Modul 4 Managemen Audit Energi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



MODUL PERKULIAHAN



Manajemen Dan Audit Energi Analisa Break Even Point, Penjelasan dan Contoh Soal BEP



Abstrak



Sub-CPMK (lihat di RPS)



Proses manajemen energi yang efektif haruslah berdasarkan pada tujuan yang telah ditetapkan dan harus diuraikan secara rinci tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.



Sub-CPMK 3.2 Mahasiswa mempu menghitung analisa biaya dan BEP (CPMK 3) (CPL 1,4)



Fakultas



Program Studi



Fakultas Teknik



Teknik Elektro



Tatap Muka



04



Disusun Oleh Akhmad Wahyu Dani, ST, MT



Break Even Point Analisa Break Even Point



Dalam berbisnis, ada saat dimana biaya yang kita keluarkan dalam mengoperasikan bisnis menemui “titik impas”. Kondisi seperti ini dalam ilmu manajemen keuangan disebut dengan Break Even Point atau disingkat BEP. Singkatnya begini, BEP adalah dimana biaya operasional yang digunakan sama besarnya dengan pendapatan yang didapat. Kondisi keuangan yang Anda keluarkan untuk bisnis tidak untung maupun rugi sehingga berada di posisi yang seimbang.



Masih banyak orang yang menyalah-artikan bahwa Break Even Point (BEP) merupakan balik modal. Padahal balik modal dan Break Even Point memiliki definisi yang berbeda. Dalam istilah akuntansi, balik modal bisa diartikan sebagai return of investment dimana yang dihitung adalah modal yang Anda keluarkan untuk menjalankan bisnis sehingga mampu memberikan keuntungan pada jangka waktu tertentu. Sedikit berbeda dengan balik modal, Break Even Point lebih memerhatikan besaran biaya operasional yang dikeluarkan berdasarkan aktiva tetap dan tidak tetap.



Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Break Even Point atau BEP merupakan titik dimana jumlah pendapatan sama dengan jumlah pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang/jasa atau yang disebut dengan titik impas. Lebih jelasnya, Harahap pada bukunya Analisis atas Laporan Keuangan (2004) menjelaskan bahwa BEP merupakan kondisi dimana perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian. Itu artinya semua biaya yang dikeluarkan untuk operasi produksi bisa ditutupi oleh pendapatan dari penjualan produk.



Fungsi Perhitungan Break Even Point (BEP)



Berbeda dengan return of investment dimana berfungsi sebagai analisis seberapa efisiensi penggunaan modal yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha, analisis BEP membantu bagaimana perusahaan bisa mengefisiensikan produksinya untuk mencapai laba yang optimal.



Adapun fungsi atau tujuan perhitungan Break Even Point (BEP) sebagai berikut.



2021



2



Manajemen Dan Audit Energi dari Modul Akhmad Wahyu Dani, ST, MT



Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU http://pbael.mercubuana.ac.id/



1. Pengusaha mampu menentukan volume kapasitas produksi yang tersisa setelah BEP tercapai hal ini akan membantu perusahaan memproyeksikan laba maksimumnya. 2. Pengusaha bisa menentukan langkah efisiensi kerja yang bisa dilakukan. Contohnya, mengurangi beban yang dianggap tidak perlu. 3. Mengetahui perubahan nilai laba jika terjadi perubahan harga produk. Hal ini karena nilai BEP dengan harga produk dan laba memiliki hubungan linier. Itu artinya jika salah satu nilai tinggi maka elemen lainnya juga tinggi. 4. Mampu mengetahui perubahan laba sehingga perusahaan bisa mengantisipasi nilai kerugian ketika terjadi penurunan penjualan. 5. Pengusaha dapat menentukan margin untuk memperoleh keuntungan.



Intinya, adanya perhitungan BEP ini adalah sebagai pedoman bagi pengusaha untuk mengefisiensikan produksi untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Pengusaha bisa menetapkan kebijakan-kebijakan ekonomis bagi bisnisnya pada periode mendatang. Pengusaha juga menjadi lebih jeli dalam memberikan inovasi pada produk-produknya.



Komponen Pembentuk Break Even Point



Tentu tidak lengkap jika membahas perhitungan BEP tanpa mengetahui komponen pembentuknya. Ada empat komponen pembentuk perhitungan Break Even Point (BEP) yaitu biaya tetap, biaya variabel, harga jual, dan pendapatan. Berikut penjelasannya.



Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya tetap atau fixed cost merupakan biaya yang nilainya tidak berubah meski ada perubahan operasional bisnis. Perubahan yang dimaksud adalah ada atau tidaknya aktivitas operasional perusahaan untuk memproduksi barang pada periode tertentu. Misalnya biaya tenaga kerja, biaya sewa, atau biaya penyusutan peralatan.



Biaya Variabel (Variable Cost) Berbeda dengan biaya tetap, biaya variabel nilainya berubah-ubah sesuai dengan kapasitas produksi. Biaya variabel bisa saja meningkat atau menurun sesuai dengan permintaan. Misalnya biaya bahan baku, biaya transportasi, atau biaya lainnya yang berkaitan langsung dengan kapasitas produksi. 2021



3



Manajemen Dan Audit Energi dari Modul Akhmad Wahyu Dani, ST, MT



Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU http://pbael.mercubuana.ac.id/



Harga Jual (Price) Harga jual merupakan besaran harga setelah menentukan seluruh biaya produksi ditambah dengan nilai keuntungan atau margin. Harga jual biasanya dihitung per-unit setelah produksi.



Pendapatan (Revenue) Pendapatan atau penghasilan merupakan perhitungan hasil yang didapat dari penjualan. Jumlah pendapatan didapat dari harga jual dikalikan dengan jumlah produk yang terjual. Nilai pendapatan berfungsi untuk proyeksi pendapatan pada periode selanjutnya dengan nilai keuntungan dan/atau jumlah unit dan harga yang berbeda.



Perhitungan Break Even Point (BEP)



Break even analysis merupakan dasar dari seluruh metode break even. Dengan memahami ini, anda akan tahu lebih lanjut tentang apa itu BEP. Fungsi break even analysis untuk mengetahui volume penjualan akan menghasilkan keuntungan atau kerugian. Ada tiga manfaat yang menjadi dasar break even analysis yaitu: 1. Memberikan



informasi



banyaknya



investasi



yang



butuhkan



agar



dapat



mengimbangi pengeluaran awal. 2. memberi margin sebagai langkah pembatas supaya tidak mengalami kerugian 3. Digunakan secara luas, baik dalam analisa jual beli saham dan menganalisa budget dari berbagai macam project yang dilakukan perusahaan.



Komponen Penghitungan Dasar Selain ketiga manfaat break even analysis berikut empat konsep penggunaan break even analysis yang harus Anda ketahui: 1. Fixed cost atau biaya tetap artinya biaya tetap atau tidak berubah meskipun volume produksi berubah. 2. Variabel cost atau biaya variabel, artinya biaya berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi. 3. Penghasilan atau revenue, merupakan jumlah pendapatan yang diterima oleh penjual barang. 4. Laba atau profit, merupakan sisa penghasilan setelah dikurangi biaya tetap dan biaya variable.



2021



4



Manajemen Dan Audit Energi dari Modul Akhmad Wahyu Dani, ST, MT



Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU http://pbael.mercubuana.ac.id/



Break Even Point atau BEP umumnya dapat dihitung menggunakan tiga metode; metode persamaan, metode margin kontribusi dan metode grafik. Meskipun memiliki perbedaan bentuk atau variasi analisis, namun pada dasarnya hasil akhirnya tetap sama. Berikut penjabaran metode perhitungan Break Even Point.



1. Metode Persamaan Metode persamaan merupakan metode yang digunakan berdasarkan laporan laba rugi. Rumus pertama digunakan untuk mengetahui berapa unit jumlah barang/jasa yang harus diproduksi untuk mencapai BEP yaitu: BEP (unit) = Total Biaya Tetap (Fixed Cost) / (Harga Jual Per Unit Produk – Biaya variabel setiap unit produk



Rumus kedua adalah untuk mengetahui berapa rupiah nilai penjualan yang harus diterima untuk mendapatkan titik impas. Adapun rumusnya sebagai berikut. BEP (rupiah) = Total Biaya Tetap (Fixed Cost) / (1 – Biaya Variabel Setiap Unit Produk / Harga Jual Per Unit)



atau BEP (Satuan Rupiah) = (Biaya Tetap / Harga Jual Per Unit – Biaya Variabel) x Harga Jual per Unit



BEP untuk produk ganda BEP Produk Ganda = Biaya Tetap (Fixed Cost) / [(1 – v/c) x Wi]



Dimana v/c merupakan perbandingan variable cost atau biaya variabel dan harga jual. Sedangkan Wi menyatakan persentase dari total penjualan tiap produk dalam rupiah atau bisa disebut dengan bobot kontribusi margin. Pada keadaan BEP laba operasionalnya sama dengan nol sehingga menghasilkan jumlah produk yang dijual mencapai BEP ditambah biaya tetap.



2. Metode Kontribusi Unit



2021



5



Manajemen Dan Audit Energi dari Modul Akhmad Wahyu Dani, ST, MT



Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU http://pbael.mercubuana.ac.id/



Metode kontribusi unit merupakan metode berdasarkan jumlah margin kontribusi. Margin kontribusi sendiri adalah selisih antara pendapatan dari hasil penjualan dengan biaya variabel. Dengan menggunakan metode ini, pengusaha dapat mengetahui berapa keuntungan dari suatu produk yang berhasil dijual dengan mengukur hasil dari penjualan terhadap keuntungan. Margin kontribusi unit = Pendapatan – Biaya variabel (Variable Cost) Rasio Margin Kontribusi = Margin Kontribusi / Penjualan Berdasarkan dasar rumus di atas akan menghasilkan rumus:



BEP (Unit) = Biaya Tetap / Margin Kontribusi per Unit



atau BEP = Biaya Tetap / (Harga Jual – Biaya variabel)



Sedangkan untuk satuan rupiah:



BEP (Satuan Rupiah) = Biaya Tetap / Rasio Margin Kontribusi



3. Metode Grafik Selain dengan metode persamaan, BEP atau Break Even Point dapat digambarkan melalui metode grafik. Grafis BEP akan menunjukkan volume penjualan pada sumbu x atau garis horizontal dan biaya akan terletak pada sumbu y atau garis vertikal.



Nah, titik impas atau BEP terletak pada perpotongan antara garis volume penjualan dan garis biaya. Untuk lebih jelasnya, Anda bisa melihat grafik di bawah ini.



2021



6



Manajemen Dan Audit Energi dari Modul Akhmad Wahyu Dani, ST, MT



Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU http://pbael.mercubuana.ac.id/



Pada grafik tersebut, irisan pada sebelah kiri garis BEP merupakan sisi kerugian (loss) dan sebelah kanan merupakan sisi laba (profit). Grafik BEP mampu mempermudah pengusaha untuk melihat dan mengevaluasi perubahan volume tahun lalu dan memproyeksikan volume penjualan pada tahun selanjutnya. Menurut Henry Simamora dalam bukunya Akuntansi Manajemen (2012), melalui grafik BEP, hal yang penting bagi pengusaha untuk diperhatikan adalah selama harga jual melebihi biaya variabel, maka penjualan yang lebih banyak akan menguntungkan perusahaan baik dengan meningkatkan laba atau mengurangi kerugian. Sehingga penting bagi perusahaan tetap beroperasi untuk mencegah kerugian yang lebih besar lagi.



Contoh Perhitungan Break Even Point (BEP)



Untuk membuktikan dan bisa lebih memahami analisis titik impas atau BEP, Anda bisa melihat contoh soal berikut ini.



Contoh 1. Sebuah perusahaan yang memproduksi peralatan rumah tangga ingin mengetahui berapa unit yang harus diproduksi agar mencapai BEP atau titik impas. Biaya tetap produksinya Rp 100.000.000 dan biaya variabel atau tidak tetap per-unit sebesar Rp 250.000. Harga



2021



7



Manajemen Dan Audit Energi dari Modul Akhmad Wahyu Dani, ST, MT



Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU http://pbael.mercubuana.ac.id/



jual per-unitnya sebesar Rp 500.000. Berapakah unit yang harus diproduksi agar perusahaan tersebut mencapai BEP?



Diketahui: •



Biaya tetap produksi (Fixed Cost): Rp 100.000.000







Biaya variabel per unit: Rp 250.000







Harga jual per unit: Rp 500.000



Menghitung BEP dalam Unit maka persamaan yang digunakan adalah: BEP (unit) = Total Biaya Tetap (Fixed Cost) / (Harga Jual Per Unit Produk – Biaya variabel setiap unit produk BEP (Unit) = 100.000.000 / (500.000 – 250.000) BEP (Unit) = 100.000.000 / 250.000 BEP (Unit) = 400 unit



Jadi, perusahaan tersebut harus memproduksi peralatan rumah tangga sebanyak 400 unit mencapai Break Even Point (BEP). Untuk perhitungan berapa rupiah agar mencapai BEP maka; BEP (Rupiah) = Total Biaya Tetap (Fixed Cost) / (1 – Biaya Variabel Setiap Unit Produk / Harga Jual Per Unit) BEP (Rupiah) = 100.000.000 / (1 – 250.000/500.000) BEP (Rupiah) = 100.000.000 / (1 – 1/2) BEP (Rupiah) = Rp 200.000.000



Jadi, perusahaan tersebut harus bisa mencapai penjualan sebesar Rp 200.000.000 untuk mencapai titik impasnya. Tidak sampai di situ, melalui perhitungan tersebut perusahaan bisa memproyeksikan target laba yang diinginkan menggunakan rumus: BEP – Laba = (Biaya Tetap + Target Laba) / (Harga Jual Per Unit – Biaya Variabel)



Katakanlah perusahaan tersebut menargetkan laba sebesar Rp 50 juta per bulan maka, BEP – Laba = (100.000.000 + 50.000.000) / (500.000 – 250.000) BEP – Laba = 150.000.000 / 250.000 BEP – Laba (untuk target unit) = 600 unit BEP – Laba (untuk target penjualan) = (jumlah unit x harga jual) = 600 x Rp 500.000 = Rp 300.000.000



2021



8



Manajemen Dan Audit Energi dari Modul Akhmad Wahyu Dani, ST, MT



Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU http://pbael.mercubuana.ac.id/



Untuk membuktikan bahwa penjualan 600 unit bernilai Rp 300.000.000, perusahaan mendapatkan laba sebesar Rp 50 juta, maka bisa menggunakan metode berikut. = Penjualan – (Biaya Tetap + Total Biaya Variabel) = 300.000.000 – (100.000.000 + (600 unit x 250.000)) = 300.000.000 – 250.000.000 = Rp 50.000.000



Contoh 2. Berikut adalah contoh soal BEP untuk Anda coba. Misalnya ada seorang akuntan manajer perusahaan ABC bertanggung jawab dalam operasional produksi dan persediaan stok barang ingin mengetahui jumlah sales yang diperlukan untuk menutup biaya operasional sebesar Rp.50.000.000,- dan ingin mendapat keuntungan sebesar Rp.20.000.000,Penyebaran biaya yang dikeluarakan untuk operasinya adalah sebagai berikut :



Total biaya tetap



= 50.000.000



Biaya variabel per unit



=



30.000



Harga jual per unit



=



50.000



Keuntungan yang di inginkan = 20.000.000 Carilah nilai break even point terlebih dahulu pada contoh soal bep ini.



Jawab : Saat nilai break even point sudah diketahui maka selanjutnya Anda dapat mengetahui juga nilai margin kontribusi. Berikut cara menghitung BEP di persoalan ini. Break even point = 50.000.000 : (margin kontribusi) Break even point = 50.000.000 : (50.000 – 30.000) Break even point = 50.000.000 : 20.000 Break even point = 2500 Unit Artinya perusahaan harus menjual 2500 Unit agar tidak mengalami kerugian, tetapi jika hanya menjual 2500 unit perusahaan ABC juga tidak akan memperoleh keuntungan. Kendalanya semua biaya baik itu biaya tetap ataupun variabel harus dengan jenis mata uang. BEP dalam rupiah = Harga jual per unit x BEP unit BEP dalam rupiah = 50.000 x 2.500 unit BEP dalam rupiah = Rp.125.000.000 2021



9



Manajemen Dan Audit Energi dari Modul Akhmad Wahyu Dani, ST, MT



Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU http://pbael.mercubuana.ac.id/



Selanjutnya yang merupakan point penting dalam perhitungan break even point (BEP) adalah bagaimana menerapkan BEP untuk menghasilkan keuntungan yang dinginkan dengan menggunakan break even analysis. N unit yang dibutuhkan = (20.000.000 : margin kontibusi) + break even point unit N unit = (20.000.000 : 20.000) + 2.500 N unit = 1.000 +2.500 N unit = 3.500



Dengan menggunakan korelasi dari metode BEP dan break even analysis, manajer produksi ABC dapat mengetahui berapa banyak unit yang harus terjual agar perusahaan ABC mendapat keuntungan yang di inginkan. Dalam contoh kasus Perusahaan ABC harus menjual sebanyak 3.500 unit agar memperoleh keuntungan sebesar Rp.20.000.000. Break Even Point berguna untuk menganalisis studi kelayakan sebuah aktivitas usaha dalam perencanaan bisnis. Selain itu Break Even Point adalah juga berfungsi sebagai landasaan strategis penjualan misalnya penentuan harga barang, pengambilan keputusan, dan metode produksi.



Kesimpulan BEP atau Break Even Point atau titik impas merupakan komponen keuangan dimana pengusaha mampu memproyeksikan berapa unit produk yang harus dijual atau berapa rupiah keuntungan yang harus dicapai agar berada di titik impasnya. Hal ini tentu berguna bagi perusahaan untuk memproyeksikan langkah-langkah yang akan diambil dalam aktivitas penjualan mulai dari inovasi, variasi produk, hingga hal-hal yang bersifat operasional agar perusahaan mampu mencapai keuntungan yang optimal.



Analisa Keuntungan (Benefit Analysis)



Contoh Menguraikan tentang: Bagaimana menghitung Keuntungan apabila saran solusi tersebut dilaksanakan. Benefit Analisis merupakan gambaran keuntungan yang bakal diperoleh manakala suatu tindakan benar benar dilaksanakan. Pada uraian sebelumnya telah diperoleh gambaran hasil akhir dari kegiatan audit dengan gambaran apabila suatu system sudah tidak effsien lagi, diperlukan upaya untuk meningkatkan nilai efisiensinya. Setelah direkomendasikan suatu usulan langkah perbaikan nilai efisiensi dalam bentuk rencana tindak, diperlukan gambaran apa yang akan terjadi apabila usulan itu diimplementasikan. Tercapainya gambaran 2021



10



Manajemen Dan Audit Energi dari Modul Akhmad Wahyu Dani, ST, MT



Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU http://pbael.mercubuana.ac.id/



keuntungan yang dituangkan dalam analisis ini sangat bergantung pada kecermatan dalam pemilihan jenis dan spesifikasi pompa, sehingga mampu menghasilkan nilai efisiensi sesuai sasaran. Benefit analisis menghasilkan perhitungan analisa keuntungan atas suatu tindakan perbaikan pompa yang jelas (akuntable) dengan tujuan selain untuk memberi gambaran tentang nilai prakiraan biaya yang diperlukan, langkah penanganan, masa pengembalian biaya yang diperlukan (BEP = Break Event Poin), juga perlu kejelasan sasaran yang akan dicapai, guna meyakinkan pihak-pihak yang terkait (stakeholders) terhadap tindakan yang memerlukan pembiayaan tersebut. Dari beberapa usulan alternative peningkatan nilai efisiensi energi sebagaimana Tabel di atas, penggantian pompa merupakan pilihan yang paling tinggi dinilai dari biaya investasinya, namun lebih kongkrit dalam memperhitungkan hasil akhir (target capaiannya). Penggantian



pompa



tanpa



pemilihan kapasitas



kinerjanya



secara



tepat, tidak



senantiasamampu meningkatkan nilai efisiensi sesuai harapan, manakala tidak dipenuhi prosedur pemilihannya. Adapun pembenahan sederhana atau penggantian beberapa komponen, meskipun diperlukan biaya yang lebih kecil, namun nilai peluang pencapaiannya relative rendah. Dalam pembahasan benefit analisis ini terdapat dua alternative perhitungan nilai benefit atas usulan peningkatan nilai efisiensi sustu system, antara lain:



a. Alternatif I: Upgrade system dengan Head dan Debit Tetap. Solusi ini mempertimbangkan apabila kinerja pompa yang sudah ada (karena alas an tertentu) tidak perlu ditingkatkan. Hal ini dimaksudkan sebagai gambaran bahwa apabila dengan meningkatkan nilai effisensi saja, berapa keuntungan yang akan diperoleh. b. Alternatif II: Upgrade system sekaligus dengan peningkatan (perubahan)kapasitas Head, Debit dan Efisiensinya. Solusi inidengan mempertimbangkan apabila kinerja Debit maupun Head Pompa perlu ditingkatkan, dengan menyesuaikan kebutuhan masa yang akan dating, berapa keuntungan yang akan diperoleh.



Berikut ini analisa keuntungan yang dapat diperoleh apabila dilakukan penanganan terhadap system Pompa.



2021



11



Manajemen Dan Audit Energi dari Modul Akhmad Wahyu Dani, ST, MT



Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU http://pbael.mercubuana.ac.id/



Tabel Hasil Perhitungan Peningkatan Kinerja Sistem EFISIENSI TOTAL DAN SPECIFIC ENERGI CONSUMPTION SISTEM AKHIR



Hasil Perhitungan Perubahan Kinerja Sistem PERUBAHAN KINERJA SISTEM



Hasil Perhitungan Tingkat Pengembalian Investasi ANALISA KEUNTUNGAN



Perhitungan di atas menunjukkan hasil penutupan (recovery) atas nilai investasi yang diperlukan dalam penanganan permasalahan efisiensi dengan cara membagi antara nilai investasi yang diperlukan terhadap nilai saving energi saja. Nilainya akan berbeda apabila diperhitungkan dampak atas kenaikan kapasitas sistem pompa yang dapat menghasilkan air yang dapat dijual, yang juga merupakan pembanding atas besarnya nilai pengembalian investasi tersebut. Apabila nilai tambahan kapasitas air dapat terjual 50 % dari tambahannya, maka dapat dihasilkan nilai BEP yang jauh akan lebih pendek. Perhitungan perubahan Kapasitas dan Kinerja Sistem antara sebelum dan sesudah penanganan, sebagaimana tabel di bawah ini.



2021



12



Manajemen Dan Audit Energi dari Modul Akhmad Wahyu Dani, ST, MT



Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU http://pbael.mercubuana.ac.id/



Keterangan : No. 1 : Nilai hasil pengukuran No. 2 : Nilai hasil pengukuran No. 3 : Nilai hasil pengukuran No. 5 : Nilai hasil pengukuran No. 6 : Nilai hasil pengukuran No. 10 : Nilai Asumsi No. 12 : Nilai Asumsi No. 17 : Nilai Asumsi No. 14 : Nilai Asumsi No. 4 : Hasil perhitungan No. 1, 2 dan 3 No. 7 : Hasil perhitungan No. 5 dan 6 No. 8 : Hasil perhitungan No. 4 dan 7 No. 9 : Hasil perhitungan No. 6 dan 8 No. 11 : Hasil perhitungan No. 9 dan 10 No. 13 : Hasil perhitungan No. 11 dan 12 No. 15 : Hasil perhitungan No. 13, 14 dan 28 No. 16 : Hasil perhitungan No. 5 dan 10 No. 17 : Nilai Target Minimal Efisien No. 18 : Hasil perhitungan No. 6 dan 17 No. 19 : Hasil perhitungan No. 7 dan 17 No. 20 : Hasil perhitungan No. 1, 3 dan 19 No. 21 : Nilai Target Peningkatan No. 22 : Hasil perhitungan No. 10 dan 18 No. 23 : Hasil perhitungan No. 12 dan 22 2021



13



Manajemen Dan Audit Energi dari Modul Akhmad Wahyu Dani, ST, MT



Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU http://pbael.mercubuana.ac.id/



No. 24 : Hasil perhitungan No. 11 dan 22 No. 25 : Hasil perhitungan No. 14 dan 24 No. 26 : Hasil perhitungan No. 10 dan 21 No. 27 : Hasil perhitungan No. 24 dan 26 No. 28 : Nilai RAB No. 29 : Hasil perhitungan No. 27 dan 28 Analisa Biaya Menguraikan tentang: Bagaimana menghitung biaya untuk perningkatan nilai efisiensi energi. Analisa biaya adalah perhitungan pembiayaan suatu kegiatan, yang menggambarkan uraian kegiatan yang memerlukan pembiayaan. Rencana Anggaran Biaya dibuat dengan tujuan agar dapat dijadikan sebagai bahan pengajuan anggaran biaya pada masa anggaran yang akan datang. Selain dari maksud utama di atas, RAB dapat juga dipergunakan sebagai piranti mengukur dan memonitor bobot pekerjaan serta mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan. Finansial Analisis dilakukan setelah tahap audit lanjutan (yang bersifat detail audit) diselesaikan dan telah diputuskan langkah strategis apa yang perlu ditempuh untuk meningkatkan nilai efisiensi system di lokasi tersebut. Nilai biaya yang selanjutnya akan dituangkan dalam Rencana Analisa Biaya yang kelak akan menjadi dasar penyusunan Anggaran dan Biaya pada tahun rencana realisasi fisik (implementasi). Nilai yang tercantum pada Rencana Anggaran Biaya selanjutnya akan dipergunakan sebagai acuan dalam perhitungan benefit analisis, yaitu perhitungan untuk menentukan waktu recovery biaya yang diperlukan terhadap nilai investasi yang direncanakan (Back Event Point). Rencana Anggaran Biaya memuat tentang: 1. Jenis Pekerjaan a. Pekerjaan persiapan, yang perlu dilakukan sebelum pekerjaan utama dimulai. b. Pekerjaan Utama, yang secara ringkas memuat spsesifikasi tentang barang/bahan yang akan dibeli (kapasitas, jumlah dan ukuran). Penyebutan spesifikasi peralatan/mesin didasarkan pada perhitungan dan pengetahuan yang cukup, agar setelah barang terpasang, kapasitas rencana dapat tercapa. c. Pekerjaan Pemasangan/Perakitan. d. Pekerjaan Penyempurnaan. 2. Volume a. Jumlah dan satuan yang berlaku. b. Ukuran yang lazim dipakai di pasaran. 3. Harga Satuan 2021



14



Manajemen Dan Audit Energi dari Modul Akhmad Wahyu Dani, ST, MT



Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU http://pbael.mercubuana.ac.id/



a. Diperoleh dari berbagai sumber yang dapat dipercaya. b. Dalam Harga Satuan diperhitungkan juga pajak dan biaya lain yang diperlukan. Oleh sebab itu maka perlu dijelaskan tentang lokasi pengambilan atau tujuan pengiriman. c. Manakala diperlukan, masukkan pula berbagai Jaminan, garansi, ketentuan claim dan asuransiyang diperlukan. d. Nilai satuan yang bersifat konstruksi dan nilainya melebihi kapasitas, perlu dicantumkan dasar perolehannya (Misalnya Kode Analisa Satuan Pekerjaan SNI). 4. Jumlah Harga a. Dibuat tiap Jenis pekerjaan, agar dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan bobot pekerjaan. b. Jumlah (Total) harga disertai penyebutan dengan Angka dan huruf. 5. Tanggal a. Pencantuman tanggal untuk menentukan mulai berlakunya nilai dalam RAB. b. Bilamana perlu, ditambahkan masa berlakunya RAB. 6. Tanda tangan a. Pembuat b. Penanggungjawab.



Kebutuhan biaya untuk implementasi diuraikan sebagaimana tabel di bawah ini.



Tabel . Dokumentasi Pelaksanaan Pengukuran Besaran Elektrik dan Hidrolik Rencana Anggaran Biaya Sistem



2021



15



Manajemen Dan Audit Energi dari Modul Akhmad Wahyu Dani, ST, MT



Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU http://pbael.mercubuana.ac.id/



Tabel Jadwal Rencana Implementasi Program Peningkatan Efisiensi Energi SCHEDULE IMPLEMENTASI EFISIENSI ENERGI SISTEM POMPA



2021



16



Manajemen Dan Audit Energi dari Modul Akhmad Wahyu Dani, ST, MT



Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU http://pbael.mercubuana.ac.id/



Daftar Pustaka 1. Direktorat Pengembangan Energi. Petunjuk teknis konservasi energi; Prosedur Audit Energi Pada Bangunan Gedung. Jakarta: Departemen Pertambangan dan Energi. Direktotat Jendral Pengembangan Energi. 2. Kementrian Perindustrian, Pedoman Teknis Audit Energi, 2011 3. Energy



Audit



Guide



Part



B:



System



Retrofits



For



Energy



Efficiency,



Directorate General for Employment and Social Affairs, Athens, 2000. 4. Marpaung, Parlindungan, Audit Energi Dalam Manajemen Energi : Mendukung Diklat Teknis Audit Energi Pada Bangunan Gedung. Jakarta. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2014. 5. BOCA, International energy conservation code 2000.6.ASHRAE, Standard 90.1: energy efficiency. 6. ESDM. Modul Manager Energi di Industri dan Gedung. Jakarta. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2020. 7. Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Konservasi Energi. 8. Ainul Ghurri, Konsep Manajemen Energi, 2011 9. SNI 6197: 2011 RSR.Konservasi Energi Pada Sistem Pencahayaan. Badan Standardisasi Nasional. 2011. 10. SNI 6196:2011 Standar Nasional Indonesia. Prosedur audit energi pada bangunan gedung. 11. SNI ISO 50001 - Sistem Manajemen Energi 12. Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2016, tentang Percepatan Infrastruktur Ketenagalistrikan, 13. Peraturan Presiden No. 66 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden No. 61 Tahun 2015 tentang Penghimpunan dan Penggunaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit. 14. Peraturan Menteri Keuangan No.177/PMK.011/2007 tentang Pembebasan Bea Masuk atas Impor Barang untuk Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas serta Panas Bumi. 15. Peraturan Menteri Keuangan No.03/PMK.011/2012 tentang Tata Cara Pengelolaan dan Pertanggung jawaban Fasilitas Dana Geothermal. 16. Peraturan Menteri ESDM No. 49 Tahun 2017 merupakan penyempurnaan atas Permen ESDM No. 10 Tahun 2017 tentang Pokok-Pokok Dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik. 2021



17



Manajemen Dan Audit Energi dari Modul Akhmad Wahyu Dani, ST, MT



Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU http://pbael.mercubuana.ac.id/



17. Peraturan Menteri ESDM No. 50 Tahun 2017 merupakan revisi dari Permen ESDM No. 12 Tahun 2017 tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik. 18. Peraturan Menteri ESDM No. 49 Tahun 2018 tentang Penggunaan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap oleh Konsumen PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).



2021



18



Manajemen Dan Audit Energi dari Modul Akhmad Wahyu Dani, ST, MT



Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU http://pbael.mercubuana.ac.id/