Naskah Drama Bel Negara [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Ploegman



: (Berkacak Pinggang) kita kembali ke negeri ini dan sepantasnya kita orang kibarkan lagi bendera-bendera Belanda karena gedung ini akan menjadi markas Rehabilitation of Allied Prisioners of War and Internees, cepat you kibarkan di tiang tertinggi di Hotel Yamato itu. Biar semua orang tau kalau kita orang akan kembali berkuasa hahahaha.... cepaaat.. Setelah beberpa hari …... J. Sudirman : Belanda punya senjata, kita semua tidak punya. Bagaimana kalau kita rampas senjatasenjata mereka ini... setuju... (diikuti oleh semua massa) (Pemuda pun merampas senjata yang dipegang oleh tentara-tentara sekutu) Di tempat lain di Jakarta…... Bung Karno : (Berjalan gelisah) Keadaan semakin genting dan belanda benar-benar licik, memanfaatkan kesempatan dan membonceng pasukan sekutu. Ini tidak bisa dibiarkan Bung Hatta : (Masuk) ada apa bung, tampaknya kau sedikit gelisah Bung Karno : (Menoleh) Ya benar, pemerintahan kita sepertinya akan digoyah lagi sama belandabelanda itu Bung Hatta : benar, kondisi ini semakin diperkeruh dengan ulah belanda yang mengibarkan benderanya di hotel Yamato surabaya. Arek-arek suroboyo benar-benar kalap Bung karno : itulah yang kupikirkan bung, haruskah kita kembali melawan sedangkan... Bung Hatta : (memotong) sedangkan apa bung, lantas apakah kita akan berdiam diri seperti ini? Bung karno : (menghela nafas) Aku tau ini memang tidak bisa dibiarkan, akan tetapi? Bung hatta : Masih adakah keraguan dalam hatimu bung? Bung Karno : Yang aku tau, memberantas atau melawan kebathilan dengan berperang untuk membela agama itu dibenarkan, lantas.... Bung Hatta : Lantas apa lagi? Bung Karno : Lantas apakah sama, apakah dibenarkan berperang untuk membela negara? Bung Hatta : (berpikir sejenak) benar juga yang kau katakan bung Bung Karno : (Berjalan dan berpikir keras lalu) Yaa, aku tau. Hal ini harus dirundingkan terlebih dahulu Bung Hatta : dirundingkan? Dengan siapa bung? Bung Karno : Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asyari Bung Hatta : (manggut-manggut) benar juga bung, benar yang kau ucapkan itu Bung Karno : Kita harus secepatnya bergerak, hanya beliau yang bisa menjawab semua pertanyaan ini. Aku akan buat surat. (ke mejanya dan menulis surat) tapi bung, tolong rahasiakan semua ini, aku akan kirim utusan pada Beliau untuk menyampaikan surat ini  Bung Hatta : Baik bung, aku setuju dengan usulmu itu Bung Karno : (berjalan ke arah pintu) ajudan Ajudan : (masuk) Siap Pak, mohon ijin ada perintah Bung Karno : (memberikan sepucuk surat) Tolong kamu ke jombang atau surabaya, Sowan pada KH. Hasyim Asyari dan sampaikan salam hormatku Ajudan : (menerima surat) Siap, mohon ijin ada perintah lebih lanjut Bung Karno : ya, selain kau menyerahkan surat ini pada Beliau. Kamu harus merahasiakan tugas ini dari siapapun. Mengerti Ajudan : Siap Laksanakan (memberi hormat dan pergi) Bung Hatta : Mudah-mudahan secepatnya kita mendapatkan jawaban dari beliau



Bung Karno : Ya mudah-mudahan bung dan aku berharap jawaban beliau sama dengan keinginanku. Kita bisa mempertahankan kemerdekaan ini walau dengan taruhan perang dan nyawa sekalipun Bung Hatta : aku setuju, baiklah mari kita atur strategi sambil lalu menunggu jawaban dari beliau Bung Karno : Mari bung (berjalan keluar) (tirai ditutup) Babak .. Ajudan KH. Hasyim KH. Hasyim Ajudan KH. Hasyim Ajudan KH. Hasyim



: Assalamualaikum wr.wb Kyai : Waalaikum salam wr.wb. silahkan duduk : Ada apa gerangan hingga bung karno mengutusmu kemari : Untuk menyampaikan ini pada kyai (memberikan sepucuk surat) : (membaca isi surat dan menghela nafas) hmmm aku tau maksud bung karno : mohon maaf kyai, lantas bagaimana kyai? : Begini, sampaikan pada bung karno. Berkenaan dengan keinginan beliau, aku akan memusyawarahkannya terlebih dahulu. Dalam waktu dekat beliau akan kukabari baik secara langsung maupun tidak langsung. Insya Allah jawabannya akan segera beliau dapatkan. Sampaikan saja seperti itu (tirai ditutup) Babak 5 Kyai Hasyim msyawarah bersama Kyai lain KH. Hasyim : , Maksud saya mengundang antum semua datang kesini adalah untuk menanggapi pertanyaan Bung Karno kepada saya tentang bagaimana hukumnya membela tanah air menurut pandangan Islam ? KH. Bisri : kedatangan tentara inggris dan belanda di negeri kita, memang membuat kemerdekaan menjadi terancam. Mereka berniat mengembalikan pemerintahan ketangan Belanda.  KH. Hasyim : Diantara ayat al-Quran yang mengisyaratkan aneka bentuk jihad yang patut dilakukan, dalam mempertahankan kedaulatan negara, berupa Keataan pada ulu al-amri (pemerintah) itu dilegalisasi oleh ayat alQuran. Allah Swt berfirman: 



‫ِين آ َم ُنوا أَطِ يعُوا هَّللا َ َوأَطِ يعُوا الرَّ سُو َل َوأُولِي اأْل َ ْم ِر ِم ْن ُك ْم‬ َ ‫َياأَ ُّي َها الَّذ‬



“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” (Qs. al-Nisa 4]: 59).   KH WAHAB  Dalam Islam fungsi pemerintah sangatlah urgent. Tidak tanggung-tanggung, Al-Quran dalam surah al-Nisa’ (4): 59 tersebut menyuruh agar pentingnya taat kepada ulil amr,  selama tidak bertentangan dengan perintah Allah dan Rasul-Nya. Yang bisa ditarik dari sini dalam konteks bela negara adalah, bahwa Al-Quran mendorong rakyat –dalam bahasa agama disebut umat –agar terus mendukung pemerintah yang sah secara konstitusional selama masih dalam jalur yang benar. Maka tindakan pemberontakan, aksi terorisme dan pengkhianatan yang merongrong kesatuan negara  menyalahi semangat Al-Quran.      



kYAI 4 Dalil naqli kecintaan pada tanah air ini juga bisa ditemukan referensinya dalam Hadis-hadis Rasulullah Saw. Terkait Makkah sebagai Tanah Air kelahiran beliau misalnya, Ibnu Abbas menuturkan, beliau bersabda: “Alangkah baiknya engkau sebagai sebuah negeri dan engkau merupakan negeri yang paling aku cintai. Seandainya kaumku tidak mengusirku, niscaya aku tidak tinggal di negeri selainmu.” (HR. Ibnu Hibban)   . kYAI 4 : Madinah juga merupakan Tanah Air Rasulullah Saw, karena di situlah beliau menetap menyiarkan ajarannya setelah diusir dari Makkah oleh kaummnya. Kecintaan beliau pada Tanah Air barunya juga sangat tinggi.    Diceritakan dari Anas bin Malik, setiap pulang dari bepergian, tatkala beliau melihat dinding Madinah, beliau lalu memacu kendarannya dengan cepat, supaya lebih cepat sampai di Madinah. (HR. al-Bukhari). Ini menunjukkan keutamaan Madinah dan disyariatkannya mencitai tanah air serta merindukannya,    kYAI 5: Selama pemerintah tidak menyuruh rakyatnya menjalani kemaksiatan, maka ketaatan wajib diberikan padanya. Dalam Hadis riwayat Imam al-Bukhari dan Imam Muslim dari al-A’masy, Rasulullah Saw menyatakan: “Innamaa at-ta’ah fil-ma’ruf  (sesungguhnya ketaatan itu hanyalah dalam hal yang makruf).” Bila rakyat diperintah bermaksiat pada Allah Swt, maka saat itu tidak ada ketaatan pada-Nya.   kYAI 6 Termasuk bentuk nyata ketaatan pada pemerintah, misalnya, ketika pemerintah menuntut rakyatnya untuk mempertahankan kedaulatan negara dari rongrongan pihak lain, termasuk dengan mengangkat senjata/berperang.    kYAI 7: Allah Swt berfirman; “Hai orang-orang yang beriman apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu, ‘Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah’, kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibanding dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang niscaya Allah akan menyiksa kamu dengan siksaan yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain dan kamu tidak akan memberikan kemudaratan padaNya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. al-Taubah 9]: 38-39).   kYAI 8 : Jihad mempertahankan kesatuan dan persatuan juga ditegaskan secara nyata oleh al-Quran. Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya umatmu ini adalah umat yang satu”  (Qs. al-Anbiya’ 21]: 92).    USTADZAH : Melihat ayat-ayat dan Hadis-hadis di atas, karenanya sangat wajar bila mencintai tanah air dan jihad membela negara, menjadi kewajiban bagi seluruh rakyat Indonesia. Lalu di mana posisi “membela negara bagian dari iman”? Ini karena bela negara tak lain merupakan bentuk pengamalan



Kusno



pada ayat-ayat al-Quran dan Hadis. Bukankah itu bentuk nyata dari keimanan seorang mukmin pada Tuhan dan Nabinya? Inilah keimanan sesungguhnya! KH HASYIM : Oleh karena itu  Berperang menolak dan melawan penjajah itu Fardhu ‘ain (yang harus dikerdjakan oleh tiap-tiap orang Islam, laki-laki, perempoean, anakanak, bersendjata atau tidak) bagi yang berada dalam jarak lingkaran 94 km dari tempat masuk dan kedudukan musuh. Bagi orang-orang yang berada di luar jarak lingkaran tadi, kewajiban itu jadi fardu kifayah  Babak 7 : aduh... aduh... pie iki rek..? negeriku baru saja merdeka, tapi kenapa para penjajah masih saja datang kesini, apakah nasib bangsaku akan terus seperti ini (duduk ditengah dengan wajah memelas) nasib... nasib...



Siddik : maksudmu iki opo no ? Kosno : setelah aku pikir-pikir, bukankah sebenarnya yang wajib berperang itu para tentara, kita sudah punya pemerintah, punya tentara, kalau kita masih ikut berperang apa gunanya ada mereka ..?  Siddik :  kusno, membela tanah air ini bukan hanya kewajiban para tentara, tapi kewajiban semua orang yang mengaku sebagai rakyatnya. Kusno : alaahhh... kalau tentara mati pasti dapat gelar pahlawan tapi kalau kita dapat apa ? Markesot masuk dengan tergopoh-gopoh Markesot : kusno... siddik... Siddik : ada apa sot ..? ibumu marah lagi ? Kusno : makanya sot... kalau di nasehati itu dengerin baik-baik. Di bilang A jawabnya B  Markesot : makanya !!!  ini sekarang aku bawa selebaran Kusno : tu.. kan... ini ni...ini ! (menunjuk markesot) ini yang bikin emosi. Siddik : sudahlah... sudah... maklumi saja, kita kan sudah tau dia gimana. Selebaran apa sot, cobak saya lihat.! Markesot : loh jangan toh... dibaca dulu. Kusno : iya ini mau dibaca Markesooott... (merampas selebaran yang dibawa markesot dan membacanya)  wah, ini dari hadratus syaikh cak Siddik : dari hadratus syaikh , cobak sini aku yang baca ! (membaca selebaran)  Kusno : apa isinya cak ? Siddik : intinya, semua warga negara indonesia diwajibkan mmpertahankan kemerdekaan indonesia dan bagi yang gugur layak di sebut sebagai syuhada dan yang memihak kepada penjajah harus di hukum mati Kusno : wah.. kalau begitu mari kita ikut berperang cak ! Siddik : bukankah kamu tadi tidak mau no ? Kusno : kalau sudah dari kiai mana munkin aku tidak mau cak ! wong didalam firasatnya orang seperti beliau itu ada Nurullah! apalagi kalaupun aku mati, matinya mati syahid. Surga itu cak ! Siddik : kalau begitu mari kita ke rumah bung tomo sekalian Markesot : tunggu dulu sebaiknya kita ajak bung tomo sekalian ! Kusno : walaaah...kalau masih ngeladenin dia gak jalan-jalan ini cak !  Siddik : iya wes ayok berangkat... tapi kalian berangkat duluan, aku masih ada urusan sebentar nanti aku nyusul  Kusno : iya wes... ayok sot ...



(titai ditutup) Babak 8 (Tirai dibuka terlihatlah Bung Tomo yang sedang gelisah sendirin di teras rumahnya) Bung tomo : (Gelisah) Aku harus menemui Kyai Hasyim dan aku harus meminta pendapat beliau, langkah apa yang harus aku lakukan untuk terus membakar semangat arek-arek suroboyo. (pandangan perlahan ke atas) Ya Allah, tunjukkanlah Kuasa-Mu. Aku tau Engkau maha dari segala maha di muka bumi ini. Berikanlah kekuatan kepada kami Rakyat Indonesia Ibunda Sutomo : (Masuk dan duduk di dekat suaminya) sudahlah, makanlah dulu nak Bung tomo : Ya bu’e, biarlah aku masih kenyang Ibunda Sutomo : Ingatlah nak, pemuda-pemuda Indonesia masih membutuhkanmu, mereka masih ingin mendengar pidato-piatomu  yang dapat menggetarkan dan mengobarkan semangat.  Bung Tomo : Aku tau bu’e tapi... Ibunda Sutomo : tapi makanlah sekarang, jika kau sakit. Bagaimana kau bisa bertemu Kyai dan berkoordinasi tentang keinginanmu Nak Bung Tomo : Mohon maaf bu’e bukannya aku menolak perintah bu’e, kalau begitu buatkan aku kopi dan gorengan saja. Selera makanku hilang, sebelum penjajah itu meninggalkan surabaya, perutku tak akan pernah kenyang sebelum penindasan ini berakhir bu’e Ibunda Sutomo : aku mengerti nak, akan tetapi tenagamu akan terkuras dan kau akan sakit jika tidak mau makan dan... Bung Tomo : (Memotong) Hanya Allah.... dan doa restumu Bu’e, hanya Allah yang mampu membisukan suaraku. Pidato-pidatoku akan terus menggema di seantero negeri ini dan itu semua karena kuasa Allah. Bukan Inggris-inggris itu yang akan membungkamku. (memegang kaki ibunya dan membasuhnya lantas meminumnya) doakan saja aku bu’e, ikhlaskan aku jika mati karena memberantas kedholiman di muka bumi ini. Ikhlaskan anakmu untuk menuju syahid bu’e. Ikhlaskan anakmu dalam membela agama Allah, ikhlaskan bu’e...ikhlaskan... (mencium tangan ibunya dan bersujud di pangkuannya) Ibunda Sutomo : (Menghela Nafas dan sedih) baiklah Nak, bu’e ikhlas, bu’e ridho, bu’e bangga telah melahirkan bung tomo, bu’e bangga punya anak berbakti pada agama dan orang tua (mengecum kening bung tomo) doa bu’e pasti selalu menyertaimu nak   (berdiri dan  keluar lalu masuklah dua orang dengan tergesa-gesa) Markesot : gawat...gawat.... gawat... bung ini genting dan penting bung... sekarang bung cepat bergerak  Kusno Wibowo : Lho...lho opone sing gawat sot... mennengo, arek kok gupuh tok wes ora krungu. Mennengo tah sing sopan (bingung dan menarik markesot menjauh) Bung Tomo : Silahkan duduk...silahkan tenang...tenang ada apa ini..(sembari membasuh sisa airmata kesedihannya) Markesot : (tetap berdiri dan garuk-garuk kebingungan serta bicara pelan dan lirik) Lah kok dikongkon bubuk aku rek, kate turu dek endi iki? Kursi tok ra ono kasure. Opo maksute bung tomo yo? Kusno Wibowo : (kesal dan malu) lungguh budeeeggg.... wah ngisin-ngisine wae arek iki  Bung Tomo : (memaklumi dan tersenyum) sudah biarkan saja, silahkan duduk Markesot : (serius) Begini bung.... Kusno Wibowo :  (Menutup mulut markesot dengan memberikan kode agar diam) Ssstt... Menengoh... Begini bung, Ulama, Santri dan Para Kyai Se Jawa dan Madura diminta berkumpul oleh Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asyari di Bubutan bung tepatnya di Markas Besar Nahdlatul Ulama. Sepertinya yang saya dengar ada... Markesot : Resolusi Jihad Bung... (memotong) Kusno Wibowo : (Kaget) Wihh.. tumben krungu rek..rek.. Markesot : (Sewot) opo..



Kusno Wibowo : Mboh.. Bung Tomo : Sudah..sudah... berarti feelingku benar dan aku yakin hadratus syaikh KH. Hasim Asyari akan ikut andil terhadap urusan ini dan aku harus secepatnya bertemu beliau Ibunda Sutomo : (Masuk membawa kopi dan gorengan) Lho ada tamu toh, wah sebentar. Ibu buatkan kopi dulu ya Kusno Wibowo : Wah gak perlu bu, ini urusan genting biar tidak apa-apa Markesot : (senang) kopi cak... ono gorengan maneh hehehehe Kusno Wibowo : Huss... sudah bu, (bangun dan mengajak markesot) kami mohon pamit bu, kami kesini hanya menginformasikan hal penting pada beliau Ibunda Sutomo :  oh begitu, ya sudah hati-hati dijalan Markesot : (dipaksa berdiri) kate nang ndi cak? (melihat gorengan dan menelan ludah)  Kusno Wibowo : Ayo toh ojo ngisin-ngisini (pamit pada ibu dan bung tomo) (Kusno wibowo dan markesot pergi dari tempat itu dan ibu duduk kembali di sisi bung tomo) Ibunda Bung Tomo : Ada hal apa yang sangat mendesak nak? Bung Tomo : Sejarah bu, Hadratus Syaikh akan mengukir sejarah. Kyai dan para santri se jawa dan madura akan bergabung. KH. Hasyim Asyari akan mengumumkan Resolusi Jihad, beliau siap berperang melawan sekutu. Maka malu pemuda bila semangat mereka mlempem bu’e Ibunda Bung Tomo : Alhamdulillah, pergilah nak temui beliau. Apa yang harus kamu lakukan selanjutnya.  Bung Tomo : Baiklah bu’e (Mencium tangan ibunya) doakan anakmu assalamualaikum (lantas pergi) Ibunda Bung Tomo : Waalaikum salam, Semangatlah anakku  (berjalan ke centre dan melihat ke depan) Ya Allah, Biarkan suaranya bergetar membana untuk terus membakar semangat para pejuang karena aku yakin hanya engkaulah yang mampu menjadikan segala yang tidak mungkin menjadi mungkin Yaa Rabb... Ya Allah aku tau engkau Maha Pemurah, Engkau Maha Penyayang dan Engkau Maha Pelindung maka aku mohon atas nama seorang ibu, lindungilah anakku dan jika engkau memang harus memanggilnya di tengah peperangan, aku ikhlas dan panggillah dia dalam ke adaan syahid Yaa Rabb, aku mohon kepada-Mu aku mohon. (bersujud) (Tirai ditutup)



KH. Hasyim Bung Tomo KH. Hasyim Bung Tomo KH. Hasyim Bung Tomo KH. Hasyim Bung Tomo KH. Hasyim Bung Tomo KH. Hasyim Bung Tomo KH. Hasyim Bung Tomo KH. Hasyim Bung Tomo KH. Hasyim



(tirai dibuka) Babak 9 KH. Hasyim Asyari sudah ditengah panggung kemudian Bung Tomo masuk : ternyata semangat para putra bangsa terus berkobar dalam memerangi pasukan penjajah, semoga mereka semua selalu berada dalam lindungan Allah SWT. : Assalamu alaikum : wa alaikum salam, silahkan duduk : kiai saya sudah baca selebaran tentang resolusi jihad, dada saya langsung bergemuruh kiai : apakah bung tomo berjuang hanya karna pasukan sekutu menyerang surabaya : tidak kiai, tanah air saya bukan hanya surabaya tapi seluruh nusantara : alhamdulillah... lantas apa tujuan Bung Tomo datang kemari ? : saya datang kesini untuk meminta restu kiai : meminta restu..?? untuk apa bung tomo ?? : untuk membacakan pidato saya sebagai pemicu semangat perlawanan untuk menjawab ancaman pasukan sekutu terhadap kita kiai  : pidato yang seperti apa bung Tomo : pidato yang merupakan manifestasi atau pernyataan dari resolusi jihad : (berfikir sejenak) mmmmzz... kalau begitu awali dan akhiri pidato saudara dengan mengagungkan Tuhan. Ucapkanlah Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. : baiklah kiai, saya pasti akan melaksanakannya : dan percayalah bahwa Tuhan pasti akan selalu melindungi orang-orang yang berada dalam kebenaran : baiklah kiai jika demikian saya mohon diri, Asslamualaikum... (keluar) : wa alaikum salam



(tirai ditutup)



Narasi : Terjadi baku tembak dimana-mana, surabaya pemudanya murka karena dihina bangsanya. Tak dapat dibendung lagi, insiden tembak menembak secara sporadis terjadi di penjuru kota. Hingga dibentuklah anggota biro yang terdiri dari pihak Inggris dan Republik. Anggota biro kontak beriringan dalam 8 mobil menuju tempat pertempuran yang masih terjadi dengan tujuan menghentikan tembak menembak. Sesampainya di Lindeteves Jalan Pahlawan ternyata tembak menembak sudah mereda.  Konvoi Biro Kontak pun melanjutkan perjalanan ke Gedung Internatio. Sesampai di gedung internatio sekitar pukul 17.15 keadaan sudah remang-remang karena asap mesiu dan matahari yang mulai jatuh ke ufuk barat. Gedung yang telah dikepung oleh massa, tiba-tiba ada tembakan yang membabi buta dari arah utara kerumunan massa. Maka dipercepatlah mobil yang ditumpangi oleh Jenderal Mallaby. Dalam perang yang mirip tawuran massal ini, ada seorang pejuang santri dari Pondok Pesantren Tebu Ireng mendekati mobil sang jenderal. Dikeluarkanlah sarung pistol itu dan ditembakkan pada Jenderal Tua Mallaby. Anak buah mallaby menjadi bingung dan melemparkan granat dan tepat jatuh di belakang mobil Mallaby. Jenderal Mallaby hangus terbakar, seiring ledakan granat di mobilnya. (Musik sedih) Kematian Sang Jenderal Mallaby membuat pihak Inggris marah besar. Lantas Pasukan Inggris mengeluarkan ultimatum 9 November 1945 untuk meminta pihak Indonesia menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan dengan batas waktu ultimatum pukul 6 Pagi tanggal 10 November 1945. Babak 10 (Tirai kembali dibuka) Bung Tomo : Bismillahirrahmanirrahim....MERDEKA, Saudara-saudara rakyat jelata di seluruh Indonesia terutama saudara-saudara penduduk kota Surabaya. Kita semuanya telah mengetahui bahwa hari ini tentara Inggris telah menyebarken pamflet-pamflet yang memberiken suatu ancaman kepada kita semua. Kita diwajibken, untuk dalam waktu yang telah mereka tentuken, menyerahken senjata-senjata yang telah kita rebut dari tangannya tentara Jepang. Mereka telah minta, supaya kita datang kepada mereka itu dengan mengangkat tangan. Mereka telah minta, supaya kita semua datang kepada mereka itu dengan membawa bendera putih, tanda bahwa kita telah menyerah pada mereka.  Saudara-saudara, di dalam pertempuran-pertempuran yang lampau, kita sekalian telah menunjukken bahwa rakyat Indonesia di Surabaya, pemuda-pemuda yang bersal dari Maluku, Pemuda-pemuda yang berasal dari Sulawesi, Pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Bali, Pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan, Pemuda-pemuda dari seluruh Sumatra, Pemuda Aceh, Pemuda Tapanuli dan seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini.  Di dalam pasukan-pasukan mereka masing-masing, dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung. Telah menunjukken satu pertahanan yang tidak bisa dijebol, telah menunjukken satu kekuatan, sehingga mereka itu terjerai dimana-mana. Hanya karena taktik yang licik daripada mereka itu saudara-saudara. Mereka mendatangken presiden dan pemimpin-pemimpin lainnya ke surabaya ini, maka kita tunduk untuk memberhentikan pertempuran. Tetapi pada masa itu, mereka mau memperkuat diri dan tak pernah kuat, sekarang inilah keadaannya. Saudara-saudara jika semuanya, kita bangsa



Indonesia yang ada di Surabaya ini akan menerima tantangan-tantangan Inggris itu. Dan kalaupun tentara Inggris yang ada di Surabaya ingin mendengarken jawaban rakyat Indonesia, ingin mendengarken jawaban seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini. Dengarkanlah ini!!! Tentara Inggris!!! Ini jawaban kita, ini jawaban rakyat Surabaya, ini jawaban pemuda Indonesia. Hai tentara Inggris, kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk kepadamu. Kau menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu, kau menyuruh kita menolak srigala-srigala yang masih bernafas dari tentara-tentara Jepang untuk diserahkan kepadamu. Tuntutan itu, walaupun kita tau, engkau menjemput kita dengan seluruh kekuatan yang ada. Tragis inilah catatan kita, selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah dan membikin secarik kain putih menjadi Merah dan putih. maka selama itu, tidak akan kita pernah mau menyerah pada siapapun juga. Saudara-saudara rakyat Surabaya siaplah keadaan genting, tetapi saya peringatken sekali lagi jangan mulai menembak, baru kalau kita ditembak maka kita akan jadi menyerang mereka itu. Kita tunjukken bahwa kita ini adalah benar-benar orang-orang yang ingin merdeka. Dan untuk kita saudara-saudara, lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap, MERDEKA ATAU MATI dan kita yakin saudara-saudara, pastilah kemenangan akan jatuh ketangan kita. Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar, pecayalah saudara-saudara Tuhan akan melindungi kita sekalian. Allahu Akbar.... Allahu Akbar... Allahu Akbar MERDEKA (diikuti kata merdeka oleh arek-arek Suroboyo) (Layar ditutup dengan iringan lagu) Narasi : (Diikuti suara dentuman perang) Tentara Inggris mengawali dengan pengeboman di gedung pemerintah Surabaya dan mengerahkan 30.000 Infanteri, sejumlah pesawat terban g, tank dan kapal perang untuk memborbardir kota surabaya. Semangat jihad tak bisa dibendung, ditembak 1 muncul 10, ditembak 10 muncul 100, ditembak 100 muncul 1000. Seolah tak ada habisnya. Tentara Pakistan dan India membelot membela Indonesia karena mengetahui lawannya selalu menyebut Takbir Allahu Akbar. Perang berjalan 3 pekan, kota Surabaya luluh lantah, pihak sekutu kehilangan 2 jenderal dan 2000 pasukan terbaiknya serta dikhianati pasukan-pasukannya. Sekitar 200ribu masyarakat Surabaya yang terdiri dari perempuan dan anak-anak mengungsi ke luar kota dan pihak Indonesia telah kehilangan 60ribu jiwa. Mereka menjadi syuhada’-syuhada’ bangsa, pengharum bumi persada Indonesia. Pertempuran yang hebat dan menelan korban yang banyak membuka lebar mata dunia internasional bahwa pemerintah dan militer Indonesia gigih memperjuangkan kemerdekaannya. Maka Belanda diwajibkan melakukan perundingan damai bukan dengan cara agresi berasal dari Resolusi Jihad, jiwa dan semangat rakyat Indonesia khususnya di Kota Surabaya telah mampu buktikan dan meyakinkan dunia bahwa bangsa Indonesia benar-benar telah merdeka bukan kemerdekaan pemberian bangsa asing. Babak 11 (tirai terbuka dan para kyai masuk dipimpin oleh KH. Hasyim Asyari) KH. Hasyim Asyari : Innamal ‘akmalu bin niah, sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung dari niatnya. Oleh karena itu, hendaknya Jihad didasari dengan cinta kasih sesuai dengan aturan. karena jihad adalah jalan kebenaran untuk menuju keridho’an Ilahi Rabbi. Kanjeng Nabi Rasulullah S.A.W dawuh jihad yang paling berat adalah jihad melawan hawa nafsu. Orangorang yang melawan penjajah, dia adalah pahlawan dan tidak ada yang pernah mengungguli dari jasa yang ada pada dirinya. Tetapi masih ada orang-orang yang melupakan itu, namun



itu tidak mengapa. Karena Allah telah memberikan tempat yang sangat indah bagi para syuhada’ kita. (memimpin sholat dan Beliau wafat dalam keadaan sujud) (tirai ditutup) (tirai kembali dibuka dengan seluruh pemain yang berada di atas panggung) Narasi : Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asyari  tampaknya ingin memberi pelajaran pada kita bersama bahwa berjuang adalah berjuang. Tuhan sama sekali tidak mempersoalkan kemenangan ataupun kekalahan kita, yang terpenting Bagi-Nya adalah proses perjuangan itu sendiri. Rasa cinta tanah air yang demikian tinggi itulah yang rasa-rasanya belakangan ini patut kita curigai tekah berangsur luntur dari generasi muda bangsa ini. Apalagi di tengah arus budaya serta ideologi internasional yang sedemikian rupa menjadi mainstream yang terus mengakar dan merongrong. Generasi muda kita kian hari terasa semu dan kabur akan sejarah. Kisah KH. Hasyim Asyari  dengan Resolusi Jihadnya semoga mampu menjadi motivasi bagi seluruh generasi bangsa. Hendaknya generasi muda terus menggaungkan lantunan takbir hingga menggema di sepanjang khatulistiwa. Semoga kita mampu mencontoh para Ulama, Kyai, Para Syuhada’ dengan lantunan takbir hingga menggetarkan kelopak-kelopak nadi nan semangat, walau darah menetes dan membanjiri bumi pertiwi, walau para syuhada’ berguguran. Pemuda, santri dan ulama akan terus berjuang mempetahankan kemerdekaan sampai tetes darah terakhir. Kami akan terus berjuang mempertahankan kemerdekaan, kami akan menjaga negeri ini dengan keringat, darah dan airmata. Demi Allah Indonesia adalah negeri kami dan akan terus kami pertahankan kemerdekaan ini sebagai persembahan untuk anak cucu kami. Kami pemuda Indonesia tidak rela menjadi budak di negeri sendiri. Allahu Akbar... Allahu Akbar... Allahu Akbar MERDEKA ATAU MATI (diam sejenak) Demikianlah persembahan dari kami Komunitas Drama Pondok Pesantren Walisongo. Terima kasih dan sampai jumpa (Tirai Kembali ditutup dan lampu dimatikan) Shodaqallahul ‘Adzim