Miniproject PKM [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A.



Latar Belakang Persalinan atau kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin dengan tanda-tanda rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur, pengeluaran lender bercampur darah yang lebih banyak akibat robekan-robekan kecil pada serviks, ketuban pecah, serta pada pemeriksaan dalam ditandai dengan serviks yang mendatar dengan adanya pembukaan. Persalinan merupakan salah satu peristiwa penting dan senantiasa diingat dalam kehidupan wanita. Memori melahirkan, peristiwa serta orang-orang yang terlibat dapat bersifat negatif atau positif dan pada akhirnya dapat menimbulkan efek emosional dan reaksi psikososial jangka pendek dan jangka panjang. Beberapa faktor yang terbukti mempengaruhi perasaan persalinan dan kepuasan pengalaman persalinan meliputi komunikasi dan pemberian informasi, penatalaksaan nyeri, tempat melahirkan, dukungan sosial dan dukungan dari pasangan serta keluarga. Persalinan sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan tempat persalinan berlangsung. Idealnya, setiap ibu yang bersalin dan keluarga akan senantiasa memberi fasilitas dan usaha untuk melahirkan dan bekerja sama dalam suatu lingkungan yang paling nyaman dan aman bagi ibu yang melahirkan. Tempat bersalin termasuk salah satu faktor yang dapat mempengaruhi psikologis ibu bersalin. Pemilihan tempat bersalin dan penolong



persalinan yang tidak tepat akan berdampak secara langsung pada kesehatan ibu. Tempat yang paling ideal untuk persalinan adalah fasilitas kesehatan dengan perlengkapan dan tenaga yang siap menolong sewaktu-waktu terjadi komplikasi persalinan. Pemilihan tempat bersalin dan penolong persalinan yang tidak tepat akan berdampak secara langsung pada kesehatan ibu. Sampai saat ini angka kematian ibu di Indonesia masih relatif tinggi. Laporan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) terakhir memperkirakan angka kematian ibu adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2017. Bahkan WHO, UNICEF, UNFPA dan World Bank memperkirakan angka kematian ibu lebih tinggi, 420 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia, sejak tahun 2008 cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan cenderung mengalami peningkatan. Bahkan pada tahun 2011 cakupan pertolongan persalinan oleh petugas kesehatan di Indonesia telah mencapai 88,38%. Akan tetapi meningkatnya cakupan penolong kelahiran oleh tenaga kesehatan di Indonesia belum di imbangi dengan peningkatan jumlah persalinan di sarana pelayanan kesehatan. Berdasarkan latar belakang diatas, para penulis ingin melakukan penelitian tentang “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Memilih Persalinan di Fasilitas Kesehatan dan Non Fasilitas Kesehatan pada Wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu Buton Utara Tahun 2018-April 2019”



B.



Tujuan Penelitian Untuk menganalisis faktor yang dapat mempengaruhi ibu dalam memilih persalinan di fasilitas kesehatan dan non fasilitas kesehatan.



C.



Manfaat Penelitian 1.



Memberikan gambaran perilaku ibu dalam memilih tempat persalinan penolong persalinan.



2.



Mengetahui faktor yang mempengaruhi ibu dalam memilih persalinan dengan fasilitas kesehatan dan non fasilitas kesehatan.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



Berdasarkan indikator cakupan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak, pertolongan persalinan sebaiknya dilakukan dalam lingkup standar fasilitas kesehatan dan ditolong oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi, tidak termasuk dukun bayi. Persalinan yang dilakukan oleh dukun bayi. Persalina yang dilakukan oleh dukun bayi pda saat ini, masih banyak menggunakan cara-cara tradisional yang dapat berakibat terjadinya komplikasi selama persalinan. Pemeriksaan kehamilan dan persalinan ke petugas kesehatan tidak dilakukan sejak dini oleh semua ibu hamil dengan alasan mengikuti pengalaman orang tua serta kepercayaan masyarakat yang masih tinggi terhadap pelayanan dukun bayi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2015, dari data kelahiran lima tahun terakhir menunjukkan bahwa 55,4% melahirkan difasilitas kesehatan seperti rumah sakit (pemerintah dan swasta), rumah bersalin, puskesmas, puskesmas pembantu, praktek dokter atau praktek bidan. Terdapat 43,2% melahirkan di rumah dan hanya 1,4% yang melahirkan di polindes/poskesdes. Apabila dianalisis lebih lanjut, diantara data yang melahirkan di rumah, ternyata tenaga yang menolong proses persalinan adalah dokter (2,1%), bidan (51,9%), dukun (40,2%), paramedis lain (1,4%) dan keluarga (4,0%). Fakta masih adanya angka persalinan dirumah menuntut diperlukannya pengoptimalan pemberdayaan sarana dan tenaga kesehatan yang ada untuk persalinan. Melahirkan di rumah (non fasilitas kesehatan) masih kontroversial di Amerika Serikat. American Collage Obstetricians and Gynecologists (ACOG) dan American



Medical Association (AMA) mencentang melahirkan dirumah. Mereka berpendapat bahwa rumah sakit adalah tempat paling aman untuk melahirkan karena kemampuan pengelolaan rumah sakit dan keahlian dari para staf rumah sakit segera tersedia jika komplikasi muncul tiba-tiba. Sedangkan menurut Permenkes nomor 97 tahun 2014 pasal 14 ayat (1) dijelaskan bahwa persalinan harus dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pemilihan tempat persalinan dan penolong persalinan bisa dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya pendidikan ibu dan keluarga, jarak dengan fasilitas pelayanan kesehatan, alat transportasi, letak demografi daerah dan pengetahuan dalam mencari penolong persalinan yang aman. Pengetahuan tersebut akan mempengaruhi keputusan dalam meminta bantuan penolong persalinan. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam memilih penolong persalinan oleh tenaga kesehatan adalah tenaga kesehatan dapat meminimalkan komplikasi. Apabila terjadi komplikasi bisa segera diketahui dan dirujuk ke rumah sakit, memberikan perhatian secara khusus disaat proses persalinan berlangsung, memperhatikan kemajuan persalinan, waspada bila tiba-tiba timbul kelainan yang akan menganggu atau menghambat persalinan, melakukan kunjungan rumah dan memberikan pelayanan KB setelah melahirkan. Kepatuhan ANC juga mempengaruhi ibu dalam memilih penolong persalinan. Hubungan antara kepatuhan Antenatal Care dengan pemilihan penolong persalinan dimana ibu yang tidak patuh melakukan ANC lebih memilih dukun sebagai penolong persalinan, sebaliknya ibu yang patuh melakukan ANC akan memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan.



Di negara berkembang, sebagian masyarakat mungkin tidak mampu membayar biaya perawatan medis atau tidak dapat mengaksesnya, sehingga melahirkan dirumah menjadi satu-satunya pilihan yang tersedia dan bahkan mungkin tidak dapat dibantu oleh tenaga professional sehingga hanya dukun atau menolong sendiri tanpa bantuan siapapun. Keterjangkauan masyarakat termasuk jarak akan fasilitas kesehatan menjadi pengaruh dalam pemilihan tempat persalinan dan penolong persalinan. Diketahui pula, bahwa akses terhadap pelayanan kesehatan merupakan keterjangkauan lokasi tempat pelayanan, jenis dan pelayanan yang tersedia. Laporan Riskesdas 2015, persentase tempat ibu melahirkan menurut tempat persalinan berdasarkan karakteristik tempat tinggal dan status ekonomi. Di pedesaan umumnya persalinan dilakukan dirumah/lainnya, sedangkan di perkotaan melahirkan di fasilitas kesehatan lebih banyak. Semakin tinggi status ekonomi lebih memilih tempat persalinan di fasilitas kesehatan, sebaliknya untuk persalinan dirumah makin rendah staus ekonomi, persentase persalinan di rumah makin besar. Artikel dari Acta Obstetricia et Gynecologica Scandinavica menerbitkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan ibu memilih bersalin dirumah, diantaranya lingkungan rumah yang nyaman, tidak suka dengan rumah sakit atau rumah bersalin, dapat mengurangi stress dan mempunyai kontrol atau otonomi yang lebih besar terhadap diri sendiri. Rumah merupakan lingkungan yang sudah dikenal sehingga dapat merasa nyaman dan relaks selama persalinan, tempat dapat mempertahankan privasi dan dikelilingi oleh orang-orang yang di inginkannya, yang memberikan dukungan dan ketenangan pada dirinya.



Proses kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses yang melibatkan banyak orang, tidak hanya pasangan suami istri, tetapi meliputi seluruh anggota keluarga baik dari pihak istri maupun suami. Dibanyak daerah di Indonesia, keputusan bahkan ditentukan oleh orang tua dari pihak istri atau suami atau kerabat yang dituakan. Mereka menentukan semua hal penting yang berhubungan dengan persalinan, memilih tempat persalinan tenaga penolong persalinan, juga kebiasaan lain yang harus dilakukan oleh ibu setelah melahirkan. Mereka juga yang menentukan perlu tidaknya ibu bersalin dibawa ke tempat pelayanan kesehatan bila persalinan mengalami komplikasi. Sering terjadi seorang ibu sampai dirumah sakit dalam keadaan sangat lambat atau bahkan meninggal di perjalanan menuju rumah sakit hanya karena setiap anggota keluarga tidak mencapai kata sepakat untuk membawanya berobat. Uraian diatas telah menjelaskan mengenai pengaruh karakteristik persalinan dan tingginya AKI di Indonesia. Persalinan institusional sebenarnya merupakan pilihan terbaik dalam menurukan AKI, tetapi mengoptimalkan persalinan non institusional dan memperbaiki sistem rujukan didaerah merupakan pilihan yang rasional saat ini.



BAB III METODE PENELITIAN



A.



Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.



B.



Lokasi dan Waktu Penelitian Waktu dan tempat penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-April tahun 2019 di Puskesmas Kulisusu, Buton Utara.



C.



Sampel Penelitian Sampel pada penelitian ini adalah seluruh calon ibu dan ibu yang telah melahirkan yang berkunjung di Posyandu dan di Puskesmas Kulisusu, orang-orang yang terlibat langsung maupun tidak terlibat langsung dalam keputusan ibu memilih tempat persalinan di wilayah kerja Puskesmas Kulisusu, serta bidan-bidan di Puskesmas Kulisusu.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



A.



Visi dan Misi Puskesmas Kulisusu 1.



Visi Mewujudkan masyarakat Kulisusu yang sehat dan mandiri.



2.



Misi a. Melaksanakan pelayanan kesehatan tingkat pertama dengan motto 7 S (Senyum, Sapa, Salam, Suluh, Sopan, Santun dan Sembuh) b. Melakukan kegiatan promotif, preventif dan kuratif c. Meningkatkan peran serta aktif masyarakat terhadap kesehatan



B.



Gambaran Umum dan Perilaku Penduduk Wilayah Puskesmas Kulisusu 1.



Geografis Puskemas Kulisusu berada dalam wilayah administrasi kecamatan Kulisusu Kab. Buton Utara dengan wilayah kerja meliputi 5 kelurahan dan 15 desa dengan luas wilayah 83,0 km2 dengan wilayah yang terluas yaitu di Desa Eelahaji dengan luas wilayah 30,50 km2 . Hal ini dapat dilihat dalam grafik dibawah ini : Grafik 1. Luas Wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu tahun 2018



Sebagian besar wilayah kerja puskesmas kulisusu terdiri atas dataran tinggi dan dataran rendah yang secara administrasi berbatasan dengan : 1.



Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kulisusu Utara



2.



Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan kulisusu barat dan kecamatan Bonegunu.



3.



Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Rombo



4.



Sebelah timur berbatasan dengan laut banda Keadaan iklim yang mempengaruhi meliputi musin kemarau dan musim hujan



dengan curah hujan yang cukup tinggi. Keadaan ini sangat mempengaruhi pola penyakit yang disebarkan oleh vektor dan tingkat pencemaran terhadap sumber air bersih yang dikonsumsi oleh masyarakat. Begitu pula dengan penyakit yang penyebarannya melalui media udara sangat berpengaruh terutama penyakit saluran pernapasan.



2.



Kependudukan Jumlah penduduk yang berdomisili dalam wilayah kerja Puskesmas Kulisusu sekitar 19.515 jiwa, laki-laki sebanyak 9.267 jiwa dan perempuan sebanyak 9.157 jiwa yang tersebar di 15 desa dan kelurahan yang terdiri atas berbagai etnis, agama, budaya dan tingkat pendidikan. Tingkat mobilitas penduduk yang cukup tinggi, baik yang menggunakan kendaraan darat maupun laut sangan mempengaruhi penyebaran penyakit terutama penyakit yang berasal dari luar daerah. Berdasarkan grafik 2 desa/kelurahan yang memiliki jumlah penduduk dan jumlah RT terbanyak yaitu kelurahan Wandaka, dimana jumlah penduduk sebanyak 2.926 dan jumlah RT sebanyak 666, dengan rata-rata jiwa/rumah tangga sebesar 4,40 jiwa, hal ini dapat dilihat lebih rinci pada grafik di bawah ini :



Grafik 2. Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu Tahun 2018.



Jumlah penduduk terbanyak dapat dilihat pada grafik 3 dimana pada rentang umur 0-4 tahun sebanyak 7.611 orang dengan jumlah laki-laki 3.897 dan perempuan 3.714 dan jumlah penduduk paling sedikit pada rentang 70 - 74 tahun sebanyak 836 orang dengan jumlah laki-laki sebanyak 399 orang dan perempuan 437 orang. Sedangkan untuk rentang umur yang masuk dalam kategori produktif (20-35 tahun) sebanyak 13.312 orang. Adapun rasio jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebesar 94,93 dan rasio beban tanggungan sebesar 44,0 per 100 penduduk produktif. Hal ini menunjukan bahwa dengan usia produktif sebanyak itu banyak berisiko untuk terkena dampak penyakit dari pekerjaannya. Grafik 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu tahun 2018



Selain itu juga dengan tingkat pendidikan, budaya dan agama sangat mempengaruhi penerimaan motivasi dari inovasi baru yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan. Untuk keinginan dan kemauan dari masyarakat itu sendiri untuk melakukan langkah langkah yang menunjang kegiatan tersebut.



3.



Jumlah Posyandu dan Posbindu PTM a. Grafik Posyandu Grafik 4. Jenis Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu tahun 2018



b. Grafik Posbindu PTM Grafik 5. Jumlah Desa yang telah memiliki Posbindu PTM di Wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu tahun 2018



4.



Sosial dan Ekonomi Mata pencaharian penduduk pada umumnya pertanian dalam arti luas yang meliputi petani dibilang pangan, perkebunan, dan pengelolaan dan budidaya hasil laut. Sedangkan yang lainnya terdiri dari pedagang, pegawai negeri, maupun TNI/POLRI termasuk pegawai swasta, buruh harian, dan sisanya tidak memiliki mata pencaharian yang jelas. Keadaan ini sangat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat terutama yang ada kaitannya dengan kebutuhan pokok sehari hari (gizi masyarakat, pakaian, kondisi perumahan dan kemampuan serta kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan pendidikan yang memadai).



5.



Lingkungan Fisik dan Biologi Keadaan lingkungan fisik sangat besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan masyarakat. Banyak jenis penyakit menular yang disebarkan oleh vektor penyakit. Kondisi lingkungan yang tidak mendukung kesehatan akan menyebabkan tingkat penyebaran penyakit akan cepat meningkat, hal ini sangat erat kaitannya dengan densitas populasi vektor penyakit. Lingkungan yang kotor merupakan tempat yang cocok dan menguntungkan untuk tempat perindukan vektor penyakit. Begitu pula dengan keadaan perumahan yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan mempermudah penyebaran agen penyakit yang pada akhirnya akan menimbulkan penyakit. Penyakit seperti infeksi saluran pernapasan bagian atas termasuk TB paru akan cepat menular pada kondisi lingkungan perumahan yang tidak memenuhi syarat sebagai rumah sehat. Sarana air bersih yang digunakan masyarakat akan mempermudah terjadinya penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air (Water Borne Disease).



Di wilayah kerja Puskesmas Kulisusu umumnya masyarakat masih tinggal diperumahan kumuh dengan sarana air bersih dan lingkungan yang tidak memadai sehingga berisiko terjadinya penularan penyakt baik melalui udara (Air Bone Disease), penyakit yang menular melalui air (water borne disease) maupun melalui makanan (food borne disease).. Kondisi ini akan menimbulkan tingkat penyebaran penyakit tersebut lebih cepat meluas mengenai seluruh masyarakat dan bila hal ini tidak diatasi secepatnya akan menimbulkan angka kematian yang tinggi.



6.



Keadaan Umum Puskesmas Kulisusu adalah puskesmas perawatan yang dilengkapi dengan tempat tidur untuk pasien rawat inap atau merupakan salah satu puskesmas rujukan dari puskesmas lain yang ada disekitarnya. Puskesmas Kulisusu juga terdapat beberapa unit pelayanan seperti : Tabel 1. Keadaan Umum Puskesmas Kulisusu



No. 1



Unit Pelayanan KIA dan 15 Bidan Desa Klinik keluarga berencana yaitu Desa Linsowu dan Kelurahan Lipu serta klinik keluarga Berencana Kulisusu dengan wilayah pelayanan meliputi



2



kelurahan Lipu, Kelurahan Bangkudu, Desa Loji, Desa Kalibu, Desa Eelahaji, Desa Jampaka, dan Desa Tomoahi.



3



Unit Gawat Darurat dengan pelayanan 1x24 jam



4



Surveilans dan Diare



5



Poliklinik Gigi



6



Usaha Kesehatan Sekolah dan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah



7



Perkesmas



8



Gizi



C.



9



Juru Imunisasi



10



Promosi Kesehatan



11



Sanitarian



12



Laboratorium Sederhana



13



Poliklinik Umum



14



Apotek dan Gudang obat



15



Unit Rawat Inap



16



6 Puskesmas Pembantu



17



1 unit Puskesmas Keliling



18



1



unit Ambulance Transport



Data Analitik Persalinan Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan disertai narasi yang dianalisis secara



deskriptif.



Analisis



deskriptif



digunakan



untuk



mendeskripsikan



atau



menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya, bermaksud untuk membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis ini berupa akumulasi data dasar dalam bentuk deskripsi untuk mencari atau menerangkan tentang keterikatan hubungan atau melakukan penarikan kesimpulan. Pendekatan kuantitatif bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang faktor apa saja yang mendorong keputusan ibu dalam memilih fasilitas persalinan. Tabel 2. Data Persalinan Tahun 2018 (Januari-Desember) Tempat Persalinan Jumlah Ibu No. Desa/Kelurahan Bersalin Fasilitas Non Fasilitas



1 2 3 4 5



Tomoahi Jampaka Eelahaji Kalibu Laangke



15 7 13 16 18



14 5 13 10 13



1 2 0 6 5



6 7 8 9 10 11 12 13 14 15



Loji Bangkudu Kadacua Saraea Lipu Wandaka Wasalabose Lakonea Banu-banua Linsowu Jumlah



21 45 18 21 23 30 14 22 17 11 291



16 44 10 21 21 24 8 14 11 9 233



5 1 8 0 2 6 6 8 6 2 58



Tabel 2. menjelaskan bahwa jumlah ibu bersalin di Puskesmas Kulisusu tahun 2018 adalah 291 pasien, dengan yang melakukan persalinan di fasilitas kesehatan mencapai 233 pasien (80%) dan yang melakukan persalinan di non fasilitas kesehatan 58 pasien (19,9%). Dari data diatas, Kelurahan Eelahaji dan Saraea mampu melaksanakan pedoman dengan jumlah ibu yang melahirkan di non fasilitas kesehatan mencapai 0 pasien (0%). Sedangkan jumlah ibu yang melahirkan di non fasilitas kesehatan terbanyak di Kelurahan Kadacua, mencapai 8 pasien (44,4%) dari 18 ibu yang melahirkan.



Tabel 3. Data Persalinan Tahun 2019 (Januari-April) Tempat Persalinan Jumlah Ibu No. Desa/Kelurahan Bersalin Fasilitas Non Fasilitas



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15



Tomoahi Jampaka Eelahaji Kalibu Laangke Loji Bangkudu Kadacua Saraea Lipu Wandaka Wasalabose Lakonea Banu-banua Linsowu Jumlah



2 2 7 5 7 8 21 5 18 13 19 7 6 4 9 133



2 1 6 3 4 7 20 5 18 12 19 7 5 1 2 112



0 1 1 2 3 1 1 0 0 1 0 0 1 3 7 21



Tabel 3. menjelaskan bahwa jumlah ibu bersalin di Puskesmas Kulisusu dari bulan Januari-April tahun 2019 adalah 133 pasien, dengan yang melakukan persalinan di fasilitas kesehatan mencapai 112 pasien (84,2%) dan yang melakukan persalinan di non fasilitas kesehatan 21 pasien (15,7%). Dari data diatas, Kelurahan Tomoahi, Kadacua, Saraea, Wandaka, dan Wasalabose mampu melaksanakan pedoman dengan jumlah ibu yang melahirkan di non fasilitas kesehatan mencapai 0 pasien (0%). Sedangkan jumlah ibu yang melahirkan di non fasilitas kesehatan terbanyak di Kelurahan Linsowu, mencapai 7 pasien (77,7%) dari 9 ibu yang melahirkan.



D.



Hasil dan Pembahasan 1. Pengetahuan Ibu Pengetahuan ibu yang bersalin di non fasilitas kesehatan kurang dibandingkan dengan ibu yang bersalin di fasilitas kesehatan tentang kesehatan kehamilan dan persalinan. Pengetahuan terhadap tanda-tanda persalinan dan tanda bahaya pada persalinan yang didapatkan dari informan juga berbeda-beda, ibu yang bersalin di non fasilitas kesehatan kurang memahami dan mengerti dibandingkan dengan ibu yang bersalin di fasilitas kesehatan. Hal ini dikarenakan akses pelayanan kesehatan tentang informasi kesehatan yang kurang mereka terima, maupun informasi dari media massa lainnya. Pengetahuan merupakan faktor penguat (predisposing factor) yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap pengambilan keputusan kearah yang lebih baik. pengetahuan dianggap baik jika seseorang mengambil keputusan yang tepat terkait dengan masalah yang dihadapi, namun mereka yang mempunyai pengetahuan rendah akan mengambil keputusan yang sebaliknya. Tingkat pendidikan dan sumber informasi yang diterima mempengaruhi pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan



mengenai kehamilan dan persalinan, sehingga pengetahuan yang didapat tentang kehamilan, persalinan serta risiko-risikonya diharapkan menjadi acuan dalam setiap sikap dan perilaku kesehatan ibu dalam pemilihan penolong persalinan. 2. Akses Pelayanan Kesehatan Jarak pelayanan kesehatan yang tidak terjangkau oleh masyarakat dapat mengakibatkan masyarakat memilih untuk mencari pertolongan persalinan yang lebih dekat. Lokasi rumah penduduk yang terpencil, jauh dari fasilitas kesehatan, sehingga masyarakat lebih memilih persalinan dirumah. selain minimnya sarana transportasi, persepsi yang salah tentang keamanan persalinan dirumah juga menyebabkan masyarakat memilih untuk melahirkan dirumah. Desa-desa yang jauh dari rumah sakit justru sebagian besar melahirkan dirumah, hal ini disebabkan oleh akses terhadap pelayanan kesehatan yaitu merupakan keterjangkauan lokasi tempat pelayanan, jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia. 3. Dukungan Suami dan Keluarga Pemilihan tempat persalinan yang diputuskan oleh ibu merupakan saran, anjuran atau paksaan dari suami/keluarga. Dukungan ini dapat memberikan motivasi kepada ibu dalam menjalankan proses persalinannya. Suami dapat memberikan dukungan jauh sebelum saat kelahiran tiba sehingga suami juga mengetahui apa yang dapat dilakukannya saat istrinya menjalani proses persalinan. Mendampingi istri saat melahirkan juga akan membuat suami semakin menghargai istri dan mengeratkan hubungan bathin di antara suami istri serta bayi yang baru lahir. 4. Tradisi/Budaya Nilai dan norma menjadi pegangan masyarakat desa dalam mengatur tingkah lakunya. Norma menjadi ukuran, pedoman, aturan atau kebiasaan agar orang dapat melakukan penilaian apakah sesuatu itu termasuk benar atau salah. Dalam hal ini



kesehatan ibu dan anak, perilaku yang terlihat masih cukup banyak diwarnai dengan religi ataupun kepercayaan yang masih dianut. Masyarakat masih memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap dukun bayi karena dukun bayi merupakan orang yang berpengalaman dalam hal kehamilan, persalinan dan tradisi/budaya yang berlaku dalam lingkungan mereka. Bagi masyarakat yang tinggal didaerah yang sulit terisolir, menganggap bahwa petugas kesehatan hanya melakukan pertolongan persalinan jika terjadi komplikasi saja, jika persalinan itu aman-aman saja maka dukun bayi yang menolong persalinan tersebut. Kepercayaan terhadap tradisi masih dipegang erat oleh masyarakat di pedesaan dan kurang dilaksanakan di perkotaan. Kepercayaan sebagai unsur budaya tidaklah mudah untuk mengubahnya. Unsur ini sulit diterima masyarakat khususnya bila menyangkut ideologi dan falsafah hidup. Berbeda dengan kelompok masyarakat perkotaan yang lebih bersifat individualistik sehingga kedekatan satu sama lain sudah berkurang. Status sosialnya yang heterogen dengan mata pencaharian penduduk yang berbagai macam serta kompetitif, tidak bergantung kepada alam membuat masyarakat kota lebih dinamis.



BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil pengamatan diatas didapatkan jumlah ibu yang melahirkan di non fasilitas kesehatan cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, pengetahuan ibu yang kurang mengenai kehamilan dan risiko-risiko yang dapat terjadi dalam proses persalinan sehingga sebagian ibu lebih memilih melahirkan di non fasilitas kesehatan dibandingkan di fasilitas kesehatan. Akses pelayanan kesehatan yang sulit dijangkau juga sangat mempengaruhi masyarakat lebih memilih untuk melahirkan di non fasilitas kesehatan. Dukungan keluarga yang kurang juga mempengaruhi pengambilan keputusan mengenai tempat yang tepat untuk melakukan persalinan. Budaya dan tradisi juga sangat berpengaruh terhadap pemilihan sarana persalinan dimana masyarakat masih memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap dukun bayi dan menganggap bahwa petugas kesehatan hanya melakukan pertolongan persalinan jika terjadi komplikasi persalinan saja.



B. Saran 1. Bagi Masyarakat Diharapkan masyarakat dapat lebih meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan kehamilan dan persalinan, baik mengenai tanda-tanda persalinan dan tanda bahaya pada persalinan dengan mengikuti penyuluhan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan, mencari informasi melalui media massa, internet, agar dapat dengan bijak memilih persalinan di fasilitas kesehatan. 2. Bagi Tenaga Kesehatan Diharapkan bagi petugas kesehatan agar dapat lebih meningkatkan frekuensi pemberian penyuluhan/edukasi tentang penyakit kesehatan kehamilan dan persalinan, dalam upaya



mencegah persalinan yang dilakukan di non fasilitas kesehatan. Serta diharapkan keaktifan dari kader posyandu ataupun aparat desa agar lebih ditingkatkan lagi dalam mengajak para ibu hamil agar melakukan persalinan di fasilitas kesehatan. 3. Bagi Ibu Hamil Agar rutin dalam memeriksakan kehamilannya ke pelayanan kesehatan atau Rumah Sakit, mengikuti penyuluhan mengenai kesehatan kehamilan dan tanda bahaya persalinan agar memiliki kesasadaran untuk melakukan persalinan di fasilitas kesehatan.



LAPORAN MINI PROJECT DOKTER INTERNSIP



ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM MEMILIH PERSALINAN DI FASILITAS KESEHATAN DAN NON FASILITAS KESEHATAN PADA WILAYAH KERJA PUSKESMAS KULISUSU BUTON UTARA FEBRUARI-APRIL 2019



Disusun Oleh : dr. Dian Sari Eni Mosa dr. Sri Wunasari Nasir dr. Venny Kumala Sari Y. dr. Yuni Astasya Ilyas



Dokter Pembimbing : dr. Soehalino



DOKTER INTERNSIP PERIODE I PUSKESMAS KULISUSU, KAB. BUTON UTARA KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2019