Naskah Drama Lesung Asli [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

NASKAH DRAMA PENDEK “LESUNG, SUARA TANPA SUARA” karyaHerlina Syarifudin, diadaptasi oleh Roselyne Taruli S



2013



Naskah drama pendek Herlina Syarifudin



SINOPSIS Lesung dan alu adalah cermin gotong royong dan sejarah pertanian. Tatkala tergusur oleh laju teknologi (mesin penggiling padi), ada tawa di wajah kapitalis dan duka di wajah petani. Petani hanya wong cilik yang tak punya daya menjamah penguasa modal. Namun, pernahkah terbersit dalam benak kita bahwa ternyata ada hal yang tak mungkin dilakukan oleh mesin penggiling padi karena memang hanya bisa dilakukan oleh lesung? Dan ini menyangkut nyawa manusia.



PARA PEMERAN: 1. 2. 3. 4.



Jono Yatna Ipeh Abah Dudung



2



ADEGAN PEMBUKA NYANYIAN RIANG LESUNG



Padi…padi…menguning Kuning menguning padi Panen padi tlah datang Saatnya bersorak horai Matahari jangan pergi dulu Temanilah para petani Tuk menjemur gabah dulu Setelah dipisahkan dari jerami Sung...lesung… lu… alu Ku butuh dirimu Tuk membuat gabah pecah Berubah menjadi beras Nen…panen..panen padi Pestanya para petani Pestanya manusia dan hewani Penyambung hidup harmoni



ADEGAN 1 Tiba-tiba ketukan alu dan lesung menjadi desah (tidak beraturan nadanya). Terjadilah pertengkaran kecil. IPEH



: Stop…stop… Kok bunyinya jadi kacau sekacau negara ini ya?



JONO



: Yatna tuh yang tadi tidak pas ngetuknya.



YATNA



: Aku kan tut wuri handayani padamu, Jon. Jadi kalau Jono salah, yang lain kena imbasnya. Atau jangan-jangan Ipeh sendiri yang….(belum selesai bicara sudah disahut sama Ipeh)



IPEH



: Eits, enak saja cari kambing hitam. Tadi yang nyetop duluan siapa? Itu karena telingaku dengar ketukan alu di antara kalian berdua ada yang tidak pas. Kok jadi aku yang kenatuding.



Muncul Abah Dudung ABAH DUDUNG : Aduh..aduh… Ini ada apa sih? Sudah kayak pasar burung saja. Abah mau ngantuk jadi batal. IPEH



: Mereka berdua ini Bah, tidak ada yang mau ngaku kalau salah? 3



Naskah drama pendek Herlina Syarifudin



JONO



: Ya sudah,kenapa jadi pada pakai otot ya? Mungkin memang aku terdakwanya.



ABAH DUDUNG : Alah, Jono… pake istilah terdakwa segala. Toh, ini juga bukan masalah pidana. Biasanya kalian juga sering salah, tapi everything is ok. YATNA



: Santai, Abah. Mungkin mereka berdua lagi pada sensi. Atau pengaruh cuaca kali ya? Gara-gara hujan, jemuran tak kering-kering. Perkara batuk rejan, tenggorokanjadi keriting.



ABAH DUDUNG : Kamu lagi Yatna, sok berpantun tapi garing. Ipeh dan Abah Dudung tertawa, kecuali Jono. YATNA



: Tak apa. Yang penting bisa bikin semua ketawa sampai nungging.



ABAH DUDUNG : Tuh, Jono aja tidak ketawa. Lagi sakit gigi ya Jono? Sudah, Abah mau istirahat dulu. Oh ya, Yatna… Jangan lupa minggu depan kamu sudah harus berangkat ke Jakarta. Tidak bisa ditunda lagi. (pergi) YATNA



: (menjawab dengan ragu sambil matanya melirik ke Jono) Baik Abah.



IPEH



: Ke Jakarta? Memang kamu mau ngapain kesana?



YATNA



: Eh..anu…ada sedikit urusan saja.



JONO



: Ngapain ngomongnya pakai ragu segala? Sudahlah Yat. Jono sudah ikhlas terima keputusan Yatna. Tolong, jangan bakar api dalam sekam lagi.



IPEH



: Wah..wah..sepertinya aku sudah ketinggalan infotainment nih. Ada apa sih Jono?



JONO



: Sebentar lagi Yatna tidak jadi petani lagi. Dia sudah diterima kerja di Jakarta.



IPEH



: Selamat ya, Yatna. Hebat kamu. Tak sia-sia kamu jadi sarjana. Baru lulus, langsung dapat kerjaan. Tapi ngomong-ngomong kenapa Jono tidak senang? Ah, aku tahu….pasti Jono sedih karena habis ini jadi jauh-jauhan sama Aa’ Yatna (tersenyum centil)



JONO



: (emosional) Iya, Yatna memang hebat. Setelah ini Yatna akan beli desa ini dengan mesin-mesinnya itu. Puas kamu Yat ? Kamu akan jadi jutawan karena desa ini jadi maju, berkat mesin-mesinmu itu.



IPEH



: Mesin? Memangnya kamu diterima di perusahaan apa Yatna?



YATNA



: (ragu) Di….pabrik mesin….penggiling padi.



IPEH



: Wah, makin keren lagi itu. Bukannya memang sudah saatnya Jono? Desa kita kan sudah tertinggal kuantitas penghasil padinya karena masih pakai lesung. 4



Kalau pakai mesin, kan lebih cepat. Harusnya kita bangga karena ada pemuda dari desa kita yang punya niatan memajukan pertanian desa ini. JONO



: Oh, jelas…jelas harus bangga. Sebentar lagi lesung akan jadi mayat. Tak akan ada lagi keceriaan saat menumbuk padi bersama lesung. Tak akan ada lagi pesta panen diiringi tarian lesung. Itu kan yang kamu inginkan Yat?



YATNA



: Jono… Tolong, kamu jangan berpikir sedangkal itu?



JONO



: Oh ya, aku memang dangkal Yat. Aku cuma orang desa yang miskin, jadi tidak bisa kuliah seperti situ. Aku tak paham dengan laju teknologi. Dan lesung memang tak punya arti apa-apa bagi kamu , yat. Tapi beda dengan Aku. Bagiku, lesung adalah sejarah dan cermin keguyuban desa. Dan aku ingin menjaga sejarah.



YATNA



: Maaf atas ucapanku yang tak sopan tadi, Jon. Maksudku bukan begitu. Sebenarnya akang juga masih bimbang dengan keputusan ku sendiri.



IPEH



: Ih, gimana sih kamu Yatna. Peluang itu tak datang dua kali. Masa’ cuma garagara cinta, kamu mau korbankan masa depanmu sendiri. Tak akan lari gunung dikejar.



JONO



: Kamu ini ngomong apa sih Ipeh?. Tidakkah kalian berpikir berapa buruh tani yang akan kehilangan pekerjaannya jika mesin-mesin itu ada? Apakah kalian punya solusinya? Saya memang cuma buruh tani.Sedangkan abah dan Yatna yang menentukan nasib buruh tani di desa ini. Tapi biasanya yang terjadi, penguasa hanya memikirkan dirinya sendiri. Yang penting hasil maksimal dan untung besar. Tapi rasa kemanusiaan tersisihkan, terlindas. Sudahlah, udara sepertinya makin panas. Emak?Ayo Ipeh kita pulang. Atau kamu masih mau disini dulu?



IPEH



: Itu karena dari tadi kamu sendiri yang bakar energimu. Kenapadengan emakmu?



YATNA



: Emakmu sakit Jon? Kenapa kau tak cerita padaku? Sakit apa? Apa sudah berobat ke Puskesmas?



JONO



: Sudahlah. Saya tak mau masalahku jadi beban semua orang. Ayo Ipeh.



YATNA



: Tapi Jon…. (Jono tidak menghiraukan, lalu pergi bersama Ipeh)



ADEGAN 2 5



Naskah drama pendek Herlina Syarifudin



NYANYIAN DUKA LESUNG



Sung…lu…sung…lu Lesung…alu….lesung…alu…. Ibarat dua sejoli yang tak terpisahkan Tak ada alu, lesung pun sepi Tak ada lesung, alu pun merana Rindu senandung lesung dan alu Membuat riang para petani Saat pesta panen Kini hanya tinggal kenangan Sung…lu..sung…lu… Lesung…alu…lesung..alu Romansa lesung dan alu Tlah terpisah oleh teknologi Suara mesin penggiling padi mengiringi percakapan voice over – panggung kosong. ABAH DUDUNG : Yatna, kamu hebat. Berkat mesin-mesin ini, pasokan beras kita makin meningkat. Dan biaya untuk upah buruh tani juga makin berkurang. Karena aku cukup mempekerjakan sedikit orang saja. (tertawa) IPEH



: Benar juga kata Jono. Semenjak mesin-mesin itu datang menggusur lesung, setiap hari aku hanya mendengar kebisingan mesin. Buruh tani yang kerja sudah seperti robot. Tidak saling bicara.



EMAK JONO



: Jono, apa kamu sudah temukan bekatulnya?



Suara mesin penggiling berhenti.



ADEGAN 3 (SOLILOQUE) JONO



:Mak, aku pasti dapatkan bekatul untukmu. Emak harus sembuh. Tapi bagaimana caranya ya? Semenjak padi digiling pakai mesin, bekatul yang dihasilkan hanya bisa untuk pakan ternak saja. Sedangkan bubuk bekatul yang bisa buat obat manusia, harus ditumbuk pakai lesung. Tapi padinya darimana? Sawah saja emak tak punya. Apa…….? (berpikir sejenak, tersenyum lalu pergi)



ADEGAN 4 6



Subuh-subuh Jono mengendap ke lumbung padi Abah Dudung. Tapi kepergok sama Abah Dudung yang mau ke kamar kecil yang kebetulan bersebelahan dengan lumbung padi. ABAH DUDUNG : Sepertinya ada suara. Hei….. siapa itu? Mau maling ya? Hmmm..belum tahu Abah ini siapa heh? Abah Dudung mantan pendekarSilat Bandrong dari Banten. Mau cari mati rupanya nih orang. (beraction mengeluarkan jurus silatnya, tapi tiba-tiba pinggangnya keseleo) Aduh…aduh….encokku kambuh. (terus merintih) Sementara Jono di balik persembunyian, bingung. JONO



: (berbisik) Waduh gawat…. Aduh…gimana nih? Tolongin… nggak… tolongin.. nggak….



ABAH DUDUNG : (makin keras merintih) Auw….auw… Yatnaaaa….tolongin Abah. Abah tidak bisa berdiri tegak nih. Aduh..duh..duh… Yatna….kamu kalau tidur kayak kebo. Abah sudah teriak-teriak melebihi suara kokok ayam, kamu tidak dengar juga. JONO



: Aduh..kasihan si Abah. (makin bimbang)



ABAH DUDUNG : Yatnaaaaa….. JONO



: (spontan keluar dari persembunyian) Iya Abah… Abah, tidak apa-apa… Sini abah, Jono bantuin.



ABAH DUDUNG : (terkejut) Lah, kok yang nongol malah kamu Jon. Kamu ngapain ada disini subuh-subuh begini? JONO



: Anu…eh…itu…anu…bah…



ABAH DUDUNG : Oh, jadi kamu tadi yang sembunyi disitu? Kamu mau maling padi? Dasar, buruh tani tak tahu diuntung kamu ya. Kamu tak pantas berteman sama Yatna. Sudah miskin, masih mau maling lagi. Memangnya kamu tidak terima kalau sudah tidak aku pekerjakan disini? Terus kamu sakit hati, lalu mau kau obrak-abrik lumbung padiku? Begitu? Atau jangan-jangan kamu berniat mau membakar lumbung padiku? Hah? JONO



: Ampun Abah…bukan itu maksudku . Maafkan Jono, Abah. Jono….



ABAH DUDUNG : (memotong omongan Jono) Alaah..sudah, tak usah banyak bicara kamu. Kau sudah tertangkap sekarang. Nanti pagi, aku akan bawa kamu ke kantor polisi. Yatna muncul YATNA



: Abah….ada apa ini, subuh-subuh sudah ribut. Tidak enak didengar tetangga. Jon? Kok kamu ada disini? 7



Naskah drama pendek Herlina Syarifudin



ABAH DUDUNG : Yatna, ternyata selama ini kamu berteman dengan maling. Jadi mulai hari ini Abah minta kamu putuskan pertemananmu sama dia. Abah tidak sudi punya anak yang berteman dengan maling. JONO



: Abah…maafkan Jono. Jono tidak bermaksud untuk mencuri. Jono cuma…. (dipotong sama Abah Dudung)



ABAH DUDUNG : Sudah. Abah tidak mau mendengar penjelasanmu. Yatna, Abah minta kamu jaga dia agar jangan sampai kabur. Kalau hari sudah terang, kita bawa dia ke kantor polisi. Abah mau sholat dulu. (pergi) YATNA



: Jon, apa yang sudah terjadi?



JONO



: (menangis)Aku tidak mau dipenjara, Yat. tolong aku, yat!!



YATNA



: Iya..akupasti akan membantumu. Sekarang, kamu tenangkan dirimu dan ceritakan apa yang sebenarnya terjadi barusan.



JONO



: (masih menangis) Yat, emakku sakitnya makin parah. Dan emak butuh bekatul untuk obat.



YATNA



: Bekatul? Memang emakmu sakit apa?



JONO



: Tekanan darah tinggi, kang. Semenjak emak tahu kalau aku tidak lagi jadi buruh tani disini, sakit emak tambah parah. Emak kepikiran diriku sepertinya.



YATNA



: Trus, maksudmu kesini subuh-subuh?



JONO



: Maafkan Jono, Yat. Kamu boleh hukum Jono sekarang juga. Tapi Jono mohon, jangan masukkan Jono ke penjara. Emak masih butuh Jono. Jono harus pulang membawa bekatul untuk emak.



YATNA



: (agak bingung) Oh….jadi maksudmu…kamu tadinya mau…(dipotong sama Jono)



JONO



: Jono bingung Yat, tidak tahu harus gimana. Jono kalut. Maafkan Jono. Hukum Jono sekarang kang, tapi Jono jangan dibawa ke polisi. (makin keras menangis)



YATNA



: Ssssttt……kamu tenang dulu ya. Akang akan bicara baik-baik sama Abah. Sekarang, kamu pulang dan….(mengambil padi ikatan dari lumbung padi) bawalah ini untuk emakmu. Lesung yang dari akang masih kau jaga dengan baik kan? (Jono mengangguk)Syukurlah. Sudah, jangan pikirkan abah. Kesehatan emakmu lebih penting. Urusan abah, percayakan semua sama akang ya Jono. 8



JONO



: Terima kasih ya yat. Tapi akang janji ya, tidak akan bawa aku ke polisi?



YATNA



: Iya, akang janji. Pulanglah. Nanti siang aku akan ke rumahmu. (Jono pergi)



ADEGAN PENUTUP (EPILOG) YATNA



: (menghela nafas) Sekarang aku baru sadar dengan apa yang dikhawatirkan Jono selama ini. Ternyata lesung masih dibutuhkan untuk hal yang tidak bisa dikerjakan oleh mesin. Apalagi ini menyangkut nyawa manusia. Terima kasih Jono. Kau telah membuka mata hatiku. Aku punya ide, ya…..budidaya bekatul untuk kesehatan. Lesung, maafkan aku yang telah mencampakkanmu. Lesung, sebentar lagi kau akan berfungsi kembali dan berjalan beriringan bersama mesin penggiling padi.Demi Jono dan demi desa ini.



LAGU PENUTUP



Lesung…alu… Iramamu damaikan hamparan sawah Meski tergusur mesin padi Kau tetap ikhlas dan tabah Kau yakin, masih dibutuhkan petani Alu…..lesung Kau beri melodi kehidupan Kau cermin gotong royong Kaulah sejarah pertanian



-



TAMAT -



9