Modul Agribisnis Ternak Unggas Petelur [PDF]

  • Author / Uploaded
  • ILHAM
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODUL 1 KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PEMBELAJARAN



Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Kompetensi Keahlian Semester Nama Guru



A. Tujuan Pembelajaran



: SMKN Cibogo : Agribisnis Pakan Ternak Unggas : XII /Agribisnis Unggas Petelur : V / Lima : Ilham Fadilah,.S.Pt



:



1. Siswa memahami tentang pengetahuan tentang rekording dalam agribisnis unggas petelur. 2. Siswa mampu menerapkan pengetahuan tentang rekording dalam agribisnis unggas petelur. B. Materi Pembelajaran



:



Rekording dalam agribisnis unggas petelur. Recording merupakan suatu upaya untuk mencatat segala macam kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan/pemeliharaan ternak sejak masuk kandang sampai ahir produksi. Tujuan recording adalah agar tersedianya data-data yang kongkrit tentang segala kejadian selama pemeliharaan. Evaluasi data sangat bermanfaat sekali untuk mengetahui kemajuan dan keuntungan dalam pemeliharaan ayam. Manfaat dari evaluasi data adalah, 1. mengetahui perubahan jumlah kematian ayam 2. mengetahui pertumbuhan ayam 3. mengetahui pertambahan berat badan 4. mengetahui jumlah pakan yang dikonsumsi 5. memudahkan perhitungan keuntungan dari usaha peternakan.



C. Penilaian / Tugas Soal



:



Silakan kalian googling/ cari dinternet tentang gambar papan recording di peternakan ayam petelur !!



MODUL 2 KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PEMBELAJARAN



Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Kompetensi Keahlian Semester Nama Guru



A. Tujuan Pembelajaran



: SMKN Cibogo : Agribisnis Pakan Ternak Unggas : XII /Agribisnis Ternak Unggas : V / Lima : Ilham Fadilah,.S.Pt



:



1. Siswa memahami tentang pengetahuan tentang rekording dalam agribisnis unggas petelur. 2. Siswa mampu menerapkan pengetahuan tentang rekording dalam agribisnis unggas petelur. B. Materi Pembelajaran



:



Rekording dalam agribisnis unggas petelur. Tujuan dan Manfaat Pencatatan {Recording} Penca ta ta n terna k ( re co rd in g ) merupakan salah satu kegiatan penting dari beberapa kegiatan yang dilakukan dalam usaha peternakan. “Recording“ berasal dari kata Record, artinya catatan atau rekaman. Recording adalah catatan segala kejadian mengenai ternak yang dipelihara yang dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan yang objektif didasarkan atas fakta yang ada, sehingga keputusan yang dibuat merupakan keputusan yang baik. Dalam pengelolaan peternakan moderen, pencatatan (recording) menjadi sangat penting. Hal ini disebabkan karena jumlah ternak yang dikelola tidak sedikit. Komponen pencatatan ternak yang harusnya mendapat perhatian antara lain: jumlah populasi, jumlah pemberian pakan, jumlah produksi harian yang dihasilkan seperti pertambahan bobot badan, produksi susu, produksi telur, konsumsi ransum, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, tingkat kematian (mortalitas) ternak yang dipelihara, penyakit yang menyerang, riwayat kesehatan (medical record), obat-obatan atau vaksin yang dibutuhkan, data kelahiran ternak, dan masih banyak lainnya. Semakin lengkap data maka semakin mudah seorang



peternak melakukan evaluasi kinerja kegiatan usahanya dan semakin mudah seorang peternak dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan kegiatan usaha peternakannya. Manfaat dari sistem recording ini adalah untuk mendapatkan informasi lengkap tentang ternak yang dipelihara, y a n g b e r g u n a d a l a m m a n a j e m e



n



pemeliharaan



ternak,



memudahkan



pengambilan



keputusan,



mengefisienkan waktu, tenaga dan biaya, memudahkan dalam monitoring, controling, evaluasi usaha, untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh serta sebagai dasar perencanaan pengembangan usaha. Lebih luas sistem recording berguna sebagai perekam informasi tentang profil produksi ternak di suatu daerah, faktor-faktor pendukung dan penghambatnya, serta sebagai sumber data untuk kepentingan seleksi ternak. Sistem recording yang dilakukan dalam usaha peternakan dapat bervariasi sesuai dengan tujuan usaha (breeding atau fattening) dan jenis ternak yang dipelihara.



Sebagai



contoh,



pada



usaha



breeding,



recording



aspek-aspek



reproduksi menjadi hal yang utama; sedangkan pada usaha fattening, Average Daily Gain (ADG) merupakan parameter yang penting dalam mengetahui tingkat pertumbuhan ternak. J e n i s t e r a k y a n g d ip e l ih a r a j u g a menentukan aspek-aspek yang dicatat dalam sistem recording. Manfaat pencatatan ternak (recording) diantaranya adalah sebagai berikut: 1. D a p a t d i p e r g u n a k a n u n t u k memantau semua kegiatan teknis



usaha pemeliharaan ayam layer (Petelur) 2. Dapat dipergunakan untuk melihat asal usul ayam layer 3. Dapat dipergunakan untuk melihat pertambahan bobot badan ayam broiler



(Pedaging) yang sedang dipelihara atau ayam layer untuk produksi telur. 4. Dapat dipergunakan untuk melihat jenis penyakit yang menyerang ayam



broiler (Pedaging) dan ayam layer 5. Dapat dipergunakan untuk melihat jenis pakan dan jumlah konsumsi pakan. 6. Dapat dipergunakan untuk melihat keberhasilan atau kegagalan usaha. 7. Dapat dipergunakan untuk melihat efisiensi dalam pemeliharaan ayam layer. 8. Sebagai dasar untuk melakukan evaluasi dan tindak lanjut dalam p e n g e m



b a n g a n u s a h a p e m e l i h a r a a n a y a m layer



9.



C. Penilaian / Tugas Soal



:



Silakan kalian buat kolom tentang perbedaan recording ayam layer dengan ayam broiler !?



MODUL 3 KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PEMBELAJARAN



Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Kompetensi Keahlian Semester Nama Guru



A. Tujuan Pembelajaran



: SMKN Cibogo : Agribisnis Ternak Unggas Petelur : XII /Agribisnis Ternak Unggas : V / Lima : Ilham Fadilah,.S.Pt



:



1. Siswa memahami tentang pengetahuan tentang rekording dalam agribisnis unggas petelur. 2. Siswa mampu menerapkan pengetahuan tentang rekording dalam agribisnis unggas petelur. B. Materi Pembelajaran



:



Rekording dalam agribisnis unggas petelur. Melakukan Pencatatan Format Dan Pengisian Data Recording Ternak Unggas yang lengkap sangat penting dalam rangka untuk pengembangan u s a h a p e m e l i h a r a a n a y a m broiler.(pedaging).Pencatatan (Recording) merupakan rekaman data data teknis tentang kegiatan usaha. Sehingga format recording harus memuat berbagai macam data yang diperlukan. Semakin lengkap data yang direkam atau di catat akan semakin baik. Dalam pembuatan format pencatatan (Recording) pada prinsipnya adalah: dapat memuat data yang lengkap, mudah dalam memasukkan data , mudah di baca atau dipahami 0leh pelaku atau pihak yang berkepentingan. A d a b e b e r a p a p e n c a t a t a n (Recording)yang umum di pergunakan dalam usaha ayam broiler (Pedaging), antara lain sebagai berikut: a) Format Recording Identitas Ternak. Format recording “Identitas Ternak” ini ini umumnya memuat informasi tentang strain ayam,tanggal tetas, tanggal penerimaan, jumlah ayam, dan lain-lain.



Recording Identitas Ternak :



Nama Farm Kepala Farm



:



Jenis/ Strain



:



Tanggal Tetas



:



Pada umumnya identitas ternak



:



Berat badan DOC



:



selalu



menyertai



: Tanggal Penerimaa n Jumlah Ayam



ini



format-



format



recording



lainnya.



Berikut



yang contoh



format recording “Identitas Ternak”. 2.



Format



Pencatatan



(Recording)



Tentang



pemberian pakan unggas Pencatatan



Catatan:



(recording)



tentang pakan



Recording Pemberian Pakan Nama perusahaan/peternak : ........................ ..................



ternak



No.



m l a h p a k a n , s i s a



memuat



berikan, tanggal p e m b e r i a n , j u



/ kode kandang : ..........................................



pakan,jum;ah konsumsi pakan per hari atau perminggu dan lain lain. Untuk



menghitung



rata



rata



konsumsi pakan dapat menggunakan



Jumlah Populasi Awal : ......................................... Umu Makanan Mortalitas r Stand Aktu Mati Akhir ar al



umumnya



tentang : jenis pakan yang akan di



Periode Pemeliharaan : ..........................................



Tanggal



pada



rumus



sebagai



berikut:Rata



rata



konsumsi adalah hasi bagi jumlah Tota pakan yang di habiskan dengan l jumlah populasi ayam. Sedangkan FCR adalah perbandingan antara jumlah



pakan



yang



di



habiskan



dengan bobot ayam yang dihasilkan. 3. Pencatatan



Jumlah



Kemati an



%



Bobot ratarata FCR



kesehatan Data kesehatan



Feed g/ekor Sisa Ternak



..... ekor



tentang tentang yang



perlu



dicatat adalah kegiatan p e n a n g a n a n k e s e h a t a n , penggunaan vaksin, obat, vitamin, dan bahan lain yang diberikan harus ada keterangan kapan akan di berikan. Berapa dosisnya dan bagaimana metode pemberiannya. 4. Mortalitas



Jumlah kematian ayam harus di catat secara baik, dengan tujua, untuk mengetahui berapa jumlah mortalitas selama pemeliharaan. 5. Stok barang



D a l a m u s a h a d i b i d a n g peternakan ayam layer pasti memerlukan stok barang, agar usahanya berjalan lancar. Stok barang yang di maksud adalah p a k a n , v a k s in , v i t a m in , o b a t ,desinfektan dan bahan lainnya yang menunjang produksi. Kontrol stok barang ini seharusnya sangat di perhatikan, karena akan mencegah adanya kebocoran stok ,karena penyelewengan .Keberadaan stok y a n g t e r t i b a k a n m e n j a g a ke la n g s u n g a n p e m e l ih a ra a n berjalan dengan baik Recording/Pencatatan pemeliharaan pada suatu perusahaan peternakan merupakan hal yang sangat penting dilakukan. Hal ini karena dengan melihat recording maka kita bisa melihat tingkat keberhasilan perusahaan. Dengan demikian recording juga bisa dijadikan p e d o m a n u n t u k p e n g e m b a n g a n perusahaan di waktu yang akan datang C. Penilaian / Tugas Soal



:



Silakan kalian buat resume/ rangkuman dari materi tersebut !?



MODUL 4 KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PEMBELAJARAN



Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Kompetensi Keahlian Semester Nama Guru



A. Tujuan Pembelajaran



: SMKN Cibogo : Agribisnis Ternak Unggas Petelur : XII /Agribisnis Ternak Unggas : V / Lima : Ilham Fadilah,.S.Pt



:



1. Siswa memahami tentang pengetahuan tentang penanganan kesehatan dalam agribisnis unggas petelur. 2. Siswa mampu menerapkan pengetahuan tentang penanganan kesehatan dalam agribisnis unggas petelur. B. Materi Pembelajaran



:



Penanganan kesehatan dalam agribisnis unggas petelur. Prosedur Pencegahan Penyakit Pencegahan terhadap penyakit pada ternak unggas dapat dilakukan dengan cara sanitasi, isolasi dan vaksinasi. a . Sanitasi kandang, peralatan dan lingkungannya



Sebelum kandang digunakan perlu dilakukan sanitasi kandang, peralatan, dan lingkungannya. Untuk dapat berproduksi secara optimal, maka ternak unggas perlu hidup secara nyaman. Untuk itu perlu tempat hidup (kandang) yang bersih. Kegiatan sanitasi kandang, peralatan, dan lingkungannya dimaksudkan untuk menyiapkan kandang yang bersih dari kotoran dan bibit penyakit serta nyaman untuk ditempati ternak unggas pedaging selama pemeliharaan mulai dari DOC hingga unggas dipanen ataupun diafkir. Oleh karena itu, sanitasi kandang dilakukan jauh- jauh hari sebelum penerimaan anak unggas. Pembersihan kandang, peralatan, dan lingkungannya sangat penting terutama pada kandang unggas pedaging setelah digunakan. Sebelum digunakan kembali untuk pemeliharaan ternak unggas periode selanjutnya, kandang harus dikosongkan dan tidak digunakan selama sekitar 14 hari. Masa kosong atau istirahat kandang juga berfungsi memutus rantai kehidupan bibit penyakit atau memutus siklus hidup virus dan bakteri yang tidak mati oleh perlakuan sebelumnya. Banyak kasus b e r j a n g k i t n y a p e n y a k i t d i s u a t u peternakan karena tidak dilaksanakannya program kosong atau istirahat kandang atau kering kandang dengan benar. Hal ini memberi kesempatan bibit penyakit tumbuh optimal dan pada saatnya akan menimbulkan bibit penyakit. Tentunya Anda berharap bahwa kondisi ini tidak akan terjadi pada peternakan Anda. Adapun cara mengoperasikan power sprayer adalah masukkan cairan kedalam tangki, hidupkan mesin, atur jarak nosel dengan tanah sehingga penyemprotan lebih efektif, dorong mesin



dengan manual sesuai dengan kebutuhan masing-



masing. Setelah siap baik bahan dan peralatannya, maka sanitasi kandang, peralatan, dan lingkungannya dilakukan. Sanitasi kandang dan peralatan dilakukan dengan cara: 1. Membersihkan



lingkungan di dalam kandang dan lingkungan di luar kandang.



Sanitasi di luar kandang dilakukan deng a n memba ba t sema k- sema k , menyapu



dan



mengumpulkannya



di tempat



yang



aman,



sehingga



tidak



mengganggu atau menimbulkan penyakit pada ternak. 2.



Pencucian kandang dengan air dan deterjen hingga bersih dari kotoran limbah pemeliharaan sebelumnya.



3.



Menyemprot kandang dengan formalin atau bahan lain pengganti formalin



4. Pengapuran



di dinding dan lantai kandang.



5. Untuk



sanitasi yang sempurna selanjutnya dilakukan penyemprotan kembali dengan



formalin, untuk membunuh bibit penyakit. Setelah itu dibiarkan selama 14 hari atau sering disebut masa kering kandang. Tujuan kering kandang ini adalah untuk memutus siklus hidup virus dan bakteri, y a n g t id a k m a t i o le h p e r la k u a n sebelumnya. b. Isolasi Ternak



Isolasi yaitu pemisahan ayam yang sakit dari yang sehat. Tujuannya untuk menghindari penularan penyakit dari ternak yang sakit ke ternak yang sehat dan memudahkan pengobatan. Ayam sakit harus dite mpa tka n dalam kan da ng tersendiri atau kandang karantina yang jauh dari ayam sehat. Kegiatan isolasi antara lain: 1) Tidak memelihara ayam yang berbeda umur dalam satu kandang ternak. 2) Para pengunjung atau tamu tidak diperbolehkan masuk ke dalam kandang. 3) untuk litter dan peralatan lain ditempatkan sejauh mungkin dari kandang. 4) Menjaga jangan sampai burung dari luar, lalat, tikus dan binatang lainnya dapat masuk



dan mengganggu ayam ayam. 5) Jika ternak yang diisolasi sudah sehat dapat dicampurkan lagi ke dalam kandang



ternak yang sehat ( pada penyakit tertentu), misalnya choriza ayam yang sudah sembuh akan bersifat carrier sehingga masih potensial menularkan penyakit tersebut kepada ayam yang sehat, sehingga dalam pemeliharaannya tetap harus terpisah dengan ayam yang sehat. b. Vaksinasi



Vaksinasi merupakan salah satu usaha/cara pencegahan penyakit yang biasanya disebabkan oleh virus. Mengapa vaksinasi perlu dilakukan? Ada pepatah yang mengatakan bahwa lebih baik mencegah dari pada mengobati. Memang benar, biasanya bila penyakit sudah menyerang akan sulit diatasi, karena



seringkali



penyakit



baru



diketahui



dalam



keadaan



sudah



terlambat. Kalau sudah terjadi hal seperti ini, maka biaya pengobatan jauh lebih mahal dibandingkan dengan biaya pencegahan. Dari kenyataan tersebut, vaksinasi akan lebih memperingan pengawasan terhadap penyakit. Keberhasilan suatu vaksinasi sangat ditentukan oleh vaksin yang digunakan, cara penyimpanan, dan cara melakukan vaksinasi. Pada umumnya, teknik



pemberian vaksin yang salah akan berpengaruh terhadap hasil vaksinasi. Oleh karena itu sangat dianjurkan agar melaksanakan vaksinasi dengan teknik yang tepat sehingga dapat menekan kerugian. B a n y a k c a r a d i t e m p u h u n t u k melakukan vaksinasi. Prinsipnya adalah masuknya vaksin ke dalam tubuh dengan harapan akan menggertak respon kebal ternak yang divaksin. Langkah-langkah pemberian vaksin yang tepat sangat penting demi berlangsungnya respon kebal yang baik. Teknik yang salah dapat m e n y e b a b k a n r e a k s i y a n g t id a k diinginkan. Agar mendapatkan hasil yang optimal, setiap metode vaksinasi hendaknya disesuaikan dengan umur ayam dan jenis penyakitnya. Stabilitas, pengangkutan, penyimpanan dan kondisi iklim sangat berpengaruh terhadap potensi vaksin yaitu untuk menggertak kekebalan aktif. Namun respon individu terhadap vaksin dan tingkat antibodi yang dihasilkan dapat sangat bervariasi. Dengan demikian daya tahan tubuh terhadap penyakit antara individu ayam juga berbeda. Va k s i n a s i y a i t u u s a h a u n t u k memberikan kekebalan pada ayam terhadap penyakit tertentu. Pengertian vaksin adalah suatu produk biologi yang berisi sejumlah mikro organisme sebagai suatu penyebab suatu penyakit yang d i le m a h k a n . Va k s in a s i u m u m n y a dilakukan untuk mencegah serangan penyakit yang disebabkan virus. Vaksin dapat berisi antara lain : 6) Virus hidup (Vaksin aktif) adalah vaksin yang berisi virus hidup yang telah



dilemahkan, akan tumbuh dan berkembang biak didalam tubuh ternak. 7) Vaksin mati (Vaksin inaktif) adalah vaksin yang berisi virus atau



bibit



penyakit dalam keadaan mati. Partikel- p a r t i k e l v i r u s t e r s e b u t m a s i h mengandung komponen yang tetap mempunyai sifat antigenik yang tinggi, sehingga masih memiliki potensi antigenik. Mikroorganisme dalam vaksin akan mati apabila disimpan pada suhu panas atau terkena sinar matahari langsung. Prog ra m va ksina s i merupa ka n tindakan yang paling baik dalam rangka mencegah timbulnya penyakit. Vaksinasi merupakan garis pertahanan pertama yang paling utama di dalam melindungan ternak ayam pedaging dari serangan penyakit. Namun demikian bukan berarti b o le h m e n g a b a ik a n m a n a j e m e n pengelolaan kandang. Vaksinasi yang dilakukan dengan benar akan diperoleh hasil yang baik karena program vaksinasi yang dilakukan secara benar akan



menjaga kondisi kesehatan ayam dengan cara pembentukan antibodi. Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam vaksinasi, yaitu jenis vaksin, metode vaksinasi, dosis vaksin, jadwal vaksinasi, waktu pemberian vaksin, dan cara penyimpanan vaksin.



C. Penilaian / Tugas : Silakan membuat resume/ rangkuman dari materi tersebut !



MODUL 5 KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PEMBELAJARAN



Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Kompetensi Keahlian Semester Nama Guru



A. Tujuan Pembelajaran



: SMKN Cibogo : Agribisnis Ternak Unggas Petelur : XII /Agribisnis Ternak Unggas : V / Lima : Ilham Fadilah,.S.Pt



:



1. Siswa memahami tentang pengetahuan tentang penanganan kesehatan dalam agribisnis unggas petelur. 2. Siswa mampu menerapkan pengetahuan tentang penanganan kesehatan dalam agribisnis unggas petelur. B. Materi Pembelajaran



:



Penanganan kesehatan dalam agribisnis unggas petelur. Membuat Program Pencegahan Penyakit



a. Vaksinasi Program vaksinasi yang sering digunakan dalam pemeliharan ayam petelur antara lain : Vaksinasi Terhada p Penyakit



Cara Pemberian



Umur Ayam di Vaksi n



ND/ Tetelo



- Tetes



0-4 hari 18 hari 4 hari 1 hari



IBD/ Gumb oro



- Tetes



7 - 14 hari



- Disuntik



7 hari



Avian Influenz a/ Flu Burung



Mata/Hidung - Air Minum - Disuntik - Spray - Air



Mulut Minum



1) Vaksin ND



Pemberian vaksin ini bertujuan mencegah timbulnya penyakit Newcastle Disease pada ayam. Vaksin ini juga dilakukan dengan 3 metode yaitu dengan metode tetes mata, injeksi (subcutan dan iintramuskuler pada dada) serta metoda spray dengan menggunakan spray cabinet. 2) Vaksin AI



Vaksinasi ini mulai merebak mulai tahun 2003 akibat adanya kasus flu burung yang melanda Thailand, China dan Malaysia. Di beberapa wilayah Indonesia juga terjangkit wabah flu burung. Penyakit ini juga membuat kerugian yang sangat luar biasa karena seluruh ayam yang terkena harus dimusnahkan. Namun flu burung ini dapat ditanggulangi dengan melakukan vaksinasi, sanitasi kandang dan lingkungan serta program biosecurity yang baik. Vaksinasi AI dilakukan baik pada anak- anak ayam atau pada ayam dewasa. Tujuan vaksinasi ini agar terbentuk kekebalan tubuh terhadap serangan flu burung. Vaksinasi ini dilakukan dengan dua cara yaitu dengan injeksi subcutan dan injeksi intramuskuler pada otot dada. Perbedaan ini didasari oleh umur ayam yang akan dilakukan vaksinasi. Vaksiflu AI adalah vaksin inaktif yang dibuat dari virus Avian



Influenza (AI) isolat lapangan subtipe



H 5N 1. Vaksin ini digunakan untuk



menimbulkan kekebalan terhadap virus AI subtipe H5N1 pada ayam atau unggas lainnya. a) Vaksinasi Tetes



Vaksinasi dengan cara tetes adalah vaksinsi yang dilakukan untuk vaksin a k t i f N e w c a s t l e D i s e a s e ( N D ) , InfectiousBronchitis (IB) atau Infectious Laryngo Tracheitis (ILT). Vaksinasi dengan metode tetes dilakukan pada anak ayam usia 3-4 hari. Vaksin ini berupa serbuk yang dikemas di dalam vial. Pada saat penggunaan, tutup ampul dibuka dan dicampur dengan pelarut khusus yang dapat



dibeli



bersamaan



dengan



pembelian vaksin. Pelarut ini tidak



menyebabkan sakit/perih pada mata. Jangan langsung menuangkan seluruh pelarut, cukup sebagian saja hingga vaksin tersebut larut dan kemudian lakukan pembilasan beberapa kali dengan sisa pelarut. Botol pelarut tersebut nantinya akan digunakan sebagai alat penetes mata. Pelarut vaksin berwarna biru pekat sehingga mempermudah pengecekan setelah dilakukan vaksinasi. Bagi yang pemberiannya tepat akan terlihat warna kebiruan di daerah muka. Karton atau doos bekas DOC dari breeder dapat digunakan untuk mengemas anak ayam sebelum dilakukan vaksinasi dan pada saat vaksinasi. Anak ayam tersebut diambil dari karton satu persatu untuk dilakukan vaksinasi sehingga tidak ada anak ayam yang terlewati. Vaksin ND + IB untuk 1000 dosis berarti bahwa 1 ampul vaksin dapat digunakan untuk memvaksinasi 1000 anak ayam. Demikian pula dengan pelarut yang digunakan juga untuk 1000 dosis. Pelaksanaan proses vaksinasi biasanya dilakukan pada sore hari sekitar jam 17.00 WIB hingga selesai. Pada proses vaksinasi yang perlu diperhatikan adalah cara memegang botol pelarut (sebagai alat penetes) yang benar. Apabila cara memegang botol pelarut salah dapat mengakibatkan vaksin tersebut habis terbuang karena vaksin terus-menerus menetes. Cara melakukan vaksinasi dengan tetes mata atau tetes hidung : (1) Larutkan 1 vial vaksin dengan 1 vial pelarut yang tersedia sesuai dosis. (2) Bukalah penutup aluminium dan tutup karet ampul vaksin, demikian pu la



botol pela r u t . S eda pa t mungkin hindari kontaminasi pada tutup maupun isi botol. (3) Masukkan pelarut ke dalam botol vaksin hingga setengahnya. (4) Tutup kembali botol vaksin dan kocoklah hingga serbuk vaksin larut sempurna. (5) Tuanglah larutan vaksin ke dalam botol pelarut. Tutup dan kocok baik- baik. (6) Bukalah penutup botol pelarut dan gantilah dengan alat penetes yang telah



tersedia. (7) Untuk vaksinasi tetes hidung, letakkan jari kita pada salah satu lubang



hidung dan teteskan 1 tetes vaksin ke dalam lubang hidung l a i n n y a . A n a k a y a m j a n g a n dilepaskan sebelum vaksin benar- benar terhirup. (8) Untuk va ksina s i tetes ma ta , teteskan 1 tetes vaksin ke dalam mata. b) Vaksin Injeksi Subcutan



Vaksinasi dengan cara suntikan memerlukan ketelitian mengingat penanganannya dilakukan satu per satu. Pe n a n g a n a n y a n g ce ro b o h b i s a menyebabkan reaksi lokal yang serius. Vaksinasi injeksi subcutan dilakukan dengan cara penyuntikan di bawah kulit. Hal ini sering dilakukan untuk vaksin killed atau inaktif. Cara melakukan vaksinasi dengan suntikan subcutan : 1. Gunakan alat suntik dan jarum yang steril dengan ukuran panjang ½ inchi dan 18-21 G, tergantung pada jenis vaksin dan ukuran ayam 2. Berikan suntikan di bawah kulit yang longgar yaitu di belakang leher, tepatnya di pertengahan leher antara dasar leher dan kepala. Angkat kulit leher dengan ibu jari telunjuk kemudian tusukkan jarum tepat di bawah kulit dari arah kepala ke dasar leher. Jangan menusuk ke dalam kulit, otot daging atau batok kepala. 3. Sekali-sekali cucilah jarum untuk m e m p e r ke c i l ko n t a m in a s i . Gantilah jarum sesering mungkin, sedikitnya setiap 1000 dosis. c. Vaksinasi melalui air minum Hal - hal yang harus diperhatikan apabila melakukan vaksinasi melalui air minum diantaranya : 1. Kosongkan tempat minum 1-2 jam sebelum melakukan dipuasakan.



vaksinasi atau



2. Bersihkan tempat minum dari segala kotoran, tetapi jangan menggunakan bahan



sanitasi



atau



desinfektan,



karena



kedua



bahan



tersebut



dapat



melemahkan bahkan mematikan efektivitas atau aktivitas vaksin. 3. Untuk membuat larutan vaksin harus digunakan air bersih yang bebas Cl, NO2 dan NO3 dan tempat mencampurnya dari plastik yang bersih. 4. Penyimpanan dan penggunaan vaksin harus hati-hati. (a) Simpanlah pada suhu yang dianjurkan dan hindarkan dari panas atau



sinar matahari langsung (b) Jangan menggunakan vaksin y a n g s u d a h l e w a t b a t a s penggunaan



atau kadaluwarsa. (c) Berikan dengan dosis yang sudah ditentuka. (d) Bakarlah atau musnahkan semua sisa dan kemasan vaksin. (e) Berikan tempat minum yang cukup, sehingga semua ayam mendapat



minum. (f) Bila air yang mengandung vaksin sudah habis, segera tambahkan air



minum yang masih segar



C. Penilaian / Tugas : Silakan membuat resume/ rangkuman dari materi tersebut !



MODUL 6 KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PEMBELAJARAN



Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Kompetensi Keahlian Semester Nama Guru



A. Tujuan Pembelajaran



: SMKN Cibogo : Agribisnis Ternak Unggas Petelur : XII /Agribisnis Ternak Unggas : V / Lima : Ilham Fadilah,.S.Pt



:



1. Siswa memahami tentang pengetahuan tentang penanganan kesehatan dalam agribisnis unggas petelur. 2. Siswa mampu menerapkan pengetahuan tentang penanganan kesehatan dalam agribisnis unggas petelur. B. Materi Pembelajaran



:



Penanganan kesehatan dalam agribisnis unggas petelur.



Program biosekuriti Bio security secara garis besar berkaitan dengan bagaimana keluar masuknya ternak ayam, keluar masuknya peralatan kandang, pakan, obat-obatan, sumberdaya manusia serta sanitasi lingkungan ternak. Program biosecurity merupakan langkah yang penting untuk menjaga agar ternak yang kita pelihara bebas dari berbabagai serangan penyakit. Untuk itu diperlukan langkah-langkah pencegahan penyakit melalui program biosecurity secara teratur dan berkala. Program biosecurity mutlak dilakukan pada saat pemeliharaan ternak karena dengan adanya biosecurity, maka bibit penyakit yang berasal dari lingkungan luar kandang



maupun



di



dalam



kandang



dapat



dieliminir.



Biosecurity



meliputi



biosecurity struktural, operasional, konseptual. Adapun kegiatan biosecurity dapat dilakukan dengan cara : 1) Melakukan pencucian kandang dan peralatan kandang dengan air sabun



(detergen) dan antiseptik secara teratur. 2) Melakukan penyemprotan pada kandang dan peralatan kandang dengan



antiseptik secara teratur. 3) Melakukan penyemprotan pada orang maupun kendaraan yang akan



masuk kedalam lingkungan kandang. 4) Membatasi keluar masuknya pekerja/orang dan kendaraan ke dalam lokasi



peternakan. Orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk ke lokasi peternakan. 5) Mengubur atau membakar ternak terutama pada ayam yang mati. 6) Peternak, pekerja kandang dan tamu yang akan masuk kedalam kandang



harus menggunakan pakaian pelindung K3 (seperti masker, kaca mata, kaos tangan dan sepatu). 7) Melakukan sterilisasi terhadap semua bahan, sarana dan prasarana serta



bangunan kandang dengan menggunakan desinfektan. 8) Mencegah kontak langsung antara unggas dengan burung liar, tikus dan



hewan lainnya. Program menghindari stres unggas



Stres adalah tekanan jiwa yang dapat m en im pa a ya m a k iba t pen g a r u h lingkungan yang kurang baik untuk hidupnya, misalnya : 1. Suhu udara yang tidak stabil (terlalu). 2. Kepadatan ayam terlampau tinggi. 3. Kelembaban di dalam kandang yang meningkat. 4. Akibat bunyi-bunyian keras yang mengagetkan. 5. Pindah kandang. Untuk itulah maka sedapat mungkin hindarkan dari hal - hal tersebut. Stres dapat menganggu pertumbuhan. ayam pedaging, hidupnya tidak nyaman, nafsu makan terganggu, metabolisme makanan terganggu, sehingga hasil akhir yang diharapkan tidak tercapai.



C. Penilaian / Tugas : Silakan membuat resume/ rangkuman dari materi tersebut ! MODUL 7 KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PEMBELAJARAN



Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Kompetensi Keahlian Semester Nama Guru



A. Tujuan Pembelajaran



: SMKN Cibogo : Agribisnis Ternak Unggas Petelur : XII /Agribisnis Ternak Unggas : V / Lima : Ilham Fadilah,.S.Pt



:



1. Siswa memahami tentang pengetahuan tentang penanganan kesehatan dalam agribisnis unggas petelur. 2. Siswa mampu menerapkan pengetahuan tentang penanganan kesehatan dalam agribisnis unggas petelur. B. Materi Pembelajaran



:



Penanganan kesehatan dalam agribisnis unggas petelur.



Prinsip Dasar Penanganan hewan Sakit Tanggungjawab di bidang peternakan m e m p u n y a i d u a a r a h , y a i t u : tanggungjawab secara profesional dan tanggungjawab moral. Tanggungjawab profesional terkait penentuan standar kompetensi sebagai pelaku bidang peternakan dan kesehatan hewan, b e r f u n g s i s e b a g a i m e k a n i s m e pengendalian mutu layanan profesional kepada masyarakat dan akan menentukan kepercayaan publik terhadap profesi bidang peternakan dan kesehatan hewan. Tanggungjawab moral terkait dengan standar legal dalam berkarya bidang peternakan dan kesehatan hewan, berperan sebagai pemandu perilaku profesional dan pengendali integritas pribadi pelaku sekaligus karyanya jangan sampai melanggar hukum dan standar moral yang secara umum berlaku dalam masyarakat, dalam lingkup lokal maupun global, sekaligus pemandu ketika terjadi konflik antarstandar moral, atau konflik antara standar moral dengan standar legal. Mengapa kalangan peternakan dan k e s e h a t a n h e w a n p e r l u bertanggungjawab dalam kegiatannya, alasannya adalah: bagaimanapun, kegiatan dunia peternakan dan kesehatan hewan merupakan bagian integral k e g i a t a n m a n u s i a y a n g w a j i b dipertanggungjawabkan, lalu semakin besarnya dampak pengaruh bisnis, ilmu dan segala terkait bidang ini bagi kehidupan manusia, serta kenyataan semakin pendeknya jarak waktu antara penemuan ilmiah, pemasaran hasil-hasil kerja bidang peternakan dan kesehatan hewan dalam industri binis dan kehidupan masyarakat. Tanggungjawab kalangan peternakan dan kesehatan hewan secara internal berdasar standar perilaku profesional di mana profesi ini dapat berperan menjaga d a n m e n i n g k a t k a n k o m p e t e n s i profesional di bidangnya. Dengan cara- cara teruji, kalangan peternakan dan kesehatan hewan perlu mendorong para pelaku-nya untuk mematuhi standar metodologi bidang peternakan dan kesehatan hewan, menjaga dan setia berpegang pada hati nurani profesional bidang peternakan dan kesehatan hewan. Adapun tanggung jawab secara eksternal berdasarkan standar moral sebagai pelaku bidang peternakan dan kesehatan hewan perlu bersikap dan bertindak jujur, bersikap terbuka atas segala masukan dan informasi yang berkembang. Namun, tetap menjaga otonomi dan integritas diri sebagai profesional bidang peternakan dan kesehatan hewan sekaligus mematuhi hukum yang berlaku. Upaya peningkatan tanggungjawab bidang peternakan dan kesehatan hewan sendiri membutuhkan pendidikan (dalam arti luas) yang menjamin integritas p r o f e s i o n a l d a n m o r a l , j u g a membutuhkan kontrol publik terhadap kinerja para pelaku bidang peternakan dan kesehatan hewan, dan perlunya komite etik untuk penelitian dan pengembangan bidang peternakan dan kesehatan hewan baik pada lingkup lokal maupun global. 1. Prosedur Penanganan Hewan Sakit



Penanganan Hewan sakit Melakukan diagnosa penyakit hewan (termasuk ayam) merupakan tugas, tanggung jawab, dan wewenang seorang tenaga lapangan atau dokter hewan. Profesi selain dokter hewan atau tenaga lapang yang terlatih, dalam hal ini peternak, dapat pula melakukan langkah-langkah “seperti mendiagnosa” untuk



mengumpulkan seluruh informasi mengenai kejadian kasus penyakit. Mulai dari anamnesa pengamatan terhadap gejala klinis, dan pemeriksaan bedah bangkai. Saat pengambilan kesimpulan akan jenis penyakit yang menginfeksi ayam dan tindakan penanganannya sulit, maka informasi tersebut dapat diteruskan kepada tenaga lapangan di daerah masing-masing atau tim konsultasi teknis peternakan yang diketahui. Jika sampai tahap bedah bangkai belum bisa teridentifikasi serangan penyakitnya, maka bisa juga dilakukan uji laboratorium untuk mendukung diagnosa, misalnya uji s e r o l o g i , b i o l o g i m o l e k u l e r, mikrobiologi, bahkan pemeriksaan pakan dan bahan baku pakan melalui bantuan tim tenaga lapangan. Dalam p e n a n g a n a n k a s u s p e n y a k i t , ke t e p a t a n d ia g n o s a p e n y a k i t merupakan salah satu kunci penting dalam penanganan dan pengendalian penyakit. Selain hal tersebut, hal lain yang perlu d ip erha tikan yakni ketepatan penentuan obat, ketepatan dosis dan ketepatan manajemen pemeliharaan. Diagnosa penyakit merupakan salah satu tahap dalam penanganan kasus penyakit di peternakan. Diagnosa penyakit adalah upaya untuk menegakkan atau mengetahui jenis penyakit yang menyerang atau faktor penyebab lainnya di suatu peternakan. Ketepatan diagnosa akan m e m p e n g a r u h i k e b e r h a s i l a n pengobatan/penanganan penyakit. Namun keberhasilan pengobatan juga dipengaruhi oleh tingkat keparahan penyakit. Jika kondisi ayam sudah parah, maka tingkat kesembuhan atau prognosanya (kemungkinan tingkat k e s e m b u h a n ) j u g a k e c i l . Pengumpulan data secara menyeluruh penting untuk diperhatikan. Pada dasarnya proses mendiagnosis penyakit dianalogikan seperti halnya menyusun puzzle. Yakni dengan mengumpulkan berbagai data yang mengarah pada penarikan kesimpulan tentang penyakit yang menyerang peternakan. Semakin banyak data yang diperoleh maka penarikan kesimpulan akan semakin mudah. Tahap-tahap yang perlu dilakukan dalam mendiagnosa penyakit antara lain : a. a na mnesa ( peng umpula n da ta pendukung dan sejarah penyakit), b. pengamatan gejala klinis (gejala yang nampak dari luar saat ayam masih hidup)



yang muncul, c. p e m e r i k s a a n b e d a h b a n g k a i (perubahan organ saat ayam sudah mati) d. pengujian laboratorium.



a. Anamnesa Anamnesa berkaitan dengan keluhan yang dirasakan peternak berdasarkan pengamatan, peninjauan m a u p u n p e n g u m p u l a n d a t a . Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang digunakan sebagai panduan awal. Anamnesa dapat dilakukan dengan mempelajari catatan pemeliharaan atau data recording maupun informasi dari petugas kandang. Data-data yang perlu dikumpulkan meliputi : 1) Jenis, strain, dan umur ayam. 2) Jumlah populasi ayam dalam satu kelompok umur, serta jumlah seluruh



populasi dalam satu lokasi peternakan. Kemudian kita harus tahu juga apakah



gejala sakit hanya pada kelompok umur/kandang tertentu atau terjadi juga pada kelompok umur/kandang yang lain. 3) Program



vaksinasi yang diterapkan dan



bagaimana



aplikasi



yang



diberikan. 4) Program pemberian vitamin atau antibiotik apa saja yang sudah dilakukan 5) Bagaimana pelaksanaan biosekuriti di peternakan 6) Bagaimana sejarah kasus penyakit di peternakan tersebut 7) Berapa persentase produksi telur, berat telur, kualitas telur, dan kerabang



telur, serta apakah terjadi abnormalitas pada bentuk telur 8) Data mengenai jumlah konsumsi pakan, berat badan, keseragaman, dan FCR 9) G a m b a r a n m e n g e n a i a n g k a morbiditas (tingkat kesakitan) dan



mortalitas (tingkat kematian) Semua informasi pendahuluan di a ta s per lu k i ta keta h u i u n tu k menganalisa faktor-faktor pendukung kejadian penyakit. Seluruh data awal yang dapat digali dalam proses anamnesa merupakan infomasi yang sangat bermanfaat dalam melihat proses kejadian penyakit secara utuh. Ambil contoh mengenai jenis dan umur ayam dapat menunjukkan penyakit apa saja yang mungkin dapat menyerang ayam. Karena kita tahu beberapa penyakit rawan menyerang pada umur-umur tertentu. Gumboro misalnya, lebih sering menyerang pada semua jenis ayam pada umur muda kurang dari 9 minggu. Organ target yang diserang pada penyakit Gumboro adalah bursa Fabricius. Bursa Fabricius merupakan jaringan limfoid (organ kekebalan) yang hanya ada pada ayam muda saja. Pada ayam dewasa umur kurang lebih 8 minggu a k a n m u l a i m e n g e c i l d a n rudimenter/benar-benar mengecil pada umur 16 minggu. Data mengenai besarnya angka morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) juga sangat penting kita dapatkan. Hal ini untuk mengetahui derajat keparahan suatu penyakit dan mengetahui kemungkinan penyebab penyakit. Anamnesa juga membantu kita m e n g e t a h u i g a m b a ra n p ro s e s kejadian penyakit secara umum terlebih dahulu. Misalnya dalam kasus penurunan produksi telur yang terjadi pada seluruh populasi ayam, pada beberapa kelompok umur secara berbarengan, tanpa disertai dengan gejala ayam sakit, kita mungkin menduga kasus penurunan produksi tersebut berkaitan dengan masalah pakan. Masalah pakan di sini bisa karena perbedaan komposisi pakan, penurunan kualitas pakan, maupun kemungkinan penumpukan dan penyimpanan pakan yang terlalu lama di dalam gudang pakan. Bisa juga karena feeding programnya yang kurang tepat sehingga feed intake-nya tidak masuk. Pada kasus lain lagi, terjadi penurunan produksi telur yang sangat tajam namun hanya terjadi pada satu kelompok ayam saja. Penurunan produksi telur juga disertai dengan penurunan kualitas telur, misalnya pe nu runa n kua l i ta s kera ba ng, abnormalitas bentuk telur, dan penurunan kualitas putih telur. Apabila kita mendapat data anamnesa demikian tentu kita bisa menduga dengan kemungkinan penyakit tertentu. Namun demikian kita tetap harus melakukan pemeriksaan



terhadap kemungkinan adanya faktor non infeksius (bukan karena bibit penyakit) lain yang bisa menimbulkan penurunan kualitas telur seperti itu.



C. Penilaian / Tugas : Silakan membuat resume/ rangkuman dari materi tersebut !



MODUL 8 KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PEMBELAJARAN



Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Kompetensi Keahlian Semester Nama Guru



A. Tujuan Pembelajaran



: SMKN Cibogo : Agribisnis Ternak Unggas Petelur : XII /Agribisnis Ternak Unggas : V / Lima : Ilham Fadilah,.S.Pt



:



1. Siswa memahami tentang pengetahuan tentang penanganan kesehatan dalam agribisnis unggas petelur. 2. Siswa mampu menerapkan pengetahuan tentang penanganan kesehatan dalam agribisnis unggas petelur.



B. Materi Pembelajaran



:



Penanganan kesehatan dalam agribisnis unggas petelur. Pengamatan gejala klinis Pengamatan langsung terhadap kondisi ayam di kandang perludilakukan. Gejala klinis merupakan gejala/perubahan-perubahan yang ditunjukkan tubuh ayam dan dapat diamati dari luar. Beberapa penyakit mempunyai gejala klinis yang menciri, t e t a p i b a n y a k p e n y a k i t y a n g mempunyai gejala klinis yang mirip. Pemahaman terhadap berbagai macam penyakit beserta gejala klinisnya sangat diperlukan untuk membantu proses diagnosa penyakit. Pengamatan gejala klinis misalnya terhadap beberapa hal berikut ini : 1) Penampilan ayam (pencapaian bobot ayam, kondisi ayam lemah, mengantuk, bulu



kusam/berdiri, jengger pucat/kebiruan/terdapat keropeng, muka pucat/bengkak, kepala bengkak, kaki kemerahan/ bengkak, posisi berdiri normal/ pincang/ lumpuh, perut membesar, dan sebagainya). 2) Gangguan pernapasan (suara ngorok, pilek, bersin, adanya leleran hidung,



keluarnya darah segar dari mulut, kesulitan bernapas, dan lain-lain). 3) G a n g g u a n p e n ce r n a a n ( m u lu t terdapat keropeng/lesi, diare basah, feses



berwarna hijau/putih/berdarah, feses masih terdiri dari butiran- b u t i r a n j a g u n g , d a l a m fe s e s ditemukan potongan tubuh cacing pita) 4) Gangguan



saraf



(tortikolis/leher



terpuntir,



lumpuh



kaki



atau



sayap,



tremor/gemetaran) 5) Gangguan reproduksi (penurunan kuantitas dan kualitas telur). 6) Selain pengamatan pada ayam, di sini kita juga perlu mengamati kondisi lingkungan



kandang dan sekitar kandang. Karena gangguan kesehatan ayam tidak hanya disebabkan oleh infeksi penyakit namun dapat pula disebabkan karena faktor manajemen atau lingkungan. Misalnya kondisi l i t t e r p a d a k a n d a n g p o s t a l , pengaturan buka tutup tirai kandang, kelancaran air minum, sebaran tempat p a k a n d a n m i n u m , d a n l a i n sebagainya. 7) Ketelitian dalam mengamati gejala klinis sangat membantu dalam proses menegakkan



diagnosa penyakit. Gejala klinis merupakan cerminan langsung kondisi tubuh ayam yang dapat langsung diamati tanpa melakukan bedah bangkai. Misalnya dalam kasus Gumboro, gejala klinis yang menciri adalah kondisi badan lemah, bulu kusam dan berdiri,



badan seperti menggigil gemetaran, tidak n a fs u m a ka n da n m in u m , j ika dipegang terasa panas/demam, dan diare berwarna putih. Sedangkan ayam yang mengeluarkan suara ngorok merupakan gejala klinis umum beberapa macam penyakit, misalnya CRD (Cronic Respiratory Disease), snot, colibacillosis, infectious bronchitis (IB), Newcastle disease (ND), infectious laryngotracheitis (ILT), bahkan avian influenza (AI).



1. Penanganan unggas mati



Pada umumnya, ayam mati tidak begitu diperhatikan oleh para p e t e r n a k , b i a s a n y a p e t e r n a k menganggap hal ini sepele. Padahal ayam mati dan kotoran ayam haruslah ditangani dengan serius agar tidak menjadi sumber



masalah



bagi



peternakan



ayam



dan



lingkungan



sekitar



peternakan. Mengapa harus ada penanganan khusus terhadap ayam yang sudah mati? Hal ini karena ayam mati telah menjadi bangkai, sementara bangkai itu merupakan sumber penyakit dan pencemaran oleh kerena itu harus benar-benar memperhatikan penanganan bangkai ini agar



tidak



menjadi sumber penyakit dan menular pada ayam- ayam yang lain. Penanganan ayam mati dapat dilakukan dengan cara : a. Bangkai ayam diolah menjadi pakan ternak. Di beberapa peternakan besar dan m oder n a da s ta f k hu s u s ya ng menangani ayam mati ini sampai menjadi pakan yang menghasilkan protein untuk hewan



ternak lain ( animal feed ) . Ayam yang mati biasanya



diproses lebih lanjut menjadi pakan ternak seperti pakan anjing (dog food), pakan kucing (cat food), pakan ikan (fish food) dan tepung daging (meat mill). b. Bangkai ayam dibakar.



Cara ini merupakan hal yang paling disarankan oleh para pelaku usaha peternakan sebab penyebaran bisa dihindari secara efektif. Selain itu hasil dari pembakaran berupa abu bisa digunakan untuk keperluan bercocok tanam sebagai pupuk. Media yang dapat digunakan untuk membakar bangkai – bangkai ayam adalah kayu bakar, sekam dan alat pembakar atau insenator. c. Bangkai ayam ditanam kedalam tanah/dikubur.



Cara ini merupakan cara yang paling mudah, namun demikian ada hal yang harus diperhatikan, yaitu mengenai kedalaman lubang dan jauh dari sumber air.



Hal ini karena jika luba ng ya ng dig una ka n untuk mengubur ayam mati tersebut dangkal dapat menyebabkan aroma busuk di lingkungan sekitar bahkan dapat menjadi sumber penyakit. Selain itu, akan menjadi sumber pencemaran air jika dikubur di dekat sumber air dan tentunya akan menjadi sumber masalah baru. 1. Pengambilan sampel bangkai unggas



a. Pengambilan sampel bangkai Bedah bangkai merupakan langkah diagnosa berikutnya untuk mendapatkan gambaran lebih jelas lagi dalam mengamati perubahan organorgan tubuh ayam. Untuk melakukan bedah bangkai, maka sebaiknya : 1) Pilih lokasi yang agak jauh dari kandang agar penyakit tersebut tidak



menular ke ayam yang masih sehat. Pilih lokasi yang teduh dan anginnya tidak terlalu kencang sehingga tingkat pencemaran bibit penyakit tidak terlalu tinggi.



C. Penilaian / Tugas : Silakan membuat resume/ rangkuman dari materi tersebut ! MODUL 9 KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PEMBELAJARAN



Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Kompetensi Keahlian Semester Nama Guru



A. Tujuan Pembelajaran



: SMKN Cibogo : Agribisnis Ternak Unggas Petelur : XII /Agribisnis Ternak Unggas : V / Lima : Ilham Fadilah,.S.Pt



:



1. Siswa memahami tentang pengetahuan tentang penanganan kesehatan dalam agribisnis unggas petelur.



2. Siswa mampu menerapkan pengetahuan tentang penanganan kesehatan dalam agribisnis unggas petelur. B. Materi Pembelajaran



:



Penanganan kesehatan dalam agribisnis unggas petelur. Untuk melakukan pemeriksaan bedah bangkai, maka : 1) Dilakukan pada ayam yang baru saja mati atau dimatikan kurang dari 2 jam.



Teknik untuk mematikan/membunuh ayam ada beberapa cara seperti menyembelih, merusak otak, emboli ( jantung, vena sayap, otak) dan dekapitasi/memutuskan tulang leher pertama dengan tulang kepala. Hal ini bertujuan untuk mengurangi resiko sebagai sumber penularan. Misalnya saat kasus mengarah ke penyakit AI, p e r l u d i c e g a h t e k n i k y a n g mengeluarkan banyak darah untuk mengurangi pencemaran/penularan. 2) Dilakukan pengamatan terhadap perubahan pada organ, baik warna, ukuran,



bentuk, kekenyalan ataupun perubahan lainya seperti peradangan. Organ-organ tubuh ayam yang perlu diamati/diperiksa pada saat bedah bangkai antara lain : a) Otot dan kulit b) Organ pernafasan seperti rongga hidung dan sinus, kantong udara, laring,



trakea, bronkus, dan paru-paru. c) Organ



pencernaan



seperti



mulut,



esofagus, tembolok,



proventrikulus,



ventrikulus/gizzard/ampela, usus, hati, dan pankreas. d) Organ sirkulasi darah, misalnya jantung e) Organ limphoid (kekebalan) seperti bursa fabricius, limpa, thymus, payer



pathces, dan lain-lain. f) Organ reproduksi seperti ovarium dan oviduk g) Organ saraf seperti otak dan saraf di dalam otot paha h) Organ saraf seperti otak dan saraf di dalam otot paha/nervus ischiadicus. i) Organ urinaria, misalnya ginjal j) Organ lainnya seperti rongga perut, lemak perut.



Perubahan pada setiap organ tersebut merupakan tanda-tanda utama, yang merupakan target organ untuk beberapa agen penyakit i n fe k s i u s .



P e n y a k i t t e r t e n t u memp unyai target organ yang berbeda-beda dibandingkan dengan penyakit yang lain. Misalnya, penyakit colibacillosis, terlihat adanya perubahan pada hati yang mengalami peradangan pada selaput pembungkusnya, seperti diselaputi jaringan fibrin atau disebut perihepatitis. Pericarditis juga akan terlihat, yaitu jantung diselaputi oleh jaringan fibrin. Pada saluran usus juga t e r l i h a t a d a n y a p e r a d a n g a n (enteritis). Pada kasus colibacillosis yang berlanjut ke tahap parah, maka akan terjadi coliseptisemia, dimana bakteri E. coli akan menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah sambil mengeluarkan toksin yang akan meracuni seluruh organ dan jaringan dalam tubuh ayam. Dengan demikian akan terjadi perubahan organ pernapasan, pencernaan, dan saluran reproduksi sehingga dapat muncul massa sepeti keju di beberapa organ dan di dalam rongga perut. Pengambilan kesimpulan diagnosa di lapangan bisa dilakukan sampai dengan pemeriksaan bedah bangkai ini, dan dapat dilakukan penanganan t a n p a h a r u s m e n u n g g u h a s i l peneguhan diagnosa j ika perlu dilakukan uji laboratorium. Setelah dilakukan anamnesa, pemeriksaan gejala klinis dan p e r u b a h a n p a t o lo g i a n a t o m i , t e r k a d a n g m a s i h r a g u u n t u k menentukan diagnosa penyakit. Hal ini karena ada beberapa penyakit yang memiliki gejala klinis dan perubahan organ yang hampir mirip. Sebagai contoh penyakit ND dan AI. Dengan d e m i k i a n , u n t u k m e m b a n t u meneguhkan penyakit perlu dilakukan uji laboratorium. Uji laboratorium dirasakan manfaatnya oleh para peternak seperti : a) Uji serologi



Uji serologi dapat membantu peneguhan diagnosa dari gambaran titer antibodi di dalam tubuh ayam. b) Uji biologi molekuler



U n t u k m e n d e t e k s i j e n i s mikroorganisme secara detail. Sampel yang diperlukan yakni sampel organ ayam. Contoh metodenya yakni PCR (Polymerase Chain Reaction) dan DNA Sequencing (analisis genetik). c) Uji mikrobiologi



Uji mikrobiologi dilakukan untuk mengidentifikasi jenis bakteri maupun jamur



tertentu yang diduga menginfeksi ternak. d) Uji parasitologi



P e m e r i k s a a n f e s e s u n t u k mengidentifikasi jenis cacing dan ookista (penyebab koksidiosis) dan pemeriksaan parasit (malaria atau malaria like) di dalam darah unggas. Selain uji-uji peneguhan diagnosa di atas, ada pula uji lain untuk mendukung arahan diagnosa, seperti : a) Uji kualitas ransum



Uji kualitas ransum diperlukan untuk mengetahui kualitas ransum yang diberikan ke ternak maupun uji adanya racun jamur (mikotoksin) pada ransum. b) Uji kualitas air



Air dapat menjadi media penularan penyakit seperti colibacillosis , salmonelllosis, dan lain-lain. Selain itu, a i r j u g a m edia pen t in g u n tu k pelarutan obat. Maka sebaiknya melakukan uji kualitas air minimal setiap pergantian musim (2 kali dalam setahun). c) Uji mikrobiologi/uji sensitivitas



U n t u k m e n g e t a h u i t i n g k a t kepeka a n/ s ens i t ivita s ba k ter i terhadap antibiotik atau sensitivitas jamur terhadap antijamur. 3) Jika sudah selesai, bangkai ayam dan limbah perlu dilakukan penanganan khusus,



yaitu : a) Singkirkan segera bangkai dari dalam kandang. b) Buang dengan cara yang aman, dibakar pada insenator (tempat khusus



untuk pembakaran)/dikubur dengan cara : (1) Siapkan lubang galian dengan kedalaman min 1,5 meter, sesuai jumlah



ayam yang dikubur. (2) Taburi alas kuburan dengan kapur aktif. (3) Masukkan bangkai ayam ke dalam kuburan kemudian semprot dengan



desinfektan. (4) Tutup dengan jerami kering kemudian dibakar. Tutup lubang kuburan dan



taburi kapur aktif.



C. Penilaian / Tugas : Silakan membuat resume/ rangkuman dari materi tersebut !



MODUL 10 KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PEMBELAJARAN



Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Kompetensi Keahlian Semester Nama Guru



A. Tujuan Pembelajaran



: SMKN Cibogo : Agribisnis Ternak Unggas Petelur : XII /Agribisnis Ternak Unggas : V / Lima : Ilham Fadilah,.S.Pt



:



1. Siswa memahami tentang pengetahuan tentang penanganan kesehatan dalam agribisnis unggas petelur.



2. Siswa mampu menerapkan pengetahuan tentang penanganan kesehatan dalam agribisnis unggas petelur. B. Materi Pembelajaran



:



Penanganan kesehatan dalam agribisnis unggas petelur. 1. Pencegahan



Penyakit Menular M a s a l a h p e n y a k i t u n g g a s merupakan gangguan dan ancaman terbesar dalam usaha peningkatan produksi ternak Unggas. Oleh karena itu perlu diketahui jenis- jenis penyakit yang biasa menyerang unggas sehingga dapat dilakukan penanganan sebaik mungkin. Jenis-jenis penyakit yang biasa menyerang inggas antara lain : a. Penyakit CRD (Chronic Respiratory Disease)



Penyakit ini dikenal dengan nama Air-sac Disease (penyakit kantong udara), Mycoplasma G a l l i se pt i cum ( M G ) , P l e uro Pneumonia Like Organism (PPLO), Respiratory Mycoplasmosis. CRD adalah penyakit pernapasan yang k r o n i s ( m e n a h u n ) , d a p a t berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Penyakit ini sulit dibedakan dari penyakit coryza karena keduanya dapat b e r c a m p u r d a n m e n y e r a n g sekaligus pada ayam segala umur, a k a n t e t a p i l e b i h b a n y a k menyerang ayam-ayam muda (4-9 minggu) dari pada ayam-ayam dewasa. Penyakit ini lambat menular tetapi sulit hilangnya. Angka kematian penyakit CRD tinggi apabila serangan penyakit bersamaan dengan penyakit lain seperti penyakit ND dan Bronchitis. P e n y a k i t i n i s u l i t s e k a l i diketemukan secara mikroskopis dari dalam getah radang dan dalam jaringanjaringan yang mengalami perubahan. Hal ini karena sulitnya kuman ini dibedakan dengan kuman-kuman yang lain. Penyakit



CRD dapat lebih sering berjangkit pada musim penghujan. Pengobatan : Berdasarkan hasil penelitian, beberapa spesies Mycoplasma resisten (tahan) terhadap Penicillin, Methicillin, Amoxicillin, Thallium acetate, Sulfathiasol . Usaha pengobatan pada penyakit ini h a n y a b e r s i f a t s e m e n t a r a . B ebera pa oba t a n t i ba k ter i berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit CRD yang dapat diberikan melalui air minum, makanan atau suntikan adalah Chlortetracyclin, Ox yt e t r a c y c l i n, Li ncom ycin, E r y t h r o m y c i n , C a r b o m y c i n , S t r e p t o m y c i o n , K an a m yc i n , Spiramycin, Doxycyclin, Thiamulin. Spesifik golongan Makrolide, antara lain Tylosin. Pengobatan d a p a t p u l a m e n g g u n a k a n Mycomas® 0,5 ml/liter air minum atau Baytril® 10%, OS® sebanyak 0,5 ml/liter air minum, bisa juga menggunakan Suanovil® 1- 2 g/liter air minum. Pengobatan dilakukan selama 3-5 hari berturut- turut. b. Penyakit Berak Kapur (Pullorum)



Penyakit berak kapur disebut juga dengan penyakit Pullorum (Pullorum Disease) karena penyakit ini d iseba bka n oleh ba kteri Salmonella pullorum. Penyakit ini juga disebut dengan penyakit berak putih (bacillaria white disease). Penyakit ini menyerang anak ayam umur 2 minggu, akan tatapi juga menyerang segala umur ayam. Berak kapur banyak menyerang ayam yang sudah dewasa, tetapi kematian terbanyak justru pada anak ayam yang masih muda. Jika ayam sanggup bertahan sampai dewasa justru ayam tersebut akan m e n j a d i c a r r i e r ( p e m b a w a penyakit) bagi ayam lain. Penyakit ini sering muncul pada saat pergantian musim. Beberapa jenis sulfonamida, nitrofuran, dan antibiotic lainnya dengan hasil yang bervariasi dalam menekan mortalitas, tetapi tidak dapat membasmi secara tuntas penyakit tersebut dalam suatu flok. Beberapa antibiotic yang banyak digunakan di lapangan antara lain furazolidon, klortetrasiklin, dan golongan quinolone. c. Penyakit ND



Penyakit Newcastle Disease (ND) atau tetelo disebabkan oleh virus ND ( Family paramyxoviridae ) . Gejala-gejala penyakit ND sebagai berikut : • Nafsu makan berkurang • Ayam lesu • Gangguan pernapasan • Ngorok • Syaraf terganggu ditandai dengan gerak yang tidak normal, jalan berputar-putar dan lehernya berputar. Penularan :



Kontak langsung, melalui pakan, minum, kotoran ayam dan peralatan yang tercemar virus ND. Pencegahan : 1) Tatalaksana pemeliharaan yang baik. 2) Melakukan vaksinasi ND secara teratur.



Pengobatan : 1) Belum ada obatnya. ND ada beberapa bentuk : syaraf (Velogenik Neurotropik N D ) , V V N D ( V e l o g e n i k V i s e r o t r o p i k N D ) , d a n pernafasan. d. IBD (Infectious Bursal Disease) atau Gumboro



P e n y a k i t g u m b o r o b i a s a menyerang ayam umur mulai minggu ke-2, tergantung maternal antibodi yang dibawa dari induk, program vaksinasi serta tantangan lapangan. Penyebab : Virus gumboro golongn genus Birnavirus, Famili Birnaviridae Gejala : • Tidak mau makan dan minum • Lemas • Berak kapur • Pada dubur ayam ada cairan putih (peningkatan kadar asam urat) • Susah berdiri • Kaki selonjor ke belakang • Ayam menggerombol seperti kedinginan • Kotoran encer berlendir • Bila tidur paruh diletakkan dilantai. •



Biasanya ayam mati dalam keadaan tengkurap







Biasanya menyerang selama 3 hari Apabila dilakukan bedah bangkai, maka ayam yang terserang penyakit gumboro p a d a p a h a , d a d a , h a t i menunjukkan bercakbercak m e r a h . B u r s a f a b r i s i u s membesar, haemoraghi dan kadang disertai perkejuan di dalam bursa.



Penularan : 1) Kontak langsung melalui pakan, air minum, kotoran ayam, peralatan, pekerja



kandang atau tamu yang datang tercemar virus gumboro. Pencegahan : 1) Melakukan sanitasi yang baik 2) Vaksinasi gumboro Pengobatan :



1) Belum ada obatnya. Penanganan :



1) Tempat pakan & minum dicuci dengan antisep. 2) Air + gula merah/putih 100 ekor 10 liter air/800 g gula selama 3 hari. e. Penyakit



AI (Avian Influenza)



Penyakit AI (Avian Influenza)disebut juga dengan penyakit flu burung. Istilah Avian Influenza ini lazim digunakan untuk kejadian pada unggas, sedangkan flu burung di Indonesia digunakan untuk kejadian pada manusia. Penyakit AI (Avian Influenza) ini merupakan penyakit pernapasan yang menular tetapi tidak bersifat menurun. Penyebab : 1) Virus Influenza A (Orthomyxo virus) yang memiliki 15 antigen H dan 9 antigen N (135 subtipe). Berdasarkan keganasannya dibagi menjadi dua yaitu : Low Pathogenic Avian Influenza (LPAI) dan Highly pathogenic Avian Influenza (HPAI). Wabah AI di Indonesia disebabkan oleh HPAI subtipe H5N1. Penularan : 1) Penularan penyakit ini melalui kontak langsung dengan unggas yang sakit, kotoran, peralatan dan orang pembawa virus. Jenis/Spesies Unggas yang Terserang : 1) Ayam 2) Kalkun 3) Itik 4) Angsa 5) Unggas liar Gejala Klinis : 1) Pial dan jengger membengkak dan kebiruan (sianosis). 2) Luka bengkak dan keluar cairan dari hidung dan mulut (keluar cairan eksudat



jernih hingga kental dari rongga mulut/ hipersalivasi, depresi, kerabang telur lembek) 3) Ptekhi subkutan pada kaki.



4 ) P t e k h i s u b k u t a n d a n pembengkakan pada telapak kaki 5) Diare 6) Kematian tinggi



Tanda-tanda sesudah ayam mati : 1) Perdarahan subkutan di



daerah dada, perut dan kaki



2) Infeksi hati dan proventrikulus. Pencegahan : 1) Menerapkan biosecurity secara ketat, yaitu :



Biosekuriti konseptual dilakukan dengan cara memilih tempat usaha peternakan; breeder 3 km dari peternakan komersial, RPA, dan tempat penetasan; serta tidak boleh dekat dengan jalan raya dan danau.



a) Biosekuriti struktural dilakukan dengan cara menentukan tata letak ( lay



out ) peternakan, instalasi kandang, air minum, pakan dan perkantoran. b) Biosekuriti operasional dilakukan d e n g a n c a r a m e n e n t u k a n



prosedur rutin kegiatan c) Sehari-hari, dekontaminasi dan d e s i n f e k s i . C o n t o h penyemprotan



dengan antiseptik atau larutan sabun terhadap kandang dan peralatan serta lingkungan kandang secara teratur (3-6) hari sekali. Hal penting dalam biosekuriti operasional : a) Batasi kunjungan ke kandang b) Pakaian kandang khusus



Desinfektan pencuci kaki di depan pintu kandang d) Untuk Breeder : kewajiban mandi e) Desinfeksi setelah pengosongan kandang f) Kendaraan dan alat-alat kandang serta peralatan pengepakan (keranjang



ayam dan rak telur) perlu didekontaminasi dengan desinfeksi. 2) Melakukan vaksinasi AI



a ) P i l i h l a h v a k s i n A I y a n g mengandung virus AI subtipe H5, sedapat mungkin homolog atau memiliki t ingkat homologi terhadap virus AI lapangan > 80%. b) Vaksin AI selalu inaktif (Killed) dalam adjuvant, masih sering menimbulkan



stress yang dapat m e n y e b a b k a n p e n u r u n a n produksi telur. Oleh karena itu program vaksinasi seharusnya selesai sebelum masa produksi. c) Titer antibodi yang dihasilkan setelah program vaksinasi hendaknya



cukup tinggi (> 7 (log2), untuk menghindari AI subklinis. Pengobatan : 1) Belum ada pengobatan yang efektif. 2) Pemberian antibiotika hanya d a pa t m e n ceg a h in fe k s i



sekundernya. f.Penyakit Snot (choriza)



Disebabkan oleh Haemophilus paragallinarum. Biasanya ayam terserang penyakit ngorok setelah umur 20 hari. Adapun tanda-tanda ayam terserang snot adalah Mata berair, kepala bengkak, tidak mau makan dan minum, ayam diam. Penanganannya adalah jika ada 10 e k o r , k e p a l a y a n g b e n g k a k dibasahi/diolesi dengan antisep pagi – sore / 2 kali sehari selama 5 hari biasanya sembuh. Diberi vitamin (vita stress) untuk meningkatkan nafsu makan. Jika kepala berangsur sembuh mata tidak keluar air. Penyakit-penyakit unggas tersebut tentunya akan membawa pengaruh yang tidak baik baik bagi peternak dan juga kelangsungan hidup peternakan unggas tersebut.



Akibat dari penyakit unggas antara lain : a. Kematian atau mortalitas tinggi b. Pencemaran lingkungan c. Biaya obat-obatan tinggi d. Kerugian e. Kebangkrutan usaha peternakan unggas



C. Penilaian / Tugas : Silakan membuat resume/ rangkuman dari materi tersebut !