Modul SKI Kelas 9 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEMBELAJARAN JARAK JAUH Kelas IX MTsN 2 Garut Nurul Jubaedah, S.Pd.,M.Ag



BAB 1 SEJARAH ISLAM DI INDONESIA Kompetensi Dasar Semester Ganjil 3.1 Menganalisis sejarah penyebaran Islam di Indonesia Indikator 3.1.1 Menjelaskan sejarah masuknya Islam di Indonesia 3.1.2 Mengidentifikasi bukti masuknya Islam di Indonesia 3.1.3 Menguraikan teori masuknya Islam di Indonesia 3.1.4 Menjelaskan perkembangan Islam di Indoneia 1. Kondisi Masyarakat Indonesia sebelum Islam Kondisi masyarakat Indonesia sebelum Islam dapat dilihat dari beberapa aspek, di antaranya perekonomian, sosial budaya, agama/kepercayaan, sosial dan politik, serta berbagai suku bangsa. a. Kondisi Sosial Budaya Penduduk Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang masing-masing daerahnya mempunyai corak seni, budaya, dan bahasa beragam. Berbagai perbedaan itulah yang membentuk keanekaragaman suku bangsa di Indonesia. Keanekaragaman atau pluralitas tersebut merupakan kekayaan bangsa yang tidak ternilai harganya sehingga harus tetap dipertahankan dan dilestarikan. b. Kondisi Agama atau Kepercayaan Masyarakat yang tinggal di Indonesia sebelum Islam sudah mengenal agama atau kepercayaan. Mereka sudah memeluk agama Hindu, Buddha, dan sebagian menganut kepercayaan Kapitaya. Agama Hindu lahir di India Sekitar tahun 1500 SM dengan kitab suci Weda. Adapun agama Buddha dengan kitab suci Tripitaka lahir di India kurang lebih tahun 500 SM. Sementara itu, Kapitaya adalah sebuah kepercayaan yang memuja “sanghyang taya”, yakni bermakna hampa atau kosong. Mereka mendefinisikan bahwa “sanghyang taya” adalah sanghyang widi tan kena kinaya ngapa yen ana palah dudu (Tuhan itu tidak boleh diserupakan atau bahkan terlintas gambarannya di pikiran kita. Kalau sampai diwujudkan maka itu berarti bukan Tuhan). Sedangkan para orientalis mengklasifikasikan kepercayaan nenek moyang Indonesia dalam dua jenis, yaitu animisme dan dinamisme. c. Kondisi Perekonomian Penduduk Indonesia sebelum Islam memiliki berbagai mata pencaharian. Di antara mereka ada yang berdagang, bercocok tanam, beternak, serta berlayar atau menjadi nelayan. Penduduk Indonesia mayoritas bercocok tanam, terutama yang tinggal di pedalaman. Adapun yang tinggal di kawasan pesisir rata-rata menekuni profesi sebagai nelayan dan pedagang. Indonesia terletak di daerah tropis sehingga mengalami hujan lebat dan sinar matahari hampir sepanjang waktu yang merupakan elemen penting untuk bercocok tanam. Komoditas pertanian dan perkebunan sebagian besar dapat tumbuh di Indonesia yang notabene memiliki tanah subur melimpah. Indonesia adalah penghasil utama dari berbagai produk pertanian tropis. Komoditas pertanian dan perkebunan penting di Indonesia meliputi cengkih, kayu manis, kayu putih, rempah-rempah, dan lainlain. d. Kondisi Sosial Politik Sebelum Islam datang ke Indonesia pada abad ke-7 hingga ke-12, Sriwijaya mengalami masa kejayaan, baik dalam bidang politik, sosial, maupun ekonomi. Kejayaan yang dialami Sriwijaya sangat ditentukan oleh letak wilayahnya sebagai kerajaan maritim. Dalam hal ini, Sriwijaya merupakan bagian dari jalur perdagangan internasional. Sebagai pelabuhan, pusat perdagangan, dan pusat kekuasaan, Sriwijaya banyak dikunjungi oleh pedagang dari Persia, 1



PEMBELAJARAN JARAK JAUH Kelas IX MTsN 2 Garut Nurul Jubaedah, S.Pd.,M.Ag



Arab, dan Tiongkok. Namun, memasuki abad ke-13, Sriwijaya menunjukkan tanda-tanda kemunduran. Kekayaan alamnya sudah tidak lagi menghasilkan dan kalah dengan pulau Jawa. Untuk menyiasati hal ini, Sriwijaya menerapkan bea cukai yang mahal bagi kapalkapal yang berlabuh. Tindakan Sriwijaya tersebut ternyata tidak memberikan keuntungan bagi kerajaan. Sebaliknya, kapal-kapal asing mencoba menghindar untuk berlabuh. Kemunduran Sriwijaya diperparah dengan serangan Kerajaan Singasari dari Jawa melalui ekspedisi Pamalayu.Melalui Pekspedisi tersebut, supremasi Kerajaan Singasari dapat ditancapkan di bekas wilayah Sriwijaya di Sumatra. Setelah Singasari berkuasa, kemudian muncullah Majapahit sebagai kerajaan yang memiliki kekuatan dan pengaruh lebih besar. Kemunculan Majapahit ini semakin memperlemah kedudukan Sriwijaya. Majapahit pernah tampil sebagai supremasi kekuasaan di wilayah Indonesia setelah Sriwijaya runtuh. Kejayaan Kerajaan Majapahit terjadi pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk beserta patihnya yang terkenal, yaitu Gajah Mada. Dengan Sumpah Palapa, Gajah Mada melakukan perluasan wilayah secara luar biasa. Majapahit kemudian mengalami kemunduran yang lebih banyak disebabkan oleh adanya konflik internal. Pada tahun 1478, Majapahit mengalami keruntuhan. e. Kondisi Suku Bangsa Masyarakat Indonesia memiliki suku bangsa yang beragam. Keragaman tersebut terbentuk oleh jumlah suku bangsa yang mendiami berbagai daerah yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Setiap suku bangsa mempunyai corak seni, budaya, dan bahasa masing-masing. Berbagai perbedaan itulah yang membentuk keanekaragaman suku bangsa di Indonesia. Pluralitas tersebut merupakan kekayaan bangsa yang tidak ternilai harganya sehingga harus tetap dipertahankan dan dilestarikan. 2. Masuknya Islam ke Indonesia Secara umum, agama Islam masuk ke Indonesia melalui beberapa jalur utama, sebagaimana akan diuraikan berikut ini. a. Perdagangan Pada taraf permulaan, saluran islamisasi adalah melalui perdagangan. Kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 Masehi membuat pedagangpedagang muslim dari Arab, Persia, dan India turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian barat, tenggara, dan timur Asia. Saluran Penyebaran Islam melalui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut terlibat dalam kegiatan perdagangan. Bahkan, mereka menjadi pemilik kapal dan saham. Kaum pedagang memegang peranan sangat penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan Islam di Indonesia. Letak Indonesia yang strategis menyebabkan munculnya tempat perdagangan yang membantu mempercepat penyebaran tersebut. Hal yang turut berperan dalam penyebaran Islam ialah melalui dakwah yang dilakukan para mubaligh. Setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan Indonesia dikenal oleh bangsa-bangsa lain. 1) Letak geografis yang strategis, yaitu berada di persimpangan jalan raya internasional dari jurusan Timur Tengah menuju Tiongkok. 2) Kesuburan tanahnya sehingga menghasilkan bahan-bahan keperluan hidup yang dibutuhkan oleh bangsa-bangsa lain, misalnya rempah-rempah. 3) Penduduk Indonesia terkenal ramah tamahan. Pada masa itu pedagang muslim yang datang ke Indonesia semakin banyak hingga akhirnya membentuk pemukiman yang disebut pekojan (perkampungan Arab). Dari tempat ini, mereka berinteraksi (berhubungan) dan berasimilasi (berbaur) dengan masyarakat asli sambil menyebarkan agama Islam. b. Perkawinan Dari sudut pandang ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih tinggi dan unggul daripada kebanyakan masyarakat pribumi. Hal ini berakibat penduduk pribumi, 2



PEMBELAJARAN JARAK JAUH Kelas IX MTsN 2 Garut Nurul Jubaedah, S.Pd.,M.Ag



terutama putri-putri bangsawan tertarik untuk menjadi istri dari para saudagar tersebut. Sebelum menikah, mereka diminta masuk Islam terlebih dahulu. Setelah mempunyai keturunan, lingkungan mereka semakin meluas hingga pada akhirnya memunculkan kampung-kampung, daerah-daerah, dan kerajaankerajaan muslim. Jalur perkawinan ini lebih menguntungkan dan lebih mempercepat dalam penyebaran agama Islam. Sebab, jika terjadi perkawinan antara anak bangsawan, raja, atau adipati, karena mereka adalah orang-orang yang mempunyai kekuasaan dan pengaruh sosial kuat, maka keislaman mereka akan diikuti oleh masyarakat/pengikutnya sehingga turut mempercepat proses islamisasi. Beberapa contoh pernikahan yang dilakukan ulama dengan putri bangsawan antara lain sebagai berikut; Maulana Ishaq menikah dengan putri Prabu Blambangan yang melahirkan Sunan Giri, Syarif Abdullah yang menikah dengan putri Prabu Siliwangi melahirkan Sunan Gunung Jati. c. Pendidikan Proses penyebaran Islam juga dilakukan melalui jalur pendidikan. Dalam hal ini, model pembelajaran dilakukan dengan cara sederhana, yaitu halaqah. Pembelajaran halaqah merupakan cikal bakal pendidikan pesantren yang di kemudian hari berkembang menjadi pondok pesantren. Model pendidikan ini memiliki ciri khas santri/peserta didik menginap di asrama dengan dibimbing oleh guru agama, kiai, ataupun ulama. Sunan Ampel mendirikan pondok pesantren Ampel Denta. Adapun pesantren Glagah Wangi Demak didirikan oleh Raden Patah. Demikian pula Sunan Giri dan Sunan Bonang juga mendirikan pondok pesantren. Di pesantren atau pondok tersebut, calon ulama, guru, dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwah ke tempat tertentu untuk mengajarkan agama Islam. d. Seni Budaya Saluran penyebaran Islam melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Sunan Kalijaga adalah tokoh ulama yang paling mahir dalam memainkan wayang. Ia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi mengajak penonton untuk mengikuti mengucapkan kalimat syahadatain. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabharata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan Islam, pendidikan, dan unsur-unsur filsafat (mencari kebenaran). Sebagai contoh, cerita berjudul Jamus Kalimasada, Wahyu Tohjali, Wahyu Purbaningrat, serta Babad Alas Wanamarta. Adapun jenis kesenian lain yang juga dijadikan media islamisasi meliputi sastra (hikayat, babad, dan sebagainya), seni bangunan, dan seni ukir. e. Tasawuf Tasawuf adalah ajaran (cara dan sebagainya) untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah Swt. sehingga memperoleh hubungan langsung secara sadar dengan-Nya. Orang yang ahli di bidang ilmu tasawuf disebut sufi. Pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi, mengajarkan ilmu tasawuf yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam hal-hal magis (sesuatu yang berhubungan dengan perkara gaib) dan mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan. Di antara mereka ada yang mengawini putri-putri bangsawan setempat. Tasawuf yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya sudah mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme dalam agama Hindu sehingga agama baru tersebut (Islam) mudah dimengerti dan diterima. Ajaran mistik ini masih berkembang di abad ke-19 dan bahkan abad ke-20. f. Politik Di beberapa daerah di Indonesia, kebanyakan rakyatnya masuk Islam setelah penguasa atau rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik para raja dan penguasa tersebut sangat membantu tersebarnya Islam di Indonesia. Selain itu, kerajaan yang sudah memeluk agama Islam terkadang menaklukkan kerajaankerajaan non-Islam yang sedang mengalami konflik internal. Kemenangan kerajaan Islam secara politis menarik penduduk kerajaan yang ditaklukkan untuk masuk Islam. 3



PEMBELAJARAN JARAK JAUH Kelas IX MTsN 2 Garut Nurul Jubaedah, S.Pd.,M.Ag



3. Teori Masuknya Islam ke Indonesia a. Teori Makkah Teori Makkah merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan/penolakan terhadap teori Gujarat. Teori Makkah mengemukakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 Masehi. Adapun orang-orang yang membawa Islam ke Indonesia berasal dari bangsa Arab, terutama Mesir. Teori ini didasarkan pada beberapa hal berikut ini. 1) Pada abad ke-7 (tahun 674 Masehi) di pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Arab (Islam), dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Tiongkok dari Hikayat Dinasti Tang yang antara lain menceritakan tentang orang-orang Ta Shih (sebutan untuk bangsa Arab) yang mengurungkan niatnya untuk menyerang kerajaan Ho Ling yang diperintah oleh Ratu Sima (tahun 674 Masehi). 2) Kerajaan Samudera Pasai menganut madzhab Syafi’i. Dalam hal ini, pengaruh madzhab Syafi’i yang terbesar pada waktu itu adalah di Mesir dan Makkah. Adapun daerah Gujarat/India adalah penganut madzhab Hanafi. 3) Raja-raja Samudera Pasai menggunakan gelar al-Malik, di mana gelar ini berasal dari Mesir. Teori Makkah didukung oleh Hamka, Van Leur, dan T.W. Arnold. Pendukung teori ini menyatakan bahwa pada abad ke-13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam. Jadi, masuknya Islam ke Indonesia terjadi sebelumnya, yaitu pada abad ke-7. Begitu pula yang berperan besar terhadap proses penyebaran Islam adalah bangsa Arab. b. Teori Persia Teori Persia berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-15 dengan dibawa oleh bangsa Persia (sekarang menjadi negara Iran). Teori Persia didasarkan pada banyaknya kesamaan antara budaya Persia dengan masyarakat Indonesia, di antaranya sebagai berikut. 1) Peringatan 10 Muharram atau hari Asyura, yaitu memperingati meninggalnya Husain bin Ali (cucu Nabi Muhammad Saw.) yang sangat dihormati oleh kaum Syi’ah (Islam Iran). Di Sumatra Barat, peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di Pulau Jawa, masyarakatnya membuat bubur Suro. 2) Kesamaan ajaran tasawuf yang dianut Syeikh Siti Jennar dengan seorang sufi dari Iran yaitu, al-Hallaj. 3) Penggunaan istilah bahasa Persia dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda bunyi harakat (jabar jer = fathah, dhammah, kasrah). c. Teori Gujarat Teori ini mengemukakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 Masehi. Bangsa Gujarat (Cambay) dari India diyakini sebagai pihak yang membawa Islam ke Indonesia. Teori ini didasarkan pada hal-hal berikut. 1) Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran agama Islam di Indonesia. 2) Hubungan dagang antara Indonesia dengan India sudah lama terjalin melalui jalur Indonesia – Cambay – Timur Tengah – Eropa. 3) Adanya batu nisan Sultan Malik al-Saleh (sultan pertama Kerajaan Samudera Pasai) yang bertuliskan angka tahun 1297 bercorak khas Gujarat. Teori Gujarat didukung oleh Snouck Hurgronje, W.F. Stutterheim, dan Bernard H.M. Vlekke. Para ahli sejarah pendukung teori ini lebih memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam, yaitu adanya Kerajaan Samudera Pasai. Hal ini juga bersumber dari keterangan Marco Polo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di Perlak (Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk agama Islam dan banyak pedagang dari India yang menyebarkan Islam. 4



PEMBELAJARAN JARAK JAUH Kelas IX MTsN 2 Garut Nurul Jubaedah, S.Pd.,M.Ag



d. Teori Cina Ahli sejarah yang mendukung teori ini anatra lain; Prof. Slamet Muljana, H.J, De Graaf. Teori cina ini di dasarkan pada asumsi adanya unsur kebudayaan Cina dalam sejumlah unsur kebudayaan Islam di Indonesia, berdasarkan sumber klonik dari klenteng Sampokong di Semarang yang memperlihatkan pengaruh orangorang Cina dalam penyebaran Islam di Indonesia. Pengaruh cina dalam penyebaran Islam di Indonesia, bias kita saksikan pada buktibukti arkeologis. Pada masjid-masjid kuno yang dibangun pada sekitar abad 15 M. Masjid Agung Demak, Masjid Agung kesepuhan Cirebon, masjid agung Kudus di dinding masjid tertempel berbagi piring porselin dari masa dinasti Ming, ini sabagi salah satu bukti arkeologis. Bukti berikutnya adalah catatan sejarah Babad ding Gresik mengisahakan tentang prajurit patang puluh cina bersenjata api pimpinan Paji laras dan Panji Liris. 4. Corak Keislaman di Indonesia Dalam perkembangan sejarah dakwah Islam, para mubaligh menyampaikan ajaran Islam secara bijaksana melalui bahasa budaya sebagaimana dilakukan oleh Walisongo. Karena kehebatan para wali Allah dalam mengemas dan pendekatan yang arif bijaksana, ajaran Islam menjadi bagian dari tata nilai di masyarakat yang tidak dapat dipisahkan. Nilai-nilai Islam meliputi segala aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Corak keislaman dan keindonesiaan dapat disaksikan dari berbagai aspek kehidupan masyarakat, mulai dari seni, budaya, sosialpolitik, sosial-ekonomi, pendidikan dan ilmu pengetahuan, bahkan dalam tatanan berbangsa dan bernegara yang masih dapat kita rasakan sampai saat ini. a. Politik Seiring periodisasi perkembangan Islam di Indonesia, ajaran Islam ikut mewarnai corak politik di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan munculnya kerajaan Islam di Indonesia, seperti Kerajaan Samudera Pasai, Malaka, Aceh Darussalam, Demak, Pajang, Banten, Cirebon, Mataram, Ternate, Tidore, Gowa-Tallo, dan lain-lain. Bahkan, nilai-nilai Islam mewarnai corak pemerintahan dan tata kenegaraan, berkolaborasi dengan nilai-nilai luhur bangsa. b. Seni dan Budaya Seni dan budaya tidak lepas dari pengaruh nilai-nilai ajaran Islam. Seni bukanlah sesuatu yang diharamkan dalam Islam. Dengan seni, kehidupan manusia lebih indah dan nyaman untuk dinikmati. Kata “budaya” berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu buddayah sebagai bentuk jamak dari kata budhi yang berarti perilaku, budi, atau akal. Maka, kata kebudayaan dapat diartikan sebagai bentuk yang berkaitan dengan budi pekerti dari hasil pemikiran. Kesenian termasuk dalam unsur kebudayaan. Banyak seni dan budaya Indonesia yang bernuansa Islam seperti, hadrah, rebana, kasidah, kaligrafi, seni lukis, seni pahat, tari zapin, pakarena burakne, sandur, tari pergaulan, barzanji, khitan, sekaten, rajaban, mauludan, nyadran, kenduri, menata konde, dan masih banyak lagi. c. Pendidikan Untuk menganalisis masuknya pendidikan Islam di Indonesia, maka sangat tepat kiranya untuk menelusuri proses masuknya Islam di Indonesia. Dalam hal ini, Indonesia memiliki letak yang strategis dalam rangka pelayaran dan perdagangan sehingga menjadi salah satu sarana masuknya ajaran Islam. Para saudagar, ulama, termasuk wali, berperan besar terhadap penyebaran Islam. Mereka pada mulanya mendirikan pesantren-pesantren di sekitar kota pelabuhan (sebagai tempat transit kapal-kapal dagang) guna menyebarkan dakwah Islam. Istilah “pesantren” sendiri berasal dari ucapan “pesantrian”, yakni tempat para santri menimba ilmu agama. d. Perekonomian Perekonomian sebagai salah satu pilar tegaknya sebuah peradaban sedikit banyak mendapat corak keislaman. Nilai-nilai ajaran Islam telah terpatri dalam sanubari setiap muslim, apa pun 5



PEMBELAJARAN JARAK JAUH Kelas IX MTsN 2 Garut Nurul Jubaedah, S.Pd.,M.Ag



profesinya. Sehingga, di dalam menjalankan segala aktivitas selalu dilandasi karena Allah dan mencari keridaan-Nya. Sejarah mencatat banyak tokoh muslim Indonesia yang sukses dalam bidang perekonomian. Mohammad Hatta adalah salah contoh tokoh muslim yang ikut mewarnai perekonomian Indonesia dengan nilai-nilai keislaman, Ia dikenal sebagai bapak koperasi, di mana badan usaha berbentuk koperasi merupakan saka guru perekonomian Indonesia. Contoh lain adalah Haji Samanhudi, seorang pedagang batik dari Laweyan, Surakarta. Pada 16 Oktober 1905, ia mendirikan organisasi Sarekat Dagang Islam demi mengatasi situasi perekonomian rakyat pribumi yang terpuruk akibat monopoli bangsa asing. Refleksi Setelah kalian mempelajari materi di atas, renungkan dan jawablah pertanyaan- pertanyaan berikut! 1. Mengapa kita perlu memahami sejarah Islam di Indonesia? 2. Apa tujuan dan manfaat mempelajari sejarah Islam Indonesia? 3. Deskripsikan proses Islam ke Indonesia? 4. Apa bisa menjadi bukti proses penyebaran Islam di Indonesia dengan cara damai ? 5. Sebutkan penyebab Islam mudah berkembang di Indonesia! Rangkuman 1. Kondisi masyarakat Indonesia sebelum Islam: a) Bermata pencaharian yang mempunyai nilai ekonomis. b) Kaya akan sumber daya alam. c) Beraneka ragam seni budaya. d) Terdiri atas berbagai suku bangsa. e) Sudah ada pemerintahan berupa kerajaan-kerajaan Indonesia. f) Masyarakat Indonesia sudah menganut agama dan atau kepercayaan. 2. Secara garis besar, Islam masuk ke Indonesia melalui perdagangan, perkawinan, pendidikan tasawuf, serta seni budaya. 3. Islam masuk ke Indonesia melalui dua rute, yaitu jalur utara dan jalur selatan. 4. Ada empat teori yang menjelaskan mengenai masuknya Islam ke Indonesia, yakni, teori Gujarat (India), Persia,Makkah, Cina 5. Bukti tertua tentang agama Islam di Pulau Jawa berasal dari batu nisan Fatimah binti Maimun di Leran Gresik, yang menunjukkan angka tahun 1082 Masehi. 6. Ada beberapa faktor penyebab agama Islam dapat cepat berkembang di Indonesia. a) Syarat masuk agama Islam sangat mudah, yaitu dengan mengucapkan kalimat syahadat. b) Upacara-upacara dalam Islam sangat sederhana. c) Islam tidak mengenal sistem kasta. d) Islam menyebar di Indonesia disesuaikan dengan adat dan tradisi bangsa Indonesia. e) Penyebaran Islam dilakukan dengan jalan damai. f) Runtuhnya Kerajaan Majapahit memperlancar penyebaran agama Islam. Uji Kompetensi I Jawablah dengan singkat dan tepat! 1. Apa yang menjadi alasan munculnya teori Makkah? 2. Sebutkan dua faktor yang menyebabkan Indonesia dikenal bangsa-bangsa lain! 3. Sebutkan lima alasan Islam mudah diterima oleh bangsa Indonesia! 4. Jelaskan corak keislaman yang ada di Imdonesia ? 5. Apa yang kalian lakukan, sebagai wujud mengapresiasai para Ulama atau Wali sebagai penyebar agama Islam di Indonesia! 6



PEMBELAJARAN JARAK JAUH Kelas IX MTsN 2 Garut Nurul Jubaedah, S.Pd.,M.Ag



BAB II KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA Kompetensi Dasar 3.2 Menganalisis sejarah kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Indikator 3.2.1. Mengidentifikasi kerajaan Islam di Jawa 3.2.2. Menjlaskan kerajaan Islam di Sumatera. 3.2.3. Menguraikan kerajaan Islam di Sulawesi dan Maluku. 1. Kerajaan Samudera Pasai Penguasa Kerajaan Samudera Pasai terdiri dari dua dinasti, yaitu sebagai berikut. a. Dinasti Meurah Khair Pendiri dan raja pertama Kerajaan Samudera Pasai adalah Meurah Khair yang bergelar Maharaja Mahmud Syah (1042–1078 Masehi). Kemudian, disusul para penggantinya, yaitu Maharaja Mansyur Syah (1078–1133 Masehi), Maharaja Giyasuddin Syah (1133–1155 Masehi), Meurah Noe atau Maharaja Nuruddin yang dikenal juga sebagai Tengku Samudera atau Sultan Nazimuddin al-Kamil. Ia berasal dari Mesir dan tidak mempunyai keturunan (1155–1210 Masehi). b. Dinasti Meurah Silu Meurah Silu bergelar Sultan Malik al-Saleh (1285–1297 Masehi). Ia adalah keturunan Raja Perlak (Malaysia) sekaligus merupakan pendiri kedua Dinasti Kerajaan Samudera Pasai. Dalam rangka memperkokoh hubungan dengan kerajaan Perlak, ia mempersunting putri Raja Perlak yang bernama Gangggang Sari. Selanjutnya, para penerus Meurah Silu atau Sultan Malik al-Saleh adalah Sultan Muhammad Malik Zahir (1297–1326 Masehi), Sultan Mahmud Malik Zahir (1326–1345 Masehi), Sultan Mansur Malik Zahir (1345–1346 Masehi), Sultan Ahmad Malik Zahir (1346–1383 Masehi), Sultan Zainal Abidin (1383– 1403 Masehi). Sultan Zainal Abidin adalah penguasa yang paling aktif menyebarkan Islam sampai ke pulau Jawa dan Sulawesi dengan mengirimkan para mubaligh seperti Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishaq. Bukti kemakmuran Kerajaan Samudera Pasai adalah adanya cerita dari Tome Pires (seorang pengembara asal Portugis) yang mengatakan bahwa pada saat itu sudah ada mata uang drama (dirham). 2. Kerajaan Malaka Kerajaan ini pernah menguasai wilayah Semenanjung Malaka dan Riau. Penguasa/ rajanya yang pertama adalah Iskandar Syah. Ia merupakan raja pertama Kerajaan Malaka yang masih keturunan Majapahit yang kalah dalam perang Paregreg. Nama aslinya adalah Paramisora. 7



PEMBELAJARAN JARAK JAUH Kelas IX MTsN 2 Garut Nurul Jubaedah, S.Pd.,M.Ag



Adapun para penerusnya adalah Muhammad Iskandar Syah, Sultan Muzafar Syah, Sultan Mansyur Syah (Laksamana Hang Tuah sangat berjasa pada masa pemerintahannya), serta Sultan Alauddin Syah. Pada masa kekuasaan Sultan Alauddin Syah, kondisi ekonomi kerajaan cukup stabil, tetapi secara politis mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan banyak daerah yang ditaklukkan kemudian melepaskan diri serta terjadi beberapa pemberontakan oleh Sultan Mahmud Syah. Kerajaan Malaka dipengaruhi oleh dua budaya, yaitu Melayu dan Islam. Hal ini menjadikan Kerajaan Malaka memiliki corak budaya egaliter, terbuka, demokratis, serta menghargai budaya lain. Pada masa Sultan Alauddin Syah, kerajaan Malaka semakin mengalami kemunduran karena wilayahnya hanya mencakup Semenanjung Malaka. Daerahdaerah lain telah memisahkan diri dan menjadi kerajaan baru. Dalam kondisi demikian, pada tahun 1511, Malaka jatuh ke tangan Portugis yang dipimpin oleh Alfonso d’Albuquerque. 3. Kerajaan Aceh Darussalam Raja pertama kerajaan ini adalah Sultan Ali Mugayat Syah. Setelah wafat, ia digantikan putranya, yaitu Sultan Salahudin. Karena kelemahan Sultan Salahudin, akhirnya kekuasaan direbut oleh saudaranya, yakni Sultan Alauddin Ri’ayat Syah alQahar. Sultan Alauddin Ri’ayat Syah al-Qahar cukup berperan memperbaiki keadaan pemerintahannya dan aktif menyebarkan Islam dengan mengirimkan mubaligh ke berbagai daerah, seperti Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati yang diutus ke Gresik, Jawa Timur. Sepeninggal Sultan Alauddin Ri’ayat Syah al-Qahar, Kerajaan Aceh Darussalam mengalami kemunduran. Kerajaan Aceh Darussalam kembali bangkit setelah diperintah oleh Sultan Iskandar Muda/Darma Wangsa Perkasa Alam Syah. Ia sangat taat beragama dan berusaha dengan gigih untuk membangun pemerintahan sehingga pada saat itu Kerajaan Aceh Darussalam berkembang sangat pesat. Struktur kekuasaan kerajaan Aceh Darussalam terbagi menjadi dua wilayah, yaitu kekuasaan oleh kaum bangsawan dan kaum ulama. Dalam, kekuasaan kaum bangsawan, wilayah kerajaan terbagi-bagi menjadi daerah-daerah kehulubalangan yang dipimpin oleh Uleebalang. Sepeninggal Sultan Iskandar Muda, Kerajaan Aceh Darussalam dipimpin oleh menantunya yang bergelar Sultan Iskandar Sani yang naik tahta pada tahun 1636. Namun, kekuasaan Sultan Iskandar Sani tidak berlangsung lama karena kemudian digantikan oleh istrinya, yaitu Putri Sri Alam Permaisuri yang bergelar Sultanah Tajul Alam Safiatuddin Syah. Selama 59 tahun berikutnya, Aceh Darussalam diperintah oleh para ratu. Sepeninggal Sultan Iskandar Muda, terjadi perpecahan antar kelompok dalam masyarakat yaitu golongan ulama (Tengku) dan bangsawan (Teuku). Penyebabnya, kaum bangsawan dianggap terlalu dekat dengan penjajah Belanda. Selain itu, perpecahan juga disebabkan perbedaan paham keagamaan, yaitu antara Islam Syi’ah dan Islam Ahli Sunnah Wal Jama’ah. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Sani, terdapat dua orang sastrawan terkenal, yaitu Nuruddin ar-Raniri dan Hamzah Fansuri. Kesusastraan Aceh Darussalam yang cukup terkenal adalah Bustanussalatin dan Hikayat Putrou Gumbok Meuh. 4. Kerajaan Demak dan Pajang Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa. Para ahli memperkirakan Demak berdiri pada tahun 1500. Letak kerajaan berada di Bintoro, yakni di dekat muara sungai Demak. Pusat kerajaan terletak di antara pelabuhan Bergota dan Jepara. Raja-raja yang memerintah di Demak antara lain Raden Fatah sebagai pendiri sekaligus raja pertama, Pati Unus, Sultan Trenggono, dan Sunan Prawoto. Berikut adalah silsilah raja-raja Kerajaan Demak. Raden Fatah Pati Unus 8



PEMBELAJARAN JARAK JAUH Kelas IX MTsN 2 Garut Nurul Jubaedah, S.Pd.,M.Ag



Sultan Trenggono



Pengalihan dari kerajaan



…………………………………………………………..Demak ke Pajang Sultan Hadiwijaya Aria Pangiri Pangeran Benawa P



Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Fatah yang memerintah pada tahun 1500‒1518. Pengangkatan Raden Fatah menjadi sultan dipimpin langsung oleh Sunan Ampel. Pada masa pemerintahannya, agama Islam mengalami perkembangan yang sangat pesat karena gencarnya gerakan dakwah para wali. Berdirinya kerajaan Demak dilatarbelakangi oleh melemahnya pemerintahan kerajaan Majapahit dan mulai menguatnya pengaruh Islam di tanah Jawa. Pada masa pemerintahan Raden Patah, wilayah kerajaan Demak meliputi Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi, serta beberapa daerah di Kalimantan. Raden Fatah bergelar Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayyidin Panatagama. Pada tahun 1511, ketika Kerajaan Malaka diserang oleh Portugis, Raden Fatah mengirimkan bantuan militer yang dipimpin oleh Pati Unus (putra Raden Fatah). Hanya saja, usaha tersebut tidak berhasil dan Malaka jatuh ke tangan Portugis. Raden Fatah meninggal pada tahun 1518. Selanjutnya pemerintahan kerajaan Demak dilanjutkan oleh Pati Unus selama empat tahun. Ia meninggal pada tahun 1522 dalam usahanya mengusir Portugis dari Malaka. Pemerintahan dilanjutkan oleh adiknya, yakni Sultan Trenggono. Ia diangkat oleh Sunan Gunung Jati dan bergelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Demak mencapai masa kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Trenggono. Pada awal masa pemerintahannya, Sultan Trenggono mengirimkan Fatahillah dan pasukannya ke Banten. Dengan bantuan pasukan Cirebon, Demak berhasil menaklukkan Banten dan Pajajaran. Wilayah kekuasaan kerajaan Demak pun semakin luas. Begitu pula Islam berkembang di seluruh penjuru kekuasaannya. Pada tahun 1546, Sultan Trenggono wafat. Sejak saat itu, Kerajaan Demak mulai mengalami kemunduran akibat terjadinya perebutan tahta kerajaan. Perebutan itu dimulai dari terbunuhnya Sunan Prawoto dan Sultan Hadiri oleh Ario Penangsang yang merasa lebih berhak atas tahta kerajaan Demak. Namun, usaha Ario Penangsang untuk menguasai kerajaan Demak dihalangi oleh Joko Tingkir yang merupakan menantu Sultan Trenggono. Berkat dukungan Ki Gede Pemanahan dan Ki Penjawi, Joko Tingkir berhasil membunuh Ario Penangsang. Tahta Kerajaan Demak pun jatuh ke tangan Joko Tingkir. Setelah menjadi raja, Joko Tingkir bergelar Sultan Hadiwijaya. Ia kemudian memindahkan pusat kerajaan dari Demak ke Pajang. Walaupun sudah menjadi kerajaan baru, Kerajaan Pajang masih mengakui sebagai penerus Kerajaan Demak. 5. Kerajaan Banten dan Cirebon Kerajaan Banten didirikan oleh Syarif Hidayatullah pada tahun 1526. Daerah kerajaan Banten menjadi batu loncatan oleh kerjaan Demak untuk menguasai Pajajaran dari barat dan timur. Wilayah kekuasaan Banten meliputi sebelah barat pantai Jawa hingga Lampung. Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Saat itu, Pelabuhan Banten telah menjadi pelabuhan internasional sehingga perekonomian Banten maju pesat. Wilayah kekuasaannya meliputi sisa Kerajaan Sunda yang tidak direbut Kerajaan Mataram serta wilayah yang sekarang menjadi provinsi Lampung. 9



PEMBELAJARAN JARAK JAUH Kelas IX MTsN 2 Garut Nurul Jubaedah, S.Pd.,M.Ag



Sekitar tahun 1680, muncul perselisihan di dalam Kerajaan Banten akibat perebutan kekuasaan dan pertentangan antara Sultan Ageng dengan putranya, yaitu Sultan Haji. Perpecahan ini dimanfaatkan oleh VOC yang memberikan dukungan kepada Sultan Haji. Adapun mengenai Kerajaan Cirebon, terdapat dua pendapat mengenai asal-usul nama Cirebon. Menurut Babad Cirebon, kata Cirebon berasal dari kata ci dan rebon yang artinya udang kecil. Sementara itu, versi lain yang diambil dari kitab Nagarakertabhumi menyatakan bahwa kata Cirebon adalah perkembangan dari kata Caruban yang berasal dari istilah sarumban dengan makna pusat percampuran penduduk. Pada awal abad ke-16, Cirebon masih berada di bawah kekuasaan Pakuan Pajajaran. Pangeran Walangsungsang yang bergelar Cakrabuana ditempatkan oleh raja Pajajaran sebagai juru labuhan di Cirebon. Syarif Hidayatullah merupakan keponakan sekaligus pengganti Pangeran Cakrabuana sebagai Penguasa Cirebon. Dialah yang menjadi pendiri dinasti raja-raja Cirebon dan kemudian juga Banten. 6. Kerajaan Mataram Pendiri Kerajaan Mataram adalah Sutawijaya. Ia bergelar Panembahan Senopati dan memerintah pada tahun (1575‒1601). Penambahan Senopati wafat pada tahun 1601 dan dimakamkan di Kotagede Yogyakarta. Ia digantikan putranya yang bernama Mas Jolang (1601‒1613), kemudian Raden Mas Rangsang (Sultan Agung) pada tahun 1613‒1645. Pada masa pemerintahan Sultan Agung, Kerajaan Mataram mencapai kejayaan. Pengaruh Mataram memudar setelah Sultan Agung meninggal pada tahun 1645. Selanjutnya, Kerajaan Mataram pecah menjadi dua, sebagaimana hasil Perjanjian Giyanti (1755) berikut ini. Kasunanan Surakarta Hadiningrat di bawah kekuasaan Paku Buwono III dengan pusat pemerintahan di Surakarta. Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat di bawah kekuasaan Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I dengan pusat pemerintahannya di Yogyakarta. Pada tahun 1813, terjadi perpecahan lagi sehingga Kerajaan Mataram akhirnya terpecah menjadi empat kerajaan kecil sebagai berikut; Kasultanan Yogyakarta, Kadipaten Pakualaman, Kasunanan Surakarta, Kadipaten Mangkunegaran. 7. Kerajaan Gowa-Tallo Munculnya kerajaan-kerajaan Islam di Sulawesi tidak lepas dari perdagangan antar benua yang berlangsung ketika itu. Beberapa kerajaan Islam di Sulawesi, di antaranya Gowa-Tallo, Bone, Wajo dan Sopeng, serta Buton. Dari sekian banyak kerajaan-kerajaan tersebut, yang paling terkenal adalah GowaTallo. Sejak menjadi pusat perdagangan jalur laut, Kerajaan Gowa-Tallo menjalin hubungan dengan Ternate yang sudah menerima Islam dari Gresik. Raja Ternate, yakni Baabullah mengajak Raja Gowa-Tallo untuk masuk Islam, tetapi gagal. Baru pada masa Datu Ri Bandang datang ke Kerajaan Gowa-Tallo, agama Islam mulai masuk ke kerajaan ini. Setahun kemudian, hampir seluruh penduduk Gowa-Tallo memeluk Islam. Kerajaan ini mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin (1653–1669). Daerah kekuasaan Gowa-Tallo terbilang luas karena seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat dikuasai. Sultan Hasanuddin dikenal sebagai raja yang sangat anti terhadap dominasi asing. Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasanuddin memimpin sendiri pasukannya untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya, kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasanuddin tersebut, maka Belanda memberikan julukan kepadanya sebagai “Ayam Jantan dari Timur”. 8. Kerajaan Ternate dan Tidore Kerajaan Ternate dan Tidore memiliki wilayah kekuasaan yang meliputi Kepulauan Maluku dan sebagian Papua. Tanah Maluku yang kaya akan rempah-rempah menjadikannya dikenal 10



PEMBELAJARAN JARAK JAUH Kelas IX MTsN 2 Garut Nurul Jubaedah, S.Pd.,M.Ag



di dunia internasional dengan sebutan “Spice Island”. Ada beberapa persekutuan yang terbentuk sebagai reaksi atas kepentingan Ternate dan Tidore terhadap kekuasaan, yaitu sebagai berikut. a. Uli Lima (Persekutuan Lima), meliputi Ternate, Obi, Bacan, Seram, dan Ambon. b. Uli Siwa (Persekutuan Sembilan), meliputi Tidore, Makyan, Jailolo, dan lainlain. Pada tahun 1512 bangsa Portugis datang ke Ternate sedangkan bangsa Spanyol datang ke Tidore. Sepuluh tahun kemudian, bangsa Portugis membangun Benteng Sao Paolo di Ternate. Pembangunan benteng tersebut menyulut perlawanan masyarakat Ternate yang dipimpin Sultan Hairun. Bentuk perlawanan Sultan Hairun tidak dengan kekerasan, tetapi melalui perundingan. Namun, ia sendiri dikhianati dan ditangkap oleh Portugis sebelum akhirnya dibunuh. Sepeninggal Sultan Hairun, Ternate dipimpin oleh Sultan Baabullah. Ia berusaha membalaskan kematian Sultan Hairun. Pada tahun 1575, Sultan Baabullah berhasil memukul mundur pasukan Portugis dari Ternate. Portugis lari ke arah selatan menuju pulau Timor dan menguasai pulau itu hingga tahun 1976. Setelah kejadian tersebut, Sultan Baabullah berhasil menguasai Maluku, Sulawesi, Papua, Mindanao, dan Bima. Karena keberhasilan Sultan Baabullah tersebut, ia dijuluki “Tuan dari Tujuh Puluh Dua Pulau”. Refleksi Setelah kalian mempelajari materi di atas, renungkan dan jawablah pertanyaan- pertanyaan berikut! 1. Apa yang kalian pahami tentang sejarah kerajaan Islam di Indonesia? 2. Coba kalian klasifikasikan berbagai kerajaan Islam di Indonesia? 3. Sebutkan beberapa kebijakan sultan/raja yang dapat kalian petik dari fakta sejarah tersebut untuk kehidupan saat ini? 4. Mengingat “setiap masa ada tokohnya dan setiap tokoh ada masanya” , Apa yang kalian lakukan saat ini untuk bangsa dan negara ? 5. Pelajaran apa yang dapat kalian petik dari politik devide et impera yang pernah dialami bangsa kita terdahulu? Rangkuman 1. Kerajaan Islam di Sumatra a. Kerajaaan Samudera Pasai Raja-raja yang memerintah di Kerajaan Samudera Pasai adalah Sultan Malik alSaleh, Sultan Muhammad Malik Zahir, Sultan Mahmud Malik Zahir, Sultan Zainal Abidin Malik Zahir, Sultanah Nahrisyah, Abu Zain Malik Zahir, dan Mahmud Malik Zahir. b. Kerajaan Aceh Kerajaan Aceh didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1530. Kemudian, ia digantikan oleh Sultan Alauddin Ri’ayat Syah al-Qahar (Sultan Muda), Sultan Iskandar Muda, dan Sultan Iskandar Thani/Sani. 2. Kerajaan Islam di Jawa a. Kerajaan Demak Demak berdiri pada tahun 1500 sebagai sebuah kerajaan yang terletak di daerah Bintoro, dekat muara sungai Demak. Raja-raja yang memerintah di Demak yaitu Raden Fatah sebagai pendiri dan raja pertama, Pati Unus, Sultan Trenggono, dan Sunan Prawoto. b. Kerajaan Mataram Islam Mataram berdiri pada tahun 1586 dengan Raja pertamanya Sutawijaya yang bergelar Penembahan Senopati. Setelah ia wafat pada tahun 1601 (dimakamkan di Kotagede Yogyakarta), pemerintahan dilanjutkan putranya yang bernama Mas Jolang/Raden Mas 11



PEMBELAJARAN JARAK JAUH Kelas IX MTsN 2 Garut Nurul Jubaedah, S.Pd.,M.Ag



Rangsang (Sultan Agung). Mataram mencapai kejayaan pada masa Sultan Agung. Pengaruh Mataram memudar setelah Sultan Agung meninggal pada tahun 1645. c. Kerajaan Islam Cirebon Asal-usul nama Cirebon terdapat dua pendapat. Pertama, menurut Babad Cirebon disebutkan bahwa Cirebon berasal dari kata ci dan rebon (udang kecil). Nama tersebut berkaitan dengan kegiatan para nelayan di Muara Jati, Dukuh Pasambangan, yaitu membuat terasi dari udang kecil (rebon). Kedua, versi lain yang diambil dari kitab Nagarakertabhumi menyatakan bahwa Cirebon adalah perkembangan dari kata “caruban” yang berasal dari istilah “sarumban” yang berarti pusat percampuran penduduk. Pendiri Kerajaan Cirebon adalah Walangsungsang. Namun, tokoh yang berhasil meningkatkan statusnya menjadi sebuah kerajaan adalah Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Ia merupakan keponakan sekaligus menggantikan Pangeran Cakrabuana sebagai Penguasa Cirebon. Dialah pendiri dinasti rajaraja Cirebon dan kemudian juga Banten. Sepeninggal Fatahillah, karena tidak ada calon lain yang layak menjadi raja, tahta kerajaan jatuh kepada Pangeran Emas, yaitu putra tertua Pangeran Dipati Carbon atau cicit Sunan Gunung Jati. Pangeran Emas kemudian bergelar Panembahan Ratu I dan memerintah Cirebon selama kurang lebih 79 tahun hingga tahun 1649. Saat kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa, Kesultanan Cirebon dibagi dua, yaitu Kasepuhan dan Kanoman. Pangeran Martawijaya diangkat menjadi Sultan Keraton Kasepuhan dan memerintah hingga tahun 1703. Adapun Pangeran Kartawijaya diangkat menjadi Sultan Keraton Kanoman dan memerintah hingga tahun 1723. d. Kerajaan Islam Banten Pada awalnya, kawasan Banten yang dikenal pula dengan sebutan Banten Girang merupakan bagian dari Kerajaan Sunda. Kedatangan pasukan Kerajaan Demak di bawah pimpinan Maulana Hasanuddin ke kawasan tersebut, selain untuk memperluas wilayah juga sekaligus menyebarkan dakwah Islam. Kemudian, dipicu oleh adanya kerja sama Sunda-Portugis dalam bidang ekonomi dan politik, hal ini dianggap dapat membahayakan kedudukan Kerajaan Demak selepas kegagalan mereka mengusir Portugis dari Malaka tahun 1513. Atas perintah Sultan Trenggono, Maulana Hasanuddin bersama Fatahillah melakukan penyerangan dan penaklukan Pelabuhan Kelapa sekitar tahun 1527 di mana waktu itu masih merupakan pelabuhan utama dari Kerajaan Sunda. Masa Sultan Ageng Tirtayasa bertahta (1651‒1682) dipandang sebagai periode kejayaan Banten. Di bawah kekuasaannya, Banten memiliki armada yang mengesankan, dibangun berdasarkan contoh Eropa, serta telah mengupah orang Eropa bekerja pada Kerajaan Banten. Dalam mengamankan jalur pelayaran, Banten juga mengirimkan armada lautnya ke Sukadana atau Kerajaan Tanjungpura (sekarang di Kalimantan Barat) dan menaklukkannya pada tahun 1661. Pada masa ini, Banten juga berusaha keluar dari tekanan yang dilakukan VOC yang sebelumnya telah melakukan blokade atas kapal-kapal dagang menuju Banten. Uji Kompetensi Untuk menguji pemahaman kalian tentang isi materi bab ini, jawablah pertanyaanpertanyaan berikut. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan benar! 1. Identifikasikan 3 kerajaan Islam di Jawa ! 2. Deskripsikan tentang berdirinya kerajaan Islam pertama di Sumatra ! 3. Sebutkan pelajaran besar yang dapat kita ambil dari perjuangan Sultan Hasanudin ! 4. Sebutkan kebijakan Sultan Agung Haryoko Kusumo yang masih bermaanfaat sampai saat ini !



5. Sebutkan pelajaran yang dapat kita petik dari konflik anatara Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sulta Haji !



12