Nama 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN PRA OPERASI KATARAK DI RUMAH SAKIT BUMI WARAS BANDAR LAMPUNG TAHUN 2020



SKRIPSI



OLEH: PEBRIYUDIN NPM: 190101001P



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU TAHUN 2021



HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN PRA OPERASI KATARAK DI RUMAH SAKIT BUMI WARAS BANDAR LAMPUNG TAHUN 2020



SKRIPSI



Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana S1 Keperawatan



OLEH: PEBRIYUDIN NPM: 190101001P



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU TAHUN 2021



UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Skripsi, Pebruari 2021 Pebriyudin HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN PRA OPERASI KATARAK DI RUMAH SAKIT BUMI WARAS BANDAR LAMPUNG TAHUN 2020 XIV+ 49 halaman + 4 tabel + 1 gambar + 6 lampiran Katarak adalah lensa mata yang menjadi keruh karena disebabkan oleh adanya pemecahan protein atau bahan lainnya akibat proses oksidasi dan fotooksidasi. Katarak dapat mengganggu penglihatan, Pengetahuan merupakan hasil mengetahui dan terjadi setelah melakukan pengindraan pada suatu objek tertentu dengan menggunakan panca indra yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubugan pengetahuan dengan kecemasan pada pasien pra operasi katarak di RS Bumi Waras Bandar Lampung Tahun 2020. Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Instrumen yang dibuat dalam bentuk kuesioner yaitu untuk mengukur pengetahuan. Sampel yang digunakan sebanyak 34 sampling dengan teknik pengambilan sampel menggunakan acidental sampling. Hasil penelitian didapatkan bahwa responden dengan pengetahuan baik ada 16 responden, dari 16 responden tersebut ada 37,5% yang mengalami kecemasan dan 62,5% tidak mengalami kecemasan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p sebesar 0,042 (lebih kecil dari nilai alpha = 0,05) yang berarti Ho ditolak sehingga disimpulkan ada hubungan yang barmakna antara pengetahuan dengan kecemasan pre operasi katarak. Diperoleh nilai OR = 5,83. Saran dari penelitian ini adalah perlu diadakan penelitian lebih lanjut yang meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat kecemasan pasien terhadap prosedur pre operasi katarak. Kata kunci : Pengetahuan, kecemasan, katarak Kepustakaan : 42 (2013 – 2019)



UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG ii



PROGRAM STUDY OF NURSING Thesis, Pebruari 2021 Pebriyudin THE RELATION OF KNOWLEDGE WITH ANXIETY ON A PATIENT PRE CATARACT SURGERY IN THE BUMI WARAS HOSPITAL BANDAR LAMPUNG 2020 XIV + 49 pages + 4 tables + 1 picture + 6 Appendics



A cataract is the lens of the eye that are black and turbid by reason caused by the presence of the splitting of proteins or other material resulting from the process of oxidizing. A cataract can interfere with sight, knowledge is the result of know and occurring after seeing an object with the sense of seeing and the sense of touch. The purpose of this research is to know the correlation between knowledge with anxiety on a patient pre cataract surgery in the Bumi Waras Hospital Bandar Lampung 2020. This reaearch was done quantitatively with a cross sectional research design. The instrument of this research was made in questioner to measure the knowledge variable. In collection the data, researches used questionnaire with involved 34 samples that were taken by using purposive sampling technique. The result of this research was 16 respondents had a good knowledge, from that data, we know 37,5% respondents have anxiety and 62,5% respondents have not anxiety. Statistic analysis use chi square with p value 0,042. It was found that there was a correlation between knowledge with anxiety. And theres was found OR value = 5,83. Suggestion in this research is needed further research that examines other factor that affect the level of anxiety in the cataract patient. Key word Literacy



: Knowledge, anxiety, cataract : 42 (2013 – 2019)



LEMBAR PERSETUJUAN



iii



JUDUL SKRIPSI: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN PRA OPERASI KATARAK DI RUMAH SAKIT BUMI WARAS BANDAR LAMPUNG TAHUN 2020 Nama



: Pebriyudin



NIM



: 190101001P



Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk seminar hasil penelitian.



Pringsewu, Pebruari 2021 Pembimbing



(Hardono, S.Kep.,Ners.,M.Kep)



Mengeahui Ketua Program Studi Keperawatan



(Feri Kameliawati, S.Kep.,Ners.,M.kep)



iv



LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Hubungan Pengetahun Dan Kecemasan Pada Pasien Pra Operasi Katarak Di RS Bumi Waras Bandar Lampung Tahun 2020 Nama



: Pebriyudin



NPM



: 190101001P



Diterima oleh Tim Penguji pada Ujian Sidang Skripsi di Program Studi Keperawatan Universitas Aisyah Pringsewu Tahun Akademik 2020/ 2021.



1. Penguji I : Surmiarsih S.Kep.,Ners.,M.,Kes



________________________



2. Penguji II : Rizki Yeni Wulandari S.Kep.,Ners.,M.Kep



________________________



Tanggal Ujian : .......................... 2021



Mengetahui Ketua Program Studi Keperawatan Universitas Aisyah Pringsewu



Feri Kameliawati S.Kep.,Ners.,M.Kep NIDN. 0228018502



v



BIODATA PENELITI



Nama



: Pebriyudin



NPM



: 190101001P



Tempat & Tanggal Lahir



: Metro, 16 Pebruari 1989



Agama



: Islam



Jenis Kelamin



: Laki-laki



Alamat



: Jl. Pagar alam no. 109 Segala Mider Bandar Lampung



No. Hp



: 0811 790 4567



Email



: pebriyudin [email protected]



RIWAYAT PENDIDIKAN



1. SD Negeri 2 Komering Putih



Tahun 1996 - 1998



SD Negeri 5 Bandar Jaya



Lulus tahun 2001



2. SMP Negeri 3 Terbanggi Besar



Lulus tahun 2004



3. SMA Negeri 1 Terbanggi Besar



Lulus tahun 2007



4. Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan



Lulus tahun 2010



Tanjung Karang Jurusan Keperawatan 5. Universitas Aisyah Pringsewu



2019 - Sekarang



Jurusan Keperawatan



vi



PERSEMBAHAN



Alhamdulillah, segala puji bagi Allah atas semua nikmat dan karuniaNya. Salawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan orang-orang yang senantiasa mengikuti sunnah beliau sampai akhir zaman. Karya ini saya persembahkan untuk Mamah Papah yang senantiasa memberikan kepercayaan pada “si bungsu” mu ini, insyAllah akan saya buktikan dengan prestasi yang bisa membuat kalian bahagia, bangga dan bahkan menangiskan air mata bahagia. Teruntuk Mamah yang senantiasa sabar memahami, memberikan contoh bukan sekedar perintah yang terbaik untuk membimbing anak-anakmu, terimakasih atas semua usaha, dana, upaya serta do’a yang senantiasa mengalir disetiap waktunya, semoga Allah kan senantiasa curahkan hidayahNya untukmu. Keluarga kecilku, bunda kakak syifa dan adek hanan yang selalu mengisi dan menghiasi hari-hariku, serta seluruh keluarga besarku I love you all. Bapak Hardono S.Kep.,Ners.,M.Kep yang terus memberikan bimbingannya hingga dapat terselesaikannya skripsi ini dan tim penguji atas masukan dan koreksinya selama sidang skripsi. Dosen-dosenku, hanya ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya yang dapat kuberikan atas apa yang telah bapak ibu berikan kepadaku: ilmu, pengalaman, dan segala sesuatu yang telah membuat saya lebih baik dari yang sebelumnya, semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal ibadah pada-Nya.



vii



MOTTO



Cukuplah ALLAH menjadi pelindung dan cukuplah ALLAH sebagai penolong (Q.S An-nisa’: 45)



Dan janganlah kamu (merasa) lemah dan jangan (pula) merasa sedih sebab kamu paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang beriman. (Q.S Ali ’Imran:139)



Sungguh kebenaran itu berat tapi dibalik beban itu ada kenikmatan, sebaliknya kebatilan itu ringan tapi ringannya membawa penyakit. (Abu Thalip Al-Makki)



Sebuah masalah hanyalah jarak antara harapan dan kenyataan, sedikitlah berharap dan terimalah kenyataan atau berharaplah banyak dan ubah menjadi kenyataan.



viii



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya,



sehingga



penyusunan



Skripsi



yang



berjudul



“Hubungan



Pengetahuan dengan Kecemasan pada Pasien Pra Operasi Katarak Di Rumah Sakit Bumi Waras Bandar Lampung Tahun 2020”, dapat peneliti selesaikan. Penyelesain Skripsi ini juga berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini perkenankan peneliti mengucapkan rasa terima kasih kepada bapak/ibu yang terhormat: 1.



Sukarni, S,ST. M.Kes selaku Ketua Yayasan Aisyah Lampung.



2.



Hardono, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku Rektor Universitas Aisyah Pringsewu Lampung.



3.



Feri Kameliawati, S.Kep.,Ners.,M.kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Aisyah Pringsewu Lampung.



4.



Hardono, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku pembimbing utama dan pendamping yang telah banyak membantu penyelesaian penulisan skripsi ini.



5.



dr. Arief Yulizar selaku direktur RS Bumi Waras Bandar Lampung.



6.



Dan rekan-rekan yang membantu alannya penelitian ini.



Semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan serta bantuan yang telah di berikan dan semoga skripsi ini dapat dijadikan pedoman untuk melakukan penelitian. Peneliti menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu peneliti sangat mengharapkan masukan serta saran yang membangun guna perbaikan selanjutnya, semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita semua. Amin



Pringsewu, Pebruari 2021



Penulis ix



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL LUAR...........................................................................



i



LEMBAR PERSETUJUAN ..........................................................................



ii



KATA PENGANTAR....................................................................................



iii



DAFTAR ISI...................................................................................................



iv



DAFTAR GAMBAR......................................................................................



vi



DAFTAR TABEL...........................................................................................



vii



DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................



viii



BAB I



PENDAHULUAN A. Latar Belakang.......................................................................... B. Rumusan Masalah..................................................................... C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 1.Tujuan Umum ....................................................................... 2.Tujuan Khusus ...................................................................... D. Manfaat Penelitian ................................................................... E. Ruang Lingkup Penelitian.........................................................



BAB II



TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis....................................................................... B. Penelitian Terkait..................................................................... C. Kerangka Teori.......................................................................... D. Kerangka Konsep...................................................................... E. Hipotesis....................................................................................



BAB III



METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian.......................................................................... B. Waktu dan Tempat Penelitian...................................................



x



C. Rancangan Penelitian................................................................ D. Subjek Penelitian...................................................................... E. Variabel Penelitian.................................................................... F. Definisi Operasional Variabel................................................... G. Pengumpulan Data ................................................................... H. Pengolahan Data....................................................................... I. Analisa Data............................................................................... BAB IV



HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................... A.Gambaran Tempat Penelitian .................................................... B. Hasil Penelitian dan Analisa .................................................... C. Pembahasan ..............................................................................



BAB V



SIMPULAN DAN SARAN ......................................................... A.Simpulan ................................................................................... B. Saran .........................................................................................



DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... LAMPIRAN



xi



DAFTAR TABEL



Tabel



Halaman



2.1.Kerangka teori............................................................................................ 3.6 Definisi operasional ................................................................................... 4.1 Distribusi frekuensi kecemasan ................................................................. 4.2 Distribusi frekuensi pengetahuan .............................................................. 4.3 Distribusi frekeunsi hubungan pengetahuan dengan kecemasan ...............



xii



DAFTAR GAMBAR



Gambar



Halaman



2.1 KerangkaTeori........................................................................................... 2.2 Kerangka Kerja..........................................................................................



DAFTAR LAMPIRAN xiii



1. Lembar persetujuan penelitian 2. Lembar Persetujuan menjadi responden 3. Kuisioner 4. Rekapitulasi data kuisioner dan pengkodingan setiap variabel 5. Hasil analisa univariat dan bivariat 6. Kartu bimbingan skripsi



xiv



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata adalah salah satu indera yang penting bagi manusia, melalui mata manusia menyerap informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan. Mata adalah organ penting yang terdapat pada makhluk hidup(Kurmaselaet al. 2018). Fungsi utama mata adalah untuk melihat. Selain itu, mata salah satu indera yang berfungsi untuk menerima informasi berupa gambaran sesuatu yang bisa dilihat yang kemudian dikirim ke otak. Mata dapat digunakan untuk melihat objek yang jauh dan dekat. Mata adalah indera pertama yang akan merespons dan akan menerima informasi yang diberikan oleh seseorang atau sesuatu. Dengan mata, kita



bisa membaca buku, melihat sebuah kejadian, dan



mempelajarinya.(Ilyas,2016). Namun gangguan terhadap penglihatan banyak terjadi, mulai dari gangguan ringan hingga gangguan yang berat yang dapat mengakibatkan kebutaan (Ilyas,2016). Sekitar 80% gangguan penglihatan dan kebutaan di dunia dapat dicegah. Dua penyebab terbanyak adalah gangguan refraksi dan katarak.Penduduk dunia yang mengalami gangguan penglihatan pada tahun 2018 yaitu berjumlah 285 juta orang, dengan rincian orang yang menderita kebutaan sebanyak 39 juta dan orang yang mengalami low vision sebanyak 246 juta. Penyebab kebutaan paling utama adalah katarak



1



2



dengan presentase 51 % dari seluruh kebutaan yang ada di dunia (WHO, 2018) Katarak merupakan keadaan penurunan penglihatan akibat terjadi kekeruhan pada lensa mata. Jika lensa menjadi keruh, maka penglihatan juga menjadi kabur (Mitha, 2017). Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut sekitar usia diatas 50 tahun, atau disebut juga katarak senile (Ilyas,2016). Hasil Survei Kebutaan Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) tahun 2016 oleh Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) dan Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan diketahui angka kebutaan mencapai 3% dan katarak merupakan penyebab kebutaan tertinggi (81%), jika dibiarkan rawan terjadi tsunami katarak (Perdami Nasional, 2019). Data Perdami Lampung menunjukan angka kebutaan di Lampung sama dengan angka kebutaan di Indonesia, yakni 1,3% dari jumlah penduduk. Angka kebutaan 70% itu bisa diatasi. Angka kebutaan terbesar yakni katarak. Karena tidak bisa melihat fungsi sosial orang berusia lanjut jadi tidak bisa berjalan baik, angka kebutaan ini bisa diatasi dengan cara operasi (Perdami Lampung, 2019). Jika tidak segera mengatasi katarak, maka angka kebutaan di Indonesia semakin lama akan semakin tinggi (Yunaningsih, 2017). Data yang diperoleh dari Rekam Medik R.S Bumi Waras menunjukkan kasus katarak merupakan kasus terbesar dalam operasi mata yaitu sebanyak 380 pasien pada tahun 2019 dan sebanyak 374 pasien dalam rentan kurun waktu januari s.d november 2020 (Rekam



3



Medis RSBW, 2020). Penanganan katarak yang terbaik adalah dengan metode operasi. Jika penglihatan semakin memburuk dan mulai sulit menjalani aktivitas harian, pilihan terapinya hanyalah operasi. Operasi pada umumnya aman menggunakan metode pembiusan lokal (Perdami, 2019). Ada 2 jenis operasi untuk meringankan gejala, yaitu: Small incision cataract surgery (phacoeulsification). Operasi ini dilakukan dengan melakukan insisi kecil pada tepi kornea, dengan menyinarkan gelombang ultrasound untuk menghancurkan



lensa



lalu



diambil



menggunakan



penghisap.



Extracapsular surgery yang membutuhkan insisi yang lebih lebar untuk mengeluarkan inti lensa yang berkabut. Sisa lensa dikeluarkan dengan menggunakan penghisap ( Eva&Whitcher,2015). Tindakan Operasi katarak dengan pebiusan lokal dan dalam keadaan pasien sadar secara tidak langsung akan menimbulkan efek cemas pada pasien yang akan dioperasi, karena pasien masih sadar dan dapat merespon secara fisiologis jalannya operasi. Kecemasan pra operasi katarak seringkali memengaruhi sebagian besar pasien (Ramirez, 2017). Ketakutan dan kecemasan yang dialami pasien dapat mempengaruhi respon fisiologis tubuh yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti meningkatkan frekuensi nadi tekanan darah naik dan peningkatan frekuensi pernafasan, serta gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang



lembab, gelisah, menanyakan pertanyaan yang



sama berulang kali, sulit tidur sering berkemih, sakit kepala, dan



4



penglihatan kabur. Persiapan yang baik selama periode operasi membantu menurunkan risiko operasi dan meningkatkan pemulihan pasca bedah (Sari, 2016). Pengetahuan adalah sesuatu yang penting. Dengan pengetahuan akan membuat orang tahu apa yang akan terjadi kedepannya terutama pengetahuan tentang prosedur operasi dan jalannya operasi yang wajib diketahui oleh pasien. Pengetahuan merupakan hasil mengetahui dan terjadi setelah melakukan pengindraan pada suatu objek tertentu dengan menggunakan panca indra yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoadmojo,2018). Pemberian pengetahuan dan pemahaman pra operasi perlu dipertimbangkan sebagai cara untuk mengurangi



tingkat



kecemasan



pada penderita katarak yang akan



melakukan tindakan pembedahan atau operasi (Tauqir,2017). Data dari Rekam Medis RS Bumi Waras didapatkan sebanyak 46 pasien mengalami penundaan operasi dan penjadwalan ulang akibat pasien tidak kooperatif selama operasi. Bahkan beberapa pasien dijadwalkan ulang dengan menggunakan pembiusan General Anasthesi (GA) yang memerlukan cost besar, resiko besar dan waktu operasi yang relatif lebih lama (Rekam Medis RSBW, 2020). Berdasarkan Pre Survey wawancara pada 10 orang pasien Pre Operasi katarak pada bulan juni 2020 di Rs. Bumi Waras didapatkan sebanyak 7 dari 10 orang mengatakan cemas karena takut operasi. Mereka mengatakan belum tahu tentang prosedur operasi, mereka tampak gelisah sebelum operasi ( Pre survey di RS. Bumi



5



Waras, 2020). Masalah tersebut mulai teratasi, dengan adanya peran perawat sebagai pemberi edukasi dalam memberikan penjelasan tentang informed consent sebelum dilakukannya operasi, sehingga kecemasan pasien dapat berkurang. Berdasarkan data tersebut, peneliti ingin mengetahui “Hubungan Pengetahuan dengan Kecemasan Pada Pasien Pra Operasi Katarak di Rumah Sakit Bumi Waras Bandar Lampung Tahun 2020” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah adakah hubungan pengetahuan dengan kecemasan pada pasien pra operasi katarak di Rumah Sakit Bumi Waras Bandar Lampung tahun 2020 ? C. Tujuan Penelitian 1.



Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan diketahui hubungan pengetahuan dengan kecemasan pada pasien pra operasi katarak di Rumah Sakit Bumi Waras Bandar Lampung Tahun 2020



2.



Tujuan Khusus a. Diketahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan pasien pra katarak di Rumah Sakit Bumi Waras Bandar Lampung tahun 2020.



6



b. Diketahui distribusi frekuensi tingkat kecemasan pasien pra katarak di Rumah Sakit Bumi Waras Bandar Lampung tahun 2020 c. Diketahui hubungan pengetahuan dan kecemasan pasien pra operasi katarak di Rumah Sakit Bumi Waras Bandar Lampung tahun 2020 D. Manfaat Penelitian 1.



Manfaat bagi penulis Wujud pengembangan ilmu keperawatan dan dapat menambah wawasan baru serta mendapat ilmu pengetahuan dibidang kesehatan mata terutama tentang katarak.



2.



Manfaat bagi masyarakat a. Memberikan informasi tentang pengetahuan mengenai tindakan operasi katarak, khususnya bagi penderita katarak. b. Memberikan informasi tentang kecemasan yang terjadi pada saat pra operasi katarak.



3. Manfaat bagi tenaga kesehatan Memberikan informasi bagi tenaga kesehatan khususnya perawat agar dapat menyesuaikan pemberian informasi ataupun pengetahuan tentang operasi katarak untuk mengatasi masalah kecemasan pada pasien pra operasi katarak. E. Ruang Lingkup Penelitian



7



Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif



dengan pendekatan cross



sectional (potong lintang) yang meneliti tentang hubungan pengetahuan dengan kecemasan pasien pre operasi katarak, subjek penelitian ini adalah pasien yang akan melakukan operasi katarak di Rumah Sakit Bumi Waras yang memenuhi kriteria dengan jumlah sampel 34 orang, penelitian ini telah dilaksanakan di ruang pre operasi Lampung pada bulan Desemeber 2020.



Rumah Sakit Bumi Waras Bandar



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Tinjauan Teori 1. Proses Visual Mata Proses visual mata dimulai saat cahaya masuk ke mata berurutan mulai dari kornea, humor aquosus, pupil dengan pengaturan iris, ketika intensitas cahaya berubah dan ketika memindahkan arah pandangan maka pupil akan kontraksi dan dilatasi. Kemudian cahaya akan melewati lensa, humor vitreous, fotoreseptor dan fovea.Tahap selanjutnya adalah pembentukan bayangan di retina, hal ini bergantung pada kemampuan refraksi mata.Media refraksi mata yaitu, kornea, humor aquosus, dan lensa.Kornea merefraksi cahaya lebih banyak daripada lensa. Lensa hanya berfungsi sebagai penajam bayangan yang ditangkap saat mata fokus pada objek. Setelah itu tahap terakhir dalam proses visual adalah perubahan energi cahaya menjadi aksi potensial di retina yang kemudian akan diteruskan ke korteks serebri (Seeley, 2016). 2. Katarak a. Definisi Katarak adalah lensa mata yang menjadi keruh karena disebabkan oleh adanya



pemecahan protein atau bahan lainnya akibat proses oksidasi dan 7



8



foto-oksidasi. Katarak dapat mengganggu penglihatan, tapi tidak menimbulkan gejala rasa sakit (Tan, 2017).



Gambar 2.1 Mata dengan Katarak (Irawan, 2018)



b. Penyebab Faktor penyebab katarak menurut Ilyas (2016) yaitu : 1) Penyakit Sistemik Salah satu contoh penyakit sistemik yang dapat meningkatkan resiko katarak



adalah



hipertensi.



Proses



pengaruh



hipertensi



dalam



pembentukan katarak dimulai dari perubahan induksi pada struktur konformasi protein pada kapsul lensa, kemudian menyebabkan



9



perubahan pada transportasi membran dan permeabilitas ion, sehingga meningkatkan tekanan intraokularyang mengakibatkan eksaserbasi pembentukan katarak 2) Sinar UV Orang-orang yang tinggal di daerah dengan paparan sinar UV akan lebih cepat dan lebih besar resiko terjadinya katarak daripada orang-orang yang tinggal di tempat dengan paparan sinar UV lebih sedikit. Hal itu terjadi karena paparan sinar UV dapat meningkatkan suhu tubuh dan suhu kornea sehingga dapat menyebabkan kerusakan termal pada lensa 3) Faktor Resiko Lain Proses degenerasi atau kemunduran serat lensa karena proses penuaan akan menyebabkan penurunan penglihatan dan meningkatkan resiko terjadinya katarak. Selain itu pekerja yang terpapar radiasi infra merah juga memiliki insiden terjadi katarak yang lebih tinggi.



c. Klasifikasi Katarak Berdasarkan Usia 1). Katarak Kongenital Katarak kongenital terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi dengan usia kurang dari 1 tahun. Ibu dengan penyakit, galaktosemia, rubella, homosisteinuri, diabetes mellitus, hipoparatiroidism, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik, dan histoplasmosis sering dijumpai bayinya mengalami katarak



10



kongenital.Katarak



kongenital



harus



dideteksi



secara



dini untuk



mengurangi resiko terjadinya kebutaan pada bayi (Ilyas,2016). 2). Katarak Juvenil Katarak juvenil terjadi pada usia lebih dari 3 bulan dan kurang dari 9 tahun. Katarak juvenile biasanya kelanjutan dari katarak kongenital dan merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik serta penyakit lainnya (Ilyas, 2016). 3). Katarak Senil Katarak senil berhubungan dengan usia tua, gangguan pengelihatan,



dan



penebalan lensa secara bertahap dan progresif (Victor, 2019).



d. Pembedahan Katarak 1). Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular Ekstraksi katarak ekstrakapsular adalah tindakan pembedahan dengan prosedur pengeluaran isi lensa dengan merobek kapsul lensa, dari robekan tersebut massa lensa dan korteks lensa akan dikeluarkan (Ilyas, 2016). 2). Ekstraksi Katarak Intrakapsular Ekstraksi katarak intrakapsular prosedur



pengangkatan



seluruh



adalah tindakan pembedahan dengan lensa



beserta kapsulnya. Tindakan



bedah ini beresiko tinggi terjadinya ablation retinae pasca operasi dibandingkan dengan tindakan bedah



ekstrakapsular,



sehingga



11



tindakan



pembedahan intrakapsular saat ini sudah jarang dilakukan (Eva



& Whitcher, 2015). 3). Phacoemulsifikasi Cara kerja teknik phacooemulsifikasi adalah menghancurkan nucleus yang keras sehingga substansi nucleus dan korteks dapat diaspirasi melalui suatu insisi berukuran sekitar 3 mm dengan



menggunakan



vibrator



ultrasonic genggam. Resiko dari teknik pembedahan ini adalah pergeseran materi nucleus ke posterior menggunakan suatu robekan kapsul posterior (Eva & Whitcher, 2015). 4). Femtosecond Laser Assisted Cataract Surgery (FLACS) Femtosecond Laser Assisted Cataract Surgery (FLACS) yaitu pengangkatan lensa mata yang sudah keruh dengan bantuan sinar laser dalam insisi katarak yang dikendalikan dengan sistem komputer (Perdami, 2017). Sistem teknologi laser femtosecond saat ini menggunakan neodymium: kaca 1053 nm (near-inframerah). Fitur ini memungkinkan cahaya terfokus pada ukuran spot 3 mm dan akurat dalam 5 mm di segmen anterior. Aspek penting



teknologi



laser



femtosecond



adalah kecepatan saat sinar



dipancarkan, ultrashort yang terfokus (10- 15 detik) akan menghilangkan kerusakan pada jaringan di sekitarnya dan pembangkit panas yang terkait dengan excimer lebih lambat dan neodymium (Donaldson, et al. 2018).



12



3. Kecemasan Cemas adalah suatu emosi dan pengalaman subjektif atau keadaan seseorang yang tidak nyaman serta terbagi dalam beberapa tingkatan (Kusumawati & Hartono,2016). Hasil penelitian menunjukkan 62% pengetahuan dan informasi yang diberikan sebelum operasi dapat menurunkan tingkat kecemasan seseorang (Pipi Marianti, 2018). Kecemasan pra operasi adalah perasaan sebelum melakukan tindakan operasi yang sudah diketahui, dan muncul dari gangguan intrusi yang dirasakan. Kecemasan



pra



operasi



katarak



dapat mempengaruhi sebagian besar



pasien meskipun sudah ada kemajuan dalam teknik operasi maupun dalam tindakan anestesi, sehingga diperlukan konseling yang tepat untuk mengurangi rasa cemas ataupun rasa takut pada pasien yang akan melakukan tindakan operasi katarak (Ramirez, 2017). a.



Tingkatan Cemas Kusumawati & Hartono (2016) membagi tingkat kecemasan menjadi 4 tingkatan, yaitu : 1) Kecemasan Ringan Pada tingkatan ini seseorang akan menjadi waspada, lapang persepsi luas, indra menjadi lebih tajam, dan efektif dalam memecahkan suatu masalah. 2) Kecemasan Sedang



13



Pada tingkatan ini seseorang hanya fokus pada pikiran yang diperhatikan saja, lapang persepsi menjadi sempit, tapi masih bisa melakukan sesuatu dengan arahan dari orang lain. 3) Kecemasan Berat Pada tingkatan ini seseorang hanya fokus pada hal-hal yang spesifik lapang persepsi menjadi sangat sempit, dan harus banyak arahan dari orang lain. Perilaku ini maksudnya adalah untuk mengurangi rasa kecemasan. 4) Panik Pada tingkatan ini seseorang menjadi kehilangan kendali diri, kehilangan focus, tidak bisa melakukan apapun meski dengan arahan dari orang lain, aktivitas motorik meningkat, dan disertai dengan disorganisasi kepribadian. b. Mekanisme Terjadinya Kecemasan Menurut Stuart& Sudden (2017) terdapat tiga faktor mekanisme terjadinya ansietas, yaitu : 1). Faktor biologis/ fisiologis, berupa ancaman yang mengancam akan kebutuhan sehari-hari seperti kekurangan makanan, minuman, perlindungan dan keamanan. Otak mengandung reseptor khusus yang dapat meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gamaaminobutirat (GABA), neurotransmitter GABA berperan penting



14



dalam mekanisme terjadinya ansietas. Selain itu riwayat keluarga mengalami ansietas memiliki efek sebagai faktor predisposisi ansietas. 2). Faktor sosial, yaitu adanya distress antara lain berupa ancaman terhadap konsep diri, kehilangan benda/ orang berharga, dan perubahan status sosial/ ekonomi. 3). Faktor psikologis, antara lain berupa model pengasuhan dari bayi hingga remaja, mekanisme coping, kemampuan menghadapi tekanan, dan lain – lain. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecemasan Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan menurut Stuart & Sudden (2018), yaitu: 1). Faktor eksternal a) Ancaman integritas diri Meliputi



ketidakmampuan



fisiologis



atau



gangguan



terhadap



kebutuhan dasar (penyakit, trauma fisik, pembedahan yang akan dilakukan). b) Ancaman sistem diri Antara



lain:



ancaman



terhadap



identitas



diri,



harga



hubungan interpersonal, kehilangan, perubahan status dan peran. 2). Faktor internal



diri,



15



a) Potensial stresor Stresor psikososial merupakan keadaan yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan sehingga individu dituntut untuk beradaptasi. b) Maturitas



kematangan



kepribadian



inidividu



akan



mempengaruhi kecemasan yang dihadapinya. Kepribadian individu yang lebih matur maka lebih sukar mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan. c) Pendidikan Tingkat pendidikan individu berpengaruh terhadap kemampuan berpikir. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka individu semakin



mudah



berpikir rasional dan menangkap informasi baru. Kemampuan analisis akan mempermudah individu dalam menguraikan masalah baru. d) Respon koping Mekanisme



koping



digunakan



seseorang



saat



mengalami



kecemasan.Ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara konstruktif merupakan penyebab terjadinya perilaku patologis. f) Status sosial ekonomi Status sosial ekonomi yang rendah pada seseorang akan menyebabkan individu mudah mengalami kecemasan. g) Keadaan fisik



16



Individu



yang mengalami gangguan fisik akan mudah mengalami



kelelahan fisik. Kelelahan fisik yang dialami akan mempermudah individu mengalami kecemasan. h) Tipe kepribadian Individu dengan tipe kepribadian A lebih mudah `mengalami gangguan akibat kecemasan daripada orang dengan tipe kepribadian B. Misalnya dengan orang tipe A adalah orang yang memiliki selera humor yang tinggi, tipe ini cenderung lebih santai, tidak tegang dan tidak gampang merasa cemas bila menghadapi sesuatu, sedangkan tipe B ini orang yang mudah emosi, mudah curiga, tegang maka tipe B ini akan lebih mudah merasa cemas. i) Lingkungan dan situasi Seseorang yang berada di lingkungan asing lebih mudah mengalami kecemasan dibandingkan di lingkungan yang yang sudah dikenalnya. j) Dukungan sosial Dukungan sosial dan lingkungan merupakan sumber koping individu. Dukungan sosial dari kehadiran orang lain membantu seseorang mengurangi kecemasan sedangkan lingkungan mempengaruhi area berfikir individu. k) Usia



17



Usia muda lebih mudah cemas dibandingkan individu dengan usia yang lebih tua. Menurut Ramaiah (2017) menyatakan bahwa kriteria diagnostik untuk gangguan kecemasan pada umumnya adalah berusia 18 tahun atau lebih. Tingkat maturasi individu akan mempengaruhi tingkat kecemasan. l). Jenis kelamin Gangguan kecemasan tingkat panik lebih sering dialami wanita daripada pria. d. Pengukuran Tingkat Kecemasan Pengukuran tingkat kecemasan seseorang dapat dilakukan dengan menggunakan skala baku yang sering digunakan yaitu Hamilton Rating Scale for Anxiety (HARS). Skala HARS yang diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial clinic.(Hidayat, 2017). Skoring tingkat kecemasan dari Hamilton Rating Scale for Anxiety (HARS) dibagi menjadi 5 kategori yaitu : 1) Total skor < 14



: tidak ada kecemasan



2) Total skor 15-20 : kecemasan ringan 3) Total skor 21-27 : kecemasan sedang 4) Total skor 28-41 : kecemasan berat 5) Total skor 42-56 : panik Petunjuk penggunaan alat ukur Hamilton Scale for Anxiety (HARS) adalah:



18



1) Penilaian: 0 : Tidak ada (tidak ada gejala sama sekali) 1 : Ringan ( Satu gejala dari pilihan yang ada) 2 : Sedang ( separuh dari gejala yang ada ) 3 : Berat (Lebih dari separuh dari gejala yang ada) 4 : Sangat berat ( Semua gejala yang ada )



e. Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Terdapat beberapa teori yang dapat menyebabkan terjadinya kecemasan berhubungan dengan pre operasi dilihat dari beberapa faktor , pada jurnal penelitian yang berjudul tingkat informasi pra bedah dengan tingkat kecemasan pasien preoperasi, penelitian ini menunjukkan bahwa signifikan antara tingkat pengetahuan tentang informasi pra bedah mempunyai hubungan dengan tingkat kecemasan pasien saat akan dilakukan operasi. Faktor tersebut dipengaruhi oleh : 1) Faktor Predisposisi a) Teori Psikoanalisa oleh Sigmund Freud Kecemasan terjadi karena adanya konflik yang emosional antara id dan super ego dalam emosional elemen keperibadian. b) Teori Interpersonal menurut (Stuart dan Sundeen)



19



Kecemasan timbul karena adanya rasa takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan yaitu dengan tindakan pembedahan pasien merasa cemas. c) Teori Behaviour Mengatasi kecemasan merupakan produk frustasi, dikaitkan dengan tindakan pembedahan.Tindakan ini sebagai sesuatu yang mengganggu. d) Teori Fisiologis Operasi adalah merupakan stressor pada tubuh yang memicu pada neuroendocrine.Respon terdiri dari syarad simpatik dan respon hormonal yang bertugas melindungi menjaga tubuh dari ancaman cedera. 2) Faktor Presipitasi a) Eksternal Faktor yang dapat terjadi dan menyebabkan gangguan fisik yaitu misalnya : masuknya kuman, virus, polusi udara dan bahaya lingkungan. b) Internal Kegagalan dari organ tubuh fisiologi, missal jantung, system imun, pengaturan suhu, dll. Faktor-faktor yang meenyebabkan kecemasan menurut Fattah Nur Aeni (2002) yang sangat mendukung adalah factor biologis dan psikologis bekerja sama sebagai pencetus.



20



3) Deskripsi Kecemasan Pasien Pre Operasi Tindakan operasi akan menimbulkan ketakutan dan kecemasan pada pasien walaupun respon individu terhadap tindakan tersebut berbedabeda. Beberapa pasien menyatakan takut dan menolak dilakukan tindakan operasi, tetapi pasien mengatakan tidak tahu apa yang jadi penyebab utamanya, namun ada beberapa pasien yang menyatakan ketakutannya dengan lebih jelas dan spesifik. Sedangkan menurut (Smeltzer & Bare, 2012) segala bentuk prosedur pembedahan selain didahului dengan reaksi emosional klien baik tersembunyi atau jelas, normal dan abnormal, kecemasan pasien operasi merupakan suatu respon antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dianggap pasien sebagai suatu ancaman terhadap perannya dalam hidup, intergritas tubuh bahkan kehidupannya, kecemasan sangat mempengaruhi fungsi tubuh pada tindakan operasi. Oleh karena itu perawat perlu mengidentifikasi kecemasan yang terjadi pada pasien.



4. Pengetahuan Pengetahuan



merupakan



hasil



mengetahui



dan terjadi



setelah



melakukan pengindraan pada suatu objek tertentu dengan menggunakan panca indra yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Sebagian besar manusia memperoleh pengetahuan melalui mata dan telinga (Notoadmojo, 2018). Pengetahuan



21



seseorang diperoleh dari pengalam dan pengetahuan yang berasal dari berbagai macam sumber seperti media poster, kerabat, media masa, buku petunjuk, tenaga kesehatan dan sebagainya (Hidayat, 2018). Menurut S. Nasution Dalam Putri (2017),



tingkat atau rendahnya



pengetahuan seseorang sangat dipengaruhi oleh pendidikan yang dimiliki oleh orang tersebut. Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Phisolophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar. Secara terminologi akan dikemukakan beberapa definisi tentang pengetahuan. Pengetahuan dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan segala sesuatu yang diketahui atau segala sesuatu yang berkenaan dengan hal mata pelajaran. Pengetahuan adalah suatu proses mengingat dan mengenal kembali objek yang telah dipelajari melalui panca indera pada suatu bidang tertentu secara baik (Lestari, 2015) Pengetahuan menurut Notoatmodjo, S (2012) adalah hasil “tahu‟ dan hal ini terjadi setelah mengadakan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut Wahyudi (2013) pengetahuan adalah segala sesuatu yang telah diketahui, dimengerti, dikenali sebagai akibat mencemati atau mengamati dengan sungguh-sungguh suatu objek melalui proses interaksi panca indera.



22



Pengetahuan bermanfaat untuk meningkatkan kualitas dan taraf hidup manusia dan dapat memperbaiki derajat kesehatan. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan pengetahuan merupakan segala sesuatu yang dilihat, dikenal, dimengerti terhadap suatu objek tertentu yang ditangkap melalui pancaindera yakni, indera pendengaran, penglihatan, penciuman, perasaan dan perabaan. Notoadmojo (2018) menerangkan bahwa pengetahuan memiliki 6 tingkatan yaitu: a.



Mengetahui (know) Tahu adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari. Tahu dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah diterima dan dipelajari.



b.



Paham (Comprehension) Paham adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan atas materi atau objek yang telah diketahui dan dipelajari.secara benar.



c.



Aplikasi (Application) Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Jadi pengetahuan tingkatan ini maksudnya adalah penggunaan materi yang telah dipelajari atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks lain.



23



d.



Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menjelaskan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tapi masih di dalam satu struktur dan masih terdapat kaitan satu sama lain.



e. Sintesis (Synthesis) Sintesis adalah kemampuan untuk menghubungkan beberapa formulasi baru dengan formulasi yang sudah ada. f.



Evaluasi (Evaluation) Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek berdasarkan pada satu kriteria yang telah ditentukan sendiri atau yang sudah ada.



a. Pengukuran Tingkat Pengetahuan Pengukuran tingkat pengetahuan seseorang dapat dilakukan dengan wawancara atau pemberian kuesioner dan penilaian jawabannya “ya“ bernilai 1 dan “tidak“ bernilai 0. Setelah itu dapat di interpretasikan dengan skala menurut Arikunto (2016), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu: 1) Baik: mampu menjawab benar 76% - 100% dari seluruh



petanyaan



2) Cukup: mampu menjawab benar 56% - 75% dari seluruh pertanyaan 3) Kurang: mampu menjawab benar ≤ 55% dari seluruh pertanyaan.



24



b. Pengetahuan Tentang Tindakan Operasi Terdapat beberapa teori yang dapat menyebabkan terjadinya kecemasan berhubungan dengan pre operasi dilihat dari beberapa faktor termasuk pengetahuan. Hal ini terdapat pada jurnal oleh Rolly Rondonuwu, dkk (2014) yang menyebutkan sebagian besar responden berpengetahuan baik,



hasil



penelitian



menunjukkan



dari



berpengetahuan baik sebanyak 29 responden, biasanya diperolah



dari



pengalaman



42 responden yang



Pengetahuan



yang



berasal



seseorang



dari berbagai



macam sumber seperti, media poster, kerabat dekat, media massa, media



elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, dan sebagainya.



Pengetahuan adalah suatu proses dengan menggunakan pancaindra yang dilakukan



seseorang



terhadap



objek



tertantu



dapat



menghasilkan



pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2008). Pengetahuan merupakan hasil dari apa yang diketahui seseorang dan ini terjadi setelah orang tersebut melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2018).



25



B. Penelitian Terkait



Nur Hasanah (2017) dengan judul Hubungan Pengetahuan Pasien Tentang Informasi Pre Operasi Dengan Kecemasan Pasien Pre Operasi menggunakan survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Juli tahun 2017. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien pre operasi di Rumah Sakit Mitra Husada Pringsewu Lampung Tahun 2017 sebanyak 74 pasien dengan tehnik Accidental Sampling. Hasil penelitian menyimpulkan adanya hubungan pengetahuan pasien tentang informasi pre operasi dengan kecemasan pasien pre operasi di Rumah Sakit Mitra Husada Pringsewu Tahun 2017, dengan nilai p value= 0,023. Penelitian ini perawat diharapkan dapat menjadi motivasi dan dorongan untuk memberikan informasi dan penjelasan tentang proses pembedahan pada pasien pre operasi sehingga dapat membantu mengurangi tingkat kecemasan pada pasien serta membantu proses penyembuhan. Distia Taravella, dkk (2017) dengan judul Hubungan pengetahuan dengan tingkat kecemasan pre operasi pasien dengan tindakan spinal anestesi di rumah sakit PKU MUhammadiyag Yogyakarta.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hubungan pengetahuan operasi dengan tingkat kecemasan preoperasi pasien dengan tindakan spinal anestesi.Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif kuantitatif korelasional sedangkan desain penelitian



ini



mengunakan



metode



studi



potong



lintang/



cross



sectional.Penelitian dilakukan di PKU Muhammadiyah Yogyakarta.Sampel



26



penelitian



terdiri



dari



40



pasien



menggunakan



teknik



accidental



sampling.Pengumpulan data diperoleh dari kuisioner The Amsterdam Properative Anxiety and Information Scale (APAIS).Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis uji Spearman Rank. Hasil penelitian diketahui pengetahuan dari 40 responden terdapat 29 responden (72,5%) yang berpengetahuan baik. Tingkat kecemasan preoperasi dari 40 responden ada 20 responden (50,0%). Hasil analisis menunjukkan rho = 0,444 dan p = 0,004 terdapat hubungan yang signifikan. Fitriani Agustina (2017) dengan judul Hubungan Pengetahuan Pasien tentang informasi pre operasi dengan kecemasan pasien pre operasi di ruang rawat inap. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisa bivariat untuk mencari hubungan antara variabel independen (pengetahuan) dan variabel dependen (kecemasan). Hasil: penelitian antara pengetahuan dengan kecemasan menunjukkan p value 0.001 (p < 0.05) maka hubungan antara kedua variabel tersebut bermakna. Simpulan: ada hubungan antara pengetahuan tentang informasi preoperatif terhadap dengan kecemasan pasien. Rolly Rondonuwu, dkk (2014) dengan judul Hubungan pengetahuan dengan tingkat kecemasan Pada klien Pre Operasi Katarak di Balai Kesehatan Mata Masyarakat Manado.k. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan tingkat kecemasan pada klien pre operasi katarak. Penelitian ini dilakukan di Balai Kesehatan Mata Masyarakat pada tanggal 09 Juni sampai 23 Juni 2014 dengan jumlah populasi 75 orang dan



27



sampel dalam penelitian ini berjumlah 42 responden. Cara pengambilan sampel dengan cara Accidental sampling dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Hasil penelitian dengan menggunnakan uji chi-square Melalui uji diperoleh nilai .sebesar 0,001 yaitu lebih kecil dari . = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan klien pre operasi katarak. Suswanti (2019) dengan Judul Hubungan pengetahuan perioperative dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi katarak di RS Mata dr. YAP Yogyakarta.  Hasil penelitian dianalisis dengan uji Kendall’s Tau. Hasil Penelitian: Hasil penelitian terdapat hubungan pengetahuan perioperatif dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi katarak di RS Mata “Dr. Yap” Yogyakarta dengan p-value sebesar 0,000 0,6. Nilai uji reliabilitas menggunakan Cronbach alpha pada uji kuesioner pengetahuan perioperatif katarak adalah 0,735. Kuesioner tingkat pengetahuan tentang perioperatif katarak dapat dikatakan reliabel dikarenakan nilai alpha > 0,6 yaitu 0,735 > 0,6. Hasil uji reliabilitas pada kuesioner tingkat pengetahuan tentang perioperatif katarak nilai alpha pada rentang 0,601-0,779.



H. PENGOLAHAN DATA Pengolahan data dilakukan dengan cara EDP (electronic data processing) dengan bantuan komputer menggunakan sofware dengan program SPSS (Statistical Product And Service Solution). Dimana data yang telah terkumpul kemudian dilakukan pengolahan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Editing Merupakan tahapan melakukan pengecekan formulir atau kuesioner seperti kelengkapan pengisian, konsistensi jawaban dari setiap lembar kuesioner di dalam penelitian. 2. Coding Merupakan kegiatan mengubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan. Kegunaan coding untuk mempermudah pada



37



saat analisis data dan mempercepat pada saat entri data. Pemberian kode untuk setiap kelompok pertanyaan dalam format kuesioner yang dilakukan peneliti yaitu untuk kuesioner variabel Kecemasan diberi 0 = Cemas, 1 = Tidak cemas. Untuk variabel pengetahuan diberi 0 apabila baik, dan kode 1 = kurang baik. 3. Processing Setelah data melewati tahap coding, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisis. Pemprosesan data dilakukan dengan cara mengentri data kuesioner ke paket komputer. 4. Cleaning Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. I. ANALISA DATA 1.



Analisa Univariat Analisa univariat hanya terdiri dari satu variabel. Analisis yang paling sederhana karena ditujukan mengetahui distribusi frekuensi data dari variabel yang diteliti.(Dahlan, 2015). Analisa univariat digunakan untuk melakukan analisis pengetahuan pasien dan kecemasan pasien. Hasil jawaban responden yang telah diberi pembobotan dijumlahkan dan di analisa dengan bantuan komputer. (Hastono, 2007). Rumus : Χ = ∑ xi/ n



38



2. Analisa Bivariat Analisa bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variable pengetahuan dengan kecemasan pasien pre operasi katarak (Dahlan, 2015).Dalam penelitian ini analisa data dengan bantuan program computer.Uji statistik yang digunakan adalah menggunakan uji Kai Kuadrat (Chi Square).Dengan keputusan sebagai berikut: a. Jika p value ≤ α, Ho ditolak, berarti data sampel mendukung adanya perbedaan atau hubungan yang bermakna (signifikan) b. Jika p value>α, Ho gagal ditolak, berarti data sampel tidak mendukung adanya perbedaan atau hubungan yang bermakanan (signifikan) (Hastono, 2007). Dengan nilai α adalah 5% (0,05). Dalam bidang kesehatan untuk mengetahui derajat hubungan, dikenal ukuran Risk Realaty (RR) dan Odd Ratio (OR), kerena metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Survey Cross Sectional, maka untuk mengetahui derajat hubungan menggunakan ukuran OR. Rumus : X2 = ∑k (_Fo-Fn)2 1=1 Fn



39



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



A. Gambaran Tempat Penelitian Rumah Sakit Bumi Waras merupakan RS swasta di Bandar Lampung yang berdiri sejak tahun 1986 yang memberikan pelayanan kesehatan dari umum hingga spesialis. Kapasitas ruang rawat Rumah Sakit Bumi Waras berjumlah 147 buah tempat tidur dengan jumlah 145 orang perawat pelaksana dan 8 orang kepala ruangan. Proses pendirian RS Bumi Waras Bandar Lampung atas prakarsa 3 (tiga) orang dokter spesialis yaitu : dr. Sofyan Saleh, SpOG, dr. Ibramsyah S. SpPD dan dr. Kuswandi SpJP merencanakan meningkatkan Klinik Spesialis Bumi Waras menjadi Rumah Sakit Umum Swasta sesuai dengan Peraturan Mentri Kesehatan RI No. 920/Menkes/Per/XII/86, tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di bidang Medik.Lokasi tanah terletak di tengah kota Jl. WR. Monginsidi, Pengajaran, luas tanah 2970 M2 (pemilik H. Alamsyah) sertfikat tanah No 882/PJ Tahun 86 dan Akta Notaris tanggal 7 Februari 1987 no 17.Dalam memberikan pelayanan kesehatan, RS Bumi Waras Bandar Lampung menyediakan pelayanan spesialis dan sub spesialis yang dilayani adalah penyakit dalam, kesehatan anak, bedah umum, bedah tulang, kulit dan kelamin, kebidanan dan penyakit kandungan, mata, paruparu, radiologi, kardiologi, syaraf, anesthesi, patologi klinik, rehabilitasi



40



medik, hemodialisa. Sub spesialis lainnya antara lain bedah urologi, bedah pencernaan, Jantung, dan Orthopedi. Rumah Sakit Bumi Waras Bandarlampung merupakan rumah sakit tipe C yang mulai mengarah ke tipe B di Provinsi Lampung .



B. Hasil Penelitian dan Analisa Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Desember 2020 di ruang Pre Operasi RS Bumi Waras Bandar Lampung. Jumlah sampel yang didapatkan adalah 34 responden. Data hasil penelitian masing-masing variabel tersebut digambarkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan analisa univariat dan bivariat berikut ini:



1. Analisis Univariat a. Kecemasan Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kecemasan Pasien Pra Operasi Katarak Di RS Bumi Waras Bandar Lampung Tahun 2020 Kecemasan Tidak Cemas Cemas Jumlah



Jumlah 14 20 34



Persentase (%) 41,2 58,8 100



Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa distribusi frekuensi pasien yang mengalami kecemasan di RS Bumi Waras Bandar Lampung Tahun 2020 sebanyak 20 (58,8%).



41



b. Pengetahuan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pasien Pra Operasi Katarak Di RS Bumi Waras Bandar Lampung Tahun 2020 Pengetahuan Baik Kurang baik



Jumlah 16 18



Persentase (%) 47,1 52,9



Jumlah



34



100



Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa distribusi frekuensi pengetahuan baik di RS Bumi Waras Bandar Lampung Tahun 2020 sebanyak 16 responden (47,1%).



2.



Analisis Bivariat Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Kecemasan Pada Pasien Pra Operasi Katarak di RS Bumi Waras Bandar lampung Tahun 2020 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan Dengan Kecemasan Pasien Pra Operasi Katarak di RS Bumi Waras Bandar Lampung Tahun 2020 Kecemasan



Variabel Pengetahuan



Total Tidak Cemas N %



Cemas N



%



n



%



37,5 77,8



16 18



100 100



34



100



Baik Kurang Baik



10 4



62,5 22,2



6 14



Jumlah



14



41,2



20



58,8



OR 95% CI



pvalue



5,833 1,298 – 26,223



0,042



42



Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden dengan pengetahuan baik ada 16 responden, dari 16 responden tersebut ada 37,5% yang mengalami kecemasan dan 62,5% tidak mengalami kecemasan. Dan ada 18 responden dengan pengetahuan kurang baik, dari 18 responden tersebut, ada 77,8% yang mengalami kecemasan dan 22,2% tidak mengalami kecemasan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p sebesar 0,042 (lebih kecil dari nilai alpha = 0,05) yang berarti Ho ditolak sehingga disimpulkan ada hubungan yang barmakna (signifikan) antara pengetahuan dengan kecemasan pre operasi katarak Di RS Bumi Waras Bandar Lampung Tahun 2020. Dari hasil analisis juga diperoleh nilai OR = 5,833. C. Pembahasan 1. Univariat a. Kecemasan Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa kejadian kecemasan di Rs Bumi Waras Bandar Lampung Tahun 2020 sebanyak 14 pasien (41,2%) dan yang tidak terjadi kecemasan sebanyak 20 pasien (58,8%). Kecemasan pra operasi adalah perasaan sebelum melakukan tindakan operasi yang sudah diketahui, dan muncul dari gangguan intrusi yang dirasakan. Kecemasan pra operasi katarak dapat mempengaruhi sebagian besar pasien meskipun sudah ada kemajuan dalam teknik operasi maupun dalam tindakan anestesi, sehingga diperlukan



43



konseling yang tepat untuk mengurangi rasa cemas ataupun rasa takut pada pasien yang akan melakukan tindakan operasi katarak (Ramirez, 2017). Menurut peneliti , faktor resiko penyebab terjadinya kecemasan adalah pasien tidak berpengalaman dalam menghadapi tindakan operasi sehingga kasus kecemasan dalam penelitian ini cukup tinggi. b. Pengetahuan Pada penelitian ini diketahui bahwa distribusi frekuensi pengetahuan yang kurang baik di RS Bumi Waras Bandar Lampung Tahun 2020 sebanyak 18 (52,9%) lebih banyak daripada responden yang memiliki pengetahuan yang baik yaitu 16 responden. Pengetahuan merupakan hasil mengetahui dan terjadi setelah melakukan



pengindraan



pada



suatu



objek



tertentu



dengan



menggunakan panca indra yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan seseorng diperoleh dari pengalaman dan pengetahuan yang berasal dari berbagai macam sumber seperti media poster, kerabat, media masa buku petunjuk, tenaga kesehatan dan sebagainya ( Hidayat, 2018). Sehingga, semakin orang tahu tentang prosedur operasi katarak semakin kecemasan itu dapat diatasi, hal tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh oleh Rolly Rondonuwu, dkk (2014) yang menyebutkan sebagian berpengetahuan baik,



hasil



penelitian



besar



menunjukkan



responden dari



42



44



responden yang berpengetahuan baik sebanyak 29 responden secara persentase dan jumlah terjadi penurunan. Menurut peneliti pengetahuan dapat berasal dari pengalaman orang lain juga, selain pengalaman pribadi, misal kerabat atau keluarga yang sudah pernah menjalani operasi memberikan petunjuk tentang prosedur dan cara mengatasi kecemasan dalam menghadapi operasi tersebut.



2. Bivariat a. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Kecemasan di RS Bumi Waras Bandar Lampung tahun 2020 Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden dengan pengetahuan baik ada 16 responden, dari 16 responden tersebut ada 37,5% yang mengalami kecemasan dan 62,5%



tidak mengalami kecemasan. Dan ada 18



responden dengan pengetahuan kurang baik, dari 18 responden tersebut, ada 77,8% yang mengalami kecemasan dan 22,2% tidak mengalami kecemasan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p sebesar 0,042 (lebih kecil dari nilai alpha = 0,05) yang berarti Ho ditolak sehingga disimpulkan ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara pengetahuan dengan kecemasan pre operasi katarak Di RS Bumi Waras Bandar Lampung Tahun 2020. Dari hasil analisis juga diperoleh nilai OR = 5,833 artinya responden yang memiliki



45



pengetahuan kurang baik akan 5,833 kali mengalami kecemasan dibandingkan responden yang memiliki pengetahuan baik. Menurut (Smeltzer & Bare, 2012), segala bentuk prosedur pembedahan selain didahului dengan reaksi emosional klien baik tersembunyi atau jelas, normal dan abnormal, kecemasan pasien operasi merupakan suatu respon antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dianggap pasien sebagai suatu ancaman terhadap perannya dalam hidup, intergritas tubuh bahkan kehidupannya, kecemasan sangat mempengaruhi fungsi tubuh pada tindakan operasi. Oleh karena itu perawat perlu mengidentifikasi kecemasan yang terjadi pada pasien. Sebab tindakan operasi akan menimbulkan ketakutan dan kecemasan pada pasien walaupun respon individu terhadap tindakan tersebut berbeda-beda. Beberapa pasien menyatakan takut dan menolak dilakukan tindakan operasi, tetapi pasien mengatakan tidak tahu apa yang jadi penyebab utamanya, namun ada beberapa pasien yang menyatakan ketakutannya dengan lebih jelas dan spesifik, seperti pengetahuan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nur Hasanah (2017) yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Pasien Tentang Informasi Pre Operasi Dengan Kecemasan Pasien Pre Operasi”. Hasil penelitian menyimpulkan adanya hubungan pengetahuan pasien tentang informasi pre operasi dengan kecemasan pasien pre operasi di Rumah Sakit Mitra Husada Pringsewu Tahun 2017, dengan nilai p



46



value= 0,023.Dan didukung oleh Distia Travella (2017) Hasil penelitian diketahui pengetahuan dari 40 responden terdapat 29 responden (72,5%) yang berpengetahuan baik. Tingkat kecemasan preoperasi dari 40 responden ada 20 responden (50,0%). Hasil analisis menunjukkan rho = 0,444 dan p = 0,004 terdapat hubungan yang signifikan. Menurut peneliti sendiri ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian kecemasan



yaitu dengan kurangnya pengetahuan



atau pengalaman tentang proses operasi dan tindakan operasi menyebabkan terjadi respon tubuh cemas . Meskipun



faktor



pengetahuan bukanlah faktor satu satunya terjadinya kecemasan karena



apabila



responden



dapat



melakukan



penatalaksanaan



kecemasan dengan baik seperti melakukan teknik relaksasi nafas dalam dan mendapatkan inform consent



dari dokter dan perawat



tentang prosedur operasi juga dapat mengurangi kecemasan pasien sebelum operasi. D. Keterbatasan Penelitian 1. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang akan menjalani operasi katarak dengan pembiusan lokal dan pada saat penelitian ditemui sebagian adalah pasien lansia, sehingga mengalami keterbatasan kemampuan dalam membaca dan memahami kuesioner.



47



2. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 34 responden, dan akan lebih baik lagi jika responden yang diambil lebh banyak. Sehingga hasil penelitian lebih bervariatif dan lebih bermakna. 3. Variabel independen dalam penelitian ini hanya pengetahuan saja, sedangkan menurut teori ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan seseorang, yang dapat menjadi faktor pengganggu dalam objektifitas hasil penelitian ini.



48



49



BAB V SIMPULAN DAN SARAN



A. Simpulan 1.



Sebagian besar tingkat pengetahuan pasien pra katarak di Rumah Sakit Bumi Waras Bandar Lampung tahun 2020 memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 18 responden (52,1%)



2.



Sebagian besar tingkat kecemasan pasien pra katarak di Rumah Sakit Bumi Waras Bandar Lampung tahun 2020 mengalami kecemasan sebanyak 20 responden (58,8%)



3.



Ada hubungan antara pengetahuan dengan kecemasan pada pasien pra operasi katarak di Rumah Sakit Bumi Waras Bandar Lampung tahun 2020 (p value = 0.042).



B. Saran 1.



Untuk Rumah Sakit Pihak rumah sakit perlu melakukan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi therapeutik perawat serta semua tim kesehatan yang terlibat langsung dalam pelayanan rumah sakit terhadap pasien dalam memberikan edukasi tentang prosedur tindakan pre operasi.



2.



Untuk Pendidikan Dunia pendidikan harus lebih meningkatkan skill peserta didik dalam melakukan komunikasi therapeutik terhadap pasien sebagai subjek dalam



50



pemberian jasa pelayanan di rumah sakit. Hal ini sangat perlu dilakukan karena berdasarkan hasil penelitian ini, komunikasi antara perawat dan tenaga medis lainnya dengan pasien merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan pasien mengenai proses pre operasi. 3.



Untuk Peneliti Selanjutnya Perlu diadakan penelitian lebih lanjut yang meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat kecemasan pasien terhadap prosedur pre operasi katarak serta pelayanan rumah sakit secara keseluruhan antara lain kelengkapan dan kenyamanan sarana prasarana rumah sakit, kualitas pelayanan kesehatan oleh profesi lain yang terlibat dalam pelayanan rumah sakit. Agar hasil penelitian lebih objektif, akan lebih baik bila sampel dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang sama.



4.



Untuk Perawat Profesi perawat sudah seharusnya selalu berusaha meningkatkan kompetensi dalam tindakan keperawatan untuk menjamin kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Berbagai hal dapat dilakukan seperti mengikuti seminar-seminar, pelatihan-pelatihan tentang kemajuan dunia keperawatan. Selain itu perawat harus memberikan pelayanan keperawatan dengan dilandasi rasa empati dan caring terhadap pasien selaras dengan pengertian dari pelayanan keperawatan itu sendiri.



51



DAFTARPUSTAKA



Abner, Lahm, etal. (2018). Global Data On Visual Impairments 2010 (WHO). Vol.1. Journal of Visual Impairment & Blindness. Aini, A. Puspita. (2018). Kejadian Katarak Senilis di RSUD Tugurejo. Vol2. Semarang: Higeia Journal Of Public Health Research And Development. Annisa & Ifdil. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia (Lansia). Jurnal, ISSN 1412-9760.Volume 5.No. 2. Padang: Ejournal UNP. Banlitbangkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta:Kemenkes RI. Depkes RI. (2009). Riset Kesehatan Dasar Provinsi Provinsi lampung Tahun 2007. Jakarta:Kemenkes RI Dahlan, Sopiyudin. (2015). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan, Deskriptif, bivariate dan multivariate dilengkapi aplikasi menggunakan SPSS. Yogyakarta : Epidemiologi Indonesia. Evadan Whitcher. (2019). Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC Hadini, MA., Eso, A., &Wicaksono S. (2016). Analisis Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Katarak Senilis di RSU Bahteramas Tahun 2016. Jurnal Medula,3 (2): 2443-0218. Hidayat, E. (2017). Pengaruh Terapi Relaksasi Progresif terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan dalam Menghadapi Uji Kompetensi Mahasiswa Tingkat III Akper Muhammadiyah Cirebon. Jurnal Keperawatan Soedirman, 12(2), 93-101. Ilyas,S. (2016). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Irawan, Fery. (2018). Katarak: Info Seputar (https://www.deherba.com/penyakit-katarak.html)



Penyakit



Mata.



K. Donaldson, R.Braga–Mele,F.Cabot,etal.2013.FemtosecondLaser– Assisted Cataract Surgery.Vol.39.Journalof CataractandRefractive Surgery. Kaplan, HI, Saddock, BJ & Grabb, JA., (2010). Kaplan-SadockSinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis. Tangerang: Bina Rupa Aksara. Kautsar, F. Gustopo, D. Achmadi, F. (2015). Uji Validitas dan Reliabilitas Hamilton Anxiety Rating Scale Terhadap Kecemasan dan Produktivitas Pekerja Visual Inspection PT. Widatra Bhakti. Malang: SENATEK



52



Institut Teknologi Nasional Malang. Kusumawati dan Hartono. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Listiana, dkk. (2013). “Hubungan antara Berpikir Positif Terhadap Kecemasan Lansia di Panti Tresna Werda Kabupaten Gowo. ”Jurnal, ISSN:23021721, Volume2 Nomor 2 Tahun 2013. Makassar: STIKES Nani Hasanuddin Makassar. Maryam & Kurniawan A. (2008). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Orang Tua terkait Hospitalisasi Anak Usia Toddler di BRSD RAASoewono Pati. FIKkes Jurnal Keperawatan,Vol.INo. 2 Maret 2008 Mitha, Santyowibowo, etal. (2017). Constraints and Supporting Factors to Access Free Cataract Surgery.Vol 7.Jurnal Oftalmologi Indonesia. Moore, Keith.L. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates. Nursalam. (2000). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : Sagung Seto Notoatmodjo, Soekidjo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Kedua. Jakarta : Rineka Cipta Pengetahuan Intensi, dan Sick Role Behaviour Ajzen. (2015). Jurnal Keperawatan Universitas Brawijaya.Vol.3 No.2,2015.



Ilmu



PERDAMI. (2017). Perkembangan Teknologi Operasi Katarak Modern. (https://perdami.id/perkembangan-teknologi-operasi-katarak-modern/). Putri, Retno. (2017). Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Hidup Sehat Kualitas Lingkungan Rumah (Studi Mayarakat Kabupaten Pringsewu, Kelurahan Pringsewu Barat). Provinsi lampung : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Provinsi Lampung Putz & Pabst. (2007). Atlas Anatomi Manusia. Jakarta: EGC. Ramaiah. (2007). Kecemasan : Bagaimana Mengatasi Penyebabnya. Jakarta: Pustaka Obor. Ramirez, Brodie, etal. (2017). Anxiety InPatients Undergoing Cataract Surgery : A Pre and Post Operative Comparison. California, San Fransisco, USA: Clinical Ophthalmology. Riyanto, Agus. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian. Jakarta : EGC.



53



Rondonuwu, R. Moningka, L & Patani,R. (2014). Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Katarak diBalai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Manado.Jurnal JUIPERDO, vol 3 No. 2. Sari,Purnama. (2016). Tingkat Kecemasan Pada Pre Operasi Bedah Ortopedidi RSUD dr.R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Tahun 2016. Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Respositoryump.ac.id Srinayanti, Kusumawaty, Nugroho. (2017). Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Katarak di Ruang Bedah RSUD Kabupaten Ciamis. Jurnal Motorik,Vol.12. No. 24. Stuart & Sudden. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa.Jakarta: EGC. Sugiyono, (2009). Metode Bandung :Alfabeta.



Penelitian



Kuantitatif,



Kualitatif dan



R&D,



Tana, Mihardja, etal. (2007). Merokok dan Usia Sebagai Faktor Risiko Katarak Pada Pekerja Berusia ≥ 30 Tahun di Bidang Pertanian. Vol26. Universa Medicina. Tauqir, Chaudhry, Mumtaz,etal. (2012). Knowledgeof Patients Visual Experience During Cataract Surgery: ASurvey of Eye Doctors In Karachi, Pakistan. Vol 12.BMC Ophthalmology. Vellyana, Lestari, Rahmawati. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasanpada Pasien Preoperativedi RS Mitra Husada Pringsewu, Provinsi lampung: STIKes Muhammadiyah Pringsewu. Wahyuni, Sri Agus. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Perioperatif Katarak Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Katarak di RSD dr. Soebandi Jember. Jember: Universitas Jember Digital Repository. Wahyuningtyas, Septia P. (2016). Hubungan Tingkat Pengetahuan Phacoemulsifikasi dengan Kecemasan PadaPasien Katarak di Rumah Sakit MataSolo.Surakarta: FakultasIlmu Kesehatan UMS. Yunaningsih, etal. (2017). Analisis Faktor Risiko Kebiasaan Merokok,Paparan Sinar Ultraviolet, dan Konsumsi Antioksi dan Terhadap Kejadian Katarak di Poli Mata Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 .Vol2.Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat.



54



Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Kepada Yth, Bapak/ Ibu Calon Responden Di Tempat Responden Yang Terhormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswi Universitas Aisyah Pringsewu Studi Ilmu Keperawatan akan melaksanakan penelitian tentang “ Hubungan Pengetahuan Dengan Kecemasan Pada Pasien Pra Operasi Katarak di RS Bumi Waras Bandar Lampung tahun 2020". Nama : Pebriyudin NIM



: 190101001P



Alamat: Jl Pagar Alam Gg. Mata Intan 2A Segala Mider B.Lampung Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kecemasan pada pasien pra operasi katarak Maka bersama ini saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden. Apabila setuju saya mohon Bapak/Ibu untuk menandatangani lembar persetujuan serta mengisi kuesioner sesuai petunjuk yang ada. Jawaban yang saya dapatkan hanya sebagai kepentingan penelitian dan saya menjaga kerahasiaan atas semua jawaban yang tertulis. Atas kerjasamanya saya ucapkan terima kasih. Peneliti



Pebriyudin



Lampiran 2



LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Judul Penelitian : Hubungan Pengetahuan



Dengan Kecemasan Pasien Pra



Operasi katarak di Rumah Sakit Bumi Waras Tahun 2020 Peneliti



: Pebriyudin



Pembimbing



: Hardono S.Kep.,Ners.,M.Kep.



Saya telah diminta dan diberi izin untuk berperan serta dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Dengan Kecemasan Pasien Pra Operasi Katarak Di Rumah Sakit Bumi Waras tahun 2020”. Saya mengerti bahwa kerahasiaan saya sebagai responden akan dijaga oleh peneliti dan semua hasil data saya hanya dipergunakan untuk mengolah data, selanjutnya data akan dimusnahkan jika penelitian sudah selesai. Lembar kesediaan responden ini saya setujui dengan tanpa paksaan dari peneliti, tujuan saya setuju sebagai responden hanya ingin membantu penelitian saja.



Tanda Tangan



(..................)



39



Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN Hubungan Pengetahuan Dan Kecemasan Pada Pasien Pra Operasi Katarak Di Rumah Sakit Bumi Waras Bandar Lampung Tahun 2020 A. Data Tingkat Pengetahuan PetunjukPengisian: 1. Bacalah pertanyaan di bawah ini dengan teliti 2. Beri tanda chek (√ ) pada kotak pertanyaan sesuai dengan yang Anda rasakan dalam menghadapi tindakan operasi.



1. Untuk apa anda dilakukan operasi saat ini? ( ) Membantu penglihatan agar menjadi terang kembali ( ) Memotong usus yang terinfeksi ( ) Mengeluarkan bayi 2. Pemeriksaan penunjang apakah yang dilakukan sebelum anda dioperasi? ( ) Foto rongent ( ) Pemeriksaan CT Scan ( ) Pemeriksaan mata 3. Mengapa anda diharuskan berpuasa sebelum operasi? ( ) Supaya operasinya cepat selesai ( ) Supaya biaya operasi menjadi murah ( ) Supaya tidak muntah sehingga operasi berjalan lancar 4. Apakah jenis pembiusan yang akan anda terima selama operasi?



40



( ) Bius total/tidak sadar ( ) Bius lokal/sadar ( ) Tidak tahu 5. Siapa saja petugas yang akan melakukan operasi pada Anda? ( ) Dokter dan perawat ( ) Dokter bedah, Dokter bius, dan perawat ( ) Tidak tahu



6. Setelah operasi selesai dan anda belum sadar, maka anda akan dirawat dimana? ( ) Di ruang ICU ( ) Langsung dibawa ke ruangan perawatan semula ( ) Dirawat di ruang pemulihan 7. Kapan anda diperbolehkan minum setelah operasi? ( ) Segera setelah operasi, boleh minum hangat sedikit‐sedikit ( ) Setelah bisa buang angin (kentut) ( ) Setelah tiga hari 8. Kapan anda diperbolehkan makan setelah operasi? ( ) Setelah dua hari ( ) Setelah bisa buang angin (kentut) ( ) Setelah merasa lapar 9. Pergerakan /posisi apa yang boleh dilakukan pada hari pertama setelah operasi? ( ) Tidur telentang ( ) Miring kanan, miring kiri, tengkurap ( ) Tidak boleh bergerak sama sekali selama dua hari



41



10. Resiko apa yang anda ketahui setelah operasi katarak ? ( ) Tidak boleh menunduk ( ) Tidak boleh makan selama 3‐5hari ( ) Hars menggunakan korset jika berjalan



B. Data Kecemasan Petunjuk Pengisian: 1.



Bacalah pertanyaan dibawah ini dengan teliti



2.



Beri tanda chek (√ ) pada kotak pertanyaan sesuai dengan yang anda rasakan dalam menghadapi tindakan operasi.



Skor : 0 = Tidak ada (Tidak ada gejala sama sekali) 1 = Ringan (Satu Gejala dari pilihan yang ada) 2 = Sedang (Separuh gejala dari pilihan yang ada) 3 = Berat (Lebih dari separuh gejala dari pilhan yang ada) 4 = Berat sekali (Semua gejala ada)



No 1



Pertanyaan Perasaan Ansietas - Cemas - Firasat Buruk - Takut Akan Pikiran Sendiri - Mudah Tersinggung



0



1



2



3



4



42



2



Ketegangan - Merasa Tegang - Lesu - Tak Bisa Istirahat Tenang - Mudah Terkejut - Mudah Menangis - Gemetar - Gelisah



3



Ketakutan - Pada Gelap - Pada Orang Asing - Ditinggal Sendiri - Pada Binatang Besar - Pada Keramaian Lalu Lintas - Pada Kerumunan Orang Banyak



4



Gangguan Tidur - Sukar Masuk Tidur - Terbangun Malam Hari - Tidak Nyenyak - Bangun dengan Lesu - Banyak Mimpi-Mimpi - Mimpi Buruk - Mimpi Menakutkan



5



Gangguan Kecerdasan - Sukar Konsentrasi - Daya Ingat Buruk



6



Perasaan Depresi - Hilangnya Minat



43



- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi - Sedih - Bangun Dini Hari - Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari



7



Gejala Somatik (Otot) - Sakit dan Nyeri di Otot-Otot - Kaku - Kedutan Otot - Gigi Gemerutuk - Suara Tidak Stabil



8



Gejala Somatik (Sensorik) - Tinitus - Penglihatan Kabur - Muka Merah atau Pucat - Merasa Lemah - Perasaan ditusuk-Tusuk



9



Gejala Kardiovaskuler - Takhikardia - Berdebar - Nyeri di Dada - Denyut Nadi Mengeras - Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan - Detak Jantung Menghilang (Berhenti Sekejap)



10



Gejala Respiratori - Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada - Perasaan Tercekik



44



- Sering Menarik Napas - Napas Pendek/Sesak 11



Gejala Gastrointestinal - Sulit Menelan - Perut Melilit - Gangguan Pencernaan - Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan - Perasaan Terbakar di Perut - Rasa Penuh atau Kembung - Mual - Muntah - Buang Air Besar Lembek - Kehilangan Berat Badan - Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)



12



Gejala Urogenital - Sering Buang Air Kecil - Tidak Dapat Menahan Air Seni - Amenorrhoe - Menorrhagia - Menjadi Dingin (Frigid) - Ejakulasi Praecocks - Ereksi Hilang - Impotensi



13



Gejala Otonom - Mulut Kering - Muka Merah - Mudah Berkeringat - Pusing, Sakit Kepala



45



- Bulu-Bulu Berdiri



14



Tingkah Laku Pada Wawancara - Gelisah - Tidak Tenang - Jari Gemetar - Kerut Kening - Muka Tegang - Tonus Otot Meningkat - Napas Pendek dan Cepat - Muka Merah



SKOR TOTAL : Keterangan : 1. Bila total skor < 14 : Tidak cemas 2. Bila total skor 15 – 56 : Cemas



Lampiran 4 Tabel Sheet Data Hasil Penelitian Hubungan Pengetahuan dan Kecemasan Pasien Pra Operasi Katarak Di rumah Sakit Bumi Waras Tahun 2020 No



SKOR PERNYATAAN



Koding



SKOR PERNYATAAN



Koding



46



Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34



KECEMASAN 13 20 12 10 6 29 11 27 19 9 31 12 28 8 20 9 32 25 19 22 26 8 24 18 6 20 8 21 17 23 12 15 15 13 Keterangan Koding Variabel Variabel Kecemasan Pasien : 0. tidak cemas (Bila Total Skor < 14) 1. Cemas (Bila Total skor 15 - 56)



0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0



PENGETAHUAN 90 60 80 50 80 40 90 90 40 80 60 80 70 80 70 60 80 80 80 70 90 70 60 80 100 60 80 70 60 40 80 40 60 90



0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0



47



Variabel Pengetahuan : 0. Baik (Bila nilai 80 - 100) 1. Kurang baik (Bila Nilai 0 - 70)



Lampiran 5



48



Statistics Kemampuan pasien untuk mengetahui proses pra operaasi dan prosedur operasi N



Valid



34



Missing



0



Kemampuan pasien untuk mengetahui proses pra operaasi dan prosedur operasi Frequency Valid



Percent



Valid Percent



Cumulative Percent



Baik



16



47.1



47.1



47.1



Kurang baik



18



52.9



52.9



100.0



Total



34



100.0



100.0



statistics Respon pasien terhadap hal yang tidak menyenangkan sehingga timbul keadaan yang tidak nyaman N



Valid Missing



34 0



49



Respon pasien terhadap hal yang tidak menyenangkan sehingga timbul keadaan yang tidak nyaman Frequency Valid



Percent



Valid Percent



Cumulative Percent



tidak cemas



14



41.2



41.2



41.2



Cemas



20



58.8



58.8



100.0



Total



34



100.0



100.0



Chi-Square Tests



Value



df



Asymp. Sig.



Exact Sig. (2-



(2-sided)



sided)



Pearson Chi-Square



5.673a



1



.017



Continuity Correctionb



4.132



1



.042



Likelihood Ratio



5.830



1



.016



Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb



Exact Sig. (1-sided)



.035



5.507



1



.019



34



a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,59. b. Computed only for a 2x2 table



LAMPIRAN 6



.020



50



KARTU BIMBINGAN SKRIPSI Nama NPM Pembimbing Skripsi Judul



: Pebriyudin : 190101001P : Hardono S.Kep.,Ners.,M.Kep : Hubungan pengetahuan dan kecemasan pada pasien pra operasi katarak di Rumah Sakit Bumi Bandar Lampung Waras tahun 2020



No 1



Hari/Tanggal Sabtu, 18 juli 2020



2



Senin, 24 Agustus 2020



3



Kamis 27 Agustus 2020



4



Senin, 7 September 2020



Catatan Pembimbing Paraf Acc Judul Lanjutkan Bab 1 Isi yang mesti ada di Bab 1: - Fenomena kasus - pengertian topik yang diambil - Angka kejadia - Dampak kasus atau topik - Efek sampin jika topik diabaikan Alternatif mengenai topik Bab 1 berbentuk segita terbalik Jumlah lembar Bab 1 3 – 5 lembar Bab 1 Perbaikan: - Pemaparan lebih dipersingkat - Urutan penjabaran disesuaikan - Perhatiakn pemulisan sesuai kaidah - Penulisan ujuan umum, tujuan khusus, manfaat penulisan serta rumusan masalah di sesuaikan Bab 1 Perbaikan: -Pemaparan alinea 1 minimal 5-7 lembar Susunan alinea disesuaikan: mata dan fungsi mata, penanganan katarak, dampak katarak, penyebab katarak dan efek samping katarak Bab 1 Perbaikan: -Perhatikan konsep penulisan: Batas kiri dan atas 4 cm Batas kanan dan bawah 3 cm Pakai urutan alpabet



51



5



Jumat 11 September 2020



6



Senin 14 September 2020



7 8



Selasa 22 September 2020



9



Kamis 01 Oktober 2020



10



Senin 12 Oktober 2020



11



Jumat 16 Oktober 2020



12



Senin 26 Oktober 2020



13



Jarak antar aline 5 ketukan Bab 1 Perbaikan: Tambahkan konsep pentingnya pengetahuan Bab 1 Perbaikan: -Tambahkan konsep pembiusan -Tambahkan konsep pengetahuan yang meningkatkan kepercayaan diri dan menurnkan tingkat kecemasan -Revisi tujuan umum -Penambahan tujuan khusus Bab 1 ACC Lanjutkan ke Bab 2 Bab 2 Perbaikan: -Susunan Bab 2: katarak, penanganan katarak,kecemasan,pengetahuan -Sistem penulisan diperbaiki sesuai kaidah -Tambahkan pengetahuan sesuai tindakan operasi -Tambahan efek kecemasan Bab 2 Perbaikan: -Tambahkan kecemasan pra operasi -Tambahkan penjelasan tentang pra operasi -Jurnal tentang katarak -Sumber kerangka teori Bab 2 Perbaikan: -Perhatiakn sistematika penulisan -Sumber jurnal ditambah Bab 2 Perbaikan: -Susunan penulisan diperbaiki -Penelitian terkait ditambahkan Bab 2 Perbaikan: -Perbaiki penulisan hipotesa -Berikan konsep dalam kerangka konsep Acc Bab 2 Lanjutkan ke Bab 3



52



14



Selasa 03 November 2020



15



Jumat 07 November 2020



Bab 3 Perbaikan: -Perhatikan penulisan waktu dan tempat penelitian -Perbaiki kriteria sampel inklus dan ekslusi Bab 3 perbaikan; -Perbaikan definisi operasional -Perbaikan hasil ukur dalam defisi operasional -Perbaiki rate hasil pada kuisioner ACC Sidang Proposal SIDANG PROPOSAL Sabtu, 18 November 2020 Penguji 1: Surmiasih S.Kep.,Ners.,M.Kes Penguji 2: RizkiYeni W S.Kep.,Ners.,M.Kep Sidang Proposal Perbaikan: -Tambahkan konsep perawat dalam penjelasan dan edukasi sebelum operasi -Ruang lingkup ditambahkan -Sederhanakan kerangka teori -Perbaiki hipotesa (Ha dan Ho) -Data jumlah pasien di up date mulai januari s.d november 2020 -Jabarkan penjelasan tentang instrumen penelitian PENELITIAN



16



11 Januari 2020



01 S.D 30 Desember 2020 Bab 4 Perbaikan: -Perbaiki penulisan judul dan berikan label pada data -Judul tabel dan isi tabel font nya 10 atau 11 dan spasi 1, judul bold -Sistematika penulisan diperhatiakn lagi



53



17



19 Januari 2021



Bab 4 Perbaikan: -Pembahasan hasil yang didapat, bandingkan dengan teori,jurnal terkait dan asumsi peneliti -Susunan pembahasan diperbaiki -Penulisan judul tabel diperbaiki -Tambahkan pembahasan pada tabel bivariat -Keterbatasan penelitian diperbaiki



18



27 januari 2021



Bab 4 dan 5 Perbaikan: -Tambahakan abstrak -Daftar pustaka memakai APA (American Psychological Association) -Tampilkan data mentah excel



19



05 Pebruari 2021



1