Modul Ajar 4 [PDF]

  • Author / Uploaded
  • iin
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



MODUL AJAR SEJARAH INDONESIA A. Informasi Umum Nama penyusun : Lilik Suharmaji Asal Instansi : SMA Negeri 8 Yogyakarta Tahun Penyusunan : 2021 Jenjang sekolah : SMA Kelas : XI (Sebelas) Kata Kunci : Proklamasi kemerdekaan Indonesia Kode Perangkat : Sej. F. LIS. 11.4 Jumlah Peserta : 36 Moda : Tatap Muka Alokasi waktu : 2 JP x 8 pertemuan ( 720 menit) B. Tujuan Pembelajaran Capaian Pembelajaran -



-



Fase F, peserta didik di Kelas XI dan XII mampu mengembangkan konsep konsep dasar sejarah untuk mengkaji peristiwa sejarah dalam dimensi manusia, ruang, dan waktu. Melalui literasi, diskusi, dan penyelidikan (penelitian) berbasis proyek kolaboratif peserta didik mampu menjelaskan berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di Indonesia dan dunia meliputi Kolonialisme dan Perlawanan Bangsa Indonesia, Pergerakan Kebangsaan Indonesia, Pendudukan Jepang di Indonesia, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan, Pemerintahan Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin, Peserta didik di Kelas XI mampu menggunakan sumber primer dan sekunder untuk melakukan penelitian sejarah nasional dan sejarah lokal secara diakronis atau sinkronis kemudian mengomunikasikannya dalam bentuk lisan, tulisan, dan/atau media lain. Selain itu mereka juga mampu menggunakan keterampilan sejarah untuk menganalisis dan mengevaluasi peristiwa sejarah



Alur Tujuan Pembelajaran 11.4. Menjelaskan proklamasi kemerdekaan Indonesia - 11.4.1 Menganalisis sifat kolaboratif (peristiwa Rengasdengklok, perumusan teks proklamasi dan pembacaan teks proklamasi) antara golongan tua (Sukarno, Hatta, dan Soebardjo) dengan golongan muda (Syahrir, Sayuti Melik dll) di sekitar proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 - 11.4.2 Menjelaskan penyebaran berita proklamasi dan dukungan spontan terhadap proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 - 11.4.3 Menjelaskan peran dan jasa tokoh-tokoh yang tergabung dalam peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan. - 11.4.4 Menganalisis kontribusi dan kolaborasi diantara berbagai suku, agama, ras, dan golongan dalam pengesahan UUD 1945 dan pemilihan presiden dan wakil presiden - 11.4.5 Menganalisis kontribusi dan kolaborasi diantara berbagai suku, agama, ras, dan golongan dalam pembentukan pembagian wilayah dan pembentukan kementrian - 11.4.6 Menganalisis kontribusi dan kolaborasi diantara berbagai suku, agama, ras, dan golongan dalam pembentukan badan-badan negara - 11.4.7 Menganalisis hubungan antara integritas Sultan Hamengku Buwono IX dan respon positif pemimpin daerah lain dalam mendukung proklamasi - 11.4.8 Menjelaskan peran pemuda dalam



2



mempertahankan proklamasi pada peristiwa Lapangan Ikada (Jakarta), Hotel Yamato (Surabaya), dan terbentuknya komite Van-Aksi



C. Profil Pelajar Pancasila Dengan mempelajari sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia peserta didik diharapkan dapat: 1. Iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia Selalu terhadap Tuhanyang Yang Maha Esa atas karunianya sehingga menjadi D. bersyukur Profil Pelajar Pancasila bangsa yang terlepas dari penjajahan dengan memproklamasikan diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdiri sejajar dengan bangsa lain di dunia. 2. Berkebhinekaan Global Mengambil pelajaran dari peristiwa proklamasi kemerdekaan RI bahwa setiap bangsa di dunia berhak menjadi bangsa yang merdeka sehingga tidak mentoleransi penjajahan bangsa satu terhadap bangsa lainnya. 3. Mandiri - Mengerjakan tugas-tugas belajar yang diberikan guru secara mandiri - Meneladani sikap mandiri dan tegas seperti para tokoh-tokoh di sekitar peristiwa proklamasi yang bertekad ingin memerdekakan bangsa dari belenggu penjajahan 4. Integritas - Menumbuhkan nilai kejujuran kepada para siswa dalam mengerjakan evaluasi dan tugas-tugas belajarnya. - Meneladani para pejuang pergerakan nasional yang sabar, pantang menyerah, rela berkorban untuk mencapai kemerdekaan. 5. Kritis - Dapat memetik pelajaran nilai-nilai (value) dari para tokoh-tokoh orang tua dan pemuda di sekitar peristiwa proklamasi yang berjuang demi bangsanya tanpa pamrih. 6. Kreatif - Kreatif dalam memilih sumber belajar sebagai bahan diskusi kelompok sehingga menghasilkan materi hasil diskusi dapat dipertanggungjawabkan. 7. Gotong royong - Berkolaborasi dalam diskusi kelompok dengan saling menghargai pendapat orang lain dan tidak memaksakan pendapatnya diterima oleh orang lain. - Mengambil hikmah bahwa sebuah keberhasilan proklamasi kemerdekaan RI tercipta karena adanya kolaborasi atau kerjasama



3



D. Sarana Prasarana 1. Jaringan internet yang memadai 2. Komputer/laptop 3. Perpustakaan, buku-buku sejarah sebagai referensi 4. Peta daerah Rengasdengklok di Jawa Barat E. Target peserta Didik Perangkat ajar ini dapat digunakan untuk peserta didik reguler F.



Jumlah peserta didik 36 peserta didik/ kelas



G.



Ketersediaan materi: 1. Materi pengayaan 2. Materi remedial H. Model Pembelajaran: PJJ daring dan luring I. Materi ajar, alat dan bahan 1. Materi proklamasi kemerdekaan Indonesia A. Peristiwa Rengasdengklok Jepang Kalah Perang dengan Sekutu Sejak tahun 1939, Perang Dunia II yang berkecamuk menyebabkan dua kekuatan besar, yakni Sekutu yang dipimpin Amerika Serikat melawan negara-negara Fasis (Jerman, Itali, dan Jepang). Amerika ingin menghancurkan kekuatan Jepang dengan mengirimkan dua pesawat pembawa bom atom. Tanggal 6 Agustus 1945, bom atom pertama diledakkan di Kota Hiroshima dan pada 9 Agustus 1945, bom atom kedua diledakkan di Kota Nagasaki. Dalam waktu singkat, dua kota kebanggaan Jepang itu luluh lantak. Akibatnya, Jepang memutuskan mengakhiri perang dengan melakukan penyerahan kepada Sekutu tanpa syarat. Penyerahan Jepang dilakukan pada 15 Agustus 1945.



4



Tanggal 15 Agustus 1945 merupakan kesempatan yang baik untuk mempercepat proklamasi kemerdekaan. Menurut golongan muda, menyerahnya Jepang kepada Sekutu berarti Indonesia sedang kosong kekuasaan. Proklamasi dipercepat adalah pilihan yang sangat tepat dan realistis. Untuk itulah para pemuda mendesak pada tokoh senior untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Sutan Syahrir yang mendengar penyerahan Jepang lewat radio gelap segera menemui Hatta di rumahnya. Syahrir mendesak agar Sukarno-Hatta segera memerdekakan Indonesia, tetapi Sukarno-Hatta ternyata belum bersedia. Mereka berdua menolak segera memproklamasikan karena harus dibicarakan dulu dengan PPKI (Panita Persiapan Kemerdekaan Indonesia) bentukan Jepang. Sedangkan menurut golongan pemuda, proklamasi kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan oleh kekuatan bangsa sendiri, bukan oleh PPKI. Menurut para pemuda, PPKI itu buatan Jepang. Oleh sebab itu pada Rabu, 15 Agustus 1945 sekitar pukul 22.00 WIB, para pemuda yang dipimpin Wikana, Sukarni, dan Darwis datang ke rumah Sukarno untuk memaksa Sukarno memproklamasikan kemerdekaan. Para pemuda mendesak agar proklamasi kemerdekaan dilaksanakan paling lambat 16 Agustus 1945. Sutan Syahrir yang mendengar penyerahan Jepang lewat radio gelap segera menemui Hatta di rumahnya. Syahrir mendesak agar Sukarno-Hatta segera memerdekakan Indonesia, tetapi Sukarno-Hatta ternyata belum bersedia. Mereka berdua menolak segera memproklamasikan karena harus dibicarakan dulu dengan PPKI (Panita Persiapan Kemerdekaan Indonesia) bentukan Jepang. Sedangkan menurut golongan pemuda, proklamasi kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan oleh kekuatan bangsa sendiri, bukan oleh PPKI. Menurut para pemuda, PPKI itu buatan Jepang. Oleh sebab itu pada Rabu, 15 Agustus 1945 sekitar pukul 22.00 WIB, para pemuda yang dipimpin Wikana, Sukarni, dan Darwis datang ke rumah Sukarno untuk memaksa Sukarno memproklamasikan kemerdekaan. Para pemuda mendesak agar proklamasi kemerdekaan dilaksanakan paling lambat 16 Agustus 1945. Sukarno yang mendapat desakan keras itu kemudian marah sambil menunjukkan lehernya dan berkata, “Ini, goroklah leherku! Saudara boleh membunuh saya sekarang juga! Saya tidak bisa melepas tanggung jawab saya sebagai ketua PPKI. Untuk itu akan saya tanyakan kepada wakil-wakil PPKI besok.” Setelah gagal mendesak Sukarno, pemuda undur diri dari rumah Sukarno, tetapi tidak langsung pulang ke rumah masing masing. Mereka pada tengah malam (pukul 24.00) berkumpul di Jalan Cikini 71 Jakarta. Mereka yang hadir adalah Sukarni, Yusuf Kunto, Chaerul Saleh, dan Singgih. Hasil pertemuan itu adalah sepakat untuk membawa Sukarno-Hatta keluar kota. Tujuannya adalah agar kedua tokoh itu tidak terpengaruh Jepang yang bersedia memproklamasikan kemerdekaan. Mereka juga sepakat menunjuk Singgih (Shodanco) untuk memimpin pelaksanaan rencana tersebut. Singgih (anggota Peta) dan para pemuda menuju ke rumah Moh. Hatta. Secara singkat, Singgih meminta kesediaan Moh. Hatta untuk ikut keluar kota dan Moh. Hatta menuruti kehendak para pemuda itu. Rombongan kemudian menuju ke rumah Sukarno. Setelah tiba di kediaman Sukarno, Singgih meminta Sukarno bersedia keluar kota dan dituruti juga oleh Sukarno dengan syarat Fatmawati yang baru saja menyusui Guntur yang masih berusia 163



5



delapan bulan dan Moh. Hatta juga ikut. Tanggal 16 Agustus 1945, sekitar pukul 04.00, rombongan Sukarno-Hatta dan pemuda menuju Rengasdengklok. Rengasdengklok dipilih karena daerah itu sangat terpencil dan aman. Setelah tiba di Rengasdengklok, mereka diterima oleh Shodanco Subeno dan Affan. Mereka ditempatkan di rumah Kie Song yang simpati kepada perjuangan bangsa Indonesia. Sehari di Rengasdengklok tidak menghasilkan apa-apa karena tidak bisa memaksa Sukarno untuk menyatakan kemerdekaan. Namun, Singgih menangkap gelagat bahwa Sukarno bersedia memproklamasikan kemerdekaan jika sudah kembali ke Jakarta. Gelagat itu muncul dari pernyataan Sukarno dalam sebuah diskusi kecil ketika para pemuda melakukan tekanan terhadap Sukarno-Hatta. “Revolusi ada di tangan kami sekarang dan kami memerintahkan, Bung! Kalau Bung tidak memulai revolusi malam ini lalu .... “Lalu apa?” teriak Sukarno. Kemudian, Sukarno berdiri dengan kemarahan yang menyala-nyala, memandang semua dengan sorot mata yang tajam. Itu membuat semua orang yang hadir di situ terperenyak tanpa kata-kata, tidak ada bantahan kata-kata hingga Sukarno kembali tenang. Lalu, berkatalah Sukarno, “Yang paling penting di dalam peperangan dan revolusi adalah saatnya yang tepat. Di Saigon, saya sudah merencanakan seluruh pekerjaan ini untuk dijalankan tanggal 17. Mengapa tanggal 17? Tidak sekarang atau tanggal 16?” tanya Sukarno. “Saya orang yang percaya pada mistik. Tidak dapat saya terangkan dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadaku. Namun, saya merasakan di dalam kalbuku bahwa itu adalah saat yang baik. Angka 17 adalah angka suci. Pertama-tama kita sedang di dalam bulan Ramadan, saat kita semua berpuasa. Ini berarti saat yang paling suci buat kita. Tanggal 17 hari Jumat. Hari itu Jumat Legi, Jumat yang berbahagia, Jumat suci. Alquran diturunkan tanggal 17, orang Islam salat 17 rakaat. Oleh karena itu, kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia,” demikianlah Sukarno menjelaskan semuanya. Jakarta sangat tegang karena pada 16 Agustus 1945 seharusnya diadakan pertemuan PPKI, tetapi Sukarno-Hatta tidak ada di tempat. Ahmad Subarjo mencari kedua tokoh itu hingga akhirnya setelah terjadi kesepakatan dengan Wikana, Ahmad Subarjo diantar ke Rengasdengklok oleh Yusuf Kunto. Ahmad Subarjo tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB untuk menjemput Sukarno dan rombongan. Para pemuda curiga dengan kedatangan Subarjo sehingga Subarjo memberi jaminan apabila tanggal 17 Agustus 1945 belum ada proklamasi kemerdekaan Indonesia, nyawa Ahmad Subarjo taruhannya. Dengan jaminan itu, akhirnya para pemuda merasa lega dan mengizinkan Sukarno-Hatta kembali ke Jakarta. Petang itu juga, Sukarno-Hatta kembali ke Jakarta dan berakhirlah peristiwa Rengasdengklok. B. Perumusan Teks Proklamasi Semula, rombongan langsung tiba di rumah Laksamana Maeda. Oleh Maeda, Sukarno diantar menemui Gunseikan Mayor Jenderal Hoichi Yamamoto (Kepala Pemerintahan Militer Jepang) akan tetapi Gunseikan menolak menerima Sukarno-Hatta pada tengah malam.



6



Ditemani Maeda, rombongan menuju ke kediaman Somubuko Mayor Jenderal Otoshi Nishimura (Kepala Departemen Umum Pemerintahan Militer Jepang). Kepada Nishimura, Sukarno menyampaikan izin akan mengadakan rapat persiapan kemerdekaan Indonesia. Mendapat perkataan seperti itu, Nishimura keberatan rumahnya digunakan untuk rapatrapat dengan alasan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokyo bahwa Jepang harus menjaga status quo, tidak dapat memberi izin untuk mempersiapkan proklamasi kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Sukarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido (pantang menyerah), ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Mendapat penolakan itu, Sukarno berkesimpulan bahwa Jepang tidak mungkin lagi diharapkan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sukarno dan rombongan akhirnya menuju ke kediaman Laksamana Maeda lagi di Jalan Imam Bonjol No. 01. Akhirnya, teks proklamasi disusun di rumah Laksamana Maeda. Tokoh yang hadir adalah anggota PPKI, pemuda, pemimpin pergerakan, serta beberapa anggota Chau Sangi yang ada di Jakarta. Alasan rumah Maeda digunakan menyusun teks proklamasi karena rumah ini aman dari gangguan sewenang-wenang anggota rigukun (Angkatan Darat Jepang). Selain itu, Maeda juga mempunyai hubungan baik dengan para pemimpin pergerakan. Dalam rumusan itu, Maeda tidak hadir karena izin beristirahat dan akhirnya penyusunan teks dilakukan di ruang makan. Sukarno mengawali tulisan dengan kata pernyataan “proklamasi”. Kemudian, Sukarno bertanya kepada Moh. Hatta dan Ahmad Subarjo, “Bagaimana bunyi rancangan pada draf pembukaan UUD?” Subarjo menjawab, “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia.” Hatta menambahkan kalimat, “Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain lain diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.” Sukarno menulis, “Jakarta, 17-8-05. Wakil□wakil bangsa Indonesia,” sebagai penutup. Teks proklamasi kemudian dibawa ke serambi muka rumah Maeda, tempat para anggota PPKI dan pemuda telah menunggu. Di situlah teks proklamasi dimusyawarahkan dan kemudian disetujui bersama. Saat itu timbul masalah tentang siapa yang harus menandatangani teks proklamasi itu. Moh. Hatta mengusulkan agar teks proklamasi meniru model Amerika Serikat, yakni ditandatangani oleh semua yang hadir sebagai wakil bangsa. Mendengar usulan Hatta itu, Chairul Saleh menolak jika teks proklamasi ditandatangani oleh semua yang hadir dengan alasan akan menimbulkan kesan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah pemberian Jepang, apalagi beberapa yang hadir di ruangan itu dianggap kolaborator Jepang. Karena kedua pendapat itu mendapat tentangan, kemudian Sukarni usul agar teks proklamasi ditandatangani Sukarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Usul Sukarni diterima dengan beberapa perubahan yang telah disetujui, maka konsep itu kemudian diserahkan kepada Sayuti MelikTeks proklamasi kemudian dibawa ke serambi muka rumah Maeda, tempat para anggota PPKI dan pemuda telah menunggu. Di situlah teks proklamasi dimusyawarahkan dan kemudian disetujui bersama. Saat itu timbul masalah tentang siapa yang harus menandatangani teks proklamasi itu. Moh. Hatta mengusulkan agar teks proklamasi meniru model Amerika Serikat, yakni ditandatangani oleh semua yang hadir sebagai wakil bangsa. Mendengar usulan Hatta itu, Chairul Saleh menolak jika teks proklamasi ditandatangani oleh semua yang hadir dengan alasan akan menimbulkan kesan bahwa



7



kemerdekaan Indonesia adalah pemberian Jepang, apalagi beberapa yang hadir di ruangan itu dianggap kolaborator Jepang. Karena kedua pendapat itu mendapat tentangan, kemudian Sukarni usul agar teks proklamasi ditandatangani Sukarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Usul Sukarni diterima dengan beberapa perubahan yang telah disetujui, maka konsep itu kemudian diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik. Naskah teks proklamasi yang diketik Sayuti Melik dan ditandatangani Sukarno-Hatta inilah yang kemudian disebut teks proklamasi yang autentik. Perundingan dalam menyusun teks proklamasi berlangsung pukul 02.00-04.00 dini hari. Bagaimana cara menyebarluaskan proklamasi? Sukarni mengusulkan agar dibacakan di Lapangan Ikada, tetapi Sukarno tidak setuju karena tempat itu adalah tempat umum yang dapat memancing keributan dengan tentara Jepang. Sukarno mengusulkan agar pembacaan proklamasi dilakuakn di rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Proklamasi dibacakan pukul 10.00 hari Jumat (bulan Ramadan), 17 Agustus 1945. Ada tiga teks proklamasi menurut tata tulisannya, yakni 1) naskah asli tulisan tangan Sukarno, 2) naskah proklamasi yang diketik Sayuti Melik sesuai dengan tulisan tangan Sukarno, dan 3) naskah proklamasi autentik (naskah proklamasi yang sudah ada perubahan-perubahan). Untuk lebih jelasnya, perhatikan konsep rumusan berikut. Beberapa perubahan yang dimaksud dalam naskah proklamasi yang autentik yaitu kata “tempoh”, diganti dengan kata “tempo”. Penulisan tanggal, bulan, dan tahun yang semula “Jakarta, 17-8- ‘05” diubah menjadi “Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun ‘05” (tahun ‘05 adalah singkatan dari tahun Jepang Sumera, yakni tahun 2605 yang bertepatan dengan tahun 1945 Masehi). Kata-kata “wakil□wakil bangsa Indonesia” diganti dengan kata-kata “Atas nama bangsa Indonesia”. Naskah proklamasi kemudian diketik dan ditandatangani Sukarno-Hatta. Naskah inilah yang kemudian disebut teks proklamasi yang autentik. Beberapa perubahan yang dimaksud dalam naskah proklamasi yang autentik yaitu kata “tempoh”, diganti dengan kata “tempo”. Penulisan tanggal, bulan, dan tahun yang semula “Jakarta, 17-8- ‘05” diubah menjadi “Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun ‘05” (tahun ‘05 adalah singkatan dari tahun Jepang Sumera, yakni tahun 2605 yang bertepatan dengan tahun 1945 Masehi). Kata-kata “wakil□wakil bangsa Indonesia” diganti dengan kata-kata “Atas nama bangsa Indonesia”. Naskah proklamasi kemudian diketik dan ditandatangani Sukarno-Hatta. Naskah inilah yang kemudian disebut teks proklamasi yang autentik. C. Pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Sebelum pulang, Moh. Hatta berpesan kepada B.M. Diah untuk memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkan ke seluruh dunia dengan menggunakan radio. Pada pagi harinya di rumah Sukarno, dr. Muwardi meminta Latief Hendradiningrat (Komandan Peta) dan beberapa anak buahnya berjaga-jaga di rumah Sukarno. Suwiryo, wali kota Jakarta, meminta kepada Wilopo untuk menyiapkan peralatan mikrofon. Sedangkan Sudiro meminta kepada Suhud untuk menyiapkan tiang bendera. Sedangkan bendera diperoleh dari ibu Farmawati yang menjahitnya sendiri dengan ukuran besar (tidak standar). Bendera yang dijahit Fatmawati itu dikenal sebagai Bendera Pusaka dan sejak tahun 1969 diganti duplikat untuk dikibarkan di Istana Negara setiap tanggal 17 Agustus.



8



Proklamasi dicetuskan hari Jumat, 17 Agustus 1945 tahun Masehi atau 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, atau 17 Ramadhan 1365 tahun Hijriyah. Sukarno mendekati mikrofon untuk membacakan proklamasi kemerdekaan. Pada awalnya, S.K. Trimurti (istri Sayuti Melik) diminta untuk menaikkan Bendera Pusaka, tetapi ia menolak dengan alasan bahwa pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu, ditunjuklah Latief Hendraningrat yang seorang prajurit Peta dengan dibantu Suhud. Sedangkan S.K. Trimurti membawa nampan berisi bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih). Kemudian, bendera merah putih dikibarkan oleh Latief dan Suhud. Bersamaan dengan naiknya bendera merah putih, para hadirin secara spontan menyanyikan lagu Indonesia Raya tanpa ada yang memimpin. Setelah proklamasi kemerdekaan dibacakan, datanglah berbondong-bondong warga yang semula menunggu di Lapangan Ikada. Mereka mengira, proklamasi dibacakan di Lapangan Ikada. Setelah tiba di kediaman Sukarno, mereka meminta agar proklamasi dibaca ulang. Karena tidak mungkin proklamasi dibaca ulang, maka Hatta tampil untuk berpidato sebentar demi menenangkan warga dan memberi semangat tentang arti pentingnya proklamasi kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. D. Penyebaran berita proklamasi Setelah proklamasi dibacakan, hari itu juga salinan teks proklamasi disampaikan kepada kepala Hoso Kanri Kyoku (Pusat Jawatan Radio, sekarang RRI) yang bernama Waidan B. Palewenen. Ia menerima teks proklamasi dari seorang wartawan Kantor Berita Domei (sekarang Kantor Berita Antara). Setelah itu, berita proklamasi segera diudarakan. Berita proklamasi itu disiarkan oleh penyiar tiga kali berturut-turut. Setelah siaran kedua, tiba-tiba orang Jepang masuk ke ruangan radio sambil marah karena penyiaran proklamasi itu dan memerintahkan agar penyiaran dihentikan. Namun demikian, Waidan B. Palewenen tetap memerintahkan kepada anak buahnya untuk menyiarkan proklamasi. Melalui pemimpin angkatan bersenjata di Jawa, Jepang meminta agar Domei meralat bahwa berita proklamasi itu sebuah kesalahan. Namun, permintaan Jepang itu diabaikan sehingga Kantor Berita Domei tanggal 20 Agustus 1945 disegel dan pegawainya dilarang masuk. Walaupun Domei disegel, berita proklamasi tetap disiarkan melalui pemancar swasta. Para pemuda mendirikan pemancar baru di Menteng No. 31 dengan kode panggilan DJK 1. Dari sinilah kemudian berita proklamasi disiarkan sampai ke penjuru Indonesia. Proklamasi juga disebarkan melalui surat kabar, pamflet, poster, serta coretan di gerbong kereta api dan dinding-dinding kota. Tanggal 20 Agustus 1945, hampir semua harian yang diterbitkan di Jawa memuat berita tentang proklamasi kemerdekaan. E.Peran dan jasa para tokoh-tokoh proklamasi dan perjuangannya Proklamasi kemerdekaan bukan peristiwa sejarah yang tiba-tiba muncul begitu saja. Peristiwa mahapenting itu mengalami proses yang sangat panjang dan melibatkan orang-orang yang berperan penting dalam mewujudkannya. Adapun beberapa tokoh-tokoh penting itu di antaranya sebagai berikut. Ir. Sukarno Dr. (HC)



9



Ir. H. Sukarno (nama lahir: Koesno Sosrodihardjo) lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901 (meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun) adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945–1966. Sukarno memainkan peranan penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Sukarno menjadi proklamator kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Moh. Hatta) pada 17 Agustus 1945. Sukarno mencetuskan konsep mengenai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dan Sukarno sendiri yang menamainya. Sukarno dilahirkan dari seorang ayah yang bernama Raden Soekemi Sosrodiharjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Keduanya bertemu ketika Raden Soekemi yang merupakan seorang guru ditempatkan di Sekolah Dasar Pribumi di Singaraja, Bali. Nyoman Rai merupakan keturunan bangsawan dari Bali dan beragama Hindu, sedangkan Raden Soekemi sendiri beragama Islam. Mereka telah memiliki seorang putri yang bernama Sukarmini sebelum Sukarno lahir. Ketika kecil, Sukarno tinggal bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur. Ia bersekolah pertama kali di Tulung Agung hingga akhirnya pindah ke Mojokerto, mengikuti orang tuanya yang ditugaskan di kota tersebut. Di Mojokerto, ayahnya memasukkan Sukarno ke Eerste Inlandse School, sekolah tempatnya bekerja. Peranan Sukarno di sekitar proklamasi antara lain sebagai berikut. a). Sukarno menyusun konsep teks proklamasi di kediaman Laksamana Tadashi Maeda bersama Hatta dan Ahmad Subarjo. b). Sukarno dan Hatta menandatangani teks proklamasi atas nama bangsa Indonesia. c). Sukarno membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia di kediamannya, Jl. Pegangasaan Timur No. 56 Jakarta. 2. Drs. Moh. Hatta Dr. (HC). Drs. H. Moh. Hatta lahir di Foert de Kock (sekarang Bukittinggi, Sumatra Barat), Hindia Belanda, 12 Agustus 1902 dengan nama Mohammad Athar dan populer disapa Bung Hatta. Ia meninggal di Jakarta, 14 Maret 1980 pada usia 77 tahun. Hatta adalah pejuang, negarawan, ekonom, dan wakil presiden Indonesia yang pertama. Hatta bersama Sukarno memegang peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda sekaligus memproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Hatta juga pernah menjabat sebagai Perdana Menteri dalam kabinet Hatta I, Hatta II, dan Republik Indonesia Serikat (RIS). Hatta bersama Sukarno membentuk dwi-tunggal kepemimpinan dari tahun 1945 sampai dengan tahun 1955. Duet ini terbukti tangguh dan mampu bertahan paling sedikit satu dasawarsa. Dalam perdebatan di KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) pada Februari 1947, misalnya, Perjanjian Linggarjati dikritik keras kelompok oposisi padahal saat itu sudah gawat karena Belanda membentuk NIT (Negara Indonesia Timur). Maka, Hatta sempat berkata kalau kebijakan pemerintah tidak disetujui, silakan mencari pemimpin lain di luar Sukarno-Hatta. Tahun 1948, saat PKI Madiun meletus, juga dilontarkan oleh Sukarno, pilih Sukarno-Hatta atau Muso. Namun dwi-tunggal itu akhirnya tanggal juga. Hatta mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956 karena tidak satu pemikiran dengan Sukarno. Sukarno memimpin negeri ini sendirian. Karena berjasa dalam perkembangan perkoperasian, maka Hatta dinobatkan sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Hatta pertama kali mengenyam pendidikan formal di sekolah swasta.



10



Setelah enam bulan, ia pindah ke sekolah rakyat dan sekelas dengan Rafiah, kakaknya. Namun, pelajarannya berhenti pada pertengahan semester kelas tiga. Ia lalu pindah ke ELS di Padang (kini SMA Negeri 1 Padang) sampai tahun 1913, kemudian melanjutkan ke MULO sampai tahun 1917. Selain pengetahuan umum, ia telah ditempa ilmu-ilmu agama sejak kecil. Ia pernah belajar agama kepada Muhammad Jamil Jambek, Abdullah Ahmad, dan beberapa ulama lainnya. Tahun 1986, pemerintah menjadikan Hatta dan Sukarno sebagai Pahlawan Proklamator Kemerdekaan. Banyak orang mengatakan, mengapa gelar Pahlawan Proklamator diberikan kepada Sukarno dan Hatta sebagai satu kesatuan dwi-tunggal, bukan sebagai pribadi, serta mempertanyakan mengapa bukan gelar Pahlawan Nasional yang disematkan kepada mereka berdua. Tahun 2012, pengakuan akhirnya muncul ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional terhadap Sukarno dan Hatta. Adapun peran Moh. Hatta dalam peristiwa sekitar proklamasi adalah sebagai berikut. a). Hatta bersama Sukarno dan Ahmad Subarjo menyusun teks proklamasi di rumah Laksamana Tadashi Maeda. b). Hatta bersama Sukarno menandatangani teks proklamasi atas nama bangsa Indonesia. c). Hatta berpidato untuk menenangkan rakyat yang tidak sempat menyaksikan proklamasi karena mengira proklamasi di kumandangkan di Lapangan Ikada. 4. Sayuti Melik Muhammad Ibnu Sayuti atau yang lebih dikenal sebagai Sayuti Melik lahir di Sleman, Yogyakarta, 22 November 1908. Meninggal 3. Ahmad Subarjo Mr. Raden Ahmad Subarjo Joyoadisuryo lahir di Karawang, Jawa Barat, 23 Maret 1896 dan meninggal 15 Desember 1978 pada usia 82 tahun. Ahmad Subarjo adalah tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia, diplomat, dan seorang pahlawan nasional. Subarjo merupakan menteri luar negeri Indonesia yang pertama. Subarjo memiliki gelar Meester in de Rechten (sarjana hukum) yang diperoleh di Universitas Leiden Belanda pada tahun 1933. Ahmad Subarjo dilahirkan di Teluk Jambe, Karawang, Jawa Barat, 23 Maret 1896. Ayahnya bernama Teuku Muhammad Yusuf, masih keturunan bangsawan Aceh dari Pidie. Kakek Subarjo dari pihak ayah adalah Ulee Balang dan ulama di wilayah Lueng Putu, sedangkan Teuku Yusuf adalah pegawai pemerintahan dengan jabatan Mantri Polisi di wilayah Teluk Jambe, Karawang. Ibu Subarjo bernama Wardinah. Ia keturunan JawaBugis dan merupakan anak dari camat di Telukagung, Cirebon. Ayahnya mulanya memberikan nama Teuku Abdul Manaf, sedangkan ibunya memberikan nama Ahmad Subarjo. Sedangkan nama Joyoadisuryo ditambahkannya setelah dewasa saat Subarjo dipenjara di Ponorogo karena peristiwa 3 Juli 1946. Ahmad Subarjo bersekolah di Hogere Burger School Jakarta (saat ini setara dengan Sekolah Menengah Atas) pada tahun 1917. Subarjo remaja kemudian melanjutkan pendidikannya di Universitas Leiden Belanda. Karena lelah dan tidak bisa menahan rasa kantuk, maka Subarjo tidak menghadiri pembacaan proklamasi. Subarjo diangkat sebagai menteri luar negeri pertama RI. Pada masa Revolusi Fisik tahun 1946-1949, Subarjo ditahan karena dianggap antikabinet Syahrir. Tahun 1948, Subarjo dibebaskan Sukarno. Setelah pengakuan kedaulatan RI tahun 1949, Subarjo diangkat lagi sebagai menteri luar negeri, lalu menjadi duta besar, anggota Dewan Pertimbangan Presiden, dan aktif dalam perjuangan diplomatik di dunia internasional. Subarjo



11



meninggal pada 1978 dan baru tahun 2009 diangkat sebagai Pahlawan Nasional. Berikut peranan Subarjo dalam peristiwa sekitar proklamasi. a). Menjemput Sukarno-Hatta ke Rengasdengklok untuk menuju Jakarta dengan taruhan nyawanya. b). Bersama Sukarno dan Hatta menyusun teks proklamasi kemerdekaan. 4. Sayuti Melik Muhammad Ibnu Sayuti atau yang lebih dikenal sebagai Sayuti Melik lahir di Sleman, Yogyakarta, 22 November 1908. Meninggal di Jakarta, 27 Februari 1989, pada usia 80 tahun dan dimakamkan di TMP Kalibata. Sayuti Melik dikenal sebagai pengetik naskah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Sayuti Melik adalah suami dari Surastri Karma Trimurti (S.K. Trimurti), seorang wartawati dan aktivis perempuan pada zaman pergerakan dan zaman setelah kemerdekaan. Sayuti anak dari Abdul Muin alias Partoprawito, seorang bekel jajar atau kepala desa di Sleman, Yogyakarta. Sedangkan ibunya bernama Sumilah. Pendidikanya dimulai dari sekolah Ongko Loro (setingkat SD) di Desa Srowolan sampai kelas IV dan diteruskan sampai mendapat ijazah di Yogyakarta. Nasionalisme sudah sejak kecil ditanamkan oleh ayahnya kepada Sayuti Melik kecil. Ketika itu, ayahnya menentang kebijakan pemerintah Belanda yang menggunakan sawahnya untuk ditanami tembakau. Ketika belajar di sekolah guru di Solo tahun 1920, Sayuti Melik belajar nasionalisme dari guru sejarahnya yang berkebangsaan Belanda, H.A. Zurink. Pada usia belasan tahun itu Sayuti sudah tertarik membaca majalah Islam Bergerak pimpinan K.H. Misbach di Kauman Solo. K.H. Misbach adalah ulama yang berhaluan kiri. Ketika itu, banyak orang termasuk tokoh Islam memandang Marxisme sebagai ideologi perjuangan menentang penjajahan. Dari kiai, Sayuti belajar Marxisme. Sedangkan perkenalannya dengan Sukarno terjadi di Bandung pada 1926. Tulisan-tulisannya mengenai politik menyebabkan Sayuti ditahan berkali-kali oleh Belanda. Pada 1926, ia ditangkap Belanda karena dituduh membantu PKI dan selanjutnya dibuang ke Boven Digul (1927-1933). Tahun 1936, ia ditangkap Inggris dan dipenjara di Singapura selama setahun. Setelah proklamasi, Sayuti menjadi anggota KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat)¾DPR pada saat itu. Karena berjuang melalui Persatuan Perjuangan bentukan Tan Malaka tahun 1946, Sayuti ditahan dengan tuduhan penggulingan Perdana Menteri Syahrir yang dikenal sebagai peristiwa 3 Juli 1946. Namun, akhirnya ia dibebaskan karena dianggap tidak bersalah. Saat Agresi Militer Belanda II, Sayuti ditahan oleh Belanda dan baru dibebaskan setelah pengakuan kedaulatan tahun 1949. Setelah proklamasi, Sayuti menjadi anggota KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat)¾DPR pada saat itu. Karena berjuang melalui Persatuan Perjuangan bentukan Tan Malaka tahun 1946, Sayuti ditahan dengan tuduhan penggulingan Perdana Menteri Syahrir yang dikenal sebagai peristiwa 3 Juli 1946. Namun, akhirnya ia dibebaskan karena dianggap tidak bersalah. Saat Agresi Militer Belanda II, Sayuti ditahan oleh Belanda dan baru dibebaskan setelah pengakuan kedaulatan tahun 1949. Selanjutnya, Sayuti pernah menjadi anggota MPRS dan DPRGR sebagai wakil angkatan 45. Saat demokrasi terpimpin, Sayuti menentang konsep presiden seumur hidup dan menentang penerapan konsep Nasakom. Setelah Orba berkuasa, Sayuti menjadi anggota DPR mewakili Golkar. Berikut peran Sayuti Melik di sekitar peristiwa proklamasi kemerdekaan.



12



a). Menyaksikan penyusunan teks proklamasi kemerdekaan di kediaman Laksamana Maeda. b). Dipercaya mengetik teks proklamasi yang ditulis tangan oleh Sukarno. 5. Sukarni Kartodiwirjo Sukarni lahir di Blitar, Jawa Timur, 14 Juli 1916 dan meninggal di Jakarta, 7 Mei 1971 pada usia 54 tahun. Nama lengkapnya Sukarni Kartodiwirjo. Ia merupakan tokoh pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional. Gelar pahlawan disematkan oleh Presiden Joko Widodo pada 7 November 2014 kepada perwakilan keluarga di Istana Negara Jakarta. Di Desa Sumberdiran, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Sukarni dilahirkan. Namanya jika dijabarkan, “Su” artinya “lebih”, sedangkan “Karni” artinya “banyak memerhatikan”. Orang tuanya memberi nama itu dengan tujuan agar Sukarni lebih memerhatikan nasib bangsanya yang saat itu masih dijajah Belanda. Sukarni merupakan anak keempat dari sembilan bersaudara. Ayahnya bernama Kartodiwiryo, keturunan dari Eyang Onggo, juru masak Pangeran Diponegoro. Ibunya bernama Supiah, gadis asal Kediri. Keluarga Sukarni bisa dikatakan berkecukupan jika dibanding penduduk yang lain. Ayahnya membuka usaha toko daging di pasar Garum dan usahanya sangat laris. Sukarni masuk sekolah di Mardisiswo di Blitar (semacam Taman Siswa yang digagas Ki Hajar Dewantara). Di sekolah ini, Sukarni belajar mengenai nasionalisme melalui Moh. Anwar yang berasal dari Banyuwangi. Moh. Anwar ialah seorang pendiri Mardisiswo sekaligus tokoh pergerakan nasional. Sebagai anak muda, Sukarni terkenal nakal karena sering berbuat onar. Sukarni sering berkelahi dan suka menentang orang. Belanda. Sukarni muda pernah mengumpulkan 30 sampai 50 pemuda dan mengirim surat tantangan kepada anak muda Belanda untuk berkelahi. Anak-anak muda Belanda menerima tantangan itu sehingga terjadilah tawuran. Tawuran yang berlokasi di Kebun Raya Blitar itu dimenangkan kelompok Sukarni. Sukarni mulai aktif dalam pergerakan politik sejak kolonial Belanda. Semasa pendudukan Jepang, Sukarni bekerja di Kantor Berita Domei (sekarang Kantor Berita Antara) kemudian aktif dalam pergerakan pemuda. Bahkan, Sukarni menjadi pemimpin gerakan pemuda yang berpusat di Menteng Raya 31 Jakarta. Sejak muda, Sukarni dikenal sebagai pejuang radikal dan temperamental. Setelah proklamasi, Sukarni menjadi anggota KNIP, sempat menjadi ketua Partai Murba, dan menjadi anggota badan konstituante. Sukarni bergabung dengan Tan Malaka yang menjadi oposisi kabinet Syahrir yang berujung pada penjara tahun 1946. Setelah pengakuan kedaulatan 1949, ia dibebaskan dan pada tahun 1961, Sukarni diangkat Sukarno menjadi Duta Besar RI di Cina dan pernah diangkat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung. Sukarni mendapat kehormatan Bintang Mahaputra Kelas Empat atas jasa-jasanya. Peranan Sukarni di sekitar peristiwa proklamasi adalah sebagai berikut. a). Pemuda yang memelopori penculikan Sukarno dan Moh. Hatta ke Rengasdengklok. b). Pemuda yang mengusulkan agar teks proklamasi ditandatangani Sukarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia, bukan semua yang hadir ikut tanda tangan. c). Berperan dalam menyebarluaskan teks proklamasi dan berita tentang proklamasi.



13



6. Burhanuddin Mohammad (B.M.) Diah B.M. Diah lahir di Kutaraja yang kini dikenal sebagai Banda Aceh, 7 April 1917, dan meninggal di Jakarta, 10 Juni 1996 pada usia 79 tahun. B.M. Diah merupakan seorang tokoh pers, pejuang kemerdekaan, diplomat, dan pengusaha Indonesia. Sesungguhnya, nama asli B.M. Diah hanya Burhanuddin. Mohammad Diah adalah nama ayahnya yang berasal dari Barus, Sumatra Utara. Ayahnya adalah seorang pegawai pabean di Aceh Barat yang kemudian menjadi penerjemah. Burhanudin kemudian menambahkan nama ayahnya di belakang namanya sendiri. Ibunya, Siti Sa’idah, adalah wanita Aceh yang menjadi ibu rumah tangga. B.M. Diah merupakan anak bungsu delapan delapan bersaudara. Pada usia 17 tahun, B.M. Diah berangkat ke Jakarta dan belajar di Ksatrian Institut (sekarang Sekolah Kesatrian) yang dipimpin oleh Douwes Dekker. B.M. Diah memilih jurusan jurnalistik, tetapi ia banyak belajar tentang kewartawanan dari pribadi Douwes Dekker. B.M. Diah sebenarnya tidak mampu membayar uang sekolah. Namun, karena melihat tekadnya untuk belajar, Dekker mengizinkannya terus belajar bahkan memberikan kesempatan kepadanya menjadi sekretaris di sekolah itu. Sejak tahun 1937, ia sudah menjadi redaktur berbagai surat kabar. Pada awal pendudukan Jepang, B.M. Diah bekerja di radio militer. Pada tahun 1942 sampai dengan 1945, B.M. Diah bekerja sebagai wartawan pada harian Asia Raya. Di sekitar proklamasi, B.M. Diah sudah menjadi wartawan yang terkenal. Pada waktu malam sewaktu akan diadakan perumusan teks proklamasi, B.M. Diah banyak melakukan kontak dengan pemuda, yaitu untuk datang ke rumah Laksamana Maeda. Setelah proklamasi, B.M. Diah mendirikan Surat Kabar Merdeka. Surat kabar inilah yang pertama kali memuat teks proklamasi pada edisi Rabu, 20 Februari 1946. Semasa pemerintahan Sukarno, Diah diangkat menjadi Duta Besar Cekoslovakia, Inggris, dan Thailand. Pada masa pemerintahan Suharto, ia sempat menjadi menteri penerangan. Berikut peranan B.M. Diah di sekitar peristiwa proklamasi. a). Seorang pemuda yang ikut menyaksikan perumusan teks proklamasi. b). Berperan dalam upaya menyebarluaskan berita proklamasi kemerdekaan. c). Pemuda yang menyimpan naskah tulisan asli Sukarno. 7. Suhud Nama lengkapnya Suhud Sastro Kusumo. Ketika rencana pembacaan proklamasi yang semula di Lapangan Ikada berganti. Suhud Nama lengkapnya Suhud Sastro Kusumo. Ketika rencana pembacaan proklamasi yang semula di Lapangan Ikada berganti menjadi di rumah Sukarno, banyak yang kebingungan untuk tempat pengibaran bendera. Suhud diberi tugas mencari tiang bendera. Suhud kemudian mencari sebatang bambu yang kemudian dijadikan sebagai tiang bendera. Berikut peranan Suhud di sekitar peristiwa proklamasi. a). Seorang pemuda yang bersama Latif Hendraningrat mengibarkan Bendera Pusaka. b). Mengusahakan tiang bendera. 8. Suwiryo Raden Suwiryo lahir di Wonogiri, Jawa Tengah, 17 Februari 1903 dan meninggal di Jakarta, 27 Agustus 1967 pada usia 64 tahun. Suwiryo merupakan tokoh pergerakan



14



Indonesia. Suwiryo pernah menjadi Walikota Jakarta dan ketua umum PNI. Suwiryo dalam karier politiknya pernah menjadi wakil perdana menteri Kabinet Sukiman-Suwiryo. Suwiryo menamatkan pendidikan AMS (sekarang SMA) dan kuliah di Rechtshogeschool tetapi tidak sampai tamat. Suwiryo pernah bekerja di Centraal Kantoor voor Statistik. Kemudian, ia bekerja dibidang partikelir, menjadi guru Perguruan Rakyat, kemudian memimpin majalah Kemudi. Ia juga menjadi pegawai pusat di sebuah kantor asuransi dan pernah menjadi pengusaha obat di Cepu. Peranan Suwiryo di sekitar peristiwa proklamasi adalah sebagai berikut. a). Sebagai Wali Kota Jakarta Raya sehingga menjadi ketua penyelenggara proklamasi kemerdekaan. b). Menyiapkan akomodasi, di antaranya pengeras suara dan mikrofon. 9. Latief Hendraningrat Latief Hendraningrat merupakan komandan Peta. Latief menjemput beberapa tokoh penting untuk hadir di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Ia harus menjemput Moh. Hatta agar hadir tepat waktu. Latif juga bertanggung jawab memimpin pasukan Peta pada saat mengawal acara proklamasi kemerdekaan. Setelah proklamasi, pada saat Revolusi Fisik, Latief terus berjuang di jalur militer pasukan gerilya. Setelah pengakuan kedaulatan RI tahun 1949, Latief bertugas di Markas Besar Angkatan Darat. Tahun 1952, Latief diangkat menjadi atase militer RI di Manila, Filipina, dan tahun 1956 dipindahkan ke Washington, Amerika Serikat. Setelah kembali ke Indonesia, Latief ditempatkan sebagai Kepala Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SSKAD). Tahun 1965-1966, Latief bertugas sebagai Rektor IKIP Jakarta. Dikenal dekat dengan Sukarno, setelah jatuhnya Sukarno sebagai presiden, Latief ditahan tanpa sebab pada tahun 1966. Akhirnya, pada tahun yang sama, Latief dibebaskan tanpa pengadilan dan tanpa penjelasan. Bebas dari tahanan, Latief pensiun sebagai tentara Angkatan Darat dengan pangkat terakhir Brigadir Jenderal pada tahun 1967. Latief Hendraningrat tutup usia pada 16 November 1987 dan dimakamkan di TMP Kalibata. Berikut peranan Latief Hendraningrat di sekitar peristiwa proklamasi. a). Setelah menyiapkan barisan, Latief mempersilakan Sukarno untuk membacakan teks proklamasi. b). Mengibarkan Bendera Pusaka dengan dibantu Suhud. Sedangkan yang membawa Bendera Pusaka adalah S.K. Trimurti. 10. Frans Sumarto Mendur Frans Sumarto Mendur adalah seorang pemuda yang ikut membantu dalam menyiapkan proklamasi kemerdekaan. Ia seorang wartawan yang bergabung dengan teman-temannya di Press Photo Senice atau Ipphos. Peranan Frans Sumarto Mendur di sekitar peristiwa proklamasi adalah sebagai fotografer peristiwa proklamasi kemerdekaan dan pemuda yang mengabadikan (memotret) berbagai peristiwa penting di sekitar proklamasi. Setelah proklamasi, Frans tetap berjuang melalui bidikan kameranya lewat organisasi Ipphos yang dikenal dengan foto-foto peristiwa sejarah, terutama pada masa Revolusi Fisik 1945-1949. Pada 9 November 2009, ia baru dianugerahi Bintang Jasa Utama. Frans Sumarto Mendur tutup usia pada 24 April 1971. Untuk menghargai jasa-jasanya, pada peringatan Hari Pers, 9 Februari 2013, diresmikan Monumen Mendur di Manado. Frans Sumarto Mendur Frans Sumarto Mendur adalah seorang pemuda yang ikut membantu dalam menyiapkan proklamasi kemerdekaan.



15



Ia seorang wartawan yang bergabung dengan teman-temannya di Press Photo Senice atau Ipphos. Peranan Frans Sumarto Mendur di sekitar peristiwa proklamasi adalah sebagai fotografer peristiwa proklamasi kemerdekaan dan pemuda yang mengabadikan (memotret) berbagai peristiwa penting di sekitar proklamasi. Setelah proklamasi, Frans tetap berjuang melalui bidikan kameranya lewat organisasi Ipphos yang dikenal dengan foto-foto peristiwa sejarah, terutama pada masa Revolusi Fisik 1945-1949. Pada 9 November 2009, ia baru dianugerahi Bintang Jasa Utama. Frans Sumarto Mendur tutup usia pada 24 April 1971. Untuk menghargai jasa-jasanya, pada peringatan Hari Pers, 9 Februari 2013, diresmikan Monumen Mendur di Manado. 11. Muwardi Dr. Muwardi yang merupakan pemimpin Barisan Pelopor Jakarta ini tidak berumur panjang. Setelah Sekutu mendarat di Jakarta, Muwardi ikut pindah bersama pemimpin RI ke Yogyakarta. Dalam perjuangan revolusioner itu, Muwardi mengorganisasikan Barisan Banteng yang sebagian besar anggotanya adalah mantan Barisan Pelopor yang pernah dipimpinnya dulu. Saat terjadi kekacauan di Solo tahun 1948, Muwardi membentuk Gerakan Rakyat Revolusioner untuk menandingi kekuatan komunis yang membentuk Front Demokrat Rakyat. Pertentangan ini berujung pada penculikan dan pembunuhan Muwardi pada 13 September 1948. Untuk menghormati jasa-jasanya Muwardi diangkat sebagai Pahlawan Nasional. Dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan, Muwardi bertugas dibidang pengamanan agar prosesi proklamasi berjalan lancar. Peranan Muwardi di sekitar peristiwa proklamasi adalah sebagai berikut. a). Menugaskan anggota Barisan Pelopor dan Peta untuk menjaga Bendera Pusaka yang sudah dikibarkan dalam proklamasi selama 24 jam nonstop dengan membentuk pasukan berani mati. b). Setelah proklamasi, ia membagi tugas kepada Barisan Pelopor dan Peta untuk menjaga keamanan Sukarno dan Moh. Hatta. 12. Syahruddin Syahruddin merupakan wartawan Domei (sekarang Kantor Berita Antara). Syahruddin berani memasuki halaman gedung RRI yang dijaga ketat tentara Jepang. Agar tidak terjadi bentrok dengan tentara Jepang, Syahruddin memanjat tembok belakang gedung RRI. Peranan Syahruddin di sekitar peristiwa proklamasi adalah menyerahkan naskah proklamasi kepada kepala bagian siaran untuk menyebarluaskan berita proklamasi ke seluruh rakyat Indonesia. 13. F. Wus dan Yusuf Ronodipuro Dua orang ini berperan penting dalam penyebaran berita proklamasi. Peranan F. Wus dan Yusuf Ronodipuro di sekitar peristiwa proklamasi adalah walaupun dilarang keras dan diancam oleh Kempetai (polisi rahasia Jepang), keduanya tetap menyiarkan berita proklamasi kemerdekaan. F. Pengesahan UU 1945 Pada 18 Agustus 1945, PPKI menggelar sidang. Sidang ini adalah sidang pertama setelah PPKI dibentuk oleh Jepang. Sidang berhasil memutuskan hal-hal berikut ini. a. Mengesahkan dan menetapkan Undang-undang Dasar sebagai konstitusi negara. b. Memilih Sukarno sebagai presiden dan Moh. Hatta sebagai wakil presiden. c. Presiden untuk sementara waktu akan dibantu oleh sebuah komite nasional.



16



Sementara itu, UUD 1945 sebelum disahkan terdapat beberapa perubahan sebagai



berikut. a. Kata “muqadimah” diubah menjadi “pembukaaan”. b. Kalimat dalam pembukaan alenia keempat, “Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diganti menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. c. Kalimat dalam pembukaan alenia keempat, “Menurut kemanusiaan yang adil dan beradab” diganti menjadi “Kemanusiaan yang adil dan beradab”.



d. Pasal 6 ayat (1) yang semula berbunyi, “Presiden ialah orang Indonesia asli dan beragama Islam” diganti menjadi “Presiden adalah orang Indonesia asli”. Perubahan-perubahan tersebut terjadi setelah tokoh-tokoh dari Indonesia yang beragama Kristen, khususnya yang berasal dari Indonesia Timur, mengajukan keberatan terhadap rumusan lama yang terlalu bernuansa Islam. G. Memilih presiden dan wakil presiden Sukarno dan Moh. Hatta terpilih secara aklamasi (bukan menggunakan surat suara) menjadi presiden dan wakil presiden. Setelah terpilih menjadi presiden Sukarno menunjuk sembilan anggota PPKI untuk menjadi panitia kecil yang diketuai Otto Iskandardinata untuk merumuskan pembagian wilayah negara Indonesia. H. Pembentukan wilayah Pada sidang hari kedua, yaitu 19 Agustus 1945, acara yang pertama adalah membahas hasil kerja panitia kecil yang dipimpin oleh Otto Iskandardinata dalam perumuskan pembagian wilayah negara Indonesia. Namun, sebelum acara dimulai, Sukarno sudah menunjuk Ahmad Subarjo, Sutarjo Kartohadikusumo, dan Kasman Singodimejo sebagai panitia kecil untuk merumuskan bentuk kementerian bagi pemerintahan Republik Indonesia (RI), tetapi bukan pejabatnya. Otto Iskandardinata menyampaikan hasil kerjanya, yakni wilayah RI dibagi menjadi delapan provinsi sebagaimana berikut ini. a). Jawa Barat b). Jawa Tengah c). Jawa Timur d). Borneo (Kalimantan) e). Sulawesi. f). Maluku g). Sunda Kecil (Nusa Tenggara) h). Sumatra. Di samping delapan wilayah itu, masih ada tambahan wilayah, yakni Yogyakarta dan Surakarta. I. Pembentukan kementrian Di samping delapan wilayah itu, masih ada tambahan wilayah, yakni Yogyakarta dan Surakarta. Setelah penetapan wilayah RI, sidang dilanjutkan dengan mendengarkan hasil kerja Ahmad Subarjo tentang pembentukan kementerian. Adapun hasil yang disepakati, NKRI terdiri dari 12 kementerian berikut ini. a). Kementerian Dalam Negeri. b). Kementerian Luar Negeri. c). Kementerian Kehakiman. d). Kementerian Keuangan. e). Kementerian Kemakmuran. f). Kementerian Kesehatan. g). Kementerian Pengajaran. h). Kementerian Sosial. i). Kementerian Pertahanan. j). Kementerian Penerangan. k). Kementerian Perhubungan. l). Kementerian Pekerjaan Umum.



17



J. Pembentukan Badan-badan negara Pada sidang hari ketiga, 22 Agustus 1945, presiden memutuskan pembentukan tiga badan baru, yakni 1) Komite Nasional Indonesia (KNI), 2) pembentukan partai politik 3) pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Untuk lebih jelasnya, ikutilah paparan berikut ini. a. Pembentukan Komite Nasional Indonesia (KNI). Komite Nasional Indonesia (KNI) merupakan sebuah badan yang bertugas sebagai pembantu dan penasihat presiden yang anggotanya terdiri dari pemuka-pemuka masyarakat dari berbagai daerah dan golongan, termasuk di antaranya mantan anggota PPKI. Anggota KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) mencapai 137 orang. Anggota KNIP kemudian dilantik di Gedung Kesenian Pasar Baru pada 29 Agustus 1945 dan sebagai ketua KNIP adalah Kasman Singodimejo serta beberapa wakilnya yakni Sutarjo Kartohadikusumo, Johanes Latuharhary, dan Adam Malik. Untuk tugas-tugas operasional KNIP dibentuk Badan Pekerja KNIP yang kemudian disingkat BPKNIP. Dalam perkembangan selanjutnya, wakil presiden selaku wakil pemerintah mengeluarkan maklumat yang disebut Maklumat Wakil Presiden No. X (dibaca “nomor eks” bukan “nomor sepuluh” karena saat itu surat-menyurat belum rapi) yang isinya KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) sebelum terbentuk Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) diserahi kekuasaan legislatif. Oleh karena itu, KNIP disebut sebagai cikal bakal badan legislatif di Indonesia dan tanggal pembentukan KNIP, yakni 29 Agustus 1945, diresmikan sebagai hari Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI). b. Pembentukan Partai Politik. Sidang PPKI pada 22 Agustus 1945 juga memutuskan pembentukan partai politik nasional yang kemudian terbentuklah PNI (Partai Nasional Indonesia). BPKNIP mengusulkan perlu adanya partai-partai politik. Melihat usulan itu, wakil presiden merespons dan kemudian mengeluarkan Maklumat 3 November 1945 tentang pembentukan partai-partai politik. Setelah keluar maklumat tersebut, berdirilah partai-partai politik berikut. Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia). 2) PKI (Partai Komunis Indonesia). 3) PBI (Partai Buruh Indonesia). 4) Partai Rakyat Jelata. 5) Parkindo (Partai Kristen Indonesia). 6) PSI (Partai Sosialis Indonesia). 7) PRS (Partai Rakyat Sosialis). 8) PKRI (Partai Katolik Republik Indonesia). 9) Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia. c. Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR). 1) Badan Keamanan Rakyat (BKR). Beberapa minggu setelah proklamasi, Sukarno masih bersikap hati-hati karena Jepang ternyata tidak suka dengan perubahan status quo (dari negara jajahan menjadi negara merdeka). Ketidaksukaan Jepang itu dibuktikan Jepang dengan melucuti persenjataan sekaligus membubarkan Peta pada 18 Agustus 1945. Jepang khawatir, anggota Peta menjelma menjadi tentara Indonesia. Untuk itulah pada sidang PPKI, 22 Agustus 1945, 175 perlu dibentuk sebuah badan yang bertugas melindungi rakyat jika ada serangan musuh. Maka, terbentuklah Badan Keamanan Rakyat (BKR). Badan ini bertugas menjaga keamanan rakyat. Badan ini menghimpun semua elemen pemuda yang pernah menjadi anggota Peta, Heiho, Seinendan, Keibodan, dan polisi.



18



Awalnya, BKR dibentuk bukan sebagai institusi militer resmi. Hal ini semata-mata melindungi bentrokan dengan sisa-sisa kekuatan asing yang masih ada di Indonesia. Harus diingat bahwa BKR bukan tentara. Jadi, sampai akhir Agustus 1945, Indonesia belum memiliki tentara. 2) Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Angkatan perang Inggris yang tergabung dalam SEAC (South East Asian Command) pimpinan Laksamana Muda Lord Louis mendarat di Jakarta, 16 September 1945. Pasukan ini mendesak agar Jepang mempertahankan status quo (kekosongan kekuasaan) di Indonesia. Indonesia masih dipandang sebagai negara jajahan seperti saat sebelum proklamasi kemerdekaan. Untuk itulah, Jepang masih bersikap keras dan tetap mempertahankan diri dengan senjata jika para pemuda berusaha melakukan usaha pelucutan senjata terhadap tentara Jepang yang masih tersisa. Tanggal 29 September 1945, mendarat lagi tentara Inggris yang tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherland East Indies) pimpinan Letjend. Sir Philip Christison. Kedatangan tentara AFNEI ternyata ditumpangi oleh tentara Belanda yang disebut NICA (Netherlands India Civil Administration). Tentara Belanda yang datang lagi menumpang AFNEI tersebut menyulut kemarahan bangsa Indonesia. Melihat situasi yang semakin genting, keluarlah Maklumat Pemerintah 5 Oktober 1945 tentang pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Urip Sumoharjo, seorang nasionalis bekas mayor KNIL, diangkat sebagai kepala staf TKR. Sehari sesudahnya, pemerintah mengangkat Supriyadi (tentara Peta di Blitar) sebagai menteri keamanan rakyat. Ternyata, Supriyadi tidak kunjung datang. Oleh karena itu, pada 12 November 1945 diselenggarakan rapat yang menyepakati untuk mengangkat Kolonel Sudirman (Panglima Divisi V Banyumas) sebagai Panglima Besar TKR dan kepala staf tetap dipegang oleh Urip Sumoharjo. Pelantikan perwira TKR tersebut baru pada 18 Desember 1945 setelah Pertempuran Ambarawa. Pertempuran Ambarawa melambungkan Sudirman karena sukses mengusir tentara AFNEI mundur kembali ke Semarang sehingga pangkat Sudirman menjadi Jenderal dan Urip Sumoharjo menjadi Letnan Jenderal. 3) Tentara Rakyat Indonesia (TRI) dan Tentara Nasional Indonesia ( TNI) Sebutan keamanan rakyat dinilai hanya merupakan kesatuan yang menjaga keamanan rakyat saja, belum menunjukkan sebagai kesatuan tentara angkatan bersenjata yang mampu melawan musuh dalam pertempuran. Untuk itulah keluar Penetapan Pemerintah No. 2/SD 1946 tanggal 1 Januari 1946 yang isinya mengubah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) menjadi Tentara Keselamatan Rakyat. Belum genap satu bulan, muncul maklumat pemerintah tanggal 26 Januari 1946 untuk mengubah sebutan Tentara Keselamatan Rakyat menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). Dalam maklumat itu menegaskan bahwa TRI merupakan tentara rakyat, tentara kebangsaan, atau tentara nasional. Dalam perkembangan selanjutnya, ternyata di samping TRI ada juga laskar-laskar yang pada umumnya lebih condong kepada induk partainya yang seideologi dan belum tentu perjuangannya searah dengan TRI. Sementara, Belanda terus mengancam keberadaan negara Republik Indonesia. Untuk itulah, tanggal 5 Mei 1947, Presiden Sukarno mengeluarkan dekrit yang berisi pembentukan panitia untuk membentuk organisasi tentara nasional.



19



Setelah panitia itu bekerja, akhirnya keluar penetapan presiden tertanggal 3 Juni 1947, yakni berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI). Semua laskar dan anggota TRI melebur menjadi anggota TNI. Organisasi kemililiteran ini telah memiliki TNI Angkatan Darat, TNI angkatan Laut, dan TNI Angkatan Udara. K. Integritas Sultan Hamengku Buwono IX Terhadap Proklamasi Kemerdekaan Setelah proklamasi kemerdekaan dikumandangkan pada 17 Agustus 1945, rakyat yang sudah cukup menderita karena penjajahan menyambut dengan gembira dan penuh semangat untuk mempertahankannya. Bendera merah putih yang sudah dikibarkan di rumah Sukarno, Jl. Pegangsaan Timur No. 56 dijaga ketat oleh pemuda nasionalis sampai 24 jam. Siapa pun, termasuk tentara Jepang, tidak boleh menurunkan Bendera Pusaka. Bahkan, pasukan berani mati secara spontan terbentuk untuk menjaga bendera itu agar tetap berkibar. Bendera merah putih juga berkibar di mana-mana. Bahkan, pekik “merdeka” menjadi salam nasional. Tekad pengorbanan dan semangat pemuda ini menggambarkan dukungan luas rakyat terhadap proklamasi kemerdekaan. Reaksi masyarakat secara langsung dan dukungan yang spontan juga disampaikan oleh raja Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono IX. Tanggal 19 Agustus 1945, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paku Alam VIII telah mengirim kawat ucapan selamat kepada Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta atas berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia serta atas terpilihnya dua tokoh tersebut sebagai presiden dan wakil presiden. Ucapan itu menyiratkan bahwa Sultan Hamengkubuwono IX dan Paku Alam VIII mengakui kemerdekaan RI dan siap membantu mereka. Kemudian, pada 19 Agustus 1945, sekitar pukul 10.00, Sri Sultan Hamengkubuwono IX mengundang kelompok-kelompok pemuda ke Bangsal Kepatihan. Pada 5 September 1945, Sri Sultan Hamengkubuwono IX mengeluarkan amanat yang dikenal dengan Amanat 5 September yang isinya antara lain sebagai berikut. a). Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat bersifat kerajaan dan merupakan daerah istimewa dari Negara Indonesia. b). Sri Sultan sebagai kepala daerah dan memegang kekuasaan atas Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat. c). Hubungan antara Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat dengan pemerintah pusat negara RI bersifat langsung. Sultan selaku kepala daerah istimewa bertanggung jawab kepada presiden. Amanat Sri Paku Alam VIII sama dengan amanat Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Hanya saja, nama “Sri Sultan Hamengkubuwono IX” diganti dengan “Sri Paku Alam VIII” dan “Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat” diganti dengan “Negeri Paku Alaman”. Amanat 5 September tersebut menegaskan bahwa Sultan dan Paku Alam di Yogyakarta secara resmi telah menyatakan menyatu dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Amanat Sultan maupun Paku Alam mendapat sambutan positif dari pemerintah pusat RI di Jakarta. Hal ini dibuktikan dengan dikirimkannya utusan, yakni Mr. Sartono dan Mr. Maramis, ke Yogyakarta pada 6 September 1945 dengan membawa “Piagam Penetapan” mengenai kedudukan Yogyakarta dalam lingkungan RI. Piagam itu ditandatangani Sukarno pada 19 Agustus 1945 atau dalam hari yang sama ketika dua pemimpin Yogyakarta itu mengirim ucapan selamat kepada presiden dan wakil presiden.



20



L. Peranan pemuda mempertahankan proklamasi kemerdekaan a. Komite van Aksi Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, Sukarni dan Adam Malik pun membentuk Komite van Aksi, yaitu sebuah gerakan yang bertugas dalam pelucutan senjata terhadap tentara Jepang dan merebut kantor-kantor yang masih diduduki tentara Jepang. Munculnya Komite van Aksi di Jakarta kemudian disusul dengan lahirnya berbagai badan perjuangan lainnya di bawah Komite van Aksi seperti API (Angkatan Pemuda Indonesia), BARA (Barisan Rakyat Indonesia), dan BBI (Barisan Buruh Indonesia). Di berbagai daerah kemudian berkembang badan-badan perjuangan. Di Surabaya muncul BBI, di Yogyakarta muncul Angkatan Muda Pegawai Kesultanan yang dikenal dengan nama Pekik (Pemuda Kita Kesultanan), di Semarang muncul Angkatan Muda dan Pemuda, serta di Bandung berdiri Persatuan Pemuda Pelajar Indonesia yang kemudian dikenal dengan PRI (Pemuda Republik Indonesia). Badan-badan perjuangan juga muncul di berbagai daerah di luar Jawa, misalnya di Aceh muncul API (Angkatan Muda Indonesia), di Sumatra Utara muncul Pemuda Republik Andalas, di Kalimantan Barat muncul PPRI (Pemuda Penyongsong Republik Indonesia), di Bali muncul AMI (Angkatan Muda Indonesia), di Sulawesi Selatan muncul PPNI (Pusat Pemuda Nasional Indonesia), dan lain sebagainya. Dengan munculnya badan-badan perjuangan tersebut, dapat dikatakan bahwa di seluruh tanah air telah siap mempertahankan kemerdekaan dan membersihkan kekuatan Jepang dari Indonesia. b. Peristiwa Lapangan Ikada di Jakarta Rapat akbar di Lapangan IKADA (Ikatan Atletik Djakarta) pada 19 September 1945 merupakan bentuk protes dan perlawanan terhadap rencana Jepang menyerahkan kekuasaan kepada Sekutu pada 10 September 1945. Di sisi lain, tersiar kabar bahwa setelah Jepang dikalahkan Sekutu, Belanda ingin berkuasa kembali di Indonesia. Bertolak dari kenyataan itulah maka komisi aksi yang dipelopori oleh Komisi Aksi Menteng 31 (pelopor Gerakan Pemuda di Jakarta) memobilisasi massa serta meminta pemerintah untuk hadir dalam rapat raksasa di Lapangan Ikada. Tujuannya adalah sebagai berikut. a). Para pemimpin Republik Indonesia dapat berbicara di hadapan rakyat sehingga semangat kemerdekaan tetap bertahan di hati rakyat. b). Menunjukkan kepada dunia bahwa bangsa Indonesia dapat meraih kemerdekaan berkat perjuangannya sendiri, bukan pemberian dari Jepang. Suasana di Lapangan Ikada menjadi tegang setelah tentara Jepang datang dan mengepung dengan senjata lengkap. Meskipun demikian, massa tetap berdatangan ke tempat tersebut. Sukarno sebagai presiden RI datang dan menyampaikan pidato singkat. Adapun isi pidato Sukarno sebagai berikut. a). Bangsa Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaan dan bertekad untuk mempertahankannya. b). Meminta dukungan dan kepercayaan rakyat terhadap pemerintah RI. c). Menuntut rakyat untuk mematuhi kebijakan-kebijakan dengan disiplin. d. Memerintahkan rakyat untuk bubar meninggalkan Lapangan Ikada dengan tenang untuk menghindari pertumpahan darah.



21



c. Peristiwa Hotel Yamato di Surabaya Peritiwa ini terjadi pada 19 September 1945. Orang-orang Belanda yang sebelumnya menjadi tahanan Jepang menduduki Hotel Yamato serta mengibarkan bendera yang berwarna merah, putih, dan biru di puncak gedung hotel tersebut. Tindakan tentara Belanda ini dibantu oleh sekelompok tentara Sekutu. Tentu saja rakyat Surabaya yang melihat berkibarnya bendera tersebut menjadi marah. Untuk menghindari insiden yang berakhir pada pertumpahan darah, Residen Sudirman meminta kepada tentara Belanda untuk menurunkan bendera tersebut karena Indonesia sudah merdeka. Ternyata, permintaan tersebut ditolak tentara Belanda. Para pemuda kemudian menyerbu Hotel Yamato. Dua orang pemuda bahkan berhasil naik ke puncak hotel dan menurunkan bendera Belanda. Setelah di bawah, bagian bendera yang berwarna biru dirobeknya dan dinaikkan kembali sehingga yang tampak bendera merah putih. Tidak hanya itu, para pemuda juga merebut kompleks penyimpanan senjata dan pemancar radio di Embong. Tanggal 1 Oktober 1945, rakyat berhasil merebut markas kempetei (polisi rahasia Jepang) yang dianggap sebagai lambang kekejaman Jepang. 2. Alat dan bahan - Komputer/laptop - Internet - Power point J. Kegiatan pembelajaran Utama: Pengaturan Peserta Didik Berkelompok



-



Metode Diskusi kelompok Presentasi Ceramah Debat Bermain peran Talking stick



K. Asesmen: -



Individu Test tertulis PG atau Essay Sikap peserta didik selama mengikuti kegiatan pembelajaran



-



Berkelompok Diskusi kelompok Presentasi Produk hasil diskusi kelompok dalam



22



bentuk tulisan/tulisan/ media lain) L. Persiapan Pembelajaran: No 1 2 3 4



Langkah Persiapan Pembelajaran Membuat maind maping materi proklamasi kemerdekaan Indonesia Mencari informasi materi dan membuat pemaparan power point Membuat tekhnis diskusi kelompok Membuat assesmen



Waktu 15 menit 90 menit 15 menit 30 menit



M. Urutan kegiatan pembelajaran dalam1 sesi pembelajaran: Pertemuan ke-1 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



Kegiatan Inti



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa bersama-sama dipimpin salah satu peserta didik Kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi tentang pembelajaran hari ini



- Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Mengapa terjadi peristiwa Rengasdengklok? - Menyajikan informasi awal materi tentang sifat kolaboratif (peristiwa Rengasdengklok, perumusan teks proklamasi dan pembacaan teks proklamasi) antara golongan tua (Sukarno, Hatta, dan Soebardjo) dengan golongan muda (Syahrir, Sayuti Melik dll) di sekitar proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dengan media power point. - Guru menggunakan metode bermain peran dalam peristiwa Rengasdengklok (peserta didik ada



Waktu 10 menit



70 menit



23



No



Jenis Kegiatan



Penutup



Kegiatan yang dilakukan yang bermain peran sebagai Sukarno, Hatta, Suebardjo dll) -



Pertemuan ke-2 No Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



Kegiatan Inti



Penutup



Waktu



Kesimpulan tentang materi hari itu Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi tentang kelebihan dan kelemahan pembelajaran hari ini



10 menit



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa bersama-sama dipimpin salah satu peserta didik Kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi tentang pembelajaran hari ini



Waktu 10 menit



- Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Bagaimana caranya proklamasi kemerdekaan disebarluaskan? - Menyajikan informasi awal untuk membuka wawasan tentang penyebaran berita proklamasi dan dukungan spontan terhadap proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dengan media power point - Guru menggunakan metode diskusi kelompok bertema penyebaran berita proklamasi dan dukungan spontan terhadap proklamasi kemerdekaan. - Masing-masing kelompok presentasi di depan kelas - Kesimpulan tentang materi hari itu - Evaluasi kegiatan pembelajaran



70 menit



10 menit



24



No



Jenis Kegiatan -



Pertemuan ke-3 No Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



Kegiatan yang dilakukan hari ini Refleksi tentang kelebihan dan kelemahan pembelajaran hari ini



Kegiatan yang dilakukan Presensi tentang kehadiran peserta didik hari ini Berdoa secara bersama-sama sesuai agama dipimpin satu orang peserta didik Kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi tentang materi yang dipelajari hari ini



Kegiatan Inti



- Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Bagamana peranan Hatta dalam peristiwa sebelum, saat dan setelah proklamasi? - Guru menyajikan informasi tentang peran dan jasa tokoh-tokoh yang tergabung dalam peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan dengan media power point - Guru menggunakan metode debat dengan kelompok satu membahas peranan golongan tokoh tua berperan penting dalam proklamasi sedangkan kelompok lain membahas golongan tokoh muda lebih berperan dalam terwujudnya proklamasi kemerdekaan.



Penutup



-



Waktu



Waktu 10 menit



70 menit



10 menit Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi kekurangan dan kelebihan pembelajaran hari ini



25



Pertemuan ke-4 No Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa sesuai agama dan keyakinan Mengingatkan kembali kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini



Waktu 10 menit



Kegiatan Inti



- Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Bagaimana cara para pendiri bangsa memilih presiden dan wakil presiden yang pertama? - Guru menyajikan informasi awal sebagai pembuka wawasan tentang kontribusi dan kolaborasi diantara berbagai suku, agama, ras, dan golongan dalam pengesahan UUD 1945 dan pemilihan presiden dan wakil presiden - Guru meenggunakan metode Talking stick untuk memahami pengesahan UU dan pemilihan presiden dan wakilnya



70 menit



Penutup



-



Penguatan dari guru tentang materi yang baru saja dibahas Kesimpulan secara bersama-sama antara guru dan peserta didik Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi terhadap kelebihan dan kekurangan pembelajaran hari ini



10 menit



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa berdasarkan agama dan keyakinan masing-masing



Waktu 10 menit



-



Pertemuan ke-5 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



26



No



Jenis Kegiatan Kegiatan Inti



-



-



-



Penutup



-



Kegiatan yang dilakukan dipimpin salah satu orang peserta didik Mengingatkan kembali kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi untuk menjelaskan pentingnya pokok bahasan hari ini bagi kehidupan peserta didik Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Ada berapa wilayah yang masuk ke Indonesia setelah Indonesia merdeka? Guru menyajikan informasi awal sebagai pembuka wawasan tentang kontribusi dan kolaborasi diantara berbagai suku, agama, ras, dan golongan dalam pembagian wilayah dan pembentukan kementrian. Guru menggunakan diskusi kelompok untuk membahas tentang pembentukan kementrian dan wilayah Masing-masing kelompok presentasi di depan kelas



Waktu



70 menit



Penguatan dari guru tentang materi yang baru saja didiskusikan Kesimpulan secara bersama-sama antara guru dan peserta didik Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi terhadap kekurangan dan kelebihan pembelajaran hari ini



10 menit



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa berdasarkan agama dan keyakinan masing-masing dipimpin salah satu orang peserta didik Mengingatkan kembali



Waktu 10 menit



Pertemuan ke-6 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



-



27



No



Jenis Kegiatan Kegiatan Inti



-



Penutup



-



Kegiatan yang dilakukan Waktu kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi untuk menjelaskan arti pentingnya pembelajaran hari ini bagi nilai-nilai kehidupan 70 menit Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Apa latar belakangnya RI membentuk tentara reguler? Guru menyajikan informasi awal sebagai pembuka wawasan tentang kontribusi dan kolaborasi diantara berbagai suku, agama, ras, dan golongan dalam pembentukan badan-badan negara Guru menerapkan metode diskusi kelompok untuk membahas pembentukan badan-badan negara Hasil diskusi kelompok dipresentasikan di depan kelas Penguatan dari guru tentang materi yang baru saja didiskusikan Kesimpulan Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi dari proses pembelajaran hari ini



10 menit



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa berdasarkan agama dan keyakinan masing-masing dipimpin salah satu orang peserta didik Guru memberikan informasi tentang kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi untuk menjelaskan arti pentingnya pembelajaran hari ini bagi nilai-nilai kehidupan



Waktu 10 menit



Pertemuan ke-7 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



-



-



28



No



Jenis Kegiatan Kegiatan Inti



Kegiatan yang dilakukan - Peserta didik diberi pertanyaan pemantik: Apa langkahlangkah Sultan Hamengku Buwono IX setelah mendengar proklamsi kemerdekaan? - Guru menyajikan informasi awal tentang hubungan antara integritas Sultan Hamengku Buwono IX dan respon positif pemimpin daerah lain dalam mendukung proklamasi. - Guru menggunakan metode bermain peran langkah Sultan Hamengku Buwono IX setelah proklamasi kemerdekaan dikumandangkan Sukarno-Hatta



Waktu 70 menit



Penutup



-



10 menit



-



Penguatan dari guru tentang materi yang baru saja dibahas Kesimpulan bersama-sama antara guru dan peserta didik pelajaran hari ini Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi dari proses pembelajaran hari ini



Pertemuan ke-8 No



Jenis Kegiatan Pendahuluan



-



-



Kegiatan Inti



-



Kegiatan yang dilakukan Presensi kehadiran peserta didik Berdoa berdasarkan agama dan keyakinan masing-masing dipimpin salah satu orang peserta didik Guru memberikan informasi tentang kesepakatan aturan dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini Apersepsi untuk menjelaskan arti pentingnya pembelajaran hari ini bagi nilai-nilai kehidupan Peserta didik diberi pertanyaan



Waktu 10 menit



70 menit



29



No



Jenis Kegiatan



Kegiatan yang dilakukan pemantik: Apa yang terjadi pada peristiwa Yamato di Surabaya? - Guru menyajikan informasi awal tentang peran pemuda dalam mempertahankan proklamasi pada peristiwa Lapangan Ikada (Jakarta), Hotel Yamato (Surabaya), dan terbentuknya komite Van-Aksi - Guru menggunakan meode diskusi kelompok dalam membahas peran pemuda dalam mempertahankan proklamasi. - Hasil diskusi kelompok dipresentasikan di depan kelas



Penutup



-



Penguatan dari guru tentang materi yang baru saja didiskusikan Kesimpulan bersama-sama antara guru dan peserta didik pelajaran hari ini Evaluasi kegiatan pembelajaran hari ini Refleksi dari proses pembelajaran hari ini



Waktu



10 menit



N. Refleksi guru - Apakah guru sudah menyampaikan manfaat dari pelajaran ini untuk kehidupan? - Penanaman karakter kepada peserta didik perlu disampaikan di setiap materi ajar. - Guru harus mencari solusi kepada peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar - Perlu adanya media yang mempermudah peserta didik dalam memahami pelajaran. - Apakah peserta didik menyukai cara guru dalam menyampaikan materi pelajaran? O. Kriteria untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dan asesmennya (asesmen formatif) 1. Penilain Individu a. Penilaian Tertulis Kisi-kisi Soal: CP



ATP



Indikator Soal



Nonor Soal/Bentuk Soal



30



CP -



-



Pada Fase F, peserta didik di Kelas XI dan XII mampu mengembangkan konsep-konsep dasar sejarah untuk mengkaji peristiwa sejarah dalam dimensi manusia, ruang, dan waktu. Melalui literasi, diskusi, dan penyelidikan (penelitian) berbasis proyek kolaboratif peserta didik mampu menjelaskan berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di Indonesia dan dunia meliputi Pemerintahan Orde Baru, Pemerintahan Reformasi, serta Revolusi Besar Dunia, Perang Dunia I dan II, Perang Dingin, dan Peristiwa Kontemporer Dunia sampai abad-21. Peserta didik di Kelas XII mampu menggunakan sumber sekunder dan sumber primer untuk melakukan penelitian sejarah nasional, sejarah dunia, dan/atau



ATP



Indikator Soal



- 11.4.1 Menganalisis sifat kolaboratif (peristiwa Rengasdengklok , perumusan teks proklamasi dan pembacaan teks proklamasi) antara golongan tua (Sukarno, Hatta, dan Soebardjo) dengan golongan muda (Syahrir, Sayuti Melik dll) di sekitar proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945



Peserta didik dapat mengkaji tujuan Sukarno Hatta dibawa keluar kota Jakarta menuju Rengasdengklok.



- 11.4.2 Menjelaskan penyebaran berita proklamasi dan dukungan spontan terhadap proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945



Disajikan ilustrasi tentang proklamasi kemerdekaan RI peserta didik dapat menentukan pihak-pihak yang berjasa dalam menyebarkan berita proklamasi ke seluruh tanah air



2/PG



- 11.4.3 Menjelaskan peran dan jasa tokoh-tokoh yang tergabung dalam peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan.



Disajikan beberapa gambar/ foto tokoh-tokoh, peserta didik dapat mengidentifikasi tokoh-tokoh yang terlibat di sekitar proklamasi kemerdekaan RI



3/PG (penggunaan visual/ peta/ gambar) (penggunaan visual/ peta/ gambar)



- 11.4.4



Disajikan ilustrasi tentang



4/PG



Nonor Soal/Bentuk Soal 1 /PG (Soal HOTS)



31



CP



ATP



Indikator Soal



sejarah tematis Menganalisis secara sinkronis kontribusi dan atau diakronis kolaborasi kemudian diantara mengomunikasika berbagai suku, nnya dalam bentuk agama, ras, dan lisan, tulisan, golongan dalam dan/atau media pengesahan lain. Selain itu UUD 1945 dan mereka juga pemilihan mampu presiden dan menggunakan wakil presiden keterampilan sejarah untuk menganalisis - 11.4.5 peristiwa sejarah Menganalisis dari berbagai kontribusi dan perspektif dan kolaborasi mengaktualisasika diantara n minat bakatnya berbagai suku, dalam bidang agama, ras, dan sejarah melalui golongan dalam studi lanjutan atau pembagian kegiatan wilayah dan kesejarahan diluar pembentukan sekolah. kementrian



pengesahan UUD 1945 peserta didik dapat menentukan beberapa perubahan sebelum undangundang itu disahkan



- 11.4.6 Menganalisis kontribusi dan kolaborasi diantara berbagai suku, agama, ras, dan golongan dalam pembentukan badan-badan negara



Disajikan ilustrasi tentang pembentukan partai politik peserta didik dapat menentukan partai politik yang terbentuk pada tanggal 22 Agustus 1945.



- 11.4.7 Menganalisis hubungan antara integritas Sultan



Disajikan beberapa wilayah di Indonesia peserta didik dapat mengidentifikasi wilayah-wilayah yang dibentuk pada tanggal 19 Agustus 1945



Disajikan beberapa dukungan dari berbagai wilayah, peserta didik dapat



Nonor Soal/Bentuk Soal



5/PG



6/PG



7/PG



32



CP



ATP Hamengku Buwono IX dan respon positif pemimpin daerah lain dalam mendukung proklamasi - 11.4.8 Menjelaskan peran pemuda dalam mempertahankan proklamasi pada peristiwa Lapangan Ikada (Jakarta), Hotel Yamato (Surabaya), dan terbentuknya komite VanAksi



Indikator Soal mengidentifikasi dukungan yang diberikan Sultan Hamengku Buwono IX kepada pemerintah RI



Disajikan beberapa sebabsebab terjadinya konflik antara sekutu dengan pemuda peserta didik dapat mengidentifikasi sebab-sebab terjadinya insiden di Hotel Yamato Surabaya



Nonor Soal/Bentuk Soal



8/PG



- 11.4.8 Menjelaskan peran pemuda dalam mempertahankan proklamasi pada peristiwa Lapangan Ikada (Jakarta), Hotel Yamato (Surabaya), dan terbentuknya komite VanAksi



Disajikan ilustrasi tentang aksi-aksi pemuda setelah proklamasi kemerdekaan RI peserta didik dapat menentukan tujuan diadakan rapat raksasa di Lapangan Ikada jakarta



9/PG



- 11.4.8 Menjelaskan peran pemuda



Disajikan ilustrasi peranan pemuda setelah proklamasi kemerdekaan peserta didik



10/PG



33



CP



ATP



Indikator Soal



dalam dapat menentukan tujuan mempertahankan dibentuknya komite Van proklamasi pada Aksi peristiwa Lapangan Ikada (Jakarta), Hotel Yamato (Surabaya), dan terbentuknya komite VanAksi



2. Penilain Berkelompok a. Penilaian Diskusi Kelompok/ Debat Rubrik Penilaian: No



Aspek Penilaian



1



Keaktifan diskusi/ debat a. Aktif memberi masukan pemikiran b. mendengarkan pendapat orang lain



2



Kreatifitas diskusi/ debat a. Kreatif dan inovasi dalam diskusi b.Ide/gagasan adalah original Kualitas hasil diskusi/ debat



0



Skor 1 2



3



Nonor Soal/Bentuk Soal



34



3



a.hasil runtut dan logis b.Pengumpulan hasil diskusi



Indikator Rubrik Penilaian No 1



Indikator Aktif memberi masukan pemikiran



2



Mendengarkan pendapat orang 1 = Mendengarkan pendapat lain 0 = Tidak mendengar pendapat



3



Kreatifitas dalam diskusi/ debat



3 = Sangat kreatif 2 = Kreatif 1 = Kurang kreatif 0 = Tidak kreatif



4



Origionalitas gagasan



3 = gagasan sangat orisionil 2 = gagasan orisionil 1 = gagasan kurang orisionil 0 = gagasan tidak orisionil



4



Hasil diskusi runtut dan logis



2 = Sangat runtut dan logis 1 = Runtut dan logis 0 = tidak runtut dan tidak logis



5



Pengumpulan hasil diskusi tepat waktu



3 = lebih awal 2 = tepat waktu 1= terlambat 0 = tidak dilaksanakan 25



Jumlah Skor



Nilai = Jumlah perolehan skor Jumlah skor maksimum b. Penilaian Presentasi dan diskusi Rubrik Penilaian : No Aspek Penilaian



Rubrik 2 = aktif berpendapat 1.= kurang aktif 0 = tidak aktif



X 100 %



Skor



35



1 2 3 4 5



Kelengkapan materi Penulisan materi Kemampuan presentasi Keaktifan selama kegiatan presentasi Sikap menghargai dan menghormati pendapat orang lain



0



1



2



3



Indikator rubrik penilaian: No 1



Indikator Kelengkapan materi



2



Penulisan materi



3



Kemampuan presentasi Keaktifan selama kegiatan presentasi



4



Kreatifitas media presentasi



5



Sikap menghargai dan menghormati pendapat orang lain



Jumlah Skor



Rubrik 2 = lengkap 1 = kurang lengkap 0 = tidak ada 2 = sesuai dengan ramburambu yang diberikan 1 = tidak sesuai rambu-rambu yang diberikan 0 = tidak ada 2 = Komunikatif 1 = Kurang komunikatif 0 =Tidak Komunikatif 3 = Sangat aktif 2 = Cukup aktif 1 = Kurang aktif 0 = Tidak aktif 2 = Menggunakan kreasi digital lebih dari 1(animasi/paint/ video/ dll) 1 = Menggunakan 1 kreasi digital (animasi/paint/ video/ dll) 0 = Tidak menggunakan kreasi digital 1 = Sikap menghargai dan menghormati pendapat orang lain 0 = Tidak Sikap menghargai dan menghormati pendapat orang lain 20



36



Nilai = Jumlah perolehan skor Jumlah skor maksimum



X 100 %



P. Pertanyaan refleksi untuk Peserta Didik - Apakah peserta didik sudah dibangkitkan minatnya untuk mempelajari sejarah? - Peserta didik perlu mendapat wawasan lebih tentang peristiwa di sekitar proklamasi. - Perlu adanya identifikasi kesulitan-kesulitan peserta didik dalam belajar. - Perlu adanya langkah-langkah dari peserta didik untuk memperbaiki hasil belajar. - Apakah ada peserta didik yang malas belajar sejarah? Q. Daftar Pustaka Adi Sudirman. 2014. Sejarah Lengkap Indonesia Dari Klasik Hingga Terkini. Yogyakarta: Diva Press Kahin, George Mc Turnan. 2013. Nasionalisme Dan Revolusi Indonesia, Jakarta: Komunitas Bambu Kasenda, Peter. 2015. Sukarno di Bawah Bendera Jepang (1942-1945). Jakarta: Kompas Media Sarana. Lilik Suharmaji. 2018. Sejarah Indonesia Modern, Dari Imperialisme Kuno Sampai Pengakuan Kedaulatan RI, Yogyakarta: Lingkar Antarnusa Lilik Suharmaji. 2019. Sultan Hamengku Buwono IX Keteladanan Sang Penjaga Gawang. Yogyakarta: Ombak. Nugroho Notosusanto. 1985. 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1949 Jilid I. Jakarta: Tira Pustaka Osa Kurniawan Ilham. 2013. Proklamasi Sebuah Rekontruksi. Yogyakarta: Mata Padi Presindo Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2016. Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Link Literasi https://tirto.id/peristiwa-rengasdengklok-sejarah-latar-belakang-kronologi-f9kW https://wartasejarah.blogspot.com/2013/10/reaksi-berbagai-daerah-terhadap.html https://copasbook.blogspot.com/2012/05/tokoh-tokoh-penting-dalam-peristiwa.html https://serupa.id/perumusan-dan-pengesahan-uud-negara-republik-indonesia-tahun-1945/ https://wawasansejarah.com/kasultanan-yogyakarta-pasca-proklamasi/ https://www.donisetyawan.com/peristiwa-hotel-yamato/ R. Lembar kerja peserta didik LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (Diskusi kelompok) Materi : Sekitar peristiwa proklamasi Kemerdekaan RI Petunjuk Kegiatan Diskusi:



37



S. Bahan bacaan peserta didik Buku- buku: Adi Sudirman. 2014. Sejarah Lengkap Indonesia Dari Klasik Hingga Terkini. Yogyakarta: Diva Press Kahin, George Mc Turnan. 2013. Nasionalisme Dan Revolusi Indonesia, Jakarta: Komunitas Bambu Kasenda, Peter. 2015. Sukarno di Bawah Bendera Jepang (1942-1945). Jakarta: Kompas Media Sarana. Lilik Suharmaji. 2018. Sejarah Indonesia Modern, Dari Imperialisme Kuno Sampai Pengakuan Kedaulatan RI, Yogyakarta: Lingkar Antarnusa Lilik Suharmaji. 2019. Sultan Hamengku Buwono IX Keteladanan Sang Penjaga Gawang. Yogyakarta: Ombak. Nugroho Notosusanto. 1985. 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1949 Jilid I. Jakarta: Tira Pustaka Osa Kurniawan Ilham. 2013. Proklamasi Sebuah Rekontruksi. Yogyakarta: Mata Padi Presindo Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.



38



Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2016. Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.



Link Literasi: https://tirto.id/peristiwa-rengasdengklok-sejarah-latar-belakang-kronologi-f9kW https://wartasejarah.blogspot.com/2013/10/reaksi-berbagai-daerah-terhadap.html https://copasbook.blogspot.com/2012/05/tokoh-tokoh-penting-dalam-peristiwa.html https://serupa.id/perumusan-dan-pengesahan-uud-negara-republik-indonesia-tahun-1945/ https://wawasansejarah.com/kasultanan-yogyakarta-pasca-proklamasi/ https://www.donisetyawan.com/peristiwa-hotel-yamato/



T. Bahan bacaan guru Buku-buku: Adi Sudirman. 2014. Sejarah Lengkap Indonesia Dari Klasik Hingga Terkini. Yogyakarta: Diva Press Kahin, George Mc Turnan. 2013. Nasionalisme Dan Revolusi Indonesia, Jakarta: Komunitas Bambu Kasenda, Peter. 2015. Sukarno di Bawah Bendera Jepang (1942-1945). Jakarta: Kompas Media Sarana. Lilik Suharmaji. 2018. Sejarah Indonesia Modern, Dari Imperialisme Kuno Sampai Pengakuan Kedaulatan RI, Yogyakarta: Lingkar Antarnusa Lilik Suharmaji. 2019. Sultan Hamengku Buwono IX Keteladanan Sang Penjaga Gawang. Yogyakarta: Ombak. Nugroho Notosusanto. 1985. 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1949 Jilid I. Jakarta: Tira Pustaka Osa Kurniawan Ilham. 2013. Proklamasi Sebuah Rekontruksi. Yogyakarta: Mata Padi Presindo Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2016. Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Link Literasi: https://tirto.id/peristiwa-rengasdengklok-sejarah-latar-belakang-kronologi-f9kW https://wartasejarah.blogspot.com/2013/10/reaksi-berbagai-daerah-terhadap.html https://copasbook.blogspot.com/2012/05/tokoh-tokoh-penting-dalam-peristiwa.html https://serupa.id/perumusan-dan-pengesahan-uud-negara-republik-indonesia-tahun-1945/



39



https://wawasansejarah.com/kasultanan-yogyakarta-pasca-proklamasi/ https://www.donisetyawan.com/peristiwa-hotel-yamato/ Materi pengayaan Link literasi; https://tirto.id/peristiwa-rengasdengklok-sejarah-latar-belakang-kronologi-f9kW https://wartasejarah.blogspot.com/2013/10/reaksi-berbagai-daerah-terhadap.html https://copasbook.blogspot.com/2012/05/tokoh-tokoh-penting-dalam-peristiwa.html -



Tugas Pengayaan : Hanya untuk peserta didik yang memiliki nilai formatif individu minimal = 85 Setelah membaca link literasi peserta didik dapat lebih memahami peristiwa Rengasdengklok, reaksi daerah terhadap proklamasi, dan tokoh-tokoh kiri dan kanan yang terlibat di sekitar peristiwa proklamasi kemerdekaan RI berdasarkan informasi-informasi lain yang relevan Tugas bisa tertulis atau lisan dengan media digital atau non digital



U. Materi untuk siswa yang kesulitan belajar Link literasi: https://serupa.id/perumusan-dan-pengesahan-uud-negara-republik-indonesia-tahun-1945/ https://wawasansejarah.com/kasultanan-yogyakarta-pasca-proklamasi/ https://www.donisetyawan.com/peristiwa-hotel-yamato/ Tugas Remedial : - Hanya untuk peserta didik yang nilainya kurang dari Kriteria Minimal - Setelah melihat link yang diberikan, peserta didik dapat memahami lebih dalam tentang pengesahan UUD 1945, peran Sultan HB IX terhadap berita proklamasi, dan peristiwa Hotel Yamato. - Tugas bisa tertulis atau lisan dengan media digital atau non digital