4 0 390 KB
MODUL PEMERIKSAAN PENYAKIT SISTEM KULIT (INTEGUMEN ) Oeh : Tim IPPD SMKN 2 Malang
Kompetensi Dasar : KD 3.11 Menerapkan pemeriksaan penyakit sistem kulit (integumen) berdasarkan manifestasi klinis KD 4.11 Melakukan pemeriksaan penyakit sistem kulit (integumen) berdasarkan manifestasi klinis Indikator Pencampaian Kompetensi (IPK) : 1.
Menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem integumen.
2.
Menjelaskan pemeriksaan penyakit sistem kulit (integumen ) berdasarkan manifestasi klinis.
3.
Mengidentifikasi lesi primer dan sekunder
4.
Menentukan pemeriksaan penyakit sistem kulit (integumen ) berdasarkan manifestasi klinis
5.
Melakukan pemeriksaan penyakit sistem kulit (integumen ) berdasarkan manifestasi klinis
Tujuan Pembelajaran : Setelah pembelajaran 1.
2. 3.
Melalui penggalian informasi peserta didik mampu menjelaskan pemeriksaan integumen meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (Diagnostik dan kimia klinik ) sesuai materi dengan benar Melalui penggalian informasi peserta didik mampu mengidentifikasi lesi primer dan sekunder Melalui praktikum di rumah peserta didik dapat melakukan pemeriksaan Integumen secara sederhana benar sesuai SPO
Gambar. 1. Contoh gangguan Kulit Perhatikan gambar diatas, bisakah kamu ceritakan apa yang dia alami oleh orang tersebut?. Benar sekali gangguan kulit seperti rasa gatal atau rasa panas/nyeri sangat mengganggu dan menyebabkan rasa kepercayaan diri seseorang menurun. Kulit yang sehat merupakan idaman setiap orang. Kesehatan kulit dapat terlihat dari tampilan
umum dari kulit seperti warna, tekstur, suhu dan kelembapan. Kulit yang sehat juga merupakan salah satu indikator bahwa kesehatan klien dalam kondisi yang baik. Modul ini akan membahas mengenai Pemeriksaan integumen dan prosedur Diagnostik secara umum.
A. Anatomi Dan Fisiologi Kulit Sebelum kita mempelajari pemeriksaan penyakit sistem integumen, alangkah baiknya kalau kita mempelajari kembali struktur kulit gambar 2 dibawah ini.
Gambar 2. Anatomi Kulit Manusia (Sumber: Syaifuddin, 2012) Sistem integumen merupakan sistem organ yang paling luas dan seluruh tubuh manusia bagian terluar terbungkus oleh sistem integumen. Kata Integumen merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin yaitu “integumentum” dan berarti “penutup”. Sesuai dengan arti dan fungsinya, organ-organ pada sistem integumen berfungsi menutup organ atau jaringan dalam manusia dari kontak luar. Masalah gangguan sistem integumen kerap kali di jumpai pada praktik keperawatan mulai dari bayi , anak-anak, dewasa bahkan lansia. Gangguan sistem integumen juga mencerminkan keadaan umum pasien, sistem sistemik gangguan kulit akan mencerminkan kondisi sistemik dan juga kondisi psikologi pasien. Sistem integumen terdiri atas kulit beserta aksesorisnya, termasuk kuku, rambut, kelenjar (keringat dan sebaseous), dan reseptor saraf khusus (untuk stimuli perubahan internal atau lingkungan eksternal). Kulit tersusun atas tiga lapisan, yaitu epidermis, dermis, dan sub kutan/hipodermis. 1.
Epidermis. Epidermis berasal dari ektoderm, terdiri dari beberapa lapis (multilayer). Epidermis sering kita sebut sebagai
kuit luar.Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang berbeda-beda, yaitu 400600 μm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki) dan 75-150 μm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki rambut).
Epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu sebagai berikut. a.
Lapisan tanduk (stratum corneum). Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling atas, dan menutupi semua lapisan epidermis lebih ke
dalam. Lapisan tanduk terdiri atas beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Pada telapak tangan dan telapak kaki jumlah baris keratinosit jauh lebih banyak, karena di bagian ini lapisan tanduk jauh lebih tebal.Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin yaitu sejenis protein yang tidak larut dalam air dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. b.
Lapisan bening (stratum lucidum) Lapisan ini disebut juga denganlapisan barrier, terletak tepat di bawah lapisan tanduk, dan dianggap sebagai
penyambung lapisan tanduk dengan lapisan berbutir. Lapisan bening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang kecilkecil, tipis dan bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar (tembus cahaya). Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. Proses keratinisasi bermula dari lapisan bening. c.
Lapisan berbutir (stratum granulosum) Tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan yang mengandung butir-butir di dalam protoplasmanya,
berbutir kasar dan berinti mengkerut. Lapisan ini tampak paling jelas pada kulit telapak tangan dan telapak kaki. d.
Lapisan bertaju (stratum spinosum) Lapisan ini disebutjuga denganlapisan malphigi, terdiri atas sel-sel yang saling berhubungan dengan
perantaraan jembatan-jembatan protoplasma berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan saling berlepasan, maka seakanakan selnya bertaju. Setiap sel berisi filamenfilamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada lapisan taju normal, tersusun menjadi beberapa baris. Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut banyak (poligonal), dan makin ke arah permukaan kulit makin besar ukurannya. Diantara sel-sel taju terdapat celah antar sel halus yang berguna untuk peredaran cairan jaringan ekstraseluler dan pengantaran butir-butir melanin. Sel-sel di bagian lapis taju yang lebih dalam, banyak yang berada dalam salah satu tahap mitosis. Kesatuan-kesatuan lapisan taju mempunyai susunan kimiawi yang khas; inti-inti sel dalam bagian basal lapis taju mengandung kolesterol dan asam amino. e.
Lapisan benih (stratum germinativumatau stratum basale). Merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak (silinder) dengan kedudukan tegak
lurus terhadap permukaan dermis. Alas sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur halus yang membatasi epidermis dengan dermis. Pengaruh lamina basalis cukup besar terhadap pengaturan metabolisme demo-epidermal dan fungsi-fungsi vital kulit. Di dalam lapisan ini sel-sel epidermisbertambah banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi bergeser ke lapisanlapisan lebih atas, akhirnya menjadi sel tanduk. Di dalam lapisan benih terdapat pula sel-sel bening (clear cells, melanoblas atau melanosit) pembuat pigmen melanin kulit. Selain sel-sel epitel, epidermis juga tersusun atas lapisan melanosit, sel Langerhans, sel Merkel, dan keratinosit. Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses melanogenesis. Melanosit (sel pigmen) terdapat di bagian dasar epidermis. Melanosit menyintesis dan mengeluarkan melanin sebagai respons terhadap rangsangan
hormon hipofisis anterior, hormon perangsang melanosit (melanocyte stimulating hormone, MSH). Melanosit merupakan sel-sel khusus epidermis yang terutama terlibat dalam produksi pigmen melanin yang mewarnai kulit dan rambut. Semakin banyak melanin, semakin gelap warnanya. Warna kulit yang normal bergantung pada ras dan bervariasi dari merah muda yang cerah hingga cokelat. Penyakit sistemik juga akan memengaruhi warna kulit . Sebagai contoh, kulit akan tampak kebiruan bila terjadi inflamasi atau demam. Melanin diyakini dapat menyerap cahaya ultraviolet dan demikian akan melindungi seseorang terhadap efek pancaran cahaya ultraviolet dalam sinar matahari yang berbahaya. 2.
Dermis Dermis atau cutan (cutaneus), Merupakan lapisan kulit di bawah epidermis. Penyusun utama dari dermis adalah kolagen. Membentuk bagian
terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan struktur pada kulit, memiliki ketebalan yang bervariasi bergantung pada daerah tubuh dan mencapai maksimum 4 mm di daerah punggung. Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum papilare dan stratum reticular. Dermis merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai “True Skin” karena 95% dermis membentuk ketebalan kulit. Bagian ini terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar minyak (Sebasea), pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili). Lapisan ini elastis dan tahan lama, berisi jaringan kompleks ujung-ujung syaraf, kelenjar sudorifera, kelenjar Sebasea, folikel jaringan rambut, dan pembuluh darah yang juga merupakan penyedia nutrisi bagi lapisan dalam epidermis. Sel-sel umbi rambut yang berada di dasar kandung rambut, terus-menerus membelah dalam membentuk batang rambut. Kelenjar palit yang menempel di saluran kandung rambut, menghasilkan minyak yang mencapai permukaan kulit melalui muara kandung rambut. Keberadaan ujung-ujung saraf perasa, memungkinkan membedakan berbagai rangsangan dari luar. Masingmasing saraf perasa memiliki fungsi tertentu, seperti saraf dengan fungsi mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan, panas, dan dingin. Saraf perasa juga memungkinkan segera bereaksi terhadap hal-hal yang dapat merugikan diri kita. Jika kita mendadak menjadi sangat takut atau sangat tegang, otot penegak rambut yang menempel di kandung rambut, akan mengerut dan menjadikan bulu roma atau bulu kuduk berdiri. Pada dasarnya dermis terdiri atas sekumpulan serat-serat elastis yang dapat membuat kulit berkerut akan kembali ke bentuk semula dan serat protein ini yang disebut kolagen. Serat-serat kolagen ini disebut juga jaringan penunjang, karena fungsinya dalam membentuk jaringan-jaringan kulit yang menjaga kekeringan dan kelenturan kulit. Berkurangnya protein akan menyebabkan kulit menjadi kurang elastis dan mudah mengendur hingga timbul kerutan. Faktor lain yang menyebabkan kulit berkerut yaitu faktor usia atau kekurangan gizi. Perlu diperhatikan bahwa luka yang terjadi di kulit jangat dapat menimbulkan cacat permanen, hal ini disebabkan kulit jangat tidak memiliki kemampuan memperbaiki diri sendiri seperti yang dimiliki kulit ari. Di dalam lapisan dermis terdapat dua macam kelenjar yaitu kelenjar keringat (Sudorifora) dan kelenjar Sebacea.
a.
Kelenjar keringat (Sudorifera). Terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan duet yaitu saluran semacam pipa yang bermuara pada
permukaan kulit membentuk pori-pori keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih banyak terdapat dipermukaan telapak tangan, telapak kaki, kening dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh. Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi dan obat-obat tertentu. Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu kelenjar keringat ekrin dan apokrin. 1.
Kelenjar keringat ekrin menyekresi cairan jernih, yaitu keringat yang mengandung 95-97% air dan mengandung beberapa mineral, seperti garam, sodium klorida, granula minyak, glusida dan sampingan dari metabolism seluler. Kelenjar keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai dari telapak tangan dan telapak kaki sampai ke kulit kepala. Jumlahnya di seluruh badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24 jam pada orang dewasa. Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing, bergulung-gulung dan salurannya bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya.
2.
Kelenjar keringat apokrin hanya terdapat di daerah ketiak, puting susu, pusar, daerah kelamin dan daerah sekitar dubur (anogenital) menghasilkan cairan yang agak kental, berwarna keputih-putihan serta berbau khas pada setiap orang. Sel kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya alkali sehingga dapat menimbulkan bau. Muaranya berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran folikel rambut. Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya sedikit cairan yang disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia akil balig dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi oleh hormon.
b.
Kelenjar Sebacea. Kelenjar ini terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan dengan kandung rambut terdiri dari gelembung-
gelembung kecil yang bermuara ke dalam kandung rambut (folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan menjaga kelunakan rambut. Kelenjar palit membentuk sebum atau urap kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan telapak kaki, kelenjar sebasea terdapat di semua bagian tubuh terutama pada bagian muka. Pada umumnya, satu batang rambut hanya mempunyai satu kelenjar sebasea yang bermuara pada saluran folikel rambut. Pada kulit kepala, kelenjar palit atau kelenjar sebasea menghasilkan minyak untuk melumasi rambut dan kulit kepala. Pada kebotakan orang dewasa, ditemukan bahwa kelenjar sebasea membesar sedangkan folikel rambut mengecil. Pada kulit badan termasuk pada bagian wajah, jika produksi minyak darii kelenjar sebasea berlebihan, maka kulit akan lebih berminyak sehingga memudahkan timbulnya jerawat . 3.
Hipodermis Pada bagian subdermis ini terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Pada lapisan ini
terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening. Untuk sel lemak pada subdermis, sel lemak dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang menghasilkan banyak lemakisebut juga panikulus adiposa . Lapisan ini memiliki berbagai fungsi antara lain berfungsi sebagai cadangan makanan, erfungsi juga sebagai bantalan antara kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang. Sebagai
mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas. Sebagai bantalan terhadap trauma. Tempat penumpukan energi. Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan. Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur tubuh, paling tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata. Jika usia menjadi tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun. Bagian tubuh yang sebelumnya berisi banyak lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit akan mengendur serta makin kehilangan kontur. Sesara umum kulit mempunyai berbagai fungsi, yaitu sebagai berikut : 1.
Pelindung atau proteksi. Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringanjaringan tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruhpengaruh luar seperti luka dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari kulit ari diselubungi dengan lapisan tipis lemak, yang menjadikan kulit tahan air. Kulit dapat menahan suhu tubuh, menahan luka-luka kecil, mencegah zat kimia dan bakteri masuk ke dalam tubuh serta menghalau rangsang-rangsang fisik seperti sinar ultraviolet dari matahari.
2.
Penerima rangsang Sensibilitas). Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang berhubungan dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan getaran. Kulit sebagai alat perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf sensasi.
3.
Pengatur suhu atau thermoregulasi. Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi pembuluh kapiler serta melalui respirasi yang keduanya dipengaruhi saraf otonom. Tubuh yang sehat memiliki suhu tetap kira-kira 98,60F atau sekitar 36,500C. Ketika terjadi perubahan pada suhu luar, darah dan kelenjar keringat kulit mengadakan penyesuaian seperlunya dalam fungsinya masing-masing. Pengatur panas adalah salah satu fungsi kulit sebagai organ antara tubuh dan lingkungan. Panas akan hilang dengan penguapan keringat.
4.
Pengeluaran (ekskresi). Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa garam, yodium dan zat kimia lainnya. Air yang dikeluarkan melalui kulit tidak saja disalurkan melalui keringat tetapi juga melalui penguapan air trans epidermis sebagai pembentukan keringat yang tidak disadari (Insisible water loss/IWL)
5.
Penyimpanan. Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak.
6.
Penyerapan terbatas. Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut dalam lemak dapat diserap ke dalam kulit. Hormon yang terdapat pada krim muka dapat masuk melalui kulit dan mempengaruhi lapisan kulit pada tingkatan yang sangat tipis. Penyerapan terjadi melalui muara kandung rambut dan masuk ke dalam saluran kelenjar palit, merembes melalui dinding pembuluh darah ke dalam peredaran darah kemudian ke berbagai organ tubuh lainnya.
7.
Produksi Vitamin. Kulit yang terpajan sinar ultaviolet dapat mengubah substansi yang diperlukan untuk mensistensis vitamin D.
8.
Penunjang penampilan. Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang tampak halus, putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan Fungsi lain dari kulit yaitu kulit dapat mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit memerah, pucat maupun konstraksi otot penegak rambut.
Selain srukur kulit diatas, kulit juga memiliki organ asesoris kulit yang juga mencerminkan status kesehatan seseorang . Organ asesoris kulit meliputi : 1.
Rambut Rambut merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari invaginasi epitel epidermis. Rambut
ditemukan bibir,
diseluruh
glans
seperti
penis,
kulit
(terutama
kepala,
dari
pertumbuhannya bulbus
klitoris
androgen)
berkembang
rambut
tubuh dan
labia
pada
minora.
dan
pubis
sangat
tetapi
juga
oleh
hormon
invaginasi
mempunyai dilihat
papila
vital bagi kelangsungan hidup
pada dermis.
tidak
adrenal
dan
yaitu
folikel
ujung Papila
tangan,
rambut
dipengaruhi
epidermal,
pelebaran
telapak
Pertumbuhan
muka,
sebuah
dapat
kecuali
saja
oleh
bulbus
tubuh
hormon
kelamin
Setiap
rambut
tiroid.
rambut
yang
selama
masa
rambut.
Pada
dasar
kapiler
yang
mengandung
folikel rambut. Rambut terdapat di
kaki,
daerah-daerah
hormon
disebut dermis
pada
telapak
jalinan
seluruh
kulit kecuali telapak
tangan kaki dan bagian dorsal dari falang distal jari tangan, kaki, penis, labia minora dan bibir. Terdapat 2 jenis rambut yaitu rambut terminal (dapat panjang dan pendek) dan rambut velus (pendek, halus dan
lembut).
Fungsi
seperti
alis
melindungi
(vibrissae)
mata untuk
rambut
adalah
mata
menyaring
dari
udara,
melindungi
keringat
pengatur
agar
suhu,
kulit
tidak
pendorong
dari
mengalir
pengaruh
ke
penguapan
mata, keringat
buruk,
bulu
hidung
dan
indera
peraba yang sensitif . Terdapat 2 fase petumbuhan rambut yaitu 1.
fase
pertumbuhan
(anagen).
Kecepatan
pertumbuhan
rambut
bervariasi,
di
mana rambut janggut tercepat diikuti kulit kepala. Fase ini berlangsung sampai dengan usia 6 tahun. 90 % dari 100.000 folikel rambut kulit kepala normal mengalami fase pertumbuhan pada satu saat 2.
fase
istirahat
(telogen).Fase
ini
berlangsung
4
bulan,
rambut
mengalami
kerontokan
50 –100 lembar rambut rontok dalam tiap harinya. Gerak merinding jika terjadi trauma atau stress, dan disebut Piloereksi. Warna tertentu
rambut
dikontrol
ditentukan oleh
oleh
hormon
punggungdikontrol oleh hormon Androgen). 2.
Kuku
jumlah
melanin.
seks(rambut
Pertumbuhan
wajah,
janggut,
rambut kumis,
pada dada,
daerah dan
Kuku ujung
tersusun
jari
cembung
tangan ke
atas
protein
dan jari
arah
lateral
yang
kaki.
mengeras
Lempeng
dan
dorsal,
disebut
kuku
(LK)
transparan,
keratin.
berbentuk
dan
Fungsinya
empat
terletak
di
sebagai
persegi dorsal
pelindung
panjang,
paling
keras,
distal.
LK
terbentuk dari bahan tanduk yang tumbuh ke arah dorsal untuk waktu yang tidak terbatas. Kecepatan tumbuh kuku jari tangan yaitu lebih kurang 0,1 mm/ hari, sendangkan kuku jari kaki 1/3-1/2 kecepatan dapat
kuku
jari
mencapai
tangan.
1,0
mm.
LK
Tebal
kuku
terdiri
dari
tangan tiga
bervariasi
lapisan
0,5-0,75mm,
horizontal
yang
dan
pada
kaki
masing-masing
adalah
sebagai berikut. a.
Lapisan dorsal tipis yang dibentuk oleh matriks bagian proksimal (1/3 bagian).
b.
Lapisan intermediet yang dibentuk oleh matriks bagian distal (2/3 bagian).
c.
Lapisan
ventral
yang
dibentuk
oleh
lapisan
tanduk
dasar
kuku
dan
hiponikium
yang
mengandung keratin lunak. Lunula atau bulan sabit terletak di proksimal LK. Lunula merupakan ujung akhir matriks kuku. Warna putih lunula disebabkan epitel yang lebih tebal dari epitel kasar kuku dan kurang melekatnya
epitel
dibawahnya
Daerah
bawah
LK
di
pelindung melindungi
kuku.
Lipat
matriks
disebut kuku
kuku.
sehingga
transmisi
hiponikium. proksimal
Produk
Alur
warna kuku
merupakan
akhirnya
adalah
pembuluh
dan
lipat
perluasan kutikel.
drah
kuku
kurang
merupakan
epidermis, Pada
dipancarkan. batas
bersama
kuku
kuku
terdapat
matriks
dan yang sel
melanosit Bagian-bagian kuku adalah sebagai berikut. a.
Matriks kuku, merupakan pembentuk jaringan kuku yang baru.
b.
Dinding
kuku
(nail
wall),merupakan
lipatan-lipatan
kulit
yang
menutupi
bagian
pinggir
dan atas. c.
Dasar kuku (nail bed),merupakan bagian kulit yang ditutupi kuku.
d.
Alur kuku (nail groove), merupakan celah antara dinding dan dasar kuku.
e.
Akar kuku (nail root), merupakan bagian tengah kuku yang dikelilingi dinding kuku.
f.
Lempeng kuku (nail plate), merupakan bagian tengah kuku yang dikelilingi dinding kuku.
g.
Lunula,
merupakan
bagian
lempeng
kuku
berwarna
putih
dekat
akar
kuku
berbentuk
bulan sabit, sering tertutup oleh kulit. h.
Eponikium,
merupakan
dinding
kuku
bagian
proksimal,
kulit
arinya
di
kuku
yang
menutupi
bagian
permukaan lempeng kuku. i.
Hiponikium, menebal.
B. Pengkajian
merupakan
dasar
kuku,
kulit
ari
bawah
bebas
(free
edge)
Pada saat melakukan perawatan pada pasien sangat penting mendapatkan informasi melalui wawancara dan observasi lansung. Wawancara mengenai status kesehatan dermatologi pasien sangat berguna untuk mendapatkan informasi penting yang keterkaitan dengan status kesehatan kulit pasien yang mungkin malu untuk disampaikan atau lupa untuk disampaikan. a.
Riwayat Kesehatan Riwayat kesehatan dilakukan dengan melakukan wawancara langsung kepada pasien dan orang terdekat
pasien. Riwayat kesehatan meliputi : a.
Keluhaan utam. Berisi informasi yang spesifik mengenai awitan, tanda dan gejala, lokasi, durasi nyeri/gatal-gatal atau rasa tidak nyaman lainnya yang dialami oleh pasien
b.
Riwayat kesehatan terdahulu seperti -
Beberapa penyakit sietemik dapat termanifestasi pada sistem kulit, seperti : Immunologik, vascular, Endocrine, Renal , Collagen, penyakit Hati
-
Riwayat alergi kulit, reaksi alergib terhadap makanan, obat serta zat kimia, masalah kulit sebelumnya dan riwayat kanker kulit. Penggunaan penting dikaji Penggunaan obat yang sedang dan yang sudah dikonsumsi karena ada beberapa jenis obat akan mempengaruhi status dermatologi pasien seperti Photosensitizing Drugs, spt: Diuretic, Tetracyline “Sun Burn”pada daerah yang ter-exposure sinar matahari. yang terexposure sinar matahari.
-
Riwayat Kesehatan Keluarga. Faktor predisposisi genetik yang berhubungan dengan ggn. sistem integumen, spt : Alopecia, Atopic Dermatitis. Ichthyosis,Psoriasis.
b.
Pemeriksaan Fisik Pengkajian kulit melibatkan selruh area kulit termasuk membran mukosa, kulit kepala dan kuku. Teknik
pemeriksaan fisik pada sistem ini menggunkan metode inspeksi dan palpasi. Sebelum melakukan pemeriksaan pastikan ruangan terang dan hangat serta pastikan privasi pasien terjaga. 1.
Mengkaji Kulit. Tampilan umum kulit dikaji dengan mengamati warna kulit, suhu, kelembapan, , tekstur kulit, elatisitas, lesi,
dan vaskularisasi. a)
Warna Warna kulit bervariasi dan dipengaruhi banyak faktor tergantung genetik dan kemampuan mobilitas serta area
kulit tersebut merupakan area terbuka atau tertutup. Warna kulit pada manusia berkisar dari warna gading dan cokelat gelap. Secara umum kulit yang sehat warnanya harus merata dan tidak ada perbedaan warna seperti hiperpigmentasi, eritema, sianosis dan lain sebagainya. Sedangkan dibagian mukosa seperti mukosa pipi , lidah dan bibir, kuku dalam keadaan normal akan tampak merah muda. Berbagai perubahan warna pada kulit berwarna gelap terang dan gelap dapat dilihat pada tabel 2
Gambar 3. (a) Hiperpigmentasi,(b)dan (c) Ikterus
Tabel 2 Berbagai perubahan warna pada kulit berwarna gelap terang dan gelap PERUBAHAN WARNA Pucat
ETIOLOGI 1.
Anemi,
KULIT TERANG
penurunan
hematokrit,
syok,
penurunan
perfusi,
KULIT GELAP
Pucat menyeluruh
Kulit
cokelat
berwarna
cokelat kuning, suram Kulit
vasokontriksi
hitam
tampak
kelabu,suram bagian
(Amati
kulit
dengan
pigmentasi paling sedikit seperto
konjungtiva,
membran mukosa) 2.
Insufisiensi arteri
Pucat yang teerlokalisasi
Warna
setempat
dan
dingin pada palpasi
tampak
(Ekstermitas
nyata
kelabu,
suram,
bawah,
khususnya jika ditinggikan) Albinisme
Tidak
adanya
pigmen
Merah muda keputihan
Cokelat muda, krim, putih
Bercak-bercak putih susu
Bercak-bercak putih susu
yang
yang
melanin Vitiligo
Bercak-bercak disebabkan
yang penghancur
melanosit Sianosis
Peningkatan
jumlah
hemoglobin yang tidak teroksigenasi •
sering
simetris
sering
simetris
bilateral
bilateral
Kebiruan sampai dengan
Gelap tapi lebih suram,
biru gelap
tidak bercahaya . Hanya sianosis
berat
yang
Sentral (Penyakit
tampak pada kulit (Amati
jantung dan paru
konjungtiva, mukosa oral
kronik
dan dasar kuku)
PERUBAHAN WARNA
ETIOLOGI
KULIT TERANG
KULIT GELAP
menyebabkan desaturasi arteri •
Perifer ( Udara dingin, anxietas)
Eritema
Hiperemia aliran
(Peningkatan
darah
pembuluh
lewat
arteri
mengembung,
Merah, merah muda yang
Bercak
terang
dilihat (Lakukan palpasi
yang
keunguan
untuk
seperti
sulit
memriksa
peningkatan kehangatan
inflamasi,
demam,
pada
konsumsi
alkohol,
kencang dan pengerasan
blushing
inflamasi,
kulit
jaringan profundal)
Polisitema ( Peningkatan
Biru
kemerahan
pada
Tersembunyi dengan baik
eritrosit, stasis kapiler )
wajah dan mukosa oral,
oleh pigmen (amati warna
konjungtiva, tangan dan
kemerahan pada bibir)
kaki Keracunan
Warna merah ceri terang
Warna merah ceri pada
Karbomonoksida
pada wajah dan badan
dasar kuku, bibir dan
sebelah atas
mukosa oral )
Statis darah vena akibat
Rubor/merah yang gelap
Mudah
penurunan aliran darah
pada ekstermitas (Awal
(lakukan
dari
timbulnya nekrosis pada
mengetahui rasa hangat
ulkus)
atau edema)
daerah
statis,
pembuluh venula yang
terselubung palpasi
untuk
mengembung ) Ikterus
Peningkatan bilirubin
serum
kadar yang
Pertama-tama kuning
pada
tampak sklera,
Lakukan pada
pemeriksaan sklera
untuk
melebihi 2-3 mg/100 ml
paltum durum, membran
menemukan warna kuning
akibat
mukosa
didekat
inflamasi
hepar
atau kelainan hemolitik
pada kulit
dan kemudian
limbus,
jangan
keliru dengan endapan
sebagai mana terjadi pada
lemak
normal
yang
luka bakar atau berapa
berwarna
jenis infeksi yang berat.
pada bagian perifer mata
kekuningan
di bawah kelopak mata. Iketrus paling jelas pada tempat
pertemuan
PERUBAHAN WARNA
ETIOLOGI
KULIT TERANG
KULIT GELAP palatum durum dengan palatum mole, juga pada telapak tangan .
Karotenemia (Peningkatan
Warna kuning jingga pada
Warna kuning jingga pada
kadar
daerah
telapak tangan dan kaki
akibat jumlah banyak
karoten
serum
mengkonsumsi makanan
yang
mengandung
karoten)
dahi,
telapak
tangan dan kaki, lipatan nasolabial
tetapi
tidak
terdapat warna kuning pada sklera atau membran mukosa
Uremia ( Kegagalan ginjal
Warna hijau-jingga atau
Tidak terlihat (Bergantung
yang
pucat
hasil pemeriksaan klinik
menyebabkan
kelabuan
akibat
retensi pigmen urokrom
anmia. Dapat juga ditemui
didalam daram)
ekimosis dan purpura
dan laboratorium)
( Sumber Suzanne C and Brenda, 2001) b) Moisture Moisture atau kelmbapan kulit adalah tingkat hidrasi kulit terhadap “basah” dan “minyak”. Secara umum moisture kulit “kering” (not excessive). Moistness biasanya terdapat pada excessive. Moistness biasanya terdapat pada daerah aksilla dan lipatan paha. Kulit yang abnormal jikan sangat lembab dan dingin . c)
Temperatur Suhu kulit dikaji dengan dorsal tangan.. Pada kulit normalakan terasa hangat secara keseluruhan. Bila ada
hipertermi atau hipotermi, bandingkan dengan bagian opposite. d) Texture Lakukan palpasi tekstur kulit dengan cara menekan secara lembut dengan ujung jari. Pada kulit norma akan terasa halus, lembut dan kenyal. 2.
Mengkaji Lesi Kulit
Lesi kulit merupakan karakteristik yang paling menonol pada kelainan dermatologik. Lesi kulit memiliki ukuran dan bentuk serta penyebab yang beragam dan diklasifikasikan menurut penampakan serta asalanya. Lesi kulit dibagi menjadi dua yaitu : 1.
Lesi Primer. Lesi kulit primer merupakan lesi pertama yang timbul di kulit yang sebelumnya normal. Contoh lesi primer : Makula/bercak(patch, papula/plak dan nodul/tumor, vesikel/ bula,urtika,pustula dan kista
2.
Lesi sekunder. Lesi ini terjasi akibat sebab- sebab eksternal seperti garukan, trauma, infeksi atau perubahan disebabkan oleh kesembuhan luka. Contoh : Erosi,ulkus, Fisura,Skuama,krusta, parut, keloidatrofi,likenifikasi, petekie, ekimosis, cherry angioma,spider angioma, telengektasis Pengkajian lesi atau erupsi dengan observasi warna, distribusi , luas distribusi, posisi di tubuh kemudian
lakukan palpasi untuk menetukan tekstur, bentuk serta tepinya lesi traba lunak atau berisi cairan atau teraba keras dan terfiksasi jaringan sekitar. Secara terperinci informasi yang perlu dikaji meliputi : -
Bagaimana warna lesi?Apakah terdapat kemerahan, panas, nyeri atau pembengkakan ?
-
Berapa besar daerah kulit yang terkena ? Dimana lokasinya?
-
Apakah erupsi tersebut berbentuk makula, papula, skuama, lesi dengan eksudasi, diskrit atau konfluen?
-
Bagaimana distribusi lesi ? Apakah simestris, linier atau sirkuler ?
3.
Mengkaji vaskularisasi Pengkajian vaskularisasi mencakup lokasi, distribusi, warna, ukuran dan adanya pulsasi. Perubahan Vaskuler
yang sering ditemukan adalah petekie, ekimosisi, telangieksis, angioma dan venous starst. 4.
Mengkaji Turgor Turgor merupakan elastisitas dari kulit. Turgor di ukur dengan melihat berapa lama kulit dan jaringan dibawahnya kembali ke bentuk awal setelah ditarik. Normalnya akan kembali kurang dari 3 detik.
Gambar 4 Pemeriksaan Turgor
5.
Mengkaji Edema Penumpukan cairan yang berlebian dalam jaringan. Area edema dipalpasi untuk menentukan konsistensi, temperature, bentuk, mobilisasi. Cara inter pretasi penilaian edema sebagai berikut : Derajat I Jika kedalaman 1 - 3 mm dengan waktu kembali 3 detik Derajat II Jika kedalaman 3 - 5 mm dengan waktu kembali 5 detik Derajat III Jika kedalaman 5 - 7 mm dengan waktu kembali 7 detik
Derajat IV Jika kedalaman 7 mm atau lebih dengan waktu kembali 3 detik
Gambar 5 .Pemeriksaan Edema
Gambar 6 Contoh Pitting Edema.
6.
Mengkaji Kuku dan rambut
a.
Kuku. Inpeksi dan palpasi singkat pada kuku meliputi warna, konsistensi dan bentuk. Banyak perubahan pada kuku
atau dasar kuku yang mencerminkan kelainan lokal dan sistemik baik yang sedang berlangsung atau akibat peritiwa dimasa lalu. Penonjolan, hipertrofi dan perubahan lainya dapat terjadi akibat trauma lokal. Contoh beberapa keainan kuku antara lain
1.
Paronikia merupakan inflamasi kulit disekitar kuku dan biasanya disertai nyeri tekan dan eritema.
2.
Clubbing atau jari tabung biasanya disebabkan penyakit sistemik ditandai dengan sudut antara kuku dan pangkalnya menjadi 1800 atau lebih dan perlunakan pada pangkal kuku (teraba seperti spon ketika kita palpasi).
3.
Koilonikia terjadi pada kekurangan zat besi kronis, dimana bentuknya seperti sendok.
4.
Leukonikia (kuku berwarna putih) merupakan tanda hipoalbuminemia, terjadi pada penyakit liver, sindrom nefrotik, kwashiorkor. Berbagai contoh kelainan kuku dapat dilihat pada gambar 4 dan 5
Gambar 8. Kiri : koilonikia (spoon nail), kanan : leukonikia
Gambar 9. Kiri : kuku pucat, kanan : Dilatasi kapiler di proksimal kuku pada SLE
b.
Rambut dan kulit kepala. Pengkajian dilakukan dengan cara inspeksi dan papasi.
Observasi warna rambut ( kusam atau tidak) , distribusi rambut ( merata /tidak merata,lihat adakah alopecia), kerontokan rambut, tekstur rambut (halus/tebal, ulet hingga mudah mudah patah, berminyak hingga. kering, lurus, berombak ata keriting, tanda-tanda infeksi parasit (tuna atu kutu) Kulit kepala klien juga penting untuk dikaji dengan cara meyibakan rambut pasien agar kondisi kulit yang ada dibaliknya terlihat dengan mudah. Perhatikan kebersihan kulit kepala , ketombe, lesi, tanda-tanda infeksi parasit (tuna atu kutu). Penting juga menanyakan pola personal Hiegyn klien gangguan rasa tidak nyaman pada derah kulit kepala seperti rasa gatal. Langkah - langkah pemeriksaan kulit adalah sebagai berikut : Persiapan alat dan bahan : Penlight/senter (Jika diperlukan) Handscoon, Masker dan scoret Handsanitizer /Air mengalir dan sabun serta tissu Alat tulis dan lembar pengkajian Prosedur Kegiatan : 1.
Persiapan Pasien Mengidentifikasi pasien, memperkenalkan diri, menyebutkan tindakan , tujuan dan prosedur secara singkat.
2.
Persiapan Lingkungan. ( Pastikan klien dalam klien dalam kondisi nyaman, tempat yang terang dan hangat serta privacy pasien terjaga).
3.
Memakai APD ( Untuk mencegah penyebaran covid 19 , petugas sudah memakai masker dan scoret sebelum pemeriksaan), mencuci tangan dan memakai handscooon
4.
Petugas menyiapkan posisi yang nyaman pada pasien. Area yang diperiksa sebaiknya terbuka penuh.
5.
Pemeriksaa kulit a.
Inspeksi warna dan pigmentasi kulit. 1)
Bandingkan
warna
dari
bagian
simetristubuh.
Beri
perhatian
lebih
pada
areaseputar
pemasangan gips.
b.
2)
Perhatikan bidang atau area kulit dimana terjadi variasi warna.
3)
Kaji adanya hiperemi atau kemerahanpada kulit.
Palpasia 1)
Palpasi suhu kulit dengan bagian dorsalatau punggung tangan. Bandingkan bagian
tubuh yang
simetris. Bandingkan bagian tubuh atas dan bagian tubuh bawah. 2)
Palpasi dengan ujung jari daerah permukaan kulit untuk merasakan kelembapannya.
3)
Tekan ringan kulit dengan ujung jari untuk
4)
Palpasi ringan kulit untuk memeriksakelembutan, ketegangan,dankedalaman lesi permukaan.
menentukan keadaan teksturnya.
Palpasi lebih dalam pada area yang tampak tidak biasa.
5)
Kaji turgor dengan mencubit kulit pada punggung tangan pada dewasa, bagian dada atau perut pada lanjut usia
6)
dan lepaskan. Perhatikan
seberapa
muduh
kulit kembali ke tempat semula.
Kaji kondisi kulit, beri perhatian khusus pada bagian yang terpajan terhadap tekanan terutama pada klienyang mengalami gangguan mobilitasuntuk mendeteksi adanya gejala lesi tekan sampai pada ulkus tekan.
6.
Pengkajian edema kulit a.
b.
Inspeksi : 1)
Inspeksi adanya lesi untuk warna,ukuran, lokasi, jenis, kelompok, dancara penularan.
2)
Inspeksi setiap area edema mengenailokasi, warna, dan bentuk.
Palpasi 1)
Palpasi setiap area edema tentangmobilitas, konsistensi, dan nyeri tekan. Untuk mengkaji pitting edema, tekankuat area tersebut selama lima detikdan lepaskan.
2)
Catat kelainan warna kulit.
3)
Kaji tekstur kulit.
4)
Kaji suhu pada pasien yang berisikogangguan balutan yang ketat.e)Rekam
warna,
bau,
sirkulasi,
jumlah,
yaitu
merekadengan gips atau
dankonsistensi dari setiap caira
yangkeluar dari lesi. Jangan memijat daerah kemerahan. 5)
Catat adanya pucat, lecet, bintil-bintil,atau tak adanya lapisan superfisial kulit(tanda awal terbentuknya luka tekan).
7.
Pengkajian KUKU a.
Inspeksi : 1)
Inspeksi
warna
bantalan
kuku,kebersihan, panjang, ketebalan danbentuk plat kuku, tekstur
kuku, sudutantara kuku dan bantalan kuku, sertakondisi kuku lateral dan proksimal disekitar kuku. b.
Palpasi : 1)
Pegang jari pasien dengan hati-hati dan observasi warna bantaan kuku.
2)
Beri tekanan yang lembut, kuat, dancepat dengan ibu jari pada bantalan kuku kemudian lepaskan.Pada saat ditekan, bantalan kuku tampk putih dan memucat, tetapi warna merah muda harus segera kembali pada saat tekanan dilepaskan. Jika warna merah muda tersebut tidak segera kembali, maka mengindikasikan adanya insufisiensi sirkulasi. Warna kebiruan atau keunguan pada bantalan kuku memberitahukan terjadinya sianosis, warna putih atau pucat terjadi karena anemia.
8.
Membuka APD dan cuci tangan
9.
Mendokumntasikan
c.
Prosedur Diagnostik Prosedur – prosedur diagnostik yang dapat digunakan untuk memabantu mengenali kelainan kulit anatara
lain : 1.
Biopsi kulit. Biopsi dilakukan dengan mengambil sedikit bagian tengan jaringan untuk pemeriksaan mikroskopis lewat eksisi
dengan skapel atau penusukan dengan alat khusus (skin punch dan Shave Biopsy). Puch Biopsi Untuk menganalisa gangguan yang terdapat pada lapisan kulit epidermis , dermis dan subcutis dan Shave Biopsy untuk menganalisa gangguan yang terdapat pada lapisan kulit epidermis. Biopsi kulit dilakukan terhadap nodul kulit yang asalnya tidak jelas dan untuk menyingkirkan kemungkinan malignitas dan terhadap plak dengan bentuk serta warna yang tidak lazim serta untuk memastikan dianosis yang tepat pada pembentukan lepuh dan kelainan kulit lainnya, 2.
Imunofluoresensi (IF) Imunofluoresensi bertujuan mengidentifikasi lokasi suatu reaksi imun. Imunofluoresensi merupakan metode
pemeriksaan menggunakan antibodi yang telah terkonjugasi dengan molekul fluoresens dan dilihat di bawah mikroskop ultraviolet. Pemeriksaan IF mengkombinasikan antigen dan antibodi dengan zat warna fluorokrom ( anti bodi dapat dibuat berpedar dengan mengikatnya pada zat warna) Tes IF pada kulit (direct IF test) merupakan teknik pemeriksaan untuk mendeteksi autoantibodi terhadap bagian-bagian kulit. Indirect IF test mendeteksi antibodi yang spesifik dalam serum pasien. 3.
Path Test Tes ini dilakukan untuk memeriksa sel- sel dari kuliy yang mengalami pelepuhan seperti herpes Zoster, varisela,
herpes simpleks dan semua bentuk pemfigus. Sekret dari lesi yang dicurigai dioleskan pada slide kaca, diwarna dan diperiksa. 4.
Pemeriksaan apus Tzanck. Pemeriksaan Apus Tzanck Tzanck test disebut juga tzanck smear atau chickenpox skin test atau hepers skin
test. Tzanck smear ini adalah suatu test dengan cara menscraping dasar dari ulcer untuk melihat tzanck cell (multinucleated cell) atau pemeriksaaan sitologi pada bula yang intact untuk melihat acantholytic cells. Tzanck cell ini biasanya pada : Herpes Zoster, Herpes simplex, Varicella, Pemhigus vulgaris, Cytomegalovirus. Tzanck smear ini mengambil bahan dari kerokan dasar vesikel dan akan didapatkan sel datia berinti banyak. Tzanck smear ini mahal, membutuhkan waktu yang lama, dan merupakan suatu prosedur yang invasive. Indikasi diakukannya tzanck smear ini adalah untuk mendeteksi proses inflamasi/proses infeksi kulit, khususnya infeksi herpes. 5.
Pemeriksaan cahaya Wood Pemeriksaan Cahaya Wood Pemeriksaan Cahaya Wood menggunakan cahaya UV gelombang panjang yang
disebut black light yang akan menghasilakan cahaya berpedar berwarna ungu gelap yang khas.cahaya akan terlihat jelas pada ruangan yang gelap, digunakan untuk membedakan lesi epidermis dengan dermis dan hipopigmentasi dengan hiperpigmentasi.
6.
Pembuatan Foto klinis Foto-foto klinis dibuat untuk memperhatikan sifat serta luasnya kelainan kulit dan dipergunakan untuk
menentukan progresivitas atau perbaikan setelah dilakukan terapi.
DAFTAR PUSTAKA Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC
Tanjung A, Yunihastuti E. Prosedur diagnostik penyakit alergi. Dalam Buku Ajar Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing