Modul 1 Smaw [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laboratorium Teknik Produksi Program Studi Teknik Metalurgi Fakultas Teknologi Manufaktur



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGELASAN LOGAM Roby Mirza_2613181074_Kelompok 15 Asisten: Thirany Dewa Amnesti_2613171072 Senin, 31 Mei 2021



Modul 1 Pengelasan Listrik (SMAW)



Tujuan – Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui prosedur pengelasan listrik, memahami cara membuat sambungan las, mempelajari dan memahami parameter yang mempengaruhi proses pengelasan listrik. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metode pengelasan saat ini sangat banyak digunakan secara luas dalam industri rekayasa keteknikan dari yang sederhana sampai yang rumit, kontruksi ringan maupun berat dan lain-lain. Sambungan las merupakan ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan cair. Pengelasan logam dapat dilakukan dengan banyak cara salah satunya yaitu dengan cara las listrik atau SMAW. Las listrik paling banyak digunakan, hal ini disebabkan karena pengelasan tersebut sangat mudah dan cepat dalam proses penggunaannya. Penyambungan logam dengan menggunakan busur listrik sering juga disebut las listrik, las listrik merupakan suatu proses penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas, dan elektroda sebagai tambahan. Pengelasan dengan metode SMAW (Shield Metal Arc Welding) banyak digunakan karena proses pengelasan dengan metode ini menghasilkan sambungan yang kuat dan juga mudah digunakan. Pada pengelasan SMAW elektroda memiliki peranan penting sebagai bahan penyambung antar dua logam yang akan dilas dan elektroda ini terdiri dari banyak ukuran dan jenis. Agar mendapatkan hasil pengelasan yang baik maka elektroda yang digunakan harus disesuaikan dengan bahan yang akan dilas serta pemilihan parameter-parameter pengelasan yang tepat juga akan meningkatkan kualitas dari hasil pengelasan tersebut.



1. 2. 3. 4. 5. 6.



1.4 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



Elektroda dan material yang digunakan yaitu E6013 dan baja ST-37. Arus yang digunakan sebesar 80-100 A Posisi las yang digunakan yaitu 1G dengan sudut bevel 30º Polaritas yang digunakan yaitu DCEP. Jenis sambungan yang digunakan yaitu butt joint v-groove . Bentuk elektroda yang digunakan yaitu string, spiral, zigzag. Keterangan Praktikum Dosen mata kuliah : Tarmizi, S.T., M. T. Kepala laboratorium : Dr. Sutarno, Ir., M.T. Asisten wali : Thirany Dewa Amnesti Hari/Tanggal : Senin, 31 Mei 2021 Waktu : 08.00-16.00 WIB Tempat : Lab. Teknik Produksi Fakultas : Teknologi Manufaktur Jurusan : Teknik Metalurgi Universitas : Jenderal Achmad Yani



1.5



Gambaran Hasil yang Ingin Dicapai Hasil yang ingin dicapai adalah praktikan dapat melakukan pengelasan listrik dengan menghasilkan bentuk gerakan elektroda spiral, string, zigzag dan melakukan sambungan las dengan jenis butt joint vgroove.



1.2



Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah yang dibahas pada laporan hasil praktikum ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana cara mengoperasikan pengelasan listrik (SMAW)? 2. Apa saja parameter yang berpengaruh terhadap proses pengelasan SMAW? 3. Bagaimana cara membuat sambungan las dengan baik dengan pengelasan SMAW?



II. 2.1



TEORI DASAR Pengelasan Pengelasan (Welding) adalah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan. Pengelasan atau Welding definisikan oleh DIN (Deutsche Industrie Normen) adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dengan kata lain, pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam menjadi satu akibat panas atau tanpa pengaruh tekanan atau dapat juga didefinisikan sebagai ikatan metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya



1.3



Batasan Maslah Adapun batasan masalah yang digunakan pada praktikum pengelasan ini adalah sebagai berikut.



1



Laboratorium Teknik Produksi Program Studi Teknik Metalurgi Fakultas Teknologi Manufaktur



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGELASAN LOGAM Roby Mirza_2613181074_Kelompok 15 Asisten: Thirany Dewa Amnesti_2613171072



tarik menarik antar logam.[



Senin, 31 Mei 2021



Modul 1 Pengelasan Listrik (SMAW) elektroda las ke benda kerja/logam yang akan dilas pada jarak beberapa milimeter, sehingga terjadi aliran arus listrik dari elektroda ke benda kerja, karena adanya perbedaan tegangan antara elektroda dan benda kerja (logam yang akan dilas). Panas yang dihasilkan dapat mencapai 5000º C, sehingga mampu melelehkan elektroda dan logam yang akan disambung untuk



CITATION Sya18 \l



1033 ] Mengelas adalah suatu aktifitas menyambung dua bagian benda atau lebih dengan cara memanaskan atau menekan atau gabungan dari keduanya sedemikian rupa sehingga menyatu seperti benda utuh. Penyambungan bisa dengan atau tanpa bahan tambah (filler metal) yang sama atau berbeda titik cair maupun strukturnya. Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi sangat luas meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan, sarana transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya. Faktor yang mempengaruhi las adalah prosedur pengelasan yaitu suatu perencana-an untuk pelaksanaan penelitian yang meli-puti cara pembuatan konstruksi las yang sesuai rencana dan spesifikasi dengan me-nentukan semua hal yang diperlukan dalam pelaksanaan tersebut. Faktor produksi pengelasan adalah jadwal pembuatan, proses pembuatan, alat dan bahan yang diperlukan, urutan pelaksanaan, persiapan pengelasan (meliputi: pemilihan mesin las, penunjukan juru las, pemilihan elektroda, penggunaan jenis kampuh)[



membentuk paduan.[ CITATION Sya18 \l 1033 ] Tidak semua logam memiliki sifat mampu las yang baik. Bahan yang mem-punyai sifat mampu las yang baik diantara-nya adalah baja karbon rendah. Baja ini dapat dilas dengan las busur elektroda terbungkus, las busur redam dan las MIG (las logam gas mulia). Baja karbon rendah biasa digunakan untuk pelat-pelat tipis dan konstruksi umum.[



CITATION San16 \l



1033 ] 2.3



Mesin Las Mesin las SMAW menurut arusnya dibedakan menjadi tiga macam yaitu mesin las arus searah atau Direct Current (DC), mesin las arus bolak-balik atau Alternating Current (AC) dan mesin las arus ganda yang merupakan mesin las yang dapat digunakan untuk pengelasan dengan arus searah (DC) dan pengelasan dengan arus bolak-balik (AC). Mesin las arus DC dapat digunakan dengan dua cara yaitu polaritas lurus dan polaritas terbalik. Mesin las DC polaritas lurus (DC-) digunakan bila titik cair bahan induk tinggi dan kapasitas besar, untuk pemegang elektrodanya dihubungkan dengan kutub negatif dan logam induk dihubungkan dengan kutub positif, sedangkan untuk mesin las DC polaritas terbalik (DC+) digunakan bila titik cair bahan induk rendah dan kapasitas kecil, untuk pemegang elektrodanya dihubungkan dengan kutub positif dan logam induk dihubugkan dengan kutub



CITATION



San16 \l 1033 ] 2.2



Las Busur Listrik (SMAW) Las SMAW (sheilded metal arc welding) las busur listrik nyala terlindung adalah pengelasan dengan menggunakan busur nyala listrik sebagai sumber panas pencair logam. Logam induk dalam pengelasan ini mengalami pencairan akibat pencairan yang timbul antara ujung elektroda dan permukaan benda kerja. Busur listrik dibangkitkan dari suatu busur las. Elektroda yang digunakan berupa kawat yang dibungkus pelindung berupa fluks. Elektroda ini selama pengelasan mengalami pencairan bersamaan dengan logam induk dan embeku bersama, menjadi



negatif.[



kampuh las.[ CITATION Jal17 \l 1033 ] Proses perpindahan logam elektroda terjadi saat ujung elektroda mencair dan membentuk butir-butir yang terbawa arus busur listrik yang terjadi. Bila digunakan arus listrik besar maka butiran logam cair yang terbawa menjadi halus dan sebaliknya bila arus kecil maka butirannya menjadi besar. Proses pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding) dilakukan dengan menggunakan energi listrik (AC/DC) energi listrik dikonversi menjadi energi panas dengan membangkitkan busur listrik melalui sebuah elektroda. Busur listrik diperoleh dengan cara mendekatkan



CITATION San16 \l 1033 ]



2.4



Arus Pengelasan Besarnya aliran listrik yang keluar dari mesin las disebut dengan arus pengelasan. Arus las harus disesuaikan dengan jenis bahan dan diameter elektroda yang di gunakan dalam pengelasan. Untuk elektroda standar American Welding Society (AWS), dengan contoh AWS E6013 untuk arus pengelasan yang digunakan sesuai dengan diameter kawat las yang dipakai.[ CITATION dilihat pada Tabel 1.1



2



Gun17 \l 1033 ] dapat



Laboratorium Teknik Produksi Program Studi Teknik Metalurgi Fakultas Teknologi Manufaktur



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGELASAN LOGAM Roby Mirza_2613181074_Kelompok 15 Asisten: Thirany Dewa Amnesti_2613171072 Senin, 31 Mei 2021



Modul 1 Pengelasan Listrik (SMAW)



Tabel 1.1 Hubungan diameter elektroda dengan arus pengelasan Diameter Panjang Typer Arus las Kawat las kawat Elektroda (Ampere) (mm) las (mm) 2.0 300 20-50 NSN 312 2.6 300 50-80 AWS A5.4 3.2 350 70-110 E31216 4.0 350 100-150



didasarkan pada jenis fluks, posisi pengelasan dan arus las.[



CITATION Gun17 \l 1033 ] Tabel 1.2 Komposisi elektroda E6013 dan E7016 Elektrod C Si Mn P S a 0,3 E6013 0,08 0,37 0,012 0,010 0 0,6 E7016 0,08 0,94 0,011 0,006 0



Arus las merupakan parameter las yang langsung mempengaruhi penembusan dan kecepatan pencairan logam induk, makin tinggi arus las maka makin besar penembusan dan kecepatan pencairannya. Besar arus pada pengelasan mempengaruhi hasil pengelasan, bila arus terlalu rendah maka perpindahan cairan dari ujung elektroda yang digunakan sangat sulit dan busur listrik yang terjadi tidak stabil. Panas yang terjadi tidak cukup untuk melelehkan logam dasar, sehingga menghasilkan bentuk rigi-rigi las yang kecil dan tidak rata serta penembusan pada logam induk kurang dalam. Jika arus terlalu besar, maka akan menghasilkan manik melebar, butiran percikan kecil, penetrasi dalam serta matrik las



Dari tabel 1.2 diperoleh data bahwa persentase komposisi Mn (mangan) dan Si (silikon) pada elektroda E7016 lebih tinggi dibandingkan elektroda E6013, dimana komposisi Mn dan Si dapat meningkatkan kekuatan dan kekerasan sambungan las. Dengan kadar Mn yang lebih banyak pada elektroda E7016 maka unsur karbida mangan (Mn3C) yang terbentuk akan lebih banyak jika dibandingkan dengan elektroda E6013. Sedangkan untuk persentase komposisi P (fosfor) dan S (sulfur) pada elektroda E6013 lebih tinggi dibandingkan E7016 dimana komposisi P dan S yang tinggi dapat menimbulkan kecenderungan retak lebih tinggi dan menurunkan mampu las. Persentase komposisi C (karbon) pada kedua jenis elektroda sama. Jenis fluks yang digunakan pada elektroda E 6013 berbeda dengan yang digunakan pada E 7016. Elektroda E 6013 menggunakan tipe high cellulose sebagai bahan fluks dengan bahan utama adalah zat organik sedangkan elektroda E 7016 menggunakan tipe low hydrogen sebagai bahan fluks dengan bahan



tinggi.[ CITATION Sya18 \l 1033 ] Untuk pengelasan pada daerah las yang mempunyai daya serap kapasitas panas yang tinggi diperlukan arus listrik yang besar dan mungkin juga diperlukan tambahan panas. Sedangkan untuk pengelasan baja paduan, yang daerah HAZ-nya dapat mengeras dengan mudah akibat pendinginan yang terlalu cepat maka untuk menahan pendinginan ini diberikan masukan panas yang tinggi yaitu dengan arus pengelasan yang besar. Pengaturan besar kecilnya arus dilakukan dengan cara memutar tombol pengatur arus. Besar arus yang digunakan dapat dilihat pada skala yang ditunjukkan oleh amperemeter yang terletak pada mesin las. Pada masing-masing mesin las, arus minimum dan arus maksimum yang dapat dicapai berbeda-beda, umumnya berkisar antara 100 Ampere sampai 600 Ampere.



utama adalah kapur dan fluorat.



[ CITATION



Gun17 \l 1033 ] 2.6



Daerah Pengaruh Panas Logam akan mengalami pengaruh pemanasan akibat pengelasan dan mengalami perubahan struktur mikro disekitar daerah lasan. Bentuk struktur mikro bergantung pada temperatur tertinggi yang dicapai pada pengelasan, kecepatan pengelasan dan laju pendinginan daerah lasan. Daerah logam yang mengalami perubahan struktur mikro akibat mengalami pemanasan karena pengelasan disebut daerah pengaruh



2.5



Elektroda Las Pada dasarnya bila di tinjau dari logam yang di las kawat elektroda di bedakan menjadi lima, yaitu : baja lunak, baja karbon tinggi, baja paduan, besi tuang dan logam non ferro. Karena filler metal harus mempunyai kesamaan sifat dengan logam induk, maka sekaligus ini berarti bahwa tiada elektroda yang dapat dipakai untuk semua jenis dari pengelasan. Elektroda terbungkus sudah banyak yang distandarkan penggunaannya, standarisasi elektroda berdasarkan JIS



panas (DPP), atau Heat Affected Zone (HAZ).



[ CITATION Gun17 \l 1033 ] Daerah yang terpengaruh logam las antara lain : 1. Logam las (Weld Metal) adalah daerah dimana terjadi pencairan logam dan dengan cepat kemudian membeku. 3



Laboratorium Teknik Produksi Program Studi Teknik Metalurgi Fakultas Teknologi Manufaktur



2.



3.



4.



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGELASAN LOGAM Roby Mirza_2613181074_Kelompok 15 Asisten: Thirany Dewa Amnesti_2613171072 Senin, 31 Mei 2021



Modul 1 Pengelasan Listrik (SMAW)



Fusion Line merupakan daerah perbatasan antara daerah yang mengalami peleburan dan yang tidak melebur. Daerah ini sangat tipis sekali sehingga dinamakan garis gabungan antara weld metal dan HAZ. HAZ merupakan daerah yang dipengaruhi panas dan juga logam dasar yang bersebelahan dengan logam las yang selama proses pengelasan mengalami siklus termal pemanasan dan pendinginan cepat, sehingga terjadi perubahan struktur akibat pemanasan. Logam induk (Base Metal) merupakan logam dasar dimana panas dan suhu pengelasan tidak menyebabkan terjadinya perubahan struktur dan sifat.



5. 6. 7.



8. 9.



Mesin las dihidupkan dengan mengatur arus sebesar 80-100 A. Pengelasan dilakukan dengan posisi 1G dan sudut pengelasannya 30º. Setelah pengelasan selesai, mesin las dimatikan dan slag yang menempel pada hasil lasan dibersihkan dengan palu terak lalu hasil lasan diamati. Seluruh proses dianalisa. Diambil kesimpulan.



3.2 Peralatan dan Bahan 3.2.1 Peralatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Prosedur Kerja 3.1.1 Skema Proses Siapkan alat dan bahan ` Ukur dimensi dari plat



Mesin las Electrode holder Clamp Sarung tangan Apron dada Apron lengan Masker Palu terak Sikat kawat



10. Welding helmet 11. Tang



Letakan plat pada meja kerja



: 1 unit : 1 buah : 1 buah : 1 pasang : 1 buah : 1 buah : 1 buah : 1 buah : 1 buah : 1 buah : 1 buah



Pasang elektroda pada electrode holder 3.2.2 Bahan Hidupkan mesin las dan atur arus yang digunakan Lakukan pengelasan dengan posisi 1G dan sudut bevel 30º



1.



Elektroda E6013



: 5 buah



2.



Plat baja ST37



: 3 buah



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data



Matikan mesin las, bersihkan slag dan amati hasil lasan



Tabel 1.3 Data pengelasan SMAW N o



Analisa dan pembahasan



Data



Keterangan String



Kesimpulan Gambar 1.1 Skema proses pengelasan SMAW 3.1.2 Penjelasan Skema Proses 1. 2. 3. 4.



Disiapkan alat dan bahan. Dimensi dari plat diukur menggunakan penggaris dan jangka sorong. Sebelum dilas, plat diletakkan pada meja kerja yang permukaannya rata. Selanjutnya elektroda dipasangkan pada electrode holder.



1.



2. 4



Bentu k Gerak an Elektr oda



Jenis



Spiral



Zig-zag



SMAW



Laboratorium Teknik Produksi Program Studi Teknik Metalurgi Fakultas Teknologi Manufaktur



3. 4.



5.



6.



7.



8. 9. 10 .



Penge lasan Posisi Penge lasan Jenis Elektr oda Diam eter Elektr oda Jenis Mater ial Plat Ukura n Plat Polari sasi Arus Arah Penge lasan



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGELASAN LOGAM Roby Mirza_2613181074_Kelompok 15 Asisten: Thirany Dewa Amnesti_2613171072 Senin, 31 Mei 2021



Modul 1 Pengelasan Listrik (SMAW) 4.2



Tidak ada pengolahan data pada modul ini. 1G



4.3



Pembahasan Pada praktikum ini dilakukan proses pengelasan listrik (SMAW) dimana benda kerja yang digunakan yaitu plat baja ST 37. Material plat ST 37 merupakan material baja kontruksi yang berkekuatan tarik 370 N/mm2 dan memiliki komposisi kimia 0.5% C, 0.8% Mn, dan 0.3% Si. Proses pengelasan merupakan salah satu pekerjaan yang mempunyai banyak resiko atau bahaya. Karena saat proses pengelasan berlangsung, maka bahaya seperti asap, cahaya pengelasan, panas dan bahaya listrik akan timbul. Asap yang timbul hasil pengelasan dapan mengakibatkan sistem pernafasan kita terganggu. Oleh karena itu sebelum melakukan proses pengelasan kita wajib menggunakan APD salah satunya yaitu masker, dimana masker berfungsi sebagai alat perlindung pernafasan dari bahaya asap las, karena asap las berbeda dengan asap biasa. Asap las ini merupakan hasil pembakaran dari bahan kimia untuk perlindungan lasan dan juga pembakaran atau pelelehan dari material lasan. Pengelasan ini dilakukan dengan posisi 1G dimana Posisi pengelasan 1G adalah posisi pengelasan dibawah tangan (hand down) dengan posisi benda kerja horizontal. pada pengelasan ini posisi elektroda membentuk sudut 70°. Lalu untuk jenis sambungan yang digunakan yaitu butt joint. Butt joint merupakan sambungan di mana kedua benda kerja berada pada bidang yang sama dan disambung pada ujung kedua benda kerja yang saling berdekatan. Sedangkan untuk elektroda yang digunakan yaitu elektroda E6013. Elektroda jenis E6013 dapat dipakai dalam semua posisi pengelasan dengan arus las AC maupun DC. Selain itu, elektroda tersebut memiliki nilai tegangan tarik minimum sebesar 60.000 lb/in2. Penggunaan elektroda disini berfungsi sebagai penghantar arus listrik dari tang elektroda ke busur yang terbentuk, setelah bersentuhan dengan benda kerja. Dalam proses pengelasan ada yang perlu diperhatikan dimana jarak nyala busur las diharapkan sama dengan diameter kawat inti elektrodanya. Bila jarak busurnya sama dengan diameter kawat inti elektrodanya, maka cairan dari elektrodanya akan mengalir dengan baik dan mengendap dengan baik. Selain itu sudut posisi atau kedudukan elektroda terhadap benda kerja juga harus diperhatikan, karena perubahan sudut yang sangat ekstrim dapat mempengaruhi bentuk deposit las,



E6013



2,6 mm



Baja ST37



P = 12cm, L= 9,8cm, T= 0,3 cm DCEP 80-100 A Kiri ke kanan



Tabel 1.4 Data pengelasan SMAW No



Data



Keterangan Butt Joint V-groove



1.



Bentuk Sambungan



Sudut Bevel : 30º 2.



Jenis Pengelasan



SMAW



3.



Posisi Pengelasan



1G



4.



Jenis Elektroda



E6013



5.



Diameter Elektroda



2,6 mm



6.



Jenis Material Plat



Baja ST37 P = 12cm,



7.



Ukuran Plat



Pengolahan Data



L= 9,8cm, T= 0,3 cm



8.



Polarisasi



DCEP



9.



Arus



80-100 A



10.



Arah Pengelasan



Kiri ke kanan



5



Laboratorium Teknik Produksi Program Studi Teknik Metalurgi Fakultas Teknologi Manufaktur



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGELASAN LOGAM Roby Mirza_2613181074_Kelompok 15 Asisten: Thirany Dewa Amnesti_2613171072 Senin, 31 Mei 2021



Modul 1 Pengelasan Listrik (SMAW)



oleh karena itu sudut jalan elektroda sangat penting dalam proses pengelasan. Sebelum melakukan proses pengelasan elektroda ini dimasukkan terlebih dahulu ke dalam oven, hal ini bertujuan agar elektroda tetap kering atau tidak mengalami lembab karena apabila lembab akan berpengaruh terhadap kualitas hasil lasan. Dalam keadaan kering, elektroda tersebut hanya memiliki kadar hidrogen yang rendah. Kadar hidrogen yang berlebih atau elektroda dalam keadaan lembab akan menurunkan sifat mampu las suatu logam dan juga akan mengakibatkan terjadinya keretakan (cacat), dan kerapuhan (getas) pada hasil pengelasan. Kadar hidrogen berlebih tersebut diakibatkan karena proses reaksi dengan uap air yang berada di udara sehingga menyebabkan kadar hidrogen (H2) bertambah. Untuk mekanisme dari pengelasan ini yaitu busur listrik yang terjadi diantara ujung elektroda dan bahan dasar akan mencairkan ujung elektroda dan sebagian bahan dasar. Selaput elektroda yang ikut terbakar akan mencair dan menghasilkan gas yang melindungi ujung elektroda, kawah Ias, busur Iistri dan daerah Ias di sekitar busur listrik terhadap pengaruh udara luar. Lelehan logam las membeku padatan logam las diikuti oleh membekunya lelehan fluks menjadi slag padat. Slag membeku di atas logam las yang panas untuk melindungi permukaan logam las dari oksidasi dengan udara bebas. Untuk jenis arus yang digunakan ada praktikum ini yaitu DCEP. Polaritas DCEP adalah ketika benda kerja yang akan dilas disambungkan pada kutub negatif (-) dan elektroda disambungkan pada kutub positif (+) mesin las DC. Polaritas DCEP mencairkan elektroda dalam jumlah lebih banyak, sehingga menjadikan hasil las memiliki penetrasi dangkal. Polaritas ini bekerja baik untuk pengelasan pelat tipis dan memakai manik las lebar. Untuk arus yang digunakan yaitu 80-100A dimana penentuan arus ini ditentukan berdasarkan diameter dari kawat las yang digunakan. Dalam menentukan arus harus diperhatikan bahwa semakin tinggi arus las maka semakin besar penembusan dan kecepatan pencairannya. Sedangkan apabila arus terlalu rendah maka perpindahan cairan dari ujung elektroda yang digunakan sangat sulit dan busur listrik yang terjadi tidak stabil. Untuk memasok energi listrik yang diperlukan untuk proses pengelasan busur ini, sejumlah pasokan listrik berbeda dapat digunakan. Klasifikasi yang paling umum adalah pasokan listrik arus konstan dan suplai daya voltase konstan. Pada pengelasan busur,



voltase berhubungan langsung dengan panjang busur, dan arusnya berhubungan dengan jumlah masukan panas. Pasokan listrik arus konstan paling sering digunakan untuk proses pengelasan manual seperti pengelasan busur logam terlindung, karena mereka mempertahankan arus yang relatif konstan meskipun voltasenya bervariasi. Berdasarkan hasil pengamatan pada ketiga bentuk gerakan elektroda, pada bentuk string terlihat bahwa sambungan dari las nya terputus itu terjadi karena kurang stabil dalam menentukan jarak antara elektroda dan benda kerja, lalu pada bentuk spiral terlihat bahwa parameternya sesuai dimana antara arus, kecepatan las dan jarak elektrodanya sesuai sehingga bentuk dari lasannya cukup baik, lalu pada bentuk zigzag terlihat bahwa lebar lasannya terlalu kecil itu diakibatkan karena kecepatan las yang terlalu cepat sehingga lebar lasannya kecil dan tidak seimbang dengan tebal lasannya. V. 1.



2. 3.



KESIMPULAN Besar kecil nya dalam menentukan arus tergantung dari diameter elektroda yang digunakan. Elektroda yang lembab dapat berpengaruh terhadap kualitas hasil lasan. Parameter proses yang dapat mempengaruhi bentuk hasil lasan diantaranya kontrol tangan seorang praktikan, kecepatan pengelasan, jenis polaritas dan jarak antara elektroda dengan benda kerja.



VI. SARAN 1. Kontrol tangan saat proses berlangsung lebih diperhatikan lagi. VII. DAFTAR PUSTAKA



6



pengelasan



Laboratorium Teknik Produksi Program Studi Teknik Metalurgi Fakultas Teknologi Manufaktur



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGELASAN LOGAM Roby Mirza_2613181074_Kelompok 15 Asisten: Thirany Dewa Amnesti_2613171072 Senin, 31 Mei 2021



Modul 1 Pengelasan Listrik (SMAW)



Gunawan, Y., Endrianto, N., & Anggara, B. H. (2017). Analisa Pengaruh Pengelasan Listrik Terhadap Sifat Mekanik. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Teknik Mesin. Jalil, S. A., Zulkifli, & Rahayu, T. (2017). Analisa Kekuatan Impak Pada Penyambungan Pengelasan Smaw Material Assab 705 Dengan Variasi Arus Pengelasan. Jurnal Polimesin, 15. Santoso, T. B., Solichin, & Hutomo, P. T. (2016). Pengaruh Kuat Arus Listrik Pengelasan Terhadap Kekuatan Tarik Dan Struktur Mikro Las Smaw Dengan Elektroda E7016. Jurnal Teknik Mesin. Syahrani, A., Naharuddin, & Nur, M. (2018). Analisis Kekuatan Tarik, Kekerasan, Dan Struktur Mikro Pada. Jurnal Mekanikal.



7