Model Pembelajaran [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODEL PEMBELAJARAN Model pembelajaran dapat diartikan dengan istilah sebagai gaya atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. dalam penerapannya itu gaya yang dilakukan tersebut mencakup beberapa hal strategi atau prosedur agar tujuan yang ingin dikehendaki dapat tercapai. Banyak para ahli pendidikan mengungkapkan berbagai pendapatnya menganai pengertian model pembelajaran. Model pembelajaran tidak terlepas dari kata strategi atau model pembelajaran identik dengan istilah strategi. model pembelajaran dan strategi merupakan satu yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya harus beriringan, sejalan, dan saling mempengaruhi. Istilah strategi itu sendiri dapat diuraikan sebagai taktik atau sesuatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Selain itu strategi dalam pembelajaran dapat didevinisikan sebagai suatu perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama, terpadu untuk menciptakan hasil belajar yang diinginkan guru pada siswa. agar tujuan pendidikan yang telah disusun dapat secara optimal



tercapai,



maka



perlu



suatu metode yang diterapkan untukmerealisasikan strategi yang telah ditetapkan tersebut. De ngan demikian dapat dijabarkan bahwa dalam satu strategi pembelajaran menggunakan beberapa metode. Contohnya bila ingin melaksanakan sebuah strategi ekspositori misalnya, dapat menggunakan metode ceramah, metode tanya jawab, atau metode diskusi dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dan mudah didapatkan di sekitar sekolah yaitu bisa dengan menambahkan media pembelajaran. Oleh sebab itu, strategi berbeda dengan metode. Strategi lebih menunjukkan pada sebuah perencanaan atau yang biasa dikenal dengan rencana pelaksanaan pembelajaran(RPP), tentu dengan maksud untuk mencapai sesuatu. sedangkan metode adalah suatu cara tersendiri yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi.



Dengan kata lain, strategi adalah a plan of operation achieving something, sedangkan metode adalah a way in echieving something.



Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. berbagai ahli pendidikan menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsipprinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung dalam model-model pembelajaran ini banyak diamati oleh peneliti Joyce & Weil. Mereka mempelajari dan menerapkan berbagai model pembelajaran berdasarkan teori belajar yang kemudian dikelompokkan menjadi empat model pembelajaran. dan mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, mendidik dan membimbing siswa terhadap pembelajaran di kelas.



PERBEDAAN PENDEKATAN, STRATEGI, DAN MODEL PEMBELAJARAN



Pengertian pendekatan, strategi, dan model pembelajaran sering diartikan sama dan berketerkaitan.



namun



sebenarnya



memiliki



makna



yang



berbeda.



Pengertian pendekatan(approach) dapat dipandang sebagai suatu rangkaian tindakan yang terpola atau terorganisir berdasarkan prinsip-prinsip tertentu. yang terarah secara sistematis dengan maksud agar pada tujuan-tujuan yang hendak diinginkan dapat tercapai. Dengan demikian, pola tindakan tersebut dibangun di atas prinsip-prinsip yang telah dibuktikan kebenarannya. sehingga tindakan-tindakan yang diorganisir tersebut dapat berjalan secara konsisten ke arah ketercapaian tujuan yang diinginkan.



Dari pengertian di atas maka pendekatan mengandung sejumlah komponen atau unsur, yaitu tujuan, pola tindakan, metode atau teknik, serta sumber-sumber yang digunakan, dan prinsipprinsip. Sedangkan strategi sendiri merupakan suatu istilah yang diadopsi dari bidang kemiliteran ke dalam bidang industri kemudian ke dalam bidang pendidikan. Strategi dapat diartikan sebagai perpaduan secara keseluruhan dan pengorganisasian secara kronologis dari metode-metode dan bahan-bahan yang dipilih untuk mencapai tujuan (UNESCO, 1981). Lebih lanjut lagi Philips and Owens (1986), mengemukakan bahwa strategi adalah serangkaian tindakan yang bertalian secara konsisten dan tindakan-tindakan secara konseptual, terpadu, dengan tujuantujuan yang hendak dicapai. Dari kedua devinisi dapat ditarik pernyataan bahwa strategi dan pendekatan (approach) memiliki kesamaan arti. Hanya perbedaannya terletak pada prinsipprinsip yang melandasinya. Penggunaan kedua istilah tersebut dalam hal pembelajaran seringkali diartikan sama dan kadang-kadang disilihgantikan. Berkaitan dengan itu, Raka Joni (1980), berpendapat bahwa strategi merupakan pola umum perbuatan guru dan siswa di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Hal itu dapat diartikan bahwa interaksi belajar mengajar berlangsung dalam suatu pola yang digunakan bersama oleh guru dan siswa. Hasil deskripsi di atas dapat dirumuskan sebagai suatu pola umum pembelajaran dimana subjeknya adalah siswa yang belajar berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan, psikologi, didaktik, dan komunikasi dengan mengintegrasikan struktur/urutan-urutan/langkah-langkah pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga, pengelolaan kelas, evaluasi, dan waktu yang diperlukan agar siswa sebagai pembelajar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Adapun pengertian model pembelajaran adalah suatu pola atau struktur pembelajaran yang tersusun dan didesain, ditetapkan, dan dievaluasi secara sistemik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan guru. Istilah model sendiri dapat diartikan sebagai suatu



bentuk tiruan dari benda yang sebenarnya. Model juga dapat diartikan sebagai suatu contoh konseptual atau prosedural dari suatu program, sistem, atau proses yang dapat dijadikan acuan atau pedoman kreatif dalam pemenuhan akan kebutuhan siswa di sekolah dasar, telah banyak mengembangkannya. hal itu tidak lain agar kualitas pendidikan di sekolah-sekolah seluruh negeri ini selalu dalam rangka memecahkan suatu masalah agar tujuan dapat tercapai. Banyak model-model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh para ahli pendidikan di dunia. Bahkan beberapa kalangan guru yang mempunyai keahlian, kemampuan, dan keterampilan serta meningkat.



MACAM-MACAM MODEL PEMBELAJARAN



Diantara beberapa ahli yang telah mengembangkan model-model pembelajaran yaitu seperti Joyce dan Weil. Mereka mengklasifikasikan model-model pembelajaran sebagaimana berikut. a.



Model-model Interaksi Sosial (Social Interaction Models)



b.



Model-model Pemprosesan Informasi (Information Processing Models)



c.



Model-model Pribadi (Personal Models)



d. Model-model Modifikasi Tingkah Laku (Behavior Modification Models) Adapun itu Andrianne Bank, Marlene Henerson dan Laurel Eu (1981), mengemukakan 5 model pembelajaran dalam konteks perencanaan program. Model-model pembelajaran yang dimaksud antara lain. a.



ModelAnalisis Konsep (Concept Analisis Model)



b.



Model Berpikir Kreatif (Creative Thinking Model)



c.



Model Belajar Melalui Pengalaman (Experiential Learning Model)



d. Model Kelompok Inkuiri (Group Inquiry Model) e.



Model Bermain Peran (The Role Playing Model)



MODEL-MODEL PEMBELAJARAN Pendahuluan Sudah bertahun-tahun para ahli meneliti dan menciptakan berbagai macam pendekatan mengajar. Salah satunya dikembangkan oleh para ahli di bidang pembelajaran, menelaah bagaimana pengaruh tingkah laku mengajar tertentu terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Joyce dan Weil (1996) dan Joyce, Weil, dan Shower (1992), setiap pendekatan yang ditelitinya dinamakan model pembelajaran, meskipun salah satu dari beberapa istilah lain digunakan seperti strategi pembelajaran, metode pembelajaran, atau prinsip pembelajaran. Mereka memberikan istilah model pembelajaran dengan dua alasan. Pertama, istilah model pembelajaran memiliki makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, atau prosedur. Model pembelajaran mencakup suatu pendekatan pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Misalnya, problem-based model of instruction (model pembelajaran berdasarkan masalah) meliputi kelompok-kelompok kecil siswa bekerjasama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati bersama. Dalam model ini, siswa seringkali menggunakan berbagai macam keterampilan dan prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis. Jadi satu model pembelajaran dapat menggunakan sejumlah keterampilan metodologis dan prosedural. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau prosedur tertentu. Keempat ciri tersebut ialah (1) rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya, (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai), (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Kedua, model dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting, apakah yang dibicarakan adalah tentang mengajar di kelas, atau praktek mengawasi siswa. Model pembelajaran diklasifikasikan berdasarkan tujuan



pembelajarannya, sintaksnya (pola urutannya), dan sifat lingkungan belajarnya. Penggunaan model pembelajaran tertentu memungkinkan guru dapat mencapai pembelajaran tertentu dan bukan tujuan pembelajaran yang lain. Suatu pola urutan (sintaks) dari suatu model pembelajaran menggambarkan keseluruhan urutan alur langkah yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran. Suatu sintaks pembelajaran menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan oleh guru dan siswa, urutan kegiatankegioatan tersebut, dan tugas-tugas khusus yang perlu dilakukan oleh siswa. Sintaks dari berbagai macam model pembelajaran mempunyai komponen yang sama. Misalnya, semua pembelajaran diawali dengan menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap “menutup pelajaran” yang berisi merangkum pokok-pokok pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru. Di samping ada persamaannya, setiap model pembelajaran antara sintaks yang satu dengan sintaks yang lain juga mempunyai perbedaan. Perbedaan-perbedaan inilah terutama yang berlangsung di antara pembukaan dan penutupan pembelajaran, yang harus dipahami oleh para guru agar supaya model-model pembelajaran dapat dilakukan dengan berhasil. Setiap model pembelajaran memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran yang berbeda kepada siswa, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial kelas. Arends (1997), dan para pakar pembelajaran lainnya berpendapat bahwa tidak ada model pembelajaran yang lebih baik daripada model pembelajaran yang lain. Guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beranekaragam dan lingkungan belajar yang menjadi ciri sekolah pada dewasa ini. Menguasai sepenuhnya model-model pembelajaran yang banyak diterapkan merupakan proses belajar sepanjang hayat. Pandangan Pembelajaran Menurut Konstruktivisme Page 1 Model - Model Pembelajaran Pandangan umum yang masih dianut guru dan masih berlaku hingga sekarang



adalah bahwa dalam proses belajar mengajar pengetahuan diberikan oleh guru dan diterima oleh siswa. Keberhasilan dalam belajar diukur dari sejauh mana siswa dapat menunjukkan bahwa mereka dapat mengungkapkan pengetahuan yang diinginkan guru. Jika yang diungkapkan tidak sesuai dengan yang diinginkan guru maka siswwa dianggap tidak belajar. Dengan asumsi ini, maka guru berusaha sangat aktif dalam menyampaikan informasi (dengan ceramah) dan siswa hanya mendengar dan mencatat. Para ahli pendidikan mengemukakan pandangan belajar dan mengajar yang berbeda dengan pandangan umum di atas. Pandangan baru tersebut adalah konstruktivisme. Konstruktivisme mengajarkan tentang sifat dasar bagaimana manusia belajar. Belajar adalah constructing understanding atau knowledge. Dengan cara mencocokkan fenomena, ide-ide, atau aktivitas yang baru dengan pengetahuan yang telah ada dan percaya bahwa sudah dipelajari. Oleh karena itu pada pembelajaran menurut konstruktivisme, siswa seharusnya sungguh-sungguh membangun makna dalam sudut pandang pembelajaran bermakna dan bukan sekedar hafalan atau tiruan. Guru tidak dapat hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat membantu proses ini dengan cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan dengan siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar dengan menyadari dan sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa tangga yang dapat membantu siswa mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakan agar siswa sendiri yang memanjat tangga tersebut. Karakteristik pembelajaran konstruktivistik (Slavin, 1997) adalah sebagai berikut. a) Pembelajaran ditekankan pada pembelajaran sosial, antara lain kooperatif (interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya), berbasis proyek, dan berbasis penemuan. b) Pembelajaran memperhatikan pemagangan kognitif c) Pembelajaran menekankan scaffolding atau mediated learning (assested learning) d) Pembelajaran



menekankan top-down e) Pembelajaran memperhatikan generative learning f) Pembelajaran yang menekankan self regulated learning Pembelajaran Kontekstual (Contextual Learning atau CL) Aplikasi CL berasal dari tradisi pembelajaran John Dewey berdasarkan pengalaman, yang telah dikembangkan di AS. CL merupakan integrasi dari berbagai praktik pembelajaran yang baik serta berupaya memperbaharui pendidikan, yang dimaksudkan untuk meningkatkan relevansi dan manfaat fungsional dari pendidikan untuk semua siswa. CL adalah suatu konsep pembelajaran teruji yang mengembangkan banyak penelitian mutakir di bidang kognitif. Dalam hubungan ini CL merupakan suatu reaksi terhadap pelaksanaan praktik pembelajaran yang berlandaskan teori behavioristik yang telah mendominasi dunia pendidikan sejak dahulu bahkan hingga saat ini. Konsep CL mengakui bahwa pembelajaran merupakan suatu proses kompleks banyak faset yang berlangsung jauh melampaui drilloriented dan metode stimulus and respons. Tema penelitian mutakir dalam bidang kognitif berkaitan dengan: a) menekankan pemecahan masalah melalui hand-on activity, b) organisasi di sekitar pengalaman dunia nyata, c) pemberian kesempatan terlaksananya berbagai macam gaya belajar, d) upaya mendorong pembelajaran di luar sekolah, e) penghargaan terhadap pengalaman-pengalaman siswa dalam proses pembelajaran, f) upaya mendorong pembelajaran kooperatif. g) upaya mendorong pemecahan masalah. Berdasarkan Blanchard (2001), strategi pembelajaran yang berkaitan dengan CL dapat diidentifikasi sebagai berikut. Page 2 Model - Model Pembelajaran a) Menekankan pemecahan masalah. b) Menyadari bahwa pembelajaran dan pembelajaran seyogyanya berlangsung dalam berbagai konteks seperti rumah, masyarakat, ataupun di lingkungan kerja. c) Mengajari siswa memonitor dan mengarahkan pem,belajarannya sendiri sehingga para siswa tersebut berkembang menjadi pebelajar mandiri. d) Mengkaitkan pembelajaran pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda. e) Mendorong siswa untuk belajar dari sesama teman termasuk belajar bersama. f) Menerapkan penilaian autentik. Pengelompokan dan Jenis-Jenis Model



Pembelajaran Joyce, Weil, dan Showers (1992) menggolongkan model model pembelajaran ke dalam empat rumpun. Keempat rumpun model pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut. 1. Rumpun Model-Model Pengolahan Informasi Model-model pembelajaran rumpun ini berfokus dari prinsip-prinsip pengolahan informasi, yaitu yang merujuk pada cara-cara bagaimana manusia menangani rangsangan dari lingkungan, mengorganisasi data, mengenali masalah, dan mencari solusinya, serta mengembangkan konsep-konsep dan bahasa untuk menangani masalah tersebut. Jenis model-model pembelajaran yang termasuk ke dalam rumpun pengolahan informasi adalah seperti pada tabel 1. Tabel 1. Model-Model Pembelajaran Pengolahan Informasi. http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-Indonesia/ModelModelPembel_EdySantoso_11499.pdf



PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DAN GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR Sujarwo, Delnitawati e-mail: [email protected] Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al-Washliyah Jl. SM.Raja/Garu II No. 93 Medan 20147 Abstrak Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh data, informasi tentang pengaruh metode pembelajaran dan gaya belajar terhadap hasil belajar. Target



penelitian adalah diterbitkan dalam jurnal ilmiah. Metode penelitian adalah eksperimen dengan disain faktorial 2 x 2. Hasil penelitian; hasil belajar siswa yang belajar dengan metode pembelajaran kooperatif lebih tinggi daripada metode pembelajaran berbasis masalah. Hasil belajar siswa yang memiliki gaya belajar visual yang belajar dengan metode pembelajaran kooperatif lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang memiliki gaya belajar Auditorial yang belajar dengan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah. Kata kunci: metode pembelajaran, gaya belajar. A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut bisa tercapai apabila siswa dapat menyelesaikan pendidikan tepat pada waktunya dengan hasil belajar yang baik. Beberapa faktor diantaranya yang dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan metode-metode yang tepat, dan cara yang disukai peserta didik pada saat belajar. Ketidaksesuaian beberapa faktor di atas dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Kenyataan ini mengisyaratkan bahwa penguasaan siswa terhadap kompetensi mata pelajaran yang dibelajarkan masih rendah. Dari beberapa mata pelajaran yang dibelajarkan di sekolah salah satunya adalah mata pelajaran Fisika. Fisika merupakan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk menunjang keberhasilan belajar dalam menempuh pendidikan lebih lanjut. Faktor-faktor yang dimaksud di atas diantaranya adalah seperti kurangnya pemahaman, penguasaan materi pelajaran, cara penyajian pelajaran yang kurang/tidak sesuai, siswa yang kurang menyukai pelajaran itu sendiri serta daya intelegensi yang rendah. Tetapi umumnya faktor-faktor di atas juga dipengaruhi oleh gaya belajar siswa. Gaya belajar siswa berperan sebagai saringan untuk pembelajaran, pemrosesan dan komunikasi. Oleh sebab itu, pembelajaran Fisika yang umumnya dikenal sulit bagi siswa membutuhkan tipe gaya belajar yang tepat yang sesuai dengan metode pembelajaran agar mata pelajaran Fisika lebih disukai



dan memicu kreativitas belajar yang akhirnya akan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. 2 Berdasarkan uraian di atas, bahwa salah satu faktor penting yang diduga menyebabkan rendahnya hasil belajar Fisika adalah gaya belajar siswa yang tidak sesuai dengan ragam metode pembelajaran di kelas. Untuk mengetahui apakah kesesuaian ragam metode pembelajaran dan gaya belajar siswa dapat mempengaruhi hasil belajar Fisika. Untuk melihat pengaruhnya, maka perlu untuk dilakukan penelitian dengan judul “pengaruh metode pembelajaran dan gaya belajar terhadap hasil belajar”. 2. Rumusan Masalah a) Apakah terdapat pengaruh antara metode pembelajaran kooperatif dan metode pembelajaran berbasis masalah? b) Apakah terdapat pengaruh antara siswa yang belajar dengan metode pembelajaran kooperatif yang memiliki gaya belajar visual dan siswa yang belajar dengan metode pembelajaran berbasis masalah yang memiliki gaya belajar visual? c) Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan gaya belajar? 3. Hipotesis Deskriptif Adapun hipotesis penelitian ini sebagai berikut : a) Terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang belajar dengan metode pembelajaran kooperatif dan siswa yang belajar dengan metode pembelajaran berbasis masalah. Hasil belajar siswa yang belajar dengan metode pembelajaran kooperatif lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang belajar dengan metode pembelajaran berbasis masalah. b) Terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang belajar dengan metode pembelajaran kooperatif yang memiliki gaya belajar visual dan siswa yang belajar dengan metode pembelajaran berbasis masalah yang memiliki gaya belajar visual. Hasil belajar siswa yang belajar dengan metode pembelajaran kooperatif yang memiliki gaya belajar visual lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang belajar dengan metode pembelajaran berbasis masalah yang memiliki gaya belajar visual. c) Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan gaya belajar terhadap hasil belajar Fisika. 4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: a) Pengaruh antara metode pembelajaran kooperatif dan metode pembelajaran berbasis masalah? b) Pengaruh antara



siswa yang belajar dengan metode pembelajaran kooperatif yang memiliki gaya belajar visual dan siswa yang belajar dengan metode pembelajaran berbasis masalah yang memiliki gaya belajar visual? c) Interaksi antara metode pembelajaran kooperatif dan metode pembelajaran berbasis masalah? 3 B. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Pendidikan merupakan sarana untuk belajar. Secara formal, setiap individu belajar melalui berbagai interaksi sebagaimana ia berinteraksi dengan guru, teman sebaya, lingkungan dan sebagainya. Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan, keterampilan, kegemaran dan sikap serta perkembangan disebabkan belajar. Jika dapat diasumsikan, dalam diri individu terjadi suatu proses yang mengakibatkan perubahan tingkah laku. Memang, proses belajar sangat sulit diamati. Proses belajar yang terjadi antara guru dan siswa akan memberikan implikasi terhadap perkembangan, baik kognitif, afektif maupu psikomotorik. Yang pada awalnya siswa belum mengetahui tentang suatu konsep, tetapi setelah dipelajari siswa menjadi mengetahui tentang suatu konsep. Seperti yang dinyatakan oleh Gredler (1991) bahwa belajar adalah proses seseorang dalam memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap. Sedangkan menurut Santoeso (2000), Belajar adalah proses perubahan yang terus menerus terjadi dalam diri individu yang tidak ditentukan oleh keturunan, tetapi lebih banyak ditentukan oleh faktorfaktor dari luar. Hal dapat berarti bahwa interaksi yang terjadi secara terus menerus antara siswa dan guru akan mempengaruhi perubahan yang terjadi pada diri siswa. Santrock (2007), mendefinisikan belajar (learning) sebagai pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan dan keterampilan berpikir yang diperoleh melalui pengalaman. Sedangkan menurut Asma (2006), kegiatan belajar merupakan kegiatan yang terselenggara secara pribadi dan merupakan proses sosial yang terjadi ketika masing-masing individu berinteraksi satu sama lain dan membangun sebuah pengertian dan pengetahuan bersama. Belajar eksakta dapat dilakukan secara berurutan (sequential), terencana dan sistematik (teratur). Belajar Fisika secara langsung menghubungkan motivasi positif dan belajar Fisika merupakan pembelajaran yang



disesuaikan dengan perbedaan-perbedaan individu setiap siswa. Oleh karena itu, pembelajaran merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa. Pembelajaran berupaya untuk mengubah masukan siswa yang belum terdidik menjadi terdidik, yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu menjadi memiliki pengetahuan tentang sesuatu. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan adanya proses belajar pada diri siswa sehingga dengan belajar Fisika adalah berpikir dan berbuat atau mengerjakan Fisika. Dari beberapa pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan usaha sadar yang berproses dan berkesinambungan yang dilakukan individu dalam perubahan tingkah laku melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dalam memperoleh tujuan yang diniatkan. sehingga belajar memiliki karakteristik (1) belajar menunjukkan suatu aktivitas diri siswa baik disadari ataupun tidak, (2) belajar merupakan interaksi terhadap lingkungan baik secara visual, auditorial dan kinestetik, (3) dan hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. 2. Pengertian Hasil Belajar Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Dua konsep tersebut dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. 4 Hal ini seiring dengan apa yang kemukakan oleh Sudjana (2004:22), bahwa hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Selain itu, menurut Gagne dan Driscoll (1988:36) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa melalui proses belajar mengajar yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar Fisika. 3. Pengertian Metode Pembelajaran Menurut Sudjana (2005:76) metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”. Sedangkan menurut Sutikno (2009: 88) menyatakan, “Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan



materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”. a. Metode Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok - kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi guru. Smith dan Gregor (1992) mendefinisikan cooperative learning sebagai “the most carefully structured end of the collaborative learning contiunuum” (Ravenscroft, 1995). Johnson, Johnson dan Holubec (1994) mendefinisikan cooperative learning sebagai “the instructional use of small groups so that students work together to maximize their own and each other’s learning” (Phipps et al., 2001). b. Metode Pembelajaran Berbasis Masalah Penyampaian materi dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah memungkinkan menggunakan hal-hal yang terjadi dalam kehidupan seperti halnya pelajaran Fisika yang terkait dekat dengan kehidupan seharihari. Hal ini sesuai yang dikemukakan Abbas, (2000: 12) menyatakan bahwa metode pembelajaran



berbasis



masalah



adalah



metode



pembelajaran



dengan



pendekatan



pembelajaran siswa pada masalah autentik, sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Metode ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan menyelesaikan masalah, serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting. Begitu juga dengan H.S. Barrows (1982) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu (knowledge) baru. Dengan demikian, masalah yang ada digunakan sebagai sarana agar anak didik dapat belajar sesuatu yang dapat menyokong keilmuannya. 5 4. Pengertian Gaya Belajar Menurut Gunawan (2004), gaya belajar adalah cara yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan



berpikir, memproses dan mengerti suatu informasi. Misalnya jika kita ingin mempelajari mengenai tanaman, apakah kita lebih suka nonton video soal tanaman, mendengarkan ceramah, membaca buku ataukah kita bekerja langsung di perkebunan atau mengunjungi kebun raya. Menurut De Porter & Hernacki menyatakan bahwa gaya belajar seorang anak adalah kombinasi bagaimana anak tersebut menyerap, kemudian mengatur dan mengolah informasi. Sedangkan menurut Marsha (1996), menyatakan gaya belajar merupakan hal yang penting karena pendidikan disesuaikan dengan keunikan individu. Perbedaan individu harus dihargai karena gaya belajar merupakan ungkapan dari keunikan setiap orang. Dengan individu, merupakan bentuk nyata identitas seseorang, bersama-sama, gaya belajar juga menyampaikan kesempurnaan budaya kita. Mortimore (2008), dalam bukunya Dyslexia and Learning Style menyatakan bahwa gaya belajar merupakan satu aspek dari gaya kognitif, hal ini menandakan bahwa adanya perbedaan antara gaya belajar dengan gaya kognitif. Perbedaan-perbedaan ini penting karena gaya kognitif secara otomatis dilakukan seseorang dalam memproses stimulasi yang datang dan gaya belajar dapat dilihat dalam hal strategi bagaimana seorang siswa mengatasi tugas-tugas dan situasi belajar. Messick (1996) mengusulkan bahwa gaya kognitif individu bervariasi dan terkait dengan perbedaan individu. Sims & Sims (1995), menyatakan bahwa bagaimana seseorang belajar merupakan konsep fokus dari gaya belajar. Gaya belajar dapat didefinisikan sebagai karakteristik kognitif, afektif, dan perilaku-perilaku psikologis yang berlaku sebagai indikator bahwa pembelajar relatif stabil dalam merasakan adanya interaksi dengan/dan merespon terhadap lingkungan belajar. C. Metodologi Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kampus UMN Al-Washliyah-Medan. b.Waktu Penelitian Bulan februari 2012 sampai dengan Oktober 2012 2. Metode dan Disain Penelitian a. Metode Penelitian Metode penelitian ini adalah eksperimen b. Disain Penelitian Disain penelitian ini adalah faktorial 2 x 2. Adapun matriks disain penelitian dimaksud adalah sebagai berikut: ME



 Metode Pembelajaran (A)  SE Kooperatif (A1) Berbasis Masalah (A2) Gaya Belajar (B) Visual B1 A1B1 A2B1 Auditorial B2 A1B2 A2B2 6 D. Hasil Penelitian a. Statistik Deskriptif  Tabel Deskripsi Data Hasil Belajar Fisika secara Keseluruhan Metode Pembelajaran Kooperatif Masalah Jumlah Baris A1 A2 B1 nA1B1 14 nA2B1 14 n 28 ∑ 1149 ∑ 1102 ∑ 2251 ∑ 2 94419 ∑ 2 86848 ∑ 2 181267 S 2 9.15 S 2 8.07 S 2 17 82.07 78.71 80.39 B2 nA1B2 14 nA2B2 14 n 28 ∑ 1008 ∑ 997 ∑ 2005 ∑ 2 72614 ∑ 2 71037 ∑ 2 143651 S 2 2.92 S 2 2.80 S 2 6 72.00 71.21 71.61 Jumlah Kolom n 28 n 28 nt 56 ∑ 2157 ∑ 2099 ∑ 4256 ∑ 2 167033 ∑ 2 157885 ∑ 2 324918 S 2 12.07 S 2 10.86 S 2 23 77.04 74.96 152.00  Rekapitulasi Uji Persyaratan Analisis Data Tabel Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas No. Kelompok Mean Stand. Dev. Lhitung Ltabel Ket. 1 A1 77.04 5.67 0,16 0,17 Normal 2 A2 74,96 4,45 0,94 0,17 Normal 3 A1B1 82,07 3,02 0,90 0,22 Normal 4 A1B2 72,00 1,71 0,89 0,22 Normal 5 A2B1 78,71 2,84 0,90 0,22 Normal 6 A2B2 71,21 1,67 0,99 0,22 Normal  Tabel Perhitungan Uji Homogenitas varians empat kelompok sel rancangan eksperimen (A1B1 ; A1B2; A2B1 ; A2B2) Kelmpk. dk 1/dk S 2 dk.S2 Log S2 dk.log S2 A1B1 4 0.25 9.15 36.60 0.96 3.85 A2B1 4 0.25 8.07 32.28 0.91 3.63 A1B2 3 0.33 2.92 8.76 0.47 1.40 A2B2 3 0.33 2.80 8.40 0.45 1.34 Jumlah 14 1.17 86.04 10.21 7 b. Analisis Data Tabel Anava dua jalur Sumber Variasi db JK RK=JK/db Fhitung Ftabel Fh=RK/RKD Gaya Belajar 1 1080.64 1080.64 188.48 4.02 Metode Pemb. 1 60.07 60.07 10.48 4.02 Interaksi 1 23.14 23.14 4.04 4.02 Dalam 52 298.14 5.73 --- --- Total Direduksi 55 1462.00 --- --- --- Tabel Hasil uji Lanjut dengan Uji Tukey Kelompok yang dibandingkan Harga Perbedaan Rata-rata dk = (α)n-k,k-1) Harga FTabel Kesimpulan A1 > A2 ( ) Signifikan A1B1> A2B1 ( ) Signifikan E. Pembahasan 1. Metode Pembelajaran Hasil perhitungan uji lanjut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar Fisika antara siswa yang belajar dengan metode pembelajaran kooperatif dan siswa yang belajar dengan metode pembelajaran berbasis masalah. Siswa yang belajar dengan metode pembelajaran kooperatif lebih unggul daripada



siswa yang belajar dengan metode pembelajaran berbasis masalah. Hal ini dapat difahami bahwa metode pembelajaran yang mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar, hal ini dilakukan dengan partisipasi tinggi setiap siswa. Dengan metode ini, mengarahkan cara belajar siswa menuju belajar yang lebih baik, sikap tolong-menolong dalam perilaku sosial, seperti menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan ide. Peluang untuk diskusi sangat besar untuk dilakukan. Sedangkan metode pembelajaran berbasis masalah merupakan metode yang didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal pembelajaran. Penyampaian materi dengan metode ini memungkinkan menggunakan hal-hal yang terjadi dalam kehidupan. Hanya saja siswa dalam upaya penyelesaian masalah yang diberikan tidak bekerjasama dengan siswa lainnya atau siswa tidak bekerja dalam kelompok-kelompok kecil. Sehingga siswa berupaya menuangkan idenya sendiri secara maksimal. Sharing informasi antar siswa kemungkinan kecil terjadi. 2. Metode Pembelajaran dan Gaya Belajar Hasil perhitungan uji lanjut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar Fisika antara siswa yang memiliki gaya belajar visual yang belajar dengan metode pembelajaran kooperatif dan siswa yang memiliki gaya belajar visual yang belajar dengan metode pembelajaran berbasis masalah. 8 Siswa yang memiliki gaya belajar visual yang belajar dengan metode pembelajaran kooperatif lebih unggul daripada siswa yang memiliki gaya belajar visual yang belajar dengan metode pembelajaran berbasis masalah. Sebagaimana dinyatakan di atas bahwa siswa bekerja bersama dalam kelompok sehingga berbagi informasi sangat mudah untuk dilakukan. Mereka juga dapat memanfaatkan informasi baik secara lisan maupun dalam bentuk gambar-gambar. Hal ini sesuai bagi mereka yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual. Bagi siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual, mereka lebih mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar. Mereka melihat dengan asosiasi visual dan biasanya tidak terganggu oleh keributan. Apalagi berbagai



informasi mereka lakukan dalam bentuk diskusi yang dilengkapi visualisasi. Karakter siswa dengan gaya belajar visual cenderung lebih cepat menyerap informasi dengan melihat bagaimana guru menerangkan di depan kelas baik dengan alat bantu tulisan, data maupun gambar. Mereka berbicara dengan cepat, perencanaan dan pengatur jangka panjang yang baik. Mereka mementingkan penampilan baik dalam pakaian maupun presentasi. Mereka pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata atau tulisan yang sebenarnya dalam pikiran mereka. Bagi siswa yang belajar dengan metode pembelajaran berbasis masalah berpeluang besar belajar dengan kemampuan sendiri sehingga gagasan yang muncul merupakan hasil dari apa yang difikirkan. Artinya kerjasama dengan siswa lain dapat dinyatakan sangat kecil. Selain itu, sebagaimana dinyatakan pada paragraf di atas bahwa siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual, mereka lebih mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar. Oleh karena itu, kesesuaian metode pembelajaran dan gaya belajar harus sesuai satu sama lain yang didukung dengan fasilitas yang relevan. F. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan a) Terdapat Pengaruh antara Metode Pembelajaran Kooperatif dan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah Hasil belajar siswa yang belajar dengan Metode Pembelajaran Kooperatif lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang belajar dengan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah b) Terdapat Pengaruh antara Siswa yang Belajar dengan Metode Pembelajaran Kooperatif yang memiliki Gaya Belajar Visual dan Siswa yang Belajar dengan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah yang memiliki Gaya Belajar Visual Hasil belajar siswa yang memiliki gaya belajar Visual yang belajar dengan Metode Pembelajaran Kooperatif lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang memiliki gaya belajar Auditorial yang belajar dengan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah. c) Terdapat Interaksi antara Metode Pembelajaran dan Gaya Belajar Terdapat pengaruh antara metode pembelajaran dan gaya belajar terhadap hasil belajar. 9 2. Saran Guru dan Orang tua Guru dan orang tua senantiasa memahami perkembangan anak, guru dapat memahami



perkembangan anak di dalam kelas sedangkan orang di lingkungan keluarga. Oleh karena itu, cara terbaik untuk memberikan stimulasi belajar pada siswa adalah memberi dukungan penuh pada minatnya dan menyediakan aneka ragam kebutuhan belajarnya untuk menunjang kesinambungan proses pemaknaan belajarnya. Misalnya anak merasa tidak mengerti dengan penjelasan guru tentang metamorfosis kupu- kupu, maka orang tua dapat membantu dengan diskusi di rumah. Jika perlu menyediakan CD/ film dan berbagai alat peraga (stimulasi visual) dan menyediakan sarana untuk percobaan (memelihara ulat dalam botol dan diamati sampai menjadi kupukupu). G. Ucapan Terima Kasih Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah swt yang senantiasa mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sholawat dan salam kita hadiahkan keharibaan junjungan alam Nabi Muhammad saw, semoga dengan ilmu yang kita miliki mampu menstimulasi untuk kegiatan yang bermanfaat dan mendapatkan syafa’atnya kelak. Amin. Penelitian ini hadir dan terlaksana adanya kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, saya ucapkan terima kasih kepada segenap: 1. Kemendibud dirjen dikti-Jakarta 2. Kopertis Wil. I Sumut-N.A.D. 3. LP2M Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al-Washliyah-Medan 4. FKIP PMIPA Universitas Muslim Nusantara (UMN) AlWashliyah-Medan 5. Teman-teman yang ikut serta dalam penelitian dosen pemula 2012 6. Keluarga tercinta H. Daftar Pustaka Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan. Deporter, Bobbi & Hernacki, Mike. 2000. Quantum Learning : Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Terjemahan Bandung: Kaifa. Gunawan, Adi W. 2003. Genius Learning Strategy: Petunjuk Praktis Untuk Menerapkan Accelerated Learning. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Gredler, Margaret E. Bell. 1991. Terjemahan: Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV. Rajawali. Pitadjeng. Pembelajaran Matematika Yang Menyenangkan. Jakarta: Depdiknas dirjen dikti, 2006. Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008. Santoeso, Sugeng, 2000. Problematika Pendidikan dan



Cara Pemecahannya. Jakarta: Kreasi Pena Gading. Santrock, John W. 2007. Psikologi Pendidikan-Edisi Kedua, terjemahan Tri Wibowo. Jakarta: Prenada Media Group. Sims, Ronald R. & Sims, Serbrenia J. 1995. The Importance of Learning Styles; Understanding the Implications for Learning, Course Design, and Education. London: Greenwood Press.



http://www.umnaw.ac.id/wp-content/uploads/2013/01/LAPORAN-SUJARWO.pdf