Naskah Dongeng Bengkulu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

NASKAH DONGENG SEMARAK BULAN BAHASA



PUTRI GADING CEMPAKA Alkisah pada zaman dahulu, di daerah Bengkulu Tinggi, pernah berdiri sebuah kerajaan bernama Kerajaan Sungai Serut. Ratu Agung, seorang pangeran dari Kerajaan Majapahit, merupakan pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Sungai Serut. Konon, ia merupakan penjelmaan dewa dari Gunung Bungkuk yang bertugas mengatur kehidupan di bumi. Ratu Agung memerintah Kerajaan Sungai Serut dengan arif bijaksana.Ia sangat disegani oleh rakyatnya, meskipun rakyat yang dipimpinnya adalah bangsa Rejang Sawah yang memiliki perawakan tinggi besar. Ratu Agung mempunyai enam orang putra dan seorang putri. Keenam putra Ratu Agung adalah Kelamba Api atau Raden Cili, Manuk Mincur, Lemang Batu, Tajuk Rompong, Rindang Papan, Anak Dalam, dan yang paling bungsu adalah seorang putri bernama Putri Gading Cempaka. Menurut cerita, kerajaan Sungai Serut menjadi terkenal hingga ke berbagai negeri bukan saja karena kepemimpinan Ratu Agung, tetapi juga oleh kecantikan Putri Gading Cempaka. Meski usia Putri Gading Cempaka baru beranjak remaja, namun kecantikan wajahnya sudah terlihat nampak mempesona bagai bidadari. Sudah banyak pangeran datang untuk meminangnya, namun Ratu Agung menolak semuanya karena sang Putri masih belum cukup umur.



Raja Ratu Agung Wafat Seiring berjalannya waktu, Putri Gading Cempaka tumbuh menjadi gadis dewasa.Demikian pula Ratu Agung yang kian menua usianya.Suatu hari, Ratu Agung mengalami sakit keras.Ia mendapat firasat bahwa usianya sudah tidak akan lama lagi. Maka, sang Raja pun mengumpulkan ketujuh putra-putrinya untuk menyampaikan wasiat kepada mereka.



“Wahai, anak-anakku.Sepertinya Ayahanda takkan lama lagi hidup di dunia.Oleh karenanya, Ayahanda menitipkan dua wasiat kepada kalian,” kata Ratu Agung kepada putra-putrinya. Mendengar perkataan ayahandanya, wajah putra-putrinya menjadi sedih, terutama Putri Gading Cempaka.Ia tak bisa menahan perasaan sedihnya mendengar ucapan sang Ayah. Perlahan-lahan air matanya pun menetes membasahi pipinya. “Ayah jangan berkata begitu. Kami tidak ingin kehilangan Ayah.”Putri Gading Cempaka menangis terisak-isak seraya merangkul ayahandanya. “Putriku tersayang, ajal kita semua ada di tangan Tuhan Yang Maha Kuasa.Kita tidak akan mampu menahan jika ajal telah tiba.” ujar Raja Ratu Agung berusaha menenangkan hati putrinya. Ayahanda mereka kemudian menyampaikan wasiatnya, “Demi menjunjung tinggi rasa keadilan, kedamaian, dan ketenteraman di negeri ini, Ayah menyerahkan tahta Kerajaan Sungai Serut kepada putraku Anak Dalam. Ayah berharap kalian semua tetap bersatu baik dalam suka maupun duka. Dan seandainya suatu saat nanti Kerajaan Sungai Serut ditimpa musibah besar, Ayah minta kalian menyingkirlah ke Gunung Bungkuk. Kelak di Gunung Bungkuk akan datang seorang raja yang berjodoh dengan anak gadisku tercinta, Putri Gading Cempaka.“ Penyerahan tahta Kerajaan Sungai Serut kepada Anak Dalam dapat diterima oleh putraputrinya dengan baik. Kelima saudara tuanya sama sekali tidak memiliki rasa iri hati. Bahkan, mereka sangat mendukung dipilihnya Anak Dalam sebagai pewaris tahta. Beberapa hari kemudian, Raja Ratu Agung menghembuskan nafas terakhirnya.Seluruh negeri pun berduka-cita.Hati Putri Gading Cempaka hancur berkeping-keping tidak rela melepas kepergian ayahandanya.Namun, sang Putri hanya bisa pasrah dan berdoa agar ayahandanya mendapat ketenangan di alam kubur.



Pangeran Anak Dalam Menjadi Raja Kerajaan Sungai Serut Anak Dalam kemudian dinobatkan menjadi raja menggantikan ayahnya.Seperti ayahnya, Raja Anak Dalam adalah seorang pemimpin adil bijaksana.Ia beserta keenam saudaranya senantiasa hidup rukun damai. Dalam waktu singkat, kemasyhurannya pun tersebar ke berbagai negeri.Selain itu, kecantikan Putri Gading Campaka semakin membuat Kerajaan Sungai Serut kian dikenal.Sudah banyak bangsawan maupun pangeran datang meminangnya, namun belum satu pun pinangan yang diterima. Suatu hari, datanglah seorang putra mahkota dari Kerajaan Aceh bernama Pangeran Raja Muda Aceh hendak meminang Putri Gading Cempaka.Sang Pangeran datang bersama pasukannya menggunakan kapal layar. Setiba di pelabuhan Bangkahulu, sang Pangeran mengutus beberapa penasehatnya ke istana Kerajaan Sungai Serut untuk menyampaikan pinangannya kepada Raja Anak Dalam. “Mohon ampun, Baginda Raja Anak Dalam.Kami adalah utusan Pangeran Raja Muda Aceh dari Kerajaan Aceh.Saat ini beliau tengah menunggu di atas kapal yang sedang bersandar di dermaga,” kata salah seorang utusan seraya memberi hormat. “Apa yang bisa saya bantu untuk Pangeran kalian?” tanya Raja Anak Dalam. “Sebenarnya maksud kedatangan kami ke mari adalah untuk menyampaikan pinangan Pangeran Raja Muda Aceh kepada Putri Gading Cempaka.” jawab sang utusan. Raja Anak dalam tidak mau mengambil keputusan sendiri.Ia mengajak saudara-saudaranya untuk membicarakan masalah tersebut. Sementara itu, para utusan diminta untuk menunggu sejenak.Tak berapa lama kemudian, mereka pun kembali menemui para utusan Pangeran Raja Muda untuk menyampaikan hasil mufakat yang telah mereka putuskan. “Maafkan kami, wahai utusan Pangeran Raja Muda Aceh.Kami memutuskan untuk tidak menerima pinangan Pangeran Raja Muda Aceh.” kata Raja Anak Dalam.



Jawaban Raja Anak Dalam membuat para para utusan Pangeran Aceh terkejut.Dengan perasaan kecewa, mereka segera kembali ke dermaga untuk melapor kepada Raja Muda Aceh.Betapa murkanya Pangeran dari Tanah Rencong itu saat mendengar laporan tersebut. “Sungguh keterlaluan!Mereka berani menolak pinanganku?!” kata Raja Muda Aceh geram.



Perang Antara Kerajaan Aceh Dengan Kerajaan Sungai Serut Merasa dikecewakan, Pangeran Muda Aceh menjadi marah.Ia lantas menantang Raja Anak Dalam untuk berperang. Perang besar antara Kerajaan Aceh dengan Kerajaan Sungai Serut akhirnya tak terhindarkan.Perang akhirnya berlangsung hingga berhari-hari dengan memakan banyak korban jiwa dari kedua belah pihak.Perang terus berkecamuk.Mayat-mayat yang sudah berhari-hari bergelimpangan tanpa terurus mulai membusuk. Menurut cerita rakyat, perang ini menjadi asal usul nama Bengkulu. Raja Anak Dalam beserta seluruh pasukannya merasa sudah tidak tahan lagi dengan peperangan tersebut.Mereka juga sudah tak sanggup menahan bau busuk mayat para prajurit yang telah gugur. Saat itulah, sang Raja teringat pada wasiat ayahandanya. “Wahai saudara-saudaraku!Sesuai dengan pesan ayahanda bahwa jika Kerajaan Sungai Serut sudah tidak aman, kita disarankan untuk menyingkir ke Gunung Bungkuk,” kata Raja Anak Dalam. Akhirnya, Raja Anak Dalam beserta keenam saudaranya segera menarik diri menuju Gunung Bungkuk.Sementara itu, Pangeran Raja Muda Aceh bersama pasukannya yang masih hidup kembali ke Tanah Rencong tanpa membawa hasil. Sepeninggal Raja Anak Dalam Ke Gunung Bungkuk, Kerajaan Sungai Serut menjadi kacau. Mendengar kabar kekosongan kekuasaan di Kerajaan Sungai Serut, datanglah empat bangsawan Lebong Balik Bukit untuk menjadi raja di sana. Namun, setelah berhasil menguasai negeri tersebut, mereka malah saling bertikai karena memperebutkan wilayah kekuasaan.Menurut cerita, pertikaian keempat bangsawan tersebut didamaikan oleh Maharaja



Sakti, seorang pengelana dari Kerajaan Pagaruyung.Ia adalah seorang utusan Kerajaan Pagaruyung, kerajaan di Minangkabau yang diperintah oleh Seri Maharaja Diraja. Akhirnya, keempat bangsawan tersebut segera menghadap Sultan Pagaruyung untuk memohon agar Maharaja Sakti yang adil dan bijaksana itu diangkat menjadi raja di Kerajaan Sungai Serut.Permohonan mereka dikambulkan. Upacara penobatan Maharaja Sakti pun dilaksanakan di balairung Kerajaan Pagaruyung. Sejak saat itu Kerajaan Sungai Serut berganti nama menjadi Kerajaan Bangkahulu.



Maharaja Sakti Menjadi Raja Kerajaan Bangkahulu Setelah dinobatkan menjadi Raja Bangkahulu, Baginda Maharaja Sakti berangkat menuju ke Bangkahulu, diiringi oleh ratusan pengawal. Keempat bangsawan yang tadinya bertikai juga ikut mengiringi sang Raja. Setiba di sana, upacara penobatan sebagai raja di Kerajaan Bangkahulu pun telah disiapkan. Namun, ketika upacara akan dimulai, tiba-tiba langit berubah menjadi gelap, lalu turunlah hujan sangat deras diiringi angin kencang. Atas kesepakatan bersama, upacara penobatan akhirnya ditunda hingga cuaca kembali cerah.Namun, hingga malam hari, hujan dan badai tak kunjung berhenti. Malam harinya, Baginda Maharaja Sakti bermimpi melihat seorang bidadari sedang menarinari di tengah hujan badai. Ajaibnya, tak sedikit pun tubuh sang bidadari basah terkena air hujan. Sang Bidadari kemudian pergi menuju ke Gunung Bungkuk.Keesokan harinya, Baginda Maharaja Sakti menceritakan perihal mimpinya kepada keempat bangsawan.Para bangsawan kemudian meminta seorang peramal untuk menafsirkan mimpi tersebut. “Ampun, Baginda. Ternyata, bidadari cantik yang ada di dalam mimpi Baginda adalah Putri Gading Cempaka, putri penguasa wilayah ini di masa lalu. Kini, ia tinggal di Gunung Bungkuk bersama keenam saudaranya. Jika Baginda bisa membawa Sang Putri kembali kemari, maka Baginda akan membawa kerajaan ini kembali menjadi sebuah kerajaan yang kuat. Menurut ramalan hamba, Putri Gading Cempaka kelak akan menurunkan raja-raja di negeri ini,” ungkap si peramal.



Mendengar penjelasan si peramal, sang Baginda pun berhasrat meminang Putri Gading Cempaka. Ia lalu mengutus keempat bangsawan beserta beberapa pengawalnya untuk menjemput Putri Gading Cempaka di Gunung Bungkuk. Setiba di sana, mereka menghadap Raja Anak Dalam.



Maharaja Sakti Menikahi Putri Gading Cempaka “Ampun, Baginda! Kami adalah utusan dari Tuanku Baginda Maharaja Sakti.Beliau adalah penguasa Kerajaan Bangkahulu yang dahulunya merupakan Kerajaan Sungai Serut.Atas titah beliau, hamba diminta untuk menjemput Tuanku Putri Gading Cempaka beserta tuan-tuan sekalian.Baginda Maharaja Sakti bermaksud mengangkat Tuanku Putri Gading Cempaka menjadi permaisuri di Negeri Bangkahulu,” ungkap para utusan. Raja Anak Dalam bersama saudara-saudaranya pun menerima pinangan Maharaja Sakti sesuai dengan wasiat ayah mereka.Akhirnya, pesta pernikahan Putri Gading Cempaka dengan Maharaja Sakti pun dilangsungkan di Bangkahulu.Pesta berlangsung meriah karena bersamaan dengan upacara penobatan Maharaja Sakti menjadi raja di Negeri Bangkahulu. Setelah menikah, dibangunlah istana baru yang megah sebagai pusat pemerintahan. Oleh karena letak istana itu berada di Kuala Sungai Lemau, maka kerajaan itu pun berganti nama menjadi Kerajaan Sungai Lemau. Baginda Maharaja Sakti memimpin kerajaan Sungai Lemau dengan arif bijaksana.Ia beserta permaisurinya, Putri Gading Cempaka, hidup bahagia.



ASAL MULA DANAU TES Pada zaman dahulu kala, ada seorang laki-laki sakti bernama si Lidah Pahit yang tinggal di Dusun Kutei Donok. la dipanggil si Lidah Pahit, karena apa yang diucapkannya selalu menjadi kenyataan. Meskipun demikian, si Lidah Pahit tidak pernah sembarangan mengucapkan sesuatu. Si Lidah Pahit berniat membuka lahan baru di pinggir Sungai Air Ketahun untuk dijadikan ladang. la mendapat izin dari para tetangga dan ketua adat Kutei Donok. Setelah mempersiapkan semuanya, si Lidah Pahit mulai membuka lahan itu. la mencangkul tanah dan membuang tanah tersebut ke Sungai Air Ketahun. Namun, banyaknya tanah cangkulan yang dibuang ke Sungai Air Ketahun membuat para tetangganya resah. Mereka khawatir, tanah tersebut dapat menyebabkan Sungai Air Ketahun tersumbat dan menyebabkan banjir. OIeh karena itu, mereka pun berunding untuk menghentikan kegiatan si Lidah Pahit. Seorang warga diutus untuk menemui si Lidah Pahit. “Lidah Pahit, kami menyampaikan berita duka cita. Anakmu meninggal dunia. Pulanglah ke kampung halamanmu.” Lidah Pahit tidak memercayai berita yang disampaikan oleh tetangganya tersebut. Namun, orang yang diutus untuk menyampaikan berita tersebut pulang dengan kecewa. Keesokan harinya, diutuslah seorang tokoh masyarakat untuk menyampaikan berita yang sama kepada si Lidah Pahit. Namun, ia tetap tidak memercayainya.



Akhirnya, para sesepuh desa datang sendiri kepada si Lidah Pahit. “Lidah Pahit, percayalah apa yang kami katakan adalah benar. Lebih baik kau pulang, karena anakmu meninggal dunia.” Karena yang datang kepadanya adalah sesepuh desa, si Iidah Pahit pun memercayainya. “Baiklah! Karena Bapak-Bapak yang datang menyampaikan berita ini, sekarang saya percaya bahwa anak saya telah meninggal. Saya akan pulang,” kata si Lidah Pahit. Mendengar ucapan itu, para sesepuh desa berpamitan pulang. Setelah para sesepuh pergi, si Lidah Pahit baru menyadari kata-katanya tadi. Dalam hati, la tetap tidak percaya bahwa anaknya sudah meninggal. Namun, karena kata-katanya yang diucapkannya tadi, anaknya bisa benar- benar meninggal. Lidah Pahit menyesali ucapannya. Kata-katanya sudah tak bisa ditarik lagi. ia melampiaskan kekesalannya dengan menghentakkan cangkulnya ke tanah dan membuang tanah cangkulan ke dalam Sungai Air Ketahun. Ketika ia kembali ke kampungnya, benar saja, anaknya sudah meninggal dunia. Akhirnya, tanah cangkulan yang dibuang si Lidah Pahit menyumbat Sungai Air Ketahun dan membentuk sebuah danau besar yang kemudian dinamakan Danau Tes.



BATU BETAJUK Cerita ini berawal di sebuah sungai kecil, dimana ada seorang gadis sedang mandi sambil mencuci pakaian, namun disayangkan pakaian hanyut terbawa arus kehilir sungai. Akhirnya sang gadis memutuskan mengikuti arus sungai untuk mencari pakaiannya yang hanyut itu. Di hilir sungai ketika itu ada seorang pemuda yang sedang memancing ikan, sangat disayangkan bukan ikan yang terkait di kail pancingan sang pemuda, namun tak lain adalah sehelai pakaian yang hanyut. Keheranan sang pemuda pun muncul, sambil berbicara “pakaian siapa yang terkait dikail pancinganku ini”. Masih dalam suasana keheranan , pemuda tersebut dikagetkan dari arah hulu sungai Nampak seseorang gadis sedang mencari sesuatu dialiran sungai, setelah agak dekat pemuda itu menyapa. “apakah engkau mencari pakaian ini ?”, “benar, pakaian itu yang saya cari” jawab sang gadis. Pemuda tersebut memberikan pakaian yang menyangkut dikail pancingan nya itu kepada sang gadis. “terima kasih, telah menemukan pakaianku” ucap gadis itu, “sama-sama, pakaian itu tadi tersangkut di kail saya tanpa sengaja” jawab pemuda itu. Dari sini perkenalan mereka dimulai, “saya Bujana dari kampong kanari” kata pemuda, “saya Lailena gadis dari kampong Kayu Sebatang” balas sang gadis. Dari perkenalan ini, ada timbul perasaan di antara mereka, namun tidak mereka ungkapkan.



Selang 5 malam sejak pertemuan Bujana dengan Lailena. Bujana rindu dan ingin sekali bertemu Lailena lagi. Akhirnya dia putuskan untuk mencari Lailena di Kayu Sebatang. Keesokan harinya Bujana akhirnya menemukan rumah orang tua Lailena. Namun Lailena masih malu-malu dengan kehadiran Bujana. 71 hari berlalu, hubungan Bujana dan Lailena semakin dekat. Dan sudah ingin melanjutkan keijab-kabul. Dari orang tua Lailena mereka mendapatkan restu, tapi sangat di sayangkan tidak mendapatkan restu dari orang tua Bujana. Karena keluarga Lailena berasal dari keluarga yang tak mampu, dan sangat berbeda jauh dengan keluarga Bujana yang berasal dari keluarga yang kaya raya. Niat Bujana ingin membawa istrinya kerumah orang tuanya ditolak oleh orang tuanya. Dengan demikian mereka tinggal di rumah orang tua Lailena. Setelah menjalani hidup bersama, Bujana merasa tidak kerasan, Karena dia tidak terbiasa hidup miskin. Akhirnya timbul pertengkaran, dan ketika itu Lailena mengandung delapan (8) bulan. Bujana berkata “Saya tidak akan terus hidup bersama kamu, kalau begini terus”, “dari dulu kami memang miskin, tetapi kenapa kamu mau, bukankah kamu mau menerima kami apa adanya” jawab Lailena. Bujana membalas kata-kata Lailena, “ Dahulu dan sekarang tidak bakalan sama”. Akhirnya Bujana merantau kekota yang cukup besar. Disana Bujana menetap dan mendapatkan pekerjaan yang layak. Bahkan Bujana diangkat menjadi anak oleh pemilik tempat ia bekerja yang juga orang kaya-raya dan bahkan dijadikan anak tertua. Namun dengan kebusukan hati Bujana, ia menghamili Raisan anak pemilik tempatnya bekerja. Karena tak ingin menanggung malu Bujana akhirnya dinikahkan dengan Raisan. Dari pernikahan Bujana dengan anak orang kaya ini lahirlah seorang anak laki-laki yang bernama Kumala. Umur Laili dengan Kumala terpaut 3 tahun. Setelah Laili sudah dewasa, ia memutuskan pamit dengan ibunya untuk merantau kekota. Laili tidak tahu kalau kota yang ia rantaui juga kota bapaknya. Dan Laili juga tanpa sengaja mendapatkan pekerjaan di tempat bapaknya. Semenjak Laili bekerja disana, Kumala selalu mendekati Laili. Dahulunya Laili tidak punya hati dengan Kumala, karena Laili ingat pesan ibunya “janganlah mencari suami yang kaya-raya karena berakibat seperti ibu”. Namun



lambat laun Laili akhirnya timbul perasaan kepada Kumala. Pada saat itu mereka tidak tahu kalu Laili adalah adik Kumala. Laili dan Kumala pun pada akhirnya menjalin hubungan. Taatkala Laili ingin pulang kekampung halaman, Kumala tidak setuju, “kalau kamu ingin pulang kekampungmu, aku juga harus ikut”. Laili dan Kumala pergi bersama kekampung Laili didesa Kayu Sebatang. Ketika mereka tiba di rumah Laili. Ibu Laili heran dan bertanya kepada Laili “Siapakah dia ?”, namun bukan Laili yang menjawab, melainkan Kumala “Saya Kumala, calon suami Laili”. Laili heran kenapa Kumala berkata seperti itu kepada Ibu Laili.. Setelah pertemuan itu Kumala pulang kekota, untuk memenuhi persayaratan ibu Laili “apabila kamu sudah bisa mencari uang dengan keringat kamu sendiri, kamu boleh menikahi anak saya”. 2 Tahun kemudian, Kumala kembali lagi menemui Laili dengan membawa seperangkat alat sholat dan satu lingkaran emas sebagai emas kawin untuk meminang Laili. Ibu Laili bertanya kepada Kumala “apakah ini hasil keringat kamu sendiri, bukan ?”, Kumala menjawab “saya bersumpah ini hasil tetesan keringat saya sendiri”. Ibu Laili memberikan restu dan setuju, Laili pun setuju, Karena, Ibu Laili berkata “Kumala tidak seperti ayah kamu, yang selama ini mengandalkan harta orang tuanya”. Kumala kembali kekota untuk menghadap bapaknya, ingin menyampaikan bahwa ia ingin meminang Laili. Ayah Kumala juga ikut setuju. Kemudian ditetapkanlah hari Jum’at setelah selesai Sholat Jum’at sebagai hari pernikahan mereka. Kumala sudah ada di rumah Laili sebelum hari pernikahan mereka. Hari pernikahan Laili dan Kumala telah tiba, undangan telah berdatangan, begitu juga Alibi, orang yang menjadi penghulu dalam pernikahan mereka. Sebelum ijab-kabul dilaksanakan, Kumala meminta untuk menunggu kedatangan bapak dan ibunya dari kota. Tak beberapa lama kemudian, bapak dan ibu Kumala tiba. Kumala berkata “ini bapak saya”. Ibu Laili bertanya kepada Bapak Kumala yang juga bapak Laili “Kemana kamu selama ini ?”, ayah mereka pun heran dan menjawab “Kumala itu anakku”. “Pernikahan ini harus di batalkan” teriak Ibu Laili.



Laili dan Kumala tidak bisa menerima kenyataan. Bahwa mereka adalah saudara satu darah. Laili akhinya berlari kesungai tempat ibu dan bapaknya pertama kali bertemu. Di situ Laili duduk, dan berguna “Kalau saya tidak dinikahkan dengan Kumala, saya bersumpah lebih baik saya jadi batu dari pada tidak dinikahkan”, Laili termakan sumpahnya sendiri, jadilah ia seperti batu yang menyerupai orang berpakaian perang, Yang sekarang ini lebih dikenal dengan Batu Bertajuk. Dan Kumala lari kebelakang rumah dengan arah lain, Kumala juga bersumpah “lebih baik saya menjadi binatang, dari pada menikahi kakak saya sendiri”. Kumala menjelma menjadi seekor ular yang berwarna hitam.



PUTRI SERINDANG BULAN Alkisah dahulu kala di Bengkulu hidup tujuh perempuan bersaudara.Mereka merupakan putri Raja Wawang.Dari ketujuh bersaudara, Putri Serindang Bulan merupakan putri paling bungsu.Putri Serindang Bulan juga terkenal paling cantik. Telah banyak laki-laki ingin meminangnya tapi selalu ia tolak dengan alasan tidak ingin melangkahi keenam kakaknya. Keenam kakaknya sebenarnya berencana menikah setelah Serindang Bulan menikah.Mereka kemudian meminta agar Serindang Bulan Menikah terlebih dahulu. “Wahai adikku, sudah banyak laki-laki ingin meminangmu.Segeralah menikah.Jangan kuatir, kami semua akan menyusul menikah.” ujar kakak tertua. “Baiklah kakakku tersayang, Aku akan menikah.Aku berharap kakak semua cepat mendapat jodohnya.”Putri Serindang Bulan menyanggupi. Raja Wawang kemudian segera menyebarkan berita bahwa putri bungsunya, Serindang Bulan, telah siap untuk menikah.Para pemuda merasa gembira.Tidak lama, seorang Pangeran Tampan datang menemui Raja Wawang untuk melamar Putri Serindang Bulan. Putri Serindang menerima pinangan sang Pangeran Tampan. Kemudian pihak Kerajaan segera menyiapkan pesta pernikahan meriah.



Serindang Bulan Terkena Penyakit Aneh Tiba-tiba kejadian aneh menimpa Putri Serindang Bulan.Menjelang pernikahan, wajahnya berubah menjadi buruk.badan sang putri juga dipenuhi penyakit kulit. “Ada apa dengan tubuhmu, wahai Putri? Tubuhmu terkena penyakit kulit.” tanya Sang Pangeran keheranan. “Aku juga tidak tahu.Saat bangun pagi, tiba-tiba wajahku menjadi buruk, tubuhku dipenuhi penyakit kulit.” ujar Putri Serindang Bulan. Pangeran menjadi merasa kecewa sehingga memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka. Namun anehnya, setelah Pangeran Tampan tersebut pergi, wajah Serindang Bulan kembali cantik. Tubuh sang putri menjadi sehat seperti sedia kala. Setiap ada laki-laki melamar, maka wajah Serindang Bulan akan berubah menjadi buruk, namun akan kembali cantik apabila pernikahan dibatalkan. Hal ini terus terulang hingga sembilan kali.Pihak keluarga terutama keenam saudarinya merasa malu.



Disingkirkan Oleh Kakak-Kakaknya Pada suatu hari, keenam saudari Serindang Bulan mengadakan rapat rahasia.Rapat tersebut menghasilkan keputusan bahwa mereka harus menyingkirkan Serindang Bulan karena dianggap sebagai sumber masalah bagi kerajaan.Salah satu dari mereka, yaitu Karang Nio, awalnya menolak untuk menyingkirkan Serindang Bulan.Karang Nio memang paling dekat dengan Serindang Bulan.Namun dengan penolakannya, justru Karang Nio mendapat tugas untuk menyingkirkan Serindang Bulan. Kelima kakaknya meminta bukti berupa setabung darah dan irisan bagian telinga Serindang Bulan, sebagai tanda ia telah menyingkirkannya. Dengan berat hati, Karang Nio memenuhi permintaan kakak-kakaknya.Pada suatu hari, Karang Nio mengajak Serindang Bulan berjalan-jalan.Awalnya Serindang Bulan tidak curiga namun, lama-kelamaan Serindang Bulan merasa takut karena Karang Nio mengajaknya



masuk ke dalam hutan.Karang Nio terlihat sangat gelisah. Akhirnya ia berterus terang kepada Serindang Bulan bahwa ia mendapat tugas untuk menyingkirkannya. “Kalau memang sudah menjadi keputusan kakak semua, maka lakukanlah tugasmu Kak.” kata Serindang Bulan sedih. Karang Nio akhirnya memutuskan untuk mengelabui kakak-kakaknya.Ia menyembelih seekor anjing hutan. Darah anjing hutan ia simpan dalam tabung. Kemudian ia melukai kuping Serindang Bulan. Kuping putri serindang akan ia bawa sebagai bukti telah menjalankan tugasnya menyingkirkannya. Karang Nio menyuruh Serindang Bulan pergi menaiki rakit dari sungai Ulau Deus. Karang Nio segera kembali ke istana. Sesampainya di istana, ia menunjukan bukti setabung darah serta kuping Serindang Bulan pada kakak-kakaknya. Semua kakaknya merasa senang. Sementara di hutan, Serindang Bulan pergi menaiki rakit di sungai.Ia akhirnya turun di daerah Muara Setahun. Disana, Serindang Bulan memanjat tebing. Di atas tebing, sang putri membuat rumah untuk ia tinggali.



Bertemu Tuanku Raja Alam Setahun telah berlalu semenjak Serindang Bulan pergi dari istana.Suatu ketika, sebuah perahu milik Raja Indrapura bernama Tuanku Raja Alam melewati Muara Setahun.Sang Raja melihat sinar kemilau dari atas bukit.Karena penasaran, Raja pun menepi kemudian turun dari perahu.Ia kemudian menaiki tebing sumber sinar kemilau tersebut. Setibanya diatas terbing, Raja melihat sebuah rumah.Sang raja mengetuk pintu rumah.Dari rumah tersebut keluarlah Serindang Bulan yang membuat Raja terkejut. “Wahai gadis jelita, aku tidak menyangka jika cahaya di atas tebing ternyata berasal darimu.” kata Raja.



Setelah berkenalan, putri Serindang Bulan kemudian menceritakan kejadian yang menimpanya.Cerita Serindang Bulan membuat Raja terharu kemudian mengajaknya untuk tinggal di Kerajaan Indrapura.Serindang Bulan pun menyetujuinya. Sesampainya di Kerajaan Indrapura, Sang Raja menggelar rapat.Sang Raja menceritakan masalah Serindang Bulan.Raja berkeinginan untuk meminang Serindang Bulan. Para Penghulu Kerajaan mengusulkan untuk melihat situasi selama tiga hari untuk melihat apakah wajah Serindang Bulan akan kembali berubah menjadi buruk. Setelah ditunggu selama tiga hari, ternyata wajah Serindang Bulan tetap cantik.Akhirnya para penghulu menikahkan Raja dengan Serindang Bulan.



Putri Serindang Bulan Kembali Bertemu Keenam Saudarinya Para Penghulu meminta Raja untuk memberitahu wali Serindang Bulan.Raja kemudian mengirim utusan ke tempat Raja Wawang untuk memberitahu tentang rencara pernikahan Serindang Bulan dengan Raja Alam.Mendengar kabar tersebut, kakak-kakak Serindang Bulan kaget bukan main.Mereka menyalahkan Karang Nio karena dianggap gagal menyingkirkan Serindang Bulan. “Sudahlah kakak-kakakku.Hentikan pertikaian kita. Sebaiknya mari kita sama-sama pergi menghadiri pernikahan Serindang Bulan.” ujar Karang Nio. Kakak-kakak Karang Nio akhirnya mengiyakan. Lalu berangkatlah keenam saudari tersebut.Sesampainya mereka di Kerajaan Indrapura, mereka langsung bertemu dengan Tuanku Raja Alam.Keenam saudari meminta mahar berupa emas sebagai syarat menikahi adik mereka, Serindang Bulan. Raja Alam menyetujui permintaan mahar dari keenam saudari tapi dengan satu syarat, mereka harus mengenali adik mereka sendiri, Serindang Bulan. Jika tidak, maka mereka semua akan dihukum. Raja kemudian menyiapkan enam orang gadis yang didandani dan wajahnya mirip Serindang Bulan.Mereka dihadapkan pada keenam saudari Serindang Bulan.Keenam saudari Serindang Bulan diminta untuk menunjukkan mana Serindang Bulan asli.



Kelima saudari kebingungan karena tidak tahu Serindang Bulan asli. Tapi Karang Nio teringat bahwa ia pernah melukai telinga Serindang Bulan. Dan benarlah, ada satu gadis memiliki bekas luka di telinganya yang berarti dialah Serindang Bulan asli.Akhirnya putri serindang dengan Karang Nio berpelukan sambil menangis melepas rindu. “Bagus.Berarti kalian masih mengenali Serindang Bulan. Aku akan memenuhi mahar dengan memberikan emas permintaan kalian. Saya anggap tidak ada lagi dendam diantara kalian.” kata Raja. Akhirnya Tuanku Raja Alam menikahi Serindang Bulan.Sementara Keenam saudari mendapatkan setabung bambu berisi emas. Serindang Bulan sama sekali tidak menyimpan dendam kepada kakak-kakaknya. Meskipun ia telah menikah dan hidup terpisah dari kakakkakaknya, namun ia masih sering mengirimi mereka hadiah.



JAGO SETAHUN Jago Setahun adalah tuei kutei Anggung Cawang Lekat bergelar Bagindo Segentar Alam, beliau merupakan pimpinan, Rajo bijaksana, berwatak keras, dan tegas dalam menjalankan pemerintahan serta hukum adat pada pendudukan Cawang Lekat.Jago Setahun berperawakan tinggi besar dan gagah, seorang yang sakti mandraguna berilmu tinggi, kesaktian maupun kanuragan yang di dapat dari leluhurnya, keramat Batu Anggung, Muning Bukit Kaba.Dengan kesaktiannya yang tinggi itu, ia mampu melompati sungai dan bukit dengan sekali lompatan saja, dengan kemampuannya ini, Begindo Segentar Alam juga dijuluki “Si Picang Ja’ang” atau orang sakti memiliki telapak raksasa berjarak jauh dan jarang, bekas pijakan kaki kanan dan pijakan telapak kaki kirinya bisa berjarak beratus meter dalam sekali langkah. Jago setahun dari istrinya dikaruniai dua orang anak yaitu Putri Rambut Salangko yang lebih akrab dipanggil Adek, dan seorang lagi yang bernama Sape’I atau dikenal sebagi Pulun.Ia hidup rukun bersama rakyat yang dipimpinnya, dan yang bertanggung jawab menjaga keamanan negeri dan rakyat sebagai Panglima perangnya; Ali Sutet dengan pembantu Muning Uben, Muning Imem, dan Muning Jayo. Pimpinan peniup siput beracun jitu berbahaya, adalah Kutet Bukeu, pemimpin penombak jitu (belatik tumbak), Ali Bikeui Cawang, pimpinan jebakan ranjau (unjeu ra’aak), Ali Gerak. Pimpinan benteng pertahanan (gais pigei) Cawang Lekat emppat penjuru mata angina, adalah Depati Jenayas, Depati Aras, Depati Kiyas, dan Depati Abas. Mereka inilah para pemimpin pasukan setia pengawal Jago



Setahun, mempertahankan diri dari serangan suku atau bangsa lain. Pada saat itu, keahlian mereka berperang ditakuti dan disegani lawan kendati senjata api belum mereka kenal. Sumpeak semayo janjai setio, bersumpah bertaruh nyawa berjanji bergalang mayat, berjuang bersama menjaga keutuhan negeri dan penduduk Cawang Lekat.Itu sumpah setia sejak zaman leluhur mereka. Begindo Segentar Alam dikenal sebagai Jago Setahun sebab diri dari sifatnya yaitu apabila tidur dan terjaga dari tidurnya membutuhkan waktu selama satu tahun.Selama dalam keadaan tertidur, Jago Setahun tidak makan atau minum, tidak juga bangun. Tidak ada seorang pun yang dapat membangunkannya, apapun yang terjadi diluar pertapaannya ketika ia tidur. Jago Setahun tidak akan bergeming hingga saat tidurnya genap dua belas purnama. Para pengawal dan pengikutnya setia melindungi Jago Setahun bertapa dalam tidurnya dari serangan atau gangguan yang mengarah kepadanya. Kelebihan yang dimiliki tuei kutei Rajo Cawang Lekat lainnya, adalah JAgo Setahun memiliki ilmu kebal tak mempan digores senjata tajam, tak tembus peluru tajam, bahkan tak hangus dibakar api. Dengan ilmu kesaktiannya inilah ia mengayomi dan melindungi rakyat Cawang Lekat dalam kepemimpinannya. Pada masa itu daerah marga selupuak dan sebagian besar wilayah Rejang Lebong tidak dipengaruhi kekuasaan kekuasaan pemerintaha kompeni Inggris (EIC) yang berpusat di Bengkulu serta pemerintah Hindia Belanda yang berkedudukan di Palembang.Kedua pemerintahan negara ini tidak mempengaruhi kekuasaan Depati Tiang IV kerajaan Pinang Belapis yang berkedudukan di Lebong bahkan pada daerah Batu Lebar Anggung. Letak strategis dan kondisi alam yang bergunug, bukit barisan, hutan belantara yang lebat, membuat kerajaan Depati Tiang IV termasuk daerah Batu Lebar Anggung Cawang Lekat tak tersentuh penjajah Inggris maupun Belanda yang saat itu menggunakan transportasi lewat sungai besar. Pada saat pasukan tentara Belanda yang dipimpin Kapten De Lau membawa perbekalan untuk dibawa dan diantar ke pos Belanda di daerah Keban didekat dusun Tertik terjadilah konflik.Pasukan Belanda dihadang dan dihancurkan oleh laskar dan rakyat kerajaan induk Depati Tiang IV Lebong.Begindo Segentar Alam terlibat dalam pertempuran terbuka itu. Dalam pertempuran banyak jatuh korban dari kedua belah pihak dan seorang pembesar Belanda tewas. Inilah awal mula yang memicu persengketaan antara pemerintah Belanda yang berkuasa di Palembang dengan kerajaan Depati Tiang IV yang berpusat di Lebong, juga



menyebabkan permusuhan antara Belanda dengan tuei kutei Rajo Cawang Lekat Begindo Segentar Alam Jago Setahun. Sejak peristiwa di dusun Tertik Keban yang waktu itu merupakan daerah kekuasaan Belanda, Begindo Segentar Alam menjadi target incaran penangkapan Belanda. Ekspedisi pertama pasukan Belanda membawa empat puluh orang tentara yang dikirim lansgung dari Palembang menuju hul sungai Musi menuju Anggung Cawang Lekat.Berharihari dan bermalam-malam pasukan Belanda menggunakan perahu besar menyusuri sungai Musi yang permukaan airnya tenang pertanda dasar sungainya yang dalam dengan rentang sungai yang lebar.Tepian sungai Musi adalah adalah hutan belantara yang ganas. Belanda menaruh amarah dan dendam sehingga berniat menangkap Begindo Segentar Alam Jago Setahun hidup-hidup sebagai balasan kematian asisten Residen Bogeard, petinggi Belanda yang tewas pada peristiwa pertempuran Tertik Keban. Akhirnya pasukan Belanda tiba didusun Cawang Lekat Anggung. Penduduk dan laskar pengikut Jago Setahun telah membentengi diri dan bersiap akan kemungkinan serangan dari luar. Sebelum tentara Belanda memasuki wilayah Cawang, Jago Setahun dan pasukannya telah menghadang pasukan Belanda di tepian Musi Cawang Lekat, dikaki bukit Cawang Tinggi Anggung.Pertempuran sengit terjadi antara tentara Belanda dan pasukan rakyat laskar Cawang Lekat, prajurit Jago Setahun berperang dengan gagah berani mempertahankan diri dari serangan musuh.Begindo Segentar Alam memimpin penduduk dan pasukannya melawan tentara asing itu.Semangat berkobar dari penduduk serta laskar Jago Setahun, bagaikan banteng terluka mereka mengamuk dan menyerang mati-matian musuhnya. Tentara Belanda kaget dan heran dengan kekuatan ilmu kesaktian yang ditunjukkan tuei kutei rajo Cawang Lekat itu.Melihat keganasan bertempur Jago Setahun, pasukannya seolah mendapatkan bantuan ghaib yang menambah kekuatan mereja dalam perang itu. Peluru yang meledak dari laras senjata api tak mampu melukai kulit pemimpin Cawang Lekat itu, senjata tajam dan pedang tak mampu menggores tubuhnya. Dalam keadaan bingung dan keheranan banyak diantara tentara asing itu menjadi gentar dan ragu menyerang sehingga Jago Setahun banyak menumbangkan lawan-lawannya dalam pertempuran yang sengit itu, Sehingga pertempuran dimenangkan oleh Kerajaan Cawang Lekat.Pasukan tentara Belanda ditarik mundu kembali ke Palembang melaporkan peristiwa



yang baru terjadi pada pimpinannya sambil mengatur siasat selanjutnya untuk mengalahkan Cawang Lekat. Siasat pecah belah yang dilakukan Belanda dimulai dengan merekrut, mengajak, dan menghimpun orang-orang dari golngan bangsa kita untuk menjadi mata-mata.Mereka pun berusaha menyelidiki rahasia kelemahan Jago Setahun dan rakyatnya.Setelah menyelidiki akhirnya diketahuilah strategi yang tepat untuk menangkap Jago Setahun hiduphidpu yaitu dengan menunggu Jago Setahun bertapa dalam tidurnya yang panjang. Selain pasukannya yang kuat, Cawang Lekat juga memiliki benteng alam yang kokoh.Terbuat dari barisan pokoa yaitu pagar bamboo berduri dan pohon salak berduri yang sangat rapat hingga seekor ayam pun tak dapat melintasinya.Siasat untuk merobohkan benteng alam yang kokoh dari system pertahanan Cawang Lekat adalah dengan memanfaatkan kecerobohan orang-orang desa Cawang Lekat itu sendiri, yaitu mengimingimingi mereka dengan jebakan.Pasukan Belanda menghamburkan koin-koin emas berpetipeti disepanjang pertapaan, jalan-jalan desa hingga ke hutan bamboo yang merupakan benteng itu. Saat Belanda sudah mendapat kabar bahwa Jago Setahun sudah dalam kondisi tidur, selanjutnya Belanda membawa ekspedisi militernya untuk yang kedua kalinya ke Cawang Lekat.Setibanya disana, pasukan Belanda mendarat memasuki desa Cawang Lekat yang sudah siap melawan dan berperang.Keadaan pertahanan Cawang Lekat jauh lebih siap dari sebelumnya karena mereka sudah mengetahui bahwa pasukan Belanda pasti telah belajar dari pertempuran sebelumnya. Pagi itu Cawang Lekat dikejutkan oleh berita bahwa tentara Belanda sudah dihulu sungai Musi sedang menuju desa Cawang Lekat. Bunyi kentongan berkumandang, tanda panah api meluncur ke udara, terompet dan but-but bergema cepat, sekejap lalu sepi. Tak lama setelah itu terdengar suara ledakan dari berabagi arah diperbatasan benteng terdepan desa Cawang Lekat.Asap hitam menggunung bergumpal-gumpal ke udara, api menyala-nyala diatas ledakan, melalap apa saja yang menjadi sasarannya. Senapan api meletus menyerang laskar dan penduduk yang bersenjata tradisional, kekuatan tak seimbang itu mengakibatkan banyak korban dari laskar Jago Setahun dan penduduk Cawang Lekat. Tentara Belanda terus menerobos masuk, disambut perlawanan laskar dan ranjau-ranjau yang mematikan.Tentara terus masuk setelah menjinakkan ranjau darat hingga tibalah mereka dihadapan benteng alam Cawang Lekat yang sulit sekali diterobos.



Belanda memakai taktik yang sudah mereka susun sebelumnya yaitu dengan menyebarkan berpeti-peti koin emas sekitaran benteng alam tersebut setelah itu mereka mundur dan meninggalkan desa Cawang Lekat.Sepeninggalan tentara Belanda, terjadi perbuatan fatal yang dilakukan oleh seluruh penduduk Cawang Lekat termasuk pendekar laskar Jago Setahun.Mereka semua keluar, berhamburan memunguti dan mencari koin emas yang dihamburkan Belanda. Semua tampak senang melihat koin emas yang berserakan di sepanjang jalan desa, mereka semua membongkar apa saja yang terlihat demi mencari dan berebut mendapatkan emas-emas itu. Koin emas di sepanjang jalan telah habis, dan ketika itulah mereka mendapati bahwa masih banyak koin yang tersembunyi dan terhalang lebatnya hutan bamboo dan salak berduri.Tanpa fikir panjang mereka segera menebas dan menebang benteng alam tersebut untuk memunguti emas-emas itu. Dalam sekajap ranjau darat yang mereka ciptakan telah bersih, jalan sekeliling Cawang Lekat telah aman dilalui, hutan bambu dan salak telah habis mereka tebas.Maka dari itulah mereka merasa menyesal dan sedih. Dengan mudah akhirnya tentara Belanda kembali memasuki Cawang Lekat tanpa perlawanan yang berarti, senjata mesin dan senjata api bukan tandingan senjata tradisional yang digunakan Belanda terlebih lagi dengan situasi perang terbuka itu. Belanda lalu segera menuju tempat Jago Setahun tertidur untuk berniat membawanya. Ada hal yang mengherankan yaitu Jago Setahun yang sedang dalam keadaan tertidur itu tak bisa dipindahkan atau diangkat oleh beberapa orang tentara sekalipun, tubuh Jago Setahun seolah-olah melekat ditemapt ia berbaring. Tentara Belanda lalu berpikir keras mencari cara dan upaya agar bisa membawa Jago Setahun. Akhirna oleh mereka dibuatlah semacam pelupuh dari bambu untuk menggelindingkan tubuh Jago Setahun dari atas tempat ia tertidur. Akhirnta Jago Setahun yang tertidur di “geringgung” atau digelindingkan secara bebas menuju kapal yang letaknya di bawah bukit. Dibawalah Jago Setahun ke Palembang. Ada beberapa versi yang mengatakan bahwa ketika Jago Setahun tiba di Palembang ia tewa disiksa Belanda namun ketika para penduduk setempat ingin memindahkan makamnya, mereka tidak menemukan tula-belulang Jago Setahun. Versi lainnya mengatakan bahwa ketika Jago Setahun tengah disiksa dalam masa tidurnya maka saat itu habis masanya 12 purnama sehingga ketika Jago Setahun tersentak lalu terbangun melihat keadaan sekitar ia menjadi sangat murka. Ia menyerang habis-habisan tentara Belanda hingga mengerikannya Jago Setahun engamuk terjadi longsor dan gempa bumi yang



menyebabkan tanah Palembang hingga sekarang menjadi miring. Ia lalu kabur menyelamatkan diri ke daerah kubu Jambi dan menjadi raja disana. Sesekali ia pulang ke Cawang Lekat melihat anak cucunya ke desa Kejalo. Kejalo artinya tertipu, hal ini mengingatkan warga desa Kejalo Kelurahan Cawang Lekat dahulu pernah tertipu oleh Belanda.