Modul Praktikum Parasitologi PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI HELMINTOLOGI DAN PROTOZOA USUS BLOK 3.1 DIGESTIVE SYSTEM II Disusun oleh: Penanggung Jawab Mata Kuliah dr. Hj. Noer Aini, M.Kes, Ph.D NAMA



: ………………………………………………………………..



NIM



: ………………………………………………………………..



TUTOR



: ………………………………………………………………..



KELOMPOK : ………………………………………………………………..



UNIT LABORATORIUM TERPADU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG SEMESTER GANJIL TA 2020/2021 Modul Praktikum Parasitologi Blok Digestive System II_2020



Page 1



DAFTAR ISI



Tata Tertib Praktikum ..............................................................................................



2



Kata Pengantar ..........................................................................................................



3



I.Tujuan Praktikum ......................................................................................................



4



II. Teori Praktikum ......................................................................................................



5



III. Prosedur Kerja ...............................................................................................



30



IV. Daftar Pustaka .......................................................................................................



30



Lembar Kerja Praktikum .............................................................................................



31



Modul Praktikum Parasitologi Blok Digestive System II_2020



Page 2



TATA TERTIB UMUM PRAKTIKUM LABORATORIUM TERPADU 1. Praktikum dan ujian praktikum dilaksanakan sesuai jadwal yang telah dibuat dan disetujui bersama oleh Ketua Blok, Medical Education Unit (MEU) atau Pharmaceutical Education Unit (PEU), dan Kepala Lab Terpadu, sesuai dengan alur (SOP) penjadwalan praktikum dan ujian praktikum. 2. Mahasiswa yang akan melakukan praktikum dan ujian praktikum harus sudah hadir paling lambat 10 menit sebelum kegiatan dilakukan. 3. Mahasiswa yang akan melakukan praktikum harus membuat prosedur kerja praktikum/ tugas pendahuluan dan menyerahkannya ke dosen pembimbing sebelum praktikum dimulai. 4. Mahasiswa yang melakukan praktikum dan ujian praktikum di Laboratorium Terpadu harus menjaga dan merawat semua fasilitas yang ada di dalam laboratorium. 5. Mahasiswa yang melakukan praktikum dan ujian praktikum tidak diperkenankan untuk menggunakan instrumen tanpa sebelumnya melakukan orientasi atau pelatihan yang diberikan oleh dosen pengampu praktikum. 6. Mahasiswa tidak diperkenankan menggunakan alat komunikasi di luar keperluan praktikum. 7. Mahasiswa, dosen, dan laboran tidak diperkenankan membawa makanan dan minuman ke dalam laboratorium. 8. Mahasiswa yang melakukan praktikum dan ujian praktikum tidak diperkenankan untuk melakukan kegiatan-kegiatan lain selama berada di dalam laboratorium. 9. Mahasiswa, dosen, dan laboran yang melakukan praktikum dan ujian praktikum yang berada di dalam laboratorium harus selalu memakai jas laboratorium dan sepatu tertutup. 10. Mahasiswa yang melakukan praktikum dan ujian praktikum yang berada di dalam laboratorium wajib memakai semua alat perlindungan pribadi (Personal Protection Equpment, PPE) yang sesuai dengan prosedur yang dilakukan. 11. Mahasiswa yang melakukan praktikum dan ujian praktikum yang berada di dalam laboratorium harus memperhatikan dan mengikuti Safety Data Sheet untuk setiap bahan yang digunakan. 12. Mahasiswa, dosen, dan laboran yang melakukan praktikum dan ujian praktikum yang berada di dalam laboratorium harus mengikuti instruksi kerja alat (IKA) untuk setiap Modul Praktikum Parasitologi Blok Digestive System II_2020



Page 3



penggunaan instrumen atau alat selama praktikum, yang meliputi tahap persiapan, penggunaan, dan pembersihan setelah penggunaan. 13. Mahasiswa yang melakukan praktikum dan ujian praktikum yang berada di dalam laboratorium tidak diperkenankan memasukkan orang yang tidak berkepentingan ke dalam laboratorium. 14. Mahasiswa yang melakukan praktikum harus selalu membawa modul praktikum, lembar-lembar pencatatan, dan alat-alat yang diperlukan masing-masing praktikum. 15. Mahasiswa yang melakukan praktikum harus melakukan pengembalian semua alat yang digunakan dalam keadaan bersih dengan waktu yang sesegera mungkin.



Modul Praktikum Parasitologi Blok Digestive System II_2020



Page 4



KATA PENGANTAR



Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan pembuatan modul petunjuk praktikum Parasitologi Blok Digestive System 2 Modul petunjuk praktikum Parasitologi Blok Digestive System 2 ini dibuat dalam rangka penyelenggaraan proses pembelajaran dalam bentuk Problem Based Learning (PBL)



yang



diberlakukan di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Islam Malang. Kami menyadari akan kekurangan dalam pembuatan modul ini dan merupakan kebanggaan kami apabila para pembaca dapat memberikan saran dan kritik untuk kesempurnaan modul ini Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dr. Dini Sri Damayanti, M. Kes selaku ketua Program Studi Pendidikan Dokter FK Universitas Islam Malang, para teman sejawat, teman dosen dan seluruh pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan tugas ini. Demikian yang dapat kami sampaikan dan semoga modul ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin. Wassalamualaikum Wr. Wb.



Penyusun Penangggung Jawab Mata Kuliah Parasitologi



dr. Noer Aini, M.Kes,Ph.D



Modul Praktikum Parasitologi Blok Digestive System II_2020



Page 5



I. TUJUAN PRAKTIKUM 1.



Mengetahui morfologi dan struktur Helmint usus pathogen pada manusia



2.



Mengetahui morfologi dan struktur Protozoa usus pathogen pada manusia



II. TEORI PRAKTIKUM NEMATODA USUS 1. Ascaris Lumbricoides (Linnaeus, 1758) Ascaris lumbricoides bersama-sama dengan cacing tambang, Trichuris trichiura dan Strongyloides stercoralis secara epidemiologis dikelompokkan sebagai cacing-cacing yang ditularkan melalu perantaraan tanah (‘soil transmitted helminthiasis). Untuk menjadi stadium infektif, cacingcacing ini umumnya memerlukan tumbuh di tanah selama beberapa waktu (kecuali Strongyloides stercoralis yang dapat terjadi siklus langsung, yaitu larva filariformis terbentuk masih dalam rektum, dan pada keadaan tertentu cacing tambang, misalnya pada penderita yang mengalami konstipasi, larva filariformis dapat terbentuk sewaktu masih di dalam rektum). Untuk menegakkan diagnosis ascariasis, dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium terhadap tinja dalam medium air. Telur Ascaris, selain dapat ditemukan dari tinja, juga dapat ditemukan dari tanah, air atau bahan makanan yang tercenar (misal : sayur), dengan metode konsentrasi. Selain telur, cacing dewasa Ascaris juga dapat ditemukan keluar melewati anus, atau pada keadaan tertentu (jarang) seperti ‘erratic migration’ ditemukan keluar melalui hidung atau mulut, atau ditemukan dalam appendiks. Oleh karena itu selain mengenal morfologi telur perlu juga dikenal morfologi cacing dewasa.



Morfologi Telur 1. Telur Fertil dengan Selubung Protein albuminoid : - Berbentuk bulat telur, lebar, panjang ± 60-75 µ - Di sebelah paling luar terdapat selubung protein/ albuminoid dengan permukaan luar kasar berbenjol-benjol/ bergelombang, terwarna oleh pigmen empedu sehingga berwarna coklat kekuningan sampai coklat gelap. - Di sebelah dalamnya terdapat dinding telur yang tebal, transparan, tidak berwarna, di sebelah lebih dalam lagi terdapat membran vitelina yang pada sediaan sukar dilihat. - Di dalam telur terdapat sel germinativum berbentuk bulat, dan karena ruang yang terbentuk oleh dinding telur berbentuk lonjong sedang isinya, sel germinativum berbentuk bulat maka terbentuk rongga berbentuk bulan sabit (celah semilunaris) di kedua ujungnya. 2. Telur Fertil tanpa Selubung Protein :



Modul Praktikum Parasitologi Blok Digestive System II_2020



Page 6



- Seperti telur fertil dengan selubung protein, hanya kehilangan/ tanpa selubung protein, sehingga permukaan luar telur terlihat halus. 3. Telur infertil : - Berbentuk ellipsoid panjang, lebih besar dan lebih memanjang dibanding telur fertil, ukuran lebih bervariasi, panjang ±60-90 µ - Dinding telur tipis, berkelok-kelok, tipis, permukaan berbenjol-benjol (bandingkan dengan dinding telur fertil), bisa tertutup atau tidak tertutup selubung protein - Berisi massa yang disorganisasi berupa granula yang sangat refraktil dengan bermacam-macam ukuran.



a



b c



d Telur infertil



Telur fertil tanpa selubung protein



Telur fertil dengan selubung protein



Keterangan gambar 1 (telur fertil) : a :



selubung protein



b :



dinding telur



c :



sel germinativum



d :



celah semilunaris



Morfologi Cacing Dewasa - Cacing ini merupakan parasit nematoda terbesar pada manusia - Berbentuk silindris, berwarna putih atau kuning kemerahan, ujung anterior tumpul sedang ujung posterior lebih meruncing - Pada tiap-tiap sisi terdapat garis-garis longitudinal (lateral lines) berwarna putih sepanjang badan cacing. - Tubuhnya ditutupi kutikula bergaris-garis melintang. - Pada ujung anterior terdapat 3 buah labia/ bibir, satu di mediodorsal, sepasang di ventrolateral, dan di tengah, di antara ketiga bibir terdapat kavum bukalis kecil berbentuk segitiga. - Cacing jantan berukuran panjang ± 10-31 cm, diameter ± 2-4 mm, ujung posterior melengkung ke ventral dengan sepasang spikula kopulatorius silindris dan bentuknya sederhana yang terletak dalam kantong.



Modul Praktikum Parasitologi Blok Digestive System II_2020



Page 7



- Cacing betina lebih besar dari cacing jantan, berukuran panjang 20-35 cm, Ø 3-6 mm, vulva terletak di ventral tengah, ± di sepertiga anterior tubuh.



d e



Ujung anterior Keterangan gambar 2 ( morfologi cacing dewasa): A : betina B : jantan a : organ seksual betina b : perbesaran ujung anterior; c : sepasang spikula d : bibir (berjumlah 3) e : kavum bukalis



2. Enterobius vermicularis (Linnaeus, 1758, Leach 1853) Telur cacing ini dikeluarkan dari cacing betina di sekitar anus terutama malam hari sehingga telur cacing ini hanya ditemukan pada pemeriksaan dengan ‘anal swab’ atau dengan pemeriksaan menggunakan ‘cellophan tape’. Cacing dewasa betina kadang dapat juga ditemukan di perianal.



Morfologi Telur - Berbentuk ellipsoid, salah satu sisi mendatar, sisi lain melengkung. - Panjang 50-60 µ, lebar 20-30 µ



Modul Praktikum Parasitologi Blok Digestive System II_2020



Page 8



- Berdinding hialin, transparan - Biasanya ditemukan sudah mengandung embrio dalam stadium ‘tadpole’ (kecebong)



Cacing Dewasa - Berbentuk silindris - Pada ujung anterior terdapat 3 labia dan sepasang alae berupa pelebaran kutikula ke arah dorsal dan ventral, disebut ‘cephalic alae’ - Bulbus esofagus ganda - Jantan : panjang 2-5 mm; diameter 0,1-0,2 mm; ujung posterior sangat melengkung ke ventral dengan spikula kopulatorius yang jelas, tidak ada gubernakulum, mempunyai bursa yang kecil yang tampak sebagai alae kaudal. - Betina : panjang 8-13 mm, diameter 0,35-0,5 mm, bagian ekor meruncing, vulva terletak kira-kira 1/3 bagian anterior.



Gambar 3 : anterior cacing dewasa (kiri), telur E. vermicularis (kanan)



Modul Praktikum Parasitologi Blok Digestive System II_2020



Page 9



Gambar 4 : morfologi cacing dewasa betina dan jantan 3. Trichuris trichiura (Linnaeus, 1771) Stiles 1761 Untuk mengetahui infeksi cacing T.trichiura dapat dilakukan dengan pemeriksaan tinja seperti pada Ascaris. Telurnya juga dapat ditemukan dari pemeriksaan tanah atau bahan makanan dengan metode konsentrasi. Ekspulsi cacing dewasa melalui anus kadang dapat terjadi, atau kadang (meskipun jarang) pada infeksi berat, cacing dapat ditemukan menempel pada mukosa rectum yang prolaps



A. Telur : -



Berbentuk seperti tong (barrel shape)



-



Ukuran panjang 50 -54µ, lebar 22-23 µ



- Dinding tebal, terdiri dari dua lapis, bagian luar tercat pigmen empedu, berwarna coklat sampai coklat gelap - Pada kedua ujung tampak gambaran sumbat/pasak mukoid (mukoid plug) yang tidak tercat oleh pigmen empedu -



Sewaktu keluar bersama tinja belum terjadi segmentasi



Modul Praktikum Parasitologi Blok Digestive System II_2020



Page 10



B. Cacing dewasa - Berbentuk seperti cambuk 3/5 anterior langsing, makroskopis tampak seperti benang 2/5 bagian posterior gemuk lebar - Ukuran jantan 30 – 45 mm. ujung caudal melengkung ≥ 360 º, mempunyai S, berbentuk seperti tombak yang menonjol dari lembaran penial refraktil dan berakhir sebagai bulbus dan mempunyai sisik kecil yang mengarah ke anterior - Ukuran betina 35 – 50 mm, ujung kaudal membulat tumpul, vulva bermuara pada permukaan ventral ujung abterior bagian badan yang membesar



Gambar 5 : telur T.trichiura



A



B



Gambar 6 : Cacing dewasa jantan (A) dan cacing betina (B)



Modul Praktikum Parasitologi Blok Digestive System II_2020



Page 11



4.



Necator americanus (Stiles, 1902, Stiles, 1906) Bersama dengan Ancylostoma duodenale, cacing ini dikelompokkan sebagai cacing tambang.



Meskipun memiliki beberapa perbedaan dalam distribusi geografis, tetapi keduanya mempunyai daur hidup yang serupa. Untuk melacak keberadaan cacing tambang di dalam usus manusia dapat dilakukan pemeriksaan tinja langsung (seperti pada pemeriksaan rutin tinja), dengan metode konsentrasi atau biakan tinja menurut Harada Mori. Pada pemeriksaan tinja langsung maupun konsentrasi dapat ditemukan telur atau kadang-kadang (jarang, misalnya pada penderita konstipasi), dapat ditemukan larva rhabtidiformis, sedang pada biakan tinja dicari larva baik rhabtidiformis maupun filariformis, sehingga perlu dikenali morfologinya dengan baik. Larva, terutama rhabtidiformis sukar dibedakan antara N. Americanus dengan A. duodenale, tetapi dapat dibedakan dari larva S. Stercoralis. Morfologi Telur - Telur Necator americanus tidak dapat dibedakan dari telur Ancylostoma duodenale - Berbentuk oval atau ellipsoidal - Ukuran panjang 55-75 µ, lebar 35-42 µ - Berdinding hialin, transparan, tipis, satu lapis - Telur yang diambil dari feses yang masih baru mengandung 4-8 sel, tapi bila diambil dari feses yang sudah lama bisa didapatkan telur yang telah mengandung larva rhabtidiformis. Morfologi Cacing Dewasa Makroskopis : - Warna putih abu-abu/ kemerahan - Cacing jantan ujung posteriornya melengkung ke ventral dan mempunyai bursa kopulatrik. - Silindris,lebih kecil dan lebih langsing dibanding Ancylostoma duodenale, melengkung ke dorsal, membentuk huruf S - Cacing betina lebih besar dari pada yang jantan - Jantan : panjang 7-9 mm, diameter 0,4 mm, bursa panjang dan lebar - Betina : panjang 9-11 mm, diameter 0,4 mm Mikroskopis : - Kapsula bukalis kecil, terdapat: 



1 pasang lempeng pemotong ventral







1 pasang lempeng pemotong dorsal







1 pasang gigi subventral/ lateral







1 pasang gigi dorsal



- Bursa kopulatrik :



Berbentuk ½ lingkaran Di bagian dalam kapsula bukalis



o



Di ujung posterior cacing jantan dewasa, merupakan alat kopulasi



o



Diperkuat dengan 7 pasang ‘ray’ :  Dorsal, bercelah 2, dikatakan bercabang 3, atau trifida atau ‘tri partite’



Modul Praktikum Parasitologi Blok Digestive System II_2020



Page 12



 Eksternodorsal  Posterolateral  Mediolateral  Eksternolateral  Lateroventral  Ventroventral o



Terdapat sepasang spikula kopulatorius seperti cambuk, ujungnya bersatu dan melebar, membentuk kait.



a b c d e



f g Gambar 7 Keterangan gambar 7 : a : lempeng ventral b : lempeng dorsal c : gigi lateral d : gigi dorsal e : bursa kopulatrik dgn 7 pasang ray (terdapat sepasang spikula kopulatrik) f : morula g : dinding telur



Modul Praktikum Parasitologi Blok Digestive System II_2020



Page 13



5. Ancylostoma duodenale (Dubini, 1843, Crepin, 1845) Seperti N. Americanus, untuk melacak keberadaan cacing ini di dalam usus manusia dapat dilakukan pemeriksaan tinja langsung, dengan metode konsentrasi atau biakan tinja menurut Harada Mori. Pada pemeriksaan tinja langsung maupun konsentrasi dapat ditemuka telur kadang-kadang (jarang, misalnya pada tinja penderita konstipasi), dapat ditemukan larva rhabtidiformis, sedang pada biakan tinja dicari larva baik rhabtidiformis maupun filariformis.



Morfologi Larva Rhabtidiformis - Panjang ±0,25-0,5 mm, diameter 17 µm - Mulut terbuka, kapsula bukalis panjang, sempit - Esofagus berbentuk seperti botol, panjangnya ± 1/3 panjang tubuh -



Primordium genital kecil, tidak jelas/ susah dilihat



a



b c



d



e



Gambar 8 : larva rhabditiform A.duodenale



Keterangan gambar 8: a : kavum bukalis b : mulut c : esofagus d : bulbus esofagus e : usus



Modul Praktikum Parasitologi Blok Digestive System II_2020



Page 14



Morfologi Larva Filariformis - Tubuhnya langsing, panjang 0,5-0,6 mm - Mulut menutup, panjang esofagus pendek, ±1/4 panjang tubuh



esofagus Kavum bukalis Gambar 9 : Larva filariform Morfologi Cacing Dewasa Makroskopis : - Warna putih abu-abu/ kemerah-merahan - Gemuk, bagian anterior agak meruncing, bagian ujung anterior menghadap ke arah dorsoanterior karena adanya curvatura cervical, sehingga berbentuk seperti huruf S - Cacing jantan ujung posteriornya melengkung ke ventral dan mempunyai bursa kopulatrik - Cacing betina lebih besar daripada yang jantan - Jantan : panjang 8-11 mm, diameter 0,4-0,5 mm - Betina : Panjang 10-13 mm, diameter 0,6 mm



Mikroskopis : - Kapsula bukalis lebar, bentuk oval, diameter transversal lebih besar - Di sebelah ventral (ditandai 4 panah hitam) terdapat gigi pemotong terdiri dari 2 pasang gigi yang menyatu, gigi luar lebih besar daripada gigi dalam, gigi dalam mempunyai prosessus medianus yang tak jelas. - Di sebelah dorsal terdapat lempeng gigi dengan celah median. - Bursa kopulatrik : ‘dorsal ray’ mempunyai 1 celah, sehingga dikatakan ‘dorsal ray’ bercabang 2 (bifida, ‘bipartite’) - Terdapat sepasang spikula kopulatorius seperti cambuk yang ujungnya tetap terpisah atau sejajar.



Modul Praktikum Parasitologi Blok Digestive System II_2020



Page 15



Gambar 9 : morfologi cacing dewasa jantan dan betina A.duodenale



6.



Strongyloides stercoralis (Bavay, 1876, Styles and Hassall, 1902) Untuk menegakkan diagnosis Strongiloidiasis perlu dilakukan pemeriksaan tinja untuk



melacak keberadaan larva (terutama rhabtidiformis), baik dengan pemeriksaan tinja secara langsung maupun dengan biakan Harada Mori. Telur S. Stercoralis sukar/ jarang ditemukan karena biasanya sudah menetas menjadi larva rhabtidiformis sewaktu masih di dalam rektum.



Morfologi Larva Rhabtidiformis - Panjang 200 – 400 µ, diameter 16-18 µ - Kavum bukalis pendek, diameternya kecil, hanya tampak sebagai suatu garis tipis - Panjang esofagus dibanding panjang badan larva ± 1 : 3 - Bagian posterior esofagus terdapat penyempitan oleh karena cincin saraf dan di sebelah anal (posterior) penyempitan esofagus berbentuk sebagai bulbus bulbus esofagus. - Primordium genital relatif jelas, terletak ± dipertengahan usus.



Modul Praktikum Parasitologi Blok Digestive System II_2020



Page 16



Primordium genital



mulut esofagus



Cincin saraf



Bulbus esofagus



usus



Gambar 10 : Morfologi rhabditiform larva S.stercoralis



Morfologi Larva Filariformis - Panjang 400- 700 µ, diameter 12- 20 µ - Berbentuk langsing panjang - Sangat menyerupai larva filariformis cacing tambang, hanya disini esofagus relatif lebih panjang, ± ½ panjang badan - Tidak ada bulbus esofagus - Ujung ekor bertakik



Gambar 11 : Morfologi larva filariform S.stercoralis



Modul Praktikum Parasitologi Blok Digestive System II_2020



Page 17



Morfologi Cacing dewasa yang hidup bebas - Jantan : panjang 0,7- 1 mm, diameter 40- 50 µ, berbentuk rhabditoid, fusiform lebar, ekor runcing dan melengkung ke ventral, mempunyai sepasang spikula dan gubernakulum. - Betina : panjang ± 1- 1,7 mm, lebar 50- 70 µ, badan gemuk, rhabditoid, terisi penuh dengan telur yang memenuhi sebagian besar tubuh.



Gambar 12 : S.stercoralis jantan memiliki spikula (panah merah)



Modul Praktikum Parasitologi Blok Digestive System II_2020



Gambar 13 : S.stercoralis betina dengan deretan telur pada tubuhnya



Page 18



TREMATODA USUS Fasciola hepatica (Linnaeus, 1758) Cacing ini hidup dalam saluran empedu. Telurnya dikeluarkan ke saluran empedu  usus  keluar dari tubuh hospes (manusia) bersama tinja.



Morfologi Telur - Bentuk elipsoida panjang, besar, panjang 130- 145 µ, lebar 70- 90 µ - Berwarna kekuningan saampai coklat terang, dinding satu lapis, tipis, transparan. - Mempunyai operkula yang tidak begitu jelas kelihatan pada salah satu ujungnya - Sewaktu keluar bersama feses belum terjadi segmentasi.



Gambar 14 : Telur F.hepatica tampak operkulum pada sisi kiri



Morfologi Cacing Dewasa - Besarnya bisa sampai 20- 30 mm x 8- 13 mm - Bentuknya pipih seperti daun dengan gambaran yang khas seperti bahu - Mempunyai kerucut kepala (‘cephalic cone’) - Mempunyai batil isap kepala (‘oral sucker’) dan batil isap perut (‘ventral sucker’) yang sama besar. - Usus mempunyai banyak divertikulum - Testis bercabang banyak dan tersusun sebagai tandem. - Kelenjar vitellaria bercabang-cabang merata di bagian lateral dan posterior - Uterus pendek, berkelok-kelok



Modul Praktikum Parasitologi Blok Digestive System II_2020



Page 19



Gambar 15 : Cacing dewasa F.hepatica



CESTODA USUS 1.



Taenia solium Cacing ini hidup dalam rongga usus manusia. Telur dikeluarkan bersama tinja. Kadang, pada



kondisi tertentu, proglotid dapat keluar melalui anus. Untuk mengetahui spesies yang menginfeksi penderita hanya dapat dilakukan dengan memeriksa proglotid atau skoleks, tetapi karena skoleks ini kecil, sukar ditemukan, dan baru dikeluarkan dari usus setelah pengobatan, maka identifikasi spesies lebih banyak dilakukan dengan memeriksa proglotid. Sedang pemeriksaan skoleks digunakan untuk mengetahui keberhasilan pengobatan. Bentuk infektif terhadap manusia adalah sistiserkus selulosa yang terdapat pada daging babi, tetapi manusia, oleh karena berbagai sebab, juga dapat menderita sistiserkosis selulosa.



Morfologi Telur - Telur T. Solium dan T. Saginata sulit dibedakan - Bentuk membulat berukuran 30-43 x 29-38 µ, dinding telur (embriofor) bergaris-garis radier, berisi onkosfer (embrio heksakan) yang memiliki 3 pasang kait kecil



Selubung hialin



-



Modul Praktikum Parasitologi Blok Digestive System II_2020



Page 20



- Gambar 16. Telur Taenia sp Morfologi Cacing Dewasa - Panjang 2-4 m dapat sampai 7 m - Skoleks globuler, diameter ± 1 mm, dilengkapi 4 batil penghisap(‘suckers’), rostelum berkait tersusun dua baris dan terdiri dari kait-kait besar dan kecil. - Leher pendek, lebarnya ± ½ diameter kepala (‘skoleks’), bagian posterior sebagai area proliferasi dan bersambung dengan rangkaian proglotid (strobila) imatur, matur dan gravid. - Segmen (proglotid) imatur pendek-pendek, alat kelamin belum sempurna. - Segmen matur hampir bujur sangkar, alat kelamin sudah berkembang sempurna, kantong sirus komedial melebihi saluran ekskresi lateral/ longitudinal, uterus seperti gada, ovarium dua buah (bilobi) ditambah satu lobus kecil sehingga bisa disebut trilobi. - Segmen gravid panjang, mirip persegi panjang - Uterus seperti batang yang memiliki 7- 12 percabangan lateral (rata-rata 9), penuh berisi telur - Jumlah total segmen kurang dari 1000



kait Batil isap



Gambar 17 : Skolex (kiri) dan proglotid T.solium (kanan)



Morfologi Sistiserkus Selulosa - Merupakan larva infektif bagi manusia - Berbentuk gelembung subsferis, bagian dinding yang invaginasi terdapat skoleks - Diameter 0,5- 1 cm (5 x 8-10 mm) - Dengan jaringan sekitarnya dipisahkan oleh jaringan fibrosa - Kecuali bila berada di korpus vitreum



otot



sistiserku s Kapsula fibrosa



Modul Praktikum Parasitologi Blok Digestive System II_2020



Page 21



Gambar 18 : Sistisekosis selulosa



2.



Taenia saginata Seperti T .solium, cacing ini juga hidup dalam rongga usus manusia. Telur dikeluarkan



bersama tinja. Proglotid cacing ini dapat bergerak aktif sehingga sering keluar melalui anus. Pemeriksaan proglotid diperlukan apabila diinginkan identifikasi spesies. Seperti T.solium, pemeriksaan skoleks digunakan untuk mengetahui keberhasilan pengobatan.



Morfologi Cacing Dewasa - Panjang 3,5- 4,5 m dapat sampai 25 m, strobial terdiri atas proglotid (segmen) yang jumlahnya sampai 2000. - Skoleks piriform, diameter 1,5 – 2 mm, dilengkapi 4 batil penghisap, tidak punya rostelum, bagian terminal berupa diskus berpigmen. - Leher, lebar kurang dari separo diameter kepala, bagian posterior sebagai area proliferasi yang berhubungan langsung dengan segmen imatur - Segmen imatur pendek- pendek, alat kelamin belum sempurna. - Segmen matur berbentuk



amper bujur sangkar, kantong sirus komedial tidak melebihi saluran



ekskresi lateral/ longitudinal, uterus seperti gada, porus genitalis monolateral bergantian. - Segmen gravid panjang, uterus memiliki 15- 30 cabang lateral, penuh berisi telur.



Penebalan kutub embriosfor



onkosfer



Gambar 19 : T.saginata (A) skolek (B) Progotid (C) Telur



Modul Praktikum Parasitologi Blok Digestive System II_2020



Page 22



PROTOZOA USUS 1.



Entamoeba histolytica



Entamoeba histolytica mempunyai 2 stadium / bentuk, yaitu trofozit yang biasanya ditemukan pada tinja encer dan kista yang dapat ditemukan pada tinja padat. Trofozoit: 



Ukurannya bervariasi antara 12-60 um, pada feces cair dan baru, dapat ditemukan trofozoit yang besar.







Ektoplasma jernih, tebal, kadang-kadang bisa tampak pseudopodi yang berbentuk seperti jari.







Endoplasma granular, di dalamnya terdapat vakuola makanan yang sering kali berisi eritrosit.







Nucleus berbentuk sferis, diameternya sekitar 1/5-1/6 dari diameter amoeba seluruhnya, berisi kariosoma kecil yang terletak sentral dan dihubungakan dengan membrane nukleus oleh fibril akromatik halus tersusun raider, dinding sebelah dalam dari neklues terdapat penimbunan granula kromatin yang reguler halus.



Kista: 



Bentuknya biasanya sferis, subsferis atau avoid, dindingnya tipis.







Diameter bervariasi antara 10-20 um.







Kista yang masak mempunyai 4 nukleus yang dengan pengecatan Iod kariosomanya terlihat sebagai titik kuning muda berkilauan dikelilingi nukleoplasma coklat kekuningan agak gelap.







Kista muda didalam sitoplasmanya terdapat benda – benda kromatoid berupa batang – batang seperti sosis dengan ujung membulat, refraktif, tapi pada kistanya benda – benda kromotoid menjadi kabur atau bahkan tidak tampak sama sekali ; juga vakuola glikogen dapat terlihat pada kista muda, sedang pada kista masak jarang ditemukan.



Modul Praktikum Parasitologi Blok Digestive System II_2020



Page 23



ektoplasma endoplasma nukleus



pseudopodia



Endosoma sentral



Gambar 20 : trofozoit E histolytica



inti Kariosoma sentral



inti



Benda kromatoid dengan ujung tumpul



Benda kromatoid



Gambar 21 : kista E.histolytika dengan 4 inti (kiri), diagramatik (kanan)



Modul Praktikum Parasitologi Blok Digestive System II_2020



Page 24



2. Entamoeba Coli Entamoeba coli hidup komensal dengan protozoa usus lainnya didalam rongga usus besar/kolon. Bentuk trofozoitnya juga ukurannya mirip dengan Entamoeba histolytica. Oleh karena itu meskipun tidak bersifat pathogen, perlu dipelajari morfologinya untuk membedakannya dari Entamoeba histolytica. Trofozoit:  Ukurannya bervariasi antara 15-50 um.  Sitoplasma granular, ektoplasmanya sukar dibedakan dari endoplasma, dengan pengecatan iron – hematoksilin ektoplasma relative non – regular dibanding endoplasma yang lebih granular, pseudopodi pendek dan lebar.  Nucleus berbentuk sferis, membran nuklei relatif tebal dengan granula kromatin yang kasar irregular dengan kariosoma yang cukup besar dan terletak eksentrik.  Vakuola makanan berisi bakteri, tidak mengandung sel darah. Kista:  Berbentuk sferis atau subsferis, berdinding tipis, diameternya bervariasi antara 10-35 um.  Pada kista yang belum masak terdapat benda – benda kromatoid berujung runcing, massa irregular dan massa glikogen yang agak padat dengan tepi yang kabur ; pada kista yang masak massa glikogen dan benda – benda kromotoid ini menjadi kurang padat atau hilang sama sekali.  Kista yang masak mempunyai 8 nuklues kadang 16 atau lebih.



Vacuola makanan



Benda kromatoid dengan ujung runcing



Inti 2 - 8



Inti



kariosome



Gambar22 : diagramatik trofozoit (kiri) dan kista (kanan) Entomoeba.coli



Modul Praktikum Parasitologi Blok Digestive System II_2020



Page 25



1.



Balantidium coli



Balantidium coli merupakan satu-satunya siliata pathogen dan merupakan protozoa yang terbesar ukurannya. Spesimen dari tersangka Balantidiasis yang dianjurkan untuk dikirim ke laboratorium parasitologi adalah: o



Tinja : dilakukan pemeriksaan tinja rutin (sediaan basah)



o



Biopsi : biasanya dikirim ke Lab.PA untuk pemeriksaan histopatologi rutin.



Protozoa ini juga mempunyai 2 stadium / bentuk, yaitu : trofozoit dan kista. Trofozoit : 



Bentunya ovoid besar seperti kantong (balantidium – kantong kecil) ; panjangnya 50 – 100 um, lebar 40 – 70 um.







Badannya tertutup silia yang berjalan longitudinal dan tersusun sebagai spiral.







Ujung anterior agak meruncing, terdapat sitoplasma yang mempunyai silia panjang dan periostom sempit berupa lekukan yang dalam yang berbentuk segitiga atau conus.







Pada ujung posterior membulat lebar terdapat lubang ekskresi yang tidak jelas disebut sitopige.







Sitoplasma berisi sejumlah vakuola makanan atau vakuola kontraktil.







Mempunyai 2 nukleus , yang satu lebar disebut makronukleus, berbentuk seperti ginjal yang langsing dan padat dengan timbunan granula kromotin, sedang nukleus yang lain kecil disebut mikronuskleus, terletak pada bagian konkav dari makronukleus, berbentuk bulat dan tercat kuat.



Kista : 



Bentuknya bulat, subsferis atau lonjong, dinding kista 2 lapis.







Ukuran rata-rata : 55 x 52 um, berkisar antara 45 – 56 um.







Tanpa pengecatan kista berwarna hijau kekuningan.







Didalam kista masak makronukleus, vakuola kontraktil dan silia.



Gambar 23 : kista (kiri) dan trofozoit (kanan) Balantidium coli



Modul Praktikum Parasitologi Blok Digestive System II_2020



Page 26



1.



Giardia lamblia



Giardia lamblia merupakan protozoa usus yang paling sering didiagnosa. Spesimen dari tersangka giardiasis yang dianjurkan untuk dikirim ke lab. Parasitologi adalah : o Tinja : dilakukan pemeriksaan tinja sediaan basah dan sediaan apus permanen. o Isi duodenum : dilakukan bilas duodenum. o Entero test : mengambil bahan dari isi duodenum dengan cara sederhana sehingga tidak dibutuhkan lagi intubasi intestinal. o Biopsi : biasanya dikirim ke Lab.PA untuk pemeriksaan histopatologi rutin.



Parasit ini juga mempunyai 2 stadium / bentuk, yaitu trofozoit dan kista. Trofozoit : 



Trofozoit berbentuk pyriform (buah per), ujungnya anterior membulat, ujung posterior meruncing, ukuran bagian yang terpanjang 10 – 20 um, terlebar 5 – 15 um, tebal 2 – 4 um.







Permukaan dorsal cembung sedang separo permukaan ventral, bagian anterior agak cekung (“sucking disc”).







Nukleus sepasang, dikanan – kiri linea mediana, berbentuk ovoid berisi kariosoma berupa massa kromatin padat yang terletak sentral atau berupa granula kromatin yang tersebar diseluruh nukleoplasma, membrane nucleus tipis dan tidak ada penimbunan kromatin.







Mempunyai 1 pasang flagelia yang terpangkal pada organella superfisial, 2 pasang flagelia lateral, sepasang flagelia ventral, sepasang flagelia posterior.







Benda parabasal yang terbentuk pisang / sosis sedikit melengkung terletak melintang atau miring tepat di belakang sucking disc.



Gambar 24 : trofozoit G.lamblia pewarnaan trichom (kiri), diagramatik (kanan)



Modul Praktikum Parasitologi Blok Digestive System II_2020



Page 27



Kista : 



Berbentuk ovoid (oval), panjang 8-19 um , rata-rata 11 – 14 um, lebar 7 – 10 um.







Ektoplasma padat, granular.







Mempunyai dinding kista tipis, jernih







Flagella ditarik masuk ke dalam aksonema sehingga memberikan gambaran sebagai 4 pasang sikat yang melengkung (gambaran serutan kayu).







Kista yang masak mempunyai 4 nukleus, pada preparat yang tidak dipulas tidak terlihat jelas.



A



B C



D



Gambar 25 : kista G.lamblia dengan pewarnaan Jod (kiri), diagramatik (kanan) A = inti, B = aksonema, C = benda parabasal, D = flagel



DAFTAR PUSTAKA Chiodini 2003: Atlas Medical Helminthology and Protozoology, Fourth Edition



Modul Praktikum Parasitologi Blok Digestive System II_2020



Page 28



PREPARAT Ascaris lumbricoides ( morfologi telur infertile dan fertile, cacing dewasa jantan dan betina )



Keterangan



Modul Praktikum Parasitologi Blok Digestive System II_2020



Page 29



PREPARAT Enterobius vermicularis ( morfologi telur, cacing dewasa jantan dan betina)



Keterangan :



PREPARAT Trichuris trichiura ( morfologi telur , cacing dewasa jantan dan betina)



Keterangan :



Modul Praktikum Parasitologi Blok Digestive System II_2020



Page 30



PREPARAT Ancylostoma duodenale ( morfologi larva rhabditiform, filariform, cacing dewasa jantan dan betina)



Keterangan



Modul Praktikum Parasitologi Blok Digestive System II_2020



Page 31



PREPARAT Necator americanus ( morfologi larva rhabditiform, filariform, cacing dewasa jantan dan betina)



Keterangan



Modul Praktikum Parasitologi Blok Digestive System II_2020



Page 32



PREPARAT Strongyloides stercoralis ( morfologi larva rhabditiform, filariform, cacing dewasa jantan dan betina)



Keterangan



Modul Praktikum Parasitologi Blok Digestive System II_2020



Page 33