Naskah Drama 3 (Tsunami) REVISI [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TSUNAMI  Sebagai bagian tugas dari BNPB adalah menanggulangi bencana alam di daerah yang terdampak. Oleh karena itu, BNPB mengadakan program penyuluhan bencana kepada masyarakat di sebuah desa yang beberapa warganya masih memegang kuat tradisi nenek moyangnya. Dengan bantuan PMI, BNPB memberikan penyuluhan tentang bencana tsunami kepada sebuah desa yang berada di dekat pesisir pantai. BABAK 1             Di pagi hari, waktu-waktu pulangnya nelayan dari melaut. Beberapa orang PMI tengah memasang informasi di sekitar halaman salah seorang penduduk desa. Mereka tengah sibuk mengatur posisi yang tepat untuk pemasangan banner berisi ‘tindakan yang harus diambil saat terjadi bencana tsunami’. Namun, tiba-tiba dua orang nelayan yang tengah berjalan untuk pulang terhenti. Mereka tidak terima banner tersebut terapasng di depan halaman rumah mereka, akhirnya terjadi perdebatan antara dua orang nelayang tersebut dengan PMI. Ika(PMI): “Itu loh tiangnya kurang kekiri, roboh nanti” Figo(PMI): “Bentar bentar.. lagi kubenerin nih” Kedua nelayan itu datang, Ulin(Nelayan/Pak Kalim): “lo... lo... lo... apa ini?” Figo(PMI): “ Selamat siang,pak/bu. Kita dari PMI Kota Banjarbaru hendak memberi informasi kepada masyarakat tentang penanggulangan bencana, salah satunya tsunami. Masyarakat disini kan tinggal di dekat pantai, jadi alangkah baiknya mengetahui cara menanggulangi tsunami tersebut. Bapak dan ibu nanti bisa datang ke balai desa untuk mengikuti sosialisai bencana tsunami dari PMI,” Ulin(Nelayan/Pak Kalim): “Apa-apaan...,kok mendadak di suruh datang ke balai desa, gak hasilkan uang, gak butuh. Tsunami... tsunami itu gak bakal ada.Dari dulu kami tinggal disini gak ada tsunami. Tsunami... tsunami. Mustahil.iya kan, buk?” Putri(Nelayan/Bu Ati): “Iya, pak. Ini lagi, nancapkan papan gak berguna di halaman kita, buat apa sih begituan tuh? Gak ada yang baca,iya kalau itu bisa jadi jimat hidup aman.Haduh..haduh.. cabut aja deh. Menuh-menuhin halamanku...” BABAK 2             Ada ibu-ibu desa lewat, karena pembicaran antara nelayan dengan PMI cukup menarik perhatian mereka. Akhirnya mereka berhenti sejenak untuk menguping pembicaraan (Rahma, ibu-ibu lewat) Figo(PMI): “Begini,buk, pak. Mohon maaf, jika informasi ini mengganggu pemandangan bapak, dan ibu. Kami hanya membantu mempermudah bapak dan ibu menyelamatkan diri ketika bencana tsunami itu datang. Dan sebelum terjadi, alangkah baiknya kita mengetahui langkah apa yang akan kita ambil untuk menghadapi bencana tersebut.” Ulin(Nelayan/Pak Kalim): “Halah... emboh lah, terserahmu. Yang penting, kalian-kalian ini udah ku bilangin kalo masang begituan itu gak ada gunanya, gak ada yang peduli. Satu lagi, kalo papan itu rusak bukan urusanku loh, salahnya siapa kamu masang di halamanku,” BABAK 3



            Kedua nelayan itu mengacuhkan pembicaraan PMI, dan meninggalkannya dengan sikap dingin mereka sebelumnya.             Dilain tempat, seorang ibu rumah tangga tengah menunggu penjual sayur keliling di emperan sebuah gubug yang terbuat dari bilah bambu yang tersusun rapi menjadi tempat yang bisa diduduk beberapa orang. Pedagang: “Sayur........... yur.. sayur...... ibu-ibu..... merapat.......” Salah satu ibu-ibu berteriak memanggil dan memberhentikan: “Pak,pak sayur!”(Ana) Pedagang sayur kemudian menghampirinya sambil berkata: “Laris manis....” Ana: “Ada sayur apa saja, pak?” Pedagang : “Macem-macem, buk. Mari dipilih!”             Saat tengah memilih sayur, ibu-ibu yang lain pada datang. Awalnya tujuan mereka memang berbelanja, tapi yang namanya ibu-ibu saat ngumpul kalau tidak ngegosip itu pasti kurang mantap. Tampak terdengar dari kejauhan suara lirih mereka tengah membicarakan sesuatu. Anisa : “Ya sudah, nanti sore kita ke balai desa. Bareng yuk buk sama saya?”(dengan centilnya) Sampai di depan pedagang, “lagi ngomongin apa nih ibu – ibu , kayaknya serius banget?”tanya bu Ana. Anisa: “Iya, buk. Gini loh, tadi saat kami mau kesini melihat ada ribut-ribut di depan rumah pak Kalim, dan bu Ati,” Pedagang yang penasaran kemudian langsung berkata, “Ngeributin apa sih?” Rahma(ibu-ibu lewat) langsung berkata dengan centilnya : “Tadi sih , saya cuman dengar sedikit, mereka keberatan ada papan informasi di depan rumahnya,” Ana: “Papan informasi, untuk apa?” Rahma(ibu-ibu lewat): “Lah iya yah, untuk apa ya? Mengganggu pemandangan saja,”(dengan wajah tak suka) Anisa menganggukkan kepala sambil berkata, “Iya, betul itu..” Ana: “Ya bukan begitu, buk. Siapa tahu nanti kita membutuhkan informasi itu. Kita kan orang kecil, buk. Tidak tahu apa-apa.” Rahma(ibu-ibu lewat): “Papan itu isinya biasa saja. Percuma dipasang. Buat apa...” Ana: “Memang isinya apa, buk?” Rahma: “Itu loh, buk. Tsunami-tsunami itu loh,” Ana: “waduh, tsunami?! Penting itu, buk.” Anisa: “Penting apanya? Ngribut-ngributin desa yang ada. Apa lagi, nanti katanya warga disuruh kumpul di balai desa, untuk apa? Ada pembagian duit?” Rahma(Ibu-ibu lewat): “Palingan di suruh dengerin ceramah yang gak penting,” Ana: “Jangan begitu, buk. Mereka berniat baik memberikan kita informasi seperti itu. Masak gak kita manfaatkan, toh jika dipikir-pikir mereka pasti ada maksudnya melakukan semua itu. Datang saja, siapa tahu bisa buat namabah-nambahi pengetahuan,” Rahma(Ibu-ibu lewat): “Yaudah, nanti saya kesana. kasihan udah dateng jauh-jauh engga ada yang menghargai,iya kan bu Nisa,” Anisa: “Iya bu, bener.” Ana: “Ya sudah kalau begitu, saya sudah selesai belanja. Saya permisi dulu. Oh ya, nanti kalau mau ke balai desa bareng ya, bu?” “Iya bu, iya...” Rahma(ibu-ibu lewat): “Tapi, nanti kalau sudah disana sebentar saja ya. Soalnya saya belum masakin makanan buat bapak nanti pulang melaut,”



Ana: “Iya, buk. Mari, assalamualikum.” “Waalaikumsalam.” Setelah Bu Ana pergi, ibu-ibu tadi nglanjutin ngrumpinya sampai puas. BABAK 4             Siang hari di Balai Desa, PMI bersama beberapa staf kepala desa membantu mempersiapkan acara. Beberapa warga desa ada yang sudah datang. Dan setelah menunggu beberapa lama, warga desa yang datangpun lumayan banyak.             Akhirnya, acarapun dimulai.......... PMI: “Assalamualaikum warahmatullah hiwabarakatuh..” Serentak menjawab, “Wa’alaikumsalam warahmatullah hiwabarakatuh...” PMI(Ayu): “ yang terhormat Bpk. Kepala Desa Makmur. Dan yang saya hormati, warga Desa Makmur sekalian. Kami dari PMI Kota Banjarbaru datang kesini bermaksud untuk memberikan sosialisasi perihal penanganan bencana, khususnya tsunami. Sebelumnya, ada yang sudah tahu apa itu bencana tsunami?” “Apa-apaan itu , gak penting.”(warga) PMI(Ika) : “Loh... ya jangan begitu. Baiklah, saya langsung saja menjelaskan perihal tsunami. Tsunami yaitu gelombang besar dari laut yang disebabkan pergeseran lempeng bumi di dasar lautan. Gelombang tsunami bergeraknya itu sangat cepat, dan bisa mencapai ketinggian 4 sampai 24 meter. Coba, bapak ibu bayangkan? Bahaya tidak? “ Bahaya..”, sebagian ada yang menjawab. PMI(Indah) : ............ “Tsunami itu amat berbeda dengan banjir atau sejenisnya. Tsunami itu datangnya tiba-tiba. Namun, sebelum terjadinya tsunami kita bisa melihat tanda-tandanya. Apa itu tanda-tandanya? Satu, biasanya didahului dengan gempa besar kira-kira 6,5 skala richter disekitarnya yang berpusat di dasar laut, air laut akan surut melebihi garis pantai normal,  akan tercium bau garam yang menyekat, banyak ikan yang terdampar, itu tanda-tanda tsunami. PMI(Figo) : Saat terjadi tsunami, yang terpenting adalah JANGAN PANIK, namun tetap berusaha menyelamatkan diri dengan cepat dan aman, bergeraklah sesuai jalur evakuasi, jika tidak mengetahui jalur evakuasi, bergeraklah ke tempat yang lebih tinggi. Ingat bapak-bapak ibuibu, tinggi gelombang tsunami bisa mencapai 24 meter. Jadi pilihlah dataran tinggi yang sekiranya melebihi ketinggian tersebut. Beri tahu warga yang lain untuk mengungsi. Jika ada salah seornag yang hanyut saat tsunami, carilah benda apapun yang terapung, mengambang di atas air untuk dapat dijadikan rakit, seperti batang pohon, usahakan untuk tidak meminuma air laut untuk tetap bernafas. Dan jangan lupa, yang paling penting adalah BERDOA. Untuk penjelasan hari ini, ada yang bertanya?” Semua pada berbicara sendiri, PMI melanjutkan berbicara, “Ya sudah, kalau tidak ada, saya akhiri dulu. Terima kasih telah menyempatkan waktu kalian untuk mendengarkan sosialisai dari kami, Wassalamualikum Wr. Wb,”             Setelah seselai sosialisasi, warga desa bubar dan kembali melanjutkan kegiatannya. Ada beberapa warga yang menyepelekan sosialisasi tadi, ada juga yang menyikapi baik sosialisasi PMI tadi. BABAK 5



            Tiga hari selang sosialisasi. Malam pukul 20:57, di desa tersebut terjadi sebuah gempa bumi yang kuat, diperkirakan oleh BMKG gempa tersebut berpotensi mengakibatkan bencana tsunami. Akhirnya, BNPB beserta PMI kembali mengujungi desa tersebut guna mengevakuasi warga ke tempat yang lebih aman.             Namun, karena sikap primitif warganya yang lebih mempercayai nenek moyangnya. PMI dan BNPB cukup sulit membujuk warga untuk dievakuasi menuju tempat yang aman.             Air laut tiba-tiba surut, dan ikan-ikan laut terdampar, hingga tercium bau garam yang menyengat. Dari kejadian itu, beberapa warga desa malah memanfaatkannya dengan mengambil sebanyak mungkin ikan untuk dijual.             Hingga tibalah gelombang besar yang dengan cepat menyapu orang-orang yang tengah mengais ikan-ikan ditepi laut, gelombang berketinggian lebih dari 10 meter tersebut menyapu habis perkampungan nelayan mereka. Tak hanya itu, gelombang besar tersebut juga menyapu beberapa daerah disekitarnya.             Akhirnya, orang-orang yang sebelumnya mau dievakuasi itu selamat, dan orang-orang yang keras kepala tak ingin dievakuasi hanyut dan tewas terbawa gelombang besar air laut. BABAK 6             Pasca bencana, disebuah tempat pengungsian yang dibuat BNPB terdapat beberapa relawan PMI yang tengah mengobati korban terluka yang selamat dari tsunami. Beberapa relawan lainnya ada yang menenangkan trauma warga, ada yang menghibur anak-anak untuk mengurangi traumanya, dan masih banyak lagi peran relawan baik dari PMI, maupun tidak dari PMI lainnya pada saat itu. TAMAT