Modul Mapaba [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HALAMAN SAMPUL



Mapaba 2020



Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Komisariat “Umar Tamim” Unipdu Jombang



COVER DALAM Modul MAPABA 2019 ©2020 Tim Kaderisasi PK. PMII “Umar Tamim” Unipdu Editor: Abd. Hamid, S.H Cover:M. Hisyam Rafiqi Tata Letak: Faridah Nur Jannah Lewa



Diterbitkan Oleh PK. PMII “Umar Tamim” Unipdu Jombang Dsn. Rejoso RT/RW 005/006 Ds. Ngumpul Kec. Jogoroto Jombang Jawa Timur Website :www.pmiiut.or.id Email :[email protected]



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- ii



IDENTITAS DIRI



Nama Lengkap



: …………………………………………………………….



Nama Panggilan



: …………………………………………………………….



Tetala



: …………………………………………………………….



Alamat



: ……………………………………………………………. …………………………………………………………….



Fakultas/Prodi



: …………………………………………………………….



Perguruan Tinggi



: …………………………………………………………….



Hoby



: …………………………………………………………….



Cita-cita



: …………………………………………………………….



No. Telp



: …………………………………………………………….



Motto



: …………………………………………………………….



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- iii



KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratNya, yeng telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan modul Mapaba 2019 ini dengan baik. Modul Mapaba 2020 ini telah kami susun dengan upaya maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar penyusunan, untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasihn kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan modul ini. Terlepas dairi semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tat bahasanya.Oelah karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki modul ini. Akhir kata, kami berharap semoga Modul ini dapat memberikan manfaat mau[un inspirasi terhadap pembaca, terutama kepada peserta MAPABA (Masa Penierimaan Anggota Baru) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) “Umar Tamim” Unipdu Jombang 2020. Wallahulmuwaffiq Illa Aqwamith Thorieq Wassalamu’alaikum, Wr. Wb. Jombang, 08 Oktober 2020



TIM Kaderisasi PMII “Umar Tamim” MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- iv



DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL



i



COVER DALAM .............................................................................. ii Modul MAPABA 2019 ................................................................... ii IDENTITAS DIRI..............................................................................iii KATA PENGANTAR ........................................................................iv DAFTAR ISI .....................................................................................v KE-ISLAMAN AHLUSUNNAH WAL JAMA'AH ................................. 8 SEJARAH DAN KEORGANISASIAN PMII ....................................... 15 STUDI GENDER DAN KELEMBAGAAN KOPRI............................... 25 NILAI DASAR PERGERAKAN......................................................... 33 GENEOLOGI ISLAM INDONESIA .................................................. 41 SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA ............................. 46 I. Akulturasi nilai (budaya dan agama) diberbagai wilayah di Indonesia..................................................................................... 46



II.



1.



Periode awal (abad 5-11 masehi).................................... 46



2.



Periode pertengahan (abad 11-16 masehi) ...................... 46



3.



Periode akhir (abad 16-sekarang) ................................... 46 a.



Seni Bangunan ............................................................ 47



b.



Seni Rupa.................................................................... 47



c.



Aksara dan seni sastra................................................. 47



d.



Bentuk seni sastra ....................................................... 47



e.



Sistem kalender........................................................... 47



Posisi Indonesia pada masa kolonialisme ........................... 48



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- v



III. Pengaruh Eropa dan Arab terhadap gagasan bangsa Indonesia..................................................................................... 49 Faktor atau Penyebab...................................................... 49



1.



Pengaruh Paham Baru ........................................................ 50



2.



V. Pancasila dan posisi Indonesia di era perang dunia II (19391945), diawal-awal proklamasi kemerdekaan, ancaman agresi militer Belanda dan dinamika negara baru (1945-1959), dan perang dingin (1946-1991) ......................................................... 52 VI.



Era Kemerdekaan ....................................................... 53



VII. Kemerdekaan Indonesia Di Tengah Situasi Pasca Perang Dunia II....................................................................... 54 VIII.



Pertempuran melawan Sekutu dan NICA ................... 55



Agresi Militer I ....................................................................... 56 Agresi Militer II 1948-1949 ................................................... 57 Perjanjian Roem Royen .......................................................... 57 Serangan Umum 1 Maret 1949 atas Yogyakarta .................... 57 Konferensi Meja Bundar ........................................................ 57 Dinamika Negara Baru (1945-1959) ...................................... 58 IX.



Pengertian Sistem Pemerintahan ................................ 58 Sistem Pemerintahan 1945 – 1959 ................................. 59



X. A.



Periode 1945-1949...................................................... 59



B.



Periode 1949 – 1950 ................................................... 60



C.



Periode 1950 – 1959 ................................................... 61



XI.



Posisi Indonesia dalam Perang Dingin (1946-1991) .. 64



ANALISIS SOSIAL ......................................................................... 67 PMII KOMISARIAT “UMAR TAMIM” (UT) ................................. 72 MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- vi



UNIPDU JOMBANG ..................................................................... 72 Dalam Simpul-Simpul Sejarah..................................................... 72 LAGU-LAGU PERGERAKAN ........................................................ 80 GORESAN TINTA ......................................................................... 85



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- vii



KE-ISLAMANAHLUSUNNAH WAL JAMA'AH A. Pendahuluan Sebelum masuk pembahasan mendalam tentang Aswaja (Ahlussunnah wal Jama'ah)alangkah lebih baiknya memahami terlebiih dahulu tentang hal-hal Ushul dan Furu'. Menurut Ilmu Ushul didalam urusan agama itu terbagi menjadi 2 (dua): • Ma'rifat/Ushul: pengetahuan ke-Tuhanan dan ke-Esaan. • Taat/Furu': ketaatan dan hukum. Ushul dicapai dari nalar dan dalil, sedangkan Furu' yakni sesuatu yang disangkakan kepadanya (hal) dengan Qiyas dan Ijtima'.1 Telah dapat diketahui bersama bahwa jalan pemikiran yang di tembuh oleh Abu Hasan al-Asy'ari dan Abu Mansur al-Maturidi dalam memahamkan sebagai pendiri Ahlussunnah wal Jama'ah untuk segala persoalan Aqidah berdasarkan pada : a.) b.) c.) d.)



Wahyu atau Al_Qur'an Al-Hadist Mengikuti jalan pikirsn ysng telah ditempuh oleh para lama salaf. Jika terdapat ayat-ayat yang pengertiannya kurang jelas (ayatayat Mutasyabihat), maka ayat-ayat tersebut dikembalikan menurut pengertian bahasa, tanpa mengabaikan rasio dan logika.



Dengan dasar tersebut dapat dinyatakan bahwa Ahlusunnah wal Jama'ah merupakan sekte dalam islam yang berusaha untuk mempertemukan dalil-dalil Naql dengan dalil-dalil Akl. Dan dari pola inilah aliran Ahlussunnah wa Jama'ah mendapatkan pengaruh sekaliguspengikut yang sangat luas, apalagi melihart figure pendirinya yang sama-sama memiliki pengaruh. Dari jumlah yang banyak inilah, aliran ini dikenal dengan sebutan "Ahlussunnah wal Jama'ah".



1



Al-milal wa an-nihal 93-96 MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 8



B. Pengertian Islam Arti Islam secara etimologi adalah selamat, damai, dan tunduk.Sedangkan Islam secara terminolgi adalah agama yang yang diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW sebagai utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi seluruh umatnya, di manapun dan kapanpun, yang ajarannya meliputi aspek kehidupan manusia. Secara etimologis (asal-usul kata, lughowi) kata “Islam” berasal dari bahasa arab “salima” yang artinya selamat. Dari kata ”salima” terbentuk kata “Aslama” yang berarti kedamaian. Islam adalah agama yang damai penuh dengan kasih sayang, tidak ada paksaan atau kekerasan dalam ajaran islam. Islam sebagai agama rahmatan lil alamin adalah pemahaman terhadap Islam sebagai agama yang damai dan penebar kasih sayang.Pemahaman tersebut merupakan hal yang sangat fundamental dan merupakan kemestian bagi umat Islam untuk menjadikannya sebagai paradigma dan world view dalam melakukan segala tindakan. Sebab, dengan menjadikannya sebagai suatu paradigma atau world view, umat Islam dalam melakukan segala sesuatu, terutama yang berhubungan dengan masalah sosialkeagamaan, akan selalu menghadirkan Islam dengan wajahnya yang damai dan toleran serta jauh dari sikap anarkisme, radikal dan intoleran. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan berdasarkan pemahaman terhadap surat al-Anbiya’: 107:



١٠٧ –‫ي‬ ََ ْ ‫َوَماَاَْر َسلْ ٰن َكاِاَّل َر ْْحَةًلِلْ ٰعلَ ِم‬



Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam. Ayat di atas dipahami oleh PMII dan NU sebagai ayat menerankan bahwa Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad ditujukan untuk menebar rahmat (kasih sayang) diantara sesama manusia dan sesama makhluq Tuhan. NU meyakini bahwa jika Islam dilakukan dengan cara yang baik dan benar, tidak dengan kekerasan, maka ia dengan sendirinya akan mendatangkan rahmat bagi seluruh alam



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 9



C. Definisi Aswaja dan Historicalnya ASWAJA merupakan singkatan kata dari Ahlusunnah wal



ِ Jama'ah.)‫اَعة‬ ُّ ‫)آ ْه‬, yaitu: َ ‫اةَوَا ْْلَ َم‬ َ ‫لَالسن‬



• Ahlun )‫) آِ ْهل‬, artinya keluarga atau pengikut • As-Sunnah )‫سنَّة‬ ُّ ‫)ال‬, artinya jalan hidup atau ajaran atau perilaku atau perbuatan yang mencakup ucapan dan tindakan Rasulullah SAW. • Wa (‫) و‬, artinya dan atau serta • Al-Jama'ah )‫)و ا ْلجما عة‬, artinya kelompok atau sekumpulan, maksudnya atau golongan, penganut jejak, langkah para sahabat Nabi, dalam artian perilaku atau jalan hidup para sahabat. Jadi Ahlussunnah berarti orang-orang yang menganut atau mengikuti Sunnah Nabi Muhammad SAW, sedangkan wal Jama'ah berarti mayoritas umat atau mayoritas Sahabat Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian, maka definisi Ahlussunnah Wal Jama'ah adalah: "Orang-orang yang mengikuti Sunnah Nabi Muhammad SAW dan mayoritas sahabat. (maa ana alaihi wa ashhabi/)‫ا‬, mereka yang masih tetap berada atau mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW bersama para Sahabat), baik dalam syariat (hukum islam) maupun akidah dan tasawuf". Sekalipum demikian, yang perlu diketahui bersama adalah bahwa istilah Ahlussunnah wal Jama'ah tidak dikenal di zaman Nabi Muhammad SAW maupun di masa pemerintahan al-khulafa' alrasyidin, bahkan tidak dikenal di zaman pemerintahan Bani Umayyah (41-133 H./ 611-750 M.), sebab istilah ini untuk pertama kalinya di pakai pada masa khalifah Abu Ja'far al=Manshur (137159H./754-775M) dan khalifah Harun ar-Rasyid (170-194H./785809M), keduanya dari dinasti Abbasiyah (750-1258M). sehingga istilah Ahlussunnah Wal Jama'ah semakin tampak ke permukaan pada zaman pemerintahan khalifah al-Makmun (198-218H./813833M). Pada zamannya, al-Makmun menjadikan Mu'tazilah (aliran yang mendasarkan ajaran islam pada Al-Qur'an dan dan akal) sebagai mazdhad resmi Negara, dan ia memaksa para pejabat dan MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 10



tokoh-tokoh agama agar mengikuti fahm ini, terutama yang berkaitan dengan kemakhlukan Al-Qur'an, untuk itu,ia melakukan mihnah (inquisition), yaitu ujian akidah terhadap para pejabat dan ulama. Materi pokok yang diujikan adalah masalah Al-Qur'an bagi Mu'tazilah, Al-Qur'an adalah makhluk (diciptakan oleh Allah SWT), tidak qodim (ada sejak awal dari segala permulaan), sebab tidak ada yang qodim selain Allah SWT.Orang yang berpendapat bahwa AlQur'an itu qadim berarti syirik, dan syirik merupakan dosa besar yang tak terampuni.Untuk membebaskan manusia dari syirik, alMakmun melakukan minhah.Ada beberapa Ulama yang terkena minhah dari al-Makmun diataranya, Imam Ahmad Ibn Hambal (164241H). Pengunaan istilah ahlussunnah wal jama'ah semakin popular setelah Abu Hasan Al-Asy'ari (260-324H/873-935M), dan Abu Manshur Al-Maturidi (w 944 M), yang melahirkan aliran "AlAsy'airyah dan Al-Maturiyah" di bidang teologi. Sebagai "perlawanan" terhadap aliran mu'tazilah yang menjadi aliran resmipemerintahan pada waktu itu.Teori Asy'ariyah lebih mendahulukan naql teks Al-Qur'an – Hadist) dari pada aql (penalaran rasional).Dengan demikian bila dikatakan Ahlussunnah wal jama'ah pada waktu itu dimaksudkan penganut paham Asy'ariyah atau Al-Maturidiyah di bidang teologi. Dalam hubungan tersebut, Ahlussunnah waljamaah dibedakan dari mu'tazilah, Qadariyah, Syiah, khawarij, dan aliran-aliran lain. Dari aliran ahlussunnah wal jamaah atau disebut aliran Sunni dibidang Teologi kemudian juga berkembang dalam bidang lain yang menjadi ciri khas aliran ini, baik dibidang fiqh dan tassawuf, sehingga menjadi istilah sebagai berikut: • Jika dalam ruang lingkup akidah (Ahlussunnah wal Jamaah) yang dimaksud adalah pengikut Asy'ariyah dan Maturidiyah). • Jika dalam ruang lingkup Fiqh, maka yang dimaksud pengikut madzhab yang empat (Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali). Yang menggunakan rujukan Al-Qur'an Al-Hadist, Ijma', dan Qiyas. • Jika dalam ruang lingkup Tasawuf, maka yang dimaksud adalah pengikut metode tasawuf Abu Qashim Abdul Karim Al-Quraisyi, MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 11



Imam Al-Hawi, Imam Al-Ghazali, dan Imam Junaid Al-Baghdadi, yang memadukan antara Syariat, Hakikat, dan Ma'rifaat.



D. Corak Pemikiran Ahlussunnah Wal Jama'ah a.)



Al-Iqtashad (Tawasuth/Moderet/menengah) Yakni Aswaja disini menengahi antara dua paham maupun pikiran yang extreme, antara radikalism dan liberalism, paham Jabariyah dan Qodariyah, maupun paham yang menitikkan pada rasio saja dan paham yang bersifat textualist saja. b.) Tasamuh(Toleran) Yakni aswaja bersikap toleran terhadap pluralism piiran, berbagai pikiran yang tumbuh dalam masyarakat musliam mendapat pengakuan apresiatif.Keterbukaan yang demikian lebar untuk menerima berbagai pendapat menjadikan aswaja memiliki kemampuan untuk meredam berbagai konflik internal umat. Dalam dikursus sosial-budaya, Aswaja banyak melakukan toleransi terhadap tradisi-tradisi yang telah berkembang di masyarakat, tanpa melibatkan diri dalam subtansinya, bahkan tetap berusaha untuk mengarahkannya.Formalisme dalam aspek-aspek kebudayaan dalam aswaja tidaklah memiliki signifikasi yang kuat. Sikap toleran aswaja yang demikian telah memberikan makna khusus dalam hubunganynya dengan dimensi kemanusian secara luas.Hal ini pula membuatnya menarik kaum muslimin di berbagai wilayah dunia.Pluralistikna pikiran dan sikap hidup masyarakat adalah keniscayaan. Dan ini akan mengantarkannya pada visi kehidupandunia yang rahmat di bawah prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa.2 c.) Tawazun (Keseimbangan) Disini aswaja mempunyai pola yang dibangun lebih banyak untuk persoalan-persoalan yang berdimensi sosial.



2



Lihat dalam KH. Husein Muhammad Kontroversi Aswaja Aula Perdebatan dan Reinterpretasi hal. 40-41 MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 12



Dalam bahasa lain, melalui pola ini aswaja ingin menciptakan integritas dan solidaritas social umat.3 d.) Al-Adlu(I'tidal/Keadilan) Disini aswaja tidak hanya berada dalam ruang lingkup pemikiran yang bersikap secara adil, namun aswaja juga bersikap menjunjung tinggi nilai keadilan dalam dimensi sosial, demi membangun dan memperkuat kerukunan umat. E. Doktrin Ahlussunnah Wal Jama'ah Al-Asy'ary adalah ulama yang pernah mengenyam betul doktrin Mu'tazilah, sehingga berakibat pada pola pemikirannya tidak dapat lepas dari penggunaan akal dan argumentasi, apalagi tempat tinggalnya bermadzhab Syafi'iyyah yang dengan wajar beliau berpola fikir seperti Syafi'iy.Begitu pula pengikutnya. Dengan demikian, maka doktrin Ahlussunnah wal Jama'ah dapat dilihat sebagai berikut: a. Al-Qur'an dan al-Hadist adalah dasar pokok selain penggunaan akal, sebab fungsi akal hanyalah sebagai alat untuk memperkuat hokum-hukum yang sudah ada pada dasar pokok. b. Mengambil jalan tengah diantara sekte terdahulu, yaitu mutasyabiha atau, textualism dengan sekteyang sedang ada yaitu Mu'tazilah atau Rasionalism atau materialism, meskipun tidak untuk semua pendapat, misalnya saja dalam masalah "Sifat Allah", beliau mengakui "hanya sifat yang sesuai dengan Dzat Allah, tanpa ada penyerupaan dengan makhluknya, misalnya Allah Maha mendengar, tetapi tidak seperti mendengarnya manusia, dan lain sebagainya. Pola pemikiran ini disebabkan adanya dua pandangan yaitu: • Mu'tazilah yang meniadakan sifat Allah itu sama dengan Dzat-Nya. • Mujassimah yang menyamakan sifat Allah sama dengan makhluk-Nya.



3



Lihat dalam KH. Husein Muhammad Kontroversi Aswaja Aula Perdebatan dan Reinterpretasi hal. 40 MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 13



c. Manusia itu tidak mampu untuk menciptakan perbuatan, hanya saja ia mampu dan berkuasa mendapatkannya. d. Pelaku Dosa Besar adalah Fasik selama masih meng-Esakan Allah, sedangkan masalah diampuni atau tidaknya, tergantung kepada Allah, tetapi ia masih bisa masuk surge setelah menjalani siksa di neraka. e. Metode yang di pakai untuk semua persoalan keagamaan dalam hubungannya dengan keyakinan, beliau selalu menggunakan wahyu dan sunnah terlebih dahulu sebelum menggunakan akal dan logika. f. Pola pemikiran dalam Teologi Islam yang di bentuknya, terlihat sekali pada adanya sikap yang mengguli lainnya diantaranya dapat dilihat pada: • Konsep pemikirannya yang dekat dengan pola fikir para ahli fiqih sunni, seolah-olah dapat dikatakan dalam konsep pemikirannya terdapat pola fikir madzhad Syafi'iy dilain pihak terdapat pola fikir Hanafi. • Semua pola dan konsep pemikirannya mendekati pola pemikiran para muhaddistSehingga terlihat sekali pola dan konsep pemikirannya ada suatu pola fikir yang berfaham bahwa "semua yang berijtihad adalah benar", sebab keduanya berasal dari pola pendekatan dirinya terhadap beberapa pola fikir madzhab fiqh sunni untuk dipersatukan menjadi suatu pola pemahaman, khususmya dalam segi Furu'iyah.



Referensi: Kitab al-milal wa an-nihal, Abi fatah Muhammad ahmad asyaratani



abdul karim ibn abi bakar



Ma'shum zein al-Hasyimiy, Muhammad, 2010, konsep dasat memahami Ahlussunnah wal jama'h an-nahdliyah (aswaja-nu), LTNU Jombang Afghan, Ali masduki, dan munis, Syaiduddin, 2000, Kontroversi Aswaja, LKis, Yogyakarta Pengantar Sejarah Ahlusunnah Wal Jamaah karya KH. Idrus Romli Penerbit Khalista



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 14



SEJARAH DAN KEORGANISASIAN PMII A. Sejarah SingkatPMII Ide dasar berdirinya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) bermula dari adanya hasrat kuat para mahasiswa nahdliyin untuk membentuk suatu wadah (organisasi) mahasiswa yang berideologi Ahlussunah Waljama’ah (aswaja)4. PMII dan aswaja secara historis tidak bisa dilepaskan dari peran organisasi masyarakat yang bernama Nahdlatul Ulama’ (NU), NU yang berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 ini didirikan oleh Hadratus Syekh KH. Hasyim Asy’ari pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, sejarah mencatat beliau dan para ulama’ penerus berhasil mencetak banyak kaum intelektual dan agamawan muda berhaluan aswaja hingga kini. Situasi dan kondisi yang melatarbelakangi proses kelahiran PMII saat itu5, antara lain: 1) Carut marutnya situasi politik bangsa indonesia dalam kurun waktu 1950-1959. 2) Tidak menentunya sistem pemerintahan dalam perundangundangan yang ada. 3) Pisahnya NU dari Masyumi. 4) Tidak enjoynya lagi mahasiswa nahdliyin yang tergabung di HMI karena tidak terakomodasi dan terkesan dipinggirkan dalam pemikiran dan gerakan. 5) Kedekatan HMI dengan salah satu parpol yang ada (Masyumi) yang nota bene HMI adalah underbouw-nya. Kondisi yang terjadi semacam itu direspon oleh NU untuk membentuk badan semi otonom (Basenom) seperti Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPNUIPPNU) pada tanggal 24 Februari 1954 yang masih beranggotakan para pelajar dan mahasiswa. Pada muktamar ke-II IPNU-IPPNU di



4



Referensi: Fauzan Alfas. PMII dalam perjuangan. Jakarta. Tahun 2006. Hal 1.



simpul-simpul



sejarah



5



Referensi: PK PMII Umar Tamim. Buku Panduan Masa penerimaan Anggota Baru (Mapaba). Jombang. Tahun 2007. MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 15



Pekalongan (1-5 Januari 1957) sempat terlontar gagasan untuk membuat wadah sendiri bagi kaum mahasiswa Nahdlyin, tapi kurang mendapat respon dari pimpinan IPNU.Hal tersebut di karenakan IPNU masih butuh pembenahan (banyak anggota IPNU yang berstatus mahasiswa) sehingga dikhawatirkan mempengaruhi perjalanan IPNU yang baru saja terbentuk, tetapi aspirasi kalangan mahasiswa yang tergabung dalam IPNU ini makin kuat, hal ini terbukti pada muktamar III IPNU di cirebon jawa barat (27-31 Desember 1958), pucuk pimpinan IPNU didesak oleh para peserta muktamar membentuk suatu wadah khusus yang akan menampung mahasiswa nahdliyin, namun secara fungsional dan struktur organisatoris masih tetap dalam naungan IPNU, yakni dalam wadah departemen perguruan tinggi IPNU. Upaya yang dilakukan IPNU dengan membentuk departemen perguruan tinggi untuk menampung aspirasi mahasiswa nahdliyin, tidak banyak berarti bagi kemajuan dan perkembangan mahasiswa nahdliyin, hal tersebut disebabkan beberapa hal: 1.



Kondisi Obyektif menunjukan bahwa keinginan para pelajar sangat berbeda dengan keinginan, dinamika dan perilaku mahasiswa.



2.



Kenyataan gerak dari departemen perguruan tinggi IPNU itu sangat terbatas sekali. Terbukti untuk duduk sebagai anggota PPMI (persatuan perhimpunan Mahasiswa indonesia), suatu konfederasi organisasi universitas tidak mungkin bisa, sebab PPMI merupakan organisasi yang hanya menampung ormasormas mahasiswa. Apalagi MMI (Majelis Mahasiswa Indonesia), suatu federasi dari dewan/senat mahasiswa, juga tak mungkin dilakukan.



Permasalahan yang terjadi dengan kondisi internal dan eksternal IPNU membuat langkah konkrit dalam Forum Konferensi Besar IPNU di kaliurang Yogjakarta pada tanggal 14-16 Maret 1960 memutuskan terbentuknya suatu wadah/organisasi mahasiswa nahdliyin yang terpisah secara struktur maupun fungsional dari IPNU-IPPNU. Kemudian dibentuklah panitia sponsor pendiri organisasi mahasiswa yang terdiri dari 13 orang dengan tugas melaksanakan musyawarah mahasiswa nahdliyin se-indonesia,



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 16



bertempat di madrasah mualimin, wonokromo surabaya. Tokohtokoh pendiri antara lain: Chalid Mawardi (Jakarta ) M. Said Budairy (Jakarta ) M. Sobich Ubaid ( Jakarta ) M. Makmun Syukri ( Bandung) Hilman ( Bandung) H. Ismail Makky ( Yogyakarta) Munsif Nahrowi ( Yogyakarta) Nuril Huda Suaidy ( Surakarta) Laily Mansur ( Surakarta) Abd. Wahab Jailani ( Semarang) Hisbullah Huda ( Surabaya) M. Cholid Narbuko ( Malang) Ahmad Husain ( Makassar) Pada 19 Maret 1960 tiga dari tiga belas pendiri yaitu Hisbullah Huda (surabaya), M. Said Budairy (Jakarta). Dan M. Makmun Syukri (Bandung) berangkat ke jakarta menghadap ketua umum partai NU yaitu KH. DR. Idham Khalid untuk meminta nasehat sebagai pegangan pokok dalam musyawarah yang akan dilaksanakan. Dan pada tanggal 24 Maret 1960 mereka diterima oleh ketua partai NU, dalam pertemuan tersebut selain memberikan nasihat sebagai landasan pokok untuk musyawarah, beliau juga menekankan hendaknya organisasi yang akan dibentuk itu benarbenar dapat diandalkan sebagai kader partai NU, dan menjadi mahasiswa yang berprinsip ilmu untuk diamalkan bagi kepentingan rakyat, bukan ilmu untuk ilmu. Yang lebih penting lagi yaitu menjadi manusia yang cakap serta bertaqwa kepada Allah SWT. Setelah beliau menyatakan “merestui musyawarah mahasiswa nahdliyin yang akan diadakan di surabaya itu”. Hasil Musyawarah mahasiswa nahdliyin di kota Surabaya 1416 April 1960, memutuskan hal-hal sebagai berikut: 1. Berdirinya organisasi mahasiswa nahdliyin, dan organisasi tersebut diberi nama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). 2. Penyusunan Peraturan Dasar PMII yang didalam mukaddimahnya jelas dinyatakan bahwa PMII merupakan



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 17



kelanjutan/mata rantai dari departemen perguruan tinggi IPNUIPPNU. 3. Persidangan dalam musyawarah mahasiswa nahdliyin itu (bertempat di gedung madrasah Muallimin NU Wonokromo Surabaya) dimulai tanggal 14-16 April 1960. Sedangkan peraturan dasar PMII dinyatakan berlaku mulai 21 Syawal 1379 Hijriyah atau bertepatan dengan tanggal 17 April 1960. Maka mulai dari itulah PMII dinyatakan berdiri dan dinyatakan sebagai hari jadi PMII yang akan diperingati setiap tahun dengan istilah “hari lahir pergerakan mahasiswa islam indonesia” (Harlah PMII). 4. Musyawarah juga memtuskan membentuk 3 orang formatur yakni H. Mahbub Junaidi sebagai ketua umum, A. Chalid Mawardi sebagai ketua satu, dan M. Said Budairy sebagai sekretaris umum. B. Momentum Bersejarah 1.



Independensi PMII-NU Salah satu momentum sejarah perjalanan PMII ynag membawa pada perubahan secara mendasar, yaitu di cetuskannya Independensi PMII pada tanggal 14 Juli 1972 di Murnajati Lawang Malang Jawa Timur yang kemudian di sebut Deklarasi Murnajati. Lahirnya deklarasi ini berkenaan dengan situasi politik nasional, ketika partai politik dikebiri bahkan partisipasi dalam pemerintahan pun sedikit demi sedikit di kurangi dan mulai dihapuskan. Ditambah lagi dengan digiringnya peran mahasiswa dengan komando back to campus. Maka PMII mencari alternative baru dengan tidak lagi dependen kepada partai politik manapun. Dengan latar belakang dan motivasi, maka tanggal 14 Juli 1972 secara formal PMII terpisah secara struktural dengan partai NU. Hal-hal yang berkenaan dengan independensi dapat kita lihat dokumen historis PMII antara lain: 1. Manivestasi kesadaran PMII yang meyakini sepenuhnya terhadap tuntunan keterbukaan sikap, kebebasan berfikir,



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 18



dan membangun kreativitas yang dijiwai oleh nilai-nilai islam. 2. Manivestasi kesadaran organisasi dalam tuntutan kemandirian, kepeloporan, kebebasan berfikir, dan berkreasi serta tanggung jawabsebagai kader umat. Sejak di kumandangakanya Deklarasi Murnajati itulah PMII menjadi organ yang bebas menuntukan kehendak dan idealismenya tanpa harus berkonsultasi dengan organisasi manapun termasuk NU.Akan tetapi keterpisahan secara struktural tidak membatasi ikatan emosional antar kedua organisasi ini.Keduanya masih mempunyai benang merah pemahaman idiologisnya yaitu Ahlussunnah Wal-jama’ah. 2.



Interdependensi PMII-NU Latar belakang PMII melakukan Interdependen dari Independen pada saat kongres X PMII Jakarta 1991 adalah: 1. Ulama sebagai pewaris Nabi (Ulama Warosatul Ambiya’) Maksudnya : keteladanan umat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 2. Historis, maksudnya: PMII lahir dari NU dan besar dari NU. 3. Adanya kesamaan faham antar PMII-NU Aswaja bercirikan Tawassuth, Ta’adul, Tasamuh, Tawazzun serta Amar Ma’ruh Nahi Mungkar (Mabadi’ Khoirul Ummah) demikian di dalam pola berfikir, pola sikap, pola tindakan PMII-NU menganut opola selektif, akomodatif, intergratif sesuai dengan prinsip dasar AlMukhofadzatu Ala Qodimis Shalih Wal Akhdzu Bi Ijadi Al Ashlah. 4.



Adanya persamaan kebangsaan. Maksudnya: bagi PMII keutuhan komitmen keislaman dankeindonesiaan merupakan perwujudan kesadaran beragama dan berbangsa bagi setiap insan muslim di Indonesia dan atas hal dasar tersebut maka menjadi keharusan untuk mempertahankan Bangsa dan Negara Indonesia dengan segala tekat dan kemampuan, baik secara individu maupun bersama.



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 19



5.



Adanya kesamaan kelompok sasaran. Maksudnya: PMIINU memiliki mayoritas anggota dari kalangan masyarakat kelas menengah bawah. Sekurang-kurangnya terdapat lima perinsip yang semestinya di pegang bersama untuk merealisasikan interindependensi PMII-NU: 1. Ukhuwah Islamiyah. 2. Amar Ma’ruf Nahi Mungkar. 3. Mabadi’ Khoirul Ummah. 4. Al Musawah. 5. Hidup berdampingan dan berdaulat secara penuh.



C. PMII Sebagai Organisasi Gerakan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) adalah sebuah organisasi kader yang menjadi salah satu elemen gerakan mahasiswa di Indonesia. PMII merupakan wadah perjuangan, kretifitas dan proses aktualisasi diri bagi semua kader, dengan catatan bahwa mereka memiliki integritas, loyalitas, dan komitmen yang kuat, serta tanggung jawab yang nyata sebagai bagian dari elemen gerakan mahasiswa. Dalam setiap langkah dan gerakanya, PMII tetap komitmen untuk selalu berpegang teguh pada setiap prinsip, kerangka nilai, lebih-lebih pada setiap produk hukum (AD/ART PMII) yang dihasilkan melalui mekanisme organisasi sehingga legal secara hukum dan kuat dalam aspek legitimasinya (merupakan kesepakatan bersama sesuai prosedur organisasi). Sesuai dengan namanya, PMII disusun dari empat kata yaitu “Pergerakan”, “Mahasiswa”, “Islam”, dan “Indonesia”. Makna filosofinya antara lain: 1. Pergerakan yaitu dinamika dari hamba (makhluk) yang senantiasa bergerak menuju tujuan idealnya memberikan rahmat bagi alam sekitarnya. 2. Mahasiswa yaitu Golongan generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa yang terbangun oleh citra diri sebagai insan religius, insan akademis, insan sosial, dan insan mandiri.



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 20



3. Islam yaitu Agama yang dipahami dengan paradigma Ahlussunah wal jamaah yaitu konsep pendekatan terhadap ajaran agama islam secara proporsional antara iman, islam, dan ikhsan yang dalam pola pikir dan pola perilakunya tercermin sifat selektif, akomodatif, dan integratif. 4. Indonesia yaitu masyarakat, bangsa dan negara indonesia yang mempunyai falsafah dan ideologi bangsa (pancasila) dan UUD 1945 dengan kesadaran kesatuan dan keutuhan bangsa dan negara indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke yang diikat dengan kesadaran wawasan nusantara. Secara totalitas PMII sebagai organisasi gerakan adalah suatu wadah gerakan mahasiswa yang bertujuan melahirkan kader-kader bangsa yang mempunyai integritas diri sebagai hamba yang bertaqwa kepada Allah SWT dan atas dasar ketaqwaannya berkiprah mewujudkan peran ketuhanan, membangun masyarakat dan Negara Indonesia menuju suatu tatanan masyarat yang adil dan makmur dalam ampunan dan ridho Allah SWT6. D. Tujuan dan Profil PMII Tujuan PMII sebagaimana yang tercantum dalam AD/ART PMII bab IV pasal 4 yaitu “Terbentuknya pribadi muslim indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya serta komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan indonesia”. Motto PMII “Dzikir, Fikir, dan Amal sholeh” Tri khidmat PMII “Taqwa, Intelektualitas, dan Profesionalitas” Tri komitmen PMII “Kejujuran, Kebenaran, dan Keadilan”



6



Referensi: Dukumen Historis- Pola pembinaan, pengembangan dan perjuangan PMII (P4-PMII). MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 21



Eka citradiri PMII “Ulul Albab” Ulul Albab artinya seorang yang selalu haus akan ilmu pengetahuan (olah pikir) dan ia pun tidak pula mengayun dzikir. Citra Ulul Albab: 1. Berkesadaran Historisitas-Promodial atas relasi TuhanManusia-Alam. 2. Berjiwa optimis-transendental-atas kemampuan mengatasi masalah kehidupan. 3. Berfikir secara Dialektis. 4. Bersikap kritis. 5. Bertindak Transformatif. E. Struktur dan Pengkaderan PMII Struktur PMII dari pusat atau wilayah sampai ruang terkecil, terdiri dari: 1. Pengurus Besar (Nasional) 2. Pengurus Kordianator cabang (Provinsi) 3. Pengurus Cabang (Daerah) 4. Pengurus Komisariat (Perguruan Tinggi) 5. Pengurus Rayon (Fakultas/Jurusan) Pendidikan/proses pengkaderan Formal PMII, antara lain: 1. MAPABA (Masa Penerimaan Anggota Baru) 2. PKD (Pelatihan Kader Dasar) 3. PKL (Pelatihan Kader Lanjutan) 4. PKN (Pelatihan Kader Nasional) F. Makna Filosofis Atribut PMII 1. Pencipta Lambang: M. Said Budairy (Sekretaris Umum PB PMII pertama)



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 22



Makna Lambang: a) Bentuk Perisai berarti ketahanan dan keampuhan mahasiswa islam terhadap berbagai tantangan dan pengaruh dari luar. Bintang adalah perlambang ketinggian dan semangat cita-cita yang selalu memancar. 5 (lima) bintang sebelah atas, menggambarkan Rasulullah dengan empat sahabat terkemuka (Khulafa’ur Rasyidin) 4 (empat) bintang sebelah bawah menggambarkan empat madzhab yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jama’ah. 9 (sembilan) bintang secara keseluruhan dapat berarti ganda, yaitu: a. Rasulullah dengan empat orang sahabatnya serta empat imam madzhab ASWAJA itu laksana bintang yang selalu bersinar cemerlang, mempunyai kedudukan tinggi dan penerang umat manusia. b. Sembilan bintang juga menggambarkan sembilan orang pemuka penyebar Agama Islam di Indonesia yang disebut Wali Songo.



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 23



Warna Biru, sebagaimana tulisan PMII, berarti kedalaman ilmu pengetahuan yang harus dimiliki dan digali oleh warga pergerakan, biru juga menggambarkan lautan Indonesia yang mengelilingi kepulauan Indonesia dan merupakan kesatuan wawasan nusantara. Biru muda, sebagaimana dasar perisai sebelah bawah berarti ketinggian ilmu, budi pekerti dan taqwa. Kuning, sebagaimana perisai sebelah atas, berarti identitas mahasiswa yang menjadi sifat dasar pergerakan, lambang kebesaran dan semangat yang selalu menyala serta penuh harapan menyongsong masa depan. G. Penutup Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi sahabat-sahabati semua. Sehingga nantinya pasca dari Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA) ini, dapat memahami, meyakini dan memang telah menjadi pilihan prioritas sahabat-sahabat semua untuk berkhidmat dan berjuang bersama PMII. Selamat bergabung di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia7. Tetap semangat, tangan terkepal dan maju kemuka.



7



Materi ini disampaikan di Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA) Rayon dan Komisariat PMII se-Jombang. MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 24



STUDI GENDER DAN KELEMBAGAAN KOPRI A. Mukadimah Sebagai individu yang beragama dan secara sadar dalam memilih agamanya tentu akan tegerak hati nurani dan rasionya (akal budi ) dalam membebaskan mereka yang teranianya dalam penindasan dan ketidadilan secara ekonomi sosial maupun politik dengan perjuangan yang dipilihnya . Kemiskinan , keterbelakangan , minimnya akses pengetahuan karena mahalnya biaya pendidikan dan korupsi yang merajarela , menjadi suatu pemandangan yang melekat pada kebudayaan negara kita . Memerangi ketidakadilan sosial sepanjang sejarah kemanusiaan, selalu menjadi tema yang menarik untuk di kaji dan akan menjadi tema penting dalam setiap pemikiran dan konsepsi masyarakat di masa mendatang. Sejarah manusia dalam memerangi ketidakadilan sosial telah melahirkan pemikiran analisis dan teori sosial yang sampai saat ini masih menunjukkan pengaruhnya dalam mebentuk sistem yang ada di masyarakat. Terdapat satu teori sosial yang mempertayakan keadilan sosial dari aspek hubungan antar jenis kelamin. Yang dimana teori ini menganalisi keadilan sosial dalam aspek hubungan antar jenis kelamin yang masih menimbulkan ketidakadailan terutama bagi kaum perempuan . Analisis yang dimaksud adalah analisis gender, suaatu analisis yang menjadi alat bagi gerakan feminisme untuk memperjuangakan keadilan khususnya bagi perempuan. B. Gender Istilah gender akhir-akhir ini sering didengar atau dibaca orang. Namun masih banyak orang yanng kadang memahami dalam murti arti. Dalam banyak kasus gender masih dipahami sama dengan soal seksualitas ataau sebaliknya. Seks, secara sederhana berkaitan erat dengan jenis kelamin, pria atau wanita.Perbedaan ini lebih bersifat dari unsur biologis atau bawaan yang melekat pada masing-masing jenis kelamin yang tidak dapat dipertukarkan. Sementara Gender, adalah atribut yang diberikan oleh masyarkat untuk menujukkan adaya perbedaan sifafsifat-ciri-ciri khusus, fungsi-fungsi khusus baik kepada pria ataupun wanita. Sebagai misal atribut pria itu, kuat, kasar, berwibawa, tegas, MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 25



, pemarah, rasional. Sedangkan atribut wanita, lemah, halus, penurut, ramah , emosional, irasional. Disamping itu darri fungsinya dikatakan bahwa pria dalah tulang punggung, pencari nafkah, pelindung , dan pemimpn. Sedangkan wanita dalam banyak budaya khususnya budaya jawa wanita mempunyai fungsi 3M yakni masak , macak ,manak (memasak, bersolek , dan melahirkan). Gender memang atribut yang diberikan oleh masyarakat akibat dariadanya kontruksi sosial . Maka, sifat, fungsi , dan ciri khusus yang diberikan kepada pria dan wanita tergatung pada sosio budaya masyarakat setempat. Maka menjadi jelas bahwa gender terentukkarena kontruksi masyarakat , bukan terbentuk secara alami., oleh sebab itu dari waktu ke waktu dapat saja berubah sesuai dengan perubahan yang dialami atu terjadi atas keadaan sosio kultur dan budaya yang berkemabng di masyarakat. Secara umum pen-Genderan telah membawa dampak ketidakadilan sosial di masyarakat : 1. Marginalisasi atas kaum perempuan. Hal ini terjadi lewat proses : a) Diskriminasi yang dialami kaum wanita, yang terjadi dalam lingkup keluarga hingga linggkup negara wanita dipandang kaum kelas kedua .Seperti dalam memberi kesampatan belajar, bekerja,harta warisan, pengambilan keputusan, bahkan hingga menentukan plihan hidup. Sementara pria di prioritaskan dibanding wanita. b) Adat istiadata yang berlaku di masyarakat bahkan menempatkan wanita dibawah derajat kaum pria. 2. Surbodinasiartiya suatu penilaian atau tanggapan bahwa suatu peran yang dilakukan oleh satu jenis kelamin lebih rendah dari yang lain. Karena budaya yang ada di masyarakat memandang bahwa wanita sebagai kelommpok yang bersifat irasional , lemah, tidak cekatan , cengeng, emosiona, yang berbeda dengan sifat yaang dimiliki oleh lelaki yakni tegas, rasional, cekatan maka wanita ditempatkan pada posisi atau pendukung kaum laki-laki . Sehingga menempatkan kaum perempuan pada posisi yang tidak penting. 3. Stereotipsecara umum setereotip adalah pelabelan atau penandaan terhadap suatu kelompok tertentu. Dalam banyak hal wanita dalam budaya tertentu di beri atribut negatif seperti MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 26



4.



5.



wanita besolek untuk memikat lelaki. Sehingga jika adanya kasus pemerkosaan maka yang disalahkan adalah wanita karena dia tidak bisa menjga tubuhnya. Violence(Kekersaan) , Wanita identik dengan berbagai korban kekerasan , ketidadilan, kesewengang-wenagan pria atau masyarakat. Seperti adanya pemerkoasaan , pelacuran, pelecehan seksual, dan pornografi. Double Bourden(Beban Ganda). Pembagian beban kerja dan tanggung jawab yang tidak seimbang antara laki-laki dan perempuan . Dalam banyak kasus wanita diberi beban kerja dan tanggung jawab yang lebih banyak daripada pria . Misalnya dalam urusan rumah tangga, semua urusan domestik adalah tanggung jawab wanita seperti , mengepel, memasak, mencuci hingga menjaga anak.



C. Prinsip-Prinsip Gender Dalam Al-Qur’an Fungsi islam dan Al-Qur’an diturunkan antara lain adalah untuk mebebasakan manusia dari kezhaliman dan ketidakadilan.AlQur’an mengakui adanya perbedaan (distinction) antara laki-laki dan perempuan, tetapi perbedaan tersebut tidak menimbulkan pembedaan (discrimination) antara satu dengan yang lain, sehingga menguntungkan salah satu pihak. Perbedaan tersebut dimaksudkan untuk mendukung terciptanya visi pokok al-Qur’a>n (antara lain) yaitu terciptanya penempatan posisi manusia yang tepat.dalam kehidupan mereka, baik dalam konteks sebagai hamba, khalifah, keluarga sosial maupun dalam konteks lain.



1. Posisi Laki-laki dan Perempuan sebagai Hamba Salah satu tujuan penciptaan manusia adalah untuk mengabdi dan menyembah kepadaAllah, sesuai firman-Nya dalam QS. Al-Dzariyat: 56.



ِ ِ ‫وماَخلَ ْق‬ ٥٦َ-َ‫سَاِاَّلَلِيَ ْعبُ ُد ْو ِن‬ ُ َ ََ َ ْ‫تَا ْْل ان ََو ْاَّلن‬ Terjemahnya: Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 27



2. Peluang Perempuan dalam Meraih Prestasi Kerja Allah berfirman dalamQS. Al-Nisa: 32



ِ َ‫ض ُكمع ٰلىب عضَۗلِ ِلرجالِن‬ ٰ ‫ال‬ َ‫صْي بٌ َِم اماَا ْكتَ َسبُ ْوا‬ ْ َ َ ْ َ ‫َاّللَُبِهَبَ ْع‬ َ َ ‫َوََّلَتَتَ َمن ْاو‬ َ ‫اَماَفَض‬ ٰ ‫ضلِهۗاَِّن‬ ٰ ‫صي ب ِم اماا ْكتسبَۗوسَلُو‬ ِ ِۤ ِِ ٣٢َ-َ‫الل َه َكانَبِ ُكلِ َش ْيء َعلِْي ًما‬ ْ ‫االل َه ِمْن َف‬ ْ َ َ ْ َ َ ٌ ْ َ‫ۗ َوللن َساءن‬ Terjemahnya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”



3. Posisi Perempuan dalam Kancah Politik (Perempuan). Ayat yang secara tekstual menyatakan laki-laki adalah pemimpin atas perempuan yakni QS. Al-Nisa: 34 :



ِ ِۤ ِ ٰ ‫ال‬ َ‫َع ٰلىَبَ ْعضَ اوِِبَا‬ ُ ‫اَ ِلر َج‬ َ ‫َاّللَُبَ ْع‬ َ ‫ض ُه ْم‬ َ ‫الَقَ او ُام ْو َن‬ َ ‫َعلَىَالن َساءَِبَاَفَض‬ ِ ِ ِ ِ ٰ َ‫اَنْ َف ُقو ِامْناَمواِلِِمَۗف‬ ٰ َ‫اح ِفظ‬ ‫اّللَُۗ َو ٰالتِْي تَ َخافُ ْونَنُ ُش ْوَزُهنا َفعِظُْوُهن َاو ْاه ُجَُرْوَُه‬ َ ‫الصل ٰحتُقٰن ٰت تٌ ٰحفظٰتٌللْغَْيبِبِ َم‬ ْ َْ ْ ِ ِ ِ ِ ‫ان َِِفَالَْمض‬ ٰ ِ َ ‫اض ِربُ ْوُه انَۗفَاَّنَْطَ ْعنَ ُك ْم َف ََلتَْب غُ ْو‬ ٣٤َ-َ‫اسبِْي ًَلَۗاَّنالل َه َكانَ َعليًّا َكبِ ْ ًْيا‬ ْ ‫اج ِع ََو‬ َ َ َ ‫اعلَْيهن‬ Terjemahnya: Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuanperempuan yang saleh adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 28



menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Mahatinggi, Mahabesar. Sedangkan hadis Nabi SAW., yang diriwayatkan oleh Bukhari Ahmad Turmidzi, al-Nasai dari Abu Bakra yang secara tekstual mengungkapkan ketidak beruntungan suatu kaum jika dipimpin seorang perempuan adalah : Terjemahnya: “Ketika sampai (informasi) pada Rasulullah saw., bahwa bangsa Persia telah mengangkat putri Kisra (Kaisar) menjadi Ratu, maka beliau bersabda : “Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan kepemimpinan.” 4. Posisi Pria dan Wanita dalam Pendidikan Perintah untuk membaca “iqra” sebagai wahyu pertama merupakan bukti sejarah bahwa menuntut ilmu pengetahuan melalui aktivitas membaca merupakan pintu gerbang pembebasan kebodohan dan keterbelakangan seseorang baik secara perorangan maupun kolektif. Perintah menuntut ilmu pengetahuan tidak hanya ditujukan kepada kaum laki-laki tetapi juga kaum perempuan.Hal ini disebabkan karena memperoleh ilmu merupakan hak asasi setiap manusia. Al-Qur’an banyak memberikan pujian kepada laki-laki dan perempuan yang memiliki prestasi dan kompetisi dalam ilmu pengetahuan di antaranya dalam QS. Al-Mujadalah:11.Guna mendukung esensi kandungan ayat pendidikan tersebut Rasulullah telah bersabda dalam hadisnya yang sangat popular : Terjemahnya: “Mencari ilmu pengetahuan adalah wajib hukumnya atas muslim laki-laki dan perempuan. “ Hadis ini secara tekstual menunjukkan bahwa pendidikan merupakan hak bagi setiap orang baik laki-laki maupun perempuan. Apalagi jika pendidikan itu dikaitkan salah satu tugas pokok kaum ibu, adalah sebagai pendidik anak dalam kandungan.



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 29



D. Kesetaraan Gender Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasion al (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidak adilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan. E. Keadilan Gender Keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki. Dengan keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki. Terwujudnya kesetaran dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan. Memiliki akses dan partisipasi berarti memiliki peluang atau kesempatan untuk menggunakan sumber daya dan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumber daya tersebut. Memiliki kontrol berarti memiliki kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya. Sehingga memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan F. Sejarah Korp PMII Putri Sejarah organisasi yang bernama Korp PMII Putri yang disingkat KOPRI mengalami proses yang panjang dan dinamis. KOPRI berdiri pada Kongres III PMII pada tanggal 7 – 11 Februari 1967 di Malang Jawa Timur dalam bentuk Departemen Keputrian dan lahir bersamaan dengan Mukernas II PMII di Semarang Jawa Tengah pada tanggal 25 September 1967. Dengan ketua KOPRI Ismi Maryamah BA dan sekretaris Maryamah BA.Semula KOPRI Pusat berkedudukan di Jakarta, kemudian berdasarkan keputusan MUBES I PMII di Garut Jawa Barat pada tanggal 20-27 Januari 1969, dipindahkan ke Surabaya Jawa Timur, yang operasional/pengelolaan MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 30



selanjutnya diserahkan kepada PW PMII Jawa Timur.Munas KOPRI yang pertama dilaksanakan di Makasar Ujungpandang pada tanggal 25-30 April 1970, bersamaan dengan pelaksanaan Kongres IV PMII. Kemudian pada periode 1973-1988 KOPRI bubar. Hal ini disebabkan karena selama periode 1970-1973 PP KOPRI tidak pernah mengadakan kegiatan dan dinilai gagal, yang klimaksnya mereka tidak mampu membuat Laporan Pertanggungjawaban pada Kongres V PMII di Ciloto Jawa Barat tahun 1973. Dengan ketua KOPRI saat itu Adibah Hamid. Pada Kongres V ini tidak ada satu orangpun pengurus PP KOPRI yang hadir, sehingga Kongres mengeluarkan Pernyataan Ciloto yang isinya meminta pengurus KOPRI mengadakan Mubes khusus KOPRI dengan limit waktu enam bulan. KOPRI dibentuk kembali pada Kongres IX PMII di Surabaya tahun 1988 dengan ketua Khofifah, sekretaris Ulha Soraya.Sampai pada Kongres XII PMII di Medan Sumatera Utara tahun 2000, KOPRI bubar kembali.Dengan ketua KOPRI saat itu Luluk Hur Hamidah, sekretaris Wahidah Suaeb.KOPRI dibubarkan berdasarkan hasil voting, yang berbeda hanya satu suara. Merasa pengalaman pahit itu terasa, bahwa kader-kader perempuan PMII pasca Kongres di Medan mengalami stagnasi yang berkepanjangan dan tidak menentu, maka oleh sebab itu kader-kader perempuan PMII menganggap perlu dibentuknya wadah kembali, Kongres XIII di Kutai Kertanegara Kalimantan Timur pada tanggal 16 – 21 April 2003 sebagai momentum yang tepat untuk memprakarsai adanya wadah, maka terbentuklah POKJA Perempuan dan kemudian lahirlah kembali KOPRI di Jakarta pada tanggal 29 September 2003 dengan ketua KOPRI Winarti dan sekretaris Nina Hunainah pada periode kepengurusan A. Malik Haramain 2003-2005. Kopri (Korp PMII Puteri) merupakan badan seni otonom PMII yang mempunyai kekhususan untuk mebentuk struktur organisasi di sesuaikan dengan hierarki sturktur yang menagani persoalan perempuan PMII dan isu peremuan secara umum . Badan ini bersifat Hierarki dan bertanggung jawab kepada ketua umum PMII (BAB 1 Ketentuan Umum Pasal 1---Peraturan Organisasi)



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 31



G. Pola Hubungan Kopri a)



Pola Hubungan PMII KOPRI ditunjukan garis koordinasi , konsultasi dan instruksi



b) KOPRI mempunyai kewenangan sendiri dalammengatur kebijakan internal terkait persoalan administrasi organisasi c)



Perwakilan Pengurus KOPRI merupakan bagian anggota pleno PB PMII



d) KOPRI mempunyai kepengurusan di tingkat PB/PKC/PC denagn sistem koordinasi antar masing-masing level kepengurusan.(BAB IV Pasal 6)



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 32



NILAI DASAR PERGERAKAN Disusun Oleh : M. F. Khoiri



A. Terminologi NDP Nilai Dasar Pergerakan (NDP) adalah nilai-nilai yang secara mendasar merupakan sublimasi nilai-nilai ke-Islaman, seperti kemerdekaan (al-hurriyyah), persamaan (al-musawa), keadilan (al'adalah), toleran (tasamuh), damai (al-musalamah), dan ke Indonesiaan (pluralisme suku, agama, ras, pulau, persilangan budaya) dengan kerangka paham ahlussunah wal jama' ah yang menjadi acuan dasar pembuatan aturan dan kerangka pergerakan organisasi. NDP merupakan pemberi keyakinan dan pembenar mutlak, Islam mendasari dan memberi spirit serta peran vital pergerakan yang meliputi iman (aspek aqidah), Islam (aspek syariah), ihsan (aspek etika, akhlaq dan tasawuf) dalam rangka memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan akherat.Dalam upaya memahami, menghayati dan mengamalkan Islam tersebut, PMII menjadikan ahlussunah wal jama'ah sebagai manhaj al-fikr sekaligus manhaj al-taghayyur al-ijtima'i (perubahan sosial) untuk mendekonstruksi (metode pembacaan teks) dan merekonstruksi (pengembalian seperti semula) bentuk-bentuk pemahaman dan aktualisasi ajaran-ajaran agama yang toleran, humanis, antikekerasan, dan kritis transformatif.8 B. Fungsi NDP 1. Kerangka Ideologis Kerangka ideologis menjadi rumusanyang mampu memberikan proses ideologisasi disetiap kader, sekaligus memberikan dialektika antara konsep dan realita yang mendorong proses progressif dalam perubahan sosial. Kerangka ideologis juga menjadi landasan pola pikir dan tindakan dalam mengawal perubahan sosial yang memberikan tempat pada demokratisasi dan Hak Asasi Manusia (HAM). 2. Kerangka Refleksi



8



Ibid, 06. MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 33



Sebagai kerangka refleksi NDP bergerak dalam pertarungan ide-ide, paradigma, nilai-nilai yang akan memperkuat level kebenaran-kebenaran ideal. Subtansi ideal tersebut menjadi suatu yang mengikat, absolut, total, universal berlaku menembus ruang dan waktu (muhlamul qat’i) kerangka refleksi ini menjadi moralitas gerakan sekaligus sebagai tujuan absolut dalam mencapai nilai-nilai kebenaran, kemerdekaan, kemanusiaan. 3. Kerangka Aksi. Sebagai kerangka aksi NDP bergerak dalampertarungan aksi, kerja-kerja nyata, aktualisasi diri, analisis sosial untuk mencapai kebenaran faktual. Kebenaran sosial ini senantiasa bersentuhan dengan pengalaman historis, ruang dan waktu yang berbeda dan berubah. Kerangka aksi ini memungkinkan warga pergerakan menguji, memperkuat dan bahkan memperbaharui rumusan kebenaran historisitas atau dinamika sosial yang senantiasa berubah.9 C. Rumusan NDP 1. Tauhid Mengesakan Allah SWT merupakan nilai paling asasi dalam sejarah agama samawi.Didalamnya terkandung hakikat kebenaran manusia.(Al-Ikhlas, AI-Mukmin: 25, AI-Baqarah: 130131). Subtansi tauhid : a. Allah adalah Esa dalam Dzat, sifat dan perbuatan-Nya, b. Tauhid merupakan keyakinan atas sesuatu yang lebih tinggi dari alam semesta, serta merupakan manifestasi dari kesadaran dan keyakinan kepada hal yang ghaib (AIBaqarah: 3, Muhammad:14-15, AI-Alaq: 4, Al-Isra: 7). c. Tauhid merupakan titik puncak keyakinan dalam hati, penegasan lewat lisan dan perwujudan nyata lewat tindakan, d. Dalam memahami dan mewujudkannya, pergerakan telah memilih ahlussunahwal jama' ah sebagai metode pemahaman dan keyakinan itu.10



9



Gerakan Intelektual, ForumDiskusi, Jombang, 24 September 2018.



Nur Sayyid Santoso Kristeva, “Buku Panduan MAPABA” HANDOUT, 07. 10



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 34



2. Hubungan Manusia dengan Allah Allah SWT adalah pencipta segala sesuatu.Dia mencipta manusia sebaik-baik kejadian dan menempatkan pada kedudukan yang mulia. Kemuliaan manusia antara lain terletak pada kemampuan berkreasi, berfikir dan memiliki kesadaran moral. Potensi itulah yang menempatkan posisi manusia sebagai khalifah & hamba Allah (AI-Anam: 165, Yunus: 14.) 3.



Hubungan Manusia dengan Manusia. Allah meniupkan ruh dasar pada materi manusia. Tidak ada yang lebih utama antara yang satu dengan yang lainnya kecuali ketaqwaannya (AI-Hujurat:13). Pengembangan berbagai aspek budaya dan tradisi dalam kehidupan manusia dilaksanakan sesuai dengan nilai dari semangat yang dijiwai oleh sikap kritis dalam kerangka religiusitas. Hubungan antara muslim dan non-muslim dilakukan guna membina kehidupan manusia tanpa mengorbankan keyakinan terhadap kebenaran universalitas Islam.



4.



Hubungan Manusia dengan Alam. Alam semesta adalah ciptaan Allah.Allah menunjukkan tanda-tanda keberadaan, sifat dan perbuatan Allah. Berarti juga tauhid meliputi hubungan manusia dengan alam (As-Syura: 20) Perlakukan manusia dengan alam dimaksudkan untuk memakmurkan kehidupan dunia dan akherat. Jadi manusia harus mentran sendentasikan (mempelajari sifat/kebesaran Allah melalui alam semesta) dalam segala aspek kehidupanya.11 NDP yang digunakan PMII dipergunakan sebagai landasan teologis, normatif dan etis dalam pola pikir dan perilaku. Dari dasar-dasar pergerakan tersebut muaranya adalah untuk mewujudkan pribadi muslim yang berakhlaq dan berbudi luhur, dan memiliki konstruksi berfikir kritis dan progressif.



11



Gerakan Intelektual, ForumDiskusi, Jombang, 24 September 2018. MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 35



D. NDP: Landasan Gerak Berbasis Teologi NDP adalah sebuah kerangka gerak, ikatan nilai atau landasan pijak. Didalam PMII maka kita akan kenal dengan istilah NDP (Nilai Dasar Pergerakan). NDP adalah sebuah landasan fundamental bagi kader PMII dalam segala aktivitas baik-vertical maupun horizontal. NDP sesungguhnya kita atau PMII akan mencoba berbicara tentang posisi dan relasi yang terkait dengan apa yang akan kita gerakkan. PMII berusaha menggali sumber nilai dan potensi insan warga pergerakan untuk kemudian dimodifikasi didalam tatanan nilai baku yang kemudian menjadi citra diri yang diberi nama Nilai Dasar Pergerakan (NDP) PMII. Hal ini dibutuhkan untuk memberi kerangka, arti motifasi, wawasan pergerakan dan sekaligus memberikan dasar pembenar terhadap apa saja yang akan mesti dilakukan untuk mencapai cita-cita perjuangan.12 Insaf dan sadar bahwa semua ini adalah keharusan bagi setiap kader PMII untuk memahami dan menginternalisasikan nilai dasar PMII tersebut, baik secara personal maupun secara bersama-sama, sehingga kader PMII diharapkan akan paham betul tentang posisi dan relasi tersebut. Posisi dalam artian, dalam diri kita sebagai manusia ada peran yang harus kita lakukan dalam satu waktu sebagai sebuah konsekuensi logis akan adanya kita. Peran yang dimaksud adalah diri kita sebagai hamba, diri kita sebagai makhluq, dan diri kita sebagai manusia. Ketiga posisi di atas merupakan sebuah kesatuan yang koheren dan saling menyatu.Sehingga Relasi yang terbentuk adalah relasi yang saling topang dan saling menyempurnakan. Akibat dari posisi tersebut maka akan muncul relasi yang sering diistilahkan sebagai hablum mina Allah, hablum minaan-naas dan mu'amalah (Perbuatan sehari-hari) Dalam ihtiar untuk mewujudkan perintah Tuhan Yang Maha Kuasa maka ketiga relasi di atas harus dan selalu berangkat dari sebuah keyakinan IMAN, prinsip ISLAM, dan menuju IHSAN.



Nur Sayyid Santoso Kristeva, “Buku Panduan MAPABA” HANDOUT, 07 12



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 36



Inilah yang nantinya akan menjadi acuan dasar bagi setiap warga pergerakan dalam melakukan segala ihtiar dalam segala posisi E. Pemaknaan dan Arti NDP Secara esensial NDP PMII adalah suatu sublimasi nilai keIslam-an dan ke-Indonesia-an dengan kerangka pemahaman Ahlussunnah wal Jama'ah yang terjiwai oleh berbagai aturan, memberi arah, mendorong serta menggerakkan apa yang dilakukan PMII sebagai sumber keyakinan dan pembenar mutlak. Islam mendasari dan menginspirasi NDP yang meliputi cakupan Aqidah, Syari'ah dan Akhlaq dalam upaya memperolah kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. Dalam kerangka inilah PMII menjadikan Ahussunah wal Jama'ah sebagai Manhaj al-fikr (methodologi mencari) untuk mendekonstruksi (menata) bentuk-bentuk pemahaman keagamaan yang benar.13 F. Peran dan Kedudukan NDP Secara garis besarnya Nilai Dasar Pergerakan (NDP) PMII akan berperan sebagai : 1. Sumber Motifasi PMII NDP juga seyogyanya harus menjadi pendorongbagi anggota PMII untuk berbuat dan bergerak sesuai dengan nilainilai yang diajarkan dan terkandung didalamnya. 2. Landasan Berfikir PMII Bahwa NDP menjadi landasan pendapat yangdikemukakan terhadap persoalan-persoalan yang akan dan sedang dihadapi oleh PMII. 3. Landasan Pijak PMII Landasan pijak dalam artian bahwa NDP diperankansebagai landasan pijak bagi setiap gerak dan langkah serta kebijakan yang dilakukan oleh PMII.14 Sedangkan kedudukan NDP dalam PMII bisa kita letakkan pada :



13



Ibid,



14



Gerakan Intelektual, ForumDiskusi, Jombang, 24 September 2018. MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 37



1. Pertama; NDP haruslah menjadi rumusan nilai-nilai yang dimuat dan menjadiaspek ideal dalam berbagai aturan dan kegiatan PMII. 2. Kedua; NDP harus menjadi pemicu dan pegangan bagi dasar pembenar dalam berfikir, bersikap dan berprilaku. G. Rumusan dan Isi NDP Dalam Sudut Pandang Teologi Selain itu kita juga harus paham betul tentang isi ataupun rumusan atas Nilai Dasar Pergerakan kita yang dapat kita gambarkan seperti berikut : 1. Ketuhanan atau Tauhid. Pengertian ketuhanan adalah bagaimana kita memaknai ketauhidan kita atas Tuhan. Meng-Esa-kan Allah SWT, merupakan nilai paling asasi dalam sejarah agama samawi. Hal ini sesungguhnya mengandung makna, a. Pertama; Allah adalah Esa dalam segala totalitas, dzat, sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya. Allah SWT adalah dzat, yang fungsional, dalam artian menciptakan, memberi petunjuk, memerintah dan memelihara alam semesta. Allah SWT juga menanamkan pengetahuan, membimbing, menolong manusia. b. Kedua; pada saat keyakinan yang pertama kita wujudkan maka keyakinan terhadap sesuatu yang lebih tinggi seperti keyakinan terhadap alam semesta, serta kesadaran keyakinan kepada yang ghaib merupakan sesuatu hal yang harus dilakukan. c. Ketiga; dari kedua hal tersebut, maka tauhid merupakan titik puncak. Mendasari,memandu dan menjadi sasaran keimanan yang mencangkup keyakinan dalam hati nilai dari ketahuhidan tersebut harus termanifestasikan dan tersosialisasikan ke sekelilingnya lewat pemahaman dan penginternalisasian ahlussunah wal jama'ah sebagai tahapan yang terakhir.15



Nur Sayyid Santoso Kristeva, “Buku Panduan MAPABA” HANDOUT, 09. 15



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 38



2. Hubungan Manusia dengan Tuhan-Nya (Allah SWT) Pemaknaan hubungan manusia dengan Allah SWT haruslah dimaknai dengan kaffah dan konferehenshif, artinya bahwa Allah SWT adalah sang pencipta yang maha segalanya, termasuk telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya (ahsanut taqwim) dan telah menganugerahkan kedudukan terhormat kepada manusia. Kedudukan tersebut ditandai dengan pemberian daya fikir, kemampuan berkreasi untuk dilakukan memfungsikan alam sebagai modal dasar sekaligus perangkat mewujudkan kemaslahatan.Kesemua aktifitas yang coba tidak pernah terlepas dari sebuah essensi melarutkan dan mengejawantahkan nilai-nilai ke-tauhid-an dengan berpijak wahyu dan seluruh ciptaan-Nya. H. Teologi sebagai Dasar Filosofi Pergerakan Internalisasi dari nilai-nilai teologis tersebut menumbuhkan filosofi gerak PMII yang disandarkan pada dua nilai yang sangat fundamental yakni liberasi dan independensi.Liberasi merupakan kepercayaan dan komitmen kepada pentingya (dengan epistemologi gerak-paradigma) untuk mencapai kebebasan tiaptiap individu.Praktek dan pemikian liberasi mempunyai dua tema pokok.16 1. Pertama; tidak menyetujui adanya otoritas penuh yang melingkupi otoritas masyarakat. 2. Kedua; menentang segala bentuk ekspansi dan hegemoni negara (kekuasaan) terhadap keinginan keinginan bebas individu dan masyarakat dalam berkreasi, berekspresi, mengeluarkan pendapat, berserikat dan lain sebagainya. Liberasi didasarkan oleh adanya gaya/kemampuan (syakilah/maharah) dan kekuatan (wus'a) yang ada dalam setiap individu. Dengan bahasa lain setiap individu mempunyai kemampuan dan kekuatan untuk mengembangkan dirinya. tanpa harus terkungkung oleh pemikiran, kultur dan struktur yang ada disekitarnya, sehingga pada akhirnya akan melahirkan apa yang



16



zGerakan Intelektual, ForumDiskusi, Jombang, 24 September 2018 MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 39



namnya keadilan (al-adlu), persamaan (al- musawah), dan demokrasi (as-syura). Kebebasan dalam arti yang umum mempunyai dua makna, yakni kebebasan dari (fredom from) dan kebebasan untuk (fredom for).Kebebasan dari merupakan kebebasan dari belenggu alam dan manusia.Sedangkan kebebasan untuk bermakna bebas untuk berbuat sesuatu yang pada dasarnya sebagai fungsi untuk mencapai tingkat kesejahteraan seluruh manusiadi muka bumi. Dalam kaitan ini maka sesungguhnya capaian yang harus memuat pada Usulul al-Khamsah (lima prinsip dasar) yang meliputi;(Menjaga keturunan) Hifdz an-nasl, (Kehendak) wa al-‘irdh, (Menjaga Akal) hifdzul al-'aql, (Hubungan antar manusia) hifdzul an-nasi, dan(Menjaga materi/harta) hifdz al-mal.17



Nur Sayyid Santoso Kristeva, “Buku Panduan MAPABA” HANDOUT, 10. 17



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 40



GENEOLOGI ISLAM INDONESIA A. Pengertian Geneologi Genealogi atau ilmu nasab adalah sebuah cabang ilmu yang mempelajari garis keturunan dan silsilah seseorang termasuk sejarah keluarga.Geneologi sendiri berasal dari dua kata yang berasal dari bahasa Latin, yaitu genea yang artinya generasi dan logos yang berarti pengetahuan atau ilmu.Dengan genealogi, sekelompok masyarakat mampu menelusuri sejarah keluarga mereka sampai ratusan tahun bahkan ada yang sampai ribuan tahun. Keluarga Confucius atau dikenal juga dengan Kong Hu Cu misalnya, disebutkan menyimpan silsilah mereka sampai lebih dari 2500 tahun dan tercatat dalam Guiness Book of Record sebagai silsilah keluarga terpanjang yang dicatat resmi dan dipublikasikan ketika keturunan ke 77 Kong Ciu yang bernama Kong De Yong membentuk sebuah komite di Hong Kong pada tahun 1998 dan mempublikasikan silsilah keturunannya. B. Pengertian Islam Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu ‫( س‬sin),‫( ل‬lam),‫م‬ (mim) yang bermakna dasar “selamat” (Salama). Dari pengertian Islam secara bahasa ini, dapat disimpulkan Islam adalah agama yang membawa keselamatan hidup di dunia dan di akhirat (alam kehidupan setelah kematian).Islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman. C. Geneologi Islam Indonesia Setidaknya terdapat empat pendapat kuat mengenai dari manakah Islam Indonesia banyak terpengaruh: pertama menyebutkan bahwa Islam Indonesia disyi’arkan dari Gujarat, India. Teori ini didukung oleh C. Snouck Hurgronje, pendapat mereka didasarkan pada asumsi atas adanya kesamaan madzhab yang sama-sama Syafi’iy, juga kemiripan sejumlah tradisi dan arsitektur India dengan Indonesia diantaranya adalah bentuk



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 41



nisan di Indonesia yang mirip dengan nisan yang ada di Gujata India. Pendapat kedua mengatakan bahwa, Islam Indonesia banyak di pengaruhi oleh Islam Arab, terutama dari Mesir dan juga Hadramaut Yaman.Syed Muhammad Naquib al-Attas adalah salah satu tokoh terdepan dengan pendapat ini, Cendekiawan Muslim kelahiran Bogor yang kemudian menetap di Malaysia ini berpendapat bahwa aspek-aspek atau kerakteristik internal Islam harus menjadi perhatian penting dan sentral dalam melihat kedatangan Islam di Indonesia, bukan unsur-unsur luar atau aspek eksternal. Karakteristik ini dapat menjelaskan secara gamblang mengenai bentuk Islam yang berkembang di Indonesia. Lebih lanjut Al-Attas menjelaskan bahwa penulis-penulis yang diidentifikasi sebagai India dan kitab-kitab yang dinyatakan berasal dari India oleh sarjana Barat khususnya, sebenarnya adalah orang Arab dan berasal dari Arab atau Timur Tengah atau setidaknya Persia. Oleh karena itu, dia berpendapat bahwa Islam di Indonesia banyak di pengaruhi oleh Islam di Arab Saudi atau Mesir. Ketiga, Teori Persia atau pendapat yang mengatakan bahwa Islam Indonesia pada awalnya datang dari Persia, yang dikemukakan oleh sebagian sejarawan Indonesia di antaranya P.A Hoesein Djajadiningrat, Prof. A. Hasjmi dan juga Prof. Aboe Bakar Atjeh tampaknya kurang populer dibanding dua teori sebelumnya. Teori Persia lebih menitik beratkan tinjauannya pada kebudayaan yang hidup di kalangan masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan mempunyai persamaan dengan Persia. Kesamaan kebudayaan itu antara lain. Peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai hari peringatan Syiah atas kematian Husain.Biasanya diperingati dengan membuat bubur Syura.Di Minangkabau bulan Muharram disebut juga bulan Hasan-Husain. Adanya kesamaan ajaran antara ajaran Syaikh Siti Jenar dengan ajaran Sufi Iran tetapi ajarannya berkembang terus dalam bentuk puisi, sehingga memungkinkan Syaikh Siti Jenar yang hidup pada abad ke-16 dapat mempelajarinya, dan juga penggunan istilah bahasa Iran dalam sistem pengejaan huruf Arab, untuk tanda-tanda bunyi harakat dalam pengajian AlQuran tingkat awal.



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 42



Teori ke-empat menyatakan bahwa Islam Indonesia berasal dari Cina.Teori ini mungkin sangat lemah, namun kemungkinan para saudagar Cina ikut juga membawa Islam ke Indonesia memang sangat besar.Diketahui bahwa para penyebar Islam adalah banyak mereka para wirausahawan, yang banyak melakukan hubungan dagang antara Cina, Arab dan lainnya.Bahkan ketika Cina dipimpin Kubilai Khan, (akhir abad 13) Islam dijadikan agama resmi. Sedangkan Cheng Ho merupakan duta Cina untuk mengembalikan nama besar Cina setelah dipermalukan oleh Mongol. Ada 36 negara yang dikunjungi Cheng Ho, dan salah satunya adalah Indonesia. Bukti lain yang dijadikan dasar bahwa Islam Indonesia berasal dari Cina antara lain, adanya sumber kronik dari Klenteng Sampokong di Semarang. Teori ini didukung oleh Prof. Slamet Muljana.Kemudian sejarawan H.J. De Graaf telah menyunting kronik Cina yang diklaim dari hasil rampasan Residen Poortman di Semarang yang memperlihatkan pengaruh orang-orang Cina dalam pengembangan Islam di Indonesia. Dapat dilihat bahwa dari beberapa bangsa yang membawa Islam ke Indonesia pada umumnya menggunakan pendekatan kultural sebagai media, sehingga terjadi dialog budaya dan pergaulan sosial yang penuh toleransi. Dari empat pendapat diatas, yang memaparkan dari manakah Islam di Indonesia ini bermuara, tentu hal tersebut tidak dapat disebutkan atas dasar satu pengaruh.Kebudayaan Islam di Indonesia memang dipengaruhi dan dibentuk oleh keempat budaya tersebut. Kebudayaan-kebudayaan tersebut saling melengkapi, karena memang tidak bisa dikatakan bahwa Islam di Indonesia di pengaruhi oleh satu kebudayaan yang homogen akan tetapi dari keempat kebudayaan itulah Islam di Indonesia menjelma menjadi kaya akan kebudayaan. Jadi perbedaan pendapat yang disebutkan adalah perbedaan pendapat yang saling melengkapi, bukan perbedaan pendapat yang saling bertentangan. Memang menurut kajian sejarah bahwa Islam masuk ke Indonesia pertama kali tercatat sudah sejak abad ketujuh, pendapat ini banyak didukung oleh diantaranya Harry W. Hazard, Naquib al-Attas, S.Q. Fatimy, W.P. Groeneveld dan yang lainnya, akan tetapi Islam di Indonesia perkembangannya menjadi massif adalah ketika sebagian besar penduduk Champa yang beragama Islam berbondong-bondong menuju ke wilayah Indonesia berbarengan dengan momentum Wali Songo yang mensyi’arkan MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 43



Islam secara serentak dan terang-terangan yaitu sekitar abad 15 Masehi. Metodologi dakwah yang diterapkan Wali songo dalam menyebarkan Islam di Indonesia adalah dengan memegang teguh prinsip wasathiyyah atau sering diterjemahkan dengan kata moderat. Metode dakwah yang moderat ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat al-Baqarah ayat 143;“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan (tengahtengah) agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu..”(QS al-Baqarah: 143).Konsep moderat dalam hal ini mempunyai beberapa makna dan diantaranya adalah realistis. Realistis disini bukan berarti oportunis atau bukan juga bermakna pasrah menyerah pada keadaan yang terjadi, akan tetapi dimaknai dengan tidak menutup mata dengan realitas yang ada dengan tetap berusaha mencapai keadaan yang ideal. Prinsip dakwah Wali Songo yang realistis dan moderat tersebut seperti apa yang dilakukan terutama oleh Sunan Kalijaga serta Sunan Kudus. Sunan Kalijaga misalnya sangat toleran terhadap budaya lokal. Beliau berkeyakinan bahwa masyarakat akan menjauh jika pendirian mereka diserang. Maka, butuh pendekatan secara bertahap. Sunan Kalijaga yakin jika Islam sudah dipahami, maka dengan sendirinya kebiasaan yang lama akan hilang. Mulailah Sunan Kalijaga masuk dalam budaya mereka dan memahaminya, kemudian secara bertahap memasukkan nilai-nilai Islam kedalamnya.Beliau menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah.Beliaulah perancang baju takwa pertama kali, perayaan sekatenan, grebeg maulud, layang kalimasada dan masih banyak lagi. Juga arsitektur pusat kota berupa keraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid yang diyakini juga sebagai karya dari Sunan Kalijaga. Metode dakwah tersebut tidak hanya kreatif, tapi juga sangat efektif sehingga banyak sekali masyarakat setempat yang memeluk Islam.Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Demikian juga dengan metode dakwah yang digunakan oleh Sunan Kudus, yang mendekati masyarakat melalui symbol-simbol Hindu–Buddha.Hal tersebut terlihat dari arsitektur masjid Kudus.Bentuk menara, gerbang, serta pancuran wudhu yang MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 44



berjumlah delapan, yang di adaptasi dari delapan jalan Buddha, hal tersebut merupakan wujud kompromi yang dipraktekkan oleh Sunan Kudus.Namun perlu dicatat bahwa tidak semua ajaran syari’at dapat diadaptasikan dengan budaya serta realitas lokal, sehingga perlu ditegaskan perbedaan prinsip antara fikih ibadah (ritual) dengan fiqih muamalah (sosial).



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 45



SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA A. Akulturasi nilai (budaya dan agama) diberbagai wilayah di Indonesia Menurut Koentjaraningrat, akulturasi adalah proses sosial yang terjadi bila kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing yang berbeda. Syarat terjadinya proses akuturasi adalah adanya persenyawaan yaitu penerimaan kebudayaan tanpa rasa terkejut, kemudian adanya keseragaman seperti nilai baru yang tercerna akibat keserupaan tingkat dan corak budaya. Dalam perkembangannya, ada tiga periode akulturasi yang terjadi di Indonesia ini. 1. Periode awal (abad 5-11 masehi) Pada Periode ini, unsur hindu-budha sangat kuat dan lebih menonjol sedangkan unsur atau ciri-ciri kebudayaan Indonesia sendiri menjadi terdesak. Terbukti dengan banyak ditemukannya berbagai macam patung dewa, seperti patung dewa Wisnu, Brahma, Siwa, dan budha yang tersebar di kerajaan-kerajaan Tarumanegara, Kutai, dan Mataram kuno. 2. Periode pertengahan (abad 11-16 masehi) Pada periode ini unsur hindu-budha dan Indonesia sudah mulai berimbang. Hal tersebut disebabkan karena unsure hidhubudha mulai melemah sedangkan unsur kebudayaan Indonesia kembali menonojol, sehingga kemudian menyebabkan munculnya sebuah sinkretisme (perpaduan antara dua atau lebih aliran budaya). Hal ini bisa kita lihat pada peninggalan zaman kerajaan Kediri, Singosari dan Majapahit. 3. Periode akhir (abad 16-sekarang) Pada periode ini, unsur budaya Indonesia menjadi lebih kuat dibandingkan dengan periode sebelumnya, sedangkan unsur budaya hindhu-budha menjadi semakin surut karena perkembangan politik dan ekonomi di india yang tidak stabil.



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 46



Untuk lebih memahami wujud budaya yang sudah mengalami proses akulturasi (islam, hindu-budha di Indonesia) dapat kita lihat seperti : a. Seni Bangunan Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid, makam dan istana. b. Seni Rupa Tradisi islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief yang menghias masjid, makam islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan. c. Aksara dan seni sastra Tersebarnya agama islam di Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan, yaitu masyarakat sudah mulai mengenal bahasa arab. d. Bentuk seni sastra 1. Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah. 2. Babad adalah kisah rekaan pujangga keratin dan sering dianggap sebagai peristiwa sejarah. 3. Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf. 4. Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan suluk karena berbentukkitab yang berisi ramalan-ramalan. e. Sistem kalender Sebelum budaya islam masuk ke Indonesia, masyarakat sudah mengenal kalender, yaitu kalender saka (kalender hindu) yang dimulai tahun 78 M. Setelah berkembangnya islam di Indonesia, Sultan Agung dari Mataram membuat kalender Jawa, menggunakan perhitungan peredaran bulan, bulan muharam diganti dengan syuro, ramadhan diganti dengan poso. Dan menggunakan kalender tahun Hijriah (islam). Kalender Sultan Agung ini dimulai pada tanggal 1 syuro 1555 jawa, atau tepatnya 1 muharram 1053 H yang bertepatan tanggal 8 agustus 1633 M



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 47



B. Posisi Indonesia pada masa kolonialisme Sebelum dijajah bangsa asing, Indonesia terdiri atas beberapa kerajaan yang merdeka. Diantara kerajaan-kerajaan itu ada yang kekuasaanya meliputi seluruh nusantara, seperti sriwijaya dan majapahit. Kekayaan hasil alam Indonesia berupa rempah-rempah menarik bangsa asing untuk datang ke Indonesia. Mereka membeli rempah rempah di Indonesia, kemudian menjualnya kembali ke Eropa dengan harga yang lebih tinggi. Bangsa asing yang datang ke Indonesia tersebut adalah Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda, dan Jepang. Portugis adalah bangsa asing yang pertama datang ke Indonesia. Mereka mendarat di kepulauan Maluku yang kaya akan rempah-rempah pada tahun 1511 dan akhirnya menguasai perdagangan di kepulauan tersebut. Tidak lama kemudian bangsa spanyol juga datang ke Maluku pada tahun 1521. Tahun 1596, Belanda datang ke Indonesia, dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Belanda mendarat di pelabuhan Banten, Jawa Barat. Belanda ingin menguasai perdagangan, lalu belanda mendirikan perkumpulan dagang yang disebut VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) atau Perserikatan Dagang Hindia Timur. Dalam hitungan tahun belanda sudah meluaskan kekuasaanya sehingga berhasil menguasai wilayah Nusantara. Belanda menggunakan cara menghasut dan memfitnah atau politik adu domba dengan memanfaatkan para raja dan pembantu dekat raja, sehingga terjadi konflik diantara mereka. Para raja dan pembantu dekat raja terlena dengan hadiah dan iming-iming dari kaum penjajah. Selain menggunakan politik adu domba, belanda juga melakukan sistem kerja paksa atau kerja Rodi. Pada system kerja paksa ini rakyat Indonesia dipaksa bekerja membangun jalan raya dari Anyer sampai Panarukan sepanjang 1000 km tanpa mendapatkan upah, yang dipimpin oleh Jenderal Daendels, banyak korban yang mati kelaparan, kehausan, dan dicambuk.



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 48



Disamping kewajiban kerja paksa, penjajah belanda juga menerapkan system tanam paksa yang diciptakan oleh Van De Bosch. Dalam sistem ini, rakyat harus menyediakan sebagaian tanahnya untuk ditanami tanaman-tanaman yang laku dijual di Eropa, seperti kopi, tembakau, tebu dan lainnya. Keuntungan uang dari penjualan yang amat besar mengalir ke negeri Belanda. Melihat situasi dan semakin sewenang wenangnya Belanda menghisap rakyat Indonesia, para tokoh tokoh di berbagai daerah di Indonesia tiadak tinggal diam dan melakukan perlawanan dan bertekad mengusir penjajah, seperti : a) Perjuangan Sultan Agung, Raja Mataram pada tahun 1629 dengan 20.000 prajurit. b) Perjuangan Pattimura dari Maluku pada tahun 1817 dengan dibantu dengan pejuang putri bernama Kristina Marta Tiahahu. c) Perjuangan Untung Suropati terjadi di daerah Jawa Tengah sampai Jawa Timur pada sekitar tahun 1686. d) Perjuangan Pangeran Diponegoro dimulai tahun 1825-1830. Pangeran Diponegoro berperang menggunakan siasat perang Gerilya. e) Perjuangan Tuanku Imam Bonjol terjadi di wilayah minangkabau, sumatera barat. Perlawanan dimulai pada tahun 1821-1837 dengan sebutan perang Paderi. f) Perjuangan Pangeran Antasari, beliau pahlawan dari Kalimantan yang melakukan perlawanan terhadap Belanda dari tahun 1859-1863. g) Perjuangan Rakyat Aceh, dimulai tahun 1873. Perlawanan ini dipelopori oleh Teuku Umar, Cut Nya Dien, Teuku Cik Di Tiro, Panglima Polem dan Cut Mutia. h) Perlawanan Sisingamangaraja XII dan rakyat Batak. Perang berlangsung antara 1883-1907. C. Pengaruh Eropa dan Arab terhadap gagasan bangsa Indonesia 1. Faktor atau Penyebab a. Kenangan kejayaan pada masa lampau menggugah kebangkitan melawan penjajah. b. Penderitaan dan kesengsaraan rakyat akibat penjajah, karena rakyat Indonesia merasa senasib sepenanggungan MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 49



karena di jajah dan bersama-sama menentang penjajah. c. Lahirnya golongan terpelajar yang mempelopori gerakan anti penjajahan. d. Pengaruh kemenangan jepang atas Rusia (1901-1905) yang memberi kepastian bahwa bangsa asia mampu mengalahkan bangsa barat, hal ini mengangkat dan mengembalikan kepercayaan bangsa Indonesia. e. Berkembangnya gerakan nasional dan perjuangan kemerdekaan di negara lain dalam upaya melawan kekuasaan asing, seperti : f. Gerakan nasionali India yang dipelopori oleh Mahatma Gandhi. g. Gerakan nasional Cina yang dipelopori oleh Sun Yat Sen h. Gerakan nasional Turki yang dipelopori oleh Mustafa Kemal Pasha. 2.



Pengaruh Paham Baru a. Paham baru yang berkembang di Eropa, seperti nasionalisme, demokrasi dan liberalisasi masuk ke negara Asia-Afrika. Pengaruh paham baru membuka pola pikir rakyat Indonesia untuk menggunakan kemampuannya melawan ketidakadilan dan perampasan, sehingga ada kebangkitan melawan penindasan penjajah untuk mewujudkan hidup yang merdeka. b. Bentuk organisasi pergerakan nasional Indonesia yang muncul akibat pengaruh paham baru antara lain: ➢ Budi Utomo (20 mei 1908), didirikan oleh Dr.Soetomo Suradji, Gunawan Mangunkusomo, yang waktu itu sebagai mahasiswa Stovia. Budi Utomo bergerak di bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Dan tujuan dari Budi Utomo adalah kemajuan bagi Indonesia yang harmonis bagi nusa dan bangsa. ➢ Sarekat Islam (1912) Faktor didirikannya Sarekat Islam : a) Faktor ekonomi, yaitu memperkuat diri menhadapi pedagang Cina yang melakukan monopoli, dan merugikan pedagang pribumi.



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 50



b) Faktor agama, yaitu memajukan agama islam kerana para penjajah semakin meningkatkan gerakan penyebaran agama kristen untuk mempengaruhi pedagang pribumi. Sarekat Islam dipimpin oleh H.O.S Cokroaminoto, SI merupakan organisasi yang bersifat ekonomis, dengan mendasarkan pada aspek religious islam. Pada tahun 1921 SI mengadakan kongres IV di Surabaya, karena kemasukan aliran sosialis semaun dan darsono, akibatnya SI pecah menjadi 2 yaitu: • SI Putih yaitu SI yang tetap berlandaskan pada asas perjaungan islam dipimpin oleh HOS Cokroaminoto. • SI Merah yaitu, kelompok SI yang berhaluan marxisme dipimpin oleh Semaoen dan Darsono, kelompok ini lebih bersifat radikal. D. Partai Komunis Indonesia (1920) Di Indonesia paham Marxisme-Sosialisme mulai dibawah oleh seorang pemimpin buruh dari negeri Belanda yang bernama Sneevliet. Dia adalah anggota dari partai buruh sosial demokrat. Maka dibentuklah ISDV (Indisehe Sociaal Democratische Vereeniging). Tokoh Indonesia yang ikut memimpin ISDV adalah Semaoen dan Darsono, yang tujuannya adalah untuk menyebarkan paham social demokratis dengan membangun perasaan revolusioner bagi bangsa Indonesia. Pada bulan desember 1920, ISDV berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia. Tahun 1926 PKI melancarkan pemberontakan terhadap pemerintahan kolonial Belanda. Pada tanggal 13 november 1926 meletus pemberontakan PKI di Jakarta. Tindakan kekerasan terjadi di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Akibat pemberontak yang dilakukan oleh PKI diberbagai daerah, akhirnya PKI dinyatakan sebagai organisasi terlarang.



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 51



E. Pancasila dan posisi Indonesia di era perang dunia II (19391945), diawal-awal proklamasi kemerdekaan, ancaman agresi militer Belanda dan dinamika negara baru (1945-1959), dan perang dingin (1946-1991) Pada masa-masa akhir perang dunia II, kekalahan Jepang pada sekutu dalam perang pasifik tak lagi bisa disembunyikan. Pada 6 Agustus 1945, 2 bom atom dijatuhkan ke dua kota di Jepang, Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika Serikat. Ini menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya. 7 Agustus - BPUPKI berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus. Sementara itu, di Indonesia, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio pada tanggal 10 Agustus 1945, bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air pada tanggal 14 Agustus 1945, Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan. Namun Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. 15 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Belanda. Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945 mereka menculik Soekarno dan Hatta, dan membawanya ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 52



pun risikonya. Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta, bertemu dengan Jenderal Moichiro Yamamoto dan bermalam di kediaman Laksamana Muda Maeda Tadashi. Dari komunikasi antara Hatta dan tangan kanan komandan Jepang di Jawa ini, Soekarno dan Hatta menjadi yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu, dan tidak memiliki wewenang lagi untuk memberikan kemerdekaan. Mengetahui bahwa proklamasi tanpa pertumbahan darah telah tidak mungkin lagi, Soekarno, Hatta dan anggota PPKI lainnya malam itu juga rapat dan menyiapkan teks Proklamasi yang kemudian dibacakan pada pagi hari tanggal 17 Agustus 1945. Tentara Pembela Tanah Air (PETA), kelompok muda radikal, dan rakyat Jakarta mengorganisasi pertahanan di kediaman Soekarno. Selebaran kemudian dibagi-bagikan berisi tentang pengumuman proklamasi kemerdekaan. Adam Malik juga mengirim pesan singkat pengumuman Proklamasi ke luar negeri. F. Era Kemerdekaan Berita proklamasi tersebar melalui radio, pamphlet, dan selebaran. Syahrudin, seorang wartawan kantor berita domei, sejak pagi telah memperoleh salinan naskah proklamasi dan menyampaikan kepada bagian radio domei. sementara angkatan tentara Indonesia, Pasukan Pembela Tanah Air (PETA), serta para pemuda dan lain-lainnya berangkat untuk mempertahankan kediaman Sukarno. 1. Sidang PPKI pertama pada tanggal 18 agustus 1945, menghasilkan tiga keputusan sebagai berikut : a. mengesahkan UUD 1945, b. Memilih dan menetapkan Ir.Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Moh Hatta sebagai wakil presiden, c. sebelum terbentuknya MPR, untuk sementara pekerjaan presiden dibantu oleh KNIP. 2. Sidang PPKI kedua pada tanggal 19 agustus 1945, menghasilkan dua keputusan sebagai berikut : a. menetapkan 12 kementrian, b. membagi daerah RI menjadi 8 provinsi, yaitu Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sunda kecil, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan. 3. Sidang PPKI yang ketiga pada tanggal 22 agustus 1945, MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 53



menghasilkan keputusan sebagai berikut: a. membentuk KNIP, b. Membentuk Partai Nasional Indonesia, c. membentuk Badan Keamanan Rakyat. Pada 29 Agustus 1945, kumpulan tersebut melantik Soekarno sebagai Presiden Indonesia, dengan Mohammad Hatta sebagai wakilnya, melalui lembaga yang dirancang beberapa hari sebelumnya. Arti kemerdekaan dapat kita refleksikan dari para tokoh kemerdekaan Indonesia sebagai berikut; Ki Hajar Dewantara menulis; “Dalam pendidikan harus senantiasa diingat bahwa kemerdekaan bersifat tiga macam: berdiri sendiri (zelstandig), tidak tergantung pada orag lain (onafhankelijk), dan dapat mengatur dirinya sendiri (vrijeid, zelfsbeschikking).” Kalau istilah Belanda itu diterjemahkan kedalam jargon yang lebih dikenal sekarang, maka ketiga komponen kemerdekaan itu ialah selfreliance, independence, dan self-determination. Sukarno lebih menekankan independence, yaitu terlepasnya Indonesia dari penguasaan oleh suatu bangsa dan penguasaan asing. Hatta dan Syahrir lebih menekankan self-reliance yaitu otonomi setiap individu dalam memutuskan apa yang harus dikerjakan. Tan Malaka selepas sekolah guru di Harlem, Belanda, memilih menjadi guru untuk anak-anak para kuli kontrak di perkebunan Deli, melihat kemerdekaan sebagai self-determination, yaitu kesanggupan setiap kelompok sosial menentukan nasibnya sendiri dan tidak menggantungkan peruntungannya pada kelompok sosial lainnya. Perbedaan tekanan itu menjadi lebih jelas kalau dilihat dari hubungan dengan apa yang hendak ditentang. Kemerdekaan sebagai independence secara telak menolak penjajahan. Kemerdekaan sebagai self-reliance membatalkan ketergantugan. Sedangkan kemerdekaan sebagai self-determination menampik segala jenis penindasan dan pembodohan Indonesia. G. Kemerdekaan Indonesia Di Tengah Situasi Pasca Perang Dunia II Pada tanggal 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno dan Moh. Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia ditengah keadaan politik dunia yang tidak stabil pasca perang dunia II. Keadaan MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 54



politik yang tidak stabil pasca perang mempengaruhi keadaan politik dan keamanan bangsa Indonesia yang baru saja merdeka. Hal ini membuat kemerdekaan Indonesia seakan tidak berjalan mulus. Sesaat setelah Indonesia merdeka timbul berbagai ancaman baik dari dalam negeri maupun dari dunia internasional yang melihat Indonesia sebagai bekas wilayah jajahan Jepang yang harus dikembalikan kepada sekutu. Setelah Jepang menyerah tanpa syarat, tentara Inggris dan Belanda datang ke Jakarta dengan pengawalan Netherlands-Indies Civil Administration atau yang disingkat NICA. Selain itu, Allied Forces Netherlands East Indies atau AFNEI yang awalnya bertugas hanya untuk membebaskan warga negara sekutu yang ditawan Jepang dan menghukum penjahat-penjahat perang Jepang, justru seakan bekerja sama dengan NICA untuk membangun Indonesia sebagai negara persemakmuran Belanda yang berbentuk federasi. Hal ini memicu kecurigaan rakyat Indonesia yang memicu pertempuran-pertempuran yang terjadi di dalam negeri. H. Pertempuran melawan Sekutu dan NICA Dalam menghadapi kedatangan NICA, para kyai juga membutuhkan forum musyawarah untuk menentukan sikap. Pada saat itu, rapat baru bias dimulai pada 21 oktober, setelah para Kyai dari Jawa-Madura berkumpul semua. Sebelumnya, Hadhratus Syaikh KH.Hasyim Asy’ari meminta para Kyai lainnya untuk menunggu beberapa Kyai terkemuka yang datang dari Jawa Barat, seperti Kyai Abbas Buntet, Kyai Satori Arjawinangun, Kyai Amin Babagan Ciwaringin, dan Kyai Suja’I Indramayu. Waktu itu, perjalanan ke Surabaya hanya mengandalkan jasa kereta api yang masih sangat sederhana. Setelah rapat darurat yang dipimpin oleh Kyai Wahab Hasbulloh menemukan titik temu, pada tanggal 23 oktober, Hadhratus Syaikh KH.Hasyim Asy’ari atas nama PB (pengurus besar) organisasi NU mendeklarisakan sebuah seruan jihad fi sabilillah yang belakangan terkenal dengan istilah Resolusi Jihad. Isi Resolusi Jihad



1) Kemerdekaan Indonesia yang telah diproklamasikan pada MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 55



tanggal 17 agustus 1945 wajib dipertahankan.



2) Republik Indonesia sebagai satu-satunya pemerintahan yang sah, wajib dibela dan diselamatkan, meskipun meminta pengorbanan harta dan jiwa. 3) Musuh musuh republik Indonesia, terutama belanda yang dating dengan membonceng tugas tugas tentara sekutu (Amerika-Inggris) dalam hak tawanan perang bangsa Jepang, tentulah akan menggunakan kesempatan politik dan militer untuk kembali menjajah Indonesia. 4) Umat islam, terutama warga NU, wajib mengangkat senjata melawan Belanda dan kawan-kawannya yang hendak kembali menjajah Indonesia. 5) Kewajiban tersebut adalah jihad yang menjadi kewajiban bagi tiap-tiap orang islam (fardlu ‘ain) yang berada dalam jarak radius 94 km (yakni jarak dimana umat islam boleh melakukan sholat jama’ dan qasar). Adapun bagi mereka yang berada diluar jarak tersebut, berkewajiban membantu saudara saudaranya yang berada dalam jarak 94 km tersebut. Terdapat berbagai pertempuran yang terjadi pada saat masuknya Sekutu dan NICA ke Indonesia, yang saat itu baru menyatakan kemerdekaannya. Pertempuran yang terjadi di antaranya adalah: a. Peristiwa 10 November, di daerah Surabaya dan sekitarnya. b. Palagan Ambarawa, di daerah Ambarawa, Semarang dan sekitarnya. c. Perjuangan Gerilya Jenderal Soedirman, meliputi Jawa Tengah dan Jawa Timur d. Bandung Lautan Api, di daerah Bandung dan sekitarnya. Sehingga negara yang baru saja merdeka ini tidak hanya dihadapkan dengan politik dunia yang tidak stabil pasca perang, tapi juga rakyat yang masih bergejolak dan sistem pemerintahan dalam negeri yang harus segera dibentuk sebagai negara yang berdaulat. Agresi Militer I



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 56



Pada tanggal 27 Mei 1947, Belanda mengirimkan Nota Ultimatum, yang harus dijawab dalam 14 hari, yang berisi: ➢ ➢ ➢ ➢







Membentuk pemerintahan ad interim bersama; Mengeluarkan uang bersama dan mendirikan lembaga devisa bersama; Republik Indonesia harus mengirimkan beras untuk rakyat di daerah daerah yang diduduki Belanda; Menyelenggarakan keamanan dan ketertiban bersama, termasuk daerah daerah Republik yang memerlukan bantuan Belanda (gendarmerie bersama); Menyelenggarakan penilikan bersama atas impor dan ekspor.



Agresi Militer II 1948-1949 Agresi Militer II terjadi pada 19 Desember 1948 yang diawali dengan serangan terhadap Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu, serta penangkapan Soekarno, Moh Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya. Jatuhnya ibu kota negara ini menyebabkan dibentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatra yang dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara. Perjanjian Roem Royen Akibat dari Agresi Militer tersebut, pihak internasional melakukan tekanan kepada Belanda, terutama dari pihak Amerika Serikat yang mengancam akan menghentikan bantuannya kepada Belanda, akhirnya dengan terpaksa Belanda bersedia untuk kembali berunding dengan RI. Pada tanggal 7 Mei 1949, Republik Indonesia dan Belanda menyepakati Perjanjian Roem Royen. Serangan Umum 1 Maret 1949 atas Yogyakarta Serangan Umum 1 Maret 1949 terhadap kota Yogyakarta dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto dengan tujuan utama untuk mematahkan moral pasukan Belanda serta membuktikan pada dunia internasional bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih mempunyai kekuatan untuk mengadakan perlawanan. Konferensi Meja Bundar



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 57



Konferensi Meja Bundar adalah sebuah pertemuan antara pemerintah Republik Indonesia dan Belanda yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda dari 23 Agustus hingga 2 November 1949. Yang menghasilkan kesepakatan: I.



Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat. Irian Barat akan diselesaikan setahun setelah pengakuan kedaulatan. Penyerahan kedaulatan oleh Belanda , Bung Hatta di Amsterdam, Belanda menandatangani perjanjian penyerahan kedaulatan. Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 27 Desember 1949, selang empat tahun setelah proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Pengakuan ini dilakukan ketika soevereiniteitsoverdracht (penyerahan kedaulatan) ditandatangani di Istana Dam, Amsterdam. Di Belanda selama ini juga ada kekhawatiran bahwa mengakui Indonesia merdeka pada tahun 1945 sama saja mengakui tindakan politionele acties (Aksi Polisionil) pada 1945-1949 adalah ilegal. Dinamika Negara Baru (1945-1959) Pada masa 1945 – 1959 merupakan awal dari berdirinya berbagai institusi perwakilan rakyat seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang merupakan representasi atau perwakilan dari rakyat. Sehingga DPR dipandang perlu untuk menjadi fungsi legalitas terhadap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Dalam demokrasi liberal juga diharapkan menegakkan hak – hak individu, namun dalam implementasinya kebijakan yang diwujudkan oleh pemerintah seringkali bersinggungan dengan hak individu rakyat.



B.



Pengertian Sistem Pemerintahan Istilah sistem pemerintahan berasal dari gabungan dua kata sistem dan pemerintahan. Kata sistem merupakan terjemahan dari kata system (bahasa Inggris) yang berarti susunan, tatanan, jaringan, atau cara. Sedangkan Pemerintahan berasal dari kata pemerintah, dan yang berasal dari kata perintah. Dan dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata-kata itu berarti:



1) Perintah



adalah perkataan yang bermakna menyuruh melakukan sesuatu 2) Pemerintah adalah kekuasaan yang memerintah suatu wilayah, daerah, atau, Negara. MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 58



3) Pemerintahan adalaha perbuatan, cara, hal, urusan dalam memerintah Maka dalam arti yang luas, pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan-badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif di suatu Negara dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara. Dalam arti yang sempit, pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan eksekutif beserta jajarannya dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara. Sistem pemerintaha diartikan sebagai suatu tatanan utuh yang terdiri atas berbagai komponen pemerintahan yang bekerja saling bergantungan dan memengaruhi dalam mencapaian tujuan dan fungsi pemerintahan. Tujuan pemerintahan negara pada umumnya didasarkan pada cita-cita atau tujuan negara. Misalnya, tujuan pemerintahan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertibandunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. J.



Sistem Pemerintahan 1945 – 1959 Selanjutnya pembahasan mengenai sistem pemerintahan 1945 – 1959 akan dibagi kedalam tiga periode yakni: 1945 – 1949 , 1949 – 1950 , dan 1950 – 1959. Pembagian ini dimaksudkan untuk memperjelas perubahan yang terjadi pada tiap periode . 1. Periode 1945-1949 Pada awal deklarasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 , Indonesia menjalankan sistem presidensial yang merujuk pada UUD 1945 yang menyatakan bahwa Presiden memiliki kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan. Namun pada tanggal 23 Agustus 1945 , Belanda dan negara sekutu mendarat di Indonesia. Adapun negara selain Belanda bermaksud untuk mengamankan Indonesia pasca penetapan kemerdekaannya . Namun lain halnya dengan Belanda, ia kembali ke Indonesia dengan maksud untuk kembali menguasai Indonesia. Tentunya hal ini merupakan tantangan bagi deklarator kita Soekarno untuk mempertahankan



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 59



Indonesia dan wilayah – wilayah yang telah disepakati sebagai bagian dari Indonesia. Pada masa kabinet parlementer ini Sutan Sjahrir mengambil banyak peran terutama melakukan diplomasi dengan pihak Belanda untuk mengakui Indonesia sebagai negara merdeka. Adapun pada periode ini sistem pemerintahan dinilai tidak stabil , karena terjadi penguasaan terhadap wewenang kepada Perdana Menteri. Sehingga terjadi tiga kali pergantian perdana menteri, yakni : Sutan Sjahrir , Amir Syarifuddin , dan Muhammad Hatta. Untuk periode ini , Indonesia menjalankan sistem pemerintahan semi-parlementer karena kondisi tersebut yang tidak memungkinkan untuk menjalankan sepenuhnya , dan tentunya dipengaruhi faktor politik yakni untuk membuka jalan diplomasi dengan pihak Belanda. Selain itu pada periode ini dibentuk KNIP yang merupakan lembaga yang menjadi cikal bakal DPR yang berfungsi sebagai badan legislatif . Hal ini sesuai dengan Pasal 4 Aturan Peralihan dalam UUD 1945 dan maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16 oktober 1945, yang memutuskan bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif, karena MPR dan DPR belum terbentuk. 2. Periode 1949 – 1950 Pada periode ini sistem pemerintahan Indonesia masih menggunakan sistem pemerintahan parlementer yang merupakan lanjutan dari periode sebelumnya (1945-1949). Sistem ini menganut sistem multi-partai. Hal ini didasarkan pada konstitusi RIS yang menetapkan sistem parlementer kabinet semu (quasy parlementary) sebagai sistem pemerintahan RIS. Perlu diketahui bahwa sistem pemerintahan yang dianut pada masa konstitusi RIS bukanlah kabinet parlementer murni karena dalam sistem parlementer murni, parlemen mempunyai kedudukan yang sangat menentukan terhadap kekuasaan pemerintah. Diadakannya perubahan Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi negara serikat ini adalah merupakan MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 60



konsekuensi sebagai diterimanya hasil Konferensi Meja Bundar (KMB). Perubahan ini dituangkan dalam Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS). Hal ini karena adanya campur tangan dari PBB yang memfasilitasinya. Wujud dari campur tangan PBB tersebut adanya konfrensi KMB yaitu : 1) 2) 3) 4) 5)



Indonesia merupakan Negara bagian RIS Indonesia RIS yang di maksud Sumatera dan Jawa Wilayah diperkecil dan Indonesia di dalamnya RIS mempunyai kedudukan yang sama dengan Belanda Indonesia adalah bagian dari RIS yang meliputi Jawa, Sumatera dan Indonesia Timur.



Dalam RIS ada point-point sebagai berikut : 1) Pemerintah berhak atas kekuasaan UU Darurat 2) UU Darurat mempunyai kekuatan atas UU Federasi Berdasarkan Konstitusi RIS yang menganut sistem pemerintahan parlementer ini, badan legislatif RIS dibagi menjadi dua bagian yakni: Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat. Oleh karena itu pada periode ini Indonesia tetap menganut sistem parlementer namun bentuk pemerintahan dan bentuk negaranya merupakan federasi yaitu negara yang didalamnya terdiri dari negara-negara bagian yang masing masing negara bagian memiliki kedaulatan sendiri untuk mengurus urusan dalam negerinya. 3. Periode 1950 – 1959 Periode ini (1950-1959) merupakan periode dimana presiden Soekarno memerintah menggunakan konstitusi Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950, pemberlakukan peraturan pada periode ini berlangsung dari 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959. Masa ini merupakan masa berakhirnya negara Indonesia yang federalis. Landasannya adalah UUD 1950 pengganti konstitusi RIS 1949. Sistem pemerintahan yang dianut adalah parlementer kabinet dengan demokrasi liberal yang masih bersifat semu. MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 61



Adapun ciri-cirinya antara lain: a. c. d. e.



Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat. Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintahan. Presiden berhak membubarkan DPR. Perdana menteri diangkat oleh Presiden.



Diawali dari tanggal 15 Agustus 1950, Undang-Undang Dasar Sementara Negara Kesatuan Republik Indonesia (UUDS NKRI, UU No. 7/1850, LN No. 56/1950) disetujui oleh DPR dan Senat RIS. Pada tanggal yang sama pula, DPR dan Senat RIS mengadakan rapat di mana dibacakan piagam pernyataan terbentuknya NKRI yang bertujuan:



1) Pembubaran secara resmi negara RIS yang berbentuk federasi; 2) Pembentukan NKRI yang meliputi seluruh daerah Indonesia dengan UUDS yang mulai berlaku pada tanggal 17 Agustus 1950. UUDS ini merupakan adopsi dariUUD RIS yang mengalami sedikit perubahan, terutama yang berkaitan dengan perubahan bentuk negara dari negara serikat ke negara kesatuan. Setelah peralihan dari Republik Indonesia Serikat (RIS) menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Indonesia mulai menganut sistem demokrasi liberal dimana dalam sistem ini pemerintahan berbentuk parlementer sehingga perdana menteri langsung bertanggung jawab kepada parlemen (DPR) yang terdiri dari kekuatan-kekuatan partai. Anggota DPR berjumlah 232 orang yang terdiri dari: Masyumi (49 kursi), PNI (36 kursi), PSI (17 kursi), PKI (13 kursi), Partai Katholik (9 kursi), Partai Kristen (5 kursi), dan Murba (4 kursi), sedangkan sisa kursi dibagikan kepada partai-partai atau perorangan, yang tak satupun dari mereka mendapat lebih dari 17 kursi. Adapun kabinet yang telah dibentuk pada periode ini (1950 – 1959) antara lain:



1) 1950-1951 - Kabinet Natsir 2) 1951-1952 - Kabinet Sukiman-Suwirjo 3) 1952-1953 - Kabinet Wilopo MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 62



4) 5) 6) 7)



1953-1955 - Kabinet Ali Sastroamidjojo I 1955-1956 - Kabinet Burhanuddin Harahap 1956-1957 - Kabinet Ali Sastroamidjojo II 1957-1959 - Kabinet Djuanda



Dari segi sudut pandang analis pemerintahan sistem ini tentunya tidak dapat menopang untuk pemerintahan yang kuat, tetapi umumnya diyakini bahwa struktur kepartaian tersebut akan disederhanakan apabila pemilihan umum dilaksanakan. Setelah pembentukan NKRI diadakanlah berbagai usaha untuk menyusun Undang-Undang Dasar baru dengan membentuk Lembaga Konstituante. Lembaga Konstituante adalah lembaga yang diserahi tugas untuk membentuk UUD baru sesuai amanat UUDS 1950. Namun sampai tahun 1959 badan ini belum juga bisa membuat konstitusi baru. Maka Presiden Soekarno menyampaikan konsepsi tentang Demokrasi Terpimpin pada DPR hasil pemilu yang berisi ide untuk kembali pada UUD 1945. Akhirnya setelah negara RI dengan UUDS 1950 dan sistem Demokrasi Liberal yang berlangsung selama 9 tahun, rakyat Indonesia merasa bahwa UUDS 1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak cocok, karena tidak sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945. Disamping itu, Presiden menganggap bahwa keadaan ketatanegaraan Indonesia membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara serta merintangi pembangunan semesta berencana untuk mencapai masyarakat adil dan makmur; sehingga pada tanggal 5 Juli 1959 mengumumkan dekrit mengenai pembubaran Konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945 serta tidak berlakunya UUDS 1950. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 merupakan dekrit yang mengakhiri masa parlementer dan digunakan kembalinya UUD 1945. Masa sesudah ini lazim disebut masa Demokrasi Terpimpin. Dekrit presiden 5 Juli menyatakan bahwa:



1) Kembali berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950 2) Pembubaran Konstituante MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 63



3) Pembentukan MPRS dan DPAS K. Posisi Indonesia dalam Perang Dingin (1946-1991) Memasuki suasana perang dingin, ketika poros-poros ketegangan menghadirkan tekanan hitam putih yang mengarah pada permusuhan dan peperangan antarbangsa, Indonesia berusaha konsisten dengan prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab dalam pergaulan bangsa-bangsa. Prinsip yang menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak setiap bangsa dan warganya, serta prinsip yang menekankan koeksistensi damai yang secara arif ”ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”. Prisip ini sejalan dengan visi dan tujuan dari piagam PBB sebagaimana yang telah disebutkan. Dalam konteks ini, prinsip kemanusiaan menurut alam pemikiran Pancasila menjadi sintesis antara pendukung ajaran declaration of American independence dan manifesto komunis. Dalam pidato Soekarno di PBB, pada 30 September 1960,” To Build the World A new” yang memperkenalkan Pancasila kepada dunia. Dari pengalaman kami sendiri dan dari sejarah bangsa kami sendiri sesusatu tumbuh, yang lantas lebih cocok, yang kami namakan Pancasila, suatu gagasan dan cita-cita itu, sudah terkandung dalam bangsa kami ribuan tahun yang lalu sebelum imperialisme menenggelamkan kami pada saat kelemahan nasional. (Soekarno). Sementara itu Hatta dalam pidatonya, Mendayung diantara Dua Karang. Dia menyimpulkan bahwa pro kontra terhadap kedua persetujuan antara pemerintahan Indonesia yang baru merdeka dan pemerintah belanda itu, menggambarkan begitu konkrit dinamikapolitik internasionalyang di warnai pertentangan politik antara dua adikuasa, AS da Uni Soviet. Pilihan untuk mendayung di antara dua karang ini mendorong Indonesia untuk berperan aktif dalam mempromosikan gerakan “non blok” di perkenalkan oleh Perdana Mentri India Nehru dalam pidatonya tahun 1954 di Colombo, Sri Lanka, namun gerekan non blok sendiri bermula Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika yang diadakan di bandung pada tahun 1955.dalam konfrensi ini diikuti 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 64



saat itu, mendeklarasikan keinginan mereka untuk tidak terlibat dalam konfrontasi blok barat atau timur. Pendiri dari gerakan ini dari lima pemimpin besar dunia : Soekarno, Josep Broz Tito (Yugoslavia), G. Abd. Nasser (Mesir), Jawaharlal Nehru (India), dan Kwame Nkrumah (Ghana). Gerakan non blok ini didirikan berdasarkan sepuluh prinsip dasar yang di sepakati dalam KTT Asia-Afrika yang di kenal dengan sebutan Dasasila Bandung. Kesepuluh prinsip itu adalah: 1. Menghormati hak-hak dasar manusiadan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat di dalam piagam PBB. 2. Menghormati kedaulatan dan integritas territorial semua bangsa. 3. Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa, besar atau kecil. 4. Tidak melakukan campur tangan atau intervensi dalam persoalan-persoalan dalam negri negara lain. 5. Menghormati hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri secara sendirian maupun kolektif, yang sesuai dengan piagam PBB. 6. Tidak menggunakan peraturan-peraturan dan pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu negara-negara besar, tidak melakukan campur tangan terhadap negara lain. 7. Tidak melakukan tindakan ataupun ancaman agresi maupun penggunaan kekerasan terhadap integritas territorial atau kemerdekaan politik suatu bangsa. 8. Menyelesiakan segala perselisihan internasional dengan cara damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrasi, atau penyelesaian masalah hokum, ataupun lain-lain cara damai, menurut pilihan pihak-pihakyang bersangkutan, yang sesuai dengan piagam PBB. 9. Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama. 10. Menghormati hokum dan kewajiban-kewajiban internasional. Pilihan Indonesia atas politik luar negri bebas aktif itu menempatkannya dalam perpaduan antara perspektif teori “idealism politik” dan “realism politik” dalam hubungan internasional. Keyakinan Indonesia, seperti tertuang dalam UUD 1945, bahwa MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 65



kemerdekaan ialah hak segala bangsa serta kemungkinan menjalin kerjasama internasional dalam mengupayakan kemerdekaan, kebaikan, perdamaian, keadilan dan kesejahtraan bersama, membawa politik bebas aktif bertautan dengan ideal-ideal para pendukung perspektif“idealism politik”. Singkatnya ketegangan dalam kehidupan nasional yang bertautan dengan ketegangan internasional lantas di proyeksikan kedalam sikap internasionalisme Indonesia. Memandang kemerdekaan Malaysia sebagai antek neo-kolonialisme, Presiden Soekarno lantas melancarkan konfrontasi Indonesia-malaisya, sebuah perang mengenai masa depan pulau Kalimantan, antara tahun 1962-1966. Ketika PBB menerima malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, Presiden Soekarno menarik Indonesia dari keanggotaan PBB pada 20 Januari 1965, dan sebagai alternatifnya membentuk poros kekuatan baru dalam rangka Conference of New Emerging Forces (CONEFO). Sebagai tandingan olimpiade, Soekarno bahkan menyelenggarakan GANEFO (Games of the new emergering forces) yang di selenggarakan di Jakarta pada 10-22 November 1963. Kembalinya Indonesia ke PBB baru setelah Presiden Soeharto mengambil alih tongkat kepemimpinan nasional. Pada 19 September 1966, Indonesia mengajukan permohonan kembali sebagai anggota yang di terima oleh majelis umum PBB sejak 28 September 1966.



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 66



ANALISIS SOSIAL A. Pengertian Analisis Sosial Analisis sosial merupakan usaha untuk menganalisis sesuatu keadaan atau masalah sosial secara objektif.Analisis sosial diarahkan untuk memperoleh gambaran lengkap mengenai situasi sosial dengan menelaah kaitan-kaitan histories, structural dan konsekuensi masalah. Analisis sosial akan mempelajari struktur sosial, mendalami fenomena-fenomena sosial, kaitan-kaitan aspek politik, ekonomi, budaya dan agama. Sehingga akan diketahui sejauh mana terjadi perubahan sosial, bagaimana institusi sosial yang menyebabkan masalah-masalah sosial, dan juga dampak sosial yang muncul akibat masalah sosial. Analisa sosial merupakan upaya untuk mengurai logika, nalar, struktur, atau kepentingan dibalik sebuah fenomena sosial.Analisa sosial hendak menangkap logika struktural atau nalar dibalik sebuah gejala sosial.Analisa sosial dengan demikian material, empiris, dan bukan sebaliknya, mistis, atau spiritualistik.Analisa sosial menafsirkan gejala sosial sebagai gejala material. Tugas teori sosial menurut Freireadalah melakukan apa yang disebutnya sebagai conscientizacao atau proses penyadaran terhadap sistem dan struktur yang menindas, yakni suatu sistem dan struktur, Proses dehumanisasi yang membunuh kemanusiaan. Gramsci menyebut proses ini sebagai upaya counter hegemony. Proses dehumaniasi tersebut terselenggara melalui mekanisme kekerasan, baik yang fisik dan dipaksakan, maupun melalui cara penjinakan yang halus, yang keduanya bersifat struktural dan sistemik. Artinya kekerasan dehumanisasi tidak selalu berbentuk jelas dan mudah dikenali.Kemiskinan struktural, misalnya, pada dasarnya adalah suatu bentuk kekerasan yang memerlukan analisis untuk menyadarinya. Bahkan, kekerasan sebagian besar terselenggara melalui proses hegemoni: cara pandang, cara berfikir, ideologi, kebudayaan, bahkan selera, golongan yang mendominasi telah dipengaruhkan dan diterima oleh golongan yang didominasi. Dengan begitu, pendidikan dan ilmu pengetahuan, sebagaimana kesenian, bukanlah arena netral tentang MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 67



estetika belaka.Kesenian dan kebudayaan tidaklah berada dalam ruang dan masa yang steril, melainkan dalam sistem dan struktur yang bersifat hegemonik. Freire (1970) membagi ideologi teori sosial dalam tiga kerangka besar yang didasarkan pada pandangannya terhadap tingkat kesadaran masyarakat.Tema pokok gagasan Freire pada dasarnya mengacu pada suatu landasan bahwa pendidikan adalah ôproses memanusiakan manusia kembali. Gagasan ini berangkat dari suatu analisis bahwa sistem kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan budaya masyarakat, menjadikan masyarakat mengalami proses dehumanisasi. Pendidikan, sebagai bagian dari sistem masyarakat, justru menjadi pelanggeng proses dehumanisasi tersebut. Secara lebih rinci Freire menjelaskan proses dehumanisasi tersebut dengan menganalisis tentang kesadaran atau pandangan hidup masyarakat terhadap diri mereka sendiri. Freire menggolongkan kesadaran manusia menjadi: kesadaran magis (magical consciousnees), kesadaran naif (naival consciousnees) dan kesadaran kritis (critical consciousness). Bagaimana kesadaran tersebut dan kaitannya dengan sistem pendidikan dapat secara sederhana diuraikan sebagai berikut.Wilayah Analisa Sosial: 1. 2. 3. 4.



Sistem-sistem yang beroperasi dalam suatu masyarakat. Dimensi-dimensi obyektif masyarakat (organisasi sosial, lembaga-lembaga social. pola perilaku, kekuatan-kekuatan sosial masyarakat) Dimensi-dimensi subyektif masyarakat (ideologi, nalar, kesadaran, logika berpikir, nilai, norma, yang hidup di masyarakat).



B. Ruang Lingkup Ansos Pada dasarnya semua realitas sosial dapat dianalisis, namun dalam konteks transformasi sosial, maka paling tidak objek analisa sosial harus relevan dengan target perubahan sosial yang direncanakan yang sesuai dengan visi atau misi organisasi. Secara umum objek sosial yang dapat di analisis antara lain: 1.



Masalah-masalah sosial, seperti; kemiskinan, pelacuran, pengangguran, MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 68



2.



3.



kriminilitas Sistemsosial seperti: tradisi, usha kecil atau menengah, sitem pemerintahan, sitem pertanian Lembagalembaga sosial seperti sekolah layanan rumah sakit, lembaga pedesaan. Kebijakan public seperti : dampak kebijakan BBM, dampak perlakuan sebuah UU.



C. Pentingnya teori sosial Teori dan fakta berjalan secara simultan, teori sosial merupakan refleksi dari fakta sosial, sementara fakta sosial akan mudah di analisis melalui teori-teori sosial. Teori sosial melibatkan isu-isu mencakup filsafat, untuk memberikan konsepsi-konsepsi hakekat aktifitas sosial dan prilaku manusia yang ditempatkan dalam realitas empiris.Charles lemert (1993) dalam Social Theory; The Multicultural And Classic Readings menyatakan bahwa teori sosial memang merupakan basis dan pijakan teknis untuk bisa survive.Teori sosial merupakan refleksi dari sebuah pandangan dunia tertentu yang berakar pada positivisme. Menurut Anthony Giddens secara filosofis terdapat dua macam analisis sosial,pertama, analisis intitusional, yaitu ansos yang menekan pada keterampilan dan kesetaraan actor yang memperlakukan institusi sebagai sumber daya dan aturan yang di produksi terusmenerus. Kedua, analisis perilaku strategis, adalah ansos yang memberikan penekanan institusi sebagai sesuatu yang diproduksi secara sosial. D. Pendekatan Dalam Analisis Sosial 1.



2.



Historis: dengan mempertimbangkan konteks struktur yang saling berlainan dari periode-periode berbeda, dan tugas strategis yang berbeda dalam tiap periode. Struktural: dengan menekankan pentingnya pengertian tentang bagaimana masyarakat dihasilkan dan dioperasikan, serta bagaimana pola lembaga-lembaga sosial saling berkaitan dalam ruang sosial yang ada.



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 69



E. Batas Analisa Sosial 1. 2. 3. 4.



Analisa sosial bukanlah kegiatan monopoli intelektual, akademisi, atau peneliti. Siapapun dapat melakukan analisa sosial. Analisa sosial tidaklah bebas nilai. Analisa sosial memungkinkan kita bergulat dengan asumsiasumsi kita, mengkritik, dan menghasilkan pandanganpandangan baru.



F. Signifikansi Analisa Sosial 1.



2. 3.



Untuk mengidentifikasikan dan memahami persoalanpersoalan yang berkembang (ada) secara lebih mendalam dan seksama (teliti); berguna untuk membedakan mana akar masalah (persoalan mendasar) dan mana yang bukan, atau mana yang merupakan masalah turunan. Akan dapat dipakai untuk mengetahui potensi yang ada (kekuatan dan kelemahan) yang hidup dalam masyarakat. Dapat mengetahui dengan lebih baik (akurat) mana kelompok masyarakat yang paling dirugikan (termasuk menjawab mengapa demikian)



G. Langkah-Langkah Ansos Proses analisis sosial meliputi beberapa tahap antara lain: 1.



2.



Memilih dan menentukan objek analisis Pemilihan sasaran masalah harus berdasarkan pada pertimbangan rasional dalam arti realitas yang dianalsis merupakan masalah yang memiliki signifikansi sosial dan sesuai dengan visi atau misi organisasi. Pengumpulan data atau informasi penunjang Untuk dapat menganalisis masalah secara utuh, maka perlu didukung dengan data dan informasi penunjang yang lengkap dan relevan, baik melalui dokumen media massa, kegiatan observasi maupun investigasi langsung dilapangan. Re-cek data atau informasi mutlak dilakukan untuk menguji validitas data.



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 70



3.



4.



5.



Identifikasi dan analisis masalah. Merupaka tahap menganalisis objek berdasarkan data yang telah dikumpulkan.Pemetaan beberapa variable, seperti keterkaitan aspek politik, ekonomi, budaya dan agama dilakukan pada tahap ini.Melalui analisis secara komphrehensif diharapkan dapat memahami subtansi masalah dan menemukan saling keterkaitan antara aspek. Mengembangkan presepsi Setelah di identifikasi berbagai aspek yang mempengaruhi atau terlibat dalam masalah, selanjutnya dikembangkan presepsi atas masalah sesuai cara pandang yang objektif. pada tahap ini akan muncul beberapa kemungkinan implikasi konsekuensi dari objek masalah, serta pengembangan beberapa alternative sebagai kerangka tindak lanjut. Menarik kesimpulan Pada tahap ini telah diperoleh kesimpulan tentang; akar masalah, pihak mana saja yang terlibat, pihak yang diuntungkan dan dirugikan, akibat yang dimunculkan secara politik, sosial dan ekonomi serta paradigma tindakan yang bisa dilakukan untuk proses perubahan sosial.



H. Peranan Ansos Dalam Strategi Gerakan PMII Ingat, paradigma gerakan PMII adalah kritis transformatif, artinya PMII dituntut peka dan mampu membaca realitas sosial secara objektif (kritis), sekaligus terlibat aktif dalam aksi perubahan sosial (transformatif). Transformasi sosial yang dilakukan PMII akan berjalan secara efektif jika kader PMII memiliki kesadaran kritis dalam melihat realitas sosial. Kesadaran kritis akan muncul apabila dilandasi dengan cara pandangan luas terhadap realitas sosial. Untuk dapat melakukan pembacaan sosial secara kritis, mutlak diperlakukan kemampuan analisis sosial secara baik. Artinya, strategi gerakan PMII dengan paradigma kritis transformatif akan dapat terlaksana secara efektif apabila ditopang dengan kematangan dalam analisis sosial (ANSOS)



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 71



PMII KOMISARIAT “UMAR TAMIM” (UT) UNIPDU JOMBANG Dalam Simpul-Simpul Sejarah A. Sejarah Komisariat PMII “Umar Tamim” Unipdu Jombang Berdirinya atau lebih tepatnya lahirnya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat “Umar Tamim” yang mana sebagian kecil dari Integral organisasi ekstra-kampus yang struktural, karena dari pengurus Besar (PB-Ibukota) – pengurus Koordinator Cabang (PKC-Propinsi) – Pengurus Cabang (PCKabupaten) – Pengurus Komisariat (PK-Kampus) – pengurus Rayon (PR-Fakultas/prodi), yaitu pada awal mula berdiri dan berkembangnya Universitas pesantren Tinggi Darul ‘Ulum yang awal mulanya bernama Sekolah Tinggi Darul ‘Ulum (STAIDU) yang merupakan marger dari sekolah Tinggi Darul ‘Ulum (STAIDU) yang merupakan marger dari Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) dan Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STIBA) awal tahun 2000-2001yang mempunyai beberapa fakultas (FAI, FBS, FIA, FT, FMIPA, Fak.Pertanian) dengan prodi/jurusannya. Dan tahun 2005 AKPER/AKBID juga marger dengan UNIPDU menjadi fakultas Ilmu Kesehatan. B. Masa Khidmat 2001-2002 Saat itu dikarenakan akumulasi dari pergolakan kondisi organisasi intra kampus yang belum kondusif, yaitu BEM saat itu masih dalam tahap transisi dan masih semrawut, misalnya setiap selesai kegiatan LPj-nya tidak ada.Hal inilah yang menjadikan geram pihak birokrasi universitas, sehingga mengambil tindakan tegas, dengan membatasi kreatifitas mahasiswa.Inilah dirasa sudah cukup menjadi dasar pemikiran serta batu pijakan berdirinya organisasi ekstra-kampus (PMII).Sahabat yang turut berjasa adalah sahabat Ahmad Mustaghfirin, M. Ishomuddin Iskhan dan Imam Nawawi membuat basis organisasi yaitu pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Pertemuan kecil/ forum-forum sederhana intens dilakukan baik internal membahas rancangan strategi dan pola pengembangan organisasi kedepan, dengan didampingi oleh sahabat M. Nurul Mubin, M. Syaifuddin, dan Abdul Ghofar. Maka pada tanggal 15 Mei 2001 dengan ucapan MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 72



Bismillahirrahmanirrahim dengan rahmat allah SWT berdirilah PMII Komisariat “Umar Tamim” yang mana nama tersebut diambilkan dari salah satu pendiri Darul ‘Ulum sebagai interpretasi dan representasi dari PPDU, dan disepakati sahabat Ahmad Mustaghfirin (dari Jawa-Tengah) sebagai ketua pertama (20012002). Pada periode tersebut masih berkutat pada konteks konsolidasi dan pembenahan organisasi. C. Masa Khidmat 2002-2003 kepemimpinan diteruskan sahabat M. Ishomuddin Iskhan sebagai mandataris Rapat Tahunan Komisariat (RTK) ke-I yang mana sebagai ajang regenerasi dalam PMII. Periode ke-II ini masih juga dalam masa perintisan, dan juga melakukan kajian-kajian dan diskusi rutin tetap dilakukan . D. Masa Khidmat 2003-2004 Periode Ke-III dipegang oleh sahabat Ahmad Zakariya yang pada waktu itu juga sebagai ketua BEM UNIPDU, setelah mundurnya M. Fatkhurrozi (HMI). Periode ini mempunyai indikasi positif perkembangannya yaitu mulai responnya mahasiswa terhadap orgaisasi PMII dan banyaknya kader yang masuk menjadi anggota, sehingga PMII mendominasi Organisasi Mahasiswa (ORMAWA) unipdu, yang pada waktu itu juga ada juga mahasiswa dari OKP HMI. Seminar, bedah buku, dan Bhakti Sosial, tidak lupa diskusi dan sharing wawasan tetap intens dilakukan E. Masa Khidmat 2004-2005 Periode ke-IV diketuai oleh keder putri sebagai representasi keadilan gender yaitu sahabat Ernawati Badar, walaupun kesibukannya menjadi ketua asrama di salah salah satu asrama putri yang ada di ponpes Darul ‘Ulum namun tidak memurungkan aktivitas dalam memimpin komisariat.kegiatan-kegiatan serupa juga dilakukan demi eksistensi PMII, yang monumental adalah dibawah kepemimpinan kader putri PMII mempunyai banyak kader putri yang aktif dan kreatif.



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 73



F. Masa Khidmat 2005-2006 Terpilihnya sahabat Badrus Syahid menjadi titik tolak perkembangan PMII Komisariat Umar Tamim, ini terbukti dengan banyaknya kegiatan eksternal yang dilaksanakan tanpa melupakan kegiatan internal.Kegiatan yang bersejarah adalah Bakti sosial yang dilaksanakan ketika terjadi banjir bandang jember. Pelatihan anti narkoba juga pernah dilaksanakan, dan pada periode ini untuk kali pertamanya PMII komisariat “Umar Tamim” mempunyai kantor komisariat. Pada waktu ini juga organisasi intra-kampus didominasi oleh kader-kader terbaik PMII. G. Masa Khidmat 2006-2007 Pada periode di nahkodai oleh Ahmad Syifa’, Periode ini dibilang sangat berat karena banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, terutama pembenahan administrasi internal, dan kegiatan diskusi yang digalakkan sebagai perluasan wacana kader ini buletin PMII juga mulai terbit secara intens selama keperiodean.Pengkaderan formal PMII juga mengalami peningkatan, PKD yang untuk kali pertamanya dilaksanakan Komisariat “Umar Tamim” dengan aliansi dengan komisariat “Darul Ulum” UNDAR.Hal ini yang paling menggembirakan adalah terbentuknya dua Rayon persiapan, yaitu Rayon Sayyid Qutb (FBS-FT) dan Rayon Ibnu Taimiyyah (FAI). H. Masa Khidmat 2007-2008 Pada periode sahabat ahmad riyadi menjadi leadernya, ditangan sahabat ini perkembangan PMII terus diupayakan terlebih sekarang mempunyai dua rayon definitif yaitu Rayon Sayyid Qutb dan Rayon Ibnu Taimiyyah yang harus disinergikan. dengan visi : membumikan nilai-nilai PMII dengan menguatkan Militansi, Intelektualitas, dan Profesionalitas serta memperluas jaringan, meningkatkan kajian, meningkatkan sense beloging to PMII dan memperkokoh solidaritas organisasi. dan tahun ini pula kaderkader terbaik lagi-lagi mendominasi di organisasi mahasiswa intra kampus. Pada akhir periode ini komisariat menyiapkan 2 rayon persiapan yaitu Rayon Teknik yang berisikan (FT, FIA, MIPA) dan Rayon FIK.



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 74



I.



Masa Khidmat 2008-2009 Pada periode ini diketuai oleh sahabat Affandi, pada kepemimpinanya Rayon yang ada di bawah kepemimpinan komisariat yaitu Rayon Sayyid Qutb diubah menjadi Rayon FBS, dan Rayon Ibnu Taimiyyah diubah menjadi rayon FAI mengikuti background fakultas yang diemban. Sedangkan Rayon Persiapan pada periode sebelumnya yaitu Rayon Teknik dan Rayon FIK pada tanggal 21 maret 2009 dinyatakan definitif atas persyaratan institusi yang sudah dipenuhi. Periode ini tetap gigih dengan budaya tertib administrasi yang digalakkan kepengurusan komisariat sebelum-sebelumnya.



J.



Masa Khidmat 2009-2010 Pada periode ini diketuai oleh sahabat Ahmad Bustomi, pada masa kepemimpinannya yang memiliki 4 rayon menjadikan fokus pada internal dengan berbagai macam pendidikan yang diterapkan untuk anggota-anggotanya melalui kajian dan diskusi.dan juga menyiapkan kaderisasi lewat distribusi kader di eksternal yaitu di organisasi mahasiswa Unipdu.



K. Masa Khidmat 2010-2011 Pada periode ini diketuai oleh sahabat Nur Chabib, yang kerap dipanggil ambon. Melalui gerakan penguatan jaringan internal dan eksternalnya menjadikan komisariat Umar Tamim dikenal sebagai komisariat yang santun bersilaturrahim. Pada awal periode ini menggagas adanya rayon persiapan yaitu Rayon FIA-MIPA pada tanggal 14 mei 2010 dan selang 6 bulan sudah siap untuk definitif menjadi rayon FIA-MIPA. L. Masa Khidmat 2011-2012 Pada periode ini diketuai oleh sahabat M. Fatkhul Bary Luay, dalam kepemimpinannya mampu untuk menstabilkan dinamika internal maupun eksternal kampus melalui pasukan handalnya yang dimanajemen sesuai dengan kompetensi kader.Kekosongan jabatan pernah terjadi selema 3 bulan tanpa sebab menjadikan komisariat mengalami stagnasi sesaat namun pasca itu berlanjut dengan gigih untuk meneruskan perjuangan.Resufle kepengurusan kerap dilakukan pada periode ini sebagai bentuk penyegaran untuk



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 75



mengaktifkan kembali kinerja pengurus untuk mengabdikan keilmuan dan pengabdian untuk komisariat “Umar Tamim”. M. Khidmat 2012-2013 Pada periode ini diketuai oleh kader putri yaitu sahabat Chusnul Khotimah, seorang pemimpin perempuan yang tangguh dengan segala macam kreatifitas kegiatannya.Mengembangkan potensi kader melalui tumbuhnya UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) baru yang diisi oleh anggota PMII di ranah organisasi intra mahasiswa.Pada periode kepengurusan dengan dominan perempuan, munculnya anggota maupun kader puteri yang mulai bertambah banyak seiring dengan perjalanan kepemimpinannya, sehingga mengharuskan munculnya ide-ide untuk mendidik anggota melalui budaya diskusi baik putera maupun puteri.Memiliki 5 rayon yaitu rayon FAI, FBS, FT, FIK dan FIAMIPA dibawah kepemimpinan bu kom cenul. N. Masa Khidmat 2013-2015 Pada periode ini diketuai oleh sahabat Ardiyanto, seorang pemimpin dengan pasukan multi talentnya mampu mendominasi kepemimpinan di sektor intra maupun ektra kampus.Dengan diawal periodenya memugar Rayon FIA-MIPA menjadi Rayon masing-masing. Pada tanggal 1 januari 2014 menjadikan Rayon Mipa sebagai rayon persiapan dan pada 6 bulan pasca itu mampu untuk berdiri sendiri dengan disyahkannya menjadi rayon MIPA definitif. Periode dengan banyak PR berat terkait kaderisasi yang semakin berkembang mengikuti ritme masing-masing fakultas. O. Masa Khidmat 2015-2016 Pada Masa Khidmat ini dipimpin oleh Sahabat Ircham Ali, pemimpin komisariat pertama dari fakultas teknik yang terpilih pada RTK, kebetulan pula tepat dengan harlah rayon Teknik dan FIK yaitu pada tanggal 21 maret 2015. Pada awal periode menyuguhkan gebrakan baru dengan didirikannya Badan Semi Otonom Komisariat yaitu Korp PMII Puteri (KOPRI) “Umar Tamim” yang diketuai oleh sahabat Rizki Amalia. Komisariat yang memiliki 6 Rayon Yaitu Rayon FAI, FBS, Teknik, FIK, FIA dan MIPA menjadikan tumbuhnya gagasan sinergitas kuantitas kader putera-puteri beserta potensi diri anggota maupun kader yang MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 76



berkualitas dan productif. Implementasi Upgrade Level Kaderisasi (ULK) melalui Buku SAKTI (Syarat Kecakapan dan Bukti) yang dikemas dengan konsep joyfull learning adalah sebuah product karya sebagai realisasi mendidik kader menemukan jati dirinya. P. Masa Khidmat 2016-2017 Pada Masa Khidmat ini dipimpin oleh Sahabat M. Adam Abdillah, merupakan ketua komisariat dari Rayon Fakultas Agama Islam yang ke-9 yang terpilih dalam RTK. Pada masa awal kepemimpinan ini, komisariat berubah system perjalanan PKD pada awal masa khidmat guna agar para kader muda Umar Tamim dapat dikawal dan dibimbing untuk mejadi kader yang baik sesuai yang diharapkan. Dalam tahun kepemimpinan mas khidmat ini komisariat juga melahirkan kelompok paduan suara Umar Tamim guna memumculkan bakat dan memberikan wadah bagi para anggota dan kader Umar Tamim dalam berkarya. Di tahnini mundul forum GATEL (Gerakan Intelektual) merupakan forum diskusi yang lahir dari keinginan sahabat-sahabat Umar Tamim untuk menambah kapasitas intelektual. Q. Masa Khidmat 2017-2018 Terpilihnya Sahabat M Antansari L.N sebagai Ketua Komisariat merupakan awal sejarah dalam periode ini. Sebuah periode yang didalamnya terdapat hal-hal yang sangat besar nilainya maupun perubahan yang dialami komisariat. Pada periode ini dinilai dapat mensinergikan antara komisariat dengan rayon maupun komisariat dengan cabang dalam hal program maupun kaderisasi. Upaya yang ditekankan adalah pembentukan budaya intelektual yang masif, seperti grup kajian “gatel” tiap malam jumát dan malam selasa, pembiasaan membaca buku pada anggota dan kader dengan memberikan peminjaman buku, maupun berbagai karya penulisan yang dipublikasikan pada website www.pmiiut.or.id. Selain itu penguatan mental dan pengalaman dengan mendorong anggota dan kader supaya dapat berkomunikasi dengan PMII luar komisariat Umar Tamim maupun luar kota dengan cara mendelegasikan anggota untuk mengikuti PKD diluar dan mendistribusikan anggota dan kader dalam grup-grup PMII Nasional. Tercatat kurang lebih 70 kader telah mengikuti PKD pada kepengurusan ini serta puluhan Grup WA PMII Nasional MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 77



maupaun regional dapat dimasuki oleh anggota dan kader.Inovasi kajian pernah dilaksanakan secara online melalui Whatsaap dengan berbagai bidang keilmuan, upaya ini didapat diterima dengan baik namun kurangnya sumber daya pemateri mejadi kendala pada program ini.Pada masa ini pula simbol-simbol dan alat kelengkapan organisasi yang dapat menguatkan eksistensi organisasi dan semangat kader PMII diciptakan. Seperti halnya pembuatan bendera PMII yang berukuran sangat besar, modul mapaba dan PKD yang rapi dan bagus,serta Draf RTK dan LPJ kepengurusan dibuat seperti buku. Serta periode ini pula Ketua UmumPB PMII berasal dari alumni PMII UT yakni sahabat M Agus Herlambang R. Masa Khidmat 2018-2019 Pada tanggal 24 maret 2018 terpilihlah Ketua Komisariat Umar Tamim pertama dari Rayon Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) bernama Nur Haqiqotul Janah yang biasa disapa dengan sahabati kiki.Pada kepengurusan ini tidak banyak kegiatan dari komisariat karena lebih menekankan pada pendampingan kaderisasi ke rayonrayon. Salah satu program yang menjadi unggulan pada periode ini adalah lahirnya "Sekolah Umar Tamim" yang di dalamnya terdapat beberapa kelas, diantaranya: Kelas jurnalistik, Filsafat, Multimedia, Musik, Pergerakan, dan Olahraga. Dengan adanya sekolah Umar Tamim tersebut diharapkan mampu mewadahi bakat minat anggota maupun kader PMII sesuai dengan passion yang mereka miliki. Di bidang eksternal, komunikasi berjalan baik dengan organisasi eksternal lainnya. Sehubungan adanya margering fakultas yang ditetapkan oleh kampus Unipdu pada 13 Mei 2018, menjadikan Fakultas Bahasa dan Sastra (S1-Pendidikan Bahasa Inggris, S1-Sastra Inggris, dan D3-Bahasa Jepang), Fakultas Ilmu Administrasi (S1-Administrasi Bisnis), Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam (S1Pendidikan Matematika), dan Fakultas Teknik (S1-Sistem Informasi), digabungkan menjadi 3 fakultas baru yaitu Fakultas Saintek (S1-Sistem Informasi dan S1-Pendidikan Matematika), Fakultas Bisnis dan Bahasa (S1-Administrasi Bisnis, S1-Sastra Inggris, dan D3-Bahasa Jepang), Fakultas Keguruan dan Ilmu



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 78



Pendidikan (S1-Pendidikan Matematika, dan S1-Bahasa Jepang). Sehingga mempengaruhi kepada rayon di komisariat umar tamim yang harus menyesuaikan jumlah fakultas di universitas yang akhirnya juga turut dirampingkan (marger) sesuai dengan Peraturan Muspimnas. Sehingga tepat pada tanggal 28 Desember 2018,Rayon SAINTEK dan FKIP ditetapkan definitif dan untuk Rayon FBB tanggal 29 Desember 2018. S.



Masa Khidmat 2019-2020 Pada hari jum'at 3 april 2019 telah terpilih ketua komisariat umar tamim yang baru bernama Deden Ahmad Badrus Zaman dari rayon teknik (sebelum marger). Kepengurusan ini berusaha menghidupkan kembali budaya diskusi yang dilakukan rutin melalui program komisariat ataupun di warung kopi. Meneruskan dan mengembangkan progam kerja yang baik juga dilakukan salah satunya "Kelas UT" walapun sempat terhenti karena proses perbaikan kurikulum. Tanggal 14 maret 2020 komisariat umar tamim diberi amanah diselenggarakannya debat kandidat calon ketua umum dan kopri PB PMII sehingga nama komisariat umar tamim bisa lebih dikenal oleh kader seindonesia dan jaringan yang dimiliki lebih luas. Sebuah wabah bernama covid-19 atau lebih dikenal corona yang menyerang seluruh negara termasuk indonesia sehingga memiliki dampak juga bagi kepengurusan ini imbasnya kepenguruaan molor sampai 5 bulan.



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 79



LAGU-LAGU PERGERAKAN Mars PMII



Hymne PMII



Inilah kami wahai Indonesia Satu barisan dan satu cita Pembela bangsa, penegak agama Tangan terkepal dan maju kemuka



Bersemilah, Bersemilah Tunas PMII Tumbuh subur, tumbuh Subur Kader PMII



Habislah sudah masa yang suram Selesai sudah derita yang lama Bangsa yang jaya Islam yang benar Bangun tersentak dari bumiku subur



Masa depan Kita rebut Untuk meneruskan perjuangan Bersemilah, bersemilah kaulah harapan bangsa *(back on top)



*Reff : Denganmu PMII Pergerakanku Ilmu dan bakti, ku berikan Adil dan makmur kuperjuangkan Untukmu satu tanah airku Untukmu satu keyakinanku Inilah kami wahai Indonesia Satu angkatan dan satu jiwa Putera bangsa bebas meerdeka Tangan terkepal dan maju kemuka



PMII Berjuang Berjuanglah PMII Berjuang Marilah kita bina Persatuan 2X Hancur leburkanlah angkara murka, perkokohlah barisan kita…siap… Reff. Sinar api Islam kini menyala Tekat bulat kita membara 2X Berjuanglah PMII Berjuang Menegakkan kalimat Tuhan



*Kembali ke Reff *(back on top)



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 80



Darah juang



Sumpah Mahasiswa



Disini negeri kami Tempat padi terhampat Samudranya kaya raya Tanah kami subur Tuhan Di negeri permai ini Berjuta rakyat bersimbah luka Anak kurus tak sekolah Pemuda desa tak kerja Mereka dirampas haknya Tergusur dan lapar Bunda relakan darah juang kami Untuk membebaskan rakyat



Kami mahasiswa Indonesia bersumpah, bertanah air satu, tanah air tanpa penindasan Kami mahasiswa Indonesia bersumpah, berbangsa satu, bangsa yang gandrung akan keadilan Kami mahasiswa Indonesia bersumpah, berbahasa satu, Bahasa tanpa kebohongan



Mereka dirampas haknya Tergusur dan lapar Bunda relakan darah juang kami Padamu kami berjanji Padamu kami berbakti



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 81



SUSUNAN PENGURUS KOMISARIAT PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG MASA KHIDMAT 2020/2021 Majelis Pembina Komisariat (Mabinkom): Ketua : KH. M. Syarif Hidayatulloh, M.MT Sekretaris : Dr. KH. Ali Muhsin, M.Pd. I Bidang-Bidang Pembinaan Bidang Pendidikan : Dhikrul Hakim, M.Pd.I Nur Ulwiyah, M.Pd.I M. Adam Abdillah, S.Pd Bidang Keagamaan



: Mujianto Solichin, M.Pd.I Bakri Ilyas, M.P d Didik Hermanto, M.Pd.I



Bidang Keputrian



:Dra. Hj. Ainul Mardiyah, M.Pd.I Dra. Hj. Niswah Qonita As’ad Chusnul Khotimah, S.S, M.Li



Bidang Kaderisasi



: Ahmad Sifa’, S.Pd.I Ircham Ali, S.Kom As’ad Faisal, S.Kep, Ns



Bidang Sosial dan Ekonomi: Nur Chabib, S.Sos Ernawati Badar, S.Pd.I Andriana Agustina A. S, Amd. Keb Ketua : M. Riza Fanani Wakil Ketua I. Internal : Lalu Afrian Brante N. II. Eksternal : Sufyan Assauri III. Keagamaan : M. Habib Badawi Sekretaris Wakil Sekretaris I. Internal II. Eksternal III. Keagamaan



: Umi Alfi Nikmah



Bendahara Wakil Bendahara



: Sella Miftaherlis Syahputri : Emma Fasikhatur Rahmadania



: Siti Rika W : Novita Lutfi Ivada : Luluk Nadila



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 82



a. Bidang Internal 1) Biro Kaderisasi dan Pengembangan SDM Koordinator : M. Baharudin Yusuf Anggota : M. Arief Fahmi Sirotul Mila Ardi Fikriansyah Faridah Nur Jannah Lewa Uswatun Hasanah Dyah Alifia Rahayu 2) Biro Penelitian dan Pengembangan Organisasi (Litbang) Koordinator : M. Dawam Yusuf Anggota : Khoerul Umam Annisa Nurfania Fisabililla Ade Putri Fatma A 3) Biro Kajian, Pers, dan Jurnalistik Koordinator : M. Hisyam Rafiqi Anggota : Titin Syahadatina Dede Riayatul Nurus Suciatul Afifah Rinto Febrian 4) Biro Pendidikan Koordinator : Diana Lestari Anggota : M. Iqbal FitriHidayati NurHidayat LailahAhimmaturRosidah EfrianaNurul A b. BidangEksternal 1) Biro HubunganantarLembaga Alumni Koordinator : YusrilFerdiansyah Anggota : Ach. Suwandi FerniAuwalia 2) BiroEkonomiMandiriKomisariat Koordinator : AdellaDewiNur’aini Anggota : AprilianaSasnila SitiHajrahHasan NurLaili 3) BidangKeagamaan 1) Biro Muamalah-Ubudiyah&Dakwah Islam Koordinator : Hanif Budi Anjasmara Anggota : RizqonZaidulkhoir Moh. SahlanDzikiKamaludin M. Anis Anwari AnnisaKhabibatusSolikhah MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 83



STRUKTUR PENGURUS BADAN SEMI OTONOM Korps PMII Putri (KOPRI) KOMISARIAT “Umar Tamim” UNIPDU JOMBANG MASA KHIDMAT 2020/2021 Ketua Sekretaris Bendahara BIDANG-BIDANG Bidang Internal



BidangEksternal



: NurulMalikhatunNisa’ : AliaturRofiah : SiskaWulandari



: IffatulMaaulah VilasufahZayn FebriyantiDwi Lestari : Holilah Indah SilviMaulidiyah



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 84



GORESAN TINTA



…………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………



MODUL MAPABA “UMAR TAMIM” UNIPDU JOMBANG- 85