Naskah Drama Jaka Tarub Dan 7 Bidadari [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

NASKAH DRAMA JAKA TARUB Tokoh drama: 1. Jaka tarub (Putra)



14. Pak tani (Jodi)



2. Nawang wulan (Dea)



15. Bu tani (Ega)



3. Mbok randa (Ayu)



16. Pedagang (wiwit)



4. nawang hijau (Nita)



17. Ibu Aby (dea)



5. nawang merah (Yolla)



18. Ibu Yolla (yolla)



6. nawang kuning (Yessy)



19. Ibu Fida (Fida)



7. nawang biru muda (Fida)



20. Ibu Yessy (Yessy)



8. nawang biru tua (Farihah)



21. Ibu Farihah (Farihah)



9. nawang ungu (Ega)



22. Ibu Nita (nita)



10. raja ajisaka (Jodi)



23. Ibu Kiki (Kiki)



11. ratu sekar dewi (Kiki) 12. nawang asih/anak jaka dan nawang wulan (Anak Bu Yessy) 13. sahabat jaka/ aby (Wiwit)



Narrator (Ega) Disuatu hari di hutan yang lebat, dibawah teriknya matahari terlihat seorang pemuda sedang mengumpulkan kayu bakar, dia bernama jaka tarub. Intro: shot hutan + efek sound Bagian 1 Jaka tarub



: (mengumpulkan kayu bakar)



Jaka tarub



: “huff…” (mengusap keringat)



Ganti Scene Aby



: (berjalan pelan menuju belakang pohon, mendekati target buruan)



Aby



: (memanah)



Aby



: “aaaargghhh…sialan” (panahnya tidak mengenai buruan)



Aby



: (melihat matahari, kemudian wajahnnya mengerut kecewa sambil



berlajan



untuk mengambil anak panah yang tadi meleset) Ganti Scene Jaka tarub



: “akhirnya selesai” (megikat kayu bakar)



Jaka tarub



: (membawa kayu bakar lalu berjalan pulang)



Jaka tarub



: (saat perjalanan pulang melihat aby sedang membidik buruan)



Ganti Scene Jaka tarub



: “loh itu aby ya….” (bicara dalam hati)



Jaka tarub



: “oooiii…..by” (dari jauh menyapa aby)



Aby



: (menoleh kearah Jaka)



Jaka tarub



: (mendekati aby, melihat-lihat aby yang membawa panah)



Jaka tarub



: “by kamu tahu ngak kalau wilayah ini dikenal nerakanya para pemburu” (sambil meletakkan kayu bakar)



Aby



: “nerakanya para pemburu?” (bingung dengan ucapan jaka)



Jaka tarub



: “iya… buktinya kamu belum mendapat buruan sama sekalikan?”



Jaka tarub



: “kalo mau berburu ayo aku tunjukan tempat yang mudah”



Aby



: “emang ada tempat kayak gitu, dimana?”



Jaka tarub



: “dipasarlah by…dimana lagi? hahaha…”



Aby



: (mengerutkan muka)



Jaka tarub



: “ayo by pulang sudah mau sore”



Aby



: “kamu lupa dengan ayahku? Gimana aku bisa pulang tanpa buruan” (ayah aby galak)



Jaka tarub



: “ayo mampir kerumahku dulu by kayaknya masih ada sisa buruan kemarin”



Jaka tarub



: “bahaya kalo sampai petang belum pulang”



Aby



: ….. (berfikir)



Aby



: hahhh… (mengela nafas) oke lah ayok pulang



Jaka dan Aby



: (jaka dan aby pulang kerumah)



Latar Tempat Alat Pemeran



: hutan : undaris : panah, ranting pohon, tali : putra dan wiwit



Bagian 2 Narrator Tidak lama jaka dan aby sampai kerumah Jaka dan Aby



: (berjalan ke pintu dari arah luar, masuk dari luar kamera)



Ganti scene Jaka dan Aby



: (meletakkan kayu dan panah di depan rumah)



Jaka tarub



: “assalamualaikum mbok… jaka pulang (di depan pintu)



Mbok randha



: “waalaikumsalam masuk… masuk aja nak mbok lagi tidak enak badan” (suara ibu dari dalam rumah)



Ganti scene Mbok randha



: (duduk dikursi)



Mbok randha



: “loh.. aby dateng” (melihat aby dan jaka msuk ke dalam rumah)



Jaka tarub



: “iya mbok, jaka ketemu aby tadi dihutan” (sambil mencari tempat istrirahat)



Aby



: “iya mbok aby tadi lagi berburu… eh ketemu jaka iya udah seklaian mampir”.



Mbok randha



: “gimana by buruannya? Dapet berapa?” (bertanya)



Aby



: “ngak dapet mbok… lagi sial hari ini” (sedih)



Mbok randha



: …… (dia tahu bahwa ayahnya aby galak)



Mbok randha



: “jaka coba liat didapur kayaknya masih banyak sisa daging”.



Jaka tarub



: (berdiri dan menuju dapur)



Mbok randha



: “by dengarkan mbok, kamu harus mengetahui setiap orang tua di hatinya yang terdala pasti tidak akan tega mencelakai anaknya”



Mbok randha



: uhuk.. uhuk.. (batuk)



Jaka tarub



: “mbok.. dagingnya masih sisa banyak” (suara dari belakang, di dapur)



Aby



: “mbok lagi sakit?” (khawatir)



Mbok randha



: “iya by mbok lagi ngak enak badan”.



Mbok randha



: “ngak usah khawatir nanti juga sembuh”



Mbok randha



: “sana by ke dapur ambil daging buat keluargamu”



Aby



: ….(terdiam sebentar)



Aby



: baik mbok terimakasih (berjalan ke dapur)



Ganti scene Jaka dan Aby



: (keluar dari dapur)



Aby



: “mbok dagingnya masih banyak” (sambil berjalan)



Mbok randha



: “i..ya by, cuma ada mbok sama jaka makanya sisa banyak”



Mbok randha



: “ibu sih berharapnya Jaka segera menikah agar ibu bisa meminang cucu.” (dengan suara letih dan terbatuk)



Aby



: …….. (menahan ketawa)



Aby



: “jaka dengerin tuh mbok mu”.



Jaka tarub



: ….. (diam)



Aby



: “iya udah mbok aby langsung pulang ya udah sore”



Aby



: “cepet sehat mbok”



Mbok randha



: “iya by… titip sama buat adik mu”



Aby



: (keluar dari rumah)



Mbok randha



: “jaka, ibu lihat kamu sekarang kan sudah semakin dewasa, ibu benar-



benar berharap kamu segera menikah Jaka tarub



: “iya…. Iya… ”



Jaka tarub



: “udah mbok aku capek istirahat dulu”



Jaka tarub



: “mbok juga istirahat biar cepet sembuh” (berjalan kekamar)



Latar



: rumah



Tempat



:-



Alat



: plastik hitam



Pemeran : putra, wiwit, dan ayu



Bagian 3 Narrator Keesokan harinya Jaka bersiap-siap untuk berangkat ke warung pak wiwit untuk membeli sayuran Jaka tarub



: “bu jaka berangkat dulu” (memakai alas kaki)



Mbok randha



: “iya nak uhuk…uhuk…” (suara dari dalam rumah, sambil terbatuk-



batuk) Aby



: (berangkat ke pasar, berjalan menjauh dari rumah)



Ganti scene Jaka tarub



: (dari arah kejauhan mendekati rumah pak tani)



Pak tani



: (didepan rumah bersiap-siap ke sawah)



Jaka tarub



: “selamat pagi pak karto” (menyapa sambil berjalan mendekat)



Pak tani



: “loh… jaka to..”



Pak tani



: “mau pergi kemana kok pagi banget? (Tanya pak tani)



Jaka tarub



: “saya mau ke warungnya pak wiwit, pak karto”



Bu tani



: “tumben kamu yang belanja?” (berjalan dari samping rumah)



Jaka tarub



: “iya mbok lagi sakit”



Bu tani



: “mbok mu sakit?” (terkejut)



Bu tani



: “pantas beberapa hari tidak kelihatan, emang sakit apa jaka?”



Jaka tarub



: “batuk-batuk dhe sama ngak enak badan”



Bu tani



: “olalah ya udah sana cepet beli makanan buat ibumu”



Pak tani



: “jaka ayo berangkat bareng”



Jaka dan pak tani : (berjalan meninggalkan rumah) Ganti scene Ibu Ibu



: (memilih sayuran diwarung pak wiwit sambil ngobrol)



Ibu yolla



: “udah beberapa hari ini, mbok randha kok ngak belanja?”



Ibu aby



: “eh belum dapat kabar ya?” (semua pandangan ibu ibu menoleh ke ibu



ab) Ibu aby



: “mbok randha lagi sakit” (nada serius)



Ibu fida



: “loh sakit apa?”



Ibu aby



: …. (berfikir sebentar)



Ibu aby



: “belum tahu sih sakitnya apa?”



Ibu yessy



: “pasti sakit hati, lihat aja anaknya jaka udah besar tapi belum juga nikah”



Ibu farihah



: “husst…. Jangan dibuat bercanda” (jengkel)



Ibu yessy



: “tapi saya pikir kalo saya jadi mbok randha yang sudah tua dan belum melihat anaknya tidak lekas menikah pasti sedih”



Ibu fida



: “hmm… aku juga berpikir demikian”



Ibu yolla



: “kasihan juga mbok randha”



Ibu ibu



: (menatap ke ibu 4)



Ibu 4



: ….. (terdiam)



Ibu nita



: “tapi menurutku jaka itu memang kete…” (belum selesai bicara)



Ibu kiki



: “hust.. orangnnya datang” (menyuruh diam)



Jaka tarub



: (dari jauh mendekat ke warung pak wiwit)



Ibu aby



: “jaka tumben kamu yang belanja mbok mu kemana?” (basa basi)



Jaka tarub



: “mbok lagi sakit budhe”



Ibu kiki



: “loh…mbokmu sakit apa jaka? (kaget)



Jaka tarub



: “sakit batuk sama ndak enak badan” (sedih)



Jaka tarub



: “pak beli sayur nya satu (pedagang menyiapkan sayuran ke dalam



plastik) Pedangang



: “5 rb jaka” (kata penjual)



Ibu farihah



: “bagaimana keadaan mbok sekarang jaka?” (bertanya saat jaka sedang memberikan uang ke pedangang)



Jaka tarub



: “keadaannya semakin memburuk” (sedih)



Jaka tarub



: “huh… (mengela nafas) jaka berhapat mbok lekas sembuh” (nada berharap)



Jaka tarub



: iya udah ibu-ibu… jaka mau pulang dulu, mau bikin makan buat mbok”



Ibu-ibu



: “iya jaka”



Jaka tarub



: (menjauh dari warung pak wiwit dan berjalan pulang)



Latar



: rumah, jalan, warung



Tempat



:-



Alat



: topi caping, plastic hitam, dau singkong, daun-daun diikat



Pemeran : putra, Jodi, pedangan, bu tani, ibu 1 – ibu 6 Bagian 4 Narrator Sesampinya jaka dirumah Jaka tarub



: (jaka berjalan menuju pintu masuk)



Jaka tarub



: ”assalamualaikum mbok jaka pulang” (memasuki pintu)



Jaka tarub



: “mbok… mbok (mencari ibunya di setiap ruangan)



Jaka tarub



: (jaka melihat ibunya sedang duduk)



Jaka tarub



: walah malah tidur disini (jaka pikir ibunya sedang tidur)



Jaka tarub



: (jaka mendekati ibunya dan mencoba membangunkannya untuk pindah



ke kamar) Jaka tarub



: mbok… mbok bangun (menepuk pundak ibunya dan nada pelan)



Jaka tarub



: mbok… (ibunya jatuh)



Jaka tarub



: mboook… (nada khawatir)



Jaka tarub



: (jaka mengecek denyut nadi ibunya kemudia nafas di hidungnya)



Jaka tarub



: (matanya terbuka lebar ketakutan, sedih, dan ingin menangis)



Jaka tarub



: mboook… jangan tinggalkan jaka (wajah jaka menunduk mendekati Ibunya, suaranya bercampur kesedihan)



Ganti scene Aby Aby



: (berjalan di menuju kedalam rumah) : (aby berjalan melintasi kerumunan ibu-ibu yang sedang membacakan surat yasin)



Jaka tarub



: (duduk murung di samping mayat ibunya)



Aby



: (aby mendekati jaka dan duduk disebelahnya)



Aby



: (aby menepuk pundak jaka mengisyaratkan untuk bersabar sembari Duduk disebelahnya)



Aby



: (aby hanya menemani jaka dan tidak berkata apapun)



Latar



: rumah jaka



Tempat



:-



Alat



: selimut/kain (untuk menutupi mayat mbok randha)



Pemeran : semua pemain



Narrator Setelah beberapa hari peninggalan sang ibu, jaka tarub terlihat masih murung. Dia banyak menghabiskan waktu berdiam diri di teras. Suatu waktu aby datang ke rumah untuk menjenguk jaka karena beberapa hari tidak melihatnya di sawah. Dia hendak mengajak jaka untuk pergi ke suatu tempat untuk menghibur jaka. Adegan 5 Aby



: “assalamualaikum jaka”



Jaka tarub



: “waalaikumsalam aby, ada apa” (jawab jaka to the point)



Aby



: “jadi gini, kulihat kau terlihat murung terus, bagaimana kalau kita



mencari angina segar keluar untuk menyegarkan pikiran” Jaka tarub



: “bagaimana ya..memangnya kemana”



Aby



: “ayolah akan ku tunjukan suatu tempat istimewa dan aku yakin kau pasti



suka” Jaka tarub



: “hm okelah”



Narrator Dilain tempat, di sebuah kayangan hiduplah sebuah kerajaan. Yang mana disitu sang raja mempunyai 7 putri yang cantik-cantik. Mereka sedang bercanda ria di taman kerajaan. Karena merasa kangen dengan suasana di danau banyuseger maka mereka berkenginginan untuk mandi di sana.



Adegan 6 Nawang ungu



: “halo kakak-kakaku yag cantik” (datang ke taman menghampiri kakakkakanya sambil membawa cemilan)



Nawang biru tua, Merah, putih, wulan, sari dan windu : “hi adek” (jawab mereka dengan serempak) Nawang merah



: “wah pengertian banget sih ini adeku yang satuini”



Nawang biru muda: “ini ni tau aja kita lagi laper hhe” Nawang hijau



: “nawang sari mah gitu kalau ada makanan aja langsung mode on”



Nawang wulan



: “betul banget tuh kak” ( diiringi tawa nawang yang lain)



Nawang ungu



: “kak windu kok diam aja dari tadi”



Nawang merah



: “hayo lagi mikirin apa dek”



Nawang biru muda : “palingan lagi mikirin tugas online yang numpuk terus” (diiringi tawa oleh nawang yang lainya. Nawang kuning



: “issh kalian ini bisa diam ndak sih, dari tadi berisik mulu aku lagi bernostlgia tau”



Nawang hijau



: “cie yang lagi nostalgia siapa tuh”



Nawang kuning



: “apaan sih kak jangan ngadi-ngadi deh”



Nawang ungu



: “lha terus apaan coba”



Nawang kuning



: “kalian tau danau banyuseger kan yang di bumi itu”



Nawang wulan



: “iya tau” (diangguki oleh dayang yang lain)



Nawang kuning



: “nahh aku tuh lagi mikir bagaimana kalau kita kesana yuk, kangen dengan suasana sejuk disana, bagaimana yang lain” (kemudian dijawab setuju oleh nawang-nawang yang lain)



Nawang merah



: “tapi sebelum itu kita harus ijin dulu sama ayahanda dan ibunda”



Nawang hijau



: “baiklah nanti kakak akan minta ijin terlebih dahulu, kalian bisa bersiapsiap terlebih dahulu”



Narrator Sementara yang lain bersiap-siap nawang putih menemui ayahanda dan ibunda ke singgahsananya untuk meminta ijin kalau ia dan adik-adiknya hendak pergi ke danau banyuseger yang ada di bumi.



Nawang hijau



: “ayahanda ibunda, ada yang hendak nawang hijau sampaikan”



Raja ajisaka



: “ada apa putriku”



Nawang hijau



: “saya dan adik-adik meminta izin hendak pergi ke danau banyuseger yang ada dibumi, apakah ayahanda mengijinkan kami untuk pergi” (sang raja termenung memikirkan itu diiringi kedatangan nawang yang lain)



Ratu sekar dewi



: “ijinkan saja kakanda, mereka sudah besar pasti bisa menjaga diri masing-masing dengan baik”



Raja ajisaka



: “baiklah putriku, ayah ijinkan kau dan adik-adikmu pergi tapi perlu diingat sebelum petang dan pada saat terompet kerajaan berbunyi kalian harus segera kembali ke kahyangan”



Nawang merah



: “iya ayah kami akan selalu ingat pesan ayahanda”



Ratu sekar dewi



: “berhati-hatilah nak”



7 bidadari



: “baik ibunda”



Narrator Jaka tarub dan aby sudah sampai di tempat tujuan. Jaka yang terkagum-kagum melihat tempat yang aby tunjukan, karena jaka jarang berkunjung ke tempat alam terbuka. Aby mengajak jaka ke sebuah danau yang berada di hutan. Hutan tersebut cukup sepi tapi didalamnya terdapat sebuah danau yang bernama danau banyuseger yang sangat cantik dan juga jernih airnya. Ketika sedang berkeliling jaka mendengar suara-suara perempuan yang sedang bercanda. Adegan 7 Jaka tarub



: “sepertinya aku mendengar suara canda perempuan, kau dengar taka by”



Aby



: “iya aku mendengarnya, ayo coba kita berjalan lebih dekat ke sumber



suara-suara itu” Jaka tarub



: “wah lihat ada 7 perempuan cantik ternyata.apakah aku sedang



bermimpi”(Tanya jaka kepada aby) Aby



: “tentu tidak sahabatku” (sambil mencubit lengan jaka)



Jaka tarub



: “aw sakit,,berarti ini bukan mimpi..mungkinkah salah satu diantara



mereka adalah jodohku?”(monolog jaka) Narrator



Jaka tarub kemudian berjalan lebih dekat lagi menuju danau. Ditepi danau jaka menemukan selendang-selendang yang tergeletak dan berserakan. Jaka menduga bahwa selendang itu adalah milik perempuan-perempuan itu. Kemudian jaka tarub mengambil salah satu selendang kemudian meneymbunyikanya. (terompet kerajaan dari kahyangan berbunyi)



Nawang hijau



: “ayo adik-adiku kita harus segera kembali ke kahyangan. Terompet



kahyangan telah berbunyi itu artinya kita harus segera meninggalkna tempat ini” 7 bidadari



: “ayo kak”



Nawang wulan



: “sebentar kak, selendang merahku tidak ada. Bagaimana ini kalau selendangku tidak ada aku tidak bisa kembali ke kahyangan” (sementara yang lain bersegera mencari selendang nawang wulan)



Nawang ungu



: “disini tidak ada, padahal tadi selendang nawang wulan ada disamping selendangku”



Nawang merah



:aku sudah mencari selendang adik nawang wulan tapi tak kunjung kutemukan”



Nawang kuning



: “aku juga telah berusaha mencari tapi tetap nihil”



Nawang biru muda : “ya, akupun juga sudah berusaha mencarinya, lalu apa yang harus kita lakukan kak?” Nawang hijau



: “kita tidak bisa terus-terusan berada di dana banyuseger ini hari sudah mulai petang kita harus segera kembali ke kahyangan sekarang juga. Maafkan kami adik nawang wulan, mungkin itu sudah menjadi takdir adik untuk tinggal disini”



Nawang wulan



: “tapi kak, bagaimana denganku sendirian disini”



Nawang merah



: “maaf nawang wulan kami tidak bisa berbuat apa-apa. Jaga dirimu baik-



baik nawang wulan. Nawang wulan



: “kakaaaaak” (menangis)



Narator Keenam bidadari tersebut telah meninggalkan nawang wulan sendirian. Sedangkan nawang wulan masih belum menemukan selendangnya. Jaka tarub senang dan tersenyum-senyum



bahwa rencananya berhasil. Kemudian jaka tarub datang menghampiri nawang wulan tanpa adanya aby lagi karena tiba-tiba saja aby menghilang entah kemana. Jaka tarub



: “hai, mengapa engkau menangis wahai gadis cantik”



Nawang wulan



: “Selendang merahku hilang. Aku tidak bisa kembali ke kahyangan tanpa



selendang itu” Jaka tarub



: “kahyangan? Jadi kau seorang bidadari?”



Nawang wulan: (diam karena takut untuk menjawab) Jaka tarub



: “tidak usah takut wahai gadis cantik, aku tidak akan menyakitimu, dari



pada kau sendirian disini lebih baik kau ikut saja denganku, kau bisa tinggal ditempatku untuk sementara” Nawang wulan



: “benarkah?”



Jaka tarub



: “ya tentu saja”



Nawang wulan



: “terimakasih”



Jaka tarub



: “oh ya aku belum tahu namamu, siapa namamu?”



Nawang wulan



: “namaku nawang wulan”



Jaka tarub



: “nama yang cantik. Aku jaka tarub. Mari ikuti aku”



Narator Nawang wulan merasa lega dan akhirnya mengikuti jaka tarub menuju rumahnya. Itu semua dia lakukan karena tak ada lagi orang selain jaka tarub yang mau membantunya karena selendangnya sudah hilang dan ditinggal oleh saudarinya kembal ke kahyangan. Sementara itu di kahyangan kakak-kakak nawang wulan merasa takut untuk menhadapi ayahanda dan ibundanya karena mereka tidak pulang dengan nawang wulan. Adegan 8 Raja ajisaka



: “kenapa kalian Cuma ber-enam, dimana adik kalian nawang wulan”



6 bidadari



: (saling menatap 1 sama lain karena ketakutan)



Ratu sekar dewi



: “kemana dia..? kenapa kalian tidak pulang dengannya?” (menghampiri ke-6 bidadari dan bertanya dengan lembut)



Nawang hijau



: “maafkan kami ayahanda, ibunda..nawang wulan tidak bisa kembali ke kahyangan karena selendangnya hilang”



Nawang merah



: “iya ibunda, kami sudah mencarinya tapi selendang adik nawang wulan tak ditemukan”



Raja ajisaka



: “ayah kecewa pada kalian karena tidak bisa menjaga adik kalian”(bicara dengan nada keras)



6 bidadari



: “maafkan kami ayahhanda”



Ratu sekar dewi



: “sudahlah…jangan enyalahkan mereka. Mungkin sudah takdir nawang wulan untuk tinggal di bumi. Yang bisa kita lakukan berdoa dan berharap semoga hal buruk tidak terjadi pada nawang wulan”



Raja ajisaka



:baiklah kalau begitu”



Narator Seiiring berjalanya waktu timbulah benih cinta antar nawang wulan dan jaka tarub. Kemudian mereka menikah dan dikaruniai seorang putri cantik yang diberi nama nawang asih. Mereka hidup dengan bahagia. Tapi suatu waktu terjadi suatu hal yang mana suatu rahasia yang telah lama terpendam menjadi terbongkar. Adegan 9 Aby



: “jaka, benarkah selama ini istrimu nawang wulan selalu melarangmu untuk tidak membuka bakul yang ia gunakan untuk memasak nasi?”



Jaka tarub Aby



: “iya itu benar, lantas apa yang menjadi permasalahanya?” : “apakah kau tidak merasa curiga? Bahkan kenapa lumbung mu masih utuh, seolah-olah tidak pernah digunakan”



Jaka tarub



: (diam memikirkan perkataan sahabatnya aby)



Narator Jaka tarub kemudian pergi ke rumah meninggalkan aby seorang diri. Sesampainya dirumah ia melihat istrinya sedang memasak. Kemudian sang istri meminta jaka untuk menunggu tungku tersebut karena ia akan mencuci baju. Namun sebelumnya ia memberi pesan kepada suaminya seperti biasa yaitu tidak boleh membuka tutup kukusan nasi itu. Namun karena rasa gusarnya atas perkataan dari sahabatnya ia melanggar pesan dari sang istri. Jaka tarub



: “hah, ternyata selama ini dinda nawang wulan hanya memasak dengan setangkai padi. Pantas saja selama ini padi di lumbung masih banyak” (nawang wulan tiba-tiba datang)



Nawang wulan



: “sedang apa kau mas?”(bertanya dengan nada keras)



Jaka tarub



: “e…e..mas tidak sedang apa-apa dinda” (dengan terbata-bata). Mas harus segera kembali ke sawah, ada yang harus mas selesaikan”



Narator Setelah jaka tarub pergi nawang wulan membuka isi kukusnya. Pada saat itu nawang wulan curiga pada jaka tarub karena setangkai pagi masih tergeletak didalamnya. Karena hal itu kesaktian nawang wulan hilang. Sejak saat itu ia mulai menumbuk padi untuk dimasak. Suatu hari karena tumbukan padi terus berkurang, ia menemukan selendangnya terselip diantara tumbukan padi itu. Dan nawang wulan tahu siapa yang selama ini meneyembunyikan selendangnya. Setelah nawang wulan mengetahui bahwa selendangnya dicuri jaka tarub, ia memutuskan untuk kembali ke kahyangan. Adegan 10 Nawang wulan



:



“jaka



tarub. Kau sungguh tega



denganku. Selama



ini



kau



membohongiku. Ternyata kaulah yang telah mencuri selendangku” Jaka tarub



: “maafkan aku dinda, aku menyesal tidak jujur kepadamu. Aku mohon maafkan aku. Aku benar-benar menyesal atas semua kesalahanku”



Nawang wulan



: “memang kau yang salah jaka tarub, sekarang kau tinggallah disini sendiri tanpaku, aku tidak bisa tinggal disini lagi, aku akan kembali ke kahyangan”



Jaka tarub



: “tapi dinda bagaimana dengan nawang asih, dia pasti sedih”



Nawang wulan



: “kumohon uruslah nawang asih dengan baik”



Jaka tarub



: “tapi aku tidak sanggup ntuk menjaganya seorang diri”



Nawang wulan



: “aku percaya kau pasti bisa menjalaninya”



Nawang asih



: “bunda jangan tinggalkan asih sendiri” (menangis dipelukan bundanya)



Nawang wulan



: “anak bunda jangan sedih ya, kan masih ada ayah disini”



Nawang asih



: “tapi bunda, asih ingin agar bunda tetap bersama kami disini”



Jaka tarub



: “apakah dinda tega meninggalkan asih tanpamu disisinya”



Nawang wulan



: “disini bukan tempatku. Tempatku adalah kahyangan, bukan disini jaka tarub” (menangisi putrinya, dengan terpaksa jaka tarub dan nawang asih mengikhlaskan nawang wulan untuk kembali ke kahyangan)



Nawang asih



: “bundaaa..” (menangis dan menggenggam tangan bundanya)



Nawang wulan



: “bunda tidak akan pergi jauh dari asih, bunda akan mengawasi asih dari kahyangan, jaga diri baik-baik ya”



Jaka tarub



: “hati-hati dinda”(sambil merangkul asih untuk menenangkanya)



_selesai_