Modul 9 Risiko Audit [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODUL 9 AUDIT RISK



PENGANTAR Resiko Audit adalah suatu hal yang wajib diketahui oleh seorang auditor, seorang auditor yang professional akan mudah dalam mendeteksi risiko-risiko audit yang akan dialami pada saat pelaksanaan audit. TUJUAN PERKULIAHAN Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mampu: 



Menjelaskan mengenai RIsiko Audit







Menelaah hubungan rIsiko audit, materialitas dan bukti audit. 1. Pendahuluan Setiap pekerjaan dapat dipastikan mengandung risiko. Risiko dapat diartikan sebagai suatu kemungkinan timbulnya kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan. Dalam proses audit atas laporan keuangan, seorang auditor juga dihadapkan pada risiko audit. Risiko yang dihadapi oleh seorang auditor adalah berupa kemungkinan adanya kesalahan yang dibuat oleh seorang auditor dalam memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Standar Auditing 312.02 merumuskan risiko audit sebagai risiko yang terjadi dalam hal auditor tanpa disadari tidak memodifikasikan pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material”. Dengan kata lain,



risiko audit merupakan kemungkinan masih terdapatnya kesalahan yang material dalam laporan keuangan setelah proses audit selesai dan laporan wajar tanpa pengecualian (WTP) diterbitkan. Risiko audit merupakan sesuatu yang tidak dapat diabaikan oleh seorang auditor. Seorang auditor harus sanggup menghadapi risiko audit. Oleh karena itu, seorang auditor harus menetapkan kesanggupannya dalam menghadapi risiko audit. Ukuran kesanggupan seorang auditor untuk menerima risiko audit disebut Acceptable Audit Risk (AAR). Dengan demikian, Acceptable Audit Risk (AAR)merupakan kesanggupan seorang auditor untuk menerima kemungkinan masih terdapatnya kesalahan yang material dalam laporan keuangan setelah proses audit selesai dan laporan wajar tanpa pengecualian (WPT) diterbitkan.



2. Komponen Resiko Audit Risiko audit terdiri dari tiga komponen, yaitu: Risiko bawaan (inherent risk), risiko pengendalian (control risk), dan risiko deteksi (detection risk). Berbagai



risiko



yang



terkait



dengan



risiko



audit



tersebut



semuanya



berhubungan dengan kemungkinan terdapatnya kesalahan dalam laporan keuangan. Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai risiko-risiko tersebut. a) Resiko Bawaan (Inherent Risk) Inherent risk adalah kerentanan suatu saldo rekening atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji yang material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang terkait.



Selain itu, Inherent risk dapat didefinisikan sebagai suatu kemungkinan terjadinya



kesalahan



material



dalam



segmen



tertentu



tanpa



memperhitungkan efektifitas pengendalian intern. Inherent risk merupakan faktor independen terhadap audit laporan keuangan. Ini berarti bahwa auditor tidak dapat mengubah tingkat sesungguhnya (actual level) dari Inherent risk. Namun auditor dapat mengubah tingkat risiko yang ditetapkan (assessed level) dari Inherent risk. Auditor biasanya melakukan perhitungan Inherent risk terutama pada tahap perencanaan audit. Pada awal audit tidak banyak yang bisa diperbuat untuk mengubah Inherent risk. Sebaliknya, auditor harus menetapkan faktor-faktor pembentuk risiko tersebut dan memodifikasi bahan bukti audit. Faktorfaktor utama dibawah ini harus ditelaah dalam menetapkan Inherent risk : 



Sifat bidang usaha klien (nature of the client’s business)







Integritas manajemen (management integrity)







Motivasi klien (Client’s motivation)







Hasil audit tahun sebelumnya (result of previous audits)







Penugasan pertama atau penugasan ulang (initial versus repeat engagement)







Transaksi hubungan istimewa (related parties transaction)







Transaksi tidak rutin (nonroutine transactions)







Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi secara benar ( judgement required correctly record account balances and transaction)







Kerentanan terhadap kecurangan (susceptibility to defalcation)







Unsur-unsur populasi (makeup of the population)



Sifat Bidang Usaha Klien Risiko bawaan (Inherent risk) dalam beberapa hal dipengaruhi oleh sifat bidang usaha dari perusahaan klien sendiri. Misalnya, akan lebih besar kemungkinan usangnya persediaan pada pabrik elektronik daripada peleburan baja. Atau piutang pinjaman yang diberikan oleh lembaga keuangan kecil akan lebih rendah kolektibilitasnya daripada pinjaman oleh Bank. Risiko bawaan (Inherent risk) tiap jenis usaha akan lebih bervariasi pada akun seperti persediaan, piutang usaha, piutang pinjaman, tanah dan bangunan. Sifat usaha ini akan kurang pengaruhnya untuk akun kas, wesel tagih dan utang hipotek. Integritas Manajemen Jika manajemen didominasi satu atau beberapa orang yang integritasnya kurang, maka kemungkinan bahwa laporan keuangan disalah sajikan akan lebih besar. Contohnya, kurangnya integritas manajemen



ditemukan



dalam



kebanyakan



kasus



dimana



auditor



menghadapi kasus tuntutan hukum. Auditor mengambil risiko profesional dan hukum yang besar jika mereka menerima penugasan dari klien yang integritasnya kurang, dan banyak kantor akuntan publik tidak akan menerima penugasan demikian.



Seringkali manajemen memiliki tingkat integritas tertentu yang memadai tetapi tidak dapat disebut jujur dalam semua hal. Misalkan manajemen mengurangkan artikel aktiva tetap sebagai beban perbaikan dan pemeliharaan dalam SPT, atau tidak memberitahu pelanggan bahwa klien menerima dua kali pembayaran untuk transaksi yang sama. Auditor harus mengevaluasi dahulu apakah ia akan menerima penugasan dari klien semacam itu, jika ya, harus ditetapkan tingkat risiko bawaan (Inherent risk) yang tinggi untuk semua segmen dalam penugasan untuk menguji kemungkinan salah saji yang disengaja. Motivasi Klien Dalam situasi tertentu, manajemen dapat merasa bahwa akan lebih menguntungkan mensalahsajikan laporan keuangan. Misalkan jika manajemen akan menerima persentase dari laba sebagai bonus, mungkin terjadi kecenderungan untuk melebih sajikan laba bersih. Demikian pula kalau suatu utang obligasi mensyaratkan rasio likuiditas tertentu, klien mungkin



berkeinginan



untuk



melebih



sajikan



aktiva



lancar



dan



mengkurang sajikan utang lancar untuk memenuhi hal tersebut. Juga , perlu dipertimbangkan motivasi untuk mengurang-kan sajikan laba sebelum pajak untuk mengurangi pajak yang harus dibayar. Jadi kalau manajemen tidak memiliki integritas yang tinggi, motivasi tertentu bisa membuat mereka mensalah sajikan laporan keuangan. Dengan demikian, jika auditor menganggap bahwa penyajian laporan keuangan telah



dicampuri oleh motivasi klien, ia harus menetapkan risiko bawaan (Inherent risk) yang tinggi. Hasil Audit Sebelumnya Salah saji yang



terjadi



pada



audit



sebelumnya



memiliki



kemungkinan untuk terjadi lagi dalam audit tahun berjalan. Ini disebabkan beberapa salah saji mempunyai sifat yang sistemis dan organisasi cenderung lamban melakukan pengubahan untuk mengatasinya. Maka auditor harus dianggap lalai jika tidak memperhatikan hasil audit tahun sebelumnya dalam audit program tahun berjalan. Jika misalnya pada tahun sebelumnya ditemukan banyak salah saji pada penetapan harga, kemungkinan besar risiko bawaan (Inherent risk) akan tinggi dan pengujian ekstensif harus dilakukan tahun berjalan untuk memeriksa apakah kelemahan dalam sistem klien ini telah diperbaiki. Akan tetapi kalau pada beberapa tahun sebelumnya tidak ditemui salah saji apapun, auditor dibenarkan untuk mengurangi risiko bawaan (Inherent risk), dengan catatan tidak ada perubahan keadaan yang relevan.



Penugasan Pertama Atau Penugasan Ulang Auditor akan memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai kemungkinan terjadinya salah saji setelah mengaudit sebuah klien untuk beberapa tahun. Tidak ada pengalaman sebelumnya biasanya membuat auditor menetapkan tingkat risiko bawaan (Inherent risk) yang lebih tinggi dari pada penugasan ulang tanpa salah saji yang material. Kebanyakan



auditor menetapkan risiko bawaan (Inherent risk) yang tinggi pada penugasan pertama, dan menguranginya pada tahun-tahun berikutnya setelah memperoleh pengalaman. Hubungan Istimewa Transaksi antara induk perusahaan dengan anak perusahaan atau antara perusahaan dengan pribadi manajemennya adalah contoh hubungan istimewa seperti yang didefinisikan PSAK 7. Transaksi yang dilakukan dua pihak yang independen dan dilaksanakan secara normal tidak termasuk dalam definisi ini. Dalam hal transaksi semacam ini terjadi, auditor harus meningkatkan risiko bawaan (Inherent risk) klien yang bersangkutan.



Transaksi Tidak Rutin Transaksi yang tidak biasa akan lebih besar kemungkinannya untuk tidak dicatat dengan benar karena kurangnya pengalaman klien dalam penanganannya. Contohnya adalah kerugian karena kebakaran, pembelian tanah dan bangunan yang besar atau persetujuan sewa guna usaha. Transaksi tidak rutin mengandung risiko bawaan (Inherent risk) yang lebih tinggi dari pada transaksi rutin.



Pertimbangan Yang Diperlukan Untuk Mencatat Saldo Akun Dan Transaksi Secara Benar



Banyak akun yang melibatkan unsur estimasi dan pertimbangan manajemen. Contohnya adalah penyisihan piutang tertagih, usangnya persediaan, kewajiban pembayaran garansi, dan cadangan kredit tak tertagih.



Demikian



pula



transaksi



perbaikan



besar-besaran



atau



penggantian aktiva merupakan contoh diperlukannya pertimbangan untuk mencatat transaksi dengan benar. Semakin diperlukan pertimbangan dalam mencatat akun atau transaksi dengan benar, risiko bawaan (Inherent risk) semakin tinggi. Kerentanan Terhadap Kecurangan Auditor perlu mempertimbangkan risiko akan adanya kecurangan dalam



situasi



dimana



relatif



mudah



untuk



memindahkan



aktiva



perusahaan menjadi milik pribadi. Contohnya kalau uang tunai, efek-efek atau persediaan yang mudah dijual tidak diawasi dengan baik. Kalau ini terjadi, risiko bawaan (Inherent risk) harus ditingkatkan.



Unsur-Unsur Populasi Unsur-unsur individual



yang membentuk populasi



seringkali



mempengaruhi ekspektasi salah saji yang material. Misalkan, kebanyakan auditor menetapkan risiko bawaan yang tinggi untuk akun piutang usaha yang kebanyakan telah jatuh tempo dari pada yang unsur-unsurnya adalah piutang yang masih baru. Contoh lain, kemungkinan salah saji pada persediaan yang dibeli bertahun-tahun yang lalu akan lebih besar dari persediaan yang baru dibeli beberapa bulan. Transaksi dengan



perusahaan afiliasi, piutang karyawan, pembayaran utang lewat kas dan piutang usaha yang belum tertagih beberapa bulan adalah contoh situasi yang membutuhkan risiko bawaan (Inherent risk) yang tinggi, dan karenanya membutuhkan penelaahan lebih seksama karena lebih tingginya kemungkinan terjadinya salah saji dari pada transaksi biasa.



b) Resiko Pengendalian (Control Risk)



Risiko pengendalian (control risk) adalah ukuran kemungkinan terdapatnya suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern satuan usaha. Risiko pengendalian adalah



fungsi



dari keefektifan kebijakan dan prosedur pengendalian intern klien. Tingkat risiko pengendalian sesungguhnya tidak bisa diubah oleh auditor,



namun



demikian



auditor



bisa



mengubah



tingkat



risiko



pengendalian yang ditetapkan dengan memodifikasi (1) prosedurprosedur yang digunakan untuk mendapatkan pemahaman mengenai struktur pengendalian intern yang berhubungan dengan asersi-asersi, dan (2) prosedur-prosedur yang digunakan untuk melakukan pengujian pengendalian. Biasanya auditor menetapkan perhitungan tingkat risiko pengendalian direncanakan untuk setiap asersi penting laporan keuangan pada tahap perencanaan audit.



c) Resiko Deteksi (Deteksi Risk) Risiko deteksi adalah ukuran kemungkinan seorang auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi adalah suatu fungsi dari keefektifan prosedur auditing dan penerapannya oleh auditor. Tingkat risiko auditor sesungguhnya bisa diubah oleh auditor dengan memodifikasi sifat, saat, dan luas pengujian substantif yang dilakukan untuk setiap asersi. Dalam menentukan risiko deteksi, auditor juga harus memperhitungkan kemungkinan bahwa ia melakukan kesalahan. Aspek risiko deteksi dapat dikurangi melalui perencanaan yang memadai dan supervisi yang tepat serta melalui penerapan standar pengendalian mutu.



3. Hubungan Antar Komponen Resiko Untuk suatu tingkat risiko audit tertentu, terdapat hubungan terbalik antara tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diperhitungkan untuk suatu asersi, dengan tingkat risiko deteksi yang dapat diterima auditor untuk aasersi tersebut. Di dalam menghubungkan komponen-komponen risiko audit, auditor bisa menyatakan setiap komponen dalam bentuk kuantitatif atau non-kuantitatif. Model risiko audit sangat penting untuk dipahami dalam menentukan tingkat risiko deteksi direncanakan yang dapat diterima.



4. Hubungan Antar Resiko Audit dengan Bukti Audit



Terdapat hubungan terbalik antara risiko audit dengan jumlah bukti yang diperlukan untuk mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan. Artinya untuk klien tertentu, semakin rendah tingkat risiko audit yang ingin dicapai, semakin banyak jumlah bukti yang diperlukan. Hubungan ini berlaku pula untuk risiko deteksi. Untuk asersi tertentu, semakin rendah tingkat risiko deteksi yang dapat diterima yang ditetapkan auditor, semakin banyak bukti yang diperlukann untuk membatasi tingkat risiko dekteksi pada tingkat tersebut. Sebaliknya risiko bawaan san risiko pengendalian mempunyai hubungan langsung dengan jumlah bukti yang diperlukan. Bukti yang diperlukan semakin sedikit apabila risikonya rendah karena dalam situasi demikian risiko deteksinya dapat menjadi tinggi.



5. Hubungan Antar Materialitas, Resiko Audit dan Bukti Audit



Mempertahankan agar risiko audit tetap, dan apabila kita menurunkan tingkat mterialitas, maka bukti audit harus ditingkatkan agar lingkaran tetap bulat. Begitu pula apabila kita menginginkan agar tingkat materialitas tetap, dan mengurangi bukti audit, maka risiko audit harus dinaikkan agar lingkaran tetap bulat. Atau apabila kita ingin mengurangi risiko audit, maka kita bisa melakukan salah satu dari hal-hal berikut: (1). Meningkatkan tingkat materialitas, sementara bukti audit tetap (2). Menaikan bukti audit, sementara tingkat materialitas tetap atau (3). Melakukan sedikit kenaikan pada jumlah bukti audit dan pada tingkat materialitas.



6. Model Resiko Audit Model risiko audit menyatakan hubungan antara komponen-komponen risiko audit sebagai berikut; RA = RB x RP X RD Dalam model di atas simbol-simbol berarti sebagai berikut; RA (Risiko Audit) RB (Risiko Bawaan) RP (Risiko Pengendalian ) RD (Risiko Deteksi)



Untuk menggambarkan penggunakan model diatas, misalkan auditor telah membuat perhitungan risiko berikut untuk suatu asersi tertentu, Misalnya Asersi penilaian atau pengalokasian atas persediaan: RB = 50% RP = 50% Misalkan auditor telah menetapkan risiko audit (RA) keseluruhan sebesar 5% risiko deteksi dapat ditentukan dengan menggunakan model untuk RD sebgai berikut: RD = RA/ (RBX RP). = 0,05/(0,5X0,5). = 20%



PERTANYAAN : 1. Jelaskan resiko yang timbul dalam pelaksanaan audit 2. Jelaskan hubungan materialitas dengan resiko audit



DAFTAR PUSTAKA







Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik Buku 1 dan 2, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta, 2012







Mulyadi, Auditing Buku 1 dan 2 , Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2013







Alvin A. Arens, Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Buku 1 dan 2 , Airlangga, Jakarta, 2006