigomikosis



viseralis. Pada zikomikosis subkutis dan rinozigomikosis entemoftora, jamur penyebabnya hanya menimbulkan kelainan pada kulit , selaput lendir dan jaringan dibawah kulit; penyebaran ke alat dalam sangat terjadi. sedangkan pada zigomikosis viseralis dapat terjadi kelainan pada alat dalam karena jamur penyebabnya mudah menyebar secara hematogen. 2.



Jamur Penyebab Jamur tergolong kelaszigomicetes, hifanya berbentuk lebar ( 4-30



mikron ) dan sekatnya sangat jarang; hifa yang demikian ini disebut hifa senositik. Dalam biakan, jamur ini membentuk spora seksual, yag disebut zigospora, dibentuk oleh dua sel yang sejenis. Zigospora ini mempunyai bentuk khas, besarnya antara 50-100 mikron, dindingnya tebal dan permukaannya tampak rata.Pada dinding tampak tonjolan berbentuk seperti “paruh”. Dua



ordo



yang



penting



dalam



kelas



zigomicetesialah



ordo



entomophtora menyebabkan zigomikosis subkutis dan rinozigomikosis entomoftora dan ordo mucorales, menyebabkan zigomikosis viseralis.  Zigomikosis Subkutis (fikomikosis subkutis) Diagnosis zigomikosis subkutis dibuat dengan pemeriksaan bahan biopsy dari bagian tepi rumor, yaitu dengan pemeriksaan histopatolik dan biakan. Pemeriksaan histopatologik menunjukkan jaringan granulasi bersebukan sel eosinofil dan histiosit. Tampak jamur di jaringan sebagai hifa lebar senositik, berdinding tipis, dikelilingi oleh zone merah yang disebut eosinophylic granular necrosis , ialah endapan reaksi imunologik yang sesuai dengan fenomena Splendore-



Heoppli yang ditemukan dalam hati pada skistosomiasis. Didapatkan palisade sel histiosit yang mengelilingi hifa dengan eosinophylic granular necrosis. Bila bahan biopsi ditanam pada medium agar sabouraud, tumbuh koloni filamen dengan zigospora yang khas. .  Rinozigomikosis Entomoftora Diagnosis



rinozigomikosis



entomoftora



dibuat



dengan



memeriksa jaringan biopsi dari bagian tepi tumor.Pada pemeriksaan histopatologik, jamur tampak sebagai hifa lebar senositik, dikelilingi oleh zone merah.Pada biakan bahan biopsi pada medium agar sabouraud tumbuh koloni filamen dengan zigospora yang khas. Jamur Penyebabnya ialah jamur Emtomophtora coronata, hidup sebagai



saprofit



di



tanah.Emtomophtora



coronata juga



disebut Conidiobolus coronatus.  Zigomikosis Viseralis Diagnosis zigomikosis viseralis dibuat dengan memeriksa bahan klinis berupa sputum, darah, atau jaringan. Pada pemeriksaan histopstolik, jamur tampak dalam jaringan sebagai hifa yang lebar, senositik dan bercabang, kadang-kadang jamur terdapat dalam pembuluh darah.Pada sediaan histopatologik tidak ada reaksi jaringan yang khas.Jamur banyak ditemukan dalam jaringan nekrotis. Ditempat lain tidak ditemukan reaksi jaringan. Jaringan disekeliling jamur tampak tenang.Bila bahan pemeriksaan dibiak pada medium agar Sabouraus, tumbuh koloni filamen sesuai dengan spesies jamur penyebabnya. Jamur Penyebabzigomikosis viseralis atau fikomikosis viseralis ialah



jamur



yang



termasuk



dalam



ordo



mucorales



,



yaitu mucor , Rhizopus dan Absidia. Ketiga jamur ini adalah jamur kontaminan yang terdapat di alam bebas. 2.9 Mukormikosis (fikomikosis)



1.



Pengertian Fikomikosis merupakan suatu penyakit disebabkan oleh jamur dari



kelas Phycomycetes.Terdapat 2 bentuk fikomikosis, yaitu:  Fikomikosis viseralis Merupakan fikomikosis sistemik yang disebabkan oleh jamur dari ordo Mucorales, yaitu Mucor, Rhizopus dan Absidia.Infeksinya terjadi secara inhalasi spora atau melalui alat pencernaan dan menyebar secara hematogen ke otak dan organ dalam lainnya. Gejala klinisnya tergantung pada lokalisasi kelainan dan faktor predisposisi seperti: 



Pemakaian antibiotik atau kortikosteroid dalam jangka waktu lama.







Pemakaian antibiotik dengan dosis tinggi.







Penyakit



menahun



khususnya



DM



yang



tidak



terkontrol.Prognosisnya kurang baik, terutama bila infeksi telah sampai ke otak, mata dan sinus di daerah kepala.  Fikomikosis subkutis Fikomikosis



subkutis



disebut



juga



creeping



granuloma.



Fikomikosis jenis ini disebabkan oleh Basidiobolus meristoporus. Basidiobolus meristoporus adalah jamur yang hidup di dalam alat pencernaan binatang pemakan serangga seperti kecoa, tokek, cicak, kadal dan kodok. Infeksinya terjadi secara eksogen, namun mekanismenya belum diketahui secara pasti. Gejala klinisnya tampak sebagai tumor di bawah kulit, berbatas tegas, kenyal dan tanpa gejala radang, dan tidak menyebabkan keluhan sakit. Prognosisnya baik, kadang dapat sembuh dengan sendirinya. 2.



Gejala klinis Sindroma yang berhubungan dengan mukormikosis adalah:



 Mukormikosisrinoserebralis.Merupakan infeksi pada sinus dan otak, bisa berawal sebagai infeksi sinus dan berkembang menjadi peradangan saraf kranial dan pembentukan bekuan darah yang menyumbat aliran darah ke otak (trombosis).Gejalanya berupa: 



sinusitis akut







demam







pembengkakan mata dan penurunan orbit mata (proptosis)







kemerahan pada kulit yang melapisi sinus.



 Mukormikosis pulmoner..Merupakan pneumonia yang berkembang secara progresif, yang bisa menyebar ke rongga dada, jantung dan otak. Gejalanya berupa: 



Demam







batuk (bisa berupa batuk darah)







sesak nafas.dibawah kulit.



 Mukormikosissaluranpencernaan.Gejalanya berupa muntah darah dan nyeri perut.  Mukormikosis kuteneus.Merupakan infeksi jamur pada kulit, yang ditandai dengan adanya 1 daerah pengerasan di kulit yang titik pusatnya berwarna hitam dan menimbulkan nyeri.  Mukormikosis renalis.Merupakan infeksi jamur pada ginjal, dengan gejala berupa sakit pinggang dan demam. Jika sudah mengalami penyakit ini maka penderita akan merasakan gejala yang diantaranya penyakit sinusitis, demam, pembengkakan mata dan kemerahan pada kulit.



3.



Diagnosis Sama halnya dengan penyakit lain, penyakit ini juga didiagnosis dengan



melihat gejala dan penyebab penyakit ini, khususnya yang berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh. Dari hasil diagnosis kemudian dapat diperkirakan mengenai tingkatan penyakit yang nantinya juga digunakan untuk menentukan metode pengobatan yang sesuai. Kesemua tujuan ini ditemukan setelah penderita menerima beberapa pemeriksaan fisik yang diantaranya adalah CT Scan dan MRI. Sedangkan bakteri yang menjadi penyebab infeksi akan didiagnosis melalui pembiakan dalam ruang laboratorium. 4.



Pengobatan Sebagai terapi fikomikosis subkutan dapat diberikan larutan jenuh



kalium Iodida.Mulai dari 10-15 tetes 3 kali sehari dan perlahan-lahan dinaikkan sampai timbul gejalaintoksikasi, penderita mual dan muntah. Kemudian dosis diturunkan 1-2 tetes dandipertahankan terus menerus sampai tumor menghilang. Itrakonazol berhasil mengatasifikomikosis subkutan dengan baik. 5.



Prognosis Bentuk klinis ini umumnya baik



2.10 Rinospoidiosis 1.



Pengertian



Rinospoidiosis



adalah



penyakit



yang



disebabkan



oleh



organisme Rhinosporidium seeberiyang dulunya dianggap sebagai jamur namun kini diyakini menjadi protistan perairan langka parasite ikan. 2.



Gejala klinis Gejala ini pada umumnya menyerupai bengkak, merah muda atau



merah polip dalam rongga hidung atau konjungtiva ocular. Penyakit ini paling sering terlihat pada individu usia 15-40 tahun, dengan terjadinya prefensial anak laki-laki. 3.



Patofisiologi Rhinosporidium adalah infeksi yang biasanya terbatas pada epitel



mukosa. Infeksi biasanya terjadi akibat trauma local inokulasi dengan organisme. Infeksi hidung dan nasofaring yang diamati adalah sebanyak 70%, sedangkan infeksi palpebral conjuctiviae atau struktur yang berkaitan termasuk airmata adalah sebesar 15% 4.



Diagnosis Rhinosporidiosis paling mudah dan secara definitive didiagnosis



melalui pengamata mikroskopik organisme pada slide-slide dari jaringan dibawah mikroskop. Berbentuk oval sporangia, berisi ratusan endospore, mudah diamati dan diidentifikasi dibawah mikroskop. 5.



Epidemiologi Rhinosporidium banyak ditemukan di Indian danSrilanka. Infeksiterjadi



secara eksogen, mekanismenya belum diketahui. 6.



Pengobatan Rhinosporidiosis tidak dapat diobati dengan antibiotic. Perawatan



antimikroba telah terbukti tidak efektif karena banyak dari mereka telah didasarkan pada pemahaman R.seeberi adalah fungus. Satu-satunya



pengobatan yang diketahui secara klinis berhasil melawan rhinosporidiosis adalah eksisi bedah dari polip