Model Evaluasi Responsif [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODEL EVALUASI RESPONSIF Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan Dosen Pengampu Sudharno Dwi Yuwono, M.Pd



Disusun Oleh: Kelompok 4 kelas 4D 1. Nur Rizqillah Almaulidah 1601015116 2. Dwi Rahmi W



1601015071



3. Rizka Novita Sari



1601015080



4. Zean Rizkilah



1601015063



5. Siti Fatimah



1601015100



6. Siti Dina Novita Astuti



1601015125



7. Hana Atikah



1601015075



PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA JAKARTA 2018



KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarokatuh Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan pokok bahasan “Model Evaluasi Responsif”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pendidikan. Makalah ini merupakan hasil dari tugas kelompok bagi para mahasiswa, untuk belajar dan mempelajari lebih lanjut dalam memahami konseli, karena dalam model evaluasi responsif ini berorientasi pada aktivitas, keunikan dan keragaman sosial dari program. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menumbuhkan proses belajar cara berkelompok kepada mahasiswa, agar kreativitas dan penguasaan materi kuliah dapat optimal sesuai dengan yang diharapkan sehingga mahasiswa memahami teori dari masing-masing ahli, dan ilmu yang didapat dapat diaktulisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan pengembangan penyusunan tugas makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan senantiasa menjadi pedoman dalam belajar untuk meraih prestasi yang gemilang.



Jakarta,



April 2018



Penyusun



DAFTAR ISI



Halaman KATA PENGANTAR .........................................................................................................i DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1 A. Latar Belakang...........................................................................................................1 B. Rumusan Masalah .....................................................................................................2 C. Tujuan Penulisan .......................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3 A. Latar Belakang Pembuat Model Evaluasi Responsif ................................................ B. Tujuan Model Evaluasi Responsif............................................................................. C. Langkah-langkah dalam melakukan Model Evaluasi Responsif ............................... D. Bukti Penggunaan Model Evaluasi Responsif dalam Pendidikan ............................ BAB III PENUTUP SIMPULAN ........................................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................



BAB I LATAR BELAKANG Bimbingan dan Konseling berada pada ranah pendidikan membutuhkan adanya peningkatan mutu agar senantiasa mampu memenuhi kebutuhan individu baik di sekolah maupun masyarakat pada umumnya. Guru pembimbing sebagai tenaga profesional senantiasa melakukan yang terbaik setiap hari dengan melakukan perbaikan, dan inovasi. Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh guru adalah evaluasi pembelajaran. Kompetensi ini sejalan dengan tugas dan tanggung jawab guru dalam pembelajaran, yaitu mengevaluasi pembelajaran termasuk didalamnya melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar. Menurut Dewa Ketut Sukardi (1990:47), evaluasi program bimbingan adalah segala upaya tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan. Adanya evaluasi BK yang terus menerus akan senantiasa membantu guru pembimbing untuk dapat melakukan perbaikan dan inovasi dalam penyelenggaraan BK di sekolah. Dengan adanya perbaikan dari segi pelayanan itu juga akan memberi dampak yang positif terhadap anak bangsa. Dalam melakukan evaluasi, perlu mempertimbangkan model evaluasi yang akan digunakan.



Model



evaluasi



merupakan



suatu design yang



dibuat



oleh



pakar



evaluasi. Banyak model evaluasi yang menggambarkan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh guru. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas tentang salah satu model evaluasi yaitu model evaluasi responsif.



A. Rumusan Masalah 1. Siapa Pembuat Model Evaluasi Responsif? 2. Apa Tujuan dari Evaluasi Responsif? 3. Bagaimana cara Melakukan Model Evaluasi Responsif? 4. Bagaimana Bukti Penggunaan dalam Model Evaluasi Responsif dalam Pendidikan?



B. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui tokoh dari pembuat model evaluasi responsif 2. Mengetahui tujuan dari evaluasi responsif 3. Mengetahui cara melakukan model evaluasi responsif 4. Mengetahui penggunaan model evaluasi responsif dalam pendidikan sesuai dengan hasil riset.



BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Pembuat Model Evaluasi Responsif Model evaluasi responsif (responsive evaluation model) merupakan model penelitian evaluatif yang bersifat kualitatif. Pendekatan yang lebih bersifat fleksibel, dengan mampu mendengarkan pandangan dari beragam perspektif yang berbeda. Pendekatan yang bersifat informal, dan tentu terkadang mempertaruhkan idealisme dalam pengukuran untuk mendapatkan kemanfaatan. Tidak menggunakan cara yang ketat dalam mengembangkan alat ukur dan juga perhitungan statistik. Evaluasi ini juga diberi nama evaluasi yang berpusat pada klien. Penelitian responsif mengambil sampel dengan cara purposive (secara sengaja), mencari informasi dari pihak yang bersebrangan, dan laporan bersifat ekspresif atau disesuaikan dengan kebutuhan. Evaluasi



responsive



dikembangkan



pada



tahun



1975



oleh



Robert



Stake. Evaluasi menurut Stake adalah usaha mendeskripsikan program-program dan memberikan judgement kepadanya. Stake mengatakan bahwa evaluasi tidak sempurna jika tidak memberikan judgement. Dalam memberikan judgement dapat digunakan standar atau kriteria absolute (mutlak) atau relative. Stake menawarkan tiga fase dalam evaluasi, yakni antecedent (pendahuluan atau persiapan), transaction-process (transaksi, proses implementasi) dan autcome (keluaran atau hasil). Penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Antecedent dimaksudkan untuk menilai sumber/modal/input, seperti tenaga keuangan, karakteristik siswa dan tujuan yang ingin dicapai. 2. Tahap transaksi dimaksudkan untuk menilai rencana kegiatan dan proses pelaksanaannya, termasuk ke dalamnya urutan kegiatan, penjadwalan waktu, bentuk interaksi yang terjadi dan seterusnya.



3. Outcomes dimaksudkan untuk menilai efek dari program setelah selesai dilaksanakan. Untuk lebih ringkasnya perhatikanlah tabel 2, berikut ini:



Tabel 2: Fase Evaluasi menurut Stake Tahap



Deskripsi



Antecedent



Tujuan



Judgement (merupakan Standar



kriteria



yang



tujuan/ sasaran dan efek-efek antecedent (persiapan) yang



diinginkan). digunakan



sebagai



Mengumpulkan data tentang perbandingan. aktivitas dan kejadian selama (proses tahap



ini,



dasar



Judgement membandingkan



mendeskripsi tujuan, observasi dan standar).



kondisi yang ada. Transaksi



Tujuan



(melaksanakan Standar



program). Observasi sehari-hari



digunakan (perilaku dari



pelaksana



nyata



(hasil-hasil



yang



dirumuskan



Observasi data



yang dasar



perbandingan. (proses



termasuk membandingkan



Tujuan



diramalkan)



sebagai



peserta, Judgement



penggunaan media, tes, dst). Outcomes



kriteria



tujuan,



observasi dan standar).



apakah Standar



kriteria



atau digunakan



sebagai



yang dasar



perbandingan. mengumpulkan Judgement membandingkan observasi dan standar).



(proses tujuan,



1. Tiga Kriteria Model Evaluasi Responsif Stake Dibandingkan dengan pendekatan lainnya, evaluasi responsif lebih berorientasi pada aktivitas, keunikan dan keragaman sosial dari program. Evaluasi responsif adalah sebuah pendekatan untuk evaluasi pendidikan dan program lainnya. Evaluasi responsif ditandai oleh ciri-ciri penelitian kualitatif naturalistik. Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Tylor dalam Moleong ,1993:3). Pendekatan naturalistik adalah cara mengamati dan mengumpulkan data yang dilakukan tanpa memanipulasi subjek yang diteliti . Evaluasi responsif percaya bahwa evaluasi yang berarti yaitu mencari pengertian isu dari berbagai sudut pandang semua orang yang terlibat, yang berminat, dan yang berkepentingan dalam program. Wirawan (2011: 89) mengatakan bahwa pada awalnya Stake menamai model evaluasi ini Countenance of Educational Evaluation, sedangkan Daniel L. Stufflebeam dan Anthony J. Shinfield (1985) memberi nama model ini sebagai Client-centered Evaluation atau evaluasi yang berpusat pada klien. Menurut Stake, evaluasi disebut responsif jika memenuhi tiga kriteria: a. Lebih berorientasi secara langsung kepada aktivitas program dari pada tujuan program b. Merespon kepada persyaratan kebutuhan informasi dari audiens c. Perspektif nilai-nilai yang berbeda dari orang-orang dilayani dilaporkan dalam kesuksesan dan kegagalan dari program. Dalam evaluasi responsif lebih dikenal isu ketimbang rumusan masalah. Isu merupakan hal penting yang menjadi kajian, atau sebuah studi evaluasi. Hal yang menjadi permasalahan sebuah program dapat menjadi isu dalam penelitian. Karena itu pemahaman awal akan program yang dievaluasi dapat memudahkan dalam



menentukan isu. Evaluasi tidak diartikan sebagai pengukuran melainkan pemberian makna atau melukiskan sebuah realitas dari berbagai perspektif orang-orang yang terlibat, berminat dan berkepentingan dengan program pembelajaran. Pendekatan ini adalah sistem yang mengorbankan beberapa fakta dalam evaluasi dengan harapan dapat meningkatkan penggunaan hasil evaluasi kepada individu atau program itu sendiri. Model ini berdasarkan pada apa yang biasa individu lakukan untuk menilai suatu perkara. Untuk melaksanakan evaluasi ini, evaluator dipaksa bekerja lebih keras untuk memastikan individu yang dipilih memahami apa yang perlu dilakukan. Evaluator juga perlu membuat prosedur yang baku dan mencari serta mengatur tim untuk memperhatikan pelaksanaan program tersebut. Dengan bantuan tim, evaluator akan menyediakan catatan, deskripsi, hasil tujuan serta membuat grafik. Pendekatan ini adalah sistem yang mengorbankan beberapa fakta dalam evaluasi dengan harapan dapat meningkatkan penggunaan hasil evaluasi kepada individu atau program itu sendiri. Model ini berdasarkan pada apa yang biasa individu lakukan untuk menilai suatu perkara. Untuk melaksanakan evaluasi ini, evaluator dipaksa bekerja lebih keras untuk memastikan individu yang dipilih memahami apa yang perlu dilakukan. Evaluator juga perlu membuat prosedur yang baku dan mencari serta mengatur tim untuk memperhatikan pelaksanaan program tersebut. Dengan bantuan tim, evaluator akan menyediakan catatan, deskripsi, hasil tujuan serta membuat grafik. Adapun tahapannya, yaitu: 1. Pelaksanaan awal evaluasi, evaluator dan klien (stakeholder) membuat perundingan tentang kontrak mengenai tujuan penilaian, validitas dan jaminan kerahasiaan. 2. Mengenal pasti concern (perhatian), isu dan nilai-nilai dari stakeholder.



3. Mengumpulkan informasi yang memiliki hubungan dengan tujuan, isu, nilai yang dikenal pasti oleh stakeholder. 4. Penyediaan laporan mengenai keputusan atau alternatif. Laporan ini mengandung



beberapa



isu-isu



dan



perhatian



yang



dikenal



betul



oleh stakeholder. 2. Pola Pikir Stake mengenai Evaluasi Evaluator melayani berbagai jenis klien termasuk para guru, para administrator sekolah, pengembang kurikulum, pembayar pajak, para legislator, dan masyarakat pada umumnya yang sering mempunyai perbedaan kebutuhan. Para evaluator harus berinteraksi secara terus-menerus untuk merespons kebutuhan para kliennya.



Kunci



dalam



evaluasi



responsif



adalah



evaluator



harus



mau



mendengarkan audience-nya. Daniel L. Stufflebeam dan Anthony J. Shinfield (1985) mengemukakan pola pikir Stake mengenai evaluasi sebagai berikut. a. Evaluasi harus membantu audiens untuk melihat dan memperbaiki apa yang mereka lakukan karenanya disebut evaluasi berpusat pada klien. b. Para evaluator harus melukiskan program-program dalam kaitan dengan faktorfaktor yang mendahului, transaksi, dan manfaat evaluasi. c. Yang harus diteliti pada evaluasi antara lain efek sampingan, pencapaian insidensial, dan manfaat dari program. d. Para evaluator harus menghindari membuat kesimpulan akhir sumatif, ia harus mengumpulkan, menganalisis, dan merefleksikan penilaian berbagai pemangku kepentingan yang mempunyai minat terhadap objek evaluasi.



B. Tujuan Model Evaluasi Responsif Tujuan evaluasi adalah untuk memahami semua komponen program melalui berbagai sudut pandangan yang berbeda. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan, maka model ini kurang percaya terhadap hal-hal yang bersifat



kuantitatif. Instrumen yang digunakan pada umumnya mengandalkan observasi langsung maupun tak langsung dengan interpretasi data yang impresionistik.



C. Langkah-langkah Proses Pelaksanaan Model Evaluasi Responsif Stake 1. Evaluator mengidentifikasi jenis dan jumlah setiap pemangku kepentingan (responden) Apabila jenisnya banyak maka harus diranking berdasarkan pentingnya setiap pemangku kepentingan bagi program, karena evaluasi memiliki keterbatasan sumber dan waktu pelaksanaan evaluasi. Misalnya, dari identifikasi ditemukan 10 jenis pemangku kepentingan yang harus direspon. Jadi, dari 10 jenis tersebut diambil 4 jenis pertama dalam ranking. Kemudian dari 4 jenis pemangku kepentingan



tersebut



diidentifikasi



jumlah



setiap



pemangku



kepentingan.



Selanjutnya, dari jumlah tersebut ditarik sampel untuk masing-masing pemangku kepentingan secara proporsional. 2. Melakukan dengar pendapat dengan pemangku kepentingan. Evaluator dapat mengunjungi sampel pemangku kepentingan secara langsung dan berbincang-bincang dengan mereka atau mengumpulkan mereka di suatu tempat. Dengar pendapat merupakan bagian dari penelitian pendahuluan. 3. Menyusun proposal evaluasi. Proposal evaluasi disusun dengan memerhatikan pendapat para pemangku kepentingan. Misalnya, pernyataan evaluasi dan jenis informasi yang akan dijaring memerhatikan kebutuhan dan harapan para pemagku kepentingan mengenai program. 4. Melaksanakan evaluasi. Dalam melasanakan evaluasi selain harus melaukan komunikasi dengan pimpinan da staf program, evaluator harus juga melaukan komunikasi dengan para pemagku kepentingan.



5. Membahas hasil evaluasi dengan para pemangku kepentingan. Draf hasil evaluasi di samping dibahas dengan pimpinan dan staf proyek juga dibahas dengan para pemangku kepentingan. Masukan, kritik, dan saran dari mereka sebayak mungkin harus diperhatikan. Akan tetapi, dapat terjadi para pemagku kepentingan mempunyai pendapat yang bertentangan dan tidak mungkin untuk disatukan. Dalam keadaan seperti ini evaluator dapat menekankan pada salah satu pemangku kepentingan yang dominan jumlahnya, akan tetapi juga menguraikan pendapat yang lainnya. 6. Pemanfaatan hasil evaluasi. Evaluator mendorong para pemangku kepentingan untuk menerima dan memanfaatkan hasil evaluasi. Agar lebih mudah dipahami, langkah-angkah proses pelaksanaan Model Evaluasi Responsif Stake digambarkan dalam gambar berikut ini:



http://funstudyclub.blogspot.co.id/2017/11/makalah-model-evaluasi-responsif-stake.html Langkah-langkah kegiatan evaluasi 1.



Observasi



2.



Merekam hasil wawancara



3.



Pengumpulan data



4.



Mengecek pengetahuan awal



5.



Mengembangkan desain atau model Berdasarkan langkah-langkah ini evaluator mencoba responsif terhadap orang-orang yang berkepentingan pada hasil evaluasi. Hal yang penting dalam model responsif adalah pengumpulan dan sintesis data.



Fase-fase evaluasi responsive yang dikemukakan oleh stake : 1. Pendahuluan, transaksi, dan hasil 2. Penemaan ‘tema’ : mempersiapkan evaluasi dan studi kasus 3. Pengesahan/konfirmasi 4. Memisahkan format yang digunakan untuk audience 5. Memasang laporan formal, jika ada 6. Berbicara dengan klien: setiap program dan audience 7. Identifikasi bidang program 8. Meninjau aktivitas program 9. Menemukan tujuan dan focus pada tujuan 10. Mengonsep persoalan dan masalah 11. Identifikasi kebutuhan dan mengulang persoalan pokok 12. Memilih observasi, memutuskan dan pemberian instrument (jika ada) Pendekatan kepada peserta evaluasi dengan mengolaborasi informasi penting dan teknik pengumpulan data secara rasional. Stake menyerukan untuk mengikuti pendekatan ini dengan beberapa alasan: a. Membantu audience untuk mengerti evaluasi program ini dapat dilakukan melalui interaksi yang alamiah antara evaluator dan audience. b. Mendapatkan pengetahuan dari pengalaman manusia. c. Pengamatan yang alami. d. Mempelajari suatu objek secara mendalam.



http://chabiboktafianjati.blogspot.co.id/2016/11/makalah-evalusasi-responsif-dalambk.html Langkah-langkah kegiatan evaluasi meliputi observasi, merekam hasil wawancara, mengumpulkan data, mengecek pengetahuan awal (preliminary understanding) dan mengembangkan desain atau model. Berdasarkan langkah-langkah ini, evaluator mencoba responsif terhadap orang-orang yang berkepentingan pada hasil evaluasi. Hal yang penting dalam model responsif adalah pengumpulan dan sintesis data. Kelebihan model ini adalah peka terhadap berbagai pandangan dan kemampuannya mengakomodasi pendapat yang ambigius serta tidak fokus. Sedangkan kekurangannya antara lain: 1. pembuat keputusan sulit menentukan prioritas atau penyederhanaan informasi 2. Tidak mungkin menampung semua sudut pandangan dari berbagai kelompok 3. Membutuhkan waktu dan tenaga. Evaluator harus dapat beradaptasi dengan lingkungan yang diamati. Penilaian itu dapat berarti bila dapat mencari pengertian suatu isu dari berbagai sudut pandangan dari semua orang yang terlibat, yang berminat, dan yang berkepentingan dengan program. Evaluator tak percaya ada satu jawaban untuk suatu evaluasi program yang dapat ditemukan dengan memakai tes, kuesioner, atau analisis statistik. Setiap orang yang dipengaruhi oleh program merasakannya secara unik, dan evaluator mencoba menolong menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan melukiskannya atau menguraikan kenyataan melalui pandangan orang-orang tersebut.