Nanno Fossils [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

NANNOFOSSILS.



RESUME Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Non Foraminifera



Disusun oleh Gustiani Indah Pratiwi 270110130088



UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI JATINANGOR 2016



NANNOFOSSIL Pengenalan Nannofossil. Nannofossil merupakan salah satu mikrofosil yang penting dalam studi biostratigrafi. Nannofossil merupakan suatu kelompok fosil yang berukuran halus dengan ukuran 1 – 25 µm (Perch-Nielsen, 1985) dan merupakan sisa-sisa dari coccolithophore. Coccolithophore menurut Gartner (1981) adalah organisme bersel satu, eukariotik fitoplankton (alga) yang hidup di laut dan sangat membutuhkan sinar matahari untuk berfotosintesis sehingga merupakan organisme yang hidup terapung di dekat permukaan (planktonik), dan termasuk golongan algae dari Divisi Chrysophyta, Kelas Coccolithophyceae. Organisme ini merupakan salah satu produsen/sumber makanan dalam rantai makanan di laut. Alga ini membuat plat kalsit yang melingkupi tubuh sel alga (coccolith) yang dilepaskan dan jatuh ke dasar laut. Komponen utama dari coccoliths berupa kalsium karbonat, karena sifatnya yang transparan, sehingga kegiatan fotosintesis nannoplankton ini tidak akan terganggu oleh proses enkapsulasi dan membentuk exoskeleton. Fungsi dari exoskeleton dapat membantu proses fotosintesis, sebagai pelindung dari faktor lingkungan dan kemungkinan menambah berat sehingga alga dapat turun ke bawah yang mempunyai lebih banyak nutrisi.



Golongan algae ini mampu menghasilkan lempeng-lempeng gampingan dalam satu fase dari siklus hidupnya. Lempeng tersebut bertaut satu sama lain, membentuk suatu struktur kerangka berbentuk bulat atau bulat telur yang melingkupi seluruh atau sebagian dari sel atau disebut coccosphere yang mengalami disintegrasi. Setiap lempeng yang disebut coccolith akan terlepas dan terendapkan di dasar laut sebagai sedimen karbonat yang berbutir halus. Selain coccolith



terdapat pula jenis nannofosil gampingan yang tidak diketahui afinitasnya dengan kelompok ganggang yang ada, tetapi selalu bersama-sama dengan fosil coccolith atau disebut nannolith. Kalkareus nannofossil merupakan indikator umur sedimen yang paling tepat untuk batuan sedimen laut mulai dari umur Jura (205 juta tahun) sampai dengan resen karena evolusi yang cepat dan distribusi geografis yang luas. Kemunculan awal/FAD dan kemunculan akhir/LAD untuk spesies nannofosil biasanya terjadi pada horison yang sama secara global dan akurasi dari umur sedimennya kurang lebih bisa sampai satu juta tahun. Dalam oceanografi dapat juga digunakan sebagai penentu suhu lingkungan dan arus laut purba.



Preparasi Nannofossil. Preparasi nannofossil bertujuan untuk mengekstrak fosil-fosil nannoplankton gampingan dari batuan untuk dianalisis takson-taksonnya dan kemudian digunakan sebagai bahan dalam analisis biostratigrafi nannofossil. Identifikasi nannofossil biasanya dilakukan menggunakan mikroskop yang memiliki perbesaran 400 – 1000 x dengan polarisasi. Scanning Electron Microscope (SEM) juga sudah banyak digunakan sebagai alat yang lebih canggih.



Fosil Marker Nannofossil di Cekungan Indonesia. Terdapat total lima belas fosil marker berumur Miocene yang tersebar di bagian timur pulau Jawa, yaitu diantaranya adalah Sphenolithus ciperoensis, Cyclicargoltihus abisectus, Discoaster druggi, Sphenolithus heteromorphus, Sphenolithus belemnos, Calcidiscus macintyrei, Helicosphaera ampliaperta, Discoaster kugleri, Discoaster hamatus, Discoaster neohamatus, Discoaster bellus, Discoaster neorectus, Discoaster quinqueramus, Amaurolithus primus, dan Discoaster berggrenii.



Zonasi Biostratigrafi Nannofossil Mesozoikum. Kamptner (1931), Defalndre (1939, 1952), Deflandre dan Deflandre-rigaud (1959), Bronnimann (1955), Noel (1956, 1958), Martini (1961) dan Stadner (1961, 1962) mempelajar tentang Mesozoikum dan akhirnya mengembangkan subdivisi Jurasic dan Cretaceous berdasarkan asosiasi nannofossil. Sedangkan zonasi untuk Cenomaian hingga interval Maastrichtian dikembangkan oleh Cepek dan Hay (1970) berdasarkan data stratigrafi nannofossil. Lalu penemuan selanjutnya diikuti oleh Bukry dan Bramlette (1970; Campanian – Maastrichtian), Manavit (1971; Aptian – Danian), Bukry (1973, late Cretaceous), Roth (1973; Aptian – Maastrichian), Roth dan Thierstrein (1972; Barriasian – Maastrichian), Thierstein (1971, 1973; early Cretaceous), Hill (1976; early Cretaceous) dan Verbeek (1976; late Cretaceous).



Zonasi biostratigrafi nannofossil berumur Cenozoic. Martini (1971) menjabarkan zonasi Cenozoic menggunakan lebih banyak data dari data singkapan di lapangan berdasarkan fosil hemipelagic yang kuat. Skema zonasinya kemudian dilakukan oleh Okada dan Bukry (1980) dan versi zonasi yg lainnya membahas tentang distribusi fosil di lautan sehingga selanjutnya dapat dipakai untuk mempelajari laut dalam. Diversiti Coccolithospore berada paling tinggi pada daerah subtropical sedangkan fosil marker lainnya penyebarannya didominasi berada pada daerah selain berlatitude tinggi. Konsekuensinya zonasi Cenozoic hanya dapat digunakan untuk daerah berlatitude rendah. Hingga sekarang, estimasi biokronologi nannofossil hanya baru dapat digunakan pada Neogene dan Pleistocene berdasarkan pembelajaran core piston yang memiliki umur paleomagnetik.



Nannofossil di Indonesia. Di Jawa Timur, banyak diketemukan nannofossil berumur Miocene pada sedimen laut dengan kualitas baik. Totalnya terdapat lima belas marker species calcareous nannofossil yang berumur Miocene di Jawa Timur, yaitu Sphenolithus ciperoensis Bramletter & Wilcoxon, Cyclicargoltihus abisectus (Muller), Discoaster druggi Bramlette & Wilcoxon, Sphenolithus heteromorphus Deflandre, Sphenolithus belemnos Bramlette & Wilcoxon, Calcidiscus macintyrei (Bukry & Bramlette), Helicosphaera ampliaperta Bramlette, Discoaster kugleri Martini & Bramlette), Discoaster hamatus Martini & Bramlette, Discoaster bellus Bukry & Percival, Discoaster neohamatus Bukry & Bramlette, Discoaster neorectus Bukry, Discoaster



quinqueramus Gartner, Amaurolithus primus (Bukry & Percival) dan Discoaster berggrenii (Bukry).



Refrensi : Isnaniawardhani, Vijaya. 2015. BIOSTRATIGRAPHY Basics and Biostratigraphic Zones. Pustaka Reka Cipta : Bandung.