Naskah Role Play Keperawatan 67890 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ROLE PLAY FARMAKOLOGI “ EFEK OBAT PADA PASIEN GANGGUAN JIWA”



Oleh 1.D KELOMPOK 4 : 1. Syurni Syasmi 2. Vani Putri 3. Wike Tri pernandes 4. Yasinta Salsabila



DosenPembimbing Ns. Debby Sinthania,S.Kep,M.Kep



PRODI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG SUMATRA BARAT 2019



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Role Play Efek Obat Pada Pasien Gangguan Jiwa” dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah mungkin ada sedikit hambatan. Namun berkat bantuan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari Dosen pembimbing.Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini denganbaik. Dengan adanya makalah ini, diharapakan dapat membantu proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi pembaca. Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, atas bantuan, dukungan, dandoa-Nya. Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.



Pariaman,27 Februari 2019                                                                                 



Penulis



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL………………………………………………………………….............i KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii DAFTAR ISI…………………………………………………………………........................iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .......................................................................................................1 1.2 Tujuan .....................................................................................................................3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Role Play Efek Obat Pada Pasien Gangguan Jiwa............................................7



BAB III KESIMPULAN 3.1 Simpulan................................................................................................................8 3.2 Saran ........................................................................................................................8 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………....…………...9



BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Orang yang memiliki kesehatan mental yang baik sekalipun tidak bisabebas dari kecemasan dan perasaan bersalah. Dia tetap mengalami kecemasan danperasaan bersalah tetapi tidak dikuasai oleh kecemasan dan perasaan bersalah itu.Ia sanggup menghadapi masalah-masalah biasa dengan penuh keyakinan diri dandapat memecahkan masalah-masalah tersebut tanpa adanya gangguan yang hebatpada struktur dirinya.Dengan kata lain, meskipun ia tidak bebas dari konflik dan emosinya tidak selalu stabil, namun ia dapat mempertahankan harga dirinya. Keadaan yangdemikian justru berkebalikan dengan apa yang terjadi pada orang yang mengalamikesehatan mental



yang



buruk.Mengingat



semakin



pesatnya



usaha



pembangunan,



modernisasi



danindustrialisasi yang mengakibatkan semakin kompleknya masyarakat, makabanyak muncul masalah-masalah sosial dan gangguan/disorder mental di kota-kota besar. Makin banyaklah warga masyarakat yang tidak mampu melakukanpenyesuaian diri dengan cepat terhadap macammacam



perubahan



sosial.



Merekaitu



mengalami



banyak



frustasi,



konflik-konflik



terbuka/eksternal dan internal,ketegangan batin dan menderita gangguan mental.Salah satu klasifikasi gangguan mental yaitu retardasi mental atau biasakita sebut dengan tunagrahita. Tunagrahita adalah adalah istilah yang digunakanuntuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata–  rata. Tunagrahita adalah kata lain dari cacat mental. Anak Tunagrahita memilikiketerbatasan dalam hal berfikir, kemampuan berfikir rendah, perhatian dan dayaingatnya rendah, suka berfikir abstrak serta kurang mampu berfikir logis.Kondisi anak Tunagrahita kecerdasannya jauh di bawah rata–rata yaituIQ 70 kebawah, sehingga sukar untuk mengikuti program pendidikan di sekolah biasa. Oleh karena itu Anak Tunagrahita harus diberikan pelajaran yang khususyakni disesuaikan dengan kebutuhan anak itu sendiri. C.Tujuan Penelitian a.Untuk mengetahui definisi gangguan mental. b.Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan gangguan mental. c.Untuk mengetahui klasifikasi dari gangguan mental. d.Untuk mengetahui klasifikasi dan cara-cara penanganan anak tunagrahita



Naskah Role Play Keperawatan Naskah Role Play Keperawatan Jiwa Baju Restrain  Kasus : Seorang Pasien begitu impulsiv memukul orang,sehingga keluarga membawanya ke RSJ, sesampainya di RSJ pasien mengamuk membabi buta dan hendak memukul orang– orang di sekitarnya karena merasa tidak gila. Pasien



: Kenapa aku dibawa kesini mak? (Sembari membaca tulisan bertuliskanRSJ) Rumah sakit Jiwa , Aku kan nggak gendeng mak?



Emak



: Sudah nurut saja, biar kamu itu sembuh.



Pasien



: mak pikir aku gendeng mak?



Emak



: Mak cuma pengen kamu ketemu dokter dan perawat sebentar



Sesampainya di UGD, seorang perawat yang melihat kedatangan mereka langsung memepersilahkan mereka duduk Tahap pre interaksi  Perawat 1 : Selamat pagi, Mari Silahkan duduk bu,mbak Emak



: (Sembari memegangi tangan pasien keluarga menjelaskan maksud kedatangannya) Begini bu, anak saya ini sejak 1 bulan yang lalu mengalami putus cinta dan



sejak itu



juga, anak saya jadi sering ngamuk dan memukul orang sampai



meresahkan warga,



jadi pak RT menyarankan saya untuk membawanya



kesini,kadang-kadang dia suka



mukul-mukul kepala sendiri 



Perawat 1 : Perkenalkan, nama saya perawat vani Nama mbak siapa? (Mengulurkan tangan dengan memberi senyum) Pasien



: wike (menjawab sinis) 



Perawat 1 : Ada apa di rumah?? Apa yang membuat mbak wike marah dan sering memukul orang? Pasien



: Lha aku kan cuma membela diri, (menoleh pada keluarga) sudah aku mau pulang mak, aku gak mau disini. (Berusaha berlalu)



Emak



: Heh, kamu mau kemana?



Pasien



: pulang!!!! (dengan nada tinggi dan melotot, sambil memukul ibunya) Melihat itu perawat pun mulai menyiapkan alat restrain



Perawat 1 : sus, tolong siapkan alat-alat restain. Panggil perawat lainnya juga. Perawat 2 : iya suster Perawat 1



: Mas, Ibu (pada keluarga) saya akan melakukan pengamanan kepada mbak wike, dengan cara menggunakan baju ini, tangan mbak wike akan terikat



kebelakang agar



mbak wike tidak memukul orang lagi. Ketika nanti mbak



wike sudah tidak



memukul orang lagi maka akan saya lepas. Cara ini



tidak menyakitkan dan aman. Pasien



: Enggak!!!!!! Awas kalau kalian mndekat,saya pukul kalian semua!!!!!



Perawat pun mulai memegangi pasien, agar pasien tidak kabur. Sesegera perawat lain datang untuk memeberikan bantuan. Perawat 2



: Untuk ibu mari ikut saya ke ruang perawat



Emak



: baik suster



Perawat 2



: Ibu, perawat 1 tadi sudah menjelaskan tindakan yang akan kami lakukan untuk mengamankan mbak wike, bila ibu setuju tindakan itu dilakukan silahkan



ibu tanda



tangan di lembar Inform Consent ini



Emak



: Iya saya setuju saja yang penting anak saya sembuh



Perawat 2



: Baik ibu, kalau begitu kami akan melakukan tindakan restrain untuk anak ibu



Disisi lain pasien meraung-raung dengan agresif. Pasien



: “Aku nggak gila, kalian semua yang gila”(terus meraung)



Tahap Kerja Memulai kegiatan dengan cara yang baik Memilih alat restrain yang tepat Memasang restrain pada klien dg cepat dan tepat Pegang pundak pasien dan tangan yang agresif, berjalan dibelakang pasien dan tetapwaspada Buka baju dalam posisi "menyerbu"Pakaikan baju dengan cepat Handle tangan pasien ke belakang, seperti orang diborgol.Mengamankan restrain dari jangkauan pasien Menyediakan



keamanan dan kenyamanan sesuai kebutuhan Merubah posisi setiap 60 nenit Melakukan pemeriksaan tanda vital tiap 60 menit Memeriksa bagian tubuh yang direstrain Kolaborasi dengan dokter dengan memberikan obat anti cemas Setelelah pasien dapat dikendalikan, restain dilepas Evaluasi



: catat TTV, selalu mencatat alasan restain, Memperhatikan respon pasienterhadap



terapi saat dalam restain.Tahap Terminasi  Perawat : Mbak ike, ibu. ini merupakan metode restrain, ini metode kami sebagai tenaga kesehatan untuk menenangkan mbak wike agar mbak ike tidak memukulorang lagi. Emak



Jadi mas sumanto terutama ibu tidak perlu khawatir. : oh iya ya,



Perawat 1: Nanti restrain ini akan dilepas, apabila mbak ike tidak memukul oranglagi. (Berbicara dengan wike) Perawat 1: Bu, sejenak saya akan mengajak ibu untuk melengkapi data–  data mbak wike yang belum tuntas tadi.ayo bu mari saya antar, Perawat 1: assalamualaikum, mari bu silakan duduk. Emak



: iya...



Perawat 3 :tadi saya lihat pada amenesnya di katakan kalo mbak wike ini sering ngamuk sendiri sampai meresahkan warga , setelah mengamuk, apakah mbak sumanto merasa bersalah atau merendakan diri? Emak



: iya sus,anak saya itu kalau habis mengamuk ,suka meredahkan diria sendiri. Kadang dia bilang gini “ aku tidak berguna, aku gak bisa bahagiain pacarku dan



keluargaku “



y pokoknya dia suka ngomong-ngomonng seperti itu sendiri sus.



Perawat 3: hmmm, iya bu. Kami sarankan anak ibu berada di sini dulu untuk menjalani perawatan di sini dulu untuk menjalani perawatan sampai anak ibu sembuh. Bagaimana bu? Apaka ibu bersedia? Emak



: bersedia suster



1 bulan kemudian, wike mulai bisa mengendalikan dirinya sendiri dia sudah bisa berinteraksi normal dengan orang lain dan juga sudah tidak mengamuk seperti dulu lagi, wajahnya sangat cerah ,terlihat dari wajahnya yang sudah terlepas dari kertepurukan. Perawat 2 : bagaimana mba wike ,apakah anada sudah merasa lebih baik? (sambil tersenyum ) Pasien



: ya sus, sekarang saya sudah semangat lagi



Perawat 2 : syukurlah kalau begitu, kemugkinan besar mbak wike bisa pulang Pasien



: alhamduillah



Perawat 2 : ya sudah mbak,saya tinggal dulu ya mbak,saya akan koordinasikan sama petugas kesehatan lainnya, mbak silahkan tunggu. Kemudian perawat 2 koordinasi dengan petugas kesehatan lainnya. Akhirnya semua memutuskan untuk memulangkan wike karena keadaanya sudah normal. Salah satu perawat menelpon keluarga pasien. Perawat



: hallo, assalammualaikum



Emak



: walaikumsalam, ini siapa?



Perawat 2 : kami dari RSJ lawang buk,kami ingin memberitahukan bahwasannya anak ibu wike sekarang sudah sembuh, keluargga anda bisa membawana pulang Emak



; Alhamdulillah, beneran bu?



Perawat 2 : iya bapak, selamat ya bu Emak



: terimakasih atas pemeritahuannya suster, assalamualaikum sus ?



Perawat 2 : walaikumsalam bu Akhirnya wike dibawa pulang oleh keluarganya setelah kemudian berpamitan dengan perawat.



Roleplay Pelaksanaan Strategi Pelaksanaan 2 Halusinasi



Tahap Pra-Interaksi Perawat           : (melakukan persiapan alat, yaitu kertas/buku catatan dan pena) Tahap Orientasi Perawat           : Selamat siang, Mbak M. Bagaimana Kabarnya hari ini? Apa suara-suaranya masih suka muncul? Pasien              :(mengangguk) Perawat           : Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih waktu itu? Pasien              : (mengangguk) Perawat           : Baik. Kalau begitu apakah pagi ini sudah minum obat Hari ini kita akan mendiskusika tentang obat-obatan yang Mbak minum. Kita akan diskusi selama



20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya Mbak.



Pasien              : (mengangguk) Tahap Kerja Perawat           : Apakah Mbak M merasakan pebedaan setelah minum obat? Apakah suara -suaranya menghilang atau berkurang setelah minum obat? Paien               : Sedikit. Perawat           : Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang Mbak dengar dan menggangu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang Mbak minum? Pasien              : Tiga. (menyimbolkan dengan 3 jari)



Perawat           : Bagus. (menyiapkan obat klien) Jadi, Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi,jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara



-suara. Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk



rileks dan



tidak kaku. Sedang yang merah jambu (HP)  3 kali sehari jam nya



sama gunanya



untuk pikiran biar tenang.



Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, Mbak akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis Mbak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. Mbak juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya Mbak harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya Mbak. Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama  kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya.  Mbak juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari. Tahap Terminasi Perawat           : Bagaimana Mbak, apakah Mbak sudah paham dengan yang saya sampaikan? Pasien              : Iya, Sus. Perawat           : Jadi, dengan minum obat ini, sudah berapa cara yang kita latih untuk mengatasi suara-suara yang muncul itu Mbak? Pasien              : Dua Perawat           : Coba sebutkan Mbak, apa saja du acara itu? Pasien              : Menghardik dan minum obat teratur. Perawat           : Wah, Bagus sekali, Mbak. Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau  pada keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah datang. Besok kita



ketemu lagi untuk melihat manfaat 2 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa?



Pasien              : (Berpikir namun tidak berpendapat)



Perawat           : Bagaimana kalau jam 10.00? Pasien              : (mengangguk) Perawat           : Biak kalau begitu.Sampai jumpa besok ya Mbak. Selamat makan. Selamat siang. (perawat meninggalkan pasien)



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan             Salah satu somatik terapi (terapi fisik) pada klien gangguan jiwa adalah pemberian obat psikofarmaka. Psikofarmaka adalah sejumlah besar obat farmakologis yang digunakan untuk mengobati gangguan mental. Obat-obatan yang paling sering digunakan di Rumah Sakit Jiwa adalah Chlorpromazine, Halloperidol, dan Trihexypenidil. Obat-obatan yang diberikan selain dapat membantu dalam proses penyembuhan pada klien gangguan jiwa, juga mempunyai efek samping yang dapat merugikan klien tersebut, seperti pusing, sedasi, pingsan, hipotensi, pandangan kabur dan konstipasi. Untuk menghindari hal tersebut perawat sebagai tenaga kesehatan yang langsung berhubungan dengan pasien selama 24 jam, harus mampu mengimbangi terhadap perkembangan mengenai kondisi klien terutama efek dari pemberian obat psikofarmaka.             Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Pusat Bandung, ternyata perawat tidak melakukan asuhan keperawatan pemberian obat secara tepat, misalkan : Perawat hanya memanggil klien satu persatu tanpa cek kondisi umum klien, misal pemeriksaan tekanan darah, dan lain-lain. Bagi klien yang dapat berjalan lalu dibagikan obat tersebut tanpa tindak lanjut monitoring efek dari obat tersebut. Ada yang dibuang, disembunyikan atau dimakan tanpa diketahui sejauh mana efek obat tersebut. Akibat kurang intensifnya observasi dalam pemberian obat mengakibatkan beberapa klien mengalami efek samping seperti gatal-gatal, bahkan ada yang sampai melepuh yang kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Umum, penglihatan kabur yang disertai mata menonjol. Derajat hubungan antara pengetahuan perawat tentang psikofarmaka dengan pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemberian obat sebagian dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan.             Dengan demikian berarti bahwa pengetahuan hanya merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemberian obat pada klien gangguan jiwa di RSJP Bandung, dimana masih ada faktor lain yang mempengaruhi seperti, sikap perawat terhadap pelaksanaan, protap pelaksanaan dan kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemberian obat.



3.2 Saran             Perawat jiwa yang ada di rumah sakit (rumah sakit jiwa, rumah sakit umum, panti kesehatan jiwa, yayasan yang merawat pasien gangguan jiwa), pengajar keperawatan jiwa di sekolah keperawatan, perawat jiwa yang ada di struktur departemen kesehatan dan dinas kesehatan diharapkan bersatu padu untuk menyuarakan kesehatan jiwa pada setiap kesempatan mulai dari sekarang pada setiap orang yang ditemui. Kegiatan yang dilakukan bisa berupa advokasi dan action.



DAFTAR PUSTAKA Kartini Kartono, Patologi Sosial, jakarta, 2007.Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedomanpenggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III. Jakarta: DepartemenKesehatan; 1993.Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ-III. Jakarta: PT NuhJaya; 2001.Yustinus Semiun. 2010, Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisiushttp://www.scribd.com/doc/55858510/Definisi-Gangguan-Jiwa http://imron46.blogspot. com/2009/02/faktor-penyebab-gangguan-jiwa.html http://fransiscakum ala.wordpress.com/2010/02/09/definisi-klasifikasi-gangguan- jiwa-dan-diagnosis-multiaksial/  ht tp://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/03/gangguan-jiwa-atau-mental-disorder.html  http://ww8.yuwie.com/blog/entry.asp?id=932768&eid=602755