Modul Mentoring [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BUKU PANDUAN ASISTENSI AGAMA ISLAM INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM PURWOKERTO



PENYUSUN: TIM DOSEN PAI IT TELKOM PURWOKERTO 2019



Kata Pengantar



Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur marilah senantiasa kita haturkan kepada Allah swt yang telah memberikan nikmat kepada kita, khususnya nikmat Iman dan Islam. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad saw., penutup para nabi dan rasul yang merupakan uswatun hasanah (suri tauladan) bagi umatnya agar selamat dunia hingga akhirat. Buku “Modul Asistensi Agama Islam” Institut Teknologi Telkom Purwokerto ini merupakan modul sebagai acuan dalam pelaksanaan Asistensi Agama Islam di lingkungan Institut Teknologi Telkom Purwokerto. Tujuan penulisan buku yang sederhana ini untuk membekali mahasiswa dengan ilmu agama yang mencakup Akidah, Ibadah, dan Tajwid. Semoga karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Penulis menyadari bahwa penulisan modul ini masih banyak kekurangan yang terdapat dalam buku ini, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan buku ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu tersesunnya buku ini. Demikian pengantar singkat dari penulis, semoga bermanfaat bagi para pembaca, amiin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.



Penyusun



Tim Dosen PAI



Daftar Isi



Cover Kata Pengantar Daftar Isi BAB I AQIDAH A. Pengertian Ilmu Tauhid ............................................................................ 1 B. Makna Laailaahaillallaah ............................................................................. 2 C. Sifat-Sifat Allah .......................................................................................... 3 D. Asma-Asma Allah ..................................................................................... 9 E. Sifat-Sifat Wajib, Jaiz, dan Mustahil bagi Rasul .................................... 14 G. Rukun Iman ............................................................................................... 17 BAB II IBADAH A. Thaharah ..................................................................................................... 18 B. Shalat ............................................................................................................ 30 BAB III TAJWID A. Ilmu Tajwid dan Fungsinya ..................................................................... 34 B. Macam-Macam Hukum Bacaan ............................................................... 34 BAB IV AKHLAK A. Adab Mencari Ilmu ................................................................................... 45 Daftar Pustaka



DAFTAR PUSTAKA



Al-Quran dan Terjemahannya, Surakarta: CV. Al-Hanan, 2009. Imam Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah. Musmuallim, dkk., Tutorial PAI, 2019. Salim bin Sumair al Hadrami, ‫متن سفينة النجافي اصول الدين والفقه‬, Semarang: Usaha Keluarga, tt. Syed Muhammad Naquib al-Attas, The Concept Of Education In Islam, keynote address at the “First World Conference on Muslim Education” held in Makkatul Mu’azamah in March 1977. http://mef-ca.org/files/attas-text-final.pdf Syeikh Az-Zarnuji, Terjemah Ta’lim Muta’allim (Terj. Abdul Kadir Aljufri), Surabaya: Mutiara Ilmu, 2009. Tim Penulis Lirboyo Press, Kajian dan Analisis Ta’alim Muta’allim, Kediri: Santri Salaf Press, 2015.



BAB I AQIDAH A. Pengertian Ilmu Tauhid Merujuk kepada Syeikh Ibrahim Ibn Muhammad Al-Baijuri dalam kitab Tuhfatul Murid ‘Ala Jawharatit Tauhid mendefinisikan sebagai berikut:



َ‫ن أدِلَّتِها ْالي ِق ْينِيَّ ِة‬ َْ ‫الد ْينِيَّ َِة ُم ْكتسب ِم‬ َِ ‫ن ِإثْبا‬ َْ ‫هُوَ ِع ْلمَ يقتدر ب َِه ع‬ ِ ‫ب ْالعقائِ َِد‬ “Ilmu Tauhid adalah ilmu yang dengannya mampu menetapkan aqidah-aqidah keagamaan yang diperoleh dari dalil-dalil meyakinkan” (AlBaijuri, Tuhtaful Murid, hlm. 38) Ilmu ini disebut dengan Ilmu Tauhid karena didalamnya membahas tentang keesaan Allah dan pembuktiannya. Kadangkala ilmu tauhid juga disebut ilmu Ushuluddin, karena di dalamnya dijelaskan pokok-pokok keyakinan dalam agama Islam. Ilmu ini juga dinamakan



Ilmu



Kalam,



karena



di



dalam



menjelaskan



dan



membuktikan keesaan Tuhan itu memerlukan pembicaraan yang benar.1 Mempelajari Ilmu Tauhid sangat penting bagi setiap Muslim. Hal ini karena ilmu ini menyangkut aqidah yang berkaitan dengan Islam. Sedangkan aqidah merupakan pondasi bagi keberagamaan



Muhyiddin Abdusshomad, Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah, Terjemah dan Syarh Aqidatul ‘Awam, Surabaya: Khalista, 2009, hlm. 5. 1



Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



1



seseorang dan benteng yang kokoh untuk memelihara aqidah Muslim dari setiap ancaman keraguan dan kesesatan.2 Prinsip-prinsip aqidah dalam Islam dan masalah-masalah keimanan merupakan ajaran yang dibawa oleh para rasul sejak dahulu. Hal tersebut harus diyakini oleh setiap orang yang beriman, sebagaimana diterangkan dalam firman Allah SWT QS. Al-Anbiya 25 :



َ‫ُون‬ َ َّ ‫وحي ِإل ْي َِه أ َّن َهُ ّلَ ِإ َٰلهَ ِإ‬ َ َّ ‫سولَ ِإ‬ َْ ‫ن ق ْب ِلكَ ِم‬ َْ ‫وما أ ْرس ْلنا ِم‬ ِ ُ‫ّل ن‬ ُ ‫نر‬ ِ ‫ّل أنا فا ْعبُد‬ Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwa tidak ada Tuhan (yang sebenarnya) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku (QS. Al-Anbiya 25) Semua amal shaleh yang dilakukan seseorang dengan penuh keikhlasan hanya akan diterima oleh Allah swt apabila didasari dengan aqidah Islam yang benar.



B. Makna Lailaha illallah Makna Kalimat Tauhid “Laa ilaaha illalloh” yaitu tidak ada Tuhan yang wajib disembah secara haq didalam wujudnya kecuali Allah swt. 3



2 3



Muhyiddin Abdusshomad, Aqidah... Syekh Salim bin Samir al-Hadrami, Safinatun Najah, Semarang: PT. Usaha Keluarga. Tt.



Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



2



C. Sifat-Sifat Allah Sifat Wajib Sifat wajib yaitu sifat yang pasti ada atau dimiliki Allah swt. Sifat wajib bagi Allah ada 20 yaitu:4 1. Wujud (Ada) Allah swt. adalah Tuhan yang wajib kita sembah itu pasti ada. Allah swt ada tanpa ada perantara sesuatu dan tanpa ada yang mewujudkan. Adanya alam semesta beserta isinya merupakan tanda bahwa Allah swt itu ada. Dialah yang menciptkan jagad raya yang menakjubkan ini. Kebalikan dari sifat wujud adalah ‘adam, yang berarti Allah swt Mustahil tidak ada. 5 2. Qidam (terdahulu) Sebagai Dzat yang menciptakan seluruh alam, Allah swt pasti lebih dahulu sebelum makhluk. Dahulu bagi Allah swt adalah ada tanpa awal. Tidak berasal dari tidak ada kemudian menjadi ada. Kebalikan dari sifat ini yaitu huduts. Yakni Mustahil Allah swt itu baru dan memiliki permulaan.6 3. Baqa’ (Kekal) Baqa’ artinya bahwa Allah swt senantiasa ada, tidak akan mengalami kebinasaan atau rusak. Allah swt. adalah Dzat yang Maha Mengatur alam semesta. Dia selalu ada selama-lamanya dan tidak akan binasa serta senantiasa mengatur ciptaan-Nya itu. Hanya



kepada-Nya



4



Muhyiddin Abdusshomad, Aqidah...



5



Muhyiddin Abdusshomad, Aqidah...



6



Muhyiddin Abdusshomad, Aqidah...



seluruh kehidupan ini akan kembali.



Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



3



Kebalikannya yaitu sifat Fana’ yang artinya mustahil Allah swt tidak kekal.7 4. Mukhalafatu lil-hawaditsi ( Berbeda dengan makhluk) Allah swt pasti berbeda dengan segala yang baru (makhluk). Perbedaan Allah swt dengan makkhluk itu mencakup segala hal, baik dalam hal sifat, dzat dan perbuatannya. Adapun yang terlintas di dalam benak seseorang, maka Allah swt tidak seperti yang dipikirkan itu. Kebalikannya adalah mumatsalatuhu lilhawaditsi, yang artinya mustahil Allah swt sama dengan makhluk-Nya.8 5. Qiyamuhu binafsihi (Berdiri sendiri) Allah tidak butuh terhadap sesuatu apapun. Allah berbeda dengan makhluk yang masih membutuhkan sesatu yang lain di luar dirinya. Allah tidak membutuhkan tempat dan dzat yang menciptakan. Allah swt Maha Kuasa untuk mewujudkan sesuatu tanpa membutuhkan bantuan makhluk-Nya. Allah swt Maha Kuasa untuk mewujudkan sesuatu tanpa membutuhkan bantuan makhluk-Nya.9 Allah tidak membutuhkan apapun dari makhluk-Nya. Bahkan terhadap ibadah yang dilakukan seorang manusia, Allah swt tidak membutuhkannya. Ketika Allah mensyariatkan shalat, puasa, zakat, haji, sedekah, dan lain sebagainya, maka itu bukan karena Allah swt membutuhkannya, tetapi karena di dalamnya ada manfaat



besar



7



Muhyiddin Abdusshomad, Aqidah...



8



Muhyiddin Abdusshomad, Aqidah...



9



Muhyiddin Abdusshomad, Aqidah...



yang



akan



Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



dirasakan



oleh



orang



yang



4



melaksanakannya. Jadi ibadah itu bukan untuk kepentingan Allah swt, tetapi pada hakikatnya untuk kebutuhan manusia sebagai hamba Allah swt.10 Lawan dari sifat ini yaitu ihtiyajuhu li ghairihi yang artinya butuh kepada makhluk. 6. Wahdaniyat (Esa) Allah swt Esa/ Tunggal, tidak ada tuhan selain Dia. Allah swt Esa dalam Dzat, Sifat dan perbuatan-Nya. Esa dalam Dzat artinya bahwa Dzat Allah swt Esa, tidak tersusun dari beberapa unsur atau anggota badan dan tidak ada satupun dzat yang menyamai Dzat Allah swt. Esa dalam sifat artinya bahwa hanya Allah swt tidak terdiri dari dua sifat yang sama dan tidak ada sesuatupun yang menyamai sifat Allah swt. Esa dalam



perbuatan artinya bahwa hanya Allah yang



memiliki perbuatan dan tidak satupun yang dapat menyamai perbuatan Allah swt. Kebalikan dari sifat Wahdaniyat yaitu Ta’addud yang artinya berbilangan, karena mustahil bahwa Allah lebih dari satu.11 7. Qudrat (Kuasa) Allah swt Maha Kuasa dengan kekuasaan yang tidak terbatas. Kekuasaan Allah swt meliputi segala sesuatu. Kuasa untuk mewujudkan dan meniadakan segala sesuatu yang dikehendakiNya.



Jika Allah tidak berkuasa maka tentu Ia tidak mampu



10



Muhyiddin Abdusshomad, Aqidah...



11



Muhyiddin Abdusshomad, Aqidah...



Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



5



menciptakan alam raya yang sangat menakjupkan ini. Karena itu, mustahil bagi Allah swt memiliki sifat al-‘Ajzu



yang berarti



lemah.12 8. Iradah (Berkehendak) Allah swt Maha Berkehendak, dan tidak seorangpun yang mampu menahan kehendak Allah swt. Segala yang terjadi di dunia berjalan sesuai dengan kehendak Allah swt. Lawan dari sifat ini yaitu al-Karahah yang mempunyai makna “terpakasa”, yakni mustahil Allah swt berbuat sesuatu karena terpaksa atau tidak dengan kehendak-Nya sendiri.13 9. ‘Ilmu (Mengetahui) Allah swt pasti Maha Mengetahui segala sesuatu, karena Dia-lah yang menciptakan segala sesuatu. Allah swt mengetahui dengan jelas akan semua perkara yang tampak ataupun yang samar. Kebalikan dari sifat ini yaitu al-Jahlu, yang berarti bodoh. Mustahil Allah swt memiliki sifat Bodoh atau tidak mengetahui pada apa yang diciptakan.14 10. Hayat (Hidup) Allah swt Maha Hidup, dan hidup Allah swt adalah kehidupan abadi, tidak pernah dan tidak akan mati. Kebalikan dari sifat ini yaitu al-Mautu, yang berarti mati, yakni mustahil Allah swt mati.15



12



Muhyiddin Abdusshomad, Aqidah...



13



Muhyiddin Abdusshomad, Aqidah...



14



Muhyiddin Abdusshomad, Aqidah...



15



Muhyiddin Abdusshomad, Aqidah...



Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



6



11. Sama’ (Mendengar) Allah swt memiliki sifat Sama’ yang artinya Maha Mendengar.



Pendengaran



Allah



swt



tidak



sama



dengan



pendengaran manusia yang terbatas oleh ruang dan waktu. Allah swt mendengar jelas apa yang diucapkan hamba-Nya. Allah swt Maha Mendengar segala sesuatu baik yang berifat lahir maupun bathin. Kebalikan dari sifat ini yaitu al-shamamu yang berarti tuli, yakni mustahil bahwa Allah swt tuli.16 12. Bashor (Melihat) Allah swt Maha Melihat segala sesuatu, baik yang tampak ataupun yang samar. Bahkan andaikata ada semut hitam yang berjalan di tengah malam yang gelap gulita, Allah swt dapat melihatnya dengan jelas. Kebalikan dari sifat ini yaitu al-‘ama yang berarti buta, yakni mustahil Allah swt itu buta. 17



13. Kalam (Berfirman) Allah swt Maha Berfirman, namun firman Allah swt tidak sama dengan perkataan manusia yang terdiri dari suara dan susunan kata-kata. Kebalikan dari sifat ini yaitu al-bakamu yang berarti bisu, yakni mustahil Allah swt itu bisu. 18 14. Qadiiran (Allah Maha Berkuasa) 15. Muridan (Allah Maha Berkehendak)



16



Muhyiddin Abdusshomad, Aqidah...



17



Muhyiddin Abdusshomad, Aqidah...



18



Muhyiddin Abdusshomad, Aqidah...



Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



7



16. ‘Aliiman ( Allah Maha Mengetahui) 17. Hayyan (Allah Maha Hidup) 18. Sami’an (Allah Maha Mendengar) 19. Bashiran (Allah Maha Melihat) 20. Mutakalliman (Allah Maha Berfirman)



Untuk memudahkan menghafal sifat-sifat wajib bagi allah, maka dapat menggunakan metode lagu/ syair:



"Allah wujud qidam baqo’, mukholafatul lil hawaditsi Qiyamuhu binafsihi, wahdaniyat, qudrar iradat, Ilmu, hayat, sama’ bashor, kalam, qadiran muuridan ‘aliman, hayyan, sami’an, bashiron muttakaliman" Jika diperinci, maka dua puluh sifat wajib bagi Allah swt terbagi menjadi empat bagian:19 Sifat Nafsiyyah, yaitu sifat untuk menegaskan adanya Allah swt, dimana Allah swt menjadi tidak ada tanpa adanya sifat tersebut. Yang tergolong sifat ini hanya satu, yakni sifat wujud. Sifat Salbiyyah, yaitu sifat yang digunakan untuk meniadakan sesuatu yang tidak layak bagi Allah swt. sifat Salbiyyah ini ada 5 sifat, yaitu Qidam, Baqa’, Mukhalafatuhu lil Hawaditsi, Qiyamuhu Binafsihi, dan Wahdaniyyah.



19



Muhyiddin Abdusshomad, Aqidah...



Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



8



Sifat Ma’ani adalah sifat yang pasti ada pada Dzat Allah swt. Sifat ini terdiri dari 7 Sifat yaitu Qudrat, Iradat, ‘Ilmu, Hayat, Sama’, Bashar, dan Kalam. Sifat Ma’nawiyyah, adalah sifat yang Mulazimah (menjadi akibat) dari sifat Ma’ani, yakni Qadiran, Muridan, ‘Aliman, Hayyan, Sami’an, Bashiran, dan Mutakalliman. D. Asma-Asma Allah Asmaul Husna merupakan nama-nama Allah yang baik. Kita dianjurkan untuk berdoa dengan menyebut asmaul husna agar doa kita menjadi terkabul.



ِ َّ ِ ‫ِإ َّن‬ ‫صاهَا َد َخ َل ْال َجنَّ َة‬ َ ً‫ّلِل ِت ْسعَةً َوتِ ْسعِينَ ا ْس ًما ِمائَة‬ ِ ‫غي َْر َو‬ َ ْ‫اح ٍد َم ْن أَح‬ “Sesungguhnya Allah memiliki 99 Nama, yaitu 100 kurang satu, barang siapa memelihara-Nya (membaca setiap hari) maka ia pasti masuk surge” (HR. At Tirmidzi Shohifah 411 Juz 11 Hadits ke 3428 Maktabah Syaamilah)



ِ َّ ِ ‫َو‬ )180 ‫(األعراف‬.‫عوهُ بِ َها‬ ُ ‫ّلِل األ ْس َما ُء ا ْل ُح ْسنَى فَا ْد‬ “Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaaul husna itu.” (QS. Al A'raf: 180)



Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



9



Nama Allah



Arab ‫هللا‬



Indonesia Allah



1



Ar Rahman



‫الرحمن‬



Maha Pemurah



2



Ar Rahiim



‫الرحيم‬



Maha Penyayang



3



Al Malik



4



Al Quddus



‫القدوس‬



5



As Salaam



‫السالم‬



6



Al Mu'min



‫المؤمن‬



Maha Memberi Keamanan



7



Al Muhaimin



‫ن‬ َ ‫المهيم‬



Maha Pemelihara



8



Al 'Aziiz



‫العزيز‬



Maha Mulia



9



Al Jabbar



‫الجبار‬



Maha Perkasa



10 Al Mutakabbir



‫المتكبر‬



Maha Megah



11 Al Khaliq



‫الخالق‬



Maha Pencipta



12 Al Baari'



‫البارئ‬



Maha Membebaskan



‫الملك‬



Maha Merajai Maha Suci Maha Memberi Keselamatan



‫المصور‬



Maha Membentuk



14 Al Ghaffaar



‫الغفار‬



Maha Pengampun



15 Al Qahhaar



‫القهار‬



Maha Memaksa



16 Al Wahhaab



‫الوهاب‬



Maha Pemberi



17 Ar Razzaaq



‫الرزاق‬



Maha Pemberi Rejeki



13 Al Mushawwir



18 Al Fattaah



‫الفتاح‬



Maha Membukakan



19 Al 'Aliim



‫العليم‬



Maha Mengetahui (Memiliki Ilmu)



20 Al Qaabidh



‫القابض‬



21 Al Baasith



‫الباسط‬



Maha Melapangkan



‫الخافض‬



Maha Menjatuhkan



22 Al Khaafidh



Maha Mencabut



Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



10



23 Ar Raafi'



‫الرافع‬



Maha Mengangkat



24 Al Mu'izz



‫المعز‬



Maha Pemberi Kemuliaan



25 Al Mudzil



‫المذل‬



Maha Pemberi Kehinaan



26 Al Samii'



‫السميع‬



Maha Mendengar



27 Al Bashiir



‫البصير‬



Maha Melihat



28 Al Hakam



‫الحكم‬



Maha Menetapkan Hukum



29 Al 'Adl



‫العدل‬



Maha Adil



30 Al Lathiif



‫اللطيف‬



31 Al Khabiir



‫الخبير‬



Maha Waspada



32 Al Haliim



‫الحليم‬



Maha Penyantun



33 Al 'Azhiim



‫العظيم‬



Maha Agung



34 Al Ghafuur



‫الغفور‬



Maha Pengampun



35 As Syakuur



‫الشكور‬



Maha Lembut



Maha Pembalas



36 Al 'Aliy



‫العلى‬



Maha Tinggi



37 Al Kabiir



‫الكبير‬



Maha Besar



38 Al Hafizh



‫الحفيظ‬



Maha Menjaga



39 Al Muqiit



‫المقيت‬



Maha Pemberi Kekuatan



40 Al Hasiib



‫الحسيب‬



Maha Membuat Perhitungan



41 Al Jaliil



‫الجليل‬



Maha Luhur



42 Al Kariim



‫الكريم‬



Maha Mulia



43 Ar Raqiib



‫الرقيب‬



Maha Mengawasi



44 Al Mujiib



‫المجيب‬



Maha Mengabulkan



45 Al Waasi'



‫الواسع‬



Maha Luas



46 Al Hakiim



‫الحكيم‬



Maha Bijaksana



Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



11



47 Al Waduud



‫الودود‬



Maha Pencinta



48 Al Majiid



‫المجيد‬



Maha Mulia



49 Al Baa'its



‫الباعث‬



Maha Membangkitkan



50 As Syahiid



‫الشهيد‬



Maha Menyaksikan



51 Al Haqq 52 Al Wakiil



‫الحق‬ ‫الوكيل‬



Maha Benar Maha Memelihara



53 Al Qawiyyu



‫القوى‬



Maha Kuat



54 Al Matiin



‫ن‬ َ ‫المتي‬



Maha Kokoh



55 Al Waliyy



‫الولى‬



Maha Melindungi



56 Al Hamiid



‫الحميد‬



57 Al Mushii



‫المحصى‬



58 Al Mubdi'



‫المبدئ‬



59 Al Mu'iid



‫المعيد‬



Maha Mengembalikan



60 Al Muhyii



‫المحيى‬



Maha Menghidupkan



61 Al Mumiitu



‫المميت‬



Maha Mematikan



Maha Terpuji Maha Menghitung Maha Memulai



62 Al Hayyu



‫الحي‬



Maha Hidup



63 Al Qayyuum



‫القيوم‬



Maha Tegak



64 Al Waajid



‫الواجد‬



Maha Mengadakan



65 Al Maajid



‫الماجد‬



Maha Mulia



66 Al Wahiid



‫الواحد‬



Maha Esa



67 Al 'Ahad



‫اّلحد‬



68 As Shamad



‫الصمد‬



69 Al Qaadir



‫القادر‬



70 Al Muqtadir



‫المقتدر‬



Maha Tunggal Maha Dibutuhkan Maha Kuasa Maha Menentukan



Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



12



71 Al Muqaddim



‫المقدم‬



72 Al Mu'akkhir



‫المؤخر‬



Maha Mendahulukan Maha Mengakhirkan



73 Al Awwal



‫األول‬



Maha Awal



74 Al Aakhir



‫األخر‬



Maha Akhir



75 Az Zhaahir



‫الظاهر‬



Maha Nyata



76 Al Baathin



‫الباطن‬



Maha Tersembunyi



77 Al Waali



‫الوالي‬



Maha Memerintah



78 Al Muta'aalii 79 Al Barri



‫المتعالي‬ ‫البر‬



Maha Tinggi Maha Penderma



80 At Tawwaab



‫التواب‬



Maha Penerima Tobat



81 Al Muntaqim



‫المنتقم‬



Maha Penuntut Balas



82 Al Afuww



‫العفو‬



83 Ar Ra`uuf



‫الرؤوف‬



84 Malikul Mulk



‫مالك‬ ‫الملك‬



Maha Pemaaf Maha Pengasih Maha Memiliki Kerajaan



Dzul Jalaali Wal Ikraam



‫ذو‬ ‫الجالل و‬ ‫اإلكرام‬



86 Al Muqsith



‫المقسط‬



Maha Mengadili



87 Al Jamii'



‫الجامع‬



Maha Mengumpulkan



85



88 Al Ghaniyy



‫الغنى‬



89 Al Mughnii



‫المغنى‬



Maha Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan



Maha Kaya Maha Pemberi Kekayaan



90 Al Maani’



‫المانع‬



91 Ad Dhaar



‫الضار‬



Maha Pemberi Bahaya



92 An Nafii'



‫النافع‬



Maha Pemberi Manfaat



Maha Mencegah



Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



13



93 An Nuur



‫النور‬



94 Al Haadii



‫الهادئ‬



95 Al Baadii



‫البديع‬



Maha Pencipta Keindahan



96 Al Baaqii



‫الباقي‬



Maha Kekal



Maha Bercahaya Maha Pemberi Petunjuk



97 Al Waarits



‫الوارث‬



Maha Pewaris



98 Ar Rasyiid



‫الرشيد‬



Maha Pandai



99 As Shabuur



‫الصبور‬



Maha Sabar



E. Sifat Wajib, Jaiz dan Mustahil bagi Rasul Allah swt mengutus para nabi dan rasul untuk menyampaikan serta menyebarkan ajaran Islam ke muka bumi. Nabi adalah seorang manusia yang menerima wahyu dari Allah swt, namun tidak ada perintah untuk menyampaikan kepada kaumnya. Sedangkan rasul, selain menerima wahyu ia juga diperintahkan untuk menyampaikan kepada kaumnya. Maka dapat dikatakan bahwa setiap rasul pasti nabi, tetapi tidak semua nabi adalah rasul. 20 Sebagai utusan Allah swt, mereka merupakan manusia pilihan yang dibekali Allah swt dengan keistimewaan-keistimewaan yang tidak dimiliki makhluk Allah yang lain. Begitu pula mereka diberikan sifat-sifat kesempurnaan sebagai penguat atas risalah yang dibawa. Khusus bagi rasul, sebagai kesempurnaan dari risalah yang disampaikan, Allah swt menganugerahkan empat sifat wajib yang pasti dimiliki oleh seorang rasul Allah swt. Sifat wajib merupakan sifat 20



Muhyiddin Abdusshomad, Aqidah...



Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



14



yang pasti dimiliki oleh rasul Allah swt. Sedangkan sifat mustahil bagi rasul merupakan sifat yang mustahil (tidak mungkin) dimiliki oleh seorang rasul. Sifat mustahil dapat dikatakan juga sebagai kebalikan dari sifat wajib. 1. Shidiq (Jujur) Setiap rasul pasti jujur dalam ucapan dan perbuatannya. Setiap rasul pasti jujur dalam pengakuan atas kerasulannya. Dan apa yang disampaikan pasti benar adanya, karena bersumber dari Allah swt. Sifat mustahil dari Shidiq yaitu Kidzib (dusta). 2. Tabligh (Menyampaikan) Setiap rasul pasti menyampaikan apa yang diterima dari Allah swt. Jika allah swt memerintahkan rasul untuk menyampaikan wahyu, seorang rasul pasti menyampaikan wahyu tersebut kepada kaumnya.



Sifat



mustahil



dari



Tabligh



yaitu



kitman



(menyembunyikan). 3. Amanah (Dapat dipercaya) Secara bahasa, amanah berarti “dapat dipercaya”. Sedangkan yang dimaksud disini yaitu bahwa setiap rasul itu dapat dipercaya dalam setiap ucapan dan perbuatannya, karena rasul tidak mungkin melakukan perbuatan yang dilarang dalam agama, begitu pula hal yang melanggar etika. Setiap rasul tidak mungkin terperosok ke dalam perzinahan, pencurian, mengkonsumsi minuman keras, berdusta, menipu dan lain sebagainya. Rasul tidak mungkin memiliki sifat hasud, riya’, sombong, dusta, dan sebagainya. Sifat mustahil dari Amanah yaitu Khiyanat (tidak dapat dipercaya).



Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



15



4. Fathonah (Cerdas) Dalam menyampaikan risalah Allah swt, tentu dibutuhkan kemampuan dan strategi khusus agar risalah yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Karena itu, seorang rasul pastilah orang yang cerdas. Kecerdasan ini sangat berfungsi terutama dalam menghadapi orang-orang yang membangkang dan menolak ajaran Islam. Sifat mustahil dari Fathonah yaitu Baladah (bodoh). Selain sifat wajib dan mustahil, ada juga sifat Jaiz bagi rasul. Sifat jaiz ini merupakan sifat rasul sebagaimana sifat



dan perilaku



manusia pada umumnya seperti makan, minum, tidur, sakit dan lain sebagainya. Sudah tentu yang dimaksud adalah perilaku dan sifat yang tidak mengurangi derajat kenabian mereka. Sedangkan perilaku yang dapat merendahkan derajat kerasulannya, mereka tidak melakukannya. Hal inilah yang membedakan rasul dengan manusia pada umumnya.



F.



Dua puluh lima Rasul yang wajib diketahui Para rasul Allah sangat banyak, sebagian ulama mengatakan mencapai 315 rasul. Sedangkan Nabi Allah swt mencapai 124.000. Di antara mereka ada yang wajib diketahui dan ada yang tidak wajib. Nabi dan rasul Allah swt yang wajib diketahui berjumlah 25, yaitu mereka yang disebutkan di dalam al-Quran. 21 Nama-nama 25 Nabi tersebut yaitu:



21



Muhyiddin Abdusshomad, Aqidah...



Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



16



Adam, Idris, Nuh, Hud, Shaleh, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Ayyub, Syu’aib, Harun, Musa, Dzulkifli, Daud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa’, Yunus, Zakariya, Yahya, Isa, dan Muhammad saw.



G. Rukun Iman 1. Iman Kepada Allah 2. Iman Kepada Malaikat Allah 3. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah 4. Iman Kepada Rasul-Rasul Allah 5. Iman Kepada Hari Akhir 6. Iman Kepada Qadla dan Qadar



Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



17



BAB II IBADAH Setelah mengetahui konsep aqidah tentang keesaan Allah sebagai tuhan yang wajib untuk disembah, maka sesuai QS. Adz-Dzariat: 56 (dan tidaklah kami ciptakan jin dan manusia, kecuali hanya untuk menyembah-Ku) manusia diwajibkan untuk menyembah melalui ibadah. Walaupun ibadah merupakan kewajiban manusia kepada Allah, namun pada hakikatnya, manusialah yang membutuhkan ibadah itu. Ibadah akan dapat menyelamatkan manusia di dunia hingga akhirat. Syarat ibadah bisa diterima, manakala dilandasi dengan ilmu tentang ibadah itu sendiri. Sebagai contoh, ketika kita akan melaksanakan shalat, maka kita harus mengetahui syarat, rukun, serta hal-hal yang membatalkan shalat.



A. THAHARAH Thaharah artinya bersuci. Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan kebersihan dan kesucian, baik lahir maupun batin. Dalam QS. Al-Baqarah (2) ayat 222 menyebutkan:



ِ ‫ين‬ َّ ‫…إِ َّن‬ ُّ ‫ني َوحُِي‬ ُّ ‫اَّللَ حُِي‬ َّ ‫ب الت‬ َ ِ‫َّواب‬ َ ‫ب الْ حمتَطَه ِر‬ “…sungguh, Allah mencintai orang yang taubat dan orang yang mensucikan diri”. (QS. Al-Baqarah: 222)



Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



18



1. Air Dan Macam-Macamnya Macam-macam air yang bisa digunakan untuk bersuci antara lain; air hujan, air laut, air sungai, air sumur, air mata air, air es, air embun, dan air zam-zam. a. Air Mutlaq Yaitu sebagai penyebutan air pada umumnya yang belum dikaitkan (dibatasi) dengan sesuatu. Ia masih asli dan belum berubah sifat-sifatnya. Hukumnya suci dan dapat untuk bersuci, artinya, air tersebut berstatus (thaahir), dan dapat digunakan untuk bersuci (muthahhir), seperti untuk wudhu, mandi, dan membersihkan najis. Yang termasuk air mutlaq antara lain: Air hujan, Air salju, Air laut, Air zam-zam, Air Sumur, Air Mata Air, Air Sungai. b. Air Musta’mal Yaitu air yang habis dipakai untuk bersuci (sisa). Hukum air musta'mal adalah suci namun tidak mensucikan (thaahir ghayru muthahhir). Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa hukum air musta’mal sama dengan air mutlaq, suci dan mensucikan. c. Air yang bercampur dengan barang yang suci Air yang bercampur dengan barang yang suci, seperti sabun, dedaunan atau yang lainnya. Hukum air ini suci selama terjaga sifat-sifatnya. Artinya, selama warna, bau dan rasanya tidak berubah, air tersebut tetap dihukumi suci. Namun jika sifat dari



Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



19



air berubah, maka hukumnya menjadi suci tidak mensucikan (thaahir ghayru muthahhir). d. Air yang bersentuhan atau bercampur dengan najis Air seperti ini, jika kurang dari dua qullah (sekitar 1 bak dengan ukuran masing-masing sisi 60 cm atau volume air mencapai sekitar 200 liter) hukumnya najis. Namun jika lebih dari dua qullah maka hukumnya suci, dengan catatan tidak seberubah sifat-sifatnya.1



2. Najis Pada dasarnya semua benda (zat) yang diciptakan Allah adalah suci, kecuali yang dinyatakan najis oleh syariat (al-Qur’an dan alHadis), seperti bangkai, darah, daging babi, dll sebagaimana yang disebutkan dalam Q.S. Al-Maidah (5): 3. Najis itu sendiri adalah suatu perkara yang dianggap kotor oleh syara’ yang jika mengenai pakaian, tubuh atau tempat salat orang Islam wajib dibersihkan atau dibasuh. Untuk lebih jelasnya berikut akan diuraikan tentang macam-macam benda najis dan cara membersihkannya. Najis hukmiyyah adalah najis yang tidak lagi ditemukan zat, bau, warna atau rasa dari najis pada benda yang terkena najis. Misalnya, ada seekor kucing yang kencing dilantai atau karpet. Dalam beberapa waktu, air kencing tersebut mengering dan tidak lagi meninggalkan bau, warna atau rasa. Dengan demikian, najisnya lantai atau karpet tersebut dikategorikan sebagai najis hukmiyyah.



1



Musmuallim, dkk., Tutorial PAI, 2019.



Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



20



Adapun cara mensucikannya adalah dengan menyiramkan air pada tempat yang terkena najis dan membersihkan secukupnya. Sementara najis ‘ainiyyah adalah najis yang masih meninggalkan zat atau salah satu dari sifatnya (bau, warna dan rasa). Cara menyucikan benda yang terkena najis ini adalah dengan menghilangkan zat, bau, warna atau rasa dari najis tersebut memakai air bersih. Akan tetapi jika sifat dari najis tersebut sulit untuk dihilangkan, maka hukumnya dima’fu (diampuni). Artinya, setelah zat dari najis sudah hilang maka hukum benda yang terkena najis adalah suci, meskipun bau dan warna dari najis tersebut masih ada.2 Cara membersihkan benda yang terkena najis Dari sekian banyak benda najis di atas, ulama mengelompokkannya menjadi tiga kategori, yaitu: a. Najis mughalladzhah, yaitu najisnya babi dan anjing. Jika suatu benda terkena najis ini, maka cara menyucikannya adalah: 1) Membasuh daerah yang terkena najis dengan air sebanyak 7 kali. Salah satu dari tujuh kali tersebut airnya dicampur dengan debu. 2) Sebelum dicuci atau dibasuh, zat najis tersebut harus dihilangkan terlebih dahulu. Seperti apabila ada kotoran anjing di lantai, maka kotoran anjing tersebut harus dihilangkan terlebih dahulu sebelumnya menyiram atau membasuhnya.



2



Musmuallim, dkk., Tutorial PAI, 2019.



Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



21



b. Najis mukhaffafah, yaitu najis berupa air kencing bayi laki-laki yang belum berusia 2 tahun dan belum pernah mengkonsumsi makanan selain Air Susu Ibu (ASI). Cara mensucikan benda yang terkena najis ini adalah: 1) Menghilangkan terlebih dahulu zat dari air kencing tersebut dengan cara di lap dengan kain atau yang sejenisnya. 2) Selanjutnya, memercikkan air keseluruh tempat yang terkena najis hingga betul-betul merata, walaupun tidak mengalir. c. Najis mutawassithah. Yaitu semua jenis benda najis selain yang termasuk dalam najis mughalladzah atau najis mukhaffafah, seperti: bangkai, darah, nanah, khamr dan lain sebagainya. Najis ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: najis hukmiyyah dan najis ‘ainiyyah.3 3. Wudhu Wudhu merupakan salah satu ibadah yang sangat penting untuk dipahami dan diketahui oleh umat Islam. Wudhu menjadi salah satu kunci agar ibadah diterima oleh Allah swt, misalnya shalat, thawaf, thawaf, i’tikaf, dan membaca/memegang Al-



Quran. Salah satu syarat sah shalat yaitu suci dari hadas kecil dan hadas besar. Wudhu bertujuan untuk menyucikan anggota badan dari hadats kecil. Jika wudhu kita tidak sah, maka seberapa khusu’ shalat kita pun dapat menjadi sia-sia. Hukum wudhu menjadi



3



Musmuallim, dkk., Tutorial PAI, 2019.



Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



22



sunnah apabila apabila hendak belajar, hendak tidur, ‘berkumpul’ dengan istri dan dalam setiap kesempatan.4 Oleh karena itu, dalam pandangan syar’i wudhu memiliki posisi yang sangat penting dalam ibadah. Sah atau tidaknya suatu ibadah shalat sangat tergantung bagaimana wudhunya. Sah atau tidaknya wudhu seseorang sangat tergantung sejauh mana pemahaman terhadap fardhu wudhu, sunah wudhu dan hal-hal yang dapat membatalkan wudhu seseorang. 5 Fardhu Wudhu itu ada 6: (1) niat disertai membasuh wajah, (2) membasuh wajah, (3) membasuh dua tangan sampai siku, (4) mengusap sebagian dari kepala, (5) membasuh dua kaki sampai mata kaki, dan (5) tertib atau berurutan antara rukun pertama sampai terakhir. Jika ada salah satu fardhu wudhu yang ditinggalkan atau tidak dikerjakan maka wudhunya tidak sah.6 Secara terperinci, fardhu wudhu dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Niat Pertama,



niat



merupakan menyengaja



melakukan



sesuatu disertai dengan melakukan perbuatan yang awal. Tempat niat yaitu di dalam hati. Walaupun tempat niat di hati, namun melafakan niat dengan lisan disunahkan



untuk



menuntun hati agar menjadi terarah kepada perbuatan yang Salim bin Sumair al Hadrami, ‫متن سفينة النجافي اصول الدين والفقه‬, Semarang: Usaha Keluarga, tt hlm. 4. Salim bin Sumair al Hadrami, …hlm. 4. 6 Salim bin Sumair al Hadrami, 4 5



Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



23



akan dilakukan itu. Dalam berwudhu, niat dalam hati dilakukan ketika melakukan perbuatan yang pertama, yaitu membasuh wajah. Seperti halnya ketika kita niat shalat, maka niat dilakukan bersamaan dengan takbiratul ihram. 7 b. Membasuh muka Kedua, membasuh muka merupakan mengalikan air ke wajah. Batasan wajah secara horizontal dari telinga kanan sampai telinga kiri dan secara vertikal dari batas tumbuhnya rambut kepala hingga dagu. Semua itu harus terbasuh air wudhu.8 c. Membasuh kedua tangan sampai siku Ketiga, membasuh kedua tangan hingga siku. Pastikan tidak ada penghalang seperti antara air untuk sampai ke kulit, seperti cat, tip-X, getah dll yang dapat menghalangi sampainya air ke kulit secara sempurna. 9 d. Mengusap sebagian kepala Keempat,



mengusap



sebagian



kepala



dilakukan



dengan



mengusapkan tangan yang sudah dibasahi air ke sebagian kepala hingga menyentuh kulit kepala.10 e. Membasuh kedua kaki hingga mata kaki Kelima, membasuh kedua kaki hingga mata kaki. 11 f.



Tertib/berurutan Keenam, tertib atau berurutan antara fardhu wudhu yang pertama (niat) hingga yang kelima (membasuh kedua kaki



Salim bin Sumair al Hadrami, … Salim bin Sumair al Hadrami, … Salim bin Sumair al Hadrami, … 10 Salim bin Sumair al Hadrami, … 11 Salim bin Sumair al Hadrami, … 7 8 9



Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



24



hingga mata kaki). Jika wudhunya tidak urut sesuai dengan fardhu wudhu, misalnya membasuh kaki dulu, kemudian baru membasuh tangan, kemudian membasuh muka, maka tidak sah wudhunya.12 Selain fardhu wudhu, ada sunah wudhu yang terdiri dari mencuci telapak tangan, berkumur, mengisap air lewat hidung (iistinsyaq),



mengusap telinga, dan mengulangi tiga kali setiap



tindakannya. Sunnah-Sunnah dalam Wudhu: Untuk mencapai wudhu dengan derajat sempurna, maka alangkah lebih baiknya jika sunnah-sunnah wudhu juga dikerjakan, seperti: a. Membaca basmalah ketika memulai wudhu. b. Menggosok gigi dengan sikat gigi atau kayu siwak. c. Membasuh



kedua



telapak



tangan



sampai



pergelangan



(sebanyak tiga kali) d. Berkumur-kumur (tiga kali) e. Membersihkan bagian dalam hidung dengan cara menghirup sedikit air ke lubang hidung, lalu mengeluarkannya kembali (tiga kali). f.



Menyilangi anak-anak jari dari kedua tangan pada saat membasuh tangan dan menyilangi anak-anak jari dari kedua kaki pada saat membasuh kaki.



g. Mengusap bagian luar dan dalam kedua telinga dengan air.



12



Salim bin Sumair al Hadrami, …



Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



25



h. Mendahulukan anggota tubuh bagian kanan dan mengakhirkan bagian tubuh sebelah kiri, khususnya ketika membasuh kedua tangan dan kaki. i.



Mengulangi basuhan atau usapan pada anggota wudhu’ sebanyak tiga kali.



j.



Menggosok-gosok anggota wudhu ketika membasuhnya supaya lebih bersih.



k. Menambah sedikit dari batas yang diwajibkan, baik ketika membasuh atau mengusap anggota wudhu. l.



Tidak boros dalam menggunakan air.



m. Muwalah yaitu menyegerakan basuhan setiap anggota. n. Setelah berwudhu menghadap kiblat sambil berdoa: “ asyhadu al-laailaahaillallah wahdahu laa syariikalah, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh. Allahummaj’alnii minat tawwaabiin, waj’alnii minal mutathohhiriin, waj’alnii min ‘ibadikash shoolihiin.13 Hal-Hal Yang Membatalkan Wudhu Wudhu seseorang bisa batal atau rusak akibat dari hal-hal berikut: a. Keluarnya sesuatu dari dua pintu pelepasan (qubul dan dubur). b. Hilangnya akal atau kesadaran, baik karena pingsan, gila, epilepsi atau karena obat bius dan mabuk minuman keras.



13



Musmuallim, dkk., Tutorial PAI, 2019.



Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



26



c. Tidur. Kecuali tidur dalam posisi duduk mantap sehingga menutup kemungkinan yang bersangkutan bisa buang angin (kentut). d. Menyentuh kemaluan (bagian depan maupun belakang), dengan telapak tangan bagian dalam, secara langsung dan tanpa penghalang. e. Persentuhan (secara langsung dan tanpa penghalang) antara kulit pria dewasa dan kulit wanita dewasa yang bukan mahram.14



4. Mandi Wajib Mandi menurut bahasa berarti mengalirkan air pada suatu benda. Sedangkan menurut istilah fikih, mandi adalah mengalirkan air pada seluruh anggota tubuh dengan niat dan tatacara tertentu. Dalam hukum Islam, mandi adakalanya yang dihukumi wajib dan ada juga yang dihukumi sunnah. Mandi wajib adalah mandi yang harus dilakukan dengan niat untuk mengangkat atau menghilangkan hadas besar atau janabat. Adapun yang termasuk hadas besar (yang mewajibkan mandi) adalah: a. Keluarnya mani. b. Melakukan hubungan seksual (jima’), walaupun tidak keluar mani. c. Berhenti dari haid dan nifas (khusus bagi perempuan).



14



Musmuallim, dkk., Tutorial PAI, 2019.



Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



27



d. Masuk Islam. Seseorang yang pindah agama dari non muslim menjadi muslim, maka wajib baginya mandi. e. Meninggal dunia. Setiap orang yang meninggal dunia, wajib untuk dimandikan, kecuali orang yang mati syahid, orang kafir atau bayi yang terlahir prematur kemudian meninggal dunia. Adapun mandi yang dihukum sunnat yaitu: 1) mandi pada saat akan menghadiri salat jum’at serta salat kedua hari raya, 2) mandi setelah memandikan mayat dan 3) mandi ketika akan memulai ihram, baik untuk haji maupun umrah.15



5. Tayamum Secara bahasa tayammum berarti menyengaja, sedangkan menurut istilah syara’ ia berarti mengusapkan (menyapukan) debu yang suci pada muka dan kedua tangan dengan niat dan tata cara tertentu. Sebagaimana wudhu dan mandi, tayamum juga merupakan salah satu sarana untuk bersuci, baik dari hadas kecil maupun hadas besar. Fungsi tayammum sendiri adalah sebagai pengganti dari wudhu atau mandi, di saat seseorang tidak bisa menggunakan air atau tidak dapat menemukan air.16



Syarat Diperbolehkan Tayamum Sebagai pangganti, tentunya tayammum hanya boleh dilakukan apabila wudhu atau mandi wajib tidak bisa dilakukan.



15 16



Musmuallim, dkk., Tutorial PAI, 2019. Musmuallim, dkk., Tutorial PAI, 2019.



Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



28



Untuk itu ada beberapa kondisi dimana tayammum boleh dilakukan, yaitu: a. Tidak mendapatkan air untuk berwudhu atau mandi. Atau mendapatkan air tetapi tidak mencukupi untuk bersuci. b. Termasuk tidak mendapatkan air adalah ketika perjalanan menuju tempat air tersebut tidak aman atau tidak ada alat yang bisa digunakan untuk mengambilnya. c. Dalam keadaan dimana cuaca sangat dingin. d. Menderita sakit yang tidak memungkinkan untuk terkena air. e. Sudah memasuki waktu salat fardlu.17 Rukun Tayamum a. Niat b. Mengusap muka dengan debu yang suci c. Mengusap kedua tangan sampai siku dengan debu yang suci d. Tertib Hal-Hal yang Membatalkan Tayammum a. Segala sesuatu yang membatalkan wudhu’. b. Murtad atau keluar dari agama Islam c. Sudah habisnya waktu salat yang hendak dilakukan. d. Hilangnya alasan (illat) yang memperbolehkan seseorang untuk melakukan tayamum. Seperti, melihat air atau sembuh dari penyakit.



17



Musmuallim, dkk., Tutorial PAI, 2019.



Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



29



B. Shalat Perintah shalat diberikan ketika peristiwa isra miraj yang langsung /direct oleh Nabi Muhammad Saw dari Allah swt. Shalat merupakan amal yang pertama ditanya pertama di kubur, jika shalat seseorang baik maka seluruh amalan yang lainnya akan dianggap baik. Begitu pula sebaliknya, jika shalatnya buruk (sering ditinggalkan) maka amal yang lainnya akan dianggap buruk. Shalat merupakan tiang agama, barang siapa mendirikan shalat, makai a telah mendirikan agama, dan barang siapa meninggalkan shalat makai ia merobohkan agama. Shalat sangat banyak manfaatnya, diantaranya untuk mencegah perbuatan keji dan munkar. Orang yang rajin shalat akan lebih terjaga dari godaan syaitan yang mengajak kepada kemunkaran. Oleh karena itu, marilah kita mempelajari lagi agar shalat yang kita lakukan menjadi sempurna sesuai dengan ajaran agama Islam. Syarat dan Rukun Shalat Syarat-syarat shalat ada 8 : 1. Suci dari dua hadats (hadas kecil dan hadas besar) 2. Suci dari najis pada pakaian, badan dan tempat shalat 3. Menutup aurat 4. Menghadap kiblat 5. Masuk waktu shalat 6. Mengetahui fardlu shalat 7. Tidak boleh meyakini (menganggap) kefardhuan dari salah satu fardlu shalat sebagai sunnah. Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



30



8. Meninggalkan hal-hal yang sekiranya membatalkan shalat. Sementara rukun shalat ada 17 yaitu : 1. Niat 2. Takbiratul Ihram 3. Berdiri bagi yang mampu dalam shalat fardlu 4. Membaca surat Al Fatihah 5. Ruku’ 6. Tuma’ninah diwaktu ruku’ 7. I’tidal 8. Tuma’ninah diwaktu I’tidal 9. Sujud 10.Tuma’ninah diwaktu Sujud 11.Duduk diantara dua sujud 12.Tuma’ninah diwaktu duduk diantara dua sujud 13.Tasyahud akhir 14.Duduk atau membaca tasyahud 15.Membaca Shalawat Nabi 16.Salam 17.Tertib Shalat Wajib Syariat Islam mewajibkan bagi para pemeluknya untuk melaksanakan berbagai kewajiban. Salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang muslim adalah ibadah shalat. Melaksanakan shalat bagi umat islam adalah hal yang wajib



Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



31



dilakukan dengan ketentuan lima kali dalam sehari. Kewajiban ini secara eksplisit dijelaskan dalam Al-Qur’an : ْ ُ ‫ع ِشيّا ً َوحِ ينَ ت‬ ‫ظ ِه ُرون‬ ْ ُ ‫سونَ َوحِ ينَ ت‬ ُ ‫س ْب َحانَ هللا حِ ينَ ت ُ ْم‬ ُ َ‫ف‬ َ ‫ص ِب ُحونَ َولَهُ الحمد فِي السماوات واألرض َو‬



Artinya: “Maka bertasbihlah kepada Allah pada petang hari dan pagi hari (waktu subuh) dan segala puji bagi-Nya baik dilangit, dibumi, pada malam hari dan pada waktu zuhur (tengah hari)” (QS Ar-Rum: 17-18) Sementara itu waktu shalat ada 5 yaitu : 1. Waktu masuk shalat dhuhur dimulai dari tergelincir matahari sampai terjadinya bayangan sama persis dengan panjang benda tersebut. 2. Waktu masuk shalat ashar dimulai dari akhir shalat dhuhur hingga terbenamnya matahari. 3. Waktu masuk shalat maghrib dimulai dari terbenamnya matahari sampai dengan terbenamnya mega merah. 4. Waktu masuk shalat isya’ dimulai dari menghilangnya mega merah hingga terbitnya fajar shadiq. 5. Waktu masuk shalat shubuh dimulai dari munculnya fajar shadiq hingga terbit matahari.18



Shalat Sunnah Diantara rahmat Allah kepada hambanya adalah bahwa Allah mensyariatkan bagi setiap kewajiban, sunnah yang sejenis;



18



Salim bin Sumair al Hadrami, ‫متن سفينة النجافي اصول الدين والفقه‬, Semarang: Usaha Keluarga,



Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



32



agar orang mukmin bertambah imannya dengan melakukan yang sunnah dan menyempurnakan yang wajib pada hari kiamat, karena kewajiban-kewajiban mungkin ada yang kurang. Shalat ada yang wajib dan ada yang sunnah, puasa ada yang wajib dan ada yang sunnah, demikian pula haji, sedekah dan lainnya, dan seorang hamba senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan yang sunnah-sunnah sehingga Allah mencintainya. Macam-macam shalat sunnah seperti shalat tarawih, istisqa’,shalat kusuf, shalat ied, shalat istikharah, shalat sunnah rawatib, shalat dhuha, shalat tahajjud, shalat sunnah mutlak, shalat tahiyatul masjid, shalat sunnah mutlak, dan lain-lain.



Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



33



BAB III ILMU TAJWID A. Pengertian Ilmu Tajwid dan Fungsinya 1. Pengertian Ilmu Tajwid Ilmu tajwid ialah ilmu tentang cara membaca huruf-huruf hijaiyyah sesuai dengan makhraj dan hukum bacaannya. 2. Fungsi dan Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid Fungsi mempelajari ilmu tajwid adalah untuk mengetahui bacaan Al-Qur’an dengan baik dan benar. Hukum mempelajari ilmu tajwid adalah fardlu kifayah, sedangkan menggunakannya dalam membaca Al-Qur’an adalah fardlu ‘ain.1



B. Macam-macam Hukum Bacaan 1. Hukum Nuun Sukun/ Tanwin Nuun sukun yaitu nuun yang berharakat sukun yang bacaannya tergantung dengan huruf yang datang berikutnya. Nuun tanwin (baris dua), yaitu nuun sukun tambahan yang terdapat di akhir kata jika kata tersebut dilafalkan atau disambung dan hilang jika kata tersebut ditulis atau dijadikan tempat berhenti. Tandanya: dua dlammah ( ٌَ ), dua fathah ( ٌَ ) atau dua kasrah ( ٌَ ). Nuun sukun yang terjadi dari tanwin ini diperlakukan sama seperti nuun sukun dalam cara membacanya. Catatan: Apabila ada nuun sukun atau tanwin dan sesudahnya terdapat hamzah washal, maka kedua-duanya tidak boleh dibaca dengan idzhaar, idghaam, iqlab atau ikhfaa, akan tetapi harus dibaca 1



Musmuallim, dkk., Tutorial PAI,



34 Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



kasrah untuk menghindari bertemunya dua huruf yang sukun, kecuali huruf nuun pada( ‫ن‬ ٌَ ‫) م‬--anggota huruf jar--, maka nuun tersebut harus dibaca fathah untuk menghindari bertemunya dua huruf yang sukun, karena beratnya pindah dari baris kasrah ke baris fathah. Catatan lain: Ketentuan-ketentuan yang terdapat pada nuun sukun atau tanwin hanya terjadi pada waktu washal (bersambung) saja, bukan pada waktu waqaf (berhenti). Hukum nuun sukun atau tanwin dibagi menjadi empat, yaitu a. Iqlaab (‫)اقالب‬ Iqlaab menurut etimologi berarti merubah sesuatu dari bentuknya. Menurut istilah tajwid berarti meletakkan huruf tertentu pada posisi huruf lain dengan memperhatikan ghunnah dan penuturan huruf yang disembunyikan (huruf miim). Dinamakan iqlaab karena terjadinya perubahan pengucapan nuun sukun atau tanwin menjadi ‫( م‬miim) yang tersembunyi dengan disertai dengung. Huruf iqlaab hanya satu, yaitu ‫( ب‬baa). Contoh :



35 Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



b. Idghaam (‫)ادغام‬ Idghaam menurut etimologi berarti memasukkan sesuatu ke dalam sesuatu. Menurut istilah tajwid berarti memasukkan huruf yang sukun ke dalam huruf yang berharakat sehingga menjadi satu huruf yang bertasydiid. Idghaam terbagi dua: 1) Idghaam Bighunnah (disertai dengung). Idghaam bighunnah mempunyai empat huruf, yaitu yang tergabung dalam kalimat (‫) ينمو‬, yaitu: ٌَ‫ي‬, ٌَ‫ن‬, ‫ م‬dan ‫و‬. Jika ada nun sukun atau tanwin bertemu salah satu dari huruf : ٌَ‫ي‬, ٌَ‫ن‬, ‫ م‬dan ‫ و‬dalam kata (kalimat) yang berbeda maka membacanya dengan mendengung. Contoh:



Namun, apabila ada nuun sukun atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf ‫( و‬waw) atauَ‫( ي‬yaa) dalam satu kalimat maka harus dibaca Idzhaar waajib. Adapun cara membacanya adalah nuun sukun atau tanwin dibaca dengan terang dan jelas. sContohnya: 36 Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



2) Idghaam Bilaa Ghunnah (tanpa dengung). Idghaam bila ghunnah mempunyai dua huruf, yaitu: ra ( ‫ ) ر‬dan lam ( ٌَ‫) ل‬. Contoh:



c. Idzhaar Halqi Idzhaar



menurut



etimologi



berarti



memperjelas



dan



menerangkan. Menurut istilah tajwid berarti melafalkan hurufhuruf idzhaar dari makhrajnya tanpa disertai dengung. Dinamakan halqi karena makhraj huruf-hurufnya dari halq (kerongkongan). Hurufnya enam, yaitu: ‫ ٌَ ء‬, ‫ ه‬, ,‫ع‬, ‫ح‬, ‫غ‬ ٌَ dan ٌَ‫خ‬. Contoh :



َ‫مَ ْنَاَ ْوتِي‬ َ‫قََِإذاَوقب‬ َِ ‫غَا‬ ٍ ‫س‬ َ‫َِم ْنَحَيْث‬ ْ ‫مَ ْنَخَف‬ َ‫ت‬ َ‫قَعَ ِظي ٍْم‬ ٍ َ‫خل‬ ٌ ‫بَغَ ِلي‬ َ‫ْظ‬ ٌ ‫عذا‬



d. Ikhfaaa Haqiiqi Ikhfaa menurut etimologi berarti menyembunyikan. Menurut istilah tajwid berarti melafalkan huruf antara idzhaar dan 37 Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



idghaam tanpa tasydid dan disertai dengan dengung. Disebut juga ikhfaa haqiiqii (real) karena kenyataannya persentase nuun sukun dan tanwin yang disembunyikan lebih banyak dari huruf lainnya. Huruf ikhfaa ada lima belas, yaitu ‫ص‬ ٌَ ٌَ‫س ش‬ ٌَ ٌَ‫ج ٌَ د ٌَ ذ ز‬ ٌَ ٌَ‫تٌَ ث‬ ٌَ‫ضٌَ طٌَ ظٌَ فٌَ قٌَ ك‬ Cara membaca ikhfaa haqiiqii adalah dengan membaca huruf nuun sukun atau tanwin secara samar dan didekatkan pada makhraj huruf sesudahnya. Contoh:



38 Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



39 Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



2. Hukum Miim Sukun (‫ )م‬: Miim sukun (miim yang berharakat sukun). Ada tiga hukum bacaan ketika miim sukun bertemu huruf hijaiyyah, yaitu: a. Idghaam Miimi ( ‫ادغام ميمى‬ ٌَ ) Apabila ada miim sukun bertemu dengan miim disebut idghaam miimi. Cara membacanya mendengung sepanjang satu alif atau dua harakat/ketukan. Contoh :



َ‫لهَ ْمَمَايتق ْون‬



b. Ikhfaa Syafawii (‫) اخفاء شفوى‬ Apabila ada miim sukun bertemu dengan ( ٌَ‫ )ب‬baa disebut ikhfaa syafawii. Dinamakan syafawii karena huruf ( ٌَ‫ )م‬miim dan ( ٌَ‫) ب‬baa makhrajnya dari pertemuan dua bibir. Cara membacanya mendengung sepanjang dua harakat/ketukan. Contoh :



c. Idzhaar Syafawii Disebut idzhaar syafawii apabila ada miim sukun bertemu dengan huruf hijaiyyah selain ( ٌَ‫ ) م‬miim dan ( ٌَ‫) ب‬baa. Idzhaar syafawii mempunyai 26 huruf. Cara membacanya, miim sukun dibaca jelas (tanpa dengung). 40 Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



Contoh:



3. Ghunnah (‫) غنة‬ Ghunnah adalah setiap huruf ٌَ‫( ن‬nuun) atau ٌَ‫( م‬miim) yang bertasydid. Cara membacanya adalah dengan memberikan tekanan atau dengung pada huruf ٌَ‫( ن‬nuun) atau ‫( م‬miim) bertasydid sepanjang dua harakat. Contoh :



41 Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



4. Alif-Laam Ta’rif/ ‫ا َل‬ Yang dimaksudkan dengan alif-laam ta’rif adalah alif-laam yang masuk pada kata benda sebagai tambahan dari bentuk dasarnya, baik yang berdiri sendiri tanpa alif dan laam, seperti kata (‫) األرض‬ atau pun tidak bisa berdiri sendiri seperti kata (‫) الذين‬. Hukum aliflaam ta’rif terbagi menjadi dua, yaitu: a. Alif-Laam Qamariyyah Hukum



alif-laam



qamariyyah



adalah



idzhaar



(dibaca



jelas/terang), sebab jarak antara makhrajnya dan makhraj huruf-huruf qamariyyah tersebut berjauhan. b. Alif-Lam Syamsiyyah Hukum lam syamsiyyah adalah idghaam (dimasukkan), sebab makhraj kedua laamnya sama, sedangkan jarak antara makhraj laam syamsiyyah dengan makhraj huruf-huruf syamsiyyah lainnya berdekatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan di bawah ini:



42 Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



5. Qalqalah (‫) قلقلة‬ Qalqalah berarti memantulkan suara ketika mengucapkan huruf yang bersukun. Huruf qalqalah ada lima, yaitu huruf-huruf yang tergabung dalam ( ‫طب ج ٌَ د‬ ٌَ ‫ ) ق‬yaitu: huruf ‫ق‬ ٌَ , ‫ط‬ ٌَ , ٌَ‫ب‬, ‫ج‬,‫ د‬. Syarat qalqalah: hurufnya harus sukun, baik sukun asli atau yang terjadi karena berhenti pada huruf qalqalah. Qalqalah ada dua macam: a. Qalqalah Kubra (‫) قلقلة كبرى‬ Yaitu bila salah satu huruf qalqalah berharakat sukun karena waqaf/ berhenti. Contoh :



b. Qalqalah Sughra (‫) قلقلة صغرى‬ Yaitu bila salah satu huruf qalqalah berharakat sukun asli. Contoh:



43 Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



6. Mad Thabi’i Mad artinya Panjang, thabi’I artinya biasa. Jika ada huruf Alif sesudah Fathah, atau huruf yaa sukun sesudah kasrah, atau huruf wawu sukun sesudah dhammah, maka harus dibaca panjang dua harakat atau satu alif. 2 Contoh:



ٌ‫حَا ِمي َة‬ َ‫شكَ َْو ٌر‬ ‫قَِلَْي ٌَل‬



2



Musmuallim, dkk., Tutorial PAI



44 Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



BAB IV AKHLAK A. Adab dalam Menuntut Ilmu Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Orang yang memiliki ilmu pengetahuan akan dinaikkan derajatnya oleh Allah swt. dalam QS. Al-Mujadalah ayat 11:



‫ات‬ ٍ ‫ْم َد َر َج‬ ٍَ ‫ين أُوتُوا الْعِل‬ ٍَ ‫آمنُوا ِمنْ ُك ٍْم َوالَّ ِذ‬ ٍَ ‫اّللُ الَّ ِذ‬ ٍَّ ‫…يَ ْرفَ ٍِع‬ َ ‫ين‬ Artinya: “…Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…” (QS. Al-Mujadilah: 11)1 Begitupula, Nabi Muhammad saw sangat mewajibkan umat Islam untuk menuntut ilmu. Hal ini seperti yang tercantum didalam hadis riwayat Ibnu Majah: َ ...‫سلِم‬ َ ٌ‫ب ا ْل ِع ْل ِم فَ ِريضَة‬ ْ ‫علَى ك ُِل ُم‬ ُ َ‫طل‬ Artinya : Menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap muslim…(HR. Ibnu Majah)2 Menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas menyebutkan the end of education in Islam is to produce a good man (tujuan akhir dari pendidikan dalam Islam yaitu untuk menghasilkan orang yang baik). 3 Seorang yang menuntut ilmu harus bertujuan mengharap ridha Allah, mencari kebahagiaan di akhirat, menghilangkan kebodohan baik dari



Al-Quran dan Terjemahannya, Surakarta: CV. Al-Hanan, 2009, hlm. 543. 2 Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, nomor 224. 3 Syed Muhammad Naquib al-Attas, The Concept Of Education In Islam, keynote address at the “First World Conference on Muslim Education” held in Makkatul Mu’azamah in March 1977. http://mef-ca.org/files/attas-textfinal.pdf hlm. 15. 1



45 Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



dirinya sendiri maupun dari orang lain, menghidupkan agama, dan melestarikan Islam. Karena Islam dapat lestari, kalau pemeluknya berilmu. Zuhud dan takwa tidak sah tanpa disertai ilmu.4 Setiap orang diwajibkan menuntut ilmu yang berkaitan dengan apa yang diperlukan. Misalnya, setiap orang Islam harus mengetahui rukun-rukun dan syarat sahnya shalat supaya dapat melakukan kewajiban shalat dengan sempurna, maka sesuatu yang menjadi perantara untuk melakukan kewajiban hukumnya wajib. Ilmu agama adalah wasilah (perantara) seseorang untuk dapat beribadah dengan sempurna. Oleh karena itu, mempelajari ilmu agama menjadi wajib. Misalnya ilmu tentang shalat, puasa, zakat, dan lainnya.5 Ilmu sangat penting sebagai perantara (sarana) untuk menjadikan manusia menjadi bertaqwa. Dengan berbekal takwa inilah manusia menerima kedudukan terhormat di sisi Allah swt dan keberuntungan yang abadi. Ilmu akan menjadi penghias, kehormatan dan menjadi tanda setiap sesuatu yang terpuji bagi yang memilikinya. 6



Belajar ilmu agama (terutama fikih) dapat membimbing menuju kebaikan dan takwa. Belajar fikih dapat menunjukkan jalan yang lurus, yaitu jalan petunjuk. Jalan yang dapat menyelamatkan manusia dari segala keresahan hidup. Satu orang yang ahli fikih lebih ditakuti oleh setan daripada seribu ahli ibadah yang bodoh (yang beribadah tapi tidak menggunakan ilmu).7



Tim Penulis Lirboyo Press, Kajian dan Analisis Ta’alim Muta’allim, Kediri: Santri Salaf Press, 2015, hlm. 10. Syeikh Az-Zarnuji, Terjemah Ta’lim Muta’allim (Terj. Abdul Kadir Aljufri), Surabaya: Mutiara Ilmu, 2009, hlm. 5. 6 Syeikh Az-Zarnuji, Terjemah Ta’lim Muta’allim…hlm. 7. 7 Syeikh Az-Zarnuji, Terjemah Ta’lim Muta’allim… hlm. 7. 4 5



46 Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



Setiap orang juga wajib mengetahui atau mempelajari akhlak yang terpuji dan tercela. Sifat terpuji misalnya, murah hati, rendah hati dll., maupun sifat tercela seperti kikir, penakut, sombong, israf (berlebih-lebihan), bakhil dan sebagainya. Setelah mengetahui sifat terpuji, maka diharapkan kemudian mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan setelah mengetahui sifat tercela agar



kemudian



menghindarinya.8 Menuntut ilmu harus diawali dengan niat yang baik. Niat menjadi pangkal dari ibadah. Sebagaimana sabda Nabi, “semua amal itu tergantung pada niatnya”. Banyak perbuatan atau amal yang tampak dalam bentuk amalan keduniaan, tetapi karena didasari niat yang baik (ikhlas) maka menjadi tergolong amal-amal akhirat. Sebaliknya banyak amalan yang kelihatan seperti amal akhirat kemudian hanya menjadi amal dunia belaka karena didasari niat yang buruk (tidak ikhlas).9 Niat seorang pelajar dalam menuntut ilmu: 1. Ikhlas mengharap ridha Allah, 2. Mencari kebahagiaan di akhirat, 3. Menghilangkan kebodohan dirinya dan orang lain, 4. Menghidupkan agama, dan melestarikan Islam, karena Islam akan lestari jika umat Islam memiliki ilmu. Syekh Burhanuddin menukil perkataan ulama sebuah syair: “orang alim yang durhaka menimbulkan bahaya yang besar, tetapi orang bodoh yang tekun beribadah (tanpa menggunakan ilmu) justru



8 9



Syeikh Az-Zarnuji, Terjemah Ta’lim Muta’allim… hlm. 8. Syeikh Az-Zarnuji, Terjemah Ta’lim Muta’allim…. Hlm. 13.



47 Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



menimbulkan kerusakan yang lebih besar. Keduanya menjadi fitnah di kalangan umat dan tidak layak dijadikan panutan.”10 Sebagai penuntut ilmu, kita harus menghormati ilmu dan ulama. Sebab, apabila melukai hati guru, berkah ilmunya bisa tertutup dan hanya sedikit kemanfaatannya.11 Dalam memilih guru hendaklah orang yang lebih alim, lebih wara’ (menjaga diri dari hal-hal haram) dan lebih tua usianya.12 ‘Alim dalam arti menguasai bidangnya dan memiliki background pendidikan yang sesuai dengan keilmuannya sehingga memiliki ilmu yang banyak. Sebagai contoh jika akan belajar tentang kedokteran, maka belajarlah kepada orang yang memang mumpuni dalam bidang kedokteran. Begitu pula ketika akan menimba ilmu agama, carilah guru yang memiliki basik keilmuan yang mumpuni dalam bidang agama. Jangan hanya belajar ilmu agama dari sumber yang belum tentu kebenarannya, misalnya internet. Sebagai mahasiswa harus dapat membedakan mana sumber yang valid serta layak dijadikan pedoman dan mana yang hanya menimbulkan keresahan dikalangan umat. Tidak semua orang yang berpenampilan seperti ulama, lantas disebut sebagai ulama. Namun, carilah ulama yang benar-benar memiliki kapasitas keilmuan yang kompeten dalam bidang agama. Sebagai pencari ilmu, kita pasti ingin ilmu yang kita cari dapat bermanfaat dikemudian hari. Seorang pelajar tidak akan memperoleh kesuksesan sebuah ilmu itu, kecuali dengan menghormati ilmu dan Tim Penulis Lirboyo Press, Kajian dan Analisis Ta’alim Muta’allim, Kediri: Santri Salaf Press, 2015, hlm. 9-10. Tim Penulis Lirboyo Press, Kajian dan Analisis Ta’alim Muta’allim, Kediri: Santri Salaf Press, 2015, hlm. 18. 12 Tim Penulis Lirboyo Press, Kajian dan Analisis Ta’alim Muta’allim, Kediri: Santri Salaf Press, 2015, hlm. 89. 10 11



48 Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019



ta’dzim kepada guru. Termasuk dari memuliakan ilmu yaitu dengan memuliakan orang yang mengajarkan ilmu itu. Bagi seorang penuntut ilmu, hendaklah mencari ridho guru, dan menjauhi kemarahannya. Barang siapa melukai hati gurunya, maka akan ditutup berkah ilmunya dan tidak akan memperoleh kemanfaatan ilmu itu kecuali sedikit saja.13



13



Tim Penulis Lirboyo Press, Kajian dan Analisis Ta’alim Muta’allim, Kediri: Santri Salaf Press, 2015, hlm. 121.



49 Buku Panduan Asistensi Agama Islam (AAI) IT Telkom Purwokerto Tahun 2019