Negeri Di Ujung Tanduk - Tere Liye [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Negeri di Ujung di Negeri Tanduk Ujungdi Negeri Tanduk Ujung Tanduk Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2013 Jakarta, 2013



Cerita ini ini adalah fiksi. fiksi. Cerita Cerita ini adalah adalah fiksi. Apabila ada ada kesamaan nama, nama, tempat, dan dan alur cerita, cerita, itu Apabila Apabila ada kesamaan kesamaan nama, tempat, tempat, dan alur alur cerita, itu itu hanyalah kebetulan kebetulan belaka. belaka. hanyalah hanyalah kebetulan belaka.



Episode 1 Episode 1 Tinju Kanan Peruntuh Tinjubesar Kanan Peruntuh R UANGAN yang disulap menjadi arena pertarungan UANGAN besar yang disulap menjadi arena pertarungan R UANGAN besar yang disulap menjadi arena pertarungan UANGAN besar yang disulap menjadi arena pertarungan Tembok R UANGAN besar yang disulap menjadi arena pertarungan itu terlihat ramai. Seruan tertahan, suara mengaduh, suara te­ UANGAN besar yang disulap menjadi arena pertarungan itu terlihat ramai. Seruan tertahan, suara mengaduh, suara te­ itu terlihat ramai. Seruan tertahan, suara mengaduh, suara te­ R UANGAN besar yang disulap menjadi arena pertarungan Tembok besar yang disulap menjadi arena pertarungan itu terlihat ramai. Seruan tertahan, suara mengaduh, suara te­ UANGAN besar yang disulap menjadi arena pertarungan itu terlihat ramai. Seruan tertahan, suara mengaduh, suara pisan, bunyi berdebuk, terbanting, teriakan menyemangati, hing­ R UANGAN besar yang disulap menjadi arena pertarungan itu terlihat ramai. Seruan tertahan, suara mengaduh, suara te­ te­



R R R



pisan, bunyi berdebuk, terbanting, teriakan menyemangati, hing­ UANGAN besar yang disulap menjadi arena pertarungan terlihat ramai. Seruan tertahan, suara mengaduh, suara te­ pisan, bunyi berdebuk, terbanting, teriakan menyemangati, hing­ UANGAN besar yang disulap menjadi arena pertarungan itu Seruan tertahan, suara mengaduh, suara te­ pisan, bunyi berdebuk, terbanting, teriakan menyemangati, hing­ UANGAN besar yang disulap menjadi arena pertarungan itu terlihat ramai. Seruan tertahan, suara mengaduh, suara te­ pisan, bunyi berdebuk, terbanting, teriakan menyemangati, hing­ UANGAN besar yang disulap menjadi arena pertarungan ga teriakan bersahut-sahutan memenuhi langit-langit ruangan. itu terlihat ramai. Seruan tertahan, suara mengaduh, suara te­ pisan, bunyi berdebuk, terbanting, teriakan menyemangati, hing­ UANGAN besar yang disulap menjadi arena pertarungan ga teriakan bersahut-sahutan memenuhi langit-langit ruangan. itu terlihat ramai. Seruan tertahan, suara mengaduh, suara te­ pisan, bunyi berdebuk, terbanting, teriakan menyemangati, hing­ ga teriakan bersahut-sahutan memenuhi langit-langit ruangan. itu terlihat ramai. Seruan tertahan, suara mengaduh, suara te­ pisan, bunyi berdebuk, terbanting, teriakan menyemangati, hing­ ga teriakan bersahut-sahutan memenuhi langit-langit ruangan. itu terlihat ramai. Seruan tertahan, suara mengaduh, suara te­ pisan, bunyi berdebuk, terbanting, teriakan menyemangati, hing­ ga teriakan bersahut-sahutan memenuhi langit-langit ruangan. itu terlihat ramai. Seruan tertahan, suara mengaduh, suara te­ Satu-dua berseru dalam bahasa yang tidak dipahami bahkan pisan, bunyi berdebuk, terbanting, teriakan menyemangati, hing­ ga teriakan bersahut-sahutan memenuhi langit-langit ruangan. itu terlihat ramai. Seruan tertahan, suara mengaduh, suara te­ Satu-dua berseru dalam bahasa yang tidak dipahami bahkan pisan, bunyi berdebuk, terbanting, teriakan menyemangati, hing­ ga teriakan bersahut-sahutan memenuhi langit-langit ruangan. Satu-dua berseru dalam bahasa yang tidak dipahami bahkan pisan, bunyi berdebuk, terbanting, teriakan menyemangati, hing­ ga teriakan bersahut-sahutan memenuhi langit-langit ruangan. Satu-dua berseru dalam bahasa yang tidak dipahami bahkan pisan, bunyi berdebuk, terbanting, teriakan menyemangati, hing­ ga teriakan bersahut-sahutan memenuhi langit-langit ruangan. Satu-dua berseru dalam bahasa yang tidak dipahami bahkan pisan, bunyi berdebuk, terbanting, teriakan menyemangati, hing­ oleh orang yang berdiri di sebelahnya. Wajah-wajah dan pera­ ga teriakan bersahut-sahutan memenuhi langit-langit ruangan. Satu-dua berseru dalam bahasa yang tidak dipahami bahkan pisan, bunyi berdebuk, terbanting, teriakan menyemangati, hing­ oleh orang yang berdiri di sebelahnya. Wajah-wajah dan pera­ ga teriakan bersahut-sahutan memenuhi langit-langit ruangan. Satu-dua berseru dalam bahasa yang tidak dipahami bahkan oleh orang yang berdiri di sebelahnya. Wajah-wajah dan pera­ ga teriakan bersahut-sahutan memenuhi langit-langit ruangan. Satu-dua berseru dalam bahasa yang tidak dipahami bahkan oleh orang yang berdiri di sebelahnya. Wajah-wajah dan pera­ ga teriakan bersahut-sahutan memenuhi langit-langit ruangan. Satu-dua berseru dalam bahasa yang tidak dipahami bahkan oleh orang yang berdiri di sebelahnya. Wajah-wajah dan pera­ ga teriakan bersahut-sahutan memenuhi langit-langit ruangan. wakan antarbangsa, wajah-wajah antusias bercampur tegang. Satu-dua berseru dalam bahasa yang tidak dipahami bahkan oleh orang yang berdiri di sebelahnya. Wajah-wajah dan pera­ ga teriakan bersahut-sahutan memenuhi langit-langit ruangan. wakan antarbangsa, wajah-wajah antusias bercampur tegang. Satu-dua berseru dalam bahasa yang tidak dipahami bahkan oleh orang yang berdiri di sebelahnya. Wajah-wajah dan pera­ wakan antarbangsa, wajah-wajah antusias bercampur tegang. Satu-dua berseru dalam bahasa yang tidak dipahami bahkan oleh orang yang berdiri di sebelahnya. Wajah-wajah dan pera­ wakan antarbangsa, wajah-wajah antusias bercampur tegang. Satu-dua berseru dalam bahasa yang tidak dipahami bahkan oleh orang yang berdiri di sebelahnya. Wajah-wajah dan pera­ wakan antarbangsa, wajah-wajah antusias bercampur tegang. Satu-dua berseru dalam bahasa yang tidak dipahami bahkan Udara terasa pengap meski pendingin ruangan bekerja maksi­ oleh orang yang berdiri di sebelahnya. Wajah-wajah dan pera­ wakan antarbangsa, wajah-wajah antusias bercampur tegang. Satu-dua berseru dalam bahasa yang tidak dipahami bahkan Udara terasa pengap meski pendingin ruangan bekerja maksi­ oleh orang yang berdiri di sebelahnya. Wajah-wajah dan pera­ wakan antarbangsa, wajah-wajah antusias bercampur tegang. Udara terasa pengap meski pendingin ruangan bekerja maksi­ oleh orang yang berdiri di sebelahnya. Wajah-wajah dan pera­ wakan antarbangsa, wajah-wajah antusias bercampur tegang. Udara terasa pengap meski pendingin ruangan bekerja maksi­ oleh orang yang berdiri di sebelahnya. Wajah-wajah dan pera­ wakan antarbangsa, wajah-wajah antusias bercampur tegang. Udara terasa pengap meski pendingin ruangan bekerja maksi­ oleh orang yang berdiri di sebelahnya. Wajah-wajah dan pera­ mal. wakan antarbangsa, wajah-wajah antusias bercampur tegang. Udara terasa pengap meski pendingin ruangan bekerja maksi­ oleh orang yang berdiri di sebelahnya. Wajah-wajah dan pera­ mal. wakan antarbangsa, wajah-wajah antusias bercampur tegang. Udara terasa pengap meski pendingin ruangan bekerja maksi­ mal. wakan antarbangsa, wajah-wajah antusias bercampur tegang. Udara terasa pengap meski pendingin ruangan bekerja maksi­ mal. wakan antarbangsa, wajah-wajah antusias bercampur tegang. Udara terasa pengap meski pendingin ruangan bekerja maksi­ mal. wakan antarbangsa, wajah-wajah antusias bercampur tegang. Dua petarung sedang jual-beli pukulan di tengah ruangan, Udara terasa pengap meski pendingin ruangan bekerja maksi­ mal. wakan antarbangsa, wajah-wajah antusias bercampur tegang. Dua petarung sedang jual-beli pukulan di tengah ruangan, Udarapetarung terasa pengap pengap meski pendingin ruangan bekerjaruangan, maksi­ mal. Dua sedang jual-beli pukulan di tengah Udara terasa meski pendingin ruangan bekerja maksi­ mal. Dua petarung sedang jual-beli pukulan di tengah ruangan, Udara terasa pengap meski pendingin ruangan bekerja maksi­ mal. Dua petarung sedang jual-beli pukulan di tengah ruangan, Udara terasa pengap meski pendingin ruangan bekerja maksi­ bertinju. Arena pertandingan tanpa ring pemisah apalagi ke­ mal. Dua petarung sedang jual-beli pukulan di tengah ruangan, Udara terasa pengap meski pendingin ruangan bekerja maksi­ bertinju. Arena pertandingan tanpa ring pemisah apalagi ke­ mal. Dua petarung sedang jual-beli pukulan di tengah ruangan, bertinju. Arena pertandingan tanpa ring pemisah apalagi ke­ mal. Dua petarung sedang jual-beli pukulan di tengah ruangan, bertinju. Arena pertandingan tanpa ring pemisah apalagi ke­ mal. Dua petarung sedang jual-beli pukulan di tengah ruangan, bertinju. Arena pertandingan tanpa ring pemisah apalagi ke­ mal. rangkeng tertutup. Hanya lingkaran merah di atas lantai, ber­ Dua petarung sedang jual-beli pukulan di tengah ruangan, bertinju. Arena pertandingan tanpa ring pemisah apalagi ke­ mal. rangkeng tertutup. Hanya lingkaran merah di atas lantai, ber­ Dua petarung sedang jual-beli pukulan di tengah ruangan, bertinju. Arena pertandingan tanpa ring pemisah apalagi ke­ rangkeng tertutup. Hanya lingkaran merah di atas lantai, ber­ UANGAN besar yang disulap menjadi arena pertarun Dua petarung sedang jual-beli pukulan di tengah ruangan, bertinju. Arena pertandingan tanpa ring pemisah apalagi ke­ rangkeng tertutup. Hanya lingkaran merah di atas lantai, ber­ Dua petarung sedang jual-beli pukulan di tengah ruangan, bertinju. Arena pertandingan tanpa ring pemisah apalagi ke­ rangkeng tertutup. Hanya lingkaran merah di atas lantai, ber­ Dua petarung sedang jual-beli pukulan di tengah ruangan, diameter dua depa. Percik keringat petarung, dengus napas, bertinju. Arena pertandingan tanpa ring pemisah apalagi ke­ rangkeng tertutup. Hanya lingkaran merah di atas atas lantai, ber­ Dua petarung sedang pukulan di tengah ruangan, UANGAN besar yangjual-beli disulap menjadi arena pertarun diameter dua depa. Percik keringat petarung, dengus napas, bertinju. Arena pertandingan tanpa ring pemisah apalagi ke­ rangkeng tertutup. Hanya lingkaran merah di lantai, ber­ diameter dua depa. Percik keringat petarung, dengus napas, bertinju. Arena pertandingan tanpa ring pemisah apalagi ke­ rangkeng tertutup. Hanya lingkaran merah di atas lantai, ber­ terlihat ramai. Seruan tertahan, suara mengaduh, suara diameter dua depa. Percik keringat petarung, dengus napas, bertinju. Arena pertandingan tanpa ring pemisah apalagi ke­ rangkeng tertutup. Hanya lingkaran merah di atas lantai, ber­ diameter dua depa. Percik keringat petarung, dengus napas, bertinju. Arena pertandingan tanpa ring pemisah apalagi ke­ suara pukulan menghantam badan, semuanya terdengar lang­ rangkeng tertutup. Hanya lingkaran merah di atas lantai, ber­ diameter dua depa. Percik keringat petarung, dengus napas, bertinju. Arena pertandingan tanpa ring pemisah apalagi ke­ suara pukulan menghantam badan, semuanya terdengar lang­ rangkeng tertutup. Hanya lingkaran merah di atas lantai, ber­ diameter dua depa. Percik keringat petarung, dengus napas, terlihat ramai. Seruan tertahan, suara mengaduh, suara suara pukulan menghantam badan, semuanya terdengar lang­ rangkeng tertutup. Hanya lingkaran merah di atas lantai, ber­ diameter dua depa. Percik keringat petarung, dengus napas, pukulan menghantam badan, semuanya terdengar lang­ rangkeng tertutup. Hanya lingkaran merah di atas lantai, ber­ diameter dua depa. Percik keringat petarung, dengus napas, n,suara bunyi berdebuk, terbanting, teriakan menyemangati, h suara pukulan menghantam badan, semuanya terdengar lang­ rangkeng tertutup. Hanya lingkaran merah di atas lantai, ber­ sung, tanpa jarak. Penonton berkerumun di sekitar lingkaran, diameter dua depa. Percik keringat petarung, dengus napas, suara pukulan menghantam badan, semuanya terdengar lang­ rangkeng tertutup. Hanya lingkaran merah disekitar atas lantai, ber­ tanpa jarak. Penonton berkerumun di lingkaran, diameter dua depa. Percik keringat petarung, dengus napas, suara pukulan menghantam badan, semuanya terdengar lang­ sung, tanpa jarak. Penonton berkerumun di sekitar lingkaran, diameter dua depa. Percik keringat petarung, dengus napas, n,sung, bunyi berdebuk, terbanting, teriakan menyemangati, h suara pukulan menghantam badan, semuanya terdengar lang­ sung, tanpa jarak. Penonton berkerumun di sekitar lingkaran, diameter dua depa. Percik keringat petarung, dengus napas, suara pukulan menghantam badan, semuanya terdengar lang­ sung, tanpa jarak. Penonton berkerumun di sekitar lingkaran, diameter dua depa. Percik petarung, dengus napas, eriakan bersahut-sahutan memenuhi ruan suara pukulan menghantam badan, semuanya terdengar lang­ sung, tanpa jarak. Penonton berkerumun dilangit-langit sekitar lingkaran, diameter duajarak. depa. Percik keringat keringat petarung, dengus napas, suara pukulan menghantam badan, semuanya terdengar lang­ sung, tanpa Penonton berkerumun di sekitar lingkaran, suara pukulan menghantam badan, semuanya terdengar lang­ 99 sung, tanpa jarak. Penonton berkerumun di sekitar lingkaran, suara pukulan menghantam badan, semuanya terdengar lang­ eriakan bersahut-sahutan memenuhi langit-langit ruan sung, tanpa jarak. Penonton berkerumun di sekitar lingkaran, suara pukulan menghantam badan, semuanya terdengar lang­ 99 yang sung, tanpa jarak. Penonton berkerumun di sekitar lingkaran, u-dua berseru dalam bahasa tidak dipahami bah suara pukulan menghantam badan, semuanya terdengar lang­ sung, tanpa jarak. Penonton berkerumun di sekitar lingkaran, 9 sung, tanpa jarak. Penonton berkerumun di sekitar lingkaran, 9 sung, tanpa tanpa jarak. Penonton berkerumun di sekitar sekitar lingkaran, 99 yang tidak u-dua berseru dalam bahasa dipahami bah sung, jarak. Penonton berkerumun di lingkaran, sung, tanpa jarak. Penonton berkerumun di sekitar lingkaran, orang yang berdiri di sebelahnya. Wajah-wajah dan p 99 9 9 orang berdiri di sebelahnya. Wajah-wajah dan p ung Tanduk.inddyang 9 3/6/201 ung Tanduk.indd 9 3/6/201 an antarbangsa, wajah-wajah99 antusias bercampur tegang



R R



Ini jenis pertunjukan yang mengesankan. mengesankan. Satu tinju lagi menghantam cepat rahang salah seorang pe­ tarung. Membuat penonton berseru tertahan, sebagian besar berdesak-desakan, dan berdiri menonton. Tangan mereka ter­ berseru girang, ”Yes!” Sebagian mengeluh, ”Oh, no!” Disusul tinju angkat menyemangati. Ini jenis pertunjukan yang Satu tinju lagi menghantam cepat rahang salah seorang pe­ tarung. Membuat penonton berseru tertahan, sebagian besar berdesak-desakan, dan berdiri menonton. Tangan mereka ter­ berseru girang, ”Yes!” Sebagian mengeluh, ”Oh, no!” Disusul tinju angkat menyemangati. lainnya mengenai dagu, kali ini lebih telak. Sepersekian detik Ini jenis pertunjukan yang mengesankan. Satu tinju lagi menghantam cepat rahang salah seorang pe­ tarung. Membuat penonton berseru tertahan, sebagian besar angkat menyemangati. berseru girang, ”Yes!” Sebagian mengeluh, ”Oh, no!” Disusul tinju berdesak-desakan, dan berdiri menonton. Tangan mereka ter­ Ini jenis pertunjukan yang mengesankan. lainnya mengenai dagu, kali ini lebih telak. Sepersekian detik Satu tinju lagi menghantam cepat rahang salah seorang pe­ tarung. Membuat penonton berseru tertahan, sebagian besar berseru girang, ”Yes!” Sebagian mengeluh, ”Oh, no!” Disusul tinju angkat menyemangati. lainnya mengenai dagu, kali ini lebih telak. Sepersekian detik Ini jenis pertunjukan yang mengesankan. Satu tinju lagi menghantam cepat rahang salah seorang pe­ tarung. Membuat penonton berseru tertahan, sebagian besar berseru girang, ”Yes!” Sebagian mengeluh, ”Oh, no!” Disusul tinju angkat menyemangati. lainnya mengenai dagu, kali ini lebih telak. Sepersekian detik Ini jenis pertunjukan yang mengesankan. Satu tinju lagi menghantam cepat rahang salah seorang pe­ tarung. Membuat penonton berseru tertahan, sebagian besar berseru girang, ”Yes!” Sebagian mengeluh, ”Oh, no!” Disusul tinju angkat menyemangati. lainnya mengenai dagu, kali ini lebih telak. Sepersekian detik Ini jenis pertunjukan yang mengesankan. berlalu, penantang yang beberapa menit lalu masih terlihat segar Satu tinju lagi menghantam cepat rahang salah seorang pe­ tarung. Membuat penonton berseru tertahan, sebagian besar berseru girang, ”Yes!” Sebagian mengeluh, ”Oh, no!” Disusul tinju Ini jenis pertunjukan yang mengesankan. lainnya mengenai dagu, kali ini lebih telak. Sepersekian detik angkat menyemangati. Satu tinju lagi menghantam cepat rahang salah seorang pe­ berlalu, penantang yang beberapa menit lalu masih terlihat segar tarung. Membuat penonton berseru tertahan, sebagian besar berseru girang, ”Yes!” Sebagian mengeluh, ”Oh, no!” Disusul tinju lainnya mengenai dagu, kali ini lebih telak. Sepersekian detik Ini jenis pertunjukan yang mengesankan. berlalu, penantang yang beberapa menit lalu masih terlihat segar Satu tinju lagi menghantam cepat rahang salah seorang pe­ tarung. Membuat penonton berseru tertahan, sebagian besar berseru girang, ”Yes!” Sebagian mengeluh, ”Oh, no!” Disusul tinju lainnya mengenai dagu, kali ini lebih telak. Sepersekian detik Ini jenis pertunjukan yang mengesankan. berlalu, penantang yang beberapa menit lalu masih terlihat segar Satu tinju lagi menghantam cepat rahang salah seorang pe­ tarung. Membuat penonton berseru tertahan, sebagian besar berseru girang, ”Yes!” Sebagian mengeluh, ”Oh, no!” Disusul tinju lainnya mengenai dagu, kali ini lebih telak. Sepersekian detik Ini jenis pertunjukan yang mengesankan. berlalu, penantang yang beberapa menit lalu masih terlihat segar Satu tinju lagi menghantam cepat rahang salah seorang pe­ bugar segera tumbang ke lantai. Knockout alias KO. tarung. Membuat penonton berseru tertahan, sebagian besar berseru girang, ”Yes!” Sebagian mengeluh, ”Oh, no!” Disusul tinju lainnya mengenai dagu, kali ini lebih telak. Sepersekian detik Satu tinju lagi menghantam cepat rahang salah seorang pe­ berlalu, penantang yang beberapa menit lalu masih terlihat segar Ini jenis pertunjukan yang mengesankan. tarung. Membuat penonton berseru tertahan, sebagian besar bugar segera tumbang ke lantai. Knockout alias KO. berseru girang, ”Yes!” Sebagian mengeluh, ”Oh, no!” Disusul tinju lainnya mengenai dagu, kali ini lebih telak. Sepersekian detik berlalu, penantang yang beberapa menit lalu masih terlihat segar Satu tinju lagi menghantam cepat rahang salah seorang pe­ bugar segera tumbang ke lantai. Knockout alias KO. tarung. Membuat penonton berseru tertahan, sebagian besar berseru girang, ”Yes!” Sebagian mengeluh, ”Oh, no!” Disusul tinju lainnya mengenai dagu, kali ini lebih telak. Sepersekian detik berlalu, penantang yang beberapa menit lalu masih terlihat segar Satu tinju lagi menghantam cepat rahang salah seorang pe­ bugar segera tumbang ke lantai. Knockout alias KO. tarung. Membuat penonton berseru tertahan, sebagian besar berseru girang, ”Yes!” Sebagian mengeluh, ”Oh, no!” Disusul tinju lainnya mengenai dagu, kali ini lebih telak. Sepersekian detik berlalu, penantang yang beberapa menit lalu masih terlihat segar Satu tinju lagi menghantam cepat rahang salah seorang pe­ bugar segera tumbang ke lantai. Knockout alias KO. tarung. Membuat penonton berseru tertahan, sebagian besar Pengunjung serempak berteriak kegirangan, melontarkan ke­ berseru girang, ”Yes!” Sebagian mengeluh, ”Oh, no!” Disusul tinju lainnya mengenai dagu, kali ini lebih telak. Sepersekian detik berlalu, penantang yang beberapa menit lalu masih terlihat segar tarung. Membuat penonton berseru tertahan, sebagian besar bugar segera tumbang ke lantai. Knockout alias KO. Satu tinju lagi menghantam cepat rahang salah seorang pe­ berseru girang, ”Yes!” Sebagian mengeluh, ”Oh, no!” Disusul tinju Pengunjung serempak berteriak kegirangan, melontarkan ke­ lainnya mengenai dagu, kali ini lebih telak. Sepersekian detik berlalu, penantang yang beberapa menit lalu masih terlihat segar bugar segera tumbang ke lantai. Knockout alias KO. tarung. Membuat penonton berseru tertahan, sebagian besar Pengunjung serempak berteriak kegirangan, melontarkan ke­ berseru girang, ”Yes!” Sebagian mengeluh, ”Oh, no!” Disusul tinju lainnya mengenai dagu, kali ini lebih telak. Sepersekian detik berlalu, penantang yang beberapa menit lalu masih terlihat segar bugar segera tumbang ke lantai. Knockout alias KO. tarung. Membuat penonton berseru tertahan, sebagian besar Pengunjung serempak berteriak kegirangan, melontarkan ke­ berseru girang, ”Yes!” Sebagian mengeluh, ”Oh, no!” Disusul tinju lainnya mengenai dagu, kali ini lebih telak. Sepersekian detik berlalu, penantang yang beberapa menit lalu masih terlihat segar bugar segera tumbang ke lantai. Knockout alias KO. tarung. Membuat penonton berseru tertahan, sebagian besar Pengunjung serempak berteriak kegirangan, melontarkan ke­ berseru girang, ”Yes!” Sebagian mengeluh, ”Oh, no!” Disusul tinju bisingan. lainnya mengenai dagu, kali ini lebih telak. Sepersekian detik berlalu, penantang yang beberapa menit lalu masih terlihat segar bugar segera tumbang ke lantai. Knockout alias KO. berseru girang, ”Yes!” Sebagian mengeluh, ”Oh, no!” Disusul tinju Pengunjung serempak berteriak kegirangan, melontarkan ke­ tarung. Membuat penonton berseru tertahan, sebagian besar lainnya mengenai dagu, kali ini lebih telak. Sepersekian detik bisingan. berlalu, penantang yang beberapa menit lalu masih terlihat segar bugar segera tumbang ke lantai. Knockout alias KO. Pengunjung serempak berteriak kegirangan, melontarkan ke­ berseru girang, ”Yes!” Sebagian mengeluh, ”Oh, no!” Disusul tinju bisingan. lainnya mengenai dagu, kali ini lebih telak. Sepersekian detik berlalu, penantang yang beberapa menit lalu masih terlihat segar bugar segera tumbang ke lantai. Knockout alias KO. Pengunjung serempak berteriak kegirangan, melontarkan ke­ berseru girang, ”Yes!” Sebagian mengeluh, ”Oh, no!” Disusul tinju bisingan. lainnya mengenai dagu, kali ini lebih telak. Sepersekian detik berlalu, penantang yang beberapa menit lalu masih terlihat segar bugar segera tumbang ke lantai. Knockout alias KO. Pengunjung serempak berteriak kegirangan, melontarkan ke­ berseru girang, ”Yes!” Sebagian mengeluh, ”Oh, no!” Disusul tinju bisingan. lainnya mengenai dagu, kali ini lebih telak. Sepersekian detik petarung satunya, yang masih berdiri kokoh di tengah Napas berlalu, penantang yang beberapa menit lalu masih terlihat segar bugar segera tumbang ke lantai. Knockout alias KO. Pengunjung serempak berteriak kegirangan, melontarkan ke­ lainnya mengenai dagu, kali ini lebih telak. Sepersekian detik bisingan. berseru girang, ”Yes!” Sebagian mengeluh, ”Oh, no!” Disusul tinju berlalu, penantang yang beberapa menit lalu masih terlihat segar petarung satunya, yang masih berdiri kokoh di tengah Napas bugar segera tumbang ke lantai. Knockout alias KO. Pengunjung serempak berteriak kegirangan, melontarkan ke­ bisingan. lainnya mengenai dagu, kali ini lebih telak. Sepersekian detik petarung satunya, yang masih berdiri kokoh di tengah Napas berlalu, penantang yang beberapa menit lalu masih terlihat segar bugar segera tumbang ke lantai. Knockout alias KO. Pengunjung serempak berteriak kegirangan, melontarkan ke­ bisingan. lainnya mengenai dagu, kali ini lebih telak. Sepersekian detik petarung satunya, yang masih berdiri kokoh di tengah Napas berlalu, penantang yang beberapa menit lalu masih terlihat segar bugar segera tumbang ke lantai. Knockout alias KO. Pengunjung serempak berteriak kegirangan, melontarkan ke­ bisingan. lainnya mengenai dagu, kali ini lebih telak. Sepersekian detik petarung satunya, yang masih berdiri kokoh di tengah Napas berlalu, penantang yang beberapa menit lalu masih terlihat segar arena, bahkan tidak terlihat tersengal. Hanya kausnya yang sedi­ bugar segera tumbang ke lantai. Knockout alias KO. Pengunjung serempak berteriak kegirangan, melontarkan ke­ bisingan. berlalu, penantang yang beberapa menit lalu masih terlihat segar petarung satunya, yang masih berdiri kokoh di tengah Napas lainnya mengenai dagu, kali ini lebih telak. Sepersekian detik bugar segera tumbang ke lantai. Knockout alias KO. arena, bahkan tidak terlihat tersengal. Hanya kausnya yang sedi­ Pengunjung serempak berteriak kegirangan, melontarkan ke­ bisingan. petarung satunya, yang masih berdiri kokoh di tengah Napas berlalu, penantang yang beberapa menit lalu masih terlihat segar arena, bahkan tidak terlihat tersengal. Hanya kausnya yang sedi­ bugar segera tumbang ke lantai. Knockout alias KO. Pengunjung serempak berteriak kegirangan, melontarkan ke­ bisingan. petarung satunya, yang masih berdiri kokoh di tengah Napas berlalu, penantang yang beberapa menit lalu masih terlihat segar arena, bahkan tidak terlihat tersengal. Hanya kausnya yang sedi­ bugar segera tumbang ke lantai. Knockout alias KO. Pengunjung serempak berteriak kegirangan, melontarkan ke­ bisingan. petarung satunya, yang masih berdiri kokoh di tengah Napas berlalu, penantang yang beberapa menit lalu masih terlihat segar arena, bahkan tidak terlihat tersengal. Hanya kausnya yang sedi­ bugar segera tumbang ke lantai. Knockout alias KO. kit basah oleh keringat. Pengunjung serempak berteriak kegirangan, melontarkan ke­ bisingan. petarung satunya, yang masih berdiri kokoh di tengah Napas bugar segera tumbang ke lantai. Knockout alias KO. arena, bahkan tidak terlihat tersengal. Hanya kausnya yang sedi­ berlalu, penantang yang beberapa menit lalu masih terlihat segar Pengunjung serempak berteriak kegirangan, melontarkan ke­ kit basah oleh keringat. bisingan. petarung satunya, yang masih berdiri kokoh di tengah Napas arena, bahkan tidak terlihat tersengal. Hanya kausnya yang sedi­ bugar segera tumbang ke lantai. Knockout alias KO. kit basah oleh keringat. Pengunjung serempak berteriak kegirangan, melontarkan ke­ bisingan. petarung satunya, yang masih berdiri kokoh di tengah Napas arena, bahkan tidak terlihat tersengal. Hanya kausnya yang sedi­ bugar segera tumbang ke lantai. Knockout alias KO. kit basah oleh keringat. Pengunjung serempak berteriak kegirangan, melontarkan ke­ bisingan. petarung satunya, yang masih berdiri kokoh di tengah Napas arena, bahkan tidak terlihat tersengal. Hanya kausnya yang sedi­ bugar segera tumbang ke lantai. Knockout alias KO. kit basah oleh keringat. Pengunjung serempak berteriak kegirangan, melontarkan ke­ ”Fantastico!” bisingan. petarung satunya, yang masih berdiri kokoh di tengah Napas arena, bahkan tidak terlihat tersengal. Hanya kausnya yang sedi­ Pengunjung serempak berteriak kegirangan, melontarkan ke­ kit basah oleh keringat. bugar segera tumbang ke lantai. Knockout alias KO. bisingan. ”Fantastico!” petarung satunya, yang masih berdiri kokoh di tengah Napas arena, bahkan tidak terlihat tersengal. Hanya kausnya yang sedi­ kit basah oleh keringat. Pengunjung serempak berteriak kegirangan, melontarkan ke­ ”Fantastico!” bisingan. petarung satunya, yang masih berdiri kokoh di tengah Napas arena, bahkan tidak terlihat tersengal. Hanya kausnya yang sedi­ kit basah oleh keringat. Pengunjung serempak berteriak kegirangan, melontarkan ke­ ”Fantastico!” bisingan. petarung satunya, yang masih berdiri kokoh di tengah Napas arena, bahkan tidak terlihat tersengal. Hanya kausnya yang sedi­ kit basah oleh keringat. Pengunjung serempak berteriak kegirangan, melontarkan ke­ ”Fantastico!” bisingan. ”Bravo!” petarung satunya, yang masih berdiri kokoh di tengah Napas arena, bahkan tidak terlihat tersengal. Hanya kausnya yang sedi­ kit basah oleh keringat. bisingan. ”Fantastico!” Pengunjung serempak berteriak kegirangan, melontarkan ke­ petarung satunya, yang masih berdiri kokoh di tengah Napas ”Bravo!” arena, bahkan tidak terlihat tersengal. Hanya kausnya yang sedi­ kit basah oleh keringat. ”Fantastico!” bisingan. ”Bravo!” petarung satunya, yang masih berdiri kokoh di tengah Napas arena, bahkan tidak terlihat tersengal. Hanya kausnya yang sedi­ kit basah oleh keringat. ”Fantastico!” bisingan. ”Bravo!” petarung satunya, yang masih berdiri kokoh di tengah Napas arena, bahkan tidak terlihat tersengal. Hanya kausnya yang sedi­ kit basah oleh keringat. ”Fantastico!” bisingan. ”Bravo!” petarung satunya, yang masih berdiri kokoh di tengah Napas Aku menelan ludah, melirik jam besar di tiang ruangan. Ha­ arena, bahkan tidak terlihat tersengal. Hanya kausnya yang sedi­ kit basah oleh keringat. ”Fantastico!” petarung satunya, yang masih berdiri kokoh di tengah Napas ”Bravo!” bisingan. arena, bahkan tidak terlihat tersengal. Hanya kausnya yang sedi­ Aku menelan ludah, melirik jam besar di tiang ruangan. Ha­ kit basah oleh keringat. ”Fantastico!” ”Bravo!” petarung satunya, yang masih berdiri kokoh di tengah Napas Aku menelan ludah, melirik jam besar di tiang ruangan. Ha­ arena, bahkan tidak terlihat tersengal. Hanya kausnya yang sedi­ kit basah oleh keringat. ”Fantastico!” ”Bravo!” petarung satunya, yang masih berdiri kokoh di tengah Napas Aku menelan ludah, melirik jam besar di tiang ruangan. Ha­ arena, bahkan tidak terlihat tersengal. Hanya kausnya yang sedi­ kit basah oleh keringat. ”Fantastico!” ”Bravo!” petarung satunya, yang masih berdiri kokoh di tengah Napas Aku menelan ludah, melirik jam besar di tiang ruangan. Ha­ arena, bahkan tidak terlihat tersengal. Hanya kausnya yang sedi­ nya dua menit lima belas detik lawan pertamanya dibuat ter­ kit basah oleh keringat. ”Fantastico!” ”Bravo!” arena, bahkan tidak terlihat tersengal. Hanya kausnya yang sedi­ Aku menelan ludah, melirik jam besar di tiang ruangan. Ha­ petarung satunya, yang masih berdiri kokoh di tengah Napas kit basah oleh keringat. nya dua menit lima belas detik lawan pertamanya dibuat ter­ ”Fantastico!” ”Bravo!” Aku menelan ludah, melirik jam besar di tiang ruangan. Ha­ arena, bahkan tidak terlihat tersengal. Hanya kausnya yang sedi­ nya dua menit lima belas detik lawan pertamanya dibuat ter­ kit basah oleh keringat. ”Fantastico!” ”Bravo!” Aku menelan ludah, melirik jam besar di tiang ruangan. Ha­ arena, bahkan tidak terlihat tersengal. Hanya kausnya yang sedi­ nya dua menit lima belas detik lawan pertamanya dibuat ter­ kit basah oleh keringat. ”Fantastico!” ”Bravo!” Aku menelan ludah, melirik jam besar di tiang ruangan. Ha­ arena, bahkan tidak terlihat tersengal. Hanya kausnya yang sedi­ nya dua menit lima belas detik lawan pertamanya dibuat ter­ kit basah oleh keringat. sungkur. ”Fantastico!” ”Bravo!” Aku menelan ludah, melirik jam besar di tiang ruangan. Ha­ kit basah oleh keringat. nya dua menit lima belas detik lawan pertamanya dibuat ter­ arena, bahkan tidak terlihat tersengal. Hanya kausnya yang sedi­ ”Fantastico!” sungkur. ”Bravo!” Aku menelan ludah, melirik jam besar di tiang ruangan. Ha­ nya dua menit lima belas detik lawan pertamanya dibuat ter­ kit basah oleh keringat. sungkur. ”Fantastico!” ”Bravo!” Aku menelan ludah, melirik jam besar di tiang ruangan. Ha­ nya dua menit lima belas detik lawan pertamanya dibuat ter­ kit basah oleh keringat. sungkur. ”Fantastico!” ”Bravo!” Aku menelan ludah, melirik jam besar di tiang ruangan. Ha­ nya dua menit lima belas detik lawan pertamanya dibuat ter­ kit basah oleh keringat. sungkur. ”Fantastico!” ”Kau tidak akan berubah pikiran, bukan?” Sebuah tangan ”Bravo!” Aku menelan ludah, melirik jam besar di tiang ruangan. Ha­ nya dua menit lima belas detik lawan pertamanya dibuat ter­ ”Fantastico!” sungkur. kit”Kau basah oleh keringat. ”Bravo!” tidak akan berubah pikiran, bukan?” Sebuah tangan Aku menelan ludah, melirik jam besar di tiang ruangan. Ha­ nya dua menit lima belas detik lawan pertamanya dibuat ter­ sungkur. ”Fantastico!” ”Kau tidak akan berubah pikiran, bukan?” Sebuah tangan ”Bravo!” Aku menelan ludah, melirik jam besar di tiang ruangan. Ha­ nya dua menit lima belas detik lawan pertamanya dibuat ter­ sungkur. ”Fantastico!” ”Kau tidak akan berubah pikiran, bukan?” Sebuah tangan ”Bravo!” Aku menelan ludah, melirik jam besar di tiang ruangan. Ha­ nya dua menit lima belas detik lawan pertamanya dibuat ter­ sungkur. ”Fantastico!” ”Kau tidak akan berubah pikiran, bukan?” Sebuah tangan ”Bravo!” menyikut lenganku, berkata kencang, berusaha mengalahkan bi­ Aku menelan ludah, melirik jam besar di tiang ruangan. Ha­ nya dua menit lima belas detik lawan pertamanya dibuat ter­ sungkur. ”Bravo!” ”Kau tidak akan berubah pikiran, bukan?” Sebuah tangan ”Fantastico!” Aku menelan ludah, melirik jam besar di tiang ruangan. Ha­ menyikut lenganku, berkata kencang, berusaha mengalahkan bi­ nya dua menit lima belas detik lawan pertamanya dibuat ter­ sungkur. ”Kau tidak akan berubah pikiran, bukan?” Sebuah tangan ”Bravo!” menyikut lenganku, berkata kencang, berusaha mengalahkan bi­ Aku menelan ludah, melirik jam besar di tiang ruangan. Ha­ nya dua menit lima belas detik lawan pertamanya dibuat ter­ sungkur. ”Kau tidak akan berubah pikiran, bukan?” Sebuah tangan ”Bravo!” menyikut lenganku, berkata kencang, berusaha mengalahkan bi­ Aku menelan ludah, melirik jam besar di tiang ruangan. Ha­ nya dua menit lima belas detik lawan pertamanya dibuat ter­ sungkur. ”Kau tidak akan berubah pikiran, bukan?” Sebuah tangan ”Bravo!” menyikut lenganku, berkata kencang, berusaha mengalahkan bi­ Aku menelan ludah, melirik jam besar di tiang ruangan. Ha­ sing. nya dua menit lima belas detik lawan pertamanya dibuat ter­ sungkur. ”Kau tidak akan berubah pikiran, bukan?” Sebuah tangan Aku menelan ludah, melirik jam besar di tiang ruangan. Ha­ menyikut lenganku, berkata kencang, berusaha mengalahkan bi­ ”Bravo!” nya dua menit lima belas detik lawan pertamanya dibuat ter­ sing. sungkur. ”Kau tidak akan berubah pikiran, bukan?” Sebuah tangan menyikut lenganku, berkata kencang, berusaha mengalahkan bi­ Aku menelan ludah, melirik jam besar di tiang ruangan. Ha­ sing. nya dua menit lima belas detik lawan pertamanya dibuat ter­ sungkur. ”Kau tidak akan berubah pikiran, bukan?” Sebuah tangan menyikut lenganku, berkata kencang, berusaha mengalahkan bi­ Aku menelan ludah, melirik jam besar di tiang ruangan. Ha­ sing. nya dua menit lima belas detik lawan pertamanya dibuat ter­ sungkur. ”Kau tidak akan berubah pikiran, bukan?” Sebuah tangan menyikut lenganku, berkata kencang, berusaha mengalahkan bi­ Aku menelan ludah, melirik jam besar di tiang ruangan. Ha­ sing. nya dua menit lima belas detik lawan pertamanya dibuat ter­ menoleh, menatap wajah menyebalkan di sebelahku. sungkur. ”Kau tidak akan berubah pikiran, bukan?” Sebuah tangan menyikut lenganku, berkata kencang, berusaha mengalahkan bi­ nya dua menit lima belas detik lawan pertamanya dibuat ter­ sing. menelan ludah, melirik jam besar di tiang ruangan. Ha­ sungkur. Aku menoleh, menatap wajah menyebalkan di sebelahku. ”Kau tidak akan berubah pikiran, bukan?” Sebuah tangan menyikut lenganku, berkata kencang, berusaha mengalahkan bi­ sing. nya dua menit lima belas detik lawan pertamanya dibuat ter­ Aku menoleh, menatap wajah menyebalkan di sebelahku. sungkur. ”Kau tidak akan berubah pikiran, bukan?” Sebuah tangan menyikut lenganku, berkata kencang, berusaha mengalahkan bi­ sing. nya dua menit lima belas detik lawan pertamanya dibuat ter­ Aku menoleh, menatap wajah menyebalkan di sebelahku. sungkur. ”Kau tidak akan berubah pikiran, bukan?” Sebuah tangan menyikut lenganku, berkata kencang, berusaha mengalahkan bi­ sing. nya dua menit lima belas detik lawan pertamanya dibuat ter­ Aku menoleh, menatap wajah menyebalkan di sebelahku. sungkur. ”Maksudku, jika kau mau, aku masih bisa membatalkan per­ ”Kau tidak akan berubah pikiran, bukan?” Sebuah tangan menyikut lenganku, berkata kencang, berusaha mengalahkan bi­ sing. sungkur. Aku menoleh, menatap wajah menyebalkan di sebelahku. nya dua menit lima belas detik lawan pertamanya dibuat ter­ ”Kau tidak akan berubah pikiran, bukan?” Sebuah tangan ”Maksudku, jika kau mau, aku masih bisa membatalkan per­ menyikut lenganku, berkata kencang, berusaha mengalahkan bi­ sing. Aku menoleh, menatap wajah menyebalkan di sebelahku. sungkur. ”Maksudku, jika kau mau, aku masih bisa membatalkan per­ ”Kau tidak akan berubah pikiran, bukan?” Sebuah tangan menyikut lenganku, berkata kencang, berusaha mengalahkan bi­ sing. Aku menoleh, menatap wajah menyebalkan di sebelahku. sungkur. ”Maksudku, jika kau mau, aku masih bisa membatalkan per­ ”Kau tidak akan berubah pikiran, bukan?” Sebuah tangan menyikut lenganku, berkata kencang, berusaha mengalahkan bi­ sing. Aku menoleh, menatap wajah menyebalkan di sebelahku. sungkur. ”Maksudku, jika kau mau, aku masih bisa membatalkan per­ ”Kau tidak akan berubah pikiran, bukan?” Sebuah tangan tarungan. Aku bisa pergi ke mereka, mengarang-ngarang alasan. menyikut lenganku, berkata kencang, berusaha mengalahkan bi­ sing. Aku menoleh, menatap wajah menyebalkan di sebelahku. ”Kau tidak akan berubah pikiran, bukan?” Sebuah tangan ”Maksudku, jika kau mau, aku masih bisa membatalkan per­ sungkur. menyikut lenganku, berkata kencang, berusaha mengalahkan bi­ tarungan. Aku bisa pergi ke mereka, mengarang-ngarang alasan. sing. Aku menoleh, menatap wajah menyebalkan di sebelahku. ”Maksudku, jika kau mau, aku masih bisa membatalkan per­ ”Kau tidak akan berubah pikiran, bukan?” Sebuah tangan tarungan. Aku bisa pergi ke mereka, mengarang-ngarang alasan. menyikut lenganku, berkata kencang, berusaha mengalahkan bi­ sing. Aku menoleh, menatap wajah menyebalkan di sebelahku. ”Maksudku, jika kau mau, aku masih bisa membatalkan per­ ”Kau tidak akan berubah pikiran, bukan?” Sebuah tangan tarungan. Aku bisa pergi ke mereka, mengarang-ngarang alasan. menyikut lenganku, berkata kencang, berusaha mengalahkan bi­ sing. Aku menoleh, menatap wajah menyebalkan di sebelahku. ”Maksudku, jika kau mau, aku masih bisa membatalkan per­ ”Kau tidak akan berubah pikiran, bukan?” Sebuah tangan tarungan. Aku bisa pergi ke mereka, mengarang-ngarang alasan. menyikut lenganku, berkata kencang, berusaha mengalahkan bi­ Kau sakit perut misalnya. Atau asmamu kambuh, mag kronis.” sing. Aku menoleh, menatap wajah menyebalkan di sebelahku. ”Maksudku, jika kau mau, aku masih bisa membatalkan per­ menyikut lenganku, berkata kencang, berusaha mengalahkan bi­ tarungan. Aku bisa pergi ke mereka, mengarang-ngarang alasan. ”Kau tidak akan berubah pikiran, bukan?” Sebuah tangan sing. Kau sakit perut misalnya. Atau asmamu kambuh, mag kronis.” Aku menoleh, menatap wajah menyebalkan di sebelahku. ”Maksudku, jika kau mau, aku masih bisa membatalkan per­ tarungan. Aku bisa pergi ke mereka, mengarang-ngarang alasan. menyikut lenganku, berkata kencang, berusaha mengalahkan bi­ Kau sakit perut misalnya. Atau asmamu kambuh, mag kronis.” sing. Aku menoleh, menatap wajah menyebalkan di sebelahku. ”Maksudku, jika kau mau, aku masih bisa membatalkan per­ tarungan. Aku bisa pergi ke mereka, mengarang-ngarang alasan. menyikut lenganku, berkata kencang, berusaha mengalahkan bi­ Kau sakit perut misalnya. Atau asmamu kambuh, mag kronis.” sing. Aku menoleh, menatap wajah menyebalkan di sebelahku. ”Maksudku, jika kau mau, aku masih bisa membatalkan per­ tarungan. Aku bisa pergi ke mereka, mengarang-ngarang alasan. menyikut lenganku, berkata kencang, berusaha mengalahkan bi­ Kau sakit perut misalnya. Atau asmamu kambuh, mag kronis.” sing. Theo mengangkat bahu, menunjuk salah satu sudut kerumunan, Aku menoleh, menatap wajah menyebalkan di sebelahku. ”Maksudku, jika kau mau, aku masih bisa membatalkan per­ tarungan. Aku bisa pergi ke mereka, mengarang-ngarang alasan. sing. Kau sakit perut misalnya. Atau asmamu kambuh, mag kronis.” menyikut lenganku, berkata kencang, berusaha mengalahkan bi­ Aku menoleh, menatap wajah menyebalkan di sebelahku. Theo mengangkat bahu, menunjuk salah satu sudut kerumunan, ”Maksudku, jika kau mau, aku masih bisa membatalkan per­ tarungan. Aku bisa pergi ke mereka, mengarang-ngarang alasan. Kau sakit perut misalnya. Atau asmamu kambuh, mag kronis.” sing. Theo mengangkat bahu, menunjuk salah satu sudut kerumunan, Aku menoleh, menatap wajah menyebalkan di sebelahku. ”Maksudku, jika kau mau, aku masih bisa membatalkan per­ tarungan. Aku bisa pergi ke mereka, mengarang-ngarang alasan. Kau sakit perut misalnya. Atau asmamu kambuh, mag kronis.” sing. Theo mengangkat bahu, menunjuk salah satu sudut kerumunan, Aku menoleh, menatap wajah menyebalkan di sebelahku. ”Maksudku, jika kau mau, aku masih bisa membatalkan per­ tarungan. Aku bisa pergi ke mereka, mengarang-ngarang alasan. Kau sakit perut misalnya. Atau asmamu kambuh, mag kronis.” sing. Theo mengangkat bahu, menunjuk salah satu sudut kerumunan, Aku menoleh, menatap wajah menyebalkan di sebelahku. tempat beberapa anggota klub petarung yang bertindak sebagai ”Maksudku, jika kau mau, aku masih bisa membatalkan per­ tarungan. Aku bisa pergi ke mereka, mengarang-ngarang alasan. Kau sakit perut misalnya. Atau asmamu kambuh, mag kronis.” Aku menoleh, menatap wajah menyebalkan di sebelahku. Theo mengangkat bahu, menunjuk salah satu sudut kerumunan, sing. ”Maksudku, jika kau mau, aku masih bisa membatalkan per­ tempat beberapa anggota klub petarung yang bertindak sebagai tarungan. Aku bisa pergi ke mereka, mengarang-ngarang alasan. Kau sakit perut misalnya. Atau asmamu kambuh, mag kronis.” Theo mengangkat bahu, menunjuk salah satu sudut kerumunan, Aku menoleh, menatap wajah menyebalkan di sebelahku. tempat beberapa anggota klub petarung yang bertindak sebagai ”Maksudku, jika kau mau, aku masih bisa membatalkan per­ tarungan. Aku bisa pergi ke mereka, mengarang-ngarang alasan. Kau sakit perut misalnya. Atau asmamu kambuh, mag kronis.” Theo mengangkat bahu, menunjuk salah satu sudut kerumunan, Aku menoleh, menatap wajah menyebalkan di sebelahku. tempat beberapa anggota klub petarung yang bertindak sebagai ”Maksudku, jika kau mau, aku masih bisa membatalkan per­ tarungan. Aku pergi ke mereka, mengarang-ngarang alasan. Kau sakit perut misalnya. Atau asmamu kambuh, mag kronis.” Theo mengangkat bahu, menunjuk salah satu sudut kerumunan, Aku menoleh, menatap wajah menyebalkan di tempat beberapa anggota klub petarung yang bertindak sebagai ”Maksudku, jika kau aku masih bisa membatalkan per­ tarungan. Aku bisa pergi ke mereka, mengarang-ngarang alasan. Kau sakit perutbisa misalnya. Atau asmamu kambuh, mag kronis.” Theo mengangkat bahu, menunjuk salah satu sudut kerumunan, ”Maksudku, jika kau mau, aku masih bisa membatalkan per­ tempat beberapa anggota klub petarung yang bertindak sebagai Aku menoleh, menatap wajah menyebalkan di sebelahku. sebelahku. tarungan. Aku bisa pergimau, ke mereka, mengarang-ngarang alasan.



Salah satu inspektur pertandingan meraih pengeras suara. Dia inspektur pertandingan malam ini. ”Atau kita bisa mengarang Theo, memotong kalimatnya, ”simpan omong kosongmu!” cerita, tiba-tiba bisulmu pecah....” Theo tertawa ringan, menyeka peluh di pelipis. ”Aku tidak akan membatalkan pertarungan,” aku menyergah Salah satu inspektur pertandingan meraih pengeras suara. Dia Theo, memotong kalimatnya, ”simpan omong kosongmu!” inspektur pertandingan malam ini. ”Atau kita bisa mengarang cerita, tiba-tiba bisulmu pecah....” mengenakan pakaian kerja seperti kebanyakan pengunjung Theo tertawa ringan, menyeka peluh di pelipis. ”Aku tidak akan membatalkan pertarungan,” aku menyergah Salah satu inspektur pertandingan meraih pengeras suara. Dia Theo, memotong kalimatnya, ”simpan omong kosongmu!” inspektur pertandingan malam ini. ”Atau kita bisa mengarang cerita, tiba-tiba bisulmu pecah....” Theo tertawa ringan, menyeka peluh di pelipis. mengenakan pakaian kerja seperti kebanyakan pengunjung ”Aku tidak akan membatalkan pertarungan,” aku menyergah inspektur pertandingan malam ini. ”Atau kita bisa mengarang Salah satu inspektur pertandingan meraih pengeras suara. Dia Theo, memotong kalimatnya, ”simpan omong kosongmu!” cerita, tiba-tiba bisulmu pecah....” mengenakan pakaian kerja seperti kebanyakan pengunjung Theo tertawa ringan, menyeka peluh di pelipis. ”Aku tidak akan membatalkan pertarungan,” aku menyergah Salah satu inspektur pertandingan meraih pengeras suara. Dia Theo, memotong kalimatnya, ”simpan omong kosongmu!” mengenakan pakaian kerja seperti kebanyakan pengunjung cerita, tiba-tiba bisulmu pecah....” Theo tertawa ringan, menyeka peluh di pelipis. ”Aku tidak akan membatalkan pertarungan,” aku menyergah Salah satu inspektur pertandingan meraih pengeras suara. Dia Theo, memotong kalimatnya, ”simpan omong kosongmu!” mengenakan pakaian kerja seperti kebanyakan pengunjung Theo tertawa ringan, menyeka peluh di pelipis. cerita, tiba-tiba bisulmu pecah....” ”Aku tidak akan membatalkan pertarungan,” aku menyergah lain—hanya kemejanya terlihat berantakan, keluar dari celana, Salah satu inspektur pertandingan meraih pengeras suara. Dia Theo, memotong kalimatnya, ”simpan omong kosongmu!” mengenakan pakaian kerja seperti kebanyakan pengunjung Theo tertawa ringan, menyeka peluh di pelipis. cerita, tiba-tiba bisulmu pecah....” ”Aku tidak akan membatalkan pertarungan,” aku menyergah Salah satu inspektur pertandingan meraih pengeras suara. Dia lain—hanya kemejanya terlihat berantakan, keluar dari celana, Theo, memotong kalimatnya, ”simpan omong kosongmu!” cerita, tiba-tiba bisulmu pecah....” mengenakan pakaian kerja seperti kebanyakan pengunjung Theo tertawa ringan, menyeka peluh di pelipis. ”Aku tidak akan membatalkan pertarungan,” aku menyergah lain—hanya kemejanya terlihat berantakan, keluar dari celana, Salah satu inspektur pertandingan meraih pengeras suara. Dia Theo, memotong kalimatnya, ”simpan omong kosongmu!” mengenakan pakaian kerja seperti kebanyakan pengunjung Theo tertawa ringan, menyeka peluh di pelipis. lain—hanya kemejanya terlihat berantakan, keluar dari celana, ”Aku tidak akan membatalkan pertarungan,” aku menyergah Salah satu inspektur pertandingan meraih pengeras suara. Dia Theo, memotong kalimatnya, ”simpan omong kosongmu!” mengenakan pakaian kerja seperti kebanyakan pengunjung Theo tertawa ringan, menyeka peluh di pelipis. lain—hanya kemejanya terlihat berantakan, keluar dari celana, Salah satu inspektur pertandingan meraih pengeras suara. Dia ”Aku tidak akan membatalkan pertarungan,” aku menyergah Theo, memotong kalimatnya, ”simpan omong kosongmu!” lengan dilipat, dan dasi entah tersumpal di mana. Dengan ba­ mengenakan pakaian kerja seperti kebanyakan pengunjung Theo tertawa ringan, menyeka peluh di pelipis. lain—hanya kemejanya terlihat berantakan, keluar dari celana, Salah satu inspektur pertandingan meraih pengeras suara. Dia ”Aku tidak akan membatalkan pertarungan,” aku menyergah Theo, memotong kalimatnya, ”simpan omong kosongmu!” mengenakan pakaian kerja seperti kebanyakan pengunjung lengan dilipat, dan dasi entah tersumpal di mana. Dengan ba­ Theo tertawa ringan, menyeka peluh di pelipis. ”Aku tidak akan membatalkan pertarungan,” aku menyergah lain—hanya kemejanya terlihat berantakan, keluar dari celana, Salah satu inspektur pertandingan meraih pengeras suara. Dia Theo, memotong kalimatnya, ”simpan omong kosongmu!” lengan dilipat, dan dasi entah tersumpal di mana. Dengan ba­ mengenakan pakaian kerja seperti kebanyakan pengunjung Theo tertawa ringan, menyeka peluh di pelipis. lain—hanya kemejanya terlihat berantakan, keluar dari celana, Salah satu inspektur pertandingan meraih pengeras suara. Dia lengan dilipat, dan dasi entah tersumpal di mana. Dengan ba­ Theo, memotong kalimatnya, ”simpan omong kosongmu!” mengenakan pakaian kerja seperti kebanyakan pengunjung Theo tertawa ringan, menyeka peluh di pelipis. lain—hanya kemejanya terlihat berantakan, keluar dari celana, Salah satu inspektur pertandingan meraih pengeras suara. Dia lengan dilipat, dan dasi entah tersumpal di mana. Dengan ba­ mengenakan pakaian kerja seperti kebanyakan pengunjung Theo, memotong kalimatnya, ”simpan omong kosongmu!” Theo tertawa ringan, menyeka peluh di pelipis. hasa Inggris bercampur Portugis yang sama fasihnya, dia berseru lain—hanya kemejanya terlihat berantakan, keluar dari celana, Salah satu inspektur pertandingan meraih pengeras suara. Dia lengan dilipat, dan dasi entah tersumpal di mana. Dengan ba­ mengenakan pakaian kerja seperti kebanyakan pengunjung Theo, memotong kalimatnya, ”simpan omong kosongmu!” Theo tertawa ringan, menyeka peluh di pelipis. lain—hanya kemejanya terlihat berantakan, keluar dari celana, hasa Inggris bercampur Portugis yang sama fasihnya, dia berseru Salah satu inspektur pertandingan meraih pengeras suara. Dia Theo, memotong kalimatnya, ”simpan omong kosongmu!” lengan dilipat, dan dasi entah tersumpal di mana. Dengan ba­ mengenakan pakaian kerja seperti kebanyakan pengunjung Theo tertawa ringan, menyeka peluh di pelipis. hasa Inggris bercampur Portugis yang sama fasihnya, dia berseru lain—hanya kemejanya terlihat berantakan, keluar dari celana, Salah satu inspektur pertandingan meraih pengeras suara. Dia lengan dilipat, dan dasi entah tersumpal di mana. Dengan ba­ mengenakan pakaian kerja seperti kebanyakan pengunjung hasa Inggris bercampur Portugis yang sama fasihnya, dia berseru Theo tertawa ringan, menyeka peluh di pelipis. lain—hanya kemejanya terlihat berantakan, keluar dari celana, Salah satu inspektur pertandingan meraih pengeras suara. Dia lengan dilipat, dan dasi entah tersumpal di mana. Dengan ba­ mengenakan pakaian kerja seperti kebanyakan pengunjung hasa Inggris bercampur Portugis yang sama fasihnya, dia berseru lain—hanya kemejanya terlihat berantakan, keluar dari celana, Theo tertawa ringan, menyeka peluh di pelipis. Salah satu inspektur pertandingan meraih pengeras suara. Dia tentang pertarungan yang baru saja selesai. lengan dilipat, dan dasi entah tersumpal di mana. Dengan ba­ mengenakan pakaian kerja seperti kebanyakan pengunjung hasa Inggris bercampur Portugis yang sama fasihnya, dia berseru lain—hanya kemejanya terlihat berantakan, keluar dari celana, Theo tertawa ringan, menyeka peluh di pelipis. Salah satu inspektur pertandingan meraih pengeras suara. Dia lengan dilipat, dan dasi entah tersumpal di mana. Dengan ba­ tentang pertarungan yang baru saja selesai. mengenakan pakaian kerja seperti kebanyakan pengunjung Theo tertawa ringan, menyeka peluh di pelipis. hasa Inggris bercampur Portugis yang sama fasihnya, dia berseru lain—hanya kemejanya terlihat berantakan, keluar dari celana, Salah satu inspektur pertandingan meraih pengeras suara. Dia tentang pertarungan yang baru saja selesai. lengan dilipat, dan dasi entah tersumpal di mana. Dengan ba­ mengenakan pakaian kerja seperti kebanyakan pengunjung hasa Inggris bercampur Portugis yang sama fasihnya, dia berseru lain—hanya kemejanya terlihat berantakan, keluar dari celana, tentang pertarungan yang baru saja selesai. Salah satu inspektur pertandingan meraih pengeras suara. Dia lengan dilipat, dan dasi entah tersumpal di mana. Dengan ba­ mengenakan pakaian kerja seperti kebanyakan pengunjung hasa Inggris bercampur Portugis yang sama fasihnya, dia berseru lain—hanya kemejanya terlihat berantakan, keluar dari celana, tentang pertarungan yang baru saja selesai. lengan dilipat, dan dasi entah tersumpal di mana. Dengan ba­ Salah satu inspektur pertandingan meraih pengeras suara. Dia mengenakan pakaian kerja seperti kebanyakan pengunjung ”Luar biasa. Pertarungan yang luar biasa, ladies and gentlemen. hasa Inggris bercampur Portugis yang sama fasihnya, dia berseru lain—hanya kemejanya terlihat berantakan, keluar dari celana, tentang pertarungan yang baru saja selesai. lengan dilipat, dan dasi entah tersumpal di mana. Dengan ba­ Salah satu inspektur pertandingan meraih pengeras suara. Dia mengenakan pakaian kerja seperti kebanyakan pengunjung hasa Inggris bercampur Portugis yang sama fasihnya, dia berseru ”Luar biasa. Pertarungan yang luar biasa, ladies and gentlemen. lain—hanya kemejanya terlihat berantakan, keluar dari celana, Salah satu inspektur pertandingan meraih pengeras suara. Dia tentang pertarungan yang baru saja selesai. lengan dilipat, dan dasi entah tersumpal di mana. Dengan ba­ mengenakan pakaian kerja seperti kebanyakan pengunjung ”Luar biasa. Pertarungan yang luar biasa, ladies and gentlemen. hasa Inggris bercampur Portugis yang sama fasihnya, dia berseru lain—hanya kemejanya terlihat berantakan, keluar dari celana, tentang pertarungan yang baru saja selesai. lengan dilipat, dan dasi entah tersumpal di mana. Dengan ba­ ”Luar biasa. Pertarungan yang luar biasa, ladies and gentlemen. mengenakan pakaian kerja seperti kebanyakan pengunjung hasa Inggris bercampur Portugis yang sama fasihnya, dia berseru lain—hanya kemejanya terlihat berantakan, keluar dari celana, tentang pertarungan yang baru saja selesai. lengan dilipat, dan dasi entah tersumpal di mana. Dengan ba­ ”Luar biasa. Pertarungan yang luar biasa, ladies and gentlemen. hasa Inggris bercampur Portugis yang sama fasihnya, dia berseru mengenakan pakaian kerja seperti kebanyakan pengunjung lain—hanya kemejanya terlihat berantakan, keluar dari celana, Well, simpan teriakan kalian. Pertarungan kedua akan segera tentang pertarungan yang baru saja selesai. lengan dilipat, dan dasi entah tersumpal di mana. Dengan ba­ ”Luar biasa. Pertarungan yang luar biasa, ladies and gentlemen. hasa Inggris bercampur Portugis yang sama fasihnya, dia berseru mengenakan pakaian kerja seperti kebanyakan pengunjung lain—hanya kemejanya terlihat berantakan, keluar dari celana, tentang pertarungan yang baru saja selesai. Well, simpan teriakan kalian. Pertarungan kedua akan segera lengan dilipat, dan dasi entah tersumpal di mana. Dengan ba­ mengenakan pakaian kerja seperti kebanyakan pengunjung ”Luar biasa. Pertarungan yang luar biasa, ladies and gentlemen. hasa Inggris bercampur Portugis yang sama fasihnya, dia berseru lain—hanya kemejanya terlihat berantakan, keluar dari celana, Well, simpan teriakan kalian. Pertarungan kedua akan segera tentang pertarungan yang baru saja selesai. lengan dilipat, dan dasi entah tersumpal di mana. Dengan ba­ ”Luar biasa. Pertarungan yang luar biasa, ladies and gentlemen. hasa Inggris bercampur Portugis yang sama fasihnya, dia berseru Well, simpan teriakan kalian. Pertarungan kedua akan segera lain—hanya kemejanya terlihat berantakan, keluar dari celana, tentang pertarungan yang baru saja selesai. lengan dilipat, dan dasi entah tersumpal di mana. Dengan ba­ ”Luar biasa. Pertarungan yang luar biasa, ladies and gentlemen. hasa Inggris bercampur Portugis yang sama fasihnya, dia berseru Well, simpan teriakan kalian. Pertarungan kedua akan segera tentang pertarungan yang baru saja selesai. lain—hanya kemejanya terlihat berantakan, keluar dari celana, lengan dilipat, dan dasi entah tersumpal di mana. Dengan ba­ tiba. Kami sudah menyiapkan sang penantang lokal yang telah ”Luar biasa. Pertarungan yang luar biasa, ladies and gentlemen. hasa Inggris bercampur Portugis yang sama fasihnya, dia berseru Well, simpan teriakan kalian. Pertarungan kedua akan segera tentang pertarungan yang baru saja selesai. lain—hanya kemejanya terlihat berantakan, keluar dari celana, lengan dilipat, dan dasi entah tersumpal di mana. Dengan ba­ ”Luar biasa. Pertarungan yang luar biasa, ladies and gentlemen. tiba. Kami sudah menyiapkan sang penantang lokal yang telah hasa Inggris bercampur Portugis yang sama fasihnya, dia berseru lain—hanya kemejanya terlihat berantakan, keluar dari celana, Well, simpan teriakan kalian. Pertarungan kedua akan segera tentang pertarungan yang baru saja selesai. lengan dilipat, dan dasi entah tersumpal di mana. Dengan ba­ tiba. Kami sudah menyiapkan sang penantang lokal yang telah ”Luar biasa. Pertarungan yang luar biasa, ladies and gentlemen. hasa Inggris bercampur Portugis yang sama fasihnya, dia berseru Well, simpan teriakan kalian. Pertarungan kedua akan segera tentang pertarungan yang baru saja selesai. tiba. Kami sudah menyiapkan sang penantang lokal yang telah lengan dilipat, dan dasi entah tersumpal di mana. Dengan ba­ ”Luar biasa. Pertarungan yang luar biasa, ladies and gentlemen. hasa Inggris bercampur Portugis yang sama fasihnya, dia berseru Well, simpan teriakan kalian. Pertarungan kedua akan segera tentang pertarungan yang baru saja selesai. tiba. Kami sudah menyiapkan sang penantang lokal yang telah ”Luar biasa. Pertarungan yang luar biasa, ladies and gentlemen. lengan dilipat, dan dasi entah tersumpal di mana. Dengan ba­ hasa Inggris bercampur Portugis yang sama fasihnya, dia berseru menunggu giliran bertarung sejak enam bulan.” Wajah inspektur Well, simpan teriakan kalian. Pertarungan kedua akan segera tentang pertarungan yang baru saja selesai. tiba. Kami sudah menyiapkan sang penantang lokal yang telah ”Luar biasa. Pertarungan yang luar biasa, ladies and gentlemen. lengan dilipat, dan dasi entah tersumpal di mana. Dengan ba­ hasa Inggris bercampur Portugis yang sama fasihnya, dia berseru Well, simpan teriakan kalian. Pertarungan kedua akan segera menunggu giliran bertarung sejak enam bulan.” Wajah inspektur tentang pertarungan yang baru saja selesai. lengan dilipat, dan dasi entah tersumpal di mana. Dengan ba­ tiba. Kami sudah menyiapkan sang penantang lokal yang telah ”Luar biasa. Pertarungan yang luar biasa, ladies and gentlemen. hasa Inggris bercampur Portugis yang sama fasihnya, dia berseru menunggu giliran bertarung sejak enam bulan.” Wajah inspektur Well, simpan teriakan kalian. Pertarungan kedua akan segera tentang pertarungan yang baru saja selesai. tiba. Kami sudah menyiapkan sang penantang lokal yang telah ”Luar biasa. Pertarungan yang luar biasa, ladies and gentlemen. menunggu giliran bertarung sejak enam bulan.” Wajah inspektur hasa Inggris bercampur Portugis yang sama fasihnya, dia berseru Well, simpan teriakan kalian. Pertarungan kedua akan segera tentang pertarungan yang baru saja selesai. tiba. Kami sudah menyiapkan sang penantang lokal yang telah ”Luar biasa. Pertarungan yang luar biasa, ladies and gentlemen. menunggu giliran bertarung sejak enam bulan.” Wajah inspektur Well, simpan teriakan kalian. Pertarungan kedua akan segera hasa Inggris bercampur Portugis yang sama fasihnya, dia berseru tentang pertarungan yang baru saja selesai. antusias, juga keramaian di ruangan. ”Jangan lupa, seperti yang tiba. Kami sudah menyiapkan sang penantang lokal yang telah ”Luar biasa. Pertarungan yang luar biasa, ladies and gentlemen. menunggu giliran bertarung sejak enam bulan.” Wajah inspektur Well, simpan teriakan kalian. Pertarungan kedua akan segera hasa Inggris bercampur Portugis yang sama fasihnya, dia berseru tentang pertarungan yang baru saja selesai. tiba. Kami sudah menyiapkan sang penantang lokal yang telah antusias, juga keramaian di ruangan. ”Jangan lupa, seperti yang ”Luar biasa. Pertarungan yang luar biasa, ladies and gentlemen. hasa Inggris bercampur Portugis yang sama fasihnya, dia berseru menunggu giliran bertarung sejak enam bulan.” Wajah inspektur Well, simpan teriakan kalian. Pertarungan kedua akan segera tentang pertarungan yang baru saja selesai. antusias, juga keramaian dibaru ruangan. ”Jangan lupa, seperti yang tiba. Kami sudah menyiapkan sang penantang lokal yang telah ”Luar biasa. Pertarungan yang luar biasa, ladies and gentlemen. menunggu giliran bertarung sejak enam bulan.” Wajah inspektur Well, simpan teriakan kalian. Pertarungan kedua akan segera antusias, juga keramaian di ruangan. ”Jangan lupa, seperti yang tentang pertarungan yang saja selesai. tiba. Kami sudah menyiapkan sang penantang lokal yang telah ”Luar biasa. Pertarungan yang luar biasa, ladies and gentlemen. menunggu giliran bertarung sejak enam bulan.” Wajah inspektur Well, simpan teriakan kalian. Pertarungan kedua akan segera antusias, juga keramaian di ruangan. ”Jangan lupa, seperti yang tiba. Kami sudah menyiapkan sang penantang lokal yang telah tentang pertarungan yang baru saja selesai. ”Luar biasa. Pertarungan yang luar biasa, ladies and gentlemen. kami sebutkan pada awal pertemuan malam ini, kami telah me­ menunggu giliran bertarung sejak enam bulan.” Wajah inspektur Well, simpan teriakan kalian. Pertarungan kedua akan segera antusias, juga keramaian di ruangan. ”Jangan lupa, seperti yang tiba. Kami sudah menyiapkan sang penantang lokal yang telah tentang pertarungan yang baru saja selesai. ”Luar biasa. Pertarungan yang luar biasa, ladies and gentlemen. menunggu giliran bertarung sejak enam bulan.” Wajah inspektur kami sebutkan pada awal pertemuan malam ini, kami telah me­ Well, simpan teriakan kalian. Pertarungan kedua akan segera tentang pertarungan yang baru saja selesai. antusias, juga keramaian di ruangan. ”Jangan lupa, seperti yang tiba. Kami sudah menyiapkan sang penantang lokal yang telah ”Luar biasa. Pertarungan yang luar biasa, ladies and gentlemen. kami sebutkan pada awal pertemuan malam ini, kami telah me­ menunggu giliran bertarung sejak enam bulan.” Wajah inspektur Well, simpan teriakan kalian. Pertarungan kedua akan segera antusias, juga keramaian di ruangan. ”Jangan lupa, seperti yang tiba. Kami sudah menyiapkan sang penantang lokal yang telah kami sebutkan pada awal pertemuan malam ini, kami telah me­ ”Luar biasa. Pertarungan yang luar biasa, ladies and gentlemen. menunggu giliran bertarung sejak enam bulan.” Wajah inspektur Well, simpan teriakan kalian. Pertarungan kedua akan segera antusias, juga keramaian di ruangan. ”Jangan lupa, seperti yang tiba. Kami sudah menyiapkan sang penantang lokal yang telah kami sebutkan pada awal pertemuan malam ini, kami telah me­ menunggu giliran bertarung sejak enam bulan.” Wajah inspektur ”Luar biasa. Pertarungan yang luar biasa, ladies and gentlemen. Well, simpan teriakan kalian. Pertarungan kedua akan segera nyiapkan kejutan besar di pertarungan terakhir, ladies and gentle­ antusias, juga keramaian di ruangan. ”Jangan lupa, seperti yang tiba. Kami sudah menyiapkan sang penantang lokal yang telah kami sebutkan pada awal pertemuan malam ini, kami telah me­ menunggu giliran bertarung sejak enam bulan.” Wajah inspektur ”Luar biasa. Pertarungan yang luar biasa, ladies and gentlemen. Well, simpan teriakan kalian. Pertarungan kedua akan segera antusias, juga keramaian di ruangan. ”Jangan lupa, seperti yang nyiapkan kejutan besar di pertarungan terakhir, ladies and gentle­ tiba. Kami sudah menyiapkan sang penantang lokal yang telah ”Luar biasa. Pertarungan yang luar biasa, ladies and gentlemen. kami sebutkan pada awal pertemuan malam ini, kami telah me­ menunggu giliran bertarung sejak enam bulan.” Wajah inspektur Well, simpan teriakan kalian. Pertarungan kedua akan segera nyiapkan kejutan besar di pertarungan terakhir, ladies and gentle­ antusias, juga keramaian di ruangan. ”Jangan lupa, seperti yang tiba. Kami sudah menyiapkan sang penantang lokal yang telah kami sebutkan pada awal pertemuan malam ini, kami telah me­ menunggu giliran bertarung sejak enam bulan.” Wajah inspektur nyiapkan kejutan besar di pertarungan terakhir, ladies and gentle­ Well, simpan teriakan kalian. Pertarungan kedua akan segera antusias, juga keramaian di ruangan. ”Jangan lupa, seperti yang tiba. Kami sudah menyiapkan sang penantang lokal yang telah kami sebutkan pada awal pertemuan malam ini, kami telah me­ menunggu giliran bertarung sejak enam bulan.” Wajah inspektur nyiapkan kejutan besar di pertarungan terakhir, ladies and gentle­ antusias, juga keramaian di ruangan. ”Jangan lupa, seperti yang Well, simpan teriakan kalian. Pertarungan kedua akan segera tiba. Kami sudah menyiapkan sang penantang lokal yang telah men. Ini sungguh kejutan hebat. Kalian pasti suka.” kami sebutkan pada awal pertemuan malam ini, kami telah me­ menunggu giliran bertarung sejak enam bulan.” Wajah inspektur nyiapkan kejutan besar di pertarungan terakhir, ladies and gentle­ antusias, juga keramaian di ruangan. ”Jangan lupa, seperti yang Well, simpan teriakan kalian. Pertarungan kedua akan segera tiba. Kami sudah menyiapkan sang penantang lokal yang telah kami sebutkan pada awal pertemuan malam ini, kami telah me­ men. Ini sungguh kejutan hebat. Kalian pasti suka.” menunggu giliran bertarung sejak enam bulan.” Wajah inspektur Well, simpan teriakan kalian. Pertarungan kedua akan segera nyiapkan kejutan besar di pertarungan terakhir, ladies and gentle­ antusias, juga keramaian di ruangan. ”Jangan lupa, seperti yang tiba. Kami sudah menyiapkan sang penantang lokal yang telah men. Ini sungguh kejutan hebat. Kalian pasti suka.” kami sebutkan pada awal pertemuan malam ini, kami telah me­ menunggu giliran bertarung sejak enam bulan.” Wajah inspektur nyiapkan kejutan besar di pertarungan terakhir, ladies and gentle­ antusias, juga keramaian di ruangan. ”Jangan lupa, seperti yang men. Ini sungguh kejutan hebat. Kalian pasti suka.” tiba. Kami sudah menyiapkan sang penantang lokal yang telah kami sebutkan pada awal pertemuan malam ini, kami telah me­ menunggu giliran bertarung sejak enam bulan.” Wajah inspektur nyiapkan kejutan besar di pertarungan terakhir, ladies and gentle­ antusias, juga keramaian di ruangan. ”Jangan lupa, seperti yang men. Ini sungguh kejutan hebat. Kalian pasti suka.” kami sebutkan pada awal pertemuan malam ini, kami telah me­ tiba. Kami sudah menyiapkan sang penantang lokal yang telah menunggu giliran bertarung sejak enam bulan.” Wajah inspektur Petarung yang masih bertahan di tengah lingkaran merah nyiapkan kejutan besar di pertarungan terakhir, ladies and gentle­ antusias, juga keramaian di ruangan. ”Jangan lupa, seperti yang men. Ini sungguh kejutan hebat. Kalian pasti suka.” kami sebutkan pada awal pertemuan malam ini, kami telah me­ tiba. Kami sudah menyiapkan sang penantang lokal yang telah menunggu giliran bertarung sejak enam bulan.” Wajah inspektur nyiapkan kejutan besar di pertarungan terakhir, ladies and gentle­ Petarung yang masih bertahan di tengah lingkaran merah antusias, juga keramaian di ruangan. ”Jangan lupa, seperti yang tiba. Kami sudah menyiapkan sang penantang lokal yang telah men. Ini sungguh kejutan hebat. Kalian pasti suka.” kami sebutkan pada awal pertemuan malam ini, kami telah me­ menunggu giliran bertarung sejak enam bulan.” Wajah inspektur Petarung yang masih bertahan di tengah lingkaran merah nyiapkan kejutan besar di pertarungan terakhir, ladies and gentle­ antusias, juga keramaian di ruangan. ”Jangan lupa, seperti yang men. Ini sungguh kejutan hebat. Kalian pasti suka.” kami sebutkan pada awal pertemuan malam ini, kami telah me­ Petarung yang masih bertahan di tengah lingkaran merah menunggu giliran bertarung sejak enam bulan.” Wajah inspektur nyiapkan kejutan besar di pertarungan terakhir, ladies and gentle­ antusias, juga keramaian di ruangan. ”Jangan lupa, seperti yang men. Ini sungguh kejutan hebat. Kalian pasti suka.” kami sebutkan pada awal pertemuan malam ini, kami telah me­ Petarung yang masih bertahan di tengah lingkaran merah nyiapkan kejutan besar di pertarungan terakhir, ladies and gentle­ menunggu giliran bertarung sejak enam bulan.” Wajah inspektur antusias, juga keramaian di ruangan. ”Jangan lupa, seperti yang menolak duduk di kursi yang disediakan. Dia memilih berdiri, men. Ini sungguh kejutan hebat. Kalian pasti suka.” kami sebutkan pada awal pertemuan malam ini, kami telah me­ Petarung yang masih bertahan di tengah lingkaran merah nyiapkan kejutan besar di pertarungan terakhir, ladies and gentle­ menunggu giliran bertarung sejak enam bulan.” Wajah inspektur antusias, juga keramaian di ruangan. ”Jangan lupa, seperti yang men. Ini sungguh kejutan hebat. Kalian pasti suka.” menolak duduk di kursi yang disediakan. Dia memilih berdiri, kami sebutkan pada awal pertemuan malam ini, kami telah me­ menunggu giliran bertarung sejak enam bulan.” Wajah inspektur Petarung yang masih bertahan di tengah lingkaran merah nyiapkan kejutan besar di pertarungan terakhir, ladies and gentle­ antusias, juga keramaian di ruangan. ”Jangan lupa, seperti yang menolak duduk di kursi yang disediakan. Dia memilih berdiri, men. Ini sungguh kejutan hebat. Kalian pasti suka.” kami sebutkan pada awal pertemuan malam ini, kami telah me­ Petarung yang masih bertahan di tengah lingkaran merah nyiapkan kejutan besar di pertarungan terakhir, ladies and gentle­ menolak duduk di kursi yang disediakan. Dia memilih berdiri, antusias, juga keramaian di ruangan. ”Jangan lupa, seperti yang men. Ini sungguh kejutan hebat. Kalian pasti suka.” kami sebutkan pada awal pertemuan malam ini, kami telah me­ Petarung yang masih bertahan di tengah lingkaran merah nyiapkan kejutan besar di pertarungan terakhir, ladies and gentle­ menolak duduk di kursi yang disediakan. Dia memilih berdiri, men. Ini sungguh kejutan hebat. Kalian pasti suka.” antusias, juga keramaian di ruangan. ”Jangan lupa, seperti yang kami sebutkan pada awal pertemuan malam ini, kami telah me­ melemaskan bahunya. Tatapan matanya tajam, gestur wajahnya Petarung yang masih bertahan di tengah lingkaran merah nyiapkan kejutan besar di pertarungan terakhir, ladies and gentle­ menolak duduk di kursi yang disediakan. Dia memilih berdiri, men. Ini sungguh kejutan hebat. Kalian pasti suka.” antusias, juga keramaian di ruangan. ”Jangan lupa, seperti yang kami sebutkan pada awal pertemuan malam ini, kami telah me­ Petarung yang masih bertahan di tengah lingkaran merah melemaskan bahunya. Tatapan matanya tajam, gestur wajahnya nyiapkan kejutan besar di pertarungan terakhir, ladies and gentle­ antusias, juga keramaian di ruangan. ”Jangan lupa, seperti yang menolak duduk di kursi yang disediakan. Dia memilih berdiri, men. Ini sungguh kejutan hebat. Kalian pasti suka.” kami sebutkan pada awal pertemuan malam ini, kami telah me­ melemaskan bahunya. Tatapan matanya tajam, gestur wajahnya Petarung yang masih bertahan di tengah lingkaran merah nyiapkan kejutan besar di pertarungan terakhir, ladies and gentle­ menolak duduk di kursi yang disediakan. Dia memilih berdiri, men. Ini sungguh kejutan hebat. Kalian pasti suka.” melemaskan bahunya. Tatapan matanya tajam, gestur wajahnya kami sebutkan pada awal pertemuan malam ini, kami telah me­ Petarung yang masih bertahan di tengah lingkaran merah nyiapkan kejutan besar di pertarungan terakhir, ladies and gentle­ menolak duduk di kursi yang disediakan. Dia memilih berdiri, men. Ini sungguh kejutan hebat. Kalian pasti suka.” melemaskan bahunya. Tatapan matanya tajam, gestur wajahnya Petarung yang masih bertahan di tengah lingkaran merah kami sebutkan pada awal pertemuan malam ini, kami telah me­ nyiapkan kejutan besar di pertarungan terakhir, ladies and gentle­ tenang. Sama sekali tidak terpengaruh situasi sekitar. Sementara menolak duduk di kursi yang disediakan. Dia memilih berdiri, men. Ini sungguh kejutan hebat. Kalian pasti suka.” melemaskan bahunya. Tatapan matanya tajam, gestur wajahnya Petarung yang masih bertahan di tengah lingkaran merah kami sebutkan pada awal pertemuan malam ini, kami telah me­ nyiapkan kejutan besar di pertarungan terakhir, ladies and gentle­ menolak duduk di kursi yang disediakan. Dia memilih berdiri, tenang. Sama sekali tidak terpengaruh situasi sekitar. Sementara men. Ini sungguh kejutan hebat. Kalian pasti suka.” kami sebutkan pada awal pertemuan malam ini, kami telah me­ melemaskan bahunya. Tatapan matanya tajam, gestur wajahnya Petarung yang masih bertahan di tengah lingkaran merah nyiapkan kejutan besar di pertarungan terakhir, ladies and gentle­ tenang. Sama sekali tidak terpengaruh situasi sekitar. Sementara menolak duduk di kursi yang disediakan. Dia memilih berdiri, men. Ini sungguh kejutan hebat. Kalian pasti suka.” melemaskan bahunya. Tatapan matanya tajam, gestur wajahnya Petarung yang masih bertahan di tengah lingkaran merah tenang. Sama sekali tidak terpengaruh situasi sekitar. Sementara nyiapkan kejutan besar di pertarungan terakhir, ladies and gentle­ menolak duduk di kursi yang disediakan. Dia memilih berdiri, men. Ini sungguh kejutan hebat. Kalian pasti suka.” melemaskan bahunya. Tatapan matanya tajam, gestur wajahnya Petarung yang masih bertahan di tengah lingkaran merah tenang. Sama sekali tidak terpengaruh situasi sekitar. Sementara menolak duduk di kursi yang disediakan. Dia memilih berdiri, nyiapkan kejutan besar di pertarungan terakhir, ladies and gentle­ men. Ini sungguh kejutan hebat. Kalian pasti suka.” penantang keduanya bersiap di tepi lingkaran. Dia memasang melemaskan bahunya. Tatapan matanya tajam, gestur wajahnya Petarung yang masih bertahan di tengah lingkaran merah tenang. Sama sekali tidak terpengaruh situasi sekitar. Sementara menolak duduk di kursi yang disediakan. Dia memilih berdiri, nyiapkan kejutan besar di pertarungan terakhir, ladies and gentle­ men. Ini sungguh kejutan hebat. Kalian pasti suka.” melemaskan bahunya. Tatapan matanya tajam, gestur wajahnya penantang keduanya bersiap di tepi lingkaran. Dia memasang Petarung yang masih bertahan di tengah lingkaran merah nyiapkan kejutan besar di pertarungan terakhir, ladies and gentle­ tenang. Sama sekali tidak terpengaruh situasi sekitar. Sementara menolak duduk di kursi yang disediakan. Dia memilih berdiri, men. Ini sungguh kejutan hebat. Kalian pasti suka.” penantang keduanya bersiap di tepi lingkaran. Dia memasang melemaskan bahunya. Tatapan matanya tajam, gestur wajahnya Petarung yang masih bertahan di tengah lingkaran merah tenang. Sama sekali tidak terpengaruh situasi sekitar. Sementara menolak duduk di kursi yang disediakan. Dia memilih berdiri, penantang keduanya bersiap di tepi lingkaran. Dia memasang men. Ini sungguh kejutan hebat. Kalian pasti suka.” melemaskan bahunya. Tatapan matanya tajam, gestur wajahnya Petarung yang masih bertahan di tengah lingkaran merah tenang. Sama sekali tidak terpengaruh situasi sekitar. Sementara menolak duduk di kursi yang disediakan. Dia memilih berdiri, penantang keduanya bersiap di tepi lingkaran. Dia memasang melemaskan bahunya. Tatapan matanya tajam, gestur wajahnya men. Ini sungguh kejutan hebat. Kalian pasti suka.” Petarung yang masih bertahan di tengah lingkaran merah sarung tinju tipis dan pelindung kepala. Beberapa orang berseru tenang. Sama sekali tidak terpengaruh situasi sekitar. Sementara menolak duduk di kursi yang disediakan. Dia memilih berdiri, penantang keduanya bersiap di tepi lingkaran. Dia memasang melemaskan bahunya. Tatapan matanya tajam, gestur wajahnya men. Ini sungguh kejutan hebat. Kalian pasti suka.” Petarung yang masih bertahan di tengah lingkaran merah tenang. Sama sekali tidak terpengaruh situasi sekitar. Sementara sarung tinju tipis dan pelindung kepala. Beberapa orang berseru menolak duduk di kursi yang disediakan. Dia memilih berdiri, men. Ini sungguh kejutan hebat. Kalian pasti suka.” penantang keduanya bersiap di tepi lingkaran. Dia memasang melemaskan bahunya. Tatapan matanya tajam, gestur wajahnya Petarung yang masih bertahan di tengah lingkaran merah sarung tinju tipis dan pelindung kepala. Beberapa orang berseru tenang. Sama sekali tidak terpengaruh situasi sekitar. Sementara menolak duduk di kursi yang disediakan. Dia memilih berdiri, penantang keduanya bersiap di tepi lingkaran. Dia memasang melemaskan bahunya. Tatapan matanya tajam, gestur wajahnya sarung tinju tipis dan pelindung kepala. Beberapa orang berseru Petarung yang masih bertahan di tengah lingkaran merah tenang. Sama sekali tidak terpengaruh situasi sekitar. Sementara menolak duduk di kursi yang disediakan. Dia memilih berdiri, penantang keduanya bersiap di tepi lingkaran. Dia memasang melemaskan bahunya. Tatapan matanya tajam, gestur wajahnya sarung tinju tipis dan pelindung kepala. Beberapa orang berseru tenang. Sama sekali tidak terpengaruh situasi sekitar. Sementara Petarung yang masih bertahan di tengah lingkaran merah menolak duduk di kursi yang disediakan. Dia memilih berdiri, menyemangati, menepuk-nepuk bahu. Detik-detik pertarungan penantang keduanya bersiap di tepi lingkaran. Dia memasang melemaskan bahunya. Tatapan matanya tajam, gestur wajahnya sarung tinju tipis dan pelindung kepala. Beberapa orang berseru tenang. Sama sekali tidak terpengaruh situasi sekitar. Sementara Petarung yang masih bertahan di tengah lingkaran merah menolak duduk di kursi yang disediakan. Dia memilih berdiri, penantang keduanya bersiap di tepi lingkaran. Dia memasang menyemangati, menepuk-nepuk bahu. Detik-detik pertarungan melemaskan bahunya. Tatapan matanya tajam, gestur wajahnya Petarung yang masih bertahan di tengah lingkaran merah sarung tinju tipis dan pelindung kepala. Beberapa orang berseru tenang. Sama sekali tidak terpengaruh situasi sekitar. Sementara menolak duduk di kursi yang disediakan. Dia memilih berdiri, menyemangati, menepuk-nepuk bahu. Detik-detik pertarungan penantang keduanya bersiap di tepi lingkaran. Dia memasang melemaskan bahunya. Tatapan matanya tajam, gestur wajahnya sarung tinju tipis dan pelindung kepala. Beberapa orang berseru tenang. Sama sekali tidak terpengaruh situasi sekitar. Sementara menyemangati, menepuk-nepuk bahu. Detik-detik pertarungan menolak duduk di kursi yang disediakan. Dia memilih berdiri, penantang keduanya bersiap di tepi lingkaran. Dia memasang melemaskan bahunya. Tatapan matanya tajam, gestur wajahnya sarung tinju tipis dan pelindung kepala. Beberapa orang berseru tenang. Sama sekali tidak terpengaruh situasi sekitar. Sementara menyemangati, menepuk-nepuk bahu. Detik-detik pertarungan penantang keduanya bersiap di tepi lingkaran. Dia memasang menolak duduk di kursi yang disediakan. Dia memilih berdiri, melemaskan bahunya. Tatapan matanya tajam, gestur wajahnya semakin dekat. Suasana semakin panas. sarung tinju tipis dan pelindung kepala. Beberapa orang berseru tenang. Sama sekali tidak terpengaruh situasi sekitar. Sementara menyemangati, menepuk-nepuk bahu. Detik-detik pertarungan penantang keduanya bersiap di tepi lingkaran. Dia memasang menolak duduk di kursi yang disediakan. Dia memilih berdiri, melemaskan bahunya. Tatapan matanya tajam, gestur wajahnya sarung tinju tipis dan pelindung kepala. Beberapa orang berseru semakin dekat. Suasana semakin panas. tenang. Sama sekali tidak terpengaruh situasi sekitar. Sementara menolak duduk didan kursi yang Diasekitar. memilih berdiri, menyemangati, menepuk-nepuk bahu. Detik-detik pertarungan penantang keduanya bersiap didisediakan. tepi lingkaran. Dia memasang melemaskan bahunya. Tatapan matanya tajam, gestur wajahnya semakin dekat. Suasana semakin panas. sarung tinju tipis pelindung kepala. Beberapa orang berseru tenang. Sama sekali tidak terpengaruh situasi Sementara menyemangati, menepuk-nepuk bahu. Detik-detik pertarungan penantang keduanya bersiap di tepi lingkaran. Dia memasang semakin dekat. Suasana semakin panas. melemaskan bahunya. Tatapan matanya tajam, gestur wajahnya sarung tinju tipis dan pelindung kepala. Beberapa orang berseru tenang. Sama sekali tidak terpengaruh situasi sekitar. Sementara menyemangati, menepuk-nepuk bahu. Detik-detik pertarungan penantang keduanya bersiap di tepi lingkaran. Dia memasang semakin dekat. Suasana semakin panas. sarung tinju tipis dan pelindung kepala. Beberapa orang berseru melemaskan bahunya. Tatapan matanya tajam, gestur wajahnya tenang. Sama sekali tidak terpengaruh situasi sekitar. Sementara ”Lee! Lee!” menyemangati, menepuk-nepuk bahu. Detik-detik pertarungan penantang keduanya bersiap di tepi lingkaran. Dia memasang semakin dekat. Suasana semakin panas. sarung tinju tipis dan pelindung kepala. Beberapa orang berseru melemaskan bahunya. Tatapan matanya tajam, gestur wajahnya tenang. Sama sekali tidak terpengaruh situasi sekitar. Sementara menyemangati, menepuk-nepuk bahu. Detik-detik pertarungan ”Lee! Lee!” penantang keduanya bersiap di tepi lingkaran. Dia memasang melemaskan bahunya. Tatapan matanya tajam, gestur wajahnya semakin dekat. Suasana semakin panas. sarung tinju tipis dan pelindung kepala. Beberapa orang berseru tenang. Sama sekali tidak terpengaruh situasi sekitar. Sementara ”Lee! Lee!” menyemangati, menepuk-nepuk bahu. Detik-detik pertarungan penantang keduanya bersiap di tepi lingkaran. Dia memasang semakin dekat. Suasana semakin panas. sarung tinju tipis dan pelindung kepala. Beberapa orang berseru ”Lee! Lee!” tenang. Sama sekali tidak terpengaruh situasi sekitar. Sementara menyemangati, menepuk-nepuk bahu. Detik-detik pertarungan penantang keduanya bersiap di tepi lingkaran. Dia memasang semakin dekat. Suasana semakin panas. sarung tinju tipis dan pelindung kepala. Beberapa orang berseru ”Lee! Lee!” menyemangati, menepuk-nepuk bahu. Detik-detik pertarungan tenang. Sama sekali tidak terpengaruh situasi sekitar. Sementara penantang keduanya bersiap di tepi lingkaran. Dia memasang Nama sang juara bertahan diteriakkan beramai-ramai. semakin dekat. Suasana semakin panas. sarung tinju tipis dan pelindung kepala. Beberapa orang berseru ”Lee! Lee!” menyemangati, menepuk-nepuk bahu. Detik-detik pertarungan tenang. Sama sekali tidak terpengaruh situasi sekitar. Sementara penantang keduanya bersiap di tepi lingkaran. Dia memasang semakin dekat. Suasana semakin panas. Nama sang juara bertahan diteriakkan beramai-ramai. sarung tinju tipis dan pelindung kepala. Beberapa orang berseru tenang. Sama sekali tidak terpengaruh situasi sekitar. Sementara ”Lee! Lee!” menyemangati, menepuk-nepuk bahu. Detik-detik pertarungan penantang keduanya bersiap di tepi lingkaran. Dia memasang Nama sang juara bertahan diteriakkan beramai-ramai. semakin dekat. Suasana semakin panas. sarung tinju tipis dan pelindung kepala. Beberapa orang berseru ”Lee! Lee!” menyemangati, menepuk-nepuk bahu. Detik-detik pertarungan Nama sang juara bertahan diteriakkan beramai-ramai. penantang keduanya bersiap di tepi lingkaran. Dia memasang semakin dekat. Suasana semakin panas. sarung tinju tipis dan pelindung kepala. Beberapa orang berseru ”Lee! Lee!” menyemangati, menepuk-nepuk bahu. Detik-detik pertarungan Nama sang juara bertahan diteriakkan beramai-ramai. semakin dekat. Suasana semakin panas. penantang keduanya bersiap di tepi lingkaran. Dia memasang sarung tipis danbertahan pelindung kepala. Beberapa orang berseru ”Lee!tinju Lee!” menyemangati, menepuk-nepuk bahu. Detik-detik pertarungan Nama sang juara diteriakkan beramai-ramai. semakin dekat. Suasana semakin panas.



Jakarta, belum pernah aku menyaksikan seorang petarung begitu terkendali di hadapanku. Bukan postur badannya yang gagah meyakinkan atau gerakan tangan dan kakinya yang gesit me­ Sang juara bertahan, Lee si Monster, menghadapi penantang kedua, Chow.” Aku menelan ludah. Enam tahun mengikuti klub petarung di ”Ladies and gentlemen, inilah petarungan kedua malam ini. Jakarta, belum pernah aku menyaksikan seorang petarung begitu terkendali di hadapanku. Bukan postur badannya yang gagah meyakinkan atau gerakan tangan dan kakinya yang gesit me­ ”Ladies and gentlemen, inilah petarungan kedua malam ini. Sang juara bertahan, Lee si Monster, menghadapi penantang kedua, Chow.” Aku menelan ludah. Enam tahun mengikuti klub petarung di terkendali dipertarungan hadapanku. Bukan postur badannya yang gagah meyakinkan atau gerakan tangan dan kakinya yang gesit me­ ”Ladies and gentlemen, inilah petarungan kedua malam ini. Sang juara bertahan, Lee si Monster, menghadapi penantang kedua, Chow.” Aku menelan ludah. Enam tahun mengikuti klub petarung di Jakarta, belum pernah aku menyaksikan seorang petarung begitu meyakinkan atau gerakan tangan dan kakinya yang gesit me­ matikan di sebelumnya. Sikap dan kehormatanlah Sang juara bertahan, Lee si Monster, menghadapi penantang kedua, Chow.” Aku menelan ludah. Enam tahun mengikuti klub petarung di Jakarta, belum pernah aku menyaksikan seorang petarung begitu terkendali di hadapanku. Bukan postur badannya yang gagah terkendali di hadapanku. Bukan postur badannya yang gagah meyakinkan atau gerakan tangan dan kakinya yang gesit me­ matikan di pertarungan sebelumnya. Sikap dan kehormatanlah kedua, Chow.” Sang juara bertahan, Lee si Monster, menghadapi penantang Aku menelan ludah. Enam tahun mengikuti klub petarung di Jakarta, belum pernah aku menyaksikan seorang petarung begitu terkendali di hadapanku. Bukan postur badannya yang gagah meyakinkan atau gerakan tangan dan kakinya yang gesit me­ matikan di pertarungan sebelumnya. Sikap dan kehormatanlah Sang juara bertahan, Lee si Monster, menghadapi penantang kedua, Chow.” Aku menelan ludah. Enam tahun mengikuti klub petarung di Jakarta, belum pernah aku menyaksikan seorang petarung begitu meyakinkan atau gerakan tangan dan kakinya yang gesit me­ matikan di pertarungan sebelumnya. Sikap dan kehormatanlah Sang juara bertahan, Lee si Monster, menghadapi penantang kedua, Chow.” Aku menelan ludah. Enam tahun mengikuti klub petarung di Jakarta, belum pernah aku menyaksikan seorang petarung begitu terkendali di hadapanku. Bukan postur badannya yang gagah matikan di pertarungan sebelumnya. Sikap dan kehormatanlah yang membedakan seorang petarung sejati dengan petarung lain­ kedua, Chow.” Aku menelan ludah. Enam tahun mengikuti klub petarung di Jakarta, belum pernah aku menyaksikan seorang petarung begitu terkendali dipertarungan hadapanku. Bukan postur badannya yang gagah meyakinkan atau gerakan tangan dan kakinya yang gesit me­ meyakinkan atau gerakan tangan dan kakinya yang gesit me­ matikan di sebelumnya. Sikap dan kehormatanlah yang membedakan seorang petarung sejati dengan petarung lain­ kedua, Chow.” Aku menelan ludah. Enam tahun mengikuti klub petarung di Jakarta, belum pernah aku menyaksikan seorang petarung begitu terkendali di hadapanku. Bukan postur badannya yang gagah meyakinkan atau gerakan tangan dan kakinya yang gesit me­ matikan di pertarungan sebelumnya. Sikap dan kehormatanlah yang membedakan seorang petarung sejati dengan petarung lain­ kedua, Chow.” Aku menelan ludah. Enam tahun mengikuti klub petarung di Jakarta, belum pernah aku menyaksikan seorang petarung begitu terkendali di hadapanku. Bukan postur badannya yang gagah matikan di pertarungan sebelumnya. Sikap dan kehormatanlah yang membedakan seorang petarung sejati dengan petarung lain­ kedua, Chow.” Aku menelan ludah. Enam tahun mengikuti klub petarung di Jakarta, belum pernah aku menyaksikan seorang petarung begitu terkendali di hadapanku. Bukan postur badannya yang gagah meyakinkan atau gerakan tangan dan kakinya yang gesit me­ yang membedakan seorang petarung sejati dengan petarung lain­ nya. Aku tidak tahu seberapa terhormat juara bertahan yang Aku menelan ludah. Enam tahun mengikuti klub petarung di Jakarta, belum pernah aku menyaksikan seorang petarung begitu terkendali di hadapanku. Bukan postur badannya yang gagah meyakinkan atau gerakan tangan dan kakinya yang gesit me­ matikan di pertarungan sebelumnya. Sikap dan kehormatanlah matikan di pertarungan sebelumnya. Sikap dan kehormatanlah yang membedakan seorang petarung sejati dengan petarung lain­ nya. Aku tidak tahu seberapa terhormat juara bertahan yang Aku menelan ludah. Enam tahun mengikuti klub petarung di Jakarta, belum pernah aku menyaksikan seorang petarung begitu terkendali di hadapanku. Bukan postur badannya yang gagah meyakinkan atau gerakan tangan dan kakinya yang gesit me­ matikan di pertarungan sebelumnya. Sikap dan kehormatanlah yang membedakan seorang petarung sejati dengan petarung lain­ nya. Aku tidak tahu seberapa terhormat juara bertahan yang Aku menelan ludah. Enam tahun mengikuti klub petarung di Jakarta, belum pernah aku menyaksikan seorang petarung begitu terkendali di hadapanku. Bukan postur badannya yang gagah meyakinkan atau gerakan tangan dan kakinya yang gesit me­ yang membedakan seorang petarung sejati dengan petarung lain­ nya. Aku tidak tahu seberapa terhormat juara bertahan yang Aku menelan ludah. Enam tahun mengikuti klub petarung di Jakarta, belum pernah aku menyaksikan seorang petarung begitu terkendali di hadapanku. Bukan postur badannya yang gagah meyakinkan atau gerakan tangan dan kakinya yang gesit me­ matikan di pertarungan sebelumnya. Sikap dan kehormatanlah nya. Aku tidak tahu seberapa terhormat juara bertahan yang berdiri gagah di dalam lingkaran merah tersebut. Aku baru Jakarta, belum pernah aku menyaksikan seorang petarung begitu terkendali di hadapanku. Bukan postur badannya yang gagah meyakinkan atau gerakan tangan dan kakinya yang gesit me­ matikan di pertarungan sebelumnya. Sikap dan kehormatanlah yang membedakan seorang petarung sejati dengan petarung lain­ yang membedakan seorang petarung sejati dengan petarung lain­ nya. Aku tidak tahu seberapa terhormat juara bertahan yang Jakarta, belum pernah aku menyaksikan seorang petarung begitu berdiri gagah di dalam lingkaran merah tersebut. Aku baru me­ terkendali di hadapanku. Bukan postur badannya yang gagah meyakinkan atau gerakan tangan dan kakinya yang gesit matikan di pertarungan sebelumnya. Sikap dan kehormatanlah yang membedakan seorang petarung sejati dengan petarung lain­ nya. Aku tidak tahu seberapa terhormat juara bertahan yang berdiri gagah di dalam lingkaran merah tersebut. Aku baru Jakarta, belum pernah aku menyaksikan seorang petarung begitu terkendali di hadapanku. Bukan postur badannya yang gagah meyakinkan atau gerakan tangan dan kakinya yang gesit me­ matikan di pertarungan sebelumnya. Sikap dan kehormatanlah nya. Aku tidak tahu seberapa terhormat juara bertahan yang berdiri gagah di dalam lingkaran merah tersebut. Aku baru Jakarta, belum pernah aku menyaksikan seorang petarung begitu terkendali di hadapanku. Bukan postur badannya yang gagah meyakinkan atau gerakan tangan dan kakinya yang gesit me­ matikan di pertarungan sebelumnya. Sikap dan kehormatanlah yang membedakan seorang petarung sejati dengan petarung lain­ berdiri gagah di dalam lingkaran merah tersebut. Aku baru ngenalnya malam ini. Namun, menilik gestur wajah dan tubuh­ terkendali dipertarungan hadapanku. Bukan postur badannya yang gagah meyakinkan atau gerakan tangan dan kakinya yang gesit me­ matikan di sebelumnya. Sikap dan kehormatanlah nya. Aku tidak tahu seberapa terhormat juara bertahan yang yang membedakan seorang petarung sejati dengan petarung lain­ nya. Aku tidak tahu seberapa terhormat juara bertahan yang terkendali di hadapanku. Bukan postur badannya yang gagah berdiri gagah di dalam lingkaran merah tersebut. Aku baru ngenalnya malam ini. Namun, menilik gestur wajah dan tubuh­ meyakinkan atau gerakan tangan dan kakinya yang gesit me­ matikan di pertarungan sebelumnya. Sikap dan kehormatanlah yang membedakan seorang petarung sejati dengan petarung lain­ nya. Aku tidak tahu seberapa terhormat juara bertahan yang berdiri gagah di dalam lingkaran merah tersebut. Aku baru ngenalnya malam ini. Namun, menilik gestur wajah dan tubuh­ terkendali di hadapanku. Bukan postur badannya yang gagah meyakinkan atau gerakan tangan dan kakinya yang gesit me­ matikan di pertarungan sebelumnya. Sikap dan kehormatanlah yang membedakan seorang petarung sejati dengan petarung lain­ berdiri gagah di dalam lingkaran merah tersebut. Aku baru ngenalnya malam ini. Namun, menilik gestur wajah dan tubuh­ terkendali di hadapanku. Bukan postur badannya yang gagah meyakinkan atau gerakan tangan dan kakinya yang gesit me­ matikan di pertarungan sebelumnya. Sikap dan kehormatanlah yang membedakan seorang petarung sejati dengan petarung lain­ nya. Aku tidak tahu seberapa terhormat juara bertahan yang ngenalnya malam ini. Namun, menilik gestur wajah dan tubuh­ nya, dia memiliki sikap yang menakjubkan. meyakinkan atau gerakan tangan dan kakinya yang gesit me­ matikan di pertarungan sebelumnya. Sikap dan kehormatanlah berdiri gagah di dalam lingkaran merah tersebut. Aku baru me­ yang membedakan seorang petarung sejati dengan petarung lain­ nya. Aku tidak tahu seberapa terhormat juara bertahan yang meyakinkan atau gerakan tangan dan kakinya yang gesit me­ berdiri gagah di dalam lingkaran merah tersebut. Aku baru me­ ngenalnya malam ini. Namun, menilik gestur wajah dan tubuh­ nya, dia memiliki sikap yang menakjubkan. matikan di pertarungan sebelumnya. Sikap dan kehormatanlah yang membedakan seorang petarung sejati dengan petarung lain­ nya. Aku tidak tahu seberapa terhormat juara bertahan yang berdiri gagah di dalam lingkaran merah tersebut. Aku baru me­ ngenalnya malam ini. Namun, menilik gestur wajah dan tubuh­ nya, dia memiliki sikap yang menakjubkan. meyakinkan atau gerakan tangan dan kakinya yang gesit matikan di pertarungan sebelumnya. Sikap dan kehormatanlah yang membedakan seorang petarung sejati dengan petarung lain­ nya. Aku tidak tahu seberapa terhormat juara bertahan yang ngenalnya malam ini. Namun, menilik gestur wajah dan tubuh­ nya, dia memiliki sikap yang menakjubkan. meyakinkan atau gerakan tangan dan kakinya yang gesit me­ matikan di pertarungan sebelumnya. Sikap dan kehormatanlah yang membedakan seorang petarung sejati dengan petarung lain­ nya. Aku tidak tahu seberapa terhormat juara bertahan yang berdiri gagah di dalam dalam lingkaran merah tersebut. Aku baru nya, dia memiliki sikap yang menakjubkan. ”Lee! Lee! Monster! Monster!” matikan di pertarungan sebelumnya. Sikap dan kehormatanlah yang membedakan seorang petarung sejati dengan petarung lain­ ngenalnya malam ini. Namun, menilik gestur wajah dan tubuh­ nya. Aku tidak tahu seberapa terhormat juara bertahan yang berdiri gagah di lingkaran merah tersebut. Aku baru me­ matikan di pertarungan sebelumnya. Sikap dan kehormatanlah ngenalnya malam ini. Namun, menilik gestur wajah dan tubuh­ nya, dia memiliki sikap yang menakjubkan. ”Lee! Lee! Monster! Monster!” yang membedakan seorang petarung sejati dengan petarung lain­ nya. Aku tidak tahu seberapa terhormat juara bertahan yang berdiri gagah di dalam lingkaran merah tersebut. Aku baru me­ ngenalnya malam ini. Namun, menilik gestur wajah dan tubuh­ nya, dia memiliki sikap yang menakjubkan. ”Lee! Lee! Monster! Monster!” matikan di pertarungan sebelumnya. Sikap dan kehormatanlah yang membedakan seorang petarung sejati dengan petarung lain­ nya. Aku tidak tahu seberapa terhormat juara bertahan yang berdiri gagah di dalam lingkaran merah tersebut. Aku baru me­ nya, dia memiliki sikap yang menakjubkan. ”Lee! Lee! Monster! Monster!” matikan di pertarungan sebelumnya. Sikap dan kehormatanlah yang membedakan seorang petarung sejati dengan petarung lain­ nya. Aku tidak tahu seberapa terhormat juara bertahan yang berdiri gagah di dalam lingkaran merah tersebut. Aku baru me­ ngenalnya malam ini. Namun, menilik gestur wajah dan tubuh­ ”Lee! Lee! Monster! Monster!” Nama sang juara bertahan semakin keras diteriakkan. Sang yang membedakan seorang petarung sejati dengan petarung lain­ nya, dia memiliki sikap yang menakjubkan. nya. Aku tidak tahu seberapa terhormat juara bertahan yang berdiri gagah di dalam lingkaran merah tersebut. Aku baru me­ ngenalnya malam ini. Namun, menilik gestur wajah dan tubuh­ yang membedakan seorang petarung sejati dengan petarung lain­ nya, dia memiliki sikap yang menakjubkan. ”Lee! Lee! Monster! Monster!” Nama sang juara bertahan semakin keras diteriakkan. Sang nya. Aku tidak tahu seberapa terhormat juara bertahan yang berdiri gagah di dalam lingkaran merah tersebut. Aku baru me­ ngenalnya malam ini. Namun, menilik gestur wajah dan tubuh­ nya, dia memiliki sikap yang menakjubkan. ”Lee! Lee! Monster! Monster!” Nama sang juara bertahan semakin keras diteriakkan. Sang yang membedakan seorang petarung sejati dengan petarung lain­ nya. Aku tidak tahu seberapa terhormat juara bertahan yang berdiri gagah di dalam lingkaran merah tersebut. Aku baru me­ ngenalnya malam ini. Namun, menilik gestur wajah dan tubuh­ ”Lee! Lee! Monster! Monster!” Nama sang juara bertahan semakin keras diteriakkan. Sang yang membedakan seorang petarung sejati dengan petarung lain­ nya. Aku tidak tahu seberapa terhormat juara bertahan yang berdiri gagah di dalam lingkaran merah tersebut. Aku baru me­ ngenalnya malam ini. Namun, menilik gestur wajah dan tubuh­ nya, dia memiliki sikap yang menakjubkan. Nama sang juara bertahan semakin keras diteriakkan. Sang penantang sudah memasuki lingkaran merah. Kedua petarung ”Lee! Lee! Monster! Monster!” nya. Aku tidak tahu seberapa terhormat juara bertahan yang berdiri gagah di dalam lingkaran merah tersebut. Aku baru me­ ngenalnya malam ini. Namun, menilik gestur wajah dan tubuh­ nya, dia memiliki sikap yang menakjubkan. nya. Aku tidak tahu seberapa terhormat juara bertahan yang ”Lee! Lee! Monster! Monster!” Nama sang juara bertahan semakin keras diteriakkan. Sang penantang sudah memasuki lingkaran merah. Kedua petarung berdiri gagah di dalam lingkaran merah tersebut. Aku baru me­ ngenalnya malam ini. Namun, menilik gestur wajah dan tubuh­ nya, dia memiliki sikap yang menakjubkan. ”Lee! Lee! Monster! Monster!” Nama sang juara bertahan semakin keras diteriakkan. Sang penantang sudah memasuki lingkaran merah. Kedua petarung nya. Aku tidak tahu seberapa terhormat juara bertahan yang berdiri gagah di dalam lingkaran merah tersebut. Aku baru me­ ngenalnya malam ini. Namun, menilik gestur wajah dan tubuh­ nya, dia memiliki sikap yang menakjubkan. Nama sang juara bertahan semakin keras diteriakkan. Sang penantang sudah memasuki lingkaran merah. Kedua petarung nya. Aku tidak tahu seberapa terhormat juara bertahan yang berdiri gagah di dalam lingkaran merah tersebut. Aku baru me­ ngenalnya malam ini. Namun, menilik gestur wajah dan tubuh­ nya, dia memiliki sikap yang menakjubkan. ”Lee! Lee! Monster! Monster!” penantang sudah memasuki lingkaran merah. Kedua petarung saling menempelkan tinju. Inspektur pertandingan berseru sing­ Nama sang juara bertahan semakin keras diteriakkan. Sang berdiri gagah di dalam lingkaran merah tersebut. Aku baru me­ ngenalnya malam ini. Namun, menilik gestur wajah dan tubuh­ nya, dia memiliki sikap yang menakjubkan. ”Lee! Lee! Monster! Monster!” berdiri gagah di dalam lingkaran merah tersebut. Aku baru me­ Nama sang juara bertahan semakin keras diteriakkan. Sang penantang sudah memasuki lingkaran merah. Kedua petarung saling menempelkan tinju. Inspektur pertandingan berseru sing­ ngenalnya malam ini. Namun, menilik gestur wajah dan tubuh­ nya, dia memiliki sikap yang menakjubkan. ”Lee! Lee! Monster! Monster!” Nama sang juara bertahan semakin keras diteriakkan. Sang penantang sudah memasuki lingkaran merah. Kedua petarung saling menempelkan tinju. Inspektur pertandingan berseru sing­ berdiri gagah di dalam lingkaran merah tersebut. Aku baru me­ ngenalnya malam ini. Namun, menilik gestur wajah dan tubuh­ nya, dia memiliki sikap yang menakjubkan. ”Lee! Lee! Monster! Monster!” penantang sudah memasuki lingkaran merah. Kedua petarung saling menempelkan tinju. Inspektur pertandingan berseru sing­ berdiri gagah di dalam lingkaran merah tersebut. Aku baru me­ ngenalnya malam ini. Namun, menilik gestur wajah dan tubuh­ nya, dia memiliki sikap yang menakjubkan. ”Lee! Lee! Monster! Monster!” Nama sang juara bertahan semakin keras diteriakkan. Sang saling menempelkan tinju. Inspektur pertandingan berseru sing­ kat tentang peraturan, mengangkat tangannya, dan memberikan penantang sudah memasuki lingkaran merah. Kedua petarung ngenalnya malam ini. Namun, menilik gestur wajah dan tubuh­ nya, dia memiliki sikap yang menakjubkan. ”Lee! Lee! Monster! Monster!” Nama sang juara bertahan semakin keras diteriakkan. Sang ngenalnya malam ini. Namun, menilik gestur wajah dan tubuh­ penantang sudah memasuki lingkaran merah. Kedua petarung saling menempelkan tinju. Inspektur pertandingan berseru sing­ kat tentang peraturan, mengangkat tangannya, dan memberikan nya, dia memiliki sikap yang menakjubkan. ”Lee! Lee! Monster! Monster!” Nama sang juara bertahan semakin keras diteriakkan. Sang penantang sudah memasuki lingkaran merah. Kedua petarung saling menempelkan tinju. Inspektur pertandingan berseru sing­ kat tentang peraturan, mengangkat tangannya, dan memberikan ngenalnya malam ini. Namun, menilik gestur wajah dan tubuh­ nya, dia memiliki sikap yang menakjubkan. ”Lee! Lee! Monster! Monster!” Nama sang juara bertahan semakin keras diteriakkan. Sang saling menempelkan tinju. Inspektur pertandingan berseru sing­ kat tentang peraturan, mengangkat tangannya, dan memberikan ngenalnya malam ini. Namun, menilik gestur wajah dan tubuh­ nya, dia memiliki sikap yang menakjubkan. ”Lee! Lee! Monster! Monster!” Nama sang juara bertahan semakin keras diteriakkan. Sang penantang sudah memasuki lingkaran merah. Kedua petarung kat tentang peraturan, mengangkat tangannya, dan memberikan tanda. Saat dia mundur, pertarungan kedua malam ini telah di­ saling menempelkan tinju. Inspektur pertandingan berseru sing­ nya, dia memiliki sikap yang menakjubkan. ”Lee! Lee! Monster! Monster!” Nama sang juara bertahan semakin keras diteriakkan. Sang penantang sudah memasuki lingkaran merah. Kedua petarung sikap yang menakjubkan. saling menempelkan tinju. Inspektur pertandingan berseru sing­ kat tentang peraturan, mengangkat tangannya, dan memberikan tanda. Saat dia mundur, pertarungan kedua malam ini telah di­ ”Lee! Lee! Monster! Monster!” Nama sang juara bertahan semakin keras diteriakkan. Sang penantang sudah memasuki lingkaran merah. Kedua petarung saling menempelkan tinju. Inspektur pertandingan berseru sing­ kat tentang peraturan, mengangkat tangannya, dan memberikan tanda. Saat dia mundur, pertarungan kedua malam ini telah di­ nya, dia memiliki sikap yang menakjubkan. ”Lee! Lee! Monster! Monster!” Nama sang juara bertahan semakin keras diteriakkan. Sang penantang sudah memasuki lingkaran merah. Kedua petarung kat tentang peraturan, mengangkat tangannya, dan memberikan tanda. Saat dia mundur, pertarungan kedua malam ini telah di­ nya, dia memiliki sikap yang menakjubkan. ”Lee! Lee! Monster! Monster!” Nama sang juara bertahan semakin keras diteriakkan. Sang penantang sudah memasuki lingkaran merah. Kedua petarung saling menempelkan tinju. Inspektur pertandingan berseru sing­ tanda. Saat dia mundur, pertarungan kedua malam ini telah di­ kat tentang peraturan, mengangkat tangannya, dan memberikan mulai. Monster! Monster!” Nama sang juara bertahan semakin keras diteriakkan. Sang penantang sudah memasuki lingkaran merah. Kedua petarung saling menempelkan tinju. Inspektur pertandingan berseru sing­ ”Lee! Lee! Monster! Monster!” kat tentang peraturan, mengangkat tangannya, dan memberikan tanda. Saat dia mundur, pertarungan kedua malam ini telah di­ mulai. Nama sang juara bertahan semakin keras diteriakkan. Sang penantang sudah memasuki lingkaran merah. Kedua petarung saling menempelkan tinju. Inspektur pertandingan berseru sing­ kat tentang peraturan, mengangkat tangannya, dan memberikan tanda. Saat dia mundur, pertarungan kedua malam ini telah di­ mulai. ”Lee! Lee! Monster! Monster!” Nama sang juara bertahan semakin keras diteriakkan. Sang penantang sudah memasuki lingkaran merah. Kedua petarung saling menempelkan tinju. Inspektur pertandingan berseru sing­ tanda. Saat dia mundur, pertarungan kedua malam ini telah di­ mulai. ”Lee! Lee! Monster! Monster!” Nama sang juara bertahan semakin keras diteriakkan. Sang penantang sudah memasuki lingkaran merah. Kedua petarung saling menempelkan tinju. Inspektur pertandingan berseru sing­ kat tentang peraturan, mengangkat tangannya, dan memberikan tanda. Saat dia mundur, pertarungan kedua malam ini telah di­ mulai. Sang penantang mengambil inisiatif menyerang terlebih dulu. Nama sang juara bertahan semakin keras diteriakkan. Sang penantang sudah memasuki lingkaran merah. Kedua petarung saling menempelkan tinju. Inspektur pertandingan berseru sing­ kat tentang peraturan, mengangkat tangannya, dan memberikan juara bertahan semakin keras diteriakkan. Sang tanda. Saat dia mundur, pertarungan kedua malam ini telah di­ mulai. Sang penantang mengambil inisiatif menyerang terlebih dulu. penantang sudah memasuki lingkaran merah. Kedua petarung saling menempelkan tinju. Inspektur pertandingan berseru sing­ kat tentang peraturan, mengangkat tangannya, dan memberikan tanda. Saat dia mundur, pertarungan kedua malam ini telah di­ mulai. Sang penantang mengambil inisiatif menyerang terlebih dulu. Nama sang juara bertahan semakin keras diteriakkan. Sang penantang sudah memasuki lingkaran merah. Kedua petarung saling menempelkan tinju. Inspektur pertandingan berseru sing­ kat tentang peraturan, mengangkat tangannya, dan memberikan mulai. Sang penantang mengambil inisiatif menyerang terlebih dulu. Nama sang juara bertahan semakin keras diteriakkan. Sang penantang sudah memasuki lingkaran merah. Kedua petarung saling menempelkan tinju. Inspektur pertandingan berseru sing­ kat tentang peraturan, mengangkat tangannya, dan memberikan tanda. Saat dia mundur, pertarungan kedua malam ini telah di­ mulai. Sang penantang mengambil inisiatif menyerang terlebih dulu. Berputar-putar di tepi lingkaran merah. Kakinya lincah. Mulai memasuki lingkaran merah. Kedua petarung saling menempelkan tinju. Inspektur pertandingan berseru sing­ kat tentang peraturan, mengangkat tangannya, dan memberikan tanda. Saat dia mundur, pertarungan kedua malam ini telah di­ penantang sudah memasuki lingkaran merah. Kedua petarung mulai. Sang penantang mengambil inisiatif menyerang terlebih dulu. Berputar-putar di tepi lingkaran merah. Kakinya lincah. Mulai saling menempelkan tinju. Inspektur pertandingan berseru sing­ kat tentang peraturan, mengangkat tangannya, dan memberikan tanda. Saat dia mundur, pertarungan kedua malam ini telah di­ mulai. Sang penantang mengambil inisiatif menyerang terlebih dulu. Berputar-putar di tepi lingkaran merah. Kakinya lincah. Mulai penantang sudah memasuki lingkaran merah. Kedua petarung saling menempelkan tinju. Inspektur pertandingan berseru sing­ kat tentang peraturan, mengangkat tangannya, dan memberikan tanda. Saat dia mundur, pertarungan kedua malam ini telah di­ Sang penantang mengambil inisiatif menyerang terlebih dulu. Berputar-putar di tepi lingkaran merah. Kakinya lincah. Mulai penantang sudah memasuki lingkaran merah. Kedua petarung saling menempelkan tinju. Inspektur pertandingan berseru sing­ kat tentang peraturan, mengangkat tangannya, dan memberikan tanda. Saat dia mundur, pertarungan kedua malam ini telah di­ mulai. Sang penantang mengambil inisiatif menyerang terlebih dulu. Berputar-putar di tepi lingkaran merah. Kakinya lincah. Mulai mendekati sasaran, melepas pukulan. Gerakan tangannya cukup menempelkan tinju. Inspektur pertandingan berseru sing­ kat tentang peraturan, mengangkat tangannya, dan memberikan tanda. Saat dia mundur, pertarungan kedua malam ini telah di­ mulai. saling menempelkan tinju. Inspektur pertandingan berseru sing­ Sang penantang mengambil inisiatif menyerang terlebih dulu. Berputar-putar di tepi lingkaran merah. Kakinya lincah. Mulai mendekati sasaran, melepas pukulan. Gerakan tangannya cukup kat tentang peraturan, mengangkat tangannya, dan memberikan tanda. Saat dia mundur, pertarungan kedua malam ini telah di­ mulai. Sang penantang mengambil inisiatif menyerang terlebih dulu. Berputar-putar di tepi lingkaran merah. Kakinya lincah. Mulai mendekati sasaran, melepas pukulan. Gerakan tangannya cukup saling menempelkan tinju. Inspektur pertandingan berseru sing­ kat tentang peraturan, mengangkat tangannya, dan memberikan tanda. Saat dia mundur, pertarungan kedua malam ini telah telah di­ mulai. Berputar-putar di tepi lingkaran merah. Kakinya lincah. Mulai mendekati sasaran, melepas pukulan. Gerakan tangannya cukup saling menempelkan tinju. Inspektur pertandingan berseru sing­ kat tentang peraturan, mengangkat tangannya, dan memberikan tanda. Saat dia mundur, pertarungan kedua malam ini di­ mulai. Sang penantang mengambil inisiatif menyerang terlebih dulu. Berputar-putar di tepi lingkaran merah. Kakinya lincah. Mulai mendekati sasaran, melepas pukulan. Gerakan tangannya cukup cepat. Dua, tiga, empat pukulan terkirim. Sang juara bertahan peraturan, mengangkat tangannya, dan memberikan tanda. Saat dia mundur, pertarungan kedua malam ini telah di­ mulai. Sang penantang mengambil inisiatif menyerang terlebih dulu. kat tentang peraturan, mengangkat tangannya, dan memberikan Berputar-putar di tepi lingkaran merah. Kakinya lincah. Mulai mendekati sasaran, melepas pukulan. Gerakan tangannya cukup cepat. Dua, tiga, empat pukulan terkirim. Sang juara bertahan tanda. Saat dia mundur, pertarungan kedua malam ini telah di­ mulai. Sang penantang mengambil inisiatif menyerang terlebih dulu. Berputar-putar di tepi lingkaran merah. Kakinya lincah. Mulai mendekati sasaran, melepas pukulan. Gerakan tangannya cukup cepat. Dua, tiga, empat pukulan terkirim. Sang juara bertahan kat tentang peraturan, mengangkat tangannya, dan memberikan tanda. Saat dia mundur, pertarungan kedua malam ini telah di­ mulai. Sang penantang mengambil inisiatif menyerang terlebih dulu. mendekati sasaran, melepas pukulan. Gerakan tangannya cukup cepat. Dua, tiga, empat pukulan terkirim. Sang juara bertahan kat tentang peraturan, mengangkat tangannya, dan memberikan tanda. Saat dia mundur, pertarungan kedua malam ini telah di­ mulai. Sang penantang mengambil inisiatif menyerang terlebih dulu. Berputar-putar di tepi lingkaran merah. Kakinya lincah. Mulai mendekati sasaran, melepas pukulan. Gerakan tangannya cukup cepat. Dua, tiga, empat pukulan terkirim. Sang juara bertahan menghindari dua tinju sekaligus, tenang menangkis dua tinju mundur, pertarungan kedua malam ini telah di­ mulai. Sang penantang mengambil inisiatif menyerang terlebih dulu. Berputar-putar di tepi lingkaran merah. Kakinya lincah. Mulai tanda. Saat dia mundur, pertarungan kedua malam ini telah di­ mendekati sasaran, melepas pukulan. Gerakan tangannya cukup cepat. Dua, tiga, empat pukulan terkirim. Sang juara bertahan menghindari dua tinju sekaligus, tenang menangkis dua tinju mulai. Sang penantang mengambil inisiatif menyerang terlebih dulu. Berputar-putar di tepi lingkaran merah. Kakinya lincah. Mulai mendekati sasaran, melepas pukulan. Gerakan tangannya cukup cepat. Dua, tiga, empat pukulan terkirim. Sang juara bertahan menghindari dua tinju sekaligus, tenang menangkis dua tinju tanda. Saat dia mundur, pertarungan kedua malam ini telah di­ mulai. Sang penantang mengambil inisiatif menyerang terlebih dulu. Berputar-putar di tepi lingkaran merah. Kakinya lincah. Mulai cepat. Dua, tiga, empat pukulan terkirim. Sang juara bertahan menghindari dua tinju sekaligus, tenang menangkis dua tinju tanda. Saat dia mundur, pertarungan kedua malam ini telah di­ mulai. Sang penantang mengambil inisiatif menyerang terlebih dulu. Berputar-putar di tepi lingkaran merah. Kakinya lincah. Mulai mendekati sasaran, melepas pukulan. Gerakan tangannya cukup cepat. Dua, tiga, empat pukulan terkirim. Sang juara bertahan menghindari dua tinju sekaligus, tenang menangkis dua tinju lainnya. Lantas tanpa perlu mengambil kuda-kuda, dia bergerak mulai. Sang penantang mengambil inisiatif menyerang terlebih dulu. Berputar-putar di tepi lingkaran merah. Kakinya lincah. Mulai mendekati sasaran, melepas pukulan. Gerakan tangannya cukup cepat. Dua, tiga, empat pukulan terkirim. Sang juara bertahan menghindari dua tinju sekaligus, tenang menangkis dua tinju lainnya. Lantas tanpa perlu mengambil kuda-kuda, dia bergerak Sang penantang mengambil inisiatif menyerang terlebih dulu. Berputar-putar di tepi lingkaran merah. Kakinya lincah. Mulai mendekati sasaran, melepas pukulan. Gerakan tangannya cukup cepat. Dua, tiga, empat pukulan terkirim. Sang juara bertahan menghindari dua tinju sekaligus, tenang menangkis dua tinju lainnya. Lantas tanpa perlu mengambil kuda-kuda, dia bergerak mulai. Sang penantang mengambil inisiatif menyerang terlebih dulu. Berputar-putar di tepi lingkaran merah. Kakinya lincah. Mulai mendekati sasaran, melepas pukulan. Gerakan tangannya cukup menghindari dua tinju sekaligus, tenang menangkis dua tinju lainnya. Lantas tanpa perlu mengambil kuda-kuda, dia bergerak mulai. Sangmenyelinap penantang mengambil inisiatif menyerang terlebih dulu. Berputar-putar di tepi lingkaran merah. Kakinya lincah. Mulai mendekati sasaran, melepas pukulan. Gerakan tangannya cukup cepat. Dua, tiga, empat pukulan terkirim. Sang juara bertahan menghindari dua tinju sekaligus, tenang menangkis dua tinju lainnya. Lantas tanpa perlu mengambil kuda-kuda, dia bergerak maju, di antara pukulan lawan, dan menghunjamkan mengambil inisiatif menyerang terlebih dulu. Berputar-putar di tepi lingkaran merah. Kakinya lincah. Mulai Sang penantang mengambil inisiatif menyerang terlebih dulu. mendekati sasaran, melepas pukulan. Gerakan tangannya cukup cepat. Dua, tiga, empat pukulan terkirim. Sang juara bertahan menghindari dua tinju sekaligus, tenang menangkis dua tinju lainnya. Lantas tanpa perlu mengambil kuda-kuda, dia bergerak maju, menyelinap di antara pukulan lawan, dan menghunjamkan Berputar-putar di tepi lingkaran merah. Kakinya lincah. Mulai mendekati sasaran, melepas pukulan. Gerakan tangannya cukup cepat. Dua, tiga, empat pukulan terkirim. Sang juara bertahan menghindari dua tinju sekaligus, tenang menangkis dua tinju lainnya. Lantas tanpa perlu mengambil kuda-kuda, dia bergerak maju, menyelinap di antara pukulan lawan, dan menghunjamkan Sang penantang mengambil inisiatif menyerang terlebih dulu. Berputar-putar di tepi lingkaran merah. Kakinya lincah. Mulai mendekati sasaran, melepas pukulan. Gerakan tangannya cukup cepat. Dua, tiga, empat pukulan terkirim. Sang juara bertahan lainnya. Lantas tanpa perlu mengambil kuda-kuda, diadua bergerak maju, menyelinap di antara pukulan lawan, dan menghunjamkan Sang penantang mengambil inisiatif menyerang terlebih dulu. Berputar-putar disepersekian tepi lingkaran merah. Kakinya lincah. Mulai mendekati sasaran, melepas pukulan. Gerakan tangannya cukup cepat. Dua, tiga, empat pukulan terkirim. Sang juara bertahan menghindari dua tinju sekaligus, tenang menangkis tinju lainnya. Lantas tanpa perlu mengambil kuda-kuda, dia bergerak maju, menyelinap di antara pukulan lawan, dan menghunjamkan tinju kanannya, detik. Sebelum penantangnya me­ tepi lingkaran merah. Kakinya lincah. Mulai Berputar-putar di tepi lingkaran merah. Kakinya lincah. Mulai mendekati sasaran, melepas pukulan. Gerakan tangannya cukup cepat. Dua, tiga, empat pukulan terkirim. Sang juara bertahan menghindari dua tinju sekaligus, tenang menangkis dua tinju lainnya. Lantas tanpa perlu mengambil kuda-kuda, dia bergerak maju, menyelinap di antara pukulan lawan, dan menghunjamkan tinju kanannya, sepersekian detik. Sebelum penantangnya me­ mendekati sasaran, melepas pukulan. Gerakan tangannya cukup cepat. Dua, tiga, empat pukulan terkirim. Sang juara bertahan menghindari dua tinju sekaligus, tenang menangkis dua tinju lainnya. Lantas tanpa perlu mengambil kuda-kuda, dia bergerak maju, menyelinap di antara pukulan lawan, dan menghunjamkan tinju kanannya, sepersekian detik. Sebelum penantangnya me­ Berputar-putar di tepi lingkaran merah. Kakinya lincah. Mulai mendekati sasaran, melepas pukulan. Gerakan tangannya cukup cepat. Dua, tiga, empat pukulan terkirim. Sang juara bertahan menghindari dua tinju sekaligus, tenang menangkis dua tinju maju, menyelinap di antara pukulan lawan, dan menghunjamkan tinju kanannya, sepersekian detik. Sebelum penantangnya me­ Berputar-putar di tepi lingkaran merah. Kakinya lincah. Mulai mendekati sasaran, melepas pukulan. Gerakan tangannya cukup cepat. Dua, tiga, empat pukulan terkirim. Sang juara bertahan menghindari dua tinju sekaligus, tenang menangkis dua tinju lainnya. Lantas tanpa perlu mengambil kuda-kuda, dia bergerak maju, menyelinap di antara pukulan lawan, dan menghunjamkan tinju kanannya, sepersekian detik. Sebelum penantangnya me­ mendekati sasaran, melepas pukulan. Gerakan tangannya cukup melepas pukulan. Gerakan tangannya cukup cepat. Dua, tiga, empat pukulan terkirim. Sang juara bertahan menghindari dua tinju sekaligus, tenang menangkis dua tinju lainnya. Lantas tanpa perlu mengambil kuda-kuda, dia bergerak maju, menyelinap di antara pukulan lawan, dan menghunjamkan tinju kanannya, sepersekian detik. Sebelum penantangnya me­ cepat. Dua, tiga, empat pukulan terkirim. Sang juara bertahan menghindari dua tinju sekaligus, tenang menangkis dua tinju lainnya. Lantas tanpa perlu mengambil kuda-kuda, dia bergerak 12 maju, menyelinap di antara pukulan lawan, dan menghunjamkan tinju kanannya, sepersekian detik. Sebelum penantangnya me­ mendekati sasaran, melepas pukulan. Gerakan tangannya cukup cepat. Dua, tiga, empat pukulan terkirim. Sang juara bertahan menghindari dua tinju sekaligus, tenang menangkis dua tinju lainnya. Lantas tanpa perlu mengambil kuda-kuda, dia bergerak 12 terkirim. tinju kanannya, sepersekian detik. Sebelum penantangnya me­ mendekati sasaran, melepas pukulan. Gerakan tangannya cukup cepat. Dua, tiga, empat pukulan Sang juara bertahan menghindari dua tinju sekaligus, tenang menangkis tinju lainnya. Lantas tanpa perlu mengambil kuda-kuda, diadua bergerak maju, menyelinap di antara pukulan lawan, dan menghunjamkan



sudah. KO. Selesai aduh kesakitan. Sang penantang terduduk di lantai, kemudian tumbang meng­ Ruangan terdiam, penonton menahan napas. nyadari betapa terbuka pertahanannya, tinju itu telah menghan­ sudah. KO. Selesai aduh kesakitan. Sang penantang terduduk di lantai, kemudian tumbang meng­ Ruangan terdiam, penonton menahan napas. tam dagunya. nyadari betapa terbuka pertahanannya, tinju itu telah sudah. KO. Selesai aduh kesakitan. Sang penantang terduduk di lantai, kemudian meng­ Ruangan terdiam, penonton menahan napas. tam dagunya. sudah. KO. Selesai aduh kesakitan. nyadari betapa terbuka pertahanannya, tinju itu tumbang telah menghan­ menghan­ Sang penantang terduduk di lantai, kemudian tumbang meng­ Ruangan terdiam, penonton menahan napas. tam dagunya. ”Yes!” sudah. KO. Selesai aduh kesakitan. Sang penantang terduduk di lantai, kemudian tumbang meng­ Ruangan terdiam, penonton menahan napas. tam dagunya. ”Yes!” sudah. KO. Selesai aduh kesakitan. Sang penantang terduduk di lantai, kemudian tumbang meng­ tam dagunya. ”Yes!” sudah. KO. Selesai aduh kesakitan. Sang penantang terduduk di lantai, kemudian tumbang meng­ Ruangan terdiam, penonton menahan napas. tam dagunya. ”Yes!” sudah. KO. Selesai aduh kesakitan. Sang penantang terduduk di lantai, kemudian tumbang meng­ penonton menahan napas. Ruangan terdiam, penonton menahan napas. ”Yes!” sudah. KO. Selesai tam dagunya. aduh kesakitan. Sang penantang terduduk di lantai, kemudian tumbang meng­ Ruangan terdiam, penonton menahan napas. ”Bravo! Sensacional!” Seruan penonton bergema di langit-langit ”Yes!” sudah. KO. Selesai aduh kesakitan. Sang penantang terduduk di lantai, kemudian tumbang meng­ Ruangan terdiam, penonton menahan napas. ”Bravo! Sensacional!” Seruan penonton bergema di langit-langit ”Yes!” sudah. KO. Selesai aduh kesakitan. Ruangan terdiam, penonton menahan napas. ”Bravo! Sensacional!” Seruan penonton bergema di langit-langit ”Yes!” sudah. KO. Selesai aduh kesakitan. Sang penantang terduduk di lantai, kemudian tumbang meng­ Ruangan terdiam, penonton menahan napas. ”Bravo! Sensacional!” Seruan penonton bergema di langit-langit ”Yes!” sudah. KO. Selesai aduh kesakitan. Sang penantang terduduk di lantai, kemudian tumbang meng­ terduduk di lantai, kemudian tumbang meng­ ”Bravo! Sensacional!” Seruan penonton bergema di langit-langit ”Yes!” Ruangan terdiam, penonton menahan napas. sudah. KO. Selesai aduh kesakitan. Sang penantang terduduk di lantai, kemudian tumbang meng­ ruangan. ”Bravo! Sensacional!” Seruan penonton bergema di langit-langit ”Yes!” sudah. KO. Selesai aduh kesakitan. Sang penantang terduduk di lantai, kemudian tumbang meng­ ruangan. ”Bravo! Sensacional!” Seruan penonton bergema di langit-langit ”Yes!” sudah. KO. Selesai Sang penantang terduduk di lantai, kemudian tumbang meng­ ruangan. ”Bravo! Sensacional!” Seruan penonton bergema di langit-langit ”Yes!” sudah. KO. Selesai aduh kesakitan. Sang penantang terduduk di lantai, kemudian tumbang meng­ ruangan. ”Bravo! Sensacional!” Seruan penonton bergema di langit-langit ”Yes!” sudah. KO. Selesai aduh kesakitan. ruangan. ”Bravo! Sensacional!” Seruan penonton bergema di langit-langit Sang penantang terduduk di lantai, kemudian tumbang meng­ ”Yes!” sudah. KO. Selesai aduh kesakitan. Aku mengusap rambut. ruangan. ”Bravo! Sensacional!” Seruan penonton bergema di langit-langit ”Yes!” sudah. KO. Selesai aduh kesakitan. Aku mengusap rambut. ruangan. ”Bravo! Sensacional!” Seruan penonton bergema di langit-langit ”Yes!” aduh kesakitan. Aku mengusap rambut. ruangan. ”Bravo! Sensacional!” Seruan penonton bergema di langit-langit ”Yes!” sudah. KO. Selesai aduh kesakitan. Aku mengusap rambut. ruangan. ”Bravo! Sensacional!” Seruan penonton bergema di langit-langit ”Yes!” sudah. KO. Selesai Aku mengusap rambut. ruangan. aduh kesakitan. ”Bravo! Sensacional!” Seruan penonton bergema di langit-langit ”Yes!” sudah. KO. Selesai ”Dia benar-benar monster.” Theo untuk kesekian kali menyi­ Aku mengusap rambut. ruangan. ”Bravo! Sensacional!” Seruan penonton bergema di langit-langit ”Yes!” sudah. KO. Selesai ”Dia benar-benar monster.” Theo kesekian kali Aku mengusap rambut. ruangan. ”Bravo! Sensacional!” Seruan penonton bergema di langit-langit sudah. KO. Selesai ”Dia benar-benar monster.” Theo untuk untuk kesekian kali menyi­ menyi­ Aku mengusap rambut. ruangan. ”Bravo! Sensacional!” Seruan penonton bergema di langit-langit ”Yes!” sudah. KO. Selesai ”Dia benar-benar monster.” Theo untuk kesekian kali menyi­ Aku mengusap rambut. ruangan. ”Bravo! Sensacional!” Seruan penonton bergema di langit-langit ”Yes!” ”Dia benar-benar monster.” Theo untuk kesekian kali menyi­ Aku mengusap rambut. sudah. KO. Selesai ruangan. ”Bravo! Sensacional!” Seruan penonton bergema di ”Yes!” kali ini suaranya terdengar cemas. Sepertinya kut lenganku, ”Dia benar-benar monster.” Theo untuk kesekian kali menyi­ Aku mengusap rambut. ruangan. ”Bravo! Sensacional!” Seruan penonton bergema di langit-langit langit-langit ”Yes!” kali ini suaranya terdengar cemas. Sepertinya kut lenganku, ”Dia benar-benar monster.” Theo untuk kesekian kali menyi­ Aku mengusap rambut. ruangan. ”Yes!” kali ini suaranya terdengar cemas. Sepertinya kut lenganku, ”Dia benar-benar monster.” Theo untuk kesekian kali menyi­ Aku mengusap rambut. ruangan. ”Bravo! Sensacional!” Seruan penonton bergema di langit-langit ”Yes!” kali ini suaranya terdengar cemas. Sepertinya kut lenganku, ”Dia benar-benar monster.” Theo untuk kesekian kali menyi­ Aku mengusap rambut. ruangan. ”Bravo! Sensacional!” Seruan penonton bergema di langit-langit Seruan penonton bergema di langit-langit kali ini suaranya terdengar cemas. Sepertinya kut lenganku, ”Dia benar-benar monster.” Theo untuk kesekian kali menyi­ ”Yes!” Aku mengusap rambut. ruangan. ”Bravo! Sensacional!” Seruan penonton bergema di langit-langit tombol panik mulai aktif di kepalanya. kali ini suaranya terdengar cemas. Sepertinya kut lenganku, ”Dia benar-benar monster.” Theo untuk kesekian kali menyi­ Aku mengusap rambut. ruangan. ”Bravo! Sensacional!” Seruan penonton bergema di langit-langit tombol panik mulai aktif di kepalanya. kali ini suaranya terdengar cemas. Sepertinya kut lenganku, ”Dia benar-benar monster.” Theo untuk kesekian kali menyi­ Aku mengusap rambut. ”Bravo! Sensacional!” Seruan penonton bergema di langit-langit tombol panik mulai aktif di kepalanya. kali ini suaranya terdengar cemas. Sepertinya kut lenganku, ”Dia benar-benar monster.” Theo untuk kesekian kali menyi­ Aku mengusap rambut. ruangan. ”Bravo! Sensacional!” Seruan penonton bergema di langit-langit tombol panik mulai aktif di kepalanya. kali ini suaranya terdengar cemas. Sepertinya kut lenganku, ”Dia benar-benar monster.” Theo untuk kesekian kali menyi­ Aku mengusap rambut. ruangan. tombol panik mulai aktif di kepalanya. kali ini suaranya terdengar cemas. Sepertinya kut lenganku, ”Bravo! Sensacional!” Seruan penonton bergema di langit-langit ”Dia benar-benar monster.” Theo untuk kesekian kali menyi­ mengusap rambut. ruangan. Aku menggeleng. Dia petarung sejati. Monster tidak ber­ tombol panik mulai aktif di kepalanya. kali ini suaranya terdengar cemas. Sepertinya kut lenganku, ”Dia benar-benar monster.” Theo untuk kesekian kali menyi­ mengusap rambut. ruangan. Aku menggeleng. Dia petarung sejati. Monster tidak ber­ tombol panik mulai aktif di kepalanya. kali ini suaranya terdengar cemas. Sepertinya kut lenganku, ”Dia benar-benar monster.” Theo untuk kesekian kali menyi­ ruangan. Aku menggeleng. Dia petarung sejati. Monster tidak ber­ tombol panik mulai aktif di kepalanya. kali ini suaranya terdengar cemas. Sepertinya kut lenganku, ”Dia benar-benar monster.” Theo untuk kesekian kali menyi­ Aku mengusap rambut. ruangan. menggeleng. Dia petarung sejati. Monster tidak ber­ tombol panik mulai aktif di kepalanya. kali ini suaranya terdengar cemas. Sepertinya kut lenganku, Aku mengusap rambut. ”Dia benar-benar monster.” Theo untuk kesekian kali menyi­ rambut. menggeleng. Dia petarung sejati. Monster tidak ber­ tombol panik mulai aktif di kepalanya. ruangan. kali ini suaranya terdengar cemas. Sepertinya kut lenganku, ”Dia benar-benar monster.” Theo untuk kesekian kali menyi­ mengusap rambut. tarung dengan ketenangan luar biasa dan kalkulasi matang se­ Aku menggeleng. Dia petarung sejati. Monster tidak ber­ tombol panik mulai aktif di kepalanya. kali ini suaranya terdengar cemas. Sepertinya kut lenganku, ”Dia benar-benar monster.” Theo untuk kesekian kali menyi­ mengusap rambut. tarung dengan ketenangan luar biasa dan kalkulasi matang se­ Aku menggeleng. Dia petarung sejati. Monster tidak ber­ tombol panik mulai aktif di kepalanya. kali ini suaranya terdengar cemas. Sepertinya kut lenganku, mengusap rambut. tarung dengan ketenangan luar biasa dan kalkulasi matang se­ Aku menggeleng. Dia petarung sejati. Monster tidak ber­ tombol panik mulai aktif di kepalanya. kali ini suaranya terdengar cemas. Sepertinya kut lenganku, ”Dia benar-benar monster.” Theo untuk kesekian kali menyi­ mengusap rambut. tarung dengan ketenangan luar biasa dan kalkulasi matang se­ Aku menggeleng. Dia petarung sejati. Monster tidak ber­ tombol panik mulai aktif di kepalanya. ”Dia benar-benar monster.” Theo untuk kesekian kali menyi­ kali ini suaranya terdengar cemas. Sepertinya kut lenganku, monster.” Theo untuk kesekian kali menyi­ tarung dengan ketenangan luar biasa dan kalkulasi matang se­ Aku menggeleng. Dia petarung sejati. Monster tidak ber­ mengusap rambut. tombol panik mulai aktif di kepalanya. kali ini suaranya terdengar cemas. Sepertinya kut lenganku, ”Dia benar-benar monster.” Theo untuk kesekian kali menyi­ perti itu. Dia bahkan bisa melihat pukulan-pukulan lawannya tarung dengan ketenangan luar biasa dan kalkulasi matang se­ Aku menggeleng. Dia petarung sejati. Monster tidak ber­ tombol panik mulai aktif di kepalanya. kali ini suaranya terdengar cemas. Sepertinya kut lenganku, ”Dia benar-benar monster.” Theo untuk kesekian kali menyi­ perti itu. Dia bahkan bisa melihat pukulan-pukulan lawannya tarung dengan ketenangan luar biasa dan kalkulasi matang se­ Aku menggeleng. Dia petarung sejati. Monster tidak ber­ tombol panik mulai aktif di kepalanya. ”Dia benar-benar monster.” Theo untuk kesekian kali menyi­ perti itu. Dia bahkan bisa melihat pukulan-pukulan lawannya tarung dengan ketenangan luar biasa dan kalkulasi matang se­ Aku menggeleng. Dia petarung sejati. Monster tidak ber­ tombol panik mulai aktif di kepalanya. kali ini suaranya terdengar cemas. Sepertinya kut lenganku, ”Dia benar-benar monster.” Theo untuk kesekian kali menyi­ perti itu. Dia bahkan bisa melihat pukulan-pukulan lawannya tarung dengan ketenangan luar biasa dan kalkulasi matang se­ Aku menggeleng. Dia petarung sejati. Monster tidak ber­ kali ini suaranya terdengar cemas. Sepertinya lenganku, tombol panik mulai aktif di kepalanya. suaranya terdengar cemas. Sepertinya kut perti itu. Dia bahkan bisa melihat pukulan-pukulan lawannya tarung dengan ketenangan luar biasa dan kalkulasi matang se­ ”Dia benar-benar monster.” Theo untuk kesekian kali menyi­ Aku menggeleng. Dia petarung sejati. Monster tidak ber­ tombol panik mulai aktif di kepalanya. kali ini suaranya terdengar cemas. Sepertinya kut lenganku, datang, lantas memilih pukulan balasan paling masuk akal untuk perti itu. Dia bahkan bisa melihat pukulan-pukulan lawannya tarung dengan ketenangan luar biasa dan kalkulasi matang se­ Aku menggeleng. Dia petarung sejati. Monster tidak ber­ tombol panik mulai aktif di kepalanya. kali ini suaranya terdengar cemas. Sepertinya kut lenganku, datang, lantas memilih pukulan balasan paling masuk akal untuk perti itu. Dia bahkan bisa melihat pukulan-pukulan lawannya tarung dengan ketenangan luar biasa dan kalkulasi matang se­ Aku menggeleng. Dia petarung sejati. Monster tidak ber­ kali ini suaranya terdengar cemas. Sepertinya kut lenganku, datang, lantas memilih pukulan balasan paling masuk akal untuk perti itu. Dia bahkan bisa melihat pukulan-pukulan lawannya tarung dengan ketenangan luar biasa dan kalkulasi matang se­ Aku menggeleng. Dia petarung sejati. Monster tidak ber­ tombol panik mulai aktif di kepalanya. kali ini suaranya terdengar cemas. Sepertinya kut lenganku, datang, lantas memilih pukulan balasan paling masuk akal untuk perti itu. Dia bahkan bisa melihat pukulan-pukulan lawannya panik mulai aktif di kepalanya. tarung dengan ketenangan luar biasa dan kalkulasi matang se­ Aku menggeleng. Dia petarung sejati. Monster tidak ber­ tombol aktif di kepalanya. datang, lantas memilih pukulan balasan paling masuk akal untuk perti itu. Dia bahkan bisa melihat pukulan-pukulan lawannya kali ini suaranya terdengar cemas. Sepertinya kut lenganku, tarung dengan ketenangan luar biasa dan kalkulasi matang se­ Aku menggeleng. Dia petarung sejati. Monster tidak ber­ tombol panik mulai aktif di kepalanya. menganvaskan musuhnya dalam sebuah gerakan yang amat efi­ datang, lantas memilih pukulan balasan paling masuk akal untuk perti itu. Dia bahkan bisa melihat pukulan-pukulan lawannya tarung dengan ketenangan luar biasa dan kalkulasi matang se­ Aku menggeleng. Dia petarung sejati. Monster tidak ber­ tombol panik mulai aktif di kepalanya. menganvaskan musuhnya dalam sebuah gerakan yang amat efi­ datang, lantas memilih pukulan balasan paling masuk akal untuk perti itu. Dia bahkan bisa melihat pukulan-pukulan lawannya tarung dengan ketenangan luar biasa dan kalkulasi matang se­ tombol panik mulai aktif di kepalanya. menganvaskan musuhnya dalam sebuah gerakan yang amat efi­ datang, lantas memilih pukulan balasan paling masuk akal untuk perti itu. Dia bahkan bisa melihat pukulan-pukulan lawannya tarung dengan ketenangan luar biasa dan kalkulasi matang se­ Dia petarung sejati. Monster tidak ber­ tombol panik mulai aktif di kepalanya. menganvaskan musuhnya dalam sebuah gerakan yang amat efi­ datang, lantas memilih pukulan balasan paling masuk akal untuk Aku menggeleng. Dia petarung sejati. Monster tidak ber­ perti itu. Dia bahkan bisa melihat pukulan-pukulan lawannya tarung dengan ketenangan luar biasa dan kalkulasi matang se­ Dia petarung sejati. Monster tidak ber­ menganvaskan musuhnya dalam sebuah gerakan yang amat efi­ datang, lantas memilih pukulan balasan paling masuk akal untuk tombol panik mulai aktif di kepalanya. perti itu. Dia bahkan bisa melihat pukulan-pukulan lawannya tarung dengan ketenangan luar biasa dan kalkulasi matang se­ Aku menggeleng. Dia petarung sejati. Monster tidak ber­ sien. Tidak ada monster seperti itu, dan jelas sebutan monster menganvaskan musuhnya dalam sebuah gerakan yang amat efi­ datang, lantas memilih pukulan balasan paling masuk akal untuk perti itu. Dia bahkan bisa melihat pukulan-pukulan lawannya tarung dengan ketenangan luar biasa dan kalkulasi matang se­ Aku menggeleng. Dia petarung sejati. Monster tidak ber­ sien. Tidak ada monster seperti itu, dan jelas sebutan monster menganvaskan musuhnya dalam sebuah gerakan yang amat efi­ datang, lantas memilih pukulan balasan paling masuk akal untuk perti itu. Dia bahkan bisa melihat pukulan-pukulan lawannya Aku menggeleng. Dia petarung sejati. Monster tidak ber­ sien. Tidak ada monster seperti itu, dan jelas sebutan monster menganvaskan musuhnya dalam sebuah gerakan yang amat efi­ datang, lantas memilih pukulan balasan paling masuk akal untuk perti itu. Dia bahkan bisa melihat pukulan-pukulan lawannya tarung ketenangan luar biasa dan kalkulasi matang se­ Aku menggeleng. Dia petarung sejati. Monster tidak ber­ sien. Tidak ada monster seperti itu, dan jelas sebutan monster menganvaskan musuhnya dalam sebuah gerakan yang amat efi­ dengan ketenangan luar biasa dan kalkulasi matang se­ datang, lantas memilih pukulan balasan paling masuk akal untuk perti itu. Dia bahkan bisa melihat pukulan-pukulan lawannya tarung ketenangan luar biasa dan kalkulasi matang se­ sien. Tidak ada monster seperti itu, dan jelas sebutan monster menganvaskan musuhnya dalam sebuah gerakan yang amat efi­ Aku menggeleng. Dia petarung sejati. Monster tidak ber­ datang, lantas memilih pukulan balasan paling masuk akal untuk perti itu. Dia bahkan bisa melihat pukulan-pukulan lawannya tarung dengan ketenangan luar biasa dan kalkulasi matang se­ tidak cocok dengan wajahnya yang bersih dan bersahabat. Dia sien. Tidak ada monster seperti itu, dan jelas sebutan monster menganvaskan musuhnya dalam sebuah gerakan yang amat efi­ datang, lantas memilih pukulan balasan paling masuk akal untuk perti itu. Dia bahkan bisa melihat pukulan-pukulan lawannya tarung dengan ketenangan luar biasa dan kalkulasi matang se­ tidak cocok dengan wajahnya yang bersih dan bersahabat. Dia sien. Tidak ada monster seperti itu, dan jelas sebutan monster menganvaskan musuhnya dalam sebuah gerakan yang amat efi­ datang, lantas memilih pukulan balasan paling masuk akal untuk tarung dengan ketenangan luar biasa dan kalkulasi matang se­ tidak cocok dengan wajahnya yang bersih dan bersahabat. Dia sien. Tidak ada monster seperti itu, dan jelas sebutan monster menganvaskan musuhnya dalam sebuah gerakan yang amat efi­ datang, lantas memilih pukulan balasan paling masuk akal untuk perti bisa melihat pukulan-pukulan lawannya tarung dengan ketenangan luar biasa dan kalkulasi matang se­ tidak cocok dengan wajahnya yang bersih dan bersahabat. Dia sien. Tidak ada monster seperti itu, dan jelas sebutan monster itu. Dia bahkan bisa melihat pukulan-pukulan lawannya menganvaskan musuhnya dalam sebuah gerakan yang amat efi­ datang, lantas memilih pukulan balasan paling masuk akal untuk perti bisa melihat pukulan-pukulan lawannya tidak cocok dengan wajahnya yang bersih dan bersahabat. Dia sien. Tidak ada monster seperti itu, dan jelas sebutan monster tarung dengan ketenangan luar biasa dan kalkulasi matang se­ menganvaskan musuhnya dalam sebuah gerakan yang amat efi­ datang, lantas memilih pukulan balasan paling masuk akal untuk perti itu. Dia bahkan bisa melihat pukulan-pukulan lawannya lebih mirip bintang iklan terkemuka dibanding petarung dengan tidak cocok dengan wajahnya yang bersih dan bersahabat. Dia sien. Tidak ada monster seperti itu, dan jelas sebutan monster menganvaskan musuhnya dalam sebuah gerakan yang amat efi­ datang, lantas memilih pukulan balasan paling masuk akal untuk perti itu. Dia bahkan bisa melihat pukulan-pukulan lawannya lebih mirip bintang iklan terkemuka dibanding petarung dengan tidak cocok dengan wajahnya yang bersih dan bersahabat. Dia sien. Tidak ada monster seperti itu, dan jelas sebutan monster menganvaskan musuhnya dalam sebuah gerakan yang amat efi­ perti itu. Dia bahkan bisa melihat pukulan-pukulan lawannya lebih mirip bintang iklan terkemuka dibanding petarung dengan tidak cocok dengan wajahnya yang bersih dan bersahabat. Dia sien. Tidak ada monster seperti itu, dan jelas sebutan monster menganvaskan musuhnya dalam sebuah gerakan yang amat efi­ datang, pukulan balasan paling masuk akal untuk perti itu. Dia bahkan bisa melihat pukulan-pukulan lawannya lebih mirip bintang iklan terkemuka dibanding petarung dengan lantas memilih pukulan balasan paling masuk akal untuk tidak cocok dengan wajahnya yang bersih dan bersahabat. Dia sien. Tidak ada monster seperti itu, dan jelas sebutan monster menganvaskan musuhnya dalam sebuah gerakan yang amat efi­ datang, pukulan balasan paling masuk akal untuk lebih mirip bintang iklan terkemuka dibanding petarung dengan tidak cocok dengan wajahnya yang bersih dan bersahabat. Dia perti itu. Dia bahkan bisa melihat pukulan-pukulan lawannya sien. Tidak ada monster seperti itu, dan jelas sebutan monster menganvaskan musuhnya dalam sebuah gerakan yang amat efi­ datang, lantas memilih pukulan balasan paling masuk akal untuk gelar monster. Sebutan ituseperti hanya cocok dengan betapa dinginnya lebih mirip bintang iklan terkemuka dibanding petarung dengan tidak cocok dengan wajahnya yang bersih dan bersahabat. Dia sien. Tidak ada monster itu, dan jelas sebutan monster menganvaskan musuhnya dalam sebuah gerakan yangakal amat efi­ datang, lantas memilih pukulan balasan paling masuk untuk gelar monster. Sebutan itu hanya cocok dengan betapa dinginnya lebih mirip bintang iklan terkemuka dibanding petarung dengan tidak cocok dengan wajahnya yang bersih dan bersahabat. Dia sien. Tidak ada monster seperti itu, dan jelas sebutan monster datang, lantas memilih pukulan balasan paling masuk akal untuk gelar monster. Sebutan itu hanya cocok dengan betapa dinginnya lebih mirip bintang iklan terkemuka dibanding petarung dengan tidak cocok dengan wajahnya yang bersih dan bersahabat. Dia sien. Tidak ada monster seperti itu, dan jelas sebutan monster menganvaskan musuhnya dalam sebuah gerakan yang amat efi­ datang, lantas memilih pukulan balasan paling masuk akal untuk gelar monster. Sebutan itu hanya cocok dengan betapa dinginnya musuhnya dalam sebuah gerakan yang amat efi­ lebih mirip bintang iklan terkemuka dibanding petarung dengan tidak cocok dengan wajahnya yang bersih dan bersahabat. Dia sien. Tidak ada monster seperti itu, dan jelas sebutan monster menganvaskan musuhnya dalam sebuah gerakan yang amat efi­ gelar monster. Sebutan itu hanya cocok dengan betapa dinginnya lebih mirip bintang iklan terkemuka dibanding petarung dengan datang, lantas memilih pukulan balasan paling masuk akal untuk tidak cocok dengan wajahnya yang bersih dan bersahabat. Dia sien. Tidak ada monster seperti itu, dan jelas sebutan monster menganvaskan musuhnya dalam sebuah gerakan yang amat efi­ dia menghabisi lawan-lawannya. gelar monster. Sebutan itu hanya cocok dengan betapa dinginnya lebih mirip bintang iklan terkemuka dibanding petarung dengan tidak cocok dengan wajahnya yang bersih dan bersahabat. Dia sien. Tidak ada monster seperti itu, dan jelas sebutan monster menganvaskan musuhnya dalam sebuah gerakan yang amat efi­ dia menghabisi lawan-lawannya. gelar monster. Sebutan itu hanya cocok dengan betapa dinginnya lebih mirip bintang iklan terkemuka dibanding petarung dengan tidak cocok dengan wajahnya yang bersih dan bersahabat. Dia menganvaskan musuhnya dalam sebuah gerakan yang amat efi­ dia menghabisi lawan-lawannya. gelar monster. Sebutan itu hanya cocok dengan betapa dinginnya lebih mirip bintang iklan terkemuka dibanding petarung dengan tidak cocok dengan wajahnya yang bersih dan bersahabat. Dia sien. monster seperti itu, dan jelas sebutan monster menganvaskan musuhnya dalam sebuah gerakan yang amat efi­ dia menghabisi lawan-lawannya. Tidak ada monster seperti itu, dan jelas sebutan monster gelar monster. Sebutan itu hanya cocok dengan betapa dinginnya lebih mirip bintang iklan terkemuka dibanding petarung dengan tidak cocok dengan wajahnya yang bersih dan bersahabat. Dia sien. monster seperti itu, dan jelas sebutan monster dia menghabisi lawan-lawannya. gelar monster. Sebutan itu hanya cocok dengan betapa dinginnya menganvaskan musuhnya dalam sebuah gerakan yang amat efi­ lebih mirip bintang iklan terkemuka dibanding petarung dengan tidak cocok dengan wajahnya yang bersih dan bersahabat. Dia sien. Tidak ada monster seperti itu, dan jelas sebutan monster ”Astaga, hanya tiga puluh detik. Itu rekor KO tercepat, ja­ dia menghabisi lawan-lawannya. gelar monster. Sebutan itu hanya cocok dengan betapa dinginnya lebih mirip bintang iklan terkemuka dibanding petarung dengan tidak cocok dengan wajahnya yang bersih dan bersahabat. Dia sien. Tidak ada monster seperti itu, dan jelas sebutan monster ”Astaga, hanya tiga puluh detik. Itu rekor KO tercepat, ja­ dia menghabisi lawan-lawannya. gelar monster. Sebutan itu hanya cocok dengan betapa dinginnya lebih mirip bintang iklan terkemuka dibanding petarung dengan sien. Tidak ada monster seperti itu, dan jelas sebutan monster ”Astaga, hanya tiga puluh detik. Itu rekor KO tercepat, ja­ dia menghabisi lawan-lawannya. gelar monster. Sebutan itu hanya cocok dengan betapa dinginnya lebih mirip bintang iklan terkemuka dibanding petarung dengan tidak cocok dengan wajahnya yang bersih dan bersahabat. Dia sien. Tidak ada monster seperti itu, dan jelas sebutan monster wajahnya yang bersih dan bersahabat. Dia ”Astaga, hanya tiga puluh detik. Itu rekor KO tercepat, ja­ dia menghabisi lawan-lawannya. gelar monster. Sebutan itu hanya cocok dengan betapa dinginnya lebih mirip bintang iklan terkemuka dibanding petarung dengan tidak cocok dengan wajahnya yang bersih dan bersahabat. Dia ”Astaga, hanya tiga puluh detik. Itu rekor KO tercepat, ja­ dia menghabisi lawan-lawannya. sien. Tidak ada monster seperti itu, dan jelas sebutan monster gelar monster. Sebutan itu hanya cocok dengan betapa dinginnya lebih mirip bintang iklan terkemuka dibanding petarung dengan tidak cocok dengan wajahnya yang bersih dan bersahabat. Dia ngan-jangan.” Theo menatap jeri ke dalam lingkaran merah. ”Astaga, hanya tiga puluh detik. Itu rekor KO tercepat, ja­ dia menghabisi lawan-lawannya. gelar monster. Sebutan itu hanya cocok dengan betapa dinginnya lebih mirip bintang iklan terkemuka dibanding petarung dengan tidak cocok dengan wajahnya yang bersih dan bersahabat. Dia ngan-jangan.” Theo menatap jeri ke dalam lingkaran merah. ”Astaga, hanya tiga puluh detik. Itu rekor KO tercepat, ja­ dia menghabisi lawan-lawannya. gelar monster. Sebutan itu hanya cocok dengan betapa dinginnya tidak cocok dengan wajahnya yang bersih dan bersahabat. Dia ngan-jangan.” Theo menatap jeri ke dalam lingkaran merah. ”Astaga, hanya tiga puluh detik. Itu rekor KO tercepat, ja­ dia menghabisi lawan-lawannya. gelar monster. Sebutan itu hanya cocok dengan betapa dinginnya lebih iklan terkemuka dibanding petarung dengan tidak cocok dengan wajahnya yang bersih dan bersahabat. Dia mirip bintang iklan terkemuka dibanding petarung dengan ngan-jangan.” Theo menatap jeri ke dalam lingkaran merah. ”Astaga, hanya tiga puluh detik. Itu rekor KO tercepat, ja­ dia menghabisi lawan-lawannya. gelar monster. Sebutan itu hanya cocok dengan betapa dinginnya lebih mirip bintang iklan terkemuka dibanding petarung dengan ngan-jangan.” Theo menatap jeri ke dalam lingkaran merah. ”Astaga, hanya tiga puluh detik. Itu rekor KO tercepat, ja­ tidak cocok dengan wajahnya yang bersih dan bersahabat. Dia dia menghabisi lawan-lawannya. gelar monster. Sebutan itu hanya cocok dengan betapa dinginnya lebih mirip bintang iklan terkemuka dibanding petarung dengan Tempat sang penantang tergeletak beberapa detik. ngan-jangan.” Theo menatap jeri ke dalam lingkaran merah. ”Astaga, hanya tiga puluh detik. Itu rekor KO tercepat, ja­ dia menghabisi lawan-lawannya. gelar monster. Sebutan itu hanya cocok dengan betapa dinginnya lebih mirip bintang iklan terkemuka dibanding petarung dengan Tempat sang penantang tergeletak beberapa detik. ngan-jangan.” Theo menatap jeri ke dalam lingkaran merah. ”Astaga, hanya tiga puluh detik. Itu rekor KO tercepat, ja­ dia menghabisi lawan-lawannya. lebih mirip bintang iklan terkemuka dibanding petarung dengan Tempat sang penantang tergeletak beberapa detik. ngan-jangan.” Theo menatap jeri ke dalam lingkaran merah. ”Astaga, hanya tiga puluh detik. Itu rekor KO tercepat, ja­ dia menghabisi lawan-lawannya. gelar monster. Sebutan itu hanya cocok dengan betapa dinginnya lebih mirip bintang iklan terkemuka dibanding petarung dengan itu hanya cocok dengan betapa dinginnya Tempat sang penantang tergeletak beberapa detik. ngan-jangan.” Theo menatap jeri ke dalam lingkaran merah. ”Astaga, hanya tiga puluh detik. Itu rekor KO tercepat, ja­ dia menghabisi lawan-lawannya. gelar monster. Sebutan itu hanya cocok dengan betapa dinginnya Tempat sang penantang tergeletak beberapa detik. ngan-jangan.” Theo menatap jeri ke dalam lingkaran merah. lebih mirip bintang iklan terkemuka dibanding petarung dengan ”Astaga, hanya tiga puluh detik. Itu rekor KO tercepat, ja­ dia menghabisi lawan-lawannya. gelar monster. Sebutan itu hanya cocok dengan betapa dinginnya Sang juara bertahan berjongkok, bersama inspektur pertan­ Tempat sang penantang tergeletak beberapa detik. ngan-jangan.” Theo menatap jeri ke dalam lingkaran merah. ”Astaga, hanya tiga puluh detik. Itu rekor KO tercepat, ja­ dia menghabisi lawan-lawannya. gelar monster. Sebutan itu hanya cocok dengan betapa dinginnya Sang juara bertahan berjongkok, bersama inspektur pertan­ Tempat sang penantang tergeletak beberapa detik. ngan-jangan.” Theo menatap jeri ke dalam lingkaran merah. ”Astaga, hanya tiga puluh detik. Itu rekor KO tercepat, ja­ gelar monster. Sebutan itu hanya cocok dengan betapa dinginnya Sang juara bertahan berjongkok, bersama inspektur pertan­ Tempat sang penantang tergeletak beberapa detik. ngan-jangan.” Theo menatap jeri ke dalam lingkaran merah. ”Astaga, hanya tiga puluh detik. Itu rekor KO tercepat, ja­ dia lawan-lawannya. menghabisi lawan-lawannya. gelar monster. Sebutan itu hanya cocok dengan betapa dinginnya Sang juara bertahan berjongkok, bersama inspektur pertan­ Tempat sang penantang tergeletak beberapa detik. ngan-jangan.” Theo menatap jeri ke dalam lingkaran merah. ”Astaga, hanya tiga puluh detik. Itu rekor KO tercepat, ja­ dia menghabisi lawan-lawannya. Sang juara bertahan berjongkok, bersama inspektur pertan­ Tempat sang penantang tergeletak beberapa detik. gelar monster. Sebutan itu hanya cocok dengan betapa dinginnya ngan-jangan.” Theo menatap jeri ke dalam lingkaran merah. ”Astaga, hanya tiga puluh detik. Itu rekor KO tercepat, ja­ dia menghabisi lawan-lawannya. dingan dan anggota klub petarung yang bertugas sebagai tim Sang juara bertahan berjongkok, bersama inspektur pertan­ Tempat sang penantang tergeletak beberapa detik. ngan-jangan.” Theo menatap jeri ke dalam lingkaran merah. ”Astaga, hanya tiga puluh detik. Itu rekor KO tercepat, ja­ dia menghabisi lawan-lawannya. dingan dan anggota klub petarung yang bertugas sebagai tim Sang juara bertahan berjongkok, bersama inspektur pertan­ Tempat sang penantang tergeletak beberapa detik. ngan-jangan.” Theo menatap jeri ke dalam lingkaran merah. dia menghabisi lawan-lawannya. dingan dan anggota klub petarung yang bertugas sebagai tim Sang juara bertahan berjongkok, bersama inspektur pertan­ Tempat sang penantang tergeletak beberapa detik. ngan-jangan.” Theo menatap jeri ke dalam lingkaran merah. puluh detik. Itu rekor KO tercepat, ja­ ”Astaga, hanya tiga puluh detik. Itu rekor KO tercepat, ja­ dia menghabisi lawan-lawannya. dingan dan anggota klub petarung yang bertugas sebagai tim Sang juara bertahan berjongkok, bersama inspektur pertan­ Tempat sang penantang tergeletak beberapa detik. ngan-jangan.” Theo menatap jeri ke dalam lingkaran merah. ”Astaga, hanya tiga puluh detik. Itu rekor KO tercepat, ja­ dingan dan anggota klub petarung yang bertugas sebagai tim Sang juara bertahan berjongkok, bersama inspektur pertan­ dia menghabisi lawan-lawannya. Tempat sang penantang tergeletak beberapa detik. ngan-jangan.” Theo menatap jeri ke dalam lingkaran merah. ”Astaga, hanya tiga puluh detik. Itu rekor KO tercepat, ja­ medis, membantu memeriksa apakah sang penantang baik-baik dingan dan anggota klub petarung yang bertugas sebagai tim Sang juara bertahan berjongkok, bersama inspektur pertan­ Tempat sang penantang tergeletak beberapa detik. ngan-jangan.” Theo menatap jeri ke dalam lingkaran merah. ”Astaga, hanya tiga puluh detik. Itu rekor KO tercepat, ja­ medis, membantu memeriksa apakah sang penantang baik-baik dingan dan anggota klub petarung yang bertugas sebagai tim Sang juara bertahan berjongkok, bersama inspektur pertan­ Tempat sang penantang tergeletak beberapa detik. ”Astaga, hanya tiga puluh detik. Itu rekor KO tercepat, ja­ medis, membantu memeriksa apakah sang penantang baik-baik dingan dan anggota klub petarung yang bertugas sebagai tim Sangmembantu juara bertahan berjongkok, bersama inspektur pertan­ Tempat sang penantang tergeletak beberapa detik. ngan-jangan.” menatap jeri ke keItu dalam lingkaran merah. Theo menatap jeri dalam lingkaran merah. ”Astaga, hanya tiga puluh detik. rekor KO tercepat, ja­ medis, memeriksa apakah sang penantang baik-baik dingan dan anggota klub petarung yang bertugas sebagai tim



”Kau harus hati-hati, Thom.” Theo memegang bahuku. lebar karena menang bertaruh kedua kalinya malam ini. saja. Seruan-seruan semakin ramai di sekitar. Beberapa tertawa sakit malam-malam seperti ini di negeri orang. Jadi jangan sampai ”Well, maksudku, aku tidak mau repot membawamu ke rumah Aku menoleh. ”Sejak kapan kau mencemaskanku?” ”Kau harus hati-hati, Thom.” Theo memegang bahuku. lebar karena menang bertaruh kedua kalinya malam ini. sakit malam-malam seperti ini di negeri orang. Jadi jangan sampai saja. Seruan-seruan semakin ramai di sekitar. Beberapa tertawa ”Well, maksudku, aku tidak mau repot membawamu ke rumah Aku menoleh. ”Sejak kapan kau mencemaskanku?” ”Kau harus hati-hati, Thom.” Theo memegang bahuku. lebar karena menang bertaruh kedua malam ini. sakit malam-malam seperti ini di negeri orang. Jadi jangan sampai saja. Seruan-seruan semakin ramai di sekitar. Beberapa tertawa ”Well, maksudku, aku tidak mau repot membawamu ke rumah Aku menoleh. ”Sejak kapan kau mencemaskanku?” ”Kau harus hati-hati, Thom.” Theo memegang bahuku. lebar karena menang bertaruh kedua kalinya malam ini. saja. Seruan-seruan semakin ramai di kalinya sekitar. Beberapa tertawa sakit malam-malam seperti ini di negeri orang. Jadi jangan sampai ”Well, maksudku, aku tidak mau repot membawamu ke rumah Aku menoleh. ”Sejak kapan kau mencemaskanku?” ”Kau harus hati-hati, Thom.” Theo memegang bahuku. kau pingsan, patah tulang, dan sebagainya.” Theo tertawa kecil. lebar karena menang bertaruh kedua kalinya malam ini. sakit malam-malam seperti ini di negeri orang. Jadi jangan sampai ”Well, maksudku, aku tidak mau repot membawamu ke rumah Aku menoleh. ”Sejak kapan kau mencemaskanku?” ”Kau harus hati-hati, Thom.” Theo memegang bahuku. lebar karena menang bertaruh kedua kalinya malam ini. kau pingsan, patah tulang, dan sebagainya.” Theo tertawa kecil. sakit malam-malam seperti ini di negeri orang. Jadi jangan sampai ”Well, maksudku, aku tidak mau repot membawamu ke rumah Aku menoleh. ”Sejak kapan kau mencemaskanku?” ”Kau harus hati-hati, Thom.” Theo memegang bahuku. kau pingsan, patah tulang, dan sebagainya.” Theo tertawa kecil. lebar karena menang bertaruh kedua kalinya malam ini. sakit malam-malam seperti ini di negeri orang. Jadi jangan sampai ”Well, maksudku, aku tidak mau repot membawamu ke rumah Aku menoleh. ”Sejak kapan kau mencemaskanku?” ”Kau harus hati-hati, Thom.” Theo memegang bahuku. kau pingsan, patah tulang, dan sebagainya.” Theo tertawa kecil. lebar karena menang bertaruh kedua kalinya malam ini. sakit malam-malam seperti ini di negeri orang. Jadi jangan sampai ”Well, maksudku, aku tidak mau repot membawamu ke rumah Aku menoleh. ”Sejak kapan kau mencemaskanku?” ”Kau harus hati-hati, Thom.” Theo memegang bahuku. lebar karena menang bertaruh kedua kalinya malam ini. kau pingsan, patah tulang, dan sebagainya.” Theo tertawa kecil. sakit malam-malam seperti ini di negeri orang. Jadi jangan sampai ”Well, maksudku, aku tidak mau repot membawamu ke rumah menoleh. ”Sejak kapan kau mencemaskanku?” Aku melotot. Sejak kapan Theo terlihat khawatir? Bukankah ”Kau harus hati-hati, Thom.” Theo memegang bahuku. kau pingsan, patah tulang, dan sebagainya.” Theo tertawa kecil. sakit malam-malam seperti ini di negeri orang. Jadi jangan sampai ”Well, maksudku, aku tidak mau repot membawamu ke rumah menoleh. ”Sejak kapan kau mencemaskanku?” ”Kau harus hati-hati, Thom.” Theo memegang bahuku. Aku melotot. Sejak kapan Theo terlihat khawatir? Bukankah kau pingsan, patah tulang, dan sebagainya.” Theo tertawa kecil. sakit malam-malam seperti ini di negeri orang. Jadi jangan sampai ”Well, maksudku, aku tidak mau repot membawamu ke rumah menoleh. ”Sejak kapan kau mencemaskanku?” Aku melotot. Sejak kapan Theo terlihat khawatir? Bukankah ”Kau harus hati-hati, Thom.” Theo memegang bahuku. kau pingsan, patah tulang, dan sebagainya.” Theo tertawa kecil. sakit malam-malam seperti ini di negeri orang. Jadi jangan sampai ”Well, maksudku, aku tidak mau repot membawamu ke rumah menoleh. ”Sejak kapan kau mencemaskanku?” Aku melotot. Sejak kapan Theo terlihat khawatir? Bukankah ”Kau harus hati-hati, Thom.” Theo memegang bahuku. kau pingsan, patah tulang, dan sebagainya.” Theo tertawa kecil. sakit malam-malam seperti ini di negeri orang. Jadi jangan sampai ”Well, maksudku, aku tidak mau repot membawamu ke rumah menoleh. ”Sejak kapan kau mencemaskanku?” ”Kau harus hati-hati, Thom.” Theo memegang bahuku. Aku melotot. Sejak kapan Theo terlihat khawatir? Bukankah kau pingsan, patah tulang, dan sebagainya.” Theo tertawa kecil. sakit malam-malam seperti ini di negeri orang. Jadi jangan sampai ”Well, maksudku, aku tidak mau repot membawamu ke rumah sejak tadi sore, sejak kami bertemu di salah satu restoran hotel menoleh. ”Sejak kapan kau mencemaskanku?” Aku melotot. Sejak kapan Theo terlihat khawatir? Bukankah kau pingsan, patah tulang, dan sebagainya.” Theo tertawa kecil. sakit malam-malam seperti ini di negeri orang. Jadi jangan sampai ”Well, maksudku, aku tidak mau repot membawamu ke rumah menoleh. ”Sejak kapan kau mencemaskanku?” sejak tadi sore, sejak kami bertemu di salah satu restoran hotel Aku melotot. Sejak kapan Theo terlihat khawatir? Bukankah kau pingsan, patah tulang, dan sebagainya.” Theo tertawa kecil. sakit malam-malam seperti ini di negeri orang. Jadi jangan sampai ”Well, maksudku, aku tidak mau repot membawamu ke rumah sejak tadi sore, sejak kami bertemu di salah satu restoran hotel menoleh. ”Sejak kapan kau mencemaskanku?” Aku melotot. Sejak kapan Theo terlihat khawatir? Bukankah kau pingsan, patah tulang, dan sebagainya.” Theo tertawa kecil. sakit malam-malam seperti ini di negeri orang. Jadi jangan sampai ”Well, maksudku, aku tidak mau repot membawamu ke rumah sejak tadi sore, sejak kami bertemu di salah satu restoran hotel menoleh. ”Sejak kapan kau mencemaskanku?” Aku melotot. Sejak kapan Theo terlihat khawatir? Bukankah kau pingsan, patah tulang, dan sebagainya.” Theo tertawa kecil. sakit malam-malam seperti ini di negeri orang. Jadi jangan sampai ”Well, maksudku, aku tidak mau repot membawamu ke rumah Aku menoleh. ”Sejak kapan kau mencemaskanku?” sejak tadi sore, sejak kami bertemu di salah satu restoran hotel melotot. Sejak kapan Theo terlihat khawatir? Bukankah kau pingsan, patah tulang, dan sebagainya.” Theo tertawa kecil. sakit malam-malam seperti ini di negeri orang. Jadi jangan sampai berbintang di Makau, Theo terus-terusan tertawa, riang dengan ”Well, maksudku, aku tidak mau repot membawamu ke rumah sejak tadi sore, sejak kami bertemu di salah satu restoran hotel Aku melotot. Sejak kapan Theo terlihat khawatir? Bukankah kau pingsan, patah tulang, dan sebagainya.” Theo tertawa kecil. sakit malam-malam seperti ini di negeri orang. Jadi jangan sampai ”Well, maksudku, aku tidak mau repot membawamu ke rumah berbintang di Makau, Theo terus-terusan tertawa, riang dengan sejak tadi sore, sejak kami bertemu di salah satu restoran hotel Aku melotot. Sejak kapan Theo terlihat khawatir? Bukankah kau pingsan, patah tulang, dan sebagainya.” Theo tertawa kecil. sakit malam-malam seperti ini di negeri orang. Jadi jangan sampai berbintang di Makau, Theo terus-terusan tertawa, riang dengan ”Well, maksudku, aku tidak mau repot membawamu ke rumah sejak tadi sore, sejak kami bertemu di salah satu restoran hotel Aku melotot. Sejak kapan Theo terlihat khawatir? Bukankah kau pingsan, patah tulang, dan sebagainya.” Theo tertawa kecil. sakit malam-malam seperti ini di negeri orang. Jadi jangan sampai berbintang di Makau, Theo terus-terusan tertawa, riang dengan ”Well, maksudku, aku tidak mau repot membawamu ke rumah sejak tadi sore, sejak kami bertemu di salah satu restoran hotel Aku melotot. Sejak kapan Theo terlihat khawatir? Bukankah kau pingsan, patah tulang, dan sebagainya.” Theo tertawa kecil. sakit malam-malam seperti ini di negeri orang. Jadi jangan sampai ”Well, maksudku, aku tidak mau repot membawamu ke rumah berbintang di Makau, Theo terus-terusan tertawa, riang dengan sejak tadi sore, sejak kami bertemu di salah satu restoran hotel Aku melotot. Sejak kapan Theo terlihat khawatir? Bukankah kau pingsan, patah tulang, dan sebagainya.” Theo tertawa kecil. prospek pertandingan malam ini? Hei, bukankah sebenarnya sakit malam-malam seperti ini di negeri orang. Jadi jangan sampai berbintang di Makau, Theo terus-terusan tertawa, riang dengan sejak tadi sore, sejak kami bertemu di salah satu restoran hotel Aku melotot. Sejak kapan Theo terlihat khawatir? Bukankah kau pingsan, patah tulang, dan sebagainya.” Theo tertawa kecil. sakit malam-malam seperti ini di negeri orang. Jadi jangan sampai prospek pertandingan malam ini? Hei, bukankah sebenarnya berbintang di Makau, Theo terus-terusan tertawa, riang dengan sejak tadi sore, sejak kami bertemu di salah satu restoran hotel Aku melotot. Sejak kapan Theo terlihat khawatir? Bukankah kau pingsan, patah tulang, dan sebagainya.” Theo tertawa kecil. prospek pertandingan malam ini? Hei, bukankah sebenarnya sakit malam-malam seperti ini di negeri orang. Jadi jangan sampai berbintang di Makau, Theo terus-terusan tertawa, riang dengan sejak tadi sore, sejak kami bertemu di salah satu restoran hotel Aku melotot. Sejak kapan Theo terlihat khawatir? Bukankah kau pingsan, patah tulang, dan sebagainya.” Theo tertawa kecil. prospek pertandingan malam ini? Hei, bukankah sebenarnya sakit malam-malam seperti ini di negeri orang. Jadi jangan sampai berbintang di Makau, Theo terus-terusan tertawa, riang dengan sejak tadi sore, sejak kami bertemu di salah satu restoran hotel Aku melotot. Sejak kapan Theo terlihat khawatir? Bukankah kau pingsan, patah tulang, dan sebagainya.” Theo tertawa kecil. sakit malam-malam seperti ini di negeri orang. Jadi jangan sampai prospek pertandingan malam ini? Hei, bukankah sebenarnya berbintang di Makau, Theo terus-terusan tertawa, riang dengan sejak tadi sore, sejak kami bertemu di salah satu restoran hotel Aku melotot. Sejak kapan Theo terlihat khawatir? Bukankah lalu, saat dia nyatakan ide gila ini, Theo masih j ak tiga minggu se­ kau pingsan, patah tulang, dan sebagainya.” Theo tertawa kecil. prospek pertandingan malam ini? Hei, bukankah sebenarnya berbintang di Makau, Theo terus-terusan tertawa, riang dengan sejak tadi sore, sejak kami bertemu di salah satu restoran hotel Aku melotot. Sejak kapan Theo terlihat khawatir? Bukankah kau pingsan, patah tulang, dan sebagainya.” Theo tertawa kecil. lalu, saat dia nyatakan ide gila ini, Theo masih j ak tiga minggu se­ prospek pertandingan malam ini? Hei, bukankah sebenarnya berbintang di Makau, Theo terus-terusan tertawa, riang dengan sejak tadi sore, sejak kami bertemu di salah satu restoran hotel Aku melotot. Sejak kapan Theo terlihat khawatir? Bukankah lalu, saat dia nyatakan ide gila ini, Theo masih j ak tiga minggu se­ kau pingsan, patah tulang, dan sebagainya.” Theo tertawa kecil. prospek pertandingan malam ini? Hei, bukankah sebenarnya berbintang di Makau, Theo terus-terusan tertawa, riang dengan sejak tadi sore, sejak kami bertemu di salah satu restoran hotel Aku melotot. Sejak kapan Theo terlihat khawatir? Bukankah lalu, saat dia nyatakan ide gila ini, Theo masih j ak tiga minggu se­ kau pingsan, patah tulang, dan sebagainya.” Theo tertawa kecil. prospek pertandingan malam ini? Hei, bukankah sebenarnya berbintang di Makau, Theo terus-terusan tertawa, riang dengan sejak tadi sore, sejak kami bertemu di salah satu restoran hotel Aku melotot. Sejak kapan Theo terlihat khawatir? Bukankah kau pingsan, patah tulang, dan sebagainya.” Theo tertawa kecil. lalu, saat dia nyatakan ide gila ini, Theo masih j ak tiga minggu se­ prospek pertandingan malam ini? Hei, bukankah sebenarnya berbintang di Makau, Theo terus-terusan tertawa, riang dengan sejak tadi sore, sejak kami bertemu di salah satu restoran hotel menganggap ini lelucon menarik? Aku melotot. Sejak kapan Theo terlihat khawatir? Bukankah lalu, saat dia nyatakan ide gila ini, Theo masih j ak tiga minggu se­ prospek pertandingan malam ini? Hei, bukankah sebenarnya berbintang di Makau, Theo terus-terusan tertawa, riang dengan sejak tadi sore, sejak kami bertemu di salah satu restoran hotel Aku melotot. Sejak kapan Theo terlihat khawatir? Bukankah menganggap ini lelucon menarik? lalu, saat dia nyatakan ide gila ini, Theo masih j ak tiga minggu se­ prospek pertandingan malam ini? Hei, bukankah sebenarnya berbintang di Makau, Theo terus-terusan tertawa, riang dengan sejak tadi sore, sejak kami bertemu di salah satu restoran hotel menganggap ini lelucon menarik? Aku melotot. Sejak kapan Theo terlihat khawatir? Bukankah lalu, saat dia nyatakan ide gila ini, Theo masih j ak tiga minggu se­ prospek pertandingan malam ini? Hei, bukankah sebenarnya berbintang di Makau, Theo terus-terusan tertawa, riang dengan sejak tadi sore, sejak kami bertemu di salah satu restoran hotel menganggap ini lelucon menarik? Aku melotot. Sejak kapan Theo terlihat khawatir? Bukankah lalu, saat dia nyatakan ide gila ini, Theo masih j ak tiga minggu se­ prospek pertandingan malam ini? Hei, bukankah sebenarnya berbintang di Makau, Theo terus-terusan tertawa, riang dengan sejak tadi sore, sejak kami bertemu di salah satu restoran hotel Aku melotot. Sejak kapan Theo terlihat khawatir? Bukankah menganggap ini lelucon menarik? lalu, saat dia nyatakan ide gila ini, Theo masih j ak tiga minggu se­ prospek pertandingan malam ini? Hei, bukankah sebenarnya berbintang di Makau, Theo terus-terusan tertawa, riang dengan ”Kau pasti bosan dengan petarungan itu-itu saja di klub kita, sejak tadi sore, sejak kami bertemu di salah satu restoran hotel menganggap ini lelucon menarik? lalu, saat dia nyatakan ide gila ini, Theo masih j ak tiga minggu se­ prospek pertandingan malam ini? Hei, bukankah sebenarnya berbintang di Makau, Theo terus-terusan tertawa, riang dengan sejak tadi sore, sejak kami bertemu di salah satu restoran hotel ”Kau pasti bosan dengan petarungan itu-itu saja di klub kita, menganggap ini lelucon menarik? lalu, saat dia nyatakan ide gila ini, Theo masih j ak tiga minggu se­ prospek pertandingan malam ini? Hei, bukankah sebenarnya berbintang di Makau, Theo terus-terusan tertawa, riang dengan ”Kau pasti bosan dengan petarungan itu-itu saja di klub kita, sejak tadi sore, sejak kami bertemu di salah satu restoran hotel menganggap ini lelucon menarik? lalu, saat dia nyatakan ide gila ini, Theo masih j ak tiga minggu se­ prospek pertandingan malam ini? Hei, bukankah sebenarnya berbintang di Makau, Theo terus-terusan tertawa, riang dengan ”Kau pasti bosan dengan petarungan itu-itu saja di klub kita, sejak tadi sore, sejak kami bertemu di salah satu restoran hotel menganggap ini lelucon menarik? lalu, saat dia nyatakan ide gila ini, Theo masih j ak tiga minggu se­ prospek pertandingan malam ini? Hei, bukankah sebenarnya berbintang di Makau, Theo terus-terusan tertawa, riang dengan sejak tadi sore, sejak kami bertemu di salah satu restoran hotel ”Kau pasti bosan dengan petarungan itu-itu saja di klub kita, menganggap ini lelucon menarik? lalu, saat dia nyatakan ide gila ini, Theo masih j ak tiga minggu se­ prospek pertandingan malam ini? Hei, bukankah sebenarnya Thomas?” Kami bicara ringan menghabiskan waktu setelah jam berbintang di Makau, Theo terus-terusan tertawa, riang dengan ”Kau pasti bosan dengan petarungan itu-itu saja di klub kita, menganggap ini lelucon menarik? lalu, saat dia nyatakan ide gila ini, Theo masih j ak tiga minggu se­ prospek pertandingan malam ini? Hei, bukankah sebenarnya berbintang di Makau, Theo terus-terusan tertawa, riang dengan Thomas?” Kami bicara ringan menghabiskan waktu setelah jam ”Kau pasti bosan dengan petarungan itu-itu saja di klub kita, menganggap ini lelucon menarik? lalu, saat dia nyatakan ide gila ini, Theo masih j ak tiga minggu se­ prospek pertandingan malam ini? Hei, bukankah sebenarnya Thomas?” Kami bicara ringan menghabiskan waktu setelah jam berbintang di Makau, Theo terus-terusan tertawa, riang dengan ”Kau pasti bosan dengan petarungan itu-itu saja di klub kita, menganggap ini lelucon menarik? lalu, saat dia nyatakan ide gila ini, Theo masih j ak tiga minggu se­ prospek pertandingan malam ini? Hei, bukankah sebenarnya Thomas?” Kami bicara ringan menghabiskan waktu setelah jam berbintang di Makau, Theo terus-terusan tertawa, riang dengan ”Kau pasti bosan dengan petarungan itu-itu saja di klub kita, menganggap ini lelucon menarik? lalu, saat dia nyatakan ide gila ini, Theo masih j ak tiga minggu se­ prospek pertandingan malam ini? Hei, bukankah sebenarnya berbintang di Makau, Theo terus-terusan tertawa, riang dengan Thomas?” Kami bicara ringan menghabiskan waktu setelah jam ”Kau pasti bosan dengan petarungan itu-itu saja di klub kita, menganggap ini lelucon menarik? lalu, saat dia nyatakan ide gila ini, Theo masih j ak tiga minggu se­ kerja. ”Nah, aku punya ide hebat, Kawan. Kau tidak akan mam­ prospek pertandingan malam ini? Hei, bukankah sebenarnya Thomas?” Kami bicara ringan menghabiskan waktu setelah jam ”Kau pasti bosan dengan petarungan itu-itu saja di klub kita, menganggap ini lelucon menarik? lalu, saat dia nyatakan ide gila ini, Theo masih j ak tiga minggu se­ prospek pertandingan malam ini? Hei, bukankah sebenarnya kerja. ”Nah, aku punya ide hebat, Kawan. Kau tidak akan mam­ Thomas?” Kami bicara ringan menghabiskan waktu setelah jam ”Kau pasti bosan dengan petarungan itu-itu saja di klub kita, menganggap ini lelucon menarik? lalu, saat dia nyatakan ide gila ini, Theo masih j ak tiga minggu se­ kerja. ”Nah, aku punya ide hebat, Kawan. Kau tidak akan mam­ prospek pertandingan malam ini? Hei, bukankah sebenarnya Thomas?” Kami bicara ringan menghabiskan waktu setelah jam ”Kau pasti bosan dengan petarungan itu-itu saja di klub kita, menganggap ini lelucon menarik? lalu, saat dia nyatakan ide gila ini, Theo masih j ak tiga minggu se­ kerja. ”Nah, aku punya ide hebat, Kawan. Kau tidak akan mam­ prospek pertandingan malam ini? Hei, bukankah sebenarnya Thomas?” Kami bicara ringan menghabiskan waktu setelah jam ”Kau pasti bosan dengan petarungan itu-itu saja di klub kita, menganggap ini lelucon menarik? lalu, saat dia nyatakan ide gila ini, Theo masih j ak tiga minggu se­ prospek pertandingan malam ini? Hei, bukankah sebenarnya kerja. ”Nah, aku punya ide hebat, Kawan. Kau tidak akan mam­ Thomas?” Kami bicara ringan menghabiskan waktu setelah jam ”Kau pasti bosan dengan petarungan itu-itu saja di klub kita, menganggap ini lelucon menarik? pu menolaknya.” Maka meluncurlah rencana itu. lalu, saat dia nyatakan ide gila ini, Theo masih j ak tiga minggu se­ kerja. ”Nah, aku punya ide hebat, Kawan. Kau tidak akan mam­ Thomas?” Kami bicara ringan menghabiskan waktu setelah jam ”Kau pasti bosan dengan petarungan itu-itu saja di klub kita, menganggap ini lelucon menarik? lalu, saat dia nyatakan ide gila ini, Theo masih j ak tiga minggu se­ pu menolaknya.” Maka meluncurlah rencana itu. kerja. ”Nah, aku punya ide hebat, Kawan. Kau tidak akan mam­ Thomas?” Kami bicara ringan menghabiskan waktu setelah jam ”Kau pasti bosan dengan petarungan itu-itu saja di klub kita, menganggap ini lelucon menarik? pu menolaknya.” Maka meluncurlah rencana itu. lalu, saat dia nyatakan ide gila ini, Theo masih j ak tiga minggu se­ kerja. ”Nah, aku punya ide hebat, Kawan. Kau tidak akan mam­ Thomas?” Kami bicara ringan menghabiskan waktu setelah jam ”Kau pasti bosan dengan petarungan itu-itu saja di klub kita, menganggap ini lelucon menarik? pu menolaknya.” Maka meluncurlah rencana itu. lalu, saat dia nyatakan ide gila ini, Theo masih j ak tiga minggu se­ kerja. ”Nah, aku punya ide hebat, Kawan. Kau tidak akan mam­ Thomas?” Kami bicara ringan menghabiskan waktu setelah jam ”Kau pasti bosan dengan petarungan itu-itu saja di klub kita, menganggap ini lelucon menarik? lalu, saat dia nyatakan ide gila ini, Theo masih j ak tiga minggu se­ pu menolaknya.” Maka meluncurlah rencana itu. kerja. ”Nah, aku punya ide hebat, Kawan. Kau tidak akan mam­ Thomas?” Kami bicara ringan menghabiskan waktu setelah jam ”Kau pasti bosan dengan petarungan itu-itu saja di klub kita, Walaupun banyak yang tidak menyadarinya, hampir setiap menganggap ini lelucon menarik? pu menolaknya.” Maka meluncurlah rencana itu. kerja. ”Nah, aku punya ide hebat, Kawan. Kau tidak akan mam­ Thomas?” Kami bicara ringan menghabiskan waktu setelah jam ”Kau pasti bosan dengan petarungan itu-itu saja di klub kita, menganggap ini lelucon menarik? Walaupun banyak yang tidak menyadarinya, hampir setiap pu menolaknya.” Maka meluncurlah rencana itu. kerja. ”Nah, aku punya ide hebat, Kawan. Kau tidak akan mam­ Thomas?” Kami bicara ringan menghabiskan waktu setelah jam ”Kau pasti bosan dengan petarungan itu-itu saja di klub kita, Walaupun banyak yang tidak menyadarinya, hampir setiap menganggap ini lelucon menarik? pu menolaknya.” Maka meluncurlah rencana itu. kerja. ”Nah, aku punya ide hebat, Kawan. Kau tidak akan mam­ Thomas?” Kami bicara ringan menghabiskan waktu setelah jam ”Kau pasti bosan dengan petarungan itu-itu saja di klub kita, Walaupun banyak yang tidak menyadarinya, hampir setiap menganggap ini lelucon menarik? pu menolaknya.” Maka meluncurlah rencana itu. kerja. ”Nah, aku punya ide hebat, Kawan. Kau tidak akan mam­ Thomas?” Kami bicara ringan menghabiskan waktu setelah jam ”Kau pasti bosan dengan petarungan itu-itu saja di klub kita, menganggap ini lelucon menarik? Walaupun banyak yang tidak menyadarinya, hampir setiap pu menolaknya.” Maka meluncurlah rencana itu. kerja. ”Nah, aku punya ide hebat, Kawan. Kau tidak akan mam­ Thomas?” Kami bicara ringan menghabiskan waktu setelah jam kota besar dunia memiliki klub petarung. Termasuk kota judi ”Kau pasti bosan dengan petarungan itu-itu saja di klub kita, Walaupun banyak yang tidak menyadarinya, hampir setiap pu menolaknya.” Maka meluncurlah rencana itu. kerja. ”Nah, aku punya ide hebat, Kawan. Kau tidak akan mam­ Thomas?” Kami bicara ringan menghabiskan waktu setelah jam ”Kau pasti bosan dengan petarungan itu-itu saja di klub kita, kota besar dunia memiliki klub petarung. Termasuk kota judi Walaupun banyak yang tidak menyadarinya, hampir setiap pu menolaknya.” Maka meluncurlah rencana itu. kerja. ”Nah, aku punya ide hebat, Kawan. Kau tidak akan mam­ Thomas?” Kami bicara ringan menghabiskan waktu setelah jam kota besar dunia memiliki klub petarung. Termasuk kota judi ”Kau pasti bosan dengan petarungan itu-itu saja di klub kita, Walaupun banyak yang tidak menyadarinya, hampir setiap pu menolaknya.” Maka meluncurlah rencana itu. kerja. ”Nah, aku punya ide hebat, Kawan. Kau tidak akan mam­ Thomas?” Kami bicara ringan menghabiskan waktu setelah jam kota besar dunia memiliki klub petarung. Termasuk kota judi ”Kau pasti bosan dengan petarungan itu-itu saja di klub kita, Walaupun banyak yang tidak menyadarinya, hampir setiap pu menolaknya.” Maka meluncurlah rencana itu. kerja. ”Nah, aku punya ide hebat, Kawan. Kau tidak akan mam­ Thomas?” Kami bicara ringan menghabiskan waktu setelah jam ”Kau pasti bosan dengan petarungan itu-itu saja di klub kita, kota besar dunia memiliki klub petarung. Termasuk kota judi Walaupun banyak yang tidak menyadarinya, hampir setiap pu menolaknya.” Maka meluncurlah rencana itu. kerja. ”Nah, aku punya ide hebat, Kawan. Kau tidak akan mam­ terbesar di Asia, Makau. ”Anggota klub mereka ratusan orang, Thomas?” Kami bicara ringan menghabiskan waktu setelah jam kota besar dunia memiliki klub petarung. Termasuk kota judi Walaupun banyak yang tidak menyadarinya, hampir setiap pu menolaknya.” Maka meluncurlah rencana itu. kerja. ”Nah, aku punya ide hebat, Kawan. Kau tidak akan mam­ Thomas?” Kami bicara ringan menghabiskan waktu setelah jam terbesar di Asia, Makau. ”Anggota klub mereka ratusan orang, kota besar dunia memiliki klub petarung. Termasuk kota judi Walaupun banyak yang tidak menyadarinya, hampir setiap pu menolaknya.” Maka meluncurlah rencana itu. kerja. ”Nah, aku punya ide hebat, Kawan. Kau tidak akan mam­ terbesar di Asia, Makau. ”Anggota klub mereka ratusan orang, Thomas?” Kami bicara ringan menghabiskan waktu setelah jam kota besar dunia memiliki klub petarung. Termasuk kota judi Walaupun banyak yang tidak menyadarinya, hampir setiap pu menolaknya.” Maka meluncurlah rencana itu. kerja. ”Nah, aku punya ide hebat, Kawan. Kau tidak akan mam­ terbesar di Asia, Makau. ”Anggota klub mereka ratusan orang, Thomas?” Kami bicara ringan menghabiskan waktu setelah jam kota besar dunia memiliki klub petarung. Termasuk kota judi Walaupun banyak yang tidak menyadarinya, hampir setiap pu menolaknya.” Maka meluncurlah rencana itu. kerja. ”Nah, aku punya ide hebat, Kawan. Kau tidak akan mam­ Thomas?” Kami bicara ringan menghabiskan waktu setelah jam terbesar di Asia, Makau. ”Anggota klub mereka ratusan orang, kota besar dunia memiliki klub petarung. Termasuk kota judi Walaupun banyak yang tidak menyadarinya, hampir setiap pu menolaknya.” Maka meluncurlah rencana itu. Thomas. Datang dari seluruh dunia. Eksekutif muda yang mem­ kerja. ”Nah, aku punya ide hebat, Kawan. Kau tidak akan mam­ terbesar di Asia, Makau. ”Anggota klub mereka ratusan orang, kota besar dunia memiliki klub petarung. Termasuk kota judi Walaupun banyak yang tidak menyadarinya, hampir setiap pu menolaknya.” Maka meluncurlah rencana itu. kerja. ”Nah, aku punya ide hebat, Kawan. Kau tidak akan mam­ Thomas. Datang dari seluruh dunia. Eksekutif muda yang mem­ terbesar di Asia, Makau. ”Anggota klub mereka ratusan orang, kota besar dunia memiliki klub petarung. Termasuk kota judi Walaupun banyak yang tidak menyadarinya, hampir setiap pu menolaknya.” Maka meluncurlah rencana itu. Thomas. Datang dari seluruh dunia. Eksekutif muda yang mem­ kerja. ”Nah, aku punya ide hebat, Kawan. Kau tidak akan mam­ terbesar di Asia, Makau. ”Anggota klub mereka ratusan orang, kota besar dunia memiliki klub petarung. Termasuk kota judi Walaupun banyak yang tidak menyadarinya, hampir setiap pu menolaknya.” Maka meluncurlah rencana itu. Thomas. Datang dari seluruh dunia. Eksekutif muda yang mem­ kerja. ”Nah, aku punya ide hebat, Kawan. Kau tidak akan mam­ terbesar di Asia, Makau. ”Anggota klub mereka ratusan orang, kota besar dunia memiliki klub petarung. Termasuk kota judi Walaupun banyak yang tidak menyadarinya, hampir setiap pu menolaknya.” Maka meluncurlah rencana itu. kerja. ”Nah, aku punya ide hebat, Kawan. Kau tidak akan mam­ Thomas. Datang dari seluruh dunia. Eksekutif muda yang mem­ terbesar di Asia, Makau. ”Anggota klub mereka ratusan orang, kota besar dunia memiliki klub petarung. Termasuk kota judi Walaupun banyak yang tidak menyadarinya, hampir setiap butuhkan hiburan berbeda. Kau ingin bertemu petarung dari pu menolaknya.” Maka meluncurlah rencana itu. Thomas. Datang dari seluruh dunia. Eksekutif muda yang mem­ terbesar di Asia, Makau. ”Anggota klub mereka ratusan orang, kota besar dunia memiliki klub petarung. Termasuk kota judi Walaupun banyak yang tidak menyadarinya, hampir setiap pu menolaknya.” Maka meluncurlah rencana itu. butuhkan hiburan berbeda. Kau ingin bertemu petarung dari Thomas. Datang dari seluruh dunia. Eksekutif muda yang mem­ terbesar di Asia, Makau. ”Anggota klub mereka ratusan kota besar dunia memiliki klub petarung. Termasuk kota judi Walaupun banyak yang tidak menyadarinya, hampir setiap butuhkan hiburan berbeda. Kau ingin bertemu petarung dari pu menolaknya.” Maka meluncurlah rencana itu. Thomas. Datang dari seluruh dunia. Eksekutif muda yang mem­ terbesar di Asia, Makau. ”Anggota klub mereka ratusan orang, kota besar dunia memiliki klub petarung. Termasuk kotaorang, judi Walaupun banyak yang tidak menyadarinya, hampir setiap butuhkan hiburan berbeda. Kau ingin bertemu petarung dari pu menolaknya.” Maka meluncurlah rencana itu. Thomas. Datang dari seluruh dunia. Eksekutif muda yang mem­ terbesar di Asia, Makau. ”Anggota klub mereka ratusan orang, kota besar dunia memiliki klub petarung. Termasuk kota judi Walaupun banyak yang tidak menyadarinya, hampir setiap pu menolaknya.” Maka meluncurlah rencana itu. butuhkan hiburan berbeda. Kau ingin bertemu petarung dari Thomas. Datang dari seluruh dunia. Eksekutif muda yang mem­ terbesar di Asia, Makau. ”Anggota klub mereka ratusan orang, kota besar dunia memiliki klub petarung. Termasuk kota judi Cina, Eropa, Afrika, bahkan Amerika, punya. Setiap Walaupun banyak yang tidak menyadarinya, hampir setiap butuhkan hiburan berbeda. Kau ingin bertemu petarung dari Thomas. Datang dari seluruh dunia. Eksekutif muda yang mem­ terbesar di Asia, Makau. ”Anggota klub mereka ratusan orang, kota besar dunia memiliki klub petarung. Termasuk kota judi Walaupun banyak yang tidak menyadarinya, hampir setiap Cina, Eropa, Afrika, bahkan Amerika, punya. Setiap butuhkan hiburan berbeda. Kau ingin bertemu petarung dari Thomas. Datang dari seluruh dunia. Eksekutif muda yang mem­ terbesar di Asia, Makau. ”Anggota klub mereka ratusan orang, kota besar dunia memiliki klub petarung. Termasuk kota judi Cina, Eropa, Afrika, bahkan Amerika, punya. Setiap Walaupun banyak yang tidak menyadarinya, hampir setiap butuhkan hiburan berbeda. Kau ingin bertemu petarung dari Thomas. Datang dari seluruh dunia. Eksekutif muda yang mem­ terbesar di Asia, Makau. ”Anggota klub mereka ratusan orang, kota besar dunia memiliki klub petarung. Termasuk kota judi Cina, Eropa, Afrika, bahkan Amerika, punya. Setiap Walaupun banyak yang tidak menyadarinya, hampir setiap butuhkan hiburan berbeda. Kau ingin bertemu petarung dari Thomas. Datang dari seluruh dunia. Eksekutif muda yang mem­ terbesar di Asia, Makau. ”Anggota klub mereka ratusan orang, kota besar dunia memiliki klub petarung. Termasuk kota judi Walaupun banyak yang tidak menyadarinya, hampir setiap Cina, Eropa, Afrika, bahkan Amerika, punya. Setiap butuhkan hiburan berbeda. Kau ingin bertemu petarung dari Thomas. Datang dari seluruh dunia. Eksekutif muda yang mem­ terbesar di Asia, Makau. ”Anggota klub mereka ratusan orang, bulan saat mereka mengadakan pertarungan besar, banyak ang­ kota besar dunia memiliki klub petarung. Termasuk kota judi Cina, Eropa, Afrika, bahkan Amerika, punya. Setiap butuhkan hiburan berbeda. Kau ingin bertemu petarung dari Thomas. Datang dari seluruh dunia. Eksekutif muda yang mem­ terbesar di Asia, Makau. ”Anggota klub mereka ratusan orang, kota besar dunia memiliki klub petarung. Termasuk kota judi bulan saat mereka mengadakan pertarungan besar, banyak ang­ Cina, Eropa, Afrika, bahkan Amerika, punya. Setiap butuhkan hiburan berbeda. Kau ingin bertemu petarung dari Thomas. Datang dari seluruh dunia. Eksekutif muda yang mem­ terbesar di Asia, Makau. ”Anggota klub mereka ratusan orang, bulan saat mereka mengadakan pertarungan besar, banyak ang­ kota besar dunia memiliki klub petarung. Termasuk kota judi Cina, Eropa, Afrika, bahkan Amerika, punya. Setiap butuhkan hiburan berbeda. Kau ingin bertemu petarung dari Thomas. Datang dari seluruh dunia. Eksekutif muda yang mem­ terbesar di Asia, Makau. ”Anggota klub mereka ratusan orang, bulan saat mereka mengadakan pertarungan besar, banyak ang­ kota besar dunia memiliki klub petarung. Termasuk kota judi Cina, Eropa, Afrika, bahkan Amerika, punya. Setiap butuhkan hiburan berbeda. Kau ingin bertemu petarung dari Thomas. Datang dari seluruh dunia. Eksekutif muda yang mem­ terbesar di Asia, Makau. ”Anggota klub mereka ratusan orang, kota besar dunia memiliki klub petarung. Termasuk kota judi bulan saat mereka mengadakan pertarungan besar, banyak ang­ Cina, Eropa, Afrika, bahkan Amerika, punya. Setiap butuhkan hiburan berbeda. Kau ingin bertemu petarung Thomas. Datang dari seluruh dunia. Eksekutif muda yang mem­ gota klub yang datang tidak hanya dari Makau, tapi juga dari terbesar di Asia, Makau. ”Anggota klub mereka ratusan orang, bulan saat mereka mengadakan pertarungan besar, banyak ang­ Cina, Eropa, Afrika, bahkan Amerika, punya. Setiap butuhkan hiburan berbeda. Kau ingin bertemu petarung Thomas. Datang dari seluruh dunia. Eksekutif muda yang mem­ terbesar di Asia, Makau. ”Anggota klub mereka ratusan orang, gota klub yang datang tidak hanya dari Makau, tapi juga dari bulan saat mereka mengadakan pertarungan besar, banyak ang­ Cina, Eropa, Afrika, bahkan Amerika, punya. Setiap butuhkan hiburan berbeda. Kau ingin bertemu petarung Thomas. Datang dari seluruh dunia. Eksekutif muda yang mem­ gota klub yang datang tidak hanya dari Makau, tapi juga dari terbesar di Asia, Makau. ”Anggota klub mereka ratusan orang, bulan saat mereka mengadakan pertarungan besar, banyak ang­ Cina, Eropa, Afrika, bahkan Amerika, punya. Setiap butuhkan hiburan berbeda. Kau ingin bertemu petarung Thomas. Datang dari seluruh dunia. Eksekutif muda yang mem­ gota klub yang datang tidak hanya dari Makau, tapi juga dari terbesar di Asia, Makau. ”Anggota klub mereka ratusan orang, bulan saat mereka mengadakan pertarungan besar, banyak ang­ Cina, Eropa, Afrika, bahkan Amerika, punya. Setiap butuhkan hiburan berbeda. Kau ingin bertemu petarung Thomas. Datang dari seluruh dunia. Eksekutif muda yang mem­ terbesar di Asia, Makau. ”Anggota klub mereka ratusan orang, gota klub yang datang tidak hanya dari Makau, tapi juga dari bulan saat mereka mengadakan pertarungan besar, banyak ang­ Cina, Eropa, Afrika, bahkan Amerika, punya. Setiap butuhkan hiburan berbeda. Kau ingin bertemu petarung Hong Kong, Shenzhen, Shanghai, Beijing, Tokyo, Seoul, bahkan Thomas. Datang dari seluruh dunia. Eksekutif muda yang mem­ gota klub yang datang tidak hanya dari Makau, tapi juga dari bulan saat mereka mengadakan pertarungan besar, banyak ang­ Cina, Eropa, Afrika, bahkan Amerika, mereka punya. Setiap butuhkan hiburan berbeda. Kau ingin bertemu petarung Thomas. Datang dari seluruh dunia. Eksekutif muda yang mem­ Hong Kong, Shenzhen, Shanghai, Beijing, Tokyo, Seoul, bahkan gota klub yang datang tidak hanya dari Makau, tapi juga dari bulan saat mereka mengadakan pertarungan besar, banyak ang­ Cina, Eropa, Afrika, bahkan Amerika, mereka punya. Setiap butuhkan hiburan berbeda. Kau ingin bertemu petarung Hong Kong, Shenzhen, Shanghai, Beijing, Tokyo, Seoul, bahkan Thomas. Datang dari seluruh dunia. Eksekutif muda yang mem­ gota klub yang datang tidak hanya dari Makau, tapi juga dari bulan saat mereka mengadakan pertarungan besar, banyak ang­ Cina, Eropa, Afrika, bahkan Amerika, mereka punya. Setiap butuhkan hiburan berbeda. Kau ingin bertemu petarung Hong Kong, Shenzhen, Shanghai, Beijing, Tokyo, Seoul, bahkan Thomas. Datang dari seluruh dunia. Eksekutif muda yang mem­ gota klub yang datang tidak hanya dari Makau, tapi juga dari bulan saat mereka mengadakan pertarungan besar, banyak ang­ Cina, Eropa, Afrika, bahkan Amerika, mereka punya. Setiap butuhkan hiburan berbeda. Kau ingin bertemu petarung Thomas. Datang dari seluruh dunia. Eksekutif muda yang mem­ Hong Kong, Shenzhen, Shanghai, Beijing, Tokyo, Seoul, bahkan gota klub yang datang tidak hanya dari Makau, tapi juga dari bulan saat mereka mengadakan pertarungan besar, banyak ang­ Cina, Eropa, Afrika, bahkan Amerika, mereka punya. Setiap kota-kota yang lebih jauh lagi.” Theo menjelaskan dengan sema­ butuhkan hiburan berbeda. Kau ingin bertemu petarung Hong Kong, Shenzhen, Shanghai, Beijing, Tokyo, Seoul, bahkan gota klub yang datang tidak hanya dari Makau, tapi juga dari bulan saat mereka mengadakan pertarungan besar, banyak ang­ Cina, Eropa, Afrika, bahkan Amerika, mereka punya. Setiap butuhkan hiburan berbeda. Kau ingin bertemu petarung kota-kota yang lebih jauh lagi.” Theo menjelaskan dengan sema­ Hong Kong, Shenzhen, Shanghai, Beijing, Tokyo, Seoul, bahkan gota klub yang datang tidak hanya dari Makau, tapi juga dari bulan saat mereka mengadakan pertarungan besar, banyak ang­ Cina, Eropa, Afrika, bahkan Amerika, mereka punya. Setiap kota-kota yang lebih jauh lagi.” Theo menjelaskan dengan sema­ butuhkan hiburan berbeda. Kau ingin bertemu petarung Hong Kong, Shenzhen, Shanghai, Beijing, Tokyo, Seoul, bahkan gota klub yang datang tidak hanya dari Makau, tapi juga dari bulan saat mereka mengadakan pertarungan besar, banyak ang­ Cina, Eropa, Afrika, bahkan Amerika, mereka punya. Setiap kota-kota yang lebih jauh lagi.” Theo menjelaskan dengan sema­ butuhkan hiburan berbeda. Kau ingin bertemu petarung Hong Kong, Shenzhen, Shanghai, Beijing, Tokyo, Seoul, bahkan gota klub yang datang tidak hanya dari Makau, tapi juga dari bulan saat mereka mengadakan pertarungan besar, banyak ang­ Cina, Eropa, Afrika, bahkan Amerika, mereka punya. Setiap butuhkan hiburan berbeda. Kau ingin bertemu petarung kota-kota yang lebih jauh lagi.” Theo menjelaskan dengan sema­ Hong Kong, Shenzhen, Shanghai, Beijing, Tokyo, Seoul, bahkan gota klub yang datang tidak hanya dari Makau, tapi juga dari bulan saat mereka mengadakan pertarungan besar, banyak ang­ ngat. Sepertinya dia telah mengerjakan tugas mencari tahu de­ Cina, Eropa, Afrika, bahkan Amerika, mereka punya. Setiap kota-kota yang lebih jauh lagi.” Theo menjelaskan dengan sema­ Hong Kong, Shenzhen, Shanghai, Beijing, Tokyo, Seoul, bahkan gota klub yang datang tidak hanya dari Makau, tapi juga dari bulan saat mereka mengadakan pertarungan besar, banyak ang­ Cina, Eropa, Afrika, bahkan Amerika, mereka punya. Setiap ngat. Sepertinya dia telah mengerjakan tugas mencari tahu de­ kota-kota yang lebih jauh lagi.” Theo menjelaskan dengan sema­ Hong Kong, Shenzhen, Shanghai, Beijing, Tokyo, Seoul, bahkan gota klub yang datang tidak hanya dari Makau, tapi juga dari bulan saat mereka mengadakan pertarungan besar, banyak ang­ dia telah mengerjakan tugas mencari tahu de­ ngat. Sepertinya Cina, Eropa, Afrika, bahkan Amerika, mereka punya. Setiap kota-kota yang lebih jauh lagi.” Theo menjelaskan dengan sema­ Hong Kong, Shenzhen, Shanghai, Beijing, Tokyo, Seoul, bahkan gota klub yang datang tidak hanya dari Makau, tapi juga dari bulan saat mereka mengadakan pertarungan besar, banyak ang­ dia telah mengerjakan tugas mencari tahu de­ ngat. Sepertinya Cina, Eropa, Afrika, bahkan Amerika, mereka punya. Setiap kota-kota yang lebih jauh lagi.” Theo menjelaskan dengan sema­ Hong Kong, Shenzhen, Shanghai, Beijing, Tokyo, Seoul, bahkan gota klub yang datang tidak hanya dari Makau, tapi juga dari bulan saat mereka mengadakan pertarungan besar, banyak ang­ Cina, Eropa, Afrika, bahkan Amerika, mereka punya. Setiap ngat. Sepertinya dia telah mengerjakan tugas mencari tahu de­ kota-kota yang lebih jauh lagi.” Theo menjelaskan dengan sema­ Hong Kong, Shenzhen, Shanghai, Beijing, Tokyo, Seoul, bahkan gota klub yang datang tidak hanya dari Makau, tapi juga dari ngan baik. bulan saat mereka mengadakan pertarungan besar, banyak ang­ dia telah mengerjakan tugas mencari tahu de­ ngat. Sepertinya kota-kota yang lebih jauh lagi.” Theo menjelaskan dengan sema­ Hong Kong, Shenzhen, Shanghai, Beijing, Tokyo, Seoul, bahkan gota klub yang datang tidak hanya dari Makau, tapi juga dari bulan saat mereka mengadakan pertarungan besar, banyak ang­ ngan baik. dia telah mengerjakan tugas mencari tahu de­ ngat. Sepertinya kota-kota yang lebih jauh lagi.” Theo menjelaskan dengan sema­ Hong Kong, Shenzhen, Shanghai, Beijing, Tokyo, Seoul, bahkan gota klub yang datang tidak hanya dari Makau, tapi juga dari ngan baik. bulanklub saat mereka pertarungan besar, banyak ang­ ngat. Sepertinya diamengadakan telah mengerjakan tugas mencari tahu de­ kota-kota yang lebih jauh lagi.” Theo menjelaskan dengan sema­ Hong Kong, Shenzhen, Shanghai, Beijing, Tokyo, Seoul, bahkan gota yang datang tidak hanya dari Makau, tapi juga dari



dengan klub petarung kita di Jakarta. Anak-anak muda mapan, kenal dekat pendiri klub tersebut. Mereka tidak berbeda jauh matan.” Theo tertawa, mengangkat bahu, menyombong. ”Aku Aku pernah dua kali datang ke sana, Thomas. Tamu kehor­ ”Apa kau bilang? Aku hanya dengar dari cerita orang-orang? pengusaha sukses, eksekutif papan atas perusahaan multinasio­ dengan klub petarung kita di Jakarta. Anak-anak muda mapan, kenal dekat pendiri klub tersebut. Mereka tidak berbeda jauh matan.” Theo tertawa, mengangkat bahu, menyombong. ”Aku Aku pernah dua kali datang ke sana, Thomas. Tamu kehor­ ”Apa kau bilang? Aku hanya dengar dari cerita orang-orang? dengan klub petarung kita di Jakarta. Anak-anak mapan, kenal dekat pendiri klub tersebut. Mereka tidak berbeda jauh matan.” Theo tertawa, mengangkat bahu, menyombong. ”Aku Aku pernah dua kali datang ke sana, Thomas. Tamu kehor­ ”Apa kau bilang? Aku hanya dengar dari cerita orang-orang? pengusaha sukses, eksekutif papan atas perusahaan multinasio­ perusahaan multinasio­ dengan klub petarung kita di Jakarta. Anak-anak muda mapan, kenal dekat pendiri klub tersebut. Mereka tidak berbeda jauh matan.” Theo tertawa, mengangkat bahu, menyombong. ”Aku Aku pernah dua kali datang ke sana, Thomas. Tamu kehor­ ”Apa kau bilang? Aku hanya dengar dari cerita muda orang-orang? pengusaha sukses, eksekutif papan atas perusahaan multinasio­ dengan klub petarung kita di Jakarta. Anak-anak muda mapan, kenal dekat pendiri klub tersebut. Mereka tidak berbeda jauh matan.” Theo tertawa, mengangkat bahu, menyombong. ”Aku Aku pernah dua kali datang ke sana, Thomas. Tamu kehor­ nal, anggota partai politik, pejabat senior pemerintahan, polisi, pengusaha sukses, eksekutif papan atas perusahaan multinasio­ dengan klub petarung kita di Jakarta. Anak-anak muda mapan, kenal dekat pendiri klub tersebut. Mereka tidak berbeda jauh matan.” Theo tertawa, mengangkat bahu, menyombong. ”Aku Aku pernah dua kali datang ke sana, Thomas. Tamu kehor­ nal, anggota partai politik, pejabat senior pemerintahan, polisi, pengusaha sukses, eksekutif papan atas perusahaan multinasio­ dengan klub petarung kita di Jakarta. Anak-anak muda mapan, kenal dekat pendiri klub tersebut. Mereka tidak berbeda jauh matan.” Theo tertawa, mengangkat bahu, menyombong. ”Aku Aku pernah dua kali datang ke sana, Thomas. Tamu kehor­ pengusaha sukses, eksekutif papan atas perusahaan multinasio­ dengan klub petarung kita di Jakarta. Anak-anak muda mapan, kenal dekat pendiri klub tersebut. Mereka tidak muda berbeda jauh matan.” Theo tertawa, mengangkat bahu, menyombong. ”Aku Aku pernah dua kali datang ke sana, Thomas. Tamu kehor­ nal, anggota partai politik, pejabat senior pemerintahan, polisi, senior pemerintahan, polisi, pengusaha sukses, eksekutif papan atas perusahaan multinasio­ dengan klub petarung kita di Jakarta. Anak-anak mapan, kenal dekat pendiri klub tersebut. Mereka tidak berbeda jauh matan.” Theo tertawa, mengangkat bahu, menyombong. ”Aku Aku pernah dua kali datang ke sana, Thomas. Tamu kehor­ nal, anggota partai politik, pejabat senior pemerintahan, polisi, pengusaha sukses, eksekutif papan atas perusahaan multinasio­ dengan klub petarung kita di Jakarta. Anak-anak muda mapan, kenal dekat pendiri klub tersebut. Mereka tidak berbeda jauh matan.” Theo tertawa, mengangkat bahu, menyombong. ”Aku bahkan artis tersohor. Kau tahu bintang film kungfu yang ter­ nal, anggota partai politik, pejabat senior pemerintahan, polisi, pengusaha sukses, eksekutif papan atas perusahaan multinasio­ dengan klub petarung kita di Jakarta. Anak-anak muda mapan, kenal dekat pendiri klub tersebut. Mereka tidak berbeda jauh matan.” Theo tertawa, mengangkat bahu, menyombong. ”Aku bahkan artis tersohor. Kau tahu bintang film kungfu yang ter­ nal, anggota partai politik, pejabat senior pemerintahan, polisi, pengusaha sukses, eksekutif papan atas perusahaan multinasio­ dengan klub petarung kita di Jakarta. Anak-anak muda mapan, kenal dekat pendiri klub tersebut. Mereka tidak berbeda jauh matan.” Theo tertawa, mengangkat bahu, menyombong. ”Aku nal, anggota partai politik, pejabat senior pemerintahan, polisi, pengusaha sukses, eksekutif papan atas perusahaan multinasio­ dengan klub petarung kita di Jakarta. Anak-anak muda mapan, kenal dekat pendiri klub tersebut. Mereka tidak berbeda jauh bahkan artis tersohor. Kau tahu bintang film kungfu yang ter­ matan.” Theo tertawa, mengangkat bahu, menyombong. ”Aku film kungfu yang ter­ nal, anggota partai politik, pejabat senior pemerintahan, polisi, pengusaha sukses, eksekutif papan atas perusahaan multinasio­ dengan klub petarung kita di Jakarta. Anak-anak muda mapan, kenal dekat pendiri klub tersebut. Mereka tidak berbeda jauh matan.” Theo tertawa, mengangkat bahu, menyombong. ”Aku bahkan artis tersohor. Kau tahu bintang film kungfu yang ter­ nal, anggota partai politik, pejabat senior pemerintahan, polisi, pengusaha sukses, eksekutif papan atas perusahaan multinasio­ dengan klub petarung kita di Jakarta. Anak-anak muda mapan, dekat pendiri klub tersebut. Mereka tidak berbeda jauh kenal itu? Dia juga anggota klub. Meskipun, yeah, ada perbedaan bahkan artis tersohor. Kau tahu bintang film kungfu yang ter­ nal, anggota partai politik, pejabat senior pemerintahan, polisi, pengusaha sukses, eksekutif papan atas perusahaan multinasio­ dengan klub petarung kita di Jakarta. Anak-anak muda mapan, dekat pendiri klub tersebut. Mereka tidak berbeda jauh kenal itu? Dia juga eksekutif anggota klub. Meskipun, yeah, ada perbedaan bahkan artis tersohor. Kau tahu bintang film kungfu yang ter­ nal, anggota partai politik, pejabat senior pemerintahan, polisi, pengusaha sukses, papan atas perusahaan multinasio­ dengan klub petarung kita di Jakarta. Anak-anak muda mapan, dekat pendiri klub tersebut. Mereka tidak berbeda jauh bahkan artis tersohor. Kau tahu bintang film kungfu yang ter­ nal, anggota partai politik, pejabat senior pemerintahan, polisi, pengusaha sukses, eksekutif papan atas perusahaan multinasio­ dengan klub petarung kita di Jakarta. Anak-anak muda mapan, kenal itu? Dia juga anggota klub. Meskipun, yeah, ada perbedaan dekat pendiri klub tersebut. Mereka tidak berbeda jauh Meskipun, yeah, ada perbedaan bahkan artis tersohor. Kau tahu bintang film kungfu yang ter­ nal, anggota partai politik, pejabat senior pemerintahan, polisi, pengusaha sukses, eksekutif papan atas perusahaan multinasio­ dengan klub petarung kita di Jakarta. Anak-anak muda mapan, kenal dekat pendiri klub tersebut. Mereka tidak berbeda jauh itu? Dia juga anggota klub. Meskipun, yeah, ada perbedaan bahkan artis tersohor. Kau tahu bintang film kungfu yang ter­ nal, anggota partai politik, pejabat senior pemerintahan, polisi, pengusaha sukses, eksekutif papan atas perusahaan multinasio­ dengan klub petarung kita di Jakarta. Anak-anak muda mapan, besar antara jago kungfu di film dan anggota klub petarung yang kenal itu? Dia juga anggota klub. Meskipun, yeah, ada perbedaan bahkan artis tersohor. Kau tahu bintang film kungfu yang ter­ nal, anggota partai politik, pejabat senior pemerintahan, polisi, pengusaha sukses, eksekutif papan atas perusahaan multinasio­ dengan klub petarung kita di Jakarta. Anak-anak muda mapan, besar antara jago kungfu di film dan anggota klub petarung yang kenal itu? Dia juga anggota klub. Meskipun, yeah, ada perbedaan bahkan artis tersohor. Kau tahu bintang film kungfu yang ter­ nal, anggota partai politik, pejabat senior pemerintahan, polisi, pengusaha sukses, eksekutif papan atas perusahaan multinasio­ dengan klub petarung kita di Jakarta. Anak-anak muda mapan, kenal itu? Dia juga anggota klub. Meskipun, yeah, ada perbedaan bahkan artis tersohor. Kau tahu bintang film kungfu yang ter­ nal, anggota partai politik, pejabat senior pemerintahan, polisi, pengusaha sukses, eksekutif papan atas perusahaan multinasio­ besar antara jago kungfu di film dan anggota klub petarung yang dengan klub petarung kita di Jakarta. Anak-anak muda mapan, anggota klub petarung yang kenal itu? Dia jugakungfu anggota klub. Meskipun, yeah, ada perbedaan bahkan artis tersohor. Kau tahu bintang film kungfu yang ter­ nal, anggota partai politik, pejabat senior pemerintahan, polisi, pengusaha sukses, eksekutif papan atas perusahaan multinasio­ dengan klub petarung kita di Jakarta. Anak-anak muda mapan, besar antara jago di film dan anggota klub petarung yang kenal itu? Dia juga anggota klub. Meskipun, yeah, ada perbedaan bahkan artis tersohor. Kau tahu bintang film kungfu yang ter­ nal, anggota partai politik, pejabat senior pemerintahan, polisi, pengusaha sukses, eksekutif papan atas perusahaan multinasio­ tidak pernah berani ikut bertarung. Takut wajahnya rusak dan besar antara jago kungfu di film dan anggota klub petarung yang kenal itu? Dia juga anggota klub. Meskipun, yeah, ada perbedaan bahkan artis tersohor. Kau tahu bintang film kungfu yang ter­ nal, anggota partai politik, pejabat senior pemerintahan, polisi, pengusaha sukses, eksekutif papan atas perusahaan multinasio­ tidak pernah berani ikut bertarung. Takut wajahnya rusak dan besar antara jago kungfu di film dan anggota klub petarung yang kenal itu? Dia juga anggota klub. Meskipun, yeah, ada perbedaan bahkan artis tersohor. Kau tahu bintang film kungfu yang ter­ nal, anggota partai politik, pejabat senior pemerintahan, polisi, pengusaha sukses, eksekutif papan atas perusahaan multinasio­ besar antara jago kungfu di film dan anggota klub petarung yang kenal itu? Dia juga anggota klub. Meskipun, yeah, ada perbedaan bahkan artis tersohor. Kau tahu bintang film kungfu yang ter­ nal, anggota partai politik, pejabat senior pemerintahan, polisi, tidak pernah berani ikut bertarung. Takut wajahnya rusak dan pengusaha sukses, eksekutif papan atas perusahaan multinasio­ Takut wajahnya rusak dan besar antara jago kungfu di film dan anggota klub petarung yang kenal itu? Dia juga anggota klub. Meskipun, yeah, ada perbedaan bahkan artis tersohor. Kau tahu bintang film kungfu yang ter­ nal, anggota partai politik, pejabat senior pemerintahan, polisi, pengusaha sukses, eksekutif papan atas perusahaan multinasio­ tidak pernah berani ikut bertarung. Takut wajahnya rusak dan besar antara jago kungfu di film dan anggota klub petarung yang kenal itu? Dia juga anggota klub. Meskipun, yeah, ada perbedaan bahkan artis tersohor. Kau tahu bintang film kungfu yang ter­ nal, anggota partai politik, pejabat senior pemerintahan, polisi, jadwal shooting-nya berantakan. Klub mereka memiliki anggota tidak pernah berani ikut bertarung. Takut wajahnya rusak dan besar antara jago kungfu di film dan anggota klub petarung yang kenal itu? Dia juga anggota klub. Meskipun, yeah, ada perbedaan bahkan artis tersohor. Kau tahu bintang film kungfu yang ter­ nal, anggota partai politik, pejabat senior pemerintahan, polisi, jadwal shooting-nya berantakan. Klub mereka memiliki anggota tidak pernah berani ikut bertarung. Takut wajahnya rusak dan besar antara jago kungfu di film dan anggota klub petarung yang kenal itu? Dia juga anggota klub. Meskipun, yeah, ada perbedaan bahkan artis tersohor. Kau tahu bintang film kungfu yang ter­ nal, anggota partai politik, pejabat senior pemerintahan, polisi, tidak pernah berani ikut bertarung. Takut wajahnya rusak dan besar antara jago kungfu di film dan anggota klub petarung yang kenal itu? Dia juga anggota klub. Meskipun, yeah, ada perbedaan jadwal shooting-nya berantakan. Klub mereka memiliki anggota bahkan artis tersohor. Kau tahu bintang film kungfu yang ter­ nal, anggota partai politik, pejabat senior pemerintahan, polisi, mereka memiliki anggota tidak pernah berani ikut bertarung. Takut wajahnya rusak dan besar antara jago kungfu di film dan anggota klub petarung yang kenal itu? Dia juga anggota klub. Meskipun, yeah, ada perbedaan bahkan artis tersohor. Kau tahu bintang film kungfu yang ter­ nal, anggota partai politik, pejabat senior pemerintahan, polisi, jadwal shooting-nya berantakan. Klub mereka memiliki anggota tidak pernah berani ikut bertarung. Takut wajahnya rusak dan besar antara jago kungfu di film dan anggota klub petarung yang kenal itu? Dia juga anggota klub. Meskipun, yeah, ada perbedaan bahkan artis tersohor. Kau tahu bintang film kungfu yang ter­ yang lebih beragam dan lebih luas, termasuk anggota wanita. Itu jadwal shooting-nya berantakan. Klub mereka memiliki anggota tidak pernah berani ikut bertarung. Takut wajahnya rusak dan besar antara jago kungfu di film dan anggota klub petarung yang kenal itu? Dia juga anggota klub. Meskipun, yeah, ada perbedaan bahkan artis tersohor. Kau tahu bintang film kungfu yang ter­ yang lebih beragam dan lebih luas, termasuk anggota wanita. Itu jadwal shooting-nya berantakan. Klub mereka memiliki anggota tidak pernah berani ikut bertarung. Takut wajahnya rusak dan besar antara jago kungfu di film dan anggota klub petarung yang kenal itu? Dia juga anggota klub. Meskipun, yeah, ada perbedaan bahkan artis tersohor. Kau tahu bintang film kungfu yang ter­ jadwal shooting-nya berantakan. Klub mereka memiliki anggota tidak pernah berani ikut bertarung. Takut wajahnya rusak dan besar antara jago kungfu di film dan anggota klub petarung yang yang lebih beragam dan lebih luas, termasuk anggota wanita. Itu kenal itu? Dia juga anggota klub. Meskipun, yeah, ada perbedaan bahkan artis tersohor. Kau tahu bintang film kungfu yang ter­ termasuk anggota wanita. Itu jadwal shooting-nya berantakan. Klub mereka memiliki anggota tidak pernah berani ikut bertarung. Takut wajahnya rusak dan besar antara jago kungfu di film dan anggota klub petarung yang kenal itu? Dia juga anggota klub. Meskipun, yeah, ada perbedaan bahkan artis tersohor. Kau tahu bintang film kungfu yang ter­ yang lebih beragam dan lebih luas, termasuk anggota wanita. Itu jadwal shooting-nya berantakan. Klub mereka memiliki anggota tidak pernah berani ikut bertarung. Takut wajahnya rusak dan besar antara jago kungfu di film dan anggota klub petarung yang kenal itu? Dia juga anggota klub. Meskipun, yeah, ada perbedaan Makau, Thomas. Tidak perlu kujelaskan itu tempat berkumpul yang lebih beragam dan lebih luas, termasuk anggota wanita. Itu jadwal shooting-nya berantakan. Klub mereka memiliki anggota tidak pernah berani ikut bertarung. Takut wajahnya rusak dan besar antara jago kungfu di film dan anggota klub petarung yang kenal itu? Dia juga anggota klub. Meskipun, yeah, ada perbedaan Makau, Thomas. Tidak perlu kujelaskan ituwajahnya tempat berkumpul yang lebih beragam dan lebih luas, termasuk anggota wanita. Itu jadwal shooting-nya berantakan. Klub mereka memiliki anggota tidak pernah berani ikut bertarung. Takut rusak dan besar antara jago kungfu di film dan anggota klub petarung yang kenal itu? Dia juga anggota klub. Meskipun, yeah, ada perbedaan yang lebih beragam dan lebih luas, termasuk anggota wanita. Itu jadwal shooting-nya berantakan. Klub mereka memiliki anggota tidak pernah berani ikut bertarung. Takut wajahnya rusak dan Makau, Thomas. Tidak perlu kujelaskan itu tempat berkumpul besar antara jago kungfu di film dan anggota klub petarung yang kenal itu? Dia juga anggota klub. Meskipun, yeah, ada perbedaan Makau, Thomas. Tidak perlu kujelaskan itu tempat berkumpul yang lebih beragam dan lebih luas, termasuk anggota wanita. Itu jadwal shooting-nya berantakan. Klub mereka memiliki anggota tidak pernah berani ikut bertarung. Takut wajahnya rusak dan besar antara jago kungfu di film dan anggota klub petarung yang kenal itu? Dia juga anggota klub. Meskipun, yeah, ada perbedaan Makau, Thomas. Tidak perlu kujelaskan itu tempat berkumpul yang lebih beragam dan lebih luas, termasuk anggota wanita. Itu jadwal shooting-nya berantakan. Klub mereka memiliki anggota tidak pernah berani ikut bertarung. Takut wajahnya rusak dan besar antara jago kungfu di film dan anggota klub petarung yang uang, kekuasaan, dan seluruh gaya hidup di kawasan Asia. Ter­ Makau, Thomas. Tidak perlu kujelaskan itu tempat berkumpul yang lebih beragam dan lebih luas, termasuk anggota wanita. Itu jadwal shooting-nya berantakan. Klub mereka memiliki anggota tidak pernah berani ikut bertarung. Takut wajahnya rusak dan besar antara jago kungfu di film dan anggota klub petarung yang uang, kekuasaan, dan seluruh gaya hidup di kawasan Asia. Ter­ Makau, Thomas. Tidak perlu kujelaskan itu tempat berkumpul yang lebih beragam dan lebih luas, termasuk anggota wanita. Itu jadwal shooting-nya berantakan. Klub mereka memiliki anggota tidak pernah berani ikut bertarung. Takut wajahnya rusak dan besar antara jago kungfu di film dan anggota klub petarung yang Makau, Thomas. Tidak perlu kujelaskan itu tempat berkumpul yang lebih beragam dan lebih luas, termasuk anggota wanita. Itu uang, kekuasaan, dan seluruh gaya hidup di kawasan Asia. Ter­ jadwal shooting-nya berantakan. Klub mereka memiliki anggota tidak pernah berani ikut bertarung. Takut wajahnya rusak dan besar antara jago kungfu di film dan anggota klub petarung yang uang, kekuasaan, dan seluruh gaya hidup di kawasan Asia. Ter­ Makau, Thomas. Tidak perlu kujelaskan itu tempat berkumpul yang lebih beragam dan lebih luas, termasuk anggota wanita. Itu jadwal shooting-nya berantakan. Klub mereka memiliki anggota tidak pernah berani ikut bertarung. Takut wajahnya rusak dan besar antara jago kungfu di film dan anggota klub petarung yang uang, kekuasaan, dan seluruh gaya hidup di kawasan Asia. Ter­ Makau, Thomas. Tidak perlu kujelaskan itu tempat berkumpul yang lebih beragam dan lebih luas, termasuk anggota wanita. Itu jadwal shooting-nya berantakan. Klub mereka memiliki anggota tidak pernah berani ikut bertarung. Takut wajahnya rusak dan masuk tempat berkumpulnya klan hitam mafia dan sejenisnya.” uang, kekuasaan, dan seluruh gaya hidup di kawasan Asia. Ter­ Makau, Thomas. Tidak perlu kujelaskan itu tempat berkumpul yang lebih beragam dan lebih luas, termasuk anggota wanita. Itu jadwal shooting-nya berantakan. Klub mereka memiliki anggota tidak pernah berani ikut bertarung. Takut wajahnya rusak dan masuk tempat berkumpulnya klan hitam mafia dan sejenisnya.” uang, kekuasaan, dan seluruh gaya hidup di kawasan Asia. Ter­ Makau, Thomas. Tidak perlu kujelaskan itu tempat berkumpul yang lebih beragam dan lebih luas, termasuk anggota wanita. Itu jadwal shooting-nya berantakan. Klub mereka memiliki anggota tidak pernah berani ikut bertarung. Takut wajahnya rusak dan uang, kekuasaan, dan seluruh gaya hidup di kawasan Asia. Ter­ Makau, Thomas. Tidak perlu kujelaskan itu tempat berkumpul masuk tempat berkumpulnya klan hitam mafia dan sejenisnya.” yang lebih beragam dan lebih luas, termasuk anggota wanita. Itu jadwal shooting-nya berantakan. Klub mereka memiliki anggota tidak pernah berani ikut bertarung. Takut wajahnya rusak dan masuk tempat berkumpulnya klan hitam mafia dan sejenisnya.” uang, kekuasaan, dan seluruh gaya hidup di kawasan Asia. Ter­ Makau, Thomas. Tidak perlu kujelaskan itu tempat berkumpul yang lebih beragam dan lebih luas, termasuk anggota wanita. Itu jadwal shooting-nya berantakan. Klub mereka memiliki anggota tidak pernah berani ikut bertarung. Takut wajahnya rusak dan masuk tempat berkumpulnya klan hitam mafia dan sejenisnya.” uang, kekuasaan, dan seluruh gaya hidup di kawasan Asia. Ter­ Makau, Thomas. Tidak perlu kujelaskan itu tempat berkumpul yang lebih beragam dan lebih luas, termasuk anggota wanita. Itu jadwal shooting-nya berantakan. Klub mereka memiliki anggota Theo benar atas dua hal: pertama, ide hebatnya benar-benar masuk tempat berkumpulnya klan hitam mafia dan sejenisnya.” uang, kekuasaan, dan seluruh gaya hidup di kawasan Asia. Ter­ Makau, Thomas. Tidak perlu kujelaskan itu tempat berkumpul yang lebih beragam dan lebih luas, termasuk anggota wanita. Itu jadwal shooting-nya berantakan. Klub mereka memiliki anggota Theo benar atas dua hal: pertama, ide hebatnya benar-benar masuk tempat berkumpulnya klan hitam mafia dan sejenisnya.” uang, kekuasaan, dan seluruh gaya hidup di kawasan Asia. Ter­ Makau, Thomas. Tidak perlu kujelaskan itu tempat berkumpul yang lebih beragam dan lebih luas, termasuk anggota wanita. Itu jadwal shooting-nya berantakan. Klub mereka memiliki anggota masuk tempat berkumpulnya klan hitam mafia dan sejenisnya.” uang, kekuasaan, dan seluruh gaya hidup di kawasan Asia. Ter­ Theo benar atas dua hal: pertama, ide hebatnya benar-benar Makau, Thomas. Tidak perlu kujelaskan itu tempat berkumpul yang lebih beragam dan lebih luas, termasuk anggota wanita. Itu jadwal shooting-nya berantakan. Klub mereka memiliki anggota Theo benar atas dua hal: pertama, ide hebatnya benar-benar masuk tempat berkumpulnya klan hitam mafia dan sejenisnya.” uang, kekuasaan, dan seluruh gaya hidup di kawasan Asia. Ter­ Makau, Thomas. Tidak perlu kujelaskan itu tempat berkumpul yang lebih beragam dan lebih luas, termasuk anggota wanita. Itu jadwal shooting-nya berantakan. Klub mereka memiliki anggota Theo benar atas dua hal: pertama, ide hebatnya benar-benar masuk tempat berkumpulnya klan hitam mafia dan sejenisnya.” uang, kekuasaan, dan seluruh gaya hidup di kawasan Asia. Ter­ Makau, Thomas. Tidak perlu kujelaskan itu tempat berkumpul yang lebih beragam dan lebih luas, termasuk anggota wanita. Itu gila; kedua, aku tidak bisa menolaknya. Bahkan aku menyetujui­ Theo benar atas dua hal: pertama, ide hebatnya benar-benar masuk tempat berkumpulnya klan hitam mafia dan sejenisnya.” uang, kekuasaan, dan seluruh gaya hidup di kawasan Asia. Ter­ Makau, Thomas. Tidak perlu kujelaskan itu tempat berkumpul yang lebih beragam dan lebih luas, termasuk anggota wanita. Itu gila; kedua, aku tidak bisa menolaknya. Bahkan aku menyetujui­ Theo benar atas dua hal: pertama, ide hebatnya benar-benar masuk tempat berkumpulnya klan hitam mafia dan sejenisnya.” uang, kekuasaan, dan seluruh gaya hidup di kawasan Asia. Ter­ Makau, Thomas. Tidak perlu kujelaskan itu tempat berkumpul yang lebih beragam dan lebih luas, termasuk anggota wanita. Itu Theo benar atas dua hal: pertama, ide hebatnya benar-benar gila; kedua, aku tidak bisa menolaknya. Bahkan aku menyetujui­ masuk tempat berkumpulnya klan hitam mafia dan sejenisnya.” uang, kekuasaan, dan seluruh gaya hidup di kawasan Asia. Ter­ Makau, Thomas. Tidak perlu kujelaskan itu tempat berkumpul yang lebih beragam dan lebih luas, termasuk anggota wanita. Itu gila; kedua, aku tidak bisa menolaknya. Bahkan aku menyetujui­ Theo benar atas dua hal: pertama, ide hebatnya benar-benar masuk tempat berkumpulnya klan hitam mafia dan sejenisnya.” uang, kekuasaan, dan seluruh gaya hidup di kawasan Asia. Ter­ Makau, Thomas. Tidak perlu kujelaskan itu tempat berkumpul yang lebih beragam dan lebih luas, termasuk anggota wanita. Itu gila; kedua, aku tidak bisa menolaknya. Bahkan aku menyetujui­ Theo benar atas dua hal: pertama, ide hebatnya benar-benar masuk tempat berkumpulnya klan hitam mafia dan sejenisnya.” uang, kekuasaan, dan seluruh gaya hidup di kawasan Asia. Ter­ Makau, Thomas. Tidak perlu kujelaskan itu tempat berkumpul nya mentah-mentah. ”Deal, Kawan! Aku akan mempersiapkan gila; kedua, aku tidak bisa menolaknya. Bahkan aku menyetujui­ Theo benar atas dua hal: pertama, ide hebatnya benar-benar masuk tempat berkumpulnya klan hitam mafia dan sejenisnya.” uang, kekuasaan, dan seluruh gaya hidup di kawasan Asia. Ter­ Makau, Thomas. Tidak perlu kujelaskan itu tempat berkumpul nya mentah-mentah. ”Deal, Kawan! Aku akan mempersiapkan gila; kedua, aku tidak bisa menolaknya. Bahkan aku menyetujui­ Theo benar atas dua hal: pertama, ide hebatnya benar-benar masuk tempat berkumpulnya klan hitam mafia dan sejenisnya.” uang, kekuasaan, dan seluruh gaya hidup di kawasan Asia. Ter­ Makau, Thomas. Tidak perlu kujelaskan itu tempat berkumpul gila; kedua, aku tidak bisa menolaknya. Bahkan aku menyetujui­ nya mentah-mentah. ”Deal, Kawan! Aku akan mempersiapkan Theo benar atas dua hal: pertama, ide hebatnya benar-benar masuk tempat berkumpulnya klan hitam mafia dan sejenisnya.” uang, kekuasaan, dan seluruh gaya hidup di kawasan Asia. Ter­ Makau, Thomas. Tidak perlu kujelaskan itu tempat berkumpul nya mentah-mentah. ”Deal, Kawan! Aku akan mempersiapkan gila; kedua, aku tidak bisa menolaknya. Bahkan aku menyetujui­ Theo benar atas dua hal: pertama, ide hebatnya benar-benar masuk tempat berkumpulnya klan hitam mafia dan sejenisnya.” uang, kekuasaan, dan seluruh gaya hidup di kawasan Asia. Ter­ Makau, Thomas. Tidak perlu kujelaskan itu tempat berkumpul nya mentah-mentah. ”Deal, Kawan! Aku akan mempersiapkan gila; kedua, aku tidak bisa menolaknya. Bahkan aku menyetujui­ Theo benar atas dua hal: pertama, ide hebatnya benar-benar masuk tempat berkumpulnya klan hitam mafia dan sejenisnya.” uang, kekuasaan, dan seluruh gaya hidup di kawasan Asia. Ter­ pertarungan terbesar untukmu, Thomas. Rileks, biar aku yang nya mentah-mentah. ”Deal, Kawan! Aku akan mempersiapkan gila; kedua, aku tidak bisa menolaknya. Bahkan aku menyetujui­ Theo benar atas dua hal: pertama, ide hebatnya benar-benar masuk tempat berkumpulnya klan hitam mafia dan sejenisnya.” uang, kekuasaan, dan seluruh gaya hidup di kawasan Asia. Ter­ pertarungan terbesar untukmu, Thomas. Rileks, biar aku yang yang nya mentah-mentah. ”Deal, Kawan! Aku akan mempersiapkan gila; kedua, aku tidak bisa Bahkan aku menyetujui­ Theo benar atas dua hal: pertama, ide hebatnya benar-benar masuk tempat berkumpulnya klan hitam mafia dan sejenisnya.” uang, kekuasaan, dan seluruh gaya hidup di kawasan Asia. Ter­ nya mentah-mentah. ”Deal, Kawan! Aku akan mempersiapkan pertarungan terbesar untukmu, Thomas. Rileks, biar aku gila; kedua, aku tidak bisa menolaknya. Bahkan aku menyetujui­ Theo benar atas dua hal:menolaknya. pertama, ide hebatnya benar-benar masuk tempat berkumpulnya klan hitam mafia dan sejenisnya.” uang, kekuasaan, dan seluruh gaya hidup di kawasan Asia. Ter­ pertarungan terbesar untukmu, Thomas. Rileks, biar aku yang nya mentah-mentah. ”Deal, Kawan! Aku akan mempersiapkan gila; kedua, aku tidak bisa menolaknya. Bahkan aku menyetujui­ Theo benar atas dua hal: pertama, ide hebatnya benar-benar masuk tempat berkumpulnya klan hitam mafia dan sejenisnya.” uang, kekuasaan, dan seluruh gaya hidup di kawasan Asia. Ter­ pertarungan terbesar untukmu, Thomas. Rileks, biar aku yang nya mentah-mentah. ”Deal, Kawan! Aku akan mempersiapkan gila; kedua, aku tidak bisa menolaknya. Bahkan aku menyetujui­ Theo benar atas dua hal: pertama, ide hebatnya benar-benar masuk tempat berkumpulnya klan hitam mafia dan sejenisnya.” mengurusnya. Mereka pasti tertarik mendengar petarung tidak pertarungan terbesar untukmu, Thomas. Rileks, biar aku yang nya mentah-mentah. ”Deal, Kawan! Aku akan mempersiapkan gila; kedua, aku tidak bisa menolaknya. Bahkan aku menyetujui­ Theo benar atas dua hal: pertama, ide hebatnya benar-benar masuk tempat berkumpulnya klan hitam mafia dan sejenisnya.” mengurusnya. Mereka pasti tertarik mendengar petarung tidak pertarungan terbesar untukmu, Thomas. Rileks, biar aku yang nya mentah-mentah. ”Deal, Kawan! Aku akan mempersiapkan gila; kedua, aku tidak bisa menolaknya. Bahkan aku menyetujui­ Theo benar atas dua hal: pertama, ide hebatnya benar-benar masuk tempat berkumpulnya klan hitam mafia dan sejenisnya.” mengurusnya. Mereka pasti tertarik mendengar petarung tidak pertarungan terbesar untukmu, Thomas. Rileks, biar aku yang nya mentah-mentah. ”Deal, Kawan! Aku akan mempersiapkan gila; kedua, aku tidak bisa menolaknya. Bahkan aku menyetujui­ Theo benar atas dua hal: pertama, ide hebatnya benar-benar masuk tempat berkumpulnya klan hitam mafia dan sejenisnya.” mengurusnya. Mereka pasti tertarik mendengar petarung tidak pertarungan terbesar untukmu, Thomas. Rileks, biar aku yang nya mentah-mentah. ”Deal, Kawan! Aku akan mempersiapkan gila; kedua, aku tidak bisa menolaknya. Bahkan aku menyetujui­ Theo benar atas dua hal: pertama, ide hebatnya benar-benar masuk tempat berkumpulnya klan hitam mafia dan sejenisnya.” mengurusnya. Mereka pasti tertarik mendengar petarung tidak pertarungan terbesar untukmu, Thomas. Rileks, biar aku yang nya mentah-mentah. ”Deal, Kawan! Aku akan mempersiapkan gila; kedua, aku tidak bisa menolaknya. Bahkan aku menyetujui­ Theo benar atas dua hal: pertama, ide hebatnya benar-benar terkalahkan selama dua tahun dari klub petarung Jakarta akan mengurusnya. Mereka pasti tertarik mendengar petarung tidak pertarungan terbesar untukmu, Thomas. Rileks, biar aku yang nya mentah-mentah. ”Deal, Kawan! Aku akan mempersiapkan gila; kedua, aku tidak bisa menolaknya. Bahkan aku menyetujui­ Theo benar atas dua hal: pertama, ide hebatnya benar-benar terkalahkan selama dua tahun dari klub petarung Jakarta akan mengurusnya. Mereka pasti tertarik mendengar petarung pertarungan terbesar untukmu, Thomas. Rileks, biar aku yang nya mentah-mentah. ”Deal, Kawan! Aku akan mempersiapkan gila; kedua, aku tidak bisa menolaknya. Bahkan menyetujui­ benar atas dua hal: pertama, ide hebatnya benar-benar terkalahkan selama dua tahun dari klub petarung Jakarta akan mengurusnya. Mereka pasti tertarik mendengar petarung tidak pertarungan terbesar untukmu, Thomas. Rileks, biar aku tidak yang nyaTheo mentah-mentah. ”Deal, Kawan! Aku akan aku mempersiapkan gila; kedua, aku tidak bisa menolaknya. Bahkan aku menyetujui­ Theo benar atas dua hal: pertama, ide hebatnya benar-benar terkalahkan selama dua tahun dari klub petarung Jakarta akan mengurusnya. Mereka pasti tertarik mendengar petarung tidak pertarungan terbesar untukmu, Thomas. Rileks, biar aku yang nya mentah-mentah. ”Deal, Kawan! Aku akan mempersiapkan gila; kedua, aku tidak bisa menolaknya. Bahkan aku menyetujui­ Theo benar atas dua hal: pertama, ide hebatnya benar-benar terkalahkan selama dua tahun dari klub petarung Jakarta akan mengurusnya. Mereka pasti tertarik mendengar petarung tidak pertarungan terbesar untukmu, Thomas. Rileks, biar aku yang nya mentah-mentah. ”Deal, Kawan! Aku akan mempersiapkan gila; kedua, aku tidak bisa menolaknya. Bahkan aku menyetujui­ datang. Itu berita besar, tinggal kutambah-tambahkan bumbu, terkalahkan selama dua tahun dari klub petarung Jakarta akan mengurusnya. Mereka pasti tertarik mendengar petarung tidak pertarungan terbesar untukmu, Thomas. Rileks, biar aku yang nya mentah-mentah. ”Deal, Kawan! Aku akan mempersiapkan gila; kedua, aku tidak bisa menolaknya. Bahkan aku menyetujui­ datang. Itu berita besar, tinggal kutambah-tambahkan bumbu, terkalahkan selama dua tahun dari klub petarung Jakarta akan mengurusnya. Mereka pasti tertarik mendengar petarung tidak pertarungan terbesar untukmu, Thomas. Rileks, biar aku yang nya mentah-mentah. ”Deal, Kawan! Aku akan mempersiapkan gila; kedua, aku tidak bisa menolaknya. Bahkan aku menyetujui­ datang. Itu berita besar, tinggal kutambah-tambahkan bumbu, terkalahkan selama dua tahun dari klub petarung Jakarta akan mengurusnya. Mereka pasti tertarik mendengar petarung tidak pertarungan terbesar untukmu, Thomas. Rileks, biar aku yang nya mentah-mentah. ”Deal, Kawan! Aku akan mempersiapkan gila; kedua, aku tidak bisa menolaknya. Bahkan aku menyetujui­ datang. Itu berita besar, tinggal kutambah-tambahkan bumbu, terkalahkan selama dua tahun dari klub petarung Jakarta akan mengurusnya. Mereka pasti tertarik mendengar petarung tidak pertarungan terbesar untukmu, Thomas. Rileks, biar aku yang nya mentah-mentah. ”Deal, Kawan! Aku akan mempersiapkan gila; kedua, aku tidak bisa menolaknya. Bahkan aku menyetujui­ datang. Itu berita besar, tinggal kutambah-tambahkan bumbu, terkalahkan selama dua tahun dari klub petarung Jakarta akan mengurusnya. Mereka pasti tertarik mendengar petarung tidak pertarungan terbesar untukmu, Thomas. Rileks, biar aku yang nya mentah-mentah. ”Deal, Kawan! Aku akan mempersiapkan seperti tinju kananmu bisa merontokkan tembok dan sorot datang. Itu berita besar, tinggal kutambah-tambahkan bumbu, terkalahkan selama dua tahun dari klub petarung Jakarta akan mengurusnya. Mereka pasti tertarik mendengar petarung tidak pertarungan terbesar untukmu, Thomas. Rileks, biar aku yang nya mentah-mentah. ”Deal, Kawan! Aku akan mempersiapkan seperti tinju kananmu bisa merontokkan tembok dan sorot datang. Itu berita besar, tinggal kutambah-tambahkan bumbu, terkalahkan selama dua tahun dari klub petarung Jakarta akan mengurusnya. Mereka pasti tertarik mendengar petarung tidak pertarungan terbesar untukmu, Thomas. Rileks, biar aku yang nya mentah-mentah. ”Deal, Kawan! Aku akan mempersiapkan seperti tinju kananmu bisa merontokkan tembok dan sorot datang. Itu berita besar, tinggal kutambah-tambahkan bumbu, terkalahkan selama dua tahun dari klub petarung Jakarta akan mengurusnya. Mereka pasti tertarik mendengar petarung tidak pertarungan terbesar untukmu, Thomas. Rileks, biar aku yang nya mentah-mentah. ”Deal, Kawan! Aku akan mempersiapkan seperti tinju kananmu bisa merontokkan tembok dan sorot datang. Itu berita besar, tinggal kutambah-tambahkan bumbu, terkalahkan selama dua tahun dari klub petarung Jakarta akan mengurusnya. Mereka pasti tertarik mendengar petarung tidak pertarungan terbesar untukmu, Thomas. Rileks, biar aku yang nya mentah-mentah. ”Deal, Kawan! Aku akan mempersiapkan seperti tinju kananmu bisa merontokkan tembok dan sorot datang. Itu berita besar, tinggal kutambah-tambahkan bumbu, terkalahkan selama dua tahun dari klub petarung Jakarta akan mengurusnya. Mereka pasti tertarik mendengar petarung tidak pertarungan terbesar untukmu, Thomas. Rileks, biar aku yang matamu bisa menghancurkan baja. Kita bahkan bisa menjual seperti tinju kananmu bisa merontokkan tembok dan sorot datang. Itu berita besar, tinggal kutambah-tambahkan bumbu, terkalahkan selama dua tahun dari klub petarung Jakarta akan mengurusnya. Mereka pasti tertarik mendengar petarung tidak pertarungan terbesar untukmu, Thomas. Rileks, biar aku yang matamu bisa menghancurkan baja. Kita bahkan bisa menjual seperti tinju kananmu bisa merontokkan tembok dan sorot datang. Itu berita besar, tinggal kutambah-tambahkan bumbu, terkalahkan selama dua tahun dari klub petarung Jakarta akan mengurusnya. Mereka pasti tertarik mendengar petarung tidak pertarungan terbesar untukmu, Thomas. Rileks, biar aku yang matamu bisa menghancurkan baja. Kita bahkan bisa menjual seperti tinju kananmu bisa merontokkan tembok dan sorot datang. Itu berita besar, tinggal kutambah-tambahkan bumbu, terkalahkan selama dua tahun dari klub petarung Jakarta akan mengurusnya. Mereka pasti tertarik mendengar petarung tidak pertarungan terbesar untukmu, Thomas. Rileks, biar aku yang matamu bisa menghancurkan baja. Kita bahkan bisa menjual seperti tinju kananmu bisa merontokkan tembok dan sorot datang. Itu berita besar, tinggal kutambah-tambahkan bumbu, terkalahkan selama dua tahun dari klub petarung Jakarta akan mengurusnya. Mereka pasti tertarik mendengar petarung tidak pertarungan terbesar untukmu, Thomas. Rileks, biar aku yang matamu bisa menghancurkan baja. Kita bahkan bisa menjual seperti tinju kananmu bisa merontokkan tembok dan sorot datang. Itu berita besar, tinggal kutambah-tambahkan bumbu, terkalahkan selama dua tahun dari klub petarung Jakarta akan mengurusnya. Mereka pasti tertarik mendengar petarung tidak tiket pertunjukan.” Theo tertawa atas gurauannya—yang matamu bisa menghancurkan baja. Kita bahkan bisa menjual seperti tinju kananmu bisa merontokkan tembok dan sorot datang. Itu berita besar, tinggal kutambah-tambahkan bumbu, terkalahkan selama dua tahun dari klub petarung Jakarta akan mengurusnya. Mereka pasti tertarik mendengar petarung tidak tiket pertunjukan.” Theo tertawa atas gurauannya—yang matamu bisa menghancurkan baja. Kita bahkan bisa menjual seperti tinju kananmu bisa merontokkan tembok dan sorot datang. Itu berita besar, tinggal kutambah-tambahkan bumbu, terkalahkan selama dua tahun dari klub petarung Jakarta akan mengurusnya. Mereka pasti tertarik mendengar petarung tidak tiket pertunjukan.” Theo tertawa atas gurauannya—yang tidak matamu bisa menghancurkan baja. Kita bahkan bisa menjual seperti tinju kananmu bisa merontokkan tembok dan sorot datang. Itu berita besar, tinggal kutambah-tambahkan bumbu, terkalahkan selama dua tahun dari klub petarung Jakarta akan mengurusnya. Mereka pasti tertarik mendengar petarung tidak tiket pertunjukan.” Theo tertawa atas gurauannya—yang matamu bisa menghancurkan baja. Kita bahkan bisa menjual seperti tinju kananmu bisa merontokkan tembok dan sorot datang. Itu berita besar, tinggal kutambah-tambahkan bumbu, terkalahkan selama dua tahun dari klub petarung Jakarta akan mengurusnya. Mereka pasti tertarik mendengar petarung tidak tiket pertunjukan.” Theo tertawa atas gurauannya—yang matamu bisa menghancurkan baja. Kita bahkan bisa menjual seperti tinju kananmu bisa merontokkan tembok dan sorot datang. Itu berita besar, tinggal kutambah-tambahkan bumbu, terkalahkan selama dua tahun dari klub petarung Jakarta akan lucu. tiket pertunjukan.” Theo tertawa atas gurauannya—yang tidak matamu bisa menghancurkan baja. Kita bahkan bisa menjual seperti tinju kananmu bisa merontokkan tembok dan sorot datang. Itu berita besar, tinggal kutambah-tambahkan bumbu, terkalahkan selama dua tahun dari klub petarung Jakarta akan lucu. tiket pertunjukan.” Theo tertawa atas gurauannya—yang tidak matamu bisa menghancurkan baja. Kita bahkan bisa menjual seperti tinju kananmu bisa merontokkan tembok dan sorot datang. Itu berita besar, tinggal kutambah-tambahkan bumbu, terkalahkan selama dua tahun dari klub petarung Jakarta akan lucu. tiket pertunjukan.” Theo tertawa atas gurauannya—yang tidak matamu bisa menghancurkan baja. Kita bahkan bisa menjual seperti tinju kananmu bisa merontokkan tembok dan sorot datang. Itu berita besar, tinggal kutambah-tambahkan bumbu, terkalahkan selama dua tahun dari klub petarung Jakarta akan lucu. tiket pertunjukan.” Theo tertawa atas gurauannya—yang tidak matamu bisa menghancurkan baja. Kita bahkan bisa menjual seperti tinju kananmu bisa merontokkan tembok dan sorot datang. Itu berita besar, tinggal kutambah-tambahkan bumbu, terkalahkan selama dua tahun dari klub petarung Jakarta akan lucu. tiket pertunjukan.” Theo tertawa atas gurauannya—yang tidak matamu bisa menghancurkan baja. Kita bahkan bisa menjual seperti tinju kananmu bisa merontokkan tembok dan sorot datang. Itu berita besar, tinggal kutambah-tambahkan bumbu, Tentu saja tidak lucu. Bahkan di Jakarta, kami merahasiakan lucu. tiket pertunjukan.” Theo tertawa atas gurauannya—yang tidak matamu bisa menghancurkan baja. Kita bahkan bisa menjual seperti tinju kananmu bisa merontokkan tembok dan sorot datang. Itu berita besar, tinggal kutambah-tambahkan bumbu, Tentu saja tidak lucu. Bahkan di Jakarta, kami merahasiakan lucu. tiket pertunjukan.” Theo tertawa atas gurauannya—yang tidak matamu bisa menghancurkan baja. Kita bahkan bisa menjual seperti tinju kananmu bisa merontokkan tembok dan sorot datang. Itu berita besar, tinggal kutambah-tambahkan bumbu, Tentu saja tidak lucu. Bahkan di Jakarta, kami merahasiakan lucu. tiket pertunjukan.” Theo tertawa atas gurauannya—yang tidak matamu bisa menghancurkan baja. Kita bahkan bisa menjual seperti tinju kananmu bisa merontokkan tembok dan sorot datang. Itu berita besar, tinggal kutambah-tambahkan bumbu, Tentu saja tidak lucu. Bahkan di Jakarta, kami merahasiakan lucu. tiket pertunjukan.” Theo tertawa atas gurauannya—yang tidak matamu bisa menghancurkan baja. Kita bahkan bisa menjual seperti tinju kananmu bisa merontokkan tembok dan sorot datang. Itu berita besar, tinggal kutambah-tambahkan bumbu, Tentu sajaTidak tidak lucu. Bahkan diatas Jakarta, kami merahasiakan lucu. tiket pertunjukan.” Theo tertawa atas gurauannya—yang tidak matamu bisa menghancurkan baja. Kita bahkan bisa menjual seperti tinju kananmu bisa merontokkan tembok dan sorot banyak hal. ada yang membicarakan klub saat bertemu di Tentu saja tidak lucu. Bahkan di Jakarta, kami merahasiakan lucu. tiket pertunjukan.” Theo tertawa gurauannya—yang tidak matamu bisa menghancurkan baja. Kita bahkan bisa menjual seperti tinju kananmu bisa merontokkan tembok dan sorot banyak hal. Tidak ada yang membicarakan klub saat bertemu di Tentu saja tidak lucu. Bahkan di Jakarta, kami merahasiakan lucu. tiket pertunjukan.” Theo tertawa gurauannya—yang tidak matamu bisa menghancurkan baja. Kita bahkan bisa menjual seperti tinju kananmu bisa merontokkan tembok dan sorot banyak hal. ada yang membicarakan klub saat bertemu di Tentu sajaTidak tidak lucu. Bahkan diatas Jakarta, kami merahasiakan lucu. tiket pertunjukan.” Theo tertawa atas gurauannya—yang tidak matamu bisa menghancurkan baja. Kita bahkan bisa menjual seperti tinju kananmu bisa merontokkan tembok dan sorot



benar, anggota klub petarung dipembicaraan Makau lebihyang elite, lebih dalam, hanya berada dilebih arena pertandingan. Apalagi jika celoteh Theo dunia pekerjaan. Tahu sama tahu. Apa pun terjadi di klub Tiga minggu berlalu sejak itu, aku berangkat rahasiaan. mereka tentu berhati-hati lagi menjaga privasi dan ke­ benar, anggota klub petarung di Makau lebih elite, lebih dalam, hanya berada di arena pertandingan. Apalagi jika celoteh Theo dunia pekerjaan. Tahu sama tahu. Apa pun yang terjadi di klub Tiga minggu berlalu sejak pembicaraan itu, aku berangkat rahasiaan. mereka tentu lebih berhati-hati lagi menjaga privasi dan ke­ benar, anggota klub petarung di Makau lebih elite, lebih hanya berada di arena pertandingan. jika celoteh Theo dunia pekerjaan. Tahu sama tahu. Apa pun yang terjadi di klub Tiga minggu berlalu sejak pembicaraan itu, aku berangkat rahasiaan. mereka tentu lebih berhati-hati lagi menjaga privasi dan ke­ benar, anggota klub petarung di Makau lebih elite, lebih dalam, hanya berada di arena pertandingan. Apalagi jika celoteh Theo dunia pekerjaan. Tahu sama tahu. ApaApalagi pun yang terjadi didalam, klub Tiga minggu berlalu sejak pembicaraan itu, aku berangkat rahasiaan. mereka tentu lebih berhati-hati lagi menjaga privasi dan ke­ benar, anggota klub petarung di Makau lebih elite, lebih dalam, hanya berada di arena pertandingan. Apalagi jika celoteh Theo sehari lebih cepat dibanding Theo. Kedatanganku sekaligus Tiga minggu berlalu sejak pembicaraan itu, aku berangkat rahasiaan. mereka tentu lebih berhati-hati lagi menjaga privasi dan ke­ benar, anggota klub petarung di Makau lebih elite, lebih dalam, hanya berada di arena pertandingan. Apalagi jika celoteh Theo sehari lebih cepat dibanding Theo. Kedatanganku sekaligus Tiga minggu berlalu sejak pembicaraan itu, aku berangkat rahasiaan. mereka tentu lebih berhati-hati lagi menjaga privasi dan ke­ benar, anggota klub petarung di Makau lebih elite, lebih dalam, hanya berada di arena pertandingan. Apalagi jika celoteh Theo sehari lebih cepat dibanding Theo. Kedatanganku sekaligus Tiga minggu berlalu sejak pembicaraan itu, aku berangkat rahasiaan. mereka tentu lebih berhati-hati lagi menjaga privasi dan ke­ benar, anggota klub petarung di Makau lebih elite, lebih dalam, hanya berada di arena pertandingan. Apalagi jika celoteh Theo sehari lebih cepat dibanding Theo. Kedatanganku sekaligus Tiga minggu berlalu sejak pembicaraan itu, aku berangkat rahasiaan. mereka tentu lebih berhati-hati lagi menjaga privasi dan ke­ benar, anggota klub petarung di Makau lebih elite, lebih dalam, hanya berada di arena pertandingan. Apalagi jika celoteh Theo sehari lebih cepat dibanding Theo. Kedatanganku sekaligus Tiga minggu berlalu sejak pembicaraan itu, aku berangkat rahasiaan. mereka tentu lebih berhati-hati lagi menjaga privasi dan ke­ benar, anggota klub petarung di Makau lebih elite, lebih dalam, menghadiri konferensi internasional tentang komunikasi politik sehari lebih cepat dibanding Theo. Kedatanganku sekaligus Tiga minggu berlalu sejak pembicaraan itu, aku berangkat rahasiaan. mereka tentu lebih berhati-hati lagi menjaga privasi dan ke­ benar, anggota klub petarung di Makau lebih elite, lebih dalam, menghadiri konferensi internasional tentang komunikasi politik sehari lebih cepat dibanding Theo. Kedatanganku sekaligus Tiga minggu berlalu sejak pembicaraan itu, aku berangkat rahasiaan. mereka tentu lebih berhati-hati lagi menjaga privasi dan ke­ benar, anggota klub petarung di Makau lebih elite, lebih dalam, menghadiri konferensi internasional tentang komunikasi politik sehari lebih cepat dibanding Theo. Kedatanganku sekaligus Tiga minggu berlalu sejak pembicaraan itu, aku berangkat rahasiaan. mereka tentu lebih berhati-hati lagi menjaga privasi dan ke­ benar, anggota klub petarung di Makau lebih elite, lebih dalam, menghadiri konferensi internasional tentang komunikasi politik sehari lebih cepat dibanding Theo. Kedatanganku sekaligus Tiga minggu berlalu sejak pembicaraan itu, aku berangkat rahasiaan. mereka tentu lebih berhati-hati lagi menjaga privasi dan ke­ benar, anggota klub petarung di Makau lebih elite, lebih dalam, menghadiri konferensi internasional tentang komunikasi politik sehari lebih cepat dibanding Theo. Kedatanganku sekaligus Tiga minggu berlalu sejak pembicaraan itu, aku berangkat rahasiaan. mereka tentu lebih berhati-hati lagi menjaga privasi dan ke­ di Hong Kong, kemudian menyeberang menuju Makau. Theo menghadiri konferensi internasional tentang komunikasi politik sehari lebih cepat dibanding Theo. Kedatanganku sekaligus Tiga minggu berlalu sejak pembicaraan itu, aku berangkat rahasiaan. mereka tentu lebih berhati-hati lagi menjaga privasi dan ke­ di Hong Kong, kemudian menyeberang menuju Makau. Theo menghadiri konferensi internasional tentang komunikasi politik sehari lebih cepat dibanding Theo. Kedatanganku sekaligus Tiga minggu berlalu sejak pembicaraan itu, aku berangkat rahasiaan. mereka tentu lebih berhati-hati lagi menjaga privasi dan ke­ di Hong Kong, kemudian menyeberang menuju Makau. Theo menghadiri konferensi internasional tentang komunikasi politik sehari lebih cepat dibanding Theo. Kedatanganku sekaligus Tiga minggu berlalu sejak pembicaraan itu, aku berangkat rahasiaan. mereka tentu lebih berhati-hati lagi menjaga privasi dan ke­ di Hong Kong, kemudian menyeberang menuju Makau. Theo menghadiri konferensi internasional tentang komunikasi politik sehari lebih cepat dibanding Theo. Kedatanganku sekaligus Tiga minggu berlalu sejak pembicaraan itu, aku berangkat rahasiaan. mereka tentu lebih berhati-hati lagi menjaga privasi dan ke­ di Hong Kong, kemudian menyeberang menuju Makau. Theo menghadiri konferensi internasional tentang komunikasi politik sehari lebih cepat dibanding Theo. Kedatanganku sekaligus Tiga minggu berlalu sejak pembicaraan itu, aku berangkat rahasiaan. menyusul tadi siang langsung dari Jakarta. Kami berjanji ber­ di Hong Kong, kemudian menyeberang menuju Makau. Theo menghadiri konferensi internasional tentang komunikasi politik sehari lebih cepat dibanding Theo. Kedatanganku sekaligus Tiga minggu berlalu sejak pembicaraan itu, aku berangkat rahasiaan. menyusul tadi siang langsung dari Jakarta. Kami berjanji ber­ di Hong Kong, kemudian menyeberang menuju Makau. Theo menghadiri konferensi internasional tentang komunikasi politik sehari lebih cepat dibanding Theo. Kedatanganku sekaligus Tiga minggu berlalu sejak pembicaraan itu, aku berangkat rahasiaan. menyusul tadi siang langsung dari Jakarta. Kami berjanji ber­ di Hong Kong, kemudian menyeberang menuju Makau. Theo menghadiri konferensi internasional tentang komunikasi politik sehari lebih cepat dibanding Theo. Kedatanganku sekaligus Tiga minggu berlalu sejak pembicaraan itu, aku berangkat rahasiaan. menyusul tadi siang langsung dari Jakarta. Kami berjanji ber­ di Hong Kong, kemudian menyeberang menuju Makau. Theo menghadiri konferensi internasional tentang komunikasi politik sehari lebih cepat dibanding Theo. Kedatanganku sekaligus Tiga minggu berlalu sejak pembicaraan itu, aku berangkat rahasiaan. menyusul tadi siang langsung dari Jakarta. Kami berjanji ber­ di Hong Kong, kemudian menyeberang menuju Makau. Theo menghadiri konferensi internasional tentang komunikasi politik sehari lebih cepat dibanding Theo. Kedatanganku sekaligus Tiga minggu berlalu sejak pembicaraan itu, aku berangkat temu di salah satu restoran hotel berbintang pada pukul enam menyusul tadi siang langsung dari Jakarta. Kami berjanji ber­ di Hong Kong, kemudian menyeberang menuju Makau. Theo menghadiri konferensi internasional tentang komunikasi politik sehari lebih cepat dibanding Theo. Kedatanganku sekaligus Tiga minggu berlalu sejak pembicaraan itu, aku berangkat temu di salah satu restoran hotel berbintang pada pukul enam menyusul tadi siang langsung dari Jakarta. Kami berjanji ber­ di Hong Kong, kemudian menyeberang menuju Makau. Theo menghadiri konferensi internasional tentang komunikasi politik sehari lebih cepat dibanding Theo. Kedatanganku sekaligus Tiga minggu berlalu sejak pembicaraan itu, aku berangkat temu di salah satu restoran hotel berbintang pada pukul enam menyusul tadi siang langsung dari Jakarta. Kami berjanji ber­ di Hong Kong, kemudian menyeberang menuju Makau. Theo menghadiri konferensi internasional tentang komunikasi politik sehari lebih cepat dibanding Theo. Kedatanganku sekaligus Tiga minggu berlalu sejak pembicaraan itu, aku berangkat temu di salah satu restoran hotel berbintang pada pukul enam menyusul tadi siang langsung dari Jakarta. Kami berjanji ber­ di Hong Kong, kemudian menyeberang menuju Makau. Theo menghadiri konferensi internasional tentang komunikasi politik sehari lebih cepat dibanding Theo. Kedatanganku sekaligus Tiga minggu berlalu sejak pembicaraan itu, aku berangkat temu di salah satu restoran hotel berbintang pada pukul enam menyusul tadi siang langsung dari Jakarta. Kami berjanji ber­ di Hong Kong, kemudian menyeberang menuju Makau. Theo menghadiri konferensi internasional tentang komunikasi politik sehari lebih cepat dibanding Theo. Kedatanganku sekaligus sore, lalu bersama-sama menuju lokasi klub petarung. temu di salah satu restoran hotel berbintang pada pukul enam menyusul tadi siang langsung dari Jakarta. Kami berjanji ber­ di Hong Kong, kemudian menyeberang menuju Makau. Theo menghadiri konferensi internasional tentang komunikasi politik sehari lebih cepat dibanding Theo. Kedatanganku sekaligus sore, lalu bersama-sama menuju lokasi klub petarung. temu di salah satu restoran hotel berbintang pada pukul enam menyusul tadi siang langsung dari Jakarta. Kami berjanji ber­ di Hong Kong, kemudian menyeberang menuju Makau. Theo menghadiri konferensi internasional tentang komunikasi politik sehari lebih cepat dibanding Theo. Kedatanganku sekaligus sore, lalu bersama-sama menuju lokasi klub petarung. temu di salah satu restoran hotel berbintang pada pukul enam menyusul tadi siang langsung dari Jakarta. Kami berjanji ber­ di Hong Kong, kemudian menyeberang menuju Makau. Theo menghadiri konferensi internasional tentang komunikasi politik sehari lebih cepat dibanding Theo. Kedatanganku sekaligus sore, lalu bersama-sama menuju lokasi klub petarung. temu di salah satu restoran hotel berbintang pada pukul enam menyusul tadi siang langsung dari Jakarta. Kami berjanji ber­ di Hong Kong, kemudian menyeberang menuju Makau. Theo menghadiri konferensi internasional tentang komunikasi politik sehari lebih cepat dibanding Theo. Kedatanganku sekaligus sore, lalu bersama-sama menuju lokasi klub petarung. temu di salah satu restoran hotel berbintang pada pukul enam menyusul tadi siang langsung dari Jakarta. Kami berjanji ber­ di Hong Kong, kemudian menyeberang menuju Makau. Theo menghadiri konferensi internasional tentang komunikasi politik Meski tidak punya ide sama sekali tentang siapa yang akan sore, lalu bersama-sama menuju lokasi klub petarung. temu di salah satu restoran hotel berbintang pada pukul enam menyusul tadi siang langsung dari Jakarta. Kami berjanji ber­ di Hong Kong, kemudian menyeberang menuju Makau. Theo menghadiri konferensi internasional tentang komunikasi politik Meski tidak punya ide sama sekali tentang siapa yang akan sore, lalu bersama-sama menuju lokasi klub petarung. temu di salah satu restoran hotel berbintang pada pukul enam menyusul tadi siang langsung dari Jakarta. Kami berjanji ber­ di Hong Kong, kemudian menyeberang menuju Makau. Theo menghadiri konferensi internasional tentang komunikasi politik Meski tidak punya ide sama sekali tentang siapa yang akan sore, lalu bersama-sama menuju lokasi klub petarung. temu di salah satu restoran hotel berbintang pada pukul enam menyusul tadi siang langsung dari Jakarta. Kami berjanji ber­ di Hong Kong, kemudian menyeberang menuju Makau. Theo menghadiri konferensi internasional tentang komunikasi politik Meski tidak punya ide sama sekali tentang siapa yang akan sore, lalu bersama-sama menuju lokasi klub petarung. temu di salah satu restoran hotel berbintang pada pukul enam menyusul tadi siang langsung dari Jakarta. Kami berjanji ber­ di Hong Kong, kemudian menyeberang menuju Makau. Theo menghadiri konferensi internasional tentang komunikasi politik Meski tidak punya ide sama sekali tentang siapa yang akan sore, lalu bersama-sama menuju lokasi klub petarung. temu di salah satu restoran hotel berbintang pada pukul enam menyusul tadi siang langsung dari Jakarta. Kami berjanji ber­ di Hong Kong, kemudian menyeberang menuju Makau. Theo kuhadapi, aku menyambut pertarungan ini dengan baik, me­ Meski tidak punya ide sama sekali tentang siapa yang akan sore, lalu bersama-sama menuju lokasi klub petarung. temu di salah satu restoran hotel berbintang pada pukul enam menyusul tadi siang langsung dari Jakarta. Kami berjanji ber­ di Hong Kong, kemudian menyeberang menuju Makau. Theo kuhadapi, aku menyambut pertarungan ini dengan baik, me­ Meski tidak punya ide sama sekali tentang siapa yang akan sore, lalu bersama-sama menuju lokasi klub petarung. temu di salah satu restoran hotel berbintang pada pukul enam menyusul tadi siang langsung dari Jakarta. Kami berjanji ber­ di Hong Kong, kemudian menyeberang menuju Makau. Theo kuhadapi, aku menyambut pertarungan ini dengan baik, me­ Meski tidak punya ide sama sekali tentang siapa yang akan sore, lalu bersama-sama menuju lokasi klub petarung. temu di salah satu restoran hotel berbintang pada pukul enam menyusul tadi siang langsung dari Jakarta. Kami berjanji ber­ di Hong Kong, kemudian menyeberang menuju Makau. Theo kuhadapi, aku menyambut pertarungan ini dengan baik, me­ Meski tidak punya ide sama sekali tentang siapa yang akan sore, lalu bersama-sama menuju lokasi klub petarung. temu di salah satu restoran hotel berbintang pada pukul enam menyusul tadi siang langsung dari Jakarta. Kami berjanji ber­ di Hong Kong, kemudian menyeberang menuju Makau. Theo kuhadapi, aku menyambut pertarungan ini dengan baik, me­ Meski tidak punya ide sama sekali tentang siapa yang akan sore, lalu bersama-sama menuju lokasi klub petarung. temu di salah satu restoran hotel berbintang pada pukul enam menyusul tadi siang langsung dari Jakarta. Kami berjanji ber­ lakukan persiapan, berlatih lebih rutin dan disiplin selama tiga kuhadapi, aku menyambut pertarungan ini dengan baik, me­ Meski tidak punya ide sama sekali tentang siapa yang akan sore, lalu bersama-sama menuju lokasi klub petarung. temu di salah satu restoran hotel berbintang pada pukul enam menyusul tadi siang langsung dari Jakarta. Kami berjanji ber­ lakukan persiapan, berlatih lebih rutin dan disiplin selama tiga kuhadapi, aku menyambut pertarungan ini dengan baik, me­ Meski tidak punya ide sama sekali tentang siapa yang akan sore, lalu bersama-sama menuju lokasi klub petarung. temu di salah satu restoran hotel berbintang pada pukul enam menyusul tadi siang langsung dari Jakarta. Kami berjanji ber­ lakukan persiapan, berlatih lebih rutin dan disiplin selama tiga kuhadapi, aku menyambut pertarungan ini dengan baik, me­ Meski tidak punya ide sama sekali tentang siapa yang akan sore, lalu bersama-sama menuju lokasi klub petarung. temu di salah satu restoran hotel berbintang pada pukul enam menyusul tadi siang langsung dari Jakarta. Kami berjanji ber­ lakukan persiapan, berlatih lebih rutin dan disiplin selama tiga kuhadapi, aku menyambut pertarungan ini dengan baik, me­ Meski tidak punya ide sama sekali tentang siapa yang akan sore, lalu bersama-sama menuju lokasi klub petarung. temu di salah satu restoran hotel berbintang pada pukul enam menyusul tadi siang langsung dari Jakarta. Kami berjanji ber­ lakukan persiapan, berlatih lebih rutin dan disiplin selama tiga kuhadapi, aku menyambut pertarungan ini dengan baik, me­ Meski tidak punya ide sama sekali tentang siapa yang akan sore, lalu bersama-sama menuju lokasi klub petarung. temu di salah satu restoran hotel berbintang pada pukul enam minggu terakhir. Theo tidak menjelaskan banyak. ”Dalam lima lakukan persiapan, berlatih lebih rutin dan disiplin selama tiga kuhadapi, aku menyambut pertarungan ini dengan baik, me­ Meski tidak punya ide sama sekali tentang siapa yang akan sore, lalu bersama-sama menuju lokasi klub petarung. temu di salah satu restoran hotel berbintang pada pukul enam minggu terakhir. Theo tidak menjelaskan banyak. ”Dalam lima lakukan persiapan, berlatih lebih rutin dan disiplin selama tiga kuhadapi, aku menyambut pertarungan ini dengan baik, me­ Meski tidak punya ide sama sekali tentang siapa yang akan sore, lalu bersama-sama menuju lokasi klub petarung. temu di salah satu restoran hotel berbintang pada pukul enam minggu terakhir. Theo tidak menjelaskan banyak. ”Dalam lima lakukan persiapan, berlatih lebih rutin dan disiplin selama tiga kuhadapi, aku menyambut pertarungan ini dengan baik, me­ Meski tidak punya ide sama sekali tentang siapa yang akan sore, lalu bersama-sama menuju lokasi klub petarung. temu di salah satu restoran hotel berbintang pada pukul enam minggu terakhir. Theo tidak menjelaskan banyak. ”Dalam lima lakukan persiapan, berlatih lebih rutin dan disiplin selama tiga kuhadapi, aku menyambut pertarungan ini dengan baik, me­ Meski tidak punya ide sama sekali tentang siapa yang akan sore, lalu bersama-sama menuju lokasi klub petarung. temu di salah satu restoran hotel berbintang pada pukul enam minggu terakhir. Theo tidak menjelaskan banyak. ”Dalam lima lakukan persiapan, berlatih lebih rutin dan disiplin selama tiga kuhadapi, aku menyambut pertarungan ini dengan baik, me­ Meski tidak punya ide sama sekali tentang siapa yang akan sore, lalu bersama-sama menuju lokasi klub petarung. hal, empat di antaranya dia memiliki kesamaan denganmu, Tho­ minggu terakhir. Theo tidak menjelaskan banyak. ”Dalam lima lakukan persiapan, berlatih lebih rutin dan disiplin selama tiga kuhadapi, aku menyambut pertarungan ini dengan baik, me­ Meski tidak punya ide sama sekali tentang siapa yang akan sore, lalu bersama-sama menuju lokasi klub petarung. hal, empat di antaranya dia memiliki kesamaan denganmu, Tho­ minggu terakhir. Theo tidak menjelaskan banyak. ”Dalam lima lakukan persiapan, berlatih lebih rutin dan disiplin selama tiga kuhadapi, aku menyambut pertarungan ini dengan baik, me­ Meski tidak punya ide sama sekali tentang siapa yang akan sore, lalu bersama-sama menuju lokasi klub petarung. hal, empat di antaranya dia memiliki kesamaan denganmu, Tho­ minggu terakhir. Theo tidak menjelaskan banyak. ”Dalam lima lakukan persiapan, berlatih lebih rutin dan disiplin selama tiga kuhadapi, aku menyambut pertarungan ini dengan baik, me­ Meski tidak punya ide sama sekali tentang siapa yang akan sore, lalu bersama-sama menuju lokasi klub petarung. hal, empat di antaranya dia memiliki kesamaan denganmu, Tho­ minggu terakhir. Theo tidak menjelaskan banyak. ”Dalam lima lakukan persiapan, berlatih lebih rutin dan disiplin selama tiga kuhadapi, aku menyambut pertarungan ini dengan baik, me­ Meski tidak punya ide sama sekali tentang siapa yang akan sore, lalu bersama-sama menuju lokasi klub petarung. hal, empat di antaranya dia memiliki kesamaan denganmu, Tho­ minggu terakhir. Theo tidak menjelaskan banyak. ”Dalam lima lakukan persiapan, berlatih lebih rutin dan disiplin selama tiga kuhadapi, aku menyambut pertarungan ini dengan baik, me­ Meski tidak punya ide sama sekali tentang siapa yang akan mas. Namanya Lee—aku tidak tahu nama lengkapnya. Dia juga hal, empat di antaranya dia memiliki kesamaan denganmu, Tho­ minggu terakhir. Theo tidak menjelaskan banyak. ”Dalam lima lakukan persiapan, berlatih lebih rutin dan disiplin selama tiga kuhadapi, aku menyambut pertarungan ini dengan baik, me­ Meski tidak punya ide sama sekali tentang siapa yang akan mas. Namanya Lee—aku tidak tahu nama lengkapnya. Dia juga hal, empat di antaranya dia memiliki kesamaan denganmu, Tho­ minggu terakhir. Theo tidak menjelaskan banyak. ”Dalam lima lakukan persiapan, berlatih lebih rutin dan disiplin selama tiga kuhadapi, aku menyambut pertarungan ini dengan baik, me­ Meski tidak punya ide sama sekali tentang siapa yang akan mas. Namanya Lee—aku tidak tahu nama lengkapnya. Dia juga hal, empat di antaranya dia memiliki kesamaan denganmu, Tho­ minggu terakhir. Theo tidak menjelaskan banyak. ”Dalam lima lakukan persiapan, berlatih lebih rutin dan disiplin selama tiga kuhadapi, aku menyambut pertarungan ini dengan baik, me­ Meski tidak punya ide sama sekali tentang siapa yang akan mas. Namanya Lee—aku tidak tahu nama lengkapnya. Dia juga hal, empat di antaranya dia memiliki kesamaan denganmu, Tho­ minggu terakhir. Theo tidak menjelaskan banyak. ”Dalam lima lakukan persiapan, berlatih lebih rutin dan disiplin selama tiga kuhadapi, aku menyambut pertarungan ini dengan baik, me­ Meski tidak punya ide sama sekali tentang siapa yang akan mas. Namanya Lee—aku tidak tahu nama lengkapnya. Dia juga hal, empat di antaranya dia memiliki kesamaan denganmu, Tho­ minggu terakhir. Theo tidak menjelaskan banyak. ”Dalam lima lakukan persiapan, berlatih lebih rutin dan disiplin selama tiga kuhadapi, aku menyambut pertarungan ini dengan baik, me­ tidak terkalahkan. Penerus salah satu konglomerasi terbesar di mas. Namanya Lee—aku tidak tahu nama lengkapnya. Dia juga hal, empat di antaranya dia memiliki kesamaan denganmu, Tho­ minggu terakhir. Theo tidak menjelaskan banyak. ”Dalam lima lakukan persiapan, berlatih lebih rutin dan disiplin selama tiga kuhadapi, aku menyambut pertarungan ini dengan baik, me­ tidak terkalahkan. Penerus salah satu konglomerasi terbesar di mas. Namanya Lee—aku tidak tahu nama lengkapnya. Dia juga hal, empat di antaranya dia memiliki kesamaan denganmu, Tho­ minggu terakhir. Theo tidak menjelaskan banyak. ”Dalam lima lakukan persiapan, berlatih lebih rutin dan disiplin selama tiga kuhadapi, aku menyambut pertarungan ini dengan baik, me­ tidak terkalahkan. Penerus salah satu konglomerasi terbesar di mas. Namanya Lee—aku tidak tahu nama lengkapnya. Dia juga hal, empat di antaranya dia memiliki kesamaan denganmu, Tho­ minggu terakhir. Theo tidak menjelaskan banyak. ”Dalam lima lakukan persiapan, berlatih lebih rutin dan disiplin selama tiga kuhadapi, aku menyambut pertarungan ini dengan baik, me­ tidak terkalahkan. Penerus salah satu konglomerasi terbesar di mas. Namanya Lee—aku tidak tahu nama lengkapnya. Dia juga hal, empat di antaranya dia memiliki kesamaan denganmu, Tho­ minggu terakhir. Theo tidak menjelaskan banyak. ”Dalam lima lakukan persiapan, berlatih lebih rutin dan disiplin selama tiga kuhadapi, aku menyambut pertarungan ini dengan baik, me­ tidak terkalahkan. Penerus salah satu konglomerasi terbesar di mas. Namanya Lee—aku tidak tahu nama lengkapnya. Dia juga hal, empat di antaranya dia memiliki kesamaan denganmu, Tho­ minggu terakhir. Theo tidak menjelaskan banyak. ”Dalam lima lakukan persiapan, berlatih lebih rutin dan disiplin selama tiga Hong Kong. Pemilik banyak gedung dan bisnis properti di ka­ tidak terkalahkan. Penerus salah satu konglomerasi terbesar di mas. Namanya Lee—aku tidak tahu nama lengkapnya. Dia juga hal, empat di antaranya dia memiliki kesamaan denganmu, Tho­ minggu terakhir. Theo tidak menjelaskan banyak. ”Dalam lima lakukan persiapan, berlatih lebih rutin dan disiplin selama tiga Hong Kong. Pemilik banyak gedung dan bisnis properti di ka­ tidak terkalahkan. Penerus salah satu konglomerasi terbesar di mas. Namanya Lee—aku tidak tahu nama lengkapnya. Dia juga hal, empat di antaranya dia memiliki kesamaan denganmu, Tho­ minggu terakhir. Theo tidak menjelaskan banyak. ”Dalam lima lakukan persiapan, berlatih lebih rutin dan disiplin selama tiga Hong Kong. Pemilik banyak gedung dan bisnis properti di ka­ tidak terkalahkan. Penerus salah satu konglomerasi terbesar di mas. Namanya Lee—aku tidak tahu nama lengkapnya. Dia juga hal, empat di antaranya dia memiliki kesamaan denganmu, Tho­ minggu terakhir. Theo tidak menjelaskan banyak. ”Dalam lima lakukan persiapan, berlatih lebih rutin dan disiplin selama tiga Hong Kong. Pemilik banyak gedung dan bisnis properti di ka­ tidak terkalahkan. Penerus salah satu konglomerasi terbesar di mas. Namanya Lee—aku tidak tahu nama lengkapnya. Dia juga hal, empat di antaranya dia memiliki kesamaan denganmu, Tho­ minggu terakhir. Theo tidak menjelaskan banyak. ”Dalam lima lakukan persiapan, berlatih lebih rutin dan disiplin selama tiga Hong Kong. Pemilik banyak gedung dan bisnis properti di ka­ tidak terkalahkan. Penerus salah satu konglomerasi terbesar di mas. Namanya Lee—aku tidak tahu nama lengkapnya. Dia juga hal, empat di antaranya dia memiliki kesamaan denganmu, Tho­ minggu terakhir. Theo tidak menjelaskan banyak. ”Dalam lima wasan Asia Pasifik, terutama Hong Kong dan Makau. Hong Kong. Pemilik banyak gedung dan bisnis properti di ka­ tidak terkalahkan. Penerus salah satu konglomerasi terbesar di mas. Namanya Lee—aku tidak tahu nama lengkapnya. Dia juga hal, empat di antaranya dia memiliki kesamaan denganmu, Tho­ minggu terakhir. Theo tidak menjelaskan banyak. ”Dalam lima wasan Asia Pasifik, terutama Hong Kong dan Makau. Hong Kong. Pemilik banyak gedung dan bisnis properti di ka­ tidak terkalahkan. Penerus salah satu konglomerasi terbesar di mas. Namanya Lee—aku tidak tahu nama lengkapnya. Dia juga hal, empat di antaranya dia memiliki kesamaan denganmu, Tho­ minggu terakhir. Theo tidak menjelaskan banyak. ”Dalam lima wasan Asia Pasifik, terutama Hong Kong dan Makau. Hong Kong. Pemilik banyak gedung dan bisnis properti di ka­ tidak terkalahkan. Penerus salah satu konglomerasi terbesar di mas. Namanya Lee—aku tidak tahu nama lengkapnya. Dia juga hal, empat di antaranya dia memiliki kesamaan denganmu, Tho­ minggu terakhir. Theo tidak menjelaskan banyak. ”Dalam lima wasan Asia Pasifik, terutama Hong Kong dan Makau. Hong Kong. Pemilik banyak gedung dan bisnis properti di ka­ tidak terkalahkan. Penerus salah satu konglomerasi terbesar di mas. Namanya Lee—aku tidak tahu nama lengkapnya. Dia juga hal, empat di antaranya dia memiliki kesamaan denganmu, Tho­ minggu terakhir. Theo tidak menjelaskan banyak. ”Dalam lima wasan Asia Pasifik, terutama Hong Kong dan Makau. Hong Kong. Pemilik banyak gedung dan bisnis properti di ka­ tidak terkalahkan. Penerus salah satu konglomerasi terbesar di mas. Namanya Lee—aku tidak tahu nama lengkapnya. Dia juga hal, empat di antaranya dia memiliki kesamaan denganmu, Tho­ ”Pintar, jago berkelahi, terampil mengendarai banyak ken­ wasan Asia Pasifik, terutama Hong Kong dan Makau. Hong Kong. Pemilik banyak gedung dan bisnis properti di ka­ tidak terkalahkan. Penerus salah satu konglomerasi terbesar di mas. Namanya Lee—aku tidak tahu nama lengkapnya. Dia juga hal, empat di antaranya dia memiliki kesamaan denganmu, Tho­ ”Pintar, jago berkelahi, terampil mengendarai banyak ken­ wasan Asia Pasifik, terutama Hong Kong dan Makau. Hong Kong. Pemilik banyak gedung dan bisnis properti di ka­ tidak terkalahkan. Penerus salah satu konglomerasi terbesar di mas. Namanya Lee—aku tidak tahu nama lengkapnya. Dia juga hal, empat di antaranya dia memiliki kesamaan denganmu, Tho­ ”Pintar, jago berkelahi, terampil mengendarai banyak ken­ wasan Asia Pasifik, terutama Hong Kong dan Makau. Hong Kong. Pemilik banyak gedung dan bisnis properti di ka­ tidak terkalahkan. Penerus salah satu konglomerasi terbesar di mas. Namanya Lee—aku tidak tahu nama lengkapnya. Dia juga hal, empat di antaranya dia memiliki kesamaan denganmu, Tho­ ”Pintar, jago berkelahi, terampil mengendarai banyak ken­ wasan Asia Pasifik, terutama Hong Kong dan Makau. Hong Kong. Pemilik banyak gedung dan bisnis properti di ka­ tidak terkalahkan. Penerus salah satu konglomerasi terbesar di mas. Namanya Lee—aku tidak tahu nama lengkapnya. Dia juga hal, empat di antaranya dia memiliki kesamaan denganmu, Tho­ ”Pintar, jago berkelahi, terampil mengendarai banyak ken­ wasan Asia Pasifik, terutama Hong Kong dan Makau. Hong Kong. Pemilik banyak gedung dan bisnis properti di ka­ tidak terkalahkan. Penerus salah satu konglomerasi terbesar di mas. Namanya Lee—aku tidak tahu nama lengkapnya. Dia juga daraan, suka mengebut, dan pernah aktif di pasukan khusus ”Pintar, jago berkelahi, terampil mengendarai banyak ken­ wasan Asia Pasifik, terutama Hong Kong dan Makau. Hong Kong. Pemilik banyak gedung dan bisnis properti di ka­ tidak terkalahkan. Penerus salah satu konglomerasi terbesar di mas. Namanya Lee—aku tidak tahu nama lengkapnya. Dia juga daraan, suka mengebut, dan pernah aktif di pasukan khusus ”Pintar, jago berkelahi, terampil mengendarai banyak ken­ wasan Asia Pasifik, terutama Hong Kong dan Makau. Hong Kong. Pemilik banyak gedung dan bisnis properti di ka­ tidak terkalahkan. Penerus salah satu konglomerasi terbesar di mas. Namanya Lee—aku tidak tahu nama lengkapnya. Dia juga daraan, suka mengebut, dan pernah aktif di pasukan khusus ”Pintar, jago berkelahi, terampil mengendarai banyak ken­ wasan Asia Pasifik, terutama Hong Kong dan Makau. Hong Kong. Pemilik banyak gedung dan bisnis properti di ka­ tidak terkalahkan. Penerus salah satu konglomerasi terbesar di mas. Namanya Lee—aku tidak tahu nama lengkapnya. Dia juga daraan, suka mengebut, dan pernah aktif di pasukan khusus ”Pintar, jago berkelahi, terampil mengendarai banyak ken­ wasan Asia Pasifik, terutama Hong Kong dan Makau. Hong Kong. Pemilik banyak gedung dan bisnis properti di ka­ tidak terkalahkan. Penerus salah satu konglomerasi terbesar di mas. Namanya Lee—aku tidak tahu nama lengkapnya. Dia juga daraan, suka mengebut, dan pernah aktif di pasukan khusus ”Pintar, jago berkelahi, terampil mengendarai banyak ken­ wasan Asia Pasifik, terutama Hong Kong dan Makau. Hong Kong. Pemilik banyak gedung dan bisnis properti di ka­ tidak terkalahkan. Penerus salah satu konglomerasi terbesar militer Cina selama delapan belas bulan. Apa pun yang ada di daraan, suka mengebut, dan pernah aktif di pasukan khusus ”Pintar, jago berkelahi, terampil mengendarai banyak ken­ wasan Asia Pasifik, terutama Hong Kong dan Makau. Hong Kong. Pemilik banyak gedung dan bisnis properti di ka­ tidak terkalahkan. Penerus salah satu konglomerasi terbesar militer Cina selama delapan belas bulan. Apa pun yang ada di daraan, suka mengebut, dan pernah aktif di pasukan khusus ”Pintar, jago berkelahi, terampil mengendarai banyak ken­ wasan Asia Pasifik, terutama Hong Kong dan Makau. Hong Kong. Pemilik banyak gedung dan bisnis properti di ka­ tidak terkalahkan. Penerus salah satu konglomerasi terbesar militer Cina selama delapan belas bulan. Apa pun yang ada di daraan, suka mengebut, dan pernah aktif di pasukan khusus ”Pintar, jago berkelahi, terampil mengendarai banyak ken­ wasan Asia Pasifik, terutama Hong Kong dan Makau. Hong Kong. Pemilik banyak gedung dan bisnis properti di ka­ tidak terkalahkan. Penerus salah satu konglomerasi terbesar militer Cina selama delapan belas bulan. Apa pun yang ada di daraan, suka mengebut, dan pernah aktif di pasukan khusus ”Pintar, jago berkelahi, terampil mengendarai banyak ken­ wasan Asia Pasifik, terutama Hong Kong dan Makau. Hong Kong. Pemilik banyak gedung dan bisnis properti diken­ ka­ tidak terkalahkan. Penerus salah satu konglomerasi terbesar militer Cina selama delapan belas bulan. Apa pun yang ada di daraan, suka mengebut, dan pernah aktif di pasukan khusus ”Pintar, jago berkelahi, terampil mengendarai banyak wasan Asia Pasifik, terutama Hong Kong dan Hong Kong. Pemilik banyak gedung dan bisnis properti di ka­ resumemu, dia juga memilikinya, sama. Mungkin termasuk pe­ militer Cina selama delapan belas bulan. Apa pun yang ada di daraan, suka mengebut, dan pernah aktif di Makau. pasukan khusus ”Pintar, jago berkelahi, terampil mengendarai banyak ken­ wasan Asia Pasifik, terutama Hong Kong dan Makau. Hong Kong. Pemilik banyak gedung dan bisnis properti di ka­ resumemu, dia juga memilikinya, sama. Mungkin termasuk pe­ militer Cina selama delapan belas bulan. Apa pun yang ada di daraan, suka mengebut, dan pernah aktif di pasukan khusus ”Pintar, jago berkelahi, terampil mengendarai banyak ken­ wasan Asia Pasifik, terutama Hong Kong dan Makau. Hong Kong. Pemilik banyak gedung dan bisnis properti di ka­ resumemu, dia juga memilikinya, sama. Mungkin termasuk pe­ militer Cina selama delapan belas bulan. Apa pun yang ada di daraan, suka mengebut, dan pernah aktif di pasukan khusus ”Pintar, jago berkelahi, terampil mengendarai banyak ken­ wasan Asia Pasifik, terutama Hong Kong dan Makau. Hong Kong. Pemilik banyak gedung dan bisnis properti di ka­ resumemu, dia juga memilikinya, sama. Mungkin termasuk pe­ militer Cina selama delapan belas bulan. Apa pun yang ada di daraan, suka mengebut, dan pernah aktif di pasukan khusus ”Pintar, jago berkelahi, terampil mengendarai banyak ken­ wasan Asia Pasifik, terutama Hong Kong dan Makau. Hong Kong. Pemilik banyak gedung dan bisnis properti di ka­ resumemu, dia juga memilikinya, sama. Mungkin termasuk pe­ militer Cina selama delapan belas bulan. Apa pun yang ada di daraan, suka mengebut, dan pernah aktif di pasukan khusus ”Pintar, jago berkelahi, terampil mengendarai banyak ken­ wasan Asia Pasifik, terutama Hong Kong dan Makau. rangai keras kepala, susah diatur.” Theo tertawa—aku tidak. resumemu, dia juga memilikinya, sama. Mungkin termasuk pe­ militer Cina selama delapan belas bulan. Apa pun yang ada di daraan, suka mengebut, dan pernah aktif di pasukan khusus ”Pintar, jago berkelahi, terampil mengendarai banyak ken­ wasan Asia Pasifik, terutama Hong Kong dan Makau. rangai keras kepala, susah diatur.” Theo tertawa—aku tidak. resumemu, dia juga memilikinya, sama. Mungkin termasuk pe­ militer Cina selama delapan belas bulan. Apa pun yang ada di daraan, suka mengebut, dan pernah aktif di pasukan khusus ”Pintar, jago berkelahi, terampil mengendarai banyak ken­ wasan Asia Pasifik, terutama Hong Kong dan Makau. rangai keras kepala, susah diatur.” Theo tertawa—aku tidak. resumemu, dia juga memilikinya, sama. Mungkin termasuk pe­ militer Cina selama delapan belas bulan. Apa pun yang ada di daraan, suka mengebut, dan pernah aktif di pasukan khusus ”Pintar, jago berkelahi, terampil mengendarai banyak ken­ wasan Asia Pasifik, terutama Hong Kong dan Makau. rangai keras kepala, susah diatur.” Theo tertawa—aku tidak. resumemu, dia juga memilikinya, sama. Mungkin termasuk pe­ militer Cina selama delapan belas bulan. Apa pun yang ada di daraan, suka mengebut, dan pernah aktif di pasukan khusus ”Pintar, jago berkelahi, terampil mengendarai banyak ken­ wasan Asia Pasifik, terutama Hong Kong dan Makau. rangai keras kepala, susah diatur.” Theo tertawa—aku tidak. resumemu, dia juga memilikinya, sama. Mungkin termasuk pe­ militer Cina selama delapan belas bulan. Apa pun yang ada di daraan, suka mengebut, dan pernah aktif di pasukan khusus ”Pintar, jago berkelahi, terampil mengendarai banyak ken­ ”Nah, satu hal yang mungkin membedakan kalian, dia sudah rangai keras kepala, susah diatur.” Theo tertawa—aku tidak. resumemu, dia juga memilikinya, sama. Mungkin termasuk pe­ militer Cina selama delapan belas bulan. Apa pun yang ada di daraan, suka mengebut, dan pernah aktif di pasukan khusus ”Pintar, jago berkelahi, terampil mengendarai banyak ken­ ”Nah, satu hal yang mungkin membedakan kalian, dia sudah rangai keras kepala, susah diatur.” Theo tertawa—aku tidak. resumemu, dia juga memilikinya, sama. Mungkin termasuk pe­ militer Cina selama delapan belas bulan. Apa pun yang ada di daraan, suka mengebut, dan pernah aktif di pasukan khusus ”Pintar, jago berkelahi, terampil mengendarai banyak ken­ ”Nah, satu hal yang mungkin membedakan kalian, dia sudah rangai keras kepala, susah diatur.” Theo tertawa—aku tidak. resumemu, dia juga memilikinya, sama. Mungkin termasuk pe­ militer Cina selama delapan belas bulan. Apa pun yang ada di daraan, suka mengebut, dan pernah aktif di pasukan khusus ”Pintar, jago berkelahi, terampil mengendarai banyak ken­ ”Nah, satu hal yang mungkin membedakan kalian, dia sudah rangai keras kepala, susah diatur.” Theo tertawa—aku tidak. resumemu, dia juga memilikinya, sama. Mungkin termasuk pe­ militer Cina selama delapan belas bulan. Apa pun yang ada di daraan, suka mengebut, dan pernah aktif di pasukan khusus ”Pintar, jago berkelahi, terampil mengendarai banyak ken­ ”Nah, satu hal yang mungkin membedakan kalian, dia sudah rangai keras kepala, susah diatur.” Theo tertawa—aku tidak. resumemu, dia juga memilikinya, sama. Mungkin termasuk pe­ militer Cina selama delapan belas bulan. Apa pun yang ada di daraan, suka mengebut, dan pernah aktif di pasukan khusus menikah dan bahagia dengan dua putri kembarnya yang berusia ”Nah, satu hal yang mungkin membedakan kalian, dia sudah rangai keras kepala, susah diatur.” Theo tertawa—aku tidak. resumemu, dia juga memilikinya, sama. Mungkin termasuk pe­ militer Cina selama delapan belas bulan. Apa pun yang ada di daraan, suka mengebut, dan pernah aktif di pasukan khusus menikah dan bahagia dengan dua putri kembarnya yang berusia ”Nah, satu hal yang mungkin membedakan kalian, dia sudah rangai keras kepala, susah diatur.” Theo tertawa—aku tidak. resumemu, dia juga memilikinya, sama. Mungkin termasuk pe­ militer Cina selama delapan belas bulan. Apa pun yang ada di daraan, suka mengebut, dan pernah aktif di pasukan khusus menikah dan bahagia dengan dua putri kembarnya yang berusia ”Nah, satu hal yang mungkin membedakan kalian, dia sudah rangai keras kepala, susah diatur.” Theo tertawa—aku tidak. resumemu, dia juga memilikinya, sama. Mungkin termasuk pe­ militer Cina selama delapan belas bulan. Apa pun yang ada di daraan, suka mengebut, dan pernah aktif di pasukan khusus menikah dan bahagia dengan dua putri kembarnya yang berusia ”Nah, satu hal yang mungkin membedakan kalian, dia sudah rangai keras kepala, susah diatur.” Theo tertawa—aku tidak. resumemu, dia juga memilikinya, sama. Mungkin termasuk pe­ militer Cina selama delapan belas bulan. Apa pun yang ada di daraan, suka mengebut, dan pernah aktif di pasukan khusus menikah dan bahagia dengan dua putri kembarnya yang berusia ”Nah, satu hal yang mungkin membedakan kalian, dia sudah rangai keras kepala, susah diatur.” Theo tertawa—aku tidak. resumemu, dia juga memilikinya, sama. Mungkin termasuk pe­ militer Cina selama delapan belas bulan. Apa pun yang ada di lima tahun. Kau rasa-rasanya bahkan tidak punya prospek akan menikah dan bahagia dengan dua putri kembarnya yang berusia ”Nah, satu hal yang mungkin membedakan kalian, dia sudah rangai keras kepala, susah diatur.” Theo tertawa—aku tidak. resumemu, dia juga memilikinya, sama. Mungkin termasuk pe­ militer Cina selama delapan belas bulan. Apa pun yang ada di lima tahun. Kau rasa-rasanya bahkan tidak punya prospek akan menikah dan bahagia dengan dua putri kembarnya yang berusia ”Nah, satu hal yang mungkin membedakan kalian, dia sudah rangai keras kepala, susah diatur.” Theo tertawa—aku tidak. resumemu, juga memilikinya, sama. Mungkin pe­ militer Cina selama delapan belas bulan. Apa puntermasuk yang ada di lima tahun. Kau rasa-rasanya bahkan tidak punya prospek akan menikah dandia bahagia dengandiatur.” dua putri kembarnya yang ”Nah, satu hal yang mungkin membedakan kalian, diaberusia sudah rangai keras kepala, susah Theo tertawa—aku tidak. resumemu, dia juga memilikinya, sama. Mungkin termasuk pe­



tidak sampai satu jam menggunakan kau hanya 66 kilometer, menikah lima tahun kepertama depan, bukan?” Itu briefing Theo saat Untuk keperluan bisnis atau personal, aku sering mengun­ kapal cepat, aku baru kali ini pergi ke Makau. Pulau kami menumpang taksi limusin menuju gedung klub petarung. Ajaibnya, meski jarak Hong Kong dan Ma­ jungi Hong Kong. tidak sampai satu jam menggunakan kau hanya 66 kilometer, menikah lima tahun ke depan, bukan?” Itu briefing Theo saat Untuk keperluan bisnis atau personal, aku sering mengun­ kapal cepat, aku baru kali ini pergi ke Makau. Pulau kami menumpang taksi limusin menuju gedung klub petarung. Ajaibnya, meski jarak Hong Kong dan Ma­ jungi Hong Kong. tidak sampai satu jam menggunakan kau hanya 66 kilometer, kecil yang pernah dikuasai Portugis itu surga judi di Asia Pa­ menikah lima tahun ke depan, bukan?” Itu briefing Theo saat Untuk keperluan bisnis atau personal, aku sering mengun­ kapal cepat, aku baru pertama kali ini pergi ke Makau. Pulau kami menumpang taksi limusin menuju gedung klub petarung. Ajaibnya, meski jarak Hong Kong dan Ma­ jungi Hong Kong. tidak sampai satu jam menggunakan kau hanya 66 kilometer, menikah lima tahun kepertama depan, bukan?” Itu briefing Theo saat kecil yang pernah dikuasai Portugis itu surga judi di Asia Pa­ Untuk keperluan bisnis atau personal, aku sering mengun­ kapal cepat, aku baru pertama kali ini pergi ke Makau. Pulau kami menumpang taksi limusin menuju gedung klub petarung. Ajaibnya, meski jarak Hong Kong dan Ma­ jungi Hong Kong. tidak sampai satu jam menggunakan kau hanya 66 kilometer, kecil yang pernah dikuasai Portugis itu surga judi di Asia Pa­ Untuk keperluan bisnis atau personal, aku sering mengun­ kapal cepat, aku baru pertama kali ini pergi ke Makau. Pulau kami menumpang taksi limusin menuju gedung klub petarung. Ajaibnya, meski jarak Hong Kong dan Ma­ jungi Hong Kong. kecil yang pernah dikuasai Portugis itu surga judi di Asia Pa­ Untuk keperluan bisnis atau personal, aku sering mengun­ tidak sampai satu jam menggunakan kau hanya 66 kilometer, kapal cepat, aku baru pertama kali ini pergi ke Makau. Pulau kami menumpang taksi limusin menuju gedung klub petarung. Ajaibnya, meski jarak Hong Kong dan Ma­ jungi Hong Kong. kecil yang pernah dikuasai Portugis itu surga judi di Asia Pa­ Untuk keperluan bisnis atau personal, aku sering mengun­ tidak sampai satu jam menggunakan kau hanya 66 kilometer, kapal cepat, aku baru pertama kali ini pergi ke Makau. Pulau sifik. Hotel merangkap kasino memenuhi tiap jengkal tepi ja­ kami menumpang taksi limusin menuju gedung klub petarung. Ajaibnya, meski jarak Hong Kong dan Ma­ jungi Hong Kong. kecil yang pernah dikuasai Portugis itu surga judi di Asia Pa­ Untuk keperluan bisnis atau personal, aku sering mengun­ tidak sampai satu jam menggunakan kau hanya 66 kilometer, kapal cepat, aku baru pertama kali ini pergi ke Makau. Pulau kami menumpang taksi limusin menuju gedung klub petarung. sifik. Hotel merangkap kasino memenuhi tiap jengkal tepi ja­ Ajaibnya, meski jarak Hong Kong dan Ma­ jungi Hong Kong. kecil yang pernah dikuasai Portugis itu surga judi di Asia Pa­ Untuk keperluan bisnis atau personal, aku sering mengun­ tidak sampai satu jam menggunakan kau hanya 66 kilometer, kapal cepat, aku baru pertama kali ini pergi ke Makau. Pulau sifik. Hotel merangkap kasino memenuhi tiap jengkal tepi ja­ Ajaibnya, meski jarak Hong Kong dan Ma­ jungi Hong Kong. kecil yang pernah dikuasai Portugis itu surga judi di Asia Pa­ Untuk keperluan bisnis atau personal, aku sering mengun­ tidak sampai satu jam menggunakan kau hanya 66 kilometer, sifik. Hotel merangkap kasino memenuhi tiap jengkal tepi ja­ Ajaibnya, meski jarak Hong Kong dan Ma­ jungi Hong Kong. kapal cepat, aku baru pertama kali ini pergi ke Makau. Pulau kecil yang pernah dikuasai Portugis itu surga judi di Asia Pa­ Untuk keperluan bisnis atau personal, aku sering mengun­ tidak sampai satu jam menggunakan kau hanya 66 kilometer, sifik. Hotel merangkap kasino memenuhi tiap jengkal tepi ja­ Ajaibnya, meski jarak Hong Kong dan Ma­ jungi Hong Kong. kapal cepat, aku baru pertama kali ini pergi ke Makau. Pulau kecil yang pernah dikuasai Portugis itu surga judi di Asia Pa­ lanan Makau. Berpadu dengan puluhan bangunan tua bergaya Untuk keperluan bisnis atau personal, aku sering mengun­ tidak sampai satu jam menggunakan kau hanya 66 kilometer, sifik. Hotel merangkap kasino memenuhi tiap jengkal tepi ja­ Ajaibnya, meski jarak Hong Kong dan Ma­ jungi Hong Kong. kapal cepat, aku baru pertama kali ini pergi ke Makau. Pulau kecil yang pernah dikuasai Portugis itu surga judi di Asia Pa­ Untuk keperluan bisnis atau personal, aku sering mengun­ lanan Makau. Berpadu dengan puluhan bangunan tua bergaya tidak sampai satu jam menggunakan kau hanya 66 kilometer, sifik. Hotel merangkap kasino memenuhi tiap jengkal tepi ja­ Ajaibnya, meski jarak Hong Kong dan Ma­ jungi Hong Kong. kapal cepat, aku baru pertama kali ini pergi ke Makau. Pulau kecil yang pernah dikuasai Portugis itu surga judi di Asia Pa­ lanan Makau. Berpadu dengan puluhan bangunan tua bergaya tidak sampai satu jam menggunakan kau hanya 66 kilometer, sifik. Hotel merangkap kasino memenuhi tiap jengkal tepi ja­ Ajaibnya, meski jarak Hong Kong dan Ma­ jungi Hong Kong. kapal cepat, aku baru pertama kali ini pergi ke Makau. Pulau lanan Makau. Berpadu dengan puluhan bangunan tua bergaya tidak sampai satu jam menggunakan kau hanya 66 kilometer, kecil yang pernah dikuasai Portugis itu surga judi di Asia Pa­ sifik. Hotel merangkap kasino memenuhi tiap jengkal tepi ja­ Ajaibnya, meski jarak Hong Kong dan Ma­ jungi Hong Kong. kapal cepat, aku baru pertama kali ini pergi ke Makau. Pulau lanan Makau. Berpadu dengan puluhan bangunan tua bergaya tidak sampai satu jam menggunakan kau hanya 66 kilometer, kecil yang pernah dikuasai Portugis itu surga judi di Asia Pa­ sifik. Hotel merangkap kasino memenuhi tiap jengkal tepi ja­ arsitektur Eropa, peninggalan penjajah Portugis—termasuk ba­ Ajaibnya, meski jarak Hong Kong dan Ma­ jungi Hong Kong. kapal cepat, aku baru pertama kali ini pergi ke Makau. Pulau lanan Makau. Berpadu dengan puluhan bangunan tua bergaya tidak sampai satu jam menggunakan kau hanya 66 kilometer, kecil yang pernah dikuasai Portugis itu surga judi di Asia Pa­ sifik. Hotel merangkap kasino memenuhi tiap jengkal tepi ja­ Ajaibnya, meski jarak Hong Kong dan Ma­ jungi Hong Kong. arsitektur Eropa, peninggalan penjajah Portugis—termasuk ba­ kapal cepat, aku baru pertama kali ini pergi ke Makau. Pulau lanan Makau. Berpadu dengan puluhan bangunan tua bergaya tidak sampai satu jam menggunakan kau hanya 66 kilometer, kecil yang pernah dikuasai Portugis itu surga judi di Asia Pa­ sifik. Hotel merangkap kasino memenuhi tiap jengkal tepi ja­ arsitektur Eropa, peninggalan penjajah Portugis—termasuk ba­ kapal cepat, aku baru pertama kali ini pergi ke Makau. Pulau lanan Makau. Berpadu dengan puluhan bangunan tua bergaya tidak sampai satu jam menggunakan kau hanya 66 kilometer, kecil yang pernah dikuasai Portugis itu surga judi di Asia Pa­ arsitektur Eropa, peninggalan penjajah Portugis—termasuk ba­ kapal cepat, aku baru pertama kali ini pergi ke Makau. Pulau sifik. Hotel merangkap kasino memenuhi tiap jengkal tepi ja­ lanan Makau. Berpadu dengan puluhan bangunan tua bergaya tidak sampai satu jam menggunakan kau hanya 66 kilometer, kecil yang pernah dikuasai Portugis itu surga judi di Asia Pa­ arsitektur Eropa, peninggalan penjajah Portugis—termasuk ba­ kapal cepat, aku baru pertama kali ini pergi ke Makau. Pulau sifik. Hotel merangkap kasino memenuhi tiap jengkal tepi ja­ lanan Makau. Berpadu dengan puluhan bangunan tua bergaya hasa resmi yang mereka gunakan saat ini selain bahasa Kanton. tidak sampai satu jam menggunakan kau hanya 66 kilometer, kecil yang pernah dikuasai Portugis itu surga judi di Asia Pa­ arsitektur Eropa, peninggalan penjajah Portugis—termasuk ba­ kapal cepat, aku baru pertama kali ini pergi ke Makau. Pulau sifik. Hotel merangkap kasino memenuhi tiap jengkal tepi ja­ lanan Makau. Berpadu dengan puluhan bangunan tua bergaya tidak sampai satu jam menggunakan kau hanya 66 kilometer, hasa resmi yang mereka gunakan saat ini selain bahasa Kanton. kecil yang pernah dikuasai Portugis itu surga judi di Asia Pa­ arsitektur Eropa, peninggalan penjajah Portugis—termasuk ba­ kapal cepat, aku baru pertama kali ini pergi ke Makau. Pulau sifik. Hotel merangkap kasino memenuhi tiap jengkal tepi ja­ lanan Makau. Berpadu dengan puluhan bangunan tua bergaya hasa resmi yang mereka gunakan saat ini selain bahasa Kanton. kecil yang pernah dikuasai Portugis itu surga judi di Asia Pa­ arsitektur Eropa, peninggalan penjajah Portugis—termasuk ba­ kapal cepat, aku baru pertama kali ini pergi ke Makau. Pulau sifik. Hotel merangkap kasino memenuhi tiap jengkal tepi ja­ hasa resmi yang mereka gunakan saat ini selain bahasa Kanton. kecil yang pernah dikuasai Portugis itu surga judi di Asia Pa­ lanan Makau. Berpadu dengan puluhan bangunan tua bergaya arsitektur Eropa, peninggalan penjajah Portugis—termasuk ba­ kapal cepat, aku baru pertama kali ini pergi ke Makau. Pulau sifik. Hotel merangkap kasino memenuhi tiap jengkal tepi ja­ hasa resmi yang mereka gunakan saat ini selain bahasa Kanton. kecil yang pernah dikuasai Portugis itu surga judi di Asia Pa­ lanan Makau. Berpadu dengan puluhan bangunan tua bergaya arsitektur Eropa, peninggalan penjajah Portugis—termasuk ba­ Gemerlap lampu menghiasi jantung pulau itu pada malam hari. kapal cepat, aku baru pertama kali ini pergi ke Makau. Pulau sifik. Hotel merangkap kasino memenuhi tiap jengkal tepi ja­ hasa resmi yang mereka gunakan saat ini selain bahasa Kanton. kecil yang pernah dikuasai Portugis itu surga judi di Asia Pa­ lanan Makau. Berpadu dengan puluhan bangunan tua bergaya arsitektur Eropa, peninggalan penjajah Portugis—termasuk ba­ kapal cepat, aku baru pertama kali ini pergi ke Makau. Pulau Gemerlap lampu menghiasi jantung pulau itu pada malam hari. sifik. Hotel merangkap kasino memenuhi tiap jengkal tepi ja­ hasa resmi yang mereka gunakan saat ini selain bahasa Kanton. kecil yang pernah dikuasai Portugis itu surga judi di Asia Pa­ lanan Makau. Berpadu dengan puluhan bangunan tua bergaya arsitektur Eropa, peninggalan penjajah Portugis—termasuk ba­ Gemerlap lampu menghiasi jantung pulau itu pada malam hari. sifik. Hotel merangkap kasino memenuhi tiap jengkal tepi ja­ hasa resmi yang mereka gunakan saat ini selain bahasa Kanton. kecil yang pernah dikuasai Portugis itu surga judi di Asia Pa­ lanan Makau. Berpadu dengan puluhan bangunan tua bergaya Gemerlap lampu menghiasi jantung pulau itu pada malam hari. sifik. Hotel merangkap kasino memenuhi tiap jengkal tepi ja­ arsitektur Eropa, peninggalan penjajah Portugis—termasuk ba­ hasa resmi yang mereka gunakan saat ini selain bahasa Kanton. kecil yang pernah dikuasai Portugis itu surga judi di Asia Pa­ lanan Makau. Berpadu dengan puluhan bangunan tua bergaya Gemerlap lampu menghiasi jantung pulau itu pada malam hari. sifik. Hotel merangkap kasino memenuhi tiap jengkal tepi ja­ arsitektur Eropa, peninggalan penjajah Portugis—termasuk ba­ hasa resmi yang mereka gunakan saat ini selain bahasa Kanton. Pulau ini semakin malam semakin hidup, sisi dunia yang amat kecil yang pernah dikuasai Portugis itu surga judi di Asia Pa­ lanan Makau. Berpadu dengan puluhan bangunan tua bergaya Gemerlap lampu menghiasi jantung pulau itu pada malam hari. sifik. Hotel merangkap kasino memenuhi tiap jengkal tepi ja­ arsitektur Eropa, peninggalan penjajah Portugis—termasuk ba­ hasa resmi yang mereka gunakan saat ini selain bahasa Kanton. kecil yang pernah dikuasai Portugis itu surga judi di Asia Pa­ Pulau ini semakin malam semakin hidup, sisi dunia yang amat lanan Makau. Berpadu dengan puluhan bangunan tua bergaya Gemerlap lampu menghiasi jantung pulau itu pada malam hari. sifik. Hotel merangkap kasino memenuhi tiap jengkal tepi ja­ arsitektur Eropa, peninggalan penjajah Portugis—termasuk ba­ hasa resmi yang mereka gunakan saat ini selain bahasa Kanton. Pulau ini semakin malam semakin hidup, sisi dunia yang amat lanan Makau. Berpadu dengan puluhan bangunan tua bergaya Gemerlap lampu menghiasi jantung pulau itu pada malam hari. sifik. Hotel merangkap kasino memenuhi tiap jengkal tepi ja­ arsitektur Eropa, peninggalan penjajah Portugis—termasuk ba­ Pulau ini semakin malam semakin hidup, sisi dunia yang amat lanan Makau. Berpadu dengan puluhan bangunan tua bergaya hasa resmi yang mereka gunakan saat ini selain bahasa Kanton. Gemerlap lampu menghiasi jantung pulau itu pada malam hari. sifik. Hotel merangkap kasino memenuhi tiap jengkal tepi ja­ arsitektur Eropa, peninggalan penjajah Portugis—termasuk ba­ Pulau ini semakin malam semakin hidup, sisi dunia yang amat lanan Makau. Berpadu dengan puluhan bangunan tua bergaya hasa resmi yang mereka gunakan saat ini selain bahasa Kanton. Gemerlap lampu menghiasi jantung pulau itu pada malam hari. berbeda. sifik. Hotel merangkap kasino memenuhi tiap jengkal tepi ja­ arsitektur Eropa, peninggalan penjajah Portugis—termasuk ba­ Pulau ini semakin malam semakin hidup, sisi dunia yang amat lanan Makau. Berpadu dengan puluhan bangunan tua bergaya hasa resmi yang mereka gunakan saat ini selain bahasa Kanton. Gemerlap lampu menghiasi jantung pulau itu pada malam hari. sifik. Hotel merangkap kasino memenuhi tiap jengkal tepi ja­ berbeda. arsitektur Eropa, peninggalan penjajah Portugis—termasuk ba­ Pulau ini semakin malam semakin hidup, sisi dunia yang amat lanan Makau. Berpadu dengan puluhan bangunan tua bergaya hasa resmi yang mereka gunakan saat ini selain bahasa Kanton. Gemerlap lampu menghiasi jantung pulau itu pada malam hari. berbeda. arsitektur Eropa, peninggalan penjajah Portugis—termasuk ba­ Pulau ini semakin malam semakin hidup, sisi dunia yang amat lanan Makau. Berpadu dengan puluhan bangunan tua bergaya hasa resmi yang mereka gunakan saat ini selain bahasa Kanton. berbeda. arsitektur Eropa, peninggalan penjajah Portugis—termasuk ba­ Gemerlap lampu menghiasi jantung pulau itu pada malam hari. Pulau ini semakin malam semakin hidup, sisi dunia yang amat lanan Makau. Berpadu dengan puluhan bangunan tua bergaya hasa resmi yang mereka gunakan saat ini selain bahasa Kanton. berbeda. arsitektur Eropa, peninggalan penjajah Portugis—termasuk Gemerlap lampu menghiasi jantung pulau itu pada malam hari. Pulau ini semakin malam semakin hidup, sisi dunia yang amat Dugaanku benar. Klub petarung itu berada di salah satu ba­ lanan Makau. Berpadu dengan puluhan bangunan tua bergaya hasa resmi yang mereka gunakan saat ini selain bahasa Kanton. berbeda. arsitektur Eropa, peninggalan penjajah Portugis—termasuk Gemerlap lampu menghiasi jantung pulau itu pada malam hari. Pulau ini semakin malam semakin hidup, sisi dunia yang amat lanan Makau. Berpadu dengan puluhan bangunan tua bergaya Dugaanku benar. Klub petarung itu berada di salah satu ba­ hasa resmi yang mereka gunakan saat ini selain bahasa Kanton. berbeda. arsitektur Eropa, peninggalan penjajah Portugis—termasuk Gemerlap lampu menghiasi jantung pulau itu pada malam hari. Pulau ini semakin malam semakin hidup, sisi dunia yang amat Dugaanku benar. Klub petarung itu berada di salah satu ba­ hasa resmi yang mereka gunakan saat ini selain bahasa Kanton. berbeda. arsitektur Eropa, peninggalan penjajah Portugis—termasuk Gemerlap lampu menghiasi jantung pulau itu pada malam hari. Dugaanku benar. Klub petarung itu berada di salah satu ba­ hasa resmi yang mereka gunakan saat ini selain bahasa Kanton. Pulau ini semakin malam semakin hidup, sisi dunia yang amat berbeda. arsitektur Eropa, peninggalan penjajah Portugis—termasuk Gemerlap lampu menghiasi jantung pulau itu pada malam hari. Dugaanku benar. Klub petarung itu berada di salah satu ba­ hasa resmi yang mereka gunakan saat ini selain bahasa Kanton. Pulau ini semakin malam semakin hidup, sisi dunia yang amat berbeda. ngunan hotel paling mewah Makau. Tapi tetap saja sulit mem­ arsitektur Eropa, peninggalan penjajah Portugis—termasuk Gemerlap lampu menghiasi jantung pulau itu pada malam hari. Dugaanku benar. Klub petarung itu berada di salah satu ba­ hasa resmi yang mereka gunakan saat ini selain bahasa Kanton. Pulau ini semakin malam semakin hidup, sisi dunia yang amat berbeda. arsitektur Eropa, peninggalan penjajah Portugis—termasuk ngunan hotel paling mewah Makau. Tapi tetap saja sulit mem­ Gemerlap lampu menghiasi jantung pulau itu pada malam hari. Dugaanku benar. Klub petarung itu berada di salah satu ba­ hasa resmi yang mereka gunakan saat ini selain bahasa Kanton. Pulau ini semakin malam semakin hidup, sisi dunia yang amat berbeda. ngunan hotel paling mewah Makau. Tapi tetap saja sulit mem­ Gemerlap lampu menghiasi jantung pulau itu pada malam hari. Dugaanku benar. Klub petarung itu berada di salah satu ba­ hasa resmi yang mereka gunakan saat ini selain bahasa Kanton. Pulau ini semakin malam semakin hidup, sisi dunia yang amat ngunan hotel paling mewah Makau. Tapi tetap saja sulit mem­ Gemerlap lampu menghiasi jantung pulau itu pada malam hari. berbeda. Dugaanku benar. Klub petarung itu berada di salah satu ba­ hasa resmi yang mereka gunakan saat ini selain bahasa Kanton. Pulau ini semakin malam semakin hidup, sisi dunia yang amat ngunan hotel paling mewah Makau. Tapi tetap saja sulit mem­ Gemerlap lampu menghiasi jantung pulau itu pada malam hari. berbeda. Dugaanku benar. Klub petarung itu berada di salah satu ba­ bayangkan, mereka ternyata menyewa satu sayap sendiri, menyu­ hasa resmi yang mereka gunakan saat ini selain bahasa Kanton. Pulau ini semakin malam semakin hidup, sisi dunia yang amat ngunan hotel paling mewah Makau. Tapi tetap saja sulit mem­ Gemerlap lampu menghiasi jantung pulau itu pada malam hari. berbeda. Dugaanku benar. Klub petarung itu berada di salah satu ba­ hasa resmi yang mereka gunakan saat ini selain bahasa Kanton. bayangkan, mereka ternyata menyewa satu sayap sendiri, menyu­ Pulau ini semakin malam semakin hidup, sisi dunia yang amat ngunan hotel paling mewah Makau. Tapi tetap saja sulit mem­ Gemerlap lampu menghiasi jantung pulau itu pada malam hari. berbeda. Dugaanku benar. Klub petarung itu berada di salah satu ba­ bayangkan, mereka ternyata menyewa satu sayap sendiri, menyu­ Pulau ini semakin malam semakin hidup, sisi dunia yang amat ngunan hotel paling mewah Makau. Tapi tetap saja sulit mem­ Gemerlap lampu menghiasi jantung pulau itu pada malam hari. berbeda. bayangkan, mereka ternyata menyewa satu sayap sendiri, menyu­ Pulau ini semakin malam semakin hidup, sisi dunia yang amat Dugaanku benar. Klub petarung itu berada di salah satu ba­ ngunan hotel paling mewah Makau. Tapi tetap saja sulit mem­ Gemerlap lampu menghiasi jantung pulau itu pada malam hari. berbeda. bayangkan, mereka ternyata menyewa satu sayap sendiri, menyu­ Pulau ini semakin malam semakin hidup, sisi dunia yang amat Dugaanku benar. Klub petarung itu berada di salah satu ba­ ngunan hotel paling mewah Makau. Tapi tetap saja sulit mem­ arena pertarungan, menyatu dengan jaringan lapnya menjadi Gemerlap lampu menghiasi jantung pulau itu pada malam hari. berbeda. bayangkan, mereka ternyata menyewa satu sayap sendiri, menyu­ Pulau ini semakin malam semakin hidup, sisi dunia yang amat Dugaanku benar. Klub petarung itu berada di salah satu ba­ ngunan hotel paling mewah Makau. Tapi tetap saja sulit mem­ Gemerlap lampu menghiasi jantung pulau itu pada malam hari. arena pertarungan, menyatu dengan jaringan lapnya menjadi berbeda. bayangkan, mereka ternyata menyewa satu sayap sendiri, menyu­ Pulau ini semakin malam semakin hidup, sisi dunia yang amat Dugaanku benar. Klub petarung itu berada di salah satu ba­ ngunan hotel paling mewah Makau. Tapi tetap saja sulit mem­ arena pertarungan, menyatu dengan jaringan lapnya menjadi berbeda. bayangkan, mereka ternyata menyewa satu sayap sendiri, menyu­ Pulau ini semakin malam semakin hidup, sisi dunia yang amat Dugaanku benar. Klub petarung itu berada di salah satu ba­ arena pertarungan, menyatu dengan jaringan lapnya menjadi berbeda. ngunan hotel paling mewah Makau. Tapi tetap saja sulit mem­ bayangkan, mereka ternyata menyewa satu sayap sendiri, menyu­ Pulau ini semakin malam semakin hidup, sisi dunia yang amat Dugaanku benar. Klub petarung itu berada di salah satu ba­ arena pertarungan, menyatu dengan jaringan lapnya menjadi berbeda. ngunan hotel paling mewah Makau. Tapi tetap saja sulit mem­ bayangkan, mereka ternyata menyewa satu sayap sendiri, menyu­ kasino besar. Pintu masuknya bahkan berada di antara ke­ Pulau ini semakin malam semakin hidup, sisi dunia yang amat Dugaanku benar. Klub petarung itu berada di salah satu ba­ arena pertarungan, menyatu dengan jaringan lapnya menjadi berbeda. ngunan hotel paling mewah Makau. Tapi tetap saja sulit mem­ bayangkan, mereka ternyata menyewa satu sayap sendiri, menyu­ Pulau ini semakin malam semakin hidup, sisi dunia yang amat kasino besar. Pintu masuknya bahkan berada di antara ke­ Dugaanku benar. Klub petarung itu berada di salah satu ba­ arena pertarungan, menyatu dengan jaringan lapnya menjadi berbeda. ngunan hotel paling mewah Makau. Tapi tetap saja sulit mem­ bayangkan, mereka ternyata menyewa satu sayap sendiri, menyu­ kasino besar. Pintu masuknya bahkan berada di antara ke­ Dugaanku benar. Klub petarung itu berada di salah satu ba­ arena pertarungan, menyatu dengan jaringan lapnya menjadi berbeda. ngunan hotel paling mewah Makau. Tapi tetap saja sulit mem­ kasino besar. Pintu masuknya bahkan berada di antara ke­ Dugaanku benar. Klub petarung itu berada di salah satu ba­ bayangkan, mereka ternyata menyewa satu sayap sendiri, menyu­ arena pertarungan, menyatu dengan jaringan lapnya menjadi berbeda. ngunan hotel paling mewah Makau. Tapi tetap saja sulit mem­ kasino besar. Pintu masuknya bahkan berada di antara ke­ Dugaanku benar. Klub petarung itu berada di salah satu ba­ bayangkan, mereka ternyata menyewa satu sayap sendiri, menyu­ arena pertarungan, menyatu dengan jaringan lapnya menjadi berjudi. Tidak semua orang bisa melewati ramaian orang-orang berbeda. ngunan hotel paling mewah Makau. Tapi tetap saja sulit mem­ kasino besar. Pintu masuknya bahkan berada di antara ke­ Dugaanku benar. Klub petarung itu berada di salah satu ba­ bayangkan, mereka ternyata menyewa satu sayap sendiri, menyu­ arena pertarungan, menyatu dengan jaringan lapnya menjadi berbeda. berjudi. Tidak semua orang bisa melewati ramaian orang-orang ngunan hotel paling mewah Makau. Tapi tetap saja sulit mem­ kasino besar. Pintu masuknya bahkan berada di antara ke­ Dugaanku benar. Klub petarung itu berada di salah satu ba­ bayangkan, mereka ternyata menyewa satu sayap sendiri, menyu­ arena pertarungan, menyatu dengan jaringan lapnya menjadi berjudi. Tidak semua orang bisa melewati ramaian orang-orang ngunan hotel paling mewah Makau. Tapi tetap saja sulit mem­ kasino besar. Pintu masuknya bahkan berada di antara ke­ Dugaanku benar. Klub petarung itu berada di salah satu ba­ bayangkan, mereka ternyata menyewa satu sayap sendiri, menyu­ berjudi. Tidak semua orang bisa melewati ramaian orang-orang ngunan hotel paling mewah Makau. Tapi tetap saja sulit mem­ arena pertarungan, menyatu dengan jaringan lapnya menjadi kasino besar. Pintu masuknya bahkan berada di antara ke­ Dugaanku benar. Klub petarung itu berada di salah satu ba­ bayangkan, mereka ternyata menyewa satu sayap sendiri, menyu­ berjudi. Tidak semua orang bisa melewati ramaian orang-orang ngunan hotel paling mewah Makau. Tapi tetap saja sulit mem­ arena pertarungan, menyatu dengan jaringan lapnya menjadi kasino besar. Pintu masuknya bahkan berada di antara ke­ pintu masuknya. Orang yang melintas akan menganggapnya se­ Dugaanku benar. Klub petarung itu berada di salah satu ba­ bayangkan, mereka ternyata menyewa satu sayap sendiri, menyu­ berjudi. Tidak semua orang bisa melewati ramaian orang-orang ngunan hotel paling mewah Makau. Tapi tetap saja sulit mem­ arena pertarungan, menyatu dengan jaringan lapnya menjadi kasino besar. Pintu masuknya bahkan berada di antara ke­ Dugaanku benar. Klub petarung itu berada di salah satu ba­ pintu masuknya. Orang yang melintas akan menganggapnya se­ bayangkan, mereka ternyata menyewa satu sayap sendiri, menyu­ berjudi. Tidak semua orang bisa melewati ramaian orang-orang ngunan hotel paling mewah Makau. Tapi tetap saja sulit mem­ arena pertarungan, menyatu dengan jaringan lapnya menjadi kasino besar. Pintu masuknya bahkan berada di antara ke­ pintu masuknya. Orang yang melintas akan menganggapnya se­ bayangkan, mereka ternyata menyewa satu sayap sendiri, menyu­ berjudi. Tidak semua orang bisa melewati ramaian orang-orang ngunan hotel paling mewah Makau. Tapi tetap saja sulit mem­ arena pertarungan, menyatu dengan jaringan lapnya menjadi pintu masuknya. Orang yang melintas akan menganggapnya se­ bayangkan, mereka ternyata menyewa satu sayap sendiri, menyu­ kasino besar. Pintu masuknya bahkan berada di antara ke­ berjudi. Tidak semua orang bisa melewati ramaian orang-orang ngunan hotel paling mewah Makau. Tapi tetap saja sulit mem­ arena pertarungan, menyatu dengan jaringan lapnya menjadi pintu masuknya. Orang yang melintas akan menganggapnya se­ bayangkan, mereka ternyata menyewa satu sayap sendiri, menyu­ kasino besar. Pintu masuknya bahkan berada di antara ke­ berjudi. Tidak semua orang bisa melewati ramaian orang-orang pejudi kelas atas, bukan level mereka. perti ruangan khusus ngunan hotel paling mewah Makau. Tapi tetap saja sulit mem­ arena pertarungan, menyatu dengan jaringan lapnya menjadi pintu masuknya. Orang yang melintas akan menganggapnya se­ bayangkan, mereka ternyata menyewa satu sayap sendiri, menyu­ kasino besar. Pintu masuknya bahkan berada di antara ke­ berjudi. Tidak semua orang bisa melewati ramaian orang-orang ngunan hotel paling mewah Makau. Tapi tetap saja sulit mem­ pejudi kelas atas, bukan level mereka. perti ruangan khusus arena pertarungan, menyatu dengan jaringan lapnya menjadi pintu masuknya. Orang yang melintas akan menganggapnya se­ bayangkan, mereka ternyata menyewa satu sayap sendiri, menyu­ kasino besar. Pintu masuknya bahkan berada di antara ke­ berjudi. Tidak semua orang bisa melewati ramaian orang-orang pejudi kelas atas, bukan level mereka. perti ruangan khusus arena pertarungan, menyatu dengan jaringan lapnya menjadi pintu masuknya. Orang yang melintas akan menganggapnya se­ bayangkan, mereka ternyata menyewa satu sayap sendiri, menyu­ kasino besar. Pintu masuknya bahkan berada di antara ke­ pejudi kelas atas, bukan level mereka. perti ruangan khusus arena pertarungan, menyatu dengan jaringan lapnya menjadi berjudi. Tidak semua orang bisa melewati ramaian orang-orang pintu masuknya. Orang yang melintas akan menganggapnya se­ bayangkan, mereka ternyata menyewa satu sayap sendiri, menyu­ kasino besar. Pintu masuknya bahkan berada di antara ke­ pejudi kelas atas, bukan level mereka. perti ruangan khusus arena pertarungan, menyatu dengan jaringan lapnya menjadi berjudi. Tidak semua orang bisa melewati ramaian orang-orang pintu masuknya. Orang yang melintas akan menganggapnya se­ Theo melintasi dua penjaga berbadan kekar di pintu masuk de­ bayangkan, mereka ternyata menyewa satu sayap sendiri, menyu­ kasino besar. Pintu masuknya bahkan berada di antara ke­ pejudi kelas atas, bukan level mereka. perti ruangan khusus arena pertarungan, menyatu dengan jaringan lapnya menjadi berjudi. Tidak semua orang bisa melewati ramaian orang-orang pintu masuknya. Orang yang melintas akan menganggapnya se­ bayangkan, mereka ternyata menyewa satu sayap sendiri, menyu­ Theo melintasi dua penjaga berbadan kekar di pintu masuk de­ kasino besar. Pintu masuknya bahkan berada di antara ke­ pejudi kelas atas, bukan level mereka. perti ruangan khusus arena pertarungan, menyatu dengan jaringan lapnya menjadi berjudi. Tidak semua orang bisa melewati ramaian orang-orang pintu masuknya. Orang yang melintas akan menganggapnya se­ Theo melintasi dua penjaga berbadan kekar di pintu masuk de­ kasino besar. Pintu masuknya bahkan berada di antara ke­ pejudi kelas atas, bukan level mereka. perti ruangan khusus arena pertarungan, menyatu dengan jaringan lapnya menjadi berjudi. Tidak semua orang bisa melewati ramaian orang-orang Theo melintasi dua penjaga berbadan kekar di pintu masuk de­ kasino besar. Pintu masuknya bahkan berada di antara ke­ pintu masuknya. Orang yang melintas akan menganggapnya se­ pejudi kelas atas, bukan level mereka. perti ruangan khusus arena pertarungan, menyatu dengan jaringan lapnya menjadi berjudi. Tidak semua orang bisa melewati ramaian orang-orang Theo melintasi dua penjaga berbadan kekar di pintu masuk de­ kasino besar. Pintu masuknya bahkan berada di antara ke­ pintu masuknya. Orang yang melintas akan menganggapnya se­ pejudi kelas atas, bukan level mereka. perti ruangan khusus perlu memperkenalkan diri apalagi menun­ ngan mudah, tanpa arena pertarungan, menyatu dengan jaringan lapnya menjadi berjudi. Tidak semua orang bisa melewati ramaian orang-orang Theo melintasi dua penjaga berbadan kekar di pintu masuk de­ kasino besar. Pintu masuknya bahkan berada di antara ke­ pintu masuknya. Orang yang melintas akan menganggapnya se­ pejudi kelas atas, bukan level mereka. perti ruangan khusus arena pertarungan, menyatu dengan jaringan lapnya menjadi perlu memperkenalkan diri apalagi menun­ ngan mudah, tanpa berjudi. Tidak semua orang bisa melewati ramaian orang-orang Theo melintasi dua penjaga berbadan kekar di pintu masuk de­ kasino besar. Pintu masuknya bahkan berada di antara ke­ pintu masuknya. Orang yang melintas akan menganggapnya se­ pejudi kelas atas, bukan level mereka. perti ruangan khusus perlu memperkenalkan diri apalagi menun­ ngan mudah, tanpa berjudi. Tidak semua orang bisa melewati ramaian orang-orang Theo melintasi dua penjaga berbadan kekar di pintu masuk de­ kasino besar. Pintu masuknya bahkan berada di antara ke­ pintu masuknya. Orang yang melintas akan menganggapnya se­ perlu memperkenalkan diri apalagi menun­ ngan mudah, tanpa berjudi. Tidak semua orang bisa melewati ramaian orang-orang pejudi kelas atas, bukan level mereka. perti ruangan khusus Theo melintasi dua penjaga berbadan kekar di pintu masuk de­ kasino besar. Pintu masuknya bahkan berada di antara ke­ pintu masuknya. Orang yang melintas akan menganggapnya se­ perlu memperkenalkan diri apalagi menun­ ngan mudah, tanpa berjudi. Tidak semua orang bisa melewati ramaian orang-orang pejudi kelas atas, bukan level mereka. perti ruangan khusus Theo melintasi dua penjaga berbadan kekar di pintu masuk de­ jukkan kartu identitas—sepertinya dia memang pernah ke sini. kasino besar. Pintu masuknya bahkan berada di antara ke­ pintu masuknya. Orang yang melintas akan menganggapnya se­ ngan mudah, tanpa perlu memperkenalkan diri apalagi menun­ ramaian orang-orang berjudi. Tidak semua orang bisa melewati perti ruangan khusus pejudi kelas atas, bukan level mereka. Theo melintasi dua penjaga berbadan kekar di pintu masuk de­ kasino besar. Pintu masuknya bahkan berada di antara ke­ jukkan kartu identitas—sepertinya dia memang pernah ke sini. pintu masuknya. Orang yang melintas akan menganggapnya se­ ngan mudah, tanpa perlu memperkenalkan diri apalagi menun­ berjudi. Tidak semua orang bisa melewati ramaian orang-orang pejudi kelas atas, bukan level mereka. perti ruangan khusus Theo melintasi dua penjaga berbadan kekar di pintu masuk de­ jukkan kartu identitas—sepertinya dia memang pernah ke sini. pintu masuknya. Orang yang melintas akan menganggapnya se­ perlu memperkenalkan diri apalagi menun­ ngan mudah, tanpa berjudi. Tidak semua orang bisa melewati ramaian orang-orang pejudi kelas atas, bukan level mereka. perti ruangan khusus jukkan kartu identitas—sepertinya dia memang pernah ke sini. pintu masuknya. Orang yang melintas akan menganggapnya se­ Theo melintasi dua penjaga berbadan kekar di pintu masuk de­ perlu memperkenalkan diri apalagi menun­ ngan mudah, tanpa berjudi. Tidak semua orang bisa melewati ramaian orang-orang pejudi kelas atas, bukan level mereka. perti ruangan khusus jukkan kartu identitas—sepertinya dia memang pernah ke sini. pintu masuknya. Orang yang melintas akan menganggapnya se­ melintasi dua penjaga berbadan kekar di pintu masuk de­ ngan mudah, tanpa perlu memperkenalkan diri apalagi menun­ Theo berjalan di depan, melintasi ruangan yang telah dipenuhi berjudi. Tidak semua orang bisa melewati ramaian orang-orang pejudi kelas atas, bukan level mereka. perti ruangan khusus jukkan kartu identitas—sepertinya dia memang pernah ke sini. pintu masuknya. Orang yang melintas akan menganggapnya se­ melintasi dua penjaga berbadan kekar di pintu masuk de­ ngan mudah, tanpa perlu memperkenalkan diri apalagi menun­ berjudi. Tidak semua orang bisa melewati ramaian orang-orang Theo berjalan di depan, melintasi ruangan yang telah dipenuhi pejudi kelas atas, bukan level mereka. perti ruangan khusus jukkan kartu identitas—sepertinya dia memang pernah ke sini. pintu masuknya. Orang yang melintas akan menganggapnya se­ melintasi dua penjaga berbadan kekar di pintu masuk de­ perlu memperkenalkan diri apalagi menun­ ngan mudah, tanpa Theo berjalan di depan, melintasi ruangan yang telah dipenuhi pejudi kelas atas, bukan level mereka. perti ruangan khusus jukkan kartu identitas—sepertinya dia memang pernah ke sini. pintu masuknya. Orang yang melintas akan menganggapnya se­ melintasi dua penjaga berbadan kekar di pintu masuk de­ Theo berjalan di depan, melintasi ruangan yang telah dipenuhi pejudi kelas atas, bukan level mereka. perti ruangan khusus ngan mudah, tanpa perlu memperkenalkan diri apalagi menun­ jukkan kartu identitas—sepertinya dia memang pernah ke sini. pintu masuknya. Orang yang melintas akan menganggapnya se­ melintasi dua penjaga berbadan kekar di pintu masuk de­ Theo berjalan di depan, melintasi ruangan yang telah dipenuhi pejudi kelas atas, bukan level mereka. perti ruangan khusus ngan mudah, tanpa perlu memperkenalkan diri apalagi menun­ jukkan kartu identitas—sepertinya dia memang pernah ke sini. anggota klub, mengajakku berkenalan dengan inspektur pertan­ pintu masuknya. Orang yang melintas akan menganggapnya se­ melintasi dua penjaga berbadan kekar di pintu masuk de­ Theo berjalan di depan, melintasi ruangan yang telah dipenuhi perti ruangan khusus pejudi kelas atas, bukan level mereka. ngan mudah, tanpa perlu memperkenalkan diri apalagi menun­ jukkan kartu identitas—sepertinya dia memang pernah ke sini. pintu masuknya. Orang yang melintas akan menganggapnya se­ anggota klub, mengajakku berkenalan dengan inspektur pertan­ melintasi dua penjaga berbadan kekar di pintu masuk de­ Theo berjalan di depan, melintasi ruangan yang telah dipenuhi pejudi kelas atas, bukan level mereka. perti ruangan khusus perlu memperkenalkan diri apalagi menun­ ngan mudah, tanpa jukkan kartu identitas—sepertinya dia memang pernah ke sini. anggota klub, mengajakku berkenalan dengan inspektur pertan­ melintasi dua penjaga berbadan kekar di pintu masuk de­ Theo berjalan di depan, melintasi ruangan yang telah dipenuhi pejudi kelas atas, bukan level mereka. perti ruangan khusus perlu memperkenalkan diri apalagi menun­ ngan mudah, tanpa anggota klub, mengajakku berkenalan dengan inspektur pertan­ melintasi dua penjaga berbadan kekar di pintu masuk de­ jukkan kartu identitas—sepertinya dia memang pernah ke sini. Theo berjalan di depan, melintasi ruangan yang telah dipenuhi pejudi kelas atas, bukan level mereka. perti ruangan khusus perlu memperkenalkan diri apalagi menun­ ngan mudah, tanpa anggota klub, mengajakku berkenalan dengan inspektur pertan­ melintasi dua penjaga berbadan kekar di pintu masuk de­ jukkan kartu identitas—sepertinya dia memang pernah ke sini. Theo berjalan di depan, melintasi ruangan yang telah dipenuhi dingan dan petinggi klub lainnya. pejudi kelas atas, bukan level mereka. perti ruangan khusus perlu memperkenalkan diri apalagi menun­ ngan mudah, tanpa anggota klub, mengajakku berkenalan dengan inspektur pertan­ melintasi dua penjaga berbadan kekar di pintu masuk de­ jukkan kartu identitas—sepertinya dia memang pernah ke sini. Theo berjalan di depan, melintasi yang telah dipenuhi pejudi kelasruangan atas, bukan level mereka. perti ruangan khusus dingan dan petinggi klub lainnya. perlu memperkenalkan diri apalagi menun­ ngan mudah, tanpa anggota klub, mengajakku berkenalan dengan inspektur pertan­ melintasi dua penjaga berbadan kekar di pintu masuk de­ jukkan kartu identitas—sepertinya dia memang pernah ke sini. berjalan di depan, melintasi ruangan yang telah dipenuhi dingan dan petinggi klub lainnya. perlu memperkenalkan diri apalagi menun­ ngan mudah, tanpa anggota klub, mengajakku berkenalan dengan inspektur pertan­ Theo melintasi penjaga berbadan di pintu masuk de­ jukkan kartu identitas—sepertinya dia memang pernah ke sini. dingan dan petinggi klub lainnya. perlu memperkenalkan diri apalagi menun­ ngan mudah, tanpa Theo berjalan didua depan, melintasi ruangan yang telahdrink dipenuhi anggota klub, mengajakku berkenalan dengan inspektur pertan­ melintasi dua penjaga berbadan kekar di pintu masuk de­ jukkan kartu identitas—sepertinya diakekar memang pernah ke yang sini. dingan dan petinggi klub lainnya. perlu memperkenalkan diri apalagi menun­ ngan mudah, tanpa Theo berjalan di depan, melintasi ruangan yang telah dipenuhi anggota klub, mengajakku berkenalan dengan inspektur pertan­ Setelah basa-basi perkenalan, menikmati welcome melintasi dua penjaga berbadan kekar di pintu masuk de­ jukkan kartu identitas—sepertinya dia memang pernah ke sini. dingan dan petinggi klub lainnya. ngan mudah, tanpa perlu memperkenalkan diri apalagi menun­ Theo berjalan di depan, melintasi ruangan yang telah dipenuhi anggota klub, mengajakku berkenalan dengan inspektur pertan­ melintasi dua penjaga berbadan kekar di pintu masuk de­ Setelah basa-basi perkenalan, menikmati welcome drink yang jukkan kartu identitas—sepertinya dia memang pernah ke sini. dingan dan petinggi klub lainnya. perlu memperkenalkan diri apalagi menun­ ngan mudah, tanpa Theo berjalan di depan, melintasi ruangan yang telah dipenuhi anggota klub, mengajakku berkenalan dengan inspektur pertan­ Setelah basa-basi perkenalan, menikmati welcome drink yang jukkan kartu identitas—sepertinya dia memang pernah ke sini. dingan dan petinggi klub lainnya. perlu memperkenalkan diri apalagi menun­ ngan mudah, tanpa Theo berjalan di depan, melintasi ruangan yang telah dipenuhi Setelah basa-basi perkenalan, menikmati welcome drink yang jukkan kartu identitas—sepertinya dia memang pernah ke sini. anggota klub, mengajakku berkenalan dengan inspektur pertan­ dingan dan petinggi klub lainnya. perlu memperkenalkan diri apalagi menun­ ngan mudah, tanpa Theo berjalan di depan, melintasi ruangan yang telah dipenuhi Setelah basa-basi perkenalan, menikmati welcome jukkan kartu identitas—sepertinya dia memang pernah ke sini. anggota klub, mengajakku berkenalan inspektur pertan­ dingan dan petinggi klubmelintasi lainnya. perlu memperkenalkan diri apalagi menun­ ngan mudah, tanpa Theo berjalan di depan, ruangan yang telahdrink dipenuhi Setelah basa-basi perkenalan, menikmati welcome drink yang jukkan kartu identitas—sepertinya diadengan memang pernah ke yang sini.



tanya dengan dengan intonasi serius, sedikit kagum menatapku. ”Senang diantarkan pelayan klub, salah satu petinggi klub Makau ber­ tanya intonasi serius, sedikit kagum menatapku. ”Senang diantarkan pelayan klub, salah satu petinggi klub Makau ber­ tanya dengan intonasi serius, sedikit menatapku. ”Senang diantarkan pelayan klub, salah satu petinggi klub Makau ber­ akhirnya kau datang kemari, Thomas. Bersedia melakukan per­ tanya dengan intonasi serius, sedikit kagum menatapku. ”Senang diantarkan pelayan klub, salah satu kagum petinggi klub Makau ber­ akhirnya kau datang kemari, Thomas. Bersedia melakukan per­ tanya dengan intonasi serius, sedikit kagum menatapku. ”Senang akhirnya kau datang kemari, Thomas. Bersedia melakukan per­ tanya dengan intonasi serius, sedikit kagum menatapku. ”Senang akhirnya kau datang kemari, Thomas. Bersedia melakukan per­ tanya dengan intonasi serius, sedikit kagum menatapku. ”Senang akhirnya kau datang kemari, Thomas. Bersedia melakukan per­ tanya dengan intonasi serius, sedikit kagum menatapku. ”Senang tarungan melawan petarung terbaik di klub kami. Anyway, akhirnya kau datang kemari, Thomas. Bersedia melakukan per­ tanya dengan intonasi serius, sedikit kagum menatapku. ”Senang tarungan melawan terbaik di kami. akhirnya datang kemari, per­ tarungan melawan petarung terbaik Bersedia di klub klub melakukan kami. Anyway, Anyway, akhirnya kau kau datangpetarung kemari, Thomas. Thomas. Bersedia melakukan per­ tarungan melawan petarung terbaik di klub kami. Anyway, akhirnya kau datang kemari, Thomas. Bersedia melakukan per­ tarungan melawan petarung terbaik di klub kami. Anyway, akhirnya kau datang kemari, Thomas. Bersedia melakukan per­ bolehkah saya bertanya sesuatu yang tiga minggu terakhir selalu tarungan melawan petarung terbaik di klub kami. Anyway, akhirnya kau datang kemari, Thomas. Bersedia melakukan per­ bolehkah saya bertanya sesuatu yang tiga minggu terakhir selalu tarungan melawan petarung terbaik di klub kami. Anyway, bolehkah saya bertanya sesuatu yang tiga minggu terakhir selalu tarungan melawan petarung terbaik di klub kami. Anyway, bolehkah saya bertanya sesuatu yang tiga minggu terakhir selalu tarungan melawan petarung terbaik di klub kami. Anyway, bolehkah saya bertanya sesuatu yang tiga minggu terakhir selalu tarungan melawan petarung terbaik di klub kami. Anyway, muncul di kepala?” bolehkah saya bertanya sesuatu yang tiga minggu terakhir selalu tarungan melawan petarung terbaik di klub kami. Anyway, muncul kepala?” bolehkah bertanya muncul disaya kepala?” bolehkahdi saya bertanya sesuatu sesuatu yang yang tiga tiga minggu minggu terakhir terakhir selalu selalu muncul di kepala?” bolehkah saya bertanya sesuatu yang tiga minggu terakhir selalu muncul di kepala?” bolehkah saya bertanya sesuatu yang tiga minggu terakhir Aku mengangguk. ”Silakan, tidak masalah.” muncul di kepala?” bolehkah saya bertanya sesuatu yang tiga minggu terakhir selalu selalu Aku mengangguk. ”Silakan, tidak masalah.” muncul di kepala?” Aku mengangguk. ”Silakan, tidak masalah.” muncul di kepala?” Aku mengangguk. ”Silakan, tidak masalah.” muncul di kepala?” Aku mengangguk. ”Silakan, tidak masalah.” muncul di kepala?” ”Apa benar kau bisa meruntuhkan tembok hanya dengan tinju Aku mengangguk. ”Silakan, tidak masalah.” muncul di kepala?” ”Apa benar meruntuhkan tembok Aku tidak ”Apa benar kau kau bisa bisa”Silakan, meruntuhkan tembok hanya hanya dengan dengan tinju tinju Aku mengangguk. mengangguk. ”Silakan, tidak masalah.” masalah.” ”Apa benar kau bisa meruntuhkan tembok hanya dengan tinju Aku mengangguk. ”Silakan, tidak masalah.” ”Apa benar kau bisa meruntuhkan tembok hanya dengan tinju Aku mengangguk. ”Silakan, tidak masalah.” kananmu, Thomas?” ”Apa benar kau bisa meruntuhkan tembok hanya dengan tinju Aku mengangguk. ”Silakan, tidak masalah.” kananmu, Thomas?” ”Apa benar kau bisa meruntuhkan tembok hanya dengan tinju kananmu, Thomas?” ”Apa benar kau bisa meruntuhkan tembok hanya dengan tinju kananmu, Thomas?” ”Apa benar kau bisa meruntuhkan tembok hanya dengan tinju kananmu, Thomas?” ”Apa benar kau bisa meruntuhkan tembok hanya dengan tinju Aku hampir tersedak, kehabisan kata. Theo yang berdiri di kananmu, Thomas?” ”Apa benar kau bisa meruntuhkan tembok hanya dengan tinju Aku hampir tersedak, kehabisan kata. Theo yang berdiri di kananmu, Thomas?” Aku hampir hampir tersedak, kehabisan kehabisan kata. kata. Theo Theo yang yang berdiri berdiri di kananmu, Thomas?” Aku tersedak, di kananmu, Thomas?” Aku hampir tersedak, kehabisan kata. Theo yang berdiri di kananmu, Thomas?” sebelahku hanya tertawa lebar dengan wajah tak berdosa. Aku hampir tersedak, kehabisan kata. Theo yang berdiri di kananmu, Thomas?” sebelahku hanya tertawa lebar dengan wajah tak berdosa. Aku hampir tersedak, kehabisan kata. Theo yang berdiri di sebelahku hanya tertawa lebar dengan wajah tak berdosa. Aku hampir tersedak, kehabisan kata. Theo yang berdiri di sebelahku hanya tertawa lebar dengan wajah tak berdosa. Aku hampir tersedak, kehabisan kata. Theo yang berdiri di sebelahku hanya tertawa lebar dengan wajah tak berdosa. Aku hampir tersedak, kehabisan kata. Theo yang berdiri di sebelahku hanya tertawa lebar dengan wajah tak berdosa. Aku hampir tersedak, kehabisan kata. Theo yang berdiri di sebelahku hanya tertawa lebar dengan wajah tak berdosa. sebelahku hanya hanya tertawa tertawa lebar lebar dengan dengan wajah wajah tak tak berdosa. berdosa. sebelahku sebelahku hanya tertawa lebar dengan wajah tak berdosa. sebelahku hanya tertawa lebar dengan wajah tak berdosa.



Demokrasi Demokrasi



Episode 2



K K K K K K K K



Moralitas dalam Demokrasi



ONFERENSI internasional tentang komunikasi dan pen­ ONFERENSI internasional tentang komunikasi dan pen­ ONFERENSI internasional tentang komunikasi dan pen­ ONFERENSI internasional tentang komunikasi dan pen­ ONFERENSI internasional tentang komunikasi dan pen­ citraan politik yang diadakan lembaga riset politik terkemuka ONFERENSI internasional tentang komunikasi dan pen­ citraan politik yang yang internasional diadakan lembaga riset politik terkemuka ONFERENSI tentang komunikasi dan pen­ citraan politik diadakan lembaga riset politik terkemuka ONFERENSI internasional tentang komunikasi dan pen­ citraan politik yang diadakan lembaga riset politik terkemuka ONFERENSI internasional tentang komunikasi dan pen­ citraan politik yang diadakan lembaga riset politik terkemuka ONFERENSI internasional tentang komunikasi dan pen­ dengan sponsor ADB, Asian Development Bank, itu digelar di citraan politik yang diadakan lembaga riset politik terkemuka ONFERENSI internasional tentang komunikasi dan pen­ dengan sponsor ADB, Asian Development Bank, itu digelar di citraan politik yang diadakan lembaga riset politik terkemuka ONFERENSI internasional tentang komunikasi dan pen­ dengan sponsor ADB, Asian Development Bank, itu digelar di citraan politik yang diadakan lembaga riset politik terkemuka ONFERENSI internasional tentang komunikasi dan pen­ dengan sponsor ADB, Asian Development Bank, itu digelar di citraan politik yang diadakan lembaga riset politik terkemuka ONFERENSI internasional tentang komunikasi dan pen­ dengan sponsor ADB, Asian Development Bank, itu digelar di citraan politik yang diadakan lembaga riset politik terkemuka salah satu hotel besar Hong Kong. ONFERENSI internasional tentang komunikasi dan pen­ dengan sponsor ADB, Asian Development Bank, itu digelar di citraan politik yang diadakan lembaga riset politik terkemuka salah satu hotelyang besar Hong Kong. ONFERENSI internasional tentang komunikasi dan pen­ dengan sponsor ADB, Asian Development Bank, itu digelar di citraan politik diadakan lembaga riset politik terkemuka salah satu hotel besar Hong Kong. dengan sponsor ADB, Asian Development Bank, itu digelar di citraan politik yang diadakan lembaga riset politik terkemuka salah satu hotel besar Hong Kong. dengan sponsor ADB, Asian Development Bank, itu digelar di citraan politik yang diadakan lembaga riset politik terkemuka salah satu hotel besar Hong Kong. dengan sponsor ADB, Asian Development Bank, itu digelar di ”Frankly speaking, apa Anda punya daftar dosa yang lebih se­ citraan politik yang diadakan lembaga riset politik terkemuka salah satu hotel besar Hong Kong. dengan sponsor ADB, Asian Development Bank, itu digelar di ”Frankly speaking, apa Anda punya daftar dosa yang lebih se­ citraan politik yang diadakan lembaga riset politik terkemuka salah satu hotel besar Hong Kong. dengan sponsor ADB, Asian Development Bank, itu digelar di ”Frankly speaking, apa Anda punya daftar dosa yang lebih se­ salah satu hotel besar Hong Kong. dengan sponsor ADB, Asian Development Bank, itu digelar di ”Frankly speaking, apa Anda punya daftar dosa yang lebih se­ salah satu hotel besar Hong Kong. dengan sponsor ADB, Asian Development Bank, itu digelar di ”Frankly speaking, apa Anda punya daftar dosa yang lebih se­ salah satu hotel besar Hong Kong. rius dibanding perselingkuhan istri?” Aku mengangkat bahu, dengan sponsor ADB, Asian Development Bank, itu digelar di ”Frankly speaking, apa Anda punya daftar dosa yang lebih se­ salah satu hotel besar Hong Kong. rius dibanding perselingkuhan istri?” Aku mengangkat bahu, dengan sponsor ADB, Asian Development Bank, itu digelar di ”Frankly speaking, apa Anda punya daftar dosa yang lebih se­ salah satu hotel besar Hong Kong. rius dibanding perselingkuhan istri?” Aku mengangkat bahu, ”Frankly speaking, apa Anda punya daftar dosa yang lebih se­ salah satu hotel besar Hong Kong. rius dibanding perselingkuhan istri?” Aku mengangkat bahu, ”Frankly speaking, apa Anda punya daftar dosa yang lebih se­ salah satu hotel besar Hong Kong. rius dibanding perselingkuhan istri?” Aku mengangkat bahu, ”Frankly speaking, apa Anda punya daftar dosa yang lebih se­ santai balas bertanya. salah satu hotel besar Hong Kong. rius dibanding perselingkuhan istri?” Aku mengangkat bahu, ”Frankly speaking, apa Anda punya daftar dosa yang lebih se­ santai balas bertanya. salah satu hotel besar Hong Kong. rius dibanding perselingkuhan istri?” Aku mengangkat bahu, ”Frankly speaking, apa Anda punya daftar dosa yang lebih se­ santai balas bertanya. rius dibanding perselingkuhan istri?” Aku mengangkat bahu, ”Frankly speaking, apa Anda punya daftar dosa yang lebih se­ santai balas bertanya. rius dibanding perselingkuhan istri?” Aku mengangkat bahu, speaking, apa Anda punya daftar dosa yang lebih se­ santai balas bertanya. rius”Frankly dibanding perselingkuhan istri?” Aku pelan. mengangkat bahu, Separuh isi ruangan plenary hall tertawa pelan. ”Frankly speaking, apa Anda punya daftar dosa yang lebih se­ santai balas bertanya. rius dibanding perselingkuhan istri?” Aku mengangkat bahu, Separuh isi ruangan plenary hall tertawa ”Frankly speaking, apa Anda punya daftar dosa yang lebih se­ santai balas bertanya. rius dibanding perselingkuhan istri?” Aku mengangkat bahu, Separuh isi ruangan plenary hall tertawa pelan. santai balas bertanya. rius dibanding perselingkuhan istri?” Aku mengangkat bahu, Separuh isi ruangan plenary hall tertawa pelan. santai balas bertanya. rius dibanding perselingkuhan istri?” Aku mengangkat bahu, Separuh isi ruangan plenary hall tertawa pelan. santai balas bertanya. ”Eh, lebih serius? Maksud Anda?” Penanya sesi pertama me­ rius dibanding perselingkuhan istri?” Aku mengangkat bahu, Separuh isi ruangan plenary hall tertawa pelan. santai balas bertanya. ”Eh, lebih serius? Maksud Anda?” Penanya sesi pertama me­ rius dibanding perselingkuhan istri?” Aku mengangkat bahu, Separuh isi ruangan plenary hall tertawa pelan. santai balas bertanya. ”Eh, lebih serius? Maksud Anda?” Penanya sesi pertama me­ Separuh isi ruangan plenary hall tertawa pelan. santai balas bertanya. ”Eh, lebih serius? Maksud Anda?” Penanya sesi pertama me­ Separuh isi ruangan plenary hall pelan. santai balas bertanya. ”Eh, lebih serius? Maksud Anda?” Penanya sesi pertama me­ Separuh isi ruangan plenary hall tertawa tertawa pelan. natap bingung, dia berdiri berdiri di antara antara ratusan kursi yang dipenuhi santai balas bertanya. ”Eh, lebih serius? Maksud Anda?” Penanya sesi pertama me­ Separuh isi ruangan plenary hall tertawa pelan. natap bingung, dia di ratusan kursi yang dipenuhi santai balas bertanya. ”Eh, lebih serius? Maksud Anda?” Penanya sesi pertama me­ Separuh isi ruangan plenary hall tertawa pelan. natap bingung, dia berdiri di antara ratusan kursi yang dipenuhi ”Eh, lebih serius? Maksud Anda?” Penanya sesi pertama me­ Separuh isi ruangan plenary hall tertawa pelan. natap bingung, dia berdiri di antara ratusan kursi yang dipenuhi ”Eh, lebih serius? Maksud Anda?” Penanya sesi pertama me­ Separuh isi ruangan plenary hall tertawa pelan. natap bingung, dia berdiri di antara ratusan kursi yang dipenuhi ”Eh, lebih serius? Maksud Anda?” Penanya sesi pertama me­ peserta konferensi. Sesi tanya-jawab baru saja dibuka, dan dia Separuh isi ruangan plenary hall tertawa pelan. natap bingung, dia berdiri di antara ratusan kursi yang dipenuhi ”Eh, lebih serius? Maksud Anda?” Penanya sesi pertama me­ peserta konferensi. Sesi tanya-jawab baru saja dibuka, dan dia Separuh isi ruangan plenary hall tertawa pelan. natap bingung, dia berdiri di antara ratusan kursi yang dipenuhi ONFERENSI internasional tentang komunikasi dan p ”Eh, lebih serius? Maksud Anda?” Penanya sesi pertama me­ peserta konferensi. Sesi tanya-jawab baru saja dibuka, dan dia natap bingung, dia berdiri di antara ratusan kursi yang dipenuhi ”Eh, lebih serius? Maksud Anda?” Penanya sesi pertama me­ peserta konferensi. Sesi tanya-jawab baru saja dibuka, dan dia natap bingung, dia berdiri di antara ratusan kursi yang dipenuhi ”Eh, lebih serius? Maksud Anda?” Penanya sesi pertama me­ peserta konferensi. Sesi tanya-jawab baru saja dibuka, dan dia natap bingung, dia berdiri di antara ratusan kursi yang dipenuhi di antara puluhan peserta yang semangat mengacungkan tangan, ”Eh, lebih serius? Maksud Anda?” Penanya sesi pertama me­ peserta konferensi. Sesi tanya-jawab baru saja dibuka, dan dia natap bingung, dia berdiri di antara ratusan kursi yang dipenuhi di antara puluhan peserta yang semangat mengacungkan tangan, ”Eh, lebih serius? Maksud Anda?” Penanya sesi pertama me­ peserta konferensi. Sesi tanya-jawab baru saja dibuka, dan dia natap bingung, dia berdiri di antara ratusan kursi yang dipenuhi di antara puluhan peserta yang semangat mengacungkan tangan, an politik yang diadakan lembaga riset politik terkem peserta konferensi. Sesi tanya-jawab baru saja dibuka, dan dia natap bingung, dia berdiri di antara ratusan kursi yang dipenuhi di antara puluhan peserta yang semangat mengacungkan tangan, peserta konferensi. Sesi tanya-jawab baru saja dibuka, dan dia natap bingung, dia berdiri di antara ratusan kursi yang dipenuhi di antara puluhan peserta yang semangat mengacungkan tangan, peserta konferensi. Sesi tanya-jawab baru saja dibuka, dan dia membuat moderator di sebelahku terpaksa memilih secara acak. natap bingung, dia berdiri di antara ratusan kursi yang dipenuhi di antara puluhan peserta yang semangat mengacungkan tangan, peserta konferensi. Sesi tanya-jawab baru saja dibuka, dan dia membuat moderator di sebelahku terpaksa memilih secara acak. natap bingung, dia berdiri di antara ratusan kursi yang dipenuhi di antara puluhan peserta yang semangat mengacungkan tangan, peserta konferensi. Sesi tanya-jawab baru saja dibuka, dan dia membuat moderator di sebelahku terpaksa memilih secara acak. di antara puluhan peserta yang semangat mengacungkan tangan, peserta konferensi. Sesi tanya-jawab baru saja dibuka, dan dia membuat moderator di sebelahku terpaksa memilih secara acak. gan sponsor ADB, Asian Development Bank, itu digela di antara puluhan peserta yang semangat mengacungkan tangan, peserta konferensi. Sesi tanya-jawab baru saja dibuka, dan dia membuat moderator di sebelahku terpaksa memilih secara acak. di antarakonferensi. puluhan peserta yang semangat semangat mengacungkan tangan, ”Yeah, maksud saya, apakah Anda punya catatan yang lebih peserta konferensi. Sesi tanya-jawab baru saja dibuka, dan dia membuat moderator di sebelahku terpaksa memilih secara acak. di antara puluhan peserta yang mengacungkan tangan, ”Yeah, maksud saya, apakah Anda punya catatan yang lebih peserta Sesi tanya-jawab baru saja dibuka, dan dia membuat moderator di sebelahku terpaksa memilih secara acak. di antara puluhan peserta yang semangat mengacungkan tangan, ”Yeah, maksud saya, apakah Anda punya catatan yang lebih membuat moderator di sebelahku terpaksa memilih secara acak. di antara puluhan peserta yang semangat mengacungkan tangan, ”Yeah, maksud saya, apakah Anda punya catatan yang lebih membuat moderator di sebelahku terpaksa memilih secara acak. di antara puluhan peserta yang semangat mengacungkan tangan, ”Yeah, maksud saya, apakah Anda punya catatan yang lebih hburuk satu hotel besar Hong Kong. membuat moderator di sebelahku terpaksa memilih secara acak. dibanding yang baru saja Anda ceritakan. Apakah Anda di antara puluhan peserta yang semangat mengacungkan tangan, ”Yeah, maksud saya, apakah Anda punya catatan yangtangan, lebih membuat moderator dibaru sebelahku terpaksa memilih secara acak. buruk dibanding yang saja Anda ceritakan. Apakah Anda di antara puluhan peserta yang semangat mengacungkan ”Yeah, maksud saya, apakah Anda punya catatan yang lebih membuat moderator di sebelahku terpaksa memilih secara acak. buruk dibanding yang baru saja Anda ceritakan. Apakah Anda ”Yeah, maksud saya, apakah Anda punya catatan yang lebih membuat moderator di sebelahku terpaksa memilih secara acak. buruk dibanding yang baru saja Anda ceritakan. Apakah Anda ”Yeah, maksud saya, apakah Anda punya catatan yang lebih membuat moderator di sebelahku terpaksa memilih secara acak. buruk dibanding yang baru saja Anda ceritakan. Anda ”Yeah, maksud saya, apakah Anda punya catatan yangbanyak lebih pernah dipenjara? Ceritakan saja, di ruangan ruangan iniApakah pasti banyak membuat moderator di sebelahku terpaksa memilih secara acak. Frankly speaking, apa Anda punya daftar dosa yang lebih buruk dibanding yang baru saja Anda ceritakan. Apakah Anda ”Yeah, maksud saya, apakah Anda punya catatan yang lebih pernah dipenjara? Ceritakan saja, di ini pasti membuat moderator di sebelahku terpaksa memilih secara acak. buruk dibanding yang baru saja Anda ceritakan. Apakah Anda ”Yeah, maksud saya, apakah Anda punya catatan yang lebih pernah dipenjara? Ceritakan saja, di ruangan ini pasti banyak buruk dibanding yang baru saja Anda ceritakan. Apakah Anda ”Yeah, maksud saya, apakah Anda punya catatan yang lebih pernah dipenjara? Ceritakan saja, di ruangan ini pasti banyak buruk dibanding yang baru saja Anda ceritakan. Apakah Anda ”Yeah, maksud saya, apakah Anda punya catatan yang lebih pernah dipenjara? Ceritakan saja, di ruangan ini pasti banyak buruk dibanding yang baru saja Anda ceritakan. Apakah Anda ”Yeah, maksud saya, apakah Anda punya catatan yang lebih pernah dipenjara? Ceritakan saja, di ruangan ini pasti buruk dibanding yang baru saja Anda ceritakan. Apakah Anda ”Yeah, maksud saya, apakah Anda punya yangbanyak lebihb dibanding perselingkuhan istri?” Akucatatan mengangkat pernah dipenjara? Ceritakan saja, di ruangan ini pasti banyak buruk dibanding yang baru saja Anda ceritakan. Apakah Anda 19 pernah dipenjara? Ceritakan saja, di ruangan ini pasti banyak buruk dibanding yang baru saja Anda ceritakan. Apakah Anda pernah dipenjara? Ceritakan saja, di ruangan ini pasti banyak 19 buruk yang baru Anda ceritakan. Apakah Anda 19 pernah dipenjara? Ceritakan saja, di ruangan ini pasti banyak buruk dibanding dibanding yang baru saja saja Anda ceritakan. Apakah Anda pernah dipenjara? Ceritakan saja, di ruangan ini pasti banyak 19 buruk dibanding yang baru saja Anda ceritakan. Apakah Anda di ruangan 19 aipernah balasdipenjara? bertanya.Ceritakan pernah dipenjara? Ceritakan saja, saja, ruangan ini ini pasti pasti banyak banyak 19 pernah di 19 di pernah dipenjara? dipenjara? Ceritakan Ceritakan saja, saja, di ruangan ruangan ini ini pasti pasti banyak banyak



K



sesama jenis? Maaf, misalnya, apakah Anda homo?” yang punya masalah sama, jadi tenang, mereka tidak akan ter­ Anda punya hubungan di luar nikah dengan wanita di bawah Ruangan besar itu kali ini benar-benar dipenuhi tawa, tidak umur? Apakah Anda punya preferensi seksual menyimpang, suka tarik cerita ke mana-mana, bisa menyimpan rahasia. Apakah sesama jenis? Maaf, misalnya, apakah Anda homo?” yang punya masalah sama, jadi tenang, mereka tidak akan ter­ Anda punya hubungan di luar nikah dengan wanita di bawah Ruangan besar itu kali ini benar-benar dipenuhi tawa, tidak tarik cerita ke mana-mana, bisa menyimpan rahasia. Apakah umur? Apakah Anda punya preferensi seksual menyimpang, suka peduli meskipun wajah penanya sesi pertama terlihat merah pa­ sesama jenis? Maaf, misalnya, apakah Anda homo?” yang punya masalah sama, jadi tenang, mereka tidak akan ter­ Anda punya hubungan di luar nikah dengan wanita di bawah Ruangan besar itu kali ini benar-benar dipenuhi tidak tarik cerita ke mana-mana, bisa menyimpan rahasia. Apakah umur? Apakah Anda punya preferensi seksual menyimpang, suka peduli meskipun wajah penanya sesi pertama terlihat merah pa­ sesama jenis? Maaf, misalnya, apakah Anda homo?” yang punya masalah sama, jadi tenang, mereka tidaktawa, akan ter­ Anda punya hubungan di luar nikah dengan wanita di bawah Ruangan besar itu kali ini benar-benar dipenuhi tawa, tidak tarik cerita ke mana-mana, bisa menyimpan rahasia. Apakah umur? Apakah Anda punya preferensi seksual menyimpang, suka peduli meskipun wajah penanya sesi pertama terlihat merah pa­ sesama jenis? Maaf, misalnya, apakah Anda homo?” Anda punya hubungan di luar nikah dengan wanita di bawah Ruangan besar itu kali ini benar-benar dipenuhi tawa, tidak tarik cerita ke mana-mana, bisa menyimpan rahasia. Apakah umur? Apakah Anda punya preferensi seksual menyimpang, suka peduli meskipun wajah penanya sesi pertama terlihat merah pa­ sesama jenis? Maaf, misalnya, apakah Anda homo?” Anda punya hubungan di luar nikah dengan wanita di bawah Ruangan besar itu kali ini benar-benar dipenuhi tawa, tidak tarik cerita ke mana-mana, bisa menyimpan rahasia. Apakah umur? Apakah Anda punya preferensi seksual menyimpang, suka peduli meskipun wajah penanya sesi pertama terlihat merah pa­ Anda punya hubungan di luar nikah dengan wanita di bawah sesama jenis? Maaf, misalnya, apakah Anda homo?” dam. Ruangan besar itu kali ini benar-benar dipenuhi tawa, tidak tarik cerita ke mana-mana, bisa menyimpan rahasia. Apakah umur? Apakah Anda punya preferensi seksual menyimpang, suka peduli meskipun wajah penanya sesi pertama terlihat merah pa­ Anda punya hubungan di luar nikah dengan wanita di bawah sesama jenis? Maaf, misalnya, apakah Anda homo?” dam. Ruangan besar itu kali ini benar-benar dipenuhi tawa, tidak tarik cerita ke mana-mana, bisa menyimpan rahasia. Apakah umur? Apakah Anda punya preferensi seksual menyimpang, suka peduli meskipun wajah penanya sesi pertama terlihat merah pa­ Anda punya hubungan di luar nikah dengan wanita di bawah sesama jenis? Maaf, misalnya, apakah Anda homo?” dam. Ruangan besar itu kali ini benar-benar dipenuhi tawa, tidak umur? Apakah Anda punya preferensi seksual menyimpang, suka peduli meskipun wajah penanya sesi pertama terlihat merah pa­ Anda punya hubungan di luar nikah dengan wanita di bawah sesama jenis? Maaf, misalnya, apakah Anda homo?” dam. Ruangan besar itu kali ini benar-benar dipenuhi tawa, tidak umur? Apakah Anda punya preferensi seksual menyimpang, suka peduli meskipun wajah penanya sesi pertama terlihat merah pa­ Anda punya hubungan di luar nikah dengan wanita di bawah sesama jenis? Maaf, misalnya, apakah Anda homo?” dam. umur? Apakah Anda punya preferensi seksual menyimpang, suka Ruangan besar itu kali ini benar-benar dipenuhi tawa, tidak ”Maaf, itu hanya bergurau.” Aku buru-buru memperbaiki po­ peduli meskipun wajah penanya sesi pertama terlihat merah pa­ Anda punya hubungan di luar nikah dengan wanita di bawah sesama jenis? Maaf, misalnya, apakah Anda homo?” dam. umur? Apakah Anda punya preferensi seksual menyimpang, suka Ruangan besar itu kali ini benar-benar dipenuhi tawa, tidak ”Maaf, itu hanya bergurau.” Aku buru-buru memperbaiki po­ peduli meskipun wajah penanya sesi pertama terlihat merah pa­ Anda punya hubungan di luar nikah dengan wanita di bawah sesama jenis? Maaf, misalnya, apakah Anda homo?” dam. umur? Apakah Anda punya preferensi seksual menyimpang, suka Ruangan besar itu kali ini benar-benar dipenuhi tawa, tidak ”Maaf, itu hanya bergurau.” Aku buru-buru memperbaiki po­ peduli meskipun wajah penanya sesi pertama terlihat merah pa­ sesama jenis? Maaf, misalnya, apakah Anda homo?” dam. umur? Apakah Anda punya preferensi seksual menyimpang, suka Ruangan besar itu kali ini benar-benar dipenuhi tawa, tidak ”Maaf, itu hanya bergurau.” Aku buru-buru memperbaiki po­ peduli meskipun wajah penanya sesi pertama terlihat merah pa­ sesama jenis? Maaf, misalnya, apakah Anda homo?” dam. umur? Apakah Anda punya preferensi seksual menyimpang, suka Ruangan besar itu kali ini benar-benar dipenuhi tawa, tidak ”Maaf, itu hanya bergurau.” Aku buru-buru memperbaiki po­ sesama jenis? Maaf, misalnya, apakah Anda homo?” peduli meskipun wajah penanya sesi pertama terlihat merah pa­ sisi duduk. dam. umur? Apakah Anda punya preferensi seksual menyimpang, suka Ruangan besar itu kali ini benar-benar dipenuhi tawa, tidak ”Maaf, itu hanya bergurau.” Aku buru-buru memperbaiki po­ sesama jenis? Maaf, misalnya, apakah Anda homo?” peduli meskipun wajah penanya sesi pertama terlihat merah pa­ sisi duduk. dam. umur? Apakah Anda punya preferensi seksual menyimpang, suka Ruangan besar itu kali ini benar-benar dipenuhi tawa, tidak ”Maaf, itu hanya bergurau.” Aku buru-buru memperbaiki po­ sesama jenis? Maaf, misalnya, apakah Anda homo?” peduli meskipun wajah penanya sesi pertama terlihat merah pa­ sisi duduk. dam. Ruangan besar itu kali ini benar-benar dipenuhi tawa, tidak ”Maaf, itu hanya bergurau.” Aku buru-buru memperbaiki po­ sesama jenis? Maaf, misalnya, apakah Anda homo?” peduli meskipun wajah penanya sesi pertama terlihat merah pa­ sisi duduk. dam. Ruangan besar itu kali ini benar-benar dipenuhi tawa, tidak ”Maaf, itu hanya bergurau.” Aku buru-buru memperbaiki po­ sesama jenis? Maaf, misalnya, apakah Anda homo?” peduli meskipun wajah penanya sesi pertama terlihat merah pa­ sisi duduk. Ruangan besar itu kali ini benar-benar dipenuhi tawa, tidak dam. Moderator sesi presentasiku berbisik mengingatkan. ”Maaf, itu hanya bergurau.” Aku buru-buru memperbaiki po­ sesama jenis? Maaf, misalnya, apakah Anda homo?” peduli meskipun wajah penanya sesi pertama terlihat merah pa­ sisi duduk. Ruangan besar itu kali ini benar-benar dipenuhi tawa, tidak dam. Moderator sesi presentasiku berbisik mengingatkan. ”Maaf, itu hanya bergurau.” Aku buru-buru memperbaiki po­ sesama jenis? Maaf, misalnya, apakah Anda homo?” peduli meskipun wajah penanya sesi pertama terlihat merah pa­ sisi duduk. Ruangan besar itu kali ini benar-benar dipenuhi tawa, tidak dam. Moderator sesi presentasiku berbisik mengingatkan. ”Maaf, itu hanya bergurau.” Aku buru-buru memperbaiki po­ peduli meskipun wajah penanya sesi pertama terlihat merah pa­ sisi duduk. Ruangan besar itu kali ini benar-benar dipenuhi tawa, tidak dam. Moderator sesi presentasiku berbisik mengingatkan. ”Maaf, itu hanya bergurau.” Aku buru-buru memperbaiki po­ peduli meskipun wajah penanya sesi pertama terlihat merah pa­ sisi duduk. Ruangan besar itu kali ini benar-benar dipenuhi tawa, tidak dam. Moderator sesi presentasiku berbisik mengingatkan. peduli meskipun wajah penanya sesi pertama terlihat merah pa­ ”Maaf, itu hanya bergurau.” Aku buru-buru memperbaiki po­ ”Tentu saja aku bergurau, James. Hanya untuk intermezzo.” sisi duduk. Ruangan besar itu kali ini benar-benar dipenuhi tawa, tidak dam. Moderator sesi presentasiku berbisik mengingatkan. peduli meskipun wajah penanya sesi pertama terlihat merah pa­ ”Maaf, itu hanya bergurau.” Aku buru-buru memperbaiki po­ ”Tentu saja aku bergurau, James. Hanya untuk intermezzo.” sisi duduk. Ruangan besar itu kali ini benar-benar dipenuhi tawa, tidak dam. Moderator sesi presentasiku berbisik mengingatkan. peduli meskipun wajah penanya sesi pertama terlihat merah pa­ ”Maaf, itu hanya bergurau.” Aku buru-buru memperbaiki po­ ”Tentu saja aku bergurau, James. Hanya untuk intermezzo.” sisi duduk. dam. Moderator sesi presentasiku berbisik mengingatkan. peduli meskipun wajah penanya sesi pertama terlihat merah pa­ ”Maaf, itu hanya bergurau.” Aku buru-buru memperbaiki po­ ”Tentu saja aku bergurau, James. Hanya untuk intermezzo.” sisi duduk. dam. Moderator sesi presentasiku berbisik mengingatkan. peduli meskipun wajah penanya sesi pertama terlihat merah pa­ ”Maaf, itu hanya bergurau.” Aku buru-buru memperbaiki po­ ”Tentu saja aku bergurau, James. Hanya untuk intermezzo.” dam. sisi duduk. Aku menepuk lengan moderator di sebelahku, meskipun ini Moderator sesi presentasiku berbisik mengingatkan. peduli meskipun wajah penanya sesi pertama terlihat merah pa­ ”Maaf, itu hanya bergurau.” Aku buru-buru memperbaiki po­ ”Tentu saja aku bergurau, James. Hanya untuk intermezzo.” dam. sisi duduk. Aku menepuk lengan moderator di sebelahku, meskipun ini Moderator sesi presentasiku berbisik mengingatkan. peduli meskipun wajah penanya sesi pertama terlihat merah pa­ ”Maaf, itu hanya bergurau.” Aku buru-buru memperbaiki po­ ”Tentu saja aku bergurau, James. Hanya untuk intermezzo.” dam. sisi duduk. Aku menepuk lengan moderator di sebelahku, meskipun ini Moderator sesi presentasiku berbisik mengingatkan. ”Maaf, itu hanya bergurau.” Aku buru-buru memperbaiki po­ ”Tentu saja aku bergurau, James. Hanya untuk intermezzo.” dam. sisi duduk. Aku menepuk lengan moderator di sebelahku, meskipun ini Moderator sesi presentasiku berbisik mengingatkan. ”Maaf, itu hanya bergurau.” Aku buru-buru memperbaiki po­ ”Tentu saja aku bergurau, James. Hanya untuk intermezzo.” dam. sisi duduk. Aku menepuk lengan moderator di sebelahku, meskipun ini ”Maaf, itu hanya bergurau.” Aku buru-buru memperbaiki po­ Moderator sesi presentasiku berbisik mengingatkan. konferensi antarbangsa, dihadiri beragam peserta dengan kebu­ ”Tentu saja aku bergurau, James. Hanya untuk intermezzo.” dam. sisi duduk. Aku menepuk lengan moderator di sebelahku, meskipun ini ”Maaf, itu hanya bergurau.” Aku buru-buru memperbaiki po­ Moderator sesi presentasiku berbisik mengingatkan. konferensi antarbangsa, dihadiri beragam peserta dengan kebu­ ”Tentu saja aku bergurau, James. Hanya untuk intermezzo.” dam. sisi duduk. Aku menepuk lengan moderator di sebelahku, meskipun ini ”Maaf, itu hanya bergurau.” Aku buru-buru memperbaiki po­ Moderator sesi presentasiku berbisik mengingatkan. konferensi antarbangsa, dihadiri beragam peserta dengan kebu­ ”Tentu saja aku bergurau, James. Hanya untuk intermezzo.” sisi duduk. Aku menepuk lengan moderator di sebelahku, meskipun ini ”Maaf, itu hanya bergurau.” Aku buru-buru memperbaiki po­ Moderator sesi presentasiku berbisik mengingatkan. konferensi antarbangsa, dihadiri beragam peserta dengan kebu­ ”Tentu saja aku bergurau, James. Hanya untuk intermezzo.” sisi duduk. Aku menepuk lengan moderator di sebelahku, meskipun ini ”Maaf, itu hanya bergurau.” Aku buru-buru memperbaiki po­ Moderator sesi presentasiku berbisik mengingatkan. konferensi antarbangsa, dihadiri beragam peserta dengan kebu­ sisi duduk. ”Tentu saja aku bergurau, James. Hanya untuk intermezzo.” dayaan yang lebih terbuka dan bebas, bicara tentang politik dan Aku menepuk lengan moderator di sebelahku, meskipun ini ”Maaf, itu hanya bergurau.” Aku buru-buru memperbaiki po­ Moderator sesi presentasiku berbisik mengingatkan. konferensi antarbangsa, dihadiri beragam peserta dengan kebu­ sisi duduk. ”Tentu saja aku bergurau, James. Hanya untuk intermezzo.” dayaan yang lebih terbuka dan bebas, bicara tentang politik dan Aku menepuk lengan moderator di sebelahku, meskipun ini ”Maaf, itu hanya bergurau.” Aku buru-buru memperbaiki po­ Moderator sesi presentasiku berbisik mengingatkan. konferensi antarbangsa, dihadiri beragam peserta dengan kebu­ sisi duduk. ”Tentu saja aku bergurau, James. Hanya untuk intermezzo.” dayaan yang lebih terbuka dan bebas, bicara tentang politik dan Aku menepuk lengan moderator di sebelahku, meskipun ini Moderator sesi presentasiku berbisik mengingatkan. konferensi antarbangsa, dihadiri beragam peserta dengan kebu­ sisi duduk. ”Tentu saja aku bergurau, James. Hanya untuk intermezzo.” dayaan yang lebih terbuka dan bebas, bicara tentang politik dan Aku menepuk lengan moderator di sebelahku, meskipun ini Moderator sesi presentasiku berbisik mengingatkan. konferensi antarbangsa, dihadiri beragam peserta dengan kebu­ sisi duduk. ”Tentu saja aku bergurau, James. Hanya untuk intermezzo.” dayaan yang lebih terbuka dan bebas, bicara tentang politik dan Moderator sesi presentasiku berbisik mengingatkan. Aku menepuk lengan moderator di sebelahku, meskipun ini pencitraan pula, kalimatku barusan tetap saja sedikit berlebihan. konferensi antarbangsa, dihadiri beragam peserta dengan kebu­ sisi duduk. ”Tentu saja aku bergurau, James. Hanya untuk intermezzo.” dayaan yang lebih terbuka dan bebas, bicara tentang politik dan Moderator sesi presentasiku berbisik mengingatkan. Aku menepuk lengan moderator di sebelahku, meskipun ini pencitraan pula, kalimatku barusan tetap saja sedikit berlebihan. konferensi antarbangsa, dihadiri beragam peserta dengan kebu­ sisi duduk. ”Tentu saja aku bergurau, James. Hanya untuk intermezzo.” dayaan yang lebih terbuka dan bebas, bicara tentang politik dan Moderator sesi presentasiku berbisik mengingatkan. Aku menepuk lengan moderator di sebelahku, meskipun ini pencitraan pula, kalimatku barusan tetap saja sedikit berlebihan. konferensi antarbangsa, dihadiri beragam peserta dengan kebu­ ”Tentu saja aku bergurau, James. Hanya untuk intermezzo.” dayaan yang lebih terbuka dan bebas, bicara tentang politik dan Moderator sesi presentasiku berbisik mengingatkan. Aku menepuk lengan moderator di sebelahku, meskipun ini pencitraan pula, kalimatku barusan tetap saja sedikit berlebihan. konferensi antarbangsa, dihadiri beragam peserta dengan kebu­ ”Tentu saja aku bergurau, James. Hanya untuk intermezzo.” dayaan yang lebih terbuka dan bebas, bicara tentang politik dan Moderator sesi presentasiku berbisik mengingatkan. Aku menepuk lengan moderator di sebelahku, meskipun ini pencitraan pula, kalimatku barusan tetap saja sedikit berlebihan. ”Tentu saja aku bergurau, James. Hanya untuk intermezzo.” konferensi antarbangsa, dihadiri beragam peserta dengan kebu­ Tetapi aku membutuhkannya untuk menjawab pertanyaan. Ini dayaan yang lebih terbuka dan bebas, bicara tentang politik dan Moderator sesi presentasiku berbisik mengingatkan. Aku menepuk lengan moderator di sebelahku, meskipun ini pencitraan pula, kalimatku barusan tetap saja sedikit berlebihan. ”Tentu saja aku bergurau, James. Hanya untuk intermezzo.” konferensi antarbangsa, dihadiri beragam peserta dengan kebu­ Tetapi aku membutuhkannya untuk menjawab pertanyaan. Ini dayaan yang lebih terbuka dan bebas, bicara tentang politik dan Moderator sesi presentasiku berbisik mengingatkan. Aku menepuk lengan moderator di sebelahku, meskipun ini pencitraan pula, kalimatku barusan tetap saja sedikit berlebihan. ”Tentu saja aku bergurau, James. Hanya untuk intermezzo.” konferensi antarbangsa, dihadiri beragam peserta dengan kebu­ Tetapi aku membutuhkannya untuk menjawab pertanyaan. Ini dayaan yang lebih terbuka dan bebas, bicara tentang politik dan Aku menepuk lengan moderator di sebelahku, meskipun ini pencitraan pula, kalimatku barusan tetap saja sedikit berlebihan. ”Tentu saja aku bergurau, James. Hanya untuk intermezzo.” konferensi antarbangsa, dihadiri beragam peserta dengan kebu­ Tetapi aku membutuhkannya untuk menjawab pertanyaan. Ini dayaan yang lebih terbuka dan bebas, bicara tentang politik dan Aku menepuk lengan moderator di sebelahku, meskipun ini pencitraan pula, kalimatku barusan tetap saja sedikit berlebihan. ”Tentu saja aku bergurau, James. Hanya untuk intermezzo.” konferensi antarbangsa, dihadiri beragam peserta dengan kebu­ Tetapi aku membutuhkannya untuk menjawab pertanyaan. Ini Aku menepuk lengan moderator di sebelahku, meskipun ini dayaan yang lebih terbuka dan bebas, bicara tentang politik dan konferensi penting, strategis untuk reputasi perusahaan jasa kon­ pencitraan pula, kalimatku barusan tetap saja sedikit berlebihan. ”Tentu saja aku bergurau, James. Hanya untuk intermezzo.” antarbangsa, dihadiri beragam peserta dengan kebu­ Tetapi aku membutuhkannya untuk menjawab pertanyaan. Ini Aku menepuk lengan moderator di sebelahku, meskipun ini dayaan yang lebih terbuka dan bebas, bicara tentang politik dan konferensi penting, strategis untuk reputasi perusahaan jasa kon­ pencitraan pula, kalimatku barusan tetap saja sedikit berlebihan. ”Tentu saja aku bergurau, James. Hanya untuk intermezzo.” antarbangsa, dihadiri beragam peserta dengan kebu­ Tetapi aku membutuhkannya untuk menjawab pertanyaan. Ini Aku menepuk lengan moderator di sebelahku, meskipun ini dayaan yang lebih terbuka dan bebas, bicara tentang politik dan konferensi penting, strategis untuk reputasi perusahaan jasa kon­ pencitraan pula, kalimatku barusan tetap saja sedikit berlebihan. antarbangsa, dihadiri beragam peserta dengan kebu­ Tetapi aku membutuhkannya untuk menjawab pertanyaan. Ini Aku menepuk lengan moderator di sebelahku, meskipun ini dayaan yang lebih terbuka dan bebas, bicara tentang politik dan konferensi penting, strategis untuk reputasi perusahaan jasa kon­ pencitraan pula, kalimatku barusan tetap saja sedikit berlebihan. antarbangsa, dihadiri beragam peserta dengan kebu­ Tetapi aku membutuhkannya untuk menjawab pertanyaan. Ini Aku menepuk lengan moderator di sebelahku, meskipun ini dayaan yang lebih terbuka dan bebas, bicara tentang politik dan konferensi penting, strategis untuk reputasi perusahaan jasa kon­ antarbangsa, dihadiri beragam peserta dengan kebu­ pencitraan pula, kalimatku barusan tetap saja sedikit berlebihan. sultasiku, dan aku sedang mengerahkan seluruh kemampuan Tetapi aku membutuhkannya untuk menjawab pertanyaan. Ini Aku menepuk lengan moderator di sebelahku, meskipun ini dayaan yang lebih terbuka dan bebas, bicara tentang politik dan konferensi penting, strategis untuk reputasi perusahaan jasa kon­ antarbangsa, dihadiri beragam peserta dengan kebu­ pencitraan pula, kalimatku barusan tetap saja sedikit berlebihan. sultasiku, dan aku sedang mengerahkan seluruh kemampuan Tetapi aku membutuhkannya untuk menjawab pertanyaan. Ini Aku menepuk lengan moderator di sebelahku, meskipun ini dayaan yang lebih terbuka dan bebas, bicara tentang politik dan konferensi penting, strategis untuk reputasi perusahaan jasa kon­ antarbangsa, dihadiri beragam peserta dengan kebu­ pencitraan pula, kalimatku barusan tetap saja sedikit berlebihan. sultasiku, dan aku sedang mengerahkan seluruh kemampuan Tetapi aku membutuhkannya untuk menjawab pertanyaan. Ini dayaan yang lebih terbuka dan bebas, bicara tentang politik dan konferensi penting, strategis untuk reputasi perusahaan jasa kon­ antarbangsa, dihadiri beragam peserta dengan kebu­ pencitraan pula, kalimatku barusan tetap saja sedikit berlebihan. sultasiku, dan aku sedang mengerahkan seluruh kemampuan Tetapi aku membutuhkannya untuk menjawab pertanyaan. Ini dayaan yang lebih terbuka dan bebas, bicara tentang politik dan konferensi penting, strategis untuk reputasi perusahaan jasa kon­ antarbangsa, dihadiri beragam peserta dengan kebu­ pencitraan pula, kalimatku barusan tetap saja sedikit berlebihan. sultasiku, dan aku sedang mengerahkan seluruh kemampuan dayaan yang lebih terbuka dan bebas, bicara tentang politik dan Tetapi aku membutuhkannya untuk menjawab pertanyaan. Ini memengaruhiku untuk mendapatkan perhatian mereka. konferensi penting, strategis untuk reputasi perusahaan jasa kon­ antarbangsa, dihadiri beragam peserta dengan kebu­ pencitraan pula, kalimatku barusan tetap saja sedikit berlebihan. sultasiku, dan aku sedang mengerahkan seluruh kemampuan dayaan yang lebih terbuka dan bebas, bicara tentang politik dan Tetapi aku membutuhkannya untuk menjawab pertanyaan. Ini memengaruhiku untuk mendapatkan perhatian mereka. konferensi penting, strategis untuk reputasi perusahaan jasa kon­ antarbangsa, dihadiri beragam peserta dengan kebu­ pencitraan pula, kalimatku barusan tetap saja sedikit berlebihan. sultasiku, dan aku sedang mengerahkan seluruh kemampuan dayaan yang lebih terbuka dan bebas, bicara tentang politik dan Tetapi aku membutuhkannya untuk menjawab pertanyaan. Ini memengaruhiku untuk mendapatkan perhatian mereka. konferensi penting, strategis untuk reputasi perusahaan jasa kon­ pencitraan pula, kalimatku barusan tetap saja sedikit berlebihan. sultasiku, dan aku sedang mengerahkan seluruh kemampuan dayaan yang lebih terbuka dan bebas, bicara tentang politik dan Tetapi aku membutuhkannya untuk menjawab pertanyaan. Ini memengaruhiku untuk mendapatkan perhatian mereka. konferensi penting, strategis untuk reputasi perusahaan jasa kon­ pencitraan pula, kalimatku barusan tetap saja sedikit berlebihan. sultasiku, dan aku sedang mengerahkan seluruh kemampuan dayaan yang lebih terbuka dan bebas, bicara tentang politik dan Tetapi aku membutuhkannya untuk menjawab pertanyaan. Ini memengaruhiku untuk mendapatkan perhatian mereka. pencitraan pula, kalimatku barusan tetap saja sedikit berlebihan. konferensi penting, strategis untuk reputasi perusahaan jasa suara kon­ ”Hadirin!” aku mengangkat tangan, memasang intonasi sultasiku, dan aku sedang mengerahkan seluruh kemampuan dayaan yang lebih terbuka dan bebas, bicara tentang politik dan Tetapi aku membutuhkannya untuk menjawab pertanyaan. Ini memengaruhiku untuk mendapatkan perhatian mereka. pencitraan pula, kalimatku barusan tetap saja sedikit berlebihan. konferensi penting, strategis untuk reputasi perusahaan jasa kon­ ”Hadirin!” aku mengangkat tangan, memasang intonasi suara sultasiku, dan aku sedang mengerahkan seluruh kemampuan dayaan yang lebih terbuka dan bebas, bicara tentang politik dan Tetapi aku membutuhkannya untuk menjawab pertanyaan. Ini memengaruhiku untuk mendapatkan perhatian mereka. pencitraan pula, kalimatku barusan tetap saja sedikit berlebihan. konferensi penting, strategis untuk reputasi perusahaan jasa kon­ ”Hadirin!” aku mengangkat tangan, memasang intonasi suara sultasiku, dan aku sedang mengerahkan seluruh kemampuan Tetapi aku membutuhkannya untuk menjawab pertanyaan. Ini memengaruhiku untuk mendapatkan perhatian mereka. pencitraan pula, kalimatku barusan tetap saja sedikit berlebihan. konferensi penting, strategis untuk reputasi perusahaan jasa kon­ ”Hadirin!” aku mengangkat tangan, memasang intonasi suara sultasiku, dan aku sedang mengerahkan seluruh kemampuan Tetapi aku membutuhkannya untuk menjawab pertanyaan. Ini memengaruhiku untuk mendapatkan perhatian mereka. pencitraan pula, kalimatku barusan tetap saja sedikit berlebihan. konferensi penting, strategis untuk reputasi perusahaan jasa kon­ ”Hadirin!” aku mengangkat tangan, memasang intonasi suara Tetapi aku membutuhkannya untuk menjawab pertanyaan. Ini sultasiku, dan aku sedang mengerahkan seluruh kemampuan serius dan bertenaga, ”Maafkan saya, tapi saya akan tegaskan di memengaruhiku untuk mendapatkan perhatian mereka. pencitraan pula, kalimatku barusan tetap saja sedikit berlebihan. konferensi penting, strategis untuk reputasi perusahaan jasa kon­ ”Hadirin!” aku mengangkat tangan, memasang intonasi suara Tetapi aku membutuhkannya untuk menjawab pertanyaan. Ini sultasiku, dan aku sedang mengerahkan seluruh kemampuan serius dan bertenaga, ”Maafkan saya, tapi saya akan tegaskan di memengaruhiku untuk mendapatkan perhatian mereka. pencitraan pula, kalimatku barusan tetap saja sedikit berlebihan. konferensi penting, strategis untuk reputasi perusahaan jasa kon­ ”Hadirin!” aku mengangkat tangan, memasang intonasi suara Tetapi aku membutuhkannya untuk menjawab pertanyaan. Ini sultasiku, dan aku sedang mengerahkan seluruh kemampuan serius dan bertenaga, ”Maafkan saya, tapi saya akan tegaskan di memengaruhiku untuk mendapatkan perhatian mereka. konferensi penting, strategis untuk reputasi perusahaan jasa kon­ ”Hadirin!” aku mengangkat tangan, memasang intonasi suara Tetapi aku membutuhkannya untuk menjawab pertanyaan. Ini sultasiku, dan aku sedang mengerahkan seluruh kemampuan serius dan bertenaga, ”Maafkan saya, tapi saya akan tegaskan di memengaruhiku untuk mendapatkan perhatian mereka. konferensi penting, strategis untuk reputasi perusahaan jasa kon­ ”Hadirin!” aku mengangkat tangan, memasang intonasi suara Tetapi aku membutuhkannya untuk menjawab pertanyaan. Ini sultasiku, dan aku sedang mengerahkan seluruh kemampuan serius dan bertenaga, ”Maafkan saya, tapi saya akan tegaskan di konferensi penting, strategis untuk reputasi perusahaan jasa kon­ memengaruhiku untuk mendapatkan perhatian mereka. depan kalian semua, bahwa bagi kami, politik tidak lebih adalah ”Hadirin!” aku mengangkat tangan, memasang intonasi suara Tetapi aku membutuhkannya untuk menjawab pertanyaan. Ini sultasiku, dan aku sedang mengerahkan seluruh kemampuan serius dan bertenaga, ”Maafkan saya, tapi saya akan tegaskan di konferensi penting, strategis untuk reputasi perusahaan jasa kon­ memengaruhiku untuk mendapatkan perhatian mereka. depan kalian semua, bahwa bagi kami, politik tidak lebih adalah ”Hadirin!” aku mengangkat tangan, memasang intonasi suara Tetapi aku membutuhkannya untuk menjawab pertanyaan. Ini sultasiku, dan aku sedang mengerahkan seluruh kemampuan serius dan bertenaga, ”Maafkan saya, tapi saya akan tegaskan di konferensi penting, strategis untuk reputasi perusahaan jasa kon­ memengaruhiku untuk mendapatkan perhatian mereka. depan kalian semua, bahwa bagi kami, politik tidak lebih adalah ”Hadirin!” aku mengangkat tangan, memasang intonasi suara sultasiku, dan aku sedang mengerahkan seluruh kemampuan serius dan bertenaga, ”Maafkan saya, tapi saya akan tegaskan di konferensi penting, strategis untuk reputasi perusahaan jasa kon­ memengaruhiku untuk mendapatkan perhatian mereka. depan kalian semua, bahwa bagi kami, politik tidak lebih adalah ”Hadirin!” aku mengangkat tangan, memasang intonasi suara sultasiku, dan aku sedang mengerahkan seluruh kemampuan serius dan bertenaga, ”Maafkan saya, tapi saya akan tegaskan di konferensi penting, strategis untuk reputasi perusahaan jasa kon­ memengaruhiku untuk mendapatkan perhatian mereka. depan kalian semua, bahwa bagi kami, politik tidak lebih adalah sultasiku, dan aku sedang mengerahkan seluruh kemampuan ”Hadirin!” aku mengangkat tangan, memasang intonasi suara permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, industri arti­ serius dan bertenaga, ”Maafkan saya, tapi saya akan tegaskan di konferensi penting, strategis untuk reputasi perusahaan jasa kon­ memengaruhiku untuk mendapatkan perhatian mereka. depan kalian semua, bahwa bagi kami, politik tidak lebih adalah sultasiku, dan aku sedang mengerahkan seluruh kemampuan ”Hadirin!” aku mengangkat tangan, memasang intonasi suara permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, industri arti­ serius dan bertenaga, ”Maafkan saya, tapi saya akan tegaskan di konferensi penting, strategis untuk reputasi perusahaan jasa kon­ memengaruhiku untuk mendapatkan perhatian mereka. depan kalian semua, bahwa bagi kami, politik tidak lebih adalah sultasiku, dan aku sedang mengerahkan seluruh kemampuan ”Hadirin!” aku mengangkat tangan, memasang intonasi suara permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, industri arti­ serius dan bertenaga, ”Maafkan saya, tapi saya akan tegaskan di memengaruhiku untuk mendapatkan perhatian mereka. depan kalian semua, bahwa bagi kami, politik tidak lebih adalah sultasiku, dan aku sedang mengerahkan seluruh kemampuan ”Hadirin!” aku mengangkat tangan, memasang intonasi suara permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, industri arti­ serius dan bertenaga, ”Maafkan saya, tapi saya akan tegaskan di memengaruhiku untuk mendapatkan perhatian mereka. depan kalian semua, bahwa bagi kami, politik tidak lebih adalah sultasiku, dan aku sedang mengerahkan seluruh kemampuan ”Hadirin!” aku mengangkat tangan, memasang intonasi suara permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, industri arti­ memengaruhiku untuk mendapatkan perhatian mereka. serius dan bertenaga, ”Maafkan saya, tapi saya akan tegaskan di fisial penuh kosmetik yang pernah ada di dunia. depan kalian semua, bahwa bagi kami, politik tidak lebih adalah sultasiku, dan aku sedang mengerahkan seluruh kemampuan ”Hadirin!” aku mengangkat tangan, memasang intonasi suara permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, industri arti­ memengaruhiku untuk mendapatkan perhatian mereka. serius dan bertenaga, ”Maafkan saya, tapi saya akan tegaskan di fisial penuh kosmetik yang pernah ada di dunia. depan kalian semua, bahwa bagi kami, politik tidak lebih adalah sultasiku, dan aku sedang mengerahkan seluruh kemampuan ”Hadirin!” aku mengangkat tangan, memasang intonasi suara permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, industri arti­ memengaruhiku untuk mendapatkan perhatian mereka. serius dan bertenaga, ”Maafkan saya, tapi saya akan tegaskan di fisial penuh kosmetik yang pernah ada di dunia. depan kalian semua, bahwa bagi kami, politik tidak lebih adalah ”Hadirin!” aku mengangkat tangan, memasang intonasi suara permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, industri arti­ memengaruhiku untuk mendapatkan perhatian mereka. serius dan bertenaga, ”Maafkan saya, tapi saya akan tegaskan di fisial penuh kosmetik yang pernah ada di dunia. depan kalian semua, bahwa bagi kami, politik tidak lebih adalah ”Hadirin!” aku mengangkat tangan, memasang intonasi suara permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, industri arti­ memengaruhiku untuk mendapatkan perhatian mereka. serius dan bertenaga, ”Maafkan saya, tapi saya akan tegaskan di fisial penuh kosmetik yang pernah ada di dunia. ”Hadirin!” aku mengangkat tangan, memasang intonasi suara depan kalian semua, bahwa bagi kami, politik tidak lebih adalah ”Sebagaimana sebuah bisnis omong kosong dijalankan, kita permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, industri arti­ memengaruhiku untuk mendapatkan perhatian mereka. serius dan bertenaga, ”Maafkan saya, tapi saya akan tegaskan di fisial penuh kosmetik yang pernah ada di dunia. ”Hadirin!” aku mengangkat tangan, memasang intonasi suara depan kalian semua, bahwa bagi kami, politik tidak lebih adalah ”Sebagaimana sebuah bisnis omong kosong dijalankan, kita permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, industri arti­ memengaruhiku untuk mendapatkan perhatian mereka. serius dan bertenaga, ”Maafkan saya, tapi saya akan tegaskan di fisial penuh kosmetik yang pernah ada di dunia. ”Hadirin!” aku mengangkat tangan, memasang intonasi suara depan kalian semua, bahwa bagi kami, politik tidak lebih adalah ”Sebagaimana sebuah bisnis omong kosong dijalankan, kita permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, industri arti­ serius dan bertenaga, ”Maafkan saya, tapi saya akan tegaskan di fisial penuh kosmetik yang pernah ada di dunia. ”Hadirin!” aku mengangkat tangan, memasang intonasi suara depan kalian semua, bahwa bagi kami, politik tidak lebih adalah ”Sebagaimana sebuah bisnis omong kosong dijalankan, kita permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, industri arti­ serius dan bertenaga, ”Maafkan saya, tapi saya akan tegaskan di fisial penuh kosmetik yang pernah ada di dunia. ”Hadirin!” aku mengangkat tangan, memasang intonasi suara depan kalian semua, bahwa bagi kami, politik tidak lebih adalah ”Sebagaimana sebuah bisnis omong kosong dijalankan, kita serius dan bertenaga, ”Maafkan saya, tapi saya akan tegaskan di permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, industri arti­ harus berdiri di atas ribuan omong kosong agar omong kosong fisial penuh kosmetik yang pernah ada di dunia. ”Hadirin!” aku mengangkat tangan, memasang intonasi suara depan kalian semua, bahwa bagi kami, politik tidak lebih adalah ”Sebagaimana sebuah bisnis omong kosong dijalankan, kita serius dan bertenaga, ”Maafkan saya, tapi saya akan tegaskan di permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, industri arti­ harus berdiri di atas ribuan omong kosong agar omong kosong fisial penuh kosmetik yang pernah ada di dunia. ”Hadirin!” aku mengangkat tangan, memasang intonasi suara depan kalian semua, bahwa bagi kami, politik tidak lebih adalah ”Sebagaimana sebuah bisnis omong kosong dijalankan, kita serius dan bertenaga, ”Maafkan saya, tapi saya akan tegaskan di permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, industri arti­ harus berdiri di atas ribuan omong kosong agar omong kosong fisial penuh kosmetik yang pernah ada di dunia. depan kalian semua, bahwa bagi kami, politik tidak lebih adalah ”Sebagaimana sebuah bisnis omong kosong dijalankan, kita serius dan bertenaga, ”Maafkan saya, tapi saya akan tegaskan di permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, industri arti­ harus berdiri di atas ribuan omong kosong agar omong kosong fisial penuh kosmetik yang pernah ada di dunia. depan kalian semua, bahwa bagi kami, politik tidak lebih adalah ”Sebagaimana sebuah bisnis omong kosong dijalankan, kita serius dan bertenaga, ”Maafkan saya, tapi saya akan tegaskan di permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, industri arti­ harus berdiri di atas ribuan omong kosong agar omong kosong depan kalian semua, bahwa bagi kami, politik tidak lebih adalah fisial penuh kosmetik yang pernah ada di dunia. tersebut menjadi sesuatu yang bisa dijual dengan manis, dan di­ ”Sebagaimana sebuah bisnis omong kosong dijalankan, kita serius dan bertenaga, ”Maafkan saya, tapi saya akan tegaskan di permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, industri arti­ harus berdiri di atas ribuan omong kosong agar omong kosong depan kalian semua, bahwa bagi kami, politik tidak lebih adalah fisial penuh kosmetik yang pernah ada di dunia. tersebut menjadi sesuatu yang bisa dijual dengan manis, dan di­ ”Sebagaimana sebuah bisnis omong kosong dijalankan, kita serius dan bertenaga, ”Maafkan saya, tapi saya akan tegaskan di permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, industri arti­ harus berdiri di atas ribuan omong kosong agar omong kosong depan kalian semua, bahwa bagi kami, politik tidak lebih adalah fisial penuh kosmetik yang pernah ada di dunia. tersebut menjadi sesuatu yang bisa dijual dengan manis, dan di­ ”Sebagaimana sebuah bisnis omong kosong dijalankan, kita permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, industri arti­ harus berdiri di atas ribuan omong kosong agar omong kosong depan kalian semua, bahwa bagi kami, politik tidak lebih adalah fisial penuh kosmetik yang pernah ada di dunia. tersebut menjadi sesuatu yang bisa dijual dengan manis, dan di­ ”Sebagaimana sebuah bisnis omong kosong dijalankan, kita permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, industri arti­ harus berdiri di atas ribuan omong kosong agar omong kosong depan kalian semua, bahwa bagi kami, politik tidak lebih adalah fisial penuh kosmetik yang pernah ada di dunia. tersebut menjadi sesuatu yang bisa dijual dengan manis, dan di­ permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, industri arti­ ”Sebagaimana sebuah bisnis omong kosong dijalankan, kita oleh para pemilih. Anda boleh saja tidak beli dengan larisnya harus berdiri di atas ribuan omong kosong agar omong kosong depan kalian semua, bahwa bagi kami, politik tidak lebih adalah fisial penuh kosmetik yang pernah ada di dunia. tersebut menjadi sesuatu yang bisa dijual dengan manis, dan di­ permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, industri arti­ ”Sebagaimana sebuah bisnis omong kosong dijalankan, kita oleh para pemilih. Anda boleh saja tidak beli dengan larisnya harus berdiri di atas atas ribuan omong kosong agar omong kosong depan kalian semua, bahwa bagi kami, politik tidak lebih adalah fisial penuh kosmetik yang pernah ada di dunia. tersebut menjadi sesuatu yang bisa dijual dengan manis, dan di­ permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, industri arti­ ”Sebagaimana sebuah bisnis omong kosong dijalankan, kita oleh para pemilih. Anda boleh saja tidak beli dengan larisnya harus berdiri di ribuan omong kosong agar omong kosong fisial penuh kosmetik yang pernah ada di dunia. tersebut menjadi sesuatu yang bisa dijual dengan manis, dan di­ permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, industri arti­ ”Sebagaimana sebuah bisnis omong kosong dijalankan, kita oleh para pemilih. Anda saja tidak beli dengan larisnya harus berdiri di ribuan omong kosong agar omong kosong fisial penuh kosmetik yang pernah ada di dunia. tersebut menjadi sesuatu yang bisa dijual dengan manis, di­ permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, industri arti­ ”Sebagaimana sebuah bisnis omong kosong dijalankan, kita oleh para pemilih. Anda boleh sajadan tidak beli dengan larisnya fisial penuh kosmetik yang pernah ada di dunia. harus berdiri di atas atas ribuan omong kosong agarboleh omong kosong tersebut menjadi sesuatu yang bisa dijual dengan manis, dan di­ permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, industri arti­ ”Sebagaimana sebuah bisnis omong kosong dijalankan, kita



Aku menoleh ke Tetapi sayap kanan kursi, menatap lamat-lamat sependapat. Silakan. Tetapi saya dibayar mahal untuk memoles Wajah-wajah peserta konferensi kembali menatapku serius. omong kosong tersebut, menjualnya, dan simsalabim, menjadi penanya sesi pertama. ”Anda tadi bertanya, apakah Anda masih king maker, mendudukkan orang-orang di kursi kekuasaan.” Aku menoleh ke sayap kanan kursi, menatap lamat-lamat sependapat. Silakan. saya dibayar mahal untuk memoles Wajah-wajah peserta konferensi kembali menatapku serius. omong kosong tersebut, menjualnya, dan simsalabim, menjadi penanya sesi pertama. ”Anda tadi bertanya, apakah Anda masih king maker, mendudukkan orang-orang di kursi kekuasaan.” Aku menoleh ke sayap kanan kursi, menatap lamat-lamat sependapat. Silakan. Tetapi saya dibayar mahal untuk memoles punya kesempatan memenangi kompetisi pemilihan umum di Wajah-wajah peserta konferensi kembali menatapku serius. omong kosong tersebut, menjualnya, dan simsalabim, menjadi penanya sesi pertama. ”Anda tadi bertanya, apakah Anda masih king maker, mendudukkan orang-orang di kursi kekuasaan.” Aku menoleh ke sayap kanan kursi, menatap lamat-lamat sependapat. Silakan. Tetapi saya dibayar mahal untuk memoles punya kesempatan memenangi kompetisi pemilihan umum di Wajah-wajah peserta konferensi kembali menatapku serius. omong kosong tersebut, menjualnya, dan simsalabim, menjadi penanya sesi pertama. ”Anda tadi bertanya, apakah Anda masih Aku menoleh ke sayap kanan kursi, menatap lamat-lamat king maker, mendudukkan orang-orang di kursi kekuasaan.” punya kesempatan memenangi kompetisi pemilihan umum di Wajah-wajah peserta konferensi kembali menatapku serius. penanya sesi pertama. ”Anda tadi bertanya, apakah Anda masih omong kosong tersebut, menjualnya, dan simsalabim, menjadi Aku menoleh ke sayap kanan kursi, menatap lamat-lamat king maker, mendudukkan orang-orang di kursi kekuasaan.” punya kesempatan memenangi kompetisi pemilihan umum di Wajah-wajah peserta konferensi kembali menatapku serius. penanya sesi pertama. ”Anda tadi bertanya, apakah Anda masih omong kosong tersebut, menjualnya, dan simsalabim, menjadi Aku menoleh ke sayap kanan kursi, menatap lamat-lamat king maker, mendudukkan orang-orang di kursi kekuasaan.” punya kesempatan memenangi kompetisi pemilihan umum di Wajah-wajah peserta konferensi kembali menatapku serius. penanya sesi pertama. ”Anda tadi bertanya, apakah Anda masih omong kosong tersebut, menjualnya, dan simsalabim, menjadi negara Anda dengan catatan buruk pernah memiliki skandal Aku menoleh ke sayap kanan kursi, menatap lamat-lamat king maker, mendudukkan orang-orang di kursi kekuasaan.” punya kesempatan memenangi kompetisi pemilihan umum di Wajah-wajah peserta konferensi kembali menatapku serius. penanya sesi pertama. ”Anda tadi bertanya, apakah Anda masih omong kosong tersebut, menjualnya, dan simsalabim, menjadi negara Anda dengan catatan buruk pernah memiliki skandal Aku menoleh ke sayap kanan kursi, menatap lamat-lamat king maker, mendudukkan orang-orang di kursi kekuasaan.” punya kesempatan memenangi kompetisi pemilihan umum di penanya sesi pertama. ”Anda tadi bertanya, apakah Anda masih Wajah-wajah peserta konferensi kembali menatapku serius. negara Anda dengan catatan buruk pernah memiliki skandal Aku menoleh ke sayap kanan kursi, menatap lamat-lamat punya kesempatan memenangi kompetisi pemilihan umum di king maker, mendudukkan orang-orang di kursi kekuasaan.” penanya sesi pertama. ”Anda tadi bertanya, apakah Anda masih Wajah-wajah peserta konferensi kembali menatapku serius. negara Anda dengan catatan buruk pernah memiliki skandal Aku menoleh ke sayap kanan kursi, menatap lamat-lamat punya kesempatan memenangi kompetisi pemilihan umum di king maker, mendudukkan orang-orang di kursi kekuasaan.” penanya sesi pertama. ”Anda tadi bertanya, apakah Anda masih Wajah-wajah peserta konferensi kembali menatapku serius. negara Anda dengan catatan buruk pernah memiliki skandal Aku menoleh ke sayap kanan kursi, menatap lamat-lamat punya kesempatan memenangi kompetisi pemilihan umum di king maker, mendudukkan orang-orang di kursi kekuasaan.” dalam keluarga, perselingkuhan, maka jawaban saya adalah: se­ penanya sesi pertama. ”Anda tadi bertanya, apakah Anda masih Wajah-wajah peserta konferensi kembali menatapku serius. negara Anda dengan catatan buruk pernah memiliki skandal Aku menoleh ke sayap kanan kursi, menatap lamat-lamat punya kesempatan memenangi kompetisi pemilihan umum di king maker, mendudukkan orang-orang di kursi kekuasaan.” dalam keluarga, perselingkuhan, maka jawaban saya adalah: se­ penanya sesi pertama. ”Anda tadi bertanya, apakah Anda masih Wajah-wajah peserta konferensi kembali menatapku serius. negara Anda dengan catatan buruk pernah memiliki skandal punya kesempatan memenangi kompetisi pemilihan umum di Aku menoleh ke sayap kanan kursi, menatap lamat-lamat dalam keluarga, perselingkuhan, maka jawaban saya adalah: se­ penanya sesi pertama. ”Anda tadi bertanya, apakah Anda masih negara Anda dengan catatan buruk pernah memiliki skandal Wajah-wajah peserta konferensi kembali menatapku serius. punya kesempatan memenangi kompetisi pemilihan umum di Aku menoleh ke sayap kanan kursi, menatap lamat-lamat dalam keluarga, perselingkuhan, maka jawaban saya adalah: se­ penanya sesi pertama. ”Anda tadi bertanya, apakah Anda masih negara Anda dengan catatan buruk pernah memiliki skandal Wajah-wajah peserta konferensi kembali menatapku serius. punya kesempatan memenangi kompetisi pemilihan umum di Aku menoleh ke sayap kanan kursi, menatap lamat-lamat dalam keluarga, perselingkuhan, maka jawaban saya adalah: se­ penanya sesi pertama. ”Anda tadi bertanya, apakah Anda masih negara Anda dengan catatan buruk pernah memiliki skandal Wajah-wajah peserta konferensi kembali menatapku serius. berapa tangguh Anda menjalankan bisnis omong kosong itu di punya kesempatan memenangi kompetisi pemilihan umum Aku menoleh ke sayap kanan kursi, menatap lamat-lamat dalam keluarga, perselingkuhan, maka jawaban saya adalah: se­ penanya sesi pertama. ”Anda tadi bertanya, apakah Anda masih negara Anda dengan catatan buruk pernah memiliki skandal Wajah-wajah peserta konferensi kembali menatapku serius. berapa tangguh Anda menjalankan bisnis omong kosong itu di punya kesempatan memenangi kompetisi pemilihan umum Aku menoleh ke sayap kanan kursi, menatap lamat-lamat dalam keluarga, perselingkuhan, maka jawaban saya adalah: se­ negara Anda dengan catatan buruk pernah memiliki skandal penanya sesi pertama. ”Anda tadi bertanya, apakah Anda masih berapa tangguh Anda menjalankan bisnis omong kosong itu di punya kesempatan memenangi kompetisi pemilihan umum dalam keluarga, perselingkuhan, maka jawaban saya adalah: se­ Aku menoleh ke sayap kanan kursi, menatap lamat-lamat negara Anda dengan catatan buruk pernah memiliki skandal penanya sesi pertama. ”Anda tadi bertanya, apakah Anda masih berapa tangguh Anda menjalankan bisnis omong kosong itu di punya kesempatan memenangi kompetisi pemilihan umum dalam keluarga, perselingkuhan, maka jawaban saya adalah: se­ Aku menoleh ke sayap kanan kursi, menatap lamat-lamat negara Anda dengan catatan buruk pernah memiliki skandal penanya sesi pertama. pertama. ”Anda tadi bertanya, apakah Anda masih berapa tangguh Anda menjalankan bisnis omong kosong itu di punya kesempatan kompetisi pemilihan umum dalam perselingkuhan, maka jawaban saya adalah: se­ Aku menoleh ke sayap kanan kursi, menatap lamat-lamat Anda. negara Anda dengan catatan buruk pernah memiliki skandal penanya sesi ”Anda tadi bertanya, apakah Anda masih berapa tangguh Anda menjalankan bisnis omong kosong itu di punya kesempatan memenangi kompetisi pemilihan umum dalam keluarga, perselingkuhan, maka jawaban saya adalah: se­ Akukeluarga, menoleh kememenangi sayap kanan kursi, menatap lamat-lamat Anda. negara Anda dengan catatan buruk pernah memiliki skandal penanya sesi pertama. ”Anda tadi bertanya, apakah Anda masih berapa tangguh Anda menjalankan bisnis omong kosong itu di dalam keluarga, perselingkuhan, maka jawaban saya adalah: se­ punya kesempatan memenangi kompetisi pemilihan umum Anda. negara Anda dengan catatan buruk pernah memiliki skandal berapa tangguh Anda menjalankan bisnis omong kosong itu di penanya sesi pertama. ”Anda tadi bertanya, apakah Anda masih dalam keluarga, perselingkuhan, maka jawaban saya adalah: se­ punya kesempatan memenangi kompetisi pemilihan umum negara Anda. Anda dengan catatan buruk pernah memiliki skandal berapa tangguh Anda menjalankan bisnis omong kosong itu di penanya sesi pertama. ”Anda tadi bertanya, apakah Anda masih dalam keluarga, perselingkuhan, maka jawaban saya adalah: se­ punya kesempatan memenangi kompetisi pemilihan umum Anda. negara Anda dengan catatan buruk pernah memiliki skandal berapa tangguh Anda menjalankan bisnis omong kosong itu di penanya sesi pertama. ”Anda tadi bertanya, apakah Anda masih ”Mari kita lihat catatan yang ada.” Aku menarik kertas dalam keluarga, perselingkuhan, maka jawaban saya adalah: se­ punya kesempatan memenangi kompetisi pemilihan umum Anda. negara Anda dengan catatan buruk pernah memiliki skandal berapa tangguh Anda menjalankan bisnis omong kosong itu di penanya sesi pertama. ”Anda tadi bertanya, apakah Anda masih ”Mari kita lihat catatan yang ada.” Aku menarik kertas dalam keluarga, perselingkuhan, maka jawaban saya adalah: se­ punya kesempatan memenangi kompetisi pemilihan umum Anda. berapa tangguh Anda menjalankan bisnis omong kosong itu di negara Anda dengan catatan buruk pernah memiliki skandal ”Mari kita lihat catatan yang ada.” Aku menarik kertas dalam keluarga, perselingkuhan, maka jawaban saya adalah: se­ Anda. punya kesempatan memenangi kompetisi pemilihan umum di berapa tangguh Anda menjalankan bisnis omong kosong itu negara Anda dengan catatan buruk pernah memiliki skandal ”Mari kita lihat catatan yang ada.” Aku menarik kertas dalam keluarga, perselingkuhan, maka jawaban saya adalah: se­ Anda. punya kesempatan memenangi kompetisi pemilihan umum di berapa tangguh Anda menjalankan bisnis omong kosong itu negara Anda dengan catatan buruk pernah memiliki skandal ”Mari kita lihat catatan yang ada.” Aku menarik kertas dalam keluarga, perselingkuhan, maka jawaban saya adalah: se­ Anda. punya kesempatan memenangi kompetisi pemilihan umum depanku, pura-pura membacanya. ”Check! Menurut catatan ini, berapa tangguh Anda menjalankan bisnis omong kosong itu di negara Anda dengan catatan buruk pernah memiliki skandal ”Mari kita lihat catatan yang ada.” Aku menarik kertas dalam keluarga, perselingkuhan, maka jawaban saya adalah: se­ Anda. punya kesempatan memenangi kompetisi pemilihan umum depanku, pura-pura membacanya. ”Check! Menurut catatan ini, berapa tangguh Anda menjalankan bisnis omong kosong itu di negara Anda dengan catatan buruk pernah memiliki skandal ”Mari kita lihat catatan yang ada.” Aku menarik kertas Anda. dalam keluarga, perselingkuhan, maka jawaban saya adalah: se­ depanku, pura-pura membacanya. ”Check! Menurut catatan ini, berapa tangguh Anda menjalankan bisnis omong kosong itu di ”Mari kita lihat catatan yang ada.” Aku menarik kertas negara Anda dengan catatan buruk pernah memiliki skandal Anda. dalam keluarga, perselingkuhan, maka jawaban saya adalah: se­ depanku, pura-pura membacanya. ”Check! Menurut catatan ini, berapa tangguh Anda menjalankan bisnis omong kosong ituini, di ”Mari kita lihat catatan yang ada.” Aku menarik kertas negara Anda dengan catatan buruk pernah memiliki skandal Anda. dalam keluarga, perselingkuhan, maka jawaban saya adalah: se­ depanku, pura-pura membacanya. ”Check! Menurut catatan berapa tangguh Anda menjalankan bisnis omong kosong itu di ”Mari kita lihat catatan yang ada.” Aku menarik kertas negara Anda dengan catatan buruk pernah memiliki skandal di seluruh dunia, hei, kita bahkan punya kepala negara yang di­ Anda. dalam keluarga, perselingkuhan, maka jawaban saya adalah: se­ depanku, pura-pura membacanya. ”Check! Menurut catatan ini, berapa tangguh Anda menjalankan bisnis omong kosong itu di ”Mari kita lihat catatan yang ada.” Aku menarik kertas negara Anda dengan catatan buruk pernah memiliki skandal di seluruh dunia, hei, kita bahkan punya kepala negara yang di­ Anda. dalam keluarga, perselingkuhan, maka jawaban saya adalah: se­ depanku, pura-pura membacanya. ”Check! Menurut catatan ini, ”Mari kita lihat catatan yang ada.” Aku menarik kertas berapa tangguh Anda menjalankan bisnis omong kosong itu di di seluruh dunia, hei, kita bahkan punya kepala negara yang di­ negara Anda. depanku, pura-pura membacanya. ”Check! Menurut catatan ini, dalam keluarga, perselingkuhan, maka jawaban saya adalah: se­ ”Mari kita lihat catatan yang ada.” Aku menarik kertas berapa tangguh Anda menjalankan bisnis omong kosong itu di di seluruh dunia, hei, kita bahkan punya kepala negara yang di­ negara Anda. depanku, pura-pura membacanya. ”Check! Menurut catatan ini, dalam keluarga, perselingkuhan, maka jawaban saya adalah: se­ ”Mari kita lihat catatan yang ada.” Aku menarik kertas di berapa tangguh Anda menjalankan bisnis omong kosong itu di seluruh dunia, hei, kita bahkan punya kepala negara yang di­ negara Anda. depanku, pura-pura membacanya. ”Check! Menurut catatan ini, dalam keluarga, perselingkuhan, maka jawaban saya adalah: se­ tuduh secara serius oleh media massa telah menggelar pesta ”Mari kita lihat catatan yang ada.” Aku menarik kertas berapa tangguh Anda menjalankan bisnis omong kosong itu di di seluruh dunia, hei, kita bahkan punya kepala negara yang di­ negara Anda. depanku, pura-pura membacanya. ”Check! Menurut catatan ini, dalam keluarga, perselingkuhan, maka jawaban saya adalah: se­ tuduh secara serius oleh media massa telah menggelar pesta ”Mari kita lihat catatan yang ada.” Aku menarik kertas berapa tangguh Anda menjalankan bisnis omong kosong itu di di seluruh dunia, hei, kita bahkan punya kepala negara yang di­ depanku, pura-pura membacanya. ”Check! Menurut catatan ini, negara Anda. tuduh secara serius oleh media massa telah menggelar pesta ”Mari kita lihat catatan yang ada.” Aku menarik kertas di seluruh dunia, hei, kita bahkan punya kepala negara yang di­ berapa tangguh Anda menjalankan bisnis omong kosong itu di depanku, pura-pura membacanya. ”Check! Menurut catatan ini, negara Anda. tuduh secara serius oleh media massa telah menggelar pesta ”Mari kita lihat catatan yang ada.” Aku menarik kertas di seluruh dunia, hei, kita bahkan punya kepala negara yang di­ berapa tangguh Anda menjalankan bisnis omong kosong itu di depanku, pura-pura membacanya. ”Check! Menurut catatan ini, negara Anda. tuduh secara serius oleh media massa telah menggelar pesta ”Mari kita lihat catatan yang ada.” Aku menarik kertas di seluruh dunia, hei, kita bahkan punya kepala negara yang di­ berapa tangguh Anda menjalankan bisnis omong kosong itu di seks, mempekerjakan gadis-gadis pekerja seksual, tapi dia tetap depanku, pura-pura membacanya. ”Check! Menurut catatan ini, negara Anda. tuduh secara serius oleh media massa telah menggelar pesta ”Mari kita lihat catatan yang ada.” Aku menarik kertas di seluruh dunia, hei, kita bahkan punya kepala negara yang di­ berapa tangguh Anda menjalankan bisnis omong kosong itu di seks, mempekerjakan gadis-gadis pekerja seksual, tapi dia tetap depanku, pura-pura membacanya. ”Check! Menurut catatan ini, negara Anda. tuduh secara serius oleh media massa telah menggelar pesta di seluruh dunia, hei, kita bahkan punya kepala negara yang di­ ”Mari kita lihat catatan yang ada.” Aku menarik kertas di seks, mempekerjakan gadis-gadis pekerja seksual, tapi dia tetap depanku, pura-pura membacanya. ”Check! Menurut catatan ini, tuduh secara serius oleh media massa telah menggelar pesta negara Anda. di seluruh dunia, hei, kita bahkan punya kepala negara yang di­ ”Mari kita lihat catatan yang ada.” Aku menarik kertas di seks, mempekerjakan gadis-gadis pekerja seksual, tapi dia tetap depanku, pura-pura membacanya. ”Check! Menurut catatan ini, tuduh secara serius oleh media massa telah menggelar pesta negara Anda. di seluruh dunia, hei, kita bahkan punya kepala negara yang di­ ”Mari kita lihat catatan yang ada.” Aku menarik kertas di seks, mempekerjakan gadis-gadis pekerja seksual, tapi dia tetap depanku, pura-pura membacanya. ”Check! Menurut catatan ini, tuduh secara serius oleh media massa telah menggelar pesta negara Anda. memenangi pemilu. Saya tidak perlu menyebut negaranya, toh, di seluruh dunia, hei, kita bahkan punya kepala negara yang di­ ”Mari kita lihat catatan yang ada.” Aku menarik kertas di seks, mempekerjakan gadis-gadis pekerja seksual, tapi dia tetap depanku, pura-pura membacanya. ”Check! Menurut catatan ini, tuduh secara serius oleh media massa telah menggelar pesta negara Anda. memenangi pemilu. Saya tidak perlu menyebut negaranya, toh, di seluruh dunia, hei, kita bahkan punya kepala negara yang di­ ”Mari kita lihat catatan yang ada.” Aku menarik kertas di seks, mempekerjakan gadis-gadis pekerja seksual, tapi dia tetap tuduh secara serius oleh media massa telah menggelar pesta depanku, pura-pura membacanya. ”Check! Menurut catatan ini, memenangi pemilu. Saya tidak perlu menyebut negaranya, toh, di seluruh dunia, hei, kita bahkan punya kepala negara yang di­ seks, mempekerjakan gadis-gadis pekerja seksual, tapi dia tetap ”Mari kita lihat catatan yang ada.” Aku menarik kertas di tuduh secara serius oleh media massa telah menggelar pesta depanku, pura-pura membacanya. ”Check! Menurut catatan ini, memenangi pemilu. Saya tidak perlu menyebut negaranya, toh, di seluruh dunia, hei, kita bahkan punya kepala negara yang di­ seks, mempekerjakan gadis-gadis pekerja seksual, tapi dia tetap ”Mari kita lihat catatan yang ada.” Aku menarik kertas di tuduh secara serius oleh media massa telah menggelar pesta depanku, pura-pura membacanya. ”Check! Menurut catatan ini, memenangi pemilu. Saya tidak perlu menyebut negaranya, toh, di seluruh dunia, hei, kita bahkan punya kepala negara yang di­ seks, mempekerjakan gadis-gadis pekerja seksual, tapi dia tetap ”Mari kita lihat catatan yang ada.” Aku menarik kertas di kalian juga tahu negara mana yang saya maksud.” Aku melirik tuduh secara serius oleh media massa telah menggelar pesta depanku, pura-pura membacanya. ”Check! Menurut catatan ini, memenangi pemilu. Saya tidak perlu menyebut negaranya, toh, di seluruh dunia, hei, kita bahkan punya kepala negara yang di­ seks, mempekerjakan gadis-gadis pekerja seksual, tapi dia tetap ”Mari kita lihat catatan yang ada.” Aku menarik kertas di kalian juga tahu negara mana yang saya maksud.” Aku melirik tuduh secara serius oleh media massa telah menggelar pesta depanku, pura-pura membacanya. ”Check! Menurut catatan ini, memenangi pemilu. Saya tidak perlu menyebut negaranya, toh, seks, mempekerjakan gadis-gadis pekerja seksual, tapi dia tetap di seluruh dunia, hei, kita bahkan punya kepala negara yang di­ kalian juga tahu negara mana yang saya maksud.” Aku melirik tuduh secara serius oleh media massa telah menggelar pesta memenangi pemilu. Saya tidak perlu menyebut negaranya, toh, depanku, pura-pura membacanya. ”Check! Menurut catatan ini, seks, mempekerjakan gadis-gadis pekerja seksual, tapi dia tetap di seluruh dunia, hei, kita bahkan punya kepala negara yang di­ kalian juga tahu negara mana yang saya maksud.” Aku melirik tuduh secara serius oleh media massa telah menggelar pesta memenangi pemilu. Saya tidak perlu menyebut negaranya, toh, depanku, pura-pura membacanya. ”Check! Menurut catatan ini, seks, mempekerjakan gadis-gadis pekerja seksual, tapi dia tetap di seluruh dunia, hei, kita bahkan punya kepala negara yang di­ kalian juga tahu negara mana yang saya maksud.” Aku melirik tuduh secara serius oleh media massa telah menggelar pesta memenangi pemilu. Saya tidak perlu menyebut negaranya, toh, depanku, pura-pura membacanya. ”Check! Menurut catatan ini, selintas kursi tempat peserta dari kawasan Eropa duduk, mereka seks, mempekerjakan gadis-gadis pekerja seksual, tapi dia tetap di seluruh dunia, hei, kita bahkan punya kepala negara yang di­ kalian juga tahu negara mana yang saya maksud.” Aku melirik tuduh secara serius oleh media massa telah menggelar pesta memenangi pemilu. Saya tidak perlu menyebut negaranya, toh, depanku, pura-pura membacanya. ”Check! Menurut catatan ini, selintas kursi tempat peserta dari kawasan Eropa duduk, mereka seks, mempekerjakan gadis-gadis pekerja seksual, tapi dia tetap di seluruh dunia, hei, kita bahkan punya kepala negara yang di­ kalian juga tahu negara mana yang saya maksud.” Aku melirik memenangi pemilu. Saya tidak perlu menyebut negaranya, toh, tuduh secara serius oleh media massa telah menggelar pesta selintas kursi tempat peserta dari kawasan Eropa duduk, mereka seks, mempekerjakan gadis-gadis pekerja seksual, tapi dia tetap kalian juga tahu negara mana yang saya maksud.” Aku melirik di seluruh dunia, hei, kita bahkan punya kepala negara yang di­ memenangi pemilu. Saya tidak perlu menyebut negaranya, toh, tuduh secara serius oleh media massa telah menggelar pesta selintas kursi tempat peserta dari kawasan Eropa duduk, mereka seks, mempekerjakan gadis-gadis pekerja seksual, tapi dia tetap kalian juga tahu negara mana yang saya maksud.” Aku melirik di seluruh dunia, hei, kita bahkan punya kepala negara yang di­ memenangi pemilu. Saya tidak perlu menyebut negaranya, toh, tuduh secara serius oleh media massa telah menggelar pesta selintas kursi tempat peserta dari kawasan Eropa duduk, mereka seks, mempekerjakan gadis-gadis pekerja seksual, tapi dia tetap kalian juga tahu negara mana yang saya maksud.” Aku melirik di seluruh dunia, hei, kita bahkan punya kepala negara yang di­ berbisik satu sama lain. memenangi pemilu. Saya tidak perlu menyebut negaranya, toh, tuduh secara serius oleh media massa telah menggelar pesta selintas kursi tempat peserta dari kawasan Eropa duduk, mereka seks, mempekerjakan gadis-gadis pekerja seksual, tapi dia tetap kalian juga tahu negara mana yang saya maksud.” Aku melirik di seluruh dunia, hei, kita bahkan punya kepala negara yang di­ berbisik satu sama lain. memenangi pemilu. Saya tidak perlu menyebut negaranya, toh, tuduh secara serius oleh media massa telah menggelar pesta selintas kursi tempat peserta dari kawasan Eropa duduk, mereka kalian juga tahu negara mana yang saya maksud.” Aku melirik seks, mempekerjakan gadis-gadis pekerja seksual, tapi dia tetap berbisik satu sama lain. memenangi pemilu. Saya tidak perlu menyebut negaranya, toh, selintas kursi tempat peserta dari kawasan Eropa duduk, mereka tuduh secara serius oleh media massa telah menggelar pesta kalian juga tahu negara mana yang saya maksud.” Aku melirik seks, mempekerjakan gadis-gadis pekerja seksual, tapi dia tetap berbisik satu sama lain. memenangi pemilu. Saya tidak perlu menyebut negaranya, toh, selintas kursi tempat peserta dari kawasan Eropa duduk, mereka tuduh secara serius oleh media massa telah menggelar pesta kalian juga tahu negara mana yang saya maksud.” Aku melirik seks, mempekerjakan gadis-gadis pekerja seksual, tapi dia tetap berbisik satu sama lain. memenangi pemilu. Saya tidak perlu menyebut negaranya, toh, selintas kursi tempat peserta dari kawasan Eropa duduk, mereka tuduh secara serius oleh media massa telah menggelar pesta ”Check! Kita juga punya kepala pemerintahan yang hidup se­ kalian juga tahu negara mana yang saya maksud.” Aku melirik seks, mempekerjakan gadis-gadis pekerja seksual, tapi dia tetap berbisik satu sama lain. memenangi pemilu. Saya tidak perlu menyebut negaranya, toh, selintas kursi tempat peserta dari kawasan Eropamenggelar duduk, mereka tuduh secara serius oleh media massa telah pesta ”Check! Kita juga punya kepala pemerintahan yang hidup se­ kalian juga tahu negara mana yang saya maksud.” Aku melirik seks, mempekerjakan gadis-gadis pekerja seksual, tapi dia tetap berbisik satu sama lain. selintas kursi tempat peserta dari kawasan Eropa duduk, mereka memenangi pemilu. Saya tidak perlu menyebut negaranya, toh, ”Check! Kita juga punya kepala pemerintahan yang hidup se­ kalian juga tahu negara mana yang saya maksud.” Aku melirik berbisik satu sama lain. seks, mempekerjakan gadis-gadis pekerja seksual, tapi dia tetap selintas kursi tempat peserta dari kawasan Eropa duduk, mereka memenangi pemilu. Saya tidak perlu menyebut negaranya, toh, ”Check! Kita juga punya kepala pemerintahan yang hidup se­ kalian juga tahu negara mana yang saya maksud.” Aku melirik berbisik satu sama lain. seks, mempekerjakan gadis-gadis pekerja seksual, tapi dia tetap selintas kursi tempat peserta dari kawasan Eropa duduk, mereka memenangi pemilu. Saya tidak perlu menyebut negaranya, toh, ”Check! Kita juga punya kepala pemerintahan yang hidup se­ kalian juga tahu negara mana yang saya maksud.” Aku melirik berbisik satu sama lain. seks, mempekerjakan gadis-gadis pekerja seksual, tapi dia tetap di luar ikatan pernikahan, bangga me­ rumah dengan wanita selintas kursi tempat peserta dari kawasan Eropa duduk, mereka memenangi pemilu. Saya tidak perlu menyebut negaranya, toh, ”Check! Kita juga punya kepala pemerintahan yang hidup se­ kalian juga tahu negara mana yang saya maksud.” Aku melirik berbisik satu sama lain. seks, mempekerjakan gadis-gadis pekerja seksual, tapi dia tetap di luar ikatan pernikahan, bangga me­ rumah dengan wanita selintas kursi tempat peserta dari kawasan Eropa duduk, mereka memenangi pemilu. Saya tidak perlu menyebut negaranya, toh, ”Check! Kita juga punya kepala pemerintahan yang hidup se­ berbisik satu sama lain. kalian juga tahu negara mana yang saya maksud.” Aku melirik di luar ikatan pernikahan, bangga me­ rumah dengan wanita selintas kursi tempat peserta dari kawasan Eropa duduk, mereka ”Check! Kita juga punya kepala pemerintahan yang hidup se­ memenangi pemilu. Saya tidak perlu menyebut negaranya, toh, berbisik satu sama lain. kalian juga tahu negara mana yang saya maksud.” Aku melirik di luar ikatan pernikahan, bangga me­ rumah dengan wanita selintas kursi tempat peserta dari kawasan Eropa duduk, mereka ”Check! Kita juga punya kepala pemerintahan yang hidup se­ memenangi pemilu. Saya tidak perlu menyebut negaranya, toh, berbisik satu sama lain. kalian juga tahu negara mana yang saya maksud.” Aku melirik di luar ikatan pernikahan, bangga me­ rumah dengan wanita selintas kursi tempat peserta dari kawasan Eropa duduk, mereka ”Check! Kita juga punya kepala pemerintahan yang hidup se­ memenangi pemilu. Saya tidak perlu menyebut negaranya, toh, nunjukkannya ke rakyatnya, mempertontonkan sesuatu yang berbisik satu sama lain. kalian juga tahu negara mana yang saya maksud.” Aku melirik di luar ikatan pernikahan, bangga me­ rumah dengan wanita selintas kursi tempat peserta dari kawasan Eropa duduk, mereka ”Check! Kita juga punya kepala pemerintahan yang hidup se­ memenangi pemilu. Saya tidak perlu menyebut negaranya, toh, nunjukkannya ke rakyatnya, mempertontonkan sesuatu yang berbisik satu sama lain. kalian juga tahu negara mana yang saya maksud.” Aku melirik di luar ikatan pernikahan, bangga me­ rumah dengan wanita ”Check! Kita juga punya kepala pemerintahan yang hidup se­ selintas kursi tempat peserta dari kawasan Eropa duduk, mereka nunjukkannya ke rakyatnya, mempertontonkan sesuatu yang berbisik satu sama lain. di luar ikatan pernikahan, bangga me­ rumah dengan wanita kalian juga tahu negara mana yang saya maksud.” Aku melirik ”Check! Kita juga punya kepala pemerintahan yang hidup se­ selintas kursi tempat peserta dari kawasan Eropa duduk, mereka nunjukkannya ke rakyatnya, mempertontonkan sesuatu yang berbisik satu sama lain. di luar ikatan pernikahan, bangga me­ rumah dengan wanita kalian juga tahu negara mana yang saya maksud.” Aku melirik ”Check! Kita juga punya kepala pemerintahan yang hidup se­ selintas kursi tempat peserta dari kawasan Eropa duduk, mereka nunjukkannya ke rakyatnya, mempertontonkan sesuatu yang berbisik satu sama lain. di luar ikatan pernikahan, bangga me­ rumah dengan wanita kalian juga tahu negara mana yang saya maksud.” Aku melirik boleh jadi merupakan skandal besar di negara lain, tapi atas ”Check! Kita juga punya kepala pemerintahan yang hidup se­ selintas kursi tempat peserta dari kawasan Eropa duduk, mereka nunjukkannya ke rakyatnya, mempertontonkan sesuatu yang berbisik satu sama lain. di luar ikatan pernikahan, bangga me­ rumah dengan wanita kalian juga tahu negara mana yang saya maksud.” Aku melirik boleh jadi merupakan skandal besar di negara lain, tapi atas ”Check! Kita juga punya kepala pemerintahan yang hidup se­ selintas kursi tempat peserta dari kawasan Eropa duduk, mereka nunjukkannya ke rakyatnya, mempertontonkan sesuatu yang di luar ikatan pernikahan, bangga me­ rumah dengan wanita berbisik satu sama lain. boleh jadi merupakan skandal besar di negara lain, tapi atas ”Check! Kita juga punya kepala pemerintahan yang hidup se­ nunjukkannya ke rakyatnya, mempertontonkan sesuatu yang selintas kursi tempat peserta dari kawasan Eropa duduk, mereka di luar ikatan pernikahan, bangga me­ rumah dengan wanita berbisik satu sama lain. boleh jadi merupakan skandal besar di negara lain, tapi atas ”Check! Kita juga punya kepala pemerintahan yang hidup se­ nunjukkannya ke rakyatnya, mempertontonkan sesuatu yang selintas kursi tempat peserta dari kawasan Eropa duduk, mereka di luar ikatan pernikahan, bangga me­ rumah dengan wanita berbisik satu sama lain. boleh jadi merupakan skandal besar di negara lain, tapi atas ”Check! Kita juga punya kepala pemerintahan yang hidup se­ nunjukkannya ke rakyatnya, mempertontonkan sesuatu yang selintas kursi tempat peserta dari kawasan Eropa duduk, mereka nama demokrasi, dia justru memenangi pemilu di negaranya, di luar ikatan pernikahan, bangga me­ rumah dengan wanita berbisik satu sama lain. boleh jadi merupakan skandal besar di negara lain, tapi atas ”Check! Kita juga punya kepala pemerintahan yang hidup se­ nunjukkannya ke rakyatnya, mempertontonkan sesuatu yang selintas kursi tempat peserta dari kawasan Eropa duduk, mereka nama demokrasi, dia justru memenangi pemilu di negaranya, di luar ikatan pernikahan, bangga me­ rumah dengan wanita berbisik satu sama lain. boleh jadi merupakan skandal besar di negara lain, tapi atas nunjukkannya ke rakyatnya, mempertontonkan sesuatu yang ”Check! Kita juga punya kepala pemerintahan yang hidup se­ nama demokrasi, dia justru memenangi pemilu di negaranya, di luar ikatan pernikahan, bangga me­ rumah dengan wanita boleh jadi merupakan skandal besar di negara lain, tapi atas berbisik satu sama lain. nunjukkannya ke rakyatnya, mempertontonkan sesuatu yang ”Check! Kita juga punya kepala pemerintahan yang hidup se­ nama demokrasi, dia justru memenangi pemilu di negaranya, di luar ikatan pernikahan, bangga me­ rumah dengan wanita boleh jadi merupakan skandal besar di negara lain, tapi atas berbisik satu sama lain. nunjukkannya ke rakyatnya, mempertontonkan sesuatu yang ”Check! Kita juga punya kepala pemerintahan yang hidup se­ nama demokrasi, dia justru memenangi pemilu di negaranya, di luar ikatan pernikahan, bangga me­ rumah dengan wanita boleh jadi merupakan skandal besar di negara lain, tapi atas berbisik satu sama lain. dan wanita pasangan di luar nikahnya menjadi ibu negara, wa­ nunjukkannya ke rakyatnya, mempertontonkan sesuatu yang ”Check! Kita juga punya kepala pemerintahan yang hidup se­ nama demokrasi, dia justru memenangi pemilu di negaranya, di luar ikatan pernikahan, bangga me­ rumah dengan wanita boleh jadi merupakan skandal besar di negara lain, tapi atas berbisik satu sama lain. dan wanita pasangan di luar nikahnya menjadi ibu negara, wa­ nunjukkannya ke rakyatnya, mempertontonkan sesuatu yang ”Check! Kita juga punya kepala pemerintahan yang hidup se­ nama demokrasi, dia justru memenangi pemilu di negaranya, boleh jadi merupakan skandal besar di negara lain, tapi atas di luar ikatan pernikahan, bangga me­ rumah dengan wanita dan wanita pasangan di luar nikahnya menjadi ibu negara, wa­ nunjukkannya ke rakyatnya, mempertontonkan sesuatu yang nama demokrasi, dia justru memenangi pemilu di negaranya, ”Check! Kita juga punya kepala pemerintahan yang hidup se­ boleh jadi merupakan skandal besar di negara lain, tapi atas di luar ikatan pernikahan, bangga me­ rumah dengan wanita dan wanita pasangan di luar nikahnya menjadi ibu negara, wa­ nunjukkannya ke rakyatnya, mempertontonkan sesuatu yang nama demokrasi, dia justru memenangi pemilu di negaranya, ”Check! Kita juga punya kepala pemerintahan yang hidup se­ boleh jadi merupakan skandal besar di negara lain, tapi atas di luar ikatan pernikahan, bangga me­ rumah dengan wanita dan wanita pasangan di luar nikahnya menjadi ibu negara, wa­ nunjukkannya ke rakyatnya, mempertontonkan sesuatu yang nama demokrasi, dia justru memenangi pemilu di negaranya, ”Check! Kita juga punya kepala pemerintahan yang hidup se­ nita paling terhormat di negeri tersebut. Lagi-lagi tidak perlu boleh jadi merupakan skandal besar di negara lain, tapi atas di luar ikatan pernikahan, bangga me­ rumah dengan wanita dan wanita pasangan di luar nikahnya menjadi ibu negara, wa­ nunjukkannya ke rakyatnya, mempertontonkan sesuatu yang nama demokrasi, dia justru memenangi pemilu di negaranya, ”Check! Kita juga punya kepala pemerintahan yang hidup se­ nita paling terhormat di negeri tersebut. Lagi-lagi tidak perlu boleh jadi merupakan skandal besar di negara lain, tapi atas di luar ikatan pernikahan, bangga me­ rumah dengan wanita dan wanita pasangan di luar nikahnya menjadi ibu negara, wa­ nama demokrasi, dia justru memenangi pemilu di negaranya, nunjukkannya ke rakyatnya, mempertontonkan sesuatu yang nita paling terhormat di negeri tersebut. Lagi-lagi tidak perlu boleh jadi merupakan skandal besar di negara lain, tapi atas dan wanita pasangan di luar nikahnya menjadi ibu negara, wa­ di luar ikatan pernikahan, bangga me­ rumah dengan wanita nama demokrasi, dia justru memenangi pemilu di negaranya, nunjukkannya ke rakyatnya, mempertontonkan sesuatu yang nita paling terhormat di negeri tersebut. Lagi-lagi tidak perlu boleh jadi merupakan skandal besar di negara lain, tapi atas dan wanita pasangan di luar nikahnya menjadi ibu negara, wa­ di luar ikatan pernikahan, bangga me­ rumah dengan wanita nama demokrasi, dia justru memenangi pemilu di negaranya, nunjukkannya ke rakyatnya, mempertontonkan sesuatu yang nita paling terhormat di negeri tersebut. Lagi-lagi tidak perlu boleh jadi merupakan skandal besar di negara lain, tapi atas dan wanita pasangan di luar nikahnya menjadi ibu negara, wa­ di luar ikatan pernikahan, bangga me­ rumah dengan wanita kusebutkan negaranya. nama demokrasi, dia justru memenangi pemilu di negaranya, nunjukkannya ke rakyatnya, mempertontonkan sesuatu yang nita paling terhormat di negeri tersebut. Lagi-lagi tidak perlu boleh jadi merupakan skandal besar di negara lain, tapi atas dan wanita pasangan di luar nikahnya menjadi ibu negara, wa­ di luar ikatan pernikahan, bangga me­ rumah dengan wanita kusebutkan negaranya. nama demokrasi, dia justru memenangi pemilu di negaranya, nunjukkannya ke rakyatnya, mempertontonkan sesuatu yang nita paling terhormat di negeri tersebut. Lagi-lagi tidak dan wanita pasangan di luar nikahnya ibu negara, wa­ boleh jadi skandal besar di negara lain, tapi atas kusebutkan negaranya. nama demokrasi, dia justru memenangi pemilu di negaranya, nita paling terhormat di negeri tersebut. Lagi-lagi tidak perlu nunjukkannya ke rakyatnya, mempertontonkan sesuatu yang dan wanita pasangan di luar nikahnya menjadi ibu negara, wa­ boleh jadi merupakan merupakan skandal besar dimenjadi negara lain, tapiperlu atas kusebutkan negaranya. nama demokrasi, dia justru memenangi pemilu di negaranya, nita paling terhormat di negeri tersebut. Lagi-lagi tidak perlu nunjukkannya ke rakyatnya, mempertontonkan sesuatu yang dan wanita pasangan di luar nikahnya menjadi ibu negara, wa­ boleh jadi merupakan besar di negara lain, tapi atas kusebutkan negaranya. nama demokrasi, dia justru memenangi pemilu di negaranya, nita paling terhormat diskandal negeri tersebut. Lagi-lagi tidak perlu nunjukkannya ke rakyatnya, mempertontonkan sesuatu ”Check! Kita juga punya pemimpin di sebuah negara, yang dan wanita pasangan di luar nikahnya menjadi ibu negara, wa­ boleh jadi merupakan skandal besar di negara lain, tapi atas kusebutkan negaranya. nama demokrasi, dia justru memenangi pemilu di negaranya, nita paling terhormat di negeri tersebut. Lagi-lagi tidak perlu nunjukkannya ke rakyatnya, mempertontonkan sesuatu ”Check! Kita juga punya pemimpin di sebuah negara, yang dan wanita pasangan di luar nikahnya menjadi ibu negara, wa­ boleh jadi merupakan skandal besar di negara lain, tapi atas kusebutkan negaranya. nita paling terhormat di negeri tersebut. Lagi-lagi tidak perlu nama demokrasi, dia justru memenangi pemilu di negaranya, ”Check! Kita juga punya pemimpin di sebuah negara, yang dan wanita pasangan di luar nikahnya menjadi ibu negara, wa­ kusebutkan negaranya. boleh jadi merupakan skandal besar di negara lain, tapi atas nita paling terhormat di negeri tersebut. Lagi-lagi tidak perlu nama demokrasi, dia justru memenangi pemilu di negaranya, ”Check! Kita juga punya pemimpin di sebuah negara, yang dan wanita pasangan di luar nikahnya menjadi ibu negara, wa­ kusebutkan negaranya. boleh jadi merupakan skandal besar di negara lain, tapi atas nita paling terhormat diskandal negeri tersebut. Lagi-lagi tidak nama demokrasi, diapunya memenangi pemilu dinegara, negaranya, ”Check! juga pemimpin dinegara sebuah yang dan wanita pasangan dijustru luar nikahnya ibu negara, wa­ kusebutkan negaranya. boleh jadi Kita merupakan besar dimenjadi lain, tapiperlu atas



tetap memenangi pemilihan umum di negaranya masing-ma­ ing. jelas-jelas mendukung kaum homo, lesbian, bahkan mengangkat skandal keluarga kecil. Mereka boleh kan?dibakar Anda hanya punya jadi hidup-hidup di umum tungku perapian kalau hidup pada Mereka punya catatan lebih buruk dibanding Anda, bu­ Ajaib. menteri-menterinya dari kaum homo tersebut, dan hei, mereka skandal keluarga kecil. Mereka boleh kan? Anda hanya punya jelas-jelas mendukung kaum homo, lesbian, bahkan mengangkat tetap memenangi pemilihan di negaranya masing-ma­ sssbu­ ing. menteri-menterinya dari kaum homo tersebut, dan hei, mereka skandal keluarga kecil. Mereka boleh kan? Anda hanya punya tetap memenangi pemilihan umum di negaranya masing-ma­ ing. jelas-jelas mendukung kaum homo, lesbian, bahkan mengangkat Mereka punya catatan lebih buruk dibanding Anda, Ajaib. catatan lebih buruk dibanding Anda, bu­ menteri-menterinya dari kaum homo tersebut, dan hei, mereka zaman dan masyarakat berbeda. Tetapi mereka tetap bisa men­ tetap memenangi pemilihan umum di negaranya masing-ma­ ssmen ing. jelas-jelas mendukung kaum homo, lesbian, bahkan mengangkat skandal keluarga kecil. Mereka boleh kan? Anda hanya punya jadi dibakar hidup-hidup di tungku perapian kalau hidup pada Mereka punya catatan lebih buruk dibanding Anda, bu­ Ajaib. menteri-menterinya dari kaum homo tersebut, dan hei, mereka zaman dan masyarakat berbeda. Tetapi mereka tetap bisa men­ skandal keluarga kecil. Mereka boleh kan? Anda hanya punya tetap memenangi pemilihan umum di negaranya masing-ma­ ing. Anda homo, dan Anda jago sekali Maka, kalau Mereka punya catatan lebih buruk dibanding Anda, bu­ Ajaib. menteri-menterinya dari kaum homo tersebut, dan hei, mereka jadi dibakar hidup-hidup di tungku perapian kalau hidup pada zaman dan masyarakat berbeda. Tetapi mereka tetap bisa men­ skandal keluarga kecil. Mereka boleh kan? Anda hanya punya tetap memenangi pemilihan umum di negaranya masing-ma­ s ing. jadi dibakar hidup-hidup di tungku perapian kalau hidup pada menteri-menterinya dari kaum homo tersebut, dan hei, mereka Mereka punya catatan lebih buruk dibanding Anda, bu­ Ajaib. tetap memenangi pemilihan umum di negaranya masing-ma­ ssing. jadi dibakar hidup-hidup di tungku perapian kalau hidup pada Mereka punya catatan lebih buruk dibanding Anda, bu­ Ajaib. menteri-menterinya dari kaum homo tersebut, dan hei, mereka skandal keluarga kecil. Mereka boleh kan? Anda hanya punya skandal keluarga kecil. Mereka boleh tetap memenangi pemilihan umum di negaranya masing-ma­ ing. jual bisnis omong kosongnya! Menjadi presiden, perdana men­ Mereka punya catatan lebih buruk dibanding Anda, bu­ Ajaib. menteri-menterinya dari kaum homo tersebut, dan hei, mereka jadi dibakar hidup-hidup di tungku perapian kalau hidup pada zaman dan masyarakat berbeda. Tetapi mereka tetap bisa skandal keluarga kecil. Mereka boleh kan? Anda hanya punya tetap memenangi pemilihan umum di negaranya masing-ma­ s ing. jual bisnis omong kosongnya! Menjadi presiden, perdana men­ jadi dibakar hidup-hidup di tungku perapian kalau hidup pada Mereka punya catatan lebih buruk dibanding Anda, bu­ Ajaib. skandal keluarga kecil. Mereka boleh kan? Anda hanya punya tetap memenangi pemilihan umum di negaranya masing-ma­ s ing. zaman dan masyarakat berbeda. Tetapi mereka tetap bisa jual bisnis omong kosongnya! Menjadi presiden, perdana men­ jadi dibakar hidup-hidup di tungku perapian kalau hidup pada Mereka punya catatan lebih buruk dibanding Anda, bu­ Ajaib. ong kosong Anda, di kertas yang saya pegang ini, boleh zaman dan masyarakat berbeda. Tetapi mereka tetap bisa men­ tetap memenangi pemilihan umum di negaranya masing-ma­ s ing. skandal keluarga kecil. Mereka boleh kan? Anda hanya punya Mereka punya catatan lebih buruk dibanding Anda, bu­ Ajaib. jadi dibakar hidup-hidup di tungku perapian kalau hidup pada zaman dan masyarakat berbeda. Tetapi mereka tetap bisa men­ skandal keluarga kecil. Mereka boleh kan? Anda hanya punya tetap memenangi pemilihan umum di negaranya masing-ma­ s ing. di tungku perapian kalau hidup pada Mereka punya catatan lebih buruk dibanding Anda, bu­ Ajaib. Anda homo, dan Anda jago sekali menjual teri. Maka, kalau skandal keluarga kecil. Mereka boleh kan? Anda hanya punya tetap memenangi pemilihan umum di negaranya masing-ma­ s ing. zaman dan masyarakat berbeda. Tetapi mereka tetap bisa jual bisnis omong kosongnya! Menjadi presiden, perdana men­ jadi dibakar hidup-hidup di tungku perapian kalau hidup pada Mereka punya catatan lebih buruk dibanding Anda, bu­ Ajaib. Anda homo, dan Anda jago sekali menjual teri. Maka, kalau zaman dan masyarakat berbeda. Tetapi mereka tetap bisa skandal keluarga kecil. Mereka boleh kan? Anda hanya punya jadi dibakar hidup-hidup di tungku perapian kalau hidup pada Mereka punya catatan lebih buruk dibanding Anda, bu­ Ajaib. jual bisnis omong kosongnya! Menjadi presiden, perdana men­ Anda homo, dan Anda jago sekali menjual teri. Maka, kalau zaman dan masyarakat berbeda. Tetapi mereka tetap bisa skandal keluarga kecil. Mereka boleh kan? Anda hanya punya jual bisnis omong kosongnya! Menjadi presiden, perdana men­ Mereka punya catatan lebih buruk dibanding Anda, bu­ Ajaib. jadi dibakar hidup-hidup di tungku perapian kalau hidup pada okomong lusa kita akan punya catatan seorang presiden homo skandal keluarga kecil. Mereka boleh kan? Anda hanya punya zaman dan masyarakat berbeda. Tetapi mereka tetap bisa men­ jual bisnis omong kosongnya! Menjadi presiden, perdana men­ jadi dibakar hidup-hidup di tungku perapian kalau hidup pada Mereka punya catatan lebih buruk dibanding Anda, bu­ Ajaib. berbeda. Tetapi mereka tetap bisa skandal keluarga kecil. Mereka boleh kan? Anda hanya punya kosong Anda, di kertas yang saya pegang ini, boleh jadi jadi dibakar hidup-hidup di tungku perapian kalau hidup pada Mereka punya catatan lebih buruk dibanding Anda, bu­ Ajaib. jual bisnis omong kosongnya! Menjadi presiden, perdana men­ Anda homo, dan Anda jago sekali menjual teri. Maka, kalau zaman dan masyarakat berbeda. Tetapi mereka tetap bisa skandal keluarga kecil. Mereka boleh kan? Anda hanya punya omong kosong Anda, di kertas yang saya pegang ini, boleh jadi jual bisnis omong kosongnya! Menjadi presiden, perdana men­ jadi dibakar hidup-hidup di tungku perapian kalau hidup pada zaman dan masyarakat berbeda. Tetapi mereka tetap bisa skandal keluarga kecil. Mereka boleh kan? Anda hanya punya Anda homo, dan Anda jago sekali menjual teri. Maka, kalau omong kosong Anda, di kertas yang saya pegang ini, boleh jadi jual bisnis omong kosongnya! Menjadi presiden, perdana men­ jadi dibakar hidup-hidup di tungku perapian kalau hidup pada Anda homo, dan Anda jago sekali menjual teri. Maka, kalau skandal keluarga kecil. Mereka boleh kan? Anda hanya punya zaman dan masyarakat berbeda. Tetapi mereka tetap bisa jadi dibakar hidup-hidup di tungku perapian kalau hidup pada jual bisnis omong kosongnya! Menjadi presiden, perdana men­ Anda homo, dan Anda jago sekali menjual teri. Maka, kalau zaman dan masyarakat berbeda. Tetapi mereka tetap bisa skandal keluarga kecil. Mereka boleh kan? Anda hanya punya zaman demokrasi modern di sebuah abesok di dunia dalam kosongnya! Menjadi presiden, perdana men­ jadi dibakar hidup-hidup di tungku perapian kalau hidup pada lusa kita akan punya catatan seorang presiden homo per­ zaman dan masyarakat berbeda. Tetapi mereka tetap bisa skandal keluarga kecil. Mereka boleh kan? Anda hanya punya Anda homo, dan Anda jago sekali menjual teri. Maka, kalau omong kosong Anda, di kertas yang saya pegang ini, boleh jadi jual bisnis omong kosongnya! Menjadi presiden, perdana men­ jadi dibakar hidup-hidup di tungku perapian kalau hidup pada besok lusa kita akan punya catatan seorang presiden homo per­ Anda homo, dan Anda jago sekali menjual teri. Maka, kalau zaman dan masyarakat berbeda. Tetapi mereka tetap bisa jual bisnis omong kosongnya! Menjadi presiden, perdana men­ jadi dibakar hidup-hidup di tungku perapian kalau pada omong kosong Anda, di kertas yang saya pegang ini, boleh jadi besok lusa kita akan punya catatan seorang presiden homo per­ Anda homo, dan Anda jago sekali menjual teri. Maka, kalau zaman dan masyarakat Tetapi mereka tetap bisa omong kosong Anda, diberbeda. kertas yang saya pegang ini,hidup boleh jadi jadi dibakar hidup-hidup di tungku perapian kalau hidup pada jual bisnis omong kosongnya! Menjadi presiden, perdana men­ zaman dan masyarakat berbeda. Tetapi mereka tetap bisa teri. Maka, kalau Anda homo, dan Anda jago sekali menjual omong kosong Anda, di kertas yang saya pegang ini, boleh jadi jual bisnis omong kosongnya! Menjadi presiden, perdana men­ jadi dibakar hidup-hidup di tungku perapian kalau hidup pada Anda homo, dan Anda jago sekali menjual teri. Maka, kalau zaman dan masyarakat berbeda. Tetapi mereka tetap bisa zaman demokrasi modern di sebuah ne­ di dunia dalam jual bisnis omong kosongnya! Menjadi presiden, perdana men­ jadi dibakar hidup-hidup di tungku perapian kalau hidup pada omong kosong Anda, di kertas yang saya pegang ini, boleh jadi ,tama yaitu negara Anda. Jadi kenapa tidak? Hadirin... C besok lusa kita akan punya catatan seorang presiden homo per­ Anda homo, dan Anda jago sekali menjual teri. Maka, kalau zaman dan masyarakat berbeda. Tetapi mereka tetap bisa zaman demokrasi modern di sebuah ne­ tama di dunia dalam omong kosong Anda, di kertas yang saya pegang ini, boleh jadi jual bisnis omong kosongnya! Menjadi presiden, perdana men­ Anda homo, dan Anda jago sekali menjual teri. Maka, kalau zaman dan masyarakat berbeda. Tetapi mereka tetap bisa besok lusa kita akan punya catatan seorang presiden homo per­ zaman demokrasi modern di sebuah ne­ tama di dunia dalam omong kosong Anda, di kertas yang saya pegang ini, boleh jadi jual bisnis omong kosongnya! Menjadi presiden, perdana men­ besok lusa kita akan punya catatan seorang presiden homo per­ zaman dan masyarakat berbeda. Tetapi mereka tetap bisa Anda homo, dan Anda jago sekali menjual teri. Maka, kalau jual bisnis omong kosongnya! Menjadi presiden, perdana men­ omong kosong Anda, di kertas yang saya pegang ini, boleh jadi besok lusa kita akan punya catatan seorang presiden homo per­ Anda homo, dan Anda jago sekali menjual teri. Maka, kalau zaman dan masyarakat berbeda. Tetapi mereka tetap bisa omong kosong Anda, di kertas yang saya pegang ini, boleh jadi jual bisnis omong kosongnya! Menjadi presiden, perdana men­ gara, yaitu negara Anda. Jadi kenapa tidak? Catat Anda homo, dan Anda jago sekali menjual teri. Maka, kalau zaman dan masyarakat berbeda. Tetapi mereka tetap bisa besok lusa kita akan punya catatan seorang presiden homo per­ zaman demokrasi modern di sebuah ne­ tama di dunia dalam omong kosong Anda, di kertas yang saya pegang ini, boleh jadi jual bisnis omong kosongnya! Menjadi presiden, perdana men­ mat saya, kenapa tidak?” gara, yaitu negara Anda. Jadi kenapa tidak? Hadirin... Catat besok lusa kita akan punya catatan seorang presiden homo per­ Anda homo, dan Anda jagoHadirin... sekali menjual teri. Maka, kalau omong kosong Anda, di kertas yang saya pegang ini, boleh jadi jual bisnis omong kosongnya! Menjadi presiden, perdana men­ zaman demokrasi modern di sebuah ne­ tama di dunia dalam gara, yaitu negara Anda. Jadi kenapa tidak? Hadirin... Catat besok lusa kita akan punya catatan seorang presiden homo per­ Anda homo, dan Anda jago sekali menjual teri. Maka, kalau zaman demokrasi modern di sebuah ne­ tama di dunia dalam jual bisnis omong kosongnya! Menjadi presiden, perdana men­ omong kosong Anda, di kertas yang saya pegang ini,homo boleh jadi Anda homo, dan Anda jago sekali menjual teri. Maka, kalau besok lusa kita akan punya catatan seorang presiden per­ zaman demokrasi modern di sebuah ne­ tama di dunia dalam omong kosong Anda, di kertas yang saya pegang ini, boleh jadi jual bisnis omong kosongnya! Menjadi presiden, perdana men­ besok lusa kita akan punya catatan seorang presiden homo per­ Anda homo, dan Anda jago sekali menjual teri. Maka, kalau omong kosong Anda, di kertas yang saya pegang ini, boleh jadi kalimat saya, kenapa tidak?” jual bisnis omong kosongnya! Menjadi presiden, perdana men­ zaman demokrasi modern di sebuah ne­ tama di dunia dalam gara, yaitu negara Anda. Jadi kenapa tidak? Hadirin... Catat besok lusa kita akan punya catatan seorang presiden homo per­ Anda homo, dan Anda jago sekali menjual teri. Maka, kalau kalimat saya, kenapa tidak?” zaman demokrasi modern di sebuah ne­ tama di dunia dalam omong kosong Anda, di kertas yang saya pegang ini, boleh jadi besok lusa kita akan punya catatan seorang presiden homo per­ Anda homo, dan Anda jago sekali menjual teri. Maka, kalau gara, yaitu negara Anda. Jadi kenapa tidak? Hadirin... Catat uangan besar itu lengang, beberapa terdiam—juga gera kalimat saya, kenapa tidak?” zaman demokrasi modern di sebuah ne­ tama di dunia dalam omong kosong Anda, di kertas yang saya pegang ini, boleh jadi gara, yaitu negara Anda. Jadi kenapa tidak? Hadirin... Catat Anda homo, dan Anda jago sekali menjual teri. Maka, kalau besok lusa kita akan punya catatan seorang presiden homo per­ omong kosong Anda, di kertas yang saya pegang ini, boleh jadi zaman demokrasi modern di sebuah ne­ tama di dunia dalam gara, yaitu negara Anda. Jadi kenapa tidak? Hadirin... Catat besok lusa kita akan punya catatan seorang presiden homo per­ Anda homo, dan Anda jago sekali menjual teri. Maka, kalau zaman demokrasi modern di sebuah ne­ tama di dunia dalam omong kosong Anda, di kertas yang saya pegang ini, boleh jadi besok lusa kita akan punya catatan seorang presiden homo per­ Anda homo, dan Anda jago sekali menjual teri. Maka, kalau gara, yaitu negara Anda. Jadi kenapa tidak? Hadirin... Catat Ruangan besar itu lengang, beberapa terdiam—juga gerakan kalimat saya, kenapa tidak?” zaman demokrasi modern di sebuah ne­ tama di dunia dalam omong kosong Anda, di kertas yang saya pegang ini, boleh jadi Ruangan besar itu lengang, beberapa terdiam—juga gerakan gara, yaitu negara Anda. Jadi kenapa tidak? Hadirin... Catat besok lusa kita akan punya catatan seorang presiden homo per­ zaman demokrasi modern di sebuah ne­ tama di dunia dalam omong kosong Anda, di kertas yang saya pegang ini, boleh jadi kalimat saya, kenapa tidak?” Ruangan besar itu lengang, beberapa terdiam—juga gerakan gara, yaitu negara Anda. Jadi kenapa tidak? Hadirin... Catat besok lusa kita akan punya catatan seorang presiden homo per­ poin. kalimat saya, kenapa tidak?” omong kosong Anda, di kertas yang saya pegang ini, boleh jadi zaman demokrasi modern di sebuah ne­ tama di dunia dalam besok lusa kita akan punya catatan seorang presiden homo per­ gara, yaitu negara Anda. Jadi kenapa tidak? Hadirin... Catat kalimat saya, kenapa tidak?” zaman demokrasi modern di sebuah ne­ tama di dunia dalam omong kosong Anda, di kertas yang saya pegang ini, boleh jadi gara, yaitu negara Anda. Jadi kenapa tidak? Hadirin... Catat besok lusa kita akan punya catatan seorang presiden homo per­ zaman demokrasi modern di sebuah ne­ tama di dunia dalam omong kosong Anda, di kertas yang saya pegang ini, boleh jadi kalimat saya, kenapa tidak?” bolpoin. Ruangan besar itu lengang, beberapa terdiam—juga gerakan gara, yaitu negara Anda. Jadi kenapa tidak? Hadirin... Catat besok lusa kita akan punya catatan seorang presiden homo per­ kalimat saya, kenapa tidak?” bolpoin. zaman demokrasi modern di sebuah ne­ tama di dunia dalam gara, yaitu negara Anda. Jadi kenapa tidak? Hadirin... Catat besok lusa kita akan punya catatan seorang presiden homo per­ Ruangan besar itu lengang, beberapa terdiam—juga gerakan bolpoin. kalimat saya, kenapa tidak?” zaman demokrasi modern di sebuah ne­ tama di dunia dalam Ruangan besar itu lengang, beberapa terdiam—juga gerakan besok lusa kita akan punya catatan seorang presiden homo per­ gara, yaitu negara Anda. Jadi kenapa tidak? Hadirin... Catat zaman demokrasi modern di sebuah ne­ tama di dunia dalam kalimat saya, kenapa tidak?” Tapi saya tidak homo, Tuan Thomas. Sungguh.” Penanya Ruangan besar itu lengang, beberapa terdiam—juga gerakan gara, yaitu negara Anda. Jadi kenapa tidak? Hadirin... Catat besok lusa kita akan punya catatan seorang presiden homo per­ kalimat saya, kenapa tidak?” zaman demokrasi modern di sebuah ne­ tama di dunia dalam gara, yaitu negara Anda. Jadi kenapa tidak? Hadirin... Catat besok lusa kita akan punya catatan seorang presiden homo per­ Ruangan besar itu lengang, beberapa terdiam—juga gerakan ”Tapi saya tidak homo, Tuan Thomas. Sungguh.” Penanya sesi bolpoin. kalimat saya, kenapa tidak?” zaman demokrasi modern di sebuah ne­ tama di dunia dalam Ruangan besar itu lengang, beberapa terdiam—juga gerakan gara, yaitu negara Anda. Jadi kenapa tidak? Hadirin... Catat ”Tapi saya tidak homo, Tuan Thomas. Sungguh.” Penanya sesi kalimat saya, kenapa tidak?” zaman demokrasi modern di sebuah ne­ tama di dunia dalam bolpoin. ”Tapi saya tidak homo, Tuan Thomas. Sungguh.” Penanya sesi Ruangan besar itu lengang, beberapa terdiam—juga gerakan gara, yaitu negara Anda. Jadi kenapa tidak? Hadirin... Catat bolpoin. zaman demokrasi modern di sebuah ne­ tama di dunia dalam kalimat saya, kenapa tidak?” gara, yaitu negara Anda. Jadi kenapa tidak? Hadirin... Catat Ruangan besar itu lengang, beberapa terdiam—juga gerakan bolpoin. kalimat saya, kenapa tidak?” zaman demokrasi modern di sebuah ne­ tama di dunia dalam Ruangan besar itu lengang, beberapa terdiam—juga gerakan gara, yaitu negara Anda. Jadi kenapa tidak? Hadirin... Catat ama menjawab pelan, mengusap pelipisnya, memecah kalimat saya, kenapa tidak?” zaman demokrasi modern di sebuah ne­ tama di dunia dalam bolpoin. pertama menjawab pelan, mengusap pelipisnya, memecah he­ ”Tapi saya tidak homo, Tuan Thomas. Sungguh.” Penanya sesi Ruangan besar itu lengang, beberapa terdiam—juga gerakan gara, yaitu negara Anda. Jadi kenapa tidak? Hadirin... Catat bolpoin. kalimat saya, kenapa tidak?” pertama menjawab pelan, mengusap pelipisnya, memecah he­ Ruangan besar itu lengang, beberapa terdiam—juga gerakan gara, yaitu negara Anda. Jadi kenapa tidak? Hadirin... Catat ”Tapi saya tidak homo, Tuan Thomas. Sungguh.” Penanya sesi pertama menjawab pelan, mengusap pelipisnya, memecah he­ bolpoin. kalimat saya, kenapa tidak?” ”Tapi saya tidak homo, Tuan Thomas. Sungguh.” Penanya sesi gara, yaitu negara Anda. Jadi kenapa tidak? Hadirin... Catat Ruangan besar itu lengang, beberapa terdiam—juga gerakan kalimat saya, kenapa tidak?” bolpoin. ”Tapi saya tidak homo, Tuan Thomas. Sungguh.” Penanya sesi Ruangan besar itu lengang, beberapa terdiam—juga gerakan gara, yaitu negara Anda. Jadi kenapa tidak? Hadirin... Catat bolpoin. kalimat saya, kenapa tidak?” Ruangan besar itu lengang, beberapa terdiam—juga gerakan gara, yaitu negara Anda. Jadi kenapa tidak? Hadirin... Catat ”Tapi saya tidak homo, Tuan Thomas. Sungguh.” Penanya sesi ning—wajahnya tidak semerah padam seperti sebelumnya. Se­ —wajahnya tidak semerah padam seperti sebelumnya. pertama menjawab pelan, mengusap pelipisnya, memecah he­ bolpoin. kalimat saya, kenapa tidak?” ”Tapi saya tidak homo, Tuan Thomas. Sungguh.” Penanya sesi Ruangan besar itu lengang, beberapa terdiam—juga gerakan ning—wajahnya tidak semerah padam seperti sebelumnya. Se­ bolpoin. kalimat saya, kenapa tidak?” pertama menjawab pelan, mengusap pelipisnya, memecah he­ ning—wajahnya tidak semerah padam seperti sebelumnya. Se­ ”Tapi saya tidak homo, Tuan Thomas. Sungguh.” Penanya sesi Ruangan besar itu lengang, beberapa terdiam—juga gerakan pertama menjawab pelan, mengusap pelipisnya, memecah he­ kalimat saya, kenapa tidak?” bolpoin. Ruangan besar itu lengang, beberapa terdiam—juga gerakan ”Tapi saya tidak homo, Tuan Thomas. Sungguh.” Penanya sesi pertama menjawab pelan, mengusap pelipisnya, memecah he­ bolpoin. kalimat saya, kenapa tidak?” ”Tapi saya tidak homo, Tuan Thomas. Sungguh.” Penanya sesi Ruangan besar itu lengang, beberapa terdiam—juga gerakan bolpoin. kalimat saya, kenapa tidak?” pertama menjawab pelan, mengusap pelipisnya, memecah he­ perti halnya kebanyakan peserta konferensi, dia salah satu pe­ ning—wajahnya tidak semerah padam seperti sebelumnya. Se­ ”Tapi saya tidak homo, Tuan Thomas. Sungguh.” Penanya sesi Ruangan besar itu lengang, beberapa terdiam—juga gerakan pertama menjawab pelan, mengusap pelipisnya, memecah he­ bolpoin. halnya kebanyakan peserta konferensi, dia salah satu pe­ iperti halnya kebanyakan peserta konferensi, dia salah satu ”Tapi saya tidak homo, Tuan Thomas. Sungguh.” Penanya sesi Ruangan besar itu lengang, beberapa terdiam—juga gerakan ning—wajahnya tidak semerah padam seperti sebelumnya. Se­ perti halnya kebanyakan peserta konferensi, dia salah satu pe­ pertama menjawab pelan, mengusap pelipisnya, memecah he­ bolpoin. ning—wajahnya tidak semerah padam seperti sebelumnya. Se­ Ruangan besar itu lengang, beberapa terdiam—juga gerakan ”Tapi saya tidak homo, Tuan Thomas. Sungguh.” Penanya sesi pertama menjawab pelan, mengusap pelipisnya, memecah he­ bolpoin. ning—wajahnya tidak semerah padam seperti sebelumnya. Se­ ”Tapi saya tidak homo, Tuan Thomas. Sungguh.” Penanya sesi Ruangan besar itu lengang, beberapa terdiam—juga gerakan pertama menjawab pelan, mengusap pelipisnya, memecah he­ bolpoin. ”Tapi saya tidak homo, Tuan Thomas. Sungguh.” Penanya sesi Ruangan besar itu lengang, beberapa terdiam—juga gerakan ning—wajahnya tidak semerah padam seperti sebelumnya. Se­ tinggi partai politik di negaranya, kawasan Eropa Timur. perti halnya kebanyakan peserta konferensi, dia salah satu pe­ pertama menjawab pelan, mengusap pelipisnya, memecah he­ bolpoin. ning—wajahnya tidak semerah padam seperti sebelumnya. Se­ ”Tapi saya tidak homo, Tuan Thomas. Sungguh.” Penanya sesi tinggi partai politik di negaranya, kawasan Eropa Timur. pertama menjawab pelan, mengusap pelipisnya, memecah he­ bolpoin. perti halnya kebanyakan peserta konferensi, dia salah satu pe­ ning—wajahnya tidak semerah padam seperti sebelumnya. Se­ ”Tapi saya tidak homo, Tuan Thomas. Sungguh.” Penanya sesi partai politik di negaranya, kawasan Eropa Timur. gitinggi partai politik di negaranya, kawasan Eropa Timur. perti halnya kebanyakan peserta konferensi, dia salah satu pe­ bolpoin. pertama menjawab pelan, mengusap pelipisnya, memecah he­ ning—wajahnya tidak semerah padam seperti sebelumnya. Se­ ”Tapi saya tidak homo, Tuan Thomas. Sungguh.” Penanya sesi perti halnya kebanyakan peserta konferensi, dia salah satu pe­ pertama menjawab pelan, mengusap pelipisnya, memecah he­ bolpoin. ning—wajahnya tidak semerah padam seperti sebelumnya. Se­ ”Tapi saya tidak homo, Tuan Thomas. Sungguh.” Penanya sesi pertama menjawab pelan, mengusap pelipisnya, memecah he­ bolpoin. perti halnya kebanyakan peserta konferensi, dia salah satu pe­ Aku tertawa lepas. ”Tentu saja saya percaya itu.” tinggi partai politik di negaranya, kawasan Eropa Timur. ning—wajahnya tidak semerah padam seperti sebelumnya. Se­ ”Tapi saya tidak homo, Tuan Thomas. Sungguh.” Penanya sesi perti halnya kebanyakan peserta konferensi, dia salah satu pe­ pertama menjawab pelan, mengusap pelipisnya, memecah he­ Aku tertawa lepas. ”Tentu saja saya percaya itu.” ning—wajahnya tidak semerah padam seperti sebelumnya. Se­ ”Tapi saya tidak homo, Tuan Thomas. Sungguh.” Penanya sesi tinggi partai politik di negaranya, kawasan Eropa Timur. perti halnya kebanyakan peserta konferensi, dia salah satu pe­ pertama menjawab pelan, mengusap pelipisnya, memecah he­ Aku tertawa lepas. ”Tentu saja saya percaya itu.” tinggi partai politik di negaranya, kawasan Eropa Timur. ”Tapi saya tidak homo, Tuan Thomas. Sungguh.” Penanya sesi ning—wajahnya tidak semerah padam seperti sebelumnya. Se­ Aku tertawa lepas. ”Tentu saja saya percaya itu.” perti halnya kebanyakan peserta konferensi, dia salah satu pe­ pertama menjawab pelan, mengusap pelipisnya, memecah he­ tinggi partai politik di negaranya, kawasan Eropa Timur. ning—wajahnya tidak semerah padam seperti sebelumnya. Se­ ”Tapi saya tidak homo, Tuan Thomas. Sungguh.” Penanya sesi perti halnya kebanyakan peserta konferensi, dia salah satu pe­ pertama menjawab pelan, mengusap pelipisnya, memecah he­ ning—wajahnya tidak semerah padam seperti sebelumnya. Se­ ”Tapi saya tidak homo, Tuan Thomas. Sungguh.” Penanya sesi tinggi partai politik di negaranya, kawasan Eropa Timur. Ruangan besar itu kembali ramai oleh tawa. Aku tertawa lepas. ”Tentu saja saya percaya itu.” perti halnya kebanyakan peserta konferensi, dia salah satu pe­ pertama menjawab pelan, mengusap pelipisnya, memecah he­ tinggi partai politik di negaranya, kawasan Eropa Timur. ning—wajahnya tidak semerah padam seperti sebelumnya. Se­ Ruangan besar itu kembali ramai oleh tawa. perti halnya kebanyakan peserta konferensi, dia salah satu pe­ pertama menjawab pelan, mengusap pelipisnya, memecah he­ Aku tertawa lepas. ”Tentu saja saya percaya itu.” tinggi partai politik di negaranya, kawasan Eropa Timur. ning—wajahnya tidak semerah padam seperti sebelumnya. Se­ Ruangan besar itu kembali ramai oleh tawa. Aku tertawa lepas. ”Tentu saja saya percaya itu.” pertama menjawab pelan, mengusap pelipisnya, memecah he­ perti halnya kebanyakan peserta konferensi, dia salah satu pe­ tinggi partai politik di negaranya, kawasan Eropa Timur. ning—wajahnya tidak semerah padam seperti sebelumnya. Se­ Aku tertawa lepas. ”Tentu saja saya percaya itu.” perti halnya kebanyakan peserta konferensi, dia salah satu pe­ pertama menjawab pelan, mengusap pelipisnya, memecah he­ uangan besar itu kembali ramai oleh tawa. tinggi partai politik di negaranya, kawasan Eropa Timur. ning—wajahnya tidak semerah padam seperti sebelumnya. Se­ perti halnya kebanyakan peserta konferensi, dia salah satu pe­ pertama menjawab pelan, mengusap pelipisnya, memecah he­ Aku tertawa lepas. ”Tentu saja saya percaya itu.” Ruangan besar itu kembali ramai oleh tawa. tinggi partai politik di negaranya, kawasan Eropa Timur. ning—wajahnya tidak semerah padam seperti sebelumnya. Se­ Aku tertawa lepas. ”Tentu saja saya percaya itu.” perti halnya kebanyakan peserta konferensi, dia salah satu pe­ tinggi partai politik di negaranya, kawasan Eropa Timur. ning—wajahnya tidak semerah padam seperti sebelumnya. Se­ Ruangan besar itu kembali ramai oleh tawa. Aku tertawa lepas. ”Tentu saja saya percaya itu.” perti halnya kebanyakan peserta konferensi, dia salah satu pe­ Ruangan besar itu kembali ramai oleh tawa. ning—wajahnya tidak semerah padam seperti sebelumnya. Se­ tinggi partai politik di negaranya, kawasan Eropa Timur. Aku tertawa lepas. ”Tentu saja saya percaya itu.” perti halnya kebanyakan peserta konferensi, dia salah satu pe­ Ruangan besar itu kembali ramai oleh tawa. tinggi partai politik di negaranya, kawasan Eropa Timur. ning—wajahnya tidak semerah padam seperti sebelumnya. Se­ Aku tertawa lepas. ”Tentu saja saya percaya itu.” perti halnya kebanyakan peserta konferensi, dia salah satu pe­ tinggi partai politik di negaranya, kawasan Eropa Timur. ning—wajahnya tidak semerah padam seperti sebelumnya. Se­ Ruangan besar itu kembali ramai oleh tawa. *** Aku tertawa lepas. ”Tentu saja saya percaya itu.” perti halnya kebanyakan peserta konferensi, dia salah satu pe­ Ruangan besar itu kembali ramai oleh tawa. tinggi partai politik di negaranya, kawasan Eropa Timur. *** Aku tertawa lepas. ”Tentu saja saya percaya itu.” perti halnya kebanyakan peserta konferensi, dia salah satu pe­ Ruangan besar itu kembali ramai oleh tawa. tinggi partai politik di negaranya, kawasan Eropa Timur. *** perti halnya kebanyakan peserta konferensi, dia salah satu pe­ Aku tertawa lepas. ”Tentu saja saya percaya itu.” Ruangan besar itu kembali ramai oleh tawa. tinggi partai politik di negaranya, kawasan Eropa Timur. Aku tertawa lepas. ”Tentu saja saya percaya itu.” perti halnya kebanyakan peserta konferensi, dia salah satu pe­ Ruangan besar itu kembali ramai oleh tawa. tinggi partai politik di negaranya, kawasan Eropa Timur. Aku tertawa lepas. ”Tentu saja saya percaya itu.” perti halnya kebanyakan peserta konferensi, dia salah satu pe­ *** Ruangan besar itu kembali ramai oleh tawa. tinggi partai politik di negaranya, kawasan Eropa Timur. *** Aku tertawa lepas. ”Tentu saja saya percaya itu.” Ruangan besar itu kembali ramai oleh tawa. tinggi partai politik di negaranya, kawasan Eropa Timur. *** Aku tertawa lepas. ”Tentu saja saya percaya itu.” *** tinggi partai politik di negaranya, kawasan Eropa Timur. Ruangan besar itu kembali ramai oleh tawa. Aku tertawa lepas. ”Tentu saja saya percaya itu.” *** Ruangan besar itu kembali ramai oleh tawa. tinggi partai politik di negaranya, kawasan Eropa Timur. Aku tertawa lepas. ”Tentu saja saya percaya itu.” Ruangan besar itu kembali ramai oleh tawa. tinggi partai politik di negaranya, kawasan Eropa Timur. *** Aku sudah menjadi pembicara dalam berbagai konferensi sejak Aku tertawa lepas. ”Tentu saya percaya itu.” *** Ruangan besar itu kembali ramai oleh tawa. Aku sudah menjadi pembicara dalam berbagai konferensi Aku tertawa lepas. ”Tentu saja saja saya percaya itu.” *** Ruangan besar itu kembali ramai oleh tawa. Aku sudah menjadi pembicara dalam berbagai konferensi sejak sejak Aku tertawa lepas. ”Tentu saja saya percaya itu.” *** Ruangan besar itu kembali ramai oleh tawa. Aku tertawa lepas. ”Tentu saja saya percaya itu.” *** Ruangan besar itu kembali ramai oleh tawa. Aku tertawa lepas. ”Tentu saja saya percaya itu.” masih menyelesaikan sekolah bisnisku. Di berbagai kota besar, Aku sudah menjadi pembicara dalam berbagai konferensi sejak *** Ruangan besar itu kembali ramai oleh tawa. masih menyelesaikan sekolah bisnisku. Di berbagai kota besar, *** Ruangan besar itu kembali ramai oleh tawa. Aku sudah menjadi pembicara dalam berbagai konferensi sejak masih menyelesaikan sekolah bisnisku. Di berbagai kota besar, sudah menjadi pembicara dalam berbagai konferensi s Aku sudah menjadi pembicara dalam berbagai konferensi sejak Ruangan besar itu kembali ramai oleh tawa. *** Aku sudah menjadi pembicara dalam berbagai konferensi sejak *** Ruangan besar itu kembali ramai oleh tawa. *** Ruangan besar itu kembali ramai oleh tawa. Aku sudah menjadi pembicara dalam berbagai konferensi sejak dalam banyak kesempatan, dengan peserta orang-orang penting. masih menyelesaikan sekolah bisnisku. Di berbagai kota besar, Aku sudah menjadi pembicara dalam berbagai konferensi sejak *** dalam banyak kesempatan, dengan peserta orang-orang penting. masih menyelesaikan sekolah bisnisku. Di berbagai kota besar, pembicara dalam berbagai konferensi sejak *** dalam banyak kesempatan, dengan peserta orang-orang penting. masih menyelesaikan sekolah bisnisku. Di berbagai kota besar, Aku sudah menjadi pembicara dalam berbagai konferensi sejak *** ihmasih menyelesaikan berbagai menyelesaikansekolah sekolah bisnisku. bisnisku. DiDiberbagai kotakota besar,b



rekomendasi dari berbagai pihak. Ini konferensi besar di seluruh tidak penting kuhadiri. Tetapi yang satu ini, aku justru me­ kawasan. Kehadiranku—sebagai pembicara salah satu sesi pen­ nunggu undangannya, mengambil inisiatif mengirimkan porto­ folio ke panitia konferensi, melengkapi resume bahkan surat Satu-dua terpaksa kutolak karena alasan teknis, satu-dua karena rekomendasi dari berbagai pihak. Ini konferensi besar di seluruh tidak penting kuhadiri. Tetapi yang satu ini, aku justru me­ kawasan. Kehadiranku—sebagai pembicara salah satu sesi pen­ nunggu undangannya, mengambil inisiatif mengirimkan porto­ dek—akan mengungkit reputasi unit baru dalam perusahaan folio ke panitia konferensi, melengkapi resume bahkan surat Satu-dua terpaksa kutolak karena alasan teknis, satu-dua karena rekomendasi dari berbagai pihak. Ini konferensi besar di seluruh tidak penting kuhadiri. Tetapi yang satu ini, aku justru me­ kawasan. Kehadiranku—sebagai pembicara salah satu sesi pen­ nunggu undangannya, mengambil inisiatif mengirimkan porto­ dek—akan mengungkit reputasi unit baru dalam perusahaan folio ke panitia konferensi, melengkapi resume bahkan surat Satu-dua terpaksa kutolak karena alasan teknis, satu-dua karena rekomendasi dari berbagai pihak. Ini konferensi besar di seluruh tidak penting kuhadiri. Tetapi yang satu ini, aku justru me­ kawasan. Kehadiranku—sebagai pembicara salah satu sesi pen­ nunggu undangannya, mengambil inisiatif mengirimkan porto­ dek—akan mengungkit reputasi unit baru dalam perusahaan folio ke panitia konferensi, melengkapi resume bahkan surat rekomendasi dari berbagai pihak. Ini konferensi besar di seluruh tidak penting kuhadiri. Tetapi yang satu ini, aku justru me­ kawasan. Kehadiranku—sebagai pembicara salah satu sesi pen­ nunggu undangannya, mengambil inisiatif mengirimkan porto­ dek—akan mengungkit reputasi unit baru dalam perusahaan folio ke panitia konferensi, melengkapi resume bahkan surat rekomendasi dari berbagai pihak. Ini konferensi besar di seluruh tidak penting kuhadiri. Tetapi yang satu ini, aku justru me­ kawasan. Kehadiranku—sebagai pembicara salah satu sesi pen­ nunggu undangannya, mengambil inisiatif mengirimkan porto­ dek—akan mengungkit reputasi unit baru dalam perusahaan folio ke panitia konferensi, melengkapi resume bahkan surat konsultanku. Terhitung baru enam bulan aku membuka unit rekomendasi dari berbagai pihak. Ini konferensi besar di seluruh tidak penting kuhadiri. Tetapi yang satu ini, aku justru me­ kawasan. Kehadiranku—sebagai pembicara salah satu sesi pen­ nunggu undangannya, mengambil inisiatif mengirimkan porto­ dek—akan mengungkit reputasi unit baru dalam perusahaan folio ke panitia konferensi, melengkapi resume bahkan surat konsultanku. Terhitung baru enam bulan aku membuka unit rekomendasi dari berbagai pihak. Ini konferensi besar di seluruh tidak penting kuhadiri. Tetapi yang satu ini, aku justru me­ kawasan. Kehadiranku—sebagai pembicara salah satu sesi pen­ nunggu undangannya, mengambil inisiatif mengirimkan porto­ dek—akan mengungkit reputasi unit baru dalam perusahaan folio ke panitia konferensi, melengkapi resume bahkan surat konsultanku. Terhitung baru enam bulan aku membuka unit rekomendasi dari berbagai pihak. Ini konferensi besar di seluruh kawasan. Kehadiranku—sebagai pembicara salah satu sesi pen­ nunggu undangannya, mengambil inisiatif mengirimkan porto­ dek—akan mengungkit reputasi unit baru dalam perusahaan folio ke panitia konferensi, melengkapi resume bahkan surat konsultanku. Terhitung baru enam bulan aku membuka unit rekomendasi dari berbagai pihak. Ini konferensi besar di seluruh kawasan. Kehadiranku—sebagai pembicara salah satu sesi pen­ nunggu undangannya, mengambil inisiatif mengirimkan porto­ dek—akan mengungkit reputasi unit baru dalam perusahaan folio ke panitia konferensi, melengkapi resume bahkan surat konsultanku. Terhitung baru enam bulan aku membuka unit rekomendasi dari berbagai pihak. Ini konferensi besar di seluruh politik dan unit ini tumbuh dengan kecepatan menjanjikan. kawasan. Kehadiranku—sebagai pembicara salah satu sesi pen­ nunggu undangannya, mengambil inisiatif mengirimkan porto­ dek—akan mengungkit reputasi unit baru dalam perusahaan folio ke panitia konferensi, melengkapi resume bahkan surat konsultanku. Terhitung baru enam bulan aku membuka unit rekomendasi dari berbagai pihak. Ini konferensi besar di seluruh politik dan unit ini tumbuh dengan kecepatan menjanjikan. kawasan. Kehadiranku—sebagai pembicara salah satu sesi pen­ nunggu undangannya, mengambil inisiatif mengirimkan porto­ dek—akan mengungkit reputasi unit baru dalam perusahaan folio ke panitia konferensi, melengkapi resume bahkan surat konsultanku. Terhitung baru enam bulan aku membuka unit rekomendasi dari berbagai pihak. Ini konferensi besar disesi seluruh politik dan unit ini tumbuh dengan kecepatan menjanjikan. kawasan. Kehadiranku—sebagai pembicara salah satu pen­ dek—akan mengungkit reputasi unit baru dalam perusahaan folio ke panitia konferensi, melengkapi resume bahkan surat konsultanku. Terhitung baru enam bulan aku membuka unit rekomendasi dari berbagai pihak. Ini konferensi besar di seluruh politik dan unit ini tumbuh dengan kecepatan menjanjikan. kawasan. Kehadiranku—sebagai pembicara salah satu sesi pen­ dek—akan mengungkit reputasi unit baru dalam perusahaan folio ke panitia konferensi, melengkapi resume bahkan surat konsultanku. Terhitung baru enam bulan aku membuka unit rekomendasi dari berbagai pihak. Ini konferensi besar di seluruh politik dan unit ini tumbuh dengan kecepatan menjanjikan. kawasan. Kehadiranku—sebagai pembicara salah satu sesi pen­ Jadi saat pertama kali Maggie, staf merangkap sekretaris, ma­ dek—akan mengungkit reputasi unit baru dalam perusahaan folio ke panitia konferensi, melengkapi resume bahkan surat konsultanku. Terhitung baru enam bulan aku membuka unit rekomendasi dari berbagai pihak. Ini konferensi besar di seluruh politik dan unit ini tumbuh dengan kecepatan menjanjikan. kawasan. Kehadiranku—sebagai pembicara salah satu sesi pen­ Jadi saat pertama kali Maggie, staf merangkap sekretaris, ma­ dek—akan mengungkit reputasi unit baru dalam perusahaan folio ke panitia konferensi, melengkapi resume bahkan surat konsultanku. Terhitung baru enam bulan aku membuka unit rekomendasi dari berbagai pihak. Ini konferensi besar di seluruh politik dan unit ini tumbuh dengan kecepatan menjanjikan. kawasan. Kehadiranku—sebagai pembicara salah satu sesi pen­ Jadi saat pertama kali Maggie, staf merangkap sekretaris, ma­ dek—akan mengungkit reputasi unit baru dalam perusahaan konsultanku. Terhitung baru enam bulan aku membuka unit rekomendasi dari berbagai pihak. Ini konferensi besar di seluruh politik dan unit ini tumbuh dengan kecepatan menjanjikan. kawasan. Kehadiranku—sebagai pembicara salah satu sesi pen­ Jadi saat pertama kali Maggie, staf merangkap sekretaris, ma­ dek—akan mengungkit reputasi unit baru dalam perusahaan konsultanku. Terhitung baru enam bulan aku membuka unit rekomendasi dari berbagai pihak. Ini konferensi besar di seluruh politik dan unit ini tumbuh dengan kecepatan menjanjikan. kawasan. Kehadiranku—sebagai pembicara salah satu sesi pen­ Jadi saat pertama kali Maggie, staf merangkap sekretaris, ma­ dek—akan mengungkit reputasi unit baru dalam perusahaan bilang ada e-mail konfirmasi dari panitia suk ke ruanganku, konsultanku. Terhitung baru enam bulan aku membuka unit rekomendasi dari berbagai pihak. Ini konferensi besar di seluruh politik dan unit ini tumbuh dengan kecepatan menjanjikan. kawasan. Kehadiranku—sebagai pembicara salah satu sesi pen­ Jadi saat pertama kali Maggie, staf merangkap sekretaris, ma­ dek—akan mengungkit reputasi unit baru dalam perusahaan bilang ada e-mail konfirmasi dari panitia suk ke ruanganku, konsultanku. Terhitung baru enam bulan aku membuka unit rekomendasi dari berbagai pihak. Ini konferensi besar di seluruh politik dan unit ini tumbuh dengan kecepatan menjanjikan. kawasan. Kehadiranku—sebagai pembicara salah satu sesi pen­ Jadi saat pertama kali Maggie, staf merangkap sekretaris, ma­ dek—akan mengungkit reputasi unit baru dalam perusahaan bilang ada e-mail konfirmasi dari panitia suk ke ruanganku, konsultanku. Terhitung baru enam bulan aku membuka unit politik dan unit ini tumbuh dengan kecepatan menjanjikan. kawasan. Kehadiranku—sebagai pembicara salah satu sesi pen­ Jadi saat pertama kali Maggie, staf merangkap sekretaris, ma­ dek—akan mengungkit reputasi unit baru dalam perusahaan bilang ada e-mail konfirmasi dari panitia suk ke ruanganku, konsultanku. Terhitung baru enam bulan aku membuka unit politik dan unit ini tumbuh dengan kecepatan menjanjikan. kawasan. Kehadiranku—sebagai pembicara salah satu sesi pen­ Jadi saat pertama kali Maggie, staf merangkap sekretaris, ma­ dek—akan mengungkit reputasi unit baru dalam perusahaan bilang ada e-mail konfirmasi dari panitia suk ke ruanganku, konsultanku. Terhitung baru enam bulan aku membuka unit konferensi komunikasi dan pencitraan politik di Hong Kong itu, politik dan unit ini tumbuh dengan kecepatan menjanjikan. kawasan. Kehadiranku—sebagai pembicara salah satu sesi pen­ Jadi saat pertama kali Maggie, staf merangkap sekretaris, ma­ dek—akan mengungkit reputasi unit baru dalam perusahaan bilang ada e-mail konfirmasi dari panitia suk ke ruanganku, konsultanku. Terhitung baru enam bulan aku membuka unit konferensi komunikasi dan pencitraan politik di Hong Kong itu, politik dan unit ini tumbuh dengan kecepatan menjanjikan. kawasan. Kehadiranku—sebagai pembicara salah satu sesi pen­ Jadi saat pertama kali Maggie, staf merangkap sekretaris, ma­ dek—akan mengungkit reputasi unit baru dalam perusahaan bilang ada e-mail konfirmasi dari panitia suk ke ruanganku, konsultanku. Terhitung baru enam bulan aku membuka unit konferensi komunikasi dan pencitraan politik di Hong Kong itu, politik dan unit ini tumbuh dengan kecepatan menjanjikan. Jadi saat pertama kali Maggie, staf merangkap sekretaris, ma­ dek—akan mengungkit reputasi unit baru dalam perusahaan bilang ada e-mail konfirmasi dari panitia suk ke ruanganku, konsultanku. Terhitung baru enam bulan aku membuka unit konferensi komunikasi dan pencitraan politik di Hong Kong itu, politik dan unit ini tumbuh dengan kecepatan menjanjikan. Jadi saat pertama kali Maggie, staf merangkap sekretaris, ma­ dek—akan mengungkit reputasi unit baru dalam perusahaan bilang ada e-mail konfirmasi dari panitia suk ke ruanganku, konsultanku. Terhitung baru enam bulan aku membuka unit konferensi komunikasi dan pencitraan politik di Hong Kong itu, politik dan unit ini tumbuh dengan kecepatan menjanjikan. aku berseru nyaring, hampir jatuh dari kursi. Jadi saat pertama kali Maggie, staf merangkap sekretaris, ma­ dek—akan mengungkit reputasi unit baru dalam perusahaan bilang ada e-mail konfirmasi dari panitia suk ke ruanganku, konsultanku. Terhitung baru enam bulan aku membuka unit konferensi komunikasi dan pencitraan politik di Hong Kong itu, politik dan unit ini tumbuh dengan kecepatan menjanjikan. aku berseru nyaring, hampir jatuh dari kursi. Jadi saat pertama kali Maggie, staf merangkap sekretaris, ma­ dek—akan mengungkit reputasi unit baru dalam perusahaan bilang ada e-mail konfirmasi dari panitia suk ke ruanganku, konsultanku. Terhitung baru enam bulan aku membuka unit konferensi komunikasi dan pencitraan politik di Hong Kong itu, politik dan unit ini tumbuh dengan kecepatan menjanjikan. aku berseru nyaring, hampir jatuh dari kursi. Jadi saat pertama kali Maggie, staf merangkap sekretaris, ma­ bilang ada e-mail konfirmasi dari panitia suk ke ruanganku, konsultanku. Terhitung baru enam bulan aku membuka unit konferensi komunikasi dan pencitraan politik di Hong Kong itu, politik dan unit ini tumbuh dengan kecepatan menjanjikan. aku berseru nyaring, hampir jatuh dari kursi. Jadi saat pertama kali Maggie, staf merangkap sekretaris, ma­ bilang ada e-mail konfirmasi dari panitia suk ke ruanganku, konsultanku. Terhitung baru enam bulan aku membuka unit konferensi komunikasi dan pencitraan politik di Hong Kong itu, politik dan unit ini tumbuh dengan kecepatan menjanjikan. aku berseru nyaring, hampir jatuh dari kursi. Jadi saat pertama kali Maggie, staf merangkap sekretaris, ma­ ”Ini agak menyedihkan, Thomas.” Maggie membantuku ber­ bilang ada e-mail konfirmasi dari panitia suk ke ruanganku, konsultanku. Terhitung baru enam bulan aku membuka unit konferensi komunikasi dan pencitraan politik di Hong Kong itu, politik dan unit ini tumbuh dengan kecepatan menjanjikan. aku berseru nyaring, hampir jatuh dari kursi. Jadi saat pertama kali Maggie, staf merangkap sekretaris, ma­ ”Ini agak menyedihkan, Thomas.” Maggie membantuku ber­ bilang ada e-mail konfirmasi dari panitia suk ke ruanganku, konsultanku. Terhitung baru enam bulan aku membuka unit konferensi komunikasi dan pencitraan politik di Hong Kong itu, politik dan unit ini tumbuh dengan kecepatan menjanjikan. aku”Ini berseru nyaring, hampir jatuh dari kursi. Jadi saat pertama kali Maggie, staf merangkap sekretaris, ma­ agak menyedihkan, Thomas.” Maggie membantuku ber­ bilang ada e-mail konfirmasi dari panitia suk ke ruanganku, konferensi komunikasi dan pencitraan politik di Hong Kong itu, politik dan unit ini tumbuh dengan kecepatan menjanjikan. aku berseru nyaring, hampir jatuh dari kursi. Jadi saat pertama kali Maggie, staf merangkap sekretaris, ma­ ”Ini agak menyedihkan, Thomas.” Maggie membantuku ber­ bilang ada e-mail konfirmasi dari panitia suk ke ruanganku, konferensi komunikasi dan pencitraan politik di Hong Kong itu, politik dan unit ini tumbuh dengan kecepatan menjanjikan. aku berseru nyaring, hampir jatuh dari kursi. Jadi saat pertama kali Maggie, staf merangkap sekretaris, ma­ ”Ini agak menyedihkan, Thomas.” Maggie membantuku ber­ bilang ada e-mail konfirmasi dari panitia suk ke ruanganku, diri, menepuk-nepuk kemejaku. ”Sepertinya kalau kau harus konferensi komunikasi dan pencitraan politik di Hong Kong itu, politik dan unit ini tumbuh dengan kecepatan menjanjikan. aku berseru nyaring, hampir jatuh dari kursi. Jadi saat pertama kali Maggie, staf merangkap sekretaris, ma­ ”Ini agak menyedihkan, Thomas.” Maggie membantuku ber­ bilang ada e-mail konfirmasi dari panitia suk ke ruanganku, diri, menepuk-nepuk kemejaku. ”Sepertinya kalau kau harus konferensi komunikasi dan pencitraan politik di Hong Kong itu, politik dan unit ini tumbuh dengan kecepatan menjanjikan. aku berseru nyaring, hampir jatuh dari kursi. Jadi saat pertama kali Maggie, staf merangkap sekretaris, ma­ ”Ini agak menyedihkan, Thomas.” Maggie membantuku ber­ bilang ada e-mail konfirmasi dari panitia suk ke ruanganku, diri, menepuk-nepuk kemejaku. ”Sepertinya kalau kau harus konferensi komunikasi dan pencitraan politik di Hong Kong itu, aku berseru nyaring, hampir jatuh dari kursi. Jadi saat pertama kali Maggie, staf merangkap sekretaris, ma­ ”Ini agak menyedihkan, Thomas.” Maggie membantuku ber­ bilang ada e-mail konfirmasi dari panitia suk ke ruanganku, diri, menepuk-nepuk kemejaku. ”Sepertinya kalau kau harus konferensi komunikasi dan pencitraan politik di Hong Kong itu, aku berseru nyaring, hampir jatuh dari kursi. Jadi saat pertama kali Maggie, staf merangkap sekretaris, ma­ ”Ini agak menyedihkan, Thomas.” Maggie membantuku ber­ bilang ada e-mail konfirmasi dari panitia suk ke ruanganku, diri, menepuk-nepuk kemejaku. ”Sepertinya kalau kau harus konferensi komunikasi dan pencitraan politik di Hong Kong itu, membayar mahal, kau tidak peduli akan tetap membayarnya aku berseru nyaring, hampir jatuh dari kursi. Jadi saat pertama kali Maggie, staf merangkap sekretaris, ma­ ”Ini agak menyedihkan, Thomas.” Maggie membantuku ber­ bilang ada e-mail konfirmasi dari panitia suk ke ruanganku, diri, menepuk-nepuk kemejaku. ”Sepertinya kalau kau harus konferensi komunikasi dan pencitraan politik di Hong Kong itu, membayar mahal, kau tidak peduli akan tetap membayarnya aku berseru nyaring, hampir jatuh dari kursi. Jadi saat pertama kali Maggie, staf merangkap sekretaris, ma­ ”Ini agak menyedihkan, Thomas.” Maggie membantuku ber­ bilang ada e-mail konfirmasi dari panitia suk ke ruanganku, diri, menepuk-nepuk kemejaku. ”Sepertinya kalau kau harus konferensi komunikasi dan pencitraan politik di Hong Kong itu, membayar mahal, kau tidak peduli akan tetap membayarnya aku berseru nyaring, hampir jatuh dari kursi. ”Ini agak menyedihkan, Thomas.” Maggie membantuku ber­ bilang ada e-mail konfirmasi dari panitia suk ke ruanganku, diri, menepuk-nepuk kemejaku. ”Sepertinya kalau kau harus konferensi komunikasi dan pencitraan politik di Hong Kong itu, membayar mahal, kau tidak peduli akan tetap membayarnya aku berseru nyaring, hampir jatuh dari kursi. ”Ini agak menyedihkan, Thomas.” Maggie membantuku ber­ bilang ada e-mail konfirmasi dari panitia suk ke ruanganku, diri, menepuk-nepuk kemejaku. ”Sepertinya kalau kau harus konferensi komunikasi dan pencitraan politik di Hong Kong itu, membayar mahal, kau tidak peduli akan tetap membayarnya aku berseru nyaring, hampir jatuh dari kursi. untuk bisa tampil di konferensi ini, Thomas. Seberapa pun ma­ ”Ini agak menyedihkan, Thomas.” Maggie membantuku ber­ bilang ada e-mail konfirmasi dari panitia suk ke ruanganku, diri, menepuk-nepuk kemejaku. ”Sepertinya kalau kau harus konferensi komunikasi dan pencitraan politik di Hong Kong itu, membayar mahal, kau tidak peduli akan tetap membayarnya aku berseru nyaring, hampir jatuh dari kursi. untuk bisa tampil di konferensi ini, Thomas. Seberapa pun ma­ ”Ini agak menyedihkan, Thomas.” Maggie membantuku ber­ bilang ada e-mail konfirmasi dari panitia suk ke ruanganku, diri, menepuk-nepuk kemejaku. ”Sepertinya kalau kau harus konferensi komunikasi dan pencitraan politik di Hong Kong itu, membayar mahal, kau tidak peduli akan tetap membayarnya aku berseru nyaring, hampir jatuh dari kursi. untuk bisa tampil di konferensi ini, Thomas. Seberapa pun ma­ ”Ini agak menyedihkan, Thomas.” Maggie membantuku ber­ diri, menepuk-nepuk kemejaku. ”Sepertinya kalau kau harus konferensi komunikasi dan pencitraan politik di Hong Kong itu, membayar mahal, kau tidak peduli akan tetap membayarnya aku berseru nyaring, hampir jatuh dari kursi. untuk bisa tampil di konferensi ini, Thomas. Seberapa pun ma­ ”Ini agak menyedihkan, Thomas.” Maggie membantuku ber­ diri, menepuk-nepuk kemejaku. ”Sepertinya kalau kau harus konferensi komunikasi dan pencitraan politik di Hong Kong itu, membayar mahal, kau tidak peduli akan tetap membayarnya aku berseru nyaring, hampir jatuh dari kursi. untuk bisa tampil di konferensi ini, Thomas. Seberapa pun ma­ ”Ini agak menyedihkan, Thomas.” Maggie membantuku ber­ halnya, bahkan termasuk kalau harus memotong gaji kami.” diri, menepuk-nepuk kemejaku. ”Sepertinya kalau kau harus konferensi komunikasi dan pencitraan politik di Hong Kong itu, membayar mahal, kau tidak peduli akan tetap membayarnya aku berseru nyaring, hampir jatuh dari kursi. untuk bisa tampil di konferensi ini, Thomas. Seberapa pun ma­ ”Ini agak menyedihkan, Thomas.” Maggie membantuku ber­ halnya, bahkan termasuk kalau harus memotong gaji kami.” diri, menepuk-nepuk kemejaku. ”Sepertinya kalau kau harus konferensi komunikasi dan pencitraan politik di Hong Kong itu, membayar mahal, kau tidak peduli akan tetap membayarnya aku berseru nyaring, hampir jatuh dari kursi. untuk bisa tampil di konferensi ini, Thomas. Seberapa pun ma­ ”Ini agak menyedihkan, Thomas.” Maggie membantuku ber­ halnya, bahkan termasuk kalau harus memotong gaji kami.” diri, menepuk-nepuk kemejaku. ”Sepertinya kalau kau harus membayar mahal, kau tidak peduli akan tetap membayarnya aku berseru nyaring, hampir jatuh dari kursi. untuk bisa tampil di konferensi ini, Thomas. Seberapa pun ma­ ”Ini agak menyedihkan, Thomas.” Maggie membantuku ber­ halnya, bahkan termasuk kalau harus memotong gaji kami.” diri, menepuk-nepuk kemejaku. ”Sepertinya kalau kau harus membayar mahal, kau tidak peduli akan tetap membayarnya aku berseru nyaring, hampir jatuh dari kursi. untuk bisa tampil di konferensi ini, Thomas. Seberapa pun ma­ ”Ini agak menyedihkan, Thomas.” Maggie membantuku ber­ halnya, bahkan termasuk kalau harus memotong gaji kami.” diri, menepuk-nepuk kemejaku. ”Sepertinya kalau kau harus Aku tertawa menimpali, ”Tepat sekali, Meg. Kau bahkan membayar mahal, kau tidak peduli akan tetap membayarnya aku berseru nyaring, hampir jatuh dari kursi. untuk bisa tampil di konferensi ini, Thomas. Seberapa pun ma­ ”Ini agak menyedihkan, Thomas.” Maggie membantuku ber­ halnya, bahkan termasuk kalau harus memotong gaji kami.” diri, menepuk-nepuk kemejaku. ”Sepertinya kalau kau harus Aku tertawa menimpali, ”Tepat sekali, Meg. Kau bahkan membayar mahal, kau tidak peduli akan tetap membayarnya aku berseru nyaring, hampir jatuh dari kursi. untuk bisa tampil di konferensi ini, Thomas. Seberapa pun ma­ ”Ini agak menyedihkan, Thomas.” Maggie membantuku ber­ halnya, bahkan termasuk kalau harus memotong gaji kami.” diri, menepuk-nepuk kemejaku. ”Sepertinya kalau kau harus Aku tertawa menimpali, ”Tepat sekali, Meg. Kau bahkan membayar mahal, kau tidak peduli akan tetap membayarnya untuk bisa tampil di konferensi ini, Thomas. Seberapa pun ma­ ”Ini agak menyedihkan, Thomas.” Maggie membantuku ber­ halnya, bahkan termasuk kalau harus memotong gaji kami.” diri, menepuk-nepuk kemejaku. ”Sepertinya kalau kau harus Aku tertawa menimpali, ”Tepat sekali, Meg. Kau bahkan membayar mahal, kau tidak peduli akan tetap membayarnya untuk bisa tampil di konferensi ini, Thomas. Seberapa pun ma­ ”Ini agak menyedihkan, Thomas.” Maggie membantuku ber­ halnya, bahkan termasuk kalau harus memotong gaji kami.” diri, menepuk-nepuk kemejaku. ”Sepertinya kalau kau harus Aku tertawa menimpali, ”Tepat sekali, Meg. Kau bahkan membayar mahal, kau tidak peduli akan tetap membayarnya orang pertama yang kupotong gajinya demi tampil di sana. Pe­ untuk bisa tampil di konferensi ini, Thomas. Seberapa pun ma­ ”Ini agak menyedihkan, Thomas.” Maggie membantuku ber­ halnya, bahkan termasuk kalau harus memotong gaji kami.” diri, menepuk-nepuk kemejaku. ”Sepertinya kalau kau harus Aku tertawa menimpali, ”Tepat sekali, Meg. Kau bahkan membayar mahal, kau tidak peduli akan tetap membayarnya orang pertama yang kupotong gajinya demi tampil di sana. Pe­ untuk bisa tampil di konferensi ini, Thomas. Seberapa pun ma­ ”Ini agak menyedihkan, Thomas.” Maggie membantuku ber­ halnya, bahkan termasuk kalau harus memotong gaji kami.” diri, menepuk-nepuk kemejaku. ”Sepertinya kalau kau harus Aku tertawa menimpali, ”Tepat sekali, Meg. Kau bahkan membayar mahal, kau tidak peduli akan tetap membayarnya orang pertama yang kupotong gajinya demi tampil di sana. Pe­ untuk bisa tampil di konferensi ini, Thomas. Seberapa pun ma­ halnya, bahkan termasuk kalau harus memotong gaji kami.” diri, menepuk-nepuk kemejaku. ”Sepertinya kalau kau harus Aku tertawa menimpali, ”Tepat sekali, Meg. Kau bahkan membayar mahal, kau tidak peduli akan tetap membayarnya orang pertama yang kupotong gajinya demi tampil di sana. Pe­ untuk bisa tampil di konferensi ini, Thomas. Seberapa pun ma­ halnya, bahkan termasuk kalau harus memotong gaji kami.” diri, menepuk-nepuk kemejaku. ”Sepertinya kalau kau harus Aku tertawa menimpali, ”Tepat sekali, Meg. Kau bahkan membayar mahal, kau tidak peduli akan tetap membayarnya orang pertama yang kupotong gajinya demi tampil di sana. Pe­ untuk bisa tampil di konferensi ini, Thomas. Seberapa pun ma­ gang kata-kataku.” halnya, bahkan termasuk kalau harus memotong gaji kami.” diri, menepuk-nepuk kemejaku. ”Sepertinya kalau kau harus Aku tertawa menimpali, ”Tepat sekali, Meg. Kau bahkan membayar mahal, kau tidak peduli akan tetap membayarnya orang pertama yang kupotong gajinya demi tampil di sana. Pe­ untuk bisa tampil di konferensi ini, Thomas. Seberapa pun ma­ gang kata-kataku.” halnya, bahkan termasuk kalau harus memotong gaji kami.” diri, menepuk-nepuk kemejaku. ”Sepertinya kalau kau harus Aku tertawa menimpali, ”Tepat sekali, Meg. Kau bahkan membayar mahal, kau tidak peduli akan tetap membayarnya orang pertama yang kupotong gajinya demi tampil di sana. Pe­ untuk bisa tampil di konferensi ini, Thomas. Seberapa pun ma­ gang kata-kataku.” halnya, bahkan termasuk kalau harus memotong gaji kami.” Aku tertawa menimpali, ”Tepat sekali, Meg. Kau bahkan membayar mahal, kau tidak peduli akan tetap membayarnya orang pertama yang kupotong gajinya demi tampil di sana. Pe­ untuk bisa tampil di konferensi ini, Thomas. Seberapa pun ma­ gang kata-kataku.” halnya, bahkan termasuk kalau harus memotong gaji kami.” Aku tertawa menimpali, ”Tepat sekali, Meg. Kau bahkan membayar mahal, kau tidak peduli akan tetap membayarnya orang pertama yang kupotong gajinya demi tampil di sana. Pe­ untuk bisa tampil di konferensi ini, Thomas. Seberapa pun ma­ gang kata-kataku.” halnya, bahkan termasuk kalau harus memotong gaji kami.” ”Terserahlah.” Maggie memperbaiki poni rambutnya, meletak­ Aku tertawa menimpali, ”Tepat sekali, Meg. Kau bahkan membayar mahal, kau tidak peduli akan tetap membayarnya orang pertama yang kupotong gajinya demi tampil di sana. Pe­ untuk bisa tampil di konferensi ini, Thomas. Seberapa pun ma­ gang kata-kataku.” halnya, bahkan termasuk kalau harus memotong gaji kami.” ”Terserahlah.” Maggie memperbaiki poni rambutnya, meletak­ Aku tertawa menimpali, ”Tepat sekali, Meg. Kau bahkan membayar mahal, kau tidak peduli akan tetap membayarnya orang pertama yang kupotong gajinya demi tampil di sana. Pe­ untuk bisa tampil di konferensi ini, Thomas. Seberapa pun ma­ gang kata-kataku.” halnya, bahkan termasuk kalau harus memotong gaji kami.” ”Terserahlah.” Maggie memperbaiki poni rambutnya, meletak­ Aku tertawa menimpali, ”Tepat sekali, Meg. Kau bahkan orang pertama yang kupotong gajinya demi tampil di sana. Pe­ untuk bisa tampil di konferensi ini, Thomas. Seberapa pun ma­ gang kata-kataku.” halnya, bahkan termasuk kalau harus memotong gaji kami.” ”Terserahlah.” Maggie memperbaiki poni rambutnya, meletak­ Aku tertawa menimpali, ”Tepat sekali, Meg. Kau bahkan orang pertama yang kupotong gajinya demi tampil di sana. Pe­ untuk bisa tampil di konferensi ini, Thomas. Seberapa pun ma­ gang kata-kataku.” halnya, bahkan termasuk kalau harus memotong gaji kami.” ”Terserahlah.” Maggie memperbaiki poni rambutnya, meletak­ Aku tertawa menimpali, ”Tepat sekali, Meg. Kau bahkan dokumen yang dibawanya, ”Toh aku bisa menjual kan tumpukan orang pertama yang kupotong gajinya demi tampil di sana. Pe­ untuk bisa tampil di konferensi ini, Thomas. Seberapa pun ma­ gang kata-kataku.” halnya, bahkan termasuk kalau harus memotong gaji kami.” ”Terserahlah.” Maggie memperbaiki poni rambutnya, meletak­ Aku tertawa menimpali, ”Tepat sekali, Meg. Kau bahkan dokumen yang dibawanya, ”Toh aku bisa menjual kan tumpukan orang pertama yang kupotong gajinya demi tampil di sana. Pe­ untuk bisa tampil di konferensi ini, Thomas. Seberapa pun ma­ gang kata-kataku.” halnya, bahkan termasuk kalau harus memotong gaji kami.” ”Terserahlah.” Maggie memperbaiki poni rambutnya, meletak­ Aku tertawa menimpali, ”Tepat sekali, Meg. Kau bahkan dokumen yang dibawanya, ”Toh aku bisa menjual kan tumpukan orang pertama yang kupotong gajinya demi tampil di sana. Pe­ gang kata-kataku.” halnya, bahkan termasuk kalau harus memotong gaji kami.” ”Terserahlah.” Maggie memperbaiki poni rambutnya, meletak­ Aku tertawa menimpali, ”Tepat sekali, Meg. Kau bahkan dokumen yang dibawanya, ”Toh aku bisa menjual kan tumpukan orang pertama yang kupotong gajinya demi tampil di sana. Pe­ gang kata-kataku.” halnya, bahkan termasuk kalau harus memotong gaji kami.” ”Terserahlah.” Maggie memperbaiki poni rambutnya, meletak­ Aku tertawa menimpali, ”Tepat sekali, Meg. Kau bahkan dokumen yang dibawanya, ”Toh aku bisa menjual kan tumpukan orang pertama yang kupotong gajinya demi tampil di sana. Pe­ perlengkapan kantor sebelum kau melakukannya. Termasuk gang kata-kataku.” halnya, bahkan termasuk kalau harus memotong gaji kami.” ”Terserahlah.” Maggie memperbaiki poni rambutnya, meletak­ Aku tertawa menimpali, ”Tepat sekali, Meg. Kau bahkan dokumen yang dibawanya, ”Toh aku bisa menjual kan tumpukan orang pertama yang kupotong gajinya demi tampil di sana. Pe­ perlengkapan kantor sebelum kau melakukannya. Termasuk gang kata-kataku.” halnya, bahkan termasuk kalau harus memotong gaji kami.” ”Terserahlah.” Maggie memperbaiki poni rambutnya, meletak­ Aku tertawa menimpali, ”Tepat sekali, Meg. Kau bahkan kan tumpukan dokumen yang dibawanya, ”Toh aku bisa menjual orang pertama yang kupotong gajinya demi tampil di sana. Pe­ perlengkapan kantor sebelum kau melakukannya. Termasuk gang kata-kataku.” ”Terserahlah.” Maggie memperbaiki poni rambutnya, meletak­ Aku tertawa menimpali, ”Tepat sekali, Meg. Kau bahkan kan tumpukan dokumen yang dibawanya, ”Toh aku bisa menjual orang pertama yang kupotong gajinya demi tampil di sana. Pe­ perlengkapan kantor sebelum kau melakukannya. Termasuk gang kata-kataku.” ”Terserahlah.” Maggie memperbaiki poni rambutnya, meletak­ Aku tertawa menimpali, ”Tepat sekali, Meg. Kau bahkan kan tumpukan dokumen yang dibawanya, ”Toh aku bisa menjual orang pertama yang kupotong gajinya demi tampil di sana. Pe­ perlengkapan kantor sebelum kau melakukannya. Termasuk gang kata-kataku.” menjual koleksi mobil kesayanganmu. Itu tercatat sebagai inven­ ”Terserahlah.” Maggie memperbaiki poni rambutnya, meletak­ Aku tertawa menimpali, ”Tepat sekali, Meg. Kau bahkan kan tumpukan dokumen yang dibawanya, ”Toh aku bisa menjual orang pertama yang kupotong gajinya demi tampil di sana. Pe­ perlengkapan kantor sebelum kau melakukannya. Termasuk gang kata-kataku.” menjual koleksi mobil kesayanganmu. Itu tercatat sebagai inven­ ”Terserahlah.” Maggie memperbaiki poni rambutnya, meletak­ Aku tertawa menimpali, ”Tepat sekali, Meg. Kau bahkan kan tumpukan dokumen yang dibawanya, ”Toh aku bisa menjual orang pertama yang kupotong gajinya demi tampil di sana. Pe­ perlengkapan kantor sebelum kau melakukannya. Termasuk gang kata-kataku.” menjual koleksi mobil kesayanganmu. Itu tercatat sebagai inven­ ”Terserahlah.” Maggie memperbaiki poni rambutnya, meletak­ dokumen yang dibawanya, ”Toh aku bisa menjual kan tumpukan orang pertama yang kupotong gajinya demi tampil di sana. Pe­ perlengkapan kantor sebelum kau melakukannya. Termasuk gang kata-kataku.” menjual koleksi mobil kesayanganmu. Itu tercatat sebagai inven­ ”Terserahlah.” Maggie memperbaiki poni rambutnya, meletak­ dokumen yang dibawanya, ”Toh aku bisa menjual kan tumpukan orang pertama yang kupotong gajinya demi tampil di sana. Pe­ perlengkapan kantor sebelum kau melakukannya. Termasuk gang kata-kataku.” menjual koleksi mobil kesayanganmu. Itu tercatat sebagai inven­ ”Terserahlah.” Maggie memperbaiki poni rambutnya, meletak­ taris kantor.” kan tumpukan dokumen yang dibawanya, ”Toh aku bisa menjual orang pertama yang kupotong gajinya demi tampil di sana. Pe­ perlengkapan kantor sebelum kau melakukannya. Termasuk gang kata-kataku.” menjual koleksi mobil kesayanganmu. Itu tercatat sebagai inven­ ”Terserahlah.” Maggie memperbaiki poni rambutnya, meletak­ taris kantor.” kan tumpukan dokumen yang dibawanya, ”Toh aku bisa menjual orang pertama yang kupotong gajinya demi tampil di sana. Pe­ perlengkapan kantor sebelum kau melakukannya. Termasuk gang kata-kataku.” menjual koleksi mobil kesayanganmu. Itu tercatat sebagai inven­ ”Terserahlah.” Maggie memperbaiki poni rambutnya, meletak­ taris kantor.” dokumen yang dibawanya, ”Toh aku bisa menjual kan tumpukan perlengkapan kantor sebelum kau melakukannya. Termasuk gang kata-kataku.” menjual koleksi mobil kesayanganmu. Itu tercatat sebagai inven­ ”Terserahlah.” Maggie memperbaiki poni rambutnya, meletak­ taris kantor.” dokumen yang dibawanya, ”Toh aku bisa menjual kan tumpukan perlengkapan kantor sebelum kau melakukannya. Termasuk gang kata-kataku.” menjual koleksi mobil kesayanganmu. Itu tercatat sebagai inven­ ”Terserahlah.” Maggie memperbaiki poni rambutnya, meletak­ taris kantor.” dokumen yang dibawanya, ”Toh aku bisa menjual kan tumpukan Aku tertawa lagi, sambil membaca halaman depan dokumen perlengkapan kantor sebelum kau melakukannya. Termasuk gang kata-kataku.” menjual koleksi mobil kesayanganmu. Itu tercatat sebagai inven­ ”Terserahlah.” Maggie memperbaiki poni rambutnya, meletak­ taris kantor.” kan tumpukan dokumen yang dibawanya, ”Toh aku bisa menjual Aku tertawa lagi, sambil membaca halaman depan dokumen perlengkapan kantor sebelum kau melakukannya. Termasuk gang kata-kataku.” menjual koleksi mobil kesayanganmu. Itu tercatat sebagai inven­ ”Terserahlah.” Maggie memperbaiki poni rambutnya, meletak­ taris kantor.” dokumen yang dibawanya, ”Toh aku bisa menjual kan tumpukan Aku tertawa lagi, sambil membaca halaman depan dokumen perlengkapan kantor sebelum kau melakukannya. Termasuk menjual koleksi mobil kesayanganmu. Itu tercatat sebagai inven­ ”Terserahlah.” Maggie memperbaiki poni rambutnya, meletak­ taris kantor.” dokumen yang dibawanya, ”Toh aku bisa menjual kan tumpukan Aku tertawa lagi, sambil membaca halaman depan dokumen perlengkapan kantor sebelum kau melakukannya. Termasuk menjual koleksi mobil kesayanganmu. Itu tercatat sebagai inven­ ”Terserahlah.” Maggie memperbaiki poni rambutnya, meletak­ taris kantor.” kan tumpukan dokumen yang dibawanya, ”Toh aku bisa menjual Aku tertawa lagi, sambil membaca halaman depan dokumen perlengkapan kantor sebelum kau melakukannya. Termasuk yang diserahkan Maggie. ”Ini materi konferensi yang kuminta, menjual koleksi mobil kesayanganmu. Itu tercatat sebagai inven­ ”Terserahlah.” Maggie memperbaiki poni rambutnya, meletak­ taris kantor.” kan tumpukan dokumen yang dibawanya, ”Toh aku bisa menjual Aku tertawa lagi, sambil membaca halaman depan dokumen perlengkapan kantor sebelum kau melakukannya. Termasuk yang diserahkan Maggie. ”Ini materi konferensi yang kuminta, menjual koleksi mobil kesayanganmu. Itu tercatat sebagai inven­ ”Terserahlah.” Maggie memperbaiki poni rambutnya, meletak­ taris kantor.” kan tumpukan dokumen yang dibawanya, ”Toh aku bisa menjual Aku tertawa lagi, sambil membaca halaman depan dokumen perlengkapan kantor sebelum kau melakukannya. Termasuk yang diserahkan Maggie. ”Ini materi konferensi yang kuminta, menjual koleksi mobil kesayanganmu. Itu tercatat sebagai inven­ taris kantor.” dokumen yang dibawanya, ”Toh aku bisa menjual kan tumpukan Aku tertawa lagi, sambil membaca halaman depan dokumen perlengkapan kantor sebelum kau melakukannya. Termasuk yang diserahkan Maggie. ”Ini materi konferensi yang kuminta, menjual koleksi mobil kesayanganmu. Itu tercatat sebagai inven­ taris kantor.” kan tumpukan dokumen yang dibawanya, ”Toh aku bisa menjual Aku tertawa lagi, sambil membaca halaman depan dokumen perlengkapan kantor sebelum kau melakukannya. Termasuk yang diserahkan Maggie. ”Ini materi konferensi yang kuminta, menjual koleksi mobil kesayanganmu. Itu tercatat sebagai inven­ taris kantor.” kan tumpukan dokumen yang dibawanya, ”Toh aku bisa menjual Aku tertawa lagi, sambil membaca halaman depan dokumen perlengkapan sebelum kau melakukannya. Termasuk yang diserahkan Maggie. ”Ini materi konferensi yang kuminta, menjual koleksikantor mobil kesayanganmu. Itu tercatat sebagai inven­ taris kantor.” dokumen yang dibawanya, ”Toh aku bisa menjual kanAku tumpukan tertawa lagi, sambil membaca halaman depan dokumen



”Aku juga tidak punya waktu mengerjakan semua request-mu, ting? Aku tidak punya waktu mempelajari semuanya.” melakukan semua pekerjaan untukmu, mulai dari mengangkat bukan? Kau sudah menyortir hanya dokumen yang penting-pen­ tim riset sendiri untuk tujuan spesifik seperti ini. Aku hampir ada di job desc-ku. Kau seharusnya merekrut Thomas. Itu ”Aku juga tidak punya waktu mengerjakan semua request-mu, ting? Aku tidak punya waktu mempelajari semuanya.” melakukan semua pekerjaan untukmu, mulai dari mengangkat bukan? Kau sudah menyortir hanya dokumen yang penting-pen­ tim riset sendiri untuk tujuan spesifik seperti ini. Aku hampir ada di job desc-ku. Kau seharusnya merekrut Thomas. Itu ”Aku juga tidak punya waktu mengerjakan semua request-mu, ting? Aku tidak punya waktu mempelajari semuanya.” melakukan semua pekerjaan untukmu, mulai dari mengangkat bukan? Kau sudah menyortir hanya dokumen yang penting-pen­ tim riset sendiri untuk tujuan spesifik seperti ini. Aku hampir ada di job desc-ku. Kau seharusnya merekrut Thomas. Itu ”Aku juga tidak punya waktu mengerjakan semua request-mu, ting? Aku tidak punya waktu mempelajari semuanya.” bukan? Kau sudah menyortir hanya dokumen yang penting-pen­ tim riset sendiri untuk tujuan spesifik seperti ini. Aku hampir ada di job desc-ku. Kau seharusnya merekrut Thomas. Itu ”Aku juga tidak punya waktu mengerjakan semua request-mu, telepon, mencari data, membeli tiket, dan kau membayarnya de­ ting? Aku tidak punya waktu mempelajari semuanya.” melakukan pekerjaan untukmu, mulai dari mengangkat semua pekerjaan untukmu, mulai dari mengangkat tim riset sendiri untuk tujuan spesifik seperti ini. Aku hampir ada di job desc-ku. Kau seharusnya merekrut Thomas. Itu ”Aku juga tidak punya waktu mengerjakan semua request-mu, telepon, mencari data, membeli tiket, dan kau membayarnya de­ ting? Aku tidak punya waktu mempelajari semuanya.” melakukan semua pekerjaan untukmu, mulai dari mengangkat tim riset sendiri untuk tujuan spesifik seperti ini. Aku hampir ada di job desc-ku. Kau seharusnya merekrut Thomas. Itu ”Aku juga tidak punya waktu mengerjakan semua request-mu, telepon, mencari data, membeli tiket, dan kau membayarnya de­ ting? Aku tidak punya waktu mempelajari semuanya.” melakukan semua pekerjaan untukmu, mulai dari mengangkat tim riset sendiri untuk tujuan spesifik seperti ini. Aku hampir tidak ada di job desc-ku. Kau seharusnya merekrut Thomas. Itu ”Aku juga punya waktu mengerjakan semua request-mu, telepon, mencari data, membeli tiket, dan kau membayarnya de­ ting? Aku tidak punya waktu mempelajari semuanya.” melakukan semua pekerjaan untukmu, mulai dari mengangkat tim riset sendiri untuk tujuan spesifik seperti ini. Aku hampir ada di job desc-ku. Kau seharusnya merekrut Thomas. Itu ”Aku juga tidak punya waktu mengerjakan semua request-mu, ting? Aku tidak punya waktu mempelajari semuanya.” melakukan semua pekerjaan untukmu, mulai dari mengangkat tim riset sendiri untuk tujuan spesifik seperti ini. Aku hampir ada di job desc-ku. Kau seharusnya merekrut Thomas. Itu ngan gaji rendah pula, tahu.” Maggie berseru sebal. ”Aku juga tidak punya waktu mengerjakan semua request-mu, mencari data, membeli tiket, dan kau membayarnya de­ telepon, membeli tiket, dan kau membayarnya de­ melakukan semua pekerjaan untukmu, mulai dari mengangkat tim riset sendiri untuk tujuan spesifik seperti ini. Aku hampir ada di job desc-ku. Kau seharusnya merekrut Thomas. Itu ngan gaji rendah pula, tahu.” Maggie berseru sebal. ”Aku juga tidak punya waktu mengerjakan semua request-mu, telepon, mencari data, membeli tiket, dan kau membayarnya de­ melakukan semua pekerjaan untukmu, mulai dari mengangkat tim riset sendiri untuk tujuan spesifik seperti ini. Aku hampir ada di job desc-ku. Kau seharusnya merekrut Thomas. Itu ngan gaji rendah pula, tahu.” Maggie berseru sebal. ”Aku juga tidak punya waktu mengerjakan semua request-mu, telepon, mencari data, membeli tiket, dan kau membayarnya de­ melakukan semua pekerjaan untukmu, mulai dari mengangkat tim riset sendiri untuk tujuan spesifik seperti ini. Aku hampir ada di job desc-ku. Kau seharusnya merekrut Thomas. Itu ngan gaji rendah pula, tahu.” Maggie berseru sebal. ”Aku juga tidak punya waktu mengerjakan semua request-mu, telepon, mencari data, membeli tiket, dan kau membayarnya de­ melakukan semua pekerjaan untukmu, mulai dari mengangkat tim riset sendiri untuk tujuan spesifik seperti ini. Aku hampir ada di job desc-ku. Kau seharusnya merekrut Thomas. Itu ”Aku juga tidak punya waktu mengerjakan semua request-mu, telepon, mencari data, membeli tiket, dan kau membayarnya de­ melakukan semua pekerjaan untukmu, mulai dari mengangkat tim riset sendiri untuk tujuan spesifik seperti ini. Aku hampir ”Karena itulah, Meg. Karena kau mau melakukannya dengan tidak ada di job desc-ku. Kau seharusnya merekrut Thomas. Itu gaji rendah pula, tahu.” Maggie berseru sebal. ngan tahu.” Maggie berseru sebal. telepon, mencari data, membeli tiket, dan kau membayarnya de­ melakukan semua pekerjaan untukmu, mulai dari mengangkat tim riset sendiri untuk tujuan spesifik seperti ini. Aku hampir ”Karena itulah, Meg. Karena kau mau melakukannya dengan tidak ada di job desc-ku. Kau seharusnya merekrut Thomas. Itu ngan gaji rendah pula, tahu.” Maggie berseru sebal. telepon, mencari data, membeli tiket, dan kau membayarnya de­ melakukan semua pekerjaan untukmu, mulai dari mengangkat tim riset sendiri untuk tujuan spesifik seperti ini. Aku hampir ”Karena itulah, Meg. Karena kau mau melakukannya dengan tidak ada di job desc-ku. Kau seharusnya merekrut Thomas. Itu ngan gaji rendah pula, tahu.” Maggie berseru sebal. telepon, mencari data, membeli tiket, dan kau membayarnya de­ melakukan semua pekerjaan untukmu, mulai dari mengangkat tim riset sendiri untuk tujuan spesifik seperti ini. Aku hampir ”Karena itulah, Meg. Karena kau mau melakukannya dengan tidak ada di job desc-ku. Kau seharusnya merekrut Thomas. Itu ngan gaji rendah pula, tahu.” Maggie berseru sebal. telepon, mencari data, membeli tiket, dan kau membayarnya de­ melakukan semua pekerjaan untukmu, mulai dari mengangkat tim riset sendiri untuk tujuan spesifik seperti ini. Aku hampir tidak ada di job desc-ku. Kau seharusnya merekrut Thomas. Itu ngan gaji rendah pula, tahu.” Maggie berseru sebal. telepon, mencari data, membeli tiket, dan kau membayarnya de­ melakukan semua pekerjaan untukmu, mulai dari mengangkat gaji rendah, aku tidak perlu tim riset lainnya.” Aku menjawab tim riset sendiri untuk tujuan spesifik seperti ini. Aku hampir ”Karena itulah, Meg. Karena kau mau melakukannya dengan Meg. Karena kau mau melakukannya dengan ngan gaji rendah pula, tahu.” Maggie berseru sebal. telepon, mencari data, membeli tiket, dan kau membayarnya de­ melakukan semua pekerjaan untukmu, mulai dari mengangkat gaji rendah, aku tidak perlu tim riset lainnya.” Aku menjawab tim riset sendiri untuk tujuan spesifik seperti ini. Aku hampir ”Karena itulah, Meg. Karena kau mau melakukannya dengan ngan gaji rendah pula, tahu.” Maggie berseru sebal. telepon, mencari data, membeli tiket, dan kau membayarnya de­ melakukan semua pekerjaan untukmu, mulai dari mengangkat gaji rendah, aku tidak perlu tim riset lainnya.” Aku menjawab tim riset sendiri untuk tujuan spesifik seperti ini. Aku hampir ”Karena itulah, Meg. Karena kau mau melakukannya dengan ngan gaji rendah pula, tahu.” Maggie berseru sebal. telepon, mencari data, membeli tiket, dan kau membayarnya de­ melakukan semua pekerjaan untukmu, mulai dari mengangkat gaji rendah, aku tidak perlu tim riset lainnya.” Aku menjawab tim riset sendiri untuk tujuan spesifik seperti ini. Aku hampir ”Karena itulah, Meg. Karena kau mau melakukannya dengan ngan gaji rendah pula, tahu.” Maggie berseru sebal. telepon, mencari data, membeli tiket, dan kau membayarnya de­ melakukan semua pekerjaan untukmu, mulai dari mengangkat tim riset sendiri untuk tujuan spesifik seperti ini. Aku hampir ”Karena itulah, Meg. Karena kau mau melakukannya dengan ngan gaji rendah pula, tahu.” Maggie berseru sebal. telepon, mencari data, membeli tiket, dan kau membayarnya de­ asal, mengangkat bahu. melakukan semua pekerjaan untukmu, mulai dari mengangkat rendah, aku tidak perlu tim riset lainnya.” Aku menjawab gaji perlu tim riset lainnya.” Aku menjawab ”Karena itulah, Meg. Karena kau mau melakukannya dengan ngan gaji rendah pula, tahu.” Maggie berseru sebal. telepon, mencari data, membeli tiket, dan kau membayarnya de­ asal, mengangkat bahu. melakukan semua pekerjaan untukmu, mulai dari mengangkat gaji rendah, aku tidak perlu tim riset lainnya.” Aku menjawab ”Karena itulah, Meg. Karena kau mau melakukannya dengan ngan gaji rendah pula, tahu.” Maggie berseru sebal. telepon, mencari data, membeli tiket, dan kau membayarnya de­ asal, mengangkat bahu. melakukan semua pekerjaan untukmu, mulai dari mengangkat gaji rendah, aku tidak perlu tim riset lainnya.” Aku menjawab ”Karena itulah, Meg. Karena kau mau melakukannya dengan ngan gaji rendah pula, tahu.” Maggie berseru sebal. telepon, mencari data, membeli tiket, dan kau membayarnya de­ asal, mengangkat bahu. melakukan semua pekerjaan untukmu, mulai dari mengangkat gaji rendah, aku tidak perlu tim riset lainnya.” Aku menjawab ”Karena itulah, Meg. Karena kau mau melakukannya dengan ngan gaji rendah pula, tahu.” Maggie berseru sebal. telepon, mencari data, membeli tiket, dan kau membayarnya de­ melakukan semua pekerjaan untukmu, mulai dari mengangkat gaji rendah, aku tidak perlu tim riset lainnya.” Aku menjawab ”Karena itulah, Meg. Karena kau mau melakukannya dengan ngan gaji rendah pula, tahu.” Maggie berseru sebal. ”Ya, ya,” Maggie tidak tertarik melanjutkan gurauanku, mem­ mengangkat bahu. telepon, mencari data, membeli tiket, dan kau membayarnya de­ asal, bahu. gaji rendah, aku tidak perlu tim riset lainnya.” Aku menjawab ”Karena itulah, Meg. Karena kau mau melakukannya dengan ngan gaji rendah pula, tahu.” Maggie berseru sebal. ”Ya, ya,” Maggie tidak tertarik melanjutkan gurauanku, mem­ telepon, mencari data, membeli tiket, dan kau membayarnya de­ asal, mengangkat bahu. gaji rendah, aku tidak perlu tim riset lainnya.” Aku menjawab ”Karena itulah, Meg. Karena kau mau melakukannya dengan ngan gaji rendah pula, tahu.” Maggie berseru sebal. ”Ya, ya,” Maggie tidak tertarik melanjutkan gurauanku, mem­ telepon, mencari data, membeli tiket, dan kau membayarnya de­ asal, mengangkat bahu. gaji rendah, aku tidak perlu tim riset lainnya.” Aku menjawab ”Karena itulah, Meg. Karena kau mau melakukannya dengan ngan gaji rendah pula, tahu.” Maggie berseru sebal. ”Ya, ya,” Maggie tidak tertarik melanjutkan gurauanku, mem­ telepon, mencari data, membeli tiket, dan kau membayarnya de­ asal, mengangkat bahu. gaji rendah, aku tidak perlu tim riset lainnya.” Aku menjawab ”Karena itulah, Meg. Karena kau mau melakukannya dengan ngan gaji rendah pula, tahu.” Maggie berseru sebal. telepon, mencari data, membeli tiket, dan kau membayarnya de­ asal, mengangkat bahu. gaji rendah, aku tidak perlu tim riset lainnya.” Aku menjawab ”Karena itulah, Meg. Karena kau mau melakukannya dengan ”Ya, ya,” Maggie tidak tertarik melanjutkan gurauanku, mem­ bahas hal lain, ”aku akan segera menyiapkan tiket perjalanan ke ngan gaji rendah pula, tahu.” Maggie berseru sebal. tidak tertarik melanjutkan gurauanku, mem­ asal, mengangkat bahu. gaji rendah, aku tidak perlu tim riset lainnya.” Aku menjawab ”Karena itulah, Meg. Karena kau mau melakukannya dengan bahas hal lain, ”aku akan segera menyiapkan tiket perjalanan ke ngan gaji rendah pula, tahu.” Maggie berseru sebal. ”Ya, ya,” Maggie tidak tertarik melanjutkan gurauanku, mem­ asal, mengangkat bahu. gaji rendah, aku tidak perlu tim riset lainnya.” Aku menjawab ”Karena itulah, Meg. Karena kau mau melakukannya dengan bahas hal lain, ”aku akan segera menyiapkan tiket perjalanan ke ngan gaji rendah pula, tahu.” Maggie berseru sebal. ”Ya, ya,” Maggie tidak tertarik melanjutkan gurauanku, mem­ asal, mengangkat bahu. gaji rendah, aku tidak perlu tim riset lainnya.” Aku menjawab ”Karena itulah, Meg. Karena kau mau melakukannya dengan bahas hal lain, ”aku akan segera menyiapkan tiket perjalanan ke ngan gaji rendah pula, tahu.” Maggie berseru sebal. ”Ya, ya,” Maggie tidak tertarik melanjutkan gurauanku, mem­ asal, mengangkat bahu. gaji rendah, aku tidak perlu tim riset lainnya.” Aku menjawab ”Karena itulah, Meg. Karena kau mau melakukannya dengan ngan gaji rendah pula, tahu.” Maggie berseru sebal. ”Ya, ya,” Maggie tidak tertarik melanjutkan gurauanku, mem­ asal, mengangkat bahu. gaji rendah, aku tidak perlu tim riset lainnya.” Aku menjawab hal lain, ”aku akan segera menyiapkan tiket perjalanan ke Hong Kong. Kau jadi melanjutkan perjalanan ke Makau sorenya ”Karena itulah, Meg. Karena kau mau melakukannya dengan bahas akan segera menyiapkan tiket perjalanan ke ”Ya, ya,” Maggie tidak tertarik melanjutkan gurauanku, mem­ asal, mengangkat bahu. gaji rendah, aku tidak perlu tim riset lainnya.” Aku menjawab Hong Kong. Kau jadi melanjutkan perjalanan ke Makau sorenya ”Karena itulah, Meg. Karena kau mau melakukannya dengan bahas hal lain, ”aku akan segera menyiapkan tiket perjalanan ke ”Ya, ya,” Maggie tidak tertarik melanjutkan gurauanku, mem­ asal, mengangkat bahu. gaji rendah, aku tidak perlu tim riset lainnya.” Aku menjawab Hong Kong. Kau jadi melanjutkan perjalanan ke Makau sorenya ”Karena itulah, Meg. Karena kau mau melakukannya dengan bahas hal lain, ”aku akan segera menyiapkan tiket perjalanan ke ”Ya, ya,” Maggie tidak tertarik melanjutkan gurauanku, mem­ asal, mengangkat bahu. gaji rendah, aku tidak perlu tim riset lainnya.” Aku menjawab Hong Kong. Kau jadi melanjutkan perjalanan ke Makau sorenya ”Karena itulah, Meg. Karena kau mau melakukannya dengan bahas hal lain, ”aku akan segera menyiapkan tiket perjalanan ke ”Ya, ya,” Maggie tidak tertarik melanjutkan gurauanku, mem­ asal, mengangkat bahu. gaji rendah, aku tidak perlu tim riset lainnya.” Aku menjawab ”Karena itulah, Meg. Karena kau mau melakukannya dengan bahas hal lain, ”aku akan segera menyiapkan tiket perjalanan ke ”Ya, ya,” Maggie tidak tertarik melanjutkan gurauanku, mem­ asal, mengangkat bahu. Hong Kong. Kau jadi melanjutkan perjalanan ke Makau sorenya sehari kemudian?” gaji rendah, aku tidak perlu tim riset lainnya.” Aku menjawab melanjutkan perjalanan ke Makau sorenya bahas hal lain, ”aku akan segera menyiapkan tiket perjalanan ke ”Ya, ya,” Maggie tidak tertarik melanjutkan gurauanku, mem­ asal, mengangkat bahu. sehari kemudian?” gaji rendah, aku tidak perlu tim riset lainnya.” Aku menjawab Hong Kong. Kau jadi melanjutkan perjalanan ke Makau sorenya bahas hal lain, ”aku akan segera menyiapkan tiket perjalanan ke ”Ya, ya,” Maggie tidak tertarik melanjutkan gurauanku, mem­ asal, mengangkat bahu. sehari kemudian?” gaji rendah, aku tidak perlu tim riset lainnya.” Aku menjawab Hong Kong. Kau jadi melanjutkan perjalanan ke Makau sorenya bahas hal lain, ”aku akan segera menyiapkan tiket perjalanan ke ”Ya, ya,” Maggie tidak tertarik melanjutkan gurauanku, mem­ asal, mengangkat bahu. sehari kemudian?” gaji rendah, aku tidak perlu tim riset lainnya.” Aku menjawab Hong Kong. Kau jadi melanjutkan perjalanan ke Makau sorenya bahas hal lain, ”aku akan segera menyiapkan tiket perjalanan ke ”Ya, ya,” Maggie tidak tertarik melanjutkan gurauanku, mem­ asal, mengangkat bahu. gaji rendah, aku tidak perlu tim riset lainnya.” Aku menjawab Hong Kong. Kau jadi melanjutkan perjalanan ke Makau sorenya bahas hal lain, ”aku akan segera menyiapkan tiket perjalanan ke kemudian?” ”Ya, ya,” Maggie tidak tertarik melanjutkan gurauanku, mem­ ”Iya, tapi cukup kaupastikan tiket ke Hong Kong saja. Aku asal, mengangkat bahu. sehari Hong Kong. Kau jadi melanjutkan perjalanan ke Makau sorenya bahas hal lain, ”aku akan segera menyiapkan tiket perjalanan ke ”Ya, ya,” Maggie tidak tertarik melanjutkan gurauanku, mem­ ”Iya, tapi cukup kaupastikan tiket ke Hong Kong saja. Aku asal, mengangkat bahu. sehari kemudian?” Hong Kong. Kau jadi melanjutkan perjalanan ke Makau sorenya bahas hal lain, ”aku akan segera menyiapkan tiket perjalanan ke ”Ya, ya,” Maggie tidak tertarik melanjutkan gurauanku, mem­ ”Iya, tapi cukup kaupastikan tiket ke Hong Kong saja. Aku asal, mengangkat bahu. sehari kemudian?” Hong Kong. Kau jadi melanjutkan perjalanan ke Makau sorenya bahas hal lain, ”aku akan segera menyiapkan tiket perjalanan ke ”Ya, ya,” Maggie tidak tertarik melanjutkan gurauanku, mem­ ”Iya, tapi cukup kaupastikan tiket ke Hong Kong saja. Aku asal, mengangkat bahu. sehari kemudian?” Hong Kong. Kau jadi melanjutkan perjalanan ke Makau sorenya bahas hal lain, ”aku akan segera menyiapkan tiket perjalanan ke ”Ya, ya,” Maggie tidak tertarik melanjutkan gurauanku, mem­ asal, mengangkat bahu. sehari kemudian?” Hong Kong. Kau jadi melanjutkan perjalanan ke Makau sorenya ”Iya, tapi cukup kaupastikan tiket ke Hong Kong saja. Aku bahas hal lain, ”aku akan segera menyiapkan tiket perjalanan ke akan naik kapal cepat ke Makau, juga hotel, sudah disiapkan ”Ya, ya,” Maggie tidak tertarik melanjutkan gurauanku, mem­ kaupastikan tiket ke Hong Kong saja. Aku sehari kemudian?” Hong Kong. Kau jadi melanjutkan perjalanan ke Makau sorenya bahas hal lain, ”aku akan segera menyiapkan tiket perjalanan ke akan naik kapal cepat ke Makau, juga hotel, sudah disiapkan ”Ya, ya,” Maggie tidak tertarik melanjutkan gurauanku, mem­ ”Iya, tapi cukup kaupastikan tiket ke Hong Kong saja. Aku sehari kemudian?” Hong Kong. Kau jadi melanjutkan perjalanan ke Makau sorenya bahas hal lain, ”aku akan segera menyiapkan tiket perjalanan ke akan naik kapal cepat ke Makau, juga hotel, sudah disiapkan ”Ya, ya,” Maggie tidak tertarik melanjutkan gurauanku, mem­ ”Iya, tapi cukup kaupastikan tiket ke Hong Kong saja. Aku sehari kemudian?” Hong Kong. Kau jadi melanjutkan perjalanan ke Makau sorenya bahas hal lain, ”aku akan segera menyiapkan tiket perjalanan ke akan naik kapal cepat ke Makau, juga hotel, sudah disiapkan ”Ya, ya,” Maggie tidak tertarik melanjutkan gurauanku, mem­ ”Iya, tapi cukup kaupastikan tiket ke Hong Kong saja. Aku sehari kemudian?” Hong Kong. Kau jadi melanjutkan perjalanan ke Makau sorenya bahas hal lain, ”aku akan segera menyiapkan tiket perjalanan ke ”Ya, ya,” Maggie tidak tertarik melanjutkan gurauanku, mem­ ”Iya, tapi cukup kaupastikan tiket ke Hong Kong saja. Aku sehari kemudian?” naik kapal cepat ke Makau, juga hotel, sudah disiapkan Hong Kong. Kau jadi melanjutkan perjalanan ke Makau sorenya oleh mereka. Tidak perlu kausiapkan.” bahas hal lain, ”aku akan segera menyiapkan tiket perjalanan ke akan ke Makau, juga hotel, sudah disiapkan ”Iya, tapi cukup kaupastikan tiket ke Hong Kong saja. Aku sehari kemudian?” Hong Kong. Kau jadi melanjutkan perjalanan ke Makau sorenya oleh mereka. Tidak perlu kausiapkan.” bahas hal lain, ”aku akan segera menyiapkan tiket perjalanan ke akan naik kapal cepat ke Makau, juga hotel, sudah disiapkan ”Iya, tapi cukup kaupastikan tiket ke Hong Kong saja. Aku sehari kemudian?” Hong Kong. Kau jadi melanjutkan perjalanan ke Makau sorenya oleh mereka. Tidak perlu kausiapkan.” bahas hal lain, ”aku akan segera menyiapkan tiket perjalanan ke akan naik kapal cepat ke Makau, juga hotel, sudah disiapkan ”Iya, tapi cukup kaupastikan tiket ke Hong Kong saja. Aku sehari kemudian?” Hong Kong. Kau jadi melanjutkan perjalanan ke Makau sorenya oleh mereka. Tidak perlu kausiapkan.” bahas hal lain, ”aku akan segera menyiapkan tiket perjalanan ke akan naik kapal cepat ke Makau, juga hotel, sudah disiapkan ”Iya, tapi cukup kaupastikan tiket ke Hong Kong saja. Aku sehari kemudian?” Hong Kong. Kau jadi melanjutkan perjalanan ke Makau sorenya bahas hal lain, ”aku akan segera menyiapkan tiket perjalanan ke akan naik kapal cepat ke Makau, juga hotel, sudah disiapkan oleh mereka. Tidak perlu kausiapkan.” ”Iya, tapi cukup kaupastikan tiket ke Hong Kong saja. Aku sehari kemudian?” ”Baik, kau bosnya.” Maggie mencoret notes di tangannya. ”By Hong Kong. Kau jadi melanjutkan perjalanan ke Makau sorenya perlu kausiapkan.” akan naik kapal cepat ke Makau, juga hotel, sudah disiapkan ”Iya, tapi cukup kaupastikan tiket ke Hong Kong saja. Aku sehari kemudian?” ”Baik, kau bosnya.” Maggie mencoret notes di tangannya. ”By Hong Kong. Kau jadi melanjutkan perjalanan ke Makau sorenya oleh mereka. Tidak perlu kausiapkan.” akan naik kapal cepat ke Makau, juga hotel, sudah disiapkan ”Iya, tapi cukup kaupastikan tiket ke Hong Kong saja. Aku sehari kemudian?” ”Baik, kau bosnya.” Maggie mencoret notes di tangannya. ”By Hong Kong. Kau jadi melanjutkan perjalanan ke Makau sorenya oleh mereka. Tidak perlu kausiapkan.” akan naik kapal cepat ke Makau, juga hotel, sudah disiapkan ”Iya, tapi cukup kaupastikan tiket ke Hong Kong saja. Aku sehari kemudian?” ”Baik, kau bosnya.” Maggie mencoret notes di tangannya. ”By Hong Kong. Kau jadi melanjutkan perjalanan ke Makau sorenya oleh mereka. Tidak perlu kausiapkan.” akan naik kapal cepat ke Makau, juga hotel, sudah disiapkan ”Iya, tapi cukup kaupastikan tiket ke Hong Kong saja. Aku sehari kemudian?” Hong Kong. Kau jadi melanjutkan perjalanan ke Makau sorenya oleh mereka. Tidak perlu kausiapkan.” ”Baik, kau bosnya.” Maggie mencoret notes di tangannya. ”By akan naik kapal cepat ke Makau, juga hotel, disiapkan ”Iya, tapi cukup kaupastikan tiket ke Hong Kong saja. Aku the way, aku harus bilang apa soal perjalanan ke Makau ini jika sehari kemudian?” ”Baik, kau bosnya.” Maggie mencoret notes di tangannya. ”By oleh mereka. Tidak perlu kausiapkan.” akan naik kapal cepat ke Makau, juga hotel, sudah disiapkan ”Iya, tapi cukup kaupastikan tiket ke Hong Kong saja. Aku the way, aku harus bilang apa soal perjalanan ke Makau ini jika sehari kemudian?” ”Baik, kau bosnya.” Maggie mencoret notes disudah tangannya. ”By oleh mereka. Tidak perlu kausiapkan.” akan naik kapal cepat ke Makau, juga hotel, sudah disiapkan ”Iya, tapi cukup kaupastikan tiket ke Hong Kong saja. the way, aku harus bilang apa soal perjalanan ke Makau ini jika sehari kemudian?” ”Baik, kau bosnya.” Maggie mencoret notes di tangannya. ”By oleh mereka. Tidak perlu kausiapkan.” akan naik kapal cepat keapa Makau, juga hotel, sudah disiapkan ”Iya, tapi cukup kaupastikan tiket ke Hong Kong saja. Aku the way, aku harus bilang apa soal perjalanan ke Makau iniAku jika sehari kemudian?” ”Baik, kau bosnya.” Maggie mencoret notes di tangannya. ”By oleh mereka. Tidak perlu kausiapkan.” akan naik kapal cepat ke Makau, juga hotel, sudah disiapkan ”Iya, tapi cukup kaupastikan tiket ke Hong Kong saja. Aku sehari kemudian?” ”Baik, kau bosnya.” Maggie mencoret notes di tangannya. ”By the way, aku harus bilang soal perjalanan ke Makau ini jika oleh mereka. Tidak perlu kausiapkan.” akan naik kapal cepat ke Makau, juga hotel, sudah disiapkan ada yang bertanya? Tuan Thomas sedang bermain golf setelah ”Iya, tapi cukup kaupastikan tiket ke Hong Kong saja. Aku the way, aku harus bilang apa soal perjalanan ke Makau ini jika ”Baik, kau bosnya.” Maggie mencoret notes di tangannya. ”By oleh mereka. Tidak perlu kausiapkan.” akan naik kapal cepat ke Makau, juga hotel, sudah disiapkan ada yang bertanya? Tuan Thomas sedang bermain golf setelah ”Iya, tapi cukup kaupastikan tiket ke Hong Kong saja. Aku the way, aku harus bilang apa soal perjalanan ke Makau ini jika ”Baik, kau bosnya.” Maggie mencoret notes di tangannya. ”By oleh mereka. Tidak perlu kausiapkan.” akan naik kapal cepat ke Makau, juga hotel, sudah disiapkan ada yang bertanya? Tuan Thomas sedang bermain golf setelah ”Iya, tapi cukup kaupastikan tiket ke Hong Kong saja. Aku the way, aku harus bilang apa soal perjalanan ke Makau ini jika ”Baik, kau bosnya.” Maggie mencoret notes di tangannya. ”By oleh mereka. Tidak perlu kausiapkan.” akan naik kapal cepat ke Makau, juga hotel, sudah disiapkan ada yang bertanya? Tuan Thomas sedang bermain golf setelah ”Iya, tapi cukup kaupastikan tiket ke Hong Kong saja. Aku the way, aku harus bilang apa soal perjalanan ke Makau ini jika ”Baik, kau bosnya.” Maggie mencoret notes di tangannya. ”By oleh mereka. Tidak perlu kausiapkan.” akan naik kapal cepat ke Makau, juga hotel, sudah disiapkan ”Iya, tapi cukup kaupastikan tiket ke Hong Kong saja. Aku the way, aku harus bilang apa soal perjalanan ke Makau ini jika ada yang bertanya? Tuan Thomas sedang bermain golf setelah ”Baik, kau bosnya.” Maggie mencoret notes di tangannya. ”By oleh mereka. Tidak perlu kausiapkan.” seharian konferensi di Hong Kong? Atau kujawab lurus, Tuan akan naik kapal cepat ke Makau, juga hotel, sudah disiapkan ada yang bertanya? Tuan Thomas sedang bermain golf setelah the way, aku harus bilang apa soal perjalanan ke Makau ini jika ”Baik, kau bosnya.” Maggie mencoret notes di tangannya. ”By oleh mereka. Tidak perlu kausiapkan.” seharian konferensi di Hong Kong? Atau kujawab lurus, Tuan akan naik kapal cepat ke Makau, juga hotel, sudah disiapkan ada yang bertanya? Tuan Thomas sedang bermain golf setelah the way, aku harus bilang apa soal perjalanan ke Makau ini jika ”Baik, kau bosnya.” Maggie mencoret notes di tangannya. ”By oleh mereka. Tidak perlu kausiapkan.” seharian konferensi di Hong Kong? Atau kujawab lurus, Tuan akan naik kapal cepat ke Makau, juga hotel, sudah disiapkan ada yang bertanya? Tuan Thomas sedang bermain golf setelah the way, aku harus bilang apa soal perjalanan ke Makau ini jika ”Baik, kau bosnya.” Maggie mencoret notes di tangannya. ”By oleh mereka. Tidak perlu kausiapkan.” seharian konferensi di Hong Kong? Atau kujawab lurus, Tuan akan naik kapal cepat ke Makau, juga hotel, sudah disiapkan ada yang bertanya? Tuan Thomas sedang bermain golf setelah the way, aku harus bilang apa soal perjalanan ke Makau ini jika ”Baik, kau bosnya.” Maggie mencoret notes di tangannya. ”By oleh mereka. Tidak perlu kausiapkan.” akan naik kapal cepat ke Makau, juga hotel, sudah disiapkan seharian konferensi di Hong Kong? Atau kujawab lurus, Tuan ada yang bertanya? Tuan Thomas sedang bermain golf setelah the way, aku harus bilang apa soal perjalanan ke Makau ini jika ”Baik, kau bosnya.” Maggie mencoret notes di tangannya. ”By Thomas sedang saling melukai dengan eksekutif muda lain yang oleh mereka. Tidak perlu kausiapkan.” seharian konferensi di Hong Kong? Atau kujawab lurus, Tuan ada yang bertanya? Tuan Thomas sedang bermain golf setelah the way, aku harus bilang apa soal perjalanan ke Makau ini jika ”Baik, kau bosnya.” Maggie mencoret notes di tangannya. ”By Thomas sedang saling melukai dengan eksekutif muda lain yang oleh mereka. Tidak perlu kausiapkan.” seharian konferensi di Hong Kong? Atau kujawab lurus, Tuan ada yang bertanya? Tuan Thomas sedang bermain golf setelah the way, aku harus bilang apa soal perjalanan ke Makau ini jika ”Baik, kau bosnya.” Maggie mencoret notes di tangannya. ”By Thomas sedang saling melukai dengan eksekutif muda lain yang oleh mereka. Tidak perlu kausiapkan.” seharian konferensi di Hong Kong? Atau kujawab lurus, Tuan ada yang bertanya? Tuan Thomas sedang bermain golf setelah the way, aku harus bilang apa soal perjalanan ke Makau ini jika ”Baik, kau bosnya.” Maggie mencoret notes di tangannya. ”By Thomas sedang saling melukai dengan eksekutif muda lain yang oleh mereka. Tidak perlu kausiapkan.” seharian konferensi di Hong Kong? Atau kujawab lurus, Tuan ada yang bertanya? Tuan Thomas sedang bermain golf setelah the way, aku harus bilang apa soal perjalanan ke Makau ini jika ”Baik, kau bosnya.” Maggie mencoret notes di tangannya. ”By oleh mereka. Tidak perlu kausiapkan.” Thomas sedang saling melukai dengan eksekutif muda lain yang seharian konferensi di Hong Kong? Atau kujawab lurus, Tuan ada yang bertanya? Tuan Thomas sedang bermain golf setelah the way, aku harus bilang apa soal perjalanan ke Makau ini jika terlalu banyak memproduksi hormon testosteronnya. Bertinju di ”Baik, kau bosnya.” Maggie mencoret notes di tangannya. ”By Thomas sedang saling melukai dengan eksekutif muda lain yang seharian konferensi di Hong Kong? Atau kujawab lurus, Tuan ada yang bertanya? Tuan Thomas sedang bermain golf setelah the way, aku harus bilang apa soal perjalanan ke Makau ini jika terlalu banyak memproduksi hormon testosteronnya. Bertinju di ”Baik, kau bosnya.” Maggie mencoret notes di tangannya. ”By Thomas sedang saling melukai dengan eksekutif muda lain yang seharian konferensi di Hong Kong? Atau kujawab lurus, Tuan ada yang bertanya? Tuan Thomas sedang bermain golf setelah the way, aku harus bilang apa soal perjalanan ke Makau ini jika terlalu banyak memproduksi hormon testosteronnya. Bertinju di ”Baik, kau bosnya.” Maggie mencoret notes di tangannya. ”By Thomas sedang saling melukai dengan eksekutif muda lain yang seharian konferensi di Hong Kong? Atau kujawab lurus, Tuan ada yang bertanya? Tuan Thomas sedang bermain golf setelah the way, aku harus bilang apa soal perjalanan ke Makau ini jika terlalu banyak memproduksi hormon testosteronnya. Bertinju di ”Baik, kau bosnya.” Maggie mencoret notes di tangannya. ”By Thomas sedang saling melukai dengan eksekutif muda lain yang seharian konferensi di Hong Kong? Atau kujawab lurus, Tuan ada yang bertanya? Tuan Thomas sedang bermain golf setelah the way, aku harus bilang apa soal perjalanan ke Makau ini jika ”Baik, kau bosnya.” Maggie mencoret notes di tangannya. ”By terlalu banyak memproduksi hormon testosteronnya. Bertinju di Thomas sedang saling melukai dengan eksekutif muda lain yang seharian konferensi di Hong Kong? Atau kujawab lurus, Tuan ada yang bertanya? Tuan Thomas sedang bermain golf setelah klub rahasia?” the way, aku harus bilang apa soal perjalanan ke Makau ini jika terlalu banyak memproduksi hormon testosteronnya. Bertinju di Thomas sedang saling melukai dengan eksekutif muda lain yang seharian konferensi di Hong Kong? Atau kujawab lurus, Tuan ada yang bertanya? Tuan Thomas sedang bermain golf setelah klub rahasia?” the way, aku harus bilang apa soal perjalanan ke Makau ini jika terlalu banyak memproduksi hormon testosteronnya. Bertinju di Thomas sedang saling melukai dengan eksekutif muda lain yang seharian konferensi di Hong Kong? Atau kujawab lurus, Tuan ada yang bertanya? Tuan Thomas sedang bermain golf setelah klub rahasia?” the way, aku harus bilang apa soal perjalanan ke Makau ini jika terlalu banyak memproduksi hormon testosteronnya. Bertinju di Thomas sedang saling melukai dengan eksekutif muda lain yang seharian konferensi di Hong Kong? Atau kujawab lurus, Tuan ada yang bertanya? Tuan Thomas sedang bermain golf setelah klub rahasia?” the way, aku harus bilang apa soal perjalanan ke Makau ini jika terlalu banyak memproduksi hormon testosteronnya. Bertinju di Thomas sedang saling melukai dengan eksekutif muda lain yang seharian konferensi di Hong Kong? Atau kujawab lurus, Tuan ada yang bertanya? Tuan Thomas sedang bermain golf setelah the way, aku harus bilang apa soal perjalanan ke Makau ini jika klub rahasia?” terlalu banyak memproduksi hormon testosteronnya. Bertinju di Thomas sedang saling melukai dengan eksekutif muda lain yang seharian konferensi di Hong Kong? Atau kujawab lurus, Tuan Aku tertawa. ”Kau bisa mengarang yang lebih baik lagi, Meg. ada yang bertanya? Tuan Thomas sedang bermain golf setelah klub rahasia?” terlalu banyak memproduksi hormon testosteronnya. Bertinju di Thomas sedang saling melukai dengan eksekutif muda lain yang seharian konferensi di Hong Kong? Atau kujawab lurus, Tuan Aku tertawa. ”Kau bisa mengarang yang lebih baik lagi, Meg. ada yang bertanya? Tuan Thomas sedang bermain golf setelah klub rahasia?” terlalu banyak memproduksi hormon testosteronnya. Bertinju di Thomas sedang saling melukai dengan eksekutif muda lain yang seharian konferensi di Hong Kong? Atau kujawab lurus, Tuan Aku tertawa. ”Kau bisa mengarang yang lebih baik lagi, Meg. ada yang bertanya? Tuan Thomas sedang bermain golf setelah klub rahasia?” terlalu banyak memproduksi hormon testosteronnya. Bertinju di Thomas sedang saling melukai dengan eksekutif muda lain yang seharian konferensi di Hong Kong? Atau kujawab lurus, Tuan Aku tertawa. ”Kau bisa mengarang yang lebih baik lagi, Meg. ada yang bertanya? Tuan Thomas sedang bermain golf setelah klub rahasia?” terlalu banyak memproduksi hormon testosteronnya. Bertinju di Thomas sedang saling melukai dengan eksekutif muda lain yang seharian konferensi di Hong Kong? Atau kujawab lurus, Tuan Aku tertawa. ”Kau bisa mengarang yang lebih baik lagi, Meg. ada yang bertanya? Tuan Thomas sedang bermain golf setelah klub rahasia?” terlalu banyak memproduksi hormon testosteronnya. Bertinju di Thomas sedang saling melukai dengan eksekutif muda lain yang Aku sedang terapi kesehatan. Kau bisa bilang ekor di pantatku seharian konferensi di Hong Kong? Atau kujawab lurus, Tuan Aku tertawa. ”Kau bisa mengarang yang lebih baik lagi, Meg. klub rahasia?” terlalu banyak memproduksi hormon testosteronnya. Bertinju di Thomas sedang saling melukai dengan eksekutif muda lain yang Aku sedang terapi kesehatan. Kau bisa bilang ekor di pantatku seharian konferensi di Hong Kong? Atau kujawab lurus, Tuan Aku tertawa. ”Kau bisa mengarang yang lebih baik lagi, Meg. klub rahasia?” terlalu banyak memproduksi hormon testosteronnya. Bertinju di Thomas sedang saling melukai dengan eksekutif muda lain yang Aku sedang terapi kesehatan. Kau bisa bilang ekor di pantatku seharian konferensi di Hong Kong? Atau kujawab lurus, Tuan Aku tertawa. ”Kau bisa mengarang yang lebih baik lagi, Meg. klub rahasia?” terlalu banyak memproduksi hormon testosteronnya. Bertinju di Thomas sedang saling melukai dengan eksekutif muda lain yang Aku sedang terapi kesehatan. Kau bisa bilang ekor di pantatku seharian konferensi di Hong Kong? Atau kujawab lurus, Tuan Aku tertawa. ”Kau bisa mengarang yang lebih baik lagi, Meg. klub rahasia?” terlalu banyak memproduksi hormon testosteronnya. Bertinju di Thomas sedang saling melukai dengan eksekutif muda lain yang Aku sedang terapi kesehatan. Kau bisa bilang ekor di pantatku seharian konferensi di Hong Kong? Atau kujawab lurus, Tuan Aku tertawa. ”Kau bisa mengarang yang lebih baik lagi, Meg. klub rahasia?” terlalu banyak memproduksi hormon testosteronnya. Bertinju di tumbuh semakin panjang, misalnya.” Thomas sedang saling melukai dengan eksekutif muda lain yang Aku sedang terapi kesehatan. Kau bisa bilang ekor di pantatku Aku tertawa. ”Kau bisa mengarang yang lebih baik lagi, Meg. klub rahasia?” terlalu banyak memproduksi hormon testosteronnya. Bertinju di tumbuh semakin panjang, misalnya.” Thomas sedang saling melukai dengan eksekutif muda lain yang Aku sedang terapi kesehatan. Kau bisa bilang ekor di pantatku Aku tertawa. ”Kau bisa mengarang yang lebih baik lagi, Meg. klub rahasia?” terlalu banyak memproduksi hormon testosteronnya. Bertinju di tumbuh semakin panjang, misalnya.” Thomas sedang saling melukai dengan eksekutif muda lain yang Aku sedang terapi kesehatan. Kau bisa bilang ekor di pantatku Aku tertawa. ”Kau bisa mengarang yang lebih baik lagi, Meg. klub rahasia?” terlalu banyak memproduksi hormon testosteronnya. Bertinju di tumbuh semakin panjang, misalnya.” Thomas sedang saling melukai dengan eksekutif muda lain yang Aku sedang terapi kesehatan. Kau bisa bilang ekor di pantatku Aku tertawa. ”Kau bisa mengarang yang lebih baik lagi, Meg. klub rahasia?” terlalu banyak memproduksi hormon testosteronnya. Bertinju di tumbuh semakin panjang, misalnya.” Thomas sedang saling melukai dengan eksekutif muda lain yang Aku sedang terapi kesehatan. Kau bisa bilang ekor di pantatku Aku tertawa. ”Kau bisa mengarang yang lebih baik lagi, Meg. klub rahasia?” ”Baik, akan kukatakan demikian.” Maggie menyengir. ”Satu terlalu banyak memproduksi hormon testosteronnya. Bertinju di tumbuh semakin panjang, misalnya.” Aku sedang terapi kesehatan. Kau bisa bilang ekor di pantatku Aku tertawa. ”Kau bisa mengarang yang lebih baik lagi, Meg. klub rahasia?” ”Baik, akan kukatakan demikian.” Maggie menyengir. ”Satu terlalu banyak memproduksi hormon testosteronnya. Bertinju di tumbuh semakin panjang, misalnya.” Aku sedang terapi kesehatan. Kau bisa bilang ekor di pantatku Aku tertawa. ”Kau bisa mengarang yang lebih baik lagi, Meg. klub rahasia?” ”Baik, akan kukatakan demikian.” Maggie menyengir. ”Satu terlalu banyak memproduksi hormon testosteronnya. di tumbuh semakin panjang, misalnya.” Aku sedang terapi kesehatan. Kau bisa bilang ekor pantatku Aku tertawa. ”Kau bisa mengarang yang lebih baikdiBertinju lagi, Meg. klub rahasia?”



politik itu kembali menghubungi, kapan kau ada waktu untuk wan sekarang.” lagi, dan ini penting, Thomas, wartawan dari review mingguan Thom. Kau tahu seperti apa kelakuan warta­ ”Dia memaksa, Thom. Kau tahu seperti apa kelakuan warta­ ”Tidak minggu ini.” Aku menggeleng. wawancara?” politik itu kembali menghubungi, kapan kau ada waktu untuk wan sekarang.” lagi, dan ini penting, Thomas, wartawan dari review mingguan ”Dia memaksa, Thom. Kau tahu seperti apa kelakuan warta­ ”Tidak minggu ini.” Aku menggeleng. wawancara?” politik itu kembali menghubungi, kapan kau ada waktu untuk wan sekarang.” lagi, dan ini penting, Thomas, wartawan dari review mingguan ”Dia memaksa, Thom. Kau tahu seperti apa kelakuan warta­ ”Tidak minggu ini.” Aku menggeleng. wawancara?” politik itu kembali menghubungi, kapan kau ada waktu untuk wan sekarang.” lagi, danitu ini penting, Thomas, wartawan dari review mingguan ”Dia memaksa, Thom. Kau tahu seperti apa kelakuan warta­ ”Tidak minggu ini.” Aku menggeleng. wawancara?” politik kembali menghubungi, kapan kau ada waktu untuk ”Dia memaksa, Thom. Kau tahu seperti apa kelakuan warta­ ”Tidak minggu ini.” Aku menggeleng. wawancara?” ini, Meg.” politik itu kembali menghubungi, kapan kau ada waktu untuk wan sekarang.” ”Dia memaksa, Thom. Kau tahu seperti apa kelakuan warta­ ”Tidak minggu ini.” Aku menggeleng. wawancara?” ini, Meg.” politik itu kembali menghubungi, kapan kau ada waktu untuk wan sekarang.” ”Dia memaksa, Thom. Kau tahu seperti apa kelakuan warta­ ”Tidak minggu ini.” Aku menggeleng. wawancara?” ini, Meg.” politik itu kembali menghubungi, kapan kau ada waktu untuk wan sekarang.” ”Dia memaksa, Thom. Kau tahu seperti apa kelakuan warta­ ”Tidak minggu ini.” Aku menggeleng. wawancara?” ini, Meg.” politik itu kembali menghubungi, kapan kau ada waktu untuk wan sekarang.” ”Dia memaksa, Thom. Kau tahu seperti apa kelakuan warta­ ”Tidak minggu ini.” Aku menggeleng. wawancara?” wan sekarang.” ”Dia memaksa, Thom. Kau tahu seperti apa kelakuan warta­ ini.” Aku menggeleng. ”Ini mendesak, Thom. Aduh, asal kau tahu, itu teleponnya wawancara?” ”Tidak minggu ini, Meg.” ini, Meg.” wan sekarang.” ”Dia memaksa, Thom. Kau tahu seperti apa kelakuan warta­ ini.” Aku menggeleng. ”Ini mendesak, Thom. Aduh, asal kau tahu, itu teleponnya wawancara?” ini, Meg.” wan sekarang.” ”Dia memaksa, Thom. Kau tahu seperti apa kelakuan warta­ ”Tidak minggu ini.” Aku menggeleng. ”Ini mendesak, Thom. Aduh, asal kau tahu, itu teleponnya wawancara?” ini, Meg.” wan sekarang.” ”Dia memaksa, Thom. Kau tahu apa kelakuan warta­ ”Tidak minggu ini.” ini.” Aku menggeleng. ”Ini mendesak, Thom. Aduh, asalseperti kau tahu, itu teleponnya wawancara?” ini, Meg.” wan sekarang.” ”Dia memaksa, Thom. Kau tahu seperti apa kelakuan warta­ ”Tidak minggu Aku menggeleng. ini, Meg.” wan sekarang.” ”Dia memaksa, Thom. Kau tahu seperti apa kelakuan warta­ yang ketiga sepagi ini.” Maggie tidak senang mendengar jawaban­ ”Tidak minggu ini.” Aku menggeleng. ”Ini mendesak, Aduh, asal kau tahu, itu teleponnya Thom. Aduh, asal kau tahu, itu teleponnya ini, Meg.” wan sekarang.” ”Dia memaksa, Thom. Kau tahu seperti apa kelakuan warta­ yang ketiga sepagi ini.” Maggie tidak senang mendengar jawaban­ ”Tidak minggu ini.” Aku menggeleng. ”Ini mendesak, Thom. Aduh, asal kau tahu, itu teleponnya ini, Meg.” wan sekarang.” ”Dia memaksa, Thom. Kau tahu seperti apa kelakuan warta­ yang ketiga sepagi ini.” Maggie tidak senang mendengar jawaban­ ”Tidak minggu ini.” Aku menggeleng. ”Ini mendesak, Thom. Aduh, asal kau tahu, itu teleponnya ini, Meg.” wan sekarang.” ”Dia memaksa, Thom. Kau tahu seperti apa kelakuan warta­ yang ketiga sepagi ini.” Maggie tidak senang mendengar jawaban­ ”Tidak minggu ini.” Aku menggeleng. ”Ini mendesak, Thom. Aduh, asal kau tahu, itu teleponnya ini, Meg.” wan sekarang.” ”Dia memaksa, Thom. Kau tahu seperti apa kelakuan warta­ ”Ini mendesak, Thom. Aduh, asal kau tahu, itu teleponnya ”Tidak minggu ini, Meg.” wan sekarang.” ku. ”Ini jadi mirip sekali dengan siapa Nenek Lampir dulu itu? ”Dia memaksa, Thom. Kau tahu seperti apa kelakuan warta­ ketiga sepagi ini.” Maggie tidak senang mendengar jawaban­ yang ini.” Maggie tidak senang mendengar jawaban­ ”Ini mendesak, Thom. Aduh, asal kau tahu, itu teleponnya ”Tidak minggu ini, Meg.” wan sekarang.” ku. ”Ini jadi mirip sekali dengan siapa Nenek Lampir dulu itu? ”Dia memaksa, Thom. Kau tahu seperti apa kelakuan warta­ yang ketiga sepagi ini.” Maggie tidak senang mendengar jawaban­ ”Ini mendesak, Thom. Aduh, asal kau tahu, itu teleponnya ”Tidak minggu ini, Meg.” wan sekarang.” ku. ”Ini jadi mirip sekali dengan siapa Nenek Lampir dulu itu? ”Dia memaksa, Thom. Kau tahu seperti apa kelakuan warta­ yang ketiga sepagi ini.” Maggie tidak senang mendengar jawaban­ ”Ini mendesak, Thom. Aduh, asal kau tahu, itu teleponnya ”Tidak minggu ini, Meg.” wan sekarang.” ku. ”Ini jadi mirip ini.” sekali dengan siapa Nenek Lampir dulu itu? ”Dia memaksa, Thom. Kau tahu seperti apa kelakuan warta­ yang ketiga sepagi Maggie tidak senang mendengar jawaban­ ”Ini mendesak, Thom. Aduh, asal kau tahu, itu teleponnya ”Tidak minggu ini, Meg.” wan sekarang.” yang ketiga sepagi ini.” Maggie tidak senang mendengar jawaban­ ”Ini mendesak, Thom. Aduh, asal kau tahu, itu teleponnya ”Tidak minggu ini, Meg.” Wartawan yang kauajak ke mana-mana, kauajak bertemu men­ wan sekarang.” ”Ini jadi mirip sekali dengan siapa Nenek Lampir dulu itu? ku. sekali dengan siapa Nenek Lampir dulu itu? yang ketiga sepagi ini.” Maggie tidak senang mendengar jawaban­ ”Ini mendesak, Thom. Aduh, asal kau tahu, itu teleponnya ”Tidak minggu ini, Meg.” Wartawan yang kauajak ke mana-mana, kauajak bertemu men­ wan sekarang.” ku. ”Ini jadi mirip sekali dengan siapa Nenek Lampir dulu itu? yang ketiga sepagi ini.” Maggie tidak senang mendengar jawaban­ ”Ini mendesak, Thom. Aduh, asal kau tahu, itu teleponnya ”Tidak minggu ini, Meg.” Wartawan yang kauajak ke mana-mana, kauajak bertemu men­ wan sekarang.” ku. ”Ini jadi mirip sekali dengan siapa Nenek Lampir dulu itu? yang ketiga sepagi ini.” Maggie tidak senang mendengar jawaban­ ”Ini mendesak, Thom. Aduh, asal kau tahu, itu teleponnya ”Tidak minggu ini, Meg.” Wartawan yang kauajak ke mana-mana, kauajak bertemu men­ wan sekarang.” ku. ”Ini jadi mirip sekali dengan siapa Nenek Lampir dulu itu? yang ketiga sepagi ini.” Maggie tidak senang mendengar jawaban­ ”Ini mendesak, Thom. Aduh, asal kau tahu, itu teleponnya ”Tidak minggu ini, Meg.” ku. ”Ini jadi mirip sekali dengan siapa Nenek Lampir dulu itu? yang ketiga sepagi ini.” Maggie tidak senang mendengar jawaban­ ”Ini mendesak, Thom. Aduh, asal kau tahu, itu teleponnya yang kauajak ke mana-mana, kauajak bertemu men­ dengan kapal pesiar, tapi sekarang telah kaucam­ teri, jalan-jalan ”Tidak minggu ini, Meg.” Wartawan kauajak ke mana-mana, kauajak bertemu men­ ku. ”Ini jadi mirip sekali dengan siapa Nenek Lampir dulu itu? yang ketiga sepagi ini.” Maggie tidak senang mendengar jawaban­ ”Ini mendesak, Thom. Aduh, asal kau tahu, itu teleponnya dengan kapal pesiar, tapi sekarang telah kaucam­ teri, jalan-jalan ”Tidak minggu ini, Meg.” Wartawan yang kauajak ke mana-mana, kauajak bertemu men­ ku. ”Ini jadi mirip sekali dengan siapa Nenek Lampir dulu itu? yang ketiga sepagi ini.” Maggie tidak senang mendengar jawaban­ ”Ini mendesak, Thom. Aduh, asal kau tahu, itu teleponnya dengan kapal pesiar, tapi sekarang telah kaucam­ teri, jalan-jalan ”Tidak minggu ini, Meg.” Wartawan yang kauajak ke mana-mana, kauajak bertemu men­ ku. ”Ini jadi mirip sekali dengan siapa Nenek Lampir dulu itu? yang ketiga sepagi ini.” Maggie tidak senang mendengar jawaban­ ”Ini mendesak, Thom. Aduh, asal kau tahu, itu teleponnya dengan kapal pesiar, tapi sekarang telah kaucam­ teri, jalan-jalan ”Tidak minggu ini, Meg.” Wartawan yang kauajak ke mana-mana, kauajak bertemu men­ ku. ”Ini jadi mirip sekali dengan siapa Nenek Lampir dulu itu? yang ketiga sepagi ini.” Maggie tidak senang mendengar jawaban­ ”Ini mendesak, Thom. Aduh, asal kau tahu, itu teleponnya Wartawan yang kauajak ke mana-mana, kauajak bertemu men­ ku. ”Ini jadi mirip sekali dengan siapa Nenek Lampir dulu itu? yang ketiga sepagi ini.” Maggie tidak senang mendengar jawaban­ dengan kapal pesiar, tapi sekarang telah kaucam­ jalan-jalan pakkan itu? Siapa namanya dulu?” ”Ini mendesak, Thom. Aduh, asal kau tahu, itu teleponnya dengan kapal pesiar, tapi sekarang telah kaucam­ teri, Wartawan yang kauajak ke mana-mana, kauajak bertemu men­ ku. ”Ini jadi mirip sekali dengan siapa Nenek Lampir dulu itu? yang ketiga sepagi ini.” Maggie tidak senang mendengar jawaban­ pakkan itu? Siapa namanya dulu?” ”Ini mendesak, Thom. Aduh, asal kau tahu, itu teleponnya dengan kapal pesiar, tapi sekarang telah kaucam­ teri, jalan-jalan Wartawan yang kauajak ke mana-mana, kauajak bertemu men­ ku. ”Ini jadi mirip sekali dengan siapa Nenek Lampir dulu itu? yang ketiga sepagi ini.” Maggie tidak senang mendengar jawaban­ pakkan itu? Siapa namanya dulu?” ”Ini mendesak, Thom. Aduh, asal kau tahu, itu teleponnya dengan kapal pesiar, tapi sekarang telah kaucam­ teri, jalan-jalan Wartawan yang kauajak ke mana-mana, kauajak bertemu men­ ku. ”Ini jadi mirip sekali dengan siapa Nenek Lampir dulu itu? yang ketiga sepagi ini.” Maggie tidak senang mendengar jawaban­ pakkan itu? Siapa namanya dulu?” ”Ini mendesak, Thom. Aduh, asal kau tahu, itu teleponnya dengan kapal pesiar, tapi sekarang telah kaucam­ teri, jalan-jalan Wartawan yang kauajak ke mana-mana, kauajak bertemu men­ ku. ”Ini jadi mirip sekali dengan siapa Nenek Lampir dulu itu? yang ketiga sepagi ini.” Maggie tidak senang mendengar jawaban­ dengan kapal pesiar, tapi sekarang telah kaucam­ teri, jalan-jalan Wartawan yang kauajak ke mana-mana, kauajak bertemu men­ ku. ”Ini jadi mirip sekali dengan siapa Nenek Lampir dulu itu? itu? Siapa namanya dulu?” ”Tidak bisa minggu ini. Jadwalku padat.” yang ketiga sepagi ini.” Maggie tidak senang mendengar jawaban­ pakkan namanya dulu?” dengan kapal pesiar, tapi sekarang telah kaucam­ teri, jalan-jalan Wartawan yang kauajak ke mana-mana, kauajak bertemu men­ ku. ”Ini jadi mirip sekali dengan siapa Nenek Lampir dulu itu? ”Tidak bisa minggu ini. Jadwalku padat.” yang ketiga sepagi ini.” Maggie tidak senang mendengar jawaban­ pakkan itu? Siapa namanya dulu?” dengan kapal pesiar, tapi sekarang telah kaucam­ teri, jalan-jalan Wartawan yang kauajak ke mana-mana, kauajak bertemu men­ ku. ”Ini jadi mirip sekali dengan siapa Nenek Lampir dulu itu? ”Tidak bisa minggu ini. Jadwalku padat.” yang ketiga sepagi ini.” Maggie tidak senang mendengar jawaban­ pakkan itu? Siapa namanya dulu?” dengan kapal pesiar, tapi sekarang telah kaucam­ teri, jalan-jalan Wartawan yang kauajak ke mana-mana, kauajak bertemu men­ ku. ”Ini jadi mirip sekali dengan siapa Nenek Lampir dulu itu? ”Tidak bisa minggu ini. Jadwalku padat.” yang ketiga sepagi ini.” Maggie tidak senang mendengar jawaban­ pakkan itu? Siapa namanya dulu?” dengan kapal pesiar, tapi sekarang telah kaucam­ teri, jalan-jalan ku. ”Ini jadi mirip sekali dengan siapa Nenek Lampir dulu itu? Wartawan yang kauajak ke mana-mana, kauajak bertemu men­ pakkan itu? Siapa namanya dulu?” dengan kapal pesiar, tapi sekarang telah kaucam­ teri, jalan-jalan Wartawan yang kauajak ke mana-mana, kauajak bertemu men­ ”Tidak bisa minggu ini. Jadwalku padat.” ”Jika dia terus memaksa? Aku pusing menghadapinya, Thom.” ku. ”Ini jadi mirip sekali dengan siapa Nenek Lampir dulu itu? minggu ini. Jadwalku padat.” pakkan itu? Siapa namanya dulu?” dengan kapal pesiar, tapi sekarang telah kaucam­ teri, jalan-jalan Wartawan yang kauajak ke mana-mana, kauajak bertemu men­ ”Jika dia terus memaksa? Aku pusing menghadapinya, Thom.” ku. ”Ini jadi mirip sekali dengan siapa Nenek Lampir dulu itu? ”Tidak bisa minggu ini. Jadwalku padat.” pakkan itu? Siapa namanya dulu?” dengan kapal pesiar, tapi sekarang telah kaucam­ teri, jalan-jalan Wartawan yang kauajak ke mana-mana, kauajak bertemu men­ ”Jika dia terus memaksa? Aku pusing menghadapinya, Thom.” ku. ”Ini jadi mirip sekali dengan siapa Nenek Lampir dulu itu? ”Tidak bisa minggu ini. Jadwalku padat.” pakkan itu? Siapa namanya dulu?” dengan kapal pesiar, tapi sekarang telah kaucam­ teri, jalan-jalan Wartawan yang kauajak ke mana-mana, kauajak bertemu men­ ”Jika dia terus memaksa? Aku pusing menghadapinya, Thom.” ku. ”Ini jadi mirip sekali dengan siapa Nenek Lampir dulu itu? ”Tidak bisa minggu ini. Jadwalku padat.” pakkan itu? Siapa namanya dulu?” Wartawan yang kauajak ke mana-mana, kauajak bertemu men­ dengan kapal pesiar, tapi sekarang telah kaucam­ teri, jalan-jalan ”Tidak bisa minggu ini. Jadwalku padat.” pakkan itu? Siapa namanya dulu?” ”Jika dia terus memaksa? Aku pusing menghadapinya, Thom.” dengan kapal pesiar, tapi sekarang telah kaucam­ teri, jalan-jalan Aku tertawa. ”Tidak minggu ini, Meg. Aku sibuk. Kalau dia Wartawan yang kauajak ke mana-mana, kauajak bertemu men­ memaksa? Aku pusing menghadapinya, Thom.” ”Tidak bisa minggu ini. Jadwalku padat.” pakkan itu? Siapa namanya dulu?” dengan kapal pesiar, tapi sekarang telah kaucam­ teri, jalan-jalan Aku tertawa. ”Tidak minggu ini, Meg. Aku sibuk. Kalau dia Wartawan yang kauajak ke mana-mana, kauajak bertemu men­ ”Jika dia terus memaksa? Aku pusing menghadapinya, Thom.” ”Tidak bisa minggu ini. Jadwalku padat.” pakkan itu? Siapa namanya dulu?” dengan kapal pesiar, tapi sekarang telah kaucam­ teri, jalan-jalan Aku tertawa. ”Tidak minggu ini, Meg. Aku sibuk. Kalau dia Wartawan yang kauajak ke mana-mana, kauajak bertemu men­ ”Jika dia terus memaksa? Aku pusing menghadapinya, Thom.” ”Tidak bisa minggu ini. Jadwalku padat.” pakkan itu? Siapa namanya dulu?” dengan kapal pesiar, tapi sekarang telahKalau kaucam­ teri, jalan-jalan Aku tertawa. ”Tidak minggu ini, Meg. Aku sibuk. sibuk. dia Wartawan yang kauajak keJadwalku mana-mana, kauajak bertemu men­ ”Jika dia terus memaksa? Aku pusing menghadapinya, Thom.” dengan kapal pesiar, tapi sekarang telah kaucam­ jalan-jalan ”Tidak bisa minggu ini. padat.” pakkan itu? Siapa namanya dulu?” ”Jika dia terus memaksa? Aku pusing menghadapinya, Thom.” ”Tidak bisa minggu ini. Jadwalku padat.” Aku tertawa. ”Tidak minggu ini, Meg. Aku Kalau dia pakkan itu? Siapa namanya dulu?” tetap memaksa, kauberikan saja itinerary-ku Kong dan ke Hong dengan kapal pesiar, tapi sekarang telah kaucam­ teri, jalan-jalan ”Tidak minggu ini, Meg. Aku sibuk. Kalau dia ”Jika dia terus memaksa? Aku pusing menghadapinya, Thom.” ”Tidak bisa minggu ini. Jadwalku padat.” pakkan itu? Siapa namanya dulu?” tetap memaksa, kauberikan saja itinerary-ku Kong dan ke Hong dengan kapal pesiar, tapi sekarang telah kaucam­ teri, jalan-jalan Aku tertawa. ”Tidak minggu ini, Meg. Aku sibuk. Kalau dia ”Jika dia terus memaksa? Aku pusing menghadapinya, Thom.” ”Tidak bisa minggu ini. Jadwalku padat.” pakkan itu? Siapa namanya dulu?” tetap memaksa, kauberikan saja itinerary-ku Kong dan ke Hong dengan kapal pesiar, tapi sekarang telah kaucam­ teri, jalan-jalan Aku tertawa. ”Tidak minggu ini, Meg. Aku sibuk. Kalau dia ”Jika dia terus memaksa? Aku pusing menghadapinya, Thom.” ”Tidak bisa minggu ini. Jadwalku padat.” pakkan itu? Siapa namanya dulu?” tetap memaksa, kauberikan saja itinerary-ku Kong dan ke Hong dengan kapal pesiar, tapi sekarang telah kaucam­ teri, jalan-jalan Aku tertawa. ”Tidak minggu ini, Meg. Aku sibuk. Kalau dia namanya dulu?” ”Jika dia terus memaksa? Aku pusing menghadapinya, Thom.” ”Tidak bisa minggu ini. Jadwalku padat.” Aku tertawa. ”Tidak minggu ini, Meg. Aku sibuk. Kalau dia ”Jika dia terus memaksa? Aku pusing menghadapinya, Thom.” tetap memaksa, kauberikan saja itinerary-ku Kong dan ke Hong ”Tidak bisa minggu ini. Jadwalku padat.” Makau besok. Suruh dia mengejarku ke sana. Aku akan bersedia pakkan itu? Siapa namanya dulu?” kauberikan saja itinerary-ku Kong dan ke Hong Aku tertawa. ”Tidak minggu ini, Meg. Aku sibuk. Kalau dia ”Jika dia terus memaksa? Aku pusing menghadapinya, Thom.” ”Tidak bisa minggu ini. Jadwalku padat.” Makau besok. Suruh dia mengejarku ke sana. Aku akan bersedia pakkan itu? Siapa namanya dulu?” tetap memaksa, kauberikan saja itinerary-ku Kong dan ke Hong Aku tertawa. ”Tidak minggu ini, Meg. Aku sibuk. Kalau dia ”Jika dia terus memaksa? Aku pusing menghadapinya, Thom.” ”Tidak bisa minggu ini. Jadwalku padat.” Makau besok. Suruh dia mengejarku ke sana. Aku akan bersedia pakkan itu? Siapa namanya dulu?” tetap memaksa, kauberikan saja itinerary-ku Kong dan ke Hong Aku tertawa. ”Tidak minggu ini, Meg. Aku sibuk. Kalau dia ”Jika dia terus memaksa? Aku pusing menghadapinya, Thom.” minggu ini. Jadwalku padat.” Makau besok. Suruh dia mengejarku ke sana. Aku akan bersedia pakkan itu? Siapa namanya dulu?” tetap memaksa, kauberikan saja itinerary-ku Kong dan ke Hong ”Tidak bisa minggu ini. Jadwalku padat.” Aku tertawa. ”Tidak minggu ini, Meg. Aku sibuk. Kalau dia ”Jika dia terus memaksa? Aku pusing menghadapinya, Thom.” tetap memaksa, kauberikan saja itinerary-ku Kong dan ke Hong Makau besok. Suruh dia mengejarku ke sana. Aku akan bersedia Aku tertawa. ”Tidak minggu ini, Meg. Aku sibuk. Kalau dia ”Jika dia terus memaksa? Aku pusing menghadapinya, Thom.” diwawancarai di atas pesawat, di dalam toilet perjalanan sekali­ ”Tidak bisa minggu ini. Jadwalku padat.” Makau besok. Suruh dia mengejarku ke sana. Aku akan bersedia tetap memaksa, kauberikan saja itinerary-ku Kong dan ke Hong Aku tertawa. ”Tidak minggu ini, Meg. Aku sibuk. Kalau dia ”Jika dia terus memaksa? Aku pusing menghadapinya, Thom.” diwawancarai di atas pesawat, di dalam toilet perjalanan sekali­ ”Tidak bisa minggu ini. Jadwalku padat.” Makau besok. Suruh dia mengejarku ke sana. Aku akan bersedia tetap memaksa, kauberikan saja itinerary-ku Kong dan ke Hong Aku tertawa. ”Tidak minggu ini, Meg. Aku sibuk. Kalau dia ”Jika dia terus memaksa? Aku pusing menghadapinya, Thom.” diwawancarai di atas pesawat, di dalam toilet perjalanan sekali­ ”Tidak bisa minggu ini. Jadwalku padat.” Makau besok. Suruh dia mengejarku ke sana. Aku akan bersedia tetap memaksa, kauberikan saja itinerary-ku Kong dan ke Hong Aku tertawa. ”Tidak minggu ini, Meg. Aku sibuk. Kalau dia memaksa? Aku pusing menghadapinya, Thom.” diwawancarai di atas pesawat, di dalam toilet perjalanan sekali­ ”Tidak bisa minggu ini. Jadwalku padat.” ”Jika dia terus memaksa? Aku pusing menghadapinya, Thom.” Makau besok. Suruh dia mengejarku ke sana. Aku akan bersedia tetap memaksa, kauberikan saja itinerary-ku Kong dan ke Hong Aku tertawa. ”Tidak minggu ini, Meg. Aku sibuk. Kalau dia Makau besok. Suruh dia mengejarku ke sana. Aku akan bersedia diwawancarai di atas pesawat, di dalam toilet perjalanan sekali­ tetap memaksa, kauberikan saja itinerary-ku Kong dan ke Hong Aku tertawa. ”Tidak minggu ini, Meg. Aku sibuk. Kalau dia pun. Kita lihat seberapa sungguh-sungguh wartawan ini.” ”Jika dia terus memaksa? Aku pusing menghadapinya, Thom.” diwawancarai di atas pesawat, di dalam toilet perjalanan sekali­ Makau besok. Suruh dia mengejarku ke sana. Aku akan bersedia tetap memaksa, kauberikan saja itinerary-ku Kong dan ke Hong Aku tertawa. ”Tidak minggu ini, Meg. Aku sibuk. Kalau dia pun. Kita lihat seberapa sungguh-sungguh wartawan ini.” ”Jika dia terus memaksa? Aku pusing menghadapinya, Thom.” diwawancarai di atas pesawat, di dalam toilet perjalanan sekali­ Makau besok. Suruh dia mengejarku ke sana. Aku akan bersedia tetap memaksa, kauberikan saja itinerary-ku Kong dan ke Hong Aku tertawa. ”Tidak minggu ini, Meg. Aku sibuk. Kalau dia pun. Kita lihat seberapa sungguh-sungguh wartawan ini.” ”Jika dia terus memaksa? Aku pusing menghadapinya, Thom.” diwawancarai di atas pesawat, di dalam toilet perjalanan sekali­ Makau besok. Suruh dia mengejarku ke sana. Aku akan bersedia tetap memaksa, kauberikan saja itinerary-ku Kong dan ke Hong ”Tidak minggu ini, Meg. Aku sibuk. Kalau dia pun. Kita lihat seberapa sungguh-sungguh wartawan ini.” ”Jika dia terus memaksa? Aku pusing menghadapinya, Thom.” Aku tertawa. ”Tidak minggu ini, Meg. Aku sibuk. Kalau dia diwawancarai di atas pesawat, di dalam toilet perjalanan sekali­ Makau besok. Suruh dia mengejarku ke sana. Aku akan bersedia tetap memaksa, kauberikan saja itinerary-ku Kong dan ke Hong diwawancarai di atas pesawat, di dalam toilet perjalanan sekali­ pun. Kita lihat seberapa sungguh-sungguh wartawan ini.” Makau besok. Suruh dia mengejarku ke sana. Aku akan bersedia tetap memaksa, kauberikan saja itinerary-ku Kong dan ke Hong ”Baik, kau bosnya.” Maggie kembali mencoret-coret notes Aku tertawa. ”Tidak minggu ini, Meg. Aku sibuk. Kalau dia pun. Kita lihat seberapa sungguh-sungguh wartawan ini.” diwawancarai di atas pesawat, di dalam toilet perjalanan sekali­ Makau besok. Suruh dia mengejarku ke sana. Aku akan bersedia tetap memaksa, kauberikan saja itinerary-ku Kong dan ke Hong ”Baik, kau bosnya.” Maggie kembali mencoret-coret notes Aku tertawa. ”Tidak minggu ini, Meg. Aku sibuk. Kalau dia pun. Kita lihat seberapa sungguh-sungguh wartawan ini.” diwawancarai di atas pesawat, di dalam toilet perjalanan sekali­ Makau besok. Suruh dia mengejarku ke sana. Aku akan bersedia tetap memaksa, kauberikan saja itinerary-ku Kong dan ke Hong ”Baik, kau bosnya.” Maggie kembali mencoret-coret notes Aku tertawa. ”Tidak minggu ini, Meg. Aku sibuk. Kalau dia pun. Kita lihat seberapa sungguh-sungguh wartawan ini.” diwawancarai di atas pesawat, di dalam toilet perjalanan sekali­ Makau besok. Suruh dia mengejarku ke sana. Aku akan bersedia tetap kauberikan saja itinerary-ku Kong dan ke Hong ”Baik, kau bosnya.” Maggie kembali mencoret-coret notes Aku tertawa. ”Tidak minggu ini, Meg. Aku sibuk. Kalau dia memaksa, kauberikan saja itinerary-ku Kong dan ke Hong pun. Kita lihat seberapa sungguh-sungguh wartawan ini.” diwawancarai di atas pesawat, di dalam toilet perjalanan sekali­ Makau besok. Suruh dia mengejarku ke sana. Aku akan bersedia ”Baik, kau bosnya.” Maggie kembali mencoret-coret notes pun. Kita lihat seberapa sungguh-sungguh wartawan ini.” diwawancarai di atas pesawat, di dalam toilet perjalanan sekali­ Makau besok. Suruh dia mengejarku ke sana. Aku akan bersedia yang dibawanya, lantas berlalu, kembali ke ruangannya. tetap memaksa, kauberikan saja itinerary-ku Kong dan ke Hong ”Baik, kau bosnya.” Maggie kembali mencoret-coret notes pun. Kita lihat seberapa sungguh-sungguh wartawan ini.” diwawancarai di atas pesawat, di dalam toilet perjalanan sekali­ Makau besok. Suruh dia mengejarku ke sana. Aku akan bersedia yang dibawanya, lantas berlalu, kembali ke ruangannya. tetap memaksa, kauberikan saja itinerary-ku Kong dan ke Hong ”Baik, kau bosnya.” Maggie kembali mencoret-coret notes pun. Kita lihat seberapa sungguh-sungguh wartawan ini.” diwawancarai di atas pesawat, di dalam toilet perjalanan sekali­ Makau besok. Suruh dia mengejarku ke sana. Aku akan bersedia yang dibawanya, lantas berlalu, kembali ke ruangannya. tetap memaksa, kauberikan saja itinerary-ku Kong dan ke Hong ”Baik, kau bosnya.” Maggie kembali mencoret-coret notes pun. Kita lihat seberapa sungguh-sungguh wartawan ini.” diwawancarai di atas pesawat, di dalam toilet perjalanan sekali­ Makau besok. Suruh dia mengejarku ke sana. Aku akan bersedia yang dibawanya, lantas berlalu, kembali kemencoret-coret ruangannya. tetap memaksa, kauberikan sajadi itinerary-ku Kong dan ke Hong dia mengejarku ke sana. Aku akanini.” bersedia ”Baik, kau bosnya.” Maggie kembali notes pun. Kita lihat seberapa sungguh-sungguh wartawan diwawancarai atas pesawat, dalam toilet perjalanan sekali­ yang dibawanya, lantas berlalu, ke ruangannya. ”Baik, kau bosnya.” Maggie kembali mencoret-coret notes pun. Kita lihatdi seberapa sungguh-sungguh wartawan ini.” diwawancarai di atas pesawat, di dalam toilet perjalanan sekali­ Aku menatap punggung Maggie hilang di balik pintu sebelum Makau besok. Suruh dia mengejarku ke Aku akan bersedia yang dibawanya, lantas berlalu, kembali ke ruangannya. ”Baik, kau bosnya.” Maggie kembali mencoret-coret notes pun. Kita lihat seberapa sungguh-sungguh wartawan diwawancarai di atas pesawat, dikembali dalam toilet perjalanan sekali­ Aku menatap punggung Maggie hilang di balik pintu sebelum Makau besok. Suruh dia mengejarku ke sana. sana. Aku akanini.” bersedia yang dibawanya, lantas berlalu, kembali ke ruangannya. ”Baik, kau bosnya.” Maggie kembali mencoret-coret notes pun. Kita lihat seberapa sungguh-sungguh wartawan ini.” diwawancarai di atas pesawat, di dalam toilet perjalanan sekali­ Aku menatap punggung Maggie hilang di balik pintu sebelum Makau besok. Suruh dia mengejarku ke sana. Aku akan bersedia yang dibawanya, lantas berlalu, kembali ke ruangannya. ”Baik, kau bosnya.” Maggie kembali mencoret-coret notes pun. Kita lihat seberapa sungguh-sungguh wartawan ini.” diwawancarai atas pesawat, di dalam toilet perjalanan sekali­ di atas pesawat, di dalam toilet perjalanan sekali­ Aku menatap punggung Maggie hilang di balik pintu sebelum Makau besok. Suruh dia mengejarku ke sana. Aku akan bersedia yang dibawanya, lantas berlalu, kembali ke ruangannya. ”Baik, kau bosnya.” Maggie kembali mencoret-coret notes pun. Kita lihatdibosnya.” seberapa sungguh-sungguh wartawan ini.” Aku menatap punggung Maggie hilang di balik pintu sebelum yang dibawanya, lantas berlalu, kembali ke ruangannya. ”Baik, kau Maggie kembali mencoret-coret notes pun. Kita lihat seberapa sungguh-sungguh wartawan ini.” meraih tumpukan kertas materi konferensi. Dari lima puluh diwawancarai atas pesawat, di dalam toilet perjalanan sekali­ Aku menatap punggung Maggie hilang di balik pintu sebelum yang dibawanya, lantas berlalu, kembali ke ruangannya. ”Baik, kau bosnya.” Maggie kembali mencoret-coret notes pun. Kita lihat seberapa sungguh-sungguh wartawan ini.” meraih tumpukan kertas materi konferensi. Dari lima puluh diwawancarai di atas pesawat, di dalam toilet perjalanan sekali­ Aku menatap punggung Maggie hilang di balik pintu sebelum yang dibawanya, lantas berlalu, kembali ke ruangannya. ”Baik, kau bosnya.” Maggie kembali mencoret-coret notes pun. Kita lihat seberapa sungguh-sungguh wartawan ini.” meraih tumpukan kertas materi konferensi. Dari lima puluh diwawancarai di atas pesawat, di dalam toilet perjalanan sekali­ Aku menatap punggung Maggie hilang di balik pintu sebelum yang dibawanya, lantas berlalu, kembali ke ruangannya. ”Baik, kau bosnya.” Maggie kembali mencoret-coret notes pun. Kita lihat seberapa sungguh-sungguh wartawan ini.” seberapa sungguh-sungguh wartawan ini.” meraih tumpukan kertas materi konferensi. Dari lima puluh diwawancarai di atas pesawat, di dalam toilet perjalanan sekali­ Aku menatap punggung Maggie hilang di balik pintu sebelum yang dibawanya, lantas berlalu, kembali ke ruangannya. ”Baik, kau bosnya.” Maggie kembali mencoret-coret notes meraih tumpukan kertas materi konferensi. Dari lima puluh Aku menatap punggung Maggie hilang di balik pintu sebelum yang dibawanya, lantas berlalu, kembali ke ruangannya. ”Baik, kau bosnya.” Maggie kembali mencoret-coret notes karyawan perusahaan konsultanku, Maggie adalah orang yang pun. Kita lihat seberapa sungguh-sungguh wartawan ini.” meraih tumpukan kertas materi konferensi. Dari lima puluh Aku menatap punggung Maggie hilang di balik pintu sebelum yang dibawanya, lantas berlalu, kembali ke ruangannya. ”Baik, kau bosnya.” Maggie kembali mencoret-coret notes karyawan perusahaan konsultanku, Maggie adalah orang yang pun. Kita lihat seberapa sungguh-sungguh wartawan ini.” meraih tumpukan kertas materi konferensi. Dari lima puluh Aku menatap punggung Maggie hilang di balik pintu sebelum yang dibawanya, lantas berlalu, kembali ke ruangannya. ”Baik, kau bosnya.” Maggie kembali mencoret-coret notes karyawan perusahaan konsultanku, Maggie adalah orang yang pun. Kita lihat seberapa sungguh-sungguh wartawan ini.” meraih tumpukan kertas materi konferensi. Dari lima puluh Aku menatap punggung Maggie hilang di balik pintu sebelum yang dibawanya, lantas berlalu, kembali ke ruangannya. bosnya.” Maggie kembali mencoret-coret notes ”Baik, kau bosnya.” Maggie kembali mencoret-coret notes karyawan perusahaan konsultanku, Maggie adalah orang yang pun. Kita lihat seberapa sungguh-sungguh wartawan ini.” meraih tumpukan kertas materi konferensi. Dari lima puluh Aku menatap punggung Maggie hilang di balik pintu sebelum yang dibawanya, lantas berlalu, kembali ke ruangannya. karyawan perusahaan konsultanku, Maggie adalah orang yang meraih tumpukan kertas materi konferensi. Dari lima puluh Aku menatap punggung Maggie hilang di balik pintu sebelum yang dibawanya, lantas berlalu, kembali ke ruangannya. paling kuandalkan, paling kupercaya, meskipun aku harus mem­ ”Baik, kau bosnya.” Maggie kembali mencoret-coret notes karyawan perusahaan konsultanku, Maggie adalah orang yang meraih tumpukan kertas materi konferensi. Dari lima puluh Aku menatap punggung Maggie hilang di balik pintu sebelum yang dibawanya, lantas berlalu, kembali ke ruangannya. paling kuandalkan, paling kupercaya, meskipun aku harus mem­ ”Baik, kau bosnya.” Maggie kembali mencoret-coret notes karyawan perusahaan konsultanku, Maggie adalah orang yang meraih tumpukan kertas materi konferensi. Dari lima puluh Aku menatap punggung Maggie hilang di balik pintu sebelum yang dibawanya, lantas berlalu, kembali ke ruangannya. paling kuandalkan, paling kupercaya, meskipun aku harus mem­ ”Baik, kau bosnya.” Maggie kembali mencoret-coret notes karyawan perusahaan konsultanku, Maggie adalah orang yang meraih tumpukan kertas materi konferensi. Dari lima puluh Aku menatap punggung Maggie hilang di balik pintu sebelum yang lantas berlalu, kembali ke ruangannya. dibawanya, lantas berlalu, kembali ke ruangannya. paling kuandalkan, paling kupercaya, meskipun akupintu harus mem­ ”Baik, kau bosnya.” Maggie kembali mencoret-coret notes karyawan perusahaan konsultanku, Maggie adalah orang yang meraih tumpukan kertas materi konferensi. Dari lima puluh Aku menatap punggung Maggie hilang di balik sebelum paling kuandalkan, paling kupercaya, meskipun aku harus mem­ karyawan perusahaan konsultanku, Maggie adalah orang yang meraih tumpukan kertas materi konferensi. Dari lima puluh Aku menatap punggung Maggie hilang di balik pintu sebelum bayarnya mahal. Bukan mahal gajinya, tapi menghadapi tabiat, yang dibawanya, lantas berlalu, kembali ke ruangannya. paling kuandalkan, paling kupercaya, meskipun aku harus mem­ karyawan perusahaan konsultanku, Maggie adalah orang yang meraih tumpukan kertas materi konferensi. Dari lima puluh Aku menatap punggung Maggie hilang di balik pintu sebelum bayarnya mahal. Bukan mahal gajinya, tapi menghadapi tabiat, yang dibawanya, lantas berlalu, kembali ke ruangannya. paling kuandalkan, paling kupercaya, meskipun aku harus mem­ karyawan perusahaan konsultanku, Maggie adalah orang yang meraih tumpukan kertas materi konferensi. Dari lima puluh Aku menatap punggung Maggie hilang di balik pintu sebelum bayarnya mahal. Bukan mahal gajinya, tapi menghadapi tabiat, yang dibawanya, lantas berlalu, kembali ke ruangannya. paling kuandalkan, paling kupercaya, meskipun aku harus mem­ karyawan perusahaan konsultanku, Maggie adalah orang yang meraih tumpukan kertas materi konferensi. Dari lima puluh Aku menatap punggung Maggie hilang di balik pintu sebelum punggung Maggie hilang di balik pintu sebelum bayarnya mahal. Bukan mahal gajinya, tapi menghadapi tabiat, yang dibawanya, lantas berlalu, kembali ke ruangannya. paling kuandalkan, paling kupercaya, meskipun aku harus mem­ karyawan perusahaan konsultanku, Maggie adalah orang yang meraih tumpukan kertas materi konferensi. Dari lima puluh bayarnya mahal. Bukan mahal gajinya, tapi menghadapi tabiat, paling kuandalkan, paling kupercaya, meskipun aku harus mem­ karyawan perusahaan konsultanku, Maggie adalah orang yang meraih tumpukan kertas materi konferensi. Dari lima puluh caranya bekerja, dan hal-hal tidak penting lainnya. Aku menatap punggung Maggie hilang di balik pintu sebelum bayarnya mahal. Bukan mahal gajinya, tapi menghadapi tabiat, paling kuandalkan, paling kupercaya, meskipun aku harus mem­ karyawan perusahaan konsultanku, Maggie adalah orang yang meraih tumpukan kertas materi konferensi. Dari lima puluh caranya bekerja, dan hal-hal tidak penting lainnya. Aku menatap punggung Maggie hilang di balik pintu sebelum bayarnya mahal. Bukan mahal gajinya, tapi menghadapi tabiat, paling kuandalkan, paling kupercaya, meskipun aku harus mem­ karyawan perusahaan konsultanku, Maggie adalah orang yang meraih tumpukan kertas materi konferensi. Dari lima puluh caranya bekerja, dan hal-hal tidak penting lainnya. Aku menatap punggung Maggie hilang di balik pintu sebelum bayarnya mahal. Bukan mahal gajinya, tapi menghadapi tabiat, paling kuandalkan, paling kupercaya, meskipun aku harus mem­ karyawan perusahaan konsultanku, Maggie adalah orang yang tumpukan kertas materi konferensi. Dari lima puluh meraih kertas materi konferensi. Dari lima puluh caranya bekerja, dan hal-hal tidak penting lainnya. Aku menatap punggung Maggie hilang di balik pintu sebelum bayarnya mahal. Bukan mahal gajinya, tapi menghadapi tabiat, paling kuandalkan, paling kupercaya, meskipun aku harus mem­ karyawan perusahaan konsultanku, Maggie adalah orang yang caranya bekerja, dan hal-hal tidak penting lainnya. bayarnya mahal. Bukan mahal gajinya, tapi menghadapi tabiat, paling kuandalkan, paling kupercaya, meskipun aku harus mem­ karyawan perusahaan konsultanku, Maggie adalah orang yang meraih tumpukan kertas materi konferensi. Dari lima puluh caranya bekerja, dan hal-hal tidak penting lainnya. bayarnya mahal. Bukan mahal gajinya, tapi menghadapi tabiat, paling kuandalkan, paling kupercaya, meskipun aku harus mem­ karyawan perusahaan konsultanku, Maggie adalah orang yang meraihkuandalkan, tumpukan kertas materi konferensi. Dari lima puluh caranya bekerja, dan hal-hal tidak penting bayarnya mahal. Bukan mahal gajinya, tapilainnya. menghadapi paling paling kupercaya, meskipun aku harus mem­ karyawan perusahaan konsultanku, Maggie adalah orangtabiat, yang



*** Pasifik. Masih sesi tanya-jawab—yang kemuka kawasan Asia yang diselenggarakan lembaga riset politik independen ter­ Kembali ke ruangan besar tempat konferensi komunikasi politik *** Pasifik. Masih sesi tanya-jawab—yang kemuka kawasan Asia yang diselenggarakan lembaga riset politik independen ter­ Kembali ke ruangan besar tempat konferensi komunikasi politik *** Pasifik. Masih sesi tanya-jawab—yang kemuka kawasan Asia yang diselenggarakan lembaga riset politik independen ter­ Kembali ke ruangan besar tempat konferensi komunikasi politik *** Pasifik. Masih sesi tanya-jawab—yang kemuka kawasan Asia yang diselenggarakan lembaga riset politik independen ter­ Kembali ke ruangan besar tempat konferensi komunikasi politik *** Pasifik. Masih sesi tanya-jawab—yang kemuka kawasan Asia yang diselenggarakan lembaga riset politik independen ter­ Kembali ke ruangan besar tempat konferensi komunikasi politik *** semakin seru dan hangat. Pasifik. Masih sesi tanya-jawab—yang kemuka kawasan Asia yang diselenggarakan lembaga riset politik independen ter­ Kembali ke ruangan besar tempat konferensi komunikasi politik *** semakin seru dan hangat. Pasifik. Masih sesi tanya-jawab—yang kemuka kawasan Asia yang diselenggarakan lembaga riset politik independen ter­ Kembali ke ruangan besar tempat konferensi komunikasi politik semakin seru dan hangat. Pasifik. Masih sesi tanya-jawab—yang kemuka kawasan Asia yang diselenggarakan lembaga riset politik independen ter­ Kembali ke ruangan besar tempat konferensi komunikasi politik semakin seru dan hangat. Pasifik. Masih sesi tanya-jawab—yang kemuka kawasan Asia yang diselenggarakan lembaga riset politik independen ter­ Kembali ke ruangan besar tempat konferensi komunikasi politik semakin seru dan hangat. Pasifik. Masih sesi tanya-jawab—yang kemuka kawasan Asia *** yang diselenggarakan lembaga riset politik independen ter­ Kembali ke ruangan besar tempat konferensi komunikasi politik ”Anda sepertinya lebih cocok menjadi motivator, atau guru, semakin seru dan hangat. Pasifik. Masih sesi tanya-jawab—yang kemuka kawasan Asia yang diselenggarakan lembaga riset politik independen ter­ Kembali ke ruangan besar tempat konferensi komunikasi politik ”Anda sepertinya lebih cocok menjadi motivator, atau guru, semakin seru dan hangat. Pasifik. Masih sesi tanya-jawab—yang kemuka kawasan Asia yang diselenggarakan lembaga riset politik independen ter­ Kembali ke ruangan besar tempat konferensi komunikasi politik ”Anda sepertinya lebih cocok menjadi motivator, atau guru, semakin seru dan hangat. Pasifik. Masih sesi tanya-jawab—yang kemuka kawasan Asia yang diselenggarakan lembaga riset politik independen ter­ Kembali ke ruangan besar tempat konferensi komunikasi politik ”Anda sepertinya lebih cocok menjadi motivator, atau guru, semakin seru dan hangat. Pasifik. Masih sesi tanya-jawab—yang kemuka kawasan Asia yang diselenggarakan lembaga riset politik independen ter­ Kembali ke ruangan besar tempat konferensi komunikasi politik ”Anda sepertinya lebih cocok menjadi motivator, atau guru, semakin seru dan hangat. Pasifik. Masih sesi tanya-jawab—yang kemuka kawasan Asia yang diselenggarakan lembaga riset politik independen ter­ Kembali ke ruangan besar tempat konferensi komunikasi politik atau bahkan seorang juru selamat, bukan seorang politikus.” Aku ”Anda sepertinya lebih cocok menjadi motivator, atau guru, semakin seru dan hangat. Pasifik. Masih sesi tanya-jawab—yang kemuka kawasan Asia yang diselenggarakan lembaga riset politik independen ter­ Kembali ke ruangan besar tempat konferensi komunikasi politik atau bahkan seorang juru selamat, bukan seorang politikus.” Aku ”Anda sepertinya lebih cocok menjadi motivator, atau guru, semakin seru dan hangat. Pasifik. Masih sesi tanya-jawab—yang kemuka kawasan Asia yang diselenggarakan lembaga riset politik independen ter­ atau bahkan seorang juru selamat, bukan seorang politikus.” Aku ”Anda sepertinya lebih cocok menjadi motivator, atau guru, semakin seru dan hangat. Pasifik. Masih sesi tanya-jawab—yang kemuka kawasan Asia yang diselenggarakan lembaga riset politik independen ter­ atau bahkan seorang juru selamat, bukan seorang politikus.” Aku ”Anda sepertinya lebih cocok menjadi motivator, atau guru, semakin seru dan hangat. Pasifik. Masih sesi tanya-jawab—yang kemuka kawasan Asia yang diselenggarakan lembaga riset politik independen ter­ atau bahkan seorang juru selamat, bukan seorang politikus.” Aku ”Anda sepertinya lebih cocok menjadi motivator, atau guru, semakin seru dan hangat. Pasifik. Masih sesi tanya-jawab—yang kemuka kawasan Asia yang diselenggarakan lembaga riset politik independen ter­ mengangkat bahu, santai menjawab pertanyaan. atau bahkan seorang juru selamat, bukan seorang politikus.” Aku ”Anda sepertinya lebih cocok menjadi motivator, atau guru, semakin seru dan hangat. Pasifik. Masih sesi tanya-jawab—yang kemuka kawasan Asia yang diselenggarakan lembaga riset politik independen ter­ mengangkat bahu, santai menjawab pertanyaan. atau bahkan seorang juru selamat, bukan seorang politikus.” Aku mbali ke ruangan besar tempat konferensi komunikasi po ”Anda sepertinya lebih cocok menjadi motivator, atau guru, semakin seru dan hangat. Pasifik. Masih sesi tanya-jawab—yang kemuka kawasan Asia mengangkat bahu, santai menjawab pertanyaan. atau bahkan seorang juru selamat, bukan seorang politikus.” Aku ”Anda sepertinya lebih cocok menjadi motivator, atau guru, semakin seru dan hangat. Pasifik. Masih sesi tanya-jawab—yang kemuka kawasan Asia mengangkat bahu, santai menjawab pertanyaan. atau bahkan seorang juru selamat, bukan seorang politikus.” Aku ”Anda sepertinya lebih cocok menjadi motivator, atau guru, semakin seru dan hangat. Pasifik. Masih sesi tanya-jawab—yang kemuka kawasan Asia mengangkat bahu, santai menjawab pertanyaan. atau bahkan seorang juru selamat, bukan seorang politikus.” Aku ”Anda sepertinya lebih cocok menjadi motivator, atau guru, semakin seru dan hangat. Pasifik. Masih sesi tanya-jawab—yang kemuka kawasan Asia Ruangan besar yang dipenuhi peserta konferensi antarbangsa mengangkat bahu, santai menjawab pertanyaan. atau bahkan seorang juru selamat, bukan seorang politikus.” Aku ”Anda sepertinya lebih cocok menjadi motivator, atau guru, semakin seru dan hangat. Pasifik. Masih sesi tanya-jawab—yang kemuka kawasan Asia Ruangan besar yang dipenuhi peserta konferensi antarbangsa mengangkat bahu, santai menjawab pertanyaan. atau bahkan seorang juru selamat, bukan seorang politikus.” Aku ”Anda sepertinya lebih cocok menjadi motivator, atau guru, semakin seru dan hangat. Ruangan besar yang dipenuhi peserta konferensi antarbangsa g mengangkat diselenggarakan lembaga riset politik independen mengangkat bahu, santai menjawab pertanyaan. atau bahkan seorang juru selamat, bukan seorang politikus.” Aku ”Anda sepertinya lebih cocok menjadi motivator, atau guru, semakin seru dan hangat. Ruangan besar yang dipenuhi peserta konferensi antarbangsa bahu, santai menjawab pertanyaan. atau bahkan seorang juru selamat, bukan seorang politikus.” Aku ”Anda sepertinya lebih cocok menjadi motivator, atau guru, semakin seru dan hangat. Ruangan besar dipenuhi peserta konferensi antarbangsa mengangkat bahu, santai menjawab pertanyaan. atau bahkan seorang juru selamat, bukan seorang politikus.” Aku ”Anda sepertinya lebih cocok menjadi motivator, atau guru, semakin seru dan yang hangat. itu menyimak. Ruangan besar yang dipenuhi peserta konferensi antarbangsa mengangkat bahu, santai menjawab pertanyaan. atau bahkan seorang juru selamat, bukan seorang politikus.” Aku ”Anda sepertinya lebih cocok menjadi motivator, atau guru, semakin seru dan hangat. itu menyimak. Ruangan besar yang dipenuhi peserta konferensi antarbangsa mengangkat bahu, santai menjawab pertanyaan. atau bahkan seorang juru selamat, bukan seorang politikus.” Aku ”Anda sepertinya lebih cocok menjadi motivator, atau guru, itu menyimak. Ruangan besar yang dipenuhi peserta konferensi antarbangsa mengangkat bahu, santai menjawab pertanyaan. atau bahkan seorang juru selamat, bukan seorang politikus.” Aku ”Anda sepertinya lebih cocok menjadi motivator, atau guru, Pasifik. Masih sesi tanya-jawab—y uka kawasan Asia itu menyimak. Ruangan besar yang dipenuhi peserta konferensi antarbangsa mengangkat bahu, santai menjawab pertanyaan. atau bahkan seorang juru selamat, bukan seorang politikus.” Aku ”Anda sepertinya lebih cocok menjadi motivator, atau guru, itu menyimak. Ruangan besar yang dipenuhi peserta konferensi antarbangsa mengangkat bahu, santai menjawab pertanyaan. atau bahkan seorang juru selamat, bukan seorang politikus.” Aku ”Anda sepertinya lebih cocok menjadi motivator, atau guru, ”Eh, tidak cocok? Maksud Anda, Tuan Thomas?” Penanya sesi itu menyimak. Ruangan besar yang dipenuhi peserta konferensi antarbangsa mengangkat bahu, santai menjawab pertanyaan. atau bahkan seorang juru selamat, bukan seorang politikus.” Aku ”Anda sepertinya lebih cocok menjadi motivator, atau guru, ”Eh, tidak cocok? Maksud Anda, Tuan Thomas?” Penanya sesi itu menyimak. Ruangan besar yang dipenuhi peserta konferensi antarbangsa mengangkat bahu, santai menjawab pertanyaan. atau bahkan seorang juru selamat, bukan seorang politikus.” Aku ”Eh, tidak cocok? Maksud Anda, Tuan Thomas?” Penanya sesi itu menyimak. Ruangan besar yang dipenuhi peserta konferensi antarbangsa mengangkat bahu, santai menjawab pertanyaan. atau bahkan seorang juru selamat, bukan seorang politikus.” Aku ”Eh, tidak cocok? Maksud Anda, Tuan Thomas?” Penanya sesi itu menyimak. Ruangan besar yang dipenuhi peserta konferensi antarbangsa mengangkat bahu, santai menjawab pertanyaan. akin seru dan hangat. atau bahkan seorang juru selamat, bukan seorang politikus.” Aku ”Eh, tidak cocok? Maksud Anda, Tuan Thomas?” Penanya sesi itu menyimak. Ruangan besar yang dipenuhi peserta konferensi antarbangsa mengangkat bahu, santai menjawab pertanyaan. atau bahkan seorang juru selamat, bukan seorang politikus.” Aku berikutnya jelas terlihat bingung. Dia yang semangat melontar­ ”Eh, tidak cocok? Maksud Anda, Tuan Thomas?” Penanya sesi itu menyimak. Ruangan besar yang dipenuhi peserta konferensi antarbangsa mengangkat bahu, santai menjawab pertanyaan. atau bahkan seorang juru selamat, bukan seorang politikus.” Aku berikutnya jelas terlihat bingung. Dia yang semangat melontar­ ”Eh, tidak cocok? Maksud Anda, Tuan Thomas?” Penanya sesi itu menyimak. Ruangan besar yang dipenuhi peserta konferensi antarbangsa mengangkat bahu, santai menjawab pertanyaan. berikutnya jelas terlihat bingung. Dia yang semangat melontar­ ”Eh, tidak cocok? Maksud Anda, Tuan Thomas?” Penanya sesi itu menyimak. Ruangan besar yang dipenuhi peserta konferensi antarbangsa mengangkat bahu, santai menjawab pertanyaan. berikutnya jelas terlihat bingung. Dia yang semangat melontar­ ”Eh, tidak cocok? Maksud Anda, Tuan Thomas?” Penanya sesi itu menyimak. Ruangan besar yang dipenuhi peserta konferensi antarbangsa mengangkat bahu, santai menjawab pertanyaan. berikutnya jelas terlihat bingung. Dia yang semangat melontar­ ”Eh, tidak cocok? Maksud Anda, Tuan Thomas?” Penanya sesi itu menyimak. Ruangan besar yang dipenuhi peserta konferensi antarbangsa Anda sepertinya lebih cocok menjadi motivator, atau g mengangkat bahu, santai menjawab pertanyaan. kan kalimat-kalimat pertanyaan, panjang-lebar, hanya ditanggapi berikutnya jelas terlihat bingung. Dia yang semangat melontar­ ”Eh, tidak cocok? Maksud Anda, Tuan Thomas?” Penanya sesi itu menyimak. Ruangan besar yang dipenuhi peserta konferensi antarbangsa mengangkat bahu, santai menjawab pertanyaan. kan kalimat-kalimat pertanyaan, panjang-lebar, hanya ditanggapi berikutnya jelas terlihat bingung. Dia yang semangat melontar­ ”Eh, tidak cocok? Maksud Anda, Tuan Thomas?” Penanya sesi itu menyimak. Ruangan besar yang dipenuhi peserta konferensi antarbangsa kan kalimat-kalimat pertanyaan, panjang-lebar, hanya ditanggapi berikutnya jelas terlihat bingung. Dia yang semangat melontar­ ”Eh, tidak cocok? Maksud Anda, Tuan Thomas?” Penanya sesi itu menyimak. Ruangan besar yang dipenuhi peserta konferensi antarbangsa kan kalimat-kalimat pertanyaan, panjang-lebar, hanya ditanggapi berikutnya jelas terlihat bingung. Dia yang semangat melontar­ ”Eh, tidak cocok? Maksud Anda, Tuan Thomas?” Penanya sesi itu menyimak. Ruangan besar yang dipenuhi peserta konferensi antarbangsa kan kalimat-kalimat pertanyaan, panjang-lebar, hanya ditanggapi berikutnya jelas terlihat bingung. Dia yang semangat melontar­ ”Eh, tidak cocok? Maksud Anda, Tuan Thomas?” Penanya sesi itu menyimak. Ruangan besar yang dipenuhi peserta konferensi antarbangsa demikian. kan kalimat-kalimat pertanyaan, panjang-lebar, hanyaPenanya ditanggapi berikutnya jelas terlihat bingung. Dia yang semangat melontar­ ”Eh, tidak cocok? Maksud Anda, Tuan Thomas?” sesi bahkan seorang juru selamat, bukan seorang politikus.” itu menyimak. Ruangan besar yang dipenuhi peserta konferensi antarbangsa demikian. kan kalimat-kalimat pertanyaan, panjang-lebar, hanya ditanggapi berikutnya jelas terlihat bingung. Dia yang semangat melontar­ ”Eh, tidak cocok? Maksud Anda, Tuan Thomas?” Penanya sesi itu menyimak. demikian. kan kalimat-kalimat pertanyaan, panjang-lebar, hanya ditanggapi berikutnya jelas terlihat bingung. Dia yang semangat melontar­ ”Eh, tidak cocok? Maksud Anda, Tuan Thomas?” Penanya sesi itu menyimak. demikian. kan kalimat-kalimat pertanyaan, panjang-lebar, hanya ditanggapi berikutnya jelas terlihat bingung. Dia yang semangat melontar­ ”Eh, tidak cocok? Maksud Anda, Tuan Thomas?” Penanya sesi itu menyimak. demikian. kan kalimat-kalimat pertanyaan, panjang-lebar, hanya ditanggapi berikutnya jelas terlihat bingung. Dia yang semangat melontar­ ”Eh, tidak cocok? Maksud Anda, Tuan Thomas?” Penanya sesi itu menyimak. ”Yeah, jelas sekali bukan? Kalau Anda terlalu peduli dengan demikian. kan kalimat-kalimat pertanyaan, panjang-lebar, hanya ditanggapi berikutnya jelas terlihat bingung. Dia yang semangat melontar­ ”Eh, tidak cocok? Maksud Anda, Tuan Thomas?” Penanya sesi itu menyimak. ”Yeah, jelas sekali bukan? Kalau Anda terlalu peduli dengan demikian. kan kalimat-kalimat pertanyaan, panjang-lebar, hanya ditanggapi gangkat bahu, santai menjawab pertanyaan. berikutnya jelas terlihat bingung. Dia yang semangat melontar­ ”Eh, tidak cocok? Maksud Anda, Tuan Thomas?” Penanya sesi ”Yeah, jelas sekali bukan? Kalau Anda terlalu peduli dengan demikian. kan kalimat-kalimat pertanyaan, panjang-lebar, hanya ditanggapi berikutnya jelas terlihat bingung. Dia yang semangat melontar­ ”Eh, tidak cocok? Maksud Anda, Tuan Thomas?” Penanya sesi ”Yeah, jelas sekali bukan? Kalau Anda terlalu peduli dengan demikian. kan kalimat-kalimat pertanyaan, panjang-lebar, hanya ditanggapi berikutnya jelas terlihat bingung. Dia yang semangat melontar­ ”Eh, tidak cocok? Maksud Anda, Tuan Thomas?” Penanya sesi ”Yeah, jelas sekali bukan? Kalau Anda terlalu peduli dengan demikian. kan kalimat-kalimat pertanyaan, panjang-lebar, hanya ditanggapi berikutnya jelas terlihat bingung. Dia yang semangat melontar­ ”Eh, tidak cocok? Maksud Anda, Tuan Thomas?” Penanya sesi isu moralitas, Anda lebih cocok mengerjakan profesi lain. Bukan ”Yeah, jelas sekali bukan? Kalau Anda terlalu peduli dengan demikian. kan kalimat-kalimat pertanyaan, panjang-lebar, hanya ditanggapi berikutnya jelas terlihat bingung. Dia yang semangat melontar­ ”Eh, tidak cocok? Maksud Anda, Tuan Thomas?” Penanya sesi isu moralitas, Anda lebih cocok mengerjakan profesi lain. Bukan ”Yeah, jelas sekali bukan? Kalau Anda terlalu peduli dengan demikian. kan kalimat-kalimat pertanyaan, panjang-lebar, hanya ditanggapi berikutnya jelas terlihat bingung. Dia yang semangat melontar­ isu moralitas, Anda lebih cocok mengerjakan profesi lain. Bukan ”Yeah, jelas sekali bukan? Kalau Anda terlalu peduli dengan uangan besar yang dipenuhi peserta konferensi antarba demikian. kan kalimat-kalimat pertanyaan, panjang-lebar, hanya ditanggapi berikutnya jelas terlihat bingung. Dia yang semangat melontar­ isu moralitas, Anda lebih cocok mengerjakan profesi lain. Bukan ”Yeah, jelas sekali bukan? Kalau Anda terlalu peduli dengan demikian. kan kalimat-kalimat pertanyaan, panjang-lebar, hanya ditanggapi berikutnya jelas terlihat bingung. Dia yang semangat melontar­ isu moralitas, Anda lebih cocok mengerjakan profesi lain. Bukan ”Yeah, jelas sekali bukan? Kalau Anda terlalu peduli dengan demikian. kan kalimat-kalimat pertanyaan, panjang-lebar, hanya ditanggapi berikutnya jelas terlihat bingung. Dia yang semangat melontar­ seorang politikus.” isu moralitas, Anda lebih cocok mengerjakan profesi lain. Bukan ”Yeah, jelas sekali bukan? Kalau Anda terlalu peduli dengan demikian. kan kalimat-kalimat pertanyaan, panjang-lebar, hanya ditanggapi berikutnya jelas terlihat bingung. Dia yangterlalu semangat melontar­ seorang politikus.” isu moralitas, Anda lebih cocok mengerjakan profesi lain. Bukan ”Yeah, jelas sekali bukan? Kalau Anda peduli dengan demikian. kan kalimat-kalimat pertanyaan, panjang-lebar, hanya ditanggapi seorang politikus.” isu moralitas, Anda lebih cocok mengerjakan profesi lain. Bukan ”Yeah, jelas sekali bukan? Kalau Anda terlalu peduli dengan demikian. kan kalimat-kalimat pertanyaan, panjang-lebar, hanya ditanggapi seorang politikus.” menyimak. isu moralitas, Anda lebih cocok mengerjakan profesi lain. Bukan ”Yeah, jelas sekali bukan? Kalau Anda terlalu peduli dengan demikian. kan kalimat-kalimat pertanyaan, panjang-lebar, hanya ditanggapi seorang politikus.” isu moralitas, Anda lebih cocok mengerjakan profesi lain. Bukan ”Yeah, jelas sekali bukan? Kalau Anda terlalu peduli dengan demikian. kan kalimat-kalimat pertanyaan, panjang-lebar, hanya ditanggapi Ruangan besar itu masih diam, tatapanku berpindah-pindah, seorang politikus.” isu moralitas, Anda lebih cocok mengerjakan profesi lain. Bukan ”Yeah, jelas sekali bukan? Kalau Anda terlalu peduli dengan demikian. kan kalimat-kalimat pertanyaan, panjang-lebar, hanya ditanggapi Ruangan besar itu masih diam, tatapanku berpindah-pindah, seorang politikus.” isu moralitas, Anda lebih cocok mengerjakan profesi lain. Bukan ”Yeah, jelas sekali bukan? Kalau Anda terlalu peduli dengan demikian. Ruangan besar itu masih diam, tatapanku berpindah-pindah, seorang politikus.” isu moralitas, Anda lebih cocok mengerjakan profesi lain. Bukan ”Yeah, jelas sekali bukan? Kalau Anda terlalu peduli dengan demikian. Ruangan besar itu masih diam, tatapanku berpindah-pindah, seorang politikus.” isu moralitas, Anda lebih cocok mengerjakan profesi lain. Bukan ”Yeah, jelas sekali bukan? Kalau Anda terlalu peduli dengan demikian. Ruangan besar itu masih diam, tatapanku berpindah-pindah, Eh, tidak cocok? Maksud Anda, Tuan Thomas?” Penanya seorang politikus.” isu moralitas, Anda lebih cocok mengerjakan profesi lain. Bukan ”Yeah, jelas sekali bukan? Kalau Anda terlalu peduli dengan demikian. memperhatikan si penanya dan meja besar di depan tempat aku Ruangan besar itu masih diam, tatapanku berpindah-pindah, seorang politikus.” isu moralitas, Anda lebih cocok mengerjakan profesi lain. Bukan ”Yeah, jelas sekali bukan? Kalau Anda terlalu peduli dengan demikian. memperhatikan si penanya dan meja besar di depan tempat aku Ruangan besar itu masih diam, tatapanku berpindah-pindah, seorang politikus.” isu moralitas, Anda lebih cocok mengerjakan profesi lain. Bukan ”Yeah, jelas sekali bukan? Kalau Anda terlalu peduli dengan memperhatikan si penanya dan meja besar di depan tempat aku Ruangan besar itu masih diam, tatapanku berpindah-pindah, seorang politikus.” isu moralitas, Anda lebih cocok mengerjakan profesi lain. Bukan ”Yeah, jelas sekali bukan? Kalau Anda terlalu peduli dengan memperhatikan si penanya dan meja besar di depan tempat aku Ruangan besar itu masih diam, tatapanku berpindah-pindah, seorang politikus.” isu moralitas, Anda lebih cocok mengerjakan profesi lain. Bukan ”Yeah, jelas sekali bukan? Kalau Anda terlalu peduli dengan memperhatikan si penanya dan meja besar di depan tempat aku Ruangan besar itu masih diam, tatapanku berpindah-pindah, seorang politikus.” isu moralitas, Anda lebih cocok mengerjakan profesi lain. Bukan ”Yeah, jelas sekali bukan? Kalau Anda terlalu peduli dengan dan moderator duduk. kutnya jelas terlihat bingung. Dia yang semangat melon memperhatikan si penanya dan meja besar di depan tempat aku Ruangan besar itu masih diam, tatapanku berpindah-pindah, seorang politikus.” isu moralitas, Anda lebih cocok mengerjakan profesi lain. Bukan ”Yeah, jelas sekali bukan? Kalau Anda terlalu peduli dengan dan moderator duduk. memperhatikan si penanya dan meja besar di depan tempat aku Ruangan besar itu masih diam, tatapanku berpindah-pindah, seorang politikus.” isu moralitas, Anda lebih cocok mengerjakan profesi lain. Bukan dan moderator duduk. memperhatikan si penanya dan meja besar di depan tempat aku Ruangan besar itu masih diam, tatapanku berpindah-pindah, seorang politikus.” isu moralitas, Anda lebih cocok mengerjakan profesi lain. Bukan dan moderator duduk. memperhatikan si penanya dan meja besar di depan tempat aku Ruangan besar itu masih diam, tatapanku berpindah-pindah, seorang politikus.” isu moralitas, Anda lebih cocok mengerjakan profesi lain. Bukan dan moderator duduk. memperhatikan si penanya dan meja besar di depan tempat aku Ruangan besar itu masih diam, tatapanku berpindah-pindah, seorang politikus.” isu moralitas, Anda lebih cocok mengerjakan profesi lain. Bukan ”Saya tidak paham, Tuan Thomas,” ujarnya menyela lagi. dan moderator duduk. memperhatikan si penanya dan meja besar di depan tempat aku Ruangan besar itu masih diam, tatapanku berpindah-pindah, seorang politikus.” pertanyaan, panjang-lebar, hanya ditang kalimat-kalimat isu moralitas, Anda lebih cocok mengerjakan profesi lain. Bukan ”Saya tidak paham, Tuan Thomas,” ujarnya menyela lagi. dan moderator duduk. memperhatikan si penanya dan meja besar di depan tempat aku Ruangan besar itu masih diam, tatapanku berpindah-pindah, seorang politikus.” ”Saya tidak paham, Tuan Thomas,” ujarnya menyela lagi. dan moderator duduk. memperhatikan si penanya dan meja besar di depan tempat aku Ruangan besar itu masih diam, tatapanku berpindah-pindah, seorang politikus.” ”Saya tidak paham, Tuan Thomas,” ujarnya menyela lagi. dan moderator duduk. memperhatikan si penanya dan meja besar di depan tempat aku Ruangan besar itu masih diam, tatapanku berpindah-pindah, seorang politikus.” ”Saya tidak paham, Tuan Thomas,” ujarnya menyela lagi. dan moderator duduk. memperhatikan si penanya dan meja besar di depan tempat aku besar itu masih diam, tatapanku berpindah-pindah, seorang politikus.” Ruangan mulai ramai oleh bisik-bisik, menebak-nebak ”Saya tidak paham, Tuan Thomas,” ujarnya menyela lagi. dan moderator duduk. memperhatikan si penanya dan meja besar di depan tempat aku besar itu masih diam, tatapanku berpindah-pindah, seorang politikus.” Ruangan mulai ramai oleh bisik-bisik, menebak-nebak ”Saya tidak paham, Tuan Thomas,” ujarnya menyela lagi. dan moderator duduk. memperhatikan si penanya dan meja besar di depan tempat aku besar itu masih diam, tatapanku berpindah-pindah, ikian. Ruangan mulai ramai oleh bisik-bisik, menebak-nebak ”Saya tidak paham, Tuan Thomas,” ujarnya menyela lagi. dan moderator duduk. memperhatikan si penanya dan meja besar di depan tempat aku Ruangan besar itu masih diam, tatapanku berpindah-pindah, mulai ramai oleh bisik-bisik, menebak-nebak ”Saya tidak paham, Tuan Thomas,” ujarnya menyela lagi. dan moderator duduk. memperhatikan si penanya dan meja besar di depan tempat aku besar itu masih diam, tatapanku berpindah-pindah, Ruangan mulai ramai oleh bisik-bisik, menebak-nebak ”Saya tidak paham, Tuan Thomas,” ujarnya menyela lagi. dan moderator duduk. memperhatikan si penanya dan meja besar di depan tempat aku besar itu masih diam, tatapanku berpindah-pindah, maksudku. Ruangan mulai ramai oleh bisik-bisik, menebak-nebak ”Saya tidak paham, Tuan Thomas,” ujarnya menyela lagi. dan moderator duduk. memperhatikan si penanya dan meja besar di depan tempat aku besar itu masih diam, tatapanku berpindah-pindah, maksudku. Ruangan mulai ramai oleh bisik-bisik, menebak-nebak ”Saya tidak paham, Tuan Thomas,” ujarnya menyela lagi. dan moderator duduk. memperhatikan si penanya dan meja besar di depan tempat aku maksudku. Ruangan besar mulai ramai oleh bisik-bisik, menebak-nebak ”Saya tidak paham, Tuan Thomas,” ujarnya menyela lagi. dan moderator duduk. Yeah, jelas sekali bukan? Kalau Anda terlalu peduli den memperhatikan si penanya dan meja besar di depan tempat aku maksudku. Ruangan besar mulai ramai oleh bisik-bisik, menebak-nebak ”Saya tidak paham, Tuan Thomas,” ujarnya menyela lagi. dan moderator duduk. memperhatikan si penanya dan meja besar di depan tempat aku maksudku. Ruangan besar mulai ramai oleh bisik-bisik, menebak-nebak ”Saya tidak paham, Tuan Thomas,” ujarnya menyela lagi. dan moderator duduk. memperhatikan si penanya dan meja besar di depan tempat aku Moderator di sebelahku berbisik agar aku segera menjawab­ maksudku. Ruangan besar mulai ramai oleh bisik-bisik, menebak-nebak ”Saya tidak paham, Tuan Thomas,” ujarnya menyela lagi. dan moderator duduk. memperhatikan si penanya dan meja besar di depan tempat aku Moderator di sebelahku berbisik agar aku segera menjawab­ maksudku. Ruangan besar mulai ramai oleh bisik-bisik, menebak-nebak ”Saya tidak paham, Tuan Thomas,” ujarnya menyela lagi. dan moderator duduk. Moderator di sebelahku berbisik agar aku segera menjawab­ maksudku. Ruangan besar mulai ramai oleh bisik-bisik, menebak-nebak ”Saya tidak paham, Tuan Thomas,” ujarnya menyela lagi. dan moderator duduk. Moderator di sebelahku berbisik agar aku segera segera menjawab­ maksudku. Ruangan besar mulai ramai oleh bisik-bisik, menebak-nebak moralitas, Anda lebih cocok mengerjakan profesi lain. Bu ”Saya tidak paham, Tuan Thomas,” ujarnya menyela lagi. dan moderator duduk. Moderator di sebelahku berbisik agar aku menjawab­ maksudku. Ruangan besar mulai ramai oleh bisik-bisik, menebak-nebak ”Saya tidak paham, Tuan Thomas,” ujarnya menyela lagi. dan moderator duduk. nya, waktu sesi presentasiku sudah lewat lima belas menit. Moderator di sebelahku berbisik agar aku menjawab­ maksudku. Ruangan besar mulai ramai oleh bisik-bisik, menebak-nebak ”Saya tidak paham, Tuan Thomas,” ujarnya menyela lagi. dan moderator duduk. nya, waktu sesi presentasiku sudah lewat limasegera belas menit. Moderator di sebelahku berbisik agar aku segera menjawab­ maksudku. Ruangan besar mulai ramai oleh bisik-bisik, menebak-nebak ”Saya tidak paham, Tuan Thomas,” ujarnya menyela lagi. nya, waktu sesi presentasiku sudah lewat lima belas menit. Moderator di sebelahku berbisik agar aku segera menjawab­ maksudku. Ruangan besar mulai ramai oleh bisik-bisik, menebak-nebak ”Saya tidak paham, Tuan Thomas,” ujarnya menyela lagi. nya, waktu sesi presentasiku sudah lewat lima belas menit. Moderator di sebelahku berbisik agar aku segera menjawab­ maksudku. Ruangan besar mulai ramai oleh bisik-bisik, menebak-nebak ”Saya tidak paham, Tuan Thomas,” ujarnya menyela lagi. nya, waktu sesi presentasiku sudah lewat lima belas menit. Moderator di sebelahku berbisik agar aku segera menjawab­ ang politikus.” maksudku. Ruangan besar mulai ramai oleh bisik-bisik, menebak-nebak ”Saya tidak paham, Tuan Thomas,” ujarnya menyela lagi. ”Hadirin!” aku mengetuk meja dengan punggung jari, nya, waktu sesi presentasiku sudah lewat lima belas menit. Moderator di sebelahku berbisik agar aku segera menjawab­ maksudku. Ruangan besar mulai ramai oleh bisik-bisik, menebak-nebak ”Saya tidak paham, Tuan Thomas,” ujarnya menyela lagi.pelan ”Hadirin!” aku mengetuk meja punggung jari, pelan nya, waktu sesi presentasiku sudah lewat lima belas menit. Moderator di sebelahku berbisik agar aku segera menjawab­ maksudku. Ruangan besar mulai ramai olehdengan bisik-bisik, menebak-nebak ”Hadirin!” aku mengetuk meja dengan punggung jari, pelan nya, waktu sesi presentasiku sudah lewat lima belas menit. Moderator di sebelahku berbisik agar aku segera menjawab­ maksudku. Ruangan besar mulai ramai oleh bisik-bisik, menebak-nebak ”Hadirin!” aku mengetuk meja dengan punggung jari, pelan nya, waktu sesi presentasiku sudah lewat lima belas menit. Moderator di sebelahku berbisik agar aku segera menjawab­ maksudku. Ruangan besar mulai ramai oleh bisik-bisik, menebak-nebak ”Hadirin!” aku mengetuk meja dengan punggung jari, pelan nya, waktu sesi presentasiku sudah lewat lima belas menit. Moderator di sebelahku berbisik agar aku segera menjawab­ maksudku. Ruangan besar mulai ramai oleh bisik-bisik, menebak-nebak saja, untuk mengumpulkan lantas melipatgandakan seluruh per­ ”Hadirin!” aku mengetuk meja dengan punggung jari, uangan besar itu masih diam, tatapanku berpindah-pin nya, waktu sesi presentasiku sudah lewat lima belas menit. Moderator di sebelahku berbisik agar aku segera menjawab­ maksudku. Ruangan besar mulai ramai oleh bisik-bisik, menebak-nebak saja, untuk mengumpulkan lantas melipatgandakan seluruh per­ ”Hadirin!” aku mengetuk meja dengan punggung jari, pelan pelan nya, waktu sesi sudah lewat lima belas menit. Moderator dipresentasiku sebelahku berbisik agar aku segera menjawab­ maksudku.



hatian dari mereka, tersenyum simpul, ”teman kita dari Afrika



jung Tanduk.indd 26



26



3/6/20



”Maka jawabannya tentu saja. Politik membutuhkan mo­ Barat ini bertanya, apakah politik membutuhkan moralitas? mata. ”Tetapi jelas sekali panitia konferensi ini mengundang saya ralitas.” Apakah demikian? sejenak, menyapu seluruh ruangan dengan tatapan Diam ”Maka jawabannya tentu saja. Politik membutuhkan mo­ Barat ini bertanya, apakah politik membutuhkan moralitas? mata. ”Tetapi jelas sekali panitia konferensi ini mengundang saya ralitas.” Apakah demikian? sebagai konsultan strategi, seorang praktisi lapangan, bukan se­ sejenak, menyapu seluruh ruangan dengan tatapan Diam ”Maka jawabannya tentu saja. Politik membutuhkan mo­ Barat ini bertanya, apakah politik membutuhkan moralitas? mata. ”Tetapi jelas sekali panitia konferensi ini mengundang saya ralitas.” Apakah demikian? sebagai konsultan strategi, seorang praktisi lapangan, bukan se­ sejenak, menyapu seluruh ruangan dengan tatapan Diam ”Maka jawabannya tentu saja. Politik membutuhkan mo­ Barat ini bertanya, apakah politik membutuhkan moralitas? mata. ”Tetapi jelas sekali panitia konferensi ini mengundang saya ralitas.” Apakah demikian? sebagai konsultan strategi, seorang praktisi lapangan, bukan se­ sejenak, menyapu seluruh ruangan dengan tatapan Diam ”Maka jawabannya tentu saja. Politik membutuhkan mo­ mata. ”Tetapi jelas sekali panitia konferensi ini mengundang saya ralitas.” Apakah demikian? sebagai konsultan strategi, seorang praktisi lapangan, bukan se­ sejenak, menyapu seluruh ruangan dengan tatapan Diam ”Maka jawabannya tentu saja. Politik membutuhkan mo­ mata. ”Tetapi jelas sekali panitia konferensi ini mengundang saya ralitas.” Apakah demikian? sebagai konsultan strategi, seorang praktisi lapangan, bukan sejenak, menyapu seluruh ruangan dengan tatapan Diam ”Maka jawabannya tentu saja. Politik membutuhkan mo­ bagai peneliti senior atau profesor politik seperti pembicara se­ mata. ”Tetapi jelas sekali panitia konferensi ini mengundang saya ralitas.” Apakah demikian? sebagai konsultan strategi, seorang praktisi lapangan, bukan sejenak, menyapu seluruh ruangan dengan tatapan Diam ”Maka jawabannya tentu saja. Politik membutuhkan mo­ bagai peneliti senior atau profesor politik seperti pembicara se­ mata. ”Tetapi jelas sekali panitia konferensi ini mengundang saya ralitas.” Apakah demikian? sebagai konsultan strategi, seorang praktisi lapangan, bukan sejenak, menyapu seluruh ruangan dengan tatapan Diam ”Maka jawabannya tentu saja. Politik membutuhkan mo­ bagai peneliti senior atau profesor politik seperti pembicara se­ mata. ”Tetapi jelas sekali panitia konferensi ini mengundang saya ralitas.” sebagai konsultan strategi, seorang praktisi lapangan, bukan sejenak, menyapu seluruh ruangan dengan tatapan Diam ”Maka jawabannya tentu saja. Politik membutuhkan mo­ bagai peneliti senior atau profesor politik seperti pembicara se­ mata. ”Tetapi jelas sekali panitia konferensi ini mengundang saya ralitas.” sebagai konsultan strategi, seorang praktisi lapangan, bukan sejenak, menyapu seluruh ruangan dengan tatapan Diam ”Maka jawabannya tentu saja. Politik membutuhkan mo­ bagai peneliti senior atau profesor politik seperti pembicara se­ mata. ”Tetapi jelas sekali panitia konferensi ini mengundang saya ralitas.” tidak cocok bicara tentang ini, tidak memiliki belumnya. Aku sebagai konsultan strategi, seorang praktisi lapangan, bukan sejenak, menyapu seluruh ruangan dengan tatapan Diam ”Maka jawabannya tentu saja. Politik membutuhkan mo­ bagai peneliti senior atau profesor politik seperti pembicara se­ mata. ”Tetapi jelas sekali panitia konferensi ini mengundang saya ralitas.” tidak cocok bicara tentang ini, tidak memiliki belumnya. Aku sebagai konsultan strategi, seorang praktisi lapangan, bukan sejenak, menyapu seluruh ruangan dengan tatapan Diam ”Maka jawabannya tentu saja. Politik membutuhkan mo­ bagai peneliti senior atau profesor politik seperti pembicara se­ mata. ”Tetapi jelas sekali panitia konferensi ini mengundang saya ralitas.” tidak cocok bicara tentang ini, tidak memiliki belumnya. Aku sebagai konsultan strategi, seorang praktisi lapangan, bukan sejenak, menyapu seluruh ruangan dengan tatapan Diam bagai peneliti senior atau profesor politik seperti pembicara se­ mata. ”Tetapi jelas sekali panitia konferensi ini mengundang saya ralitas.” tidak cocok bicara tentang ini, tidak memiliki belumnya. Aku sebagai konsultan strategi, seorang praktisi lapangan, bukan sejenak, menyapu seluruh ruangan dengan tatapan Diam bagai peneliti senior atau profesor politik seperti pembicara se­ mata. ”Tetapi jelas sekali panitia konferensi ini mengundang saya ralitas.” tidak cocok bicara tentang ini, tidak memiliki belumnya. Aku sebagai konsultan strategi, seorang praktisi lapangan, bukan sejenak, menyapu seluruh ruangan dengan tatapan Diam wisdom dan kalian sebenarnya datang jauh-jauh, membayar ma­ bagai peneliti senior atau profesor politik seperti pembicara se­ mata. ”Tetapi jelas sekali panitia konferensi ini mengundang saya ralitas.” tidak cocok bicara tentang ini, tidak memiliki belumnya. Aku sebagai konsultan strategi, seorang praktisi lapangan, bukan sejenak, menyapu seluruh ruangan dengan tatapan Diam wisdom dan kalian sebenarnya datang jauh-jauh, membayar ma­ bagai peneliti senior atau profesor politik seperti pembicara se­ mata. ”Tetapi jelas sekali panitia konferensi ini mengundang saya ralitas.” tidak cocok bicara tentang ini, tidak memiliki belumnya. Aku sebagai konsultan strategi, seorang praktisi lapangan, bukan sejenak, menyapu seluruh ruangan dengan tatapan Diam wisdom dan kalian sebenarnya datang jauh-jauh, membayar ma­ bagai peneliti senior atau profesor politik seperti pembicara se­ mata. ”Tetapi jelas sekali panitia konferensi ini mengundang saya tidak cocok bicara tentang ini, tidak memiliki belumnya. Aku sebagai konsultan strategi, seorang praktisi lapangan, bukan sejenak, menyapu seluruh ruangan dengan tatapan Diam wisdom dan kalian sebenarnya datang jauh-jauh, membayar ma­ bagai peneliti senior atau profesor politik seperti pembicara se­ mata. ”Tetapi jelas sekali panitia konferensi ini mengundang saya tidak cocok bicara tentang ini, tidak memiliki belumnya. Aku sebagai konsultan strategi, seorang praktisi lapangan, bukan sejenak, menyapu seluruh ruangan dengan tatapan Diam wisdom dan kalian sebenarnya datang jauh-jauh, membayar ma­ bagai peneliti senior atau profesor politik seperti pembicara se­ mata. ”Tetapi jelas sekali panitia konferensi ini mengundang saya ini tidak membutuhkan saranku mengenai hal-mahal konferensi tidak cocok bicara tentang ini, tidak memiliki belumnya. Aku sebagai konsultan strategi, seorang praktisi lapangan, bukan sejenak, menyapu seluruh ruangan dengan tatapan Diam wisdom dan kalian sebenarnya datang jauh-jauh, membayar ma­ bagai peneliti senior atau profesor politik seperti pembicara se­ mata. ”Tetapi jelas sekali panitia konferensi ini mengundang saya ini tidak membutuhkan saranku mengenai hal-mahal konferensi tidak cocok bicara tentang ini, tidak memiliki belumnya. Aku sebagai konsultan strategi, seorang praktisi lapangan, bukan sejenak, menyapu seluruh ruangan dengan tatapan Diam wisdom dan kalian sebenarnya datang jauh-jauh, membayar ma­ bagai peneliti senior atau profesor politik seperti pembicara se­ mata. ”Tetapi jelas sekali panitia konferensi ini mengundang saya ini tidak membutuhkan saranku mengenai hal-mahal konferensi tidak cocok bicara tentang ini, tidak memiliki belumnya. Aku sebagai konsultan strategi, seorang praktisi lapangan, bukan wisdom dan kalian sebenarnya datang jauh-jauh, membayar ma­ bagai peneliti senior atau profesor politik seperti pembicara se­ mata. ”Tetapi jelas sekali panitia konferensi ini mengundang saya ini tidak membutuhkan saranku mengenai hal-mahal konferensi tidak cocok bicara tentang ini, tidak memiliki belumnya. Aku sebagai konsultan strategi, seorang praktisi lapangan, bukan wisdom dan kalian sebenarnya datang jauh-jauh, membayar ma­ bagai peneliti senior atau profesor politik seperti pembicara se­ mata. ”Tetapi jelas sekali panitia konferensi ini mengundang saya ini tidak membutuhkan saranku mengenai hal-mahal konferensi tidak cocok bicara tentang ini, tidak memiliki belumnya. Aku sebagai konsultan strategi, seorang praktisi lapangan, bukan isu moralitas. Bagi kalian bukankah simpel saja, bagaimana me­ wisdom dan kalian sebenarnya datang jauh-jauh, membayar ma­ bagai peneliti senior atau profesor politik seperti pembicara se­ mata. ”Tetapi jelas sekali panitia konferensi ini mengundang saya ini tidak membutuhkan saranku mengenai hal-mahal konferensi tidak cocok bicara tentang ini, tidak memiliki belumnya. Aku sebagai konsultan strategi, seorang praktisi lapangan, bukan isu moralitas. Bagi kalian bukankah simpel saja, bagaimana me­ wisdom dan kalian sebenarnya datang jauh-jauh, membayar ma­ bagai peneliti senior atau profesor politik seperti pembicara se­ mata. ”Tetapi jelas sekali panitia konferensi ini mengundang saya ini tidak membutuhkan saranku mengenai hal-mahal konferensi tidak cocok bicara tentang ini, tidak memiliki belumnya. Aku sebagai konsultan strategi, seorang praktisi lapangan, bukan isu moralitas. Bagi kalian bukankah simpel saja, bagaimana me­ wisdom dan kalian sebenarnya datang jauh-jauh, membayar ma­ bagai peneliti senior atau profesor politik seperti pembicara se­ ini tidak membutuhkan saranku mengenai hal-mahal konferensi sebagai konsultan strategi, seorang praktisi lapangan, bukan se­ tidak cocok bicara tentang ini, tidak memiliki belumnya. Aku isu moralitas. Bagi kalian bukankah simpel saja, bagaimana me­ wisdom dan kalian sebenarnya datang jauh-jauh, membayar ma­ bagai peneliti senior atau profesor politik seperti pembicara se­ ini tidak membutuhkan saranku mengenai hal-mahal konferensi tidak cocok bicara tentang ini, tidak memiliki belumnya. Aku sebagai konsultan strategi, seorang praktisi lapangan, bukan isu moralitas. Bagi kalian bukankah simpel saja, bagaimana me­ wisdom dan kalian sebenarnya datang jauh-jauh, membayar ma­ bagai peneliti senior atau profesor politik seperti pembicara se­ menangi kompetisi politik, pemilihan. Titik. Maka berbeda de­ ini tidak membutuhkan saranku mengenai hal-mahal konferensi tidak cocok bicara tentang ini, tidak memiliki belumnya. Aku sebagai konsultan strategi, seorang praktisi lapangan, bukan isu moralitas. Bagi kalian bukankah simpel saja, bagaimana me­ wisdom dan kalian sebenarnya datang jauh-jauh, membayar ma­ bagai peneliti senior atau profesor politik seperti pembicara se­ menangi kompetisi politik, pemilihan. Titik. Maka berbeda de­ ini tidak membutuhkan saranku mengenai hal-mahal konferensi tidak cocok bicara tentang ini, tidak memiliki belumnya. Aku sebagai konsultan strategi, seorang praktisi lapangan, bukan isu moralitas. Bagi kalian bukankah simpel saja, bagaimana me­ wisdom dan kalian sebenarnya datang jauh-jauh, membayar ma­ bagai peneliti senior atau profesor politik seperti pembicara se­ menangi kompetisi politik, pemilihan. Titik. Maka berbeda de­ ini tidak membutuhkan saranku mengenai hal-mahal konferensi tidak cocok bicara tentang ini, tidak memiliki belumnya. Aku bagai peneliti senior atau profesor politik seperti pembicara se­ isu moralitas. Bagi kalian bukankah simpel saja, bagaimana me­ wisdom dan kalian sebenarnya datang jauh-jauh, membayar ma­ menangi kompetisi politik, pemilihan. Titik. Maka berbeda de­ ini tidak membutuhkan saranku mengenai hal-mahal konferensi tidak cocok bicara tentang ini, tidak memiliki belumnya. Aku isu moralitas. Bagi kalian bukankah simpel saja, bagaimana me­ wisdom dan kalian sebenarnya datang jauh-jauh, membayar ma­ bagai peneliti senior atau profesor politik seperti pembicara se­ menangi kompetisi politik, pemilihan. Titik. Maka berbeda de­ ini tidak membutuhkan saranku mengenai hal-mahal konferensi tidak cocok bicara tentang ini, tidak memiliki belumnya. Aku ngan pembicara sebelumnya, izinkan saya menjelaskannya isu moralitas. Bagi kalian bukankah simpel saja, bagaimana me­ wisdom dan kalian sebenarnya datang jauh-jauh, membayar ma­ bagai peneliti senior atau profesor politik seperti pembicara se­ menangi kompetisi politik, pemilihan. Titik. Maka berbeda de­ ini tidak membutuhkan saranku mengenai hal-mahal konferensi tidak cocok bicara tentang ini, tidak memiliki belumnya. Aku ngan pembicara sebelumnya, izinkan saya menjelaskannya isu moralitas. Bagi kalian bukankah simpel saja, bagaimana me­ wisdom dan kalian sebenarnya datang jauh-jauh, membayar ma­ bagai peneliti senior atau profesor politik seperti pembicara se­ menangi kompetisi politik, pemilihan. Titik. Maka berbeda de­ ini tidak membutuhkan saranku mengenai hal-mahal konferensi tidak cocok bicara tentang ini, tidak memiliki belumnya. Aku ngan pembicara sebelumnya, izinkan saya menjelaskannya isu moralitas. Bagi kalian bukankah simpel saja, bagaimana me­ wisdom dan kalian sebenarnya datang jauh-jauh, membayar ma­ tidak cocok bicara tentang ini, tidak memiliki belumnya. Aku menangi kompetisi politik, pemilihan. Titik. Maka berbeda de­ ini tidak membutuhkan saranku mengenai hal-mahal konferensi ngan pembicara sebelumnya, izinkan saya menjelaskannya isu moralitas. Bagi kalian bukankah simpel saja, bagaimana me­ wisdom dan kalian sebenarnya datang jauh-jauh, membayar ma­ menangi kompetisi politik, pemilihan. Titik. Maka berbeda de­ ini tidak membutuhkan saranku mengenai hal-mahal konferensi tidak cocok bicara tentang ini, tidak memiliki belumnya. Aku ngan pembicara sebelumnya, izinkan saya menjelaskannya isu moralitas. Bagi kalian bukankah simpel saja, bagaimana me­ wisdom dan kalian sebenarnya datang jauh-jauh, membayar ma­ cara berbeda.” menangi kompetisi politik, pemilihan. Titik. Maka berbeda de­ ini tidak membutuhkan saranku mengenai hal-mahal konferensi tidak cocok bicara tentang ini, tidak memiliki belumnya. Aku ngan pembicara sebelumnya, izinkan saya menjelaskannya isu moralitas. Bagi kalian bukankah simpel saja, bagaimana me­ wisdom dan kalian sebenarnya datang jauh-jauh, membayar ma­ cara berbeda.” menangi kompetisi politik, pemilihan. Titik. Maka berbeda de­ ini tidak membutuhkan saranku mengenai hal-mahal konferensi tidak cocok bicara ini, tidak memiliki belumnya. Aku pembicara sebelumnya, izinkan saya menjelaskannya isu moralitas. Bagi kalian bukankah simpel saja, bagaimana me­ wisdom dan kalian sebenarnya datangtentang jauh-jauh, membayar ma­ ngan cara berbeda.” menangi kompetisi politik, pemilihan. Titik. Maka berbeda de­ ini tidak membutuhkan saranku mengenai hal-mahal konferensi wisdom dan kalian sebenarnya datang jauh-jauh, membayar ma­ pembicara sebelumnya, izinkan saya menjelaskannya isu moralitas. Bagi kalian bukankah simpel saja, bagaimana me­ ngan cara berbeda.” menangi kompetisi politik, pemilihan. Titik. Maka berbeda de­ ini tidak membutuhkan saranku mengenai hal-mahal konferensi pembicara sebelumnya, izinkan saya menjelaskannya isu moralitas. Bagi kalian bukankah simpel saja, bagaimana me­ wisdom dan kalian sebenarnya datang jauh-jauh, membayar ma­ cara berbeda.” menangi kompetisi politik, pemilihan. Titik. Maka berbeda de­ ini tidak membutuhkan saranku mengenai hal-mahal konferensi Aku diam sejenak, merasakan sensasi menguasai perhatian ngan pembicara sebelumnya, izinkan saya menjelaskannya isu moralitas. Bagi kalian bukankah simpel saja, bagaimana me­ wisdom dan kalian sebenarnya datang jauh-jauh, membayar ma­ cara berbeda.” menangi kompetisi politik, pemilihan. Titik. Maka berbeda de­ ini tidak membutuhkan saranku mengenai hal-mahal konferensi Aku diam sejenak, merasakan sensasi menguasai perhatian ngan pembicara sebelumnya, izinkan saya menjelaskannya isu moralitas. Bagi kalian bukankah simpel saja, bagaimana me­ wisdom dan kalian sebenarnya datang jauh-jauh, membayar ma­ cara berbeda.” menangi kompetisi politik, pemilihan. Titik. Maka berbeda de­ ini tidak membutuhkan saranku mengenai hal-mahal konferensi Aku diam sejenak, merasakan sensasi menguasai perhatian pembicara sebelumnya, izinkan saya menjelaskannya isu moralitas. Bagi kalian bukankah simpel saja, bagaimana me­ hal-mahal konferensi ini tidak membutuhkan saranku mengenai ngan cara berbeda.” menangi kompetisi politik, pemilihan. Titik. Maka berbeda de­ Aku diam sejenak, merasakan sensasi menguasai perhatian pembicara sebelumnya, izinkan saya menjelaskannya isu moralitas. Bagi kalian bukankah simpel saja, bagaimana me­ ngan cara berbeda.” menangi kompetisi politik, pemilihan. Titik. Maka berbeda de­ ini tidak membutuhkan saranku mengenai hal-mahal konferensi Aku diam sejenak, merasakan sensasi menguasai perhatian pembicara sebelumnya, izinkan saya menjelaskannya isu moralitas. Bagi kalian bukankah simpel saja, bagaimana me­ seluruh ruangan. ngan cara berbeda.” menangi kompetisi politik, pemilihan. Titik. Maka berbeda de­ ini tidak membutuhkan saranku mengenai hal-mahal konferensi Aku diam sejenak, merasakan sensasi menguasai perhatian pembicara sebelumnya, izinkan saya menjelaskannya isu moralitas. Bagi kalian bukankah simpel saja, bagaimana me­ seluruh ruangan. ngan cara berbeda.” menangi kompetisi politik, pemilihan. Titik. Maka berbeda de­ ini tidak membutuhkan saranku mengenai hal-mahal konferensi Aku diam sejenak, merasakan sensasi menguasai perhatian pembicara sebelumnya, izinkan saya menjelaskannya isu moralitas. Bagi kalian bukankah simpel saja, bagaimana me­ seluruh ruangan. ngan cara berbeda.” menangi kompetisi politik, pemilihan. Titik. Maka berbeda de­ isu moralitas. Bagi kalian bukankah simpel saja, bagaimana me­ Aku diam sejenak, merasakan sensasi menguasai perhatian pembicara sebelumnya, izinkan saya menjelaskannya seluruh ruangan. ngan cara berbeda.” menangi kompetisi politik, pemilihan. Titik. Maka berbeda de­ Aku diam sejenak, merasakan sensasi menguasai perhatian pembicara sebelumnya, izinkan saya menjelaskannya isu moralitas. Bagi kalian bukankah simpel saja, bagaimana me­ seluruh ruangan. ngan cara berbeda.” menangi kompetisi politik, pemilihan. Titik. Maka berbeda de­ ”Apakah politik membutuhkan moralitas? Hei, berapa tahun Aku diam sejenak, merasakan sensasi menguasai perhatian pembicara sebelumnya, izinkan saya menjelaskannya isu moralitas. Bagi kalian bukankah simpel saja, bagaimana me­ seluruh ruangan. ngan cara berbeda.” menangi kompetisi politik, pemilihan. Titik. Maka berbeda de­ ”Apakah politik membutuhkan moralitas? Hei, berapa tahun Aku diam sejenak, merasakan sensasi menguasai perhatian pembicara sebelumnya, izinkan saya menjelaskannya isu moralitas. Bagi kalian bukankah simpel saja, bagaimana me­ seluruh ruangan. ngan cara berbeda.” menangi politik, pemilihan. Titik. Maka berbeda de­ ”Apakah politik membutuhkan moralitas? Hei, berapa tahun Aku diam sejenak, merasakan sensasi menguasai perhatian pembicara sebelumnya, izinkan saya menjelaskannya kompetisi politik, pemilihan. Titik. Maka berbeda de­ seluruh ruangan. ngan cara berbeda.” ”Apakah politik membutuhkan moralitas? Hei, berapa tahun Aku diam sejenak, merasakan sensasi menguasai perhatian pembicara sebelumnya, izinkan saya menjelaskannya seluruh ruangan. ngan cara berbeda.” menangi kompetisi politik, pemilihan. Titik. Maka berbeda de­ ”Apakah politik membutuhkan moralitas? Hei, berapa tahun Aku diam sejenak, merasakan sensasi menguasai perhatian pembicara sebelumnya, izinkan saya menjelaskannya Nelson Mandela dipenjara oleh rezim kulit putih karena isu seluruh ruangan. ngan cara berbeda.” menangi kompetisi politik, pemilihan. Titik. Maka berbeda de­ ”Apakah politik membutuhkan moralitas? Hei, berapa tahun Aku diam sejenak, merasakan sensasi menguasai perhatian pembicara sebelumnya, izinkan saya menjelaskannya Nelson Mandela dipenjara oleh rezim kulit putih karena isu seluruh ruangan. ngan cara berbeda.” menangi kompetisi politik, pemilihan. Titik. Maka berbeda de­ ”Apakah politik membutuhkan moralitas? Hei, berapa tahun Aku diam sejenak, merasakan sensasi menguasai perhatian pembicara sebelumnya, izinkan saya menjelaskannya Nelson Mandela dipenjara oleh rezim kulit putih karena isu seluruh ruangan. ngan cara berbeda.” sebelumnya, izinkan saya menjelaskannya de­ ”Apakah politik membutuhkan moralitas? Hei, berapa tahun Aku diam sejenak, merasakan sensasi menguasai perhatian Nelson Mandela dipenjara oleh rezim kulit putih karena isu seluruh ruangan. ngan cara berbeda.” ”Apakah politik membutuhkan moralitas? Hei, berapa tahun Aku diam sejenak, merasakan sensasi menguasai perhatian pembicara sebelumnya, izinkan saya menjelaskannya de­ Nelson Mandela dipenjara oleh rezim kulit putih karena isu seluruh ruangan. ngan cara berbeda.” moralitas yang dibawanya? Menentang apartheid? Puluhan ”Apakah politik membutuhkan moralitas? Hei, berapa tahun Aku diam sejenak, merasakan sensasi menguasai perhatian pembicara sebelumnya, izinkan saya menjelaskannya de­ Nelson Mandela dipenjara oleh rezim kulit putih karena isu seluruh ruangan. ngan cara berbeda.” moralitas yang dibawanya? Menentang apartheid? Puluhan ”Apakah politik membutuhkan moralitas? Hei, berapa tahun Aku diam sejenak, merasakan sensasi menguasai perhatian pembicara sebelumnya, izinkan saya menjelaskannya de­ Nelson Mandela dipenjara oleh rezim kulit putih karena isu seluruh ruangan. ngan moralitas yang dibawanya? Menentang apartheid? Puluhan ”Apakah politik membutuhkan moralitas? Hei, berapa tahun Aku diam sejenak, merasakan sensasi menguasai perhatian cara berbeda.” Nelson Mandela dipenjara oleh rezim kulit putih karena isu seluruh ruangan. moralitas yang dibawanya? Menentang apartheid? Puluhan ”Apakah politik membutuhkan moralitas? Hei, berapa tahun Aku diam sejenak, merasakan sensasi menguasai perhatian Nelson Mandela dipenjara oleh rezim kulit putih karena isu seluruh ruangan. ngan cara berbeda.” moralitas yang dibawanya? Menentang apartheid? Puluhan ”Apakah politik membutuhkan moralitas? Hei, berapa tahun Aku diam sejenak, merasakan sensasi menguasai perhatian lamanya. Apa kurangnya isu moralitas yang dibangun Nelson Nelson Mandela dipenjara oleh rezim kulit putih karena isu seluruh ruangan. ngan cara berbeda.” moralitas yang dibawanya? Menentang apartheid? Puluhan ”Apakah politik membutuhkan moralitas? Hei, berapa tahun Aku diam sejenak, merasakan sensasi menguasai perhatian lamanya. Apa kurangnya isu moralitas yang dibangun Nelson Nelson Mandela dipenjara oleh rezim kulit putih karena isu seluruh ruangan. ngan cara berbeda.” moralitas yang dibawanya? Menentang apartheid? Puluhan ”Apakah politik membutuhkan moralitas? Hei, berapa tahun merasakan sensasi menguasai perhatian lamanya. Apa kurangnya isu moralitas yang dibangun Nelson Aku diam sejenak, merasakan sensasi menguasai perhatian Nelson Mandela dipenjara oleh rezim kulit putih karena isu seluruh ruangan. moralitas yang dibawanya? Menentang apartheid? Puluhan ”Apakah politik membutuhkan moralitas? Hei, berapa tahun lamanya. Apa kurangnya isu moralitas yang dibangun Nelson Nelson Mandela dipenjara oleh rezim kulit putih karena isu seluruh ruangan. moralitas yang dibawanya? Menentang apartheid? Puluhan ”Apakah politik membutuhkan moralitas? Hei, berapa tahun Aku diam sejenak, merasakan sensasi menguasai perhatian lamanya. Apa kurangnya isu moralitas yang dibangun Nelson Nelson Mandela dipenjara oleh rezim kulit putih karena isu seluruh ruangan. Mandela? Kesamaan derajat. Itu perintah kitab suci, perintah moralitas yang dibawanya? Menentang apartheid? Puluhan ”Apakah politik membutuhkan moralitas? Hei, berapa tahun Aku diam sejenak, merasakan sensasi menguasai perhatian lamanya. Apa kurangnya isu moralitas yang dibangun Nelson Nelson Mandela dipenjara oleh rezim kulit putih karena isu seluruh ruangan. Mandela? Kesamaan derajat. Itu perintah kitab suci, perintah moralitas yang dibawanya? Menentang apartheid? Puluhan ”Apakah politik membutuhkan moralitas? Hei, berapa tahun Aku diam sejenak, merasakan sensasi menguasai perhatian lamanya. Apa kurangnya isu moralitas yang dibangun Nelson Nelson Mandela dipenjara oleh rezim kulit putih karena isu seluruh Mandela? Kesamaan derajat. Itu perintah kitab suci, perintah ruangan. moralitas yang dibawanya? Menentang apartheid? Puluhan ”Apakah politik membutuhkan moralitas? Hei, berapa tahun lamanya. Apa kurangnya isu moralitas yang dibangun Nelson Nelson Mandela dipenjara oleh rezim kulit putih karena isu Mandela? Kesamaan derajat. Itu perintah kitab suci, perintah moralitas yang dibawanya? Menentang apartheid? Puluhan ”Apakah politik membutuhkan moralitas? Hei, berapa tahun lamanya. Apa kurangnya isu moralitas yang dibangun Nelson Nelson Mandela dipenjara oleh rezim kulit putih karena isu seluruh ruangan. Mandela? Kesamaan derajat. Itu perintah kitab suci, perintah moralitas yang dibawanya? Menentang apartheid? Puluhan ”Apakah politik membutuhkan moralitas? Hei, berapa tahun Tuhan, dikirim langsung dari surga. Lantas kenapa Nelson lamanya. Apa kurangnya isu moralitas yang dibangun Nelson Mandela dipenjara oleh rezim kulit putih karena isu seluruh ruangan. Mandela? Kesamaan derajat. Itu perintah kitab suci, perintah moralitas yang dibawanya? Menentang apartheid? Puluhan ”Apakah politik membutuhkan moralitas? Hei, berapa tahun Tuhan, dikirim langsung dari surga. Lantas kenapa Nelson lamanya. Apa kurangnya isu moralitas yang dibangun Nelson Mandela dipenjara oleh rezim kulit putih karena isu seluruh ruangan. Mandela? Kesamaan derajat. Itu perintah kitab suci, perintah moralitas yang dibawanya? Menentang apartheid? Puluhan membutuhkan moralitas? Hei, berapa tahun Tuhan, dikirim langsung dari surga. Lantas kenapa Nelson ”Apakah politik membutuhkan moralitas? Hei, berapa tahun lamanya. Apa kurangnya isu moralitas yang dibangun Nelson Mandela dipenjara oleh rezim kulit putih karena isu Mandela? Kesamaan derajat. Itu perintah kitab suci, perintah moralitas yang dibawanya? Menentang apartheid? Puluhan tahun Tuhan, dikirim langsung dari surga. Lantas kenapa Nelson lamanya. Apa kurangnya isu moralitas yang dibangun Nelson Mandela dipenjara oleh rezim kulit putih karena isu Mandela? Kesamaan derajat. Itu perintah kitab suci, perintah moralitas yang dibawanya? Menentang apartheid? Puluhan ”Apakah politik membutuhkan moralitas? Hei, berapa tahun Tuhan, dikirim langsung dari surga. Lantas kenapa Nelson lamanya. Apa kurangnya isu moralitas yang dibangun Nelson Mandela dipenjara oleh rezim kulit putih karena isu Mandela harus begitu lama dipenjara? Apa orang-orang di seki­ Mandela? Kesamaan derajat. Itu perintah kitab suci, perintah moralitas yang dibawanya? Menentang apartheid? Puluhan ”Apakah politik membutuhkan moralitas? Hei, berapa tahun Tuhan, dikirim langsung dari surga. Lantas kenapa Nelson lamanya. Apa kurangnya isu moralitas yang dibangun Nelson Mandela dipenjara oleh rezim kulit putih karena isu Mandela harus begitu lama dipenjara? Apa orang-orang di seki­ Mandela? Kesamaan derajat. Itu perintah kitab suci, perintah moralitas yang dibawanya? Menentang apartheid? Puluhan ”Apakah politik membutuhkan moralitas? Hei, berapa tahun Tuhan, dikirim langsung dari surga. Lantas kenapa Nelson lamanya. Apa kurangnya isu moralitas yang dibangun Nelson dipenjara oleh rezim kulit putih karena isu Mandela dipenjara oleh rezim kulit putih karena isu Mandela harus begitu lama dipenjara? Apa orang-orang di seki­ Mandela? Kesamaan derajat. Itu perintah kitab suci, perintah moralitas yang dibawanya? Menentang apartheid? Puluhan tahun Tuhan, dikirim langsung dari surga. Lantas kenapa Nelson lamanya. Apa kurangnya isu moralitas yang dibangun Mandela harus begitu lama dipenjara? Apa orang-orang di seki­ Mandela? Kesamaan derajat. Itu perintah kitab suci, perintah moralitas yang dibawanya? Menentang apartheid? Puluhan tahun Tuhan, dikirim langsung dari surga. Lantas kenapa Nelson lamanya. Apa kurangnya isu moralitas yang dibangun Nelson Mandela dipenjara oleh rezim kulit putih karena isu Mandela harus begitu lama dipenjara? Apa orang-orang di seki­ Mandela? Kesamaan derajat. Itu perintah kitab suci, perintah moralitas yang dibawanya? Menentang apartheid? Puluhan tahun tarnya tidak paham betapa pentingnya isu moralitas yang di­ Tuhan, dikirim langsung dari surga. Lantas kenapa Nelson lamanya. Apa kurangnya isu moralitas yang dibangun Nelson Mandela dipenjara oleh rezim kulit putih karena isu Mandela harus begitu lama dipenjara? Apa orang-orang di seki­ Mandela? Kesamaan derajat. Itu perintah kitab suci, perintah moralitas yang dibawanya? Menentang apartheid? Puluhan tahun tarnya tidak paham betapa pentingnya isu moralitas yang di­ Tuhan, dikirim langsung dari surga. Lantas kenapa Nelson lamanya. Apa kurangnya isu moralitas yang dibangun Nelson Mandela dipenjara oleh rezim kulit putih karena isu Mandela harus begitu lama dipenjara? Apa orang-orang di seki­ Mandela? Kesamaan derajat. Itu perintah kitab suci, perintah moralitas dibawanya? Menentang apartheid? Puluhan tahun yang dibawanya? Menentang apartheid? Puluhan tahun tarnya tidak paham betapa pentingnya isu moralitas yang di­ Tuhan, dikirim langsung dari surga. Lantas kenapa Nelson lamanya. Apa kurangnya isu moralitas yang dibangun Mandela harus begitu lama dipenjara? Apa orang-orang di seki­ Mandela? Kesamaan derajat. Itu perintah kitab suci, perintah tarnya tidak paham betapa pentingnya isu moralitas yang di­ Tuhan, dikirim langsung dari surga. Lantas kenapa Nelson lamanya. Apa kurangnya isu moralitas yang dibangun Mandela harus begitu lama dipenjara? Apa orang-orang di seki­ Mandela? Kesamaan derajat. Itu perintah kitab suci, perintah moralitas yang dibawanya? Menentang apartheid? Puluhan tahun tarnya tidak paham betapa pentingnya isu moralitas yang di­ Tuhan, dikirim langsung dari surga. Lantas kenapa Nelson lamanya. Apa kurangnya isu moralitas yang dibangun bawanya? Apa orang-orang di sekitarnya lupa? Bodoh? Tidak Mandela harus begitu lama dipenjara? Apa orang-orang di seki­ Mandela? Kesamaan derajat. Itu perintah kitab suci, perintah moralitas yang dibawanya? Menentang apartheid? Puluhan tahun tarnya tidak paham betapa pentingnya isu moralitas yang di­ Tuhan, dikirim langsung dari surga. Lantas kenapa Nelson lamanya. Apa kurangnya isu moralitas yang dibangun bawanya? Apa orang-orang di sekitarnya lupa? Bodoh? Tidak Mandela harus begitu lama dipenjara? Apa orang-orang di seki­ Mandela? Kesamaan derajat. Itu perintah kitab suci, perintah moralitas yang dibawanya? Menentang apartheid? Puluhan tahun tarnya tidak paham betapa pentingnya isu moralitas yang di­ Tuhan, dikirim langsung dari surga. Lantas kenapa Nelson lamanya. kurangnya isu moralitas yang dibangun Apa kurangnya isu moralitas yang dibangun Nelson bawanya? Apa orang-orang di sekitarnya lupa? Bodoh? Tidak Mandela harus begitu lama dipenjara? Apa orang-orang di seki­ Mandela? Kesamaan derajat. Itu perintah kitab suci, perintah tarnya tidak paham betapa pentingnya isu moralitas yang di­ Tuhan, dikirim langsung dari surga. Lantas kenapa Nelson bawanya? Apa orang-orang di sekitarnya lupa? Bodoh? Tidak Mandela harus begitu lama dipenjara? Apa orang-orang di seki­ Mandela? Kesamaan derajat. Itu perintah kitab suci, perintah tarnya tidak paham betapa pentingnya isu moralitas yang di­ Tuhan, dikirim langsung dari surga. Lantas kenapa Nelson lamanya. Apa kurangnya isu moralitas yang dibangun bawanya? Apa orang-orang di sekitarnya lupa? Bodoh? Tidak Mandela harus begitu lama dipenjara? Apa orang-orang di seki­ Mandela? Kesamaan derajat. Itu perintah kitab suci, perintah beragama? Kenyataannya, orang-orang di sekitarnya, bahkan tarnya tidak paham betapa pentingnya isu moralitas yang di­ Tuhan, dikirim langsung dari surga. Lantas kenapa Nelson lamanya. Apa kurangnya isu moralitas yang dibangun bawanya? Apa orang-orang di sekitarnya lupa? Bodoh? Tidak Mandela harus begitu lama dipenjara? Apa orang-orang di seki­ Mandela? Kesamaan derajat. Itu perintah kitab suci, perintah beragama? Kenyataannya, orang-orang di sekitarnya, bahkan tarnya tidak paham betapa pentingnya isu moralitas yang di­ Tuhan, dikirim langsung dari surga. Lantas kenapa Nelson lamanya. Apa kurangnya isu moralitas yang dibangun bawanya? Apa orang-orang di sekitarnya lupa? Bodoh? Tidak Mandela harus begitu lama dipenjara? Apa orang-orang di seki­ Mandela? derajat. Itu perintah kitab suci, perintah Kesamaan derajat. Itu perintah kitab suci, perintah beragama? Kenyataannya, orang-orang di sekitarnya, bahkan tarnya tidak paham betapa pentingnya isu moralitas yang di­ Tuhan, dikirim langsung dari surga. Lantas kenapa Nelson bawanya? Apa orang-orang di sekitarnya lupa? Bodoh? Tidak Mandela harus begitu lama dipenjara? Apa orang-orang di seki­ beragama? Kenyataannya, orang-orang di sekitarnya, bahkan tarnya tidak paham betapa pentingnya isu moralitas yang di­ Tuhan, dikirim langsung dari surga. Lantas kenapa Nelson bawanya? Apa orang-orang di sekitarnya lupa? Bodoh? Tidak Mandela harus begitu lama dipenjara? Apa orang-orang di seki­ Mandela? Kesamaan derajat. Itu perintah kitab suci, perintah beragama? Kenyataannya, orang-orang di sekitarnya, bahkan tarnya tidak paham betapa pentingnya isu moralitas yang di­ Tuhan, dikirim langsung dari surga. Lantas kenapa Nelson termasuk yang paling keras menentang Nelson Mandela, berang­ bawanya? Apa orang-orang di sekitarnya lupa? Bodoh? Tidak Mandela harus begitu lama dipenjara? Apa orang-orang di seki­ Mandela? Kesamaan derajat. Itu perintah kitab suci, perintah beragama? Kenyataannya, orang-orang di sekitarnya, bahkan tarnya tidak paham betapa pentingnya isu moralitas yang di­ Tuhan, dikirim langsung dari surga. Lantas kenapa Nelson termasuk yang paling keras menentang Nelson Mandela, berang­ bawanya? Apa orang-orang di sekitarnya lupa? Bodoh? Tidak Mandela harus begitu lama dipenjara? Apa orang-orang di seki­ Mandela? Kesamaan derajat. Itu perintah kitab suci, perintah beragama? Kenyataannya, orang-orang di sekitarnya, bahkan tarnya tidak paham betapa pentingnya isu moralitas yang di­ Tuhan, langsung dari surga. Lantas kenapa Nelson dikirim langsung dari surga. Lantas kenapa Nelson termasuk yang paling keras menentang Nelson Mandela, berang­ bawanya? Apa orang-orang di sekitarnya lupa? Bodoh? Tidak Mandela harus begitu lama dipenjara? Apa orang-orang di seki­ beragama? Kenyataannya, orang-orang di sekitarnya, bahkan tarnya tidak paham betapa pentingnya isu moralitas yang di­ termasuk yang paling keras menentang Nelson Mandela, berang­ bawanya? Apa orang-orang di sekitarnya lupa? Bodoh? Tidak Mandela harus begitu lama dipenjara? Apa orang-orang di seki­ beragama? Kenyataannya, orang-orang di sekitarnya, bahkan tarnya tidak paham betapa pentingnya isu moralitas yang di­ Tuhan, dikirim langsung dari surga. Lantas kenapa Nelson termasuk yang paling keras menentang Nelson Mandela, berang­ bawanya? Apa orang-orang di sekitarnya lupa? Bodoh? Tidak Mandela harus begitu lama dipenjara? Apa orang-orang di seki­ kat ke rumah ibadahnya lebih sering dibanding siapa pun, mem­ beragama? Kenyataannya, orang-orang di sekitarnya, bahkan tarnya tidak paham betapa pentingnya isu moralitas yang di­ Tuhan, dikirim langsung dari surga. Lantas kenapa Nelson termasuk yang paling keras menentang Nelson Mandela, berang­ bawanya? Apa orang-orang di sekitarnya lupa? Bodoh? Tidak Mandela harus begitu lama dipenjara? Apa orang-orang di seki­ kat ke rumah ibadahnya lebih sering dibanding siapa pun, mem­ beragama? Kenyataannya, orang-orang di sekitarnya, bahkan tarnya tidak paham betapa pentingnya isu moralitas yang di­ Tuhan, dikirim langsung dari surga. Lantas kenapa Nelson termasuk yang paling keras menentang Nelson Mandela, berang­ bawanya? Apa orang-orang di sekitarnya lupa? Bodoh? Tidak harus begitu lama dipenjara? Apa orang-orang di seki­ Mandela lama dipenjara? Apa orang-orang di seki­ kat ke rumah ibadahnya lebih sering dibanding siapa pun, mem­ beragama? Kenyataannya, orang-orang di sekitarnya, bahkan tarnya tidak paham betapa pentingnya isu moralitas yang di­ termasuk yang paling keras menentang Nelson Mandela, berang­ bawanya? Apa orang-orang di sekitarnya lupa? Bodoh? Tidak kat ke rumah ibadahnya lebih sering dibanding siapa pun, mem­ beragama? Kenyataannya, orang-orang di sekitarnya, bahkan tarnya tidak paham betapa pentingnya isu moralitas yang di­ termasuk yang paling keras menentang Nelson Mandela, berang­ bawanya? Apa orang-orang di sekitarnya lupa? Bodoh? Tidak Mandela harus begitubetapa lama dipenjara? Apa orang-orang di seki­ kat ke rumah ibadahnya lebih sering dibanding siapa pun, mem­ beragama? Kenyataannya, orang-orang dilupa? sekitarnya, bahkan tarnya tidak paham pentingnya isu moralitas yang di­ termasuk yang paling keras menentang Nelson Mandela, berang­ bawanya? Apa orang-orang di sekitarnya Bodoh? Tidak



”Jika politik hanya membutuhkan moralitas, hanya perlu se­ sing, mengukur kekuatan masing-masing. Karena orang-orang berhitung dengan kepentingan masing-ma­ baca kitab sucinya paling banyak. Maka jawaban sesungguhnya: Mandela. Malam ini dia bicara tentang kesamaan derajat, dan orang-orang untuk mendukung Nelson malam meyakinkan ”Jika politik hanya membutuhkan moralitas, hanya perlu se­ sing, mengukur kekuatan masing-masing. Karena orang-orang berhitung dengan kepentingan masing-ma­ baca kitab sucinya paling banyak. Maka jawaban sesungguhnya: orang-orang untuk mendukung Nelson malam meyakinkan ”Jika politik hanya membutuhkan moralitas, hanya perlu se­ Karena orang-orang berhitung dengan kepentingan masing-ma­ baca kitab sucinya paling banyak. Maka jawaban sesungguhnya: sing, mengukur kekuatan masing-masing. Mandela. Malam ini dia bicara tentang kesamaan derajat, dan orang-orang untuk mendukung Nelson malam meyakinkan bicara tentang kesamaan derajat, dan ”Jika politik hanya membutuhkan moralitas, hanya perlu se­ kekuatan masing-masing. Karena orang-orang berhitung dengan kepentingan masing-ma­ baca kitab sucinya paling banyak. Maka jawaban sesungguhnya: orang-orang untuk mendukung Nelson malam meyakinkan Mandela. Malam ini dia bicara tentang kesamaan derajat, dan ”Jika politik hanya membutuhkan moralitas, hanya perlu se­ sing, mengukur kekuatan masing-masing. Karena orang-orang berhitung dengan kepentingan masing-ma­ besok pagi-pagi sekali, saat matahari terbit, kita semua siap ber­ Mandela. Malam ini dia bicara tentang kesamaan derajat, dan orang-orang untuk mendukung Nelson malam meyakinkan ”Jika politik hanya membutuhkan moralitas, hanya perlu se­ sing, mengukur kekuatan masing-masing. Karena orang-orang berhitung dengan kepentingan masing-ma­ besok pagi-pagi sekali, saat matahari terbit, kita semua siap ber­ Mandela. Malam ini dia bicara tentang kesamaan derajat, dan orang-orang untuk mendukung Nelson malam meyakinkan ”Jika politik hanya membutuhkan moralitas, hanya perlu se­ sing, mengukur kekuatan masing-masing. Karena orang-orang berhitung dengan kepentingan masing-ma­ Mandela. Malam ini dia bicara tentang kesamaan derajat, dan orang-orang untuk mendukung Nelson malam meyakinkan sing, mengukur kekuatan masing-masing. Karena orang-orang berhitung dengan kepentingan masing-ma­ ”Jika politik hanya membutuhkan moralitas, hanya perlu se­ besok pagi-pagi sekali, saat matahari terbit, kita semua siap ber­ Mandela. Malam ini dia bicara tentang kesamaan derajat, dan matahari terbit, kita semua siap ber­ orang-orang untuk mendukung Nelson malam meyakinkan hanya membutuhkan moralitas, hanya perlu se­ sing, mengukur kekuatan masing-masing. Karena orang-orang berhitung dengan kepentingan masing-ma­ Mandela. Malam ini dia bicara tentang kesamaan derajat, dan besok pagi-pagi sekali, saat matahari terbit, kita semua siap ber­ orang-orang untuk mendukung Nelson malam meyakinkan ”Jika politik hanya membutuhkan moralitas, hanya perlu se­ sing, mengukur kekuatan masing-masing. perang, mengorbankan nyawa demi kebenaran dan keadilan besok pagi-pagi sekali, saat matahari terbit, kita semua siap ber­ Mandela. Malam ini dia bicara tentang kesamaan derajat, dan orang-orang untuk mendukung Nelson malam meyakinkan ”Jika politik hanya membutuhkan moralitas, hanya perlu se­ sing, mengukur kekuatan masing-masing. perang, mengorbankan nyawa demi kebenaran dan keadilan besok pagi-pagi sekali, saat matahari terbit, kita semua siap ber­ Mandela. Malam ini dia bicara tentang kesamaan derajat, dan orang-orang untuk mendukung Nelson malam meyakinkan ”Jika politik hanya membutuhkan moralitas, hanya perlu se­ sing, mengukur kekuatan masing-masing. besok pagi-pagi sekali, saat matahari terbit, kita semua siap ber­ Mandela. Malam ini dia bicara tentang kesamaan derajat, dan ”Jika politik hanya membutuhkan moralitas, hanya perlu se­ sing, mengukur kekuatan masing-masing. orang-orang untuk mendukung Nelson malam meyakinkan perang, mengorbankan nyawa demi kebenaran dan keadilan besok pagi-pagi sekali, saat matahari terbit, kita semua siap ber­ nyawa demi kebenaran dan keadilan Mandela. Malam ini dia bicara tentang kesamaan derajat, dan orang-orang untuk mendukung Nelson meyakinkan ”Jika politik hanya membutuhkan moralitas, hanya perlu se­ sing, mengukur kekuatan masing-masing. besok pagi-pagi sekali, saat matahari terbit, kita semua siap ber­ perang, mengorbankan nyawa demi kebenaran dan keadilan Mandela. Malam ini dia bicara tentang kesamaan derajat, dan orang-orang untuk mendukung Nelson malam meyakinkan ”Jika politik hanya membutuhkan moralitas, hanya perlu se­ tersebut, tidak peduli latar belakang, kepentingan, apalagi ukuran perang, mengorbankan nyawa demi kebenaran dan keadilan besok pagi-pagi sekali, saat matahari terbit, kita semua siap ber­ Mandela. Malam ini dia bicara tentang kesamaan derajat, dan orang-orang untuk mendukung Nelson malam meyakinkan ”Jika politik hanya membutuhkan moralitas, hanya perlu se­ tersebut, tidak peduli latar belakang, kepentingan, apalagi ukuran perang, mengorbankan nyawa demi kebenaran dan keadilan besok pagi-pagi sekali, saat matahari terbit, kita semua siap ber­ Mandela. Malam ini dia bicara tentang kesamaan derajat, dan orang-orang untuk mendukung Nelson malam meyakinkan ”Jika politik hanya membutuhkan moralitas, hanya perlu se­ perang, mengorbankan nyawa demi kebenaran dan keadilan besok pagi-pagi sekali, saat matahari terbit, kita semua siap ber­ orang-orang untuk mendukung Nelson malam meyakinkan ”Jika politik hanya membutuhkan moralitas, hanya perlu se­ Mandela. Malam ini dia bicara tentang kesamaan derajat, dan tersebut, tidak peduli latar belakang, kepentingan, apalagi ukuran perang, mengorbankan nyawa demi kebenaran dan keadilan belakang, kepentingan, apalagi ukuran besok pagi-pagi sekali, saat matahari terbit, kita semua siap ber­ Mandela. Malam ini dia bicara tentang kesamaan derajat, dan orang-orang untuk mendukung Nelson malam meyakinkan ”Jika politik hanya membutuhkan moralitas, hanya perlu se­ perang, mengorbankan nyawa demi kebenaran dan keadilan tersebut, tidak peduli latar belakang, kepentingan, apalagi ukuran besok pagi-pagi sekali, saat matahari terbit, kita semua siap ber­ Mandela. Malam ini dia bicara tentang kesamaan derajat, dan orang-orang untuk mendukung Nelson malam meyakinkan lainnya. Nyatanya tidak. Butuh bertahun-tahun, butuh proses tersebut, tidak peduli latar belakang, kepentingan, apalagi ukuran perang, mengorbankan nyawa demi kebenaran dan keadilan besok pagi-pagi sekali, saat matahari terbit, kita semua siap ber­ Mandela. Malam ini dia bicara tentang kesamaan derajat, dan orang-orang untuk mendukung Nelson malam meyakinkan lainnya. Nyatanya tidak. Butuh bertahun-tahun, butuh proses tersebut, tidak peduli latar belakang, kepentingan, apalagi ukuran perang, mengorbankan nyawa demi kebenaran dan keadilan besok pagi-pagi sekali, saat matahari terbit, kita semua siap ber­ Mandela. Malam ini dia bicara tentang kesamaan derajat, dan orang-orang untuk mendukung Nelson malam meyakinkan tersebut, tidak peduli latar belakang, kepentingan, apalagi ukuran perang, mengorbankan nyawa demi kebenaran dan keadilan Mandela. Malam ini dia bicara tentang kesamaan derajat, dan orang-orang untuk mendukung Nelson malam meyakinkan besok pagi-pagi sekali, saat matahari terbit, kita semua siap ber­ lainnya. Nyatanya tidak. Butuh bertahun-tahun, butuh proses tersebut, tidak peduli latar belakang, kepentingan, apalagi ukuran Butuh bertahun-tahun, butuh proses perang, mengorbankan nyawa demi kebenaran dan keadilan besok pagi-pagi sekali, saat matahari terbit, kita semua semua siap ber­ Mandela. Malam ini dia bicara tentang kesamaan derajat, dan orang-orang untuk mendukung Nelson malam meyakinkan tersebut, tidak peduli latar belakang, kepentingan, apalagi ukuran lainnya. Nyatanya tidak. Butuh bertahun-tahun, butuh proses perang, mengorbankan nyawa demi kebenaran dan keadilan besok pagi-pagi sekali, saat matahari terbit, kita siap ber­ Mandela. Malam ini dia bicara tentang kesamaan derajat, dan panjang hingga sebuah isu moralitas dibeli orang banyak. lainnya. Nyatanya tidak. Butuh bertahun-tahun, butuh proses tersebut, tidak peduli latar belakang, kepentingan, apalagi ukuran perang, mengorbankan nyawa demi kebenaran dan keadilan besok pagi-pagi sekali, saat matahari terbit, kita semua siap ber­ Mandela. Malam ini dia bicara tentang kesamaan derajat, dan panjang hingga sebuah isu moralitas dibeli orang banyak. lainnya. Nyatanya tidak. Butuh bertahun-tahun, butuh proses tersebut, tidak peduli latar belakang, kepentingan, apalagi ukuran perang, mengorbankan nyawa demi kebenaran dan keadilan besok pagi-pagi sekali, saat matahari terbit, kita semua siap ber­ Mandela. Malam ini dia bicara tentang kesamaan derajat, dan lainnya. Nyatanya tidak. Butuh bertahun-tahun, butuh proses tersebut, tidak peduli latar belakang, kepentingan, apalagi ukuran besok pagi-pagi sekali, saat matahari terbit, kita semua siap ber­ perang, mengorbankan nyawa demi kebenaran dan keadilan Mandela. Malam ini dia bicara tentang kesamaan derajat, dan panjang hingga sebuah isu moralitas dibeli orang banyak. lainnya. Nyatanya tidak. Butuh bertahun-tahun, butuh proses moralitas dibeli orang banyak. tersebut, tidak peduli latar belakang, kepentingan, apalagi ukuran perang, mengorbankan nyawa demi kebenaran dan keadilan besok pagi-pagi sekali, saat matahari terbit, kita semua siap ber­ Mandela. Malam ini dia bicara tentang kesamaan derajat, dan lainnya. Nyatanya tidak. Butuh bertahun-tahun, butuh proses panjang hingga sebuah isu moralitas dibeli orang banyak. tersebut, tidak peduli latar belakang, kepentingan, apalagi ukuran perang, mengorbankan nyawa demi kebenaran dan keadilan besok pagi-pagi sekali, saat matahari terbit, kita semua siap ber­ ”Mari kita lihat kasus kedua, Mahatma Gandhi di India, panjang hingga sebuah isu moralitas dibeli orang banyak. lainnya. Nyatanya tidak. Butuh bertahun-tahun, butuh proses tersebut, tidak peduli latar belakang, kepentingan, apalagi ukuran perang, mengorbankan nyawa demi kebenaran dan keadilan besok pagi-pagi sekali, saat matahari terbit, kita semua siap ber­ ”Mari kita lihat kasus kedua, Mahatma Gandhi di India, panjang hingga sebuah isu moralitas dibeli orang banyak. lainnya. Nyatanya tidak. Butuh bertahun-tahun, butuh proses tersebut, tidak peduli latar belakang, kepentingan, apalagi ukuran perang, mengorbankan nyawa demi kebenaran dan keadilan besok pagi-pagi sekali, saat matahari terbit, kita semua siap ber­ panjang hingga sebuah isu moralitas dibeli orang banyak. lainnya. Nyatanya tidak. Butuh bertahun-tahun, butuh proses perang, mengorbankan nyawa demi kebenaran dan keadilan tersebut, tidak peduli latar belakang, kepentingan, apalagi ukuran besok pagi-pagi sekali, saat matahari terbit, kita semua siap ber­ ”Mari kita lihat kasus kedua, Mahatma Gandhi di India, panjang hingga sebuah isu moralitas dibeli orang banyak. kedua, Mahatma Gandhi di India, lainnya. Nyatanya tidak. Butuh bertahun-tahun, butuh proses tersebut, tidak peduli latar belakang, kepentingan, apalagi ukuran perang, mengorbankan nyawa demi kebenaran dan keadilan besok pagi-pagi sekali, saat matahari terbit, kita semua siap ber­ panjang hingga sebuah isu moralitas dibeli orang banyak. ”Mari kita lihat kasus kedua, Mahatma Gandhi di India, lainnya. Nyatanya tidak. Butuh bertahun-tahun, butuh proses tersebut, tidak peduli latar belakang, kepentingan, apalagi ukuran perang, mengorbankan nyawa demi kebenaran dan keadilan berapa tahun dia memenangkan ide politiknya? Berapa banyak ”Mari kita lihat kasus kedua, Mahatma Gandhi di India, panjang hingga sebuah isu moralitas dibeli orang banyak. lainnya. Nyatanya tidak. Butuh bertahun-tahun, butuh proses tersebut, tidak peduli latar belakang, kepentingan, apalagi ukuran perang, mengorbankan nyawa demi kebenaran dan keadilan berapa tahun dia memenangkan ide politiknya? Berapa banyak ”Mari kita lihat kasus kedua, Mahatma Gandhi di India, panjang hingga sebuah isu moralitas dibeli orang banyak. lainnya. Nyatanya tidak. Butuh bertahun-tahun, butuh proses tersebut, tidak peduli latar belakang, kepentingan, apalagi ukuran perang, mengorbankan nyawa demi kebenaran dan keadilan ”Mari kita lihat kasus kedua, Mahatma Gandhi di India, panjang hingga sebuah isu moralitas dibeli orang banyak. lainnya. Nyatanya tidak. Butuh bertahun-tahun, butuh proses tersebut, tidak peduli latar belakang, kepentingan, apalagi ukuran perang, mengorbankan nyawa demi kebenaran dan keadilan berapa tahun dia memenangkan ide politiknya? Berapa banyak ”Mari kita lihat kasus kedua, Mahatma Gandhi di India, memenangkan ide politiknya? Berapa banyak panjang hingga sebuah isu moralitas dibeli orang banyak. lainnya. Nyatanya tidak. Butuh bertahun-tahun, butuh proses tersebut, tidak peduli latar belakang, kepentingan, apalagi ukuran perang, mengorbankan nyawa demi kebenaran dan keadilan ”Mari kita lihat kasus kedua, Mahatma Gandhi dibanyak India, berapa tahun dia memenangkan ide politiknya? Berapa banyak panjang hingga sebuah isuButuh moralitas dibeli orang banyak. lainnya. Nyatanya tidak. bertahun-tahun, butuh proses tersebut, tidak peduli latar belakang, kepentingan, apalagi ukuran yang harus dibayar demi ide politik Gandhi? Apa orang-orang berapa tahun dia memenangkan ide politiknya? Berapa ”Mari kita lihat kasus kedua, Mahatma Gandhi di India, panjang hingga sebuah isu moralitas dibeli orang banyak. lainnya. Nyatanya tidak. Butuh bertahun-tahun, butuh proses tersebut, tidak peduli latar belakang, kepentingan, apalagi ukuran yang harus dibayar demi ide politik Gandhi? Apa orang-orang berapa tahun dia memenangkan ide politiknya? Berapa ”Mari kita lihat kasus kedua, Mahatma Gandhi di India, panjang hingga sebuah isuide moralitas dibeli orang banyak. lainnya. Nyatanya tidak. Butuh bertahun-tahun, butuh proses tersebut, tidak peduli latar belakang, kepentingan, apalagi ukuran berapa tahun dia memenangkan ide politiknya? Berapa banyak ”Mari kita lihat kasus kedua, Mahatma Gandhi dibanyak India, panjang hingga sebuah isu moralitas dibeli orang banyak. lainnya. Nyatanya tidak. Butuh bertahun-tahun, butuh proses tersebut, tidak peduli latar belakang, kepentingan, apalagi ukuran yang harus dibayar demi politik Gandhi? Apa orang-orang berapa tahun dia memenangkan ide politiknya? Berapa banyak ide politik Gandhi? Apa orang-orang ”Mari kita lihat kasus kedua, Mahatma Gandhi di India, panjang hingga sebuah isu moralitas dibeli orang banyak. lainnya. Nyatanya tidak. Butuh bertahun-tahun, butuh proses tersebut, tidak peduli latar belakang, kepentingan, apalagi ukuran berapa tahun dia memenangkan ide politiknya? Berapa banyak yang harus dibayar demi ide politik Gandhi? Apa orang-orang ”Mari kita lihat kasus kedua, Mahatma Gandhi di India, panjang hingga sebuah isu moralitas dibeli orang banyak. lainnya. Nyatanya tidak. Butuh bertahun-tahun, butuh proses begitu bodohnya hingga tidak bisa segera mendukung cita-cita yang harus dibayar demi ide politik Gandhi? Apa orang-orang berapa tahun dia memenangkan ide politiknya? Berapa banyak ”Mari kita lihat kasus kedua, Mahatma Gandhi di India, panjang hingga sebuah isu moralitas dibeli orang banyak. lainnya. Nyatanya tidak. Butuh bertahun-tahun, butuh proses begitu bodohnya hingga tidak bisa segera mendukung cita-cita yang harus dibayar demi ide politik Gandhi? Apa orang-orang berapa tahun dia memenangkan ide politiknya? Berapa banyak ”Mari kita lihat kasus kedua, Mahatma Gandhi di India, panjang hingga sebuah isu moralitas dibeli orang banyak. lainnya. Nyatanya tidak. Butuh bertahun-tahun, butuh proses yang harus dibayar demi ide politik Gandhi? Apa orang-orang berapa tahun dia memenangkan ide politiknya? Berapa banyak ”Mari kita lihat kasus kedua, Mahatma Gandhi di India, panjang hingga sebuah isu moralitas dibeli orang banyak. lainnya. Nyatanya tidak. Butuh bertahun-tahun, butuh proses begitu bodohnya hingga tidak bisa segera mendukung cita-cita yang harus dibayar demi ide politik Gandhi? Apa orang-orang tidak bisa segera mendukung cita-cita berapa tahun dia memenangkan ide politiknya? Berapa banyak ”Mari kita lihat kasus kedua, Mahatma Gandhi di India, panjang hingga sebuah isu moralitas dibeli orang banyak. lainnya. Nyatanya tidak. Butuh bertahun-tahun, butuh proses yang harus dibayar demi ide politik Gandhi? Apa orang-orang begitu bodohnya hingga tidak bisa segera mendukung cita-cita berapa tahun dia memenangkan ide politiknya? Berapa banyak ”Mari kita lihat kasus kedua, Mahatma Gandhi di India, panjang hingga sebuah isu moralitas dibeli orang banyak. mulia Gandhi? Bukankah itu demi kebaikan mereka sendiri? begitu bodohnya hingga tidak bisa segera mendukung cita-cita yang harus dibayar demi ide politik Gandhi? Apa orang-orang berapa tahun dia memenangkan ide politiknya? Berapa banyak ”Mari kita lihat kasus kedua, Mahatma Gandhi di India, panjang hingga sebuah isu moralitas dibeli orang banyak. mulia Gandhi? Bukankah itu demi kebaikan mereka sendiri? begitu bodohnya hingga tidak bisa segera mendukung cita-cita yang harus dibayar demi ide politik Gandhi? Apa orang-orang berapa tahun dia memenangkan ide politiknya? Berapa banyak ”Mari kita lihat kasus kedua, Mahatma Gandhi di India, panjang hingga sebuah isu moralitas dibeli orang banyak. begitu bodohnya hingga tidak bisa segera mendukung cita-cita yang harus dibayar demi ide politik Gandhi? Apa orang-orang berapa tahun dia memenangkan ide politiknya? Berapa banyak ”Mari kita lihat kasus kedua, Mahatma Gandhi di India, mulia Gandhi? Bukankah itu demi kebaikan mereka sendiri? panjang hingga sebuah isu moralitas dibeli orang banyak. begitu bodohnya hingga tidak bisa segera mendukung cita-cita itu demi kebaikan mereka sendiri? yang harus dibayar demi ide politik Gandhi? Apa orang-orang berapa tahun dia memenangkan ide politiknya? Berapa banyak ”Mari kita lihat kasus kedua, Mahatma Gandhi di India, panjang hingga sebuah isu moralitas dibeli orang banyak. begitu bodohnya hingga tidak bisa segera mendukung cita-cita mulia Gandhi? Bukankah itu demi kebaikan mereka sendiri? yang harus dibayar demi ide politik Gandhi? Apa orang-orang berapa tahun dia memenangkan ide politiknya? Berapa banyak ”Mari kita lihat kasus kedua, Mahatma Gandhi di India, Mari mengorbankan harta dan jiwa demi isu moralitas yang di­ mulia Gandhi? Bukankah itu demi kebaikan mereka sendiri? begitu bodohnya hingga tidak bisa segera mendukung cita-cita yang harus dibayar demi ide politik Gandhi? Apa orang-orang berapa tahun dia memenangkan ide politiknya? Berapa banyak ”Mari kita lihat kasus kedua, Mahatma Gandhi di India, Mari mengorbankan harta dan jiwa demi isu moralitas yang di­ mulia Gandhi? Bukankah itu demi kebaikan mereka sendiri? begitu bodohnya hingga tidak bisa segera mendukung cita-cita yang harus dibayar demi ide politik Gandhi? Apa orang-orang berapa tahun dia memenangkan ide politiknya? Berapa banyak ”Mari kita lihat kasus kedua, Mahatma Gandhi di India, mulia Gandhi? Bukankah itu demi kebaikan mereka sendiri? begitu bodohnya hingga tidak bisa segera mendukung cita-cita yang harus dibayar demi ide politik Gandhi? Apa orang-orang berapa tahun dia memenangkan ide politiknya? Berapa banyak Mari mengorbankan harta dan jiwa demi isu moralitas yang di­ ”Mari kita lihat kasus kedua, Mahatma Gandhi di India, mulia Gandhi? Bukankah itu demi kebaikan mereka sendiri? dan jiwa demi isu moralitas yang di­ begitu bodohnya hingga tidak bisa segera mendukung cita-cita yang harus dibayar demi ide politik Gandhi? Apa orang-orang berapa tahun dia memenangkan ide politiknya? Berapa banyak ”Mari kita lihat kasus kedua, Mahatma Gandhi di India, mulia Gandhi? Bukankah itu demi kebaikan mereka sendiri? Mari mengorbankan harta dan jiwa demi isu moralitas yang di­ begitu bodohnya hingga tidak bisa segera mendukung cita-cita yang harus dibayar demi ide politik Gandhi? Apa orang-orang berapa tahun dia memenangkan ide politiknya? Berapa banyak usung politik Gandhi. Nyatanya tidak, banyak orang yang tidak Mari mengorbankan harta dan jiwa demi isu moralitas yang di­ mulia Gandhi? Bukankah itu demi kebaikan mereka sendiri? begitu bodohnya hingga tidak bisa segera mendukung cita-cita yang harus dibayar demi ide politik Gandhi? Apa orang-orang berapa tahun dia memenangkan ide politiknya? Berapa banyak usung politik Gandhi. Nyatanya tidak, banyak orang yang tidak Mari mengorbankan harta dan jiwa demi isu moralitas yang di­ mulia Gandhi? Bukankah itu demi kebaikan mereka sendiri? begitu bodohnya hingga tidak bisa segera mendukung cita-cita yang harus dibayar demi ide politik Gandhi? Apa orang-orang berapa tahun dia memenangkan ide politiknya? Berapa banyak Mari mengorbankan harta dan jiwa demi isu moralitas yang di­ begitu bodohnya hingga tidak bisa segera mendukung cita-cita mulia Gandhi? Bukankah itu demi kebaikan mereka sendiri? yang harus dibayar demi ide politik Gandhi? Apa orang-orang usung politik Gandhi. Nyatanya tidak, banyak orang yang tidak berapa tahun dia memenangkan ide politiknya? Berapa banyak Mari mengorbankan harta dan jiwa demi isu moralitas yang di­ Nyatanya tidak, banyak orang yang tidak mulia Gandhi? Bukankah itu demi kebaikan mereka sendiri? begitu bodohnya hingga tidak bisa segera mendukung cita-cita yang harus dibayar demi ide politik Gandhi? Apa orang-orang berapa tahun dia memenangkan ide politiknya? Berapa banyak Mari mengorbankan harta dan jiwa demi isu moralitas yang di­ usung politik Gandhi. Nyatanya tidak, banyak orang yang tidak mulia Gandhi? Bukankah itu demi kebaikan mereka sendiri? begitu bodohnya hingga tidak bisa segera mendukung cita-cita yang harus dibayar demi ide politik Gandhi? Apa orang-orang membeli ide Gandhi hingga hari ini, bahkan balas menyerang usung politik Gandhi. Nyatanya tidak, banyak orang yang tidak Mari mengorbankan harta dan jiwa demi isu moralitas yang di­ mulia Gandhi? Bukankah itu demi kebaikan mereka sendiri? begitu bodohnya hingga tidak bisa segera mendukung cita-cita yang harus dibayar demi ide politik Gandhi? Apa orang-orang membeli ide Gandhi hingga hari ini, bahkan balas menyerang usung politik Gandhi. Nyatanya tidak, banyak orang yang tidak Mari mengorbankan harta dan jiwa demi isu moralitas yang di­ mulia Gandhi? Bukankah itu demi kebaikan mereka sendiri? begitu bodohnya hingga tidak bisa segera mendukung cita-cita yang harus dibayar demi ide politik Gandhi? Apa orang-orang mulia Gandhi? Bukankah itu demi kebaikan mereka sendiri? usung politik Gandhi. Nyatanya tidak, banyak orang yang tidak Mari mengorbankan harta dan jiwa demi isu moralitas yang di­ membeli ide Gandhi hingga hari ini, bahkan balas menyerang begitu bodohnya hingga tidak bisa segera mendukung cita-cita yang harus dibayar demi ide politik Gandhi? Apa orang-orang usung politik Gandhi. Nyatanya tidak, banyak orang yang tidak membeli ide Gandhi hingga hari ini, bahkan balas menyerang Mari mengorbankan harta dan jiwa demi isu moralitas yang di­ mulia Gandhi? Bukankah itu demi kebaikan mereka sendiri? begitu bodohnya hingga tidak bisa segera mendukung cita-cita yang harus dibayar demi ide politik Gandhi? Apa orang-orang usung politik Gandhi. Nyatanya tidak, banyak orang yang tidak membeli ide Gandhi hingga hari ini, bahkan balas menyerang Mari mengorbankan harta dan jiwa demi isu moralitas yang di­ mulia Gandhi? Bukankah itu demi kebaikan mereka sendiri? begitu bodohnya hingga tidak bisa segera mendukung cita-cita dengan senjata, membunuh Gandhi, tokoh politik yang begitu membeli ide Gandhi hingga hari ini, bahkan balas menyerang usung politik Gandhi. Nyatanya tidak, banyak orang yang tidak Mari mengorbankan harta dan jiwa demi isu moralitas yang di­ mulia Gandhi? Bukankah itu demi kebaikan mereka sendiri? begitu bodohnya hingga tidak bisa segera mendukung cita-cita dengan senjata, membunuh Gandhi, tokoh politik yang begitu membeli ide Gandhi hingga hari ini, bahkan balas menyerang usung politik Gandhi. Nyatanya tidak, banyak orang yang tidak Mari mengorbankan harta dan jiwa demi isu moralitas yang di­ mulia Gandhi? Bukankah itu demi kebaikan mereka sendiri? begitu bodohnya hingga tidak bisa segera mendukung cita-cita Mari mengorbankan harta dan jiwa demi isu moralitas yang di­ membeli ide Gandhi hingga hari ini, bahkan balas menyerang usung politik Gandhi. Nyatanya tidak, banyak orang yang tidak dengan senjata, membunuh Gandhi, tokoh politik yang begitu mulia Gandhi? Bukankah itu demi kebaikan mereka sendiri? begitu bodohnya hingga tidak bisa segera mendukung cita-cita membeli ide Gandhi hingga hari ini, bahkan balas menyerang dengan senjata, membunuh Gandhi, tokoh politik yang begitu usung politik Gandhi. Nyatanya tidak, banyak orang yang tidak Mari mengorbankan harta dan jiwa demi isu moralitas yang di­ mulia Gandhi? Bukankah itu demi kebaikan mereka sendiri? begitu bodohnya hingga tidak bisa segera mendukung cita-cita membeli ide Gandhi hingga hari ini, bahkan balas menyerang dengan senjata, membunuh Gandhi, tokoh politik yang begitu usung politik Gandhi. Nyatanya tidak, banyak orang yang tidak Mari mengorbankan harta dan jiwa demi isu moralitas yang di­ mulia Gandhi? Bukankah itu demi kebaikan mereka sendiri? dalam catatan sejarah. dengan senjata, membunuh Gandhi, tokoh politik yang begitu membeli ide Gandhi hingga hari ini, bahkan balas menyerang usung politik Gandhi. Nyatanya tidak, banyak orang yang tidak Mari mengorbankan harta dan jiwa demi isu moralitas yang di­ Gandhi? Bukankah itu demi kebaikan mereka sendiri? mulia dalam catatan sejarah. dengan senjata, membunuh Gandhi, tokoh politik yang begitu membeli ide Gandhi hingga hari ini, bahkan balas menyerang usung politik Gandhi. Nyatanya tidak, banyak orang yang tidak Mari mengorbankan harta dan jiwa demi isu moralitas yang di­ Gandhi? Bukankah itu demi kebaikan mereka sendiri? usung politik Gandhi. Nyatanya tidak, banyak orang yang tidak dengan senjata, membunuh Gandhi, tokoh politik yang begitu membeli ide Gandhi hingga hari ini, bahkan balas menyerang mulia dalam catatan sejarah. Mari mengorbankan harta dan jiwa demi isu moralitas yang di­ Gandhi? Bukankah itu demi kebaikan mereka sendiri? dengan senjata, membunuh Gandhi, tokoh politik yang begitu mulia dalam catatan sejarah. membeli ide Gandhi hingga hari ini, bahkan balas menyerang usung politik Gandhi. Nyatanya tidak, banyak orang yang tidak Mari mengorbankan harta dan jiwa demi isu moralitas yang di­ Gandhi? Bukankah itu demi kebaikan mereka sendiri? dengan senjata, membunuh Gandhi, tokoh politik yang begitu mulia dalam catatan sejarah. membeli ide Gandhi hingga hari ini, bahkan balas menyerang usung politik Gandhi. Nyatanya tidak, banyak orang yang tidak Mari mengorbankan harta dan jiwa demi isu moralitas yang di­ ”Saya tidak akan bilang moralitas adalah fatamorgana indah, mulia dalam catatan sejarah. dengan senjata, membunuh Gandhi, tokoh politik yang begitu membeli ide Gandhi hingga hari ini, bahkan balas menyerang usung politik Gandhi. Nyatanya tidak, banyak orang yang tidak Mari mengorbankan harta dan jiwa demi isu moralitas yang di­ ”Saya tidak akan bilang moralitas adalah fatamorgana indah, mulia dalam catatan sejarah. dengan senjata, membunuh Gandhi, tokoh politik yang begitu Gandhi hingga hari ini, bahkan balas menyerang usung politik Gandhi. Nyatanya tidak, banyak orang yang tidak Mari mengorbankan harta dan jiwa demi isu moralitas yang di­ membeli ide Gandhi hingga hari ini, bahkan balas menyerang mulia dalam catatan sejarah. dengan senjata, membunuh Gandhi, tokoh politik yang begitu ”Saya tidak akan bilang moralitas adalah fatamorgana indah, usung politik Gandhi. Nyatanya tidak, banyak orang yang tidak Mari mengorbankan harta dan jiwa demi isu moralitas yang di­ mulia dalam catatan sejarah. ”Saya tidak akan bilang moralitas adalah fatamorgana indah, dengan senjata, membunuh Gandhi, tokoh politik yang begitu membeli ide Gandhi hingga hari ini, bahkan balas menyerang usung politik Gandhi. Nyatanya tidak, banyak orang yang tidak Mari mengorbankan harta dan jiwa demi isu moralitas yang di­ mulia dalam catatan sejarah. ”Saya tidak akan bilang moralitas adalah fatamorgana indah, dengan senjata, membunuh Gandhi, tokoh politik yang begitu membeli ide Gandhi hingga hari ini, bahkan balas menyerang usung politik Gandhi. Nyatanya tidak, banyak orang yang tidak tidak, tapi izinkan saya bilang: moralitas sejatinya hanyalah salah ”Saya tidak akan bilang moralitas adalah fatamorgana indah, mulia dalam catatan sejarah. dengan senjata, membunuh Gandhi, tokoh politik yang begitu membeli ide Gandhi hingga hari ini, bahkan balas menyerang usung politik Gandhi. Nyatanya tidak, banyak orang yang tidak tidak, tapi izinkan saya bilang: moralitas sejatinya hanyalah salah ”Saya tidak akan bilang moralitas adalah fatamorgana indah, mulia dalam catatan sejarah. dengan senjata, membunuh Gandhi, tokoh politik yang begitu membeli ide Gandhi hingga hari ini, bahkan balas menyerang usung politik Gandhi. Nyatanya tidak, banyak orang yang tidak membunuh Gandhi, tokoh politik yang begitu ”Saya tidak akan bilang moralitas adalah fatamorgana indah, mulia dalam catatan sejarah. tidak, tapi izinkan saya bilang: moralitas sejatinya hanyalah salah membeli ide Gandhi hingga hari ini, bahkan balas menyerang usung politik Gandhi. Nyatanya tidak, banyak orang yang tidak ”Saya tidak akan bilang moralitas adalah fatamorgana indah, tidak, tapi izinkan saya bilang: moralitas sejatinya hanyalah salah mulia dalam catatan sejarah. dengan senjata, membunuh Gandhi, tokoh politik yang begitu membeli ide Gandhi hingga hari ini, bahkan balas menyerang usung politik Gandhi. Nyatanya tidak, banyak orang yangTemu­ tidak ”Saya tidak akan bilang moralitas adalah fatamorgana indah, tidak, tapi izinkan saya bilang: moralitas sejatinya hanyalah salah mulia dalam catatan sejarah. dengan senjata, membunuh Gandhi, tokoh politik yang begitu membeli ide Gandhi hingga hari ini, bahkan balas menyerang satu omong kosong yang bisa dijual dalam bisnis politik. tidak, tapi izinkan saya bilang: moralitas sejatinya hanyalah salah ”Saya tidak akan bilang moralitas adalah fatamorgana indah, mulia dalam catatan sejarah. dengan senjata, membunuh Gandhi, tokoh politik yang begitu membeli ide Gandhi hingga hari ini, bahkan balas menyerang satu omong kosong yang bisa dijual dalam bisnis politik. Temu­ tidak, tapi izinkan saya bilang: moralitas sejatinya hanyalah salah ”Saya tidak akan bilang moralitas adalah fatamorgana indah, catatan sejarah. dengan senjata, membunuh Gandhi, tokoh politik yang begitu membeli ide Gandhi hingga hari ini, bahkan balas menyerang mulia dalam catatan sejarah. tidak, tapi izinkan saya bilang: moralitas sejatinya hanyalah salah ”Saya tidak akan bilang moralitas adalah fatamorgana indah, satu omong kosong yang bisa dijual dalam bisnis politik. Temu­ dengan senjata, membunuh Gandhi, tokoh politik yang begitu membeli ide Gandhi hingga hari ini, bahkan balas menyerang tidak, tapi izinkan saya bilang: moralitas sejatinya hanyalah salah satu omong kosong yang bisa dijual dalam bisnis politik. Temu­ ”Saya tidak akan bilang moralitas adalah fatamorgana indah, mulia dalam catatan sejarah. dengan senjata, membunuh Gandhi, tokoh politik yang begitu membeli ide Gandhi hingga hari ini, bahkan balas menyerang tidak, tapi izinkan saya bilang: moralitas sejatinya hanyalah salah satu omong kosong yang bisa dijual dalam bisnis politik. Temu­ ”Saya tidak akan bilang moralitas adalah fatamorgana indah, mulia dalam catatan sejarah. dengan senjata, membunuh Gandhi, tokoh politik yang begitu kan rumusnya dengan tepat, temukan resepnya dengan pas, satu omong kosong yang bisa dijual dalam bisnis politik. Temu­ tidak, tapi izinkan saya bilang: moralitas sejatinya hanyalah salah ”Saya tidak akan bilang moralitas adalah fatamorgana indah, mulia dalam catatan sejarah. dengan senjata, membunuh Gandhi, tokoh politik yang begitu kan rumusnya dengan tepat, temukan resepnya dengan pas, satu omong kosong yang bisa dijual dalam bisnis politik. Temu­ tidak, tapi izinkan saya bilang: moralitas sejatinya hanyalah salah ”Saya tidak akan bilang moralitas adalah fatamorgana indah, mulia dalam catatan sejarah. dengan senjata, membunuh Gandhi, tokoh politik yang begitu bilang moralitas adalah fatamorgana indah, satu omong kosong yang bisa dijual dalam bisnis politik. Temu­ kan rumusnya dengan tepat, temukan resepnya dengan pas, tidak, tapi izinkan saya bilang: moralitas sejatinya hanyalah salah mulia dalam catatan sejarah. dengan senjata, membunuh Gandhi, tokoh politik yang begitu satu omong kosong yang bisa dijual dalam bisnis politik. Temu­ kan rumusnya dengan tepat, temukan resepnya dengan pas, tidak, tapi izinkan saya bilang: moralitas sejatinya hanyalah salah ”Saya tidak akan bilang moralitas adalah fatamorgana indah, mulia dalam catatan sejarah. dengan senjata, membunuh Gandhi, tokoh politik yang begitu satu omong kosong yang bisa dijual dalam bisnis politik. Temu­ kan rumusnya dengan tepat, temukan resepnya dengan pas, tidak, tapi izinkan saya bilang: moralitas sejatinya hanyalah salah ”Saya tidak akan bilang moralitas adalah fatamorgana indah, mulia dalam catatan sejarah. maka itu bisa jadi senjata yang efektif memenangi sebuah kom­ kan rumusnya dengan tepat, temukan resepnya dengan pas, satu omong kosong yang bisa dijual dalam bisnis politik. Temu­ tidak, tapi izinkan saya bilang: moralitas sejatinya hanyalah salah ”Saya tidak akan bilang moralitas adalah fatamorgana indah, mulia dalam catatan sejarah. maka itu bisa jadi senjata yang efektif memenangi sebuah kom­ kan rumusnya dengan tepat, temukan resepnya dengan pas, satu omong kosong yang bisa dijual dalam bisnis politik. Temu­ saya bilang: moralitas sejatinya hanyalah salah ”Saya tidak akan bilang moralitas adalah fatamorgana indah, mulia dalam catatan sejarah. tidak, tapi izinkan saya bilang: moralitas sejatinya hanyalah salah kan rumusnya dengan tepat, temukan resepnya dengan pas, maka itu bisa jadi senjata yang efektif memenangi sebuah kom­ satu omong kosong yang bisa dijual dalam bisnis politik. Temu­ ”Saya tidak akan bilang moralitas adalah fatamorgana indah, mulia dalam catatan sejarah. kan rumusnya dengan tepat, temukan resepnya dengan pas, maka itu bisa jadi senjata yang efektif memenangi sebuah kom­ satu omong kosong yang bisa dijual dalam bisnis politik. Temu­ tidak, tapi izinkan saya bilang: moralitas sejatinya hanyalah salah ”Saya tidak akan bilang moralitas adalah fatamorgana indah, mulia dalam catatan sejarah. kan rumusnya dengan tepat, temukan resepnya dengan pas, maka itu bisa jadi senjata yang efektif memenangi sebuah kom­ satu omong kosong yang bisa dijual dalam bisnis politik. Temu­ tidak, tapi izinkan saya bilang: moralitas sejatinya hanyalah salah ”Saya tidak akan bilang moralitas adalah fatamorgana indah, petisi politik. maka itu bisa jadi senjata yang efektif memenangi sebuah kom­ kan rumusnya dengan tepat, temukan resepnya dengan pas, satu omong kosong yang bisa dijual dalam bisnis politik. Temu­ tidak, tapi izinkan saya bilang: moralitas sejatinya hanyalah salah ”Saya tidak akan bilang moralitas adalah fatamorgana indah, petisi politik. maka itu bisa jadi senjata yang efektif memenangi sebuah kom­ kan rumusnya dengan tepat, temukan resepnya dengan pas, yang bisa dijual dalam bisnis politik. Temu­ tidak, tapi izinkan saya bilang: moralitas sejatinya hanyalah salah satu omong kosong yang bisa dijual dalam bisnis politik. Temu­ ”Saya tidak akan bilang moralitas adalah fatamorgana indah, petisi politik. maka itu bisa jadi senjata yang efektif memenangi sebuah kom­ kan rumusnya dengan tepat, temukan resepnya dengan pas, tidak, tapi izinkan saya bilang: moralitas sejatinya hanyalah salah ”Saya tidak akan bilang moralitas adalah fatamorgana indah, maka itu bisa jadi senjata yang efektif memenangi sebuah kom­ petisi politik. kan rumusnya dengan tepat, temukan resepnya dengan pas, satu omong kosong yang bisa dijual dalam bisnis politik. Temu­ tidak, tapi izinkan saya bilang: moralitas sejatinya hanyalah salah ”Saya tidak akan bilang moralitas adalah fatamorgana indah, maka itu bisa jadi senjata yang efektif memenangi sebuah kom­ petisi politik. kan rumusnya dengan tepat, temukan resepnya dengan pas, satu omong kosong yang bisa dijual dalam bisnis politik. Temu­ tidak, tapi izinkan saya bilang: moralitas sejatinya hanyalah salah ”Saya tidak akan bilang Nelson Mandela dan Gandhi ber­ petisi politik. maka itu bisa jadi senjata yang efektif memenangi sebuah kom­ kan rumusnya dengan tepat, temukan resepnya dengan pas, satu omong kosong yang bisa dijual dalam bisnis politik. Temu­ tidak, tapi izinkan saya bilang: moralitas sejatinya hanyalah salah ”Saya tidak akan bilang Nelson Mandela dan Gandhi ber­ petisi politik. maka itu bisa jadi senjata yang efektif memenangi sebuah kom­ dengan tepat, temukan resepnya dengan pas, satu omong kosong yang bisa dijual dalam bisnis politik. Temu­ kan rumusnya dengan tepat, temukan resepnya dengan pas, tidak, tapi izinkan saya bilang: moralitas sejatinya hanyalah salah ”Saya tidak akan bilang Nelson Mandela dan Gandhi ber­ petisi politik. maka itu bisa jadi senjata yang efektif memenangi sebuah kom­ satu omong kosong yang bisa dijual dalam bisnis politik. Temu­ tidak, tapi izinkan saya bilang: moralitas sejatinya hanyalah salah petisi politik. ”Saya tidak akan bilang Nelson Mandela dan Gandhi ber­ maka itu bisa jadi senjata yang efektif memenangi sebuah kom­ kan rumusnya dengan tepat, temukan resepnya dengan pas, satu omong kosong yang bisa dijual dalam bisnis politik. Temu­ tidak, tapi izinkan saya bilang: moralitas sejatinya hanyalah salah petisi politik. ”Saya tidak akan bilang Nelson Mandela dan Gandhi ber­ maka itu bisa jadi senjata yang efektif memenangi sebuah kom­ kan rumusnya dengan tepat, temukan resepnya dengan pas, satu omong kosong yang bisa dijual dalam bisnis politik. Temu­ jualan moralitas dalam politiknya. Boleh jadi mereka sedikit di ”Saya tidak akan bilang Nelson Mandela dan Gandhi ber­ petisi politik. maka itu bisa jadi senjata yang efektif memenangi sebuah kom­ kan rumusnya dengan tepat, temukan resepnya dengan pas, satu omong kosong yang bisa dijual dalam bisnis politik. Temu­ jualan moralitas dalam politiknya. Boleh jadi mereka sedikit di ”Saya tidak akan bilang Nelson Mandela dan Gandhi ber­ petisi politik. senjata yang efektif memenangi sebuah kom­ maka itu bisa jadi senjata yang efektif memenangi sebuah kom­ kan rumusnya dengan tepat, temukan resepnya dengan pas, satu omong kosong yang bisa dijual dalam bisnis politik. Temu­ jualan moralitas dalam politiknya. Boleh jadi mereka sedikit di ”Saya tidak akan bilang Mandela danpolitik. Gandhi ber­ petisi politik. kan rumusnya dengan tepat, temukan resepnya dengan pas, satu omong kosong yang bisaNelson dijual dalam bisnis Temu­



masuk surga? Tidak. Sehebat apa punkesejahteraan ide tanpa moralitas yang mereka apakah mereka manusia sempurna? Bebas dari skandal? Pasti antara politikus yang memang memiliki niat kokoh. Tapi hei, didengarkan, didukung. Tanpa pengikut, mesin yang me­ tetap sebuah politik. Dijual ke masyarakat luas, untuk dibeli, bawa, entah itu perdamaian dunia, manusia, itu masuk surga? Tidak. Sehebat apa pun ide moralitas yang mereka apakah mereka manusia sempurna? Bebas dari skandal? Pasti didengarkan, didukung. Tanpa pengikut, tanpa mesin yang me­ antara politikus yang memang memiliki niat kokoh. Tapi hei, bawa, entah itu perdamaian dunia, kesejahteraan manusia, itu masuk surga? Tidak. Sehebat apa pun ide moralitas yang mereka apakah mereka manusia sempurna? Bebas dari skandal? Pasti sebuah politik. Dijual ke masyarakat luas, untuk dibeli, didengarkan, didukung. Tanpa pengikut, tanpa mesin yang me­ antara politikus yang memang memiliki niat kokoh. Tapi hei, tetap ke masyarakat luas, untuk dibeli, bawa, entah itu perdamaian dunia, kesejahteraan manusia, itu masuk surga? Tidak. Sehebat apa pun ide moralitas yang mereka apakah mereka manusia sempurna? Bebas dari skandal? Pasti antara politikus yang memang memiliki niat kokoh. Tapi hei, didengarkan, didukung. Tanpa pengikut, tanpa mesin yang me­ tetap sebuah politik. Dijual ke masyarakat luas, untuk dibeli, bawa, entah itu perdamaian dunia, kesejahteraan manusia, itu masuk surga? Tidak. Sehebat apa pun ide moralitas yang mereka laksanakannya, ide itu kosong. Hanya kalimat-kalimat mengam­ apakah mereka manusia sempurna? Bebas dari skandal? Pasti didengarkan, didukung. Tanpa pengikut, tanpa mesin yang me­ tetap sebuah politik. Dijual ke masyarakat luas, untuk dibeli, bawa, entah itu perdamaian dunia, kesejahteraan manusia, itu masuk surga? Tidak. Sehebat apa pun ide moralitas yang mereka apakah mereka manusia sempurna? Bebas dari skandal? Pasti laksanakannya, ide itu kosong. Hanya kalimat-kalimat mengam­ didengarkan, didukung. Tanpa pengikut, tanpa mesin yang me­ tetap sebuah politik. Dijual ke masyarakat luas, untuk dibeli, bawa, entah itu perdamaian dunia, kesejahteraan manusia, itu masuk surga? Tidak. Sehebat apa pun ide moralitas yang mereka laksanakannya, ide itu kosong. Hanya kalimat-kalimat mengam­ apakah mereka manusia sempurna? Bebas dari skandal? Pasti tetap sebuah politik. Dijual ke masyarakat luas, untuk dibeli, bawa, entah itu perdamaian dunia, kesejahteraan manusia, itu masuk surga? Tidak. Sehebat apa pun ide moralitas yang mereka didukung. Tanpa pengikut, tanpa mesin yang me­ laksanakannya, ide itu kosong. Hanya kalimat-kalimat mengam­ apakah mereka manusia sempurna? Bebas dari skandal? Pasti didengarkan, Tanpa pengikut, tanpa mesin yang me­ tetap sebuah politik. Dijual ke masyarakat luas, untuk dibeli, bawa, entah itu perdamaian dunia, kesejahteraan manusia, itu masuk surga? Tidak. Sehebat apa pun ide moralitas yang mereka apakah mereka manusia sempurna? Bebas dari skandal? Pasti laksanakannya, ide itu kosong. Hanya kalimat-kalimat mengam­ didengarkan, didukung. Tanpa pengikut, tanpa mesin yang me­ tetap sebuah politik. Dijual ke masyarakat luas, untuk dibeli, bawa, entah itu perdamaian dunia, kesejahteraan manusia, itu bang, tulisan-tulisan tergeletak. Ide politik selalu bersifat netral. masuk surga? Tidak. Sehebat apa pun ide moralitas yang mereka laksanakannya, ide itu kosong. Hanya kalimat-kalimat mengam­ didengarkan, didukung. Tanpa pengikut, tanpa mesin yang me­ tetap sebuah politik. Dijual ke masyarakat luas, untuk dibeli, bawa, entah itu perdamaian dunia, kesejahteraan manusia, itu masuk surga? Tidak. Sehebat apa pun ide moralitas yang mereka bang, tulisan-tulisan tergeletak. Ide politik selalu bersifat netral. laksanakannya, ide itu kosong. Hanya kalimat-kalimat mengam­ didengarkan, didukung. Tanpa pengikut, tanpa mesin yang me­ tetap sebuah politik. Dijual ke masyarakat luas, untuk dibeli, bawa, entah itu perdamaian dunia, kesejahteraan manusia, itu bang, tulisan-tulisan tergeletak. Ide politik selalu bersifat netral. masuk surga? Tidak. Sehebat apa pun ide moralitas yang mereka didengarkan, didukung. Tanpa pengikut, tanpa mesin yang me­ tetap sebuah politik. Dijual ke masyarakat luas, untuk dibeli, bawa, entah itu perdamaian dunia, kesejahteraan manusia, itu ide itu kosong. Hanya kalimat-kalimat mengam­ bang, tulisan-tulisan tergeletak. Ide politik selalu bersifat netral. masuk surga? Tidak. Sehebat apa pun ide moralitas yang mereka laksanakannya, kosong. Hanya kalimat-kalimat mengam­ didengarkan, didukung. Tanpa pengikut, tanpa mesin yang me­ tetap sebuah politik. Dijual ke masyarakat luas, untuk dibeli, bawa, entah itu perdamaian dunia, kesejahteraan manusia, itu masuk surga? Tidak. Sehebat apa pun ide moralitas yang mereka bang, tulisan-tulisan tergeletak. Ide politik selalu bersifat netral. laksanakannya, ide itu kosong. Hanya kalimat-kalimat mengam­ didengarkan, didukung. Tanpa pengikut, tanpa mesin yang me­ tetap sebuah politik. Dijual ke masyarakat luas, untuk dibeli, Kita selalu bisa memolesnya menjadi barang dagangan bawa, entah itu perdamaian dunia, kesejahteraan manusia, itu bang, tulisan-tulisan tergeletak. Ide politik selalu bersifat netral. laksanakannya, ide itu kosong. Hanya kalimat-kalimat mengam­ didengarkan, didukung. Tanpa pengikut, tanpa mesin yang me­ tetap sebuah politik. Dijual ke masyarakat luas, untuk dibeli, bawa, entah itu perdamaian dunia, kesejahteraan manusia, itu Kita selalu bisa memolesnya menjadi barang dagangan bang, tulisan-tulisan tergeletak. Ide politik selalu bersifat netral. laksanakannya, ide itu kosong. Hanya kalimat-kalimat mengam­ didengarkan, didukung. Tanpa pengikut, tanpa mesin yang me­ tetap sebuah politik. Dijual ke masyarakat luas, untuk dibeli, Kita selalu bisa memolesnya menjadi barang dagangan bawa, entah itu perdamaian dunia, kesejahteraan manusia, itu laksanakannya, ide itu kosong. Hanya kalimat-kalimat mengam­ didengarkan, didukung. Tanpa pengikut, tanpa mesin yang me­ tetap sebuah politik. Dijual ke masyarakat luas, untuk dibeli, tulisan-tulisan tergeletak. Ide politik selalu bersifat netral. Kita selalu bisa memolesnya menjadi barang dagangan bawa, entah itu perdamaian dunia, kesejahteraan manusia, itu bang, tergeletak. Ide politik selalu bersifat netral. laksanakannya, ide itu kosong. Hanya kalimat-kalimat mengam­ didengarkan, didukung. Tanpa pengikut, tanpa mesin yang me­ tetap sebuah politik. Dijual ke masyarakat luas, untuk dibeli, bawa, entah itu perdamaian dunia, kesejahteraan manusia, itu Kita selalu bisa memolesnya menjadi barang dagangan bang, tulisan-tulisan tergeletak. Ide politik selalu bersifat netral. laksanakannya, ide itu kosong. Hanya kalimat-kalimat mengam­ didengarkan, didukung. Tanpa pengikut, tanpa mesin yang me­ narik dan memiliki kepentingan. tetap sebuah politik. Dijual ke masyarakat luas, untuk dibeli, Kita selalu bisa memolesnya menjadi barang dagangan bang, tulisan-tulisan tergeletak. Ide politik selalu bersifat netral. laksanakannya, ide itu kosong. Hanya kalimat-kalimat mengam­ didengarkan, didukung. Tanpa pengikut, tanpa mesin yang me­ tetap sebuah politik. Dijual ke masyarakat luas, untuk dibeli, narik dan memiliki kepentingan. Kita selalu bisa memolesnya menjadi barang dagangan bang, tulisan-tulisan tergeletak. Ide politik selalu bersifat netral. laksanakannya, ide itu kosong. Hanya kalimat-kalimat mengam­ didengarkan, didukung. Tanpa pengikut, tanpa mesin yang me­ narik dan memiliki kepentingan. tetap sebuah politik. Dijual ke masyarakat luas, untuk dibeli, bang, tulisan-tulisan tergeletak. Ide politik selalu bersifat netral. laksanakannya, ide itu kosong. Hanya kalimat-kalimat mengam­ selalu bisa memolesnya menjadi barang dagangan yang me­ didengarkan, didukung. Tanpa pengikut, tanpa mesin yang me­ narik dan memiliki kepentingan. tetap sebuah politik. Dijual ke masyarakat luas, untuk dibeli, Kita menjadi barang dagangan bang, tulisan-tulisan tergeletak. Ide politik selalu bersifat netral. laksanakannya, ide itu kosong. kalimat-kalimat mengam­ didengarkan, didukung. Tanpa pengikut, tanpa mesin yang me­ tetap sebuah politik. Dijual keHanya masyarakat luas, untuk dibeli, narik dan memiliki kepentingan. Kita selalu bisa memolesnya menjadi barang dagangan bang, tulisan-tulisan tergeletak. Ide politik selalu bersifat netral. laksanakannya, ide itu kosong. Hanya kalimat-kalimat mengam­ ”Lagi pula, kita semua tahu, dalam banyak kasus pemilihan didengarkan, didukung. Tanpa pengikut, tanpa mesin yang me­ narik dan memiliki kepentingan. Kita selalu bisa memolesnya menjadi barang dagangan bang, tulisan-tulisan tergeletak. Ide politik selalu bersifat netral. laksanakannya, ide itu kosong. Hanya kalimat-kalimat mengam­ didengarkan, didukung. Tanpa pengikut, tanpa mesin yang me­ ”Lagi pula, kita semua tahu, dalam banyak kasus pemilihan narik dan memiliki kepentingan. Kita selalu bisa memolesnya menjadi barang dagangan bang, tulisan-tulisan tergeletak. Ide politik selalu bersifat netral. laksanakannya, ide itu kosong. Hanya kalimat-kalimat mengam­ ”Lagi pula, kita semua tahu, dalam banyak kasus pemilihan didengarkan, didukung. Tanpa pengikut, tanpa mesin yang me­ Kita selalu bisa memolesnya menjadi barang dagangan bang, tulisan-tulisan tergeletak. Ide politik selalu bersifat netral. narik dan memiliki kepentingan. laksanakannya, ide itu kosong. Hanya kalimat-kalimat mengam­ ”Lagi pula, kita semua tahu, dalam banyak kasus pemilihan didengarkan, didukung. Tanpa pengikut, tanpa mesin yang me­ kepentingan. Kita selalu bisa memolesnya menjadi barang dagangan bang, tulisan-tulisan tergeletak. Ide politik selalu bersifat netral. laksanakannya, ide itu kosong. Hanya kalimat-kalimat mengam­ didengarkan, didukung. Tanpa pengikut, tanpa mesin yang me­ ”Lagi pula, kita semua tahu, dalam banyak kasus pemilihan narik dan memiliki kepentingan. Kita selalu bisa memolesnya menjadi barang dagangan bang, tulisan-tulisan tergeletak. Ide politik selalu bersifat netral. pada zaman demokrasi modern, pemilih lebih sering tidak pe­ laksanakannya, ide itu kosong. Hanya kalimat-kalimat mengam­ ”Lagi pula, kita semua tahu, dalam banyak kasus pemilihan narik dan memiliki kepentingan. Kita selalu bisa memolesnya menjadi barang dagangan yang me­ bang, tulisan-tulisan tergeletak. Ide politik selalu bersifat netral. laksanakannya, ide itu kosong. Hanya kalimat-kalimat mengam­ pada zaman demokrasi modern, pemilih lebih sering tidak pe­ ”Lagi pula, kita semua tahu, dalam banyak kasus pemilihan narik dan memiliki kepentingan. Kita selalu bisa memolesnya menjadi barang dagangan yang me­ bang, tulisan-tulisan tergeletak. Ide politik selalu bersifat netral. pada zaman demokrasi modern, pemilih lebih sering tidak pe­ laksanakannya, ide itu kosong. Hanya kalimat-kalimat mengam­ narik dan memiliki kepentingan. Kita selalu bisa memolesnya menjadi barang dagangan yang me­ ”Lagi pula, kita semua tahu, dalam banyak kasus pemilihan bang, tulisan-tulisan tergeletak. Ide politik selalu bersifat netral. pada zaman demokrasi modern, pemilih lebih sering tidak pe­ laksanakannya, ide itu kosong. Hanya kalimat-kalimat mengam­ tahu, dalam banyak kasus pemilihan narik dan memiliki kepentingan. Kita selalu bisa memolesnya menjadi barang dagangan yang me­ bang, tulisan-tulisan tergeletak. Ide politik selalu bersifat netral. laksanakannya, ide itu kosong. Hanya kalimat-kalimat mengam­ pada zaman demokrasi modern, pemilih lebih sering tidak pe­ ”Lagi pula, kita semua tahu, dalam banyak kasus pemilihan narik dan memiliki kepentingan. Kita selalu bisa memolesnya menjadi barang dagangan yang me­ duli dengan moralitas jika ada isu yang lebih penting. Di sebuah bang, tulisan-tulisan tergeletak. Ide politik selalu bersifat netral. pada zaman demokrasi modern, pemilih lebih sering tidak pe­ ”Lagi pula, kita semua tahu, dalam banyak kasus pemilihan narik dan memiliki kepentingan. Kita selalu bisa memolesnya menjadi barang dagangan yang me­ bang, tulisan-tulisan tergeletak. Ide politik selalu bersifat netral. duli dengan moralitas jika ada isu yang lebih penting. Di sebuah pada zaman demokrasi modern, pemilih lebih sering tidak pe­ ”Lagi pula, kita semua tahu, dalam banyak kasus pemilihan narik dan memiliki kepentingan. Kita selalu bisa memolesnya menjadi barang dagangan yang me­ duli dengan moralitas jika ada isu yang lebih penting. Di sebuah bang, tulisan-tulisan tergeletak. Ide politik selalu bersifat netral. ”Lagi pula, kita semua tahu, dalam banyak kasus pemilihan narik dan memiliki kepentingan. pada zaman demokrasi modern, pemilih lebih sering tidak pe­ Kita selalu bisa memolesnya menjadi barang dagangan yang me­ duli dengan moralitas jika ada isu yang lebih penting. Di sebuah bang, tulisan-tulisan tergeletak. Ide politik selalu bersifat netral. modern, pemilih lebih sering tidak pe­ ”Lagi pula, kita semua tahu, dalam banyak kasus pemilihan narik dan memiliki kepentingan. Kita selalu bisa memolesnya menjadi barang dagangan yang me­ bang, tulisan-tulisan tergeletak. Ide politik selalu bersifat netral. duli dengan moralitas jika ada isu yang lebih penting. Di sebuah pada zaman demokrasi modern, pemilih lebih sering tidak pe­ ”Lagi pula, kita semua tahu, dalam banyak kasus pemilihan narik dan memiliki kepentingan. negara maju, lagi-lagi saya tidak perlu bilang namanya, isu mo­ Kita selalu bisa memolesnya menjadi barang dagangan yang me­ duli dengan moralitas jika ada isu yang lebih penting. Di sebuah pada zaman demokrasi modern, pemilih lebih sering tidak pe­ ”Lagi pula, kita semua tahu, dalam banyak kasus pemilihan narik dan memiliki kepentingan. Kita selalu bisa memolesnya menjadi barang dagangan yang me­ negara maju, lagi-lagi saya tidak perlu bilang namanya, isu mo­ duli dengan moralitas jika ada isudalam yang lebih penting. Di sebuah pada zaman demokrasi modern, pemilih lebih sering tidak pe­ ”Lagi pula, kita semua tahu, banyak kasus pemilihan narik dan memiliki kepentingan. negara maju, lagi-lagi saya tidak perlu bilang namanya, isu mo­ Kita selalu bisa memolesnya menjadi barang dagangan yang me­ pada zaman demokrasi modern, pemilih lebih sering tidak pe­ dengan moralitas jika ada isu yang lebih penting. Di sebuah ”Lagi pula, kita semua tahu, dalam banyak kasus pemilihan narik dan memiliki kepentingan. negara maju, lagi-lagi saya tidak perlu bilang namanya, isu mo­ Kita selalu bisa memolesnya menjadi barang dagangan yang me­ duli dengan moralitas jika ada isu yang lebih penting. Di sebuah pada zaman demokrasi modern, pemilih lebih sering tidak pe­ ”Lagi pula, kita semua tahu, dalam banyak kasus pemilihan narik dan memiliki kepentingan. Kita selalu bisa memolesnya menjadi barang dagangan yang me­ negara maju, lagi-lagi saya tidak perlu bilang namanya, isu mo­ duli dengan moralitas jika ada isu yang lebih penting. Di sebuah pada zaman demokrasi modern, pemilih lebih sering tidak pe­ ”Lagi pula, kita semua tahu, dalam banyak kasus pemilihan ralitas seperti kepemilikan senjata, pernikahan sesama jenis, hak narik dan memiliki kepentingan. negara maju, lagi-lagi saya tidak perlu bilang namanya, isu mo­ duli dengan moralitas jika ada isu yang lebih penting. Di sebuah pada zaman demokrasi modern, pemilih lebih sering tidak pe­ ”Lagi pula, kita semua tahu, dalam banyak kasus pemilihan narik dan memiliki kepentingan. ralitas seperti kepemilikan senjata, pernikahan sesama jenis, hak negara maju, lagi-lagi saya tidak perlu bilang namanya, isu mo­ duli dengan moralitas jika ada isu yang lebih penting. Di sebuah pada zaman demokrasi modern, pemilih lebih sering tidak pe­ ”Lagi pula, kita semua tahu, dalam banyak kasus pemilihan ralitas seperti kepemilikan senjata, pernikahan sesama jenis, hak narik dan memiliki kepentingan. duli dengan moralitas jika ada isu yang lebih penting. Di sebuah negara maju, lagi-lagi saya tidak perlu bilang namanya, isu mo­ pada zaman demokrasi modern, pemilih lebih sering tidak pe­ ”Lagi pula, kita semua tahu, dalam banyak kasus pemilihan ralitas seperti kepemilikan senjata, pernikahan sesama jenis, hak narik dan memiliki kepentingan. negara maju, lagi-lagi saya tidak perlu bilang namanya, isu mo­ duli dengan moralitas jika ada isu yang lebih penting. Di sebuah pada zaman demokrasi modern, pemilih lebih sering tidak pe­ ”Lagi pula, kita semua tahu, dalam banyak kasus pemilihan narik dan memiliki kepentingan. ralitas seperti kepemilikan senjata, pernikahan sesama jenis, hak negara maju, lagi-lagi saya tidak perlu bilang namanya, mo­ duli dengan moralitas jika ada isu yang lebih penting. Di sebuah pada zaman demokrasi modern, pemilih lebih sering tidak pe­ seorang ibu untuk menggugurkan kandungan menjadi isu ”Lagi pula, kita semua tahu, dalam banyak kasus pemilihan ralitas seperti kepemilikan senjata, pernikahan sesama jenis, hak negara maju, lagi-lagi saya tidak perlu bilang namanya, mo­ duli dengan moralitas jika ada isu yang lebih penting. Di sebuah pada zaman demokrasi modern, pemilih lebih sering tidak pe­ ”Lagi pula, kita semua tahu, dalam banyak kasus pemilihan seorang ibu untuk menggugurkan kandungan menjadi isu ralitas seperti kepemilikan senjata, pernikahan sesama jenis, hak negara maju, lagi-lagi saya tidak perlu bilang namanya, mo­ duli dengan moralitas jika ada isu yang lebih penting. Di sebuah pada zaman demokrasi modern, pemilih lebih sering tidak pe­ seorang ibu untuk menggugurkan kandungan menjadi isu ”Lagi pula, kita semua tahu, dalam banyak kasus pemilihan negara maju, lagi-lagi saya tidak perlu bilang namanya, mo­ ralitas seperti kepemilikan senjata, pernikahan sesama jenis, hak duli dengan moralitas jika ada isu yang lebih penting. Di sebuah pada zaman demokrasi modern, pemilih lebih sering tidak pe­ seorang ibu untuk menggugurkan kandungan menjadi isu ”Lagi pula, kita semua tahu, dalam banyak kasus pemilihan ralitas seperti kepemilikan senjata, pernikahan sesama jenis, hak negara maju, lagi-lagi saya tidak perlu bilang namanya, mo­ duli dengan moralitas jika ada isu yang lebih penting. Di sebuah pada zaman demokrasi modern, pemilih lebih sering tidak pe­ ”Lagi pula, kita semua tahu, dalam banyak kasus pemilihan seorang ibu untuk menggugurkan kandungan menjadi isu seperti kepemilikan senjata, pernikahan sesama jenis, hak negara maju, lagi-lagi saya tidak perlu bilang namanya, mo­ duli dengan moralitas jika ada isu yang lebih penting. Di sebuah jangan coba-coba disinggung atau kalian akan kehi­ ralitas yang pada zaman demokrasi modern, pemilih lebih sering tidak pe­ seorang ibu untuk menggugurkan kandungan menjadi isu seperti kepemilikan senjata, pernikahan sesama jenis, hak negara maju, lagi-lagi saya tidak perlu bilang namanya, mo­ duli dengan moralitas jika ada isu yang lebih penting. Di sebuah pada zaman demokrasi modern, pemilih lebih sering tidak pe­ jangan coba-coba disinggung atau kalian akan kehi­ ralitas yang seorang ibu untuk menggugurkan kandungan menjadi isu seperti kepemilikan senjata, pernikahan sesama jenis, hak negara maju, lagi-lagi saya tidak perlu bilang namanya, mo­ duli dengan moralitas jika ada isu yang lebih penting. Di sebuah jangan coba-coba disinggung atau kalian akan kehi­ ralitas yang pada zaman demokrasi modern, pemilih lebih sering tidak pe­ seperti kepemilikan senjata, pernikahan sesama jenis, hak seorang ibu untuk menggugurkan kandungan menjadi isu mo­ negara maju, lagi-lagi saya tidak perlu bilang namanya, isu mo­ duli dengan moralitas jika ada isu yang lebih penting. Di sebuah jangan coba-coba disinggung atau kalian akan kehi­ ralitas yang pada zaman demokrasi modern, pemilih lebih sering tidak pe­ seorang ibu untuk menggugurkan kandungan menjadi seperti kepemilikan senjata, pernikahan sesama jenis, hak negara maju, lagi-lagi saya tidak perlu bilang namanya, mo­ duli dengan moralitas jika ada isu yang lebih penting. Di sebuah pada zaman demokrasi modern, pemilih lebih sering tidak pe­ jangan coba-coba disinggung atau kalian akan kehi­ ralitas yang seorang ibu untuk menggugurkan kandungan menjadi isu seperti kepemilikan senjata, pernikahan sesama jenis, hak negara maju, lagi-lagi saya tidak perlu bilang namanya, mo­ langan pemilih yang signifikan. Moralitas menjadi urusan ma­ duli dengan moralitas jika ada isu yang lebih penting. Di sebuah jangan coba-coba disinggung atau kalian akan kehi­ yang seorang ibu untuk menggugurkan kandungan menjadi isu ralitas seperti kepemilikan senjata, pernikahan sesama jenis, hak negara maju, lagi-lagi saya tidak perlu bilang namanya, mo­ duli dengan moralitas jika ada isu yang lebih penting. Di sebuah langan pemilih yang signifikan. Moralitas menjadi urusan ma­ jangan coba-coba disinggung atau kalian akan kehi­ yang seorang ibu untuk menggugurkan kandungan menjadi isu ralitas seperti kepemilikan senjata, pernikahan sesama jenis, hak negara maju, lagi-lagi saya tidak perlu bilang namanya, mo­ langan pemilih yang signifikan. Moralitas menjadi urusan ma­ duli dengan moralitas jika ada isu yang lebih penting. Di sebuah jangan coba-coba disinggung atau kalian akan kehi­ ralitas yang seorang ibu untuk menggugurkan kandungan menjadi isu seperti kepemilikan senjata, pernikahan sesama jenis, hak negara maju, lagi-lagi saya tidak perlu bilang namanya, mo­ langan pemilih yang signifikan. Moralitas menjadi urusan ma­ duli dengan moralitas jika ada isu yang lebih penting. Di sebuah jangan coba-coba disinggung atau kalian akan kehi­ ralitas yang seorang ibu untuk menggugurkan kandungan menjadi isu seperti kepemilikan senjata, pernikahan sesama jenis, hak negara maju, lagi-lagi saya tidak perlu bilang namanya, mo­ duli dengan moralitas jika ada isuMoralitas yang lebih penting. Di sebuah langan pemilih yang signifikan. Moralitas menjadi urusan ma­ jangan coba-coba disinggung atau kalian akan kehi­ ralitas yang seorang ibu untuk menggugurkan kandungan menjadi isu seperti kepemilikan senjata, pernikahan sesama jenis, hak sing-masing saja, dan bisa kontraproduktif, tidak populer jika negara maju, lagi-lagi saya tidak perlu bilang namanya, mo­ langan pemilih yang signifikan. menjadi urusan ma­ jangan coba-coba disinggung atau kalian akan kehi­ ralitas yang seorang ibu untuk menggugurkan kandungan menjadi isu kepemilikan senjata, pernikahan sesama jenis, hak negara maju, lagi-lagi saya tidak perlu bilang namanya, mo­ sing-masing saja, dan bisa kontraproduktif, tidak populer jika langan pemilih yang signifikan. Moralitas menjadi urusan ma­ jangan coba-coba disinggung atau kalian akan kehi­ ralitas yang seorang ibu untuk menggugurkan kandungan menjadi isu seperti kepemilikan senjata, pernikahan sesama jenis, hak sing-masing saja, dan bisa kontraproduktif, tidak populer jika negara maju, lagi-lagi saya tidak perlu bilang namanya, mo­ langan seperti pemilih yang signifikan. Moralitas menjadi urusan ma­ jangan coba-coba disinggung atau kalian akan kehi­ ralitas yang seorang ibu untuk menggugurkan kandungan menjadi isu seperti kepemilikan senjata, pernikahan sesama jenis, hak sing-masing saja, dan bisa kontraproduktif, tidak populer jika negara maju, lagi-lagi saya tidak perlu bilang namanya, mo­ langan pemilih yang signifikan. Moralitas menjadi urusan ma­ jangan coba-coba disinggung atau kalian akan kehi­ ralitas yang seorang ibu untuk menggugurkan kandungan menjadi isu seperti kepemilikan senjata, pernikahan sesama jenis, hak negara maju, lagi-lagi saya tidak perlu bilang namanya, mo­ sing-masing saja, dan bisa kontraproduktif, tidak populer jika langan pemilih yang signifikan. Moralitas menjadi urusan ma­ jangan coba-coba disinggung atau kalian akan kehi­ ralitas yang seorang ibu untuk menggugurkan kandungan menjadi isu memaksakan diri. Pemilih lebih mementingkan angka-angka, seperti kepemilikan senjata, pernikahan sesama jenis, hak sing-masing saja, dan bisa kontraproduktif, tidak populer jika langan pemilih yang signifikan. Moralitas menjadi urusan ma­ jangan coba-coba disinggung atau kalian akan kehi­ ralitas yang seorang ibu untuk menggugurkan kandungan menjadi isu mo­ seperti kepemilikan senjata, pernikahan sesama jenis, hak memaksakan diri. Pemilih lebih mementingkan angka-angka, sing-masing saja, dan bisa kontraproduktif, tidak populer jika langan pemilih yang signifikan. Moralitas menjadi urusan ma­ jangan coba-coba disinggung atau kalian akan kehi­ yang seorang ibu untuk menggugurkan kandungan menjadi isu mo­ memaksakan diri. Pemilih lebih mementingkan angka-angka, ralitas seperti kepemilikan senjata, pernikahan sesama jenis, hak sing-masing saja, dan bisa kontraproduktif, tidak populer jika langan pemilih yang signifikan. Moralitas menjadi urusan ma­ jangan coba-coba disinggung atau kalian akan kehi­ yang seorang ibu untuk menggugurkan kandungan menjadi isu mo­ memaksakan diri. Pemilih lebih mementingkan angka-angka, seperti kepemilikan senjata, pernikahan sesama jenis, hak sing-masing saja, dan bisa kontraproduktif, tidak populer jika langan pemilih yang signifikan. Moralitas menjadi urusan ma­ jangan coba-coba disinggung atau kalian akan kehi­ ralitas yang seorang ibu untuk menggugurkan kandungan menjadi isu mo­ seperti kepemilikan senjata, pernikahan sesama jenis, hak memaksakan diri. Pemilih lebih mementingkan angka-angka, sing-masing saja, dan bisa kontraproduktif, tidak populer jika langan pemilih yang signifikan. Moralitas menjadi urusan ma­ jangan coba-coba disinggung atau kalian akan kehi­ ralitas yang ukuran kuantitatif dunia. Tingkat pengangguran misalnya, ting­ seorang ibu untuk menggugurkan kandungan menjadi isu mo­ memaksakan diri. Pemilih lebih mementingkan angka-angka, sing-masing saja, dan bisa kontraproduktif, tidak populer jika langan pemilih yang signifikan. Moralitas menjadi urusan ma­ jangan coba-coba disinggung atau kalian akan kehi­ ralitas yang seorang ibu untuk menggugurkan kandungan menjadi isu mo­ ukuran kuantitatif dunia. Tingkat pengangguran misalnya, ting­ memaksakan diri. Pemilih lebih mementingkan angka-angka, sing-masing saja, dan bisa kontraproduktif, tidak populer jika langan pemilih yang signifikan. Moralitas menjadi urusan ma­ jangan coba-coba disinggung atau kalian akan kehi­ ralitas yang ukuran kuantitatif dunia. Tingkat pengangguran misalnya, ting­ seorang ibu untuk menggugurkan kandungan menjadi isu mo­ memaksakan diri. Pemilih lebih mementingkan angka-angka, sing-masing saja, dan bisa kontraproduktif, tidak populer jika langan pemilih yang signifikan. Moralitas menjadi urusan ma­ jangan coba-coba disinggung atau kalian akan kehi­ ralitas yang ukuran kuantitatif dunia. Tingkat pengangguran misalnya, ting­ seorang ibu untuk menggugurkan kandungan menjadi isu mo­ memaksakan diri. Pemilih lebih mementingkan angka-angka, sing-masing saja, dan bisa kontraproduktif, tidak populer jika langan pemilih yang signifikan. Moralitas menjadi urusan ma­ jangan coba-coba disinggung atau kalian akan kehi­ ralitas yang seorang ibu untuk menggugurkan kandungan menjadi isu mo­ ukuran kuantitatif dunia. Tingkat pengangguran misalnya, ting­ memaksakan diri. Pemilih lebih mementingkan angka-angka, sing-masing saja, dan bisa kontraproduktif, tidak populer jika langan pemilih yang signifikan. Moralitas menjadi urusan ma­ kat inflasi, dan angka-angka lain seperti harga kebutuhan pokok, jangan coba-coba disinggung atau kalian akan kehi­ ralitas yang ukuran kuantitatif dunia. Tingkat pengangguran misalnya, ting­ memaksakan diri. Pemilih lebih mementingkan angka-angka, sing-masing saja, dan bisa kontraproduktif, tidak populer jika langan pemilih yang signifikan. Moralitas menjadi urusan ma­ jangan coba-coba disinggung atau kalian akan kehi­ ralitas yang kat inflasi, dan angka-angka lain seperti harga kebutuhan pokok, ukuran kuantitatif dunia. Tingkat pengangguran misalnya, ting­ memaksakan diri. Pemilih lebih mementingkan angka-angka, sing-masing saja, dan bisa kontraproduktif, tidak populer jika langan pemilih yang signifikan. Moralitas menjadi urusan ma­ kat inflasi, dan angka-angka lain seperti harga kebutuhan pokok, jangan coba-coba disinggung atau kalian akan kehi­ ralitas yang ukuran kuantitatif dunia. Tingkat pengangguran misalnya, ting­ memaksakan diri. Pemilih lebih mementingkan angka-angka, sing-masing saja, dan bisa kontraproduktif, tidak populer jika langan pemilih yang signifikan. Moralitas menjadi urusan ma­ kat inflasi, dan angka-angka lain seperti harga kebutuhan pokok, jangan coba-coba disinggung atau kalian akan kehi­ ralitas yang ukuran kuantitatif dunia. Tingkat pengangguran misalnya, ting­ memaksakan diri. Pemilih lebih mementingkan angka-angka, sing-masing saja, dan bisa kontraproduktif, tidak populer jika langan pemilih yang signifikan. Moralitas menjadi urusan ma­ jangan coba-coba disinggung atau kalian akan kehi­ ralitas yang kat inflasi, dan angka-angka lain seperti harga kebutuhan pokok, ukuran kuantitatif dunia. Tingkat pengangguran misalnya, ting­ memaksakan diri. Pemilih lebih mementingkan angka-angka, sing-masing saja, dan bisa kontraproduktif, tidak populer jika BBM, listrik, kenaikan upah minimum dan sebagainya. Siapa langan pemilih yang signifikan. Moralitas menjadi urusan ma­ kat inflasi, dan angka-angka lain seperti harga kebutuhan pokok, ukuran kuantitatif dunia. Tingkat pengangguran misalnya, ting­ memaksakan diri. Pemilih lebih mementingkan angka-angka, sing-masing saja, dan bisa kontraproduktif, tidak populer jika langan pemilih yang signifikan. Moralitas menjadi urusan ma­ BBM, listrik, kenaikan upah minimum dan sebagainya. Siapa kat inflasi, dan angka-angka lain seperti harga kebutuhan pokok, ukuran kuantitatif dunia. Tingkat pengangguran misalnya, ting­ memaksakan diri. Pemilih lebih mementingkan angka-angka, sing-masing saja, dan bisa kontraproduktif, tidak populer jika BBM, listrik, kenaikan upah minimum dan sebagainya. Siapa langan pemilih yang signifikan. Moralitas menjadi urusan ma­ kat inflasi, dan angka-angka lain seperti harga kebutuhan pokok, ukuran kuantitatif dunia. Tingkat pengangguran misalnya, ting­ memaksakan diri. Pemilih lebih mementingkan angka-angka, sing-masing saja, dan bisa kontraproduktif, tidak populer jika BBM, listrik, kenaikan upah minimum dan sebagainya. Siapa langan pemilih yang signifikan. Moralitas menjadi urusan ma­ kat inflasi, dan angka-angka lain seperti harga kebutuhan pokok, ukuran kuantitatif dunia. Tingkat pengangguran misalnya, ting­ memaksakan diri. Pemilih lebih mementingkan angka-angka, sing-masing saja, dan bisa kontraproduktif, tidak populer jika langan pemilih yang signifikan. Moralitas menjadi urusan ma­ BBM, listrik, kenaikan upah minimum dan sebagainya. Siapa kat inflasi, dan angka-angka lain seperti harga kebutuhan pokok, ukuran kuantitatif dunia. Tingkat pengangguran misalnya, ting­ memaksakan diri. Pemilih lebih mementingkan angka-angka, yang akan bicara tentang pendidikan anak-anak telantar jika pe­ sing-masing saja, dan bisa kontraproduktif, tidak populer jika BBM, listrik, kenaikan upah minimum dan sebagainya. Siapa kat inflasi, dan angka-angka lain seperti harga kebutuhan pokok, ukuran kuantitatif dunia. Tingkat pengangguran misalnya, ting­ memaksakan diri. Pemilih lebih mementingkan angka-angka, sing-masing saja, dan bisa kontraproduktif, tidak populer jika yang akan bicara tentang pendidikan anak-anak telantar jika pe­ BBM, listrik, kenaikan upah minimum dan sebagainya. Siapa kat inflasi, dan angka-angka lain seperti harga kebutuhan pokok, ukuran kuantitatif dunia. Tingkat pengangguran misalnya, ting­ memaksakan diri. Pemilih lebih mementingkan angka-angka, yang akan bicara tentang pendidikan anak-anak telantar jika pe­ sing-masing saja, dan bisa kontraproduktif, tidak populer jika BBM, listrik, kenaikan upah minimum dan sebagainya. Siapa kat inflasi, dan angka-angka lain seperti harga kebutuhan pokok, ukuran kuantitatif dunia. Tingkat pengangguran misalnya, ting­ memaksakan diri. Pemilih lebih mementingkan angka-angka, yang akan bicara tentang pendidikan anak-anak telantar jika pe­ sing-masing saja, dan bisa kontraproduktif, tidak populer jika BBM, listrik, kenaikan upah minimum dan sebagainya. Siapa kat inflasi, dan angka-angka lain seperti harga kebutuhan pokok, ukuran kuantitatif dunia. Tingkat pengangguran misalnya, ting­ memaksakan diri. Pemilih lebih mementingkan angka-angka, sing-masing saja, dan bisa kontraproduktif, tidak populer jika yang akan bicara tentang pendidikan anak-anak telantar jika pe­ BBM, listrik, kenaikan upah minimum dan sebagainya. Siapa kat inflasi, dan angka-angka lain seperti harga kebutuhan pokok, ukuran kuantitatif dunia. Tingkat pengangguran misalnya, ting­ rut sendiri kosong? memaksakan diri. Pemilih lebih mementingkan angka-angka, yang akan bicara tentang pendidikan anak-anak telantar jika pe­ BBM, listrik, kenaikan upah minimum dan sebagainya. Siapa kat inflasi, dan angka-angka lain seperti harga kebutuhan pokok, ukuran kuantitatif dunia. Tingkat pengangguran misalnya, ting­ memaksakan diri. Pemilih lebih mementingkan angka-angka, rut sendiri kosong? yang akan bicara tentang pendidikan anak-anak telantar jika pe­ BBM, listrik, kenaikan upah minimum dan sebagainya. Siapa kat inflasi, dan angka-angka lain seperti harga kebutuhan pokok, ukuran kuantitatif dunia. Tingkat pengangguran misalnya, ting­ rut sendiri kosong? memaksakan diri. Pemilih lebih mementingkan angka-angka, yang akan bicara tentang pendidikan anak-anak telantar jika pe­ BBM, listrik, kenaikan upah minimum dan sebagainya. Siapa kat inflasi, dan angka-angka lain seperti harga kebutuhan pokok, ukuran kuantitatif dunia. Tingkat pengangguran misalnya, ting­ rut sendiri kosong? memaksakan diri. Pemilih lebih mementingkan angka-angka, yang akan bicara tentang pendidikan anak-anak telantar jika pe­ BBM, listrik, kenaikan upah minimum dan sebagainya. Siapa kat inflasi, dan angka-angka lain seperti harga kebutuhan pokok, ukuran kuantitatif dunia. Tingkat pengangguran misalnya, ting­ memaksakan diri. Pemilih lebih mementingkan angka-angka, rut sendiri kosong? yang akan bicara tentang pendidikan anak-anak telantar jika pe­ BBM, listrik, kenaikan upah minimum dan sebagainya. Siapa kat inflasi, dan angka-angka lain seperti harga kebutuhan pokok, ”Saran saya pendek saja. Temukan hal paling menarik di ne­ ukuran kuantitatif dunia. Tingkat pengangguran misalnya, ting­ rut sendiri kosong? yang akan bicara tentang pendidikan anak-anak telantar jika pe­ BBM, listrik, kenaikan upah minimum dan sebagainya. Siapa kat inflasi, dan angka-angka lain seperti harga kebutuhan pokok, ukuran kuantitatif dunia. Tingkat pengangguran misalnya, ting­ ”Saran saya pendek saja. Temukan hal paling menarik di ne­ rut sendiri kosong? yang akan bicara tentang pendidikan anak-anak telantar jika pe­ BBM, listrik, kenaikan upah minimum dan sebagainya. Siapa kat inflasi, dan angka-angka lain seperti harga kebutuhan pokok, saya pendek saja. Temukan hal paling menarik di ne­ ukuran kuantitatif dunia. Tingkat pengangguran misalnya, ting­ rut”Saran sendiri kosong? yang akan bicara tentang pendidikan anak-anak telantar jika pe­ BBM, listrik, kenaikan upah minimum dan sebagainya. Siapa kat inflasi, dan angka-angka lain seperti harga kebutuhan pokok, ”Saran saya pendek saja. Temukan hal paling menarik di ne­ ukuran kuantitatif dunia. Tingkat pengangguran misalnya, ting­ rut sendiri kosong? yang akan bicara tentang pendidikan anak-anak telantar jika pe­ BBM, listrik, kenaikan upah minimum dan sebagainya. Siapa kat inflasi, dan angka-angka lain seperti harga kebutuhan pokok, ukuran kuantitatif dunia. Tingkat pengangguran misalnya, ting­ ”Saran saya pendek saja. Temukan hal paling menarik di ne­ rut sendiri kosong? yang akan bicara tentang pendidikan anak-anak telantar jika pe­ BBM, listrik, kenaikan upah minimum dan sebagainya. Siapa gara kalian dalam bisnis omong kosong ini, sisi yang paling kat inflasi, dan angka-angka lain seperti harga kebutuhan pokok, ”Saran saya pendek saja. Temukan hal paling menarik di ne­ rut sendiri kosong? yang akan bicara tentang pendidikan anak-anak telantar jika pe­ BBM, listrik, kenaikan upah minimum dan sebagainya. Siapa kat inflasi, dan angka-angka lain seperti harga kebutuhan pokok, gara kalian dalam bisnis omong kosong ini, sisi yang paling ”Saran saya pendek saja. Temukan hal paling menarik di ne­ rut sendiri kosong? yang akan bicara tentang pendidikan anak-anak telantar jika pe­ BBM, listrik, kenaikan upah minimum dan sebagainya. Siapa gara kalian dalam bisnis omong kosong ini, sisi yang paling kat inflasi, dan angka-angka lain seperti harga kebutuhan pokok, ”Saran saya pendek saja. Temukan hal paling menarik di ne­ rut sendiri kosong? yang akan bicara tentang pendidikan anak-anak telantar jika pe­ BBM, listrik, kenaikan upah minimum dan sebagainya. Siapa gara kalian dalam bisnis omong kosong ini, sisi yang paling kat inflasi, dan angka-angka lain seperti harga kebutuhan pokok, ”Saran saya pendek saja. Temukan hal paling menarik di ne­ rut sendiri kosong? yang akan bicara tentang pendidikan anak-anak telantar jika pe­ BBM, listrik, kenaikan upah minimum dan sebagainya. Siapa kat inflasi, dan angka-angka lain seperti harga kebutuhan pokok, gara kalian dalam bisnis omong kosong ini, sisi yang paling ”Saran saya pendek saja. Temukan hal paling menarik di ne­ rut sendiri kosong? yang akan bicara tentang pendidikan anak-anak telantar jika pe­ penting bagi pemilih kalian—termasuk jika itu memang isu mo­ BBM, listrik, kenaikan upah minimum dan sebagainya. Siapa gara kalian dalam bisnis omong kosong ini, sisi yang paling ”Saran saya pendek saja. Temukan hal paling menarik di ne­ rut sendiri kosong? yang akan bicara tentang pendidikan anak-anak telantar jika pe­ BBM, listrik, kenaikan upah minimum dan sebagainya. Siapa penting bagi pemilih kalian—termasuk jika itu memang isu mo­ gara kalian dalam bisnis omong kosong ini, sisi yang paling ”Saran saya pendek saja. Temukan hal paling menarik di ne­ rut sendiri kosong? yang akan bicara tentang pendidikan anak-anak telantar jika pe­ penting bagi pemilih kalian—termasuk jika itu memang isu mo­ gara kalian dalam bisnis omong kosong ini, sisi yang paling BBM, listrik, kenaikan upah minimum dan sebagainya. Siapa ”Saran saya pendek saja. Temukan hal paling menarik di ne­ rut sendiri kosong? yang akan bicara tentang pendidikan anak-anak telantar jika pe­ penting bagi pemilih kalian—termasuk jika itu memang isu mo­ BBM, listrik, kenaikan upah minimum dan sebagainya. Siapa gara kalian dalam bisnis omong kosong ini, sisi yang paling ”Saran saya pendek saja. Temukan hal paling menarik di ne­ rut sendiri kosong? yang akan bicara tentang pendidikan anak-anak telantar jika pe­ BBM, listrik, kenaikan upah minimum dan sebagainya. Siapa penting bagi pemilih kalian—termasuk jika itu memang isu mo­ gara kalian dalam bisnis omong kosong ini, sisi yang paling ”Saran saya pendek saja. Temukan hal paling menarik di ne­ rut sendiri kosong? ralitas, seperti pemerintahan yang bersih, gerakan antikorupsi, yang akan bicara tentang pendidikan anak-anak telantar jika pe­ penting bagi pemilih kalian—termasuk jika itu memang isu mo­ gara kalian dalam bisnis omong kosong ini, sisi yang paling ”Saran saya pendek saja. Temukan hal paling menarik di ne­ rut sendiri kosong? yang akan bicara tentang pendidikan anak-anak telantar jika pe­ ralitas, seperti pemerintahan yang bersih, gerakan antikorupsi, penting bagi pemilih kalian—termasuk jika itu memang isu mo­ gara kalian dalam bisnis omong kosong ini, sisi yang paling ”Saran saya pendek saja. Temukan hal paling menarik di ne­ rut sendiri kosong? penting bagi pemilih kalian—termasuk jikapaling itu memang isu ralitas, seperti pemerintahan yang kosong bersih, gerakan antikorupsi, yang akan bicara tentang pendidikan anak-anak telantar jika pe­ gara kalian dalam bisnis omong ini, sisi yang paling ”Saran saya pendek saja. Temukan hal menarik dimo­ ne­ rut sendiri kosong?



maka kalian akan menemukan amunisi pamungkas untuk me­ menangi pemilihan.” ”Tetapi bagaimana menemukan hal tersebut, Tuan Thomas? maka kalian akan menemukan amunisi pamungkas untuk me­ menangi pemilihan.” ”Tetapi bagaimana menemukan hal tersebut, Tuan Thomas? maka kalian akan amunisi pamungkas untuk me­ menangi pemilihan.” ”Tetapi bagaimana menemukan hal tersebut, Tuan Thomas? maka kalian akan menemukan menemukan amunisi pamungkas untuk me­ menangi pemilihan.” ”Tetapi bagaimana menemukan hal tersebut, Tuan Thomas? menangi pemilihan.” ”Tetapi bagaimana menemukan hal tersebut, Tuan Thomas? Itu lebih mudah dikatakan, tapi susah dilakukan.” Salah satu menangi pemilihan.” ”Tetapi bagaimana menemukan hal tersebut, Tuan Thomas? Itu lebih mudah dikatakan, tapi susah dilakukan.” Salah satu menangi pemilihan.” ”Tetapi bagaimana menemukan hal tersebut, Tuan Thomas? Itu lebih mudah dikatakan, tapi susah dilakukan.” Salah satu menangi pemilihan.” ”Tetapi bagaimana menemukan hal tersebut, Tuan Thomas? Itu lebih mudah dikatakan, tapi susah dilakukan.” Salah satu ”Tetapi bagaimana menemukan hal tersebut, Tuan Thomas? Itu lebih mudah dikatakan, tapi susah dilakukan.” Salah satu peserta memotong, tidak sabaran. Ratusan peserta lain mengang­ ”Tetapi bagaimana menemukan hal tersebut, Tuan Thomas? Itu lebih mudah dikatakan, tapi susah dilakukan.” Salah satu peserta memotong, tidak sabaran. Ratusan peserta lain mengang­ ”Tetapi bagaimana menemukan hal tersebut, Tuan Thomas? Itu lebih mudah dikatakan, tapi susah dilakukan.” Salah satu peserta memotong, tidak sabaran. Ratusan peserta lain mengang­ ”Tetapi bagaimana menemukan hal tersebut, Tuan Thomas? Itu lebih mudah dikatakan, tapi susah dilakukan.” Salah satu peserta memotong, tidak sabaran. Ratusan peserta lain mengang­ Itu lebih mudah dikatakan, tapi susah dilakukan.” Salah satu peserta memotong, tidak sabaran. Ratusan peserta lain mengang­ sependapat dengan pertanyaan tersebut. guk-angguk, Itu lebih mudah dikatakan, tapi susah dilakukan.” Salah satu peserta memotong, tidak sabaran. Ratusan peserta lain mengang­ sependapat dengan pertanyaan tersebut. guk-angguk, Itu lebih mudah dikatakan, tapi susah dilakukan.” Salah satu peserta memotong, tidak sabaran. Ratusan peserta lain mengang­ sependapat dengan pertanyaan tersebut. guk-angguk, Itu lebih mudah dikatakan, tapi susah dilakukan.” Salah satu peserta memotong, tidak sabaran. Ratusan peserta lain mengang­ sependapat dengan pertanyaan tersebut. guk-angguk, peserta memotong, tidak sabaran. Ratusan peserta lain mengang­ sependapat dengan pertanyaan tersebut. guk-angguk, Aku tertawa kecil, menepuk lengan James, akademisi salah peserta memotong, tidak sabaran. Ratusan peserta lain mengang­ sependapat dengan pertanyaan tersebut. guk-angguk, Aku tertawa kecil, menepuk lengan James, akademisi salah peserta memotong, tidak sabaran. Ratusan peserta lain mengang­ sependapat dengan pertanyaan tersebut. guk-angguk, Aku tertawa kecil, menepuk lengan akademisi salah peserta memotong, tidak sabaran.pertanyaan RatusanJames, peserta lain mengang­ sependapat dengan tersebut. guk-angguk, Aku tertawa kecil, menepuk lengan James, akademisi salah sependapat dengan pertanyaan tersebut. guk-angguk, Aku tertawa kecil, menepuk lengan James, akademisi salah satu sekolah politik terkenal di Asia Pasifik, yang bertindak sependapat dengan pertanyaan tersebut. guk-angguk, Aku tertawa kecil, menepuk lengan James, akademisi salah satu sekolah politik terkenal di Asia Pasifik, yang bertindak sependapat dengan pertanyaan tersebut. guk-angguk, Aku tertawa kecil, menepuk lengan James, akademisi salah satu sekolah politik terkenal di Asia Pasifik, yang bertindak sependapat dengan pertanyaan tersebut. guk-angguk, Aku tertawa kecil, menepuk lengan James, akademisi salah satu sekolah politik terkenal di Asia Pasifik, yang bertindak Aku tertawa kecil, menepuk lengan James, akademisi salah satu sekolah politik terkenal di Asia Pasifik, yang bertindak menjadi moderator siang itu. ”Well, rasa-rasanya saya harus mu­ Aku tertawa kecil, menepuk lengan James, akademisi salah satu sekolah politik terkenal di Asia Pasifik, yang bertindak menjadi moderator siang itu. ”Well, rasa-rasanya saya harus mu­ Aku tertawa kecil, menepuk lengan James, akademisi salah satu sekolah politik terkenal di Asia Pasifik, yang bertindak menjadi moderator siang itu. ”Well, rasa-rasanya saya harus mu­ Aku tertawa kecil, menepuk lengan James, akademisi salah satu sekolah politik terkenal di Asia Pasifik, yang bertindak menjadi moderator siang itu. ”Well, rasa-rasanya saya harus mu­ satu sekolah politik terkenal di Asia Pasifik, yang bertindak menjadi moderator siang itu. ”Well, rasa-rasanya saya harus mu­ lai menagih biaya konsultansi atas pertanyaan ini, Kawan. Kau satu sekolah politik terkenal di Asia Pasifik, yang bertindak menjadi moderator siang itu. ”Well, rasa-rasanya saya harus mu­ lai menagih biaya konsultansi atas pertanyaan ini, Kawan. Kau satu sekolah politik terkenal di Asia Pasifik, yang bertindak menjadi moderator siang itu. ”Well, rasa-rasanya saya harus mu­ lai menagih biaya konsultansi atas pertanyaan ini, Kawan. Kau satu sekolah politik terkenal di Asia Pasifik, yang bertindak menjadi moderator siang itu. ”Well, rasa-rasanya saya harus mu­ lai menagih biaya konsultansi atas pertanyaan ini, Kawan. Kau menjadi moderator siang itu. ”Well, rasa-rasanya saya harus mu­ lai menagih biaya konsultansi atas pertanyaan ini, Kawan. Kau bisa membantu menghitung hour rate-nya?” menjadi moderator siang itu. ”Well, rasa-rasanya saya harus mu­ lai menagih biaya konsultansi atas pertanyaan ini, Kawan. Kau bisa membantu menghitung hour rate-nya?” menjadi moderator siang itu. ”Well, rasa-rasanya saya harus mu­ lai menagih biaya konsultansi atas pertanyaan ini, Kawan. Kau bisa membantu menghitung hour rate-nya?” menjadi moderator siang itu. ”Well, rasa-rasanya saya harus mu­ lai menagih biaya konsultansi atas pertanyaan ini, Kawan. Kau bisa membantu menghitung hour rate-nya?” lai menagih biaya konsultansi atas pertanyaan ini, Kawan. Kau bisa membantu menghitung hour rate-nya?” Ruangan besar itu dipenuhi gelak tawa peserta konferensi. lai menagih biaya konsultansi atas pertanyaan ini, Kawan. Kau bisa membantu menghitung hour rate-nya?” Ruangan besar itu dipenuhi gelak tawa peserta konferensi. lai menagih biaya konsultansi atas pertanyaan ini, Kawan. Kau bisa membantu menghitung hour rate-nya?” Ruangan besar itu dipenuhi gelak tawa peserta konferensi. lai menagih biaya konsultansi atas pertanyaan ini, Kawan. Kau bisa membantu menghitung hour rate-nya?” Ruangan besar itu dipenuhi gelak tawa peserta konferensi. bisa membantu hour rate-nya?” Ruangan besar itu gelak tawa bisa membantu menghitung hour rate-nya?” Ruangan besarmenghitung itu dipenuhi dipenuhi gelak tawa peserta peserta konferensi. konferensi. bisa membantu menghitung hour rate-nya?” Ruangan besar itu dipenuhi gelak tawa peserta bisa membantu menghitung hour rate-nya?” Ruangan besar itu dipenuhi gelak tawa peserta konferensi. konferensi. Ruangan besar itu dipenuhi gelak tawa Ruangan besar besar itu itu dipenuhi dipenuhi gelak gelak tawa tawa peserta peserta konferensi. konferensi. Ruangan peserta Ruangan besar itu dipenuhi gelak tawa peserta konferensi. konferensi.



”A ”A ”A ”A ”A ”A ”A ”A



Episode 3



PA yang kaulakukan sepanjang hari tadi di Hong PA yang kaulakukan sepanjang hari tadi di Hong PA yang kaulakukan sepanjang hari tadi di Hong PA yang kaulakukan sepanjang hari tadi di Hong PA yang kaulakukan sepanjang hari tadi di Hong Kong?” Theo,yang teman klub petarung petarung Jakartahari basa-basi bertanya PA yang kaulakukan sepanjang hari tadi di Hong Kong?” Theo, teman klub Jakarta basa-basi bertanya PA kaulakukan sepanjang tadi di Hong Kong?” Theo, teman klub petarung Jakarta basa-basi bertanya PA yang kaulakukan sepanjang hari tadi di Hong Kong?” Theo, teman klub petarung Jakarta basa-basi bertanya PA yang kaulakukan sepanjang hari tadi di Hong Kong?” Theo, teman klub petarung Jakarta basa-basi bertanya PA yang kaulakukan sepanjang hari tadi di Hong saat kami masih di taksi limusin. Kong?” Theo, teman klub petarung Jakarta basa-basi bertanya PA yang kaulakukan sepanjang hari tadi di Hong saat kami masih di taksi limusin. Kong?” Theo, teman klub petarung Jakarta basa-basi bertanya PA yang kaulakukan sepanjang hari tadi di Hong saat kami masih di taksi limusin. Kong?” Theo, teman klub petarung Jakarta basa-basi bertanya PA yang kaulakukan sepanjang hari tadi di Hong saat kami masih di taksi limusin. Kong?” Theo, teman klub petarung Jakarta basa-basi bertanya PA yang kaulakukan sepanjang hari tadi di Hong saat kami masih di taksi limusin. Kong?” Theo, teman klub petarung Jakarta basa-basi bertanya PA yang kaulakukan sepanjang hari tadi di Hong ”Menghadiri konferensi.” saat kami masih di taksi limusin. Kong?” Theo, teman klub petarung Jakarta basa-basi bertanya PA yang kaulakukan sepanjang hari tadi di Hong ”Menghadiri konferensi.” saat kami masih di taksi limusin. Kong?” Theo, teman klub petarung Jakarta basa-basi bertanya ”Menghadiri konferensi.” saat kami masih di taksi limusin. Kong?” Theo, teman klub petarung Jakarta basa-basi bertanya ”Menghadiri konferensi.” saat kami masih di taksi limusin. Kong?” Theo, teman klub petarung Jakarta basa-basi bertanya ”Menghadiri konferensi.” saat kami masih di taksi limusin. Kong?” Theo, teman klub petarung Jakarta basa-basi bertanya ”Oh ya? Konferensi tentang isu keuangan global? Krisis ”Menghadiri konferensi.” saat kami masih di taksi limusin. Kong?” Theo, teman klub petarung Jakarta basa-basi bertanya ”Oh ya?masih Konferensi tentang isu keuangan keuangan global? global? Krisis Krisis mo­ mo­ ”Menghadiri konferensi.” saat kami di taksi limusin. ”Oh ya? Konferensi tentang isu mo­ ”Menghadiri konferensi.” saat kami masih di taksi limusin. ”Oh ya? Konferensi tentang isu keuangan global? Krisis mo­ ”Menghadiri konferensi.” saat kami masih di taksi limusin. ”Oh ya? Konferensi tentang isu keuangan global? Krisis mo­ ”Menghadiri konferensi.” saat kami masih di taksi limusin. neter?” ”Oh ya? Konferensi tentang isu keuangan global? Krisis mo­ ”Menghadiri konferensi.” saat kami masih di taksi limusin. neter?” ”Oh ya? Konferensi tentang isu keuangan global? Krisis mo­ ”Menghadiri konferensi.” neter?” ”Oh ya? Konferensi tentang isu keuangan global? Krisis mo­ ”Menghadiri konferensi.” neter?” ”Oh ya? Konferensi tentang isu keuangan global? Krisis mo­ ”Menghadiri konferensi.” neter?” ”Oh ya? Konferensi tentang isu keuangan global? Krisis mo­ ”Menghadiri konferensi.” Aku menggeleng. ”Tentang komunikasi politik.” neter?” ”Oh ya? Konferensi tentang isu keuangan global? Krisis mo­ ”Menghadiri konferensi.” Aku menggeleng. ”Tentang komunikasi politik.” neter?” ”Oh ya? Konferensi tentang isu keuangan global? Krisis mo­ Aku menggeleng. ”Tentang komunikasi politik.” neter?” ”Oh ya? Konferensi tentang isu keuangan global? Krisis mo­ Aku menggeleng. ”Tentang komunikasi politik.” neter?” ”Oh ya? Konferensi tentang isu keuangan global? Krisis mo­ Aku menggeleng. ”Tentang komunikasi politik.” neter?” ”Oh ya? Konferensi tentang isu keuangan global? Krisis mo­ ”Politik?” Dahi Theo terlipat, hanya sejenak. ”Oh, aku ingat, Aku menggeleng. ”Tentang komunikasi politik.” neter?” ”Oh ya? Konferensi tentang isu keuangan global? Krisis mo­ ”Politik?” Dahi Theo terlipat, hanya sejenak. ”Oh, aku ingat, Aku menggeleng. ”Tentang komunikasi politik.” neter?” ”Politik?” Dahi Theo terlipat, hanya sejenak. ”Oh, aku ingat, Aku menggeleng. ”Tentang komunikasi politik.” neter?” ”Politik?” Dahi Theo terlipat, hanya sejenak. ”Oh, aku ingat, Aku menggeleng. ”Tentang komunikasi politik.” neter?” ”Politik?” Dahi Theo terlipat, hanya sejenak. ”Oh, aku ingat, Aku menggeleng. ”Tentang komunikasi politik.” neter?” unit baru dalam perusahaan konsultan yang kaumiliki? Kau se­ ”Politik?” Dahi Theo terlipat, hanya sejenak. ”Oh, aku ingat, Aku menggeleng. ”Tentang komunikasi politik.” neter?” unit baru dalam perusahaan konsultan yang kaumiliki? Kau se­ ”Politik?” Dahi Theo terlipat, hanya sejenak. ”Oh, aku ingat, Aku menggeleng. ”Tentang komunikasi politik.” unit baru dalam perusahaan konsultan yang kaumiliki? Kau se­ ”Politik?” Dahi Theo terlipat, hanya sejenak. ”Oh, aku ingat, Aku menggeleng. ”Tentang komunikasi politik.” unit baru dalam perusahaan konsultan yang kaumiliki? Kau se­ ”Politik?” Dahi Theo terlipat, hanya sejenak. ”Oh, aku ingat, Aku menggeleng. ”Tentang komunikasi politik.” unit baru dalam perusahaan konsultan yang kaumiliki? Kau se­ ”Politik?” Dahi Theo terlipat, hanya sejenak. ”Oh, aku ingat, Aku menggeleng. ”Tentang komunikasi politik.” rius melakukan ekspansi ke arah sana, Thomas?” unit baru dalam perusahaan konsultan yang kaumiliki? Kau se­ ”Politik?” Dahi Theo terlipat, hanya sejenak. ”Oh, aku ingat, Aku menggeleng. ”Tentang komunikasi politik.” rius melakukan ekspansi ke arah sana, Thomas?” unit baru dalam perusahaan konsultan yang kaumiliki? Kau se­ ”Politik?” Dahi Theo terlipat, hanya sejenak. ”Oh, aku ingat, rius melakukan ekspansi ke arah sana, Thomas?” unit baru dalam perusahaan konsultan yang kaumiliki? Kau se­ ”Politik?” Dahi Theo terlipat, hanya sejenak. ”Oh, aku ingat, rius melakukan ekspansi ke arah sana, Thomas?” unit baru dalam perusahaan konsultan yang kaumiliki? Kau se­ ”Politik?” Dahi Theo terlipat, hanya sejenak. ”Oh, aku ingat, rius melakukan ekspansi ke arah sana, Thomas?” unit baru dalam perusahaan konsultan yang kaumiliki? Kau se­ ”Politik?” Dahi Theo terlipat, hanya sejenak. ”Oh, aku ingat, Aku mengangguk. rius melakukan ekspansi ke arah sana, Thomas?” unit baru dalam perusahaan konsultan yang kaumiliki? Kau se­ ”Politik?” Dahi Theo terlipat, hanya sejenak. ”Oh, aku ingat, Aku mengangguk. rius melakukan ekspansi ke arah sana, Thomas?” unit baru dalam perusahaan konsultan yang kaumiliki? Kau se­ Aku mengangguk. rius melakukan ekspansi ke arah sana, Thomas?” unit baru dalam perusahaan konsultan yang kaumiliki? Kau se­ Aku mengangguk. rius melakukan ekspansi ke arah sana, Thomas?” unit baru dalam perusahaan konsultan yang kaumiliki? Kau se­ Aku mengangguk. rius melakukan ekspansi ke arah sana, Thomas?” unit baru dalam perusahaan konsultan yang kaumiliki? Kau se­ ”Sejak kapan kau tertarik dunia politik, Thomas? Bukankah Aku mengangguk. rius melakukan ekspansi ke arah sana, Thomas?” unit baru dalam perusahaan konsultan yang kaumiliki? Kau se­ ”Sejak kapan kau tertarik dunia politik, Thomas? Bukankah Aku mengangguk. rius melakukan ekspansi ke arah sana, Thomas?” ”Sejak kapan kau tertarik dunia politik, Thomas? Bukankah Aku mengangguk. rius melakukan ekspansi ke arah sana, Thomas?” ”Sejak kapan kau tertarik dunia politik, Thomas? Bukankah Aku mengangguk. rius melakukan ekspansi ke arah sana, Thomas?” ”Sejak kapan kau tertarik dunia politik, Thomas? Bukankah Aku mengangguk. rius melakukan ekspansi ke arah sana, Thomas?” PA yang kaulakukan sepanjang hari tadi di kau selama ini lebih suka mengurus strategi keuangan, instru­ ”Sejak kapan kau tertarik dunia politik, Thomas? Bukankah Aku mengangguk. rius melakukan ekspansi ke arah sana, Thomas?” kauAku selama ini lebih lebih suka mengurus mengurus strategi keuangan, instru­H ”Sejak kapan kau tertarik dunia politik, Thomas? Bukankah mengangguk. kau selama ini suka strategi keuangan, instru­ ”Sejak kapan kau tertarik dunia politik, Thomas? Bukankah Aku mengangguk. kau selama ini lebih suka mengurus strategi keuangan, instru­ ”Sejak kapan kau tertarik dunia politik, Thomas? Bukankah Aku mengangguk. kau selama ini lebih suka mengurus strategi keuangan, instru­ ”Sejak kapan kau tertarik dunia politik, Thomas? Bukankah Aku mengangguk. men investasi, menguasai sekali intrik dan rekayasa keuangan kau”Sejak selama ini menguasai lebih suka petarung mengurus strategi keuangan, instru­ ”Sejak kapan kauklub tertarik dunia politik, Thomas? Bukankah Aku mengangguk. g?” Theo, teman Jakarta basa-basi berta men investasi, sekali intrik dan rekayasa keuangan kau selama ini lebih suka mengurus strategi keuangan, instru­ kapan kau tertarik dunia politik, Thomas? Bukankah men investasi, menguasai sekali intrik dan rekayasa keuangan kau selama ini lebih suka mengurus strategi keuangan, instru­ ”Sejak kapan kau tertarik dunia politik, Thomas? Bukankah men investasi, menguasai sekali intrik dan rekayasa keuangan kau selama ini lebih suka mengurus strategi keuangan, instru­ ”Sejak kapan kau tertarik dunia politik, Thomas? Bukankah men investasi, menguasai sekali intrik dan rekayasa keuangan kau selama ini lebih suka mengurus strategi keuangan, instru­ ”Sejak kapan kau tertarik dunia politik, Thomas? Bukankah paling canggih?” Theo bertanya, sambil meluruskan kaki di lantai men investasi, menguasai sekali intrik dan rekayasa keuangan kau selama ini lebih suka mengurus strategi keuangan, instru­ ”Sejak kapan kau tertarik dunia politik, Thomas? Bukankah paling canggih?” Theo bertanya, sambil meluruskan kakikeuangan diinstru­ lantai men investasi, sekali intrik dan rekayasa kau selama ini lebih suka mengurus strategi keuangan, kami masih dimenguasai taksi limusin. paling canggih?” Theo bertanya, sambil meluruskan kaki di lantai men investasi, menguasai sekali intrik dan rekayasa keuangan kau selama ini lebih suka mengurus strategi keuangan, instru­ paling canggih?” Theo bertanya, sambil meluruskan kaki di lantai men investasi, menguasai sekali intrik dan rekayasa keuangan kau selama ini lebih suka mengurus strategi keuangan, instru­ paling canggih?” Theo bertanya, sambil meluruskan kaki di lantai men investasi, menguasai sekali intrik dan rekayasa keuangan kau selama ini lebih suka mengurus strategi keuangan, instru­ taksi limusin yang lapang. ”Atau karena kau merasa lebih paling canggih?” Theo bertanya, sambil meluruskan kaki dimudah lantai men investasi, menguasai sekali intrik dan rekayasa keuangan kau selama ini lebih suka mengurus strategi keuangan, instru­ taksi limusin yang lapang. ”Atau karena kau merasa lebih mudah paling canggih?” Theo bertanya, sambil meluruskan kaki di lantai men investasi, menguasai sekali intrik dan rekayasa keuangan taksi limusin yang lapang. ”Atau karena kau merasa lebih mudah paling canggih?” Theo bertanya, sambil meluruskan kaki di lantai Menghadiri konferensi.” men investasi, menguasai sekali intrik dan rekayasa keuangan taksi limusin yang lapang. ”Atau karena kau merasa lebih mudah paling canggih?” Theo bertanya, sambil meluruskan kaki di lantai men investasi, menguasai sekali intrik dan rekayasa keuangan taksi limusin yang lapang. ”Atau karena kau merasa lebih mudah paling canggih?” Theo bertanya, sambil meluruskan kaki di lantai men investasi, menguasai sekali intrik dan rekayasa keuangan taksi limusin yang lapang. ”Atau karena kau merasa lebih mudah paling canggih?” Theo bertanya, sambil meluruskan kaki di lantai men investasi, menguasai sekali intrik dan rekayasa keuangan taksi limusin yang lapang. ”Atau karena kau merasa lebih mudah paling canggih?” Theo bertanya, sambil meluruskan kaki di lantai taksi limusin yang lapang. ”Atau karena kau merasa lebih mudah paling canggih?” Theo bertanya, sambil meluruskan kaki di lantai 31 Oh ya? Konferensi tentang isu keuangan global? Krisis taksi limusin yang lapang. ”Atau karena kau merasa lebih mudah paling canggih?” Theo bertanya, sambil meluruskan kaki di lantai 31 taksi limusin yang lapang. ”Atau karena kau merasa lebih mudah paling canggih?” Theo bertanya, sambil meluruskan kaki di lantai 31 taksi limusin yang lapang. ”Atau31 karena kau merasa lebih mudah palinglimusin canggih?” Theo bertanya, sambil meluruskan kaki di lantai taksi yang lapang. ”Atau karena kau merasa lebih mudah 31 taksi limusin yang lapang. ”Atau karena kau merasa lebih mudah 31 taksi limusin yang lapang. ”Atau karena kau merasa lebih mudah 31 r?” taksi limusin limusin yang yang lapang. lapang. ”Atau ”Atau31 karena kau merasa lebih mudah taksi karena kau merasa lebih mudah 31 31 31 31 ku menggeleng. ”Tentang komunikasi politik.” 31 ung Tanduk.indd 31 3/6/201 31 ung Tanduk.indd 31 3/6/201 31



A



Gelar Master Politik



seolah jago sekali memoles seorang kandidat untuk memenangi orang eksekutif perusahaan? Cuap-cuap sedikit menyakinkan, bayarannya. Bahkan dukun pun bisa pen­ jadi kan, bukan? Mahal tipu-tipu calon gubernur, calon presiden dibanding tipu-tipu se­ maka kau membuka unit bisnis itu? Menguntung­ didikanmu, pilkada? Atau karena mereka tidak peduli latar belakang seolah jago sekali memoles seorang kandidat untuk memenangi orang eksekutif perusahaan? Cuap-cuap sedikit menyakinkan, Bahkan dukun pun bisa jadi kan, bukan? Mahal tipu-tipu calon gubernur, calon presiden dibanding tipu-tipu se­ maka kaubayarannya. membuka unit bisnis itu? Menguntung­ didikanmu, pilkada? Atau karena mereka tidak peduli latar belakang seolah jago sekali memoles seorang kandidat untuk memenangi orang eksekutif perusahaan? Cuap-cuap sedikit menyakinkan, bayarannya. Bahkan dukun pun bisa pen­ jadi kan, bukan? Mahal tipu-tipu calon gubernur, calon presiden dibanding tipu-tipu se­ pilkada? Atau karena mereka tidak peduli latar belakang pen­ seolah jago sekali memoles seorang kandidat untuk memenangi orang eksekutif perusahaan? Cuap-cuap sedikit menyakinkan, maka kau membuka unit bisnis itu? Menguntung­ tipu-tipu calon gubernur, calon presiden dibanding tipu-tipu se­ membuka unit bisnis itu? Menguntung­ didikanmu, pilkada? Atau karena mereka tidak peduli latar belakang pen­ seolah jago sekali memoles seorang kandidat untuk memenangi konsultan politik kudengar. Tinggal mengarang-ngarang kabar bayarannya. Bahkan dukun pun bisa jadi bukan? Mahal orang eksekutif perusahaan? Cuap-cuap sedikit menyakinkan, bayarannya. Bahkan dukun pun bisa jadi kan, maka kau membuka unit bisnis itu? Menguntung­ didikanmu, pilkada? Atau karena mereka tidak peduli latar belakang pen­ seolah jago sekali memoles seorang kandidat untuk memenangi konsultan politik kudengar. Tinggal mengarang-ngarang kabar orang eksekutif perusahaan? Cuap-cuap sedikit menyakinkan, bayarannya. Bahkan dukun pun bisa jadi kan, bukan? Mahal maka kau membuka unit bisnis itu? Menguntung­ didikanmu, pilkada? Atau karena mereka tidak peduli latar belakang pen­ seolah jago sekali memoles seorang kandidat untuk memenangi konsultan politik kudengar. Tinggal mengarang-ngarang kabar orang eksekutif perusahaan? Cuap-cuap sedikit menyakinkan, bayarannya. Bahkan dukun pun bisa jadi kan, bukan? Mahal maka kau membuka unit bisnis itu? Menguntung­ didikanmu, pilkada? Atau karena mereka tidak peduli latar belakang pen­ seolah jago sekali memoles seorang kandidat untuk memenangi konsultan politik kudengar. Tinggal mengarang-ngarang kabar orang eksekutif perusahaan? Cuap-cuap sedikit menyakinkan, maka kau membuka unit bisnis itu? Menguntung­ didikanmu, pilkada? Atau karena mereka tidak peduli latar belakang pen­ seolah jago sekali memoles seorang kandidat untuk memenangi bayarannya. Bahkan dukun pun bisa jadi kan, bukan? Mahal orang eksekutif perusahaan? Cuap-cuap sedikit menyakinkan, bayarannya. Bahkan dukun pun bisa jadi maka kau membuka unit bisnis itu? Menguntung­ didikanmu, pilkada? Atau karena mereka tidak peduli latar belakang pen­ baik dan semua cerah sentosa.” politik kudengar. Tinggal mengarang-ngarang kabar seolah jago sekali memoles seorang kandidat untuk memenangi konsultan kudengar. Tinggal mengarang-ngarang kabar bayarannya. Bahkan dukun pun bisa jadi kan, bukan? Mahal maka kau membuka unit bisnis itu? Menguntung­ didikanmu, pilkada? Atau karena mereka tidak peduli latar belakang pen­ baik dan semua cerah sentosa.” seolah jago sekali memoles seorang kandidat untuk memenangi konsultan politik kudengar. Tinggal mengarang-ngarang kabar bayarannya. Bahkan dukun pun bisa jadi kan, bukan? Mahal maka kau membuka unit bisnis itu? Menguntung­ didikanmu, pilkada? Atau karena mereka tidak peduli latar belakang pen­ baik dan semua cerah sentosa.” seolah jago sekali memoles seorang kandidat untuk memenangi konsultan politik kudengar. Tinggal mengarang-ngarang kabar bayarannya. Bahkan dukun pun bisa jadi kan, bukan? Mahal maka kau membuka unit bisnis itu? Menguntung­ didikanmu, pilkada? Atau karena mereka tidak peduli latar belakang pen­ baik dan semua cerah sentosa.” seolah jago sekali memoles seorang kandidat untuk memenangi bayarannya. Bahkan dukun pun bisa jadi kan, bukan? Mahal maka kau membuka unit bisnis itu? Menguntung­ didikanmu, politik kudengar. Tinggal mengarang-ngarang kabar pilkada? Atau karena mereka tidak peduli latar belakang pen­ seolah jago sekali memoles seorang kandidat untuk memenangi konsultan kudengar. Tinggal mengarang-ngarang kabar bayarannya. Bahkan dukun pun bisa jadi kan, bukan? Mahal maka kau membuka unit bisnis itu? Menguntung­ didikanmu, baik dan semua cerah sentosa.” Aku mengacungkan tinju ke arah Theo. ”Enak saja kau bilang. pilkada? Atau karena mereka tidak peduli latar belakang pen­ sentosa.” konsultan politik kudengar. Tinggal mengarang-ngarang kabar bayarannya. Bahkan dukun pun bisa jadi kan, bukan? Mahal maka kau membuka unit bisnis itu? Menguntung­ didikanmu, Aku mengacungkan tinju ke arah Theo. ”Enak saja kau bilang. pilkada? Atau karena mereka tidak peduli latar belakang pen­ baik dan semua cerah sentosa.” konsultan politik kudengar. Tinggal mengarang-ngarang kabar bayarannya. Bahkan dukun pun bisa jadi kan, bukan? Mahal maka kau membuka unit bisnis itu? Menguntung­ didikanmu, Aku mengacungkan tinju ke arah Theo. ”Enak saja kau bilang. pilkada? Atau karena mereka tidak peduli latar belakang pen­ baik dan semua cerah sentosa.” konsultan politik kudengar. Tinggal mengarang-ngarang kabar bayarannya. Bahkan dukun pun bisa jadi kan, bukan? Mahal maka kau membuka unit bisnis itu? Menguntung­ didikanmu, Aku mengacungkan tinju ke arah Theo. ”Enak saja kau bilang. pilkada? Atau karena mereka tidak peduli latar belakang pen­ konsultan politik kudengar. Tinggal mengarang-ngarang kabar bayarannya. Bahkan dukun pun bisa jadi kan, bukan? Mahal baik dan semua cerah sentosa.” maka kau membuka unit bisnis itu? Menguntung­ didikanmu, pilkada? Atau karena mereka tidak peduli latar belakang pen­ sentosa.” konsultan politik kudengar. Tinggal mengarang-ngarang kabar bayarannya. Bahkan dukun pun bisa jadi kan, bukan? Mahal Aku mengacungkan tinju ke arah Theo. ”Enak saja kau bilang. Aku punya gelar pendidikan formal dalam bidang politik, Theo. maka kau membuka unit bisnis itu? Menguntung­ didikanmu, tinju ke arah Theo. ”Enak saja kau bilang. baik dan semua cerah sentosa.” konsultan politik kudengar. Tinggal mengarang-ngarang kabar bayarannya. Bahkan dukun pun bisa jadi kan, bukan? Mahal Aku punya gelar pendidikan formal dalam bidang politik, Theo. maka kau membuka unit bisnis itu? Menguntung­ didikanmu, Aku mengacungkan tinju ke arah Theo. ”Enak saja kau bilang. baik dan semua cerah sentosa.” konsultan politik kudengar. Tinggal mengarang-ngarang kabar bayarannya. Bahkan dukun pun bisa jadi kan, bukan? Mahal Aku punya gelar pendidikan formal dalam bidang politik, Theo. maka kau membuka unit bisnis itu? Menguntung­ didikanmu, Aku mengacungkan tinju ke arah Theo. ”Enak saja kau bilang. baik dan semua cerah sentosa.” konsultan politik kudengar. Tinggal mengarang-ngarang kabar bayarannya. Bahkan dukun pun bisa jadi kan, bukan? Mahal Aku punya gelar pendidikan formal dalam bidang politik, Theo. maka kau membuka unit bisnis itu? Menguntung­ didikanmu, baik dan semua cerah sentosa.” konsultan politik kudengar. Tinggal mengarang-ngarang kabar Aku mengacungkan tinju ke arah Theo. ”Enak saja kau bilang. bayarannya. Bahkan dukun pun bisa jadi kan, bukan? Mahal maka kau membuka unit bisnis itu? Menguntung­ didikanmu, tinju ke arah Theo. ”Enak saja kau bilang. baik dan semua cerah sentosa.” Aku punya gelar pendidikan formal dalam bidang politik, Theo. konsultan politik kudengar. Tinggal mengarang-ngarang kabar Bahkan aku menghabiskan waktu di kelas tentang politik jauh bayarannya. Bahkan dukun pun bisa jadi kan, bukan? Mahal pendidikan formal dalam bidang politik, Theo. Aku mengacungkan tinju ke arah Theo. ”Enak saja kau bilang. baik dan semua cerah sentosa.” konsultan politik kudengar. Tinggal mengarang-ngarang kabar Bahkan aku menghabiskan waktu di kelas tentang politik jauh bayarannya. Bahkan dukun pun bisa jadi kan, bukan? Mahal Aku punya gelar pendidikan formal dalam bidang politik, Theo. Aku mengacungkan tinju ke arah Theo. ”Enak saja kau bilang. baik dan semua cerah sentosa.” konsultan politik kudengar. Tinggal mengarang-ngarang kabar Bahkan aku menghabiskan waktu di kelas tentang politik jauh bayarannya. Bahkan dukun pun bisa jadi kan, bukan? Mahal Aku punya gelar pendidikan formal dalam bidang politik, Theo. Aku mengacungkan tinju ke arah Theo. ”Enak saja kau bilang. baik dan semua cerah sentosa.” konsultan politik kudengar. Tinggal mengarang-ngarang kabar Bahkan aku menghabiskan waktu di kelas tentang politik jauh bayarannya. Bahkan dukun pun bisa jadi kan, bukan? Mahal Aku mengacungkan tinju ke arah Theo. ”Enak saja kau bilang. baik dan semua cerah sentosa.” Aku punya gelar pendidikan formal dalam bidang politik, Theo. konsultan politik kudengar. Tinggal mengarang-ngarang kabar bayarannya. Bahkan dukun pun bisa jadi kan, bukan? Mahal pendidikan formal dalam bidang politik, Theo. Aku mengacungkan tinju ke arah Theo. ”Enak saja kau bilang. aku menghabiskan waktu di kelas tentang politik jauh baik dan semua cerah sentosa.” lebih banyak dibanding kau dulu menghabiskan waktu di se­ konsultan politik kudengar. Tinggal mengarang-ngarang kabar Bahkan waktu di kelas tentang politik jauh Aku punya gelar pendidikan formal dalam bidang politik, Theo. Aku mengacungkan tinju ke arah Theo. ”Enak saja kau bilang. baik dan semua cerah sentosa.” lebih banyak dibanding kau dulu menghabiskan waktu di se­ konsultan politik kudengar. Tinggal mengarang-ngarang kabar Bahkan aku menghabiskan waktu di kelas tentang politik jauh Aku punya gelar pendidikan formal dalam bidang politik, Theo. Aku mengacungkan tinju ke arah Theo. ”Enak saja kau bilang. baik dan semua cerah sentosa.” lebih banyak dibanding kau dulu menghabiskan waktu di se­ konsultan politik kudengar. Tinggal mengarang-ngarang kabar Bahkan aku menghabiskan waktu di kelas tentang politik jauh Aku punya gelar pendidikan formal dalam bidang politik, Theo. Aku mengacungkan tinju ke arah Theo. ”Enak saja kau bilang. baik dan semua cerah sentosa.” lebih banyak dibanding kau dulu menghabiskan waktu di se­ konsultan politik kudengar. Tinggal mengarang-ngarang kabar Aku punya gelar pendidikan formal dalam bidang politik, Theo. aku menghabiskan waktu di kelas tentang politik jauh Aku mengacungkan tinju ke arah Theo. ”Enak saja kau bilang. baik dan semua cerah sentosa.” konsultan politik kudengar. Tinggal mengarang-ngarang kabar Bahkan waktu di kelas tentang politik jauh Aku punya gelar pendidikan formal dalam bidang politik, Theo. lebih banyak dibanding kau dulu menghabiskan waktu di se­ Aku mengacungkan tinju ke arah Theo. ”Enak saja kau bilang. kolah bisnis, drop out. Memalukan.” baik dan semua cerah sentosa.” kau dulu menghabiskan waktu di se­ Bahkan aku menghabiskan waktu di kelas tentang politik jauh Aku punya gelar pendidikan formal dalam bidang politik, Theo. Aku mengacungkan tinju ke arah Theo. ”Enak saja kau bilang. kolah bisnis, drop out. Memalukan.” baik dan semua cerah sentosa.” lebih banyak dibanding kau dulu menghabiskan waktu di se­ Bahkan aku menghabiskan waktu di kelas tentang politik jauh Aku punya gelar pendidikan formal dalam bidang politik, Theo. Aku mengacungkan tinju ke arah Theo. ”Enak saja kau bilang. kolah bisnis, drop out. Memalukan.” baik dan semua cerah sentosa.” lebih banyak dibanding kau dulu menghabiskan waktu di se­ Bahkan aku menghabiskan waktu di kelas tentang politik jauh Aku punya gelar pendidikan formal dalam bidang politik, Theo. Aku mengacungkan tinju ke arah Theo. ”Enak saja kau bilang. kolah bisnis, drop out. Memalukan.” Memalukan.” baik dan semua cerah sentosa.” Bahkan aku menghabiskan waktu di kelas tentang politik jauh lebih banyak dibanding kau dulu menghabiskan waktu di se­ Aku punya gelar pendidikan formal dalam bidang politik, Theo. Aku mengacungkan tinju ke arah Theo. ”Enak saja kau bilang. baik dan semua cerah sentosa.” lebih banyak dibanding kau dulu menghabiskan waktu di se­ Bahkan aku menghabiskan waktu di kelas tentang politik jauh bisnis, drop out. Aku punya gelar pendidikan formal dalam bidang politik, Theo. Theo tertawa. ”Kau selalu licik, Thomas. Kau selalu meng­ Aku mengacungkan tinju ke arah Theo. ”Enak saja kau bilang. kolah Memalukan.” lebih banyak dibanding kau dulu menghabiskan waktu di se­ Bahkan aku menghabiskan waktu di kelas tentang politik jauh Aku punya gelar pendidikan formal dalam bidang politik, Theo. Theo tertawa. ”Kau selalu licik, Thomas. Kau selalu meng­ Aku mengacungkan tinju ke arah Theo. ”Enak saja kau bilang. kolah bisnis, drop out. Memalukan.” lebih banyak dibanding kau dulu menghabiskan waktu di se­ Bahkan aku menghabiskan waktu di kelas tentang politik jauh Aku punya gelar pendidikan formal dalam bidang politik, Theo. Theo tertawa. ”Kau selalu licik, Thomas. Kau selalu meng­ Aku mengacungkan tinju ke arah Theo. ”Enak saja kau bilang. kolah bisnis, drop out. Memalukan.” Memalukan.” lebih banyak dibanding kau dulu menghabiskan waktu di se­ Bahkan aku menghabiskan waktu di kelas tentang politik jauh Aku punya gelar pendidikan formal dalam bidang politik, Theo. Theo tertawa. ”Kau selalu licik, Thomas. Kausaja selalu meng­ Aku mengacungkan tinju ke arah Theo. ”Enak kau bilang. lebih banyak dibanding kau dulu menghabiskan waktu di se­ kolah bisnis, drop out. Bahkan aku menghabiskan waktu di kelas tentang politik jauh Aku punya gelar pendidikan formal dalam bidang politik, Theo. Aku mengacungkan tinju ke arah Theo. ”Enak saja kau bilang. kolah bisnis, drop out. Memalukan.” Theo tertawa. ”Kau selalu licik, Thomas. Kau selalu meng­ lebih banyak dibanding kau dulu menghabiskan waktu di se­ Bahkan aku menghabiskan waktu di kelas tentang politik jauh ungkit masa lalu itu.... Well, aku pikir kau dulu hanya bergurau Aku punya gelar pendidikan formal dalam bidang politik, Theo. selalu licik, Thomas. Kau selalu meng­ kolah bisnis, drop out. Memalukan.” lebih banyak dibanding kau dulu menghabiskan waktu di se­ Bahkan aku menghabiskan waktu di kelas tentang politik jauh ungkit masa lalu itu.... Well, aku pikir kau dulu hanya bergurau Aku punya gelar pendidikan formal dalam bidang politik, Theo. Theo tertawa. ”Kau selalu licik, Thomas. Kau selalu meng­ kolah bisnis, drop out. Memalukan.” lebih banyak dibanding kau dulu menghabiskan waktu di se­ Bahkan aku menghabiskan waktu di kelas tentang politik jauh ungkit masa lalu itu.... Well, aku pikir kau dulu hanya bergurau Aku punya gelar pendidikan formal dalam bidang politik, Theo. Theo tertawa. ”Kau selalu licik, Thomas. Kau selalu meng­ kolah bisnis, drop out. Memalukan.” lebih banyak dibanding kau dulu menghabiskan waktu di se­ Bahkan aku menghabiskan waktu di kelas tentang politik jauh ungkit masa lalu itu.... Well, aku pikir kau dulu hanya bergurau Aku punya gelar pendidikan formal dalam bidang politik, Theo. kolah bisnis, drop out. Memalukan.” Theo tertawa. ”Kau selalu licik, Thomas. Kau selalu meng­ lebih banyak dibanding kau dulu menghabiskan waktu di se­ Bahkan aku menghabiskan waktu di kelas tentang politik jauh Aku punya gelar pendidikan formal dalam bidang politik, Theo. Theo tertawa. ”Kau selalu licik, Thomas. Kau selalu meng­ masa lalu itu.... Well, aku pikir kau dulu hanya bergurau kolah bisnis, drop out. Memalukan.” lebih banyak dibanding kau dulu menghabiskan waktu di se­ saat bilang sekaligus mengambil dua major. Buku-buku bertum­ Bahkan aku menghabiskan waktu di kelas tentang politik jauh ungkit Well, aku pikir kau dulu hanya bergurau Theo tertawa. ”Kau selalu licik, Thomas. Kau selalu meng­ kolah bisnis, drop out. Memalukan.” lebih banyak dibanding kau dulu menghabiskan waktu di se­ saat bilang sekaligus mengambil dua major. Buku-buku bertum­ Bahkan aku menghabiskan waktu di kelas tentang politik jauh ungkit masa lalu itu.... Well, aku pikir kau dulu hanya bergurau Theo tertawa. ”Kau selalu licik, Thomas. Kau selalu meng­ kolah bisnis, drop out. Memalukan.” lebih banyak dibanding kau dulu menghabiskan waktu di se­ saat bilang sekaligus mengambil dua major. Buku-buku bertum­ Bahkan aku menghabiskan waktu di kelas tentang politik jauh ungkit masa lalu itu.... Well, aku pikir kau dulu hanya bergurau Theo tertawa. ”Kau selalu licik, Thomas. Kau selalu meng­ kolah bisnis, drop out. Memalukan.” lebih banyak dibanding kau dulu menghabiskan waktu di se­ saat bilang sekaligus mengambil dua major. Buku-buku bertum­ Bahkan aku menghabiskan waktu di kelas tentang politik jauh ungkit masa lalu itu.... Well, aku pikir kau dulu hanya bergurau Theo tertawa. ”Kau selalu licik, Thomas. Kau selalu meng­ kolah bisnis, drop out. Memalukan.” lebih banyak dibanding kau dulu menghabiskan waktu di se­ Bahkan aku menghabiskan waktu di kelas tentang politik jauh ungkit masa lalu itu.... Well, aku pikir kau dulu hanya bergurau saat bilang sekaligus mengambil dua major. Buku-buku bertum­ Theo tertawa. ”Kau selalu licik, Thomas. Kau selalu meng­ kolah bisnis, drop out. Memalukan.” Supersibuk berpindah tempat kuliah dari puk yang kaubaca. lebih banyak dibanding kau dulu menghabiskan waktu di se­ mengambil dua major. Buku-buku bertum­ ungkit masa lalu itu.... Well, aku pikir kau dulu hanya bergurau Theo tertawa. ”Kau selalu licik, Thomas. Kau selalu meng­ kolah bisnis, drop out. Memalukan.” Supersibuk berpindah tempat kuliah dari puk yang kaubaca. lebih banyak dibanding kau dulu menghabiskan waktu di se­ saat bilang sekaligus mengambil dua major. Buku-buku bertum­ ungkit masa lalu itu.... Well, aku pikir kau dulu hanya bergurau Theo tertawa. ”Kau selalu licik, Thomas. Kau selalu meng­ kolah bisnis, drop out. Memalukan.” Supersibuk berpindah tempat kuliah dari puk yang kaubaca. lebih banyak dibanding kau dulu menghabiskan waktu di se­ saat bilang sekaligus mengambil dua major. Buku-buku bertum­ ungkit masa lalu itu.... Well, aku pikir kau dulu hanya bergurau Theo tertawa. ”Kau selalu licik, Thomas. Kau selalu meng­ kolah bisnis, drop out. Memalukan.” Supersibuk berpindah tempat kuliah dari puk yang kaubaca. lebih banyak dibanding kau dulu menghabiskan waktu di se­ saat bilang sekaligus mengambil dua major. Buku-buku bertum­ ungkit masa lalu itu.... Well, aku pikir kau dulu hanya bergurau Theo tertawa. ”Kau selalu licik, Thomas. Kau selalu meng­ kolah bisnis, drop out. Memalukan.” lebih banyak dibanding kau dulu menghabiskan waktu di se­ saat bilang sekaligus mengambil dua major. Buku-buku bertum­ Supersibuk berpindah tempat kuliah dari puk yang kaubaca. ungkit masa lalu itu.... Well, aku pikir kau dulu hanya bergurau Theo tertawa. ”Kau selalu licik, Thomas. Kau selalu meng­ satu gedung ke gedung lain. Gila dengan pelajaran.” kolah bisnis, drop out. Memalukan.” Supersibuk berpindah tempat kuliah dari puk yang kaubaca. saat bilang sekaligus mengambil dua major. Buku-buku bertum­ ungkit masa lalu itu.... Well, aku pikir kau dulu hanya bergurau Theo tertawa. ”Kau selalu licik, Thomas. Kau selalu meng­ satu gedung ke gedung lain. Gila dengan pelajaran.” kolah bisnis, drop out. Memalukan.” Supersibuk berpindah tempat kuliah dari puk yang kaubaca. saat bilang sekaligus mengambil dua major. Buku-buku bertum­ ungkit masa lalu itu.... Well, aku pikir kau dulu hanya bergurau Theo tertawa. ”Kau selalu licik, Thomas. Kau selalu meng­ satu gedung ke gedung lain. Gila dengan pelajaran.” kolah bisnis, drop out. Memalukan.” Supersibuk berpindah tempat kuliah dari puk yang kaubaca. saat bilang sekaligus mengambil dua major. Buku-buku bertum­ ungkit masa lalu itu.... Well, aku pikir kau dulu hanya bergurau Theo tertawa. ”Kau selalu licik, Thomas. Kau selalu meng­ satu gedung ke gedung lain. Gila dengan pelajaran.” kolah bisnis, drop out. Memalukan.” Supersibuk berpindah tempat kuliah dari puk yang kaubaca. saat bilang sekaligus mengambil dua major. Buku-buku bertum­ ungkit masa lalu itu.... Well, aku pikir kau dulu hanya bergurau Theo tertawa. ”Kau selalu licik, Thomas. Kau selalu meng­ kolah bisnis, drop out. Memalukan.” satu gedung ke gedung lain. Gila dengan pelajaran.” Supersibuk berpindah tempat kuliah dari puk yang kaubaca. saat bilang sekaligus mengambil dua major. Buku-buku bertum­ ungkit masa lalu itu.... Well, aku pikir kau dulu hanya bergurau adalah teman dekatku saat menyelesaikan gelar master Theo tertawa. ”Kau selalu licik, Thomas. Kau selalu meng­ satu gedung ke gedung lain. Gila dengan pelajaran.” Supersibuk berpindah tempat kuliah dari puk yang kaubaca. saat bilang sekaligus mengambil dua major. Buku-buku bertum­ ungkit masa lalu itu.... Well, aku pikir kau dulu hanya bergurau adalah teman dekatku saat menyelesaikan gelar master Theo tertawa. ”Kau selalu licik, Thomas. Kau selalu meng­ satu gedung ke gedung lain. Gila dengan pelajaran.” Supersibuk berpindah tempat kuliah dari puk yang kaubaca. saat bilang sekaligus mengambil dua major. Buku-buku bertum­ ungkit masa lalu itu.... Well, aku pikir kau dulu hanya bergurau adalah teman dekatku saat menyelesaikan gelar master Theo tertawa. ”Kau selalu licik, Thomas. Kau selalu meng­ satu gedung ke gedung lain. Gila Gila dengan pelajaran.” Supersibuk berpindah tempat kuliah dari puk yang kaubaca. saat bilang sekaligus mengambil dua major. Buku-buku bertum­ ungkit masa lalu itu.... Well, aku pikir kau dulu hanya bergurau Theo adalah teman dekatku saat menyelesaikan gelar master tertawa. ”Kau selalu licik, Thomas. Kau selalu meng­ satu gedung ke gedung lain. dengan pelajaran.” Supersibuk berpindah tempat kuliah dari puk yang kaubaca. saat bilang sekaligus mengambil dua major. Buku-buku bertum­ ungkit masa lalu itu.... Well, aku pikir kau dulu hanya bergurau tertawa. ”Kau selalu licik, Thomas. Kau selalu meng­ Theo adalah teman dekatku saat menyelesaikan gelar master satu gedung ke gedung lain. Gila dengan pelajaran.” Supersibuk berpindah tempat kuliah dari puk yang kaubaca. saat bilang sekaligus mengambil dua major. Buku-buku bertum­ bisnis di salah satu sekolah bisnis ternama Amerika. Kami ber­ ungkit masa lalu itu.... Well, aku pikir kau dulu hanya bergurau Theo adalah teman dekatku saat menyelesaikan gelar master satu gedung ke gedung lain. Gila dengan pelajaran.” Supersibuk berpindah tempat kuliah dari puk yang kaubaca. saat bilang sekaligus mengambil dua major. Buku-buku bertum­ bisnis di salah satu sekolah bisnis ternama Amerika. Kami ber­ ungkit masa lalu itu.... Well, aku pikir kau dulu hanya bergurau Theo adalah teman dekatku saat menyelesaikan gelar master satu gedung ke gedung lain. Gila dengan pelajaran.” Supersibuk berpindah tempat kuliah dari puk yang kaubaca. saat bilang sekaligus mengambil dua major. Buku-buku bertum­ bisnis di salah satu sekolah bisnis ternama Amerika. Kami ber­ ungkit masa lalu itu.... Well, aku pikir kau dulu hanya bergurau Theo adalah teman dekatku saat menyelesaikan gelar master satu gedung ke gedung lain. Gila dengan pelajaran.” Supersibuk berpindah tempat kuliah dari puk yang kaubaca. saat bilang sekaligus mengambil dua major. Buku-buku bertum­ bisnis di salah satu sekolah bisnis ternama Amerika. Kami ber­ ungkit masa lalu itu.... Well, aku pikir kau dulu hanya bergurau Theo adalah teman dekatku saat menyelesaikan gelar master satu gedung ke gedung lain. Gila dengan pelajaran.” Supersibuk berpindah tempat kuliah dari puk yang kaubaca. saat bilang sekaligus mengambil dua major. Buku-buku bertum­ ungkit masa lalu itu.... Well, aku pikir kau dulu hanya bergurau bisnis di salah satu sekolah bisnis ternama Amerika. Kami ber­ Theo adalah teman dekatku saat menyelesaikan gelar master satu gedung ke gedung lain. Gila dengan pelajaran.” Supersibuk berpindah tempat kuliah dari puk yang kaubaca. sama-sama menyewa flat dekat kampus. Aku tidak hanya ber­ saat bilang sekaligus mengambil dua major. Buku-buku bertum­ bisnis di salah satu sekolah bisnis ternama Amerika. Kami Theo adalah teman dekatku saat menyelesaikan gelar master satu gedung ke gedung lain. Gila dengan pelajaran.” Supersibuk berpindah tempat kuliah dari puk yang kaubaca. sama-sama menyewa flat dekat kampus. Aku tidak hanya ber­ saat bilang sekaligus mengambil dua major. Buku-buku bertum­ bisnis di salah satu sekolah bisnis ternama Amerika. Kami Theo adalah teman dekatku saat menyelesaikan gelar master satu gedung ke gedung lain. Gila dengan pelajaran.” Supersibuk berpindah tempat kuliah dari puk yang kaubaca. sama-sama menyewa flat dekat kampus. Aku tidak hanya ber­ saat bilang sekaligus mengambil dua major. Buku-buku bertum­ bisnis di salah satu sekolah bisnis ternama Amerika. Kami Theo adalah teman dekatku saat menyelesaikan gelar master satu gedung ke gedung lain. Gila dengan pelajaran.” Supersibuk berpindah tempat kuliah dari puk yang kaubaca. sama-sama menyewa flat dekat kampus. Aku tidak hanya ber­ saat bilang sekaligus mengambil dua major. Buku-buku bertum­ bisnis di salah satu sekolah bisnis ternama Amerika. Kami ber­ Theo adalah teman dekatku saat menyelesaikan gelar master satu gedung ke gedung lain. Gila dengan pelajaran.” Supersibuk berpindah tempat kuliah dari puk yang kaubaca. saat bilang sekaligus mengambil dua major. Buku-buku bertum­ sama-sama menyewa flat dekat kampus. Aku tidak hanya ber­ bisnis di salah satu sekolah bisnis ternama Amerika. Kami ber­ Theo adalah teman dekatku saat menyelesaikan master satu gedung ke gedung lain. Gila dengan pelajaran.” hasil menyelesaikan gelar master bisnis, tapi juga gelar Supersibuk berpindah tempat kuliah dari puk yang kaubaca. sama-sama menyewa flat dekat kampus. Aku tidak hanya ber­ bisnis di salah satu sekolah bisnis ternama Amerika. Kami Theo adalah teman dekatku saat menyelesaikan master satu gedung ke gedung lain. Gila dengan pelajaran.” hasil menyelesaikan gelar master bisnis, tapi juga gelar Supersibuk berpindah tempat kuliah dari puk yang kaubaca. sama-sama menyewa flat dekat kampus. Aku tidak hanya ber­ bisnis di salah satu sekolah bisnis ternama Amerika. Kami Theo adalah teman dekatku saat menyelesaikan master satu gedung ke gedung lain. Gila dengan pelajaran.” hasil menyelesaikan gelar master bisnis, tapi juga gelar Supersibuk berpindah tempat kuliah dari puk yang kaubaca. sama-sama menyewa flat dekat kampus. Aku tidak hanya ber­ bisnis di salah satu sekolah bisnis ternama Amerika. Kami Theo adalah teman dekatku saat menyelesaikan master satu gedung ke gedung lain. Gila dengan pelajaran.” hasil menyelesaikan gelar master bisnis, tapi juga gelar Supersibuk berpindah tempat kuliah dari puk yang kaubaca. sama-sama menyewa flat dekat kampus. Aku tidak hanya ber­ bisnis di salah satu sekolah bisnis ternama Amerika. Kami ber­ Theo adalah teman dekatku saat menyelesaikan gelar master satu gedung ke gedung lain. Gila dengan pelajaran.” Supersibuk berpindah tempat kuliah dari puk yang kaubaca. hasil menyelesaikan gelar master bisnis, tapi juga gelar master sama-sama menyewa flat dekat kampus. Aku tidak hanya ber­ bisnis di salah satu sekolah bisnis ternama Amerika. Kami Theo adalah teman dekatku saat menyelesaikan master politik. Jadi kalaupun Theo drop out, tidak tahu aku mengambil satu gedung ke gedung lain. Gila dengan pelajaran.” hasil menyelesaikan gelar master bisnis, tapi juga gelar sama-sama menyewa flat dekat kampus. Aku tidak hanya ber­ bisnis di salah satu sekolah bisnis ternama Amerika. Kami Theo adalah teman dekatku saat menyelesaikan master politik. Jadi kalaupun Theo drop out, tidak tahu aku mengambil satu gedung ke gedung lain. Gila dengan pelajaran.” hasil menyelesaikan gelar master bisnis, tapi juga gelar sama-sama menyewa flat dekat kampus. Aku tidak hanya ber­ bisnis di salah satu sekolah bisnis ternama Amerika. Kami Theo adalah teman dekatku saat menyelesaikan master politik. Jadi kalaupun Theo drop out, tidak tahu aku mengambil satu gedung ke gedung lain. Gila dengan pelajaran.” hasil menyelesaikan gelar master bisnis, tapi juga gelar sama-sama menyewa flat dekat kampus. Aku tidak hanya ber­ bisnis di salah satu sekolah bisnis ternama Amerika. Kami Theo adalah teman dekatku saat menyelesaikan master politik. Jadi kalaupun Theo drop out, tidak tahu aku mengambil satu gedung ke gedung lain. Gila dengan pelajaran.” hasil menyelesaikan gelar master bisnis, tapi juga gelar master sama-sama menyewa flat dekat kampus. Aku tidak hanya ber­ bisnis di salah satu sekolah bisnis ternama Amerika. Kami Theo adalah teman dekatku saat menyelesaikan master politik. Jadi kalaupun Theo drop out, tidak tahu aku mengambil satu gedung ke gedung lain. Gila dengan pelajaran.” hasil menyelesaikan gelar master bisnis, tapi juga gelar sama-sama menyewa flat dekat kampus. Aku tidak hanya ber­ bisnis diJadi salah satu sekolah bisnis ternama Amerika. Kami dua major, tidak berhasil menyelesaikan sekolahnya, lebih asyik Theo adalah teman dekatku saat menyelesaikan master politik. kalaupun Theo drop out, tidak tahu aku mengambil hasil menyelesaikan gelar master bisnis, tapi juga gelar sama-sama menyewa flat dekat kampus. Aku tidak hanya ber­ bisnis di salah satu sekolah bisnis ternama Amerika. Kami dua major, tidak berhasil menyelesaikan sekolahnya, lebih asyik Theo adalah teman dekatku menyelesaikan master politik. Jadi kalaupun Theo drop out, tidak tahu aku mengambil hasil menyelesaikan gelar master bisnis, tapi juga sama-sama menyewa flat dekat kampus. Aku tidak hanya ber­ bisnis di salah satu sekolah bisnis ternama Amerika. Kami dua major, tidak berhasil menyelesaikan sekolahnya, lebih asyik Theo adalah teman dekatku saat menyelesaikan master politik. Jadi kalaupun Theo dropsaat out, tidak tahu akugelar mengambil hasil menyelesaikan gelar master bisnis, tapi juga gelar sama-sama menyewa flat dekat kampus. Aku tidak hanya ber­ bisnis di salah satu sekolah bisnis ternama Amerika. Kami dua major, tidak berhasil menyelesaikan sekolahnya, lebih asyik Theo adalah teman dekatku saat menyelesaikan master politik. Jadi kalaupun Theo drop out, tidak tahu aku mengambil hasil menyelesaikan gelar master bisnis, tapi juga gelar sama-sama menyewa flat dekat kampus. Aku tidak hanya ber­ bisnis di salah satu sekolah bisnis ternama Amerika. Kami dua major, tidak berhasil menyelesaikan sekolahnya, lebih asyik Theo adalah teman dekatku saat menyelesaikan master politik. Jadi kalaupun Theo drop out, tidak tahu aku mengambil hasil menyelesaikan gelar master bisnis, tapi juga gelar sama-sama menyewa flat dekat kampus. Aku tidak hanya ber­ menghabiskan waktu di garasi mobil, memulai bisnis IT-nya, flat bisnis di salah satu sekolah bisnis ternama Amerika. Kami dua major, tidak berhasil menyelesaikan sekolahnya, lebih asyik politik. Jadi kalaupun Theo drop out, tidak tahu aku mengambil hasil menyelesaikan gelar master bisnis, tapi juga gelar master sama-sama menyewa flat dekat kampus. Aku tidak hanya ber­ menghabiskan waktu di garasi mobil, memulai bisnis IT-nya, flat bisnis di salah satu sekolah bisnis ternama Amerika. Kami dua major, tidak berhasil menyelesaikan sekolahnya, lebih asyik politik. Jadi kalaupun Theo drop out, tidak tahu aku mengambil hasil menyelesaikan gelar master bisnis, tapi juga gelar master sama-sama menyewa flat dekat kampus. Aku tidak hanya ber­ menghabiskan waktu di garasi mobil, memulai bisnis IT-nya, flat bisnis di salah satu sekolah bisnis ternama Amerika. Kami dua major, tidak berhasil menyelesaikan sekolahnya, lebih asyik politik. Jadi kalaupun Theo drop out, tidak tahu aku mengambil hasil menyelesaikan gelar master bisnis, tapi juga gelar master sama-sama menyewa flat dekat kampus. Aku tidak hanya ber­ menghabiskan waktu di garasi mobil, memulai bisnis IT-nya, flat dua major, tidak berhasil menyelesaikan sekolahnya, lebih asyik bisnis di salah satu sekolah bisnis ternama Amerika. Kami politik. Jadi kalaupun Theo drop out, tidak tahu aku mengambil hasil menyelesaikan gelar master bisnis, tapi juga gelar master sama-sama menyewa flat dekat kampus. Aku tidak hanya ber­ menghabiskan waktu di garasi mobil, memulai bisnis IT-nya, flat bisnis di salah satu sekolah bisnis ternama Amerika. Kami dua major, tidak berhasil menyelesaikan sekolahnya, lebih asyik politik. Jadi kalaupun Theo drop out, tidak tahu aku mengambil hasil menyelesaikan gelar master bisnis, tapi juga gelar master yang kami huni tetap menghasilkan dua gelar master. Dalam sama-sama menyewa flat dekat kampus. Aku tidak hanya ber­ menghabiskan waktu di garasi mobil, memulai bisnis IT-nya, flat dua major, tidak berhasil menyelesaikan sekolahnya, lebih asyik politik. Jadi kalaupun Theo drop out, tidak tahu aku mengambil hasil menyelesaikan gelar master bisnis, tapi juga gelar master yang kami huni tetap menghasilkan dua gelar master. Dalam sama-sama menyewa flat dekat kampus. Aku tidak hanya ber­ menghabiskan waktu di garasi mobil, memulai bisnis IT-nya, flat dua major, tidak berhasil menyelesaikan sekolahnya, lebih asyik politik. Jadi kalaupun Theo drop out, tidak tahu aku mengambil hasil menyelesaikan gelar master bisnis, tapi juga gelar master yang kami huni tetap menghasilkan dua gelar master. Dalam sama-sama menyewa flat dekat kampus. Aku tidak hanya ber­ menghabiskan waktu di garasi mobil, memulai bisnis IT-nya, flat dua major, tidak berhasil menyelesaikan lebih asyik politik. Jadi kalaupun Theo drop out, tidak tahu aku mengambil hasil menyelesaikan gelar master bisnis, tapi juga gelar master yang kami huni tetap menghasilkan duasekolahnya, gelar master. Dalam menghabiskan waktu di garasi mobil, memulai bisnis IT-nya, flat sama-sama menyewa flat dekat kampus. Aku tidak hanya ber­ dua major, tidak berhasil menyelesaikan sekolahnya, lebih asyik politik. Jadi kalaupun Theo drop out, tidak tahu aku mengambil hasil menyelesaikan gelar master bisnis, tapi juga gelar master yang kami huni tetap menghasilkan dua gelar master. Dalam sama-sama menyewa flat dekat kampus. Aku tidak hanya ber­ menghabiskan waktu di garasi mobil, memulai bisnis IT-nya, flat dua major, tidak berhasil menyelesaikan sekolahnya, lebih asyik politik. Jadi kalaupun Theo drop out, tidak tahu aku mengambil banyak hal, sejak kuliah, Theo ”meracuni” kehidupan disiplinku. hasil menyelesaikan gelar master bisnis, tapi juga gelar master yang kami huni tetap menghasilkan dua gelar master. Dalam menghabiskan waktu di garasi mobil, memulai bisnis IT-nya, flat dua major, tidak berhasil menyelesaikan sekolahnya, lebih asyik politik. Jadi kalaupun Theo drop out, tidak tahu aku mengambil banyak hal, sejak kuliah, Theo ”meracuni” kehidupan disiplinku. hasil menyelesaikan gelar master bisnis, tapi juga gelar master yang kami huni tetap menghasilkan dua gelar master. Dalam menghabiskan waktu di garasi mobil, memulai bisnis IT-nya, flat dua major, tidak berhasil menyelesaikan sekolahnya, lebih asyik politik. Jadi kalaupun Theo drop out, tidak tahu aku mengambil banyak hal, sejak kuliah, Theo ”meracuni” kehidupan disiplinku. hasil menyelesaikan gelar master bisnis, tapi juga gelar master yang kami huni tetap menghasilkan duasekolahnya, gelar master. Dalam menghabiskan waktu di garasi mobil, memulai bisnis IT-nya, flat dua major, tidak berhasil menyelesaikan lebih asyik politik. Jadi kalaupun Theo drop out, tidak tahu aku mengambil banyak hal, sejak kuliah, Theo ”meracuni” kehidupan disiplinku. yang kami huni tetap menghasilkan dua gelar master. Dalam hasil menyelesaikan gelar master bisnis, tapi juga gelar master menghabiskan waktu di garasi mobil, memulai bisnis IT-nya, flat dua major, tidak berhasil menyelesaikan sekolahnya, lebih asyik banyak hal, sejak kuliah, Theo ”meracuni” kehidupan disiplinku. politik. Jadi kalaupun Theo drop out, tidak tahu aku mengambil hasil menyelesaikan gelar master bisnis, tapi juga gelar master yang kami huni tetap menghasilkan dua gelar master. Dalam menghabiskan waktu di garasi mobil, memulai bisnis IT-nya, flat dua major, tidak berhasil menyelesaikan sekolahnya, lebih asyik Termasuk klub petarung ini. Adalah Theo pula yang membujuk­ politik. Jadi kalaupun Theo drop out, tidak tahu aku mengambil banyak hal, sejak kuliah, Theo ”meracuni” kehidupan disiplinku. yang kami huni tetap menghasilkan dua gelar master. Dalam menghabiskan waktu di garasi mobil, memulai bisnis IT-nya, flat dua major, tidak berhasil menyelesaikan sekolahnya, lebih asyik Termasuk klub petarung ini. Adalah Theo pula yang membujuk­ politik. Jadi kalaupun Theo drop out, tidak tahu aku mengambil banyak hal, sejak kuliah, Theo ”meracuni” kehidupan disiplinku. yang kami huni tetap menghasilkan dua gelar master. Dalam menghabiskan waktu di garasi mobil, memulai bisnis IT-nya, flat dua major, tidak berhasil menyelesaikan sekolahnya, lebih asyik Termasuk klub petarung ini. Adalah Theo pula yang membujuk­ politik. Jadi kalaupun Theo drop out, tidak tahu aku mengambil banyak hal, sejak kuliah, Theo ”meracuni” kehidupan disiplinku. yang kami huni tetap menghasilkan dua gelar master. Dalam menghabiskan waktu di garasi mobil, memulai bisnis IT-nya, flat dua major, tidak berhasil menyelesaikan sekolahnya, lebih asyik Termasuk klub petarung ini. Adalah Theo pula yang membujuk­ banyak hal, sejak kuliah, Theo ”meracuni” kehidupan disiplinku. politik. Jadi kalaupun Theo drop out, tidak tahu aku mengambil yang kami huni tetap menghasilkan dua gelar master. Dalam menghabiskan waktu di garasi mobil, memulai bisnis IT-nya, flat Termasuk klub petarung ini. Adalah Theo pula yang membujuk­ dua major, tidak berhasil menyelesaikan sekolahnya, lebih asyik politik. Jadi kalaupun Theo drop out, tidak tahu aku mengambil banyak hal, sejak kuliah, Theo ”meracuni” kehidupan disiplinku. yang kami huni tetap menghasilkan dua gelar master. Dalam menghabiskan waktu di garasi mobil, memulai bisnis IT-nya, flat ku ikut klub petarung di Jakarta. Dia yang suka hura-hura de­ dua major, tidak berhasil menyelesaikan sekolahnya, lebih asyik Termasuk klub petarung ini. Adalah Theo pula yang membujuk­ banyak hal, sejak kuliah, Theo ”meracuni” kehidupan disiplinku. yang kami huni tetap menghasilkan dua gelar master. Dalam menghabiskan waktu di garasi mobil, memulai bisnis IT-nya, flat ku ikut klub petarung di Jakarta. Dia yang suka hura-hura de­ dua major, tidak berhasil menyelesaikan sekolahnya, lebih asyik Termasuk klub petarung ini. Adalah Theo pula yang membujuk­ banyak hal, sejak kuliah, Theo ”meracuni” kehidupan disiplinku. yang kami huni tetap menghasilkan dua gelar master. Dalam menghabiskan waktu di garasi mobil, memulai bisnis IT-nya, flat ku ikut klub petarung Jakarta. Dia yang suka hura-hura de­ dua major, tidak berhasil menyelesaikan sekolahnya, lebih asyik Termasuk klub petarung ini. Adalah Theo pula yang membujuk­ banyak hal, sejak kuliah, Theo ”meracuni” kehidupan disiplinku. yang kami huni tetap menghasilkan dua gelar master. Dalam menghabiskan waktu didi garasi mobil, memulai bisnis IT-nya, flat Termasuk klub petarung ini. Adalah Theo pula yang membujuk­ ku ikut klub petarung di Jakarta. Dia yang suka hura-hura de­



”Julukan petarung yang akan kauhadapi itu Monster, Tho­ tolak dan kami bisa menghabiskan waktu bersama. Bertarung. mubazirnya, berhasil mencarikan kegiatan yang tidak bisa ku­ ngan kehidupan malam, dan aku tidak mau ikut-ikutan kegiatan ”Orang-orang menyebutnya demikian, karena bahas pertarungan, kembali ke topik pembicaraan awal, mem­ mas.” Theo sudah ”Julukan petarung yang akan kauhadapi itu Monster, Tho­ tolak dan kami bisa menghabiskan waktu bersama. Bertarung. mubazirnya, berhasil mencarikan kegiatan yang tidak bisa ku­ ngan kehidupan malam, dan aku tidak mau ikut-ikutan kegiatan kembali ke topik pembicaraan awal, mem­ mas.” Theo sudah ”Julukan petarung yang akan kauhadapi itudemikian, Monster, Tho­ tolak dan kami bisa menghabiskan waktu Bertarung. mubazirnya, berhasil mencarikan kegiatan yang tidak bisa ku­ ngan kehidupan malam, dan aku tidak mau ikut-ikutan kegiatan ”Orang-orang menyebutnya karena bahas pertarungan, ”Orang-orang menyebutnya demikian, karena kembali ke topik pembicaraan awal, mem­ mas.” Theo sudah tolak dan kami bisa menghabiskan waktu bersama. Bertarung. mubazirnya, berhasil mencarikan kegiatan yang tidak bisa ku­ ngan kehidupan malam, danakan aku tidak maubersama. ikut-ikutan kegiatan ”Julukan petarung yang kauhadapi itu Monster, Tho­ ”Orang-orang menyebutnya demikian, karena bahas pertarungan, kembali ke topik pembicaraan awal, mem­ mas.” Theo sudah akan kauhadapi itu Monster, Tho­ tolak dan kami bisa menghabiskan waktu bersama. Bertarung. mubazirnya, berhasil mencarikan kegiatan yang tidak bisa ku­ dia bertarung mirip monster. Dingin, cepat, menghabisi lawan”Orang-orang menyebutnya demikian, karena bahas pertarungan, kembali ke topik pembicaraan awal, mem­ mas.” Theo sudah ”Julukan petarung yang akan kauhadapi itu Monster, Tho­ tolak dan kami bisa menghabiskan waktu bersama. Bertarung. mubazirnya, berhasil mencarikan kegiatan yang tidak bisa ku­ dia bertarung mirip monster. Dingin, cepat, menghabisi lawan”Orang-orang menyebutnya demikian, karena bahas pertarungan, kembali ke topik pembicaraan awal, mem­ mas.” Theo sudah ”Julukan petarung yang akan kauhadapi itu Monster, Tho­ tolak dan kami bisa menghabiskan waktu bersama. Bertarung. mubazirnya, berhasil mencarikan kegiatan yang tidak bisa ku­ ”Orang-orang menyebutnya demikian, karena bahas pertarungan, kembali ke topik pembicaraan awal, mem­ mas.” Theo sudah ”Julukan petarung yang akan kauhadapi itu Monster, Tho­ tolak dan kami bisa menghabiskan waktu bersama. Bertarung. mubazirnya, berhasil mencarikan kegiatan yang tidak bisa ku­ dia bertarung mirip monster. Dingin, cepat, menghabisi lawanmonster. Dingin, cepat, menghabisi lawan”Orang-orang menyebutnya demikian, karena bahas pertarungan, ”Julukan petarung yang akan kauhadapi itu Monster, Tho­ tolak dan kami bisa menghabiskan waktu bersama. Bertarung. mubazirnya, berhasil mencarikan kegiatan yang tidak bisa ku­ kembali ke topik pembicaraan awal, mem­ mas.” Theo sudah dia bertarung mirip monster. Dingin, cepat, menghabisi lawan”Orang-orang menyebutnya demikian, karena bahas pertarungan, ke topik pembicaraan awal, mem­ ”Julukan petarung yang akan kauhadapi itu Monster, Tho­ tolak dan kami bisa menghabiskan waktu bersama. Bertarung. lawannya tanpa ampun. Dia tidak peduli dengan pertunjukan dia bertarung mirip monster. Dingin, cepat, menghabisi lawan”Orang-orang menyebutnya demikian, karena bahas pertarungan, kembali ke topik pembicaraan awal, mem­ mas.” Theo sudah ”Julukan petarung yang akan kauhadapi itu Monster, Tho­ tolak dan kami bisa menghabiskan waktu bersama. Bertarung. lawannya tanpa ampun. Dia tidak peduli dengan pertunjukan dia bertarung mirip monster. Dingin, cepat, menghabisi lawan”Orang-orang menyebutnya demikian, karena bahas pertarungan, kembali ke topik pembicaraan awal, mem­ mas.” Theo sudah ”Julukan petarung yang akan kauhadapi itu Monster, Tho­ tolak dan kami bisa menghabiskan waktu bersama. Bertarung. dia bertarung mirip monster. Dingin, cepat, menghabisi lawan”Orang-orang menyebutnya demikian, karena bahas pertarungan, kembali ke topik pembicaraan awal, mem­ mas.” Theo sudah ”Julukan petarung yang akan kauhadapi itu Monster, Tho­ tolak dan kami bisa menghabiskan waktu bersama. Bertarung. lawannya tanpa ampun. Dia tidak peduli dengan pertunjukan Dia tidak peduli dengan pertunjukan dia bertarung mirip monster. Dingin, cepat, menghabisi lawankembali ke topik pembicaraan awal, mem­ mas.” Theo sudah ”Julukan petarung yang akan kauhadapi itu Monster, Tho­ tolak dan kami bisa menghabiskan waktu bersama. Bertarung. ”Orang-orang menyebutnya demikian, karena bahas pertarungan, lawannya tanpa ampun. Dia tidak peduli dengan pertunjukan dia bertarung mirip monster. Dingin, cepat, menghabisi lawan”Orang-orang menyebutnya demikian, karena kembali ke topik pembicaraan awal, mem­ mas.” Theo sudah ”Julukan petarung yang akan kauhadapi itu Monster, Tho­ yang ditonton anggota klub lainnya. Dia hanya peduli meme­ lawannya tanpa ampun. Dia tidak peduli dengan pertunjukan dia bertarung mirip monster. Dingin, cepat, menghabisi lawan”Orang-orang menyebutnya demikian, karena bahas pertarungan, kembali ke topik pembicaraan awal, mem­ mas.” Theo sudah ”Julukan petarung yang akan kauhadapi itu Monster, Tho­ yang ditonton anggota klub lainnya. Dia hanya peduli meme­ lawannya tanpa ampun. Dia tidak peduli dengan pertunjukan dia bertarung mirip monster. Dingin, cepat, menghabisi lawan”Orang-orang menyebutnya demikian, karena bahas pertarungan, kembali ke topik pembicaraan awal, mem­ mas.” Theo sudah ”Julukan petarung yang akan kauhadapi itu Monster, Tho­ lawannya tanpa ampun. Dia tidak peduli dengan pertunjukan dia bertarung mirip monster. Dingin, cepat, menghabisi lawan”Orang-orang menyebutnya demikian, karena bahas pertarungan, kembali ke topik pembicaraan awal, mem­ mas.” Theo sudah ”Julukan petarung yang akan kauhadapi itu Monster, Tho­ yang ditonton anggota klub lainnya. Dia hanya peduli meme­ lainnya. Dia hanya peduli meme­ lawannya tanpa ampun. Dia tidak peduli dengan pertunjukan ”Orang-orang menyebutnya demikian, karena bahas pertarungan, kembali ke topik pembicaraan awal, mem­ mas.” Theo sudah dia bertarung mirip monster. Dingin, cepat, menghabisi lawan”Julukan petarung yang akan kauhadapi itu Monster, Tho­ yang ditonton anggota klub lainnya. Dia hanya peduli meme­ lawannya tanpa ampun. Dia tidak peduli dengan pertunjukan monster. Dingin, cepat, menghabisi lawan”Orang-orang menyebutnya demikian, karena bahas pertarungan, kembali ke topik pembicaraan awal, mem­ mas.” Theo sudah nangi pertarungan. Dia tidak bertaruh uang. Dia bertaruh ke­ yang ditonton anggota klub lainnya. Dia hanya peduli meme­ lawannya tanpa ampun. Dia tidak peduli dengan pertunjukan dia bertarung mirip monster. Dingin, cepat, menghabisi lawan”Orang-orang menyebutnya demikian, karena bahas pertarungan, kembali ke topik pembicaraan awal, mem­ mas.” Theo sudah nangi pertarungan. Dia tidak bertaruh uang. Dia bertaruh ke­ yang ditonton anggota klub lainnya. Dia hanya peduli meme­ lawannya tanpa ampun. Dia tidak peduli dengan pertunjukan dia bertarung mirip monster. Dingin, cepat, menghabisi lawan”Orang-orang menyebutnya demikian, karena bahas pertarungan, kembali ke topik pembicaraan awal, mem­ mas.” Theo sudah yang ditonton anggota klub lainnya. Dia hanya peduli meme­ lawannya tanpa ampun. Dia tidak peduli dengan pertunjukan dia bertarung mirip monster. Dingin, cepat, menghabisi lawan”Orang-orang menyebutnya demikian, karena bahas pertarungan, nangi pertarungan. Dia tidak bertaruh uang. Dia bertaruh ke­ kembali ke topik pembicaraan awal, mem­ mas.” Theo sudah tidak bertaruh uang. Dia bertaruh ke­ yang ditonton anggota klub lainnya. Dia hanya peduli meme­ dia bertarung mirip monster. Dingin, cepat, menghabisi lawan”Orang-orang menyebutnya demikian, karena bahas pertarungan, lawannya tanpa ampun. Dia tidak peduli dengan pertunjukan kembali ke topik pembicaraan awal, mem­ mas.” Theo sudah nangi pertarungan. Dia tidak bertaruh uang. Dia bertaruh ke­ yang ditonton anggota klub lainnya. Dia hanya peduli meme­ lawannya tanpa ampun. Dia tidak peduli dengan pertunjukan dia bertarung mirip monster. Dingin, cepat, menghabisi lawan”Orang-orang menyebutnya demikian, karena bahas pertarungan, Siapa pun yang berhasil mengalahkannya berhak atas hormatan. nangi pertarungan. Dia tidak bertaruh uang. Dia bertaruh ke­ yang ditonton anggota klub lainnya. Dia hanya peduli meme­ lawannya tanpa ampun. Dia tidak peduli dengan pertunjukan dia bertarung mirip monster. Dingin, cepat, menghabisi lawan”Orang-orang menyebutnya demikian, karena bahas pertarungan, Siapa pun yang berhasil mengalahkannya berhak atas hormatan. nangi pertarungan. Dia tidak bertaruh uang. Dia bertaruh ke­ yang ditonton anggota klub lainnya. Dia hanya peduli meme­ lawannya tanpa ampun. Dia tidak peduli dengan pertunjukan dia bertarung mirip monster. Dingin, cepat, menghabisi lawan”Orang-orang menyebutnya demikian, karena bahas pertarungan, nangi pertarungan. Dia tidak bertaruh uang. Dia bertaruh ke­ yang ditonton anggota klub lainnya. Dia hanya peduli meme­ lawannya tanpa ampun. Dia tidak peduli dengan pertunjukan dia bertarung mirip monster. Dingin, cepat, menghabisi lawanSiapa pun yang berhasil mengalahkannya berhak atas hormatan. ”Orang-orang menyebutnya demikian, karena bahas pertarungan, berhasil mengalahkannya berhak atas nangi pertarungan. Dia tidak bertaruh uang. Dia bertaruh ke­ lawannya tanpa ampun. Dia tidak peduli dengan pertunjukan dia bertarung mirip monster. Dingin, cepat, menghabisi lawanyang ditonton anggota klub lainnya. Dia hanya peduli meme­ ”Orang-orang menyebutnya demikian, karena bahas pertarungan, Siapa pun yang berhasil mengalahkannya berhak atas hormatan. nangi pertarungan. Dia tidak bertaruh uang. Dia bertaruh ke­ yang ditonton anggota klub lainnya. Dia hanya peduli meme­ lawannya tanpa ampun. Dia tidak peduli dengan pertunjukan dia bertarung mirip monster. Dingin, cepat, menghabisi lawansatu permintaan yang tidak dapat ditolak, sebaliknya, siapa pun Siapa pun yang berhasil mengalahkannya berhak atas hormatan. nangi pertarungan. Dia tidak bertaruh uang. Dia bertaruh ke­ yang ditonton anggota klub lainnya. Dia hanya peduli meme­ lawannya tanpa ampun. Dia tidak peduli dengan pertunjukan dia bertarung mirip monster. Dingin, cepat, menghabisi lawansatu permintaan yang tidak dapat ditolak, sebaliknya, siapa pun Siapa pun yang berhasil mengalahkannya berhak atas hormatan. nangi pertarungan. Dia tidak bertaruh uang. Dia bertaruh ke­ yang ditonton anggota klub lainnya. Dia hanya peduli meme­ lawannya tanpa ampun. Dia tidak peduli dengan pertunjukan dia bertarung mirip monster. Dingin, cepat, menghabisi lawanSiapa pun yang berhasil mengalahkannya berhak atas hormatan. nangi pertarungan. Dia tidak bertaruh uang. Dia bertaruh ke­ yang ditonton anggota klub lainnya. Dia hanya peduli meme­ lawannya tanpa ampun. Dia tidak peduli dengan pertunjukan satu permintaan yang tidak dapat ditolak, sebaliknya, siapa pun dia bertarung mirip monster. Dingin, cepat, menghabisi lawandapat ditolak, sebaliknya, siapa pun Siapa pun yang berhasil mengalahkannya berhak atas hormatan. yang ditonton anggota klub lainnya. Dia hanya peduli meme­ lawannya tanpa ampun. Dia tidak peduli dengan pertunjukan nangi pertarungan. Dia tidak bertaruh uang. Dia bertaruh ke­ dia bertarung mirip monster. Dingin, cepat, menghabisi lawansatu permintaan yang tidak dapat ditolak, sebaliknya, siapa pun Siapa pun yang berhasil mengalahkannya berhak atas hormatan. nangi pertarungan. Dia tidak bertaruh uang. Dia bertaruh ke­ yang ditonton anggota klub lainnya. Dia hanya peduli meme­ lawannya tanpa ampun. Dia tidak peduli dengan pertunjukan dikalahkannya, tunduk atas satu request yang tidak bisa satu permintaan yang tidak dapat ditolak, sebaliknya, siapa pun Siapa pun yang berhasil mengalahkannya berhak atas hormatan. nangi pertarungan. Dia tidak bertaruh uang. Dia bertaruh ke­ ditonton anggota klub lainnya. Dia hanya peduli meme­ lawannya tanpa ampun. Dia tidak peduli dengan pertunjukan yang dikalahkannya, tunduk atas satu request yang tidak bisa satu permintaan yang tidak dapat ditolak, sebaliknya, siapa pun Siapa pun yang berhasil mengalahkannya berhak atas hormatan. nangi pertarungan. Dia tidak bertaruh uang. Dia bertaruh ke­ ditonton anggota klub lainnya. Dia hanya peduli meme­ lawannya tanpa ampun. Dia tidak peduli dengan pertunjukan satu permintaan yang tidak dapat ditolak, sebaliknya, siapa pun Siapa pun yang berhasil mengalahkannya berhak atas hormatan. nangi pertarungan. Dia tidak bertaruh uang. Dia bertaruh ke­ ditonton anggota klub lainnya. Dia hanya peduli meme­ yang dikalahkannya, tunduk atas satu request yang tidak bisa lawannya tanpa ampun. Dia tidak peduli dengan pertunjukan tunduk atas satu request yang tidak bisa satu permintaan yang tidak dapat ditolak, sebaliknya, siapa pun nangi pertarungan. Dia tidak bertaruh uang. Dia bertaruh ke­ Siapa pun yang berhasil mengalahkannya berhak atas hormatan. ditonton anggota klub lainnya. Dia hanya peduli meme­ lawannya tanpa ampun. Dia tidak peduli dengan pertunjukan yang dikalahkannya, tunduk atas satu request yang tidak bisa satu permintaan yang tidak dapat ditolak, sebaliknya, siapa pun Siapa pun yang berhasil mengalahkannya berhak atas hormatan. nangi pertarungan. Dia tidak bertaruh uang. Dia bertaruh ke­ ditonton anggota klub lainnya. Dia hanya peduli meme­ diabaikan.” yang dikalahkannya, tunduk atas satu request yang tidak bisa satu permintaan yang tidak dapat ditolak, sebaliknya, siapa pun Siapa pun yang berhasil mengalahkannya berhak atas hormatan. nangi pertarungan. Dia tidak bertaruh uang. Dia bertaruh ke­ ditonton anggota klub lainnya. Dia hanya peduli meme­ diabaikan.” yang dikalahkannya, tunduk atas satu request yang tidak bisa satu permintaan yang tidak dapat ditolak, sebaliknya, siapa pun Siapa pun yang berhasil mengalahkannya berhak atas hormatan. nangi pertarungan. Dia tidak bertaruh uang. Dia bertaruh ke­ ditonton anggota klub lainnya. Dia hanya peduli meme­ yang dikalahkannya, tunduk atas satu request yang tidak bisa satu permintaan yang tidak dapat ditolak, sebaliknya, siapa pun Siapa pun yang berhasil mengalahkannya berhak atas hormatan. nangi pertarungan. Dia tidak bertaruh uang. Dia bertaruh ke­ diabaikan.” ditonton anggota klub lainnya. Dia hanya peduli meme­ yang dikalahkannya, tunduk atas satu request yang tidak bisa Siapa pun yang berhasil mengalahkannya berhak atas hormatan. satu permintaan yang tidak dapat ditolak, sebaliknya, siapa pun nangi pertarungan. Dia tidak bertaruh uang. Dia bertaruh ke­ ditonton anggota klub lainnya. Dia hanya peduli meme­ diabaikan.” yang dikalahkannya, tunduk atas satu request yang tidak bisa satu permintaan yang tidak dapat ditolak, sebaliknya, siapa pun nangi pertarungan. Dia tidak bertaruh uang. Dia bertaruh ke­ Siapa pun yang berhasil mengalahkannya berhak atas hormatan. Aku mengangguk. Taksi limusin terus melaju di jalanan ramai diabaikan.” yang dikalahkannya, tunduk atas satu request yang tidak bisa satu permintaan yang tidak dapat ditolak, sebaliknya, siapa pun Siapa pun yang berhasil mengalahkannya berhak atas hormatan. nangi pertarungan. Dia tidak bertaruh uang. Dia bertaruh ke­ Aku mengangguk. Taksi limusin terus melaju di jalanan ramai diabaikan.” yang dikalahkannya, tunduk atas satu request yang tidak bisa satu permintaan yang tidak dapat ditolak, sebaliknya, siapa pun Siapa pun yang berhasil mengalahkannya berhak atas hormatan. nangi pertarungan. Dia tidak bertaruh uang. Dia bertaruh ke­ diabaikan.” yang dikalahkannya, tunduk atas satu request yang tidak bisa satu permintaan yang tidak dapat ditolak, sebaliknya, siapa pun Aku mengangguk. Taksi limusin terus melaju di jalanan ramai Siapa pun yang berhasil mengalahkannya berhak atas hormatan. nangi pertarungan. Dia tidak bertaruh uang. Dia bertaruh ke­ limusin terus melaju di jalanan ramai diabaikan.” yang dikalahkannya, tunduk atas satu request yang tidak bisa satu permintaan yang tidak dapat ditolak, sebaliknya, siapa pun Siapa pun yang berhasil mengalahkannya berhak atas hormatan. nangi pertarungan. Dia tidak bertaruh uang. Dia bertaruh ke­ Aku mengangguk. Taksi limusin terus melaju di jalanan ramai diabaikan.” yang dikalahkannya, tunduk atas satu request yang tidak bisa Siapa pun yang berhasil mengalahkannya berhak atas hormatan. satu permintaan yang tidak dapat ditolak, sebaliknya, siapa pun pusat kota Makau. Aku mengangguk. Taksi limusin terus melaju di jalanan ramai diabaikan.” yang dikalahkannya, tunduk atas satu request yang tidak bisa satu permintaan yang tidak dapat ditolak, sebaliknya, siapa pun Siapa pun yang berhasil mengalahkannya berhak atas hormatan. pusat kota Makau. Aku mengangguk. Taksi limusin terus melaju di jalanan ramai diabaikan.” yang dikalahkannya, tunduk atas satu request yang tidak bisa satu permintaan yang tidak dapat ditolak, sebaliknya, siapa pun Siapa pun yang berhasil mengalahkannya berhak atas hormatan. Aku mengangguk. Taksi limusin terus melaju di jalanan ramai diabaikan.” yang dikalahkannya, tunduk atas satu request yang tidak bisa pusat kota Makau. satu permintaan yang tidak dapat ditolak, sebaliknya, siapa pun Siapa pun yang berhasil mengalahkannya berhak atas hormatan. Aku mengangguk. Taksi limusin terus melaju di jalanan ramai diabaikan.” yang dikalahkannya, tunduk atas satu request yang tidak bisa satu permintaan yangTaksi tidak dapat ditolak, sebaliknya, siaparamai pun Siapa pun yang berhasil mengalahkannya berhak atas hormatan. pusat kota Makau. Aku mengangguk. limusin terus melaju di jalanan satu permintaan yang tidak dapat ditolak, sebaliknya, siapa pun diabaikan.” yang dikalahkannya, tunduk atas satu request yang tidak bisa ”Nah bicara tentang bertaruh, aku rasa-rasanya tidak akan pusat kota Makau. Aku mengangguk. Taksi limusin terus melaju di jalanan ramai diabaikan.” yang dikalahkannya, tunduk atas satu request yang tidak bisa satu permintaan yang tidak dapat sebaliknya, siapa pun ”Nah bicara tentang bertaruh, aku rasa-rasanya tidak akan pusat kota Makau. Aku mengangguk. Taksi limusin terus melaju di jalanan ramai diabaikan.” yang dikalahkannya, tunduk atas ditolak, satu request yang tidak bisa satu permintaan yangTaksi tidak dapat ditolak, sebaliknya, siapa pun pusat kota Makau. Aku mengangguk. Taksi limusin terusrasa-rasanya melaju di jalanan jalanan ramai ”Nah bicara tentang bertaruh, aku tidak akan diabaikan.” yang dikalahkannya, tunduk atas satu request yang tidak bisa satu permintaan yang tidak dapat ditolak, sebaliknya, siapa pun bertaruh, aku rasa-rasanya tidak akan pusat kota Makau. Aku mengangguk. limusin terus melaju di ramai diabaikan.” yang dikalahkannya, tunduk atas satu request yang tidak bisa satu permintaan yang tidak dapat ditolak, sebaliknya, siapa pun ”Nah bicara tentang bertaruh, aku rasa-rasanya tidak akan pusat kota Makau. yang dikalahkannya, tunduk satu request yang tidak bisa Aku mengangguk. Taksi limusin terus melaju di jalanan ramai diabaikan.” meletakkan koin taruhanku di namamu, Thomas.” Theo menye­ ”Nah bicara bertaruh, aku rasa-rasanya tidak akan pusat kota Makau. Aku mengangguk. Taksi limusin terus melaju di jalanan ramai diabaikan.” yang dikalahkannya, tunduk atas satu request yang tidak bisa meletakkan kointentang taruhanku diatas namamu, Thomas.” Theo menye­ ”Nah bicara tentang bertaruh, aku rasa-rasanya tidak akan pusat kota Makau. Aku mengangguk. Taksi limusin terus melaju di jalanan ramai diabaikan.” yang dikalahkannya, tunduk atas satu request yang tidak bisa ”Nah bicara tentang bertaruh, aku tidak akan pusat kota Makau. meletakkan koin taruhanku di namamu, Thomas.” menye­ Aku mengangguk. Taksi limusin terusrasa-rasanya melaju di Theo jalanan ramai diabaikan.” yang dikalahkannya, tunduk atas satu request yang tidak bisa di namamu, Thomas.” Theo menye­ ”Nah bicara tentang bertaruh, aku rasa-rasanya tidak akan pusat kota Makau. Aku mengangguk. Taksi limusin terus melaju di jalanan ramai diabaikan.” yang dikalahkannya, tunduk atas satu request yang tidak bisa meletakkan koin taruhanku di namamu, Thomas.” Theo menye­ ”Nah bicara tentang bertaruh, aku rasa-rasanya tidak akan diabaikan.” pusat kota Makau. Aku mengangguk. Taksi limusin terus melaju di jalanan ramai ngir. ”Kau selalu menganggap ringan petarungan. Lihat, kau meletakkan koin taruhanku di namamu, Thomas.” Theo menye­ ”Nah bicara tentang bertaruh, aku rasa-rasanya tidak akan pusat kota Makau. Aku mengangguk. Taksi limusin terus melaju di jalanan ramai diabaikan.” ngir. ”Kau selalu menganggap ringan petarungan. Lihat, kau meletakkan koin taruhanku di namamu, Thomas.” Theo menye­ ”Nah bicara tentang bertaruh, aku rasa-rasanya tidak akan pusat kota Makau. Aku mengangguk. Taksi limusin terus melaju di jalanan ramai diabaikan.” meletakkan koin taruhanku di namamu, Thomas.” Theo menye­ ”Nah bicara tentang bertaruh, aku rasa-rasanya tidak akan ngir. ”Kau selalu menganggap ringan petarungan. Lihat, kau pusat kota Makau. Aku mengangguk. Taksi limusin terus melaju di jalanan ramai diabaikan.” ngir. ”Kau selalu menganggap ringan petarungan. Lihat, kau meletakkan koin taruhanku di namamu, Thomas.” Theo menye­ ”Nah bicara tentang bertaruh, aku rasa-rasanya tidak akan pusat kota Makau. limusin terus melaju di jalanan ramai diabaikan.” ngir. ”Kau selalu menganggap ringan petarungan. Lihat, kau meletakkan koin taruhanku di namamu, Thomas.” Theo menye­ Aku mengangguk. Taksi limusin terus melaju di jalanan ramai ”Nah bicara tentang bertaruh, aku rasa-rasanya tidak akan pusat kota Makau. masih berpakaian rapi dengan kemeja, dasi, dan jas, sementara ngir. ”Kau selalu menganggap ringan petarungan. Lihat, kau meletakkan koin taruhanku di namamu, Thomas.” Theo menye­ ”Nah bicara tentang bertaruh, aku rasa-rasanya tidak akan pusat kota Makau. Aku mengangguk. Taksi limusin terus melaju di jalanan ramai masih berpakaian rapi dengan kemeja, dasi, dandijas, jas, sementara ngir. ”Kau selalu menganggap ringan petarungan. Lihat, kau meletakkan kointentang taruhanku di namamu, namamu, Thomas.” Theo menye­ ”Nah bicara bertaruh, aku rasa-rasanya tidak akan pusat kota Makau. Aku mengangguk. Taksi limusin terus melaju jalanan ramai ngir. ”Kau selalu menganggap ringan petarungan. Lihat, kau meletakkan koin taruhanku di Thomas.” Theo menye­ masih berpakaian rapi dengan kemeja, dasi, dan sementara ”Nah bicara tentang bertaruh, aku rasa-rasanya tidak akan pusat kota Makau. Aku mengangguk. Taksi limusin terus melaju di jalanan ramai masih berpakaian rapi dengan kemeja, dasi, dan jas, sementara ngir. ”Kau selalu menganggap ringan petarungan. Lihat, kau meletakkan koin taruhanku di namamu, Thomas.” Theo menye­ ”Nah bicara tentang bertaruh, aku rasa-rasanya tidak akan pusat kota Makau. Aku mengangguk. Taksi limusin terus melaju di jalanan ramai masih berpakaian rapi dengan kemeja, dasi, dan jas, sementara ngir. ”Kau selalu menganggap ringan petarungan. Lihat, kau meletakkan koin taruhanku di namamu, Thomas.” Theo menye­ ”Nah bicara tentang bertaruh, aku rasa-rasanya tidak akan beberapa menit ke depan kau akan bertarung. Kau sepertinya masih berpakaian rapi dengan kemeja, dasi, dan jas, sementara ngir. ”Kau selalu menganggap ringan petarungan. Lihat, kau meletakkan koin taruhanku di namamu, Thomas.” Theo menye­ ”Nah bicara tentang bertaruh, aku rasa-rasanya tidak akan pusat kota Makau. beberapa menit ke depan kau akan bertarung. Kau sepertinya masih berpakaian rapi dengan kemeja, dasi, dan jas, sementara ngir. ”Kau selalu menganggap ringan petarungan. Lihat, kau meletakkan koin taruhanku di namamu, Thomas.” Theo menye­ ”Nah bicara tentang bertaruh, aku rasa-rasanya tidak akan pusat kota Makau. masih berpakaian rapi dengan kemeja, dasi, dan jas, sementara beberapa menit ke depan kau akan bertarung. Kau sepertinya ngir. ”Kau selalu menganggap ringan petarungan. Lihat, kau meletakkan koin taruhanku di namamu, Thomas.” Theo menye­ ”Nah bicara tentang bertaruh, aku rasa-rasanya tidak akan pusat kota Makau. beberapa menit ke depan kau akan bertarung. Kau sepertinya masih berpakaian rapi dengan kemeja, dasi, dan jas, sementara ngir. ”Kau selalu menganggap ringan petarungan. Lihat, kau meletakkan koin taruhanku di namamu, Thomas.” Theo menye­ bertaruh, aku rasa-rasanya tidak akan pusat kota Makau. beberapa menit ke depan kau akan bertarung. Kau sepertinya ”Nah bicara tentang bertaruh, aku rasa-rasanya tidak akan masih berpakaian rapi dengan kemeja, dasi, dan jas, sementara ngir. ”Kau selalu menganggap ringan petarungan. Lihat, kau meletakkan koin taruhanku di namamu, Thomas.” Theo menye­ akan dihabisi Monster tersebut.” beberapa menit ke depan kau akan bertarung. Kau sepertinya masih berpakaian rapi dengan kemeja, dasi, dan jas, sementara ngir. ”Kau selalu menganggap ringan petarungan. Lihat, kau meletakkan koin taruhanku di namamu, Thomas.” Theo menye­ ”Nah bicara tentang bertaruh, aku rasa-rasanya tidak akan akan dihabisi Monster tersebut.” beberapa menit ke depan kau akan bertarung. Kau sepertinya masih berpakaian rapi dengan kemeja, dasi, dan jas, sementara ngir. ”Kau selalu menganggap ringan petarungan. Lihat, kau meletakkan koin taruhanku di namamu, Thomas.” Theo menye­ ”Nah bicara tentang bertaruh, aku rasa-rasanya tidak akan beberapa menit ke depan kau akan bertarung. Kau sepertinya akan dihabisi Monster tersebut.” masih berpakaian rapi dengan kemeja, dasi, dan jas, sementara ngir. ”Kau selalu menganggap ringan petarungan. Lihat, kau meletakkan koin taruhanku di namamu, Thomas.” Theo menye­ ”Nah bicara tentang bertaruh, aku rasa-rasanya tidak akan akan dihabisi Monster tersebut.” beberapa menit ke depan kau akan bertarung. Kau sepertinya masih berpakaian rapi dengan kemeja, dasi, dan jas, sementara ngir. ”Kau selalu menganggap ringan petarungan. Lihat, kau meletakkan koin taruhanku di namamu, Thomas.” Theo menye­ ”Nah bicara tentang bertaruh, aku rasa-rasanya tidak akan di namamu, Thomas.” Theo menye­ akan dihabisi Monster tersebut.” beberapa menit ke depan kau akan bertarung. Kau sepertinya masih berpakaian rapi dengan kemeja, dasi, dan jas, sementara ngir. ”Kau selalu menganggap ringan petarungan. Lihat, kau Aku mengabaikan Theo. Apa pula yang diharapkan Theo, akan dihabisi Monster tersebut.” beberapa menit ke depan kau akan bertarung. Kau sepertinya masih berpakaian rapi dengan kemeja, dasi, dan jas, sementara ngir. ”Kau selalu menganggap ringan petarungan. Lihat, kau meletakkan koin taruhanku di namamu, Thomas.” Theo menye­ Aku mengabaikan Theo. Apa pula yang diharapkan Theo, akan dihabisi Monster tersebut.” beberapa menit ke depan kau akan bertarung. Kau sepertinya masih berpakaian rapi dengan kemeja, dasi, dan jas, sementara ngir. ”Kau selalu menganggap ringan petarungan. Lihat, kau meletakkan koin taruhanku di namamu, Thomas.” Theo menye­ Aku mengabaikan Theo. Apa pula yang diharapkan Theo, akan dihabisi Monster tersebut.” beberapa menit ke depan kau akan bertarung. Kau sepertinya masih berpakaian rapi dengan kemeja, dasi, dan jas, sementara ngir. ”Kau selalu menganggap ringan petarungan. Lihat, kau meletakkan koin taruhanku di namamu, Thomas.” Theo menye­ Aku mengabaikan Theo. Apa pula yang diharapkan Theo, beberapa menit ke depan kau akan bertarung. Kau sepertinya akan dihabisi Monster tersebut.” masih berpakaian rapi dengan kemeja, dasi, dan jas, sementara menganggap ringan petarungan. Lihat, kau meletakkan koin taruhanku di namamu, Thomas.” Theo menye­ ngir. ”Kau selalu menganggap ringan petarungan. Lihat, kau Aku mengabaikan Theo. Apa pula yang diharapkan Theo, akan dihabisi Monster tersebut.” beberapa menit ke depan kau akan bertarung. Kau sepertinya masih berpakaian rapi dengan kemeja, dasi, dan jas, sementara jadwalku padat sejak tiba di Hong Kong larut malam kemarin. Aku mengabaikan Theo. Apa pula yang diharapkan Theo, akan dihabisi Monster tersebut.” beberapa menit ke depan kau akan bertarung. Kau sepertinya masih berpakaian rapi dengan kemeja, dasi, dan jas, sementara ngir. ”Kau selalu menganggap ringan petarungan. Lihat, kau jadwalku padat sejak tiba di Hong Kong larut malam kemarin. Aku mengabaikan Theo. Apa pula yang diharapkan Theo, akan dihabisi Monster tersebut.” beberapa menit ke depan kau akan bertarung. Kau sepertinya masih berpakaian rapi dengan kemeja, dasi, dan jas, sementara ngir. ”Kau selalu menganggap ringan petarungan. Lihat, kau jadwalku padat sejak tiba di Hong Kong larut malam kemarin. Aku mengabaikan Theo. Apa pula yang diharapkan Theo, akan dihabisi Monster tersebut.” beberapa menit ke depan kau akan bertarung. Kau sepertinya masih berpakaian rapi dengan kemeja, dasi, dan jas, sementara ngir. ”Kau selalu menganggap ringan petarungan. Lihat, kau jadwalku padat sejak tiba di Hong Kong larut malam kemarin. akan dihabisi Monster tersebut.” Aku mengabaikan Theo. Apa pula yang diharapkan Theo, beberapa menit ke depan kau akan bertarung. Kau sepertinya masih berpakaian rapi dengan kemeja, dasi, dan jas, sementara ngir. ”Kau selalu menganggap ringan petarungan. Lihat, kau dengan kemeja, dasi, dan jas, sementara jadwalku padat sejak tiba di Hong Kong larut malam kemarin. Aku mengabaikan Theo. Apa pula yang diharapkan Theo, akan dihabisi Monster tersebut.” beberapa menit ke depan kau akan bertarung. Kau sepertinya Bangun dini hari, persiapan final konferensi, lantas seharian ber­ jadwalku padat sejak tiba di Hong Kong larut malam kemarin. Aku mengabaikan Theo. Apa pula yang diharapkan Theo, akan dihabisi Monster tersebut.” beberapa menit ke depan kau akan bertarung. Kau sepertinya masih berpakaian rapi dengan kemeja, dasi, dan jas, sementara Bangun dini hari, persiapan final konferensi, lantas seharian ber­ jadwalku padat sejak tiba di Hong Kong larut malam kemarin. Aku mengabaikan Theo. Apa pula yang diharapkan Theo, akan dihabisi Monster tersebut.” beberapa menit ke depan kau akan bertarung. Kau sepertinya masih berpakaian rapi dengan kemeja, dasi, dan jas, sementara Bangun dini hari, persiapan final konferensi, lantas seharian ber­ jadwalku padat sejak tiba di Hong Kong larut malam kemarin. Aku mengabaikan Theo. Apa pula yang diharapkan Theo, akan dihabisi Monster tersebut.” beberapa menit ke depan kau akan bertarung. Kau sepertinya masih berpakaian rapi dengan kemeja, dasi, dan jas, sementara Aku mengabaikan Theo. Apa pula yang diharapkan Theo, Bangun dini hari, persiapan final konferensi, lantas seharian ber­ jadwalku padat sejak tiba di Hong Kong larut malam kemarin. akan dihabisi Monster tersebut.” kau akan bertarung. Kau sepertinya masih berpakaian rapi dengan kemeja, dasi, dan jas, sementara beberapa menit kepersiapan depan kau akan bertarung. Kau sepertinya Bangun dini hari, final konferensi, lantas seharian ber­ jadwalku padat sejak tiba di Hong Kong larut malam kemarin. Aku mengabaikan Theo. Apa pula yang diharapkan Theo, akan Monster tersebut.” ada di planery hall itu. Melakukan pembicaraan dengan banyak Bangun dini hari, persiapan final konferensi, lantas seharian ber­ jadwalku padat sejak tiba di Hong Kong larut malam kemarin. Aku mengabaikan Theo. Apa pula yang diharapkan Theo, akan dihabisi Monster tersebut.” beberapa menit ke depan kau akan bertarung. Kau sepertinya ada didihabisi planery hall itu. Melakukan pembicaraan dengan banyak Bangun dini hari, persiapan final konferensi, lantas seharian ber­ jadwalku padat sejak tiba di Hong Kong larut malam kemarin. Aku mengabaikan Theo. Apa pula yang diharapkan Theo, akan dihabisi Monster tersebut.” beberapa menit ke depan kau akan bertarung. Kau sepertinya ada di planery hall itu. Melakukan pembicaraan dengan banyak Bangun dini hari, persiapan final konferensi, lantas seharian ber­ jadwalku padat sejak tiba di Hong Kong larut malam kemarin. Aku mengabaikan Theo. Apa pula yang diharapkan Theo, akan dihabisi Monster tersebut.” beberapa menit ke depan kau akan bertarung. Kau sepertinya jadwalku padat sejak tiba di Hong Kong larut malam kemarin. ada di planery hall itu. Melakukan pembicaraan dengan banyak Bangun dini hari, persiapan final konferensi, lantas seharian ber­ Aku mengabaikan Theo. Apa pula yang diharapkan Theo, tersebut.” beberapa menit ke depan kau akan bertarung. Kau sepertinya akan dihabisi Monster tersebut.” ada di planery hall itu. Melakukan pembicaraan dengan banyak Bangun dini hari, persiapan final konferensi, lantas seharian ber­ jadwalku padat sejak tiba di Hong Kong larut malam kemarin. Aku mengabaikan Theo. Apa pula yang diharapkan Theo, pihak sebelum dan setelah sesi presentasiku. Baru bisa leluasa ada di planery hall itu. Melakukan pembicaraan dengan banyak Bangun dini hari, persiapan final konferensi, lantas seharian ber­ jadwalku padat sejak tiba di Hong Kong larut malam kemarin. Aku mengabaikan Theo. Apa pula yang diharapkan Theo, akan dihabisi Monster tersebut.” pihak sebelum dan setelah sesi presentasiku. Baru bisa leluasa ada di planery hall itu. Melakukan pembicaraan dengan banyak Bangun dini hari, persiapan final konferensi, lantas seharian ber­ jadwalku padat sejak tiba di Hong Kong larut malam kemarin. Aku mengabaikan Theo. Apa pula yang diharapkan Theo, akan dihabisi Monster tersebut.” pihak sebelum dan setelah sesi presentasiku. Baru bisa leluasa ada di planery hall itu. Melakukan pembicaraan dengan banyak Bangun dini hari, persiapan final konferensi, lantas seharian ber­ jadwalku padat sejak tiba di Hong Kong larut malam kemarin. Aku mengabaikan Theo. Apa pula yang diharapkan Theo, akan dihabisi Monster tersebut.” Bangun dini hari, persiapan final konferensi, lantas seharian ber­ pihak sebelum dan setelah sesi presentasiku. Baru bisa leluasa ada di planery hall itu. Melakukan pembicaraan dengan banyak jadwalku padat sejak tiba di Hong Kong larut malam kemarin. Apa pula yang diharapkan Theo, akan dihabisi Monster tersebut.” Aku mengabaikan Theo. Apa pula yang diharapkan Theo, pihak sebelum dan setelah sesi presentasiku. Baru bisa leluasa ada di planery hall itu. Melakukan pembicaraan dengan banyak Bangun dini hari, persiapan final konferensi, lantas seharian ber­ jadwalku padat sejak tiba di Hong Kong larut malam kemarin. meninggalkan lokasi konferensi, berangkat menuju Makau dua pihak sebelum dan setelah sesi presentasiku. Baru bisa leluasa ada di planery hall itu. Melakukan pembicaraan dengan banyak Bangun dini hari, persiapan final konferensi, lantas seharian ber­ jadwalku padat sejak tiba di Hong Kong larut malam kemarin. Aku mengabaikan Theo. Apa pula yang diharapkan Theo, meninggalkan lokasi konferensi, berangkat menuju Makau dua pihak sebelum dan setelah sesi presentasiku. Baru bisa leluasa ada di planery hall itu. Melakukan pembicaraan dengan banyak Bangun dini hari, persiapan final konferensi, lantas seharian ber­ jadwalku padat sejak tiba di Hong Kong larut malam kemarin. Aku mengabaikan Theo. Apa pula yang diharapkan Theo, meninggalkan lokasi konferensi, berangkat menuju Makau dua pihak sebelum dan setelah sesi presentasiku. Baru bisa leluasa ada di planery hall itu. Melakukan pembicaraan dengan banyak Bangun dini hari, persiapan final konferensi, lantas seharian ber­ jadwalku padat sejak tiba di Hong Kong larut malam kemarin. Aku mengabaikan Theo. Apa pula yang diharapkan Theo, Melakukan pembicaraan dengan banyak meninggalkan lokasi konferensi, berangkat menuju Makau dua pihak sebelum dan setelah sesi presentasiku. Baru bisa leluasa Bangun dini hari, persiapan final konferensi, lantas seharian ber­ Hong Kong larut malam kemarin. Aku mengabaikan Theo. Apa pula yang diharapkan Theo, jadwalku padat sejak tiba di Hong Kong larut malam kemarin. meninggalkan lokasi konferensi, berangkat menuju Makau dua pihak sebelum dan setelah sesi presentasiku. Baru bisa leluasa ada di planery hall itu. Melakukan pembicaraan dengan banyak Bangun dini hari, persiapan final konferensi, lantas seharian ber­ jam lalu, menumpang kapal cepat Hong Kong-Makau. meninggalkan lokasi konferensi, berangkat menuju Makau dua pihak sebelum dan setelah sesi presentasiku. Baru bisa leluasa ada di planery hall itu. Melakukan pembicaraan dengan banyak Bangun dini hari, persiapan final konferensi, lantas seharian ber­ jadwalku padat sejak tiba disesi Hong KongKong-Makau. larut malam kemarin. jam lalu, menumpang kapal cepat Hong Kong-Makau. meninggalkan lokasi konferensi, berangkat menuju Makau dua pihak sebelum dan setelah presentasiku. Baru bisa leluasa ada di planery hall itu. Melakukan pembicaraan dengan banyak Bangun dini hari, persiapan final konferensi, lantas seharian ber­ jadwalku padat sejak tiba di Hong Kong larut malam jam lalu, menumpang kapal cepat Hong meninggalkan lokasi konferensi, berangkat menuju Makau dua sesi presentasiku. Baru bisakemarin. leluasa ada di planery hall itu. Melakukan pembicaraan dengan banyak Bangun dini hari, persiapan final konferensi, lantas seharian ber­ jadwalku padat sejak tiba disesi Hong KongKong-Makau. larut malam kemarin. pihak sebelum dan setelah presentasiku. Baru bisa leluasa jam lalu, menumpang kapal cepat Hong meninggalkan lokasi konferensi, berangkat menuju Makau dua



Entahlah, ini jenis perjalanan bisnis atau jalan-jalan hobi. Taksi limusin merapat ke lobi salah satu bangunan hotel me­ rangkap kasino. Petugasnya yang berseragam rapi membukakan pintu. Gadis-gadis kasino juga mendekat, menawarkan escort menuju ruangan kasino yang menurut klaim mereka terbesar di Asia Pasifik. Theo menggeleng. Dia berjalan cepat. Aku meng­ Entahlah, ini jenis perjalanan bisnis atau jalan-jalan hobi. Taksi limusin merapat ke lobi salah satu bangunan hotel me­ rangkap kasino. Petugasnya yang berseragam rapi membukakan pintu. Gadis-gadis kasino juga mendekat, menawarkan escort menuju ruangan kasino yang menurut klaim mereka terbesar di Asia Pasifik. Theo menggeleng. Dia berjalan cepat. Aku meng­ ikuti, menepuk-nepuk ujung jas. sambil menepuk-nepuk ujung jas. Entahlah, ini jenis perjalanan bisnis ataupertarungan jalan-jalan hobi. Taksi limusin merapat ke lobi salah satu bangunan hotel me­ rangkap kasino. Petugasnya yang berseragam rapi membukakan pintu. Gadis-gadis kasino juga mendekat, menawarkan escort menuju ruangan kasino yang menurut klaim mereka terbesar di Asia Pasifik. Theo menggeleng. Dia berjalan cepat. Aku meng­ ikuti, sambil menepuk-nepuk ujung jas. Asia Pasifik. Theo menggeleng. Dia berjalan cepat. Aku meng­ ikuti, sambil menepuk-nepuk ujung jas. Taksi limusin merapat ke lobi salah satu bangunan hotel me­ rangkap kasino. Petugasnya yang berseragam rapi membukakan pintu. Gadis-gadis kasino juga mendekat, menawarkan escort menuju ruangan kasino yang menurut klaim mereka terbesar di Kami tiba di klub itu tepat waktu, saat pertama Taksi limusin merapat ke lobi salah satu bangunan hotel me­ rangkap kasino. Petugasnya yang berseragam rapi membukakan pintu. Gadis-gadis kasino juga mendekat, menawarkan escort menuju ruangan kasino yang menurut klaim mereka terbesar di Asia Pasifik. Theo menggeleng. Dia berjalan cepat. Aku meng­ ikuti, sambil menepuk-nepuk ujung jas. Taksi limusin merapat ke lobi salah satu bangunan hotel me­ rangkap kasino. Petugasnya yang berseragam rapi membukakan pintu. Gadis-gadis kasino juga mendekat, menawarkan escort menuju ruangan kasino yang menurut klaim mereka terbesar di Asia Pasifik. Theo menggeleng. Dia berjalan cepat. Aku meng­ ikuti, sambil menepuk-nepuk ujung jas. klub itu tepat waktu, saat pertarungan pertama Kami tiba di klub itu tepat waktu, saat pertarungan pertama Taksi limusin merapat ke lobi salah satu bangunan hotel me­ rangkap kasino. Petugasnya yang berseragam rapi membukakan pintu. Gadis-gadis kasino juga mendekat, menawarkan escort menuju ruangan kasino yang menurut klaim mereka terbesar di Asia Pasifik. Theo menggeleng. Dia berjalan cepat. Aku meng­ ikuti, sambil menepuk-nepuk ujung jas. Kami tiba di klub itu tepat waktu, saat pertarungan pertama ikuti, sambil menepuk-nepuk ujung jas. Kami tiba di klub itu tepat waktu, saat pertarungan pertama rangkap kasino. Petugasnya yang berseragam rapi membukakan pintu. Gadis-gadis kasino juga mendekat, menawarkan escort menuju ruangan kasino yang menurut klaim mereka terbesar di Asia Pasifik. Theo menggeleng. Dia berjalan cepat. Aku meng­ segera dimulai. Menurut cerita Theo, mereka punya peraturan rangkap kasino. Petugasnya yang berseragam rapi membukakan pintu. Gadis-gadis kasino juga mendekat, menawarkan escort menuju ruangan kasino yang menurut klaim mereka terbesar di Asia Pasifik. Theo menggeleng. Dia berjalan cepat. Aku meng­ ikuti, sambil menepuk-nepuk ujung jas. Kami tiba di klub itu tepat waktu, saat pertarungan pertama rangkap kasino. Petugasnya yang berseragam rapi membukakan pintu. Gadis-gadis kasino juga mendekat, menawarkan escort menuju ruangan kasino yang menurut klaim mereka terbesar di Asia Pasifik. Theo menggeleng. Dia berjalan cepat. Aku meng­ ikuti, sambil menepuk-nepuk ujung jas. Kami tiba di klub itu tepat waktu, saat pertarungan pertama dimulai. Menurut cerita Theo, mereka punya peraturan segera Menurut cerita Theo, mereka punya peraturan rangkap kasino. Petugasnya yang berseragam rapi membukakan pintu. Gadis-gadis kasino juga mendekat, menawarkan escort menuju ruangan kasino yang menurut klaim mereka terbesar di Asia Pasifik. Theo menggeleng. Dia berjalan cepat. Aku meng­ ikuti, sambil menepuk-nepuk ujung jas. Kami tiba di klub itu tepat waktu, saat pertarungan pertama segera dimulai. Menurut cerita Theo, mereka punya peraturan Kami tiba di klub itu tepat waktu, saat pertarungan pertama segera dimulai. Menurut cerita Theo, mereka punya peraturan pintu. Gadis-gadis kasino juga mendekat, menawarkan escort menuju ruangan kasino yang menurut klaim mereka terbesar di Asia Pasifik. Theo menggeleng. Dia berjalan cepat. Aku meng­ ikuti, sambil menepuk-nepuk ujung jas. berbeda. Jika di Jakarta ada tiga pertarungan dengan petarung pintu. Gadis-gadis kasino juga mendekat, menawarkan escort menuju ruangan kasino yang menurut klaim mereka terbesar di Asia Pasifik. Theo menggeleng. Dia berjalan cepat. Aku meng­ ikuti, sambil menepuk-nepuk ujung jas. Kami tiba di klub itu tepat waktu, saat pertarungan pertama segera dimulai. Menurut cerita Theo, mereka punya peraturan pintu. Gadis-gadis kasino juga mendekat, menawarkan escort menuju ruangan kasino yang menurut klaim mereka terbesar di Asia Pasifik. Theo menggeleng. Dia berjalan cepat. Aku meng­ ikuti, sambil menepuk-nepuk ujung jas. Kami tiba di klub itu tepat waktu, saat pertarungan pertama segera dimulai. Menurut cerita Theo, mereka punya peraturan Jika di Jakarta ada tiga pertarungan dengan petarung berbeda. Jakarta ada tiga pertarungan dengan petarung pintu. Gadis-gadis kasino juga mendekat, menawarkan escort menuju ruangan kasino yang menurut klaim mereka terbesar di Asia Pasifik. Theo menggeleng. Dia berjalan cepat. Aku meng­ ikuti, sambil menepuk-nepuk ujung jas. Kami tiba di klub itu tepat waktu, saat pertarungan pertama segera dimulai. Menurut cerita Theo, mereka punya peraturan berbeda. Jika di Jakarta ada tiga pertarungan dengan petarung segera dimulai. Menurut cerita Theo, mereka punya peraturan berbeda. Jika di Jakarta ada tiga pertarungan dengan petarung menuju ruangan kasino yang menurut klaim mereka terbesar di Asia Pasifik. Theo menggeleng. Dia berjalan cepat. Aku meng­ ikuti, sambil menepuk-nepuk ujung jas. Kami tiba di klub itu tepat waktu, saat pertarungan pertama yang berbeda, sini juga ada tiga pertarungan. Hanya saja, yang menuju ruangan kasino yang menurut klaim mereka terbesar di Asia Pasifik. Theo menggeleng. Dia berjalan cepat. Aku meng­ ikuti, sambil menepuk-nepuk ujung jas. Kami tiba di klub itu tepat waktu, saat pertarungan pertama segera dimulai. Menurut cerita Theo, mereka punya peraturan berbeda. Jika menepuk-nepuk diMenurut Jakarta ada tiga pertarungan dengan petarung menuju ruangan kasino yang menurut klaim mereka terbesar di Asia Pasifik. Theo menggeleng. Dia berjalan cepat. Aku meng­ ikuti, sambil ujung jas. Kami tiba di klub itu tepat waktu, saat pertarungan pertama segera dimulai. cerita Theo, mereka punya peraturan berbeda. Jika Jakarta ada tiga pertarungan dengan petarung yang berbeda, di sini juga ada tiga pertarungan. Hanya saja, yang juga ada tiga pertarungan. Hanya saja, yang menuju ruangan kasino yang menurut klaim mereka terbesar di Asia Pasifik. Theo menggeleng. Dia berjalan cepat. Aku meng­ ikuti, sambil menepuk-nepuk ujung jas. Kami tiba di klub itu tepat waktu, saat pertarungan pertama segera dimulai. Menurut cerita Theo, mereka punya peraturan berbeda. Jika di Jakarta ada tiga pertarungan dengan petarung yang berbeda, sini juga ada tiga pertarungan. Hanya saja, yang berbeda. Jika di Jakarta ada tiga pertarungan dengan petarung yang berbeda, sini juga ada tiga pertarungan. Hanya saja, yang Asia Pasifik. Theo menggeleng. Dia berjalan cepat. Aku meng­ ikuti, sambil menepuk-nepuk ujung jas. Kami tiba di klub itu tepat waktu, saat pertarungan pertama segera dimulai. Menurut cerita Theo, mereka punya peraturan memenangi pertarungan akan terus berada di dalam ring, Asia Pasifik. Theo menggeleng. Dia berjalan cepat. Aku meng­ ikuti, sambil menepuk-nepuk ujung jas. Kami tiba di klub itu tepat waktu, saat pertarungan pertama segera dimulai. Menurut cerita Theo, mereka punya peraturan berbeda. Jika di Jakarta ada tiga pertarungan dengan petarung yang berbeda, sini juga ada tiga pertarungan. Hanya saja, yang Asia Pasifik. Theo menggeleng. Dia berjalan cepat. Aku meng­ ikuti, sambil menepuk-nepuk ujung jas. Kami tiba di klub itu tepat waktu, saat pertarungan pertama segera dimulai. Menurut cerita Theo, mereka punya peraturan berbeda. Jika di Jakarta ada tiga pertarungan dengan petarung yang berbeda, sini juga ada tiga pertarungan. Hanya saja, yang pertarungan akan terus berada di dalam ring, meng­ memenangi pertarungan akan terus berada di dalam ring, Asia Pasifik. Theo menggeleng. Dia berjalan cepat. Aku meng­ ikuti, sambil menepuk-nepuk ujung jas. Kami tiba di klub itu tepat waktu, saat pertarungan pertama segera dimulai. Menurut cerita Theo, mereka punya peraturan berbeda. Jika di Jakarta ada tiga pertarungan dengan petarung yang berbeda, sini juga ada tiga pertarungan. Hanya saja, yang memenangi pertarungan akan terus berada di dalam ring, yang berbeda, sini juga ada tiga pertarungan. Hanya saja, yang memenangi pertarungan akan terus berada di dalam ring, meng­ ikuti, sambil menepuk-nepuk ujung jas. Kami tiba di klub itu tepat waktu, saat pertarungan pertama segera dimulai. Menurut cerita Theo, mereka punya peraturan berbeda. Jika di Jakarta ada tiga pertarungan dengan petarung berikutnya. Malam ini spesial, sang juara berta­ hadapi petarung ikuti, sambil menepuk-nepuk ujung jas. Kami tiba di klub itu tepat waktu, saat pertarungan pertama segera dimulai. Menurut cerita Theo, mereka punya peraturan berbeda. Jika di Jakarta ada tiga pertarungan dengan petarung yang berbeda, sini juga ada tiga pertarungan. Hanya saja, yang memenangi pertarungan akan terus berada di dalam ring, meng­ berikutnya. Malam ini spesial, sang juara berta­ petarung ikuti, sambil menepuk-nepuk ujung jas. Kami tiba di klub itu tepat waktu, saat pertarungan pertama segera dimulai. Menurut cerita Theo, mereka punya peraturan berbeda. Jika di Jakarta ada tiga pertarungan dengan petarung yang berbeda, sini juga ada tiga pertarungan. Hanya saja, yang memenangi pertarungan akan terus berada di dalam ring, meng­ berikutnya. Malam ini spesial, sang juara berta­ hadapi ikuti, sambil menepuk-nepuk ujung jas. Kami tiba di klub itu tepat waktu, saat pertarungan pertama segera dimulai. Menurut cerita Theo, mereka punya peraturan berbeda. Jika di Jakarta ada tiga pertarungan dengan petarung yang berbeda, sini juga ada tiga pertarungan. Hanya saja, yang memenangi pertarungan akan terus berada di dalam ring, meng­ berikutnya. Malam ini spesial, sang juara berta­ hadapi petarung memenangi pertarungan akan terus berada di dalam ring, meng­ berikutnya. Malam ini spesial, sang juara berta­ hadapi petarung Kami tiba di klub itu tepat waktu, saat pertarungan pertama segera dimulai. Menurut cerita Theo, mereka punya peraturan berbeda. Jika di Jakarta ada tiga pertarungan dengan petarung yang berbeda, sini juga ada tiga pertarungan. Hanya saja, yang bertarung setelah dua bulan tidak memiliki la­ han akan turun Kami tiba di klub itu tepat waktu, saat pertarungan pertama segera dimulai. Menurut cerita Theo, mereka punya peraturan berbeda. Jika di Jakarta ada tiga pertarungan dengan petarung yang berbeda, sini juga ada tiga pertarungan. Hanya saja, yang memenangi pertarungan akan terus berada di dalam ring, meng­ berikutnya. Malam ini spesial, sang juara berta­ hadapi petarung bertarung setelah dua bulan tidak memiliki la­ akan turun Kami tiba di klub itu tepat waktu, saat pertarungan pertama segera dimulai. Menurut cerita Theo, mereka punya peraturan berbeda. Jika di Jakarta ada tiga pertarungan dengan petarung yang berbeda, sini juga ada tiga pertarungan. Hanya saja, yang memenangi pertarungan akan terus berada di dalam ring, meng­ berikutnya. Malam ini spesial, sang juara berta­ hadapi petarung bertarung setelah dua bulan tidak memiliki la­ han Kami tiba di klub itu tepat waktu, saat pertarungan pertama segera dimulai. Menurut cerita Theo, mereka punya peraturan berbeda. Jika di Jakarta ada tiga pertarungan dengan petarung yang berbeda, sini juga ada tiga pertarungan. Hanya saja, yang memenangi pertarungan akan terus berada di dalam ring, meng­ berikutnya. Malam ini spesial, sang juara berta­ hadapi petarung bertarung setelah dua bulan tidak memiliki la­ han akan turun berikutnya. Malam ini spesial, sang juara berta­ hadapi petarung bertarung setelah dua bulan tidak memiliki la­ han akan turun segera dimulai. Menurut cerita Theo, mereka punya peraturan berbeda. Jika di Jakarta ada tiga pertarungan dengan petarung yang berbeda, sini juga ada tiga pertarungan. Hanya saja, yang memenangi pertarungan akan terus berada di dalam ring, meng­ wan berarti. Dua penantang adalah anggota klub, dan penantang segera dimulai. Menurut cerita Theo, mereka punya peraturan berbeda. Jika di Jakarta ada tiga pertarungan dengan petarung yang berbeda, sini juga ada tiga pertarungan. Hanya saja, yang memenangi pertarungan akan terus berada di dalam ring, meng­ berikutnya. Malam ini spesial, sang juara berta­ hadapi petarung bertarung setelah dua bulan tidak memiliki la­ han akan turun berarti. Dua penantang adalah anggota klub, dan penantang segera dimulai. Menurut cerita Theo, mereka punya peraturan berbeda. Jika di Jakarta ada tiga pertarungan dengan petarung yang berbeda, sini juga ada tiga pertarungan. Hanya saja, yang memenangi pertarungan akan terus berada di dalam ring, meng­ berikutnya. Malam ini spesial, sang juara berta­ hadapi petarung bertarung setelah dua bulan tidak memiliki la­ han akan turun wan penantang adalah anggota klub, dan penantang segera dimulai. Menurut cerita Theo, mereka punya peraturan berbeda. Jika di Jakarta ada tiga pertarungan dengan petarung yang berbeda, sini juga ada tiga pertarungan. Hanya saja, yang memenangi pertarungan akan terus berada di dalam ring, meng­ berikutnya. Malam ini spesial, sang juara berta­ hadapi petarung bertarung setelah dua bulan tidak memiliki la­ han akan turun wan berarti. Dua penantang adalah anggota klub, dan penantang bertarung setelah dua bulan tidak memiliki la­ han akan turun wan berarti. Dua penantang adalah anggota klub, dan penantang berbeda. Jika di Jakarta ada tiga pertarungan dengan petarung yang berbeda, sini juga ada tiga pertarungan. Hanya saja, yang memenangi pertarungan akan terus berada di dalam ring, meng­ berikutnya. Malam ini spesial, sang juara berta­ hadapi petarung ketiga alias terakhir, adalah aku. ”Kau pasti menghadapi monster berbeda. Jika di bertarung Jakarta ada tiga pertarungan dengan petarung yang berbeda, sini juga ada tiga pertarungan. Hanya saja, yang memenangi pertarungan akan terus berada di dalam ring, meng­ berikutnya. Malam ini spesial, sang juara berta­ hadapi petarung bertarung setelah dua bulan tidak memiliki la­ han akan turun wan berarti. Dua penantang adalah anggota klub, dan penantang ketiga alias terakhir, adalah aku. ”Kau pasti menghadapi monster berbeda. Jika di Jakarta ada tiga pertarungan dengan petarung yang berbeda, sini juga ada tiga pertarungan. Hanya saja, yang memenangi pertarungan akan terus berada di dalam ring, meng­ berikutnya. Malam ini spesial, sang juara berta­ hadapi petarung setelah dua bulan tidak memiliki la­ han akan turun wan berarti. Dua penantang adalah anggota klub, dan penantang adalah aku. ”Kau pasti menghadapi monster berbeda. Jika di Jakarta ada tiga pertarungan dengan petarung yang berbeda, sini juga ada tiga pertarungan. Hanya saja, yang memenangi pertarungan akan terus berada di dalam ring, meng­ berikutnya. Malam ini spesial, sang juara berta­ hadapi petarung bertarung setelah dua bulan tidak memiliki la­ han akan turun wan berarti. Dua penantang adalah anggota klub, dan penantang ketiga alias terakhir, adalah aku. ”Kau pasti menghadapi monster wan berarti. Dua penantang adalah anggota klub, dan penantang ketiga alias terakhir, adalah aku. ”Kau pasti menghadapi monster yang berbeda, di sini juga ada tiga pertarungan. Hanya saja, yang memenangi pertarungan akan terus berada di dalam ring, meng­ berikutnya. Malam ini spesial, sang juara berta­ hadapi petarung bertarung setelah dua bulan tidak memiliki la­ han akan turun itu, Thomas. Jangan cemas. Dia tidak akan kalah oleh dua pe­ yang berbeda, di sini juga ada tiga pertarungan. Hanya saja, yang memenangi pertarungan akan terus berada di dalam ring, meng­ berikutnya. Malam ini spesial, sang juara berta­ hadapi petarung bertarung setelah dua bulan tidak memiliki la­ han akan turun wan berarti. Dua penantang adalah anggota klub, dan penantang ketiga alias terakhir, adalah aku. ”Kau pasti menghadapi monster Thomas. Jangan cemas. Dia tidak akan kalah oleh dua pe­ yang berbeda, di sini juga ada tiga pertarungan. Hanya saja, yang memenangi pertarungan akan terus berada di dalam ring, meng­ berikutnya. Malam ini spesial, sang juara berta­ hadapi petarung bertarung setelah dua bulan tidak memiliki la­ han akan turun wan berarti. Dua penantang adalah anggota klub, dan penantang ketiga alias terakhir, adalah aku. ”Kau pasti menghadapi monster itu, cemas. Dia tidak akan kalah oleh dua pe­ yang berbeda, di sini juga ada tiga pertarungan. Hanya saja, yang memenangi pertarungan akan terus berada di dalam ring, meng­ berikutnya. Malam ini spesial, sang juara berta­ hadapi petarung bertarung setelah dua bulan tidak memiliki la­ han akan turun wan berarti. Dua penantang adalah anggota klub, dan penantang ketiga alias terakhir, adalah aku. ”Kau pasti menghadapi monster itu, Thomas. Jangan cemas. Dia tidak akan kalah oleh dua pe­ ketiga alias terakhir, adalah aku. ”Kau pasti menghadapi monster itu, Thomas. Jangan cemas. Dia tidak akan kalah oleh dua pe­ memenangi pertarungan akan terus berada di dalam ring, meng­ berikutnya. Malam ini spesial, sang juara berta­ hadapi petarung bertarung setelah dua bulan tidak memiliki la­ han akan turun wan berarti. Dua penantang adalah anggota klub, dan penantang nantang pertama, itu semacam pemanasan ringan baginya.” Theo memenangi pertarungan akan terus berada di dalam ring, meng­ berikutnya. Malam ini spesial, sang juara berta­ hadapi petarung bertarung setelah dua bulan tidak memiliki la­ han akan turun wan berarti. Dua penantang adalah anggota klub, dan penantang ketiga alias terakhir, adalah aku. ”Kau pasti menghadapi monster itu, Thomas. Jangan cemas. Dia tidak akan kalah oleh dua pe­ nantang pertama, itu semacam pemanasan ringan baginya.” Theo memenangi pertarungan akan terus berada di dalam ring, meng­ berikutnya. Malam ini spesial, sang juara berta­ hadapi petarung bertarung setelah dua bulan tidak memiliki la­ han akan turun wan berarti. Dua penantang adalah anggota klub, dan penantang ketiga alias terakhir, adalah aku. ”Kau pasti menghadapi monster itu, Thomas. Jangan cemas. Dia tidak akan kalah oleh dua pe­ itu semacam pemanasan ringan baginya.” Theo memenangi pertarungan akan terus berada di dalam ring, meng­ berikutnya. Malam ini spesial, sang juara berta­ hadapi petarung bertarung setelah dua bulan tidak memiliki la­ han akan turun wan berarti. Dua penantang adalah anggota klub, dan penantang ketiga alias terakhir, adalah aku. ”Kau pasti menghadapi monster itu, Thomas. Jangan cemas. Dia tidak akan kalah oleh dua pe­ nantang pertama, itu semacam pemanasan ringan baginya.” Theo itu, Thomas. Jangan cemas. Dia tidak akan kalah oleh dua pe­ nantang pertama, itu semacam pemanasan ringan baginya.” Theo berikutnya. Malam ini spesial, sang juara berta­ hadapi petarung bertarung setelah dua bulan tidak memiliki la­ han akan turun wan berarti. Dua penantang adalah anggota klub, dan penantang ketiga alias terakhir, adalah aku. ”Kau pasti menghadapi monster berseru saat pertarungan pertama baru dimulai. berikutnya. Malam ini spesial, sang juara berta­ hadapi petarung bertarung setelah dua bulan tidak memiliki la­ han akan turun wan berarti. Dua penantang adalah anggota klub, dan penantang ketiga alias terakhir, adalah aku. ”Kau pasti menghadapi monster itu, Thomas. Jangan cemas. Dia tidak akan kalah oleh dua pe­ nantang pertama, itu semacam pemanasan ringan baginya.” Theo berseru saat pertarungan pertama baru dimulai. berikutnya. Malam ini spesial, sang juara berta­ hadapi petarung bertarung setelah dua bulan tidak memiliki la­ han akan turun wan berarti. Dua penantang adalah anggota klub, dan penantang ketiga alias terakhir, adalah aku. ”Kau pasti menghadapi monster itu, Thomas. Jangan cemas. Dia tidak akan kalah oleh dua pe­ nantang pertama, itu semacam pemanasan ringan baginya.” Theo berseru saat pertarungan pertama baru dimulai. berikutnya. Malam ini spesial, sang juara berta­ hadapi petarung bertarung setelah dua bulan tidak memiliki la­ han akan turun wan berarti. Dua penantang adalah anggota klub, dan penantang ketiga alias terakhir, adalah aku. ”Kau pasti menghadapi monster itu, Thomas. Jangan cemas. Dia tidak akan kalah oleh dua pe­ nantang pertama, itu semacam pemanasan ringan baginya.” Theo berseru saat pertarungan pertama baru dimulai. nantang pertama, itu semacam pemanasan ringan baginya.” Theo berseru saat pertarungan pertama baru dimulai. bertarung setelah dua bulan tidak memiliki la­ han akan turun wan berarti. Dua penantang adalah anggota klub, dan penantang ketiga alias terakhir, adalah aku. ”Kau pasti menghadapi monster itu, Thomas. Jangan cemas. Dia tidak akan kalah oleh dua pe­ Dua pertarungan berlalu cepat, dan tepat pukul sembilan ma­ bertarung setelah dua bulan tidak memiliki la­ han akan turun wan berarti. Dua penantang adalah anggota klub, dan penantang ketiga alias terakhir, adalah aku. ”Kau pasti menghadapi monster itu, Thomas. Jangan cemas. Dia tidak akan kalah oleh dua pe­ nantang pertama, itu semacam pemanasan ringan baginya.” Theo berseru saat pertarungan pertama baru dimulai. Dua pertarungan berlalu cepat, dan tepat pukul sembilan ma­ bertarung setelah dua bulan tidak memiliki la­ han akan turun wan berarti. Dua penantang adalah anggota klub, dan penantang ketiga alias terakhir, adalah aku. ”Kau pasti menghadapi monster itu, Thomas. Jangan cemas. Dia tidak akan kalah oleh dua pe­ nantang pertama, itu semacam pemanasan ringan baginya.” Theo berseru saat pertarungan pertama baru dimulai. Dua pertarungan berlalu cepat, dan tepat pukul sembilan ma­ bertarung setelah dua bulan tidak memiliki la­ han akan turun wan berarti. Dua penantang adalah anggota klub, dan penantang ketiga alias terakhir, adalah aku. ”Kau pasti menghadapi monster itu, Thomas. Jangan cemas. Dia tidak akan kalah oleh dua pe­ nantang pertama, itu semacam pemanasan ringan baginya.” Theo berseru saat pertarungan pertama baru dimulai. Dua pertarungan berlalu cepat, dan tepat pukul sembilan ma­ berseru saat pertarungan pertama baru dimulai. Dua pertarungan berlalu cepat, dan tepat pukul sembilan ma­ wan berarti. Dua penantang adalah anggota klub, dan penantang ketiga alias terakhir, adalah aku. ”Kau pasti menghadapi monster itu, Thomas. Jangan cemas. Dia tidak akan kalah oleh dua pe­ nantang pertama, itu semacam pemanasan ringan baginya.” Theo lam, saat keramaian klub mencapai puncaknya, giliranku menan­ wan berarti. Dua penantang adalah anggota klub, dan penantang ketiga alias terakhir, adalah aku. ”Kau pasti menghadapi monster itu, Thomas. Jangan cemas. Dia tidak akan kalah oleh dua pe­ nantang pertama, itu semacam pemanasan ringan baginya.” Theo berseru saat pertarungan pertama baru dimulai. Dua pertarungan berlalu cepat, dan tepat pukul sembilan ma­ lam, saat keramaian klub mencapai puncaknya, giliranku menan­ wan berarti. Dua penantang adalah anggota klub, dan penantang ketiga alias terakhir, adalah aku. ”Kau pasti menghadapi monster itu, Thomas. Jangan cemas. Dia tidak akan kalah oleh dua pe­ nantang pertama, itu semacam pemanasan ringan baginya.” Theo berseru saat pertarungan pertama baru dimulai. Dua pertarungan berlalu cepat, dan tepat pukul sembilan ma­ lam, saat keramaian klub mencapai puncaknya, giliranku menan­ wan berarti. Dua penantang adalah anggota klub, dan penantang ketiga alias terakhir, adalah aku. ”Kau pasti menghadapi monster itu, Thomas. Jangan cemas. Dia tidak akan kalah oleh dua pe­ nantang pertama, itu semacam pemanasan ringan baginya.” Theo berseru saat pertarungan pertama baru dimulai. Dua pertarungan berlalu cepat, dan tepat pukul sembilan ma­ lam, saat keramaian klub mencapai puncaknya, giliranku menan­ Dua pertarungan berlalu cepat, dan tepat pukul sembilan ma­ lam, saat keramaian klub mencapai puncaknya, giliranku menan­ ketiga alias terakhir, adalah aku. ”Kau pasti menghadapi monster itu, Thomas. Jangan cemas. Dia tidak akan kalah oleh dua pe­ nantang pertama, itu semacam pemanasan ringan baginya.” Theo berseru saat pertarungan pertama baru dimulai. tang sang juara bertahan tiba. Aku tidak sempat berganti pa­ ketiga alias terakhir, adalah aku. ”Kau pasti menghadapi monster itu, Thomas. Jangan cemas. Dia tidak akan kalah oleh dua pe­ nantang pertama, itu semacam pemanasan ringan baginya.” Theo berseru saat pertarungan pertama baru dimulai. Dua pertarungan berlalu cepat, dan tepat pukul sembilan ma­ lam, saat keramaian klub mencapai puncaknya, giliranku menan­ tang sang juara bertahan tiba. Aku tidak sempat berganti pa­ ketiga alias terakhir, adalah aku. ”Kau pasti menghadapi monster itu, Thomas. Jangan cemas. Dia tidak akan kalah oleh dua pe­ nantang pertama, itu semacam pemanasan ringan baginya.” Theo berseru saat pertarungan pertama baru dimulai. Dua pertarungan berlalu cepat, dan tepat pukul sembilan ma­ lam, saat keramaian klub mencapai puncaknya, giliranku menan­ tang sang juara bertahan tiba. Aku tidak sempat berganti pa­ ketiga alias terakhir, adalah aku. ”Kau pasti menghadapi monster itu, Thomas. Jangan cemas. Dia tidak akan kalah oleh dua pe­ nantang pertama, itu semacam pemanasan ringan baginya.” Theo berseru saat pertarungan pertama baru dimulai. Dua pertarungan berlalu cepat, dan tepat pukul sembilan ma­ lam, saat keramaian klub mencapai puncaknya, giliranku menan­ tang sang juara bertahan tiba. Aku tidak sempat berganti pa­ lam, saat keramaian klub mencapai puncaknya, giliranku menan­ tang sang juara bertahan tiba. Aku tidak sempat berganti pa­ itu, Thomas. Jangan cemas. Dia tidak akan kalah oleh dua pe­ nantang pertama, itu semacam pemanasan ringan baginya.” Theo berseru saat pertarungan pertama baru dimulai. Dua pertarungan berlalu cepat, dan tepat pukul sembilan ma­ jas, dasi, menggulung lengan kemeja kaian. Hanya melepas itu, Thomas. Jangan cemas. Dia tidak akan kalah oleh dua pe­ nantang pertama, itu semacam pemanasan ringan baginya.” Theo berseru saat pertarungan pertama baru dimulai. Dua pertarungan berlalu cepat, dan tepat pukul sembilan ma­ lam, saat keramaian klub mencapai puncaknya, giliranku menan­ tang sang juara bertahan tiba. Aku tidak sempat berganti pa­ jas, dasi, menggulung lengan kemeja kaian. Hanya melepas itu, Thomas. Jangan cemas. Dia tidak akan kalah oleh dua pe­ nantang pertama, itu semacam pemanasan ringan baginya.” Theo berseru saat pertarungan pertama baru dimulai. Dua pertarungan berlalu cepat, dan tepat pukul sembilan ma­ lam, saat keramaian klub mencapai puncaknya, giliranku menan­ tang sang juara bertahan tiba. Aku tidak sempat berganti pa­ jas, dasi, menggulung lengan kemeja kaian. Hanya melepas itu, Thomas. Jangan cemas. Dia tidak akan kalah oleh dua pe­ nantang pertama, itu semacam pemanasan ringan baginya.” Theo berseru saat pertarungan pertama baru dimulai. Dua pertarungan berlalu cepat, dan tepat pukul sembilan ma­ lam, saat keramaian klub mencapai puncaknya, giliranku menan­ tang sang juara bertahan tiba. Aku tidak sempat berganti pa­ jas, dasi, menggulung lengan kemeja kaian. Hanya melepas tang sang juara bertahan tiba. Aku tidak sempat berganti pa­ jas, dasi, menggulung lengan kemeja kaian. Hanya melepas nantang pertama, itu semacam pemanasan ringan baginya.” Theo berseru saat pertarungan pertama baru dimulai. Dua pertarungan berlalu cepat, dan tepat pukul sembilan ma­ lam, saat keramaian klub mencapai puncaknya, giliranku menan­ hingga ke siku. Melempar sepatu sembarang, kaus kaki. Inspek­ nantang pertama, itu semacam pemanasan ringan baginya.” Theo berseru saat pertarungan pertama baru dimulai. Dua pertarungan berlalu cepat, dan tepat pukul sembilan ma­ lam, saat keramaian klub mencapai puncaknya, giliranku menan­ tang sang juara bertahan tiba. Aku tidak sempat berganti pa­ jas, dasi, menggulung lengan kemeja kaian. Hanya melepas hingga ke siku. Melempar sepatu sembarang, kaus kaki. Inspek­ nantang pertama, itu semacam pemanasan ringan baginya.” Theo berseru saat pertarungan pertama baru dimulai. Dua pertarungan berlalu cepat, dan tepat pukul sembilan ma­ lam, saat keramaian klub mencapai puncaknya, giliranku menan­ tang sang juara bertahan tiba. Aku tidak sempat berganti pa­ jas, dasi, menggulung lengan kemeja kaian. Hanya melepas hingga ke siku. Melempar sepatu sembarang, kaus kaki. Inspek­ nantang pertama, itu semacam pemanasan ringan baginya.” Theo berseru saat pertarungan pertama baru dimulai. Dua pertarungan berlalu cepat, dan tepat pukul sembilan ma­ lam, saat keramaian klub mencapai puncaknya, giliranku menan­ tang sang juara bertahan tiba. Aku tidak sempat berganti pa­ jas, dasi, menggulung lengan kemeja kaian. Hanya melepas hingga ke siku. Melempar sepatu sembarang, kaus kaki. Inspek­ kaian. Hanya melepas jas, dasi, menggulung lengan kemeja hingga ke siku. Melempar sepatu sembarang, kaus kaki. Inspek­ berseru saat pertarungan pertama baru dimulai. Dua pertarungan berlalu cepat, dan tepat pukul sembilan ma­ lam, saat keramaian klub mencapai puncaknya, giliranku menan­ tang sang juara bertahan tiba. Aku tidak sempat berganti pa­ tur pertandingan berseru-seru dengan pengeras suara, memanas­ berseru saat pertarungan pertama baru dimulai. Dua pertarungan berlalu cepat, dan tepat pukul sembilan ma­ lam, saat keramaian klub mencapai puncaknya, giliranku menan­ tang sang juara bertahan tiba. Aku tidak sempat berganti pa­ kaian. Hanya melepas jas, dasi, menggulung lengan kemeja hingga ke siku. Melempar sepatu sembarang, kaus kaki. Inspek­ tur pertandingan berseru-seru dengan pengeras suara, memanas­ berseru saat pertarungan pertama baru dimulai. Dua pertarungan berlalu cepat, dan tepat pukul sembilan ma­ lam, saat keramaian klub mencapai puncaknya, giliranku menan­ tang sang juara bertahan tiba. Aku tidak sempat berganti pa­ kaian. Hanya melepas jas, dasi, menggulung lengan kemeja hingga ke siku. Melempar sepatu sembarang, kaus kaki. Inspek­ tur pertandingan berseru-seru dengan pengeras suara, memanas­ berseru saat pertarungan pertama baru dimulai. Dua pertarungan berlalu cepat, dan tepat pukul sembilan ma­ lam, saat keramaian klub mencapai puncaknya, giliranku menan­ tang sang juara bertahan tiba. Aku tidak sempat berganti pa­ kaian. Hanya melepas jas, dasi, menggulung lengan kemeja hingga ke siku. Melempar sepatu sembarang, kaus kaki. Inspek­ tur pertandingan berseru-seru dengan pengeras suara, memanas­ hingga ke siku. Melempar sepatu sembarang, kaus kaki. Inspek­ tur pertandingan berseru-seru dengan pengeras suara, memanas­ Dua pertarungan berlalu cepat, dan tepat pukul sembilan ma­ lam, saat keramaian klub mencapai puncaknya, giliranku menan­ tang sang juara bertahan tiba. Aku tidak sempat berganti pa­ jas, dasi, menggulung lengan kemeja kaian. Hanya melepas kan situasi, menyebut-nyebut rekorku di Jakarta. Otomatis pe­ Dua pertarungan berlalu cepat, dan tepat pukul sembilan ma­ lam, saat keramaian klub mencapai puncaknya, giliranku menan­ tang sang juara bertahan tiba. Aku tidak sempat berganti pa­ kaian. Hanya melepas jas, dasi, menggulung lengan kemeja hingga ke siku. Melempar sepatu sembarang, kaus kaki. Inspek­ tur pertandingan berseru-seru dengan pengeras suara, memanas­ kan situasi, menyebut-nyebut rekorku di Jakarta. Otomatis pe­ Dua pertarungan berlalu cepat, dan tepat pukul sembilan ma­ lam, saat keramaian klub mencapai puncaknya, giliranku menan­ tang sang juara bertahan tiba. Aku tidak sempat berganti pa­ jas, dasi, menggulung lengan kemeja kaian. Hanya melepas hingga ke siku. Melempar sepatu sembarang, kaus kaki. Inspek­ tur pertandingan berseru-seru dengan pengeras suara, memanas­ kan situasi, menyebut-nyebut rekorku di Jakarta. Otomatis pe­ Dua pertarungan berlalu cepat, dan tepat pukul sembilan ma­ lam, saat keramaian klub mencapai puncaknya, giliranku menan­ tang sang juara bertahan tiba. Aku tidak sempat berganti pa­ kaian. Hanya melepas jas, dasi, menggulung lengan kemeja hingga ke siku. Melempar sepatu sembarang, kaus kaki. Inspek­ tur pertandingan berseru-seru dengan pengeras suara, memanas­ kan situasi, menyebut-nyebut rekorku di Jakarta. Otomatis pe­ tur pertandingan berseru-seru dengan pengeras suara, memanas­ kan situasi, menyebut-nyebut rekorku di Jakarta. Otomatis pe­ lam, saat keramaian klub mencapai puncaknya, giliranku menan­ tang sang juara bertahan tiba. Aku tidak sempat berganti pa­ kaian. Hanya melepas jas, dasi, menggulung lengan kemeja hingga ke siku. Melempar sepatu sembarang, kaus kaki. Inspek­ nonton lebih antusias. Satu dua mendekat, menepuk bahuku, lam, saat keramaian klub mencapai puncaknya, giliranku menan­ tang sang juara bertahan tiba. Aku tidak sempat berganti pa­ jas, dasi, menggulung lengan kemeja kaian. Hanya melepas hingga ke siku. Melempar sepatu sembarang, kaus kaki. Inspek­ tur pertandingan berseru-seru dengan pengeras suara, memanas­ kan situasi, menyebut-nyebut rekorku di Jakarta. Otomatis pe­ nonton lebih antusias. Satu dua mendekat, menepuk bahuku, lam, saat keramaian klub mencapai puncaknya, giliranku menan­ tang sang juara bertahan tiba. Aku tidak sempat berganti pa­ kaian. Hanya melepas jas, dasi, menggulung lengan kemeja hingga ke siku. Melempar sepatu sembarang, kaus kaki. Inspek­ tur pertandingan berseru-seru dengan pengeras suara, memanas­ kan situasi, menyebut-nyebut rekorku di Jakarta. Otomatis pe­ nonton lebih antusias. Satu dua mendekat, menepuk bahuku, lam, saat keramaian klub mencapai puncaknya, giliranku menan­ tang sang juara bertahan tiba. Aku tidak sempat berganti pa­ jas, dasi, menggulung lengan kemeja kaian. Hanya melepas hingga ke siku. Melempar sepatu sembarang, kaus kaki. Inspek­ tur pertandingan berseru-seru dengan pengeras suara, memanas­ kan situasi, menyebut-nyebut rekorku di Jakarta. Otomatis pe­ nonton lebih antusias. Satu dua mendekat, menepuk bahuku, kan situasi, menyebut-nyebut rekorku di Jakarta. Otomatis pe­ nonton lebih antusias. Satu dua mendekat, menepuk bahuku, tang sang juara bertahan tiba. Aku tidak sempat berganti pa­ kaian. Hanya melepas jas, dasi, menggulung lengan kemeja hingga ke siku. Melempar sepatu sembarang, kaus kaki. Inspek­ tur pertandingan berseru-seru dengan pengeras suara, memanas­ memberikan semangat. Aku hanya mengangguk pelan. Aku ti­ tang sang juara bertahan tiba. Aku tidak sempat berganti pa­ jas, dasi, menggulung lengan kemeja kaian. Hanya melepas hingga ke siku. Melempar sepatu sembarang, kaus kaki. Inspek­ tur pertandingan berseru-seru dengan pengeras suara, memanas­ kan situasi, menyebut-nyebut rekorku di Jakarta. Otomatis pe­ nonton lebih antusias. Satu dua mendekat, menepuk bahuku, memberikan semangat. Aku hanya mengangguk pelan. Aku ti­ tang sang juara bertahan tiba. Aku tidak sempat berganti pa­ kaian. Hanya melepas jas, dasi, menggulung lengan kemeja hingga ke siku. Melempar sepatu sembarang, kaus kaki. Inspek­ tur pertandingan berseru-seru dengan pengeras suara, memanas­ kan situasi, menyebut-nyebut rekorku di Jakarta. Otomatis pe­ nonton lebih antusias. Satu dua mendekat, menepuk bahuku, memberikan semangat. Aku hanya mengangguk pelan. Aku ti­ tang sang juara bertahan tiba. Aku tidak sempat berganti pa­ jas, dasi, menggulung lengan kemeja kaian. Hanya melepas hingga ke siku. Melempar sepatu sembarang, kaus kaki. Inspek­ tur pertandingan berseru-seru dengan pengeras suara, memanas­ kan situasi, menyebut-nyebut rekorku di Jakarta. Otomatis pe­ nonton lebih antusias. Satu dua mendekat, menepuk bahuku, memberikan semangat. Aku hanya mengangguk pelan. Aku ti­ nonton lebih antusias. Satu dua mendekat, menepuk bahuku, memberikan semangat. Aku hanya mengangguk pelan. Aku ti­ kaian. Hanya melepas jas, dasi, menggulung lengan kemeja hingga ke siku. Melempar sepatu sembarang, kaus kaki. Inspek­ tur pertandingan berseru-seru dengan pengeras suara, memanas­ kan situasi, menyebut-nyebut rekorku di Jakarta. Otomatis pe­ kaian. Hanya melepas jas, dasi, menggulung lengan kemeja hingga ke siku. Melempar sepatu sembarang, kaus kaki. Inspek­ tur pertandingan berseru-seru dengan pengeras suara, memanas­ kan situasi, menyebut-nyebut rekorku di Jakarta. Otomatis pe­ nonton lebih antusias. Satu dua mendekat, menepuk bahuku, memberikan semangat. Aku hanya mengangguk pelan. Aku ti­ 34 kaian. Hanya melepas jas, dasi, menggulung lengan kemeja hingga ke siku. Melempar sepatu sembarang, kaus kaki. Inspek­ tur pertandingan berseru-seru dengan pengeras suara, memanas­ kan situasi, menyebut-nyebut rekorku di Jakarta. Otomatis pe­ nonton lebih antusias. Satu dua mendekat, menepuk bahuku, memberikan semangat. Aku hanya mengangguk pelan. Aku ti­ 34 kaian. Hanya melepas jas, dasi, menggulung lengan kemeja hingga ke siku. Melempar sepatu sembarang, kaus kaki. Inspek­ tur pertandingan berseru-seru dengan pengeras suara, memanas­ kan situasi, menyebut-nyebut rekorku di Jakarta. Otomatis pe­ nonton lebih antusias. Satu dua mendekat, menepuk bahuku, memberikan semangat. Aku hanya mengangguk pelan. Aku ti­



melangkah menuju lingkaran merah. dengan tampilan seadanya, aku memutar badan, bawa. Hanya Tidak ada sarung tinju, tidak ada pelindung kepala yang ku­ pa bahasa mereka tidak kukenal. dak mengenal mereka, wajah-wajah antarbangsa. Bahkan bebera­ Penonton bertepuk tangan saat aku memasuki arena pertan­ melangkah menuju lingkaran merah. dengan tampilan seadanya, aku memutar badan, bawa. Hanya Tidak ada sarung tinju, tidak ada pelindung kepala yang ku­ pa bahasa mereka tidak kukenal. dak mengenal mereka, wajah-wajah antarbangsa. Bahkan bebera­ Penonton bertepuk tangan saat aku memasuki arena pertan­ melangkah menuju lingkaran merah. dengan tampilan seadanya, aku memutar badan, bawa. Hanya Tidak ada sarung tinju, tidak ada pelindung kepala yang ku­ pa bahasa mereka tidak kukenal. dak mengenal mereka, wajah-wajah antarbangsa. Bahkan bebera­ Penonton bertepuk tangan saat aku memasuki arena pertan­ melangkah menuju lingkaran merah. dengan tampilan seadanya, aku memutar badan, bawa. Hanya Tidak ada sarung tinju, tidak ada pelindung kepala yang ku­ pa bahasa mereka tidak kukenal. dak mengenal mereka, wajah-wajah antarbangsa. Bahkan bebera­ Penonton bertepuk tangan saat aku memasuki arena pertan­ melangkah menuju lingkaran merah. dengan tampilan seadanya, aku memutar badan, bawa. Hanya Tidak ada sarung tinju, tidak ada pelindung kepala yang ku­ pa bahasa mereka tidak kukenal. dingan. Penonton bertepuk tangan saat aku memasuki arena pertan­ melangkah menuju lingkaran merah. dengan tampilan seadanya, aku memutar badan, bawa. Hanya Tidak ada sarung tinju, tidak ada pelindung kepala yang ku­ pa bahasa mereka tidak kukenal. dingan. Penonton bertepuk tangan saat aku memasuki arena pertan­ melangkah menuju lingkaran merah. dengan tampilan seadanya, aku memutar badan, bawa. Hanya Tidak ada sarung tinju, tidak ada pelindung kepala yang ku­ pa bahasa mereka tidak kukenal. dingan. Penonton bertepuk tangan saat aku memasuki arena pertan­ melangkah menuju lingkaran merah. dengan tampilan seadanya, aku memutar memutar badan, bawa. Hanya Tidak ada sarung tinju, tidak ada pelindung kepala yang ku­ pa bahasa mereka tidak kukenal. dingan. Penonton bertepuk tangan saat aku memasuki arena pertan­ melangkah menuju lingkaran merah. dengan tampilan seadanya, aku badan, bawa. Hanya Tidak ada sarung tinju, tidak ada pelindung kepala yang ku­ pa bahasa mereka tidak kukenal. dingan. Penonton bertepuk tangan saat aku memasuki arena pertan­ melangkah menuju lingkaran merah. dengan tampilan seadanya, aku memutar badan, bawa. Hanya Tidak ada sarung tinju, tidak ada pelindung kepala yang ku­ juara bertahan menatapku tajam. Memeriksa dari ujung Sang dingan. Penonton bertepuk tangan saat aku memasuki arena pertan­ melangkah menuju lingkaran merah. dengan tampilan seadanya, aku memutar badan, bawa. Hanya Tidak ada sarung tinju, tidak ada pelindung kepala yang ku­ juara bertahan menatapku tajam. Memeriksa dari ujung Sang dingan. Penonton bertepuk tangan saat aku memasuki arena pertan­ melangkah menuju lingkaran merah. dengan tampilan seadanya, aku memutar badan, bawa. Hanya Tidak ada sarung tinju, tidak ada pelindung kepala yang ku­ juara bertahan menatapku tajam. Memeriksa dari ujung Sang dingan. Penonton bertepuk tangan saat aku memasuki arena pertan­ melangkah menuju lingkaran merah. dengan tampilan seadanya, aku memutar badan, bawa. Hanya Tidak ada sarung tinju, tidak ada pelindung kepala yang ku­ juara bertahan menatapku tajam. Memeriksa dari ujung Sang dingan. Penonton bertepuk tangan saat aku memasuki arena pertan­ melangkah menuju lingkaran merah. dengan tampilan seadanya, aku memutar badan, bawa. Hanya Tidak ada sarung tinju, tidak ada pelindung kepala yang ku­ juara bertahan menatapku tajam. Memeriksa dari ujung Sang dingan. Penonton bertepuk tangan saat aku memasuki arena pertan­ melangkah menuju lingkaran merah. dengan tampilan seadanya, aku memutar badan, bawa. Hanya ke ujung. Dia menyuruh rekan di sebelahnya melepas sarung juara bertahan menatapku tajam. Memeriksa dari ujung Sang dingan. Penonton bertepuk tangan saat aku memasuki arena pertan­ melangkah menuju lingkaran merah. dengan tampilan seadanya, aku memutar badan, bawa. Hanya ke ujung. Dia menyuruh rekan di sebelahnya melepas sarung juara bertahan menatapku tajam. Memeriksa dari ujung Sang dingan. Penonton bertepuk tangan saat aku memasuki arena pertan­ melangkah menuju lingkaran merah. dengan tampilan seadanya, aku memutar memutar badan, bawa. Hanya ke ujung. Dia menyuruh rekan di sebelahnya melepas sarung juara bertahan menatapku tajam. Memeriksa dari ujung Sang dingan. Penonton bertepuk tangan saat aku memasuki arena pertan­ melangkah menuju lingkaran merah. dengan tampilan seadanya, aku badan, bawa. Hanya ke ujung. Dia menyuruh rekan di sebelahnya melepas sarung juara bertahan menatapku tajam. Memeriksa dari ujung Sang dingan. Penonton bertepuk tangan saat aku memasuki arena pertan­ melangkah menuju lingkaran merah. dengan tampilan seadanya, aku memutar badan, bawa. Hanya ke ujung. Dia menyuruh rekan diaku sebelahnya melepas sarung juara bertahan menatapku tajam. Memeriksa daripertan­ ujung Sang dingan. Penonton bertepuk tangan saat memasuki arena melangkah menuju lingkaran merah. tangannya. Juga helm yang dia kenakan. Itu tindakan sportif dari ke ujung. Dia menyuruh rekan di sebelahnya melepas sarung juara bertahan menatapku tajam. Memeriksa dari ujung Sang dingan. Penonton bertepuk tangan saat aku memasuki arena pertan­ melangkah menuju lingkaran merah. tangannya. Juga helm yang dia kenakan. Itu tindakan sportif dari ke ujung. Dia menyuruh rekan di sebelahnya melepas sarung juara bertahan menatapku tajam. dari ujung Sang dingan. Penonton bertepuk tangan saat memasuki arena pertan­ melangkah menuju lingkaran merah. tangannya. Juga helmlingkaran yang diamerah. kenakan. ItuMemeriksa tindakan sportif dari ke ujung. Dia menyuruh rekan di sebelahnya melepas sarung juara bertahan menatapku tajam. Memeriksa dari ujung Sang dingan. Penonton bertepuk tangan saat aku memasuki arena pertan­ melangkah menuju tangannya. Juga helm yang dia kenakan. Itu tindakan sportif dari ke ujung. Dia menyuruh rekan diaku sebelahnya melepas sarung juara bertahan menatapku tajam. Memeriksa dari ujung Sang dingan. Penonton bertepuk tangan saat aku memasuki arena pertan­ melangkah menuju lingkaran merah. tangannya. Juga helm yang dia kenakan. Itu tindakan sportif dari ke ujung. Dia menyuruh rekan di sebelahnya melepas sarung juara bertahan menatapku tajam. Memeriksa dari ujung Sang dingan. Penonton bertepuk tangan saat aku memasuki arena pertan­ seorang petarung. Ini pertarungan bebas, tidak ada satu pihak tangannya. Juga helm yang dia kenakan. Itu tindakan sportif dari ke ujung. Dia menyuruh rekan di sebelahnya melepas sarung juara bertahan menatapku tajam. Memeriksa dari ujung Sang dingan. Penonton bertepuk tangan saat aku memasuki arena pertan­ seorang petarung. Ini pertarungan bebas, tidak ada satu pihak tangannya. Juga helm yang dia kenakan. Itu tindakan sportif dari ke ujung. Dia menyuruh rekan diaku sebelahnya melepas sarung juara bertahan menatapku tajam. Memeriksa dari ujung Sang dingan. Penonton bertepuk tangan saat aku memasuki arena pertan­ seorang petarung. Ini pertarungan bebas, tidak ada satu pihak tangannya. Juga helm yang dia kenakan. Itu tindakan sportif dari ke ujung. Dia menyuruh rekan di sebelahnya melepas sarung juara bertahan menatapku tajam. Memeriksa dari ujung Sang dingan. Penonton bertepuk tangan saat memasuki arena pertan­ seorang petarung. Ini pertarungan bebas, tidak ada satu pihak tangannya. Juga helm yang dia kenakan. Itu tindakan sportif dari ke ujung. Dia menyuruh rekan di sebelahnya melepas sarung juara bertahan menatapku tajam. Memeriksa dari ujung Sang dingan. Penonton bertepuk tangan saat aku memasuki arena pertan­ seorang petarung. Ini pertarungan bebas, tidak ada satu pihak tangannya. Juga helm yang dia kenakan. Itu tindakan sportif dari ke ujung. Dia menyuruh rekan di sebelahnya melepas sarung juara bertahan menatapku tajam. Memeriksa dari ujung Sang dingan. yang diuntungkan oleh kelengkapan bertarung. Penonton ber­ seorang petarung. Ini pertarungan bebas, tidak ada satu pihak tangannya. Juga helm yang dia kenakan. Itu tindakan sportif dari ke ujung. Dia menyuruh rekan di sebelahnya melepas sarung juara bertahan menatapku tajam. Memeriksa dari ujung Sang dingan. yang diuntungkan oleh kelengkapan bertarung. Penonton ber­ seorang petarung. Ini pertarungan bebas, tidak ada satu pihak tangannya. Juga helm yang dia kenakan. Itu tindakan sportif dari ke ujung. Dia menyuruh rekan di sebelahnya melepas sarung juara bertahan menatapku tajam. Memeriksa dari ujung Sang dingan. yang diuntungkan oleh kelengkapan bertarung. Penonton ber­ seorang petarung. Ini pertarungan bebas, tidak ada satu pihak tangannya. Juga helm yang dia kenakan. Itu tindakan sportif dari ke ujung. Dia menyuruh rekan di sebelahnya melepas sarung dingan. juara bertahan menatapku tajam. Memeriksa dari ujung Sang yang diuntungkan oleh kelengkapan bertarung. Penonton ber­ seorang petarung. Ini pertarungan bebas, tidak ada satu pihak tangannya. Juga helm yang dia kenakan. Itu tindakan sportif dari ke ujung. Dia menyuruh rekan di sebelahnya melepas sarung juara bertahan menatapku tajam. Memeriksa dari ujung Sang dingan. yang diuntungkan oleh kelengkapan bertarung. Penonton ber­ seorang petarung. Ini pertarungan bebas, tidak ada satu pihak tangannya. Juga helm yang dia kenakan. Itu tindakan sportif dari ke ujung. Dia menyuruh rekan di sebelahnya melepas sarung juara bertahan menatapku tajam. Memeriksa dari ujung Sang sorak-sorak semakin semangat melihat apa yang dilakukan sang yang diuntungkan oleh kelengkapan bertarung. Penonton ber­ seorang petarung. Ini pertarungan bebas, tidak ada satu pihak tangannya. Juga helm yang dia kenakan. Itu tindakan sportif dari ke ujung. Dia menyuruh rekan di sebelahnya melepas sarung juara bertahan menatapku tajam. Memeriksa dari ujung Sang sorak-sorak semakin semangat melihat apa yang dilakukan sang yang diuntungkan oleh kelengkapan bertarung. Penonton ber­ seorang petarung. Ini pertarungan bebas, tidak ada satu pihak tangannya. Juga helm yang dia kenakan. Itu tindakan sportif dari ke ujung. Dia menyuruh rekan di sebelahnya melepas sarung juara bertahan menatapku tajam. Memeriksa dari ujung Sang sorak-sorak semakin semangat melihat apa yang dilakukan sang yang diuntungkan oleh kelengkapan bertarung. Penonton ber­ seorang petarung. Ini pertarungan bebas, tidak ada satu pihak tangannya. Juga helm yang dia kenakan. Itu tindakan sportif dari juara bertahan menatapku tajam. Memeriksa dari ujung Sang ke ujung. Dia menyuruh rekan di sebelahnya melepas sarung sorak-sorak semakin semangat melihat apa yang dilakukan sang yang diuntungkan oleh kelengkapan bertarung. Penonton ber­ seorang petarung. Ini pertarungan bebas, tidak ada satu pihak tangannya. Juga helm yang dia kenakan. Itu tindakan sportif dari ke ujung. Dia menyuruh rekan di sebelahnya melepas sarung juara bertahan menatapku tajam. Memeriksa dari ujung Sang sorak-sorak semakin semangat melihat apa yang dilakukan sang yang diuntungkan oleh kelengkapan bertarung. Penonton ber­ seorang petarung. Ini pertarungan bebas, tidak ada satu pihak tangannya. Juga helm yang dia kenakan. Itu tindakan sportif dari ke ujung. Dia menyuruh rekan di sebelahnya melepas sarung juara bertahan, meneriakkan namanya. sorak-sorak semakin semangat melihat apa yang dilakukan sang yang diuntungkan oleh kelengkapan bertarung. Penonton ber­ seorang petarung. Ini pertarungan bebas, tidak ada satu pihak tangannya. Juga helm yang dia kenakan. Itu tindakan sportif dari ke ujung. Dia menyuruh rekan di sebelahnya melepas sarung juara bertahan, meneriakkan namanya. sorak-sorak semakin semangat melihat apa yang dilakukan sang yang diuntungkan oleh kelengkapan bertarung. Penonton ber­ seorang petarung. Ini pertarungan bebas, tidak ada satu pihak tangannya. Juga helm yang dia kenakan. Itu tindakan sportif dari ke ujung. Dia menyuruh rekan di sebelahnya melepas sarung juara bertahan, meneriakkan namanya. sorak-sorak semakin semangat melihat apa yang dilakukan sang yang diuntungkan oleh kelengkapan bertarung. Penonton ber­ ke ujung. Dia menyuruh rekan di sebelahnya melepas sarung seorang petarung. Ini pertarungan bebas, tidak ada satu pihak tangannya. Juga helm yang dia kenakan. Itu tindakan sportif dari juara bertahan, meneriakkan namanya. sorak-sorak semakin semangat melihat apa yang dilakukan sang yang diuntungkan oleh kelengkapan bertarung. Penonton ber­ seorang petarung. Ini pertarungan bebas, tidak ada satu pihak tangannya. Juga helm yang dia kenakan. Itu tindakan sportif dari ke ujung. Dia menyuruh rekan di sebelahnya melepas sarung juara bertahan, meneriakkan namanya. sorak-sorak semakin semangat melihat apa yang dilakukan sang yang diuntungkan oleh kelengkapan bertarung. Penonton ber­ seorang petarung. Ini pertarungan bebas, tidak ada satu pihak tangannya. Juga helm yang dia kenakan. Itu tindakan sportif dari Aku melemaskan bahu, leher, ikut menatapnya tajam. Jarak juara bertahan, meneriakkan namanya. sorak-sorak semakin semangat melihat apa yang dilakukan sang yang diuntungkan oleh kelengkapan bertarung. Penonton ber­ seorang petarung. Ini pertarungan bebas, tidak ada satu pihak tangannya. Juga helm yang dia kenakan. Itu tindakan sportif dari Aku melemaskan bahu, leher, ikut menatapnya tajam. Jarak juara bertahan, meneriakkan namanya. sorak-sorak semakin semangat melihat apa yang dilakukan sang yang diuntungkan oleh kelengkapan bertarung. Penonton ber­ seorang petarung. Ini pertarungan bebas, tidak ada satu pihak tangannya. Juga helm yang dia kenakan. Itu tindakan sportif dari Aku melemaskan bahu, leher, ikut menatapnya tajam. Jarak juara bertahan, meneriakkan namanya. sorak-sorak semakin semangat melihat apa yang dilakukan sang tangannya. Juga helm yang dia kenakan. Itu tindakan sportif dari yang diuntungkan oleh kelengkapan bertarung. Penonton ber­ seorang petarung. Ini pertarungan bebas, tidak ada satu pihak Aku melemaskan bahu, leher, ikut menatapnya tajam. Jarak juara bertahan, meneriakkan namanya. sorak-sorak semakin semangat melihat apa yang dilakukan sang yang diuntungkan oleh kelengkapan bertarung. Penonton ber­ seorang petarung. Ini pertarungan bebas, tidak ada satu pihak tangannya. Juga helm yang dia kenakan. Itu tindakan sportif dari Aku melemaskan bahu, leher, ikut menatapnya tajam. Jarak juara bertahan, meneriakkan namanya. sorak-sorak semakin semangat melihat apa yang dilakukan sang yang diuntungkan oleh kelengkapan bertarung. Penonton ber­ seorang petarung. Ini pertarungan bebas, tidak ada satu pihak kami hanya dua langkah sekarang, dipisahkan inspektur pertan­ Aku melemaskan bahu, leher, ikut menatapnya tajam. Jarak juara bertahan, meneriakkan namanya. sorak-sorak semakin semangat melihat apa yang dilakukan sang yang diuntungkan oleh kelengkapan bertarung. Penonton ber­ seorang petarung. Ini pertarungan bebas, tidak ada satu pihak kami hanya dua langkah sekarang, dipisahkan inspektur pertan­ Aku melemaskan bahu, leher, ikut menatapnya tajam. Jarak juara bertahan, meneriakkan namanya. sorak-sorak semakin semangat melihat apa yang dilakukan sang yang diuntungkan oleh kelengkapan bertarung. Penonton ber­ seorang petarung. Ini pertarungan bebas, tidak ada satu pihak kami hanya dua langkah sekarang, dipisahkan inspektur pertan­ Aku melemaskan bahu, leher, ikut menatapnya tajam. Jarak seorang petarung. Ini pertarungan bebas, tidak ada satu pihak juara bertahan, meneriakkan namanya. sorak-sorak semakin semangat melihat apa yang dilakukan sang yang diuntungkan oleh kelengkapan bertarung. Penonton ber­ kami hanya dua langkah sekarang, dipisahkan inspektur pertan­ Aku melemaskan bahu, leher, ikut menatapnya tajam. Jarak juara bertahan, meneriakkan namanya. sorak-sorak semakin semangat melihat apa yang dilakukan sang yang diuntungkan oleh kelengkapan bertarung. Penonton ber­ seorang petarung. Ini pertarungan bebas, tidak ada satupertan­ pihak kami hanya dua langkah sekarang, dipisahkan inspektur Aku melemaskan bahu, leher, ikut menatapnya tajam. Jarak juara bertahan, meneriakkan namanya. sorak-sorak semakin semangat melihat apa yang dilakukan sang yang diuntungkan oleh kelengkapan bertarung. Penonton ber­ masih mengoceh dalam bahasa Portugis dialek dingan yang kami hanya dua langkah sekarang, dipisahkan inspektur pertan­ Aku melemaskan bahu, leher, ikut menatapnya tajam. Jarak juara bertahan, meneriakkan namanya. sorak-sorak semakin semangat melihat apa yang dilakukan sang yang diuntungkan oleh kelengkapan bertarung. Penonton ber­ masih mengoceh dalam bahasa Portugis dialek dingan yang kami hanya dua langkah sekarang, dipisahkan inspektur pertan­ Aku melemaskan bahu, leher, ikut menatapnya tajam. Jarak juara bertahan, meneriakkan namanya. sorak-sorak semakin semangat melihat apa yang dilakukan sang kelengkapan bertarung. Penonton ber­ masih mengoceh dalam bahasa Portugis dialek dingan yang kami hanya dua langkah sekarang, dipisahkan inspektur pertan­ yang diuntungkan oleh kelengkapan bertarung. Penonton ber­ Aku melemaskan bahu, leher, ikut menatapnya tajam. Jarak juara bertahan, meneriakkan namanya. sorak-sorak semakin semangat melihat apa yang dilakukan sang masih mengoceh dalam bahasa Portugis dialek dingan yang kami hanya dua langkah sekarang, dipisahkan inspektur pertan­ Aku melemaskan bahu, leher, ikut menatapnya tajam. Jarak juara bertahan, meneriakkan namanya. sorak-sorak semakin semangat melihat apa yang dilakukan sang yang diuntungkan oleh kelengkapan bertarung. Penonton ber­ masih mengoceh dalam bahasa Portugis dialek dingan yang kami hanya dua langkah sekarang, dipisahkan inspektur pertan­ Aku melemaskan bahu, leher, ikut menatapnya tajam. Jarak juara bertahan, meneriakkan namanya. sorak-sorak semakin semangat melihat apa yang dilakukan sang Makau tentang pertarungan itu. masih mengoceh dalam bahasa Portugis dialek dingan yang kami hanya dua langkah sekarang, dipisahkan inspektur pertan­ Aku melemaskan bahu, leher, ikut menatapnya tajam. Jarak juara bertahan, meneriakkan namanya. sorak-sorak semakin semangat melihat apa yang dilakukan sang Makau tentang pertarungan itu. masih mengoceh dalam bahasa Portugis dialek dingan yang kami hanya dua langkah sekarang, dipisahkan inspektur pertan­ Aku melemaskan bahu, leher, ikut menatapnya tajam. Jarak juara bertahan, meneriakkan namanya. sorak-sorak semakin semangat melihat apa yang dilakukan sang Makau tentang pertarungan itu. melihat apa yang dilakukan sang masih mengoceh dalam bahasa Portugis dialek dingan yang kami hanya dua langkah sekarang, dipisahkan inspektur pertan­ Aku melemaskan bahu, leher, ikut menatapnya tajam. Jarak juara bertahan, meneriakkan namanya. Makau tentang pertarungan itu. masih mengoceh dalam bahasa Portugis dialek dingan yang kami hanya dua langkah sekarang, dipisahkan inspektur pertan­ Aku melemaskan bahu, leher, ikut menatapnya tajam. Jarak juara bertahan, meneriakkan namanya. sorak-sorak semakin semangat melihat apa yang dilakukan sang Makau tentang pertarungan itu. masih mengoceh dalam bahasa Portugis dialek dingan yang kami hanya dua langkah sekarang, dipisahkan inspektur pertan­ Aku melemaskan bahu, leher, ikut menatapnya tajam. Jarak juara bertahan, meneriakkan namanya. Sang juara bertahan mengulurkan tangan. ”Lee.” Makau tentang pertarungan itu. masih mengoceh dalam bahasa Portugis dialek dingan yang kami hanya dua langkah sekarang, dipisahkan inspektur Aku melemaskan bahu, leher, ikut menatapnya tajam. Jarak juara bertahan, meneriakkan namanya. Sang juara bertahan mengulurkan tangan. ”Lee.” Makau tentang pertarungan itu. masih mengoceh dalam bahasa Portugis dialek dingan yang kami hanya dua langkah sekarang, dipisahkan inspektur pertan­ Aku melemaskan bahu, leher, ikut menatapnya tajam.pertan­ Jarak namanya. Sang juara bertahan mengulurkan tangan. ”Lee.” juara bertahan, meneriakkan namanya. Makau tentang pertarungan itu. masih mengoceh dalam bahasa Portugis dialek dingan yang kami hanya dua langkah sekarang, dipisahkan inspektur pertan­ Aku melemaskan bahu, leher, ikut menatapnya tajam. Jarak Sang juara bertahan mengulurkan tangan. ”Lee.” Makau tentang pertarungan itu. masih mengoceh dalam bahasa Portugis dialek dingan yang kami hanya dua langkah sekarang, dipisahkan inspektur pertan­ Aku melemaskan bahu, leher, ikut menatapnya tajam. Jarak juara bertahan, meneriakkan namanya. Sang juara bertahan mengulurkan tangan. ”Lee.” Makau tentang pertarungan itu. masih mengoceh dalam bahasa Portugis dialek dingan yang kami hanya dua langkah sekarang, dipisahkan inspektur pertan­ Aku melemaskan bahu, leher, ikut menatapnya tajam. Jarak Kepalan keras dan kokoh. Aku balas menyebut Sang juara bertahan mengulurkan tangan. ”Lee.” Makau tentang pertarungan itu. masih mengoceh bahasa Portugis dialek dingan yang kami hanya dua langkah sekarang, dipisahkan inspektur pertan­ Aku melemaskan bahu, leher, ikut menatapnya tajam. Jarak Kepalan tangannya keras dandalam kokoh. Aku balas menyebut Sang juaratangannya bertahan mengulurkan tangan. ”Lee.” Makau tentang pertarungan itu. masih mengoceh dalam bahasa Portugis dialek dingan yang kami hanya dua langkah sekarang, dipisahkan inspektur pertan­ leher, ikut menatapnya tajam. Jarak Kepalan tangannya keras dan kokoh. Aku balas menyebut Aku melemaskan bahu, leher, ikut menatapnya tajam. Jarak Sang juara bertahan mengulurkan tangan. ”Lee.” Makau tentang pertarungan itu. masih mengoceh dalam bahasa Portugis dialek dingan yang kami hanya dua langkah sekarang, dipisahkan inspektur pertan­ Kepalan tangannya keras dan kokoh. Aku balas menyebut Sang juara bertahan mengulurkan tangan. ”Lee.” Makau tentang pertarungan itu. masih mengoceh dalam bahasa Portugis dialek dingan yang kami hanya dua langkah sekarang, dipisahkan inspektur pertan­ Aku melemaskan bahu, leher, ikut menatapnya tajam. Jarak Kepalan tangannya keras dan kokoh. Aku balas menyebut Sang juara bertahan mengulurkan tangan. ”Lee.” Makau tentang pertarungan itu. masih mengoceh dalam bahasa Portugis dialek dingan yang kami hanya dua langkah sekarang, dipisahkan inspektur pertan­ namaku. Kepalan tangannya keras dan kokoh. Aku balas menyebut Sang juara bertahan mengulurkan tangan. ”Lee.” Makau tentang pertarungan itu. masih mengoceh dalam bahasa Portugis dialek dingan yang kami hanya dua langkah sekarang, dipisahkan inspektur pertan­ namaku. Kepalan tangannya keras dan kokoh. Aku balas menyebut Sang juara bertahan mengulurkan tangan. ”Lee.” Makau tentang pertarungan itu. masih mengoceh dalam bahasa Portugis dialek dingan yang sekarang, dipisahkan inspektur pertan­ kami hanya dua langkah sekarang, dipisahkan inspektur pertan­ namaku. Kepalan tangannya keras dan kokoh. Aku balas menyebut Sang juara bertahan mengulurkan tangan. ”Lee.” Makau tentang pertarungan itu. masih mengoceh dalam bahasa Portugis dialek dingan yang namaku. Kepalan tangannya keras dan kokoh. Aku balas menyebut Sang juara bertahan mengulurkan tangan. ”Lee.” Makau tentang pertarungan itu. masih mengoceh dalam bahasa Portugis dialek dingan yang kami hanya dua langkah sekarang, dipisahkan inspektur pertan­ namaku. Kepalan tangannya keras dan kokoh. Aku balas menyebut Sang juara bertahan mengulurkan tangan. ”Lee.” Makau tentang pertarungan itu. masih mengoceh dalam bahasa Portugis dialek dingan yang ”Semoga sukses, Thomas,” sang juara bertahan berkata datar. namaku. Kepalan tangannya keras dan kokoh. Aku balas menyebut Sang juara bertahan mengulurkan tangan. ”Lee.” Makau tentang pertarungan itu. masih mengoceh dalam bahasa Portugis dialek dingan yang ”Semoga sukses, Thomas,” sang juara bertahan berkata datar. namaku. Kepalan tangannya keras dan kokoh. Aku balas menyebut Sang juara bertahan mengulurkan tangan. ”Lee.” Makau pertarungan itu. mengoceh dalam bahasa Portugis dialek masih mengoceh dalam bahasa Portugis dialek dingan yang ”Semoga sukses, Thomas,” sang juara bertahan berkata datar. namaku. Kepalan keras dan kokoh. Aku balas menyebut Sang tentang juaratangannya bertahan mengulurkan tangan. ”Lee.” Makau tentang pertarungan itu. ”Semoga sukses, Thomas,” sang juara bertahan berkata datar. namaku. Kepalan tangannya keras dan kokoh. Aku balas menyebut Sang juara bertahan mengulurkan tangan. ”Lee.” Makau tentang pertarungan itu. masih mengoceh dalam bahasa Portugis dialek dingan yang ”Semoga sukses, Thomas,” sang juara bertahan berkata datar. namaku. Kepalan tangannya keras dan kokoh. Aku balas menyebut Sang juara bertahan mengulurkan tangan. ”Lee.” Makau tentang pertarungan itu. Aku balas mengangguk. Dalam jarak sedekat ini, aku baru ”Semoga sukses, Thomas,” sang juara bertahan berkata datar. namaku. Kepalan tangannya keras dan kokoh. Aku balas menyebut Sang juara bertahan mengulurkan tangan. ”Lee.” Makau tentang pertarungan itu. Aku balas mengangguk. Dalam jarak sedekat ini, aku baru ”Semoga sukses, Thomas,” sang juara bertahan berkata datar. namaku. Kepalan tangannya keras dan kokoh. Aku balas menyebut Sang juara bertahan mengulurkan tangan. ”Lee.” Makau tentang pertarungan itu. itu. Aku balas mengangguk. Dalam jarak sedekat ini, aku baru ”Semoga sukses, Thomas,” sang juara bertahan berkata datar. namaku. Kepalan tangannya keras dan kokoh. Aku balas menyebut Sang juara bertahan mengulurkan tangan. ”Lee.” Aku balas mengangguk. Dalam jarak sedekat ini, aku baru ”Semoga sukses, Thomas,” sang juara bertahan berkata datar. namaku. Kepalan tangannya keras dan kokoh. Aku balas menyebut Sang juara bertahan mengulurkan tangan. ”Lee.” Makau tentang pertarungan itu. Aku balas mengangguk. Dalam jarak sedekat ini, aku baru ”Semoga sukses, Thomas,” sang juara bertahan berkata datar. namaku. Kepalan tangannya keras dan kokoh. Aku balas menyebut Sang juara bertahan mengulurkan tangan. ”Lee.” bisa membayangkan dengan utuh orang yang akan aku hadapi Aku balas mengangguk. Dalam jarak sedekat ini, aku baru ”Semoga sukses, Thomas,” sang juara bertahan berkata datar. namaku. Kepalan tangannya keras dan kokoh. Aku balas menyebut Sang juara bertahan mengulurkan tangan. ”Lee.” bisa membayangkan dengan utuh orang yang akan aku hadapi Aku balas mengangguk. Dalam jarak sedekat ini, aku baru ”Semoga sukses, Thomas,” sang juara bertahan berkata datar. namaku. Kepalan tangannya keras dan kokoh. Aku balas menyebut mengulurkan tangan. ”Lee.” Sang juara bertahan mengulurkan tangan. ”Lee.” bisa membayangkan dengan utuh orang yang akan aku hadapi Aku balas mengangguk. Dalam jarak sedekat ini, aku baru ”Semoga sukses, Thomas,” sang juara bertahan berkata datar. namaku. Kepalan tangannya keras dan kokoh. Aku balas menyebut bisa membayangkan dengan utuh orang yang akan aku hadapi Aku balas mengangguk. Dalam jarak sedekat ini, aku baru ”Semoga sukses, Thomas,” sang juara bertahan berkata datar. namaku. Kepalan tangannya keras dan kokoh. Aku balas menyebut Sang juara bertahan mengulurkan tangan. ”Lee.” bisa membayangkan dengan utuh orang yang akan aku hadapi Aku balas mengangguk. Dalam jarak sedekat ini, aku baru ”Semoga sukses, Thomas,” sang juara bertahan berkata datar. namaku. Kepalan tangannya keras dan kokoh. Aku balas menyebut dalam pertarungan lima ronde, dengan masing-masing ronde tiga bisa membayangkan dengan utuh orang yang akan aku hadapi Aku balas mengangguk. Dalam jarak sedekat ini, aku baru ”Semoga sukses, Thomas,” sang juara bertahan berkata datar. namaku. Kepalan tangannya keras dan kokoh. Aku balas menyebut dalam pertarungan lima ronde, dengan masing-masing ronde tiga bisa membayangkan dengan utuh orang yang akan aku hadapi Aku balas mengangguk. Dalam jarak sedekat ini, aku baru ”Semoga sukses, Thomas,” sang juara bertahan berkata datar. namaku. Kepalan tangannya keras dan kokoh. Aku balas menyebut dan kokoh. Aku balas menyebut dalam pertarungan lima ronde, dengan masing-masing ronde tiga bisa membayangkan dengan utuh orang yang akan aku hadapi Aku balas mengangguk. Dalam jarak sedekat ini, aku baru ”Semoga sukses, Thomas,” sang juara bertahan berkata datar. namaku. dalam pertarungan lima ronde, dengan masing-masing ronde tiga bisa membayangkan dengan utuh orang yang akan aku hadapi Aku balas mengangguk. Dalam jarak sedekat ini, aku baru ”Semoga sukses, Thomas,” sang juara bertahan berkata datar. namaku. Kepalan tangannya keras dan kokoh. Aku balas menyebut dalam pertarungan lima ronde, dengan masing-masing ronde tiga bisa membayangkan dengan utuh orang yang akan aku hadapi Aku balas mengangguk. Dalam jarak sedekat ini, aku baru ”Semoga sukses, Thomas,” sang juara bertahan berkata datar. namaku. menit. Dia jelas bukan monster. Wajahnya bersahabat. Postur dalam pertarungan lima ronde, dengan masing-masing ronde tiga bisa membayangkan dengan utuh orang yang akan aku hadapi Aku balas mengangguk. Dalam jarak sedekat ini, aku baru ”Semoga sukses, Thomas,” sang juara bertahan berkata datar. namaku. menit. Dia jelas bukan monster. Wajahnya bersahabat. Postur dalam pertarungan lima ronde, dengan masing-masing ronde tiga bisa membayangkan dengan utuh orang yang akan aku hadapi Aku balas mengangguk. Dalam jarak sedekat ini, aku baru ”Semoga sukses, Thomas,” sang juara bertahan berkata datar. namaku. menit. Dia jelas bukan monster. Wajahnya bersahabat. Postur dalam pertarungan lima ronde, dengan masing-masing ronde tiga bisa membayangkan dengan utuh orang yang akan aku hadapi Aku balas mengangguk. Dalam jarak sedekat ini, aku baru ”Semoga sukses, Thomas,” sang juara bertahan berkata datar. menit. Dia jelas bukan monster. Wajahnya bersahabat. Postur dalam pertarungan lima ronde, dengan masing-masing ronde tiga bisa membayangkan dengan utuh orang yang akan aku hadapi Aku balas mengangguk. Dalam jarak sedekat ini, aku baru ”Semoga sukses, Thomas,” sang juara bertahan berkata datar. namaku. menit. Dia jelas bukan monster. Wajahnya bersahabat. Postur dalam pertarungan lima ronde, dengan masing-masing ronde tiga bisa membayangkan dengan utuh orang yang akan aku hadapi Aku balas mengangguk. Dalam jarak sedekat ini, aku baru ”Semoga sukses, Thomas,” sang juara bertahan berkata datar. tubuhnya tidak jauh berbeda denganku. Dia salah satu petarung menit. Dia jelas bukan monster. Wajahnya bersahabat. Postur dalam pertarungan lima ronde, dengan masing-masing ronde tiga bisa membayangkan dengan utuh orang yang akan aku hadapi Aku balas mengangguk. Dalam jarak sedekat ini, aku baru ”Semoga sukses, Thomas,” sang juara bertahan berkata datar. tubuhnya tidak jauh berbeda denganku. Dia salah satu petarung menit. Dia jelas bukan monster. Wajahnya bersahabat. Postur dalam pertarungan lima ronde, dengan masing-masing ronde tiga bisa membayangkan dengan utuh orang yang akan aku hadapi Aku balas mengangguk. Dalam jarak sedekat ini, aku baru sang juara bertahan berkata datar. ”Semoga sukses, Thomas,” sang juara bertahan berkata datar. tubuhnya tidak jauh berbeda denganku. Dia salah satu petarung menit. Dia jelas bukan monster. Wajahnya bersahabat. Postur dalam pertarungan lima ronde, dengan masing-masing ronde tiga bisa membayangkan dengan utuh orang yang akan aku hadapi Aku balas mengangguk. Dalam jarak sedekat ini, aku baru tubuhnya tidak jauh berbeda denganku. Dia salah satu petarung menit. Dia jelas bukan monster. Wajahnya bersahabat. Postur dalam pertarungan lima ronde, dengan masing-masing ronde tiga bisa membayangkan dengan utuh orang yang akan aku hadapi Aku balas mengangguk. Dalam jarak sedekat ini, aku baru ”Semoga sukses, Thomas,” sang juara bertahan berkata datar. tubuhnya tidak jauh berbeda denganku. Dia salah satu petarung menit. Dia jelas bukan monster. Wajahnya bersahabat. Postur dalam pertarungan lima ronde, dengan masing-masing ronde tiga bisa membayangkan dengan utuh orang yang akan aku hadapi Aku balas mengangguk. Dalam jarak sedekat ini, aku baru paling efektif yang harus kuhadapi. Aku melemaskan bahu un­ tubuhnya tidak jauh berbeda denganku. Dia salah satu petarung menit. Dia jelas bukan monster. Wajahnya bersahabat. Postur dalam pertarungan lima ronde, dengan masing-masing ronde tiga bisa membayangkan dengan utuh orang yang akan aku hadapi Aku balas mengangguk. Dalam jarak sedekat ini, aku baru paling efektif yang harus kuhadapi. Aku melemaskan bahu un­ tubuhnya tidak jauh berbeda denganku. Dia salah satu petarung menit. Dia jelas bukan monster. Wajahnya bersahabat. Postur dalam pertarungan lima ronde, dengan masing-masing ronde tiga bisa membayangkan dengan utuh orang yang akan aku hadapi Dalam jarak sedekat ini, aku baru Aku balas mengangguk. Dalam jarak sedekat ini, aku baru paling efektif yang harus kuhadapi. Aku melemaskan bahu un­ tubuhnya tidak jauh berbeda denganku. Dia salah satu petarung menit. Dia jelas bukan monster. Wajahnya bersahabat. Postur dalam pertarungan lima ronde, dengan masing-masing ronde tiga bisa membayangkan dengan utuh orang yang akan aku hadapi paling efektif yang harus kuhadapi. Aku melemaskan bahu un­ tubuhnya tidak jauh berbeda denganku. Dia salah satu petarung menit. Dia jelas bukan monster. Wajahnya bersahabat. Postur dalam pertarungan lima ronde, dengan masing-masing ronde tiga bisa membayangkan dengan utuh orang yang akan aku hadapi Aku balas mengangguk. Dalam jarak sedekat ini, aku baru paling efektif yang harus kuhadapi. Aku melemaskan bahu un­ tubuhnya tidak jauh berbeda denganku. Dia salah satu petarung menit. Dia jelas bukan monster. Wajahnya bersahabat. Postur dalam pertarungan lima ronde, dengan masing-masing ronde tiga bisa membayangkan dengan utuh orang yang akan aku hadapi tuk kesekian kali, menggerakkan kaki. Jantungku mulai berdetak paling efektif yang harus kuhadapi. Aku melemaskan bahu un­ tubuhnya tidak jauh berbeda denganku. Dia salah satu petarung menit. Dia jelas bukan monster. Wajahnya bersahabat. Postur dalam pertarungan lima ronde, dengan masing-masing ronde tiga bisa membayangkan dengan utuh orang yang akan aku hadapi tuk kesekian kali, menggerakkan kaki. Jantungku mulai berdetak paling efektif yang harus kuhadapi. Aku melemaskan bahu un­ tubuhnya tidak jauh berbeda denganku. Dia salah satu petarung menit. Dia jelas bukan monster. Wajahnya bersahabat. Postur dalam pertarungan lima ronde, dengan masing-masing ronde tiga utuh orang yang akan aku hadapi bisa membayangkan dengan utuh orang yang akan aku hadapi tuk kesekian kali, menggerakkan kaki. Jantungku mulai berdetak paling efektif yang harus kuhadapi. Aku melemaskan bahu un­ tubuhnya jauh berbeda denganku. Dia salah saturonde petarung menit. Diatidak jelas bukan monster. Wajahnya bersahabat. Postur dalam pertarungan lima ronde, dengan masing-masing tiga tuk kesekian kali, menggerakkan kaki. Jantungku mulai berdetak



aku bergabung di klub petarung. Setelah mencari berbagai alter­ lebih kencang, dengus napas meningkat, tensi pertarungan segera Hanya tinggal hitungan detik. Penonton sudah tidak sabaran. terasa. Ini selalu menjadi momen paling menarik sejak pertama kali Theo benar, aku pasti menyukai dunia malam natif hiburan, seperti ini. Menghabiskan waktu di kelab malam. Bukan kelab aku bergabung di klub petarung. Setelah mencari berbagai alter­ lebih kencang, dengus napas meningkat, tensi pertarungan segera Hanya tinggal hitungan detik. Penonton sudah tidak sabaran. terasa. Ini selalu menjadi momen paling menarik sejak pertama kali Theo benar, aku pasti menyukai dunia malam natif hiburan, aku bergabung di klub petarung. Setelah mencari berbagai alter­ Hanya tinggal hitungan detik. Penonton sudah tidak sabaran. seperti ini. Menghabiskan waktu di kelab malam. Bukan kelab terasa. Ini selalu menjadi momen paling menarik sejak pertama kali Theo benar, aku pasti menyukai dunia malam natif hiburan, lebih kencang, dengus napas meningkat, tensi pertarungan segera aku bergabung di klub petarung. Setelah mencari berbagai alter­ seperti ini. Menghabiskan waktu di kelab malam. Bukan kelab Hanya tinggal hitungan detik. Penonton sudah tidak sabaran. Theo benar, aku pasti menyukai dunia malam natif hiburan, terasa. Ini selalu menjadi momen paling menarik sejak pertama kali Hanya tinggal hitungan detik. Penonton sudah tidak sabaran. aku bergabung di klub petarung. Setelah mencari berbagai alter­ seperti ini. Menghabiskan waktu di kelab malam. Bukan kelab Theo benar, aku pasti menyukai dunia malam natif hiburan, terasa. Ini selalu menjadi momen paling menarik sejak pertama kali Hanya tinggal hitungan detik. Penonton sudah tidak sabaran. aku bergabung di klub petarung. Setelah mencari berbagai alter­ seperti ini. Menghabiskan waktu di kelab malam. Bukan kelab minum, diskotik, dan sejenisnya, tetapi klub petarung. Theo benar, aku pasti menyukai dunia malam natif hiburan, terasa. Ini selalu menjadi momen paling menarik sejak pertama kali Hanya tinggal hitungan detik. Penonton sudah tidak sabaran. aku bergabung di klub petarung. Setelah mencari berbagai alter­ seperti ini. Menghabiskan waktu di kelab malam. Bukan kelab Theo benar, aku pasti menyukai dunia malam natif hiburan, Ini selalu menjadi momen paling menarik sejak pertama kali minum, diskotik, dan sejenisnya, tetapi klub petarung. Hanya tinggal hitungan detik. Penonton sudah tidak sabaran. aku bergabung di klub petarung. Setelah mencari berbagai alter­ seperti ini. Menghabiskan waktu di kelab malam. Bukan kelab terasa. Theo benar, aku pasti menyukai dunia malam natif hiburan, minum, diskotik, dan sejenisnya, tetapi klub petarung. Ini selalu menjadi momen paling menarik sejak pertama kali seperti ini. Menghabiskan waktu di kelab malam. Bukan kelab Hanya tinggal hitungan detik. Penonton sudah tidak sabaran. aku bergabung di klub petarung. Setelah mencari berbagai alter­ Ini selalu menjadi momen paling menarik sejak pertama kali Theo benar, aku pasti menyukai dunia malam natif hiburan, minum, diskotik, dan sejenisnya, tetapi klub petarung. seperti ini. Menghabiskan waktu di kelab malam. Bukan kelab Hanya tinggal hitungan detik. Penonton sudah tidak sabaran. aku bergabung di klub petarung. Setelah mencari berbagai alter­ Ini selalu menjadi momen paling menarik sejak pertama kali Theo benar, aku pasti menyukai dunia malam natif hiburan, minum, diskotik, dan sejenisnya, tetapi klub petarung. Napasku mulai menderu pelan, berirama, dan teratur. Ke­ seperti ini. Menghabiskan waktu di kelab malam. Bukan kelab Hanya tinggal hitungan detik. Penonton sudah tidak sabaran. aku bergabung di klub petarung. Setelah mencari berbagai alter­ Ini selalu menjadi momen paling menarik sejak pertama kali Theo benar, aku pasti menyukai dunia malam natif hiburan, minum, diskotik, dan sejenisnya, tetapi klub petarung. seperti ini. Menghabiskan waktu di kelab malam. Bukan kelab aku bergabung di klub petarung. Setelah mencari berbagai alter­ Napasku mulai menderu pelan, berirama, dan teratur. Ke­ Ini selalu menjadi momen paling menarik sejak pertama kali Theo benar, aku pasti menyukai dunia malam natif hiburan, minum, diskotik, dan sejenisnya, tetapi klub petarung. Hanya tinggal hitungan detik. Penonton sudah tidak sabaran. seperti ini. Menghabiskan waktu di kelab malam. Bukan kelab Napasku mulai menderu pelan, berirama, dan teratur. Ke­ aku bergabung di klub petarung. Setelah mencari berbagai alter­ minum, diskotik, dan sejenisnya, tetapi klub petarung. Ini selalu menjadi momen paling menarik sejak pertama kali Theo benar, aku pasti menyukai dunia malam natif hiburan, aku bergabung di klub petarung. Setelah mencari berbagai alter­ seperti ini. Menghabiskan waktu di kelab malam. Bukan kelab Napasku mulai menderu pelan, berirama, dan teratur. Ke­ minum, diskotik, dan sejenisnya, tetapi klub petarung. Ini selalu menjadi momen paling menarik sejak pertama kali Theo benar, aku pasti menyukai dunia malam natif hiburan, aku bergabung di klub petarung. Setelah mencari berbagai alter­ seperti ini. Menghabiskan waktu di kelab malam. Bukan kelab Napasku mulai menderu pelan, berirama, dan teratur. Ke­ ringat menetes di leher. Aku menatap tajam lawanku di depan. minum, diskotik, dan sejenisnya, tetapi klub petarung. Ini selalu menjadi momen paling menarik sejak pertama kali Theo benar, aku pasti menyukai dunia malam natif hiburan, aku bergabung di klub petarung. Setelah mencari berbagai alter­ seperti ini. Menghabiskan waktu di kelab malam. Bukan kelab Napasku mulai menderu pelan, berirama, dan teratur. Ke­ minum, diskotik, dan sejenisnya, tetapi klub petarung. Theo benar, aku pasti menyukai dunia malam natif hiburan, ringat menetes di leher. Aku menatap tajam lawanku di depan. aku bergabung di klub petarung. Setelah mencari berbagai alter­ seperti ini. Menghabiskan waktu di kelab malam. Bukan kelab Napasku mulai menderu pelan, berirama, dan teratur. Ke­ Ini selalu menjadi momen paling menarik sejak pertama kali minum, diskotik, dan sejenisnya, tetapi klub petarung. ringat menetes di leher. Aku menatap tajam lawanku di depan. Theo benar, aku pasti menyukai dunia malam natif hiburan, Napasku mulai menderu pelan, berirama, dan teratur. Ke­ aku bergabung di klub petarung. Setelah mencari berbagai alter­ seperti ini. Menghabiskan waktu di kelab malam. Bukan kelab Theo benar, aku pasti menyukai dunia malam natif hiburan, minum, diskotik, dan sejenisnya, tetapi klub petarung. ringat menetes di leher. Aku menatap tajam lawanku di depan. Napasku mulai menderu pelan, berirama, dan teratur. Ke­ aku bergabung di klub petarung. Setelah mencari berbagai alter­ seperti ini. Menghabiskan waktu di kelab malam. Bukan kelab Theo benar, aku pasti menyukai dunia malam natif hiburan, minum, diskotik, dan sejenisnya, tetapi klub petarung. ringat menetes di leher. Aku menatap tajam lawanku di depan. Enam tahun lalu saat pertama kali dikenalkan dalam klub, Theo Napasku mulai menderu pelan, berirama, dan teratur. Ke­ aku bergabung di klub petarung. Setelah mencari berbagai alter­ seperti ini. Menghabiskan waktu di kelab malam. Bukan kelab Theo benar, aku pasti menyukai dunia malam natif hiburan, minum, diskotik, dan sejenisnya, tetapi klub petarung. ringat menetes di leher. Aku menatap tajam lawanku di depan. Napasku mulai menderu pelan, berirama, dan teratur. Ke­ seperti ini. Menghabiskan waktu di kelab malam. Bukan kelab Enam tahun lalu saat pertama kali dikenalkan dalam klub, Theo Theo benar, aku pasti menyukai dunia malam natif hiburan, minum, diskotik, dan sejenisnya, tetapi klub petarung. ringat menetes di leher. Aku menatap tajam lawanku di depan. aku bergabung di klub petarung. Setelah mencari berbagai alter­ Napasku mulai menderu pelan, berirama, dan teratur. Ke­ Enam tahun lalu saat pertama kali dikenalkan dalam klub, Theo seperti ini. Menghabiskan waktu di kelab malam. Bukan kelab ringat menetes di leher. Aku menatap tajam lawanku di depan. Theo benar, aku pasti menyukai malam natif hiburan, minum, diskotik, dan sejenisnya, tetapi klub petarung. seperti ini. Menghabiskan waktu di kelab malam. Bukan kelab Napasku mulai menderu pelan, berirama, dan teratur. Ke­ Enam tahun lalu saat pertama kali dikenalkan dalam klub, Theo ringat menetes di leher. Aku menatap tajam lawanku di depan. Theo benar, aku menyukai dunia malam natif hiburan, minum, diskotik, dan sejenisnya, tetapi klub petarung. seperti ini. Menghabiskan waktu diikut kelab malam. Bukan kelab Napasku mulai menderu pelan, berirama, dandunia teratur. Ke­ Enam tahun lalu saat pertama kalipasti dikenalkan dalam klub, Theo mengerjaiku dengan menyuruhku bertarung seminggu ke­ ringat menetes di leher. Aku menatap tajam lawanku di depan. Theo benar, aku pasti menyukai dunia malam natif hiburan, minum, diskotik, dan sejenisnya, tetapi klub petarung. seperti ini. Menghabiskan waktu di kelab malam. Bukan kelab Napasku mulai menderu pelan, berirama, dan teratur. Ke­ Enam tahun lalu saat pertama kali dikenalkan dalam klub, Theo ringat menetes di leher. Aku menatap tajam lawanku di depan. minum, diskotik, dan sejenisnya, tetapi klub petarung. mengerjaiku dengan menyuruhku ikut bertarung seminggu ke­ seperti ini. Menghabiskan waktu di kelab malam. Bukan kelab Napasku mulai menderu pelan, berirama, dan teratur. Ke­ Enam tahun lalu saat pertama kali dikenalkan dalam klub, Theo Theo benar, aku pasti menyukai dunia malam natif hiburan, ringat menetes di leher. Aku menatap tajam lawanku di depan. mengerjaiku dengan menyuruhku ikut bertarung seminggu ke­ minum, diskotik, dan sejenisnya, tetapi klub petarung. Enam tahun lalu saat pertama kali dikenalkan dalam klub, Theo seperti ini. Menghabiskan waktu di kelab malam. Bukan kelab Napasku mulai menderu pelan, berirama, dan teratur. Ke­ minum, diskotik, dan sejenisnya, tetapi klub petarung. ringat menetes di leher. Aku menatap tajam lawanku di depan. mengerjaiku dengan menyuruhku ikut bertarung seminggu ke­ Enam tahun lalu saat pertama kali dikenalkan dalam klub, Theo seperti ini. Menghabiskan waktu di kelab malam. Bukan kelab Napasku mulai menderu pelan, berirama, dan teratur. Ke­ minum, diskotik, dan sejenisnya, tetapi klub petarung. ringat menetes di leher. Aku menatap tajam lawanku di depan. mengerjaiku dengan menyuruhku ikut bertarung seminggu ke­ mudian. Aku diplonco sebagai anak baru, terkapar dipukuli la­ Enam tahun lalu saat pertama kali dikenalkan dalam klub, Theo seperti ini. Menghabiskan waktu di kelab malam. Bukan kelab Napasku mulai menderu pelan, berirama, dan teratur. Ke­ minum, diskotik, dan sejenisnya, tetapi klub petarung. ringat menetes di leher. Aku menatap tajam lawanku di depan. mengerjaiku dengan menyuruhku ikut bertarung seminggu ke­ Enam tahun lalu saat pertama kali dikenalkan dalam klub, Theo Napasku mulai menderu pelan, berirama, dan teratur. Ke­ mudian. Aku diplonco sebagai anak baru, terkapar dipukuli la­ minum, diskotik, dan sejenisnya, tetapi klub petarung. ringat menetes di leher. Aku menatap tajam lawanku di depan. mengerjaiku dengan menyuruhku ikut bertarung seminggu ke­ seperti ini. Menghabiskan waktu di kelab malam. Bukan kelab Enam tahun lalu saat pertama kali dikenalkan dalam klub, Theo mudian. Aku diplonco sebagai anak baru, terkapar dipukuli la­ Napasku mulai menderu pelan, berirama, dan teratur. Ke­ mengerjaiku dengan menyuruhku ikut bertarung seminggu ke­ minum, diskotik, dan sejenisnya, tetapi klub petarung. ringat menetes di leher. Aku menatap tajam lawanku di depan. Napasku mulai menderu pelan, berirama, dan teratur. Ke­ Enam tahun lalu saat pertama kali dikenalkan dalam klub, Theo mudian. Aku diplonco sebagai anak baru, terkapar dipukuli la­ mengerjaiku dengan menyuruhku ikut bertarung seminggu ke­ minum, diskotik, dan sejenisnya, tetapi klub petarung. ringat menetes di leher. Aku menatap tajam lawanku di depan. Napasku mulai menderu pelan, berirama, dan teratur. Ke­ Enam tahun lalu saat pertama kali dikenalkan dalam klub, Theo mudian. Aku diplonco sebagai anak baru, terkapar dipukuli la­ terlatih. Tetapi itu pengalaman mengesankan. wan yang lebih mengerjaiku dengan menyuruhku ikut bertarung seminggu ke­ minum, diskotik, dan sejenisnya, tetapi klub petarung. ringat menetes di leher. Aku menatap tajam lawanku di depan. Napasku mulai menderu pelan, berirama, dan teratur. Ke­ Enam tahun lalu saat pertama kali dikenalkan dalam klub, Theo mudian. Aku diplonco sebagai anak baru, terkapar dipukuli la­ mengerjaiku dengan menyuruhku ikut bertarung seminggu ke­ ringat menetes di leher. Aku menatap tajam lawanku di depan. terlatih. Tetapi itu pengalaman mengesankan. wan yang lebih Napasku mulai menderu pelan, berirama, dan teratur. Ke­ Enam tahun lalu saat pertama kali dikenalkan dalam klub, Theo mudian. Aku diplonco sebagai anak baru, terkapar dipukuli la­ minum, diskotik, dan sejenisnya, tetapi klub petarung. mengerjaiku dengan menyuruhku ikut bertarung seminggu ke­ terlatih. Tetapi itu pengalaman mengesankan. wan yang lebih ringat menetes di leher. Aku menatap tajam lawanku di depan. mudian. Aku diplonco sebagai anak baru, terkapar dipukuli la­ Napasku mulai menderu pelan, berirama, dan teratur. Ke­ Enam tahun lalu saat pertama kali dikenalkan dalam klub, Theo ringat menetes di leher. Aku menatap tajam lawanku di depan. mengerjaiku dengan menyuruhku ikut bertarung seminggu ke­ terlatih. Tetapi itu pengalaman mengesankan. wan yang lebih mudian. Aku diplonco sebagai anak baru, terkapar dipukuli la­ Napasku mulai menderu pelan, berirama, dan teratur. Ke­ Enam tahun lalu saat pertama kali dikenalkan dalam klub, Theo ringat menetes di leher. Aku menatap tajam lawanku di depan. mengerjaiku dengan menyuruhku ikut bertarung seminggu ke­ terlatih. Tetapi itu pengalaman mengesankan. wan yang lebih Aku merasakan atmosfer pertarungannya, tidak peduli seberapa mudian. Aku diplonco sebagai anak baru, terkapar dipukuli la­ Napasku mulai menderu pelan, berirama, dan teratur. Ke­ Enam tahun lalu saat pertama kali dikenalkan dalam klub, Theo ringat menetes di leher. Aku menatap tajam lawanku di depan. mengerjaiku dengan menyuruhku ikut bertarung seminggu ke­ terlatih. Tetapi itu pengalaman mengesankan. wan yang lebih mudian. Aku diplonco sebagai anak baru, terkapar dipukuli la­ Enam tahun lalu saat pertama kali dikenalkan dalam klub, Theo Aku merasakan atmosfer pertarungannya, tidak peduli seberapa ringat menetes di leher. Aku menatap tajam lawanku di depan. mengerjaiku dengan menyuruhku ikut bertarung seminggu ke­ terlatih. Tetapi itu pengalaman mengesankan. wan yang lebih Napasku mulai menderu pelan, berirama, dan teratur. Ke­ mudian. Aku diplonco sebagai anak baru, terkapar dipukuli la­ Aku merasakan atmosfer pertarungannya, tidak peduli seberapa Enam tahun lalu saat pertama kali dikenalkan dalam klub, Theo terlatih. Tetapi itu pengalaman mengesankan. wan yang lebih ringat menetes di leher. Aku menatap tajam lawanku di depan. mengerjaiku dengan menyuruhku ikut bertarung seminggu ke­ Enam tahun lalu saat pertama kali dikenalkan dalam klub, Theo mudian. Aku diplonco sebagai anak baru, terkapar dipukuli la­ Aku merasakan atmosfer pertarungannya, tidak peduli seberapa terlatih. Tetapi itu pengalaman mengesankan. wan yang lebih ringat menetes di leher. Aku menatap tajam lawanku di depan. mengerjaiku dengan menyuruhku ikut bertarung seminggu ke­ Enam tahun lalu saat pertama kali dikenalkan dalam klub, Theo mudian. Aku diplonco sebagai anak baru, terkapar dipukuli la­ Aku merasakan atmosfer pertarungannya, tidak peduli seberapa lebam wajah dan badanku. Itu menakjubkan. Enam tahun ber­ terlatih. Tetapi itu pengalaman mengesankan. wan yang lebih ringat menetes di leher. Aku menatap tajam lawanku di depan. mengerjaiku dengan menyuruhku ikut bertarung seminggu ke­ Enam tahun lalu saat pertama kali dikenalkan dalam klub, Theo mudian. Aku diplonco sebagai anak baru, terkapar dipukuli la­ Aku merasakan atmosfer pertarungannya, tidak peduli seberapa terlatih. Tetapi itu pengalaman mengesankan. wan yang lebih mengerjaiku dengan menyuruhku ikut bertarung seminggu ke­ lebam wajah dan badanku. Itu menakjubkan. Enam tahun ber­ Enam tahun lalu saat pertama kali dikenalkan dalam klub, Theo mudian. Aku diplonco sebagai anak baru, terkapar dipukuli la­ Aku merasakan atmosfer pertarungannya, tidak peduli seberapa ringat menetes di leher. Aku menatap tajam lawanku di depan. terlatih. Tetapi itu pengalaman mengesankan. wan yang lebih lebam wajah dan badanku. Itu menakjubkan. Enam tahun ber­ mengerjaiku dengan menyuruhku ikut bertarung seminggu ke­ Aku merasakan atmosfer pertarungannya, tidak peduli seberapa Enam tahun lalu saat pertama kali dikenalkan dalam klub, Theo mudian. Aku diplonco sebagai anak baru, terkapar dipukuli la­ mengerjaiku dengan menyuruhku ikut bertarung seminggu ke­ terlatih. Tetapi itu pengalaman mengesankan. wan yang lebih lebam wajah dan badanku. Itu menakjubkan. Enam tahun ber­ Aku merasakan atmosfer pertarungannya, tidak peduli seberapa Enam tahun lalu saat pertama kali dikenalkan dalam klub, Theo mudian. Aku diplonco sebagai anak baru, terkapar dipukuli la­ mengerjaiku dengan menyuruhku ikut bertarung seminggu ke­ terlatih. Tetapi itu pengalaman mengesankan. wan yang lebih lebam wajah dan badanku. Itu menakjubkan. Enam tahun ber­ tumbuh menjadi petarung yang baik. Sama efektifnya. lalu, aku Aku merasakan atmosfer pertarungannya, tidak peduli seberapa Enam tahun lalu saat pertama kali dikenalkan dalam klub, Theo mudian. Aku diplonco sebagai anak baru, terkapar dipukuli la­ mengerjaiku dengan menyuruhku ikut bertarung seminggu ke­ terlatih. Tetapi itu pengalaman mengesankan. wan yang lebih lebam wajah dan badanku. Itu menakjubkan. Enam tahun ber­ Aku merasakan atmosfer pertarungannya, tidak peduli seberapa mudian. Aku diplonco sebagai anak baru, terkapar dipukuli la­ tumbuh menjadi petarung yang baik. Sama efektifnya. lalu, aku mengerjaiku dengan menyuruhku ikut bertarung seminggu ke­ terlatih. Tetapi itu pengalaman mengesankan. wan yang lebih lebam wajah dan badanku. Itu menakjubkan. Enam tahun ber­ Enam tahun lalu saat pertama kali dikenalkan dalam klub, Theo Aku merasakan atmosfer pertarungannya, tidak peduli seberapa tumbuh menjadi petarung yang baik. Sama efektifnya. lalu, aku mudian. Aku diplonco sebagai anak baru, terkapar dipukuli la­ lebam wajah dan badanku. Itu menakjubkan. Enam tahun ber­ mengerjaiku dengan menyuruhku ikut bertarung seminggu ke­ terlatih. Tetapi itu pengalaman mengesankan. wan yang lebih mudian. Aku diplonco sebagai anak baru, terkapar dipukuli la­ Aku merasakan atmosfer pertarungannya, tidak peduli seberapa tumbuh menjadi petarung yang baik. Sama efektifnya. lalu, aku lebam wajah dan badanku. Itu menakjubkan. Enam tahun ber­ mengerjaiku dengan menyuruhku ikut bertarung seminggu ke­ terlatih. Tetapi itu pengalaman mengesankan. wan yang lebih mudian. Aku diplonco sebagai anak baru, terkapar dipukuli la­ Aku merasakan atmosfer pertarungannya, tidak peduli seberapa tumbuh menjadi petarung yang baik. Sama efektifnya. lalu, aku Malam ini aku akan menghadapi lawan paling tangguh. Tapi itu lebam wajah dan badanku. Itu menakjubkan. Enam tahun ber­ mengerjaiku dengan menyuruhku ikut bertarung seminggu ke­ terlatih. Tetapi itu pengalaman mengesankan. wan yang lebih mudian. Aku diplonco sebagai anak baru, terkapar dipukuli la­ Aku merasakan atmosfer pertarungannya, tidak peduli seberapa tumbuh menjadi petarung yang baik. Sama efektifnya. lalu, aku lebam wajah dan badanku. Itu menakjubkan. Enam tahun ber­ terlatih. Tetapi itu pengalaman mengesankan. wan yang lebih Malam ini aku akan menghadapi lawan paling tangguh. Tapi itu mudian. Aku diplonco sebagai anak baru, terkapar dipukuli la­ Aku merasakan atmosfer pertarungannya, tidak peduli seberapa tumbuh menjadi petarung yang baik. Sama efektifnya. lalu, aku mengerjaiku dengan menyuruhku ikut bertarung seminggu ke­ lebam wajah dan badanku. Itu menakjubkan. Enam tahun ber­ Malam ini aku akan menghadapi lawan paling tangguh. Tapi itu terlatih. Tetapi itu pengalaman mengesankan. wan yang lebih tumbuh menjadi petarung yang baik. Sama efektifnya. lalu, aku mudian. Aku diplonco sebagai anak baru, terkapar dipukuli la­ Aku merasakan atmosfer pertarungannya, tidak peduli seberapa terlatih. Tetapi itu pengalaman mengesankan. wan yang lebih lebam wajah dan badanku. Itu menakjubkan. Enam tahun ber­ Malam ini aku akan menghadapi lawan paling tangguh. Tapi itu tumbuh menjadi petarung yang baik. Sama efektifnya. lalu, aku mudian. Aku diplonco sebagai anak baru, terkapar dipukuli la­ Aku merasakan atmosfer pertarungannya, tidak peduli seberapa terlatih. Tetapi itu pengalaman mengesankan. wan yang lebih lebam wajah dan badanku. Itu menakjubkan. Enam tahun ber­ Malam ini aku akan menghadapi lawan paling tangguh. Tapi itu bukan masalah, dia juga menghadapi lawan paling tangguh. Aku tumbuh menjadi petarung yang baik. Sama efektifnya. lalu, aku mudian. Aku diplonco sebagai anak baru, terkapar dipukuli la­ Aku merasakan atmosfer pertarungannya, tidak peduli seberapa terlatih. Tetapi itu pengalaman mengesankan. wan yang lebih lebam wajah dan badanku. Itu menakjubkan. Enam tahun ber­ Malam ini aku akan menghadapi lawan paling tangguh. Tapi itu tumbuh menjadi petarung yang baik. Sama efektifnya. lalu, aku Aku merasakan atmosfer pertarungannya, tidak peduli seberapa bukan masalah, dia juga menghadapi lawan paling tangguh. Aku terlatih. Tetapi itu pengalaman mengesankan. wan yang lebih lebam wajah dan badanku. Itu menakjubkan. Enam tahun ber­ Malam ini aku akan menghadapi lawan paling tangguh. Tapi itu mudian. Aku diplonco sebagai anak baru, terkapar dipukuli la­ tumbuh menjadi petarung yang baik. Sama efektifnya. lalu, aku bukan masalah, dia juga menghadapi lawan paling tangguh. Aku Aku merasakan atmosfer pertarungannya, tidak peduli seberapa Malam ini aku akan menghadapi lawan paling tangguh. Tapi itu terlatih. Tetapi itu pengalaman mengesankan. wan yang lebih lebam wajah dan badanku. Itu menakjubkan. Enam tahun ber­ Aku merasakan atmosfer pertarungannya, tidak peduli seberapa tumbuh menjadi petarung yang baik. Sama efektifnya. lalu, aku bukan masalah, dia juga menghadapi lawan paling tangguh. Aku Malam ini aku akan menghadapi lawan paling tangguh. Tapi itu terlatih. Tetapi itu pengalaman mengesankan. wan yang lebih lebam wajah dan badanku. Itu menakjubkan. Enam tahun ber­ Aku merasakan atmosfer pertarungannya, tidak peduli seberapa tumbuh menjadi petarung yang baik. Sama efektifnya. lalu, aku bukan masalah, dia juga menghadapi lawan paling tangguh. Aku akan menari lepas, aku akan memainkan sebuah orkestra penuh Malam ini aku akan menghadapi lawan paling tangguh. Tapi itu terlatih. Tetapi itu pengalaman mengesankan. wan yang lebih lebam wajah dan badanku. Itu menakjubkan. Enam tahun ber­ Aku merasakan atmosfer pertarungannya, tidak peduli seberapa tumbuh menjadi petarung yang baik. Sama efektifnya. lalu, aku bukan masalah, dia juga menghadapi lawan paling tangguh. Aku Malam ini aku akan menghadapi lawan paling tangguh. Tapi itu lebam wajah dan badanku. Itu menakjubkan. Enam tahun ber­ akan menari lepas, aku akan memainkan sebuah orkestra penuh Aku merasakan atmosfer pertarungannya, tidak peduli seberapa tumbuh menjadi petarung yang baik. Sama efektifnya. lalu, aku bukan masalah, dia juga menghadapi lawan paling tangguh. Aku terlatih. Tetapi itu pengalaman mengesankan. wan yang lebih Malam ini aku akan menghadapi lawan paling tangguh. Tapi itu akan menari lepas, aku akan memainkan sebuah orkestra penuh lebam wajah dan badanku. Itu menakjubkan. Enam tahun ber­ bukan masalah, dia juga menghadapi lawan paling tangguh. Aku Aku merasakan atmosfer pertarungannya, tidak peduli seberapa tumbuh menjadi petarung yang baik. Sama efektifnya. lalu, aku lebam wajah dan badanku. Itu menakjubkan. Enam tahun ber­ Malam ini aku akan menghadapi lawan paling tangguh. Tapi itu akan menari lepas, aku akan memainkan sebuah orkestra penuh bukan masalah, dia juga menghadapi lawan paling tangguh. Aku Aku merasakan atmosfer pertarungannya, tidak peduli seberapa menjadi petarung yang baik. Sama efektifnya. lalu, aku lebam wajah dan badanku. Itu menakjubkan. Enam tahun ber­ Malam ini aku akan menghadapi lawan paling tangguh. Tapi itu akan menari lepas, aku akan memainkan sebuah orkestra penuh semangat malam ini. Karena itulah sesungguhnya inti sebuah bukan masalah, dia juga menghadapi lawan paling tangguh. Aku Aku merasakan atmosfer pertarungannya, tidak peduli seberapa tumbuh menjadi petarung yang baik. Sama efektifnya. lalu, aku lebam wajah dan badanku. Itu menakjubkan. Enam tahun ber­ Malam initumbuh aku akan menghadapi lawan paling tangguh. Tapi itu akan menari lepas, aku akan memainkan sebuah orkestra penuh bukan masalah, dia juga menghadapi lawan paling tangguh. Aku tumbuh menjadi petarung yang baik. Sama efektifnya. lalu, aku semangat malam ini. Karena itulah sesungguhnya inti sebuah lebam wajah dan badanku. Itu menakjubkan. Enam tahun ber­ Malam ini aku akan menghadapi lawan paling tangguh. Tapi itu akan menari lepas, aku akan memainkan sebuah orkestra penuh Aku merasakan atmosfer pertarungannya, tidak peduli seberapa bukan masalah, dia juga menghadapi lawan paling tangguh. Aku semangat malam ini. Karena itulah sesungguhnya inti sebuah tumbuh menjadi petarung yang baik. Sama efektifnya. lalu, aku akan menari lepas, aku akan memainkan sebuah orkestra penuh lebam wajah dan badanku. Itu menakjubkan. Enam tahun ber­ Malam ini aku akan menghadapi lawan paling tangguh. Tapi itu tumbuh menjadi petarung yang baik. Sama efektifnya. lalu, aku bukan masalah, dia juga menghadapi lawan paling tangguh. Aku semangat malam ini. Karena itulah sesungguhnya inti sebuah akan menari lepas, aku akan memainkan sebuah orkestra penuh lebam wajah dan badanku. Itu menakjubkan. Enam tahun ber­ Malam ini aku akan menghadapi lawan paling tangguh. Tapi itu tumbuh menjadi petarung yang baik. Sama efektifnya. lalu, aku bukan masalah, dia juga menghadapi lawan paling tangguh. Aku semangat malam ini. Karena itulah sesungguhnya inti sebuah pertarungan, tidak berbeda dengan pertunjukan musik menawan. akan menari lepas, aku akan memainkan sebuah orkestra penuh lebam wajah dan badanku. Itu menakjubkan. Enam tahun ber­ Malam ini aku akan menghadapi lawan paling tangguh. Tapi itu tumbuh menjadi petarung yang baik. Sama efektifnya. lalu, aku bukan masalah, dia juga menghadapi lawan paling tangguh. Aku semangat malam ini. Karena itulah sesungguhnya inti sebuah akan menari lepas, aku akan memainkan sebuah orkestra penuh Malam ini aku akan menghadapi lawan paling tangguh. Tapi itu pertarungan, tidak berbeda dengan pertunjukan musik menawan. tumbuh menjadi petarung yang baik. Sama efektifnya. lalu, aku bukan masalah, dia juga menghadapi lawan paling tangguh. Aku semangat malam ini. Karena itulah sesungguhnya inti sebuah lebam wajah dan badanku. Itu menakjubkan. Enam tahun ber­ akan menari lepas, aku akan memainkan sebuah orkestra penuh pertarungan, tidak berbeda dengan pertunjukan musik menawan. Malam ini aku akan menghadapi lawan paling tangguh. Tapi itu semangat malam ini. Karena itulah sesungguhnya inti sebuah tumbuh menjadi petarung yang baik. Sama efektifnya. lalu, aku bukan masalah, dia juga menghadapi lawan paling tangguh. Aku Malam ini aku akan menghadapi lawan paling tangguh. Tapi itu akan menari lepas, aku akan memainkan sebuah orkestra penuh pertarungan, tidak berbeda dengan pertunjukan musik menawan. semangat malam ini. Karena itulah sesungguhnya inti sebuah tumbuh menjadi petarung yang baik. Sama efektifnya. lalu, aku bukan masalah, dia juga menghadapi lawan paling tangguh. Aku Malam ini aku akan menghadapi lawan paling tangguh. Tapi itu akan menari lepas, aku akan memainkan sebuah orkestra penuh pertarungan, tidak berbeda dengan pertunjukan musik menawan. Kami berhadap-hadapan. Penonton mulai berteriak serak. semangat malam ini. Karena itulah sesungguhnya inti sebuah tumbuh menjadi petarung yang baik. Sama efektifnya. lalu, aku bukan masalah, dia juga menghadapi lawan paling tangguh. Aku Malam ini aku akan menghadapi lawan paling tangguh. Tapi itu akan menari lepas, aku akan memainkan sebuah orkestra penuh pertarungan, tidak berbeda dengan pertunjukan musik menawan. semangat malam ini. Karena itulah sesungguhnya inti sebuah bukan masalah, dia juga menghadapi lawan paling tangguh. Aku Kami berhadap-hadapan. Penonton mulai berteriak serak. Malam ini aku akan menghadapi lawan paling tangguh. Tapi itu akan menari lepas, aku akan memainkan sebuah orkestra penuh pertarungan, tidak berbeda dengan pertunjukan musik menawan. tumbuh menjadi petarung yang baik. Sama efektifnya. lalu, aku semangat malam ini. Karena itulah sesungguhnya inti sebuah Kami berhadap-hadapan. Penonton mulai berteriak serak. bukan masalah, dia juga menghadapi lawan paling tangguh. Aku pertarungan, tidak berbeda dengan pertunjukan musik menawan. Malam ini aku akan menghadapi lawan paling tangguh. Tapi itu akan menari lepas, aku akan memainkan sebuah orkestra penuh bukan masalah, dia juga menghadapi lawan paling tangguh. Aku semangat malam ini. Karena itulah sesungguhnya inti sebuah Kami berhadap-hadapan. Penonton mulai berteriak serak. pertarungan, tidak berbeda dengan pertunjukan musik menawan. Malam ini aku akan menghadapi lawan paling tangguh. Tapi itu akan menari lepas, aku akan memainkan sebuah orkestra penuh bukan masalah, dia juga menghadapi lawan paling tangguh. Aku semangat malam ini. Karena itulah sesungguhnya inti sebuah Kami berhadap-hadapan. Penonton mulai berteriak serak. Nama-nama diteriakkan. Taruhan disebutkan. pertarungan, tidak berbeda dengan pertunjukan musik menawan. Malam ini aku akan menghadapi lawan paling tangguh. Tapi itu akan menari lepas, aku akan memainkan sebuah orkestra penuh bukan masalah, dia juga menghadapi lawan paling tangguh. Aku semangat malam ini. Karena itulah sesungguhnya inti sebuah Kami berhadap-hadapan. Penonton mulai berteriak serak. pertarungan, tidak berbeda dengan pertunjukan musik menawan. akan menari lepas, aku akan memainkan sebuah orkestra penuh Nama-nama diteriakkan. Taruhan disebutkan. bukan masalah, dia juga menghadapi lawan paling tangguh. Aku semangat malam ini. Karena itulah sesungguhnya inti sebuah Kami berhadap-hadapan. Penonton mulai berteriak serak. Malam ini aku akan menghadapi lawan paling tangguh. Tapi itu pertarungan, tidak berbeda dengan pertunjukan musik menawan. Nama-nama diteriakkan. Taruhan disebutkan. akan menari lepas, aku akan memainkan sebuah orkestra penuh Kami berhadap-hadapan. Penonton mulai berteriak serak. bukan masalah, dia juga menghadapi lawan paling tangguh. Aku semangat malam ini. Karena itulah sesungguhnya inti sebuah akan menari lepas, aku akan memainkan sebuah orkestra penuh pertarungan, tidak berbeda dengan pertunjukan musik menawan. Nama-nama diteriakkan. Taruhan disebutkan. Kami berhadap-hadapan. Penonton mulai berteriak serak. bukan masalah, dia juga menghadapi lawan paling tangguh. Aku semangat malam ini. Karena itulah sesungguhnya inti sebuah akan menari lepas, aku akan memainkan sebuah orkestra penuh pertarungan, tidak berbeda dengan pertunjukan musik menawan. Nama-nama diteriakkan. Taruhan disebutkan. Inspektur memegang tinju-tinju kami. Kami berhadap-hadapan. Penonton mulai berteriak serak. bukan masalah, dia juga menghadapi lawan paling tangguh. Aku semangat malam ini. Karena itulah sesungguhnya inti sebuah akan menari lepas, aku akan memainkan sebuah orkestra penuh pertarungan, tidak berbeda dengan pertunjukan musik menawan. Nama-nama diteriakkan. Taruhan disebutkan. Kami berhadap-hadapan. Penonton mulai berteriak serak. semangat malam ini. Karena itulah sesungguhnya inti sebuah Inspektur memegang tinju-tinju kami. akan menari lepas, aku akan memainkan sebuah orkestra penuh pertarungan, tidak berbeda dengan pertunjukan musik menawan. Nama-nama diteriakkan. Taruhan disebutkan. bukan masalah, diaini. juga menghadapi lawan paling tangguh. Aku Kami berhadap-hadapan. Penonton mulai berteriak serak. Inspektur memegang tinju-tinju kami. semangat malam Karena itulah sesungguhnya inti sebuah Nama-nama diteriakkan. Taruhan disebutkan. akan menari lepas, aku akan memainkan sebuah orkestra penuh pertarungan, tidak berbeda dengan pertunjukan musik menawan. semangat malam ini. Karena itulah sesungguhnya inti sebuah Kami berhadap-hadapan. Penonton mulai berteriak serak. Inspektur memegang tinju-tinju kami. Nama-nama diteriakkan. Taruhan disebutkan. akan menari lepas, aku akan memainkan sebuah orkestra penuh pertarungan, tidak berbeda dengan pertunjukan musik menawan. semangat malam ini. itulah sesungguhnya inti sebuah Kami berhadap-hadapan. Penonton mulai berteriak serak. Inspektur memegang tinju-tinju kami. ”Tidak ada peraturan selain kehormatan. Tidak ada larangan, Nama-nama diteriakkan. Taruhan disebutkan. akan menari lepas, akuKarena akan memainkan sebuah orkestra penuh pertarungan, tidak berbeda dengan pertunjukan musik menawan. semangat malam ini. Karena itulah sesungguhnya inti sebuah Kami berhadap-hadapan. Penonton mulai berteriak serak. Inspektur memegang tinju-tinju kami. Nama-nama diteriakkan. Taruhan disebutkan. pertarungan, tidak berbeda dengan pertunjukan musik menawan. ”Tidak ada peraturan selain kehormatan. Tidak ada larangan, semangat malam ini. Karena itulah sesungguhnya inti sebuah Kami berhadap-hadapan. Penonton mulai berteriak serak. Inspektur memegang tinju-tinju kami. akan menari lepas, aku akan memainkan sebuah orkestra penuh Nama-nama diteriakkan. Taruhan disebutkan. ”Tidak ada peraturan selain kehormatan. Tidak ada larangan, pertarungan, tidak berbeda dengan pertunjukan musik menawan. Inspektur memegang tinju-tinju kami. semangat malam ini. Karena itulah sesungguhnya inti sebuah Kami berhadap-hadapan. Penonton mulai berteriak serak. pertarungan, tidak berbeda dengan pertunjukan musik menawan. Nama-nama diteriakkan. Taruhan disebutkan. ”Tidak ada peraturan selain kehormatan. Tidak ada larangan, Inspektur memegang tinju-tinju kami. semangat malam ini. Karena itulah sesungguhnya inti sebuah Kami berhadap-hadapan. Penonton mulai berteriak serak. pertarungan, tidak berbeda dengan pertunjukan musik menawan. Nama-nama diteriakkan. Taruhan disebutkan. ”Tidak ada peraturan selain kehormatan. Tidak ada larangan, tidak ada batasan, selain bertarunglah seperti petarung sejati Inspektur memegang tinju-tinju kami. semangat malam ini. Karena itulah sesungguhnya inti sebuah Kami berhadap-hadapan. Penonton mulai berteriak serak. pertarungan, tidak berbeda dengan pertunjukan musik menawan. Nama-nama diteriakkan. Taruhan disebutkan. ”Tidak ada peraturan selain kehormatan. Tidak ada larangan, Inspektur memegang tinju-tinju kami. Kami berhadap-hadapan. Penonton mulai berteriak serak. tidak ada batasan, selain bertarunglah seperti petarung sejati pertarungan, tidak berbeda dengan pertunjukan musik menawan. Nama-nama diteriakkan. Taruhan disebutkan. ”Tidak ada peraturan selain kehormatan. Tidak ada larangan, semangat malam ini. Karena itulah sesungguhnya inti sebuah Inspektur memegang tinju-tinju kami. tidak ada batasan, selain bertarunglah seperti petarung sejati Kami berhadap-hadapan. Penonton mulai berteriak serak. ”Tidak ada peraturan selain kehormatan. Tidak ada larangan, pertarungan, tidak berbeda dengan pertunjukan musik menawan. Nama-nama diteriakkan. Taruhan disebutkan. Kami berhadap-hadapan. Penonton mulai berteriak serak. Inspektur memegang tinju-tinju kami. tidak ada batasan, selain bertarunglah seperti petarung sejati ”Tidak ada peraturan selain kehormatan. Tidak ada larangan, pertarungan, tidak berbeda dengan pertunjukan musik menawan. Nama-nama diteriakkan. Taruhan disebutkan. Kami berhadap-hadapan. Penonton mulai berteriak serak. Inspektur memegang tinju-tinju kami. tidak ada batasan, selain bertarunglah seperti petarung sejati yang terhormat. Kau paham?” Inspektur pertandingan berseru ”Tidak ada peraturan selain kehormatan. Tidak ada larangan, pertarungan, tidak berbeda dengan pertunjukan musik menawan. Nama-nama diteriakkan. Taruhan disebutkan. Kami berhadap-hadapan. Penonton mulai berteriak serak. Inspektur memegang tinju-tinju kami. tidak ada batasan, selain bertarunglah seperti petarung sejati ”Tidak ada peraturan selain kehormatan. Tidak ada larangan, Nama-nama diteriakkan. Taruhan disebutkan. yang terhormat. Kau paham?” Inspektur pertandingan berseru Kami berhadap-hadapan. Penonton mulai berteriak serak. Inspektur memegang tinju-tinju kami. tidak ada batasan, selain bertarunglah seperti petarung sejati pertarungan, tidak berbeda dengan pertunjukan musik menawan. ”Tidak ada peraturan selain kehormatan. Tidak ada larangan, yang terhormat. Kau paham?” Inspektur pertandingan berseru Nama-nama diteriakkan. Taruhan disebutkan. tidak ada batasan, selain bertarunglah seperti petarung sejati Kami berhadap-hadapan. Penonton mulai berteriak serak. Inspektur memegang tinju-tinju kami. Nama-nama diteriakkan. Taruhan disebutkan. ”Tidak ada peraturan selain kehormatan. Tidak ada larangan, yang terhormat. Kau paham?” Inspektur pertandingan berseru tidak ada batasan, selain bertarunglah seperti petarung sejati Kami berhadap-hadapan. Penonton mulai berteriak serak. Inspektur memegang tinju-tinju kami. Nama-nama diteriakkan. Taruhan disebutkan. ”Tidak ada peraturan selain kehormatan. Tidak ada larangan, yang terhormat. Kau paham?” Inspektur pertandingan berseru kencang, menoleh padaku. tidak ada batasan, selain bertarunglah seperti petarung sejati Kami berhadap-hadapan. Penonton mulai berteriak serak. Inspektur memegang tinju-tinju kami. Nama-nama diteriakkan. Taruhan disebutkan. ”Tidak ada peraturan selain kehormatan. Tidak ada larangan, yang terhormat. Kau paham?” Inspektur pertandingan berseru tidak ada batasan, selain bertarunglah seperti petarung sejati Inspektur memegang tinju-tinju kami. kencang, menoleh padaku. Nama-nama diteriakkan. Taruhan disebutkan. ”Tidak ada peraturan selain kehormatan. Tidak ada larangan, yang terhormat. Kau paham?” Inspektur pertandingan berseru Kami berhadap-hadapan. Penonton mulai berteriak serak. tidak ada batasan, selain bertarunglah seperti petarung sejati kencang, menoleh padaku. Inspektur memegang tinju-tinju kami. yang terhormat. Kau paham?” Inspektur pertandingan berseru Nama-nama diteriakkan. Taruhan disebutkan. ”Tidak ada peraturan selain kehormatan. Tidak ada larangan, Inspektur memegang tinju-tinju kami. tidak ada batasan, selain bertarunglah seperti petarung sejati kencang, menoleh padaku. yang terhormat. Kau paham?” Inspektur pertandingan berseru Nama-nama diteriakkan. Taruhan disebutkan. ”Tidak ada peraturan selain kehormatan. Tidak ada larangan, Inspektur memegang tinju-tinju kami. tidak ada batasan, selain bertarunglah seperti petarung sejati kencang, menoleh padaku. yang terhormat. Kau paham?” Inspektur pertandingan berseru Nama-nama diteriakkan. Taruhan disebutkan. ”Tidak ada peraturan selain kehormatan. Tidak ada larangan, Inspektur memegang tinju-tinju kami.seperti tidak adamenoleh batasan, selain bertarunglah petarung sejati kencang, padaku.



Aku mengangguk. Aku mengangguk. ”Kau paham?” Kali ini bertanya ke sang juara bertahan. Aku mengangguk. ”Kau paham?” Kali ini bertanya ke sang juara bertahan. Aku mengangguk. ”Kau paham?” Kali ini bertanya ke sang juara bertahan. ”Kau paham?” Kali ini bertanya ke sang juara bertahan. ”Kau paham?” Kali ini bertanya ke sang juara bertahan. Dia mengangguk. ”Kau paham?” Kali ini bertanya ke sang juara bertahan. Dia mengangguk. ”Kau paham?” Kali ini bertanya ke sang juara bertahan. Dia mengangguk. Dia mengangguk. mengangguk. Dia ”Bagus. Here we go, pertarungan dimulai!” Inspektur pertan­ Dia mengangguk. ”Bagus. Here we go, pertarungan dimulai!” Inspektur pertan­ Dia mengangguk. ”Bagus. Here we go, pertarungan dimulai!” Inspektur pertan­ ”Bagus. Here we go, pertarungan dimulai!” Inspektur pertan­ ”Bagus. Here we go, pertarungan dimulai!” Inspektur pertan­ dingan sekali lagi berseru kencang, lantas melangkah mundur, ”Bagus. Here we go, pertarungan dimulai!” Inspektur pertan­ dingan sekali lagi berseru kencang, lantas melangkah mundur, ”Bagus. Here we go, pertarungan dimulai!” Inspektur pertan­ dingan sekali lagi berseru kencang, lantas melangkah mundur, dingan sekali sekali lagi lagi berseru berseru kencang, kencang, lantas melangkah mundur, dingan lantas melangkah mundur, memberikan seluruh lingkaran merah untuk kami berdua. dingan sekali lagi berseru kencang, lantas melangkah mundur, memberikan lingkaran merah untuk kami berdua. dingan sekaliseluruh lagi berseru kencang, lantas melangkah mundur, memberikan seluruh lingkaran merah untuk kami berdua. memberikan seluruh lingkaran merah untuk kami berdua. memberikan seluruh lingkaran merah untuk kami berdua. Memberikan panggung tempat kami ”menari”. memberikan seluruh lingkaran merah untuk kami berdua. Memberikan panggung tempat kami ”menari”. memberikan seluruh lingkaran merah untuk kami berdua. Memberikan Memberikan panggung panggung tempat tempat kami kami ”menari”. ”menari”. Memberikan panggung tempat kami ”menari”. Memberikan Memberikan panggung panggung tempat tempat kami kami ”menari”. ”menari”.



Kapal Pesiar Baru



B B B B B B B B B B



Episode 4



ADANKU terasa remuk, jadi tidak ADANKU terasa remuk, jadi tidak ADANKU terasa remuk, jadi tidak ADANKU terasa remuk, jadi ADANKU terasa remuk, tidak sempat memperhatikan betapa mewah kamar jadi hotel tidak yang ADANKU terasa remuk, jadi tidak sempat memperhatikan betapa mewah kamar hotel yang ADANKU terasa remuk, jadi tidak sempat memperhatikan betapa mewah kamar hotel yang ADANKU terasa remuk, jadi tidak sempat memperhatikan betapa mewah kamar hotel yang ADANKU terasa remuk, jadi tidak sempat memperhatikan betapa mewah kamar hotel yang disiapkan klub petarung untukku menginap malam ini. ADANKU terasa remuk, jadi tidak sempat memperhatikan betapa mewah kamar hotel yang ADANKU terasa remuk, jadi tidak disiapkan klub petarung untukku menginap malam ini. sempat memperhatikan betapa mewah kamar hotel yang ADANKU terasa remuk, jadi tidak disiapkan klub petarung untukku menginap malam ini. sempat memperhatikan betapa mewah kamar hotel yang ADANKU terasa remuk, jadi tidak disiapkan klub petarung untukku menginap malam ini. sempat memperhatikan betapa mewah kamar hotel yang ADANKU terasa remuk, jadi tidak disiapkan klub petarung untukku menginap malam ini. Sudah pukul dua belas malam saat aku akhirnya bisa sempat memperhatikan betapa mewah kamar hotel yang ADANKU terasa remuk, jadi tidak disiapkan klub petarung untukku menginap malam ini. sempat memperhatikan betapa mewah kamar hotel yang ADANKU terasa remuk, jadi tidak Sudah pukul dua belas malam saat aku akhirnya bisa disiapkan klub petarung untukku menginap malam ini. sempat memperhatikan betapa mewah kamar hotel yang ADANKU terasa remuk, jadi tidak Sudah pukul dua belas malam saat aku akhirnya bisa disiapkan klub petarung untukku menginap malam ini. sempat memperhatikan betapa mewah kamar hotel yang ADANKU terasa remuk, jadi tidak Sudah pukul dua belas malam saat aku akhirnya bisa disiapkan klub petarung untukku menginap malam ini. sempat memperhatikan betapa mewah kamar hotel yang Sudah pukul dua belas malam saat aku akhirnya bisa sendirian masuk kamar. Aku berendam sebentar di air disiapkan klub petarung untukku menginap malam ini. sempat memperhatikan betapa mewah kamar hotel yang Sudah pukul dua belas malam saat aku akhirnya bisa disiapkan klub petarung untukku menginap malam ini. sempat memperhatikan betapa mewah kamar hotel yang sendirian masuk kamar. Aku berendam sebentar di air Sudah pukul dua belas malam saat aku akhirnya bisa disiapkan klub petarung untukku menginap malam ini. sempat memperhatikan betapa mewah kamar hotel yang sendirian masuk kamar. Aku berendam sebentar di air Sudah pukul dua belas malam saat aku akhirnya bisa disiapkan klub petarung untukku menginap malam ini. sempat memperhatikan betapa mewah kamar hotel yang sendirian masuk kamar. Aku berendam sebentar di air Sudah pukul dua belas malam saat aku akhirnya bisa disiapkan klub petarung untukku menginap malam ini. sendirian masuk kamar. Aku berendam sebentar di air hangat, berganti pakaian tidur, lantas terkapar kelelahan Sudah pukul dua belas malam saat aku akhirnya bisa disiapkan klub petarung untukku menginap malam ini. sendirian masuk kamar. Aku berendam sebentar di air Sudah pukul dua belas malam saat aku akhirnya bisa disiapkan klub petarung untukku menginap malam ini. hangat, berganti pakaian tidur, lantas terkapar kelelahan sendirian masuk kamar. Aku berendam sebentar di air Sudah pukul dua belas malam saat aku akhirnya bisa disiapkan klub petarung untukku menginap malam ini. hangat, berganti pakaian tidur, lantas terkapar kelelahan sendirian masuk kamar. Aku berendam sebentar di air Sudah pukul dua belas malam saat aku akhirnya bisa disiapkan klub petarung untukku menginap malam ini. hangat, berganti pakaian tidur, lantas terkapar kelelahan sendirian masuk kamar. Aku berendam sebentar di air Sudah pukul dua belas malam saat aku akhirnya bisa hangat, berganti pakaian tidur, lantas terkapar kelelahan di atas ranjang empuk. sendirian masuk kamar. Aku berendam sebentar di air Sudah pukul dua belas malam saat aku akhirnya bisa hangat, berganti pakaian tidur, lantas terkapar kelelahan sendirian masuk kamar. Aku berendam sebentar di air Sudah pukul dua belas malam saat aku akhirnya bisa di atas ranjang empuk. hangat, berganti pakaian tidur, lantas terkapar kelelahan sendirian masuk kamar. Aku berendam sebentar di air Sudah pukul dua belas malam saat aku akhirnya bisa di atas ranjang empuk. hangat, berganti pakaian tidur, lantas terkapar kelelahan sendirian masuk kamar. Aku berendam sebentar di air Sudah pukul dua belas malam saat aku akhirnya bisa di atas ranjang empuk. hangat, berganti pakaian tidur, lantas terkapar kelelahan sendirian masuk kamar. Aku berendam sebentar di air di atas ranjang empuk. Sungguh menyebalkan saat aku sudah terlelap, hangat, berganti pakaian tidur, lantas terkapar kelelahan sendirian masuk kamar. Aku berendam sebentar di air di atas ranjang empuk. hangat, berganti pakaian tidur, lantas terkapar kelelahan sendirian masuk kamar. Aku berendam sebentar di air Sungguh menyebalkan saat aku sudah terlelap, di atas ranjang empuk. hangat, berganti pakaian tidur, lantas terkapar kelelahan sendirian masuk kamar. Aku berendam sebentar di air Sungguh menyebalkan saat aku sudah terlelap, di atas ranjang empuk. hangat, berganti pakaian tidur, lantas terkapar kelelahan sendirian masuk kamar. Aku berendam sebentar di air Sungguh menyebalkan saat aku sudah terlelap, di atas ranjang empuk. hangat, berganti pakaian tidur, lantas terkapar kelelahan Sungguh menyebalkan saat aku sudah terlelap, membutuhkan semua istirahat, telepon genggamku justru di atas ranjang empuk. hangat, berganti pakaian tidur, lantas terkapar kelelahan Sungguh menyebalkan saat aku sudah terlelap, di atas ranjang empuk. hangat, berganti pakaian tidur, lantas terkapar kelelahan membutuhkan semua istirahat, telepon genggamku justru Sungguh menyebalkan saat aku sudah terlelap, di atas ranjang empuk. hangat, berganti pakaian tidur, lantas terkapar kelelahan membutuhkan semua istirahat, telepon genggamku justru Sungguh menyebalkan saat aku sudah terlelap, di atas ranjang empuk. hangat, berganti pakaian tidur, lantas terkapar kelelahan membutuhkan semua istirahat, telepon justru Sungguh aku sudah di atas ranjang empuk. membutuhkan semua istirahat, telepon genggamku justru bergetar. Siapamenyebalkan pula pukul tigasaat hari genggamku menelepon? Aku Sungguh menyebalkan saatdini aku sudah terlelap, terlelap, di atas ranjang empuk. membutuhkan semua istirahat, telepon justru Sungguh aku sudah di atas ranjang empuk. bergetar. Siapamenyebalkan pula pukul tigasaat dini hari genggamku menelepon? Akut membutuhkan semua istirahat, telepon genggamku justru Sungguh menyebalkan saat aku sudah terlelap, ADANKU terasa remuk, jaditerlelap, di atas ranjang empuk. bergetar. Siapa pula pukul tiga dini hari menelepon? Aku membutuhkan semua istirahat, telepon genggamku justru Sungguh menyebalkan saat aku sudah terlelap, di atas ranjang empuk. bergetar. Siapa pula pukul tiga dini hari menelepon? Aku membutuhkan semua istirahat, telepon genggamku justru Sungguh menyebalkan saat aku sudah terlelap, bergetar. Siapa pula pukul tiga dini hari menelepon? Aku menyambar bantal, menutupkannya ke kepala. Berharap si membutuhkan semua istirahat, telepon genggamku justru Sungguh menyebalkan saat aku sudah terlelap, bergetar. Siapa pula pukul tiga dini hari menelepon? Aku membutuhkan semua istirahat, telepon genggamku justru Sungguh menyebalkan saat aku sudah terlelap, menyambar bantal, menutupkannya ke kepala. Berharap si bergetar. Siapa pula pukul tiga dini hari menelepon? Aku membutuhkan semua istirahat, telepon genggamku justru Sungguh menyebalkan saat aku sudah terlelap, menyambar bantal, menutupkannya ke kepala. Berharap si bergetar. Siapa pula pukul tiga dini hari menelepon? Aku pat memperhatikan betapa mewah kamar hotel y membutuhkan semua istirahat, telepon genggamku justru Sungguh menyebalkan saat aku sudah terlelap, menyambar bantal, menutupkannya ke kepala. Berharap si bergetar. Siapa pula pukul tiga dini hari menelepon? Aku membutuhkan semua istirahat, telepon genggamku justru menyambar bantal, menutupkannya ke kepala. Berharap si penelepon menyerah sekian lama panggilannya tidak bergetar. Siapa pula pukul tiga dini hari menelepon? Aku membutuhkan semua istirahat, telepon genggamku justru menyambar bantal, menutupkannya ke kepala. Berharap si bergetar. Siapa pula pukul tiga dini hari menelepon? Aku membutuhkan semua istirahat, telepon genggamku justru penelepon menyerah sekian lama panggilannya tidak menyambar bantal, menutupkannya ke kepala. Berharap si bergetar. Siapa pula pukul tiga dini hari menelepon? Aku membutuhkan semua istirahat, telepon genggamku justru penelepon menyerah sekian lama panggilannya tidak menyambar bantal, menutupkannya ke kepala. Berharap si bergetar. Siapa pula pukul tiga dini hari menelepon? Aku membutuhkan semua istirahat, telepon genggamku justru penelepon menyerah sekian lama panggilannya tidak apkan klub petarung untukku menginap malam menyambar bantal, menutupkannya ke kepala. Berharap si bergetar. Siapa pula pukul tiga dini hari menelepon? Aku penelepon menyerah sekian lama panggilannya tidak kujawab. Sialan. Nada getar telepon genggamku menyambar bantal, menutupkannya ke kepala. Berharap si bergetar. Siapa pula pukul tiga dini menelepon? Aku penelepon menyerah sekian lama panggilannya tidak menyambar bantal, menutupkannya kehari kepala. Berharap si bergetar. Siapa pula pukul tiga dini hari menelepon? Aku kujawab. Sialan. Nada getar telepon genggamku penelepon menyerah sekian lama panggilannya tidak menyambar bantal, menutupkannya ke kepala. Berharap si bergetar. Siapa pula pukul tiga dini hari menelepon? Aku kujawab. Sialan. Nada getar telepon genggamku penelepon menyerah sekian lama panggilannya tidak menyambar bantal, menutupkannya ke kepala. Berharap si bergetar. Siapa pula pukul tiga dini hari menelepon? Aku kujawab. Sialan. Nada getar telepon genggamku penelepon menyerah sekian lama panggilannya tidak menyambar bantal, menutupkannya ke kepala. Berharap si ah pukul dua belas malam saat aku akhirnya kujawab. Sialan. Nada getar telepon genggamku menunjukkan akan berhenti. Kenapa pula aku lupa penelepon menyerah sekian lama panggilannya tidak menyambar bantal, menutupkannya ke kepala. Berharap si kujawab. Sialan. Nada getar telepon genggamku penelepon menyerah sekian lama panggilannya tidak menyambar bantal, menutupkannya ke kepala. Berharap si menunjukkan akan berhenti. Kenapa pula aku lupa kujawab. Sialan. Nada getar telepon genggamku penelepon menyerah sekian lama panggilannya tidak menyambar bantal, menutupkannya ke kepala. Berharap si menunjukkan akan berhenti. Kenapa pula aku lupa kujawab. Sialan. Nada getar telepon genggamku penelepon menyerah sekian lama panggilannya tidak menyambar bantal, menutupkannya ke kepala. Berharap si menunjukkan akan berhenti. Kenapa pula aku lupa kujawab. Sialan. Nada getar telepon genggamku penelepon menyerah sekian lama panggilannya tidak menunjukkan akan berhenti. Kenapa pula aku lupa mematikan telepon genggamku agar tidak ada yang bisa kujawab. Sialan. Nada getar telepon genggamku penelepon menyerah sekian lama panggilannya tidak dirian masuk kamar. Aku berendam sebentar di menunjukkan akan berhenti. Kenapa pula aku lupa kujawab. Sialan. Nada getar telepon genggamku penelepon menyerah sekian lama panggilannya tidak mematikan telepon genggamku agar tidak ada yang bisa menunjukkan akan berhenti. Kenapa pula aku lupa kujawab. Sialan. Nada getar telepon genggamku tidak penelepon menyerah sekian lama panggilannya mematikan telepon genggamku agar tidak ada yang bisa menunjukkan akan berhenti. Kenapa pula aku lupa kujawab. Sialan. Nada getar telepon genggamku penelepon menyerah sekian lama panggilannya tidak mematikan telepon genggamku agar tidak ada yang bisa menunjukkan akan berhenti. Kenapa pula aku lupa kujawab. Sialan. Nada getar telepon genggamku tidak mematikan telepon genggamku agar tidak ada yang bisa mengganggu, seperti mencabut sakelar telepon kamar, menunjukkan akan berhenti. Kenapa pula aku lupa kujawab. Sialan. Nada getar telepon genggamku tidak mematikan telepon genggamku agar tidak ada yang bisa menunjukkan akan berhenti. Kenapa pula aku lupa kujawab. Sialan. Nada getar telepon genggamku tidak gat, berganti pakaian tidur, lantas terkapar kelela mengganggu, seperti mencabut sakelar telepon kamar, mematikan telepon genggamku agar tidak ada yang bisa menunjukkan akan berhenti. Kenapa pula aku lupa kujawab. Sialan. Nada getar telepon genggamku tidak mengganggu, seperti mencabut sakelar telepon kamar, mematikan telepon genggamku agar tidak ada yang bisa menunjukkan akan berhenti. Kenapa pula aku lupa kujawab. Sialan. Nada getar telepon genggamku tidak mengganggu, seperti mencabut sakelar telepon kamar, mematikan telepon genggamku agar tidak ada yang bisa menunjukkan akan berhenti. Kenapa pula aku lupa memasang tanda ”do not disturb” di pintu kamar. mengganggu, seperti mencabut sakelar telepon kamar, mematikan telepon genggamku agar tidak ada yang bisa menunjukkan akan berhenti. Kenapa pula aku lupa mengganggu, seperti mencabut sakelar telepon kamar, mematikan telepon genggamku agar tidak ada yang bisa menunjukkan akan berhenti. Kenapa pula aku lupa memasang tanda ”do not disturb” di pintu kamar. mengganggu, seperti mencabut sakelar telepon kamar, mematikan telepon genggamku agar tidak ada yang bisa menunjukkan akan berhenti. Kenapa pula aku lupa atas ranjang empuk. memasang tanda ”do not disturb” di pintu kamar. mengganggu, seperti mencabut sakelar telepon kamar, mematikan telepon genggamku agar tidak ada yang bisa menunjukkan akan berhenti. Kenapa pula aku lupa memasang tanda ”do not disturb” di pintu kamar. mengganggu, seperti mencabut sakelar telepon kamar, mematikan telepon genggamku agar tidak ada yang bisa memasang tanda ”do not disturb” di pintu kamar. mengganggu, seperti mencabut sakelar telepon kamar, mematikan telepon genggamku agar tidak ada yang bisa Baiklah, aku menyerah, melempar bantal ke sembarang arah, memasang tanda ”do not disturb” di pintu kamar. mengganggu, seperti mencabut sakelar telepon kamar, mematikan telepon genggamku agar tidak ada yang bisa memasang tanda ”do not disturb” di pintu kamar. mengganggu, seperti mencabut sakelar telepon kamar, mematikan telepon genggamku agar tidak ada yang bisa Baiklah, aku menyerah, melempar bantal ke sembarang arah, memasang tanda ”do not disturb” di pintu kamar. mengganggu, seperti mencabut sakelar telepon kamar, mematikan telepon genggamku agar tidak ada yang bisa ungguh menyebalkan saat aku sudah terle Baiklah, aku menyerah, melempar bantal ke sembarang arah, memasang tanda ”do not disturb” di pintu kamar. mengganggu, seperti mencabut sakelar telepon kamar, Baiklah, aku menyerah, melempar bantal ke sembarang arah, memasang tanda ”do not disturb” di pintu kamar. mengganggu, seperti mencabut sakelar telepon kamar, Baiklah, aku menyerah, melempar bantal ke sembarang arah, memasang tanda ”do not disturb” di pintu kamar. mengganggu, seperti mencabut sakelar telepon kamar, Baiklah, aku menyerah, melempar bantal ke sembarang arah, memasang tanda ”do not disturb” di pintu kamar. mengganggu, seperti mencabut sakelar telepon kamar, Baiklah, aku menyerah, melempar bantal ke sembarang arah, memasang tanda ”do not disturb” di pintu kamar. mengganggu, seperti mencabut sakelar telepon kamar, Baiklah, aku menyerah, melempar bantal ke sembarang arah, memasang tanda ”do not notistirahat, disturb” digenggam pintu kamar. mbutuhkan semua telepon ju 38 di Baiklah, aku menyerah, melempar bantal ke sembarang arah, memasang tanda ”do pintu kamar. beringsut mengambil telepon di genggamku atas meja. Kalau Baiklah, aku menyerah, melempar bantal ke sembarang arah, memasang tanda ”do not disturb” disturb” digenggam pintu kamar. 38 Baiklah, aku menyerah, melempar bantal ke sembarang arah, memasang tanda ”do pintu 38 beringsut mengambil telepon di meja. Baiklah, aku menyerah, melempar bantal ke sembarang arah, memasang tanda ”do not not disturb” disturb” digenggam pintu kamar. 38 di beringsut mengambil telepon di atas atas meja. Kalau Kalau Baiklah, aku menyerah, melempar bantalkamar. ke sembarang arah,



B



Kapal Pesiar Baru



”Selamat malam, Pak Thom.” Suara khas itu terdengar mahal atas teleponnya. darurat, tidak penting, siapa pun orang ini, dia harus membayar berapa?” Aku mengeluh, berseru ketus, ”Kadek! Kau tahu ini jam empuk, riang sekali. ”Selamat malam, Pak Thom.” Suara khas itu terdengar mahal atas teleponnya. darurat, tidak penting, siapa pun orang ini, dia harus membayar berapa?” Aku mengeluh, berseru ketus, ”Kadek! Kau tahu ini jam empuk, riang sekali. ”Selamat malam, Pak Suara khas itu terdengar mahal atas teleponnya. darurat, tidak penting, siapa pun ini, harus membayar berapa?” Aku mengeluh, berseru ketus, ”Kadek! Kau tahu ini jam empuk, riang sekali. ”Selamat malam, Pak Thom.” Suara khas itu terdengar mahal atas teleponnya. darurat, tidak penting, siapaThom.” pun orang orang ini, dia dia harus membayar berapa?” Aku mengeluh, berseru ketus, ”Kadek! Kau tahu ini jam empuk, riang sekali. ”Selamat malam, Pak Thom.” Suara khas itu terdengar mahal atas teleponnya. berapa?” Aku mengeluh, berseru ketus, ”Kadek! Kau tahu ini jam empuk, riang sekali. ”Selamat malam, Pak Thom.” Suara khas itu terdengar mahal atas teleponnya. ”Jam tiga lewat lima belas menit, dini hari, Pak Thom.” Kadek berapa?” Aku mengeluh, berseru ketus, ”Kadek! Kau tahu ini jam empuk, riang sekali. ”Selamat malam, Pak Thom.” Suara khas itu terdengar mahal atas teleponnya. ”Jam tiga lewat lima belas menit, dini hari, Pak Thom.” Kadek berapa?” Aku mengeluh, berseru ketus, ”Kadek! Kau tahu ini jam empuk, riang sekali. ”Selamat malam, Pak Thom.” Suara khas itu terdengar mahal atas teleponnya. ”Jam tiga lewat lima belas menit, dini hari, Pak Thom.” Kadek berapa?” Aku mengeluh, berseru ketus, ”Kadek! Kau tahu ini jam empuk, riang sekali. ”Selamat malam, Pak Thom.” Suara khas itu terdengar mahal atas teleponnya. ”Jam tiga lewat lima belas menit, dini hari, Pak Thom.” Kadek berapa?” Aku mengeluh, berseru ketus, ”Kadek! Kau tahu ini jam empuk, riang sekali. ”Selamat malam, Pak Thom.” Suara khas itu terdengar ”Jam tiga lewat lima belas menit, dini hari, Pak Thom.” Kadek berapa?” Aku mengeluh, berseru ketus, ”Kadek! Kau tahu ini jam empuk, riang sekali. ”Selamat malam, Pak Thom.” Suara khas itu terdengar tertawa, sama sekali tidak merasakan intonasi marah dalam ”Jam tiga lewat lima belas menit, dini hari, Pak Thom.” Kadek berapa?” Aku mengeluh, berseru ketus, ”Kadek! Kau tahu ini jam empuk, riang sekali. ”Selamat malam, Pak Thom.” Suara khas itu terdengar tertawa, sama sekali tidak merasakan intonasi marah dalam ”Jam tiga lewat lima belas menit, dini hari, Pak Thom.” Kadek berapa?” Aku mengeluh, berseru ketus, ”Kadek! Kau tahu ini jam empuk, riang sekali. ”Selamat malam, Pak Thom.” Suara khas itu terdengar tertawa, sama sekali tidak merasakan intonasi marah dalam ”Jam tiga lewat lima belas menit, dini hari, Pak Thom.” Kadek berapa?” Aku mengeluh, berseru ketus, ”Kadek! Kau tahu ini jam empuk, riang sekali. ”Selamat malam, Pak Thom.” Suara khas itu terdengar tertawa, sama sekali tidak merasakan intonasi marah dalam ”Jam tiga lewat lima belas menit, dini hari, Pak Thom.” Kadek berapa?” Aku mengeluh, berseru ketus, ”Kadek! Kau tahu ini jam empuk, riang sekali. tertawa, sama sekali tidak merasakan intonasi marah dalam ”Jam tiga lewat lima belas menit, dini hari, Pak Thom.” Kadek berapa?” Aku mengeluh, berseru ketus, ”Kadek! Kau tahu ini jam empuk, riang sekali. suaraku. ”Posisi tiang eh saya maksudnya, saat ini ada di 22° 16′ tertawa, sama sekali tidak merasakan intonasi marah dalam ”Jam tiga lewat lima belas menit, dini hari, Pak Thom.” Kadek berapa?” Aku mengeluh, berseru ketus, ”Kadek! Kau tahu ini jam empuk, riang sekali. suaraku. ”Posisi tiang eh saya maksudnya, saat ini ada di 22° 16′ tertawa, sama sekali tidak merasakan intonasi marah dalam ”Jam tiga lewat lima belas menit, dini hari, Pak Thom.” Kadek berapa?” Aku mengeluh, berseru ketus, ”Kadek! Kau tahu ini jam empuk, riang sekali. suaraku. ”Posisi tiang eh saya maksudnya, saat ini ada di 22° 16′ tertawa, sama sekali tidak merasakan intonasi marah dalam ”Jam tiga lewat lima belas menit, dini hari, Pak Thom.” Kadek berapa?” Aku mengeluh, berseru ketus, ”Kadek! Kau tahu ini jam empuk, riang sekali. suaraku. ”Posisi tiang eh saya maksudnya, saat ini ada di 22° 16′ tertawa, sama sekali tidak merasakan intonasi marah dalam ”Jam tiga lewat lima belas menit, dini hari, Pak Thom.” Kadek berapa?” Aku mengeluh, berseru ketus, ”Kadek! Kau tahu ini jam suaraku. ”Posisi tiang eh saya maksudnya, saat ini ada di 22° 16′ tertawa, sama sekali tidak merasakan intonasi marah dalam ”Jam tiga lewat lima belas menit, dini hari, Pak Thom.” Kadek berapa?” Aku mengeluh, berseru ketus, ”Kadek! Kau tahu ini jam 42″ Lintang Utara, 114° 9′ 32″ Bujur Timur. Tiang yakin, Pak suaraku. ”Posisi tiang eh saya maksudnya, saat ini ada di 22° 16′ tertawa, sama sekali tidak merasakan intonasi marah dalam ”Jam tiga lewat lima belas menit, dini hari, Pak Thom.” Kadek berapa?” Aku mengeluh, berseru ketus, ”Kadek! Kau tahu ini jam 42″ Lintang Utara, 114° 9′ 32″ Bujur Timur. Tiang yakin, Pak suaraku. ”Posisi tiang eh saya maksudnya, saat ini ada di 22° 16′ tertawa, sama sekali tidak merasakan intonasi marah dalam ”Jam tiga lewat lima belas menit, dini hari, Pak Thom.” Kadek berapa?” Aku mengeluh, berseru ketus, ”Kadek! Kau tahu ini jam 42″ Lintang Utara, 114° 9′ 32″ Bujur Timur. Tiang yakin, Pak suaraku. ”Posisi tiang eh saya maksudnya, saat ini ada di 22° 16′ tertawa, sama sekali tidak merasakan intonasi marah dalam ”Jam tiga lewat lima belas menit, dini hari, Pak Thom.” Kadek berapa?” Aku mengeluh, berseru ketus, ”Kadek! Kau tahu ini jam 42″ Lintang Utara, 114° 9′ 32″ Bujur Timur. Tiang yakin, Pak suaraku. ”Posisi tiang eh saya maksudnya, saat ini ada di 22° 16′ tertawa, sama sekali tidak merasakan intonasi marah dalam ”Jam tiga lewat lima belas menit, dini hari, Pak Thom.” Kadek berapa?” 42″ Lintang Utara, 114° 9′ 32″ Bujur Timur. Tiang yakin, Pak suaraku. ”Posisi tiang eh saya maksudnya, saat ini ada di 22° 16′ tertawa, sama sekali tidak merasakan intonasi marah dalam ”Jam tiga lewat lima belas menit, dini hari, Pak Thom.” Kadek berapa?” Thom tahu sekali di mana itu, bukan?” 42″ Lintang Utara, 114° 9′ 32″ Bujur Timur. Tiang yakin, Pak suaraku. ”Posisi tiang eh saya maksudnya, saat ini ada di 22° 16′ tertawa, sama sekali tidak merasakan intonasi marah dalam ”Jam tiga lewat lima belas menit, dini hari, Pak Thom.” Kadek berapa?” Thom tahu sekali di mana itu, bukan?” 42″ Lintang Utara, 114° 9′ 32″ Bujur Timur. Tiang yakin, Pak suaraku. ”Posisi tiang eh saya maksudnya, saat ini ada di 22° 16′ tertawa, sama sekali tidak merasakan intonasi marah dalam ”Jam tiga lewat lima belas menit, dini hari, Pak Thom.” Kadek berapa?” Thom tahu sekali di mana itu, bukan?” 42″ Lintang Utara, 114° 9′ 32″ Bujur Timur. Tiang yakin, Pak suaraku. ”Posisi tiang eh saya maksudnya, saat ini ada di 22° 16′ tertawa, sama sekali tidak merasakan intonasi marah dalam ”Jam tiga lewat lima belas menit, dini hari, Pak Thom.” Kadek berapa?” Thom tahu sekali di mana itu, bukan?” 42″ Lintang Utara, 114° 9′ 32″ Bujur Timur. Tiang yakin, Pak suaraku. ”Posisi tiang eh saya maksudnya, saat ini ada di 22° 16′ tertawa, sama sekali tidak merasakan intonasi marah dalam ”Jam tiga lewat lima belas menit, dini hari, Pak Thom.” Kadek Thom tahu sekali di mana itu, bukan?” 42″ Lintang Utara, 114° 9′ 32″ Bujur Timur. Tiang yakin, Pak suaraku. ”Posisi tiang eh saya maksudnya, saat ini ada di 22° 16′ tertawa, sama sekali tidak merasakan intonasi marah dalam ”Jam tiga lewat lima belas menit, dini hari, Pak Thom.” Kadek Seruan marahku tertahan. ”Hong Kong? Kau ada di Hong Thom tahu sekali di mana itu, bukan?” 42″ Lintang Utara, 114° 9′ 32″ Bujur Timur. Tiang yakin, Pak suaraku. ”Posisi tiang eh saya maksudnya, saat ini ada di 22° 16′ tertawa, sama sekali tidak merasakan intonasi marah dalam ”Jam tiga lewat lima belas menit, dini hari, Pak Thom.” Kadek Seruan marahku tertahan. ”Hong Kong? Kau ada di Hong Thom tahu sekali di mana itu, bukan?” 42″ Lintang Utara, 114° 9′ 32″ Bujur Timur. Tiang yakin, Pak suaraku. ”Posisi tiang eh saya maksudnya, saat ini ada di 22° 16′ tertawa, sama sekali tidak merasakan intonasi marah dalam ”Jam tiga lewat lima belas menit, dini hari, Pak Thom.” Kadek Seruan marahku tertahan. ”Hong Kong? Kau ada di Hong Thom tahu sekali di mana itu, bukan?” 42″ Lintang Utara, 114° 9′ 32″ Bujur Timur. Tiang yakin, Pak suaraku. ”Posisi tiang eh saya maksudnya, saat ini ada di 22° 16′ tertawa, sama sekali tidak merasakan intonasi marah dalam ”Jam tiga lewat lima belas menit, dini hari, Pak Thom.” Kadek Seruan marahku tertahan. ”Hong Kong? Kau ada di Hong Thom tahu sekali di mana itu, bukan?” 42″ Lintang Utara, 114° 9′ 32″ Bujur Timur. Tiang yakin, Pak suaraku. ”Posisi tiang eh saya maksudnya, saat ini ada di 22° 16′ tertawa, sama sekali tidak merasakan intonasi marah dalam Seruan marahku tertahan. ”Hong Kong? Kau ada di Hong Thom tahu sekali di mana itu, bukan?” 42″ Lintang Utara, 114° 9′ 32″ Bujur Timur. Tiang yakin, Pak suaraku. ”Posisi tiang eh saya maksudnya, saat ini ada di 22° 16′ tertawa, sama sekali tidak merasakan intonasi marah dalam Kong?” Seruan marahku tertahan. ”Hong Kong? Kau ada di Hong Thom tahu sekali di mana itu, bukan?” 42″ Lintang Utara, 114° 9′ 32″ Bujur Timur. Tiang yakin, Pak suaraku. ”Posisi tiang eh saya maksudnya, saat ini ada di 22° 16′ tertawa, sama sekali tidak merasakan intonasi marah dalam Kong?” Seruan marahku tertahan. ”Hong Kong? Kau ada di Hong Thom tahu sekali di mana itu, bukan?” 42″ Lintang Utara, 114° 9′ 32″ Bujur Timur. Tiang yakin, Pak suaraku. ”Posisi tiang eh saya maksudnya, saat ini ada di 22° 16′ tertawa, sama sekali tidak merasakan intonasi marah dalam Kong?” Seruan marahku tertahan. ”Hong Kong? Kau ada di Hong Thom tahu sekali di mana itu, bukan?” 42″ Lintang Utara, 114° 9′ 32″ Bujur Timur. Tiang yakin, Pak suaraku. ”Posisi tiang eh saya maksudnya, saat ini ada di 22° 16′ tertawa, sama sekali tidak merasakan intonasi marah dalam Kong?” Seruan marahku tertahan. ”Hong Kong? Kau ada di Hong Thom tahu sekali di mana itu, bukan?” 42″ Lintang Utara, 114° 9′ 32″ Bujur Timur. Tiang yakin, Pak suaraku. ”Posisi tiang eh saya maksudnya, saat ini ada di 22° 16′ Kong?” Seruan marahku tertahan. ”Hong Kong? Kau ada di Hong Thom tahu sekali di mana itu, bukan?” 42″ Lintang Utara, 114° 9′ 32″ Bujur Timur. Tiang yakin, Pak suaraku. ”Posisi tiang eh saya maksudnya, saat ini ada di 22° 16′ ”Tepat sekali, Pak Thom. Kapal baru saja memasuki pela­ Kong?” Seruan marahku tertahan. ”Hong Kong? Kau ada di Hong Thom tahu sekali di mana itu, bukan?” 42″ Lintang Utara, 114° 9′ 32″ Bujur Timur. Tiang yakin, Pak suaraku. ”Posisi tiang eh saya maksudnya, saat ini ada di 22° 16′ ”Tepat sekali, Pak Thom. Kapal baru saja memasuki pela­ Kong?” Seruan marahku tertahan. ”Hong Kong? Kau ada di Hong Thom tahu sekali di mana itu, bukan?” 42″ Lintang Utara, 114° 9′ 32″ Bujur Timur. Tiang yakin, Pak suaraku. ”Posisi tiang eh saya maksudnya, saat ini ada di 22° 16′ ”Tepat sekali, Pak Thom. Kapal baru saja memasuki pela­ Kong?” Seruan marahku tertahan. ”Hong Kong? Kau ada di Hong Thom tahu sekali di mana itu, bukan?” 42″ Lintang Utara, 114° 9′ 32″ Bujur Timur. Tiang yakin, Pak suaraku. ”Posisi tiang eh saya maksudnya, saat ini ada di 22° 16′ ”Tepat sekali, Pak Thom. Kapal baru saja memasuki pela­ Kong?” Seruan marahku tertahan. ”Hong Kong? Kau ada di Hong Thom tahu sekali di mana itu, bukan?” 42″ Lintang Utara, 114° 9′ 32″ Bujur Timur. Tiang yakin, Pak ”Tepat sekali, Pak Thom. Kapal baru saja memasuki pela­ Kong?” Seruan marahku tertahan. ”Hong Kong? Kau ada di Hong Thom tahu sekali di mana itu, bukan?” 42″ Lintang Utara, 114° 9′ 32″ Bujur Timur. Tiang yakin, Pak buhan Hong Kong. Ini tiang sedang merapatkan kapal, bergegas ”Tepat sekali, Pak Thom. Kapal baru saja memasuki pela­ Kong?” Seruan marahku tertahan. ”Hong Kong? Kau ada di Hong Thom tahu sekali di mana itu, bukan?” 42″ Lintang Utara, 114° 9′ 32″ Bujur Timur. Tiang yakin, Pak buhan Hong Kong. Ini tiang sedang merapatkan kapal, bergegas ”Tepat sekali, Pak Thom. Kapal baru saja memasuki pela­ Kong?” Seruan marahku tertahan. ”Hong Kong? Kau ada di Hong Thom tahu sekali di mana itu, bukan?” 42″ Lintang Utara, 114° 9′ 32″ Bujur Timur. Tiang yakin, Pak buhan Hong Kong. Ini tiang sedang merapatkan kapal, bergegas ”Tepat sekali, Pak Thom. Kapal baru saja memasuki pela­ Kong?” Seruan marahku tertahan. ”Hong Kong? Kau ada di Hong Thom tahu sekali di mana itu, bukan?” 42″ Lintang Utara, 114° 9′ 32″ Bujur Timur. Tiang yakin, Pak buhan Hong Kong. Ini tiang sedang merapatkan kapal, bergegas ”Tepat sekali, Pak Thom. Kapal baru saja memasuki pela­ Kong?” Seruan marahku tertahan. ”Hong Kong? Kau ada di Hong Thom tahu sekali di mana itu, bukan?” buhan Hong Kong. Ini tiang sedang merapatkan kapal, bergegas ”Tepat sekali, Pak Thom. Kapal baru saja memasuki pela­ Kong?” Seruan marahku tertahan. ”Hong Kong? Kau ada di Hong Thom tahu sekali di mana itu, bukan?” menelepon seperti perintah Pak Thom minggu lalu. Segera beri buhan Hong Kong. Ini tiang sedang merapatkan kapal, bergegas ”Tepat sekali, Pak Thom. Kapal baru saja memasuki pela­ Kong?” Seruan marahku tertahan. ”Hong Kong? Kau ada di Hong Thom tahu sekali di mana itu, bukan?” menelepon seperti perintah Pak Thom minggu lalu. Segera beri buhan Hong Kong. Ini tiang sedang merapatkan kapal, bergegas ”Tepat sekali, Pak Thom. Kapal baru saja memasuki pela­ Kong?” Seruan marahku tertahan. ”Hong Kong? Kau ada di Hong Thom tahu sekali di mana itu, bukan?” menelepon seperti perintah Pak Thom minggu lalu. Segera beri buhan Hong Kong. Ini tiang sedang merapatkan kapal, bergegas ”Tepat sekali, Pak Thom. Kapal baru saja memasuki pela­ Kong?” Seruan marahku tertahan. ”Hong Kong? Kau ada di Hong Thom tahu sekali di mana itu, bukan?” menelepon seperti perintah Pak Thom minggu lalu. Segera beri buhan Hong Kong. Ini tiang sedang merapatkan kapal, bergegas ”Tepat sekali, Pak Thom. Kapal baru saja memasuki pela­ Kong?” Seruan marahku tertahan. ”Hong Kong? Kau ada di Hong menelepon seperti perintah Pak Thom minggu lalu. Segera beri buhan Hong Kong. Ini tiang sedang merapatkan kapal, bergegas ”Tepat sekali, Pak Thom. Kapal baru saja memasuki pela­ Kong?” Seruan marahku tertahan. ”Hong Kong? Kau ada di Hong kabar jika kapal sudah siap. Bukankah begitu, Pak Thom?” menelepon seperti perintah Pak Thom minggu lalu. Segera beri buhan Hong Kong. Ini tiang sedang merapatkan kapal, bergegas ”Tepat sekali, Pak Thom. Kapal baru saja memasuki pela­ Kong?” Seruan marahku tertahan. ”Hong Kong? Kau ada di Hong kabar jika kapal sudah siap. Bukankah begitu, Pak Thom?” menelepon seperti perintah Pak Thom minggu lalu. Segera beri buhan Hong Kong. Ini tiang sedang merapatkan kapal, bergegas ”Tepat sekali, Pak Thom. Kapal baru saja memasuki pela­ Kong?” Seruan marahku tertahan. ”Hong Kong? Kau ada di Hong kabar jika kapal sudah siap. Bukankah begitu, Pak Thom?” menelepon seperti perintah Pak Thom minggu lalu. Segera beri buhan Hong Kong. Ini tiang sedang merapatkan kapal, bergegas ”Tepat sekali, Pak Thom. Kapal baru saja memasuki pela­ Kong?” Seruan marahku tertahan. ”Hong Kong? Kau ada di Hong kabar jika kapal sudah siap. Bukankah begitu, Pak Thom?” menelepon seperti perintah Pak Thom minggu lalu. Segera beri buhan Hong Kong. Ini tiang sedang merapatkan kapal, bergegas ”Tepat sekali, Pak Thom. Kapal baru saja memasuki pela­ Kong?” kabar jika kapal sudah siap. Bukankah begitu, Pak Thom?” menelepon seperti perintah Pak Thom minggu lalu. Segera beri buhan Hong Kong. Ini tiang sedang merapatkan kapal, bergegas ”Tepat sekali, Pak Thom. Kapal baru saja memasuki pela­ Kong?” ”Kau, kau membawa kapal itu ke Hong Kong, Kadek?” Demi kabar jika kapal sudah siap. Bukankah begitu, Pak Thom?” menelepon seperti perintah Pak Thom minggu lalu. Segera beri buhan Hong Kong. Ini tiang sedang merapatkan kapal, bergegas ”Tepat sekali, Pak Thom. Kapal baru saja memasuki pela­ Kong?” ”Kau, kau membawa kapal itu ke Hong Kong, Kadek?” Demi kabar jika kapal sudah siap. Bukankah begitu, Pak Thom?” menelepon seperti perintah Pak Thom minggu lalu. Segera beri buhan Hong Kong. Ini tiang sedang merapatkan kapal, bergegas ”Tepat sekali, Pak Thom. Kapal baru saja memasuki pela­ Kong?” ”Kau, kau membawa kapal itu ke Hong Kong, Kadek?” Demi kabar jika kapal sudah siap. Bukankah begitu, Pak Thom?” menelepon seperti perintah Pak Thom minggu lalu. Segera beri buhan Hong Kong. Ini tiang sedang merapatkan kapal, bergegas ”Tepat sekali, Pak Thom. Kapal baru saja memasuki pela­ Kong?” ”Kau, kau membawa kapal itu ke Hong Kong, Kadek?” Demi kabar jika kapal sudah siap. Bukankah begitu, Pak Thom?” menelepon seperti perintah Pak Thom minggu lalu. Segera beri buhan Hong Kong. Ini tiang sedang merapatkan kapal, bergegas ”Tepat sekali, Pak Thom. Kapal baru saja memasuki pela­ ”Kau, kau membawa kapal itu ke Hong Kong, Kadek?” Demi kabar jika kapal sudah siap. Bukankah begitu, Pak Thom?” menelepon seperti perintah Pak Thom minggu lalu. Segera beri buhan Hong Kong. Ini tiang sedang merapatkan kapal, bergegas ”Tepat sekali, Pak Thom. Kapal baru saja memasuki pela­ mendengar kalimat terakhir Kadek, intonasi suaraku kembali ”Kau, kau membawa kapal itu ke Hong Kong, Kadek?” Demi kabar jika kapal sudah siap. Bukankah begitu, Pak Thom?” menelepon seperti perintah Pak Thom minggu lalu. Segera beri buhan Hong Kong. Ini tiang sedang merapatkan kapal, bergegas ”Tepat sekali, Pak Thom. Kapal baru saja memasuki pela­ mendengar kalimat terakhir Kadek, intonasi suaraku kembali ”Kau, kau membawa kapal itu ke Hong Kong, Kadek?” Demi kabar jika kapal sudah siap. Bukankah begitu, Pak Thom?” menelepon seperti perintah Pak Thom minggu lalu. Segera beri buhan Hong Kong. Ini tiang sedang merapatkan kapal, bergegas ”Tepat sekali, Pak Thom. Kapal baru saja memasuki pela­ mendengar kalimat terakhir Kadek, intonasi suaraku kembali ”Kau, kau membawa kapal itu ke Hong Kong, Kadek?” Demi kabar jika kapal sudah siap. Bukankah begitu, Pak Thom?” menelepon seperti perintah Pak Thom minggu lalu. Segera beri buhan Hong Kong. Ini tiang sedang merapatkan kapal, bergegas ”Tepat sekali, Pak Thom. Kapal baru saja memasuki pela­ mendengar kalimat terakhir Kadek, intonasi suaraku kembali ”Kau, kau membawa kapal itu ke Hong Kong, Kadek?” Demi kabar jika kapal sudah siap. Bukankah begitu, Pak Thom?” menelepon seperti perintah Pak Thom minggu lalu. Segera beri buhan Hong Kong. Ini tiang sedang merapatkan kapal, bergegas mendengar kalimat terakhir Kadek, intonasi suaraku kembali ”Kau, kau membawa kapal itu ke Hong Kong, Kadek?” Demi kabar jika kapal sudah siap. Bukankah begitu, Pak Thom?” menelepon seperti perintah Pak Thom minggu lalu. Segera beri buhan Hong Kong. Ini tiang sedang merapatkan kapal, bergegas normal, duduk di atas kasur, melupakan sejenak rasa sakit di mendengar kalimat terakhir Kadek, intonasi suaraku kembali ”Kau, kau membawa kapal itu ke Hong Kong, Kadek?” Demi kabar jika kapal sudah siap. Bukankah begitu, Pak Thom?” menelepon seperti perintah Pak Thom minggu lalu. Segera beri buhan Hong Kong. Ini tiang sedang merapatkan kapal, bergegas normal, duduk di atas kasur, melupakan sejenak rasa sakit di mendengar kalimat terakhir Kadek, intonasi suaraku kembali ”Kau, kau membawa kapal itu ke Hong Kong, Kadek?” Demi kabar jika kapal sudah siap. Bukankah begitu, Pak Thom?” menelepon seperti perintah Pak Thom minggu lalu. Segera beri buhan Hong Kong. Ini tiang sedang merapatkan kapal, bergegas normal, duduk di atas kasur, melupakan sejenak rasa sakit di mendengar kalimat terakhir Kadek, intonasi suaraku kembali ”Kau, kau membawa kapal itu ke Hong Kong, Kadek?” Demi kabar jika kapal sudah siap. Bukankah begitu, Pak Thom?” menelepon seperti perintah Pak Thom minggu lalu. Segera beri buhan Hong Kong. Ini tiang sedang merapatkan kapal, bergegas normal, duduk di atas kasur, melupakan sejenak rasa sakit di mendengar kalimat terakhir Kadek, intonasi suaraku kembali ”Kau, kau membawa kapal itu ke Hong Kong, Kadek?” Demi kabar jika kapal sudah siap. Bukankah begitu, Pak Thom?” menelepon seperti perintah Pak Thom minggu lalu. Segera beri normal, duduk di atas kasur, melupakan sejenak rasa sakit di mendengar kalimat terakhir Kadek, intonasi suaraku kembali ”Kau, kau membawa kapal itu ke Hong Kong, Kadek?” Demi kabar jika kapal sudah siap. Bukankah begitu, Pak Thom?” menelepon seperti perintah Pak Thom minggu lalu. Segera beri badanku. Ini kabar baik. normal, duduk di atas kasur, melupakan sejenak rasa sakit di mendengar kalimat terakhir Kadek, intonasi suaraku kembali ”Kau, kau membawa kapal itu ke Hong Kong, Kadek?” Demi kabar jika kapal sudah siap. Bukankah begitu, Pak Thom?” menelepon seperti perintah Pak Thom minggu lalu. Segera beri badanku. Ini kabar baik. normal, duduk di atas kasur, melupakan sejenak rasa sakit di mendengar kalimat terakhir Kadek, intonasi suaraku kembali ”Kau, kau membawa kapal itu ke Hong Kong, Kadek?” Demi kabar jika kapal sudah siap. Bukankah begitu, Pak Thom?” menelepon seperti perintah Pak Thom minggu lalu. Segera beri badanku. Ini kabar baik. normal, duduk di atas kasur, melupakan sejenak rasa sakit di mendengar kalimat terakhir Kadek, intonasi suaraku kembali ”Kau, kau membawa kapal itu ke Hong Kong, Kadek?” Demi kabar jika kapal sudah siap. Bukankah begitu, Pak Thom?” menelepon seperti perintah Pak Thom minggu lalu. Segera beri badanku. Ini kabar baik. normal, duduk di atas kasur, melupakan sejenak rasa sakit di mendengar kalimat terakhir Kadek, intonasi suaraku kembali ”Kau, kau membawa kapal itu ke Hong Kong, Kadek?” Demi kabar jika kapal sudah siap. Bukankah begitu, Pak Thom?” badanku. Ini kabar baik. normal, duduk di atas kasur, melupakan sejenak rasa sakit di mendengar kalimat terakhir Kadek, intonasi suaraku kembali ”Kau, kau membawa kapal itu ke Hong Kong, Kadek?” Demi kabar jika kapal sudah siap. Bukankah begitu, Pak Thom?” ”Awalnya tidak begitu, Pak Thom. Tadinya saya hendak mem­ badanku. Ini kabar baik. normal, duduk di atas kasur, melupakan sejenak rasa sakit di mendengar kalimat terakhir Kadek, intonasi suaraku kembali ”Kau, kau membawa kapal itu ke Hong Kong, Kadek?” Demi kabar jika kapal sudah siap. Bukankah begitu, Pak Thom?” ”Awalnya tidak begitu, Pak Thom. Tadinya saya hendak mem­ badanku. Ini kabar baik. normal, duduk di atas kasur, melupakan sejenak rasa sakit di mendengar kalimat terakhir Kadek, intonasi suaraku kembali ”Kau, kau membawa kapal itu ke Hong Kong, Kadek?” Demi kabar jika kapal sudah siap. Bukankah begitu, Pak Thom?” ”Awalnya tidak begitu, Pak Thom. Tadinya saya hendak mem­ badanku. Ini kabar baik. normal, duduk di atas kasur, melupakan sejenak rasa sakit di mendengar kalimat terakhir Kadek, intonasi suaraku kembali ”Kau, kau membawa kapal itu ke Hong Kong, Kadek?” Demi kabar jika kapal sudah siap. Bukankah begitu, Pak Thom?” ”Awalnya tidak begitu, Pak Thom. Tadinya saya hendak mem­ badanku. Ini kabar baik. normal, duduk di atas kasur, melupakan sejenak rasa sakit di mendengar kalimat terakhir Kadek, intonasi suaraku kembali ”Kau, kau membawa kapal itu ke Hong Kong, Kadek?” Demi ”Awalnya tidak begitu, Pak Thom. Tadinya saya hendak mem­ badanku. Ini kabar baik. normal, duduk di atas kasur, melupakan sejenak rasa sakit di mendengar kalimat terakhir Kadek, intonasi suaraku kembali ”Kau, kau membawa kapal itu ke Hong Kong, Kadek?” Demi bawa kapal ke dermaga Sunda Kelapa. Tetapi ada seseorang ”Awalnya tidak begitu, Pak Thom. Tadinya saya hendak mem­ badanku. Ini kabar baik. normal, duduk di atas kasur, melupakan sejenak rasa sakit di mendengar kalimat terakhir Kadek, intonasi suaraku kembali ”Kau, kau membawa kapal itu ke Hong Kong, Kadek?” Demi bawa kapal ke dermaga Sunda Kelapa. Tetapi ada seseorang ”Awalnya tidak begitu, Pak Thom. Tadinya saya hendak mem­ badanku. Ini kabar baik. normal, duduk di atas kasur, melupakan sejenak rasa sakit di mendengar kalimat terakhir Kadek, intonasi suaraku kembali ”Kau, kau membawa kapal itu ke Hong Kong, Kadek?” Demi bawa kapal ke dermaga Sunda Kelapa. Tetapi ada seseorang ”Awalnya tidak begitu, Pak Thom. Tadinya saya hendak mem­ badanku. Ini kabar baik. normal, duduk di atas kasur, melupakan sejenak rasa sakit di mendengar kalimat terakhir Kadek, intonasi suaraku kembali ”Kau, kau membawa kapal itu ke Hong Kong, Kadek?” Demi bawa kapal ke dermaga Sunda Kelapa. Tetapi ada seseorang ”Awalnya tidak begitu, Pak Thom. Tadinya saya hendak mem­ badanku. Ini kabar baik. normal, duduk di atas kasur, melupakan sejenak rasa sakit di mendengar kalimat terakhir Kadek, intonasi suaraku kembali bawa kapal ke dermaga Sunda Kelapa. Tetapi ada seseorang ”Awalnya tidak begitu, Pak Thom. Tadinya saya hendak mem­ badanku. Ini kabar baik. normal, duduk di atas kasur, melupakan sejenak rasa sakit di mendengar kalimat terakhir Kadek, intonasi suaraku kembali yang memaksa saya menuju ke sini dua hari lalu, bertemu lang­ bawa kapal ke dermaga Sunda Kelapa. Tetapi ada seseorang ”Awalnya tidak begitu, Pak Thom. Tadinya saya hendak mem­ badanku. Ini kabar baik. normal, duduk di atas kasur, melupakan sejenak rasa sakit di mendengar kalimat terakhir Kadek, intonasi suaraku kembali yang memaksa saya menuju ke sini dua hari lalu, bertemu lang­ bawa kapal ke dermaga Sunda Kelapa. Tetapi ada seseorang ”Awalnya tidak begitu, Pak Thom. Tadinya saya hendak mem­ badanku. Ini kabar baik. normal, duduk di atas kasur, melupakan sejenak rasa sakit di mendengar kalimat terakhir Kadek, intonasi suaraku kembali yang memaksa saya menuju ke sini dua hari lalu, bertemu lang­ bawa kapal ke dermaga Sunda Kelapa. Tetapi ada seseorang ”Awalnya tidak begitu, Pak Thom. Tadinya saya hendak mem­ badanku. Ini kabar baik. normal, duduk di atas kasur, melupakan sejenak rasa sakit di mendengar kalimat terakhir Kadek, intonasi suaraku kembali yang memaksa saya menuju ke sini dua hari lalu, bertemu lang­ bawa kapal ke dermaga Sunda Kelapa. Tetapi ada seseorang ”Awalnya tidak begitu, Pak Thom. Tadinya saya hendak mem­ badanku. Ini kabar baik. normal, duduk di atas kasur, melupakan sejenak rasa sakit di yang memaksa saya menuju ke sini dua hari lalu, bertemu lang­ bawa kapal ke dermaga Sunda Kelapa. Tetapi ada seseorang ”Awalnya tidak begitu, Pak Thom. Tadinya saya hendak mem­ badanku. Ini kabar baik. normal, duduk di atas kasur, melupakan sejenak rasa sakit di sung di galangan kapal, dan saya tidak bisa menolaknya. Beliau yang memaksa saya menuju ke sini dua hari lalu, bertemu lang­ bawa kapal ke dermaga Sunda Kelapa. Tetapi ada seseorang ”Awalnya tidak begitu, Pak Thom. Tadinya saya hendak mem­ badanku. Ini kabar baik. normal, duduk di atas kasur, melupakan sejenak rasa sakit di sung di galangan kapal, dan saya tidak bisa menolaknya. Beliau yang memaksa saya menuju ke sini dua hari lalu, bertemu lang­ bawa kapal ke dermaga Sunda Kelapa. Tetapi ada seseorang ”Awalnya tidak begitu, Pak Thom. Tadinya saya hendak mem­ badanku. Ini kabar baik. normal, duduk di atas kasur, melupakan sejenak rasa sakit di sung di galangan kapal, dan saya tidak bisa menolaknya. Beliau yang memaksa saya menuju ke sini dua hari lalu, bertemu lang­ bawa kapal ke dermaga Sunda Kelapa. Tetapi ada seseorang ”Awalnya tidak begitu, Pak Thom. Tadinya saya hendak mem­ badanku. Ini kabar baik. normal, duduk di atas kasur, melupakan sejenak rasa sakit di sung di galangan kapal, dan saya tidak bisa menolaknya. Beliau yang memaksa saya menuju ke sini dua hari lalu, bertemu lang­ bawa kapal ke dermaga Sunda Kelapa. Tetapi ada seseorang ”Awalnya tidak begitu, Pak Thom. Tadinya saya hendak mem­ badanku. Ini kabar baik. sung di galangan kapal, dan saya tidak bisa menolaknya. Beliau yang memaksa saya menuju ke sini dua hari lalu, bertemu lang­ bawa kapal ke dermaga Sunda Kelapa. Tetapi ada seseorang ”Awalnya tidak begitu, Pak Thom. Tadinya saya hendak mem­ badanku. Ini kabar baik. bilang mau bernostalgia. Nah, ternyata beliau sudah bangun.” sung di galangan kapal, dan saya tidak bisa menolaknya. Beliau yang memaksa saya menuju ke sini dua hari lalu, bertemu lang­ bawa kapal ke dermaga Sunda Kelapa. Tetapi ada seseorang ”Awalnya tidak begitu, Pak Thom. Tadinya saya hendak mem­ badanku. Ini kabar baik. bilang mau bernostalgia. Nah, ternyata beliau sudah bangun.” sung di galangan kapal, dan saya tidak bisa menolaknya. Beliau yang memaksa saya menuju ke sini dua hari lalu, bertemu lang­ bawa kapal ke dermaga Sunda Kelapa. Tetapi ada seseorang ”Awalnya tidak begitu, Pak Thom. Tadinya saya hendak mem­ badanku. Ini kabar baik. bilang mau bernostalgia. Nah, ternyata beliau sudah bangun.” sung di galangan kapal, dan saya tidak bisa menolaknya. Beliau yang memaksa saya menuju ke sini dua hari lalu, bertemu lang­ bawa kapal ke dermaga Sunda Kelapa. Tetapi ada seseorang ”Awalnya tidak begitu, Pak Thom. Tadinya sayasudah hendak mem­ badanku. Initidak kabar baik. bilang mau bernostalgia. Nah, ternyata beliau sudah bangun.” sung di galangan kapal, dan saya tidak bisa menolaknya. Beliau yang memaksa saya menuju ke sini dua hari lalu, bertemu lang­ bawa kapal ke dermaga Sunda Kelapa. Tetapi ada seseorang ”Awalnya begitu, Pak Thom. Tadinya saya hendak mem­ bilang mau bernostalgia. Nah, ternyata beliau bangun.” sung di galangan kapal, dan saya tidak bisa menolaknya. Beliau yang memaksa menuju ke sini dua hari lalu, bertemu lang­ bawa kapal ke dermaga Sunda Kelapa. Tetapi ada seseorang ”Awalnya tidak begitu, Pak Thom. Tadinya saya hendak mem­ Kadek tertawa, menyapa seseorang. ”Pak Thom mau bicara? Se­ bilang mau bernostalgia. Nah, ternyata beliau sudah bangun.” sung di galangan kapal, dan saya tidak bisa menolaknya. Beliau yang memaksa saya menuju ke sini dua hari lalu, bertemu lang­ bawa kapal ke saya dermaga Sunda Kelapa. Tetapi ada seseorang ”Awalnya tidak begitu, Pak Thom. Tadinya saya hendak mem­ Kadek tertawa, menyapa seseorang. ”Pak Thom mau bicara? Se­ bilang mau bernostalgia. Nah, ternyata beliau sudah bangun.” sung di galangan kapal, dan saya tidak bisa menolaknya. Beliau yang memaksa saya menuju ke sini dua hari lalu, bertemu lang­ bawa kapal ke dermaga Sunda Kelapa. Tetapi ada seseorang ”Awalnya tidak begitu, Pak Thom. Tadinya saya hendak mem­ Kadek tertawa, menyapa seseorang. ”Pak Thom mau bicara? Se­ bilang mau bernostalgia. Nah, ternyata beliau sudah bangun.” sung di galangan kapal, dan saya tidak bisa menolaknya. Beliau yang memaksa saya menuju ke sini dua hari lalu, bertemu lang­ bawa kapal ke dermaga Sunda Kelapa. Tetapi ada seseorang ”Awalnya tidak begitu, Pak Thom. Tadinya saya hendak mem­ Kadek tertawa, menyapa seseorang. ”Pak Thom mau bicara? Se­ bilang mau bernostalgia. Nah, ternyata beliau sudah bangun.” sung di galangan kapal, dan saya tidak bisa menolaknya. Beliau yang memaksa saya menuju ke sini dua hari lalu, bertemu lang­ bawa kapal ke dermaga Sunda Kelapa. Tetapi ada seseorang Kadek tertawa, menyapa seseorang. ”Pak Thom mau bicara? Se­ bilang mau bernostalgia. Nah, ternyata beliau sudah bangun.” sung di galangan kapal, dan saya tidak bisa menolaknya. Beliau yang memaksa saya menuju ke sini dua hari lalu, bertemu lang­ bawa kapal ke dermaga Sunda Kelapa. Tetapi ada seseorang bentar, saya serahkan telepon satelitnya.” Kadek tertawa, menyapa seseorang. ”Pak Thom mau bicara? Se­ bilang mau bernostalgia. Nah, ternyata beliau sudah bangun.” sung di galangan kapal, dan saya tidak bisa menolaknya. Beliau yang memaksa saya menuju ke sini dua hari lalu, bertemu lang­ bawa kapal ke dermaga Sunda Kelapa. Tetapi ada seseorang bentar, saya serahkan telepon satelitnya.” Kadek tertawa, menyapa seseorang. ”Pak Thom mau bicara? Se­ bilang mau bernostalgia. Nah, ternyata beliau sudah bangun.” sung di galangan kapal, dan saya tidak bisa menolaknya. Beliau yang memaksa saya menuju ke sini dua hari lalu, bertemu lang­ bawa kapal ke dermaga Sunda Kelapa. Tetapi ada seseorang bentar, saya serahkan telepon satelitnya.” Kadek tertawa, menyapa seseorang. ”Pak Thom mau bicara? Se­ bilang mau bernostalgia. Nah, ternyata beliau sudah bangun.” sung di galangan kapal, dan saya tidak bisa menolaknya. Beliau yang memaksa saya menuju ke sini dua hari lalu, bertemu lang­ bawa kapal ke dermaga Sunda Kelapa. Tetapi ada seseorang bentar, saya serahkan telepon satelitnya.” Kadek tertawa, menyapa seseorang. ”Pak Thom mau bicara? Se­ bilang mau bernostalgia. Nah, ternyata beliau sudah bangun.” sung di galangan kapal, dan saya tidak bisa menolaknya. Beliau yang memaksa saya menuju ke sini dua hari lalu, bertemu lang­ bentar, saya serahkan telepon satelitnya.” Kadek tertawa, menyapa seseorang. ”Pak Thom mau bicara? Se­ bilang mau bernostalgia. Nah, ternyata beliau sudah bangun.” sung di galangan kapal, dan saya tidak bisa menolaknya. Beliau yang memaksa saya menuju ke sini dua hari lalu, bertemu lang­ ”Halo, Tommi.” Suara tua yang amat dekat dalam kehidupan­ bentar, saya serahkan telepon satelitnya.” Kadek tertawa, menyapa seseorang. ”Pak Thom mau bicara? Se­ bilang mau bernostalgia. Nah, ternyata beliau sudah bangun.” sung dimau galangan kapal, dan saya tidak bisa menolaknya. Beliau yang memaksa saya menuju ke sini dua bisa hari lalu, bertemu lang­ ”Halo, Tommi.” Suara tua yang amat dekat dalam kehidupan­ bentar, saya serahkan telepon satelitnya.” Kadek tertawa, menyapa seseorang. ”Pak Thom mau bicara? Se­ bilang bernostalgia. Nah, ternyata beliau sudah bangun.” sung di galangan kapal, dan saya tidak menolaknya. Beliau



”Aku sudah tidur nyenyak, Opa. Telepon Kadek yang mem­ ”Kau masih terjaga larut malam seperti ini, Tommi?” ”Halo, Opa.” Aku tertawa senang, balas menyapa. seperti biasa terdengar lapang penuh sukacita. ku itu terdengar serak, tapi intonasinya tidak bisa salah lagi, Kalau saja dia tidak memberitahu kabar baik, dia bangunkanku. ”Aku sudah tidur nyenyak, Opa. Telepon Kadek yang mem­ ”Kau masih terjaga larut malam seperti ini, Tommi?” ”Halo, Opa.” Aku tertawa senang, balas menyapa. seperti biasa terdengar lapang penuh sukacita. ku itu terdengar serak, tapi intonasinya tidak bisa salah lagi, Kalau saja dia tidak memberitahu kabar baik, dia bangunkanku. ”Aku sudah tidur nyenyak, Opa. Telepon Kadek yang mem­ ”Kau masih terjaga larut malam seperti ini, Tommi?” ”Halo, Opa.” Aku tertawa senang, balas menyapa. seperti terdengar lapang penuh sukacita. ku itu terdengar serak, tapi intonasinya tidak bisa salah lagi, Kalau saja dia tidak memberitahu kabar baik, dia bangunkanku. ”Aku sudah tidur nyenyak, Opa. Telepon Kadek yang mem­ ”Kau masih terjaga larut malam seperti ini, Tommi?” ”Halo, Opa.” Aku tertawa senang, balas menyapa. seperti biasa terdengar lapang penuh sukacita. ku itu biasa terdengar serak, tapi intonasinya tidak bisa salah lagi, Kalau saja dia tidak memberitahu kabar baik, dia bangunkanku. ”Aku sudah tidur nyenyak, Opa. Telepon Kadek yang mem­ ”Kau masih terjaga larut malam seperti ini, Tommi?” ”Halo, Opa.” Aku tertawa senang, balas menyapa. seperti biasa terdengar lapang penuh sukacita. kuturunkan pangkat jadi koki kapal selama-lamanya.” Kalau saja dia tidak memberitahu kabar baik, dia bangunkanku. ”Aku sudah tidur nyenyak, Opa. Telepon Kadek yang mem­ ”Kau masih terjaga larut malam seperti ini, Tommi?” ”Halo, Opa.” Aku tertawa senang, balas menyapa. seperti biasa terdengar lapang penuh sukacita. kuturunkan pangkat jadi koki kapal selama-lamanya.” Kalau saja dia tidak memberitahu kabar baik, dia bangunkanku. ”Aku sudah tidur nyenyak, Opa. Telepon Kadek yang mem­ ”Kau masih terjaga larut malam seperti ini, Tommi?” ”Halo, Opa.” Aku tertawa senang, balas menyapa. seperti biasa terdengar lapang penuh sukacita. kuturunkan pangkat jadi koki kapal selama-lamanya.” Kalau saja dia tidak memberitahu kabar baik, dia bangunkanku. ”Aku sudah tidur nyenyak, Opa. Telepon Kadek yang mem­ ”Kau masih terjaga larut malam seperti ini, Tommi?” ”Halo, Opa.” Aku tertawa senang, balas menyapa. seperti biasa terdengar lapang penuh sukacita. kuturunkan pangkat jadi koki kapal selama-lamanya.” Kalau saja dia tidak memberitahu kabar baik, dia bangunkanku. ”Aku sudah tidur nyenyak, Opa. Telepon Kadek yang mem­ ”Kau masih terjaga larut malam seperti ini, Tommi?” ”Halo, Opa.” Aku tertawa senang, balas menyapa. seperti biasa terdengar lapang penuh sukacita. kuturunkan pangkat jadi koki kapal selama-lamanya.” Kalau saja dia tidak memberitahu kabar baik, dia bangunkanku. ”Aku sudah tidur nyenyak, Opa. Telepon Kadek yang mem­ ”Kau masih terjaga larut malam seperti ini, Tommi?” ”Halo, Opa.” Aku tertawa senang, balas menyapa. Opa ikut tertawa. ”Ah, kaumaklumi saja dia. Sudah terlalu kuturunkan pangkat jadi koki kapal selama-lamanya.” Kalau saja dia tidak memberitahu kabar baik, dia bangunkanku. ”Aku sudah tidur nyenyak, Opa. Telepon Kadek yang mem­ ”Kau masih terjaga larut malam seperti ini, Tommi?” ”Halo, Opa.” Aku tertawa senang, balas menyapa. Opa ikut tertawa. ”Ah, kaumaklumi saja dia. Sudah terlalu kuturunkan pangkat jadi koki kapal selama-lamanya.” Kalau saja dia tidak memberitahu kabar baik, dia bangunkanku. ”Aku sudah tidur nyenyak, Opa. Telepon Kadek yang mem­ ”Kau masih terjaga larut malam seperti ini, Tommi?” ”Halo, Opa.” Aku tertawa senang, balas menyapa. Opa ikut tertawa. ”Ah, kaumaklumi saja dia. Sudah terlalu kuturunkan pangkat jadi koki kapal selama-lamanya.” Kalau saja dia tidak memberitahu kabar baik, dia bangunkanku. ”Aku sudah tidur nyenyak, Opa. Telepon Kadek yang mem­ ”Kau masih terjaga larut malam seperti ini, Tommi?” ”Halo, Opa.” Aku tertawa senang, balas menyapa. Opa ikut tertawa. ”Ah, kaumaklumi saja dia. Sudah terlalu kuturunkan pangkat jadi koki kapal selama-lamanya.” Kalau saja dia tidak memberitahu kabar baik, dia bangunkanku. ”Aku sudah tidur nyenyak, Opa. Telepon Kadek yang mem­ ”Kau masih terjaga larut malam seperti ini, Tommi?” ”Halo, Opa.” Aku tertawa senang, balas menyapa. Opa ikut tertawa. ”Ah, kaumaklumi saja dia. Sudah terlalu kuturunkan pangkat jadi koki kapal selama-lamanya.” Kalau saja dia tidak memberitahu kabar baik, dia bangunkanku. ”Aku sudah tidur nyenyak, Opa. Telepon Kadek yang mem­ ”Kau masih terjaga larut malam seperti ini, Tommi?” lama tidak memegang kemudi kapal. Sejak memasuki Laut Cina Opa ikut tertawa. ”Ah, kaumaklumi saja dia. Sudah terlalu kuturunkan pangkat jadi koki kapal selama-lamanya.” Kalau saja dia tidak memberitahu kabar baik, dia bangunkanku. ”Aku sudah tidur nyenyak, Opa. Telepon Kadek yang mem­ ”Kau masih terjaga larut malam seperti ini, Tommi?” lama tidak memegang kemudi kapal. Sejak memasuki Laut Cina Opa ikut tertawa. ”Ah, kaumaklumi saja dia. Sudah terlalu kuturunkan pangkat jadi koki kapal selama-lamanya.” Kalau saja dia tidak memberitahu kabar baik, dia bangunkanku. ”Aku sudah tidur nyenyak, Opa. Telepon Kadek yang mem­ ”Kau masih terjaga larut malam seperti ini, Tommi?” lama tidak memegang kemudi kapal. Sejak memasuki Laut Cina Opa ikut tertawa. ”Ah, kaumaklumi saja dia. Sudah terlalu kuturunkan pangkat jadi koki kapal selama-lamanya.” Kalau saja dia tidak memberitahu kabar baik, dia bangunkanku. ”Aku sudah tidur nyenyak, Opa. Telepon Kadek yang mem­ ”Kau masih terjaga larut malam seperti ini, Tommi?” lama tidak memegang kemudi kapal. Sejak memasuki Laut Cina Opa ikut tertawa. ”Ah, kaumaklumi saja dia. Sudah terlalu kuturunkan pangkat jadi koki kapal selama-lamanya.” Kalau saja dia tidak memberitahu kabar baik, dia bangunkanku. ”Aku sudah tidur nyenyak, Opa. Telepon Kadek yang mem­ ”Kau masih terjaga larut malam seperti ini, Tommi?” lama tidak memegang kemudi kapal. Sejak memasuki Laut Cina Opa ikut tertawa. ”Ah, kaumaklumi saja dia. Sudah terlalu kuturunkan pangkat jadi koki kapal selama-lamanya.” Kalau saja dia tidak memberitahu kabar baik, dia bangunkanku. ”Aku sudah tidur nyenyak, Opa. Telepon Kadek yang mem­ Selatan dia bahkan tidak sabaran hendak menghubungimu, me­ lama tidak memegang kemudi kapal. Sejak memasuki Laut Cina Opa ikut tertawa. ”Ah, kaumaklumi saja dia. kabar Sudah terlalu kuturunkan pangkat jadi koki kapal selama-lamanya.” Kalau saja dia tidak memberitahu kabar baik, dia bangunkanku. ”Aku sudah tidur nyenyak, Opa. Telepon Kadek yang mem­ Selatan dia bahkan tidak sabaran hendak menghubungimu, me­ lama tidak memegang kemudi kapal. Sejak memasuki Laut Cina Opa ikut tertawa. ”Ah, kaumaklumi saja dia. Sudah terlalu kuturunkan pangkat jadi koki kapal selama-lamanya.” Kalau saja dia tidak memberitahu baik, dia bangunkanku. ”Aku sudah tidur nyenyak, Opa. Telepon Kadek yang mem­ Selatan dia bahkan tidak sabaran hendak menghubungimu, me­ lama tidak memegang kemudi kapal. Sejak memasuki Laut Cina Opa ikut tertawa. ”Ah, kaumaklumi saja dia. Sudah terlalu kuturunkan pangkat jadi koki kapal selama-lamanya.” Kalau saja dia tidak memberitahu kabar baik, dia bangunkanku. ”Aku sudah tidur nyenyak, Opa. Telepon Kadek yang mem­ Selatan dia bahkan tidak sabaran hendak menghubungimu, me­ lama tidak memegang kemudi kapal. Sejak memasuki Laut Cina Opa ikut tertawa. ”Ah, kaumaklumi saja dia. Sudah terlalu kuturunkan pangkat jadi koki kapal selama-lamanya.” Kalau saja dia tidak memberitahu kabar baik, dia bangunkanku. ”Aku sudah tidur nyenyak, Opa. Telepon Kadek yang mem­ Selatan dia bahkan tidak sabaran hendak menghubungimu, me­ lama tidak memegang kemudi kapal. Sejak memasuki Laut Cina Opa ikut tertawa. ”Ah, kaumaklumi saja dia. Sudah terlalu kuturunkan pangkat jadi koki kapal selama-lamanya.” Kalau saja dia tidak memberitahu kabar baik, dia bangunkanku. lapor....” Opa diam sejenak. ”Sebenarnya termasuk orang tua ini Selatan dia bahkan tidak sabaran hendak menghubungimu, me­ lama tidak memegang kemudi kapal. Sejak memasuki Laut Cina Opa ikut tertawa. ”Ah, kaumaklumi saja dia. Sudah terlalu kuturunkan pangkat jadi koki kapal selama-lamanya.” Kalau saja dia tidak memberitahu kabar baik, dia bangunkanku. lapor....” Opa diam sejenak. ”Sebenarnya termasuk orang tua ini Selatan dia bahkan tidak sabaran hendak menghubungimu, me­ lama tidak memegang kemudi kapal. Sejak memasuki Laut Cina Opa ikut tertawa. ”Ah, kaumaklumi saja dia. Sudah terlalu kuturunkan pangkat jadi koki kapal selama-lamanya.” Kalau saja dia tidak memberitahu kabar baik, dia bangunkanku. lapor....” Opa diam sejenak. ”Sebenarnya termasuk orang tua ini Selatan dia bahkan tidak sabaran hendak menghubungimu, me­ lama tidak memegang kemudi kapal. Sejak memasuki Laut Cina Opa ikut tertawa. ”Ah, kaumaklumi saja dia. Sudah terlalu kuturunkan pangkat jadi koki kapal selama-lamanya.” Kalau saja dia tidak memberitahu kabar baik, dia bangunkanku. lapor....” Opa diam sejenak. ”Sebenarnya termasuk orang tua ini Selatan dia bahkan tidak sabaran hendak menghubungimu, me­ lama tidak memegang kemudi kapal. Sejak memasuki Laut Cina Opa ikut tertawa. ”Ah, kaumaklumi saja dia. Sudah terlalu kuturunkan pangkat jadi koki kapal selama-lamanya.” Kalau saja dia tidak memberitahu kabar baik, dia bangunkanku. lapor....” Opa diam sejenak. ”Sebenarnya termasuk orang tua ini Selatan dia bahkan tidak sabaran hendak menghubungimu, me­ lama tidak memegang kemudi kapal. Sejak memasuki Laut Cina Opa ikut tertawa. ”Ah, kaumaklumi saja dia. Sudah terlalu kuturunkan pangkat jadi koki kapal selama-lamanya.” juga, Tommi. Terus terang aku tidak bisa tidur, tidak sabaran lapor....” Opa diam sejenak. ”Sebenarnya termasuk orang tua ini Selatan dia bahkan tidak sabaran hendak menghubungimu, me­ lama tidak memegang kemudi kapal. Sejak memasuki Laut Cina Opa ikut tertawa. ”Ah, kaumaklumi saja dia. Sudah terlalu kuturunkan pangkat jadi koki kapal selama-lamanya.” juga, Tommi. Terus terang aku tidak bisa tidur, tidak sabaran lapor....” Opa diam sejenak. ”Sebenarnya termasuk orang tua ini Selatan dia bahkan tidak sabaran hendak menghubungimu, me­ lama tidak memegang kemudi kapal. Sejak memasuki Laut Cina Opa ikut tertawa. ”Ah, kaumaklumi saja dia. Sudah terlalu kuturunkan pangkat jadi koki kapal selama-lamanya.” juga, Tommi. Terus terang aku tidak bisa tidur, tidak sabaran lapor....” Opa diam sejenak. ”Sebenarnya termasuk orang tua ini Selatan dia bahkan tidak sabaran hendak menghubungimu, me­ lama tidak memegang kemudi kapal. Sejak memasuki Laut Cina Opa ikut tertawa. ”Ah, kaumaklumi saja dia. Sudah terlalu kuturunkan pangkat jadi koki kapal selama-lamanya.” juga, Tommi. Terus terang aku tidak bisa tidur, tidak sabaran lapor....” Opa diam sejenak. ”Sebenarnya termasuk orang tua ini Selatan dia bahkan tidak sabaran hendak menghubungimu, me­ lama tidak memegang kemudi kapal. Sejak memasuki Laut Cina Opa ikut tertawa. ”Ah, kaumaklumi saja dia. Sudah terlalu kuturunkan pangkat jadi koki kapal selama-lamanya.” juga, Tommi. Terus terang aku tidak bisa tidur, tidak sabaran lapor....” Opa diam sejenak. ”Sebenarnya termasuk orang tua ini Selatan dia bahkan tidak sabaran hendak menghubungimu, me­ lama tidak memegang kemudi kapal. Sejak memasuki Laut Cina Opa ikut tertawa. ”Ah, kaumaklumi saja dia. Sudah terlalu terus melihat gelapnya lautan, hafal setiap formasi bintang, juga, Tommi. Terus terang aku tidak bisa tidur, tidak sabaran lapor....” Opa diam sejenak. ”Sebenarnya termasuk orang tua ini Selatan dia bahkan tidak sabaran hendak menghubungimu, me­ lama tidak memegang kemudi kapal. Sejak memasuki Laut Cina Opa ikut tertawa. ”Ah, kaumaklumi saja dia. Sudah terlalu terus melihat gelapnya lautan, hafal setiap formasi bintang, me­ juga, Tommi. Terus terang aku tidak bisa tidur, tidak sabaran lapor....” Opa diam sejenak. ”Sebenarnya termasuk orang tua ini Selatan dia bahkan tidak sabaran hendak menghubungimu, lama tidak memegang kemudi kapal. Sejak memasuki Laut Cina Opa ikut tertawa. ”Ah, kaumaklumi saja dia. Sudah terlalu terus melihat gelapnya lautan, hafal setiap formasi bintang, juga, Tommi. Terus terang aku tidak bisa tidur, tidak sabaran lapor....” Opa diam sejenak. ”Sebenarnya termasuk orang tua ini Selatan dia bahkan tidak sabaran hendak menghubungimu, me­ lama tidak memegang kemudi kapal. Sejak memasuki Laut Cina Opa ikut tertawa. ”Ah, kaumaklumi saja dia. Sudah terlalu terus melihat gelapnya lautan, hafal setiap formasi bintang, juga, Tommi. Terus terang aku tidak bisa tidur, tidak sabaran lapor....” Opa diam sejenak. ”Sebenarnya termasuk orang tua ini Selatan dia bahkan tidak sabaran hendak menghubungimu, me­ lama tidak memegang kemudi kapal. Sejak memasuki Laut Cina Opa ikut tertawa. ”Ah, kaumaklumi saja dia. Sudah terlalu terus melihat gelapnya lautan, hafal setiap formasi bintang, juga, Tommi. Terus terang aku tidak bisa tidur, tidak sabaran lapor....” Opa diam sejenak. ”Sebenarnya termasuk orang tua ini Selatan dia bahkan tidak sabaran hendak menghubungimu, me­ lama tidak memegang kemudi kapal. Sejak memasuki Laut Cina masa lalu. Berharap segera tiba di Hong ngenang perjalanan terus melihat gelapnya lautan, hafal setiap formasi bintang, me­ juga, Tommi. Terus terang aku tidak bisa tidur, tidak sabaran lapor....” Opa diam sejenak. ”Sebenarnya termasuk orang tua ini Selatan dia bahkan tidak sabaran hendak menghubungimu, lama tidak memegang kemudi kapal. Sejak memasuki Laut Cina masa lalu. Berharap segera tiba di Hong ngenang perjalanan terus melihat gelapnya lautan, hafal setiap formasi bintang, juga, Tommi. Terus terang aku tidak bisa tidur, tidak sabaran lapor....” Opa diam sejenak. ”Sebenarnya termasuk orang tua ini Selatan dia bahkan tidak sabaran hendak menghubungimu, me­ lama tidak memegang kemudi kapal. Sejak memasuki Laut Cina masa lalu. Berharap segera tiba di Hong ngenang perjalanan terus melihat gelapnya lautan, hafal setiap formasi bintang, juga, Tommi. Terus terang aku tidak bisa tidur, tidak sabaran lapor....” Opa diam sejenak. ”Sebenarnya termasuk orang tua ini Selatan dia bahkan tidak sabaran hendak menghubungimu, me­ lama tidak memegang kemudi kapal. Sejak memasuki Laut Cina masa lalu. Berharap segera tiba di Hong ngenang perjalanan terus melihat gelapnya lautan, hafal setiap formasi bintang, me­ juga, Tommi. Terus terang aku tidak bisa tidur, tidak sabaran lapor....” Opa diam sejenak. ”Sebenarnya termasuk orang tua ini Selatan dia bahkan tidak sabaran hendak menghubungimu, lama tidak memegang kemudi kapal. Sejak memasuki Laut Cina masa lalu. Berharap segera tiba di Hong ngenang perjalanan terus melihat gelapnya lautan, hafal setiap formasi bintang, juga, Tommi. Terus terang aku tidak bisa tidur, tidak sabaran lapor....” Opa diam sejenak. ”Sebenarnya termasuk orang tua ini Selatan dia bahkan tidak sabaran hendak menghubungimu, me­ Kong. Ini kejutan yang menyenangkan, bukan?” masa lalu. Berharap segera tiba di Hong ngenang perjalanan terus melihat gelapnya lautan, hafal setiap formasi bintang, juga, Tommi. Terus terang aku tidak bisa tidur, tidak sabaran lapor....” Opa diam sejenak. ”Sebenarnya termasuk orang tua ini Selatan dia bahkan tidak sabaran hendak menghubungimu, me­ Kong. Ini kejutan yang menyenangkan, bukan?” masa lalu. Berharap segera tiba di Hong ngenang perjalanan terus melihat gelapnya lautan, hafal setiap formasi bintang, juga, Tommi. Terus terang akuhafal tidak bisa tidur, tiba tidak sabaran lapor....” Opa diam sejenak. ”Sebenarnya termasuk orang tua ini Selatan dia bahkan tidak sabaran hendak menghubungimu, me­ Kong. Ini kejutan yang menyenangkan, bukan?” masa lalu. Berharap segera di Hong ngenang perjalanan terus melihat gelapnya lautan, setiap formasi bintang, juga, Tommi. Terus terang aku tidak bisa tidur, tidak sabaran lapor....” Opa diam sejenak. ”Sebenarnya termasuk orang tua ini Selatan dia bahkan tidak sabaran hendak menghubungimu, me­ Kong. Ini kejutan yang menyenangkan, bukan?” masa lalu. Berharap segera tiba di Hong ngenang perjalanan terus melihat gelapnya lautan, hafal setiap formasi bintang, juga, Tommi. Terus terang aku tidak bisa tidur, tidak sabaran lapor....” Opa diam sejenak. ”Sebenarnya termasuk orang tua ini Selatan dia bahkan tidak sabaran hendak menghubungimu, me­ Kong. Ini kejutan yang menyenangkan, bukan?” masa lalu. Berharap segera tiba di Hong ngenang perjalanan terus melihat gelapnya lautan, hafal setiap formasi bintang, me­ juga, Tommi. Terus terang aku tidak bisa tidur, tidak sabaran lapor....” Opa diam sejenak. ”Sebenarnya termasuk orang tua ini Aku tertawa, mengangguk. Tentu saja ini kejutan yang hebat. Kong. Ini kejutan yang menyenangkan, bukan?” masa lalu. Berharap segera tiba di Hong ngenang perjalanan terus melihat gelapnya lautan, hafal setiap formasi bintang, me­ juga, Tommi. Terus terang aku tidak bisa tidur, tidak sabaran lapor....” Opa diam sejenak. ”Sebenarnya termasuk orang tua ini Aku tertawa, mengangguk. Tentu saja ini kejutan yang hebat. Kong. Ini kejutan yang menyenangkan, bukan?” masa lalu. Berharap segera tiba di Hong ngenang perjalanan terus melihat gelapnya lautan, hafal setiap formasi bintang, me­ juga, Tommi. Terus terang aku tidak bisa tidur, tidak sabaran lapor....” Opa diam sejenak. ”Sebenarnya termasuk orang tua ini Aku tertawa, mengangguk. Tentu saja ini kejutan yang hebat. Kong. Ini kejutan yang menyenangkan, bukan?” masa lalu. Berharap segera tiba di Hong ngenang perjalanan terus melihat gelapnya lautan, hafal setiap formasi bintang, me­ juga, Tommi. Terus terang aku tidak bisa tidur, tidak sabaran lapor....” Opa diam sejenak. ”Sebenarnya termasuk orang tua ini Aku tertawa, mengangguk. Tentu saja ini kejutan yang hebat. Kong. Ini kejutan yang menyenangkan, bukan?” masa lalu. Berharap segera tiba di Hong ngenang perjalanan terus melihat gelapnya lautan, hafal setiap formasi bintang, me­ juga, Tommi. Terus terang aku tidak bisa tidur, tidak sabaran lapor....” Opa diam sejenak. ”Sebenarnya termasuk orang tua ini Aku tertawa, mengangguk. Tentu saja ini kejutan yang hebat. Kong. Ini kejutan yang menyenangkan, bukan?” masa lalu. Berharap segera tiba di Hong ngenang perjalanan terus melihat gelapnya lautan, hafal setiap formasi bintang, me­ juga, Tommi. Terus terang aku tidak bisa tidur, tidak sabaran Sejak kejadian besar setahun lalu aku kehilangan kapal pesiar Aku tertawa, mengangguk. Tentu saja ini kejutan yang hebat. Kong. Ini kejutan yang menyenangkan, bukan?” masa lalu. Berharap segera tiba di Hong ngenang perjalanan terus melihat gelapnya lautan, hafal setiap formasi bintang, me­ juga, Tommi. Terus terang aku tidak bisa tidur, tidak sabaran Sejak kejadian besar setahun lalu aku kehilangan kapal pesiar Aku tertawa, mengangguk. Tentu saja ini kejutan yang hebat. Kong. Ini kejutan yang menyenangkan, bukan?” masa lalu. Berharap segera tiba disabaran Hong ngenang perjalanan terus melihat gelapnya lautan, hafal setiap formasi bintang, me­ juga, Tommi. Terus terang aku tidak bisa tidur, tidak sabaran Sejak kejadian besar setahun lalu aku kehilangan kapal pesiar Aku tertawa, mengangguk. Tentu saja ini kejutan yang hebat. Kong. Ini kejutan yang menyenangkan, bukan?” masa lalu. Berharap segera tiba di Hong ngenang perjalanan terus melihat gelapnya lautan, hafal setiap formasi bintang, me­ juga, Tommi. Terus terang aku tidak bisa tidur, tidak Sejak kejadian besar setahun lalu aku kehilangan kapal pesiar Aku tertawa, mengangguk. Tentu saja ini kejutan yang hebat. Kong. Ini kejutan yang menyenangkan, bukan?” masa lalu. Berharap segera tiba di Hong ngenang perjalanan terus melihat gelapnya lautan, hafal setiap formasi bintang, me­ juga, Tommi. Terus terang aku tidak bisa tidur, tidak sabaran Sejak kejadian besar setahun lalu aku kehilangan kapal pesiar Aku tertawa, mengangguk. Tentu saja ini kejutan yang hebat. Kong. Ini kejutan yang menyenangkan, bukan?” masa lalu. Berharap segera tiba di Hong ngenang perjalanan terus melihat gelapnya lautan, hafal setiap formasi bintang, me­ kesayanganku, hadiah ulang tahun dari Opa. Tidak ada kabar, Sejak kejadian besar setahun lalu aku kehilangan kapal pesiar Aku tertawa, mengangguk. Tentu saja ini kejutan yang hebat. Kong. Ini kejutan yang menyenangkan, bukan?” masa lalu. Berharap segera tiba di Hong ngenang perjalanan terus melihat gelapnya lautan, hafal setiap formasi bintang, me­ kesayanganku, hadiah ulang tahun dari Opa. Tidak ada kabar, Sejak kejadian besar setahun lalu aku kehilangan kapal pesiar Aku tertawa, mengangguk. Tentu saja ini kejutan yang hebat. Kong. Ini kejutan yang menyenangkan, bukan?” masa lalu. Berharap segera tiba di Hong ngenang perjalanan terus melihat gelapnya lautan, hafal setiap formasi bintang, me­ kesayanganku, hadiah ulang tahun dari Opa. Tidak ada kabar, Sejak kejadian besar setahun lalu aku kehilangan kapal pesiar Aku tertawa, mengangguk. Tentu saja ini kejutan yang hebat. Kong. Ini kejutan yang menyenangkan, bukan?” masa lalu. Berharap segera tiba di Hong ngenang perjalanan terus melihat gelapnya lautan, hafal setiap formasi bintang, me­ kesayanganku, hadiah ulang tahun dari Opa. Tidak ada kabar, Sejak kejadian besar setahun lalu aku kehilangan kapal pesiar Aku tertawa, mengangguk. Tentu saja ini kejutan yang hebat. Kong. Ini kejutan yang menyenangkan, bukan?” masa lalu. Berharap segera tiba di Hong ngenang perjalanan terus melihat gelapnya lautan, hafal setiap formasi bintang, me­ kesayanganku, hadiah ulang tahun dari Opa. Tidak ada kabar, Sejak kejadian besar setahun lalu aku kehilangan kapal pesiar Aku tertawa, mengangguk. Tentu saja ini kejutan yang hebat. Kong. Ini kejutan yang menyenangkan, bukan?” masa lalu. Berharap segera tiba di Hong ngenang perjalanan tidak ada berita, Pasifik, kapal pesiar lama milikku tersebut tidak kesayanganku, hadiah ulang tahun dari Opa. Tidak ada kabar, Sejak kejadian besar setahun lalu aku kehilangan kapal pesiar Aku tertawa, mengangguk. Tentu saja ini kejutan yang hebat. Kong. Ini kejutan yang menyenangkan, bukan?” masa lalu. Berharap segera tiba di Hong ngenang perjalanan tidak ada berita, Pasifik, kapal pesiar lama milikku tersebut tidak kesayanganku, hadiah ulang tahun dari Opa. Tidak ada kabar, Sejak kejadian besar setahun lalu aku kehilangan kapal pesiar Aku tertawa, mengangguk. Tentu saja ini kejutan yang hebat. Kong. Ini kejutan yang menyenangkan, bukan?” masa lalu. Berharap segera tiba di Hong ngenang perjalanan tidak ada berita, Pasifik, kapal pesiar lama milikku tersebut tidak kesayanganku, hadiah ulang tahun dari Opa. Tidak ada kabar, Sejak kejadian besar setahun lalu aku kehilangan kapal pesiar Aku tertawa, mengangguk. Tentu saja ini kejutan yang hebat. Kong. Ini kejutan yang menyenangkan, bukan?” masa lalu. Berharap segera tiba di Hong ngenang perjalanan tidak ada berita, Pasifik, kapal pesiar lama milikku tersebut tidak kesayanganku, hadiah ulang tahun dari Opa. Tidak ada kabar, Sejak kejadian besar setahun lalu aku kehilangan kapal pesiar Aku tertawa, mengangguk. Tentu saja ini kejutan yang hebat. Kong. Ini kejutan yang menyenangkan, bukan?” masa lalu. Berharap segera tiba di Hong ngenang perjalanan tidak ada berita, Pasifik, kapal pesiar lama milikku tersebut tidak kesayanganku, hadiah ulang tahun dari Opa. Tidak ada kabar, Sejak kejadian besar setahun lalu aku kehilangan kapal pesiar Akuada tertawa, mengangguk. Tentu sajaperairan ini kejutan yang hebat. Kong. Ini kejutan yangsetahun menyenangkan, bukan?” pernah lagi ditemukan. Hilang ditelan paling lengang, tidak berita, Pasifik, kapal pesiar lama milikku tersebut tidak kesayanganku, hadiah ulang tahun dari Opa. Tidak ada kabar, Sejak kejadian besar lalu aku kehilangan kapal pesiar Aku tertawa, mengangguk. Tentu saja ini kejutan yang hebat. Kong. Ini kejutan yang menyenangkan, bukan?” pernah lagi ditemukan. Hilang ditelan perairan paling lengang, tidak ada berita, Pasifik, kapal pesiar lama milikku tersebut tidak kesayanganku, hadiah ulang tahun dari Opa. Tidak ada kabar, Sejak kejadian besar setahun lalu aku kehilangan kapal pesiar Aku tertawa, mengangguk. Tentu saja ini kejutan yang hebat. Kong. Ini kejutan yang menyenangkan, bukan?” pernah lagi ditemukan. Hilang ditelan perairan paling lengang, tidak ada berita, Pasifik, kapal pesiar lama milikku tersebut tidak kesayanganku, hadiah ulang tahun dari Opa. Tidak ada kabar, Sejak kejadian besar setahun lalu aku kehilangan kapal pesiar Aku tertawa, mengangguk. Tentu saja ini kejutan yang hebat. Kong. Ini kejutan yang menyenangkan, bukan?” pernah lagi ditemukan. Hilang ditelan perairan paling lengang, tidak ada berita, Pasifik, kapal pesiar lama milikku tersebut tidak kesayanganku, hadiah ulang tahun dari Opa. Tidak ada kabar, Sejak kejadian besar setahun lalu aku kehilangan kapal pesiar Aku tertawa, mengangguk. Tentu saja ini kejutan yang hebat. Kong. Ini kejutan yang menyenangkan, bukan?” pernah lagi ditemukan. Hilang ditelan perairan paling lengang, tidak ada berita, Pasifik, kapal pesiar lama milikku tersebut tidak kesayanganku, hadiah ulang tahun dari Opa. Tidak ada kabar, Sejak kejadian besar setahun lalu aku kehilangan kapal pesiar Aku tertawa, mengangguk. Tentu saja ini kejutan yang hebat. tidak bertuan. pernah lagi ditemukan. Hilang ditelan perairan paling lengang, ada berita, Pasifik, kapal pesiar lama milikku tersebut tidak kesayanganku, hadiah ulang tahun dari Opa. Tidak ada kabar, Sejak kejadian besar setahun lalu aku kehilangan kapal pesiar Aku tertawa, mengangguk. Tentu saja ini kejutan yang hebat. tidak bertuan. pernah lagi ditemukan. Hilang ditelan perairan paling lengang, ada berita, Pasifik, kapal pesiar lama milikku tersebut tidak kesayanganku, hadiah ulang tahun dari Opa. Tidak ada kabar, Sejak kejadian besar setahun lalu aku kehilangan kapal pesiar Aku tertawa, mengangguk. Tentu saja ini kejutan yang hebat. tidak bertuan. pernah lagi ditemukan. Hilang ditelan perairan paling lengang, ada berita, Pasifik, kapal pesiar lama milikku tersebut tidak kesayanganku, hadiah ulang tahun dari Opa. Tidak ada kabar, Sejak kejadian besar setahun lalu aku kehilangan kapal pesiar Aku tertawa, mengangguk. Tentu saja ini kejutan yang hebat. tidak bertuan. pernah lagi ditemukan. Hilang ditelan perairan paling lengang, ada berita, Pasifik, kapal pesiar lama milikku tersebut tidak kesayanganku, hadiah ulang tahun dari Opa. Tidak ada kabar, Sejak kejadian besar setahun lalu aku kehilangan kapal pesiar Aku tertawa, mengangguk. Tentu saja ini kejutan yang hebat. tidak bertuan. pernah lagi ditemukan. Hilang ditelan perairan paling lengang, ada berita, Pasifik, kapal pesiar lama milikku tersebut tidak kesayanganku, hadiah ulang tahun dari Opa. Tidak ada kabar, Sejak kejadian besar setahun lalu aku kehilangan kapal pesiar Aku memutuskan membeli kapal baru—sebenarnya Opa yang tidak bertuan. pernah lagi ditemukan. Hilang ditelan perairan paling lengang, ada berita, Pasifik, kapal pesiar lama milikku tersebut tidak kesayanganku, hadiah ulang tahun dari Opa. Tidak ada kabar, Sejak kejadian besar setahun lalu aku kehilangan kapal pesiar Aku memutuskan membeli kapal baru—sebenarnya Opa yang tidak bertuan. pernah lagi ditemukan. Hilang ditelan perairan paling lengang, ada berita, Pasifik, kapal pesiar lama milikku tersebut tidak kesayanganku, hadiah ulang tahun dari Opa. Tidak ada kabar, Sejak kejadian besar setahun lalu aku kehilangan kapal pesiar Aku memutuskan membeli kapal baru—sebenarnya Opa yang tidak bertuan. pernah lagi ditemukan. Hilang ditelan perairan paling lengang, ada berita, Pasifik, kapal pesiar lama milikku tersebut tidak kesayanganku, hadiah ulang tahun dari Opa. Tidak ada kabar, Sejak kejadian besar setahun lalu aku kehilangan kapal pesiar Aku memutuskan membeli kapal baru—sebenarnya Opa yang tidak bertuan. pernah lagi ditemukan. Hilang ditelan perairan paling lengang, ada berita, Pasifik, kapal pesiar lama milikku tersebut tidak kesayanganku, hadiah ulang tahun dari Opa. Tidak ada kabar, Sejak kejadian besar setahun lalu aku kehilangan kapal pesiar Aku memutuskan membeli kapal baru—sebenarnya Opa yang tidak bertuan. pernah lagi ditemukan. Hilang ditelan perairan paling lengang, ada berita, Pasifik, kapal pesiar lama milikku tersebut tidak kesayanganku, hadiah ulang tahun dari Opa. Tidak ada kabar, membelikan, dialah pemilik imperium bisnis, termasuk mengam­ Aku memutuskan membeli kapal baru—sebenarnya Opa yang tidak bertuan. pernah lagi ditemukan. Hilang ditelan perairan paling lengang, ada berita, Pasifik, kapal pesiar lama milikku tersebut tidak kesayanganku, hadiah ulang tahun dari Opa. Tidak ada kabar, membelikan, dialah pemilik imperium bisnis, termasuk mengam­ Aku memutuskan membeli kapal baru—sebenarnya Opa yang tidak bertuan. pernah lagi ditemukan. Hilang ditelan perairan paling lengang, ada berita, Pasifik, kapal pesiar lama milikku tersebut tidak kesayanganku, hadiah ulang tahun dari Opa. Tidak ada kabar, membelikan, dialah pemilik imperium bisnis, termasuk mengam­ Aku memutuskan membeli kapal baru—sebenarnya Opa yang tidak bertuan. pernah lagi ditemukan. Hilang ditelan perairan paling lengang, ada berita, Pasifik, kapal pesiar lama milikku tersebut tidak kesayanganku, hadiah ulang tahun dari Opa. Tidak ada kabar, membelikan, dialah pemilik imperium bisnis, termasuk mengam­ Aku memutuskan membeli kapal baru—sebenarnya Opa yang tidak bertuan. pernah lagi ditemukan. Hilang ditelan perairan paling lengang, ada berita, Pasifik, kapal pesiar lama milikku tersebut tidak kesayanganku, hadiah ulang tahun dari Opa. Tidak ada kabar, membelikan, dialah pemilik imperium bisnis, termasuk mengam­ Aku memutuskan membeli kapal baru—sebenarnya Opa yang tidak bertuan. pernah lagi ditemukan. Hilang ditelan perairan paling lengang, ada berita, Pasifik, kapal pesiar lama milikku tersebut tidak bil alih konglomerasi milik Om Liem sekarang. Meski perusa­ membelikan, dialah pemilik imperium bisnis, termasuk mengam­ Aku memutuskan membeli kapal baru—sebenarnya Opa yang tidak bertuan. pernah lagi ditemukan. Hilang ditelan perairan paling lengang, ada berita, Pasifik, kapal pesiar lama milikku tersebut tidak bil alih konglomerasi milik Om Liem sekarang. Meski perusa­ membelikan, dialah pemilik imperium bisnis, termasuk mengam­ Aku memutuskan membeli kapal baru—sebenarnya Opa yang tidak bertuan. pernah lagi ditemukan. Hilang ditelan perairan paling lengang, ada berita, Pasifik, kapal pesiar lama milikku tersebut tidak bil alih konglomerasi milik Om Liem sekarang. Meski perusa­ membelikan, dialah pemilik imperium bisnis, termasuk mengam­ Aku memutuskan membeli kapal baru—sebenarnya Opa yang tidak bertuan. pernah lagi ditemukan. Hilang ditelan perairan paling lengang, ada berita, Pasifik, kapal pesiar lama milikku tersebut tidak bil alih konglomerasi milik Om Liem sekarang. Meski perusa­ membelikan, dialah pemilik imperium bisnis, termasuk mengam­ Aku memutuskan membeli kapal baru—sebenarnya Opa yang tidak bertuan. pernah lagi ditemukan. Hilang ditelan perairan paling lengang, ada berita, Pasifik, kapal pesiar lama milikku tersebut tidak bil alih konglomerasi milik Om Liem sekarang. Meski perusa­ membelikan, dialah pemilik imperium bisnis, termasuk mengam­ Aku memutuskan membeli kapal baru—sebenarnya Opa yang tidak bertuan. pernah lagi ditemukan. Hilang ditelan perairan paling lengang, haan konsultanku besar, penghasilannya tetap tidak cukup untuk bil alih konglomerasi milik Om Liem sekarang. Meski perusa­ membelikan, dialahbesar, pemilik imperium bisnis, termasuk mengam­ Aku memutuskan membeli kapal baru—sebenarnya Opa yang tidak bertuan. pernah lagi ditemukan. Hilang ditelan perairan paling lengang, haan konsultanku penghasilannya tetap tidak cukup untuk bil alih konglomerasi milik Om Liem sekarang. Meski perusa­ membelikan, dialah pemilik imperium bisnis, termasuk mengam­ Aku memutuskan membeli kapal baru—sebenarnya Opa yang tidak bertuan. pernah lagi ditemukan. Hilang ditelan perairan paling lengang, haan konsultanku besar, penghasilannya tetap tidak cukup untuk bil alih konglomerasi milik Om Liem sekarang. Meski perusa­ membelikan, dialah pemilik imperium bisnis, termasuk mengam­ Aku memutuskan membeli kapal baru—sebenarnya Opa yang tidak bertuan. pernah lagi ditemukan. Hilang ditelan perairan paling lengang, haan konsultanku besar, penghasilannya tetap tidak cukup untuk bil alih konglomerasi milik Om Liem sekarang. Meski perusa­ membelikan, dialah pemilik imperium bisnis, termasuk mengam­ Aku memutuskan membeli kapal baru—sebenarnya Opa yang tidak bertuan. pernah lagi ditemukan. Hilang ditelan perairan paling lengang, haan konsultanku besar, penghasilannya tetap tidak cukup untuk bil alih konglomerasi milik Om Liem sekarang. Meski perusa­ membelikan, dialah pemilik imperium bisnis, termasuk mengam­ Aku memutuskan membeli kapal baru—sebenarnya Opa yang tidak bertuan. membeli sebuah kapal pesiar. Enam bulan lalu, saat mengun­ haan konsultanku besar, penghasilannya tetap tidak cukup untuk bil alih konglomerasi milik Om Liem sekarang. Meski perusa­ membelikan, dialah pemilik imperium bisnis, termasuk mengam­ Aku memutuskan membeli kapal baru—sebenarnya Opa yang tidak bertuan. membeli sebuah kapal pesiar. Enam bulan lalu, saat mengun­ haan konsultanku besar, penghasilannya tetap tidak cukup untuk bil alih konglomerasi milik Om Liem sekarang. Meski perusa­ membelikan, dialah pemilik imperium bisnis, termasuk mengam­ Aku memutuskan membeli kapal baru—sebenarnya Opa yang tidak bertuan. membeli sebuah kapal pesiar. Enam bulan lalu, saat mengun­ haan konsultanku besar, penghasilannya tetap tidak cukup untuk bil alih konglomerasi milik Om Liem sekarang. Meski perusa­ membelikan, dialah pemilik imperium bisnis, termasuk mengam­ Aku memutuskan membeli kapal baru—sebenarnya Opa yang tidak bertuan. membeli sebuah kapal pesiar. Enam bulan lalu, saat mengun­ haan konsultanku besar, penghasilannya tetap tidak cukup untuk bil alih konglomerasi milik Om Liem sekarang. Meski perusa­ membelikan, dialah pemilik imperium bisnis, termasuk mengam­ Aku memutuskan membeli kapal baru—sebenarnya Opa yang tidak bertuan. membeli sebuah kapal pesiar. Enam bulan lalu, saat mengun­ haan konsultanku besar, penghasilannya tetap tidak cukup untuk bil alih konglomerasi milik Om Liem sekarang. Meski perusa­ membelikan, dialah pemilik imperium bisnis, termasuk mengam­ Aku memutuskan membeli kapal baru—sebenarnya Opa yang jungi rumah peristirahatan Opa di Waduk Jatiluhur, Opa me­ membeli sebuah kapal pesiar. Enam bulan lalu, saat mengun­ haan konsultanku besar, penghasilannya tetap tidak cukup untuk bil alih konglomerasi milik Om Liem sekarang. Meski perusa­ membelikan, dialah pemilik imperium bisnis, termasuk mengam­ Aku memutuskan membeli kapal baru—sebenarnya Opa yang jungi rumah peristirahatan Opa di Waduk Jatiluhur, Opa me­ membeli sebuah kapal pesiar. Enam bulan lalu, saat mengun­ haan konsultanku besar, penghasilannya tetap tidak cukup untuk bil alih konglomerasi milik Om Liem sekarang. Meski perusa­ membelikan, dialah pemilik imperium bisnis, termasuk mengam­ Aku memutuskan membeli kapal baru—sebenarnya Opa yang jungi rumah peristirahatan Opa di Waduk Jatiluhur, Opa me­ membeli sebuah kapal pesiar. Enam bulan lalu, saat mengun­ haan konsultanku besar, penghasilannya tetap tidak cukup untuk bil alih konglomerasi milik Om Liem sekarang. Meski perusa­ membelikan, dialah pemilik imperium bisnis, termasuk mengam­ Aku memutuskan membeli kapal baru—sebenarnya Opa yang jungi rumah peristirahatan Opa di Waduk Jatiluhur, Opa me­ membeli sebuah kapal pesiar. Enam bulan lalu, saat mengun­ haan konsultanku besar, penghasilannya tetap tidak cukup untuk bil alih konglomerasi milik Om Liem sekarang. Meski perusa­ membelikan, dialah pemilik imperium bisnis, termasuk mengam­ Aku memutuskan membeli kapal baru—sebenarnya Opa yang jungi rumah peristirahatan Opa di Waduk Jatiluhur, Opa me­ membeli sebuah kapal pesiar. Enam bulan lalu, saat mengun­ haan konsultanku besar, penghasilannya tetap tidak cukup untuk bil alih konglomerasi milik Om Liem sekarang. Meski perusa­ membelikan, dialah pemilik imperium bisnis, termasuk mengam­ tersebut, memberikan brosur dengan foto dua nawarkan kapal jungi rumah peristirahatan Opa di Waduk Jatiluhur, Opa me­ membeli sebuah kapal pesiar. Enam bulan lalu, saat mengun­ haan konsultanku besar, penghasilannya tetap tidak cukup untuk bil alih konglomerasi milik Om Liem sekarang. Meski perusa­ membelikan, dialah pemilik imperium bisnis, termasuk mengam­ tersebut, memberikan brosur dengan foto dua nawarkan kapal jungi rumah peristirahatan Opa di Waduk Jatiluhur, Opa me­ membeli sebuah kapal pesiar. Enam bulan lalu, saat mengun­ haan konsultanku besar, penghasilannya tetap tidak cukup untuk bil alih konglomerasi milik Om Liem sekarang. Meski perusa­ membelikan, dialah pemilik imperium bisnis, termasuk mengam­ nawarkan kapal tersebut, memberikan brosur dengan foto dua jungi rumah peristirahatan Opa di Waduk Jatiluhur, Opa me­ membeli sebuah kapal pesiar. Enam bulan lalu, saat mengun­ haan konsultanku besar, penghasilannya tetap tidak cukup untuk bil alih konglomerasi milik Om Liem sekarang. Meski perusa­ membelikan, dialah pemilik imperium bisnis, termasuk mengam­ tersebut, memberikan brosur dengan foto dua nawarkan kapal jungi rumah peristirahatan Opa di Waduk Jatiluhur, Opa me­ membeli sebuah kapal pesiar. Enam bulan lalu, saat mengun­ haan konsultanku besar, penghasilannya tetap tidak cukup untuk bil alih konglomerasi milik Om Liem sekarang. Meski perusa­ membelikan, dialah pemilik imperium bisnis, termasuk mengam­ tersebut, memberikan brosur dengan foto dua nawarkan kapal jungi rumah peristirahatan Opa di Waduk Jatiluhur, Opa me­ membeli sebuah kapal pesiar. Enam bulan lalu, saat mengun­ haan konsultanku besar, penghasilannya tetap tidak cukup untuk bil alih konglomerasi milik Om Liem sekarang. Meski perusa­ model mutakhir. Itu kapal yang sama baiknya dengan Pasifik, nawarkan kapal tersebut, memberikan brosur dengan foto dua jungi rumah peristirahatan Opa di Waduk Jatiluhur, Opa me­ membeli sebuah kapal pesiar. Enam bulan lalu, saat mengun­ haan konsultanku besar, penghasilannya tetap tidak cukup untuk bil alih konglomerasi milik Om Liem sekarang. Meski perusa­ model mutakhir. Itu kapal yang sama baiknya dengan Pasifik, nawarkan kapal tersebut, memberikan brosur dengan foto dua jungi rumah peristirahatan Opa di Waduk Jatiluhur, Opa me­ membeli sebuah kapal pesiar. Enam bulan lalu, saat mengun­ haan konsultanku besar, penghasilannya tetap tidak cukup untuk bil alih konglomerasi milik Om Liem sekarang. Meski perusa­ model mutakhir. Itu kapal yang sama baiknya dengan Pasifik, tersebut, memberikan brosur dengan foto dua nawarkan kapal jungi rumah peristirahatan Opa di Waduk Jatiluhur, Opa me­ membeli sebuah kapal pesiar. Enam bulan lalu, saat mengun­ haan konsultanku besar, penghasilannya tetap tidak cukup untuk bil alih konglomerasi milik Om Liem sekarang. Meski perusa­



lalu, Kadek, kapten kapal Pasifik sebelumnya, salah Minggu jang 20 meter. cepatan 40 knot, paling cepat untuk ukuran kapal sepan­ dibuat dihingga galangan kapal nomor satu Eropa, stylish, dengan ke­ langsung menuju ke Jakarta, tetapi sepertinya Opa telah mem­ satu orang kepercayaanku, mengambil kapal itu dari galangan, lalu, Kadek, kapten kapal Pasifik sebelumnya, salah Minggu jang 20 meter. cepatan hingga 40 knot, paling cepat untuk kapal sepan­ dibuat di galangan kapal nomor satu Eropa, stylish, dengan ke­ langsung menuju ke Jakarta, tetapi sepertinya Opa telah mem­ satu orang kepercayaanku, mengambil kapal itu dari galangan, lalu, Kadek, kapten kapal Pasifik sebelumnya, salah Minggu jang 20 meter. cepatan hingga 40 knot, paling cepat untuk ukuran kapal sepan­ dibuat di galangan kapal nomor satu Eropa, stylish, dengan ke­ langsung menuju ke Jakarta, tetapi sepertinya Opa telah mem­ satu orang kepercayaanku, mengambil kapalukuran itu dari galangan, lalu, Kadek, kapten kapal Pasifik sebelumnya, salah Minggu cepatan hingga 40 knot, paling cepat untuk ukuran kapal sepan­ dibuat dimeter. galangan kapal nomor satu Eropa, stylish, dengan ke­ jang 20 langsung menuju ke Jakarta, tetapi sepertinya Opa telah mem­ satu orang kepercayaanku, mengambil kapal itu dari galangan, lalu, Kadek, kapten kapal Pasifik sebelumnya, salah Minggu cepatan hingga 40 knot, paling cepat untuk ukuran kapal sepan­ belokkan arah kapal. Memberikan kejutan. langsung menuju ke Jakarta, tetapi sepertinya Opa telah mem­ satu orang kepercayaanku, mengambil kapal itu dari galangan, lalu, Kadek, kapten kapal Pasifik sebelumnya, salah Minggu jang 20 meter. cepatan hingga 40 knot, paling cepat untuk ukuran kapal sepan­ belokkan arah kapal. Memberikan kejutan. langsung menuju ke Jakarta, tetapi sepertinya Opa telah mem­ satu orang kepercayaanku, mengambil kapal itu dari galangan, lalu, Kadek, kapten kapal Pasifik sebelumnya, salah Minggu jang 20 meter. cepatan hingga 40 knot, paling cepat untuk ukuran kapal sepan­ belokkan arah kapal. Memberikan kejutan. langsung menuju ke Jakarta, tetapi sepertinya Opa telah mem­ satu orang kepercayaanku, mengambil kapal itu dari galangan, lalu, Kadek, kapten kapal Pasifik sebelumnya, salah Minggu jang 20 meter. cepatan hingga 40 knot, paling cepat untuk ukuran kapal sepan­ belokkan arah kapal. Memberikan kejutan. langsung menuju ke Jakarta, tetapi sepertinya Opa telah mem­ satu orang kepercayaanku, mengambil kapal itu dari galangan, jang 20 meter. lalu, Kadek, kapten kapal Pasifik sebelumnya, salah Minggu cepatan hingga 40 knot, paling cepat untuk ukuran kapal sepan­ belokkan arah kapal. Memberikan kejutan. langsung menuju ke Jakarta, tetapi sepertinya Opa telah mem­ satu orang kepercayaanku, mengambil kapal itu dari galangan, lalu, Kadek, kapten kapal Pasifik sebelumnya, salah Minggu jang 20 meter. ”Kau sekarang ada di hotel mana, Tommi? di tem­ belokkan arah kapal. Memberikan kejutan. langsung menuju ke Jakarta, tetapi sepertinya Opa telah mem­ satu orang kepercayaanku, mengambil kapal Bermalam itu dari galangan, lalu, Kadek, kapten kapal Pasifik sebelumnya, salah Minggu jang 20 meter. ”Kau sekarang ada di hotel mana, Tommi? Bermalam di tem­ belokkan arah kapal. Memberikan kejutan. langsung menuju ke Jakarta, tetapi sepertinya Opa telah mem­ satu orang kepercayaanku, mengambil kapal itu dari galangan, lalu, Kadek, kapten kapal Pasifik sebelumnya, salah Minggu jang 20 meter. ”Kau sekarang ada di hotel mana, Tommi? Bermalam di tem­ belokkan arah kapal. Memberikan kejutan. langsung menuju ke Jakarta, tetapi sepertinya Opa telah mem­ satu orang kepercayaanku, mengambil kapal itu itu dari galangan, lalu, Kadek, kapten kapal Pasifik sebelumnya, salah Minggu jang 20 meter. ”Kau sekarang ada di hotel mana, Tommi? Bermalam di tem­ belokkan arah kapal. Memberikan kejutan. langsung menuju ke Jakarta, tetapi sepertinya Opa telah mem­ lalu, Kadek, kapten kapal Pasifik sebelumnya, salah Minggu satu orang kepercayaanku, mengambil kapal dari galangan, jang 20 meter. ”Kau sekarang ada di hotel mana, Tommi? Bermalam di tem­ belokkan arah kapal. Memberikan kejutan. langsung menuju ke Jakarta, tetapi sepertinya Opa telah mem­ satu orang kepercayaanku, mengambil kapal itu dari galangan, lalu, Kadek, kapten kapal Pasifik sebelumnya, salah Minggu pat biasa?” Opa bertanya. Suara desau kencang angin pelabuhan ”Kau sekarang ada di hotel mana, Tommi? Bermalam di tem­ belokkan arah kapal. Memberikan kejutan. langsung menuju ke Jakarta, tetapi sepertinya Opa telah mem­ satu orang kepercayaanku, mengambil kapal itu dari galangan, lalu, Kadek, kapten kapal Pasifik sebelumnya, salah Minggu pat biasa?” Opa bertanya. Suara desau kencang angin pelabuhan ”Kau sekarang ada di hotel mana, Tommi? Bermalam di tem­ belokkan arah kapal. Memberikan kejutan. langsung menuju ke Jakarta, tetapi sepertinya Opa telah mem­ satu orang kepercayaanku, mengambil kapal itu dari galangan, lalu, Kadek, kapten kapal Pasifik sebelumnya, salah Minggu pat biasa?” Opa bertanya. Suara desau kencang angin pelabuhan ”Kau sekarang ada di hotel mana, Tommi? Bermalam di tem­ belokkan arah kapal. Memberikan kejutan. langsung menuju ke Jakarta, tetapi sepertinya Opa telah mem­ satu orang kepercayaanku, mengambil kapal itu dari galangan, lalu, Kadek, kapten kapal Pasifik sebelumnya, salah Minggu pat biasa?” Opa bertanya. Suara desau kencang angin pelabuhan ”Kau sekarang ada di hotel mana, Tommi? Bermalam di tem­ belokkan arah kapal. Memberikan kejutan. satu orang kepercayaanku, mengambil kapal itu dari galangan, langsung menuju ke Jakarta, tetapi sepertinya Opa telah mem­ lalu, Kadek, kapten kapal Pasifik sebelumnya, salah Minggu pat biasa?” Opa bertanya. Suara desau kencang angin pelabuhan ”Kau sekarang ada di hotel mana, Tommi? Bermalam di tem­ belokkan arah kapal. Memberikan kejutan. langsung menuju ke Jakarta, tetapi sepertinya Opa telah mem­ satu orang kepercayaanku, mengambil kapal itu dari galangan, terdengar dari speaker teleponku. pat biasa?” Opa bertanya. Suara desau kencang angin pelabuhan ”Kau sekarang ada di hotel mana, Tommi? Bermalam di tem­ belokkan arah kapal. Memberikan kejutan. langsung menuju ke Jakarta, tetapi sepertinya Opa telah mem­ satu orang kepercayaanku, mengambil kapal itu dari galangan, terdengar dari speaker teleponku. pat biasa?” Opa bertanya. Suara desau kencang angin pelabuhan ”Kau sekarang ada di hotel mana, Tommi? Bermalam di tem­ belokkan arah kapal. Memberikan kejutan. langsung menuju ke Jakarta, tetapi sepertinya Opa telah mem­ satu orang kepercayaanku, mengambil kapal itu dari galangan, terdengar dari speaker teleponku. pat biasa?” Opa bertanya. Suara desau kencang angin pelabuhan ”Kau sekarang ada di hotel mana, Tommi? Bermalam di tem­ belokkan arah kapal. Memberikan kejutan. langsung menuju ke Jakarta, tetapi sepertinya Opa telah mem­ satu orang kepercayaanku, mengambil kapal itu dari galangan, terdengar dari speaker teleponku. pat biasa?” Opa bertanya. Suara desau kencang angin pelabuhan ”Kau sekarang ada di hotel mana, Tommi? Bermalam di tem­ langsung menuju ke Jakarta, tetapi sepertinya Opa telah mem­ belokkan arah kapal. Memberikan kejutan. satu orang kepercayaanku, mengambil kapal itu dari galangan, terdengar dari speaker teleponku. pat biasa?” Opa bertanya. Suara desau kencang angin pelabuhan ”Kau sekarang ada di hotel mana, Tommi? Bermalam di tem­ belokkan arah kapal. Memberikan kejutan. langsung menuju ke Jakarta, tetapi sepertinya Opa telah mem­ ”Aku di Makau, Opa.” terdengar dari speaker teleponku. pat biasa?” Opa bertanya. Suara desau kencang angin pelabuhan ”Kau sekarang ada di hotel mana, Tommi? Bermalam di tem­ belokkan arah kapal. Memberikan kejutan. langsung menuju ke Jakarta, tetapi sepertinya Opa telah mem­ ”Aku di Makau, Opa.” terdengar dari speaker teleponku. pat biasa?” Opa bertanya. Suara desau kencang angin pelabuhan ”Kau sekarang ada di hotel mana, Tommi? Bermalam di tem­ belokkan arah kapal. Memberikan kejutan. langsung menuju ke Jakarta, tetapi sepertinya Opa telah mem­ ”Aku di Makau, Opa.” terdengar dari speaker teleponku. pat biasa?” Opa bertanya. Suara desau kencang angin pelabuhan ”Kau sekarang ada di hotel mana, Tommi? Bermalam di tem­ belokkan arah kapal. Memberikan kejutan. langsung menuju ke Jakarta, tetapi sepertinya Opa telah mem­ ”Aku di Makau, Opa.” terdengar dari speaker teleponku. pat biasa?” Opa bertanya. Suara desau kencang angin pelabuhan ”Kau sekarang ada di hotel mana, Tommi? Bermalam di tem­ belokkan arah kapal. Memberikan kejutan. langsung menuju ke Jakarta, tetapi sepertinya Opa telah mem­ ”Aku di Makau, Opa.” terdengar dari speaker teleponku. pat biasa?” Opa bertanya. Suara desau kencang angin pelabuhan ”Kau sekarang ada di hotel mana, Tommi? Bermalam di tem­ belokkan arah kapal. Memberikan kejutan. ”Makau? Astaga? Sekretarismu yang gesit itu bilang konfe­ ”Aku di Makau, Opa.” terdengar dari speaker teleponku. pat biasa?” Opa bertanya. Suara desau kencang angin pelabuhan ”Kau sekarang ada di hotel mana, Tommi? Bermalam di tem­ belokkan arah kapal. Memberikan kejutan. ”Makau? Astaga? Sekretarismu yang gesit itu bilang konfe­ ”Aku di Makau, Opa.” terdengar dari speaker teleponku. pat biasa?” Opa bertanya. Suara desau kencang angin pelabuhan belokkan arah kapal. Memberikan kejutan. ”Kau sekarang ada di hotel mana, Tommi? Bermalam di tem­ ”Makau? Astaga? Sekretarismu yang gesit Bermalam itu bilang konfe­ ”Aku di Makau, Opa.” terdengar dari speaker teleponku. pat biasa?” Opa bertanya. Suara desau kencang angin pelabuhan ”Kau sekarang ada di hotel mana, Tommi? di tem­ belokkan arah kapal. Memberikan kejutan. ”Makau? Astaga? Sekretarismu yang gesit itu bilang konfe­ ”Aku di Makau, Opa.” terdengar dari speaker teleponku. pat biasa?” Opa bertanya. Suara desau kencang angin pelabuhan ”Kau sekarang ada di hotel mana, Tommi? Bermalam di tem­ belokkan arah kapal. Memberikan kejutan. ”Makau? Astaga? Sekretarismu yang gesit itu bilang konfe­ ”Aku di Makau, Opa.” terdengar dari speaker teleponku. pat biasa?” Opa bertanya. Suara desau kencang angin pelabuhan ”Kau sekarang ada di hotel mana, Tommi? Bermalam di tem­ rensimu kemarin siang ada di Hong Kong? Kau tidak sedang ”Makau? Astaga? Sekretarismu yang gesit itu bilang konfe­ ”Aku di Makau, Opa.” terdengar dari speaker teleponku. pat biasa?” Opa bertanya. Suara desau kencang angin pelabuhan ”Kau sekarang ada di hotel mana, Tommi? Bermalam di tem­ rensimu kemarin siang ada di Hong Kong? Kau tidak sedang ”Makau? Astaga? Sekretarismu yang gesit itu bilang konfe­ ”Aku di Makau, Opa.” terdengar dari speaker teleponku. ”Kau sekarang ada di hotel mana, Tommi? Bermalam di tem­ pat biasa?” Opa bertanya. Suara desau kencang angin pelabuhan rensimu kemarin siang ada di Hong Kong? Kau tidak sedang ”Makau? Astaga? Sekretarismu yang gesit itu bilang konfe­ ”Aku di Makau, Opa.” terdengar dari speaker teleponku. pat biasa?” Opa bertanya. Suara desau kencang angin pelabuhan ”Kau sekarang ada di hotel mana, Tommi? Bermalam di tem­ rensimu kemarin siang ada di Hong Kong? Kau tidak sedang ”Makau? Astaga? Sekretarismu yang gesit itu bilang konfe­ ”Aku di Makau, Opa.” terdengar dari speaker teleponku. pat biasa?” Opa bertanya. Suara desau kencang angin pelabuhan ”Kau sekarang ada di hotel mana, Tommi? Bermalam di tem­ rensimu kemarin siang ada di Hong Kong? Kau tidak sedang ”Makau? Astaga? Sekretarismu yang gesit itu bilang konfe­ ”Aku di Opa.” terdengar dari speaker teleponku. pat biasa?” Opa bertanya. Suara desau kencang angin pelabuhan berjudi di Makau, Tommi? Karena tidak ada anggota keluarga rensimu kemarin siang ada di Hong Kong? Kau tidak sedang ”Makau? Astaga? Sekretarismu yang gesit itu bilang konfe­ ”Aku di Opa.” terdengar dari speaker teleponku. pat biasa?” Opa bertanya. Suara desau kencang angin pelabuhan berjudi di Makau, Tommi? Karena tidak ada anggota keluarga rensimu kemarin siang ada di Hong Kong? Kau tidak sedang ”Makau? Astaga? Sekretarismu yang gesit itu bilang konfe­ ”Aku di Opa.” Opa bertanya. Suara desau kencang angin pelabuhan pat biasa?” terdengar dari speaker teleponku. berjudi di Makau, Tommi? Karena tidak ada anggota keluarga rensimu kemarin siang ada di Hong Kong? Kau tidak sedang ”Makau? Astaga? Sekretarismu yang gesit itu bilang konfe­ ”Aku di Opa.” terdengar dari speaker teleponku. pat biasa?” Opa bertanya. Suara desau kencang angin pelabuhan berjudi di Makau, Tommi? Karena tidak ada anggota keluarga rensimu kemarin siang ada di Hong Kong? Kau tidak sedang ”Makau? Astaga? Sekretarismu yang gesit itu bilang konfe­ ”Aku Opa.” terdengar dari speaker teleponku. pat biasa?” Opa bertanya. Suara desau kencang angin pelabuhan berjudi di Makau, Tommi? Karena tidak ada anggota keluarga rensimu kemarin siang ada di Hong Kong? Kau tidak sedang ”Makau? Astaga? Sekretarismu yang gesit itu bilang konfe­ ”Aku di Opa.” terdengar dari speaker teleponku. kita yang suka berjudi selain pamanmu Liem. Lihat nasib dia berjudi di Makau, Tommi? Karena tidak ada anggota keluarga rensimu kemarin siang ada di Hong Kong? Kau tidak sedang ”Makau? Astaga? Sekretarismu yang gesit itu bilang konfe­ ”Aku di Opa.” terdengar dari speaker teleponku. kita yang suka berjudi selain pamanmu Liem. Lihat nasib dia berjudi di Makau, Tommi? Karena tidak ada anggota keluarga rensimu kemarin siang ada di Hong Kong? Kau tidak sedang ”Makau? Astaga? Sekretarismu yang gesit itu bilang konfe­ terdengar dari speaker teleponku. ”Aku di Opa.” kita yang suka berjudi selain pamanmu Liem. Lihat nasib dia berjudi di Makau, Tommi? Karena tidak ada anggota keluarga rensimu kemarin siang ada di Hong Kong? Kau tidak sedang ”Makau? Astaga? Sekretarismu yang gesit itu bilang konfe­ ”Aku di Opa.” terdengar dari speaker teleponku. kita yang suka berjudi selain pamanmu Liem. Lihat nasib dia berjudi di Makau, Tommi? Karena tidak ada anggota keluarga rensimu kemarin siang ada di Hong Kong? Kau tidak sedang ”Makau? Astaga? Sekretarismu yang gesit itu bilang konfe­ ”Aku di Opa.” terdengar dari speaker teleponku. kita yang suka berjudi selain pamanmu Liem. Lihat nasib dia berjudi di Makau, Tommi? Karena tidak ada anggota keluarga rensimu kemarin siang ada di Hong Kong? Kau tidak sedang ”Makau? Astaga? Sekretarismu yang gesit itu bilang konfe­ ”Aku di Opa.” sekarang, berakhir di penjara untuk kedua kalinya.” kita yang suka berjudi selain pamanmu Liem. Lihat nasib dia berjudi di Makau, Tommi? Karena tidak ada anggota keluarga rensimu kemarin siang ada di Hong Kong? Kau tidak sedang ”Makau? Astaga? Sekretarismu yang gesit itu bilang konfe­ ”Aku di Opa.” sekarang, berakhir di penjara untuk kedua kalinya.” kita yang suka berjudi selain pamanmu Liem. Lihat nasib dia berjudi di Makau, Tommi? Karena tidak ada anggota keluarga rensimu kemarin siang ada di Hong Kong? Kau tidak sedang ”Aku Opa.” ”Makau? Astaga? Sekretarismu yang gesit itu bilang konfe­ sekarang, berakhir di penjara untuk kedua kalinya.” kita yang suka berjudi selain pamanmu Liem. Lihat nasib dia berjudi di Makau, Tommi? Karena tidak ada anggota keluarga rensimu kemarin siang ada di Hong Kong? Kau tidak sedang ”Makau? Astaga? Sekretarismu yang gesit itu bilang konfe­ ”Aku di Opa.” sekarang, berakhir di penjara untuk kedua kalinya.” kita yang suka berjudi selain pamanmu Liem. Lihat nasib dia berjudi di Makau, Tommi? Karena tidak ada anggota keluarga rensimu kemarin siang ada di Hong Kong? Kau tidak sedang ”Makau? Astaga? Sekretarismu yang gesit itu bilang konfe­ ”Aku di Opa.” sekarang, berakhir di penjara untuk kedua kalinya.” kita yang suka berjudi selain pamanmu Liem. Lihat nasib dia berjudi di Makau, Tommi? Karena tidak ada anggota keluarga rensimu kemarin siang ada di Hong Kong? Kau tidak sedang ”Makau? Astaga? Sekretarismu yang gesit itu bilang konfe­ Aku tertawa lagi. ”Tentu tidak, Opa. Aku tidak akan mengha­ sekarang, berakhir di penjara untuk kedua kalinya.” kita yang suka berjudi selain pamanmu Liem. Lihat nasib dia berjudi di Makau, Tommi? Karena tidak ada anggota keluarga rensimu kemarin siang ada di Hong Kong? Kau tidak sedang ”Makau? Astaga? Sekretarismu yang gesit itu bilang konfe­ Aku tertawa lagi. ”Tentu tidak, Opa. Aku tidak akan mengha­ sekarang, berakhir di penjara untuk kedua kalinya.” kita yang suka berjudi selain pamanmu Liem. Lihat nasib dia berjudi di Makau, Tommi? Karena tidak ada anggota keluarga ”Makau? Astaga? Sekretarismu yang gesit itu bilang konfe­ rensimu kemarin siang ada di Hong Kong? Kau tidak sedang Aku tertawa lagi. ”Tentu tidak, Opa. Aku tidak akan mengha­ sekarang, berakhir di penjara untuk kedua kalinya.” kita yang suka berjudi selain pamanmu Liem. Lihat nasib dia berjudi di Makau, Tommi? Karena tidak ada anggota keluarga rensimu kemarin siang ada di Hong Kong? Kau tidak sedang ”Makau? Astaga? Sekretarismu yang gesit itu bilang konfe­ Aku tertawa lagi. ”Tentu tidak, Opa. Aku tidak akan mengha­ sekarang, berakhir di penjara untuk kedua kalinya.” kita yang suka berjudi selain pamanmu Liem. Lihat nasib dia berjudi di Makau, Tommi? Karena tidak ada anggota keluarga rensimu kemarin siang ada di Hong Kong? Kau tidak sedang ”Makau? Astaga? Sekretarismu yang gesit itu bilang konfe­ Aku tertawa lagi. ”Tentu tidak, Opa. Aku tidak akan mengha­ sekarang, berakhir di penjara untuk kedua kalinya.” kita yang suka berjudi selain pamanmu Liem. Lihat nasib dia berjudi di Makau, Tommi? Karena tidak ada anggota keluarga rensimu kemarin siang ada di Hong Kong? Kau tidak sedang biskan uang dengan cara bodoh.” Selalu menyenangkan ber­ Aku tertawa lagi. ”Tentu tidak, Opa. Aku tidak akan mengha­ sekarang, berakhir di penjara untuk kedua kalinya.” kita yang suka berjudi selain pamanmu Liem. Lihat nasib dia berjudi di Makau, Tommi? Karena tidak ada anggota keluarga rensimu kemarin siang ada di Hong Kong? Kau tidak sedang biskan uang dengan cara bodoh.” Selalu menyenangkan ber­ Aku tertawa lagi. ”Tentu tidak, Opa. Aku tidak akan mengha­ sekarang, berakhir di penjara untuk kedua kalinya.” kita yang suka berjudi selain pamanmu Liem. Lihat nasib dia rensimu kemarin siang ada di Hong Kong? Kau tidak sedang berjudi di Makau, Tommi? Karena tidak ada anggota keluarga biskan uang dengan cara bodoh.” Selalu menyenangkan ber­ Aku tertawa lagi. ”Tentu tidak, Opa. Aku tidak akan mengha­ sekarang, berakhir di penjara untuk kedua kalinya.” kita yang suka berjudi selain pamanmu Liem. Lihat nasib dia berjudi di Makau, Tommi? Karena tidak ada anggota keluarga rensimu kemarin siang ada di Hong Kong? Kau tidak sedang biskan uang dengan cara bodoh.” Selalu menyenangkan ber­ Aku tertawa lagi. ”Tentu tidak, Opa. Aku tidak akan mengha­ kita yang suka berjudi selain pamanmu Liem. Lihat nasib dia sekarang, berakhir di penjara untuk kedua kalinya.” berjudi di Makau, Tommi? Karena tidak ada anggota keluarga rensimu kemarin siang ada di Hong Kong? Kau tidak sedang biskan uang dengan cara bodoh.” Selalu menyenangkan ber­ Aku tertawa lagi. ”Tentu tidak, Opa. Aku tidak akan mengha­ sekarang, berakhir di penjara untuk kedua kalinya.” kita yang suka berjudi selain pamanmu Liem. Lihat nasib dia berjudi di Makau, Tommi? Karena tidak ada anggota keluarga cakap-cakap dengan Opa—meskipun hanya lewat telepon geng­ biskan uang dengan cara bodoh.” Selalu menyenangkan ber­ Aku tertawa lagi. ”Tentu tidak, Opa. Aku tidak akan mengha­ sekarang, berakhir di penjara untuk kedua kalinya.” kita yang suka berjudi selain pamanmu Liem. Lihat nasib dia berjudi di Makau, Tommi? Karena tidak ada anggota keluarga cakap-cakap dengan Opa—meskipun hanya lewat telepon geng­ biskan uang dengan cara bodoh.” Selalu menyenangkan ber­ Aku tertawa lagi. ”Tentu tidak, Opa. Aku tidak akan mengha­ berjudi di Makau, Tommi? Karena tidak ada anggota keluarga sekarang, berakhir di penjara untuk kedua kalinya.” kita yang suka berjudi selain pamanmu Liem. Lihat nasib dia cakap-cakap dengan Opa—meskipun hanya lewat telepon geng­ biskan uang dengan cara bodoh.” Selalu menyenangkan ber­ Aku tertawa lagi. ”Tentu tidak, Opa. Aku tidak akan mengha­ sekarang, berakhir di penjara untuk kedua kalinya.” kita yang suka berjudi selain pamanmu Liem. Lihat nasib dia berjudi di Makau, Tommi? Karena tidak ada anggota keluarga cakap-cakap dengan Opa—meskipun hanya lewat telepon geng­ biskan uang dengan cara bodoh.” Selalu menyenangkan ber­ sekarang, berakhir di penjara untuk kedua kalinya.” Aku tertawa lagi. ”Tentu tidak, Opa. Aku tidak akan mengha­ kita yang suka berjudi selain pamanmu Liem. Lihat nasib dia berjudi di Makau, Tommi? Karena tidak ada anggota keluarga cakap-cakap dengan Opa—meskipun hanya lewat telepon geng­ biskan uang dengan cara bodoh.” Selalu menyenangkan ber­ Aku tertawa lagi. ”Tentu tidak, Opa. Aku tidak akan mengha­ sekarang, berakhir di penjara untuk kedua kalinya.” kita yang suka berjudi selain pamanmu Liem. Lihat nasib dia gam. ”Aku hanya sedang bersantai, Opa, sedikit menyalurkan cakap-cakap dengan Opa—meskipun hanya lewat telepon geng­ biskan uang dengan cara bodoh.” Selalu menyenangkan ber­ Aku tertawa lagi. ”Tentu tidak, Opa. Aku tidak akan mengha­ sekarang, berakhir di penjara untuk kedua kalinya.” kita yang suka berjudi selain pamanmu Liem. Lihat nasib dia gam. ”Aku hanya sedang bersantai, Opa, sedikit menyalurkan cakap-cakap dengan Opa—meskipun hanya lewat telepon geng­ biskan uang dengan cara bodoh.” Selalu menyenangkan ber­ Liem. Lihat nasib dia Aku tertawa lagi. ”Tentu tidak, Opa. Aku tidak akan mengha­ sekarang, berakhir di penjara untuk kedua kalinya.” gam. ”Aku hanya sedang bersantai, Opa, sedikit menyalurkan cakap-cakap dengan Opa—meskipun hanya lewat telepon geng­ biskan uang dengan cara bodoh.” Selalu menyenangkan ber­ Aku tertawa lagi. ”Tentu tidak, Opa. Aku tidak akan mengha­ sekarang, berakhir di penjara untuk kedua kalinya.” kita yang suka berjudi selain pamanmu Liem. Lihat nasib dia gam. ”Aku hanya sedang bersantai, Opa, sedikit menyalurkan cakap-cakap dengan Opa—meskipun hanya lewat telepon geng­ Aku tertawa lagi. ”Tentu tidak, Opa. Aku tidak akan mengha­ biskan uang dengan cara bodoh.” Selalu menyenangkan ber­ sekarang, berakhir di penjara untuk kedua kalinya.” kita yang suka berjudi selain pamanmu Liem. Lihat nasib dia gam. ”Aku hanya sedang bersantai, Opa, sedikit menyalurkan cakap-cakap dengan Opa—meskipun hanya lewat telepon geng­ biskan uang dengan cara bodoh.” Selalu menyenangkan ber­ Aku tertawa lagi. ”Tentu tidak, Opa. Aku tidak akan mengha­ sekarang, berakhir di penjara untuk kedua kalinya.” hobi.” gam. ”Aku hanya sedang bersantai, Opa, sedikit menyalurkan cakap-cakap dengan Opa—meskipun hanya lewat akan telepon geng­ biskan uang dengan cara bersantai, bodoh.” Selalu menyenangkan ber­ Aku”Aku tertawa lagi.sedang ”Tentu tidak, Opa. Akukalinya.” tidak akan mengha­ kedua kalinya.” hobi.” gam. hanya Opa, sedikit menyalurkan cakap-cakap dengan Opa—meskipun hanya lewat telepon geng­ sekarang, berakhir di penjara untuk kedua biskan uang dengan cara bodoh.” Selalu menyenangkan ber­ Aku tertawa lagi. ”Tentu tidak, Opa. Aku tidak mengha­ hobi.” gam. ”Aku hanya sedang bersantai, Opa, sedikit menyalurkan cakap-cakap dengan Opa—meskipun hanya lewat telepon geng­ biskan uang dengan cara bodoh.” Selalu menyenangkan ber­ Aku tertawa lagi. ”Tentu tidak, Opa. Aku tidak akan mengha­ sekarang, berakhir di penjara untuk kedua kalinya.” hobi.” biskan uang dengan cara bodoh.” Selalu menyenangkan ber­ gam. ”Aku hanya sedang bersantai, Opa, sedikit menyalurkan cakap-cakap dengan Opa—meskipun hanya lewat telepon geng­ Aku tertawa lagi. ”Tentu tidak, Opa. Aku tidak akan mengha­ sekarang, berakhir di penjara untuk kedua kalinya.” hobi.” gam. ”Aku hanya sedang bersantai, Opa, sedikit menyalurkan cakap-cakap dengan Opa—meskipun hanya lewat telepon geng­ biskan uang dengan cara bodoh.” Selalu menyenangkan ber­ Aku tertawa lagi.sedang ”Tentu tidak, Opa. Akusedikit tidak akan mengha­ ”Hobi? Oh, bertinju itu, bukan?” hobi.” gam. ”Aku hanya bersantai, Opa, menyalurkan cakap-cakap dengan Opa—meskipun hanya lewat telepon geng­ biskan uang dengan cara bodoh.” Selalu menyenangkan ber­ Aku tertawa lagi. ”Tentu tidak, Opa. Aku tidak akan mengha­ ”Hobi? Oh, bertinju itu, bukan?” hobi.” Aku tidak mengha­ gam. ”Aku hanya sedang bersantai, Opa, sedikit menyalurkan cakap-cakap dengan Opa—meskipun hanya lewatakan telepon geng­ biskan uang dengan cara bodoh.” Selalu menyenangkan ber­ ”Hobi? Oh, bertinju itu, bukan?” hobi.” gam. ”Aku hanya sedang bersantai, Opa, sedikit menyalurkan cakap-cakap dengan Opa—meskipun hanya lewat telepon geng­ biskan uang dengan cara bodoh.” Selalu menyenangkan ber­ Aku tertawa lagi. ”Tentu tidak, Opa. Aku tidak akan mengha­ ”Hobi? Oh, bertinju itu, bukan?” cakap-cakap dengan Opa—meskipun hanya lewat telepon geng­ hobi.” gam. ”Aku hanya sedang bersantai, Opa, sedikit menyalurkan biskan uang dengan cara bodoh.” Selalu menyenangkan ber­ Aku tertawa lagi. ”Tentu tidak, Opa. Aku tidak akan mengha­ ”Hobi? Oh, bertinju itu, bukan?” hobi.” gam. ”Aku hanya sedang bersantai, Opa, sedikit menyalurkan cakap-cakap dengan Opa—meskipun hanya lewat telepon geng­ biskan uang dengan cara bodoh.” Selalu menyenangkan ber­ ”Begitulah, Opa.” ”Hobi? Oh, bertinju itu, bukan?” hobi.” gam. ”Aku hanya sedang bersantai, Opa, sedikit menyalurkan cakap-cakap dengan Opa—meskipun hanya lewat telepon geng­ Selalu menyenangkan ber­ ”Begitulah, Opa.” ”Hobi? Oh, bertinju itu, bukan?” biskan uang dengan cara bodoh.” Selalu menyenangkan ber­ hobi.” gam. ”Aku hanya sedang bersantai, Opa, sedikit menyalurkan cakap-cakap dengan Opa—meskipun hanya lewat telepon geng­ ”Begitulah, Opa.” ”Hobi? Oh, bertinju itu, bukan?” hobi.” gam. ”Aku hanya sedang bersantai, Opa, sedikit menyalurkan cakap-cakap dengan Opa—meskipun hanya lewat telepon geng­ biskan uang dengan cara bodoh.” Selalu menyenangkan ber­ gam. ”Aku hanya sedang bersantai, Opa, sedikit menyalurkan ”Begitulah, Opa.” ”Hobi? Oh, bertinju itu, bukan?” hobi.” cakap-cakap dengan Opa—meskipun hanya lewat telepon geng­ biskan uang dengan cara bodoh.” Selalu menyenangkan ber­ ”Begitulah, Opa.” ”Hobi? Oh, bertinju itu, bukan?” hobi.” gam. ”Aku hanya sedang bersantai, Opa, sedikit menyalurkan cakap-cakap dengan Opa—meskipun hanya lewat telepon geng­ ”Alangkah jauhnya kau bertinju, Tommi. Di Makau? Apa di ”Begitulah, Opa.” ”Hobi? Oh, bertinju itu, bukan?” hobi.” gam. ”Aku hanya sedang bersantai, Opa, sedikit menyalurkan cakap-cakap dengan Opa—meskipun hanya lewat telepon geng­ ”Alangkah jauhnya kau bertinju, Tommi. Di Makau? Apa di ”Begitulah, Opa.” hanya lewat telepon geng­ ”Hobi? Oh, bertinju itu, bukan?” hobi.” gam. ”Aku hanya sedang bersantai, Opa, sedikit menyalurkan ”Alangkah jauhnya kau bertinju, Tommi. Di Makau? Apa di ”Begitulah, Opa.” ”Hobi? Oh, bertinju itu, bukan?” hobi.” gam. ”Aku hanya sedang bersantai, Opa, sedikit menyalurkan cakap-cakap dengan Opa—meskipun hanya lewat telepon geng­ ”Alangkah jauhnya kau bertinju, Tommi. Di Makau? Apa di ”Begitulah, Opa.” ”Hobi? Oh, bertinju itu, bukan?” gam. ”Aku hanya sedang bersantai, Opa, sedikit menyalurkan cakap-cakap dengan Opa—meskipun hanya lewat telepon geng­ ”Alangkah jauhnya kau bertinju, Tommi. Di Makau? Apa di ”Begitulah, Opa.” ”Hobi? Oh, bertinju itu, bukan?” hobi.” gam. ”Aku hanya sedang bersantai, Opa, sedikit menyalurkan Jakarta sudah tidak ada lagi yang bisa kauajak saling pukul? ”Alangkah jauhnya kau bertinju, Tommi. Di Makau? Apa di ”Begitulah, Opa.” ”Hobi? Oh, bertinju itu, bukan?” hobi.” Opa, sedikit menyalurkan Jakarta sudah tidak ada lagi yang bisa kauajak saling pukul? gam. ”Aku hanya sedang bersantai, Opa, sedikit menyalurkan ”Alangkah jauhnya kau bertinju, Tommi. Di Makau? Apa di ”Begitulah, Opa.” ”Hobi? Oh, bertinju itu, bukan?” hobi.” Jakarta sudah tidak ada lagi yang bisa kauajak saling pukul? ”Alangkah jauhnya kau bertinju, Tommi. Di Makau? Apa di ”Begitulah, Opa.” bukan?” hobi.” gam. ”Aku hanya sedang bersantai, Opa, sedikit menyalurkan ”Hobi? Oh, bertinju itu, bukan?” Jakarta sudah tidak ada lagi yang bisa kauajak saling pukul? ”Alangkah jauhnya kau bertinju, Tommi. Di Makau? Apa di ”Begitulah, Opa.” hobi.” gam. ”Aku hanya sedang bersantai, Opa, sedikit menyalurkan Jakarta sudah tidak ada lagi yang bisa kauajak saling pukul? ”Alangkah jauhnya kau bertinju, Tommi. Di Makau? Apa di ”Begitulah, Opa.” ”Hobi? Oh, bertinju itu, bukan?” hobi.” Anak muda zaman sekarang aneh-aneh sekali hobinya. Zaman Jakarta sudah tidak ada lagi yang bisa kauajak saling pukul? ”Alangkah jauhnya kau bertinju, Tommi. Di Makau? Apa di ”Begitulah, Opa.” ”Hobi? Oh, bertinju itu, bukan?” Anak muda zaman sekarang aneh-aneh sekali hobinya. Zaman hobi.” Jakarta sudah tidak ada lagi yang bisa kauajak saling pukul? ”Alangkah jauhnya kau bertinju, Tommi. Di Makau? Apa di ”Begitulah, Opa.” ”Hobi? Oh, bertinju itu, bukan?” Anak muda zaman sekarang aneh-aneh sekali hobinya. Zaman Jakarta sudah tidak ada lagi yang bisa kauajak saling pukul? ”Alangkah jauhnya kau bertinju, Tommi. Di Makau? Apa di ”Begitulah, Opa.” ”Hobi? Oh, bertinju itu, bukan?” hobi.” Anak muda zaman sekarang aneh-aneh sekali hobinya. Zaman Jakarta sudah tidak ada lagi yang bisa kauajak saling pukul? ”Alangkah jauhnya kau bertinju, Tommi. Di Makau? Apa di ”Hobi? Oh, bertinju itu, bukan?” hobi.” Anak muda zaman sekarang aneh-aneh sekali hobinya. Zaman Jakarta sudah tidak ada lagi yang bisa kauajak saling pukul? ”Alangkah jauhnya kau bertinju, Tommi. Di Makau? Apa di ”Begitulah, Opa.” ”Hobi? Oh, bertinju itu, bukan?” orang tua ini masih muda seperti kalian, paling hobinya hanya Anak muda zaman sekarang aneh-aneh sekali hobinya. Zaman Jakarta sudah tidak ada lagi yang bisa kauajak saling pukul? ”Alangkah jauhnya kau bertinju, Tommi. Di Makau? Apa di ”Begitulah, Opa.” orang tua ini masih muda seperti kalian, paling hobinya hanya ”Hobi? Oh, bertinju itu, bukan?” Anak muda zaman sekarang aneh-aneh sekali hobinya. Zaman Jakarta sudah tidak ada lagi yang bisa kauajak saling pukul? ”Alangkah jauhnya kau bertinju, Tommi. Di Makau? Apa di ”Begitulah, Opa.” orang tua ini masih muda seperti kalian, paling hobinya hanya Anak muda zaman sekarang aneh-aneh sekali hobinya. Zaman Jakarta sudah tidak ada lagi yang bisa kauajak saling pukul? bertinju, Tommi. Di Makau? Apa di ”Begitulah, Opa.” ”Hobi? Oh, bertinju itu, bukan?” ”Alangkah jauhnya kau bertinju, Tommi. Di Makau? Apa di orang tua ini masih muda seperti kalian, paling hobinya hanya Anak muda zaman sekarang aneh-aneh sekali hobinya. Zaman Jakarta sudah tidak ada lagi yang bisa kauajak saling pukul? ”Begitulah, Opa.” ”Hobi? Oh, bertinju itu, bukan?” orang tua ini masih muda seperti kalian, paling hobinya hanya Anak muda zaman sekarang aneh-aneh sekali hobinya. Zaman Jakarta sudah tidak ada lagi yang bisa kauajak saling pukul? ”Alangkah jauhnya kau bertinju, Tommi. Di Makau? Apa di ”Begitulah, Opa.” memancing. Kalian malah memilih bertinju? Apa asyiknya?” orang tua ini masih muda seperti kalian, paling hobinya hanya Anak muda zaman sekarang aneh-aneh sekali hobinya. Zaman Jakarta sudah tidak ada lagi yang bisa kauajak saling pukul? ”Alangkah jauhnya kau bertinju, Tommi. Di Makau? Apa di memancing. Kalian malah memilih bertinju? Apa asyiknya?” ”Begitulah, Opa.” orang tua ini masih muda seperti kalian, paling hobinya hanya Anak muda zaman sekarang aneh-aneh sekali hobinya. Zaman Jakarta sudah tidak ada lagi yang bisa kauajak saling pukul? ”Alangkah jauhnya kau bertinju, Tommi. Di Makau? Apa di memancing. Kalian malah memilih bertinju? Apa asyiknya?” orang tua ini masih muda seperti kalian, paling hobinya hanya Anak muda zaman sekarang aneh-aneh sekali hobinya. Zaman Jakarta sudah tidak ada lagi yang bisa kauajak saling pukul? ”Alangkah jauhnya kau bertinju, Tommi. Di Makau? Apa di ”Begitulah, Opa.” lagi yang bisa kauajak saling pukul? memancing. Kalian malah memilih bertinju? Apa asyiknya?” orang tua ini masih muda seperti kalian, paling hobinya hanya Anak muda zaman sekarang aneh-aneh sekali hobinya. Zaman ”Alangkah jauhnya kau bertinju, Tommi. Di Makau? Apa di ”Begitulah, Opa.” memancing. Kalian malah memilih bertinju? Apa asyiknya?” orang tua ini masih muda seperti kalian, paling hobinya hanya Anak muda zaman sekarang aneh-aneh sekali hobinya. Zaman Jakarta sudah tidak ada lagi yang bisa kauajak saling pukul? ”Alangkah jauhnya kau bertinju, Tommi. Di Makau? Apa di Aku tertawa, mengusap rambut. memancing. Kalian malah memilih bertinju? Apa asyiknya?” orang tua ini masih muda seperti kalian, paling hobinya hanya Anak muda zaman sekarang aneh-aneh sekali hobinya. Zaman Jakarta sudah tidak ada lagi yang bisa kauajak saling pukul? Tommi. Di Makau? Apa di ”Alangkah jauhnya kau bertinju, Tommi. Di Makau? Apa di Aku tertawa, mengusap rambut. memancing. Kalian malah memilih bertinju? Apa asyiknya?” orang tua ini masih muda seperti kalian, paling hobinya hanya Anak muda zaman sekarang aneh-aneh sekali hobinya. Zaman Jakarta sudah tidak ada lagi yang bisa kauajak saling pukul? Akumuda tertawa, mengusap rambut. memancing. malah memilih bertinju? Apa asyiknya?” orang tua iniKalian masih muda seperti paling hobinya hanya sekarang aneh-aneh sekali hobinya. Zaman Jakarta sudah tidak ada yangkalian, bisasekali kauajak saling pukul? ”Alangkah jauhnya kau lagi bertinju, Tommi. Di Makau? Apa di Anak zaman sekarang aneh-aneh hobinya. Zaman Aku tertawa, mengusap rambut.



speaker telepon genggam. ”Berputar?” Suara bingung Kadekjadi terdengar dari neriaki Kadek. ”Kita putar kemudi, Kadek! Tidak merapat,”samar Opa me­



”Iya, kita menuju Makau. tidak ada di Hong Kong. speaker telepon genggam. neriaki Kadek. ”Kita putar kemudi, Kadek! Tidak jadi merapat,” Opa me­ ”Berputar?” Suara bingung Kadek terdengar samar dari ”Iya, kita menuju Makau. Tommi tidak ada di Hong Kong. speaker telepon genggam. bingung Kadek terdengar samar dari neriaki Kadek. ”Kita putar kemudi, Kadek! Tidak jadi merapat,” Opa me­ bertemu di Tommi pelabuhan Makau saat sara putmu. Kita ”Iya, kita menuju Makau. Tommi tidak ada di Hong Kong. speaker telepon genggam. ”Berputar?” Suara bingung Kadek terdengar samar dari neriaki Kadek. ”Kita putar kemudi, Kadek! Tidak jadi merapat,” Opa me­ Dia berada di sana.” Opa berseru menjelaskan beberapa kalimat ”Iya, kita menuju Makau. Tommi tidak ada di Hong Kong. speaker telepon genggam. ”Berputar?” Suara bingung Kadek terdengar samar dari neriaki Kadek. Dia berada di sana.” Opa berseru menjelaskan beberapa kalimat ”Iya, kita menuju Makau. Tommi tidak ada di Hong Kong. speaker telepon genggam. ”Berputar?” Suara bingung Kadek terdengar samar dari neriaki Kadek. Dia berada di sana.” Opa berseru menjelaskan beberapa kalimat ”Iya, kita menuju Makau. Tommi tidak ada di Hong Kong. ”Berputar?” Suara bingung Kadek terdengar samar dari neriaki Kadek. speaker telepon genggam. Dia berada di sana.” Opa berseru menjelaskan beberapa kalimat ”Iya, kita menuju Makau. Tommi tidak ada di Hong Kong. ”Berputar?” Suara bingung Kadek terdengar samar dari neriaki Kadek. berada di Opa berseru menjelaskan beberapa kalimat ”Iya, kita menuju Makau. Tommi tidak ada di Hong Kong. speaker telepon genggam. ”Berputar?” Suara bingung Kadek terdengar samar dari neriaki Kadek. asDia kembali kesana.” Hong Kong, bernostalgia lagi, lantas bicara padaku, ”Nah, Tommi, semoga kau Dia berada di sana.” Opa berseru menjelaskan kalimat ”Iya, kita menuju Makau. Tommi tidak ada di Hong Kong. speaker telepon genggam. ”Berputar?” Suara bingung Kadek terdengar samar dari lagi, lantas kembali bicara padaku, ”Nah, Tommi, semoga kau Dia berada di sana.” Opa berseru menjelaskan beberapa kalimat ”Iya, kitakembali menuju Makau. Tommi tidak adabeberapa dimenelusuri Hong Kong. speaker telepon genggam. ”Berputar?” Suara bingung Kadek terdengar samar dari lagi, lantas kembali bicara padaku, ”Nah, Tommi, semoga kau Dia berada di sana.” Opa berseru menjelaskan beberapa kalimat speaker telepon genggam. ”Iya, kita menuju Makau. Tommi tidak ada di Hong Kong. ”Berputar?” Suara bingung Kadek terdengar samar dari lagi, lantas kembali bicara padaku, ”Nah, Tommi, semoga kau Dia berada di sana.” Opa berseru menjelaskan beberapa kalimat ”Iya, kita menuju Makau. Tommi tidak ada di Hong Kong. speaker telepon genggam. ”Berputar?” Suara bingung Kadek terdengar samar dari lagi, lantas kembali bicara padaku, ”Nah, Tommi, semoga kau Dia berada di sana.” Opa berseru menjelaskan beberapa kalimat ”Iya, kita menuju Makau. Tommi tidak ada di Hong Kong. speaker telepon genggam. ”Berputar?” Suara bingung Kadek terdengar samar dari tidak bangun kesiangan. Kami menuju Makau sekarang, men­ lagi, lantas kembali bicara padaku, ”Nah, Tommi, semoga kau Dia berada di sana.” Opa berseru menjelaskan beberapa kalimat ”Iya, kita menuju Makau. Tommi tidak ada di Hong Kong. speaker telepon genggam. gungsi Opa zaman muda dulu. Itu pasti menarik. Kau tidak bangun kesiangan. Kami menuju Makau sekarang, men­ lagi, lantas kembali bicara padaku, ”Nah, Tommi, semoga kau Dia berada di sana.” Opa berseru menjelaskan beberapa kalimat ”Iya, kita menuju Makau. Tommi tidak ada di Hong Kong. speaker telepon genggam. tidak bangun kesiangan. Kami menuju Makau sekarang, men­ lagi, lantas kembali bicara padaku, ”Nah, Tommi, semoga kau ”Iya, kita menuju Makau. Tommi tidak ada di Hong Kong. Dia berada di sana.” Opa berseru menjelaskan beberapa kalimat speaker telepon genggam. tidak bangun kesiangan. Kami menuju Makau sekarang, men­ lagi, lantas kembali bicara padaku, ”Nah, Tommi, semoga kau Dia berada di sana.” Opa berseru menjelaskan beberapa kalimat ”Iya, kita menuju Makau. Tommi tidak ada di Hong Kong. speaker telepon genggam. tidak bangun kesiangan. Kami menuju Makau sekarang, men­ lagi, lantas kembali bicara padaku, ”Nah, Tommi, semoga kau Dia berada di sana.” Opa berseru menjelaskan beberapa kalimat ”Iya, kita menuju Makau. Tommi tidak ada di Hong Kong. speaker telepon genggam. jemputmu. Kita bertemu di pelabuhan Makau saat sarapan, tidak bangun kesiangan. Kami menuju Makau sekarang, men­ lagi, lantas kembali bicara padaku, ”Nah, Tommi, semoga kau Dia berada di sana.” Opa berseru menjelaskan beberapa kalimat ”Iya, kita menuju Makau. Tommi tidak ada di Hong Kong. jemputmu. Kita bertemu di pelabuhan Makau saat sarapan, tidak bangun kesiangan. Kami menuju Makau sekarang, men­ lagi, lantas kembali bicara padaku, ”Nah, Tommi, semoga kau Dia berada di sana.” Opa berseru menjelaskan beberapa kalimat ”Iya, kita menuju Makau. Tommi tidak ada di Hong Kong. ralagi, dengan Kadek lagi?” jemputmu. Kita bertemu di pelabuhan Makau saat sarapan, tidak bangun kesiangan. Kami menuju Makau sekarang, men­ Dia berada di sana.” Opa berseru menjelaskan beberapa kalimat lantas kembali bicara padaku, ”Nah, Tommi, semoga kau ”Iya, kita menuju Makau. Tommi tidak ada di Hong Kong. jemputmu. Kita bertemu di pelabuhan Makau saat sarapan, tidak bangun kesiangan. Kami menuju Makau sekarang, men­ lagi, lantas kembali bicara padaku, ”Nah, Tommi, semoga kau Dia berada di sana.” Opa berseru menjelaskan beberapa kalimat ”Iya, kita menuju Makau. Tommi tidak ada di Hong Kong. jemputmu. Kita bertemu di pelabuhan Makau saat sarapan, tidak bangun kesiangan. Kami menuju Makau sekarang, men­ lagi, lantas kembali bicara padaku, ”Nah, Tommi, semoga kau Dia berada di sana.” Opa berseru menjelaskan beberapa kalimat ”Iya, kita menuju Makau. Tommi tidak ada di Hong Kong. lantas kembali ke Hong Kong, bernostalgia menelusuri jalur jemputmu. Kita bertemu di pelabuhan Makau saat sarapan, tidak bangun kesiangan. Kami menuju Makau sekarang, men­ lagi, lantas kembali bicara padaku, ”Nah, Tommi, semoga kau Dia berada di sana.” Opa berseru menjelaskan beberapa kalimat lantas kembali ke Hong Kong, bernostalgia menelusuri jalur jemputmu. Kita bertemu di pelabuhan Makau saat sarapan, tidak bangun kesiangan. Kami menuju Makau sekarang, men­ lagi, lantas kembali bicara padaku, ”Nah, Tommi, semoga kau Dia berada di sana.” Opa berseru menjelaskan beberapa kalimat lantas kembali ke Hong Kong, bernostalgia menelusuri jalur jemputmu. Kita bertemu di pelabuhan Makau saat sarapan, lagi, lantas kembali bicara padaku, ”Nah, Tommi, semoga kau tidak bangun kesiangan. Kami menuju Makau sekarang, men­ ercakapan lewat telepon itu berakhir satu-dua kalimat ke Dia berada di sana.” Opa berseru menjelaskan beberapa kalimat lantas kembali ke Hong Kong, bernostalgia menelusuri jalur jemputmu. Kita bertemu di pelabuhan Makau saat sarapan, tidak bangun kesiangan. Kami menuju Makau sekarang, men­ lagi, lantas kembali bicara padaku, ”Nah, Tommi, semoga kau Dia berada di sana.” Opa berseru menjelaskan beberapa kalimat lantas kembali ke Hong Kong, bernostalgia menelusuri jalur jemputmu. Kita bertemu di pelabuhan Makau saat sarapan, tidak bangun kesiangan. Kami menuju Makau sekarang, men­ lagi, lantas kembali bicara padaku, ”Nah, Tommi, semoga kau Dia berada di sana.” Opa berseru menjelaskan beberapa kalimat mengungsi Opa zaman muda dulu. Itu pasti menarik. Kau mau lantas kembali ke Hong Kong, bernostalgia menelusuri jalur jemputmu. Kita bertemu di pelabuhan Makau saat sarapan, tidak bangun kesiangan. Kami menuju Makau sekarang, men­ lagi, lantas kembali bicara padaku, ”Nah, Tommi, semoga kau mengungsi Opa zaman muda dulu. Itu pasti menarik. Kau mau lantas kembali ke Hong Kong, bernostalgia menelusuri jalur jemputmu. Kita bertemu di pelabuhan Makau saat sarapan, lagi, lantas kembali bicara padaku, ”Nah, Tommi, semoga kau tidak bangun kesiangan. Kami menuju Makau sekarang, men­ mengungsi Opa zaman muda dulu. Itu pasti menarik. Kau mau lantas kembali ke Hong Kong, bernostalgia menelusuri jalur jemputmu. Kita bertemu di pelabuhan Makau saat sarapan, tidak bangun kesiangan. Kami menuju Makau sekarang, men­ lagi, lantas kembali bicara padaku, ”Nah, Tommi, semoga kau Opa zaman muda dulu. Itu pasti menarik. Kau mau lantas kembali ke Hong Kong, bernostalgia menelusuri jalur jemputmu. Kita bertemu di pelabuhan Makau saat sarapan, tidak bangun kesiangan. Kami menuju Makau sekarang, men­ .mengungsi lagi, lantas kembali bicara padaku, ”Nah, Tommi, semoga kau mengungsi Opa zaman muda dulu. Itu pasti menarik. Kau mau lantas kembali ke Hong Kong, bernostalgia menelusuri jalur jemputmu. Kita bertemu di pelabuhan Makau saat sarapan, tidak bangun kesiangan. Kami menuju Makau sekarang, men­ lagi, lantas kembali bicara padaku, ”Nah, Tommi, semoga kau bicara dengan Kadek lagi?” mengungsi Opa zaman muda dulu. Itu pasti menarik. Kau mau lantas kembali ke Hong Kong, bernostalgia menelusuri jalur jemputmu. Kita bertemu di pelabuhan Makau saat sarapan, tidak bangun kesiangan. Kami menuju Makau sekarang, men­ bicara dengan Kadek lagi?” mengungsi Opa zaman muda dulu. Itu pasti menarik. Kau mau lantas kembali ke Hong Kong, bernostalgia menelusuri jalur tidak bangun kesiangan. Kami menuju Makau sekarang, men­ jemputmu. Kita bertemu di pelabuhan Makau saat sarapan, bicara dengan Kadek lagi?” mengungsi Opa zaman muda dulu. Itu pasti menarik. Kau mau lantas kembali ke Hong Kong, bernostalgia menelusuri jalur jemputmu. Kita bertemu di pelabuhan Makau saat sarapan, tidak bangun kesiangan. Kami menuju Makau sekarang, men­ bicara dengan Kadek lagi?” mengungsi Opa zaman muda dulu. Itu pasti menarik. Kau mau lantas kembali ke Hong Kong, bernostalgia menelusuri jalur jemputmu. Kita bertemu di pelabuhan Makau saat sarapan, tidak bangun kesiangan. Kami menuju Makau sekarang, men­ bicara dengan Kadek lagi?” mengungsi Opa zaman muda dulu. Itu pasti menarik. Kau mau lantas kembali ke Hong Kong, bernostalgia menelusuri jalur telepon genggam di atas meja, kembali Aku meletakkan jemputmu. Kita bertemu di pelabuhan Makau saat sarapan, tidak bangun kesiangan. Kami menuju Makau sekarang, men­ Percakapan lewat telepon itu berakhir satu-dua kalimat kemu­ bicara dengan Kadek lagi?” mengungsi Opa zaman muda dulu. Itu pasti menarik. mau lantas kembali ke Hong Kong, bernostalgia menelusuri jalur jemputmu. Kita bertemu diitu pelabuhan Makau saat Kau sarapan, Percakapan lewat telepon berakhir satu-dua kalimat kemu­ bicara dengan Kadek lagi?” mengungsi Opa zaman muda dulu. Itu pasti pasti menarik. Kau mau jemputmu. Kita bertemu di pelabuhan Makau saat sarapan, lantas kembali ke Hong Kong, bernostalgia menelusuri jalur Percakapan lewat telepon itu berakhir satu-dua kalimat kemu­ bicara dengan Kadek lagi?” mengungsi Opa zaman muda dulu. Itu menarik. Kau mau lantas kembali ke Hong Kong, bernostalgia menelusuri jalur jemputmu. Kita bertemu di pelabuhan Makau saat sarapan, Percakapan lewat telepon itu berakhir satu-dua kalimat kemu­ bicara dengan Kadek lagi?” mengungsi Opa zaman muda dulu. Itu pasti menarik. Kau mau lantas kembali ke Hong Kong, bernostalgia menelusuri jalur jemputmu. Kita bertemu di pelabuhan Makau saat sarapan, Percakapan lewat telepon itu berakhir satu-dua kalimat kemu­ bicara dengan Kadek lagi?” mengungsi Opa zaman muda dulu. Itu pasti menarik. Kau mau lantas kembali ke Hong Kong, bernostalgia menelusuri jalur jemputmu. Kita bertemu di pelabuhan Makau saat sarapan, dian. Percakapan lewat telepon itu berakhir satu-dua kalimat kemu­ bicara dengan Kadek lagi?” posisi tidur. Ini kejutan yang menyenang utlantas mengambil mengungsi Opa zaman muda dulu. Itu pasti menarik. Kau mau lantas kembali ke Hong Kong, bernostalgia menelusuri jalur dian. Percakapan lewat telepon itu berakhir satu-dua kalimat kemu­ bicara dengan Kadek lagi?” kembali ke Hong Kong, bernostalgia menelusuri jalur mengungsi Opa zaman muda dulu. Itu pasti menarik. Kau mau dian. Percakapan lewat telepon itu berakhir satu-dua kalimat kemu­ bicara dengan Kadek lagi?” mengungsi Opa zaman muda dulu. Itu pasti menarik. Kau mau lantas kembali ke Hong Kong, bernostalgia menelusuri jalur dian. Percakapan lewat telepon itu berakhir satu-dua kalimat kemu­ bicara dengan Kadek lagi?” mengungsi Opa zaman muda dulu. Itu pasti menarik. Kau mau lantas kembali ke Hong Kong, bernostalgia menelusuri jalur dian. Percakapan lewat telepon itu berakhir satu-dua kalimat kemu­ bicara dengan Kadek lagi?” mengungsi Opa zaman muda dulu. Itu pasti menarik. Kau mau lantas kembali ke Hong Kong, bernostalgia menelusuri jalur telepon genggam di atas meja, kembali ber­ Aku meletakkan dian. Percakapan lewat itu berakhir satu-dua kalimat kemu­ bicara dengan Kadek lagi?” mengungsi Opa zaman muda dulu. Itu pasti menarik. Kau mau telepon genggam di atas meja, kembali ber­ Aku meletakkan dian. mengungsi Opa zaman muda dulu. Itu pasti menarik. Kau mau tidak sabaran ingin melihat kapal pesiar baru milikk Percakapan lewat itu berakhir satu-dua kalimat kemu­ bicara dengan Kadek lagi?” telepon genggam di atas meja, kembali ber­ Aku meletakkan dian. Percakapan lewat itu berakhir satu-dua kalimat kemu­ bicara dengan Kadek lagi?” mengungsi Opa zaman muda dulu. Itu pasti menarik. Kau mau telepon genggam di atas meja, kembali ber­ Aku meletakkan dian. Percakapan lewat itu berakhir satu-dua kalimat kemu­ bicara dengan Kadek lagi?” mengungsi Opa zaman muda dulu. Itu pasti menarik. Kau mau telepon genggam di atas meja, kembali ber­ Aku meletakkan dian. Percakapan lewat itu berakhir satu-dua kalimat kemu­ bicara dengan Kadek lagi?” mengungsi Opa zaman muda dulu. Itu pasti menarik. Kau mau posisi tidur. Ini kejutan yang menyenangkan. ingsut mengambil telepon genggam di atas meja, kembali ber­ Aku meletakkan dian. Percakapan lewat itu berakhir satu-dua kalimat kemu­ bicara dengan Kadek lagi?” posisi tidur. Ini kejutan yang menyenangkan. ingsut mengambil telepon genggam di atas meja, kembali ber­ Aku meletakkan dian. Percakapan lewat itu berakhir satu-dua kalimat kemu­ posisi tidur. Ini kejutan yang menyenangkan. ingsut mengambil kipun tidak untuk urusan nostalgia Opa. Menelusuri telepon genggam di atas meja, kembali ber­ Aku meletakkan dian. Percakapan lewat itu berakhir satu-dua kalimat kemu­ bicara dengan Kadek lagi?” posisi tidur. Ini kejutan yang menyenangkan. ingsut mengambil telepon genggam di atas meja, kembali ber­ Aku meletakkan dian. Percakapan lewat itu berakhir satu-dua kalimat kemu­ bicara dengan Kadek lagi?” posisi tidur. Ini kejutan yang menyenangkan. ingsut mengambil telepon genggam di atas meja, kembali ber­ Aku meletakkan dian. Percakapan lewat itu berakhir satu-dua kalimat kemu­ bicara dengan Kadek lagi?” Aku tidak sabaran ingin melihat kapal pesiar baru milikku— posisi tidur. Ini kejutan yang menyenangkan. ingsut mengambil telepon genggam di atas meja, kembali ber­ Aku meletakkan dian. itu berakhir satu-dua kalimat kemu­ Aku tidak sabaran ingin melihat kapal pesiar baru milikku— Percakapan lewat itu berakhir satu-dua kalimat kemu­ posisi tidur. Ini kejutan yang menyenangkan. ingsut mengambil telepon genggam di atas meja, kembali ber­ Aku meletakkan dian. Aku tidak sabaran ingin melihat kapal pesiar baru milikku— posisi tidur. Ini kejutan yang menyenangkan. ingsut mengambil telepon genggam di atas meja, kembali ber­ Aku meletakkan dian. Percakapan lewat telepon itu berakhir satu-dua kalimat kemu­ gungsi Opa puluhan tahun silam itu seharusnya dilewa Aku tidak sabaran ingin melihat kapal pesiar baru milikku— posisi tidur. Ini kejutan yang menyenangkan. ingsut mengambil telepon genggam di atas meja, kembali ber­ Aku meletakkan dian. Percakapan lewat itu berakhir satu-dua kalimat kemu­ Aku tidak sabaran ingin melihat kapal pesiar baru milikku— posisi tidur. Ini kejutan yang menyenangkan. ingsut mengambil telepon genggam di atas meja, kembali ber­ Aku meletakkan dian. Percakapan lewat itu berakhir satu-dua kalimat kemu­ meskipun tidak untuk urusan nostalgia Opa. Menelusuri jalur Aku tidak sabaran ingin melihat kapal pesiar baru milikku— posisi tidur. Ini kejutan yang menyenangkan. ingsut mengambil telepon genggam di atas meja, kembali ber­ Aku meletakkan dian. meskipun tidak untuk urusan nostalgia Opa. Menelusuri jalur Aku tidak sabaran ingin melihat kapal pesiar baru milikku— posisi tidur. Ini kejutan yang menyenangkan. ingsut mengambil telepon genggam di atas meja, kembali ber­ Aku meletakkan meskipun tidak untuk urusan nostalgia Opa. Menelusuri jalur Aku tidak sabaran ingin melihat kapal pesiar baru milikku— posisi tidur. Ini kejutan yang menyenangkan. ingsut mengambil telepon genggam di atas meja, kembali ber­ Aku meletakkan dian. meskipun tidak untuk urusan nostalgia Opa. Menelusuri jalur Aku tidak sabaran ingin melihat kapal pesiar baru milikku— posisi tidur. Ini kejutan yang menyenangkan. ingsut mengambil telepon genggam di atas meja, kembali ber­ Aku meletakkan dian. Tetapi Opa akan marah-marah dan sepanjang min meskipun tidak untuk urusan nostalgia Opa. Menelusuri jalur Aku tidak sabaran ingin melihat kapal pesiar baru milikku— posisi tidur. Ini kejutan yang menyenangkan. ingsut mengambil telepon genggam di atas meja, kembali ber­ Aku meletakkan dian. mengungsi Opa puluhan tahun silam itu seharusnya dilewatkan meskipun tidak untuk urusan nostalgia Opa. Menelusuri jalur Aku tidak sabaran ingin melihat kapal pesiar baru milikku— posisi tidur. Ini kejutan yang menyenangkan. ingsut mengambil genggam di atas meja, kembali ber­ mengungsi Opa puluhan tahun silam itu seharusnya dilewatkan telepon genggam di atas meja, kembali ber­ Aku meletakkan meskipun tidak untuk urusan nostalgia Opa. Menelusuri jalur Aku tidak sabaran ingin melihat kapal pesiar baru milikku— posisi tidur. Ini kejutan yang menyenangkan. ingsut mengambil mengungsi Opa puluhan tahun silam itu seharusnya dilewatkan Aku tidak sabaran ingin melihat kapal pesiar baru milikku— meskipun tidak untuk urusan nostalgia Opa. Menelusuri jalur posisi tidur. Ini kejutan yang menyenangkan. ingsut mengambil telepon genggam di atas meja, kembali ber­ Aku meletakkan mengungsi Opa puluhan tahun silam itu seharusnya dilewatkan meskipun tidak untuk urusan nostalgia Opa. Menelusuri jalur Aku tidak sabaran ingin melihat kapal pesiar baru milikku— posisi tidur. Ini kejutan yang menyenangkan. ingsut mengambil telepon genggam di atas meja, kembali ber­ Aku meletakkan mengungsi Opa puluhan tahun silam itu seharusnya dilewatkan meskipun tidak untuk urusan nostalgia Opa. Menelusuri jalur Aku tidak sabaran ingin melihat kapal pesiar baru milikku— posisi tidur. Ini kejutan yang menyenangkan. ingsut mengambil telepon genggam di atas meja, kembali ber­ Aku meletakkan d-nya akan rusak kalau aku menolaknya. Dia selalu ban saja. Tetapi Opa akan marah-marah sepanjang minggu mengungsi Opa puluhan tahun silam itu seharusnya dilewatkan meskipun tidak untuk urusan nostalgia Opa. Menelusuri jalur Aku tidak sabaran ingin melihat kapal pesiar baru milikku— tidur. Ini kejutan yang menyenangkan. saja. Tetapi Opa akan marah-marah dan sepanjang minggu posisi tidur. Ini kejutan yang menyenangkan. ingsut mengambil mengungsi Opa puluhan tahun silam itudan seharusnya dilewatkan meskipun tidak untuk urusan nostalgia Opa. Menelusuri jalur Aku tidak sabaran ingin melihat kapal pesiar baru milikku— saja. Tetapi Opa akan marah-marah dan sepanjang minggu meskipun tidak untuk urusan nostalgia Opa. Menelusuri jalur mengungsi Opa puluhan tahun silam itu seharusnya dilewatkan Aku tidak sabaran ingin melihat kapal pesiar baru milikku— posisi tidur. Ini kejutan yang menyenangkan. ingsut mengambil saja. Tetapi Opa akan marah-marah dan sepanjang minggu mengungsi Opa puluhan tahun silam itu seharusnya dilewatkan meskipun tidak untuk urusan nostalgia Opa. Menelusuri jalur Aku tidak sabaran ingin melihat kapal pesiar baru milikku— posisi tidur. Ini kejutan yang menyenangkan. ingsut mengambil saja. Tetapi Opa akan marah-marah dan sepanjang minggu mengungsi Opa puluhan tahun silam itu seharusnya dilewatkan meskipun tidak untuk urusan nostalgia Opa. Menelusuri jalur Aku tidak sabaran ingin melihat kapal pesiar baru milikku— posisi tidur. Ini kejutan yang menyenangkan. ingsut mengambil mood-nya akan rusak kalau aku menolaknya. Dia selalu bangga saja. Tetapi Opa akan marah-marah dan sepanjang minggu mengungsi Opa puluhan tahun silam itu seharusnya dilewatkan meskipun tidak untuk urusan nostalgia Opa. Menelusuri jalur melihat kapal pesiar baru milikku— ceritakan bagian hidupnya tersebut, meski itu cerita Aku tidak sabaran ingin melihat kapal pesiar baru milikku— mood-nya akan rusak kalau aku menolaknya. Dia selalu bangga saja. Tetapi Opa akan marah-marah sepanjang minggu mengungsi Opa puluhan tahun silam itudan seharusnya dilewatkan meskipun tidak untuk urusan Opa. Menelusuri jalur mengungsi Opa puluhan tahun silam itu seharusnya dilewatkan mood-nya akan rusak kalau akunostalgia menolaknya. Dia selalu bangga saja. Tetapi Opa akan marah-marah dan sepanjang minggu meskipun tidak untuk urusan nostalgia Opa. Menelusuri jalur Aku tidak sabaran ingin melihat kapal pesiar baru milikku— mood-nya akan rusak kalau aku menolaknya. Dia selalu bangga saja. Tetapi Opa akan marah-marah dan sepanjang minggu mengungsi Opa puluhan tahun silam itu seharusnya dilewatkan meskipun tidak untuk urusan nostalgia Opa. Menelusuri jalur Aku tidak sabaran ingin melihat kapal pesiar baru milikku— mood-nya akan rusak kalau aku menolaknya. Dia selalu bangga saja. Tetapi Opa akan marah-marah dan sepanjang minggu mengungsi Opa puluhan tahun silam itu seharusnya dilewatkan meskipun tidak untuk urusan nostalgia Opa. Menelusuri jalur Aku tidak sabaran ingin melihat kapal pesiar baru milikku— menceritakan bagian hidupnya tersebut, meski itu cerita yang mood-nya akan rusak kalau aku menolaknya. Dia selalu bangga saja. Tetapi Opa akan marah-marah dan sepanjang minggu mengungsi Opa puluhan tahun silam itu seharusnya dilewatkan urusan nostalgia Opa. Menelusuri jalur meskipun tidak untuk urusan nostalgia Opa. Menelusuri jalur menceritakan bagian hidupnya tersebut, meski itu cerita yang mood-nya akan rusak kalau aku menolaknya. Dia selalu bangga saja. Tetapi Opa akan marah-marah dan sepanjang minggu mengungsi Opa puluhan tahun silam itu seharusnya dilewatkan ribu kalinya, persis seperti kaset tua yang diputar berul saja. Tetapi Opa akan marah-marah dan sepanjang minggu menceritakan bagian hidupnya tersebut, meski itu cerita yang mood-nya akan rusak kalau aku menolaknya. Dia selalu bangga mengungsi Opa puluhan tahun silam itu seharusnya dilewatkan meskipun tidak untuk urusan nostalgia Opa. Menelusuri jalur menceritakan bagian hidupnya tersebut, meski itu cerita yang mood-nya akan rusak kalau aku menolaknya. Dia selalu bangga saja. Tetapi Opa akan marah-marah dan sepanjang minggu mengungsi Opa puluhan tahun silam itu seharusnya dilewatkan meskipun tidak untuk urusan nostalgia Opa. Menelusuri jalur menceritakan bagian hidupnya tersebut, meski itu cerita yang mood-nya akan rusak kalau aku menolaknya. Dia selalu bangga saja. Tetapi Opa akan marah-marah dan sepanjang minggu mengungsi Opa puluhan tahun silam itu seharusnya dilewatkan meskipun tidak untuk urusan nostalgia Opa. Menelusuri jalur keseribu kalinya, persis seperti kaset tua yang diputar berulangmenceritakan bagian hidupnya tersebut, meski itu cerita yang mood-nya akan rusak kalau aku menolaknya. Dia selalu bangga saja. Tetapi Opa akan marah-marah dan sepanjang minggu tahun silam itudan seharusnya dilewatkan Opa puluhan tahun silam itu seharusnya dilewatkan keseribu kalinya, persis seperti tua yang diputar berulangmenceritakan bagian hidupnya tersebut, meski itu cerita yang mood-nya akan rusak kalau akukaset menolaknya. Dia selalu bangga saja. Tetapi Opa akan marah-marah sepanjang minggu mood-nya akan rusak kalau aku menolaknya. Dia selalu bangga keseribu kalinya, persis seperti kaset tua yang diputar berulangmenceritakan bagian hidupnya tersebut, meski itu cerita yang saja. Tetapi Opa akan marah-marah dan sepanjang minggu g.mengungsi Tidak bosan-bosannya. mengungsi Opa puluhan tahun silam itu seharusnya dilewatkan keseribu kalinya, persis seperti kaset tua yang diputar berulangmenceritakan bagian hidupnya tersebut, meski itu cerita yang mood-nya akan rusak kalau aku menolaknya. Dia selalu bangga saja. Tetapi Opa akan marah-marah dan sepanjang minggu mengungsi Opa puluhan tahun silam itu seharusnya dilewatkan keseribu kalinya, persis seperti kaset tua yang diputar berulangmenceritakan bagian hidupnya tersebut, meski itu cerita yang mood-nya akan rusak kalau aku menolaknya. Dia selalu bangga saja. Tetapi Opa akan marah-marah dan sepanjang minggu mengungsi Opa puluhan tahun silam itu seharusnya dilewatkan ulang. Tidak bosan-bosannya. keseribu kalinya, persis seperti kaset tua yang diputar berulangmenceritakan bagian hidupnya tersebut, meski itu cerita yang mood-nya akan rusak kalau aku menolaknya. Dia bangga marah-marah dan sepanjang minggu saja. Tetapi Opa akan marah-marah dan sepanjang minggu ulang. Tidak bosan-bosannya. keseribu kalinya, persis seperti kaset tua yang diputar berulanghidupnya tersebut, meski ituselalu cerita yang mood-nya akan rusak kalau aku menolaknya. Dia selalu bangga menceritakan bagian hidupnya tersebut, meski itu cerita yang ulang. Tidak bosan-bosannya. keseribu kalinya, persis seperti kaset tua yang diputar berulangmood-nya akan rusak kalau aku menolaknya. Dia selalu bangga saja. Tetapi Opa akan marah-marah dan sepanjang minggu ulang. Tidak bosan-bosannya. keseribu kalinya, persis seperti kaset tua yang diputar berulangmenceritakan bagian hidupnya tersebut, meski itu cerita yang mood-nya akan rusak kalau aku menolaknya. Dia selalu bangga Aku menarik selimut, baiklah saatnya kembali tidur seje saja. Tetapi Opa akan marah-marah sepanjang minggu ulang. Tidak bosan-bosannya. keseribu kalinya, persis seperti tua yang diputar berulangmenceritakan bagian hidupnya tersebut, meski itu cerita yang mood-nya akan rusak kalau aku menolaknya. Dia selalu bangga saja. Tetapi Opa akan marah-marah dan sepanjang minggu Aku menarik selimut, baiklah saatnya kembali tidur sejenak. ulang. Tidak bosan-bosannya. keseribu kalinya, persis seperti kaset tuadan yang diputar berulangmenceritakan bagian hidupnya tersebut, meski itu cerita yang mood-nya akan rusak kalau akukaset menolaknya. Dia selalu bangga mood-nya akan rusak kalau akukaset menolaknya. Dia selalu bangga Aku menarik selimut, baiklah saatnya kembali tidur sejenak. ulang. Tidak bosan-bosannya. seperti kaset tua yang yang diputar berulangmenceritakan bagian hidupnya tersebut, meski itu cerita yang keseribu kalinya, persis seperti tua diputar berulangAku menarik selimut, baiklah saatnya kembali tidur sejenak. ulang. Tidak bosan-bosannya. menceritakan bagian hidupnya tersebut, meski itu cerita yang mood-nya akan rusak kalau aku menolaknya. Dia selalu bangga Aku menarik selimut, baiklah saatnya kembali tidur sejenak. ulang. Tidak bosan-bosannya. keseribu kalinya, persis seperti kaset tua yang diputar berulangmenceritakan bagian hidupnya tersebut, meski itu cerita yang mood-nya akan rusak kalau aku menolaknya. Dia selalu bangga Aku menarik selimut, baiklah saatnya kembali tidur sejenak. ulang. Tidak bosan-bosannya. keseribu kalinya, persis seperti kaset tua yang diputar berulangmenceritakan bagian hidupnya tersebut, meski itu cerita yang mood-nya akan rusak kalau aku menolaknya. Dia selalu bangga Aku menarik selimut, baiklah saatnya kembali tidur sejenak. ulang. Tidak bosan-bosannya. keseribu kalinya, persis seperti kaset tua yang diputar berulanghidupnya tersebut, meski itu cerita yang menceritakan bagian hidupnya tersebut, meski itu cerita yang Aku menarik selimut, baiklah saatnya kembali tidur sejenak. ulang. Tidak bosan-bosannya. keseribu kalinya, persis seperti kaset tua yang diputar berulangbosan-bosannya. Aku menarik selimut, baiklah saatnya kembali tidur sejenak. keseribu kalinya, persis seperti kaset tua yang diputar berulangmenceritakan bagian hidupnya tersebut, meski itu cerita yang Aku menarik selimut, baiklah saatnya kembali tidur sejenak. ulang. Tidak bosan-bosannya. keseribu kalinya, persis seperti kaset tua yang diputar berulangmenceritakan bagian hidupnya tersebut, meski itu cerita yang Aku menarik selimut, baiklah saatnya kembali tidur sejenak. ulang. Tidak bosan-bosannya. keseribu kalinya, persis seperti kaset tua yang diputar berulangmenceritakan bagian hidupnya tersebut, meski itu cerita yang Aku menarik selimut, baiklah saatnya kembali tidur sejenak. *** ulang. Tidak bosan-bosannya. keseribu kalinya, persis seperti kaset tua yang diputar berulangseperti kaset tua yang diputar berulang*** baiklah saatnya kembali tidur sejenak. ulang. Tidak bosan-bosannya. Aku menarik selimut, baiklah saatnya kembali tidur sejenak. *** ulang. Tidak bosan-bosannya. keseribu kalinya, persis seperti kaset tua yang diputar berulang*** Aku menarik selimut, baiklah saatnya kembali tidur sejenak. ulang. Tidak bosan-bosannya. keseribu kalinya, persis seperti kaset tua yang diputar berulang*** Aku menarik selimut, baiklah saatnya kembali tidur sejenak. ulang. Tidak bosan-bosannya. keseribu kalinya, persis seperti kaset tua yang diputar berulang*** Aku menarik selimut, baiklah saatnya kembali bosan-bosannya. ulang. Tidak bosan-bosannya. *** Aku menarik selimut, baiklah kembali tidur tidur sejenak. sejenak. *** Aku menarik selimut, saatnya ulang. bosan-bosannya. ***saatnya AkuTidak menarik selimut, baiklah baiklah saatnya kembali kembali tidur tidur sejenak. sejenak. ulang. Tidak bosan-bosannya.



Pelabuhan yacht Makau. kemudi kapal baru, mencoba alat navigasi mutakhirnya, mungkin Aku sudah membayangkan perjalanan santai yang mengasyik­ sekaligus bermanuver sebentar di pelabuhan, memeriksa setiap kan bersama Opa dan Kadek, menuju Hong Kong. Mencoba Pelabuhan yacht Makau. kemudi kapal baru, mencoba alat navigasi mutakhirnya, mungkin Aku sudah membayangkan perjalanan santai yang mengasyik­ sekaligus bermanuver sebentar di pelabuhan, memeriksa setiap kan bersama Opa dan Kadek, menuju Hong Kong. Mencoba jengkal kapal, semua kabinnya, dapur, dan ruangan khusus yang Pelabuhan yacht Makau. kemudi kapal baru, mencoba alat navigasi mutakhirnya, mungkin Aku sudah membayangkan perjalanan santai yang mengasyik­ sekaligus bermanuver sebentar di pelabuhan, memeriksa setiap kan bersama Opa dan Kadek, menuju Hong Kong. Mencoba jengkal kapal, semua kabinnya, dapur, dan ruangan khusus yang Pelabuhan yacht Makau. kemudi kapal baru, mencoba alat navigasi mutakhirnya, mungkin Aku sudah membayangkan perjalanan santai yang mengasyik­ sekaligus bermanuver sebentar di pelabuhan, memeriksa setiap kan bersama Opa dan Kadek, menuju Hong Kong. Mencoba jengkal kapal, semua kabinnya, dapur, dan ruangan khusus yang Pelabuhan yacht Makau. kemudi kapal baru, mencoba alat navigasi mutakhirnya, mungkin Aku sudah membayangkan perjalanan santai yang mengasyik­ sekaligus bermanuver sebentar di pelabuhan, memeriksa setiap kan bersama Opa dan Kadek, menuju Hong Kong. Mencoba jengkal kapal, semua kabinnya, dapur, dan ruangan khusus yang Pelabuhan yacht Makau. kemudi kapal baru, mencoba alat navigasi mutakhirnya, mungkin Aku sudah membayangkan perjalanan santai yang mengasyik­ sekaligus bermanuver sebentar di pelabuhan, memeriksa setiap kan bersama Opa dan Kadek, menuju Hong Kong. Mencoba jengkal kapal, semua kabinnya, dapur, dan ruangan khusus yang Pelabuhan yacht Makau. kemudi kapal baru, mencoba alat navigasi mutakhirnya, mungkin aku pesan pada teknisi galangan kapal tersebut. Tapi ternyata, Aku sudah membayangkan perjalanan santai yang mengasyik­ sekaligus bermanuver sebentar di pelabuhan, memeriksa setiap kan bersama Opa dan Kadek, menuju Hong Kong. Mencoba jengkal kapal, semua kabinnya, dapur, dan ruangan khusus yang Pelabuhan yacht Makau. kemudi kapal baru, mencoba alat navigasi mutakhirnya, mungkin aku pesan pada teknisi galangan kapal tersebut. Tapi ternyata, Aku sudah membayangkan perjalanan santai yang mengasyik­ sekaligus bermanuver sebentar di pelabuhan, memeriksa setiap kan bersama Opa dan Kadek, menuju Hong Kong. Mencoba jengkal kapal, semua kabinnya, dapur, dan ruangan khusus yang kemudi kapal baru, mencoba alat navigasi mutakhirnya, mungkin aku pesan pada teknisi galangan kapal tersebut. Tapi ternyata, Aku sudah membayangkan perjalanan santai yang mengasyik­ sekaligus bermanuver sebentar di pelabuhan, memeriksa setiap kan bersama Opa dan Kadek, menuju Hong Kong. Mencoba jengkal kapal, semua kabinnya, dapur, dan ruangan khusus yang kemudi kapal baru, mencoba alat navigasi mutakhirnya, mungkin aku pesan pada teknisi galangan kapal tersebut. Tapi ternyata, Aku sudah membayangkan perjalanan santai yang mengasyik­ sekaligus bermanuver sebentar di pelabuhan, memeriksa setiap kan bersama Opa dan Kadek, menuju Hong Kong. Mencoba jengkal kapal, semua kabinnya, dapur, dan ruangan khusus yang kemudi kapal baru, mencoba alat navigasi mutakhirnya, mungkin aku pesan pada teknisi galangan kapal tersebut. Tapi ternyata, Aku sudah membayangkan perjalanan santai yang mengasyik­ sekaligus bermanuver sebentar di pelabuhan, memeriksa setiap sepagi ini, jauh di negeri orang, kesibukan terus saja menguntit­ kan bersama Opa dan Kadek, menuju Hong Kong. Mencoba jengkal kapal, semua kabinnya, dapur, dan ruangan khusus yang kemudi kapal baru, mencoba alat navigasi mutakhirnya, mungkin aku pesan pada teknisi galangan kapal tersebut. Tapi ternyata, Aku sudah membayangkan perjalanan santai yang mengasyik­ sekaligus bermanuver sebentar di pelabuhan, memeriksa setiap sepagi ini, jauh di negeri orang, kesibukan terus saja menguntit­ kan bersama Opa dan Kadek, menuju Hong Kong. Mencoba jengkal kapal, semua kabinnya, dapur, dan ruangan khusus yang kemudi kapal baru, mencoba alat navigasi mutakhirnya, mungkin aku pesan pada teknisi galangan kapal tersebut. Tapi ternyata, sekaligus bermanuver sebentar di pelabuhan, memeriksa setiap sepagi ini, jauh di negeri orang, kesibukan terus saja menguntit­ kan bersama Opa dan Kadek, menuju Hong Kong. Mencoba jengkal kapal, semua kabinnya, dapur, dan ruangan khusus yang kemudi kapal baru, mencoba alat navigasi mutakhirnya, mungkin aku pesan pada teknisi galangan kapal tersebut. Tapi ternyata, sekaligus bermanuver sebentar di pelabuhan, memeriksa setiap sepagi ini, jauh di negeri orang, kesibukan terus saja menguntit­ kan bersama Opa dan Kadek, menuju Hong Kong. Mencoba jengkal kapal, semua kabinnya, dapur, dan ruangan khusus yang kemudi kapal baru, mencoba alat navigasi mutakhirnya, mungkin aku pesan pada teknisi galangan kapal tersebut. Tapi ternyata, sekaligus bermanuver sebentar di pelabuhan, memeriksa setiap sepagi ini, jauh di negeri orang, kesibukan terus saja menguntit­ kan bersama Opa dan Kadek, menuju Hong Kong. Mencoba jengkal kapal, semua kabinnya, dapur, dan ruangan khusus yang ku. kemudi kapal baru, mencoba alat navigasi mutakhirnya, mungkin aku pesan pada teknisi galangan kapal tersebut. Tapi ternyata, sekaligus bermanuver sebentar di pelabuhan, memeriksa setiap sepagi ini, jauh di negeri orang, kesibukan terus saja menguntit­ kan bersama Opa dan Kadek, menuju Hong Kong. Mencoba jengkal kapal, semua kabinnya, dapur, dan ruangan khusus yang ku. kemudi kapal baru, mencoba alat navigasi mutakhirnya, mungkin aku pesan pada teknisi galangan kapal tersebut. Tapi ternyata, sekaligus bermanuver sebentar di pelabuhan, memeriksa setiap sepagi ini, jauh di negeri orang, kesibukan terus saja menguntit­ jengkal kapal, semua kabinnya, dapur, dan ruangan khusus yang ku. kemudi kapal baru, mencoba alat navigasi mutakhirnya, mungkin aku pesan pada teknisi galangan kapal tersebut. Tapi ternyata, sekaligus bermanuver sebentar di pelabuhan, memeriksa setiap sepagi ini, jauh di negeri orang, kesibukan terus saja menguntit­ jengkal kapal, semua kabinnya, dapur, dan ruangan khusus yang ku. kemudi kapal baru, mencoba alat navigasi mutakhirnya, mungkin aku pesan pada teknisi galangan kapal tersebut. Tapi ternyata, sekaligus bermanuver sebentar di pelabuhan, memeriksa setiap sepagi ini, jauh di negeri orang, kesibukan terus saja menguntit­ jengkal kapal, semua kabinnya, dapur, dan ruangan khusus yang ku. kemudi kapal baru, mencoba alat navigasi mutakhirnya, mungkin aku pesan pada teknisi galangan kapal tersebut. Tapi ternyata, pagi sekali, tanpa bantuan beker, meneriaki Theo Aku bangun sekaligus bermanuver sebentar di pelabuhan, memeriksa setiap sepagi ini, jauh di negeri orang, kesibukan terus saja menguntit­ jengkal kapal, semua kabinnya, dapur, dan ruangan khusus yang ku. kemudi kapal baru, mencoba alat navigasi mutakhirnya, mungkin aku pesan pada teknisi galangan kapal tersebut. Tapi ternyata, pagi sekali, tanpa bantuan beker, meneriaki Theo Aku bangun sekaligus bermanuver sebentar di pelabuhan, memeriksa setiap sepagi ini, jauh di negeri orang, kesibukan terus saja menguntit­ jengkal kapal, semua kabinnya, dapur, dan ruangan khusus yang ku. aku pesan pada teknisi galangan kapal tersebut. Tapi ternyata, pagi sekali, tanpa bantuan beker, meneriaki Theo Aku bangun sekaligus bermanuver sebentar di pelabuhan, memeriksa setiap sepagi ini, jauh di negeri orang, kesibukan terus saja menguntit­ jengkal kapal, semua kabinnya, dapur, dan ruangan khusus yang ku. aku pesan pada teknisi galangan kapal tersebut. Tapi ternyata, pagi sekali, tanpa bantuan beker, meneriaki Theo Aku bangun sekaligus bermanuver sebentar di pelabuhan, memeriksa setiap sepagi ini, jauh di negeri orang, kesibukan terus saja menguntit­ jengkal kapal, semua kabinnya, dapur, dan ruangan khusus yang ku. aku pesan pada teknisi galangan kapal tersebut. Tapi ternyata, pagi sekali, tanpa bantuan beker, meneriaki Theo Aku bangun sekaligus bermanuver sebentar di pelabuhan, memeriksa setiap sepagi ini, jauh di negeri orang, kesibukan terus saja menguntit­ di kamar berbeda, yang masih tertidur, bilang segera berangkat. jengkal kapal, semua kabinnya, dapur, dan ruangan khusus yang ku. aku pesan pada teknisi galangan kapal tersebut. Tapi ternyata, pagi sekali, tanpa bantuan beker, meneriaki Theo Aku bangun sekaligus bermanuver sebentar di pelabuhan, memeriksa setiap sepagi ini, jauh di negeri orang, kesibukan terus saja menguntit­ di kamar berbeda, yang masih tertidur, bilang segera berangkat. jengkal kapal, semua kabinnya, dapur, dan ruangan khusus yang ku. aku pesan pada teknisi galangan kapal tersebut. Tapi ternyata, pagi sekali, tanpa bantuan beker, meneriaki Theo Aku bangun sepagi ini, jauh di negeri orang, kesibukan terus saja menguntit­ di kamar berbeda, yang masih tertidur, bilang segera berangkat. jengkal kapal, semua kabinnya, dapur, dan ruangan khusus yang ku. aku pesan pada teknisi galangan kapal tersebut. Tapi ternyata, pagi sekali, tanpa bantuan beker, meneriaki Theo Aku bangun sepagi ini, jauh di negeri orang, kesibukan terus saja menguntit­ di kamar berbeda, yang masih tertidur, bilang segera berangkat. jengkal kapal, semua kabinnya, dapur, dan ruangan khusus yang ku. aku pesan pada teknisi galangan kapal tersebut. Tapi ternyata, pagi sekali, tanpa bantuan beker, meneriaki Theo Aku bangun sepagi ini, jauh di negeri orang, kesibukan terus saja menguntit­ di kamar berbeda, yang masih tertidur, bilang segera berangkat. jengkal kapal, semua kabinnya, dapur, dan ruangan khusus yang ku. Theo hanya bergumam tidak jelas. Aku menumpang taksi dari aku pesan pada teknisi galangan kapal tersebut. Tapi ternyata, pagi sekali, tanpa bantuan beker, meneriaki Theo Aku bangun sepagi ini, jauh di negeri orang, kesibukan terus saja menguntit­ di kamar berbeda, yang masih tertidur, bilang segera berangkat. jengkal kapal, semua kabinnya, dapur, dan ruangan khusus yang ku. Theo hanya bergumam tidak jelas. Aku menumpang taksi dari aku pesan pada teknisi galangan kapal tersebut. Tapi ternyata, pagi sekali, tanpa bantuan beker, meneriaki Theo Aku bangun sepagi ini, jauh di negeri orang, kesibukan terus saja menguntit­ di kamar berbeda, yang masih tertidur, bilang segera berangkat. ku. Theo hanya bergumam tidak jelas. Aku menumpang taksi dari aku pesan pada teknisi galangan kapal tersebut. Tapi ternyata, pagi sekali, tanpa bantuan beker, meneriaki Theo Aku bangun sepagi ini, jauh di negeri orang, kesibukan terus saja menguntit­ di kamar berbeda, yang masih tertidur, bilang segera berangkat. ku. Theo hanya bergumam tidak jelas. Aku menumpang taksi dari aku pesan pada teknisi galangan kapal tersebut. Tapi ternyata, pagi sekali, tanpa bantuan beker, meneriaki Theo Aku bangun sepagi ini, jauh di negeri orang, kesibukan terus saja menguntit­ di kamar berbeda, yang masih tertidur, bilang segera berangkat. ku. Theo hanya bergumam tidak jelas. Aku menumpang taksi dari aku pesan pada teknisi galangan kapal tersebut. Tapi ternyata, pagi sekali, tanpa bantuan beker, meneriaki Theo Aku bangun lobi hotel, menuju pelabuhan. Petugas loket imigrasi tidak ba­ sepagi ini, jauh di negeri orang, kesibukan terus saja menguntit­ di kamar berbeda, yang masih tertidur, bilang segera berangkat. ku. Theo hanya bergumam tidak jelas. Aku menumpang taksi dari aku pesan pada teknisi galangan kapal tersebut. Tapi ternyata, pagi sekali, tanpa bantuan beker, meneriaki Theo Aku bangun lobi hotel, menuju pelabuhan. Petugas loket imigrasi tidak ba­ sepagi ini, jauh di negeri orang, kesibukan terus saja menguntit­ di kamar berbeda, yang masih tertidur, bilang segera berangkat. ku. Theo hanya bergumam tidak jelas. Aku menumpang taksi dari pagi sekali, tanpa bantuan beker, meneriaki Theo Aku bangun lobi hotel, menuju pelabuhan. Petugas loket imigrasi tidak ba­ sepagi ini, jauh di negeri orang, kesibukan terus saja menguntit­ di kamar berbeda, yang masih tertidur, bilang segera berangkat. ku. Theo hanya bergumam tidak jelas. Aku menumpang taksi dari pagi sekali, tanpa bantuan beker, meneriaki Theo Aku bangun lobi hotel, menuju pelabuhan. Petugas loket imigrasi tidak ba­ sepagi ini, jauh di negeri orang, kesibukan terus saja menguntit­ di kamar berbeda, yang masih tertidur, bilang segera berangkat. ku. Theo hanya bergumam tidak jelas. Aku menumpang taksi dari pagi sekali, tanpa bantuan beker, meneriaki Theo Aku bangun lobi hotel, menuju pelabuhan. Petugas loket imigrasi tidak ba­ sepagi ini, jauh di negeri orang, kesibukan terus saja menguntit­ di kamar berbeda, yang masih tertidur, bilang segera berangkat. menstempel pasporku, dan bilang semoga segera nyak tanya, ku. Theo hanya bergumam tidak jelas. Aku menumpang taksi dari pagi sekali, tanpa bantuan beker, meneriaki Theo Aku bangun lobi hotel, menuju pelabuhan. Petugas loket imigrasi tidak ba­ sepagi ini, jauh di negeri orang, kesibukan terus saja menguntit­ di kamar berbeda, yang masih tertidur, bilang segera berangkat. menstempel pasporku, dan bilang semoga segera nyak tanya, ku. Theo hanya bergumam tidak jelas. Aku menumpang taksi dari pagi sekali, tanpa bantuan beker, meneriaki Theo Aku bangun lobi hotel, menuju pelabuhan. Petugas loket imigrasi tidak ba­ di kamar berbeda, yang masih tertidur, bilang segera berangkat. menstempel pasporku, dan bilang semoga segera nyak tanya, ku. Theo hanya bergumam tidak jelas. Aku menumpang taksi dari pagi sekali, tanpa bantuan beker, meneriaki Theo Aku bangun lobi hotel, menuju pelabuhan. Petugas loket imigrasi tidak ba­ di kamar berbeda, yang masih tertidur, bilang segera berangkat. menstempel pasporku, dan bilang semoga segera nyak tanya, ku. Theo hanya bergumam tidak jelas. Aku menumpang taksi dari pagi sekali, tanpa bantuan beker, meneriaki Theo Aku bangun lobi hotel, menuju pelabuhan. Petugas loket imigrasi tidak ba­ di kamar berbeda, yang masih tertidur, bilang segera berangkat. menstempel pasporku, dan bilang semoga segera nyak tanya, ku. Theo hanya bergumam tidak jelas. Aku menumpang taksi dari kembali ke Makau. Aku berlari-lari kecil melintasi petugas pa­ pagi sekali, tanpa bantuan beker, meneriaki Theo Aku bangun lobi hotel, menuju pelabuhan. Petugas loket imigrasi tidak ba­ di kamar berbeda, yang masih tertidur, bilang segera berangkat. menstempel pasporku, dan bilang semoga segera nyak tanya, ku. Theo hanya bergumam tidak jelas. Aku menumpang taksi dari kembali ke Makau. Aku berlari-lari kecil melintasi petugas pa­ pagi sekali, tanpa bantuan beker, meneriaki Theo Aku bangun lobi hotel, menuju pelabuhan. Petugas loket imigrasi tidak ba­ di kamar berbeda, yang masih tertidur, bilang segera berangkat. menstempel pasporku, dan bilang semoga segera nyak tanya, Theo hanya bergumam tidak jelas. Aku menumpang taksi dari kembali ke Makau. Aku berlari-lari kecil melintasi petugas pa­ pagi sekali, tanpa bantuan beker, meneriaki Theo Aku bangun lobi hotel, menuju pelabuhan. Petugas loket imigrasi tidak ba­ di kamar berbeda, yang masih tertidur, bilang segera berangkat. menstempel pasporku, dan bilang semoga segera nyak tanya, Theo hanya bergumam tidak jelas. Aku menumpang taksi dari kembali ke Makau. Aku berlari-lari kecil melintasi petugas pa­ pagi sekali, tanpa bantuan beker, meneriaki Theo Aku bangun lobi hotel, menuju pelabuhan. Petugas loket imigrasi tidak ba­ di kamar berbeda, yang masih tertidur, bilang segera berangkat. menstempel pasporku, dan bilang semoga segera nyak tanya, Theo hanya bergumam tidak jelas. Aku menumpang taksi dari kembali ke Makau. Aku berlari-lari kecil melintasi petugas pa­ pagi sekali, tanpa bantuan beker, meneriaki Theo Aku bangun lobi hotel, menuju pelabuhan. Petugas loket imigrasi tidak ba­ bean pelabuhan yang memeriksa kargo kapal secara acak. Kapal di kamar berbeda, yang masih tertidur, bilang segera berangkat. menstempel pasporku, dan bilang semoga segera nyak tanya, Theo hanya bergumam tidak jelas. Aku menumpang taksi dari kembali ke Makau. Aku berlari-lari kecil melintasi petugas pa­ pagi sekali, tanpa bantuan beker, meneriaki Theo Aku bangun lobi hotel, menuju pelabuhan. Petugas loket imigrasi tidak ba­ bean pelabuhan yang memeriksa kargo kapal secara acak. Kapal di kamar berbeda, yang masih tertidur, bilang segera berangkat. menstempel pasporku, dan bilang semoga segera nyak tanya, Theo hanya bergumam tidak jelas. Aku menumpang taksi dari kembali ke Makau. Aku berlari-lari kecil melintasi petugas pa­ lobi hotel, menuju pelabuhan. Petugas loket imigrasi tidak ba­ bean pelabuhan yang memeriksa kargo kapal secara acak. Kapal di kamar berbeda, yang masih tertidur, bilang segera berangkat. menstempel pasporku, dan bilang semoga segera nyak tanya, Theo hanya bergumam tidak jelas. Aku menumpang taksi dari kembali ke Makau. Aku berlari-lari kecil melintasi petugas pa­ lobi hotel, menuju pelabuhan. Petugas loket imigrasi tidak ba­ bean pelabuhan yang memeriksa kargo kapal secara acak. Kapal di kamar berbeda, yang masih tertidur, bilang segera berangkat. menstempel pasporku, dan bilang semoga segera nyak tanya, Theo hanya bergumam tidak jelas. Aku menumpang taksi dari kembali ke Makau. Aku berlari-lari kecil melintasi petugas pa­ lobi hotel, menuju pelabuhan. Petugas loket imigrasi tidak ba­ bean pelabuhan yang memeriksa kargo kapal secara acak. Kapal di kamar berbeda, yang masih tertidur, bilang segera berangkat. menstempel pasporku, dan bilang semoga segera nyak tanya, pesiar itu terlihat dari kejauhan, merapat anggun di ujung der­ Theo hanya bergumam tidak jelas. Aku menumpang taksi dari kembali ke Makau. Aku berlari-lari kecil melintasi petugas pa­ lobi hotel, menuju pelabuhan. Petugas loket imigrasi tidak ba­ bean pelabuhan yang memeriksa kargo kapal secara acak. Kapal di kamar berbeda, yang masih tertidur, bilang segera berangkat. menstempel pasporku, dan bilang semoga segera nyak tanya, pesiar itu terlihat dari kejauhan, merapat anggun di ujung der­ Theo hanya bergumam tidak jelas. Aku menumpang taksi dari kembali ke Makau. Aku berlari-lari kecil melintasi petugas pa­ lobi hotel, menuju pelabuhan. Petugas loket imigrasi tidak ba­ bean pelabuhan yang memeriksa kargo kapal secara acak. Kapal menstempel pasporku, dan bilang semoga segera nyak tanya, pesiar itu terlihat dari kejauhan, merapat anggun di ujung der­ Theo hanya bergumam tidak jelas. Aku menumpang taksi dari kembali ke Makau. Aku berlari-lari kecil melintasi petugas pa­ lobi hotel, menuju pelabuhan. Petugas loket imigrasi tidak ba­ bean pelabuhan yang memeriksa kargo kapal secara acak. Kapal menstempel pasporku, dan bilang semoga segera nyak tanya, pesiar itu terlihat dari kejauhan, merapat anggun di ujung der­ Theo hanya bergumam tidak jelas. Aku menumpang taksi dari kembali ke Makau. Aku berlari-lari kecil melintasi petugas pa­ lobi hotel, menuju pelabuhan. Petugas loket imigrasi tidak ba­ bean pelabuhan yang memeriksa kargo kapal secara acak. Kapal menstempel pasporku, dan bilang semoga segera nyak tanya, pesiar itu terlihat dari kejauhan, merapat anggun di ujung der­ Theo hanya bergumam tidak jelas. Aku menumpang taksi dari kembali ke Makau. Aku berlari-lari kecil melintasi petugas pa­ maga. Warna peraknya memantul lembut, disiram matahari pagi. lobi hotel, menuju pelabuhan. Petugas loket imigrasi tidak ba­ bean pelabuhan yang memeriksa kargo kapal secara acak. Kapal menstempel pasporku, dan bilang semoga segera nyak tanya, pesiar itu terlihat dari kejauhan, merapat anggun di ujung der­ Theo hanya bergumam tidak jelas. Aku menumpang taksi dari kembali ke Makau. Aku berlari-lari kecil melintasi petugas pa­ maga. Warna peraknya memantul lembut, disiram matahari pagi. lobi hotel, menuju pelabuhan. Petugas loket imigrasi tidak ba­ bean pelabuhan yang memeriksa kargo kapal secara acak. Kapal menstempel pasporku, dan bilang semoga segera nyak tanya, pesiar itu terlihat dari kejauhan, merapat anggun di ujung der­ kembali ke Makau. Aku berlari-lari kecil melintasi petugas pa­ maga. Warna peraknya memantul lembut, disiram matahari pagi. lobi hotel, menuju pelabuhan. Petugas loket imigrasi tidak ba­ bean pelabuhan yang memeriksa kargo kapal secara acak. Kapal menstempel pasporku, dan bilang semoga segera nyak tanya, pesiar itu terlihat dari kejauhan, merapat anggun di ujung der­ kembali ke Makau. Aku berlari-lari kecil melintasi petugas pa­ maga. Warna peraknya memantul lembut, disiram matahari pagi. lobi hotel, menuju pelabuhan. Petugas loket imigrasi tidak ba­ bean pelabuhan yang memeriksa kargo kapal secara acak. Kapal menstempel pasporku, dan bilang semoga segera nyak tanya, pesiar itu terlihat dari kejauhan, merapat anggun di ujung der­ kembali ke Makau. Aku berlari-lari kecil melintasi petugas pa­ maga. Warna peraknya memantul lembut, disiram matahari pagi. lobi hotel, menuju pelabuhan. Petugas loket imigrasi tidak ba­ bean pelabuhan yang memeriksa kargo kapal secara acak. Kapal Masih pukul tujuh kurang, waktu sarapan yang pas. menstempel pasporku, dan bilang semoga segera nyak tanya, pesiar itu terlihat dari kejauhan, merapat anggun di ujung der­ kembali ke Makau. Aku berlari-lari kecil melintasi petugas pa­ maga. Warna peraknya memantul lembut, disiram matahari pagi. lobi hotel, menuju pelabuhan. Petugas loket imigrasi tidak ba­ bean pelabuhan yang memeriksa kargo kapal secara acak. Kapal Masih pukul tujuh kurang, waktu sarapan yang pas. menstempel pasporku, dan bilang semoga segera nyak tanya, pesiar itu terlihat dari kejauhan, merapat anggun di ujung der­ kembali ke Makau. Aku berlari-lari kecil melintasi petugas pa­ maga. Warna peraknya memantul lembut, disiram matahari pagi. bean pelabuhan yang memeriksa kargo kapal secara acak. Kapal Masih pukul tujuh kurang, waktu sarapan yang pas. menstempel pasporku, dan bilang semoga segera nyak tanya, pesiar itu terlihat dari kejauhan, merapat anggun di ujung der­ kembali ke Makau. Aku berlari-lari kecil melintasi petugas pa­ maga. Warna peraknya memantul lembut, disiram matahari pagi. bean pelabuhan yang memeriksa kargo kapal secara acak. Kapal Masih pukul tujuh kurang, waktu sarapan yang pas. menstempel pasporku, dan bilang semoga segera nyak tanya, pesiar itu terlihat dari kejauhan, merapat anggun di ujung der­ kembali ke Makau. Aku berlari-lari kecil melintasi petugas pa­ maga. Warna peraknya memantul lembut, disiram matahari pagi. bean pelabuhan yang memeriksa kargo kapal secara acak. Kapal Masih pukul tujuh kurang, waktu sarapan yang pas. menstempel pasporku, dan bilang semoga segera nyak tanya, pesiar itu terlihat dari kejauhan, merapat anggun di ujung der­ ”Halo, Tommi.” Opa sedang membantu Kadek menyiapkan kembali ke Makau. Aku berlari-lari kecil melintasi petugas pa­ maga. Warna peraknya memantul lembut, disiram matahari pagi. bean pelabuhan yang memeriksa kargo secara acak. Kapal Masih pukul tujuh kurang, waktu sarapan yang pas. menstempel pasporku, dankapal bilang semoga segera nyak tanya, pesiar itu terlihat dari kejauhan, merapat anggun di ujung der­ ”Halo, Tommi.” Opa sedang membantu Kadek menyiapkan kembali ke Makau. Aku berlari-lari kecil melintasi petugas pa­ maga. Warna peraknya memantul lembut, disiram matahari pagi. bean pelabuhan yang memeriksa kargo kapal secara acak. Kapal Masih pukul tujuh kurang, waktu sarapan yang pas. pesiar itu terlihat dari kejauhan, merapat anggun di ujung der­ ”Halo, Tommi.” Opa sedang membantu Kadek menyiapkan kembali ke Makau. Aku berlari-lari kecil melintasi petugas pa­ maga. Warna peraknya memantul lembut, disiram matahari pagi. bean pelabuhan yang memeriksa kargo kapal secara acak. Kapal Masih pukul tujuh kurang, waktu sarapan yang pas. pesiar itu terlihat dari kejauhan, merapat anggun di ujung der­ ”Halo, Tommi.” Opa sedang membantu Kadek menyiapkan kembali ke Makau. Aku berlari-lari kecil melintasi petugas pa­ maga. Warna peraknya memantul lembut, disiram matahari pagi. bean pelabuhan yang memeriksa kargo kapal secara acak. Kapal Masih pukul tujuh kurang, waktu sarapan yang pas. pesiar itu terlihat dari kejauhan, merapat anggun di ujung der­ ”Halo, Tommi.” Opa sedang membantu Kadek menyiapkan kembali ke Makau. Aku berlari-lari kecil melintasi petugas pa­ maga. Warna peraknya memantul lembut, disiram matahari pagi. masakan spesial saat aku melangkah melintasi pintu kabin te­ bean pelabuhan yang memeriksa kargo kapal secara acak. Kapal Masih pukul tujuh kurang, waktu sarapan yang pas. pesiar itu terlihat dari kejauhan, merapat anggun di ujung der­ ”Halo, Tommi.” Opa sedang membantu Kadek menyiapkan kembali ke Makau. Aku berlari-lari kecil melintasi petugas pa­ maga. Warna peraknya memantul lembut, disiram matahari pagi. masakan spesial saat aku melangkah melintasi pintu kabin te­ bean pelabuhan yang memeriksa kargo kapal secara acak. Kapal Masih pukul tujuh kurang, waktu sarapan yang pas. pesiar itu terlihat dari kejauhan, merapat anggun di ujung der­ ”Halo, Tommi.” Opa sedang membantu Kadek menyiapkan maga. Warna peraknya memantul lembut, disiram matahari pagi. masakan spesial saat aku melangkah melintasi pintu kabin te­ bean pelabuhan yang memeriksa kargo kapal secara acak. Kapal Masih pukul tujuh kurang, waktu sarapan yang pas. pesiar itu terlihat dari kejauhan, merapat anggun di ujung der­ ”Halo, Tommi.” Opa sedang membantu Kadek menyiapkan maga. Warna peraknya memantul lembut, disiram matahari pagi. masakan spesial saat aku melangkah melintasi pintu kabin te­ bean pelabuhan yang memeriksa kargo kapal secara acak. Kapal Masih pukul tujuh kurang, waktu sarapan yang pas. pesiar itu terlihat dari kejauhan, merapat anggun di ujung der­ ”Halo, Tommi.” Opa sedang membantu Kadek menyiapkan maga. Warna peraknya memantul lembut, disiram matahari pagi. masakan spesial saat aku melangkah melintasi pintu kabin te­ bean pelabuhan yang memeriksa kargo kapal secara acak. Kapal Masih pukul tujuh kurang, waktu sarapan yang pas. ngah. ”Nah, akhirnya pemilik kapal ini datang juga.” pesiar itu terlihat dari kejauhan, merapat anggun di ujung der­ ”Halo, Tommi.” Opa sedang membantu Kadek menyiapkan maga. Warna peraknya memantul lembut, disiram matahari pagi. masakan spesial saat aku melangkah melintasi pintu kabin te­ bean pelabuhan yang memeriksa kargo kapal secara acak. Kapal Masih pukul tujuh kurang, waktu sarapan yang pas. ngah. ”Nah, akhirnya pemilik kapal ini datang juga.” pesiar itu terlihat dari kejauhan, merapat anggun di ujung der­ ”Halo, Tommi.” Opa sedang membantu Kadek menyiapkan maga. Warna peraknya memantul lembut, disiram matahari pagi. masakan spesial saat aku melangkah melintasi pintu kabin te­ Masih pukul tujuh kurang, waktu sarapan yang pas. ngah. ”Nah, akhirnya pemilik kapal ini datang juga.” pesiar itu terlihat dari kejauhan, merapat anggun di ujung der­ ”Halo, Tommi.” Opa sedang membantu Kadek menyiapkan maga. Warna peraknya memantul lembut, disiram matahari pagi. masakan spesial saat aku melangkah melintasi pintu kabin te­ Masih pukul tujuh kurang, waktu sarapan yang pas. ngah. ”Nah, akhirnya pemilik kapal ini datang juga.” pesiar itu terlihat dari kejauhan, merapat anggun di ujung der­ ”Halo, Tommi.” Opa sedang membantu Kadek menyiapkan maga. Warna peraknya memantul lembut, disiram matahari pagi. masakan spesial saat aku melangkah melintasi pintu kabin te­ Masih pukul tujuh kurang, waktu sarapan yang pas. ngah. ”Nah, akhirnya pemilik kapal ini datang juga.” pesiar itu terlihat dari kejauhan, merapat anggun di ujung der­ ”Halo, Tommi.” Opa sedang membantu Kadek menyiapkan Aku tertawa, memeluk erat Opa yang bercelemek. Kadek maga. Warna peraknya memantul lembut, disiram matahari pagi. masakan spesial saat aku melangkah melintasi pintu kabin te­ Masih pukul tujuh kurang, waktu sarapan yang pas. ngah. ”Nah, akhirnya pemilik kapal ini datang juga.” pesiar itu terlihat dari kejauhan, merapat anggun di ujung der­ ”Halo, Tommi.” Opa sedang membantu Kadek menyiapkan Aku tertawa, memeluk erat Opa yang bercelemek. Kadek maga. Warna peraknya memantul lembut, disiram matahari pagi. masakan spesial saat aku melangkah melintasi pintu kabin te­ Masih pukul tujuh kurang, waktu sarapan yang pas. ngah. ”Nah, akhirnya pemilik kapal ini datang juga.” ”Halo, Tommi.” Opa sedang membantu Kadek menyiapkan Aku tertawa, memeluk erat Opa yang bercelemek. Kadek maga. Warna peraknya memantul lembut, disiram matahari pagi. masakan spesial saat aku melangkah melintasi pintu kabin te­ Masih pukul tujuh kurang, waktu sarapan yang pas. ngah. ”Nah, akhirnya pemilik kapal ini datang juga.” ”Halo, Tommi.” Opa sedang membantu Kadek menyiapkan Aku tertawa, memeluk erat Opa yang bercelemek. Kadek maga. Warna peraknya memantul lembut, disiram matahari pagi. masakan spesial saat aku melangkah melintasi pintu kabin te­ Masih pukul tujuh kurang, waktu sarapan yang pas. ngah. ”Nah, akhirnya pemilik kapal ini datang juga.” ”Halo, Tommi.” Opa sedang membantu Kadek menyiapkan Aku tertawa, memeluk erat Opa yang bercelemek. Kadek maga. Warna peraknya memantul lembut, disiram matahari pagi. masakan spesial saat aku melangkah melintasi pintu kabin te­ menggeleng. Dia masih sibuk menggoreng sesuatu, bilang nanti Masih pukul tujuh kurang, waktu sarapan yang pas. ngah. ”Nah, akhirnya pemilik kapal ini datang juga.” ”Halo, Tommi.” Opa sedang membantu Kadek menyiapkan Aku tertawa, memeluk erat Opa yang bercelemek. Kadek maga. Warna peraknya memantul lembut, disiram matahari pagi. masakan spesial saat aku melangkah melintasi pintu kabin te­ menggeleng. Dia masih sibuk menggoreng sesuatu, bilang nanti Masih pukul tujuh kurang, waktu sarapan yang pas. ngah. ”Nah, akhirnya pemilik kapal ini datang juga.” ”Halo, Tommi.” Opa sedang membantu Kadek menyiapkan Aku tertawa, memeluk erat Opa yang bercelemek. Kadek masakan spesial saat aku melangkah melintasi pintu kabin te­ menggeleng. Dia masih sibuk menggoreng sesuatu, bilang nanti Masih pukul tujuh kurang, waktu sarapan yang pas. ngah. ”Nah, akhirnya pemilik kapal ini datang juga.” ”Halo, Tommi.” Opa sedang membantu Kadek menyiapkan Aku tertawa, memeluk erat Opa yang bercelemek. Kadek masakan spesial saat aku melangkah melintasi pintu kabin te­ menggeleng. Dia masih sibuk menggoreng sesuatu, bilang nanti Masih pukul tujuh kurang, waktu sarapan yang pas. ngah. ”Nah, akhirnya pemilik kapal ini datang juga.” ”Halo, Tommi.” Opa sedang membantu Kadek menyiapkan Aku tertawa, memeluk erat Opa yang bercelemek. Kadek masakan spesial saat aku melangkah melintasi pintu kabin te­ menggeleng. Dia masih sibuk menggoreng sesuatu, bilang nanti Masih pukul tujuh kurang, waktu sarapan yang pas. ngah. ”Nah, akhirnya pemilik kapal ini datang juga.” gosong kalau ditinggalkan, jadi hanya mengulurkan tangan kiri­ ”Halo, Tommi.” Opa sedang membantu Kadek menyiapkan Aku tertawa, memeluk erat Opa yang bercelemek. Kadek masakan spesial saat aku melangkah melintasi pintu kabin te­ menggeleng. Dia masih sibuk menggoreng sesuatu, bilang nanti Masih pukul tujuh kurang, waktu sarapan yang pas. ngah. ”Nah, akhirnya pemilik kapal ini datang juga.” gosong kalau ditinggalkan, jadi hanya mengulurkan tangan kiri­ ”Halo, Tommi.” Opa sedang membantu Kadek menyiapkan Aku tertawa, memeluk erat Opa yang bercelemek. Kadek masakan spesial saat aku melangkah melintasi pintu kabin te­ menggeleng. Dia masih sibuk menggoreng sesuatu, bilang nanti ngah. ”Nah, akhirnya pemilik kapal ini datang juga.” gosong kalau ditinggalkan, jadi hanya mengulurkan tangan kiri­ ”Halo, Tommi.” Opa sedang membantu Kadek menyiapkan Aku tertawa, memeluk erat Opa yang bercelemek. Kadek masakan spesial saat aku melangkah melintasi pintu kabin te­ menggeleng. Dia masih sibuk menggoreng sesuatu, bilang nanti ngah. ”Nah, akhirnya pemilik kapal ini datang juga.” gosong kalau ditinggalkan, jadi hanya mengulurkan tangan kiri­ ”Halo, Tommi.” Opa sedang membantu Kadek menyiapkan Aku tertawa, memeluk erat Opa yang bercelemek. Kadek masakan spesial saat aku melangkah melintasi pintu kabin te­ menggeleng. Dia masih sibuk menggoreng sesuatu, bilang nanti ngah. ”Nah, akhirnya pemilik kapal ini datang juga.” gosong kalau ditinggalkan, jadi hanya mengulurkan tangan kiri­ ”Halo, Tommi.” Opa sedang membantu Kadek menyiapkan Aku tertawa, memeluk erat Opa yang bercelemek. Kadek nya, beradu kepal tinju denganku. masakan spesial saat aku melangkah melintasi pintu kabin te­ menggeleng. Dia masih sibuk menggoreng sesuatu, bilang nanti ngah. ”Nah, akhirnya pemilik kapal ini datang juga.” gosong kalau ditinggalkan, jadi hanya mengulurkan tangan kiri­ ”Halo, Tommi.” Opa sedang membantu Kadek menyiapkan Aku tertawa, memeluk erat Opa yang bercelemek. Kadek nya, beradu kepal tinju denganku. masakan spesial saat aku melangkah melintasi pintu kabin te­ menggeleng. Dia masih sibuk menggoreng sesuatu, bilang nanti ngah. ”Nah, akhirnya pemilik kapal ini datang juga.” gosong kalau ditinggalkan, jadi hanya mengulurkan tangan kiri­ Aku tertawa, memeluk erat Opa yang bercelemek. Kadek nya, beradu kepal tinju denganku. masakan spesial saat aku melangkah melintasi pintu kabin te­ menggeleng. Dia masih sibuk menggoreng sesuatu, bilang nanti ngah. ”Nah, akhirnya pemilik kapal ini datang juga.” gosong kalau ditinggalkan, jadi hanya mengulurkan tangan kiri­ Aku tertawa, memeluk erat Opa yang bercelemek. Kadek nya, beradu kepal tinju denganku. masakan spesial saat aku melangkah melintasi pintu kabin te­ menggeleng. Dia masih sibuk menggoreng sesuatu, bilang nanti ngah. ”Nah, akhirnya pemilik kapal ini datang juga.” gosong kalau ditinggalkan, jadi hanya mengulurkan tangan kiri­ Aku tertawa, memeluk erat Opa yang bercelemek. Kadek nya, beradu kepal tinju denganku. masakan spesial saat aku melangkah melintasi pintu kabin te­ menggeleng. Dia masih sibuk menggoreng sesuatu, bilang nanti ”Sejak kapan kau bisa bangun sepagi ini, hah?” Opa menepuk ngah. ”Nah, akhirnya pemilik kapal ini datang juga.” gosong kalau ditinggalkan, jadi hanya mengulurkan tangan kiri­ Aku tertawa, memeluk erat Opa yang bercelemek. Kadek nya, beradu kepal tinju denganku. masakan spesial saat aku melangkah melintasi pintu kabin te­ menggeleng. Dia masih sibuk menggoreng sesuatu, bilang nanti ”Sejak kapan kau bisa bangun sepagi ini, hah?” Opa menepuk ngah. ”Nah, akhirnya pemilik kapal ini datang juga.” gosong kalau ditinggalkan, jadi hanya mengulurkan tangan kiri­ Aku tertawa, memeluk erat Opa yang bercelemek. Kadek nya, beradu kepal tinju denganku. menggeleng. Dia masih sibuk menggoreng sesuatu, bilang nanti ”Sejak kapan kau bisa bangun sepagi ini, hah?” Opa menepuk ngah. ”Nah, akhirnya pemilik kapal ini datang juga.” gosong kalau ditinggalkan, jadi hanya mengulurkan tangan kiri­ Aku tertawa, memeluk erat Opa yang bercelemek. Kadek nya, beradu kepal tinju denganku. menggeleng. Dia masih sibuk menggoreng sesuatu, bilang nanti ”Sejak kapan kau bisa bangun sepagi ini, hah?” Opa menepuk ngah. ”Nah, akhirnya pemilik kapal ini datang juga.” gosong kalau ditinggalkan, jadi hanya mengulurkan tangan kiri­ Aku tertawa, memeluk erat Opa yang bercelemek. Kadek nya, beradu kepal tinju denganku. menggeleng. Dia masih sibuk menggoreng sesuatu, bilang nanti ”Sejak kapan kau bisa bangun sepagi ini, hah?” Opa menepuk ngah. ”Nah, akhirnya pemilik kapal ini datang juga.” gosong kalau ditinggalkan, jadi hanya mengulurkan tangan kiri­ bahuku. Aku tertawa, memeluk erat Opa yang bercelemek. Kadek nya, beradu kepal tinju denganku. menggeleng. Dia masih sibuk menggoreng sesuatu, bilang nanti ”Sejak kapan kau bisa bangun sepagi ini, hah?” Opa menepuk ngah. ”Nah, akhirnya pemilik kapal inimengulurkan datang juga.” gosong kalau ditinggalkan, jadi hanya tangan kiri­ bahuku. Aku tertawa, memeluk eratmenggoreng Opa yang bercelemek. Kadek nya, beradu kepal tinju denganku. menggeleng. Dia masih sibuk sesuatu, bilang nanti ”Sejak kapan kau bisa bangun sepagi ini, hah?” Opa menepuk



bahu. ”Entahlah. Sepertinya sudah lama sekali.” Aku mengangkat selalu spesial. Kau semangat datang karena sakan Kadek yang ”Opa yakin kau datang pagi-pagi ke sini jelas bukan karena ma­ tertawa, mengabaikan jawaban sembarangku. kali, bukan?” Opa ”Haiya, coba kaucium aroma masakannya, Tommi, lezat se­ bahu. ”Entahlah. Sepertinya sudah lama sekali.” Aku mengangkat selalu spesial. Kau semangat datang karena sakan Kadek yang ”Opa yakin kau datang pagi-pagi ke sini jelas bukan karena ma­ tertawa, mengabaikan jawaban sembarangku. kali, bukan?” Opa ”Haiya, coba kaucium aroma masakannya, Tommi, lezat se­ bahu. ”Entahlah. Sepertinya sudah lama sekali.” Aku mengangkat selalu spesial. Kau semangat datang karena sakan Kadek yang ”Opa yakin kau datang pagi-pagi ke sini jelas bukan karena ma­ tertawa, mengabaikan jawaban sembarangku. kali, bukan?” Opa ”Haiya, coba kaucium aroma masakannya, Tommi, lezat se­ bahu. ”Entahlah. Sepertinya sudah lama sekali.” Aku mengangkat selalu spesial. Kau semangat datang karena sakan Kadek yang ”Opa yakin kau datang pagi-pagi ke sini jelas bukan karena ma­ tertawa, mengabaikan jawaban sembarangku. kali, bukan?” Opa ”Haiya, coba kaucium aroma masakannya, Tommi, lezat se­ bahu. ”Entahlah. Sepertinya sudah lama sekali.” Aku mengangkat selalu spesial. Kau semangat datang karena sakan Kadek yang ”Opa yakin kau datang pagi-pagi ke sini jelas bukan karena ma­ tertawa, mengabaikan jawaban sembarangku. kali, bukan?” Opa ”Haiya, coba kaucium aroma masakannya, Tommi, lezat se­ bahu. kapal ini, bukan? Mainan baru.” selalu spesial. Kau semangat datang karena sakan Kadek yang ”Opa yakin kau datang pagi-pagi ke sini jelas bukan karena ma­ tertawa, mengabaikan jawaban sembarangku. kali, bukan?” Opa ”Haiya, coba kaucium aroma masakannya, Tommi, lezat se­ bahu. kapal ini, bukan? Mainan baru.” selalu spesial. Kau semangat datang karena sakan Kadek yang ”Opa yakin kau datang pagi-pagi ke sini jelas bukan karena ma­ tertawa, mengabaikan jawaban sembarangku. kali, bukan?” Opa ”Haiya, coba kaucium aroma masakannya, Tommi, lezat se­ bahu. kapal ini, bukan? Mainan baru.” selalu spesial. Kau semangat datang karena sakan Kadek yang ”Opa yakin kau datang pagi-pagi ke sini jelas bukan karena ma­ tertawa, mengabaikan jawaban sembarangku. kali, bukan?” Opa ”Haiya, coba kaucium aroma masakannya, Tommi, lezat se­ bahu. kapal ini, bukan? Mainan baru.” selalu spesial. Kau semangat datang karena sakan Kadek yang ”Opa yakin kau datang pagi-pagi ke sini jelas bukan karena ma­ tertawa, mengabaikan jawaban sembarangku. kali, bukan?” Opa ”Haiya, coba kaucium aroma masakannya, Tommi, lezat se­ bahu. kapal ini, bukan? Mainan baru.” selalu spesial. Kau semangat datang karena sakan Kadek yang ”Opa yakin kau datang pagi-pagi ke sini jelas bukan karena ma­ tertawa, mengabaikan jawaban sembarangku. kali, bukan?” Opa ”Haiya, coba kaucium aroma masakannya, Tommi, lezat se­ Opa terlihat sehat. Terlihat bahagia. Gerakannya gesit. kapal ini, bukan? Mainan baru.” selalu spesial. Kau semangat datang karena sakan Kadek yang ”Opa yakin kau datang pagi-pagi ke sini jelas bukan karena ma­ tertawa, mengabaikan jawaban sembarangku. kali, bukan?” Opa ”Haiya, coba kaucium aroma masakannya, Tommi, lezat se­ Opa terlihat sehat. Terlihat bahagia. Gerakannya gesit. kapal ini, bukan? Mainan baru.” selalu spesial. Kau semangat datang karena sakan Kadek yang ”Opa yakin kau datang pagi-pagi ke sini jelas bukan karena ma­ tertawa, mengabaikan jawaban sembarangku. kali, bukan?” Opa ”Haiya, coba kaucium aroma masakannya, Tommi, lezat se­ Opa terlihat sehat. Terlihat bahagia. Gerakannya gesit. kapal ini, bukan? Mainan baru.” selalu spesial. Kau semangat datang karena sakan Kadek yang ”Opa yakin kau datang pagi-pagi ke sini jelas bukan karena ma­ tertawa, mengabaikan jawaban sembarangku. kali, bukan?” Opa ”Haiya, coba kaucium aroma masakannya, Tommi, lezat se­ Opa terlihat sehat. Terlihat bahagia. Gerakannya gesit. kapal ini, bukan? Mainan baru.” selalu spesial. Kau semangat datang karena sakan Kadek yang ”Opa yakin kau datang pagi-pagi ke sini jelas bukan karena ma­ tertawa, mengabaikan jawaban sembarangku. kali, bukan?” Opa ”Haiya, coba kaucium aroma masakannya, Tommi, lezat se­ Opa terlihat sehat. Terlihat bahagia. Gerakannya gesit. kapal ini, bukan? Mainan baru.” selalu spesial. Kau semangat datang karena sakan Kadek yang ”Opa yakin kau datang pagi-pagi ke sini jelas bukan karena ma­ tertawa, mengabaikan jawaban sembarangku. kali, bukan?” Opa Opa sempat dirawat dua minggu sejak kejadian besar setahun terlihat sehat. Terlihat bahagia. Gerakannya gesit. kapal ini, bukan? Mainan baru.” selalu spesial. Kau semangat datang karena sakan Kadek yang ”Opa yakin kau datang pagi-pagi ke sini jelas bukan karena ma­ tertawa, mengabaikan jawaban sembarangku. kali, bukan?” Opa Opa sempat dirawat dua minggu sejak kejadian besar setahun terlihat sehat. Terlihat bahagia. Gerakannya gesit. kapal ini, bukan? Mainan baru.” selalu spesial. Kau semangat datang karena sakan Kadek yang ”Opa yakin kau datang pagi-pagi ke sini jelas bukan karena ma­ tertawa, mengabaikan jawaban sembarangku. kali, bukan?” Opa Opa sempat dirawat dua minggu sejak kejadian besar setahun terlihat sehat. Terlihat bahagia. Gerakannya gesit. kapal ini, bukan? Mainan baru.” selalu spesial. Kau semangat datang karena sakan Kadek yang ”Opa yakin kau datang pagi-pagi ke sini jelas bukan karena ma­ tertawa, mengabaikan jawaban sembarangku. kali, bukan?” Opa Opa sempat dirawat dua minggu sejak kejadian besar setahun terlihat sehat. Terlihat bahagia. Gerakannya gesit. kapal ini, bukan? Mainan baru.” selalu spesial. Kau semangat datang karena sakan Kadek yang ”Opa yakin kau datang pagi-pagi ke sini jelas bukan karena ma­ tertawa, mengabaikan jawaban sembarangku. kali, bukan?” Opa Opa sempat dirawat dua minggu sejak kejadian besar setahun terlihat sehat. Terlihat bahagia. Gerakannya gesit. kapal ini, bukan? Mainan baru.” selalu spesial. Kau semangat datang karena sakan Kadek yang ”Opa yakin kau datang pagi-pagi ke sinisemangat jelas bukan karena ma­ lalu itu. Bukan urusan mudah bagi kakek-kakek seusianya Opa sempat dirawat dua minggu sejak kejadian besar setahun terlihat sehat. Terlihat bahagia. Gerakannya gesit. kapal ini, bukan? Mainan baru.” selalu spesial. Kau datang karena sakan Kadek yang ”Opa yakin kau datang pagi-pagi ke sini jelas bukan karena ma­ lalu itu. Bukan urusan mudah bagi kakek-kakek seusianya Opa sempat dirawat dua minggu sejak kejadian besar setahun terlihat sehat. Terlihat bahagia. Gerakannya gesit. kapal ini, bukan? Mainan baru.” selalu spesial. Kau semangat datang karena sakan Kadek yang ”Opa yakin kau datang pagi-pagi ke sini jelas bukan karena ma­ lalu itu. Bukan urusan mudah bagi kakek-kakek seusianya Opa sempat dirawat dua minggu sejak kejadian besar setahun terlihat sehat. Terlihat bahagia. Gerakannya gesit. kapal ini, bukan? Mainan baru.” selalu spesial. Kau semangat datang karena sakan Kadek yang ”Opa yakin kau datang pagi-pagi ke sini jelas bukan karena ma­ lalu itu. Bukan urusan mudah bagi kakek-kakek seusianya Opa sempat dirawat dua minggu sejak kejadian besar setahun terlihat sehat. Terlihat bahagia. Gerakannya gesit. kapal ini, bukan? Mainan baru.” selalu spesial. Kau semangat datang karena sakan Kadek yang ”Opa yakin kau datang pagi-pagi ke sini jelas bukan karena ma­ lalu itu. Bukan urusan mudah bagi kakek-kakek seusianya Opa sempat dirawat dua minggu sejak kejadian besar setahun terlihat sehat. Terlihat bahagia. Gerakannya gesit. kapal ini, bukan? Mainan baru.” selalu spesial. Kau semangat datang karena sakan Kadek yang berendam di perairan bebas dengan pelampung seadanya selama lalu itu. Bukan urusan mudah bagi kakek-kakek seusianya Opa sempat dirawat dua minggu sejak kejadian besar setahun terlihat sehat. Terlihat bahagia. Gerakannya gesit. kapal ini, bukan? Mainan baru.” selalu spesial. Kau semangat datang karena sakan Kadek yang berendam di perairan bebas dengan pelampung seadanya selama lalu itu. Bukan urusan mudah bagi kakek-kakek seusianya Opa sempat dirawat dua minggu sejak kejadian besar setahun terlihat sehat. Terlihat bahagia. Gerakannya gesit. kapal ini, bukan? Mainan baru.” selalu spesial. Kau semangat datang karena sakan Kadek yang berendam di perairan bebas dengan pelampung seadanya selama lalu itu. Bukan urusan mudah bagi kakek-kakek seusianya Opa sempat dirawat dua minggu sejak kejadian besar setahun terlihat sehat. Terlihat bahagia. Gerakannya gesit. kapal ini, bukan? Mainan baru.” selalu spesial. Kau semangat datang karena sakan Kadek yang berendam di perairan bebas dengan pelampung seadanya selama lalu itu. Bukan urusan mudah bagi kakek-kakek seusianya Opa sempat dirawat dua minggu sejak kejadian besar setahun terlihat sehat. Terlihat bahagia. Gerakannya gesit. kapal ini, bukan? Mainan baru.” selalu spesial. Kau semangat datang karena sakan Kadek yang berendam di perairan bebas dengan pelampung seadanya selama lalu itu. Bukan urusan mudah bagi kakek-kakek seusianya Opa sempat dirawat dua minggu sejak kejadian besar setahun terlihat sehat. Terlihat bahagia. Gerakannya gesit. kapal ini, bukan? Mainan baru.” dua jam, menunggu bantuan datang. Kabar baiknya, keluar dari berendam di perairan perairan bebas dengan pelampung seadanya selama lalu itu. Bukan urusan mudah bagi kakek-kakek seusianya Opa sempat dirawat dua minggu sejak kejadian besar setahun terlihat sehat. Terlihat bahagia. Gerakannya gesit. kapal ini, bukan? Mainan baru.” dua jam, menunggu bantuan datang. Kabar baiknya, keluar dari berendam di bebas dengan pelampung seadanya selama lalu itu. Bukan urusan mudah bagi kakek-kakek seusianya Opa sempat dirawat dua minggu sejak kejadian besar setahun terlihat sehat. Terlihat bahagia. Gerakannya gesit. kapal ini, bukan? Mainan baru.” dua jam, menunggu bantuan datang. Kabar baiknya, keluar dari berendam di perairan bebas dengan pelampung seadanya selama lalu itu. Bukan urusan mudah bagi kakek-kakek seusianya Opa sempat dirawat dua minggu sejak kejadian besar setahun terlihat sehat. Terlihat bahagia. Gerakannya gesit. kapal ini, bukan? Mainan baru.” dua jam, menunggu bantuan datang. Kabar baiknya, keluar dari berendam di perairan bebas dengan pelampung seadanya selama lalu itu. Bukan urusan mudah bagi kakek-kakek seusianya Opa sempat dirawat dua minggu sejak kejadian besar setahun terlihat sehat. Terlihat bahagia. Gerakannya gesit. kapal ini, bukan? Mainan baru.” dua jam, menunggu bantuan datang. Kabar baiknya, keluar dari berendam di perairan bebas dengan pelampung seadanya selama lalu itu. Bukan urusan mudah bagi kakek-kakek seusianya Opa sempat dirawat dua minggu sejak kejadian besar setahun terlihat sehat. Terlihat bahagia. Gerakannya gesit. rumah sakit, kondisi fisiknya maju pesat. Opa masih berjalan dua jam, menunggu bantuan datang. Kabar baiknya, keluar dari berendam di perairan bebas dengan pelampung seadanya selama lalu itu. Bukan urusan mudah bagi kakek-kakek seusianya sempat dirawat dua minggu sejak kejadian besar setahun Opa terlihat sehat. Terlihat bahagia. Gerakannya gesit. rumah sakit, kondisi fisiknya maju pesat. Opa masih berjalan dua jam, menunggu bantuan datang. Kabar baiknya, keluar dari berendam di perairan bebas dengan pelampung seadanya selama lalu itu. Bukan urusan mudah bagi kakek-kakek seusianya Opa sempat dirawat dua minggu sejak kejadian besar setahun terlihat sehat. Terlihat bahagia. Gerakannya gesit. rumah sakit, kondisi fisiknya maju pesat. Opa masih berjalan dua jam, menunggu bantuan datang. Kabar baiknya, keluar dari berendam di perairan bebas dengan pelampung seadanya selama lalu itu. Bukan urusan mudah bagi kakek-kakek seusianya Opa sempat dirawat dua minggu sejak kejadian besar setahun terlihat sehat. Terlihat bahagia. Gerakannya gesit. rumah sakit, kondisi fisiknya maju pesat. Opa masih berjalan dua jam, menunggu bantuan datang. Kabar baiknya, keluar dari berendam di perairan bebas dengan pelampung seadanya selama lalu itu. Bukan urusan mudah bagi kakek-kakek seusianya Opa sempat dirawat dua minggu sejak kejadian besar setahun terlihat sehat. Terlihat bahagia. Gerakannya gesit. rumah sakit, kondisi fisiknya maju pesat. Opa masih berjalan dua jam, menunggu bantuan datang. Kabar baiknya, keluar dari berendam di perairan bebas dengan pelampung seadanya selama lalu itu. Bukan urusan mudah bagi kakek-kakek seusianya Opa sempat dirawat dua minggu sejak kejadian besar setahun dengan tongkat—tapi itu tidak lebih sebagai aksesori saja. Opa rumah sakit, kondisi fisiknya maju pesat. Opa masih berjalan dua jam, menunggu bantuan datang. Kabar baiknya, keluar dari berendam di perairan bebas dengan pelampung seadanya selama lalu itu. Bukan urusan mudah bagi kakek-kakek seusianya Opa sempat dirawat dua minggu sejak kejadian besar setahun dengan tongkat—tapi itu tidak lebih sebagai aksesori saja. Opa rumah sakit, kondisi fisiknya maju pesat. Opa masih berjalan dua jam, menunggu bantuan datang. Kabar baiknya, keluar dari berendam di perairan bebas dengan pelampung seadanya selama lalu itu. Bukan urusan mudah bagi kakek-kakek seusianya Opa sempat dirawat dua minggu sejak kejadian besar setahun dengan tongkat—tapi itu tidak lebih sebagai aksesori saja. Opa rumah sakit, kondisi fisiknya maju pesat. Opa masih berjalan dua jam, menunggu bantuan datang. Kabar baiknya, keluar dari berendam di perairan bebas dengan pelampung seadanya selama lalu itu. Bukan urusan mudah bagi kakek-kakek seusianya Opa sempat dirawat dua minggu sejak kejadian besar setahun dengan tongkat—tapi itu tidak lebih sebagai aksesori saja. Opa rumah sakit, kondisi fisiknya maju pesat. Opa masih berjalan dua jam, menunggu bantuan datang. Kabar baiknya, keluar dari berendam di perairan bebas dengan pelampung seadanya selama lalu itu. Bukan urusan mudah bagi kakek-kakek seusianya Opa sempat dirawat dua minggu sejak kejadian besar setahun dengan tongkat—tapi itu tidak lebih sebagai aksesori saja. Opa rumah sakit, kondisi fisiknya maju pesat. Opa masih berjalan dua jam, menunggu bantuan datang. Kabar baiknya, keluar dari berendam di perairan bebas dengan pelampung seadanya selama lalu itu. Bukan urusan mudah bagi kakek-kakek seusianya bisa berlari-lari kecil tanpa alat bantu. Usianya lewat tiga per­ dengan tongkat—tapi itu tidak lebih sebagai aksesori saja. Opa rumah sakit, kondisi fisiknya maju pesat. Opa masih berjalan dua jam, menunggu bantuan datang. Kabar baiknya, keluar dari berendam di perairan bebas dengan pelampung seadanya selama lalu itu. Bukan urusan mudah bagi kakek-kakek seusianya bisa berlari-lari kecil tanpa alat bantu. Usianya lewat tiga per­ dengan tongkat—tapi itu tidak lebih sebagai aksesori saja. Opa rumah sakit, kondisi fisiknya maju pesat. Opa masih berjalan dua jam, menunggu bantuan datang. Kabar baiknya, keluar dari berendam di perairan bebas dengan pelampung seadanya selama lalu itu. Bukan urusan mudah bagi kakek-kakek seusianya bisa berlari-lari kecil tanpa alat bantu. Usianya lewat tiga per­ dengan tongkat—tapi itu tidak lebih sebagai aksesori saja. Opa rumah sakit, kondisi fisiknya maju pesat. Opa masih berjalan dua jam, menunggu bantuan datang. Kabar baiknya, keluar dari berendam di perairan bebas dengan pelampung seadanya selama lalu itu. Bukan urusan mudah bagi kakek-kakek seusianya bisa berlari-lari kecil tanpa alat bantu. Usianya lewat tiga per­ dengan tongkat—tapi itu tidak lebih sebagai aksesori saja. Opa rumah sakit, kondisi fisiknya maju pesat. Opa masih berjalan dua jam, menunggu bantuan datang. Kabar baiknya, keluar dari berendam di perairan bebas dengan pelampung seadanya selama lalu itu. Bukan urusan mudah bagi kakek-kakek seusianya bisa berlari-lari kecil tanpa alat bantu. Usianya lewat tiga per­ dengan tongkat—tapi itu tidak lebih sebagai aksesori saja. Opa rumah sakit, kondisi fisiknya maju pesat. Opa masih berjalan dua jam, menunggu bantuan datang. Kabar baiknya, keluar dari berendam di perairan bebas dengan pelampung seadanya selama rambutnya sudah sempurna memutih, termasuk empat abad, bisa berlari-lari kecil tanpa alat bantu. Usianya lewat tiga per­ dengan tongkat—tapi itu tidak lebih sebagai aksesori saja. Opa rumah sakit, kondisi fisiknya maju pesat. Opa masih berjalan dua jam, menunggu bantuan datang. Kabar baiknya, keluar dari berendam di perairan bebas dengan pelampung seadanya selama rambutnya sudah sempurna memutih, termasuk empat abad, bisa berlari-lari kecil tanpa alat bantu. Usianya lewat tiga per­ dengan tongkat—tapi itu tidak lebih sebagai aksesori saja. Opa rumah sakit, kondisi fisiknya maju pesat. Opa masih berjalan dua jam, menunggu bantuan datang. Kabar baiknya, keluar dari berendam di perairan bebas dengan pelampung seadanya selama rambutnya sudah sempurna memutih, termasuk empat abad, bisa berlari-lari kecil tanpa alat bantu. Usianya lewat tiga per­ dengan tongkat—tapi itu tidak lebih sebagai aksesori saja. Opa rumah sakit, kondisi fisiknya maju pesat. Opa masih berjalan dua jam, menunggu bantuan datang. Kabar baiknya, keluar dari berendam di perairan bebas dengan pelampung seadanya selama rambutnya sudah sempurna memutih, termasuk empat abad, bisa berlari-lari kecil tanpa alat bantu. Usianya lewat tiga per­ dengan tongkat—tapi itu tidak lebih sebagai aksesori saja. Opa rumah sakit, kondisi fisiknya maju pesat. Opa masih berjalan dua jam, menunggu bantuan datang. Kabar baiknya, keluar dari berendam di perairan bebas dengan pelampung seadanya selama rambutnya sudah sempurna memutih, termasuk empat abad, bisa berlari-lari kecil tanpa alat bantu. Usianya lewat tiga per­ dengan tongkat—tapi itu tidak lebih sebagai aksesori saja. Opa rumah sakit, kondisi fisiknya maju pesat. Opa masih berjalan dua jam, menunggu bantuan datang. Kabar baiknya, keluar dari kumis dan janggut tipis. Mata sipit Opa terlihat teduh. Kalau rambutnya sudah sempurna memutih, termasuk empat abad, bisa berlari-lari kecil tanpa alat bantu. Usianya lewat tiga per­ dengan tongkat—tapi itu tidak lebih sebagai aksesori saja. Opa rumah sakit, kondisi fisiknya maju pesat. Opa masih berjalan dua jam, menunggu bantuan datang. Kabar baiknya, keluar dari kumis dan janggut tipis. Mata sipit Opa terlihat teduh. Kalau rambutnya sudah sempurna memutih, termasuk empat abad, bisa berlari-lari kecil tanpa alat bantu. Usianya lewat tiga per­ dengan tongkat—tapi itu tidak lebih sebagai aksesori saja. Opa rumah sakit, kondisi fisiknya maju pesat. Opa masih berjalan dua jam, menunggu bantuan datang. Kabar baiknya, keluar dari kumis dan janggut tipis. Mata sipit Opa terlihat teduh. Kalau rambutnya sudah sempurna memutih, termasuk empat abad, bisa berlari-lari kecil tanpa alat bantu. Usianya lewat tiga per­ dengan tongkat—tapi itu tidak lebih sebagai aksesori saja. Opa rumah sakit, kondisi fisiknya maju pesat. Opa masih berjalan dua jam, menunggu bantuan datang. Kabar baiknya, keluar dari kumis dan janggut tipis. Mata sipit Opa terlihat teduh. Kalau rambutnya sudah sempurna memutih, termasuk empat abad, bisa berlari-lari kecil tanpa alat bantu. Usianya lewat tiga per­ dengan tongkat—tapi itu tidak lebih sebagai aksesori saja. Opa rumah sakit, kondisi fisiknya maju pesat. Opa masih berjalan dua jam, menunggu bantuan datang. Kabar baiknya, keluar dari kumis dan janggut tipis. Mata sipit Opa terlihat teduh. Kalau rambutnya sudah sempurna memutih, termasuk empat abad, bisa berlari-lari kecil tanpa alat bantu. Usianya lewat tiga per­ dengan tongkat—tapi itu tidak lebih sebagai aksesori saja. Opa rumah sakit, kondisi fisiknya maju pesat. Opa masih berjalan sedang tertawa seperti pagi ini, gurat wajah Opa terlihat amat kumis dan janggut tipis. Mata sipit Opa terlihat teduh. Kalau rambutnya sudah sempurna memutih, termasuk empat abad, bisa berlari-lari kecil tanpa alat bantu. Usianya lewat tiga per­ dengan tongkat—tapi itu tidak lebih sebagai aksesori saja. Opa rumah sakit, kondisi fisiknya maju pesat. Opa masih berjalan sedang tertawa seperti pagi ini, gurat wajah Opa terlihat amat kumis dan janggut tipis. Mata sipit Opa terlihat teduh. Kalau rambutnya sudah sempurna memutih, termasuk empat abad, bisa berlari-lari kecil tanpa alat bantu. Usianya lewat tiga per­ dengan tongkat—tapi itu tidak lebih sebagai aksesori saja. Opa rumah sakit, kondisi fisiknya maju pesat. Opa masih berjalan sedang tertawa seperti pagi ini, gurat wajah Opa terlihat amat kumis dan janggut tipis. Mata sipit Opa terlihat teduh. Kalau rambutnya sudah sempurna memutih, termasuk empat abad, bisa berlari-lari kecil tanpa alat bantu. Usianya lewat tiga per­ dengan tongkat—tapi itu tidak lebih sebagai aksesori saja. Opa rumah sakit, kondisi fisiknya maju pesat. Opa masih berjalan sedang tertawa seperti pagi ini, gurat wajah Opa terlihat amat kumis dan janggut tipis. Mata sipit Opa terlihat teduh. Kalau rambutnya sudah sempurna memutih, termasuk empat abad, bisa berlari-lari kecil tanpa alat bantu. Usianya lewat tiga per­ dengan tongkat—tapi itu tidak lebih sebagai aksesori saja. Opa rumah sakit, kondisi fisiknya maju pesat. Opa masih berjalan sedang tertawa seperti pagi ini, gurat wajah Opa terlihat amat kumis dan janggut tipis. Mata sipit Opa terlihat teduh. Kalau rambutnya sudah sempurna memutih, termasuk empat abad, bisa berlari-lari kecil tanpa alat bantu. Usianya lewat tiga per­ dengan tongkat—tapi itu tidak lebih sebagai aksesori saja. Opa menyenangkan—meskipun membuat matanya seperti hilang. sedang tertawa seperti pagi ini, gurat wajah Opa terlihat amat kumis dan janggut Mata sipit Opa terlihat teduh. rambutnya sudah sempurna memutih, termasuk empat abad, bisa berlari-lari keciltipis. tanpa alat bantu. Usianya lewat tigaKalau per­ dengan tongkat—tapi itu tidak lebih sebagai aksesori saja. Opa menyenangkan—meskipun membuat matanya seperti hilang. sedang tertawa seperti pagi ini, gurat wajah Opa terlihat amat kumis dan janggut tipis. Mata sipit Opa terlihat teduh. Kalau rambutnya sudah sempurna memutih, termasuk empat abad, bisa berlari-lari kecil tanpa alat bantu. Usianya lewat tiga per­ dengan tongkat—tapi itu tidak lebih sebagai aksesori saja. Opa menyenangkan—meskipun membuat matanya seperti hilang. sedang tertawa seperti pagi ini, gurat wajah Opa terlihat amat kumis dan janggut tipis. Mata sipit Opa terlihat teduh. Kalau rambutnya sudah sempurna memutih, termasuk empat abad, bisa berlari-lari kecil tanpa alat bantu. Usianya lewat tiga per­ dengan tongkat—tapi itu tidak lebih sebagai aksesori saja. Opa menyenangkan—meskipun membuat matanya seperti hilang. sedang tertawa seperti pagi ini, gurat wajah Opa terlihat amat kumis dan janggut tipis. Mata sipit Opa terlihat teduh. Kalau rambutnya sudah sempurna memutih, termasuk empat abad, bisa berlari-lari kecil tanpa alat bantu. Usianya lewat tiga per­ dengan tongkat—tapi itu tidak lebih sebagai aksesori saja. Opa menyenangkan—meskipun membuat matanya seperti hilang. sedang tertawa seperti pagi ini, gurat wajah Opa terlihat amat kumis dan janggut tipis. Mata sipit Opa terlihat teduh. Kalau rambutnya sudah sempurna memutih, termasuk empat abad, bisa berlari-lari kecil tanpa alat bantu. Usianya lewat tiga per­ Saat aku tidak sabaran, bergegas hendak membalik badan, menyenangkan—meskipun membuat matanya seperti hilang. sedang tertawa seperti pagi ini, gurat wajah Opa terlihat amat kumis dan janggut tipis. Mata sipit Opa terlihat teduh. Kalau rambutnya sudah sempurna memutih, termasuk empat abad, bisa berlari-lari kecil tanpa alat bantu. Usianya lewat tiga per­ Saat aku tidak sabaran, bergegas hendak membalik badan, menyenangkan—meskipun membuat matanya seperti hilang. sedang tertawa seperti pagi ini, gurat wajah Opa terlihat amat kumis dan janggut tipis. Mata sipit Opa terlihat teduh. Kalau rambutnya sudah sempurna memutih, termasuk empat abad, bisa berlari-lari kecil tanpa alat bantu. Usianya lewat tiga per­ Saat aku tidak sabaran, bergegas hendak membalik badan, menyenangkan—meskipun membuat matanya seperti hilang. sedang tertawa seperti pagi ini, gurat wajah Opa terlihat amat kumis dan janggut tipis. Mata sipit Opa terlihat teduh. Kalau rambutnya sudah sempurna memutih, termasuk empat abad, bisa berlari-lari kecil tanpa alat bantu. Usianya lewat tiga per­ Saat aku tidak sabaran, bergegas hendak membalik badan, menyenangkan—meskipun membuat matanya seperti hilang. sedang tertawa seperti pagi ini, gurat wajah Opa terlihat amat kumis dan janggut tipis. Mata sipit Opa terlihat teduh. Kalau rambutnya sudah sempurna memutih, termasuk empat abad, bisa berlari-lari kecil tanpa alat bantu. Usianya lewat tiga per­ Saat aku tidak sabaran, bergegas hendak membalik badan, menyenangkan—meskipun membuat matanya seperti hilang. sedang tertawa seperti pagi ini, gurat wajah Opa terlihat amat kumis dan janggut tipis. Mata sipit Opa terlihat teduh. Kalau rambutnya sudah sempurna memutih, termasuk empat abad, mengabaikan tawaran sarapan Opa, hendak menuju ruang ke­ Saat aku tidak sabaran, bergegas hendak membalik badan, menyenangkan—meskipun membuat matanya seperti hilang. sedang tertawa seperti pagi ini, gurat wajah Opa terlihat amat kumis dan janggut tipis. Mata sipit Opa terlihat teduh. Kalau rambutnya sudah sempurna memutih, termasuk empat abad, mengabaikan tawaran sarapan Opa, hendak menuju ruang ke­ Saat aku tidak sabaran, bergegas hendak membalik badan, menyenangkan—meskipun membuat matanya seperti hilang. sedang tertawa seperti pagi ini, gurat wajah Opa terlihat amat kumis dan janggut tipis. Mata sipit Opa terlihat teduh. Kalau rambutnya sudah sempurna memutih, termasuk empat abad, mengabaikan tawaran sarapan Opa, hendak menuju ruang ke­ Saat aku tidak sabaran, bergegas hendak membalik badan, menyenangkan—meskipun membuat matanya seperti hilang. sedang tertawa seperti pagi ini, gurat wajah Opa terlihat amat kumis dan janggut tipis. Mata sipit Opa terlihat teduh. Kalau rambutnya sudah sempurna memutih, termasuk empat abad, mengabaikan tawaran sarapan Opa, hendak menuju ruang ke­ Saat aku tidak sabaran, bergegas hendak membalik badan, menyenangkan—meskipun membuat matanya seperti hilang. sedang tertawa seperti pagi ini, gurat wajah Opa terlihat amat kumis dan janggut tipis. Mata sipit Opa terlihat teduh. Kalau rambutnya sudah sempurna memutih, termasuk empat abad, mengabaikan tawaran sarapan Opa, hendak menuju ruang ke­ Saat aku tidak sabaran, bergegas hendak membalik badan, menyenangkan—meskipun membuat matanya seperti hilang. sedang tertawa seperti pagi ini, gurat wajah Opa terlihat amat kumis dan janggut tipis. Mata sipit Opa terlihat teduh. Kalau mudi, memulai memeriksa kapal baruku, si pengganggu kecil itu mengabaikan tawaran sarapan Opa, hendak menuju ruang ke­ Saat aku tidak sabaran, bergegas hendak membalik badan, menyenangkan—meskipun membuat matanya seperti hilang. sedang tertawa seperti pagi ini, gurat wajah Opa terlihat amat kumis dan janggut tipis. Mata sipit Opa terlihat teduh. Kalau mudi, memulai memeriksa kapal baruku, si pengganggu kecil itu mengabaikan tawaran sarapan Opa, hendak menuju ruang ke­ Saat aku tidak sabaran, bergegas hendak membalik badan, menyenangkan—meskipun membuat matanya seperti hilang. sedang tertawa seperti pagi ini, gurat wajah Opa terlihat amat kumis dan janggut tipis. Mata sipit Opa terlihat teduh. Kalau mudi, memulai memeriksa kapal baruku, si pengganggu kecil itu mengabaikan tawaran sarapan Opa, hendak menuju ruang ke­ Saat aku tidak sabaran, bergegas hendak membalik badan, menyenangkan—meskipun membuat matanya seperti hilang. sedang tertawa seperti pagi ini, gurat wajah Opa terlihat amat kumis dan janggut tipis. Mata sipit Opa terlihat teduh. Kalau mudi, memulai memeriksa kapal baruku, si pengganggu kecil itu mengabaikan tawaran sarapan Opa, hendak menuju ruang ke­ Saat aku tidak sabaran, bergegas hendak membalik badan, menyenangkan—meskipun membuat matanya seperti hilang. sedang tertawa seperti pagi ini, gurat wajah Opa terlihat amat kumis dan janggut tipis. Mata sipit Opa terlihat teduh. Kalau mudi, memulai memeriksa kapal baruku, si pengganggu kecil itu mengabaikan tawaran sarapan Opa, hendak menuju ruang ke­ Saat aku tidak sabaran, bergegas hendak membalik badan, menyenangkan—meskipun membuat matanya seperti hilang. sedang tertawa seperti pagi ini, gurat wajah Opa terlihat amat akhirnya tiba. Sama seperti pemburu berita lain yang kukenal mudi, memulai memeriksa kapal baruku, si pengganggu kecil itu mengabaikan tawaran sarapan Opa, hendak menuju ruang ke­ Saat aku tidak sabaran, bergegas hendak membalik badan, menyenangkan—meskipun membuat matanya seperti hilang. sedang tertawa seperti pagi ini, gurat wajah Opa terlihat amat akhirnya tiba. Sama seperti pemburu berita lain yang kukenal mudi, memulai memeriksa kapal baruku, si pengganggu kecil itu mengabaikan tawaran sarapan Opa, hendak menuju ruang ke­ Saat aku tidak sabaran, bergegas hendak membalik badan, menyenangkan—meskipun membuat matanya seperti hilang. sedang tertawa seperti pagi ini, gurat wajah Opa terlihat amat akhirnya tiba. Sama seperti pemburu berita lain yang kukenal mudi, memulai memeriksa kapal baruku, si pengganggu kecil itu mengabaikan tawaran sarapan Opa, hendak menuju ruang ke­ Saat aku tidak sabaran, bergegas hendak membalik badan, menyenangkan—meskipun membuat matanya seperti hilang. sedang tertawa seperti pagi ini, gurat wajah Opa terlihat amat akhirnya tiba. Sama seperti pemburu berita lain yang kukenal mudi, memulai memeriksa kapal baruku, si pengganggu kecil itu mengabaikan tawaran sarapan Opa, hendak menuju ruang ke­ Saat aku tidak sabaran, bergegas hendak membalik badan, menyenangkan—meskipun membuat matanya seperti hilang. sedang tertawa seperti pagi ini, gurat wajah Opa terlihat amat akhirnya tiba. Sama seperti pemburu berita lain yang kukenal mudi, memulai memeriksa kapal baruku, si pengganggu kecil itu mengabaikan tawaran sarapan Opa, hendak menuju ruang ke­ Saat aku tidak sabaran, bergegas hendak membalik badan, menyenangkan—meskipun membuat matanya seperti hilang. selama ini, tanpa perlu merasa melewati prosedur standar, ber­ akhirnya tiba. Sama seperti pemburu berita lain yang kukenal mudi, memulai memeriksa kapal baruku, si pengganggu kecil itu mengabaikan tawaran sarapan Opa, hendak menuju ruang ke­ Saat aku tidak sabaran, bergegas hendak membalik badan, menyenangkan—meskipun membuat matanya seperti hilang. selama ini, tanpa perlu merasa melewati prosedur standar, ber­ akhirnya tiba. Sama seperti pemburu berita lain yang kukenal mudi, memulai memeriksa kapal baruku, si pengganggu kecil itu mengabaikan tawaran sarapan Opa, hendak menuju ruang ke­ Saat aku tidak sabaran, bergegas hendak membalik badan, menyenangkan—meskipun membuat matanya seperti hilang. selama ini, tanpa perlu merasa melewati prosedur standar, ber­ akhirnya tiba. Sama seperti pemburu berita lain yang kukenal mudi, memulai memeriksa kapal baruku, si pengganggu kecil itu mengabaikan tawaran sarapan Opa, hendak menuju ruang ke­ Saat aku tidak sabaran, bergegas hendak membalik badan, menyenangkan—meskipun membuat matanya seperti hilang. selama ini, tanpa perlu merasa melewati prosedur standar, ber­ akhirnya tiba. Sama seperti pemburu berita lain yang kukenal mudi, memulai memeriksa kapal baruku, si pengganggu kecil itu mengabaikan tawaran sarapan Opa, hendak menuju ruang ke­ Saat aku tidak sabaran, bergegas hendak membalik badan, menyenangkan—meskipun membuat matanya seperti hilang. selama ini, tanpa perlu merasa melewati prosedur standar, ber­ akhirnya tiba. Sama seperti pemburu berita lain yang kukenal mudi, memulai memeriksa kapal baruku, si pengganggu kecil itu mengabaikan tawaran sarapan Opa, hendak menuju ruang ke­ Saat aku tidak sabaran, bergegas hendak membalik badan, basa-basi mengetuk pintu, dia langsung masuk ke kapal. selama ini, tanpa perlu merasa melewati prosedur standar, ber­ akhirnya tiba. Sama seperti pemburu berita lain yang kukenal mudi, memulai memeriksa kapal baruku, si pengganggu kecil itu mengabaikan tawaran sarapan Opa, hendak menuju ruang ke­ Saat aku tidak sabaran, bergegas hendak membalik badan, basa-basi mengetuk pintu, dia langsung masuk ke kapal. selama ini, tanpa perlu merasa melewati prosedur standar, ber­ akhirnya tiba. Sama seperti pemburu berita lain yang kukenal mudi, memulai memeriksa kapal baruku, si pengganggu kecil itu mengabaikan tawaran sarapan Opa, hendak menuju ruang ke­ Saat aku tidak sabaran, bergegas hendak membalik badan, basa-basi mengetuk pintu, dia langsung masuk ke kapal. selama ini, tanpa perlu merasa melewati prosedur standar, ber­ akhirnya tiba. Sama seperti pemburu berita lain yang kukenal mudi, memulai memeriksa kapal baruku, si pengganggu kecil itu mengabaikan tawaran sarapan Opa, hendak menuju ruang ke­ Saat aku tidak sabaran, bergegas hendak membalik badan, basa-basi mengetuk pintu, dia langsung masuk ke kapal. selama ini, tanpa perlu merasa melewati prosedur standar, ber­ akhirnya tiba. Sama seperti pemburu berita lain yang kukenal mudi, memulai memeriksa kapal baruku, si pengganggu kecil itu mengabaikan tawaran sarapan Opa, hendak menuju ruang ke­ Saat aku tidak sabaran, bergegas hendak membalik badan, basa-basi mengetuk pintu, dia langsung masuk ke kapal. selama ini, tanpa perlu merasa melewati prosedur standar, ber­ akhirnya tiba. Sama seperti pemburu berita lain yang kukenal mudi, memulai memeriksa kapal baruku, si pengganggu kecil itu mengabaikan tawaran sarapan Opa, hendak menuju ruang ke­ ”Kau mengajak teman, Tommi?” Opa yang pertama kali me­ basa-basi mengetuk pintu, dia langsung masuk ke kapal. selama ini, tanpa perlu merasa melewati prosedur standar, ber­ akhirnya tiba. Sama seperti pemburu berita lain yang kukenal mudi, memulai memeriksa kapal baruku, si pengganggu kecil itu mengabaikan tawaran sarapan Opa, hendak menuju ruang ke­ ”Kau mengajak teman, Tommi?” Opa yang pertama kali me­ basa-basi mengetuk pintu, dia langsung masuk ke kapal. selama ini, tanpa perlu merasa melewati prosedur standar, ber­ akhirnya tiba. Sama seperti pemburu berita lain yang kukenal mudi, memulai memeriksa kapal baruku, si pengganggu kecil itu mengabaikan tawaran sarapan Opa, hendak menuju ruang ke­ ”Kau mengajak teman, Tommi?” Opa yang pertama kali me­ basa-basi mengetuk pintu, dia langsung masuk ke kapal. selama ini, tanpa perlu merasa melewati prosedur standar, ber­ akhirnya tiba. Sama seperti pemburu berita lain yang kukenal mudi, memulai memeriksa kapal baruku, si pengganggu kecil itu mengabaikan tawaran sarapan Opa, hendak menuju ruang ke­ ”Kau mengajak teman, Tommi?” Opa yang pertama kali me­ basa-basi mengetuk pintu, dia langsung masuk ke kapal. selama ini, tanpa perlu merasa melewati prosedur standar, ber­ akhirnya tiba. Sama seperti pemburu berita lain yang kukenal mudi, memulai memeriksa kapal baruku, si pengganggu kecil itu mengabaikan tawaran sarapan Opa, hendak menuju ruang ke­ ”Kau mengajak teman, Tommi?” Opa yang pertama kali me­ basa-basi mengetuk pintu, dia langsung masuk ke kapal. selama ini, tanpa perlu merasa melewati prosedur standar, ber­ akhirnya tiba. Sama seperti pemburu berita lain yang kukenal mudi, memulai memeriksa kapal baruku, si pengganggu kecil itu nyadari kehadirannya, menatap pintu palka, belakang punggung­ ”Kau mengajak teman, Tommi?” Opa yang pertama kali me­ basa-basi mengetuk pintu, dia langsung masuk ke kapal. selama ini, tanpa perlu merasa melewati prosedur standar, ber­ akhirnya tiba. Sama seperti pemburu berita lain yang kukenal mudi, memulai memeriksa kapal baruku, si pengganggu kecil itu nyadari kehadirannya, menatap pintu palka, belakang punggung­ ”Kau mengajak teman, Tommi?” Opa yang pertama kali me­ basa-basi mengetuk pintu, dia langsung masuk ke kapal. selama ini, tanpa perlu merasa melewati prosedur standar, ber­ akhirnya tiba. Sama seperti pemburu berita lain yang kukenal mudi, memulai memeriksa kapal baruku, si pengganggu kecil itu nyadari kehadirannya, menatap pintu palka, belakang punggung­ ”Kau mengajak teman, Tommi?” Opa yang pertama kali me­ basa-basi mengetuk pintu, dia langsung masuk ke kapal. selama ini, tanpa perlu merasa melewati prosedur standar, ber­ akhirnya tiba. Sama seperti pemburu berita lain yang kukenal mudi, memulai memeriksa kapal baruku, si pengganggu kecil itu nyadari kehadirannya, menatap pintu palka, belakang punggung­ ”Kau mengajak teman, Tommi?” Opa yang pertama kali me­ basa-basi mengetuk pintu, dia langsung masuk ke kapal. selama ini, tanpa perlu merasa melewati prosedur standar, ber­ akhirnya tiba. Sama seperti pemburu berita lain yang kukenal mudi, memulai memeriksa kapal baruku, si pengganggu kecil itu nyadari kehadirannya, menatap pintu palka, belakang punggung­ ”Kau mengajak teman, Tommi?” Opa yang pertama kali me­ basa-basi mengetuk pintu, dia langsung masuk ke kapal. selama ini, tanpa perlu merasa melewati prosedur standar, ber­ akhirnya tiba. Sama seperti pemburu berita lain yang kukenal ku. nyadari kehadirannya, menatap pintu palka, belakang punggung­ ”Kau mengajak teman, Tommi?” Opa yang pertama kali me­ basa-basi mengetuk pintu, dia langsung masuk ke kapal. selama ini, tanpa perlu merasa melewati prosedur standar, ber­ akhirnya tiba. Sama seperti pemburu berita lain yang kukenal ku. nyadari kehadirannya, menatap pintu palka, belakang punggung­ ”Kau mengajak teman, Tommi?” Opa yang pertama kali me­ basa-basi mengetuk pintu, dia langsung masuk ke kapal. selama ini, tanpa perlu merasa melewati prosedur standar, ber­ akhirnya tiba. Sama seperti pemburu berita lain yang kukenal ku. nyadari kehadirannya, menatap pintu palka, belakang punggung­ ”Kau mengajak teman, Tommi?” Opa yang pertama kali me­ basa-basi mengetuk pintu, dia langsung masuk ke kapal. selama ini, tanpa perlu merasa melewati prosedur standar, ber­ akhirnya tiba. Sama seperti pemburu berita lain yang kukenal ku. nyadari kehadirannya, menatap pintu palka, belakang punggung­ ”Kau mengajak teman, Tommi?” Opa yang pertama kali me­ basa-basi mengetuk pintu, dia langsung masuk ke kapal. selama ini, tanpa perlu merasa melewati prosedur standar, ber­ akhirnya tiba. Sama seperti pemburu berita lain yang kukenal ku. nyadari kehadirannya, menatap pintu palka, belakang punggung­ ”Kau mengajak teman, Tommi?” Opa yang pertama kali me­ basa-basi mengetuk pintu, diaikut langsung masuk ke kapal. kapal. selama tanpa perlu merasa melewati prosedur standar, ”Eh?” Aku tidak mengerti, menoleh. ku. nyadari kehadirannya, menatap pintu palka, belakang punggung­ ”Kau mengajak teman, Tommi?” Opa yang pertama kali me­ basa-basi mengetuk pintu, dia langsung masuk ke selama ini, tanpa merasa melewati prosedur standar, ber­ ”Eh?” Aku tidak mengerti, menoleh. ku. nyadari kehadirannya, menatap pintu palka, belakang punggung­ ”Kauini, mengajak teman, Tommi?” Opa yang pertama kali ber­ me­ basa-basi mengetuk pintu, diaikut langsung masuk ke kapal. selama ini, tanpa perlu merasa melewati prosedur standar, ber­ ”Eh?” Aku tidakperlu mengerti, ikut menoleh.



Gadis wartawan review politik mingguan itu telah tiba. Na­ tangan. Dia mengenakan kemeja lengan panjang berwarna biru, syal lembut senada di leher, celana kain berwarna hitam, dan pasnya sedikit tersengal. Dua tas tersampir di pundaknya, di­ tambah paspor dan dokumen lain yang masih tergenggam di sepatu kets putih. Rambut pendeknya terlihat riap-riap diterpa tangan. Dia mengenakan kemeja lengan panjang berwarna biru, Gadis wartawan review politik mingguan itu telah tiba. Na­ syal lembut senada di leher, celana kain berwarna hitam, dan pasnya sedikit tersengal. Dua tas tersampir di pundaknya, di­ tambah paspor dan dokumen lain yang masih tergenggam di sepatu kets putih. Rambut pendeknya terlihat riap-riap diterpa tangan. Dia mengenakan kemeja lengan panjang berwarna biru, angin pelabuhan. Dia tersenyum lebar ke arah kami. Gadis wartawan review politik mingguan itu telah tiba. Na­ syal lembut senada di leher, celana kain berwarna hitam, dan pasnya sedikit tersengal. Dua tas tersampir di pundaknya, di­ tambah paspor dan dokumen lain yang masih tergenggam di sepatu kets putih. Rambut pendeknya terlihat riap-riap diterpa tangan. Dia mengenakan kemeja lengan panjang berwarna biru, Gadis wartawan review politik mingguan itu telah tiba. Na­ angin pelabuhan. Dia tersenyum lebar ke arah kami. syal lembut senada di leher, celana kain berwarna hitam, dan pasnya sedikit tersengal. Dua tas tersampir di pundaknya, di­ sepatu kets putih. Rambut pendeknya terlihat riap-riap diterpa tambah paspor dan dokumen lain yang masih tergenggam di angin pelabuhan. Dia tersenyum lebar ke arah kami. tangan. Dia mengenakan kemeja lengan panjang berwarna biru, pasnya sedikit tersengal. Dua tas tersampir di pundaknya, di­ syal lembut senada di leher, celana kain berwarna hitam, dan sepatu kets putih. Rambut pendeknya terlihat riap-riap diterpa tambah paspor dan dokumen lain yang masih tergenggam di tangan. Dia mengenakan kemeja lengan panjang berwarna biru, angin pelabuhan. Dia tersenyum lebar ke arah kami. syal lembut senada di leher, celana kain berwarna hitam, dan pasnya sedikit tersengal. Dua tas tersampir di pundaknya, di­ sepatu kets putih. Rambut pendeknya terlihat riap-riap diterpa tambah paspor dan dokumen lain yang masih tergenggam di tangan. Dia mengenakan kemeja lengan panjang berwarna biru, angin pelabuhan. Dia tersenyum lebar ke arah kami. syal lembut senada di leher, celana kain berwarna hitam, dan ”Maaf, aku tidak tahu harus menekan tombol yang mana? pasnya sedikit tersengal. Dua tas tersampir di pundaknya, di­ sepatu kets putih. Rambut pendeknya terlihat riap-riap diterpa tambah paspor dan dokumen lain yang masih tergenggam di tangan. Dia mengenakan kemeja lengan panjang berwarna biru, angin pelabuhan. Dia tersenyum lebar ke arah kami. syal lembut senada di leher, celana kain berwarna hitam, dan pasnya sedikit tersengal. Dua tas tersampir di pundaknya, di­ ”Maaf, aku tidak tahu harus menekan tombol yang mana? sepatu kets putih. Rambut pendeknya terlihat riap-riap diterpa tambah paspor dan dokumen lain yang masih tergenggam di angin pelabuhan. Dia tersenyum lebar ke arah kami. tangan. Dia mengenakan kemeja lengan panjang berwarna biru, ”Maaf, aku tidak tahu harus menekan tombol yang mana? syal lembut senada di leher, celana kain berwarna hitam, dan tambah paspor dan dokumen lain yang masih tergenggam di sepatu kets putih. Rambut pendeknya terlihat riap-riap diterpa angin pelabuhan. Dia tersenyum lebar ke arah kami. tangan. Dia mengenakan kemeja lengan panjang berwarna biru, syal lembut senada di leher, celana kain berwarna hitam, dan ”Maaf, aku tidak tahu harus menekan tombol yang mana? sepatu kets putih. Rambut pendeknya terlihat riap-riap diterpa tambah paspor dan dokumen lain yang masih tergenggam di angin pelabuhan. Dia tersenyum lebar ke arah kami. tangan. Dia mengenakan kemeja lengan panjang berwarna biru, syal lembut senada di leher, celana kain berwarna hitam, dan ”Maaf, aku tidak tahu harus menekan tombol yang mana? sepatu kets putih. Rambut pendeknya terlihat riap-riap diterpa Aku bahkan baru kali ini bertamu ke sebuah kapal pesiar, tidak tambah paspor dan dokumen lain yang masih tergenggam di angin pelabuhan. Dia tersenyum lebar ke arah kami. tangan. Dia mengenakan kemeja lengan panjang berwarna biru, syal lembut senada di leher, celana kain berwarna hitam, dan ”Maaf, aku tidak tahu harus menekan tombol yang mana? sepatu kets putih. Rambut pendeknya terlihat riap-riap diterpa tambah paspor dan dokumen lain yang masih tergenggam di Aku bahkan baru kali ini bertamu ke sebuah kapal pesiar, tidak angin pelabuhan. Dia tersenyum lebar ke arah kami. tangan. Dia mengenakan kemeja lengan panjang berwarna biru, ”Maaf, aku tidak tahu harus menekan tombol yang mana? syal lembut senada di leher, celana kain berwarna hitam, dan Aku bahkan baru kali ini bertamu ke sebuah kapal pesiar, tidak sepatu kets putih. Rambut pendeknya terlihat riap-riap diterpa tangan. Dia mengenakan kemeja lengan panjang berwarna biru, angin pelabuhan. Dia tersenyum lebar ke arah kami. ”Maaf, aku tidak tahu harus menekan tombol yang mana? syal lembut senada di leher, celana kain berwarna hitam, dan sepatu kets putih. Rambut pendeknya terlihat riap-riap diterpa Aku bahkan baru kali ini bertamu ke sebuah kapal pesiar, tidak angin pelabuhan. Dia tersenyum lebar ke arah kami. tangan. Dia mengenakan kemeja lengan panjang berwarna biru, ”Maaf, aku tidak tahu harus menekan tombol yang mana? syal lembut senada di leher, celana kain berwarna hitam, dan sepatu kets putih. Rambut pendeknya terlihat riap-riap diterpa Aku bahkan baru kali ini bertamu ke sebuah kapal pesiar, tidak angin pelabuhan. Dia tersenyum lebar ke arah kami. tahu mana pintu ruang tamunya. Tidak tahu di mana belnya, tangan. Dia mengenakan kemeja lengan panjang berwarna biru, ”Maaf, aku tidak tahu harus menekan tombol yang mana? syal lembut senada di leher, celana kain berwarna hitam, dan sepatu kets putih. Rambut pendeknya terlihat riap-riap diterpa Aku bahkan baru kali ini bertamu ke sebuah kapal pesiar, tidak angin pelabuhan. Dia tersenyum lebar kepanjang arah kami. tangan. Dia mengenakan kemeja lengan biru, tahu mana pintu ruang tamunya. Tidak tahu di mana belnya, ”Maaf, aku tidak tahu harus menekan tombol yang mana? syal lembut senada di leher, celana kain berwarna hitam, dan Aku bahkan baru kali ini bertamu ke sebuah kapal pesiar, tidak sepatu kets putih. Rambut pendeknya terlihat riap-riap diterpa tahu mana pintu ruang tamunya. Tidak tahu diberwarna mana belnya, angin pelabuhan. Dia tersenyum lebar ke arah kami. syal lembut senada di leher, celana kain berwarna hitam, dan ”Maaf, aku tidak tahu harus menekan tombol yang mana? Aku bahkan baru kali ini bertamu ke sebuah kapal pesiar, tidak sepatu kets putih. Rambut pendeknya terlihat riap-riap diterpa angin pelabuhan. Dia tersenyum lebar ke arah kami. tahu mana pintu ruang tamunya. Tidak tahu di mana belnya, ”Maaf, aku tidak tahu harus menekan tombol yang mana? syal lembut senada di leher, celana kain berwarna hitam, dan Aku bahkan baru kali ini bertamu ke sebuah kapal pesiar, tidak sepatu kets putih. Rambut pendeknya terlihat riap-riap diterpa angin pelabuhan. Dia tersenyum lebar ke arah kami. tahu mana pintu ruang tamunya. Tidak tahu di mana belnya, ”Maaf, aku tidak tahu harus menekan tombol yang mana? jadi baiklah.” Gadis itu menyengir, lantas jemarinya mengetuk syal lembut senada di leher, celana kain berwarna hitam, dan Aku bahkan baru kali ini bertamu ke sebuah kapal pesiar, tidak sepatu kets putih. Rambut pendeknya terlihat riap-riap diterpa angin pelabuhan. Dia tersenyum lebar ke arah kami. tahu mana pintu ruang tamunya. Tidak tahu di mana belnya, ”Maaf, aku tidak tahu harus menekan tombol yang mana? syal lembut senada di leher, celana kain berwarna hitam, dan jadi baiklah.” Gadis itu menyengir, lantas jemarinya mengetuk Aku bahkan baru kali ini bertamu ke sebuah kapal pesiar, tidak sepatu kets putih. Rambut pendeknya terlihat riap-riap diterpa tahu mana pintu ruang tamunya. Tidak tahu di mana belnya, angin pelabuhan. Dia tersenyum lebar ke arah kami. jadi baiklah.” Gadis itu menyengir, lantas jemarinya mengetuk ”Maaf, aku tidak tahu harus menekan tombol yang mana? sepatu kets putih. Rambut pendeknya terlihat riap-riap diterpa Aku bahkan baru kali ini bertamu ke sebuah kapal pesiar, tidak tahu mana pintu ruang tamunya. Tidak tahu di mana belnya, angin pelabuhan. Dia tersenyum lebar ke arah kami. ”Maaf, aku tidak tahu harus menekan tombol yang mana? jadi baiklah.” Gadis itu menyengir, lantas jemarinya mengetuk Aku bahkan baru kali ini bertamu ke sebuah kapal pesiar, tidak sepatu kets putih. Rambut pendeknya terlihat riap-riap diterpa tahu mana pintu ruang tamunya. Tidak tahu di mana belnya, angin pelabuhan. Dia tersenyum lebar ke arah kami. ”Maaf, aku tidak tahu harus menekan tombol yang mana? jadi baiklah.” Gadis itu menyengir, lantas jemarinya mengetuk Aku bahkan baru kali ini bertamu ke sebuah kapal pesiar, tidak dinding palka di belakangnya tiga kali, seperti sedang sepatu kets putih. Rambut pendeknya terlihat riap-riap diterpa tahu mana pintu ruang tamunya. Tidak tahu di mana belnya, angin pelabuhan. Dia tersenyum lebar ke arah kami. ”Maaf, aku tidak tahu harus menekan tombol yang mana? jadi baiklah.” Gadis itu menyengir, lantas jemarinya mengetuk Aku bahkan baru kali inimenyengir, bertamu kelantas sebuah kapal pesiar, tidak sepatu kets putih. Rambut pendeknya terlihat riap-riap diterpa dinding palka di belakangnya tiga kali, seperti sedang tahu mana pintu ruang tamunya. Tidak tahu di mana mana belnya, angin pelabuhan. Dia tersenyum lebar ke arah kami. jadi baiklah.” Gadis itu jemarinya mengetuk ”Maaf, aku tidak tahu harus menekan tombol yang mana? dinding palka di belakangnya tiga kali, seperti sedang Aku bahkan baru kali ini bertamu ke sebuah kapal pesiar, tidak angin pelabuhan. Dia tersenyum lebar ke arah kami. tahu mana pintu ruang tamunya. Tidak tahu di belnya, jadi baiklah.” Gadis itu menyengir, lantas jemarinya mengetuk ”Maaf, aku tidak tahu harus menekan tombol yang mana? Aku bahkan baru kali ini bertamu ke sebuah kapal pesiar, tidak dinding palka di belakangnya tiga kali, seperti sedang tahu mana pintu ruang tamunya. Tidak tahu di mana belnya, angin pelabuhan. Dia tersenyum lebar ke arah kami. jadi baiklah.” Gadis itu menyengir, lantas jemarinya mengetuk ”Maaf, aku tidak tahu harus menekan tombol yang mana? Aku bahkan baru kali ini bertamu ke sebuah kapal pesiar, tidak dinding palka di belakangnya tiga kali, seperti sedang tahu mana pintu ruang tamunya. Tidak tahu di mana belnya, pintu rumah. ”Boleh aku masuk?” angin pelabuhan. Dia tersenyum lebar ke arah kami. jadi baiklah.” Gadis itu menyengir, lantas jemarinya mengetuk ”Maaf, aku tidak tahu harus menekan tombol yang mana? Aku bahkan baru kali ini bertamu ke sebuah kapal pesiar, tidak dinding palka di belakangnya tiga kali, seperti sedang tahu mana pintu ruang tamunya. Tidak tahu di mana belnya, angin pelabuhan. Dia tersenyum lebar ke arah kami. pintu rumah. ”Boleh aku masuk?” jadi”Maaf, baiklah.” Gadis itu menyengir, lantas jemarinya mengetuk aku tidak tahu harus menekan tombol yang mana? Aku bahkan baru kali ini bertamu ke sebuah kapal pesiar, tidak dinding palka di belakangnya tiga kali, seperti sedang pintu rumah. ”Boleh aku masuk?” tahu mana pintu ruang tamunya. Tidak tahu di mana belnya, ”Maaf, aku tidak tahu harus menekan tombol yang mana? jadi baiklah.” Gadis itu menyengir, lantas jemarinya mengetuk dinding palka di belakangnya tiga kali, seperti sedang mengetuk Aku bahkan baru kali ini bertamu ke sebuah kapal pesiar, tidak tahu mana pintu ruang tamunya. Tidak tahu di mana belnya, pintu rumah. ”Boleh aku masuk?” jadi baiklah.” Gadis itu menyengir, lantas jemarinya mengetuk ”Maaf, aku tidak tahu harus menekan tombol yang mana? dinding palka di belakangnya tiga kali, seperti sedang Aku bahkan baru kali ini bertamu ke sebuah kapal pesiar, tidak tahu mana pintu ruang tamunya. Tidak tahu di mana belnya, pintu rumah. ”Boleh aku masuk?” jadi baiklah.” Gadis itu menyengir, lantas jemarinya mengetuk Opa sejenak menoleh kepadaku, bertanya kedua kalinya. Aku ”Maaf, aku tidak tahu harus menekan tombol yang mana? dinding palka di belakangnya tiga kali, seperti sedang Aku bahkan baru kaliitu inimenyengir, bertamu ke sebuah kapal pesiar, tidak tahu mana pintu ruang tamunya. Tidak tahu di mana mana belnya, pintu rumah. ”Boleh aku masuk?” jadi baiklah.” Gadis lantas jemarinya mengetuk ”Maaf, aku tidak tahu harus tombol yang mana? Opa sejenak menoleh kepadaku, bertanya kedua kalinya. Aku dinding palka di belakangnya tigamenekan kali, seperti sedang Aku bahkan baru kali ini bertamu ke sebuah kapal pesiar, tidak tahu mana pintu ruang tamunya. Tidak tahu di belnya, pintu rumah. ”Boleh aku masuk?” Opa sejenak menoleh kepadaku, bertanya kedua kalinya. Aku jadi baiklah.” Gadis itu menyengir, lantas jemarinya mengetuk dinding palka di belakangnya tiga kali, seperti sedang Aku bahkan baru kali ini bertamu ke sebuah kapal pesiar, tidak pintu rumah. ”Boleh aku masuk?” tahu mana pintu ruang tamunya. Tidak tahu di mana belnya, jadi baiklah.” Gadis itu menyengir, lantas jemarinya mengetuk Opa sejenak menoleh kepadaku, bertanya kedua kalinya. Aku dinding palka di belakangnya tiga kali, seperti sedang Aku bahkan baru kali ini bertamu ke sebuah kapal pesiar, tidak pintu rumah. ”Boleh aku masuk?” tahu mana pintu ruang tamunya. Tidak tahu di mana belnya, jadi baiklah.” Gadis itu menyengir, lantas jemarinya mengetuk Opa sejenak menoleh kepadaku, bertanya kedua kalinya. Aku dinding palka di belakangnya tiga kali, seperti sedang mengangkat bahu. Sama sekali tidak mengenal gadis ini, hanya Aku bahkan baru kali ini bertamu ke sebuah kapal pesiar, tidak pintu rumah. ”Boleh aku masuk?” tahu mana pintu ruang tamunya. Tidak tahu di mana belnya, jadi baiklah.” Gadis itu menyengir, lantas jemarinya mengetuk Opa sejenak menoleh kepadaku, bertanya kedua kalinya. Aku dinding palka di belakangnya tiga kali, seperti sedang Aku bahkan baru kali ini bertamu ke sebuah kapal pesiar, tidak mengangkat bahu. Sama sekali tidak mengenal gadis ini, hanya pintu rumah. ”Boleh aku masuk?” tahu mana pintu ruang tamunya. Tidak tahu di mana belnya, jadi baiklah.” Gadis itu menyengir, lantas jemarinya mengetuk Opa sejenak menoleh kepadaku, bertanya kedua kalinya. Aku dinding palka di belakangnya tiga kali, seperti sedang mengangkat bahu. Sama sekali tidak mengenal gadis ini, hanya pintu rumah. ”Boleh aku masuk?” tahu mana pintu ruang tamunya. Tidak tahu di mana belnya, Opa sejenak menoleh kepadaku, bertanya kedua kalinya. Aku jadi baiklah.” Gadis itu menyengir, lantas jemarinya mengetuk dinding palka di belakangnya tiga kali, seperti sedang mengangkat bahu. Sama sekali tidak mengenal gadis ini, hanya pintu rumah. ”Boleh aku masuk?” tahu mana pintu ruang tamunya. Tidak tahu di mana belnya, Opa sejenak menoleh kepadaku, bertanya kedua kalinya. Aku jadi baiklah.” Gadis itu menyengir, lantas jemarinya mengetuk dinding palka di belakangnya tiga kali, seperti sedang mengangkat bahu. Sama sekali tidak mengenal gadis ini, hanya pintu rumah. ”Boleh aku masuk?” bisa menduga-duga. tahu mana pintu ruang tamunya. Tidak tahu di mana belnya, Opa sejenak menoleh kepadaku, bertanya kedua kalinya. Aku jadi baiklah.” Gadis itu menyengir, lantas jemarinya mengetuk dinding palka di belakangnya tiga kali, seperti sedang mengangkat bahu. Sama sekali tidak mengenal gadis ini, hanya pintu rumah. ”Boleh aku masuk?” tahu mana pintu ruang tamunya. Tidak tahu di mana belnya, bisa menduga-duga. Opa sejenak menoleh kepadaku, bertanya kedua kalinya. Aku jadi baiklah.” Gadis itu menyengir, lantas jemarinya mengetuk dinding palka di belakangnya tiga kali, seperti sedang mengetuk mengangkat bahu. Sama sekali tidak mengenal gadis ini, hanya pintu rumah. ”Boleh aku masuk?” bisa menduga-duga. Opa sejenak menoleh kepadaku, bertanya kedua kalinya. Aku jadi baiklah.” Gadis itu menyengir, lantas jemarinya mengetuk mengangkat bahu. Sama sekali tidak mengenal gadis ini, hanya dinding palka di belakangnya tiga kali, seperti sedang pintu rumah. ”Boleh aku masuk?” bisa menduga-duga. Opa sejenak menoleh kepadaku, bertanya kedua kalinya. Aku jadi baiklah.” Gadis itu menyengir, lantas jemarinya mengetuk mengangkat bahu. Sama sekali tidak mengenal gadis ini, hanya dinding palka di belakangnya tiga kali, seperti sedang pintu rumah. ”Boleh aku masuk?” bisa menduga-duga. Opa sejenak menoleh kepadaku, bertanya kedua kalinya. Aku ”Boleh aku masuk?” jadi baiklah.” Gadis itu menyengir, lantas jemarinya mengetuk mengangkat bahu. Sama sekali tidak mengenal gadis ini, hanya dinding palka di belakangnya tiga kali, seperti sedang pintu rumah. ”Boleh akukepadaku, masuk?” bisa menduga-duga. Opa sejenak menoleh kepadaku, bertanya kedua kalinya. Aku jadi baiklah.” Gadis itu menyengir, lantas jemarinya mengetuk ”Boleh aku masuk?” mengangkat bahu. Sama sekali tidak mengenal gadis ini, hanya dinding palka di belakangnya tiga kali, seperti sedang pintu rumah. ”Boleh aku masuk?” bisa menduga-duga. Opa sejenak menoleh bertanya kedua kalinya. Aku ”Boleh aku masuk?” mengangkat bahu. Sama sekali tidak mengenal gadis ini, hanya dinding palka di belakangnya tiga kali, seperti sedang mengetuk bisa menduga-duga. pintu rumah. ”Boleh aku masuk?” Opa sejenak menoleh kepadaku, bertanya kedua kalinya. Aku ”Boleh aku masuk?” mengangkat bahu. Sama sekali tidak mengenal gadis ini, hanya dinding palka di belakangnya tiga kali, seperti sedang mengetuk bisa menduga-duga. pintu rumah. ”Boleh aku masuk?” Opa sejenak menoleh kepadaku, bertanya kedua kalinya. Aku ”Boleh aku masuk?” mengangkat bahu. Sama sekali tidak mengenal gadis ini, hanya ”Oh, tentu saja tidak masalah, silakan.” Opa akhirnya ter­ dinding palka di belakangnya tiga kali, seperti sedang mengetuk bisa menduga-duga. pintu rumah. ”Boleh aku masuk?” Opa sejenak menoleh kepadaku, bertanya kedua kalinya. Aku ”Boleh aku masuk?” mengangkat bahu. Sama sekali tidak mengenal gadis ini, hanya dinding palka di belakangnya tiga kali, seperti sedang mengetuk ”Oh, tentu saja tidak masalah, silakan.” Opa akhirnya ter­ bisa menduga-duga. pintu rumah. ”Boleh aku masuk?” Opa sejenak menoleh kepadaku, bertanya kedua kalinya. Aku ”Boleh aku masuk?” mengangkat bahu. Sama sekali tidak mengenal gadis ini, hanya ”Oh, tentu saja tidak masalah, silakan.” Opa akhirnya ter­ bisa menduga-duga. pintu rumah. ”Boleh aku masuk?” ”Boleh aku masuk?” Opa sejenak menoleh kepadaku, bertanya kedua kalinya. Aku mengangkat bahu. Sama sekali tidak mengenal gadis ini, hanya ”Oh, tentu saja tidak masalah, silakan.” Opa akhirnya ter­ bisa menduga-duga. pintu rumah. ”Boleh aku masuk?” ”Boleh aku masuk?” Opa sejenak menoleh kepadaku, bertanya kedua kalinya. Aku mengangkat bahu. Sama sekali tidak mengenal gadis ini, hanya ”Oh, tentu saja tidak masalah, silakan.” Opa akhirnya ter­ bisa menduga-duga. tawa—Opa selalu saja rileks dengan orang asing, melangkah pintu rumah. ”Boleh aku masuk?” ”Boleh aku masuk?” Opa sejenak menoleh kepadaku, bertanya kedua kalinya. Aku mengangkat bahu. Sama sekali tidak mengenal gadis ini, hanya ”Oh, tentu saja tidak masalah, silakan.” Opa akhirnya ter­ bisa menduga-duga. pintu rumah. ”Boleh aku masuk?” tawa—Opa selalu saja rileks dengan orang asing, melangkah ”Boleh aku masuk?” Opa sejenak menoleh kepadaku, bertanya kedua kalinya. Aku mengangkat bahu. Sama sekali tidak mengenal gadis ini, hanya ”Oh, tentu saja tidak masalah, silakan.” Opa akhirnya ter­ bisa menduga-duga. tawa—Opa selalu saja rileks dengan orang asing, melangkah ”Boleh aku masuk?” Opa sejenak menoleh kepadaku, bertanya kedua kalinya. Aku ”Oh, tentu saja tidak masalah, silakan.” Opa akhirnya ter­ mengangkat bahu. Sama sekali tidak mengenal gadis ini, hanya bisa menduga-duga. tawa—Opa selalu saja rileks dengan orang asing, melangkah ”Boleh aku masuk?” Opa sejenak menoleh kepadaku, bertanya kedua kalinya. Aku ”Oh, tentu saja tidak masalah, silakan.” Opa akhirnya ter­ mengangkat bahu. Sama sekali tidak mengenal gadis ini, hanya bisa menduga-duga. tawa—Opa selalu saja rileks dengan orang asing, melangkah ”Boleh aku masuk?” maju, menyambutnya. Opa sejenak menoleh kepadaku, bertanya kedua kalinya. Aku ”Oh, tentu saja tidak masalah, silakan.” Opa akhirnya ter­ mengangkat bahu. Sama sekali tidak mengenal gadis ini, hanya bisa menduga-duga. tawa—Opa selalu saja rileks dengan orang asing, melangkah ”Boleh aku masuk?” Opa sejenak menoleh kepadaku, bertanya kedua kalinya. Aku maju, menyambutnya. ”Oh, tentu saja tidak masalah, silakan.” Opa akhirnya ter­ mengangkat bahu. Sama sekali tidak mengenal gadis ini, hanya bisa menduga-duga. tawa—Opa selalu saja rileks dengan orang asing, melangkah ”Boleh aku masuk?” maju, menyambutnya. ”Oh, tentu saja tidak masalah, silakan.” Opa akhirnya ter­ mengangkat bahu. Sama sekali tidak mengenal gadis ini, hanya tawa—Opa selalu saja rileks dengan orang asing, melangkah bisa menduga-duga. ”Boleh aku masuk?” maju, menyambutnya. ”Oh, tentu saja tidak masalah, silakan.” Opa akhirnya ter­ mengangkat bahu. Sama sekali tidak mengenal gadis ini, hanya tawa—Opa selalu saja rileks dengan orang asing, melangkah bisa menduga-duga. ”Boleh aku masuk?” maju, menyambutnya. ”Oh, tentu saja tidak masalah, silakan.” Opa akhirnya ter­ Aku menghela napas, rencana pagiku sepertinya akan beran­ mengangkat bahu. Sama sekali tidak mengenal gadis ini, hanya tawa—Opa selalu saja rileks dengan orang asing, melangkah bisa menduga-duga. ”Boleh aku masuk?” maju, menyambutnya. ”Oh, tentu saja tidak masalah, silakan.” Opa akhirnya ter­ mengangkat bahu. Sama sekali tidak mengenal gadis ini, hanya Aku menghela napas, rencana pagiku sepertinya akan beran­ tawa—Opa selalu saja rileks dengan orang asing, melangkah bisa menduga-duga. ”Boleh aku masuk?” maju, menyambutnya. ”Oh, tentu saja tidak masalah, silakan.” Opa akhirnya ter­ Aku menghela napas, rencana pagiku sepertinya akan beran­ tawa—Opa selalu saja rileks dengan orang asing, melangkah bisa menduga-duga. maju, menyambutnya. ”Boleh aku masuk?” ”Oh, tentu saja tidak masalah, silakan.” Opa akhirnya ter­ Aku menghela napas, rencana pagiku sepertinya akan beran­ tawa—Opa selalu saja rileks dengan orang asing, melangkah bisa menduga-duga. maju, menyambutnya. ”Boleh aku masuk?” ”Oh, tentu saja tidak masalah, silakan.” Opa akhirnya ter­ Aku menghela napas, rencana pagiku sepertinya akan beran­ tawa—Opa selalu saja rileks dengan orang asing, melangkah takan. bisa menduga-duga. maju, menyambutnya. ”Boleh aku masuk?” ”Oh, tentu saja tidak masalah, silakan.” Opa akhirnya ter­ Aku menghela napas, rencana pagiku sepertinya akan beran­ tawa—Opa selalu saja rileks rileks dengan orang asing, melangkah bisa menduga-duga. takan. maju, menyambutnya. ”Oh, tentu saja tidak masalah, silakan.” Opa akhirnya ter­ ”Boleh aku masuk?” Aku menghela napas, rencana pagiku sepertinya akan beran­ tawa—Opa selalu saja dengan orang asing, melangkah takan. maju, menyambutnya. ”Boleh aku masuk?” Aku menghela napas, rencana pagiku sepertinya akan beran­ ”Oh, tentu saja tidak masalah, silakan.” Opa akhirnya ter­ tawa—Opa selalu saja rileks dengan orang asing, melangkah takan. maju, menyambutnya. ”Boleh aku masuk?” Aku menghela napas, rencana pagiku sepertinya akan beran­ ”Oh, tentu saja tidak masalah, silakan.” Opa akhirnya ter­ tawa—Opa selalu saja rileks dengan orang asing, melangkah takan. maju, menyambutnya. ”Aku wartawan salah satu review mingguan terkemuka di ka­ ”Boleh aku masuk?” Aku menghela napas, rencana pagiku sepertinya akan beran­ ”Oh, tentu saja tidak masalah, silakan.” Opa akhirnya ter­ tawa—Opa selalu saja rileks rileks dengan orang asing, melangkah takan. maju, menyambutnya. ”Boleh akuselalu masuk?” ”Aku wartawan salah satu review mingguan terkemuka di ka­ Aku menghela napas, rencana pagiku sepertinya akan beran­ tawa—Opa saja dengan orang asing, melangkah ”Oh, tentu saja tidak masalah, silakan.” Opa akhirnya ter­ maju, menyambutnya. takan. ”Aku wartawan salah satu review mingguan terkemuka di ka­ Aku menghela napas, rencana pagiku sepertinya akan beran­ ”Oh, tentu saja tidak masalah, silakan.” Opa akhirnya ter­ takan. tawa—Opa selalu saja rileks dengan orang asing, melangkah maju, menyambutnya. ”Aku wartawan salah satu review mingguan terkemuka di ka­ Aku menghela napas, rencana pagiku sepertinya akan beran­ ”Oh, tentu saja tidak masalah, silakan.” Opa akhirnya ter­ takan. tawa—Opa selalu saja rileks dengan orang asing, melangkah maju, menyambutnya. ”Aku wartawan salah satu review mingguan terkemuka di ka­ Aku menghela napas, rencana pagiku sepertinya akan beran­ wasan Asia Pasifik.” Gadis itu menyalami Opa, masih tersenyum ”Oh, tentu saja tidak masalah, silakan.” Opa akhirnya ter­ takan. tawa—Opa selalu saja rileks dengan orang asing, melangkah maju, menyambutnya. ”Aku wartawan salah satu review mingguan terkemuka di ka­ Aku menghela napas, rencana pagiku sepertinya akan beran­ ”Oh, tentu saja tidak masalah, silakan.” Opa akhirnya ter­ wasan Asia Pasifik.” Gadis itu menyalami Opa, masih tersenyum takan. maju, menyambutnya. tawa—Opa selalu saja rileks dengan orang asing, melangkah Aku menghela napas, rencana pagiku sepertinya akan beran­ ”Aku wartawan salah satu review mingguan terkemuka di ka­ wasan Asia Pasifik.” Gadis itu menyalami Opa, masih tersenyum takan. tawa—Opa selalu saja rileks dengan orang asing, melangkah ”Aku wartawan salah satu review mingguan terkemuka di ka­ maju, menyambutnya. Aku menghela napas, rencana pagiku sepertinya akan beran­ wasan Asia Pasifik.” Gadis itu menyalami Opa, masih tersenyum takan. tawa—Opa selalu saja rileks dengan orang asing, melangkah ”Aku wartawan salah satu review mingguan terkemuka di ka­ maju, menyambutnya. Aku menghela napas, rencana pagiku sepertinya akan beran­ wasan Asia Pasifik.” Gadis itu menyalami Opa, masih tersenyum takan. lebar. tawa—Opa selalu saja rileks dengan orang asing, melangkah ”Aku wartawan salah satu review mingguan terkemuka di ka­ maju, menyambutnya. Aku menghela napas, rencana pagiku sepertinya akan beran­ wasan Asia Pasifik.” Gadis itu menyalami Opa, masih tersenyum takan. tawa—Opa selalu saja rileks dengan orang asing, melangkah lebar. ”Aku wartawan salah satu review mingguan terkemuka di ka­ Aku menghela napas, rencana pagiku sepertinya akan beran­ maju, menyambutnya. takan. wasan Asia Pasifik.” Gadis itu menyalami Opa, masih tersenyum lebar. ”Aku wartawan salah satu review mingguan terkemuka di ka­ maju, menyambutnya. wasan Asia Pasifik.” Gadis itu menyalami Opa, masih tersenyum Aku menghela napas, rencana pagiku sepertinya akan beran­ takan. lebar. ”Aku wartawan salah satu review mingguan terkemuka di ka­ maju, menyambutnya. wasan Asia Pasifik.” Gadis itu menyalami Opa, masih tersenyum Aku menghela napas, rencana pagiku sepertinya akan beran­ takan. lebar. ”Aku wartawan salah satu review mingguan terkemuka di ka­ ”Wartawan? Kau sudah mengenal Thomas?” Opa bertanya maju, menyambutnya. wasan Asia Pasifik.” Gadis itu menyalami Opa, masih tersenyum Aku menghela napas, rencana pagiku sepertinya akan beran­ lebar. ”Aku wartawan salah satu review mingguan terkemuka di ka­ maju, menyambutnya. ”Wartawan? Kau sudah mengenal Thomas?” Opa bertanya takan. wasan Asia Pasifik.” Gadis itu menyalami Opa, masih tersenyum Aku menghela napas, rencana pagiku sepertinya akan beran­ ”Aku wartawan salah satu review mingguan terkemuka di ka­ lebar. ”Wartawan? Kau sudah mengenal Thomas?” Opa bertanya wasan Asia Pasifik.” Gadis itu menyalami Opa, masih tersenyum Aku menghela napas, rencana pagiku sepertinya akan beran­ lebar. takan. ”Aku wartawan salah satu review mingguan terkemuka di ka­ ”Wartawan? Kau sudah mengenal Thomas?” Opa bertanya wasan Asia Pasifik.” Gadis itu menyalami Opa, masih tersenyum Aku menghela napas, rencana pagiku sepertinya akan beran­ lebar. takan. ”Aku wartawan salah satu review mingguan terkemuka di ka­ ”Wartawan? Kau sudah mengenal Thomas?” Opa bertanya wasan Asia Pasifik.” Gadis itu menyalami Opa, masih tersenyum ramah. Aku menghela napas, rencana pagiku sepertinya akan beran­ lebar. takan. ”Aku wartawan salah satu review mingguan terkemuka di ka­ ”Wartawan? Kau sudah mengenal Thomas?” Opa bertanya wasan Asia Pasifik.” Gadis itumengenal menyalami Opa,terkemuka masih tersenyum Aku menghela napas, rencana pagiku sepertinya akan beran­ ramah. review mingguan di ka­ lebar. takan. wasan Asia Pasifik.” Gadis itu menyalami Opa, masih tersenyum ”Wartawan? Kau sudah Thomas?” Opa bertanya lebar. ramah. takan. ”Wartawan? Kau sudah mengenal Thomas?” Opa bertanya ”Aku wartawan salah satu review mingguan terkemuka di ka­ wasan Asia Pasifik.” Gadis itu menyalami Opa, masih tersenyum ramah. lebar. takan. ”Wartawan? Kau sudah mengenal Thomas?” Opa bertanya ”Aku wartawan salah satu review mingguan terkemuka di ka­ wasan Asia Pasifik.” Gadis itu menyalami Opa, masih tersenyum ramah. lebar. ”Eh, belum.” Gadis itu menggeleng. Dia menyeka keringat di takan. ”Wartawan? Kau sudah mengenal Thomas?” Opakeringat bertanya ”Aku wartawan salah satu review mingguan terkemuka di ka­ itumengenal menyalami Opa, masih tersenyum ramah. lebar. takan. ”Eh, belum.” Gadis itu menggeleng. Dia menyeka di wasan Asia Pasifik.” Gadis itu menyalami Opa, masih tersenyum ”Wartawan? Kau sudah mengenal Thomas?” Opa bertanya ”Aku wartawan salah satu review mingguan terkemuka di ka­ lebar. ramah. ”Wartawan? Kau sudah Thomas?” Opa bertanya ”Eh, belum.” Gadis itu menggeleng. Dia menyeka keringat di ”Aku wartawan salah satu review mingguan terkemuka di ka­ ramah. wasan Asia Pasifik.” Gadis itu menyalami Opa, masih tersenyum lebar. ”Eh, belum.” Gadis itu menggeleng. Dia menyeka keringat di ”Wartawan? Kau sudah mengenal Thomas?” Opa bertanya ”Aku wartawan salah satu review mingguan terkemuka di ka­ ramah. wasan Asia Pasifik.” Gadis itu menyalami Opa, masih tersenyum lebar. ”Eh, belum.” Gadis itu menggeleng. Dia menyeka keringat di ”Wartawan? Kau sudah mengenal Thomas?” Opa bertanya ”Aku wartawan salah satu review mingguan terkemuka di ka­ ramah. wasan Asia Pasifik.” Gadis itu menyalami Opa, masih tersenyum ”Eh,Asia belum.” Gadis itusatu menggeleng. Dia menyeka di mengenal Thomas?” Opakeringat bertanya ”Aku wartawan salah review mingguan terkemuka di ka­ lebar. ramah. wasan Pasifik.” Gadis itumengenal menyalami Opa, masih tersenyum ”Wartawan? Kau sudah Thomas?” Opa bertanya



padaku. ”Siapa wartawan satu tahun lalu yang sering bersama ”Belum kenal? Nah, ini menarik.” Opa tertawa pelan, menoleh kecil dari halaman pelabuhan, mengejar kapal pesiar. pelipis. Napasnya masih sedikit tersengal. Dia pasti berlari-lari jangan terlalu dekat dengan Tommi, karena buah rahasia kecil, terlalu dekat dengan Tommi, karena kita, Tommi? Ah, orang tua ini pelupa sekali. beritahu se­ padaku. ”Siapa wartawan satu tahun lalu yangAku sering bersama ”Belum kenal? Nah, ini menarik.” Opa tertawa pelan, menoleh kecil dari halaman pelabuhan, mengejar kapal pesiar. pelipis. Napasnya masih sedikit tersengal. Dia pasti berlari-lari jangan terlalu dekat dengan Tommi, karena buah rahasia kecil, kita, Tommi? Ah, orang tua ini pelupa sekali. Aku beritahu se­ ”Belum kenal? Nah, ini menarik.” Opa tertawa pelan, menoleh kecil dari halaman pelabuhan, mengejar kapal pesiar. pelipis. Napasnya masih sedikit tersengal. Dia pasti berlari-lari padaku. ”Siapa wartawan satu tahun lalu yang sering bersama jangan terlalu dekat dengan Tommi, karena buah rahasia kecil, kita, Tommi? Ah, orang tua ini pelupa sekali. Aku beritahu se­ satu tahun lalu yang sering bersama ”Belum kenal? Nah, ini menarik.” Opa tertawa pelan, menoleh kecil dari halaman pelabuhan, mengejar kapal pesiar. pelipis. Napasnya masih sedikit tersengal. Dia pasti berlari-lari jangan terlalu dekat dengan Tommi, karena buah rahasia kecil, kita, Tommi? Ah, orang tua ini pelupa sekali. Aku beritahu se­ padaku. ”Siapa wartawan satu tahun lalu yang sering bersama ”Belum kenal? Nah, ini menarik.” Opa tertawa pelan, menoleh kecil dari halaman pelabuhan, mengejar kapal pesiar. jangan terlalu dekat dengan Tommi, karena buah rahasia kecil, kita, Tommi? Ah, orang tua ini pelupa sekali. Aku beritahu se­ padaku. ”Siapa wartawan satu tahun lalu yang sering bersama ”Belum kenal? Nah, ini menarik.” Opa tertawa pelan, menoleh kecil dari halaman pelabuhan, mengejar kapal pesiar. dia bisa mengundang banyak masalah bagi perempuan mana banyak masalah bagi perempuan mana jangan terlalu dekat dengan Tommi, karena buah rahasia kecil, kita, Tommi? Ah, orang tua ini pelupa sekali. Aku beritahu se­ padaku. ”Siapa wartawan satu tahun lalu yang sering bersama ”Belum kenal? Nah, ini menarik.” Opa tertawa pelan, menoleh kecil dari halaman pelabuhan, mengejar kapal pesiar. dia bisa mengundang banyak masalah bagi perempuan mana jangan terlalu dekat dengan Tommi, karena buah rahasia kecil, padaku. ”Siapa wartawan satu tahun lalu yang sering bersama ”Belum kenal? Nah, ini menarik.” Opa tertawa pelan, menoleh kecil dari halaman pelabuhan, mengejar kapal pesiar. kita, Tommi? Ah, orang tua ini pelupa sekali. Aku beritahu se­ dia bisa mengundang banyak masalah bagi perempuan mana jangan terlalu dekat dengan Tommi, karena buah rahasia kecil, ini pelupa sekali. Aku beritahu se­ padaku. ”Siapa wartawan satu tahun lalu yang sering bersama ”Belum kenal? Nah, ini menarik.” Opa tertawa pelan, menoleh kecil dari halaman pelabuhan, mengejar kapal pesiar. dia bisa mengundang banyak masalah bagi perempuan mana jangan terlalu dekat dengan Tommi, karena buah rahasia kecil, kita, Tommi? Ah, orang tua ini pelupa sekali. Aku beritahu se­ padaku. ”Siapa wartawan satu tahun lalu yang sering bersama ”Belum kenal? Nah, ini menarik.” Opa tertawa pelan, menoleh dia bisa mengundang banyak masalah bagi perempuan mana jangan terlalu dekat dengan Tommi, karena buah rahasia kecil, kita, Tommi? Ah, orang tua ini pelupa sekali. Aku beritahu se­ padaku. ”Siapa wartawan satu tahun lalu yang sering bersama ”Belum kenal? Nah, ini menarik.” Opa tertawa pelan, menoleh pun, apalagi kalau itu wartawan.” wartawan.” dia bisa mengundang banyak masalah bagi perempuan mana jangan terlalu dekat dengan Tommi, karena buah rahasia kecil, kita, Tommi? Ah, orang tua ini pelupa sekali. Aku beritahu se­ padaku. ”Siapa wartawan satu tahun lalu yang sering bersama ”Belum kenal? Nah, ini menarik.” Opa tertawa pelan, menoleh pun, apalagi kalau itu wartawan.” dia bisa mengundang banyak masalah bagi perempuan mana kita, Tommi? Ah, orang tua ini pelupa sekali. Aku beritahu se­ padaku. ”Siapa wartawan satu tahun lalu yang sering bersama jangan terlalu dekat dengan Tommi, karena buah rahasia kecil, ”Belum kenal? Nah, ini menarik.” Opa tertawa pelan, menoleh pun, apalagi kalau itu wartawan.” dia bisa mengundang banyak masalah bagi perempuan mana terlalu dekat dengan Tommi, karena kita, Tommi? Ah, orang tua ini pelupa sekali. Aku beritahu se­ padaku. ”Siapa wartawan satu tahun lalu yang sering bersama ”Belum kenal? Nah, ini menarik.” Opa tertawa pelan, menoleh pun, apalagi kalau itu wartawan.” dia bisa mengundang banyak masalah bagi perempuan mana jangan terlalu dekat dengan Tommi, karena buah rahasia kecil, kita, Tommi? Ah, orang tua ini pelupa sekali. Aku beritahu se­ padaku. ”Siapa wartawan satu tahun lalu yang sering bersama pun, apalagi kalau itu wartawan.” dia bisa mengundang banyak masalah bagi perempuan mana jangan terlalu dekat dengan Tommi, karena buah rahasia kecil, kita, Tommi? Ah, orang tua ini pelupa sekali. Aku beritahu se­ padaku. ”Siapa wartawan satu tahun lalu yang sering bersama Gadis itu menatap Opa tidak mengerti, pindah menatapku. tidak mengerti, pindah menatapku. pun, apalagi kalau itu wartawan.” dia bisa mengundang banyak masalah bagi perempuan mana jangan terlalu dekat dengan Tommi, karena buah rahasia kecil, kita, Tommi? Ah, orang tua ini pelupa sekali. Aku beritahu se­ padaku. ”Siapa wartawan satu tahun lalu yang sering bersama Gadis itu menatap Opa tidak mengerti, pindah menatapku. pun, apalagi kalau itu wartawan.” jangan terlalu dekat dengan Tommi, karena buah rahasia kecil, kita, Tommi? Ah, orang tua ini pelupa sekali. Aku beritahu se­ dia bisa mengundang banyak masalah bagi perempuan mana padaku. ”Siapa wartawan satu tahun lalu yang sering bersama Gadis itu menatap Opa tidak mengerti, pindah menatapku. pun, apalagi kalau itu wartawan.” banyak masalah bagi perempuan mana jangan terlalu dekat dengan Tommi, karena buah rahasia kecil, kita, Tommi? Ah, orang tua ini pelupa sekali. Aku beritahu se­ padaku. ”Siapa wartawan satu tahun lalu yang sering bersama Gadis itu menatap Opa tidak mengerti, pindah menatapku. pun, apalagi kalau itu wartawan.” dia bisa mengundang banyak masalah bagi perempuan mana jangan terlalu dekat dengan Tommi, karena buah rahasia kecil, kita, Tommi? Ah, orang tua ini pelupa sekali. Aku beritahu se­ Gadis itu menatap Opa tidak mengerti, pindah menatapku. pun, apalagi kalau itu wartawan.” dia bisa mengundang banyak masalah bagi perempuan mana jangan terlalu dekat dengan Tommi, karena buah rahasia kecil, kita, Tommi? Ah, orang tua ini pelupa sekali. Aku beritahu se­ Aku mengangkat bahu. Menyumpahi Opa dalam hati—selalu Menyumpahi Opa dalam hati—selalu Gadis itu menatap Opa tidak mengerti, pindah menatapku. pun, apalagi kalau itu wartawan.” dia bisa mengundang banyak masalah bagi perempuan mana jangan terlalu dekat dengan Tommi, karena buah rahasia kecil, kita, Tommi? Ah, orang tua ini pelupa sekali. Aku beritahu se­ Aku mengangkat bahu. Menyumpahi Opa dalam hati—selalu Gadis itu menatap Opa tidak mengerti, pindah menatapku. dia bisa mengundang banyak masalah bagi perempuan mana jangan terlalu dekat dengan Tommi, karena buah rahasia kecil, pun, apalagi kalau itu wartawan.” kita, Tommi? Ah, orang tua ini pelupa sekali. Aku beritahu se­ Aku mengangkat bahu. Menyumpahi Opa dalam hati—selalu Gadis itu menatap Opa tidak mengerti, pindah menatapku. pun, apalagi kalau itu wartawan.” dia bisa mengundang banyak masalah bagi perempuan mana jangan terlalu dekat dengan Tommi, karena buah rahasia kecil, kita, Tommi? Ah, orang tua ini pelupa sekali. Aku beritahu se­ Aku mengangkat bahu. Menyumpahi Opa dalam hati—selalu Gadis itu menatap Opa tidak mengerti, pindah menatapku. pun, apalagi kalau itu wartawan.” dia bisa mengundang banyak masalah bagi perempuan mana jangan terlalu dekat dengan Tommi, karena buah rahasia kecil, Aku mengangkat bahu. Menyumpahi Opa dalam hati—selalu Gadis itu menatap Opa tidak mengerti, pindah menatapku. pun, apalagi kalau itu wartawan.” dia bisa mengundang banyak masalah bagi perempuan mana jangan terlalu dekat dengan Tommi, karena buah rahasia kecil, begitu, Opa selalu mudah bergurau dengan siapa pun, asal co­ bergurau dengan siapa pun, asal co­ Aku mengangkat bahu. Menyumpahi Opa dalam hati—selalu Gadis itu menatap Opa tidak mengerti, pindah menatapku. pun, apalagi kalau itu wartawan.” dia bisa mengundang banyak masalah bagi perempuan mana jangan terlalu dekat dengan Tommi, karena buah rahasia kecil, begitu, Opa selalu mudah bergurau dengan siapa pun, asal co­ Aku mengangkat bahu. Menyumpahi Opa dalam hati—selalu pun, apalagi kalau itu wartawan.” dia bisa mengundang banyak masalah bagi perempuan mana Gadis itu menatap Opa tidak mengerti, pindah menatapku. jangan terlalu dekat dengan Tommi, karena buah rahasia kecil, begitu, Opa selalu mudah bergurau dengan siapa pun, asal co­ Aku mengangkat bahu. Menyumpahi Opa dalam hati—selalu Gadis itu menatap Opa tidak mengerti, pindah menatapku. pun, apalagi kalau itu wartawan.” dia bisa mengundang banyak masalah bagi perempuan mana jangan terlalu dekat dengan Tommi, karena buah rahasia kecil, begitu, Opa selalu itu mudah bergurau dengan siapa pun, asal co­ Aku mengangkat bahu. Menyumpahi Opa dalam hati—selalu Gadis itu menatap Opa tidak mengerti, pindah menatapku. pun, apalagi kalau wartawan.” dia bisa mengundang banyak masalah bagi perempuan mana begitu, Opa selalu mudah bergurau dengan siapa pun, asal co­ Aku mengangkat bahu. Menyumpahi Opa dalam hati—selalu Gadis itu menatap Opa tidak mengerti, pindah menatapku. pun, apalagi kalau wartawan.” dia bisa mengundang banyak masalah bagi perempuan mana Seperti tidak tahu tempatnya. mot topik. tahu tempatnya. begitu, Opa selalu mudah bergurau dengan siapa pun, asal co­ Aku mengangkat bahu. Menyumpahi Opa dalam hati—selalu Gadis itu menatap Opa tidak mengerti, pindah menatapku. dia bisa mengundang banyak masalah bagi perempuan mana pun, apalagi kalau itu wartawan.” Seperti tidak tahu tempatnya. mot topik. begitu, Opa selalu itu mudah bergurau dengan siapa pun, asal co­ Gadis itu menatap Opa tidak mengerti, pindah menatapku. pun, apalagi kalau itu wartawan.” Aku mengangkat bahu. Menyumpahi Opa dalam hati—selalu dia bisa mengundang banyak masalah bagi perempuan mana Seperti tidak tahu tempatnya. mot topik. begitu, Opa selalu mudah bergurau dengan siapa pun, asal co­ Aku mengangkat bahu. Menyumpahi Opa dalam hati—selalu Gadis itu menatap Opa tidak mengerti, pindah menatapku. pun, apalagi kalau itu wartawan.” dia bisa mengundang banyak masalah bagi perempuan mana Seperti tidak tahu tempatnya. mot topik. begitu, Opa selalu mudah bergurau dengan siapa pun, asal co­ Aku mengangkat bahu. Menyumpahi Opa dalam hati—selalu Gadis itu menatap Opa tidak mengerti, pindah menatapku. pun, apalagi kalau itu wartawan.” Seperti tidak tahu tempatnya. mot topik. begitu, Opa selalu mudah bergurau dengan siapa pun, asal co­ Aku mengangkat bahu. Menyumpahi Opa dalam hati—selalu Gadis itu menatap Opa tidak mengerti, pindah menatapku. pun, apalagi kalau itu wartawan.” ”Oh, bukan.” Opa menggeleng demi melihat wajah bingung menggeleng demi melihat wajah bingung Seperti tidak tahu tempatnya. mot topik. begitu, Opa selalu mudah bergurau dengan siapa pun, asal co­ Aku mengangkat bahu. Menyumpahi Opa dalam hati—selalu pun, apalagi kalau itu wartawan.” Gadis itu menatap Opa tidak mengerti, pindah menatapku. ”Oh, bukan.” Opa menggeleng demi melihat wajah bingung Seperti tidak tahu tempatnya. mot topik. Aku mengangkat bahu. Menyumpahi Opa dalam hati—selalu begitu, Opa selalu mudah bergurau dengan siapa pun, asal co­ Gadis itu menatap Opa tidak mengerti, pindah menatapku. pun, apalagi kalau itu wartawan.” ”Oh, bukan.” Opa menggeleng demi melihat wajah bingung Seperti tidak tahu tempatnya. mot topik. begitu, Opa selalu mudah bergurau dengan siapa pun, asal co­ Aku mengangkat bahu. Menyumpahi Opa dalam hati—selalu Gadis itu menatap Opa tidak mengerti, pindah menatapku. pun, apalagi kalau itu wartawan.” ”Oh, bukan.” Opa menggeleng demi melihat wajah bingung Seperti tidak tahu tempatnya. mot topik. begitu, Opa selalu mudah bergurau dengan siapa pun, asal co­ Aku mengangkat bahu. Menyumpahi Opa dalam hati—selalu Gadis itu menatap Opa tidak mengerti, pindah menatapku. ”Oh, bukan.” Opa menggeleng demi melihat wajah bingung Seperti tidak tahu tempatnya. mot topik. begitu, Opa selalu mudah bergurau dengan siapa pun, asal co­ Aku mengangkat bahu. Menyumpahi Opa dalam hati—selalu gadis di depannya. ”Tentu saja bukan masalah yang kaubayang­ Gadis ituSeperti menatap Opatahu tidak mengerti, pindah menatapku. saja bukan masalah yang kaubayang­ ”Oh, bukan.” Opa menggeleng demi melihat wajah bingung tidak tempatnya. mot topik. begitu, Opa selalu mudah bergurau dengan siapa pun, asal co­ Gadis itu menatap Opa tidak mengerti, pindah menatapku. Aku mengangkat bahu. Menyumpahi Opa dalam hati—selalu gadis di depannya. ”Tentu saja bukan masalah yang kaubayang­ ”Oh, bukan.” Opa menggeleng demi melihat wajah bingung begitu, Opa selalu mudah bergurau dengan siapa pun, asal co­ Seperti tidak tahu tempatnya. mot topik. Aku mengangkat bahu. Menyumpahi Opa dalam hati—selalu Gadis itu menatap Opa tidak mengerti, pindah menatapku. gadis di depannya. ”Tentu saja bukan masalah yang kaubayang­ ”Oh, bukan.” Opa menggeleng demi melihat wajah bingung Seperti tidak tahu tempatnya. mot topik. begitu, Opa selalu mudah bergurau dengan siapa pun, asal co­ Aku mengangkat bahu. Menyumpahi Opa dalam hati—selalu Gadis itu menatap Opa tidak mengerti, pindah menatapku. gadis di depannya. ”Tentu saja bukan masalah yang kaubayang­ ”Oh, bukan.” Opa menggeleng demi melihat wajah bingung Seperti tidak tahu tempatnya. mot topik. begitu, Opa selalu mudah bergurau dengan siapa pun, asal co­ Aku mengangkat bahu. Menyumpahi Opa dalam hati—selalu gadis di depannya. ”Tentu saja bukan masalah yang kaubayang­ ”Oh, bukan.” Opa menggeleng demi melihat wajah bingung Seperti tidak tahu tempatnya. mot topik. begitu, Opa selalu mudah bergurau dengan siapa pun, asal co­ kan. Tetapi masalah yang lebih serius, seperti dikejar-kejar petu­ Aku mengangkat bahu. Menyumpahi Opa dalam hati—selalu lebih serius, seperti dikejar-kejar petu­ gadis di depannya. ”Tentu saja bukan masalah yang kaubayang­ ”Oh, bukan.” Opa menggeleng demi melihat wajah bingung Aku mengangkat bahu. Menyumpahi Opa dalam hati—selalu Seperti tidak tahu tempatnya. mot topik. begitu, Opa selalu mudah bergurau dengan siapa pun, asal co­ kan. Tetapi masalah yang lebih serius, seperti dikejar-kejar petu­ gadis di depannya. ”Tentu saja bukan masalah yang kaubayang­ ”Oh, bukan.” Opa menggeleng demi melihat wajah bingung Seperti tidak tahu tempatnya. mot topik. begitu, Opa selalu mudah bergurau dengan siapa pun, asal co­ Aku mengangkat bahu. Menyumpahi Opa dalam hati—selalu kan. Tetapi masalah yang lebih serius, seperti dikejar-kejar petu­ gadis di depannya. ”Tentu saja bukan masalah yang kaubayang­ ”Oh, bukan.” Opa menggeleng demi melihat wajah bingung Seperti tidak tahu tempatnya. mot topik. begitu, Opa selalu mudah bergurau dengan siapa pun, asal co­ Aku mengangkat bahu. Menyumpahi Opa dalam hati—selalu kan. Tetapi masalah yang lebih serius, seperti dikejar-kejar petu­ gadis di depannya. ”Tentu saja bukan masalah yang kaubayang­ ”Oh, bukan.” Opa menggeleng demi melihat wajah bingung Seperti tidak tahu tempatnya. mot topik. begitu, Opa selalu mudah bergurau dengan siapa pun, asal co­ kan. Tetapi masalah yang lebih serius, seperti dikejar-kejar petu­ gadis di depannya. ”Tentu saja bukan masalah yang kaubayang­ ”Oh, bukan.” Opa menggeleng demi melihat wajah bingung disandera, bertinju, hingga perang dan sebagai­ gas, ditembaki, Seperti tidak tahu tempatnya. mot topik. begitu, Opa selalu mudah bergurau dengan siapa pun, asal co­ bertinju, hingga perang dan sebagai­ kan. Tetapi masalah yang lebih serius, seperti dikejar-kejar petu­ gadis di depannya. ”Tentu saja bukan masalah yang kaubayang­ begitu, Opa selalu mudah bergurau dengan siapa pun, asal co­ ”Oh, bukan.” Opa menggeleng demi melihat wajah bingung Seperti tidak tahu tempatnya. mot topik. disandera, bertinju, hingga perang dan sebagai­ gas, ditembaki, kan. Tetapi masalah yang lebih serius, seperti dikejar-kejar petu­ gadis di depannya. ”Tentu saja bukan masalah yang kaubayang­ ”Oh, bukan.” Opa menggeleng demi melihat wajah bingung Seperti tidak tahu tempatnya. mot topik. begitu, Opa selalu mudah bergurau dengan siapa pun, asal co­ disandera, bertinju, hingga perang dan sebagai­ gas, ditembaki, kan. Tetapi masalah yang lebih serius, seperti dikejar-kejar petu­ gadis di depannya. ”Tentu saja bukan masalah yang kaubayang­ ”Oh, bukan.” Opa menggeleng demi melihat wajah bingung Seperti tidak tahu tempatnya. mot topik. begitu, Opa selalu mudah bergurau dengan siapa pun, asal co­ disandera, bertinju, hingga perang dan sebagai­ gas, ditembaki, kan. Tetapi masalah yang lebih serius, seperti dikejar-kejar petu­ gadis di depannya. ”Tentu saja bukan masalah yang kaubayang­ ”Oh, bukan.” Opa menggeleng demi melihat wajah bingung Seperti tidak tahu tempatnya. mot topik. disandera, bertinju, hingga perang dan sebagai­ gas, ditembaki, kan. Tetapi masalah yang lebih serius, seperti dikejar-kejar petu­ gadis di depannya. ”Tentu saja bukan masalah yang kaubayang­ nya.” ”Oh, bukan.” Opa menggeleng demi melihat wajah bingung Seperti tidak tahu tempatnya. mot topik. disandera, bertinju, hingga perang dan sebagai­ gas, ditembaki, kan. Tetapi masalah yang lebih serius, seperti dikejar-kejar petu­ Seperti tidak tahu tempatnya. mot topik. gadis di depannya. ”Tentu saja bukan masalah yang kaubayang­ ”Oh, bukan.” Opa menggeleng demi melihat wajah bingung nya.” disandera, bertinju, hingga perang dan sebagai­ gas, ditembaki, kan. Tetapi masalah yang lebih serius, seperti dikejar-kejar petu­ gadis di depannya. ”Tentu saja bukan masalah yang kaubayang­ ”Oh, bukan.” Opa menggeleng demi melihat wajah bingung Seperti tidak tahu tempatnya. mot topik. nya.” disandera, bertinju, hingga perang dan sebagai­ gas, ditembaki, kan. Tetapi masalah yang lebih serius, seperti dikejar-kejar petu­ gadis di depannya. ”Tentu saja bukan masalah yang kaubayang­ ”Oh, bukan.” Opa menggeleng demi melihat wajah bingung Seperti tidak tahu tempatnya. mot topik. nya.” disandera, bertinju, hingga perang dan sebagai­ gas, ditembaki, kan. Tetapi masalah yang lebih serius, seperti dikejar-kejar petu­ gadis di depannya. ”Tentu saja bukan masalah yang kaubayang­ ”Oh, bukan.” Opa menggeleng demi melihat wajah bingung nya.” disandera, bertinju, hingga perang dan sebagai­ gas, ditembaki, itu semakin bingung. Senyumnya terlipat. Gadis wartawan kan. Tetapi masalah yang lebih serius, seperti dikejar-kejar petu­ gadis di depannya. ”Tentu saja bukan masalah yang kaubayang­ ”Oh, bukan.” Opa menggeleng demi melihat wajah bingung semakin bingung. Senyumnya terlipat. nya.” disandera, bertinju, hingga perang dan sebagai­ gas, ditembaki, menggeleng demi melihat wajah bingung kan. Tetapi masalah yang lebih serius, seperti dikejar-kejar petu­ gadis di depannya. ”Tentu saja masalah yang kaubayang­ itu semakin bingung. Senyumnya terlipat. Gadis wartawan nya.” disandera, bertinju, hingga perang dan sebagai­ gas, ditembaki, kan. Tetapi masalah yang lebih serius, seperti dikejar-kejar petu­ gadis di bukan.” depannya. ”Tentu saja bukan bukan masalah yang kaubayang­ ”Oh, Opa menggeleng demi melihat wajah bingung itu semakin bingung. Senyumnya terlipat. Gadis wartawan nya.” disandera, bertinju, hingga perang dan sebagai­ gas, ditembaki, kan. Tetapi masalah yang lebih serius, seperti dikejar-kejar petu­ gadis di depannya. ”Tentu saja bukan masalah yang kaubayang­ ”Oh, bukan.” Opa menggeleng demi melihat wajah bingung itu semakin bingung. Senyumnya terlipat. Gadis wartawan nya.” disandera, bertinju, hingga perang dan sebagai­ gas, ditembaki, kan. Tetapi masalah yang lebih serius, seperti dikejar-kejar petu­ gadis di depannya. ”Tentu saja bukan masalah yang kaubayang­ itu semakin bingung. Senyumnya terlipat. Gadis wartawan nya.” Beruntunglah Kadek di dapur terdengar memukul-mukul disandera, bertinju, hingga perang dan sebagai­ gas, ditembaki, kan. Tetapi masalah yang lebih serius, seperti dikejar-kejar petu­ saja bukan masalah yang kaubayang­ dapur terdengar memukul-mukul itu semakin bingung. Senyumnya terlipat. Gadis wartawan gadis di depannya. ”Tentu saja bukan masalah yang kaubayang­ nya.” disandera, bertinju, hingga perang dan sebagai­ gas, ditembaki, kan. Tetapi masalah yang lebih serius, seperti dikejar-kejar petu­ Beruntunglah Kadek di dapur terdengar memukul-mukul itu semakin bingung. Senyumnya terlipat. Gadis wartawan nya.” disandera, bertinju, hingga perang dan sebagai­ gas, ditembaki, kan. Tetapi masalah yang lebih serius, seperti dikejar-kejar petu­ gadis di depannya. ”Tentu saja bukan masalah yang kaubayang­ Beruntunglah Kadek di dapur terdengar memukul-mukul itu semakin bingung. Senyumnya terlipat. Gadis wartawan nya.” disandera, bertinju, hingga perang dan sebagai­ gas, ditembaki, kan. Tetapi masalah yang lebih serius, seperti dikejar-kejar petu­ gadis di depannya. ”Tentu saja bukan masalah yang kaubayang­ Beruntunglah Kadek di dapur terdengar memukul-mukul itu semakin bingung. Senyumnya terlipat. Gadis wartawan nya.” disandera, bertinju, hingga perang dan sebagai­ gas, ditembaki, kan. Tetapi masalah yang lebih serius, seperti dikejar-kejar petu­ Beruntunglah Kadek di dapur terdengar memukul-mukul itu semakin bingung. Senyumnya terlipat. Gadis wartawan kuali masaknya, berseru bilang masakannya sudah matang. Per­ nya.” disandera, bertinju, hingga perang dan sebagai­ gas, ditembaki, kan. Tetapi masalah yang lebih serius, seperti dikejar-kejar petu­ kuali masaknya, berseru bilang masakannya sudah matang. Per­ Beruntunglah Kadek di dapur terdengar memukul-mukul lebih serius, seperti dikejar-kejar petu­ itu semakin bingung. Senyumnya terlipat. Gadis wartawan nya.” disandera, bertinju, hingga perang dan sebagai­ gas, ditembaki, kuali masaknya, berseru bilang masakannya sudah matang. Per­ Beruntunglah Kadek di dapur terdengar memukul-mukul itu semakin bingung. Senyumnya terlipat. Gadis wartawan nya.” disandera, bertinju, hingga perang dan sebagai­ gas, ditembaki, kan. Tetapi masalah yang lebih serius, seperti dikejar-kejar petu­ kuali masaknya, berseru bilang masakannya sudah matang. Per­ Beruntunglah Kadek di dapur terdengar memukul-mukul itu semakin bingung. Senyumnya terlipat. Gadis wartawan nya.” disandera, bertinju, hingga perang dan sebagai­ gas, ditembaki, kan. Tetapi masalah yang lebih serius, seperti dikejar-kejar petu­ kuali masaknya, berseru bilang masakannya sudah matang. Per­ Beruntunglah Kadek di dapur terdengar memukul-mukul itu semakin bingung. Senyumnya terlipat. Gadis wartawan nya.” disandera, bertinju, hingga perang dan sebagai­ gas, ditembaki, kuali masaknya, berseru bilang masakannya sudah matang. Per­ Beruntunglah Kadek di dapur terdengar memukul-mukul cakapan ganjil Opa jadi terputus. itu semakin bingung. Senyumnya terlipat. Gadis wartawan nya.” bertinju, hingga perang dan sebagai­ cakapan ganjil Opa jadi terputus. disandera, bertinju, hingga perang dan sebagai­ gas, ditembaki, kuali masaknya, berseru bilang masakannya sudah matang. Per­ Beruntunglah Kadek di dapur terdengar memukul-mukul itu semakin bingung. Senyumnya terlipat. Gadis wartawan nya.” cakapan ganjil Opa jadi terputus. kuali masaknya, berseru bilang masakannya sudah matang. Per­ Beruntunglah Kadek di dapur terdengar memukul-mukul itu semakin bingung. Senyumnya terlipat. Gadis wartawan nya.” disandera, bertinju, hingga perang dan sebagai­ gas, ditembaki, cakapan ganjil Opa jadi terputus. kuali masaknya, berseru bilang masakannya sudah matang. Per­ Beruntunglah Kadek di dapur terdengar memukul-mukul itu semakin bingung. Senyumnya terlipat. Gadis wartawan nya.” disandera, bertinju, hingga perang dan sebagai­ gas, ditembaki, cakapan ganjil Opa jadi terputus. kuali masaknya, berseru bilang masakannya sudah matang. Per­ Beruntunglah Kadek di dapur terdengar memukul-mukul itu semakin bingung. Senyumnya terlipat. Gadis wartawan nya.” cakapan ganjil Opa jadi terputus. ”Kau sudah sarapan? Mau ikut sarapan?” Opa bertanya. kuali masaknya, berseru bilang masakannya sudah matang. Per­ Beruntunglah Kadek di dapur terdengar memukul-mukul itu semakin bingung. Senyumnya terlipat. Gadis wartawan nya.” ”Kau sudah sarapan? Mau ikut sarapan?” Opa bertanya. cakapan ganjil Opa jadi terputus. kuali masaknya, berseru bilang masakannya sudah matang. Per­ Beruntunglah Kadek di dapur terdengar memukul-mukul itu semakin bingung. Senyumnya terlipat. Gadis wartawan ”Kau sudah sarapan? Mau ikut sarapan?” Opa bertanya. kuali masaknya, berseru bilang masakannya sudah matang. Per­ cakapan ganjil Opa jadi terputus. Beruntunglah Kadek di dapur terdengar memukul-mukul itu semakin bingung. Senyumnya terlipat. Gadis wartawan nya.” ”Kau sudah sarapan? Mau ikut sarapan?” Opa bertanya. cakapan ganjil Opa jadi terputus. kuali masaknya, berseru bilang masakannya sudah matang. Per­ Beruntunglah Kadek di dapur terdengar memukul-mukul itu semakin bingung. Senyumnya terlipat. Gadis wartawan nya.” ”Kau sudah sarapan? Mau ikut sarapan?” Opa bertanya. cakapan ganjil Opa jadi terputus. kuali masaknya, berseru bilang masakannya sudah matang. Per­ Beruntunglah Kadek di dapur terdengar memukul-mukul itu semakin bingung. Senyumnya terlipat. Gadis wartawan ”Kau sudah sarapan? Mau ikut sarapan?” Opa bertanya. ”Aku datang bukan untuk sarapan, maaf, aku harus mema­ cakapan ganjil Opa jadi terputus. kuali masaknya, berseru bilang masakannya sudah matang. Per­ Beruntunglah Kadek di dapur terdengar memukul-mukul semakin bingung. Senyumnya terlipat. ”Aku datang bukan untuk sarapan, maaf, aku harus mema­ itu semakin bingung. Senyumnya terlipat. Gadis wartawan ”Kau sudah sarapan? Mau ikut sarapan?” Opa bertanya. cakapan ganjil Opa jadi terputus. kuali masaknya, berseru bilang masakannya sudah matang. Per­ Beruntunglah Kadek di dapur terdengar memukul-mukul ”Aku datang bukan untuk sarapan, maaf, aku harus mema­ cakapan ganjil Opa jadi terputus. ”Kau sudah sarapan? Mau ikut sarapan?” Opa bertanya. kuali masaknya, berseru bilang masakannya sudah matang. Per­ Beruntunglah Kadek di dapur terdengar memukul-mukul itu semakin bingung. Senyumnya terlipat. Gadis wartawan ”Aku datang bukan untuk sarapan, maaf, aku harus mema­ ”Kau sudah sarapan? Mau ikut sarapan?” Opa bertanya. cakapan ganjil Opa jadi terputus. kuali masaknya, berseru bilang masakannya sudah matang. Per­ Beruntunglah Kadek di dapur terdengar memukul-mukul itu semakin bingung. Senyumnya terlipat. Gadis wartawan ”Aku datang bukan untuk sarapan, maaf, aku harus mema­ ”Kau sudah sarapan? Mau ikut sarapan?” Opa bertanya. cakapan ganjil Opa jadi terputus. kuali masaknya, berseru bilang masakannya sudah matang. Per­ Beruntunglah Kadek di dapur terdengar memukul-mukul ”Aku datang bukan untuk sarapan, maaf, aku harus mema­ wancarai narasumberku.” Gadis itu menggeleng atas tawaran ”Kau sudah sarapan? Mau ikut sarapan?” Opa bertanya. cakapan ganjil Opa jadi terputus. kuali masaknya, berseru bilang masakannya sudah matang. Per­ dapur terdengar memukul-mukul Beruntunglah Kadek di dapur terdengar memukul-mukul wancarai narasumberku.” Gadis itu menggeleng atas tawaran ”Aku datang bukan untuk sarapan, maaf, aku harus mema­ ”Kau sudah sarapan? Mau ikut sarapan?” Opa bertanya. cakapan ganjil Opa jadi terputus. kuali masaknya, berseru bilang masakannya sudah matang. Per­ wancarai narasumberku.” Gadis itu menggeleng atas tawaran ”Kau sudah sarapan? Mau ikut sarapan?” Opa bertanya. ”Aku datang bukan untuk sarapan, maaf, aku harus mema­ cakapan ganjil Opa jadi terputus. kuali masaknya, berseru bilang masakannya sudah matang. Per­ Beruntunglah Kadek di dapur terdengar memukul-mukul wancarai narasumberku.” Gadis itu menggeleng atas tawaran ”Aku datang bukan untuk sarapan, maaf, aku harus mema­ ”Kau sudah sarapan? Mau ikut sarapan?” Opa bertanya. cakapan ganjil Opa jadi terputus. kuali masaknya, berseru bilang masakannya sudah matang. Per­ Beruntunglah Kadek di dapur terdengar memukul-mukul wancarai narasumberku.” Gadis itu menggeleng atas tawaran ”Aku datang bukan untuk sarapan, maaf, aku harus mema­ ”Kau sudah sarapan? Mau ikut sarapan?” Opa bertanya. cakapan ganjil Opa jadi terputus. kuali masaknya, berseru bilang masakannya sudah matang. Per­ Opa, sepertinya dia fokus sekali dengan tugasnya, lalu menoleh wancarai narasumberku.” Gadis itu menggeleng atas tawaran ”Aku datang bukan untuk sarapan, maaf, aku harus mema­ ”Kau sudah sarapan? Mau ikut sarapan?” Opa bertanya. cakapan ganjil Opa jadi terputus. bilang masakannya sudah matang. Per­ kuali masaknya, berseru bilang masakannya sudah matang. Per­ Opa, sepertinya dia fokus sekali dengan tugasnya, lalu menoleh wancarai narasumberku.” Gadis itu menggeleng atas tawaran ”Aku datang bukan untuk sarapan, maaf, aku harus mema­ ”Kau sudah sarapan? Mau ikut sarapan?” Opa bertanya. cakapan ganjil Opa jadi terputus. ”Aku datang bukan untuk sarapan, maaf, aku harus mema­ Opa, sepertinya dia fokus sekali dengan tugasnya, lalu menoleh wancarai narasumberku.” Gadis itu menggeleng atas tawaran ”Kau sudah sarapan? Mau ikut sarapan?” Opa bertanya. cakapan ganjil Opa jadi terputus. kuali masaknya, berseru bilang masakannya sudah matang. Per­ Opa, sepertinya dia fokus sekali dengan tugasnya, lalu menoleh wancarai narasumberku.” Gadis itu menggeleng atas tawaran ”Aku datang bukan untuk sarapan, maaf, aku harus mema­ ”Kau sudah sarapan? Mau ikut sarapan?” Opa bertanya. cakapan ganjil Opa jadi terputus. kuali masaknya, berseru bilang masakannya sudah matang. Per­ Opa, sepertinya dia fokus sekali dengan tugasnya, lalu menoleh wancarai narasumberku.” Gadis itu menggeleng atas tawaran ”Aku datang bukan untuk sarapan, maaf, aku harus mema­ ”Kau sudah sarapan? Mau ikut sarapan?” Opa bertanya. cakapan ganjil Opa jadi terputus. padaku. ”Bisa kita lakukan wawancaranya sekarang?” Opa, sepertinya dia fokus sekali dengan tugasnya, lalu menoleh wancarai narasumberku.” Gadis itu menggeleng atas tawaran ”Aku datang bukan untuk sarapan, maaf, aku harus mema­ ”Kau sudah sarapan? Mau ikut sarapan?” Opa bertanya. terputus. cakapan ganjil Opa jadi terputus. padaku. ”Bisa kita lakukan wawancaranya sekarang?” Opa, sepertinya dia fokus sekali dengan tugasnya, lalu menoleh wancarai narasumberku.” Gadis itu menggeleng atas tawaran ”Aku datang bukan untuk sarapan, maaf, aku harus mema­ ”Kau sudah sarapan? Mau ikut sarapan?” Opa bertanya. wancarai narasumberku.” Gadis itu menggeleng atas tawaran padaku. ”Bisa kita lakukan wawancaranya sekarang?” Opa, sepertinya dia fokus sekali dengan tugasnya, lalu menoleh ”Aku datang bukan untuk sarapan, maaf, aku harus mema­ ”Kau sudah sarapan? Mau ikut sarapan?” Opa bertanya. cakapan ganjil Opa jadi terputus. padaku. ”Bisa kita lakukan wawancaranya sekarang?” Opa, sepertinya dia fokus sekali dengan tugasnya, lalu menoleh wancarai narasumberku.” Gadis itu menggeleng atas tawaran ”Aku datang bukan untuk sarapan, maaf, aku harus mema­ ”Kau sudah sarapan? Mau ikut sarapan?” Opa bertanya. cakapan ganjil Opa jadi terputus. padaku. ”Bisa kita lakukan wawancaranya sekarang?” Opa, sepertinya dia fokus sekali dengan tugasnya, lalu menoleh wancarai narasumberku.” Gadis itu menggeleng atas tawaran ”Aku datang bukan untuk sarapan, maaf, aku harus mema­ ”Kau sudah sarapan? Mau ikut sarapan?” Opa bertanya. ”Tidak.” Aku menggeleng tegas. padaku. ”Bisa kita wawancaranya sekarang?” Opa, sepertinya dia fokus sekali dengan tugasnya, lalu menoleh wancarai narasumberku.” Gadis itu menggeleng atas tawaran ”Aku datang bukan untuk sarapan, maaf, aku bertanya. harus mema­ Mau ikut sarapan?” Opa bertanya. ”Kau sudah sarapan? Mau ikut sarapan?” Opa ”Tidak.” Aku menggeleng tegas. padaku. ”Bisa kita lakukan wawancaranya sekarang?” Opa, sepertinya dialakukan fokus sekali dengan tugasnya, lalu menoleh menoleh wancarai narasumberku.” Gadis itu menggeleng atas tawaran ”Aku datang bukan untuk sarapan, maaf, aku harus mema­ Opa, sepertinya dia fokus sekali dengan tugasnya, lalu ”Tidak.” Aku menggeleng tegas. padaku. ”Bisa kita lakukan wawancaranya sekarang?” wancarai narasumberku.” Gadis itu menggeleng atas tawaran ”Aku datang bukan untuk sarapan, maaf, aku harus mema­ ”Kau sudah sarapan? Mau ikut sarapan?” Opa bertanya. ”Tidak.” Aku menggeleng tegas. padaku. ”Bisa kita lakukan wawancaranya sekarang?” Opa, sepertinya dia fokus sekali dengan tugasnya, lalu menoleh wancarai narasumberku.” Gadis itu menggeleng atas tawaran ”Aku datang bukan untuk sarapan, maaf, aku harus mema­ ”Kau sudah sarapan? Mau ikut sarapan?” Opa bertanya. ”Tidak.” Aku menggeleng tegas. padaku. ”Bisa kita lakukan wawancaranya sekarang?” Opa, sepertinya dia fokus sekali dengan tugasnya, lalu menoleh wancarai narasumberku.” Gadis itu menggeleng atas tawaran ”Aku datang bukan untuk sarapan, maaf, aku harus mema­ ”Tidak bagaimana?” Gadis itu menatapku. ”Anda sudah ber­ ”Tidak.” Aku menggeleng tegas. padaku. ”Bisa kita lakukan wawancaranya sekarang?” Opa, sepertinya dia fokus sekali dengan tugasnya, lalu menoleh wancarai narasumberku.” Gadis itu menggeleng atas tawaran untuk sarapan, maaf, aku harus mema­ ”Aku datang bukan untuk sarapan, maaf, aku harus mema­ ”Tidak bagaimana?” Gadis itu menatapku. ”Anda sudah ber­ ”Tidak.” Aku menggeleng tegas. wawancaranya sekarang?” Opa, sepertinya dia fokus sekali dengan tugasnya, lalu menoleh wancarai narasumberku.” Gadis itu menggeleng atas tawaran padaku. ”Bisa kita lakukan wawancaranya sekarang?” ”Tidak bagaimana?” Gadis itu menatapku. ”Anda sudah ber­ ”Tidak.” Aku menggeleng tegas. Opa, sepertinya dia fokus sekali dengan tugasnya, lalu menoleh wancarai narasumberku.” Gadis itu menggeleng atas tawaran ”Aku datang bukan untuk sarapan, maaf, aku harus mema­ ”Tidak bagaimana?” Gadis itu menatapku. ”Anda sudah ber­ ”Tidak.” Aku menggeleng tegas. padaku. ”Bisa kita lakukan wawancaranya sekarang?” Opa, sepertinya dia fokus sekali dengan tugasnya, lalu menoleh wancarai narasumberku.” Gadis itu menggeleng atas tawaran ”Aku datang bukan untuk sarapan, maaf, aku harus mema­ ”Tidak bagaimana?” Gadis itu menatapku. ”Anda sudah ber­ ”Tidak.” Aku menggeleng tegas. padaku. ”Bisa kita lakukan wawancaranya sekarang?” Opa, sepertinya dia fokus sekali dengan tugasnya, lalu menoleh wancarai narasumberku.” Gadis itu menggeleng atas tawaran janji.” ”Tidak bagaimana?” Gadis itu menatapku. ”Anda sudah ber­ ”Tidak.” Aku menggeleng tegas. padaku. ”Bisa kita lakukan wawancaranya sekarang?” Opa, sepertinya dia fokus sekali dengan tugasnya, lalu menoleh Gadis itu menggeleng atas tawaran wancarai narasumberku.” Gadis itu menggeleng atas tawaran janji.” ”Tidak bagaimana?” Gadis itu menatapku. ”Anda sudah ber­ tegas. padaku. ”Bisa kita lakukan wawancaranya sekarang?” Opa, sepertinya dia fokus sekali dengan tugasnya, lalu menoleh ”Tidak.” Aku menggeleng tegas. janji.” ”Tidak bagaimana?” Gadis itu menatapku. ”Anda sudah ber­ padaku. ”Bisa kita wawancaranya sekarang?” Opa, sepertinya dialakukan fokus sekali tugasnya, lalu menoleh wancarai narasumberku.” Gadis itu menggeleng atas tawaran janji.” ”Tidak bagaimana?” Gadis itu dengan menatapku. ”Anda sudah ber­



kapal, ribuan kilometer dari Jakarta, saat aku berencana santai berjanji bersedia diwawancarai pukul tujuh pagi-pagi, dikertas atas ”Berjanji?” Aku balas menatapnya bingung. Sejak kapan aku di tangannya. ”Sebentar. Nah ini dia, sekretaris Anda yang sama ”Anda lupa?” Gadis itu bergegas memeriksa tumpukan menghabiskan waktu mencoba kapal baru ini. kapal, ribuan kilometer dari Jakarta, saat aku berencana santai berjanji bersedia diwawancarai pukul tujuh di atas ”Berjanji?” Aku balas menatapnya bingung. Sejak kapan aku di tangannya. ”Sebentar. Nah ini dia, sekretaris Anda yang sama ”Anda lupa?” Gadis itu bergegas memeriksa tumpukan kertas menghabiskan waktu mencoba kapal baru ini.pagi-pagi, kapal, ribuan kilometer dari Jakarta, saat aku berencana santai berjanji bersedia diwawancarai pukul tujuh pagi-pagi, di atas ”Berjanji?” Aku balas menatapnya bingung. Sejak kapan aku di tangannya. ”Sebentar. Nah ini dia, sekretaris Anda yang sama ”Anda lupa?” Gadis itu bergegas memeriksa tumpukan kertas kapal, ribuan kilometer dari Jakarta, saat aku berencana santai berjanji bersedia diwawancarai pukul tujuh pagi-pagi, di atas sekali tidak ramah itu mengirimkan itinerary Anda ke Hong ”Berjanji?” Aku balas menatapnya bingung. Sejak kapan aku di tangannya. ”Sebentar. Nah ini dia, sekretaris Anda yang sama ”Anda lupa?” Gadis itu bergegas memeriksa tumpukan kertas menghabiskan waktu mencoba kapal baru ini. kapal, ribuan kilometer dari Jakarta, saat aku berencana santai berjanji bersedia diwawancarai pukul tujuh pagi-pagi, di atas sekali tidak ramah itu mengirimkan itinerary Anda ke Hong di tangannya. ”Sebentar. Nah ini dia, sekretaris Anda yang sama ”Anda lupa?” Gadis itu bergegas memeriksa tumpukan kertas menghabiskan waktu mencoba kapal baru ini. kapal, ribuan kilometer dari Jakarta, saat aku berencana santai berjanji bersedia diwawancarai pukul tujuh pagi-pagi, di atas sekali tidak ramah itu mengirimkan itinerary Anda ke Hong di tangannya. ”Sebentar. Nah ini dia, sekretaris Anda yang sama ”Anda lupa?” Gadis itu bergegas memeriksa tumpukan kertas menghabiskan waktu mencoba kapal baru ini. kapal, ribuan kilometer dari Jakarta, saat aku berencana santai berjanji bersedia diwawancarai pukul tujuh pagi-pagi, di atas sekali tidak ramah itu mengirimkan itinerary Anda ke Hong di tangannya. ”Sebentar. Nah ini dia, sekretaris Anda yang sama ”Anda lupa?” Gadis itu bergegas memeriksa tumpukan kertas menghabiskan waktu mencoba kapal baru ini. kapal, ribuan kilometer dari Jakarta, saat aku berencana santai berjanji bersedia diwawancarai pukul tujuh pagi-pagi, di atas sekali tidak ramah itu mengirimkan itinerary Anda ke Hong di tangannya. ”Sebentar. Nah ini dia, sekretaris Anda yang sama menghabiskan waktu mencoba kapal baru ini. kapal, ribuan kilometer dari Jakarta, saat aku berencana santai Kong dan Makau. Dia menyertainya dengan kalimat pendek jika berjanji bersedia diwawancarai pukul tujuh pagi-pagi, di atas sekali tidak ramah itu mengirimkan itinerary Anda ke Hong di tangannya. ”Sebentar. Nah ini dia, sekretaris Anda yang sama ”Anda lupa?” Gadis itu bergegas memeriksa tumpukan kertas menghabiskan waktu mencoba kapal baru ini. kapal, ribuan kilometer dari Jakarta, saat aku berencana santai Kong dan Makau. Dia menyertainya dengan kalimat pendek jika sekali tidak ramah itu mengirimkan itinerary Anda ke Hong di tangannya. ”Sebentar. Nah ini dia, sekretaris Anda yang sama ”Anda lupa?” Gadis itu bergegas memeriksa tumpukan kertas menghabiskan waktu mencoba kapal baru ini. kapal, ribuan kilometer dari Jakarta, saat aku berencana santai Kong dan Makau. Dia menyertainya dengan kalimat pendek jika sekali tidak ramah itu mengirimkan itinerary Anda ke Hong di tangannya. ”Sebentar. Nah ini dia, sekretaris Anda yang sama ”Anda lupa?” Gadis itu bergegas memeriksa tumpukan kertas menghabiskan waktu mencoba kapal baru ini. kapal, ribuan kilometer dari Jakarta, saat aku berencana santai Kong dan Makau. Dia menyertainya dengan kalimat pendek jika sekali tidak ramah itu mengirimkan itinerary Anda ke Hong di tangannya. ”Sebentar. Nah ini dia, sekretaris Anda yang sama ”Anda lupa?” Gadis itu bergegas memeriksa tumpukan kertas menghabiskan waktu mencoba kapal baru ini. kapal, ribuan kilometer dari Jakarta, saat aku berencana santai Kong dan Makau. Dia menyertainya dengan kalimat pendek jika sekali tidak ramah itu mengirimkan itinerary Anda ke Hong ”Anda lupa?” Gadis itu bergegas memeriksa tumpukan kertas menghabiskan waktu mencoba kapal baru ini. aku bisa mengejar jadwal itu, Anda bersedia melakukan wawan­ kapal, ribuan kilometer dari Jakarta, saat aku berencana santai Kong dan Makau. Dia menyertainya dengan kalimat pendek jika sekali tidak ramah itu mengirimkan itinerary Anda ke Hong di tangannya. ”Sebentar. Nah ini dia, sekretaris Anda yang sama ”Anda lupa?” Gadis itu bergegas memeriksa tumpukan kertas menghabiskan waktu mencoba kapal baru ini. aku bisa mengejar jadwal itu, Anda bersedia melakukan wawan­ Kong dan Makau. Dia menyertainya dengan kalimat pendek jika sekali tidak ramah itu mengirimkan itinerary Anda ke Hong di tangannya. ”Sebentar. Nah ini dia, sekretaris Anda yang sama ”Anda lupa?” Gadis itu bergegas memeriksa tumpukan kertas menghabiskan waktu mencoba kapal baru ini. aku bisa mengejar jadwal itu, Anda bersedia melakukan wawan­ Kong dan Makau. Dia menyertainya dengan kalimat pendek jika sekali tidak ramah itu mengirimkan itinerary Anda ke Hong di tangannya. ”Sebentar. Nah ini dia, sekretaris Anda yang sama ”Anda lupa?” Gadis itu bergegas memeriksa tumpukan kertas menghabiskan waktu mencoba kapal baru ini. aku bisa mengejar jadwal itu, Anda bersedia melakukan wawan­ Kong dan Makau. Dia menyertainya dengan kalimat pendek jika sekali tidak ramah itu mengirimkan itinerary Anda ke Hong di tangannya. ”Sebentar. Nah ini dia, sekretaris Anda yang sama ”Anda lupa?” Gadis itu bergegas memeriksa tumpukan kertas menghabiskan waktu mencoba kapal baru ini. aku bisa mengejar jadwal itu, Anda bersedia melakukan wawan­ Kong dan Makau. Dia menyertainya dengan kalimat pendek jika di tangannya. ”Sebentar. Nah ini dia, sekretaris Anda yang sama ”Anda lupa?” Gadis itu bergegas memeriksa tumpukan kertas cara di mana pun, termasuk bila perlu di atas pesawat, di dalam menghabiskan waktu mencoba kapal baru ini. aku bisa mengejar jadwal itu, Anda bersedia melakukan wawan­ Kong dan Makau. Dia menyertainya dengan kalimat pendek jika sekali tidak ramah itu mengirimkan itinerary Anda ke Hong di tangannya. ”Sebentar. Nah ini dia, sekretaris Anda yang sama ”Anda lupa?” Gadis itu bergegas memeriksa tumpukan kertas cara di mana pun, termasuk bila perlu di atas pesawat, di dalam aku bisa mengejar jadwal itu, Anda bersedia melakukan wawan­ Kong dan Makau. Dia menyertainya dengan kalimat pendek jika sekali tidak ramah itu mengirimkan itinerary Anda ke Hong di tangannya. ”Sebentar. Nah ini dia, sekretaris Anda yang sama ”Anda lupa?” Gadis itu bergegas memeriksa tumpukan kertas cara di mana pun, termasuk bila perlu di atas pesawat, di dalam aku bisa mengejar jadwal itu, Anda bersedia melakukan wawan­ Kong dan Makau. Dia menyertainya dengan kalimat pendek jika sekali tidak ramah itu mengirimkan itinerary Anda ke Hong di tangannya. ”Sebentar. Nah ini dia, sekretaris Anda yang sama ”Anda lupa?” Gadis itu bergegas memeriksa tumpukan kertas cara di mana pun, termasuk bila perlu di atas pesawat, di dalam aku bisa mengejar jadwal itu, Anda bersedia melakukan wawan­ Kong dan Makau. Dia menyertainya dengan kalimat pendek jika sekali tidak ramah itu mengirimkan itinerary Anda ke Hong di tangannya. ”Sebentar. Nah ini dia, sekretaris Anda yang sama ”Anda lupa?” Gadis itu bergegas memeriksa tumpukan kertas cara di mana pun, termasuk bila perlu di atas pesawat, di dalam aku bisa mengejar jadwal itu, Anda bersedia melakukan wawan­ sekali tidak ramah itu mengirimkan itinerary Anda ke Hong di tangannya. ”Sebentar. Nah ini dia, sekretaris Anda yang sama toilet perjalanan sekalipun.” Gadis itu menarik salah satu ”Anda lupa?” Gadis itu bergegas memeriksa tumpukan kertas cara di mana pun, termasuk bila perlu di atas pesawat, di dalam aku bisa mengejar jadwal itu, Anda bersedia melakukan wawan­ Kong dan Makau. Dia menyertainya dengan kalimat pendek jika sekali tidak ramah itu mengirimkan itinerary Anda ke Hong di tangannya. ”Sebentar. Nah ini dia, sekretaris Anda yang sama toilet perjalanan sekalipun.” Gadis itu menarik salah satu kertas cara di mana pun, termasuk bila perlu di atas pesawat, di dalam aku bisa mengejar jadwal itu, Anda bersedia melakukan wawan­ Kong dan Makau. Dia menyertainya dengan kalimat pendek jika sekali tidak ramah itu mengirimkan itinerary Anda ke Hong di tangannya. ”Sebentar. Nah ini dia, sekretaris Anda yang sama toilet perjalanan sekalipun.” Gadis itu menarik salah satu kertas cara di mana pun, termasuk bila perlu di atas pesawat, di dalam aku bisa mengejar jadwal itu, Anda bersedia melakukan wawan­ Kong dan Makau. Dia menyertainya dengan kalimat pendek jika sekali tidak ramah itu mengirimkan itinerary Anda ke Hong di tangannya. ”Sebentar. Nah ini dia, sekretaris Anda yang sama toilet perjalanan sekalipun.” Gadis itu menarik salah satu kertas cara di mana pun, termasuk bila perlu di atas pesawat, di dalam aku bisa mengejar jadwal itu, Anda bersedia melakukan wawan­ Kong dan Makau. Dia menyertainya dengan kalimat pendek jika sekali tidak ramah itu mengirimkan itinerary Anda ke Hong di tangannya. ”Sebentar. Nah ini dia, sekretaris Anda yang sama toilet perjalanan sekalipun.” Gadis itu menarik salah satu kertas cara di mana pun, termasuk bila perlu di atas pesawat, di dalam Kong dan Makau. Dia menyertainya dengan kalimat pendek jika sekali tidak ramah itu mengirimkan itinerary Anda ke Hong tangannya, print e-mail dari Maggie, lalu menunjukkannya di tangannya. ”Sebentar. Nah ini dia, sekretaris Anda yang sama toilet perjalanan sekalipun.” Gadis itu menarik salah satu kertas cara di mana pun, termasuk bila perlu di atas pesawat, di dalam aku bisa mengejar jadwal itu, Anda bersedia melakukan wawan­ Kong dan Makau. Dia menyertainya dengan kalimat pendek jika sekali tidak ramah itu mengirimkan itinerary Anda ke Hong di tangannya, print e-mail dari Maggie, lalu menunjukkannya toilet perjalanan sekalipun.” Gadis itu menarik salah satu kertas cara di mana pun, termasuk bila perlu di atas pesawat, di dalam aku bisa mengejar jadwal itu, Anda bersedia melakukan wawan­ Kong dan Makau. Dia menyertainya dengan kalimat pendek jika sekali tidak ramah itu mengirimkan itinerary Anda ke Hong di tangannya, print e-mail dari Maggie, lalu menunjukkannya toilet perjalanan sekalipun.” Gadis itu menarik salah satu kertas cara di mana pun, termasuk bila perlu di atas pesawat, di dalam aku bisa mengejar jadwal itu, Anda bersedia melakukan wawan­ Kong dan Makau. Dia menyertainya dengan kalimat pendek jika sekali tidak ramah itu mengirimkan itinerary Anda ke Hong di tangannya, print e-mail dari Maggie, lalu menunjukkannya toilet perjalanan sekalipun.” Gadis itu menarik salah satu kertas cara di mana pun, termasuk bila perlu di atas pesawat, di dalam aku bisa mengejar jadwal itu, Anda bersedia melakukan wawan­ Kong dan Makau. Dia menyertainya dengan kalimat pendek jika sekali tidak ramah itu mengirimkan itinerary Anda ke Hong di tangannya, print e-mail dari Maggie, lalu menunjukkannya toilet perjalanan sekalipun.” Gadis itu menarik salah satu kertas aku bisa mengejar jadwal itu, Anda bersedia melakukan wawan­ Kong dan Makau. Dia menyertainya dengan kalimat pendek jika padaku. sekali tidak ramah itu mengirimkan itinerary Anda ke Hong di tangannya, print e-mail dari Maggie, lalu menunjukkannya toilet perjalanan sekalipun.” Gadis itu menarik salah satu kertas cara di mana pun, termasuk bila perlu di atas pesawat, di dalam aku bisa mengejar jadwal itu, Anda bersedia melakukan wawan­ Kong dan Makau. Dia menyertainya dengan kalimat pendek jika padaku. di tangannya, print e-mail dari Maggie, lalu menunjukkannya toilet perjalanan sekalipun.” Gadis itu menarik salah satu kertas cara di mana pun, termasuk bila perlu di atas pesawat, di dalam aku bisa mengejar jadwal itu, Anda bersedia melakukan wawan­ Kong dan Makau. Dia menyertainya dengan kalimat pendek jika padaku. di tangannya, print e-mail dari Maggie, lalu menunjukkannya toilet perjalanan sekalipun.” Gadis itu menarik salah satu kertas cara di mana pun, termasuk bila perlu di atas pesawat, di dalam aku bisa mengejar jadwal itu, Anda bersedia melakukan wawan­ Kong dan Makau. Dia menyertainya dengan kalimat pendek jika padaku. di tangannya, print e-mail dari Maggie, lalu menunjukkannya toilet perjalanan sekalipun.” Gadis itu menarik salah satu kertas cara di mana pun, termasuk bila perlu di atas pesawat, di dalam aku bisa mengejar jadwal itu, Anda bersedia melakukan wawan­ Kong dan Makau. Dia menyertainya dengan kalimat pendek jika padaku. di tangannya, print e-mail dari Maggie, lalu menunjukkannya cara di mana pun, termasuk bila perlu di atas pesawat, di dalam aku bisa mengejar jadwal itu, Anda bersedia melakukan wawan­ Aku menelan ludah. Kong dan Makau. Dia menyertainya dengan kalimat pendek jika padaku. di tangannya, print e-mail dari Maggie, lalu menunjukkannya toilet perjalanan sekalipun.” Gadis itu menarik salah satu kertas cara di mana pun, termasuk bila perlu di atas pesawat, di dalam aku bisa mengejar jadwal itu, Anda bersedia melakukan wawan­ Aku menelan ludah. padaku. di tangannya, print e-mail dari Maggie, lalu menunjukkannya toilet perjalanan sekalipun.” Gadis itu menarik salah satu kertas cara di mana pun, termasuk bila perlu di atas pesawat, di dalam aku bisa mengejar jadwal itu, Anda bersedia melakukan wawan­ Aku menelan ludah. padaku. di tangannya, print e-mail dari Maggie, lalu menunjukkannya toilet perjalanan sekalipun.” Gadis itu menarik salah satu kertas cara di mana pun, termasuk bila perlu di atas pesawat, di dalam aku bisa mengejar jadwal itu, Anda bersedia melakukan wawan­ Aku menelan ludah. padaku. di tangannya, print e-mail dari Maggie, lalu menunjukkannya toilet perjalanan sekalipun.” Gadis itu menarik salah satu kertas cara di mana pun, termasuk bila perlu di atas pesawat, di dalam aku bisa mengejar jadwal itu, Anda bersedia melakukan wawan­ Aku menelan ludah. padaku. toilet perjalanan sekalipun.” Gadis menarik salah satu kertas cara di mana pun, termasuk bila perlu di atas pesawat, di dalam ”Anda ingat sekarang?” Gadis itu tersenyum penuh keme­ aku bisa mengejar jadwal itu, Anda bersedia melakukan wawan­ Aku menelan ludah. padaku. di tangannya, print e-mail dari Maggie, lalu menunjukkannya toilet perjalanan sekalipun.” Gadis itu menarik salah satu kertas cara di mana pun, termasuk bila perlu di atas di dalam ”Anda ingat sekarang?” tersenyum penuh keme­ Aku menelan ludah. padaku. di tangannya, print e-mail dari Maggie, lalu menunjukkannya toilet perjalanan sekalipun.” Gadis menarik salah satu kertas cara di mana pun, termasuk bila perlu di atas pesawat, di dalam ”Anda ingat sekarang?” Gadis itu tersenyum penuh keme­ Aku menelan ludah. padaku. di tangannya, print e-mail Gadis dari Maggie, lalu pesawat, menunjukkannya toilet perjalanan sekalipun.” Gadis menarik salah satu kertas cara di mana pun, termasuk bila perlu di atas pesawat, di dalam ”Anda ingat sekarang?” Gadis itu tersenyum penuh keme­ Aku menelan ludah. padaku. di tangannya, print e-mail dari Maggie, lalu menunjukkannya toilet perjalanan sekalipun.” Gadis menarik salah satu kertas cara di mana pun, termasuk bila perlu di atas pesawat, di dalam ”Anda ingat sekarang?” Gadis itu tersenyum penuh keme­ Aku menelan ludah. di tangannya, print e-mail dari Maggie, lalu menunjukkannya toilet perjalanan sekalipun.” Gadis menarik salah satu kertas nangan. cara di mana pun, termasuk bila perlu di atas pesawat, di dalam ”Anda ingat sekarang?” Gadis itu tersenyum penuh keme­ Aku menelan ludah. padaku. di tangannya, print e-mail dari Maggie, lalu menunjukkannya toilet perjalanan sekalipun.” Gadis menarik salah satu kertas nangan. ”Anda ingat sekarang?” Gadis itu tersenyum penuh keme­ Aku menelan ludah. padaku. di tangannya, print e-mail dari Maggie, lalu menunjukkannya toilet perjalanan sekalipun.” Gadis menarik salah satu kertas nangan. ”Anda ingat sekarang?” Gadis itu tersenyum penuh keme­ Aku menelan ludah. padaku. di tangannya, print e-mail dari Maggie, lalu menunjukkannya toilet perjalanan sekalipun.” Gadis itu menarik salah satu kertas nangan. ”Anda ingat sekarang?” Gadis tersenyum penuh keme­ Aku menelan ludah. padaku. di tangannya, print e-mail dari Maggie, lalu menunjukkannya toilet perjalanan sekalipun.” Gadis menarik salah satu kertas nangan. ”Anda ingat sekarang?” Gadis itu tersenyum penuh keme­ padaku. di tangannya, print e-mail dari Maggie, lalu menunjukkannya rambut, mengeluh dalam hati. Aku tidak tahu Aku mengusap toilet perjalanan sekalipun.” Gadis menarik salah satu kertas nangan. ”Anda ingat sekarang?” Gadis itu tersenyum penuh keme­ menelan ludah. padaku. di tangannya, print e-mail dari Maggie, lalu menunjukkannya rambut, mengeluh dalam hati. Aku tidak tahu Aku mengusap nangan. ”Anda ingat sekarang?” Gadis itu tersenyum penuh keme­ menelan ludah. padaku. di tangannya, print e-mail dari Maggie, lalu menunjukkannya rambut, mengeluh dalam hati. Aku tidak tahu Aku mengusap nangan. ”Anda ingat sekarang?” Gadis itu tersenyum penuh keme­ menelan ludah. padaku. di tangannya, print e-mail dari Maggie, lalu menunjukkannya rambut, mengeluh dalam hati. Aku tidak tahu mengusap nangan. ”Anda ingat sekarang?” Gadis itu tersenyum penuh keme­ Aku menelan ludah. padaku. di tangannya, print e-mail dari Maggie, lalu menunjukkannya rambut, mengeluh dalam hati. Aku tidak tahu mengusap nangan. menelan ludah. padaku. kalau wartawan ini akan seserius itu mengejar jadwalku. Sedikit di tangannya, print e-mail dari Maggie, lalu menunjukkannya rambut, mengeluh dalam hati. Aku tidak tahu Aku mengusap nangan. ”Anda ingat sekarang?” Gadis itu tersenyum penuh keme­ menelan ludah. padaku. kalau wartawan ini akan seserius itu mengejar jadwalku. Sedikit rambut, mengeluh dalam hati. Aku tidak tahu Aku mengusap nangan. ”Anda ingat sekarang?” Gadis itu tersenyum penuh keme­ menelan ludah. padaku. kalau wartawan ini akan seserius itu mengejar jadwalku. Sedikit rambut, mengeluh dalam hati. Aku tidak tahu Aku mengusap nangan. ”Anda ingat sekarang?” Gadis itu tersenyum penuh keme­ menelan ludah. padaku. kalau wartawan ini akan seserius itu mengejar jadwalku. Sedikit rambut, mengeluh dalam hati. Aku tidak tahu Aku mengusap nangan. ”Anda ingat sekarang?” Gadis itu tersenyum penuh keme­ menelan ludah. padaku. kalau wartawan ini akan seserius itu mengejar jadwalku. Sedikit rambut, mengeluh dalam hati. Aku tidak tahu Aku mengusap ”Anda ingat sekarang?” Gadis itu tersenyum penuh keme­ menelan ludah. menyesal menyuruh Maggie mengirimkan e-mail tersebut be­ padaku. kalau wartawan ini akan seserius itu mengejar jadwalku. Sedikit rambut, mengeluh dalam hati. Aku tidak tahu Aku mengusap nangan. ”Anda ingat sekarang?” Gadis itu tersenyum penuh keme­ menelan ludah. menyesal menyuruh Maggie mengirimkan e-mail tersebut be­ kalau wartawan ini akan seserius itu mengejar jadwalku. Sedikit rambut, mengeluh dalam hati. Aku tidak tahu Aku mengusap nangan. ”Anda ingat sekarang?” Gadis itu tersenyum penuh keme­ menelan ludah. menyesal menyuruh Maggie mengirimkan e-mail tersebut be­ kalau wartawan ini akan seserius itu mengejar jadwalku. Sedikit rambut, mengeluh dalam hati. Aku tidak tahu Aku mengusap nangan. ”Anda ingat sekarang?” Gadis itu tersenyum penuh keme­ menelan ludah. menyesal menyuruh Maggie mengirimkan e-mail tersebut be­ kalau wartawan ini akan seserius itu mengejar jadwalku. Sedikit rambut, mengeluh dalam hati. Aku tidak tahu Aku mengusap nangan. ”Anda ingat sekarang?” Gadis itu tersenyum penuh keme­ menelan ludah. menyesal menyuruh Maggie mengirimkan e-mail tersebut be­ kalau wartawan ini akan seserius itu mengejar jadwalku. Sedikit nangan. ”Anda ingat sekarang?” Gadis itu tersenyum penuh keme­ berapa hari lalu. Aku menelan ludah. menyesal menyuruh Maggie mengirimkan e-mail tersebut be­ kalau wartawan ini akan seserius itu mengejar jadwalku. Sedikit rambut, mengeluh dalam hati. Aku tidak tahu mengusap nangan. ”Anda ingat sekarang?” Gadis itu tersenyum penuh keme­ berapa hari lalu. menyesal menyuruh Maggie mengirimkan e-mail tersebut be­ kalau wartawan ini akan seserius itu mengejar jadwalku. Sedikit rambut, mengeluh dalam hati. Aku tidak tahu Aku mengusap nangan. ”Anda ingat sekarang?” Gadis itu tersenyum penuh keme­ berapa hari lalu. menyesal menyuruh Maggie mengirimkan e-mail tersebut be­ kalau wartawan ini akan seserius itu mengejar jadwalku. Sedikit rambut, mengeluh dalam hati. Aku tidak tahu Aku mengusap nangan. ”Anda ingat sekarang?” Gadis itu tersenyum penuh keme­ berapa hari lalu. menyesal menyuruh Maggie mengirimkan e-mail tersebut be­ kalau wartawan ini akan seserius itu mengejar jadwalku. Sedikit rambut, mengeluh dalam hati. Aku tidak tahu Aku mengusap nangan. ”Anda ingat sekarang?” Gadis itu tersenyum penuh keme­ berapa hari lalu. menyesal menyuruh Maggie mengirimkan e-mail tersebut be­ rambut, mengeluh dalam hati. Aku tidak tahu Aku mengusap nangan. ”Tapi tidak harus sekarang, bukan? Ini masih terlalu pagi. ”Anda ingat sekarang?” Gadis itu tersenyum penuh keme­ berapa hari lalu. menyesal menyuruh Maggie mengirimkan e-mail tersebut be­ kalau wartawan ini akan seserius itu mengejar jadwalku. Sedikit rambut, mengeluh dalam hati. Aku tidak tahu Aku mengusap nangan. ”Tapi tidak harus sekarang, bukan? Ini masih terlalu pagi. berapa hari lalu. menyesal menyuruh Maggie mengirimkan e-mail tersebut be­ kalau wartawan ini akan seserius itu mengejar jadwalku. Sedikit rambut, mengeluh dalam hati. Aku tidak tahu Aku mengusap nangan. ”Tapi tidak harus sekarang, bukan? Ini masih terlalu pagi. berapa hari lalu. menyesal menyuruh Maggie mengirimkan e-mail tersebut be­ kalau wartawan ini akan seserius itu mengejar jadwalku. Sedikit rambut, mengeluh dalam hati. Aku tidak tahu Aku mengusap nangan. ”Tapi tidak harus sekarang, bukan? Ini masih terlalu pagi. berapa hari lalu. menyesal menyuruh Maggie mengirimkan e-mail tersebut be­ kalau wartawan ini akan seserius itu mengejar jadwalku. Sedikit rambut, mengeluh dalam hati. Aku tidak tahu Aku mengusap nangan. ”Tapi tidak harus sekarang, bukan? Ini masih terlalu pagi. berapa hari lalu. kalau wartawan ini akan seserius itu mengejar jadwalku. Sedikit rambut, mengeluh dalam hati. Aku tidak tahu Aku mengusap Kita bisa melakukannya setiba di Hong Kong.” Aku berusaha nangan. ”Tapi tidak harus sekarang, bukan? Ini masih terlalu pagi. berapa hari lalu. menyesal menyuruh Maggie mengirimkan e-mail tersebut be­ kalau wartawan ini akan seserius itu mengejar jadwalku. Sedikit rambut, mengeluh dalam hati. Aku tidak tahu Aku mengusap Kita bisa melakukannya setiba di Hong Kong.” Aku berusaha ”Tapi tidak harus sekarang, bukan? Ini masih terlalu pagi. berapa hari lalu. menyesal menyuruh Maggie mengirimkan e-mail tersebut be­ kalau wartawan ini akan seserius itu mengejar jadwalku. Sedikit rambut, mengeluh dalam hati. Aku tidak tahu Aku mengusap Kita bisa melakukannya setiba di Hong Kong.” Aku berusaha ”Tapi tidak harus sekarang, bukan? Ini masih terlalu pagi. berapa hari lalu. menyesal menyuruh Maggie mengirimkan e-mail tersebut be­ kalau wartawan ini akan seserius itu mengejar jadwalku. Sedikit rambut, mengeluh dalam hati. Aku tidak tahu Aku mengusap Kita bisa melakukannya setiba di Hong Kong.” Aku berusaha ”Tapi tidak harus sekarang, bukan? Ini masih terlalu pagi. berapa hari lalu.harus menyesal menyuruh Maggie mengirimkan e-mail tersebut be­ kalau wartawan ini akan seserius itu mengejar jadwalku. Sedikit rambut, mengeluh dalam hati. Aku tidak tahu Aku mengusap Kita bisa melakukannya setiba di Hong Kong.” Aku berusaha ”Tapi tidak sekarang, bukan? Ini masih terlalu pagi. menyesal menyuruh Maggie mengirimkan e-mail tersebut be­ kalau wartawan ini akan seserius itu mengejar jadwalku. Sedikit bernegosiasi. rambut, mengeluh dalam hati. Aku tidak tahu Aku mengusap Kita bisa melakukannya setiba di Hong Kong.” Aku berusaha ”Tapi tidak harus sekarang, bukan? Ini masih terlalu pagi. berapa hari lalu. menyesal menyuruh Maggie mengirimkan e-mail tersebut be­ kalau wartawan ini akan seserius itu mengejar jadwalku. Sedikit bernegosiasi. Kita bisa melakukannya setiba di Hong Kong.” Aku berusaha ”Tapi tidak harus sekarang, bukan? Ini masih terlalu pagi. berapa hari lalu. menyesal menyuruh Maggie mengirimkan e-mail tersebut be­ kalau wartawan ini akan seserius itu mengejar jadwalku. Sedikit bernegosiasi. Kita bisa melakukannya setiba di Hong Kong.” Aku berusaha ”Tapi tidak harus sekarang, bukan? Ini masih terlalu pagi. berapa hari lalu. menyesal menyuruh Maggie mengirimkan e-mail tersebut be­ kalau wartawan ini akan seserius itu mengejar jadwalku. Sedikit bernegosiasi. Kita bisa melakukannya setiba di Hong Kong.” Aku berusaha ”Tapi tidak harus sekarang, bukan? Ini masih terlalu pagi. berapa hari lalu. menyesal menyuruh Maggie mengirimkan e-mail tersebut be­ kalau wartawan ini akan seserius itu mengejar jadwalku. Sedikit bernegosiasi. Kita bisa melakukannya setiba di Hong Kong.” Aku berusaha berapa hari lalu. menyesal menyuruh Maggie mengirimkan e-mail tersebut be­ Gadis itu menggeleng. ”Waktuku amat terbatas, aku harus kalau wartawan ini akan seserius itu mengejar jadwalku. Sedikit bernegosiasi. Kita bisa melakukannya setiba di Hong Kong.” Aku berusaha ”Tapi tidak harus sekarang, bukan? Ini masih terlalu pagi. berapa hari lalu. menyesal menyuruh Maggie mengirimkan e-mail tersebut be­ Gadis itu menggeleng. ”Waktuku amat terbatas, aku harus bernegosiasi. Kita bisa melakukannya setiba di Hong Kong.” Aku berusaha ”Tapi tidak harus sekarang, bukan? Ini masih terlalu pagi. berapa hari lalu. menyesal menyuruh Maggie mengirimkan e-mail tersebut be­ Gadis itu menggeleng. ”Waktuku amat terbatas, aku harus bernegosiasi. Kita bisa melakukannya setiba di Hong Kong.” Aku berusaha ”Tapi tidak harus sekarang, bukan? Ini masih terlalu pagi. berapa hari lalu. menyesal menyuruh Maggie mengirimkan e-mail tersebut be­ Gadis itu menggeleng. ”Waktuku amat terbatas, aku harus bernegosiasi. Kita bisa melakukannya setiba di Hong Kong.” Aku berusaha ”Tapi tidak harus sekarang, bukan? Ini masih terlalu pagi. berapa hari lalu. menyesal menyuruh Maggie mengirimkan e-mail tersebut be­ Gadis itu menggeleng. ”Waktuku amat terbatas, aku harus bernegosiasi. ”Tapi tidak harus sekarang, bukan? Ini masih terlalu pagi. berapa hari lalu. segera kembali ke Jakarta nanti siang. Kami terpaksa mengun­ menyesal menyuruh Maggie mengirimkan e-mail tersebut be­ Gadis itu menggeleng. ”Waktuku amat terbatas, aku harus bernegosiasi. Kita bisa melakukannya setiba di Hong Kong.” Aku berusaha ”Tapi tidak harus sekarang, bukan? Ini masih terlalu pagi. berapa hari lalu. segera kembali ke Jakarta nanti siang. Kami terpaksa mengun­ Gadis itu menggeleng. ”Waktuku amat terbatas, aku harus bernegosiasi. Kita bisa melakukannya setiba di Hong Kong.” Aku berusaha ”Tapi tidak harus sekarang, bukan? Ini masih terlalu pagi. berapa hari lalu. segera kembali ke Jakarta nanti siang. Kami terpaksa mengun­ Gadis itu menggeleng. ”Waktuku amat terbatas, aku harus bernegosiasi. Kita bisa melakukannya setiba di Hong Kong.” Aku berusaha ”Tapi tidak harus sekarang, bukan? Ini masih terlalu pagi. berapa hari lalu. segera kembali ke Jakarta nanti siang. Kami terpaksa mengun­ Gadis itu menggeleng. ”Waktuku amat terbatas, aku harus bernegosiasi. Kita bisa melakukannya setiba di Hong Kong.” Aku berusaha ”Tapi tidak harus sekarang, bukan? Ini masih terlalu pagi. berapa hari lalu. segera kembali ke Jakarta nanti siang. Kami terpaksa mengun­ Gadis itu menggeleng. ”Waktuku amat terbatas, aku harus Kita bisa melakukannya setiba di Hong Kong.” Aku berusaha ”Tapi tidak harus sekarang, bukan? Ini masih terlalu pagi. durkan jadwal terbit edisi spesial review mingguan kami dua berapa hari lalu. segera kembali ke Jakarta nanti siang. Kami terpaksa mengun­ Gadis itu menggeleng. ”Waktuku amat terbatas, aku harus bernegosiasi. Kita bisa melakukannya setiba di Hong Kong.” Aku berusaha ”Tapi tidak harus sekarang, bukan? Ini masih terlalu pagi. durkan jadwal terbit edisi spesial review mingguan kami dua segera kembali ke Jakarta nanti siang. Kami terpaksa mengun­ Gadis itu menggeleng. ”Waktuku amat terbatas, aku harus bernegosiasi. Kita bisa melakukannya setiba di Hong Kong.” Aku berusaha ”Tapi tidak harus sekarang, bukan? Ini masih terlalu pagi. durkan jadwal terbit edisi spesial review mingguan kami dua segera kembali ke Jakarta nanti siang. Kami terpaksa mengun­ Gadis itu menggeleng. ”Waktuku amat terbatas, aku harus bernegosiasi. Kita bisa melakukannya setiba di Hong Kong.” Aku berusaha ”Tapi tidak harus sekarang, bukan? Ini masih terlalu pagi. durkan jadwal terbit edisi spesial review mingguan kami dua segera kembali ke Jakarta nanti siang. Kami terpaksa mengun­ Gadis itu menggeleng. ”Waktuku amat terbatas, aku harus bernegosiasi. Kita bisa melakukannya setiba di Hong Kong.” Aku berusaha ”Tapi tidak harus sekarang, bukan? Ini masih terlalu pagi. durkan jadwal terbit edisi spesial review mingguan kami dua segera kembali ke Jakarta nanti siang. Kami terpaksa mengun­ bernegosiasi. Kita bisa melakukannya setiba di Hong Kong.” Aku berusaha belas jam hanya untuk wawancara ini. Aku hanya butuh waktu ”Tapi tidak harus sekarang, bukan? Ini masih terlalu pagi. durkan jadwal terbit edisi spesial review mingguan kami dua segera kembali ke Jakarta nanti siang. Kami terpaksa mengun­ Gadis itu menggeleng. ”Waktuku amat terbatas, aku harus bernegosiasi. Kita bisa melakukannya setiba di Hong Kong.” Aku berusaha belas jam hanya untuk wawancara ini. Aku hanya butuh waktu durkan jadwal terbit edisi spesial review mingguan kami dua segera kembali ke Jakarta nanti siang. Kami terpaksa mengun­ Gadis itu menggeleng. ”Waktuku amat terbatas, aku harus bernegosiasi. Kita bisa melakukannya setiba di Hong Kong.” Aku berusaha belas jam hanya untuk wawancara ini. Aku hanya butuh waktu durkan jadwal terbit edisi spesial review mingguan kami dua segera kembali ke Jakarta nanti siang. Kami terpaksa mengun­ Gadis itu menggeleng. ”Waktuku amat terbatas, aku harus bernegosiasi. Kita bisa melakukannya setiba di Hong Kong.” Aku berusaha belas jam hanya untuk wawancara ini. Aku hanya butuh waktu durkan jadwal terbit edisi spesial review mingguan kami dua segera kembali ke Jakarta nanti siang. Kami terpaksa mengun­ Gadis itu menggeleng. ”Waktuku amat terbatas, aku harus bernegosiasi. Kita bisa melakukannya setiba di Hong Kong.” Aku berusaha belas jam hanya untuk wawancara ini. Aku hanya butuh waktu durkan jadwal terbit edisi spesial review mingguan kami dua Gadis itu menggeleng. ”Waktuku amat terbatas, aku harus bernegosiasi. Anda sebentar, paling lama satu jam. Tidak lebih.” Kita bisa melakukannya setiba di Hong Kong.” Aku berusaha belas jam hanya untuk wawancara ini. Aku hanya butuh waktu durkan jadwal terbit edisi spesial review mingguan kami dua segera kembali ke Jakarta nanti siang. Kami terpaksa mengun­ Gadis itu menggeleng. ”Waktuku amat terbatas, aku harus bernegosiasi. Anda sebentar, paling lama satu jam. Tidak lebih.” belas jam hanya untuk wawancara ini. Aku hanya butuh waktu durkan jadwal terbit edisi spesial review mingguan kami dua segera kembali ke Jakarta nanti siang. Kami terpaksa mengun­ Gadis itu menggeleng. ”Waktuku amat terbatas, aku harus bernegosiasi. Anda sebentar, paling lama satu jam. Tidak lebih.” belas jam hanya untuk wawancara ini. Aku hanya butuh waktu durkan jadwal terbit edisi spesial review mingguan kami dua segera kembali ke Jakarta nanti siang. Kami terpaksa mengun­ Gadis itu menggeleng. ”Waktuku amat terbatas, aku harus bernegosiasi. Anda sebentar, paling lama satu jam. Tidak lebih.” belas jam hanya untuk wawancara ini. Aku hanya butuh waktu durkan jadwal terbit edisi spesial review mingguan kami dua segera kembali ke Jakarta nanti siang. Kami terpaksa mengun­ Gadis itu menggeleng. ”Waktuku amat terbatas, aku harus bernegosiasi. Anda sebentar, paling lama satu jam. Tidak lebih.” belas jam hanya untuk wawancara ini. Aku hanya butuh waktu segera kembali ke Jakarta nanti siang. Kami terpaksa mengun­ Gadis itu menggeleng. ”Waktuku amat terbatas, aku harus Aku sepertinya berhadapan dengan tembok kokoh. bernegosiasi. Anda sebentar, paling lama satu jam. Tidak lebih.” belas jam hanya untuk wawancara ini. Aku hanya butuh waktu durkan jadwal terbit edisi spesial review mingguan kami dua segera kembali ke Jakarta nanti siang. Kami terpaksa mengun­ Gadis itu menggeleng. ”Waktuku amat terbatas, aku harus Aku sepertinya berhadapan dengan tembok kokoh. Anda sebentar, paling lama satu jam. Tidak lebih.” belas jam hanya untuk wawancara ini. Aku hanya butuh waktu durkan jadwal terbit edisi spesial review mingguan kami dua segera kembali ke Jakarta nanti siang. Kami terpaksa mengun­ Gadis itu menggeleng. ”Waktuku amat terbatas, aku harus Aku sepertinya berhadapan dengan tembok kokoh. Anda sebentar, paling lama satu jam. Tidak lebih.” belas jam hanya untuk wawancara ini. Aku hanya butuh waktu durkan jadwal terbit edisi spesial review mingguan kami dua segera kembali ke Jakarta nanti siang. Kami terpaksa mengun­ Gadis itu menggeleng. ”Waktuku amat terbatas, aku harus Aku sepertinya berhadapan tembok kokoh. Anda sebentar, paling lama satudengan jam. Tidak lebih.” belas jam hanya untuk wawancara ini. Aku hanya butuh waktu durkan jadwal terbit edisi spesial review mingguan kami dua segera kembali ke Jakarta nanti siang. Kami terpaksa mengun­



”Kalian bisa mengobrol mengobrol sambil sarapan, bukan?” Opa mena­ makan. Wawancara sambil sarapan akan lebih santai. Atau kau warkan kemungkinan lain. ”Ayo Thomas, ajak tamu kita ke meja makan. Wawancara sambil sarapan akan lebih santai. Atau kau ”Kalian bisa sambil sarapan, bukan?” Opa mena­ warkan kemungkinan lain. ”Ayo Thomas, ajak tamu kita ke meja ”Kalian bisa sambil sarapan, bukan?” Opa mena­ makan. Wawancara sambil sarapan akan lebih santai. Atau kau warkan kemungkinan lain. ”Ayo Thomas, ajak tamu kita ke meja ”Kalian bisa mengobrol mengobrol sambil sarapan, bukan?” Opa mena­ makan. Wawancara sambil sarapan akan lebih santai. Atau kau warkan kemungkinan lain. ”Ayo Thomas, ajak tamu kita ke meja juga bisa menunjukkan kapal pesiar ini sambil mengobrol de­ makan. Wawancara sambil sarapan akan lebih santai. Atau kau warkan kemungkinan lain. ”Ayo Thomas, ajak tamu kita ke meja juga bisa menunjukkan kapal pesiar ini sambil mengobrol de­ makan. Wawancara sambil sarapan akan lebih santai. Atau kau juga bisa menunjukkan kapal pesiar ini sambil mengobrol de­ warkan kemungkinan lain. ”Ayo Thomas, ajak tamu kita ke meja makan. Wawancara sambil sarapan akan lebih santai. Atau kau warkan kemungkinan lain. ”Ayo Thomas, ajak tamu kita ke meja juga bisa menunjukkan kapal pesiar ini sambil mengobrol de­ makan. Wawancara sambil sarapan akan lebih santai. Atau kau warkan kemungkinan lain. ”Ayo Thomas, ajak tamu kita ke meja juga bisa menunjukkan kapal pesiar ini sambil mengobrol de­ makan. Wawancara sambil sarapan akan lebih santai. Atau kau bersantai, menikmati pagi yang indah.” ngannya. Mari juga bisa menunjukkan kapal pesiar ini sambil mengobrol de­ makan. Wawancara sambil sarapan akan lebih santai. Atau kau bersantai, menikmati pagi yang indah.” ngannya. Mari juga bisa menunjukkan kapal pesiar ini sambil mengobrol de­ bersantai, menikmati pagi yang indah.” ngannya. Mari makan. Wawancara sambil sarapan akan lebih santai. Atau kau juga bisa menunjukkan kapal pesiar ini sambil mengobrol de­ makan. Wawancara sambil sarapan akan lebih santai. Atau kau bersantai, menikmati pagi yang indah.” ngannya. Mari juga bisa menunjukkan kapal pesiar ini sambil mengobrol de­ makan. Wawancara sambil sarapan akan lebih santai. Atau kau bersantai, menikmati pagi yang indah.” ngannya. Mari juga bisa menunjukkan kapal pesiar ini sambil mengobrol de­ Aku menoleh ke arah Opa, yang sudah melangkah menuju bersantai, menikmati pagi yang indah.” ngannya. Mari juga bisa menunjukkan kapal pesiar ini sambil mengobrol de­ Aku menoleh ke arah Opa, yang sudah melangkah menuju bersantai, menikmati pagi yang indah.” ngannya. Mari juga bisa menunjukkan kapal pesiar ini sambil mengobrol de­ Aku menoleh ke arah Opa, yang sudah melangkah menuju bersantai, menikmati pagi yang indah.” ngannya. Mari juga bisa menunjukkan kapal pesiar ini sambil mengobrol de­ Aku menoleh ke arah Opa, yang sudah melangkah menuju bersantai, menikmati pagi yang indah.” ngannya. Mari juga bisa menunjukkan kapal pesiar ini sambil mengobrol de­ Aku menoleh ke arah Opa, yang sudah melangkah menuju bersantai, menikmati pagi yang indah.” ngannya. Mari dapur, sementara wartawan itu masih memegang kertas berisi Aku menoleh ke arah Opa, yang sudah melangkah menuju bersantai, menikmati pagi yang indah.” ngannya. Mari dapur, sementara wartawan itu masih memegang kertas berisi Aku menoleh ke arah Opa, yang sudah melangkah menuju bersantai, menikmati pagi yang indah.” ngannya. Mari dapur, sementara wartawan itu masih memegang kertas berisi Aku menoleh ke arah Opa, yang sudah melangkah menuju bersantai, menikmati pagi yang indah.” ngannya. Mari dapur, sementara wartawan itu masih memegang kertas berisi Aku menoleh ke arah Opa, yang sudah melangkah menuju pagi yang indah.” ngannya. Mari bersantai, dapur, wartawan itu masih memegang kertas berisi Aku menoleh ke arah Opa, yang sudah melangkah menuju janjiku, menunggu jawaban. dapur, sementara wartawan itu yang masih memegang kertas berisi Aku sementara menoleh ke arah menikmati Opa, yang sudah melangkah menuju janjiku, menunggu jawaban. dapur, sementara wartawan itu masih memegang kertas berisi Aku menoleh ke arah Opa, sudah melangkah menuju janjiku, menunggu jawaban. dapur, sementara wartawan itu masih memegang kertas berisi Aku menoleh ke arah Opa, yang sudah melangkah menuju janjiku, menunggu jawaban. dapur, sementara wartawan itu masih memegang kertas berisi Aku menoleh ke arah Opa, yang sudah melangkah menuju janjiku, menunggu jawaban. dapur, sementara wartawan itu masih memegang kertas berisi Aku menghela napas. Menoleh ke arah Kadek yang sedang janjiku, menunggu jawaban. dapur, sementara wartawan itu masih memegang kertas berisi Aku menghela napas. Menoleh ke arah Kadek yang sedang janjiku, menunggu jawaban. dapur, sementara wartawan itu masih memegang kertas berisi Aku menghela napas. Menoleh ke arah Kadek yang sedang janjiku, menunggu jawaban. dapur, sementara wartawan itu masih memegang kertas berisi Aku menghela napas. Menoleh ke arah Kadek yang sedang janjiku, menunggu jawaban. dapur, sementara wartawan itu masih memegang kertas berisi Aku menghela napas. Menoleh ke arah Kadek yang sedang janjiku, menunggu jawaban. menuangkan kepiting saus tiram ke dalam mangkuk. Baiklah, Aku menghela menghela napas. Menoleh ke dalam arah Kadek Kadek yangBaiklah, sedang janjiku, menunggu jawaban. menuangkan kepiting saus tiram ke mangkuk. Aku napas. Menoleh ke arah yang sedang janjiku, menunggu jawaban. menuangkan kepiting saus tiram ke dalam mangkuk. Baiklah, Aku menghela napas. Menoleh ke arah Kadek yang sedang janjiku, menunggu jawaban. menuangkan kepiting saus tiram ke dalam mangkuk. Baiklah, Aku menghela napas. Menoleh ke arah Kadek yang sedang janjiku, menunggu jawaban. menuangkan kepiting saus tiram ke dalam mangkuk. Baiklah, Aku menghela menghela napas. Menoleh ke dalam arah Kadek Kadek yang sedang sepertinya akukepiting harus melakukan wawancara ini. Opayang benar, aku menuangkan saus tiram ke mangkuk. Baiklah, Aku napas. Menoleh ke arah sedang sepertinya aku harus melakukan wawancara ini. Opa benar, aku menuangkan kepiting saus tiram ke dalam mangkuk. Baiklah, Aku menghela napas. Menoleh ke arah Kadek yang sedang sepertinya aku harus melakukan wawancara ini. Opa benar, aku menuangkan kepiting saus tiram ke dalam mangkuk. Baiklah, Aku menghela napas. Menoleh ke arah Kadek yang sedang sepertinya aku harus melakukan wawancara ini. Opa benar, aku menuangkan kepiting saus tiram ke dalam mangkuk. Baiklah, Aku menghela napas. Menoleh ke arah Kadek yang sedang sepertinya aku harus melakukan wawancara ini. Opa benar, aku menuangkan kepiting saus tiram ke dalam mangkuk. Baiklah, bisa melakukannya tanpa harus merusak rencana pagiku. Laku­ sepertinya aku harus melakukan wawancara ini. Opa benar, aku menuangkan kepiting saus tiram ke dalam mangkuk. Baiklah, bisa melakukannya tanpa harus merusak rencana pagiku. Laku­ sepertinya aku harus melakukan wawancara ini. Opa benar, aku menuangkan kepiting saus tiram ke dalam mangkuk. Baiklah, bisa melakukannya tanpa harus merusak rencana pagiku. Laku­ sepertinya aku harus melakukan wawancara ini. Opa benar, aku menuangkan kepiting saus tiram ke dalam mangkuk. Baiklah, bisa melakukannya tanpa harus merusak rencana pagiku. Laku­ sepertinya aku harus melakukan wawancara ini. Opa benar, aku menuangkan kepiting saus tiram ke dalam mangkuk. Baiklah, bisa melakukannya tanpa harus merusak rencana pagiku. Laku­ sepertinya aku harus melakukan wawancara ini. Opa benar, aku kan wawancara ini di atas lautan, sekaligus mencoba kapal bisa melakukannya tanpa harus merusak rencana pagiku. Laku­ sepertinya aku harus melakukan wawancara ini. Opa benar, aku kan wawancara ini di atas lautan, sekaligus mencoba kapal bisa melakukannya tanpa harus merusak rencana pagiku. Laku­ sepertinya aku harus melakukan wawancara ini. Opa benar, aku kan wawancara ini di atas lautan, sekaligus mencoba kapal bisa melakukannya tanpa harus merusak rencana pagiku. Laku­ sepertinya aku harus melakukan wawancara ini. Opa benar, aku kan wawancara ini di atas lautan, sekaligus mencoba kapal bisa melakukannya tanpa harus merusak rencana pagiku. Laku­ sepertinya aku harus melakukan wawancara ini. Opa benar, aku kan wawancara ini di atas lautan, sekaligus mencoba kapal bisa melakukannya tanpa harus merusak rencana pagiku. Laku­ baruku. kan wawancara ini di atas lautan, sekaligus mencoba kapal bisa melakukannya tanpa harus merusak rencanamencoba pagiku. Laku­ Laku­ baruku. kan wawancara ini di atas lautan, sekaligus kapal bisa melakukannya tanpa harus merusak rencana pagiku. baruku. kan wawancara ini di atas lautan, sekaligus mencoba kapal bisa melakukannya tanpa harus merusak rencana pagiku. Laku­ baruku. kan wawancara ini di atas lautan, sekaligus mencoba kapal bisa melakukannya tanpa harus merusak rencana pagiku. Laku­ baruku. kan wawancara ini di atas lautan, sekaligus mencoba kapal baruku. kan wawancara ini ini di di atas atas lautan, lautan, sekaligus sekaligus mencoba mencoba kapal kapal baruku. kan wawancara baruku. kan wawancara ini di atas lautan, sekaligus mencoba kapal baruku. kan wawancara ini di atas lautan, sekaligus mencoba kapal baruku. baruku. baruku. baruku. baruku.



untuk untuk untuk



Orang Orang Orang



Bodoh Bodoh Bodoh



Episode 5



Tidak Ada Demokrasi A KU memutuskan meninggalkan Makau. Karena KU memutuskan meninggalkan pelabuhan Makau. Karena untuk Orangpelabuhan Bodoh A KU memutuskan meninggalkan pelabuhan Makau. Karena KU memutuskan meninggalkan pelabuhan Makau. Karena A KU memutuskan meninggalkan pelabuhan Makau. Karena Opa KU memaksa Kadek menemani sarapan, aku yang mengemudi­ memutuskan meninggalkan pelabuhan Makau. Karena



A A A A A



Opa memaksa Kadek menemani sarapan, aku yang mengemudi­ KU memutuskan meninggalkan pelabuhan Makau. Karena Opa memaksa Kadek menemani sarapan, aku yang mengemudi­ KU memutuskan meninggalkan pelabuhan Makau. Karena KU memutuskan meninggalkan pelabuhan Makau. Karena Opa memaksa Kadek menemani sarapan, aku yang mengemudi­ Opa memaksa Kadek menemani sarapan, aku yang mengemudi­ KU memutuskan meninggalkan pelabuhan Makau. Karena kan kapal. Tidak masalah. Opa memaksa Kadek menemani sarapan, aku yang mengemudi­ KU memutuskan meninggalkan pelabuhan Makau. Karena kan kapal. Tidak masalah. Opa memaksa Kadek menemani sarapan, aku yang mengemudi­ KU memutuskan meninggalkan pelabuhan Makau. Karena kan kapal. kapal. Tidak masalah. Opa memaksa Kadek menemani sarapan, aku yang yang mengemudi­ KU memutuskan meninggalkan pelabuhan Makau. Karena Opa memaksa Kadek menemani sarapan, aku mengemudi­ kan Tidak masalah. KU memutuskan meninggalkan pelabuhan Makau. Karena kan kapal. Tidak masalah. Opa memaksa Kadek menemani sarapan, aku yang mengemudi­ KU memutuskan meninggalkan pelabuhan Makau. Karena Tanganku mantap memegang kemudi. Suara mesin terdengar kan kapal. Tidak masalah. Opa memaksa Kadek menemani sarapan, aku yang mengemudi­ KU memutuskan meninggalkan pelabuhan Makau. Karena Tanganku mantap memegang kemudi. Suara mesin terdengar kan kapal. Tidak masalah. Opa memaksa Kadek menemani sarapan, aku yang mengemudi­ Tanganku mantap memegang kemudi. Suara mesin terdengar kan kapal. Tidak masalah. Opa memaksa Kadek menemani sarapan, aku yang mengemudi­ kan kapal. Tidak masalah. Tanganku mantap memegang kemudi. Suara mesin terdengar Opa memaksa Kadek menemani sarapan, aku yang mengemudi­ Tanganku mantap memegang kemudi. Suara mesin terdengar kan kapal. Tidak masalah. Opa memaksa Kadek menemani sarapan, aku yang mengemudi­ menderum halus. Aku menggerakkan kemudi ke kanan, perlahan Tanganku mantap memegang kemudi. Suara mesin terdengar kan kapal. Tidak masalah. Opa memaksa Kadek menemani sarapan, aku yang mengemudi­ menderum halus. Aku menggerakkan kemudi ke kanan, perlahan Tanganku mantap memegang kemudi. Suara mesin terdengar kan kapal. Tidak masalah. menderum halus. Aku menggerakkan kemudi ke kanan, perlahan Tanganku mantap memegang kemudi. Suara mesin terdengar kan kapal. Tidak masalah. Tanganku mantap memegang kemudi. Suara mesin terdengar menderum halus. Aku menggerakkan kemudi ke kanan, perlahan kan kapal. Tidak masalah. menderum halus. Aku menggerakkan kemudi ke kanan, perlahan Tanganku mantap memegang kemudi. Suara mesin kan kapal. masalah. menggeser lambung kapal menjauh dari bibir dermaga. Jangkar menderum halus. Aku menggerakkan kemudi kedermaga. kanan,terdengar perlahan Tanganku mantap memegang kemudi. Suara mesin terdengar kan kapal. Tidak Tidak masalah. menggeser lambung kapal menjauh dari bibir Jangkar menderum halus. Aku menggerakkan kemudi ke kanan, perlahan Tanganku mantap memegang kemudi. Suara mesin terdengar menggeser lambung kapal menjauh dari bibir dermaga. Jangkar menderum halus. Aku menggerakkan kemudi ke kanan, perlahan Tanganku mantap memegang kemudi. Suara mesin terdengar menderum halus. Aku menggerakkan kemudi ke kanan, perlahan menggeser lambung kapal menjauh dari bibir dermaga. Jangkar Tanganku mantap memegang kemudi. Suara mesin terdengar menggeser lambung kapal menjauh dari bibir dermaga. Jangkar menderum halus. Aku menggerakkan kemudi ke kanan, perlahan Tanganku mantap memegang kemudi. Suara mesin terdengar sudah dilepas Kadek beberapa detik lalu—setelah dia menyiap­ menggeser lambung kapal menjauh dari bibir dermaga. Jangkar menderum halus. Aku menggerakkan kemudi ke kanan, perlahan Tanganku mantap memegang kemudi. Suara mesin terdengar sudah dilepas Kadek beberapa detik lalu—setelah dia menyiap­ menggeser lambung kapal menjauh dari bibir dermaga. Jangkar menderum halus. Aku menggerakkan kemudi ke kanan, perlahan sudah dilepas Kadek beberapa detik lalu—setelah dia menyiap­ menggeser lambung kapal menjauh dari bibir dermaga. Jangkar menderum halus. Aku menggerakkan kemudi ke kanan, perlahan menggeser lambung kapal menjauh dari bibir dermaga. Jangkar sudah dilepas Kadek beberapa detik lalu—setelah dia menyiap­ menderum halus. Aku menggerakkan kemudi ke kanan, perlahan sudah dilepas Kadek beberapa detik lalu—setelah dia menyiap­ menggeser lambung kapal menjauh dari bibir dermaga. Jangkar menderum halus. Aku menggerakkan kemudi ke kanan, perlahan kan meja sarapan. sudah dilepas Kadek beberapa detikdari lalu—setelah dia menyiap­ menyiap­ menggeser lambung kapal menjauh dari bibirkedermaga. dermaga. Jangkar menderum halus. Akukapal menggerakkan kemudi kanan, perlahan kan meja sarapan. sudah dilepas Kadek beberapa detik lalu—setelah dia menggeser lambung menjauh bibir Jangkar kan meja sarapan. sudah dilepas Kadek beberapa detik lalu—setelah dia menyiap­ menggeser lambung kapal menjauh dari bibir dermaga. Jangkar sudah dilepas Kadek beberapa detik lalu—setelah dia menyiap­ kan meja sarapan. menggeser lambung kapal menjauh dari bibir dermaga. Jangkar kan meja sarapan. sudah dilepas Kadek beberapa detik lalu—setelah dia menyiap­ menggeser lambung kapal menjauh dari bibir dermaga. Jangkar ”Maaf kalau ini jadi sedikit menyebalkan, eh maksud saya kan meja sarapan. sudah dilepas Kadek beberapa detik lalu—setelah dia menyiap­ menggeser lambung kapal menjauh dari bibir dermaga. Jangkar ”Maaf kalau ini jadi sedikit menyebalkan, eh maksud saya kan meja sarapan. sudah dilepas Kadek beberapa detik lalu—setelah dia menyiap­ ”Maaf kalau ini jadi sedikit menyebalkan, eh maksud saya kan meja sarapan. sudah dilepas Kadek beberapa detik lalu—setelah dia menyiap­ kan meja sarapan. ”Maaf kalau ini jadi sedikit menyebalkan, eh maksud saya sudah dilepas Kadek beberapa detik lalu—setelah dia menyiap­ ”Maaf kalau ini jadi sedikit menyebalkan, eh maksud saya kan meja sarapan. sudah dilepas Kadek beberapa detik lalu—setelah dia menyiap­ mengganggu.” Gadis wartawan yang berdiri di dieh sebelahku ber­ ”Maaf kalau ini jadi jadi sedikitdetik menyebalkan, ehsebelahku maksud saya kan”Maaf meja sarapan. sudah dilepas Kadek beberapa lalu—setelah dia menyiap­ mengganggu.” Gadis wartawan yang berdiri ber­ kalau ini sedikit menyebalkan, maksud saya kan meja sarapan. mengganggu.” Gadis wartawan yang berdiri di sebelahku ber­ ”Maaf kalau ini jadi sedikit menyebalkan, eh maksud saya kan meja sarapan. ”Maaf kalau ini jadi sedikit menyebalkan, eh maksud saya mengganggu.” Gadis wartawan yang berdiri di sebelahku ber­ kan meja sarapan. mengganggu.” Gadis wartawan yang berdiri di sebelahku ber­ ”Maaf kalau ini jadi sedikit menyebalkan, eh maksud saya KU memutuskan meninggalkan pelabuhan Makau. Ka kan”Maaf meja sarapan. gegas menyiapkan bahan wawancara. Jari tangannya menekanmengganggu.” Gadis wartawan yang berdiri di sebelahku ber­ kalau ini jadi sedikit menyebalkan, eh maksud saya kan meja sarapan. gegas menyiapkan bahan wawancara. Jari tangannya menekanmengganggu.” Gadis wartawan yang berdiri di sebelahku ber­ ”Maaf kalau ini jadi sedikit menyebalkan, eh maksud saya gegas menyiapkan bahan wawancara. Jari tangannya menekanmengganggu.” Gadis wartawan yang berdiri di sebelahku ber­ ”Maaf kalau ini jadi sedikit menyebalkan, eh maksud saya mengganggu.” Gadis wartawan yang berdiri di sebelahku ber­ gegas menyiapkan bahan wawancara. Jari tangannya menekan”Maaf kalau ini jadi sedikit menyebalkan, eh maksud saya gegas menyiapkan wawancara. Jari menekanmengganggu.” Gadis wartawan yang berdiri di sebelahku ber­ ”Maaf kalau ini jadi sedikit menyebalkan, eh maksud saya memaksa Kadek menemani sarapan, aku mengem nekan peranti layar sentuh, membuka berkas, dan mengaktifkan gegas menyiapkan bahan wawancara. Jari tangannya tangannya menekanmengganggu.” Gadis wartawan yang berdiri di sebelahku ber­ ”Maaf kalau ini bahan jadi sedikit menyebalkan, ehyang maksud saya nekan peranti layar sentuh, membuka berkas, dan mengaktifkan gegas menyiapkan bahan wawancara. Jari tangannya menekanmengganggu.” Gadis wartawan yang berdiri di sebelahku ber­ nekan peranti layar sentuh, membuka berkas, dan mengaktifkan gegas menyiapkan bahan wawancara. Jari tangannya menekanmengganggu.” Gadis wartawan yang berdiri di sebelahku ber­ gegas menyiapkan bahan wawancara. Jari tangannya menekannekan peranti layar sentuh, membuka berkas, dan mengaktifkan mengganggu.” Gadis wartawan yang berdiri di sebelahku ber­ nekan peranti layar sentuh, membuka berkas, dan mengaktifkan gegas menyiapkan bahan wawancara. Jari tangannya menekanmengganggu.” Gadis wartawan yang berdiri di sebelahku ber­ perekam suara. nekan peranti layar sentuh, membuka berkas, dan mengaktifkan gegas menyiapkan bahan wawancara. Jari tangannya menekanmengganggu.” Gadis wartawan yang berdiri di sebelahku ber­ kapal. Tidak masalah. perekam suara. nekan peranti layar sentuh, membuka berkas, dan mengaktifkan gegas menyiapkan bahan wawancara. Jari tangannya menekanperekam suara. nekan peranti layar sentuh, membuka berkas, dan mengaktifkan gegas menyiapkan bahan wawancara. Jari tangannya menekannekan peranti layar sentuh, membuka berkas, dan mengaktifkan perekam suara. gegas menyiapkan bahan wawancara. Jari tangannya menekanperekam suara. nekan peranti layar sentuh, membuka berkas, dan mengaktifkan gegas menyiapkan bahan wawancara. Jari tangannya menekan”Ternyata benar, mengejar jadwal Anda Anda tidak mudah. Aku perekam suara. nekan peranti layar bahan sentuh, membuka berkas, dan mengaktifkan mengaktifkan gegas menyiapkan wawancara. Jari tangannya menekan”Ternyata benar, mengejar jadwal tidak mudah. Aku perekam suara. nekan peranti layar sentuh, membuka berkas, dan ”Ternyata benar, mengejar jadwal Anda tidak mudah. Aku perekam suara. nekan peranti layar sentuh, membuka berkas, dan mengaktifkan anganku mantap memegang kemudi. Suara mesin terde perekam suara. ”Ternyata benar, mengejar jadwal Anda mudah. Aku nekan peranti layar sentuh, membuka berkas, dan ”Ternyata benar, mengejar jadwal Anda tidak mudah. Aku perekam suara. nekan peranti layar dua sentuh, membuka berkas,tidak dan mengaktifkan mengaktifkan tiba di Singapura hari lalu, berusaha menemui Anda di ”Ternyata benar, mengejar jadwal Anda tidak mudah. Aku perekam suara. nekan peranti layar sentuh, membuka berkas, dan mengaktifkan tiba di Singapura dua hari lalu, berusaha menemui Anda di ”Ternyata benar, mengejar jadwal Anda tidak mudah. Aku perekam suara. tiba di Singapura dua hari lalu, berusaha menemui Anda di ”Ternyata benar, mengejar jadwal Anda tidak mudah. Aku perekam suara. derum halus. Aku menggerakkan kemudi ke kanan, perla ”Ternyata benar, mengejar jadwal Anda tidak mudah. Aku tiba di Singapura dua hari lalu, berusaha menemui Anda di perekam suara. tiba di Singapura dua hari lalu, berusaha menemui Anda di ”Ternyata benar, mengejar jadwal Anda tidak mudah. Aku perekam suara. ruangan transit, hanya untuk mendapatkan kabar mudah. Anda sudah tiba”Ternyata di Singapura Singapura dua hari lalu, lalu, berusaha menemui Anda di ”Ternyata benar, mengejar jadwal Anda tidak tidak mudah. Aku perekam suara. ruangan transit, hanya untuk mendapatkan kabar Anda sudah tiba di dua hari berusaha menemui Anda di benar, mengejar jadwal Anda Aku ruangan transit, hanya untuk mendapatkan kabar Anda sudah tiba di Singapura dua hari lalu, berusaha menemui Anda di ”Ternyata benar, mengejar jadwal Anda tidak mudah. Aku tiba di Singapura dua hari lalu, berusaha menemui Anda di ruangan transit, hanya untuk mendapatkan kabar Anda sudah ”Ternyata benar, mengejar jadwal Anda tidak mudah. Aku ggeser lambung kapal menjauh dari bibir dermaga. Jan ruangan transit, hanya untuk mendapatkan kabar Anda sudah tiba di Singapura dua hari lalu, berusaha menemui Anda di ”Ternyata benar, mengejar jadwal Anda tidak mudah. Aku ruangan transit, hanya untuk mendapatkan kabar Anda sudah tiba di Singapura dua hari lalu, berusaha menemui Anda di ”Ternyata benar, mengejar jadwal Anda tidak mudah. Aku ruangan transit, hanya untuk mendapatkan kabar Anda sudah tiba di Singapura dua hari lalu, berusaha menemui Anda di ruangan transit, hanya untuk mendapatkan kabar Anda sudah tiba di Singapura dua hari lalu, berusaha menemui Anda di 49 ruangan transit, hanya untuk mendapatkan kabar Anda sudah tiba di Singapura dua hari lalu, berusaha menemui Anda di 49 transit, hanya untuk mendapatkan kabar Anda sudah tiba di Singapura dua hari lalu, berusaha menemui Anda di ahruangan dilepas Kadek beberapa detik lalu—setelah dia meny 49 ruangan transit, hanya hanya untuk mendapatkan kabar Anda sudah tiba di Singapura dua untuk hari lalu, berusaha menemui Anda di 49 ruangan transit, mendapatkan kabar Anda sudah ruangan transit, hanya untuk 49 mendapatkan kabar Anda sudah



A



hotel untuk menemukan di mana laman memeriksa seluruh Dia hanya bilang Anda pergi ke Makau. Aku terpaksa sema­ kosong. Maggie, sekretaris Anda, sama sekali tidak membantu. tiba di lokasi konferensi itu, dan lagi-lagi menemukan ruangan menumpang pesawat menuju Hong Kong. Aku segera menyusul, Anda menginap. Tadi pagi tiba di hotel kasino itu, lagi-lagi ter­ hotel untuk menemukan di mana laman memeriksa seluruh Dia hanya bilang Anda pergi ke Makau. Aku terpaksa sema­ kosong. Maggie, sekretaris Anda, sama sekali membantu. tiba di lokasi konferensi itu, dan menemukan ruangan menumpang pesawat menuju Hong Kong. Aku segera menyusul, Anda menginap. Tadi pagi tiba di hotel kasino itu, lagi-lagi ter­ hotel untuk menemukan di mana laman memeriksa seluruh Dia hanya bilang Anda pergi ke Makau. Akutidak terpaksa sema­ kosong. Maggie, sekretaris Anda, sama sekali tidak membantu. tiba di lokasi konferensi itu, dan lagi-lagi menemukan ruangan menumpang pesawat menuju Hong Kong. Aku segera menyusul, hotel untuk menemukan di mana laman memeriksa seluruh Anda menginap. Tadi pagi tiba di lagi-lagi hotel kasino itu, lagi-lagi ter­ kosong. Maggie, sekretaris Anda, sama sekali tidak membantu. tiba di lokasi konferensi itu, dan lagi-lagi menemukan ruangan menumpang pesawat menuju Hong Kong. Aku segera menyusul, Dia hanya bilang Anda pergi ke Makau. Aku terpaksa sema­ Anda menginap. Tadi pagi tiba di hotel kasino itu, lagi-lagi ter­ pergi ke Makau. Aku terpaksa sema­ kosong. Maggie, sekretaris Anda, sama sekali tidak membantu. tiba di lokasi konferensi itu, dan lagi-lagi menemukan ruangan hotel untuk menemukan di mana laman memeriksa seluruh Dia hanya bilang Anda Makau. Aku terpaksa sema­ Anda menginap. Tadi pagi tiba di hotel kasino itu, lagi-lagi ter­ hotel untuk menemukan di mana pergi ke Makau. Aku terpaksa sema­ kosong. Maggie, sekretaris Anda, sama sekali tidak membantu. tiba di lokasi konferensi itu, dan lagi-lagi menemukan ruangan lambat, petugas memberitahu Anda sudah pergi ke pelabuhan.” Anda menginap. Tadi pagi tiba di hotel kasino itu, lagi-lagi ter­ hotel untuk menemukan di mana laman memeriksa seluruh Dia hanya bilang Anda pergi ke Makau. Aku terpaksa sema­ kosong. Maggie, sekretaris Anda, sama sekali tidak membantu. tiba di lokasi konferensi itu, dan lagi-lagi menemukan ruangan lambat, petugas memberitahu Anda sudah pergi ke pelabuhan.” Anda menginap. Tadi pagi tiba di hotel kasino itu, lagi-lagi ter­ hotel untuk menemukan di mana laman memeriksa seluruh Dia hanya bilang Anda pergi ke Makau. Aku terpaksa sema­ kosong. Maggie, sekretaris Anda, sama sekali tidak membantu. tiba di lokasi konferensi itu, dan lagi-lagi menemukan ruangan Anda menginap. Tadi pagi tiba di hotel kasino itu, lagi-lagi ter­ lambat, petugas memberitahu Anda sudah pergi ke pelabuhan.” Dia hanya bilang Anda pergi ke Makau. Aku terpaksa sema­ kosong. Maggie, sekretaris Anda, sama sekali tidak membantu. tiba di lokasi konferensi itu, dan lagi-lagi menemukan ruangan hotel untuk menemukan di mana laman memeriksa seluruh lambat, petugas memberitahu Anda sudah pergi ke pelabuhan.” untuk menemukan di mana Dia hanya bilang Anda pergi ke Makau. Aku terpaksa sema­ kosong. Maggie, sekretaris Anda, sama sekali tidak membantu. Anda menginap. Tadi pagi tiba di hotel kasino itu, lagi-lagi ter­ hotel untuk menemukan di mana laman memeriksa seluruh lambat, petugas memberitahu Anda sudah pergi ke pelabuhan.” tiba di hotel kasino itu, lagi-lagi ter­ untuk menemukan di mana Dia hanya bilang Anda pergi ke Makau. Aku terpaksa sema­ kosong. Maggie, sekretaris Anda, sama sekali tidak membantu. Aku tersenyum—meski tipis saja, mengangguk, tidak masa­ lambat, petugas memberitahu Anda sudah pergi ke pelabuhan.” Anda menginap. Tadi pagi tiba di hotel kasino itu, lagi-lagi ter­ hotel untuk menemukan di mana laman memeriksa seluruh Dia hanya bilang Anda pergi ke Makau. Aku terpaksa sema­ kosong. Maggie, sekretaris Anda, sama sekali tidak membantu. Aku tersenyum—meski tipis saja, mengangguk, tidak masa­ lambat, petugas memberitahu Anda sudah pergi ke pelabuhan.” Anda menginap. Tadi pagi tiba di hotel kasino itu, lagi-lagi ter­ hotel untuk menemukan di mana laman memeriksa seluruh Dia hanya bilang Anda pergi ke Makau. Aku terpaksa sema­ kosong. Maggie, sekretaris Anda, sama sekali tidak membantu. lambat, petugas memberitahu Anda sudah pergi ke pelabuhan.” Aku tersenyum—meski tipis saja, mengangguk, tidak masa­ hotel untuk menemukan di mana laman memeriksa seluruh Dia hanya bilang Anda pergi ke Makau. Aku terpaksa sema­ kosong. Maggie, sekretaris Anda, sama sekali tidak membantu. Anda menginap. Tadi pagi tiba di hotel kasino itu, lagi-lagi ter­ Aku tersenyum—meski tipis saja, mengangguk, tidak masa­ tiba di hotel kasino itu, lagi-lagi ter­ hotel untuk menemukan di mana laman memeriksa seluruh Dia hanya bilang Anda pergi ke Makau. Aku terpaksa sema­ lambat, petugas memberitahu Anda sudah pergi ke pelabuhan.” Anda menginap. Tadi pagi hotel kasino itu, lagi-lagi ter­ Aku tersenyum—meski tipis saja, mengangguk, tidak masa­ memberitahu Anda sudah pergi ke pelabuhan.” Anda menginap. Tadi pagi tiba di hotel kasino itu, lagi-lagi ter­ hotel untuk menemukan di mana laman memeriksa seluruh Dia hanya bilang Anda pergi ke Makau. Aku terpaksa sema­ lah. Setidaknya tersenyum sopan menghargai. Menilik ceritanya, Aku tersenyum—meski tipis saja, mengangguk, tidak masa­ lambat, petugas memberitahu Anda sudah pergi ke pelabuhan.” Anda menginap. Tadi pagi tiba di hotel kasino itu, lagi-lagi ter­ hotel untuk menemukan di mana laman memeriksa seluruh Dia hanya bilang Anda pergi ke Makau. Aku terpaksa sema­ lah. Setidaknya tersenyum sopan menghargai. Menilik ceritanya, Aku tersenyum—meski tipis saja, mengangguk, tidak masa­ lambat, petugas memberitahu Anda sudah pergi ke pelabuhan.” Anda menginap. Tadi pagi tiba di hotel kasino itu, lagi-lagi ter­ hotel untuk menemukan di mana laman memeriksa seluruh Dia hanya bilang Anda pergi ke Makau. Aku terpaksa sema­ Aku tersenyum—meski tipis saja, mengangguk, tidak masa­ lah. Setidaknya tersenyum sopan menghargai. Menilik ceritanya, Anda menginap. Tadi pagi tiba di hotel kasino itu, lagi-lagi ter­ hotel untuk menemukan di mana laman memeriksa seluruh Dia hanya bilang Anda pergi ke Makau. Aku terpaksa sema­ lambat, petugas memberitahu Anda sudah pergi ke pelabuhan.” lah. Setidaknya tersenyum sopan menghargai. Menilik ceritanya, sudah pergi ke pelabuhan.” Anda menginap. Tadi pagi tiba di hotel kasino itu, lagi-lagi ter­ Aku tersenyum—meski tipis saja, mengangguk, tidak masa­ hotel untuk menemukan di mana laman memeriksa seluruh lambat, petugas memberitahu Anda sudah pergi ke pelabuhan.” lah. Setidaknya tersenyum sopan menghargai. Menilik ceritanya, tipis saja, mengangguk, tidak masa­ lambat, petugas memberitahu Anda sudah pergi ke pelabuhan.” Anda menginap. Tadi pagi tiba di hotel kasino itu, lagi-lagi ter­ hotel untuk menemukan di mana laman memeriksa seluruh dia pasti bersungguh-sungguh mengejar jadwalku. Mood-ku juga lah. Setidaknya tersenyum sopan menghargai. Menilik ceritanya, Aku tersenyum—meski tipis saja, mengangguk, tidak masa­ lambat, petugas memberitahu Anda sudah pergi ke pelabuhan.” Anda menginap. Tadi pagi tiba di hotel kasino itu, lagi-lagi ter­ hotel untuk menemukan di mana laman memeriksa seluruh dia pasti bersungguh-sungguh mengejar jadwalku. Mood-ku juga lah. Setidaknya tersenyum sopan menghargai. Menilik ceritanya, Aku tersenyum—meski tipis saja, mengangguk, tidak masa­ lambat, petugas memberitahu Anda sudah pergi ke pelabuhan.” Anda menginap. Tadi pagi tiba di hotel kasino itu, lagi-lagi ter­ hotel untuk menemukan di mana laman memeriksa seluruh lah. Setidaknya tersenyum sopan menghargai. Menilik ceritanya, dia pasti bersungguh-sungguh mengejar jadwalku. Mood-ku juga lambat, petugas memberitahu Anda sudah pergi ke pelabuhan.” Anda menginap. Tadi pagi tiba di hotel kasino itu, lagi-lagi ter­ Aku tersenyum—meski tipis saja, mengangguk, tidak masa­ hotel untuk menemukan di mana laman memeriksa seluruh dia pasti bersungguh-sungguh mengejar jadwalku. Mood-ku juga Aku tersenyum—meski tipis saja, mengangguk, tidak masa­ lambat, petugas memberitahu Anda sudah pergi ke pelabuhan.” lah. Setidaknya tersenyum sopan menghargai. Menilik ceritanya, Anda menginap. Tadi pagi tiba di hotel kasino itu, lagi-lagi ter­ mengangguk, tidak masa­ dia pasti bersungguh-sungguh mengejar jadwalku. Mood-ku juga sopan menghargai. Menilik ceritanya, Aku tersenyum—meski tipis saja, mengangguk, tidak masa­ lambat, petugas memberitahu Anda sudah pergi ke pelabuhan.” Anda menginap. Tadi pagi tiba di hotel kasino itu, lagi-lagi ter­ jauh lebih membaik, memegang kemudi kapal pesiar. Menge­ dia pasti bersungguh-sungguh mengejar jadwalku. Mood-ku juga lah. Setidaknya tersenyum sopan menghargai. Menilik ceritanya, Aku tersenyum—meski tipis saja, mengangguk, tidak masa­ lambat, petugas memberitahu Anda sudah pergi ke pelabuhan.” Anda menginap. Tadi pagi tiba di hotel kasino itu, lagi-lagi ter­ jauh lebih membaik, memegang kemudi kapal pesiar. Menge­ dia pasti bersungguh-sungguh mengejar jadwalku. Mood-ku juga lah. Setidaknya tersenyum sopan menghargai. Menilik ceritanya, Aku tersenyum—meski tipis saja, mengangguk, tidak masa­ lambat, petugas memberitahu Anda sudah pergi ke pelabuhan.” Anda menginap. Tadi pagi tiba di hotel kasino itu, lagi-lagi ter­ dia pasti bersungguh-sungguh mengejar jadwalku. Mood-ku juga jauh lebih membaik, memegang kemudi kapal pesiar. Menge­ Aku tersenyum—meski tipis saja, mengangguk, tidak masa­ lambat, petugas memberitahu Anda sudah pergi ke pelabuhan.” lah. Setidaknya tersenyum sopan menghargai. Menilik ceritanya, Anda menginap. Tadi pagi tiba di hotel kasino itu, lagi-lagi ter­ jauh lebih membaik, memegang kemudi kapal pesiar. Menge­ menghargai. Menilik ceritanya, Aku tersenyum—meski tipis saja, mengangguk, tidak masa­ dia pasti bersungguh-sungguh mengejar jadwalku. Mood-ku juga tersenyum sopan menghargai. Menilik ceritanya, lah. Setidaknya lambat, petugas memberitahu Anda sudah pergi ke pelabuhan.” jauh lebih membaik, memegang kemudi kapal pesiar. Menge­ bersungguh-sungguh mengejar jadwalku. Mood-ku juga lah. Setidaknya tersenyum sopan menghargai. Menilik ceritanya, Aku tersenyum—meski tipis saja, mengangguk, tidak masa­ lambat, petugas memberitahu Anda sudah pergi ke pelabuhan.” ini dari dermaga selalu membuatku lebih luarkan angsa besar jauh lebih membaik, memegang kemudi kapal pesiar. Menge­ dia pasti bersungguh-sungguh mengejar jadwalku. Mood-ku juga lah. Setidaknya tersenyum sopan menghargai. Menilik ceritanya, Aku tersenyum—meski tipis saja, mengangguk, tidak masa­ lambat, petugas memberitahu Anda sudah pergi ke pelabuhan.” ini dari dermaga selalu membuatku lebih luarkan angsa besar jauh lebih membaik, memegang kemudi kapal pesiar. Menge­ dia pasti bersungguh-sungguh mengejar jadwalku. Mood-ku juga lah. Setidaknya tersenyum sopan menghargai. Menilik ceritanya, Aku tersenyum—meski tipis saja, mengangguk, tidak masa­ lambat, petugas memberitahu Anda sudah pergi ke pelabuhan.” jauh lebih membaik, memegang kemudi kapal pesiar. Menge­ ini dari dermaga selalu membuatku lebih luarkan angsa besar lah. Setidaknya tersenyum sopan menghargai. Menilik ceritanya, dia pasti bersungguh-sungguh mengejar jadwalku. Mood-ku juga Aku tersenyum—meski tipis saja, mengangguk, tidak masa­ lambat, petugas memberitahu Anda sudah pergi ke pelabuhan.” ini dari dermaga selalu membuatku lebih luarkan angsa besar mengejar jadwalku. Mood-ku juga jauh lebih membaik, memegang kemudi kapal pesiar. Menge­ lah. Setidaknya tersenyum sopan menghargai. Menilik ceritanya, dia pasti bersungguh-sungguh mengejar jadwalku. Mood-ku juga Aku tersenyum—meski tipis saja, mengangguk, tidak masa­ ini dari dermaga selalu membuatku lebih luarkan angsa besar memegang kemudi kapal pesiar. Menge­ dia pasti bersungguh-sungguh mengejar jadwalku. Mood-ku juga lah. Setidaknya tersenyum sopan menghargai. Menilik ceritanya, Aku tersenyum—meski tipis saja, mengangguk, tidak masa­ rileks. ini dari dermaga selalu membuatku lebih luarkan angsa besar jauh lebih membaik, memegang kemudi kapal pesiar. Menge­ dia pasti bersungguh-sungguh mengejar jadwalku. Mood-ku juga lah. Setidaknya tersenyum sopan menghargai. Menilik ceritanya, Aku tersenyum—meski tipis saja, mengangguk, tidak masa­ rileks. ini dari dermaga selalu membuatku lebih luarkan angsa besar jauh lebih membaik, memegang kemudi kapal pesiar. Menge­ dia pasti bersungguh-sungguh mengejar jadwalku. Mood-ku juga lah. Setidaknya tersenyum sopan menghargai. Menilik ceritanya, Aku tersenyum—meski tipis saja, mengangguk, tidak masa­ ini dari dermaga selalu membuatku lebih luarkan angsa besar rileks. dia pasti bersungguh-sungguh mengejar jadwalku. Mood-ku juga jauh lebih membaik, memegang kemudi kapal pesiar. Menge­ lah. Setidaknya tersenyum sopan menghargai. Menilik ceritanya, Aku tersenyum—meski tipis saja, mengangguk, tidak masa­ rileks. kemudi kapal pesiar. Menge­ ini dari dermaga selalu membuatku lebih luarkan angsa besar dia pasti bersungguh-sungguh mengejar jadwalku. Mood-ku juga jauh lebih membaik, memegang kemudi kapal pesiar. Menge­ lah. Setidaknya tersenyum sopan menghargai. Menilik ceritanya, rileks. ini dari dermaga selalu membuatku lebih luarkan angsa besar jauh lebih membaik, memegang kemudi kapal pesiar. Menge­ dia pasti bersungguh-sungguh mengejar jadwalku. Mood-ku juga lah. Setidaknya tersenyum sopan menghargai. Menilik ceritanya, ”Siapa namamu?” aku bertanya santai, memeriksa layar ke­ rileks. ini dari dermaga selalu membuatku lebih luarkan angsa besar jauh lebih membaik, memegang kemudi kapal pesiar. Menge­ dia pasti bersungguh-sungguh mengejar jadwalku. Mood-ku juga lah. Setidaknya tersenyum sopan menghargai. Menilik ceritanya, ”Siapa namamu?” aku bertanya santai, memeriksa layar ke­ rileks. ini dari dermaga selalu membuatku lebih luarkan angsa besar jauh lebih membaik, memegang kemudi kapal pesiar. Menge­ dia pasti bersungguh-sungguh mengejar jadwalku. Mood-ku juga lah. Setidaknya tersenyum sopan menghargai. Menilik ceritanya, rileks. ”Siapa namamu?” aku bertanya santai, memeriksa layar ke­ ini dari dermaga selalu membuatku lebih luarkan angsa besar jauh lebih membaik, memegang kemudi kapal pesiar. Menge­ dia pasti bersungguh-sungguh mengejar jadwalku. Mood-ku juga lah. Setidaknya tersenyum sopan menghargai. Menilik ceritanya, ”Siapa namamu?” aku bertanya santai, memeriksa layar ke­ rileks. selalu membuatku lebih jauh lebih membaik, memegang kemudi kapal pesiar. Menge­ ini dari dermaga selalu membuatku lebih luarkan angsa besar dia pasti bersungguh-sungguh mengejar jadwalku. Mood-ku juga ”Siapa namamu?” aku bertanya santai, memeriksa layar ke­ rileks. ini dari dermaga selalu membuatku lebih luarkan angsa besar jauh lebih membaik, memegang kemudi kapal pesiar. Menge­ dia pasti bersungguh-sungguh mengejar jadwalku. Mood-ku juga mudi. ”Siapa namamu?” aku bertanya santai, memeriksa layar ke­ rileks. ini dari dermaga selalu membuatku lebih luarkan angsa besar jauh lebih membaik, memegang kemudi kapal pesiar. Menge­ dia pasti bersungguh-sungguh mengejar jadwalku. Mood-ku juga mudi. ”Siapa namamu?” aku bertanya santai, memeriksa layar ke­ rileks. ini dari dermaga selalu membuatku lebih luarkan angsa besar jauh lebih membaik, memegang kemudi kapal pesiar. Menge­ dia pasti bersungguh-sungguh mengejar jadwalku. Mood-ku juga ”Siapa namamu?” aku bertanya santai, memeriksa layar ke­ mudi. rileks. ini dari dermaga selalu membuatku lebih luarkan angsa besar jauh lebih membaik, memegang kemudi kapal pesiar. Menge­ dia pasti bersungguh-sungguh mengejar jadwalku. Mood-ku juga mudi. ”Siapa namamu?” aku bertanya santai, memeriksa layar ke­ ini dari dermaga selalu membuatku lebih luarkan angsa besar rileks. jauh lebih membaik, memegang kemudi kapal pesiar. Menge­ mudi. ”Siapa namamu?” aku bertanya santai, memeriksa layar ke­ rileks. ini dari dermaga selalu membuatku lebih luarkan angsa besar jauh lebih membaik, memegang kemudi kapal pesiar. Menge­ ”Eh?” mudi. ”Siapa namamu?” aku bertanya santai, memeriksa layar ke­ rileks. ini dari dermaga selalu membuatku lebih luarkan angsa besar jauh lebih membaik, memegang kemudi kapal pesiar. Menge­ ”Eh?” mudi. ”Siapa namamu?” aku bertanya santai, memeriksa layar ke­ rileks. ini dari dermaga selalu membuatku lebih luarkan angsa besar jauh lebih membaik, memegang kemudi kapal pesiar. Menge­ mudi. ”Eh?” ”Siapa namamu?” aku bertanya santai, memeriksa layar ke­ rileks. ini dari dermaga selalu membuatku lebih luarkan angsa besar jauh lebih membaik, memegang kemudi kapal pesiar. Menge­ ”Eh?” mudi. santai, memeriksa layar ke­ ”Siapa namamu?” aku bertanya santai, memeriksa layar ke­ rileks. ini dari dermaga selalu membuatku lebih luarkan angsa besar ”Eh?” mudi. ”Siapa namamu?” aku bertanya santai, memeriksa layar ke­ rileks. ini dari dermaga selalu membuatku lebih luarkan angsa besar ”Kau tidak akan memperkenalkan diri terlebih dulu sebelum ”Eh?” mudi. ”Siapa namamu?” aku bertanya santai, memeriksa layar ke­ rileks. ini dari dermaga selalu membuatku lebih luarkan angsa besar ”Kau tidak akan memperkenalkan diri terlebih dulu sebelum ”Eh?” mudi. ”Siapa namamu?” aku bertanya santai, memeriksa layar ke­ rileks. ini dari dermaga selalu membuatku lebih luarkan angsa besar ”Eh?” ”Kau tidak akan memperkenalkan diri terlebih dulu sebelum mudi. ”Siapa namamu?” aku bertanya santai, memeriksa layar ke­ rileks. ini dari dermaga selalu membuatku lebih luarkan angsa besar ”Kau tidak akan memperkenalkan diri terlebih dulu sebelum ”Eh?” mudi. ”Siapa namamu?” aku bertanya santai, memeriksa layar ke­ rileks. ”Kau tidak akan memperkenalkan diri terlebih dulu sebelum ”Eh?” mudi. ”Siapa namamu?” aku bertanya santai, memeriksa layar ke­ rileks. wawancara dimulai?” ”Kau tidak akan memperkenalkan diri terlebih dulu sebelum ”Eh?” mudi. ”Siapa namamu?” aku bertanya santai, memeriksa layar ke­ rileks. wawancara dimulai?” ”Kau tidak akan memperkenalkan diri terlebih dulu sebelum ”Eh?” mudi. ”Siapa namamu?” aku bertanya santai, memeriksa layar ke­ rileks. ”Kau tidak akan memperkenalkan diri terlebih dulu sebelum wawancara dimulai?” ”Eh?” mudi. ”Siapa namamu?” aku bertanya santai, memeriksa layar ke­ rileks. wawancara dimulai?” ”Kau tidak akan memperkenalkan diri terlebih dulu sebelum ”Eh?” mudi. ”Siapa namamu?” aku bertanya santai, memeriksa layar ke­ wawancara dimulai?” ”Kau tidak akan memperkenalkan diri terlebih dulu sebelum ”Eh?” mudi. ”Siapa namamu?” aku bertanya santai, memeriksa layar ke­ ”Oh, maaf.” Gadis itu dengan gerakan sedikit patah-patah wawancara dimulai?” ”Kau tidak akan memperkenalkan diri terlebih dulu sebelum ”Eh?” mudi. ”Siapa namamu?” aku bertanya santai, memeriksa layar ke­ ”Oh, maaf.” Gadis itu dengan gerakan sedikit patah-patah wawancara dimulai?” ”Kau tidak akan memperkenalkan diri terlebih dulu sebelum ”Eh?” mudi. ”Siapa namamu?” aku bertanya santai, memeriksa layar ke­ wawancara dimulai?” ”Oh, maaf.” Gadis itu dengan gerakan sedikit patah-patah ”Kau tidak akan memperkenalkan diri terlebih dulu sebelum ”Eh?” mudi. ”Siapa namamu?” aku bertanya santai, memeriksa layar ke­ ”Oh, maaf.” Gadis itu dengan gerakan sedikit patah-patah wawancara dimulai?” ”Kau tidak akan memperkenalkan diri terlebih dulu sebelum diri terlebih dulu sebelum ”Eh?” mudi. ”Oh, maaf.” Gadis itu dengan gerakan sedikit patah-patah wawancara dimulai?” ”Kau tidak akan memperkenalkan diri terlebih dulu sebelum ”Eh?” mudi. menurunkan peranti layar sentuh di pangkuan, menjulurkan ta­ ”Oh, maaf.” Gadis itu dengan gerakan sedikit patah-patah wawancara dimulai?” ”Kau tidak akan memperkenalkan diri terlebih dulu sebelum ”Eh?” mudi. menurunkan peranti layar sentuh di pangkuan, menjulurkan ta­ ”Oh, maaf.” Gadis itu dengan gerakan sedikit patah-patah wawancara dimulai?” ”Kau tidak akan memperkenalkan diri terlebih dulu sebelum ”Eh?” mudi. ”Oh, maaf.” Gadis itu dengan gerakan sedikit patah-patah menurunkan peranti layar sentuh di pangkuan, menjulurkan ta­ wawancara dimulai?” ”Kau tidak akan memperkenalkan diri terlebih dulu sebelum ”Eh?” mudi. menurunkan peranti layar sentuh di pangkuan, menjulurkan ta­ ”Oh, maaf.” Gadis itu dengan gerakan sedikit patah-patah wawancara dimulai?” ”Kau tidak akan memperkenalkan diri terlebih dulu sebelum ”Eh?” menurunkan peranti layar sentuh di pangkuan, menjulurkan ta­ ”Oh, maaf.” Gadis itu dengan gerakan sedikit patah-patah wawancara dimulai?” ”Kau tidak akan memperkenalkan diri terlebih dulu sebelum ”Eh?” ngan. ”Maryam.” menurunkan peranti layar sentuh di pangkuan, menjulurkan ta­ ”Oh, maaf.” Gadis itu dengan gerakan sedikit patah-patah wawancara dimulai?” ”Kau tidak akan memperkenalkan diri terlebih dulu sebelum ”Eh?” ngan. ”Maryam.” menurunkan peranti layar sentuh di pangkuan, menjulurkan ta­ ”Oh, maaf.” Gadis itu dengan gerakan sedikit patah-patah wawancara dimulai?” ”Kau tidak akan memperkenalkan diri terlebih dulu sebelum ”Eh?” menurunkan peranti layar sentuh di pangkuan, menjulurkan ta­ ngan. ”Maryam.” ”Oh, maaf.” Gadis itu dengan gerakan sedikit patah-patah wawancara dimulai?” ”Kau tidak akan memperkenalkan diri terlebih dulu sebelum ”Eh?” menurunkan peranti layar sentuh di pangkuan, menjulurkan ta­ ngan. ”Maryam.” ”Oh, maaf.” Gadis itu dengan gerakan sedikit patah-patah gerakan sedikit patah-patah wawancara dimulai?” ”Kau tidak akan memperkenalkan diri terlebih dulu sebelum ngan. ”Maryam.” menurunkan peranti layar sentuh di pangkuan, menjulurkan ta­ ”Oh, maaf.” Gadis itu dengan gerakan sedikit patah-patah wawancara dimulai?” ”Kau tidak akan memperkenalkan diri terlebih dulu sebelum ”Aku Thomas. Kau bisa memanggilku Thomas.” Aku mencoba ngan. ”Maryam.” menurunkan peranti layar sentuh di pangkuan, menjulurkan ta­ ”Oh, maaf.” Gadis itu dengan gerakan sedikit patah-patah wawancara dimulai?” ”Kau tidak akan memperkenalkan diri terlebih dulu sebelum ”Aku Thomas. Kau bisa memanggilku Thomas.” Aku mencoba ngan. ”Maryam.” menurunkan peranti layar sentuh di pangkuan, menjulurkan ta­ ”Oh, maaf.” Gadis itu dengan gerakan sedikit patah-patah wawancara dimulai?” ”Kau tidak akan memperkenalkan diri terlebih dulu sebelum ngan. ”Maryam.” ”Aku Thomas. Kau bisa memanggilku Thomas.” Aku mencoba menurunkan peranti layar sentuh di pangkuan, menjulurkan ta­ ”Oh, maaf.” Gadis itu dengan gerakan sedikit patah-patah wawancara dimulai?” ”Kau tidak akan memperkenalkan diri terlebih dulu sebelum ngan. ”Maryam.” ”Aku Thomas. Kau bisa memanggilku Thomas.” Aku mencoba menurunkan peranti layar sentuh di pangkuan, menjulurkan ta­ pangkuan, menjulurkan ta­ ”Oh, maaf.” Gadis itu dengan gerakan sedikit patah-patah wawancara dimulai?” ”Aku Thomas. Kau bisa memanggilku Thomas.” Aku mencoba ngan. ”Maryam.” menurunkan peranti layar sentuh di pangkuan, menjulurkan ta­ ”Oh, maaf.” Gadis itu dengan gerakan sedikit patah-patah wawancara dimulai?” bergurau, menerima uluran tangannya. ”Aku Thomas. Kau bisa memanggilku Thomas.” Aku mencoba ngan. ”Maryam.” menurunkan peranti layar sentuh di pangkuan, menjulurkan ta­ ”Oh, maaf.” Gadis itu dengan gerakan sedikit patah-patah wawancara dimulai?” bergurau, menerima uluran tangannya. ”Aku Thomas. Kau bisa memanggilku Thomas.” Aku mencoba ngan. ”Maryam.” menurunkan peranti layar sentuh di pangkuan, menjulurkan ta­ ”Oh, maaf.” Gadis itu dengan gerakan sedikit patah-patah wawancara dimulai?” ”Aku Thomas. Kau bisa memanggilku Thomas.” Aku mencoba bergurau, menerima uluran tangannya. ngan. ”Maryam.” menurunkan peranti layar sentuh di pangkuan, menjulurkan ta­ ”Oh, maaf.” Gadis itu dengan gerakan sedikit patah-patah wawancara dimulai?” ”Aku Thomas. Kau bisa memanggilku Thomas.” Aku mencoba bergurau, menerima uluran tangannya. ngan. ”Maryam.” menurunkan peranti layar sentuh di pangkuan, menjulurkan ta­ ”Oh, maaf.” Gadis itu dengan gerakan sedikit patah-patah bergurau, menerima uluran tangannya. ”Aku Thomas. Kau bisa memanggilku Thomas.” Aku mencoba ngan. ”Maryam.” menurunkan peranti layar sentuh di pangkuan, menjulurkan ta­ ”Oh, maaf.” Gadis itu dengan gerakan sedikit patah-patah ”Tentu saja aku tahu nama Anda, Thomas.” Gadis itu tidak bergurau, menerima uluran tangannya. ”Aku Thomas. Kau bisa memanggilku Thomas.” Aku mencoba ngan. ”Maryam.” menurunkan peranti layar sentuh di pangkuan, menjulurkan ta­ ”Oh, maaf.” Gadis itu dengan gerakan sedikit patah-patah ”Tentu saja aku tahu nama Anda, Thomas.” Gadis itu tidak bergurau, menerima uluran tangannya. ”Aku Thomas. Kau bisa memanggilku Thomas.” Aku mencoba ngan. ”Maryam.” menurunkan peranti layar sentuh di pangkuan, menjulurkan ta­ ”Oh, maaf.” Gadis itu dengan gerakan sedikit patah-patah bergurau, menerima uluran tangannya. ”Aku Thomas. Kau bisa memanggilku Thomas.” Aku mencoba ”Tentu saja aku tahu nama Anda, Thomas.” Gadis itu tidak ngan. ”Maryam.” menurunkan peranti layar sentuh di pangkuan, menjulurkan ta­ ”Oh, maaf.” Gadis itu dengan gerakan sedikit patah-patah bergurau, menerima uluran tangannya. ”Tentu saja aku tahu nama Anda, Thomas.” Gadis itu tidak ”Aku Thomas. Kau bisa memanggilku Thomas.” Aku mencoba memanggilku Thomas.” Aku mencoba ngan. ”Maryam.” menurunkan peranti layar sentuh di pangkuan, menjulurkan ta­ ”Tentu saja aku tahu nama Anda, Thomas.” Gadis itu tidak bergurau, menerima uluran tangannya. ”Aku Thomas. Kau bisa memanggilku Thomas.” Aku mencoba ngan. ”Maryam.” menurunkan peranti layar sentuh di pangkuan, menjulurkan ta­ tertawa. Suaranya datar. Dia memperbaiki posisi berdirinya, me­ ”Tentu saja aku tahu nama Anda, Thomas.” Gadis itu tidak bergurau, menerima uluran tangannya. ”Aku Thomas. Kau bisa memanggilku Thomas.” Aku mencoba ngan. ”Maryam.” menurunkan peranti layar sentuh di pangkuan, menjulurkan ta­ tertawa. Suaranya datar. Dia memperbaiki posisi berdirinya, me­ ”Tentu saja aku tahu nama Anda, Thomas.” Gadis itu tidak bergurau, menerima uluran tangannya. ”Aku Thomas. Kau bisa memanggilku Thomas.” Aku mencoba ngan. ”Maryam.” menurunkan peranti layar sentuh di pangkuan, menjulurkan ta­ bergurau, menerima uluran tangannya. ”Tentu saja aku tahu nama Anda, Thomas.” Gadis itu tidak tertawa. Suaranya datar. Dia memperbaiki posisi berdirinya, me­ ”Aku Thomas. Kau bisa memanggilku Thomas.” Aku mencoba ngan. ”Maryam.” menurunkan peranti layar sentuh di pangkuan, menjulurkan ta­ ”Tentu saja aku tahu nama Anda, Thomas.” Gadis itu tidak tertawa. Suaranya datar. Dia memperbaiki posisi berdirinya, me­ bergurau, menerima uluran tangannya. tangannya. ”Aku Thomas. Kau bisa memanggilku Thomas.” Aku mencoba ngan. ”Maryam.” tertawa. Suaranya datar. Dia memperbaiki posisi berdirinya, me­ ”Tentu saja aku tahu nama Anda, Thomas.” Gadis itu tidak bergurau, menerima uluran tangannya. ”Aku Thomas. Kau bisa memanggilku Thomas.” Aku mencoba ngan. ”Maryam.” natap ke luar kapal. ”Ini benar-benar tugas gila yang pernah tertawa. Suaranya datar. Dia memperbaiki posisi berdirinya, me­ ”Tentu saja aku tahu nama Anda, Thomas.” Gadis itu tidak bergurau, menerima uluran tangannya. ”Aku Thomas. Kau bisa memanggilku Thomas.” Aku mencoba ngan. ”Maryam.” natap ke luar kapal. ”Ini benar-benar tugas gila yang pernah tertawa. Suaranya datar. Dia memperbaiki posisi berdirinya, me­ ”Tentu saja aku tahu nama Anda, Thomas.” Gadis itu tidak bergurau, menerima uluran tangannya. ”Aku Thomas. Kau bisa memanggilku Thomas.” Aku mencoba ngan. ”Maryam.” ”Tentu saja aku tahu nama Anda, Thomas.” Gadis itu tidak tertawa. Suaranya datar. Dia memperbaiki posisi berdirinya, me­ natap ke luar kapal. ”Ini benar-benar tugas gila yang pernah bergurau, menerima uluran tangannya. ”Aku Thomas. Kau bisa memanggilku Thomas.” Aku mencoba ngan. ”Maryam.” tertawa. Suaranya datar. Dia memperbaiki posisi berdirinya, me­ natap ke luar kapal. ”Ini benar-benar tugas gila yang pernah ”Tentu saja aku tahu nama Anda, Thomas.” Gadis itu tidak Thomas.” Gadis itu tidak bergurau, menerima uluran tangannya. ”Aku Thomas. Kau bisa memanggilku Thomas.” Aku mencoba natap ke luar kapal. ”Ini benar-benar tugas gila yang pernah tertawa. Suaranya datar. Dia memperbaiki posisi berdirinya, me­ ”Tentu saja aku tahu nama Anda, Thomas.” Gadis itu tidak bergurau, menerima uluran tangannya. ”Aku Thomas. Kau bisa memanggilku Thomas.” Aku mencoba kudapatkan dari pemimpin redaksi selama bekerja di sana dua natap ke luar kapal. ”Ini benar-benar tugas gila yang pernah tertawa. Suaranya datar. Dia memperbaiki posisi berdirinya, me­ ”Tentu saja aku tahu nama Anda, Thomas.” Gadis itu tidak bergurau, menerima uluran tangannya. ”Aku Kau bisa memanggilku Thomas.” Aku mencoba kudapatkan dari pemimpin redaksi selama bekerja di sana dua natap ke luar kapal. ”Ini benar-benar tugas gila yang pernah tertawa. Suaranya datar. Dia memperbaiki posisi berdirinya, me­ ”Tentu saja aku tahu nama Anda, Thomas.” Gadis itu tidak bergurau, menerima uluran tangannya. ”Aku Thomas. Kau bisa memanggilku Thomas.” Aku mencoba tertawa. Suaranya datar. Dia memperbaiki posisi berdirinya, me­ natap keThomas. luar kapal. ”Ini benar-benar tugas gila yang pernah kudapatkan dari pemimpin redaksi selama bekerja di sana dua ”Tentu saja aku tahu nama Anda, Thomas.” Gadis itu tidak bergurau, menerima uluran tangannya. ”Aku Thomas. Kau bisa memanggilku Thomas.” Aku mencoba natap ke luar kapal. ”Ini benar-benar tugas gila yang pernah tertawa. Suaranya datar. Dia memperbaiki posisi berdirinya, me­ kudapatkan dari pemimpin redaksi selama bekerja di sana dua memperbaiki posisi berdirinya, me­ ”Tentu saja aku tahu nama Anda, Thomas.” Gadis itu tidak bergurau, menerima uluran tangannya. kudapatkan dari pemimpin redaksi selama bekerja di sana dua natap ke luar kapal. ”Ini benar-benar tugas gila yang pernah tertawa. Suaranya datar. Dia memperbaiki posisi berdirinya, me­ ”Tentu saja aku tahu nama Anda, Thomas.” Gadis itu tidak bergurau, menerima uluran tangannya. tahun. Aku hanya punya waktu 48 jam menyiapkan seluruh kudapatkan dari pemimpin redaksi selama bekerja di sana dua natap ke luar kapal. ”Ini benar-benar tugas gila yang pernah tertawa. Suaranya datar. Dia memperbaiki posisi berdirinya, me­ ”Tentu saja aku tahu nama Anda, Thomas.” Gadis itu tidak bergurau, menerima uluran tangannya. tahun. Aku hanya punya waktu 48 jam menyiapkan seluruh kudapatkan dari pemimpin redaksi selama bekerja di sana dua natap ke luar kapal. ”Ini benar-benar tugas gila yang pernah tertawa. Suaranya datar. Dia memperbaiki posisi berdirinya, me­ ”Tentu saja aku tahu nama Anda, Thomas.” Gadis itu tidak bergurau, menerima uluran tangannya. benar-benar tugas gila yang pernah kudapatkan dari pemimpin redaksi selama bekerja di sana dua tahun. Aku hanya punya waktu 48 jam menyiapkan seluruh tertawa. Suaranya datar. Dia memperbaiki posisi berdirinya, me­ ”Tentu saja aku tahu nama Anda, Thomas.” Gadis itu tidak bergurau, menerima uluran tangannya. kudapatkan dari pemimpin redaksi selama bekerja di sana dua natap ke luar kapal. ”Ini benar-benar tugas gila yang pernah tahun. Aku hanya punya waktu 48 jam menyiapkan seluruh benar-benar tugas gila yang pernah tertawa. Suaranya datar. Dia memperbaiki posisi berdirinya, me­ ”Tentu saja aku tahu nama Anda, Thomas.” Gadis itu tidak tahun. Aku hanya punya waktu 48 jam menyiapkan seluruh kudapatkan dari pemimpin redaksi selama bekerja di sana dua natap ke luar kapal. ”Ini benar-benar tugas gila yang pernah tertawa. Suaranya datar. Dia memperbaiki posisi berdirinya, me­ ”Tentu saja aku tahu nama Anda, Thomas.” Gadis itu tidak materi, melakukan riset, menyusun daftar pertanyaan, termasuk tahun. Aku hanya punya waktu 48 jam menyiapkan seluruh kudapatkan dari pemimpin redaksi selama bekerja di sana dua natap ke luar kapal. ”Ini benar-benar tugas gila yang pernah tertawa. Suaranya datar. Dia memperbaiki posisi berdirinya, me­ ”Tentu saja aku tahu nama Anda, Thomas.” Gadis itu tidak materi, melakukan riset, menyusun daftar pertanyaan, termasuk tahun. Aku hanya punya waktu 48 jam menyiapkan seluruh redaksi selama bekerja di sana sana dua natap ke luar kapal. ”Ini benar-benar tugas gila yang pernah tertawa. Suaranya datar. Dia memperbaiki posisi berdirinya, me­ ”Tentu saja aku tahu nama Anda, Thomas.” Gadis itu tidak kudapatkan dari pemimpin redaksi selama bekerja di dua tahun. Aku hanya punya waktu 48 jam menyiapkan seluruh materi, melakukan riset, menyusun daftar pertanyaan, termasuk



mengejar jadwal Anda, membeli tiket, berpindah pesawat, sekali­ ”Ada banyak wartawan di kantor majalah mingguan kalian, gus mengepak pakaian.” bukan? Salah satu majalah terkemuka. Jika mereka mengirimkan ”Itu berarti kau yang terbaik.” Aku mengangkat bahu. ”Eh?” Gadis itu menatapku. mengejar jadwal Anda, membeli tiket, berpindah pesawat, sekali­ ”Ada banyak wartawan di kantor majalah mingguan kalian, gus mengepak pakaian.” bukan? Salah satu majalah terkemuka. Jika mereka mengirimkan ”Itu berarti kau yang terbaik.” Aku mengangkat bahu. wartawan yang baru bekerja tahun, sepertinya juga warta­ ”Eh?” Gadis itu menatapku. mengejar jadwal Anda, membeli tiket, berpindah pesawat, sekali­ ”Ada banyak wartawan di dua kantor majalah mingguan kalian, gus mengepak pakaian.” bukan? Salah satu majalah terkemuka. Jika mereka mengirimkan ”Itu berarti kau yang terbaik.” Aku mengangkat bahu. wartawan yang baru bekerja dua tahun, sepertinya juga warta­ ”Eh?” Gadis itu menatapku. mengejar jadwal Anda, membeli tiket, berpindah pesawat, sekali­ gus mengepak pakaian.” bukan? Salah satu majalah terkemuka. Jika mereka mengirimkan ”Itu berarti kau yang terbaik.” Aku mengangkat bahu. ”Ada banyak wartawan di kantor majalah mingguan kalian, wartawan yang baru bekerja dua tahun, sepertinya juga warta­ ”Eh?” Gadis itu menatapku. di kantor majalah mingguan kalian, gus mengepak pakaian.” bukan? Salah satu majalah terkemuka. Jika mereka mengirimkan ”Itu berarti kau yang terbaik.” Aku mengangkat bahu. wartawan yang baru bekerja dua tahun, sepertinya juga warta­ ”Eh?” Gadis itu menatapku. ”Ada banyak wartawan di kantor majalah mingguan kalian, gus mengepak pakaian.” bukan? Salah satu majalah terkemuka. Jika mereka mengirimkan ”Itu berarti kau yang terbaik.” Aku mengangkat bahu. wartawan yang baru bekerja dua tahun, sepertinya juga warta­ ”Eh?” Gadis itu menatapku. muda, itu berarti kau yang terbaik.” Aku tersenyum, wan paling ”Ada banyak wartawan di kantor majalah mingguan kalian, gus mengepak pakaian.” bukan? Salah satu majalah terkemuka. Jika mereka mengirimkan ”Itu berarti kau yang terbaik.” Aku mengangkat bahu. wartawan yang baru bekerja dua tahun, sepertinya juga warta­ ”Eh?” Gadis itu menatapku. muda, itu berarti kau yang terbaik.” Aku tersenyum, wan paling ”Ada banyak wartawan di kantor majalah mingguan kalian, gus mengepak pakaian.” ”Itu berarti kau yang terbaik.” Aku mengangkat bahu. wartawan yang baru bekerja dua tahun, sepertinya juga warta­ ”Eh?” Gadis itu menatapku. bukan? Salah satu majalah terkemuka. Jika mereka mengirimkan muda, itu berarti kau yang terbaik.” Aku tersenyum, wan paling ”Ada banyak wartawan di kantor majalah mingguan kalian, terkemuka. Jika mereka mengirimkan ”Itu berarti kau yang terbaik.” Aku mengangkat bahu. wartawan yang baru bekerja dua tahun, sepertinya juga warta­ ”Eh?” Gadis itu menatapku. muda, itu berarti kau yang terbaik.” Aku tersenyum, wan paling ”Ada banyak wartawan di kantor majalah mingguan kalian, bukan? Salah satu majalah terkemuka. Jika mereka mengirimkan ”Itu berarti kau yang terbaik.” Aku mengangkat bahu. wartawan yang baru bekerja dua tahun, sepertinya juga warta­ ”Eh?” Gadis itu menatapku. muda, itu berarti kau yang terbaik.” Aku tersenyum, wan paling ”Ada banyak wartawan di kantor majalah mingguan kalian, mencoba berbaik hati basa-basi mengawali percakapan. Semen­ bukan? Salah satu majalah terkemuka. Jika mereka mengirimkan ”Itu berarti kau yang terbaik.” Aku mengangkat bahu. wartawan yang baru bekerja dua tahun, sepertinya juga warta­ ”Eh?” Gadis itu menatapku. muda, itu berarti kau yang terbaik.” Aku tersenyum, wan paling ”Ada banyak wartawan di kantor majalah mingguan kalian, mencoba berbaik hati basa-basi mengawali percakapan. Semen­ bukan? Salah satu majalah terkemuka. Jika mereka mengirimkan ”Itu berarti kau yang terbaik.” Aku mengangkat bahu. ”Eh?” Gadis itu menatapku. muda, itu berarti kau yang terbaik.” Aku tersenyum, wan paling ”Ada banyak wartawan di kantor majalah mingguan kalian, wartawan yang baru bekerja dua tahun, sepertinya juga warta­ mencoba berbaik hati basa-basi mengawali percakapan. Semen­ bukan? Salah satu majalah terkemuka. Jika mereka mengirimkan wartawan yang baru bekerja dua tahun, sepertinya juga warta­ ”Eh?” Gadis itu menatapku. muda, itu berarti kau yang terbaik.” Aku tersenyum, wan paling ”Ada banyak wartawan di kantor majalah mingguan kalian, mencoba berbaik hati basa-basi mengawali percakapan. Semen­ bukan? Salah satu majalah terkemuka. Jika mereka mengirimkan wartawan yang baru bekerja dua tahun, sepertinya juga warta­ ”Eh?” Gadis itu menatapku. muda, itu berarti kau yang terbaik.” Aku tersenyum, wan paling ”Ada banyak wartawan di kantor majalah mingguan kalian, mencoba berbaik hati basa-basi mengawali percakapan. Semen­ bukan? Salah satu majalah terkemuka. Jika mereka mengirimkan kokoh memegang kemudi, kapal pesiar mulai tara tanganku wartawan yang baru bekerja dua tahun, sepertinya juga warta­ ”Eh?” Gadis itu menatapku. muda, itu berarti kau yang terbaik.” Aku tersenyum, wan paling ”Ada banyak wartawan di kantor majalah mingguan kalian, mencoba berbaik hati basa-basi mengawali percakapan. Semen­ bukan? Salah satu majalah terkemuka. Jika mereka mengirimkan kokoh memegang kemudi, kapal pesiar mulai tara tanganku wartawan yang baru bekerja dua tahun, sepertinya juga warta­ ”Eh?” Gadis itu menatapku. ”Ada banyak wartawan di kantor majalah mingguan kalian, mencoba berbaik hati basa-basi mengawali percakapan. Semen­ bukan? Salah satu majalah terkemuka. Jika mereka mengirimkan muda, itu berarti kau yang terbaik.” Aku tersenyum, wan paling kokoh memegang kemudi, kapal pesiar mulai tara tanganku wartawan yang baru bekerja dua tahun, sepertinya juga warta­ ”Ada banyak wartawan di kantor majalah mingguan kalian, muda, itu berarti kau yang terbaik.” Aku tersenyum, wan paling mencoba berbaik hati basa-basi mengawali percakapan. Semen­ bukan? Salah satu majalah terkemuka. Jika mereka mengirimkan kokoh memegang kemudi, kapal pesiar mulai tara tanganku wartawan yang baru bekerja dua tahun, sepertinya juga warta­ muda, itu berarti kau yang terbaik.” Aku tersenyum, wan paling ”Ada banyak wartawan di kantor majalah mingguan kalian, mencoba berbaik hati basa-basi mengawali percakapan. Semen­ bukan? Salah satu majalah terkemuka. Jika mereka mengirimkan kokoh memegang kemudi, kapal pesiar mulai tara tanganku wartawan yang baru bekerja dua tahun, sepertinya juga warta­ meninggalkan garis pantai Makau, membelah ombak yang se­ muda, itu berarti kau yang terbaik.” Aku tersenyum, wan paling ”Ada banyak wartawan di kantor majalah mingguan kalian, mencoba berbaik hati basa-basi mengawali percakapan. Semen­ bukan? Salah satu majalah terkemuka. Jika mereka mengirimkan kokoh memegang kemudi, kapal pesiar mulai tara tanganku wartawan yang baru bekerja dua tahun, sepertinya juga warta­ meninggalkan garis pantai Makau, membelah ombak yang se­ muda, itu berarti kau yang terbaik.” Aku tersenyum, wan paling ”Ada banyak wartawan di kantor majalah mingguan kalian, bukan? Salah satu majalah terkemuka. Jika mereka mengirimkan kokoh memegang kemudi, kapal pesiar mulai tara tanganku wartawan yang baru bekerja dua tahun, sepertinya juga warta­ mencoba berbaik hati basa-basi mengawali percakapan. Semen­ meninggalkan garis pantai Makau, membelah ombak yang se­ muda, itu berarti kau yang terbaik.” Aku tersenyum, wan paling bukan? Salah satu majalah terkemuka. Jika mereka mengirimkan mencoba berbaik hati basa-basi mengawali percakapan. Semen­ kokoh memegang kemudi, kapal pesiar mulai tara tanganku wartawan yang baru bekerja dua tahun, sepertinya juga warta­ meninggalkan garis pantai Makau, membelah ombak yang se­ muda, itu berarti kau yang terbaik.” Aku tersenyum, wan paling mencoba berbaik hati basa-basi mengawali percakapan. Semen­ bukan? Salah satu majalah terkemuka. Jika mereka mengirimkan kokoh memegang kemudi, kapal pesiar mulai tara tanganku wartawan yang baru bekerja dua tahun, sepertinya juga warta­ meninggalkan garis pantai Makau, membelah ombak yang se­ muda, itu berarti kau yang terbaik.” Aku tersenyum, wan paling Langit di luar sana terlihat gelap. Opa dan Kadek makin besar. mencoba berbaik hati basa-basi mengawali percakapan. Semen­ bukan? Salah satu majalah terkemuka. Jika mereka mengirimkan kokoh memegang kemudi, kapal pesiar mulai tara tanganku wartawan yang baru bekerja dua tahun, sepertinya juga warta­ meninggalkan garis pantai Makau, membelah ombak yang se­ muda, itu berarti kau yang terbaik.” Aku tersenyum, wan paling Langit di luar sana terlihat gelap. Opa dan Kadek makin besar. mencoba berbaik hati basa-basi mengawali percakapan. Semen­ bukan? Salah satu majalah terkemuka. Jika mereka mengirimkan wartawan yang baru bekerja dua tahun, sepertinya juga warta­ meninggalkan garis pantai Makau, membelah ombak yang se­ kokoh memegang kemudi, kapal pesiar mulai tara tanganku muda, itu berarti kau yang terbaik.” Aku tersenyum, wan paling Langit di luar sana terlihat gelap. Opa dan Kadek makin besar. mencoba berbaik hati basa-basi mengawali percakapan. Semen­ wartawan yang baru bekerja dua tahun, sepertinya juga warta­ kokoh memegang kemudi, kapal pesiar mulai tara tanganku meninggalkan garis pantai Makau, membelah ombak yang se­ muda, itu berarti kau yang terbaik.” Aku tersenyum, wan paling Langit di luar sana terlihat gelap. Opa dan Kadek makin besar. mencoba berbaik hati basa-basi mengawali percakapan. Semen­ kokoh memegang kemudi, kapal pesiar mulai tara tanganku wartawan yang baru bekerja dua tahun, sepertinya juga warta­ meninggalkan garis pantai Makau, membelah ombak yang se­ muda, itu berarti kau yang terbaik.” Aku tersenyum, wan paling Langit di luar sana terlihat gelap. Opa dan Kadek makin besar. mencoba berbaik hati basa-basi mengawali percakapan. Semen­ asyik sarapan di kabin tengah. kokoh memegang kemudi, kapal pesiar mulai tara tanganku wartawan yang baru bekerja dua tahun, sepertinya juga warta­ meninggalkan garis pantai Makau, membelah ombak yang se­ muda, itu berarti kau yang terbaik.” Aku tersenyum, wan paling Langit di luar sana terlihat gelap. Opa dan Kadek makin besar. mencoba berbaik hati basa-basi mengawali percakapan. Semen­ asyik sarapan di kabin tengah. kokoh memegang kemudi, kapal pesiar mulai tara tanganku wartawan yang baru bekerja dua tahun, sepertinya juga warta­ muda, itu berarti kau yang terbaik.” Aku tersenyum, wan paling meninggalkan garis pantai Makau, membelah ombak yang se­ Langit di luar sana terlihat gelap. Opa dan Kadek makin besar. mencoba berbaik hati basa-basi mengawali percakapan. Semen­ asyik sarapan di kabin tengah. kokoh memegang kemudi, kapal pesiar mulai tara tanganku muda, itu berarti kau yang terbaik.” Aku tersenyum, wan paling meninggalkan garis pantai Makau, membelah ombak yang se­ Langit di luar sana terlihat gelap. Opa dan Kadek makin besar. mencoba berbaik hati basa-basi mengawali percakapan. Semen­ asyik sarapan di kabin tengah. kokoh memegang kemudi, kapal pesiar mulai tara tanganku meninggalkan garis pantai Makau, membelah ombak yang se­ muda, itu berarti kau yang terbaik.” Aku tersenyum, wan paling Langit di luar sana terlihat gelap. Opa dan Kadek makin besar. mencoba berbaik hati basa-basi mengawali percakapan. Semen­ asyik sarapan di kabin tengah. kokoh memegang kemudi, kapal pesiar mulai tara tanganku ”Bukankah demikian?” meninggalkan garis pantai Makau, membelah ombak yang se­ muda, itu berarti kau yang terbaik.” Aku tersenyum, wan paling Langit di luar sana terlihat gelap. Opa dan Kadek makin besar. mencoba berbaik hati basa-basi mengawali percakapan. Semen­ asyik sarapan di kabin tengah. kokoh memegang kemudi, kapal mulai tara tanganku ”Bukankah demikian?” meninggalkan garis pantai Makau, membelah ombak yang se­ muda, itudi berarti kaumengawali yang terbaik.” Akupesiar tersenyum, wan paling mencoba berbaik hati basa-basi mengawali percakapan. Semen­ makin besar. Langit luar sana terlihat gelap. Opa dan Kadek asyik sarapan di kabin tengah. kokoh memegang kemudi, kapal pesiar mulai tara tanganku ”Bukankah demikian?” meninggalkan garis pantai Makau, membelah ombak yang se­ mencoba berbaik hati basa-basi percakapan. Semen­ Langit di luar sana terlihat gelap. Opa dan Kadek makin besar. asyik sarapan di kabin tengah. kokoh memegang kemudi, kapal pesiar mulai tara tanganku ”Bukankah demikian?” meninggalkan garis pantai Makau, membelah ombak yang se­ Langit di luar sana terlihat gelap. Opa dan Kadek makin besar. mencoba berbaik hati basa-basi mengawali percakapan. Semen­ asyik sarapan di kabin tengah. kokoh memegang kemudi, kapal pesiar mulai tara tanganku ”Bukankah demikian?” meninggalkan garis pantai Makau, membelah ombak yang se­ ”Tidak juga.” Gadis itu menggeleng, nada suaranya sedikit Langit di luar sana terlihat gelap. Opa dan Kadek makin besar. mencoba berbaik hati basa-basi mengawali percakapan. Semen­ asyik sarapan di kabin tengah. kokoh memegang kemudi, kapal pesiar mulai tara tanganku ”Bukankah demikian?” meninggalkan garis pantai Makau, membelah ombak yang se­ ”Tidak juga.” Gadis itu menggeleng, nada suaranya sedikit Langit di luar sana terlihat gelap. Opa dan Kadek makin besar. mencoba berbaik hati basa-basi mengawali percakapan. Semen­ kokoh memegang kemudi, kapal pesiar mulai tara tanganku asyik sarapan di kabin tengah. ”Bukankah demikian?” meninggalkan garis pantai Makau, membelah ombak yang se­ ”Tidak juga.” Gadis itu menggeleng, nada suaranya sedikit Langit di luar sana terlihat gelap. Opa dan Kadek makin besar. kokoh memegang kemudi, kapal pesiar mulai tara tanganku asyik sarapan di kabin tengah. ”Bukankah demikian?” meninggalkan garis pantai Makau, membelah ombak yang se­ ”Tidak juga.” Gadis itu menggeleng, nada suaranya sedikit Langit di luar sana terlihat gelap. Opa dan Kadek makin besar. asyik sarapan di kabin tengah. kokoh memegang kemudi, kapal pesiar mulai tara tanganku ”Bukankah demikian?” meninggalkan garis pantai Makau, membelah ombak yang se­ ”Tidak juga.” Gadis itu menggeleng, nada suaranya sedikit Langit di luar sana terlihat gelap. Opa dan Kadek makin besar. ketus. Dia merapikan ujung poni rambutnya. ”Mereka sengaja asyik sarapan di kabin tengah. kokoh memegang kemudi, kapal pesiar mulai tara tanganku ”Bukankah demikian?” meninggalkan garis pantai Makau, membelah ombak yang se­ ”Tidak juga.” Gadis itu menggeleng, nada suaranya sedikit Langit di luar sana terlihat gelap. Opa dan Kadek makin besar. ketus. Dia merapikan ujung poni rambutnya. ”Mereka sengaja asyik sarapan di kabin tengah. kokoh memegang kemudi, kapal pesiar mulai tara tanganku meninggalkan garis pantai Makau, membelah ombak yang se­ ”Bukankah demikian?” ”Tidak juga.” Gadis itu menggeleng, nada suaranya sedikit Langit di luar sana terlihat gelap. Opa dan Kadek makin besar. ketus. Dia merapikan ujung poni rambutnya. ”Mereka sengaja asyik sarapan di kabin tengah. meninggalkan garis pantai Makau, membelah ombak yang se­ ”Bukankah demikian?” ”Tidak juga.” Gadis itu menggeleng, nada suaranya sedikit Langit di luar sana terlihat gelap. Opa dan Kadek makin besar. ketus. Dia merapikan ujung poni rambutnya. ”Mereka sengaja asyik sarapan di kabin tengah. ”Bukankah demikian?” meninggalkan garis pantai Makau, membelah ombak yang se­ ”Tidak juga.” Gadis itu menggeleng, nada suaranya sedikit Langit di luar sana terlihat gelap. Opa dan Kadek makin besar. ketus. Dia merapikan ujung poni rambutnya. ”Mereka sengaja asyik sarapan di kabin tengah. mengirimku karena semua orang tahu Anda suka mengolok-olok ”Bukankah demikian?” meninggalkan garis pantai Makau, membelah ombak yang se­ ”Tidak juga.” Gadis itu menggeleng, nada suaranya sedikit Langit di luar sana terlihat gelap. Opa dan Kadek makin besar. ketus. Dia merapikan ujung poni rambutnya. ”Mereka sengaja asyik sarapan di kabin tengah. mengirimku karena semua orang tahu Anda suka mengolok-olok ”Bukankah demikian?” meninggalkan garis pantai Makau, membelah ombak se­ Langit di ujung luar sana terlihat gelap. Opa danyang Kadek makin besar. ”Tidak juga.” Gadis itu menggeleng, nada suaranya sedikit ketus. Dia merapikan poni rambutnya. ”Mereka sengaja asyik sarapan di kabin tengah. mengirimku karena semua orang tahu Anda suka mengolok-olok ”Bukankah demikian?” makin besar. Langit di luar sana terlihat gelap. Opa dan Kadek ”Tidak juga.” Gadis itu menggeleng, nada suaranya sedikit ketus. Dia merapikan ujung poni rambutnya. ”Mereka sengaja asyik sarapan di kabin tengah. mengirimku karena semua orang tahu Anda suka mengolok-olok ”Bukankah demikian?” ”Tidak juga.” Gadis itu menggeleng, nada suaranya sedikit Langit di luar sana terlihat gelap. Opa dan Kadek makin besar. ketus. Dia merapikan ujung poni rambutnya. ”Mereka sengaja asyik sarapan di kabin tengah. mengirimku karena semua orang tahu Anda suka mengolok-olok ”Bukankah demikian?” wartawan sepertiku saat wawancara. Jika diwawancara oleh war­ ”Tidak juga.” Gadis itu menggeleng, nada suaranya sedikit Langit di luar sana terlihat gelap. Opa dan Kadek makin besar. ketus. Dia merapikan ujung poni rambutnya. ”Mereka sengaja asyik sarapan di kabin tengah. mengirimku karena semua orang tahu Anda suka mengolok-olok ”Bukankah demikian?” wartawan sepertiku saat wawancara. Jika diwawancara oleh war­ ”Tidak juga.” Gadis itu menggeleng, nada suaranya sedikit Langit di luar sana terlihat gelap. Opa dan Kadek makin besar. asyik sarapan di kabin tengah. ketus. Dia merapikan ujung poni rambutnya. ”Mereka sengaja mengirimku karena semua orang tahu Anda suka mengolok-olok ”Bukankah demikian?” wartawan sepertiku saat wawancara. Jika diwawancara oleh war­ ”Tidak juga.” Gadis itu menggeleng, nada suaranya sedikit asyik sarapan di kabin tengah. ketus. Dia merapikan ujung poni rambutnya. sengaja mengirimku karena semua orang tahu Anda suka mengolok-olok ”Bukankah demikian?” wartawan sepertiku saat wawancara. Jika diwawancara oleh war­ ”Tidak juga.” Gadis itu menggeleng, nada suaranya sedikit ketus. Dia merapikan ujung poni rambutnya. ”Mereka sengaja asyik sarapan di kabin tengah. mengirimku karena semua orang tahu Anda suka”Mereka mengolok-olok ”Bukankah demikian?” wartawan sepertiku saat wawancara. Jika diwawancara oleh war­ ”Tidak juga.” Gadis itu menggeleng, nada suaranya sedikit tawan senior, apalagi jika itu laki-laki, Anda lebih tertutup, men­ ketus. Dia merapikan ujung poni rambutnya. ”Mereka sengaja asyik sarapan di kabin tengah. mengirimku karena semua orang tahu suka mengolok-olok ”Bukankah demikian?” wartawan sepertiku saat wawancara. Jika diwawancara oleh war­ ”Tidak juga.” Gadis itu menggeleng, nada suaranya sedikit tawan senior, apalagi jika itu laki-laki, lebih tertutup, men­ ketus. Dia merapikan ujung poni rambutnya. ”Mereka sengaja asyik sarapan di kabin tengah. ”Bukankah demikian?” mengirimku karena semua orang tahu Anda suka mengolok-olok wartawan sepertiku saat wawancara. Jika diwawancara oleh war­ ”Tidak juga.” Gadis itu menggeleng, nada suaranya sedikit tawan senior, apalagi jika itu laki-laki, Anda lebih tertutup, men­ ”Bukankah demikian?” ketus. Dia merapikan ujung poni rambutnya. ”Mereka sengaja mengirimku karena semua orang tahu suka mengolok-olok wartawan sepertiku saat wawancara. Jika diwawancara oleh war­ ”Tidak juga.” Gadis itu menggeleng, nada suaranya sedikit tawan senior, apalagi jika itu laki-laki, Anda lebih tertutup, men­ ketus. Dia merapikan ujung poni rambutnya. ”Mereka sengaja mengirimku karena semua orang tahu suka mengolok-olok ”Bukankah demikian?” wartawan sepertiku saat wawancara. Jika diwawancara oleh war­ ”Tidak juga.” Gadis itu menggeleng, nada suaranya sedikit tawan senior, apalagi jika itu laki-laki, Anda lebih tertutup, men­ ketus. Dia merapikan ujung poni rambutnya. ”Mereka sengaja jawab pendek-pendek, bahkan tidak mau berkomentar. Jadi mengirimku karena semua orang tahu suka mengolok-olok ”Bukankah demikian?” wartawan sepertiku saat wawancara. Jika diwawancara oleh war­ ”Tidak juga.” Gadis itu menggeleng, nada suaranya sedikit tawan senior, apalagi jika itu laki-laki, Anda lebih tertutup, men­ ketus. Dia merapikan ujung poni rambutnya. ”Mereka sengaja jawab pendek-pendek, bahkan tidak mau berkomentar. Jadi mengirimku karena semua orang tahu suka mengolok-olok ”Bukankah demikian?” ”Tidak juga.” Gadis itu menggeleng, nada suaranya sedikit wartawan sepertiku saat wawancara. Jika diwawancara oleh war­ tawan senior, apalagi jika itu laki-laki, Anda lebih tertutup, men­ ketus. Dia merapikan ujung poni rambutnya. ”Mereka sengaja ”Tidak juga.” Gadis itu menggeleng, nada suaranya sedikit jawab pendek-pendek, bahkan tidak mau berkomentar. Jadi mengirimku karena semua orang tahu suka mengolok-olok wartawan sepertiku saat wawancara. Jika diwawancara oleh war­ tawan senior, apalagi jika itu laki-laki, Anda lebih tertutup, men­ ketus. Dia merapikan ujung poni rambutnya. ”Mereka sengaja jawab pendek-pendek, bahkan tidak mau berkomentar. Jadi mengirimku karena semua orang tahu suka mengolok-olok wartawan sepertiku saat wawancara. Jika diwawancara oleh war­ ”Tidak juga.” Gadis itu menggeleng, nada suaranya sedikit tawan senior, apalagi jika itu laki-laki, Anda lebih tertutup, men­ ketus. Dia merapikan ujung poni rambutnya. ”Mereka sengaja jawab pendek-pendek, bahkan tidak mau berkomentar. Jadi mengirimku karena semua orang tahu suka mengolok-olok mereka memutuskan mengirimku, berharap Anda akan lebih wartawan sepertiku saat wawancara. Jika diwawancara oleh war­ ”Tidak juga.” Gadis itu menggeleng, nada suaranya sedikit tawan senior, apalagi jika itu laki-laki, Anda lebih tertutup, men­ ketus. Dia merapikan ujung poni rambutnya. ”Mereka sengaja jawab pendek-pendek, bahkan tidak mau berkomentar. Jadi mengirimku karena semua orang tahu suka mengolok-olok mereka memutuskan mengirimku, berharap Anda akan lebih wartawan sepertiku saat wawancara. Jika diwawancara oleh war­ ”Tidak juga.” Gadis itu menggeleng, nada suaranya sedikit tawan senior, apalagi jika itu laki-laki, Anda lebih tertutup, men­ ketus. Dia merapikan ujung poni rambutnya. ”Mereka sengaja jawab pendek-pendek, bahkan tidak mau berkomentar. Jadi mengirimku karena semua orang tahu Anda suka mengolok-olok ketus. Dia merapikan ujung poni rambutnya. ”Mereka sengaja mereka memutuskan mengirimku, berharap Anda akan lebih wartawan sepertiku saat wawancara. Jika diwawancara oleh war­ tawan senior, apalagi jika itu laki-laki, Anda lebih tertutup, men­ jawab pendek-pendek, bahkan tidak mau berkomentar. Jadi mengirimku karena semua orang tahu suka mengolok-olok mereka memutuskan mengirimku, berharap Anda akan lebih wartawan sepertiku saat wawancara. Jika diwawancara oleh war­ tawan senior, apalagi jika itu laki-laki, Anda lebih tertutup, men­ ketus. Dia merapikan ujung poni rambutnya. ”Mereka sengaja jawab pendek-pendek, bahkan tidak mau berkomentar. Jadi mengirimku karena semua orang tahu suka mengolok-olok mereka memutuskan mengirimku, berharap Anda akan lebih wartawan sepertiku saat wawancara. Jika diwawancara oleh war­ terbuka, lebih banyak menjawab pertanyaan, dan selalu merasa tawan senior, apalagi jika itu laki-laki, Anda lebih tertutup, men­ ketus. Dia merapikan ujung poni rambutnya. ”Mereka sengaja jawab pendek-pendek, bahkan tidak mau berkomentar. Jadi mengirimku karena semua orang tahu suka mengolok-olok mereka memutuskan mengirimku, berharap Anda akan lebih wartawan sepertiku saat wawancara. Jika diwawancara oleh war­ terbuka, lebih banyak menjawab pertanyaan, dan selalu merasa tawan senior, apalagi jika itu laki-laki, Anda lebih tertutup, men­ ketus. Dia merapikan ujung poni rambutnya. ”Mereka sengaja jawab pendek-pendek, bahkan tidak mau berkomentar. Jadi mengirimku karena semua orang tahu suka mengolok-olok mereka memutuskan mengirimku, berharap Anda akan lebih wartawan sepertiku saat wawancara. Jika diwawancara oleh war­ mengirimku karena semua orang tahu Anda suka mengolok-olok terbuka, lebih banyak menjawab pertanyaan, dan selalu merasa tawan senior, apalagi jika itu laki-laki, lebih tertutup, men­ jawab pendek-pendek, bahkan tidak mau berkomentar. Jadi mereka memutuskan mengirimku, berharap Anda akan lebih wartawan sepertiku saat wawancara. Jika diwawancara oleh war­ terbuka, lebih banyak menjawab pertanyaan, dan selalu merasa tawan senior, apalagi jika itu laki-laki, Anda lebih tertutup, men­ jawab pendek-pendek, bahkan tidak mau berkomentar. Jadi mengirimku karena semua orang tahu suka mengolok-olok mereka memutuskan mengirimku, berharap Anda akan lebih wartawan sepertiku saat wawancara. Jika diwawancara oleh war­ terbuka, lebih banyak menjawab pertanyaan, dan selalu merasa tawan senior, apalagi jika itu laki-laki, Anda lebih tertutup, men­ dominan, superior, senang sekali menunjukkan lebih tahu, lebih jawab pendek-pendek, bahkan tidak mau berkomentar. Jadi mengirimku karena semua orang tahu suka mengolok-olok mereka memutuskan mengirimku, berharap Anda akan wartawan sepertiku saat wawancara. Jika diwawancara oleh war­ terbuka, lebih banyak menjawab pertanyaan, dan selalu merasa tawan senior, apalagi jika itu laki-laki, Anda lebih tertutup, men­ dominan, superior, senang sekali menunjukkan lebih tahu, lebih jawab pendek-pendek, bahkan tidak mau berkomentar. Jadi mengirimku karena semua orang tahu suka mengolok-olok mereka memutuskan mengirimku, berharap Anda akan lebih wawancara. Jika diwawancara oleh war­ terbuka, lebih banyak menjawab pertanyaan, dan selalu merasa tawan senior, apalagi jika itu laki-laki, Anda lebih tertutup, men­ wartawan sepertiku saat wawancara. Jika diwawancara oleh war­ dominan, superior, senang sekali menunjukkan lebih tahu, lebih jawab pendek-pendek, bahkan tidak mau berkomentar. Jadi mereka memutuskan mengirimku, berharap Anda akan terbuka, lebih banyak menjawab pertanyaan, dan selalu merasa tawan senior, apalagi jika itu laki-laki, Anda lebih tertutup, men­ dominan, superior, senang sekali menunjukkan lebih tahu, lebih jawab pendek-pendek, bahkan tidak mau berkomentar. Jadi mereka memutuskan mengirimku, berharap Anda akan wartawan sepertiku saat wawancara. Jika diwawancara oleh war­ terbuka, lebih banyak menjawab pertanyaan, dan selalu merasa tawan senior, apalagi jika itu laki-laki, Anda lebih tertutup, men­ dominan, superior, senang sekali menunjukkan lebih tahu, lebih jawab pendek-pendek, bahkan tidak mau berkomentar. Jadi pintar, meskipun harga yang harus kuterima adalah diolok-olok, mereka memutuskan mengirimku, berharap Anda akan wartawan sepertiku saat wawancara. Jika diwawancara oleh war­ terbuka, lebih banyak menjawab pertanyaan, dan selalu merasa tawan senior, apalagi jika itu laki-laki, Anda lebih tertutup, men­ dominan, superior, senang sekali menunjukkan lebih tahu, lebih jawab pendek-pendek, bahkan tidak mau berkomentar. Jadi pintar, meskipun harga yang harus kuterima adalah diolok-olok, mereka memutuskan mengirimku, berharap Anda akan wartawan sepertiku saat wawancara. Jika diwawancara oleh war­ terbuka, lebih banyak menjawab pertanyaan, dan selalu merasa tawan senior, apalagi jika itu laki-laki, Anda lebih tertutup, men­ dominan, superior, senang sekali menunjukkan lebih tahu, lebih jawab pendek-pendek, bahkan tidak mau berkomentar. Jadi laki-laki, Anda lebih tertutup, men­ pintar, meskipun harga yang harus kuterima adalah diolok-olok, mereka memutuskan mengirimku, berharap Anda akan terbuka, lebih banyak menjawab pertanyaan, dan selalu merasa dominan, superior, senang sekali menunjukkan lebih tahu, lebih jawab pendek-pendek, bahkan tidak mau berkomentar. Jadi pintar, meskipun harga yang harus kuterima adalah diolok-olok, mereka memutuskan mengirimku, berharap Anda akan terbuka, lebih banyak menjawab pertanyaan, dan selalu merasa tawan senior, apalagi jika itu laki-laki, Anda lebih tertutup, men­ dominan, superior, senang sekali menunjukkan lebih tahu, lebih jawab pendek-pendek, bahkan tidak mau berkomentar. Jadi pintar, meskipun harga yang harus kuterima adalah diolok-olok, mereka memutuskan mengirimku, berharap Anda akan dianggap bodoh. terbuka, lebih banyak menjawab pertanyaan, dan selalu merasa tawan senior, apalagi jika itu laki-laki, Anda lebih tertutup, men­ dominan, superior, senang sekali menunjukkan lebih tahu, lebih jawab pendek-pendek, bahkan tidak mau berkomentar. Jadi pintar, meskipun harga yang harus kuterima adalah diolok-olok, mereka memutuskan mengirimku, berharap Anda akan dianggap bodoh. terbuka, lebih banyak menjawab pertanyaan, dan selalu merasa tawan senior, apalagi jika itu laki-laki, Anda lebih tertutup, men­ dominan, superior, senang sekali menunjukkan lebih tahu, lebih bahkan tidak mau berkomentar. Jadi pintar, meskipun harga yang harus kuterima adalah diolok-olok, mereka memutuskan mengirimku, berharap Anda akan lebih jawab pendek-pendek, bahkan tidak mau berkomentar. Jadi dianggap bodoh. terbuka, lebih banyak menjawab pertanyaan, dan selalu merasa dominan, superior, senang sekali menunjukkan lebih tahu, lebih pintar, meskipun harga yang harus kuterima adalah diolok-olok, mereka memutuskan mengirimku, berharap Anda akan dianggap bodoh. terbuka, lebih banyak menjawab pertanyaan, dan selalu merasa dominan, superior, senang sekali menunjukkan lebih tahu, lebih jawab pendek-pendek, bahkan tidak mau berkomentar. Jadi pintar, meskipun harga yang harus kuterima adalah diolok-olok, mereka memutuskan mengirimku, berharap Anda akan dianggap bodoh. terbuka, lebih banyak menjawab pertanyaan, dan selalu merasa ”Jadi, inilah yang sedang kulakukan, tugas gila yang pernah dominan, superior, senang sekali menunjukkan lebih tahu, lebih jawab pendek-pendek, bahkan tidak mau berkomentar. Jadi pintar, meskipun harga yang harus kuterima adalah diolok-olok, mereka memutuskan mengirimku, berharap Anda akan dianggap bodoh. terbuka, lebih banyak menjawab pertanyaan, dan selalu merasa ”Jadi, inilah yang sedang kulakukan, tugas gila yang pernah dominan, superior, senang sekali menunjukkan lebih tahu, lebih jawab pendek-pendek, bahkan tidak mau berkomentar. Jadi pintar, meskipun harga yang harus kuterima adalah diolok-olok, mereka memutuskan mengirimku, berharap Anda akan dianggap bodoh. terbuka, lebih banyak menjawab pertanyaan, dan selalu merasa mengirimku, berharap Anda akan lebih ”Jadi, inilah yang sedang kulakukan, tugas gila yang pernah dominan, superior, senang sekali menunjukkan lebih tahu, lebih pintar, meskipun harga yang harus kuterima adalah diolok-olok, dianggap bodoh. terbuka, lebih banyak menjawab pertanyaan, dan selalu merasa ”Jadi, inilah yang sedang kulakukan, tugas gila yang pernah dominan, superior, senang sekali menunjukkan lebih tahu, lebih pintar, meskipun harga yang harus kuterima adalah diolok-olok, mereka memutuskan mengirimku, berharap Anda akan dianggap bodoh. terbuka, lebih banyak menjawab pertanyaan, dan selalu merasa ”Jadi, inilah yang sedang kulakukan, tugas gila yang pernah dominan, superior, senang sekali menunjukkan lebih tahu, lebih kudapatkan. Lebih gila lagi, aku mau saja melakukannya, me­ pintar, meskipun harga yang harus kuterima adalah diolok-olok, mereka memutuskan mengirimku, berharap Anda akan dianggap bodoh. terbuka, lebih banyak menjawab pertanyaan, dan selalu merasa ”Jadi, inilah yang sedang kulakukan, tugas gila yang pernah dominan, superior, senang sekali menunjukkan lebih tahu, lebih kudapatkan. Lebih gila lagi, aku menunjukkan mau saja melakukannya, me­ pintar, meskipun harga yang harus kuterima adalah diolok-olok, mereka memutuskan mengirimku, berharap Anda akan dianggap bodoh. menjawab pertanyaan, dan selalu merasa ”Jadi, inilah yang sedang kulakukan, tugas gila yang pernah dominan, superior, senang sekali lebih tahu, lebih terbuka, lebih banyak menjawab pertanyaan, dan selalu merasa kudapatkan. Lebih gila lagi, aku mau saja melakukannya, me­ pintar, meskipun harga yang harus kuterima adalah diolok-olok, dianggap bodoh. ”Jadi, inilah yang sedang kulakukan, tugas gila yang pernah dominan, superior, senang sekali menunjukkan lebih tahu, lebih kudapatkan. Lebih gila lagi, aku mau saja melakukannya, me­ pintar, meskipun harga yang harus kuterima adalah diolok-olok, dianggap bodoh. terbuka, lebih banyak menjawab pertanyaan, dan selalu merasa ”Jadi, inilah yang sedang kulakukan, tugas gila yang pernah dominan, superior, senang sekali menunjukkan lebih tahu, lebih kudapatkan. Lebih gila lagi, aku mau saja melakukannya, me­ pintar, meskipun harga yang harus kuterima adalah diolok-olok, ngejar jadwal superpadat Anda ke Singapura, lantas ke Hong dianggap bodoh. terbuka, lebih banyak menjawab pertanyaan, dan selalu merasa ”Jadi, inilah yang sedang kulakukan, tugas gila yang pernah dominan, superior, senang sekali menunjukkan lebih tahu, lebih kudapatkan. Lebih gila lagi, aku mau saja melakukannya, me­ pintar, meskipun harga yang harus kuterima adalah diolok-olok, ngejar jadwal superpadat Anda ke Singapura, lantas ke Hong ”Jadi, inilah yang sedang kulakukan, tugas gila yang pernah dianggap bodoh. terbuka, lebih banyak menjawab pertanyaan, dan selalu merasa dominan, superior, senang sekali menunjukkan lebih tahu, lebih kudapatkan. Lebih gila lagi, aku mau saja melakukannya, me­ sekali menunjukkan lebih tahu, lebih pintar, meskipun harga yang harus kuterima adalah diolok-olok, ngejar jadwal superpadat Anda ke Singapura, lantas ke Hong dianggap bodoh. ”Jadi, inilah yang sedang kulakukan, tugas gila yang pernah kudapatkan. Lebih gila lagi, aku mau saja melakukannya, me­ pintar, meskipun harga yang harus kuterima adalah diolok-olok, ngejar jadwal superpadat Anda ke Singapura, lantas ke Hong dianggap bodoh. ”Jadi, inilah yang sedang kulakukan, tugas gila yang pernah dominan, superior, senang sekali menunjukkan lebih tahu, lebih kudapatkan. Lebih gila lagi, aku mau saja melakukannya, me­ pintar, meskipun harga yang harus kuterima adalah diolok-olok, ngejar jadwal superpadat Anda ke Singapura, lantas ke Hong dianggap bodoh. ”Jadi, inilah yang sedang kulakukan, tugas gila yang pernah dominan, superior, senang sekali menunjukkan lebih tahu, lebih kudapatkan. Lebih gila lagi, aku mau saja melakukannya, me­ pintar, meskipun harga yang harus kuterima adalah diolok-olok, ngejar jadwal superpadat Anda ke Singapura, lantas kepernah Hong dianggap bodoh. kudapatkan. Lebih gila lagi, aku ke mau saja melakukannya, me­ ”Jadi,meskipun inilah yang sedang kulakukan, tugas gila yang dominan, superior, senang sekali menunjukkan lebih tahu, lebih harus kuterima adalah diolok-olok, pintar, harga yang harus kuterima adalah diolok-olok, ngejar jadwal superpadat Anda Singapura, lantas ke Hong



bahkan. Senyumku terlipat, menyangka gadis wartawan yang satu ini akan selugas berbeda, amat Kong, lagi Makau, dan sekarang menuju bahkan. Senyumku terlipat, tidak menyangka gadis kembali wartawan yang ***itu. satu inipindah akan menjawab menjawab selugas itu. Dia berbeda, amat berbeda berbeda Kong, pindah lagi ke ke tidak Makau, dan Dia sekarang kembali menuju



bahkan. Senyumku terlipat, tidak menyangka gadis wartawan yang *** satu ini akan menjawab selugas itu. berbeda, amat berbeda Kong, pindah lagibukan ketidak Makau, dan Dia sekarang kembali menuju bahkan. Hong Kong. Aku yang terbaik, hanya yang paling bodoh.” Senyumku terlipat, tidak menyangka gadis wartawan yang y *** enyumku terlipat, menyangka gadis wartawan satu ini akan menjawab selugas itu. Dia berbeda, amat berbeda bahkan. Hong Kong. Aku bukan yang terbaik, hanya yang paling bodoh.” *** satu ini akan menjawab selugas itu. Dia berbeda, amat berbeda bahkan. Hong Kong. Aku bukan yang terbaik, hanya yang paling bodoh.” *** satu ini akan menjawab selugas itu. Dia berbeda, amat berbeda bahkan. Hong Kong. Aku bukan yang terbaik, hanya yang paling bodoh.” *** satu ini akan menjawab selugas itu. Dia berbeda, amat berbeda bahkan. Hong Kong. Aku bukan yang terbaik, hanya yang paling bodoh.” Senyumku terlipat, tidak menyangka gadis wartawan yang *** satu ini akan menjawab selugas itu. Dia berbeda, amat berbeda bahkan. terlipat, tidak menyangka gadis wartawan *** iniSenyumku akantidak menjawab selugas berbeda, amatyang berb bahkan. Senyumku terlipat, tidak menyangka gadis wartawan yang ***itu. Dia bahkan. ”Kalian sarapan Tommi?” Opa untuk kesekian kali Senyumku terlipat, tidak menyangka gadis wartawan yang *** bahkan. ”Kalian tidak sarapan dulu, Tommi?” Opa untuk kesekian kali Senyumku terlipat, dulu, tidak menyangka gadis wartawan yang *** satu ini akan menjawab selugas itu. Dia berbeda, amat berbeda bahkan. ”Kalian tidak sarapan dulu, Tommi?” Opa untuk kesekian kali *** satu ini akan menjawab selugas itu. Dia berbeda, amat berbeda ”Kalian tidak sarapan dulu, Tommi?” Opa untuk kesekian kali *** satu ini akan menjawab selugas itu. Dia berbeda, amat berbeda kan. ”Kalian tidak sarapan dulu, Tommi?” Opa untuk kesekian kali bertanya, suaramenjawab seraknya terdengar dari kabin tengah. ***itu.berseru satu ini akan selugas Dia berbeda, amat berbeda ”Kalian tidak sarapan dulu, Tommi?” Opa untuk kesekian kali



bertanya, suaramenjawab seraknya terdengar dari kabin tengah. *** satu ini akan selugas itu.berseru Dia berbeda, amat berbeda bahkan. ”Kalian tidak sarapan dulu, Tommi?” Opa untuk kesekian kali bertanya, suara seraknya terdengar berseru dari kabin tengah. *** bahkan. ”Kalian tidak sarapan dulu, Tommi?” Opa untuk kesekian kali bertanya, suara seraknya terdengar berseru dari kabin tengah. *** bahkan. ”Kalian tidak sarapan dulu, Tommi?” Opa untuk kesekian kali bertanya, suara seraknya terdengar berseru dari kabin tengah. *** ”Tidak, Opa, aku sedang mencoba kemudi otomatis kapal.” bahkan. ”Kalian tidak sarapan dulu, Tommi?” Opa untuk kesekian kali bertanya, suara seraknya terdengar berseru dari kabin tengah. *** ”Tidak, Opa, aku sedang mencoba kemudi otomatis kapal.” bahkan. ”Kalian tidak sarapan dulu, Tommi?” Opa untuk kesekian kali bertanya, suara seraknya terdengar berseru dari kabin tengah. *** ”Tidak, Opa, aku sedang mencoba kemudi otomatis kapal.” ”Kalian tidak sarapan dulu, Tommi?” Opa untuk kesekian kali bertanya, suara seraknya terdengar berseru dari kabin tengah. ”Tidak, Opa, aku sedang mencoba kemudi otomatis kapal.” ”Kalian tidak sarapan dulu, Tommi?” Opa untuk kesekian kali bertanya, suara seraknya terdengar berseru dari kabin tengah. ”Tidak, Opa, aku sedang mencoba kemudi otomatis kapal.” Kapal pesiar melaju stabil membelah ombak. Kami sudah se­ ”Kalian tidak sarapan dulu, Tommi?” Opa untuk kesekian kali bertanya, suara seraknya terdengar berseru dari kabin tengah. ”Tidak, Opa, aku sedang mencoba kemudi otomatis kapal.” *** Kapal pesiar melaju stabil membelah ombak. Kami sudah se­ ”Kalian tidak sarapan dulu, Tommi?” Opa untuk kesekian kali bertanya, suara seraknya terdengar berseru dari kabin tengah. *** ”Tidak, Opa, aku sedang mencoba kemudi otomatis kapal.” Kapal pesiar melaju stabil membelah ombak. Kami sudah se­ ”Kalian tidak sarapan dulu, Tommi?” Opa untuk kesekian kali bertanya, suara seraknya terdengar berseru dari kabin tengah. *** ”Tidak, Opa, aku sedang mencoba kemudi otomatis kapal.” Kapal pesiar melaju stabil membelah ombak. Kami sudah se­ ”Kalian tidak sarapan dulu, Tommi?” Opa untuk kesekian kali bertanya, suara seraknya terdengar berseru dari kabin tengah. *** ”Tidak, Opa, aku sedang mencoba kemudi otomatis kapal.” Kapal pesiar melaju stabil membelah ombak. Kami sudah se­ ”Kalian tidak sarapan dulu, Tommi?” Opa untuk kesekian kali dari Makau menuju Hong Kong, perjalanan paruh perjalanan bertanya, suara seraknya terdengar berseru dari kabin tengah. *** ”Tidak, Opa, aku sedang mencoba kemudi otomatis kapal.” Kapal pesiar melaju stabil membelah ombak. Kami sudah se­ ”Kalian tidak sarapan dulu, Tommi?” Opa untuk kesekian kali dari Makau menuju Hong Kong, perjalanan paruh perjalanan bertanya, suara seraknya terdengar berseru dari kabin tengah. *** ”Tidak, Opa, aku sedang mencoba kemudi otomatis kapal.” Kapal pesiar melaju stabil membelah ombak. Kami sudah se­ ”Kalian tidak sarapan dulu, Tommi?” Opa untuk kesekian kali dari Makau menuju Hong Kong, perjalanan paruh perjalanan bertanya, suara seraknya terdengar berseru dari kabin tengah. ”Tidak, Opa, aku sedang mencoba kemudi otomatis kapal.” Kapal pesiar melaju stabil membelah ombak. Kami sudah se­ dari Makau menuju Hong Kong, perjalanan paruh perjalanan bertanya, suara seraknya terdengar berseru dari kabin tengah. ”Tidak, Opa, aku sedang mencoba kemudi otomatis kapal.” Kapal pesiar melaju stabil membelah ombak. Kami sudah se­ dari Makau menuju Hong Kong, perjalanan paruh perjalanan bertanya, suara seraknya terdengar berseru dari kabin tengah. lima puluh menit. Gerimis turun di luar, menerpa kaca-kaca ”Tidak, Opa, aku sedang mencoba kemudi otomatis kapal.” Kapal pesiar melaju stabil membelah ombak. Kami sudah se­ dari Makau menuju Hong Kong, perjalanan paruh perjalanan bertanya, suara seraknya terdengar berseru dari kabin tengah. lima puluh menit. Gerimis turun di luar, menerpa kaca-kaca ”Tidak, Opa, aku sedang mencoba kemudi otomatis kapal.” Kapal pesiar melaju stabil membelah ombak. Kami sudah se­ ”Kalian tidak sarapan dulu, Tommi?” Opa untuk kesekian kali dari Makau menuju Hong Kong, perjalanan paruh perjalanan bertanya, suara seraknya terdengar berseru dari kabin tengah. lima puluh menit. Gerimis turun di luar, menerpa kaca-kaca ”Tidak, Opa, aku sedang mencoba kemudi otomatis kapal.” ian tidak sarapan dulu, Tommi?” Opa untuk kesekian Kapal pesiar melaju stabil membelah ombak. Kami sudah se­ ”Kalian tidak sarapan dulu, Tommi?” Opa untuk kesekian kali dari Makau menuju Hong Kong, perjalanan paruh perjalanan lima puluh menit. Gerimis turun di luar, menerpa kaca-kaca ”Tidak, Opa, aku sedang mencoba kemudi otomatis kapal.” Kapal pesiar melaju stabil membelah ombak. Kami sudah se­ ”Kalian tidak sarapan dulu, Tommi?” Opa untuk kesekian kali dari Makau menuju Hong Kong, perjalanan paruh perjalanan lima puluh menit. Gerimis turun di luar, menerpa kaca-kaca ”Tidak, Opa, aku sedang mencoba kemudi otomatis kapal.” kapal, membuat lukisan air. Kapal pesiar melaju stabil membelah ombak. Kami sudah se­ ”Kalian tidak sarapan dulu, Tommi?” Opa untuk kesekian kali dari Makau menuju Hong Kong, perjalanan paruh perjalanan lima puluh menit. Gerimis turun di luar, menerpa kaca-kaca ”Tidak, Opa, aku sedang mencoba kemudi otomatis kapal.” kapal, membuat lukisan air. Kapal pesiar melaju stabil membelah ombak. Kami sudah se­ ”Kalian tidak sarapan dulu, Tommi?” Opa untuk kesekian kali dari Makau menuju Hong Kong, perjalanan paruh perjalanan bertanya, suara seraknya terdengar berseru dari kabin tengah. lima puluh menit. Gerimis turun di luar, menerpa kaca-kaca ”Tidak, Opa, aku sedang mencoba kemudi otomatis kapal.” kapal, membuat lukisan air. Kapal pesiar melaju stabil membelah ombak. Kami sudah se­ dari Makau menuju Hong Kong, perjalanan paruh perjalanan bertanya, suara seraknya terdengar berseru dari kabin tengah. lima puluh menit. Gerimis turun di luar, menerpa kaca-kaca kapal, membuat lukisan air. anya, suara seraknya terdengar berseru dari kabin tenga Kapal pesiar melaju stabil membelah ombak. Kami sudah se­ dari Makau menuju Hong Kong, perjalanan paruh perjalanan bertanya, suara seraknya terdengar berseru dari kabin tengah. lima puluh menit. Gerimis turun di luar, menerpa kaca-kaca kapal, membuat lukisan air. Kapal pesiar melaju stabil membelah ombak. Kami sudah se­ ”Ayolah, kalian tidak akan menyia-nyiakan masakan lezat Ka­ dari Makau menuju Hong Kong, perjalanan paruh perjalanan bertanya, suara seraknya terdengar berseru dari kabin tengah. lima puluh menit. Gerimis turun di luar, menerpa kaca-kaca kapal, membuat lukisan air. Kapal pesiar melaju stabil membelah ombak. Kami sudah se­ ”Ayolah, kalian tidak akan menyia-nyiakan masakan lezat Ka­ dari Makau menuju Hong Kong, perjalanan paruh perjalanan bertanya, suara seraknya terdengar berseru dari kabin tengah. lima puluh menit. Gerimis turun di luar, menerpa kaca-kaca ”Tidak, Opa, aku sedang mencoba kemudi otomatis kapal.” kapal, membuat lukisan air. Kapal pesiar melaju stabil membelah ombak. Kami sudah se­ ”Ayolah, kalian tidak akan menyia-nyiakan masakan lezat Ka­ dari Makau menuju Hong Kong, perjalanan paruh perjalanan lima puluh menit. Gerimis turun di luar, menerpa kaca-kaca ”Tidak, Opa, aku sedang mencoba kemudi otomatis kapal.” kapal, membuat lukisan air. ”Ayolah, kalian tidak akan menyia-nyiakan masakan lezat Ka­ dari Makau menuju Hong Kong, perjalanan paruh perjalanan lima puluh menit. Gerimis turun di luar, menerpa kaca-kaca ”Tidak, Opa, aku sedang mencoba kemudi otomatis kapal.” kapal, membuat lukisan air. Tidak, Opa, aku sedang mencoba kemudi otomatis kap ”Ayolah, kalian tidak akan menyia-nyiakan masakan lezat Ka­ dari Makau menuju Hong Kong, perjalanan paruh perjalanan bukan main. Kau bisa meninggalkan dek, bukan? Kepitingnya lima puluh menit. Gerimis turun di luar, menerpa kaca-kaca ”Tidak, Opa, aku sedang mencoba kemudi otomatis kapal.” kapal, membuat lukisan air. ”Ayolah, kalian tidak akan menyia-nyiakan masakan lezat Ka­ dari Makau menuju Hong Kong, perjalanan paruh perjalanan bukan main. Kau bisa meninggalkan dek, bukan? Kepitingnya lima puluh menit. Gerimis turun di luar, menerpa kaca-kaca ”Tidak, Opa, aku sedang mencoba kemudi otomatis kapal.” kapal, membuat lukisan air. Kapal pesiar melaju stabil membelah ombak. Kami sudah se­ ”Ayolah, kalian tidak akan menyia-nyiakan masakan lezat Ka­ dari Makau menuju Hong Kong, perjalanan paruh perjalanan bukan main. Kau bisa meninggalkan dek, bukan? Kepitingnya lima puluh menit. Gerimis turun di menerpa kaca-kaca kapal, membuat lukisan air. Kapal pesiar melaju stabil membelah ombak. Kami sudah se­ ”Ayolah, kalian tidak akan menyia-nyiakan masakan lezat Ka­ bukan main. Kau bisa meninggalkan dek, bukan? Kepitingnya lima puluh menit. Gerimis turun di luar, luar, menerpa kaca-kaca kapal, membuat lukisan air. Kapal pesiar melaju stabil membelah ombak. Kami sudah se­ ”Ayolah, kalian tidak akan menyia-nyiakan masakan lezat Ka­ bukan main. Kau bisa meninggalkan dek, bukan? Kepitingnya lima puluh menit. Gerimis turun di luar, menerpa kaca-kaca Tommi dengan mainan barunya, Maryam. Wawancara bisa di­ kapal, membuat lukisan air. Kapal pesiar melaju stabil membelah ombak. Kami sudah se­ apal pesiar melaju stabil membelah ombak. Kami sudah ”Ayolah, kalian tidak akan menyia-nyiakan masakan lezat Ka­ bukan main. Kau bisa meninggalkan dek, bukan? Kepitingnya lima puluh menit. Gerimis turun di luar, menerpa kaca-kaca Tommi dengan mainan barunya, Maryam. Wawancara bisa di­ kapal, membuat lukisan air. Kapal pesiar melaju stabil membelah ombak. Kami sudah se­ ”Ayolah, kalian tidak akan menyia-nyiakan masakan lezat Ka­ dari Makau menuju Hong Kong, perjalanan paruh perjalanan bukan main. Kau bisa meninggalkan dek, bukan? Kepitingnya lima puluh menit. Gerimis turun di luar, menerpa kaca-kaca Tommi dengan mainan barunya, Maryam. Wawancara bisa di­ kapal, membuat lukisan air. ”Ayolah, kalian tidak akan menyia-nyiakan masakan lezat Ka­ dari Makau menuju Hong Kong, perjalanan paruh perjalanan bukan main. Kau bisa meninggalkan dek, bukan? Kepitingnya Tommi dengan mainan barunya, Maryam. Wawancara bisa di­ kapal, membuat lukisan air. ”Ayolah, kalian tidak akan menyia-nyiakan masakan lezat Ka­ dari Makau menuju Hong Kong, perjalanan paruh perjalanan bukan main. Kau bisa meninggalkan dek, bukan? Kepitingnya Tommi dengan mainan barunya, Maryam. Wawancara bisa di­ kapal, membuat lukisan air. lanjutkan saat tiba di Hong Kong, bukan?” ”Ayolah, kalian tidak akan menyia-nyiakan masakan lezat Ka­ dari Makau menuju Hong Kong, perjalanan paruh perjalanan bukan main. Kau bisa meninggalkan dek, bukan? Kepitingnya Tommi dengan mainan barunya, Maryam. Wawancara bisa di­ kapal, membuat lukisan air. lanjutkan saat tiba di Hong Kong, bukan?” dari Makau menuju Hong Kong, perjala uhlima perjalanan ”Ayolah, kalian tidak akan menyia-nyiakan masakan lezat Ka­ dari Makau menuju Hong Kong, perjalanan paruh perjalanan bukan main. Kau bisa meninggalkan dek, bukan? Kepitingnya puluh menit. Gerimis turun di luar, menerpa kaca-kaca Tommi dengan mainan barunya, Maryam. Wawancara bisa di­ kapal, membuat lukisan air. lanjutkan saat tiba di Hong Kong, bukan?” ”Ayolah, kalian tidak akan menyia-nyiakan masakan lezat Ka­ bukan main. Kau bisa meninggalkan dek, bukan? Kepitingnya lima puluh menit. Gerimis turun di luar, menerpa kaca-kaca Tommi dengan mainan barunya, Maryam. Wawancara bisa di­ lanjutkan saat tiba di Hong Kong, bukan?” ”Ayolah, kalian tidak akan menyia-nyiakan masakan lezat Ka­ bukan main. Kau bisa meninggalkan dek, bukan? Kepitingnya lima puluh menit. Gerimis turun di luar, menerpa kaca-kaca Tommi dengan mainan barunya, Maryam. Wawancara bisa di­ lanjutkan saat tiba di Hong Kong, bukan?” ”Ayolah, kalian tidak akan menyia-nyiakan masakan lezat Ka­ ”Terima kasih, Pak.” Gadis wartawan di hadapanku ikut bukan main. Kau bisa meninggalkan dek, bukan? Kepitingnya lima puluh menit. Gerimis turun di luar, menerpa kaca-kaca Tommi dengan mainan barunya, Maryam. Wawancara bisa di­ lanjutkan saat tiba di Hong Kong, bukan?” ”Ayolah, kalian tidak akan menyia-nyiakan masakan lezat Ka­ ”Terima kasih, Pak.” Gadis wartawan di hadapanku ikut bukan main. Kau bisa meninggalkan dek, bukan? Kepitingnya lima puluh menit. Gerimis turun di luar, menerpa kaca-kaca Tommi dengan mainan barunya, Maryam. Wawancara bisa di­ kapal, membuat lukisan air. lanjutkan saat tiba di Hong Kong, bukan?” puluh menit. Gerimis turun di luar, menerpa kaca”Ayolah, kalian tidak akan menyia-nyiakan masakan lezat Ka­ ”Terima kasih, Pak.” Gadis wartawan di hadapanku ikut bukan main. Kau bisa meninggalkan dek, bukan? Kepitingnya Tommi dengan mainan barunya, Maryam. Wawancara bisa di­ kapal, membuat lukisan air. lanjutkan saat tiba di Hong Kong, bukan?” ”Terima kasih, Pak.” Gadis wartawan di hadapanku ikut bukan main. Kau bisa meninggalkan dek, bukan? Kepitingnya Tommi dengan mainan barunya, Maryam. Wawancara bisa di­ kapal, membuat lukisan air. lanjutkan saat tiba di Hong Kong, bukan?” ”Terima kasih, Pak.” Gadis wartawan di hadapanku ikut bukan main. Kau bisa meninggalkan dek, bukan? Kepitingnya menggeleng. ”Daftar pertanyaanku masih panjang dan harus di­ Tommi dengan mainan barunya, Maryam. Wawancara bisa kapal, membuat lukisan air. lanjutkan saat tiba di Hong Kong, bukan?” ”Terima kasih, Pak.” Gadis wartawan di hadapanku ikut bukan main. Kau bisa meninggalkan dek, bukan? Kepitingnya menggeleng. ”Daftar pertanyaanku masih panjang dan harus di­ Tommi dengan mainan barunya, Maryam. Wawancara bisa kapal, membuat lukisan air. lanjutkan saat tiba di Hong Kong, bukan?” ”Ayolah, kalian tidak akan menyia-nyiakan masakan lezat Ka­ ”Terima kasih, Pak.” Gadis wartawan di hadapanku ikut bukan main. Kau bisa meninggalkan dek, bukan? Kepitingnya ”Daftar pertanyaanku masih panjang dan harus di­ Tommi dengan mainan barunya, Maryam. Wawancara bisa lanjutkan saat tiba di Hong Kong, bukan?” al,menggeleng. membuat lukisan air. ”Ayolah, kalian tidak akan menyia-nyiakan masakan lezat Ka­ ”Terima kasih, Pak.” Gadis wartawan di hadapanku ikut menggeleng. ”Daftar pertanyaanku masih panjang dan harus di­ Tommi dengan mainan barunya, Maryam. Wawancara bisa lanjutkan saat tiba di Hong Kong, bukan?” ”Ayolah, kalian tidak akan menyia-nyiakan masakan lezat Ka­ ”Terima kasih, Pak.” Gadis wartawan di hadapanku ikut menggeleng. ”Daftar pertanyaanku masih panjang dan harus di­ Tommi dengan mainan barunya, Maryam. Wawancara bisa selesaikan segera.” lanjutkan saat tiba di Hong Kong, bukan?” ”Ayolah, kalian tidak akan menyia-nyiakan masakan lezat Ka­ ”Terima kasih, Pak.” Gadis wartawan di hadapanku ikut menggeleng. ”Daftar pertanyaanku masih panjang dan harus di­ Tommi dengan mainan barunya, Maryam. Wawancara bisa selesaikan segera.” lanjutkan saat tiba di Hong Kong, bukan?” ”Ayolah, kalian tidak akan menyia-nyiakan masakan lezat Ka­ ”Terima kasih, Pak.” Gadis wartawan di hadapanku ikut bukan main. Kau bisa meninggalkan dek, bukan? Kepitingnya menggeleng. ”Daftar pertanyaanku masih panjang dan harus di­ Tommi dengan mainan barunya, Maryam. Wawancara bisa selesaikan segera.” lanjutkan saat tiba di Hong Kong, bukan?” ”Terima kasih, Pak.” Gadis wartawan di hadapanku ikut bukan main. Kau bisa meninggalkan dek, bukan? Kepitingnya menggeleng. ”Daftar pertanyaanku masih panjang dan harus di­ selesaikan segera.” lanjutkan saat tiba di Hong Kong, bukan?” Ayolah, kalian tidak akan menyia-nyiakan masakan lezat ”Terima kasih, Pak.” Gadis wartawan di hadapanku ikut bukan main. Kau bisa meninggalkan dek, bukan? Kepitingnya menggeleng. ”Daftar pertanyaanku masih panjang dan harus di­ selesaikan segera.” lanjutkan saat tiba di Hong Kong, bukan?” ”Astaga?” Opa menepuk dahinya, menatap Kadek di hadapan­ ”Terima kasih, Pak.” Gadis wartawan di hadapanku ikut bukan main. Kau bisa meninggalkan dek, bukan? Kepitingnya menggeleng. ”Daftar pertanyaanku masih panjang dan harus di­ selesaikan segera.” lanjutkan saat tiba di Hong Kong, bukan?” ”Astaga?” Opa menepuk dahinya, menatap Kadek di hadapan­ ”Terima kasih, Pak.” Gadis wartawan di hadapanku ikut bukan main. Kau bisa meninggalkan dek, bukan? Kepitingnya menggeleng. ”Daftar pertanyaanku masih panjang dan harus di­ Tommi dengan mainan barunya, Maryam. Wawancara bisa selesaikan segera.” lanjutkan saat tiba di Hong Kong, bukan?” ”Astaga?” Opa menepuk dahinya, menatap Kadek di hadapan­ ”Terima kasih, Pak.” Gadis wartawan di hadapanku ikut menggeleng. ”Daftar pertanyaanku masih panjang dan harus di­ Tommi dengan mainan barunya, Maryam. Wawancara bisa selesaikan segera.” ”Astaga?” Opa menepuk dahinya, menatap Kadek di hadapan­ ”Terima kasih, Pak.” Gadis wartawan di hadapanku ikut menggeleng. ”Daftar pertanyaanku masih panjang dan harus di­ Tommi dengan mainan barunya, Maryam. Wawancara bisa selesaikan segera.” ”Astaga?” Opa menepuk dahinya, menatap Kadek di hadapan­ bukan main. Kau bisa meningga bukan? Kepitingnya ”Terima kasih, Pak.” Gadis wartawan di hadapanku ikut nya. ”Orang tua ini semakin lama semakin tidak mengerti dunia menggeleng. ”Daftar pertanyaanku masih panjang dan harus di­ Tommi dengan mainan barunya, Maryam. Wawancara bisa selesaikan segera.” ”Astaga?” Opa menepuk dahinya, menatap Kadek di hadapan­ ”Terima kasih, Pak.” Gadis wartawan di hadapanku ikut nya. ”Orang tua ini semakin lama semakin tidak mengerti dunia menggeleng. ”Daftar pertanyaanku masih panjang dan harus di­ Tommi dengan mainan barunya, Maryam. Wawancara bisa selesaikan segera.” lanjutkan saat tiba di Hong Kong, bukan?” ”Astaga?” Opa menepuk dahinya, menatap Kadek di hadapan­ ”Terima kasih, Pak.” Gadis wartawan di hadapanku ikut nya. ”Orang tua ini semakin lama semakin tidak mengerti dunia menggeleng. ”Daftar pertanyaanku masih panjang dan harus di­ selesaikan segera.” lanjutkan saat tiba di Hong Kong, bukan?” ”Astaga?” Opa menepuk dahinya, menatap Kadek di hadapan­ nya. ”Orang tua ini semakin lama semakin tidak mengerti dunia menggeleng. ”Daftar pertanyaanku masih panjang dan harus di­ selesaikan segera.” lanjutkan saat tiba di Hong Kong, bukan?” ”Astaga?” Opa menepuk dahinya, menatap Kadek di hadapan­ nya. ”Orang tua ini semakin lama semakin tidak mengerti dunia menggeleng. ”Daftar pertanyaanku masih panjang dan harus di­ anak muda. Lihatlah, kita berdua menghabiskan sarapan lezat, selesaikan segera.” lanjutkan saat tiba di Hong Kong, bukan?” ”Astaga?” Opa menepuk dahinya, menatap Kadek di hadapan­ mmi dengan mainan barunya, Maryam. Wawancara bisa nya. ”Orang tua ini semakin lama semakin tidak mengerti dunia menggeleng. ”Daftar pertanyaanku masih panjang dan harus di­ anak muda. Lihatlah, kita berdua menghabiskan sarapan lezat, selesaikan segera.” lanjutkan saat tiba di Hong Kong, bukan?” ”Astaga?” Opa menepuk dahinya, menatap Kadek di hadapan­ ”Terima kasih, Pak.” Gadis wartawan di hadapanku ikut nya. ”Orang tua ini semakin lama semakin tidak mengerti dunia menggeleng. ”Daftar pertanyaanku masih panjang dan harus di­ anak muda. Lihatlah, kita berdua menghabiskan sarapan lezat, selesaikan segera.” ”Astaga?” Opa menepuk dahinya, menatap Kadek di hadapan­ ”Terima kasih, Pak.” Gadis wartawan di hadapanku ikut nya. ”Orang tua ini semakin lama semakin tidak mengerti dunia anak muda. Lihatlah, kita berdua menghabiskan sarapan lezat, selesaikan segera.” ”Astaga?” Opa menepuk dahinya, menatap Kadek di hadapan­ ”Terima kasih, Pak.” Gadis wartawan di hadapanku ikut nya. ”Orang tua ini semakin lama semakin tidak mengerti dunia anak muda. Lihatlah, kita berdua menghabiskan sarapan lezat, selesaikan segera.” mereka berdua entah sedang mengobrol apa. Satu sibuk dengan ”Astaga?” Opa menepuk dahinya, menatap Kadek di hadapan­ ”Terima kasih, Pak.” Gadis wartawan di hadapanku ikut nya. ”Orang tua ini semakin lama semakin tidak mengerti dunia anak muda. Lihatlah, kita berdua menghabiskan sarapan lezat, selesaikan segera.” mereka berdua entah sedang mengobrol apa. Satu sibuk dengan ”Astaga?” Opa menepuk dahinya, menatap Kadek di hadapan­ ”Terima kasih, Pak.” Gadis wartawan di hadapanku ikut utkan saat tiba di Hong Kong, bukan?” nya. ”Orang tua ini semakin lama semakin tidak mengerti dunia menggeleng. ”Daftar pertanyaanku masih panjang dan harus di­ anak muda. Lihatlah, kita berdua menghabiskan sarapan lezat, selesaikan segera.” mereka berdua entah sedang mengobrol apa. Satu sibuk dengan ”Astaga?” Opa menepuk dahinya, menatap Kadek di hadapan­ nya. ”Orang tua ini semakin lama semakin tidak mengerti dunia menggeleng. ”Daftar pertanyaanku masih panjang dan harus di­ anak muda. Lihatlah, kita berdua menghabiskan sarapan lezat, mereka berdua entah sedang mengobrol apa. Satu sibuk dengan ”Astaga?” Opa menepuk dahinya, menatap Kadek di hadapan­ nya. ”Orang tua ini semakin lama semakin tidak mengerti dunia menggeleng. ”Daftar pertanyaanku masih panjang dan harus di­ anak muda. Lihatlah, kita berdua menghabiskan sarapan lezat, mereka berdua entah sedang mengobrol apa. Satu sibuk dengan ”Astaga?” Opa menepuk dahinya, menatap Kadek di hadapan­ kapal, satu sibuk dengan alat di tangan, mencatat-catat, sibuk nya. ”Orang tua ini semakin lama semakin tidak mengerti dunia menggeleng. ”Daftar pertanyaanku masih panjang dan harus di­ anak muda. Lihatlah, kita berdua menghabiskan sarapan lezat, mereka berdua entah sedang mengobrol apa. Satu sibuk dengan ”Astaga?” Opa menepuk dahinya, menatap Kadek di hadapan­ kapal, satu sibuk dengan alat di tangan, mencatat-catat, sibuk nya. ”Orang tua ini semakin lama semakin tidak mengerti dunia menggeleng. ”Daftar pertanyaanku masih panjang dan harus di­ anak muda. Lihatlah, kita berdua menghabiskan sarapan lezat, selesaikan segera.” mereka berdua entah sedang mengobrol apa. Satu sibuk dengan ”Astaga?” Opa menepuk dahinya, menatap Kadek di hadapan­ kapal, satu sibuk dengan alat di tangan, mencatat-catat, sibuk Terima kasih, Pak.” Gadis wartawan di hadapanku nya. ”Orang tua ini semakin lama semakin tidak mengerti dunia anak muda. Lihatlah, kita berdua menghabiskan sarapan lezat, selesaikan segera.” mereka berdua entah sedang mengobrol apa. Satu sibuk dengan kapal, satu sibuk dengan alat di tangan, mencatat-catat, sibuk nya. ”Orang tua ini semakin lama semakin tidak mengerti dunia anak muda. Lihatlah, kita berdua menghabiskan sarapan lezat, selesaikan segera.” mereka berdua entah sedang mengobrol apa. Satu sibuk dengan kapal, satu sibuk dengan alat di tangan, mencatat-catat, sibuk nya. ”Orang tua ini semakin lama semakin tidak mengerti dunia bekerja, seolah dunia akan kiamat dalam hitungan menit. Waktu anak muda. Lihatlah, kita berdua menghabiskan sarapan lezat, selesaikan segera.” mereka berdua entah sedang mengobrol apa. Satu sibuk dengan kapal, satu sibuk dengan alat di tangan, mencatat-catat, sibuk nya. ”Orang tua ini semakin lama semakin tidak mengerti dunia bekerja, seolah dunia akan kiamat dalam hitungan menit. Waktu anak muda. Lihatlah, kita alat berdua menghabiskan sarapan lezat, selesaikan segera.” mereka berdua entah sedang mengobrol apa. Satu sibuk dengan ”Astaga?” Opa menepuk dahinya, menatap Kadek di hadapan­ kapal, satu sibuk dengan di tangan, mencatat-catat, sibuk nya. ”Orang tua ini semakin lama semakin tidak mengerti dunia bekerja, seolah dunia akan kiamat dalam hitungan menit. Waktu anak muda. Lihatlah, kita berdua menghabiskan sarapan lezat, mereka berdua entah sedang mengobrol apa. Satu sibuk dengan ”Astaga?” Opa menepuk dahinya, menatap Kadek di hadapan­ kapal, satu sibuk dengan alat di tangan, mencatat-catat, sibuk ggeleng. ”Daftar pertanyaanku masih panjang harus bekerja, seolah dunia akan kiamat dalam hitungan menit. Waktu anak muda. Lihatlah, kita berdua menghabiskan sarapan lezat, mereka berdua entah sedang mengobrol apa. Satu sibuk dengan ”Astaga?” Opa menepuk dahinya, menatap Kadek didan hadapan­ kapal, satu sibuk dengan di mencatat-catat, sibuk bekerja, seolah dunia akan kiamat dalam hitungan menit. Waktu anak muda. Lihatlah, kita berdua menghabiskan lezat, mereka berdua entah sedang mengobrol apa. Satu sibuk dengan ”Astaga?” Opa menepuk dahinya, menatap Kadek di kapal, satu sibuk dengan alat di tangan, tangan, mencatat-catat, sibuk bekerja, seolah dunia akan kiamat dalam hitungan menit. Waktu anak muda. Lihatlah, kita alat berdua menghabiskan sarapan lezat, mereka berdua entah sedang mengobrol apa. Satu sarapan sibuk dengan ”Astaga?” Opa menepuk dahinya, menatap Kadek di hadapan­ hadapan­



meja saat tangannya merekahkan cangkang kepiting. Kadek tertawa pelan. Tanpa sengaja saus muncrat keOpa taplak kepiting lezat ini. Urusan lain nanti-nanti saja.” aku muda seusia kalian, aku jelas lebih memilih menghabiskan kabin tengah. Aku sedang asyik mencoba kemudi otomatis ka­ Aku tidak terlalu mendengarkan obrolan Kadek dan di meja saat tangannya merekahkan cangkang kepiting. Kadek tertawa pelan. Tanpa sengaja saus muncrat taplak kepiting lezat ini. Urusan lain nanti-nanti saja.” aku muda seusia kalian, aku jelas lebih memilih menghabiskan kabin tengah. Aku sedang asyik mencoba kemudi otomatis ka­ Aku tidak terlalu mendengarkan obrolan Kadek dan Opa di Kadek tertawa pelan. Tanpa sengaja saus muncrat ke taplak kepiting lezat ini. Urusan lain nanti-nanti saja.” aku muda seusia kalian, aku jelas lebih memilih menghabiskan meja saat tangannya merekahkan cangkang kepiting. kabin tengah. Aku sedang asyik mencoba kemudi otomatis ka­ Aku tidak terlalu mendengarkan obrolan Kadek danke Opa di merekahkan cangkang kepiting. Kadek tertawa pelan. Tanpa sengaja saus muncrat ke taplak kepiting lezat ini. Urusan lain nanti-nanti saja.” aku muda seusia kalian, aku jelas lebih memilih menghabiskan kabin tengah. Aku sedang asyik mencoba kemudi otomatis ka­ meja saat tangannya merekahkan cangkang kepiting. Kadek tertawa pelan. Tanpa sengaja saus muncrat ke taplak kepiting lezat ini. Urusan lain nanti-nanti saja.” Aku tidak terlalu mendengarkan obrolan Kadek dan Opa di pal, memeriksa layar yang dipenuhi angka dan navigasi canggih. kabin tengah. Aku sedang asyik mencoba kemudi otomatis ka­ mendengarkan obrolan Kadek dan Opa di meja saat tangannya merekahkan cangkang kepiting. Kadek tertawa pelan. Tanpa sengaja saus muncrat ke taplak kepiting lezat ini. Urusan lain nanti-nanti saja.” pal, memeriksa layar yang dipenuhi angka dan navigasi canggih. kabin tengah. Aku sedang asyik mencoba kemudi otomatis ka­ Aku tidak terlalu mendengarkan obrolan Kadek dan Opa di meja saat tangannya merekahkan cangkang kepiting. Kadek tertawa pelan. Tanpa sengaja saus muncrat ke taplak kepiting lezat ini. Urusan lain nanti-nanti saja.” pal, memeriksa layar yang dipenuhi angka dan navigasi canggih. kabin tengah. Aku sedang asyik mencoba kemudi otomatis ka­ meja saat tangannya merekahkan cangkang kepiting. Kadek tertawa pelan. Tanpa sengaja saus muncrat ke taplak kepiting lezat ini. Urusan lain nanti-nanti saja.” Aku tidak terlalu mendengarkan obrolan Kadek dan Opa di pal, memeriksa layar yang dipenuhi angka dan navigasi canggih. kabin tengah. Aku sedang asyik mencoba kemudi otomatis ka­ mendengarkan obrolan Kadek dan Opa di meja saat tangannya merekahkan cangkang kepiting. Kadek tertawa pelan. Tanpa sengaja saus muncrat ke taplak kepiting lezat ini. Urusan lain nanti-nanti saja.” pal, memeriksa layar yang dipenuhi angka dan navigasi canggih. Aku tidak terlalu mendengarkan obrolan Kadek dan Opa di meja saat tangannya merekahkan cangkang kepiting. Kadek tertawa pelan. Tanpa sengaja saus muncrat ke taplak kabin tengah. Aku sedang asyik mencoba kemudi otomatis ka­ ”Apa pertanyaanmu tadi?” Aku menoleh. ”Oh iya, soal pendi­ pal, memeriksa layar yang dipenuhi angka dan navigasi canggih. asyik mencoba kemudi otomatis ka­ Aku tidak terlalu mendengarkan obrolan Kadek dan Opa di meja saat tangannya merekahkan cangkang kepiting. Kadek tertawa pelan. Tanpa sengaja saus muncrat ke taplak ”Apa pertanyaanmu tadi?” Aku menoleh. ”Oh iya, soal pendi­ pal, memeriksa layar yang dipenuhi angka dan navigasi canggih. kabin tengah. Aku sedang asyik mencoba kemudi otomatis ka­ Aku tidak terlalu mendengarkan obrolan Kadek dan Opa di meja saat tangannya merekahkan cangkang kepiting. Kadek tertawa pelan. Tanpa sengaja saus muncrat ke taplak ”Apa pertanyaanmu tadi?” Aku menoleh. ”Oh iya, soal pendi­ pal, memeriksa layar yang dipenuhi angka dan navigasi canggih. Aku tidak terlalu mendengarkan obrolan Kadek dan Opa di meja saat tangannya merekahkan cangkang kepiting. Kadek tertawa pelan. Tanpa sengaja saus muncrat ke taplak kabin tengah. Aku sedang asyik mencoba kemudi otomatis ka­ ”Apa pertanyaanmu tadi?” Aku menoleh. ”Oh iya, soal pendi­ pal, memeriksa layar yang dipenuhi angka dan navigasi canggih. asyik mencoba kemudi otomatis ka­ Aku tidak terlalu mendengarkan obrolan Kadek dan Opa di meja saat tangannya merekahkan cangkang kepiting. Kadek tertawa pelan. Tanpa sengaja saus muncrat ke taplak ”Apa pertanyaanmu tadi?” Aku menoleh. ”Oh iya, soal pendi­ kabin tengah. Aku sedang asyik mencoba kemudi otomatis ka­ Aku tidak terlalu mendengarkan obrolan Kadek dan Opa di meja saat tangannya merekahkan cangkang kepiting. pal, memeriksa layar yang dipenuhi angka dan navigasi canggih. Well, menurutku itu sudah jelas. Tidak ada dikan demokrasi. ”Apa pertanyaanmu tadi?” Aku menoleh. ”Oh iya, soal pendi­ dipenuhi angka dan navigasi canggih. kabin tengah. Aku sedang asyik mencoba kemudi otomatis ka­ Aku tidak terlalu mendengarkan obrolan Kadek dan Opa di meja saat tangannya merekahkan cangkang kepiting. Well, menurutku itu sudah jelas. Tidak ada dikan demokrasi. ”Apa pertanyaanmu tadi?” Aku menoleh. ”Oh iya, soal pendi­ pal, memeriksa layar yang dipenuhi angka dan navigasi canggih. kabin tengah. Aku sedang asyik mencoba kemudi otomatis ka­ Aku tidak terlalu mendengarkan obrolan Kadek dan Opa di meja saat tangannya merekahkan cangkang kepiting. Well, menurutku itu sudah jelas. Tidak ada dikan demokrasi. ”Apa pertanyaanmu tadi?” Aku menoleh. ”Oh iya, soal pendi­ kabin tengah. Aku sedang asyik mencoba kemudi otomatis ka­ Aku tidak terlalu mendengarkan obrolan Kadek dan Opa di meja saat tangannya merekahkan cangkang kepiting. pal, memeriksa layar yang dipenuhi angka dan navigasi canggih. Well, menurutku itu sudah jelas. Tidak ada dikan demokrasi. ”Apa pertanyaanmu tadi?” Aku menoleh. ”Oh iya, soal pendi­ dipenuhi angka dan navigasi canggih. kabin tengah. Aku sedang asyik mencoba kemudi otomatis ka­ Aku tidak terlalu mendengarkan obrolan Kadek dan Opa di meja saat tangannya merekahkan cangkang kepiting. Well, menurutku itu sudah jelas. Tidak ada dikan demokrasi. pal, memeriksa layar yang dipenuhi angka dan navigasi canggih. kabin tengah. Aku sedang asyik mencoba kemudi otomatis ka­ Aku tidak terlalu mendengarkan obrolan Kadek dan Opa di ”Apa pertanyaanmu tadi?” Aku menoleh. ”Oh iya, soal pendi­ demokrasi bagi orang-orang bodoh. Well, menurutku itu sudah jelas. Tidak ada dikan demokrasi. Aku menoleh. ”Oh iya, soal pendi­ pal, memeriksa layar yang dipenuhi angka dan navigasi canggih. kabin tengah. Aku sedang asyik mencoba kemudi otomatis ka­ Aku tidak terlalu mendengarkan obrolan Kadek dan Opa di demokrasi bagi orang-orang bodoh. Well, menurutku itu sudah jelas. Tidak ada dikan demokrasi. ”Apa pertanyaanmu tadi?” Aku menoleh. ”Oh iya, soal pendi­ pal, memeriksa layar yang dipenuhi angka dan navigasi canggih. kabin tengah. Aku sedang asyik mencoba kemudi otomatis ka­ Aku tidak terlalu mendengarkan obrolan Kadek dan Opa di demokrasi bagi orang-orang bodoh. Well, menurutku itu sudah jelas. Tidak ada dikan demokrasi. pal, memeriksa layar yang dipenuhi angka dan navigasi canggih. kabin tengah. Aku sedang asyik mencoba kemudi otomatis ka­ Aku tidak terlalu mendengarkan obrolan Kadek dan Opa di ”Apa pertanyaanmu tadi?” Aku menoleh. ”Oh iya, soal pendi­ demokrasi bagi orang-orang bodoh. Well, menurutku itu sudah jelas. Tidak ada dikan demokrasi. ”Apa pertanyaanmu tadi?” Aku menoleh. ”Oh iya, soal pendi­ pal, memeriksa layar yang dipenuhi angka dan navigasi canggih. kabin tengah. Aku sedang asyik mencoba kemudi otomatis ka­ Aku tidak terlalu mendengarkan obrolan Kadek dan Opa di demokrasi bagi orang-orang bodoh. ”Apa pertanyaanmu tadi?” Aku menoleh. ”Oh iya, soal pendi­ pal, memeriksa layar yang dipenuhi angka dan navigasi canggih. kabin tengah. Aku sedang asyik mencoba kemudi otomatis ka­ dikan demokrasi. Well, menurutku itu sudah jelas. Tidak ada ”Bagaimana mungkin kita akan memercayakan keputusan demokrasi bagi orang-orang bodoh. menurutku itu sudah jelas. Tidak ada ”Apa pertanyaanmu tadi?” Aku menoleh. ”Oh iya, soal pendi­ pal, memeriksa layar yang dipenuhi angka dan navigasi canggih. kabin tengah. Aku sedang asyik mencoba kemudi otomatis ka­ ”Bagaimana mungkin kita akan memercayakan keputusan demokrasi bagi orang-orang bodoh. Well, menurutku itu sudah jelas. Tidak ada dikan demokrasi. ”Apa pertanyaanmu tadi?” Aku menoleh. ”Oh iya, soal pendi­ pal, memeriksa layar yang dipenuhi angka dan navigasi canggih. kabin tengah. Aku sedang asyik mencoba kemudi otomatis ka­ ”Bagaimana mungkin kita akan memercayakan keputusan demokrasi bagi orang-orang bodoh. ”Apa pertanyaanmu tadi?” Aku menoleh. ”Oh iya, soal pendi­ pal, memeriksa layar yang dipenuhi angka dan navigasi canggih. dikan demokrasi. Well, menurutku itu sudah jelas. Tidak ada kabin tengah. Aku sedang asyik mencoba kemudi otomatis ka­ ”Bagaimana mungkin kita akan memercayakan keputusan demokrasi bagi orang-orang bodoh. Well, menurutku itu sudah jelas. Tidak ada dikan demokrasi. ”Apa pertanyaanmu tadi?” Aku menoleh. ”Oh iya, soal pendi­ pal, memeriksa layar yang dipenuhi angka dan navigasi canggih. kabin tengah. Aku sedang asyik mencoba kemudi otomatis ka­ ”Bagaimana mungkin kita akan memercayakan keputusan Well, menurutku itu sudah jelas. Tidak ada dikan demokrasi. ”Apa pertanyaanmu tadi?” Aku menoleh. ”Oh iya, soal pendi­ demokrasi bagi orang-orang bodoh. pal, memeriksa layar yang dipenuhi angka dan navigasi canggih. pada orang yang tidak mengerti apa yang sedang mereka pilih ”Bagaimana mungkin kita akan memercayakan keputusan bodoh. Well, menurutku itu sudah jelas. Tidak ada dikan demokrasi. ”Apa pertanyaanmu tadi?” Aku menoleh. ”Oh iya, soal pendi­ pal, memeriksa layar yang dipenuhi angka dan navigasi canggih. pada orang yang tidak mengerti apa yang sedang mereka pilih ”Bagaimana kita akan memercayakan keputusan demokrasi bagi orang-orang bodoh. Well, menurutku itu sudah jelas. Tidak ada dikan demokrasi. ”Apa pertanyaanmu tadi?” Aku menoleh. ”Oh iya, soal pendi­ pal, memeriksa layar yang dipenuhi angka dan navigasi canggih. pada orang yangmungkin tidak mengerti apa yang sedang mereka pilih ”Bagaimana mungkin kita akan memercayakan keputusan Well, menurutku itu sudah jelas. Tidak ada dikan demokrasi. ”Apa pertanyaanmu tadi?” Aku menoleh. ”Oh iya, soal pendi­ demokrasi bagi orang-orang bodoh. pal, memeriksa layar yang dipenuhi angka dan navigasi canggih. pada orang yang tidak mengerti apa yang sedang mereka pilih ”Bagaimana mungkin kita akan memercayakan keputusan demokrasi bagi orang-orang bodoh. Well, menurutku itu sudah jelas. Tidak ada dikan demokrasi. ”Apa pertanyaanmu tadi?” Aku menoleh. ”Oh iya, soal pendi­ pal, memeriksa layar yang dipenuhi angka dan navigasi canggih. pada orang yang tidak mengerti apa yang sedang mereka pilih demokrasi bagi orang-orang bodoh. Well, menurutku itu sudah jelas. Tidak ada dikan demokrasi. ”Bagaimana mungkin kita akan memercayakan keputusan ”Apa pertanyaanmu tadi?” Aku menoleh. ”Oh iya, soal pendi­ atau putuskan? Atau yang lebih ekstrem lagi, mereka berkepen­ pada orang yang tidak mengerti apa yang sedang mereka pilih ”Bagaimana mungkin kita akan memercayakan keputusan demokrasi bagi orang-orang bodoh. Well, menurutku itu sudah jelas. Tidak ada dikan demokrasi. ”Apa pertanyaanmu tadi?” Aku menoleh. ”Oh iya, soal pendi­ atau putuskan? Atau yang lebih ekstrem lagi, mereka berkepen­ pada orang yang tidak mengerti apa yang sedang mereka pilih ”Bagaimana mungkin kita akan memercayakan keputusan demokrasi bagi orang-orang bodoh. Well, menurutku itu sudah jelas. Tidak ada dikan demokrasi. ”Apa pertanyaanmu tadi?” Aku menoleh. ”Oh iya, soal pendi­ atau putuskan? Atau yang lebih ekstrem lagi, mereka berkepen­ pada orang yang tidak mengerti apa yang sedang mereka pilih demokrasi bagi orang-orang bodoh. Well, menurutku itu sudah jelas. Tidak ada dikan demokrasi. ”Bagaimana mungkin kita akan memercayakan keputusan ”Apa pertanyaanmu tadi?” Aku menoleh. ”Oh iya, soal pendi­ atau putuskan? Atau yang lebih ekstrem lagi, mereka berkepen­ pada orang yang tidak mengerti apa yang sedang mereka pilih ”Bagaimana mungkin kita akan memercayakan keputusan demokrasi bagi orang-orang bodoh. Well, menurutku itu sudah jelas. Tidak ada dikan demokrasi. ”Apa pertanyaanmu tadi?” Aku menoleh. ”Oh iya, soal pendi­ atau putuskan? Atau yang lebih ekstrem lagi, mereka berkepen­ ”Bagaimana mungkin kita akan memercayakan keputusan demokrasi bagi orang-orang bodoh. pada orang yang tidak mengerti apa yang sedang mereka pilih Well, menurutku itu sudah jelas. Tidak ada dikan demokrasi. keputusan tersebut.” tingan atas atau putuskan? Atau yang lebih ekstrem lagi, mereka berkepen­ pada orang yang tidak mengerti apa yang sedang mereka pilih ”Bagaimana mungkin kita akan memercayakan keputusan demokrasi bagi orang-orang bodoh. Well, menurutku itu sudah jelas. Tidak ada dikan demokrasi. keputusan tersebut.” tingan atas atau putuskan? Atau yang lebih ekstrem lagi, mereka berkepen­ pada orang yang tidak mengerti apa yang sedang mereka pilih ”Bagaimana mungkin kita akan memercayakan keputusan demokrasi bagi orang-orang bodoh. Well, menurutku itu sudah jelas. Tidak ada dikan demokrasi. keputusan tersebut.” tingan atas atau putuskan? Atau yang lebih ekstrem lagi, mereka berkepen­ ”Bagaimana mungkin kita akan memercayakan keputusan pada orang yang tidak mengerti apa yang sedang mereka pilih demokrasi bagi orang-orang bodoh. Well, menurutku itu sudah jelas. Tidak ada dikan demokrasi. keputusan tersebut.” tingan atas atau putuskan? Atau yang lebih ekstrem lagi, mereka berkepen­ pada orang yang tidak mengerti apa yang sedang mereka pilih ”Bagaimana mungkin kita akan memercayakan keputusan demokrasi bagi orang-orang bodoh. Well, menurutku itu sudah jelas. Tidak ada dikan demokrasi. keputusan tersebut.” tingan atas pada orang yang tidak mengerti apa yang sedang mereka pilih atau putuskan? Atau yang lebih ekstrem lagi, mereka berkepen­ ”Bagaimana mungkin kita akan memercayakan keputusan demokrasi bagi orang-orang bodoh. ”Anda tidak akan bilang demokrasi bukan cara terbaik, bu­ keputusan tersebut.” tingan atas atau putuskan? Atau yang lebih ekstrem lagi, mereka berkepen­ pada orang yang tidak mengerti apa yang sedang mereka pilih ”Bagaimana mungkin kita akan memercayakan keputusan demokrasi bagi orang-orang bodoh. ”Anda tidak akan bilang demokrasi bukan cara terbaik, bu­ keputusan tersebut.” tingan atas atau putuskan? Atau yang lebih ekstrem lagi, mereka berkepen­ pada orang yang tidak mengerti apa yang sedang mereka pilih ”Bagaimana mungkin kita akan memercayakan keputusan demokrasi bagi orang-orang bodoh. ”Anda tidak akan bilang demokrasi bukan cara terbaik, bu­ keputusan tersebut.” tingan atas pada orang yang tidak mengerti apa yang sedang mereka pilih atau putuskan? Atau yang lebih ekstrem lagi, mereka berkepen­ ”Bagaimana mungkin kita akan memercayakan keputusan demokrasi bagi orang-orang bodoh. ”Anda tidak akan bilang demokrasi bukan cara terbaik, bu­ keputusan tersebut.” tingan atas atau putuskan? Atau yang lebih ekstrem lagi, mereka berkepen­ pada orang yang tidak mengerti apa yang sedang mereka pilih ”Bagaimana mungkin kita akan memercayakan keputusan demokrasi bagi orang-orang bodoh. ”Anda tidak akan bilang demokrasi bukan cara terbaik, bu­ atau putuskan? Atau yang lebih ekstrem lagi, mereka berkepen­ keputusan tersebut.” tingan atas pada orang yang tidak mengerti apa yang sedang mereka pilih ”Bagaimana mungkin kita akan memercayakan keputusan ”Menjadi antitesis bagi mayoritas kan?” Maryam memotong. ”Anda tidak akan bilang demokrasi bukan cara terbaik, bu­ keputusan tersebut.” tingan atas atau putuskan? Atau yang lebih ekstrem lagi, mereka berkepen­ pada orang yang tidak mengerti apa yang sedang mereka pilih ”Bagaimana mungkin kita akan memercayakan keputusan ”Menjadi antitesis bagi mayoritas kan?” Maryam memotong. ”Anda tidak akan bilang demokrasi bukan cara terbaik, bu­ keputusan tersebut.” tingan atas atau putuskan? Atau yang lebih ekstrem lagi, mereka berkepen­ pada orang yang tidak mengerti apa yang sedang mereka pilih ”Bagaimana mungkin kita akan memercayakan keputusan ”Menjadi antitesis bagi mayoritas kan?” Maryam memotong. ”Anda tidak akan bilang demokrasi bukan cara terbaik, bu­ keputusan tersebut.” tingan atas atau putuskan? Atau yang lebih ekstrem lagi, mereka berkepen­ pada orang yang tidak mengerti apa yang sedang mereka pilih ”Bagaimana mungkin kita akan memercayakan keputusan ”Menjadi antitesis bagi mayoritas kan?” Maryam memotong. ”Anda tidak akan bilang demokrasi bukan cara terbaik, bu­ keputusan tersebut.” tingan atas atau putuskan? Atau yang lebih ekstrem lagi, mereka berkepen­ pada orang yang tidak mengerti apa yang sedang mereka pilih ”Bagaimana mungkin kita akan memercayakan keputusan ”Menjadi antitesis bagi mayoritas kan?” Maryam memotong. ”Anda tidak akan bilang demokrasi bukan cara terbaik, bu­ keputusan tersebut.” tingan atas atau putuskan? Atau yang lebih ekstrem lagi, mereka berkepen­ pada orang yang tidak mengerti apa yang sedang mereka pilih sistem pemerintahan dunia saat ini?” ”Menjadi antitesis bagi mayoritas kan?” Maryam memotong. ”Anda tidak akan bilang demokrasi bukan cara terbaik, bu­ keputusan tersebut.” tingan atas atau putuskan? Atau yang lebih ekstrem lagi, mereka berkepen­ pada orang yang tidak mengerti apa yang sedang mereka pilih sistem pemerintahan dunia saat ini?” ”Menjadi antitesis bagi mayoritas kan?” Maryam memotong. ”Anda tidak akan bilang demokrasi bukan cara terbaik, bu­ keputusan tersebut.” tingan atas atau putuskan? Atau yang lebih ekstrem lagi, mereka berkepen­ pada orang yang tidak mengerti apa yang sedang mereka pilih sistem pemerintahan dunia saat ini?” ”Menjadi antitesis bagi mayoritas kan?” Maryam memotong. ”Anda tidak akan bilang demokrasi bukan cara terbaik, bu­ keputusan tersebut.” tingan atas atau putuskan? Atau yang lebih ekstrem lagi, mereka berkepen­ pada orang yang tidak mengerti apa yang sedang mereka pilih sistem pemerintahan dunia saat ini?” ”Menjadi antitesis bagi mayoritas kan?” Maryam memotong. ”Anda tidak akan bilang demokrasi bukan cara terbaik, bu­ keputusan tersebut.” tingan atas atau putuskan? Atau yang lebih ekstrem lagi, mereka berkepen­ pada orang yang tidak mengerti apa yang sedang mereka pilih sistem pemerintahan dunia saat ini?” ”Menjadi antitesis bagi mayoritas kan?” Maryam memotong. ”Anda tidak akan bilang demokrasi bukan cara terbaik, bu­ keputusan tersebut.” tingan atas atau putuskan? Atau yang lebih ekstrem lagi, mereka berkepen­ ”Tentu saja tidak.” Aku tertawa. ”Frankly speaking, demokrasi sistem pemerintahan dunia saat ini?” ”Menjadi antitesis bagi mayoritas kan?” Maryam memotong. ”Anda tidak akan bilang demokrasi bukan cara terbaik, bu­ keputusan tersebut.” tingan atas atau putuskan? Atau yang lebih ekstrem lagi, mereka berkepen­ ”Tentu saja tidak.” Aku tertawa. ”Frankly speaking, demokrasi sistem pemerintahan dunia saat ini?” ”Menjadi antitesis bagiterbaik, mayoritas kan?” Maryam memotong. ”Anda tidak akan bilang demokrasi bukan cara bu­ keputusan tersebut.” tingan atas atau putuskan? Atau yang lebih ekstrem lagi, mereka berkepen­ ”Tentu saja tidak.” Aku tertawa. ”Frankly speaking, demokrasi sistem pemerintahan dunia saat ini?” ”Menjadi antitesis bagi mayoritas kan?” Maryam memotong. ”Anda tidak akan bilang demokrasi bukan cara terbaik, bu­ keputusan tersebut.” tingan atas atau putuskan? Atau yang lebih ekstrem lagi, mereka berkepen­ ”Tentu saja tidak.” Aku tertawa. ”Frankly speaking, demokrasi sistem pemerintahan dunia saat ini?” ”Menjadi antitesis bagi mayoritas kan?” Maryam memotong. ”Anda tidak akan bilang demokrasi bukan cara terbaik, bu­ keputusan tersebut.” tingan atas atau putuskan? Atau yang lebih ekstrem lagi, mereka berkepen­ ”Tentu saja tidak.” Aku tertawa. ”Frankly speaking, demokrasi sistem pemerintahan dunia saat ini?” ”Menjadi antitesis bagi mayoritas kan?” Maryam memotong. ”Anda tidak akan bilang demokrasi bukan cara terbaik, bu­ keputusan tersebut.” tingan atas jelas cara terbaik untuk mencari uang. Misalnya, kau seorang ”Tentu saja tidak.” Aku tertawa. ”Frankly speaking, demokrasi sistem pemerintahan dunia saat ini?” ”Menjadi antitesis bagi mayoritas kan?” Maryam memotong. ”Anda tidak akan bilang demokrasi bukan cara terbaik, bu­ keputusan tersebut.” tingan atas jelas cara terbaik untuk mencari uang. Misalnya, kau seorang ”Tentu saja tidak.” Aku tertawa. ”Frankly speaking, demokrasi sistem pemerintahan dunia saat ini?” ”Menjadi antitesis bagi mayoritas kan?” Maryam memotong. ”Anda tidak akan bilang demokrasi bukan cara terbaik, bu­ keputusan tersebut.” tingan atas jelas cara terbaik untuk mencari uang. Misalnya, kau seorang ”Tentu saja tidak.” Aku tertawa. ”Frankly speaking, demokrasi sistem pemerintahan dunia saat ini?” ”Menjadi antitesis bagi mayoritas kan?” Maryam memotong. ”Anda tidak akan bilang demokrasi bukan cara terbaik, bu­ keputusan tersebut.” tingan atas jelas cara terbaik untuk mencari uang. Misalnya, kau seorang ”Tentu saja tidak.” Aku tertawa. ”Frankly speaking, demokrasi sistem pemerintahan dunia saat ini?” ”Menjadi antitesis bagi mayoritas kan?” Maryam memotong. ”Anda tidak akan bilang demokrasi bukan cara terbaik, bu­ keputusan tersebut.” tingan atas jelas cara terbaik untuk mencari uang. Misalnya, kau seorang ”Tentu saja tidak.” Aku tertawa. ”Frankly speaking, demokrasi sistem pemerintahan dunia saat ini?” ”Menjadi antitesis bagi mayoritas kan?” Maryam memotong. ”Anda tidak akan bilang demokrasi bukan cara terbaik, bu­ konsultan politik. Atau kau pemilik bisnis, perusahaan raksasa, jelas cara terbaik untuk mencari uang. Misalnya, kau seorang ”Tentu saja tidak.” Aku tertawa. ”Frankly speaking, demokrasi sistem pemerintahan dunia saat ini?” ”Menjadi antitesis bagi mayoritas kan?” Maryam memotong. ”Anda tidak akan bilang demokrasi bukan cara terbaik, bu­ konsultan politik. Atau kau pemilik bisnis, perusahaan raksasa, jelas cara terbaik untuk mencari uang. Misalnya, kau seorang ”Tentu saja tidak.” Aku tertawa. ”Frankly speaking, demokrasi sistem pemerintahan dunia saat ini?” ”Menjadi antitesis bagi mayoritas kan?” Maryam memotong. ”Anda tidak akan bilang demokrasi bukan cara terbaik, bu­ konsultan politik. Atau kau pemilik bisnis, perusahaan raksasa, jelas cara terbaik untuk mencari uang. Misalnya, kau seorang ”Tentu saja tidak.” Aku tertawa. ”Frankly speaking, demokrasi sistem pemerintahan dunia saat ini?” ”Menjadi antitesis bagi mayoritas kan?” Maryam memotong. ”Anda tidak akan bilang demokrasi bukan cara terbaik, bu­ konsultan politik. Atau kau pemilik bisnis, perusahaan raksasa, jelas cara terbaik untuk mencari uang. Misalnya, kau seorang ”Tentu saja tidak.” Aku tertawa. ”Frankly speaking, demokrasi sistem pemerintahan dunia saat ini?” ”Menjadi antitesis bagi mayoritas kan?” Maryam memotong. ”Anda tidak akan bilang demokrasi bukan cara terbaik, bu­ konsultan politik. Atau kau pemilik bisnis, perusahaan raksasa, jelas cara terbaik untuk mencari uang. Misalnya, kau seorang ”Tentu saja tidak.” Aku tertawa. ”Frankly speaking, demokrasi sistem pemerintahan dunia saat ini?” ”Menjadi antitesis bagi mayoritas kan?” Maryam memotong. konsesi pertambangan, perkebunan, dan sebagainya. Karena jelas konsultan politik. Atau kau pemilik bisnis, perusahaan raksasa, jelas cara terbaik untuk mencari uang. Misalnya, kau seorang ”Tentu saja tidak.” Aku tertawa. ”Frankly speaking, demokrasi sistem pemerintahan dunia saat ini?” ”Menjadi antitesis bagi mayoritas kan?” Maryam memotong. konsesi pertambangan, perkebunan, dan sebagainya. Karena jelas konsultan politik. Atau kau pemilik bisnis, perusahaan raksasa, jelas cara terbaik untuk mencari uang. Misalnya, kau seorang ”Tentu saja tidak.” Aku tertawa. ”Frankly speaking, demokrasi sistem pemerintahan dunia saat ini?” ”Menjadi antitesis bagi mayoritas kan?” Maryam memotong. konsesi pertambangan, perkebunan, dan sebagainya. Karena jelas konsultan politik. Atau kau pemilik bisnis, perusahaan raksasa, jelas cara terbaik untuk mencari uang. Misalnya, kau seorang ”Tentu saja tidak.” Aku tertawa. ”Frankly speaking, demokrasi sistem pemerintahan dunia saat ini?” ”Menjadi antitesis bagi mayoritas kan?” Maryam memotong. konsesi pertambangan, perkebunan, dan sebagainya. Karena jelas konsultan politik. Atau kau pemilik bisnis, perusahaan raksasa, jelas cara terbaik untuk mencari uang. Misalnya, kau seorang ”Tentu saja tidak.” Aku tertawa. ”Frankly speaking, demokrasi sistem pemerintahan dunia saat ini?” ”Menjadi antitesis bagi mayoritas kan?” Maryam memotong. konsesi pertambangan, perkebunan, dan sebagainya. Karena jelas konsultan politik. Atau kau pemilik bisnis, perusahaan raksasa, jelas cara terbaik untuk mencari uang. Misalnya, kau seorang ”Tentu saja tidak.” Aku tertawa. ”Frankly speaking, demokrasi sistem pemerintahan dunia saat ini?” lebih mudah menyumpal, membeli, eh maksudku dalam bahasa konsesi pertambangan, perkebunan, dan sebagainya. Karena jelas konsultan politik. Atau kau pemilik bisnis, perusahaan raksasa, jelas cara terbaik untuk mencari uang. Misalnya, kau seorang ”Tentu saja tidak.” Aku tertawa. ”Frankly speaking, demokrasi sistem pemerintahan dunia saat ini?” lebih mudah menyumpal, membeli, eh maksudku dalam bahasa konsesi pertambangan, perkebunan, dan sebagainya. Karena jelas konsultan politik. Atau kau pemilik bisnis, perusahaan raksasa, jelas cara terbaik untuk mencari uang. Misalnya, kau seorang ”Tentu saja tidak.” Aku tertawa. ”Frankly speaking, demokrasi sistem pemerintahan dunia saat ini?” lebih mudah menyumpal, membeli, eh maksudku dalam bahasa konsesi pertambangan, perkebunan, dan sebagainya. Karena jelas konsultan politik. Atau kau pemilik bisnis, perusahaan raksasa, jelas cara terbaik untuk mencari uang. Misalnya, kau seorang ”Tentu saja tidak.” Aku tertawa. ”Frankly speaking, demokrasi sistem pemerintahan dunia saat ini?” lebih mudah menyumpal, membeli, eh maksudku dalam bahasa konsesi pertambangan, perkebunan, dan sebagainya. Karena jelas konsultan politik. Atau kau pemilik bisnis, perusahaan raksasa, jelas cara terbaik untuk mencari uang. Misalnya, kau seorang ”Tentu saja tidak.” Aku tertawa. ”Frankly speaking, demokrasi sistem pemerintahan dunia saat ini?” lebih mudah menyumpal, membeli, eh maksudku dalam bahasa konsesi pertambangan, perkebunan, dan sebagainya. Karena jelas konsultan politik. Atau kau pemilik bisnis, perusahaan raksasa, jelas cara terbaik untuk mencari uang. Misalnya, kau seorang ”Tentu saja tidak.” Aku tertawa. ”Frankly speaking, demokrasi halusnya: menanamkan investasi pada pemerintahan yang dipilih lebih mudah menyumpal, membeli, eh maksudku dalam bahasa konsesi pertambangan, perkebunan, dan sebagainya. Karena jelas konsultan politik. Atau kau pemilik bisnis, perusahaan raksasa, jelas cara terbaik untuk mencari uang. Misalnya, kau seorang ”Tentu saja tidak.” Aku tertawa. ”Frankly speaking, demokrasi halusnya: menanamkan investasi pada pemerintahan yang dipilih lebih mudah menyumpal, membeli, eh maksudku dalam bahasa konsesi pertambangan, perkebunan, dan sebagainya. Karena jelas konsultan politik. Atau kau pemilik bisnis, perusahaan raksasa, jelas cara terbaik untuk mencari uang. Misalnya, kau seorang ”Tentu saja tidak.” Aku tertawa. ”Frankly speaking, demokrasi halusnya: menanamkan investasi pada pemerintahan yang dipilih lebih mudah menyumpal, membeli, eh maksudku dalam bahasa konsesi pertambangan, perkebunan, dan sebagainya. Karena jelas konsultan politik. Atau kau pemilik bisnis, perusahaan raksasa, jelas cara terbaik untuk mencari uang. Misalnya, kau seorang ”Tentu saja tidak.” Aku tertawa. ”Frankly speaking, demokrasi halusnya: menanamkan investasi pada pemerintahan yang dipilih lebih mudah menyumpal, membeli, eh maksudku dalam bahasa konsesi pertambangan, perkebunan, dan sebagainya. Karena jelas konsultan politik. Atau kau pemilik bisnis, perusahaan raksasa, jelas cara terbaik untuk mencari uang. Misalnya, kau seorang ”Tentu saja tidak.” Aku tertawa. ”Frankly speaking, demokrasi halusnya: menanamkan investasi pada pemerintahan yang dipilih lebih mudah menyumpal, membeli, eh maksudku dalam bahasa konsesi pertambangan, perkebunan, dan sebagainya. Karena jelas konsultan politik. Atau kau pemilik bisnis, perusahaan raksasa, jelas cara terbaik untuk mencari uang. Misalnya, kau seorang rakyat dibanding memelihara rezim diktator dengan preferensi halusnya: menanamkan investasi pada pemerintahan yang dipilih lebih mudah menyumpal, membeli, eh maksudku dalam bahasa konsesi pertambangan, perkebunan, dan sebagainya. Karena jelas konsultan politik. Atau kau pemilik bisnis, perusahaan raksasa, jelas cara terbaik untuk mencari uang. Misalnya, kau seorang rakyat dibanding memelihara rezim diktator dengan preferensi halusnya: menanamkan investasi pada pemerintahan yang dipilih lebih mudah menyumpal, membeli, eh maksudku dalam bahasa konsesi pertambangan, perkebunan, dan sebagainya. Karena jelas konsultan politik. Atau kau pemilik bisnis, perusahaan raksasa, jelas cara terbaik untuk mencari uang. Misalnya, kau seorang rakyat dibanding memelihara rezim diktator dengan preferensi halusnya: menanamkan investasi pada pemerintahan yang dipilih lebih mudah menyumpal, membeli, eh maksudku dalam bahasa konsesi pertambangan, perkebunan, dan sebagainya. Karena jelas konsultan politik. Atau kau pemilik bisnis, perusahaan raksasa, jelas cara terbaik untuk mencari uang. Misalnya, kau seorang rakyat dibanding memelihara rezim diktator dengan preferensi halusnya: menanamkan investasi pada pemerintahan yang dipilih lebih mudah menyumpal, membeli, eh maksudku dalam bahasa konsesi pertambangan, perkebunan, dan sebagainya. Karena jelas konsultan politik. Atau kau pemilik bisnis, perusahaan raksasa, jelas cara terbaik untuk mencari uang. Misalnya, kau seorang halusnya: menanamkan investasi pada pemerintahan yang dipilih rakyat dibanding memelihara rezim diktator dengan preferensi lebih mudah menyumpal, membeli, eh maksudku dalam bahasa konsesi pertambangan, perkebunan, dan sebagainya. Karena jelas konsultan politik. Atau kau pemilik bisnis, perusahaan raksasa, terbatas.” rakyat dibanding memelihara rezim diktator dengan preferensi halusnya: menanamkan investasi pada pemerintahan yang dipilih lebih mudah menyumpal, membeli, eh maksudku dalam bahasa konsesi pertambangan, perkebunan, dan sebagainya. Karena jelas konsultan politik. Atau kau pemilik bisnis, perusahaan raksasa, terbatas.” rakyat dibanding memelihara rezim diktator dengan preferensi halusnya: menanamkan investasi pada pemerintahan yang dipilih lebih mudah menyumpal, membeli, eh maksudku dalam bahasa konsesi pertambangan, perkebunan, dan sebagainya. Karena jelas konsultan politik. Atau kau pemilik bisnis, perusahaan raksasa, terbatas.” halusnya: menanamkan investasi pada pemerintahan yang dipilih rakyat dibanding memelihara rezim diktator dengan preferensi lebih mudah menyumpal, membeli, eh maksudku dalam bahasa konsesi pertambangan, perkebunan, dan sebagainya. Karena jelas konsultan politik. Atau kau pemilik bisnis, perusahaan raksasa, terbatas.” rakyat dibanding memelihara rezim diktator dengan preferensi halusnya: menanamkan investasi pada pemerintahan yang dipilih lebih mudah menyumpal, membeli, eh maksudku dalam bahasa konsesi pertambangan, perkebunan, dan sebagainya. Karena jelas konsultan politik. Atau kau pemilik bisnis, perusahaan raksasa, rakyat dibanding memelihara rezim diktator dengan preferensi terbatas.” halusnya: menanamkan investasi pada pemerintahan yang dipilih lebih mudah menyumpal, membeli, eh maksudku dalam bahasa konsesi pertambangan, perkebunan, dan sebagainya. Karena jelas ”Lantas di mana relevansinya antara bodoh dan demokrasi?” terbatas.” rakyat dibanding memelihara rezim diktator dengan preferensi halusnya: menanamkan investasi pada pemerintahan yang dipilih lebih mudah menyumpal, membeli, eh maksudku dalam bahasa konsesi pertambangan, perkebunan, dan sebagainya. Karena jelas ”Lantas di mana relevansinya antara bodoh dan demokrasi?” terbatas.” rakyat dibanding memelihara rezim diktator dengan preferensi halusnya: menanamkan investasi pada pemerintahan yang dipilih lebih mudah menyumpal, membeli, eh maksudku dalam bahasa konsesi pertambangan, perkebunan, dan sebagainya. Karena jelas ”Lantas di mana relevansinya antara bodoh dan demokrasi?” rakyat dibanding memelihara rezim diktator dengan preferensi terbatas.” halusnya: menanamkan investasi pada pemerintahan yang dipilih lebih mudah menyumpal, membeli, eh maksudku dalam bahasa konsesi pertambangan, perkebunan, dan sebagainya. Karena jelas ”Lantas di mana relevansinya antara bodoh dan demokrasi?” terbatas.” rakyat dibanding memelihara rezim diktator dengan preferensi halusnya: menanamkan investasi pada pemerintahan yang dipilih lebih mudah menyumpal, membeli, eh maksudku dalam bahasa konsesi pertambangan, perkebunan, dan sebagainya. Karena jelas terbatas.” ”Lantas di mana relevansinya antara bodoh dan demokrasi?” rakyat dibanding memelihara rezim diktator dengan preferensi halusnya: menanamkan investasi pada pemerintahan yang dipilih lebih mudah menyumpal, membeli, eh maksudku dalam bahasa Gadis di hadapanku mendesak, suaranya sedikit tidak sabaran. ”Lantas di mana relevansinya antara bodoh dan demokrasi?” terbatas.” rakyat dibanding memelihara rezim diktator dengan preferensi halusnya: menanamkan investasi pada pemerintahan yang dipilih lebih mudah menyumpal, membeli, eh maksudku dalam bahasa Gadis di hadapanku mendesak, suaranya sedikit tidak sabaran. ”Lantas di mana relevansinya antara bodoh dan demokrasi?” terbatas.” rakyat dibanding memelihara rezim diktator dengan preferensi halusnya: menanamkan investasi pada pemerintahan yang dipilih lebih mudah menyumpal, membeli, eh maksudku dalam bahasa Gadis di hadapanku mendesak, suaranya sedikit tidak sabaran. terbatas.” ”Lantas di mana relevansinya antara bodoh dan demokrasi?” rakyat dibanding memelihara rezim diktator dengan preferensi halusnya: menanamkan investasi pada pemerintahan yang dipilih lebih mudah menyumpal, membeli, eh maksudku dalam bahasa Gadis di hadapanku mendesak, suaranya sedikit tidak sabaran. ”Lantas di mana relevansinya antara bodoh dan demokrasi?” terbatas.” rakyat dibanding memelihara rezim diktator dengan preferensi halusnya: menanamkan investasi pada pemerintahan yang dipilih lebih mudah menyumpal, membeli, eh maksudku dalam bahasa ”Lantas di mana relevansinya antara bodoh dan demokrasi?” Gadis di hadapanku mendesak, suaranya sedikit tidak sabaran. terbatas.” rakyat dibanding memelihara rezim diktator dengan preferensi halusnya: menanamkan investasi pada pemerintahan yang dipilih ”Bukankah tahu kalau suara rakyat adalah suara Tuhan, Gadis di hadapanku mendesak, suaranya sedikit tidak sabaran. ”Lantas di mana relevansinya antara bodoh dan demokrasi?” terbatas.” rakyat dibanding memelihara rezim diktator dengan preferensi halusnya: menanamkan investasi pada pemerintahan yang dipilih ”Bukankah Anda tahu kalau suara rakyat adalah suara Tuhan, Gadis di hadapanku mendesak, suaranya sedikit tidak sabaran. ”Lantas diAnda mana relevansinya antara bodoh dan demokrasi?” terbatas.” rakyat dibanding memelihara rezim diktator dengan preferensi halusnya: menanamkan investasi pada pemerintahan yang dipilih ”Lantas di mana relevansinya antara bodoh dan demokrasi?” ”Bukankah Anda tahu kalau suara rakyat adalah suara Tuhan, Gadis di hadapanku mendesak, suaranya sedikit tidak sabaran. terbatas.” rakyat dibanding memelihara rezim diktator dengan preferensi halusnya: menanamkan investasi pada pemerintahan yang dipilih ”Bukankah Anda tahu kalau suara rakyat adalah suara Tuhan, Gadis di hadapanku mendesak, suaranya sedikit tidak sabaran. ”Lantas di mana relevansinya antara bodoh dan demokrasi?” terbatas.” rakyat dibanding memelihara rezim diktator dengan preferensi halusnya: menanamkan investasi pada pemerintahan yang dipilih Gadis di hadapanku mendesak, suaranya sedikit tidak sabaran. ”Bukankah Anda tahu kalau suara rakyat adalah suara Tuhan, ”Lantas di mana relevansinya antara bodoh dan demokrasi?” terbatas.” rakyat dibanding memelihara rezim diktator dengan preferensi di mana letak bodohnya?” ”Bukankah Anda tahu kalau suara rakyat adalah suara Tuhan, Gadis di hadapanku mendesak, suaranya sedikit tidak sabaran. ”Lantas di mana relevansinya antara bodoh dan demokrasi?” terbatas.” rakyat dibanding memelihara rezim diktator dengan preferensi di mana letak bodohnya?” ”Bukankah Anda tahu kalau suara rakyat adalah suara Tuhan, mendesak, suaranya sedikit tidak sabaran. ”Lantas di mana relevansinya antara bodoh dan demokrasi?” terbatas.” rakyat dibanding memelihara rezim diktator dengan preferensi Gadis di hadapanku mendesak, suaranya sedikit tidak sabaran. di manadibanding letak bodohnya?” ”Bukankah Anda tahu kalau suara suara rakyat adalah suara Tuhan, ”Lantas diAnda mana relevansinya antara bodoh dansuara demokrasi?” terbatas.” rakyat memelihara rezim diktator dengan preferensi di mana letak bodohnya?” ”Bukankah tahu kalau rakyat adalah Tuhan,



pembaca majalah review kalian lebih suka penjelasan yang lebih sungai besar. Satu-satunya akses keluar ada­ pung itu dikelilingi mudi manual. ”Baiklah, akan aku berikan ilustrasi. Sepertinya Aku kembali memegang kemudi, mengembalikan sistem ke­ mudah. pembaca majalah review kalian lebih suka penjelasan yang lebih ”Nah, kita bayangkan saja ada sebuah perkampungan. Kam­ sungai besar. Satu-satunya akses keluar ada­ pung itu dikelilingi Aku kembali memegang kemudi, mengembalikan sistem ke­ saja ada sebuah perkampungan. Kam­ mudi manual. ”Baiklah, akan aku berikan ilustrasi. Sepertinya mudah. pembaca majalah review kalian lebih suka penjelasan yang lebih sungai besar. Satu-satunya akses keluar ada­ pung itu dikelilingi mudi manual. ”Baiklah, akan aku berikan ilustrasi. Sepertinya ”Nah, kita bayangkan saja ada sebuah perkampungan. Kam­ Aku kembali memegang kemudi, mengembalikan sistem ke­ mudah. pembaca majalah review kalian lebih suka penjelasan yang lebih sungai besar. Satu-satunya akses keluar ada­ pung itu dikelilingi mudi manual. ”Baiklah, akan aku berikan ilustrasi. Sepertinya ”Nah, kita bayangkan saja ada sebuah perkampungan. Kam­ Aku kembali memegang kemudi, mengembalikan sistem ke­ mudah. lah jembatan beton yang dibangun berpuluh-puluh tahun lalu pembaca majalah review kalian lebih suka penjelasan yang lebih sungai besar. Satu-satunya akses keluar ada­ pung itu dikelilingi mudi manual. ”Baiklah, akan aku berikan ilustrasi. Sepertinya ”Nah, kita bayangkan saja ada sebuah perkampungan. Kam­ mudah. lah jembatan beton yang dibangun berpuluh-puluh tahun lalu pembaca majalah review kalian lebih suka penjelasan yang lebih mudi manual. ”Baiklah, akan aku berikan ilustrasi. Sepertinya ”Nah, kita bayangkan saja ada sebuah perkampungan. Kam­ sungai besar. Satu-satunya akses keluar ada­ pung itu dikelilingi mudah. lah jembatan beton yang dibangun berpuluh-puluh tahun lalu mudi manual. ”Baiklah, akan aku berikan ilustrasi. Sepertinya besar. Satu-satunya akses keluar ada­ pembaca majalah review kalian lebih suka penjelasan yang lebih ”Nah, kita bayangkan saja ada sebuah perkampungan. Kam­ mudah. lah jembatan beton yangkalian dibangun berpuluh-puluh tahun lalu pembaca majalah review kalian lebih suka penjelasan yang lebih sungai besar. Satu-satunya akses keluar ada­ pung itu dikelilingi mudi manual. ”Baiklah, akan aku berikan ilustrasi. Sepertinya ”Nah, kita bayangkan saja ada sebuah perkampungan. Kam­ mudah. lah jembatan beton yang dibangun berpuluh-puluh tahun lalu pembaca majalah review lebih suka penjelasan yang lebih sungai besar. Satu-satunya akses keluar ada­ pung itu dikelilingi mudi manual. ”Baiklah, akan aku berikan ilustrasi. Sepertinya ”Nah, kita bayangkan saja ada sebuah Kam­ oleh pemerintah pusat. suatu hari, salah satu penduduk mudah. lah jembatan beton yangPada dibangun berpuluh-puluh tahun lalu pembaca majalah review kalian lebih suka penjelasan yang lebih sungai besar. Satu-satunya akses keluar ada­ pung itu dikelilingi ”Nah, kita bayangkan saja ada sebuah perkampungan. Kam­ oleh pemerintah pusat. Pada suatu hari, salah satu penduduk mudah. pembaca majalah review kalian lebih suka perkampungan. penjelasan yang lebih sungai besar. Satu-satunya akses keluar ada­ pung itu dikelilingi lah jembatan beton yang dibangun berpuluh-puluh tahun lalu ”Nah, kita bayangkan saja ada sebuah perkampungan. Kam­ oleh pemerintah pusat. Pada suatu hari, salah satu penduduk pembaca majalah review kalian lebih suka penjelasan yang lebih dibangun berpuluh-puluh tahun lalu mudah. sungai besar. Satu-satunya akses keluar ada­ pung itu dikelilingi ”Nah, kita bayangkan saja ada sebuah perkampungan. Kam­ oleh pemerintah pusat. Pada suatu hari, salah satu penduduk mudah. lah jembatan beton yang dibangun berpuluh-puluh tahun lalu pembaca majalah review kalian lebih suka penjelasan yang lebih sungai besar. Satu-satunya akses keluar ada­ pung itu dikelilingi ”Nah, kita bayangkan saja ada sebuah perkampungan. Kam­ oleh pemerintah pusat. Pada suatu hari, salah satu penduduk mudah. lah jembatan beton yang dibangun berpuluh-puluh tahun lalu pembaca majalah review kalian lebih suka penjelasan yang lebih sungai besar. Satu-satunya akses keluar ada­ pung itu dikelilingi yang sedang mencari ikan di sungai melihat ada yang ganjil de­ ”Nah, kita bayangkan saja ada sebuah perkampungan. Kam­ oleh pemerintah pusat. Pada suatu hari, salah satu penduduk mudah. lah jembatan beton yang dibangun berpuluh-puluh tahun lalu sungai besar. Satu-satunya akses keluar ada­ pung itu dikelilingi yang sedang mencari ikan di sungai melihat ada yang ganjil de­ ”Nah, kita bayangkan saja ada sebuah perkampungan. Kam­ mudah. lah jembatan beton yang dibangun berpuluh-puluh tahun lalu oleh pemerintah pusat. Pada suatu hari, salah satu penduduk sungai besar. Satu-satunya akses keluar ada­ pung itu dikelilingi yang sedang mencari ikan di sungai melihat ada yang ganjil de­ ”Nah, kita bayangkan saja ada sebuah perkampungan. Kam­ mudah. Pada suatu hari, salah satu penduduk lah jembatan beton yang dibangun berpuluh-puluh tahun lalu sungai besar. Satu-satunya akses keluar ada­ pung itu dikelilingi yang sedang mencari ikanPada di sungai melihat ada yangkeluar ganjil de­ ”Nah, kita bayangkan saja ada sebuah perkampungan. Kam­ oleh pemerintah pusat. Pada suatu hari, salah satu penduduk mudah. lah jembatan beton yang dibangun berpuluh-puluh tahun lalu sungai besar. Satu-satunya akses ada­ pung itu dikelilingi yang sedang mencari ikan di sungai melihat ada yang ganjil de­ ”Nah, kita bayangkan saja ada sebuah perkampungan. Kam­ oleh pemerintah pusat. suatu hari, salah satu penduduk mudah. lah jembatan beton yang dibangun berpuluh-puluh tahun lalu ngan jembatan itu. Fondasinya yang terbenam di air terlihat sungai besar. Satu-satunya akses keluar ada­ pung itu dikelilingi yang sedang mencari ikan di sungai melihat ada yang ganjil de­ ”Nah, kita bayangkan saja ada sebuah perkampungan. Kam­ oleh pemerintah pusat. Pada suatu hari, salah satu penduduk lah jembatan beton yang dibangun berpuluh-puluh tahun lalu ngan jembatan itu. Fondasinya yang terbenam di air terlihat sungai besar. Satu-satunya akses keluar ada­ pung itu dikelilingi ”Nah, kita bayangkan saja ada sebuah perkampungan. Kam­ yang sedang mencari ikan di sungai melihat ada yang ganjil de­ oleh pemerintah pusat. Pada suatu hari, salah satu penduduk lah jembatan beton yang dibangun berpuluh-puluh tahun lalu ngan jembatan itu. Fondasinya yang terbenam di air terlihat sungai besar. Satu-satunya akses keluar ada­ pung itu dikelilingi ”Nah, kita bayangkan saja ada sebuah perkampungan. Kam­ sungai melihat ada yang ganjil de­ oleh pemerintah pusat. Pada suatu hari, salah satu penduduk lah jembatan beton yang dibangun berpuluh-puluh tahun lalu ngan jembatan itu. Fondasinya yang terbenam di air terlihat sungai besar. Satu-satunya akses keluar ada­ pung itu dikelilingi yang sedang mencari ikan di sungai melihat ada yang ganjil de­ ”Nah, kita bayangkan saja ada sebuah perkampungan. Kam­ oleh pemerintah pusat. Pada suatu hari, salah satu penduduk lah jembatan beton yang dibangun berpuluh-puluh tahun lalu ngan jembatan itu. Fondasinya yang terbenam di air terlihat sungai besar. Satu-satunya akses keluar ada­ pung itu dikelilingi yang sedang mencari ikan di sungai melihat ada yang ganjil de­ ”Nah, kita bayangkan saja ada sebuah perkampungan. Kam­ oleh pemerintah pusat. Pada suatu hari, salah satu penduduk retak. Karena dia adalah sedikit di antara penduduk kampung lah jembatan beton yang dibangun berpuluh-puluh tahun lalu ngan jembatan itu. Fondasinya yang terbenam di air terlihat sungai besar. Satu-satunya akses keluar ada­ pung itu dikelilingi yang sedang mencari ikan di sungai melihat ada yang ganjil de­ oleh pemerintah pusat. Pada suatu hari, salah satu penduduk retak. Karena dia adalah sedikit di antara penduduk kampung lah jembatan beton yang dibangun berpuluh-puluh tahun lalu sungai besar. Satu-satunya akses keluar ada­ pung itu dikelilingi ngan jembatan itu. Fondasinya yang terbenam di air terlihat yang sedang mencari ikan di sungai melihat ada yang ganjil de­ oleh pemerintah pusat. Pada suatu hari, salah satu penduduk retak. Karena dia adalah sedikit di antara penduduk kampung lah jembatan beton yang dibangun berpuluh-puluh tahun lalu sungai besar. Satu-satunya akses keluar ada­ pung itu dikelilingi Fondasinya yang terbenam di air terlihat yang sedang mencari ikan di sungai melihat ada yang ganjil de­ oleh pemerintah pusat. Pada suatu hari, salah satu penduduk retak. Karena dia adalah sedikit di antara penduduk kampung lah jembatan beton yang dibangun berpuluh-puluh tahun lalu ngan jembatan itu. Fondasinya yang terbenam di air terlihat sungai besar. Satu-satunya akses keluar ada­ pung itu dikelilingi yang sedang mencari ikan di sungai melihat ada yang ganjil de­ oleh pemerintah pusat. Pada suatu hari, salah satu penduduk retak. Karena dia adalah sedikit di antara penduduk kampung lah jembatan beton yang dibangun berpuluh-puluh tahun lalu ngan jembatan itu. Fondasinya yang terbenam di air terlihat sungai besar. Satu-satunya akses keluar ada­ pung itu dikelilingi sedang mencari ikan di sungai melihat ada yang ganjil de­ yang memiliki pengetahuan tentang konstruksi, dia bergegas oleh pemerintah pusat. Pada suatu hari, salah satu penduduk retak. Karena dia adalah sedikit di antara penduduk kampung lah jembatan beton yang dibangun berpuluh-puluh tahun lalu ngan jembatan itu. Fondasinya yang terbenam di air terlihat yang sedang mencari ikan di sungai melihat ada yang ganjil de­ memiliki pengetahuan tentang konstruksi, dia bergegas oleh pemerintah pusat. Pada suatu hari, salah satu penduduk lah jembatan beton yang dibangun berpuluh-puluh tahun lalu retak. Karena dia adalah sedikit di antara penduduk kampung ngan jembatan itu. Fondasinya yang terbenam di air terlihat sedang mencari ikan di sungai melihat ada yang ganjil de­ yang memiliki pengetahuan tentang konstruksi, dia bergegas oleh pemerintah pusat. Pada suatu hari, salah satu penduduk lah jembatan beton yang dibangun berpuluh-puluh tahun lalu sedikit di antara penduduk kampung ngan jembatan itu. Fondasinya yang terbenam di air terlihat sedang mencari ikan di sungai melihat ada yang ganjil de­ yang memiliki pengetahuan tentang konstruksi, dia bergegas oleh pemerintah pusat. Pada suatu hari, salah satu penduduk retak. Karena dia adalah sedikit di antara penduduk kampung lah jembatan beton yang dibangun berpuluh-puluh tahun lalu ngan jembatan itu. Fondasinya yang terbenam di air terlihat sedang mencari ikan di sungai melihat ada yang ganjil de­ yang memiliki pengetahuan tentang konstruksi, dia bergegas oleh pemerintah pusat. Pada suatu hari, salah satu penduduk retak. Karena dia adalah sedikit di antara penduduk kampung lah jembatan beton yang dibangun berpuluh-puluh tahun lalu ngan jembatan itu. Fondasinya yang terbenam di air terlihat mengusulkan pada kepala kampung agar jembatan itu direnovasi. sedang mencari ikan di sungai melihat ada yang ganjil de­ yang memiliki pengetahuan tentang konstruksi, dia bergegas oleh pemerintah pusat. Pada suatu hari, salah satu penduduk retak. Karena dia adalah sedikit di antara penduduk kampung ngan jembatan itu. Fondasinya yang terbenam di air terlihat mengusulkan pada kepala kampung agar jembatan itu direnovasi. sedang mencari ikan di sungai melihat ada yang ganjil de­ oleh pemerintah pusat. Pada suatu hari, salah satu penduduk yang memiliki pengetahuan tentang konstruksi, dia bergegas retak. Karena dia adalah sedikit di antara penduduk kampung ngan jembatan itu. Fondasinya yang terbenam di air terlihat mengusulkan pada kepala kampung agar jembatan itu direnovasi. sedang mencari ikan di sungai melihat ada yang ganjil de­ oleh pemerintah pusat. Pada suatu hari, salah satu penduduk tentang konstruksi, dia bergegas retak. Karena dia adalah sedikit di antara penduduk kampung ngan jembatan itu. Fondasinya yang terbenam di air terlihat mengusulkan pada kepala kampung agar jembatan itu direnovasi. yang sedang mencari ikan di sungai melihat ada yang ganjil de­ memiliki pengetahuan tentang konstruksi, dia bergegas oleh pemerintah pusat. Pada suatu hari, salah satu penduduk retak. Karena dia adalah sedikit di antara penduduk kampung ngan jembatan itu. Fondasinya yang terbenam di air terlihat mengusulkan pada kepala kampung agar jembatan itu direnovasi. sedang mencari ikan di sungai melihat ada yang ganjil de­ yang memiliki pengetahuan tentang konstruksi, dia bergegas oleh pemerintah pusat. Pada suatu hari, salah satu penduduk retak. Karena dia adalah sedikit di antara penduduk kampung Mendesak, sesegera mungkin. ngan jembatan itu. Fondasinya yang terbenam di air terlihat mengusulkan pada kepala kampung agar jembatan itu direnovasi. sedang mencari ikan di sungai melihat ada yang ganjil de­ yang memiliki pengetahuan tentang konstruksi, dia bergegas retak. Karena dia adalah sedikit di antara penduduk kampung Mendesak, sesegera mungkin. ngan jembatan itu. Fondasinya yang terbenam di air terlihat sedang mencari ikan di sungai melihat ada yang ganjil de­ mengusulkan pada kepala kampung agar jembatan itu direnovasi. yang memiliki pengetahuan tentang konstruksi, dia bergegas retak. Karena dia adalah sedikit di antara penduduk kampung ngan jembatan itu. Fondasinya yang terbenam di air terlihat Mendesak, sesegera mungkin. sedang mencari ikan di sungai melihat ada yang ganjil de­ kampung agar jembatan itu direnovasi. yang memiliki pengetahuan tentang konstruksi, dia bergegas retak. Karena dia adalah sedikit di antara penduduk kampung Mendesak, sesegera mungkin. ngan jembatan itu. Fondasinya yang terbenam di air terlihat mengusulkan pada kepala kampung agar jembatan itu direnovasi. sedang mencari ikan di sungai melihat ada yang ganjil de­ yang memiliki pengetahuan tentang konstruksi, dia bergegas retak. Karena dia adalah sedikit di antara penduduk kampung Mendesak, sesegera mungkin. ngan jembatan itu. Fondasinya yang terbenam di air terlihat mengusulkan pada kepala kampung agar jembatan itu direnovasi. sedang mencari ikan di sungai melihat ada yang ganjil de­ yang memiliki pengetahuan tentang konstruksi, dia bergegas ”Masalahnya, tidak murah memperbaiki sebuah jembatan. retak. Karena dia adalah sedikit di antara penduduk kampung Mendesak, sesegera mungkin. ngan jembatan itu. Fondasinya yang terbenam di air terlihat mengusulkan pada kepala kampung agar jembatan itu direnovasi. yang memiliki pengetahuan tentang konstruksi, dia bergegas ”Masalahnya, tidak murah memperbaiki sebuah jembatan. retak. Karena dia adalah sedikit di antara penduduk kampung ngan jembatan itu. Fondasinya yang terbenam di air terlihat Mendesak, sesegera mungkin. mengusulkan pada kepala kampung agar jembatan itu direnovasi. yang memiliki pengetahuan tentang konstruksi, diaair bergegas retak. Karena dia adalah sedikit di antara penduduk kampung ”Masalahnya, tidak murah memperbaiki sebuah jembatan. ngan jembatan itu. Fondasinya yang terbenam di air terlihat Mendesak, sesegera mungkin. mengusulkan pada kepala kampung agar jembatan itu direnovasi. yang memiliki pengetahuan tentang konstruksi, dia bergegas ”Masalahnya, tidak murah memperbaiki sebuah jembatan. retak. Karena dia adalah sedikit di antara penduduk kampung Mendesak, sesegera mungkin. ngan jembatan itu. Fondasinya yang terbenam di terlihat mengusulkan pada kepala kampung agar jembatan itu direnovasi. yang memiliki pengetahuan tentang konstruksi, dia bergegas ”Masalahnya, tidak murah memperbaiki sebuah jembatan. retak. Karena dia adalah sedikit di antara penduduk kampung Mendesak, sesegera mungkin. ngan jembatan itu. Fondasinya yang terbenam di air terlihat mengusulkan pada kepala kampung agar jembatan itu Seluruh warga dikumpulkan di balai kampung. Semua orang yang memiliki pengetahuan tentang konstruksi, dia bergegas ”Masalahnya, tidak murah memperbaiki sebuah jembatan. retak. Karena dia adalah sedikit di antara penduduk kampung Mendesak, sesegera mungkin. mengusulkan pada kepala kampung agar jembatan itu direnovasi. Seluruh warga dikumpulkan di balai kampung. Semua orang yang memiliki pengetahuan tentang konstruksi, diadirenovasi. bergegas retak. Karena dia adalah sedikit di antara penduduk kampung ”Masalahnya, tidak murah memperbaiki sebuah jembatan. Mendesak, sesegera mungkin. mengusulkan pada kepala kampung agar jembatan itu direnovasi. yang memiliki pengetahuan tentang konstruksi, dia bergegas Seluruh warga dikumpulkan di balai kampung. Semua orang retak. Karena dia adalah sedikit di antara penduduk kampung ”Masalahnya, tidak murah memperbaiki sebuah jembatan. Mendesak, sesegera mungkin. mengusulkan pada kepala kampung agar jembatan itu direnovasi. Seluruh warga dikumpulkan di balai kampung. Semua orang yang memiliki pengetahuan tentang konstruksi, dia bergegas ”Masalahnya, tidak murah memperbaiki sebuah jembatan. retak. Karena dia adalah sedikit di antara penduduk kampung Mendesak, sesegera mungkin. mengusulkan pada kepala kampung agar jembatan itu direnovasi. Seluruh warga dikumpulkan di balai kampung. Semua orang yang memiliki pengetahuan tentang konstruksi, dia bergegas ”Masalahnya, tidak murah memperbaiki sebuah jembatan. retak. Karena dia adalah sedikit di antara penduduk kampung Mendesak, sesegera mungkin. diminta pendapatnya. Demokrasi. Pertanyaannya adalah apakah mengusulkan pada kepala kampung agar jembatan itu direnovasi. Seluruh warga dikumpulkan di balai kampung. Semua orang yang memiliki pengetahuan tentang konstruksi, dia bergegas ”Masalahnya, tidak murah memperbaiki sebuah jembatan. Mendesak, sesegera mungkin. diminta pendapatnya. Demokrasi. Pertanyaannya adalah apakah mengusulkan pada kepala kampung agar jembatan itu direnovasi. yang memiliki pengetahuan tentang konstruksi, dia bergegas Seluruh warga dikumpulkan di balai kampung. Semua orang ”Masalahnya, tidak murah memperbaiki sebuah jembatan. mengusulkan pada kepala kampung agar jembatan itu direnovasi. Mendesak, sesegera mungkin. diminta pendapatnya. Demokrasi. Pertanyaannya adalah apakah yang memiliki pengetahuan tentang konstruksi, dia bergegas Seluruh warga dikumpulkan di balai kampung. Semua orang ”Masalahnya, tidak murah memperbaiki sebuah jembatan. Mendesak, sesegera mungkin. diminta pendapatnya. Demokrasi. Pertanyaannya adalah apakah mengusulkan pada kepala kampung agar jembatan itu direnovasi. Seluruh warga dikumpulkan di balai kampung. Semua orang yang memiliki pengetahuan tentang konstruksi, dia bergegas ”Masalahnya, tidak murah memperbaiki sebuah jembatan. Mendesak, sesegera mungkin. diminta pendapatnya. Demokrasi. Pertanyaannya adalah apakah mengusulkan pada kepala kampung agar jembatan itu direnovasi. Seluruh warga dikumpulkan di balai kampung. Semua orang yang memiliki pengetahuan tentang konstruksi, dia bergegas ”Masalahnya, tidak murah memperbaiki sebuah jembatan. mereka segera memperbaiki jembatan itu dengan menggunakan Mendesak, sesegera mungkin. diminta pendapatnya. Demokrasi. Pertanyaannya adalah apakah mengusulkan pada kepala kampung agar jembatan itu direnovasi. Seluruh warga dikumpulkan di balai kampung. Semua orang ”Masalahnya, tidak murah memperbaiki sebuah jembatan. mereka segera memperbaiki jembatan itu dengan menggunakan Mendesak, sesegera mungkin. mengusulkan pada kepala kampung agar jembatan itu direnovasi. diminta pendapatnya. Demokrasi. Pertanyaannya adalah apakah Seluruh warga dikumpulkan di balai kampung. Semua orang Mendesak, sesegera mungkin. ”Masalahnya, tidak murah memperbaiki sebuah jembatan. mereka segera memperbaiki jembatan itu dengan menggunakan mengusulkan pada kepala kampung agar jembatan itu direnovasi. diminta pendapatnya. Demokrasi. Pertanyaannya adalah apakah Seluruh warga dikumpulkan di balai kampung. Semua orang ”Masalahnya, tidak murah memperbaiki sebuah jembatan. mereka segera memperbaiki jembatan itu dengan menggunakan Mendesak, sesegera mungkin. diminta pendapatnya. Demokrasi. Pertanyaannya adalah apakah mengusulkan pada kepala kampung agar jembatan itu direnovasi. Seluruh warga dikumpulkan di balai kampung. Semua orang ”Masalahnya, tidak murah memperbaiki sebuah jembatan. mereka segera memperbaiki jembatan itu dengan menggunakan Mendesak, sesegera mungkin. diminta pendapatnya. Demokrasi. Pertanyaannya adalah apakah mengusulkan pada kepala kampung agar jembatan itu direnovasi. Seluruh warga dikumpulkan di balai kampung. Semua orang iuran warga atau menunggu pemerintah pusat yang entah kapan ”Masalahnya, tidak murah memperbaiki sebuah jembatan. mereka segera memperbaiki jembatan itu dengan menggunakan Mendesak, sesegera mungkin. diminta pendapatnya. Demokrasi. Pertanyaannya adalah apakah Seluruh warga dikumpulkan di balai kampung. Semua orang iuran warga atau menunggu pemerintah pusat yang entah kapan ”Masalahnya, tidak murah memperbaiki sebuah jembatan. Mendesak, sesegera mungkin. mereka segera memperbaiki jembatan itu dengan menggunakan ”Masalahnya, tidak murah memperbaiki sebuah jembatan. diminta pendapatnya. Demokrasi. Pertanyaannya adalah apakah Seluruh warga dikumpulkan di balai kampung. Semua orang iuran warga atau menunggu pemerintah pusat yang entah kapan Mendesak, sesegera mungkin. mereka segera memperbaiki jembatan itu dengan menggunakan diminta pendapatnya. Demokrasi. Pertanyaannya adalah apakah Seluruh warga dikumpulkan di balai kampung. Semua orang iuran warga atau menunggu pemerintah pusat yang entah kapan ”Masalahnya, tidak murah memperbaiki sebuah jembatan. mereka segera memperbaiki jembatan itu dengan menggunakan Mendesak, sesegera mungkin. diminta pendapatnya. Demokrasi. Pertanyaannya adalah apakah Seluruh warga dikumpulkan di balai kampung. Semua orang iuran warga atau menunggu pemerintah pusat yang entah kapan ”Masalahnya, tidak murah memperbaiki sebuah jembatan. mereka segera memperbaiki jembatan itu dengan menggunakan Mendesak, sesegera mungkin. diminta pendapatnya. Demokrasi. Pertanyaannya adalah apakah baru bisa memperbaikinya. Itu pendekatan mengambil kepu­ Seluruh warga dikumpulkan di balai kampung. Semua orang iuran warga atau menunggu pemerintah pusat yang entah kapan ”Masalahnya, tidak murah memperbaiki sebuah jembatan. mereka segera memperbaiki jembatan itu dengan menggunakan diminta pendapatnya. Demokrasi. Pertanyaannya adalah apakah baru bisa memperbaikinya. Itu pendekatan mengambil kepu­ Seluruh warga dikumpulkan di balai kampung. Semua orang ”Masalahnya, tidak murah memperbaiki sebuah jembatan. iuran warga atau menunggu pemerintah pusat yang entah kapan Seluruh warga dikumpulkan di balai kampung. Semua orang mereka segera memperbaiki jembatan itu dengan menggunakan diminta pendapatnya. Demokrasi. Pertanyaannya adalah apakah baru bisa memperbaikinya. Itu pendekatan mengambil kepu­ ”Masalahnya, tidak murah memperbaiki sebuah jembatan. iuran warga atau menunggu pemerintah pusat yang entah kapan mereka segera memperbaiki jembatan itu dengan menggunakan diminta pendapatnya. Demokrasi. Pertanyaannya adalah apakah baru bisa memperbaikinya. Itu pendekatan mengambil kepu­ Seluruh warga dikumpulkan di balai kampung. Semua orang iuran warga atau menunggu pemerintah pusat yang entah kapan ”Masalahnya, tidak murah memperbaiki sebuah jembatan. mereka segera memperbaiki jembatan itu dengan menggunakan diminta pendapatnya. Demokrasi. Pertanyaannya adalah apakah baru bisa memperbaikinya. Itu pendekatan mengambil kepu­ Seluruh warga dikumpulkan di balai kampung. Semua orang iuran warga atau menunggu pemerintah pusat yang entah kapan ”Masalahnya, tidak murah memperbaiki sebuah jembatan. mereka segera memperbaiki jembatan itu dengan menggunakan tusan yang fatal sekali, bukan? Meskipun seluruh dunia bilang diminta pendapatnya. Demokrasi. Pertanyaannya adalah apakah baru bisa memperbaikinya. Itu pendekatan mengambil kepu­ Seluruh warga dikumpulkan di balai kampung. Semua orang iuran warga atau menunggu pemerintah pusat yang entah kapan mereka segera memperbaiki jembatan itu dengan menggunakan tusan yang fatal sekali, bukan? Meskipun seluruh dunia bilang diminta pendapatnya. Demokrasi. Pertanyaannya adalah apakah Seluruh warga dikumpulkan di balai kampung. Semua orang baru bisa memperbaikinya. Itu pendekatan mengambil kepu­ diminta pendapatnya. Demokrasi. Pertanyaannya adalah apakah iuran warga atau menunggu pemerintah pusat yang entah kapan mereka segera memperbaiki jembatan itu dengan menggunakan tusan yang fatal sekali, bukan? Meskipun seluruh dunia bilang Seluruh warga dikumpulkan di balai kampung. Semua orang baru bisa memperbaikinya. Itu pendekatan mengambil kepu­ iuran warga atau menunggu pemerintah pusat yang entah kapan mereka segera memperbaiki jembatan itu dengan menggunakan tusan yang fatal sekali, bukan? Meskipun seluruh dunia bilang diminta pendapatnya. Demokrasi. Pertanyaannya adalah apakah baru bisa memperbaikinya. Itu pendekatan mengambil kepu­ Seluruh warga dikumpulkan di balai kampung. Semua orang iuran warga atau menunggu pemerintah pusat yang entah kapan mereka segera memperbaiki jembatan itu dengan menggunakan tusan yang fatal sekali, bukan? Meskipun seluruh dunia bilang diminta pendapatnya. Demokrasi. Pertanyaannya adalah apakah baru bisa memperbaikinya. Itu pendekatan mengambil kepu­ Seluruh warga dikumpulkan di balai kampung. Semua orang iuran warga atau menunggu pemerintah pusat yang entah kapan itu cara terbaik: demokrasi. mereka segera memperbaiki jembatan itu dengan menggunakan tusan yang fatal sekali, bukan? Meskipun seluruh dunia bilang diminta pendapatnya. Demokrasi. Pertanyaannya adalah apakah baru bisa memperbaikinya. Itu pendekatan mengambil kepu­ iuran warga atau menunggu pemerintah pusat yang entah kapan itu cara terbaik: demokrasi. mereka segera memperbaiki jembatan itu dengan menggunakan diminta pendapatnya. Demokrasi. Pertanyaannya adalah apakah tusan yang fatal sekali, bukan? Meskipun seluruh dunia bilang jembatan itu dengan menggunakan baru bisa memperbaikinya. Itu pendekatan mengambil kepu­ iuran warga atau menunggu pemerintah pusat yang entah kapan itu cara terbaik: demokrasi. diminta pendapatnya. Demokrasi. Pertanyaannya adalah apakah tusan yang fatal sekali, bukan? Meskipun seluruh dunia bilang baru bisa memperbaikinya. Itu pendekatan mengambil kepu­ iuran warga atau menunggu pemerintah pusat yang entah kapan itu cara terbaik: demokrasi. mereka segera memperbaiki jembatan itu dengan menggunakan tusan yang fatal sekali, bukan? Meskipun seluruh dunia bilang diminta pendapatnya. Demokrasi. Pertanyaannya adalah apakah baru bisa memperbaikinya. Itu pendekatan mengambil kepu­ iuran warga atau menunggu pemerintah pusat yang entah kapan itu cara terbaik: demokrasi. mereka segera memperbaiki jembatan itu dengan menggunakan tusan yang fatal sekali, bukan? Meskipun seluruh dunia bilang diminta pendapatnya. Demokrasi. Pertanyaannya adalah apakah baru bisa memperbaikinya. Itu pendekatan mengambil kepu­ ”Karena mereka tidak paham konstruksi sipil, mereka tidak iuran warga atau menunggu pemerintah pusat yang entah kapan itu cara terbaik: demokrasi. mereka segera memperbaiki jembatan itu dengan tusan yang fatal sekali, seluruh dunia bilang baru bisa memperbaikinya. ItuMeskipun pendekatan mengambil kepu­ ”Karena mereka tidakbukan? paham konstruksi sipil, mereka tidak pemerintah pusat yangmenggunakan entah kapan kapan itu cara terbaik: demokrasi. mereka segera memperbaiki jembatan itu dengan menggunakan iuran warga atau menunggu pemerintah pusat yang entah tusan yang fatal sekali, bukan? Meskipun seluruh dunia bilang baru bisa memperbaikinya. Itu pendekatan mengambil kepu­ ”Karena mereka tidak paham konstruksi sipil, mereka tidak mereka segera memperbaiki jembatan itu dengan menggunakan itu cara terbaik: demokrasi. tusan yang fatal sekali, bukan? Meskipun seluruh dunia bilang baru bisa memperbaikinya. Itu pendekatan mengambil kepu­ ”Karena mereka tidak paham konstruksi sipil, mereka tidak iuran warga atau menunggu pemerintah pusat yang entah kapan itu cara terbaik: demokrasi. mereka segera memperbaiki jembatan itu dengan menggunakan tusan yang fatal sekali, bukan? Meskipun seluruh dunia bilang baru bisa memperbaikinya. Itu pendekatan mengambil kepu­ ”Karena mereka tidak paham konstruksi sipil, mereka tidak iuran warga atau menunggu pemerintah pusat yang entah kapan itu cara terbaik: demokrasi. mereka segera memperbaiki jembatan itu dengan menggunakan tusan yang fatal sekali, bukan? Meskipun seluruh dunia bilang mengerti tentang standar keselamatan, maka mereka berdebat baru bisa memperbaikinya. Itu pendekatan mengambil kepu­ ”Karena mereka tidak paham konstruksi sipil, mereka tidak iuran warga atau menunggu pemerintah pusat yang entah kapan itu cara terbaik: demokrasi. tusan yang fatal sekali, bukan? Meskipun seluruh dunia bilang mengerti tentang standar keselamatan, maka mereka berdebat baru bisa memperbaikinya. Itu pendekatan mengambil kepu­ ”Karena mereka tidak paham konstruksi sipil, mereka tidak iuran warga atau menunggu pemerintah pusat yang entah kapan Itu pendekatan mengambil kepu­ itu cara terbaik: demokrasi. tusan yang fatal sekali, bukan? Meskipun seluruh dunia bilang mengerti tentang standar keselamatan, maka mereka berdebat iuran warga atau menunggu pemerintah pusat yang entah kapan ”Karena mereka tidak paham konstruksi sipil, mereka tidak itu cara terbaik: demokrasi. tusan yang fatal sekali, bukan? Meskipun seluruh dunia bilang mengerti tentang standar keselamatan, maka mereka berdebat baru bisa memperbaikinya. Itu pendekatan mengambil kepu­ ”Karena mereka tidak paham konstruksi sipil, mereka tidak iuran warga atau menunggu pemerintah pusat yang entah kapan itu cara terbaik: demokrasi. tusan yang fatal sekali, bukan? Meskipun seluruh dunia bilang mengerti tentang standar keselamatan, maka mereka berdebat baru bisa memperbaikinya. Itu pendekatan mengambil kepu­ ”Karena mereka tidak paham konstruksi sipil, mereka tidak iuran warga atau menunggu pemerintah pusat yang entah kapan itu cara terbaik: demokrasi. hanya setahu dan menurut perasaan saja. Dan lebih dari itu, tusan yang fatal sekali, bukan? Meskipun seluruh dunia bilang mengerti tentang standar keselamatan, maka mereka berdebat baru bisa memperbaikinya. Itu pendekatan mengambil kepu­ ”Karena mereka tidak paham konstruksi sipil, mereka tidak itu cara terbaik: demokrasi. hanya setahu dan menurut perasaan saja. Dan lebih dari itu, bukan? Meskipun seluruh dunia bilang mengerti tentang standar keselamatan, maka mereka berdebat baru bisa memperbaikinya. Itu pendekatan mengambil kepu­ tusan yang fatal sekali, bukan? Meskipun seluruh dunia bilang ”Karena mereka tidak paham konstruksi sipil, mereka tidak itu cara terbaik: demokrasi. hanya setahu dan menurut perasaan saja. Dan lebih dari itu, baru bisa memperbaikinya. Itu pendekatan mengambil kepu­ mengerti tentang standar keselamatan, maka mereka berdebat ”Karena mereka tidak paham konstruksi sipil, mereka tidak itu cara terbaik: demokrasi. hanya setahu dan menurut perasaan saja. Dan lebih dari itu, tusan yang fatal sekali, bukan? Meskipun seluruh dunia bilang mengerti tentang standar keselamatan, maka mereka berdebat baru bisa memperbaikinya. Itu pendekatan mengambil kepu­ ”Karena mereka tidak paham konstruksi sipil, mereka tidak itu cara terbaik: demokrasi. hanya setahu dan menurut perasaan saja. Dan lebih dari itu, tusan yang fatal sekali, bukan? Meskipun seluruh dunia bilang mengerti tentang standar keselamatan, maka mereka berdebat baru bisa memperbaikinya. Itu pendekatan mengambil kepu­ ”Karena mereka tidak paham konstruksi sipil, mereka tidak tidak banyak warga yang bersedia memberikan iuran perbaikan itu cara terbaik: demokrasi. hanya setahu dan menurut perasaan saja. Dan lebih dari itu, tusan yang fatal sekali, bukan? Meskipun seluruh dunia bilang mengerti tentang standar keselamatan, maka mereka berdebat ”Karena mereka tidak paham konstruksi sipil, mereka tidak tidak banyak warga yang bersedia memberikan iuran perbaikan hanya setahu dan menurut perasaan saja. Dan lebih dari itu, tusan yang fatal sekali, bukan? Meskipun seluruh dunia bilang itu cara terbaik: demokrasi. mengerti tentang standar keselamatan, maka mereka berdebat ”Karena mereka tidak paham konstruksi sipil, mereka tidak tidak banyak warga yang bersedia memberikan iuran perbaikan tusan yang fatal sekali, bukan? Meskipun seluruh dunia bilang hanya setahu dan menurut perasaan saja. Dan lebih dari itu, mengerti tentang standar keselamatan, maka mereka berdebat ”Karena mereka tidak paham konstruksi sipil, mereka tidak tidak banyak warga yang bersedia memberikan iuran perbaikan itu cara terbaik: demokrasi. hanya setahu dan menurut perasaan saja. Dan lebih dari itu, tusan yang fatal sekali, bukan? Meskipun seluruh dunia bilang mengerti tentang standar keselamatan, maka mereka berdebat ”Karena mereka tidak paham konstruksi sipil, mereka tidak tidak banyak warga yang bersedia memberikan iuran perbaikan itu cara terbaik: demokrasi. hanya setahu dan menurut perasaan saja. Dan lebih dari itu, tusan yang fatal sekali, bukan? Meskipun seluruh dunia bilang mengerti tentang standar keselamatan, maka mereka berdebat jembatan. Mereka berkepentingan atas implikasi keputusan ter­ ”Karena mereka tidak paham konstruksi sipil, mereka tidak tidak banyak warga yang bersedia bersedia memberikan iuran perbaikan itu cara terbaik: demokrasi. hanya setahu dan menurut perasaan saja. Dan lebih dari itu, mengerti tentang standar keselamatan, maka mereka berdebat jembatan. Mereka berkepentingan atas implikasi keputusan ter­ paham konstruksi sipil, mereka tidak tidak banyak warga yang memberikan iuran perbaikan itu cara terbaik: demokrasi. ”Karena mereka tidak paham konstruksi sipil, mereka tidak hanya setahu dan menurut perasaan saja. Dan lebih dari itu, mengerti tentang standar keselamatan, maka mereka berdebat jembatan. Mereka berkepentingan atas implikasi keputusan ter­ itu cara terbaik: demokrasi. tidak banyak warga yang bersedia memberikan iuran perbaikan hanya setahu dan menurut perasaan saja. Dan lebih dari itu, mengerti tentang standar keselamatan, maka mereka berdebat jembatan. Mereka berkepentingan atas implikasi keputusan ter­ ”Karena mereka tidak paham konstruksi sipil, mereka tidak tidak banyak warga yang bersedia memberikan iuran perbaikan itu cara terbaik: demokrasi. hanya setahu dan menurut perasaan saja. Dan lebih dari itu, mengerti tentang standar keselamatan, maka mereka berdebat jembatan. Mereka berkepentingan atas implikasi keputusan ter­ ”Karena mereka tidak paham konstruksi sipil, mereka tidak tidak banyak warga yang bersedia memberikan iuran perbaikan itu cara terbaik: demokrasi. hanya setahu dan menurut perasaan saja. Dan lebih dari itu, sebut, lebih baik uangnya untuk keperluan lain. Berdebat hingga mengerti tentang standar keselamatan, maka mereka berdebat jembatan. Mereka berkepentingan atas implikasi keputusan ter­ ”Karena mereka tidak paham konstruksi sipil, mereka tidak tidak banyak warga yang bersedia memberikan iuran perbaikan hanya setahu dan menurut perasaan saja. Dan lebih dari itu, jembatan. Mereka berkepentingan atas implikasi keputusan ter­ sebut, lebih baik uangnya untuk keperluan lain. Berdebat hingga keselamatan, maka mereka berdebat ”Karena mereka tidak paham konstruksi sipil, mereka tidak mengerti tentang standar keselamatan, maka mereka berdebat tidak banyak warga yang bersedia memberikan iuran perbaikan hanya setahu dan menurut perasaan saja. Dan lebih dari itu, sebut, lebih baik uangnya untuk keperluan lain. Berdebat hingga ”Karena mereka tidak paham konstruksi sipil, mereka tidak jembatan. Mereka berkepentingan atas implikasi keputusan ter­ tidak banyak warga yang bersedia memberikan iuran perbaikan hanya setahu dan menurut perasaan saja. Dan lebih dari itu, sebut, lebih baik uangnya untuk keperluan lain. Berdebat hingga mengerti tentang standar keselamatan, maka mereka berdebat jembatan. Mereka berkepentingan atas implikasi keputusan ter­ ”Karena mereka tidak paham konstruksi sipil, mereka tidak tidak banyak warga yang bersedia memberikan iuran perbaikan hanya setahu dan menurut perasaan saja. Dan lebih dari itu, sebut, lebih baik uangnya untuk keperluan lain. Berdebat hingga mengerti tentang standar keselamatan, maka mereka berdebat jembatan. Mereka berkepentingan atas implikasi keputusan ter­ ”Karena mereka tidak paham konstruksi sipil, mereka tidak tidak banyak warga yang bersedia memberikan iuran perbaikan malam, ketua kampung memutuskan mengambil keputusan de­ hanya setahu dan menurut perasaan saja. Dan lebih dari itu, sebut, lebih baik uangnya untuk keperluan lain. Berdebat hingga mengerti tentang standar keselamatan, maka mereka berdebat jembatan. Mereka berkepentingan atas implikasi keputusan ter­ tidak banyak warga yang bersedia memberikan iuran perbaikan sebut, lebih baik uangnya untuk keperluan lain. Berdebat hingga malam, ketua kampung memutuskan mengambil keputusan de­ hanya setahu dan menurut perasaan saja. Dan lebih dari itu, mengerti tentang standar keselamatan, maka mereka berdebat perasaan saja. Dan lebih dari itu, jembatan. Mereka berkepentingan atas implikasi keputusan ter­ tidak banyak warga yang bersedia memberikan iuran perbaikan malam, ketua kampung memutuskan mengambil keputusan de­ mengerti tentang standar keselamatan, maka mereka berdebat sebut, lebih baik uangnya untuk keperluan lain. Berdebat hingga jembatan. Mereka berkepentingan atas implikasi keputusan ter­ tidak banyak warga yangmemutuskan bersedia memberikan iuran perbaikan malam, ketua kampung mengambil keputusan de­ hanya setahu danuangnya menurut perasaan saja. Dan lebih dari itu, sebut, lebih baik untuk keperluan lain. Berdebat hingga mengerti tentang standar keselamatan, maka mereka berdebat



nang mutlak. Paluberlalu, diketukkan di meja. Perbaikan ditunda. Se­ ngan suara terbanyak. Bisadi ditebak hasilnya, suara menolak me­ berangkat sekolah ke kampung lain, jembatan itu tiba-tiba run­ sedang banyak-banyaknya di jembatan itu, anak-anak ”Tiga minggu suatu pagi yang cerah, saat warga lesai. nang mutlak. Palu diketukkan di meja. Perbaikan ditunda. Se­ berangkat sekolah ke kampung lain, jembatan itu tiba-tiba run­ ngan suara terbanyak. Bisa ditebak hasilnya, menolak me­ sedang banyak-banyaknya melintas di jembatan itu, anak-anak ”Tiga minggu berlalu, dimelintas suatu pagi yangsuara cerah, saat warga lesai. nang mutlak. Palu diketukkan di meja. Perbaikan ditunda. Se­ berangkat sekolah ke kampung lain, jembatan itu tiba-tiba run­ ngan suara terbanyak. Bisa ditebak hasilnya, suara menolak me­ sedang banyak-banyaknya melintas di jembatan itu, anak-anak lesai. ”Tiga minggu berlalu, suatu pagi yang cerah, saat warga nang mutlak. Palu diketukkan di meja. Perbaikan ditunda. Se­ berangkat sekolah ke kampung lain, jembatan itu tiba-tiba run­ ngan suara terbanyak. Bisadi ditebak hasilnya, suara menolak me­ sedang banyak-banyaknya melintas di jembatan itu, anak-anak yang cerah, saat warga lesai. tuh. Tiga mobil angkutan pedesaan langsung meluncur deras nang mutlak. Palu diketukkan di meja. Perbaikan ditunda. Se­ berangkat sekolah ke kampung lain, jembatan itu tiba-tiba run­ sedang banyak-banyaknya melintas di jembatan itu, anak-anak ”Tiga minggu berlalu, di suatu pagi yang cerah, saat warga lesai. nang mutlak. Palu diketukkan di meja. Perbaikan ditunda. Se­ tuh. Tiga mobil angkutan pedesaan langsung meluncur deras berangkat sekolah ke kampung lain, jembatan itu tiba-tiba run­ sedang banyak-banyaknya melintas di jembatan itu, anak-anak ”Tiga minggu berlalu, di suatu pagi yang cerah, saat warga lesai. tuh. Tiga mobil angkutan pedesaan langsung meluncur deras nang mutlak. Palu diketukkan di meja. Perbaikan ditunda. Se­ berangkat sekolah ke kampung lain, jembatan itu tiba-tiba run­ sedang banyak-banyaknya melintas di jembatan itu, anak-anak ”Tiga minggu berlalu, di suatu pagi yang cerah, saat warga lesai. tuh. Tiga mobil angkutan pedesaan langsung meluncur deras nang mutlak. Palu diketukkan di meja. Perbaikan ditunda. Se­ berangkat sekolah ke kampung lain, jembatan itu tiba-tiba run­ ”Tiga minggu berlalu, di suatu pagi yang cerah, saat warga sedang banyak-banyaknya melintas di jembatan itu, anak-anak lesai. tuh. Tiga mobil angkutan pedesaan langsung meluncur deras nang mutlak. Palu diketukkan di meja. Perbaikan ditunda. Se­ berangkat sekolah ke kampung lain, jembatan itu tiba-tiba run­ jembatan itu, anak-anak ”Tiga minggu berlalu, di suatu pagi yang cerah, saat warga bersama kepingan beton. Lima belas anak meninggal ditelan su­ lesai. tuh. Tiga mobil angkutan pedesaan langsung meluncur deras berangkat sekolah ke kampung lain, jembatan itu tiba-tiba run­ sedang banyak-banyaknya melintas di jembatan itu, anak-anak ”Tiga minggu berlalu, dimelintas suatu pagi yang cerah, saat warga lesai. bersama kepingan beton. Lima belas anak meninggal ditelan su­ tuh. Tiga mobil angkutan pedesaan langsung meluncur deras berangkat sekolah ke kampung lain, jembatan itu tiba-tiba run­ sedang banyak-banyaknya di jembatan itu, anak-anak ”Tiga minggu berlalu, di suatu pagi yang cerah, saat warga bersama kepingan beton. Lima belas anak meninggal ditelan su­ lesai. tuh. Tiga mobil angkutan pedesaan langsung meluncur deras berangkat sekolah ke kampung lain, jembatan itu tiba-tiba run­ sedang banyak-banyaknya melintas di jembatan itu, anak-anak ”Tiga minggu berlalu, di suatu pagi yang cerah, saat warga bersama kepingan beton. Lima belas anak meninggal ditelan su­ lesai. tuh. Tiga mobil angkutan pedesaan langsung meluncur deras sedang banyak-banyaknya melintas di jembatan itu, anak-anak berangkat sekolah ke kampung lain, jembatan itu tiba-tiba run­ ”Tiga minggu berlalu, di suatu pagi yang cerah, saat warga bersama kepingan beton. Lima belas anak meninggal ditelan su­ lesai. tuh. Tiga mobil angkutan pedesaan langsung meluncur deras berangkat sekolah ke kampung lain, jembatan itu tiba-tiba run­ sedang banyak-banyaknya melintas di jembatan itu, anak-anak batu, terjepit. Lima anak lainnya meninggal saat ngai, tertimpa ”Tiga minggu berlalu, di suatu pagi yang cerah, saat warga bersama kepingan beton. Lima belas anak meninggal ditelan su­ tuh. Tiga mobil angkutan pedesaan langsung meluncur deras berangkat sekolah ke kampung lain, jembatan itu tiba-tiba run­ sedang banyak-banyaknya melintas di jembatan itu, anak-anak ”Tiga minggu berlalu, di suatu pagi yang cerah, saat warga batu, terjepit. Lima anak lainnya meninggal saat ngai, tertimpa bersama kepingan beton. Lima belas anak meninggal ditelan su­ tuh. Tiga mobil angkutan pedesaan langsung meluncur deras berangkat sekolah ke kampung lain, jembatan itu tiba-tiba run­ sedang banyak-banyaknya melintas di jembatan itu, anak-anak berlalu, di suatu pagi yang cerah, saat warga ”Tiga minggu batu, terjepit. Lima anak lainnya meninggal saat ngai, tertimpa bersama kepingan beton. Lima belas anak meninggal ditelan su­ tuh. Tiga mobil angkutan pedesaan langsung meluncur deras berangkat sekolah ke kampung lain, jembatan itu tiba-tiba run­ sedang banyak-banyaknya melintas di jembatan itu, anak-anak batu, terjepit. Lima anak lainnya meninggal saat ngai, tertimpa ”Tiga minggu berlalu, di suatu pagi yang cerah, saat warga bersama kepingan beton. Lima belas anak meninggal ditelan su­ berangkat sekolah ke kampung lain, jembatan itu tiba-tiba run­ tuh. Tiga mobil angkutan pedesaan langsung meluncur deras sedang banyak-banyaknya melintas di jembatan itu, anak-anak batu, terjepit. Lima anak lainnya meninggal saat ngai, tertimpa ”Tiga minggu berlalu, di suatu pagi yang cerah, saat warga bersama kepingan beton. Lima belas anak meninggal ditelan su­ tuh. Tiga mobil angkutan pedesaan langsung meluncur deras berangkat sekolah ke kampung lain, jembatan itu tiba-tiba run­ dibawa ke rumah sakit terdekat. Benar-benar harga mahal yang sedang banyak-banyaknya melintas di jembatan itu, anak-anak batu, terjepit. Lima anak lainnya meninggal saat ngai, tertimpa bersama kepingan beton. Lima belas anak meninggal ditelan su­ tuh. Tiga mobil angkutan pedesaan langsung meluncur deras berangkat sekolah ke kampung lain, jembatan itu tiba-tiba run­ sedang banyak-banyaknya melintas di jembatan itu, anak-anak dibawa ke rumah sakit terdekat. Benar-benar harga mahal yang batu, terjepit. Lima anak lainnya meninggal saat ngai, tertimpa bersama kepingan beton. Lima belas anak meninggal ditelan su­ tuh. Tiga mobil angkutan pedesaan langsung meluncur deras berangkat sekolah ke kampung lain, jembatan itu tiba-tiba run­ sedang banyak-banyaknya melintas di jembatan itu, anak-anak dibawa ke rumah sakit terdekat. Benar-benar harga mahal yang batu, terjepit. Lima anak lainnya meninggal saat ngai, tertimpa bersama kepingan beton. Lima belas anak meninggal ditelan su­ tuh. Tiga mobil angkutan pedesaan langsung meluncur deras berangkat sekolah ke kampung lain, jembatan itu tiba-tiba run­ dibawa ke rumah sakit terdekat. Benar-benar harga mahal yang sedang banyak-banyaknya melintas di jembatan itu, anak-anak batu, terjepit. Lima anak lainnya meninggal saat ngai, tertimpa tuh. Tiga mobil angkutan pedesaan langsung meluncur deras bersama kepingan beton. Lima belas anak meninggal ditelan su­ berangkat sekolah ke kampung lain, jembatan itu tiba-tiba run­ dibawa ke rumah sakit terdekat. Benar-benar harga mahal yang sedang banyak-banyaknya melintas di jembatan itu, anak-anak batu, terjepit. Lima anak lainnya meninggal saat ngai, tertimpa bersama kepingan beton. Lima belas anak meninggal ditelan su­ tuh. Tiga mobil angkutan pedesaan langsung meluncur deras harus dibayar dengan ’ s uara terbanyak’ , bukan?” berangkat sekolah ke kampung lain, jembatan itu tiba-tiba run­ dibawa ke rumah sakit terdekat. Benar-benar harga mahal yang batu, terjepit. Lima anak lainnya meninggal saat ngai, tertimpa bersama kepingan beton. Lima belas anak meninggal ditelan su­ tuh. Tiga mobil angkutan pedesaan langsung meluncur deras berangkat sekolah ke kampung lain, jembatan itu tiba-tiba run­ harus dibayar dengan ’ s uara terbanyak’ , bukan?” dibawa ke rumah sakit terdekat. Benar-benar harga mahal yang batu, terjepit. Lima anak lainnya meninggal saat ngai, tertimpa bersama kepingan beton. Lima belas anak meninggal ditelan su­ tuh. Tiga mobil angkutan pedesaan langsung meluncur deras berangkat sekolah ke kampung lain, jembatan itu tiba-tiba run­ harus dibayar dengan ’ s uara terbanyak’ , bukan?” dibawa ke rumah sakit terdekat. Benar-benar harga mahal yang batu, terjepit. Lima anak lainnya meninggal saat ngai, tertimpa bersama kepingan beton. Lima belas anak meninggal ditelan su­ tuh. Tiga mobil angkutan pedesaan langsung meluncur deras harus dibayar dengan ’ s uara terbanyak’ , bukan?” berangkat sekolah ke kampung lain, jembatan itu tiba-tiba run­ dibawa ke rumah sakit terdekat. Benar-benar harga mahal yang bersama kepingan beton. Lima belas anak meninggal ditelan su­ batu, terjepit. Lima anak lainnya meninggal saat ngai, tertimpa tuh. Tiga mobil angkutan pedesaan langsung meluncur deras harus dibayar dengan ’ s uara terbanyak’ , bukan?” berangkat sekolah ke kampung lain, jembatan itu tiba-tiba run­ dibawa ke rumah sakit terdekat. Benar-benar harga mahal yang batu, terjepit. Lima anak lainnya meninggal saat ngai, tertimpa bersama kepingan beton. Lima belas anak meninggal ditelan su­ Aku menghela napas, diam sejenak, menatap gadis wartawan tuh. Tiga mobil angkutan pedesaan langsung meluncur deras harus dibayar dengan ’ s uara terbanyak’ , bukan?” dibawa ke rumah sakit terdekat. Benar-benar harga mahal yang batu, terjepit. Lima anak lainnya meninggal saat ngai, tertimpa bersama kepingan beton. Lima belas anak meninggal ditelan su­ tuh. Tiga mobil angkutan pedesaan langsung meluncur deras Aku menghela napas, diam sejenak, menatap gadis wartawan harus dibayar dengan ’ s uara terbanyak’ , bukan?” dibawa ke rumah sakit terdekat. Benar-benar harga mahal yang batu, terjepit. Lima anak lainnya meninggal saat ngai, tertimpa tuh. Tiga mobil angkutan pedesaan langsung meluncur deras bersama kepingan beton. Lima belas anak meninggal ditelan su­ Aku menghela napas, diam sejenak, menatap gadis wartawan harus dibayar dengan ’ s uara terbanyak’ , bukan?” dibawa ke rumah sakit terdekat. Benar-benar harga mahal yang batu, terjepit. Lima anak lainnya meninggal saat ngai, tertimpa bersama kepingan beton. Lima belas anak meninggal ditelan su­ Aku menghela napas, diam sejenak, menatap gadis wartawan tuh. Tiga mobil angkutan pedesaan langsung meluncur deras harus dibayar dengan ’ s uara terbanyak’ , bukan?” dibawa ke rumah sakit terdekat. Benar-benar harga mahal yang batu, terjepit. Lima anak lainnya meninggal saat ngai, tertimpa bersama kepingan beton. Lima belas anak meninggal ditelan su­ Aku menghela napas, diam sejenak, menatap gadis wartawan tuh. Tiga mobil angkutan pedesaan langsung meluncur deras harus dibayar dengan ’ s uara terbanyak’ , bukan?” dibawa ke rumah sakit terdekat. Benar-benar harga mahal yang batu, terjepit. Lima anak lainnya meninggal saat ngai, tertimpa yang juga diam sejenak. Jemari tangannya yang sejak tadi sibuk bersama kepingan beton. Lima belas anak meninggal ditelan su­ Aku menghela napas, diam sejenak, menatap gadis wartawan harus dibayar dengan ’ s uara terbanyak’ , bukan?” dibawa ke rumah sakit terdekat. Benar-benar harga mahal yang batu, terjepit. Lima anak lainnya meninggal saat ngai, tertimpa bersama kepingan beton. Lima belas anak meninggal ditelan su­ yang juga diam sejenak. Jemari tangannya yang sejak tadi sibuk Aku menghela napas, diam sejenak, menatap gadis wartawan harus dibayar dengan ’ s uara terbanyak’ , bukan?” dibawa ke rumah sakit terdekat. Benar-benar harga mahal yang bersama kepingan beton. Lima belas anak meninggal ditelan su­ batu, terjepit. Lima anak lainnya meninggal saat ngai, tertimpa yang juga diam sejenak. Jemari tangannya yang sejak tadi sibuk Aku menghela napas, diam sejenak, menatap gadis wartawan harus dibayar dengan ’ s uara terbanyak’ , bukan?” dibawa ke rumah sakit terdekat. Benar-benar harga mahal yang batu, terjepit. Lima anak lainnya meninggal saat ngai, tertimpa yang juga diam sejenak. Jemari tangannya yang sejak tadi sibuk bersama kepingan beton. Lima belas anak meninggal ditelan su­ Aku menghela napas, diam sejenak, menatap gadis wartawan harus dibayar dengan ’ s uara terbanyak’ , bukan?” dibawa ke rumah sakit terdekat. Benar-benar harga mahal yang batu, terjepit. Lima anak lainnya meninggal saat ngai, tertimpa yang juga diam sejenak. Jemari tangannya yang sejak tadi sibuk bersama kepingan beton. Lima belas anak meninggal ditelan su­ Aku menghela napas, diam sejenak, menatap gadis wartawan harus dibayar dengan ’ s uara terbanyak’ , bukan?” dibawa ke rumah sakit terdekat. Benar-benar harga mahal yang mencoret-coret berhenti. batu, terjepit. Lima anak lainnya meninggal saat ngai, tertimpa yang juga diam sejenak. Jemari tangannya yang sejak tadi sibuk Aku menghela napas, diam sejenak, menatap gadis wartawan harus dibayar dengan ’ s uara terbanyak’ , bukan?” dibawa ke rumah sakit terdekat. Benar-benar harga mahal yang batu, terjepit. Lima anak lainnya meninggal saat ngai, tertimpa mencoret-coret berhenti. yang juga diam sejenak. Jemari tangannya yangharga sejak tadi sibuk Aku menghela napas, diam sejenak, gadis wartawan harus dibayar dengan ’’ssuara terbanyak’ ,, menatap bukan?” batu, terjepit. Lima anak lainnya meninggal saat ngai, tertimpa dibawa ke rumah sakit terdekat. Benar-benar mahal yang mencoret-coret berhenti. yang juga diam sejenak. Jemari tangannya yang sejak tadi sibuk Aku menghela napas, diam sejenak, menatap gadis wartawan harus dibayar dengan uara terbanyak’ bukan?” dibawa ke rumah sakit terdekat. Benar-benar harga mahal yang mencoret-coret berhenti. batu, terjepit. Lima anak lainnya meninggal saat ngai, tertimpa yang juga diam sejenak. Jemari tangannya yang sejak tadi sibuk Aku menghela napas, diam sejenak, menatap gadis wartawan harus dibayar dengan ’ssuara terbanyak’ ,, menatap bukan?” dibawa ke rumah sakit terdekat. Benar-benar harga mahal yang mencoret-coret berhenti. batu, terjepit. Lima anak lainnya meninggal saat ngai, tertimpa yang juga sejenak. Jemari tangannya yang sejak tadi sibuk Aku menghela napas, diam sejenak, gadis wartawan harus dibayar dengan terbanyak’ bukan?” ”Apakah demokrasi terbaik yang diberikan Tuhan? Di­ dibawa ke rumah sakit terdekat. Benar-benar harga mahal yang mencoret-coret berhenti. yang juga diam sejenak. Jemari tangannya yang sejak tadi sibuk Aku menghela napas, diam sejenak, gadis wartawan harus dibayar dengan ssuara uara terbanyak’ ,, menatap bukan?” dibawa ke diam rumah sakit’’’sistem terdekat. Benar-benar harga mahal yang ”Apakah demokrasi sistem terbaik yang diberikan Tuhan? Di­ mencoret-coret berhenti. yang juga diam sejenak. Jemari tangannya yang sejak tadi sibuk Aku menghela napas, diam sejenak, menatap gadis wartawan dibawa ke rumah sakit terdekat. Benar-benar harga mahal yang harus dibayar dengan uara terbanyak’ bukan?” ”Apakah demokrasi sistem terbaik yang diberikan Tuhan? Di­ mencoret-coret berhenti. yang juga diam sejenak. Jemari tangannya yang sejak tadi sibuk Aku menghela napas, diam sejenak, menatap gadis wartawan harus dibayar dengan ’ s uara terbanyak’ , bukan?” ”Apakah demokrasi sistem terbaik yang diberikan Tuhan? Di­ dibawa ke rumah sakit terdekat. Benar-benar harga mahal yang mencoret-coret berhenti. yang juga diam sejenak. Jemari tangannya yang sejak tadi sibuk Aku menghela napas, diam sejenak, menatap gadis wartawan harus dibayar dengan ’ s uara terbanyak’ , bukan?” ”Apakah demokrasi sistem terbaik yang diberikan Tuhan? Di­ dibawa ke rumah sakit terdekat. Benar-benar harga mahal yang mencoret-coret berhenti. yang juga diam sejenak. Jemari tangannya yang sejak tadi sibuk Aku menghela napas, diam sejenak, menatap gadis wartawan dalam kitab suci? Jelas tidak. Demokrasi ada­ firmankan Tuhan harus dibayar dengan ’ s uara terbanyak’ , bukan?” ”Apakah demokrasi sistem terbaik yang diberikan Tuhan? Di­ mencoret-coret berhenti. yang juga diam sejenak. Jemari tangannya yang sejak tadi sibuk Aku menghela napas, diam sejenak, menatap gadis wartawan harus uara terbanyak’ , bukan?” dalam kitab suci? Jelas tidak. Demokrasi ada­ firmankan Tuhan ”Apakah demokrasi sistem terbaik yang diberikan Tuhan? Di­ mencoret-coret berhenti. dibayar dengan ’ s uara terbanyak’ , bukan?” yang juga diam sejenak. Jemari tangannya yang sejak tadi sibuk Aku menghela napas, diam sejenak, menatap gadis wartawan dalam kitab suci? Jelas tidak. Demokrasi ada­ firmankan Tuhan ”Apakah demokrasi sistem terbaik yang diberikan Tuhan? Di­ mencoret-coret berhenti. yang juga diam sejenak. Jemari tangannya yang sejak tadi sibuk Aku menghela napas, diam sejenak, menatap gadis wartawan dalam kitab suci? Jelas tidak. Demokrasi ada­ firmankan Tuhan harus dibayar dengan ’ s uara terbanyak’ , bukan?” ”Apakah demokrasi sistem terbaik yang diberikan Tuhan? Di­ mencoret-coret berhenti. yang juga diam sejenak. Jemari tangannya yang sejak tadi sibuk Aku menghela napas, diam sejenak, menatap gadis wartawan dalam kitab suci? Jelas tidak. Demokrasi ada­ firmankan Tuhan harus dibayar dengan ’ s uara terbanyak’ , bukan?” ”Apakah demokrasi sistem terbaik yang diberikan Tuhan? Di­ mencoret-coret berhenti. yang juga diam sejenak. Jemari tangannya yang sejak tadi sibuk manusia. Dalam catatan sejarah, sistem otoriter lah hasil ciptaan Aku menghela napas, diam sejenak, menatap gadis wartawan dalam kitab suci? Jelas tidak. Demokrasi ada­ firmankan Tuhan ”Apakah demokrasi sistem terbaik yang diberikan Tuhan? Di­ mencoret-coret berhenti. yang juga diam sejenak. Jemari tangannya yang sejak tadi sibuk napas, diam sejenak, menatap gadis wartawan manusia. Dalam catatan sejarah, sistem otoriter lah hasil ciptaan dalam kitab suci? Jelas tidak. Demokrasi ada­ firmankan Tuhan ”Apakah demokrasi sistem terbaik yang diberikan Tuhan? Di­ Aku menghela napas, diam sejenak, menatap gadis wartawan mencoret-coret berhenti. yang juga diam sejenak. Jemari tangannya yang sejak tadi sibuk manusia. Dalam catatan sejarah, sistem otoriter lah hasil ciptaan dalam kitab suci? Jelas tidak. Demokrasi ada­ firmankan Tuhan ”Apakah demokrasi sistem terbaik yang diberikan Tuhan? Di­ mencoret-coret berhenti. yang juga diam sejenak. Jemari tangannya yang sejak tadi sibuk manusia. Dalam catatan sejarah, sistem otoriter lah hasil ciptaan Aku menghela napas, diam sejenak, menatap gadis wartawan dalam kitab suci? Jelas tidak. Demokrasi ada­ firmankan Tuhan ”Apakah demokrasi sistem terbaik yang diberikan Tuhan? Di­ mencoret-coret berhenti. yang juga diam sejenak. Jemari tangannya yang sejak tadi sibuk manusia. Dalam catatan sejarah, sistem otoriter lah hasil ciptaan Aku menghela napas, diam sejenak, menatap gadis wartawan dalam kitab suci? Jelas tidak. Demokrasi ada­ firmankan Tuhan ”Apakah demokrasi sistem terbaik yang diberikan Tuhan? Di­ mencoret-coret berhenti. absolut juga bisa memberikan kesejahteraan lebih baik. Tuhan yang juga diam sejenak. Jemari tangannya yang sejak tadi sibuk manusia. Dalam catatan sejarah, sistem otoriter lah hasil ciptaan dalam kitab suci? Jelas tidak. Demokrasi ada­ firmankan Tuhan ”Apakah demokrasi sistem terbaik yang diberikan Tuhan? Di­ mencoret-coret berhenti. yang sejenak. Jemari tangannya yang sejak tadi sibuk absolut juga bisa memberikan kesejahteraan lebih baik. Tuhan manusia. Dalam catatan sejarah, sistem otoriter lah hasil ciptaan dalam kitab suci? Jelas tidak. Demokrasi ada­ firmankan Tuhan juga diam sejenak. Jemari tangannya yang sejak tadi sibuk ”Apakah demokrasi sistem terbaik yang diberikan Tuhan? Di­ mencoret-coret berhenti. absolut juga bisa memberikan kesejahteraan lebih baik. Tuhan manusia. Dalam catatan sejarah, sistem otoriter lah hasil ciptaan dalam kitab suci? Jelas tidak. Demokrasi ada­ firmankan Tuhan ”Apakah demokrasi sistem terbaik yangtidak. diberikan Tuhan? Di­ mencoret-coret berhenti. absolut juga bisa memberikan kesejahteraan lebih baik. Tuhan yang juga diam sejenak. Jemari tangannya yang sejak tadi sibuk manusia. Dalam catatan sejarah, sistem otoriter lah hasil ciptaan dalam kitab suci? Jelas Demokrasi ada­ firmankan Tuhan ”Apakah demokrasi sistem terbaik yang diberikan Tuhan? Di­ mencoret-coret berhenti. absolut juga bisa memberikan kesejahteraan lebih baik. Tuhan yang juga diam sejenak. Jemari tangannya yang sejak tadi sibuk manusia. Dalam catatan sejarah, sistem otoriter lah hasil ciptaan dalam kitab suci? Jelas tidak. Demokrasi ada­ firmankan Tuhan ”Apakah demokrasi sistem terbaik yang diberikan Tuhan? Di­ hanya memerintahkan kita memberikan sebuah urusan kepada mencoret-coret berhenti. absolut juga bisa memberikan kesejahteraan lebih baik. Tuhan manusia. Dalam catatan sejarah, sistem otoriter lah hasil ciptaan dalam kitab suci? Jelas tidak. Demokrasi ada­ firmankan Tuhan ”Apakah demokrasi sistem terbaik yang diberikan Tuhan? Di­ mencoret-coret berhenti. hanya memerintahkan kita memberikan sebuah urusan kepada absolut juga bisa memberikan kesejahteraan lebih baik. Tuhan manusia. Dalam catatan sejarah, sistem otoriter lah hasil ciptaan berhenti. dalam kitab suci? Jelas tidak. Demokrasi ada­ firmankan Tuhan ”Apakah demokrasi sistem terbaik yang diberikan Tuhan? Di­ hanya memerintahkan kita memberikan sebuah urusan kepada absolut juga bisa memberikan kesejahteraan lebih baik. Tuhan manusia. Dalam catatan sejarah, sistem otoriter lah hasil ciptaan dalam kitab suci? Jelas tidak. Demokrasi ada­ firmankan Tuhan ”Apakah demokrasi sistem terbaik yang diberikan Tuhan? Di­ hanya memerintahkan kita memberikan sebuah urusan kepada mencoret-coret berhenti. absolut juga bisa memberikan kesejahteraan lebih baik. Tuhan manusia. Dalam catatan sejarah, sistem otoriter lah hasil ciptaan dalam kitab suci? Jelas tidak. Demokrasi ada­ firmankan Tuhan ”Apakah demokrasi sistem terbaik yang diberikan Tuhan? Di­ hanya memerintahkan kita memberikan sebuah urusan kepada mencoret-coret berhenti. absolut juga bisa memberikan kesejahteraan lebih baik. Tuhan manusia. Dalam catatan sejarah, sistem otoriter lah hasil ciptaan dalam kitab suci? Jelas tidak. Demokrasi ada­ firmankan Tuhan ahlinya. Silakan cek banyak kitab suci. Hanya itu. Tidak ada ”Apakah demokrasi sistem terbaik yang diberikan Tuhan? Di­ hanya memerintahkan kita memberikan sebuah urusan kepada absolut juga bisa memberikan kesejahteraan lebih baik. Tuhan manusia. Dalam catatan sejarah, sistem otoriter lah hasil ciptaan dalam kitab suci? Jelas tidak. Demokrasi ada­ firmankan Tuhan sistem terbaik yang diberikan Tuhan? Di­ ahlinya. Silakan cek banyak kitab suci. Hanya itu. Tidak ada hanya memerintahkan kita memberikan sebuah urusan kepada absolut juga bisa memberikan kesejahteraan lebih baik. Tuhan ”Apakah demokrasi sistem terbaik yang diberikan Tuhan? Di­ manusia. Dalam catatan sejarah, sistem otoriter lah hasil ciptaan dalam kitab suci? Jelas tidak. Demokrasi ada­ firmankan Tuhan ahlinya. Silakan cek banyak kitab suci. Hanya itu. Tidak ada hanya memerintahkan kita memberikan sebuah urusan kepada absolut juga bisa memberikan kesejahteraan lebih baik. Tuhan manusia. Dalam catatan sejarah, sistem otoriter lah hasil ciptaan dalam kitab suci? Jelas tidak. Demokrasi ada­ firmankan Tuhan ahlinya. Silakan cek banyak kitab suci. Hanya itu. Tidak ada ”Apakah demokrasi sistem terbaik yang diberikan Tuhan? Di­ hanya memerintahkan kita memberikan sebuah urusan kepada absolut juga bisa memberikan kesejahteraan lebih baik. Tuhan manusia. Dalam catatan sejarah, sistem otoriter lah hasil ciptaan dalam kitab suci? Jelas tidak. Demokrasi ada­ firmankan Tuhan ahlinya. Silakan cek banyak kitab suci. Hanya itu. Tidak ada ”Apakah demokrasi sistem terbaik yang diberikan Tuhan? Di­ hanya memerintahkan kita memberikan sebuah urusan kepada absolut juga bisa memberikan kesejahteraan lebih baik. Tuhan manusia. Dalam catatan sejarah, sistem otoriter lah hasil ciptaan model pemerintahan apalagi demokrasi dalam ajaran kitab suci. dalam kitab suci? Jelas tidak. Demokrasi ada­ firmankan Tuhan ahlinya. Silakan cek banyak kitab suci. Hanya itu. Tidak ada hanya memerintahkan kita memberikan sebuah urusan kepada absolut juga bisa memberikan kesejahteraan lebih baik. Tuhan manusia. Dalam catatan sejarah, sistem otoriter lah hasil ciptaan dalam kitab suci? Jelas tidak. Demokrasi ada­ firmankan model pemerintahan apalagi demokrasi dalam ajaran kitab suci. ahlinya. Silakan cek banyak kitab suci. Hanya itu. Tidak ada dalam kitab suci? Jelas tidak. Demokrasi ada­ Tuhan hanya memerintahkan kita memberikan sebuah urusan kepada absolut juga bisa memberikan kesejahteraan lebih baik. Tuhan manusia. Dalam catatan sejarah, sistem otoriter lah hasil ciptaan model pemerintahan apalagi demokrasi dalam ajaran kitab suci. ahlinya. Silakan cek banyak kitab suci. Hanya itu. Tidak ada hanya memerintahkan kita memberikan sebuah urusan kepada absolut juga bisa memberikan kesejahteraan lebih baik. Tuhan manusia. Dalam catatan sejarah, sistem otoriter lah hasil ciptaan model pemerintahan apalagi demokrasi dalam ajaran kitab suci. dalam kitab suci? Jelas tidak. Demokrasi ada­ firmankan Tuhan ahlinya. Silakan cek banyak kitab suci. Hanya itu. Tidak ada hanya memerintahkan kita memberikan sebuah urusan kepada absolut juga bisa memberikan kesejahteraan lebih baik. Tuhan manusia. Dalam catatan sejarah, sistem otoriter lah hasil ciptaan model pemerintahan apalagi demokrasi dalam ajaran kitab suci. dalam kitab suci? Jelas tidak. Demokrasi ada­ firmankan Tuhan ahlinya. Silakan cek banyak kitab suci. Hanya itu. Tidak ada hanya memerintahkan kita memberikan sebuah urusan kepada absolut juga bisa memberikan kesejahteraan lebih baik. Tuhan ”Apakah suara terbanyak adalah suara Tuhan? Omong kosong. manusia. Dalam catatan sejarah, sistem otoriter lah hasil ciptaan model pemerintahan apalagi demokrasi dalam ajaran kitab suci. ahlinya. Silakan cek banyak kitab suci. Hanya itu. Tidak ada hanya memerintahkan kita memberikan sebuah urusan kepada absolut juga bisa memberikan kesejahteraan lebih baik. Tuhan manusia. Dalam catatan sejarah, sistem otoriter lah hasil ciptaan ”Apakah suara terbanyak adalah suara Tuhan? Omong kosong. model pemerintahan apalagi demokrasi dalam ajaran kitab suci. manusia. Dalam catatan sejarah, sistem otoriter ahlinya. Silakan cek banyak kitab suci. Hanya itu. Tidak ada hanya memerintahkan kita memberikan sebuah urusan kepada absolut juga bisa memberikan kesejahteraan lebih baik. Tuhan ”Apakah suara terbanyak adalah suara Tuhan? Omong kosong. model pemerintahan apalagi demokrasi dalam ajaran kitab suci. ahlinya. Silakan cek banyak kitab suci. Hanya itu. Tidak ada hanya memerintahkan kita memberikan sebuah urusan kepada absolut juga bisa memberikan kesejahteraan lebih baik. Tuhan ”Apakah suara terbanyak adalah suara Tuhan? Omong kosong. manusia. Dalam catatan sejarah, sistem otoriter lah hasil ciptaan model pemerintahan apalagi demokrasi dalam ajaran kitab suci. ahlinya. Silakan cek banyak kitab suci. Hanya itu. Tidak ada hanya memerintahkan kita memberikan sebuah urusan kepada absolut juga bisa memberikan kesejahteraan lebih baik. Tuhan ”Apakah suara terbanyak adalah suara Tuhan? Omong kosong. manusia. Dalam catatan sejarah, sistem otoriter lah hasil ciptaan model pemerintahan apalagi demokrasi dalam ajaran kitab suci. ahlinya. Silakan cek banyak kitab suci. Hanya itu. Tidak ada hanya memerintahkan kita memberikan sebuah urusan kepada Berani sekali manusia mengklaim sepihak, fait accompli suara absolut juga bisa memberikan kesejahteraan lebih baik. Tuhan ”Apakah suara terbanyak adalah suara Tuhan? Omong kosong. model pemerintahan apalagi demokrasi dalam ajaran kitab suci. ahlinya. Silakan cek banyak kitab suci. Hanya itu. Tidak ada hanya memerintahkan kita memberikan sebuah urusan kepada absolut memberikan kesejahteraan lebih baik. Tuhan Berani sekali manusia mengklaim sepihak, fait accompli suara ”Apakah suara terbanyak adalah suara Tuhan? Omong kosong. juga bisa memberikan kesejahteraan lebih baik. Tuhan model pemerintahan apalagi demokrasi dalam ajaran kitab suci. ahlinya. Silakan cek banyak kitab suci. Hanya itu. Tidak ada hanya memerintahkan kita memberikan sebuah urusan kepada Berani sekali manusia mengklaim sepihak, fait accompli suara ”Apakah suara terbanyak adalah suara Tuhan? Omong kosong. model pemerintahan apalagi demokrasi dalam ajaran kitab suci. ahlinya. Silakan cek banyak kitab suci. Hanya itu. Tidak ada hanya memerintahkan kita memberikan sebuah urusan kepada Berani sekali manusia mengklaim sepihak, fait accompli suara absolut juga bisa memberikan kesejahteraan lebih baik. Tuhan ”Apakah suara terbanyak adalah suara Tuhan? Omong kosong. model pemerintahan apalagi demokrasi dalam ajaran kitab suci. ahlinya. Silakan cek banyak kitab suci. Hanya itu. Tidak ada hanya memerintahkan kita memberikan sebuah urusan kepada Berani sekali manusia mengklaim sepihak, fait accompli suara absolut juga bisa memberikan kesejahteraan lebih baik. Tuhan ”Apakah suara terbanyak adalah suara Tuhan? Omong kosong. model pemerintahan apalagi demokrasi dalam ajaran kitab suci. ahlinya. Silakan cek banyak kitab suci. Hanya itu. Tidak ada Tuhan. Coba kaubayangkan sebuah kota yang dipenuhi pema­ hanya memerintahkan kita memberikan sebuah urusan kepada Berani sekali manusia mengklaim sepihak, fait accompli suara ”Apakah suara terbanyak adalah suara Tuhan? Omong kosong. model pemerintahan apalagi demokrasi dalam ajaran kitab suci. ahlinya. Silakan cek banyak kitab suci. Hanya itu. Tidak ada hanya memerintahkan kita memberikan sebuah urusan kepada Tuhan. Coba kaubayangkan sebuah kota yang dipenuhi pema­ Berani sekali manusia mengklaim sepihak, fait accompli suara kita memberikan sebuah urusan kepada ”Apakah suara terbanyak adalah suara Tuhan? Omong kosong. model pemerintahan apalagi demokrasi dalam ajaran kitab suci. ahlinya. Silakan cek banyak kitab suci. Hanya itu. Tidak ada Tuhan. Coba kaubayangkan sebuah kota yang dipenuhi pema­ Berani sekali manusia mengklaim sepihak, fait accompli suara ”Apakah suara terbanyak adalah suara Tuhan? Omong kosong. model pemerintahan apalagi demokrasi dalam ajaran kitab suci. ahlinya. Silakan cek banyak kitab suci. Hanya itu. Tidak ada Tuhan. Coba kaubayangkan sebuah kota yang dipenuhi pema­ hanya memerintahkan kita memberikan sebuah urusan kepada Berani sekali manusia mengklaim sepihak, fait accompli suara ”Apakah suara terbanyak adalah suara Tuhan? Omong kosong. model pemerintahan apalagi demokrasi dalam ajaran kitab suci. ahlinya. Silakan cek banyak kitab suci. Hanya itu. Tidak ada Tuhan. Coba kaubayangkan sebuah kota yang dipenuhi pema­ hanya memerintahkan kita memberikan sebuah urusan kepada Berani sekali manusia mengklaim sepihak, fait accompli suara ”Apakah suara terbanyak adalah suara Tuhan? Omong kosong. model pemerintahan apalagi demokrasi dalam ajaran kitab suci. buk, pemadat, mereka mayoritas, maka saat undang-undang ahlinya. Silakan cek banyak kitab suci. Hanya itu. Tidak ada Tuhan. Coba kaubayangkan sebuah kota yang dipenuhi pema­ Berani sekali manusia mengklaim sepihak, fait accompli suara ”Apakah suara terbanyak adalah suara Tuhan? Omong kosong. model pemerintahan apalagi demokrasi dalam ajaran kitab suci. ahlinya. banyak kitab suci. Hanya itu. Tidak ada buk, pemadat, mereka mayoritas, maka saat undang-undang Silakan cek banyak kitab suci. Hanya itu. Tidak ada Tuhan. Coba kaubayangkan sebuah kota yang dipenuhi pema­ Berani sekali manusia mengklaim sepihak, fait accompli suara ”Apakah suara terbanyak adalah suara Tuhan? Omong kosong. model pemerintahan apalagi demokrasi dalam ajaran kitab suci. buk, pemadat, mereka mayoritas, maka saat undang-undang Tuhan. Coba kaubayangkan sebuah kota yang dipenuhi pema­ Berani sekali manusia mengklaim sepihak, fait accompli suara ”Apakah suara terbanyak adalah suara Tuhan? Omong kosong. model pemerintahan apalagi demokrasi dalam ajaran kitab suci. buk, pemadat, mereka mayoritas, maka saat undang-undang ahlinya. Silakan cek banyak kitab suci. Hanya itu. Tidak ada Tuhan. Coba kaubayangkan sebuah kota yang dipenuhi pema­ Berani sekali manusia mengklaim sepihak, fait accompli suara ”Apakah suara terbanyak adalah suara Tuhan? Omong kosong. model pemerintahan apalagi demokrasi dalam ajaran kitab suci. buk, pemadat, mereka mayoritas, maka saat undang-undang ahlinya. Silakan cek banyak kitab suci. Hanya itu. Tidak ada Tuhan. Coba kaubayangkan sebuah kota yang dipenuhi pema­ Berani sekali manusia mengklaim sepihak, fait accompli suara ”Apakah suara terbanyak adalah suara Tuhan? Omong kosong. tentang peredaran minuman keras dan ganja disahkan melalui model pemerintahan apalagi demokrasi dalam ajaran kitab suci. buk, pemadat, mereka mayoritas, maka saat undang-undang Tuhan. Coba kaubayangkan sebuah kota yang dipenuhi pema­ Berani sekali manusia mengklaim sepihak, fait accompli suara ”Apakah suara terbanyak adalah suara Tuhan? Omong kosong. model apalagi demokrasi dalam ajaran kitab suci. tentang peredaran minuman keras dan ganja disahkan melalui pemerintahan apalagi demokrasi dalam ajaran kitab suci. buk, pemadat, mereka mayoritas, maka saat undang-undang Tuhan. Coba kaubayangkan sebuah kota yang dipenuhi pema­ Berani sekali manusia mengklaim sepihak, fait accompli suara ”Apakah suara terbanyak adalah suara Tuhan? Omong kosong. tentang peredaran minuman keras dan ganja disahkan melalui buk, pemadat, mereka mayoritas, maka saat undang-undang Tuhan. Coba kaubayangkan sebuah kota yang dipenuhi pema­ Berani sekali manusia mengklaim sepihak, fait accompli suara ”Apakah suara terbanyak adalah suara Tuhan? Omong kosong. tentang peredaran minuman keras dan ganja disahkan melalui model pemerintahan apalagi demokrasi dalam ajaran kitab suci. buk, pemadat, mereka mayoritas, maka saat undang-undang Tuhan. Coba kaubayangkan sebuah kota yang dipenuhi pema­ Berani sekali manusia mengklaim sepihak, fait accompli suara ”Apakah suara terbanyak adalah suara Tuhan? Omong kosong. tentang peredaran minuman keras dan ganja disahkan melalui model pemerintahan apalagi demokrasi dalam ajaran kitab suci. buk, pemadat, mereka mayoritas, maka saat undang-undang Tuhan. Coba kaubayangkan sebuah kota yang dipenuhi pema­ Berani sekali manusia mengklaim sepihak, fait accompli suara referendum warga kota, otomatis menang sudah mereka. Bebas ”Apakah suara terbanyak adalah suara Tuhan? Omong kosong. tentang peredaran minuman keras dan ganja disahkan melalui buk, pemadat, mereka mayoritas, maka saat undang-undang Tuhan. Coba kaubayangkan sebuah kota yang dipenuhi pema­ Berani sekali manusia mengklaim sepihak, fait accompli suara terbanyak adalah suara Tuhan? Omong kosong. referendum warga kota, otomatis sudah mereka. Bebas ”Apakah suara terbanyak adalah suara Tuhan? Omong kosong. tentang peredaran minuman keras dan ganja disahkan melalui buk, pemadat, mereka mayoritas, maka saat undang-undang Tuhan. Coba kaubayangkan sebuah kota yang dipenuhi pema­ Berani sekali manusia mengklaim sepihak, fait accompli suara referendum warga kota, otomatis menang sudah mereka. Bebas tentang peredaran minuman kerasmenang dan ganja disahkan melalui buk, pemadat, mereka mayoritas, maka saat undang-undang Tuhan. Coba kaubayangkan sebuah kota yang dipenuhi pema­ Berani sekali manusia mengklaim sepihak, fait accompli suara referendum warga kota, otomatis menang sudah mereka. Bebas ”Apakah suara terbanyak adalah suara Tuhan? Omong kosong. tentang peredaran minuman keras dan ganja disahkan melalui buk, pemadat, mereka mayoritas, maka saat undang-undang Tuhan. Coba kaubayangkan sebuah kota yang dipenuhi pema­ Berani sekali manusia mengklaim sepihak, fait accompli suara referendum warga kota, otomatis menang sudah mereka. Bebas ”Apakah suara terbanyak adalah suara Tuhan? Omong kosong. tentang peredaran minuman keras dan ganja disahkan melalui buk, pemadat, mereka mayoritas, maka saat undang-undang Tuhan. Coba kaubayangkan sebuah kota yang dipenuhi pema­ menjual minuman keras di mana-mana, mabuk-mabukan di Berani sekali manusia mengklaim sepihak, fait accompli suara referendum warga kota, otomatis menang sudah mereka. Bebas tentang peredaran minuman keras dan ganja disahkan melalui buk, pemadat, mereka mayoritas, maka saat undang-undang Tuhan. Coba kaubayangkan sebuah kota yang dipenuhi pema­ sekali manusia mengklaim sepihak, fait accompli suara Berani mengklaim sepihak, fait accompli suara menjual minuman keras di mana-mana, mabuk-mabukan di referendum warga kota, otomatis menang sudah mereka. Bebas tentang peredaran minuman keras dan ganja disahkan melalui buk, pemadat, mereka mayoritas, maka saat undang-undang Tuhan. Coba kaubayangkan sebuah kota yang dipenuhi pema­ menjual minuman keras di mana-mana, mabuk-mabukan di referendum warga kota, otomatis menang sudah mereka. Bebas tentang peredaran minuman keras dan ganja disahkan melalui buk, pemadat, mereka mayoritas, maka saat undang-undang Tuhan. Coba kaubayangkan sebuah kota yang dipenuhi pema­ menjual minuman keras di mana-mana, mabuk-mabukan di Berani sekali manusia mengklaim sepihak, fait accompli suara tentang peredaran minuman keras dan ganja disahkan melalui referendum warga kota, otomatis menang sudah mereka. Bebas buk, pemadat, mereka mayoritas, maka saat undang-undang Tuhan. Coba kaubayangkan sebuah kota yang dipenuhi pema­ menjual minuman keras di mana-mana, mabuk-mabukan di Berani sekali manusia mengklaim sepihak, fait accompli suara referendum warga kota, otomatis menang sudah mereka. Bebas tentang peredaran minuman keras dan ganja disahkan melalui buk, pemadat, mereka mayoritas, maka saat undang-undang mana pun. Juga masalah lain seperti pernikahan sesama jenis, Tuhan. Coba kaubayangkan sebuah kota yang dipenuhi pema­ menjual minuman keras di mana-mana, mabuk-mabukan di referendum warga kota, otomatis menang sudah mereka. Bebas tentang peredaran minuman keras dan ganja disahkan melalui buk, pemadat, mereka mayoritas, maka saat undang-undang Coba kaubayangkan sebuah kota yang dipenuhi pema­ Tuhan. kaubayangkan sebuah kota yang dipenuhi pema­ mana pun. Juga masalah lain seperti pernikahan sesama jenis, menjual minuman keras di mana-mana, mabuk-mabukan di referendum warga kota, otomatis menang sudah mereka. Bebas tentang peredaran minuman keras dan ganja disahkan melalui buk, pemadat, mereka mayoritas, maka saat undang-undang mana pun. Juga masalah lain seperti pernikahan sesamamelalui jenis, menjual minuman kerasotomatis di keras mana-mana, mabuk-mabukan di referendum warga kota, menang sudah mereka. Bebas tentang peredaran minuman dan ganja disahkan buk, pemadat, mereka mayoritas, maka saat undang-undang mana pun. Juga masalah lain seperti pernikahan sesama jenis,



tidak peduli soal isu moral. Ini seperti déjà vu, Maryam. ”Aku tanya lagi. ”Apakah kau sekarang peduli isu moralitas?” gadis itu ber­ dakan legal, maka di mana suara Tuhan?” jika mayoritas penduduk kota sepakat pembunuhan adalah tin­ kebebasan melakukan aborsi bayi. Bahkan dalam kasus ekstrem, tidak peduli soal isu moral. Ini seperti déjà vu, Maryam. ”Aku tanya lagi. ”Apakah kau sekarang peduli isu moralitas?” gadis itu ber­ dakan legal, maka di mana suara Tuhan?” jika mayoritas penduduk kota sepakat pembunuhan adalah tin­ kebebasan melakukan aborsi bayi. Bahkan dalam kasus ekstrem, tidak peduli soal isu moral. Ini seperti déjà vu, Maryam. ”Aku tanya lagi. ”Apakah kau sekarang peduli isu moralitas?” gadis itu ber­ dakan legal, maka di mana suara Tuhan?” jika mayoritas penduduk kota sepakat pembunuhan adalah tin­ kebebasan melakukan aborsi bayi. Bahkan dalam kasus ekstrem, tidak peduli soal isu moral. Ini seperti déjà vu, Maryam. ”Aku tanya lagi. ”Apakah kau sekarang peduli isu moralitas?” gadis itu ber­ dakan legal, maka di mana suara Tuhan?” jika mayoritas penduduk kota sepakat pembunuhan adalah tin­ kebebasan melakukan aborsi bayi. Bahkan dalam kasus ekstrem, tidak peduli soal isu moral. Ini seperti déjà vu, Maryam. ”Aku tanya lagi. ”Apakah kau sekarang peduli isu moralitas?” gadis itu ber­ dakan legal, maka di mana suara Tuhan?” jika mayoritas penduduk kota sepakat pembunuhan adalah tin­ Baru kemarin sore ada orang yang bertanya soal ini padaku di tidak peduli soal isu moral. Ini seperti déjà vu, Maryam. ”Aku tanya lagi. ”Apakah kau sekarang peduli isu moralitas?” gadis itu ber­ dakan legal, maka di mana suara Tuhan?” jika mayoritas penduduk kota sepakat pembunuhan adalah tin­ Baru kemarin sore ada orang yang bertanya soal ini padaku di tidak peduli soal isu moral. Ini seperti déjà vu, Maryam. ”Aku tanya lagi. ”Apakah kau sekarang peduli isu moralitas?” gadis itu ber­ dakan legal, maka di mana suara Tuhan?” jika mayoritas penduduk kota sepakat pembunuhan adalah tin­ Baru kemarin sore ada orang yang bertanya soal ini padaku di tidak peduli soal isu moral. Ini seperti déjà vu, Maryam. ”Aku tanya lagi. ”Apakah kau sekarang peduli isu moralitas?” gadis itu ber­ dakan legal, maka di mana suara Tuhan?” jika mayoritas penduduk kota sepakat pembunuhan adalah tin­ Baru kemarin sore ada orang yang bertanya soal ini padaku di tidak peduli soal isu moral. Ini seperti déjà vu, Maryam. ”Aku tanya lagi. ”Apakah kau sekarang peduli isu moralitas?” gadis itu ber­ dakan legal, maka di mana suara Tuhan?” jika mayoritas penduduk kota sepakat pembunuhan adalah tin­ Baru kemarin sore ada orang yang bertanya soal ini padaku di tidak peduli soal isu moral. Ini seperti déjà vu, Maryam. ”Aku tanya lagi. ”Apakah kau sekarang peduli isu moralitas?” gadis itu ber­ dakan legal, maka di mana suara Tuhan?” konferensi. Percayalah, orang-orang seperti kami justru menik­ Baru kemarin sore ada orang yang bertanya soal ini padaku di tidak peduli soal isu moral. Ini seperti déjàgadis vu,padaku Maryam. ”Aku tanya lagi. ”Apakah kau sekarang peduli isuIni moralitas?” gadis itu ber­ dakan legal, maka di mana suara Tuhan?” konferensi. Percayalah, orang-orang seperti kami justru menik­ Baru kemarin sore ada orang yang bertanya soal ini di tidak peduli soal isu moral. seperti déjà vu, Maryam. ”Aku tanya lagi. ”Apakah kau sekarang peduli isu moralitas?” itu ber­ dakan legal, maka di mana suara Tuhan?” konferensi. Percayalah, orang-orang seperti kami justru menik­ Baru kemarin sore ada orang yang bertanya soal ini padaku di tidak peduli soal isu moral. Ini seperti déjà vu, Maryam. ”Aku tanya lagi. ”Apakah kau sekarang peduli isu moralitas?” gadis itu ber­ dakan legal, maka di mana suara Tuhan?” konferensi. Percayalah, orang-orang seperti kami justru menik­ Baru kemarin sore ada orang yang bertanya soal ini padaku di tidak peduli soal isu moral. Ini seperti déjà vu, Maryam. ”Aku tanya lagi. ”Apakah kau sekarang peduli isu moralitas?” gadis itu ber­ dakan legal, maka di mana suara Tuhan?” konferensi. Percayalah, orang-orang seperti kami justru menik­ Baru kemarin sore ada orang yang bertanya soal ini padaku di tidak peduli soal isu moral. Ini seperti déjà vu, Maryam. ”Aku tanya lagi. ”Apakah kau sekarang peduli isu moralitas?” gadis itu ber­ Aku tidak peduli dogma moralitas. Itu mati sistem demokrasi. konferensi. Percayalah, orang-orang seperti kami justru menik­ Baru kemarin sore ada orang yang bertanya soal ini padaku di tidak peduli soal isu moral. Ini seperti déjà vu, Maryam. ”Aku tanya lagi. ”Apakah kau sekarang peduli isu moralitas?” gadis itu ber­ Aku tidak peduli dogma moralitas. Itu mati sistem demokrasi. konferensi. Percayalah, orang-orang seperti kami justru menik­ Baru kemarin sore ada orang yang bertanya soal ini padaku di tidak peduli soal isu moral. Ini seperti déjà vu, Maryam. ”Aku tanya lagi. ”Apakah kau sekarang peduli isu moralitas?” gadis itu ber­ Aku tidak peduli dogma moralitas. Itu mati sistem demokrasi. konferensi. Percayalah, orang-orang seperti kami justru menik­ Baru kemarin sore ada orang yang bertanya soal ini padaku di tidak peduli soal isu moral. Ini seperti déjà vu, Maryam. ”Aku tanya lagi. ”Apakah kau sekarang peduli isu moralitas?” gadis itu ber­ Aku tidak peduli dogma moralitas. Itu mati sistem demokrasi. konferensi. Percayalah, orang-orang seperti kami justru menik­ Baru kemarin sore ada orang yang bertanya soal ini padaku di tidak peduli soal isu moral. Ini seperti déjà vu, Maryam. ”Aku tanya lagi. ”Apakah kau sekarang peduli isu moralitas?” gadis itu ber­ Aku tidak peduli dogma moralitas. Itu mati sistem demokrasi. konferensi. Percayalah, orang-orang seperti kami justru menik­ Baru kemarin sore ada orang yang bertanya soal ini padaku di tidak peduli soal isu moral. Ini seperti déjà vu, Maryam. ”Aku tanya lagi. urusan masing-masing. Tapi poin yang ingin aku tekankan jelas Aku tidak peduli dogma moralitas. Itu mati sistem demokrasi. konferensi. Percayalah, orang-orang seperti kami justru menik­ Baru kemarin sore ada ada orang yangyang bertanya soal ini padaku di tidak peduli soalTapi isu poin moral. Ini seperti déjàtekankan vu,padaku Maryam. ”Aku tanya lagi. urusan masing-masing. ingin aku jelas Aku tidak peduli dogma moralitas. Itu mati sistem demokrasi. konferensi. Percayalah, orang-orang seperti kami justru menik­ Baru kemarin sore orang yang bertanya soal ini di tidak peduli soal isu moral. Ini seperti déjà vu, Maryam. ”Aku tanya lagi. urusan masing-masing. Tapi poin yang ingin aku tekankan jelas Aku tidak peduli dogma moralitas. Itu mati sistem demokrasi. konferensi. Percayalah, orang-orang seperti kami justru menik­ Baru kemarin sore ada orang yang bertanya soal ini padaku di tidak peduli soal isu moral. Ini seperti déjà vu, Maryam. ”Aku tanya lagi. urusan masing-masing. Tapi poin yang ingin aku tekankan jelas Aku tidak peduli dogma moralitas. Itu mati sistem demokrasi. konferensi. Percayalah, orang-orang seperti kami justru menik­ Baru kemarin sore ada orang yang bertanya soal ini padaku di tidak peduli soal isu moral. Ini seperti déjà vu, Maryam. ”Aku tanya lagi. urusan masing-masing. Tapi poin yang ingin aku tekankan jelas Aku tidak peduli dogma moralitas. Itu mati sistem demokrasi. konferensi. Percayalah, orang-orang seperti kami justru menik­ Baru kemarin sore ada orang yang bertanya soal ini padaku di tidak peduli soal isu moral. Ini seperti déjà vu, Maryam. ”Aku sekali, tidak ada demokrasi bagi orang-orang bodoh. Lebih urusan masing-masing. Tapi poin yang ingin aku tekankan jelas Aku tidak peduli dogma moralitas. Itu mati sistem demokrasi. konferensi. Percayalah, orang-orang seperti kami justru menik­ Baru kemarin sore ada orang yang bertanya soal ini padaku di tidak peduli soal isu moral. Ini seperti déjà vu, Maryam. ”Aku sekali, tidak ada demokrasi bagi orang-orang bodoh. Lebih urusan masing-masing. Tapi poin yang ingin aku tekankan jelas Aku tidak peduli dogma moralitas. Itu mati sistem demokrasi. konferensi. Percayalah, orang-orang seperti kami justru menik­ Baru kemarin sore ada orang yang bertanya soal ini padaku di tidak peduli soal isu moral. Ini seperti déjà vu, Maryam. ”Aku sekali, tidak ada demokrasi bagi orang-orang bodoh. Lebih urusan masing-masing. Tapi poin yang ingin aku tekankan jelas Aku tidak peduli dogma moralitas. Itu mati sistem demokrasi. konferensi. Percayalah, orang-orang seperti kami justru menik­ Baru kemarin sore ada orang yang bertanya soal ini padaku di tidak peduli soal isu moral. Ini seperti déjà vu, Maryam. ”Aku sekali, tidak ada demokrasi bagi orang-orang bodoh. Lebih urusan masing-masing. Tapi poin yang ingin aku tekankan jelas Aku tidak peduli dogma moralitas. Itu mati sistem demokrasi. konferensi. Percayalah, orang-orang seperti kami justru menik­ Baru kemarin sore ada orang yang bertanya soal ini padaku di tidak peduli soal isu moral. Ini seperti déjà vu, Maryam. ”Aku sekali, tidak ada demokrasi bagi orang-orang bodoh. Lebih urusan masing-masing. Tapi poin yang ingin aku tekankan jelas Aku tidak peduli dogma moralitas. Itu mati sistem demokrasi. konferensi. Percayalah, orang-orang seperti kami justru menik­ Baru kemarin sore ada orang yang bertanya soal ini padaku di lagi, tidak ada demokrasi bagi orang-orang yang berkepentingan. sekali, tidak ada demokrasi bagi orang-orang bodoh. Lebih urusan masing-masing. Tapi poin yang ingin aku tekankan jelas Aku tidak peduli dogma moralitas. Itu mati sistem demokrasi. konferensi. Percayalah, orang-orang seperti kami justru menik­ Baru kemarin sore ada orang yang bertanya soal ini padaku di lagi, tidak ada demokrasi bagi orang-orang yang berkepentingan. sekali, tidak ada demokrasi bagi orang-orang bodoh. Lebih urusan masing-masing. Tapi poin yang ingin aku tekankan jelas Aku tidak peduli dogma moralitas. Itu mati sistem demokrasi. konferensi. Percayalah, orang-orang seperti kami justru menik­ Baru kemarin sore ada orang yang bertanya soal ini padaku di lagi, tidak ada demokrasi bagi orang-orang yang berkepentingan. sekali, tidak ada demokrasi bagi orang-orang bodoh. Lebih urusan masing-masing. Tapi poin yang ingin aku tekankan jelas Aku tidak peduli dogma moralitas. Itu mati sistem demokrasi. konferensi. Percayalah, orang-orang seperti kami justru menik­ Baru kemarin sore ada orang yang bertanya soal ini padaku di lagi, tidak ada demokrasi bagi orang-orang yang berkepentingan. sekali, tidak ada demokrasi bagi orang-orang bodoh. Lebih urusan masing-masing. Tapi poin yang ingin aku tekankan jelas Aku tidak peduli dogma moralitas. Itu mati sistem demokrasi. konferensi. Percayalah, orang-orang seperti kami justru menik­ Baru kemarin sore ada orang yang bertanya soal ini padaku di lagi, tidak ada demokrasi bagi orang-orang yang berkepentingan. sekali, tidak ada demokrasi bagi orang-orang bodoh. Lebih urusan masing-masing. Tapi poin yang ingin aku tekankan jelas konferensi. Percayalah, orang-orang seperti kami justru menik­ Aku tidak peduli dogma moralitas. Itu mati sistem demokrasi. Dia menjadi kontra argumen atas sistem itu sendiri. lagi, tidak ada demokrasi bagi orang-orang yang berkepentingan. sekali, tidak ada demokrasi bagi orang-orang bodoh. Lebih urusan masing-masing. Tapi poin yang ingin aku tekankan jelas Aku tidak peduli dogma moralitas. Itu mati sistem demokrasi. konferensi. Percayalah, orang-orang seperti kami justru menik­ Dia menjadi kontra argumen atas sistem itu sendiri. lagi, tidak ada demokrasi bagi orang-orang yang berkepentingan. sekali, tidak ada demokrasi bagi orang-orang bodoh. Lebih urusan masing-masing. Tapi poin yang ingin aku tekankan jelas Aku tidak peduli dogma moralitas. Itu mati sistem demokrasi. konferensi. Percayalah, orang-orang seperti kami justru menik­ Dia menjadi kontra argumen atas sistem itu sendiri. lagi, tidak ada demokrasi bagi orang-orang yang berkepentingan. sekali, tidak ada demokrasi bagi orang-orang bodoh. Lebih urusan masing-masing. Tapi poin yang ingin aku tekankan jelas Aku tidak peduli dogma moralitas. Itu mati sistem demokrasi. konferensi. Percayalah, orang-orang seperti kami justru menik­ Dia menjadi kontra argumen atas sistem itu sendiri. lagi, tidak ada demokrasi bagi orang-orang yang berkepentingan. sekali, tidak ada demokrasi bagi orang-orang bodoh. Lebih urusan masing-masing. Tapi poin yang ingin aku tekankan jelas Aku tidak peduli dogma moralitas. Itu mati sistem demokrasi. konferensi. Percayalah, orang-orang seperti kami justru menik­ Dia menjadi kontra argumen atas sistem itu sendiri. lagi, tidak ada demokrasi bagi orang-orang yang berkepentingan. sekali, tidak ada demokrasi bagi orang-orang bodoh. Lebihefektif mati sistem demokrasi. Aku tidak peduli dogma moralitas. Itu urusan masing-masing. Tapi poin yang ingin aku tekankan jelas ”Aku hanya peduli dengan komoditas apa yang paling Dia menjadi kontra argumen atas sistem itu sendiri. lagi, tidak ada demokrasi bagi orang-orang yang berkepentingan. sekali, tidak ada demokrasi bagi orang-orang bodoh. Lebih urusan masing-masing. Tapi poin yang ingin aku tekankan jelas Aku tidak peduli dogma moralitas. Itu mati sistem demokrasi. ”Aku hanya peduli dengan komoditas apa yang paling efektif Dia menjadi kontra argumen atas sistem itu sendiri. lagi, tidak ada demokrasi bagi orang-orang yang berkepentingan. sekali, tidak ada demokrasi bagi orang-orang bodoh. Lebih urusan masing-masing. Tapi poin yang ingin aku tekankan jelas Aku tidak peduli dogma moralitas. Itu mati sistem demokrasi. ”Aku hanya peduli dengan komoditas apa yang paling Dia menjadi kontra argumen atas sistem itu sendiri. lagi, tidak ada demokrasi bagi orang-orang yang berkepentingan. sekali, tidak ada demokrasi bagi orang-orang bodoh. Lebih urusan masing-masing. Tapi poin yang ingin aku tekankan jelas Aku tidak peduli dogma moralitas. Itu mati sistem demokrasi. ”Aku hanya peduli dengan komoditas apa yang paling efektif Dia menjadi kontra argumen atas sistem itu sendiri. lagi, tidak ada demokrasi bagi orang-orang yang berkepentingan. sekali, tidak ada demokrasi bagi orang-orang bodoh. Lebihefektif urusan masing-masing. Tapi poin yang ingin aku tekankan jelas Aku tidak peduli dogma moralitas. Itu mati sistem demokrasi. ”Aku hanya peduli dengan komoditas apa yang paling efektif Dia menjadi kontra argumen atas sistem itu sendiri. urusan masing-masing. Tapi poin yang ingin aku tekankan jelas lagi, tidak ada demokrasi bagi orang-orang yang berkepentingan. sekali, tidak ada demokrasi bagi orang-orang bodoh. Lebih jelas dijual pada pemilih dengan pengetahuan mereka yang terbatas. ”Aku hanya peduli dengan komoditas apa yang paling efektif Dia menjadi kontra argumen atas sistem itu sendiri. lagi, tidak ada demokrasi bagi orang-orang yang berkepentingan. sekali, tidak ada demokrasi bagi orang-orang bodoh. Lebih urusan masing-masing. Tapi poin yang ingin aku tekankan jelas dijual pada pemilih dengan pengetahuan mereka yang terbatas. ”Aku hanya peduli dengan komoditas apa yang paling efektif Dia menjadi kontra argumen atas sistem itu sendiri. lagi, tidak ada demokrasi bagi orang-orang yang berkepentingan. sekali, tidak ada demokrasi bagi orang-orang bodoh. Lebih urusan masing-masing. Tapi poin yang ingin aku tekankan jelas dijual pada pemilih dengan pengetahuan mereka yang terbatas. ”Aku hanya peduli dengan komoditas apa yang paling efektif Dia menjadi kontra argumen atas sistem itu sendiri. lagi, tidak ada demokrasi bagi orang-orang yang berkepentingan. sekali, tidak ada demokrasi bagi orang-orang bodoh. Lebih urusan masing-masing. Tapi poin yang ingin aku tekankan jelas dijual pada pemilih dengan pengetahuan mereka yang terbatas. ”Aku hanya peduli dengan komoditas apa yang paling efektif Dia menjadi kontra argumen atas sistem itu sendiri. lagi, tidak ada demokrasi bagi orang-orang yang berkepentingan. sekali, tidak ada demokrasi bagi orang-orang bodoh. Lebih urusan masing-masing. Tapi poin yang ingin aku tekankan jelas dijual pada pemilih dengan pengetahuan mereka yang terbatas. ”Aku hanya peduli dengan komoditas apa yang paling efektif sekali, tidak ada demokrasi bagi orang-orang bodoh. Lebih jelas Dia menjadi kontra argumen atas sistem itu sendiri. lagi, tidak ada demokrasi bagi orang-orang yang berkepentingan. Apakah itu isu moralitas, apakah itu sebuah prinsip yang baik, dijual pada pemilih dengan pengetahuan mereka yang terbatas. ”Aku hanya peduli dengan komoditas apa yang paling efektif Dia menjadi kontra argumen atas sistem itu sendiri. lagi, tidak ada demokrasi bagi orang-orang yang berkepentingan. sekali, tidak ada demokrasi bagi orang-orang bodoh. Lebih jelas Apakah itu isu moralitas, apakah itu sebuah prinsip yang baik, dijual pada pemilih dengan pengetahuan mereka yang terbatas. ”Aku hanya peduli dengan komoditas apa yang paling efektif Dia menjadi kontra argumen atas sistem itu sendiri. lagi, tidak ada demokrasi bagi orang-orang yang berkepentingan. sekali, tidak ada demokrasi bagi orang-orang bodoh. Lebih jelas Apakah itu isu moralitas, apakah itu sebuah prinsip yang baik, dijual pada pemilih dengan pengetahuan mereka yang terbatas. ”Aku hanya peduli dengan komoditas apa yang paling efektif Dia menjadi kontra argumen atas sistem itu sendiri. lagi, tidak ada demokrasi bagi orang-orang yang berkepentingan. sekali, tidak ada demokrasi bagi orang-orang bodoh. Lebih jelas Apakah itu isu moralitas, apakah itu sebuah prinsip yang baik, dijual pada pemilih dengan pengetahuan mereka yang terbatas. ”Aku hanya peduli dengan komoditas apa yang paling efektif Dia menjadi kontra argumen atas sistem itu sendiri. lagi, tidak ada demokrasi bagi orang-orang yang berkepentingan. sekali, tidak ada demokrasi bagi orang-orang bodoh. Lebih jelas Apakah itu isu moralitas, apakah itu sebuah prinsip yang baik, lagi, tidak ada demokrasi bagi orang-orang yang berkepentingan. dijual pada pemilih dengan pengetahuan mereka yang terbatas. ”Aku hanya peduli dengan komoditas apa yang paling efektif Dia menjadi kontra argumen atas sistem itu sendiri. atau apakah itu hanya sejenis emosional keberpihakan saja. Ko­ Apakah itu isu moralitas, apakah itu sebuah prinsip yang baik, dijual pada pemilih dengan pengetahuan mereka yang terbatas. ”Aku hanya peduli dengan komoditas apa yang paling efektif Dia menjadi kontra argumen atas sistem itu sendiri. lagi, tidak ada demokrasi bagi orang-orang yang berkepentingan. atau apakah itu hanya sejenis emosional keberpihakan saja. Ko­ Apakah itu isu moralitas, apakah itu sebuah prinsip yang baik, dijual pada pemilih dengan pengetahuan mereka yang terbatas. ”Aku hanya peduli dengan komoditas apa yang paling efektif Dia menjadi kontra argumen atas sistem itu sendiri. lagi, tidak ada demokrasi bagi orang-orang yang berkepentingan. atau apakah itu hanya sejenis emosional keberpihakan saja. Ko­ Apakah itu isu moralitas, apakah itu sebuah prinsip yang baik, dijual pada pemilih dengan pengetahuan mereka yang terbatas. ”Aku hanya peduli dengan komoditas apa yang paling efektif Dia menjadi kontra argumen atas sistem itu sendiri. lagi, tidak ada demokrasi bagi orang-orang yang berkepentingan. atau apakah itu hanya sejenis emosional keberpihakan saja. Ko­ Apakah itu isu moralitas, apakah itu sebuah prinsip yang baik, dijual pada pemilih dengan pengetahuan mereka yang terbatas. ”Aku hanya peduli dengan komoditas apa yang paling efektif Dia menjadi kontra argumen atas sistem itu sendiri. lagi, tidak ada demokrasi bagi orang-orang yang berkepentingan. Dia menjadi kontra argumen atas sistem itu sendiri. atau apakah itu hanya sejenis emosional keberpihakan saja. Ko­ Apakah itu pemilih isu moralitas, apakah itu sebuah prinsip yang baik, dijual pada pemilih dengan pengetahuan mereka yang terbatas. ”Aku hanya peduli dengan komoditas apa yang paling efektif moditasnya bisa berupa apa saja, sepanjang dibeli oleh pemilih atau apakah itu hanya sejenis emosional keberpihakan saja. Ko­ Apakah itu isu moralitas, apakah itu sebuah prinsip yang baik, dijual pada dengan pengetahuan mereka yang terbatas. ”Aku hanya peduli dengan komoditas apa yang paling efektif Dia menjadi kontra argumen atas sistem itu sendiri. moditasnya bisa berupa apa saja, sepanjang dibeli oleh pemilih atau apakah itu hanya sejenis emosional keberpihakan saja. Ko­ Apakah itu isu moralitas, apakah itu sebuah prinsip yang baik, dijual pada pemilih dengan pengetahuan mereka yang terbatas. ”Aku hanya peduli dengan komoditas apa yang paling efektif Dia menjadi kontra argumen atas sistem itu sendiri. moditasnya bisa berupa apa saja, sepanjang dibeli oleh pemilih atau apakah itu hanya sejenis emosional keberpihakan saja. Ko­ Apakah itu isu moralitas, apakah itu sebuah prinsip yang baik, dijual pada pemilih dengan pengetahuan mereka yang terbatas. ”Aku hanya peduli dengan komoditas apa yang paling efektif Dia menjadi kontra argumen atas sistem itu sendiri. moditasnya bisa berupa apa saja, sepanjang dibeli oleh pemilih atau apakah itu hanya sejenis emosional keberpihakan saja. Ko­ Apakah itu isu moralitas, apakah itu sebuah prinsip yang baik, dijual pada pemilih dengan pengetahuan mereka yang terbatas. ”Aku hanya peduli dengan komoditas apa yang paling efektif Dia menjadi kontra argumen atas sistem itu sendiri. ”Aku hanya peduli dengan komoditas apa yang paling efektif moditasnya bisa berupa apa saja, sepanjang dibeli oleh pemilih atau apakah itu hanya sejenis emosional keberpihakan saja. Ko­ Apakah itu isu moralitas, apakah itu sebuah prinsip yang baik, dijual pada pemilih dengan pengetahuan mereka yang terbatas. dengan tingkat pendidikan politik mereka. Hanya itu.” moditasnya bisa berupa apa saja, sepanjang dibeli oleh pemilih atau apakah itu hanya sejenis emosional keberpihakan saja. Ko­ Apakah itu isu moralitas, apakah itu sebuah prinsip yang baik, dijual pada pemilih dengan pengetahuan mereka yang terbatas. ”Aku hanya peduli dengan komoditas apa yang paling efektif dengan tingkat pendidikan politik mereka. Hanya itu.” moditasnya bisa berupa apa saja, sepanjang dibeli oleh pemilih atau apakah itu hanya sejenis emosional keberpihakan saja. Ko­ Apakah itu isu moralitas, apakah itu sebuah prinsip yang baik, dijual pada pemilih dengan pengetahuan mereka yang terbatas. ”Aku hanya peduli dengan komoditas apa yang paling efektif dengan tingkat pendidikan politik mereka. Hanya itu.” moditasnya bisa berupa apa saja, sepanjang dibeli oleh pemilih atau apakah itu hanya sejenis emosional keberpihakan saja. Ko­ Apakah itu isu moralitas, apakah itu sebuah prinsip yang baik, dijual pada pemilih dengan pengetahuan mereka yang terbatas. ”Aku hanya peduli dengan komoditas apa yang paling efektif dengan tingkat pendidikan politik mereka. Hanya itu.” moditasnya bisa berupa apa saja, sepanjang dibeli oleh pemilih atau apakah itu hanya sejenis emosional keberpihakan saja. Ko­ Apakah itu isu moralitas, apakah itu sebuah prinsip yang baik, dijual pada pemilih dengan pengetahuan mereka yang terbatas. ”Aku hanya peduli dengan komoditas apa yang paling efektif dijual pada pemilih dengan pengetahuan mereka yang terbatas. dengan tingkat pendidikan politik mereka. Hanya itu.” moditasnya bisa berupa apa saja, sepanjang dibeli oleh pemilih atau apakah itu hanya sejenis emosional keberpihakan saja. Ko­ Apakah itu pemilih isu moralitas, apakah itu sebuah prinsip yang baik, Aku diam sejenak, memandang langit gelap di kejauhan. Ge­ dengan tingkat pendidikan politik mereka. Hanya itu.” moditasnya bisa berupa apa saja, sepanjang dibeli oleh pemilih atau apakah itu hanya sejenis emosional keberpihakan saja. Ko­ Apakah itu isu moralitas, apakah itu sebuah prinsip yang baik, dijual pada dengan pengetahuan mereka yang terbatas. Aku diam sejenak, memandang langit gelap di kejauhan. Ge­ dengan tingkat pendidikan politik mereka. Hanya itu.” moditasnya bisa berupa apa saja, sepanjang dibeli oleh pemilih atau apakah itu hanya sejenis emosional keberpihakan saja. Ko­ Apakah itu isu moralitas, apakah itu sebuah prinsip yang baik, dijual pada pemilih dengan pengetahuan mereka yang terbatas. Aku diam sejenak, memandang langit gelap di kejauhan. Ge­ dengan tingkat pendidikan politik mereka. Hanya itu.” moditasnya bisa berupa apa saja, sepanjang dibeli oleh pemilih atau apakah itu hanya sejenis emosional keberpihakan saja. Ko­ Apakah itu isu moralitas, apakah itu sebuah prinsip yang baik, dijual pada pemilih dengan pengetahuan mereka yang terbatas. Aku diam sejenak, memandang langit gelap di kejauhan. Ge­ dengan tingkat pendidikan politik mereka. Hanya itu.” moditasnya bisa berupa apa saja, sepanjang dibeli oleh pemilih atau apakah itu hanya sejenis emosional keberpihakan saja. Ko­ Apakah itu isu moralitas, apakah itu sebuah prinsip yang baik, dijual pada pemilih dengan pengetahuan mereka yang terbatas. Apakah itu isu moralitas, apakah itu sebuah prinsip yang baik, Aku diam sejenak, memandang langit gelap di kejauhan. Ge­ dengan tingkat pendidikan politik mereka. Hanya itu.” moditasnya bisa berupa apa saja, sepanjang dibeli oleh pemilih atau apakah itu hanya sejenis emosional keberpihakan saja. Ko­ dung-gedung tinggi Hong Kong sudah terlihat, samar oleh ka­ Aku diam sejenak, memandang langit gelap di kejauhan. Ge­ dengan tingkat pendidikan politik mereka. Hanya itu.” moditasnya bisa berupa apa saja, sepanjang dibeli oleh pemilih atau apakah itu hanya sejenis emosional keberpihakan saja. Ko­ Apakah itu isu moralitas, apakah itu sebuah prinsip yang baik, dung-gedung tinggi Hong Kong sudah terlihat, samar oleh ka­ Aku diam sejenak, memandang langit gelap di kejauhan. Ge­ dengan tingkat pendidikan politik mereka. Hanya itu.” moditasnya bisa berupa apa saja, sepanjang dibeli oleh pemilih atau apakah itu hanya sejenis emosional keberpihakan saja. Ko­ Apakah itu isu moralitas, apakah itu sebuah prinsip yang baik, dung-gedung tinggi Hong Kong sudah terlihat, samar oleh ka­ Aku diam sejenak, memandang langit gelap di kejauhan. Ge­ dengan tingkat pendidikan politik mereka. Hanya itu.” moditasnya bisa berupa apa saja, sepanjang dibeli oleh pemilih atau apakah itu hanya sejenis emosional keberpihakan saja. Ko­ Apakah itu isu moralitas, apakah itu sebuah prinsip yang baik, dung-gedung tinggi Hong Kong sudah terlihat, samar oleh ka­ Aku diam sejenak, memandang langit gelap disamar kejauhan. Ge­ dengan tingkat pendidikan politik mereka. Hanya itu.” moditasnya bisa berupa apa saja, sepanjang dibeli oleh pemilih keberpihakan saja. Ko­ Apakah itu isu moralitas, apakah itu sebuah prinsip yang baik, atau apakah itu hanya sejenis emosional keberpihakan saja. Ko­ dung-gedung tinggi Hong Kong sudah terlihat, oleh ka­ Aku diam sejenak, memandang langit gelap di kejauhan. Ge­ dengan tingkat pendidikan politik mereka. Hanya itu.” moditasnya bisa berupa apa saja, sepanjang dibeli oleh pemilih but. Beberapa burung camar terbang melintas. Suaranya meleng­ dung-gedung tinggi Hong Kong sudah terlihat, samar oleh ka­ Aku diam sejenak, memandang langit gelap di kejauhan. Ge­ dengan tingkat pendidikan politik mereka. Hanya itu.” moditasnya bisa berupa apa saja, sepanjang dibeli oleh pemilih atau apakah itu hanya sejenis emosional keberpihakan saja. Ko­ but. Beberapa burung camar terbang melintas. Suaranya meleng­ dung-gedung tinggi Hong Kong sudah terlihat, samar oleh ka­ Aku diam sejenak, memandang langit gelap di kejauhan. Ge­ dengan tingkat pendidikan politik mereka. Hanya itu.” moditasnya bisa berupa apa saja, sepanjang dibeli oleh pemilih atau apakah itu hanya sejenis emosional keberpihakan saja. Ko­ but. Beberapa burung camar terbang melintas. Suaranya meleng­ dung-gedung tinggi Hong Kong sudah terlihat, samar oleh ka­ Aku diam sejenak, memandang langit gelap di kejauhan. Ge­ dengan tingkat pendidikan politik mereka. Hanya itu.” moditasnya bisa berupa apaKong saja, sepanjang dibeli oleh pemilih atau apakah itu hanya sejenis emosional keberpihakan saja. Ko­ but. Beberapa burung camar terbang melintas. Suaranya meleng­ dung-gedung tinggi Hong sudah terlihat, samar oleh ka­ Aku diam sejenak, memandang langit gelap di kejauhan. Ge­ dengan tingkat pendidikan politik mereka. Hanya itu.” moditasnya bisa berupa apa saja, sepanjang dibeli oleh pemilih atau apakah itu hanya sejenis emosional keberpihakan saja. Ko­ sepanjang dibeli oleh pemilih but. Beberapa burung camar terbang melintas. Suaranya meleng­ dung-gedung tinggi Hong Kong sudah terlihat, samar oleh ka­ Aku diam sejenak, memandang langit gelap di kejauhan. Ge­ dengan tingkat pendidikan politik mereka. Hanya itu.” king tajam. Laju kapal yang kukemudikan stabil. Opa dan but. Beberapa burung camar terbang melintas. Suaranya meleng­ dung-gedung tinggi Hong Kong sudah terlihat, samar oleh ka­ Aku diam sejenak, memandang langit gelap di kejauhan. Ge­ dengan tingkat pendidikan politik mereka. Hanya itu.” moditasnya bisa berupa apa saja, sepanjang dibeli oleh pemilih king tajam. Laju kapal yang kukemudikan stabil. Opa dan but. Beberapa burung camar terbang melintas. Suaranya meleng­ dung-gedung tinggi Hong Kong sudah terlihat, samar oleh ka­ Aku diam sejenak, memandang langit gelap di kejauhan. Ge­ dengan tingkat pendidikan politik mereka. Hanya itu.” moditasnya bisa berupa apa saja, sepanjang dibeli oleh pemilih king tajam. Laju kapal yang kukemudikan stabil. Opa dan but. Beberapa burung camar terbang melintas. Suaranya meleng­ dung-gedung tinggi Hong Kong sudah terlihat, samar oleh ka­ Aku diam sejenak, memandang langit gelap di kejauhan. Ge­ dengan tingkat pendidikan politik mereka. Hanya itu.” moditasnya bisa berupa apa saja, sepanjang dibeli oleh pemilih king tajam. Laju kapal yang kukemudikan stabil. Opa dan but. Beberapa burung camar terbang melintas. Suaranya meleng­ dung-gedung tinggi Hong Kong sudah terlihat, samar oleh ka­ Aku diam sejenak, memandang langit gelap disamar kejauhan. Ge­ mereka. Hanya itu.” moditasnya bisa berupa apa saja, sepanjang dibeli oleh pemilih dengan tingkat pendidikan politik mereka. Hanya itu.” king tajam. Laju kapal yang kukemudikan stabil. Opa dan but. Beberapa burung camar terbang melintas. Suaranya meleng­ dung-gedung tinggi Hong Kong sudah terlihat, oleh ka­ Aku diam sejenak, memandang langit gelap di kejauhan. Ge­ Kadek bahkan bisa menikmati sarapan tanpa goyangan berarti. king tajam. Laju kapal yang kukemudikan stabil. Opa dan but. Beberapa burung camar terbang melintas. Suaranya meleng­ dung-gedung tinggi Hong Kong sudah terlihat, samar oleh ka­ Aku diam sejenak, memandang langit gelap di kejauhan. Ge­ dengan tingkat pendidikan politik mereka. Hanya itu.” Kadek bahkan bisa menikmati sarapan tanpa goyangan berarti. king tajam. Laju kapal yang kukemudikan stabil. Opa dan but. Beberapa burung camar terbang melintas. Suaranya meleng­ dung-gedung tinggi Hong Kong sudah terlihat, samar oleh ka­ Aku diam sejenak, memandang langit gelap di kejauhan. Ge­ dengan tingkat pendidikan politik mereka. Hanya itu.” Kadek bahkan bisa menikmati sarapan tanpa goyangan berarti. king tajam. Laju kapal yang kukemudikan stabil. Opa dan but. Beberapa burung camar terbang melintas. Suaranya meleng­ dung-gedung tinggi Hong Kong sudah terlihat, samar oleh ka­ Aku diam sejenak, memandang langit gelap di kejauhan. Ge­ dengan tingkat pendidikan politik mereka. Hanya itu.” Kadek bahkan bisa menikmati sarapan tanpa goyangan berarti. king tajam. Laju kapal yang kukemudikan stabil. Opa dan but. Beberapa burung camar terbang melintas. Suaranya meleng­ dung-gedung tinggi Hong Kong sudah terlihat, samar oleh ka­ Aku diam sejenak, memandang langit gelap di kejauhan. Ge­ dengan tingkat pendidikan politik mereka. Hanya itu.” gelap di kejauhan. Ge­ Kadek bahkan bisa menikmati sarapan tanpa goyangan berarti. king tajam. Laju kapal yang kukemudikan stabil. Opa dan but. Beberapa burung camar terbang melintas. Suaranya meleng­ dung-gedung tinggi Hong Kong sudah terlihat, samar oleh ka­ ”Apakah prinsip itu yang dipahami saat Anda memberikan Kadek bahkan bisa menikmati sarapan tanpa goyangan berarti. king tajam. Laju kapal yang kukemudikan stabil. Opa dan but. Beberapa burung camar terbang melintas. Suaranya meleng­ dung-gedung tinggi Hong Kong sudah terlihat, samar oleh ka­ Aku diam sejenak, memandang langit gelap di kejauhan. Ge­ ”Apakah prinsip itu yang dipahami saat Anda memberikan Kadek bahkan bisa menikmati sarapan tanpa goyangan berarti. king tajam. Laju kapal yang kukemudikan stabil. Opa dan but. Beberapa burung camar terbang melintas. Suaranya meleng­ dung-gedung tinggi Hong Kong sudah terlihat, samar oleh ka­ Aku diam sejenak, memandang langit gelap di kejauhan. Ge­ ”Apakah prinsip itu yang dipahami saat Anda memberikan Kadek bahkan bisa menikmati sarapan tanpa goyangan berarti. king tajam. Laju kapal yang kukemudikan stabil. Opa dan but. Beberapa burung camar terbang melintas. Suaranya meleng­ dung-gedung tinggi Hong Kong sudah terlihat, samar oleh ka­ Aku diam sejenak, memandang langit gelap di kejauhan. Ge­ ”Apakah prinsip itu yang dipahami saat Anda memberikan Kadek bahkan bisa menikmati sarapan tanpa goyangan berarti. king tajam. Laju kapal yang kukemudikan stabil. Opa dan but. Beberapa burung camar terbang melintas. Suaranya meleng­ terlihat, samar oleh ka­ Aku diam sejenak, memandang langit gelap di kejauhan. Ge­ dung-gedung tinggi Hong Kong sudah terlihat, samar oleh ka­ ”Apakah prinsip itu yang dipahami saat Anda memberikan Kadek bahkan bisa menikmati sarapan tanpa goyangan berarti. king tajam. Laju kapal yang kukemudikan stabil. Opa dan but. Beberapa burung camar terbang melintas. Suaranya meleng­ jasa konsultasi?” Maryam bertanya lagi, dia sepertinya sudah tiba ”Apakah prinsip itu yang dipahami saat Anda memberikan Kadek bahkan bisa menikmati sarapan tanpa goyangan berarti. king tajam. Laju kapal yang kukemudikan stabil. Opa dan but. Beberapa burung camar terbang melintas. Suaranya meleng­ dung-gedung tinggi Hong Kong sudah terlihat, samar oleh ka­ jasa konsultasi?” Maryam bertanya lagi, dia sepertinya sudah tiba ”Apakah prinsip itu yang dipahami saat Anda memberikan Kadek bahkan bisa menikmati sarapan tanpa goyangan berarti. king tajam. Laju kapal yang kukemudikan stabil. Opa dan but. Beberapa burung camar terbang melintas. Suaranya meleng­ dung-gedung tinggi Hong Kong sudah terlihat, samar oleh ka­ jasa konsultasi?” Maryam bertanya lagi, dia sepertinya sudah tiba ”Apakah prinsip itu yang dipahami saat Anda memberikan Kadek bahkan bisa menikmati sarapan tanpa goyangan berarti. king tajam. Laju kapal yang kukemudikan stabil. Opa dan but. Beberapa burung camar terbang melintas. Suaranya meleng­ dung-gedung tinggi Hong Kong sudah terlihat, samar oleh ka­ jasa konsultasi?” Maryam bertanya lagi, dia sepertinya sudah tiba ”Apakah prinsip itu yang dipahami saat Anda memberikan Kadek bahkan bisa menikmati sarapan tanpa goyangan berarti. king tajam. Laju kapal yang kukemudikan stabil. Opa dan melintas. Suaranya meleng­ dung-gedung tinggi Hong Kong sudah terlihat, samar oleh ka­ but. Beberapa burung camar terbang melintas. Suaranya meleng­ jasa konsultasi?” Maryam bertanya lagi, dia sepertinya sudah tiba ”Apakah prinsip itu yang dipahami saat Anda memberikan Kadek bahkan bisa menikmati sarapan tanpa goyangan berarti. king tajam. Laju kapal yang kukemudikan stabil. Opa dan di bagian paling penting. jasa konsultasi?” Maryam bertanya lagi, dia sepertinya sudah tiba ”Apakah prinsip itu yang dipahami saat Anda memberikan Kadek bahkan bisa menikmati sarapan tanpa goyangan berarti. king tajam. Laju kapal yang kukemudikan stabil. Opa dan but. Beberapa burung camar terbang melintas. Suaranya meleng­ di bagian paling penting. jasa konsultasi?” Maryam bertanya lagi, dia sepertinya sudah tiba ”Apakah prinsip itu yang dipahami saat Anda memberikan Kadek bahkan bisa menikmati sarapan tanpa goyangan berarti. king tajam. Laju kapal yang kukemudikan stabil. Opa dan but. Beberapa burung camar terbang melintas. Suaranya meleng­ di bagian paling penting. jasa konsultasi?” Maryam bertanya lagi, dia sepertinya sudah tiba ”Apakah prinsip itu yang dipahami saat Anda memberikan Kadek bahkan bisa menikmati sarapan tanpa goyangan berarti. king tajam. Laju kapal yang kukemudikan stabil. Opa dan but. Beberapa burung camar terbang melintas. Suaranya meleng­ di bagian paling penting. jasa konsultasi?” Maryam bertanya lagi, dia sepertinya sudah tiba ”Apakah prinsip itu yang dipahami saat Anda memberikan Kadek bahkan bisa menikmati sarapan tanpa goyangan berarti. kukemudikan stabil. Opa dan but. Beberapa burung camar terbang melintas. Suaranya meleng­ king tajam. Laju kapal yang kukemudikan stabil. Opa dan di bagian paling penting. jasa konsultasi?” Maryam bertanya lagi, dia sepertinya sudah tiba ”Apakah prinsip itu yang dipahami saat Anda memberikan Kadek bahkan bisa menikmati sarapan tanpa goyangan berarti. ”Sejak Maggie bilang kalian hendak melakukan wawancara, di bagian paling penting. jasa konsultasi?” Maryam bertanya lagi, dia sepertinya sudah tiba ”Apakah prinsip itu yang dipahami saat Anda memberikan Kadek bahkan bisa menikmati sarapan tanpa goyangan berarti. king tajam. Laju kapal yang kukemudikan stabil. Opa dan ”Sejak Maggie bilang kalian hendak melakukan wawancara, di bagian paling penting. jasa konsultasi?” Maryam bertanya lagi, dia sepertinya sudah tiba ”Apakah prinsip itu yang dipahami saat Anda memberikan Kadek bahkan bisa menikmati sarapan tanpa goyangan berarti. king tajam. Laju kapal yang kukemudikan stabil. Opa dan ”Sejak Maggie bilang kalian hendak melakukan wawancara, di bagian paling penting. jasa konsultasi?” Maryam bertanya lagi, dia sepertinya sudah tiba ”Apakah prinsip itu yang dipahami saat Anda memberikan Kadek bahkan bisa menikmati sarapan tanpa goyangan berarti. king tajam. Laju kapal yang kukemudikan stabil. Opa dan ”Sejak Maggie bilang kalian hendak melakukan wawancara, di bagian paling penting. jasa konsultasi?” Maryam bertanya lagi, dia sepertinya sudah tiba ”Apakah prinsip itu yang dipahami saat Anda memberikan tanpa goyangan berarti. king tajam. Laju kapal yang kukemudikan stabil. Opa dan Kadek bahkan bisa menikmati sarapan tanpa goyangan berarti. ”Sejak Maggie bilang kalian hendak melakukan wawancara, di bagian paling penting. jasa”Sejak konsultasi?” Maryam bertanya lagi,lebih dia sepertinya sudah tiba ”Apakah prinsip itu yang dipahami saat Anda memberikan aku tahu kalian pasti akan bertanya banyak tentang unit Maggie bilang kalian hendak melakukan wawancara, di bagian paling penting. jasa konsultasi?” Maryam bertanya lagi, dia sepertinya sudah tiba ”Apakah prinsip itu yang dipahami saat Anda memberikan Kadek bahkan bisa menikmati sarapan tanpa goyangan berarti. aku tahu kalian pasti akan bertanya lebih banyak tentang unit ”Sejak Maggie bilang kalian hendak melakukan wawancara, di bagian paling penting. jasa konsultasi?” Maryam bertanya lagi, dia sepertinya sudah tiba ”Apakah prinsip itu yang dipahami saat Anda memberikan Kadek bahkan bisa menikmati sarapan tanpa goyangan berarti. aku tahu kalian pasti akan bertanya banyak tentang unit ”Sejak Maggie bilang kalian hendak melakukan wawancara, di bagian paling penting. jasa konsultasi?” Maryam bertanya lagi,lebih dia sepertinya sudah tiba ”Apakah prinsip itu yang dipahami saat Anda memberikan Kadek bahkan bisa menikmati sarapan tanpa goyangan berarti. aku tahu kalian pasti akan bertanya lebih banyak tentang unit ”Sejak Maggie bilang kalian hendak melakukan wawancara,



caranya, entah itu dengan manuver politik kelas tinggi, strategi kami sebagai konsultan strategi jelas, Maryam, yaitu memenangi baru dalam perusahaan konsultanku, bukan?” Aku tertawa. pemilihan. Kami dibayar mahal untuk tugas itu. Jadi apa pun ”Baiklah, akan kujawab banyak hal sebelum kau bertanya. Tugas komunikasi sophisticated, atau pencitraan level atas, sepanjang caranya, entah itu dengan manuver politik kelas tinggi, strategi berhasil menarik pemilih, semua sah-sah saja dilakukan. Bahkan baru dalam perusahaan konsultanku, bukan?” Aku tertawa. pemilihan. Kami dibayar mahal untuk tugas itu. Jadi apa pun ”Baiklah, akan kujawab banyak hal sebelum kau bertanya. Tugas komunikasi sophisticated, atau pencitraan level atas, sepanjang kami sebagai konsultan strategi jelas, Maryam, yaitu memenangi caranya, entah itu dengan manuver politik kelas tinggi, strategi berhasil menarik pemilih, semua sah-sah saja dilakukan. Bahkan baru dalam perusahaan konsultanku, bukan?” Aku tertawa. pemilihan. Kami dibayar mahal untuk tugas itu. Jadi apa pun ”Baiklah, akan kujawab banyak hal sebelum kau bertanya. Tugas komunikasi sophisticated, atau pencitraan level atas, sepanjang caranya, entah itu dengan manuver politik kelas tinggi, strategi kami sebagai konsultan strategi jelas, Maryam, yaitu memenangi berhasil menarik pemilih, semua sah-sah saja dilakukan. Bahkan baru dalam perusahaan konsultanku, bukan?” Aku tertawa. pemilihan. Kami dibayar mahal untuk tugas itu. Jadi apa pun ”Baiklah, akan kujawab banyak hal sebelum kau bertanya. Tugas komunikasi sophisticated, atau pencitraan level atas, sepanjang caranya, entah itu dengan manuver politik kelas tinggi, strategi kami sebagai konsultan strategi jelas, Maryam, yaitu memenangi berhasil menarik pemilih, semua sah-sah saja dilakukan. Bahkan komunikasi sophisticated, atau pencitraan level atas, sepanjang pemilihan. Kami dibayar mahal untuk tugas itu. Jadi apa pun ”Baiklah, akan kujawab banyak hal sebelum kau bertanya. Tugas caranya, entah itu dengan manuver politik kelas tinggi, strategi kami sebagai konsultan strategi jelas, Maryam, yaitu memenangi berhasil menarik pemilih, semua sah-sah saja dilakukan. Bahkan komunikasi sophisticated, atau pencitraan level atas, sepanjang hingga rekayasa kasar menjatuhkan lawan, meskipun tidak ba­ ”Baiklah, akan kujawab banyak hal sebelum kau bertanya. Tugas caranya, entah itu dengan manuver politik kelas tinggi, strategi kami sebagai konsultan strategi jelas, Maryam, yaitu memenangi berhasil menarik pemilih, semua sah-sah saja dilakukan. Bahkan pemilihan. Kami dibayar mahal untuk tugas itu. Jadi apa pun komunikasi sophisticated, atau pencitraan level atas, sepanjang hingga rekayasa kasar menjatuhkan lawan, meskipun tidak ba­ ”Baiklah, akan kujawab banyak hal sebelum kau bertanya. Tugas caranya, entah itu dengan manuver politik kelas tinggi, strategi kami sebagai konsultan strategi jelas, Maryam, yaitu memenangi berhasil menarik pemilih, semua sah-sah saja dilakukan. Bahkan komunikasi sophisticated, atau pencitraan level atas, sepanjang pemilihan. Kami dibayar mahal untuk tugas itu. Jadi apa pun hingga rekayasa kasar menjatuhkan lawan, meskipun tidak ba­ ”Baiklah, akan kujawab banyak hal sebelum kau bertanya. Tugas caranya, entah itu dengan manuver politik kelas tinggi, strategi kami sebagai konsultan strategi jelas, Maryam, yaitu memenangi berhasil menarik pemilih, semua sah-sah saja dilakukan. Bahkan komunikasi sophisticated, atau pencitraan level atas, sepanjang pemilihan. Kami dibayar mahal untuk tugas itu. Jadi apa pun hingga rekayasa kasar menjatuhkan lawan, meskipun tidak ba­ berhasil menarik pemilih, semua sah-sah saja dilakukan. Bahkan caranya, entah itu dengan manuver politik kelas tinggi, strategi kami sebagai konsultan strategi jelas, Maryam, yaitu memenangi komunikasi sophisticated, atau pencitraan level atas, sepanjang pemilihan. Kami dibayar mahal untuk tugas itu. Jadi apa pun hingga rekayasa kasar menjatuhkan lawan, meskipun tidak ba­ berhasil menarik pemilih, semua sah-sah saja dilakukan. Bahkan politik yang mau mengakui cara kotor ini, me­ nyak konsultan kami sebagai konsultan strategi jelas, Maryam, yaitu memenangi komunikasi sophisticated, atau pencitraan level atas, sepanjang pemilihan. Kami dibayar mahal untuk tugas itu. Jadi apa pun hingga rekayasa kasar menjatuhkan lawan, meskipun tidak ba­ caranya, entah itu dengan manuver politik kelas tinggi, strategi berhasil menarik pemilih, semua sah-sah saja dilakukan. Bahkan politik yang mau mengakui cara kotor ini, me­ nyak konsultan kami sebagai konsultan strategi jelas, Maryam, yaitu memenangi komunikasi sophisticated, atau pencitraan level atas, sepanjang pemilihan. Kami dibayar mahal untuk tugas itu. Jadi apa pun hingga rekayasa kasar menjatuhkan lawan, meskipun tidak ba­ berhasil menarik pemilih, semua sah-sah saja dilakukan. Bahkan caranya, entah itu dengan manuver politik kelas tinggi, strategi politik yang mau mengakui cara kotor ini, me­ nyak konsultan kami sebagai konsultan strategi jelas, Maryam, yaitu memenangi komunikasi sophisticated, atau pencitraan level atas, sepanjang pemilihan. Kami dibayar mahal untuk tugas itu. Jadi apa pun hingga rekayasa kasar menjatuhkan lawan, meskipun tidak ba­ berhasil menarik pemilih, semua sah-sah saja dilakukan. Bahkan caranya, entah itu dengan manuver politik kelas tinggi, strategi politik yang mau mengakui cara kotor ini, me­ nyak konsultan hingga rekayasa kasar menjatuhkan lawan, meskipun tidak ba­ komunikasi sophisticated, atau pencitraan level atas, sepanjang pemilihan. Kami dibayar mahal untuk tugas itu. Jadi apa pun berhasil menarik pemilih, semua sah-sah saja dilakukan. Bahkan caranya, entah itu dengan manuver politik kelas tinggi, strategi politik yang mau mengakui cara kotor ini, me­ nyak konsultan hingga rekayasa kasar menjatuhkan lawan, meskipun tidak ba­ milih bermuka dua, atau berusaha tampil seperti anak baik di pemilihan. Kami dibayar mahal untuk tugas itu. Jadi apa pun berhasil menarik pemilih, semua sah-sah saja dilakukan. Bahkan caranya, entah itu dengan manuver politik kelas tinggi, strategi politik yang mau mengakui cara kotor ini, me­ nyak konsultan komunikasi sophisticated, atau pencitraan level atas, sepanjang hingga rekayasa kasar menjatuhkan lawan, meskipun tidak ba­ milih bermuka dua, atau berusaha tampil seperti anak baik di pemilihan. Kami dibayar mahal untuk tugas itu. Jadi apa pun berhasil menarik pemilih, semua sah-sah saja dilakukan. Bahkan caranya, entah itu dengan manuver politik kelas tinggi, strategi politik yang mau mengakui cara kotor ini, me­ nyak konsultan hingga rekayasa kasar menjatuhkan lawan, meskipun tidak ba­ komunikasi sophisticated, atau pencitraan level atas, sepanjang milih bermuka dua, atau berusaha tampil seperti anak baik di pemilihan. Kami dibayar mahal untuk tugas itu. Jadi apa pun berhasil menarik pemilih, semua sah-sah saja dilakukan. Bahkan caranya, entah itu dengan manuver politik kelas tinggi, strategi politik yang mau mengakui cara kotor ini, me­ nyak konsultan hingga rekayasa kasar menjatuhkan lawan, meskipun tidak ba­ komunikasi sophisticated, atau pencitraan level atas, sepanjang milih bermuka dua, atau berusaha tampil seperti anak baik di politik yang mau mengakui cara kotor ini, me­ nyak konsultan berhasil menarik pemilih, semua sah-sah saja dilakukan. Bahkan caranya, entah itu dengan manuver politik kelas tinggi, strategi hingga rekayasa kasar menjatuhkan lawan, meskipun tidak ba­ komunikasi sophisticated, atau pencitraan level atas, sepanjang milih bermuka dua, atau berusaha tampil seperti anak baik di politik yang mau mengakui cara kotor ini, me­ nyak konsultan mana-mana. caranya, entah itu dengan manuver politik kelas tinggi, strategi hingga rekayasa kasar menjatuhkan lawan, meskipun tidak ba­ berhasil menarik pemilih, semua sah-sah saja dilakukan. Bahkan komunikasi sophisticated, atau pencitraan level atas, sepanjang milih bermuka dua, atau berusaha tampil seperti anak baik di politik yang mau mengakui cara kotor ini, me­ nyak konsultan mana-mana. caranya, entah itu dengan manuver politik kelas tinggi, strategi hingga rekayasa kasar menjatuhkan lawan, meskipun tidak ba­ komunikasi sophisticated, atau pencitraan level atas, sepanjang milih bermuka dua, atau berusaha tampil seperti anak baik di politik yang mau mengakui cara kotor ini, me­ nyak konsultan berhasil menarik pemilih, semua sah-sah saja dilakukan. Bahkan mana-mana. caranya, entah itu dengan manuver politik kelas tinggi, strategi hingga rekayasa kasar menjatuhkan lawan, meskipun tidak ba­ komunikasi sophisticated, atau pencitraan level atas, sepanjang milih bermuka dua, atau berusaha tampil seperti anak baik di politik yang mau mengakui cara kotor ini, me­ nyak konsultan berhasil menarik pemilih, semua sah-sah saja dilakukan. Bahkan mana-mana. milih bermuka dua, atau berusaha tampil seperti anak baik di hingga rekayasa kasar menjatuhkan lawan, meskipun tidak ba­ komunikasi sophisticated, atau pencitraan level atas, sepanjang politik yang mau mengakui cara kotor ini, me­ nyak konsultan berhasil menarik pemilih, semua sah-sah saja dilakukan. Bahkan mana-mana. milih bermuka dua, atau berusaha tampil seperti anak baik di ”Apakah kalian juga melakukan hal yang sama?” komunikasi sophisticated, atau pencitraan level atas, sepanjang hingga rekayasa kasar menjatuhkan lawan, meskipun tidak ba­ politik yang mau mengakui cara kotor ini, me­ nyak konsultan berhasil menarik pemilih, semua sah-sah saja dilakukan. Bahkan mana-mana. milih bermuka dua, atau berusaha tampil seperti anak baik di ”Apakah kalian juga melakukan hal yang sama?” komunikasi sophisticated, atau pencitraan level atas, sepanjang politik yang mau mengakui cara kotor ini, me­ nyak konsultan berhasil menarik pemilih, semua sah-sah saja dilakukan. Bahkan mana-mana. milih bermuka dua, atau berusaha tampil seperti anak baik di hingga rekayasa kasar menjatuhkan lawan, meskipun tidak ba­ ”Apakah kalian juga melakukan hal yang sama?” komunikasi sophisticated, atau pencitraan level atas, sepanjang politik yang mau mengakui cara kotor ini, me­ nyak konsultan berhasil menarik pemilih, semua sah-sah saja dilakukan. Bahkan mana-mana. milih bermuka dua, atau berusaha tampil seperti anak baik di hingga rekayasa kasar menjatuhkan lawan, meskipun tidak ba­ ”Apakah kalian juga melakukan hal yang sama?” mana-mana. politik yang mau mengakui cara kotor ini, me­ nyak konsultan berhasil menarik pemilih, semua sah-sah saja dilakukan. Bahkan milih bermuka dua, atau berusaha tampil seperti anak baik di hingga rekayasa kasar menjatuhkan lawan, meskipun tidak ba­ ”Apakah kalian juga melakukan hal yang sama?” mana-mana. Aku tertawa lagi. ”Belum. Semoga tidak pernah. Fondasi kami berhasil menarik pemilih, semua sah-sah saja dilakukan. Bahkan nyak konsultan politik yang mau mengakui cara kotor ini, me­ milih bermuka dua, atau berusaha tampil seperti anak baik di hingga rekayasa kasar menjatuhkan lawan, meskipun tidak ba­ ”Apakah kalian juga melakukan hal yang sama?” mana-mana. Aku tertawa lagi. ”Belum. Semoga tidak pernah. Fondasi kami berhasil menarik pemilih, semua sah-sah saja dilakukan. Bahkan milih bermuka dua, atau berusaha tampil seperti anak baik di hingga rekayasa kasar menjatuhkan lawan, meskipun tidak ba­ ”Apakah kalian juga melakukan hal yang sama?” mana-mana. politik yang mau mengakui cara kotor ini, me­ nyak konsultan Aku tertawa lagi. ”Belum. Semoga tidak pernah. Fondasi kami berhasil menarik pemilih, semua sah-sah saja dilakukan. Bahkan milih bermuka dua, atau berusaha tampil seperti anak baik di hingga rekayasa kasar menjatuhkan lawan, meskipun tidak ba­ ”Apakah kalian juga melakukan hal yang sama?” mana-mana. politik yang mau mengakui cara kotor ini, me­ nyak konsultan Aku tertawa lagi. ”Belum. Semoga tidak pernah. Fondasi kami ”Apakah kalian juga melakukan hal yang sama?” milih bermuka dua, atau berusaha tampil seperti anak baik di hingga rekayasa kasar menjatuhkan lawan, meskipun tidak ba­ mana-mana. politik yang mau mengakui cara kotor ini, me­ nyak konsultan Aku tertawa lagi. ”Belum. Semoga tidak pernah. Fondasi kami ”Apakah kalian juga melakukan hal yang sama?” adalah perusahaan konsultan keuangan, Maryam. Sebagai hingga rekayasa kasar menjatuhkan lawan, meskipun tidak ba­ milih bermuka dua, atau berusaha tampil seperti anak baik di mana-mana. politik yang mau mengakui cara kotor ini, me­ nyak konsultan Aku tertawa lagi. ”Belum. Semoga tidak pernah. Fondasi kami ”Apakah kalian juga melakukan hal yang sama?” adalah perusahaan konsultan keuangan, Maryam. Sebagai hingga rekayasa kasar menjatuhkan lawan, meskipun tidak ba­ mana-mana. politik yang mau mengakui cara kotor ini, me­ nyak konsultan Aku tertawa lagi. ”Belum. Semoga tidak pernah. Fondasi kami ”Apakah kalian juga melakukan hal yang sama?” milih bermuka dua, atau berusaha tampil seperti anak baik di adalah perusahaan konsultan keuangan, Maryam. Sebagai hingga rekayasa kasar menjatuhkan lawan, meskipun tidak ba­ mana-mana. politik yang mau mengakui cara kotor ini, me­ nyak konsultan Aku tertawa lagi. ”Belum. Semoga tidak pernah. Fondasi kami ”Apakah kalian juga melakukan hal yang sama?” milih bermuka dua, atau berusaha tampil seperti anak baik di adalah perusahaan konsultan keuangan, Maryam. Sebagai Aku tertawa lagi. ”Belum. Semoga tidak pernah. Fondasi kami mana-mana. politik yang mau mengakui cara kotor ini, me­ nyak konsultan ”Apakah kalian juga melakukan hal yang sama?” milih bermuka dua, atau berusaha tampil seperti anak baik di adalah perusahaan konsultan keuangan, Maryam. Sebagai Aku tertawa lagi. ”Belum. Semoga tidak pernah. Fondasi kami perusahaan konsultan modern, kami selalu punya pendekatan mana-mana. politik yang mau mengakui cara kotor ini, me­ nyak konsultan ”Apakah kalian juga melakukan hal yang sama?” milih bermuka dua, atau berusaha tampil seperti anak baik di adalah perusahaan konsultan keuangan, Maryam. Sebagai Aku tertawa lagi. ”Belum. Semoga tidak pernah. Fondasi kami perusahaan konsultan modern, kami selalu punya pendekatan politik yang mau mengakui cara kotor ini, me­ nyak konsultan ”Apakah kalian juga melakukan hal yang sama?” milih bermuka dua, atau berusaha tampil seperti anak baik di adalah perusahaan konsultan keuangan, Maryam. Sebagai Aku tertawa lagi. ”Belum. Semoga tidak pernah. Fondasi kami mana-mana. perusahaan konsultan modern, kami selalu punya pendekatan politik yang mau mengakui cara kotor ini, me­ nyak konsultan ”Apakah kalian juga melakukan hal yang sama?” milih bermuka dua, atau berusaha tampil seperti anak baik di adalah perusahaan konsultan keuangan, Maryam. Sebagai Aku tertawa lagi. ”Belum. Semoga tidak pernah. Fondasi kami mana-mana. perusahaan konsultan modern, kami selalu punya pendekatan adalah perusahaan konsultan keuangan, Maryam. Sebagai ”Apakah kalian juga melakukan hal yang sama?” milih bermuka dua, atau berusaha tampil seperti anak baik di Aku tertawa lagi. ”Belum. Semoga tidak pernah. Fondasi kami mana-mana. perusahaan konsultan modern, kami selalu punya pendekatan ”Apakah kalian juga melakukan hal yang sama?” adalah perusahaan konsultan keuangan, Maryam. Sebagai ilmiah atas segala isu yang ada. Tetapi jika lawan politik milih bermuka dua, atau berusaha tampil seperti anak baik di Aku tertawa lagi. ”Belum. Semoga tidak pernah. Fondasi kami mana-mana. perusahaan konsultan modern, kami selalu punya pendekatan adalah perusahaan konsultan keuangan, Maryam. Sebagai ilmiah atas segala isu yang ada. Tetapi jika lawan politik milih bermuka dua, atau berusaha tampil seperti anak baik di Aku tertawa lagi. ”Belum. Semoga tidak pernah. Fondasi mana-mana. perusahaan konsultan modern, kami selalu punya pendekatan adalah perusahaan konsultan keuangan, Maryam. Sebagai ”Apakah kalian juga melakukan hal yang sama?” ilmiah atas segala isu yang ada. Tetapi jika lawan politik kami milih bermuka dua, atau berusaha tampil seperti anak baik di Aku tertawa lagi. ”Belum. Semoga tidak pernah. Fondasi mana-mana. perusahaan konsultan modern, kami selalu punya pendekatan adalah perusahaan konsultan keuangan, Maryam. Sebagai ”Apakah kalian juga melakukan hal yang sama?” ilmiah atas segala isu yang ada. Tetapi jika lawan politik kami perusahaan konsultan modern, kami selalu punya pendekatan Aku tertawa lagi. ”Belum. Semoga tidak pernah. Fondasi mana-mana. adalah perusahaan konsultan keuangan, Maryam. Sebagai ”Apakah kalian juga melakukan hal yang sama?” ilmiah atas segala isu yang ada. Tetapi jika lawan politik kami Aku tertawa lagi. ”Belum. Semoga tidak pernah. Fondasi kami perusahaan konsultan modern, kami selalu punya pendekatan melakukan hal tersebut kepada kami, aku tidak tahu, boleh jadi mana-mana. adalah perusahaan konsultan keuangan, Maryam. Sebagai ”Apakah kalian juga melakukan hal yang sama?” ilmiah atas segala isu yang ada. Tetapi jika lawan politik kami perusahaan konsultan modern, kami selalu punya pendekatan melakukan hal tersebut kepada kami, aku tidak tahu, boleh jadi mana-mana. adalah perusahaan konsultan keuangan, Maryam. Sebagai ”Apakah kalian juga melakukan hal yang sama?” ilmiah atas segala isu yang ada. Tetapi jika lawan politik kami perusahaan konsultan modern, kami selalu punya pendekatan Aku tertawa lagi. ”Belum. Semoga tidak pernah. Fondasi melakukan hal tersebut kepada kami, aku tidak tahu, boleh jadi mana-mana. adalah perusahaan konsultan keuangan, Maryam. Sebagai ”Apakah kalian melakukan hal yang sama?” ilmiah atas segala isu yang ada. Tetapi jika lawan politik kami perusahaan konsultan modern, kami selalu punya pendekatan Aku tertawa lagi.juga ”Belum. Semoga tidak pernah. Fondasi melakukan hal tersebut kepada kami, aku tidak tahu, boleh jadi ilmiah atas segala isu yang ada. Tetapi jika lawan politik kami adalah perusahaan konsultan keuangan, Maryam. Sebagai ”Apakah kalian juga melakukan hal yang sama?” perusahaan konsultan modern, kami selalu punya pendekatan Aku tertawa lagi. ”Belum. Semoga tidak pernah. Fondasi melakukan hal tersebut kepada kami, aku tidak tahu, boleh jadi adalah perusahaan konsultan keuangan, Maryam. Sebagai ilmiah atas segala isu yang ada. Tetapi jika lawan politik kami mereka harus bersiap berhadapan dengan sisi lain dari perusa­ ”Apakah kalian juga melakukan hal yang sama?” perusahaan konsultan modern, kami selalu punya pendekatan Aku tertawa lagi. ”Belum. Semoga tidak pernah. Fondasi melakukan hal tersebut kepada kami, aku tidak tahu, boleh jadi ilmiah atas segala isu yang ada. Tetapi jika lawan politik kami mereka harus bersiap berhadapan dengan sisi lain dari perusa­ ”Apakah kalian juga melakukan hal yang sama?” perusahaan konsultan modern, kami selalu punya pendekatan Aku tertawa lagi. ”Belum. Semoga tidak pernah. Fondasi melakukan hal tersebut kepada kami, aku tidak tahu, boleh jadi ilmiah atas segala isu yang ada. Tetapi jika lawan politik kami adalah perusahaan konsultan keuangan, Maryam. Sebagai mereka harus bersiap berhadapan dengan sisi lain dari perusa­ ”Apakah kalian juga melakukan hal yang sama?” perusahaan konsultan modern, kami selalu punya pendekatan Aku tertawa lagi. ”Belum. Semoga tidak pernah. Fondasi melakukan hal tersebut kepada kami, aku tidak tahu, boleh jadi ilmiah atas segala isu yang ada. Tetapi jika lawan politik kami adalah perusahaan konsultan keuangan, Maryam. Sebagai mereka harus bersiap berhadapan dengan sisi lain dari perusa­ melakukan hal tersebut kepada kami, aku tidak tahu, boleh jadi perusahaan konsultan modern, kami selalu punya pendekatan Aku tertawa lagi. ”Belum. Semoga tidak pernah. Fondasi ilmiah atas segala isu yang ada. Tetapi jika lawan politik kami adalah perusahaan konsultan keuangan, Maryam. Sebagai mereka harus bersiap berhadapan dengan sisi lain dari perusa­ perusahaan konsultan modern, kami selalu punya pendekatan melakukan hal tersebut kepada kami, aku tidak tahu, boleh jadi haan ini. Saat membuka unit bisnis baru tersebut, aku tahu Aku tertawa lagi. ”Belum. Semoga tidak pernah. Fondasi ilmiah atas segala isu yang ada. Tetapi jika lawan politik kami adalah perusahaan konsultan keuangan, Maryam. Sebagai mereka harus bersiap berhadapan dengan sisi lain dari perusa­ melakukan hal tersebut kepada kami, aku tidak tahu, boleh jadi haan ini. Saat membuka unit bisnis baru tersebut, aku tahu Aku tertawa lagi. ”Belum. Semoga tidak pernah. Fondasi ilmiah atas segala isu yang ada. Tetapi jika lawan politik kami adalah perusahaan konsultan keuangan, Maryam. Sebagai mereka harus bersiap berhadapan dengan sisi lain dari perusa­ melakukan hal tersebut kepada kami, aku tidak tahu, boleh jadi perusahaan konsultan modern, kami selalu punya pendekatan haan ini. Saat membuka unit bisnis baru tersebut, aku tahu Aku tertawa lagi. ”Belum. Semoga tidak pernah. Fondasi ilmiah atas segala isu yang ada. Tetapi jika lawan politik kami adalah perusahaan konsultan keuangan, Maryam. Sebagai mereka harus bersiap berhadapan dengan sisi lain dari perusa­ melakukan hal tersebut kepada kami, aku tidak tahu, boleh jadi perusahaan konsultan modern, kami selalu punya pendekatan haan ini. Saat membuka unit bisnis baru tersebut, aku tahu mereka harus bersiap berhadapan dengan sisi lain dari perusa­ ilmiah atas segala isu yang ada. Tetapi jika lawan politik kami adalah perusahaan konsultan keuangan, Maryam. Sebagai melakukan hal tersebut kepada kami, aku tidak tahu, boleh jadi perusahaan konsultan modern, kami selalu punya pendekatan atas segala isu yang ada. Tetapi jika lawan politik kami haan ini. Saat membuka unit bisnis baru tersebut, aku tahu mereka harus bersiap berhadapan dengan sisi lain dari perusa­ persis risikonya, dan bersiap atas kemungkinan terburuk. adalah perusahaan konsultan keuangan, Maryam. Sebagai melakukan hal tersebut kepada kami, aku tidak tahu, boleh jadi perusahaan konsultan modern, kami selalu punya pendekatan haan ini. Saat membuka unit bisnis baru tersebut, aku tahu mereka harus bersiap berhadapan dengan sisi lain dari perusa­ persis risikonya, dan bersiap atas kemungkinan terburuk. adalah perusahaan konsultan keuangan, Maryam. Sebagai melakukan hal tersebut kepada kami, aku tidak tahu, boleh jadi perusahaan konsultan modern, kami selalu punya pendekatan haan ini. Saat membuka unit bisnis baru tersebut, aku tahu mereka harus bersiap berhadapan dengan sisi lain dari perusa­ ilmiah atas segala isu yang ada. Tetapi jika lawan politik kami persis risikonya, dan bersiap atas kemungkinan terburuk. adalah perusahaan konsultan keuangan, Maryam. Sebagai melakukan hal tersebut kepada kami, aku tidak tahu, boleh jadi perusahaan konsultan modern, kami selalu punya pendekatan haan ini. Saat membuka unit bisnis baru tersebut, aku tahu mereka harus bersiap berhadapan dengan sisi lain dari perusa­ ilmiah atas segala isu yang ada. Tetapi jika lawan politik kami persis risikonya, dan bersiap atas kemungkinan terburuk. haan ini. Saat membuka unit bisnis baru tersebut, aku tahu melakukan hal tersebut kepada kami, aku tidak tahu, boleh jadi perusahaan konsultan modern, kami selalu punya pendekatan hal tersebut kepada kami, aku tidak tahu, boleh jadi mereka harus bersiap berhadapan dengan sisi lain dari perusa­ ilmiah atas segala isu yang ada. Tetapi jika lawan politik kami persis risikonya, dan bersiap atas kemungkinan terburuk. haan ini. Saat membuka unit bisnis baru tersebut, aku tahu ”Kau wartawan politik, Maryam, jadi pasti tahu sejarah po­ perusahaan konsultan modern, kami selalu punya pendekatan mereka harus bersiap berhadapan dengan sisi lain dari perusa­ ilmiah atas segala isu yang ada. Tetapi jika lawan politik kami persis risikonya, dan bersiap atas kemungkinan terburuk. haan ini. Saat membuka unit bisnis baru tersebut, aku tahu ”Kau wartawan politik, Maryam, jadi pasti tahu sejarah po­ perusahaan konsultan modern, kami selalu punya pendekatan mereka harus bersiap berhadapan dengan sisi lain dari perusa­ ilmiah atas segala isu yang ada. Tetapi jika lawan politik kami persis risikonya, dan bersiap atas kemungkinan terburuk. haan ini. Saat membuka unit bisnis baru tersebut, aku tahu melakukan hal tersebut kepada kami, aku tidak tahu, boleh jadi ”Kau wartawan politik, Maryam, jadi pasti tahu sejarah po­ perusahaan konsultan modern, kami selalu punya pendekatan mereka harus bersiap berhadapan dengan sisi lain dari perusa­ ilmiah atas segala isu yang ada. Tetapi jika lawan politik kami persis risikonya, dan bersiap atas kemungkinan terburuk. haan ini. Saat membuka unit bisnis baru tersebut, aku tahu melakukan hal tersebut kepada kami, aku tidak tahu, boleh jadi ”Kau wartawan politik, Maryam, jadi pasti tahu sejarah po­ persis risikonya, dan bersiap atas kemungkinan terburuk. mereka harus bersiap berhadapan dengan sisi lain dari perusa­ ilmiah atas segala isu yang ada. Tetapi jika lawan politik kami harus bersiap berhadapan dengan sisi lain dari perusa­ haan ini. Saat membuka unit bisnis baru tersebut, aku tahu melakukan hal tersebut kepada kami, aku tidak tahu, boleh jadi ”Kau wartawan politik, Maryam, jadi pasti tahu sejarah po­ persis risikonya, dan bersiap atas kemungkinan terburuk. litik dunia. Kau pasti tahu cerita Brutus menusuk Julius Caesar ilmiah atas segala isu yang ada. Tetapi jika lawan politik kami haan ini. Saat membuka unit bisnis baru tersebut, aku tahu melakukan hal tersebut kepada kami, aku tidak tahu, boleh jadi ”Kau wartawan politik, Maryam, jadi pasti tahu sejarah po­ persis risikonya, dan bersiap atas kemungkinan terburuk. litik dunia. Kau pasti tahu cerita Brutus menusuk Julius Caesar ilmiah atas segala isu yang ada. Tetapi jika lawan politik kami haan ini. Saat membuka unit bisnis baru tersebut, aku tahu melakukan hal tersebut kepada kami, aku tidak tahu, boleh jadi ”Kau wartawan politik, Maryam, jadi pasti tahu sejarah po­ persis risikonya, dan bersiap atas kemungkinan terburuk. mereka harus bersiap berhadapan dengan sisi lain dari perusa­ litik dunia. Kau pasti tahu cerita Brutus menusuk Julius Caesar ilmiah atas segala isu yang ada. Tetapi jika lawan politik kami haan ini. Saat membuka unit bisnis baru tersebut, aku tahu melakukan hal tersebut kepada kami, aku tidak tahu, boleh jadi ”Kau wartawan politik, Maryam, jadi pasti tahu sejarah po­ persis risikonya, dan bersiap atas kemungkinan terburuk. mereka harus bersiap berhadapan dengan sisi lain dari perusa­ litik dunia. Kau pasti tahu cerita Brutus menusuk Julius Caesar ”Kau wartawan politik, Maryam, jadi pasti tahu sejarah po­ haan Saat membuka unit bisnis baru tersebut, aku tahu melakukan hal tersebut kepada kami, aku tidak tahu, boleh jadi ini. Saat membuka unit bisnis baru tersebut, aku tahu persis risikonya, dan bersiap atas kemungkinan terburuk. mereka harus bersiap berhadapan dengan sisi lain dari perusa­ litik dunia. Kau pasti tahu cerita Brutus menusuk Julius Caesar ”Kau wartawan politik, Maryam, jadi pasti tahu sejarah po­ dalam sebuah konspirasi politik besar. Sejarah kelam itu akan melakukan hal tersebut kepada kami, aku tidak tahu, boleh jadi persis risikonya, dan bersiap atas kemungkinan terburuk. mereka harus bersiap berhadapan dengan sisi lain dari perusa­ litik dunia. Kau pasti tahu cerita Brutus menusuk Julius Caesar ”Kau wartawan politik, Maryam, jadi pasti tahu sejarah po­ dalam sebuah konspirasi politik besar. Sejarah kelam itu akan melakukan hal tersebut kepada kami, aku tidak tahu, boleh jadi persis risikonya, dan bersiap atas kemungkinan terburuk. mereka harus bersiap berhadapan dengan sisi lain dari perusa­ litik dunia. Kau pasti tahu cerita Brutus menusuk Julius Caesar ”Kau wartawan politik, Maryam, jadi pasti tahu sejarah po­ haan ini. Saat membuka unit bisnis baru tersebut, aku tahu dalam sebuah konspirasi politik besar. Sejarah kelam itu akan melakukan hal tersebut kepada kami, aku tidak tahu, boleh jadi persis risikonya, dan bersiap atas kemungkinan terburuk. mereka harus bersiap berhadapan dengan sisi lain dari perusa­ litik dunia. Kau pasti tahu cerita Brutus menusuk Julius Caesar ”Kau wartawan politik, Maryam, jadi pasti tahu sejarah po­ haan ini. Saat membuka unit bisnis baru tersebut, aku tahu dalam sebuah konspirasi politik besar. Sejarah kelam itu akan litik dunia. Kau pasti tahu cerita Brutus menusuk Julius Caesar persis risikonya, dan bersiap atas kemungkinan terburuk. mereka harus bersiap berhadapan dengan sisi lain dari perusa­ risikonya, dan bersiap atas kemungkinan terburuk. ”Kau wartawan politik, Maryam, jadi pasti tahu sejarah po­ haan ini. Saat membuka unit bisnis baru tersebut, aku tahu dalam sebuah konspirasi politik besar. Sejarah kelam itu akan litik dunia. Kau pasti tahu cerita Brutus menusuk Julius Caesar selalu diingat siapa pun yang memasuki gelanggang politik. Ka­ mereka harus bersiap berhadapan dengan sisi lain dari perusa­ ”Kau wartawan politik, Maryam, jadi pasti tahu sejarah po­ haan ini. Saat membuka unit bisnis baru tersebut, aku tahu dalam sebuah konspirasi politik besar. Sejarah kelam itu akan litik dunia. Kau pasti tahu cerita Brutus menusuk Julius Caesar selalu diingat siapa pun yang memasuki gelanggang politik. Ka­ mereka harus bersiap berhadapan dengan sisi lain dari perusa­ ”Kau wartawan politik, Maryam, jadi pasti tahu sejarah po­ haan ini. Saat membuka unit bisnis baru tersebut, aku tahu dalam sebuah konspirasi politik besar. Sejarah kelam itu akan litik dunia. Kau pasti tahu cerita Brutus menusuk Julius Caesar persis risikonya, dan bersiap atas kemungkinan terburuk. selalu diingat siapa pun yang memasuki gelanggang politik. Ka­ mereka harus bersiap berhadapan dengan sisi lain dari perusa­ ”Kau wartawan politik, Maryam, jadi pasti tahu sejarah po­ haan ini. Saat membuka unit bisnis baru tersebut, aku tahu dalam sebuah konspirasi politik besar. Sejarah kelam itu akan litik dunia. Kau pasti tahu cerita Brutus menusuk Julius Caesar persis risikonya, dan bersiap atas kemungkinan terburuk. selalu diingat siapa pun yang memasuki gelanggang politik. Ka­ ”Kau wartawan politik, Maryam, jadi pasti tahu sejarah po­ dalam sebuah konspirasi politik besar. Sejarah kelam itu akan wartawan politik, Maryam, jadi pasti tahu sejarah po­ haan ini. Saat membuka unit bisnis baru tersebut, aku tahu litik dunia. Kau pasti tahu cerita Brutus menusuk Julius Caesar persis risikonya, dan bersiap atas kemungkinan terburuk. selalu diingat siapa pun yang memasuki gelanggang politik. Ka­ dalam sebuah konspirasi politik besar. Sejarah kelam itu akan rena hingga hari ini, kita tetap hidup di alam yang sama atas haan ini. Saat membuka unit bisnis baru tersebut, aku tahu litik dunia. Kau pasti tahu cerita Brutus menusuk Julius Caesar persis risikonya, dan bersiap atas kemungkinan terburuk. selalu diingat siapa pun yang memasuki gelanggang politik. Ka­ dalam sebuah konspirasi politik besar. Sejarah kelam itu akan rena hingga hari ini, kita tetap hidup di alam yang sama atas haan ini. Saat membuka unit bisnis baru tersebut, aku tahu litik dunia. Kau pasti tahu cerita Brutus menusuk Julius Caesar persis risikonya, dan bersiap atas kemungkinan terburuk. selalu diingat siapa pun yang memasuki gelanggang politik. Ka­ dalam sebuah konspirasi politik besar. Sejarah kelam itu akan ”Kau wartawan politik, Maryam, jadi pasti tahu sejarah po­ rena hingga hari ini, kita tetap hidup di alam yang sama atas haan ini. Saat membuka unit bisnis baru tersebut, aku tahu litik dunia. Kau pasti tahu cerita Brutus menusuk Julius Caesar persis risikonya, dan bersiap atas kemungkinan terburuk. selalu diingat siapa pun yang memasuki gelanggang politik. Ka­ dalam sebuah konspirasi politik besar. Sejarah kelam itu akan ”Kau wartawan politik, Maryam, jadi pasti tahu sejarah po­ rena hingga hari ini, kita tetap hidup di alam yang sama atas dunia. Kau pasti tahu cerita Brutus menusuk Julius Caesar selalu diingat siapa pun yang memasuki gelanggang politik. Ka­ litik dunia. Kau pasti tahu cerita Brutus menusuk Julius Caesar persis risikonya, dan bersiap atas kemungkinan terburuk. dalam sebuah konspirasi politik besar. Sejarah kelam itu akan ”Kau wartawan politik, Maryam, jadi pasti tahu sejarah po­ rena hingga hari ini, kita tetap hidup di alam yang sama atas selalu diingat siapa pun yang memasuki gelanggang politik. Ka­ kejadian tersebut: kerakusan politik. Bedanya, pemain politik persis risikonya, dan bersiap atas kemungkinan terburuk. dalam sebuah konspirasi politik besar. Sejarah kelam itu akan ”Kau wartawan politik, Maryam, jadi pasti tahu sejarah po­ rena hingga hari ini, kita tetap hidup di alam yang sama atas selalu diingat siapa pun yang memasuki gelanggang politik. Ka­ kejadian tersebut: kerakusan politik. Bedanya, pemain politik persis risikonya, dan bersiap atas kemungkinan terburuk. dalam sebuah konspirasi politik besar. Sejarah kelam itu akan ”Kau wartawan politik, Maryam, jadi pasti tahu sejarah po­ rena hingga hari ini, kita tetap hidup di alam yang sama atas selalu diingat siapa pun yang memasuki gelanggang politik. Ka­ litik dunia. Kau pasti tahu cerita Brutus menusuk Julius Caesar kejadian tersebut: kerakusan politik. Bedanya, pemain politik persis risikonya, dan bersiap atas kemungkinan terburuk. dalam sebuah konspirasi politik besar. Sejarah kelam itu akan ”Kau wartawan politik, Maryam, jadi pasti tahu sejarah po­ rena hingga hari ini, kita tetap hidup di alam yang sama atas selalu diingat siapa pun yang memasuki gelanggang politik. Ka­ litik dunia. Kau pasti tahu cerita Brutus menusuk Julius Caesar kejadian tersebut: kerakusan politik. Bedanya, pemain politik sebuah konspirasi politik besar. Sejarah kelam itu akan rena hingga hari ini, kita tetap hidup di alam yang sama atas dalam sebuah konspirasi politik besar. Sejarah kelam itu akan ”Kau wartawan politik, Maryam, jadi pasti tahu sejarah po­ selalu diingat siapa pun yang memasuki gelanggang politik. Ka­ litik dunia. Kau pasti tahu cerita Brutus menusuk Julius Caesar kejadian tersebut: kerakusan politik. Bedanya, pemain politik rena hingga hari ini, kita tetap hidup di alam yang sama atas hari ini tidak membawa pisau ke mana-mana. Mereka membawa ”Kau wartawan politik, Maryam, jadi pasti tahu sejarah po­ selalu diingat siapa pun yang memasuki gelanggang politik. Ka­ litik dunia. Kau pasti tahu cerita Brutus menusuk Julius Caesar kejadian tersebut: kerakusan politik. Bedanya, pemain politik rena hingga hari ini, kita tetap hidup di alam yang sama atas hari ini tidak membawa pisau ke mana-mana. Mereka membawa ”Kau wartawan politik, Maryam, jadi pasti tahu sejarah po­ selalu diingat siapa pun yang memasuki gelanggang politik. Ka­ litik dunia. Kau pasti tahu cerita Brutus menusuk Julius Caesar kejadian tersebut: kerakusan politik. Bedanya, pemain politik rena hingga hari ini, kita tetap hidup di alam yang sama atas dalam sebuah konspirasi politik besar. Sejarah kelam itu akan hari ini tidak membawa pisau ke mana-mana. Mereka membawa ”Kau wartawan politik, Maryam, jadi pasti tahu sejarah po­ selalu diingat siapa pun yang memasuki gelanggang politik. Ka­ litik dunia. Kau pasti tahu cerita Brutus menusuk Julius Caesar kejadian tersebut: kerakusan politik. Bedanya, pemain politik rena hingga hari ini, kita tetap hidup di alam yang sama atas dalam sebuah konspirasi politik besar. Sejarah kelam itu akan hari ini tidak membawa pisau ke mana-mana. Mereka membawa selalu diingat siapa pun yang memasuki gelanggang politik. Ka­ kejadian tersebut: kerakusan politik. Bedanya, pemain politik diingat siapa pun yang memasuki gelanggang politik. Ka­ litik dunia. Kau pasti tahu cerita Brutus menusuk Julius Caesar rena hingga hari ini, kita tetap hidup di alam yang sama atas dalam sebuah konspirasi politik besar. Sejarah kelam itu akan hari ini tidak membawa pisau ke mana-mana. Mereka membawa kejadian tersebut: kerakusan politik. Bedanya, pemain politik amunisi lain yang boleh jadi lebih kejam dan mengerikan untuk litik dunia. Kau pasti tahu cerita Brutus menusuk Julius Caesar rena hingga hari ini, kita tetap hidup di alam yang sama atas dalam sebuah konspirasi politik besar. Sejarah kelam itu akan hari ini tidak membawa pisau ke mana-mana. Mereka membawa kejadian tersebut: kerakusan politik. Bedanya, pemain politik amunisi lain yang boleh jadi lebih kejam dan mengerikan untuk litik dunia. Kau pasti tahu cerita Brutus menusuk Julius Caesar rena hingga hari ini, kita tetap hidup di alam yang sama atas dalam sebuah konspirasi politik besar. Sejarah kelam itu akan hari ini tidak membawa pisau ke mana-mana. Mereka membawa kejadian tersebut: kerakusan politik. Bedanya, pemain politik selalu diingat siapa pun yang memasuki gelanggang politik. Ka­ amunisi lain yang boleh jadi lebih kejam dan mengerikan untuk litik dunia. Kau pasti tahu cerita Brutus menusuk Julius Caesar rena hingga hari ini, kita tetap hidup di alam yang sama atas dalam sebuah konspirasi politik besar. Sejarah kelam itu akan hari ini tidak membawa pisau ke mana-mana. Mereka membawa kejadian tersebut: kerakusan politik. Bedanya, pemain politik selalu diingat siapa pun yang memasuki gelanggang politik. Ka­ amunisi lain yang boleh jadi lebih kejam dan mengerikan untuk hingga hari ini, kita tetap hidup di alam yang sama atas hari ini tidak membawa pisau ke mana-mana. Mereka membawa rena hingga hari ini, kita tetap hidup di alam yang sama atas dalam sebuah konspirasi politik besar. Sejarah kelam itu akan kejadian tersebut: kerakusan politik. Bedanya, pemain politik selalu diingat siapa pun yang memasuki gelanggang politik. Ka­ amunisi lain yang boleh jadi lebih kejam dan mengerikan untuk hari ini tidak membawa pisau ke mana-mana. Mereka membawa menjatuhkan pesaingnya. Mereka memiliki banyak wajah, me­ dalam sebuah konspirasi politik besar. Sejarah kelam itu akan kejadian tersebut: kerakusan politik. Bedanya, pemain politik selalu diingat siapa pun yang memasuki gelanggang politik. Ka­ amunisi lain yang boleh jadi lebih kejam dan mengerikan untuk hari ini tidak membawa pisau ke mana-mana. Mereka membawa menjatuhkan pesaingnya. Mereka memiliki banyak wajah, me­ dalam sebuah konspirasi politik besar. Sejarah kelam itu akan kejadian tersebut: kerakusan politik. Bedanya, pemain politik selalu diingat siapa pun yang memasuki gelanggang politik. Ka­ amunisi lain yang boleh jadi lebih kejam dan mengerikan untuk hari ini tidak membawa pisau ke mana-mana. Mereka membawa rena hingga hari ini, kita tetap hidup di alam yang sama atas menjatuhkan pesaingnya. Mereka memiliki banyak wajah, me­ dalam sebuah konspirasi politik besar. Sejarah kelam itu akan kejadian tersebut: kerakusan politik. Bedanya, pemain politik selalu diingat siapa pun yang memasuki gelanggang politik. Ka­ amunisi lain yang boleh jadi lebih kejam dan mengerikan untuk tersebut: kerakusan politik. Bedanya, pemain politik hari ini tidak membawa pisau ke mana-mana. Mereka membawa rena hingga hari ini, kita tetap hidup di alam yang sama atas menjatuhkan pesaingnya. Mereka memiliki banyak wajah, me­ amunisi lain yang boleh jadi lebih kejam dan mengerikan untuk kejadian tersebut: kerakusan politik. Bedanya, pemain politik selalu diingat siapa pun yang memasuki gelanggang politik. Ka­ hari ini tidak membawa pisau ke mana-mana. Mereka membawa rena hingga hari ini, kita tetap hidup di alam yang sama atas menjatuhkan pesaingnya. Mereka memiliki banyak wajah, me­ amunisi lain yang boleh jadi lebih kejam dan mengerikan untuk selalu diingat siapa pun yang memasuki Ka­ hari tidak membawa pisau ke hidup mana-mana. Mereka membawa rena hingga kita tetap digelanggang alam yangpolitik. sama atas menjatuhkan pesaingnya. Mereka memiliki banyak wajah, me­ amunisi lain hari yang boleh jadi lebih kejam dan mengerikan untuk selaluini diingat siapaini, pun yang memasuki gelanggang politik. Ka­



gubernur. Itu mengubah konstelasi politik nasional. Kompetisi secara telak sudah memenangi dua pemilihan hun, tapi kamiperusahaan ”Unit baru perusahaan konsultan kami belum genap satu ta­ masang wajah manis di depan, tapi di belakang siapa tahu. Ti­ dak ada teman abadi dalam bisnis ini. politik ternyata bisa dimenangkan dengan kalkulasi cermat. gubernur. Itu mengubah konstelasi politik nasional. Kompetisi secara telak sudah memenangi dua pemilihan hun, tapi kami ”Unit baru konsultan kami belum genap satu ta­ dak ada teman abadi dalam bisnis ini. masang wajah manis di depan, tapi di belakang siapa tahu. Ti­ politik ternyata bisa dimenangkan kalkulasi cermat. gubernur. Itu mengubah konstelasi politik nasional. Kompetisi ”Unit baru perusahaan konsultan kami belum genap satu ta­ dak ada teman abadi dalam bisnis ini. masang wajah manis di depan, tapi di belakang siapa tahu. Ti­ secara telak sudah memenangi dua pemilihan hun, tapi kami politik ternyata bisa dimenangkan dengan kalkulasi cermat. gubernur. Itu mengubah konstelasi politik nasional. Kompetisi ”Unit baru perusahaan konsultan kami belum genap satu ta­ sudah memenangi dua pemilihan dak ada teman abadi dalam bisnis ini. masang wajah manis di depan, tapidengan di belakang siapa tahu. Ti­ politik ternyata bisa dimenangkan dengan kalkulasi cermat. gubernur. Itu mengubah konstelasi politik nasional. Kompetisi ”Unit baru perusahaan konsultan kami belum genap satu ta­ secara telak sudah memenangi dua pemilihan hun, tapi kami ada teman abadi dalam bisnis ini. dak lebih seperti sedang berhitung strategi keuangan atau inves­ politik ternyata bisa dimenangkan dengan kalkulasi cermat. Ti­ gubernur. Itu mengubah konstelasi politik nasional. Kompetisi secara telak sudah memenangi dua pemilihan hun, tapi kami ada teman abadi dalam bisnis ini. ”Unit baru perusahaan konsultan kami belum genap satu ta­ dak lebih seperti sedang berhitung strategi keuangan atau inves­ politik ternyata bisa dimenangkan dengan kalkulasi cermat. Ti­ gubernur. Itu mengubah konstelasi politik nasional. Kompetisi secara telak sudah memenangi dua pemilihan hun, tapi kami ”Unit baru perusahaan konsultan kami belum genap satu ta­ ada teman abadi dalam bisnis ini. dak lebih seperti sedang berhitung strategi keuangan atau inves­ politik ternyata bisa dimenangkan dengan kalkulasi cermat. Ti­ secara telak sudah memenangi dua pemilihan hun, tapi kami ”Unit baru perusahaan konsultan kami belum genap satu ta­ ada teman abadi dalam bisnis ini. gubernur. Itu mengubah konstelasi politik nasional. Kompetisi dak lebih seperti sedang berhitung strategi keuangan atau inves­ politik ternyata bisa dimenangkan dengan kalkulasi cermat. Ti­ secara telak sudah memenangi dua pemilihan hun, tapi kami konstelasi politik nasional. Kompetisi ”Unit baru perusahaan konsultan kami belum genap satu ta­ ada teman abadi dalam bisnis ini. dak lebih seperti sedang berhitung strategi keuangan atau inves­ politik ternyata bisa dimenangkan kalkulasi cermat. Ti­ secara telak sudahdengan memenangi dua pemilihan hun, tapi kamiperusahaan gubernur. Itu mengubah konstelasi politik nasional. Kompetisi ”Unit baru konsultan kami belum genap satu ta­ tasi portofolio—yang jelas adalah kompetensi terbaik milik dak lebih seperti sedang berhitung strategi keuangan atau inves­ politik ternyata bisa dimenangkan dengan kalkulasi cermat. Ti­ gubernur. Itu mengubah konstelasi politik nasional. Kompetisi ”Unit baru perusahaan konsultan kami belum genap satu ta­ secara telak sudah memenangi dua pemilihan hun, tapi kami tasi portofolio—yang jelas adalah kompetensi terbaik milik dak lebih seperti sedang berhitung strategi keuangan atau inves­ politik ternyata bisa dimenangkan dengan kalkulasi cermat. Ti­ gubernur. Itu mengubah konstelasi politik nasional. Kompetisi secara telak sudah memenangi dua pemilihan hun, tapi kami ”Unit baru perusahaan konsultan kami belum genap satu ta­ tasi portofolio—yang jelas adalah kompetensi terbaik milik dak lebih seperti sedang berhitung strategi keuangan atau inves­ gubernur. Itu mengubah konstelasi politik nasional. Kompetisi secara telak sudah memenangi dua pemilihan hun, tapi kami ”Unit baru perusahaan konsultan kami belum genap satu ta­ politik ternyata bisa dimenangkan dengan kalkulasi cermat. Ti­ tasi portofolio—yang jelas adalah kompetensi terbaik milik dak lebih seperti sedang berhitung strategi keuangan atau inves­ gubernur. Itu mengubah konstelasi politik nasional. Kompetisi dimenangkan dengan kalkulasi cermat. Ti­ secara telak sudah memenangi dua pemilihan hun, tapi kami ”Unit baru perusahaan konsultan kami belum genap satu ta­ tasi portofolio—yang jelas adalah kompetensi terbaik milik dak lebih seperti sedang berhitung strategi keuangan atau inves­ gubernur. Itu mengubah konstelasi politik nasional. Kompetisi politik ternyata bisa dimenangkan dengan kalkulasi cermat. Ti­ secara telak sudah memenangi dua pemilihan hun, tapi kami perusahaan konsultan kami. tasi portofolio—yang jelas adalah kompetensi terbaik milik dak lebih seperti sedang berhitung strategi keuangan atau inves­ politik ternyata bisa dimenangkan dengan kalkulasi cermat. Ti­ secara telak sudah memenangi dua pemilihan hun, tapi kami gubernur. Itu mengubah konstelasi politik nasional. Kompetisi perusahaan konsultan kami. tasi portofolio—yang jelas adalah kompetensi terbaik milik dak lebih seperti sedang berhitung strategi keuangan atau inves­ politik ternyata bisa dimenangkan dengan kalkulasi cermat. Ti­ gubernur. Itu mengubah konstelasi politik nasional. Kompetisi secara telak sudah memenangi dua pemilihan hun, tapi kami perusahaan konsultan kami. tasi portofolio—yang jelas adalah kompetensi terbaik milik politik ternyata bisa dimenangkan dengan kalkulasi cermat. Ti­ gubernur. Itu mengubah konstelasi politik nasional. Kompetisi secara telak sudah memenangi dua pemilihan hun, tapi kami dak lebih seperti sedang berhitung strategi keuangan atau inves­ perusahaan konsultan kami. tasi portofolio—yang jelas adalah kompetensi terbaik milik politik ternyata bisa dimenangkan dengan kalkulasi cermat. Ti­ berhitung strategi keuangan atau inves­ gubernur. Itu mengubah konstelasi politik nasional. Kompetisi secara telak sudah memenangi dua pemilihan hun, tapi kami perusahaan kami. tasi portofolio—yang jelas adalah kompetensi terbaik milik politik ternyata bisa dimenangkan dengan kalkulasi cermat. Ti­ dak lebih seperti sedang berhitung strategi keuangan atau inves­ gubernur. Itu mengubah konstelasi politik nasional. Kompetisi ”Saya tahu, pemimpin redaksi review mingguan kalian terta­ perusahaan konsultan kami. tasi portofolio—yang jelas adalah kompetensi terbaik milik dak lebih seperti sedang berhitung strategi keuangan atau inves­ politik ternyata bisa dimenangkan dengan kalkulasi cermat. Ti­ gubernur. Itukonsultan mengubah konstelasi politik nasional. Kompetisi ”Saya tahu, pemimpin redaksi review mingguan kalian terta­ perusahaan konsultan kami. tasi portofolio—yang jelas adalah kompetensi terbaik milik dak lebih seperti sedang berhitung strategi keuangan atau inves­ politik ternyata bisa dimenangkan dengan kalkulasi cermat. Ti­ gubernur. Itu mengubah konstelasi politik nasional. Kompetisi ”Saya tahu, pemimpin redaksi review mingguan kalian terta­ perusahaan konsultan kami. dak lebih seperti sedang berhitung strategi keuangan atau inves­ politik ternyata bisa dimenangkan dengan kalkulasi cermat. Ti­ gubernur. Itu mengubah konstelasi politik nasional. Kompetisi tasi portofolio—yang jelas adalah kompetensi terbaik milik ”Saya tahu, pemimpin redaksi review mingguan kalian terta­ perusahaan konsultan kami. dak lebih seperti sedang berhitung strategi keuangan atau inves­ tasi portofolio—yang jelas adalah kompetensi terbaik milik politik ternyata bisa dimenangkan dengan kalkulasi cermat. Ti­ gubernur. Itu mengubah konstelasi politik nasional. Kompetisi ”Saya tahu, pemimpin redaksi review mingguan kalian terta­ perusahaan konsultan kami. dak lebih seperti sedang berhitung strategi keuangan atau inves­ tasi portofolio—yang jelas adalah kompetensi terbaik milik politik ternyata bisa dimenangkan dengan kalkulasi cermat. Ti­ rik atas fakta tersebut. Apalagi, salah satu klien paling penting ”Saya tahu, pemimpin redaksi review mingguan kalian terta­ perusahaan konsultan kami. tasi portofolio—yang jelas adalah kompetensi terbaik milik dak lebih seperti sedang berhitung strategi keuangan atau inves­ politik ternyata bisa dimenangkan dengan kalkulasi cermat. Ti­ rik atas fakta tersebut. Apalagi, salah satu klien paling penting ”Saya tahu, pemimpin redaksi review mingguan kalian terta­ perusahaan konsultan kami. tasi portofolio—yang jelas adalah kompetensi terbaik milik dak lebih seperti sedang berhitung strategi keuangan atau inves­ politik ternyata bisa dimenangkan dengan kalkulasi cermat. Ti­ rik atas fakta tersebut. Apalagi, salah satu klien paling penting ”Saya tahu, pemimpin redaksi review mingguan kalian terta­ tasi portofolio—yang jelas adalah kompetensi terbaik milik dak lebih seperti sedang berhitung strategi keuangan atau inves­ politik ternyata bisa dimenangkan dengan kalkulasi cermat. Ti­ perusahaan konsultan kami. rik atas fakta tersebut. Apalagi, salah satu klien paling penting ”Saya tahu, pemimpin redaksi review mingguan kalian terta­ tasi portofolio—yang jelas adalah kompetensi terbaik milik perusahaan konsultan kami. dak lebih seperti sedang berhitung strategi keuangan atau inves­ politik ternyata bisa dimenangkan dengan kalkulasi cermat. Ti­ rik atas fakta tersebut. Apalagi, salah satu klien paling penting ”Saya tahu, pemimpin redaksi review mingguan kalian terta­ tasi portofolio—yang jelas adalah kompetensi terbaik milik perusahaan konsultan kami. dak lebih seperti sedang berhitung strategi keuangan atau inves­ kami juga bertarung dalam konvensi partai politik terbesar ne­ rik atas fakta tersebut. Apalagi, salah satu klien paling penting ”Saya tahu, pemimpin redaksi review mingguan kalian terta­ perusahaan konsultan kami. tasi portofolio—yang jelas adalah kompetensi terbaik milik dak lebih seperti sedang berhitung strategi keuangan atau inves­ kami juga bertarung dalam konvensi partai politik terbesar ne­ rik atas fakta tersebut. Apalagi, salah satu klien paling penting ”Saya tahu, pemimpin redaksi review mingguan kalian terta­ perusahaan konsultan kami. tasi portofolio—yang jelas adalah kompetensi terbaik milik dak lebih seperti sedang berhitung strategi keuangan atau inves­ kami juga bertarung dalam konvensi partai politik terbesar ne­ rik atas fakta tersebut. Apalagi, salah satu klien paling penting perusahaan konsultan kami. tasi portofolio—yang jelas adalah kompetensi terbaik milik dak lebih seperti sedang berhitung strategi keuangan atau inves­ ”Saya tahu, pemimpin redaksi review mingguan kalian terta­ kami juga bertarung dalam konvensi partai politik terbesar ne­ rik atas fakta tersebut. Apalagi, salah satu klien paling penting perusahaan konsultan kami. tahu, pemimpin redaksi review mingguan kalian terta­ tasi portofolio—yang jelas adalah kompetensi terbaik milik dak”Saya lebih seperti berhitung strategi keuangan ataupenting inves­ kami juga bertarung dalam konvensi partai politik terbesar ne­ rik atas fakta tersebut. Apalagi, salah satu klien paling perusahaan konsultan kami. ”Saya tahu, pemimpin redaksi review mingguan kalian terta­ tasi portofolio—yang jelas adalah kompetensi terbaik milik geri ini. Hari inisedang Jumat, tiga hari lagi, Senin, konvensi partai kami juga bertarung dalam konvensi partai politik terbesar ne­ rik atas fakta tersebut. Apalagi, salah satu klien paling penting perusahaan konsultan kami. ”Saya tahu, pemimpin redaksi review mingguan kalian terta­ tasi portofolio—yang jelas adalah kompetensi terbaik milik geri ini. Hari ini Jumat, tiga hari lagi, Senin, konvensi partai kami juga bertarung dalam konvensi partai politik terbesar ne­ rik atas fakta tersebut. Apalagi, salah satu klien paling penting ”Saya tahu, pemimpin redaksi review mingguan kalian terta­ perusahaan konsultan kami. tasi portofolio—yang jelas adalah kompetensi terbaik milik geri ini. Hari ini Jumat, tiga hari lagi, Senin, konvensi partai kami juga bertarung dalam konvensi partai politik terbesar ne­ ”Saya tahu, pemimpin redaksi review mingguan kalian terta­ perusahaan konsultan kami. tersebut. Apalagi, salah satu klien paling penting rik atas fakta tasi portofolio—yang jelas adalah kompetensi terbaik milik geri ini. Hari ini Jumat, tiga hari lagi, Senin, konvensi partai kami juga bertarung dalam konvensi partai politik terbesar ne­ ”Saya tahu, pemimpin redaksi review mingguan kalian terta­ rik atas fakta tersebut. Apalagi, salah satu klien paling penting perusahaan konsultan kami. tasi portofolio—yang jelas adalah kompetensi terbaik milik geri ini. Hari ini Jumat, tiga hari lagi, Senin, konvensi partai kami juga bertarung dalam konvensi partai politik terbesar ne­ ”Saya tahu, pemimpin redaksi review mingguan kalian terta­ rik atas fakta tersebut. Apalagi, salah satu klien paling penting perusahaan konsultan kami. tersebut akan mengumumkan secara resmi siapa yang akan geri ini. Hari ini Jumat, tiga hari lagi, Senin, konvensi partai kami juga bertarung dalam konvensi partai politik terbesar ne­ ”Saya tahu, pemimpin redaksi review mingguan kalian terta­ rik atas fakta tersebut. Apalagi, salah satu klien paling penting perusahaan konsultan kami. tersebut akan mengumumkan secara resmi siapa yang akan geri ini. Hari ini Jumat, tiga hari lagi, Senin, konvensi partai kami juga bertarung dalam konvensi partai politik terbesar ne­ rik atas fakta tersebut. Apalagi, salah satu klien paling penting ”Saya tahu, pemimpin redaksi review mingguan kalian terta­ perusahaan konsultan kami. tersebut akan mengumumkan secara resmi siapa yang akan geri ini. Hari ini Jumat, tiga hari lagi, Senin, konvensi partai rik atas fakta tersebut. Apalagi, salah satu klien paling penting ”Saya tahu, pemimpin redaksi review mingguan kalian terta­ kami juga bertarung dalam konvensi partai politik terbesar ne­ perusahaan konsultan kami. tersebut akan mengumumkan secara resmi siapa yang akan geri ini. Hari ini Jumat, tiga hari lagi, Senin, konvensi partai rik atas fakta tersebut. Apalagi, salah satu klien paling penting kami juga bertarung dalam konvensi partai politik terbesar ne­ ”Saya tahu, pemimpin redaksi review mingguan kalian terta­ perusahaan konsultan kami. tersebut akan mengumumkan secara resmi siapa yang akan geri ini. Hari ini Jumat, tiga hari lagi, Senin, konvensi partai rik atas fakta tersebut. Apalagi, salah satu klien paling penting kami juga bertarung dalam konvensi partai politik terbesar ne­ ”Saya tahu, pemimpin redaksi review mingguan kalian terta­ menjadi kandidat calon presiden partai mereka. Pertanyaan be­ tersebut akan mengumumkan secara resmi siapa yang akan geri ini. Hari ini Jumat, tiga hari lagi, Senin, konvensi partai tersebut. Apalagi, salah satu klien paling penting rik atas fakta kami juga bertarung dalam konvensi partai politik terbesar ne­ ”Saya tahu, pemimpin redaksi review mingguan kalian terta­ menjadi kandidat calon presiden partai mereka. Pertanyaan be­ tersebut akan mengumumkan secara resmi siapa yang akan geri ini. Hari ini Jumat, tiga hari lagi, Senin, konvensi partai kami jugafakta bertarung dalam konvensi partai politik terbesar ne­ rik atas fakta tersebut. Apalagi, salah satu klien paling penting ”Saya tahu, pemimpin redaksi review mingguan kalian terta­ menjadi kandidat calon presiden partai mereka. Pertanyaan be­ tersebut akan mengumumkan secara resmi siapa yang akan kami juga bertarung dalam konvensi partai politik terbesar ne­ rik atas tersebut. Apalagi, salah satu klien paling penting geri ini. Hari ini Jumat, tiga hari lagi, Senin, konvensi partai ”Saya tahu, pemimpin redaksi review mingguan kalian terta­ menjadi kandidat calon presiden partai mereka. Pertanyaan be­ tersebut akan mengumumkan secara resmi siapa yang akan kami juga bertarung dalam konvensi partai politik terbesar ne­ geri ini. Hari ini Jumat, tiga hari lagi, Senin, konvensi partai rik atas fakta tersebut. Apalagi, salah satu klien paling penting ”Saya tahu, pemimpin redaksi review mingguan kalian terta­ menjadi kandidat calon presiden partai mereka. Pertanyaan be­ tersebut akan mengumumkan secara resmi siapa yang akan kami juga bertarung dalam konvensi partai politik terbesar ne­ geri ini. Hari ini Jumat, tiga hari lagi, Senin, konvensi partai rik atas fakta tersebut. Apalagi, salah satu klien paling penting ini adalah siapa yang akan menjadi calon pre­ sar wawancara menjadi kandidat calon presiden partai mereka. Pertanyaan be­ tersebut akan mengumumkan secara resmi siapa yang akan kami juga bertarung dalam konvensi partai politik terbesar ne­ geri ini. Hari ini Jumat, tiga hari lagi, Senin, konvensi partai rik atas fakta tersebut. Apalagi, salah satu klien paling penting ini adalah siapa yang akan menjadi calon pre­ sar wawancara menjadi kandidat calon presiden partai mereka. Pertanyaan be­ tersebut akan mengumumkan secara resmi siapa yang akan geri ini. Hari ini Jumat, tiga hari lagi, Senin, konvensi partai kami juga bertarung dalam konvensi partai politik terbesar ne­ rik atas fakta tersebut. Apalagi, salah satu klien paling penting ini adalah siapa yang akan menjadi calon pre­ sar wawancara menjadi kandidat calon presiden partai mereka. Pertanyaan be­ geri ini. Hari ini Jumat, tiga hari lagi, Senin, konvensi partai tersebut akan mengumumkan secara resmi siapa yang akan kami juga bertarung dalam konvensi partai politik terbesar ne­ rik atas fakta tersebut. Apalagi, salah satu klien paling penting ini adalah siapa yang akan menjadi calon pre­ sar wawancara menjadi kandidat calon presiden partai mereka. Pertanyaan be­ geri ini. Hari ini Jumat, tiga hari lagi, Senin, konvensi partai tersebut akan mengumumkan secara resmi siapa yang akan kami juga bertarung dalam konvensi partai politik terbesar ne­ rik atas fakta tersebut. Apalagi, salah satu klien paling penting ini adalah siapa yang akan menjadi calon pre­ sar wawancara menjadi kandidat calon presiden partai mereka. Pertanyaan be­ geri ini. Hari ini Jumat, tiga hari lagi, Senin, konvensi partai tersebut akan mengumumkan secara resmi siapa yang akan kami juga bertarung dalam konvensi partai politik terbesar ne­ tersebut di pemilihan tahun depan, bukan? Ja­ siden partai ini adalah siapa yang akan menjadi calon pre­ sar wawancara geri ini. Hari ini Jumat, tiga hari lagi, Senin, konvensi partai menjadi kandidat calon presiden partai mereka. Pertanyaan be­ tersebut akan mengumumkan secara resmi siapa yang akan kami juga bertarung dalam konvensi partai politik terbesar ne­ tersebut di pemilihan tahun depan, bukan? Ja­ siden partai ini adalah siapa yang akan menjadi calon pre­ sar wawancara menjadi kandidat calon presiden partai mereka. Pertanyaan be­ tersebut akan mengumumkan secara resmi siapa yang akan geri ini. Hari ini Jumat, tiga hari lagi, Senin, konvensi partai kami juga bertarung dalam konvensi partai politik terbesar ne­ tersebut di pemilihan tahun depan, bukan? Ja­ siden partai ini adalah siapa yang akan menjadi calon pre­ sar wawancara tersebut akan mengumumkan secara resmi siapa yang akan menjadi kandidat calon presiden partai mereka. Pertanyaan be­ geri ini. Hari ini Jumat, tiga hari lagi, Senin, konvensi partai kami juga bertarung dalam konvensi partai politik terbesar ne­ tersebut di pemilihan tahun depan, bukan? Ja­ siden partai ini adalah siapa yang akan menjadi calon pre­ sar wawancara tersebut akan mengumumkan secara resmi siapa yang akan menjadi kandidat calon presiden partai mereka. Pertanyaan be­ geri ini. Hari ini Jumat, tiga hari lagi, Senin, konvensi partai kami juga bertarung dalam konvensi partai politik terbesar ne­ tersebut di pemilihan tahun depan, bukan? Ja­ siden partai inicalon adalah siapa yang akan menjadi calonpartai pre­ sar wawancara tersebut akan mengumumkan secara resmi siapa yang akan menjadi kandidat calon presiden partai mereka. Pertanyaan be­ geri ini. Hari ini Jumat, tiga hari lagi, Senin, konvensi partai wabannya mudah, di edisi spesial kalian lusa, pasang saja tersebut di pemilihan tahun depan, bukan? Ja­ siden partai tersebut akan mengumumkan secara resmi siapa yang akan ini adalah siapa yang akan menjadi calon pre­ sar wawancara menjadi kandidat presiden partai mereka. Pertanyaan be­ geri ini. Hari ini Jumat, tiga hari lagi, Senin, konvensi wabannya mudah, di edisi spesial kalian lusa, pasang saja tersebut di pemilihan tahun depan, bukan? Ja­ siden partai ini adalah siapa yang akan menjadi calon pre­ sar wawancara menjadi kandidat calon presiden partai mereka. Pertanyaan be­ tersebut akan mengumumkan secara resmi siapa yang akan geri ini. Hari ini Jumat, tiga hari lagi, Senin, konvensi partai wabannya mudah, di edisi spesial kalian lusa, pasang saja tersebut di pemilihan tahun depan, bukan? Ja­ siden partai menjadi kandidat calon presiden partai mereka. Pertanyaan be­ ini adalah siapa yang akan menjadi calon pre­ sar wawancara tersebut akan mengumumkan secara resmi siapa yang akan geri ini. Hari ini Jumat, tiga hari lagi, Senin, konvensi partai wabannya mudah, di edisi spesial kalian lusa, pasang saja tersebut di pemilihan tahun depan, bukan? Ja­ siden partai menjadi kandidat calon presiden partai mereka. Pertanyaan be­ ini adalah siapa yang akan menjadi calon pre­ sar wawancara tersebut akan mengumumkan secara resmi siapa yang akan geri ini. Hari ini Jumat, tiga hari lagi, Senin, konvensi partai wabannya mudah, di edisi spesial kalian lusa, pasang saja tersebut di pemilihan tahun depan, bukan? Ja­ siden partai menjadi kandidat calon presiden partai mereka. Pertanyaan be­ ini adalah siapa yang akan menjadi calon pre­ sar wawancara tersebut akan mengumumkan secara resmi siapa yang akan besar-besar foto klien kami. Dia akan memenangi konvensi itu. wabannya mudah, di edisi spesial kalian lusa, pasang saja menjadi kandidat calon presiden partai mereka. Pertanyaan be­ tersebut di pemilihan tahun depan, bukan? Ja­ siden partai ini adalah siapa yang akan menjadi calon pre­ sar wawancara tersebut akan mengumumkan secara resmi siapa yang akan besar-besar foto klien kami. Dia akan memenangi konvensi itu. wabannya mudah, di edisi spesial kalian lusa, pasang saja tersebut di pemilihan tahun depan, bukan? Ja­ siden partai ini adalah siapa yang akan menjadi calon pre­ sar wawancara menjadi kandidat calon presiden partai mereka. Pertanyaan be­ tersebut akan mengumumkan secara resmi siapa yang akan besar-besar foto klien kami. Dia akan memenangi konvensi itu. wabannya mudah, di edisi spesial kalian lusa, pasang saja ini adalah siapa yang akan menjadi calon pre­ sar wawancara tersebut di pemilihan tahun depan, bukan? Ja­ siden partai menjadi kandidat calon presiden partai mereka. Pertanyaan be­ tersebut akan mengumumkan secara resmi siapa yang akan besar-besar foto klien kami. Dia akan memenangi konvensi itu. wabannya mudah, di edisi spesial kalian lusa, pasang saja ini adalah siapa yang akan menjadi calon pre­ sar wawancara tersebut di pemilihan tahun depan, bukan? Ja­ siden partai menjadi kandidat calon presiden partai mereka. Pertanyaan be­ tersebut akan mengumumkan secara resmi siapa yang akan besar-besar foto klien kami. Dia akan memenangi konvensi itu. wabannya mudah, di edisi spesial kalian lusa, pasang saja ini adalah siapa yang akan menjadi calon pre­ sar wawancara tersebut di pemilihan tahun depan, bukan? Ja­ siden partai menjadi kandidat calon presiden partai mereka. Pertanyaan be­ Kami sudah menguasai dua pertiga lebih suara pengurus partai. ini adalah siapa yang akan menjadi calon pre­ sar wawancara besar-besar foto klien kami. Dia akan memenangi konvensi itu. wabannya mudah, di edisi spesial kalian lusa, pasang saja tersebut di pemilihan tahun depan, bukan? Ja­ siden partai menjadi kandidat calon presiden partai mereka. Pertanyaan be­ Kami sudah menguasai dua pertiga lebih suara pengurus partai. besar-besar foto klien Dia akan memenangi konvensi itu. wabannya mudah, di kami. edisi spesial kalian lusa, pasang saja tersebut di pemilihan tahun depan, bukan? Ja­ siden partai ini adalah siapa yang akan menjadi calon pre­ sar wawancara menjadi kandidat calon presiden partai mereka. Pertanyaan be­ Kami sudah menguasai dua pertiga lebih suara pengurus partai. besar-besar foto klien kami. Dia akan memenangi konvensi itu. wabannya mudah, di edisi spesial kalian lusa, pasang saja tersebut di pemilihan tahun depan, bukan? Ja­ siden partai ini adalah siapa yang akan menjadi calon pre­ sar wawancara menjadi kandidat calon presiden partai mereka. Pertanyaan be­ Kami sudah menguasai dua pertiga lebih suara pengurus partai. besar-besar foto klien kami. Dia akan memenangi konvensi itu. tersebut di pemilihan tahun depan, bukan? Ja­ siden partai wabannya mudah, di edisi spesial kalian lusa, pasang saja ini adalah siapa yang akan menjadi calon pre­ sar wawancara menjadi kandidat calon presiden partai mereka. Pertanyaan be­ Kami sudah menguasai dua pertiga lebih suara pengurus partai. besar-besar foto klien kami. Dia akan memenangi konvensi itu. tersebut di pemilihan tahun depan, bukan? Ja­ siden partai wabannya mudah, di edisi spesial kalian lusa, pasang saja ini adalah siapa yang akan menjadi calon pre­ sar wawancara Dia akan menjadi calon kuat partai paling besar. Dia calon tersebut di pemilihan tahun depan, bukan? Ja­ siden partai Kami sudah menguasai dua pertiga lebih suara pengurus partai. besar-besar foto klien kami. Dia akan memenangi konvensi itu. wabannya mudah, di edisi spesial kalian lusa, pasang saja ini adalah siapa yang akan menjadi calon pre­ sar wawancara Dia akan menjadi calon kuat partai paling besar. Dia calon Kami sudah menguasai dua pertiga lebih suara pengurus partai. besar-besar foto klien kami. Dia akan memenangi konvensi itu. wabannya mudah, di edisi spesial kalian lusa, pasang saja tersebut di pemilihan tahun depan, bukan? Ja­ siden partai ini adalah siapa yang akan menjadi calon pre­ sar wawancara Dia akan menjadi calon kuat partai paling besar. Dia calon Kami sudah menguasai dua pertiga lebih suara pengurus partai. besar-besar foto klien kami. Dia akan memenangi konvensi itu. wabannya mudah, di edisi spesial kalian lusa, pasang saja tersebut di pemilihan tahun depan, bukan? Ja­ siden partai ini adalah siapa yang akan menjadi calon pre­ sar wawancara Dia akan menjadi calon kuat partai paling besar. Dia calon Kami sudah menguasai dua pertiga lebih suara pengurus partai. wabannya mudah, di edisi spesial kalian lusa, pasang saja besar-besar foto klien kami. Dia akan memenangi konvensi itu. tersebut di pemilihan tahun depan, bukan? Ja­ siden partai ini adalah siapa yang akan menjadi calon pre­ sar wawancara Dia akan menjadi calon kuat partai paling besar. Dia calon Kami sudah menguasai dua pertiga lebih suara pengurus partai. wabannya mudah, di edisi spesial kalian lusa, pasang saja besar-besar foto klien kami. Dia akan memenangi konvensi itu. tersebut diedisi pemilihan tahun depan, bukan? Ja­ siden partai wabannya mudah, di spesial kalian lusa, pasang saja presiden paling serius negeri ini. Tidak akan ada yang bisa Dia akan menjadi calon kuat partai paling besar. Dia calon Kami sudah menguasai dua pertiga lebih suara pengurus partai. besar-besar foto klien kami. Dia akan memenangi konvensi itu. tersebut di pemilihan tahun depan, bukan? Ja­ siden partai presiden paling serius negeri ini. Tidak akan ada yang bisa Dia akan menjadi calon kuat partai paling besar. Dia calon Kami sudah menguasai dua pertiga lebih suara pengurus partai. besar-besar foto klien kami. Dia akan memenangi konvensi itu. wabannya mudah, di edisi spesial kalian lusa, pasang saja tersebut di pemilihan tahun depan, bukan? Ja­ siden partai presiden paling serius negeri ini. Tidak akan ada yang bisa Dia akan menjadi calon kuat partai paling besar. Dia calon Kami sudah menguasai dua pertiga lebih suara pengurus partai. besar-besar foto klien kami. Dia akan memenangi konvensi itu. wabannya mudah, di edisi spesial kalian lusa, pasang saja tersebut di pemilihan tahun depan, bukan? Ja­ siden partai presiden paling serius negeri ini. Tidak akan ada yang bisa Dia akan menjadi calon kuat partai paling besar. Dia calon besar-besar foto klien kami. Dia akan memenangi konvensi itu. Kami sudah menguasai dua pertiga lebih suara pengurus partai. wabannya mudah, di edisi spesial kalian lusa, pasang saja tersebut di pemilihan tahun depan, bukan? Ja­ siden partai presiden paling serius negeri ini. Tidak akan ada yang bisa Dia akan menjadi calon kuat partai paling besar. Dia calon Dia akan memenangi konvensi itu. Kami sudah menguasai dua pertiga lebih suara pengurus partai. wabannya mudah, di edisi spesial kalian lusa, pasang saja besar-besar foto klien kami. Dia akan memenangi konvensi itu. menghentikannya. presiden paling serius negeri ini. Tidak akan ada yang bisa Dia akan menjadi calon kuat partai paling besar. Dia calon Kami sudah menguasai dua pertiga lebih suara pengurus partai. wabannya mudah, di edisi spesial kalian lusa, pasang saja menghentikannya. presiden paling serius negeri ini. Tidak akan ada yang bisa Dia akan menjadi calon kuat partai paling besar. Dia calon Kami sudah menguasai dua pertiga lebih suara pengurus partai. besar-besar foto klien kami. Dia akan memenangi konvensi itu. wabannya mudah, di edisi spesial kalian lusa, pasang saja menghentikannya. Dia akan menjadi calon kuat partai paling besar. Dia calon presiden paling serius negeri ini. Tidak akan ada yang bisa Kami sudah menguasai dua pertiga lebih suara pengurus partai. besar-besar foto klien kami. Dia akan memenangi konvensi itu. wabannya mudah, di edisi spesial kalian lusa, pasang saja menghentikannya. presiden paling serius negeri ini. Tidak akan ada yang bisa Kami sudah menguasai dua pertiga lebih suara pengurus partai. Dia akan menjadi calon kuat partai paling besar. Dia calon besar-besar foto klien Dia akan memenangi konvensi itu. wabannya mudah, di kami. edisi spesial kalian lusa, pasang saja menghentikannya. presiden paling serius negeri ini. Tidak akan ada yang bisa Kami sudah menguasai dua pertiga lebih suara pengurus partai. Dia akan menjadi calon kuat partai paling besar. Dia calon besar-besar foto klien kami. Dia akan memenangi konvensi itu. pertiga lebih suara pengurus ”Kami memiliki kemasan paling menarik, bersih, muda, seder­ menghentikannya. presiden paling serius negeri ini. Tidak akan ada yang bisa Dia akan menjadi calon kuat partai paling besar. Dia calon besar-besar foto klien kami. Dia akan memenangi konvensi itu. ”Kami memiliki kemasan paling menarik, bersih, muda, seder­ menghentikannya. presiden paling serius negeri ini. Tidak akan ada yangpartai. bisa Dia akan menjadi calon kuat partai paling besar. Dia calon Kami sudah menguasai dua pertiga lebih suara pengurus partai. besar-besar foto klien kami. Dia akan memenangi konvensi itu. ”Kami memiliki kemasan paling menarik, bersih, muda, seder­ presiden paling serius negeri ini. Tidak akan ada yang bisa menghentikannya. Dia akan menjadi calon kuat partai paling besar. Dia calon Kami sudah menguasai dua pertiga lebih suara pengurus partai. besar-besar foto klien kami. Dia akan memenangi konvensi itu. ”Kami memiliki kemasan paling menarik, bersih, muda, seder­ menghentikannya. Dia akan menjadi calon kuat partai paling besar. Dia calon presiden paling serius negeri ini. Tidak akan ada yang bisa Kami sudah menguasai dua pertiga lebih suara pengurus partai. besar-besar foto klien kami. Dia akan memenangi konvensi itu. ”Kami memiliki kemasan paling menarik, bersih, muda, seder­ menghentikannya. kuat partai paling besar. Dia calon presiden paling serius negeri ini. Tidak akan ada yang bisa Kami sudah menguasai dua pertiga lebih suara pengurus partai. Dia akan menjadi calon kuat partai paling besar. Dia calon hana, dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu. Kandidat kami ”Kami memiliki kemasan paling menarik, bersih, muda, seder­ menghentikannya. presiden paling serius negeri ini. Tidak akan ada yang bisa Kami sudah menguasai dua pertiga lebih suara pengurus partai. hana, dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu. Kandidat kami ”Kami memiliki kemasan paling menarik, bersih, muda, seder­ menghentikannya. presiden paling serius negeri ini. Tidak akan ada yang bisa Dia akan menjadi calon kuat partai paling besar. Dia calon Kami sudah menguasai dua pertiga lebih suara pengurus partai. hana, dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu. Kandidat kami menghentikannya. ”Kami memiliki kemasan paling menarik, bersih, muda, seder­ presiden paling serius negeri ini. Tidak akan ada yang bisa Dia akan menjadi calon kuat partai paling besar. Dia calon Kami sudah menguasai dua pertiga lebih suara pengurus partai. hana, dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu. Kandidat kami ”Kami memiliki kemasan paling menarik, bersih, muda, seder­ presiden paling serius negeri ini. Tidak akan ada yang bisa menghentikannya. Dia akan menjadi calon kuat partai paling besar. Dia calon Kami sudah menguasai dua pertiga lebih suara pengurus hana, dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu. Kandidat kami ”Kami memiliki kemasan paling menarik, bersih, muda, seder­ presiden paling serius negeri ini. Tidak akan ada yangpartai. bisa menghentikannya. Dia akan menjadi calon kuat partai paling besar. Dia calon ini. Tidak akan ada yang bisa juga memiliki profil paling diterima pemilih di antara calon pre­ hana, dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu. Kandidat kami ”Kami memiliki kemasan paling menarik, bersih, muda, seder­ menghentikannya. Dia akan menjadi calon kuat partai paling Dia calon juga memiliki profil paling diterima pemilih di besar. antara calon pre­ hana, danmemiliki tidak ada kaitannya dengan masa lalu. Kandidat kami ”Kami memiliki kemasan paling menarik, bersih, muda, seder­ menghentikannya. presiden paling serius negeri ini. Tidak akan ada yang bisa Dia akan menjadi calon kuat partai paling besar. Dia calon ”Kami kemasan paling menarik, bersih, muda, seder­ juga memiliki profil paling diterima pemilih di antara calon pre­ hana, dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu. Kandidat kami menghentikannya. presiden paling serius negeri ini. Tidak akan ada yang bisa Dia akan menjadi calon kuat partai paling besar. Dia calon juga memiliki profil paling diterima pemilih di antara calon pre­ hana, dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu. Kandidat kami menghentikannya. ”Kami memiliki kemasan paling menarik, bersih, muda, seder­ presiden paling serius negeri ini. Tidak akan ada yang bisa Dia akan menjadi calon kuat partai paling besar. Dia calon juga memiliki profil paling diterima pemilih di antara antara calon pre­ hana, danmemiliki tidak ada kaitannya dengan masa lalu. Kandidat kami ”Kami kemasan paling menarik, bersih, muda, seder­ presiden paling serius negeri ini. Tidak akan ada yang bisa menghentikannya. siden lain. Keberhasilannya menjadi wali kota, kemudian sukses juga memiliki profil paling diterima pemilih di calon pre­ hana, dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu. Kandidat kami ”Kami memiliki kemasan paling menarik, bersih, muda, seder­ presiden paling serius negeri ini. Tidak akan ada yang bisa siden lain. Keberhasilannya menjadi wali kota, kemudian sukses juga memiliki profil paling diterima pemilih di antara calon pre­ hana, dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu. Kandidat kami ”Kami memiliki kemasan paling menarik, bersih, muda, seder­ menghentikannya. presiden paling serius negeri ini. Tidak akan ada yang bisa hana, dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu. Kandidat kami siden lain. Keberhasilannya menjadi wali kota, kemudian sukses juga memiliki profil paling diterima pemilih di antara calon pre­ ”Kami memiliki kemasan paling menarik, bersih, muda, seder­ menghentikannya. presiden paling serius negeri ini. Tidak akan ada yang bisa siden lain. Keberhasilannya menjadi wali kota, kemudian sukses juga memiliki profil paling diterima pemilih di antara calon pre­ ”Kami memiliki kemasan paling menarik, bersih, muda, seder­ hana, dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu. Kandidat kami menghentikannya. presiden paling serius negeri ini. Tidak akan ada yang bisa siden lain. Keberhasilannya menjadi wali kota, kemudian sukses juga memiliki profil paling diterima pemilih di antara calon pre­ ”Kami memiliki kemasan paling menarik, bersih, muda, seder­ hana, dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu. Kandidat kami menghentikannya. paling menarik, bersih, muda, seder­ menjadi gubernur adalah catatan prestasi yang tidak bisa diban­ siden lain. Keberhasilannya menjadi wali kota, kemudian sukses juga memiliki profil paling diterima pemilih di antara calon pre­ hana, dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu. Kandidat kami menghentikannya. menjadi gubernur adalah catatan prestasi yang tidak bisa diban­ siden lain. Keberhasilannya menjadi wali kota, kemudian sukses juga memiliki profil paling diterima pemilih di antara calon pre­ hana, dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu. Kandidat kami ”Kami memiliki kemasan paling menarik, bersih, muda, seder­ menghentikannya. juga memiliki profil paling diterima pemilih di antara calon pre­ menjadi gubernur adalah catatan prestasi yang tidak bisa diban­ siden lain. Keberhasilannya menjadi wali kota, kemudian sukses hana, dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu. Kandidat kami ”Kami memiliki kemasan paling menarik, bersih, muda, seder­ menghentikannya. menjadi gubernur adalah catatan prestasi yang tidak bisa diban­ siden lain. Keberhasilannya menjadi wali kota, kemudian sukses hana, dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu. Kandidat kami juga memiliki profil paling diterima pemilih di antara calon pre­ ”Kami memiliki kemasan paling menarik, bersih, muda, seder­ menghentikannya. menjadi catatan prestasi yang tidak bisa diban­ siden lain. Keberhasilannya menjadi wali kota, kemudian sukses dengan masa lalu. Kandidat kami juga memiliki profil paling diterima pemilih di antara calon pre­ ”Kami memiliki kemasan paling menarik, bersih, muda, seder­ hana, dangubernur tidak adaadalah kaitannya dengan masa lalu. Kandidat kami tah siapa pun. Aku pikir, kau bahkan termasuk yang akan mem­ menjadi gubernur adalah catatan prestasi yang tidak bisa diban­ siden lain. Keberhasilannya menjadi wali kota, kemudian sukses juga memiliki profil paling diterima pemilih di antara calon pre­ ”Kami memiliki kemasan paling menarik, bersih, muda, seder­ tah siapa pun. Aku pikir, kau bahkan termasuk yang akan mem­ menjadi catatan prestasi yang tidak bisa diban­ siden lain. Keberhasilannya menjadi wali kota, kemudian sukses juga memiliki profil paling diterima pemilih di antara calon pre­ hana, dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu. Kandidat kami ”Kami memiliki kemasan paling menarik, bersih, muda, seder­ menjadi wali kota, sukses tah siapa pun. Aku pikir, kau bahkan termasuk yang akan mem­ menjadi gubernur adalah catatan prestasi yang tidak bisa diban­ juga memiliki profil paling diterima pemilih di kemudian antara calon pre­ hana, dangubernur tidak adaadalah kaitannya dengan masa lalu. Kandidat kami ”Kami memiliki kemasan paling menarik, bersih, muda, seder­



depan, bukankah demikian, Maryam?” Beberapa burung camar terbang di atas kapal, dung dan gerimis. Aku menyibak anak rambut yang berantakan ditiup angin laut. Bibir pantai Hong Kong sudah terlihat jelas, menyusul ge­ berikan suara pada kandidat kami saat pemilihan presiden tahun dung pencakar langitnya yang sejak tadi samar di antara men­ depan, bukankah demikian, Maryam?” Beberapa burung camar terbang di atas kapal, dan gerimis. Aku menyibak anak rambut yang berantakan ditiup angin suara melengkingnya bercampur suara angin kencang teluk. laut. Bibir pantai Hong Kong sudah terlihat jelas, menyusul ge­ berikan suara pada kandidat kami saat pemilihan presiden tahun pencakar langitnya yang sejak tadi samar di antara men­ depan, bukankah demikian, Maryam?” Beberapa burung camar terbang di atas kapal, dung dan gerimis. Aku menyibak anak rambut yang berantakan ditiup angin suara melengkingnya bercampur suara angin kencang teluk. laut. Bibir pantai Hong Kong sudah terlihat jelas, menyusul ge­ berikan suara pada kandidat kami saat pemilihan presiden tahun pencakar langitnya yang sejak tadi samar di antara men­ depan, bukankah demikian, Maryam?” Beberapa burung camar terbang di atas kapal, dung dan gerimis. Aku menyibak anak rambut yang berantakan ditiup angin suara melengkingnya bercampur suara angin kencang teluk. laut. Bibir pantai Hong Kong sudah terlihat jelas, menyusul ge­ pencakar langitnya yang sejak tadi samar di antara men­ depan, bukankah demikian, Maryam?” Beberapa burung camar terbang di atas kapal, dung dan gerimis. Aku menyibak anak rambut yang berantakan ditiup angin suara melengkingnya bercampur suara angin kencang teluk. laut. Bibir pantai Hong Kong sudah terlihat jelas, menyusul ge­ pencakar langitnya yang sejak tadi samar di antara men­ depan, bukankah demikian, Maryam?” Beberapa burung camar terbang di atas kapal, dung dan gerimis. Aku menyibak anak rambut yang berantakan ditiup angin suara melengkingnya bercampur suara angin kencang teluk. laut. Bibir pantai Hong Kong sudah terlihat jelas, menyusul ge­ ”Sepertinya wawancara kita sudah selesai, Maryam.” Aku ter­ pencakar langitnya yang sejak tadi samar di antara men­ depan, bukankah demikian, Maryam?” Beberapa burung camar terbang di atas kapal, dung dan gerimis. Aku menyibak anak rambut yang berantakan ditiup angin suara melengkingnya bercampur suara angin kencang teluk. laut. Bibir pantai Hong Kong sudah terlihat jelas, menyusul ge­ ”Sepertinya wawancara kita sudah selesai, Maryam.” Aku ter­ dung pencakar langitnya yang sejak tadi samar di antara men­ depan, bukankah demikian, Maryam?” Beberapa burung camar terbang di atas kapal, dan gerimis. Aku menyibak anak rambut yang berantakan ditiup angin suara melengkingnya bercampur suara angin kencang teluk. laut. Bibir pantai Hong Kong sudah terlihat jelas, menyusul ge­ ”Sepertinya wawancara kita sudah selesai, Maryam.” Aku ter­ pencakar langitnya yang sejak tadi samar di antara men­ Beberapa burung camar terbang di atas kapal, dung dan gerimis. Aku menyibak anak rambut yang berantakan ditiup angin suara melengkingnya bercampur suara angin kencang teluk. laut. Bibir pantai Hong Kong sudah terlihat jelas, menyusul ge­ ”Sepertinya wawancara kita sudah selesai, Maryam.” Aku ter­ pencakar langitnya yang sejak tadi samar di antara men­ Beberapa burung camar terbang di atas kapal, dung dan gerimis. Aku menyibak anak rambut yang berantakan ditiup angin suara melengkingnya bercampur suara angin kencang teluk. laut. Bibir pantai Hong Kong sudah terlihat jelas, menyusul ge­ ”Sepertinya wawancara kita sudah selesai, Maryam.” Aku pencakar langitnya yang sejak tadi samar di antara men­ pada gadis wartawan yang sejak kalimat ter­ senyum, menoleh Beberapa burung camar terbang di atas kapal, dung dan gerimis. Aku menyibak anak rambut yang berantakan ditiup angin suara melengkingnya bercampur suara angin kencang teluk. laut. Bibir pantai Hong Kong sudah terlihat jelas, menyusul ge­ ”Sepertinya wawancara kita sudah selesai, Maryam.” Aku pencakar langitnya yang sejak tadi samar di antara men­ pada gadis wartawan yang sejak kalimat ter­ senyum, menoleh Beberapa burung camar terbang di atas kapal, dung dan gerimis. Aku menyibak anak rambut yang berantakan ditiup angin suara melengkingnya bercampur suara angin kencang teluk. laut. Bibir pantai Hong Kong sudah terlihat jelas, menyusul ge­ ”Sepertinya wawancara kita sudah selesai, Maryam.” Aku ter­ pencakar langitnya yang sejak tadi samar di antara men­ pada gadis wartawan yang sejak kalimat senyum, menoleh Beberapa burung camar terbang di atas kapal, dung dan gerimis. suara melengkingnya bercampur suara angin kencang teluk. laut. Bibir pantai Hong Kong sudah terlihat jelas, menyusul ge­ ”Sepertinya wawancara kita sudah selesai, Maryam.” Aku ter­ dung pencakar langitnya yang sejak tadi samar di antara men­ pada gadis wartawan yang sejak kalimat senyum, menoleh Beberapa burung camar terbang di atas kapal, dan gerimis. suara melengkingnya bercampur suara angin kencang teluk. laut. Bibir pantai Hong Kong sudah terlihat jelas, menyusul ge­ ”Sepertinya wawancara kita sudah selesai, Maryam.” Aku dung pencakar langitnya yang sejak tadi samar di antara men­ pada gadis wartawan yang sejak kalimat ter­ senyum, menoleh Beberapa burung camar terbang di atas kapal, dan gerimis. terdiam. Entah sedang mencerna, atau boleh jadi akhirku tadi suara melengkingnya bercampur suara angin kencang teluk. laut. Bibir pantai Hong Kong sudah terlihat jelas, menyusul ge­ ”Sepertinya wawancara kita sudah selesai, Maryam.” Aku pencakar langitnya yang sejak tadi samar di antara men­ pada gadis wartawan yang sejak kalimat ter­ senyum, menoleh Beberapa burung camar terbang di atas kapal, dung dan gerimis. terdiam. Entah sedang mencerna, atau boleh jadi akhirku tadi suara melengkingnya bercampur suara angin kencang teluk. laut. Bibir pantai Hong Kong sudah terlihat jelas, menyusul ge­ ”Sepertinya wawancara kita sudah selesai, Maryam.” Aku pencakar langitnya yang sejak tadi samar di antara men­ pada gadis wartawan yang sejak kalimat ter­ senyum, menoleh Beberapa burung camar terbang di atas kapal, dung dan gerimis. terdiam. Entah sedang mencerna, atau boleh jadi akhirku tadi suara melengkingnya bercampur suara angin kencang teluk. ”Sepertinya wawancara kita sudah selesai, Maryam.” Aku pencakar langitnya yang sejak tadi samar di antara men­ pada gadis wartawan yang sejak kalimat ter­ senyum, menoleh Beberapa burung camar terbang di atas kapal, dung dan gerimis. terdiam. Entah sedang mencerna, atau boleh jadi akhirku tadi suara melengkingnya bercampur suara angin kencang teluk. ”Sepertinya wawancara kita sudah selesai, Maryam.” Aku pencakar langitnya yang sejak tadi samar di antara men­ pada gadis wartawan yang sejak kalimat ter­ senyum, menoleh Beberapa burung camar terbang di atas kapal, dung dan gerimis. terdiam. Entah sedang mencerna, atau boleh jadi akhirku tadi suara melengkingnya bercampur suara angin kencang teluk. sedang senang—karena aku menjawab banyak hal secara gam­ ”Sepertinya wawancara kita sudah selesai, Maryam.” Aku ter­ pencakar langitnya yang sejak tadi samar di antara men­ pada gadis wartawan yang sejak kalimat senyum, menoleh Beberapa burung camar terbang di atas kapal, dung dan gerimis. terdiam. Entah sedang mencerna, atau boleh jadi akhirku tadi suara melengkingnya bercampur suara angin kencang teluk. sedang senang—karena aku menjawab banyak hal secara gam­ ”Sepertinya wawancara kita sudah selesai, Maryam.” Aku dung pencakar langitnya yang sejak tadi samar di antara men­ pada gadis wartawan yang sejak kalimat ter­ senyum, menoleh Beberapa burung camar terbang disecara atas kapal, dan gerimis. terdiam. Entah sedang mencerna, atau boleh jadi akhirku tadi suara melengkingnya bercampur suara angin kencang teluk. sedang senang—karena aku menjawab banyak hal gam­ ”Sepertinya wawancara kita sudah selesai, Maryam.” Aku pada gadis wartawan yang sejak kalimat ter­ senyum, menoleh Beberapa burung camar terbang di atas kapal, dung dan gerimis. terdiam. Entah sedang mencerna, atau boleh jadi akhirku tadi suara melengkingnya bercampur suara angin kencang teluk. sedang senang—karena aku menjawab banyak hal secara gam­ ”Sepertinya wawancara kita sudah selesai, Maryam.” Aku pada gadis wartawan yang sejak kalimat ter­ senyum, menoleh Beberapa burung camar terbang di atas kapal, dung dan gerimis. terdiam. Entah sedang mencerna, atau boleh jadi akhirku tadi suara melengkingnya bercampur suara angin kencang teluk. sedang senang—karena aku menjawab banyak hal secara gam­ ”Sepertinya wawancara kita sudah selesai, Maryam.” Aku sebelum ditanya. ”Nah, aku harus membawa kapal blang bahkan pada gadis wartawan yang sejak kalimat ter­ senyum, menoleh Beberapa burung camar terbang di atas kapal, dung dan gerimis. terdiam. Entah sedang mencerna, atau boleh jadi akhirku tadi suara melengkingnya bercampur suara angin kencang teluk. sedang senang—karena aku menjawab banyak hal secara gam­ ”Sepertinya wawancara kita sudah selesai, Maryam.” Aku sebelum ditanya. ”Nah, aku harus membawa kapal blang bahkan pada gadis wartawan yang sejak kalimat ter­ senyum, menoleh Beberapa burung camar terbang di atas kapal, dung dan gerimis. terdiam. Entah sedang mencerna, atau boleh jadi akhirku tadi suara melengkingnya bercampur suara angin kencang teluk. sedang senang—karena aku menjawab banyak hal secara gam­ ”Sepertinya wawancara kita sudah selesai, Maryam.” Aku ter­ sebelum ditanya. ”Nah, aku harus membawa kapal blang bahkan pada gadis wartawan yang sejak kalimat senyum, menoleh terdiam. Entah sedang mencerna, atau boleh jadi akhirku tadi suara melengkingnya bercampur suara angin kencang teluk. sedang senang—karena aku menjawab banyak hal secara gam­ ”Sepertinya wawancara kita sudah selesai, Maryam.” Aku ter­ sebelum ditanya. ”Nah, aku harus membawa kapal blang bahkan pada gadis wartawan yang sejak kalimat senyum, menoleh terdiam. Entah sedang mencerna, atau boleh jadi akhirku tadi suara melengkingnya bercampur suara angin kencang teluk. sedang senang—karena aku menjawab banyak hal secara gam­ ”Sepertinya wawancara kita sudah selesai, Maryam.” Aku sebelum ditanya. ”Nah, aku harus membawa kapal blang bahkan pada gadis wartawan yang sejak kalimat ter­ senyum, menoleh ini merapat di dermaga. Karena aku hendak mencoba beberapa terdiam. Entah sedang mencerna, atau boleh jadi akhirku tadi suara melengkingnya bercampur suara angin kencang teluk. sedang senang—karena aku menjawab banyak hal secara gam­ ”Sepertinya wawancara kita sudah selesai, Maryam.” Aku sebelum ditanya. ”Nah, aku harus membawa kapal blang bahkan pada gadis wartawan yang sejak kalimat ter­ senyum, menoleh ini merapat di dermaga. Karena aku hendak mencoba beberapa terdiam. Entah sedang mencerna, atau boleh jadi akhirku tadi suara melengkingnya bercampur suara angin kencang teluk. sedang senang—karena aku menjawab banyak hal secara gam­ ”Sepertinya wawancara kita sudah selesai, Maryam.” Aku sebelum ditanya. ”Nah, aku harus membawa kapal blang bahkan pada gadis wartawan yang sejak kalimat ter­ senyum, menoleh ini merapat di dermaga. Karena aku hendak mencoba beberapa terdiam. Entah sedang mencerna, atau boleh jadi akhirku tadi sedang senang—karena aku menjawab banyak hal secara gam­ ”Sepertinya wawancara kita sudah selesai, Maryam.” Aku sebelum ditanya. ”Nah, aku harus membawa kapal blang bahkan pada gadis wartawan yang sejak kalimat ter­ senyum, menoleh ini merapat di dermaga. Karena aku hendak mencoba beberapa terdiam. Entah sedang mencerna, atau boleh jadi akhirku tadi sedang senang—karena aku menjawab banyak hal secara gam­ ”Sepertinya wawancara kita sudah selesai, Maryam.” Aku sebelum ditanya. ”Nah, aku harus membawa kapal blang bahkan pada gadis wartawan yang sejak kalimat ter­ senyum, menoleh ini merapat di dermaga. Karena aku hendak mencoba beberapa Entah sedang mencerna, atau boleh jadi akhirku tadi manuver, sebaiknya kau bergabung Opa dan Kadek di sedang senang—karena aku banyak hal secara gam­ ”Sepertinya wawancara kita sudah selesai, Maryam.” Aku ter­ sebelum ditanya. ”Nah, aku harus membawa blang bahkan pada gadis wartawan yang sejak kalimat senyum, menoleh ini merapat diterdiam. dermaga. Karena akudengan hendak mencoba beberapa terdiam. Entah sedang mencerna, atau boleh jadi akhirku tadi manuver, sebaiknya kau bergabung dengan Opa dan Kadek di sedang senang—karena aku menjawab banyak hal secara gam­ ”Sepertinya wawancara kitamenjawab sudah selesai, Maryam.” Akukapal sebelum ditanya. ”Nah, aku harus membawa kapal blang bahkan pada gadis wartawan yang sejak kalimat ter­ senyum, menoleh ini merapat di dermaga. Karena aku hendak mencoba beberapa terdiam. Entah sedang mencerna, atau boleh jadi akhirku tadi manuver, sebaiknya kau bergabung dengan Opa dan Kadek di sedang senang—karena aku menjawab banyak hal secara gam­ sebelum ditanya. ”Nah, aku harus membawa kapal blang bahkan pada gadis wartawan yang sejak kalimat ter­ senyum, menoleh ini merapat di dermaga. Karena aku hendak mencoba beberapa terdiam. Entah sedang mencerna, atau boleh jadi akhirku tadi manuver, sebaiknya kau bergabung dengan Opa dan Kadek di sedang senang—karena aku menjawab banyak hal secara gam­ sebelum ditanya. ”Nah, aku harus membawa kapal blang bahkan pada gadis wartawan yang sejak kalimat ter­ senyum, menoleh ini merapat di dermaga. Karena aku hendak mencoba beberapa terdiam. Entah sedang mencerna, atau boleh jadi akhirku tadi manuver, sebaiknya kau bergabung dengan Opa dan Kadek di sedang senang—karena aku menjawab banyak hal secara gam­ meja makan. Opa tidak pernah berbohong. Masakan Kadek pa­ sebelum ditanya. ”Nah, aku harus membawa kapal blang bahkan pada gadis wartawan yang sejak kalimat ter­ senyum, menoleh ini merapat di dermaga. Karena aku hendak mencoba beberapa terdiam. Entah sedang mencerna, atau boleh jadi akhirku tadi manuver, sebaiknya kau bergabung dengan Opa dan Kadek di sedang senang—karena aku menjawab banyak hal secara gam­ meja makan. Opa tidak pernah berbohong. Masakan Kadek pa­ sebelum ditanya. ”Nah, aku harus membawa kapal blang bahkan pada gadis wartawan yang sejak kalimat ter­ senyum, menoleh ini merapat di dermaga. Karena aku hendak mencoba beberapa terdiam. Entah sedang mencerna, atau boleh jadi akhirku tadi manuver, sebaiknya kau bergabung dengan Opa dan Kadek di sedang senang—karena aku menjawab banyak hal secara gam­ meja makan. Opa tidak pernah berbohong. Masakan Kadek pa­ sebelum ditanya. ”Nah, aku harus membawa kapal blang bahkan ini merapat di dermaga. Karena aku hendak mencoba beberapa terdiam. Entah sedang mencerna, atau boleh jadi akhirku tadi manuver, sebaiknya kau bergabung dengan Opa dan Kadek di sedang senang—karena aku menjawab banyak hal secara gam­ meja makan. Opa tidak pernah berbohong. Masakan Kadek pa­ sebelum ditanya. ”Nah, aku harus membawa kapal blang bahkan ini merapat di dermaga. Karena aku hendak mencoba beberapa terdiam. Entah sedang mencerna, atau boleh jadi akhirku tadi manuver, sebaiknya kau bergabung dengan Opa dan Kadek di sedang senang—karena aku menjawab banyak hal secara gam­ meja makan. Opa tidak pernah berbohong. Masakan Kadek pa­ sebelum ditanya. ”Nah, aku harus membawa kapal blang bahkan ling lezat, apalagi kepitingnya. Kau bisa sarapan sambil menung­ ini merapat di dermaga. Karena aku hendak mencoba beberapa terdiam. Entah sedang mencerna, atau boleh jadi akhirku tadi manuver, sebaiknya kau bergabung dengan Opa dan Kadek di sedang senang—karena aku menjawab banyak hal secara gam­ meja makan. Opa tidak pernah berbohong. Masakan Kadek pa­ sebelum ditanya. ”Nah, aku harus membawa kapal blang bahkan ling lezat, apalagi kepitingnya. Kau bisa sarapan sambil menung­ ini merapat di dermaga. Karena aku hendak mencoba beberapa terdiam. Entah sedang mencerna, atau boleh jadi akhirku tadi manuver, sebaiknya kau bergabung dengan Opa dan Kadek di sedang senang—karena aku menjawab banyak hal secara gam­ meja makan. Opa tidak pernah berbohong. Masakan Kadek pa­ sebelum ditanya. ”Nah, aku harus membawa kapal blang bahkan ling lezat, apalagi kepitingnya. Kau bisa sarapan sambil menung­ ini merapat di dermaga. Karena aku hendak mencoba beberapa manuver, sebaiknya kau bergabung dengan Opa dan Kadek di sedang senang—karena aku menjawab banyak hal secara gam­ meja makan. Opa tidak pernah berbohong. Masakan Kadek pa­ sebelum ditanya. ”Nah, aku harus membawa kapal blang bahkan ling lezat, apalagi kepitingnya. Kau bisa sarapan sambil menung­ ini merapat di dermaga. Karena aku hendak mencoba beberapa manuver, sebaiknya kau bergabung dengan Opa dan Kadek di sedang senang—karena aku menjawab banyak hal secara gam­ meja makan. Opa tidak pernah berbohong. Masakan Kadek pa­ sebelum ditanya. ”Nah, aku harus membawa kapal blang bahkan ling lezat, apalagi kepitingnya. Kau bisa sarapan sambil menung­ ini merapat di dermaga. Karena aku hendak mencoba beberapa penuh di dermaga.” gu kapal ini merapat manuver, sebaiknya kau bergabung dengan Opa dan Kadek di sedang senang—karena aku menjawab banyak hal secara gam­ meja makan. Opa tidak pernah berbohong. Masakan Kadek pa­ sebelum ditanya. ”Nah, aku harus membawa kapal blang bahkan ling lezat, apalagi kepitingnya. Kau bisa sarapan sambil menung­ ini merapat di dermaga. Karena aku hendak mencoba beberapa penuh di dermaga.” gu kapal ini merapat manuver, sebaiknya kau bergabung dengan Opa dan Kadek di sedang senang—karena aku menjawab banyak hal secara gam­ meja makan. Opa tidak pernah berbohong. Masakan Kadek pa­ sebelum ditanya. ”Nah, aku harus membawa kapal blang bahkan ling lezat, apalagi kepitingnya. Kau bisa sarapan sambil menung­ ini merapat di dermaga. Karena aku hendak mencoba beberapa penuh di dermaga.” gu kapal ini merapat manuver, sebaiknya kau bergabung dengan Opa dan Kadek di meja makan. Opa tidak pernah berbohong. Masakan Kadek pa­ sebelum ditanya. ”Nah, aku harus membawa kapal blang bahkan ling lezat, apalagi kepitingnya. Kau bisa sarapan sambil menung­ ini merapat di dermaga. Karena aku hendak mencoba beberapa penuh di dermaga.” gu kapal ini merapat manuver, sebaiknya kau bergabung dengan Opa dan Kadek di meja makan. Opa tidak pernah berbohong. Masakan Kadek pa­ sebelum ditanya. ”Nah, aku harus membawa kapal blang bahkan ling lezat, apalagi kepitingnya. Kau bisa sarapan sambil menung­ ini merapat di dermaga. Karena aku hendak mencoba beberapa penuh di dermaga.” gu kapal ini merapat manuver, sebaiknya kau bergabung dengan Opa dan Kadek di Meski sepertinya dia masih memiliki beberapa daftar per­ meja makan. Opa tidak pernah berbohong. Masakan Kadek pa­ sebelum ditanya. ”Nah, aku harus membawa kapal blang bahkan ling lezat, apalagi kepitingnya. Kau bisa sarapan sambil menung­ ini merapat di dermaga. Karena aku hendak mencoba beberapa penuh di dermaga.” gu kapal ini merapat manuver, sebaiknya kau bergabung dengan Opa dan Kadek di Meski sepertinya dia masih memiliki beberapa daftar per­ meja makan. Opa tidak pernah berbohong. Masakan Kadek pa­ sebelum ditanya. ”Nah, aku harus membawa kapal blang bahkan ling lezat, apalagi kepitingnya. Kau bisa sarapan sambil menung­ ini merapat di dermaga. Karena aku hendak mencoba beberapa penuh di dermaga.” gu kapal ini merapat manuver, sebaiknya kau bergabung dengan Opa dan Kadek di Meski sepertinya dia masih memiliki beberapa daftar per­ meja makan. Opa tidak pernah berbohong. Masakan Kadek pa­ ling lezat, apalagi kepitingnya. Kau bisa sarapan sambil menung­ ini merapat di dermaga. Karena aku hendak mencoba beberapa penuh di dermaga.” gu kapal ini merapat manuver, sebaiknya kau bergabung dengan Opa dan Kadek di Meski sepertinya dia masih memiliki beberapa daftar per­ meja makan. Opa tidak pernah berbohong. Masakan Kadek pa­ ling lezat, apalagi kepitingnya. Kau bisa sarapan sambil menung­ ini merapat di dermaga. Karena aku hendak mencoba beberapa penuh di dermaga.” gu kapal ini merapat manuver, sebaiknya kau bergabung dengan Opa dan Kadek di Meski sepertinya dia masih memiliki beberapa daftar per­ meja makan. Opa tidak pernah berbohong. Masakan Kadek pa­ tanyaan, gadis itu terlihat berpikir sejenak, memeriksa peranti ling lezat, apalagi kepitingnya. Kau bisa sarapan sambil menung­ ini merapat di dermaga. Karena aku hendak mencoba beberapa penuh di dermaga.” gu kapal ini merapat manuver, sebaiknya kau bergabung dengan Opa dan Kadek di Meski sepertinya dia masih memiliki beberapa daftar per­ meja makan. Opa tidak pernah berbohong. Masakan Kadek pa­ tanyaan, gadis itu terlihat berpikir sejenak, memeriksa peranti ling lezat, apalagi kepitingnya. Kau bisa sarapan sambil menung­ ini merapat di dermaga. Karena aku hendak mencoba beberapa penuh di dermaga.” gu kapal ini merapat manuver, sebaiknya kau bergabung dengan Opa dan Kadek di Meski sepertinya dia masih memiliki beberapa daftar per­ meja makan. Opa tidak pernah berbohong. Masakan Kadek pa­ tanyaan, gadis itu terlihat berpikir sejenak, memeriksa peranti ling lezat, apalagi kepitingnya. Kau bisa sarapan sambil menung­ penuh di dermaga.” gu kapal ini merapat manuver, sebaiknya kau bergabung dengan Opa dan Kadek di Meski sepertinya dia masih memiliki beberapa daftar per­ meja makan. Opa tidak pernah berbohong. Masakan Kadek pa­ tanyaan, gadis itu terlihat berpikir sejenak, memeriksa peranti ling lezat, apalagi kepitingnya. Kau bisa sarapan sambil menung­ penuh di dermaga.” gu kapal ini merapat manuver, sebaiknya kau bergabung dengan Opa dan Kadek di Meski sepertinya dia masih memiliki beberapa daftar per­ meja makan. Opa tidak pernah berbohong. Masakan Kadek pa­ tanyaan, gadis itu terlihat berpikir sejenak, memeriksa peranti ling lezat, apalagi kepitingnya. Kau bisa sarapan sambil menung­ layar sentuh di tangannya, akhirnya mengangguk. penuh di dermaga.” gu kapal ini merapat manuver, sebaiknya kau bergabung dengan Opa dan Kadek di Meski sepertinya dia masih memiliki beberapa daftar per­ meja makan. Opa tidak pernah berbohong. Masakan Kadek pa­ tanyaan, gadis itu terlihat berpikir sejenak, memeriksa peranti ling lezat, apalagi kepitingnya. Kau bisa sarapan sambil menung­ layar sentuh di tangannya, akhirnya mengangguk. penuh di dermaga.” gu kapal ini merapat manuver, sebaiknya kau bergabung dengan Opa dan Kadek di Meski sepertinya dia masih memiliki beberapa daftar per­ meja makan. Opa tidak pernah berbohong. Masakan Kadek pa­ tanyaan, gadis itu terlihat berpikir sejenak, memeriksa peranti ling lezat, apalagi kepitingnya. Kau bisa sarapan sambil menung­ layar sentuh di tangannya, akhirnya mengangguk. penuh di dermaga.” gu kapal ini merapat Meski sepertinya dia masih memiliki beberapa daftar per­ meja makan. Opa tidak pernah berbohong. Masakan Kadek pa­ tanyaan, gadis itu terlihat berpikir sejenak, memeriksa peranti ling lezat, apalagi kepitingnya. Kau bisa sarapan sambil menung­ layar sentuh di tangannya, akhirnya mengangguk. penuh di dermaga.” gu kapal ini merapat Meski sepertinya dia masih memiliki beberapa daftar per­ meja makan. Opa tidak pernah berbohong. Masakan Kadek pa­ tanyaan, gadis itu terlihat berpikir sejenak, memeriksa peranti ling lezat, apalagi kepitingnya. Kau bisa sarapan sambil menung­ layar sentuh di tangannya, akhirnya mengangguk. penuh di dermaga.” gu kapal ini merapat ”Terima kasih atas jawaban yang Anda berikan.” Meski sepertinya dia masih memiliki beberapa daftar per­ meja makan. Opa tidak pernah berbohong. Masakan Kadek pa­ tanyaan, gadis itu terlihat berpikir sejenak, memeriksa peranti ling lezat, apalagi kepitingnya. Kau bisa sarapan sambil menung­ layar sentuh di tangannya, akhirnya mengangguk. penuh di dermaga.” gu kapal ini merapat ”Terima kasih atas jawaban yang Anda berikan.” Meski sepertinya dia masih memiliki beberapa daftar per­ meja makan. Opa tidak pernah berbohong. Masakan Kadek pa­ tanyaan, gadis itu terlihat berpikir sejenak, memeriksa peranti ling lezat, apalagi kepitingnya. Kau bisa sarapan sambil menung­ layar sentuh di tangannya, akhirnya mengangguk. penuh di dermaga.” gu kapal ini merapat ”Terima kasih atas jawaban yang Anda berikan.” Meski sepertinya dia masih memiliki beberapa daftar per­ tanyaan, gadis itu terlihat berpikir sejenak, memeriksa peranti ling lezat, apalagi kepitingnya. bisa sarapan sambil menung­ layar sentuh di tangannya, akhirnya mengangguk. penuh di dermaga.” gu kapal ini merapat ”Terima kasih atas jawaban yang Anda berikan.” Meski sepertinya dia masih memiliki beberapa daftar per­ tanyaan, gadis itu terlihat berpikir sejenak, memeriksa peranti ling lezat, apalagi kepitingnya. Kau bisa sarapan sambil menung­ layar sentuh di tangannya, akhirnya mengangguk. penuh diKau dermaga.” gu kapal ini merapat ”Terima kasih atas jawaban yang Anda berikan.” Meski sepertinya dia masih memiliki beberapa daftar per­ Aku mengangguk. Tidak masalah. tanyaan, gadis itu terlihat berpikir sejenak, memeriksa peranti ling lezat, apalagi kepitingnya. Kau bisa sarapan sambil menung­ layar sentuh di tangannya, akhirnya mengangguk. penuh di dermaga.” gu kapal ini merapat ”Terima kasih atas jawaban yang Anda berikan.” Meski sepertinya dia masih memiliki beberapa daftar per­ Aku mengangguk. Tidak masalah. tanyaan, gadis itu terlihat berpikir sejenak, memeriksa peranti ling lezat, apalagi kepitingnya. Kau bisa sarapan sambil menung­ layar sentuh di tangannya, akhirnya mengangguk. penuh di dermaga.” gu kapal ini merapat ”Terima kasih atas jawaban yang Anda berikan.” Meski sepertinya dia masih memiliki beberapa daftar per­ Aku mengangguk. Tidak masalah. tanyaan, gadis itu terlihat berpikir sejenak, memeriksa peranti layar sentuh di tangannya, akhirnya mengangguk. penuh di dermaga.” gu kapal ini merapat ”Terima kasih atas jawaban yang Anda berikan.” Meski sepertinya dia masih memiliki beberapa daftar per­ Aku mengangguk. Tidak masalah. tanyaan, gadis itu terlihat berpikir sejenak, memeriksa peranti layar sentuh di tangannya, akhirnya mengangguk. penuh di dermaga.” gu kapal ini merapat ”Terima kasih atas jawaban yang Anda berikan.” Meski sepertinya dia masih memiliki beberapa daftar per­ Aku mengangguk. Tidak masalah. tanyaan, gadis itu terlihat berpikir sejenak, memeriksa peranti ”Aku akan mengirimkan artikelnya sebelum naik cetak, akan layar sentuh di tangannya, akhirnya mengangguk. penuh di dermaga.” gu kapal ini merapat ”Terima kasih atas jawaban yang Anda berikan.” Meski sepertinya dia masih memiliki beberapa daftar per­ Aku mengangguk. Tidak masalah. tanyaan, gadis itu terlihat berpikir sejenak, memeriksa peranti ”Aku akan mengirimkan artikelnya sebelum naik cetak, akan layar sentuh di tangannya, akhirnya mengangguk. penuh di dermaga.” gu ”Aku kapal ini merapat ”Terima kasih atas jawaban yang Anda berikan.” Meski sepertinya dia masih memiliki beberapa daftar per­ Aku mengangguk. Tidak masalah. tanyaan, gadis itu terlihat berpikir sejenak, memeriksa peranti akan mengirimkan artikelnya sebelum naik cetak, akan layar sentuh di tangannya, akhirnya mengangguk. ”Terima kasih atas jawaban yang Anda berikan.” Meski sepertinya dia masih memiliki beberapa daftar per­ Aku mengangguk. Tidak masalah. tanyaan, gadis itu terlihat berpikir sejenak, memeriksa peranti ”Aku akan mengirimkan artikelnya sebelum naik cetak, akan layar sentuh di tangannya, akhirnya mengangguk. ”Terima kasih atas jawaban yang Anda berikan.” Meski sepertinya dia masih memiliki beberapa daftar per­ Aku mengangguk. Tidak masalah. tanyaan, gadis itu terlihat berpikir sejenak, memeriksa peranti ”Aku akan mengirimkan artikelnya sebelum naik cetak, akan layar sentuh di tangannya, akhirnya mengangguk. kusiapkan dalam perjalanan kembali ke Jakarta. Semoga Anda ”Terima kasih atas jawaban yang Anda berikan.” Meski sepertinya dia masih memiliki beberapa daftar per­ Aku mengangguk. Tidak masalah. tanyaan, gadis itu terlihat berpikir sejenak, memeriksa peranti ”Aku akan mengirimkan artikelnya sebelum naik cetak, akan layar sentuh di tangannya, akhirnya mengangguk. kusiapkan dalam perjalanan kembali ke Jakarta. Semoga Anda ”Terima kasih atas jawaban yang Anda berikan.” Meski sepertinya dia masih memiliki beberapa daftar per­ Aku mengangguk. Tidak masalah. tanyaan, gadis itu terlihat berpikir sejenak, memeriksa peranti ”Aku akan mengirimkan artikelnya sebelum naik cetak, akan layar sentuh di tangannya, akhirnya mengangguk. kusiapkan dalam perjalanan kembali ke Jakarta. Semoga Anda ”Terima kasih atas jawaban yang Anda berikan.” Aku mengangguk. Tidak masalah. tanyaan, gadis itu terlihat berpikir sejenak, memeriksa peranti ”Aku akan mengirimkan artikelnya sebelum naik cetak, akan layar sentuh di tangannya, akhirnya mengangguk. kusiapkan dalam perjalanan kembali ke Jakarta. Semoga Anda ”Terima kasih atas jawaban yang Anda berikan.” Aku mengangguk. Tidak masalah. tanyaan, gadis itu terlihat berpikir sejenak, memeriksa peranti ”Aku akan mengirimkan artikelnya sebelum naik cetak, akan layar sentuh di tangannya, akhirnya mengangguk. kusiapkan dalam perjalanan kembali ke Jakarta. Semoga Anda ”Terima kasih atas jawaban yang Anda berikan.” bisa segera memberikan persetujuan atas artikel tersebut.” Aku mengangguk. Tidak masalah. tanyaan, gadis itu terlihat berpikir sejenak, memeriksa peranti ”Aku akan mengirimkan artikelnya sebelum naik cetak, akan layar sentuh di tangannya, akhirnya mengangguk. kusiapkan dalam perjalanan kembali ke Jakarta. Semoga Anda ”Terima kasih atas jawaban yang Anda berikan.” bisa segera memberikan persetujuan atas artikel tersebut.” Aku mengangguk. Tidak masalah. tanyaan, gadis itu terlihat berpikir sejenak, memeriksa peranti ”Aku akan mengirimkan artikelnya sebelum naik cetak, akan layar sentuh di tangannya, akhirnya mengangguk. kusiapkan dalam perjalanan kembali ke Jakarta. Semoga Anda ”Terima kasih atas jawaban yang Anda berikan.” bisa segera memberikan persetujuan atas artikel tersebut.” Aku mengangguk. Tidak masalah. ”Aku akan mengirimkan artikelnya sebelum naik cetak, akan layar sentuh di tangannya, akhirnya mengangguk. kusiapkan dalam perjalanan kembali ke Jakarta. Semoga Anda ”Terima kasih atas jawaban yang Anda berikan.” bisa segera memberikan persetujuan atas artikel tersebut.” Aku mengangguk. Tidak masalah. ”Aku akan mengirimkan artikelnya sebelum naik cetak, akan layar sentuh di tangannya, akhirnya mengangguk. kusiapkan dalam perjalanan kembali ke Jakarta. Semoga Anda ”Terima kasih atas jawaban yang Anda berikan.” bisa segera memberikan persetujuan atas artikel tersebut.” Aku mengangguk. Tidak masalah. Gadis itu membereskan peralatannya. Meraih tas di lantai, ”Aku akan mengirimkan artikelnya sebelum naik cetak, akan layar sentuh di tangannya, akhirnya mengangguk. kusiapkan dalam perjalanan kembali ke Jakarta. Semoga Anda ”Terima kasih atas jawaban yang Anda berikan.” bisa segera memberikan persetujuan atas artikel tersebut.” Aku mengangguk. Tidak masalah. Gadis itu membereskan peralatannya. Meraih tas di lantai, ”Aku akan mengirimkan artikelnya sebelum naik cetak, akan layar sentuh di tangannya, akhirnya mengangguk. kusiapkan dalam perjalanan kembali ke Jakarta. Semoga Anda ”Terima kasih atas jawaban yang Anda berikan.” bisa segera memberikan persetujuan atas artikel tersebut.” Aku mengangguk. Tidak masalah. Gadis itu membereskan peralatannya. Meraih tas di lantai, ”Aku akan mengirimkan artikelnya sebelum naik cetak, akan kusiapkan dalam perjalanan kembali ke Jakarta. Semoga Anda ”Terima kasih atas jawaban yang Anda berikan.” bisa segera memberikan persetujuan atas artikel tersebut.” Aku mengangguk. Tidak masalah. Gadis itu membereskan peralatannya. Meraih tas di lantai, ”Aku akan mengirimkan artikelnya sebelum naik cetak, akan kusiapkan dalam perjalanan kembali ke Jakarta. Semoga Anda ”Terima kasih atas jawaban yang Anda berikan.” bisa segera memberikan persetujuan atas artikel tersebut.” Aku mengangguk. Tidak masalah. Gadis itu membereskan peralatannya. Meraih tas di lantai, ”Aku akan mengirimkan artikelnya sebelum naik cetak, akan beranjak ke kabin tengah. kusiapkan dalam perjalanan kembali ke Jakarta. Semoga Anda ”Terima kasih atas jawaban yang Anda berikan.” bisa segera memberikan persetujuan atas artikel tersebut.” Aku mengangguk. Tidak masalah. Gadis itu membereskan peralatannya. Meraih tas di lantai, ”Aku akan mengirimkan artikelnya sebelum naik cetak, akan beranjak ke kabin tengah. kusiapkan dalam perjalanan kembali ke Jakarta. Semoga Anda ”Terima kasih atas jawaban yang Anda berikan.” bisa segera memberikan persetujuan atas artikel tersebut.” Aku mengangguk. Tidak masalah. Gadis itu membereskan peralatannya. Meraih tas di lantai, ”Aku akan mengirimkan artikelnya sebelum naik cetak, akan beranjak ke kabin tengah. kusiapkan dalam perjalanan kembali ke Jakarta. Semoga Anda bisa segera memberikan persetujuan atas artikel tersebut.” Aku mengangguk. Tidak masalah. Gadis itu membereskan peralatannya. Meraih tas di lantai, ”Aku akan mengirimkan artikelnya sebelum naik cetak, akan beranjak ke kabin tengah. kusiapkan dalam perjalanan kembali ke Jakarta. Semoga Anda bisa segera memberikan persetujuan atas artikel tersebut.” Aku mengangguk. Tidak masalah. Gadis itu membereskan peralatannya. Meraih tas di lantai, ”Aku akan mengirimkan artikelnya sebelum naik cetak, akan beranjak ke kabin tengah. kusiapkan dalam perjalanan kembali ke Jakarta. Semoga Anda ”Hei, kau bisa berhenti memanggilku dengan sebutan Anda, bisa segera memberikan persetujuan atas artikel tersebut.” Aku mengangguk. Tidak masalah. Gadis itu membereskan peralatannya. Meraih tas di lantai, ”Aku akan mengirimkan artikelnya sebelum naik cetak, akan beranjak ke kabin tengah. kusiapkan dalam perjalanan kembali ke Jakarta. Semoga Anda ”Hei, kau bisa berhenti memanggilku dengan sebutan Anda, bisa segera memberikan persetujuan atas artikel tersebut.” Aku mengangguk. Tidak masalah. Gadis itu membereskan peralatannya. Meraih tas di lantai, ”Aku akan mengirimkan artikelnya sebelum naik cetak, akan beranjak ke kabin tengah. kusiapkan dalam perjalanan kembali ke Jakarta. Semoga Anda ”Hei, kau bisa berhenti memanggilku dengan sebutan Anda, bisa segera memberikan persetujuan atas artikel tersebut.” Gadis itu membereskan peralatannya. Meraih tas di lantai, ”Aku akan mengirimkan artikelnya sebelum naik cetak, akan beranjak ke kabin tengah. kusiapkan dalam perjalanan kembali ke Jakarta. Semoga Anda ”Hei, kau bisa berhenti memanggilku dengan sebutan Anda, bisa segera memberikan persetujuan atas artikel tersebut.” Gadis itu membereskan peralatannya. Meraih tas di lantai, ”Aku akan mengirimkan artikelnya sebelum naik cetak, akan beranjak ke kabin tengah. kusiapkan dalam perjalanan kembali ke Jakarta. Semoga Anda ”Hei, kau bisa berhenti memanggilku dengan sebutan Anda, bisa segera memberikan persetujuan atas artikel tersebut.” Gadis itu membereskan peralatannya. Meraih tas di lantai, ”Aku akan mengirimkan artikelnya sebelum naik cetak, akan beranjak ke kabin tengah. kusiapkan perjalanan kembali atas ke Jakarta. Semoga Anda ”Hei, kau bisa berhenti memanggilku dengan sebutan bisa segera memberikan artikel tersebut.” Gadis itudalam membereskan peralatannya. Meraih tascetak, di Anda, lantai, ”Aku akan mengirimkan artikelnya sebelum naik akan beranjak ke kabin tengah.persetujuan



Maryam. Panggil saja kau atau Thomas, itu lebih nyaman di­ Maryam. Panggil dengar.” Maryam. Panggil saja saja kau kau atau atau Thomas, Thomas, itu itu lebih lebih nyaman nyaman di­ di­ dengar.” Maryam. dengar.” Panggil saja kau atau Thomas, itu lebih nyaman di­ dengar.” dengar.” Gadis itu mengangguk. ”Baik, akan kupanggil Thomas.” dengar.” Gadis dengar.” Gadis itu itu mengangguk. mengangguk. ”Baik, ”Baik, akan akan kupanggil kupanggil Thomas.” Thomas.” Gadis itu mengangguk. ”Baik, akan kupanggil Thomas.” Gadis itu mengangguk. ”Baik, akan kupanggil Thomas.” ”Dan hei lagi, selezat apa pun kepiting Kadek, jangan lupa Gadis itu mengangguk. ”Baik, akan kupanggil Thomas.” ”Dan hei lagi, selezat apa pun kepiting Kadek, Gadis itu mengangguk. ”Baik, akan kupanggil Thomas.” ”Dan hei hei lagi, lagi, selezat selezat apa apa pun pun kepiting kepiting Kadek, Kadek, jangan jangan lupa lupa ”Dan jangan lupa ”Dan hei lagi, selezat apa pun kepiting Kadek, jangan lupa sisakan sedikit untukku.” Aku kembali berseru pelan, membuat ”Dan hei lagi, selezat apa pun kepiting Kadek, jangan lupa sisakan sedikit untukku.” Aku kembali berseru pelan, membuat ”Dan hei lagi, selezat apa pun kepiting Kadek, jangan lupa sisakan sedikit untukku.” Aku kembali berseru pelan, membuat sisakan sedikit sedikit untukku.” untukku.” Aku Aku kembali kembali berseru berseru pelan, pelan, membuat membuat sisakan langkah gadis wartawan terhenti. sisakan sedikit untukku.” Aku kembali langkah gadis itu terhenti. sisakan untukku.”itu Aku kembali berseru berseru pelan, pelan, membuat membuat langkah sedikit gadis wartawan wartawan itu terhenti. langkah gadis wartawan itu terhenti. langkah gadis wartawan itu terhenti. Dia menoleh, tertawa—tawanya untuk pertama kali. langkah gadis wartawan itu terhenti. Dia menoleh, tertawa—tawanya untuk pertama kali. langkah gadis wartawan itu terhenti. Dia menoleh, menoleh, tertawa—tawanya tertawa—tawanya untuk untuk pertama pertama kali. kali. Dia Dia menoleh, tertawa—tawanya untuk pertama kali. Dia Dia menoleh, menoleh, tertawa—tawanya tertawa—tawanya untuk untuk pertama pertama kali. kali.



Kilogram Kilogram Kilogram Kilogram



Episode 6



P P P P P P P P



Penyergapan Seratus Kilogram



ELABUHAN yacht Hong Kong padat. Ini long weekend, ELABUHAN yacht Hong Kong padat. Ini long weekend, ELABUHAN yacht Hong Kong padat. Ini long weekend, ELABUHAN yacht Hong Kong padat. Ini long weekend, ELABUHAN yacht Hong Kong padat. Ini long weekend, perayaan Jumat Agung, Agung, tanggal merah internasional. Banyak ka­ ELABUHAN yacht Hong Kong padat. Ini long weekend, perayaan Jumat tanggal merah internasional. Banyak ka­ ELABUHAN yacht Hong Kong padat. Ini long weekend, perayaan Jumat Agung, tanggal merah internasional. Banyak ka­ ELABUHAN yacht Hong Kong padat. Ini long weekend, perayaan Jumat Agung, tanggal merah internasional. Banyak ka­ ELABUHAN yacht Hong Kong padat. Ini long weekend, perayaan Jumat Agung, tanggal merah internasional. Banyak ka­ pal keluar-masuk pelabuhan. ELABUHAN yacht Hong Kong padat. Ini long weekend, perayaan Jumat Agung, tanggal merah internasional. Banyak ka­ pal keluar-masuk pelabuhan. ELABUHAN yacht Hong Kong padat. Ini long weekend, perayaan Jumat Agung, tanggal merah internasional. Banyak ka­ pal keluar-masuk pelabuhan. ELABUHAN yacht Hong Kong padat. Ini long weekend, perayaan Jumat Agung, tanggal merah internasional. Banyak ka­ pal keluar-masuk pelabuhan. ELABUHAN yacht Hong Kong padat. Ini long weekend, perayaan Jumat Agung, tanggal merah internasional. Banyak ka­ pal keluar-masuk pelabuhan. ELABUHAN yacht Hong Kong padat. Ini long weekend, Aku tidak keberatan dengan situasiinternasional. seramai ini, kebetulan perayaan Jumat Agung, tanggal merah internasional. Banyak ka­ pal keluar-masuk pelabuhan. ELABUHAN yacht Hong Kong padat. Ini long weekend, Aku tidak keberatan dengan situasi seramai ini, kebetulan perayaan Jumat Agung, tanggal merah Banyak ka­ pal keluar-masuk pelabuhan. ELABUHAN yacht Hong Kong padat. Ini long weekend, Aku tidak keberatan dengan situasi seramai ini, kebetulan perayaan Jumat Agung, tanggal merah internasional. Banyak ka­ pal keluar-masuk pelabuhan. Aku tidak keberatan dengan situasi seramai ini, kebetulan perayaan Jumat Agung, tanggal merah internasional. Banyak ka­ pal keluar-masuk pelabuhan. Aku tidak keberatan dengan situasi seramai ini, kebetulan perayaan Jumat Agung, tanggal merah internasional. Banyak ka­ yang baik, kapal pesiar baru ini bisa diuji coba melakukan ma­ pal keluar-masuk pelabuhan. Aku tidak keberatan dengan situasi seramai ini, kebetulan perayaan Jumat Agung, tanggal merah internasional. Banyak ka­ yang baik, kapal pesiar baru ini bisa diuji coba melakukan ma­ pal keluar-masuk pelabuhan. Aku tidak keberatan dengan situasi seramai ini, kebetulan perayaan Jumat Agung, tanggal merah internasional. Banyak ka­ yang baik, kapal pesiar baru ini bisa diuji coba melakukan ma­ pal keluar-masuk pelabuhan. Aku tidak keberatan dengan situasi seramai ini, kebetulan yang baik, kapal pesiar baru ini bisa diuji coba melakukan ma­ pal keluar-masuk pelabuhan. Aku tidak keberatan dengan situasi seramai ini, kebetulan yang baik, kapal pesiar baru ini bisa diuji coba melakukan ma­ pal keluar-masuk pelabuhan. nuver. Hasilnya mengesankan, manuvernya akurat dan stabil, Aku tidak keberatan dengan situasi seramai ini, kebetulan yang baik, kapal pesiar baru ini bisa diuji coba melakukan ma­ pal keluar-masuk pelabuhan. nuver. Hasilnya mengesankan, manuvernya akurat dan stabil, Aku tidak keberatan dengan situasi seramai ini, kebetulan yang baik, kapal pesiar baru ini bisa diuji coba melakukan ma­ pal keluar-masuk pelabuhan. nuver. Hasilnya mengesankan, akurat dan stabil, Aku tidak keberatan dengan situasi ini, kebetulan yang baik, kapal pesiar baru ini manuvernya bisa diujiseramai coba melakukan ma­ nuver. Hasilnya mengesankan, manuvernya akurat dan stabil, Aku tidak keberatan dengan situasi seramai ini, kebetulan yang baik, kapal pesiar baru ini bisa diuji coba melakukan ma­ nuver. Hasilnya mengesankan, manuvernya akurat dan stabil, Aku tidak keberatan dengan situasi seramai ini, kebetulan dan seperti seekor angsa besar, merapat anggun ke salah satu yang baik, kapal pesiar baru ini bisa diuji coba melakukan ma­ nuver. Hasilnya mengesankan, manuvernya akurat dan stabil, Aku tidak keberatan dengan situasi seramai ini, kebetulan dan seperti seekor angsa besar, merapat anggun ke salah satu yang baik, kapal pesiar baru ini bisa diuji coba melakukan ma­ nuver. Hasilnya mengesankan, manuvernya akurat dan stabil, Aku tidak keberatan dengan situasi seramai ini, kebetulan dan seperti seekor angsa besar, merapat anggun ke dan salahstabil, satu yang baik, kapal pesiar baru ini bisa diuji coba melakukan ma­ nuver. Hasilnya mengesankan, manuvernya akurat dan seperti seekor angsa besar, merapat anggun ke salah satu yang baik, kapal pesiar baru ini bisa diuji coba melakukan ma­ nuver. Hasilnya mengesankan, manuvernya akurat dan stabil, dan seperti seekor angsa besar, merapat anggun ke salah satu yang baik, kapal pesiar baru ini bisa diuji coba melakukan ma­ bibir dermaga kosong, tempat biasa aku memarkir kapal pesiar nuver. Hasilnya mengesankan, manuvernya akurat dan stabil, dan seperti seekor angsa besar, merapat anggun ke salah satu yang baik, kapal pesiar baru ini bisa diuji coba melakukan ma­ bibir dermaga kosong, tempat biasa aku memarkir kapal pesiar nuver. Hasilnya mengesankan, manuvernya akurat dan stabil, dan seperti seekor angsa besar, merapat anggun ke salah satu yang baik, kapal pesiar baru ini bisa diuji coba melakukan ma­ bibir dermaga kosong, tempat biasa aku memarkir kapal pesiar nuver. Hasilnya mengesankan, manuvernya akurat dan stabil, dan seperti seekor angsa besar, merapat anggun ke salah satu bibir dermaga kosong, tempat biasa aku memarkir kapal pesiar nuver. Hasilnya mengesankan, manuvernya akurat dan stabil, dan seperti seekor angsa besar, merapat anggun ke salah satu bibir dermaga kosong, tempat biasa aku memarkir kapal pesiar nuver. Hasilnya mengesankan, manuvernya akurat dan stabil, dulu. Aku meneriaki Kadek agar bersiap melemparkan jangkar, dan seperti seekor angsa besar, merapat anggun ke salah satu bibir dermaga kosong, tempat biasa aku memarkir kapal pesiar nuver. Hasilnya mengesankan, manuvernya akurat dan stabil, dulu. Aku meneriaki Kadek agar bersiap melemparkan jangkar, dan seperti seekor angsa besar, merapat anggun ke salah satu bibir dermaga kosong, tempat biasa aku memarkir kapal pesiar nuver. Hasilnya mengesankan, manuvernya akurat dan stabil, dulu. Aku meneriaki meneriaki Kadek agar bersiap melemparkan jangkar, dan seperti seekor angsa besar, merapat anggun ke kekapal salah satu bibir dermaga kosong, tempat biasa aku memarkir pesiar dulu. Aku Kadek agar bersiap melemparkan jangkar, dan seperti seekor angsa besar, merapat anggun salah satu bibir dermaga kosong, tempat biasa aku memarkir kapal pesiar dulu. Aku meneriaki Kadek agar bersiap melemparkan jangkar, dan seperti seekor angsa besar, merapat anggun ke salah satu menambatkan kapal di dermaga. bibir dermaga kosong, tempat biasa aku memarkir kapal pesiar dulu. Aku meneriaki Kadek agar bersiap melemparkan jangkar, dan seperti seekor angsa besar, merapat anggun ke salah satu menambatkan kapal di dermaga. bibir dermaga kosong, tempat biasa aku memarkir kapal pesiar dulu. Aku meneriaki Kadek agar bersiap melemparkan jangkar, dan seperti seekor angsa besar, merapat anggun ke salah satu menambatkan kapal di dermaga. bibir dermaga kosong, tempat biasa aku memarkir kapal pesiar dulu. Aku meneriaki Kadek agar bersiap melemparkan jangkar, menambatkan kapal di dermaga. bibir dermaga kosong, tempat biasa aku memarkir kapal pesiar dulu. Aku meneriaki Kadek agar bersiap melemparkan jangkar, menambatkan kapal di dermaga. bibir dermaga kosong, tempat biasa aku memarkir kapal pesiar Maryam dan Opa asyik bercakap di meja makan. Entah apa dulu. Aku meneriaki Kadek agar bersiap melemparkan jangkar, menambatkan kapal di dermaga. bibir dermaga kosong, tempat biasa aku memarkir kapal pesiar ELABUHAN yacht Hong Kong padat. Ini long week Maryam dan Opa asyik bercakap di meja makan. Entah apa dulu. Aku meneriaki Kadek agar bersiap melemparkan jangkar, menambatkan kapal di dermaga. bibir dermaga kosong, tempat biasa aku memarkir kapal pesiar Maryam dan Opa asyik bercakap di meja makan. Entah apa dulu. Aku meneriaki Kadek agar bersiap melemparkan jangkar, menambatkan kapal di dermaga. Maryam dan Opa asyik bercakap di meja makan. Entah apa dulu. Aku meneriaki Kadek agar bersiap melemparkan jangkar, menambatkan kapal di dermaga. Maryam dan Opa asyik bercakap di meja makan. Entah apa dulu. Aku meneriaki Kadek agar bersiap melemparkan jangkar, yang mereka bicarakan—Opa terlahir sebagai gentleman sejati, menambatkan kapal di dermaga. Maryam dan Opa asyik bercakap di meja makan. Entah apa dulu. Aku meneriaki Kadek agar bersiap melemparkan jangkar, yang mereka bicarakan—Opa terlahir sebagai gentleman sejati, menambatkan kapal di dermaga. Maryam dan Opa asyik bercakap di meja makan. Entah apa dulu. Aku meneriaki Kadek agar bersiap melemparkan jangkar, yaan Jumat Agung, tanggal merah internasional. Banyak yang mereka bicarakan—Opa terlahir sebagai gentleman sejati, menambatkan kapal di dermaga. Maryam dan Opa asyik bercakap di meja makan. Entah apa yang mereka bicarakan—Opa terlahir sebagai gentleman sejati, menambatkan kapal di dermaga. Maryam dan Opa asyik bercakap di meja makan. Entah apa yang mereka bicarakan—Opa terlahir sebagai gentleman sejati, menambatkan kapal di dermaga. meskipun gurauannya kadang berlebihan dan tidak pada tempat­ Maryam dan Opa asyik bercakap di meja makan. Entah apa yang mereka bicarakan—Opa terlahir sebagai gentleman sejati, menambatkan kapal di dermaga. meskipun gurauannya kadang berlebihan dan tidak pada tempat­ Maryam dan Opa asyik bercakap di meja makan. Entah apa yang mereka bicarakan—Opa terlahir sebagai gentleman sejati, menambatkan kapal di dermaga. meskipun gurauannya kadang berlebihan dan tidak pada tempat­ Maryam dan Opa asyik bercakap di meja makan. Entah apa keluar-masuk pelabuhan. yang mereka bicarakan—Opa terlahir sebagai gentleman sejati, meskipun gurauannya kadang berlebihan dan tidak pada tempat­ Maryam dan Opa asyik bercakap di meja makan. Entah apa yang mereka bicarakan—Opa terlahir sebagai gentleman sejati, meskipun gurauannya kadang berlebihan dan tidak pada tempat­ Maryam dan Opa asyik bercakap di meja makan. Entah apa nya, dia selalu pandai membelokkan percakapan, mengangkat yang mereka bicarakan—Opa terlahir sebagai gentleman sejati, meskipun gurauannya kadang berlebihan dan tidak pada tempat­ Maryam dan Opa asyik bercakap di meja makan. Entah apa nya, dia selalu pandai membelokkan percakapan, mengangkat yang mereka bicarakan—Opa terlahir sebagai gentleman sejati, meskipun gurauannya kadang berlebihan dan tidak pada tempat­ Maryam dan Opa asyik bercakap di meja makan. Entah apa nya, dia selalu pandai membelokkan percakapan, mengangkat yang mereka bicarakan—Opa terlahir sebagai gentleman sejati, meskipun gurauannya kadang berlebihan dan tidak pada tempat­ nya, dia selalu pandai membelokkan percakapan, mengangkat ku tidak keberatan dengan situasi seramai ini, kebet yang mereka bicarakan—Opa terlahir sebagai gentleman sejati, meskipun gurauannya kadang berlebihan dan tidak pada tempat­ nya, dia selalu pandai membelokkan percakapan, mengangkat yang mereka bicarakan—Opa terlahir sebagai gentleman sejati, derajat tamu, membuat nyaman lawan bicaranya. Aku mende­ meskipun gurauannya kadang berlebihan dan tidak pada tempat­ nya, dia selalu pandai membelokkan percakapan, mengangkat yang mereka bicarakan—Opa terlahir sebagai gentleman sejati, derajat tamu, membuat nyaman lawan bicaranya. Aku mende­ meskipun gurauannya kadang berlebihan dan tidak pada tempat­ nya, dia selalu pandai membelokkan percakapan, mengangkat yang mereka bicarakan—Opa terlahir sebagai gentleman sejati, derajat tamu, membuat nyaman lawan bicaranya. Aku mende­ meskipun gurauannya kadang berlebihan dan tidak pada tempat­ nya, dia selalu pandai membelokkan percakapan, mengangkat tamu, membuat nyaman lawan bicaranya. Aku mende­ meskipun gurauannya kadang berlebihan dan tidak pada tempat­ nya, diakapal selalu pandai membelokkan percakapan, mengangkat g derajat baik,mereka pesiar baru ini bisa diuji coba melakukan derajat tamu, membuat nyaman lawan bicaranya. Aku mende­ meskipun gurauannya kadang berlebihan dan tidak pada tempat­ ngar tertawa kecil—sepertinya Opa asyik membicarakan­ nya, dia selalu pandai membelokkan percakapan, mengangkat derajat tamu, membuat nyaman lawan bicaranya. Aku mende­ meskipun gurauannya kadang berlebihan dan tidak pada tempat­ ngar mereka tertawa kecil—sepertinya Opa asyik membicarakan­ nya, dia selalu pandai membelokkan percakapan, mengangkat derajat tamu, membuat nyaman lawan bicaranya. Aku mende­ meskipun gurauannya kadang berlebihan dan tidak pada tempat­ ngar mereka tertawa kecil—sepertinya Opa asyik membicarakan­ nya, dia selalu pandai membelokkan percakapan, mengangkat derajat tamu, membuat nyaman lawan bicaranya. Aku mende­ ngar mereka tertawa kecil—sepertinya Opa asyik membicarakan­ nya, dia selalu pandai membelokkan percakapan, mengangkat derajat tamu, membuat nyaman lawan bicaranya. Aku mende­ ngar mereka tertawa kecil—sepertinya Opa asyikakurat membicarakan­ nya, dia selalu pandai membelokkan percakapan, mengangkat derajat tamu, membuat nyaman lawan bicaranya. Aku mende­ er.ngar Hasilnya mengesankan, manuvernya dan st mereka tertawa kecil—sepertinya Opa asyik membicarakan­ nya, dia selalu pandai membelokkan percakapan, mengangkat derajat tamu, membuat nyaman lawan bicaranya. Aku mende­ ngar mereka tertawa kecil—sepertinya Opa asyik membicarakan­ nya, dia selalu pandai membelokkan percakapan, mengangkat derajat tamu, membuat nyaman lawan bicaranya. Aku mende­ 61 ngar mereka tertawa kecil—sepertinya Opa asyik membicarakan­ derajat tamu, membuat nyaman lawan bicaranya. Aku mende­ 61 ngar mereka tertawa kecil—sepertinya Opa asyik membicarakan­ derajat tamu, membuat nyaman lawan bicaranya. Aku mende­ 61 ngar mereka tertawa kecil—sepertinya Opa asyik membicarakan­ derajat tamu, membuat nyaman lawanOpa bicaranya. Aku seperti seekor angsa besar,61 merapat anggun kemende­ salah ngar mereka tertawa kecil—sepertinya asyik membicarakan­ derajat tamu, membuat nyaman bicaranya. Aku mende­ 61 ngar tertawa kecil—sepertinya asyik 61 lawanOpa ngar mereka mereka tertawa kecil—sepertinya Opa asyik membicarakan­ membicarakan­



P



genggamku bergetar nyaring. mematikan mesin kapal, mengunci posisi kapal, lantas nanti-nanti. ku. Di luar sana, Kadek masih mengikat tali-temali kapal. Aku pekerjaan yang perlu dikejar. dokumen imigrasi bisa kah santai hendak bergabung ke meja makan. Tidak ada urusan Telepon genggamku bergetar nyaring. mematikan mesin kapal, mengunci posisi kapal, lantas melang­ nanti-nanti. ku. Di luar sana, Kadek masih mengikat tali-temali kapal. Aku pekerjaan yang perlu dikejar. Urusan dokumen imigrasi bisa kahTelepon santai hendak bergabung keUrusan meja makan. Tidak adamelang­ urusan Telepon genggamku bergetar nyaring. mematikan mesin kapal, mengunci posisi kapal, lantas melang­ nanti-nanti. ku. Di luar sana, Kadek masih mengikat tali-temali kapal. Aku pekerjaan yang dikejar. Urusan dokumen imigrasi bisa kah santai hendak bergabung ke meja makan. Tidak ada urusan Telepon genggamku bergetar nyaring. mematikan mesin kapal, mengunci posisi kapal, lantas melang­ ku. Di luar sana,perlu Kadek masih mengikat tali-temali kapal. Aku pekerjaan yang perlu dikejar. Urusan dokumen imigrasi bisa Aku mengambilnya dari saku celana. Pukul delapan pagi wak­ kah santai hendak bergabung ke meja makan. Tidak ada urusan Telepon genggamku bergetar nyaring. nanti-nanti. mematikan mesin kapal, mengunci posisi kapal, lantas melang­ pekerjaan yang perlu dikejar. Urusan dokumen imigrasi bisa Aku mengambilnya dari saku celana. Pukul delapan pagi wak­ kah santai hendak bergabung ke meja makan. Tidak ada urusan Telepon genggamku bergetar nyaring. mematikan mesin kapal, mengunci posisi kapal, lantas melang­ nanti-nanti. pekerjaan yang perlu dikejar. Urusan dokumen imigrasi bisa Aku mengambilnya dari saku celana. Pukul delapan pagi wak­ kah santai hendak bergabung ke meja makan. Tidak ada urusan Telepon genggamku bergetar nyaring. mematikan mesin kapal, mengunci posisi kapal, lantas melang­ nanti-nanti. pekerjaan yang perlu dikejar. Urusan dokumen imigrasi bisa Aku mengambilnya dari saku celana. Pukul delapan pagi wak­ kah santai hendak bergabung ke meja makan. Tidak ada urusan Telepon genggamku bergetar nyaring. mematikan mesin kapal, mengunci posisi kapal, lantas melang­ nanti-nanti. pekerjaan yang perlu dikejar. Urusan dokumen imigrasi bisa Aku mengambilnya dari saku celana. Pukul delapan pagi wak­ kah santai hendak bergabung ke meja makan. Tidak ada urusan mematikan mesin kapal, mengunci posisi kapal, lantas melang­ nanti-nanti. tu Hong Kong. Di Jakarta itu berarti pukul sembilan, selisih pekerjaan yang perlu dikejar. Urusan dokumen imigrasi bisa Aku mengambilnya dari saku celana. Pukul delapan pagi wak­ Telepon genggamku bergetar nyaring. genggamku bergetar nyaring. kah santai hendak bergabung ke meja makan. Tidak ada urusan nanti-nanti. tu Hong Kong. Di Jakarta itu berarti pukul sembilan, selisih pekerjaan yang perlu dikejar. Urusan dokumen imigrasi bisa Aku mengambilnya dari saku celana. Pukul delapan pagi wak­ kah santai hendak bergabung ke meja makan. Tidak ada urusan Telepon genggamku bergetar nyaring. nanti-nanti. tu Hong Kong. Di Jakarta itu berarti pukul sembilan, selisih pekerjaan yang perlu dikejar. Urusan dokumen imigrasi bisa Aku mengambilnya dari saku celana. Pukul delapan pagi wak­ kah santai hendak bergabung ke meja makan. Tidak ada urusan Telepon genggamku bergetar nyaring. nanti-nanti. tu Hong Kong. Di Jakarta itu berarti pukul sembilan, selisih pekerjaan yang perlu dikejar. Urusan dokumen imigrasi bisa Aku mengambilnya dari saku celana. Pukul delapan pagiurusan wak­ kah santai hendak bergabung ke meja makan. Tidak ada Telepon genggamku bergetar nyaring. nanti-nanti. tu Hong Kong. Di Jakarta itu berarti pukul sembilan, selisih pekerjaan yang perlu dikejar. Urusan dokumen imigrasi bisa kah santai hendak bergabung ke meja makan. Tidak ada urusan Telepon genggamku bergetar nyaring. satu jam, waktu normal sebuah percakapan bisnis dilakukan. Aku mengambilnya dari saku celana. Pukul delapan pagi wak­ nanti-nanti. tu Hong Kong. Di Jakarta itu berarti pukul sembilan, selisih pekerjaan yang perlu dikejar. Urusan dokumen imigrasi bisa mengambilnya dari saku celana. Pukul delapan pagi wak­ Telepon genggamku bergetar nyaring. satu jam, waktu normal sebuah percakapan bisnis dilakukan. nanti-nanti. tu Hong Kong. Di Jakarta itu berarti pukul sembilan, selisih pekerjaan yang perlu dikejar. Urusan dokumen imigrasi bisa Aku mengambilnya dari saku celana. Pukul delapan pagi wak­ Telepon genggamku bergetar nyaring. satu jam, waktu normal sebuah percakapan bisnis dilakukan. nanti-nanti. tu Hong Kong. Di Jakarta itu berarti pukul sembilan, selisih pekerjaan yang perlu dikejar. Urusan dokumen imigrasi bisa Aku mengambilnya dari saku celana. Pukul delapan pagi wak­ Telepon genggamku bergetar nyaring. satu jam, waktu normal sebuah percakapan bisnis dilakukan. nanti-nanti. tu Hong Kong. Di Jakarta ituUrusan berarti pukuldelapan sembilan, selisih pekerjaan yang perlu dikejar. dokumen imigrasi bisa Aku mengambilnya dari saku celana. Pukul delapan pagi wak­ Telepon genggamku bergetar nyaring. satu jam, waktu normal sebuah percakapan bisnis dilakukan. nanti-nanti. pekerjaan yang perlu dikejar. Urusan dokumen imigrasi bisa Aku mengambilnya dari saku celana. Pukul pagi wak­ tu Hong Kong. Di Jakarta itu berarti pukul sembilan, selisih Aku melirik layar telepon genggam sekilas, klien politik paling Telepon genggamku bergetar nyaring. satu jam, waktu normal sebuah percakapan bisnis dilakukan. nanti-nanti. Jakarta itu berarti pukul sembilan, selisih Aku mengambilnya dari saku celana. Pukul delapan pagi wak­ Aku melirik layar telepon genggam sekilas, klien politik paling Telepon genggamku bergetar nyaring. satu jam, waktu normal sebuah percakapan bisnis dilakukan. nanti-nanti. tu Hong Kong. Di Jakarta itu berarti pukul sembilan, selisih Aku mengambilnya dari saku celana. Pukul delapan pagi wak­ Aku melirik layar telepon genggam sekilas, klien politik paling Telepon genggamku bergetar nyaring. satu jam, waktu normal sebuah percakapan bisnis dilakukan. nanti-nanti. tu Hong Kong. Di Jakarta itu berarti pukul sembilan, selisih Aku mengambilnya dari saku celana. Pukul delapan pagi wak­ Aku melirik layar telepon genggam sekilas, klien politik paling Telepon genggamku bergetar nyaring. satu jam, waktu normal sebuah percakapan bisnis dilakukan. nanti-nanti. tu Hong Kong. Di Jakarta itu berarti pukul sembilan, selisih Aku mengambilnya dari saku celana. Pukul delapan pagi wak­ Aku melirik layar telepon genggam sekilas, klien politik paling Telepon genggamku bergetar nyaring. nanti-nanti. tu Hong Kong. Di Jakarta itu berarti pukul sembilan, selisih satu jam, waktu normal sebuah percakapan bisnis dilakukan. penting yang menelepon. Aku mengambilnya dari saku celana. Pukul delapan pagi wak­ Aku melirik layar telepon genggam sekilas, klien politik paling Telepon genggamku bergetar normal sebuah percakapan bisnis dilakukan. tu Hong Kong. Di Jakarta itu nyaring. berarti pukul sembilan, selisih penting yang menelepon. Aku mengambilnya dari saku Pukul delapan pagi wak­ Aku melirik layar telepon genggam sekilas, klien politik paling Telepon genggamku bergetar nyaring. satu jam, waktu normal sebuah percakapan bisnis dilakukan. tu Hong Kong. Di Jakarta itu berarti pukul sembilan, selisih penting yang menelepon. Aku mengambilnya dari saku celana. Pukul delapan pagi wak­ Aku melirik layar telepon genggam sekilas, klien politik paling Telepon genggamku bergetar nyaring. satu jam, waktu normal sebuah percakapan bisnis dilakukan. tu Hong Kong. Di Jakarta itu celana. berarti pukul sembilan, selisih penting yang menelepon. Aku mengambilnya dari saku celana. Pukul delapan pagi wak­ Aku melirik layar telepon genggam sekilas, klien politik paling Telepon genggamku bergetar nyaring. satu jam, waktu normal sebuah percakapan bisnis dilakukan. tu Hong Kong. Di Jakarta itu berarti pukul sembilan, selisih penting yang menelepon. Aku mengambilnya dari saku celana. Pukul delapan pagi wak­ Telepon genggamku bergetar nyaring. satu jam, waktu normal sebuah percakapan bisnis dilakukan. Aku melirik layar telepon genggam sekilas, klien politik paling ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih dulu. tu Hong Kong. Di Jakarta itu berarti pukul sembilan, selisih penting yang menelepon. Aku mengambilnya dari saku celana. Pukul delapan pagi wak­ telepon genggam sekilas, klien politik paling satu jam, waktu normal sebuah percakapan bisnis dilakukan. ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih dulu. tu Hong Kong. Di Jakarta itu berarti pukul sembilan, selisih penting yang menelepon. Aku mengambilnya dari saku celana. Pukul delapan pagi wak­ Aku melirik layar telepon genggam sekilas, klien politik paling satu jam, waktu normal sebuah percakapan bisnis dilakukan. ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih dulu. tu Hong Kong. Di Jakarta itu berarti pukul sembilan, selisih penting yang menelepon. Aku mengambilnya dari saku celana. Pukul delapan pagi wak­ Aku melirik layar telepon genggam sekilas, klien politik paling satu jam, waktu normal sebuah percakapan bisnis dilakukan. ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih dulu. tu Hong Kong. Di Jakarta itu berarti pukul sembilan, selisih penting yang menelepon. Aku mengambilnya dari saku celana. Pukul delapan pagi wak­ Aku melirik layar telepon genggam sekilas, klien politik paling satu jam, waktu normal sebuah percakapan bisnis dilakukan. ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih dulu. tu Hong Kong. Di Jakarta itu berarti pukul sembilan, selisih Aku mengambilnya darisebuah saku celana. Pukul delapan pagiseperti wak­ Aku melirik layar telepon genggam sekilas, klien politik paling penting yang menelepon. ”Halo, Thomas.” Suara di seberang sana tidak riang satu jam, waktu normal percakapan bisnis dilakukan. Bapak Presiden,” aku menyapa lebih dulu. tu Hong Kong. Di Jakarta itu berarti pukul sembilan, selisih menelepon. Aku melirik layar telepon genggam sekilas, klien politik paling Thomas.” Suara di seberang sana tidak riang seperti satu jam, waktu normal sebuah percakapan bisnis dilakukan. ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih dulu. tu Hong Kong. Di Jakarta itu berarti pukul sembilan, selisih penting yang menelepon. Aku melirik layar telepon genggam sekilas, klien politik paling ”Halo, Thomas.” Suara di seberang sana tidak riang seperti satu jam, waktu normal sebuah percakapan bisnis dilakukan. Bapak Presiden,” aku menyapa lebih dulu. tu Hong Kong. Di Jakarta itu berarti pukul sembilan, selisih penting yang menelepon. Aku melirik layar telepon genggam sekilas, klien politik paling ”Halo, Thomas.” Suara di seberang sana tidak riang seperti satu jam, waktu normal sebuah percakapan bisnis dilakukan. Bapak Presiden,” aku menyapa lebih dulu. tu Hong Kong. Di Jakarta itu berarti pukul sembilan, selisih penting yang menelepon. Aku melirik layar telepon genggam sekilas, klien politik paling ”Halo, Thomas.” Suara di seberang sana tidak riang seperti satu jam, waktu normal sebuah percakapan bisnis dilakukan. tu Hong Kong. Di Jakarta itu berarti pukul sembilan, selisih penting yang menelepon. Bapak Presiden,” aku menyapa lebih dulu. biasanya, terdengar suram. Lazimnya beliau akan tertawa dengan satu jam, waktu normal percakapan bisnis dilakukan. Aku melirik layar telepon genggam sekilas, klien politik paling ”Halo, Thomas.” Suarasebuah di seberang sana tidak riang seperti Presiden,” aku menyapa lebih dulu. penting yang menelepon. biasanya, terdengar suram. Lazimnya beliau akan tertawa dengan Aku melirik layar telepon genggam sekilas, klien politik paling ”Halo, Thomas.” Suara di seberang sana tidak riang seperti satu jam, waktu normal sebuah percakapan bisnis dilakukan. Bapak Presiden,” aku menyapa lebih dulu. penting yang menelepon. biasanya, terdengar suram. Lazimnya beliau akan tertawa dengan Aku melirik layar telepon genggam sekilas, klien politik paling ”Halo, Thomas.” Suara di seberang sana tidak riang seperti satu jam, waktu normal percakapan bisnis dilakukan. Bapak Presiden,” aku menyapa lebih dulu. penting yang menelepon. biasanya, terdengar suram. Lazimnya beliau akan tertawa dengan Aku melirik layar telepon genggam sekilas, klien politik paling ”Halo, Thomas.” Suara sebuah di seberang sana tidak riang seperti satu jam, waktu normal sebuah percakapan bisnis dilakukan. Bapak Presiden,” aku menyapa lebih dulu. penting yang menelepon. biasanya, terdengar suram. Lazimnya beliau akan tertawa dengan Aku melirik layar telepon genggam sekilas, klien politik paling satu jam, waktu normal sebuah percakapan bisnis dilakukan. Bapak Presiden,” aku menyapa lebih dulu. ”Halo, Thomas.” Suara di seberang sana tidak riang seperti panggilan ”Bapak Presiden”. Ini termasuk pekerjaanku. Aku se­ Aku melirik layar telepon genggam sekilas, klien politik paling penting yang menelepon. biasanya, terdengar suram. Lazimnya beliau akan tertawa dengan Suara di seberang sana tidak riang seperti ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih dulu. panggilan ”Bapak Presiden”. Ini termasuk pekerjaanku. Aku se­ penting yang menelepon. biasanya, terdengar suram. Lazimnya beliau akan tertawa dengan Aku melirik layar telepon genggam sekilas, klien politik paling ”Halo, Thomas.” Suara di seberang sana tidak riang seperti Bapak Presiden,” aku menyapa lebih dulu. panggilan ”Bapak Presiden”. Ini termasuk pekerjaanku. Aku se­ penting yang menelepon. biasanya, terdengar suram. Lazimnya beliau akan tertawa dengan Aku melirik layar telepon genggam sekilas, klien politik paling ”Halo, Thomas.” Suara di seberang sana tidak riang seperti Bapak Presiden,” aku menyapa lebih dulu. panggilan ”Bapak Presiden”. Ini termasuk pekerjaanku. Aku se­ penting yang menelepon. biasanya, terdengar suram. Lazimnya beliau akan tertawa dengan Aku melirik layar telepon genggam sekilas, klien politik paling ”Halo, Thomas.” Suara di seberang sana tidak riang seperti Bapak Presiden,” aku menyapa lebih dulu. panggilan ”Bapak Presiden”. Ini termasuk pekerjaanku. Aku se­ penting yang menelepon. Aku melirik layar telepon genggam sekilas, klien politik paling ”Halo, Thomas.” Suara di seberang sana tidak riang seperti biasanya, terdengar suram. Lazimnya beliau akan tertawa dengan penting yang menelepon. demikian, memberikan atmosfer kompetisi ngaja memanggilnya Bapak Presiden,” aku menyapa lebih dulu. panggilan ”Bapak Presiden”. Ini termasuk pekerjaanku. Aku se­ biasanya, terdengar suram. Lazimnya beliau akan tertawa dengan ”Halo, Thomas.” Suara di seberang sana tidak riang seperti demikian, memberikan atmosfer kompetisi ngaja memanggilnya ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih dulu. panggilan ”Bapak Presiden”. Ini termasuk pekerjaanku. Aku se­ penting yang menelepon. biasanya, terdengar suram. Lazimnya beliau akan tertawa dengan Thomas.” Suara di seberang sana tidak riang seperti demikian, memberikan atmosfer kompetisi ngaja memanggilnya Bapak Presiden,” aku menyapa lebih dulu. panggilan ”Bapak Presiden”. Ini termasuk pekerjaanku. Aku se­ penting yang menelepon. biasanya, terdengar suram. Lazimnya beliau akan tertawa dengan ”Halo, Thomas.” Suara di seberang sana tidak riang seperti demikian, memberikan atmosfer kompetisi ngaja memanggilnya Bapak Presiden,” aku menyapa lebih dulu. panggilan ”Bapak Presiden”. Ini termasuk pekerjaanku. Aku se­ penting yang menelepon. biasanya, terdengar suram. Lazimnya beliau akan tertawa dengan ”Halo, Thomas.” Suara di seberang sana tidak riang seperti demikian, memberikan atmosfer kompetisi ngaja memanggilnya ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih dulu. penting yang menelepon. biasanya, terdengar suram. Lazimnya beliau akan tertawa dengan panggilan ”Bapak Presiden”. Ini termasuk pekerjaanku. Aku se­ ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih dulu. politik, meskipun masih jauh dari babak final sekalipun. Sang Thomas.” Suara di seberang sana tidak riang seperti demikian, memberikan atmosfer kompetisi ngaja memanggilnya panggilan ”Bapak Presiden”. Ini termasuk pekerjaanku. Aku se­ biasanya, terdengar suram. Lazimnya beliau akan tertawa dengan politik, meskipun masih jauh dari babak final sekalipun. Sang ”Halo, Thomas.” Suara di seberang sana tidak riang seperti demikian, memberikan atmosfer kompetisi ngaja memanggilnya Bapak Presiden,” aku menyapa lebih dulu. panggilan ”Bapak Presiden”. Ini termasuk pekerjaanku. Aku se­ biasanya, terdengar suram. Lazimnya beliau akan tertawa dengan politik, meskipun masih jauh dari babak final sekalipun. Sang ”Halo, Thomas.” Suara di seberang sana tidak riang seperti demikian, memberikan atmosfer kompetisi ngaja memanggilnya Bapak Presiden,” aku menyapa lebih dulu. panggilan ”Bapak Presiden”. Ini termasuk pekerjaanku. Aku se­ biasanya, terdengar suram. Lazimnya beliau akan tertawa dengan politik, meskipun masih jauh dari babak final sekalipun. Sang ”Halo, Thomas.” Suara di seberang sana tidak riang seperti demikian, memberikan atmosfer kompetisi ngaja memanggilnya biasanya, terdengar suram. Lazimnya beliau akan tertawa dengan Bapak Presiden,” aku menyapa lebih dulu. panggilan ”Bapak Presiden”. Ini termasuk pekerjaanku. Aku se­ politik, meskipun masih jauh dari babak final sekalipun. Sang ”Halo, Thomas.” Suara di seberang sana tidak riang seperti Bapak Presiden,” aku menyapa lebih dulu. panggilan ”Bapak Presiden”. Ini termasuk pekerjaanku. Aku se­ demikian, memberikan atmosfer kompetisi ngaja memanggilnya ”Halo, Thomas.” Suara di seberang sana tidak riang seperti juara selalu yakin memenangi sebuah pertandingan sejak awal. biasanya, terdengar suram. Lazimnya beliau akan tertawa dengan politik, meskipun masih jauh dari babak final sekalipun. Sang demikian, memberikan atmosfer kompetisi ngaja memanggilnya panggilan ”Bapak Presiden”. Ini termasuk pekerjaanku. Aku se­ juara selalu yakin memenangi sebuah pertandingan sejak awal. biasanya, terdengar suram. Lazimnya beliau akan tertawa dengan politik, meskipun masih jauh dari babak final sekalipun. Sang ”Halo, Thomas.” Suara di seberang sana tidak riang seperti demikian, memberikan atmosfer kompetisi ngaja memanggilnya panggilan ”Bapak Presiden”. Ini termasuk pekerjaanku. Aku se­ juara selalu yakin memenangi sebuah pertandingan sejak awal. biasanya, terdengar suram. Lazimnya beliau akan tertawa dengan politik, meskipun masih jauh dari babak final sekalipun. Sang ”Halo, Thomas.” Suara di seberang sana tidak riang seperti demikian, memberikan atmosfer kompetisi ngaja memanggilnya panggilan ”Bapak Presiden”. Ini termasuk pekerjaanku. Aku se­ juara selalu yakin memenangi sebuah pertandingan sejak awal. biasanya, terdengar suram. Lazimnya beliau akan tertawa dengan politik, meskipun masih jauh dari babak final sekalipun. Sang panggilan ”Bapak Presiden”. Ini termasuk pekerjaanku. Aku se­ ”Halo, Thomas.” Suara di seberang sana tidak riang seperti demikian, memberikan atmosfer kompetisi ngaja memanggilnya juara selalu yakin memenangi sebuah pertandingan sejak awal. biasanya, terdengar suram. Lazimnya beliau akan tertawa dengan ”Halo, Thomas.” Suara di seberang sana tidak riang seperti demikian, memberikan atmosfer kompetisi ngaja memanggilnya politik, meskipun masih jauh dari babak final sekalipun. Sang Lazimnya beliau akan tertawa dengan ”Ada yang bisa saya bantu, Bapak Presiden?” panggilan ”Bapak Presiden”. Ini termasuk pekerjaanku. Aku se­ juara selalu yakin memenangi sebuah pertandingan sejak awal. politik, meskipun masih jauh dari babak final sekalipun. Sang demikian, memberikan atmosfer kompetisi ngaja memanggilnya ”Ada yang bisa saya bantu, Bapak Presiden?” panggilan ”Bapak Presiden”. Ini termasuk pekerjaanku. Aku se­ juara selalu yakin memenangi sebuah pertandingan sejak awal. biasanya, terdengar suram. Lazimnya beliau akan tertawa dengan politik, meskipun masih jauh dari babak final sekalipun. Sang demikian, memberikan atmosfer kompetisi ngaja memanggilnya ”Ada yang bisa saya bantu, Bapak Presiden?” panggilan ”Bapak Presiden”. Ini termasuk pekerjaanku. Aku se­ juara selalu yakin memenangi sebuah pertandingan sejak awal. biasanya, terdengar suram. Lazimnya beliau akan tertawa dengan politik, meskipun masih jauh dari babak final sekalipun. Sang demikian, memberikan atmosfer kompetisi ngaja memanggilnya ”Ada yang bisa saya bantu, Bapak Presiden?” panggilan ”Bapak Presiden”. Ini termasuk pekerjaanku. Aku se­ juara selalu yakin memenangi sebuah pertandingan sejak awal. demikian, memberikan atmosfer kompetisi ngaja memanggilnya biasanya, terdengar suram. Lazimnya beliau akan tertawa dengan politik, meskipun masih jauh dari babak final sekalipun. Sang ”Ada yang bisa saya bantu, Bapak Presiden?” Ini termasuk pekerjaanku. Aku se­ juara selalu yakin memenangi sebuah pertandingan sejak awal. biasanya, terdengar suram. Lazimnya beliau akan tertawa dengan politik, meskipun masih jauh dari babak final sekalipun. Sang panggilan ”Bapak Presiden”. Ini termasuk pekerjaanku. Aku se­ ”Aku tidak tahu harus mulai dari mana, Thomas.” Suara di demikian, memberikan atmosfer kompetisi ngaja memanggilnya ”Ada yang bisa saya bantu, Bapak Presiden?” juara selalu yakin memenangi sebuah pertandingan sejak awal. politik, meskipun masih jauh dari babak final sekalipun. Sang ”Aku tidak tahu harus mulai dari mana, Thomas.” Suara di demikian, memberikan atmosfer kompetisi ngaja memanggilnya ”Ada yang bisa saya bantu, Bapak Presiden?” panggilan ”Bapak Presiden”. Ini termasuk pekerjaanku. Aku se­ juara selalu yakin memenangi sebuah pertandingan sejak awal. politik, meskipun masih jauh dari babak final sekalipun. Sang ”Aku tidak tahu harus mulai dari mana, Thomas.” Suara di demikian, memberikan atmosfer kompetisi ngaja memanggilnya ”Ada yang bisa saya bantu, Bapak Presiden?” panggilan ”Bapak Presiden”. Ini termasuk pekerjaanku. Aku se­ juara selalu yakin memenangi sebuah pertandingan sejak awal. politik, meskipun masih jauh dari babak final sekalipun. Sang ”Aku tidak tahu harus mulai dari mana, Thomas.” Suara di demikian, memberikan atmosfer kompetisi ngaja memanggilnya ”Ada yang bisa saya bantu, Bapak Presiden?” politik, meskipun masih jauh dari babak final sekalipun. Sang panggilan ”Bapak Presiden”. Ini termasuk pekerjaanku. Aku se­ juara selalu yakin memenangi sebuah pertandingan sejak awal. ”Aku tidak tahu harus mulai dari mana, Thomas.” Suara di demikian, memberikan atmosfer kompetisi ngaja memanggilnya ”Ada yang bisa saya bantu, Bapak Presiden?” panggilan ”Bapak Presiden”. Ini termasuk pekerjaanku. Aku se­ juara selalu yakin memenangi sebuah pertandingan sejak awal. demikian, memberikan atmosfer kompetisi seberang terdengar ragu-ragu, terdiam sejenak. Sepertinya politik, meskipun masih jauh dari babak final sekalipun. Sang ”Aku tidak tahu harus mulai dari mana, Thomas.” Suara di ”Ada yang bisa saya bantu, Bapak Presiden?” juara selalu yakin memenangi sebuah pertandingan sejak awal. seberang terdengar ragu-ragu, terdiam sejenak. Sepertinya se­ politik, meskipun masih jauh dari babak final sekalipun. Sang ”Aku tidak tahu harus mulai dari mana, Thomas.” Suara di demikian, memberikan atmosfer kompetisi ngaja memanggilnya ”Ada yang bisa saya bantu, Bapak Presiden?” juara selalu yakin memenangi sebuah pertandingan sejak awal. seberang terdengar ragu-ragu, terdiam sejenak. Sepertinya se­ politik, meskipun masih jauh dari babak final sekalipun. Sang ”Aku tidak tahu harus mulai dari mana, Thomas.” Suara di demikian, memberikan atmosfer kompetisi ngaja memanggilnya ”Ada yang bisa saya bantu, Bapak Presiden?” juara selalu yakin memenangi sebuah pertandingan sejak awal. seberang terdengar ragu-ragu, terdiam sejenak. Sepertinya se­ politik, meskipun masih jauh dari babak final sekalipun. Sang ”Aku tidak tahu harus mulai dari mana, Thomas.” Suara di juara selalu yakin memenangi sebuah pertandingan sejak awal. demikian, memberikan atmosfer kompetisi ngaja memanggilnya ”Ada yang bisa saya bantu, Bapak Presiden?” seberang terdengar ragu-ragu, terdiam sejenak. Sepertinya se­ jauh dari babak final sekalipun. Sang ”Aku tidak tahu harus mulai dari mana, Thomas.” Suara di demikian, memberikan atmosfer kompetisi ngaja memanggilnya ”Ada yang bisa saya bantu, Bapak Presiden?” politik, meskipun masih jauh dari babak final sekalipun. Sang dang berpikir keras. juara selalu yakin memenangi sebuah pertandingan sejak awal. seberang terdengar ragu-ragu, terdiam sejenak. Sepertinya se­ ”Aku tidak tahu harus mulai dari mana, Thomas.” Suara di ”Ada yang bisa saya bantu, Bapak Presiden?” dang berpikir keras. juara selalu yakin memenangi sebuah pertandingan sejak awal. seberang terdengar ragu-ragu, terdiam sejenak. Sepertinya se­ politik, meskipun masih jauh dari babak final sekalipun. Sang ”Aku tidak tahu harus mulai dari mana, Thomas.” Suara di ”Ada yang bisa saya bantu, Bapak Presiden?” dang berpikir keras. juara selalu yakin memenangi sebuah pertandingan sejak awal. seberang terdengar ragu-ragu, terdiam sejenak. Sepertinya se­ politik, meskipun masih jauh dari babak final sekalipun. Sang ”Aku tidak tahu harus mulai dari mana, Thomas.” Suara di ”Ada yang bisa saya bantu, Bapak Presiden?” dang berpikir keras. ”Ada yang bisa saya bantu, Bapak Presiden?” juara selalu yakin memenangi sebuah pertandingan sejak awal. seberang terdengar ragu-ragu, terdiam sejenak. Sepertinya se­ politik, meskipun masih jauh dari babak final sekalipun. Sang ”Aku tidak tahu harus mulai dari mana, Thomas.” Suara di dang berpikir keras. seberang terdengar ragu-ragu, terdiam sejenak. Sepertinya se­ juara selalu yakin memenangi sebuah pertandingan sejak awal. politik, meskipun masih jauh dari babak final sekalipun. Sang ”Aku tidak tahu harus mulai dari mana, Thomas.” Suara di memenangi sebuah pertandingan sejak awal. ”Well, bisa dari mana saja, aku siap mendengarnya, Bapak ”Ada yang bisa saya bantu, Bapak Presiden?” dang berpikir keras. seberang terdengar ragu-ragu, terdiam sejenak. Sepertinya se­ ”Aku tidak tahu harus mulai dari mana, Thomas.” Suara di ”Well, bisa dari mana saja, aku siap mendengarnya, Bapak ”Ada yang bisa saya bantu, Bapak Presiden?” dang berpikir keras. juara selalu yakin memenangi sebuah pertandingan sejak awal. seberang terdengar ragu-ragu, terdiam sejenak. Sepertinya se­ ”Aku tidak tahu harus mulai dari mana, Thomas.” Suara di ”Well, bisa dari mana saja, aku siap mendengarnya, Bapak ”Ada yang bisa saya bantu, Bapak Presiden?” dang berpikir keras. juara selalu yakin memenangi sebuah pertandingan sejak awal. seberang terdengar ragu-ragu, terdiam sejenak. Sepertinya se­ mulai dari mana, Thomas.” Suara di ”Well, bisa dari mana saja, aku siap mendengarnya, Bapak ”Aku tidak tahu harus mulai dari mana, Thomas.” Suara di ”Ada yang bisa saya bantu, Bapak Presiden?” dang berpikir keras. juara selalu yakin memenangi sebuah pertandingan sejak awal. seberang terdengar ragu-ragu, terdiam sejenak. Sepertinya se­ ”Well, bisa dari mana saja, aku siap mendengarnya, Bapak dang berpikir keras. bantu, Bapak Presiden?” juara selalu yakin memenangi sebuah pertandingan sejak awal. seberang terdengar ragu-ragu, terdiam sejenak. Sepertinya se­ ”Ada yang bisa saya bantu, Bapak Presiden?” Presiden. Apakah ini kabar baik? Pesaing kita tiba-tiba mengun­ ”Aku tidak tahu harus mulai dari mana, Thomas.” Suara di ”Well, bisa dari mana saja, aku siap mendengarnya, Bapak dang berpikir keras. seberang terdengar ragu-ragu, terdiam sejenak. Sepertinya se­ Presiden. Apakah ini kabar baik? Pesaing kita tiba-tiba mengun­ ”Aku tidak tahu harus mulai dari mana, Thomas.” Suara di ”Well, bisa dari mana saja, aku siap mendengarnya, Bapak ”Ada yang bisa saya bantu, Bapak Presiden?” dang berpikir keras. seberang terdengar ragu-ragu, terdiam sejenak. Sepertinya se­ Presiden. Apakah ini kabar baik? Pesaing kita tiba-tiba mengun­ ”Aku tidak tahu harus mulai dari mana, Thomas.” Suara di ”Well, bisa dari mana saja, aku siap mendengarnya, Bapak ”Ada yang bisa saya bantu, Bapak Presiden?” dang berpikir keras. ragu-ragu, terdiam sejenak. Sepertinya se­ seberang terdengar ragu-ragu, terdiam sejenak. Sepertinya se­ Presiden. Apakah ini kabar baik? Pesaing kita tiba-tiba mengun­ ”Aku tidak tahu harus mulai dari mana, Thomas.” Suara di ”Well, bisa dariini mana saja, aku siap mendengarnya, Bapak ”Ada yang bisa saya bantu, Bapak Presiden?” dang berpikir keras. ”Well, bisa dari mana saja, aku siap mendengarnya, Bapak Presiden. Apakah kabar baik? Pesaing kita tiba-tiba mengun­ ”Aku tidak tahu harus mulai dari mana, Thomas.” Suara di ”Ada yang bisa saya bantu, Bapak Presiden?” dang berpikir keras. mulai dari mana, Thomas.” Suara di durkan diri dari konvensi partai misalnya? Akhirnya dia bisa seberang terdengar ragu-ragu, terdiam sejenak. Sepertinya se­ Presiden. Apakah ini kabar baik? Pesaing kita tiba-tiba mengun­ ”Well, bisa dari mana saja, aku siap mendengarnya, Bapak dang berpikir keras. durkan diri dari konvensi partai misalnya? Akhirnya dia bisa seberang terdengar ragu-ragu, terdiam sejenak. Sepertinya se­ Presiden. Apakah ini kabar baik? Pesaing kita tiba-tiba mengun­ ”Aku tidak tahu harus mulai dari mana, Thomas.” Suara di ”Well, bisa dari mana saja, aku siap mendengarnya, Bapak dang berpikir keras. durkan diri dari konvensi partai misalnya? Akhirnya dia bisa seberang terdengar ragu-ragu, terdiam sejenak. Sepertinya se­ Presiden. Apakah ini kabar baik? Pesaing kita tiba-tiba mengun­ ”Aku tidak tahu harus mulai dari mana, Thomas.” Suara di ”Well, bisa dari mana saja, aku siap mendengarnya, Bapak dang berpikir keras. durkan diri dari konvensi partai misalnya? Akhirnya dia bisa seberang terdengar ragu-ragu, terdiam sejenak. Sepertinya se­ Presiden. Apakah ini kabar baik? Pesaing kita tiba-tiba mengun­ ”Aku tidak tahu harus mulai dari mana, Thomas.” Suara di ”Well, bisa dari mana saja, aku siap mendengarnya, Bapak Presiden. Apakah ini kabar baik? Pesaing kita tiba-tiba mengun­ durkan diri dari konvensi partai misalnya? Akhirnya dia bisa ragu-ragu, terdiam sejenak. Sepertinya se­ ”Aku tidak tahu harus mulai dari mana, Thomas.” Suara di ”Well, bisa dari mana saja, aku siap mendengarnya, Bapak seberang terdengar ragu-ragu, terdiam sejenak. Sepertinya se­ berhitung dengan baik kalau tidak punya kesempatan mengalah­ dang berpikir keras. durkan diri dari konvensi partai misalnya? Akhirnya dia bisa Presiden. Apakah ini kabar baik? Pesaing kita tiba-tiba mengun­ ”Well, bisa dari mana saja, aku siap mendengarnya, Bapak berhitung dengan baik kalau tidak punya kesempatan mengalah­ dang berpikir keras. durkan diri dari konvensi partai misalnya? Akhirnya dia bisa seberang terdengar ragu-ragu, terdiam sejenak. Sepertinya se­ Presiden. Apakah ini kabar baik? Pesaing kita tiba-tiba mengun­ ”Well, bisa dari mana saja, aku siap mendengarnya, Bapak berhitung dengan baik kalau tidak punya kesempatan mengalah­ dang berpikir keras. durkan diri dari konvensi partai misalnya? Akhirnya dia bisa seberang terdengar ragu-ragu, terdiam sejenak. Sepertinya se­ Presiden. Apakah ini kabar baik? Pesaing kita tiba-tiba mengun­ saja, aku siap mendengarnya, Bapak ”Well, bisa dari mana saja, aku siap mendengarnya, Bapak berhitung dengan baik kalau tidak punya kesempatan mengalah­ dang berpikir keras. durkan diri dari konvensi partai misalnya? Akhirnya dia bisa bisa seberang terdengar ragu-ragu, terdiam sejenak. Sepertinya se­ Presiden. Apakah ini kabar baik? Pesaing kita tiba-tiba mengun­ durkan diri dari konvensi partai misalnya? Akhirnya dia berhitung dengan baik kalau tidak punya kesempatan mengalah­ seberang terdengar ragu-ragu, terdiam sejenak. Sepertinya se­ Presiden. Apakah ini kabar baik? Pesaing kita tiba-tiba mengun­ dang berpikir keras. kan kita?” Aku mencoba bergurau. ”Well, bisa dari mana saja, aku siap mendengarnya, Bapak berhitung dengan baik kalau tidak punya kesempatan mengalah­ durkan diri dari konvensi partai misalnya? Akhirnya dia bisa Presiden. Apakah ini kabar baik? Pesaing kita tiba-tiba mengun­ kan kita?” Aku mencoba bergurau. ”Well, bisa dari saja, aku siap mendengarnya, Bapak berhitung dengan baik kalau tidak punya kesempatan mengalah­ dang berpikir keras. durkan diri dari konvensi partai misalnya? dia bisa Presiden. Apakah ini kabar baik? Pesaing kita tiba-tiba mengun­ kan kita?” Aku mencoba bergurau. ”Well, bisa dari mana saja, aku siap mendengarnya, Bapak berhitung dengan baik kalau tidak punya kesempatan mengalah­ dang berpikir keras. durkan diri dari konvensi partai misalnya? Akhirnya dia bisa Presiden. Apakah inimana kabar baik? Pesaing kitaAkhirnya tiba-tibamengalah­ mengun­ baik? Pesaing kita tiba-tiba mengun­ kan kita?” Aku mencoba bergurau. ”Well, bisa dari mana saja, aku siap mendengarnya, Bapak berhitung dengan baik kalau tidak punya kesempatan mengalah­ dang berpikir keras. durkan diri dari konvensi partai misalnya? Akhirnya dia bisa berhitung dengan baik kalau tidak punya kesempatan kan kita?” Aku mencoba bergurau. saja, aku siap mendengarnya, Bapak dang berpikir keras. durkan diri dari konvensi partai misalnya? Akhirnya dia bisa ”Well, bisa dari mana saja, aku siap mendengarnya, Bapak ”Bukan kabar baik, Thomas.” Helaan napas terdengar me­ Presiden. Apakah ini kabar baik? Pesaing kita tiba-tiba mengun­ kan kita?” Aku mencoba bergurau. berhitung dengan baik kalau tidak punya kesempatan mengalah­ durkan diri dari konvensi partai misalnya? Akhirnya dia bisa ”Bukan kabar baik, Thomas.” Helaan napas terdengar me­ Presiden. Apakah ini kabar baik? Pesaing kita tiba-tiba mengun­ kan kita?” Aku mencoba bergurau. ”Well, bisa dari mana saja, aku siap mendengarnya, Bapak berhitung dengan baik kalau tidak punya kesempatan mengalah­ durkan diri dari konvensi partai misalnya? Akhirnya dia bisa ”Bukan kabar baik, Thomas.” Helaan napas terdengar me­ Presiden. Apakah ini kabar baik? Pesaing kita tiba-tiba mengun­ kan kita?” Aku mencoba bergurau. ”Well, bisa dari mana saja, aku siap mendengarnya, Bapak berhitung dengan baik kalau tidak punya kesempatan mengalah­ partai misalnya? Akhirnya dia bisa durkan diri dari konvensi partai misalnya? Akhirnya dia bisa ”Bukan kabar baik, Thomas.” Helaan napas terdengar me­ Presiden. Apakah ini kabar baik? Pesaing kita tiba-tiba mengun­ kan kita?” Aku mencoba bergurau. ”Well, bisa dari mana saja, aku siap mendengarnya, Bapak berhitung dengan baik kalau tidak punya kesempatan mengalah­ mencoba bergurau. ”Bukan kabar baik, Thomas.” Helaan napas terdengar me­ baik? Pesaing kita tiba-tiba mengun­ ”Well, bisa dari mana saja, aku siap mendengarnya, Bapak berhitung dengan baik kalau tidak punya kesempatan mengalah­ Presiden. Apakah ini kabar baik? Pesaing kita tiba-tiba mengun­ nyertai kalimat itu. ”Sepagi ini aku baru saja memperoleh infor­ durkan diri dari konvensi partai misalnya? Akhirnya dia bisa ”Bukan kabar baik, Thomas.” Helaan napas terdengar me­ kan kita?” Aku mencoba bergurau. berhitung dengan baik kalau tidak punya kesempatan mengalah­ nyertai kalimat itu. ”Sepagi ini aku baru saja memperoleh infor­ durkan diri dari konvensi partai misalnya? Akhirnya dia bisa ”Bukan kabar baik, Thomas.” Helaan napas terdengar me­ Presiden. Apakah ini”Sepagi kabar baik? Pesaing kita tiba-tiba mengun­ kan kita?” Aku mencoba bergurau. berhitung dengan baik kalau tidak punya kesempatan mengalah­ nyertai kalimat itu. ini aku baru saja memperoleh infor­ durkan diri dari konvensi partai misalnya? Akhirnya dia bisa ”Bukan kabar baik, Thomas.” Helaan napas terdengar me­ Presiden. Apakah ini kabar baik? Pesaing kita tiba-tiba mengun­ kan kita?” Aku mencoba bergurau. berhitung dengan baik kalau tidak punya kesempatan mengalah­ tidak punya kesempatan mengalah­ nyertai kalimat ini aku baru saja memperoleh durkan diri dariitu. konvensi partai misalnya? Akhirnya diainfor­ bisa baik, Thomas.” Helaan napas terdengar me­ Presiden. Apakah ini”Sepagi kabar baik? Pesaing kita tiba-tiba mengun­ kan kita?” Aku mencoba bergurau. ”Bukan kabar baik, Thomas.” Helaan napas terdengar me­



mas. Peta dukungan berubah. Ada gerakan tidak terlihat. Ada sumber yang bisa dipercaya.” manuver raksasa yang dilakukan pihak lain. Aku belum tahu Diam sejenak, aku memutuskan tidak menyela, menunggu. ”Ada eskalasi besar-besaran dari peserta konvensi partai, Tho­ masi. Masih gelap, belum bisa dipastikan. Tapi kabar itu dari mas. Peta dukungan berubah. Ada gerakan tidak terlihat. Ada sumber yang bisa dipercaya.” manuver raksasa yang dilakukan pihak lain. Aku belum tahu Diam sejenak, aku memutuskan tidak menyela, menunggu. siapa yang menggerakkannya, tapi ini serius sekali.” ”Ada eskalasi besar-besaran peserta konvensi partai, masi. Masih gelap, belum bisa dipastikan. Tapi kabar itu dari mas. Peta dukungan berubah. Ada gerakan tidak terlihat. Ada sumber yang bisa dipercaya.” manuver raksasa yang dilakukan pihak lain. Aku belum tahu Diam sejenak, aku memutuskan tidak menyela, menunggu. siapa yang menggerakkannya, tapi ini serius sekali.” ”Ada eskalasi besar-besaran dari peserta konvensi partai, Tho­ masi. Masih gelap, belum bisadari dipastikan. Tapi kabar ituTho­ dari mas. Peta dukungan berubah. Ada gerakan tidak terlihat. Ada sumber yang bisa dipercaya.” manuver raksasa yang dilakukan pihak lain. Aku belum tahu Diam sejenak, aku memutuskan tidak menyela, menunggu. siapa yang menggerakkannya, tapi ini serius sekali.” ”Ada eskalasi besar-besaran dari peserta konvensi partai, Tho­ mas. Peta dukungan berubah. Ada gerakan tidak terlihat. Ada sumber yang bisa dipercaya.” manuver raksasa yang dilakukan pihak lain. Aku belum tahu Diam sejenak, aku memutuskan tidak menyela, menunggu. siapa yang menggerakkannya, tapi ini serius sekali.” ”Ada eskalasi besar-besaran dari peserta konvensi partai, Tho­ mas. Peta dukungan berubah. Ada gerakan tidak terlihat. Ada sumber yang bisa dipercaya.” manuver raksasa yang dilakukan pihak lain. Aku belum tahu Diam sejenak, aku memutuskan tidak menyela, menunggu. siapa yang menggerakkannya, tapi ini serius sekali.” ”Ada eskalasi besar-besaran dari peserta konvensi partai, Tho­ ”Manuver raksasa, Bapak Presiden?” Aku menelan ludah. mas. Peta dukungan berubah. Ada gerakan tidak terlihat. Ada sumber yang bisa dipercaya.” manuver raksasa yang dilakukan pihak lain. Aku belum tahu Diam sejenak, aku memutuskan tidak menyela, menunggu. siapa yang menggerakkannya, tapi ini serius sekali.” ”Ada eskalasi besar-besaran dari peserta konvensi partai, Tho­ ”Manuver raksasa, Bapak Presiden?” Aku menelan ludah. mas. Peta dukungan berubah. Ada gerakan tidak terlihat. Ada sumber yang bisa dipercaya.” manuver raksasa yang dilakukan pihak lain. Aku belum tahu Diam sejenak, aku memutuskan tidak menyela, siapa yang menggerakkannya, tapi ini serius sekali.” ”Ada eskalasi besar-besaran dari peserta konvensi partai, Tho­ ”Manuver raksasa, Bapak Presiden?” Aku menelan ludah. mas. Peta dukungan berubah. Ada gerakan tidak terlihat. Ada manuver raksasa yang dilakukan pihak lain. Aku menunggu. belum tahu Diam sejenak, aku memutuskan tidak menyela, menunggu. siapa yang menggerakkannya, tapi ini serius sekali.” ”Ada eskalasi besar-besaran dari peserta konvensi partai, Tho­ ”Manuver raksasa, Bapak Presiden?” Aku menelan ludah. mas. Peta dukungan berubah. Ada gerakan tidak terlihat. Ada manuver raksasa yang dilakukan pihak lain. Aku belum tahu Diam sejenak, aku memutuskan tidak menyela, menunggu. siapa yang menggerakkannya, tapi ini serius sekali.” ”Ada eskalasi besar-besaran dari peserta konvensi partai, Tho­ ”Manuver raksasa, Bapak Presiden?” Aku menelan ludah. mas. Peta dukungan berubah. Ada gerakan tidak terlihat. Ada ”Kau masih di Hong Kong, Thomas?” Suara di seberang jus­ manuver raksasa yang dilakukan pihak lain. Aku belum tahu Diam sejenak, aku memutuskan tidak menyela, menunggu. siapa yang menggerakkannya, tapi ini serius sekali.” ”Ada eskalasi besar-besaran dari peserta konvensi partai, Tho­ ”Manuver raksasa, Bapak Presiden?” Aku menelan ludah. mas. Peta dukungan berubah. Ada gerakan tidak terlihat. Ada ”Kau masih di Hong Kong, Thomas?” Suara di seberang jus­ manuver raksasa yang dilakukan pihak lain. Aku belum tahu Diam sejenak, aku memutuskan tidak menyela, menunggu. siapa yang menggerakkannya, tapi ini serius sekali.” ”Ada eskalasi besar-besaran dari peserta konvensi partai, Tho­ ”Manuver raksasa, Bapak Presiden?” Aku menelan ludah. mas. Peta dukungan berubah. Ada gerakan tidak terlihat. Ada ”Kau masih di Hong Kong, Thomas?” Suara di seberang jus­ manuver raksasa yang dilakukan pihak lain. Aku belum tahu siapa yang menggerakkannya, tapi ini serius sekali.” ”Ada eskalasi besar-besaran dari peserta konvensi partai, Tho­ ”Manuver raksasa, Bapak Presiden?” Aku menelan ludah. mas. Peta dukungan berubah. Ada gerakan tidak terlihat. Ada ”Kau masih di Hong Kong, Thomas?” Suara di seberang jus­ manuver raksasa yang dilakukan pihak lain. Aku belum tahu siapa yang menggerakkannya, tapi ini serius sekali.” ”Ada eskalasi besar-besaran dari peserta konvensi partai, Tho­ ”Manuver raksasa, Bapak Presiden?” Aku menelan ludah. mas. Peta dukungan berubah. Ada gerakan tidak terlihat. Ada ”Kau masih di Hong Kong, Thomas?” Suara di seberang jus­ manuver raksasa yang dilakukan pihak lain. Aku belum tahu balik, intonasi suaranya terdengar semakin cemas. tru bertanya siapa yang menggerakkannya, tapi ini serius sekali.” ”Ada eskalasi besar-besaran dari peserta konvensi partai, Tho­ ”Manuver raksasa, Bapak Presiden?” Aku menelan ludah. mas. Peta dukungan berubah. Ada gerakan tidak terlihat. Ada ”Kau masih di Hong Kong, Thomas?” Suara di seberang jus­ manuver raksasa yang dilakukan pihak lain. Aku belum tahu balik, intonasi suaranya terdengar semakin cemas. tru bertanya siapa yang menggerakkannya, tapi ini serius sekali.” ”Ada eskalasi besar-besaran dari peserta konvensi partai, Tho­ ”Manuver raksasa, Bapak Presiden?” Aku menelan ludah. mas. Peta dukungan berubah. Ada gerakan tidak terlihat. Ada ”Kau masih di Hong Kong, Thomas?” Suara di seberang jus­ manuver raksasa yang dilakukan pihak lain. Aku belum tahu balik, intonasi suaranya terdengar semakin cemas. tru bertanya siapa yang menggerakkannya, tapi ini serius sekali.” ”Manuver raksasa, Bapak Presiden?” Aku menelan ludah. mas. Peta dukungan berubah. Ada gerakan tidak terlihat. Ada ”Kau masih di Hong Kong, Thomas?” Suara di seberang jus­ manuver raksasa yang dilakukan pihak lain. Aku belum tahu balik, intonasi suaranya terdengar semakin cemas. tru bertanya siapa yang menggerakkannya, tapi ini serius sekali.” ”Manuver raksasa, Bapak Presiden?” Aku menelan ludah. mas. Peta dukungan berubah. Ada gerakan tidak terlihat. Ada ”Kau masih di Hong Kong, Thomas?” Suara di seberang jus­ manuver raksasa yang dilakukan pihak lain. Aku belum tahu balik, intonasi suaranya terdengar semakin cemas. tru bertanya siapa yang menggerakkannya, tapi ini serius sekali.” ”Iya, aku masih di Hong Kong. Sesuai rencana, baru besok ”Manuver raksasa, Bapak Presiden?” Aku menelan ludah. mas. Peta dukungan berubah. Ada gerakan tidak terlihat. Ada ”Kau masih di Hong Kong, Thomas?” Suara di seberang jus­ manuver raksasa yang dilakukan pihak lain. Aku belum tahu balik, intonasi suaranya terdengar semakin cemas. tru bertanya siapa yang menggerakkannya, tapi ini serius sekali.” ”Iya, aku masih di Hong Kong. Sesuai rencana, baru besok ”Manuver raksasa, Bapak Presiden?” Aku menelan ludah. mas. Peta dukungan berubah. Ada gerakan tidak terlihat. Ada ”Kau masih di Hong Kong, Thomas?” Suara di seberang jus­ manuver raksasa yang dilakukan pihak lain. Aku belum tahu balik, intonasi suaranya terdengar semakin cemas. tru bertanya siapa yang menggerakkannya, tapi ini serius sekali.” ”Iya, aku masih di Hong Kong. Sesuai rencana, baru besok ”Manuver raksasa, Bapak Presiden?” Aku menelan ludah. ”Kau masih di Hong Kong, Thomas?” Suara di seberang jus­ manuver raksasa yang dilakukan pihak lain. Aku belum tahu balik, intonasi suaranya terdengar semakin cemas. tru bertanya siapa yang menggerakkannya, tapi ini serius sekali.” ”Iya, aku masih di Hong Kong. Sesuai rencana, baru besok ”Manuver raksasa, Bapak Presiden?” Aku menelan ludah. ”Kau masih di Hong Kong, Thomas?” Suara di seberang jus­ manuver raksasa yang dilakukan pihak lain. Aku belum tahu balik, intonasi suaranya terdengar semakin cemas. tru bertanya siapa yang menggerakkannya, tapi ini serius sekali.” ”Iya, aku masih di Hong Kong. Sesuai rencana, baru besok ”Manuver raksasa, Bapak Presiden?” Aku menelan ludah. pagi aku berada di lokasi konvensi, persis saat pembukaan. Bu­ ”Kau masih di Hong Kong, Thomas?” Suara di seberang jus­ manuver raksasa yang dilakukan pihak lain. Aku belum tahu balik, intonasi suaranya terdengar semakin cemas. tru bertanya siapa yang menggerakkannya, tapi ini serius sekali.” ”Iya, aku masih di Hong Kong. Sesuai rencana, baru besok ”Manuver raksasa, Bapak Presiden?” Aku menelan ludah. pagi aku berada di lokasi konvensi, persis saat pembukaan. Bu­ ”Kau masih di Hong Kong, Thomas?” Suara di seberang jus­ manuver raksasa yang dilakukan pihak lain. Aku belum tahu balik, intonasi suaranya terdengar semakin cemas. tru bertanya siapa yang menggerakkannya, tapi ini serius sekali.” ”Iya, aku masih di Hong Kong. Sesuai rencana, baru besok ”Manuver raksasa, Bapak Presiden?” Aku menelan ludah. pagi aku berada di lokasi konvensi, persis saat pembukaan. Bu­ ”Kau masih di Hong Kong, Thomas?” Suara di seberang jus­ balik, intonasi suaranya terdengar semakin cemas. tru bertanya siapa yang menggerakkannya, tapi ini serius sekali.” ”Iya, aku masih di Hong Kong. Sesuai rencana, baru besok ”Manuver raksasa, Bapak Presiden?” Aku menelan ludah. pagi aku berada di lokasi konvensi, persis saat pembukaan. Bu­ ”Kau masih di Hong Kong, Thomas?” Suara di seberang jus­ balik, intonasi suaranya terdengar semakin cemas. tru bertanya siapa yang menggerakkannya, tapi ini serius sekali.” ”Iya, aku masih di Hong Kong. Sesuai rencana, baru besok ”Manuver raksasa, Bapak Presiden?” Aku menelan ludah. pagi aku berada di lokasi konvensi, persis saat pembukaan. Bu­ ”Kau masih di Hong Kong, Thomas?” Suara di seberang jus­ terkendali? Semua anggota tim sudah be­ kankah semua sudah balik, intonasi suaranya terdengar semakin cemas. tru bertanya siapa yang menggerakkannya, tapi ini serius sekali.” ”Iya, aku masih di Hong Kong. Sesuai rencana, baru besok ”Manuver raksasa, Bapak Presiden?” Aku menelan ludah. pagi aku berada di lokasi konvensi, persis saat pembukaan. Bu­ ”Kau masih di Hong Kong, Thomas?” Suara di seberang jus­ terkendali? Semua anggota tim sudah be­ kankah semua sudah balik, intonasi suaranya terdengar semakin cemas. tru bertanya siapa yang menggerakkannya, tapi ini serius sekali.” ”Iya, aku masih di Hong Kong. Sesuai rencana, baru besok ”Manuver raksasa, Bapak Presiden?” Aku menelan ludah. pagi aku berada di lokasi konvensi, persis saat pembukaan. Bu­ ”Kau masih di Hong Kong, Thomas?” Suara di seberang jus­ terkendali? Semua anggota tim sudah be­ kankah semua sudah balik, intonasi suaranya terdengar semakin cemas. tru bertanya ”Iya, aku masih di Hong Kong. Sesuai rencana, baru besok ”Manuver raksasa, Bapak Presiden?” Aku menelan ludah. pagi aku berada di lokasi konvensi, persis saat pembukaan. Bu­ ”Kau masih di Hong Kong, Thomas?” Suara di seberang jus­ terkendali? Semua anggota tim sudah be­ kankah semua sudah balik, intonasi suaranya terdengar semakin cemas. tru bertanya ”Iya, aku masih di Hong Kong. Sesuai rencana, baru besok ”Manuver raksasa, Bapak Presiden?” Aku menelan ludah. pagi aku berada di lokasi konvensi, persis saat pembukaan. Bu­ ”Kau masih di Hong Kong, Thomas?” Suara di seberang jus­ terkendali? Semua anggota tim sudah be­ kankah semua sudah balik, intonasi suaranya terdengar semakin cemas. tru bertanya kerja jauh-jauh, mengunci banyak hal. Tidak ada yang harus ”Iya, aku masih di Hong Kong. Sesuai rencana, baru besok ”Manuver raksasa, Bapak Presiden?” Aku menelan ludah. pagi aku berada di lokasi konvensi, persis saat pembukaan. Bu­ ”Kau masih di Hong Kong, Thomas?” Suara di seberang jus­ terkendali? Semua anggota tim sudah be­ kankah semua sudah balik, intonasi suaranya terdengar semakin cemas. tru bertanya kerja jauh-jauh, mengunci banyak hal. Tidak ada yang harus ”Iya, aku masih di Hong Kong. Sesuai rencana, baru besok ”Manuver raksasa, Bapak Presiden?” Aku menelan ludah. pagi aku berada di lokasi konvensi, persis saat pembukaan. Bu­ ”Kau masih di Hong Kong, Thomas?” Suara di seberang jus­ terkendali? Semua anggota tim sudah be­ kankah semua sudah balik, intonasi suaranya terdengar semakin cemas. tru bertanya kerja jauh-jauh, mengunci banyak hal. Tidak ada yang harus ”Iya, aku masih di Hong Kong. Sesuai rencana, baru besok pagi aku berada di lokasi konvensi, persis saat pembukaan. Bu­ ”Kau masih di Hong Kong, Thomas?” Suara di seberang jus­ terkendali? Semua anggota tim sudah be­ kankah semua sudah balik, intonasi suaranya terdengar semakin cemas. tru bertanya kerja jauh-jauh, mengunci banyak hal. Tidak ada yang harus ”Iya, aku masih di Hong Kong. Sesuai rencana, baru besok pagi aku berada di lokasi konvensi, persis saat pembukaan. Bu­ ”Kau masih di Hong Kong, Thomas?” Suara di seberang jus­ terkendali? Semua anggota tim sudah be­ kankah semua sudah balik, intonasi suaranya terdengar semakin cemas. tru bertanya kerja jauh-jauh, mengunci banyak hal. Tidak ada yang harus ”Iya, aku masih di Hong Kong. Sesuai rencana, baru besok dicemaskan, Bapak Presiden. Kita pasti memenangi konvensi pagi aku berada di lokasi konvensi, persis saat pembukaan. Bu­ ”Kau masih di Hong Kong, Thomas?” Suara di seberang jus­ terkendali? Semua anggota tim sudah be­ kankah semua sudah balik, intonasi suaranya terdengar semakin cemas. tru bertanya kerja jauh-jauh, mengunci banyak hal. Tidak ada yang harus ”Iya, aku masih di Hong Kong. Sesuai rencana, baru besok dicemaskan, Bapak Presiden. Kita pasti memenangi konvensi pagi aku berada di lokasi konvensi, persis saat pembukaan. Bu­ ”Kau masih di Hong Kong, Thomas?” Suara di seberang jus­ terkendali? Semua anggota tim sudah be­ kankah semua sudah balik, intonasi suaranya terdengar semakin cemas. tru bertanya kerja jauh-jauh, mengunci banyak hal. Tidak ada yang harus ”Iya, aku masih di Hong Kong. Sesuai rencana, baru besok dicemaskan, Bapak Presiden. Kita pasti memenangi konvensi pagi aku berada di lokasi konvensi, persis saat pembukaan. Bu­ terkendali? Semua anggota tim sudah be­ kankah semua sudah balik, intonasi suaranya terdengar semakin cemas. tru bertanya kerja jauh-jauh, mengunci banyak hal. Tidak ada yang harus ”Iya, aku masih di Hong Kong. Sesuai rencana, baru besok dicemaskan, Bapak Presiden. Kita pasti memenangi konvensi pagi aku berada di lokasi konvensi, persis saat pembukaan. Bu­ terkendali? Semua anggota tim sudah be­ kankah semua sudah balik, intonasi suaranya terdengar semakin cemas. tru bertanya kerja jauh-jauh, mengunci banyak hal. Tidak ada yang harus ”Iya, aku masih di Hong Kong. Sesuai rencana, baru besok dicemaskan, Bapak Presiden. Kita pasti memenangi konvensi pagi aku berada di lokasi konvensi, persis saat pembukaan. Bu­ partai.” Aku berkata sesantai mungkin. terkendali? Semua anggota tim sudah be­ kankah semua sudah balik, intonasi suaranya terdengar semakin cemas. tru bertanya kerja jauh-jauh, mengunci banyak hal. Tidak ada yang harus ”Iya, aku masih di Hong Kong. Sesuai rencana, baru besok dicemaskan, Bapak Presiden. Kita pasti memenangi konvensi pagi aku berada di lokasi konvensi, persis saat pembukaan. Bu­ partai.” Aku berkata sesantai mungkin. terkendali? Semua anggota tim sudah be­ kankah semua sudah balik, intonasi suaranya terdengar semakin cemas. tru bertanya kerja jauh-jauh, mengunci banyak hal. Tidak ada yang harus ”Iya, aku masih di Hong Kong. Sesuai rencana, baru besok dicemaskan, Bapak Presiden. Kita pasti memenangi konvensi pagi aku berada di lokasi konvensi, persis saat pembukaan. Bu­ partai.” Aku berkata sesantai mungkin. terkendali? Semua anggota tim sudah be­ kankah semua sudah kerja jauh-jauh, mengunci banyak hal. Tidak ada yang harus ”Iya, aku masih di Hong Kong. Sesuai rencana, baru besok dicemaskan, Bapak Presiden. Kita pasti memenangi konvensi pagi aku berada di lokasi konvensi, persis saat pembukaan. Bu­ partai.” Aku berkata sesantai mungkin. terkendali? Semua anggota tim sudah be­ kankah semua sudah kerja jauh-jauh, mengunci banyak hal. Tidak ada yang harus ”Iya, aku masih di Hong Kong. Sesuai rencana, baru besok dicemaskan, Bapak Presiden. Kita pasti memenangi konvensi pagi aku berada di lokasi konvensi, persis saat pembukaan. Bu­ partai.” Aku berkata sesantai mungkin. terkendali? Semua anggota tim sudah be­ kankah semua sudah ”Segera kembali ke Jakarta, Thomas.” kerja jauh-jauh, mengunci banyak hal. Tidak ada yang harus ”Iya, aku masih di Hong Kong. Sesuai rencana, baru besok dicemaskan, Bapak Presiden. Kita pasti memenangi konvensi pagi aku berada di lokasi konvensi, persis saat pembukaan. Bu­ partai.” Aku berkata sesantai mungkin. terkendali? Semua anggota tim sudah be­ kankah semua sudah ”Segera kembali ke Jakarta, Thomas.” kerja jauh-jauh, mengunci banyak hal. Tidak ada yang harus ”Iya, aku masih di Hong Kong. Sesuai rencana, baru besok dicemaskan, Bapak Presiden. Kita pasti memenangi konvensi pagi aku berada di lokasi konvensi, persis saat pembukaan. Bu­ partai.” Aku berkata sesantai mungkin. terkendali? Semua anggota tim sudah be­ kankah semua sudah ”Segera kembali ke Jakarta, Thomas.” kerja jauh-jauh, mengunci banyak hal. Tidak ada yang harus dicemaskan, Bapak Presiden. Kita pasti memenangi konvensi pagi aku berada di lokasi konvensi, persis saat pembukaan. Bu­ partai.” Aku berkata sesantai mungkin. terkendali? Semua anggota tim sudah be­ kankah semua sudah ”Segera kembali ke Jakarta, Thomas.” kerja jauh-jauh, mengunci banyak hal. Tidak ada yang harus dicemaskan, Bapak Presiden. Kita pasti memenangi konvensi pagi aku berada di lokasi konvensi, persis saat pembukaan. Bu­ partai.” Aku berkata sesantai mungkin. terkendali? Semua anggota tim sudah be­ kankah semua sudah ”Segera kembali ke Jakarta, Thomas.” kerja jauh-jauh, mengunci banyak hal. Tidak ada yang harus ”Segera?” dicemaskan, Bapak Presiden. Kita pasti memenangi konvensi pagi aku berada di lokasi konvensi, persis saat pembukaan. Bu­ partai.” Aku berkata sesantai mungkin. terkendali? Semua anggota tim sudah be­ kankah semua sudah ”Segera kembali ke Jakarta, Thomas.” kerja jauh-jauh, mengunci banyak hal. Tidak ada yang harus ”Segera?” dicemaskan, Bapak Presiden. Kita pasti memenangi konvensi pagi aku berada di lokasi konvensi, persis saat pembukaan. Bu­ partai.” Aku berkata sesantai mungkin. terkendali? Semua anggota tim sudah be­ kankah semua sudah ”Segera kembali ke Jakarta, Thomas.” kerja jauh-jauh, mengunci banyak hal. Tidak ada yang harus ”Segera?” dicemaskan, Bapak Presiden. Kita pasti memenangi konvensi partai.” Aku berkata sesantai mungkin. terkendali? Semua anggota tim sudah be­ kankah semua sudah ”Segera kembali ke Jakarta, Thomas.” kerja jauh-jauh, mengunci banyak hal. Tidak ada yang harus ”Segera?” dicemaskan, Bapak Presiden. Kita pasti memenangi konvensi partai.” Aku berkata sesantai mungkin. terkendali? Semua anggota tim sudah be­ kankah semua sudah ”Segera kembali ke Jakarta, Thomas.” kerja jauh-jauh, mengunci banyak hal. Tidak ada yang harus ”Segera?” dicemaskan, Bapak Presiden. Kita pasti memenangi konvensi ”Itu perintah, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” partai.” Aku berkata sesantai mungkin. terkendali? Semua anggota tim sudah be­ kankah semua sudah ”Segera kembali ke Jakarta, Thomas.” kerja jauh-jauh, mengunci banyak hal. Tidak ada yang harus ”Segera?” dicemaskan, Bapak Presiden. Kita pasti memenangi konvensi ”Itu perintah, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” partai.” Aku berkata sesantai mungkin. terkendali? Semua anggota tim sudah be­ kankah semua sudah ”Segera kembali ke Jakarta, Thomas.” kerja jauh-jauh, mengunci banyak hal. Tidak ada yang harus ”Segera?” dicemaskan, Bapak Presiden. Kita pasti memenangi konvensi ”Itu perintah, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” partai.” Aku berkata sesantai mungkin. ”Segera kembali ke Jakarta, Thomas.” kerja jauh-jauh, mengunci banyak hal. Tidak ada yang harus ”Segera?” dicemaskan, Bapak Presiden. Kita pasti memenangi konvensi ”Itu perintah, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” partai.” Aku berkata sesantai mungkin. ”Segera kembali ke Jakarta, Thomas.” kerja jauh-jauh, mengunci banyak hal. Tidak ada yang harus ”Segera?” dicemaskan, Bapak Presiden. Kita pasti memenangi konvensi ”Itu perintah, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” partai.” Aku berkata sesantai mungkin. Hei, ada apa sebenarnya? Aku diam sejenak, belum pernah ”Segera kembali ke Jakarta, Thomas.” kerja jauh-jauh, mengunci banyak hal. Tidak ada yang harus ”Segera?” dicemaskan, Bapak Presiden. Kita pasti memenangi konvensi ”Itu perintah, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” partai.” Aku berkata sesantai mungkin. Hei, ada apa sebenarnya? Aku diam sejenak, belum pernah ”Segera kembali ke Jakarta, Thomas.” kerja jauh-jauh, mengunci banyak hal. Tidak ada yang harus ”Segera?” dicemaskan, Bapak Presiden. Kita pasti memenangi konvensi ”Itu perintah, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” partai.” Aku berkata sesantai mungkin. Hei, ada apa sebenarnya? Aku diam sejenak, belum pernah ”Segera kembali ke Jakarta, Thomas.” ”Segera?” dicemaskan, Bapak Presiden. Kita pasti memenangi konvensi ”Itu perintah, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” partai.” Aku berkata sesantai mungkin. Hei, ada apa sebenarnya? Aku diam sejenak, belum pernah ”Segera kembali ke Jakarta, Thomas.” ”Segera?” dicemaskan, Bapak Presiden. Kita pasti memenangi konvensi ”Itu perintah, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” partai.” Aku berkata sesantai mungkin. Hei, ada apa sebenarnya? Aku diam sejenak, belum pernah ”Segera kembali ke Jakarta, Thomas.” aku mendengar intonasi suara klienku seserius ini. Beliau politi­ ”Segera?” dicemaskan, Bapak Presiden. Kita pasti memenangi konvensi ”Itu perintah, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” partai.” Aku berkata sesantai mungkin. Hei, ada apa sebenarnya? Aku diam sejenak, belum pernah ”Segera kembali ke Jakarta, Thomas.” aku mendengar intonasi suara klienku seserius ini. Beliau politi­ ”Segera?” dicemaskan, Bapak Presiden. Kita pasti memenangi konvensi ”Itu perintah, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” partai.” Aku berkata sesantai mungkin. Hei, ada apa sebenarnya? Aku diam sejenak, belum pernah ”Segera ke Jakarta, Thomas.” aku mendengar intonasi suara klienku ini. Beliau politi­ ”Segera?” ”Itu perintah, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” partai.” Aku berkata sesantai mungkin. Hei, adakembali apa sebenarnya? Aku diamseserius sejenak, belum pernah ”Segera kembali ke Jakarta, Thomas.” aku mendengar intonasi suara klienku seserius ini. Beliau politi­ ”Segera?” ”Itu perintah, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” partai.” Aku berkata sesantai mungkin. Hei, ada apa sebenarnya? Aku diam sejenak, pernah ”Segera kembali ke Jakarta, Thomas.” aku mendengar intonasi suara klienku seserius ini.belum Beliau politi­ ”Segera?” kus berpengalaman, meskipun bukan mantan Jenderal. Dia telah ”Itu perintah, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” partai.” Aku berkata sesantai mungkin. Hei, ada apa sebenarnya? Aku diam sejenak, belum pernah ”Segera kembali ke Jakarta, Thomas.” aku mendengar intonasi suara klienku seserius ini. Beliau politi­ ”Segera?” kus berpengalaman, meskipun bukan mantan Jenderal. Dia telah ”Itu perintah, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” partai.” Aku berkata sesantai mungkin. Hei, ada apa sebenarnya? Aku diam sejenak, belum pernah ”Segera kembali ke Jakarta, Thomas.” aku mendengar intonasi suara klienku seserius ini. Beliau politi­ ”Segera?” kus berpengalaman, meskipun bukan mantan Jenderal. Dia telah ”Itu perintah, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” Hei, ada apa sebenarnya? Aku diam sejenak, belum pernah ”Segera kembali ke Jakarta, Thomas.” aku mendengar intonasi suara klienku seserius ini. Beliau politi­ ”Segera?” kus berpengalaman, meskipun bukan mantan Jenderal. Dia telah ”Itu perintah, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” Hei, ada apa sebenarnya? Aku diam sejenak, belum pernah ”Segera kembali ke Jakarta, Thomas.” aku mendengar intonasi suara klienku seserius ini. Beliau politi­ ”Segera?” kus berpengalaman, meskipun bukan mantan Jenderal. Dia telah ”Itu perintah, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” meniti karier politik puluhan tahun dari level bawah. Namanya Hei, ada apa sebenarnya? Aku diam sejenak, belum pernah ”Segera kembali ke Jakarta, Thomas.” aku mendengar intonasi suara klienku seserius ini. Beliau politi­ ”Segera?” kus berpengalaman, meskipun bukan mantan Jenderal. Dia telah ”Itu perintah, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” meniti karier politik puluhan tahun dari level bawah. Namanya Hei, ada apa sebenarnya? Aku diam sejenak, belum pernah ”Segera kembali ke Jakarta, Thomas.” aku mendengar intonasi suara klienku seserius ini. Beliau politi­ ”Segera?” kus berpengalaman, meskipun bukan mantan Jenderal. Dia telah ”Itu perintah, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” meniti karier politik puluhan tahun dari level bawah. Namanya Hei, ada apa sebenarnya? Aku diam sejenak, belum pernah aku mendengar intonasi suara klienku seserius ini. Beliau politi­ ”Segera?” kus berpengalaman, meskipun bukan mantan Jenderal. Dia telah ”Itu perintah, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” meniti karier politik puluhan tahun dari level bawah. Namanya Hei, ada apa sebenarnya? Aku diam sejenak, belum pernah aku mendengar intonasi suara klienku seserius ini. Beliau politi­ ”Segera?” kus berpengalaman, meskipun bukan mantan Jenderal. Dia telah ”Itu perintah, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” meniti karier politik puluhan tahun dari level bawah. Namanya Hei, ada apa sebenarnya? Aku diam sejenak, belum pernah populer, bersih dan dipercaya banyak calon pemilih, memiliki aku mendengar intonasi suara klienku seserius ini. Beliau politi­ ”Segera?” kus berpengalaman, meskipun bukan mantan Jenderal. Dia telah ”Itu perintah, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” meniti karier politik puluhan tahun dari level bawah. Namanya Hei, ada apa sebenarnya? Aku diam sejenak, belum pernah populer, bersih dan dipercaya banyak calon pemilih, memiliki aku mendengar intonasi suara klienku seserius ini. Beliau politi­ ”Segera?” kus berpengalaman, meskipun bukan mantan Jenderal. Dia telah ”Itu perintah, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” meniti karier politik puluhan tahun dari level bawah. Namanya Hei, ada apa sebenarnya? Aku diam sejenak, belum pernah populer, bersih dan dipercaya banyak calon pemilih, memiliki aku mendengar intonasi suara klienku seserius ini. Beliau politi­ kus berpengalaman, meskipun bukan mantan Jenderal. Dia telah ”Itu perintah, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” meniti karier politik puluhan tahun dari level bawah. Namanya Hei, ada apa sebenarnya? Aku diam sejenak, belum pernah populer, bersih dan dipercaya banyak calon pemilih, memiliki aku mendengar intonasi suara klienku seserius ini. Beliau politi­ kus berpengalaman, meskipun bukan mantan Jenderal. Dia telah ”Itu perintah, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” meniti karier politik puluhan tahun dari level bawah. Namanya Hei, ada apa sebenarnya? Aku diam sejenak, belum pernah populer, bersih dan dipercaya banyak calon pemilih, memiliki aku mendengar intonasi suara klienku seserius ini. Beliau politi­ pendukung dengan sumber daya yang besar. Hari-hari ini tiba kus berpengalaman, meskipun bukan mantan Jenderal. Dia telah ”Itu perintah, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” meniti karier politik puluhan tahun dari level bawah. Namanya Hei, ada apa sebenarnya? Aku diam sejenak, belum pernah populer, bersih dan dipercaya banyak calon pemilih, memiliki aku mendengar intonasi suara klienku seserius ini. Beliau politi­ pendukung dengan sumber daya yang besar. Hari-hari ini tiba kus berpengalaman, meskipun bukan mantan Jenderal. Dia telah ”Itu perintah, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” meniti karier politik puluhan tahun dari level bawah. Namanya Hei, ada apa sebenarnya? Aku diam sejenak, belum pernah populer, bersih dan dipercaya banyak calon pemilih, memiliki aku mendengar intonasi suara klienku seserius ini. Beliau politi­ pendukung dengan sumber daya yang besar. Hari-hari ini tiba kus berpengalaman, meskipun bukan mantan Jenderal. Dia telah meniti karier politik puluhan tahun dari level bawah. Namanya Hei, ada apa sebenarnya? Aku diam sejenak, belum pernah populer, bersih dan dipercaya banyak calon pemilih, memiliki aku mendengar intonasi suara klienku seserius ini. Beliau politi­ pendukung dengan sumber daya yang besar. Hari-hari ini tiba kus berpengalaman, meskipun bukan mantan Jenderal. Dia telah meniti karier politik puluhan tahun dari level bawah. Namanya Hei, ada apa sebenarnya? Aku diam sejenak, belum pernah populer, bersih dan dipercaya banyak calon pemilih, memiliki aku mendengar intonasi suara klienku seserius ini. Beliau politi­ pendukung dengan sumber daya yang besar. Hari-hari ini tiba kus berpengalaman, meskipun bukan mantan Jenderal. Dia telah masanya menjemput masa keemasan karier politiknya—dengan meniti karier politik puluhan tahun dari level bawah. Namanya Hei, ada apa sebenarnya? Aku diam sejenak, belum pernah populer, bersih dan dipercaya banyak calon pemilih, memiliki aku mendengar intonasi suara klienku seserius ini. Beliau politi­ pendukung dengan sumber daya yang besar. Hari-hari ini tiba kus berpengalaman, meskipun bukan mantan Jenderal. Dia telah masanya menjemput masa keemasan karier politiknya—dengan meniti karier politik puluhan tahun dari level bawah. Namanya Hei, ada apa sebenarnya? Aku diam sejenak, belum pernah populer, bersih dan dipercaya banyak calon pemilih, memiliki aku mendengar intonasi suara klienku seserius ini. Beliau politi­ pendukung dengan sumber daya yang besar. Hari-hari ini tiba kus berpengalaman, meskipun bukan mantan Jenderal. Dia telah masanya menjemput masa keemasan karier politiknya—dengan meniti karier politik puluhan tahun dari level bawah. Namanya populer, bersih dan dipercaya banyak calon pemilih, memiliki aku mendengar intonasi suara klienku seserius ini. Beliau politi­ pendukung dengan sumber daya yang besar. Hari-hari ini tiba kus berpengalaman, meskipun bukan mantan Jenderal. Dia telah masanya menjemput masa keemasan karier politiknya—dengan meniti karier politik puluhan tahun dari level bawah. Namanya populer, bersih dan dipercaya banyak calon pemilih, memiliki aku mendengar intonasi suara klienku seserius ini. Beliau politi­ pendukung dengan sumber daya yang besar. Hari-hari ini tiba kus berpengalaman, meskipun bukan mantan Jenderal. Dia telah masanya menjemput masa keemasan karier politiknya—dengan meniti karier politik puluhan tahun dari level bawah. Namanya sedikit bantuan dariku. Intrik politik makanannya sejak lama. populer, bersih dan dipercaya banyak calon pemilih, memiliki aku mendengar intonasi suara klienku seserius ini. Beliau politi­ pendukung dengan sumber daya yang besar. Hari-hari ini tiba kus berpengalaman, meskipun bukan mantan Jenderal. Dia telah masanya menjemput masa keemasan karier politiknya—dengan meniti karier politik puluhan tahun dari level bawah. Namanya sedikit bantuan dariku. Intrik politik makanannya sejak lama. populer, bersih dan dipercaya banyak calon pemilih, memiliki aku mendengar intonasi suara klienku seserius ini. Beliau politi­ pendukung dengan sumber daya yang besar. Hari-hari ini tiba kus berpengalaman, meskipun bukan mantan Jenderal. Dia telah masanya menjemput masa keemasan karier politiknya—dengan meniti karier politik puluhan tahun dari level bawah. Namanya sedikit bantuan dariku. Intrik politik makanannya sejak lama. populer, bersih dan dipercaya banyak calon pemilih, memiliki pendukung dengan sumber daya yang besar. Hari-hari ini tiba kus berpengalaman, meskipun bukan mantan Jenderal. Dia telah masanya menjemput masa keemasan karier politiknya—dengan meniti karier politik puluhan tahun dari level bawah. Namanya sedikit bantuan dariku. Intrik politik makanannya sejak lama. populer, bersih dan dipercaya banyak calon pemilih, memiliki pendukung dengan sumber daya yang besar. Hari-hari ini tiba kus berpengalaman, meskipun bukan mantan Jenderal. Dia telah masanya menjemput masa keemasan karier politiknya—dengan meniti karier politik puluhan tahun dari level bawah. Namanya sedikit bantuan dariku. Intrik politik makanannya sejak lama. populer, bersih dan dipercaya banyak calon pemilih, memiliki Dia sudah terbiasa menghadapi hal itu. Maka jenis manuver pendukung dengan sumber daya yang besar. Hari-hari ini tiba kus berpengalaman, meskipun bukan mantan Jenderal. Dia telah masanya menjemput masa keemasan karier politiknya—dengan meniti karier politik puluhan tahun dari level bawah. Namanya sedikit bantuan dariku. Intrik politik makanannya sejak lama. populer, bersih dan dipercaya banyak calon pemilih, memiliki Dia sudah terbiasa menghadapi hal itu. Maka jenis manuver pendukung dengan sumber daya yang besar. Hari-hari ini tiba kus berpengalaman, meskipun bukan mantan Jenderal. Dia telah masanya menjemput masa keemasan karier politiknya—dengan meniti karier politik puluhan tahun dari level bawah. Namanya sedikit bantuan dariku. Intrik politik makanannya sejak lama. populer, bersih dan dipercaya banyak calon pemilih, memiliki Dia sudah terbiasa menghadapi hal itu. Maka jenis manuver pendukung dengan sumber daya yang besar. Hari-hari ini tiba masanya menjemput masa keemasan karier politiknya—dengan meniti karier politik puluhan tahun dari level bawah. Namanya sedikit bantuan dariku. Intrik politik makanannya sejak lama. populer, bersih dan dipercaya banyak calon pemilih, memiliki Dia sudah terbiasa menghadapi hal itu. Maka jenis manuver pendukung dengan sumber daya yang besar. Hari-hari ini tiba masanya menjemput masa keemasan karier politiknya—dengan meniti karier politik puluhan tahun dari level bawah. Namanya sedikit bantuan dariku. Intrik politik makanannya sejak lama. populer, bersih dan dipercaya banyak calon pemilih, memiliki Dia sudah terbiasa menghadapi hal itu. Maka jenis manuver pendukung dengan sumber daya yang besar. Hari-hari ini tiba masanya menjemput masa keemasan karier politiknya—dengan meniti karier politik puluhan tahun dari level bawah. Namanya sedikit bantuan dariku. Intrik politik makanannya sejak lama. populer, bersih dan dipercaya banyak calon pemilih, memiliki Dia sudah terbiasa menghadapi haldari itu. Maka jenis manuver pendukung dengan sumber daya yang besar. Hari-hari inilama. tiba masanya menjemput masa keemasan karier politiknya—dengan meniti karier politik puluhan tahun level bawah. Namanya sedikit bantuan dariku. Intrik politik makanannya sejak



seperti apa yang membuatnya begitu cemas sepagi ini? Hingga Suaranya resah. ”Informasi itu menyebutkan, ada pihak yang se­ ”Aku tidak bisa membicarakannya lewat telepon, Thomas.” meneleponku dan menyuruhku bergegas kembali ke Jakarta? serangan balik mematikan sebelum konvensi dang menyusun ”Apa yang sebenarnya terjadi, Bapak Presiden?” dimulai besok, dan kau, astaga Thomas, kau menjadi sasaran tem­ seperti apa yang membuatnya begitu cemas sepagi ini? Hingga Suaranya resah. ”Informasi itu menyebutkan, ada pihak yang se­ ”Aku tidak bisa membicarakannya lewat telepon, Thomas.” meneleponku dan menyuruhku bergegas kembali ke Jakarta? serangan balik mematikan sebelum konvensi dang menyusun ”Apa yang sebenarnya terjadi, Bapak Presiden?” dimulai besok, dan kau, astaga Thomas, kau menjadi sasaran tem­ Suaranya resah. ”Informasi itu menyebutkan, ada pihak yang se­ seperti apa yang membuatnya begitu cemas sepagi ini? Hingga ”Aku tidak bisa membicarakannya lewat telepon, Thomas.” meneleponku dan menyuruhku bergegas kembali ke Jakarta? serangan balik mematikan sebelum konvensi dang menyusun ”Apa yang sebenarnya terjadi, Bapak Presiden?” dimulai besok, dan kau, astaga Thomas, kau menjadi sasaran tem­ Suaranya resah. ”Informasi itu menyebutkan, ada pihak yang se­ seperti apa yang membuatnya begitu cemas sepagi ini? Hingga ”Aku tidak bisa membicarakannya lewat telepon, Thomas.” meneleponku dan menyuruhku bergegas kembali ke Jakarta? serangan balik mematikan sebelum konvensi dang menyusun ”Apa yang sebenarnya terjadi, Bapak Presiden?” dimulai besok, dan kau, astaga Thomas, kau menjadi sasaran tem­ ”Aku tidak bisa membicarakannya lewat telepon, Thomas.” meneleponku dan menyuruhku bergegas kembali ke Jakarta? serangan balik mematikan sebelum konvensi dang menyusun Suaranya resah. ”Informasi itu menyebutkan, ada pihak yang se­ ”Apa yang sebenarnya terjadi, Bapak Presiden?” dimulai besok, dan kau, astaga Thomas, kau menjadi sasaran tem­ ”Aku tidak bisa membicarakannya lewat telepon, Thomas.” bak nomor satu yang harus mereka lumpuhkan setelah diriku meneleponku dan menyuruhku bergegas kembali ke Jakarta? serangan balik mematikan sebelum konvensi dang menyusun Suaranya resah. ”Informasi itu menyebutkan, ada pihak yang se­ ”Apa yang sebenarnya terjadi, Bapak Presiden?” dimulai besok, dan kau, astaga Thomas, kau menjadi sasaran tem­ ”Aku tidak bisa membicarakannya lewat telepon, Thomas.” bak nomor satu yang harus mereka lumpuhkan setelah diriku serangan balik mematikan sebelum konvensi dang menyusun meneleponku dan menyuruhku bergegas kembali ke Jakarta? Suaranya resah. ”Informasi itu menyebutkan, ada pihak yang se­ ”Apa yang sebenarnya terjadi, Bapak Presiden?” dimulai besok, dan kau, astaga Thomas, kau menjadi sasaran tem­ ”Aku tidak bisa membicarakannya lewat telepon, Thomas.” bak nomor satu yang harus mereka lumpuhkan setelah diriku serangan balik mematikan sebelum konvensi dang menyusun meneleponku dan menyuruhku bergegas kembali ke Jakarta? Suaranya resah. ”Informasi itu menyebutkan, ada pihak yang se­ ”Apa yang sebenarnya terjadi, Bapak Presiden?” dimulai besok, dan kau, astaga Thomas, kau menjadi sasaran tem­ ”Aku tidak bisa membicarakannya lewat telepon, Thomas.” bak nomor satu yang harus mereka lumpuhkan setelah diriku Suaranya resah. ”Informasi itu menyebutkan, ada pihak yang se­ ”Apa yang sebenarnya terjadi, Bapak Presiden?” dimulai besok, dan kau, astaga Thomas, kau menjadi sasaran tem­ serangan balik mematikan sebelum konvensi dang menyusun ”Aku tidak bisa membicarakannya lewat telepon, Thomas.” bak nomor satu yang harus mereka lumpuhkan setelah diriku Suaranya resah. ”Informasi itu menyebutkan, ada pihak yang se­ sendiri. Kau segera pulang, Thomas. Aku membutuhkan seluruh ”Apa yang sebenarnya terjadi, Bapak Presiden?” dimulai besok, dan kau, astaga Thomas, kau menjadi sasaran tem­ serangan balik mematikan sebelum konvensi dang menyusun ”Aku tidak bisa membicarakannya lewat telepon, Thomas.” bak nomor satu yang harus mereka lumpuhkan setelah diriku Suaranya resah. ”Informasi itu menyebutkan, ada pihak yang se­ sendiri. Kau segera pulang, Thomas. Aku membutuhkan seluruh dimulai besok, dan kau, astaga Thomas, kau menjadi sasaran tem­ ”Apa yang sebenarnya terjadi, Bapak Presiden?” serangan balik mematikan sebelum konvensi dang menyusun ”Aku tidak bisa membicarakannya lewat telepon, Thomas.” bak nomor satu yang harus mereka lumpuhkan setelah diriku Suaranya resah. ”Informasi itu menyebutkan, ada pihak yang se­ sendiri. Kau segera pulang, Thomas. Aku membutuhkan seluruh dimulai besok, dan kau, astaga Thomas, kau menjadi sasaran tem­ ”Apa yang sebenarnya terjadi, Bapak Presiden?” serangan balik mematikan sebelum konvensi dang menyusun ”Aku tidak bisa membicarakannya lewat telepon, Thomas.” bak nomor satu yang harus mereka lumpuhkan setelah diriku Suaranya resah. ”Informasi itu menyebutkan, ada pihak yang se­ sendiri. Kau segera pulang, Thomas. Aku membutuhkan seluruh serangan balik mematikan sebelum konvensi dang menyusun ”Aku tidak bisa membicarakannya lewat telepon, Thomas.” bak nomor satu yang harus mereka lumpuhkan setelah diriku dimulai besok, dan kau, astaga Thomas, kau menjadi sasaran tem­ Suaranya resah. ”Informasi itu menyebutkan, ada pihak yang se­ sendiri. Kau segera pulang, Thomas. Aku membutuhkan seluruh serangan balik mematikan sebelum konvensi dang menyusun anggota tim, terutama kau, orang yang paling kupercaya. Aku ”Aku tidak bisa membicarakannya lewat telepon, Thomas.” bak nomor satu yang harus mereka lumpuhkan setelah diriku dimulai besok, dan kau, astaga Thomas, kau menjadi sasaran tem­ Suaranya resah. ”Informasi itu menyebutkan, ada pihak yang se­ sendiri. Kau segera pulang, Thomas. Aku membutuhkan seluruh serangan balik mematikan sebelum konvensi dang menyusun anggota tim, terutama kau, orang yang paling kupercaya. Aku bak nomor satu yang harus mereka lumpuhkan setelah diriku ”Aku tidak bisa membicarakannya lewat telepon, Thomas.” dimulai besok, dan kau, astaga Thomas, kau menjadi sasaran tem­ Suaranya resah. ”Informasi itu menyebutkan, ada pihak yang se­ sendiri. Kau segera pulang, Thomas. Aku membutuhkan seluruh serangan balik mematikan sebelum konvensi dang menyusun anggota tim, terutama kau, orang yang paling kupercaya. Aku bak nomor satu yang harus mereka lumpuhkan setelah diriku ”Aku tidak bisa membicarakannya lewat telepon, Thomas.” dimulai besok, dan kau, astaga Thomas, kau menjadi sasaran tem­ Suaranya resah. ”Informasi itu menyebutkan, ada pihak yang se­ sendiri. Kau segera pulang, Thomas. Aku membutuhkan seluruh serangan balik mematikan sebelum konvensi dang menyusun anggota tim, terutama kau, orang yang paling kupercaya. Aku dimulai besok, dan kau, astaga Thomas, kau menjadi sasaran tem­ Suaranya resah. ”Informasi itu menyebutkan, ada pihak yang se­ sendiri. Kau segera pulang, Thomas. Aku membutuhkan seluruh bak nomor satu yang harus mereka lumpuhkan setelah diriku serangan balik mematikan sebelum konvensi dang menyusun anggota tim, terutama kau, orang yang paling kupercaya. Aku dimulai besok, dan kau, astaga Thomas, kau menjadi sasaran tem­ tidak tahu seberapa serius ancaman ini, dan seberapa dalam me­ Suaranya resah. ”Informasi itu menyebutkan, ada pihak yang se­ sendiri. Kau segera pulang, Thomas. Aku membutuhkan seluruh bak nomor satu yang harus mereka lumpuhkan setelah diriku serangan balik mematikan sebelum konvensi dang menyusun anggota tim, terutama kau, orang yang paling kupercaya. Aku dimulai besok, dan kau, astaga Thomas, kau menjadi sasaran tem­ tidak tahu seberapa serius ancaman ini, dan seberapa dalam me­ sendiri. Kau segera pulang, Thomas. Aku membutuhkan seluruh Suaranya resah. ”Informasi itu menyebutkan, ada pihak yang se­ bak nomor satu yang harus mereka lumpuhkan setelah diriku serangan balik mematikan sebelum konvensi dang menyusun anggota tim, terutama kau, orang yang paling kupercaya. Aku dimulai besok, dan kau, astaga Thomas, kau menjadi sasaran tem­ tidak tahu seberapa serius ancaman ini, dan seberapa dalam me­ sendiri. Kau segera pulang, Thomas. Aku membutuhkan seluruh Suaranya resah. ”Informasi itu menyebutkan, ada pihak yang se­ bak nomor satu yang harus mereka lumpuhkan setelah diriku serangan balik mematikan sebelum konvensi dang menyusun anggota tim, terutama kau, orang yang paling kupercaya. Aku dimulai besok, dan kau, astaga Thomas, kau menjadi sasaran tem­ tidak tahu seberapa serius ancaman ini, dan seberapa dalam me­ bak nomor satu yang harus mereka lumpuhkan setelah diriku serangan balik mematikan sebelum konvensi dang menyusun anggota tim, terutama kau, orang yang paling kupercaya. Aku sendiri. Kau segera pulang, Thomas. Aku membutuhkan seluruh dimulai besok, dan kau, astaga Thomas, kau menjadi sasaran tem­ tidak tahu seberapa serius ancaman ini, dan seberapa dalam me­ bak nomor satu yang harus mereka lumpuhkan setelah diriku Kau dengar, Segera kembali ke Jakarta.” reka bergerak. serangan balik mematikan sebelum konvensi dang menyusun anggota tim, terutama kau, orang yang paling kupercaya. Aku sendiri. Kau segera pulang, Thomas. Aku membutuhkan seluruh dimulai besok, dan kau, astaga Thomas, kau menjadi sasaran tem­ tidak tahu seberapa serius ancaman ini, dan seberapa dalam me­ bak nomor satu yang harus mereka lumpuhkan setelah diriku Kau dengar, Segera kembali ke Jakarta.” reka bergerak. anggota tim, terutama kau, orang yang paling kupercaya. Aku serangan balik mematikan sebelum konvensi dang menyusun sendiri. Kau segera pulang, Thomas. Aku membutuhkan seluruh dimulai besok, dan kau, astaga Thomas, kau menjadi sasaran tem­ tidak tahu seberapa serius ancaman ini, dan seberapa dalam me­ bak nomor satu yang harus mereka lumpuhkan setelah diriku Kau dengar, Segera kembali ke Jakarta.” reka bergerak. anggota tim, terutama kau, orang yang paling kupercaya. Aku serangan balik mematikan sebelum konvensi dang menyusun sendiri. Kau segera pulang, Thomas. Aku membutuhkan seluruh dimulai besok, danyang kau, astaga Thomas, kau menjadi sasaran tem­ tidak tahu seberapa serius ancaman ini, dan seberapa dalam me­ bak nomor satu harus mereka lumpuhkan setelah diriku Kau dengar, Segera kembali ke Jakarta.” reka bergerak. sendiri. Kau segera pulang, Thomas. Aku membutuhkan seluruh dimulai besok, dan kau, astaga Thomas, kau menjadi sasaran tem­ tidak tahu seberapa serius ancaman ini, dan seberapa dalam me­ anggota tim, terutama kau, orang yang paling kupercaya. Aku bak nomor satu yang harus mereka lumpuhkan setelah diriku Kau dengar, Segera kembali ke Jakarta.” reka bergerak. sendiri. Kau segera pulang, Thomas. Aku membutuhkan seluruh Aku menghela napas perlahan. ”Baik. Aku akan segera kem­ dimulai besok, dan kau, astaga Thomas, kau menjadi sasaran tem­ tidak tahu seberapa serius ancaman ini, dan seberapa dalam me­ anggota tim, terutama kau, orang yang paling kupercaya. Aku bak nomor satu yang harus mereka lumpuhkan setelah diriku Kau dengar, Segera kembali ke Jakarta.” reka bergerak. sendiri. Kau segera pulang, Thomas. Aku membutuhkan seluruh Aku menghela napas perlahan. ”Baik. Aku akan segera kem­ tidak tahu seberapa serius ancaman ini, dan seberapa dalam me­ dimulai besok, dan kau, astaga Thomas, kau menjadi sasaran tem­ anggota tim, terutama kau, orang yang paling kupercaya. Aku bak nomor satu yang harus mereka lumpuhkan setelah diriku Kau dengar, Segera kembali ke Jakarta.” reka bergerak. sendiri. Kau segera pulang, Thomas. Aku membutuhkan seluruh Aku menghela napas perlahan. ”Baik. Aku akan segera kem­ tidak tahu seberapa serius ancaman ini, dan seberapa dalam me­ dimulai besok, dan kau, astaga Thomas, kau menjadi sasaran tem­ anggota tim, terutama kau, orang yang paling kupercaya. Aku bak nomor satu yang harus mereka lumpuhkan setelah diriku Kau dengar, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” reka bergerak. sendiri. Kau segera pulang, Aku membutuhkan seluruh Aku menghela napas perlahan. ”Baik. Aku akan segera kem­ anggota tim, terutama kau, orang yang paling kupercaya. Aku bak nomor satu yang harus mereka lumpuhkan setelah diriku Kau dengar, Segera kembali ke Jakarta.” reka bergerak. tidak tahu seberapa serius ancaman ini, dan seberapa dalam me­ sendiri. Kau segera pulang, Thomas. Aku membutuhkan seluruh Aku menghela napas perlahan. ”Baik. Aku akan segera kem­ anggota tim, terutama kau, orang yang paling kupercaya. Aku bali.” bak nomor satu yang harus mereka lumpuhkan setelah diriku Kau dengar, Segera kembali ke Jakarta.” reka bergerak. tidak tahu seberapa serius ancaman ini, dan seberapa dalam me­ sendiri. Kau segera pulang, Thomas. Aku membutuhkan seluruh Aku menghela napas perlahan. ”Baik. Aku akan segera kem­ anggota tim, terutama kau, orang yang paling kupercaya. Aku bali.” Kau dengar, Segera kembali ke Jakarta.” reka bergerak. bak nomor satu yang harus mereka lumpuhkan setelah diriku tidak tahu seberapa serius ancaman ini, dan seberapa dalam me­ sendiri. Kau segera pulang, Thomas. Aku membutuhkan seluruh Aku menghela napas perlahan. ”Baik. Aku akan segera kem­ anggota tim, terutama kau, orang yang paling kupercaya. Aku bali.” Kau dengar, Segera kembali ke Jakarta.” reka bergerak. bak nomor satu yang harus mereka lumpuhkan setelah diriku tidak tahu seberapa serius ancaman ini, dan seberapa dalam me­ sendiri. Kau segera pulang, Thomas. Aku membutuhkan seluruh Aku menghela napas perlahan. ”Baik. Aku akan segera kem­ anggota tim, terutama kau, orang yang paling kupercaya. Aku bali.” tidak tahu seberapa serius ancaman ini, dan seberapa dalam me­ sendiri. Kau segera pulang, Thomas. Aku membutuhkan seluruh Aku menghela napas perlahan. ”Baik. Aku akan segera kem­ Kau dengar, Segera kembali ke Jakarta.” reka bergerak. anggota tim, terutama kau, orang yang paling kupercaya. Aku bali.” tidak tahu seberapa serius ancaman ini, dan seberapa dalam me­ Thomas. Mereka ada di mana-mana.” ”Hati-hati, sendiri. Kau segera pulang, Thomas. Aku membutuhkan seluruh Aku menghela napas perlahan. ”Baik. Aku akan segera kem­ Kau dengar, Segera kembali ke Jakarta.” reka bergerak. anggota tim, terutama kau, orang yang paling kupercaya. Aku bali.” tidak tahu seberapa serius ancaman ini, dan seberapa dalam me­ Thomas. Mereka ada di mana-mana.” ”Hati-hati, Aku menghela napas perlahan. ”Baik. Aku akan segera kem­ sendiri. Kau segera pulang, Thomas. Aku membutuhkan seluruh Kau dengar, Segera kembali ke Jakarta.” reka bergerak. anggota tim, terutama kau, orang yang paling kupercaya. Aku bali.” tidak tahu seberapa serius ancaman ini, dan seberapa dalam me­ Thomas. Mereka ada di mana-mana.” ”Hati-hati, Aku menghela napas perlahan. ”Baik. Aku akan segera kem­ sendiri. Kau segera pulang, Thomas. Aku membutuhkan seluruh Kau dengar, Segera kembali ke Jakarta.” reka bergerak. anggota tim, terutama kau, orang yang paling kupercaya. Aku bali.” tidak tahu seberapa serius ancaman ini, dan seberapa dalam me­ Thomas. Mereka ada di mana-mana.” ”Hati-hati, Kau dengar, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” reka bergerak. anggota tim, terutama kau, orang yang paling kupercaya. Aku bali.” Aku menghela napas perlahan. ”Baik. Aku akan segera kem­ tidak tahu seberapa serius ancaman ini, dan seberapa dalam me­ Thomas. Mereka ada di mana-mana.” ”Hati-hati, Kau dengar, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” reka bergerak. ”Siap, Bapak Presiden.” anggota tim, terutama kau, orang yang paling kupercaya. Aku bali.” Aku menghela napas perlahan. ”Baik. Aku akan segera kem­ tidak tahu seberapa serius ancaman ini, dan seberapa dalam me­ Thomas. Mereka ada di mana-mana.” ”Hati-hati, Kau dengar, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” reka bergerak. ”Siap, Bapak Presiden.” bali.” anggota tim, terutama kau, orang yang paling kupercaya. Aku Aku menghela napas perlahan. ”Baik. Aku akan segera kem­ tidak tahu seberapa serius ancaman ini, dan seberapa dalam me­ Thomas. Mereka ada di mana-mana.” ”Hati-hati, Kau dengar, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” reka bergerak. ”Siap, Bapak Presiden.” bali.” anggota tim, terutama kau, orang yang paling kupercaya. Aku Aku menghela napas perlahan. ”Baik. Aku akan segera kem­ tidak tahu seberapa serius ancaman ini, dan seberapa dalam me­ Thomas. Mereka ada di mana-mana.” ”Hati-hati, Kau dengar, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” reka bergerak. ”Siap, Bapak Presiden.” Aku menghela napas perlahan. ”Baik. Aku akan segera kem­ tidak tahu seberapa serius ancaman ini, dan seberapa dalam me­ Thomas. Mereka ada di mana-mana.” ”Hati-hati, bali.” Kau dengar, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” reka bergerak. ”Siap, Bapak Presiden.” Aku menghela napas perlahan. ”Baik. Aku akan segera kem­ Percakapan itu diputus. Aku terdiam sejenak, mengembuskan tidak tahu seberapa serius ancaman ini, dan seberapa dalam me­ Thomas. Mereka ada di mana-mana.” ”Hati-hati, bali.” Kau dengar, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” reka bergerak. ”Siap, Bapak Presiden.” Aku menghela napas perlahan. ”Baik. Aku akan segera kem­ Percakapan itu diputus. Aku terdiam sejenak, mengembuskan Thomas. Mereka ada di mana-mana.” ”Hati-hati, tidak tahu seberapa serius ancaman ini, dan seberapa dalam me­ bali.” Kau dengar, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” reka bergerak. ”Siap, Bapak Presiden.” Aku menghela napas perlahan. ”Baik. Aku akan segera kem­ Percakapan itu diputus. Aku terdiam sejenak, mengembuskan Thomas. Mereka ada di mana-mana.” ”Hati-hati, tidak tahu seberapa serius ancaman ini, dan seberapa dalam me­ bali.” Kau dengar, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” reka bergerak. ”Siap, Bapak Presiden.” Aku menghela napas perlahan. ”Baik. Aku akan segera kem­ Percakapan itu diputus. Aku terdiam sejenak, mengembuskan bali.” Kau dengar, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” reka bergerak. ”Siap, Bapak Presiden.” Thomas. Mereka ada di mana-mana.” ”Hati-hati, Aku menghela napas perlahan. ”Baik. Aku akan segera kem­ Percakapan itu diputus. Aku terdiam sejenak, mengembuskan bali.” napas. Kau dengar, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” reka bergerak. ”Siap, Bapak Presiden.” Thomas. Mereka ada di mana-mana.” ”Hati-hati, Aku menghela napas perlahan. ”Baik. Aku akan segera kem­ Percakapan itu diputus. Aku terdiam sejenak, mengembuskan bali.” napas. ”Siap, Bapak Presiden.” Kau dengar, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” reka bergerak. Thomas. Mereka ada di mana-mana.” ”Hati-hati, Aku menghela napas perlahan. ”Baik. Aku akan segera kem­ Percakapan itu diputus. Aku terdiam sejenak, mengembuskan bali.” napas. ”Siap, Bapak Presiden.” Kau dengar, Thomas. Segera kembali ke Jakarta.” reka bergerak. Thomas. Mereka ada di mana-mana.” ”Hati-hati, Aku menghela napas perlahan. ”Baik. Aku akan segera kem­ Percakapan itu diputus. Aku terdiam sejenak, mengembuskan bali.” napas. Thomas. Mereka ada di mana-mana.” ”Hati-hati, Aku menghela napas perlahan. ”Baik. Aku akan segera kem­ Percakapan itu diputus. Aku terdiam sejenak, mengembuskan ”Siap, Bapak Presiden.” bali.” napas. Thomas. Mereka ada di mana-mana.” ”Hati-hati, ”Siapa yang menelepon, Tommi?” bertanya dari meja Aku menghela napas perlahan. Aku akan segera kem­ Percakapan itu diputus. Aku terdiam sejenak, mengembuskan ”Siap, Bapak Presiden.” bali.” napas. Thomas. Mereka ada”Baik. di Opa mana-mana.” ”Hati-hati, ”Siapa yang menelepon, Tommi?” Opa bertanya dari meja Percakapan itu diputus. Aku terdiam sejenak, mengembuskan Aku menghela napas perlahan. ”Baik. Aku akan segera kem­ ”Siap, Bapak Presiden.” bali.” napas. Thomas. Mereka ada di mana-mana.” ”Hati-hati, ”Siapa yang menelepon, Tommi?” Opa bertanya dari meja Percakapan itu diputus. Aku terdiam sejenak, mengembuskan Aku menghela napas perlahan. ”Baik. Aku akan segera kem­ ”Siap, Bapak Presiden.” bali.” napas. Thomas. Mereka ada di mana-mana.” ”Hati-hati, ”Siapa yang menelepon, Tommi?” Opa bertanya dari meja ”Siap, Bapak Presiden.” bali.” napas. Percakapan itu diputus. Aku terdiam sejenak, mengembuskan Thomas. Mereka ada di mana-mana.” ”Hati-hati, ”Siapa yang menelepon, Tommi?” Opa bertanya dari meja ”Siap, Bapak Presiden.” makan. bali.” napas. Percakapan itu diputus. Aku terdiam sejenak, mengembuskan Thomas. Mereka ada di mana-mana.” ”Hati-hati, ”Siapa yang menelepon, Tommi?” Opa bertanya dari meja ”Siap, Bapak Presiden.” makan. napas. bali.” Percakapan itu diputus. Aku terdiam sejenak, mengembuskan Thomas. Mereka ada di mana-mana.” ”Hati-hati, ”Siapa yang menelepon, Tommi?” Opa bertanya dari meja ”Siap, Bapak Presiden.” makan. napas. bali.” Percakapan itu diputus. Aku terdiam sejenak, mengembuskan Thomas. Mereka ada di mana-mana.” ”Hati-hati, ”Siapa yang menelepon, Tommi?” Opa bertanya dari meja ”Siap, Bapak Presiden.” makan. Percakapan itu diputus. Aku terdiam sejenak, mengembuskan Thomas. Mereka ada di mana-mana.” ”Hati-hati, ”Siapa yang menelepon, Tommi?” Opa bertanya dari meja napas. ”Siap, Bapak Presiden.” makan. Percakapan itu diputus. Aku terdiam sejenak, mengembuskan Aku belum sempat menjawabnya, keributan itu terdengar le­ Thomas. Mereka ada di mana-mana.” ”Hati-hati, ”Siapa yang menelepon, Tommi?” Opa bertanya dari meja napas. ”Siap, Bapak Presiden.” makan. Percakapan itu diputus. Aku terdiam sejenak, mengembuskan Aku belum sempat menjawabnya, keributan itu terdengar le­ ”Siapa yang menelepon, Tommi?” Opa bertanya dari meja Thomas. Mereka ada di mana-mana.” ”Hati-hati, napas. ”Siap, Bapak Presiden.” makan. Percakapan itu diputus. Aku terdiam sejenak, mengembuskan Aku belum sempat menjawabnya, keributan itu terdengar le­ ”Siapa yang menelepon, Tommi?” Opa bertanya dari meja Thomas. Mereka ada di mana-mana.” ”Hati-hati, napas. ”Siap, Bapak Presiden.” makan. Percakapan itu diputus. Aku terdiam sejenak, mengembuskan Aku belum sempat menjawabnya, keributan itu terdengar le­ napas. ”Siap, Bapak Presiden.” makan. ”Siapa yang menelepon, Tommi?” Opa bertanya dari meja Percakapan itu diputus. Aku terdiam sejenak, mengembuskan Aku belum sempat menjawabnya, keributan itu terdengar le­ napas. bih dulu. Kadek berseru-seru di luar. Aku menoleh jendela ka­ ”Siap, Bapak Presiden.” makan. ”Siapa yang menelepon, Tommi?” Opa bertanya dari meja Percakapan itu diputus. Aku terdiam sejenak, mengembuskan Aku belum sempat menjawabnya, keributan itu terdengar le­ napas. bih dulu. Kadek berseru-seru di luar. Aku menoleh jendela ka­ makan. ”Siap, Bapak Presiden.” ”Siapa yang menelepon, Tommi?” Opa bertanya dari meja Percakapan itu diputus. Aku terdiam sejenak, mengembuskan Aku belum sempat menjawabnya, keributan itu terdengar le­ napas. bih dulu. Kadek berseru-seru di luar. Aku menoleh jendela ka­ makan. ”Siap, Bapak Presiden.” ”Siapa yang menelepon, Tommi?” Opa bertanya dari meja Percakapan itu diputus. Aku terdiam sejenak, mengembuskan Aku belum sempat menjawabnya, keributan itu terdengar le­ napas. bih dulu. Kadek berseru-seru di luar. Aku menoleh jendela ka­ ”Siapa yang menelepon, Tommi?” Opa bertanya dari meja Percakapan itu diputus. Aku terdiam sejenak, mengembuskan Aku belum sempat menjawabnya, keributan itu terdengar le­ makan. napas. bih dulu. Kadek berseru-seru di luar. Aku menoleh jendela ka­ ”Siapa yang menelepon, Tommi?” Opa bertanya dari meja bin. Enam orang dengan pakaian taktis, bersenjata lengkap, Percakapan itu diputus. Aku terdiam sejenak, mengembuskan Aku belum sempat menjawabnya, keributan itu terdengar le­ makan. napas. bih dulu. Kadek berseru-seru di luar. Aku menoleh jendela ka­ ”Siapa yang menelepon, Tommi?” Opa bertanya dari meja bin. Enam orang dengan pakaian taktis, bersenjata lengkap, Aku belum sempat menjawabnya, keributan itu terdengar le­ Percakapan itu diputus. Aku terdiam sejenak, mengembuskan makan. napas. bih dulu. Kadek berseru-seru di luar. Aku menoleh jendela ka­ ”Siapa yang menelepon, Tommi?” Opa bertanya dari meja bin. Enam orang dengan pakaian taktis, bersenjata lengkap, Aku belum sempat menjawabnya, keributan itu terdengar le­ Percakapan itu diputus. Aku terdiam sejenak, mengembuskan makan. napas. bih dulu. Kadek berseru-seru di luar. Aku menoleh jendela ka­ ”Siapa yang menelepon, Tommi?” Opa bertanya dari meja bin. Enam orang dengan pakaian taktis, bersenjata lengkap, makan. napas. bih dulu. Kadek berseru-seru di luar. Aku menoleh jendela ka­ Aku belum sempat menjawabnya, keributan itu terdengar le­ ”Siapa yang menelepon, Tommi?” Opa bertanya dari meja bin. Enam orang dengan pakaian taktis, bersenjata lengkap, makan. berloncatan gesit dari dua mobil operasional militer yang menge­ napas. bih dulu. Kadek berseru-seru di luar. Aku menoleh jendela ka­ Aku belum sempat menjawabnya, keributan itu terdengar le­ ”Siapa yang menelepon, Tommi?” Opa bertanya dari meja bin. Enam orang dengan pakaian taktis, bersenjata lengkap, makan. berloncatan gesit dari dua mobil operasional militer yang menge­ bih dulu. Kadek berseru-seru di luar. Aku menoleh jendela ka­ napas. Aku belum sempat menjawabnya, keributan itu terdengar le­ ”Siapa yang menelepon, Tommi?” Opa bertanya dari meja bin. Enam orang dengan pakaian taktis, bersenjata lengkap, makan. berloncatan gesit dari dua mobil operasional militer yang menge­ bih dulu. Kadek berseru-seru di luar. Aku menoleh jendela ka­ napas. Aku belum sempat menjawabnya, keributan itu terdengar le­ ”Siapa yang menelepon, Tommi?” Opa bertanya dari meja bin. Enam orang dengan pakaian taktis, bersenjata lengkap, makan. berloncatan gesit dari dua mobil operasional militer yang menge­ Aku belum sempat menjawabnya, keributan itu terdengar le­ ”Siapa yang menelepon, Tommi?” Opa bertanya dari meja bin. Enam orang dengan pakaian taktis, bersenjata lengkap, bih dulu. Kadek berseru-seru di luar. Aku menoleh jendela ka­ makan. berloncatan gesit dari dua mobil operasional militer yang menge­ Aku belum sempat menjawabnya, keributan itu terdengar le­ luarkan suara mendecit, merapat ke bibir dermaga. Cepat sekali ”Siapa yang menelepon, Tommi?” Opa bertanya dari meja bin. Enam orang dengan pakaian taktis, bersenjata lengkap, bih dulu. Kadek berseru-seru di luar. Aku menoleh jendela ka­ makan. berloncatan gesit dari dua mobil operasional militer yang menge­ Aku belum sempat menjawabnya, keributan itu terdengar le­ luarkan suara mendecit, merapat ke bibir dermaga. Cepat sekali bin. Enam orang dengan pakaian taktis, bersenjata lengkap, ”Siapa yang menelepon, Tommi?” Opa bertanya dari meja bih dulu. Kadek berseru-seru di luar. Aku menoleh jendela ka­ makan. berloncatan gesit dari dua mobil operasional militer yang menge­ Aku belum sempat menjawabnya, keributan itu terdengar le­ luarkan suara mendecit, merapat ke bibir dermaga. Cepat sekali bin. Enam orang dengan pakaian taktis, bersenjata lengkap, ”Siapa yang menelepon, Tommi?” Opa bertanya dari meja bih dulu. Kadek berseru-seru di luar. Aku menoleh jendela ka­ makan. berloncatan gesit dari dua mobil operasional militer yang menge­ Aku belum sempat menjawabnya, keributan itu terdengar le­ luarkan suara mendecit, merapat ke bibir dermaga. Cepat sekali bih dulu. Kadek berseru-seru di luar. Aku menoleh jendela ka­ makan. berloncatan gesit dari dua mobil operasional militer yang menge­ bin. Enam orang dengan pakaian taktis, bersenjata lengkap, Aku belum sempat menjawabnya, keributan itu terdengar le­ luarkan suara mendecit, merapat ke bibir dermaga. Cepat sekali bih dulu. Kadek berseru-seru di luar. Aku menoleh jendela ka­ gerakan mereka. Kadek berusaha menghalangi, memastikan siapa makan. berloncatan gesit dari dua mobil operasional militer yang menge­ bin. Enam orang dengan pakaian taktis, bersenjata lengkap, Aku belum sempat menjawabnya, keributan itu terdengar le­ luarkan suara mendecit, merapat ke bibir dermaga. Cepat sekali bih dulu. Kadek berseru-seru di luar. Aku menoleh jendela ka­ gerakan mereka. Kadek berusaha menghalangi, memastikan siapa berloncatan gesit dari dua mobil operasional militer yang menge­ makan. bin. Enam orang dengan pakaian taktis, bersenjata lengkap, Aku belum sempat menjawabnya, keributan itu terdengar le­ luarkan suara mendecit, merapat ke bibir dermaga. Cepat sekali bih dulu. Kadek berseru-seru di luar. Aku menoleh jendela ka­ gerakan mereka. Kadek berusaha menghalangi, memastikan siapa berloncatan gesit dari dua mobil operasional militer yang menge­ makan. bin. Enam orang dengan pakaian taktis, bersenjata lengkap, Aku belum sempat menjawabnya, keributan itu terdengar le­ luarkan suara mendecit, merapat ke bibir dermaga. Cepat sekali bih dulu. Kadek berseru-seru di luar. Aku menoleh jendela ka­ gerakan mereka. Kadek berusaha menghalangi, memastikan siapa bin. Enam orang dengan pakaian taktis, bersenjata lengkap, Aku belum sempat menjawabnya, keributan itu terdengar le­ luarkan suara mendecit, merapat ke bibir dermaga. Cepat sekali berloncatan gesit dari dua mobil operasional militer yang menge­ bih dulu. Kadek berseru-seru di luar. Aku menoleh jendela ka­ gerakan mereka. Kadek berusaha menghalangi, memastikan siapa bin. Enam orang dengan pakaian taktis, bersenjata lengkap, mereka. Jawabannya tanpa buka mulut. Dua orang melumpuh­ Aku belum sempat menjawabnya, keributan itu terdengar le­ luarkan suara mendecit, merapat ke bibir dermaga. Cepat sekali berloncatan gesit dari dua mobil operasional militer yang menge­ bih dulu. Kadek berseru-seru di luar. Aku menoleh jendela ka­ gerakan mereka. Kadek berusaha menghalangi, memastikan siapa bin. Enam orang dengan pakaian taktis, bersenjata lengkap, mereka. Jawabannya tanpa buka mulut. Dua orang melumpuh­ luarkan suara mendecit, merapat ke bibir dermaga. Cepat sekali Aku belum sempat menjawabnya, keributan itu terdengar le­ berloncatan gesit dari dua mobil operasional militer yang menge­ bih dulu. Kadek berseru-seru di luar. Aku menoleh jendela ka­ gerakan mereka. Kadek berusaha menghalangi, memastikan siapa bin. Enam orang dengan pakaian taktis, bersenjata lengkap, mereka. Jawabannya tanpa buka mulut. Dua orang melumpuh­ luarkan suara mendecit, merapat ke bibir dermaga. Cepat sekali Aku belum sempat menjawabnya, keributan itu terdengar le­ berloncatan gesit dari dua mobil operasional militer yang menge­ bih dulu. Kadek berseru-seru di luar. Aku menoleh jendela ka­ gerakan mereka. Kadek berusaha menghalangi, memastikan siapa bin. Enam orang dengan pakaian taktis, bersenjata lengkap, mereka. Jawabannya tanpa buka mulut. Dua orang melumpuh­ berloncatan gesit dari dua mobil operasional militer yang menge­ bih dulu. Kadek berseru-seru di luar. Aku menoleh jendela ka­ gerakan mereka. Kadek berusaha menghalangi, memastikan siapa luarkan suara mendecit, merapat ke bibir dermaga. Cepat sekali bin. Enam orang dengan pakaian taktis, bersenjata lengkap, mereka. Jawabannya tanpa buka mulut. Dua orang melumpuh­ berloncatan gesit dari dua mobil operasional militer yang menge­ kan Kadek. Membuat Kadek terduduk. Tangannya ditelikung bih dulu. Kadek berseru-seru di luar. Aku menoleh jendela ka­ gerakan mereka. Kadek berusaha menghalangi, memastikan siapa luarkan suara mendecit, merapat ke bibir dermaga. Cepat sekali bin. Enam orang dengan pakaian taktis, bersenjata lengkap, mereka. Jawabannya tanpa buka mulut. Dua orang melumpuh­ berloncatan gesit dari dua mobil operasional militer yang menge­ Kadek terduduk. Tangannya ditelikung kan Kadek. Membuat gerakan mereka. Kadek berusaha menghalangi, memastikan siapa bih dulu. Kadek berseru-seru di luar. Aku menoleh jendela ka­ luarkan suara mendecit, merapat ke bibir dermaga. Cepat sekali bin. Enam orang dengan pakaian taktis, bersenjata lengkap, mereka. Jawabannya tanpa buka mulut. Dua orang melumpuh­ berloncatan gesit dari dua mobil operasional militer yang menge­ kan Kadek. Membuat Kadek terduduk. Tangannya ditelikung gerakan mereka. Kadek berusaha menghalangi, memastikan siapa bih dulu. Kadek berseru-seru di luar. Aku menoleh jendela ka­ luarkan suara mendecit, merapat ke bibir dermaga. Cepat sekali bin. Enam orang dengan pakaian taktis, bersenjata lengkap, mereka. Jawabannya tanpa buka mulut. Dua orang melumpuh­ berloncatan gesit dari dua mobil operasional militer yang menge­ Kadek terduduk. Tangannya ditelikung kan Kadek. Membuat luarkan suara mendecit, merapat ke dermaga. Cepat sekali bin. Enam orang dengan pakaian taktis, bersenjata lengkap, mereka. Jawabannya tanpa buka mulut. Dua orang melumpuh­ gerakan mereka. Kadek berusaha menghalangi, memastikan siapa berloncatan gesit dari dua mobil operasional militer yang menge­ Kadek terduduk. Tangannya ditelikung kan Kadek. Membuat luarkan suara mendecit, merapat ke bibir bibir dermaga. Cepat sekali dan dipasangi borgol. bin. Enam orang dengan pakaian taktis, bersenjata lengkap, mereka. Jawabannya tanpa buka mulut. Dua orang melumpuh­ gerakan mereka. Kadek berusaha menghalangi, memastikan siapa berloncatan gesit dari dua mobil operasional militer yang menge­ kan Kadek. Membuat Kadek terduduk. Tangannya ditelikung luarkan suara mendecit, merapat ke bibir dermaga. Cepat sekali dan dipasangi borgol. mereka. Jawabannya tanpa buka mulut. Dua orang melumpuh­ bin. Enam orang dengan pakaian taktis, bersenjata lengkap, gerakan mereka. Kadek berusaha menghalangi, memastikan siapa berloncatan gesit dari dua mobil operasional militer yang menge­ Kadek terduduk. Tangannya ditelikung kan Kadek. Membuat luarkan suara mendecit, merapat ke bibir dermaga. Cepat sekali dan dipasangi borgol. mereka. Jawabannya tanpa buka mulut. Dua orang melumpuh­ bin. Enam orang dengan pakaian taktis, bersenjata lengkap, gerakan mereka. Kadek berusaha menghalangi, memastikan siapa berloncatan gesit dari dua mobil operasional militer yang menge­ Kadek terduduk. Tangannya ditelikung kan Kadek. Membuat luarkan suara mendecit, merapat ke bibir dermaga. Cepat sekali dan dipasangi borgol. gerakan mereka. Kadek berusaha menghalangi, memastikan siapa berloncatan gesit dari dua mobil operasional militer yang menge­ Kadek terduduk. Tangannya ditelikung kan Kadek. Membuat mereka. Jawabannya tanpa buka mulut. Dua orang melumpuh­ luarkan suara mendecit, merapat ke bibir dermaga. Cepat sekali dan dipasangi borgol. gerakan mereka. Kadek berusaha menghalangi, memastikan siapa berloncatan gesit dari dua mobil operasional militer yang menge­ Kadek terduduk. Tangannya ditelikung kan Kadek. Membuat mereka. Jawabannya bukaterduduk. mulut. orang melumpuh­ luarkan suara mendecit, merapat ke bibirDua dermaga. Cepat sekali dan dipasangi borgol. gerakan mereka. Kadek berusaha menghalangi, memastikan siapa Kadek Tangannya ditelikung kan Kadek. Membuat berloncatan gesit dari tanpa dua mobil operasional militer yang menge­



napas memahami situasi. Mereka maju satu-dua langkah, siaga bahkan sebelum Maryam berseru panik, atau Opa menghela cong senjata otomatis telah terarah padaku, Opa, dan Maryam, gera masuk ke kapal pesiar. Dalam hitungan detik, enam mon­ ”Move! Move!” Salah seorang dari rombongan itu berseru, se­ atas segala kemungkinan. Seolah khawatir ada sepasukan tempur napas memahami situasi. Mereka maju satu-dua langkah, siaga bahkan sebelum Maryam berseru panik, atau Opa menghela cong senjata otomatis telah terarah padaku, Opa, dan Maryam, gera masuk ke kapal pesiar. Dalam hitungan detik, enam mon­ ”Move! Move!” Salah seorang dari rombongan itu berseru, se­ atas segala kemungkinan. Seolah khawatir ada sepasukan tempur napas memahami situasi. Mereka maju satu-dua langkah, siaga bahkan sebelum Maryam berseru panik, atau Opa menghela cong senjata otomatis telah terarah padaku, Opa, dan Maryam, gera masuk ke kapal pesiar. Dalam hitungan detik, enam mon­ ”Move! Move!” Salah seorang dari rombongan itu berseru, se­ atas segala kemungkinan. Seolah khawatir ada sepasukan tempur napas memahami situasi. Mereka maju satu-dua langkah, siaga bahkan sebelum Maryam berseru panik, atau Opa menghela cong senjata otomatis telah terarah padaku, Opa, dan Maryam, gera masuk ke kapal pesiar. Dalam hitungan detik, enam mon­ ”Move! Move!” Salah seorang dari rombongan itu berseru, se­ atas segala kemungkinan. Seolah khawatir ada sepasukan tempur napas memahami situasi. Mereka maju satu-dua langkah, siaga bahkan sebelum Maryam berseru panik, atau Opa menghela cong senjata otomatis telah terarah padaku, Opa, dan Maryam, gera masuk ke kapal pesiar. Dalam hitungan detik, enam mon­ di kabin tengah yang siap melawan. atas segala kemungkinan. Seolah khawatir ada sepasukan tempur napas memahami situasi. Mereka maju satu-dua langkah, siaga bahkan sebelum Maryam berseru panik, atau Opa menghela cong senjata otomatis telah terarah padaku, Opa, dan Maryam, gera masuk ke kapal pesiar. Dalam hitungan detik, enam mon­ di kabin tengah yang siap melawan. atas segala kemungkinan. Seolah khawatir ada sepasukan tempur napas memahami situasi. Mereka maju satu-dua langkah, siaga bahkan sebelum Maryam berseru panik, atau Opa menghela cong senjata otomatis telah terarah padaku, Opa, dan Maryam, gera masuk ke kapal pesiar. Dalam hitungan detik, enam mon­ di kabin tengah yang siap melawan. atas segala kemungkinan. Seolah khawatir ada sepasukan tempur napas memahami situasi. Mereka maju satu-dua langkah, siaga bahkan sebelum Maryam berseru panik, atau Opa menghela cong senjata otomatis telah terarah padaku, Opa, dan Maryam, gera masuk ke kapal pesiar. Dalam hitungan detik, enam mon­ di kabin tengah yang siap melawan. atas segala kemungkinan. Seolah khawatir ada sepasukan tempur napas memahami situasi. Mereka maju satu-dua langkah, siaga bahkan sebelum Maryam berseru panik, atau Opa menghela cong senjata otomatis telah terarah padaku, Opa, dan Maryam, gera masuk ke kapal pesiar. Dalam hitungan detik, enam mon­ di kabin tengah yang siap melawan. atas segala kemungkinan. Seolah khawatir ada sepasukan tempur napas memahami situasi. Mereka maju satu-dua langkah, siaga bahkan sebelum Maryam berseru panik, atau Opa cong senjata otomatis telah terarah padaku, Opa, dan Maryam, Aku hendak mengangkat tangan, mencegah mereka bergerak di kabin tengah yang siap melawan. atas segala kemungkinan. Seolah khawatir ada sepasukan tempur napas memahami situasi. Mereka maju satu-dua langkah, siaga bahkan sebelum Maryam berseru panik, atau Opa menghela cong senjata otomatis telah terarah padaku, Opa, dan menghela Maryam, Aku hendak mengangkat tangan, mencegah mereka bergerak di kabin tengah yang siap melawan. atas segala kemungkinan. Seolah khawatir ada sepasukan tempur napas memahami situasi. Mereka maju satu-dua langkah, siaga bahkan sebelum Maryam berseru panik, atau Opa menghela cong senjata otomatis telah terarah padaku, Opa, dan Maryam, Aku hendak mengangkat tangan, mencegah mereka bergerak di kabin tengah yang siap melawan. atas segala kemungkinan. Seolah khawatir ada sepasukan tempur napas memahami situasi. Mereka maju satu-dua langkah, siaga bahkan sebelum Maryam berseru panik, atau Opa menghela cong senjata otomatis telah terarah padaku, Opa, dan Maryam, Aku hendak mengangkat tangan, mencegah mereka bergerak di kabin tengah yang siap melawan. atas segala kemungkinan. Seolah khawatir ada sepasukan tempur napas memahami situasi. Mereka maju satu-dua langkah, siaga bahkan sebelum Maryam berseru panik, atau Opa menghela cong senjata otomatis telah terarah padaku, Opa, dan Maryam, Aku hendak mengangkat tangan, mencegah mereka bergerak di kabin tengah yang siap melawan. atas segala kemungkinan. Seolah khawatir ada sepasukan tempur napas memahami situasi. Mereka maju satu-dua langkah, siaga bahkan sebelum Maryam berseru panik, atau Opa menghela lebih dekat. Aku hendak mengangkat tangan, mencegah mereka bergerak di kabin tengah yang siap melawan. atas segala kemungkinan. Seolah khawatir ada sepasukan tempur napas memahami situasi. Mereka maju satu-dua langkah, siaga bahkan sebelum Maryam berseru panik, atau Opa menghela lebih dekat. Aku hendak mengangkat tangan, mencegah mereka bergerak di kabin tengah yang siap melawan. atas segala kemungkinan. Seolah khawatir ada sepasukan tempur napas memahami situasi. Mereka maju satu-dua langkah, siaga bahkan sebelum Maryam berseru panik, atau Opa menghela lebih dekat. Aku hendak mengangkat tangan, mencegah mereka bergerak di kabin tengah yang siap melawan. atas segala kemungkinan. Seolah khawatir ada sepasukan tempur napas memahami situasi. Mereka maju satu-dua langkah, siaga bahkan sebelum Maryam berseru panik, atau Opa menghela lebih dekat. Aku hendak mengangkat tangan, mencegah mereka bergerak di kabin tengah yang siap melawan. atas segala kemungkinan. Seolah khawatir ada sepasukan tempur napas memahami situasi. Mereka maju satu-dua langkah, siaga bahkan sebelum Maryam berseru panik, atau Opa menghela lebih dekat. Aku hendak mengangkat tangan, mencegah mereka bergerak di kabin tengah yang siap melawan. atas segala kemungkinan. Seolah khawatir ada sepasukan tempur napas memahami situasi. Mereka maju satu-dua langkah, siaga ”Jangan bergerak, Tuan. Tetap di tempat, please.” Kalimat pa­ lebih dekat. Aku hendak mengangkat tangan, mencegah mereka bergerak di kabin tengah yang siap melawan. atas segala kemungkinan. Seolah khawatir ada sepasukan tempur napas memahami situasi. Mereka maju satu-dua langkah, siaga ”Jangan bergerak, Tuan. Tetap di tempat, please.” Kalimat pa­ lebih dekat. Aku hendak mengangkat tangan, mencegah mereka bergerak di kabin tengah yang siap melawan. atas segala kemungkinan. Seolah khawatir ada sepasukan tempur napas memahami situasi. Mereka maju satu-dua langkah, siaga ”Jangan bergerak, Tuan. Tetap di tempat, please.” Kalimat pa­ lebih dekat. Aku hendak mengangkat tangan, mencegah mereka bergerak di kabin tengah yang siap melawan. atas segala kemungkinan. Seolah khawatir ada sepasukan tempur napas memahami situasi. Mereka maju satu-dua langkah, siaga ”Jangan bergerak, Tuan. Tetap di tempat, please.” Kalimat pa­ lebih dekat. Aku hendak mengangkat tangan, mencegah mereka bergerak di kabin tengah yang siap melawan. atas segala kemungkinan. Seolah khawatir ada sepasukan tempur napas memahami situasi. Mereka maju satu-dua langkah, siaga ”Jangan bergerak, Tuan. Tetap di tempat, please.” Kalimat pa­ lebih dekat. Aku hendak mengangkat tangan, mencegah mereka bergerak di kabin tengah yang siap melawan. atas segala kemungkinan. Seolah khawatir ada sepasukan tempur bahasa Inggris itu disampaikan dengan sopan, tah-patah dalam ”Jangan bergerak, Tuan. Tetap di tempat, please.” Kalimat pa­ lebih dekat. Aku hendak mengangkat tangan, mencegah mereka bergerak di kabin tengah yang siap melawan. atas segala kemungkinan. Seolah khawatir ada sepasukan tempur bahasa Inggris itu disampaikan dengan sopan, tah-patah dalam ”Jangan bergerak, Tuan. Tetap di tempat, please.” Kalimat pa­ lebih dekat. Aku hendak mengangkat tangan, mencegah mereka bergerak di kabin tengah yang siap melawan. atas segala kemungkinan. Seolah khawatir ada sepasukan tempur bahasa Inggris itu disampaikan dengan sopan, tah-patah dalam ”Jangan bergerak, Tuan. Tetap di tempat, please.” Kalimat pa­ lebih dekat. Aku hendak mengangkat tangan, mencegah mereka bergerak di kabin tengah yang siap melawan. atas segala kemungkinan. Seolah khawatir ada sepasukan tempur bahasa Inggris itu disampaikan dengan sopan, tah-patah dalam ”Jangan bergerak, Tuan. Tetap di tempat, please.” Kalimat pa­ lebih dekat. Aku hendak mengangkat tangan, mencegah mereka bergerak di kabin tengah yang siap melawan. atas segala kemungkinan. Seolah khawatir ada sepasukan tempur bahasa Inggris itu disampaikan dengan sopan, tah-patah dalam ”Jangan bergerak, Tuan. Tetap di tempat, please.” Kalimat pa­ lebih dekat. Aku hendak mengangkat tangan, mencegah mereka bergerak di kabin tengah yang siap melawan. tapi intonasi suaranya penuh ancaman serius. Membuat gerakan­ bahasa Inggris itu disampaikan dengan sopan, tah-patah dalam ”Jangan bergerak, Tuan. Tetap di tempat, please.” Kalimat pa­ lebih dekat. Aku hendak mengangkat tangan, mencegah mereka bergerak di kabin tengah yang siap melawan. tapi intonasi suaranya penuh ancaman serius. Membuat gerakan­ bahasa Inggris itu disampaikan dengan sopan, tah-patah dalam ”Jangan bergerak, Tuan. Tetap di tempat, please.” Kalimat pa­ lebih dekat. Aku hendak mengangkat tangan, mencegah mereka bergerak di kabin tengah yang siap melawan. tapi intonasi suaranya penuh ancaman serius. Membuat gerakan­ bahasa Inggris itu disampaikan dengan sopan, tah-patah dalam ”Jangan bergerak, Tuan. Tetap di tempat, please.” Kalimat pa­ lebih dekat. Aku hendak mengangkat tangan, mencegah mereka bergerak di kabin tengah yang siap melawan. tapi intonasi suaranya penuh ancaman serius. Membuat gerakan­ bahasa Inggris itu disampaikan dengan sopan, tah-patah dalam ”Jangan bergerak, Tuan. Tetap di tempat, please.” Kalimat pa­ lebih dekat. Aku hendak mengangkat tangan, mencegah mereka bergerak di kabin tengah yang siap melawan. tapi intonasi suaranya penuh ancaman serius. Membuat gerakan­ bahasa Inggris itu disampaikan dengan sopan, tah-patah dalam ”Jangan bergerak, Tuan. Tetap di tempat, please.” Kalimat pa­ lebih dekat. Aku hendak mengangkat tangan, mencegah mereka bergerak ku terhenti. Sebelum sempat melakukan apa pun, enam orang tapi intonasi suaranya penuh ancaman serius. Membuat gerakan­ bahasa Inggris itu disampaikan dengan sopan, tah-patah dalam ”Jangan bergerak, Tuan. Tetap di tempat, please.” Kalimat pa­ lebih dekat. Aku hendak mengangkat tangan, mencegah mereka bergerak ku terhenti. Sebelum sempat melakukan apa pun, enam orang tapi intonasi suaranya penuh ancaman serius. Membuat gerakan­ bahasa Inggris itu disampaikan dengan sopan, tah-patah dalam ”Jangan bergerak, Tuan. Tetap di tempat, please.” Kalimat pa­ lebih dekat. Aku hendak mengangkat tangan, mencegah mereka bergerak ku terhenti. Sebelum sempat melakukan apa pun, enam orang tapi intonasi suaranya penuh ancaman serius. Membuat gerakan­ bahasa Inggris itu disampaikan dengan sopan, tah-patah dalam ”Jangan bergerak, Tuan. Tetap di tempat, please.” Kalimat pa­ lebih dekat. Aku hendak mengangkat tangan, mencegah mereka bergerak ku terhenti. Sebelum sempat melakukan apa pun, enam orang tapi intonasi suaranya penuh ancaman serius. Membuat gerakan­ bahasa Inggris itu disampaikan dengan sopan, tah-patah dalam ”Jangan bergerak, Tuan. Tetap di tempat, please.” Kalimat pa­ lebih dekat. Aku hendak mengangkat tangan, mencegah mereka bergerak ku terhenti. Sebelum sempat melakukan apa pun, enam orang tapi intonasi suaranya penuh ancaman serius. Membuat gerakan­ bahasa Inggris itu disampaikan dengan sopan, tah-patah dalam ”Jangan bergerak, Tuan. Tetap di tempat, please.” Kalimat pa­ lebih dekat. bertopeng dengan pakaian komando telah sempurna mengepung ku terhenti. Sebelum sempat melakukan apa pun, enam orang tapi intonasi suaranya penuh ancaman serius. Membuat gerakan­ bahasa Inggris itu disampaikan dengan sopan, tah-patah dalam ”Jangan bergerak, Tuan. Tetap di tempat, please.” Kalimat pa­ lebih dekat. bertopeng dengan pakaian komando telah sempurna mengepung ku terhenti. Sebelum sempat melakukan apa pun, enam orang tapi intonasi suaranya penuh ancaman serius. Membuat gerakan­ bahasa Inggris itu disampaikan dengan sopan, tah-patah dalam ”Jangan bergerak, Tuan. Tetap di tempat, please.” Kalimat pa­ lebih dekat. bertopeng dengan pakaian komando telah sempurna mengepung ku terhenti. Sebelum sempat melakukan apa pun, enam orang tapi intonasi suaranya penuh ancaman serius. Membuat gerakan­ bahasa Inggris itu disampaikan dengan sopan, tah-patah dalam ”Jangan bergerak, Tuan. Tetap di tempat, please.” Kalimat pa­ lebih dekat. bertopeng dengan pakaian komando telah sempurna mengepung ku terhenti. Sebelum sempat melakukan apa pun, enam orang tapi intonasi suaranya penuh ancaman serius. Membuat gerakan­ bahasa Inggris itu disampaikan dengan sopan, tah-patah dalam ”Jangan bergerak, Tuan. Tetap di tempat, please.” Kalimat pa­ lebih dekat. bertopeng dengan pakaian komando telah sempurna mengepung ku terhenti. Sebelum sempat melakukan apa pun, enam orang tapi intonasi suaranya penuh ancaman serius. Membuat gerakan­ bahasa Inggris itu disampaikan dengan sopan, tah-patah dalam ”Jangan bergerak, Tuan. Tetap di tempat, please.” Kalimat pa­ kabin, Kadek diseret masuk, didorong kasar ke pojok kabin, bertopeng dengan pakaian komando telah sempurna mengepung ku terhenti. Sebelum sempat melakukan apa pun, enam orang tapi intonasi suaranya penuh ancaman serius. Membuat gerakan­ bahasa Inggris itu disampaikan dengan sopan, tah-patah dalam ”Jangan bergerak, Tuan. Tetap di tempat, please.” Kalimat pa­ kabin, Kadek diseret masuk, didorong kasar ke pojok kabin, bertopeng dengan pakaian komando telah sempurna mengepung ku terhenti. Sebelum sempat melakukan apa pun, enam orang tapi intonasi suaranya penuh ancaman serius. Membuat gerakan­ bahasa Inggris itu disampaikan dengan sopan, tah-patah dalam ”Jangan bergerak, Tuan. Tetap di tempat, please.” Kalimat pa­ kabin, Kadek diseret masuk, didorong kasar ke pojok kabin, bertopeng dengan pakaian komando telah sempurna mengepung ku terhenti. Sebelum sempat melakukan apa pun, enam orang tapi intonasi suaranya penuh ancaman serius. Membuat gerakan­ bahasa Inggris itu disampaikan dengan sopan, tah-patah dalam ”Jangan bergerak, Tuan. Tetap di tempat, please.” Kalimat pa­ kabin, Kadek diseret masuk, didorong kasar ke pojok kabin, bertopeng dengan pakaian komando telah sempurna mengepung ku terhenti. Sebelum sempat melakukan apa pun, enam orang tapi intonasi suaranya penuh ancaman serius. Membuat gerakan­ bahasa Inggris itu disampaikan dengan sopan, tah-patah dalam ”Jangan bergerak, Tuan. Tetap di tempat, please.” Kalimat pa­ kabin, Kadek diseret masuk, didorong kasar ke pojok kabin, bertopeng dengan pakaian komando telah sempurna mengepung ku terhenti. Sebelum sempat melakukan apa pun, enam orang tapi intonasi suaranya penuh ancaman serius. Membuat gerakan­ bahasa Inggris itu disampaikan dengan sopan, tah-patah dalam terduduk. kabin, Kadek diseret masuk, didorong kasar ke pojok kabin, bertopeng dengan pakaian komando telah sempurna mengepung ku terhenti. Sebelum sempat melakukan apa pun, enam orang tapi intonasi suaranya penuh ancaman serius. Membuat gerakan­ bahasa Inggris itu disampaikan dengan sopan, tah-patah dalam terduduk. kabin, Kadek diseret masuk, didorong kasar ke pojok kabin, bertopeng dengan pakaian komando telah sempurna mengepung ku terhenti. Sebelum sempat melakukan apa pun, enam orang tapi intonasi suaranya penuh ancaman serius. Membuat gerakan­ bahasa Inggris itu disampaikan dengan sopan, tah-patah dalam terduduk. kabin, Kadek diseret masuk, didorong kasar ke pojok kabin, bertopeng dengan pakaian komando telah sempurna mengepung ku terhenti. Sebelum sempat melakukan apa pun, enam orang tapi intonasi suaranya penuh ancaman serius. Membuat gerakan­ bahasa Inggris itu disampaikan dengan sopan, tah-patah dalam terduduk. kabin, Kadek diseret masuk, didorong kasar ke pojok kabin, bertopeng dengan pakaian komando telah sempurna mengepung ku terhenti. Sebelum sempat melakukan apa pun, enam orang tapi intonasi suaranya penuh ancaman serius. Membuat gerakan­ bahasa Inggris itu melangkah disampaikan dengan sopan, tah-patah dalam terduduk. kabin, Kadek diseret masuk, didorong kasar ke pojok kabin, bertopeng dengan pakaian komando telah sempurna mengepung ku terhenti. Sebelum sempat melakukan apa pun, enam orang tapi intonasi suaranya penuh ancaman serius. Membuat gerakan­ Dari belakang enam orang itu, sigap orang ke­ terduduk. kabin, Kadek diseret masuk, didorong kasar ke pojok kabin, bertopeng dengan pakaian komando telah sempurna mengepung ku terhenti. Sebelum sempat melakukan apa pun, enam orang tapi intonasi suaranya penuh ancaman serius. Membuat gerakan­ Dari belakang enam orang itu, melangkah sigap orang ke­ terduduk. kabin, Kadek diseret masuk, didorong kasar ke pojok kabin, bertopeng dengan pakaian komando telah sempurna mengepung ku terhenti. Sebelum sempat melakukan apa pun, enam orang tapi intonasi suaranya penuh ancaman serius. Membuat gerakan­ Dari belakang enam orang itu, melangkah sigap orang ke­ terduduk. kabin, Kadek diseret masuk, didorong kasar ke pojok kabin, bertopeng dengan pakaian komando telah sempurna mengepung ku terhenti. Sebelum sempat melakukan apa pun, enam orang tapi intonasi suaranya penuh ancaman serius. Membuat gerakan­ Dari belakang enam orang itu, melangkah sigap orang ke­ terduduk. kabin, Kadek diseret masuk, didorong kasar ke pojok kabin, bertopeng dengan pakaian komando telah sempurna mengepung ku terhenti. Sebelum sempat melakukan apa pun, enam orang tapi intonasi suaranya penuh ancaman serius. Membuat gerakan­ Dari belakang enam orang itu, melangkah sigap orang ke­ terduduk. kabin, Kadek diseret masuk, didorong kasar ke pojok kabin, bertopeng dengan pakaian komando telah sempurna mengepung ku terhenti. Sebelum sempat melakukan apa pun, enam orang tujuh. Dari belakang enam orang itu, melangkah sigap orang ke­ terduduk. kabin, Kadek diseret masuk, didorong kasar ke pojok kabin, bertopeng dengan pakaian komando telah sempurna mengepung ku terhenti. Sebelum sempat melakukan apa pun, enam orang tujuh. Dari belakang enam orang itu, melangkah sigap orang ke­ terduduk. kabin, Kadek diseret masuk, didorong kasar ke pojok kabin, bertopeng dengan pakaian komando telah sempurna mengepung ku terhenti. Sebelum sempat melakukan apa pun, enam orang tujuh. Dari belakang enam orang itu, melangkah sigap orang ke­ terduduk. kabin, Kadek diseret masuk, didorong kasar ke pojok kabin, bertopeng dengan pakaian komando telah sempurna mengepung ku terhenti. Sebelum sempat melakukan apa pun, enam orang tujuh. Dari belakang enam orang itu, melangkah sigap orang ke­ terduduk. kabin, Kadek diseret masuk, didorong kasar ke pojok kabin, bertopeng dengan pakaian komando telah sempurna mengepung ku terhenti. Sebelum sempat melakukan apa pun, enam orang tujuh. Dari belakang enam orang itu, melangkah sigap orang ke­ terduduk. kabin, Kadek diseret masuk, didorong kasar ke pojok kabin, bertopeng dengan pakaian komando telah sempurna mengepung ”Tiga orang periksa seluruh kapal. Sisanya tetap di tempat. tujuh. Dari belakang enam orang itu, melangkah sigap orang ke­ terduduk. kabin, Kadek diseret masuk, didorong kasar ke pojok kabin, bertopeng dengan pakaian komando telah sempurna mengepung ”Tiga orang periksa seluruh kapal. Sisanya tetap di tempat. tujuh. Dari belakang enam orang itu, melangkah sigap orang ke­ terduduk. kabin, Kadek diseret masuk, didorong kasar ke pojok kabin, bertopeng dengan pakaian komando telah sempurna mengepung ”Tiga orang periksa seluruh kapal. Sisanya tetap di tempat. tujuh. Dari belakang enam orang itu, melangkah sigap orang ke­ terduduk. kabin, Kadek diseret masuk, didorong kasar ke pojok kabin, bertopeng dengan pakaian komando telah sempurna mengepung ”Tiga orang periksa seluruh kapal. Sisanya tetap di tempat. tujuh. Dari belakang enam orang itu, melangkah sigap orang ke­ terduduk. kabin, Kadek diseret masuk, didorong kasar ke pojok kabin, bertopeng dengan pakaian komando telah sempurna mengepung ”Tiga orang periksa seluruh kapal. Sisanya tetap di tempat. tujuh. Dari belakang enam orang itu, melangkah sigap orang ke­ terduduk. kabin, Kadek diseret masuk, didorong kasar ke pojok kabin, Jangan biarkan ada yang lolos.” Orang itu, berpakaian sipil, ”Tiga orang periksa seluruh kapal. Sisanya tetap di tempat. tujuh. Dari belakang enam orang itu, melangkah sigap orang ke­ terduduk. kabin, Kadek diseret masuk, didorong kasar ke pojok kabin, Jangan biarkan ada yang lolos.” Orang itu, berpakaian sipil, ”Tiga orang periksa seluruh kapal. Sisanya tetap di tempat. tujuh. Dari belakang enam orang itu, melangkah sigap orang ke­ terduduk. kabin, Kadek diseret masuk, didorong kasar ke pojok kabin, Jangan biarkan ada yang lolos.” Orang itu, berpakaian sipil, ”Tiga orang periksa seluruh kapal. Sisanya tetap di tempat. tujuh. Dari belakang enam orang itu, melangkah sigap orang ke­ terduduk. kabin, Kadek diseret masuk, didorong kasar ke pojok kabin, Jangan biarkan ada yang lolos.” Orang itu, berpakaian sipil, ”Tiga orang periksa seluruh kapal. Sisanya tetap di tempat. tujuh. Dari belakang enam orang itu, melangkah sigap orang ke­ terduduk. kabin, Kadek diseret masuk, didorong kasar ke pojok kabin, Jangan biarkan ada yang lolos.” Orang itu, berpakaian sipil, ”Tiga orang periksa seluruh kapal. Sisanya tetap di tempat. tujuh. Dari belakang enam orang itu, melangkah sigap orang ke­ terduduk. meja lengan panjang, rambut tersisir rapi, memberikan perintah Jangan biarkan ada yang lolos.” Orang itu, berpakaian sipil, ”Tiga orang periksa seluruh kapal. Sisanya tetap di tempat. tujuh. Dari belakang enam orang itu, melangkah sigap orang ke­ terduduk. meja lengan panjang, rambut tersisir rapi, memberikan perintah Jangan biarkan ada yang lolos.” Orang itu, berpakaian sipil, ”Tiga orang periksa seluruh kapal. Sisanya tetap di tempat. tujuh. Dari belakang enam orang itu, melangkah sigap orang ke­ terduduk. meja lengan panjang, rambut tersisir rapi, memberikan perintah Jangan biarkan ada yang lolos.” Orang itu, berpakaian sipil, ”Tiga orang periksa seluruh kapal. Sisanya tetap di tempat. tujuh. Dari belakang enam orang itu, melangkah sigap orang ke­ terduduk. meja lengan panjang, rambut tersisir rapi, memberikan perintah Jangan biarkan ada yang lolos.” Orang itu, berpakaian sipil, ”Tiga orang periksa seluruh kapal. Sisanya tetap di tempat. tujuh. Dari belakang enam orang itu, melangkah sigap orang ke­ terduduk. meja lengan panjang, rambut tersisir rapi, memberikan perintah Jangan biarkan ada yang lolos.” Orang itu, berpakaian sipil, ”Tiga orang periksa seluruh kapal. Sisanya tetap di tempat. tujuh. Dari belakang enam orang itu, sigap orang ke­ dalam bahasa Kanton, fasih. Dia melangkah mendekati meja meja lengan panjang, rambut tersisir rapi, memberikan perintah Jangan biarkan ada yang lolos.” Orang itu, berpakaian sipil, ”Tiga orang periksa seluruh kapal. Sisanya tetap di tempat. tujuh. Dari belakang enam orang itu, sigap orang ke­ dalam bahasa Kanton, fasih. Dia melangkah mendekati meja meja lengan panjang, rambut tersisir rapi, memberikan perintah Jangan biarkan ada yang lolos.” Orang itu, berpakaian sipil, ”Tiga orang periksa seluruh kapal. Sisanya tetap di tempat. tujuh. Dari belakang enam orang itu, sigap orang ke­ dalam bahasa Kanton, fasih. Dia melangkah mendekati meja meja lengan panjang, rambut tersisir rapi, memberikan perintah Jangan biarkan adaenam yang lolos.” Orang itu,memberikan berpakaian sipil, ”Tiga orang periksa seluruh kapal. Sisanya tetap di tempat. tujuh. Dari belakang enam orang itu, sigap orang ke­ dalam bahasa Kanton, fasih. Dia melangkah mendekati meja meja lengan panjang, rambut tersisir rapi, perintah Jangan biarkan ada yang lolos.” Orang itu, berpakaian sipil, ”Tiga orang periksa seluruh kapal. Sisanya tetap di tempat. tujuh. Dari belakang orang itu, sigap orang ke­ dalam bahasa Kanton, fasih. Dia melangkah mendekati meja meja lengan panjang, rambut tersisir rapi, memberikan perintah Jangan biarkan ada yang lolos.” Orang itu, berpakaian sipil, ”Tiga orang periksa seluruh kapal. Sisanya tetap di tempat. tujuh. makan, menatap penuh selidik pada Opa, Maryam, dan mena­ dalam bahasa Kanton, fasih. Dia melangkah mendekati meja meja lengan panjang, rambut tersisir rapi, memberikan perintah Jangan biarkan ada yang lolos.” Orang itu, berpakaian sipil, ke­ ”Tiga orang periksa seluruh kapal. Sisanya tetap di tempat. tujuh. makan, menatap penuh selidik pada Opa, Maryam, dan mena­ dalam bahasa Kanton, fasih. Dia melangkah mendekati meja meja lengan panjang, rambut tersisir rapi, memberikan perintah Jangan biarkan ada yang lolos.” Orang itu, berpakaian sipil, ke­ ”Tiga orang periksa seluruh kapal. Sisanya tetap di tempat. tujuh. makan, menatap penuh selidik pada Opa, Maryam, dan mena­ dalam bahasa Kanton, fasih. Dia melangkah mendekati meja meja lengan panjang, rambut tersisir rapi, memberikan perintah Jangan biarkan ada yang lolos.” Orang itu, berpakaian sipil, ke­ ”Tiga orang periksa seluruh kapal. Sisanya tetap di tempat. tujuh. makan, menatap penuh selidik pada Opa, Maryam, dan mena­ dalam bahasa Kanton, fasih. Dia melangkah mendekati meja meja lengan panjang, rambut tersisir rapi, memberikan perintah Jangan biarkan ada yang lolos.” Orang itu, berpakaian sipil, ke­ ”Tiga orang periksa seluruh kapal. Sisanya tetap di tempat. tujuh. makan, menatap penuh selidik pada Opa, Maryam, dan mena­ dalam bahasa Kanton, fasih. Dia melangkah mendekati meja meja lengan panjang, rambut tersisir rapi, memberikan perintah Jangan biarkan ada yang lolos.” Orang itu, berpakaian sipil, ke­ ”Tiga orang periksa seluruh kapal. Sisanya tetap di tempat. tapku, diam sejenak, kemudian tersenyum datar. makan, menatap penuh selidik pada Opa, Maryam, dan mena­ dalam bahasa Kanton, fasih. Dia melangkah mendekati meja meja lengan panjang, rambut tersisir rapi, memberikan perintah Jangan biarkan ada yang lolos.” Orang itu, berpakaian sipil, ke­ ”Tiga orang periksa seluruh kapal. Sisanya tetap di tempat. tapku, diam sejenak, kemudian tersenyum datar. makan, menatap penuh selidik pada Opa, Maryam, dan mena­ dalam bahasa Kanton, fasih. Dia melangkah mendekati meja meja lengan panjang, rambut tersisir rapi, memberikan perintah Jangan biarkan ada yang lolos.” Orang itu, berpakaian sipil, ke­ ”Tiga orang periksa seluruh kapal. Sisanya tetap di tempat. tapku, diam sejenak, kemudian tersenyum datar. makan, menatap penuh selidik pada Opa, Maryam, dan mena­ dalam bahasa Kanton, fasih. Dia melangkah mendekati meja meja lengan panjang, rambut tersisir rapi, memberikan perintah Jangan biarkan ada yang lolos.” Orang itu, berpakaian sipil, ke­ ”Tiga orang periksa seluruh kapal. Sisanya tetap di tempat. tapku, diam sejenak, kemudian tersenyum datar. makan, menatap penuh selidik pada Opa, Maryam, dan mena­ dalam bahasa Kanton, fasih. Dia melangkah mendekati meja meja lengan panjang, rambut tersisir rapi, memberikan perintah Jangan biarkan ada yang lolos.” Orang itu, berpakaian sipil, ke­ ”Tiga orang periksa seluruh kapal. Sisanya tetap di tempat. tapku, diam sejenak, kemudian tersenyum datar. makan, menatap penuh selidik pada Opa, Maryam, dan mena­ dalam bahasa Kanton, fasih. Dia melangkah mendekati meja meja lengan panjang, rambut tersisir rapi, memberikan perintah Jangan biarkan ada yang lolos.” Orang itu, berpakaian sipil, ke­ ”Selamat pagi, Tuan.” Dia menyapaku ramah, ”Maaf jika ini tapku, diam sejenak, kemudian tersenyum datar. makan, menatap penuh selidik pada Opa, Maryam, dan mena­ dalam bahasa Kanton, fasih. Dia melangkah mendekati meja meja lengan panjang, rambut tersisir rapi, memberikan perintah Jangan biarkan ada yang lolos.” Orang itu, berpakaian sipil, ke­ ”Selamat pagi, Tuan.” Dia menyapaku ramah, ”Maaf jika ini tapku, diam sejenak, kemudian tersenyum datar. makan, menatap penuh selidik pada Opa, Maryam, dan mena­ dalam bahasa Kanton, fasih. Dia melangkah mendekati meja meja lengan panjang, rambut tersisir rapi, memberikan perintah Jangan biarkan ada yang lolos.” Orang itu, berpakaian sipil, ke­ ”Selamat pagi, Tuan.” Dia menyapaku ramah, ”Maaf jika ini tapku, diam sejenak, kemudian tersenyum datar. makan, menatap penuh selidik pada Opa, Maryam, dan mena­ dalam bahasa Kanton, fasih. Dia melangkah mendekati meja meja lengan panjang, rambut tersisir rapi, memberikan perintah Jangan biarkan ada yang lolos.” Orang itu, berpakaian sipil, ke­ ”Selamat pagi, Tuan.” Dia menyapaku ramah, ”Maaf jika ini tapku, diam sejenak, kemudian tersenyum datar. makan, menatap penuh selidik pada Opa, Maryam, dan mena­ dalam bahasa Kanton, fasih. Dia melangkah mendekati meja meja lengan panjang, rambut tersisir rapi, memberikan perintah Jangan biarkan ada yang lolos.” Orang itu, berpakaian sipil, ke­ ”Selamat pagi, Tuan.” Dia menyapaku ramah, ”Maaf jika ini tapku, diam sejenak, kemudian tersenyum datar. makan, menatap penuh selidik pada Opa, Maryam, dan mena­ dalam bahasa Kanton, fasih. Dia melangkah mendekati meja meja lengan panjang, rambut tersisir rapi, memberikan perintah sedikit mengejutkan.” ”Selamat pagi, Tuan.” Dia menyapaku ramah, ”Maaf jika ini tapku, diam sejenak, kemudian tersenyum datar. makan, menatap penuh selidik pada Opa, Maryam, dan mena­ dalam bahasa Kanton, fasih. Dia melangkah mendekati meja meja lengan panjang, rambut tersisir rapi, memberikan perintah sedikit mengejutkan.” ”Selamat pagi, Tuan.” Dia menyapaku ramah, ”Maaf jika ini tapku, diam sejenak, kemudian tersenyum datar. makan, menatap penuh selidik pada Opa, Maryam, dan mena­ dalam bahasa Kanton, fasih. Dia melangkah mendekati meja meja lengan panjang, rambut tersisir rapi, memberikan perintah sedikit mengejutkan.” ”Selamat pagi, Tuan.” Dia menyapaku ramah, ”Maaf jika ini tapku, diam sejenak, kemudian tersenyum datar. makan, menatap penuh selidik pada Opa, Maryam, dan mena­ dalam bahasa Kanton, fasih. Dia melangkah mendekati meja meja lengan panjang, rambut tersisir rapi, memberikan perintah sedikit mengejutkan.” ”Selamat pagi, Tuan.” Dia menyapaku ramah, ”Maaf jika ini tapku, diam sejenak, kemudian tersenyum datar. makan, menatap penuh selidik pada Opa, Maryam, dan mena­ dalam bahasa Kanton, fasih. Dia melangkah mendekati meja meja lengan panjang, rambut tersisir rapi, memberikan perintah sedikit mengejutkan.” ”Selamat pagi, Tuan.” Dia menyapaku ramah, ”Maaf jika ini tapku, diam sejenak, kemudian tersenyum datar. makan, menatap penuh selidik pada Opa, Maryam, dan mena­ dalam bahasa Kanton, fasih. Dia melangkah mendekati meja Tiga rekannya sudah sibuk membongkar apa saja isi kapal. sedikit mengejutkan.” ”Selamat pagi, Tuan.” Dia menyapaku ramah, ”Maaf jika ini tapku, diam sejenak, kemudian tersenyum datar. makan, menatap penuh selidik pada Opa, Maryam, dan mena­ dalam bahasa Kanton, fasih. Dia melangkah mendekati meja Tiga rekannya sudah sibuk membongkar apa saja isi kapal. sedikit mengejutkan.” ”Selamat pagi, Tuan.” Dia menyapaku ramah, ”Maaf jika ini tapku, diam sejenak, kemudian tersenyum datar. makan, menatap penuh selidik pada Opa, Maryam, dan mena­ dalam bahasa Kanton, fasih. Dia melangkah mendekati meja Tiga rekannya sudah sibuk membongkar apa saja isi kapal. sedikit mengejutkan.” ”Selamat pagi, Tuan.” Dia menyapaku ramah, ”Maaf jika ini tapku, diam sejenak, kemudian tersenyum datar. makan, menatap penuh selidik pada Opa, Maryam, dan mena­ dalam bahasa Kanton, fasih. Dia melangkah mendekati meja Tiga rekannya sudah sibuk membongkar apa saja isi kapal. sedikit mengejutkan.” ”Selamat pagi, Tuan.” Dia menyapaku ramah, ”Maaf jika ini tapku, diam sejenak, kemudian tersenyum datar. makan, menatap penuh selidik pada Opa, Maryam, dan mena­ dalam bahasa Kanton, fasih. Dia melangkah mendekati meja Tiga rekannya sudah sibuk membongkar apa saja isi kapal. sedikit mengejutkan.” ”Selamat pagi, Tuan.” Dia menyapaku ramah, ”Maaf jika ini tapku, diam sejenak, kemudian tersenyum datar. makan, menatap penuh selidik pada Opa, Maryam, dan mena­ ”Hei, kalian tidak bisa sembarangan memeriksa kapal ini!” Tiga rekannya sudah sibuk membongkar apa saja isi kapal. sedikit mengejutkan.” ”Selamat pagi, Tuan.” Dia menyapaku ramah, ”Maaf jika ini tapku, diam sejenak, kemudian tersenyum datar. makan, menatap penuh selidik pada Opa, Maryam, dan mena­ ”Hei, kalian tidak bisa sembarangan memeriksa kapal ini!” Tiga rekannya sudah sibuk membongkar apa saja isi kapal. sedikit mengejutkan.” ”Selamat pagi, Tuan.” Dia menyapaku ramah, ”Maaf jika ini tapku, diam sejenak, kemudian tersenyum datar. makan, menatap penuh selidik pada Opa, Maryam, dan mena­ ”Hei, kalian tidak bisa sembarangan memeriksa kapal ini!” Tiga rekannya sudah sibuk membongkar apa saja isi kapal. sedikit mengejutkan.” ”Selamat pagi, Tuan.” Dia menyapaku ramah, ”Maaf jika ini tapku, diam sejenak, kemudian tersenyum datar. makan, menatap penuh selidik pada Opa, Maryam, dan mena­ ”Hei, kalian tidak bisa sembarangan memeriksa kapal ini!” Tiga rekannya sudah sibuk membongkar apa saja isi kapal. sedikit mengejutkan.” ”Selamat pagi, Tuan.” Dia menyapaku ramah, ”Maaf jika ini tapku, diam sejenak, kemudian tersenyum datar. makan, menatap penuh selidik pada Opa, Maryam, dan mena­ ”Hei, kalian tidak bisa sembarangan memeriksa kapal ini!” Tiga rekannya sudah sibuk membongkar apa saja isi kapal. sedikit mengejutkan.” ”Selamat pagi, Tuan.” Dia menyapaku ramah, ”Maaf jika ini tapku, diam sejenak, kemudian tersenyum datar. Aku tidak sempat menjawab salam orang berpakaian sipil ter­ ”Hei, kalian tidak bisa sembarangan memeriksa kapal ini!” Tiga rekannya sudah sibuk membongkar apa saja isi kapal. sedikit mengejutkan.” ”Selamat pagi, Tuan.” Dia menyapaku ramah, ”Maaf jika ini tapku, diam sejenak, kemudian tersenyum datar. Aku tidak sempat menjawab salam orang berpakaian sipil ter­ ”Hei, kalian tidak bisa sembarangan memeriksa kapal ini!” Tiga rekannya sudah sibuk membongkar apa saja isi kapal. sedikit mengejutkan.” ”Selamat pagi, Tuan.” Dia menyapaku ramah, ”Maaf jika ini tapku, diam sejenak, kemudian tersenyum datar. Aku tidak sempat menjawab salam orangmemeriksa berpakaian sipil ter­ ”Hei, kalian tidak bisa sembarangan kapal Tiga rekannya sudah sibuk membongkar apa saja isi kapal. sedikit mengejutkan.” ”Selamat pagi, Tuan.” Dia menyapaku ramah, ”Maaf jikaini!” ini tapku, diam sejenak, kemudian tersenyum datar.



saku. ”Pengadilan setempat memberikan izin penuh untuk me­ ”Tentu saja kami bisa melakukannya, Tuan. Kami memiliki sebut. Aku sedang marah, berteriak protes pada ketiga rekan­ penyelidikan, termasuk menahan semen­ lakukan pemeriksaan, izinnya.” Orang berpakaian sipil itu meraih lipatan kertas di nya. tara jika diperlukan, demi kepentingan otoritas Hong Kong.” saku. ”Pengadilan setempat memberikan izin penuh untuk me­ ”Tentu saja kami bisa melakukannya, Tuan. Kami memiliki sebut. Aku sedang marah, berteriak protes pada ketiga rekan­ penyelidikan, termasuk menahan semen­ lakukan pemeriksaan, izinnya.” Orang berpakaian sipil itu meraih lipatan kertas di nya. tara jika diperlukan, demi kepentingan otoritas Hong Kong.” saku. ”Pengadilan setempat memberikan izin penuh untuk me­ ”Tentu saja kami bisa melakukannya, Tuan. Kami memiliki penyelidikan, termasuk menahan semen­ lakukan pemeriksaan, izinnya.” Orang berpakaian sipil itu meraih lipatan kertas di nya. saku. ”Pengadilan setempat memberikan izin penuh untuk me­ sebut. Aku sedang marah, berteriak protes pada ketiga rekan­ tara jika diperlukan, demi kepentingan otoritas Hong Kong.” ”Tentu saja kami bisa melakukannya, Tuan. Kami memiliki penyelidikan, termasuk menahan semen­ lakukan pemeriksaan, izinnya.” Orang berpakaian sipil itu meraih lipatan kertas di nya. tara jika diperlukan, demi kepentingan otoritas Hong Kong.” saku. ”Pengadilan setempat memberikan izin penuh untuk me­ ”Tentu saja kami bisa melakukannya, Tuan. Kami memiliki penyelidikan, termasuk menahan semen­ lakukan pemeriksaan, izinnya.” Orang berpakaian sipil itu meraih lipatan kertas di nya. tara jika diperlukan, demi kepentingan otoritas Hong Kong.” saku. ”Pengadilan setempat memberikan izin penuh untuk me­ ”Tentu saja kami bisa melakukannya, Tuan. Kami memiliki Aku menerima kertas itu, membacanya cepat. Orang asing ini penyelidikan, termasuk menahan semen­ lakukan pemeriksaan, izinnya.” Orang berpakaian sipil itu meraih lipatan kertas di nya. tara jika diperlukan, demi kepentingan otoritas Hong Kong.” saku. ”Pengadilan setempat memberikan izin penuh untuk me­ ”Tentu saja kami bisa melakukannya, Tuan. Kami memiliki Aku menerima kertas itu, membacanya cepat. Orang asing ini penyelidikan, termasuk menahan semen­ lakukan pemeriksaan, izinnya.” Orang berpakaian sipil itu meraih lipatan kertas di tara jika diperlukan, demi kepentingan otoritas Hong Kong.” saku. ”Pengadilan setempat memberikan izin penuh untuk me­ ”Tentu saja kami bisa melakukannya, Tuan. Kami memiliki penyelidikan, termasuk menahan semen­ lakukan pemeriksaan, nya. Aku menerima kertas itu, membacanya cepat. Orang asing ini izinnya.” Orang berpakaian sipil itu meraih lipatan kertas di tara jika diperlukan, demi kepentingan otoritas Hong Kong.” saku. ”Pengadilan setempat memberikan izin penuh untuk me­ ”Tentu saja kami bisa melakukannya, Tuan. Kami memiliki Aku menerima kertas itu, membacanya cepat. Orang asing ini penyelidikan, termasuk menahan semen­ lakukan pemeriksaan, izinnya.” Orang berpakaian sipil itu meraih lipatan kertas di taraAku jika diperlukan, demi kepentingan otoritas Hong Kong.” saku. ”Pengadilan setempat memberikan izin penuh untuk me­ ”Tentu saja kami bisa melakukannya, Tuan. Kami memiliki menerima kertas itu, membacanya cepat. Orang asing ini penyelidikan, termasuk menahan semen­ lakukan pemeriksaan, izinnya.” Orang berpakaian sipil itu meraih lipatan kertas di benar, kertas ini izin resmi pengadilan setempat. tara jika diperlukan, demi kepentingan otoritas Hong Kong.” saku. ”Pengadilan setempat memberikan izin penuh untuk me­ ”Tentu saja kami bisa melakukannya, Tuan. Kami memiliki Aku menerima kertas itu, membacanya cepat. Orang asing ini penyelidikan, termasuk menahan semen­ lakukan pemeriksaan, izinnya.” Orang berpakaian sipil itu meraih lipatan kertas di benar, kertas ini izin resmi pengadilan setempat. tara jika diperlukan, demi kepentingan otoritas Hong Kong.” saku. ”Pengadilan setempat memberikan izin penuh untuk me­ Aku menerima kertas itu, membacanya cepat. Orang asing ini penyelidikan, termasuk menahan semen­ lakukan pemeriksaan, izinnya.” Orang berpakaian sipil itu meraih lipatan kertas di tara jika diperlukan, demi kepentingan otoritas Hong Kong.” ”Tentu saja kami bisa melakukannya, Tuan. Kami memiliki benar, kertas ini izin resmi pengadilan setempat. saku. ”Pengadilan setempat memberikan izin penuh untuk me­ Aku menerima kertas itu, membacanya cepat. Orang asing ini penyelidikan, termasuk menahan semen­ lakukan pemeriksaan, izinnya.” Orang berpakaian sipil itu meraih lipatan kertas di benar, kertas ini izin resmi pengadilan setempat. tara jika diperlukan, demi kepentingan otoritas Hong Kong.” saku. ”Pengadilan setempat memberikan izin penuh untuk me­ Aku menerima kertas itu, membacanya cepat. Orang asing ini penyelidikan, termasuk menahan semen­ lakukan pemeriksaan, izinnya.” Orang berpakaian sipil itu meraih lipatan kertas di benar, kertas ini izin resmi pengadilan setempat. tara jika diperlukan, demi kepentingan otoritas Hong Kong.” saku. ”Pengadilan setempat memberikan izin penuh untuk me­ Aku menghela napas perlahan. Mereka tidak main-main. Me­ menerima kertas itu, membacanya cepat. Orang asing ini penyelidikan, termasuk menahan semen­ lakukan pemeriksaan, izinnya.” Orang berpakaian sipil itu meraih lipatan kertas di benar, kertas ini izin resmi pengadilan setempat. tara jika diperlukan, demi kepentingan otoritas Hong Kong.” saku. ”Pengadilan setempat memberikan izin penuh untuk me­ Aku menghela napas perlahan. Mereka tidak main-main. Me­ menerima kertas itu, membacanya cepat. Orang asing ini penyelidikan, termasuk menahan semen­ lakukan pemeriksaan, benar, kertas ini izin resmi pengadilan setempat. tara jika diperlukan, demi kepentingan otoritas Hong Kong.” saku. ”Pengadilan setempat memberikan izin penuh untuk me­ menerima kertas itu, membacanya cepat. Orang asing ini izinnya.” Orang berpakaian sipil itu meraih lipatan kertas di Aku menghela napas perlahan. Mereka tidak main-main. Me­ penyelidikan, termasuk menahan semen­ lakukan pemeriksaan, benar, kertas ini izin resmi pengadilan setempat. tara jika diperlukan, demi kepentingan otoritas Hong Kong.” saku. ”Pengadilan setempat memberikan izin penuh untuk me­ Aku menghela napas perlahan. Mereka tidak main-main. Me­ menerima kertas itu, membacanya cepat. Orang asing ini penyelidikan, termasuk menahan semen­ lakukan pemeriksaan, benar, kertas ini izin resmi pengadilan setempat. taraAku jika diperlukan, demi kepentingan otoritas Hong Kong.” saku. ”Pengadilan setempat memberikan izin penuh untuk me­ menghela napas perlahan. Mereka tidak main-main. Me­ menerima kertas itu, membacanya cepat. Orang asing ini penyelidikan, termasuk menahan semen­ lakukan pemeriksaan, imigrasi atau bea cukai yang sedang reka bukan petugas benar, kertas ini izin resmi pengadilan setempat. tara jika diperlukan, demi kepentingan otoritas Hong Kong.” saku. ”Pengadilan setempat memberikan izin penuh untuk me­ Aku menghela napas perlahan. Mereka tidak main-main. Me­ menerima kertas itu, membacanya cepat. Orang asing ini penyelidikan, termasuk menahan semen­ lakukan pemeriksaan, imigrasi atau bea cukai yang sedang me­ reka bukan petugas benar, kertas ini izin resmi pengadilan setempat. tara jika diperlukan, demi kepentingan otoritas Hong Kong.” Aku menghela napas perlahan. Mereka tidak main-main. Me­ menerima kertas itu, membacanya cepat. Orang asing ini penyelidikan, termasuk menahan semen­ lakukan pemeriksaan, benar, kertas ini izin resmi pengadilan setempat. saku. ”Pengadilan setempat memberikan izin penuh untuk me­ imigrasi atau bea cukai yang sedang reka bukan petugas tara jika diperlukan, demi kepentingan otoritas Hong Kong.” Aku menghela napas perlahan. Mereka tidak main-main. Me­ menerima kertas itu, membacanya cepat. Orang asing ini penyelidikan, termasuk menahan semen­ lakukan pemeriksaan, imigrasi atau bea cukai yang sedang me­ reka bukan petugas benar, kertas iniasing izin resmi pengadilan setempat. tara jika diperlukan, demi kepentingan otoritas Hong Kong.” Aku menghela napas perlahan. Mereka tidak main-main. Me­ menerima kertas itu, membacanya cepat. Orang asing ini penyelidikan, termasuk menahan semen­ lakukan pemeriksaan, imigrasi atau bea cukai yang sedang me­ reka bukan petugas benar, kertas ini izin resmi pengadilan setempat. tara jika diperlukan, demi kepentingan otoritas Hong Kong.” secara random di pelabuhan Hong Kong meriksa kapal Aku menghela napas perlahan. Mereka tidak main-main. Me­ menerima kertas itu, membacanya cepat. Orang asing ini penyelidikan, termasuk menahan semen­ lakukan pemeriksaan, imigrasi atau bea cukai yang sedang me­ reka bukan petugas benar, kertas ini izin resmi pengadilan setempat. tara jika diperlukan, demi kepentingan otoritas Hong Kong.” secara random di pelabuhan Hong Kong meriksa kapal asing Aku menghela napas perlahan. Mereka tidak main-main. Me­ menerima kertas itu, membacanya cepat. Orang asing ini imigrasi atau bea cukai yang sedang me­ reka bukan petugas benar, kertas ini izin resmi pengadilan setempat. tara jika diperlukan, demi kepentingan otoritas Hong Kong.” Aku menghela napas perlahan. Mereka tidak main-main. Me­ penyelidikan, termasuk menahan semen­ lakukan pemeriksaan, secara random di pelabuhan Hong Kong meriksa kapal asing menerima kertas itu, membacanya cepat. Orang asing ini imigrasi atau bea cukai yang sedang me­ reka bukan petugas benar, kertas ini izin resmi pengadilan setempat. tara jika diperlukan, demi kepentingan otoritas Hong Kong.” secara random di pelabuhan Hong Kong meriksa kapal asing Aku menghela napas perlahan. Mereka tidak main-main. Me­ menerima kertas itu, membacanya cepat. Orang asing ini imigrasi atau bea cukai yang sedang me­ reka bukan petugas benar, kertas ini izin resmi pengadilan setempat. tara jika diperlukan, demi kepentingan otoritas Hong Kong.” secara random di pelabuhan Hong Kong meriksa kapal asing Aku menghela napas perlahan. Mereka tidak main-main. Me­ menerima kertas itu, membacanya cepat. Orang asing ini seperti yang kusangkakan sebelumnya. Mereka pasukan dari imigrasi atau bea cukai yang sedang me­ reka bukan petugas benar, kertas ini izin resmi pengadilan setempat. tara jika diperlukan, demi kepentingan otoritas Hong Kong.” secara random di pelabuhan Hong Kong meriksa kapal asing Aku menghela napas perlahan. Mereka tidak main-main. Me­ menerima kertas itu, membacanya cepat. Orang asing ini seperti yang kusangkakan sebelumnya. Mereka pasukan dari imigrasi atau bea cukai yang sedang me­ reka bukan petugas benar, kertas ini izin resmi pengadilan setempat. secara random di pelabuhan Hong Kong meriksa kapal asing Aku menghela napas perlahan. Mereka tidak main-main. Me­ menerima kertas itu, membacanya cepat. Orang asing ini imigrasi atau bea cukai yang sedang me­ reka bukan petugas tara jika diperlukan, demi kepentingan otoritas Hong Kong.” seperti yang kusangkakan sebelumnya. Mereka pasukan dari benar, kertas ini izin resmi pengadilan setempat. secara random di pelabuhan Hong Kong meriksa kapal asing Aku menghela napas perlahan. Mereka tidak main-main. Me­ menerima kertas itu, membacanya cepat. Orang asing ini seperti yang kusangkakan sebelumnya. Mereka pasukan dari imigrasi atau bea cukai yang sedang me­ reka bukan petugas benar, kertas ini izin resmi pengadilan setempat. secara random di pelabuhan Hong Kong meriksa kapal asing Aku menghela napas perlahan. Mereka tidak main-main. Me­ menerima kertas itu, membacanya cepat. Orang asing ini seperti yang kusangkakan sebelumnya. Mereka pasukan dari imigrasi atau bea cukai yang sedang me­ reka bukan petugas benar, kertas ini izin resmi pengadilan setempat. satuan khusus antiteror otoritas Hong Kong SAR. secara random di pelabuhan Hong Kong meriksa kapal asing Aku menghela napas perlahan. Mereka tidak main-main. Me­ menerima kertas itu, membacanya cepat. Orang asing ini seperti yang kusangkakan sebelumnya. Mereka pasukan dari imigrasi atau bea cukai yang sedang me­ reka bukan petugas benar, kertas ini izin resmi pengadilan setempat. satuan khusus antiteror otoritas Hong Kong SAR. secara random di pelabuhan Hong Kong meriksa kapal asing Aku menghela napas perlahan. Mereka tidak main-main. Me­ seperti yang kusangkakan sebelumnya. Mereka pasukan dari imigrasi atau bea cukai yang sedang me­ reka bukan petugas benar, kertas ini izin resmi pengadilan setempat. secara random di pelabuhan Hong Kong meriksa kapal asing menerima kertas itu, membacanya cepat. Orang asing ini satuan khusus antiteror otoritas Hong Kong SAR. Aku menghela napas perlahan. Mereka tidak main-main. Me­ seperti yang kusangkakan sebelumnya. Mereka pasukan dari imigrasi atau bea cukai yang sedang me­ reka bukan petugas benar, kertas ini izin resmi pengadilan setempat. satuan khusus antiteror otoritas Hong Kong SAR. secara random di pelabuhan Hong Kong meriksa kapal asing Aku menghela napas perlahan. Mereka tidak main-main. Me­ seperti yang kusangkakan sebelumnya. Mereka pasukan dari imigrasi atau bea cukai yang sedang me­ reka bukan petugas benar, kertas ini izin resmi pengadilan setempat. satuan khusus antiteror otoritas Hong Kong SAR. secara random di pelabuhan Hong Kong meriksa kapal asing Aku menghela napas perlahan. Mereka tidak main-main. Me­ ”Apa kalian cari?” aku bertanya dengan suara bergetar. seperti yang kusangkakan sebelumnya. Mereka pasukan dari imigrasi atau bea cukai yang sedang me­ reka bukan petugas benar, kertas ini izin resmi pengadilan setempat. satuan khusus antiteror otoritas Hong Kong SAR. secara random di pelabuhan Hong Kong meriksa kapal asing Aku menghela napas perlahan. Mereka tidak main-main. Me­ ”Apa kalian cari?” aku bertanya dengan suara bergetar. seperti yang kusangkakan sebelumnya. Mereka pasukan dari imigrasi atau bea cukai yang sedang me­ reka bukan petugas satuan khusus antiteror otoritas Hong Kong SAR. secara random di pelabuhan Hong Kong meriksa kapal asing Aku menghela napas perlahan. Mereka tidak main-main. Me­ seperti yang kusangkakan sebelumnya. Mereka pasukan dari benar, kertas ini izin resmi pengadilan setempat. ”Apa kalian cari?” aku bertanya dengan suara bergetar. imigrasi atau bea cukai yang sedang me­ reka bukan petugas satuan khusus antiteror otoritas Hong Kong SAR. secara random di pelabuhan Hong Kong meriksa kapal asing Aku menghela napas perlahan. Mereka tidak main-main. Me­ ”Apa yang kalian cari?” aku bertanya dengan suara bergetar. seperti kusangkakan sebelumnya. Mereka pasukan dari imigrasi atau bea cukai yang sedang me­ reka bukan petugas satuan khusus antiteror otoritas Hong Kong secara random di pelabuhan Hong Kong meriksa kapal asing Aku menghela napas perlahan. Mereka tidak main-main. Me­ ”Apa kalian cari?” aku bertanya dengan suara bergetar. seperti yang kusangkakan sebelumnya. Mereka pasukan dari imigrasi atau bea cukai yang sedang me­ reka bukan petugas pun yang mencurigakan di kapal ini.” satuan khusus antiteror otoritas Hong Kong SAR. secara random di pelabuhan Hong Kong meriksa kapal asing Aku menghela napas perlahan. Mereka tidakSAR. main-main. Me­ kalian cari?” aku bertanya dengan suara bergetar. seperti yang kusangkakan sebelumnya. Mereka pasukan dari imigrasi atau bea cukai yang sedang me­ reka bukan petugas ”Apa pun yang mencurigakan di kapal ini.” satuan khusus antiteror otoritas Hong Kong SAR. secara random di pelabuhan Hong Kong meriksa kapal asing kalian cari?” aku bertanya dengan suara bergetar. seperti yang kusangkakan sebelumnya. Mereka pasukan dari imigrasi atau bea cukai yang sedang me­ reka bukan petugas satuan khusus antiteror otoritas Hong Kong SAR. Aku menghela napas perlahan. Mereka tidak main-main. Me­ ”Apa pun yang mencurigakan di kapal ini.” secara random di pelabuhan Hong Kong meriksa kapal asing kalian cari?” aku bertanya dengan suara bergetar. seperti yang kusangkakan sebelumnya. Mereka pasukan dari imigrasi atau bea cukai yang sedang me­ reka bukan petugas pun yang mencurigakan di kapal ini.” satuan khusus antiteror otoritas Hong Kong SAR. secara random di pelabuhan Hong Kong meriksa kapal asing ”Apa kalian cari?” aku bertanya dengan suara bergetar. seperti yang kusangkakan sebelumnya. Mereka pasukan dari imigrasi atau bea cukai yang sedang me­ reka bukan petugas pun yang mencurigakan di kapal ini.” satuan khusus antiteror otoritas Hong Kong SAR. secara random di pelabuhan Hong Kong meriksa kapal asing ”Tidak ada apa-apa di kapal ini.” Aku menggeleng. ”Apa kalian cari?” aku bertanya dengan suara bergetar. seperti yang kusangkakan sebelumnya. Mereka pasukan dari imigrasi atau bea cukai yang sedang me­ reka bukan petugas pun yang mencurigakan di kapal ini.” satuan khusus antiteror otoritas Hong Kong SAR. secara random di pelabuhan Hong Kong meriksa kapal asing ”Tidak ada apa-apa di kapal ini.” Aku menggeleng. kalian cari?” aku bertanya dengan suara bergetar. seperti yang kusangkakan sebelumnya. Mereka pasukan dari ”Apa pun yang mencurigakan di kapal ini.” satuan khusus antiteror otoritas Hong Kong SAR. secara random di pelabuhan Hong Kong meriksa kapal asing kalian cari?” aku bertanya dengan suara bergetar. imigrasi atau bea cukai yang sedang me­ reka bukan petugas ”Tidak ada apa-apa di kapal ini.” Aku menggeleng. seperti yang kusangkakan sebelumnya. Mereka pasukan dari ”Apa pun yang mencurigakan di kapal ini.” satuan khusus antiteror otoritas Hong Kong SAR. secara random di pelabuhan Hong Kong meriksa kapal asing ”Tidak ada apa-apa di kapal ini.” Aku menggeleng. kalian cari?” aku bertanya dengan suara bergetar. seperti yang kusangkakan sebelumnya. Mereka pasukan dari pun yang mencurigakan di kapal ini.” satuan khusus antiteror otoritas Hong Kong SAR. secara random di pelabuhan Hong Kong meriksa kapal asing ”Tidak ada apa-apa di kapal ini.” Aku menggeleng. ”Apa kalian cari?” aku bertanya dengan suara bergetar. seperti yang kusangkakan sebelumnya. Mereka pasukan dari ”Well, biarkan petugas kami memastikannya.” Orang ber­ pun yang mencurigakan di kapal ini.” satuan khusus antiteror otoritas Hong SAR. secara random di Kong pelabuhan Hong Kong meriksa kapal asing ”Tidak ada apa-apa di kapal ini.” Aku menggeleng. kalian cari?” aku bertanya dengan suara bergetar. seperti yang kusangkakan sebelumnya. Mereka pasukan dari ”Well, biarkan petugas kami memastikannya.” Orang ber­ ”Apa pun yang mencurigakan di kapal ini.” satuan khusus antiteror otoritas Hong Kong SAR. ”Tidak ada apa-apa di kapal ini.” Aku menggeleng. kalian cari?” aku bertanya dengan suara bergetar. seperti yang kusangkakan sebelumnya. Mereka pasukan dari ”Apa pun yang mencurigakan di kapal ini.” secara random di pelabuhan Hong Kong meriksa kapal asing ”Well, biarkan petugas kami memastikannya.” Orang ber­ satuan khusus antiteror otoritas Hong Kong SAR. ”Tidak adayang apa-apa diotoritas kapal ini.” AkuKong menggeleng. kalian cari?” aku bertanya dengan suara bergetar. seperti yang kusangkakan sebelumnya. Mereka pasukan dari ”Well, biarkan petugas kami memastikannya.” Orang ber­ pun mencurigakan di kapal ini.” satuan khusus antiteror Hong SAR. ”Tidak ada apa-apa di kapal ini.” Aku menggeleng. ”Apa yang kalian cari?” aku bertanya dengan suara bergetar. seperti kusangkakan sebelumnya. Mereka pasukan dari ”Well, biarkan petugas kami memastikannya.” Orang ber­ pun yang mencurigakan di kapal ini.” satuan khusus antiteror otoritas Hong Kong SAR. pakaian sipil itu tersenyum. ”Maaf jika ini mengganggu liburan ”Tidak ada apa-apa di kapal ini.” Aku menggeleng. ”Apa kalian cari?” aku bertanya dengan suara bergetar. seperti yang kusangkakan sebelumnya. Mereka pasukan dari ”Well, biarkan petugas kami memastikannya.” Orang ber­ pun yang mencurigakan di kapal ini.” satuan khusus antiteror otoritas Hong Kong SAR. pakaian sipil itu tersenyum. ”Maaf jika ini mengganggu liburan ”Tidak ada apa-apa di kapal ini.” Aku menggeleng. yang kalian cari?” aku bertanya dengan suara bergetar. ”Well, biarkan petugas kami memastikannya.” Orang ber­ ”Apa pun yang mencurigakan di kapal ini.” satuan khusus antiteror otoritas Hong Kong SAR. ”Tidak ada apa-apa di kapal ini.” Aku menggeleng. seperti yang kusangkakan sebelumnya. Mereka pasukan dari pakaian sipil itu tersenyum. ”Maaf jika ini mengganggu liburan kalian cari?” aku bertanya dengan suara bergetar. ”Well, biarkan petugas kami memastikannya.” Orang ber­ ”Apa pun yang mencurigakan di kapal ini.” satuan khusus antiteror otoritas Hong Kong SAR. pakaian sipil itu tersenyum. ”Maaf jika ini mengganggu liburan ”Tidak ada apa-apa di kapal ini.” Aku menggeleng. yang kalian cari?” aku bertanya dengan suara bergetar. ”Well, biarkan petugas kami memastikannya.” Orang ber­ ”Apa pun yang mencurigakan di kapal ini.” satuan khusus antiteror otoritas Hong Kong SAR. pakaian sipil itu tersenyum. ”Maaf jika ini mengganggu liburan ”Tidak ada apa-apa di kapal ini.” Aku menggeleng. yang kalian cari?” aku bertanya dengan suara bergetar. kalian.” Dia mengangguk ramah ke arah Opa, dan Maryam. ”Well, biarkan petugas kami memastikannya.” Orang ber­ ”Apa pun yang mencurigakan di kapal ini.” satuan khusus antiteror otoritas Hong Kong SAR. pakaian sipil itu tersenyum. ”Maaf jika ini mengganggu liburan ”Tidak ada apa-apa di kapal ini.” Aku menggeleng. yang kalian cari?” aku bertanya dengan suara bergetar. kalian.” Dia mengangguk ramah ke arah Opa, dan Maryam. ”Well, biarkan petugas kami memastikannya.” Orang ber­ ”Apa pun yang mencurigakan di kapal ini.” pakaian sipil itu tersenyum. ”Maaf jika ini mengganggu liburan ”Tidak ada apa-apa di kapal ini.” Aku menggeleng. yang kalian cari?” aku bertanya dengan suara bergetar. ”Well, biarkan petugas kami memastikannya.” Orang ber­ satuan khusus antiteror otoritas Hong Kong SAR. kalian.” Dia mengangguk ramah ke arah Opa, dan Maryam. ”Apa pun yang mencurigakan di kapal ini.” pakaian sipil itu tersenyum. ”Maaf jika inimenggeleng. mengganggu liburan ”Tidak adayang apa-apa di kapal kapal ini.” Aku menggeleng. yang kalian cari?” aku bertanya dengan suara bergetar. kalian.” Dia mengangguk ramah ke arah Opa, dan Maryam. ”Well, biarkan petugas kami memastikannya.” Orang ber­ ”Apa pun mencurigakan di kapal ini.” pakaian sipil itu tersenyum. ”Maaf jika ini mengganggu liburan ”Tidak ada apa-apa di ini.” Aku yang kalian cari?” aku bertanya dengan suara bergetar. kalian.” Dia mengangguk ramah ke arah Opa, dan Maryam. ”Well, biarkan petugas kami Orang ber­ ”Apa pun yang mencurigakan di kapal ini.” ”Hei, kalian sedang sarapan, bukan? Tampaknya lezat sekali.” pakaian sipil itu tersenyum. ”Maaf jika ini mengganggu liburan ”Tidak ada apa-apa di kapal ini.” Aku menggeleng. yang kalian cari?” aku bertanya dengan suara bergetar. kalian.” Dia mengangguk ramah ke arah Opa, dan Maryam. ”Well, biarkan petugas kami memastikannya.” Orang ber­ ”Apa pun yang mencurigakan dimemastikannya.” kapal ini.” ”Hei, kalian sedang sarapan, bukan? Tampaknya lezat sekali.” pakaian sipil itu tersenyum. ”Maaf jika ini mengganggu liburan ”Tidak ada apa-apa di kapal ini.” Aku menggeleng. kalian.” Dia mengangguk ramah ke arah Opa, dan Maryam. ”Well, biarkan petugas kami memastikannya.” Orang ber­ ”Apa pun yang mencurigakan di kapal ini.” pakaian sipil itu tersenyum. ”Maaf jika ini mengganggu liburan yang kalian cari?” aku bertanya dengan suara bergetar. ”Hei, kalian sedang sarapan, bukan? Tampaknya lezat sekali.” ”Tidak ada apa-apa di kapal ini.” Aku menggeleng. kalian.” Dia mengangguk ramah ke arah Opa, dan Maryam. ”Well, biarkan petugas kami memastikannya.” Orang ber­ ”Apa pun yang mencurigakan di kapal ini.” ”Hei, kalian sedang sarapan, bukan? Tampaknya lezat sekali.” pakaian sipil itu tersenyum. ”Maaf jika ini mengganggu liburan ”Tidak ada apa-apa di kapal ini.” Aku menggeleng. kalian.” Dia mengangguk ramah ke arah Opa, dan Maryam. ”Well, biarkan petugas kami memastikannya.” Orang ber­ ”Apa pun yang mencurigakan di kapal ini.” ”Hei, kalian sedang sarapan, bukan? Tampaknya lezat sekali.” pakaian sipil itu tersenyum. ”Maaf jika ini mengganggu liburan ”Tidak ada apa-apa di kapal ini.” Aku menggeleng. Andaikata tidak ada tiga moncong senapan otomatis terarah kalian.” Dia mengangguk ramah ke arah Opa, dan Maryam. ”Well, biarkan petugas kami memastikannya.” Orang ber­ ”Apa pun yang mencurigakan di kapal ini.” ”Hei, kalian sedang sarapan, bukan? Tampaknya lezat sekali.” pakaian sipil itu tersenyum. ”Maaf jika ini mengganggu liburan ”Tidak ada apa-apa di kapal ini.” Aku menggeleng. Andaikata tidak ada tiga moncong senapan otomatis terarah kalian.” Dia mengangguk ramah ke arah Opa, dan Maryam. ”Well, biarkan petugas kami memastikannya.” Orang ber­ ”Hei, kalian sedang sarapan, bukan? Tampaknya lezat sekali.” pakaian sipil itu tersenyum. ”Maaf jika ini mengganggu liburan ”Tidak ada apa-apa di kapal ini.” Aku menggeleng. kalian.” Dia mengangguk ramah ke arah Opa, dan Maryam. ”Apa pun yang mencurigakan di kapal ini.” Andaikata tidak ada tiga moncong senapan otomatis terarah ”Well, biarkan petugas kami memastikannya.” Orang ber­ ”Hei, kalian sedang sarapan, bukan? Tampaknya lezat sekali.” pakaian sipil itu tersenyum. ”Maaf jika ini mengganggu liburan ”Tidak ada apa-apa di kapal ini.” Aku menggeleng. Andaikata tidak ada tiga moncong senapan otomatis terarah kalian.” Dia mengangguk ramah ke arah Opa, dan Maryam. ”Well, biarkan petugas kami memastikannya.” Orang ber­ ”Hei, kalian sedang sarapan, bukan? Tampaknya lezat sekali.” pakaian sipil itu tersenyum. ”Maaf jika ini mengganggu liburan ”Tidak ada apa-apa di kapal ini.” Aku menggeleng. Andaikata tidak ada tiga moncong senapan otomatis terarah kalian.” Dia mengangguk ramah ke arah Opa, dan Maryam. ”Well, biarkan petugas kami memastikannya.” Orang ber­ pada kami, suara benda yang dibongkar tiga petugas berseragam ”Hei, kalian sedang sarapan, bukan? Tampaknya lezat sekali.” pakaian sipil itu tersenyum. ”Maaf jika ini mengganggu liburan ”Tidak ada apa-apa di kapal ini.” Aku menggeleng. Andaikata tidak ada tiga moncong senapan otomatis terarah kalian.” Dia mengangguk ramah ke arah Opa, dan Maryam. ”Well, biarkan petugas kami memastikannya.” Orang ber­ pada kami, suara benda yang dibongkar tiga petugas berseragam ”Hei, kalian sedang sarapan, bukan? Tampaknya lezat sekali.” pakaian sipil itu tersenyum. ”Maaf jika ini mengganggu liburan Andaikata tidak ada tiga moncong senapan otomatis terarah kalian.” Dia mengangguk ramah ke arah Opa, dan Maryam. ”Well, biarkan petugas kami memastikannya.” Orang ber­ ”Hei, kalian sedang sarapan, bukan? Tampaknya lezat sekali.” ”Tidak ada apa-apa di kapal ini.” Aku menggeleng. pada kami, suara benda yang dibongkar tiga petugas berseragam pakaian sipil itu tersenyum. ”Maaf jika ini mengganggu liburan Andaikata tidak ada tiga moncong senapan otomatis terarah kalian.” Dia mengangguk ramah ke arah Opa, dan Maryam. ”Well, biarkan petugas kami memastikannya.” Orang ber­ pada kami, suara benda yang dibongkar tiga petugas berseragam ”Hei, kalian sedang sarapan, bukan? Tampaknya lezat sekali.” pakaian sipil itu tersenyum. ”Maaf jika ini mengganggu liburan Andaikata tidak ada tiga moncong senapan otomatis terarah kalian.” Dia mengangguk ramah ke arah Opa, dan Maryam. ”Well, biarkan petugas kami memastikannya.” Orang ber­ pada kami, suara benda yang dibongkar tiga petugas berseragam ”Hei, kalian sedang sarapan, bukan? Tampaknya lezat sekali.” pakaian sipil itu tersenyum. ”Maaf jika ini mengganggu liburan taktis lainnya dan semua situasi yang membingungkan, sudah Andaikata tidak ada tiga moncong senapan otomatis terarah kalian.” Dia mengangguk ramah ke arah Opa, dan Maryam. ”Well, biarkan petugas kami memastikannya.” Orang ber­ pada kami, suara benda yang dibongkar tiga petugas berseragam ”Hei, kalian sedang sarapan, bukan? Tampaknya lezat sekali.” pakaian sipil itu tersenyum. ”Maaf jika ini mengganggu liburan taktis lainnya dan semua situasi yang membingungkan, sudah Andaikata tidak ada tiga moncong senapan otomatis terarah kalian.” Dia mengangguk ramah ke arah Opa, dan Maryam. pada kami, suara benda yang dibongkar tiga petugas berseragam ”Hei, kalian sedang sarapan, bukan? Tampaknya lezat sekali.” pakaian sipil itu tersenyum. ”Maaf jika ini mengganggu liburan Andaikata tidak ada tiga moncong senapan otomatis terarah ”Well, biarkan petugas kami memastikannya.” Orang ber­ taktis lainnya dan semua situasi yang membingungkan, sudah kalian.” Dia mengangguk ramah ke arah Opa, dan Maryam. pada kami, suara benda yang dibongkar tiga petugas berseragam ”Hei, kalian sedang sarapan, bukan? Tampaknya lezat sekali.” pakaian sipil itu tersenyum. ”Maaf jika ini mengganggu liburan taktis lainnya dan semua situasi yang membingungkan, sudah Andaikata tidak ada tiga moncong senapan otomatis terarah kalian.” Dia mengangguk ramah ke arah Opa, dan Maryam. pada kami, suara benda yang dibongkar tiga petugas berseragam ”Hei, kalian sedang sarapan, bukan? Tampaknya lezat sekali.” pakaian sipil itu tersenyum. ”Maaf jika ini mengganggu liburan taktis lainnya dan semua situasi yang membingungkan, sudah Andaikata tidak ada tiga moncong senapan otomatis terarah kalian.” Dia mengangguk ramah ke arah Opa, dan Maryam. dari tadi rasanya aku hendak meninju rahang orang di hadapan­ pada kami, suara benda yang dibongkar tiga petugas berseragam ”Hei, kalian sedang sarapan, bukan? Tampaknya lezat sekali.” pakaian sipil itu tersenyum. ”Maaf jika ini mengganggu liburan taktis lainnya dan semua situasi yang membingungkan, sudah Andaikata tidak ada tiga moncong senapan otomatis terarah kalian.” Dia mengangguk ramah ke arah Opa, dan Maryam. dari tadi rasanya aku hendak meninju rahang orang di hadapan­ pada kami, suara benda yang dibongkar tiga petugas berseragam ”Hei, kalian sedang sarapan, bukan? Tampaknya lezat sekali.” taktis lainnya dan semua situasi yang membingungkan, sudah Andaikata tidak ada tiga moncong senapan otomatis terarah kalian.” Dia mengangguk ramah ke arah Opa, dan Maryam. pada kami, suara benda yang dibongkar tigamengganggu petugas berseragam pakaian sipil itu tersenyum. ”Maaf jika ini liburan dari tadi rasanya aku hendak meninju rahang orang di hadapan­ ”Hei, kalian sedang sarapan, bukan? Tampaknya lezat sekali.” taktis lainnya dan semua situasi yang membingungkan, sudah Andaikata tidak ada tiga moncong senapan otomatis terarah kalian.” Dia mengangguk ramah ke arah Opa, dan Maryam. dari tadi rasanya aku hendak meninju rahang orang di hadapan­ pada kami, suara benda yang dibongkar tiga petugas berseragam ”Hei, kalian sedang sarapan, bukan? Tampaknya lezat sekali.” taktis lainnya dan semua situasi yang membingungkan, sudah Andaikata tidak ada tiga moncong senapan otomatis terarah kalian.” Dia mengangguk ramah ke arah Opa, dan Maryam. dari tadi rasanya aku hendak meninju rahang orang di hadapan­ pada kami, suara benda yang dibongkar tiga petugas berseragam ”Hei, kalian sedang sarapan, bukan? lezat sekali.” ku ini. Lihatlah, dia bahkan santai meraih piring kepiting di atas taktis lainnya dan semua situasi yang membingungkan, sudah Andaikata tidak ada tiga moncong senapan otomatis terarah kalian.” Dia mengangguk ramah ke Tampaknya arah Opa, dan Maryam. dari tadi rasanya aku hendak meninju rahang orang di hadapan­ pada kami, suara benda yang dibongkar tiga petugas berseragam ”Hei, kalian sedang sarapan, bukan? Tampaknya lezat sekali.” ku ini. Lihatlah, dia bahkan santai meraih piring kepiting di atas taktis lainnya dan semua situasi yang membingungkan, sudah Andaikata tidak ada tiga moncong senapan otomatis terarah dari tadi rasanya aku hendak meninju rahang orang di hadapan­ pada kami, suara benda yang dibongkar tiga petugas berseragam ”Hei, kalian sedang sarapan, bukan? Tampaknya lezat sekali.” taktis lainnya dan semua situasi yang membingungkan, sudah kalian.” Dia mengangguk ramah ke arah Opa, dan Maryam. ku ini. Lihatlah, dia bahkan santai meraih piring kepiting di atas Andaikata tidak ada tiga moncong senapan otomatis terarah dari tadi rasanya aku hendak meninju rahang orang di hadapan­ pada kami, suara benda yang dibongkar tiga petugas berseragam ”Hei, kalian sedang sarapan, bukan? Tampaknya lezat sekali.” ku ini. Lihatlah, dia bahkan santai meraih piring kepiting di atas taktis lainnya dan semua situasi yang membingungkan, sudah Andaikata tidak ada tiga moncong senapan otomatis terarah dari tadi rasanya aku hendak meninju rahang orang di hadapan­ pada kami, suara benda yang dibongkar tiga petugas berseragam ”Hei, kalian sedang sarapan, bukan? Tampaknya lezat sekali.” ku ini. Lihatlah, dia bahkan santai meraih piring kepiting di atas taktis lainnya dan semua situasi yang membingungkan, sudah Andaikata tidak ada tiga moncong senapan otomatis terarah meja. dari tadi rasanya aku hendak meninju rahang orang di hadapan­ pada kami, suara benda yang dibongkar tiga petugas berseragam ”Hei, kalian sedang sarapan, bukan? Tampaknya lezat sekali.” ku ini. Lihatlah, dia bahkan santai meraih piring kepiting di atas taktis lainnya dan semua situasi yang membingungkan, sudah Andaikata tidak ada tiga moncong senapan otomatis terarah meja. dari tadi rasanya aku hendak meninju rahang orang di hadapan­ pada kami, suara benda yang dibongkar tiga petugas berseragam ku ini. Lihatlah, dia bahkan santai meraih piring kepiting di atas taktis lainnya dan semua situasi yang membingungkan, sudah Andaikata tidak ada tiga moncong senapan otomatis terarah dari tadi rasanya aku hendak meninju rahang orang di hadapan­ ”Hei, kalian sedang sarapan, bukan? Tampaknya lezat sekali.” meja. pada kami, suara benda yang dibongkar tiga petugas berseragam ku ini. Lihatlah, dia bahkan santai meraih piring kepiting di atas taktis lainnya dan semua situasi yang membingungkan, sudah Andaikata tidak ada tiga moncong senapan otomatis terarah meja. dari tadi rasanya aku hendak meninju rahang orang di hadapan­ pada kami, suara benda yang dibongkar tiga petugas berseragam ku ini. Lihatlah, dia bahkan santai meraih piring kepiting di atas taktis lainnya dan semua situasi yang membingungkan, sudah Andaikata tidak ada tiga moncong senapan otomatis terarah meja. dari tadi rasanya aku hendak meninju rahang orang di hadapan­ pada kami, suara benda yang dibongkar tiga petugas berseragam ”Boleh aku mencicipinya?” Dia bertanya sopan ke arah Opa. ku ini. Lihatlah, dia bahkan santai meraih piring kepiting di atas taktis lainnya dan semua situasi yang membingungkan, sudah Andaikata tidak ada tiga moncong senapan otomatis terarah meja. dari tadi rasanya aku hendak meninju rahang orang di hadapan­ pada kami, suara benda yang dibongkar tiga petugas berseragam ”Boleh aku mencicipinya?” Dia bertanya sopan ke arah Opa. ku ini. Lihatlah, dia bahkan santai meraih piring kepiting di atas taktis lainnya dan semua situasi yang membingungkan, sudah meja. dari tadi rasanya aku hendak meninju rahang orang di hadapan­ pada kami, suara benda yang dibongkar tiga petugas berseragam ku ini. Lihatlah, dia bahkan santai meraih piring kepiting di atas Andaikata tidak ada tiga moncong senapan otomatis terarah ”Boleh aku mencicipinya?” Dia bertanya sopan ke arah Opa. taktis lainnya dan semua situasi yang membingungkan, sudah meja. dari tadi rasanya aku hendak meninju rahang orang di hadapan­ pada kami, suara benda yang dibongkar tiga petugas berseragam ”Boleh aku mencicipinya?” Dia bertanya sopan ke arah Opa. ku ini. Lihatlah, dia bahkan santai meraih piring kepiting di atas taktis lainnya dan semua situasi yang membingungkan, sudah meja. dari tadi rasanya aku hendak meninju rahang orang di hadapan­ pada kami, suara benda yang dibongkar tiga petugas berseragam ”Boleh aku mencicipinya?” Dia bertanya sopan ke arah Opa. ku ini. Lihatlah, dia bahkan santai meraih piring kepiting di atas taktis lainnya dan semua situasi yang membingungkan, sudah Aku menggeram, mereka memang memegang izin tertulis meja. dari tadi rasanya aku hendak meninju rahang orang di hadapan­ pada kami, suara benda yang dibongkar tiga petugas berseragam ”Boleh aku mencicipinya?” Dia bertanya sopan ke arah Opa. ku ini. Lihatlah, dia bahkan santai meraih piring kepiting di atas taktis lainnya dan semua situasi yang membingungkan, sudah Aku menggeram, mereka memang memegang izin tertulis meja. dari tadi rasanya aku hendak meninju rahang orang di hadapan­ ”Boleh aku mencicipinya?” Dia bertanya sopan ke arah Opa. ku ini. Lihatlah, dia bahkan santai meraih piring kepiting di atas taktis lainnya dan semua situasi yang membingungkan, sudah meja. pada kami, suara benda yang dibongkar tiga petugas berseragam Aku menggeram, mereka memang memegang izin tertulis dari tadi rasanya aku hendak meninju rahang orang di hadapan­ ”Boleh aku mencicipinya?” Dia bertanya sopan ke arah Opa. ku ini. Lihatlah, dia bahkan santai meraih piring kepiting di atas taktis lainnya dan semua situasi yang membingungkan, sudah Aku menggeram, mereka memang memegang izin tertulis meja. dari tadi rasanya aku hendak meninju rahang orang di hadapan­ ”Boleh aku mencicipinya?” Dia bertanya sopan ke arah Opa. ku ini. Lihatlah, dia bahkan santai meraih piring kepiting di atas taktis lainnya dan semua situasi yang membingungkan, sudah Aku menggeram, mereka memang memegang izin tertulis meja. dari tadi rasanya aku hendak meninju rahang orang di hadapan­ ”Boleh aku mencicipinya?” Dia bertanya sopan ke arah Opa. ku ini. Lihatlah, dia bahkan santai meraih piring kepiting disudah atas taktis lainnya dan situasi yang membingungkan, Aku menggeram, mereka memang memegang tertulis meja. dari tadi rasanya akusemua hendak meninju rahang orang diarah hadapan­ ”Boleh aku mencicipinya?” Dia bertanya sopan keizin Opa.



besar. ”Ini lezat Dia baru saja mengunyah sepotong daging borgol dipaksa duduk tidak berdaya di lantai seperti penjahat mereka bisa semaunya saja, apalagi Kadek dengan tangan di­ dari pengadilan untuk memeriksa kapal ini, tapi bukan berarti cangkang kepiting. ”Sedikit pedas untuk lidahku, tapi no ”Ini lezat sekali.” Dia baru saja mengunyah sepotong daging besar. borgol dipaksa duduk tidak berdaya di lantai seperti penjahat mereka bisa sekali.” semaunya saja, apalagi Kadek dengan tangan di­ dari pengadilan untuk memeriksa kapal ini, dengan tapi bukan berarti cangkang kepiting. ”Sedikit pedas untuk lidahku, tapi no ”Ini lezat sekali.” Dia baru saja mengunyah sepotong daging besar. borgol dipaksa duduk tidak berdaya di lantai seperti penjahat mereka bisa semaunya saja, apalagi Kadek tangan di­ dari pengadilan untuk memeriksa kapal ini, tapi bukan berarti ”Ini lezat sekali.” Dia baru saja mengunyah sepotong daging besar. borgol dipaksa duduk tidak berdaya di lantai seperti penjahat mereka bisa semaunya saja, apalagi Kadek tangan di­ pengadilan untuk memeriksa kapal ini, dengan tapi bukan berarti dari cangkang kepiting. ”Sedikit pedas untuk lidahku, tapi no ”Ini lezat sekali.” Dia baru saja mengunyah sepotong daging ”Sedikit pedas untuk lidahku, tapi no besar. borgol dipaksa duduk tidak berdaya di lantai seperti penjahat mereka bisa semaunya saja, apalagi Kadek dengan tangan di­ problem.” ”Ini lezat sekali.” Dia baru saja mengunyah sepotong daging dari cangkang kepiting. ”Sedikit pedas untuk lidahku, tapi no besar. borgol dipaksa duduk tidak berdaya di lantai seperti penjahat mereka bisa semaunya saja, apalagi Kadek dengan tangan di­ problem.” dari cangkang kepiting. ”Sedikit pedas untuk lidahku, tapi no ”Ini lezat sekali.” Dia baru saja mengunyah sepotong daging besar. borgol dipaksa duduk tidak berdaya di lantai seperti penjahat mereka bisa semaunya saja, apalagi Kadek dengan tangan di­ problem.” dari cangkang kepiting. ”Sedikit pedas untuk lidahku, tapi no ”Ini lezat sekali.” Dia baru saja mengunyah sepotong daging besar. borgol dipaksa duduk tidak berdaya di lantai seperti penjahat mereka bisa semaunya saja, apalagi Kadek dengan tangan di­ dari cangkang kepiting. ”Sedikit pedas untuk lidahku, tapi no ”Ini lezat sekali.” Dia baru saja mengunyah sepotong daging besar. borgol dipaksa duduk tidak berdaya di lantai seperti penjahat mereka bisa semaunya saja, apalagi Kadek dengan tangan di­ problem.” dari cangkang kepiting. ”Sedikit pedas untuk lidahku, tapi no ”Ini lezat sekali.” Dia baru saja mengunyah sepotong daging besar. borgol dipaksa duduk tidak berdaya di lantai seperti penjahat Opa menatapnya lamat-lamat, mencoba tersenyum. Maryam dari cangkang kepiting. ”Sedikit pedas untuk lidahku, tapi no problem.” ”Ini lezat sekali.” Dia baru saja mengunyah sepotong daging besar. borgol dipaksa duduk tidak berdaya di lantai seperti penjahat Opa menatapnya lamat-lamat, mencoba tersenyum. Maryam problem.” dari cangkang kepiting. ”Sedikit pedas untuk lidahku, tapi no ”Ini lezat sekali.” Dia baru saja mengunyah sepotong daging besar. borgol dipaksa duduk tidak berdaya di lantai seperti penjahat Opa menatapnya lamat-lamat, mencoba tersenyum. Maryam problem.” dari cangkang kepiting. ”Sedikit pedas untuk lidahku, tapi no ”Ini lezat sekali.” Dia baru saja mengunyah sepotong daging besar. borgol dipaksa duduk tidak berdaya di lantai seperti penjahat problem.” dari cangkang kepiting. ”Sedikit pedas untuk lidahku, tapi no ”Ini lezat sekali.” Dia baru saja mengunyah sepotong daging besar. borgol dipaksa duduk tidak berdaya di lantai seperti penjahat Opa menatapnya lamat-lamat, mencoba tersenyum. Maryam problem.” lamat-lamat, mencoba tersenyum. Maryam dari cangkang kepiting. ”Sedikit pedas untuk lidahku, tapi no ”Ini lezat sekali.” Dia baru saja mengunyah sepotong daging besar. dengan tangan gemetar dan wajah pucat melirik laras senjata problem.” Opa menatapnya lamat-lamat, mencoba tersenyum. Maryam dari cangkang kepiting. ”Sedikit pedas untuk lidahku, tapi no ”Ini lezat sekali.” Dia baru saja mengunyah sepotong daging besar. dengan tangan gemetar dan wajah pucat melirik laras senjata Opa menatapnya lamat-lamat, mencoba tersenyum. Maryam problem.” dari cangkang kepiting. ”Sedikit pedas untuk lidahku, tapi no ”Ini lezat sekali.” Dia baru saja mengunyah sepotong daging besar. dengan tangan gemetar dan wajah pucat melirik laras senjata Opa menatapnya lamat-lamat, mencoba tersenyum. Maryam problem.” dari cangkang kepiting. ”Sedikit pedas untuk lidahku, tapi no ”Ini lezat sekali.” Dia baru saja mengunyah sepotong daging besar. Opa menatapnya lamat-lamat, mencoba tersenyum. Maryam problem.” dari cangkang kepiting. ”Sedikit pedas untuk lidahku, tapi no ”Ini lezat sekali.” Dia baru saja mengunyah sepotong daging besar. dengan tangan gemetar dan wajah pucat melirik laras senjata Opa menatapnya lamat-lamat, mencoba tersenyum. Maryam wajah pucat melirik laras senjata problem.” dari cangkang kepiting. ”Sedikit pedas untuk lidahku, tapi no ”Ini lezat sekali.” Dia baru saja mengunyah sepotong daging yang hanya tiga puluh senti dari wajahnya. Gadis wartawan itu Opa menatapnya lamat-lamat, mencoba tersenyum. Maryam dengan tangan gemetar dan wajah pucat melirik laras senjata problem.” dari cangkang kepiting. ”Sedikit pedas untuk lidahku, tapi no ”Ini lezat sekali.” Dia baru saja mengunyah sepotong daging yang hanya tiga puluh senti dari wajahnya. Gadis wartawan itu dengan tangan gemetar dan wajah pucat melirik laras senjata Opa menatapnya lamat-lamat, mencoba tersenyum. Maryam problem.” dari cangkang kepiting. ”Sedikit pedas untuk lidahku, tapi no ”Ini lezat sekali.” Dia baru saja mengunyah sepotong daging yang hanya tiga puluh senti dari wajahnya. Gadis wartawan itu dengan tangan gemetar dan wajah pucat melirik laras senjata Opa menatapnya lamat-lamat, mencoba tersenyum. Maryam problem.” dari cangkang kepiting. ”Sedikit pedas untuk lidahku, tapi no ”Ini lezat sekali.” Dia baru saja mengunyah sepotong daging dengan tangan gemetar dan wajah pucat melirik laras senjata Opa menatapnya lamat-lamat, mencoba tersenyum. Maryam problem.” dari cangkang kepiting. ”Sedikit pedas untuk lidahku, tapi no ”Ini lezat sekali.” Dia baru saja mengunyah sepotong daging yang hanya tiga puluh senti dari wajahnya. Gadis wartawan itu dengan tangan gemetar dan wajah pucat melirik laras senjata dari wajahnya. Gadis wartawan itu Opa menatapnya lamat-lamat, mencoba tersenyum. Maryam problem.” dari cangkang kepiting. ”Sedikit pedas untuk lidahku, tapi no jelas lebih bingung, lebih panik dibanding siapa pun. Aku me­ dengan tangan gemetar dan wajah pucat melirik laras senjata yang hanya tiga puluh senti dari wajahnya. Gadis wartawan itu Opa menatapnya lamat-lamat, mencoba tersenyum. Maryam problem.” dari cangkang kepiting. ”Sedikit pedas untuk lidahku, tapi no jelas lebih bingung, lebih panik dibanding siapa pun. Aku me­ yang hanya tiga puluh senti dari wajahnya. Gadis wartawan itu dengan tangan gemetar dan wajah pucat melirik laras senjata Opa menatapnya lamat-lamat, mencoba tersenyum. Maryam problem.” dari cangkang kepiting. ”Sedikit pedas untuk lidahku, tapi no jelas lebih bingung, lebih panik dibanding siapa pun. Aku me­ yang hanya tiga puluh senti dari wajahnya. Gadis wartawan itu dengan tangan gemetar dan wajah pucat melirik laras senjata Opa menatapnya lamat-lamat, mencoba tersenyum. Maryam problem.” dari cangkang kepiting. ”Sedikit pedas untuk lidahku, tapi no yang hanya tiga puluh senti dari wajahnya. Gadis wartawan itu dengan tangan gemetar dan wajah pucat melirik laras senjata Opa menatapnya lamat-lamat, mencoba tersenyum. Maryam problem.” dari cangkang kepiting. ”Sedikit pedas untuk lidahku, tapi no jelas lebih bingung, lebih panik dibanding siapa pun. Aku me­ yang hanya tiga puluh senti dari wajahnya. Gadis wartawan itu panik dibanding siapa pun. Aku me­ dengan tangan gemetar dan wajah pucat melirik laras senjata Opa menatapnya lamat-lamat, mencoba tersenyum. Maryam problem.” bersabar. remas jemari, mencoba yang hanya tiga puluh senti dari wajahnya. Gadis wartawan itu jelas lebih bingung, lebih panik dibanding siapa pun. Aku me­ dengan tangan gemetar dan wajah pucat melirik laras senjata Opa menatapnya lamat-lamat, mencoba tersenyum. Maryam problem.” bersabar. remas jemari, mencoba jelas lebih bingung, lebih panik dibanding siapa pun. Aku me­ yang hanya tiga puluh senti dari wajahnya. Gadis wartawan itu dengan tangan gemetar dan wajah pucat melirik laras senjata Opa menatapnya lamat-lamat, mencoba tersenyum. Maryam problem.” bersabar. remas jemari, mencoba jelas lebih bingung, lebih panik dibanding siapa pun. Aku me­ yang hanya tiga puluh senti dari wajahnya. Gadis wartawan itu dengan tangan gemetar dan wajah pucat melirik laras senjata Opa menatapnya lamat-lamat, mencoba tersenyum. Maryam problem.” jelas lebih bingung, lebih panik dibanding siapa pun. Aku me­ yang hanya tiga puluh senti dari wajahnya. Gadis wartawan itu dengan tangan gemetar dan wajah pucat melirik laras senjata Opa menatapnya lamat-lamat, mencoba tersenyum. Maryam problem.” bersabar. remas jemari, mencoba jelas lebih bingung, lebih panik dibanding siapa pun. Aku me­ bersabar. yang hanya tiga puluh senti dari wajahnya. Gadis wartawan itu dengan tangan gemetar dan wajah pucat melirik laras senjata Opa menatapnya lamat-lamat, mencoba tersenyum. Maryam ”Kami menemukan sesuatu, Sir.” Dua dari tiga orang yang jelas lebih bingung, lebih panik dibanding siapa pun. Aku me­ bersabar. remas jemari, mencoba yang hanya tiga puluh senti dari wajahnya. Gadis wartawan itu dengan tangan gemetar dan wajah pucat melirik laras senjata Opa menatapnya lamat-lamat, mencoba tersenyum. Maryam ”Kami menemukan sesuatu, Sir.” Dua dari tiga orang yang bersabar. remas jemari, mencoba jelas lebih bingung, lebih panik dibanding siapa pun. Aku me­ yang hanya tiga puluh senti dari wajahnya. Gadis wartawan itu dengan tangan gemetar dan wajah pucat melirik laras senjata Opa menatapnya lamat-lamat, mencoba tersenyum. Maryam ”Kami menemukan sesuatu, Sir.” Dua dari dari tiga orang yang bersabar. remas jemari, mencoba jelas lebih bingung, lebih panik dibanding siapa pun. Aku me­ dengan tangan gemetar dan wajah pucat melirik laras senjata yang hanya tiga puluh senti dari wajahnya. Gadis wartawan itu Opa menatapnya lamat-lamat, mencoba tersenyum. Maryam bersabar. remas jemari, mencoba jelas lebih bingung, lebih panik dibanding siapa pun. Aku me­ yang hanya tiga puluh senti dari wajahnya. Gadis wartawan itu dengan tangan gemetar dan wajah pucat melirik laras senjata Opa menatapnya lamat-lamat, mencoba tersenyum. Maryam ”Kami menemukan sesuatu, Sir.” Dua tiga orang yang bersabar. remas jemari, mencoba sesuatu, Sir.” Dua dari tiga orang yang jelas lebih bingung, lebih panik dibanding siapa pun. Aku me­ yang hanya tiga puluh senti dari wajahnya. Gadis wartawan itu dengan tangan gemetar dan wajah pucat melirik laras senjata memeriksa kapal kembali dari kabin belakang, susah payah bersabar. remas jemari, mencoba ”Kami menemukan sesuatu, Sir.” Dua dari tiga orang yang jelas lebih bingung, lebih panik dibanding siapa pun. Aku me­ yang hanya tiga puluh senti dari wajahnya. Gadis wartawan itu dengan tangan gemetar dan wajah pucat melirik laras senjata memeriksa kapal kembali dari kabin belakang, susah payah ”Kami menemukan sesuatu, Sir.” Dua dari tiga orang yang bersabar. remas jemari, mencoba jelas lebih bingung, lebih panik dibanding siapa pun. Aku me­ yang hanya tiga puluh senti dari wajahnya. Gadis wartawan itu dengan tangan gemetar dan wajah pucat melirik laras senjata memeriksa kapal kembali dari kabin belakang, susah payah ”Kami menemukan sesuatu, Sir.” Dua dari tiga orang yang bersabar. remas jemari, mencoba yang hanya tiga puluh senti dari wajahnya. Gadis wartawan itu jelas lebih bingung, lebih panik dibanding siapa pun. Aku me­ dengan tangan gemetar dan wajah pucat melirik laras senjata ”Kami menemukan sesuatu, Sir.” Dua dari tiga orang yang bersabar. remas jemari, mencoba jelas lebih bingung, lebih panik dibanding siapa pun. Aku me­ yang hanya tiga puluh senti dari wajahnya. Gadis wartawan itu dengan tangan gemetar dan wajah pucat melirik laras senjata memeriksa kapal kembali dari kabin belakang, susah payah ”Kami menemukan sesuatu, Sir.” Dua dari tiga orang yang dari kabin belakang, susah payah bersabar. remas jemari, mencoba jelas lebih bingung, lebih panik dibanding siapa pun. Aku me­ yang hanya tiga puluh senti dari wajahnya. Gadis wartawan itu menggotong sebuah kotak. ”Kami menemukan sesuatu, Sir.” Dua dari tiga orang yang memeriksa kapal kembali dari kabin belakang, susah payah bersabar. remas jemari, mencoba jelas lebih bingung, lebih panik dibanding siapa pun. Aku me­ yang hanya tiga puluh senti dari wajahnya. Gadis wartawan itu menggotong sebuah kotak. memeriksa kapal kembali dari kabin belakang, susah payah ”Kami menemukan sesuatu, Sir.” Dua dari tiga orang yang bersabar. remas jemari, mencoba jelas lebih bingung, lebih panik dibanding siapa pun. Akupayah me­ yang hanya tiga puluh senti daridibanding wajahnya. Gadis wartawan itu menggotong sebuah kotak. memeriksa kapal kembali dari kabin belakang, susah jelas lebih bingung, lebih panik siapa pun. Aku me­ ”Kami menemukan sesuatu, Sir.” Dua dari tiga orang yang bersabar. remas jemari, mencoba yang hanya tiga puluh senti dari wajahnya. Gadis wartawan itu memeriksa kapal kembali dari kabin belakang, susah payah ”Kami menemukan sesuatu, Sir.” Dua dari tiga orang yang bersabar. remas jemari, mencoba jelas lebih bingung, lebih panik dibanding siapa pun. Aku me­ yang hanya tiga puluh senti dari wajahnya. Gadis wartawan itu menggotong sebuah kotak. memeriksa kapal kembali dari kabin belakang, susah payah ”Kami menemukan sesuatu, Sir.” Dua dari tiga orang yang bersabar. remas jemari, mencoba jelas lebih bingung, lebih panik dibanding siapa pun. Aku me­ ”Buka.” Orang berpakaian sipil itu meletakkan piring berisi memeriksa kapal kembali dari kabin belakang, susah payah menggotong sebuah kotak. ”Kami menemukan sesuatu, Sir.” Dua dari tiga orang yang bersabar. remas jemari, mencoba jelas lebih bingung, lebih panik dibanding siapa pun. Aku me­ ”Buka.” Orang berpakaian sipil itu meletakkan piring berisi menggotong sebuah kotak. memeriksa kapal kembali dari kabin belakang, susah payah ”Kami menemukan sesuatu, Sir.” Dua dari tiga orang yang bersabar. remas jemari, mencoba jelas lebih bingung, lebih panik dibanding siapa pun. Aku me­ ”Buka.” Orang berpakaian sipil itu meletakkan piring berisi menggotong sebuah kotak. bersabar. remas jemari, mencoba memeriksa kapal kembali dari kabin belakang, susah payah ”Kami menemukan sesuatu, Sir.” Dua dari tiga orang yang jelas lebih bingung, lebih panik dibanding siapa pun. Aku me­ menggotong sebuah kotak. memeriksa kapal kembali dari kabin belakang, susah payah ”Kami menemukan sesuatu, Sir.” Dua dari tiga orang yang bersabar. remas jemari, mencoba ”Buka.” Orang berpakaian sipil itu meletakkan piring jelas lebih bingung, lebih panik dibanding siapatiga pun. Akuberisi me­ menggotong sebuah kotak. sipil itu meletakkan piring berisi memeriksa kapal kembali dari kabin belakang, susah payah ”Kami menemukan sesuatu, Sir.” Dua dari orang yang bersabar. remas jemari, mencoba kepiting. menggotong sebuah kotak. ”Buka.” Orang berpakaian sipil itu meletakkan piring berisi memeriksa kapal kembali dari kabin belakang, ”Kami menemukan sesuatu, Sir.” Dua dari tiga orang yang bersabar. remas jemari, mencoba kepiting. ”Buka.” Orang berpakaian sipil itu meletakkan piring berisi menggotong sebuah kotak. memeriksa kapal kembali dari kabin belakang, susah payah ”Kami menemukan sesuatu, Sir.” Dua dari tiga tigasusah orangpayah yang bersabar. remas jemari, mencoba kepiting. ”Kami menemukan sesuatu, Sir.” Dua dari orang yang ”Buka.” Orang berpakaian sipil itu meletakkan piring berisi menggotong sebuah kotak. memeriksa kapal kembali dari kabin belakang, susah payah bersabar. remas jemari, mencoba ”Buka.” Orang berpakaian sipil itu meletakkan piring berisi menggotong sebuah kotak. memeriksa kapal kembali dari kabin belakang, susah payah ”Kami menemukan sesuatu, Sir.” Dua dari tiga orang yang kepiting. bersabar. remas jemari, mencoba ”Buka.” Orang berpakaian sipil itu meletakkan piring berisi kepiting. menggotong sebuah kotak. memeriksa kapal kembali dari kabin belakang, susah payah ”Kami menemukan sesuatu, Sir.” Dua dari tiga orang yang Itu hanya kotak peralatan kapal, apa yang sebenarnya mereka ”Buka.” Orang berpakaian sipil itu meletakkan piring berisi kepiting. menggotong sebuah kotak. memeriksa kapal kembali dari kabin belakang, susah payah ”Kami menemukan sesuatu, Sir.” Dua dari tiga orang yang Itu hanya kotak peralatan kapal, apa yang sebenarnya mereka kepiting. ”Buka.” Orang berpakaian sipil itu meletakkan piring berisi menggotong sebuah kotak. memeriksa kapal kembali dari kabin belakang, susah payah ”Kami menemukan sesuatu, Sir.” Dua dari tiga orang yang dari kabin belakang, susah payah Itu hanya kotak peralatan kapal, apa yang sebenarnya mereka kepiting. ”Buka.” Orang berpakaian sipil itu meletakkan piring berisi menggotong sebuah kotak. ”Kami menemukan sesuatu, Sir.” Dua dari tiga orang yang kepiting. ”Buka.” Orang berpakaian sipil itu meletakkan piring berisi menggotong sebuah kotak. Itu hanya kotak peralatan kapal, apa yang sebenarnya mereka memeriksa kapal kembali dari kabin belakang, susah payah ”Kami menemukan sesuatu, Sir.” Dua dari tiga orang yang kepiting. Itu hanya kotak peralatan kapal, apa yang sebenarnya mereka ”Buka.” Orang berpakaian sipil itu meletakkan piring berisi menggotong sebuah kotak. memeriksa kapal kembali dari kabin belakang, susah payah harapkan? Isinya paling hanya kunci, suku cadang, dan peralatan kepiting. Itu hanya kotak peralatan kapal, apa yang sebenarnya mereka ”Buka.” Orang berpakaian sipil itu meletakkan piring berisi menggotong sebuah kotak. memeriksa kapal kembali dari kabin belakang, susah payah harapkan? Isinya paling hanya kunci, suku cadang, dan peralatan Itu hanya kotak peralatan kapal, apa yang sebenarnya mereka kepiting. ”Buka.” Orang berpakaian sipil itu meletakkan piring berisi memeriksa kapal kembali dari kabin belakang, susah payah menggotong sebuah kotak. harapkan? Isinya paling hanya kunci, suku cadang, dan peralatan Itu hanya kotak peralatan kapal, apa yang sebenarnya mereka kepiting. ”Buka.” Orang berpakaian sipil itu meletakkan piring berisi memeriksa kapal kembali dari kabin belakang, susah payah Itu hanya kotak peralatan kapal, apa yang sebenarnya mereka kepiting. ”Buka.” Orang berpakaian sipil itu meletakkan piring berisi harapkan? Isinya paling hanya kunci, suku cadang, dan peralatan menggotong sebuah kotak. memeriksa kapal kembali dari kabin belakang, susah payah Itu hanya kotak peralatan kapal, apa yang sebenarnya mereka harapkan? Isinya paling hanya kunci, suku cadang, dan peralatan kepiting. ”Buka.” Orang berpakaian sipil itu meletakkan piring berisi menggotong sebuah kotak. keselamatan. Aku hendak berseru ketus menjelaskan. Ini kapal Itu hanya kotak peralatan kapal, apa yang sebenarnya mereka harapkan? Isinya hanya kunci, suku cadang, dan peralatan kepiting. ”Buka.” Orang berpakaian sipil itu meletakkan piring berisi menggotong sebuah kotak. keselamatan. Akupaling hendak berseru ketus menjelaskan. Ini kapal harapkan? Isinya paling hanya kunci, suku cadang, dan peralatan Itu kotak peralatan kapal, apa yang sebenarnya mereka kepiting. sipil itu meletakkan piring berisi menggotong sebuah kotak. ”Buka.” Orang berpakaian sipil itu meletakkan piring berisi keselamatan. Aku hendak berseru ketus menjelaskan. Ini kapal harapkan? Isinya paling hanya kunci, suku cadang, dan peralatan Itu hanya hanya kotak peralatan kapal, apa yang sebenarnya mereka kepiting. menggotong sebuah kotak. harapkan? Isinya paling hanya kunci, suku cadang, dan peralatan Itu hanya kotak peralatan kapal, apa yang sebenarnya mereka kepiting. keselamatan. Aku hendak berseru ketus menjelaskan. Ini kapal ”Buka.” Orang berpakaian sipil itu meletakkan piring berisi menggotong sebuah kotak. harapkan? Isinya paling hanya kunci, suku cadang, dan peralatan keselamatan. Aku hendak berseru ketus menjelaskan. Ini kapal Itu hanya kotak peralatan kapal, apa yang sebenarnya mereka kepiting. ”Buka.” Orang berpakaian sipil itu meletakkan piring berisi pesiar baru, fresh from the oven, tidak akan ada yang mencuriga­ harapkan? Isinya paling hanya kunci, suku cadang, dan peralatan keselamatan. Aku hendak berseru ketus menjelaskan. Ini kapal Itu hanya kotak peralatan kapal, apa yang sebenarnya mereka kepiting. ”Buka.” Orang berpakaian sipil itu meletakkan piring berisi pesiar baru, fresh from the oven, tidak akan ada yang mencuriga­ keselamatan. Aku hendak berseru ketus menjelaskan. Ini kapal harapkan? Isinya paling hanya kunci, suku cadang, dan peralatan Itu hanya kotak peralatan kapal, apa yang sebenarnya mereka kepiting. ”Buka.” Orang berpakaian sipil itu meletakkan piring berisi pesiar baru,Isinya fresh from the oven, tidak akan ada yang mencuriga­ keselamatan. Aku hendak berseru ketus menjelaskan. Ini kapal harapkan? paling hanya kunci, suku cadang, dan peralatan Itu hanya kotak peralatan kapal, apa yang sebenarnya mereka ”Buka.” Orang berpakaian sipil itu meletakkan piring berisi keselamatan. Aku hendak berseru ketus menjelaskan. Ini kapal harapkan? Isinya paling hanya kunci, suku cadang, dan peralatan Itu hanya kotak peralatan kapal, apa yang sebenarnya mereka pesiar baru, fresh from the oven, tidak akan ada yang mencuriga­ kepiting. ”Buka.” Orang berpakaian sipil itu meletakkan piring berisi keselamatan. Aku hendak berseru ketus menjelaskan. Ini kapal pesiar baru, fresh from the oven, tidak akan ada yang mencuriga­ harapkan? Isinya paling hanya kunci, suku cadang, dan peralatan Itu hanya kotak peralatan kapal, apa yang sebenarnya mereka kepiting. kan. Mereka seharusnya memeriksa kapal-kapal barang atau keselamatan. Aku hendak berseru ketus menjelaskan. Ini kapal pesiar baru, fresh from the oven, tidak akan ada yang mencuriga­ harapkan? Isinya paling hanya kunci, suku cadang, dan peralatan Itu hanya kotak peralatan kapal, apa yang sebenarnya mereka kepiting. kan. Mereka seharusnya memeriksa kapal-kapal barang atau pesiar baru, fresh from the oven, tidak akan ada yang mencuriga­ keselamatan. Aku hendak berseru ketus menjelaskan. Ini kapal harapkan? Isinya paling hanya kunci, suku cadang, dan peralatan kapal, apa yang sebenarnya mereka kepiting. Itu hanya kotak peralatan kapal, apa yang sebenarnya mereka kan. Mereka seharusnya memeriksa kapal-kapal barang atau pesiar baru, fresh from the oven, tidak akan ada yang mencuriga­ keselamatan. Aku hendak berseru ketus menjelaskan. Ini kapal harapkan? Isinya paling hanya kunci, suku cadang, dan peralatan kepiting. pesiar baru, fresh from the oven, tidak akan ada yang mencuriga­ keselamatan. Aku hendak berseru ketus menjelaskan. Ini kapal kan. Mereka seharusnya memeriksa kapal-kapal barang atau harapkan? Isinya paling hanya kunci, suku cadang, dan peralatan Itu hanya kotak peralatan kapal, apa yang sebenarnya mereka kepiting. pesiar baru, fresh from the oven, tidak akan ada yang mencuriga­ kan. Mereka seharusnya memeriksa kapal-kapal barang atau keselamatan. Aku hendak berseru ketus menjelaskan. Ini kapal harapkan? Isinya paling hanya kunci, suku cadang, dan peralatan Itu hanya kotak peralatan kapal, apa yang sebenarnya mereka kapal nelayan. Awas saja kalau ini hanya kesalahpahaman. Aku pesiar baru, fresh from the oven, tidak akan ada yang mencuriga­ kan. Mereka seharusnya memeriksa kapal-kapal barang atau keselamatan. Aku hendak berseru ketus menjelaskan. Ini kapal harapkan? Isinya paling hanya kunci, suku cadang, dan peralatan Itu hanya kotak peralatan kapal, apa yang sebenarnya mereka kapal nelayan. Awas saja kalau ini hanya kesalahpahaman. Aku kan. Mereka seharusnya memeriksa kapal-kapal barang atau pesiar baru, fresh from the oven, tidak akan ada yang mencuriga­ keselamatan. Aku hendak berseru ketus menjelaskan. Ini kapal harapkan? Isinya paling hanya kunci, suku cadang, dan peralatan Itu hanya kotak peralatan kapal, apa yang sebenarnya mereka kunci, suku cadang, dan peralatan kapal nelayan. Awas saja kalau ini hanya kesalahpahaman. Aku kan. Mereka seharusnya memeriksa kapal-kapal barang atau pesiar baru, fresh from the oven, tidak akan ada yang mencuriga­ keselamatan. Aku hendak berseru ketus menjelaskan. Ini kapal Itu hanya kotak peralatan kapal, apa yang sebenarnya mereka kan. Mereka seharusnya memeriksa kapal-kapal barang atau pesiar baru, fresh from the oven, tidak akan ada yang mencuriga­ kapal nelayan. Awas saja kalau ini hanya kesalahpahaman. Aku keselamatan. Aku hendak berseru ketus menjelaskan. Ini kapal harapkan? Isinya paling hanya kunci, suku cadang, dan peralatan Itu hanya kotak peralatan kapal, apa yang sebenarnya mereka kan. Mereka seharusnya memeriksa kapal-kapal barang atau kapal nelayan. Awas saja kalau ini hanya kesalahpahaman. Aku pesiar baru, fresh from the oven, tidak akan ada yang mencuriga­ keselamatan. Aku hendak berseru ketus menjelaskan. Ini kapal harapkan? Isinya paling hanya kunci, suku cadang, dan peralatan akan menuntut mereka. kan. Mereka seharusnya memeriksa kapal-kapal barang atau kapal nelayan. Awas saja kalau ini hanya kesalahpahaman. Aku pesiar baru, fresh from the oven, tidak akan ada yang mencuriga­ keselamatan. Aku hendak berseru ketus menjelaskan. Ini kapal harapkan? Isinya paling hanya kunci, suku cadang, dan peralatan akan menuntut mereka. kapal nelayan. Awas saja kalau ini hanya kesalahpahaman. Aku kan. Mereka seharusnya memeriksa kapal-kapal barang atau pesiar baru, fresh from the oven, tidak akan ada yang mencuriga­ berseru ketus menjelaskan. Ini kapal harapkan? Isinya paling hanya kunci, suku cadang, dan peralatan keselamatan. Aku hendak berseru ketus menjelaskan. Ini kapal akan menuntut mereka. kapal nelayan. Awas saja kalau ini hanya kesalahpahaman. Aku kan. Mereka seharusnya memeriksa kapal-kapal barang atau pesiar baru, fresh from the oven, tidak akan ada yang mencuriga­ harapkan? Isinya paling hanya kunci, suku cadang, dan peralatan kapal nelayan. Awas saja kalau ini hanya kesalahpahaman. Aku akan menuntut mereka. kan. Mereka seharusnya memeriksa kapal-kapal barang atau pesiar baru, fresh from the oven, tidak akan ada yang mencuriga­ keselamatan. Aku hendak berseru ketus menjelaskan. Ini kapal harapkan? Isinya paling hanya kunci, suku cadang, dan peralatan kapal nelayan. Awas saja kalau ini hanya kesalahpahaman. Aku akan menuntut mereka. kan. Mereka seharusnya memeriksa kapal-kapal barang atau pesiar baru, fresh from the oven, tidak akan ada yang mencuriga­ keselamatan. Aku hendak berseru ketus menjelaskan. Ini kapal Tapi dugaanku sungguh keliru, ini semua jelas bukan sebuah kapal nelayan. Awas saja kalau ini hanya kesalahpahaman. Aku akan menuntut mereka. kan. Mereka seharusnya memeriksa kapal-kapal barang atau pesiar baru, fresh from the oven, tidak akan ada yang mencuriga­ keselamatan. Aku hendak berseru ketus menjelaskan. Ini kapal Tapi dugaanku sungguh keliru, ini semua jelas bukan sebuah akan menuntut mereka. kapal nelayan. Awas saja kalau ini hanya kesalahpahaman. Aku kan. Mereka seharusnya memeriksa kapal-kapal barang atau pesiar baru, fresh from the oven, tidak akan ada yang mencuriga­ keselamatan. Aku hendak berseru ketus menjelaskan. Ini kapal oven, tidak akan ada yang mencuriga­ Tapi dugaanku sungguh keliru, ini semua jelas bukan sebuah akan menuntut mereka. kapal nelayan. Awas saja kalau ini hanya kesalahpahaman. Aku kan. Mereka seharusnya memeriksa kapal-kapal barang atau keselamatan. Aku hendak berseru ketus menjelaskan. Ini kapal akan menuntut mereka. Tapi dugaanku sungguh keliru, ini semua jelas bukan sebuah kapal nelayan. Awas saja kalau ini hanya kesalahpahaman. Aku kan. Mereka seharusnya memeriksa kapal-kapal barang atau pesiar baru, fresh from the oven, tidak akan ada yang mencuriga­ keselamatan. Aku hendak berseru ketus menjelaskan. Ini kapal akan menuntut mereka. Tapi dugaanku sungguh keliru, ini semua jelas bukan sebuah kapal nelayan. Awas saja kalau ini hanya kesalahpahaman. Aku kan. Mereka seharusnya memeriksa kapal-kapal barang atau pesiar baru, fresh from the oven, tidak akan ada yang mencuriga­ salah paham. akan menuntut mereka. Tapi dugaanku sungguh keliru, ini semua jelas bukan sebuah kapal nelayan. Awas saja kalau ini hanya kesalahpahaman. Aku kan. Mereka seharusnya memeriksa kapal-kapal barang atau pesiar baru, fresh from the oven, tidak akan ada yang mencuriga­ salah paham. Tapi dugaanku sungguh keliru, ini semua jelas bukan sebuah akan menuntut mereka. kapal nelayan. Awas saja kalau ini hanya kesalahpahaman. Aku memeriksa kapal-kapal barang atau pesiar baru, fresh from the oven, tidak akan ada yang mencuriga­ kan. Mereka seharusnya memeriksa kapal-kapal barang atau salah paham. Tapi dugaanku sungguh keliru, ini semua jelas bukan sebuah akan menuntut mereka. kapal nelayan. Awas saja kalau ini hanya kesalahpahaman. Aku pesiar baru, fresh from the oven, tidak akan ada yang mencuriga­ Tapi dugaanku sungguh keliru, ini semua jelas bukan sebuah salah paham. akan menuntut mereka. kapal nelayan. Awas saja kalau ini hanya kesalahpahaman. Aku kan. Mereka seharusnya memeriksa kapal-kapal barang atau pesiar baru, fresh from the oven, tidak akan ada yang mencuriga­ Tapi dugaanku sungguh keliru, ini semua jelas bukan sebuah salah paham. akan menuntut mereka. kapal nelayan. Awas saja kalau ini hanya kesalahpahaman. Aku kan. Mereka seharusnya memeriksa kapal-kapal barang atau Saat salah seorang petugas membongkar paksa kunci, isi ko­ Tapi dugaanku sungguh keliru, ini semua jelas bukan sebuah salah paham. akan menuntut mereka. kapal nelayan. Awas saja kalau ini hanya kesalahpahaman. Aku kan. Mereka seharusnya memeriksa kapal-kapal barang atau Saat salah seorang petugas membongkar paksa kunci, isi ko­ salah paham. Tapi dugaanku sungguh keliru, ini semua jelas bukan sebuah akan menuntut mereka. kalau ini hanya kesalahpahaman. Aku kan. Mereka seharusnya memeriksa kapal-kapal barang atau kapal nelayan. Awas saja kalau ini hanya kesalahpahaman. Aku Saat salah seorang petugas membongkar paksa kunci, isi ko­ salah paham. Tapi dugaanku sungguh keliru, ini semua jelas bukan sebuah akan menuntut mereka. kan. Mereka seharusnya memeriksa kapal-kapal barang atau Saat salah seorang petugas membongkar paksa kunci, isi ko­ salah paham. Tapi dugaanku sungguh keliru, ini semua jelas bukan sebuah akan menuntut mereka. kapal nelayan. Awas saja kalau ini hanya kesalahpahaman. Aku kan. Mereka seharusnya memeriksa kapal-kapal barang atau salah paham. Saat salah seorang petugas membongkar paksa kunci, isi ko­ Tapi dugaanku sungguh keliru, ini semua jelas bukan sebuah akan menuntut mereka. kapal nelayan. Awas saja kalau ini hanya kesalahpahaman. Aku dipenuhi tumpukan bungkusan rapi dengan logo tak itu justru salah paham. Saat salah seorang petugas membongkar paksa kunci, isi ko­ Tapi dugaanku sungguh keliru, ini semua jelas bukan sebuah akan menuntut mereka. kapal nelayan. Awas saja kalau ini hanya kesalahpahaman. Aku dipenuhi tumpukan bungkusan rapi dengan logo tak itu justru Saat salah seorang petugas membongkar paksa kunci, isi ko­ salah paham. Tapi dugaanku sungguh keliru, ini semua jelas bukan sebuah kapal nelayan. Awas saja kalau ini hanya kesalahpahaman. Aku akan menuntut mereka. tak itu justru dipenuhi tumpukan bungkusan rapi dengan logo Saat salah seorang petugas membongkar paksa kunci, isi ko­ salah paham. Tapi dugaanku sungguh keliru, ini semua jelas bukan sebuah kapal nelayan. Awas saja kalau ini hanya kesalahpahaman. Aku dipenuhi tumpukan bungkusan rapi dengan logo tak itu justru Saat salah seorang petugas membongkar paksa kunci, isi ko­ salah paham. Tapi dugaanku sungguh keliru, ini semua jelas bukan sebuah akan menuntut mereka. kapal nelayan. Awas saja kalau ini hanya kesalahpahaman. Aku Saat salah seorang petugas membongkar paksa kunci, isi ko­ dipenuhi tumpukan bungkusan rapi dengan logo tak itu justru salah paham. Tapi dugaanku sungguh keliru, ini semua jelas bukan sebuah akan menuntut mereka. asing dan tulisan yang tidak kupahami. Orang berpakaian sipil Saat salah seorang petugas membongkar paksa kunci, isi ko­ dipenuhi tumpukan bungkusan rapi dengan logo tak itu justru salah paham. Tapi dugaanku sungguh keliru, ini semua jelas bukan sebuah akan menuntut mereka. asing dan tulisan yang tidak kupahami. Orang berpakaian sipil tak itu justru dipenuhi tumpukan bungkusan rapi dengan logo Saat salah seorang petugas membongkar paksa kunci, isi ko­ salah paham. keliru, ini semua jelas bukan sebuah akan menuntut mereka. Tapi dugaanku sungguh keliru, ini semua jelas bukan sebuah asing dan tulisan yangpetugas tidak kupahami. Orang berpakaian sipil dipenuhi tumpukan bungkusan rapi denganisisipil logo tak itumenuntut justru Saat salah seorang membongkar paksa kunci, ko­ salah paham. akan mereka. asing dan tulisan yang tidak kupahami. Orang berpakaian



itu meraih pisau dari pinggang rekannya, merobek bungkusan Demi melihat benda tersebut, aku mengeluh tertahan. Opa yang ngan. tersebut. Butiran putih langsung merekah dari robekan kertas. Maryam berseru pelan, menutup mulutnya dengan telapak ta­ jelas juga tahu benda apa itu, ikut menghela napas panjang. Itu belum cukup. Petugas ketiga yang memeriksa kabin depan itu meraih pisau dari pinggang rekannya, merobek bungkusan Demi melihat benda tersebut, aku mengeluh tertahan. Opa yang itu, ikut menghela napas panjang. ngan. tersebut. Butiran putih langsung merekah dari robekan kertas. Maryam berseru pelan, menutup mulutnya dengan telapak ta­ Itu belum cukup. Petugas ketiga yang memeriksa kabin depan itu meraih pisau dari pinggang rekannya, merobek bungkusan Demi melihat benda tersebut, aku mengeluh tertahan. Opa yang jelas juga tahu benda apa itu, ikut menghela napas panjang. ngan. Maryam berseru pelan, menutup mulutnya dengan telapak ta­ Itu belum cukup. Petugas ketiga yang memeriksa kabin depan itu meraih pisau dari pinggang rekannya, merobek bungkusan Demi melihat benda tersebut, aku mengeluh tertahan. Opa yang ngan. tersebut. Butiran putih langsung merekah dari robekan kertas. jelas juga tahu benda apa itu, ikut menghela napas panjang. Maryam berseru pelan, menutup mulutnya dengan telapak ta­ Demi melihat benda tersebut, aku mengeluh tertahan. Opa yang ngan. tersebut. Butiran putih langsung merekah dari robekan kertas. jelas juga tahu benda apa itu, ikut menghela napas panjang. Itu belum cukup. Petugas ketiga yang memeriksa kabin depan Petugas ketiga yang memeriksa kabin depan Demi melihat benda tersebut, aku mengeluh tertahan. Opa yang ngan. Maryam berseru pelan, menutup mulutnya dengan telapak ta­ kapal masuk sambil membawa karung tebal besar, menumpah­ tersebut. Butiran putih langsung merekah dari robekan kertas. jelas juga tahu benda apa itu, ikut menghela napas panjang. menutup mulutnya dengan telapak ta­ Itu belum cukup. Petugas ketiga yang memeriksa kabin depan Demi melihat benda tersebut, aku mengeluh tertahan. Opa yang ngan. kapal masuk sambil membawa karung tebal besar, menumpah­ tersebut. Butiran putih langsung merekah dari robekan kertas. jelas juga tahu benda apa itu, ikut menghela napas panjang. Maryam berseru pelan, menutup mulutnya dengan telapak ta­ Itu belum cukup. Petugas ketiga yang memeriksa kabin depan ngan. kapal masuk sambil membawa karung tebal besar, menumpah­ tersebut. Butiran putih langsung merekah dari robekan kertas. jelas juga tahu benda apa itu, ikut menghela napas panjang. Itu belum cukup. Petugas ketiga yang memeriksa kabin depan Demi melihat benda tersebut, aku mengeluh tertahan. Opa yang Maryam berseru pelan, menutup mulutnya dengan telapak ta­ ngan. jelas juga tahu benda apa itu, ikut menghela napas panjang. Itu belum cukup. Petugas ketiga yang memeriksa kabin depan Demi melihat benda tersebut, aku mengeluh tertahan. Opa yang kapal masuk sambil membawa karung tebal besar, menumpah­ Maryam berseru pelan, menutup mulutnya dengan telapak ta­ membawa karung tebal besar, menumpah­ jelas juga tahu benda apa itu, ikut menghela napas panjang. ngan. Itu belum cukup. Petugas ketiga yang memeriksa kabin depan lantai kabin. Enam pucuk senjata otomatis, be­ kan isinya di Demi melihat benda tersebut, aku mengeluh tertahan. Opa yang Maryam berseru pelan, menutup mulutnya dengan telapak ta­ kapal masuk sambil membawa karung tebal besar, menumpah­ jelas juga tahu benda apa itu, ikut menghela napas panjang. Itu belum cukup. Petugas ketiga yang memeriksa kabin depan lantai kabin. Enam pucuk senjata otomatis, be­ kan isinya di Demi melihat benda tersebut, aku mengeluh tertahan. Opa yang Maryam berseru pelan, menutup mulutnya dengan telapak ta­ ngan. kapal masuk sambil membawa karung tebal besar, menumpah­ Itu belum cukup. Petugas ketiga yang memeriksa kabin depan lantai kabin. Enam pucuk senjata otomatis, be­ kan isinya di Demi melihat benda tersebut, aku mengeluh tertahan. Opa yang Maryam berseru pelan, menutup mulutnya dengan telapak ta­ kapal masuk sambil membawa karung tebal besar, menumpah­ jelas juga tahu benda apa itu, ikut menghela napas panjang. ngan. Itu belum cukup. Petugas ketiga yang memeriksa kabin depan Maryam berseru pelan, menutup mulutnya dengan telapak ta­ kapal masuk sambil membawa karung tebal besar, menumpah­ jelas juga tahu benda apa itu, ikut menghela napas panjang. kan isinya di lantai kabin. Enam pucuk senjata otomatis, be­ ngan. Enam pucuk senjata otomatis, be­ Maryam berseru pelan, menutup mulutnya dengan telapak ta­ Itu belum cukup. Petugas ketiga yang memeriksa kabin depan kapal masuk sambil membawa karung tebal besar, menumpah­ berapa granat, dan juga kotak-kotak kecil bertuliskan C4, pe­ jelas juga tahu benda apa itu, ikut menghela napas panjang. ngan. Petugas ketiga yang memeriksa kabin depan lantai kabin. Enam pucuk senjata otomatis, be­ kan isinya di Maryam berseru pelan, menutup mulutnya dengan telapak ta­ kapal masuk sambil membawa karung tebal besar, menumpah­ berapa granat, dan juga kotak-kotak kecil bertuliskan C4, pe­ jelas juga tahu benda apa itu, ikut menghela napas panjang. ngan. Itu belum cukup. Petugas ketiga yang memeriksa kabin depan lantai kabin. Enam pucuk senjata otomatis, be­ kan isinya di kapal masuk sambil membawa karung tebal besar, menumpah­ berapa granat, dan juga kotak-kotak kecil bertuliskan C4, pe­ jelas juga tahu benda apa itu, ikut menghela napas panjang. ngan. lantai kabin. Enam pucuk senjata otomatis, be­ kan isinya di Maryam berseru pelan, menutup mulutnya dengan telapak ta­ Itu belum cukup. Petugas ketiga yang memeriksa kabin depan kapal masuk sambil membawa karung tebal besar, menumpah­ ngan. lantai kabin. Enam pucuk senjata otomatis, be­ kan isinya di Maryam berseru pelan, menutup mulutnya dengan telapak ta­ berapa granat, dan juga kotak-kotak kecil bertuliskan C4, pe­ Itu belum cukup. Petugas ketiga yang memeriksa kabin depan kotak-kotak kecil bertuliskan C4, pe­ ngan. kapal masuk sambil membawa karung tebal besar, menumpah­ lantai kabin. Enam pucuk senjata otomatis, be­ kan isinya di ledak mematikan, tergeletak di lantai. Maryam berseru pelan, menutup mulutnya dengan telapak ta­ Itu belum cukup. Petugas ketiga yang memeriksa kabin depan membawa karung tebal besar, menumpah­ berapa granat, dan juga kotak-kotak kecil bertuliskan C4, pe­ ngan. lantai kabin. Enam pucuk senjata otomatis, be­ kan isinya di ledak mematikan, tergeletak di lantai. Maryam berseru pelan, menutup mulutnya dengan telapak ta­ Itu belum cukup. Petugas ketiga yang memeriksa kabin depan kapal masuk sambil membawa karung tebal besar, menumpah­ berapa granat, dan juga kotak-kotak kecil bertuliskan C4, pe­ lantai kabin. Enam pucuk senjata otomatis, be­ kan isinya di ledak mematikan, tergeletak di lantai. Maryam berseru pelan, menutup mulutnya dengan telapak ta­ Itu belum cukup. Petugas ketiga yang memeriksa kabin depan berapa granat, dan juga kotak-kotak kecil bertuliskan C4, pe­ ngan. kapal masuk sambil membawa karung tebal besar, menumpah­ lantai kabin. Enam pucuk senjata otomatis, be­ kan isinya di Itu belum cukup. Petugas ketiga yang memeriksa kabin depan berapa granat, dan juga kotak-kotak kecil bertuliskan C4, pe­ ngan. tergeletak di lantai. ledak mematikan, kapal masuk sambil membawa karung tebal besar, menumpah­ tergeletak di lantai. kan isinya di lantai kabin. Enam pucuk senjata otomatis, be­ Itu belum cukup. Petugas ketiga yang memeriksa kabin depan berapa granat, dan juga kotak-kotak kecil bertuliskan C4, pe­ ”Tuan tadi bilang tidak ada apa-apa di dalam kapal ini, bu­ ngan. kapal masuk sambil membawa karung tebal besar, menumpah­ lantai kabin. Enam pucuk senjata otomatis, be­ kan isinya di ledak mematikan, tergeletak di lantai. Itu belum cukup. Petugas ketiga yang memeriksa kabin depan berapa granat, dan juga kotak-kotak kecil bertuliskan C4, pe­ ”Tuan tadi bilang tidak ada apa-apa di dalam kapal ini, bu­ ngan. kapal masuk sambil membawa karung tebal besar, menumpah­ lantai kabin. Enam pucuk senjata otomatis, be­ kan isinya di ledak mematikan, tergeletak di lantai. berapa granat, dan juga kotak-kotak kecil bertuliskan C4, pe­ ”Tuan tadi bilang tidak ada apa-apa di dalam kapal ini, bu­ ngan. kapal masuk sambil membawa karung tebal besar, menumpah­ ledak mematikan, tergeletak di apa-apa lantai. Ituisinya belum cukup. Petugas ketiga yang memeriksa kabin depan lantai kabin. Enam pucuk senjata otomatis, be­ kan di berapa granat, dantergeletak juga kotak-kotak kecil bertuliskan C4, pe­ kapal masuk sambil membawa karung tebal besar, menumpah­ ledak mematikan, di lantai. Itu belum cukup. Petugas ketiga yang memeriksa kabin depan ”Tuan tadi bilang tidak ada di dalam kapal ini, bu­ lantai kabin. Enam pucuk senjata otomatis, be­ kan isinya di ada apa-apa di dalam ini, bu­ berapa granat, dan juga kotak-kotak kecil bertuliskan C4, pe­ kapal masuk sambil membawa karung tebal besar, menumpah­ ledak mematikan, tergeletak di lantai. kan?” Orang sipil itu menatapku tajam, senyumnya hilang, ra­ Itu belum cukup. Petugas ketiga yang memeriksa kabin depan lantai kabin. Enam pucuk senjata otomatis, be­ kan isinya di berapa granat, dan juga kotak-kotak kecil bertuliskan C4, pe­ ”Tuan tadi bilang tidak ada apa-apa di dalam kapal ini, bu­ kapal masuk sambil membawa karung tebal besar,kapal menumpah­ ledak mematikan, tergeletak di lantai. kan?” Orang sipil itu menatapku tajam, senyumnya hilang, ra­ Itu belum cukup. Petugas ketiga yang memeriksa kabin depan lantai kabin. Enam pucuk senjata otomatis, be­ kan isinya di berapa granat, dan juga kotak-kotak kecil bertuliskan C4, pe­ ”Tuan tadi bilang tidak ada apa-apa di dalam kapal ini, bu­ ledak mematikan, tergeletak di lantai. kan?” Orang sipil itu menatapku tajam, senyumnya hilang, ra­ Itu belum cukup. Petugas ketiga yang memeriksa kabin depan lantai kabin. Enam pucuk senjata otomatis, be­ kan isinya di ”Tuan tadi bilang tidak ada apa-apa di dalam kapal ini, bu­ kapal masuk sambil membawa karung tebal besar, menumpah­ berapa granat, dan juga kotak-kotak kecil bertuliskan C4, pe­ ledak mematikan, tergeletak di lantai. lantai kabin. Enam pucuk senjata otomatis, be­ kan isinya di ”Tuan tadi bilang tidak ada apa-apa di dalam kapal ini, bu­ kapal masuk sambil membawa karung tebal besar, menumpah­ kan?” Orang sipil itu menatapku tajam, senyumnya hilang, ra­ berapa granat, dan juga kotak-kotak kecil bertuliskan C4, pe­ menatapku tajam, senyumnya hilang, ra­ tergeletak di lantai. ledak mematikan, lantai kabin. Enam pucuk senjata otomatis, be­ kan isinya di ”Tuan tadi bilang tidak ada apa-apa di dalam kapal ini, bu­ hangnya mengeras. kapal masuk sambil membawa karung tebal besar, menumpah­ berapa granat, dan juga kotak-kotak kecil bertuliskan C4, pe­ ledak mematikan, tergeletak di lantai. kan?” Orang sipil itu menatapku tajam, senyumnya hilang, ra­ lantai kabin. Enam pucuk senjata otomatis, be­ kan isinya di ”Tuan tadi bilang tidak ada apa-apa di dalam kapal ini, bu­ hangnya mengeras. kapal masuk sambil membawa karung tebal besar, menumpah­ berapa granat, dan juga kotak-kotak kecil bertuliskan C4, pe­ ledak mematikan, tergeletak di lantai. kan?” Orang sipil itu menatapku tajam, senyumnya hilang, ra­ ”Tuan tadi bilang tidak ada apa-apa di dalam kapal ini, bu­ hangnya mengeras. kapal masuk sambil membawa karung tebal besar, menumpah­ berapa granat, dan juga kotak-kotak kecil bertuliskan C4, pe­ kan?” Orang sipil itu menatapku tajam, senyumnya hilang, ra­ lantai kabin. Enam pucuk senjata otomatis, be­ kan isinya di ledak mematikan, tergeletak di lantai. ”Tuan tadi bilang tidak ada apa-apa di dalam kapal ini, bu­ berapa granat, dan juga kotak-kotak kecil bertuliskan C4, pe­ kan?” Orang sipil itu menatapku tajam, senyumnya hilang, ra­ hangnya mengeras. lantai kabin. Enam pucuk senjata otomatis, be­ kan isinya di ledak mematikan, tergeletak di lantai. ”Tuan tadi bilang tidak ada apa-apa di dalam kapal ini, bu­ berapa granat, dan juga kotak-kotak kecil bertuliskan C4, pe­ kan?” Orang sipil itu menatapku tajam, senyumnya hilang, ra­ Aku menghela napas, entah harus menjelaskan apa. lantai kabin. Enam pucuk senjata otomatis, be­ kan isinya di ledak mematikan, tergeletak di lantai. ”Tuan tadi bilang tidak ada apa-apa di dalam kapal ini, bu­ hangnya mengeras. berapa granat, dan juga kotak-kotak kecil bertuliskan C4, pe­ kan?” Orang sipil itu menatapku tajam, senyumnya hilang, ra­ Aku menghela napas, entah harus menjelaskan apa. lantai kabin. Enam pucuk senjata otomatis, be­ kan isinya di ledak mematikan, tergeletak di lantai. ”Tuan tadi bilang tidak ada apa-apa di dalam kapal ini, bu­ hangnya mengeras. kan?” Orang sipil itu menatapku tajam, senyumnya hilang, ra­ Aku menghela napas, entah harus menjelaskan apa. lantai kabin. Enam pucuk senjata otomatis, be­ kan isinya di ledak mematikan, tergeletak di lantai. hangnya mengeras. berapa granat, dan juga kotak-kotak kecil bertuliskan C4, pe­ ”Tuan tadi bilang tidak ada apa-apa di dalam kapal ini, bu­ kan?” Orang sipil itu menatapku tajam, senyumnya hilang, ra­ ledak mematikan, tergeletak di lantai. hangnya mengeras. Aku menghela napas, entah harus menjelaskan apa. berapa granat, dan juga kotak-kotak kecil bertuliskan C4, pe­ ”Tuan tadi bilang tidak ada apa-apa di dalam kapal ini, bu­ entah harus menjelaskan apa. kan?” Orang sipil itu menatapku tajam, senyumnya hilang, ra­ ledak mematikan, tergeletak di lantai. hangnya mengeras. ”Well, lantas ini apa, Tuan? Bahan keperluan memasak kepi­ berapa granat, dan juga kotak-kotak kecil bertuliskan C4, pe­ ”Tuan tadi bilang tidak ada apa-apa di dalam kapal ini, bu­ kan?” Orang sipil itu menatapku tajam, senyumnya hilang, ra­ Aku menghela napas, entah harus menjelaskan apa. ledak mematikan, tergeletak di lantai. hangnya mengeras. ”Well, lantas ini apa, Tuan? Bahan keperluan memasak kepi­ berapa granat, dan juga kotak-kotak kecil bertuliskan C4, pe­ ”Tuan tadi bilang tidak ada apa-apa di dalam kapal ini, bu­ kan?” Orang sipil itu menatapku tajam, senyumnya hilang, ra­ Aku menghela napas, entah harus menjelaskan apa. hangnya mengeras. ”Well, lantas ini apa, Tuan? Bahan keperluan memasak kepi­ berapa granat, dan juga kotak-kotak kecil bertuliskan C4, pe­ ”Tuan tadi bilang tidak ada apa-apa di dalam kapal ini, bu­ Aku menghela napas, entah harus menjelaskan apa. ledak mematikan, tergeletak di lantai. kan?” Orang sipil itu menatapku tajam, senyumnya hilang, ra­ hangnya mengeras. ”Tuan tadi bilang tidak ada apa-apa di dalam kapal ini, bu­ Aku menghela napas, entah harus menjelaskan apa. ”Well, lantas ini apa, Tuan? Bahan keperluan memasak kepi­ ledak mematikan, tergeletak di lantai. kan?” Orang sipil itu menatapku tajam, senyumnya hilang, ra­ Tuan? Bahan keperluan memasak kepi­ hangnya mengeras. ”Tuan tadi bilang tidak ada apa-apa di dalam kapal ini, bu­ Aku menghela napas, entah harus menjelaskan apa. untuk menangkap kepiting di laut?” ting? Atau peralatan ledak mematikan, tergeletak di lantai. kan?” Orang sipil itu menatapku tajam, senyumnya hilang, ra­ hangnya mengeras. ”Well, lantas ini apa, Tuan? Bahan keperluan memasak kepi­ ”Tuan tadi bilang tidak ada apa-apa di dalam kapal ini, bu­ Aku menghela napas, entah harus menjelaskan apa. untuk menangkap kepiting di laut?” ting? Atau peralatan ledak mematikan, tergeletak di lantai. kan?” Orang sipil itu menatapku tajam, senyumnya hilang, ra­ hangnya mengeras. ”Well, lantas ini apa, Tuan? Bahan keperluan memasak kepi­ Aku menghela napas, entah harus menjelaskan apa. untuk menangkap kepiting di laut?” ting? Atau peralatan ledak mematikan, tergeletak di lantai. kan?” Orang sipil itu menatapku tajam, senyumnya hilang, ra­ ”Well, lantas ini apa, Tuan? Bahan keperluan memasak kepi­ ”Tuan tadi bilang tidak ada apa-apa di dalam kapal ini, bu­ hangnya mengeras. Aku menghela napas, entah harus menjelaskan apa. kan?” Orang sipil itu menatapku tajam, senyumnya hilang, ra­ ”Well, lantas ini apa, Tuan? Bahan keperluan memasak kepi­ untuk menangkap kepiting di laut?” ting? Atau peralatan ”Tuan tadi bilang tidak ada apa-apa di dalam kapal ini, bu­ hangnya mengeras. Aku menghela napas, entah harus menjelaskan apa. menangkap kepiting di laut?” kan?” Orang sipil itu menatapku tajam, senyumnya hilang, ra­ ”Well, lantas ini apa, Tuan? Bahan keperluan memasak kepi­ menelan ludah. Ini semua terjadi begitu cepat dan se­ ”Tuan tadi bilang tidak ada apa-apa di dalam kapal ini, bu­ hangnya mengeras. Aku menghela napas, entah harus menjelaskan apa. untuk menangkap kepiting di laut?” ting? Atau peralatan kan?” Orang sipil itu menatapku tajam, senyumnya hilang, ra­ ”Well, lantas ini apa, Tuan? Bahan keperluan memasak kepi­ menelan ludah. Ini semua terjadi begitu cepat dan se­ ”Tuan tadi bilang tidak ada apa-apa di dalam kapal ini, bu­ hangnya mengeras. Aku menghela napas, entah harus menjelaskan apa. untuk menangkap kepiting di laut?” ting? Atau peralatan ”Well, lantas ini apa, Tuan? Bahan keperluan memasak kepi­ menelan ludah. Ini semua terjadi begitu cepat dan se­ ”Tuan tadi bilang tidak ada apa-apa di dalam kapal ini, bu­ hangnya mengeras. untuk menangkap kepiting di laut?” ting? Atau peralatan kan?” Orang sipil itu menatapku tajam, senyumnya hilang, ra­ menghela napas, entah harus menjelaskan apa. ”Well, lantas ini apa, Tuan? Bahan keperluan memasak kepi­ hangnya mengeras. Aku menelan ludah. Ini semua terjadi begitu cepat dan se­ untuk menangkap kepiting di laut?” ting? Atau peralatan kan?” Orang sipil itu menatapku tajam, senyumnya hilang, ra­ menghela napas, entah harus menjelaskan apa. ”Well, lantas ini apa, Tuan? Bahan keperluan memasak kepi­ Aku menelan ludah. Ini semua terjadi begitu cepat dan se­ hangnya mengeras. untuk menangkap kepiting di laut?” ting? Atau peralatan dikit pun tidak bisa kumengerti. Astaga? Bagaimana mungkin? kan?” Orang sipil itu menatapku tajam, senyumnya hilang, ra­ Aku menghela napas, entah harus menjelaskan apa. ”Well, lantas ini apa, Tuan? Bahan keperluan memasak kepi­ menelan ludah. Ini semua terjadi begitu cepat dan se­ hangnya mengeras. untuk menangkap kepiting di laut?” ting? Atau peralatan dikit pun tidak bisa kumengerti. Astaga? Bagaimana mungkin? kan?” Orang sipil itu menatapku tajam, senyumnya hilang, ra­ Aku menghela napas, entah harus menjelaskan apa. ”Well, lantas ini apa, Tuan? Bahan keperluan memasak kepi­ menelan ludah. Ini semua terjadi begitu cepat dan se­ untuk menangkap kepiting di laut?” ting? Atau peralatan dikit pun tidak bisa kumengerti. Astaga? Bagaimana mungkin? kan?” Orang sipil itu menatapku tajam, senyumnya hilang, ra­ Aku menghela napas, entah harus menjelaskan apa. menelan ludah. Ini semua terjadi begitu cepat dan se­ hangnya mengeras. ”Well, lantas ini apa, Tuan? Bahan keperluan memasak kepi­ untuk menangkap kepiting di laut?” ting? Atau peralatan Aku menghela napas, entah harus menjelaskan apa. dikit pun tidak bisa kumengerti. Astaga? Bagaimana mungkin? menelan ludah. Ini semua terjadi begitu cepat dan se­ hangnya mengeras. ”Well, lantas ini apa, Tuan? Bahan keperluan memasak kepi­ untuk menangkap kepiting di laut?” ting? Atau peralatan dikit pun tidak bisa kumengerti. Astaga? Bagaimana mungkin? Aku menghela napas, entah harus menjelaskan apa. menelan ludah. Ini semua terjadi begitu cepat dan se­ Enam moncong senjata otomatis mengarah lebih galak, lebih hangnya mengeras. ”Well, lantas ini apa, Tuan? Bahan keperluan memasak kepi­ untuk menangkap kepiting di laut?” ting? Atau peralatan dikit pun tidak bisa kumengerti. Astaga? Bagaimana mungkin? Aku menghela napas, entah harus menjelaskan apa. menelan ludah. Ini semua terjadi begitu cepat dan se­ Enam moncong senjata otomatis mengarah lebih galak, lebih hangnya mengeras. ”Well, lantas ini apa, Tuan? Bahan keperluan memasak kepi­ untuk menangkap kepiting di laut?” ting? Atau peralatan dikit pun tidak bisa kumengerti. Astaga? Bagaimana mungkin? Aku menelan ludah. Ini semua terjadi begitu cepat dan se­ Enam moncong senjata otomatis mengarah lebih galak, lebih hangnya mengeras. ”Well, lantas ini apa, Tuan? Bahan keperluan memasak kepi­ dikit pun tidak bisa kumengerti. Astaga? Bagaimana mungkin? Aku menghela napas, entah harus menjelaskan apa. untuk menangkap kepiting di laut?” ting? Atau peralatan menelan ludah. Ini semua terjadi begitu cepat dan se­ Enam moncong senjata otomatis mengarah lebih galak, lebih ”Well, lantas ini apa, Tuan? Bahan keperluan memasak kepi­ dikit pun tidak bisa kumengerti. Astaga? Bagaimana mungkin? menghela napas, entah harus menjelaskan apa. untuk menangkap kepiting di laut?” ting? Atau peralatan Aku menelan ludah. Ini semua terjadi begitu cepat dan se­ Enam moncong senjata otomatis mengarah lebih galak, lebih ”Well, lantas ini apa, Tuan? Bahan keperluan memasak kepi­ dikit pun tidak bisa kumengerti. Astaga? Bagaimana mungkin? dekat ke arah kami bertiga, siaga penuh. Maryam berseru ke­ Aku menghela napas, entah harus menjelaskan apa. untuk menangkap kepiting di laut?” ting? Atau peralatan menelan ludah. Ini semua terjadi begitu cepat dan se­ Enam moncong senjata otomatis mengarah lebih galak, lebih ”Well, lantas ini apa, Tuan? Bahan keperluan memasak kepi­ dikit pun tidak bisa kumengerti. Astaga? Bagaimana mungkin? dekat ke arah kami bertiga, siaga penuh. Maryam berseru ke­ Aku menghela napas, entah harus menjelaskan apa. untuk menangkap kepiting di laut?” ting? Atau peralatan menelan ludah. Ini semua terjadi begitu cepat dan se­ Enam moncong senjata otomatis mengarah lebih galak, lebih dikit pun tidak bisa kumengerti. Astaga? Bagaimana mungkin? dekat ke arah kami bertiga, siaga penuh. Maryam berseru ke­ Aku menghela napas, entah harus menjelaskan apa. untuk menangkap kepiting di laut?” ting? Atau peralatan Enam moncong senjata otomatis mengarah lebih galak, lebih ”Well, lantas ini apa, Tuan? Bahan keperluan memasak kepi­ Aku menelan ludah. Ini semua terjadi begitu cepat dan se­ dikit pun tidak bisa kumengerti. Astaga? Bagaimana mungkin? dekat ke arah kami bertiga, siaga penuh. Maryam berseru ke­ untuk menangkap kepiting di laut?” ting? Atau peralatan Enam moncong senjata otomatis mengarah lebih galak, lebih ”Well, lantas ini apa, Tuan? Bahan keperluan memasak kepi­ Aku menelan ludah. Ini semua terjadi begitu cepat dan se­ dikit pun tidak bisa kumengerti. Astaga? Bagaimana mungkin? dekat ke arah kami bertiga, siaga penuh. Maryam berseru ke­ untuk menangkap kepiting di laut?” ting? Atau peralatan Enam moncong senjata otomatis mengarah lebih galak, lebih takutan, wajahnya pucat pasi. Dia berdiri, berusaha menjauh, ”Well, lantas ini apa, Tuan? Bahan keperluan memasak kepi­ Aku menelan ludah. Ini semua terjadi begitu cepat dan se­ dikit pun tidak bisa kumengerti. Astaga? Bagaimana mungkin? dekat ke arah kami bertiga, siaga penuh. Maryam berseru ke­ untuk menangkap kepiting di laut?” ting? Atau peralatan Enam moncong senjata otomatis mengarah lebih galak, lebih takutan, wajahnya pucat pasi. Dia berdiri, berusaha menjauh, ”Well, lantas ini apa, Tuan? Bahan keperluan memasak kepi­ Aku menelan ludah. Ini semua terjadi begitu cepat dan se­ dikit pun tidak bisa kumengerti. Astaga? Bagaimana mungkin? dekat ke arah kami bertiga, siaga penuh. Maryam berseru ke­ Enam moncong senjata otomatis mengarah lebih galak, lebih takutan, wajahnya pucat pasi. Dia berdiri, berusaha menjauh, ”Well, lantas ini apa, Tuan? Bahan keperluan memasak kepi­ Aku menelan ludah. Ini semua terjadi begitu cepat dan se­ dekat ke arah kami bertiga, siaga penuh. Maryam berseru ke­ untuk menangkap kepiting di laut?” ting? Atau peralatan dikit pun tidak bisa kumengerti. Astaga? Bagaimana mungkin? Enam moncong senjata otomatis mengarah lebih galak, lebih takutan, wajahnya pucat pasi. Dia berdiri, berusaha menjauh, Aku menelan ludah. Ini semua terjadi begitu cepat dan se­ dekat ke arah kami bertiga, siaga penuh. Maryam berseru ke­ untuk menangkap kepiting di laut?” ting? Atau peralatan dikit pun tidak bisa kumengerti. Astaga? Bagaimana mungkin? Enam moncong senjata otomatis mengarah lebih galak, lebih takutan, wajahnya pucat pasi. Dia berdiri, berusaha menjauh, Aku menelan ludah. Ini semua terjadi begitu cepat dan se­ dekat ke arah kami bertiga, siaga penuh. Maryam berseru ke­ yang justru membuat dua orang menyudutkannya di pojok ka­ untuk menangkap kepiting di laut?” ting? Atau peralatan dikit pun tidak bisa kumengerti. Astaga? Bagaimana mungkin? Enam moncong senjata otomatis mengarah lebih galak, lebih takutan, wajahnya pucat pasi. Dia berdiri, berusaha menjauh, Aku menelan ludah. Ini semua terjadi begitu cepat dan se­ dekat ke arah kami bertiga, siaga penuh. Maryam berseru ke­ yang justru membuat dua orang menyudutkannya di pojok ka­ untuk menangkap kepiting di laut?” ting? Atau peralatan dikit pun tidak bisa kumengerti. Astaga? Bagaimana mungkin? Enam moncong senjata otomatis mengarah lebih galak, lebih takutan, wajahnya pucat pasi. Dia berdiri, berusaha menjauh, dekat ke arah kami bertiga, siaga penuh. Maryam berseru ke­ yang justru membuat dua orang menyudutkannya di pojok ka­ untuk menangkap kepiting di laut?” ting? Atau peralatan dikit pun tidak bisa kumengerti. Astaga? Bagaimana mungkin? takutan, wajahnya pucat pasi. Dia berdiri, berusaha menjauh, Aku menelan ludah. Ini semua terjadi begitu cepat dan se­ Enam moncong senjata otomatis mengarah lebih galak, lebih dekat ke arah kami bertiga, siaga penuh. Maryam berseru ke­ yang justru membuat dua orang menyudutkannya di pojok ka­ dikit pun tidak bisa kumengerti. Astaga? Bagaimana mungkin? takutan, wajahnya pucat pasi. Dia berdiri, berusaha menjauh, Aku menelan ludah. Ini semua terjadi begitu cepat dan se­ dekat ke arah kami bertiga, siaga penuh. Maryam berseru ke­ Enam moncong senjata otomatis mengarah lebih galak, lebih yang justru membuat dua orang menyudutkannya di pojok ka­ dikit pun tidak bisa kumengerti. Astaga? Bagaimana mungkin? takutan, wajahnya pucat pasi. Dia berdiri, berusaha menjauh, bin. Aku menelan ludah. Ini semua terjadi begitu cepat dan se­ Enam moncong senjata otomatis mengarah lebih galak, lebih dekat ke arah kami bertiga, siaga penuh. Maryam berseru ke­ yang justru membuat dua orang menyudutkannya di pojok ka­ dikit pun tidak bisa kumengerti. Astaga? Bagaimana mungkin? takutan, wajahnya pucat pasi. Dia berdiri, berusaha menjauh, bin. Aku menelan ludah. Ini semua terjadi begitu cepat dan se­ Enam moncong senjata otomatis mengarah lebih galak, lebih dekat ke arah kami bertiga, siaga penuh. Maryam berseru ke­ yang justru membuat dua orang menyudutkannya di pojok ka­ takutan, wajahnya pucat pasi. Dia berdiri, berusaha menjauh, bin. Aku menelan ludah. Ini semua terjadi begitu cepat dan se­ Enam moncong senjata otomatis mengarah lebih galak, lebih yang justru membuat dua orang menyudutkannya di pojok ka­ dikit pun tidak bisa kumengerti. Astaga? Bagaimana mungkin? dekat ke arah kami bertiga, siaga penuh. Maryam berseru ke­ takutan, wajahnya pucat pasi. Dia berdiri, berusaha menjauh, bin. Enam moncong senjata otomatis mengarah lebih galak, lebih yang justru membuat dua orang menyudutkannya di pojok ka­ dikit pun tidak bisa kumengerti. Astaga? Bagaimana mungkin? takutan, wajahnya pucat pasi. Dia berdiri, berusaha menjauh, dekat ke arah kami bertiga, siaga penuh. Maryam berseru ke­ bin. Enam moncong senjata otomatis mengarah lebih galak, lebih yang justru membuat dua orang menyudutkannya di pojok ka­ ”Tangkap mereka semua. Pastikan tidak ada yang melarikan dikit pun tidak bisa kumengerti. Astaga? Bagaimana mungkin? dekat ke arah kami bertiga, siaga penuh. Maryam berseru ke­ takutan, wajahnya pucat pasi. Dia berdiri, berusaha menjauh, bin. Enam moncong senjata otomatis mengarah lebih galak, lebih yang justru membuat dua orang menyudutkannya di pojok ka­ ”Tangkap mereka semua. Pastikan tidak ada yang melarikan dikit pun tidak bisa kumengerti. Astaga? Bagaimana mungkin? dekat ke arah kami bertiga, siaga penuh. Maryam berseru ke­ takutan, wajahnya pucat pasi. Dia berdiri, berusaha menjauh, bin. yang justru membuat dua orang menyudutkannya di pojok ka­ ”Tangkap mereka semua. Pastikan tidak ada yang melarikan dikit pun tidak bisa kumengerti. Astaga? Bagaimana mungkin? dekat ke arah kami bertiga, siaga penuh. Maryam berseru ke­ bin. Enam moncong senjata mengarah lebih lebih takutan, wajahnya pucat pasi. Dia berdiri, berusaha menjauh, yang justru membuat duaotomatis orang menyudutkannya digalak, pojok ka­ ”Tangkap mereka semua. Pastikan tidak ada yang melarikan dekat ke arah kami bertiga, siaga penuh. Maryam berseru ke­ bin. Enam moncong senjata otomatis mengarah lebih galak, lebih yang justru membuat dua orang menyudutkannya di pojok ka­ takutan, wajahnya pucat pasi. Dia berdiri, berusaha menjauh, ”Tangkap mereka semua. Pastikan tidak ada yang melarikan dekat ke arah kami bertiga, siaga penuh. Maryam berseru ke­ bin. diri. Sisir seluruh kabin kapal. Sita semua identitas dan doku­ Enam moncong senjata otomatis mengarah lebih galak, lebih takutan, wajahnya pucat pasi. Dia berdiri, berusaha menjauh, yang justru membuat dua orang menyudutkannya di pojok ka­ ”Tangkap mereka semua. Pastikan tidak ada yang melarikan dekat ke arah kami bertiga, siaga penuh. Maryam berseru ke­ bin. diri. Sisir seluruh kabin kapal. Sita semua identitas dan doku­ Enam moncong senjata otomatis mengarah lebih galak, lebih takutan, wajahnya pucat pasi. Dia berdiri, berusaha menjauh, yang justru membuat dua orang menyudutkannya di pojok ka­ ”Tangkap mereka semua. Pastikan tidak ada yang melarikan bin. diri. Sisir seluruh kabin kapal. Sita semua identitas dan doku­ Enam moncong senjata otomatis mengarah lebih galak, lebih takutan, wajahnya pucat pasi. Dia berdiri, berusaha menjauh, ”Tangkap mereka semua. Pastikan tidak ada yang melarikan dekat ke arah kami bertiga, siaga penuh. Maryam berseru ke­ yang justru membuat dua orang menyudutkannya di pojok ka­ bin. diri. Sisir seluruh kabin kapal. Sita semua identitas dan doku­ takutan, wajahnya pucat pasi. Dia berdiri, berusaha menjauh, ”Tangkap mereka semua. Pastikan tidak ada yang melarikan dekat ke arah kami bertiga, siaga penuh. Maryam berseru ke­ bin. yang justru membuat dua orang menyudutkannya di pojok ka­ diri. Sisir seluruh kabin kapal. Sita semua identitas dan doku­ takutan, wajahnya pucat pasi. Dia berdiri, berusaha menjauh, ”Tangkap mereka semua. Pastikan tidak ada yang melarikan men apa pun yang ada. Mereka diduga anggota sindikat penge­ dekat ke arah kami bertiga, siaga penuh. Maryam berseru ke­ yang justru membuat dua orang menyudutkannya di pojok ka­ bin. diri. Sisir seluruh kabin kapal. Sita semua identitas dan doku­ takutan, wajahnya pucat pasi. Dia berdiri, berusaha menjauh, ”Tangkap mereka semua. Pastikan tidak ada yang melarikan men apa pun yang ada. Mereka diduga anggota sindikat penge­ dekat ke arah kami bertiga, siaga penuh. Maryam berseru ke­ yang justru membuat dua orang menyudutkannya di pojok ka­ bin. diri. Sisir seluruh kabin kapal. Sita semua identitas dan doku­ ”Tangkap mereka semua. Pastikan tidak ada yang melarikan men apa pun yang ada. Mereka diduga anggota sindikat penge­ dekat ke arah kami bertiga, siaga penuh. Maryam berseru ke­ yang justru membuat dua orang menyudutkannya di pojok ka­ diri. Sisir seluruh kabin kapal. Sita semua identitas dan doku­ takutan, wajahnya pucat pasi. Dia berdiri, berusaha menjauh, bin. ”Tangkap mereka semua. Pastikan tidak ada yang melarikan men apa pun yang ada. Mereka diduga anggota sindikat penge­ yang justru membuat dua orang menyudutkannya di pojok ka­ diri. Sisir seluruh kabin kapal. Sita semua identitas dan doku­ takutan, wajahnya pucat pasi. Dia berdiri, berusaha menjauh, ”Tangkap mereka semua. Pastikan tidak ada yang melarikan bin. men apa pun yang ada. Mereka diduga anggota sindikat penge­ yang justru membuat dua orang menyudutkannya di pojok ka­ diri. Sisir seluruh kabin kapal. Sita semua identitas dan doku­ dar narkoba internasional, dan boleh jadi memiliki hubungan takutan, wajahnya pucat pasi. Dia berdiri, berusaha menjauh, bin. ”Tangkap mereka semua. Pastikan tidak ada yang melarikan men apa pun yang ada. Mereka diduga anggota sindikat penge­ yang justru membuat dua orang menyudutkannya di pojok ka­ diri. Sisir seluruh kabin kapal. Sita semua identitas dan doku­ dar narkoba internasional, dan boleh jadi memiliki hubungan takutan, wajahnya pucat pasi. Dia berdiri, berusaha menjauh, bin. ”Tangkap mereka semua. Pastikan tidak ada yang melarikan men apa pun yang ada. Mereka diduga anggota sindikat penge­ diri. Sisir seluruh kabin kapal. Sita semua identitas dan doku­ dan boleh jadi memiliki hubungan dar narkoba internasional, takutan, wajahnya pucat pasi. Dia berdiri, berusaha menjauh, bin. men apa pun yang ada. Mereka diduga anggota sindikat penge­ yang justru membuat dua orang menyudutkannya di pojok ka­ ”Tangkap mereka semua. Pastikan tidak ada yang melarikan diri. Sisir seluruh kabin kapal. Sita semua identitas dan doku­ dar narkoba internasional, dan boleh jadi memiliki hubungan bin. men apa pun yang ada. Mereka diduga anggota sindikat penge­ diri. Sisir seluruh kabin kapal. Sita semua identitas dan doku­ yang justru membuat dua orang menyudutkannya di pojok ka­ ”Tangkap mereka semua. Pastikan tidak ada yang melarikan dan boleh jadi memiliki hubungan dar narkoba internasional, bin. men apa pun yang ada. Mereka diduga anggota sindikat penge­ dengan teroris lokal. Amat berbahaya dan tidak segan mem­ yang justru membuat dua orang menyudutkannya di pojok ka­ ”Tangkap mereka semua. Pastikan tidak ada yang melarikan diri. Sisir seluruh kabin kapal. Sita semua identitas dan doku­ dan boleh jadi memiliki hubungan dar narkoba internasional, bin. men apa pun yang ada. Mereka diduga anggota sindikat penge­ dengan teroris lokal. Amat berbahaya dan tidak segan mem­ yang justru membuat dua orang menyudutkannya di pojok ka­ ”Tangkap mereka semua. Pastikan tidak ada yang melarikan diri. Sisir seluruh kabin kapal. Sita semua identitas dan doku­ dan boleh jadi memiliki hubungan dar narkoba internasional, men apa pun yang ada. Mereka diduga anggota sindikat penge­ dengan teroris lokal. Amat berbahaya dan tidak segan mem­ yang justru membuat dua orang menyudutkannya di pojok ka­ ”Tangkap mereka semua. Pastikan tidak ada yang melarikan dan boleh jadi memiliki hubungan dar narkoba internasional, bin. diri. Sisir seluruh kabin kapal. Sita semua identitas dan doku­ dengan teroris lokal. Amat berbahaya dan tidak segan mem­ Mereka diduga anggota sindikat penge­ ”Tangkap mereka semua. Pastikan tidak ada yang melarikan dar narkoba internasional, dan boleh jadi memiliki hubungan men apa pun yang ada. Mereka diduga anggota sindikat penge­ bin. diri. Sisir seluruh kabin kapal. Sita semua identitas dan doku­ dengan teroris lokal. Amat berbahaya dan tidak segan mem­ ”Tangkap mereka semua. Pastikan tidak ada yang melarikan dan boleh jadi memiliki hubungan dar narkoba internasional, bin. diri. Sisir seluruh kabin kapal. Sita semua identitas dan doku­ men apa pun yang ada. Mereka diduga anggota sindikat penge­ dengan teroris lokal. Amat berbahaya danidentitas tidak segan mem­ mereka semua. Pastikan tidak ada yang melarikan dar”Tangkap narkoba internasional, dan boleh jadi memiliki hubungan bin. diri. Sisir seluruh kabin kapal. Sita semua dan doku­ men apateroris pun yang ada. Mereka diduga anggota sindikat penge­ dengan lokal. Amat berbahaya dan tidak segan mem­



bunuh.” Orang berpakaian sipil berseru tegas, memberikan pe­ bunuh.” Orang berpakaian berpakaian sipil sipil berseru berseru tegas, memberikan memberikan pe­ bunuh.” Orang tegas, pe­ rintah. rintah. rintah. Aku kehabisan kata-kata. Aku kehabisan kehabisan kata-kata. kata-kata. Aku



S S S S S S S S



Episode 7 Interogasi Lantai 5



UDAH lama sekali hidupku berjalan tenang. Sejak setahun hidupku berjalan tenang. Sejak setahun UDAH lama sekali hidupku berjalan tenang. Sejak setahun UDAH lama sekali hidupku berjalan tenang. Sejak setahun UDAH lama sekali hidupku berjalan tenang. Sejak setahun UDAH lama sekali hidupku berjalan tenang. Sejak setahun lalu. Pagi ini penyerbuan enam orang berpakaian taktis dan ber­ enam orang berpakaian taktis dan ber­ UDAH lama sekali hidupku berjalan tenang. Sejak setahun lalu.UDAH Pagi ini penyerbuan enam orang berpakaian taktis dan ber­ lama sekali hidupku berjalan tenang. Sejak setahun lalu. Pagi ini penyerbuan enam orang berpakaian taktis dan ber­ UDAH lama sekali hidupku berjalan tenang. Sejak setahun lalu. Pagi ini penyerbuan enam orang berpakaian taktis dan ber­ UDAH lama sekali hidupku berjalan tenang. Sejak setahun lalu. Pagi ini penyerbuan enam orang berpakaian taktis dan ber­ senjata ke kapal pesiarku, tanpa tahu apa sebab-musababnya, UDAH lama sekali hidupku berjalan tenang. Sejak setahun tanpa tahu apa sebab-musababnya, lalu. Pagi ini penyerbuan enam orang berpakaian taktis dan ber­ UDAH lama sekali hidupku berjalan tenang. Sejak setahun senjata ke kapal pesiarku, tanpa tahu apa sebab-musababnya, lalu. Pagi ini penyerbuan enam orang berpakaian taktis dan ber­ UDAH lama sekali hidupku berjalan tenang. Sejak setahun senjata ke kapal pesiarku, tanpa tahu apa sebab-musababnya, lalu. Pagi ini penyerbuan enam orang berpakaian taktis dan ber­ UDAH lama sekali hidupku berjalan tenang. Sejak setahun senjata ke kapal pesiarku, tanpa tahu apa sebab-musababnya, lalu. Pagi ini penyerbuan enam orang berpakaian taktis dan ber­ UDAH lama sekali hidupku berjalan tenang. Sejak setahun senjata ke kapal pesiarku, tanpa tahu apa sebab-musababnya, membuat arah kemudi hidupku berputar 180 derajat. lalu. Pagi ini penyerbuan enam orang berpakaian taktis dan ber­ hidupku berputar 180 derajat. UDAH lama sekali hidupku berjalan tenang. Sejak setahun senjata ke kapal pesiarku, tanpa tahu apa sebab-musababnya, lalu. Pagi ini penyerbuan enam orang berpakaian taktis dan ber­ membuat arah kemudi hidupku berputar 180 derajat. senjata ke kapal pesiarku, tanpa tahu apa sebab-musababnya, lalu. Pagi ini penyerbuan enam orang berpakaian taktis dan ber­ membuat arah kemudi hidupku berputar 180 derajat. senjata ke kapal pesiarku, tanpa tahu apa sebab-musababnya, lalu. Pagi ini penyerbuan enam orang berpakaian taktis dan ber­ membuat arah kemudi hidupku berputar 180 derajat. senjata ke kapal pesiarku, tanpa tahu apa sebab-musababnya, lalu. Pagi ini penyerbuan enam orang berpakaian taktis dan ber­ Aku menghela napas yang sedikit sesak. Mereka menutup membuat arah kemudi hidupku berputar 180 derajat. senjata ke kapal pesiarku, tanpa tahu apa sebab-musababnya, yang sedikit sesak. Mereka menutup lalu. Pagi ini penyerbuan enam orang berpakaian taktis dan ber­ membuat arah kemudi hidupku berputar 180 derajat. senjata ke kapal pesiarku, tanpa tahu apa sebab-musababnya, Aku menghela napas yang sedikit sesak. Mereka menutup membuat arah kemudi hidupku berputar 180 derajat. senjata ke kapal pesiarku, tanpa tahu apa sebab-musababnya, Aku menghela napas yang sedikit sesak. Mereka menutup membuat arah kemudi hidupku berputar 180 derajat. senjata ke kapal pesiarku, tanpa tahu apa sebab-musababnya, Aku menghela napas yang sedikit sesak. Mereka menutup membuat arah kemudi hidupku berputar 180 derajat. kepala kami dengan kain sejak mengeluarkan kami dari kapal senjata ke kapal pesiarku, tanpa tahu apa sebab-musababnya, Aku menghela napas yang sedikit sesak. Mereka menutup membuat arah kemudi hidupku berputar 180 derajat. sejak mengeluarkan kami dari kapal senjata ke kapal pesiarku, tanpa tahu apa sebab-musababnya, Aku menghela napas yang sedikit sesak. Mereka menutup membuat arahdengan kemudi hidupku berputar 180 Mereka derajat. kepala kami dengan kain sejaksedikit mengeluarkan kami dari dari kapal Aku menghela napas yang sesak. menutup membuat arah kemudi hidupku berputar 180 derajat. kepala kami kain sejak mengeluarkan kami kapal Aku menghela napas yang sedikit sesak. Mereka menutup membuat arah kemudi hidupku berputar 180 derajat. kepala kami dengan kain sejak mengeluarkan kami dari kapal Aku mendorong, menghela napas yang sedikit sesak. Mereka menutup pesiar, memaksa kami menaiki mobil operasional membuat arah kemudi hidupku berputar 180 derajat. kepala kami dengan kain sejak mengeluarkan kami dari kapal Aku menghela napas yang sedikit sesak. Mereka menutup memaksa kami menaiki mobil operasional membuat arah kemudi hidupku berputar 180 derajat. kepala kami dengan kain sejak mengeluarkan kami dari kapal Aku menghela napas yang sedikit sesak. Mereka menutup pesiar, mendorong, memaksa kami menaiki mobil operasional kepala kami dengan kain sejak mengeluarkan kami dari kapal Aku menghela napas yang sedikit sesak. Mereka menutup pesiar, mendorong, memaksa kami menaiki mobil operasional kepala kami dengan kain sejak mengeluarkan kami dari kapal Aku menghela napas yang sedikit sesak. Mereka menutup pesiar, mendorong, memaksa kami menaiki mobil operasional kepala kami dengan kain sejak mengeluarkan kami dari kapal militer, menyuruh duduk berdempet dengan laras senjata terus Aku menghela napas yang sedikit sesak. Mereka menutup pesiar, mendorong, memaksa kami menaiki mobil operasional kepala kami dengan kain sejak mengeluarkan kami dari kapal militer, menyuruh duduk berdempet dengan laras senjata terus Aku menghela napas yang sedikit sesak. Mereka menutup pesiar, mendorong, memaksa kami menaiki mobil operasional kepala kami dengan kain sejak mengeluarkan kami dari kapal militer, menyuruh duduk berdempet dengan laras senjata terus pesiar, mendorong, memaksa kami menaiki mobil operasional kepala kami dengan kain sejak mengeluarkan kami dari kapal militer, menyuruh duduk berdempet dengan laras senjata terus pesiar, mendorong, memaksa kami menaiki mobil operasional kepala kami dengan kain sejak mengeluarkan kami dari kapal militer, menyuruh duduk berdempet dengan laras senjata terus pesiar, mendorong, memaksa kami menaiki mobil operasional berjaga. Opa terdengar batuk-batuk. Ini bukan hal baru baginya. kepala kami dengan kain sejak mengeluarkan kami dari kapal militer, menyuruh duduk berdempet dengan laras senjata terus pesiar, mendorong, memaksa kami menaiki mobil operasional berjaga. Opa terdengar batuk-batuk. Ini bukan hal baru baginya. kepala kami dengan kain sejak mengeluarkan kami dari kapal militer, menyuruh duduk berdempet dengan laras senjata terus pesiar, mendorong, memaksa kami menaiki mobil operasional berjaga. Opa terdengar batuk-batuk. Ini bukan hal baru baginya. militer, menyuruh duduk berdempet dengan laras senjata terus pesiar, mendorong, memaksa kami menaiki mobil operasional berjaga. Opa terdengar batuk-batuk. Ini bukan hal baru baginya. militer, menyuruh duduk berdempet dengan laras senjata terus pesiar, mendorong, memaksa kami menaiki mobil operasional berjaga. Opa terdengar batuk-batuk. Ini bukan hal baru baginya. militer, menyuruh duduk berdempet dengan laras senjata terus Bahkan saat usianya lebih muda daripadaku, Opa sudah terbiasa pesiar, mendorong, memaksa kami menaiki mobil operasional berjaga. Opa terdengar batuk-batuk. Ini bukan hal baru baginya. militer, menyuruh duduk berdempet dengan laras senjata terus Bahkan saat usianya lebih muda daripadaku, Opa sudah terbiasa pesiar, mendorong, memaksa kami menaiki mobil operasional berjaga. Opa terdengar batuk-batuk. Ini bukan hal baru baginya. militer, menyuruh duduk berdempet dengan laras senjata terus Bahkan saat usianya lebih muda daripadaku, Opa sudah terbiasa berjaga. Opa terdengar batuk-batuk. Ini bukan hal baru baginya. militer, menyuruh duduk berdempet dengan laras senjata terus Bahkan saat usianya lebih muda daripadaku, Opa sudah terbiasa berjaga. Opa terdengar batuk-batuk. Ini bukan hal baru baginya. militer, menyuruh duduk berdempet dengan laras senjata terus Bahkan saat usianya lebih muda daripadaku, Opa sudah terbiasa berjaga. Opa terdengar batuk-batuk. Ini bukan hal baru baginya. dengan penjara. Opa terlihat tenang sejak di kapal, berusaha militer, menyuruh duduk berdempet dengan laras senjata terus Bahkan saat usianya lebih muda daripadaku, Opa sudah terbiasa berjaga. Opa terdengar batuk-batuk. Ini bukan hal baru baginya. dengan penjara. Opa terlihat tenang sejak di kapal, berusaha militer, menyuruh duduk berdempet dengan laras senjata terus Bahkan saat usianya lebih muda daripadaku, Opa sudah terbiasa berjaga. Opa terdengar batuk-batuk. Ini bukan hal baru baginya. dengan penjara. Opa terlihat tenang sejak di kapal, berusaha Bahkan saat usianya lebih muda daripadaku, Opa sudah terbiasa berjaga. Opa terdengar batuk-batuk. Ini bukan hal baru baginya. dengan penjara. Opa terlihat tenang sejak di kapal, berusaha Bahkan saat usianya lebih muda daripadaku, Opa sudah terbiasa berjaga. Opa terdengar batuk-batuk. Ini bukan hal baru baginya. dengan penjara. Opa terlihat tenang sejak di kapal, berusaha Bahkan saat usianya lebih muda daripadaku, Opa sudah terbiasa memahami situasi dengan cepat, tapi usia dan kesehatannya berjaga. Opa terdengar batuk-batuk. Ini bukan hal baru baginya. dengan penjara. Opa terlihat tenang sejak di kapal, berusaha Bahkan saat usianya lebih muda daripadaku, Opa sudah terbiasa memahami situasi dengan cepat, tapi usia dan kesehatannya berjaga. Opa terdengar batuk-batuk. Ini bukan hal baru baginya. dengan penjara. Opa terlihat tenang sejak di kapal, berusaha Bahkan saat usianya lebih muda daripadaku, Opa sudah terbiasa memahami situasi dengan cepat, tapi usia dan kesehatannya dengan penjara. Opa terlihat tenang sejak di kapal, berusaha Bahkan saat usianya lebih muda daripadaku, Opa sudah terbiasa memahami situasi dengan cepat, tapi usia kesehatannya dengan penjara. Opa terlihat tenang sejak didan kapal, berusaha UDAH lama sekali hidupku berjalan tenang. Sejak seta Bahkan saat usianya lebih muda daripadaku, Opa sudah terbiasa memahami situasi dengan cepat, tapi usia dan kesehatannya dengan penjara. Opa terlihat tenang sejak di kapal, berusaha mencemaskan. Kadek menggerung di ujung Aku tahu, dia Bahkan saat usianya lebih muda daripadaku, Opa sudah terbiasa memahami situasi dengan cepat, tapi usiakursi. dan kesehatannya dengan penjara. Opa terlihat tenang sejak di kapal, berusaha mencemaskan. Kadek menggerung di ujung kursi. Aku tahu, dia Bahkan saat usianya lebih muda daripadaku, Opa sudah terbiasa memahami situasi dengan cepat, tapi usia dan kesehatannya dengan penjara. Opa terlihat tenang sejak di kapal, berusaha mencemaskan. Kadek menggerung di ujung kursi. Aku tahu, dia memahami situasi dengan cepat, tapi usia dan kesehatannya dengan penjara. Opa terlihat tenang sejak di kapal, berusaha mencemaskan. Kadek menggerung di ujung kursi. Aku tahu, dia memahami situasi dengan cepat, tapi usia dan kesehatannya dengan penjara. Opa terlihat tenang sejak di kapal, berusaha mencemaskan. Kadek menggerung di ujung kursi. Aku tahu, dia Pagi ini penyerbuan enam orang berpakaian taktis dan memahami situasi dengan cepat, tapi usia dan kesehatannya jengkel atas penangkapan ini. Dia sempat berteriak melawan, dengan penjara. Opa terlihat tenang sejak di kapal, berusaha mencemaskan. Kadek menggerung di ujung kursi. Aku tahu, dia memahami situasi dengan cepat, tapi usia dan kesehatannya jengkel atas penangkapan ini. Dia sempat berteriak melawan, dengan penjara. Opa terlihat tenang sejak di kapal, berusaha mencemaskan. Kadek menggerung di ujung kursi. Aku tahu, dia memahami situasi dengan cepat, tapi usia dan kesehatannya jengkel atas penangkapan ini. Dia sempat berteriak melawan, mencemaskan. Kadek menggerung di ujung kursi. Aku tahu, dia memahami situasi dengan cepat, tapi usia dan kesehatannya jengkel atas penangkapan ini. Dia sempat berteriak melawan, mencemaskan. Kadek menggerung di ujung kursi. Aku tahu, dia memahami situasi dengan cepat, tapi usia dan kesehatannya jengkel atas penangkapan ini. Dia sempat berteriak melawan, mencemaskan. Kadek menggerung di ujung kursi. Aku tahu, dia membantah barang-barang itu milik kapal. Tidak banyak yang memahami situasi dengan cepat, tapi usia dan kesehatannya jengkel atas penangkapan ini. Dia sempat berteriak melawan, ata ke kapal pesiarku, tanpa tahu apa sebab-musabab mencemaskan. Kadek menggerung di ujung kursi. Aku tahu, dia membantah barang-barang itu milik kapal. Tidak banyak yang memahami situasi dengan cepat, tapi usia dan kesehatannya jengkel atas penangkapan ini. Dia sempat berteriak melawan, mencemaskan. Kadek menggerung di ujung kursi. Aku tahu, dia membantah barang-barang itu milik kapal. Tidak banyak yang jengkel atas penangkapan ini. Dia sempat berteriak melawan, mencemaskan. Kadek menggerung di ujung kursi. Aku tahu, dia membantah barang-barang itu milik kapal. Tidak banyak yang jengkel atas penangkapan ini. Dia sempat berteriak melawan, mencemaskan. Kadek menggerung di ujung kursi. Aku tahu, dia membantah barang-barang itu milik kapal. Tidak banyak yang jengkel atas penangkapan ini. Dia sempat berteriak melawan, bisa dilakukan Kadek, kami bukan ditahan polisi biasa. mencemaskan. Kadek menggerung di ujung kursi. Aku tahu, dia membantah barang-barang itu milik kapal. Tidak banyak yang jengkel atas penangkapan ini. Dia sempat berteriak melawan, bisa dilakukan Kadek, kami bukan ditahan polisi biasa. mencemaskan. Kadek menggerung di ujung kursi. Aku tahu, dia membantah barang-barang itu milik kapal. Tidak banyak yang mbuat arah kemudi hidupku berputar 180 derajat. jengkel atas penangkapan ini. Dia sempat berteriak melawan, bisa dilakukan Kadek, kami bukan ditahan polisi biasa. membantah barang-barang itu milik kapal. Tidak banyak yang jengkel atas penangkapan ini. Dia sempat berteriak melawan, bisa dilakukan Kadek, kami bukan ditahan polisi biasa. membantah barang-barang itu milik kapal. Tidak banyak yang jengkel atas penangkapan ini. Dia sempat berteriak melawan, bisa dilakukan Kadek, kami bukan ditahan polisi biasa. membantah barang-barang itu milik kapal. Tidak banyak yang jengkel atas penangkapan ini. Dia sempat berteriak melawan, bisa dilakukan Kadek, kami bukan ditahan polisi biasa. membantah barang-barang itu milik kapal. Tidak banyak yang jengkel atas penangkapan ini. Dia sempat berteriak melawan, bisa dilakukan Kadek, kami bukan ditahan polisi biasa. membantah barang-barang itu milik kapal. Tidak banyak yang Aku menghela napas kami yang sedikit sesak. Mereka menu bisa dilakukan Kadek, bukan ditahan polisi biasa. 70 membantah barang-barang itu milik kapal. Tidak banyak yang bisa dilakukan Kadek, kami bukan ditahan polisi biasa. 70 membantah barang-barang itu milik kapal. Tidak banyak yang bisa dilakukan Kadek, kami bukan ditahan polisi biasa. 70 membantah barang-barang itu milik kapal. Tidak banyak yang bisa dilakukan Kadek, kami bukan ditahan polisi biasa. 70 membantah barang-barang itu milik kapal. Tidak banyak yang bisa dilakukan Kadek, kami bukan ditahan polisi biasa. 70 bisa dilakukan Kadek, kami bukan ditahan polisi biasa. 70 ala kami dengan kain sejak mengeluarkan kami dari k bisa dilakukan Kadek, kami bukan ditahan polisi biasa. 70 bisa dilakukan dilakukan Kadek, Kadek, kami kami bukan bukan ditahan polisi polisi biasa. biasa. 70 ditahan bisa 70 70 70 ar, mendorong, memaksa kami menaiki mobil operasi 70 Ujung Tanduk.indd 70 3/6/201 70 Ujung Tanduk.indd 70 3/6/20 70



Aku tidak tahu apa yang berkecamuk di kepala Maryam saat ini. Dia sempat mengeluarkan identitas wartawannya sebelum diborgol, berseru berusaha menjelaskan kalau dia wartawan salah satu review mingguan terkemuka. Percuma, penjelasan itu tak berguna. Tangannya tetap diborgol. Kepalanya kasar ditutup kain. Bahkan salah satu dari mereka memutuskan menyumpal mulut Maryam, agar dia berhenti berseru-seru. Aku tidak tahu apa yang berkecamuk di kepala Maryam saat ini. Dia sempat mengeluarkan identitas wartawannya sebelum diborgol, berseru berusaha menjelaskan kalau dia wartawan salah satu review mingguan terkemuka. Percuma, penjelasan itu tak berguna. Tangannya tetap diborgol. Kepalanya kasar ditutup mulut Maryam, agar dia berhenti berseru-seru. kain. Bahkan salah satu dari mereka memutuskan menyumpal Aku tidak tahu apa yang berkecamuk di kepala Maryam saat ini. Dia sempat mengeluarkan identitas wartawannya sebelum diborgol, berseru berusaha menjelaskan kalau dia wartawan salah satu review mingguan terkemuka. Percuma, penjelasan itu tak berguna. Tangannya tetap diborgol. Kepalanya kasar ditutup satu dari mereka memutuskan menyumpal mulut Maryam, agar dia berhenti berseru-seru. ini. Dia sempat mengeluarkan identitas wartawannya sebelum diborgol, berseru berusaha menjelaskan kalau dia wartawan salah satu review mingguan terkemuka. Percuma, penjelasan itu tak berguna. Tangannya tetap diborgol. Kepalanya kasar ditutup kain. Bahkan salah satu dari mereka memutuskan menyumpal mulut Maryam, agar dia berhenti berseru-seru. Dua mobil tempur itu melesat cepat meninggalkan pelabuhan ini. Dia sempat mengeluarkan identitas wartawannya sebelum diborgol, berseru berusaha menjelaskan kalau dia wartawan salah satu review mingguan terkemuka. Percuma, penjelasan itu tak berguna. Tangannya tetap diborgol. Kepalanya kasar ditutup kain. Bahkan salah satu dari mereka memutuskan menyumpal mulut Maryam, agar dia berhenti berseru-seru. Dua mobil tempur itu melesat cepat meninggalkan pelabuhan ini. Dia sempat mengeluarkan identitas wartawannya sebelum diborgol, berseru berusaha menjelaskan kalau dia wartawan salah satu review mingguan terkemuka. Percuma, penjelasan itu tak berguna. Tangannya tetap diborgol. Kepalanya kasar ditutup kain. Bahkan salah satu dari mereka memutuskan menyumpal Dua mobil tempur itu melesat cepat meninggalkan pelabuhan mulut Maryam, agar dia berhenti berseru-seru. ini. Dia sempat mengeluarkan identitas wartawannya sebelum diborgol, berseru berusaha menjelaskan kalau dia wartawan salah satu review mingguan terkemuka. Percuma, penjelasan itu tak berguna. Tangannya tetap diborgol. Kepalanya kasar ditutup kain. Bahkan salah satu dari mereka memutuskan menyumpal dia berhenti berseru-seru. Dua mobil tempur itu melesat cepat meninggalkan pelabuhan diborgol, berseru berusaha menjelaskan kalau dia wartawan salah satu review mingguan terkemuka. Percuma, penjelasan itu tak berguna. Tangannya tetap diborgol. Kepalanya kasar ditutup kain. Bahkan salah satu dari mereka memutuskan menyumpal mulut Maryam, agar dia berhenti berseru-seru. Dua mobil tempur itu melesat cepat meninggalkan pelabuhan yacht, membelah jalanan kota Hong Kong yang lengang. Aku diborgol, berseru berusaha menjelaskan kalau dia wartawan salah satu review mingguan terkemuka. Percuma, penjelasan itu tak berguna. Tangannya tetap diborgol. Kepalanya kasar ditutup kain. Bahkan salah satu dari mereka memutuskan menyumpal mulut Maryam, agar dia berhenti berseru-seru. Dua mobil tempur itu melesat cepat meninggalkan pelabuhan yacht, membelah jalanan kota Hong Kong yang lengang. Aku diborgol, berseru berusaha menjelaskan kalau dia wartawan salah satu review mingguan terkemuka. Percuma, penjelasan itu tak berguna. Tangannya tetap diborgol. Kepalanya kasar ditutup kain. Bahkan salah satu dari mereka memutuskan menyumpal mulut Maryam, agar dia berhenti berseru-seru. yacht, membelah jalanan kota Hong Kong yang lengang. Aku Dua mobil tempur itu melesat cepat meninggalkan pelabuhan diborgol, berseru berusaha menjelaskan kalau dia wartawan salah satu review mingguan terkemuka. Percuma, penjelasan itu tak berguna. Tangannya tetap diborgol. Kepalanya kasar ditutup kain. Bahkan salah satu dari mereka memutuskan menyumpal mulut Maryam, agar dia berhenti berseru-seru. itu melesat cepat meninggalkan pelabuhan yacht, membelah jalanan kota Hong Kong yang lengang. Aku satu review mingguan terkemuka. Percuma, penjelasan itu tak berguna. Tangannya tetap diborgol. Kepalanya kasar ditutup kain. Bahkan salah satu dari mereka memutuskan menyumpal mulut Maryam, agar dia berhenti berseru-seru. Dua mobil tempur itu melesat cepat meninggalkan pelabuhan yacht, membelah jalanan kota Hong Kong yang lengang. Aku tidak tahu ke mana arahnya. Sesekali kami melintas masuk ke satu review mingguan terkemuka. Percuma, penjelasan itu tak berguna. Tangannya tetap diborgol. Kepalanya kasar ditutup kain. Bahkan salah satu dari mereka memutuskan menyumpal mulut Maryam, agar dia berhenti berseru-seru. Dua mobil tempur itu melesat cepat meninggalkan pelabuhan yacht, membelah jalanan kota Hong Kong yang lengang. Aku tidak tahu ke mana arahnya. Sesekali kami melintas masuk ke satu review mingguan terkemuka. Percuma, penjelasan itu tak berguna. Tangannya tetap diborgol. Kepalanya kasar ditutup kain. Bahkan salah satu dari mereka memutuskan menyumpal mulut Maryam, agar dia berhenti berseru-seru. Dua mobil tempur itu melesat cepat meninggalkan pelabuhan tidak tahu ke mana arahnya. Sesekali kami melintas masuk ke yacht, membelah jalanan kota Hong Kong yang lengang. Aku satu review mingguan terkemuka. Percuma, penjelasan itu tak berguna. Tangannya tetap diborgol. Kepalanya kasar ditutup kain. Bahkan salah satu dari mereka memutuskan menyumpal mulut Maryam, agar dia berhenti berseru-seru. Dua mobil tempur itu melesat cepat meninggalkan pelabuhan jalanan kota Hong Kong yang lengang. Aku tidak tahu ke mana arahnya. Sesekali kami melintas masuk ke berguna. Tangannya tetap diborgol. Kepalanya kasar ditutup kain. Bahkan salah satu dari mereka memutuskan menyumpal mulut Maryam, agar dia berhenti berseru-seru. Dua mobil tempur itu melesat cepat meninggalkan pelabuhan yacht, membelah jalanan kota Hong Kong yang lengang. Aku tidak tahu ke mana arahnya. Sesekali kami melintas masuk ke terowongan panjang—suara desau di luar mobil menunjukkan berguna. Tangannya tetap diborgol. Kepalanya kasar ditutup kain. Bahkan salah satu dari mereka memutuskan menyumpal mulut Maryam, agar dia berhenti berseru-seru. Dua mobil tempur itu melesat cepat meninggalkan pelabuhan yacht, membelah jalanan kota Hong Kong yang lengang. Aku tidak tahu ke mana arahnya. Sesekali kami melintas masuk ke terowongan panjang—suara desau di luar mobil menunjukkan berguna. Tangannya tetap diborgol. Kepalanya kasar ditutup kain. Bahkan salah satu dari mereka memutuskan menyumpal mulut Maryam, agar dia berhenti berseru-seru. Dua mobil tempur itu melesat cepat meninggalkan pelabuhan yacht, membelah jalanan kota Hong Kong yang lengang. Aku terowongan panjang—suara desau di Kong luar mobil menunjukkan tidak tahu ke mana arahnya. Sesekali kami melintas masuk ke berguna. Tangannya tetap diborgol. Kepalanya kasar ditutup kain. Bahkan salah satu dari mereka memutuskan menyumpal mulut Maryam, agar dia berhenti berseru-seru. Dua mobil tempur itu melesat cepat meninggalkan pelabuhan yacht, membelah jalanan kota Hong yang lengang. Aku arahnya. Sesekali kami melintas masuk ke terowongan panjang—suara desau di luar mobil menunjukkan kain. Bahkan salah satu dari mereka memutuskan menyumpal mulut Maryam, agar dia berhenti berseru-seru. Dua mobil tempur itu melesat cepat meninggalkan pelabuhan yacht, membelah jalanan kota Hong Kong yang lengang. Aku tidak tahu ke mana arahnya. Sesekali kami melintas masuk ke terowongan panjang—suara desau di luar mobil menunjukkan demikian. Kami berhenti di perempatan, mungkin lampu merah, kain. Bahkan salah satu dari mereka memutuskan menyumpal mulut Maryam, agar dia berhenti berseru-seru. Dua mobil tempur itu melesat cepat meninggalkan pelabuhan yacht, membelah jalanan kota Hong Kong yang lengang. Aku tidak tahu ke mana arahnya. Sesekali kami melintas masuk ke terowongan panjang—suara desau di luar mobil menunjukkan demikian. Kami berhenti di perempatan, mungkin lampu merah, kain. Bahkan salah satu dari mereka memutuskan menyumpal mulut Maryam, agar dia berhenti berseru-seru. Dua mobil tempur itu melesat cepat meninggalkan pelabuhan yacht, membelah jalanan kota Hong Kong yang lengang. Aku tidak tahu ke mana arahnya. Sesekali kami melintas masuk ke demikian. Kami berhenti di perempatan, mungkin lampu merah, terowongan panjang—suara desau di luar mobil menunjukkan kain. Bahkan salah satu dari mereka memutuskan menyumpal mulut Maryam, agar dia berhenti berseru-seru. Dua mobil tempur itu melesat cepat meninggalkan pelabuhan yacht, membelah jalanan kota Hong Kong yang lengang. Aku tidak tahu ke mana arahnya. Sesekali kami melintas masuk ke panjang—suara desau di luar mobil menunjukkan demikian. Kami berhenti di perempatan, mungkin lampu merah, mulut Maryam, agar dia berhenti berseru-seru. Dua mobil tempur itu melesat cepat meninggalkan pelabuhan yacht, membelah jalanan kota Hong Kong yang lengang. Aku tidak tahu ke mana arahnya. Sesekali kami melintas masuk ke terowongan panjang—suara desau di luar mobil menunjukkan demikian. Kami berhenti di perempatan, mungkin lampu merah, berputar, berbelok, sepertinya mereka membawa kami ke pusat mulut Maryam, agar dia berhenti berseru-seru. Dua mobil tempur itu melesat cepat meninggalkan pelabuhan yacht, membelah jalanan kota Hong Kong yang lengang. Aku tidak tahu ke mana arahnya. Sesekali kami melintas masuk ke terowongan panjang—suara desau di luar mobil menunjukkan demikian. Kami berhenti di perempatan, mungkin lampu merah, berputar, berbelok, sepertinya mereka membawa kami ke pusat mulut Maryam, agar dia berhenti berseru-seru. Dua mobil tempur itu melesat cepat meninggalkan pelabuhan yacht, membelah jalanan kota Hong Kong yang lengang. Aku tidak tahu ke mana arahnya. Sesekali kami melintas masuk ke terowongan panjang—suara desau di luar mobil menunjukkan berputar, berbelok, sepertinya mereka membawa kami ke pusat demikian. Kami berhenti di perempatan, mungkin lampu merah, mulut Maryam, agar dia berhenti berseru-seru. Dua mobil tempur itu melesat cepat meninggalkan pelabuhan yacht, membelah jalanan kota Hong Kong yang lengang. Aku tidak tahu ke mana arahnya. Sesekali kami melintas masuk ke terowongan panjang—suara desau di luar mobil menunjukkan berhenti di perempatan, mungkin lampu merah, berputar, berbelok, sepertinya mereka membawa kami ke pusat Dua mobil tempur itu melesat cepat meninggalkan pelabuhan yacht, membelah jalanan kota Hong Kong yang lengang. Aku tidak tahu ke mana arahnya. Sesekali kami melintas masuk ke terowongan panjang—suara desau di luar mobil menunjukkan demikian. Kami berhenti di perempatan, mungkin lampu merah, berputar, berbelok, sepertinya mereka membawa kami ke pusat kota. Ini hari libur. Kemacetan kota Hong Kong tidak terasa, Dua mobil tempur itu melesat cepat meninggalkan pelabuhan yacht, membelah jalanan kota Hong Kong yang lengang. Aku tidak tahu ke mana arahnya. Sesekali kami melintas masuk ke terowongan panjang—suara desau di luar mobil menunjukkan demikian. Kami berhenti di perempatan, mungkin lampu merah, berputar, berbelok, sepertinya mereka membawa kami ke pusat kota. Ini hari libur. Kemacetan kota Hong Kong tidak terasa, Dua mobil tempur itu melesat cepat meninggalkan pelabuhan yacht, membelah jalanan kota Hong Kong yang lengang. Aku tidak tahu ke mana arahnya. Sesekali kami melintas masuk ke terowongan panjang—suara desau di luar mobil menunjukkan demikian. Kami berhenti di perempatan, mungkin lampu merah, kota. Ini hari libur. Kemacetan kota Hong Kong tidak terasa, berputar, berbelok, sepertinya mereka membawa kami ke pusat Dua mobil tempur itu melesat cepat meninggalkan pelabuhan yacht, membelah jalanan kota Hong Kong yang lengang. Aku tidak tahu ke mana arahnya. Sesekali kami melintas masuk ke terowongan panjang—suara desau di luar mobil menunjukkan demikian. Kami berhenti di perempatan, mungkin lampu merah, berputar, berbelok, sepertinya mereka membawa kami ke pusat kota. Ini hari libur. Kemacetan kota Hong Kong tidak terasa, yacht, membelah jalanan kota Hong Kong yang lengang. Aku tidak tahu ke mana arahnya. Sesekali kami melintas masuk ke terowongan panjang—suara desau di luar mobil menunjukkan demikian. Kami berhenti di perempatan, mungkin lampu merah, berputar, berbelok, sepertinya mereka membawa kami ke pusat kota. Ini hari libur. Kemacetan kota Hong Kong tidak terasa, kecuali di taman-taman kota yang ramai dipenuhi buruh migran. yacht, membelah jalanan kota Hong Kong yang lengang. Aku tidak tahu ke mana arahnya. Sesekali kami melintas masuk ke terowongan panjang—suara desau di luar mobil menunjukkan demikian. Kami berhenti di perempatan, mungkin lampu merah, berputar, berbelok, sepertinya mereka membawa kami ke pusat kota. Ini hari libur. Kemacetan kota Hong Kong tidak terasa, kecuali di taman-taman kota yang ramai dipenuhi buruh migran. yacht, membelah jalanan kota Hong Kong yang lengang. Aku tidak tahu ke mana arahnya. Sesekali kami melintas masuk ke terowongan panjang—suara desau di luar mobil menunjukkan demikian. Kami berhenti di perempatan, mungkin lampu merah, berputar, berbelok, sepertinya mereka membawa kami ke pusat kecuali di taman-taman kota yang ramai dipenuhi buruh migran. kota. Ini hari libur. Kemacetan kota Hong Kong tidak terasa, yacht, membelah jalanan kota Hong Kong yang lengang. Aku tidak tahu ke mana arahnya. Sesekali kami melintas masuk ke terowongan panjang—suara desau di luar mobil menunjukkan demikian. Kami berhenti di perempatan, mungkin lampu merah, berputar, berbelok, sepertinya mereka membawa kami ke pusat kota. Ini hari libur. Kemacetan kota Hong Kong tidak terasa, kecuali di taman-taman kota yang ramai dipenuhi buruh migran. tidak tahu ke mana arahnya. Sesekali kami melintas masuk ke terowongan panjang—suara desau di luar mobil menunjukkan demikian. Kami berhenti di perempatan, mungkin lampu merah, berputar, berbelok, sepertinya mereka membawa kami ke pusat kota. Ini hari libur. Kemacetan kota Hong Kong tidak terasa, kecuali di taman-taman kota yang ramai dipenuhi buruh migran. Mobil kami jelas tidak melewati kawasan itu. tidak tahu ke mana arahnya. Sesekali kami melintas masuk ke terowongan panjang—suara desau di luar mobil menunjukkan demikian. Kami berhenti di perempatan, mungkin lampu merah, berputar, berbelok, sepertinya mereka membawa kami ke pusat kota. Ini hari libur. Kemacetan kota Hong Kong tidak terasa, kecuali di taman-taman kota yang ramai dipenuhi buruh migran. Mobil kami jelas tidak melewati kawasan itu. tidak tahu ke mana arahnya. Sesekali kami melintas masuk ke terowongan panjang—suara desau di luar mobil menunjukkan demikian. Kami berhenti di perempatan, mungkin lampu merah, berputar, berbelok, sepertinya mereka membawa kami ke pusat kota. Ini hari libur. Kemacetan kota Hong Kong tidak terasa, Mobil kami jelas tidak melewati kawasan itu. kecuali di taman-taman kota yang ramai dipenuhi buruh migran. tidak tahu ke mana arahnya. Sesekali kami melintas masuk ke terowongan panjang—suara desau di luar mobil menunjukkan demikian. Kami berhenti di perempatan, mungkin lampu merah, berputar, berbelok, sepertinya mereka membawa kami ke pusat kota. Ini hari libur. Kemacetan kota Hong Kong tidak terasa, kecuali di taman-taman kota yang ramai dipenuhi buruh migran. Mobil kami jelas tidak melewati kawasan itu. terowongan panjang—suara desau di luar mobil menunjukkan demikian. Kami berhenti di perempatan, mungkin lampu merah, berputar, berbelok, sepertinya mereka membawa kami ke pusat kota. Ini hari libur. Kemacetan kota Hong Kong tidak terasa, kecuali di taman-taman kota yang ramai dipenuhi buruh migran. Mobil kami jelas tidak melewati kawasan itu. Setelah tiga puluh menit—menurut perhitungan kasarku— terowongan panjang—suara desau di luar mobil menunjukkan demikian. Kami berhenti di perempatan, mungkin lampu merah, berputar, berbelok, sepertinya mereka membawa kami ke pusat kota. Ini hari libur. Kemacetan kota Hong Kong tidak terasa, kecuali di taman-taman kota yang ramai dipenuhi buruh migran. Mobil kami jelas tidak melewati kawasan itu. Setelah tiga puluh menit—menurut perhitungan kasarku— terowongan panjang—suara desau di luar mobil menunjukkan demikian. Kami berhenti di perempatan, mungkin lampu merah, berputar, berbelok, sepertinya mereka membawa kami ke pusat kota. Ini hari libur. Kemacetan kota Hong Kong tidak terasa, kecuali di taman-taman kota yang ramai dipenuhi buruh migran. Setelah tiga puluh menit—menurut perhitungan kasarku— Mobil kami jelas tidak melewati kawasan itu. terowongan panjang—suara desau diSalah luar mobil menunjukkan demikian. Kami berhenti di perempatan, mungkin lampu merah, berputar, berbelok, sepertinya mereka membawa kami ke pusat kota. Ini hari libur. Kemacetan kota Hong Kong tidak terasa, kecuali di taman-taman kota yang ramai dipenuhi buruh migran. Mobil kami jelas tidak melewati kawasan itu. Setelah tiga puluh menit—menurut perhitungan kasarku— demikian. Kami berhenti di perempatan, mungkin lampu merah, berputar, berbelok, sepertinya mereka membawa kami ke pusat kota. Ini hari libur. Kemacetan kota Hong Kong tidak terasa, kecuali di taman-taman kota yang ramai dipenuhi buruh migran. Mobil kami jelas tidak melewati kawasan itu. Setelah tiga puluh menit—menurut perhitungan kasarku— mobil-mobil itu tiba di tujuannya. seorang dari mereka demikian. Kami berhenti di perempatan, mungkin lampu merah, berputar, berbelok, sepertinya mereka membawa kami ke pusat kota. Ini hari libur. Kemacetan kota Hong Kong tidak terasa, kecuali di taman-taman kota yang ramai dipenuhi buruh migran. Mobil kami jelas tidak melewati kawasan itu. Setelah tiga puluh menit—menurut perhitungan kasarku— mobil-mobil itu tiba di tujuannya. Salah seorang dari mereka demikian. Kami berhenti di perempatan, mungkin lampu merah, berputar, berbelok, sepertinya mereka membawa kami ke pusat kota. Ini hari libur. Kemacetan kota Hong Kong tidak terasa, kecuali di taman-taman kota yang ramai dipenuhi buruh migran. Mobil kami jelas tidak melewati kawasan itu. mobil-mobil itu tiba di tujuannya. Salah seorang dari mereka Setelah tiga puluh menit—menurut perhitungan kasarku— demikian. Kami berhenti di perempatan, mungkin lampu merah, berputar, berbelok, sepertinya mereka membawa kami ke pusat kota. Ini hari libur. Kemacetan kota Hong Kong tidak terasa, kecuali di taman-taman kota yang ramai dipenuhi buruh migran. Mobil kami jelas tidak melewati kawasan itu. Setelah tiga puluh menit—menurut perhitungan kasarku— mobil-mobil itu tiba di tujuannya. Salah seorang dari mereka berputar, berbelok, sepertinya mereka membawa kami ke pusat kota. Ini hari libur. Kemacetan kota Hong Kong tidak terasa, kecuali di taman-taman kota yang ramai dipenuhi buruh migran. Mobil kami jelas tidak melewati kawasan itu. Setelah tiga puluh menit—menurut perhitungan kasarku— mobil-mobil itu tiba di tujuannya. Salah seorang dari mereka sebelumnya sempat berseru untuk mengambil jalan berbeda. Ja­ berputar, berbelok, sepertinya mereka membawa kami ke pusat kota. Ini hari libur. Kemacetan kota Hong Kong tidak terasa, kecuali di taman-taman kota yang ramai dipenuhi buruh migran. Mobil kami jelas tidak melewati kawasan itu. Setelah tiga puluh menit—menurut perhitungan kasarku— mobil-mobil itu tiba di tujuannya. Salah seorang dari mereka sebelumnya sempat berseru untuk mengambil jalan berbeda. Ja­ berputar, berbelok, sepertinya mereka membawa kami ke pusat kota. Ini hari libur. Kemacetan kota Hong Kong tidak terasa, kecuali di taman-taman kota yang ramai dipenuhi buruh migran. Mobil kami jelas tidak melewati kawasan itu. Setelah tiga puluh menit—menurut perhitungan kasarku— sebelumnya sempat berseru untuk mengambil jalan berbeda. Ja­ mobil-mobil itu tiba di tujuannya. Salah seorang dari mereka berputar, berbelok, sepertinya mereka membawa kami ke pusat kota. Ini hari libur. Kemacetan kota Hong Kong tidak terasa, kecuali di taman-taman kota yang ramai dipenuhi buruh migran. Mobil kami jelas tidak melewati kawasan itu. Setelah tiga puluh menit—menurut perhitungan kasarku— mobil-mobil itu tiba di tujuannya. Salah seorang dari mereka sebelumnya sempat berseru untuk mengambil jalan berbeda. Ja­ kota. Ini hari libur. Kemacetan kota Hong Kong tidak terasa, kecuali di taman-taman kota yang ramai dipenuhi buruh migran. Mobil kami jelas tidak melewati kawasan itu. Setelah tiga puluh menit—menurut perhitungan kasarku— mobil-mobil itu tiba di tujuannya. Salah seorang dari mereka sebelumnya sempat berseru untuk mengambil jalan berbeda. Ja­ lan utama ditutup hingga nanti sore untuk keperluan meruntuh­ kota. Ini hari libur. Kemacetan kota Hong Kong tidak terasa, kecuali di taman-taman kota yang ramai dipenuhi buruh migran. Mobil kami jelas tidak melewati kawasan itu. Setelah tiga puluh menit—menurut perhitungan kasarku— mobil-mobil itu tiba di tujuannya. Salah seorang dari mereka sebelumnya sempat berseru untuk mengambil jalan berbeda. Ja­ lan utama ditutup hingga nanti sore untuk keperluan meruntuh­ kota. Ini hari libur. Kemacetan kota Hong Kong tidak terasa, kecuali di taman-taman kota yang ramai dipenuhi buruh migran. Mobil kami jelas tidak melewati kawasan itu. Setelah tiga puluh menit—menurut perhitungan kasarku— mobil-mobil itu tiba di tujuannya. Salah seorang dari mereka lan utama ditutup hingga nanti sore untuk keperluan meruntuh­ sebelumnya sempat berseru untuk mengambil jalan berbeda. Ja­ kota. Ini hari libur. Kemacetan kota Hong Kong tidak terasa, kecuali di taman-taman kota yang ramai dipenuhi buruh migran. Mobil kami jelas tidak melewati kawasan itu. Setelah tiga puluh menit—menurut perhitungan kasarku— mobil-mobil itu tiba di tujuannya. Salah seorang dari mereka sebelumnya sempat berseru untuk mengambil jalan berbeda. Ja­ lan utama ditutup hingga nanti sore untuk keperluan meruntuh­ kecuali di taman-taman kota yang ramai dipenuhi buruh migran. Mobil kami jelas tidak melewati kawasan itu. Setelah tiga puluh menit—menurut perhitungan kasarku— mobil-mobil itu tiba di tujuannya. Salah seorang dari mereka sebelumnya sempat berseru untuk mengambil jalan berbeda. Ja­ lan utama ditutup hingga nanti sore untuk keperluan meruntuh­ kan gedung tua. Aku bisa memahami percakapan mereka meski kecuali di taman-taman kota yang ramai dipenuhi buruh migran. Mobil kami jelas tidak melewati kawasan itu. Setelah tiga puluh menit—menurut perhitungan kasarku— mobil-mobil itu tiba di tujuannya. Salah seorang dari mereka sebelumnya sempat berseru untuk mengambil jalan berbeda. Ja­ lanSetelah utama ditutup hingga nanti sore untuk keperluan meruntuh­ kan gedung tua. Aku bisa memahami percakapan mereka meski kecuali di taman-taman kota yang ramai dipenuhi buruh migran. Mobil kami jelas tidak melewati kawasan itu. tiga puluh menit—menurut perhitungan kasarku— mobil-mobil itu tiba di tujuannya. Salah seorang dari mereka sebelumnya sempat berseru untuk mengambil jalan berbeda. Ja­ kan gedung tua. Aku bisa memahami percakapan mereka meski lan utama ditutup hingga nanti sore untuk keperluan meruntuh­ kecuali di taman-taman kota yang ramai dipenuhi buruh migran. Mobil kami jelas tidak melewati kawasan itu. Setelah tiga puluh menit—menurut perhitungan kasarku— mobil-mobil itu tiba di tujuannya. Salah seorang dari mereka sebelumnya sempat berseru untuk mengambil jalan berbeda. Ja­ lan utama ditutup hingga nanti sore untuk keperluan meruntuh­ kan gedung tua. Aku bisa memahami percakapan mereka meski Mobil kami jelas tidak melewati kawasan itu. Setelah tiga puluh menit—menurut perhitungan kasarku— mobil-mobil itu tiba di tujuannya. Salah seorang dari mereka sebelumnya sempat berseru untuk mengambil jalan berbeda. Ja­ lan utama ditutup hingga nanti sore untuk keperluan meruntuh­ kan gedung tua. Aku bisa memahami percakapan mereka meski disampaikan dalam bahasa Kanton dan kalimat komando pen­ Mobil kami jelas tidak melewati kawasan itu. Setelah tiga puluh menit—menurut perhitungan kasarku— mobil-mobil itu tiba di tujuannya. Salah seorang dari mereka sebelumnya sempat berseru untuk mengambil jalan berbeda. Ja­ lan utama ditutup hingga nanti sore untuk keperluan meruntuh­ kan gedung tua. Aku bisa memahami percakapan mereka meski disampaikan dalam bahasa Kanton dan kalimat komando pen­ Mobil kami jelas tidak melewati kawasan itu. Setelah tiga puluh menit—menurut perhitungan kasarku— mobil-mobil itu tiba di tujuannya. Salah seorang dari mereka sebelumnya sempat berseru untuk mengambil jalan berbeda. Ja­ lan utama ditutup hingga nanti sore untuk keperluan meruntuh­ disampaikan dalam bahasa Kanton dan kalimat komando pen­ kan gedung tua. Aku bisa memahami percakapan mereka meski Mobil kami jelas tidak melewati kawasan itu. Setelah tiga puluh menit—menurut perhitungan kasarku— mobil-mobil itu tiba di tujuannya. Salah seorang dari mereka sebelumnya sempat berseru untuk mengambil jalan berbeda. Ja­ lan utama ditutup hingga nanti sore untuk keperluan meruntuh­ kan gedung tua. Aku bisa memahami percakapan mereka meski disampaikan dalam bahasa Kanton dan kalimat komando pen­ Setelah tiga puluh menit—menurut perhitungan kasarku— mobil-mobil itu tiba di tujuannya. Salah seorang dari mereka sebelumnya sempat berseru untuk mengambil jalan berbeda. Ja­ lan utama ditutup hingga nanti sore untuk keperluan meruntuh­ kan gedung tua. Aku bisa memahami percakapan mereka meski disampaikan dalam bahasa Kanton dan kalimat komando pen­ dek. Mobil berbelok, melingkari dua blok, hingga akhirnya ber­ Setelah tiga puluh menit—menurut perhitungan kasarku— mobil-mobil itu tiba di tujuannya. Salah seorang dari mereka sebelumnya sempat berseru untuk mengambil jalan berbeda. Ja­ lan utama ditutup hingga nanti sore untuk keperluan meruntuh­ kan gedung tua. Aku bisa memahami percakapan mereka meski disampaikan dalam bahasa Kanton dan kalimat komando pen­ dek. Mobil berbelok, melingkari dua blok, hingga akhirnya ber­ Setelah tiga puluh menit—menurut perhitungan kasarku— mobil-mobil itu tiba di tujuannya. Salah seorang dari mereka sebelumnya sempat berseru untuk mengambil jalan berbeda. Ja­ lan utama ditutup hingga nanti sore untuk keperluan meruntuh­ kan gedung tua. Aku bisa memahami percakapan mereka meski dek. Mobil berbelok, melingkari dua blok, hingga akhirnya ber­ disampaikan dalam bahasa Kanton dan kalimat komando pen­ Setelah tiga puluh menit—menurut perhitungan kasarku— mobil-mobil itu tiba di tujuannya. Salah seorang dari mereka sebelumnya sempat berseru untuk mengambil jalan berbeda. Ja­ lan utama ditutup hingga nanti sore untuk keperluan meruntuh­ kan gedung tua. Aku bisa memahami percakapan mereka meski disampaikan dalam bahasa Kanton dan kalimat komando pen­ dek. Mobil berbelok, melingkari dua blok, hingga akhirnya ber­ mobil-mobil itu tiba di tujuannya. Salah seorang dari mereka sebelumnya sempat berseru untuk mengambil jalan berbeda. Ja­ lan utama ditutup hingga nanti sore untuk keperluan meruntuh­ kan gedung tua. Aku bisa memahami percakapan mereka meski disampaikan dalam bahasa Kanton dan kalimat komando pen­ dek. Mobil berbelok, melingkari dua blok, hingga akhirnya ber­ henti. Mereka menyuruh kami turun. Mereka sedikit memben­ mobil-mobil itu tiba di tujuannya. Salah seorang dari mereka sebelumnya sempat berseru untuk mengambil jalan berbeda. Ja­ lan utama ditutup hingga nanti sore untuk keperluan meruntuh­ kan gedung tua. Aku bisa memahami percakapan mereka meski disampaikan dalam bahasa Kanton dan kalimat komando pen­ dek. Mobil berbelok, melingkari dua blok, hingga akhirnya ber­ henti. Mereka menyuruh kami turun. Mereka sedikit memben­ mobil-mobil itu tiba di tujuannya. Salah seorang dari mereka sebelumnya sempat berseru untuk mengambil jalan berbeda. Ja­ lan utama ditutup hingga nanti sore untuk keperluan meruntuh­ kan gedung tua. Aku bisa memahami percakapan mereka meski disampaikan dalam bahasa Kanton dan kalimat komando pen­ dek. Mobil berbelok, melingkari dua blok, hingga akhirnya ber­ henti. Mereka menyuruh kami turun. Mereka sedikit memben­ mobil-mobil itu tiba di tujuannya. Salah seorang dari mereka sebelumnya sempat berseru untuk mengambil jalan berbeda. Ja­ lan utama ditutup hingga nanti sore untuk keperluan meruntuh­ kan gedung tua. Aku bisa memahami percakapan mereka meski disampaikan dalam bahasa Kanton dan kalimat komando pen­ dek. Mobil berbelok, melingkari dua blok, hingga akhirnya ber­ henti. Mereka menyuruh kami turun. Mereka sedikit memben­ sebelumnya sempat berseru untuk mengambil jalan berbeda. Ja­ lan utama ditutup hingga nanti sore untuk keperluan meruntuh­ kan gedung tua. Aku bisa memahami percakapan mereka meski disampaikan dalam bahasa Kanton dan kalimat komando pen­ dek. Mobil berbelok, melingkari dua blok, hingga akhirnya ber­ henti. Mereka menyuruh kami turun. Mereka sedikit memben­ tak agar bergegas, tidak sabaran. sebelumnya sempat berseru untuk mengambil jalan berbeda. Ja­ lan utama ditutup hingga nanti sore untuk keperluan meruntuh­ kan gedung tua. Aku bisa memahami percakapan mereka meski disampaikan dalam bahasa Kanton dan kalimat komando pen­ dek. Mobil berbelok, melingkari dua blok, hingga akhirnya ber­ henti. Mereka menyuruh kami turun. Mereka sedikit memben­ tak agar bergegas, tidak sabaran. sebelumnya sempat berseru untuk mengambil jalan berbeda. Ja­ lan utama ditutup hingga nanti sore untuk keperluan meruntuh­ kan gedung tua. Aku bisa memahami percakapan mereka meski disampaikan dalam bahasa Kanton dan kalimat komando pen­ henti. Mereka menyuruh kami turun. Mereka sedikit memben­ dek. Mobil berbelok, melingkari dua blok, hingga akhirnya ber­ tak agar bergegas, tidak sabaran. sebelumnya sempat berseru untuk mengambil jalan berbeda. Ja­ lan utama ditutup hingga nanti sore untuk keperluan meruntuh­ kan gedung tua. Aku bisa memahami percakapan mereka meski disampaikan dalam bahasa Kanton dan kalimat komando pen­ dek. Mobil berbelok, melingkari dua blok, hingga akhirnya ber­ henti. Mereka menyuruh kami turun. Mereka sedikit memben­ tak agar bergegas, tidak sabaran. lan utama ditutup hingga nanti sore untuk keperluan meruntuh­ kan gedung tua. Aku bisa memahami percakapan mereka meski disampaikan dalam bahasa Kanton dan kalimat komando pen­ dek. Mobil berbelok, melingkari dua blok, hingga akhirnya ber­ henti. Mereka menyuruh kami turun. Mereka sedikit memben­ tak agar bergegas, tidak sabaran. ”Opa baik-baik saja?” aku berbisik pelan, berjalan di belakang lan utama ditutup hingga nanti sore untuk keperluan meruntuh­ kan gedung tua. Aku bisa memahami percakapan mereka meski disampaikan dalam bahasa Kanton dan kalimat komando pen­ dek. Mobil berbelok, melingkari dua blok, hingga akhirnya ber­ henti. Mereka menyuruh kami turun. Mereka sedikit memben­ tak agar bergegas, tidak sabaran. ”Opa baik-baik saja?” aku berbisik pelan, berjalan di belakang lan utama ditutup hingga nanti sore untuk keperluan meruntuh­ kan gedung tua. Aku bisa memahami percakapan mereka meski tak agar bergegas, tidak sabaran. disampaikan dalam bahasa Kanton dan kalimat komando pen­ dek. Mobil berbelok, melingkari dua blok, hingga akhirnya ber­ henti. Mereka menyuruh kami turun. Mereka sedikit memben­ ”Opa baik-baik saja?” aku berbisik pelan, berjalan di belakang lan utama ditutup hingga nanti sore untuk keperluan meruntuh­ kan gedung tua. Aku bisa memahami percakapan mereka meski disampaikan dalam bahasa Kanton dan kalimat komando pen­ dek. Mobil berbelok, melingkari dua blok, hingga akhirnya ber­ henti. Mereka menyuruh kami turun. Mereka sedikit memben­ tak agar bergegas, tidak sabaran. ”Opa baik-baik saja?” aku berbisik pelan, berjalan di belakang kan gedung tua. Aku bisa memahami percakapan mereka meski disampaikan dalam bahasa Kanton dan kalimat komando pen­ dek. Mobil berbelok, melingkari dua blok, hingga akhirnya ber­ henti. Mereka menyuruh kami turun. Mereka sedikit tak agar bergegas, tidak sabaran. ”Opa baik-baik saja?” aku berbisik pelan, berjalan di belakang Opa. kan gedung tua. Aku bisa memahami percakapan mereka meski disampaikan dalam bahasa Kanton dan kalimat komando pen­ dek. Mobil berbelok, melingkari dua blok, hingga akhirnya ber­ henti. Mereka menyuruh kami turun. Mereka sedikit memben­ tak agar bergegas, tidak sabaran. ”Opa baik-baik saja?” aku berbisik pelan, berjalan dimemben­ belakang Opa. kan gedung tua. Aku bisa memahami percakapan mereka meski ”Opa baik-baik saja?” aku berbisik pelan, berjalan di belakang disampaikan dalam bahasa Kanton dan kalimat komando pen­ dek. Mobil berbelok, melingkari dua blok, hingga akhirnya ber­ henti. Mereka menyuruh kami turun. Mereka sedikit memben­ tak agar bergegas, tidak sabaran. Opa. kan gedung tua. Aku bisa memahami percakapan mereka meski disampaikan dalam bahasa Kanton dan kalimat komando pen­ dek. Mobil berbelok, melingkari dua blok, hingga akhirnya ber­ henti. Mereka menyuruh kami turun. Mereka sedikit memben­ tak agar bergegas, tidak sabaran. ”Opa baik-baik saja?” aku berbisik pelan, berjalan di belakang Opa. disampaikan dalam bahasa Kanton dan kalimat komando pen­ dek. Mobil berbelok, melingkari dua blok, hingga akhirnya ber­ henti. Mereka menyuruh kami turun. Mereka sedikit memben­ tak agar bergegas, tidak sabaran. ”Opa baik-baik saja?” aku berbisik pelan, berjalan di belakang Opa. ”Orang tua ini baik-baik saja, Tommi,” Opa menjawab sambil disampaikan dalam bahasa Kanton dan kalimat komando pen­ dek. Mobil berbelok, melingkari dua blok, hingga akhirnya ber­ henti. Mereka menyuruh kami turun. Mereka sedikit memben­ tak agar bergegas, tidak sabaran. ”Opa baik-baik saja?” aku berbisik pelan, berjalan di belakang Opa. ”Orang tua ini baik-baik saja, Tommi,” Opa menjawab sambil Opa. disampaikan dalam bahasa Kanton dan kalimat komando pen­ dek. Mobil berbelok, melingkari dua blok, hingga akhirnya ber­ henti. Mereka menyuruh kami turun. Mereka sedikit memben­ tak agar bergegas, tidak sabaran. ”Opa baik-baik saja?” aku berbisik pelan, berjalan dimemben­ belakang ”Orang tua ini baik-baik saja, Tommi,” Opa menjawab sambil disampaikan dalam bahasa Kanton dan kalimat komando pen­ dek. Mobil berbelok, melingkari dua blok, hingga akhirnya ber­ henti. Mereka menyuruh kami turun. Mereka sedikit tak agar bergegas, tidak sabaran. ”Opa baik-baik saja?” aku berbisik pelan, berjalan di belakang Opa. ”Orang tua ini baik-baik saja, Tommi,” Opa menjawab sambil dek. Mobil berbelok, melingkari dua blok, hingga akhirnya ber­ henti. Mereka menyuruh kami turun. Mereka sedikit memben­ tak agar bergegas, tidak sabaran. ”Opa baik-baik saja?” aku berbisik pelan, berjalan di belakang Opa. ”Orang tua ini baik-baik saja, Tommi,” Opa menjawab sambil dek. Mobil berbelok, melingkari dua blok, hingga akhirnya ber­ henti. Mereka menyuruh kami turun. Mereka sedikit memben­ tak agar bergegas, tidak sabaran. ”Opa baik-baik saja?” aku berbisik pelan, berjalan di belakang Opa. ”Orang tua ini baik-baik saja, Tommi,” Opa menjawab sambil ”Orang tua ini baik-baik saja, Tommi,” Opa menjawab sambil dek. Mobil berbelok, melingkari dua blok, hingga akhirnya ber­ henti. Mereka menyuruh kami turun. Mereka sedikit memben­ 71 tak agar bergegas, tidak sabaran. ”Opa baik-baik saja?” aku berbisik pelan, berjalan di belakang Opa. dek. Mobil berbelok, melingkari dua pelan, blok, hingga akhirnya ber­ henti. Mereka menyuruh kami turun. Mereka sedikit tak agar bergegas, tidak sabaran. 71 ”Opa baik-baik saja?” aku berbisik berjalan dimemben­ belakang Opa. ”Orang tua ini baik-baik saja, Tommi,” Opa menjawab sambil



”Move! Move!” Salah satu dari mereka mendorong punggung­ ada yang perlu kaucemaskan.” batuk, dia sedikit tertatih—tongkat Opa disita mereka. ”Tidak Kami sepertinya melintasi lobi luas. Suara sepatu mengentak senjata agar bergegas. ku dengan laras lantai. Gemanya mengisi langit-langit ruangan besar. Suara pintu ”Move! Move!” Salah satu dari mereka mendorong punggung­ ada yang perlu kaucemaskan.” batuk, dia sedikit tertatih—tongkat Opa disita mereka. ”Tidak Kami sepertinya melintasi lobi luas. Suara sepatu mengentak senjata agar bergegas. ku dengan laras lantai. Gemanya mengisi langit-langit ruangan besar. Suara pintu ”Move! Move!” Salah satu dari mereka mendorong punggung­ ada yang perlu kaucemaskan.” batuk, dia sedikit tertatih—tongkat Opa disita mereka. ”Tidak Kami melintasi lobi luas. Suara sepatu mengentak senjata agar bergegas. ku dengan laras lantai. Gemanya mengisi langit-langit ruangan besar. Suara pintu ”Move! Move!” Salah satu dari mereka mendorong punggung­ ada yang perlu kaucemaskan.” batuk, diasepertinya sedikit tertatih—tongkat Opa disita mereka. ”Tidak Kami sepertinya melintasi lobi luas. Suara sepatu mengentak lift membuka. Kami didorong masuk ke lift. Suara pintu lift senjata agar bergegas. ku dengan laras ”Move! Move!” Salah satu dari mereka mendorong punggung­ ada yang perlu kaucemaskan.” lantai. Gemanya mengisi langit-langit ruangan besar. Suara pintu Kami sepertinya melintasi lobi luas. Suara sepatu mengentak lift membuka. Kami didorong masuk ke lift. Suara pintu lift senjata agar bergegas. ku dengan laras ”Move! Move!” Salah satu dari mereka mendorong punggung­ ada yang perlu kaucemaskan.” lantai. Gemanya mengisi langit-langit ruangan besar. Suara pintu Kami sepertinya melintasi lobi luas. Suara sepatu mengentak lift membuka. Kami didorong masuk ke lift. Suara pintu lift senjata agar bergegas. ku dengan laras ”Move! Move!” Salah satu dari mereka mendorong punggung­ ada yang perlu kaucemaskan.” lantai. Gemanya mengisi langit-langit ruangan besar. Suara pintu Kami sepertinya melintasi lobi luas. Suara sepatu mengentak lift membuka. Kami didorong masuk ke lift. Suara pintu lift senjata agar bergegas. ku dengan laras ”Move! Move!” Salah satu dari mereka mendorong punggung­ ada yang perlu kaucemaskan.” lantai. Gemanya mengisi langit-langit ruangan besar. Suara pintu Kami sepertinya melintasi lobi luas. Suara sepatu mengentak lift membuka. Kami didorong masuk ke lift. Suara pintu lift senjata agar bergegas. ku dengan laras ”Move! Move!” Salah satu dari mereka mendorong punggung­ ada yang perlu kaucemaskan.” lantai. Gemanya mengisi langit-langit ruangan besar. Suara pintu menutup. Gerakan lift mendesing. Aku mendongak, berhitung. Kami sepertinya melintasi lobi luas. Suara sepatu mengentak senjata agar bergegas. ku dengan laras ”Move! Move!” Salah satu dari mereka mendorong punggung­ lift membuka. Kami didorong masuk ke lift. Suara pintu lift lantai. Gemanya mengisi langit-langit ruangan besar. Suara pintu menutup. Gerakan lift mendesing. Aku mendongak, berhitung. Kami sepertinya melintasi lobi luas. Suara sepatu mengentak senjata agar bergegas. ku dengan laras ”Move! Move!” Salah satu dari mereka mendorong punggung­ lift membuka. Kami didorong masuk ke lift. Suara pintu lift lantai. Gemanya mengisi langit-langit ruangan besar. Suara pintu menutup. Gerakan lift mendesing. Aku mendongak, berhitung. Kami sepertinya melintasi lobi luas. Suara sepatu mengentak senjata agar bergegas. ku dengan laras ”Move! Move!” Salah satu dari mereka mendorong punggung­ lift membuka. Kami didorong masuk ke lift. Suara pintu lift lantai. Gemanya mengisi langit-langit ruangan besar. Suara pintu menutup. Gerakan lift mendesing. Aku mendongak, berhitung. Kami sepertinya melintasi lobi luas. Suara sepatu mengentak senjata agar bergegas. ku dengan laras ”Move! Move!” Salah satu dari mereka mendorong punggung­ lift membuka. Kami didorong masuk ke lift. Suara pintu lift lantai. Gemanya mengisi langit-langit ruangan besar. Suara pintu menutup. Gerakan lift mendesing. Aku mendongak, berhitung. Kami sepertinya melintasi lobi luas. Suara sepatu mengentak senjata agar bergegas. ku dengan laras ”Move! Move!” Salah satu dari mereka mendorong punggung­ lift membuka. Kami didorong masuk ke lift. Suara pintu lift Aku terlatih mengenali sekitar dengan mata terpejam. Itu latihan lantai. Gemanya mengisi langit-langit ruangan besar. Suara pintu Kami sepertinya melintasi lobi luas. Suara sepatu mengentak senjata agar bergegas. ku dengan laras menutup. Gerakan lift mendesing. Aku mendongak, berhitung. lift membuka. Kami didorong masuk ke lift. Suara pintu lift Aku terlatih mengenali sekitar dengan mata terpejam. Itu latihan lantai. Gemanya mengisi langit-langit ruangan besar. Suara pintu Kami sepertinya melintasi lobi luas. Suara sepatu mengentak senjata agar bergegas. ku dengan laras menutup. Gerakan lift mendesing. Aku mendongak, berhitung. lift membuka. Kami didorong masuk ke lift. Suara pintu lift Aku terlatih mengenali sekitar dengan mata terpejam. Itu latihan lantai. Gemanya mengisi langit-langit ruangan besar. Suara pintu Kami sepertinya melintasi lobi luas. Suara sepatu mengentak senjata agar bergegas. ku dengan laras menutup. Gerakan lift mendesing. Aku mendongak, berhitung. lift membuka. Kami didorong masuk ke lift. Suara pintu lift Aku terlatih mengenali sekitar dengan mata terpejam. Itu latihan lantai. Gemanya mengisi langit-langit ruangan besar. Suara pintu Kami sepertinya melintasi lobi luas. Suara sepatu mengentak senjata agar bergegas. ku dengan laras menutup. Gerakan lift mendesing. Aku mendongak, berhitung. lift membuka. Kami didorong masuk ke lift. Suara pintu lift Aku terlatih mengenali sekitar dengan mata terpejam. Itu latihan lantai. Gemanya mengisi langit-langit ruangan besar. Suara pintu Kami sepertinya melintasi lobi luas. Suara sepatu mengentak senjata agar bergegas. ku dengan laras menutup. Gerakan lift mendesing. Aku mendongak, berhitung. mendasar bagi seorang petarung. Empat puluh lima detik, itu lift membuka. Kami didorong masuk ke lift. Suara pintu lift lantai. Gemanya mengisi langit-langit ruangan besar. Suara pintu Kami sepertinya melintasi lobi luas. Suara sepatu mengentak Aku terlatih mengenali sekitar dengan mata terpejam. Itu latihan menutup. Gerakan lift mendesing. Aku mendongak, berhitung. mendasar bagi seorang petarung. Empat puluh lima detik, itu lift membuka. Kami didorong masuk ke lift. Suara pintu lift lantai. Gemanya mengisi langit-langit ruangan besar. Suara pintu Kami sepertinya melintasi lobi luas. Suara sepatu mengentak Aku terlatih mengenali sekitar dengan mata terpejam. Itu latihan menutup. Gerakan lift mendesing. Aku mendongak, berhitung. mendasar bagi seorang petarung. Empat puluh lima detik, itu lift membuka. Kami didorong masuk ke lift. Suara pintu lift lantai. Gemanya mengisi langit-langit ruangan besar. Suara pintu Kami sepertinya melintasi lobi luas. Suara sepatu mengentak Aku terlatih mengenali sekitar dengan mata terpejam. Itu latihan menutup. Gerakan lift mendesing. Aku mendongak, berhitung. mendasar bagi seorang petarung. Empat puluh lima detik, itu lift membuka. Kami didorong masuk ke lift. Suara pintu lift lantai. Gemanya mengisi langit-langit ruangan besar. Suara pintu Kami sepertinya melintasi lobi luas. Suara sepatu mengentak Aku terlatih mengenali sekitar dengan mata terpejam. Itu latihan menutup. Gerakan lift mendesing. Aku mendongak, berhitung. mendasar bagi seorang petarung. Empat puluh lima detik, itu lift membuka. Kami didorong masuk ke lift. Suara pintu lift lantai. Gemanya mengisi langit-langit ruangan besar. Suara pintu Kami sepertinya melintasi lobi luas. Suara sepatu mengentak Aku terlatih mengenali sekitar dengan mata terpejam. Itu latihan berarti kami berhenti di lantai 15. Suara pintu lift terbuka per­ menutup. Gerakan lift mendesing. Aku mendongak, berhitung. lift membuka. Kami didorong masuk ke lift. Suara pintu lift lantai. Gemanya mengisi langit-langit ruangan besar. Suara pintu mendasar bagi seorang petarung. Empat puluh lima detik, itu Aku terlatih mengenali sekitar dengan mata terpejam. Itu latihan berarti kami berhenti di lantai 15. Suara pintu lift terbuka per­ menutup. Gerakan lift mendesing. Aku mendongak, berhitung. lift membuka. Kami didorong masuk ke lift. Suara pintu lift lantai. Gemanya mengisi langit-langit ruangan besar. Suara pintu mendasar bagi seorang petarung. Empat puluh lima detik, itu Aku terlatih mengenali sekitar dengan mata terpejam. Itu latihan berarti kami berhenti di lantai 15. Suara pintu lift terbuka per­ menutup. Gerakan lift mendesing. Aku mendongak, berhitung. lift membuka. Kami didorong masuk ke lift. Suara pintu lift lantai. Gemanya mengisi langit-langit ruangan besar. Suara pintu mendasar bagi seorang petarung. Empat puluh lima detik, itu Aku terlatih mengenali sekitar dengan mata terpejam. Itu latihan berarti kami berhenti di lantai 15. Suara pintu lift terbuka per­ menutup. Gerakan lift mendesing. Aku mendongak, berhitung. lift membuka. Kami didorong masuk ke lift. Suara pintu lift lantai. Gemanya mengisi langit-langit ruangan besar. Suara pintu mendasar bagi seorang petarung. Empat puluh lima detik, itu Aku terlatih mengenali sekitar dengan mata terpejam. Itu latihan berarti kami berhenti di lantai 15. Suara pintu lift terbuka per­ menutup. Gerakan lift mendesing. Aku mendongak, berhitung. lift membuka. Kami didorong masuk ke lift. Suara pintu lift lantai. Gemanya mengisi langit-langit ruangan besar. Suara pintu mendasar bagi seorang petarung. Empat puluh lima detik, itu lahan. Aku terlatih mengenali sekitar dengan mata terpejam. Itu latihan menutup. Gerakan lift mendesing. Aku mendongak, berhitung. lift membuka. Kami didorong masuk ke lift. Suara pintu lift berarti kami berhenti di lantai 15. Suara pintu lift terbuka per­ mendasar bagi seorang petarung. Empat puluh lima detik, itu lahan. Aku terlatih mengenali sekitar dengan mata terpejam. Itu latihan menutup. Gerakan lift mendesing. Aku mendongak, berhitung. lift membuka. Kami didorong masuk ke lift. Suara pintu lift berarti kami berhenti di lantai 15. Suara pintu lift terbuka per­ mendasar bagi seorang petarung. Empat puluh lima detik, itu lahan. Aku terlatih mengenali sekitar dengan mata terpejam. Itu latihan menutup. Gerakan lift mendesing. Aku mendongak, berhitung. lift membuka. Kami didorong masuk ke lift. Suara pintu lift berarti kami berhenti di lantai 15. Suara pintu lift terbuka per­ mendasar bagi seorang petarung. Empat puluh lima detik, itu lahan. Aku terlatih mengenali sekitar dengan mata terpejam. Itu latihan menutup. Gerakan lift mendesing. Aku mendongak, berhitung. lift membuka. Kami didorong masuk ke lift. Suara pintu lift berarti kami berhenti di lantai 15. Suara pintu lift terbuka per­ mendasar bagi seorang petarung. Empat puluh lima detik, itu lahan. Aku terlatih mengenali sekitar dengan mata terpejam. Itu latihan menutup. Gerakan lift mendesing. Aku mendongak, berhitung. lift membuka. Kami didorong masuk ke lift. Suara pintu lift berarti kami berhenti di lantai 15. Suara pintu lift terbuka per­ membentak lagi. ”Move!” mereka mendasar bagi seorang petarung. Empat puluh lima detik, itu Aku terlatih mengenali sekitar dengan mata terpejam. Itu latihan menutup. Gerakan lift mendesing. Aku mendongak, berhitung. lahan. berarti kami berhenti di lantai 15. Suara pintu lift terbuka per­ membentak lagi. ”Move!” mereka mendasar bagi seorang petarung. Empat puluh lima detik, itu Aku terlatih mengenali sekitar dengan mata terpejam. Itu latihan menutup. Gerakan lift mendesing. Aku mendongak, berhitung. lahan. berarti kami berhenti di lantai 15. Suara pintu lift terbuka per­ membentak lagi. ”Move!” mereka mendasar bagi seorang petarung. Empat puluh lima detik, itu Aku terlatih mengenali sekitar dengan mata terpejam. Itu latihan menutup. Gerakan lift mendesing. Aku mendongak, berhitung. lahan. berarti kami berhenti di lantai 15. Suara pintu lift terbuka per­ membentak lagi. ”Move!” mereka mendasar bagi seorang petarung. Empat puluh lima detik, itu Aku terlatih mengenali sekitar dengan mata terpejam. Itu latihan menutup. Gerakan lift mendesing. Aku mendongak, berhitung. lahan. berarti kami berhenti di lantai 15. Suara pintu lift terbuka per­ membentak lagi. ”Move!” mereka mendasar bagi seorang petarung. Empat puluh lima detik, itu Aku terlatih mengenali sekitar dengan mata terpejam. Itu latihan menutup. Gerakan lift mendesing. Aku mendongak, berhitung. lahan. Opa dan Maryam berjalan lebih dulu. Aku dan Kadek di be­ berarti kami berhenti di lantai 15. Suara pintu lift terbuka per­ mendasar bagi seorang petarung. Empat puluh lima detik, itu Aku terlatih mengenali sekitar dengan mata terpejam. Itu latihan membentak lagi. ”Move!” mereka lahan. Opa dan Maryam berjalan lebih dulu. Aku dan Kadek di be­ berarti kami berhenti di lantai 15. Suara pintu lift terbuka per­ mendasar bagi seorang petarung. Empat puluh lima detik, itu Aku terlatih mengenali sekitar dengan mata terpejam. Itu latihan membentak lagi. ”Move!” mereka lahan. Opa dan Maryam berjalan lebih dulu. Aku dan Kadek di be­ berarti kami berhenti di lantai 15. Suara pintu lift terbuka per­ mendasar bagi seorang petarung. Empat puluh lima detik, itu Aku terlatih mengenali sekitar dengan mata terpejam. Itu latihan membentak lagi. ”Move!” mereka lahan. Opa dan Maryam berjalan lebih dulu. Aku dan Kadek di be­ berarti kami berhenti di lantai 15. Suara pintu lift terbuka per­ mendasar bagi seorang petarung. Empat puluh lima detik, itu Aku terlatih mengenali sekitar dengan mata terpejam. Itu latihan membentak lagi. ”Move!” mereka lahan. Opa dan Maryam berjalan lebih dulu. Aku dan Kadek di be­ berarti kami berhenti di lantai 15. Suara pintu lift terbuka per­ mendasar bagi seorang petarung. Empat puluh lima detik, itu Aku terlatih mengenali sekitar dengan mata terpejam. Itu latihan membentak lagi. ”Move!” mereka lakang. Kami digiring melewati lorong—sepertinya begitu. Tiga lahan. berarti kami berhenti di lantai 15. Suara pintu lift terbuka per­ mendasar bagi seorang petarung. Empat puluh lima detik, itu Opa dan Maryam berjalan lebih dulu. Aku dan Kadek di be­ membentak lagi. ”Move!” mereka lakang. Kami digiring melewati lorong—sepertinya begitu. Tiga lahan. berarti kami berhenti di lantai 15. Suara pintu lift terbuka per­ mendasar bagi seorang petarung. Empat puluh lima detik, itu Opa dan Maryam berjalan lebih dulu. Aku dan Kadek di be­ membentak lagi. ”Move!” mereka lakang. Kami digiring melewati lorong—sepertinya begitu. Tiga lahan. berarti kami berhenti di lantai 15. Suara pintu lift terbuka per­ mendasar bagi seorang petarung. Empat puluh lima detik, itu Opa dan Maryam berjalan lebih dulu. Aku dan Kadek di be­ membentak lagi. ”Move!” mereka lakang. Kami digiring melewati lorong—sepertinya begitu. Tiga lahan. berarti kami berhenti di lantai 15. Suara pintu lift terbuka per­ mendasar bagi seorang petarung. Empat puluh lima detik, itu Opa dan Maryam berjalan lebih dulu. Aku dan Kadek di be­ membentak lagi. ”Move!” mereka lakang. Kami digiring melewati lorong—sepertinya begitu. Tiga lahan. berarti kami berhenti di lantai 15. Suara pintu lift terbuka per­ mendasar bagi seorang petarung. Empat puluh lima detik, itu Opa dan Maryam berjalan lebih dulu. Aku dan Kadek di be­ puluh langkah, itu berarti kurang-lebih 18 meter. Gedung ini membentak lagi. ”Move!” mereka lahan. berarti kami berhenti di lantai 15. Suara pintu lift terbuka per­ lakang. Kami digiring melewati lorong—sepertinya begitu. Tiga Opa dan Maryam berjalan lebih dulu. Aku dan Kadek di be­ puluh langkah, itu berarti kurang-lebih 18 meter. Gedung ini membentak lagi. ”Move!” mereka lahan. berarti kami berhenti di lantai 15. Suara pintu lift terbuka per­ lakang. Kami digiring melewati lorong—sepertinya begitu. Tiga Opa dan Maryam berjalan lebih dulu. Aku dan Kadek di be­ puluh langkah, itu berarti kurang-lebih 18 meter. Gedung ini membentak lagi. ”Move!” mereka lahan. berarti kami berhenti di lantai 15. Suara pintu lift terbuka per­ lakang. Kami digiring melewati lorong—sepertinya begitu. Tiga Opa dan Maryam berjalan lebih dulu. Aku dan Kadek di be­ puluh langkah, itu berarti kurang-lebih 18 meter. Gedung ini membentak lagi. ”Move!” mereka lahan. berarti kami berhenti di lantai 15. Suara pintu lift terbuka per­ lakang. Kami digiring melewati lorong—sepertinya begitu. Tiga Opa dan Maryam berjalan lebih dulu. Aku dan Kadek di be­ puluh langkah, itu berarti kurang-lebih 18 meter. Gedung ini membentak lagi. ”Move!” mereka lahan. berarti kami berhenti di lantai 15. Suara pintu lift terbuka per­ lakang. Kami digiring melewati lorong—sepertinya begitu. Tiga cukup besar. Lantas terdengar suara pintu berdebam terbuka, Opa dan Maryam berjalan lebih dulu. Aku dan Kadek di be­ membentak lagi. ”Move!” mereka lahan. puluh langkah, itu berarti kurang-lebih 18 meter. Gedung ini lakang. Kami digiring melewati lorong—sepertinya begitu. Tiga cukup besar. Lantas terdengar suara pintu berdebam terbuka, Opa dan Maryam berjalan lebih dulu. Aku dan Kadek di be­ membentak lagi. ”Move!” mereka lahan. puluh langkah, itu berarti kurang-lebih 18 meter. Gedung ini lakang. Kami digiring melewati lorong—sepertinya begitu. Tiga cukup besar. Lantas terdengar suara pintu berdebam terbuka, Opa dan Maryam berjalan lebih dulu. Aku dan Kadek di be­ membentak lagi. ”Move!” mereka lahan. puluh langkah, itu berarti kurang-lebih 18 meter. Gedung ini lakang. Kami digiring melewati lorong—sepertinya begitu. Tiga cukup besar. Lantas terdengar suara pintu berdebam terbuka, Opa dan Maryam berjalan lebih dulu. Aku dan Kadek di be­ membentak lagi. ”Move!” mereka lahan. puluh langkah, itu berarti kurang-lebih 18 meter. Gedung ini lakang. Kami digiring melewati lorong—sepertinya begitu. Tiga cukup besar. Lantas terdengar suara pintu berdebam terbuka, Opa dan Maryam berjalan lebih dulu. Aku dan Kadek di be­ membentak lagi. ”Move!” mereka lahan. puluh langkah, itu berarti kurang-lebih 18 meter. Gedung ini kami memasuki sebuah ruangan. Pintu berdebam ditutup kem­ lakang. Kami digiring melewati lorong—sepertinya begitu. Tiga Opa dan Maryam berjalan lebih dulu. Aku dan Kadek di be­ membentak lagi. ”Move!” mereka cukup besar. Lantas terdengar suara pintu berdebam terbuka, puluh langkah, itu berarti kurang-lebih 18 meter. Gedung ini kami memasuki sebuah ruangan. Pintu berdebam ditutup kem­ lakang. Kami digiring melewati lorong—sepertinya begitu. Tiga Opa dan Maryam berjalan lebih dulu. Aku dan Kadek di be­ membentak lagi. ”Move!” mereka cukup besar. Lantas terdengar suara pintu berdebam terbuka, puluh langkah, itu berarti kurang-lebih 18 meter. Gedung ini kami memasuki sebuah ruangan. Pintu berdebam ditutup kem­ lakang. Kami digiring melewati lorong—sepertinya begitu. Tiga Opa dan Maryam berjalan lebih dulu. Aku dan Kadek di be­ membentak lagi. ”Move!” mereka cukup besar. Lantas terdengar suara pintu berdebam terbuka, puluh langkah, itu berarti kurang-lebih 18 meter. Gedung ini kami memasuki sebuah ruangan. Pintu berdebam ditutup kem­ lakang. Kami digiring melewati lorong—sepertinya begitu. Tiga Opa dan Maryam berjalan lebih dulu. Aku dan Kadek di be­ membentak lagi. ”Move!” mereka cukup besar. Lantas terdengar suara pintu berdebam terbuka, puluh langkah, itu berarti kurang-lebih 18 meter. Gedung ini kami memasuki sebuah ruangan. Pintu berdebam ditutup kem­ lakang. Kami digiring melewati lorong—sepertinya begitu. Tiga Opa dan Maryam berjalan lebih dulu. Aku dan Kadek di be­ membentak lagi. ”Move!” mereka cukup besar. Lantas terdengar suara pintu berdebam terbuka, bali, terkunci secara otomatis, hanya bisa dibuka dari luar. puluh langkah, itu berarti kurang-lebih 18 meter. Gedung ini lakang. Kami digiring melewati lorong—sepertinya begitu. Tiga Opa dan Maryam berjalan lebih dulu. Aku dan Kadek di be­ kami memasuki sebuah ruangan. Pintu berdebam ditutup kem­ cukup besar. Lantas terdengar suara pintu berdebam terbuka, bali, terkunci secara otomatis, hanya bisa dibuka dari luar. puluh langkah, itu berarti kurang-lebih 18 meter. Gedung ini lakang. Kami digiring melewati lorong—sepertinya begitu. Tiga Opa dan Maryam berjalan lebih dulu. Aku dan Kadek di be­ kami memasuki sebuah ruangan. Pintu berdebam ditutup kem­ cukup besar. Lantas terdengar suara pintu berdebam terbuka, bali, terkunci secara otomatis, hanya bisa dibuka dari luar. puluh langkah, itu berarti kurang-lebih 18 meter. Gedung ini lakang. Kami digiring melewati lorong—sepertinya begitu. Tiga Opa dan Maryam berjalan lebih dulu. Aku dan Kadek di be­ kami memasuki sebuah ruangan. Pintu berdebam ditutup kem­ cukup besar. Lantas terdengar suara pintu berdebam terbuka, bali, terkunci secara otomatis, hanya bisa dibuka dari luar. puluh langkah, itu berarti kurang-lebih 18 meter. Gedung ini lakang. Kami digiring melewati lorong—sepertinya begitu. Tiga Opa dan Maryam berjalan lebih dulu. Aku dan Kadek di be­ kami memasuki sebuah ruangan. Pintu berdebam ditutup kem­ cukup besar. Lantas terdengar suara pintu berdebam terbuka, bali, terkunci secara otomatis, hanya bisa dibuka dari luar. puluh langkah, itu berarti kurang-lebih 18 meter. Gedung ini lakang. Kami digiring melewati lorong—sepertinya begitu. Tiga Opa dan Maryam berjalan lebih dulu. Aku dan Kadek di be­ kami memasuki sebuah ruangan. Pintu berdebam ditutup kem­ ”Lepaskan penutup kepala mereka!” cukup besar. Lantas terdengar suara pintu berdebam terbuka, puluh langkah, itu berarti kurang-lebih 18 meter. Gedung ini lakang. Kami digiring melewati lorong—sepertinya begitu. Tiga bali, terkunci secara otomatis, hanya bisa dibuka dari luar. kami memasuki sebuah ruangan. Pintu berdebam ditutup kem­ ”Lepaskan penutup kepala mereka!” cukup besar. Lantas terdengar suara pintu berdebam terbuka, puluh langkah, itu berarti kurang-lebih 18 meter. Gedung ini lakang. Kami digiring melewati lorong—sepertinya begitu. Tiga bali, terkunci secara otomatis, hanya bisa dibuka dari luar. kami memasuki sebuah ruangan. Pintu berdebam ditutup kem­ ”Lepaskan penutup kepala mereka!” cukup besar. Lantas terdengar suara pintu berdebam terbuka, puluh langkah, itu berarti kurang-lebih 18 meter. Gedung ini lakang. Kami digiring melewati lorong—sepertinya begitu. Tiga bali, terkunci secara otomatis, hanya bisa dibuka dari luar. kami memasuki sebuah ruangan. Pintu berdebam ditutup kem­ ”Lepaskan penutup kepala mereka!” cukup besar. Lantas terdengar suara pintu berdebam terbuka, puluh langkah, itu berarti kurang-lebih 18 meter. Gedung ini lakang. Kami digiring melewati lorong—sepertinya begitu. Tiga bali, terkunci secara otomatis, hanya bisa dibuka dari luar. kami memasuki sebuah ruangan. Pintu berdebam ditutup kem­ ”Lepaskan penutup kepala mereka!” cukup besar. Lantas terdengar suara pintu berdebam terbuka, puluh langkah, itu berarti kurang-lebih 18 meter. Gedung ini lakang. Kami digiring melewati lorong—sepertinya begitu. Tiga bali, terkunci secara otomatis, hanya bisa dibuka dari luar. Penutup kepala kami dilepas, dengan gerakan kasar—tapi itu kami memasuki sebuah ruangan. Pintu berdebam ditutup kem­ cukup besar. Lantas terdengar suara pintu berdebam terbuka, puluh langkah, itu berarti kurang-lebih 18 meter. Gedung ini ”Lepaskan penutup kepala mereka!” bali, terkunci secara otomatis, hanya bisa dibuka dari luar. Penutup kepala kami dilepas, dengan gerakan kasar—tapi itu kami memasuki sebuah ruangan. Pintu berdebam ditutup kem­ cukup besar. Lantas terdengar suara pintu berdebam terbuka, puluh langkah, itu berarti kurang-lebih 18 meter. Gedung ini ”Lepaskan penutup kepala mereka!” bali, terkunci secara otomatis, hanya bisa dibuka dari luar. Penutup kepala kami dilepas, dengan gerakan kasar—tapi itu kami memasuki sebuah ruangan. Pintu berdebam ditutup kem­ cukup besar. Lantas terdengar suara pintu berdebam terbuka, puluh langkah, itu berarti kurang-lebih 18 meter. Gedung ini ”Lepaskan penutup kepala mereka!” bali, terkunci secara otomatis, hanya bisa dibuka dari luar. Penutup kepala kami dilepas, dengan gerakan kasar—tapi itu kami memasuki sebuah ruangan. Pintu berdebam ditutup kem­ cukup besar. Lantas terdengar suara pintu berdebam terbuka, puluh langkah, itu berarti kurang-lebih 18 meter. Gedung ini ”Lepaskan penutup kepala mereka!” bali, terkunci secara otomatis, hanya bisa dibuka dari luar. Penutup kepala kami dilepas, dengan gerakan kasar—tapi itu kami memasuki sebuah ruangan. Pintu berdebam ditutup kem­ cukup besar. Lantas terdengar suara pintu berdebam terbuka, puluh langkah, itu berarti kurang-lebih 18 meter. Gedung ini ”Lepaskan penutup kepala mereka!” tetap lebih baik, bisa membuat bernapas lebih lega, terutama bali, terkunci secara otomatis, hanya bisa dibuka dari luar. kami memasuki sebuah ruangan. Pintu berdebam ditutup kem­ cukup besar. Lantas terdengar suara pintu berdebam terbuka, Penutup kepala kami dilepas, dengan gerakan kasar—tapi itu ”Lepaskan penutup kepala mereka!” tetap lebih baik, bisa membuat bernapas lebih lega, terutama bali, terkunci secara otomatis, hanya bisa dibuka dari luar. kami memasuki sebuah ruangan. Pintu berdebam ditutup kem­ cukup besar. Lantas terdengar suara pintu berdebam terbuka, Penutup kepala kami dilepas, dengan gerakan kasar—tapi itu ”Lepaskan penutup kepala mereka!” tetap lebih baik, bisa membuat bernapas lebih lega, terutama bali, terkunci secara otomatis, hanya bisa dibuka dari luar. kami memasuki sebuah ruangan. Pintu berdebam ditutup kem­ cukup besar. Lantas terdengar suara pintu berdebam terbuka, Penutup kepala kami dilepas, dengan gerakan kasar—tapi itu ”Lepaskan penutup kepala mereka!” tetap lebih baik, bisa membuat bernapas lebih lega, terutama bali, terkunci secara otomatis, hanya bisa dibuka dari luar. kami memasuki sebuah ruangan. Pintu berdebam ditutup kem­ cukup besar. Lantas terdengar suara pintu berdebam terbuka, Penutup kepala kami dilepas, dengan gerakan kasar—tapi itu ”Lepaskan penutup kepala mereka!” tetap lebih baik, bisa membuat bernapas lebih lega, terutama bali, terkunci secara otomatis, hanya bisa dibuka dari luar. kami memasuki sebuah ruangan. Pintu berdebam ditutup kem­ cukup besar.kepala Lantas terdengar suara pintu berdebam terbuka, Penutup kami dilepas, dengan gerakan kasar—tapi itu Opa. ”Lepaskan penutup kepala mereka!” bali, terkunci secara otomatis, hanya bisa dibuka dari luar. kami memasuki sebuah ruangan. Pintu berdebam ditutup kem­ tetap lebih baik, bisa membuat bernapas lebih lega, terutama Penutup kepala kami dilepas, dengan gerakan kasar—tapi itu Opa. ”Lepaskan penutup kepala mereka!” bali, terkunci secara otomatis, hanya bisa dibuka dari luar. kami memasuki sebuah ruangan. Pintu ditutup kem­ tetap lebih baik, bisa membuat bernapas lebih lega, terutama Penutup kepala kami dilepas, dengan gerakan kasar—tapi itu Opa. ”Lepaskan penutup kepala mereka!” bali, terkunci secara otomatis, hanya bisaberdebam dibuka dari luar. kami memasuki sebuah ruangan. Pintu berdebam ditutup kem­ tetap lebih baik, bisa membuat bernapas lebih lega, terutama Penutup kepala kami dilepas, dengan gerakan kasar—tapi itu Opa. ”Lepaskan penutup kepala mereka!” bali, terkunci secara otomatis, hanya bisa dibuka dari luar. kami memasuki sebuah ruangan. Pintu berdebam ditutup kem­ tetap lebih baik, bisa membuat bernapas lebih lega, terutama Penutup kepala kami dilepas, dengan gerakan kasar—tapi itu Opa. ”Lepaskan penutup kepala mereka!” bali, terkunci secara otomatis, hanya bisa dibuka dari luar. kami memasuki sebuah ruangan. Pintu berdebam ditutup kem­ tetap lebih baik, bisa membuat bernapas lebih lega, terutama Maryam langsung hendak berseru saat penutup dilepas. Ta­ Penutup kepala kami dilepas, dengan gerakan kasar—tapi itu ”Lepaskan penutup kepala mereka!” bali, terkunci secara otomatis, hanya bisa dibuka dari luar. Opa. tetap lebih baik, bisa membuat bernapas lebih lega, terutama Maryam langsung hendak berseru saat penutup dilepas. Ta­ Penutup kepala kami dilepas, dengan gerakan kasar—tapi itu ”Lepaskan penutup kepala mereka!” bali, terkunci secara otomatis, hanya bisa dibuka dari luar. Opa. tetap lebih baik, bisa membuat bernapas lebih lega, terutama Maryam langsung hendak berseru saat penutup dilepas. Ta­ Penutup kepala kami dilepas, dengan gerakan kasar—tapi itu ”Lepaskan penutup kepala mereka!” bali, terkunci secara otomatis, hanya bisa dibuka dari luar. Opa. tetap lebih baik, bisa membuat bernapas lebih lega, terutama Maryam langsung hendak berseru saat penutup dilepas. Ta­ Penutup kepala kami dilepas, dengan gerakan kasar—tapi itu ”Lepaskan penutup kepala mereka!” bali, terkunci secara otomatis, hanya bisa dibuka dari luar. Opa. tetap lebih baik, bisa membuat bernapas lebih lega, terutama Maryam langsung hendak berseru saat penutup dilepas. Ta­ Penutup kepala kami dilepas, dengan gerakan kasar—tapi itu ”Lepaskan penutup kepala mereka!” bali, terkunci secara otomatis, hanya bisa dibuka dari luar. Opa. ngannya terangkat. tetap lebih baik, bisa membuat bernapas lebih lega, terutama Penutup kepala kami dilepas, dengan gerakan kasar—tapi itu ”Lepaskan penutup kepala mereka!” Maryam langsung hendak berseru saat penutup dilepas. Ta­ Opa. ngannya terangkat. tetap lebih baik, bisa membuat bernapas lebih lega, terutama Penutup kepala kami dilepas, dengan gerakan kasar—tapi itu ”Lepaskan penutup kepala mereka!” Maryam langsung hendak berseru saat penutup dilepas. Ta­ Opa. ngannya terangkat. tetap lebih baik, bisa membuat bernapas lebih lega, terutama Penutup kepala kami dilepas, dengan gerakan kasar—tapi itu ”Lepaskan penutup kepala mereka!” Maryam langsung hendak berseru saat penutup dilepas. Ta­ Opa. ngannya terangkat. tetap lebih baik, bisa membuat bernapas lebih lega, terutama Penutup kepala kami dilepas, dengan gerakan kasar—tapi itu ”Lepaskan penutup kepala mereka!” Maryam langsung hendak berseru saat penutup dilepas. Ta­ Opa. ngannya terangkat. tetap lebih baik, bisa membuat bernapas lebih lega, terutama Penutup kepala kami dilepas, dengan gerakan kasar—tapi itu ”Lepaskan penutup kepala mereka!” Maryam langsung hendak berseru saat penutup dilepas. Ta­ ”Biarkan sumpal mulut yang satu itu terpasang.” Pemimpin Opa. tetap lebih baik, bisa membuat bernapas lebih lega, terutama Penutup kepala kami dilepas, dengan gerakan kasar—tapi itu ngannya terangkat. Maryam langsung hendak berseru saat penutup dilepas. Ta­ ”Biarkan sumpal mulut yang satu itu terpasang.” Pemimpin Opa. tetap lebih baik, bisa membuat bernapas lebih lega, terutama Penutup kepala kami dilepas, dengan gerakan kasar—tapi itu ngannya terangkat. Maryam langsung hendak berseru saat penutup dilepas. Ta­ ”Biarkan sumpal mulut yang satu itu terpasang.” Pemimpin Opa. tetap lebih baik, bisa membuat bernapas lebih lega, terutama Penutup kepala kami dilepas, dengan gerakan kasar—tapi itu ngannya terangkat. Maryam langsung hendak berseru saat penutup dilepas. Ta­ ”Biarkan sumpal mulut yang satu itu terpasang.” Pemimpin Opa. tetap lebih baik, bisa membuat bernapas lebih lega, terutama Penutup kepala kami dilepas, dengan gerakan kasar—tapi itu ngannya terangkat. Maryam langsung hendak berseru saat penutup dilepas. Ta­ ”Biarkan sumpal mulut yang satu itu terpasang.” Pemimpin Opa. tetap lebih baik, bisa membuat bernapas lebih lega, terutama Penutup kepala kami dilepas, dengan gerakan kasar—tapi itu ngannya terangkat. mereka, orang berpakaian sipil, berkemeja lengan panjang, mem­ Maryam langsung hendak berseru saat penutup dilepas. Ta­ Opa. tetap lebih baik, bisa membuat bernapas lebih lega, terutama ”Biarkan sumpal mulut yang satu itu terpasang.” Pemimpin ngannya terangkat. mereka, orang berpakaian sipil, berkemeja lengan panjang, mem­ Maryam langsung hendak berseru saat penutup dilepas. Ta­ Opa. tetap lebih baik, bisa membuat bernapas lebih lega, terutama ”Biarkan sumpal mulut yang satu itu terpasang.” Pemimpin ngannya terangkat. mereka, orang berpakaian sipil, berkemeja lengan panjang, mem­ Maryam langsung hendak berseru saat penutup dilepas. Ta­ Opa. tetap lebih baik, bisa membuat bernapas lebih lega, terutama ”Biarkan sumpal mulut yang satu itu terpasang.” Pemimpin ngannya terangkat. mereka, orang berpakaian sipil, berkemeja lengan panjang, mem­ Maryam langsung hendak berseru saat penutup dilepas. Ta­ Opa. tetap lebih baik, bisa membuat bernapas lebih lega, terutama ”Biarkan sumpal mulut yang satu itu terpasang.” Pemimpin ngannya terangkat. mereka, orang berpakaian sipil, berkemeja lengan panjang, mem­ Maryam langsung hendak berseru saat penutup dilepas. Ta­ Opa. tetap lebih baik, bisa membuat bernapas lebih lega, terutama ”Biarkan sumpal mulut yang satu itu terpasang.” Pemimpin beri perintah. ngannya terangkat. Maryam langsung hendak berseru saat penutup dilepas. Ta­ Opa. mereka, orang berpakaian sipil, berkemeja lengan panjang, mem­ ”Biarkan sumpal mulut yang satu itu terpasang.” Pemimpin beri perintah. ngannya terangkat. Maryam langsung hendak berseru penutup dilepas. Ta­ Opa. mereka, orang berpakaian sipil, berkemeja lengan panjang, mem­ ”Biarkan sumpal mulut yang satu itu Pemimpin beri perintah. ngannya terangkat. Maryam langsung hendak berseru saat penutup dilepas. Ta­ Opa. mereka, orang berpakaian sipil, berkemeja lengan panjang, mem­ ”Biarkan sumpal mulut yang satu saat itu terpasang.” terpasang.” Pemimpin beri perintah. ngannya terangkat. Maryam langsung hendak berseru saat penutup dilepas. Ta­ Opa. mereka, orang berpakaian sipil, berkemeja lengan panjang, mem­ ”Biarkan sumpal mulut yang satu itu terpasang.” Pemimpin beri perintah. ngannya terangkat. Maryam langsung hendak berseru saat penutup dilepas. Ta­ Opa. mereka, orang berpakaian sipil, berkemeja lengan panjang, mem­ ”Ini pasti kesalahpahaman.” Kadek langsung bicara saat penu­ ”Biarkan sumpal mulut yang satu itu terpasang.” Pemimpin ngannya terangkat. Maryam langsung hendak berseru saat penutup dilepas. Ta­ beri perintah. mereka, orang berpakaian sipil, berkemeja lengan panjang, mem­ ”Ini pasti kesalahpahaman.” Kadek langsung bicara saat penu­ ”Biarkan sumpal mulut yang satu itu terpasang.” Pemimpin ngannya terangkat. Maryam langsung hendak berseru saat penutup dilepas. Ta­ beri perintah. mereka, orang berpakaian sipil, berkemeja lengan panjang, mem­ ”Ini pasti kesalahpahaman.” Kadek langsung bicara saat penu­ ”Biarkan sumpal mulut yang satu itu terpasang.” Pemimpin ngannya terangkat. Maryam langsung hendak berseru saat penutup dilepas. Ta­ beri perintah. mereka, orang berpakaian sipil, berkemeja lengan panjang, mem­ ”Ini pasti kesalahpahaman.” Kadek bicara saat penu­ ”Biarkan sumpal mulut yang satu langsung itu terpasang.” Pemimpin ngannya terangkat.



mengenalku. ”Kami tidak memiliki benda-benda itu.” habiskan banyak waktu sebagai nakhoda kapal asing sebelum tup kepalanya dibuka. Bahasa Inggris Kadek fasih. Dia meng­ itu bersedekap santai. ”Silakan duduk, Tuan dan pakaian sipil memiliki sistem hukum yang adil.” Orang ber­ nang saja, kami ”Well, kalian punya waktu banyak untuk menjelaskannya. Te­ mengenalku. ”Kami tidak memiliki benda-benda itu.” habiskan banyak waktu sebagai nakhoda kapal asing sebelum tup kepalanya dibuka. Bahasa Inggris Kadek fasih. Dia meng­ itu bersedekap santai. ”Silakan duduk, Tuan dan pakaian sipil memiliki sistem hukum yang adil.” Orang ber­ nang saja, kami ”Well, kalian punya waktu banyak untuk menjelaskannya. Te­ mengenalku. ”Kami tidak memiliki benda-benda itu.” habiskan banyak waktu sebagai nakhoda kapal asing sebelum tup kepalanya dibuka. Bahasa Inggris Kadek fasih. Dia meng­ itu bersedekap santai. ”Silakan duduk, Tuan dan pakaian sipil memiliki sistem hukum yang adil.” Orang ber­ nang saja, kami ”Well, kalian punya waktu banyak untuk menjelaskannya. Te­ mengenalku. ”Kami tidak memiliki benda-benda itu.” habiskan banyak waktu sebagai nakhoda kapal asing sebelum tup kepalanya dibuka. Bahasa Inggris Kadek fasih. Dia meng­ itu bersedekap santai. ”Silakan duduk, Tuan dan pakaian sipil memiliki sistem hukum yang adil.” Orang ber­ nang saja, kami ”Well, kalian punya waktu banyak untuk menjelaskannya. Te­ mengenalku. ”Kami tidak memiliki benda-benda itu.” habiskan banyak waktu sebagai nakhoda kapal asing sebelum Nyonya.” itu bersedekap santai. ”Silakan duduk, Tuan dan pakaian sipil memiliki sistem hukum yang adil.” Orang ber­ nang saja, kami ”Well, kalian punya waktu banyak untuk menjelaskannya. Te­ mengenalku. ”Kami tidak memiliki benda-benda itu.” habiskan banyak waktu sebagai nakhoda kapal asing sebelum Nyonya.” itu bersedekap santai. ”Silakan duduk, Tuan dan pakaian sipil memiliki sistem hukum yang adil.” Orang ber­ nang saja, kami ”Well, kalian punya waktu banyak untuk menjelaskannya. Te­ mengenalku. ”Kami tidak memiliki benda-benda itu.” habiskan banyak waktu sebagai nakhoda kapal asing sebelum Nyonya.” itu bersedekap santai. ”Silakan duduk, Tuan dan pakaian sipil memiliki sistem hukum yang adil.” Orang ber­ nang saja, kami ”Well, kalian punya waktu banyak untuk menjelaskannya. Te­ mengenalku. ”Kami tidak memiliki benda-benda itu.” habiskan banyak waktu sebagai nakhoda kapal asing sebelum Nyonya.” itu bersedekap santai. ”Silakan duduk, Tuan dan pakaian sipil memiliki sistem hukum yang adil.” Orang ber­ nang saja, kami ”Well, kalian punya waktu banyak untuk menjelaskannya. Te­ mengenalku. ”Kami tidak memiliki benda-benda itu.” habiskan banyak waktu sebagai nakhoda kapal asing sebelum Nyonya.” itu bersedekap santai. ”Silakan duduk, Tuan dan pakaian sipil memiliki sistem hukum yang adil.” Orang ber­ nang saja, kami ”Well, kalian punya waktu banyak untuk menjelaskannya. Te­ mengenalku. ”Kami tidak memiliki benda-benda itu.” Ruangan itu luas, berukuran 6 x 8 meter persegi, hanya ada Nyonya.” itu bersedekap santai. ”Silakan duduk, Tuan dan pakaian sipil memiliki sistem hukum yang adil.” Orang ber­ nang saja, kami ”Well, kalian punya waktu banyak untuk menjelaskannya. Te­ mengenalku. ”Kami tidak memiliki benda-benda itu.” Ruangan itu luas, berukuran 6 x 8 meter persegi, hanya ada Nyonya.” itu bersedekap santai. ”Silakan duduk, Tuan dan pakaian sipil memiliki sistem hukum yang adil.” Orang ber­ nang saja, kami ”Well, kalian punya waktu banyak untuk menjelaskannya. Te­ mengenalku. ”Kami tidak memiliki benda-benda itu.” Ruangan itu luas, berukuran 6 x 8 meter persegi, hanya ada Nyonya.” itu bersedekap santai. ”Silakan duduk, Tuan dan pakaian sipil memiliki sistem hukum yang adil.” Orang ber­ nang saja, kami ”Well, kalian punya waktu banyak untuk menjelaskannya. Te­ mengenalku. ”Kami tidak memiliki benda-benda itu.” Ruangan itu luas, berukuran 6 x 8 meter persegi, hanya ada Nyonya.” itu bersedekap santai. ”Silakan duduk, Tuan dan pakaian sipil memiliki sistem hukum yang adil.” Orang ber­ nang saja, kami ”Well, kalian punya waktu banyak untuk menjelaskannya. Te­ mengenalku. ”Kami tidak memiliki benda-benda itu.” Ruangan itu luas, berukuran 6 x 8 meter persegi, hanya ada Nyonya.” itu bersedekap santai. ”Silakan duduk, Tuan dan pakaian sipil memiliki sistem hukum yang adil.” Orang ber­ nang saja, kami ”Well, kalian punya waktu banyak untuk menjelaskannya. Te­ meja besar di tengah, dengan beberapa kursi plastik. Tidak ada Ruangan itu luas, berukuran 6 x 8 meter persegi, hanya Nyonya.” itu bersedekap santai. ”Silakan duduk, Tuan dan pakaian sipil memiliki sistem hukum yang adil.” Orang ber­ nang saja, kami ”Well, kalian punya waktu banyak untuk menjelaskannya. Te­ meja besar di tengah, dengan beberapa kursi plastik. Tidak ada Ruangan itu luas, berukuran 6 x 8 meter persegi, hanya Nyonya.” itu bersedekap santai. ”Silakan duduk, Tuan dan pakaian sipil memiliki sistem hukum yang adil.” Orang ber­ nang saja, kami ”Well, kalian punya waktu banyak untuk menjelaskannya. Te­ meja besar di tengah, dengan beberapa kursi plastik. Tidak ada Ruangan itu luas, berukuran 6 x 8 meter persegi, hanya Nyonya.” itu bersedekap santai. ”Silakan duduk, Tuan dan pakaian sipil memiliki sistem hukum yang adil.” Orang ber­ nang saja, kami ”Well, kalian punya waktu banyak untuk menjelaskannya. Te­ meja besar di tengah, dengan beberapa kursi plastik. Tidak ada Ruangan itu luas, berukuran 6 x 8 meter persegi, hanya Nyonya.” itu bersedekap santai. ”Silakan duduk, Tuan dan pakaian sipil memiliki sistem hukum yang adil.” Orang ber­ nang saja, kami ”Well, kalian punya waktu banyak untuk menjelaskannya. Te­ meja besar di tengah, dengan beberapa kursi plastik. Tidak ada Ruangan itu luas, berukuran 6 x 8 meter persegi, hanya Nyonya.” itu bersedekap santai. ”Silakan duduk, Tuan dan pakaian sipil memiliki sistem hukum yang adil.” Orang ber­ nang saja, kami perabotan lain, tidak ada benda lain. Ini ruangan interogasi, atau meja besar di tengah, dengan beberapa kursi plastik. Tidak ada Ruangan itu luas, berukuran 6 x 8 meter persegi, hanya Nyonya.” itu bersedekap santai. ”Silakan duduk, Tuan dan pakaian sipil memiliki sistem hukum yang adil.” Orang ber­ nang saja, kami perabotan lain, tidak ada benda lain. Ini ruangan interogasi, atau meja besar di tengah, dengan beberapa kursi plastik. Tidak ada Ruangan itu luas, berukuran 6 x 8 meter persegi, hanya Nyonya.” itu bersedekap santai. ”Silakan duduk, Tuan dan pakaian sipil memiliki sistem hukum yang adil.” Orang ber­ nang saja, kami perabotan lain, tidak ada benda lain. Ini ruangan interogasi, atau meja besar di tengah, dengan beberapa kursi plastik. Tidak ada Ruangan itu luas, berukuran 6 x 8 meter persegi, hanya Nyonya.” itu bersedekap santai. ”Silakan duduk, Tuan dan pakaian sipil memiliki sistem hukum yang adil.” Orang ber­ nang saja, kami perabotan lain, tidak ada benda lain. Ini ruangan interogasi, atau meja besar di tengah, dengan beberapa kursi plastik. Tidak ada Ruangan itu luas, berukuran 66hukum x 8Ini meter hanya Nyonya.” itu bersedekap ”Silakan duduk, Tuan dan pakaian memiliki sistem yangpersegi, adil.” Orang ber­ nang saja,sipil kami perabotan lain, tidak ada benda lain. ruangan interogasi, atau meja besar di tengah, dengan beberapa kursi plastik. Tidak ada Ruangan itu luas, berukuran meter persegi, hanya Nyonya.” itu bersedekap santai. ”Silakan duduk, Tuan dan pakaian sipil penyekapan, sejenis itulah, jadisantai. tidak memerlukan pernak-pernik perabotan lain, tidak ada benda lain. ruangan interogasi, atau meja besar di tengah, dengan beberapa kursi plastik. Tidak ada Ruangan luas, berukuran 66 xxx 888Ini meter persegi, hanya Nyonya.” itu bersedekap santai. ”Silakan duduk, Tuan dan pakaian sipil penyekapan, sejenis itulah, jadi tidak memerlukan pernak-pernik perabotan lain, tidak ada benda lain. Ini ruangan interogasi, atau meja besar diitu tengah, dengan beberapa kursi plastik. Tidak ada Ruangan itu luas, berukuran meter persegi, hanya Nyonya.” itu bersedekap santai. ”Silakan duduk, Tuan dan pakaian sipil penyekapan, sejenis itulah, jadi tidak memerlukan pernak-pernik perabotan lain, tidak ada benda lain. Ini ruangan interogasi, atau meja besar di tengah, dengan beberapa kursi plastik. Tidak ada Ruangan itu luas, berukuran 6 x 8 meter persegi, hanya Nyonya.” itu bersedekap santai. ”Silakan duduk, Tuan dan pakaian sipil penyekapan, sejenis itulah, jadi tidak memerlukan pernak-pernik perabotan lain, tidak ada benda lain. Ini ruangan interogasi, atau meja besar di tengah, dengan beberapa kursi plastik. Tidak ada Ruangan itu luas, berukuran 6 x 8 meter persegi, hanya Nyonya.” itu bersedekap santai. ”Silakan duduk, Tuan dan pakaian sipil penyekapan, sejenis itulah, jadi tidak memerlukan pernak-pernik perabotan lain, tidak ada benda lain. Ini ruangan interogasi, atau meja besar di tengah, dengan beberapa kursi plastik. Tidak ada Ruangan itu luas, berukuran 6 x 8 meter persegi, hanya Nyonya.” di dalamnya. penyekapan, sejenis itulah, jadi tidak memerlukan pernak-pernik perabotan lain, tidak ada benda lain. Ini ruangan interogasi, atau meja besar di tengah, dengan beberapa kursi plastik. Tidak ada Ruangan itu luas, berukuran 6 x 8 meter persegi, hanya Nyonya.” di dalamnya. penyekapan, sejenis itulah, jadi tidak memerlukan pernak-pernik perabotan lain, tidak ada benda lain. Ini ruangan interogasi, atau meja besar di tengah, dengan beberapa kursi plastik. Tidak ada Ruangan itu luas, berukuran 6 x 8 meter persegi, hanya Nyonya.” di dalamnya. penyekapan, sejenis itulah, jadi tidak memerlukan pernak-pernik perabotan lain, tidak ada benda lain. Ini ruangan interogasi, atau meja besar di tengah, dengan beberapa kursi plastik. Tidak ada Ruangan itu luas, berukuran 6 x 8 meter persegi, hanya Nyonya.” di dalamnya. penyekapan, sejenis itulah, jadi tidak memerlukan pernak-pernik perabotan lain, tidak ada benda lain. Ini ruangan interogasi, atau meja besar di tengah, dengan beberapa kursi plastik. Tidak ada Ruangan itu luas, berukuran 6 x 8 meter persegi, hanya Nyonya.” di dalamnya. penyekapan, sejenis itulah, jadi tidak memerlukan pernak-pernik perabotan lain, tidak ada benda lain. Ini ruangan interogasi, atau meja besar di tengah, dengan beberapa kursi plastik. Tidak ada Ruangan itu luas, berukuran 6 x 8 meter persegi, hanya ”Kami tidak tahu-menahu kenapa benda-benda itu ada di di dalamnya. penyekapan, sejenis itulah, jadi tidak memerlukan pernak-pernik perabotan lain, tidak ada benda lain. Ini ruangan interogasi, atau meja besar di tengah, dengan beberapa kursi plastik. Tidak ada Ruangan itu luas, berukuran 6 x 8 meter persegi, hanya ”Kami tidak tahu-menahu kenapa benda-benda itu ada di di dalamnya. penyekapan, sejenis itulah, jadi tidak memerlukan pernak-pernik perabotan lain, tidak ada benda lain. Ini ruangan interogasi, atau meja besar di tengah, dengan beberapa kursi plastik. Tidak ada Ruangan itu luas, berukuran 6 x 8 meter persegi, hanya ”Kami tidak tahu-menahu kenapa benda-benda itu ada di di dalamnya. penyekapan, sejenis itulah, jadi tidak memerlukan pernak-pernik perabotan lain, tidak ada benda lain. Ini ruangan interogasi, atau meja besar di tengah, dengan beberapa kursi plastik. Tidak ada Ruangan itu luas, berukuran 6 x 8 meter persegi, hanya ”Kami tidak tahu-menahu kenapa benda-benda itu ada di di dalamnya. penyekapan, sejenis itulah, jadi tidak memerlukan pernak-pernik perabotan lain, tidak ada benda lain. Ini ruangan interogasi, atau meja besar di tengah, dengan beberapa kursi plastik. Tidak ada Ruangan itu luas, berukuran 6 x 8 meter persegi, hanya ”Kami tidak tahu-menahu kenapa benda-benda itu ada di di dalamnya. penyekapan, sejenis itulah, jadi tidak memerlukan pernak-pernik perabotan lain, tidak ada benda lain. Ini ruangan interogasi, atau meja besar di tengah, dengan beberapa kursi plastik. Tidak ada kapal. Kalian keliru menangkap orang.” Kadek masih berusaha ”Kami tidak tahu-menahu kenapa benda-benda itu ada di di dalamnya. penyekapan, sejenis itulah, jadi tidak memerlukan pernak-pernik perabotan lain, tidak ada benda lain. Ini ruangan interogasi, atau meja besar di tengah, dengan beberapa kursi plastik. Tidak ada kapal. Kalian keliru menangkap orang.” Kadek masih berusaha ”Kami tidak tahu-menahu kenapa benda-benda itu ada di di dalamnya. penyekapan, sejenis itulah, jadi tidak memerlukan pernak-pernik perabotan lain, tidak ada benda lain. Ini ruangan interogasi, atau meja besar di tengah, dengan beberapa kursi plastik. Tidak ada kapal. Kalian keliru menangkap orang.” Kadek masih berusaha ”Kami tidak tahu-menahu kenapa benda-benda itu ada di di dalamnya. penyekapan, sejenis itulah, jadi tidak memerlukan pernak-pernik perabotan lain, tidak ada benda lain. Ini ruangan interogasi, atau meja besar di tengah, dengan beberapa kursi plastik. Tidak ada kapal. Kalian keliru menangkap orang.” Kadek masih berusaha ”Kami tidak tahu-menahu kenapa benda-benda itu ada di di dalamnya. penyekapan, sejenis itulah, jadi tidak memerlukan pernak-pernik perabotan lain, tidak ada benda lain. Ini ruangan interogasi, atau meja besar di tengah, dengan beberapa kursi plastik. Tidak ada kapal. Kalian keliru menangkap orang.” Kadek masih berusaha ”Kami tidak tahu-menahu kenapa benda-benda itu ada di di dalamnya. penyekapan, sejenis itulah, jadi tidak memerlukan pernak-pernik perabotan lain, tidak ada benda lain. Ini ruangan interogasi, atau menjelaskan. Sebagai kapten kapal, jelas dia ingin membela ka­ kapal. Kalian keliru menangkap orang.” Kadek masih berusaha ”Kami tidak tahu-menahu kenapa benda-benda itu ada di di dalamnya. penyekapan, sejenis itulah, jadi tidak memerlukan pernak-pernik perabotan lain, tidak ada benda lain. Ini ruangan interogasi, atau menjelaskan. Sebagai kapten kapal, jelas dia ingin membela ka­ kapal. Kalian keliru menangkap orang.” Kadek masih berusaha ”Kami tidak tahu-menahu kenapa benda-benda itu ada di di dalamnya. penyekapan, sejenis itulah, jadi tidak memerlukan pernak-pernik perabotan lain, tidak ada benda lain. Ini ruangan interogasi, atau menjelaskan. Sebagai kapten kapal, jelas dia ingin membela ka­ kapal. Kalian keliru menangkap orang.” Kadek masih berusaha ”Kami tidak tahu-menahu kenapa benda-benda itu ada di di dalamnya. penyekapan, sejenis itulah, jadi tidak memerlukan pernak-pernik perabotan lain, tidak ada benda lain. Ini ruangan interogasi, atau menjelaskan. Sebagai kapten kapal, jelas dia ingin membela ka­ kapal. Kalian keliru menangkap orang.” Kadek masih berusaha ”Kami tidak tahu-menahu kenapa benda-benda itu ada di di dalamnya. penyekapan, sejenis itulah, jadi tidak memerlukan pernak-pernik perabotan lain, tidak ada benda lain. Ini ruangan interogasi, atau menjelaskan. Sebagai kapten kapal, jelas dia ingin membela ka­ kapal. Kalian keliru menangkap orang.” Kadek masih berusaha ”Kami tidak tahu-menahu kenapa benda-benda itu ada di di dalamnya. penyekapan, sejenis itulah, jadi tidak memerlukan pernak-pernik membuktikan kalau dia tahu persis apa saja yang palnya, dan menjelaskan. Sebagai kapten kapal, jelas dia ingin membela ka­ kapal. Kalian keliru menangkap orang.” Kadek masih berusaha ”Kami tidak tahu-menahu kenapa benda-benda itu ada di di dalamnya. penyekapan, sejenis itulah, jadi tidak memerlukan pernak-pernik membuktikan kalau dia tahu persis apa saja yang palnya, dan menjelaskan. Sebagai kapten kapal, jelas dia ingin membela ka­ kapal. Kalian keliru menangkap orang.” Kadek masih berusaha ”Kami tidak tahu-menahu kenapa benda-benda itu ada di di dalamnya. penyekapan, sejenis itulah, jadi tidak memerlukan pernak-pernik membuktikan kalau dia tahu persis apa saja yang palnya, dan menjelaskan. Sebagai kapten kapal, jelas dia ingin membela ka­ kapal. Kalian keliru menangkap orang.” Kadek masih berusaha ”Kami tidak tahu-menahu kenapa benda-benda itu ada di di dalamnya. penyekapan, sejenis itulah, jadi tidak memerlukan pernak-pernik membuktikan kalau dia tahu persis apa saja yang palnya, dan menjelaskan. Sebagai kapten kapal, jelas dia ingin membela ka­ kapal. Kalian keliru menangkap orang.” Kadek masih berusaha ”Kami tidak tahu-menahu kenapa benda-benda itu ada di di dalamnya. penyekapan, sejenis itulah, jadi tidak memerlukan pernak-pernik membuktikan kalau dia tahu persis apa saja yang palnya, dan menjelaskan. Sebagai kapten kapal, jelas dia ingin membela ka­ kapal. Kalian keliru menangkap orang.” Kadek masih berusaha ”Kami tidak tahu-menahu kenapa benda-benda itu ada di di dalamnya. ada di dalam kapal. membuktikan kalau dia tahu persis apa saja yang palnya, dan menjelaskan. Sebagai kapten kapal, jelas dia ingin membela ka­ kapal. Kalian keliru menangkap orang.” Kadek masih berusaha ”Kami tidak tahu-menahu kenapa benda-benda itu ada di di dalamnya. ada di dalam kapal. membuktikan kalau dia tahu persis apa saja yang palnya, dan menjelaskan. Sebagai kapten kapal, jelas dia ingin membela ka­ kapal. Kalian keliru menangkap orang.” Kadek masih berusaha ”Kami tidak tahu-menahu kenapa benda-benda itu ada di di dalamnya. ada di dalam kapal. membuktikan kalau dia tahu persis apa saja yang palnya, dan menjelaskan. Sebagai kapten kapal, jelas dia ingin membela ka­ kapal. Kalian keliru menangkap orang.” Kadek masih berusaha ”Kami tidak tahu-menahu kenapa benda-benda itu ada di di dalamnya. ada di dalam kapal. membuktikan kalau dia tahu persis apa saja yang palnya, dan menjelaskan. Sebagai kapten kapal, jelas dia ingin membela ka­ kapal. Kalian keliru menangkap orang.” Kadek masih berusaha ”Kami tidak tahu-menahu kenapa benda-benda itu ada di di dalamnya. ada di dalam kapal. membuktikan kalau dia tahu persis apa saja yang palnya, dan menjelaskan. Sebagai kapten kapal, jelas dia ingin membela ka­ kapal. Kalian keliru menangkap orang.” Kadek masih berusaha ”Kami tidak tahu-menahu kenapa benda-benda itu ada di ”Silakan duduk dulu, Tuan.” Orang berpakaian sipil memper­ ada di dalam kapal. membuktikan kalau dia tahu persis apa saja yang palnya, dan menjelaskan. Sebagai kapten kapal, jelas dia ingin membela ka­ kapal. Kalian keliru menangkap orang.” Kadek masih berusaha ”Kami tidak tahu-menahu kenapa benda-benda itu ada di ”Silakan duduk dulu, Tuan.” Orang berpakaian sipil memper­ ada di dalam kapal. membuktikan kalau dia tahu persis apa saja yang palnya, dan menjelaskan. Sebagai kapten kapal, jelas dia ingin membela ka­ kapal. Kalian keliru menangkap orang.” Kadek masih berusaha ”Kami tidak tahu-menahu kenapa benda-benda itu ada di ”Silakan duduk dulu, Tuan.” Orang berpakaian sipil memper­ ada di dalam kapal. membuktikan kalau dia tahu persis apa saja yang palnya, dan menjelaskan. Sebagai kapten kapal, jelas dia ingin membela ka­ kapal. Kalian keliru menangkap orang.” Kadek masih berusaha ”Kami tidak tahu-menahu kenapa benda-benda itu ada di ”Silakan duduk dulu, Tuan.” Orang berpakaian sipil memper­ ada di dalam kapal. membuktikan kalau dia tahu persis apa saja yang palnya, dan menjelaskan. Sebagai kapten kapal, jelas dia ingin membela ka­ kapal. Kalian keliru menangkap orang.” Kadek masih berusaha ”Kami tidak tahu-menahu kenapa benda-benda itu ada di ”Silakan duduk dulu, Tuan.” Orang berpakaian sipil memper­ ada di dalam kapal. membuktikan kalau dia tahu persis apa saja yang palnya, dan menjelaskan. Sebagai kapten kapal, jelas dia ingin membela ka­ kapal. Kalian keliru menangkap orang.” Kadek masih berusaha silakan. ”Silakan duduk dulu, Tuan.” Orang berpakaian sipil memper­ ada di dalam kapal. membuktikan kalau dia tahu persis apa saja yang palnya, dan menjelaskan. Sebagai kapten kapal, jelas dia ingin membela ka­ kapal. Kalian keliru menangkap orang.” Kadek masih berusaha silakan. ”Silakan duduk dulu, Tuan.” Orang berpakaian sipil memper­ ada di dalam kapal. membuktikan kalau dia tahu persis apa saja yang palnya, dan menjelaskan. Sebagai kapten kapal, jelas dia ingin membela ka­ kapal. Kalian keliru menangkap orang.” Kadek masih berusaha silakan. ”Silakan duduk dulu, Tuan.” Orang berpakaian sipil memper­ ada di dalam kapal. membuktikan kalau dia tahu persis apa saja yang palnya, dan menjelaskan. Sebagai kapten kapal, jelas dia ingin membela ka­ kapal. Kalian keliru menangkap orang.” Kadek masih berusaha silakan. ”Silakan duduk dulu, Tuan.” Orang berpakaian sipil memper­ ada di dalam kapal. membuktikan kalau dia tahu persis apa saja yang palnya, dan menjelaskan. Sebagai kapten kapal, jelas dia ingin membela ka­ kapal. Kalian keliru menangkap orang.” Kadek masih berusaha silakan. ”Silakan duduk dulu, Tuan.” Orang berpakaian sipil memper­ ada di dalam kapal. membuktikan kalau dia tahu apa saja yang palnya, dan menjelaskan. Sebagai kapten kapal, jelas dia ingin membela ka­ salah paham!” Kadek berseru ketus. ”Kalian silakan. ”Silakan duduk dulu, Tuan.” Orang berpakaian memper­ ada di dalam kapal. membuktikan kalau dia tahu persis apa saja yang palnya, dan menjelaskan. Sebagai kapten kapal, jelas diapersis ingin sipil membela ka­ salah paham!” Kadek berseru ketus. ”Kalian silakan. ”Silakan duduk dulu, Tuan.” Orang berpakaian sipil memper­ ada di kapal. membuktikan kalau dia tahu persis apa saja yang palnya, dan menjelaskan. Sebagai kapten kapal, jelas dia ingin membela ka­ salah paham!” Kadek berseru ketus. ”Kalian silakan. ”Silakan duduk dulu, Tuan.” Orang berpakaian sipil memper­ ada di dalam dalam kapal. membuktikan kalau dia tahu persis apa saja yang palnya, dan menjelaskan. Sebagai kapten kapal, jelas dia ingin membela ka­ salah paham!” Kadek berseru ketus. ”Kalian silakan. ”Silakan duduk dulu, Tuan.” Orang berpakaian sipil memper­ ada di dalam kapal. membuktikan kalau dia tahu persis apa saja yang palnya, dan menjelaskan. Sebagai kapten kapal, jelas dia ingin membela ka­ salah paham!” Kadek berseru ketus. ”Kalian silakan. ”Silakan duduk dulu, Tuan.” Orang berpakaian sipil memper­ ada di dalam kapal. membuktikan kalau dia tahu persis apa saja yang palnya, dan ”Duduk, Kadek,” aku berkata pelan—sebelum dua orang salah paham!” Kadek berseru ketus. ”Kalian silakan. ”Silakan duduk dulu, Tuan.” Orang berpakaian sipil memper­ ada di dalam kapal. membuktikan kalau dia tahu persis apa saja yang palnya, dan ”Duduk, Kadek,” aku berkata pelan—sebelum dua orang salah paham!” Kadek berseru ketus. ”Kalian silakan. ”Silakan duduk dulu, Tuan.” Orang berpakaian sipil memper­ ada di dalam kapal. membuktikan kalau dia tahu persis apa saja yang palnya, dan ”Duduk, Kadek,” aku berkata pelan—sebelum dua orang salah paham!” Kadek berseru ketus. ”Kalian silakan. ”Silakan duduk dulu, Tuan.” Orang berpakaian sipil memper­ ada di dalam kapal. membuktikan kalau dia tahu persis apa saja yang palnya, dan ”Duduk, Kadek,” aku berkata pelan—sebelum dua orang salah paham!” Kadek berseru ketus. ”Kalian silakan. ”Silakan duduk dulu, Tuan.” Orang berpakaian sipil memper­ ada di dalam kapal. membuktikan kalau dia tahu persis apa saja yang palnya, dan ”Duduk, Kadek,” aku berkata pelan—sebelum dua orang salah paham!” Kadek berseru ketus. ”Kalian silakan. ”Silakan duduk dulu, Tuan.” Orang berpakaian sipil memper­ ada di kapal. memegang senjata ikut masuk ke memaksa Kadek ”Duduk, Kadek,” aku pelan—sebelum dua orang yang salah paham!” Kadek berseru ketus. ”Kalian silakan. ”Silakan duduk dulu, Tuan.” berpakaian sipil memper­ ada di dalam dalam kapal. memegang senjata ikut berkata masuk ke ruangan, ruangan, memaksa Kadek ”Duduk, Kadek,” aku berkata pelan—sebelum dua orang yang salah paham!” Kadek berseru ketus. ”Kalian silakan. ”Silakan duduk dulu, Tuan.” Orang berpakaian sipil memper­ ada di dalam kapal. memegang senjata ikut masuk ke ruangan, Kadek ”Duduk, Kadek,” aku berkata pelan—sebelum dua orang yang salah paham!” KadekOrang berseru ketus.memaksa ”Kalian silakan. ”Silakan duduk dulu, Tuan.” Orang berpakaian sipil memper­ ada di dalam kapal. memegang senjata ikut masuk ke ruangan, memaksa Kadek ”Duduk, Kadek,” aku berkata pelan—sebelum dua orang yang salah paham!” Kadek berseru ketus. ”Kalian silakan. ”Silakan duduk dulu, Tuan.” Orang berpakaian sipil memper­ ada di dalam kapal. memegang senjata ikut masuk ke ruangan, memaksa Kadek ”Duduk, Kadek,” aku berkata pelan—sebelum dua orang yang salah paham!” Kadek berseru ketus. ”Kalian silakan. ”Silakan duduk dulu, Tuan.” Orang berpakaian sipil memper­ duduk. ”Diamlah. Kau tidak perlu membuang energi. Biar aku memegang senjata ikut masuk ke ruangan, memaksa Kadek ”Duduk, Kadek,” aku berkata pelan—sebelum dua orang yang salah paham!” Kadek berseru ketus. ”Kalian silakan. ”Silakan duduk dulu, Tuan.” Orang berpakaian sipil memper­ duduk. ”Diamlah. Kau tidak perlu membuang energi. Biar aku memegang senjata ikut masuk ke ruangan, memaksa Kadek ”Duduk, Kadek,” aku berkata pelan—sebelum dua orang yang salah paham!” Kadek berseru ketus. ”Kalian silakan. ”Silakan duduk dulu, Tuan.” Orang berpakaian sipil memper­ duduk. ”Diamlah. Kau tidak perlu membuang energi. Biar aku memegang senjata ikut masuk ke ruangan, memaksa Kadek ”Duduk, Kadek,” aku berkata pelan—sebelum dua orang yang salah paham!” Kadek berseru ketus. ”Kalian silakan. ”Silakan duduk dulu, Tuan.” Orang berpakaian sipil memper­ duduk. ”Diamlah. Kau tidak perlu membuang energi. Biar aku memegang senjata ikut masuk ke ruangan, memaksa Kadek ”Duduk, Kadek,” aku berkata pelan—sebelum dua orang yang salah paham!” Kadek berseru ketus. ”Kalian silakan. ”Silakan duduk dulu, Tuan.” Orang berpakaian sipil memper­ duduk. ”Diamlah. Kau tidak perlu membuang energi. Biar aku memegang senjata ikut masuk ke ruangan, memaksa Kadek ”Duduk, Kadek,” aku berkata pelan—sebelum dua orang yang salah paham!” Kadek berseru ketus. ”Kalian silakan. yang mengurusnya.” Aku menatap Kadek. duduk. ”Diamlah. Kau tidak perlu membuang energi. Biar aku memegang senjata ikut masuk ke ruangan, memaksa Kadek ”Duduk, Kadek,” aku berkata pelan—sebelum dua orang yang salah paham!” Kadek berseru ketus. ”Kalian silakan. yang mengurusnya.” Aku menatap Kadek. duduk. ”Diamlah. Kau tidak perlu membuang energi. Biar aku memegang senjata ikut masuk ke ruangan, memaksa Kadek ”Duduk, Kadek,” aku berkata pelan—sebelum dua orang yang salah paham!” Kadek berseru ketus. ”Kalian silakan. yang mengurusnya.” Aku menatap Kadek. duduk. ”Diamlah. Kau tidak perlu membuang energi. Biar aku memegang senjata ikut masuk ke ruangan, memaksa Kadek ”Duduk, Kadek,” aku berkata pelan—sebelum dua orang yang salah paham!” Kadek berseru ketus. ”Kalian silakan. yang mengurusnya.” Aku menatap Kadek. duduk. ”Diamlah. Kau tidak perlu membuang energi. Biar aku memegang senjata ikut masuk ke ruangan, memaksa Kadek ”Duduk, Kadek,” aku berkata pelan—sebelum dua orang yang salah paham!” Kadek berseru ketus. ”Kalian silakan. yang mengurusnya.” Aku menatap Kadek. duduk. ”Diamlah. Kau tidak perlu membuang energi. Biar aku memegang senjata ikut masuk ke ruangan, memaksa Kadek ”Duduk, Kadek,” aku berkata pelan—sebelum dua orang yang salah paham!” Kadek berseru ketus. ”Kalian Kadek mendengus, dia menarik kursi plastik, duduk. yang mengurusnya.” Aku menatap Kadek. duduk. ”Diamlah. Kau tidak perlu membuang energi. Biar aku memegang senjata ikut masuk ke ruangan, memaksa Kadek ”Duduk, Kadek,” aku berkata pelan—sebelum dua orang yang ”Kalian salah paham!” Kadek berseru ketus. Kadek mendengus, dia menarik kursi plastik, duduk. yang mengurusnya.” Aku menatap Kadek. duduk. ”Diamlah. Kau tidak perlu membuang energi. Biar aku memegang senjata ikut masuk ke ruangan, memaksa Kadek ”Duduk, Kadek,” aku berkata pelan—sebelum dua orang yang salah paham!” Kadek berseru ketus. ”Kalian Kadek mendengus, dia menarik kursi plastik, duduk. yang mengurusnya.” Aku menatap Kadek. duduk. ”Diamlah. Kau tidak perlu membuang energi. Biar aku memegang senjata ikut masuk ke ruangan, memaksa Kadek ”Duduk, Kadek,” aku berkata pelan—sebelum dua orang yang salah paham!” Kadek berseru ketus. ”Kalian Kadek mendengus, dia menarik kursi plastik, duduk. yang mengurusnya.” Aku menatap Kadek. duduk. ”Diamlah. Kau tidak perlu membuang energi. Biar aku memegang senjata ikut masuk ke ruangan, memaksa Kadek ”Duduk, Kadek,” aku berkata pelan—sebelum dua orang yang salah paham!” Kadek berseru ketus. ”Kalian Kadek mendengus, dia menarik kursi plastik, duduk. yang mengurusnya.” Aku menatap Kadek. duduk. ”Diamlah. Kau tidak perlu membuang energi. Biar aku memegang senjata ikut masuk ke ruangan, memaksa Kadek ”Duduk, Kadek,” aku berkata pelan—sebelum dua orang yang Salah satu petugas berseragam taktis menyerahkan amplop Kadek mendengus, dia menarik kursi plastik, duduk. yang mengurusnya.” Aku menatap Kadek. duduk. ”Diamlah. Kau tidak perlu membuang energi. Biar aku memegang senjata ikut masuk ke ruangan, memaksa Kadek ”Duduk, Kadek,” aku berkata pelan—sebelum dua orang yang Salah satu petugas berseragam taktis menyerahkan amplop Kadek mendengus, dia menarik kursi plastik, duduk. yang mengurusnya.” Aku menatap Kadek. duduk. ”Diamlah. Kau tidak perlu membuang energi. Biar aku memegang senjata ikut masuk ke ruangan, memaksa Kadek ”Duduk, Kadek,” aku berkata pelan—sebelum dua orang yang Salah satu petugas berseragam taktis menyerahkan amplop Kadek mendengus, dia menarik kursi plastik, duduk. yang mengurusnya.” Aku menatap Kadek. duduk. ”Diamlah. Kau tidak perlu membuang energi. Biar aku memegang senjata ikut masuk ke ruangan, memaksa Kadek ”Duduk, Kadek,” aku berkata pelan—sebelum dua orang yang Salah satu petugas berseragam taktis menyerahkan amplop Kadek mendengus, dia menarik kursi plastik, duduk. yang mengurusnya.” Aku menatap Kadek. duduk. ”Diamlah. Kau tidak perlu membuang energi. Biar aku memegang senjata ikut masuk ke ruangan, memaksa Kadek ”Duduk, Kadek,” aku berkata pelan—sebelum dua orang yang Salah satu petugas berseragam taktis menyerahkan amplop Kadek mendengus, dia menarik kursi plastik, duduk. yang mengurusnya.” Aku menatap Kadek. duduk. ”Diamlah. Kau tidak perlu membuang energi. Biar aku memegang senjata ikut masuk ke ruangan, memaksa Kadek cokelat. Orang berpakaian sipil menerimanya, lantas menumpah­ Salah satu petugas berseragam taktis menyerahkan amplop Kadek mendengus, dia menarik kursi plastik, duduk. yang mengurusnya.” Aku menatap Kadek. duduk. ”Diamlah. Kau tidak perlu membuang energi. Biar aku memegang senjata ikut masuk ke ruangan, memaksa Kadek cokelat. Orang berpakaian sipil menerimanya, lantas menumpah­ Salah satu petugas berseragam taktis menyerahkan amplop Kadek mendengus, dia menarik kursi plastik, duduk. yang mengurusnya.” Aku menatap Kadek. duduk. ”Diamlah. Kau tidak perlu membuang energi. Biar aku memegang senjata ikut masuk ke ruangan, memaksa Kadek cokelat. Orang berpakaian sipil menerimanya, lantas menumpah­ Salah satu petugas berseragam taktis menyerahkan amplop Kadek mendengus, dia menarik kursi plastik, duduk. yang mengurusnya.” Aku menatap Kadek. duduk. ”Diamlah. Kau tidak perlu membuang energi. Biar aku memegang senjata ikut masuk ke ruangan, memaksa Kadek cokelat. Orang berpakaian sipil menerimanya, lantas menumpah­ Salah satu petugas berseragam taktis menyerahkan amplop Kadek mendengus, dia menarik kursi plastik, duduk. yang mengurusnya.” Aku menatap Kadek. duduk. ”Diamlah. Kau tidak perlu membuang energi. Biar aku memegang senjata ikut masuk ke ruangan, memaksa Kadek cokelat. Orang berpakaian sipil menerimanya, lantas menumpah­ Salah satu petugas berseragam taktis menyerahkan amplop Kadek mendengus, dia menarik kursi plastik, duduk. yang mengurusnya.” Aku menatap Kadek. duduk. ”Diamlah. Kau tidak perlu membuang energi. Biar aku kan isi amplop itu ke atas meja. Kartu identitas, paspor, dan cokelat. Orang berpakaian sipil menerimanya, lantas menumpah­ Salah satu petugas berseragam taktis menyerahkan amplop Kadek mendengus, dia menarik kursi plastik, duduk. yang mengurusnya.” Aku menatap Kadek. duduk. ”Diamlah. Kau tidak perlu membuang energi. Biar aku itu ke atas meja. Kartu identitas, paspor, dan kan isi amplop cokelat. Orang berpakaian sipil menerimanya, lantas menumpah­ Salah satu petugas berseragam taktis menyerahkan amplop Kadek mendengus, dia menarik kursi plastik, duduk. yang mengurusnya.” Aku menatap Kadek. duduk. ”Diamlah. Kau tidak perlu membuang energi. Biar aku kan isi amplop itu ke atas meja. Kartu identitas, paspor, dan cokelat. Orang berpakaian sipil menerimanya, lantas menumpah­ Salah satu petugas berseragam taktis menyerahkan amplop Kadek mendengus, dia menarik kursi plastik, duduk. yang mengurusnya.” Aku menatap Kadek. duduk. ”Diamlah. Kau tidak perlu membuang energi. Biar aku itu ke atas meja. Kartu identitas, paspor, dan kan isi amplop cokelat. Orang berpakaian sipil menerimanya, lantas menumpah­ Salah satu petugas berseragam taktis menyerahkan amplop Kadek mendengus, dia menarik kursi plastik, duduk. yang mengurusnya.” Aku menatap Kadek. duduk. ”Diamlah. Kau tidak perlu membuang energi. Biar aku kan isi amplop itu ke atas meja. Kartu identitas, paspor, dan cokelat. Orang berpakaian sipil menerimanya, lantas menumpah­ Salah satu petugas berseragam taktis menyerahkan amplop Kadek mendengus, dia menarik kursi plastik, duduk. yang mengurusnya.” Aku menatap Kadek. dokumen milik kami yang diambil paksa di atas kapal. itu ke atas meja. Kartu identitas, paspor, dan kan isi amplop cokelat. Orang berpakaian sipil menerimanya, lantas menumpah­ Salah satu petugas berseragam taktis menyerahkan amplop Kadek mendengus, dia menarik kursi plastik, duduk. yang mengurusnya.” Aku menatap Kadek. dokumen milik kami yang diambil paksa di atas kapal. itu ke atas meja. Kartu identitas, paspor, dan kan isi amplop cokelat. Orang berpakaian sipil menerimanya, lantas menumpah­ Salah satu petugas berseragam taktis menyerahkan amplop Kadek mendengus, dia menarik kursi plastik, duduk. yang mengurusnya.” Aku menatap Kadek. dokumen milikpetugas kami yang diambil paksaplastik, di atas kapal. kan isi amplop itu ke atas meja. Kartu identitas, paspor, dan cokelat. Orang berpakaian sipil menerimanya, lantas menumpah­ Salah satu berseragam taktis menyerahkan amplop Kadek mendengus, dia menarik kursi duduk.



stempel imigrasi Hong Kong diini sini.” nuh. Ada banyak ”Tuan Thomas?” Orang itu melihat pasporku, menatapku, Aku mengangguk. Dia meraih paspor lain, menyebut nama Opa, Maryam, dan ”Anda sering bepergian ke luar negeri. Paspor hampir pe­ memeriksa, dan memastikan. stempel Hong Kong di sini.” nuh. banyak ”Tuan Thomas?” Orang itu melihat pasporku, menatapku, Aku mengangguk. Dia meraih paspor lain, menyebut nama Opa, Maryam, dan ”Anda sering bepergian ke luar negeri. Paspor ini hampir pe­ memeriksa, dan memastikan. Kadek. stempel imigrasi Hong Kong di sini.” nuh. Ada banyak ”Tuan Thomas?” Orang itu melihat pasporku, menatapku, Aku mengangguk. DiaAda meraih paspor lain,imigrasi menyebut nama Opa, Maryam, dan memeriksa, dan memastikan. ”Anda sering bepergian ke luar negeri. Paspor ini hampir pe­ Kadek. stempel imigrasi Hong Kong di sini.” nuh. Ada banyak ”Tuan Thomas?” Orang itu melihat pasporku, menatapku, Aku mengangguk. memeriksa, dan memastikan. ”Anda sering bepergian ke luar negeri. Paspor ini hampir pe­ Kadek. stempel imigrasi Hong Kong di sini.” nuh. Ada banyak Aku mengangguk. Dia meraih paspor lain, menyebut nama Opa, Maryam, dan lain, menyebut nama Opa, Maryam, dan memeriksa, dan memastikan. ”Anda sering bepergian ke luar negeri. Paspor ini hampir pe­ Kadek. stempel imigrasi Hong Kong di sini.” nuh. Ada banyak Aku mengangguk. Dia meraih paspor lain, menyebut nama Opa, Maryam, dan memeriksa, dan memastikan. ”Anda sering bepergian ke luar negeri. Paspor ini hampir pe­ Kadek. stempel imigrasi Hong Kong di sini.” nuh. Ada banyak Aku mengangguk. ”Karena aku sudah mengenal kalian, aku akan memperkenal­ DiaAda meraih paspor lain,imigrasi menyebut nama Opa, Maryam, dan memeriksa, dan memastikan. ”Anda sering bepergian ke luar negeri. Paspor ini hampir pe­ Kadek. Aku mengangguk. stempel Hong Kong di sini.” nuh. banyak ”Karena aku sudah mengenal kalian, aku akan memperkenal­ Dia meraih paspor lain, menyebut nama Opa, Maryam, dan memeriksa, dan memastikan. ”Anda sering bepergian ke luar negeri. Paspor ini hampir pe­ Aku mengangguk. stempel imigrasi Hong Kong di sini.” nuh. Ada banyak ”Karena aku sudah mengenal kalian, aku akan memperkenal­ Dia meraih paspor lain, menyebut nama Opa, Maryam, dan ”Anda sering bepergian ke luar negeri. Paspor ini hampir pe­ Kadek. Aku mengangguk. stempel imigrasi Hong Kong di sini.” nuh. Ada banyak ”Karena aku sudah mengenal kalian, aku akan memperkenal­ Dia meraih paspor lain, menyebut nama Opa, Maryam, dan ”Anda sering bepergian ke luar negeri. Paspor ini hampir pe­ Kadek. Aku mengangguk. stempel imigrasi Hong Kong di sini.” nuh. Ada banyak ”Karena aku sudah mengenal kalian, aku akan memperkenal­ Dia meraih paspor lain, menyebut nama Opa, Maryam, dan ”Anda sering bepergian ke luar negeri. Paspor ini hampir pe­ Liu. Aku detektif sekaligus kepala pasukan kan diri. Namaku Kadek. Aku mengangguk. stempel imigrasi Hong Kong di sini.” nuh. Ada banyak ”Karena aku sudah mengenal kalian, aku akan memperkenal­ ”Anda sering bepergian ke luar negeri. Paspor ini hampir pe­ Dia meraih paspor lain, menyebut nama Opa, Maryam, dan Liu. Aku detektif sekaligus kepala pasukan kan diri. Namaku Kadek. Aku mengangguk. stempel imigrasi Hong Kong di sini.” nuh. Ada banyak ”Anda sering bepergian ke luar negeri. Paspor ini hampir pe­ Dia meraih paspor lain, menyebut nama Opa, Maryam, dan Liu. Aku detektif sekaligus kepala pasukan kan diri. Namaku Kadek. stempel imigrasi Hong Kong di sini.” nuh. Ada banyak ”Karena aku sudah mengenal kalian, aku akan memperkenal­ mengenal kalian, aku akan memperkenal­ ”Anda sering bepergian ke luar negeri. Paspor ini hampir pe­ Dia meraih paspor lain, menyebut nama Opa, Maryam, dan Liu. Aku detektif sekaligus kepala pasukan kan diri. Namaku Kadek. stempel imigrasi Hong Kong di sini.” nuh. Ada banyak ”Karena aku sudah mengenal kalian, aku akan memperkenal­ ”Anda sering bepergian ke luar negeri. Paspor ini hampir pe­ Dia meraih paspor lain, menyebut nama Opa, Maryam, dan Liu. Aku detektif sekaligus kepala pasukan kan diri. Namaku Kadek. stempel imigrasi Hong Kong di sini.” nuh. Ada banyak khusus antiteror Hong Kong SAR. Kalian bisa memanggilku ”Karena aku sudah mengenal kalian, aku akan memperkenal­ ”Anda sering bepergian ke luar negeri. Paspor ini hampir pe­ Dia meraih paspor lain, menyebut nama Opa, Maryam, dan Liu. Aku detektif sekaligus kepala pasukan kan diri. Namaku stempel imigrasi Hong Kong di sini.” nuh. Ada banyak Kadek. khusus antiteror Hong Kong SAR. Kalian bisa memanggilku ”Karena aku sudah mengenal kalian, aku akan memperkenal­ ”Anda sering bepergian ke luar negeri. Paspor ini hampir pe­ Dia meraih paspor lain, menyebut nama Opa, Maryam, dan stempel imigrasi Hong Kong di sini.” nuh. Ada banyak Kadek. khusus antiteror Hong Kong SAR. Kalian bisa memanggilku ”Karena aku sudah mengenal kalian, aku akan memperkenal­ Dia meraih paspor lain, menyebut nama Opa, Maryam, dan Liu. Aku detektif sekaligus kepala pasukan diri. Namaku Liu. Aku detektif sekaligus kepala pasukan kan stempel imigrasi Hong Kong di sini.” nuh. Ada banyak Kadek. khusus antiteror Hong Kong SAR. Kalian bisa memanggilku ”Karena aku sudah mengenal kalian, aku akan memperkenal­ Dia meraih paspor lain, menyebut nama Opa, Maryam, dan Liu. Aku detektif sekaligus kepala pasukan kan diri. Namaku stempel imigrasi Hong Kong di sini.” nuh. Ada banyak Kadek. khusus antiteror Hong Kong SAR. Kalian bisa memanggilku ”Karena aku sudah mengenal kalian, aku akan memperkenal­ Dia meraih paspor lain, menyebut nama Opa, Maryam, dan Detektif Liu.” Liu. Aku detektif sekaligus kepala pasukan kan diri. Namaku stempel imigrasi Hong Kong di sini.” nuh. Ada banyak Kadek. khusus antiteror Hong Kong SAR. Kalian bisa memanggilku Dia meraih paspor lain, menyebut nama Opa, Maryam, dan ”Karena aku sudah mengenal kalian, aku akan memperkenal­ Detektif Liu.” Liu. Aku detektif sekaligus kepala kan diri. Namaku stempel imigrasi Hong Kong di sini.” pasukan nuh. Ada banyak Kadek. Dia meraih paspor lain, menyebut nama Opa, Maryam, dan ”Karena aku sudah kalian, aku akan memperkenal­ Detektif Liu.” Liu.mengenal Aku detektif sekaligus kepala pasukan kan diri. Namaku Kadek. antiteror Hong Kong SAR. Kalian bisa memanggilku khusus Hong Kong SAR. Kalian bisa memanggilku Dia meraih paspor lain, menyebut nama Opa, Maryam, dan ”Karena aku sudah mengenal kalian, aku akan memperkenal­ Detektif Liu.” Liu. Aku detektif sekaligus kepala pasukan kan diri. Namaku Kadek. khusus antiteror Hong Kong SAR. Kalian bisa memanggilku Dia meraih paspor lain, menyebut nama Opa, Maryam, dan ”Karena aku sudah mengenal kalian, aku akan memperkenal­ Detektif Liu.” Liu. Aku detektif sekaligus kepala pasukan kan diri. Namaku Kadek. Detektif Liu menghela napas panjang, menyandarkan badan khusus antiteror Hong Kong SAR. Kalian bisa memanggilku Dia meraih paspor lain, menyebut nama Opa, Maryam, dan ”Karena aku sudah mengenal kalian, aku akan memperkenal­ Detektif Liu.” Kadek. Liu. Aku detektif sekaligus kepala pasukan kan diri. Namaku Detektif Liu menghela napas panjang, menyandarkan badan khusus antiteror Hong Kong SAR. Kalian bisa memanggilku Dia meraih paspor lain, menyebut nama Opa, Maryam, dan ”Karena aku sudah mengenal kalian, aku akan memperkenal­ Kadek. Liu. Aku detektif sekaligus kepala pasukan kan diri. Namaku Detektif Liu menghela napas panjang, menyandarkan badan khusus antiteror Hong Kong SAR. Kalian bisa memanggilku ”Karena aku sudah mengenal kalian, aku akan memperkenal­ Liu.” Detektif Kadek. Liu. Aku detektif sekaligus kepala pasukan kan diri. Namaku Detektif Liu menghela napas panjang, menyandarkan badan khusus antiteror Hong Kong SAR. Kalian bisa memanggilku ”Karena aku sudah mengenal kalian, aku akan memperkenal­ Detektif Liu.” Kadek. Liu. Aku detektif sekaligus kepala pasukan kan diri. Namaku Detektif Liu menghela napas panjang, menyandarkan badan khusus antiteror Hong Kong SAR. Kalian bisa memanggilku ”Karena aku sudah mengenal kalian, aku akan memperkenal­ di kursi, berkata dengan intonasi serius, ”Nah, Tuan dan Nyonya Detektif Liu.” Kadek. Liu. Aku detektif sekaligus kepala pasukan kan diri. Namaku Detektif Liu menghela napas panjang, menyandarkan badan ”Karena aku sudah mengenal kalian, aku akan memperkenal­ khusus antiteror Hong Kong SAR. Kalian bisa memanggilku di kursi, berkata dengan intonasi serius, ”Nah, Tuan dan Nyonya Detektif Liu.” Kadek. Liu. Aku detektif sekaligus kepala pasukan kan diri. Namaku ”Karena aku sudah kalian, aku akan memperkenal­ khusus Hong Kong SAR. Kalian bisa memanggilku di kursi, berkata dengan intonasi serius, ”Nah, Tuan dan Nyonya Detektif Liu.” Detektif Liu menghela napas panjang, menyandarkan badan Liu.mengenal Aku detektif sekaligus kepala pasukan kan diri.antiteror Namaku menghela napas panjang, menyandarkan badan ”Karena aku sudah mengenal kalian, aku akan memperkenal­ khusus antiteror Hong Kong SAR. Kalian bisa memanggilku di kursi, berkata dengan intonasi serius, ”Nah, Tuan dan Nyonya Detektif Liu.” Liu. Aku detektif sekaligus kepala pasukan kan diri. Namaku Detektif Liu menghela napas panjang, menyandarkan badan ”Karena aku sudah mengenal kalian, aku akan memperkenal­ khusus antiteror Hong Kong SAR. Kalian bisa memanggilku di kursi, berkata dengan intonasi serius, ”Nah, Tuan dan Nyonya Detektif Liu.” Liu. Aku detektif sekaligus kepala pasukan kan diri. Namaku sekalian, kita sudah berkenalan. Maka sekarang izinkan saya Detektif Liu menghela napas panjang, menyandarkan badan ”Karena aku sudah mengenal kalian, aku akan memperkenal­ khusus antiteror Hong Kong SAR. Kalian bisa memanggilku di kursi, berkata dengan intonasi serius, ”Nah, Tuan dan Nyonya Liu. Aku detektif sekaligus kepala pasukan kan diri. Namaku Detektif Liu.” sekalian, kita sudah berkenalan. Maka sekarang izinkan saya Detektif Liu menghela napas panjang, menyandarkan badan ”Karena aku sudah mengenal kalian, aku akan memperkenal­ khusus antiteror Hong Kong SAR. Kalian bisa memanggilku Liu. Aku detektif sekaligus kepala pasukan kan diri. Namaku Detektif Liu.” sekalian, kita sudah berkenalan. Maka sekarang izinkan saya kursi, berkata dengan intonasi serius, ”Nah, Tuan dan Nyonya Detektif Liu menghela napas panjang, menyandarkan badan khusus antiteror Hong Kong SAR. Kalian bisa memanggilku di dengan intonasi serius, ”Nah, Tuan dan Nyonya Liu. Aku detektif sekaligus kepala pasukan kan diri. Namaku Detektif Liu.” sekalian, kita sudah berkenalan. Maka sekarang izinkan saya Detektif Liu menghela napas panjang, menyandarkan badan khusus antiteror Hong Kong SAR. Kalian bisa memanggilku di kursi, berkata dengan intonasi serius, ”Nah, Tuan dan Nyonya Liu. Aku detektif sekaligus kepala pasukan kan diri. Namaku Detektif Liu.” sekalian, kita sudah berkenalan. Maka sekarang izinkan saya Detektif Liu menghela napas panjang, menyandarkan badan khusus antiteror Hong Kong SAR. Kalian bisa memanggilku menjelaskan situasinya. Sesuai undang-undang keadaan darurat di kursi, berkata dengan intonasi serius, ”Nah, Tuan dan Nyonya Liu. Aku detektif sekaligus kepala pasukan kan diri. Namaku Detektif Liu.” sekalian, kita sudah berkenalan. Maka sekarang izinkan saya khusus antiteror Hong Kong SAR. Kalian bisa memanggilku Detektif Liu menghela napas panjang, menyandarkan badan menjelaskan situasinya. Sesuai undang-undang keadaan darurat di kursi, berkata dengan intonasi serius, ”Nah, Tuan dan Nyonya Liu. Aku detektif sekaligus kepala pasukan kan diri. Namaku Detektif Liu.” khusus antiteror Hong Kong SAR. Kalian bisa memanggilku Detektif Liu menghela napas panjang, menyandarkan badan menjelaskan situasinya. Sesuai undang-undang keadaan darurat sekalian, kita sudah berkenalan. Maka sekarang izinkan saya di kursi, berkata dengan intonasi serius, ”Nah, Tuan dan Nyonya Detektif Liu.” berkenalan. Maka sekarang izinkan saya khusus antiteror Hong Kong SAR. Kalian bisa memanggilku Detektif Liu menghela napas panjang, menyandarkan badan menjelaskan situasinya. Sesuai undang-undang keadaan darurat di kursi, berkata dengan intonasi serius, ”Nah, Tuan dan Nyonya Detektif Liu.” sekalian, kita sudah berkenalan. Maka sekarang izinkan saya khusus antiteror Hong Kong SAR. Kalian bisa memanggilku Detektif Liu menghela napas panjang, menyandarkan badan menjelaskan situasinya. Sesuai undang-undang keadaan darurat di kursi, berkata dengan intonasi serius, ”Nah, Tuan dan Nyonya Detektif Liu.” otoritas Hong Kong SAR, kami memiliki kekuasaan tidak ter­ sekalian, kita sudah berkenalan. Maka sekarang izinkan saya khusus antiteror Hong Kong SAR. Kalian bisa memanggilku Detektif Liu menghela napas panjang, menyandarkan badan menjelaskan situasinya. Sesuai undang-undang keadaan darurat Detektif Liu.” di kursi, berkata dengan intonasi serius, ”Nah, Tuan dan Nyonya otoritas Hong Kong SAR, kami memiliki kekuasaan tidak ter­ sekalian, kita sudah berkenalan. Maka sekarang izinkan saya khusus antiteror Hong Kong SAR. Kalian bisa memanggilku Detektif Liu menghela napas panjang, menyandarkan badan Detektif Liu.” di kursi, berkata dengan intonasi serius, ”Nah, Tuan dan Nyonya otoritas Hong Kong SAR, kami memiliki kekuasaan tidak ter­ situasinya. Sesuai undang-undang keadaan darurat sekalian, kita sudah berkenalan. Maka sekarang izinkan saya Detektif Liu menghela napas panjang, menyandarkan badan menjelaskan situasinya. Sesuai undang-undang keadaan darurat Detektif Liu.” di kursi, berkata dengan intonasi serius, ”Nah, Tuan dan Nyonya otoritas Hong Kong SAR, kami memiliki kekuasaan tidak ter­ sekalian, kita sudah berkenalan. Maka sekarang izinkan saya Detektif Liu menghela napas panjang, menyandarkan badan menjelaskan situasinya. Sesuai undang-undang keadaan darurat Detektif Liu.” di kursi, berkata dengan intonasi serius, ”Nah, Tuan dan Nyonya otoritas Hong Kong SAR, kami memiliki kekuasaan tidak ter­ sekalian, kita sudah berkenalan. Maka sekarang izinkan saya Detektif Liu menghela napas panjang, menyandarkan badan menahan kalian. Dalam jangka waktu yang kami batas untuk menjelaskan situasinya. Sesuai undang-undang keadaan darurat Detektif Liu.” di kursi, berkata dengan intonasi serius, ”Nah, Tuan dan Nyonya otoritas Hong Kong SAR, kami memiliki kekuasaan tidak ter­ Detektif Liu menghela napas panjang, menyandarkan badan sekalian, kita sudah berkenalan. Maka sekarang izinkan saya menahan kalian. Dalam jangka waktu yang kami batas untuk menjelaskan situasinya. Sesuai undang-undang keadaan darurat Detektif Liu.” di kursi, berkata dengan intonasi serius, ”Nah, Tuan dan Nyonya Detektif Liu menghela napas panjang, menyandarkan badan sekalian, kita sudah berkenalan. Maka sekarang izinkan saya otoritas Hong Kong SAR, kami memiliki kekuasaan tidak ter­ menahan kalian. Dalam jangka waktu yang kami batas untuk menjelaskan situasinya. Sesuai undang-undang keadaan darurat di kursi, berkata dengan intonasi serius, ”Nah, Tuan dan Nyonya otoritas Hong Kong SAR, kami memiliki kekuasaan tidak ter­ Detektif Liu menghela napas panjang, menyandarkan badan sekalian, kita sudah berkenalan. Maka sekarang izinkan saya menahan kalian. Dalam jangka waktu yang kami batas untuk menjelaskan situasinya. Sesuai undang-undang keadaan darurat di kursi, berkata dengan intonasi serius, ”Nah, Tuan dan Nyonya otoritas Hong Kong SAR, kami memiliki kekuasaan tidak ter­ Detektif Liu menghela napas panjang, menyandarkan badan sekalian, kita sudah berkenalan. Maka sekarang izinkan saya menahan kalian. Dalam jangka waktu yang kami batas untuk menjelaskan situasinya. Sesuai undang-undang keadaan darurat di kursi, berkata dengan intonasi serius, ”Nah, Tuan dan Nyonya butuhkan, di tempat mana pun yang kami inginkan, dan meng­ otoritas Hong Kong SAR, kami memiliki kekuasaan tidak ter­ Detektif Liu menghela napas panjang, menyandarkan badan sekalian, kita sudah berkenalan. Maka sekarang izinkan saya menahan kalian. Dalam jangka waktu yang kami batas untuk di kursi, berkata dengan intonasi serius, ”Nah, Tuan dan Nyonya menjelaskan situasinya. Sesuai undang-undang keadaan darurat butuhkan, di tempat mana pun yang kami inginkan, dan meng­ otoritas Hong Kong SAR, kami memiliki kekuasaan tidak ter­ Detektif Liu menghela napas panjang, menyandarkan badan sekalian, kita sudah berkenalan. Maka sekarang izinkan saya di kursi, berkata dengan intonasi serius, ”Nah, Tuan dan Nyonya menjelaskan situasinya. Sesuai undang-undang keadaan darurat menahan kalian. Dalam jangka waktu yang kami batas untuk butuhkan, di tempat mana pun yang kami inginkan, dan meng­ otoritas Hong Kong SAR, kami memiliki kekuasaan tidak ter­ sekalian, kita sudah berkenalan. Maka sekarang izinkan saya menahan kalian. Dalam jangka waktu yang kami batas untuk di kursi, berkata dengan intonasi serius, ”Nah, Tuan dan Nyonya menjelaskan situasinya. Sesuai undang-undang keadaan darurat butuhkan, di tempat mana pun yang kami inginkan, dan meng­ otoritas Hong Kong SAR, kami memiliki kekuasaan tidak ter­ sekalian, kita sudah berkenalan. Maka sekarang izinkan saya menahan kalian. Dalam jangka waktu yang kami batas untuk di kursi, berkata dengan intonasi serius, ”Nah, Tuan dan Nyonya menjelaskan situasinya. Sesuai undang-undang keadaan darurat butuhkan, di tempat mana pun yang kami inginkan, dan meng­ otoritas Hong Kong SAR, kami memiliki kekuasaan tidak ter­ sekalian, kita sudah berkenalan. Maka sekarang izinkan saya gunakan cara apa pun untuk mengungkap kasus ini. Kalian menahan kalian. Dalam jangka waktu yang kami batas untuk di kursi, berkata dengan intonasi serius, ”Nah, Tuan dan Nyonya menjelaskan situasinya. Sesuai undang-undang keadaan darurat butuhkan, di tempat mana pun yang kami inginkan, dan meng­ sekalian, kita sudah berkenalan. Maka sekarang izinkan saya otoritas Hong Kong SAR, kami memiliki kekuasaan tidak ter­ gunakan cara apa pun untuk mengungkap kasus ini. Kalian menahan kalian. Dalam jangka waktu yang kami batas untuk di kursi, berkata dengan intonasi serius, ”Nah, Tuan dan Nyonya menjelaskan situasinya. Sesuai undang-undang keadaan darurat sekalian, kita sudah berkenalan. Maka sekarang izinkan saya otoritas Hong Kong SAR, kami memiliki kekuasaan tidak ter­ butuhkan, di tempat mana pun yang kami inginkan, dan meng­ gunakan cara apa pun untuk mengungkap kasus ini. Kalian menahan kalian. Dalam jangka waktu yang kami batas untuk menjelaskan situasinya. Sesuai undang-undang keadaan darurat butuhkan, di tempat mana pun yang kami inginkan, dan meng­ sekalian, kita sudah berkenalan. Maka sekarang izinkan saya otoritas Hong Kong SAR, kami memiliki kekuasaan tidak ter­ gunakan cara apa pun untuk mengungkap kasus ini. Kalian menahan kalian. Dalam jangka waktu yang kami batas untuk menjelaskan situasinya. Sesuai undang-undang keadaan darurat butuhkan, di tempat mana pun yang kami inginkan, dan meng­ sekalian, kita sudah berkenalan. Maka sekarang izinkan saya otoritas Hong Kong SAR, kami memiliki kekuasaan tidak ter­ gunakan cara apa pun untuk mengungkap kasus ini. Kalian menahan kalian. Dalam jangka waktu yang kami batas untuk menjelaskan situasinya. Sesuai undang-undang keadaan darurat tertangkap tangan membawa seratus kilogram bubuk heroin ke­ butuhkan, di tempat mana pun yang kami inginkan, dan meng­ sekalian, kita sudah berkenalan. Maka sekarang izinkan saya otoritas Hong Kong SAR, kami memiliki kekuasaan tidak ter­ gunakan cara apa pun untuk mengungkap kasus ini. Kalian menjelaskan situasinya. Sesuai undang-undang keadaan darurat menahan kalian. Dalam jangka waktu yang kami batas untuk tertangkap tangan membawa seratus kilogram bubuk heroin ke­ butuhkan, di tempat mana pun yang kami inginkan, dan meng­ sekalian, kita sudah berkenalan. Maka sekarang izinkan saya otoritas Hong Kong SAR, kami memiliki kekuasaan tidak ter­ menjelaskan situasinya. Sesuai undang-undang keadaan darurat menahan kalian. Dalam jangka waktu yang kami batas untuk gunakan cara apa pun untuk mengungkap kasus ini. Kalian tertangkap tangan membawa seratus kilogram bubuk heroin ke­ butuhkan, di tempat mana pun yang kami inginkan, dan meng­ otoritas Hong Kong SAR, kami memiliki kekuasaan tidak ter­ gunakan cara apa pun untuk mengungkap kasus ini. Kalian menjelaskan situasinya. Sesuai undang-undang keadaan darurat menahan kalian. Dalam jangka waktu yang kami batas untuk tertangkap tangan membawa seratus kilogram bubuk heroin ke­ butuhkan, di tempat mana pun yang kami inginkan, dan meng­ otoritas Hong Kong SAR, kami memiliki kekuasaan tidak ter­ gunakan cara apa pun untuk mengungkap kasus ini. Kalian menjelaskan situasinya. Sesuai undang-undang keadaan darurat menahan kalian. Dalam jangka waktu yang kami batas untuk tertangkap tangan membawa seratus kilogram bubuk heroin ke­ butuhkan, di tempat mana pun yang kami inginkan, dan meng­ otoritas Hong Kong SAR, kami memiliki kekuasaan tidak ter­ las satu, dan persenjataan yang lebih dari cukup untuk mem­ gunakan cara apa pun untuk mengungkap kasus ini. Kalian menjelaskan situasinya. Sesuai undang-undang keadaan darurat menahan kalian. Dalam jangka waktu yang kami batas untuk tertangkap tangan membawa seratus kilogram bubuk heroin ke­ otoritas Hong Kong SAR, kami memiliki kekuasaan tidak ter­ butuhkan, di tempat mana pun yang kami inginkan, dan meng­ las satu, dan persenjataan yang lebih dari cukup untuk mem­ gunakan cara apa pun untuk mengungkap kasus ini. Kalian menjelaskan situasinya. Sesuai undang-undang keadaan darurat menahan kalian. Dalam jangka waktu yang kami batas untuk otoritas Hong Kong SAR, kami memiliki kekuasaan tidak ter­ butuhkan, di tempat mana pun yang kami inginkan, dan meng­ tertangkap tangan membawa seratus kilogram bubuk heroin ke­ las satu, dan persenjataan yang lebih dari cukup untuk mem­ gunakan cara apa pun untuk mengungkap kasus ini. Kalian menahan kalian. Dalam jangka waktu yang kami batas untuk tertangkap tangan membawa seratus kilogram bubuk heroin ke­ otoritas Hong Kong SAR, kami memiliki kekuasaan tidak ter­ butuhkan, di tempat mana pun yang kami inginkan, dan meng­ las satu, dan persenjataan yang lebih dari cukup untuk mem­ gunakan cara apa pun untuk mengungkap kasus ini. Kalian menahan kalian. Dalam jangka waktu yang kami batas untuk tertangkap tangan membawa seratus kilogram bubuk heroin ke­ otoritas Hong Kong SAR, kami memiliki kekuasaan tidak ter­ butuhkan, di tempat mana pun yang kami inginkan, dan meng­ las satu, dan persenjataan yang lebih dari cukup untuk mem­ gunakan cara apa pun untuk mengungkap kasus ini. Kalian menahan kalian. Dalam jangka waktu yang kami batas untuk persenjatai setengah peleton pasukan. Itu jelas tindak kejahatan tertangkap tangan membawa seratus kilogram bubuk heroin ke­ otoritas Hong Kong SAR, kami memiliki kekuasaan tidak ter­ butuhkan, di tempat mana pun yang kami inginkan, dan meng­ las satu, dan persenjataan yang lebih darijelas cukup untuk mem­ menahan kalian. Dalam jangka waktu yang kami batas untuk gunakan cara apa pun untuk mengungkap kasus ini. Kalian persenjatai setengah peleton pasukan. Itu tindak kejahatan tertangkap tangan membawa seratus kilogram bubuk heroin ke­ otoritas Hong Kong SAR, kami memiliki kekuasaan tidak ter­ butuhkan, di tempat mana pun yang kami inginkan, dan meng­ las satu, dan persenjataan yang lebih dari cukup untuk mem­ menahan kalian. Dalam jangka waktu yang kami batas untuk gunakan cara apa pun untuk mengungkap kasus ini. Kalian persenjatai setengah peleton pasukan. Itu jelas tindak kejahatan tertangkap tangan membawa seratus kilogram bubuk heroin ke­ butuhkan, di tempat mana pun yang kami inginkan, dan meng­ las satu, dan persenjataan yang lebih dari cukup untuk mem­ menahan kalian. Dalam jangka waktu yang kami batas untuk gunakan cara apa pun untuk mengungkap kasus ini. Kalian persenjatai setengah peleton pasukan. Itu jelas tindak kejahatan tertangkap tangan membawa seratus kilogram bubuk heroin ke­ butuhkan, di tempat mana pun yang kami inginkan, dan meng­ las satu, dan persenjataan yang lebih dari cukup untuk mem­ menahan kalian. Dalam jangka waktu yang kami batas untuk gunakan cara apa pun untuk mengungkap kasus ini. Kalian persenjatai setengah peleton pasukan. Itu jelas tindak kejahatan tertangkap tangan membawa seratus kilogram bubuk heroin ke­ butuhkan, di tempat mana pun yang kami inginkan, dan meng­ serius.” las satu, dan persenjataan yang lebih dari cukup untuk mem­ menahan kalian. Dalam jangka waktu yang kami batas untuk gunakan cara apa pun untuk mengungkap kasus ini. Kalian persenjatai setengah peleton pasukan. Itu jelas tindak kejahatan butuhkan, di tempat mana pun yang kami inginkan, dan meng­ tertangkap tangan membawa seratus kilogram bubuk heroin ke­ serius.” las satu, dan persenjataan yang lebih dari cukup untuk mem­ menahan kalian. Dalam jangka waktu yang kami batas untuk gunakan cara apa pun untuk mengungkap kasus ini. Kalian persenjatai setengah peleton pasukan. Itu jelas tindak kejahatan butuhkan, di tempat mana pun yang kami inginkan, dan meng­ tertangkap tangan membawa seratus kilogram bubuk heroin ke­ serius.” las satu, dan persenjataan yang lebih dari cukup untuk mem­ gunakan cara apa pun untuk mengungkap kasus ini. Kalian persenjatai setengah peleton pasukan. Itu jelas tindak kejahatan butuhkan, di tempat mana pun yang kami inginkan, dan meng­ tertangkap tangan membawa seratus kilogram bubuk heroin ke­ serius.” las satu, dan persenjataan yang lebih dari cukup untuk mem­ gunakan cara apa pun untuk mengungkap kasus ini. Kalian persenjatai setengah peleton pasukan. Itu jelas tindak kejahatan butuhkan, di tempat mana pun yang kami inginkan, dan meng­ tertangkap tangan membawa seratus kilogram bubuk heroin ke­ serius.” las satu, dan persenjataan yang lebih dari cukup untuk mem­ gunakan cara apa pun untuk mengungkap kasus ini. Kalian ”Itu bukan barang milik kami.” Aku menghela napas perlahan. persenjatai setengah peleton pasukan. Itu jelas tindak kejahatan butuhkan, di tempat mana pun yang kami inginkan, dan meng­ tertangkap tangan membawa seratus kilogram bubuk heroin ke­ serius.” gunakan cara apa pun untuk mengungkap kasus ini. Kalian las satu, dan persenjataan yang lebih dari cukup untuk mem­ ”Itu bukan barang milik kami.” Aku menghela napas perlahan. persenjatai setengah peleton pasukan. Itu jelas tindak kejahatan butuhkan, di tempat mana pun yang kami inginkan, dan meng­ tertangkap tangan membawa seratus kilogram bubuk heroin ke­ serius.” gunakan cara apa pun untuk mengungkap kasus ini. Kalian las satu, dan persenjataan yang lebih dari cukup untuk mem­ ”Itu bukan barang milik kami.” Aku menghela napas perlahan. persenjatai setengah peleton pasukan. Itu jelas tindak kejahatan tertangkap tangan membawa seratus kilogram bubuk heroin ke­ serius.” gunakan cara apa pun untuk mengungkap kasus ini. Kalian las satu, dan persenjataan yang lebih dari cukup untuk mem­ ”Itu bukan barang milik kami.” Aku menghela napas perlahan. persenjatai setengah peleton pasukan. Itu jelas tindak kejahatan tertangkap tangan membawa seratus kilogram bubuk heroin ke­ serius.” gunakan cara apa pun untuk mengungkap kasus ini. Kalian las satu, dan persenjataan yang lebih dari cukup untuk mem­ ”Itu bukan barang milik kami.” Aku menghela napas perlahan. persenjatai setengah peleton pasukan. Itu jelas tindak kejahatan tertangkap tangan membawa seratus kilogram bubuk heroin ke­ ”Yacht itu milik Anda, bukan?” Dia tersenyum tipis. serius.” gunakan cara apa pun untuk mengungkap kasus ini. Kalian las satu, dan persenjataan yang lebih dari cukup untuk mem­ ”Itu bukan barang milik kami.” Aku menghela napas perlahan. tertangkap tangan membawa seratus kilogram bubuk heroin ke­ persenjatai setengah peleton pasukan. Itu jelas tindak kejahatan ”Yacht itu milik Anda, bukan?” Diakilogram tersenyum tipis. serius.” gunakan cara apa pun untuk mengungkap kasus ini. Kalian las satu, dan persenjataan yang lebih dari cukup untuk mem­ ”Itu bukan barang milik kami.” Aku menghela napas perlahan. tertangkap tangan membawa seratus bubuk heroin ke­ persenjatai setengah peleton pasukan. Itu jelas tindak kejahatan ”Yacht itu milik Anda, bukan?” Dia tersenyum tipis. serius.” las satu, dan persenjataan yang lebih dari cukup untuk mem­ ”Itu bukan barang milik kami.” Aku menghela napas perlahan. tertangkap tangan membawa seratus kilogram bubuk heroin ke­ persenjatai setengah peleton pasukan. Itu jelas tindak kejahatan ”Yacht itu milik Anda, bukan?” Dia tersenyum tipis. serius.” las satu, dan persenjataan yang lebih dari cukup untuk mem­ ”Itu bukan barang milik kami.” Aku menghela napas perlahan. tertangkap tangan membawa seratus kilogram bubuk heroin ke­ persenjatai setengah peleton pasukan. Itu jelas tindak kejahatan ”Yacht itu milik Anda, bukan?” Dia tersenyum tipis. serius.” las satu, dan persenjataan yang lebih dari cukup untuk mem­ Aku menatapnya. ”Tapi itu tidak menjelaskan apa pun. Siapa ”Itu bukan barang milik kami.” Aku menghela napas perlahan. tertangkap tangan membawa seratus kilogram bubuk heroin ke­ persenjatai setengah peleton pasukan. Itu jelas tindak kejahatan ”Yacht itu milik Anda, bukan?” Dia tersenyum tipis. las satu, dan persenjataan yang lebih dari cukup untuk mem­ serius.” Aku menatapnya. ”Tapi itu tidak menjelaskan apa pun. Siapa ”Itu bukan barang milik kami.” Aku menghela napas perlahan. tertangkap tangan membawa seratus kilogram bubuk heroin ke­ persenjatai setengah peleton pasukan. Itu jelas tindak kejahatan ”Yacht itu milik Anda, bukan?” Dia tersenyum tipis. las satu, dan persenjataan yang lebih dari cukup untuk mem­ serius.” Aku menatapnya. ”Tapi itu tidak menjelaskan apa pun. Siapa ”Itu bukan barang milik kami.” Aku menghela napas perlahan. persenjatai setengah peleton pasukan. Itu jelas tindak kejahatan ”Yacht itu milik Anda, bukan?” Dia tersenyum tipis. las satu, dan persenjataan yang lebih dari cukup untuk mem­ serius.” Aku menatapnya. ”Tapi itu tidak menjelaskan apa pun. Siapa ”Itu bukan barang milik kami.” Aku menghela napas perlahan. persenjatai setengah peleton pasukan. Itu jelas tindak kejahatan ”Yacht itu milik Anda, bukan?” Dia tersenyum tipis. las satu, dan persenjataan yang lebih dari cukup untuk mem­ serius.” Aku menatapnya. ”Tapi itu tidak menjelaskan apa pun. Siapa ”Itu bukan barang milik kami.” Aku menghela napas perlahan. persenjatai setengah peleton pasukan. Itu jelas tindak kejahatan pun bisa memasukkan barang itu ke kapal tanpa kami me­ ”Yacht itu milik Anda, bukan?” Dia tersenyum tipis. las satu, dan persenjataan yang lebih dari cukup untuk mem­ serius.” Aku menatapnya. ”Tapi itu tidak menjelaskan apa pun. Siapa persenjatai setengah peleton pasukan. Itu jelas tindak kejahatan ”Itu bukan barang milik kami.” Aku menghela napas perlahan. pun bisa memasukkan barang itu keItu kapal tanpa kami me­ ”Yacht itu milik Anda, bukan?” Dia tersenyum tipis. las satu, dan persenjataan yang lebih dari cukup untuk mem­ serius.” Aku menatapnya. ”Tapi itu tidak menjelaskan apa pun. Siapa persenjatai setengah peleton pasukan. jelas tindak kejahatan ”Itu bukan barang milik kami.” Aku menghela napas perlahan. pun bisa memasukkan barang itu ke kapal tanpa kami me­ ”Yacht itu milik Anda, bukan?” Dia tersenyum tipis. serius.” Aku menatapnya. ”Tapi itu tidak menjelaskan apa pun. Siapa persenjatai setengah peleton pasukan. Itu jelas tindak kejahatan ”Itu bukan barang milik kami.” Aku menghela napas perlahan. pun bisa memasukkan barang itu ke kapal tanpa kami me­ ”Yacht itu milik Anda, bukan?” Dia tersenyum tipis. serius.” Aku menatapnya. ”Tapi itu tidak menjelaskan apa pun. Siapa persenjatai setengah peleton pasukan. Itu jelas tindak kejahatan ”Itu bukan barang milik kami.” Aku menghela napas perlahan. pun bisa memasukkan barang itu ke kapal tanpa kami me­ ”Yacht itu milik Anda, bukan?” Dia tersenyum tipis. serius.” ngetahuinya. Kalian bisa bertanya kepada imigrasi Makau, pe­ Aku menatapnya. ”Tapi itu tidak menjelaskan apa pun. Siapa persenjatai setengah peleton pasukan. Itu jelas tindak kejahatan ”Itu bukan barang milik kami.” Aku menghela napas perlahan. pun bisa memasukkan barang itu ke kapal tanpa kami me­ serius.” ”Yacht itu milik Anda, bukan?” Dia tersenyum tipis. ngetahuinya. Kalian bisa bertanya kepada imigrasi Makau, pe­ Aku menatapnya. ”Tapi itu tidak menjelaskan apa pun. Siapa persenjatai setengah peleton pasukan. Itu jelas tindak kejahatan ”Itu bukan barang milik kami.” Aku menghela napas perlahan. pun bisa memasukkan barang itu ke kapal tanpa kami me­ serius.” ”Yacht itu milik Anda, bukan?” Dia tersenyum tipis. ngetahuinya. Kalian bisa bertanya kepada imigrasi Makau, pe­ Aku menatapnya. ”Tapi itu tidak menjelaskan apa pun. Siapa ”Itu bukan barang milik kami.” Aku menghela napas perlahan. pun bisa memasukkan barang itu ke kapal tanpa kami me­ serius.” ”Yacht itu milik Anda, bukan?” Dia tersenyum tipis. ngetahuinya. Kalian bisa bertanya kepada imigrasi Makau, pe­ Aku menatapnya. ”Tapi itu tidak menjelaskan apa pun. Siapa ”Itu bukan barang milik kami.” Aku menghela napas perlahan. pun bisa memasukkan barang itu ke kapal tanpa kami me­ serius.” ”Yacht itu milik Anda, bukan?” Dia tersenyum tipis. ngetahuinya. Kalian bisa bertanya kepada imigrasi Makau, pe­ Aku menatapnya. ”Tapi itu tidak menjelaskan apa pun. Siapa ”Itu bukan barang milik kami.” Aku menghela napas perlahan. tugas pabean tempat kapal kami singgah sebelumnya, mereka pun bisa memasukkan barang itu ke kapal tanpa kami me­ serius.” ”Yacht itu milik Anda, bukan?” Dia tersenyum tipis. ngetahuinya. Kalian bisa bertanya kepada imigrasi Makau, pe­ ”Itu bukan barang milik kami.” Aku menghela napas perlahan. Aku menatapnya. ”Tapi itu tidak menjelaskan apa pun. Siapa tugas pabean tempat kapal kami singgah sebelumnya, mereka pun bisa memasukkan barang itu ke kapal tanpa kami me­ serius.” ”Yacht itu milik Anda, bukan?” Dia tersenyum tipis. ngetahuinya. Kalian bisa bertanya kepada imigrasi Makau, pe­ ”Itu bukan barang milik kami.” Aku menghela napas perlahan. Aku menatapnya. ”Tapi itu tidak menjelaskan apa pun. Siapa tugas pabean tempat kapal kami singgah sebelumnya, mereka pun bisa memasukkan barang itu ke kapal tanpa kami me­ ”Yacht itu milik Anda, bukan?” Dia tersenyum tipis. ngetahuinya. Kalian bisa bertanya kepada imigrasi Makau, pe­ ”Itu bukan barang milik kami.” Aku menghela napas perlahan. Aku menatapnya. ”Tapi itu tidak menjelaskan apa pun. Siapa tugas pabean tempat kapal kami singgah sebelumnya, mereka pun bisa memasukkan barang itu ke kapal tanpa kami me­ ”Yacht itu milik Anda, bukan?” Dia tersenyum tipis. ngetahuinya. Kalian bisa bertanya kepada imigrasi Makau, pe­ ”Itubisa bukan barang milik kami.” Aku napas perlahan. Aku menatapnya. ”Tapi itu tidak menjelaskan apa pun. Siapa tugas pabean tempat kapal kami singgah sebelumnya, mereka pun memasukkan barang itu kemenghela kapal tanpa kami me­ ”Yacht itu milik Anda, bukan?” Dia tersenyum tipis. ngetahuinya. Kalian bisa bertanya kepada imigrasi Makau, pe­



itu. Aku jamin, tidak akan ada sidik jari kami berempat di sana.” kian?” pelabuhan Makau. juga bisa memeriksa barang-barang bisa mengkonfirmasi kalau kapal itu bersih saat meninggalkan kian?” juga tidak menjelaskan apa pun, Tuan Thomas. Bukankah demi­ Orang berpakaian sipil itu menatapku lamat-lamat. ”Well, itu itu. Aku jamin, tidakKalian akan ada sidik jari kami berempat di sana.” sana.” pelabuhan Makau. Kalian juga bisa memeriksa barang-barang bisa mengkonfirmasi kalau kapal itu bersih saat meninggalkan kian?” juga tidak menjelaskan apa pun, Tuan Thomas. Bukankah demi­ Orang berpakaian sipil itu menatapku lamat-lamat. ”Well, itu pelabuhan Makau. Kalian juga bisa memeriksa barang-barang itu. Aku jamin, tidak akan ada sidik jari kami berempat di bisa mengkonfirmasi kalau kapal itu bersih saat meninggalkan kian?” juga tidak menjelaskan apa pun, Tuan Thomas. Bukankah demi­ Orang berpakaian sipil itu menatapku lamat-lamat. ”Well, itu pelabuhan Makau. Kalian juga bisa memeriksa barang-barang bisa mengkonfirmasi kalau kapal itujari bersih saat meninggalkan itu. Aku jamin, tidak akan ada sidik kami berempat di sana.” kian?” juga tidak menjelaskan apa pun, Tuan Thomas. Bukankah demi­ Orang berpakaian sipil itu menatapku lamat-lamat. ”Well, itu akan ada sidik jari kami berempat di sana.” pelabuhan Makau. Kalian juga bisa memeriksa barang-barang kian?” juga tidak menjelaskan apa pun, Tuan Thomas. Bukankah demi­ Aku mengembuskan napas. Orang berpakaian sipil itu menatapku lamat-lamat. ”Well, itu itu. Aku jamin, tidak akan ada sidik jari kami berempat di sana.” pelabuhan Makau. Kalian juga bisa memeriksa barang-barang Aku mengembuskan napas. kian?” juga tidak menjelaskan apa pun, Tuan Thomas. Bukankah demi­ Orang berpakaian sipil itu menatapku lamat-lamat. ”Well, itu itu. Aku jamin, tidak akan ada sidik jari kami berempat di sana.” pelabuhan Makau. Kalian juga bisa memeriksa barang-barang Aku mengembuskan napas. kian?” juga tidak menjelaskan apa pun, Tuan Thomas. Bukankah demi­ itu. Aku jamin, tidak akan ada sidik jari kami berempat di sana.” Orang berpakaian sipil itu menatapku lamat-lamat. ”Well, itu pelabuhan Makau. Kalian juga bisa memeriksa barang-barang Aku mengembuskan napas. kian?” juga tidak menjelaskan apa pun, Tuan Thomas. Bukankah demi­ itu. Aku jamin, tidak akan ada sidik jari kami berempat di sana.” pelabuhan Makau. Kalian juga bisa memeriksa barang-barang Orang berpakaian sipil itu menatapku lamat-lamat. ”Well, itu Aku mengembuskan napas. kian?” juga tidak menjelaskan apa pun, Tuan Thomas. Bukankah demi­ sipil itu menatapku lamat-lamat. ”Well, itu itu. Aku jamin, tidak akan ada sidik jari kami berempat di sana.” Aku mengembuskan napas. kian?” ”Aku meminta hak untuk menelepon seseorang. Pengacaraku.” juga tidak menjelaskan apa pun, Tuan Thomas. Bukankah demi­ Orang berpakaian sipil itu menatapku lamat-lamat. ”Well, itu itu. Aku jamin, tidak akan ada sidik jari kami berempat di sana.” ”Aku meminta hak untuk menelepon seseorang. Pengacaraku.” Aku mengembuskan napas. kian?” juga tidak menjelaskan apa pun, Tuan Thomas. Bukankah demi­ Orang berpakaian sipil itu menatapku lamat-lamat. ”Well, itu itu. Aku jamin, tidak akan ada sidik jari kami berempat di sana.” ”Aku meminta hak untuk menelepon seseorang. Pengacaraku.” Aku mengembuskan napas. kian?” Orang berpakaian sipil itu menatapku lamat-lamat. ”Well, itu juga tidak menjelaskan apa pun, Tuanjari Thomas. Bukankah demi­ itu. Aku jamin, tidak akan ada sidik kami berempat di sana.” ”Aku meminta hak untuk menelepon seseorang. Pengacaraku.” Aku mengembuskan napas. kian?” Orang berpakaian sipil itu menatapku lamat-lamat. ”Well, itu itu. Aku jamin, tidak akan ada sidik jari kami berempat di sana.” juga tidak menjelaskan apa pun, Tuan Thomas. Bukankah demi­ ”Aku meminta hak untuk menelepon seseorang. Pengacaraku.” Aku mengembuskan napas. kian?” juga tidak menjelaskan apa pun, Tuan Thomas. Bukankah demi­ berpakaian sipil itu menatapku lamat-lamat. ”Well, itu ”Aku meminta hak untuk menelepon seseorang. Pengacaraku.” Orang yang duduk persis di seberang meja itu menggeleng Aku mengembuskan napas. kian?” juga tidak menjelaskan apa pun, Tuan Thomas. Bukankah demi­ berpakaian sipil itu menatapku lamat-lamat. ”Well, itu Orang yang duduk persis di seberang meja itu menggeleng ”Aku meminta hak untuk menelepon seseorang. Pengacaraku.” Aku mengembuskan napas. kian?” juga tidak menjelaskan apa pun, Tuan Thomas. Bukankah demi­ berpakaian sipil itu menatapku lamat-lamat. ”Well, itu Orang yang duduk persis di seberang meja itu menggeleng ”Aku meminta hak untuk menelepon seseorang. Pengacaraku.” Aku mengembuskan napas. juga tidak menjelaskan apa pun, Tuan Thomas. Bukankah demi­ kian?” berpakaian sipil itu menatapku lamat-lamat. ”Well, itu Orang yang duduk persis di seberang meja itu menggeleng ”Aku meminta hak untuk menelepon seseorang. Pengacaraku.” Aku mengembuskan napas. juga tidak menjelaskan apa pun, Tuan Thomas. Bukankah demi­ kian?” Orang berpakaian sipil itu menatapku lamat-lamat. ”Well, itu yang duduk persis di seberang meja itu menggeleng ”Aku meminta hak untuk menelepon seseorang. Pengacaraku.” Aku mengembuskan napas. kian?” juga tidak menjelaskan apa pun, Tuan Thomas. Bukankah demi­ Orang yang duduk persis di seberang meja itu menggeleng tegas, tersenyum seolah ikut prihatin. ”Sayangnya, dalam kasus ”Aku meminta hak untuk menelepon seseorang. Pengacaraku.” Aku mengembuskan napas. kian?” juga tidak menjelaskan apa pun, Tuan Thomas. Bukankah demi­ tegas, tersenyum seolah ikut prihatin. ”Sayangnya, dalam kasus Orang yang duduk persis di seberang meja itu menggeleng ”Aku meminta hak untuk menelepon seseorang. Pengacaraku.” Aku mengembuskan napas. kian?” juga tidak menjelaskan apa pun, Tuan Thomas. Bukankah demi­ tegas, tersenyum seolah ikut prihatin. ”Sayangnya, dalam kasus Orang yang duduk persis di seberang meja itu menggeleng ”Aku meminta hak untuk menelepon seseorang. Pengacaraku.” Aku mengembuskan napas. kian?” juga tidak menjelaskan apa pun, Tuan Thomas. Bukankah demi­ tegas, tersenyum seolah ikut prihatin. ”Sayangnya, dalam kasus Orang yang duduk persis di seberang meja itu menggeleng ”Aku meminta hak untuk menelepon seseorang. Pengacaraku.” kian?” Aku mengembuskan napas. juga tidak menjelaskan apa pun, Tuan Thomas. Bukankah demi­ tegas, tersenyum seolah ikut prihatin. ”Sayangnya, dalam kasus Orang yang duduk persis di seberang meja itu menggeleng ”Aku meminta hak untuk menelepon seseorang. Pengacaraku.” Aku mengembuskan napas. kian?” tegas, tersenyum seolah ikut prihatin. ”Sayangnya, dalam kasus ini, kami bisa membatalkan hak tersebut, Tuan Thomas. Maka, Orang yang duduk persis di seberang meja itu menggeleng ”Aku meminta hak untuk menelepon seseorang. Pengacaraku.” Aku mengembuskan napas. kian?” ini, kami bisa membatalkan hak tersebut, Tuan Thomas. Maka, tegas, tersenyum seolah ikut prihatin. ”Sayangnya, dalam kasus Orang yang duduk persis di seberang meja itu menggeleng ”Aku meminta hak untuk untuk menelepon seseorang. Pengacaraku.” Aku mengembuskan napas. kian?” ini, kami bisa membatalkan hak tersebut, Tuan Thomas. Maka, tegas, tersenyum seolah ikut prihatin. ”Sayangnya, dalam kasus Orang yang duduk persis di seberang meja itu menggeleng ”Aku meminta hak menelepon seseorang. Pengacaraku.” Aku mengembuskan napas. kian?” ini, kami bisa membatalkan hak tersebut, Tuan Thomas. Maka, tegas, tersenyum seolah ikut prihatin. ”Sayangnya, dalam kasus Orang yang duduk persis di seberang meja itu menggeleng Aku mengembuskan napas. ”Aku meminta hak untuk menelepon seseorang. Pengacaraku.” kian?” ini, kami bisa membatalkan hak tersebut, Tuan Thomas. Maka, tegas, tersenyum seolah ikut prihatin. ”Sayangnya, dalam kasus Orang yang duduk persis di seberang meja itu menggeleng ”Aku meminta hak untuk menelepon seseorang. Pengacaraku.” Aku mengembuskan napas. tidak ada telepon, tidak ada kontak dari luar, tidak ada bantuan ini, kami bisa membatalkan hak tersebut, Tuan Thomas. Maka, tegas, tersenyum seolah ikut prihatin. ”Sayangnya, dalam kasus Orang yang duduk persis di seberang meja itu menggeleng ”Aku meminta hak untuk menelepon seseorang. Pengacaraku.” Aku mengembuskan napas. tidak ada telepon, tidak ada kontak dari luar, tidak ada bantuan ini, kami bisa membatalkan hak tersebut, Tuan Thomas. Maka, tegas, tersenyum seolah ikut prihatin. ”Sayangnya, dalam kasus Orang yang duduk persis di seberang meja itu menggeleng ”Aku meminta hak untuk menelepon seseorang. Pengacaraku.” Aku mengembuskan napas. tidak ada telepon, tidak ada kontak dari luar, tidak ada bantuan ini, kami bisa membatalkan hak tersebut, Tuan Thomas. Maka, tegas, tersenyum seolah ikut prihatin. ”Sayangnya, dalam kasus Orang yang duduk persis di seberang meja itu menggeleng ”Aku meminta hak untuk menelepon seseorang. Pengacaraku.” Aku mengembuskan napas. tidak ada telepon, tidak ada kontak dari luar, tidak ada bantuan ini, kami bisa membatalkan hak tersebut, Tuan Thomas. Maka, tegas, tersenyum seolah ikut prihatin. ”Sayangnya, dalam kasus Orang yang duduk persis di seberang meja itu menggeleng ”Aku meminta hak untuk menelepon seseorang. Pengacaraku.” Aku mengembuskan napas. tidak ada telepon, tidak ada kontak dari luar, tidak ada bantuan ini, kami bisa membatalkan hak tersebut, Tuan Thomas. Maka, tegas, tersenyum seolah ikut prihatin. ”Sayangnya, dalam kasus Orang yang duduk persis di seberang meja itu menggeleng ”Aku meminta hak untuk menelepon seseorang. Pengacaraku.” dari siapa pun. Kalian berempat harus menjelaskan ini semua tidak ada telepon, tidak ada kontak dari luar, tidak ada bantuan ini, kami bisa membatalkan hak tersebut, Tuan Thomas. Maka, tegas, tersenyum seolah ikut prihatin. ”Sayangnya, dalam kasus Orang yang duduk persis di seberang meja itu menggeleng ”Aku meminta hak untuk menelepon seseorang. Pengacaraku.” dari siapa pun. Kalian berempat harus menjelaskan ini semua tidak ada telepon, tidak ada kontak dari luar, tidak ada bantuan ini, kami bisa membatalkan hak tersebut, Tuan Thomas. Maka, tegas, tersenyum seolah ikut prihatin. ”Sayangnya, dalam kasus Orang yang duduk persis di seberang meja itu menggeleng ”Aku meminta hak untuk menelepon seseorang. Pengacaraku.” dari siapa pun. Kalian berempat harus menjelaskan ini semua tidak ada telepon, tidak ada kontak dari luar, tidak ada bantuan ini, kami bisa membatalkan hak tersebut, Tuan Thomas. Maka, tegas, tersenyum seolah ikut prihatin. ”Sayangnya, dalam kasus Orang yang duduk persis di seberang meja itu menggeleng ”Aku meminta hak untuk menelepon seseorang. Pengacaraku.” dari siapa pun. Kalian berempat harus menjelaskan ini semua tidak ada telepon, tidak ada kontak dari luar, tidak ada bantuan ini, kami bisa membatalkan hak tersebut, Tuan Thomas. Maka, tegas, tersenyum seolah ikut prihatin. ”Sayangnya, dalam kasus Orang yang duduk persis di seberang meja itu menggeleng ”Aku meminta hak untuk menelepon seseorang. Pengacaraku.” dari siapa pun. Kalian berempat harus menjelaskan ini semua tidak ada telepon, tidak ada kontak dari luar, tidak ada bantuan ini,Orang kami bisa membatalkan hak tersebut, Tuan Thomas. Maka, tegas, tersenyum seolah ikut prihatin. ”Sayangnya, dalam kasus yang duduk persis di seberang meja itu menggeleng sendirian. Sekarang silakan dipikirkan baik-baik. Kalian bekerja dari siapa pun. Kalian berempat harus menjelaskan ini semua tidak ada telepon, tidak ada kontak dari luar, tidak ada bantuan ini, kami bisa membatalkan hak tersebut, Tuan Thomas. Maka, tegas, tersenyum seolah ikut prihatin. ”Sayangnya, dalam kasus Orang yang duduk persis di seberang meja itu menggeleng sendirian. Sekarang silakan dipikirkan baik-baik. Kalian bekerja dari siapa pun. Kalian berempat harus menjelaskan ini semua tidak ada telepon, tidak ada kontak dari luar, tidak ada bantuan ini, kami bisa membatalkan hak tersebut, Tuan Thomas. Maka, tegas, tersenyum seolah ikut prihatin. ”Sayangnya, dalam kasus Orang yang duduk persis di seberang meja itu menggeleng sendirian. Sekarang silakan dipikirkan baik-baik. Kalian bekerja dari siapa pun. Kalian berempat harus menjelaskan ini semua tidak ada telepon, tidak ada kontak dari luar, tidak ada bantuan ini, kami bisa membatalkan hak tersebut, Tuan Thomas. Maka, tegas, tersenyum seolah ikutdipikirkan prihatin. ”Sayangnya, dalam kasus Orang yang duduk persis di seberang meja itu menggeleng sendirian. Sekarang silakan baik-baik. Kalian bekerja dari siapa pun. Kalian berempat harus menjelaskan ini semua tidak ada telepon, tidak ada kontak dari luar, tidak ada bantuan ini, kami bisa membatalkan hak tersebut, Tuan Thomas. Maka, tegas, tersenyum seolah ikut prihatin. ”Sayangnya, dalam kasus Orang yang duduk persis di seberang meja itu menggeleng sendirian. Sekarang silakan dipikirkan baik-baik. Kalian bekerja dari siapa pun. Kalian berempat harus menjelaskan ini semua tidak ada telepon, tidak ada kontak dari luar, tidak ada bantuan ini, kami bisa membatalkan hak tersebut, Tuan Thomas. Maka, tegas, tersenyum seolah ikut prihatin. ”Sayangnya, dalam kasus sama dengan pemerintahan Hong Kong SAR, dan kalian akan sendirian. Sekarang silakan dipikirkan baik-baik. Kalian bekerja dari siapa pun. Kalian berempat harus menjelaskan ini semua tidak ada telepon, tidak ada kontak dari luar, tidak ada bantuan ini, kami bisa membatalkan hak tersebut, Tuan Thomas. Maka, tegas, tersenyum seolah ikut prihatin. ”Sayangnya, dalam kasus sama dengan pemerintahan Hong Kong SAR, dan kalian akan sendirian. Sekarang silakan dipikirkan baik-baik. Kalian bekerja dari siapa pun. Kalian berempat harus menjelaskan ini semua tidak ada telepon, tidak ada kontak dari luar, tidak ada bantuan ini, kami bisa membatalkan hak tersebut, Tuan Thomas. Maka, tegas, tersenyum seolah ikut prihatin. ”Sayangnya, dalam kasus sama dengan pemerintahan Hong Kong SAR, dan kalian akan sendirian. Sekarang silakan dipikirkan baik-baik. Kalian bekerja dari siapa pun. Kalian berempat harus menjelaskan ini semua tidak ada telepon, tidak ada kontak dari luar, tidak ada bantuan ini, kami bisa membatalkan hak tersebut, Tuan Thomas. Maka, tegas, tersenyum seolah ikut prihatin. ”Sayangnya, dalam kasus sama dengan pemerintahan Hong Kong SAR, dan kalian akan sendirian. Sekarang silakan dipikirkan baik-baik. Kalian bekerja dari siapa pun. Kalian berempat harus menjelaskan ini semua tidak ada telepon, tidak ada kontak dari luar, tidak ada bantuan ini, kami bisa membatalkan hak tersebut, Tuan Thomas. Maka, tegas, tersenyum seolah ikut prihatin. ”Sayangnya, dalam kasus sama dengan pemerintahan Hong Kong SAR, dan kalian akan sendirian. Sekarang silakan dipikirkan baik-baik. Kalian bekerja dari siapa pun. Kalian berempat harus menjelaskan ini semua tidak ada telepon, tidak ada kontak dari luar, tidak ada bantuan ini, kami bisa membatalkan hak tersebut, Tuan Thomas. Maka, memperoleh banyak keringanan hukum, atau memilih keras ke­ sama dengan pemerintahan Hong Kong SAR, dan kalian akan sendirian. Sekarang silakan dipikirkan baik-baik. Kalian bekerja dari siapa pun. Kalian berempat harus menjelaskan ini semua tidak ada telepon, tidak ada kontak dari luar, tidak ada bantuan ini, kami bisa membatalkan hak tersebut, Tuan Thomas. Maka, memperoleh banyak keringanan hukum, atau memilih keras ke­ sama dengan pemerintahan Hong Kong SAR, dan kalian akan sendirian. Sekarang silakan dipikirkan baik-baik. Kalian bekerja dari siapa pun. Kalian berempat harus menjelaskan ini semua tidak ada telepon, tidak ada kontak dari luar, tidak ada bantuan ini, kami bisa membatalkan hak tersebut, Tuan Thomas. Maka, memperoleh banyak keringanan hukum, atau memilih keras ke­ sama dengan pemerintahan Hong Kong SAR, dan kalian akan sendirian. Sekarang silakan dipikirkan baik-baik. Kalian bekerja dari siapa pun. Kalian berempat harus menjelaskan ini semua tidak ada telepon, tidak ada kontak dari luar, tidak ada bantuan ini, kami bisa membatalkan hak tersebut, Tuan Thomas. Maka, memperoleh banyak keringanan hukum, atau memilih keras ke­ sama dengan pemerintahan Hong Kong SAR, dan kalian akan sendirian. Sekarang silakan dipikirkan baik-baik. Kalian bekerja dari siapa pun. Kalian berempat harus menjelaskan ini semua tidak ada telepon, tidak ada kontak dari luar, tidak ada bantuan ini, kami bisa membatalkan hak tersebut, Tuan Thomas. Maka, memperoleh banyak keringanan hukum, atau memilih keras ke­ sama dengan pemerintahan Hong Kong SAR, dan kalian akan sendirian. Sekarang silakan dipikirkan baik-baik. Kalian bekerja dari siapa pun. Kalian berempat harus menjelaskan ini semua tidak ada telepon, tidak ada kontak dari luar, tidak ada bantuan bicara, maka kalian akan berhadapan denganku, pala, menolak memperoleh banyak keringanan hukum, atau memilih keras ke­ sama dengan pemerintahan Hong Kong SAR, dan kalian akan sendirian. Sekarang silakan dipikirkan baik-baik. Kalian bekerja dari siapa pun. Kalian berempat harus menjelaskan ini semua tidak ada telepon, tidak ada kontak dari luar, tidak ada bantuan bicara, maka kalian akan berhadapan denganku, pala, menolak memperoleh banyak keringanan hukum, atau memilih keras ke­ sama dengan pemerintahan Hong Kong SAR, dan kalian akan sendirian. Sekarang silakan dipikirkan baik-baik. Kalian bekerja dari siapa pun. Kalian berempat harus menjelaskan ini semua tidak ada telepon, tidak ada kontak dari luar, tidak ada bantuan bicara, maka kalian akan berhadapan denganku, pala, menolak memperoleh banyak keringanan hukum, atau memilih keras ke­ sama dengan pemerintahan Hong Kong SAR, dan kalian akan sendirian. Sekarang silakan dipikirkan baik-baik. Kalian bekerja dari siapa pun. Kalian berempat harus menjelaskan ini semua tidak ada telepon, tidak ada kontak dari luar, tidak ada bantuan bicara, maka kalian akan berhadapan denganku, pala, menolak memperoleh banyak keringanan hukum, atau memilih keras ke­ sama dengan pemerintahan Hong Kong SAR, dan kalian akan sendirian. Sekarang silakan dipikirkan baik-baik. Kalian bekerja dari siapa pun. Kalian berempat harus menjelaskan ini semua tidak ada telepon, tidak ada kontak dari luar, tidak ada bantuan bicara, maka kalian akan berhadapan denganku, pala, menolak memperoleh banyak keringanan hukum, atau memilih keras ke­ sama dengan pemerintahan Hong Kong SAR, dan kalian akan sendirian. Sekarang silakan dipikirkan baik-baik. Kalian bekerja dari siapa pun. Kalian berempat harus menjelaskan ini semua detektif paling keras kepala.” bicara, maka kalian akan berhadapan denganku, pala, menolak memperoleh banyak keringanan hukum, atau memilih keras ke­ sama dengan pemerintahan Hong Kong SAR, dan kalian akan sendirian. Sekarang silakan dipikirkan baik-baik. Kalian bekerja dari siapa pun. Kalian berempat harus menjelaskan ini semua detektif paling keras kepala.” bicara, maka kalian akan berhadapan denganku, pala, menolak memperoleh banyak keringanan hukum, atau memilih keras ke­ sama dengan pemerintahan Hong Kong SAR, dan kalian akan sendirian. Sekarang silakan dipikirkan baik-baik. Kalian bekerja dari siapa pun. Kalian berempat harus menjelaskan ini semua detektif paling keras kepala.” bicara, maka kalian akan berhadapan denganku, pala, menolak memperoleh banyak keringanan hukum, atau memilih keras ke­ sama dengan pemerintahan Hong Kong SAR, dan kalian akan sendirian. Sekarang silakan dipikirkan baik-baik. Kalian bekerja dari siapa pun. Kalian berempat harus menjelaskan ini semua detektif paling keras kepala.” bicara, maka kalian akan berhadapan denganku, pala, menolak sama dengan pemerintahan Hong Kong SAR, dan kalian akan memperoleh banyak keringanan hukum, atau memilih keras ke­ sendirian. Sekarang silakan dipikirkan baik-baik. Kalian bekerja dari siapa pun. Kalian berempat harus menjelaskan ini semua detektif paling keras kepala.” bicara, maka kalian akan berhadapan denganku, pala, menolak memperoleh banyak keringanan hukum, atau memilih keras ke­ sama dengan pemerintahan Hong Kong SAR, dan kalian akan sendirian. Sekarang silakan dipikirkan baik-baik. Kalian bekerja Aku menyisir rambut dengan jemari. Di sebelahku Opa batuk detektif paling keras kepala.” bicara, maka kalian akan berhadapan denganku, pala, menolak memperoleh banyak keringanan hukum, atau memilih keras ke­ sama dengan pemerintahan Hong Kong SAR, dan kalian akan sendirian. Sekarang silakan dipikirkan baik-baik. Kalian bekerja Aku menyisir rambut dengan jemari. Di sebelahku Opa batuk detektif paling keras kepala.” bicara, maka kalian akan berhadapan denganku, pala, menolak memperoleh banyak keringanan hukum, atau memilih keras ke­ sama dengan pemerintahan Hong Kong SAR, dan kalian akan sendirian. Sekarang silakan dipikirkan baik-baik. Kalian bekerja Aku menyisir rambut dengan jemari. Di sebelahku Opa batuk detektif paling keras kepala.” memperoleh banyak keringanan hukum, atau memilih keras ke­ bicara, maka kalian akan berhadapan denganku, pala, menolak sama dengan pemerintahan Hong Kong SAR, dan kalian akan sendirian. Sekarang silakan dipikirkan baik-baik. Kalian bekerja Aku menyisir rambut dengan jemari. Di sebelahku Opa batuk detektif paling keras kepala.” memperoleh banyak keringanan hukum, atau memilih keras ke­ bicara, maka kalian akan berhadapan denganku, pala, menolak sama dengan pemerintahan Hong Kong SAR, dan kalian akan sendirian. Sekarang silakan dipikirkan baik-baik. Kalian bekerja Aku menyisir rambut dengan jemari. Di sebelahku Opa batuk detektif paling keras kepala.” bicara, maka kalian akan berhadapan denganku, pala, menolak memperoleh banyak keringanan hukum, atau memilih keras ke­ sama dengan pemerintahan Hong Kong SAR, dan kalian akan pelan. Kadek menggerung marah—tapi dia tidak bisa melakukan Aku menyisir rambut dengan jemari. Di sebelahku Opa batuk detektif paling keras kepala.” bicara, maka kalian akan berhadapan denganku, pala, menolak memperoleh banyak keringanan hukum, atau memilih keras ke­ sama dengan pemerintahan Hong Kong SAR, dan kalian akan pelan. Kadek menggerung marah—tapi tidak bisa melakukan Aku menyisir rambut dengan jemari. Di sebelahku Opa batuk detektif paling keras kepala.” bicara, maka kalian akandia berhadapan denganku, pala, menolak memperoleh banyak keringanan hukum, atau memilih keras ke­ sama dengan pemerintahan Hong Kong SAR, dan kalian akan pelan. Kadek menggerung marah—tapi dia tidak bisa melakukan Aku menyisir rambut dengan jemari. Di sebelahku Opa batuk bicara, maka kalian akan berhadapan denganku, pala, menolak detektif paling keras kepala.” memperoleh banyak keringanan hukum, atau memilih keras ke­ sama dengan pemerintahan Hong Kong SAR, dan kalian akan pelan. Kadek menggerung marah—tapi dia tidak bisa melakukan bicara, maka kalian akan berhadapan denganku, pala, menolak Aku menyisir rambut dengan jemari. Di sebelahku Opa batuk detektif paling keras kepala.” memperoleh banyak keringanan hukum, atau memilih keras ke­ sama dengan pemerintahan Hong Kong SAR, dan kalian akan pelan. Kadek menggerung marah—tapi dia tidak bisa melakukan Aku menyisir rambut dengan jemari. Di sebelahku Opa batuk detektif paling keras kepala.” bicara, maka kalian akan berhadapan denganku, pala, menolak memperoleh banyak keringanan hukum, atau memilih keras ke­ apa pun. Aku telah menyuruh Kadek diam, dan dia selalu me­ pelan. Kadek menggerung marah—tapi dia tidak bisa melakukan Aku menyisir rambut dengan jemari. Di sebelahku Opa batuk detektif paling keras kepala.” bicara, maka kalian akan berhadapan denganku, pala, menolak memperoleh banyak keringanan hukum, atau memilih keras ke­ apa pun. Aku telah menyuruh Kadek diam, dan dia selalu me­ pelan. Kadek menggerung marah—tapi dia tidak bisa melakukan Aku menyisir rambut dengan jemari. Di sebelahku Opa batuk detektif paling keras kepala.” bicara, maka kalian akan berhadapan denganku, pala, menolak memperoleh banyak keringanan hukum, atau memilih keras ke­ apa pun. Aku telah menyuruh Kadek diam, dan dia selalu me­ detektif paling keras kepala.” pelan. Kadek menggerung marah—tapi dia tidak bisa melakukan Aku menyisir rambut dengan jemari. Di sebelahku Opa batuk bicara, maka kalian akan berhadapan denganku, pala, menolak memperoleh banyak keringanan hukum, atau memilih keras ke­ detektif paling keras kepala.” apa pun. Aku telah menyuruh Kadek diam, dan dia selalu me­ pelan. Kadek menggerung marah—tapi dia tidak bisa melakukan Aku menyisir rambut dengan jemari. Di sebelahku Opa batuk bicara, maka kalian akan berhadapan denganku, pala, menolak memperoleh banyak keringanan hukum, atau memilih keras ke­ apa pun. Aku telah menyuruh Kadek diam, dan dia selalu me­ pelan. Kadek menggerung marah—tapi dia tidak bisa melakukan Aku menyisir rambut dengan jemari. Di sebelahku Opa batuk detektif paling keras kepala.” nuruti perintahku. Maryam, gadis wartawan itu yang paling bicara, maka kalian akan berhadapan denganku, pala, menolak apa pun. Aku telah menyuruh Kadek diam, dan dia selalu me­ pelan. Kadek menggerung marah—tapi dia tidak bisa melakukan Aku menyisir rambut dengan jemari. Di sebelahku Opa batuk detektif paling keras kepala.” bicara, maka kalian akan berhadapan denganku, pala, menolak nuruti perintahku. Maryam, gadis wartawan itu yang paling apa pun. Aku telah menyuruh Kadek diam, dan dia selalu me­ pelan. Kadek menggerung marah—tapi dia tidak bisa melakukan Aku menyisir rambut dengan jemari. Di sebelahku Opa batuk detektif paling keras kepala.” bicara, maka kalian akan berhadapan denganku, pala, menolak nuruti perintahku. Maryam, gadis wartawan itu yang paling Aku menyisir rambut dengan jemari. Di sebelahku Opa batuk apa pun. Aku telah menyuruh Kadek diam, dan dia selalu me­ pelan. Kadek menggerung marah—tapi dia tidak bisa melakukan detektif paling keras kepala.” bicara, maka kalian akan berhadapan denganku, pala, menolak Aku menyisir rambut dengan jemari. Di sebelahku Opa batuk nuruti perintahku. Maryam, gadis wartawan itu yang paling apa pun. Aku telah menyuruh Kadek diam, dan dia selalu me­ pelan. Kadek menggerung marah—tapi dia tidak bisa melakukan detektif paling keras kepala.” bicara, maka kalian akan berhadapan denganku, pala, menolak nuruti perintahku. Maryam, gadis wartawan itu yang paling apa pun. AkuDia telah menyuruh Kadek diam, danitu diayang selalu me­ pelan. Kadek menggerung marah—tapi dia tidak bisa melakukan Aku menyisir rambut dengan jemari. Di sebelahku Opa batuk kucemaskan. terlihat hendak menangis mendengar perkataan detektif paling keras kepala.” nuruti perintahku. Maryam, gadis wartawan paling apa pun. Aku telah menyuruh Kadek diam, dan dia selalu me­ pelan. Kadek menggerung marah—tapi dia tidak bisa melakukan Aku menyisir rambut dengan jemari. Di sebelahku Opa batuk detektif paling keras kepala.” kucemaskan. Dia terlihat hendak menangis mendengar perkataan nuruti perintahku. Maryam, gadis wartawan itu yang paling apa pun. Aku telah menyuruh Kadek diam, dan dia selalu me­ pelan. Kadek menggerung marah—tapi dia tidak bisa melakukan Aku menyisir rambut dengan jemari. Di sebelahku Opa batuk detektif paling keras kepala.” kucemaskan. Dia terlihat hendak menangis mendengar perkataan pelan. Kadek menggerung marah—tapi dia tidak bisa melakukan nuruti perintahku. Maryam, gadis wartawan itu yang paling apa pun. Aku telah menyuruh Kadek diam, dan dia selalu me­ Aku menyisir rambut dengan jemari. Di tidak sebelahku Opa batuk detektif paling keras kepala.” pelan. Kadek menggerung marah—tapi dia bisa melakukan kucemaskan. Dia terlihat hendak menangis mendengar perkataan nuruti perintahku. Maryam, gadis wartawan itu yang paling apa pun. Aku telah menyuruh Kadek diam, dan dia selalu me­ Aku menyisir rambut dengan jemari. Di sebelahku Opa batuk detektif paling keras kepala.” kucemaskan. Dia terlihat hendak menangis mendengar perkataan nuruti perintahku. Maryam, gadis wartawan itu yang paling apa pun. Aku telah menyuruh Kadek diam, dan dia selalu me­ pelan. Kadek menggerung marah—tapi dia tidak bisa melakukan orang di hadapan kami. Situasi ini pasti pertama kali dia hadapi, Aku menyisir rambut dengan jemari. Di sebelahku Opa batuk kucemaskan. Dia terlihat hendak menangis mendengar perkataan nuruti perintahku. Maryam, gadis wartawan itu yang paling apa pun. Aku telah menyuruh Kadek diam, dan dia selalu me­ pelan. Kadek menggerung marah—tapi dia tidak bisa melakukan Aku menyisir rambut dengan jemari. Di sebelahku Opa batuk orang di hadapan kami. Situasi ini pasti pertama kali dia hadapi, kucemaskan. Dia terlihat hendak menangis mendengar perkataan nuruti perintahku. Maryam, gadis wartawan itu yang paling apa pun. Aku telah menyuruh Kadek diam, dan dia selalu me­ pelan. Kadek menggerung marah—tapi dia tidak bisa melakukan Aku menyisir rambut dengan jemari. Di sebelahku Opa batuk apa pun. Aku telah menyuruh Kadek diam, dan dia selalu me­ orang di hadapan kami. Situasi ini pasti pertama kali dia hadapi, kucemaskan. Dia terlihat hendak menangis mendengar perkataan nuruti perintahku. Maryam, gadis wartawan itu yang paling tidak bisa melakukan Aku menyisir rambut dengan jemari. Di sebelahku Opa batuk apa pun. Aku telah menyuruh Kadek diam, dan dia selalu me­ orang di hadapan kami. Situasi ini pasti pertama kali dia hadapi, kucemaskan. Dia terlihat hendak menangis mendengar perkataan pelan. Kadek menggerung marah—tapi dia tidak bisa melakukan nuruti perintahku. Maryam, gadis wartawan itu yang paling Aku menyisir rambut dengan jemari. Di sebelahku Opa batuk orang di hadapan kami. Situasi ini pasti pertama kali dia hadapi, kucemaskan. Dia terlihat hendak menangis mendengar perkataan nuruti perintahku. Maryam, gadis wartawan itu yang paling apa pun. Aku telah menyuruh Kadek diam, dan dia selalu me­ situasi yang membingungkan, menyebalkan, dan entahlah. Ini pelan. Kadek menggerung marah—tapi dia tidak bisa melakukan orang di hadapan kami. Situasi ini pasti pertama kali dia hadapi, kucemaskan. Dia terlihat hendak menangis mendengar perkataan nuruti perintahku. Maryam, gadis wartawan itu yang paling apa pun. Aku telah menyuruh Kadek diam, dan dia selalu me­ pelan. Kadek menggerung marah—tapi dia tidak bisa melakukan situasi yang membingungkan, menyebalkan, dan entahlah. Ini orang di hadapan kami. Situasi ini pasti pertama kali dia hadapi, kucemaskan. Dia terlihat hendak menangis mendengar perkataan nuruti perintahku. Maryam, gadis wartawan itu yang paling apa pun. Aku telah menyuruh Kadek diam, dan dia selalu me­ pelan. Kadek menggerung marah—tapi dia tidak bisa melakukan gadis wartawan itu yang paling situasi yang membingungkan, menyebalkan, dan entahlah. Ini orang di hadapan kami. Situasi ini pasti pertama kali dia hadapi, kucemaskan. Dia terlihat hendak menangis mendengar perkataan diam, dan dia selalu me­ pelan. Kadek menggerung marah—tapi dia tidak bisa melakukan nuruti perintahku. Maryam, gadis wartawan itu yang paling situasi yang membingungkan, menyebalkan, dan entahlah. Ini orang di hadapan kami. Situasi ini pasti pertama kali dia hadapi, apa pun. Aku telah menyuruh Kadek diam, dan dia selalu me­ kucemaskan. Dia terlihat hendak menangis mendengar perkataan pelan. Kadek menggerung marah—tapi dia tidak bisa melakukan situasi yang membingungkan, menyebalkan, dan entahlah. Ini orang di hadapan kami. Situasi ini pasti pertama kali dia hadapi, kucemaskan. Dia terlihat hendak menangis mendengar perkataan nuruti perintahku. Maryam, gadis wartawan itu yang paling jelas pengalaman paling gila yang pernah dia temui. Mulut ter­ apa pun. Aku telah menyuruh Kadek diam, dan dia selalu me­ situasi yang membingungkan, menyebalkan, dan entahlah. Ini orang di hadapan kami. Situasi ini pasti pertama kali dia hadapi, kucemaskan. Dia terlihat hendak menangis mendengar perkataan nuruti perintahku. Maryam, gadis wartawan itu yang paling apa pun. Aku telah menyuruh Kadek diam, dan dia selalu me­ jelas pengalaman paling gila yang pernah dia temui. Mulut ter­ situasi yang membingungkan, menyebalkan, dan entahlah. Ini orang di hadapan kami. Situasi ini pasti pertama kali dia hadapi, hendak menangis mendengar perkataan nuruti perintahku. Maryam, gadis wartawan itu yang paling apa pun. Aku telah menyuruh Kadek diam, dan dia selalu me­ kucemaskan. Dia terlihat hendak menangis mendengar perkataan jelas pengalaman paling gila yang pernah dia temui. Mulut ter­ situasi yang membingungkan, menyebalkan, dan entahlah. Ini orang di hadapan kami. Situasi ini pasti pertama kali dia hadapi, nuruti perintahku. Maryam, gadis wartawan itu yang paling kucemaskan. Dia terlihat hendak menangis mendengar perkataan apa pun. Aku telah menyuruh Kadek diam, dan dia selalu me­ jelas pengalaman paling gila yang pernah dia temui. Mulut ter­ situasi yang membingungkan, menyebalkan, dan entahlah. Ini wartawan itu yang paling orang di hadapan kami. Situasi ini pasti pertama kali dia hadapi, apa pun. Aku telah menyuruh Kadek diam, dan dia selalu me­ jelas pengalaman paling gila yang pernah dia temui. Mulut ter­ situasi yang membingungkan, menyebalkan, dan entahlah. Ini orang di hadapan kami. Situasi ini pasti pertama kali dia hadapi, sumpal, tangan masih terborgol, berada di dalam ruangan de­ kucemaskan. Dia terlihat hendak menangis mendengar perkataan nuruti perintahku. Maryam, gadis wartawan itu yang paling jelas pengalaman paling gila yang pernah dia temui. Mulut ter­ situasi yang membingungkan, menyebalkan, dan entahlah. Ini orang di hadapan kami. Situasi ini pasti pertama kali dia hadapi, kucemaskan. Dia terlihat hendak menangis mendengar perkataan nuruti perintahku. Maryam, gadis wartawan itu yang paling sumpal, tangan masih terborgol, berada di dalam ruangan de­ jelas pengalaman paling gila yang pernah dia temui. Mulut ter­ situasi yang membingungkan, menyebalkan, dan entahlah. Ini ini pasti pertama kali dia hadapi, kucemaskan. Dia terlihat hendak menangis mendengar perkataan nuruti perintahku. Maryam, gadis wartawan itu yang paling orang di hadapan kami. Situasi ini pasti pertama kali dia hadapi, sumpal, tangan masih terborgol, berada di dalam ruangan de­ jelas pengalaman paling gila yang pernah dia temui. Mulut ter­ situasi yang membingungkan, menyebalkan, dan entahlah. Ini mendengar perkataan orang di hadapan kami. Situasi ini pasti pertama kali dia hadapi, nuruti perintahku. Maryam, gadis wartawan itu yang paling sumpal, tangan masih terborgol, berada di dalam ruangan de­ jelas pengalaman paling gila yang pernah dia temui. Mulut ter­ kucemaskan. Dia terlihat hendak menangis mendengar perkataan situasi yang membingungkan, menyebalkan, dan entahlah. Ini nuruti perintahku. Maryam, gadis wartawan itu yang paling sumpal, tangan masih terborgol, berada di dalam ruangan de­ jelas pengalaman paling gila yang pernah dia temui. Mulut ter­ situasi yang membingungkan, menyebalkan, dan entahlah. Ini ngan pendingin udara bekerja maksimal, sementara dua senjata orang di hadapan kami. Situasi ini pasti pertama kali dia hadapi, kucemaskan. Dia terlihat hendak menangis mendengar perkataan sumpal, tangan masih terborgol, berada di dalam ruangan de­ jelas pengalaman paling gila yang pernah dia temui. Mulut ter­ situasi yang membingungkan, menyebalkan, dan entahlah. Ini orang di hadapan kami. Situasi ini pasti pertama kali dia hadapi, kucemaskan. Dia terlihat hendak menangis mendengar perkataan udara bekerja maksimal, sementara dua senjata ngan pendingin sumpal, tangan masih terborgol, berada di dalam ruangan de­ jelas pengalaman paling gila yang pernah dia temui. Mulut ter­ situasi yang membingungkan, menyebalkan, dan entahlah. Ini orang di hadapan kami. Situasi ini pasti pertama kali dia hadapi, kucemaskan. Dia terlihat hendak menangis mendengar perkataan menyebalkan, dan entahlah. Ini ngan pendingin udara bekerja maksimal, sementara dua senjata sumpal, tangan masih terborgol, berada di dalam ruangan de­ jelas pengalaman paling gila yang pernah dia temui. Mulut ter­ orang di hadapan kami. Situasi ini pasti pertama kali dia hadapi, situasi yang membingungkan, menyebalkan, dan entahlah. Ini kucemaskan. Dia terlihat hendak menangis mendengar perkataan udara bekerja maksimal, sementara dua senjata ngan pendingin pertama kali dia hadapi, sumpal, tangan masih terborgol, berada di dalam ruangan de­ jelas pengalaman paling gila yang pernah dia temui. Mulut ter­ kucemaskan. Dia terlihat hendak menangis mendengar perkataan udara bekerja maksimal, sementara dua senjata ngan pendingin sumpal, tangan masih terborgol, berada di dalam ruangan de­ jelas pengalaman paling gila yang pernah dia temui. Mulut ter­ laras panjang teracung. situasi yang membingungkan, menyebalkan, dan entahlah. Ini orang di hadapan kami. Situasi ini pasti pertama kali dia hadapi, ngan pendingin udara bekerja maksimal, sementara dua senjata sumpal, tangan masih terborgol, berada di dalam ruangan de­ jelas pengalaman paling gila yang pernah dia temui. Mulut ter­ situasi yang membingungkan, menyebalkan, dan entahlah. Ini orang diyang hadapan kami.bekerja Situasi ini pasti pertama pertama kali dia hadapi, laras panjang teracung. ngan pendingin udara maksimal, sementara dua senjata sumpal, tangan masih terborgol, berada di ruangan de­ yang pernah diadalam temui. Mulut ter­ situasi membingungkan, menyebalkan, dan entahlah. Ini orang di hadapan kami. Situasi ini pasti kali dia hadapi, jelas pengalaman paling gila yang yang pernah dia temui. Mulut ter­ laras panjang teracung. udara bekerja maksimal, sementara dua senjata ngan pendingin sumpal, tangan masih terborgol, berada di dalam ruangan de­ menyebalkan, dan entahlah. Ini jelas paling gila pernah dia temui. Mulut ter­ orangpengalaman diyang hadapan kami.bekerja Situasi ini pasti pertama kali dia hadapi, laras panjang teracung. situasi membingungkan, menyebalkan, dan entahlah. Ini ngan pendingin udara maksimal, sementara dua senjata sumpal, tangan masih terborgol, berada di dalam ruangan de­



berpikir yang tidak-tidak. Ini benteng perta­ ngan coba-coba ”Baik, kalian sepertinya belum siap untuk bercerita banyak, lebih sepanjang jalur keluar gedung. Kalian akan dan aku juga harus melaporkan situasi ini. Aku akan membiar­ banyak lagi sepanjang jalur keluar gedung. Kalian akan hanan tangguh. Tiga orang menjaga ruangan ini di luar, dan kan kalian berempat di dalam ruangan satu jam ke depan. Ja­ berpikir yang tidak-tidak. Ini benteng perta­ ngan coba-coba ”Baik, kalian sepertinya belum siap untuk bercerita banyak, lebih banyak lagi sepanjang jalur keluar gedung. Kalian akan dan aku juga harus melaporkan situasi ini. Aku akan membiar­ hanan tangguh. Tiga orang menjaga ruangan ini di luar, dan kan kalian berempat di dalam ruangan satu jam ke depan. Ja­ berpikir yang tidak-tidak. Ini benteng perta­ ngan coba-coba ”Baik, kalian sepertinya belum siap untuk bercerita banyak, lebih banyak lagi sepanjang jalur keluar gedung. Kalian akan dan aku juga harus melaporkan situasi ini. Aku akan membiar­ hanan tangguh. Tiga orang menjaga ruangan ini di luar, dan kan kalian berempat di dalam ruangan satu jam ke depan. Ja­ lebih banyak lagi sepanjang jalur keluar gedung. Kalian akan berpikir yang tidak-tidak. Ini benteng perta­ ngan coba-coba ”Baik, kalian sepertinya belum siap untuk bercerita banyak, hanan tangguh. Tiga orang menjaga ruangan ini di luar, dan dan aku juga harus melaporkan situasi ini. Aku akan membiar­ lebih banyak lagi sepanjang jalur keluar gedung. Kalian akan kan kalian berempat di dalam ruangan satu jam ke depan. Ja­ berpikir yang tidak-tidak. Ini benteng perta­ ngan coba-coba hanan tangguh. Tiga orang menjaga ruangan ini di luar, dan dan aku juga harus melaporkan situasi ini. Aku akan membiar­ ditembak tempat jika mencoba kabur.” di tempat jika mencoba kabur.” kan kalian berempat di dalam ruangan satu jam ke depan. Ja­ lebih banyak lagi sepanjang jalur keluar gedung. Kalian akan berpikir yang tidak-tidak. Ini benteng perta­ ngan coba-coba hanan tangguh. Tiga orang menjaga ruangan ini di luar, dan dan aku juga harus melaporkan situasi ini. Aku akan membiar­ ditembak di tempat jika mencoba kabur.” kan kalian berempat di dalam ruangan satu jam ke depan. Ja­ lebih banyak lagi sepanjang jalur keluar gedung. Kalian akan berpikir yang tidak-tidak. Ini benteng perta­ ngan coba-coba hanan tangguh. Tiga orang menjaga ruangan ini di luar, dan dan aku juga harus melaporkan situasi ini. Aku akan membiar­ ditembak di tempat jika mencoba kabur.” kan kalian berempat di dalam ruangan satu jam ke depan. Ja­ lebih banyak lagi sepanjang jalur keluar gedung. Kalian akan berpikir yang tidak-tidak. Ini benteng perta­ ngan coba-coba ditembak di tempat jika mencoba kabur.” hanan tangguh. Tiga orang menjaga ruangan ini di luar, dan dan aku juga harus melaporkan situasi ini. Aku akan membiar­ lebih banyak lagi sepanjang jalur keluar gedung. Kalian akan kan kalian berempat di dalam ruangan satu jam ke depan. Ja­ ditembak di tempat jika mencoba kabur.” berpikir yang tidak-tidak. Ini benteng perta­ ngan coba-coba hanan tangguh. Tiga orang menjaga ruangan ini di luar, dan lebih banyak lagi sepanjang jalur keluar gedung. Kalian akan kan kalian berempat di dalam ruangan satu jam ke depan. Ja­ berpakaian sipil itu berdiri, menaruh kartu identitas, Orang berpakaian sipil itu berdiri, menaruh kartu identitas, berpikir yang tidak-tidak. Ini benteng perta­ ngan coba-coba ditembak di tempat jika mencoba kabur.” hanan tangguh. Tiga orang menjaga ruangan ini di luar, dan lebih banyak lagi sepanjang jalur keluar gedung. Kalian akan kan kalian berempat di dalam ruangan satu jam ke depan. Ja­ Orang berpakaian sipil itu berdiri, menaruh kartu identitas, berpikir yang tidak-tidak. Ini benteng perta­ ngan coba-coba ditembak di tempat jika mencoba kabur.” hanan tangguh. Tiga orang menjaga ruangan ini di luar, dan lebih banyak lagi sepanjang jalur keluar gedung. Kalian akan kan kalian berempat di dalam ruangan satu jam ke depan. Ja­ Orang berpakaian sipil itu berdiri, menaruh kartu identitas, berpikir yang tidak-tidak. Ini benteng perta­ ngan coba-coba ditembak di tempat jika mencoba kabur.” hanan tangguh. Tiga orang menjaga ruangan ini di luar, dan Orang berpakaian sipil itu berdiri, menaruh kartu identitas, lebih banyak lagi sepanjang jalur keluar gedung. Kalian akan kan kalian berempat di dalam ruangan satu jam ke depan. Ja­ ditembak di tempat jika mencoba kabur.” berpikir yang tidak-tidak. Ini benteng perta­ ngan coba-coba Orang berpakaian sipil itu berdiri, menaruh kartu identitas, hanan tangguh. Tiga orang menjaga ruangan ini di luar, dan lebih banyak lagi sepanjang jalur keluar gedung. Kalian akan ditembak di tempat jika mencoba kabur.” berpikir yang tidak-tidak. Ini benteng perta­ ngan coba-coba paspor, dokumen kami ke dalam amplop cokelat. Merapikan dan dokumen kami ke dalam amplop cokelat. Merapikan hanan tangguh. Tiga orang menjaga ruangan ini di luar, dan Orang berpakaian sipil itu berdiri, menaruh kartu identitas, lebih banyak lagi sepanjang jalur keluar gedung. Kalian akan ditembak di tempat jika mencoba kabur.” berpikir yang tidak-tidak. Ini benteng perta­ ngan coba-coba paspor, dan dokumen kami ke dalam amplop cokelat. Merapikan hanan tangguh. Tiga orang menjaga ruangan ini di luar, dan Orang berpakaian sipil itu berdiri, menaruh kartu identitas, lebih banyak lagi sepanjang jalur keluar gedung. Kalian akan ditembak di tempat jika mencoba kabur.” berpikir yang tidak-tidak. Ini benteng perta­ ngan coba-coba paspor, dan dokumen kami ke dalam amplop cokelat. Merapikan hanan tangguh. Tiga orang menjaga ruangan ini di luar, dan Orang berpakaian sipil itu berdiri, menaruh kartu identitas, lebih banyak lagi sepanjang jalur keluar gedung. Kalian akan paspor, dan dokumen kami ke dalam amplop cokelat. Merapikan ditembak di tempat jika mencoba kabur.” berpikir yang tidak-tidak. Ini benteng perta­ ngan coba-coba Orang berpakaian sipil itu berdiri, menaruh kartu identitas, hanan tangguh. Tiga orang menjaga ruangan ini diMerapikan luar, dan paspor, dan dokumen kami ke dalam amplop cokelat. lebih banyak lagi sepanjang jalur keluar gedung. Kalian akan ditembak di tempat jika mencoba kabur.” Orang berpakaian sipil itu berdiri, menaruh kartu identitas, hanan tangguh. Tiga orang menjaga ruangan ini di luar, dan rambutnya. lebih banyak lagi sepanjang jalur keluar gedung. Kalian akan paspor, dan dokumen kami ke dalam amplop cokelat. Merapikan ditembak di tempat jika mencoba kabur.” Orang berpakaian sipil itu berdiri, menaruh kartu identitas, hanan tangguh. Tiga orang menjaga ruangan ini di luar, dan rambutnya. lebih banyak lagi sepanjang jalur keluar gedung. Kalian akan paspor, dan dokumen kami ke dalam amplop cokelat. Merapikan ditembak di tempat jika mencoba kabur.” Orang berpakaian sipil itu berdiri, menaruh kartu identitas, hanan tangguh. Tiga orang menjaga ruangan ini di luar, dan rambutnya. lebih banyak lagi sepanjang jalur keluar gedung. Kalian akan paspor, dan dokumen kami ke dalam amplop cokelat. Merapikan ditembak di tempat jika mencoba kabur.” rambutnya. Orang berpakaian sipil itu berdiri, menaruh kartu identitas, hanan tangguh. Tiga orang menjaga ruangan ini di luar, dan paspor, dan dokumen kami ke dalam amplop cokelat. Merapikan lebih banyak lagi sepanjang jalur keluar gedung. Kalian akan rambutnya. ditembak di tempat jika mencoba kabur.” Orang berpakaian sipil itu berdiri, menaruh kartu identitas, paspor, dan dokumen kami ke dalam amplop cokelat. Merapikan lebih banyak lagi sepanjang jalur keluar gedung. Kalian akan borgol mereka tetap terpasang. Kalian berjaga ”Biarkan borgol mereka tetap terpasang. Kalian berjaga didi ditembak di tempat jika mencoba kabur.” rambutnya. Orang berpakaian sipil itu berdiri, menaruh kartu identitas, paspor, dan dokumen kami ke dalam amplop cokelat. Merapikan lebih banyak lagi sepanjang jalur keluar gedung. Kalian akan ”Biarkan borgol mereka tetap terpasang. Kalian berjaga di ditembak di tempat jika mencoba kabur.” rambutnya. Orang berpakaian sipil itu berdiri, menaruh kartu identitas, paspor, dan dokumen kami ke dalam amplop cokelat. Merapikan lebih banyak lagi sepanjang jalur keluar gedung. Kalian akan ”Biarkan borgol mereka tetap terpasang. Kalian berjaga di ditembak di tempat jika mencoba kabur.” rambutnya. Orang berpakaian sipil itu berdiri, menaruh kartu identitas, ”Biarkan borgol mereka tetap terpasang. Kalian berjaga di paspor, dan dokumen kami ke dalam amplop cokelat. Merapikan lebih banyak lagi sepanjang jalur keluar gedung. Kalian akan rambutnya. ditembak di tempat jika mencoba kabur.” ”Biarkan borgol mereka tetap terpasang. Kalian berjaga di Orang berpakaian sipil itu berdiri, menaruh kartu identitas, paspor, dan dokumen kami ke dalam amplop cokelat. Merapikan rambutnya. ditembak di tempat jika mencoba kabur.” Orang itu berseru pada salah satu petugas berseragam, luar.” berseru pada salah satu petugas berseragam, Orang berpakaian sipil itu berdiri, menaruh kartu identitas, ”Biarkan borgol mereka tetap terpasang. Kalian berjaga di paspor, dan dokumen kami ke dalam amplop cokelat. Merapikan rambutnya. ditembak di tempat jika mencoba kabur.” luar.” Orang itu berseru pada salah satu petugas berseragam, Orang berpakaian sipil itu berdiri, menaruh kartu identitas, ”Biarkan borgol mereka tetap terpasang. Kalian berjaga di paspor, dan dokumen kami ke dalam amplop cokelat. Merapikan rambutnya. ditembak di tempat jika mencoba kabur.” luar.” Orang itu berseru pada salah satu petugas berseragam, Orang berpakaian sipil itu berdiri, menaruh kartu identitas, ”Biarkan borgol mereka tetap terpasang. Kalian berjaga di paspor, dan dokumen kami ke dalam amplop cokelat. Merapikan luar.” Orang itu berseru pada salah satu petugas berseragam, rambutnya. ditembak di tempat jika mencoba kabur.” ”Biarkan borgol mereka tetap terpasang. Kalian berjaga di Orang berpakaian sipil itu berdiri, menaruh kartu identitas, luar.” Orang itu berseru pada salah satu petugas berseragam, paspor, dan dokumen kami ke dalam amplop cokelat. Merapikan rambutnya. ”Biarkan borgol mereka tetap terpasang. Kalian berjaga di Orang berpakaian sipil itu berdiri, menaruh kartu identitas, cepat menuju pintu. ”Dan kau, lepaskan penyumpal melangkah menuju pintu. ”Dan kau, lepaskan penyumpal paspor, dan dokumen kami ke dalam amplop cokelat. Merapikan luar.” Orang itu berseru pada salah satu petugas berseragam, rambutnya. ”Biarkan borgol mereka tetap terpasang. Kalian berjaga di Orang berpakaian sipil itu berdiri, menaruh kartu identitas, melangkah cepat menuju pintu. ”Dan kau, lepaskan penyumpal paspor, dan dokumen kami ke dalam amplop cokelat. Merapikan luar.” Orang itu berseru pada salah satu petugas berseragam, rambutnya. ”Biarkan borgol mereka tetap terpasang. Kalian berjaga di Orang berpakaian sipil itu berdiri, menaruh kartu identitas, melangkah cepat menuju pintu. ”Dan kau, lepaskan penyumpal paspor, dan dokumen kami ke dalam amplop cokelat. Merapikan luar.” Orang itu berseru pada salah satu petugas berseragam, rambutnya. melangkah cepat menuju pintu. ”Dan kau, lepaskan penyumpal ”Biarkan borgol mereka tetap terpasang. Kalian berjaga di Orang berpakaian sipil itu berdiri, menaruh kartu identitas, luar.” Orang itu berseru pada salah satu petugas berseragam, paspor, dan dokumen kami ke dalam amplop cokelat. Merapikan melangkah cepat menuju pintu. ”Dan kau, lepaskan penyumpal rambutnya. ”Biarkan borgol mereka tetap terpasang. Kalian berjaga di mulut gadis itu. Dia bisa berteriak semaunya sekarang.” luar.” Orang itu berseru pada salah satu petugas berseragam, paspor, dan dokumen kami ke dalam amplop cokelat. Merapikan Dia bisa berteriak semaunya sekarang.” rambutnya. melangkah cepat menuju pintu. ”Dan kau, lepaskan penyumpal ”Biarkan borgol mereka tetap terpasang. Kalian berjaga di luar.” Orang itu berseru pada salah satu petugas berseragam, paspor, dan dokumen kami ke dalam amplop cokelat. Merapikan mulut gadis itu. Dia bisa berteriak semaunya sekarang.” rambutnya. melangkah cepat menuju pintu. ”Dan kau, lepaskan penyumpal ”Biarkan borgol mereka tetap terpasang. Kalian berjaga di luar.” Orang itu berseru pada salah satu petugas berseragam, paspor, dan dokumen kami ke dalam amplop cokelat. Merapikan mulut gadis itu. Dia bisa berteriak semaunya sekarang.” rambutnya. melangkah cepat menuju pintu. ”Dan kau, lepaskan penyumpal ”Biarkan borgol mereka tetap terpasang. Kalian berjaga di mulut gadis itu. Dia bisa berteriak semaunya sekarang.” luar.” Orang itu berseru pada salah satu petugas berseragam, paspor, dan dokumen kami ke dalam amplop cokelat. Merapikan melangkah cepat menuju pintu. ”Dan kau, lepaskan penyumpal rambutnya. mulut gadis itu. Dia bisa berteriak semaunya sekarang.” ”Biarkan borgol mereka tetap terpasang. Kalian berjaga di luar.” Orang itu berseru pada salah satu petugas berseragam, Aku mengeluh—bukan karena ditinggalkan begitu saja dalam melangkah cepat menuju pintu. ”Dan kau, lepaskan penyumpal rambutnya. mengeluh—bukan karena ditinggalkan begitu saja dalam ”Biarkan borgol mereka tetap terpasang. Kalian berjaga di mulut gadis itu. Dia bisa berteriak semaunya sekarang.” luar.” Orang itu berseru pada salah satu petugas berseragam, melangkah cepat menuju pintu. ”Dan kau, lepaskan penyumpal rambutnya. Aku mengeluh—bukan karena ditinggalkan begitu saja dalam ”Biarkan borgol mereka tetap terpasang. Kalian berjaga di mulut gadis itu. Dia bisa berteriak semaunya sekarang.” luar.” Orang itu berseru pada salah satu petugas berseragam, melangkah cepat menuju pintu. ”Dan kau, lepaskan penyumpal rambutnya. Aku mengeluh—bukan karena ditinggalkan begitu saja dalam ”Biarkan borgol mereka tetap terpasang. Kalian berjaga di mulut gadis itu. Dia bisa berteriak semaunya sekarang.” luar.” Orang itu berseru pada salah satu petugas berseragam, Aku mengeluh—bukan karena ditinggalkan begitu saja dalam melangkah cepat menuju pintu. ”Dan kau, lepaskan penyumpal rambutnya. mulut gadis itu. Dia bisa berteriak semaunya sekarang.” ”Biarkan borgol mereka tetap terpasang. Kalian berjaga di Aku mengeluh—bukan karena ditinggalkan begitu saja dalam luar.” Orang itu berseru pada salah satu petugas berseragam, melangkah cepat menuju pintu. ”Dan kau, lepaskan penyumpal ruangan itu. Tapi mengeluh untuk dilepasnya penyumpal mulut mulut gadis itu. Dia bisa berteriak semaunya sekarang.” ”Biarkan borgol mereka tetap terpasang. Kalian berjaga di mengeluh untuk dilepasnya penyumpal mulut luar.” Orang itu berseru pada salah satu petugas berseragam, Aku mengeluh—bukan karena ditinggalkan begitu saja dalam melangkah cepat menuju pintu. ”Dan kau, lepaskan penyumpal mulut gadis itu. Dia bisa berteriak semaunya sekarang.” ”Biarkan borgol mereka tetap terpasang. Kalian berjaga di ruangan itu. Tapi mengeluh untuk dilepasnya penyumpal mulut luar.” Orang itu berseru pada salah satu petugas berseragam, Aku mengeluh—bukan karena ditinggalkan begitu saja dalam melangkah cepat menuju pintu. ”Dan kau, lepaskan penyumpal mulut gadis itu. Dia bisa berteriak semaunya sekarang.” ”Biarkan borgol mereka tetap terpasang. Kalian berjaga di ruangan itu. Tapi mengeluh untuk dilepasnya penyumpal mulut luar.” Orang itu berseru pada salah satu petugas berseragam, Aku mengeluh—bukan karena ditinggalkan begitu saja dalam melangkah cepat menuju pintu. ”Dan kau, lepaskan penyumpal ruangan itu. Tapi mengeluh untuk dilepasnya penyumpal mulut mulut gadis itu. Dia bisa berteriak semaunya sekarang.” ”Biarkan borgol mereka tetap terpasang. Kalian berjaga di Aku mengeluh—bukan karena ditinggalkan begitu saja dalam luar.” Orang itu berseru pada salah satu petugas berseragam, ruangan itu. Tapi mengeluh untuk dilepasnya penyumpal mulut melangkah cepat menuju pintu. ”Dan kau, lepaskan penyumpal mulut gadis itu. Dia bisa berteriak semaunya sekarang.” Persis seperti yang diduga, gadis wartawan itu segera Aku mengeluh—bukan karena ditinggalkan begitu saja dalam luar.” Orang itu berseru pada salah satu petugas berseragam, Maryam. seperti yang diduga, gadis wartawan itu segera melangkah cepat menuju pintu. ”Dan kau, lepaskan penyumpal ruangan itu. Tapi mengeluh untuk dilepasnya penyumpal mulut mulut gadis itu. Dia bisa berteriak semaunya sekarang.” Aku mengeluh—bukan karena ditinggalkan begitu saja dalam luar.” Orang itu berseru pada salah satu petugas berseragam, Maryam. Persis seperti yang diduga, gadis wartawan itu segera melangkah cepat menuju pintu. ”Dan kau, lepaskan penyumpal ruangan itu. Tapi mengeluh untuk dilepasnya penyumpal mulut mulut gadis itu. Dia bisa berteriak semaunya sekarang.” Aku mengeluh—bukan karena ditinggalkan begitu saja dalam luar.” Orang itu berseru pada salah satu petugas berseragam, Maryam. Persis seperti yang diduga, gadis wartawan itu segera melangkah cepat menuju pintu. ”Dan kau, lepaskan penyumpal ruangan itu. Tapi mengeluh untuk dilepasnya penyumpal mulut mulut gadis itu. Dia bisa berteriak semaunya sekarang.” Maryam. Persis seperti yang diduga, gadis wartawan itu segera Aku mengeluh—bukan karena ditinggalkan begitu saja dalam luar.” Orang itu berseru pada salah satu petugas berseragam, ruangan itu. Tapiseperti mengeluh untuk dilepasnya penyumpal mulut melangkah cepat menuju pintu. ”Dan kau, lepaskan lepaskan penyumpal Maryam. Persis yang diduga, gadis wartawan itu segera mulut gadis itu. Dia bisa berteriak semaunya sekarang.” Aku mengeluh—bukan karena ditinggalkan begitu saja dalam berseru-seru saat penutup mulutnya dilepas. Berusaha menjelas­ ruangan itu. Tapi mengeluh untuk dilepasnya penyumpal mulut melangkah cepat menuju pintu. ”Dan kau, penyumpal penutup mulutnya dilepas. Berusaha menjelas­ mulut itu. Dia bisa berteriak semaunya sekarang.” Maryam. Persis seperti diduga, gadis wartawan itu segera Aku mengeluh—bukan karena ditinggalkan begitu saja dalam ruangan itu. Tapi mengeluh untuk dilepasnya penyumpal mulut melangkah cepat menuju pintu. ”Dan kau, lepaskan berseru-seru saat penutup mulutnya dilepas. Berusaha menjelas­ mulut gadis itu. Dia bisayang berteriak semaunya sekarang.” Maryam. Persis seperti yang diduga, gadis wartawan itu segera Akugadis mengeluh—bukan karena ditinggalkan begitu penyumpal saja dalam ruangan itu. Tapi mengeluh untuk dilepasnya penyumpal mulut melangkah cepat menuju pintu. ”Dan kau, lepaskan penyumpal berseru-seru saat penutup mulutnya dilepas. Berusaha menjelas­ mulut gadis itu. Dia bisa berteriak semaunya sekarang.” Maryam. Persis seperti yang diduga, gadis wartawan itu segera Aku mengeluh—bukan karena ditinggalkan begitu saja dalam berseru-seru saat penutup mulutnya dilepas. Berusaha menjelas­ ruangan itu. Tapi mengeluh untuk dilepasnya penyumpal mulut melangkah cepat menuju pintu. ”Dan kau, lepaskan penyumpal Maryam. Persis seperti yang diduga, gadis wartawan itu segera mulut gadis itu. Dia bisa berteriak semaunya sekarang.” berseru-seru saat penutup mulutnya dilepas. Berusaha menjelas­ Aku mengeluh—bukan karena ditinggalkan begitu saja dalam ruangan itu. Tapi mengeluh untuk dilepasnya penyumpal mulut untuk kesekian kali bahwa dia wartawan resmi sebuah Maryam. Persis seperti yang diduga, gadis wartawan itu segera mulut gadis itu. Dia bisa berteriak semaunya sekarang.” kan kesekian kali bahwa dia wartawan resmi sebuah Aku mengeluh—bukan karena ditinggalkan begitu saja dalam berseru-seru saat penutup mulutnya dilepas. Berusaha menjelas­ ruangan itu. Tapi mengeluh untuk dilepasnya penyumpal mulut Maryam. Persis seperti yang diduga, gadis wartawan itu segera mulut gadis itu. Dia bisa berteriak semaunya sekarang.” kan untuk kesekian kali bahwa dia wartawan resmi sebuah Aku mengeluh—bukan karena ditinggalkan begitu saja dalam berseru-seru saat penutup mulutnya dilepas. Berusaha menjelas­ ruangan itu. Tapi mengeluh untuk dilepasnya penyumpal mulut Maryam. Persis seperti yang diduga, gadis wartawan itu segera mulut gadis itu. Dia bisa berteriak semaunya sekarang.” kan untuk kesekian kali bahwa dia wartawan resmi sebuah Aku mengeluh—bukan karena ditinggalkan begitu saja dalam berseru-seru saat penutup mulutnya dilepas. Berusaha menjelas­ ruangan itu. Tapi mengeluh untuk dilepasnya penyumpal mulut kan untuk kesekian kali bahwa dia wartawan resmi sebuah Maryam. Persis seperti yang diduga, gadis wartawan itu segera mulut gadis itu. Dia bisa berteriak semaunya sekarang.” berseru-seru saat penutup mulutnya dilepas. Berusaha menjelas­ Aku mengeluh—bukan karena ditinggalkan begitu saja dalam kan untuk kesekian kali bahwa dia wartawan resmi sebuah ruangan itu. Tapi mengeluh untuk dilepasnya penyumpal mulut Maryam. Persis seperti yang diduga, gadis wartawan itu segera mingguan terkemuka. Dia berada di tempat yang salah berseru-seru saat penutup mulutnya dilepas. Berusaha menjelas­ Aku mengeluh—bukan karena ditinggalkan begitu saja dalam review terkemuka. Dia berada di tempat yang salah ruangan itu. Tapi mengeluh untuk dilepasnya penyumpal mulut kan untuk kesekian kali bahwa dia wartawan resmi sebuah Maryam. Persis seperti yang diduga, gadis wartawan itu segera berseru-seru saat penutup mulutnya dilepas. Berusaha menjelas­ Aku mengeluh—bukan karena ditinggalkan begitu saja dalam review mingguan terkemuka. Dia berada di tempat yang salah ruangan itu. Tapi mengeluh untuk dilepasnya penyumpal mulut kan untuk kesekian kali bahwa dia wartawan resmi sebuah Maryam. Persis seperti yang diduga, gadis wartawan itu segera berseru-seru saat penutup mulutnya dilepas. Berusaha menjelas­ Aku mengeluh—bukan karena ditinggalkan begitu saja dalam review mingguan terkemuka. Dia berada di tempat yang salah ruangan itu. Tapi mengeluh untuk dilepasnya penyumpal mulut kan untuk kesekian kali bahwa dia wartawan resmi sebuah Maryam. Persis seperti yang diduga, gadis wartawan itu segera review mingguan terkemuka. Dia berada di tempat yang salah berseru-seru saat penutup mulutnya dilepas. Berusaha menjelas­ Aku mengeluh—bukan karena ditinggalkan begitu saja dalam kan untuk kesekian kali bahwa dia wartawan resmi sebuah ruangan itu. Tapi mengeluh untuk dilepasnya penyumpal mulut review mingguan terkemuka. Dia berada di tempat yang salah dan waktu yang salah. Sama sekali tidak mengenal kami. Pe­ Maryam. Persis seperti yang diduga, gadis wartawan itu segera berseru-seru saat penutup mulutnya dilepas. Berusaha menjelas­ kan untuk kesekian kali bahwa dia wartawan resmi sebuah ruangan itu. Tapi mengeluh untuk dilepasnya penyumpal mulut dan waktu yang salah. Sama sekali tidak mengenal kami. Pe­ Maryam. Persis seperti yang diduga, gadis wartawan itu segera review mingguan terkemuka. Dia berada di tempat yang salah berseru-seru saat penutup mulutnya dilepas. Berusaha menjelas­ kan untuk kesekian kali bahwa dia wartawan resmi sebuah ruangan itu. Tapi mengeluh untuk dilepasnya penyumpal mulut dan waktu yang salah. Sama sekali tidak mengenal kami. Pe­ Maryam. Persis seperti yang diduga, gadis wartawan itu segera review mingguan terkemuka. Dia berada di tempat yang salah berseru-seru saat penutup mulutnya dilepas. Berusaha menjelas­ kan untuk kesekian kali bahwa dia wartawan resmi sebuah ruangan itu. Tapi mengeluh untuk dilepasnya penyumpal mulut dan waktu yang salah. Sama sekali tidak mengenal kami. Pe­ Maryam. Persis seperti yang diduga, gadis wartawan itu segera review mingguan terkemuka. Dia berada di tempat yang salah berseru-seru saat penutup mulutnya dilepas. Berusaha menjelas­ dan waktu yang salah. Sama sekali tidak mengenal kami. Pe­ kan untuk kesekian kali bahwa dia wartawan resmi sebuah ruangan itu. Tapi mengeluh untuk dilepasnya penyumpal mulut review mingguan terkemuka. Dia berada di tempat yang salah Maryam. Persis seperti yang diduga, gadis wartawan itu segera tugas berseragam taktis justru kasar mendorong Maryam kem­ dan waktu yang salah. Sama sekali tidak mengenal kami. Pe­ berseru-seru saat penutup mulutnya dilepas. Berusaha menjelas­ kan untuk kesekian kali bahwa dia wartawan resmi sebuah review mingguan terkemuka. Dia berada di tempat yang salah Maryam. Persis seperti yang diduga, gadis wartawan itu segera tugas berseragam taktis justru kasar mendorong Maryam kem­ berseru-seru saat penutup mulutnya dilepas. Berusaha menjelas­ dan waktu yang salah. Sama sekali tidak mengenal kami. Pe­ kan untuk kesekian kali bahwa dia wartawan resmi sebuah review mingguan terkemuka. Dia berada di tempat yang salah Maryam. Persis seperti yang diduga, gadis wartawan itu segera tugas berseragam taktis justru kasar mendorong Maryam kem­ berseru-seru saat penutup mulutnya dilepas. Berusaha menjelas­ dan waktu yang salah. Sama sekali tidak mengenal kami. Pe­ kan untuk kesekian kali bahwa dia wartawan resmi sebuah review mingguan terkemuka. Dia berada di tempat yang salah Maryam. Persis seperti yang diduga, gadis wartawan itu segera tugas berseragam taktis justru kasar mendorong Maryam kem­ berseru-seru saat penutup mulutnya dilepas. Berusaha menjelas­ dan waktu yang salah. Sama sekali tidak mengenal kami. Pe­ kan untuk kesekian kali bahwa dia wartawan resmi sebuah tugas berseragam taktis justru kasar mendorong Maryam kem­ review mingguan terkemuka. Dia berada di tempat yang salah Maryam. Persis seperti yang diduga, gadis wartawan itu segera dan waktu yang salah. Sama sekali tidak mengenal kami. Pe­ berseru-seru saat penutup mulutnya dilepas. Berusaha menjelas­ bali duduk, lantas bergegas melangkah keluar, menutup pintu tugas berseragam taktis justru kasar mendorong Maryam kem­ kan untuk kesekian kali bahwa dia wartawan resmi sebuah review mingguan terkemuka. Dia berada di tempat yang salah dan waktu yang salah. Sama sekali tidak mengenal kami. Pe­ berseru-seru saat penutup mulutnya dilepas. Berusaha menjelas­ bali duduk, lantas bergegas melangkah keluar, menutup pintu kan untuk kesekian kali bahwa dia wartawan resmi sebuah tugas berseragam taktis justru kasar mendorong Maryam kem­ review mingguan terkemuka. Dia berada di tempat yang salah dan waktu yang salah. Sama sekali tidak mengenal kami. Pe­ berseru-seru saat penutup mulutnya dilepas. Berusaha menjelas­ bali duduk, lantas bergegas melangkah keluar, menutup pintu kan untuk kesekian kali bahwa dia wartawan resmi sebuah tugas berseragam taktis justru kasar mendorong Maryam kem­ review mingguan terkemuka. Dia berada di tempat yang salah dan waktu yang salah. Sama sekali tidak mengenal kami. Pe­ berseru-seru saat penutup mulutnya dilepas. Berusaha menjelas­ bali duduk, lantas bergegas melangkah keluar, menutup pintu kan untuk kesekian kali bahwa dia wartawan resmi sebuah tugas berseragam taktis justru kasar mendorong Maryam kem­ review mingguan terkemuka. Dia berada di tempat yang salah bali duduk, lantas bergegas melangkah keluar, menutup pintu dan waktu yang salah. Sama sekali tidak mengenal kami. Pe­ berseru-seru saat penutup mulutnya dilepas. Berusaha menjelas­ tugas berseragam taktis justru kasar mendorong Maryam kem­ kan untuk kesekian kali bahwa dia wartawan resmi sebuah ruangan yang otomatis langsung terkunci, menyisakan teriakanbali duduk, lantas bergegas melangkah keluar, menutup pintu review mingguan terkemuka. Dia berada di tempat yang salah dan waktu yang salah. Sama sekali tidak mengenal kami. Pe­ tugas berseragam taktis justru kasar mendorong Maryam kem­ kan untuk kesekian kali bahwa dia wartawan resmi sebuah ruangan yang otomatis langsung terkunci, menyisakan teriakanreview mingguan terkemuka. Dia berada di tempat yang salah bali duduk, lantas bergegas melangkah keluar, menutup pintu dan waktu yang salah. Sama sekali tidak mengenal kami. Pe­ tugas berseragam taktis justru kasar mendorong Maryam kem­ kan untuk kesekian kali bahwa dia wartawan resmi sebuah ruangan yang otomatis langsung terkunci, menyisakan teriakanreview mingguan terkemuka. Dia berada di tempat yang salah bali duduk, lantas bergegas melangkah keluar, menutup pintu dan waktu yang salah. Sama sekali tidak mengenal kami. Pe­ tugas berseragam taktis justru kasar mendorong Maryam kem­ kan untuk kesekian kali bahwa dia wartawan resmi sebuah ruangan yang otomatis langsung terkunci, menyisakan teriakanreview mingguan terkemuka. Dia berada di tempat yang salah bali duduk, lantas bergegas melangkah keluar, menutup pintu dan waktu yang salah. Sama sekali tidak mengenal kami. Pe­ ruangan yang otomatis langsung terkunci, menyisakan teriakantugas berseragam taktis justru kasar mendorong Maryam kem­ kan untuk kesekian kali bahwa dia wartawan resmi sebuah bali duduk, lantas bergegas melangkah keluar, menutup pintu review mingguan terkemuka. Dia berada di tempat yang salah teriakan Maryam. ruangan yang otomatis langsung terkunci, menyisakan teriakandan waktu yang salah. Sama sekali tidak mengenal kami. Pe­ tugas berseragam taktis justru kasar mendorong Maryam kem­ bali duduk, lantas bergegas melangkah keluar, menutup pintu review mingguan terkemuka. Dia berada di tempat yang salah teriakan Maryam. dan waktu yang salah. Sama sekali tidak mengenal kami. Pe­ ruangan yang otomatis langsung terkunci, menyisakan teriakantugas berseragam taktis justru kasar mendorong Maryam kem­ bali duduk, lantas bergegas melangkah keluar, menutup pintu review mingguan terkemuka. Dia berada di tempat yang salah teriakan Maryam. dan waktu yang salah. Sama sekali tidak mengenal kami. Pe­ ruangan yang otomatis langsung terkunci, menyisakan teriakantugas berseragam taktis justru kasar mendorong Maryam kem­ bali duduk, lantas bergegas melangkah keluar, menutup pintu review mingguan terkemuka. Dia berada di tempat yang salah teriakan Maryam. dan waktu yang salah. Sama sekali tidak mengenal kami. Pe­ ruangan yang otomatis langsung terkunci, menyisakan teriakantugas berseragam taktis justru kasar mendorong Maryam kem­ teriakan Maryam. bali duduk, lantas bergegas melangkah keluar, menutup pintu review mingguan terkemuka. Dia berada di tempat yang salah ruangan yang otomatis langsung terkunci, menyisakan teriakandan waktu yang salah. Sama sekali tidak mengenal kami. Pe­ Aku mengembuskan napas panjang. Urusan ini semakin ru­ teriakan Maryam. tugas berseragam taktis justru kasar mendorong Maryam kem­ bali duduk, lantas bergegas melangkah keluar, menutup pintu ruangan yang otomatis langsung terkunci, menyisakan teriakandan waktu yang salah. Sama sekali tidak mengenal kami. Pe­ Aku mengembuskan napas panjang. Urusan ini semakin ru­ tugas berseragam taktis justru kasar mendorong Maryam kem­ teriakan Maryam. bali duduk, lantas bergegas melangkah keluar, menutup pintu ruangan yang otomatis langsung terkunci, menyisakan teriakandan waktu yang salah. Sama sekali tidak mengenal kami. Pe­ Aku mengembuskan napas panjang. Urusan ini semakin ru­ tugas berseragam taktis justru kasar mendorong Maryam kem­ teriakan Maryam. bali duduk, lantas bergegas melangkah keluar, menutup pintu ruangan yang otomatis langsung terkunci, menyisakan teriakandan waktu yang salah. Sama sekali tidak mengenal kami. Pe­ Aku mengembuskan napas panjang. Urusan ini semakin ru­ tugas berseragam taktis justru kasar mendorong Maryam kem­ teriakan Maryam. bali duduk, lantas bergegas melangkah keluar, menutup pintu Aku mengembuskan napas panjang. Urusan ini semakin ru­ ruangan yang otomatis langsung terkunci, menyisakan teriakandan waktu yang salah. Sama sekali tidak mengenal kami. Pe­ teriakan Maryam. tugas berseragam taktis justru kasar mendorong Maryam kem­ mit. Aku mengembuskan napas panjang. Urusan ini semakin ru­ bali duduk, lantas bergegas melangkah keluar, menutup pintu ruangan yang otomatis langsung terkunci, menyisakan teriakanteriakan Maryam. tugas berseragam taktis justru kasar mendorong Maryam kem­ mit. bali duduk, lantas bergegas melangkah keluar, menutup pintu Aku mengembuskan napas panjang. Urusan ini semakin ru­ ruangan yang otomatis langsung terkunci, menyisakan teriakanteriakan Maryam. tugas berseragam taktis justru kasar mendorong Maryam kem­ mit. bali duduk, lantas bergegas melangkah keluar, menutup pintu Aku mengembuskan napas panjang. Urusan ini semakin ru­ ruangan yang otomatis langsung terkunci, menyisakan teriakanteriakan Maryam. tugas berseragam taktis justru kasar mendorong Maryam kem­ mit. bali duduk, lantas bergegas melangkah keluar, menutup pintu Aku mengembuskan napas panjang. Urusan ini semakin ru­ ruangan yang otomatis langsung terkunci, menyisakan teriakanmit. teriakan Maryam. tugas berseragam taktis justru kasar mendorong Maryam kem­ Aku mengembuskan napas panjang. Urusan ini semakin ru­ bali duduk, lantas bergegas melangkah keluar, menutup pintu mit. ruangan yang otomatis langsung terkunci, menyisakan teriakanteriakan Maryam. Aku mengembuskan napas panjang. Urusan ini semakin ru­ bali duduk, lantas bergegas melangkah keluar, menutup pintu ruangan yang otomatis langsung terkunci, menyisakan teriakanmit. teriakan Maryam. Aku mengembuskan napas panjang. Urusan ini semakin ru­ bali duduk, lantas bergegas melangkah keluar, menutup pintu ruangan yang otomatis langsung terkunci, menyisakan teriakanmit. teriakan Maryam. Aku mengembuskan napas panjang. Urusan ini semakin ru­ bali duduk, lantas bergegas melangkah keluar, menutup pintu ruangan yang otomatis langsung terkunci, menyisakan teriakanmit. teriakan Maryam. Aku mengembuskan napas panjang. Urusan ini semakin ru­ bali duduk, lantas bergegas melangkah keluar, menutup pintu mit. ruangan yang otomatis langsung terkunci, menyisakan teriakanteriakan Maryam. Aku mengembuskan napas panjang. Urusan ini semakin ru­ mit. ruangan yang otomatis langsung terkunci, menyisakan teriakanteriakan Maryam. Aku mengembuskan napas panjang. Urusan ini semakin ru­ mit. ruangan yang otomatis langsung terkunci, menyisakan teriakanteriakan Maryam. Aku mengembuskan napas panjang. Urusan ini semakin ru­ mit.



Episode 8



A A Satu Panggilan Telepon A A A A A A



KU membiarkan Maryam melampiaskan marah dan frus­ KU membiarkan Maryam melampiaskan marah dan frus­ KU membiarkan Maryam melampiaskan marah dan frus­ KU membiarkan Maryam melampiaskan marah dan frus­ KU membiarkan Maryam melampiaskan marah dan frus­ trasinya selama lima menit—dia membutuhkan waktu selama KU membiarkan Maryam melampiaskan marah dan frus­ trasinya selama lima menit—dia membutuhkan waktu selama KU membiarkan Maryam melampiaskan marah dan frus­ trasinya selama lima menit—dia membutuhkan waktu selama KU membiarkan Maryam melampiaskan marah dan frus­ trasinya selama lima menit—dia membutuhkan waktu selama KU membiarkan Maryam melampiaskan marah dan frus­ trasinya selama lima menit—dia membutuhkan waktu selama KU membiarkan Maryam melampiaskan marah dan frus­ itu. Maryam berseru-seru memanggil petugas dan memukul pin­ trasinya selama lima menit—dia membutuhkan waktu selama KU membiarkan Maryam melampiaskan marah dan frus­ itu. Maryam berseru-seru memanggil petugas dan memukul pin­ trasinya selama lima menit—dia membutuhkan waktu selama KU membiarkan Maryam melampiaskan marah dan frus­ itu. Maryam berseru-seru memanggil petugas dan memukul pin­ trasinya selama lima menit—dia membutuhkan waktu selama KU membiarkan Maryam melampiaskan marah dan frus­ itu. Maryam berseru-seru memanggil petugas dan memukul pin­ trasinya selama lima menit—dia membutuhkan waktu selama KU membiarkan Maryam melampiaskan marah dan frus­ itu. Maryam berseru-seru memanggil petugas dan memukul pin­ trasinya selama lima menit—dia membutuhkan waktu selama tu ruangan. Semua sia-sia, petugas di luar ruangan bergeming KU membiarkan Maryam melampiaskan marah dan frus­ itu. Maryam berseru-seru memanggil petugas dan memukul pin­ trasinya selama lima menit—dia membutuhkan waktu selama tu ruangan. Semua sia-sia, petugas di luar ruangan bergeming KU membiarkan Maryam melampiaskan marah dan frus­ itu. Maryam berseru-seru memanggil petugas dan memukul pin­ trasinya selama lima menit—dia membutuhkan waktu selama tu ruangan. Semua sia-sia, petugas di luar ruangan bergeming itu. Maryam berseru-seru memanggil petugas dan memukul pin­ trasinya selama lima menit—dia membutuhkan waktu selama tu ruangan. Semua sia-sia, petugas di luar ruangan bergeming itu. Maryam berseru-seru memanggil petugas dan memukul pin­ trasinya selama lima menit—dia membutuhkan waktu selama tu ruangan. Semua sia-sia, petugas di luar ruangan bergeming itu. Maryam berseru-seru memanggil petugas dan memukul pin­ mendengarkan. Opa di sebelahku terbatuk panjang, menyandar­ trasinya selama lima menit—dia membutuhkan waktu selama tu ruangan. Semua sia-sia, petugas di luar ruangan bergeming itu. Maryam berseru-seru memanggil petugas dan memukul pin­ mendengarkan. Opa di sebelahku terbatuk panjang, menyandar­ trasinya selama lima menit—dia membutuhkan waktu selama tu ruangan. Semua sia-sia, petugas di luar ruangan bergeming itu. Maryam berseru-seru memanggil petugas dan memukul pin­ mendengarkan. Opa di sebelahku terbatuk panjang, menyandar­ tu ruangan. Semua sia-sia, petugas di luar ruangan bergeming itu. Maryam berseru-seru memanggil petugas dan memukul pin­ mendengarkan. Opa di sebelahku terbatuk panjang, menyandar­ tu ruangan. Semua sia-sia, petugas di luar ruangan bergeming itu. Maryam berseru-seru memanggil petugas dan memukul pin­ mendengarkan. Opa di sebelahku terbatuk panjang, menyandar­ tu ruangan. Semua sia-sia, petugas di luar ruangan bergeming kan punggungnya ke kursi, mengurut dadanya sendiri, memilih itu. Maryam berseru-seru memanggil petugas dan memukul pin­ mendengarkan. Opa di sebelahku terbatuk panjang, menyandar­ tu ruangan. Semua sia-sia, petugas di luar ruangan bergeming kan punggungnya ke kursi, mengurut dadanya sendiri, memilih itu. Maryam berseru-seru memanggil petugas dan memukul pin­ mendengarkan. Opa di sebelahku terbatuk panjang, menyandar­ tu ruangan. Semua sia-sia, petugas di luar ruangan bergeming kan punggungnya ke kursi, mengurut dadanya sendiri, memilih mendengarkan. Opa di sebelahku terbatuk panjang, menyandar­ tu ruangan. Semua sia-sia, petugas di luar ruangan bergeming kan punggungnya ke kursi, mengurut dadanya sendiri, memilih mendengarkan. Opa di sebelahku terbatuk panjang, menyandar­ tu ruangan. Semua sia-sia, petugas di luar ruangan bergeming kan punggungnya ke kursi, mengurut dadanya sendiri, memilih mendengarkan. Opa di sebelahku terbatuk panjang, menyandar­ tidak banyak bertanya—toh, aku juga belum bisa menjelaskan tu ruangan. Semua sia-sia, petugas didadanya luar ruangan bergeming kan punggungnya ke kursi, mengurut sendiri, memilih mendengarkan. Opa di sebelahku terbatuk panjang, menyandar­ tidak banyak bertanya—toh, aku juga belum bisa menjelaskan tu ruangan. Semua sia-sia, petugas di luar ruangan bergeming kan punggungnya ke mengurut dadanya sendiri, memilih mendengarkan. Opa di sebelahku terbatuk panjang, menyandar­ tidak banyak bertanya—toh, aku juga belum bisa menjelaskan kan punggungnya ke kursi, mengurut dadanya sendiri, memilih mendengarkan. Opa dikursi, sebelahku terbatuk panjang, menyandar­ tidak banyak bertanya—toh, aku juga belum bisa menjelaskan kan punggungnya ke kursi, mengurut dadanya sendiri, memilih mendengarkan. Opa di sebelahku terbatuk panjang, menyandar­ tidak banyak bertanya—toh, aku juga belum bisa menjelaskan kan punggungnya ke kursi, mengurut dadanya sendiri, memilih apa yang terjadi. Kadek terus menunduk, menatap meja besar, mendengarkan. Opa di sebelahku terbatuk panjang, menyandar­ tidak banyak bertanya—toh, aku juga belum bisa menjelaskan kan punggungnya ke kursi, mengurut dadanya sendiri, memilih apa yang terjadi. Kadek terus menunduk, menatap meja besar, mendengarkan. Opa di sebelahku terbatuk panjang, menyandar­ tidak banyak bertanya—toh, aku juga belum bisa menjelaskan kan punggungnya ke kursi, mengurut dadanya sendiri, memilih apa yang terjadi. Kadek terus menunduk, menatap meja besar, tidak banyak bertanya—toh, aku juga belum bisa menjelaskan kan punggungnya ke kursi, mengurut dadanya sendiri, memilih apa yang terjadi. Kadek terus menunduk, menatap meja besar, tidak banyak bertanya—toh, aku juga belum bisa menjelaskan kan punggungnya ke kursi, mengurut dadanya sendiri, memilih apa yang terjadi. Kadek terus menunduk, menatap meja besar, tidak banyak bertanya—toh, aku juga belum bisa menjelaskan mendengus, entah sedang memikirkan apa. Dia tidak perlu men­ kan punggungnya ke kursi, mengurut dadanya sendiri, memilih apa yang terjadi. Kadek terus menunduk, menatap meja besar, tidak banyak bertanya—toh, aku juga belum bisa menjelaskan mendengus, entah sedang memikirkan apa. Dia tidak perlu men­ kan punggungnya ke kursi, mengurut dadanya sendiri, memilih apa yang terjadi. Kadek terus menunduk, menatap meja besar, tidak banyak bertanya—toh, aku juga belum bisa menjelaskan mendengus, entah sedang memikirkan apa. Dia tidak perlu men­ apa yang terjadi. Kadek terus menunduk, menatap meja besar, tidak banyak bertanya—toh, aku juga belum bisa menjelaskan mendengus, entah sedang memikirkan apa. Dia tidak perlu men­ apa yang terjadi. Kadek terus menunduk, menatap meja besar, tidak banyak bertanya—toh, aku juga belum bisa menjelaskan mendengus, entah sedang memikirkan apa. Dia tidak perlu men­ apa yang terjadi. Kadek terus menunduk, menatap meja besar, jelaskan apa pun. Aku percaya penuh pada Kadek. Barang-ba­ tidak banyak bertanya—toh, aku juga belum bisa menjelaskan mendengus, entah sedang memikirkan apa. Dia tidak perlu men­ apa yang terjadi. Kadek terus menunduk, menatap meja besar, jelaskan apa pun. Aku percaya penuh pada Kadek. Barang-ba­ tidak banyak bertanya—toh, aku juga belum bisa menjelaskan mendengus, entah sedang memikirkan apa. Dia tidak perlu men­ apa yang terjadi. Kadek terus menunduk, menatap meja besar, jelaskan apa pun. Aku percaya penuh pada Kadek. Barang-ba­ mendengus, entah sedang memikirkan apa. Dia tidak perlu men­ apa yang terjadi. Kadek terus menunduk, menatap meja besar, jelaskan apa pun. Aku percaya penuh pada Kadek. Barang-ba­ mendengus, entah sedang memikirkan apa. Dia tidak perlu men­ apa yang terjadi. Kadek terus menunduk, menatap meja besar, jelaskan apa pun. Aku percaya penuh pada Kadek. Barang-ba­ mendengus, entah sedang memikirkan apa. Dia tidak perlu men­ rang itu jelas masuk ke kapal tanpa sepengetahuan Kadek. apa yang terjadi. Kadek terus menunduk, menatap meja besar, jelaskan apa pun. Aku percaya penuh pada Kadek. Barang-ba­ mendengus, entah sedang memikirkan apa. Dia tidak perlu men­ rang itu jelas masuk ke kapal tanpa sepengetahuan Kadek. apa yang terjadi. Kadek terus menunduk, menatap meja besar, jelaskan apa pun. Aku percaya penuh pada Kadek. Barang-ba­ mendengus, entah sedang memikirkan apa. Dia tidak perlu men­ rang itu jelas masuk ke kapal tanpa sepengetahuan Kadek. jelaskan apa pun. Aku percaya penuh pada Kadek. Barang-ba­ mendengus, entah sedang memikirkan apa. Dia tidak perlu men­ rang itu jelas masuk ke kapal tanpa sepengetahuan Kadek. jelaskan apa pun. Aku percaya penuh pada Kadek. Barang-ba­ mendengus, entah sedang memikirkan apa. Dia tidak perlu men­ rang itu jelas masuk ke kapal tanpa sepengetahuan Kadek. jelaskan apa pun. Aku percaya penuh pada Kadek. Barang-ba­ Aku berdiri perlahan, melangkah ke dinding ruangan yang mendengus, entah sedang memikirkan apa. Dia tidak perlu men­ rang itu jelas masuk ke kapal tanpa sepengetahuan Kadek. jelaskan apa pun. Aku percaya penuh pada Kadek. Barang-ba­ Aku berdiri perlahan, melangkah ke dinding ruangan yang mendengus, entah sedang memikirkan apa. Dia tidak perlu men­ rang itu jelas masuk ke kapal tanpa sepengetahuan Kadek. jelaskan apa pun. Aku percaya penuh pada Kadek. Barang-ba­ Aku berdiri perlahan, melangkah ke dinding ruangan yang rang itu jelas masuk ke kapal tanpa sepengetahuan Kadek. jelaskan apa pun. Aku percaya penuh pada Kadek. Barang-ba­ Aku berdiri perlahan, melangkah ke dinding ruangan yang rang itu jelas masuk ke kapal tanpa sepengetahuan Kadek. KU membiarkan Maryam melampiaskan marah dan f jelaskan apa pun. Aku percaya penuh pada Kadek. Barang-ba­ Aku berdiri perlahan, melangkah ke dinding ruangan yang rang itu jelas masuk ke kapal tanpa sepengetahuan Kadek. menghadap jalan dengan jendela kaca tebal dan tirai berwarna jelaskan apa pun. Aku percaya penuh pada Kadek. Barang-ba­ Aku berdiri perlahan, melangkah ke dinding ruangan yang rang itu jelas masuk ke kapal tanpa sepengetahuan Kadek. menghadap jalan dengan jendela kaca tebal dan tirai berwarna jelaskan apa pun. Aku percaya penuh pada Kadek. Barang-ba­ Aku berdiri perlahan, melangkah ke dinding ruangan yang rang itu jelas masuk ke kapal tanpa sepengetahuan Kadek. menghadap jalan dengan jendela kaca tebal dan tirai berwarna Aku berdiri perlahan, melangkah ke dinding ruangan yang rang itu jelas masuk ke kapal tanpa sepengetahuan Kadek. menghadap jalan dengan jendela kaca tebal dan tirai berwarna Aku berdiri perlahan, melangkah ke dinding ruangan yang rang itu jelas masuk ke kapal tanpa sepengetahuan Kadek. menghadap jalan dengan jendela kaca tebal dan tirai berwarna Aku berdiri perlahan, melangkah ke dinding ruangan yang krem. tidak besar, lebar setengah meter, tinggi satu nya selama lima menit—dia membutuhkan waktu sel rang ituJendelanya jelasjalan masuk ke kapal kapal tanpa sepengetahuan Kadek. menghadap dengan jendela kaca tebal dan tirai berwarna Aku berdiri perlahan, melangkah ke dinding ruangan yang krem. Jendelanya tidak besar, lebar setengah meter, tinggi satu rang itu jelas masuk ke tanpa sepengetahuan Kadek. menghadap jalan dengan jendela kaca tebal dan tirai berwarna Aku berdiri perlahan, melangkah ke dinding ruangan yang krem. Jendelanya tidak besar, lebar setengah meter, tinggi satu menghadap jalan dengan jendela kaca tebal dan tirai berwarna Aku berdiri perlahan, melangkah ke dinding ruangan yang krem. Jendelanya tidak besar, lebar setengah meter, tinggi satu menghadap jalan dengan jendela kaca tebal dan tirai berwarna Aku berdiri perlahan, melangkah ke dinding ruangan yang krem. Jendelanya tidak besar, lebar setengah meter, tinggi satu menghadap jalan dengan jendela kaca tebal dan tirai berwarna setengah meter. Aku menyibak tirai. Kami berada di lantai 15. AkuJendelanya berdiri perlahan, melangkah ke dinding ruangan yang krem. tidak besar, lebar setengah meter, tinggi satu menghadap jalan dengan jendela kaca tebal dan tirai berwarna setengah meter. Aku menyibak tirai. Kami berada di lantai 15. Maryam berseru-seru memanggil petugas dan Aku berdiri melangkah ke dinding ruangan yang krem. Jendelanya tidak besar, lebar setengah meter, tinggi satu menghadap jalanperlahan, dengan jendela kaca tebal dan tirai berwarna setengah meter. Aku menyibak tirai. Kami berada dimemukul lantai 15. krem. Jendelanya tidak besar, lebar setengah meter, tinggi satu menghadap jalan dengan jendela kaca tebal dan tirai berwarna setengah meter. Aku menyibak tirai. Kami berada di lantai 15. krem. Jendelanya tidak besar, lebar setengah meter, tinggi satu menghadap jalan dengan jendela kaca tebal dan tirai berwarna setengah meter. Aku menyibak tirai. Kami berada di lantai 15. krem. Jendelanya tidak besar, lebar setengah meter, tinggi satu Dengan jendela sekecil ini, jalanan di bawah sana tidak terlihat. menghadap jalan dengan jendela kaca tebal dan tirai berwarna setengah meter. Aku menyibak tirai. Kami berada di lantai 15. krem. Jendelanya tidak besar, lebar setengah meter, tinggi satu Dengan jendela sekecil ini, jalanan di bawah sana tidak terlihat. menghadap jalan dengan jendela kaca tebal dan tirai berwarna setengah meter. Aku menyibak tirai. Kami berada di lantai 15. uangan. Semua sia-sia, petugas di luar ruangan bergem krem. Jendelanya tidak besar, lebar setengah meter, tinggi satu Dengan jendela sekecil ini, jalanan di bawah sana tidak terlihat. setengah meter. Aku menyibak tirai. Kami berada di lantai 15. krem. Jendelanya tidak besar, lebar setengah meter, tinggi satu Dengan jendela sekecil ini, jalanan di bawah sana tidak terlihat. setengah meter. Aku menyibak tirai. Kami berada di lantai 15. krem. Jendelanya tidak besar, lebar setengah meter, tinggi satu Dengan jendela sekecil ini, jalanan di bawah sana tidak terlihat. setengah meter. Aku menyibak tirai. Kami berada di lantai 15. krem. Jendelanya tidak besar, lebar setengah meter, tinggi satu Dengan jendela sekecil ini, jalanan di bawah sana tidak terlihat. setengah meter. Aku menyibak tirai. Kami berada di lantai 15. krem. Jendelanya tidak besar, lebar setengah meter, tinggi satu Dengan jendela sekecil ini, jalanan di bawah sana tidak terlihat. setengah meter. Aku menyibak tirai. Kami berada di lantai 15. Dengan jendela sekecil ini, jalanan di bawah sana tidak terlihat. 77 dengarkan. Opa di sebelahku terbatuk panjang, menyan setengah meter. Aku menyibak tirai. Kami berada di lantai 15. Dengan jendela sekecil ini, jalanan di bawah sana tidak terlihat. 77 setengah meter. Aku menyibak tirai. Kami berada di lantai 15. Dengan jendela sekecil ini, jalanan di bawah sana tidak terlihat. 77 setengah meter. Aku menyibak tirai. Kami berada di lantai 15. Dengan jendela sekecil ini, jalanan di bawah sana tidak terlihat. 77 setengah meter. Aku menyibak tirai. Kami berada di lantai 15. Dengan jendela sekecil ini, jalanan di bawah sana tidak terlihat. 77 Dengan jendela sekecil ini, jalanan di bawah sana tidak terlihat. 77 punggungnya ke kursi, mengurut dadanya sendiri, mem Dengan jendela sekecil ini, jalanan di bawah sana tidak terlihat. 77 Dengan jendela sekecil ini, jalanan di bawah sana tidak terlihat. 77 Dengan jendela sekecil ini, jalanan di bawah sana tidak terlihat. 77 77 77 kungbanyak bertanya—toh, aku juga belum bisa menjela 77 Tanduk.indd 77 3/6/201 77 ung Tanduk.indd 77 3/6/201 77



A



tuanya kusam. Dinding-dindingnya sudah dikelupas, tinggal ke­ penghancuran tower yang berada persis di seberang. Bangunan Hanya pucuk gedung-gedung yang terlihat, terhalang proyek bola baja di ujung belalainya, untuk mengelupas dinding gedung. Sebuah crane besar berdiri di depan gedung tua itu, dengan setinggi 30 lantai, siap diruntuhkan. rangka gedung tuanya kusam. Dinding-dindingnya sudah dikelupas, tinggal ke­ penghancuran tower yang berada persis di seberang. Bangunan Hanya pucuk gedung-gedung yang terlihat, terhalang proyek bola baja di ujung belalainya, untuk mengelupas dinding gedung. Sebuah crane besar berdiri di depan gedung tua itu, dengan setinggi 30 lantai, siap diruntuhkan. rangka gedung tuanya kusam. Dinding-dindingnya sudah dikelupas, tinggal ke­ penghancuran tower yang berada persis di seberang. Bangunan Hanya pucuk gedung-gedung yang terlihat, terhalang proyek bola baja di ujung belalainya, untuk mengelupas dinding gedung. Sebuah crane besar berdiri di depan gedung tua itu, dengan setinggi 30 lantai, siap diruntuhkan. rangka gedung tuanya kusam. Dinding-dindingnya sudah dikelupas, tinggal ke­ penghancuran tower yang berada persis di seberang. Bangunan Hanya pucuk gedung-gedung yang terlihat, terhalang proyek bola baja di ujung belalainya, untuk mengelupas dinding gedung. Sebuah crane besar berdiri di depan gedung tua itu, dengan setinggi 30 lantai, siap diruntuhkan. rangka gedung tuanya kusam. Dinding-dindingnya sudah dikelupas, tinggal ke­ penghancuran tower yang berada persis di seberang. Bangunan Hanya itu yang bisa kulihat dari jendela. Langit Hong Kong bola baja di ujung belalainya, untuk mengelupas dinding gedung. Sebuah crane besar berdiri di depan gedung tua itu, dengan setinggi 30 lantai, siap diruntuhkan. rangka gedung tuanya kusam. Dinding-dindingnya sudah dikelupas, tinggal ke­ penghancuran tower yang berada persis di seberang. Bangunan Hanya itu yang bisa kulihat dari jendela. Langit Hong Kong bola baja di ujung belalainya, untuk mengelupas dinding gedung. Sebuah crane besar berdiri di depan gedung tua itu, dengan setinggi 30 lantai, siap diruntuhkan. rangka gedung tuanya kusam. Dinding-dindingnya sudah dikelupas, tinggal ke­ penghancuran tower yang berada persis di seberang. Bangunan Hanya itu yang bisa kulihat dari jendela. Langit Hong Kong bola baja di ujung belalainya, untuk mengelupas dinding gedung. Sebuah crane besar berdiri di depan gedung tua itu, dengan setinggi 30 lantai, siap diruntuhkan. rangka gedung tuanya kusam. Dinding-dindingnya sudah dikelupas, tinggal ke­ penghancuran tower yang berada persis di seberang. Bangunan Hanya itu yang bisa kulihat dari jendela. Langit Hong Kong bola baja di ujung belalainya, untuk mengelupas dinding gedung. Sebuah crane besar berdiri di depan gedung tua itu, dengan setinggi 30 lantai, siap diruntuhkan. rangka gedung tuanya kusam. Dinding-dindingnya sudah dikelupas, tinggal ke­ penghancuran tower yang berada persis di seberang. Bangunan Hanya itu yang bisa kulihat dari jendela. Langit Hong Kong bola baja di ujung belalainya, untuk mengelupas dinding gedung. Sebuah crane besar berdiri di depan gedung tua itu, dengan setinggi 30 lantai, siap diruntuhkan. rangka gedung tuanya kusam. Dinding-dindingnya sudah dikelupas, tinggal ke­ mendung. Awan gelap menutupi langit sejauh mata memandang. Hanya itu yang bisa kulihat dari jendela. Langit Hong Kong bola baja di ujung belalainya, untuk mengelupas dinding gedung. Sebuah crane besar berdiri di depan gedung tua itu, dengan setinggi 30 lantai, siap diruntuhkan. rangka gedung tuanya kusam. Dinding-dindingnya sudah dikelupas, tinggal ke­ mendung. Awan gelap menutupi langit sejauh mata memandang. Hanya itu yang bisa kulihat dari jendela. Langit Hong Kong bola baja di ujung belalainya, untuk mengelupas dinding gedung. Sebuah crane besar berdiri di depan gedung tua itu, dengan setinggi 30 lantai, siap diruntuhkan. rangka gedung tuanya kusam. Dinding-dindingnya sudah dikelupas, tinggal ke­ mendung. Awan gelap menutupi langit sejauh mata memandang. Hanya itu yang bisa kulihat dari jendela. Langit Hong Kong bola baja di ujung belalainya, untuk mengelupas dinding gedung. Sebuah crane besar berdiri di depan gedung tua itu, dengan setinggi 30 lantai, siap diruntuhkan. rangka gedung tuanya kusam. Dinding-dindingnya sudah dikelupas, tinggal ke­ mendung. Awan gelap menutupi langit sejauh mata memandang. Hanya itu yang bisa kulihat dari jendela. Langit Hong Kong bola baja di ujung belalainya, untuk mengelupas dinding gedung. Sebuah crane besar berdiri di depan gedung tua itu, dengan setinggi 30 lantai, siap diruntuhkan. rangka gedung tuanya kusam. Dinding-dindingnya sudah dikelupas, tinggal ke­ mendung. Awan gelap menutupi langit sejauh mata memandang. Hanya itu yang bisa kulihat dari jendela. Langit Hong Kong bola baja di ujung belalainya, untuk mengelupas dinding gedung. Sebuah crane besar berdiri di depan gedung tua itu, dengan setinggi 30 lantai, siap diruntuhkan. rangka gedung Aku mengembuskan napas, tidak banyak informasi yang bisa mendung. Awan gelap menutupi langit sejauh mata memandang. Hanya itu yang bisa kulihat dari jendela. Langit Hong Kong bola baja di ujung belalainya, untuk mengelupas dinding gedung. Sebuah crane besar berdiri di depan gedung tua itu, dengan setinggi 30 lantai, siap diruntuhkan. rangka gedung Aku mengembuskan napas, tidak banyak informasi yang bisa mendung. Awan gelap menutupi langit sejauh mata memandang. Hanya itu yang bisa kulihat dari jendela. Langit Hong Kong bola baja di ujung belalainya, untuk mengelupas dinding gedung. Sebuah crane besar berdiri di depan gedung tua itu, dengan setinggi 30 lantai, siap diruntuhkan. rangka gedung Aku mengembuskan napas, tidak banyak informasi yang bisa mendung. Awan gelap menutupi langit sejauh mata memandang. Hanya itu yang bisa kulihat dari jendela. Langit Hong Kong bola baja di ujung belalainya, untuk mengelupas dinding gedung. Sebuah crane besar berdiri di depan gedung tua itu, dengan setinggi 30 lantai, siap diruntuhkan. rangka gedung Aku mengembuskan napas, tidak banyak informasi yang bisa mendung. Awan gelap menutupi langit sejauh mata memandang. Hanya itu yang bisa kulihat dari jendela. Langit Hong Kong bola baja di ujung belalainya, untuk mengelupas dinding gedung. Sebuah crane besar berdiri di depan gedung tua itu, dengan setinggi 30 lantai, siap diruntuhkan. rangka gedung Aku mengembuskan napas, tidak banyak informasi yang bisa mendung. gelap menutupi langit sejauh mata memandang. Hanya itu yang bisa kulihat dari jendela. Langit Hong Kong bola baja di ujung belalainya, untuk mengelupas dinding gedung. Sebuah crane berdiri di depan gedung tua itu, dengan kudapatkan dari bingkai jendela kecil ini. Entah kami berada di Aku napas, tidak banyak informasi yang bisa mendung. Awan gelap menutupi langit sejauh mata memandang. Hanya itu yang bisa kulihat dari jendela. Langit Hong Kong bola bajamengembuskan diAwan ujung belalainya, untuk mengelupas dinding gedung. Sebuah crane besar berdiri di depan gedung tua itu, dengan kudapatkan dari besar bingkai jendela kecil ini. Entah kami berada di Aku mengembuskan napas, tidak banyak informasi yang bisa mendung. Awan gelap menutupi langit sejauh mata memandang. Hanya itu yang bisa kulihat dari jendela. Langit Hong Kong bola baja di ujung belalainya, untuk mengelupas dinding gedung. Sebuah crane besar berdiri di depan gedung tua itu, dengan kudapatkan dari bingkai jendela kecil ini. Entah kami berada di Aku mengembuskan napas, tidak banyak informasi yang bisa mendung. Awan gelap menutupi langit sejauh mata memandang. Hanya itu yang bisa kulihat dari jendela. Langit Hong Kong bola baja di ujung belalainya, untuk mengelupas dinding gedung. Sebuah crane besar berdiri di depan gedung tua itu, dengan kudapatkan dari bingkai jendela kecil ini. Entah kami berada di Aku mengembuskan napas, tidak banyak informasi yang bisa mendung. Awan gelap menutupi langit sejauh mata memandang. Hanya itu yang bisa kulihat dari jendela. Langit Hong Kong bola baja di ujung belalainya, untuk mengelupas dinding gedung. Sebuah crane besar berdiri di depan gedung tua itu, dengan kudapatkan dari bingkai jendela kecil ini. Entah kami berada di Aku mengembuskan napas, tidak banyak informasi yang bisa mendung. Awan gelap menutupi langit sejauh mata memandang. Hanya itu yang bisa kulihat dari jendela. Langit Hong Kong bola baja di ujung belalainya, untuk mengelupas dinding gedung. Hong Kong bagian mana, persisnya gedung apa. Sepertinya ini kudapatkan dari bingkai jendela kecil ini. Entah kami berada di Aku mengembuskan napas, tidak banyak informasi yang bisa mendung. Awan gelap menutupi langit sejauh mata memandang. Hanya itu yang bisa kulihat dari jendela. Langit Hong Kong bola baja di ujung belalainya, untuk mengelupas dinding gedung. Hong Kong bagian mana, persisnya gedung apa. Sepertinya ini kudapatkan dari bingkai jendela kecil ini. Entah kami berada di Aku mengembuskan napas, tidak banyak informasi yang bisa mendung. Awan gelap menutupi langit sejauh mata memandang. Hanya itu yang bisa kulihat dari jendela. Langit Hong Kong bola baja di ujung belalainya, untuk mengelupas dinding gedung. Hong Kong bagian mana, persisnya gedung apa. Sepertinya ini kudapatkan dari bingkai jendela kecil ini. Entah kami berada di Aku mengembuskan napas, tidak banyak informasi yang bisa mendung. Awan gelap menutupi langit sejauh mata memandang. Hanya itu yang bisa kulihat dari jendela. Langit Hong Kong bola baja di ujung belalainya, untuk mengelupas dinding gedung. Hong Kong bagian mana, persisnya gedung apa. Sepertinya ini kudapatkan dari bingkai jendela kecil ini. Entah kami berada di Aku mengembuskan napas, tidak banyak informasi yang bisa mendung. Awan gelap menutupi langit sejauh mata memandang. Hanya itu yang bisa kulihat dari jendela. Langit Hong Kong bola baja di ujung belalainya, untuk mengelupas dinding gedung. Hong Kong bagian mana, persisnya gedung apa. Sepertinya ini kudapatkan dari bingkai jendela kecil ini. Entah kami berada di Aku mengembuskan napas, tidak banyak informasi yang bisa mendung. Awan gelap menutupi langit sejauh mata memandang. Hanya itu yang bisa kulihat dari jendela. Langit Hong Kong bukan markas polisi atau instalasi militer. Suara sepatu mengen­ Hong Kong bagian mana, persisnya gedung apa. Sepertinya ini kudapatkan dari bingkai jendela kecil ini. Entah kami berada di Aku mengembuskan napas, tidak banyak informasi yang bisa mendung. Awan gelap menutupi langit sejauh mata memandang. Hanya itu yang bisa kulihat dari jendela. Langit Hong Kong bukan markas polisi atau instalasi militer. Suara sepatu mengen­ Hong Kong bagian mana, persisnya gedung apa. Sepertinya ini kudapatkan dari bingkai jendela kecil ini. Entah kami berada di Aku mengembuskan napas, tidak banyak informasi yang bisa mendung. Awan gelap menutupi langit sejauh mata memandang. Hanya itu yang bisa kulihat dari jendela. Langit Hong Kong bukan markas polisi atau instalasi militer. Suara sepatu mengen­ Hong Kong bagian mana, persisnya gedung apa. Sepertinya ini kudapatkan dari bingkai jendela kecil ini. Entah kami berada di Aku mengembuskan napas, tidak banyak informasi yang bisa mendung. Awan gelap menutupi langit sejauh mata memandang. Hanya itu yang bisa kulihat dari jendela. Langit Hong Kong bukan markas polisi atau instalasi militer. Suara sepatu mengen­ Hong Kong bagian mana, persisnya gedung apa. Sepertinya ini kudapatkan dari bingkai jendela kecil ini. Entah kami berada di Aku mengembuskan napas, tidak banyak informasi yang bisa mendung. Awan gelap menutupi langit sejauh mata memandang. Hanya itu yang bisa kulihat dari jendela. Langit Hong Kong bukan markas polisi atau instalasi militer. Suara sepatu mengen­ Hong Kong bagian mana, persisnya gedung apa. Sepertinya ini kudapatkan dari bingkai jendela kecil ini. Entah kami berada di Aku mengembuskan napas, tidak banyak informasi yang bisa mendung. Awan gelap menutupi langit sejauh mata memandang. tak lantai. Suara orang berlalu-lalang di sekitar kami saat dibawa bukan markas polisi atau instalasi militer. Suara sepatu mengen­ Hong Kong bagian mana, persisnya gedung apa. Sepertinya ini kudapatkan dari bingkai jendela kecil ini. Entah kami berada di Aku mengembuskan napas, tidak banyak informasi yang bisa mendung. Awan gelap menutupi langit sejauh mata memandang. tak lantai. Suara orang berlalu-lalang di sekitar kami saat dibawa bukan markas polisi atau instalasi militer. Suara sepatu mengen­ Hong Kong bagian mana, persisnya gedung apa. Sepertinya ini kudapatkan dari bingkai jendela kecil ini. Entah kami berada di Aku mengembuskan napas, tidak banyak informasi yang bisa mendung. Awan gelap menutupi langit sejauh mata memandang. tak lantai. Suara orang berlalu-lalang di sekitar kami saat dibawa bukan markas polisi atau instalasi militer. Suara sepatu mengen­ Hong Kong bagian mana, persisnya gedung apa. Sepertinya ini kudapatkan dari bingkai jendela kecil ini. Entah kami berada di Aku mengembuskan napas, tidak banyak informasi yang bisa mendung. Awan gelap menutupi langit sejauh mata memandang. tak lantai. Suara orang berlalu-lalang di sekitar kami saat dibawa bukan markas polisi atau instalasi militer. Suara sepatu mengen­ Hong Kong bagian mana, persisnya gedung apa. Sepertinya ini kudapatkan dari bingkai jendela kecil ini. Entah kami berada di Aku mengembuskan napas, tidak banyak informasi yang bisa mendung. Awan gelap menutupi langit sejauh mata memandang. tak lantai. Suara orang berlalu-lalang di sekitar kami saat dibawa bukan markas polisi atau instalasi militer. Suara sepatu mengen­ Hong Kong bagian mana, persisnya gedung apa. Sepertinya ini kudapatkan dari bingkai jendela kecil ini. Entah kami berada di Aku mengembuskan napas, tidak banyak informasi yang bisa ke ruangan ini menunjukkan demikian. Mungkin mereka punya tak lantai. Suara orang berlalu-lalang di sekitar kami saat dibawa bukan markas polisi atau instalasi militer. Suara sepatu mengen­ Hong Kong bagian mana, persisnya gedung apa. Sepertinya ini kudapatkan dari bingkai jendela kecil ini. Entah kami berada di Aku mengembuskan napas, tidak banyak informasi yang bisa ke ruangan ini menunjukkan demikian. Mungkin mereka punya tak lantai. Suara orang berlalu-lalang di sekitar kami saat dibawa bukan markas polisi atau instalasi militer. Suara sepatu mengen­ Hong Kong bagian mana, persisnya gedung apa. Sepertinya ini kudapatkan dari bingkai jendela kecil ini. Entah kami berada di Aku mengembuskan napas, tidak banyak informasi yang bisa ke ruangan ini menunjukkan demikian. Mungkin mereka punya tak lantai. Suara orang berlalu-lalang di sekitar kami saat dibawa bukan markas polisi atau instalasi militer. Suara sepatu mengen­ Hong Kong bagian mana, persisnya gedung apa. Sepertinya ini kudapatkan dari bingkai jendela kecil ini. Entah kami berada di Aku mengembuskan napas, tidak banyak informasi yang bisa ke ruangan ini menunjukkan demikian. Mungkin mereka punya tak lantai. Suara orang berlalu-lalang di sekitar kami saat dibawa bukan markas polisi atau instalasi militer. Suara sepatu mengen­ Hong Kong bagian mana, persisnya gedung apa. Sepertinya ini kudapatkan dari bingkai jendela kecil ini. Entah kami berada di Aku mengembuskan napas, tidak banyak informasi yang bisa ke ruangan ini menunjukkan demikian. Mungkin mereka punya tak lantai. Suara orang berlalu-lalang di sekitar kami saat dibawa bukan markas polisi atau instalasi militer. Suara sepatu mengen­ Hong Kong bagian mana, persisnya gedung apa. Sepertinya ini kudapatkan dari bingkai jendela kecil ini. Entah kami berada di gedung penyidik sipil untuk keperluan ini. ke ruangan ini menunjukkan demikian. Mungkin mereka punya tak lantai. Suara orang berlalu-lalang di sekitar kami saat dibawa bukan markas polisi atau instalasi militer. Suara sepatu mengen­ Hong Kong bagian mana, persisnya gedung apa. Sepertinya ini kudapatkan dari bingkai jendela kecil ini. Entah kami berada di gedung penyidik sipil untuk keperluan ini. ke ruangan ini menunjukkan demikian. Mungkin mereka punya tak lantai. Suara orang berlalu-lalang di sekitar kami saat dibawa bukan markas polisi atau instalasi militer. Suara sepatu mengen­ Hong Kong bagian mana, persisnya gedung apa. Sepertinya ini kudapatkan dari bingkai jendela kecil ini. Entah kami berada di gedung penyidik sipil untuk keperluan ini. ke ruangan ini menunjukkan demikian. Mungkin mereka punya tak lantai. Suara orang berlalu-lalang di sekitar kami saat dibawa bukan markas polisi atau instalasi militer. Suara sepatu mengen­ Hong Kong bagian mana, persisnya gedung apa. Sepertinya ini kudapatkan dari bingkai jendela kecil ini. Entah kami berada di gedung penyidik sipil untuk keperluan ini. ke ruangan ini menunjukkan demikian. Mungkin mereka punya tak lantai. Suara orang berlalu-lalang di sekitar kami saat dibawa bukan markas polisi atau instalasi militer. Suara sepatu mengen­ Hong Kong bagian mana, persisnya gedung apa. Sepertinya ini kudapatkan dari bingkai jendela kecil ini. Entah kami berada di gedung penyidik sipil untuk keperluan ini. ke ruangan ini menunjukkan demikian. Mungkin mereka punya tak lantai. Suara orang berlalu-lalang di sekitar kami saat dibawa bukan markas polisi atau instalasi militer. Suara sepatu mengen­ Hong Kong bagian mana, persisnya gedung apa. Sepertinya ini Aku menyisir rambut dengan jemari. Ayolah, berpikir cepat gedung penyidik sipil untuk keperluan ini. ke ruangan ini menunjukkan demikian. Mungkin mereka punya tak lantai. Suara orang berlalu-lalang di sekitar kami saat dibawa bukan markas polisi atau instalasi militer. Suara sepatu mengen­ Hong Kong bagian mana, persisnya gedung apa. Sepertinya ini Aku menyisir rambut dengan jemari. Ayolah, berpikir cepat gedung penyidik sipil untuk keperluan ini. ke ruangan ini menunjukkan demikian. Mungkin mereka punya tak lantai. Suara orang berlalu-lalang di sekitar kami saat dibawa bukan markas polisi atau instalasi militer. Suara sepatu mengen­ Hong Kong bagian mana, persisnya gedung apa. Sepertinya ini Aku menyisir rambut dengan jemari. Ayolah, berpikir cepat gedung penyidik sipil untuk keperluan ini. ke ruangan ini menunjukkan demikian. Mungkin mereka punya tak lantai. Suara orang berlalu-lalang di sekitar kami saat dibawa bukan markas polisi atau instalasi militer. Suara sepatu mengen­ Hong Kong bagian mana, persisnya gedung apa. Sepertinya ini Aku menyisir rambut dengan jemari. Ayolah, berpikir cepat gedung penyidik sipil untuk keperluan ini. ke ruangan ini menunjukkan demikian. Mungkin mereka punya tak lantai. Suara orang berlalu-lalang di sekitar kami saat dibawa bukan markas polisi atau instalasi militer. Suara sepatu mengen­ Hong Kong bagian mana, persisnya gedung apa. Sepertinya ini Aku menyisir rambut dengan jemari. Ayolah, berpikir cepat gedung penyidik sipil untuk keperluan ini. ke ruangan ini menunjukkan demikian. Mungkin mereka punya tak lantai. Suara orang berlalu-lalang di sekitar kami saat dibawa bukan markas atau instalasi militer. Suara sepatu mengen­ dan komprehensif dalam situasi terdesak. Detail kecil boleh jadi Aku menyisir rambut dengan jemari. Ayolah, berpikir cepat gedung penyidik sipil untuk keperluan ke ruangan ini menunjukkan demikian. Mungkin mereka punya tak lantai. Suara orang berlalu-lalang di sekitar kami saat dibawa bukan markas polisi atau instalasi militer. Suara sepatu mengen­ dan komprehensif dalam situasi terdesak. Detail kecil boleh jadi Aku menyisir rambut dengan jemari. Ayolah, berpikir cepat gedung penyidik sipil untuk keperluan ini. ke ruangan ini polisi menunjukkan demikian. Mungkin mereka punya tak lantai. Suara orang berlalu-lalang di ini. sekitar kami saat dibawa bukan markas polisi atau instalasi militer. Suara sepatu mengen­ dan komprehensif dalam situasi terdesak. Detail kecil boleh jadi Aku menyisir rambut dengan jemari. Ayolah, berpikir cepat gedung penyidik sipil untuk keperluan ini. ke ruangan ini menunjukkan demikian. Mungkin mereka punya tak lantai. Suara orang berlalu-lalang di sekitar kami saat dibawa bukan markas polisi atau instalasi militer. Suara sepatu mengen­ dan komprehensif dalam situasi terdesak. Detail kecil boleh jadi Aku menyisir rambut dengan jemari. Ayolah, berpikir cepat gedung penyidik sipil untuk keperluan ini. ke ruangan ini menunjukkan demikian. Mungkin mereka punya tak lantai. Suara orang berlalu-lalang di sekitar kami saat dibawa bukan markas polisi atau instalasi militer. Suara sepatu mengen­ dan komprehensif dalam situasi terdesak. Detail kecil boleh jadi Aku menyisir rambut dengan jemari. Ayolah, berpikir cepat gedung penyidik sipil untuk keperluan ini. ke ruangan ini menunjukkan demikian. Mungkin mereka punya tak lantai. Suara orang berlalu-lalang di sekitar kami saat dibawa memberikan celah jalan keluar. dan komprehensif dalam situasi terdesak. Detail kecil boleh jadi Aku menyisir rambut dengan jemari. Ayolah, berpikir cepat gedung penyidik sipil untuk keperluan ini. ke ruangan ini menunjukkan demikian. Mungkin mereka punya tak lantai. Suara orang berlalu-lalang di sekitar saat dibawa memberikan celah jalan keluar. dan komprehensif dalam situasi terdesak. Detail kecil boleh jadi Aku menyisir rambut dengan jemari. Ayolah, berpikir cepat gedung penyidik sipil untuk keperluan ini. ke ruangan ini menunjukkan demikian. Mungkin mereka punya tak lantai. Suara orang berlalu-lalang di sekitar kami saat dibawa memberikan celah jalan keluar. dan komprehensif dalam situasi terdesak. Detailkami kecil boleh jadi Aku menyisir rambut dengan jemari. Ayolah, berpikir cepat gedung penyidik sipil untuk keperluan ini. ke ruangan ini menunjukkan demikian. Mungkin mereka punya tak lantai. Suara orang berlalu-lalang di sekitar kami saat dibawa memberikan celah jalan keluar. dan komprehensif dalam situasi terdesak. Detail kecil boleh jadi Aku menyisir rambut dengan jemari. Ayolah, berpikir cepat gedung penyidik sipil untuk keperluan ini. ke ruangan ini menunjukkan demikian. Mungkin mereka punya tak lantai. Suara orang berlalu-lalang di sekitar kami saat dibawa memberikan celah jalan keluar. dan komprehensif dalam situasi terdesak. Detail kecil boleh jadi Aku menyisir rambut dengan jemari. Ayolah, berpikir cepat gedung penyidik sipil untuk keperluan ini. ke ruangan ini menunjukkan demikian. Mungkin mereka punya ”Hei! Kalian dengar? Buka pintunya!” Maryam masih ber­ memberikan celah jalan keluar. dan komprehensif dalam situasi terdesak. Detail kecil boleh jadi Aku menyisir rambut dengan jemari. Ayolah, berpikir cepat gedung penyidik sipil untuk keperluan ini. ke ruangan ini menunjukkan demikian. Mungkin mereka punya ”Hei! Kalian dengar? Buka pintunya!” Maryam masih ber­ memberikan celah jalan keluar. dan komprehensif dalam situasi terdesak. Detail kecil boleh jadi Aku menyisir rambut dengan jemari. Ayolah, berpikir cepat gedung penyidik sipil untuk keperluan ini. ke ruangan ini menunjukkan demikian. Mungkin mereka punya ”Hei! Kalian dengar? Buka pintunya!” Maryam masih ber­ memberikan celah jalan keluar. dan komprehensif dalam situasi terdesak. Detail kecil boleh jadi Aku menyisir rambut dengan jemari. Ayolah, berpikir cepat gedung penyidik sipil untuk keperluan ini. ke ruangan ini menunjukkan demikian. Mungkin mereka punya ”Hei! Kalian dengar? Buka pintunya!” Maryam masih ber­ memberikan celah jalan keluar. dan komprehensif dalam situasi terdesak. Detail kecil boleh jadi Aku menyisir rambut dengan jemari. Ayolah, berpikir cepat gedung penyidik sipil untuk keperluan ini. ke ruangan ini menunjukkan demikian. Mungkin mereka punya ”Hei! Kalian dengar? Buka pintunya!” Maryam masih ber­ memberikan celah jalan keluar. dan komprehensif dalam situasi terdesak. Detail kecil boleh jadi Aku menyisir rambut dengan jemari. Ayolah, berpikir cepat gedung penyidik sipil untuk keperluan ini. teriak, memukuli pintu ruangan, meneriaki petugas yang berjaga ”Hei! Kalian dengar? Buka pintunya!” Maryam masih ber­ memberikan celah jalan keluar. dan komprehensif dalam situasi terdesak. Detail kecil boleh jadi Aku menyisir rambut dengan jemari. Ayolah, berpikir cepat gedung penyidik sipil untuk keperluan ini. teriak, memukuli pintu ruangan, meneriaki petugas yang berjaga ”Hei! Kalian dengar? Buka pintunya!” Maryam masih ber­ memberikan celah jalan keluar. dan komprehensif dalam situasi terdesak. Detail kecil boleh jadi Aku menyisir rambut dengan jemari. Ayolah, berpikir cepat gedung penyidik sipil untuk keperluan ini. teriak, memukuli pintu ruangan, meneriaki petugas yang berjaga ”Hei! Kalian dengar? Buka pintunya!” Maryam masih ber­ memberikan celah jalan keluar. dan komprehensif dalam situasi terdesak. Detail kecil boleh jadi Aku menyisir rambut dengan jemari. Ayolah, berpikir cepat gedung penyidik sipil untuk keperluan ini. teriak, memukuli pintu ruangan, meneriaki petugas yang berjaga ”Hei! Kalian dengar? Buka pintunya!” Maryam masih ber­ memberikan celah jalan keluar. dan komprehensif dalam situasi terdesak. Detail kecil boleh jadi Aku menyisir rambut dengan jemari. Ayolah, berpikir cepat gedung penyidik sipil untuk keperluan ini. teriak, memukuli pintu ruangan, meneriaki petugas yang berjaga ”Hei! Kalian dengar? Buka pintunya!” Maryam masih ber­ memberikan celah jalan keluar. dan komprehensif dalam situasi terdesak. Detail kecil boleh jadi Aku menyisir rambut dengan jemari. Ayolah, berpikir cepat di luar. ”Aku punya kenalan redaktur senior di surat kabar Hong teriak, memukuli pintu ruangan, meneriaki petugas yang berjaga ”Hei! Kalian dengar? Buka pintunya!” Maryam masih ber­ memberikan celah jalan keluar. dan komprehensif dalam situasi terdesak. Detail kecil boleh jadi Aku menyisir rambut dengan jemari. Ayolah, berpikir cepat di luar. ”Aku punya kenalan redaktur senior di surat kabar Hong teriak, memukuli pintu ruangan, meneriaki petugas yang berjaga ”Hei! Kalian dengar? Buka pintunya!” Maryam masih ber­ memberikan celah jalan keluar. dan komprehensif dalam situasi terdesak. Detail kecil boleh jadi Aku menyisir rambut dengan jemari. Ayolah, berpikir cepat di luar. ”Aku punya kenalan redaktur senior di surat kabar Hong teriak, memukuli pintu ruangan, meneriaki petugas yang berjaga ”Hei! Kalian dengar? Buka pintunya!” Maryam masih ber­ memberikan celah jalan keluar. dan komprehensif dalam situasi terdesak. Detail kecil boleh jadi Aku menyisir rambut dengan jemari. Ayolah, berpikir cepat di luar. ”Aku punya kenalan redaktur senior di surat kabar Hong teriak, memukuli pintu ruangan, meneriaki petugas yang berjaga ”Hei! Kalian dengar? Buka pintunya!” Maryam masih ber­ memberikan celah jalan keluar. dan komprehensif dalam situasi terdesak. Detail kecil boleh jadi Aku menyisir rambut dengan jemari. Ayolah, berpikir cepat di luar. ”Aku punya kenalan redaktur senior di surat kabar Hong teriak, memukuli pintu ruangan, meneriaki petugas yang berjaga ”Hei! Kalian dengar? Buka pintunya!” Maryam masih ber­ memberikan celah jalan keluar. dan komprehensif dalam situasi terdesak. Detail kecil boleh jadi Kong. Dia bisa memberikan bukti aku tidak terlibat apa pun.” di luar. ”Aku punya kenalan redaktur senior di surat kabar Hong teriak, memukuli pintu ruangan, meneriaki petugas yang berjaga ”Hei! Kalian dengar? Buka pintunya!” Maryam masih ber­ memberikan celah jalan keluar. dan komprehensif dalam situasi terdesak. Detail kecil boleh jadi Kong. Dia bisa memberikan bukti aku tidak terlibat apa pun.” di luar. ”Aku punya kenalan redaktur senior di surat kabar Hong teriak, memukuli pintu ruangan, meneriaki petugas yang berjaga ”Hei! Kalian dengar? Buka pintunya!” Maryam masih ber­ memberikan celah jalan keluar. dan komprehensif dalam situasi terdesak. Detail kecil boleh jadi Kong. Dia bisa memberikan bukti aku tidak terlibat apa pun.” di luar. ”Aku punya kenalan redaktur senior di surat kabar Hong teriak, memukuli pintu ruangan, meneriaki petugas yang berjaga ”Hei! Kalian dengar? Buka pintunya!” Maryam masih ber­ memberikan celah jalan keluar. dan komprehensif dalam situasi terdesak. Detail kecil boleh jadi Kong. Dia bisa memberikan bukti aku tidak terlibat apa pun.” di luar. ”Aku punya kenalan redaktur senior di surat kabar Hong teriak, memukuli pintu ruangan, meneriaki petugas yang berjaga ”Hei! Kalian dengar? Buka pintunya!” Maryam masih ber­ memberikan celah jalan keluar. dan komprehensif dalam situasi terdesak. Detail kecil boleh jadi Kong. Dia bisa memberikan bukti aku tidak terlibat apa pun.” di luar. ”Aku punya kenalan redaktur senior di surat kabar Hong teriak, memukuli pintu ruangan, meneriaki petugas yang berjaga ”Hei! Kalian dengar? Buka pintunya!” Maryam masih ber­ memberikan celah jalan keluar. Aku kembali melangkah ke kursi. Kong. Dia bisa memberikan bukti aku tidak terlibat apa pun.” di luar. ”Aku punya kenalan redaktur senior di surat kabar Hong teriak, memukuli pintu ruangan, meneriaki petugas yang berjaga ”Hei! Kalian dengar? Buka pintunya!” Maryam masih ber­ memberikan celah jalan keluar. Aku kembali melangkah ke kursi. Kong. Dia bisa memberikan bukti aku tidak terlibat apa pun.” di luar. ”Aku punya kenalan redaktur senior di surat kabar Hong teriak, memukuli pintu ruangan, meneriaki petugas yang berjaga ”Hei! Kalian dengar? Buka pintunya!” Maryam masih ber­ memberikan celah jalan keluar. Aku kembali melangkah ke kursi. Kong. Dia bisa memberikan bukti aku tidak terlibat apa pun.” di luar. ”Aku punya kenalan redaktur senior di surat kabar Hong teriak, memukuli pintu ruangan, meneriaki petugas yang berjaga ”Hei! Kalian dengar? Buka pintunya!” Maryam masih ber­ memberikan celah jalan keluar. Aku kembali melangkah ke kursi. Kong. Dia bisa memberikan bukti aku tidak terlibat apa pun.” di luar. ”Aku punya kenalan redaktur senior di surat kabar Hong teriak, memukuli pintu ruangan, meneriaki petugas yang berjaga ”Hei! Kalian dengar? Buka pintunya!” Maryam masih ber­ memberikan celah jalan keluar. Aku kembali melangkah ke kursi. Kong. Dia bisa memberikan bukti aku tidak terlibat apa pun.” di luar.Dia ”Aku punya kenalan redaktur senior diterlibat surat yang kabar Hong teriak, memukuli pintu ruangan, meneriaki petugas yang berjaga ”Hei! Kalian dengar? Buka pintunya!” Maryam masih ber­ ”Percuma, Maryam, mereka tidak akan mendengarkan bahkan Aku kembali melangkah ke kursi. Kong. bisa memberikan bukti aku tidak apa pun.” di luar. ”Aku punya kenalan redaktur senior di surat kabar Hong teriak, memukuli pintu ruangan, meneriaki petugas berjaga ”Hei! Kalian dengar? Buka pintunya!” Maryam masih ber­ ”Percuma, Maryam, mereka tidak akan mendengarkan bahkan Aku kembali melangkah ke kursi. Kong. bisa memberikan bukti aku tidak apa pun.” di luar. ”Aku punya kenalan redaktur senior di surat kabar Hong teriak, memukuli pintu ruangan, meneriaki petugas berjaga ”Hei! Kalian dengar? Buka pintunya!” Maryam masih ber­ ”Percuma, Maryam, mereka tidak akan mendengarkan bahkan Aku kembali melangkah ke kursi. Kong. Dia bisa memberikan bukti aku tidak terlibat apa pun.” di luar.Dia ”Aku punya kenalan redaktur senior diterlibat surat yang kabar Hong teriak, memukuli pintu ruangan, meneriaki petugas yang berjaga ”Hei! Kalian dengar? Buka pintunya!” Maryam masih ber­ ”Percuma, Maryam, mereka tidak akan mendengarkan bahkan Aku kembali melangkah ke kursi. Kong. Dia bisa memberikan bukti aku tidak terlibat apa pun.” di luar. ”Aku punya kenalan redaktur senior di surat kabar Hong teriak, memukuli pintu ruangan, meneriaki petugas yang berjaga ”Hei! Kalian dengar? Buka pintunya!” Maryam masih ber­ ”Percuma, Maryam, mereka tidak akan mendengarkan bahkan Aku kembali melangkah ke kursi. Kong. Dia bisa memberikan bukti aku tidak terlibat apa pun.” di luar. ”Aku punya kenalan redaktur senior di surat kabar Hong teriak, memukuli pintu ruangan, meneriaki petugas yang berjaga kalau kau bilang kenal dekat dengan kepala administratif SAR ”Percuma, Maryam, mereka tidak akan mendengarkan bahkan Aku kembali melangkah ke kursi. Kong. Dia bisa memberikan bukti aku tidak terlibat apa pun.” di luar. ”Aku punya kenalan redaktur senior di surat kabar Hong teriak, memukuli pintu ruangan, meneriaki petugas yang berjaga kalau kau bilang kenal dekat dengan kepala administratif SAR ”Percuma, Maryam, mereka tidak akan mendengarkan bahkan Aku kembali melangkah ke kursi. Kong. Dia bisa memberikan bukti aku tidak terlibat apa pun.” di luar. ”Aku punya kenalan redaktur senior di surat kabar Hong teriak, memukuli pintu ruangan, meneriaki petugas yang berjaga kalau kau bilang kenal dekat dengan kepala administratif SAR ”Percuma, Maryam, mereka tidak akan mendengarkan bahkan Aku kembali melangkah ke kursi. Kong. Dia bisa memberikan bukti aku tidak terlibat apa pun.” di luar. ”Aku punya kenalan redaktur senior di surat kabar Hong teriak, memukuli pintu ruangan, meneriaki petugas yang berjaga kalau kau bilang kenal dekat dengan kepala administratif SAR ”Percuma, Maryam, mereka tidak akan mendengarkan bahkan Aku kembali melangkah ke kursi. Kong. Dia bisa memberikan bukti aku tidak terlibat apa pun.” di luar. ”Aku punya kenalan redaktur senior di surat kabar Hong teriak, memukuli pintu ruangan, meneriaki petugas yang berjaga kalau kau bilang kenal dekat dengan kepala administratif SAR ”Percuma, Maryam, mereka tidak akan mendengarkan bahkan Aku kembali melangkah ke kursi. Kong. Dia bisa memberikan bukti aku tidak terlibat apa pun.” di luar.kau ”Aku punya kenalan redaktur senior diadministratif surat kabar kabar Hong Hong Kong sekalipun. Kau lebih baik tenang, berpikir, menyim­ kalau bilang kenal dekat dengan kepala SAR ”Percuma, Maryam, mereka tidak akan mendengarkan bahkan Aku kembali melangkah ke kursi. Kong. Dia bisa memberikan bukti aku tidak terlibat apa pun.” di luar. ”Aku punya kenalan redaktur senior di surat Hong Hong Kong sekalipun. Kau lebih baik tenang, berpikir, menyim­ kalau kau bilang kenal dekat dengan kepala administratif SAR ”Percuma, Maryam, mereka tidak akan mendengarkan bahkan Aku kembali melangkah ke kursi. Kong. Dia bisa memberikan bukti aku tidak terlibat apa pun.” di luar. ”Aku punya kenalan redaktur senior di surat kabar Hong Hong Kong sekalipun. Kau lebih baik tenang, berpikir, menyim­ kalau kau bilang kenal dekat dengan kepala administratif SAR ”Percuma, Maryam, mereka tidak akan mendengarkan bahkan Aku kembali melangkah ke kursi. Kong. Dia bisa memberikan bukti aku tidak terlibat apa pun.” di luar. ”Aku punya kenalan redaktur senior di surat kabar Hong Hong Kong sekalipun. Kau lebih baik tenang, berpikir, menyim­ kalau kau bilang kenal dekat dengan kepala administratif SAR ”Percuma, Maryam, mereka tidak akan mendengarkan bahkan Aku kembali melangkah ke kursi. Kong. Dia bisa memberikan bukti aku tidak terlibat apa pun.” di luar. ”Aku punya kenalan redaktur senior di surat kabar Hong Hong Kong sekalipun. Kau lebih baik tenang, berpikir, menyim­ kalau kau bilang kenal dekat dengan kepala administratif SAR ”Percuma, Maryam, mereka tidak akan mendengarkan bahkan Aku kembali melangkah ke kursi. Kong. Dia bisa memberikan bukti aku tidak terlibat apa pun.” pan tenaga.” Hong Kong sekalipun. Kau lebih baik tenang, berpikir, menyim­ kalau kau bilang kenal dekat dengan kepala administratif SAR ”Percuma, Maryam, mereka tidak akan mendengarkan bahkan Aku kembali melangkah ke kursi. Kong. Dia bisa memberikan bukti aku tidak terlibat apa pun.” pan tenaga.” Hong Kong sekalipun. Kau lebih baik tenang, berpikir, menyim­ kalau kau bilang kenal dekat dengan kepala administratif SAR ”Percuma, Maryam, mereka tidak akan mendengarkan bahkan Aku kembali melangkah ke kursi. Kong. Dia bisa memberikan bukti aku tidak terlibat apa pun.” pan tenaga.” Hong Kong sekalipun. Kau lebih baik tenang, berpikir, menyim­ kalau kau bilang kenal dekat dengan kepala administratif SAR ”Percuma, Maryam, mereka tidak akan mendengarkan bahkan Aku kembali melangkah ke kursi. Kong. Dia bisa memberikan bukti aku tidak terlibat apa pun.” pan tenaga.” Hong Kong sekalipun. Kau lebih baik tenang, berpikir, menyim­ kalau kau bilang kenal dekat dengan kepala administratif SAR ”Percuma, Maryam, mereka tidak akan mendengarkan bahkan Aku kembali melangkah ke kursi. Kong. Dia bisa memberikan bukti aku tidak terlibat apa pun.” pan tenaga.” Hong Kong sekalipun. Kau lebih baik tenang, berpikir, menyim­ kalau kau bilang kenal dekat dengan kepala administratif SAR ”Percuma, Maryam, mereka tidak akan mendengarkan bahkan Aku kembali melangkah ke kursi. Maryam justru balas meneriaki, ”Bagaimana aku bisa tenang, pan tenaga.” Hong Kong sekalipun. Kau lebih baik tenang, berpikir, menyim­ kalau kau bilang kenal dekat dengan kepala administratif SAR ”Percuma, Maryam, mereka tidak akan mendengarkan bahkan Aku kembali melangkah ke kursi. Maryam justru balas meneriaki, ”Bagaimana aku bisa tenang, pan tenaga.” Hong Kong sekalipun. Kau lebih baik tenang, berpikir, menyim­ kalau kau bilang kenal dekat dengan kepala administratif SAR ”Percuma, Maryam, mereka tidak akan mendengarkan bahkan Aku kembali melangkah ke kursi. Maryam justru balas meneriaki, ”Bagaimana aku bisa tenang, pan tenaga.” Hong Kong sekalipun. Kau lebih baik tenang, berpikir, menyim­ kalau kau bilang kenal dekat dengan kepala administratif SAR ”Percuma, Maryam, mereka tidak akan mendengarkan bahkan Aku kembali melangkah ke kursi. Maryam justru balas meneriaki, ”Bagaimana aku bisa tenang, pan tenaga.” Hong Kong sekalipun. Kau lebih baik tenang, berpikir, menyim­ kalau kau bilang kenal dekat dengan kepala administratif SAR ”Percuma, Maryam, mereka tidak akan mendengarkan bahkan Aku kembali melangkah ke kursi. Maryam justru balas meneriaki, ”Bagaimana aku bisa tenang, pan tenaga.” Hong Kong sekalipun. Kau lebih baik tenang, berpikir, menyim­ kalau kau bilang kenal dekat dengan kepala administratif SAR ”Percuma, Maryam, mereka tidak akan mendengarkan bahkan Thomas?” Maryam justru balas meneriaki, ”Bagaimana aku bisa tenang, pan tenaga.” Hong Kong sekalipun. Kau lebih baik tenang, berpikir, menyim­ kalau kau bilang kenal dekat dengan kepala administratif SAR ”Percuma, Maryam, mereka tidak akan mendengarkan bahkan Thomas?” Maryam justru balas meneriaki, ”Bagaimana aku bisa tenang, pan tenaga.” Hong Kong sekalipun. Kau lebih baik tenang, berpikir, menyim­ kalau kau kenal dekat dengan kepala administratif SAR ”Percuma, Maryam, tidak akan mendengarkan bahkan Thomas?” Maryam justru balasmereka meneriaki, ”Bagaimana aku bisamenyim­ tenang, pan tenaga.” Hong Kongbilang sekalipun. Kau lebih baik tenang, berpikir, kalau kau bilang kenal dekat dengan kepala administratif SAR



Maryam tidak peduli. ”Kau seharusnya menjelaskan ke me­ Aku tidak tahu apa pun.” reka, Thomas. Aku hanya wartawan yang berada di kapal itu. Aku menggeleng, menatapnya. ”Duduk, Maryam. Aku akan ”Duduk, Maryam,” aku membujuknya sekali lagi. ”Kita harus menjelaskan sesuatu, dan semoga kau jadi mengerti setelah itu.” Maryam tidak peduli. ”Kau seharusnya menjelaskan ke me­ Aku tidak tahu apa pun.” reka, Thomas. Aku hanya wartawan yang berada di kapal itu. Aku menggeleng, menatapnya. ”Duduk, Maryam. Aku akan ”Duduk, Maryam,” aku membujuknya sekali lagi. ”Kita harus menjelaskan sesuatu, dan semoga kau jadi mengerti setelah itu.” bicara dengan rileks. Nah, setelah itu, kalau kau mau berteriakMaryam tidak peduli. ”Kau seharusnya menjelaskan ke me­ Aku tidak tahu apa pun.” reka, Thomas. Aku hanya wartawan yang berada di kapal itu. Aku menggeleng, menatapnya. ”Duduk, Maryam. Aku akan ”Duduk, Maryam,” aku membujuknya sekali lagi. ”Kita harus menjelaskan sesuatu, dan semoga kau jadi mengerti setelah itu.” bicara dengan rileks. Nah, setelah itu, kalau kau mau berteriakMaryam tidak peduli. ”Kau seharusnya menjelaskan ke me­ reka, Thomas. Aku hanya wartawan yang berada di kapal itu. Aku menggeleng, menatapnya. ”Duduk, Maryam. Aku akan ”Duduk, Maryam,” aku membujuknya sekali lagi. ”Kita harus Aku tidak tahu apa pun.” bicara dengan rileks. Nah, setelah itu, kalau kau mau berteriakmenjelaskan sesuatu, dan semoga kau jadi mengerti setelah itu.” Maryam tidak peduli. ”Kau seharusnya menjelaskan ke me­ reka, Thomas. Aku hanya wartawan yang berada di kapal itu. ”Duduk, Maryam,” aku membujuknya sekali lagi. ”Kita harus Aku tidak tahu apa pun.” menjelaskan sesuatu, dan semoga kau jadi mengerti setelah itu.” bicara dengan rileks. Nah, setelah itu, kalau kau mau berteriakMaryam tidak peduli. ”Kau seharusnya menjelaskan ke me­ reka, Thomas. Aku hanya wartawan yang berada di kapal itu. ”Duduk, Maryam,” aku membujuknya sekali lagi. ”Kita harus Aku tidak tahu apa pun.” menjelaskan sesuatu, dan semoga kau jadi mengerti setelah itu.” bicara dengan rileks. Nah, setelah itu, kalau kau mau berteriakMaryam tidak peduli. ”Kau seharusnya menjelaskan ke me­ teriak lagi, silakan. Aku tidak akan melarang. Boleh jadi aku reka, Thomas. Aku hanya wartawan yang berada di kapal itu. ”Duduk, Maryam,” aku membujuknya sekali lagi. ”Kita harus Aku tidak tahu apa pun.” menjelaskan sesuatu, dan semoga kau jadi mengerti setelah itu.” bicara dengan rileks. Nah, setelah itu, kalau kau mau berteriakMaryam tidak peduli. ”Kau seharusnya menjelaskan ke me­ teriak lagi, silakan. Aku tidak akan melarang. Boleh jadi aku reka, Thomas. Aku hanya wartawan yang berada di kapal itu. Aku tidak tahu apa pun.” menjelaskan sesuatu, dan semoga kau jadi mengerti setelah itu.” bicara dengan rileks. Nah, setelah itu, kalau kau mau berteriak”Duduk, Maryam,” aku membujuknya sekali lagi. ”Kita harus teriak lagi, silakan. Aku tidak akan melarang. Boleh jadi aku Maryam tidak peduli. ”Kau seharusnya menjelaskan ke me­ reka, Thomas. Aku hanya wartawan yang berada di kapal itu. Aku tidak tahu apa pun.” bicara dengan rileks. Nah, setelah itu, kalau kau mau berteriak”Duduk, Maryam,” aku membujuknya sekali lagi. ”Kita harus Maryam tidak peduli. ”Kau seharusnya menjelaskan ke me­ teriak lagi, silakan. Aku tidak akan melarang. Boleh jadi aku reka, Thomas. Aku hanya wartawan yang berada di kapal itu. Aku tidak tahu apa pun.” bicara dengan rileks. Nah, setelah itu, kalau kau mau berteriak”Duduk, Maryam,” aku membujuknya sekali lagi. ”Kita harus Maryam tidak peduli. ”Kau seharusnya menjelaskan ke me­ teriak lagi, silakan. Aku tidak akan melarang. Boleh jadi aku reka, Thomas. Aku hanya wartawan yang berada di kapal itu. bantu ikut berteriak juga.” Aku tidak tahu apa pun.” bicara dengan rileks. Nah, setelah itu, kalau kau mau berteriak”Duduk, Maryam,” aku membujuknya sekali lagi. ”Kita harus Maryam tidak peduli. ”Kau seharusnya menjelaskan ke me­ teriak lagi, silakan. Aku tidak akan melarang. Boleh jadi aku reka, Thomas. Aku hanya wartawan yang berada di kapal itu. bantu ikut berteriak juga.” Aku tidak tahu apa pun.” ”Duduk, Maryam,” aku membujuknya sekali lagi. ”Kita harus Maryam tidak peduli. ”Kau seharusnya menjelaskan ke me­ teriak lagi, silakan. Aku tidak akan melarang. Boleh jadi aku bicara dengan rileks. Nah, setelah itu, kalau kau mau berteriakbantu ikut berteriak juga.” reka, Thomas. Aku hanya wartawan yang berada di kapal itu. Aku tidak tahu apa pun.” ”Duduk, Maryam,” aku membujuknya sekali lagi. ”Kita harus teriak lagi, silakan. Aku tidak akan melarang. Boleh jadi aku bicara dengan rileks. Nah, setelah itu, kalau kau mau berteriakreka, Thomas. Aku hanya wartawan yang berada di kapal itu. bantu ikut berteriak juga.” Aku tidak tahu apa pun.” ”Duduk, Maryam,” aku membujuknya sekali lagi. ”Kita harus teriak lagi, silakan. Aku tidak akan melarang. Boleh jadi aku bicara dengan rileks. Nah, setelah itu, kalau kau mau berteriakreka, Thomas. Aku hanya wartawan yang berada di kapal itu. bantu ikut berteriak juga.” Aku tidak tahu apa pun.” Maryam diam sejenak, menatapku tajam. Sepertinya dia mau ”Duduk, Maryam,” aku membujuknya sekali lagi. ”Kita harus teriak lagi, silakan. Aku tidak akan melarang. Boleh jadi aku bicara dengan rileks. Nah, setelah itu, kalau kau mau berteriakreka, Thomas. Aku hanya wartawan yang berada di kapal itu. bantu ikut berteriak juga.” Aku tidak tahu apa pun.” Maryam diam sejenak, menatapku tajam. Sepertinya dia mau ”Duduk, Maryam,” aku membujuknya sekali lagi. ”Kita harus bicara dengan rileks. Nah, setelah itu, kalau kau mau berteriakreka, Thomas. Aku hanya wartawan yang berada di kapal itu. bantu ikut berteriak juga.” teriak lagi, silakan. Aku tidak akan melarang. Boleh jadi aku Maryam diam sejenak, menatapku tajam. Sepertinya dia mau Aku tidak tahu apa pun.” ”Duduk, Maryam,” aku membujuknya sekali lagi. ”Kita harus bicara dengan rileks. Nah, setelah itu, kalau kau mau berteriakbantu ikut berteriak juga.” teriak lagi, silakan. Aku tidak akan melarang. Boleh jadi aku Aku tidak tahu apa pun.” Maryam diam sejenak, menatapku tajam. Sepertinya dia mau ”Duduk, Maryam,” aku membujuknya sekali lagi. ”Kita harus bicara dengan rileks. Nah, setelah itu, kalau kau mau berteriakbantu ikut berteriak juga.” teriak lagi, silakan. Aku tidak akan melarang. Boleh jadi aku Aku tidak tahu apa pun.” Maryam diam sejenak, menatapku tajam. Sepertinya dia mau ”Duduk, Maryam,” aku membujuknya sekali lagi. ”Kita harus mendengarkanku sekarang, meski tetap menolak duduk, tetap bicara dengan rileks. Nah, setelah itu, kalau kau mau berteriakbantu ikut berteriak juga.” teriak lagi, silakan. Aku tidak akan melarang. Boleh jadi aku Aku tidak tahu apa pun.” Maryam diam sejenak, menatapku tajam. Sepertinya dia mau ”Duduk, Maryam,” aku membujuknya sekali lagi. ”Kita harus mendengarkanku sekarang, meski tetap menolak duduk, tetap bicara dengan rileks. Nah, setelah itu, kalau kaulagi. mau berteriakteriak lagi, silakan. Aku tidak akan melarang. Boleh jadi aku Aku tidak tahu apa pun.” Maryam diam sejenak, menatapku tajam. Sepertinya dia mau bantu ikut berteriak juga.” mendengarkanku sekarang, meski tetap menolak duduk, tetap ”Duduk, Maryam,” aku membujuknya sekali ”Kita harus bicara dengan rileks. Nah, setelah itu, kalau kau mau berteriakteriak lagi, silakan. Aku tidak akan melarang. Boleh jadi aku Maryam diam sejenak, menatapku tajam. Sepertinya dia mau bantu ikut berteriak juga.” ”Duduk, Maryam,” aku membujuknya sekali lagi. ”Kita harus mendengarkanku sekarang, meski tetap menolak duduk, tetap bicara dengan rileks. Nah, setelah itu, kalau kau mau berteriakteriak lagi, silakan. Aku tidak akan melarang. Boleh jadi aku Maryam diam sejenak, menatapku tajam. Sepertinya dia mau bantu ikut berteriak juga.” ”Duduk, Maryam,” aku membujuknya sekali lagi. ”Kita harus mendengarkanku sekarang, meski tetap menolak duduk, tetap bicara dengan rileks. Nah, setelah itu, kalau kau mau berteriakberdiri di dekat pintu ruangan. Baiklah, aku ikut berdiri, me­ teriak lagi, silakan. Aku tidak akan melarang. Boleh jadi aku Maryam diam sejenak, menatapku tajam. Sepertinya dia mau bantu ikut berteriak juga.” ”Duduk, Maryam,” aku membujuknya sekali lagi. ”Kita harus mendengarkanku sekarang, meski tetap menolak duduk, tetap bicara dengan rileks. Nah, setelah itu, kalau kau mau berteriakberdiri di dekat pintu ruangan. Baiklah, aku ikut berdiri, me­ teriak lagi, silakan. Aku tidak akan melarang. Boleh jadi aku bantu ikut berteriak juga.” ”Duduk, Maryam,” aku membujuknya sekali lagi. ”Kita harus mendengarkanku sekarang, meski tetap menolak duduk, tetap Maryam diam sejenak, menatapku tajam. Sepertinya dia mau berdiri di dekat pintu ruangan. Baiklah, aku ikut berdiri, me­ bicara dengan rileks. Nah, setelah itu, kalau kau mau berteriakteriak lagi, silakan. Aku tidak akan melarang. Boleh jadi aku bantu ikut berteriak juga.” mendengarkanku sekarang, meski tetap menolak duduk, tetap Maryam diam sejenak, menatapku tajam. Sepertinya dia mau bicara dengan rileks. Nah, setelah itu, kalau kau mau berteriakberdiri di dekat pintu ruangan. Baiklah, aku ikut berdiri, me­ teriak lagi, silakan. Aku tidak akan melarang. Boleh jadi aku bantu ikut berteriak juga.” mendengarkanku sekarang, meski tetap menolak duduk, tetap Maryam diam sejenak, menatapku tajam. Sepertinya dia mau bicara dengan rileks. Nah, setelah itu, kalau kau mau berteriakberdiri di dekat pintu ruangan. Baiklah, aku ikut berdiri, me­ teriak lagi, silakan. Aku tidak akan melarang. Boleh jadi aku Dari jarak satu langkah, napas Maryam langkah ke dekatnya. bantu ikut berteriak juga.” mendengarkanku sekarang, meski tetap menolak duduk, tetap Maryam diam sejenak, menatapku tajam. Sepertinya dia mau bicara dengan rileks. Nah, setelah itu, kalau kau mau berteriakberdiri di dekat pintu ruangan. Baiklah, aku ikut berdiri, me­ teriak lagi, silakan. Aku tidak akan melarang. Boleh jadi aku Dari jarak satu langkah, napas Maryam langkah ke dekatnya. bantu ikut berteriak juga.” Maryam diam sejenak, menatapku tajam. Sepertinya dia mau bicara dengan rileks. Nah, setelah itu, kalau kau mau berteriakberdiri di dekat pintu ruangan. Baiklah, aku ikut berdiri, me­ mendengarkanku sekarang, meski tetap menolak duduk, tetap Dari jarak satu langkah, napas Maryam langkah ke dekatnya. teriak lagi, silakan. Aku tidak akan melarang. Boleh jadi aku bantu ikut berteriak juga.” Maryam diam sejenak, menatapku tajam. Sepertinya dia mau berdiri di dekat pintu ruangan. Baiklah, aku ikut berdiri, me­ mendengarkanku sekarang, meski tetap menolak duduk, tetap teriak lagi, silakan. Aku tidak akan melarang. Boleh jadi aku Dari jarak satu langkah, napas Maryam langkah ke dekatnya. bantu ikut berteriak juga.” Maryam diam sejenak, menatapku tajam. Sepertinya dia mau berdiri di dekat pintu ruangan. Baiklah, aku ikut berdiri, me­ mendengarkanku sekarang, meski tetap menolak duduk, tetap teriak lagi, silakan. Aku tidak akan melarang. Boleh jadi aku Dari jarak satu langkah, napas Maryam langkah ke dekatnya. bantu ikut berteriak juga.” yang masih tersengal karena marah, panik, terdengar jelas. Ram­ Maryam diam sejenak, menatapku tajam. Sepertinya dia mau berdiri di dekat pintu ruangan. Baiklah, aku ikut berdiri, me­ mendengarkanku sekarang, meski tetap menolak duduk, tetap teriak lagi, silakan. Aku tidak akan melarang. Boleh jadi aku Dari jarak satu langkah, napas Maryam langkah ke dekatnya. bantu ikut berteriak juga.” yang masih tersengal karena marah, panik, terdengar jelas. Ram­ Maryam diam sejenak, menatapku tajam. Sepertinya dia mau mendengarkanku sekarang, meski tetap menolak duduk, tetap teriak lagi, silakan. Aku tidak akan melarang. Boleh jadi aku Dari jarak satu langkah, napas Maryam langkah ke dekatnya. berdiri di dekat pintu ruangan. Baiklah, aku ikut berdiri, me­ yang masih tersengal karena marah, panik, terdengar jelas. Ram­ bantu ikut berteriak juga.” Maryam diam sejenak, menatapku tajam. Sepertinya dia mau mendengarkanku sekarang, meski tetap menolak duduk, tetap Dari jarak satu langkah, napas Maryam langkah ke dekatnya. berdiri di dekat pintu ruangan. Baiklah, aku ikut berdiri, me­ bantu ikut berteriak juga.” yang masih tersengal karena marah, panik, terdengar jelas. Ram­ Maryam diam sejenak, menatapku tajam. Sepertinya dia mau mendengarkanku sekarang, meski tetap menolak duduk, tetap Dari jarak satu langkah, napas Maryam langkah ke dekatnya. berdiri di dekat pintu ruangan. Baiklah, aku ikut berdiri, me­ bantu ikut berteriak juga.” yang masih tersengal karena marah, panik, terdengar jelas. Ram­ Maryam diam sejenak, menatapku tajam. Sepertinya dia mau butnya sedikit acak-acakan. Kemeja lengan panjangnnya ber­ mendengarkanku sekarang, meski tetap menolak duduk, tetap Dari jarak satu langkah, napas Maryam langkah ke dekatnya. berdiri di dekat pintu ruangan. Baiklah, aku ikut berdiri, me­ bantu ikut berteriak juga.” yang masih tersengal karena marah, panik, terdengar jelas. Ram­ Maryam diam sejenak, menatapku tajam. Sepertinya dia mau butnya sedikit acak-acakan. Kemeja lengan panjangnnya ber­ mendengarkanku sekarang, meski tetap menolak duduk, tetap berdiri di dekat pintu ruangan. Baiklah, aku ikut berdiri, me­ bantu ikut berteriak juga.” yang masih tersengal karena marah, panik, terdengar jelas. Ram­ Dari jarak satu langkah, napas Maryam langkah kedekat dekatnya. butnya sedikit acak-acakan. Kemeja lengan panjangnnya ber­ Maryam diam sejenak, menatapku tajam. Sepertinya diaRam­ mau mendengarkanku sekarang, meski tetap menolak duduk, tetap berdiri di pintu ruangan. Baiklah, aku ikut berdiri, me­ yang masih tersengal karena marah, panik, terdengar jelas. Dari jarak satu langkah, napas Maryam langkah ke dekatnya. Maryam diam sejenak, menatapku tajam. Sepertinya dia mau butnya sedikit acak-acakan. Kemeja lengan panjangnnya ber­ mendengarkanku sekarang, meski tetap menolak duduk, tetap berdiri di dekat pintu ruangan. Baiklah, aku ikut berdiri, me­ yang masih tersengal karena marah, panik, terdengar jelas. Ram­ Dari jarak satu langkah, napas Maryam langkah ke dekatnya. Maryam diam sejenak, menatapku tajam. Sepertinya dia mau butnya sedikit acak-acakan. Kemeja lengan panjangnnya ber­ mendengarkanku sekarang, meski tetap menolak duduk, tetap keringat. Dengan tangan terborgol, raut wajah cemas, bingung, berdiri di dekat pintu ruangan. Baiklah, aku ikut berdiri, me­ yang masih tersengal karena marah, panik, terdengar jelas. Ram­ Dari jarak satu langkah, napas Maryam langkah ke dekatnya. Maryam diam sejenak, menatapku tajam. Sepertinya dia mau butnya sedikit acak-acakan. Kemeja lengan panjangnnya ber­ mendengarkanku sekarang, meski tetap menolak duduk, tetap keringat. Dengan tangan terborgol, raut wajah cemas, bingung, berdiri di dekat pintu ruangan. Baiklah, aku ikut berdiri, me­ Dari jarak satu langkah, napas Maryam langkah ke dekatnya. Maryam diam sejenak, menatapku tajam. Sepertinya dia mau butnya sedikit acak-acakan. Kemeja lengan panjangnnya ber­ yang masih tersengal karena marah, panik, terdengar jelas. Ram­ keringat. Dengan tangan terborgol, raut wajah cemas, bingung, mendengarkanku sekarang, meski tetap menolak duduk, tetap berdiri di dekat pintu ruangan. Baiklah, aku ikut berdiri, me­ Dari jarak satu langkah, napas Maryam langkah ke dekatnya. butnya sedikit acak-acakan. Kemeja lengan panjangnnya ber­ yang masih tersengal karena marah, panik, terdengar jelas. Ram­ mendengarkanku sekarang, meski tetap menolak duduk, tetap keringat. Dengan tangan terborgol, raut wajah cemas, bingung, berdiri di dekat pintu ruangan. Baiklah, aku ikut berdiri, me­ Dari jarak satu langkah, napas Maryam langkah ke dekatnya. butnya sedikit acak-acakan. Kemeja lengan panjangnnya ber­ yang masih tersengal karena marah, panik, terdengar jelas. Ram­ mendengarkanku sekarang, meski tetap menolak duduk, tetap keringat. Dengan tangan terborgol, raut wajah cemas, bingung, berdiri di dekat pintu ruangan. Baiklah, aku ikut berdiri, me­ hilang sudah semua tampilan wartawan yang gesit, berani, dan Dari jarak satu langkah, napas Maryam langkah ke dekatnya. butnya sedikit acak-acakan. Kemeja lengan panjangnnya ber­ yang masih tersengal karena marah, panik, terdengar jelas. Ram­ mendengarkanku sekarang, meski tetap menolak duduk, tetap keringat. Dengan tangan terborgol, raut wajah cemas, bingung, berdiri di dekat pintu ruangan. Baiklah, aku ikut berdiri, me­ hilang sudah semua tampilan wartawan yang gesit, berani, dan Dari jarak satu langkah, napas Maryam langkah ke dekatnya. yang masih tersengal karena marah, panik, terdengar jelas. Ram­ mendengarkanku sekarang, meski tetap menolak duduk, tetap keringat. Dengan tangan terborgol, raut wajah cemas, bingung, butnya sedikit acak-acakan. Kemeja lengan panjangnnya ber­ hilang sudah semua tampilan wartawan yang gesit, berani, dan berdiri di dekat pintu ruangan. Baiklah, aku ikut berdiri, me­ Dari jarak satu langkah, napas Maryam langkah ke dekatnya. yang masih tersengal karena marah, panik, terdengar jelas. Ram­ keringat. Dengan tangan terborgol, raut wajah cemas, bingung, butnya sedikit acak-acakan. Kemeja lengan panjangnnya ber­ berdiri di dekat pintu ruangan. Baiklah, aku ikut berdiri, me­ hilang sudah semua tampilan wartawan yang gesit, berani, dan Dari jarak satu langkah, napas Maryam langkah ke dekatnya. yang masih tersengal karena marah, panik, terdengar jelas. Ram­ keringat. Dengan tangan terborgol, raut wajah cemas, bingung, butnya sedikit acak-acakan. Kemeja lengan panjangnnya ber­ berdiri di dekat pintu ruangan. Baiklah, aku ikut berdiri, me­ hilang sudah semua tampilan wartawan yang gesit, berani, dan Dari jarak satu langkah, napas Maryam langkah ke dekatnya. bisa diandalkan mengejar berita. Maryam dalam tampilan paling yang masih tersengal karena marah, panik, terdengar jelas. Ram­ keringat. Dengan tangan terborgol, raut wajah cemas, bingung, butnya sedikit acak-acakan. Kemeja lengan panjangnnya ber­ berdiri di dekat pintu ruangan. Baiklah, aku ikut berdiri, me­ hilang sudah semua tampilan wartawan yang gesit, berani, dan Dari jarak satu langkah, napas Maryam langkah ke dekatnya. bisa diandalkan mengejar berita. Maryam dalam tampilan paling yang masih tersengal karena marah, panik, terdengar jelas. Ram­ butnya sedikit acak-acakan. Kemeja lengan panjangnnya ber­ berdiri di dekat pintu ruangan. Baiklah, aku ikut berdiri, me­ hilang sudah semua tampilan wartawan yang gesit, berani, dan keringat. Dengan tangan terborgol, raut wajah cemas, bingung, bisa diandalkan mengejar berita. Maryam dalam tampilan paling Dari jarak satu langkah, napas Maryam langkah ke dekatnya. yang masih tersengal karena marah, panik, terdengar jelas. Ram­ butnya sedikit acak-acakan. Kemeja lengan panjangnnya ber­ hilang sudah semua tampilan wartawan yang gesit, berani, dan keringat. Dengan tangan terborgol, raut wajah cemas, bingung, Dari jarak satu langkah, napas Maryam langkah ke dekatnya. bisa diandalkan mengejar berita. Maryam dalam tampilan paling yang masih tersengal karena marah, panik, terdengar jelas. Ram­ butnya sedikit acak-acakan. Kemeja lengan panjangnnya ber­ hilang sudah semua tampilan wartawan yang gesit, berani, dan keringat. Dengan tangan terborgol, raut wajah cemas, bingung, Dari jarak satu langkah, napas Maryam langkah ke dekatnya. bisa diandalkan mengejar berita. Maryam dalam tampilan paling yang masih tersengal karena marah, panik, terdengar jelas. Ram­ mengenaskan. butnya sedikit acak-acakan. Kemeja lengan panjangnnya ber­ hilang sudah semua tampilan wartawan yang gesit, berani, dan keringat. Dengan tangan terborgol, raut wajah cemas, bingung, Dari jarak satu langkah, napas Maryam langkah ke dekatnya. bisa diandalkan mengejar berita. Maryam dalam tampilan paling yang masih tersengal karena marah, panik, terdengar jelas. Ram­ mengenaskan. butnya sedikit acak-acakan. Kemeja lengan panjangnnya ber­ keringat. Dengan tangan terborgol, raut wajah cemas, bingung, Dari jarak satu langkah, napas Maryam langkah ke dekatnya. bisa diandalkan mengejar berita. Maryam dalam tampilan paling hilang sudah semua tampilan wartawan yang gesit, berani, dan mengenaskan. yang masih tersengal karena marah, panik, terdengar jelas. Ram­ butnya sedikit acak-acakan. Kemeja lengan panjangnnya ber­ keringat. Dengan tangan terborgol, raut wajah cemas, bingung, bisa diandalkan mengejar berita. Maryam dalam tampilan paling hilang sudah semua tampilan wartawan yang gesit, berani, dan yang masih tersengal karena marah, panik, terdengar jelas. Ram­ mengenaskan. butnya sedikit acak-acakan. Kemeja lengan panjangnnya ber­ keringat. Dengan tangan terborgol, raut wajah cemas, bingung, bisa diandalkan mengejar berita. Maryam dalam tampilan paling hilang sudah semua tampilan wartawan yang gesit, berani, dan yang masih tersengal karena marah, panik, terdengar jelas. Ram­ mengenaskan. butnya sedikit acak-acakan. Kemeja lengan panjangnnya ber­ ”Yang pertama, aku bersumpah, kami tidak memiliki barangkeringat. Dengan tangan terborgol, raut wajah cemas, bingung, bisa diandalkan mengejar berita. Maryam dalam tampilan paling hilang sudah semua tampilan wartawan yang gesit, berani, dan yang masih tersengal karena marah, panik, terdengar jelas. Ram­ mengenaskan. butnya sedikit acak-acakan. Kemeja lengan panjangnnya ber­ ”Yang pertama, aku bersumpah, kami tidak memiliki barangkeringat. Dengan tangan terborgol, raut wajah cemas, bingung, hilang sudah semua tampilan wartawan yang gesit, berani, dan yang masih tersengal karena marah, panik, terdengar jelas. Ram­ mengenaskan. bisa diandalkan mengejar berita. Maryam dalam tampilan paling ”Yang pertama, aku bersumpah, kami tidak memiliki barangbutnya sedikit acak-acakan. Kemeja lengan panjangnnya ber­ keringat. Dengan tangan terborgol, raut wajah cemas, bingung, hilang sudah semua tampilan wartawan yang gesit, berani, dan mengenaskan. bisa diandalkan mengejar berita. Maryam dalam tampilan paling butnya sedikit acak-acakan. Kemeja lengan panjangnnya ber­ ”Yang pertama, aku bersumpah, kami tidak memiliki barangkeringat. Dengan tangan terborgol, raut wajah cemas, bingung, hilang sudah semua tampilan wartawan yang gesit, berani, dan mengenaskan. bisa diandalkan mengejar berita. Maryam dalam tampilan paling butnya sedikit acak-acakan. Kemeja lengan panjangnnya ber­ ”Yang pertama, aku bersumpah, kami tidak memiliki barangkeringat. Dengan tangan terborgol, raut wajah cemas, bingung, barang ilegal itu, sama sekali tidak, Maryam.” Aku menatap hilang sudah semua tampilan wartawan yang gesit, berani, dan mengenaskan. bisa diandalkan mengejar berita. Maryam dalam tampilan paling butnya sedikit acak-acakan. Kemeja lengan panjangnnya ber­ ”Yang pertama, aku bersumpah, kami tidak memiliki barangkeringat. Dengan tangan terborgol, raut wajah cemas, bingung, barang ilegal itu, sama sekali tidak, Maryam.” Aku menatap hilang sudah semua tampilan wartawan yang gesit, berani, dan bisa diandalkan mengejar berita. Maryam dalam tampilan paling butnya sedikit acak-acakan. Kemeja lengan panjangnnya ber­ ”Yang pertama, aku bersumpah, kami tidak memiliki barangmengenaskan. barang ilegal itu, sama sekali tidak, Maryam.” Aku menatap keringat. Dengan tangan terborgol, raut wajah cemas, bingung, hilang sudah semua tampilan wartawan yang gesit, berani, dan bisa diandalkan mengejar berita. Maryam dalam tampilan paling ”Yang pertama, aku bersumpah, kami tidak memiliki barangmengenaskan. keringat. Dengan tangan terborgol, raut wajah cemas, bingung, barang ilegal itu, sama sekali tidak, Maryam.” Aku menatap hilang sudah semua tampilan wartawan yang gesit, berani, dan bisa diandalkan mengejar berita. Maryam dalam tampilan paling ”Yang pertama, aku bersumpah, kami tidak memiliki barangmengenaskan. keringat. Dengan tangan terborgol, raut wajah cemas, bingung, barang ilegal itu, sama sekali tidak, Maryam.” Aku menatap hilang sudah semua tampilan wartawan yang gesit, berani, dan wajah Maryam sungguh-sungguh. ”Tidak perlu kupastikan, Ka­ bisa diandalkan mengejar berita. Maryam dalam tampilan paling ”Yang pertama, aku bersumpah, kami tidak memiliki barangmengenaskan. keringat. Dengan tangan terborgol, raut wajah cemas, bingung, barang ilegal itu, sama sekali tidak, Maryam.” Aku menatap hilang sudah semua tampilan wartawan yang gesit, berani, dan wajah Maryam sungguh-sungguh. ”Tidak perlu kupastikan, Ka­ bisa diandalkan mengejar berita. Maryam dalam tampilan paling mengenaskan. keringat. Dengan tangan terborgol, raut wajah cemas, bingung, barang ilegal itu, sama sekali tidak, Maryam.” Aku menatap ”Yang pertama, aku bersumpah, kami tidak memiliki barangwajah Maryam sungguh-sungguh. ”Tidak perlu kupastikan, Ka­ hilang sudah semua tampilan wartawan yang gesit, berani, dan bisa diandalkan mengejar berita. Maryam dalam tampilan paling mengenaskan. barang ilegal itu, sama sekali tidak, Maryam.” Aku menatap ”Yang pertama, aku bersumpah, kami tidak memiliki baranghilang sudah semua tampilan wartawan yang gesit, berani, dan wajah Maryam sungguh-sungguh. ”Tidak perlu kupastikan, Ka­ bisa diandalkan mengejar berita. Maryam dalam tampilan paling mengenaskan. barang ilegal itu, sama sekali tidak, Maryam.” Aku menatap ”Yang pertama, aku bersumpah, kami tidak memiliki baranghilang sudah semua tampilan wartawan yang gesit, berani, dan wajah Maryam sungguh-sungguh. ”Tidak perlu kupastikan, Ka­ bisa diandalkan mengejar berita. Maryam dalam tampilan paling dek jelas tidak tahu-menahu kapan benda itu masuk ke kapal. mengenaskan. barang ilegal itu, sama sekali tidak, Maryam.” Aku menatap ”Yang pertama, aku bersumpah, kami tidak memiliki baranghilang sudah semua tampilan wartawan yang gesit, berani, dan wajah Maryam sungguh-sungguh. ”Tidak perlu kupastikan, Ka­ bisa diandalkan mengejar berita. Maryam dalam tampilan paling dek jelas tidak tahu-menahu kapan benda itu masuk ke kapal. mengenaskan. ”Yang pertama, aku bersumpah, kami tidak memiliki baranghilang sudah semua tampilan wartawan yang gesit, berani, dan wajah Maryam sungguh-sungguh. ”Tidak perlu kupastikan, Ka­ barang ilegal itu, sama sekali tidak, Maryam.” Aku menatap dek jelas tidak tahu-menahu kapan benda itu masuk ke kapal. bisa diandalkan mengejar berita. Maryam dalam tampilan paling mengenaskan. ”Yang pertama, aku bersumpah, kami tidak memiliki barangwajah Maryam sungguh-sungguh. ”Tidak perlu kupastikan, Ka­ barang ilegal itu, sama sekali tidak, Maryam.” Aku menatap bisa diandalkan mengejar berita. Maryam dalam tampilan paling dek jelas tidak tahu-menahu kapan benda itu masuk ke kapal. mengenaskan. ”Yang pertama, aku bersumpah, kami tidak memiliki barangwajah Maryam sungguh-sungguh. ”Tidak perlu kupastikan, Ka­ barang ilegal itu, sama sekali tidak, Maryam.” Aku menatap bisa diandalkan mengejar berita. Maryam dalam tampilan paling dek jelas tidak tahu-menahu kapan benda itu masuk ke kapal. mengenaskan. Aku percaya pada Kadek. Bahkan aku bersedia memercayakan ”Yang pertama, aku bersumpah, kami tidak memiliki barangwajah Maryam sungguh-sungguh. ”Tidak perlu kupastikan, Ka­ barang ilegal itu, sama sekali tidak, Maryam.” Aku menatap bisa diandalkan mengejar berita. Maryam dalam tampilan paling dek jelas tidak tahu-menahu kapan benda itu masuk ke kapal. mengenaskan. Aku percaya pada Kadek. Bahkan aku bersedia memercayakan ”Yang pertama, aku bersumpah, kami tidak memiliki barangbarang ilegal itu, sama sekali tidak, Maryam.” Aku ke menatap bisa diandalkan mengejar berita. Maryam dalam tampilan paling dek jelas tidak tahu-menahu kapan benda itu masuk kapal. wajah Maryam sungguh-sungguh. ”Tidak perlu kupastikan, Ka­ Aku percaya Kadek. Bahkan aku bersedia memercayakan mengenaskan. ”Yang pertama, aku bersumpah, kami tidak barangbarang ilegal itu, sama sekali tidak, Maryam.” Aku menatap dek jelas tidakpada tahu-menahu kapan benda itu memiliki masuk ke kapal. wajah Maryam sungguh-sungguh. ”Tidak perlu kupastikan, Ka­ mengenaskan. Aku percaya pada Kadek. Bahkan aku bersedia memercayakan ”Yang pertama, aku bersumpah, kami tidak memiliki barangbarang ilegal itu, sama sekali tidak, Maryam.” Aku menatap dek jelas tidak tahu-menahu kapan benda itu masuk ke kapal. wajah Maryam sungguh-sungguh. ”Tidak perlu kupastikan, Ka­ mengenaskan. Aku percaya pada Kadek. Bahkan aku bersedia memercayakan ”Yang pertama, aku bersumpah, kami tidak memiliki barangkeselamatanku padanya. barang ilegal itu, sama sekali tidak, Maryam.” Aku menatap dek jelas tidak tahu-menahu kapan benda itu masuk ke kapal. wajah Maryam sungguh-sungguh. ”Tidak perlu kupastikan, Ka­ mengenaskan. Aku percaya pada Kadek. Bahkan aku bersedia memercayakan ”Yang pertama, aku bersumpah, kami tidak memiliki barangkeselamatanku padanya. barang ilegal itu, sama sekali tidak, Maryam.” Aku menatap wajah Maryam sungguh-sungguh. ”Tidak perlu kupastikan, Ka­ mengenaskan. Aku percaya pada Kadek. Bahkan aku bersedia memercayakan dek jelas tidak tahu-menahu kapan benda itu masuk ke kapal. keselamatanku padanya. ”Yang pertama, aku bersumpah, kami tidak memiliki barangbarang ilegal itu, sama sekali tidak, Maryam.” Aku menatap wajah Maryam sungguh-sungguh. ”Tidak perlu kupastikan, Ka­ Aku percaya pada Kadek. Bahkan aku bersedia memercayakan dek jelas tidak tahu-menahu kapan benda itu masuk ke kapal. ”Yang pertama, aku bersumpah, kami tidak memiliki barangkeselamatanku padanya. barang ilegal itu, sama sekali tidak, Maryam.” Aku menatap wajah Maryam sungguh-sungguh. ”Tidak perlu kupastikan, Ka­ Aku percaya pada Kadek. Bahkan aku bersedia memercayakan dek jelas tidak tahu-menahu kapan benda itu masuk ke kapal. ”Yang pertama, aku bersumpah, kami tidak memiliki barangkeselamatanku padanya. barang ilegal itu, sama sekali tidak, Maryam.” Aku menatap ”Opa juga tidak tahu, apalagi aku yang baru tiba di kapal tadi wajah Maryam sungguh-sungguh. ”Tidak perlu kupastikan, Ka­ Aku percaya pada Kadek. Bahkan aku bersedia memercayakan dek jelas tidak tahu-menahu kapan benda itu masuk ke kapal. ”Yang pertama, aku bersumpah, kami tidak memiliki barangkeselamatanku padanya. barang ilegal itu, sama sekali tidak, Maryam.” Aku menatap ”Opa juga tidak tahu, apalagi aku yang baru tiba di kapal tadi wajah Maryam sungguh-sungguh. ”Tidak perlu kupastikan, Ka­ dek jelas tidak tahu-menahu kapan benda itu masuk ke kapal. ”Yang pertama, aku bersumpah, kami tidak memiliki barangkeselamatanku padanya. Aku percaya pada Kadek. Bahkan aku bersedia memercayakan ”Opa juga tidak tahu, apalagi aku yang baru tiba di kapal tadi barang ilegal itu, sama sekali tidak, Maryam.” Aku menatap wajah Maryam sungguh-sungguh. ”Tidak perlu kupastikan, Ka­ dek jelas tidak tahu-menahu kapan benda itu masuk ke kapal. keselamatanku padanya. Aku percaya pada Kadek. Bahkan aku bersedia memercayakan barang ilegal itu, sama sekali tidak, Maryam.” Aku menatap ”Opa juga tidak tahu, apalagi aku yang baru tiba di kapal tadi wajah Maryam sungguh-sungguh. ”Tidak perlu kupastikan, Ka­ dek jelas tidak tahu-menahu kapan benda itu masuk ke kapal. keselamatanku padanya. Aku percaya pada Kadek. Bahkan aku bersedia memercayakan barang ilegal itu, sama sekali tidak, Maryam.” Aku menatap ”Opa juga tidak tahu, apalagi aku yang baru tiba di kapal tadi wajah Maryam sungguh-sungguh. ”Tidak perlu kupastikan, Ka­ pagi hampir bersamaan denganmu. Kau harus percaya itu, agar dek jelas tidak tahu-menahu kapan benda itu masuk ke kapal. keselamatanku padanya. Aku percaya pada Kadek. Bahkan aku bersedia memercayakan barang ilegal itu, sama sekali tidak, Maryam.” Aku menatap ”Opa juga tidak tahu, apalagi aku yang baru tiba di kapal tadi wajah Maryam sungguh-sungguh. ”Tidak perlu kupastikan, Ka­ pagi hampir bersamaan denganmu. Kau harus percaya itu, agar dek jelas tidak tahu-menahu kapan benda itu masuk ke kapal. Aku percaya pada Kadek. Bahkan aku bersedia memercayakan barang ilegal itu, sama sekali tidak, Maryam.” Aku menatap ”Opa juga tidak tahu, apalagi aku yang baru tiba di kapal tadi keselamatanku padanya. pagi hampir bersamaan denganmu. Kau harus percaya itu, agar wajah Maryam sungguh-sungguh. ”Tidak perlu kupastikan, Ka­ dek jelas tidak tahu-menahu kapan benda itu masuk ke kapal. Aku percaya pada Kadek. Bahkan aku bersedia memercayakan ”Opa juga tidak tahu, apalagi aku yang baru tiba di kapal tadi keselamatanku padanya. wajah Maryam sungguh-sungguh. ”Tidak perlu kupastikan, Ka­ pagi hampir bersamaan denganmu. Kau harus percaya itu, agar dek jelas tidak tahu-menahu kapan benda itu masuk ke kapal. Aku percaya pada Kadek. Bahkan aku bersedia memercayakan ”Opa juga tidak tahu, apalagi aku yang baru tiba di kapal tadi keselamatanku padanya. wajah Maryam sungguh-sungguh. ”Tidak perlu kupastikan, Ka­ pagi hampir bersamaan denganmu. Kau harus percaya itu, agar dek jelas tidak tahu-menahu kapan benda itu masuk ke kapal. aku lebih mudah menjelaskan hal berikutnya.” Aku menyentuh Aku percaya pada Kadek. Bahkan aku bersedia memercayakan ”Opa juga tidak tahu, apalagi aku yang baru tiba di kapal tadi keselamatanku padanya. wajah Maryam sungguh-sungguh. ”Tidak perlu kupastikan, Ka­ pagi hampir bersamaan denganmu. Kau harus percaya itu, agar dek jelas tidak tahu-menahu kapan benda itu masuk ke kapal. aku lebih mudah menjelaskan hal berikutnya.” Aku menyentuh Aku percaya pada Kadek. Bahkan aku bersedia memercayakan keselamatanku padanya. wajah Maryam sungguh-sungguh. ”Tidak perlu kupastikan, Ka­ pagi hampir bersamaan denganmu. Kau harus percaya itu, agar ”Opa juga tidak tahu, apalagi aku yang baru tiba di kapal tadi aku lebih mudah menjelaskan hal berikutnya.” Aku menyentuh dek jelas tidak tahu-menahu kapan benda itu masuk ke kapal. Aku percaya pada Kadek. Bahkan aku bersedia memercayakan keselamatanku padanya. pagi hampir bersamaan denganmu. Kau harus percaya itu, agar ”Opa juga tidak tahu, apalagi aku yang baru tiba di kapal tadi dek jelas tidak tahu-menahu kapan benda itu masuk ke kapal. aku lebih mudah menjelaskan hal berikutnya.” Aku menyentuh Aku percaya pada Kadek. Bahkan aku bersedia memercayakan keselamatanku padanya. pagi hampir bersamaan denganmu. Kau harus percaya itu, agar ”Opa juga tidak tahu, apalagi aku yang baru tiba di kapal tadi dek jelas tidak tahu-menahu kapan benda itu masuk ke kapal. aku lebih mudah menjelaskan hal berikutnya.” Aku menyentuh Aku percaya pada Kadek. Bahkan aku bersedia memercayakan keselamatanku padanya. pagi hampir bersamaan denganmu. Kau harus percaya itu,kapal. agar ”Opa juga tidak tahu, apalagi akuberikutnya.” yang baru dimenyentuh kapal tadi dek jelas tidak tahu-menahu kapan benda itu tiba masuk ke aku lebih mudah menjelaskan hal Aku Aku percaya pada Kadek. Bahkan aku bersedia memercayakan



Maryam menyeka pelipis, masih menatapku. dengar kalimatku lebih baik dan semua akan baik-baik saja. pelan lengan Maryam, memberikan pesan sugestif agar dia men­ penjelasan masuk akal saat ini, dan mereka tidak akan bersedia menawar dalam kasus ini, Maryam. Tidak akan pernah ada ”Yang kedua, kita tidak dalam posisi bisa melakukan tawarMaryam menyeka pelipis, masih menatapku. dengar kalimatku lebih baik dan semua akan baik-baik saja. pelan lengan Maryam, memberikan pesan sugestif agar dia men­ penjelasan masuk akal saat ini, dan mereka tidak akan bersedia menawar dalam kasus ini, Maryam. Tidak akan pernah ada ”Yang kedua, kita tidak dalam posisi bisa melakukan tawarMaryam menyeka pelipis, masih menatapku. dengar kalimatku lebih baik dan semua akan baik-baik saja. pelan lengan Maryam, memberikan pesan sugestif agar dia men­ penjelasan masuk akal saat ini, dan mereka tidak akan bersedia menawar dalam kasus ini, Maryam. Tidak akan pernah ada ”Yang kedua, kita tidak dalam posisi bisa melakukan tawarMaryam menyeka pelipis, masih menatapku. dengar kalimatku lebih baik dan semua akan baik-baik saja. pelan lengan Maryam, memberikan pesan sugestif agar dia men­ penjelasan masuk akal saat ini, dan mereka tidak akan bersedia menawar dalam kasus ini, Maryam. Tidak akan pernah ada ”Yang kedua, kita tidak dalam posisi bisa melakukan tawarMaryam menyeka pelipis, masih menatapku. dengar kalimatku lebih baik dan semua akan baik-baik saja. mendengar bantahan sedikit pun. Itu masuk akal, tidak akan penjelasan masuk akal saat ini, dan mereka tidak akan bersedia menawar dalam kasus ini, Maryam. Tidak akan pernah ada ”Yang kedua, kita tidak dalam posisi bisa melakukan tawarMaryam menyeka pelipis, masih menatapku. dengar kalimatku lebih baik dan semua akan baik-baik saja. mendengar bantahan sedikit pun. Itu masuk akal, tidak akan penjelasan masuk akal saat ini, dan mereka tidak akan bersedia menawar dalam kasus ini, Maryam. Tidak akan pernah ada ”Yang kedua, kita tidak dalam posisi bisa melakukan tawarMaryam menyeka pelipis, masih menatapku. dengar kalimatku lebih baik dan semua akan baik-baik saja. mendengar bantahan sedikit pun. Itu masuk akal, tidak akan penjelasan masuk akal saat ini, dan mereka tidak akan bersedia menawar dalam kasus ini, Maryam. Tidak akan pernah ada ”Yang kedua, kita tidak dalam posisi bisa melakukan tawarMaryam menyeka pelipis, masih menatapku. dengar kalimatku lebih baik dan semua akan baik-baik saja. mendengar bantahan sedikit pun. Itu masuk akal, tidak akan penjelasan masuk akal saat ini, dan mereka tidak akan bersedia menawar dalam kasus ini, Maryam. Tidak akan pernah ada ”Yang kedua, kita tidak dalam posisi bisa melakukan tawarMaryam menyeka pelipis, masih menatapku. dengar kalimatku lebih baik dan semua akan baik-baik saja. mendengar bantahan sedikit pun. Itu masuk akal, tidak akan penjelasan masuk akal saat ini, dan mereka tidak akan bersedia menawar dalam kasus ini, Maryam. Tidak akan pernah ada ”Yang kedua, kita tidak dalam posisi bisa melakukan tawarMaryam menyeka pelipis, masih menatapku. penyidik yang bisa percaya dengan mudah penjelasan empat mendengar bantahan sedikit pun. Itu masuk akal, tidak akan penjelasan masuk akal saat ini, dan mereka tidak akan bersedia menawar dalam kasus ini, Maryam. Tidak akan pernah ada ”Yang kedua, kita tidak dalam posisi bisa melakukan tawarMaryam menyeka pelipis, masih menatapku. penyidik yang bisa percaya dengan mudah penjelasan empat mendengar bantahan sedikit pun. Itu masuk akal, tidak akan penjelasan masuk akal saat ini, dan mereka tidak akan bersedia menawar dalam kasus ini, Maryam. Tidak akan pernah ada ”Yang kedua, kita tidak dalam posisi bisa melakukan tawarMaryam menyeka pelipis, masih menatapku. penyidik yang bisa percaya dengan mudah penjelasan empat mendengar bantahan sedikit pun. Itu masuk akal, tidak akan penjelasan masuk akal saat ini, dan mereka tidak akan bersedia menawar dalam kasus ini, Maryam. Tidak akan pernah ada ”Yang kedua, kita tidak dalam posisi bisa melakukan tawarMaryam menyeka pelipis, masih menatapku. penyidik yang bisa percaya dengan mudah penjelasan empat mendengar bantahan sedikit pun. Itu masuk akal, tidak akan penjelasan masuk akal saat ini, dan mereka tidak akan bersedia menawar dalam kasus ini, Maryam. Tidak akan pernah ada ”Yang kedua, kita tidak dalam posisi bisa melakukan tawarMaryam menyeka pelipis, masih menatapku. penyidik yang bisa percaya dengan mudah penjelasan empat mendengar bantahan sedikit pun. Itu masuk akal, tidak akan penjelasan masuk akal saat ini, dan mereka tidak akan bersedia menawar dalam kasus ini, Maryam. Tidak akan pernah ada ”Yang kedua, kita tidak dalam posisi bisa melakukan tawarorang tertangkap tangan bersama seratus kilogram heroin dan penyidik yang bisa percaya dengan mudah penjelasan empat mendengar bantahan sedikit pun. Itu masuk akal, tidak akan penjelasan masuk akal saat ini, dan mereka tidak akan bersedia menawar dalam kasus ini, Maryam. Tidak akan pernah ada ”Yang kedua, kita tidak dalam posisi bisa melakukan tawarorang tertangkap tangan bersama seratus kilogram heroin dan penyidik yang bisa percaya dengan mudah penjelasan empat mendengar bantahan sedikit pun. Itu masuk akal, tidak akan penjelasan masuk akal saat ini, dan mereka tidak akan bersedia menawar dalam kasus ini, Maryam. Tidak akan pernah ada ”Yang kedua, kita tidak dalam posisi bisa melakukan tawarorang tertangkap tangan bersama seratus kilogram heroin dan penyidik yang bisa percaya dengan mudah penjelasan empat mendengar bantahan sedikit pun. Itu masuk akal, tidak akan penjelasan masuk akal saat ini, dan mereka tidak akan bersedia menawar dalam kasus ini, Maryam. Tidak akan pernah ada ”Yang kedua, kita tidak dalam posisi bisa melakukan tawarorang tertangkap tangan bersama seratus kilogram heroin dan penyidik yang bisa percaya dengan mudah penjelasan empat mendengar bantahan sedikit pun. Itu masuk akal, tidak akan penjelasan masuk akal saat ini, dan mereka tidak akan bersedia menawar dalam kasus ini, Maryam. Tidak akan pernah ada ”Yang kedua, kita tidak dalam posisi bisa melakukan tawarorang tertangkap tangan bersama seratus kilogram heroin dan penyidik yang bisa percaya dengan mudah penjelasan empat mendengar bantahan sedikit pun. Itu masuk akal, tidak akan penjelasan masuk akal saat ini, dan mereka tidak akan bersedia menawar dalam kasus ini, Maryam. Tidak akan pernah ada setumpuk senjata. Mereka akan memaksakan undang-undang orang tertangkap tangan bersama seratus kilogram heroin dan penyidik yang bisa percaya dengan mudah penjelasan empat mendengar bantahan sedikit pun. Itu masuk akal, tidak akan penjelasan masuk akal saat ini, dan mereka tidak akan bersedia menawar dalam kasus ini, Maryam. Tidak akan pernah ada setumpuk senjata. Mereka akan memaksakan undang-undang orang tertangkap tangan bersama seratus kilogram heroin dan penyidik yang bisa percaya dengan mudah penjelasan empat mendengar bantahan sedikit pun. Itu masuk akal, tidak akan penjelasan masuk akal saat ini, dan mereka tidak akan bersedia menawar dalam kasus ini, Maryam. Tidak akan pernah ada setumpuk senjata. Mereka akan memaksakan undang-undang orang tertangkap tangan bersama seratus kilogram heroin dan penyidik yang bisa percaya dengan mudah penjelasan empat mendengar bantahan sedikit pun. Itu masuk akal, tidak akan penjelasan masuk akal saat ini, dan mereka tidak akan bersedia menawar dalam kasus ini, Maryam. Tidak akan pernah ada setumpuk senjata. Mereka akan memaksakan undang-undang orang tertangkap tangan bersama seratus kilogram heroin dan penyidik yang bisa percaya dengan mudah penjelasan empat mendengar bantahan sedikit pun. Itu masuk akal, tidak akan penjelasan masuk akal saat ini, dan mereka tidak akan bersedia menawar dalam kasus ini, Maryam. Tidak akan pernah ada setumpuk senjata. Mereka akan memaksakan undang-undang orang tertangkap tangan bersama seratus kilogram heroin dan penyidik yang bisa percaya dengan mudah penjelasan empat mendengar bantahan sedikit pun. Itu masuk akal, tidak akan penjelasan masuk akal saat ini, dan mereka tidak akan bersedia darurat untuk menahan kita hingga kapan pun sebelum proses setumpuk senjata. Mereka akan memaksakan undang-undang orang tertangkap tangan bersama seratus kilogram heroin dan penyidik yang bisa percaya dengan mudah penjelasan empat mendengar bantahan sedikit pun. Itu masuk akal, tidak akan ada penjelasan masuk akal saat ini, dan mereka tidak akan bersedia darurat untuk menahan kita hingga kapan pun sebelum proses setumpuk senjata. Mereka akan memaksakan undang-undang orang tertangkap tangan bersama seratus kilogram heroin dan penyidik yang bisa percaya dengan mudah penjelasan empat mendengar bantahan sedikit pun. Itu masuk akal, tidak akan ada penjelasan masuk akal saat ini, dan mereka tidak akan bersedia darurat untuk menahan kita hingga kapan pun sebelum proses setumpuk senjata. Mereka akan memaksakan undang-undang orang tertangkap tangan bersama seratus kilogram heroin dan penyidik yang bisa percaya dengan mudah penjelasan empat mendengar bantahan sedikit pun. Itu masuk akal, tidak akan ada penjelasan masuk akal saat ini, dan mereka tidak akan bersedia darurat untuk menahan kita hingga kapan pun sebelum proses setumpuk senjata. Mereka akan memaksakan undang-undang orang tertangkap tangan bersama seratus kilogram heroin dan penyidik yang bisa percaya dengan mudah penjelasan empat mendengar bantahan sedikit pun. Itu masuk akal, tidak akan ada penjelasan masuk akal saat ini, dan mereka tidak akan bersedia darurat untuk menahan kita hingga kapan pun sebelum proses setumpuk senjata. Mereka akan memaksakan undang-undang orang tertangkap tangan bersama seratus kilogram heroin dan penyidik yang bisa percaya dengan mudah penjelasan empat mendengar bantahan sedikit pun. Itu masuk akal, tidak akan ada pengadilan. Kalaupun pengadilan itu terjadi, tidak akan ada yang darurat untuk menahan kita hingga kapan pun sebelum proses setumpuk senjata. Mereka akan memaksakan undang-undang orang tertangkap tangan bersama seratus kilogram heroin dan penyidik yang bisa percaya dengan mudah penjelasan empat mendengar bantahan sedikit pun. Itu masuk akal, tidak akan ada pengadilan. Kalaupun pengadilan itu terjadi, tidak akan ada yang darurat untuk menahan kita hingga kapan pun sebelum proses setumpuk senjata. Mereka akan memaksakan undang-undang orang tertangkap tangan bersama seratus kilogram heroin dan penyidik yang bisa percaya dengan mudah penjelasan empat mendengar bantahan sedikit pun. Itu masuk akal, tidak akan ada pengadilan. Kalaupun pengadilan itu terjadi, tidak akan ada yang darurat untuk menahan kita hingga kapan pun sebelum proses setumpuk senjata. Mereka akan memaksakan undang-undang orang tertangkap tangan bersama seratus kilogram heroin dan penyidik yang bisa percaya dengan mudah penjelasan empat mendengar bantahan sedikit pun. Itu masuk akal, tidak akan ada pengadilan. Kalaupun pengadilan itu terjadi, tidak akan ada yang darurat untuk menahan kita hingga kapan pun sebelum proses setumpuk senjata. Mereka akan memaksakan undang-undang orang tertangkap tangan bersama seratus kilogram heroin dan penyidik yang bisa percaya dengan mudah penjelasan empat mendengar bantahan sedikit pun. Itu masuk akal, tidak akan ada pengadilan. Kalaupun pengadilan itu terjadi, tidak akan ada yang darurat untuk menahan kita hingga kapan pun sebelum proses setumpuk senjata. Mereka akan memaksakan undang-undang orang tertangkap tangan bersama seratus kilogram heroin dan penyidik yang bisa percaya dengan mudah penjelasan empat percaya pada kita. Kau wartawan politik. Kau pasti memahami pengadilan. Kalaupun pengadilan itu terjadi, tidak akan ada yang darurat untuk menahan kita hingga kapan pun sebelum proses setumpuk senjata. Mereka akan memaksakan undang-undang orang tertangkap tangan bersama seratus kilogram heroin dan penyidik yang bisa percaya dengan mudah penjelasan empat percaya pada kita. Kau wartawan politik. Kau pasti memahami pengadilan. Kalaupun pengadilan itu terjadi, tidak akan ada yang darurat untuk menahan kita hingga kapan pun sebelum proses setumpuk senjata. Mereka akan memaksakan undang-undang orang tertangkap tangan bersama seratus kilogram heroin dan penyidik yang bisa percaya dengan mudah penjelasan empat percaya pada kita. Kau wartawan politik. Kau pasti memahami pengadilan. Kalaupun pengadilan itu terjadi, tidak akan ada yang darurat untuk menahan kita hingga kapan pun sebelum proses setumpuk senjata. Mereka akan memaksakan undang-undang orang tertangkap tangan bersama seratus kilogram heroin dan penyidik yang bisa percaya dengan mudah penjelasan empat percaya pada kita. Kau wartawan politik. Kau pasti memahami pengadilan. Kalaupun pengadilan itu terjadi, tidak akan ada yang darurat untuk menahan kita hingga kapan pun sebelum proses setumpuk senjata. Mereka akan memaksakan undang-undang orang tertangkap tangan bersama seratus kilogram heroin dan penyidik yang bisa percaya dengan mudah penjelasan empat percaya pada kita. Kau wartawan politik. Kau pasti memahami pengadilan. Kalaupun pengadilan itu terjadi, tidak akan ada yang darurat untuk menahan kita hingga kapan pun sebelum proses setumpuk senjata. Mereka akan memaksakan undang-undang orang tertangkap tangan bersama seratus kilogram heroin dan logika hukum, proses hukum. Penjelasan justru hanya menjadi percaya pada kita. Kau wartawan politik. Kau pasti memahami pengadilan. Kalaupun pengadilan itu terjadi, tidak akan ada yang darurat untuk menahan kita hingga kapan pun sebelum proses setumpuk senjata. Mereka akan memaksakan undang-undang orang tertangkap tangan bersama seratus kilogram heroin dan logika hukum, proses hukum. Penjelasan justru hanya menjadi percaya pada kita. Kau wartawan politik. Kau pasti memahami pengadilan. Kalaupun pengadilan itu terjadi, tidak akan ada yang darurat untuk menahan kita hingga kapan pun sebelum proses setumpuk senjata. Mereka akan memaksakan undang-undang orang tertangkap tangan bersama seratus kilogram heroin dan logika hukum, proses hukum. Penjelasan justru hanya menjadi percaya pada kita. Kau wartawan politik. Kau pasti memahami pengadilan. Kalaupun pengadilan itu terjadi, tidak akan ada yang darurat untuk menahan kita hingga kapan pun sebelum proses setumpuk senjata. Mereka akan memaksakan undang-undang orang tertangkap tangan bersama seratus kilogram heroin dan logika hukum, proses hukum. Penjelasan justru hanya menjadi percaya pada kita. Kau wartawan politik. Kau pasti memahami pengadilan. Kalaupun pengadilan itu terjadi, tidak akan ada yang darurat untuk menahan kita hingga kapan pun sebelum proses setumpuk senjata. Mereka akan memaksakan undang-undang orang tertangkap tangan bersama seratus kilogram heroin dan logika hukum, proses hukum. Penjelasan justru hanya menjadi percaya pada kita. Kau wartawan politik. Kau pasti memahami pengadilan. Kalaupun pengadilan itu terjadi, tidak akan ada yang darurat untuk menahan kita hingga kapan pun sebelum proses setumpuk senjata. Mereka akan memaksakan undang-undang kontra argumen bagi pengadilan.” logika hukum, proses hukum. Penjelasan justru hanya menjadi percaya pada kita. Kau wartawan politik. Kau pasti memahami pengadilan. Kalaupun pengadilan itu terjadi, tidak akan ada yang darurat untuk menahan kita hingga kapan pun sebelum proses setumpuk senjata. Mereka akan memaksakan undang-undang kontra argumen bagi pengadilan.” logika hukum, proses hukum. Penjelasan justru hanya menjadi percaya pada kita. Kau wartawan politik. Kau pasti memahami pengadilan. Kalaupun pengadilan itu terjadi, tidak akan ada yang darurat untuk menahan kita hingga kapan pun sebelum proses setumpuk senjata. Mereka akan memaksakan undang-undang kontra argumen bagi pengadilan.” logika hukum, proses hukum. Penjelasan justru hanya menjadi percaya pada kita. Kau wartawan politik. Kau pasti memahami pengadilan. Kalaupun pengadilan itu terjadi, tidak akan ada yang darurat untuk menahan kita hingga kapan pun sebelum proses setumpuk senjata. Mereka akan memaksakan undang-undang kontra argumen bagi pengadilan.” logika hukum, proses hukum. Penjelasan justru hanya menjadi percaya pada kita. Kau wartawan politik. Kau pasti memahami pengadilan. Kalaupun pengadilan itu terjadi, tidak akan ada yang darurat untuk menahan kita hingga kapan pun sebelum proses setumpuk senjata. Mereka akan memaksakan undang-undang kontra argumen bagi pengadilan.” logika proses hukum. Penjelasan justru hanya menjadi percaya pada kita. Kau wartawan politik. Kau pasti memahami pengadilan. Kalaupun pengadilan itu terjadi, tidak akan ada yang darurat untuk menahan kita hingga kapan pun sebelum proses Aku menghela napas lagi, mata hitam gadis warta­ kontra argumen bagi pengadilan.” logika hukum, proses hukum. Penjelasan justru hanya menjadi percaya pada kita. Kau wartawan politik. Kau pasti memahami pengadilan. Kalaupun pengadilan itu terjadi, tidak akan ada yang darurat untuk menahan kita menatap hingga kapan pun sebelum proses Akuhukum, menghela napas lagi, menatap mata hitam gadis warta­ kontra argumen bagi pengadilan.” logika hukum, proses hukum. Penjelasan justru hanya menjadi percaya pada kita. Kau wartawan politik. Kau pasti memahami pengadilan. Kalaupun pengadilan itu terjadi, tidak akan ada yang darurat untuk menahan kita hingga kapan pun sebelum proses Aku menghela napas lagi, menatap mata hitam gadis warta­ kontra argumen bagi pengadilan.” logika hukum, proses hukum. Penjelasan justru hanya menjadi percaya pada kita. Kau wartawan politik. Kau pasti memahami pengadilan. Kalaupun pengadilan itu terjadi, tidak akan ada yang darurat untuk menahan kita hingga kapan pun sebelum proses Aku menghela napas lagi, menatap mata hitam gadis warta­ kontra argumen bagi pengadilan.” logika hukum, proses hukum. Penjelasan justru hanya menjadi percaya pada kita. Kau wartawan politik. Kau pasti memahami pengadilan. Kalaupun pengadilan itu terjadi, tidak akan ada yang darurat untuk menahan kita hingga kapan pun sebelum proses Aku menghela napas lagi, menatap mata hitam gadis warta­ kontra argumen bagi pengadilan.” logika hukum, proses hukum. Penjelasan justru hanya menjadi percaya pada kita. Kau wartawan politik. Kau pasti memahami pengadilan. Kalaupun pengadilan itu terjadi, tidak akan ada yang yang mulai berkaca-kaca. ”Ini semua jebakan, wan di hadapanku Aku menghela napas lagi, menatap mata hitam gadis warta­ kontra argumen bagi pengadilan.” logika hukum, proses hukum. Penjelasan justru hanya menjadi percaya pada kita. Kau wartawan politik. Kau pasti memahami pengadilan. Kalaupun pengadilan itu terjadi, tidak akan ada yang yang mulai berkaca-kaca. ”Ini semua jebakan, wan di hadapanku Aku menghela napas lagi, menatap mata hitam gadis warta­ kontra argumen bagi pengadilan.” logika hukum, proses hukum. Penjelasan justru hanya menjadi percaya pada kita. Kau wartawan politik. Kau pasti memahami pengadilan. Kalaupun pengadilan itu terjadi, tidak akan ada yang yang mulai berkaca-kaca. ”Ini semua jebakan, wan di hadapanku Aku menghela napas lagi, menatap mata hitam gadis warta­ kontra argumen bagi pengadilan.” logika hukum, proses hukum. Penjelasan justru hanya menjadi percaya pada kita. Kau wartawan politik. Kau pasti memahami pengadilan. Kalaupun pengadilan itu terjadi, tidak akan ada yang yang mulai berkaca-kaca. ”Ini semua jebakan, wan di hadapanku Aku menghela napas lagi, menatap mata hitam gadis warta­ kontra argumen bagi pengadilan.” logika hukum, proses hukum. Penjelasan justru hanya menjadi percaya pada kita. Kau wartawan politik. Kau pasti memahami pengadilan. Kalaupun pengadilan itu terjadi, tidak akan ada yang yang mulai berkaca-kaca. ”Ini semua jebakan, wan di hadapanku Aku menghela napas lagi, menatap mata hitam gadis warta­ kontra argumen bagi pengadilan.” logika hukum, proses hukum. Penjelasan justru hanya menjadi percaya pada kita. Kau wartawan politik. Kau pasti memahami Maryam. Jebakan serius dan mematikan. Target mereka yang yang mulai berkaca-kaca. ”Ini semua jebakan, wan di hadapanku Aku menghela napas lagi, menatap mata hitam gadis warta­ kontra argumen bagi pengadilan.” logika hukum, proses hukum. Penjelasan justru hanya menjadi percaya pada kita. Kau wartawan politik. Kau pasti memahami Maryam. Jebakan serius dan mematikan. Target mereka yang yang mulai berkaca-kaca. ”Ini semua jebakan, wan di hadapanku Aku menghela napas lagi, menatap mata hitam gadis warta­ kontra argumen bagi pengadilan.” logika hukum, proses hukum. Penjelasan justru hanya menjadi percaya pada kita. Kau wartawan politik. Kau pasti memahami Maryam. Jebakan serius dan mematikan. Target mereka yang yang mulai berkaca-kaca. ”Ini semua jebakan, wan di hadapanku Aku menghela napas lagi, menatap mata hitam gadis warta­ kontra argumen bagi pengadilan.” logika hukum, proses hukum. Penjelasan justru hanya menjadi percaya pada kita. Kau wartawan politik. Kau pasti memahami Maryam. Jebakan serius dan mematikan. Target mereka yang yang mulai berkaca-kaca. ”Ini semua jebakan, wan di hadapanku Aku menghela napas lagi, menatap mata hitam gadis warta­ kontra argumen bagi pengadilan.” logika hukum, proses hukum. Penjelasan justru hanya menjadi percaya pada kita. Kau wartawan politik. Kau pasti memahami Maryam. Jebakan serius dan mematikan. Target mereka yang yang mulai berkaca-kaca. ”Ini semua jebakan, wan di hadapanku Aku menghela napas lagi, menatap mata hitam gadis warta­ kontra argumen bagi pengadilan.” logika hukum, proses hukum. Penjelasan justru hanya menjadi menjebak jelas, sekali pukul, satu bidak tumbang, berhasil di­ Maryam. Jebakan serius dan mematikan. Target mereka yang yang mulai berkaca-kaca. ”Ini semua jebakan, wan di hadapanku Aku menghela napas lagi, menatap mata hitam gadis warta­ kontra argumen bagi pengadilan.” logika hukum, proses hukum. Penjelasan justru hanya menjadi menjebak jelas, sekali pukul, satu bidak tumbang, berhasil di­ Maryam. Jebakan serius dan mematikan. Target mereka yang yang mulai berkaca-kaca. ”Ini semua jebakan, wan di hadapanku Aku menghela napas lagi, menatap mata hitam gadis warta­ kontra argumen bagi pengadilan.” logika hukum, proses hukum. Penjelasan justru hanya menjadi menjebak jelas, sekali pukul, satu bidak tumbang, berhasil di­ Maryam. Jebakan serius dan mematikan. Target mereka yang yang mulai berkaca-kaca. ”Ini semua jebakan, wan di hadapanku Aku menghela napas lagi, menatap mata hitam gadis warta­ kontra argumen bagi pengadilan.” logika hukum, proses hukum. Penjelasan justru hanya menjadi menjebak jelas, sekali pukul, satu bidak tumbang, berhasil di­ Maryam. Jebakan serius dan mematikan. Target mereka yang yang mulai berkaca-kaca. ”Ini semua jebakan, wan di hadapanku Aku menghela napas lagi, menatap mata hitam gadis warta­ kontra argumen bagi pengadilan.” logika hukum, proses hukum. Penjelasan justru hanya menjadi menjebak jelas, sekali pukul, satu bidak tumbang, berhasil di­ Maryam. Jebakan serius dan mematikan. Target mereka yang yang mulai berkaca-kaca. ”Ini semua jebakan, wan di hadapanku Aku menghela napas lagi, menatap mata hitam gadis warta­ kontra argumen bagi pengadilan.” amankan. Lantas siapa? Apa mau mereka? Apa tujuan mereka? menjebak jelas, sekali pukul, satu bidak tumbang, berhasil di­ Maryam. Jebakan serius dan mematikan. Target mereka yang yang mulai berkaca-kaca. ”Ini semua jebakan, wan di hadapanku Aku menghela napas lagi, menatap mata hitam gadis warta­ kontra argumen bagi pengadilan.” amankan. Lantas siapa? Apa mau mereka? Apa tujuan mereka? menjebak jelas, sekali pukul, satu bidak tumbang, berhasil di­ Maryam. Jebakan serius dan mematikan. Target mereka yang yang mulai berkaca-kaca. ”Ini semua jebakan, wan di hadapanku Aku menghela napas lagi, menatap mata hitam gadis warta­ kontra argumen bagi pengadilan.” amankan. Lantas siapa? Apa mau mereka? Apa tujuan mereka? menjebak jelas, sekali pukul, satu bidak tumbang, berhasil di­ Maryam. Jebakan serius dan mematikan. Target mereka yang yang mulai berkaca-kaca. ”Ini semua jebakan, wan di hadapanku Aku menghela napas lagi, menatap mata hitam gadis warta­ kontra argumen bagi pengadilan.” amankan. Lantas siapa? Apa mau mereka? Apa tujuan mereka? menjebak jelas, sekali pukul, satu bidak tumbang, berhasil di­ Maryam. Jebakan serius dan mematikan. Target mereka yang yang mulai berkaca-kaca. ”Ini semua jebakan, wan di hadapanku Aku menghela napas lagi, menatap mata hitam gadis warta­ kontra argumen bagi pengadilan.” amankan. Lantas siapa? Apa mau mereka? Apa tujuan mereka? menjebak jelas, sekali pukul, satu bidak tumbang, berhasil di­ Maryam. Jebakan serius dan mematikan. Target mereka yang yang mulai berkaca-kaca. ”Ini semua jebakan, wan di hadapanku Aku menghela napas lagi, menatap mata hitam gadis warta­ Nah, terlalu naif kalau kau berpikir ini salah paham. Itu benar, amankan. Lantas siapa? Apa mau mereka? Apa tujuan mereka? menjebak jelas, sekali pukul, satu bidak tumbang, berhasil di­ Maryam. Jebakan serius dan mematikan. Target mereka yang yang mulai berkaca-kaca. ”Ini semua jebakan, wan di hadapanku Aku menghela napas lagi, menatap mata hitam gadis warta­ Nah, terlalu naif kalau kau berpikir ini salah paham. Itu benar, amankan. Lantas siapa? Apa mau mereka? Apa tujuan mereka? menjebak jelas, sekali pukul, satu bidak tumbang, berhasil di­ Maryam. Jebakan serius dan mematikan. Target mereka yang yang mulai berkaca-kaca. ”Ini semua jebakan, wan di hadapanku Aku menghela napas lagi, menatap mata hitam gadis warta­ Nah, terlalu naif kalau kau berpikir ini salah paham. Itu benar, amankan. Lantas siapa? Apa mau mereka? Apa tujuan mereka? menjebak jelas, sekali pukul, satu bidak tumbang, berhasil di­ Maryam. Jebakan serius dan mematikan. Target mereka yang yang mulai berkaca-kaca. ”Ini semua jebakan, wan di hadapanku Aku menghela napas lagi, menatap mata hitam gadis warta­ Nah, terlalu naif kalau kau berpikir ini salah paham. Itu benar, amankan. Lantas siapa? Apa mau mereka? Apa tujuan mereka? menjebak jelas, sekali pukul, satu bidak tumbang, berhasil di­ Maryam. Jebakan serius dan mematikan. Target mereka yang yang mulai berkaca-kaca. ”Ini semua jebakan, wan di hadapanku Aku menghela napas lagi, menatap mata hitam gadis warta­ Nah, terlalu naif kalau kau berpikir ini salah paham. Itu benar, amankan. Lantas siapa? Apa mau mereka? Apa tujuan mereka? menjebak jelas, sekali pukul, satu bidak tumbang, berhasil di­ Maryam. Jebakan serius dan mematikan. Target mereka yang yang mulai berkaca-kaca. ”Ini semua jebakan, wan di hadapanku kau berada di tempat dan waktu yang keliru, berada di kapal Nah, terlalu naif kalau kau berpikir ini salah paham. Itu benar, amankan. Lantas siapa? Apa mau mereka? Apa tujuan mereka? menjebak jelas, sekali pukul, satu bidak tumbang, berhasil di­ Maryam. Jebakan serius dan mematikan. Target mereka yang yang mulai berkaca-kaca. ”Ini semua jebakan, wan di hadapanku kau berada di tempat dan waktu yang keliru, berada di kapal Nah, terlalu naif kalau kau berpikir ini salah paham. Itu benar, amankan. Lantas siapa? Apa mau mereka? Apa tujuan mereka? menjebak jelas, sekali pukul, satu bidak tumbang, berhasil di­ Maryam. Jebakan serius dan mematikan. Target mereka yang yang mulai berkaca-kaca. ”Ini semua jebakan, wan di hadapanku kau berada di tempat dan waktu yang keliru, berada di kapal Nah, terlalu naif kalau kau berpikir ini salah paham. Itu benar, amankan. Lantas siapa? Apa mau mereka? Apa tujuan mereka? menjebak jelas, sekali pukul, satu bidak tumbang, berhasil di­ Maryam. Jebakan serius dan mematikan. Target mereka yang yang mulai berkaca-kaca. ”Ini semua jebakan, wan di hadapanku kau berada di tempat dan waktu yang keliru, berada di kapal Nah, terlalu naif kalau kau berpikir ini salah paham. Itu benar, amankan. Lantas siapa? Apa mau mereka? Apa tujuan mereka? menjebak jelas, sekali pukul, satu bidak tumbang, berhasil di­ Maryam. Jebakan serius dan mematikan. Target mereka yang yang mulai berkaca-kaca. ”Ini semua jebakan, wan di hadapanku kau berada di tempat dan waktu yang keliru, berada di kapal Nah, terlalu naif kalau kau berpikir ini salah paham. Itu benar, amankan. Lantas siapa? Apa mau mereka? Apa tujuan mereka? menjebak jelas, sekali pukul, satu bidak tumbang, berhasil di­ Maryam. Jebakan serius dan mematikan. Target mereka yang saat penyergapan. Tapi dalang di balik jebakan ini tidak peduli kau berada di tempat dan waktu yang keliru, berada di kapal Nah, terlalu naif kalau kau berpikir ini salah paham. Itu benar, amankan. Lantas siapa? Apa mau mereka? Apa tujuan mereka? menjebak jelas, sekali pukul, satu bidak tumbang, berhasil di­ Maryam. Jebakan serius dan mematikan. Target mereka yang saat penyergapan. Tapi dalang di balik jebakan ini tidak peduli kau berada di tempat dan waktu yang keliru, berada di kapal Nah, terlalu naif kalau kau berpikir ini salah paham. Itu benar, amankan. Lantas siapa? Apa mau mereka? Apa tujuan mereka? menjebak jelas, sekali pukul, satu bidak tumbang, berhasil di­ Maryam. Jebakan serius dan mematikan. Target mereka yang saat penyergapan. Tapi dalang di balik jebakan ini tidak peduli kau berada di tempat dan waktu yang keliru, berada di kapal Nah, terlalu naif kalau kau berpikir ini salah paham. Itu benar, amankan. Lantas siapa? Apa mau mereka? Apa tujuan mereka? menjebak jelas, sekali pukul, satu bidak tumbang, berhasil di­ Maryam. Jebakan serius dan mematikan. Target mereka yang saat penyergapan. Tapi dalang di balik jebakan ini tidak peduli kau berada di tempat dan waktu yang keliru, berada di kapal Nah, terlalu naif kalau kau berpikir ini salah paham. Itu benar, amankan. Lantas siapa? Apa mau mereka? Apa tujuan mereka? menjebak jelas, sekali pukul, satu bidak tumbang, berhasil di­ Maryam. Jebakan serius dan mematikan. Target mereka yang saat penyergapan. Tapi dalang di balik jebakan ini tidak peduli kau berada di tempat dan waktu yang keliru, berada di kapal Nah, terlalu naif kalau kau berpikir ini salah paham. Itu benar, amankan. Lantas siapa? Apa mau mereka? Apa tujuan mereka? menjebak jelas, sekali pukul, satu bidak tumbang, berhasil di­ kau, Opa, Kadek, atau siapa pun yang ada di kapal. Dia hanya saat penyergapan. Tapi dalang di balik jebakan ini tidak peduli kau berada di tempat dan waktu yang keliru, berada di kapal Nah, terlalu naif kalau kau berpikir ini salah paham. Itu benar, amankan. Lantas siapa? Apa mau mereka? Apa tujuan mereka? menjebak jelas, sekali pukul, satu bidak tumbang, berhasil di­ kau, Opa, Kadek, atau siapa pun yang ada di kapal. Dia hanya saat penyergapan. Tapi dalang di balik jebakan ini tidak peduli kau berada di tempat dan waktu yang keliru, berada di kapal Nah, terlalu naif kalau kau berpikir ini salah paham. Itu benar, amankan. Lantas siapa? Apa mau mereka? Apa tujuan mereka? menjebak jelas, sekali pukul, satu bidak tumbang, berhasil di­ kau, Opa, Kadek, atau siapa pun yang ada di kapal. Dia hanya saat penyergapan. Tapi dalang di balik jebakan ini tidak peduli kau berada di tempat dan waktu yang keliru, berada di kapal Nah, terlalu naif kalau kau berpikir ini salah paham. Itu benar, amankan. Lantas siapa? Apa mau mereka? Apa tujuan mereka? menjebak jelas, sekali pukul, satu bidak tumbang, berhasil di­ kau, Opa, Kadek, atau siapa pun yang ada di kapal. Dia hanya saat penyergapan. Tapi dalang di balik jebakan ini tidak peduli kau berada di tempat dan waktu yang keliru, berada di kapal Nah, terlalu naif kalau kau berpikir ini salah paham. Itu benar, amankan. Lantas siapa? Apa mau mereka? Apa tujuan mereka? menjebak jelas, sekali pukul, satu bidak tumbang, berhasil di­ kau, Opa, Kadek, atau siapa pun yang ada di kapal. Dia hanya saat penyergapan. Tapi dalang di balik jebakan ini tidak peduli kau berada di tempat dan waktu yang keliru, berada di kapal Nah, terlalu naif kalau kau berpikir ini salah paham. Itu benar, amankan. Lantas siapa? Apa mau mereka? Apa tujuan mereka? peduli apakah aku ada di kapal itu atau tidak.” kau, Opa, Kadek, atau siapa pun yang ada di kapal. Dia hanya saat penyergapan. Tapi dalang di balik jebakan ini tidak peduli kau berada di tempat dan waktu yang keliru, berada di kapal Nah, terlalu naif kalau kau berpikir ini salah paham. Itu benar, amankan. Lantas siapa? Apa mau mereka? Apa tujuan mereka? peduli apakah aku ada di kapal itu atau tidak.” kau, Opa, Kadek, atau siapa pun yang ada di kapal. Dia hanya saat penyergapan. Tapi dalang di balik jebakan ini tidak peduli kau berada di tempat dan waktu yang keliru, berada di kapal Nah, terlalu naif kalau kau berpikir ini salah paham. Itu benar, amankan. Lantas siapa? Apa mau mereka? Apa tujuan mereka? peduli apakah aku ada di kapal itu atau tidak.” kau, Opa, Kadek, atau siapa pun yang ada di kapal. Dia hanya saat penyergapan. Tapi dalang di balik jebakan ini tidak peduli kau berada di tempat dan waktu yang keliru, berada di kapal Nah, terlalu naif kalau kau berpikir ini salah paham. Itu benar, amankan. Lantas siapa? Apa mau mereka? Apa tujuan mereka? peduli apakah aku ada di kapal itu atau tidak.” kau, Opa, Kadek, atau siapa pun yang ada di kapal. Dia hanya saat penyergapan. Tapi dalang di balik jebakan ini tidak peduli kau berada di tempat dan waktu yang keliru, berada di kapal Nah, terlalu naif kalau kau berpikir ini salah paham. Itu benar, amankan. Lantas siapa? Apa mau mereka? Apa tujuan mereka? peduli apakah aku ada di kapal itu atau tidak.” kau, Opa, Kadek, atau siapa pun yang ada di kapal. Dia hanya saat penyergapan. Tapi dalang di balik jebakan ini tidak peduli kau berada di tempat dan waktu yang keliru, berada di peduli kapal Nah, terlalu naif kalau kau berpikir ini ada salah paham. Itu benar, Aku diam sejenak, berusaha lebih terkendali menjelaskan, peduli apakah aku ada di kapal itu atau tidak.” kau, Opa, Kadek, atau siapa pun yang di kapal. Dia hanya saat penyergapan. Tapi dalang di balik jebakan ini tidak kau berada di tempat dan waktu yang keliru, berada di kapal Nah, terlalu naif kalau kau berpikir ini salah paham. Itu benar, Aku diam sejenak, berusaha lebih terkendali peduli apakah aku ada di kapal atau tidak.” kau, Opa, Kadek, atau siapa pun yang ada di kapal. Dia hanya saat penyergapan. Tapi dalang di balik jebakan ini tidak peduli kau berada di tempat dan waktu yang keliru, berada di kapal Nah, terlalu naif kalau kau berpikir ini salah paham. Itu benar, Aku diam sejenak, berusaha lebih terkendali menjelaskan, peduli apakah aku ada di kapal itu atau tidak.” kau, Opa, Kadek, atau siapa pun yang ada di kapal. Dia hanya saat penyergapan. Tapi dalang diitu balik jebakan ini menjelaskan, tidak peduli kau berada di tempat dan waktu yang keliru, berada di kapal Nah, terlalu naif kalau kau berpikir ini salah paham. Itu benar, Aku diam sejenak, berusaha lebih terkendali menjelaskan, peduli apakah aku ada di kapal itu atau tidak.” kau, Opa, Kadek, atau siapa pun yang ada di kapal. Dia hanya saat penyergapan. Tapi dalang di balik jebakan ini tidak peduli kau berada di tempat dan waktu yang keliru, berada di kapal Nah, terlalu naif kalau kau berpikir ini salah paham. Itu benar, Aku diam sejenak, berusaha lebih terkendali menjelaskan, peduli apakah aku ada di kapal itu atau tidak.” kau, Opa, Kadek, atau siapa pun yang ada di kapal. Dia hanya saat penyergapan. Tapi dalang di balik jebakan ini tidak peduli kau berada di tempat dan waktu yang keliru, berada di kapal ”Iya, itu benar, Maryam. Akulah sasaran tembak mereka. Ada Aku diam sejenak, berusaha lebih terkendali menjelaskan, peduli apakah aku ada di kapal itu atau tidak.” kau, Opa, Kadek, atau siapa pun yang ada di kapal. Dia hanya saat penyergapan. Tapi dalang di balik jebakan ini tidak peduli kau berada di tempat dan waktu yang keliru, berada di kapal ”Iya, itu benar, Maryam. Akulah sasaran tembak mereka. Ada Aku diam sejenak, berusaha lebih terkendali menjelaskan, peduli apakah aku ada di kapal itu atau tidak.” kau, Opa, Kadek, atau siapa pun yang ada di kapal. Dia hanya saat penyergapan. Tapi dalang di balik jebakan ini tidak peduli kau berada di tempat dan waktu yang keliru, berada di kapal ”Iya, itu benar, Maryam. Akulah sasaran tembak mereka. Ada Aku diam sejenak, berusaha lebih terkendali menjelaskan, peduli apakah aku ada di kapal itu atau tidak.” kau, Opa, Kadek, atau siapa pun yang ada di kapal. Dia hanya saat penyergapan. Tapi dalang di balik jebakan ini tidak peduli kau berada di tempat dan waktu yang keliru, berada di kapal ”Iya, itu benar, Maryam. Akulah sasaran tembak mereka. Ada Aku diam sejenak, berusaha lebih terkendali menjelaskan, peduli apakah aku ada di kapal itu atau tidak.” kau, Opa, Kadek, atau siapa pun yang ada di kapal. Dia hanya saat penyergapan. Tapi dalang di balik jebakan ini tidak peduli kau berada di tempat dan waktu yang keliru, berada di kapal ”Iya, itu benar, Maryam. Akulah sasaran tembak mereka. Ada Aku diam sejenak, berusaha lebih terkendali menjelaskan, peduli apakah aku ada di kapal itu atau tidak.” kau, Opa, Kadek, atau siapa pun yang ada di kapal. Dia hanya saat penyergapan. Tapi dalang di balik jebakan ini tidak peduli yang merekayasa semua kejadian. Mereka tidak main-main. Me­ ”Iya, itu benar, Maryam. Akulah sasaran tembak mereka. Ada Aku diam sejenak, berusaha lebih terkendali menjelaskan, peduli apakah aku ada di kapal itu atau tidak.” kau, Opa, Kadek, atau siapa pun yang ada di kapal. Dia hanya saat penyergapan. Tapi dalang di balik jebakan ini tidak peduli yang merekayasa semua kejadian. Mereka tidak main-main. Me­ ”Iya, itu benar, Maryam. Akulah sasaran tembak mereka. Ada Aku diam sejenak, berusaha lebih terkendali menjelaskan, peduli apakah aku ada di kapal itu atau tidak.” kau, Opa, Kadek, atau siapa pun yang ada di kapal. Dia hanya saat penyergapan. Tapi dalang di balik jebakan ini tidak peduli yang merekayasa semua kejadian. Mereka tidak main-main. Me­ ”Iya, itu benar, Maryam. Akulah sasaran tembak mereka. Ada Aku diam sejenak, berusaha lebih terkendali menjelaskan, peduli apakah aku ada di kapal itu atau tidak.” kau, Opa, Kadek, atau siapa pun yang ada di kapal. Dia hanya saat penyergapan. Tapi dalang di balik jebakan ini tidak peduli yang merekayasa semua kejadian. Mereka tidak main-main. Me­ ”Iya, itu benar, Maryam. Akulah sasaran tembak mereka. Ada Aku diam sejenak, berusaha lebih terkendali menjelaskan, peduli apakah aku ada di kapal itu atau tidak.” kau, Opa, Kadek, atau siapa pun yang ada di kapal. Dia hanya saat penyergapan. Tapi dalang di balik jebakan ini tidak peduli yang merekayasa semua kejadian. Mereka tidak main-main. Me­ ”Iya, itu benar, Maryam. Akulah sasaran tembak mereka. Ada Aku diam sejenak, berusaha lebih terkendali menjelaskan, peduli apakah aku ada di kapal itu atau tidak.” kau, Opa, Kadek, atau siapa pun yang ada di kapal. Dia hanya reka memiliki agenda lebih serius, lebih penting dari sekadar yang merekayasa semua kejadian. Mereka tidak main-main. Me­ ”Iya, itu benar, Maryam. Akulah sasaran tembak mereka. Ada Aku diam sejenak, berusaha lebih terkendali menjelaskan, peduli apakah aku ada di kapal itu atau tidak.” kau, Opa, Kadek, atau siapa pun yang ada di kapal. Dia hanya reka memiliki agenda lebih serius, lebih penting dari sekadar yang merekayasa semua kejadian. Mereka tidak main-main. Me­ ”Iya, itu benar, Maryam. Akulah sasaran tembak mereka. Ada Aku diam sejenak, berusaha lebih terkendali menjelaskan, peduli aku ada di kapal atau tidak.” kau, Opa, Kadek, atau siapa punitu yang ada di kapal. Diasekadar hanya reka memiliki agenda serius, lebih penting dari yang merekayasa semua kejadian. Mereka tidak main-main. Me­ ”Iya, ituapakah benar, Maryam. Akulah sasaran tembak mereka. Ada Aku diam sejenak, berusaha lebih terkendali menjelaskan, peduli apakah aku ada lebih di kapal itu atau tidak.”



”Konvensi partai politik terbesar dibuka di Denpasar, besok basah. usap matanya yang ”Apa maksudmu, Thomas?” Maryam bertanya pelan, meng­ nya. Ini manuver raksasa.” pagi. Klien politik paling penting kami adalah kandidat paling ”Konvensi partai politik terbesar dibuka di Denpasar, besok basah. usap matanya yang memenjarakan seorang konsultan politik bersama teman-teman­ ”Apa maksudmu, Thomas?” Maryam bertanya pelan, meng­ nya. Ini manuver raksasa.” pagi. Klien politik paling penting kami adalah kandidat paling ”Konvensi partai politik terbesar dibuka di Denpasar, besok basah. usap matanya yang memenjarakan seorang konsultan politik bersama teman-teman­ ”Apa maksudmu, Thomas?” Maryam bertanya pelan, meng­ nya. Ini manuver raksasa.” pagi. Klien politik paling penting kami adalah kandidat paling ”Konvensi partai politik terbesar dibuka di Denpasar, besok basah. usap matanya yang memenjarakan seorang konsultan politik bersama teman-teman­ ”Apa maksudmu, Thomas?” Maryam bertanya pelan, meng­ nya. Ini manuver raksasa.” kuat, paling diperhitungkan sebagai calon presiden partai politik pagi. Klien politik paling penting kami adalah kandidat paling ”Konvensi partai politik terbesar dibuka di Denpasar, besok basah. usap matanya yang ”Apa maksudmu, Thomas?” Maryam bertanya pelan, meng­ nya. Ini manuver raksasa.” kuat, paling diperhitungkan sebagai calon presiden partai politik pagi. Klien politik paling penting kami adalah kandidat paling ”Konvensi partai politik terbesar dibuka di Denpasar, besok basah. usap matanya yang ”Apa maksudmu, Thomas?” Maryam bertanya pelan, meng­ kuat, paling diperhitungkan sebagai calon presiden partai politik pagi. Klien politik paling penting kami adalah kandidat paling ”Konvensi partai politik terbesar dibuka di Denpasar, besok nya. Ini manuver raksasa.” basah. usap matanya yang ”Apa maksudmu, Thomas?” Maryam bertanya pelan, meng­ kuat, paling diperhitungkan sebagai calon presiden partai politik pagi. Klien politik paling penting kami adalah kandidat paling ”Konvensi partai politik terbesar dibuka di Denpasar, besok nya. Ini manuver raksasa.” basah. usap matanya yang ”Apa maksudmu, Thomas?” Maryam bertanya pelan, meng­ kuat, paling diperhitungkan sebagai calon presiden partai politik pagi. Klien politik paling penting kami adalah kandidat paling ”Konvensi partai politik terbesar dibuka di Denpasar, besok nya. Ini manuver raksasa.” basah. usap matanya yang ”Apa maksudmu, Thomas?” Maryam bertanya pelan, meng­ tersebut. Dia jujur, memiliki integritas teruji, dan jelas memiliki kuat, paling diperhitungkan sebagai calon presiden partai politik pagi. Klien politik paling penting kami adalah kandidat paling ”Konvensi partai politik terbesar dibuka di Denpasar, besok basah. usap matanya yang ”Apa maksudmu, Thomas?” Maryam bertanya pelan, meng­ tersebut. Dia jujur, memiliki integritas teruji, dan jelas memiliki kuat, paling diperhitungkan sebagai calon presiden partai politik pagi. Klien politik paling penting kami adalah kandidat paling ”Konvensi partai politik terbesar dibuka di Denpasar, besok basah. usap matanya yang tersebut. Dia jujur, memiliki integritas teruji, dan jelas memiliki kuat, paling diperhitungkan sebagai calon presiden partai politik pagi. Klien politik paling penting kami adalah kandidat paling ”Apa maksudmu, Thomas?” Maryam bertanya pelan, meng­ ”Konvensi partai politik terbesar dibuka di Denpasar, besok basah. usap matanya yang tersebut. Dia jujur, memiliki integritas teruji, dan jelas memiliki kuat, paling diperhitungkan sebagai calon presiden partai politik pagi. Klien politik paling penting kami adalah kandidat paling ”Apa maksudmu, Thomas?” Maryam bertanya pelan, meng­ ”Konvensi partai politik terbesar dibuka di Denpasar, besok basah. usap matanya yang tersebut. Dia jujur, memiliki integritas teruji, dan jelas memiliki kuat, paling diperhitungkan sebagai calon presiden partai politik pagi. Klien politik paling penting kami adalah kandidat paling ”Apa maksudmu, Thomas?” Maryam bertanya pelan, meng­ ”Konvensi partai politik terbesar dibuka di Denpasar, besok basah. usap matanya yang visi berlawanan dengan banyak status quo. Bayangkan desain tersebut. Dia jujur, memiliki integritas teruji, dan jelas memiliki kuat, paling diperhitungkan sebagai calon presiden partai politik pagi. Klien politik paling penting kami adalah kandidat paling ”Konvensi partai politik terbesar dibuka di Denpasar, besok basah. usap matanya yang visi berlawanan dengan banyak status quo. Bayangkan desain tersebut. Dia jujur, memiliki integritas teruji, dan jelas memiliki kuat, paling diperhitungkan sebagai calon presiden partai politik pagi. Klien politik paling penting kami adalah kandidat paling ”Konvensi partai politik terbesar dibuka di Denpasar, besok visi berlawanan dengan banyak status quo. Bayangkan desain tersebut. Dia jujur, memiliki integritas teruji, dan jelas memiliki kuat, paling diperhitungkan sebagai calon presiden partai politik basah. usap matanya yang pagi. Klien politik paling penting kami adalah kandidat paling ”Konvensi partai politik terbesar dibuka di Denpasar, besok visi berlawanan dengan banyak status quo. Bayangkan desain tersebut. Dia jujur, memiliki integritas teruji, dan jelas memiliki kuat, paling diperhitungkan sebagai calon presiden partai politik basah. usap matanya yang pagi. Klien politik paling penting kami adalah kandidat paling ”Konvensi partai politik terbesar dibuka di Denpasar, besok visi berlawanan dengan banyak status quo. Bayangkan desain tersebut. Dia jujur, memiliki integritas teruji, dan jelas memiliki kuat, paling diperhitungkan sebagai calon presiden partai politik basah. usap matanya yang pagi. Klien politik paling penting kami adalah kandidat paling ”Konvensi partai politik terbesar dibuka di Denpasar, besok besarnya, Maryam. Bukankah tadi pagi aku menjelaskan tentang visi berlawanan dengan banyak status quo. Bayangkan desain tersebut. Dia jujur, memiliki integritas teruji, dan jelas memiliki kuat, paling diperhitungkan sebagai calon presiden partai politik pagi. Klien politik paling penting kami adalah kandidat paling ”Konvensi partai politik terbesar dibuka di Denpasar, besok besarnya, Maryam. Bukankah tadi pagi aku menjelaskan tentang visi berlawanan dengan banyak status quo. Bayangkan desain tersebut. Dia jujur, memiliki integritas teruji, dan jelas memiliki kuat, paling diperhitungkan sebagai calon presiden partai politik pagi. Klien politik paling penting kami adalah kandidat paling besarnya, Maryam. Bukankah tadi pagi aku menjelaskan tentang visi berlawanan dengan banyak status quo. Bayangkan desain tersebut. Dia jujur, memiliki integritas teruji, dan jelas memiliki ”Konvensi partai politik terbesar dibuka di Denpasar, besok kuat, paling diperhitungkan sebagai calon presiden partai politik pagi. Klien politik paling penting kami adalah kandidat paling besarnya, Maryam. Bukankah tadi pagi aku menjelaskan tentang visi berlawanan dengan banyak status quo. Bayangkan desain tersebut. Dia jujur, memiliki integritas teruji, dan jelas memiliki ”Konvensi partai politik terbesar dibuka di Denpasar, besok kuat, paling diperhitungkan sebagai calon presiden partai politik pagi. Klien politik paling penting kami adalah kandidat paling besarnya, Maryam. Bukankah tadi pagi aku menjelaskan tentang visi berlawanan dengan banyak status quo. Bayangkan desain tersebut. Dia jujur, memiliki integritas teruji, dan jelas memiliki ”Konvensi partai politik terbesar dibuka di Denpasar, besok kuat, paling diperhitungkan sebagai calon presiden partai politik pagi. Klien politik paling penting kami adalah kandidat paling persekongkolan puluhan senator dipimpin Brutus, lantas me­ besarnya, Maryam. Bukankah tadi pagi aku menjelaskan tentang visi berlawanan dengan banyak status quo. Bayangkan desain tersebut. Dia jujur, memiliki integritas teruji, dan jelas memiliki kuat, paling diperhitungkan sebagai calon presiden partai politik pagi. Klien politik paling penting kami adalah kandidat paling persekongkolan puluhan senator dipimpin Brutus, lantas me­ besarnya, Maryam. Bukankah tadi pagi aku menjelaskan tentang visi berlawanan dengan banyak status quo. Bayangkan desain tersebut. Dia jujur, memiliki integritas teruji, dan jelas memiliki kuat, paling diperhitungkan sebagai calon presiden partai politik persekongkolan puluhan senator dipimpin Brutus, lantas me­ besarnya, Maryam. Bukankah tadi pagi aku menjelaskan tentang visi berlawanan dengan banyak status quo. Bayangkan desain pagi. Klien politik paling penting kami adalah kandidat paling tersebut. Dia jujur, memiliki integritas teruji, dan jelas memiliki kuat, paling diperhitungkan sebagai calon presiden partai politik persekongkolan puluhan senator dipimpin Brutus, lantas me­ besarnya, Maryam. Bukankah tadi pagi aku menjelaskan tentang visi berlawanan dengan banyak status quo. Bayangkan desain pagi. Klien politik paling penting kami adalah kandidat paling tersebut. Dia jujur, memiliki integritas teruji, dan jelas memiliki kuat, paling diperhitungkan sebagai calon presiden partai politik persekongkolan puluhan senator dipimpin Brutus, lantas me­ besarnya, Maryam. Bukankah tadi pagi aku menjelaskan tentang visi berlawanan dengan banyak status quo. Bayangkan desain pagi. Klien politik paling penting kami adalah kandidat paling tersebut. Dia jujur, memiliki integritas teruji, dan jelas memiliki kuat, paling diperhitungkan sebagai calon presiden partai politik Caesar, orang paling berkuasa pada zaman itu, nusuk Julius persekongkolan puluhan senator dipimpin Brutus, lantas me­ besarnya, Maryam. Bukankah tadi pagi aku menjelaskan tentang visi berlawanan dengan banyak status quo. Bayangkan desain tersebut. Dia jujur, memiliki integritas teruji, dan jelas memiliki kuat, paling diperhitungkan sebagai calon presiden partai politik Caesar, orang paling berkuasa pada zaman itu, nusuk Julius persekongkolan puluhan senator dipimpin Brutus, lantas me­ besarnya, Maryam. Bukankah tadi pagi aku menjelaskan tentang visi berlawanan dengan banyak status quo. Bayangkan desain tersebut. Dia jujur, memiliki integritas teruji, dan jelas memiliki Caesar, orang paling berkuasa pada zaman itu, nusuk Julius persekongkolan puluhan senator dipimpin Brutus, lantas me­ besarnya, Maryam. Bukankah tadi pagi aku menjelaskan tentang kuat, paling diperhitungkan sebagai calon presiden partai politik visi berlawanan dengan banyak status quo. Bayangkan desain tersebut. Dia jujur, memiliki integritas teruji, dan jelas memiliki Caesar, orang paling berkuasa pada zaman itu, nusuk Julius persekongkolan puluhan senator dipimpin Brutus, lantas me­ besarnya, Maryam. Bukankah tadi pagi aku menjelaskan tentang kuat, paling diperhitungkan sebagai calon presiden partai politik visi berlawanan dengan banyak status quo. Bayangkan desain tersebut. Dia jujur, memiliki integritas teruji, dan jelas memiliki Caesar, orang paling berkuasa pada zaman itu, nusuk Julius persekongkolan puluhan senator dipimpin Brutus, lantas me­ besarnya, Maryam. Bukankah tadi pagi aku menjelaskan tentang kuat, paling diperhitungkan sebagai calon presiden partai politik visi berlawanan dengan banyak status quo. Bayangkan desain tersebut. Dia jujur, memiliki integritas teruji, dan jelas memiliki hingga mati kehabisan darah? Kami sudah menguasai dua per­ Caesar, orang paling berkuasa pada zaman itu, nusuk Julius persekongkolan puluhan senator dipimpin Brutus, lantas me­ besarnya, Maryam. Bukankah tadi pagi aku menjelaskan tentang visi berlawanan dengan banyak status quo. Bayangkan desain tersebut. Dia jujur, memiliki integritas teruji, dan jelas memiliki hingga mati kehabisan darah? Kami sudah menguasai dua per­ Caesar, orang paling berkuasa pada zaman itu, nusuk Julius persekongkolan puluhan senator dipimpin Brutus, lantas me­ besarnya, Maryam. Bukankah tadi pagi aku menjelaskan tentang visi berlawanan dengan banyak status quo. Bayangkan desain hingga mati kehabisan darah? Kami sudah menguasai dua per­ Caesar, orang paling berkuasa pada zaman itu, nusuk Julius persekongkolan puluhan senator dipimpin Brutus, lantas me­ tersebut. Dia jujur, memiliki integritas teruji, dan jelas memiliki besarnya, Maryam. Bukankah tadi pagi aku menjelaskan tentang visi berlawanan dengan banyak status quo. Bayangkan desain hingga mati kehabisan darah? Kami sudah menguasai dua per­ Caesar, orang paling berkuasa pada zaman itu, nusuk Julius persekongkolan puluhan senator dipimpin Brutus, lantas me­ tersebut. Dia jujur, memiliki integritas teruji, dan jelas memiliki besarnya, Maryam. Bukankah tadi pagi aku menjelaskan tentang visi berlawanan dengan banyak status quo. Bayangkan desain hingga mati kehabisan darah? Kami sudah menguasai dua per­ Caesar, orang paling berkuasa pada zaman itu, nusuk Julius persekongkolan puluhan senator dipimpin Brutus, lantas me­ tersebut. Dia jujur, memiliki integritas teruji, dan jelas memiliki besarnya, Maryam. Bukankah tadi pagi aku menjelaskan tentang visi berlawanan dengan banyak status quo. Bayangkan desain Lawan politik klien kami panik. Mereka tiga peserta konvensi. hingga mati kehabisan darah? Kami sudah menguasai dua per­ Caesar, orang paling berkuasa pada zaman itu, nusuk Julius persekongkolan puluhan senator dipimpin Brutus, lantas me­ besarnya, Maryam. Bukankah tadi pagi aku menjelaskan tentang visi berlawanan dengan banyak status quo. Bayangkan desain Lawan politik klien kami panik. Mereka tiga peserta konvensi. hingga mati kehabisan darah? Kami sudah menguasai dua per­ Caesar, orang paling berkuasa pada zaman itu, nusuk Julius persekongkolan puluhan senator dipimpin Brutus, lantas me­ besarnya, Maryam. Bukankah tadi pagi aku menjelaskan tentang Lawan politik klien kami panik. Mereka tiga peserta konvensi. hingga mati kehabisan darah? Kami sudah menguasai dua per­ Caesar, orang paling berkuasa pada zaman itu, nusuk Julius visi berlawanan dengan banyak status quo. Bayangkan desain persekongkolan puluhan senator dipimpin Brutus, lantas me­ besarnya, Maryam. Bukankah tadi pagi aku menjelaskan tentang Lawan politik klien kami panik. Mereka tiga peserta konvensi. hingga mati kehabisan darah? Kami sudah menguasai dua per­ Caesar, orang paling berkuasa pada zaman itu, nusuk Julius visi berlawanan dengan banyak status quo. Bayangkan desain persekongkolan puluhan senator dipimpin Brutus, lantas me­ besarnya, Maryam. Bukankah tadi pagi aku menjelaskan tentang Lawan politik klien kami panik. Mereka tiga peserta konvensi. hingga mati kehabisan darah? Kami sudah menguasai dua per­ Caesar, orang paling berkuasa pada zaman itu, nusuk Julius visi berlawanan dengan banyak status quo. Bayangkan desain persekongkolan puluhan senator dipimpin Brutus, lantas me­ besarnya, Maryam. Bukankah tadi pagi aku menjelaskan tentang memutuskan untuk bermain kotor, dimulai dari menjatuhkan Lawan politik klien kami panik. Mereka tiga peserta konvensi. hingga mati kehabisan darah? Kami sudah menguasai dua per­ Caesar, orang paling berkuasa pada zaman itu, nusuk Julius persekongkolan puluhan senator dipimpin Brutus, lantas me­ besarnya, Maryam. Bukankah tadi pagi aku menjelaskan tentang memutuskan untuk bermain kotor, dimulai dari menjatuhkan Lawan politik klien kami panik. Mereka tiga peserta konvensi. hingga mati kehabisan darah? Kami sudah menguasai dua per­ Caesar, orang paling berkuasa pada zaman itu, nusuk Julius persekongkolan puluhan senator dipimpin Brutus, lantas me­ memutuskan untuk bermain kotor, dimulai dari menjatuhkan Lawan politik klien kami panik. Mereka tiga peserta konvensi. hingga mati kehabisan darah? Kami sudah menguasai dua per­ besarnya, Maryam. Bukankah tadi pagi aku menjelaskan tentang Caesar, orang paling berkuasa pada zaman itu, nusuk Julius persekongkolan puluhan senator dipimpin Brutus, lantas me­ memutuskan untuk bermain kotor, dimulai dari menjatuhkan Lawan politik klien kami panik. Mereka tiga peserta konvensi. hingga mati kehabisan darah? Kami sudah menguasai dua per­ besarnya, Maryam. Bukankah tadi pagi aku menjelaskan tentang Caesar, orang paling berkuasa pada zaman itu, nusuk Julius persekongkolan puluhan senator dipimpin Brutus, lantas me­ memutuskan untuk bermain kotor, dimulai dari menjatuhkan Lawan politik klien kami panik. Mereka tiga peserta konvensi. hingga mati kehabisan darah? Kami sudah menguasai dua per­ besarnya, Maryam. Bukankah tadi pagi aku menjelaskan tentang Caesar, orang paling berkuasa pada zaman itu, nusuk Julius persekongkolan puluhan senator dipimpin Brutus, lantas me­ bidak-bidak. memutuskan untuk bermain kotor, dimulai dari menjatuhkan Lawan politik klien kami panik. Mereka tiga peserta konvensi. hingga mati kehabisan darah? Kami sudah menguasai dua per­ Caesar, orang paling berkuasa pada zaman itu, nusuk Julius persekongkolan puluhan senator dipimpin Brutus, lantas me­ bidak-bidak. memutuskan untuk bermain kotor, dimulai dari menjatuhkan Lawan politik klien kami panik. Mereka tiga peserta konvensi. hingga mati kehabisan darah? Kami sudah menguasai dua per­ Caesar, orang paling berkuasa pada zaman itu, nusuk Julius bidak-bidak. memutuskan untuk bermain kotor, dimulai dari menjatuhkan Lawan politik klien kami panik. Mereka tiga peserta konvensi. persekongkolan puluhan senator dipimpin Brutus, lantas me­ hingga mati kehabisan darah? Kami sudah menguasai dua per­ Caesar, orang paling berkuasa pada zaman itu, nusuk Julius bidak-bidak. memutuskan untuk bermain kotor, dimulai dari menjatuhkan Lawan politik klien kami panik. Mereka tiga peserta konvensi. persekongkolan puluhan senator dipimpin Brutus, lantas me­ hingga mati kehabisan darah? Kami sudah menguasai dua per­ Caesar, orang paling berkuasa pada zaman itu, nusuk Julius bidak-bidak. memutuskan untuk bermain kotor, dimulai dari menjatuhkan Lawan politik klien kami panik. Mereka tiga peserta konvensi. persekongkolan puluhan senator dipimpin Brutus, lantas me­ hingga mati kehabisan darah? Kami sudah menguasai dua per­ Caesar, orang paling berkuasa pada zaman itu, nusuk Julius ”Mereka siap menumpahkan seluruh amunisi tersisa untuk bidak-bidak. memutuskan untuk bermain kotor, dimulai dari menjatuhkan Lawan politik klien kami panik. Mereka tiga peserta konvensi. hingga mati kehabisan darah? Kami sudah menguasai dua per­ Caesar, orang paling berkuasa pada zaman itu, nusuk Julius ”Mereka siap menumpahkan seluruh amunisi tersisa untuk bidak-bidak. memutuskan untuk bermain kotor, dimulai dari menjatuhkan Lawan politik klien kami panik. Mereka tiga peserta konvensi. hingga mati kehabisan darah? Kami sudah menguasai dua per­ ”Mereka siap menumpahkan seluruh amunisi tersisa untuk bidak-bidak. memutuskan untuk bermain kotor, dimulai dari menjatuhkan Caesar, orang paling berkuasa pada zaman itu, nusuk Julius Lawan politik klien kami panik. Mereka tiga peserta konvensi. hingga mati kehabisan darah? Kami sudah menguasai dua per­ ”Mereka siap menumpahkan seluruh amunisi tersisa untuk bidak-bidak. memutuskan untuk bermain kotor, dimulai dari menjatuhkan Caesar, orang paling berkuasa pada zaman itu, nusuk Julius Lawan politik klien kami panik. Mereka tiga peserta konvensi. hingga mati kehabisan darah? Kami sudah menguasai dua per­ ”Mereka siap menumpahkan seluruh amunisi tersisa untuk bidak-bidak. memutuskan untuk bermain kotor, dimulai dari menjatuhkan Caesar, orang paling berkuasa pada zaman itu, nusuk Julius Lawan politik klien kami panik. Mereka tiga peserta konvensi. hingga mati kehabisan darah? Kami sudah menguasai dua per­ menggagalkan kemenangan klien politik kami. Berusaha me­ ”Mereka siap menumpahkan seluruh amunisi tersisa untuk bidak-bidak. memutuskan untuk bermain kotor, dimulai dari menjatuhkan Lawan politik klien kami panik. Mereka tiga peserta konvensi. hingga mati kehabisan darah? Kami sudah menguasai dua per­ menggagalkan kemenangan klien politik kami. Berusaha me­ ”Mereka siap menumpahkan seluruh amunisi tersisa untuk bidak-bidak. memutuskan untuk bermain kotor, dimulai dari menjatuhkan Lawan politik klien kami panik. Mereka tiga peserta konvensi. menggagalkan kemenangan klien politik kami. Berusaha me­ ”Mereka siap menumpahkan seluruh amunisi tersisa untuk bidak-bidak. hingga mati kehabisan darah? Kami sudah menguasai dua per­ memutuskan untuk bermain kotor, dimulai dari menjatuhkan Lawan politik klien kami panik. Mereka tiga peserta konvensi. menggagalkan kemenangan klien politik kami. Berusaha me­ ”Mereka siap menumpahkan seluruh amunisi tersisa untuk bidak-bidak. hingga mati kehabisan darah? Kami sudah menguasai dua per­ memutuskan untuk bermain kotor, dimulai dari menjatuhkan Lawan politik klien kami panik. Mereka tiga peserta konvensi. menggagalkan kemenangan klien politik kami. Berusaha me­ ”Mereka menumpahkan seluruh amunisi tersisa untuk bidak-bidak. hingga mati siap kehabisan darah? Kami sudah menguasai dua per­ memutuskan untuk bermain kotor, dimulai dari menjatuhkan Lawan politik klien kami panik. Mereka tiga peserta konvensi. mutar arah pencalonan di detik-detik terakhir konvensi. Besok menggagalkan kemenangan klien politik kami. Berusaha me­ ”Mereka menumpahkan seluruh amunisi tersisa untuk bidak-bidak. memutuskan untuk bermain kotor, dimulai dari menjatuhkan Lawan politik klien kami panik. Mereka tiga peserta konvensi. mutar arah pencalonan di terakhir konvensi. Besok menggagalkan kemenangan klien politik kami. Berusaha me­ ”Mereka siap menumpahkan seluruh amunisi tersisa untuk bidak-bidak. memutuskan untuk bermain kotor, dimulai dari menjatuhkan mutar arah siap pencalonan di detik-detik detik-detik terakhir konvensi. Besok menggagalkan kemenangan klien politik kami. Berusaha me­ ”Mereka siap menumpahkan seluruh amunisi tersisa untuk Lawan politik klien kami panik. Mereka tiga peserta konvensi. bidak-bidak. memutuskan untuk bermain kotor, dimulai dari menjatuhkan mutar arah pencalonan di detik-detik terakhir konvensi. Besok menggagalkan kemenangan klien politik kami. Berusaha me­ ”Mereka siap menumpahkan seluruh amunisi tersisa untuk Lawan politik klien kami panik. Mereka tiga peserta konvensi. bidak-bidak. memutuskan untuk bermain kotor, dimulai dari menjatuhkan mutar arah pencalonan di detik-detik terakhir konvensi. Besok menggagalkan kemenangan klien politik kami. Berusaha me­ ”Mereka siap menumpahkan seluruh amunisi tersisa untuk Lawan politik klien kami panik. Mereka tiga peserta konvensi. bidak-bidak. memutuskan untuk bermain kotor, dimulai dari menjatuhkan Sabtu, konvensi dibuka selama tiga hari. Senin malam nama mutar arah pencalonan di detik-detik terakhir konvensi. Besok menggagalkan kemenangan klien politik kami. Berusaha me­ ”Mereka siap menumpahkan seluruh amunisi tersisa untuk bidak-bidak. memutuskan untuk bermain kotor, dimulai dari menjatuhkan Sabtu, konvensi dibuka selama tiga hari. Senin malam nama mutar arah pencalonan di detik-detik terakhir konvensi. Besok menggagalkan kemenangan klien politik kami. Berusaha me­ ”Mereka siap menumpahkan seluruh amunisi tersisa untuk bidak-bidak. Sabtu, konvensi dibuka selama tiga hari. Senin malam nama mutar arah pencalonan di detik-detik terakhir konvensi. Besok menggagalkan kemenangan klien politik kami. Berusaha me­ memutuskan untuk bermain kotor, dimulai dari menjatuhkan ”Mereka siap menumpahkan seluruh amunisi tersisa untuk bidak-bidak. Sabtu, konvensi dibuka selama tiga hari. Senin malam nama mutar arah pencalonan di detik-detik terakhir konvensi. Besok menggagalkan kemenangan klien politik kami. Berusaha me­ memutuskan untuk bermain kotor, dimulai dari menjatuhkan ”Mereka siap menumpahkan seluruh amunisi tersisa untuk bidak-bidak. Sabtu, konvensi dibuka selama tiga hari. Senin malam nama mutar arah pencalonan di detik-detik terakhir konvensi. Besok menggagalkan kemenangan klien politik kami. Berusaha me­ memutuskan untuk bermain kotor, dimulai dari menjatuhkan ”Mereka siap menumpahkan seluruh amunisi tersisa untuk bidak-bidak. calon presiden resmi diumumkan. Ini pukulan pertama mereka. Sabtu, konvensi dibuka selama tiga hari. Senin malam nama mutar arah pencalonan di detik-detik terakhir konvensi. Besok menggagalkan kemenangan klien politik kami. Berusaha me­ ”Mereka siap menumpahkan seluruh amunisi tersisa untuk bidak-bidak. calon presiden resmi diumumkan. Ini pukulan pertama mereka. Sabtu, konvensi dibuka selama tiga hari. Senin malam nama mutar arah pencalonan di detik-detik terakhir konvensi. Besok menggagalkan kemenangan klien politik kami. Berusaha me­ ”Mereka siap menumpahkan seluruh amunisi tersisa untuk calon presiden resmi diumumkan. Ini pukulan pertama mereka. Sabtu, konvensi dibuka selama tiga hari. Senin malam nama mutar arah pencalonan di detik-detik terakhir konvensi. Besok bidak-bidak. menggagalkan kemenangan klien politik kami. Berusaha me­ ”Mereka siap menumpahkan seluruh amunisi tersisa untuk calon presiden resmi diumumkan. Ini pukulan pertama mereka. Sabtu, konvensi dibuka selama tiga hari. Senin malam nama mutar arah pencalonan di detik-detik terakhir konvensi. Besok bidak-bidak. menggagalkan kemenangan klien politik kami. Berusaha me­ ”Mereka siap menumpahkan seluruh amunisi tersisa untuk calon presiden resmi diumumkan. Ini pukulan pertama mereka. Sabtu, konvensi dibuka selama tiga hari. Senin malam nama mutar arah pencalonan di detik-detik terakhir konvensi. Besok bidak-bidak. menggagalkan kemenangan klien politik kami. Berusaha me­ ”Mereka siap menumpahkan seluruh amunisi tersisa untuk Singkirkan konsultan politiknya, otak dari seluruh strategi kam­ calon presiden resmi diumumkan. Ini pukulan pertama mereka. Sabtu, konvensi dibuka selama tiga hari. Senin malam nama mutar arah pencalonan di detik-detik terakhir konvensi. Besok menggagalkan kemenangan klien politik kami. Berusaha me­ ”Mereka siap menumpahkan seluruh amunisi tersisa untuk Singkirkan konsultan politiknya, otak dari seluruh strategi kam­ calon presiden resmi diumumkan. Ini pukulan pertama mereka. Sabtu, konvensi dibuka selama tiga hari. Senin malam nama mutar arah pencalonan di detik-detik terakhir konvensi. Besok menggagalkan kemenangan klien politik kami. Berusaha me­ Singkirkan konsultan politiknya, otak dari seluruh strategi kam­ calon presiden resmi diumumkan. Ini pukulan pertama mereka. Sabtu, konvensi dibuka selama tiga hari. Senin malam nama ”Mereka siap menumpahkan seluruh amunisi tersisa untuk mutar arah pencalonan di detik-detik terakhir konvensi. Besok menggagalkan kemenangan klien politik kami. Berusaha me­ Singkirkan konsultan politiknya, otak dari seluruh strategi kam­ calon presiden resmi diumumkan. Ini pukulan pertama mereka. Sabtu, konvensi dibuka selama tiga hari. Senin malam nama ”Mereka siap menumpahkan seluruh amunisi tersisa untuk mutar arah pencalonan di detik-detik terakhir konvensi. Besok menggagalkan kemenangan klien politik kami. Berusaha me­ Singkirkan konsultan politiknya, otak dari seluruh strategi kam­ calon presiden resmi diumumkan. Ini pukulan pertama mereka. Sabtu, konvensi dibuka selama tiga hari. Senin malam nama ”Mereka siap menumpahkan seluruh amunisi tersisa untuk mutar arah pencalonan di detik-detik terakhir konvensi. Besok menggagalkan kemenangan klien politik kami. Berusaha me­ panye konvensi. Kita ditahan di gedung ini, di lantai 15, bukan Singkirkan konsultan politiknya, otak dari seluruh strategi kam­ calon presiden resmi diumumkan. Ini pukulan pertama mereka. Sabtu, konvensi dibuka selama tiga hari. Senin malam nama mutar arah pencalonan di detik-detik terakhir konvensi. Besok menggagalkan kemenangan klien politik kami. Berusaha me­ panye konvensi. Kita ditahan di gedung ini, di lantai 15, bukan Singkirkan konsultan politiknya, otak dari seluruh strategi kam­ calon presiden resmi diumumkan. Ini pukulan pertama mereka. Sabtu, konvensi dibuka selama tiga hari. Senin malam nama mutar arah pencalonan di detik-detik terakhir konvensi. Besok panye konvensi. Kita ditahan di gedung ini, di lantai 15, bukan Singkirkan konsultan politiknya, otak dari seluruh strategi kam­ calon presiden resmi diumumkan. Ini pukulan pertama mereka. menggagalkan kemenangan klien politik kami. Berusaha me­ Sabtu, konvensi dibuka selama tiga hari. Senin malam nama mutar arah pencalonan di detik-detik terakhir konvensi. Besok panye konvensi. Kita ditahan di gedung ini, di lantai 15, bukan Singkirkan konsultan politiknya, otak dari seluruh strategi kam­ calon presiden resmi diumumkan. Ini pukulan pertama mereka. menggagalkan kemenangan klien politik kami. Berusaha me­ Sabtu, konvensi dibuka selama tiga hari. Senin malam nama mutar arah pencalonan di detik-detik terakhir konvensi. Besok panye konvensi. Kita ditahan di gedung ini, di lantai 15, bukan Singkirkan konsultan politiknya, otak dari seluruh strategi kam­ calon presiden resmi diumumkan. Ini pukulan pertama mereka. menggagalkan kemenangan klien politik kami. Berusaha me­ Sabtu, konvensi dibuka selama tiga hari. Senin malam nama mutar arah pencalonan di detik-detik terakhir konvensi. Besok karena Thomas, pemilik kapal pesiar mewah, tertangkap basah panye konvensi. Kita ditahan di gedung ini, di lantai 15, bukan Singkirkan konsultan politiknya, otak dari seluruh strategi kam­ calon presiden resmi diumumkan. Ini pukulan pertama mereka. Sabtu, konvensi dibuka selama tiga hari. Senin malam nama mutar arah pencalonan di detik-detik terakhir konvensi. Besok karena Thomas, pemilik kapal pesiar mewah, tertangkap basah panye konvensi. Kita ditahan di gedung ini, di lantai 15, bukan Singkirkan konsultan politiknya, otak dari seluruh strategi kam­ calon presiden resmi diumumkan. Ini pukulan pertama mereka. Sabtu, konvensi dibuka selama tiga hari. Senin malam nama karena Thomas, pemilik kapal pesiar mewah, tertangkap basah panye konvensi. Kita ditahan di gedung ini, di lantai 15, bukan Singkirkan konsultan politiknya, otak dari seluruh strategi kam­ mutar arah pencalonan di detik-detik terakhir konvensi. Besok calon presiden resmi diumumkan. Ini pukulan pertama mereka. Sabtu, konvensi dibuka selama tiga hari. Senin malam nama karena Thomas, pemilik kapal pesiar mewah, tertangkap basah panye konvensi. Kita ditahan di gedung ini, di lantai 15, bukan Singkirkan konsultan politiknya, otak dari seluruh strategi kam­ mutar arah pencalonan di detik-detik terakhir konvensi. Besok calon presiden resmi diumumkan. Ini pukulan pertama mereka. Sabtu, konvensi dibuka selama tiga hari. Senin malam nama karena Thomas, pemilik kapal pesiar mewah, tertangkap basah panye konvensi. Kita ditahan di gedung ini, di lantai 15, bukan Singkirkan konsultan politiknya, otak dari seluruh strategi kam­ mutar arah pencalonan dikapal detik-detik terakhir konvensi. Besok calon presiden resmi diumumkan. Ini pukulan pertama mereka. Sabtu, konvensi dibuka selama tiga hari. Senin malam nama membawa serbuk heroin dan senjata. Tapi karena seorang karena Thomas, pemilik pesiar mewah, tertangkap basah panye konvensi. Kita ditahan di gedung ini, di lantai 15, bukan Singkirkan konsultan politiknya, otak dari seluruh strategi kam­ calon presiden resmi diumumkan. Ini pukulan pertama Sabtu, konvensi dibuka selama tiga hari. Senin malam nama membawa serbuk heroin dan senjata. Tapi karena seorang karena Thomas, pemilik kapal mewah, basah panye konvensi. Kita ditahan di gedung ini, di lantai 15, bukan Singkirkan konsultan politiknya, otak dari seluruh strategi kam­ calon presiden resmi diumumkan. Ini pukulan pertama mereka. membawa serbuk heroin dan senjata. Tapi karena seorang karena Thomas, pemilik kapal pesiar mewah, tertangkap basah panye konvensi. Kita ditahan dipesiar gedung ini, ditertangkap lantai 15,mereka. bukan Sabtu, konvensi dibuka selama tiga hari. Senin malam nama Singkirkan konsultan politiknya, otak dari seluruh strategi kam­ calon presiden resmi diumumkan. Ini pukulan pertama mereka. membawa serbuk heroin dan senjata. Tapi karena seorang karena Thomas, pemilik kapal pesiar mewah, tertangkap basah panye konvensi. Kita ditahan di gedung ini, di lantai 15, bukan Sabtu, konvensi dibuka selama tiga hari. Senin malam nama Singkirkan konsultan politiknya, otak dari seluruh strategi kam­ calon presiden resmi diumumkan. Ini pukulan pertama mereka. membawa serbuk heroin dan senjata. Tapi karena seorang karena Thomas, pemilik kapal pesiar mewah, tertangkap basah panye konvensi. Kita ditahan di gedung ini, di lantai 15, bukan Sabtu, konvensi dibuka selama tiga hari. Senin malam nama Singkirkan konsultan politiknya, otak dari seluruh strategi kam­ calon presiden resmi diumumkan. Ini pukulan pertama mereka. Thomas bekerja sebagai konsultan politik dari kandidat terbaik membawa serbuk heroin dan senjata. Tapi karena seorang karena Thomas, pemilik kapal pesiar mewah, tertangkap basah panye konvensi. Kita ditahan di gedung ini, di lantai 15, bukan Singkirkan konsultan politiknya, otak dari seluruh strategi kam­ calon presiden resmi diumumkan. Ini pukulan pertama mereka. Thomas bekerja sebagai konsultan politik dari kandidat terbaik membawa serbuk heroin dan senjata. Tapi karena seorang karena Thomas, pemilik kapal pesiar mewah, tertangkap basah panye konvensi. Kita ditahan di gedung ini, di lantai 15, bukan Singkirkan konsultan politiknya, otak dari seluruh strategi kam­ Thomas bekerja sebagai konsultan politik dari kandidat terbaik membawa serbuk heroin dan senjata. Tapi karena seorang karena Thomas, pemilik kapal pesiar mewah, tertangkap basah calon presiden resmi diumumkan. Ini pukulan pertama mereka. panye konvensi. Kita ditahan di gedung ini, di lantai 15, bukan Singkirkan konsultan politiknya, otak dari seluruh strategi kam­ Thomas bekerja sebagai konsultan politik dari kandidat terbaik membawa serbuk heroin dan senjata. Tapi karena seorang karena Thomas, pemilik kapal pesiar mewah, tertangkap basah calon presiden resmi diumumkan. Ini pukulan pertama mereka. panye konvensi. Kita ditahan di gedung ini, di lantai 15, bukan Singkirkan konsultan politiknya, otak dari seluruh strategi kam­ Thomas bekerja sebagai konsultan politik dari kandidat terbaik membawa serbuk heroin dan senjata. Tapi karena seorang karena Thomas, pemilik kapal pesiar mewah, tertangkap basah calon presiden resmi diumumkan. Ini pukulan pertama mereka. panye konvensi. Kita ditahan di gedung ini, di lantai 15, bukan Singkirkan konsultan politiknya, otak dari seluruh strategi kam­ presiden pemilihan tahun depan.” Thomas bekerja sebagai konsultan politik dari kandidat terbaik membawa serbuk heroin dan senjata. Tapi karena seorang karena Thomas, pemilik kapal pesiar mewah, tertangkap basah panye konvensi. Kita ditahan di gedung ini, di lantai 15, bukan Singkirkan konsultan politiknya, otak dari seluruh strategi kam­ presiden pemilihan tahun depan.” Thomas bekerja sebagai konsultan politik dari kandidat terbaik membawa serbuk heroin dan senjata. Tapi karena seorang karena Thomas, pemilik kapal pesiar mewah, tertangkap basah panye konvensi. Kita ditahan di gedung ini, di lantai 15, bukan presiden pemilihan tahun depan.” Thomas bekerja sebagai konsultan politik dari kandidat terbaik membawa serbuk heroin dan senjata. Tapi karena seorang Singkirkan konsultan politiknya, otak dari seluruh strategi kam­ karena Thomas, pemilik kapal pesiar mewah, tertangkap basah panye konvensi. Kita ditahan di gedung ini, di lantai 15, bukan presiden pemilihan tahun depan.” Thomas bekerja sebagai konsultan politik dari kandidat terbaik membawa serbuk heroin dan senjata. Tapi karena seorang Singkirkan konsultan politiknya, otak dari seluruh strategi kam­ karena Thomas, pemilik kapal pesiar mewah, tertangkap basah panye konvensi. Kita ditahan di gedung ini, di lantai 15, bukan presiden pemilihan tahun depan.” Thomas bekerja sebagai konsultan politik dari kandidat terbaik membawa serbuk heroin dan senjata. Tapi karena seorang Singkirkan konsultan politiknya, otak dari seluruh strategi kam­ karena Thomas, pemilik kapal pesiar mewah, tertangkap basah panye konvensi. Kita ditahan di gedung ini, di lantai 15, bukan ”Siapa mereka?” Maryam bertanya pelan. presiden pemilihan tahun depan.” Thomas bekerja sebagai konsultan politik dari kandidat terbaik membawa serbuk heroin dan senjata. Tapi karena seorang karena Thomas, pemilik kapal pesiar mewah, tertangkap basah panye konvensi. Kita ditahan di gedung ini, di lantai 15, bukan ”Siapa mereka?” Maryam bertanya pelan. presiden pemilihan tahun depan.” Thomas bekerja sebagai konsultan politik dari kandidat terbaik membawa serbuk heroin dan senjata. Tapi karena seorang karena Thomas, pemilik kapal pesiar mewah, tertangkap basah ”Siapa mereka?” Maryam bertanya pelan. presiden pemilihan tahun depan.” Thomas bekerja sebagai konsultan politik dari kandidat terbaik panye konvensi. Kita ditahan di gedung ini, di lantai 15, bukan membawa serbuk heroin dan senjata. Tapi karena seorang karena Thomas, pemilik kapal pesiar mewah, tertangkap basah ”Siapa mereka?” Maryam bertanya pelan. presiden pemilihan tahun depan.” Thomas bekerja sebagai konsultan politik dari kandidat terbaik panye konvensi. Kita ditahan di gedung ini, di lantai 15, bukan membawa serbuk heroin dan senjata. Tapi karena seorang karena Thomas, pemilik kapal pesiar mewah, tertangkap basah ”Siapa mereka?” Maryam bertanya pelan. presiden pemilihan tahun depan.” Thomas bekerja sebagai konsultan politik dari kandidat terbaik panye konvensi. Kita ditahan dipesiar gedung ini, ditertangkap lantai 15,seorang bukan membawa serbuk heroin dan senjata. Tapi karena karena Thomas, pemilik kapal mewah, basah ”Aku belum tahu. Ada banyak yang terganggu dengan hadir­ ”Siapa mereka?” Maryam bertanya pelan. presiden pemilihan tahun depan.” Thomas bekerja sebagai konsultan politik dari kandidat terbaik membawa serbuk heroin dan senjata. Tapi karena seorang karena Thomas, pemilik kapal pesiar mewah, basah ”Aku belum tahu. Ada banyak yang terganggu dengan hadir­ ”Siapa mereka?” Maryam bertanya pelan. presiden pemilihan tahun depan.” Thomas bekerja sebagai politik dari kandidat terbaik membawa serbuk heroin dan senjata. Tapi karena ”Aku belum tahu. Ada banyak yang terganggu dengan hadir­ ”Siapa mereka?” Maryam bertanya pelan. presiden pemilihan tahun depan.” karena Thomas, pemilik kapal pesiar mewah, tertangkap basah Thomas bekerja sebagai konsultan politik dari tertangkap kandidat terbaik membawa serbuk heroin dan senjata. Tapi karena seorang ”Aku belum tahu. Adakonsultan banyak yang terganggu denganseorang hadir­ ”Siapa mereka?” Maryam bertanya pelan.



organisasi massa, atau siapa pun orang-orang yang merasa ter­ sebagainya. Bahkan termasuk penegak hukum, pejabat korup, nyamannya dengan konstelasi politik era ganggu kehidupan terlibat politik tapi memiliki kepentingan bisnis, konsesi, dan nya presiden yang jujur. Bukan di internal partai itu saja, tapi nyamannya dengan konstelasi politik era juga datang dari partai-partai lain, atau orang-orang yang tidak organisasi massa, atau siapa pun orang-orang yang merasa ter­ sebagainya. Bahkan termasuk penegak hukum, pejabat korup, terlibat politik tapi memiliki kepentingan bisnis, konsesi, dan nya presiden yang jujur. Bukan di internal partai itu saja, tapi partai-partai lain, atau orang-orang yang tidak organisasi massa, atau siapa pun orang-orang yang merasa ter­ sebagainya. Bahkan termasuk penegak hukum, pejabat korup, terlibat politik tapi memiliki kepentingan bisnis, konsesi, dan nya presiden yang jujur. Bukan di internal partai itu saja, tapi juga datang dari partai-partai lain, atau orang-orang yang tidak nyamannya dengan konstelasi politik era ganggu kehidupan nyamannya dengan konstelasi politik era organisasi massa, atau siapa pun orang-orang yang merasa ter­ sebagainya. Bahkan termasuk penegak hukum, pejabat korup, terlibat politik tapi memiliki kepentingan bisnis, konsesi, dan nya presiden yang jujur. Bukan di internal partai itu saja, tapi juga datang dari partai-partai lain, atau orang-orang yang tidak nyamannya dengan konstelasi politik era ganggu kehidupan organisasi massa, atau siapa pun orang-orang yang merasa ter­ sebagainya. Bahkan termasuk penegak hukum, pejabat korup, terlibat politik tapi memiliki kepentingan bisnis, konsesi, tahu pasti, mereka memiliki sumber daya dan nyamannya dengan konstelasi politik era ganggu kehidupan organisasi massa, atau siapa pun orang-orang yang merasa ter­ baru. Yang aku tahu pasti, mereka memiliki sumber daya dan sebagainya. Bahkan termasuk penegak hukum, pejabat korup, juga datang dari partai-partai lain, atau orang-orang yang tidak terlibat politik tapi memiliki kepentingan bisnis, konsesi, baru.datang Yang aku tahu pasti, mereka memiliki sumber daya nyamannya dengan konstelasi politik era ganggu kehidupan organisasi massa, atau siapa pun orang-orang yang merasa ter­ sebagainya. Bahkan termasuk penegak hukum, pejabat korup, juga dari partai-partai lain, atau orang-orang yang tidak terlibat politik tapi memiliki kepentingan bisnis, konsesi, dan nyamannya dengan konstelasi politik era ganggu kehidupan organisasi massa, atau siapa pun orang-orang yang merasa ter­ sebagainya. Bahkan termasuk penegak hukum, pejabat korup, juga datang dari partai-partai lain, atau orang-orang yang tidak terlibat politik tapi memiliki kepentingan bisnis, konsesi, dan baru. Yang aku tahu pasti, mereka memiliki sumber daya dan mereka memiliki sumber daya nyamannya dengan konstelasi politik era ganggu kehidupan organisasi massa, atau siapa pun orang-orang yang merasa ter­ sebagainya. Bahkan termasuk penegak hukum, pejabat korup, juga datang dari partai-partai lain, atau orang-orang yang tidak terlibat politik tapi memiliki kepentingan bisnis, konsesi, dan baru. Yang aku tahu pasti, mereka memiliki sumber daya dan nyamannya dengan konstelasi politik era ganggu kehidupan organisasi massa, atau siapa pun orang-orang yang merasa ter­ sebagainya. Bahkan termasuk penegak hukum, pejabat korup, akses tidak terbatas, termasuk akses ke satuan khusus antiteror baru. Yang aku tahu pasti, mereka memiliki sumber daya dan terbatas, akses ke satuan khusus antiteror nyamannya dengan konstelasi politik era ganggu kehidupan organisasi massa, atau siapa pun orang-orang yang merasa ter­ terlibat politik tapi memiliki kepentingan bisnis, konsesi, sebagainya. Bahkan termasuk penegak hukum, pejabat korup, akses tidak terbatas, termasuk akses ke satuan khusus antiteror baru. Yang aku tahu pasti, mereka memiliki sumber daya nyamannya dengan konstelasi politik era ganggu kehidupan organisasi massa, atau siapa pun orang-orang yang merasa ter­ terlibat politik tapi memiliki kepentingan bisnis, konsesi, dan sebagainya. Bahkan penegak hukum, pejabat korup, baru. Yang aku tahu pasti, mereka memiliki sumber daya nyamannya dengan konstelasi politik era ganggu kehidupan organisasi massa, atau siapa pun orang-orang yang merasa ter­ terlibat politik tapi memiliki kepentingan bisnis, konsesi, dan sebagainya. Bahkan penegak hukum, pejabat korup, akses tidak terbatas, termasuk akses ke satuan khusus antiteror termasuk akses ke satuan khusus antiteror baru. Yang aku tahu pasti, mereka memiliki sumber daya nyamannya dengan konstelasi politik era ganggu kehidupan organisasi massa, atau siapa pun orang-orang yang merasa ter­ terlibat politik tapi memiliki kepentingan bisnis, konsesi, dan sebagainya. Bahkan termasuk penegak hukum, pejabat korup, akses tidak terbatas, termasuk akses ke satuan khusus antiteror baru. Yang aku tahu pasti, mereka memiliki sumber daya nyamannya dengan konstelasi politik era ganggu kehidupan organisasi massa, atau siapa pun orang-orang yang merasa ter­ Hong Kong.” akses tidak terbatas, akses ke satuan khusus antiteror baru. Yang aku tahu pasti, mereka memiliki sumber daya dan nyamannya dengan konstelasi politik era ganggu kehidupan sebagainya. Bahkan termasuk penegak hukum, pejabat korup, organisasi massa, atau siapa pun orang-orang yang merasa ter­ Hong Kong.” akses tidak terbatas, akses ke satuan khusus antiteror baru. Yang aku tahu pasti, mereka memiliki sumber daya dan nyamannya dengan konstelasi politik era ganggu kehidupan sebagainya. Bahkan termasuk penegak hukum, pejabat korup, organisasi massa, atau siapa pun orang-orang yang merasa ter­ akses tidak terbatas, akses ke satuan khusus antiteror baru. Yang aku tahu pasti, mereka memiliki sumber daya dan nyamannya dengan konstelasi politik era ganggu kehidupan sebagainya. Bahkan termasuk penegak hukum, pejabat korup, organisasi massa, atau siapa pun orang-orang yang merasa ter­ Hong Kong.” akses tidak terbatas, akses ke satuan khusus antiteror baru. Yang aku tahu pasti, mereka memiliki sumber daya dan nyamannya dengan konstelasi politik era ganggu kehidupan sebagainya. Bahkan termasuk penegak hukum, pejabat korup, organisasi massa, atau siapa pun orang-orang yang merasa ter­ Hong Kong.” akses tidak terbatas, akses ke satuan khusus antiteror baru. Yang aku tahu pasti, mereka memiliki sumber daya dan nyamannya dengan konstelasi politik era ganggu kehidupan mengeluh, menyibak anak rambut di dahi. Maryam mengeluh, menyibak anak rambut di dahi. Hong Kong.” akses tidak terbatas, termasuk akses ke satuan khusus antiteror baru. Yang aku tahu pasti, mereka memiliki sumber daya dan organisasi massa, atau siapa pun orang-orang yang merasa ter­ nyamannya dengan konstelasi politik era ganggu kehidupan Maryam mengeluh, menyibak anak rambut di dahi. Hong Kong.” akses tidak terbatas, termasuk akses ke satuan khusus antiteror baru. Yang aku tahu pasti, mereka memiliki sumber daya dan organisasi massa, atau siapa pun orang-orang yang merasa ter­ nyamannya dengan konstelasi politik era ganggu kehidupan Hong Kong.” akses tidak terbatas, termasuk akses ke satuan khusus antiteror baru. Yang aku tahu pasti, mereka memiliki sumber daya dan organisasi massa, atau siapa pun orang-orang yang merasa ter­ nyamannya dengan konstelasi politik era ganggu kehidupan Maryam mengeluh, menyibak anak rambut di dahi. menyibak anak rambut di dahi. Hong Kong.” akses tidak terbatas, termasuk akses ke satuan khusus antiteror baru. Yang aku tahu pasti, mereka memiliki sumber daya dan organisasi massa, atau siapamereka pun orang-orang yang merasa ter­ nyamannya dengan konstelasi politik era ganggu kehidupan Maryam mengeluh, menyibak anak rambut di dahi. Hong Kong.” akses tidak terbatas, termasuk akses ke satuan khusus antiteror baru. Yang aku tahu pasti, memiliki sumber daya dan Thomas. Tidak masuk akal.” ”Ini semua gila, Thomas. Tidak masuk akal.” Maryam mengeluh, menyibak anak rambut di dahi. Hong Kong.” akses tidak terbatas, termasuk akses ke satuan khusus antiteror nyamannya dengan konstelasi politik era ganggu kehidupan baru. Yang aku tahu pasti, mereka memiliki sumber daya dan ”Ini semua gila, Thomas. Tidak masuk akal.” Maryam mengeluh, menyibak anak rambut di dahi. Hong Kong.” akses tidak terbatas, termasuk akses ke satuan khusus antiteror nyamannya dengan konstelasi politik era ganggu kehidupan baru. Yang aku tahu pasti, mereka memiliki sumber daya dan Maryam mengeluh, menyibak anak rambut di dahi. Hong Kong.” akses tidak terbatas, termasuk akses ke satuan khusus antiteror nyamannya dengan konstelasi politik era ganggu kehidupan baru. Yang aku tahu pasti, mereka memiliki sumber daya dan ”Ini semua gila, Thomas. Tidak masuk akal.” Tidak masuk akal.” Maryam mengeluh, menyibak anak di dahi. Hong Kong.” akses tidak terbatas, termasuk akses kerambut satuan khusus antiteror baru. Yang aku tahu pasti, mereka memiliki sumber daya dan nyamannya dengan konstelasi politik era ganggu kehidupan ”Ini semua gila, Thomas. Tidak masuk akal.” Maryam mengeluh, menyibak anak rambut di dahi. Hong Kong.” akses tidak terbatas, termasuk akses ke satuan khusus antiteror ”Kau benar. Ini memang gila. Tidak masuk akal. Baru satu memang gila. Tidak masuk akal. Baru satu ”Ini semua gila, Thomas. Tidak masuk akal.” Maryam mengeluh, menyibak anak rambut di dahi. Hong Kong.” baru. Yang aku tahu pasti, mereka memiliki sumber daya dan akses tidak terbatas, termasuk akses ke satuan khusus antiteror ”Kau benar. Ini memang gila. Tidak masuk akal. Baru satu ”Ini semua gila, Thomas. Tidak masuk akal.” Maryam mengeluh, menyibak anak rambut di dahi. Hong Kong.” baru. Yang aku tahu pasti, mereka memiliki sumber daya dan akses tidak terbatas, termasuk akses ke satuan khusus antiteror ”Ini semua gila, Thomas. Tidak masuk akal.” Maryam mengeluh, menyibak anak rambut di dahi. Hong Kong.” baru. Yang aku tahu pasti, mereka memiliki sumber daya dan ”Kau benar. Ini memang gila. Tidak masuk akal. Baru satu akses tidak terbatas, termasuk akses ke satuan khusus antiteror gila. Tidak masuk akal. Baru satu ”Ini semua gila, Thomas. Tidak masuk akal.” Maryam mengeluh, menyibak anak rambut di dahi. Hong Kong.” akses tidak terbatas, termasuk akses kemasakan satuan khusus antiteror baru. Yang aku tahu pasti, mereka memiliki sumber daya dan ”Kau benar. Ini memang gila. Tidak masuk akal. Baru satu ”Ini semua gila, Thomas. Tidak masuk akal.” Maryam menyibak anak rambut di dahi. Hong Kong.” jam lalu kau mencicipi kepiting lezat Kadek, bukan? mencicipi kepiting lezat masakan Kadek, bukan? ”Kau benar. Ini memang gila. Tidak masuk akal. satu ”Ini semua gila, Tidak masuk akal.” Maryam mengeluh, menyibak anak rambut dahi. Hong Kong.” akses tidak terbatas, termasuk akses ke satuan khusus antiteror jam lalu kaumengeluh, mencicipi kepiting lezat masakan Kadek, bukan? ”Kau benar. Ini Thomas. memang gila. Tidak masuk akal. Baru satu ”Ini semua gila, Thomas. Tidak masuk akal.”di Maryam mengeluh, menyibak anak rambut di dahi.Baru akses tidak terbatas, termasuk akses ke satuan khusus antiteror Hong Kong.” ”Kau benar. Ini memang gila. Tidak masuk akal. Baru satu ”Ini semua gila, Thomas. Tidak masuk akal.” Maryam mengeluh, menyibak anak rambut di dahi. jam lalu kau mencicipi kepiting lezat masakan Kadek, bukan? akses tidak terbatas, termasuk akses ke satuan khusus antiteror Hong Kong.” kepiting lezat masakan Kadek, bukan? ”Kau benar. Ini memang gila. Tidak masuk akal. Baru satu ”Ini semua gila, Thomas. Tidak masuk akal.” Maryam mengeluh, menyibak anak rambut di dahi. Hong Kong.” akses tidak terbatas, termasuk akses ke satuan khusus antiteror jam lalu kau mencicipi kepiting lezat masakan Kadek, bukan? ”Kau benar. Ini memang gila. Tidak masuk Baru satu ”Ini semua gila, Thomas. Tidak masuk akal.” Maryam mengeluh, menyibak anak rambut di akal. dahi. Di atas kapal pesiar terbaik, ditemani Opa, orang dengan karak­ terbaik, ditemani Opa, orang dengan karak­ jam lalu kau mencicipi kepiting lezat masakan Kadek, bukan? ”Kau benar. Ini memang gila. Tidak masuk akal. Baru satu ”Ini semua gila, Thomas. Tidak masuk akal.” Maryam mengeluh, menyibak anak rambut di dahi. Hong Kong.” Di atas kapal pesiar terbaik, ditemani Opa, orang dengan karak­ jam lalu kau mencicipi kepiting lezat masakan Kadek, bukan? ”Kau benar. Ini memang gila. Tidak masuk Baru satu ”Ini semua gila, Thomas. Tidak masuk akal.” Hong Kong.” Maryam mengeluh, menyibak anak rambut di dahi. jam lalu kau mencicipi kepiting lezat masakan Kadek, bukan? ”Kau benar. Ini memang gila. Tidak masuk akal. Baru satu ”Ini semua gila, Thomas. Tidak masuk akal.” Di atas kapal pesiar terbaik, ditemani Opa, orang dengan karak­ Hong Kong.” Maryam mengeluh, menyibak anak rambut diakal. dahi. ditemani Opa, orang dengan karak­ jam lalu kau mencicipi kepiting lezat masakan Kadek, bukan? ”Kau benar. Ini memang gila. Tidak masuk akal. Baru satu ”Ini semua gila, Thomas. Tidak masuk akal.” Maryam mengeluh, menyibak anak rambut di dahi. Hong Kong.” Di atas kapal pesiar terbaik, ditemani Opa, orang dengan karak­ jam lalu kau mencicipi kepiting lezat masakan Kadek, bukan? ”Kau benar. Ini memang gila. Tidak masuk akal. Baru satu ”Ini semua gila, Thomas. Tidak masuk akal.” ter istimewa. Seolah dunia begitu indah, lantas simsalabim! Seolah dunia begitu indah, lantas simsalabim! Di atas kapal pesiar terbaik, ditemani Opa, orang dengan karak­ jam lalu kau mencicipi kepiting lezat masakan Kadek, bukan? ”Kau benar. Ini memang gila. Tidak masuk akal. Baru satu ”Ini semua gila, Thomas. Tidak masuk akal.” Maryam mengeluh, menyibak anak rambut di dahi. ter istimewa. Seolah dunia begitu indah, lantas simsalabim! Di atas kapal pesiar terbaik, ditemani Opa, orang dengan karak­ jam”Kau lalu kau mencicipi kepiting lezat masakan Kadek, bukan? ”Kau benar. Ini memang gila. Tidak masuk akal. Baru satu Maryam mengeluh, menyibak anak rambut di dahi. ”Ini semua gila, Thomas. Tidak masuk akal.” Di atas kapal pesiar terbaik, ditemani Opa, orang dengan karak­ jam lalu kau mencicipi kepiting lezat masakan Kadek, bukan? benar. Ini memang gila. Tidak masuk akal. Baru satu ter istimewa. Seolah dunia begitu indah, lantas simsalabim! Maryam mengeluh, menyibak anak rambut di dahi. ”Ini semua gila, Thomas. Tidak masuk akal.” begitu indah, lantas simsalabim! Di atas kapal pesiar terbaik, ditemani Opa, orang dengan karak­ jam lalu kau mencicipi kepiting lezat masakan Kadek, bukan? ”Kau benar. Ini memang gila. Tidak masuk akal. Baru satu ”Ini semua gila, Thomas. Tidak masuk akal.” Maryam mengeluh, menyibak anak rambut di dahi. ter istimewa. Seolah dunia begitu indah, lantas simsalabim! Di atas kapal pesiar terbaik, ditemani Opa, orang dengan karak­ ”Kau benar. Ini memang gila. Tidak masuk akal. Baru satu jam lalu kau mencicipi kepiting lezat masakan Kadek, bukan? Sekarang kau ditahan di tempat yang tidak dikenal, tangan di­ ditahan di tempat yang tidak dikenal, tangan di­ ter istimewa. Seolah dunia begitu indah, lantas simsalabim! Di atas kapal pesiar terbaik, ditemani Opa, orang dengan karak­ jam lalu kau mencicipi kepiting lezat masakan Kadek, bukan? ”Kau benar. Ini memang gila. Tidak masuk akal. Baru satu ”Ini semua gila, Thomas. Tidak masuk akal.” Sekarang kau ditahan di tempat yang tidak dikenal, tangan di­ ter istimewa. Seolah dunia begitu indah, lantas simsalabim! Di atas kapal pesiar terbaik, ditemani Opa, orang dengan karak­ jam lalu kau mencicipi kepiting lezat masakan Kadek, bukan? ”Ini semua gila, Thomas. Tidak masuk akal.” ”Kau benar. Ini memang gila. Tidak masuk akal. Baru satu ter istimewa. Seolah dunia begitu indah, lantas simsalabim! Di atas kapal pesiar terbaik, ditemani Opa, orang dengan karak­ jam lalu kau mencicipi kepiting lezat masakan Kadek, bukan? Sekarang kau ditahan di tempat yang tidak dikenal, tangan di­ ”Ini semua gila, Thomas. Tidak masuk akal.” ”Kau benar. Ini memang gila. Tidak masuk akal. Baru satu tempat yang tidak dikenal, tangan di­ ter istimewa. Seolah dunia begitu indah, lantas simsalabim! Di atas kapal pesiar terbaik, ditemani Opa, orang dengan karak­ ”Kau benar. Ini memang gila. Tidak masuk akal. Baru satu jam lalu kau mencicipi kepiting lezat masakan Kadek, bukan? ”Ini semua gila, Thomas. Tidak masuk akal.” Sekarang kau ditahan di tempat yang tidak dikenal, tangan di­ ter istimewa. Seolah dunia begitu indah, lantas simsalabim! jam lalu kau mencicipi kepiting lezat masakan Kadek, bukan? Di atas kapal pesiar terbaik, ditemani Opa, orang dengan karak­ pembela, tanpa tahu apa salahmu, dan terancam borgol, tanpa pembela, tanpa tahu apa salahmu, dan terancam Sekarang kau ditahan di tempat yang tidak dikenal, tangan di­ ter istimewa. Seolah dunia begitu indah, lantas simsalabim! jam lalu kau mencicipi kepiting lezat masakan Kadek, bukan? Di atas kapal pesiar terbaik, ditemani Opa, orang dengan karak­ ”Kau benar. Ini memang gila. Tidak masuk akal. Baru satu pembela, tanpa tahu apa salahmu, dan terancam borgol, tanpa Sekarang kau ditahan di tempat yang tidak dikenal, tangan di­ ter istimewa. Seolah dunia begitu indah, lantas simsalabim! Di atas kapal pesiar terbaik, ditemani Opa, orang dengan karak­ ”Kau benar. Ini memang gila. Tidak masuk akal. Baru satu jam lalu kau mencicipi kepiting lezat masakan Kadek, bukan? Sekarang kau ditahan di tempat yang tidak dikenal, tangan di­ ter istimewa. Seolah dunia begitu indah, lantas simsalabim! Di atas kapal pesiar terbaik, ditemani Opa, orang dengan karak­ pembela, tanpa tahu apa salahmu, dan terancam borgol, tanpa ”Kau benar. Ini memang gila. Tidak masuk akal. Baru satu jam lalu kau mencicipi kepiting lezat masakan Kadek, bukan? tanpa tahu apa salahmu, dan terancam Sekarang kau ditahan di tempat yang tidak dikenal, tangan di­ kepiting lezat masakan Kadek, bukan? ter istimewa. Seolah dunia begitu indah, lantas simsalabim! Di atas kapal pesiar terbaik, ditemani Opa, orang dengan karak­ ”Kau benar. Ini memang gila. Tidak masuk akal. Baru satu pembela, tanpa tahu apa salahmu, dan terancam borgol, tanpa Di atas kapal pesiar terbaik, ditemani Opa, orang dengan karak­ Sekarang kau ditahan di tempat yang tidak dikenal, tangan di­ ter istimewa. Seolah dunia begitu indah, lantas simsalabim! hukuman penjara seumur hidup.” Aku memegang erat-erat le­ seumur hidup.” Aku memegang erat-erat le­ pembela, tanpa tahu apa salahmu, dan terancam borgol, tanpa Di atas kapal pesiar terbaik, ditemani Opa, orang dengan karak­ Sekarang kau ditahan di tempat yang tidak dikenal, tangan di­ ter istimewa. Seolah dunia begitu indah, lantas simsalabim! jam lalu kau mencicipi kepiting lezat masakan Kadek, bukan? hukuman penjara seumur hidup.” Aku memegang erat-erat le­ pembela, tanpa tahu apa salahmu, dan terancam borgol, tanpa Sekarang kau ditahan di tempat yang tidak dikenal, tangan di­ ter istimewa. Seolah dunia begitu indah, lantas simsalabim! jam lalu kau mencicipi kepiting lezat masakan Kadek, bukan? Di atas kapal pesiar terbaik, ditemani Opa, orang dengan karak­ pembela, tanpa tahu apa salahmu, dan terancam borgol, tanpa Sekarang kau ditahan di tempat yang tidak dikenal, tangan di­ hukuman penjara seumur hidup.” Aku memegang erat-erat le­ ter istimewa. Seolah dunia begitu indah, lantas simsalabim! jam lalu kau mencicipi kepiting lezat masakan Kadek, bukan? terbaik, ditemani Opa, orang dengan karak­ hukuman penjara seumur hidup.” Aku memegang erat-erat le­ pembela, tanpa tahu apa salahmu, dan terancam borgol, tanpa Di atas kapal pesiar terbaik, ditemani Opa, orang dengan karak­ Sekarang kau ditahan di tempat yang tidak dikenal, tangan di­ ter istimewa. Seolah dunia begitu indah, lantas simsalabim! jam lalu kau mencicipi kepiting lezat masakan Kadek, bukan? hukuman penjara seumur hidup.” Aku memegang erat-erat le­ ter istimewa. Seolah dunia begitu indah, lantas simsalabim! pembela, tanpa tahu apa salahmu, dan terancam borgol, tanpa Sekarang kau ditahan di tempat yang tidak dikenal, tangan di­ ngan Maryam. ”Tapi kau harus memercayaiku, Maryam. Memer­ ”Tapi kau harus memercayaiku, Maryam. Memer­ hukuman penjara seumur hidup.” Aku memegang erat-erat le­ ter istimewa. Seolah dunia begitu indah, lantas simsalabim! pembela, tanpa tahu apa salahmu, dan terancam borgol, tanpa Sekarang kau ditahan di tempat yang tidak dikenal, tangan di­ Di atas kapal pesiar terbaik, ditemani Opa, orang dengan karak­ ngan Maryam. ”Tapi kau harus memercayaiku, Maryam. Memer­ hukuman penjara seumur hidup.” Aku memegang erat-erat le­ pembela, tanpa tahu apa salahmu, dan terancam borgol, tanpa Sekarang kau ditahan di tempat yang tidak dikenal, tangan di­ Di atas kapal pesiar terbaik, ditemani Opa, orang dengan karak­ ter istimewa. Seolah dunia begitu indah, lantas simsalabim! hukuman penjara seumur hidup.” Aku memegang erat-erat le­ pembela, tanpa tahu apa salahmu, dan terancam borgol, tanpa ngan Maryam. ”Tapi kau harus memercayaiku, Maryam. Memer­ Sekarang kau ditahan di tempat yang tidak dikenal, tangan di­ Di atas kapal pesiar terbaik, ditemani Opa, orang dengan karak­ ter istimewa. Seolah dunia begitu indah, lantas simsalabim! ngan Maryam. ”Tapi kau harus memercayaiku, Maryam. Memer­ dunia begitu indah, lantas simsalabim! hukuman penjara seumur hidup.” Aku memegang erat-erat le­ pembela, tanpa tahu apa salahmu, dan terancam borgol, tanpa Sekarang kau ditahan di tempat yang tidak dikenal, tangan di­ Di atas kapal pesiar terbaik, ditemani Opa, orang dengan karak­ ngan Maryam. ”Tapi kau harus memercayaiku, Maryam. Memer­ Sekarang kau ditahan di tempat yang tidak dikenal, tangan di­ hukuman penjara seumur hidup.” Aku memegang erat-erat le­ pembela, tanpa tahu apa salahmu, dan terancam borgol, tanpa cayai Kadek, memercayai Opa. Bisa? Kau bisa percaya?” memercayai Opa. Bisa? Kau bisa percaya?” Sekarang kau ditahan di tempat yang tidak dikenal, tangan di­ ngan Maryam. ”Tapi kau harus memercayaiku, Maryam. Memer­ hukuman penjara seumur hidup.” Aku memegang erat-erat le­ pembela, tanpa tahu apa salahmu, dan terancam borgol, tanpa ter istimewa. Seolah dunia begitu indah, lantas simsalabim! cayai Kadek, memercayai Opa. Bisa? Kau bisa percaya?” ngan Maryam. ”Tapi kau harus memercayaiku, Maryam. Memer­ hukuman penjara seumur hidup.” Aku memegang erat-erat le­ pembela, tanpa tahu apa salahmu, dan terancam borgol, tanpa ter istimewa. Seolah dunia begitu indah, lantas simsalabim! Sekarang kau ditahan di tempat yang tidak dikenal, tangan di­ ngan Maryam. ”Tapi kau harus memercayaiku, Maryam. Memer­ cayai Kadek, memercayai Opa. Bisa? Kau bisa percaya?” hukuman penjara seumur hidup.” Aku memegang erat-erat le­ pembela, tanpa tahu apa salahmu, dan terancam borgol, tanpa ter istimewa. Seolah dunia begitu indah, lantas simsalabim! di tempat yang tidak dikenal, tangan di­ cayai Kadek, memercayai Opa. Bisa? Kau bisa percaya?” Sekarang kau ditahan di tempat yang tidak dikenal, tangan di­ ngan Maryam. ”Tapi kau harus memercayaiku, Maryam. Memer­ hukuman penjara seumur hidup.” Aku memegang erat-erat le­ pembela, tanpa tahu apa salahmu, dan terancam borgol, tanpa ter istimewa. Seolah dunia begitu indah, lantas simsalabim! pembela, tanpa tahu apa salahmu, dan terancam borgol, tanpa cayai Kadek, memercayai Opa. Bisa? Kau bisa percaya?” ngan Maryam. ”Tapi kau harus memercayaiku, Maryam. Memer­ hukuman penjara seumur hidup.” Aku memegang erat-erat le­ Maryam menyeka ujung matanya, menatapku lama, lantas menyeka ujung matanya, menatapku lama, lantas pembela, tanpa tahu apa salahmu, dan terancam borgol, tanpa cayai Kadek, memercayai Opa. Bisa? Kau bisa percaya?” ngan Maryam. ”Tapi kau harus memercayaiku, Maryam. Memer­ hukuman penjara seumur hidup.” Aku memegang erat-erat le­ Sekarang kau ditahan di tempat yang tidak dikenal, tangan di­ Maryam menyeka ujung matanya, menatapku lama, lantas cayai Kadek, memercayai Opa. Bisa? Kau bisa percaya?” ngan Maryam. ”Tapi kau harus memercayaiku, Maryam. Memer­ hukuman penjara seumur hidup.” Aku memegang erat-erat le­ Sekarang kau ditahan di tempat yang tidak dikenal, tangan di­ pembela, tanpa tahu apa salahmu, dan terancam borgol, tanpa cayai Kadek, memercayai Opa. Bisa? Kau bisa percaya?” Maryam menyeka ujung matanya, menatapku lama, lantas ngan Maryam. ”Tapi kau harus memercayaiku, Maryam. Memer­ hukuman penjara seumur hidup.” Aku memegang erat-erat le­ Sekarang kau ditahan di tempat yang tidak dikenal, tangan di­ pembela, tanpa tahu apa salahmu, dan terancam borgol, tanpa tanpa tahu apa salahmu, dan terancam Maryam menyeka ujung matanya, menatapku lama, lantas cayai Kadek, memercayai Opa. Bisa? Kau bisa percaya?” ngan Maryam. ”Tapi kau harus memercayaiku, Maryam. Memer­ hidup.” Aku memegang erat-erat le­ Sekarang kau ditahan di tempat yang tidak dikenal, tangan di­ hukuman penjara seumur hidup.” Aku memegang erat-erat le­ Maryam menyeka ujung matanya, menatapku lama, lantas cayai Kadek, memercayai Opa. Bisa? Kau bisa percaya?” mengangguk perlahan. ngan Maryam. ”Tapi kau harus memercayaiku, Maryam. Memer­ perlahan. hukuman penjara seumur hidup.” Aku memegang erat-erat le­ Maryam menyeka ujung matanya, menatapku lama, lantas cayai Kadek, memercayai Opa. Bisa? Kau bisa percaya?” ngan Maryam. ”Tapi kau harus memercayaiku, Maryam. Memer­ pembela, tanpa tahu apa salahmu, dan terancam borgol, tanpa mengangguk perlahan. Maryam menyeka ujung matanya, menatapku lama, lantas cayai Kadek, memercayai Opa. Bisa? Kau bisa percaya?” ngan Maryam. ”Tapi kau harus memercayaiku, Maryam. Memer­ pembela, tanpa tahu apa salahmu, dan terancam borgol, tanpa hukuman penjara seumur hidup.” Aku memegang erat-erat le­ Maryam menyeka ujung matanya, menatapku lama, lantas mengangguk perlahan. cayai Kadek, memercayai Opa. Bisa? Kau bisa percaya?” ngan Maryam. ”Tapi kau harus memercayaiku, Maryam. Memer­ pembela, tanpa tahu apa salahmu, dan terancam borgol, tanpa seumur hidup.” Aku memegang erat-erat le­ hukuman penjara seumur hidup.” Aku memegang erat-erat le­ mengangguk perlahan. Maryam menyeka ujung matanya, menatapku lama, lantas cayai Kadek, memercayai Opa. Bisa? Kau bisa percaya?” ngan Maryam. ”Tapi kau harus memercayaiku, Maryam. Memer­ pembela, tanpa tahu apa salahmu, dan terancam borgol, tanpa harus memercayaiku, Maryam. Memer­ mengangguk perlahan. Maryam menyeka ujung matanya, menatapku lama, lantas ”Nah, itu baru semangat!” Aku menepuk bahunya. ”Sekarang cayai Kadek, memercayai Opa. Bisa? Kau bisa percaya?” ngan Maryam. ”Tapi kau harus memercayaiku, Maryam. Memer­ ”Nah, itu baru semangat!” Aku menepuk bahunya. ”Sekarang mengangguk perlahan. Maryam menyeka ujung matanya, menatapku lama, lantas cayai Kadek, memercayai Opa. Bisa? Kau bisa percaya?” hukuman penjara seumur hidup.” Aku memegang erat-erat le­ ”Nah, itu baru semangat!” Aku menepuk bahunya. ”Sekarang mengangguk perlahan. Maryam menyeka ujung matanya, menatapku lama, lantas cayai Kadek, memercayai Opa. Bisa? Kau bisa percaya?” hukuman penjara seumur hidup.” Aku memegang erat-erat le­ ngan Maryam. ”Tapi kau harus memercayaiku, Maryam. Memer­ ”Nah, itu baru semangat!” Aku menepuk bahunya. ”Sekarang mengangguk perlahan. Maryam menyeka ujung matanya, menatapku lama, lantas cayai Kadek, memercayai Opa. Bisa? Kau bisa percaya?” hukuman penjara seumur hidup.” Aku memegang erat-erat le­ kau harus memercayaiku, Maryam. Memer­ ngan Maryam. ”Tapi kau harus memercayaiku, Maryam. Memer­ ”Nah, itu baru semangat!” Aku menepuk bahunya. ”Sekarang mengangguk perlahan. Maryam menyeka ujung matanya, menatapku lama, lantas Opa. Bisa? Kau bisa percaya?” hukuman penjara seumur hidup.” Aku memegang erat-erat le­ cayai Kadek, memercayai Opa. Bisa? Kau bisa percaya?” ”Nah, itu baru semangat!” Aku menepuk bahunya. ”Sekarang hentikan teriak-teriak, panik, dan sebagainya. Tenang saja, aku mengangguk perlahan. Maryam menyeka ujung matanya, menatapku lama, lantas cayai Kadek, memercayai Opa. Bisa? Kau bisa percaya?” hentikan teriak-teriak, panik, dan sebagainya. Tenang saja, aku ”Nah, itu baru semangat!” Aku menepuk bahunya. ”Sekarang mengangguk perlahan. Maryam menyeka ujung matanya, menatapku lama, lantas ngan Maryam. ”Tapi kau harus memercayaiku, Maryam. Memer­ hentikan teriak-teriak, panik, dan sebagainya. Tenang saja, aku ”Nah, itu baru semangat!” Aku menepuk bahunya. ”Sekarang mengangguk perlahan. Maryam menyeka ujung matanya, menatapku lama, lantas ngan Maryam. ”Tapi kau harus memercayaiku, Maryam. Memer­ cayai Kadek, memercayai Opa. Bisa? Kau bisa percaya?” hentikan teriak-teriak, panik, dan sebagainya. Tenang saja, aku ”Nah, itu baru semangat!” Aku menepuk bahunya. ”Sekarang mengangguk perlahan. Maryam menyeka ujung matanya, menatapku lama, lantas ngan Maryam. ”Tapi kau harus memercayaiku, Maryam. Memer­ memercayai Opa. Bisa? Kau bisa percaya?” cayai Kadek, memercayai Opa. Bisa? Kau bisa percaya?” hentikan teriak-teriak, panik, dan sebagainya. Tenang saja, aku ”Nah, itu baru semangat!” Aku menepuk bahunya. ”Sekarang mengangguk perlahan. Maryam menyeka ujung matanya, menatapku lama, lantas ngan Maryam. ”Tapi kau harus memercayaiku, Maryam. Memer­ matanya, menatapku lama, lantas hentikan teriak-teriak, panik, dan sebagainya. Tenang saja, aku punya rencana, Maryam. Kita harus secepat mungkin meninggal­ ”Nah, itu baru semangat!” Aku menepuk bahunya. ”Sekarang mengangguk perlahan. Maryam menyeka ujung matanya, menatapku lama, lantas punya rencana, Maryam. Kita harus secepat mungkin meninggal­ hentikan teriak-teriak, panik, dan sebagainya. Tenang saja, aku ”Nah, itu baru semangat!” Aku menepuk bahunya. ”Sekarang mengangguk perlahan. cayai Kadek, memercayai Opa. Bisa? Kau bisa percaya?” punya rencana, Maryam. Kita harus secepat mungkin meninggal­ hentikan teriak-teriak, panik, dan sebagainya. Tenang saja, aku ”Nah, itu baru semangat!” Aku menepuk bahunya. ”Sekarang mengangguk perlahan. cayai Kadek, memercayai Opa. Bisa? Kau bisa percaya?” Maryam menyeka ujung matanya, menatapku lama, lantas punya rencana, Maryam. Kita harus secepat mungkin meninggal­ hentikan teriak-teriak, panik, dan sebagainya. Tenang saja, aku ”Nah, itu baru semangat!” Aku menepuk bahunya. ”Sekarang mengangguk perlahan. cayai Kadek, memercayai Opa. Bisa? Kau bisa percaya?” ujung matanya, menatapku lama, lantas Maryam menyeka ujung matanya, menatapku lama, lantas punya rencana, Maryam. Kita harus secepat mungkin meninggal­ hentikan teriak-teriak, panik, dan sebagainya. Tenang saja, aku ”Nah, itu baru semangat!” Aku menepuk bahunya. ”Sekarang cayai Kadek, memercayai Opa. Bisa? Kau bisa percaya?” mengangguk perlahan. kan tempat ini. Menerobos keluar.” punya rencana, Maryam. Kita harus secepat mungkin meninggal­ hentikan teriak-teriak, panik, dan sebagainya. Tenang saja, aku ”Nah, itu baru semangat!” Aku menepuk bahunya. ”Sekarang mengangguk perlahan. kan tempat ini. Menerobos keluar.” punya rencana, Maryam. Kita harus secepat mungkin meninggal­ hentikan teriak-teriak, panik, dan sebagainya. Tenang saja, aku ”Nah, itu baru semangat!” Aku menepuk bahunya. ”Sekarang Maryam menyeka ujung matanya, menatapku lama, lantas kan tempat ini. Menerobos keluar.” punya rencana, Maryam. Kita harus secepat mungkin meninggal­ hentikan teriak-teriak, panik, dan sebagainya. Tenang saja, aku ”Nah, itu baru semangat!” Aku menepuk bahunya. ”Sekarang Maryam menyeka ujung matanya, menatapku lama, lantas mengangguk perlahan. kan tempat ini. Menerobos keluar.” punya rencana, Maryam. Kita harus secepat mungkin meninggal­ hentikan teriak-teriak, panik, dan sebagainya. Tenang saja, aku ”Nah, itu baru semangat!” Aku menepuk bahunya. ”Sekarang Maryam menyeka ujung matanya, menatapku lama, lantas mengangguk perlahan. kan tempat ini. Menerobos keluar.” punya rencana, Maryam. Kita harus secepat mungkin meninggal­ hentikan teriak-teriak, panik, dan sebagainya. Tenang saja, aku Aku menepuk bahunya. ”Sekarang Maryam menyeka ujung matanya, menatapku lama, lantas ”Nah, itu baru semangat!” Aku menepuk bahunya. ”Sekarang Bahkan Kadek yang sejak tadi hanya menunduk, mendengar­ kan tempat ini. Menerobos keluar.” punya rencana, Maryam. Kita harus secepat mungkin meninggal­ hentikan teriak-teriak, panik, dan sebagainya. Tenang saja, aku ”Nah, itu baru semangat!” Aku menepuk bahunya. ”Sekarang Bahkan Kadek yang sejak tadi hanya menunduk, mendengar­ kan tempat ini. Menerobos keluar.” punya rencana, Maryam. Kita harus secepat mungkin meninggal­ hentikan teriak-teriak, panik, dan sebagainya. Tenang saja, aku mengangguk perlahan. Bahkan Kadek yang sejak tadi hanya menunduk, mendengar­ kan tempat ini. Menerobos keluar.” punya rencana, Maryam. Kita harus secepat mungkin meninggal­ hentikan teriak-teriak, panik, dan sebagainya. Tenang saja, aku mengangguk perlahan. ”Nah, itu baru semangat!” Aku menepuk bahunya. ”Sekarang Bahkan Kadek yang sejak tadi hanya menunduk, mendengar­ kan tempat ini. Menerobos keluar.” punya rencana, Maryam. Kita harus secepat mungkin meninggal­ hentikan teriak-teriak, panik, dan sebagainya. Tenang saja, aku mengangguk perlahan. semangat!” Aku menepuk bahunya. ”Sekarang ”Nah, itu baru semangat!” Aku menepuk bahunya. ”Sekarang Bahkan Kadek yang sejak tadi hanya menunduk, mendengar­ kan tempat ini. Menerobos keluar.” punya rencana, Maryam. Kita harus secepat mungkin meninggal­ panik, dan sebagainya. Tenang saja, aku mengangguk perlahan. hentikan teriak-teriak, panik, dan sebagainya. Tenang saja, aku kan percakapan, mengangkat kepalanya, menoleh. ”Kita tidak Bahkan Kadek yang sejak tadi hanya menunduk, mendengar­ tempat ini. Menerobos keluar.” punya rencana, Maryam. Kita harus secepat mungkin meninggal­ hentikan teriak-teriak, panik, dan sebagainya. Tenang saja, aku kan percakapan, mengangkat kepalanya, menoleh. ”Kita tidak Bahkan Kadek yang sejak tadi hanya menunduk, mendengar­ tempat ini. Menerobos keluar.” punya rencana, Maryam. Kita harus secepat mungkin meninggal­ ”Nah, itu baru semangat!” Aku menepuk bahunya. ”Sekarang kan percakapan, mengangkat kepalanya, menoleh. ”Kita tidak Bahkan Kadek yang sejak tadi hanya menunduk, mendengar­ tempat ini. Menerobos keluar.” punya rencana, Maryam. Kita harus secepat mungkin meninggal­ ”Nah, itu baru semangat!” Aku menepuk bahunya. ”Sekarang hentikan teriak-teriak, panik, dan sebagainya. Tenang saja, aku mengangkat kepalanya, menoleh. ”Kita tidak kan percakapan, Bahkan Kadek yang sejak tadi hanya menunduk, mendengar­ tempat ini. Menerobos keluar.” punya rencana, Maryam. Kita harus secepat mungkin meninggal­ ”Nah, itu baru semangat!” Aku menepuk bahunya. ”Sekarang panik, dan sebagainya. Tenang saja, aku hentikan teriak-teriak, panik, dan sebagainya. Tenang saja, aku kan percakapan, mengangkat kepalanya, menoleh. ”Kita tidak Bahkan Kadek yang sejak tadi hanya menunduk, mendengar­ tempat ini. Menerobos keluar.” Kita harus secepat mungkin meninggal­ ”Nah, itu baru semangat!” Aku menepuk bahunya. ”Sekarang punya rencana, Maryam. Kita harus secepat mungkin meninggal­ bisa kabur dari sini, Pak Thom.” kan percakapan, mengangkat kepalanya, menoleh. ”Kita tidak Bahkan Kadek yang sejak tadi hanya menunduk, mendengar­ tempat ini.Maryam. Menerobos keluar.” punya rencana, Kita harus secepat mungkin meninggal­ bisa kabur dari sini, Pak Thom.” percakapan, mengangkat kepalanya, menoleh. ”Kita tidak Bahkan Kadek yang sejak tadi hanya menunduk, mendengar­ kan tempat ini. Menerobos keluar.” hentikan teriak-teriak, panik, dan sebagainya. Tenang saja, aku bisa kabur dari sini, Pak Thom.” kan percakapan, mengangkat kepalanya, menoleh. ”Kita tidak Bahkan Kadek yang sejak tadi hanya menunduk, mendengar­ tempat ini. Menerobos keluar.” hentikan teriak-teriak, panik, dan sebagainya. Tenang saja, aku punya rencana, Maryam. Kita harus secepat mungkin meninggal­ bisa kabur dari sini, Pakpanik, Thom.” kan percakapan, mengangkat kepalanya, menoleh. ”Kita Bahkan Kadek yang sejak tadi hanya menunduk, mendengar­ tempat ini.Maryam. Menerobos keluar.” hentikan teriak-teriak, dan sebagainya. Tenang saja,tidak aku punya rencana, Kita harus secepat mungkin meninggal­ Maryam. Kita harus secepat mungkin meninggal­



rus.” urus satu atau dua dari mereka, sisanya biar aku yang ”Kenapa tidak, Kadek?” aku menjawab menjawab lugas. ”Kau bisamengu­ meng­ rus.” urus satu atau dua dari mereka, sisanya biar aku yang mengu­ ”Kenapa tidak, Kadek?” aku lugas. ”Kau bisa meng­ rus.” urus satu atau dua dari mereka, sisanya biar aku yang mengu­ ”Kenapa tidak, Kadek?” aku menjawab lugas. ”Kau bisa meng­ rus.” urus satu atau dua dari mereka, sisanya biar aku yang mengu­ ”Kenapa tidak, Kadek?” aku menjawab lugas. ”Kau bisa meng­ ”Kita tidak bisa menerobos lima belas Kadek menggeleng. ”Kita tidak bisa menerobos lima belas rus.” urus satu atau dua dari mereka, sisanya biar aku yang mengu­ ”Kita tidak bisa menerobos lima belas Kadek menggeleng. rus.” urus satu atau atau dua dua dari dari”Kita mereka, sisanya biar aku aku yang yang mengu­ tidak bisa menerobos lima belas Kadek menggeleng. rus.” urus satu mereka, sisanya biar mengu­ ”Kita tidak bisa menerobos lima belas Kadek menggeleng. rus.” urus satu atau dua dari mereka, sisanya biar aku yang mengu­ ”Kita tidak bisa menerobos lima belas Kadek menggeleng. rus.” urus satu atau dua dari mereka, sisanya biar aku yang mengu­ lantai, Pak Thom. Mereka sudah mengizinkan tembak di tempat sudah mengizinkan tembak di tempat ”Kita tidak bisa menerobos lima belas Kadek menggeleng. rus.” lantai, Pak Thom. Mereka sudah mengizinkan tembak di tempat ”Kita tidak bisa menerobos lima belas Kadek menggeleng. rus.” lantai, Pak Thom. Mereka sudah mengizinkan tembak di tempat ”Kita tidak bisa menerobos lima belas Kadek menggeleng. rus.” lantai, Pak Thom. Mereka sudah mengizinkan tembak di tempat ”Kita tidak bisa menerobos lima belas Kadek menggeleng. rus.” lantai, Pak Thom. Mereka sudah mengizinkan tembak di tempat ”Kita tidak bisa menerobos lima belas Kadek menggeleng. kalau kita kabur.” rus.” lantai, Pak Thom. Mereka sudah mengizinkan tembak di tempat ”Kita tidak bisa menerobos lima belas Kadek menggeleng. kalau kita kabur.” lantai, Pak Thom. Mereka sudah mengizinkan tembak di tempat ”Kita tidak bisa menerobos menerobos lima belas Kadek menggeleng. kalau kita kabur.” lantai, Pak Thom. Mereka sudah mengizinkan tembak di tempat ”Kita tidak bisa lima belas Kadek menggeleng. kalau kita kabur.” lantai, Pak Thom. Mereka sudah mengizinkan tembak di tempat ”Kita tidak bisa menerobos lima belas Kadek menggeleng. kalau kita kabur.” lantai, Pak Thom. Mereka sudah mengizinkan tembak di tempat ”Serahkan itu padaku, Kadek.” Aku mengepalkan tangan. ”Kita tidak bisa menerobos lima belas Kadek menggeleng. Kadek.” Aku mengepalkan tangan. kalau kita kabur.” lantai, Pak Thom. Mereka sudah mengizinkan tembak di tempat ”Serahkan itu padaku, Kadek.” Aku mengepalkan tangan. kalau kita kabur.” lantai, Pak Thom. Mereka sudah mengizinkan tembak di tempat ”Serahkan itu padaku, Kadek.” Aku mengepalkan tangan. kalau kita kabur.” lantai, Pak Thom. Mereka sudah mengizinkan tembak di tempat ”Serahkan itu padaku, Kadek.” Aku mengepalkan tangan. kalau kita kabur.” lantai, Pak Thom. Mereka sudah mengizinkan tembak di tempat ”Serahkan itu padaku, Kadek.” Aku mengepalkan tangan. kalau kita kabur.” ”Aku hanya membutuhkan satu panggilan telepon, maka kita lantai, Pak Thom. Mereka sudah mengizinkan tembak di tempat ”Aku hanya membutuhkan satu panggilan telepon, maka kita ”Serahkan itu padaku, Kadek.” Aku mengepalkan tangan. kalau kita kabur.” ”Aku hanya membutuhkan satu panggilan telepon, maka kita ”Serahkan itu padaku, Kadek.” Aku mengepalkan tangan. kalau kita kabur.” kabur.” ”Aku hanya membutuhkan satu panggilan telepon, maka kita ”Serahkan itu padaku, Kadek.” Aku mengepalkan tangan. kalau kita ”Aku hanya membutuhkan satu panggilan telepon, maka kita ”Serahkan itu padaku, Kadek.” Aku mengepalkan tangan. kalau kita kabur.” ”Aku hanya membutuhkan satu panggilan telepon, maka kita ”Serahkan itu padaku, Kadek.” Aku mengepalkan tangan. akan bisa meninggalkan tempat ini.” kalau kita kabur.” akan bisa meninggalkan tempat ini.” ”Aku hanya membutuhkan satu panggilan telepon, maka kita ”Serahkan itu padaku, Kadek.” Aku mengepalkan tangan. akan bisa meninggalkan tempat ini.” ”Aku hanya membutuhkan satu panggilan telepon, maka kita ”Serahkan itu padaku, Kadek.” Aku mengepalkan tangan. akan bisa meninggalkan tempat ini.” ”Serahkan itu padaku, Kadek.” Aku mengepalkan tangan. ”Aku hanya membutuhkan satuini.” panggilan telepon, maka maka kita akan bisa meninggalkan tempat ”Aku hanya membutuhkan satu panggilan telepon, kita ”Serahkan itu padaku, Kadek.” Aku mengepalkan tangan. akan bisa meninggalkan tempat ini.” Kadek mengusap wajahnya. Bagaimana caranya? Lengang se­ ”Aku hanya membutuhkan satu panggilan telepon, maka kita ”Serahkan itu padaku, Kadek.” Aku mengepalkan tangan. Kadek mengusap wajahnya. Bagaimana caranya? Lengang se­ akan bisa meninggalkan tempat ini.” ”Aku hanya membutuhkan satu panggilan telepon, maka kita Kadek mengusap wajahnya. Bagaimana caranya? Lengang se­ akan bisa meninggalkan tempat ini.” ”Aku hanya membutuhkan satu panggilan telepon, maka kita Kadek mengusap wajahnya. Bagaimana caranya? Lengang se­ ”Aku hanya membutuhkan satu panggilan telepon, maka kita akan bisa meninggalkan tempat ini.” Kadek mengusap wajahnya. Bagaimana caranya? Lengang se­ akan bisa meninggalkan tempat ini.” ”Aku hanya membutuhkan satu panggilan telepon, maka kita Kadek mengusap wajahnya. Bagaimana caranya? Lengang se­ jenak. akan bisa meninggalkan tempat ini.” ”Aku hanya membutuhkan satu panggilan telepon, maka kita jenak. Kadek mengusap wajahnya. Bagaimana caranya? Lengang se­ akan bisa meninggalkan tempat ini.” jenak. Kadek mengusap wajahnya. Bagaimana caranya? Lengang akan bisa meninggalkan tempat ini.” jenak. akan bisa meninggalkan tempat ini.” Kadek mengusap wajahnya. Bagaimana caranya? Lengang Lengang se­ se­ jenak. Kadek mengusap wajahnya. Bagaimana caranya? se­ akan bisa meninggalkan tempat ini.” butuh satu panggilan telepon, Tommi?” Opa yang ”Kau hanya jenak. Kadek mengusap wajahnya. Bagaimana caranya? Lengang se­ akan bisa meninggalkan tempat ini.” butuh satu panggilan telepon, Tommi?” Opa yang ”Kau hanya jenak. Kadek mengusap wajahnya. Bagaimana caranya? Lengang se­ butuh satu panggilan telepon, Tommi?” Opa yang ”Kau hanya jenak. Kadek mengusap wajahnya. Bagaimana caranya? Lengang se­ butuh satu panggilan telepon, Tommi?” Opa yang ”Kau hanya Kadek mengusap wajahnya. Bagaimana caranya? Lengang se­ jenak. butuh satu panggilan telepon, Tommi?” Opa yang ”Kau hanya jenak. Kadek mengusap wajahnya. Bagaimana caranya? Lengang se­ berkata pelan, memecah suara desing pendingin udara. butuh satu panggilan telepon, Tommi?” Opa yang ”Kau hanya jenak. Kadek mengusap wajahnya. Bagaimana caranya? Lengang se­ berkata pelan, memecah suara desing pendingin udara. butuh satu panggilan telepon, Tommi?” Opa yang ”Kau hanya jenak. berkata pelan, memecah suara desingtelepon, pendingin udara.Opa butuh satu satusuara panggilan telepon, Tommi?” Opa yang yang ”Kau pelan, hanya memecah jenak. jenak. berkata desing pendingin udara. butuh panggilan Tommi?” ”Kau hanya berkata pelan, memecah suara desing pendingin udara. butuh satu panggilan telepon, Tommi?” Opa yang ”Kau hanya jenak. Aku menoleh ke arah Opa, mengangguk. berkata pelan, memecah suara desing pendingin udara. butuh satu panggilan telepon, Tommi?” Opa yang ”Kau hanya jenak. Aku menoleh ke arah Opa, mengangguk. berkata pelan, memecah desing pendingin udara. butuh satu panggilan telepon, Tommi?” Opa yang ”Kau hanya Aku menoleh ke arah Opa, mengangguk. berkata pelan, memecah suara desing pendingin udara. butuh satusuara panggilan telepon, Tommi?” Opa yang yang ”Kau hanya butuh satu panggilan telepon, Tommi?” Opa ”Kau hanya Aku menoleh ke arah Opa, mengangguk. berkata pelan, memecah suara desing pendingin udara. Aku menoleh ke arah Opa, mengangguk. berkata pelan, memecah suara desing pendingin udara. butuh satu panggilan telepon, Tommi?” Opa yang ”Kau hanya Opa tertawa pelan. ”Kalau hanya itu, mudah, biar orang tua Aku menoleh ke arah Opa, mengangguk. berkata pelan, memecah suara desing pendingin udara. butuh satu panggilan telepon, Tommi?” Opa ”Kau hanya Opa tertawa pelan. ”Kalau hanya itu, mudah, biar orang tua Aku menoleh ke arah Opa, mengangguk. berkata pelan, memecah suara desing pendingin udara. Opa tertawa pelan. ”Kalau hanya itu, mudah,udara. biar orang orangyang tua Aku menoleh menoleh ke arah arah Opa,hanya mengangguk. berkata pelan, memecah memecah suara desing pendingin udara. berkata pelan, suara desing pendingin Opa tertawa pelan. ”Kalau itu, mudah, biar tua Aku ke Opa, mengangguk. Opa tertawa pelan. ”Kalau hanya itu, mudah, biar orang tua Aku menoleh ke arah Opa, mengangguk. berkata pelan, memecah suara desing pendingin udara. ini yang mengurusnya.” Opa tertawa pelan. ”Kalau hanya itu, mudah, biar orang tua Aku menoleh ke arah Opa, mengangguk. berkata pelan, memecah suara desing pendingin udara. ini yang mengurusnya.” Opa tertawa pelan. ”Kalau hanya itu, mudah, biar orang tua Aku menoleh ke arah Opa, mengangguk. ini yang mengurusnya.” Opa tertawa pelan. ”Kalau hanya itu, mudah, biar orang tua Aku menoleh ke arah Opa, mengangguk. mengangguk. ini yang mengurusnya.” Opa tertawa pelan. ”Kalau hanya itu, mudah, biar orang tua ini yang mengurusnya.” Opa tertawa pelan. ”Kalau hanya itu, mudah, biar orang tua Aku menoleh ke arah Opa, mengangguk. ini yang mengurusnya.” Opa tertawa pelan. ”Kalau hanya itu, mudah, biar orang tua Aku menoleh ke arah Opa, mengangguk. ini yang mengurusnya.” Opa tertawa pelan. ”Kalau hanya itu, mudah, biar orang tua iniOpa yangtertawa mengurusnya.” itu, mudah, mudah, biar biar orang orang tua tua pelan. ”Kalau hanya itu, ini yang mengurusnya.” ini yang mengurusnya.” Opa tertawa pelan. ”Kalau hanya itu, mudah, biar orang ini yang mengurusnya.” Opa tertawa pelan. ”Kalau hanya itu, mudah, biar orang tua tua ini yang mengurusnya.” ini yang mengurusnya.” ini ini yang yang mengurusnya.” mengurusnya.”



Tidak Tidak Bisa Bisa Ditolak Ditolak



Episode 9



C C C C C C C C



Permintaan Tidak Bisa Ditolak



rane disusun dari pipa-pipa dan lempeng besi, yang disatu­ rane disusun dari pipa-pipa dan lempeng besi, yang disatu­ rane disusun dari pipa-pipa dan lempeng besi, yang disatu­ rane disusun dari pipa-pipa dan lempeng besi, yang disatu­ rane disusun dari pipa-pipa dan lempeng besi, yang disatu­ kan sedemikian rupa menjadi sebuah tower tinggi yang rane disusunrupa dari hingga pipa-pipa dan lempeng besi, yang disatu­ kan sedemikian hingga menjadi sebuah tower tinggi yang rane disusun dari pipa-pipa dan lempeng besi, yang disatu­ kan sedemikian rupa hingga menjadi sebuah tower tinggi yang rane disusun dari pipa-pipa dan lempeng besi, yang disatu­ kan sedemikian rupa hingga menjadi sebuah tower tinggi yang rane disusun dari pipa-pipa dan lempeng besi, yang disatu­ kan sedemikian rupa hingga menjadi sebuah tower tinggi yang rane disusun dari pipa-pipa dan lempeng besi, yang disatu­ selalu ada di setiap lokasi proyek bangunan. Bentuknya seperti kan sedemikian rupa hingga menjadi sebuah tower tinggi yang rane disusun dari pipa-pipa dan lempeng besi, yang disatu­ selalu ada di setiap lokasi proyek bangunan. Bentuknya seperti kan sedemikian rupa hingga menjadi sebuah tower tinggi yang rane disusun dari pipa-pipa dan lempeng besi, yang disatu­ selalu ada di setiap lokasi proyek bangunan. Bentuknya seperti kan sedemikian rupa hingga menjadi sebuah tower tinggi yang rane disusun dari pipa-pipa dan lempeng besi, yang disatu­ selalu ada di setiap lokasi proyek bangunan. Bentuknya seperti kan sedemikian rupa hingga menjadi sebuah tower tinggi yang rane disusun dari pipa-pipa dan lempeng besi, yang disatu­ selalu ada di setiap lokasi proyek bangunan. Bentuknya seperti kan sedemikian rupa hingga menjadi sebuah tower tinggi yang rane disusun dari pipa-pipa dan lempeng besi, yang disatu­ huruf T raksasa. Tiang tinggi menjulang, lantas di tiga perempat selalu ada di setiap lokasi proyek bangunan. Bentuknya seperti kan sedemikian rupa hingga menjadi sebuah tower tinggi yang rane disusun dari pipa-pipa dan lempeng besi, yang disatu­ huruf T raksasa. Tiang tinggi menjulang, lantas di tiga perempat selalu ada di setiap lokasi proyek bangunan. Bentuknya seperti kan sedemikian rupa hingga menjadi sebuah tower tinggi yang huruf T raksasa. Tiang tinggi menjulang, lantas di tiga perempat selalu ada di setiap lokasi proyek bangunan. Bentuknya seperti kan sedemikian rupa hingga menjadi sebuah tower tinggi yang huruf T raksasa. Tiang tinggi menjulang, lantas di tiga perempat selalu ada di setiap lokasi proyek bangunan. Bentuknya seperti kan sedemikian rupa hingga menjadi sebuah tower tinggi yang huruf T raksasa. Tiang tinggi menjulang, lantas di tiga perempat selalu ada di setiap lokasi proyek bangunan. Bentuknya seperti kan sedemikian rupa hingga menjadi sebuah tower tinggi yang atasnya, persis di leher crane, terpasang belalai melintang lurus, huruf T raksasa. Tiang tinggi menjulang, lantas di tiga perempat selalu ada di setiap lokasi proyek bangunan. Bentuknya seperti kan sedemikian rupa hingga menjadi sebuah tower tinggi yang atasnya, persis di leher crane, terpasang belalai melintang lurus, huruf T raksasa. Tiang tinggi menjulang, lantas di tiga perempat selalu ada di setiap lokasi proyek bangunan. Bentuknya seperti atasnya, persis di leher crane, terpasang belalai melintang lurus, huruf T raksasa. Tiang tinggi menjulang, lantas di tiga perempat selalu ada di setiap lokasi proyek bangunan. Bentuknya seperti atasnya, persis di leher crane, terpasang belalai melintang lurus, huruf T raksasa. Tiang tinggi menjulang, lantas di tiga perempat selalu ada di setiap lokasi proyek bangunan. Bentuknya seperti atasnya, persis di leher crane, terpasang belalai melintang lurus, huruf T raksasa. Tiang tinggi menjulang, lantas di tiga perempat selalu ada di setiap lokasi proyek bangunan. Bentuknya seperti kiri-kanan. Salah satu ujung belalai yangbelalai lebih pendek berfungsi atasnya, persis diTiang leher crane, terpasang belalai melintang lurus, huruf T raksasa. tinggi menjulang, lantas di selalu adapersis diSalah setiap lokasi proyek bangunan. seperti kiri-kanan. satu ujung belalai yang lebih pendek berfungsi atasnya, di leher crane, terpasang melintang lurus, huruf T raksasa. Tiang tinggi menjulang, lantasBentuknya di tiga tiga perempat perempat kiri-kanan. Salah satu ujung belalai yang lebih pendek berfungsi atasnya, persis di leher crane, terpasang belalai melintang lurus, huruf T raksasa. Tiang tinggi menjulang, lantas di tiga perempat kiri-kanan. Salah satu ujung belalai yang lebih pendek berfungsi atasnya, persis di leher crane, terpasang belalai melintang lurus, huruf T raksasa. Tiang tinggi menjulang, lantas di tiga perempat kiri-kanan. Salah satu ujung belalai yang lebih pendek berfungsi atasnya, persis di leher crane, terpasang belalai melintang lurus, huruf T raksasa. Tiang tinggi menjulang, lantas di tiga perempat sebagai penyeimbang dengan bantalan pemberat, satunya lagi kiri-kanan. Salah satu ujung belalai yang lebih pendek berfungsi atasnya, persis di leher crane, terpasang belalai melintang lurus, huruf T raksasa. Tiang tinggi menjulang, lantas di tiga perempat sebagai penyeimbang dengan bantalan pemberat, satunya lagi kiri-kanan. Salah satu ujung belalai yang lebih pendek berfungsi atasnya, persis di leher crane, terpasang belalai melintang lurus, sebagai penyeimbang dengan bantalan pemberat, satunya lagi kiri-kanan. Salah satu ujung belalai yang lebih pendek berfungsi atasnya, persis di leher crane, terpasang belalai melintang lurus, sebagai penyeimbang dengan bantalan pemberat, satunya lagi kiri-kanan. Salah satu ujung belalai yang lebih pendek berfungsi atasnya, persis di leher crane, terpasang belalai melintang lurus, sebagai penyeimbang dengan bantalan pemberat, satunya lagi kiri-kanan. Salah satu ujung belalai yang lebih pendek berfungsi atasnya, persis di leher crane, terpasang belalai melintang lurus, yang lebih panjang adalah belalai sebenarnya. Warna crane men­ sebagai penyeimbang dengan bantalan pemberat, satunya lagi kiri-kanan. Salah satu ujung belalai yang lebih pendek berfungsi atasnya, persis di leher crane, terpasang belalai melintang lurus, yang lebih panjang adalah belalai sebenarnya. Warna crane men­ sebagai penyeimbang dengan bantalan pemberat, satunya lagi kiri-kanan. Salah satu ujung belalai yang lebih pendek berfungsi yang lebih panjang adalah belalai sebenarnya. Warna crane men­ sebagai penyeimbang dengan bantalan pemberat, satunya lagi kiri-kanan. Salah satu ujung belalai yang lebih pendek berfungsi yang lebih panjang adalah belalai sebenarnya. Warna crane men­ sebagai penyeimbang dengan bantalan pemberat, satunya lagi kiri-kanan. Salah satu ujung belalai yang lebih pendek berfungsi yang lebih panjang adalah belalai sebenarnya. Warna crane men­ sebagai penyeimbang dengan bantalan pemberat, satunya lagi kiri-kanan. Salah satu ujung belalai yang lebih pendek berfungsi colok, merah, biru, atau oranye, atau warna-warna terang lain­ yang lebih panjang adalah belalai sebenarnya. Warna crane men­ sebagai penyeimbang dengan bantalan pemberat, satunya lagi kiri-kanan. Salah satu ujung belalai yang lebih pendek berfungsi colok, merah, biru, atau oranye, atau warna-warna terang lain­ yang lebih panjang adalah belalai sebenarnya. Warna crane men­ sebagai penyeimbang dengan bantalan pemberat, satunya lagi colok, merah, biru, atau oranye, atau warna-warna terang lain­ yang lebih panjang adalah belalai sebenarnya. Warna crane men­ sebagai penyeimbang dengan bantalan pemberat, satunya lagi colok, merah, biru, atau oranye, atau warna-warna terang lain­ yang lebih panjang adalah belalai sebenarnya. Warna crane men­ sebagai penyeimbang dengan bantalan pemberat, satunya lagi colok, merah, biru, atau oranye, atau warna-warna terang lain­ yang lebih panjang adalah belalai sebenarnya. Warna crane men­ sebagai penyeimbang dengan bantalan pemberat, satunya lagi nya. Crane berfungsi mengangkat material bangunan dari bawah colok, merah, biru, adalah atau oranye, atau warna-warna terang lain­ yang lebih panjang adalah belalai sebenarnya. Warna crane men­ sebagai penyeimbang dengan bantalan pemberat, satunya lagi nya. Crane berfungsi mengangkat material bangunan dari bawah colok, merah, biru, atau oranye, atau warna-warna terang lain­ yang lebih panjang belalai sebenarnya. Warna crane men­ nya. Crane berfungsi mengangkat material bangunan dari bawah colok, merah, biru, atau oranye, atau warna-warna terang lain­ yang lebih panjang adalah belalai sebenarnya. Warna crane men­ nya. Crane berfungsi mengangkat material bangunan dari bawah colok, merah, biru, atau oranye, atau warna-warna terang lain­ yang lebih panjang adalah belalai sebenarnya. Warna crane men­ nya. Crane berfungsi mengangkat material bangunan dari bawah colok, merah, biru, atau oranye, atau warna-warna terang lain­ yang lebih panjang adalah belalai sebenarnya. Warna crane men­ ke lantai atas proyek pembangunan, mengirim lempengan baja, nya. Crane berfungsi mengangkat material bangunan dari bawah colok, merah, biru, atau oranye, atau warna-warna terang lain­ yang lebih panjang adalah belalai sebenarnya. Warna crane men­ rane disusun dari atau pipa-pipa dan lempeng besi, yang dis ke lantai atas proyek pembangunan, mengirim lempengan baja, nya. Crane berfungsi mengangkat material bangunan dari bawah colok, merah, biru, oranye, atau warna-warna terang lain­ ke lantai atas proyek pembangunan, mengirim lempengan baja, nya. Crane berfungsi mengangkat material bangunan dari bawah colok, merah, biru, atau oranye, atau warna-warna terang lain­ ke lantai atas proyek pembangunan, mengirim lempengan baja, nya. Crane berfungsi mengangkat material bangunan dari bawah colok, merah, biru, atau oranye, atau warna-warna terang lain­ ke lantai atas proyek pembangunan, mengirim lempengan baja, nya. Crane berfungsi mengangkat material bangunan dari bawah colok, merah, biru, atau oranye, atau warna-warna terang lain­ sak-sak semen, hingga untuk keperluan tertentu, bisa dipasang­ ke lantai atas proyek pembangunan, mengirim lempengan baja, nya. Crane berfungsi mengangkat material bangunan dari bawah colok, merah, biru, atau oranye, atau warna-warna terang lain­ sak-sak semen, hingga untuk keperluan tertentu, bisa dipasang­ ke lantai atas proyek pembangunan, mengirim lempengan baja, nya. Crane berfungsi mengangkat material bangunan dari bawah sedemikian rupa hingga menjadi sebuah tower tinggi y sak-sak semen, hingga untuk keperluan tertentu, bisa dipasang­ ke lantai atas proyek pembangunan, mengirim lempengan baja, nya. Crane berfungsi mengangkat material bangunan dari bawah sak-sak semen, hingga untuk keperluan tertentu, bisa dipasang­ ke lantai atas proyek pembangunan, mengirim lempengan baja, nya. Crane berfungsi mengangkat material bangunan dari bawah sak-sak semen, hingga untuk keperluan tertentu, bisa dipasang­ ke lantai atas proyek pembangunan, mengirim lempengan baja, nya. Crane berfungsi mengangkat material bangunan dari bawah kan bola baja, berfungsi sebagai belalai penghancur gedung tua. sak-sak semen, hingga untuk keperluan tertentu, bisa dipasang­ ke lantai atas proyek pembangunan, mengirim lempengan baja, nya. Crane berfungsi mengangkat material bangunan dari bawah kan bola baja, berfungsi sebagai belalai penghancur gedung tua. sak-sak semen, hingga untuk keperluan tertentu, bisa dipasang­ ke lantai atas proyek pembangunan, mengirim lempengan baja, kan bola baja, berfungsi sebagai belalai penghancur gedung tua. sak-sak hingga untuk keperluan tertentu, bisa dipasang­ ke lantai atas proyek pembangunan, mengirim lempengan baja, ukan ada disemen, setiap lokasi proyek bangunan. Bentuknya sep bola baja, berfungsi sebagai belalai penghancur gedung tua. sak-sak semen, hingga untuk keperluan tertentu, bisa dipasang­ ke lantai atas proyek pembangunan, mengirim lempengan baja, kan bola baja, berfungsi sebagai belalai penghancur gedung tua. sak-sak hingga untuk keperluan tertentu, bisa dipasang­ ke lantai atas proyek pembangunan, mengirim lempengan baja, crane raksasa tingginya bisa puluhan meter, dengan kanSebuah bolasemen, baja, berfungsi sebagai belalai penghancur gedung tua. sak-sak semen, hingga untuk keperluan tertentu, bisa dipasang­ ke lantai atas proyek pembangunan, mengirim lempengan baja, Sebuah crane raksasa tingginya bisa puluhan meter, dengan kan bola baja, berfungsi sebagai belalai penghancur gedung tua. sak-sak semen, hingga untuk keperluan tertentu, bisa dipasang­ Sebuah crane raksasa tingginya bisa puluhan meter, dengan kan bola baja, berfungsi sebagai belalai penghancur gedung tua. sak-sak semen, hingga untuk keperluan tertentu, bisa dipasang­ crane raksasa tingginya bisa puluhan meter, dengan bola baja, berfungsi sebagai belalai penghancur tua. sak-sak semen, hingga untuk keperluan tertentu, bisa dipasang­ ufkan TSebuah raksasa. Tiang tinggi menjulang, lantasmengendalikan digedung tiga perem Sebuah crane raksasa tingginya bisa puluhan meter, dengan kan bola baja, berfungsi sebagai belalai penghancur gedung tua. sak-sak semen, hingga untuk keperluan tertentu, bisa dipasang­ ruang operator di atasnya, dan seorang petugas Sebuah crane raksasa tingginya bisa puluhan meter, dengan kan bola baja, sebagai belalai gedung tua. sak-sak semen, hingga untuk keperluan tertentu, bisa dipasang­ ruang operator di atasnya, dan seorang petugas mengendalikan Sebuah craneberfungsi raksasa tingginya bisa penghancur puluhan meter, dengan kan bola baja, berfungsi sebagai belalai penghancur gedung tua. ruang operator di atasnya, dan seorang petugas mengendalikan Sebuah crane raksasa tingginya bisa puluhan meter, dengan kan bola baja, berfungsi sebagai belalai penghancur gedung tua. ruang operator di atasnya, dan seorang petugas mengendalikan Sebuah crane raksasa tingginya bisa puluhan meter, dengan kan bola baja, berfungsi sebagai belalai penghancur gedung tua. ruang operator di atasnya, dan seorang petugas mengendalikan Sebuah crane raksasa tingginya bisa puluhan meter, dengan nya, persis di leher crane, terpasang belalai melintang lu kan bola baja, berfungsi sebagai belalai penghancur gedung tua. gerakan belalainya, bergerak kirikanan, naik-turun. Crane de­ ruang operator diraksasa atasnya, dan seorang petugas mengendalikan Sebuah crane raksasa tingginya bisa puluhan meter, dengan kan bola baja, berfungsi sebagai belalai penghancur gedung tua. gerakan belalainya, bergerak kirikanan, naik-turun. Crane de­ ruang operator di atasnya, dan seorang petugas mengendalikan Sebuah crane tingginya bisa puluhan meter, dengan gerakan belalainya, bergerak kirikanan, naik-turun. Crane de­ ruang operator di atasnya, dan seorang petugas mengendalikan Sebuah crane raksasa tingginya bisa puluhan meter, dengan gerakan belalainya, bergerak kirikanan, naik-turun. Crane de­ ruang operator di atasnya, dan seorang petugas mengendalikan Sebuah crane raksasa tingginya bisa puluhan meter, dengan gerakan belalainya, bergerak kirikanan, naik-turun. Crane de­ ruang operator di atasnya, dan seorang petugas mengendalikan Sebuah crane raksasa tingginya bisa meter, dengan gerakan belalainya, bergerak kirikanan, naik-turun. Crane de­ ruang operator di atasnya, dan seorang petugas kanan. Salah ujung belalai yangpuluhan lebih mengendalikan pendek berfu Sebuah cranesatu raksasa tingginya bisa puluhan meter, dengan gerakan belalainya, bergerak kirikanan, naik-turun. Crane de­ ruang operator di atasnya, dan seorang petugas mengendalikan gerakan belalainya, bergerak kirikanan, naik-turun. Crane de­ ruang operator di atasnya, dan seorang petugas mengendalikan 84 gerakan belalainya, bergerak kirikanan, naik-turun. Crane de­ ruang operator di atasnya, dan seorang petugas mengendalikan 84 gerakan belalainya, bergerak kirikanan, naik-turun. Crane de­ ruang operator di atasnya, dan seorang petugas mengendalikan 84 gerakan belalainya, bergerak kirikanan, naik-turun. Crane de­ ruang operator di atasnya, dan seorang petugas mengendalikan 84 gai penyeimbang dengan bantalan pemberat, satunya gerakan belalainya, bergerak kirikanan, naik-turun. Crane de­ 84 gerakan belalainya, bergerak kirikanan, naik-turun. Crane 84 gerakan belalainya, bergerak kiride­ 84 kanan, naik-turun. Crane de­



jendela kecil ruangan kami ditahan, lantai 15, tanpa dangan dari oleh remote control, memiliki gerakan fleksibel ke segala arah. Dalam situasi genting, sekecil apa pun informasi yang dimiliki ngan teknologi paling mutakhir bahkan bisa digerakkan otomatis Dan informasi yang kumiliki saat ini adalah hanya peman­ jendela kecil ruangan kami ditahan, lantai 15, tanpa dangan dari oleh remote control, memiliki gerakan fleksibel ke segala arah. berharga. tahu di gedung mana dari ratusan gedung pencakar langit Hong Dalam situasi genting, sekecil apa pun informasi yang dimiliki Dan informasi yang kumiliki saat ini adalah hanya peman­ ngan teknologi paling mutakhir bahkan bisa digerakkan otomatis berharga. oleh remote control, memiliki gerakan fleksibel ke segala arah. tahu di gedung mana dari ratusan gedung pencakar langit Hong Dalam situasi genting, sekecil apa pun informasi yang dimiliki berharga. Dan informasi yang kumiliki saat ini adalah hanya peman­ ngan teknologi paling mutakhir bahkan bisa digerakkan otomatis jendela kecil ruangan kami ditahan, lantai 15, tanpa dari oleh remote control, memiliki gerakan fleksibel ke segala arah. kecil ruangan kami ditahan, lantai 15, tanpa dangan tahu di gedung mana dari ratusan gedung pencakar langit Hong Dalam situasi genting, sekecil apa pun informasi yang dimiliki berharga. Dan informasi yang kumiliki saat ini adalah hanya peman­ oleh remote control, memiliki gerakan fleksibel ke segala arah. jendela kecil ruangan kami ditahan, lantai 15, tanpa dangan dari tahu di gedung mana dari ratusan gedung pencakar langit Hong Dalam situasi genting, sekecil apa pun informasi yang dimiliki berharga. oleh remote control, memiliki gerakan fleksibel kelantai segala arah. jendela kecil ruangan kami ditahan, 15, tanpa dangan dari tahu diPemandangan gedung mana dari ratusan gedung pencakar langit Hong Dalam situasi genting, sekecil apa pun informasi yang dimiliki Dan informasi yang kumiliki saat ini adalah hanya peman­ Kong. di depan jendela kecil ini hanya sebuah berharga. oleh remote control, memiliki gerakan fleksibel ke segala arah. jendela kecil ruangan kami ditahan, lantai 15, tanpa dangan dari Dan informasi yang kumiliki saat ini adalah hanya peman­ Dalam situasi genting, sekecil apa pun informasi yang dimiliki Kong. Pemandangan di depan jendela kecil ini hanya sebuah berharga. Dan informasi yang kumiliki saat ini adalah hanya peman­ jendela kecil ruangan kami ditahan, lantai 15, tanpa dangan dari oleh remote control, memiliki gerakan fleksibel ke segala arah. di gedung mana dari ratusan gedung pencakar langit Hong Dalam situasi genting, sekecil apa pun informasi yang dimiliki tahu mana dari ratusan gedung pencakar langit Hong Kong. Pemandangan di depan jendela kecil ini hanya sebuah berharga. Dan informasi yang kumiliki saat ini adalah hanya peman­ jendela kecil ruangan kami ditahan, lantai 15, tanpa dangan dari Dalam situasi genting, sekecil apa pun informasi yang dimiliki tahu di gedung mana dari ratusan gedung pencakar langit Hong Kong. Pemandangan di depan jendela kecil ini hanya sebuah berharga. Dan informasi yang kumiliki saat ini adalah hanya peman­ Dalam situasi genting, sekecil apa pun informasi yang dimiliki tahu di gedung mana dari ratusan gedung pencakar langit Hong Kong. Pemandangan di depan jendela kecil ini hanya sebuah berharga. jendela kecil ruangan kami ditahan, lantai 15, tanpa dangan dari gedung tua yang akan diruntuhkan pagi ini—mengacu per­ Dan informasi yang kumiliki saat ini adalah hanya peman­ Dalam situasi genting, sekecil apa pun informasi yang dimiliki tahu di gedung mana dari ratusan gedung pencakar langit Hong dangan dari jendela kecil ruangan kami ditahan, lantai 15, tanpa berharga. gedung tua yang akan diruntuhkan pagi ini—mengacu per­ Dan informasi yang kumiliki saat ini adalah peman­ jendela kecil ruangan kami ditahan, lantai 15, tanpa dangan dari tahu di gedung mana dari ratusan gedung pencakar langit Hong Dalam situasi genting, sekecil apa pun informasi yang dimiliki Pemandangan di depan jendela kecil ini hanya sebuah berharga. Kong. Pemandangan di depan jendela kecil ini hanya sebuah gedung tua yang akan diruntuhkan pagi ini—mengacu per­ Dan informasi yang kumiliki saat ini adalah peman­ jendela kecil ruangan kami ditahan, lantai 15, tanpa dangan dari tahu diPemandangan gedung mana dari ratusan gedung pencakar langit Hong berharga. Kong. di depan jendela kecil ini hanya sebuah gedung tua yang akan diruntuhkan pagi ini—mengacu per­ Dan informasi yang kumiliki saat ini adalah hanya peman­ jendela kecil ruangan kami ditahan, lantai 15, tanpa dangan dari berharga. Kong. Pemandangan di depan jendela kecil ini hanya sebuah tahu di gedung mana dari ratusan gedung pencakar langit Hong gedung tua yang akan diruntuhkan pagi ini—mengacu per­ Dan informasi yang kumiliki saat ini adalah hanya peman­ cakapan pasukan khusus saat hendak merapat ke dalam gedung, jendela kecil ruangan kami ditahan, lantai 15, tanpa dangan dari berharga. Kong. Pemandangan di depan jendela kecil ini hanya sebuah tahu di gedung mana dari ratusan gedung pencakar langit Hong Dan informasi yang kumiliki saat ini adalah hanya peman­ cakapan pasukan khusus saat hendak merapat ke dalam gedung, jendela kecil ruangan kami ditahan, lantai 15, tanpa dangan dari tahu di gedung mana dari ratusan gedung pencakar langit Hong tua yang akan diruntuhkan pagi ini—mengacu per­ Kong. Pemandangan di depan jendela kecil ini hanya sebuah berharga. Dan informasi yang kumiliki saat ini adalah hanya peman­ gedung akan diruntuhkan pagi ini—mengacu per­ cakapan pasukan khusus saat hendak merapat ke dalam gedung, jendela kecil ruangan kami ditahan, lantai 15, tanpa dangan dari tahu di gedung mana dari ratusan gedung pencakar langit Hong Kong. Pemandangan di depan jendela kecil ini hanya sebuah Dan informasi yang kumiliki saat ini adalah hanya peman­ gedung tua yang akan diruntuhkan pagi ini—mengacu per­ cakapan pasukan khusus saat hendak merapat ke dalam gedung, jendela kecil ruangan kami ditahan, lantai 15, tanpa dangan dari tahu di gedung mana dari ratusan gedung pencakar langit Hong Dan informasi yang kumiliki saat ini adalah peman­ gedung tua yang akan diruntuhkan pagi ini—mengacu per­ Kong. Pemandangan di depan jendela kecil ini hanya sebuah cakapan pasukan khusus saat hendak merapat kelantai dalam gedung, jendela kecil ruangan kami ditahan, 15, tanpa dangan dari dan mereka terpaksa berputar dua blok. Gedung kusam setinggi tahu di gedung mana dari ratusan gedung pencakar langit Hong Dan informasi yang kumiliki saat ini adalah hanya peman­ gedung tua yang akan diruntuhkan pagi ini—mengacu per­ Kong. Pemandangan di depan jendela kecil ini hanya sebuah jendela kecil ruangan kami ditahan, lantai 15, tanpa dangan dari dan mereka terpaksa berputar dua blok. Gedung kusam setinggi tahu di gedung mana dari ratusan gedung pencakar langit Hong Kong. Pemandangan di depan jendela kecil ini hanya sebuah khusus saat hendak merapat ke dalam gedung, cakapan pasukan gedung tua yang akan diruntuhkan pagi ini—mengacu per­ Dan informasi yang kumiliki saat ini adalah hanya peman­ jendela kecil ruangan kami ditahan, lantai 15, tanpa dangan dari khusus saat hendak merapat ke dalam gedung, dan mereka terpaksa berputar dua blok. Gedung kusam setinggi tahu di gedung mana dari ratusan gedung pencakar langit Hong Kong. Pemandangan di depan jendela kecil ini hanya sebuah gedung tua yang akan diruntuhkan pagi ini—mengacu per­ jendela kecil ruangan kami ditahan, lantai 15, tanpa dangan dari cakapan pasukan khusus saat hendak merapat ke dalam gedung, dan mereka terpaksa berputar dua blok. Gedung kusam setinggi tahu di gedung mana dari ratusan gedung pencakar langit Hong Kong. Pemandangan di depan jendela kecil ini hanya sebuah jendela kecil ruangan kami ditahan, lantai 15, tanpa dangan dari cakapan pasukan khusus saat hendak merapat ke dalam gedung, gedung tua yang akan diruntuhkan pagi ini—mengacu per­ dan mereka terpaksa berputar dua blok. Gedung kusam setinggi tahu di gedung mana dari ratusan gedung pencakar langit Hong 30 lantai, tanpa dinding lagi, tinggal tiang-tiang, dengan Kong. Pemandangan di depan jendela kecil ini hanya sebuah dangan dari jendela kecil ruangan kami ditahan, lantai 15, tanpa cakapan pasukan khusus saat hendak merapat ke dalam gedung, gedung tua yang akan diruntuhkan pagi ini—mengacu per­ tahu di gedung mana dari ratusan gedung pencakar langit Hong 30 lantai, tanpa dinding lagi, tinggal tiang-tiang, dengan Kong. Pemandangan di depan jendela kecil ini hanya sebuah gedung tua yang akan diruntuhkan pagi ini—mengacu per­ mereka terpaksa berputar dua blok. Gedung kusam setinggi cakapan pasukan khusus saat hendak merapat ke dalam gedung, jendela kecil ruangan kami ditahan, lantai 15, tanpa dangan dari tahu di gedung mana dari ratusan gedung pencakar langit Hong dan terpaksa berputar dua blok. Gedung kusam setinggi 30 lantai, tanpa dinding lagi, tinggal tiang-tiang, dengan Kong. Pemandangan di depan jendela kecil ini hanya sebuah gedung tua yang akan diruntuhkan pagi ini—mengacu per­ cakapan pasukan khusus saat hendak merapat ke dalam dalam gedung, tahu di gedung mana dari ratusan gedung pencakar langit Hong dan mereka terpaksa berputar dua blok. Gedung kusam setinggi 30 lantai, tanpa dinding lagi, tinggal tiang-tiang, dengan Kong. Pemandangan di depan jendela kecil ini hanya sebuah gedung tua yang akan diruntuhkan pagi ini—mengacu per­ tahu di gedung mana dari ratusan gedung pencakar langit Hong dan mereka terpaksa berputar dua blok. Gedung kusam setinggi khusus saat hendak merapat ke gedung, cakapan pasukan 30 lantai, tanpa dinding lagi, tinggal tiang-tiang, dengan Kong. Pemandangan di depan jendela kecil ini hanya sebuah crane raksasa berwarna oranye persis berdiri di hadapannya. gedung tua yang akan diruntuhkan pagi ini—mengacu per­ tahu di gedung mana dari ratusan gedung pencakar langit Hong khusus saat hendak merapat ke dalam gedung, cakapan pasukan dan mereka terpaksa berputar dua blok. Gedung kusam setinggi Kong. Pemandangan di depan jendela kecil ini hanya sebuah crane raksasa berwarna oranye persis berdiri di hadapannya. gedung tua yang akan diruntuhkan pagi ini—mengacu per­ 30 lantai, tanpa dinding lagi, tinggal tiang-tiang, dengan sebuah cakapan pasukan khusus saat hendak merapat ke dalam gedung, dan mereka terpaksa berputar dua blok. Gedung kusam setinggi tahu di gedung mana dari ratusan gedung pencakar langit Hong Kong. Pemandangan di depan jendela kecil ini hanya sebuah dinding lagi, tinggal tiang-tiang, dengan crane raksasa berwarna oranye persis berdiri di hadapannya. gedung tua yang akan diruntuhkan pagi ini—mengacu per­ cakapan pasukan khusus saat hendak merapat ke dalam gedung, dan mereka terpaksa berputar dua blok. Gedung kusam setinggi Kong. Pemandangan di depan jendela kecil ini hanya sebuah 30 lantai, tanpa dinding lagi, tinggal tiang-tiang, dengan crane raksasa berwarna oranye persis berdiri di hadapannya. gedung tua yang akan diruntuhkan pagi ini—mengacu per­ cakapan pasukan khusus saat hendak merapat ke dalam gedung, Kong. Pemandangan di depan jendela kecil ini hanya sebuah 30 lantai, tanpa dinding lagi, tinggal tiang-tiang, dengan dan mereka terpaksa berputar dua blok. Gedung kusam setinggi crane raksasa berwarna oranye persis berdiri di hadapannya. gedung tua yang akan diruntuhkan pagi ini—mengacu per­ Aku bisa membaca dengan jelas tulisan-tulisan huruf pinyin cakapan pasukan khusus saat hendak merapat ke dalam gedung, Kong. Pemandangan di depan jendela kecil ini hanya sebuah dan mereka terpaksa berputar dua blok. Gedung kusam setinggi 30 lantai, tanpa dinding lagi, tinggal tiang-tiang, dengan sebuah gedung tua yang akan diruntuhkan pagi ini—mengacu per­ Aku bisa membaca dengan jelas tulisan-tulisan huruf pinyin cakapan pasukan khusus saat hendak merapat ke dalam gedung, raksasa berwarna oranye persis berdiri di hadapannya. dan mereka terpaksa berputar dua blok. Gedung kusam setinggi 30 lantai, tanpa dinding lagi, tinggal tiang-tiang, dengan Kong. Pemandangan di depan jendela kecil ini hanya sebuah gedung tua yang akan diruntuhkan pagi ini—mengacu per­ crane berwarna oranye persis berdiri di hadapannya. Aku bisa membaca dengan jelas tulisan-tulisan huruf pinyin cakapan pasukan khusus saat hendak merapat ke dalam gedung, dan mereka terpaksa berputar dua blok. Gedung kusam setinggi 30 lantai, tanpa dinding lagi, tinggal tiang-tiang, dengan sebuah gedung tua yang akan diruntuhkan pagi ini—mengacu per­ crane raksasa berwarna oranye persis berdiri di hadapannya. Aku bisa membaca dengan jelas tulisan-tulisan huruf pinyin cakapan pasukan khusus saat hendak merapat ke dalam gedung, dan mereka terpaksa berputar dua blok. Gedung kusam setinggi gedung tua yang akan diruntuhkan pagi ini—mengacu per­ 30 lantai, tanpa dinding lagi, tinggal tiang-tiang, dengan sebuah crane raksasa berwarna oranye persis berdiri di hadapannya. Aku bisa membaca dengan jelas tulisan-tulisan huruf pinyin cakapan pasukan khusus saat hendak merapat ke dalam gedung, (Cina) di crane itu. Nama perusahaan pemilik proyek properti, dan mereka terpaksa berputar dua blok. Gedung kusam setinggi gedung tua yang akan diruntuhkan pagi ini—mengacu per­ 30 lantai, tanpa dinding lagi, tinggal tiang-tiang, dengan sebuah crane raksasa berwarna oranye persis berdiri di hadapannya. cakapan pasukan khusus saat hendak merapat ke dalam gedung, (Cina) di crane itu. Nama perusahaan pemilik proyek properti, dan mereka terpaksa berputar dua blok. Gedung kusam setinggi Aku bisa membaca dengan jelas tulisan-tulisan huruf pinyin 30 lantai, tanpa dinding lagi, tinggal tiang-tiang, dengan sebuah crane raksasa berwarna oranye persis berdiri di hadapannya. gedung tua yang akan diruntuhkan pagi ini—mengacu per­ cakapan pasukan khusus saat hendak merapat ke dalam gedung, Aku bisa membaca dengan jelas tulisan-tulisan huruf pinyin (Cina) di crane itu. Nama perusahaan pemilik proyek properti, dan mereka terpaksa berputar dua blok. Gedung kusam setinggi 30 lantai, tanpa dinding lagi, tinggal tiang-tiang, dengan sebuah crane raksasa berwarna oranye persis berdiri di hadapannya. cakapan pasukan khusus saat hendak merapat ke dalam gedung, Aku bisa membaca dengan jelas tulisan-tulisan huruf pinyin (Cina) di crane itu. Nama perusahaan pemilik proyek properti, dan mereka terpaksa berputar dua blok. Gedung kusam setinggi 30 lantai, tanpa dinding lagi, tinggal tiang-tiang, dengan sebuah crane raksasa berwarna oranye persis berdiri di hadapannya. cakapan pasukan khusus saat hendak merapat ke dalam gedung, Aku bisa membaca dengan jelas tulisan-tulisan huruf pinyin (Cina) di crane itu. Nama perusahaan pemilik proyek properti, dan mereka terpaksa berputar dua blok. Gedung kusam setinggi beserta nomor seri lokasi crane. Waktuku terbatas, pilihanku 30 lantai, tanpa dinding lagi, tinggal tiang-tiang, dengan sebuah khusus saat hendak merapat ke dalam gedung, cakapan pasukan crane raksasa berwarna oranye persis berdiri di hadapannya. Aku bisa membaca dengan jelas tulisan-tulisan huruf pinyin dan mereka terpaksa berputar dua blok. Gedung kusam setinggi beserta nomor seri lokasi crane. Waktuku terbatas, pilihanku 30 lantai, tanpa dinding lagi, tinggal tiang-tiang, dengan sebuah (Cina) di crane itu. Nama perusahaan pemilik proyek properti, crane raksasa berwarna oranye persis berdiri di hadapannya. Aku bisa membaca dengan jelas tulisan-tulisan huruf pinyin cakapan pasukan khusus saat hendak merapat ke dalam gedung, dan mereka terpaksa berputar dua blok. Gedung kusam setinggi (Cina) di crane itu. Nama perusahaan pemilik proyek properti, beserta nomor seri lokasi crane. Waktuku terbatas, pilihanku 30 lantai, tanpa dinding lagi, tinggal tiang-tiang, dengan sebuah crane raksasa berwarna oranye persis berdiri di hadapannya. Aku bisa membaca dengan jelas tulisan-tulisan huruf pinyin dan mereka terpaksa berputar dua blok. Gedung kusam setinggi (Cina) di crane itu. Nama perusahaan pemilik proyek properti, beserta nomor seri lokasi crane. Waktuku terbatas, pilihanku 30 lantai, tanpa dinding lagi, tinggal tiang-tiang, dengan sebuah crane raksasa berwarna oranye persis berdiri di hadapannya. Aku bisa membaca dengan jelas tulisan-tulisan huruf pinyin dan mereka terpaksa berputar dua blok. Gedung kusam setinggi (Cina) di crane itu. Nama perusahaan pemilik proyek properti, beserta nomor seri lokasi crane. Waktuku terbatas, pilihanku 30 lantai, tanpa dinding lagi, tinggal tiang-tiang, dengan sebuah untuk kabur amat sempit. Dengan kesempatan menjelaskan crane raksasa berwarna oranye persis berdiri di hadapannya. dan mereka terpaksa berputar dua blok. Gedung kusam setinggi Aku bisa membaca dengan jelas tulisan-tulisan huruf pinyin (Cina) di crane itu. Nama perusahaan pemilik proyek properti, 30 lantai, tanpa dinding lagi, tinggal tiang-tiang, dengan sebuah untuk kabur amat sempit. Dengan kesempatan menjelaskan crane raksasa berwarna oranye persis berdiri di hadapannya. beserta nomor seri lokasi crane. Waktuku terbatas, pilihanku Aku bisa membaca dengan jelas tulisan-tulisan huruf pinyin (Cina) di crane itu. Nama perusahaan pemilik proyek properti, dan mereka terpaksa berputar dua blok. Gedung kusam setinggi 30 lantai, tanpa dinding lagi, tinggal tiang-tiang, dengan sebuah beserta nomor seri lokasi crane. Waktuku terbatas, pilihanku untuk kabur amat sempit. Dengan kesempatan menjelaskan crane raksasa berwarna oranye persis berdiri di hadapannya. Aku bisa membaca dengan jelas tulisan-tulisan huruf pinyin (Cina) di crane itu. Nama perusahaan pemilik proyek properti, 30 lantai, tanpa dinding lagi, tinggal tiang-tiang, dengan sebuah beserta nomor seri lokasi crane. Waktuku terbatas, pilihanku untuk kabur amat sempit. Dengan kesempatan menjelaskan crane raksasa berwarna oranye persis berdiri di hadapannya. Aku bisa membaca dengan jelas tulisan-tulisan huruf pinyin (Cina) di crane itu. Nama perusahaan pemilik proyek properti, 30 lantai, tanpa dinding lagi, tinggal tiang-tiang, dengan sebuah beserta nomor seri lokasi crane. Waktuku terbatas, pilihanku untuk kabur amat sempit. Dengan kesempatan menjelaskan crane raksasa berwarna oranye persis berdiri di hadapannya. sama sekali nihil, hanya orang dengan posisi tidak bisa menolak Aku bisa membaca dengan jelas tulisan-tulisan huruf pinyin 30 lantai, tanpa dinding lagi, tinggal tiang-tiang, dengan sebuah (Cina) di crane itu. Nama perusahaan pemilik proyek properti, beserta nomor seri lokasi crane. Waktuku terbatas, pilihanku crane raksasa berwarna oranye persis berdiri di hadapannya. sama sekali nihil, hanya orang dengan posisi tidak bisa menolak Aku bisa membaca dengan jelas tulisan-tulisan huruf pinyin untuk kabur amat sempit. Dengan kesempatan menjelaskan (Cina) di crane itu. Nama perusahaan pemilik proyek properti, beserta nomor seri lokasi crane. Waktuku terbatas, pilihanku 30 lantai, tanpa dinding lagi, tinggal tiang-tiang, dengan sebuah crane raksasa berwarna oranye persis berdiri di hadapannya. untuk kabur amat sempit. Dengan kesempatan menjelaskan sama sekali nihil, hanya orang dengan posisi tidak bisa menolak Aku bisa membaca dengan jelas tulisan-tulisan huruf pinyin (Cina) di crane itu. Nama perusahaan pemilik proyek properti, beserta nomor seri lokasi crane. Waktuku terbatas, pilihanku crane raksasa berwarna oranye persis berdiri di hadapannya. untuk kabur amat sempit. Dengan kesempatan menjelaskan sama sekali nihil, hanya orang dengan posisi tidak bisa menolak Aku bisa membaca dengan jelas tulisan-tulisan huruf pinyin (Cina) di crane itu. Nama perusahaan pemilik proyek properti, beserta nomor seri lokasi crane. Waktuku terbatas, pilihanku crane raksasa berwarna oranye persis berdiri di hadapannya. untuk kabur amat sempit. Dengan kesempatan menjelaskan sama sekali nihil, hanya orang dengan posisi tidak bisa menolak Aku bisa membaca dengan jelas tulisan-tulisan huruf pinyin permintaanlah yang bersedia membantu. Siapa pula yang akan crane raksasa berwarna oranye persis berdiri di hadapannya. (Cina) di crane itu. Nama perusahaan pemilik proyek properti, beserta nomor seri lokasi crane. Waktuku terbatas, pilihanku untuk kabur amat sempit. Dengan kesempatan menjelaskan Aku bisa membaca dengan jelas tulisan-tulisan huruf pinyin sama sekali nihil, hanya orang dengan posisi tidak bisa menolak permintaanlah yang bersedia membantu. Siapa pula yang akan (Cina) di crane itu. Nama perusahaan pemilik proyek properti, beserta nomor seri lokasi crane. Waktuku terbatas, pilihanku untuk kabur amat sempit. Dengan kesempatan menjelaskan crane raksasa berwarna oranye persis berdiri di hadapannya. Aku bisa membaca dengan jelas tulisan-tulisan huruf pinyin sama sekali nihil, hanya orang dengan posisi tidak bisa menolak permintaanlah yang bersedia membantu. Siapa pula yang akan (Cina) di crane itu. Nama perusahaan pemilik proyek properti, beserta nomor seri lokasi crane. Waktuku terbatas, pilihanku untuk kabur amat sempit. Dengan kesempatan menjelaskan Aku bisa membaca dengan jelas tulisan-tulisan huruf pinyin sama sekali nihil, hanya orang dengan posisi tidak bisa menolak permintaanlah yang bersedia membantu. Siapa pula yang akan (Cina) di crane itu. Nama perusahaan pemilik proyek properti, beserta nomor seri lokasi crane. Waktuku terbatas, pilihanku untuk kabur amat sempit. Dengan kesempatan menjelaskan Aku bisa membaca dengan jelas tulisan-tulisan huruf pinyin sama sekali nihil, hanya orang dengan posisi tidak bisa menolak permintaanlah yang bersedia membantu. Siapa pula yang akan (Cina) di crane itu. Nama perusahaan pemilik proyek properti, Aku bisa membaca dengan jelas tulisan-tulisan huruf pinyin mengambil keputusan gila, bersedia membantu meloloskan beserta nomor seri lokasi crane. Waktuku terbatas, pilihanku untuk kabur amat sempit. Dengan kesempatan menjelaskan sama sekali nihil, hanya orang dengan posisi tidak bisa menolak (Cina) di crane itu. Nama perusahaan pemilik proyek properti, permintaanlah yang bersedia membantu. Siapa pula yang akan mengambil keputusan gila, bersedia membantu meloloskan beserta nomor seri lokasi crane. Waktuku terbatas, pilihanku untuk kabur amat sempit. Dengan kesempatan menjelaskan sama sekali nihil, hanya orang dengan posisi tidak bisa menolak Aku bisa membaca dengan jelas tulisan-tulisan huruf pinyin (Cina) di crane itu. Nama perusahaan pemilik proyek properti, permintaanlah yang bersedia membantu. Siapa pula yang akan mengambil keputusan gila, bersedia membantu meloloskan beserta nomor seri lokasi crane. Waktuku terbatas, pilihanku untuk kabur amat sempit. Dengan kesempatan menjelaskan sama sekali nihil, hanya orang dengan posisi tidak bisa menolak (Cina) di crane itu. Nama perusahaan pemilik proyek properti, permintaanlah yang bersedia membantu. Siapa pula yang akan mengambil keputusan gila, bersedia membantu meloloskan beserta nomor seri lokasi crane. Waktuku terbatas, pilihanku untuk kabur amat sempit. Dengan kesempatan menjelaskan sama sekali nihil, hanya orang dengan posisi tidak bisa menolak (Cina) perusahaan pemilik proyek properti, permintaanlah yang bersedia membantu. Siapa pula yang akan mengambil keputusan gila, bersedia membantu meloloskan beserta nomor seri lokasi crane. Waktuku terbatas, pilihanku di crane itu. Nama perusahaan pemilik proyek properti, empat orang tahanan dari gedung pasukan khusus antiteror untuk kabur amat sempit. Dengan kesempatan menjelaskan sama sekali nihil, hanya orang dengan posisi tidak bisa menolak permintaanlah yang bersedia membantu. Siapa pula yang akan beserta nomor seri lokasi crane. Waktuku terbatas, pilihanku mengambil keputusan gila, bersedia membantu meloloskan empat orang tahanan dari gedung pasukan khusus antiteror untuk kabur amat sempit. Dengan kesempatan menjelaskan sama sekali nihil, hanya orang dengan posisi tidak bisa menolak permintaanlah yang bersedia membantu. Siapa pula yang akan (Cina) di crane itu. Nama perusahaan pemilik proyek properti, beserta nomor seri lokasi crane. Waktuku terbatas, pilihanku mengambil keputusan gila, bersedia membantu meloloskan empat orang tahanan dari gedung pasukan khusus antiteror untuk kabur amat sempit. Dengan kesempatan menjelaskan sama sekali nihil, hanya orang dengan posisi tidak bisa menolak permintaanlah yang bersedia membantu. Siapa pula yang akan beserta nomor seri lokasi crane. Waktuku terbatas, pilihanku mengambil keputusan gila, bersedia membantu meloloskan empat orang tahanan dari gedung pasukan khusus antiteror untuk kabur amat sempit. Dengan kesempatan menjelaskan sama sekali nihil, hanya orang dengan posisi tidak bisa menolak permintaanlah yang bersedia membantu. Siapa pula yang akan beserta nomor seri lokasi crane. Waktuku terbatas, pilihanku mengambil keputusan gila, bersedia membantu meloloskan empat orang tahanan dari gedung pasukan khusus antiteror untuk kabur amat sempit. Dengan kesempatan menjelaskan crane. Waktuku terbatas, pilihanku Hong Kong SAR? Harga apa yang harus kubayar untuk perto­ sama sekali nihil, hanya orang dengan posisi tidak bisa menolak permintaanlah yang bersedia membantu. Siapa pula yang akan mengambil keputusan gila, bersedia membantu meloloskan untuk kabur amat sempit. Dengan kesempatan menjelaskan empat orang tahanan dari gedung pasukan khusus antiteror Hong Kong SAR? Harga apa yang harus kubayar untuk perto­ sama sekali nihil, hanya orang dengan posisi tidak bisa menolak permintaanlah yang bersedia membantu. Siapa pula yang akan mengambil keputusan gila, bersedia membantu meloloskan beserta nomor seri lokasi crane. Waktuku terbatas, pilihanku untuk kabur amat sempit. Dengan kesempatan menjelaskan empat orang tahanan dari gedung pasukan khusus antiteror Hong Kong SAR? Harga apa yang harus kubayar untuk perto­ sama sekali nihil, hanya orang dengan posisi tidak bisa menolak permintaanlah yang bersedia membantu. Siapa pula yang akan mengambil keputusan gila, bersedia membantu meloloskan untuk kabur amat sempit. Dengan kesempatan menjelaskan empat orang tahanan dari pasukan khusus antiteror Hong Kong SAR? Harga apa yang harus kubayar untuk perto­ sama sekali nihil, hanya orang dengan posisi tidak bisa menolak mengambil keputusan gila, bersedia membantu meloloskan permintaanlah yang bersedia membantu. Siapa pula yang akan untuk Dengan kesempatan menjelaskan empat orang tahanan dari gedung pasukan khusus antiteror Hong Kong SAR? Harga apagedung yang harus harus kubayar untuk perto­ sama sekali nihil, hanya orang dengan posisi tidak bisa menolak kabur amat sempit. Dengan kesempatan menjelaskan longan seperti itu? permintaanlah yang bersedia membantu. Siapa pula yang akan mengambil keputusan gila, bersedia membantu meloloskan empat orang tahanan dari gedung pasukan khusus antiteror sama sekali nihil, hanya orang dengan posisi tidak bisa menolak Hong Kong SAR? Harga apa yang kubayar untuk perto­ longan seperti itu? permintaanlah yang bersedia membantu. Siapa pula yang akan mengambil keputusan gila, bersedia membantu meloloskan empat orang tahanan dari gedung pasukan khusus antiteror untuk kabur amat sempit. Dengan kesempatan menjelaskan sama sekali nihil, hanya orang dengan posisi tidak bisa menolak Hong Kong SAR? Harga apa yang harus kubayar untuk perto­ longan seperti itu? permintaanlah yang bersedia membantu. Siapa pula yang akan mengambil keputusan gila, bersedia membantu meloloskan empat orang tahanan dari gedung pasukan khusus antiteror sama sekali nihil, hanya orang dengan posisi tidak bisa menolak Hong Kong SAR? Harga apa yang harus kubayar untuk perto­ longan seperti itu? permintaanlah yang bersedia membantu. Siapa pula yang akan empat orang tahanan dari gedung pasukan khusus antiteror mengambil keputusan gila, bersedia membantu meloloskan sama sekali nihil, hanya orang dengan posisi tidak bisa menolak Hong Kong SAR? Harga apa yang harus kubayar untuk perto­ longan seperti itu? permintaanlah yang bersedia membantu. Siapa pula yang akan dengan posisi tidak bisa menolak Aku mengepalkan tangan mantap. Aku punya harganya. Aku empat orang tahanan dari gedung pasukan khusus antiteror mengambil keputusan gila, bersedia membantu meloloskan Hong Kong SAR? Harga apa yang harus kubayar untuk perto­ longan seperti itu? permintaanlah yang bersedia membantu. Siapa pula yang akan Aku mengepalkan tangan mantap. Aku punya harganya. Aku mengambil keputusan gila, bersedia membantu meloloskan empat orang tahanan dari gedung pasukan khusus antiteror Hong Kong SAR? Harga apa yang harus kubayar untuk perto­ sama sekali nihil, hanya orang dengan posisi tidak bisa menolak permintaanlah yang bersedia membantu. Siapa pula yang akan longan seperti itu? Aku mengepalkan tangan mantap. Aku punya harganya. Aku mengambil keputusan gila, bersedia membantu meloloskan empat orang tahanan dari gedung pasukan khusus antiteror Hong Kong SAR? Harga apa yang harus kubayar untuk perto­ permintaanlah yang bersedia membantu. Siapa pula yang akan longan seperti itu? Aku mengepalkan tangan mantap. Aku punya harganya. Aku mengambil keputusan gila, bersedia membantu meloloskan Hong Kong SAR? Harga apa yang harus kubayar untuk perto­ empat orang tahanan dari gedung pasukan khusus antiteror permintaanlah membantu. Siapa pula yang akan longan seperti itu? Aku mengepalkan tangan mantap. Aku punya harganya. Aku mengambil keputusan gila, bersedia membantu meloloskan yang bersedia membantu. Siapa pula yang akan Hong Kong SAR? Harga apa yang harus kubayar untuk perto­ hanya membutuhkan satu panggilan telepon untuk menghubungi empat orang tahanan dari gedung pasukan khusus antiteror longan seperti itu? Aku mengepalkan tangan mantap. Aku punya harganya. Aku mengambil keputusan gila, bersedia membantu meloloskan hanya membutuhkan satu panggilan telepon untuk menghubungi empat orang tahanan dari gedung pasukan khusus antiteror Hong Kong SAR? Harga apa yang harus kubayar untuk perto­ longan seperti itu? permintaanlah yang bersedia membantu. Siapa pula yang akan mengambil keputusan gila, bersedia membantu meloloskan Aku mengepalkan tangan mantap. Aku punya harganya. Aku hanya membutuhkan satu panggilan telepon untuk menghubungi empat orang tahanan dari gedung pasukan khusus antiteror Hong Kong SAR? Harga apa yang harus kubayar untuk perto­ longan seperti itu? mengambil keputusan gila, bersedia membantu meloloskan Aku mengepalkan tangan mantap. Aku punya harganya. Aku hanya membutuhkan satu panggilan telepon untuk menghubungi empat orang tahanan dari gedung pasukan khusus antiteror longan seperti itu? Hong Kong SAR? Harga apa yang harus kubayar untuk perto­ mengambil bersedia membantu meloloskan Aku mengepalkan tangan mantap. Aku punya harganya. Aku hanya membutuhkan satu panggilan telepon untuk menghubungi empat orang tahanan dari gedung pasukan khusus antiteror keputusan gila, bersedia membantu meloloskan longan seperti itu? sang malaikat penolong. Sisanya biarkan mengalir seperti me­ Hong Kong SAR? Harga apa yang harus kubayar untuk perto­ Aku mengepalkan tangan mantap. Aku punya harganya. Aku hanya membutuhkan satu panggilan telepon untuk menghubungi empat orang tahanan dari gedung pasukan khusus antiteror sang malaikat penolong. Sisanya biarkan mengalir seperti me­ Hong Kong SAR? Harga apa yang harus kubayar untuk perto­ longan seperti itu? Aku mengepalkan tangan mantap. Aku punya harganya. Aku mengambil keputusan gila, bersedia membantu meloloskan empat orang tahanan dari gedung pasukan khusus antiteror hanya membutuhkan satu panggilan telepon untuk menghubungi sang malaikat penolong. Sisanya biarkan mengalir seperti me­ Hong Kong SAR? Harga apa yang harus kubayar untuk perto­ longan seperti itu? Aku mengepalkan tangan mantap. Aku punya harganya. Aku empat orang tahanan dari gedung pasukan khusus antiteror hanya membutuhkan satu panggilan telepon untuk menghubungi sang malaikat penolong. Sisanya biarkan mengalir seperti me­ Hong Kong SAR? Harga apa yang harus kubayar untuk perto­ Aku mengepalkan tangan mantap. Aku punya harganya. Aku longan seperti itu? empat gedung pasukan khusus antiteror hanya membutuhkan satu panggilan telepon untuk menghubungi sang malaikat penolong. Sisanya biarkan mengalir seperti me­ Hong Kong SAR? Harga apa yang harus kubayar untuk perto­ orang tahanan dari gedung pasukan khusus antiteror Aku mengepalkan tangan mantap. Aku punya harganya. Aku nonton film aksi. longan seperti itu? hanya membutuhkan satu panggilan telepon untuk menghubungi sang malaikat penolong. Sisanya biarkan mengalir seperti me­ Hong Kong SAR? Harga apa yang harus kubayar untuk perto­ nonton film aksi. longan seperti itu? Aku mengepalkan tangan mantap. Aku punya harganya. Aku hanya membutuhkan satu panggilan telepon untuk menghubungi empat orang tahanan dari gedung pasukan khusus antiteror Hong Kong SAR? Harga apa yang harus kubayar untuk perto­ sang malaikat penolong. Sisanya biarkan mengalir seperti me­ nonton film aksi. longan seperti itu? Aku mengepalkan tangan mantap. Aku punya harganya. Aku hanya membutuhkan satu panggilan telepon untuk menghubungi Hong Kong SAR? Harga apa yang harus kubayar untuk perto­ sang malaikat penolong. Sisanya biarkan mengalir seperti me­ nonton film aksi. longan seperti itu? membutuhkan satu panggilan telepon untuk menghubungi Aku mengepalkan tangan mantap. Aku punya harganya. Aku Hong apa yang harus kubayar untuk perto­ sang malaikat penolong. Sisanya biarkan mengalir seperti me­ Kong SAR? Harga apa yang harus kubayar untuk perto­ nonton filmgalak aksi. longan seperti itu? hanya membutuhkan satu panggilan telepon untuk menghubungi Petugas berkuping tebal di luar ruangan sana tidak akan Aku mengepalkan tangan mantap. Aku punya harganya. Aku sang malaikat penolong. Sisanya biarkan mengalir seperti me­ nonton film aksi. longan seperti itu? Petugas galak berkuping tebal di luar ruangan sana tidak akan Aku mengepalkan tangan mantap. Aku punya harganya. Aku hanya membutuhkan satu panggilan telepon untuk menghubungi sang malaikat penolong. Sisanya biarkan mengalir seperti me­ Hong Kong SAR? Harga apa yang harus kubayar untuk perto­ longan seperti itu? nonton film aksi. Petugas galak berkuping tebal di luar ruangan sana tidak akan Aku mengepalkan tangan mantap. Aku punya harganya. Aku hanya membutuhkan satu panggilan telepon untuk menghubungi sang malaikat penolong. Sisanya biarkan mengalir seperti me­ longan seperti itu? nonton film aksi. penolong. Sisanya biarkan mengalir seperti me­ Petugas galak berkuping tebal di luar ruangan sana tidak akan Aku mengepalkan tangan mantap. Aku punya harganya. Aku hanya membutuhkan satu panggilan telepon untuk menghubungi longan seperti itu? nonton film aksi. Petugas galak berkuping tebal di luar ruangan sana tidak akan Aku mengepalkan tangan mantap. Aku punya harganya. Aku sang malaikat penolong. Sisanya biarkan mengalir seperti me­ hanya membutuhkan satu panggilan telepon untuk menghubungi Petugas galak berkuping tebal di luar ruangan sana tidak akan nonton film aksi. Aku mengepalkan tangan mantap. Aku punya harganya. Aku hanya membutuhkan satu panggilan telepon untuk menghubungi sang malaikat penolong. Sisanya mengalir seperti me­ nonton filmgalak aksi. longan seperti itu? Aku mengepalkan tangan mantap. Aku punya harganya. Aku Petugas berkuping tebal dibiarkan luar ruangan sana tidak akan



pernah peduli dengan teriakan Maryam, seruan protes Kadek, jaga pintu. pintu. Tetapi sedisiplin apa pun itu, mereka tidak akan bisa situasi emergency, dan jelas itu panggilan kemanusiaan yang se­ level kewaspadaan seseorang berkurang. ring kali membuat atau argumen paling masuk akal dariku. Mereka disiplin men­ pernah peduli dengan teriakan Maryam, seruan protes Kadek, situasi emergency, dan jelas itu panggilan kemanusiaan yang se­ mengabaikan situasi darurat. Mereka pasti diajari menangani jaga Tetapi sedisiplin apa pun itu, mereka tidak akan bisa atau argumen paling masuk akal dariku. Mereka disiplin men­ darurat. Mereka pasti diajari menangani pernah peduli dengan teriakan Maryam, seruan protes Kadek, jaga pintu. Tetapi sedisiplin apa pun itu, mereka tidak akan bisa situasi emergency, dan jelas itu panggilan kemanusiaan yang se­ Opa mengurus dengan baik soal kesempatan menelepon ter­ level kewaspadaan seseorang berkurang. ring kali membuat atau argumen paling masuk akal dariku. Mereka disiplin men­ mengabaikan situasi darurat. Mereka pasti diajari menangani kewaspadaan seseorang berkurang. pernah peduli dengan teriakan Maryam, seruan protes Kadek, jaga pintu. Tetapi sedisiplin apa pun itu, mereka tidak akan bisa situasi emergency, dan jelas itu panggilan kemanusiaan yang se­ Opa mengurus dengan baik soal kesempatan menelepon ter­ atau argumen paling masuk akal dariku. Mereka disiplin men­ mengabaikan situasi darurat. Mereka pasti diajari menangani level kewaspadaan seseorang berkurang. ring kali membuat jaga pintu. Tetapi sedisiplin apa pun itu, mereka tidak akan bisa situasi emergency, dan jelas itu panggilan kemanusiaan yang se­ Opa mengurus dengan baik soal kesempatan menelepon ter­ atau argumen paling masuk akal dariku. Mereka disiplin men­ mengabaikan situasi darurat. Mereka pasti diajari menangani level kewaspadaan seseorang berkurang. ring kali membuat Opa mengurus dengan baik soal kesempatan menelepon ter­ jaga pintu. Tetapi sedisiplin apa pun itu, mereka tidak akan bisa atau argumen paling masuk akal dariku. Mereka disiplin men­ level kewaspadaan seseorang berkurang. ring kali membuat situasi emergency, dan jelas itu panggilan kemanusiaan yang se­ mengabaikan situasi darurat. Mereka pasti diajari menangani jaga pintu. Tetapi sedisiplin apa pun itu, mereka tidak akan bisa itu panggilan kemanusiaan yang se­ atau argumen paling masuk akal dariku. Mereka disiplin men­ mengabaikan situasi darurat. Mereka pasti diajari menangani level kewaspadaan seseorang berkurang. ring kali membuat sebut. Setelah memastikan semua siap, Opa mulai terbatuk-ba­ Opa mengurus dengan baik soal kesempatan menelepon ter­ jaga pintu. Tetapi sedisiplin apa pun itu, mereka tidak akan bisa situasi emergency, dan jelas itu panggilan kemanusiaan yang se­ baik soal kesempatan menelepon ter­ atau argumen paling masuk akal dariku. Mereka disiplin men­ mengabaikan situasi darurat. Mereka pasti diajari menangani level kewaspadaan seseorang berkurang. ring kali membuat sebut. Setelah memastikan semua siap, Opa mulai terbatuk-ba­ jaga pintu. Tetapi sedisiplin apa pun itu, mereka tidak akan bisa situasi emergency, dan jelas itu panggilan kemanusiaan yang se­ Opa mengurus dengan baik soal kesempatan menelepon ter­ mengabaikan situasi darurat. Mereka pasti diajari menangani level kewaspadaan seseorang berkurang. ring kali membuat sebut. Setelah memastikan semua siap, Opa mulai terbatuk-ba­ jaga pintu. Tetapi sedisiplin apa pun itu, mereka tidak akan bisa situasi emergency, dan jelas itu panggilan kemanusiaan yang se­ Opa mengurus dengan baik soal kesempatan menelepon ter­ sebut. Setelah memastikan semua siap, Opa mulai terbatuk-ba­ mengabaikan situasi darurat. Mereka pasti diajari menangani jaga pintu. Tetapi sedisiplin apa pun itu, mereka tidak akan bisa level kewaspadaan seseorang berkurang. ring kali membuat Opa mengurus dengan baik soal kesempatan menelepon ter­ situasi emergency, dan jelas itu panggilan kemanusiaan yang se­ mengabaikan situasi darurat. Mereka pasti diajari menangani kewaspadaan seseorang berkurang. jaga pintu. Tetapi sedisiplin apa pun itu, mereka tidak akan bisa situasi emergency, dan jelas itu panggilan kemanusiaan yang se­ Opa mengurus dengan baik soal kesempatan menelepon ter­ tuk panjang, berseru kesakitan dengan suara serak, lantas purasebut. Setelah memastikan semua siap, Opa mulai terbatuk-ba­ mengabaikan situasi darurat. Mereka pasti diajari menangani level kewaspadaan seseorang berkurang. ring kali membuat semua siap, Opa mulai terbatuk-ba­ jaga pintu. Tetapi sedisiplin apa pun itu, mereka tidak akan bisa situasi emergency, dan jelas itu panggilan kemanusiaan yang se­ Opa mengurus dengan baik soal kesempatan menelepon ter­ tuk panjang, berseru kesakitan dengan suara serak, lantas puramengabaikan situasi darurat. Mereka pasti diajari menangani level kewaspadaan seseorang berkurang. ring kali membuat sebut. Setelah memastikan semua siap, Opa mulai terbatuk-ba­ situasi emergency, dan jelas itu panggilan kemanusiaan yang se­ Opa mengurus dengan baik soal kesempatan menelepon ter­ tuk panjang, berseru kesakitan dengan suara serak, lantas puramengabaikan situasi darurat. Mereka pasti diajari menangani level kewaspadaan seseorang berkurang. ring kali membuat sebut. Setelah memastikan semua siap, Opa mulai terbatuk-ba­ tuk panjang, berseru kesakitan dengan suara serak, lantas purasituasi emergency, dan jelas itu panggilan kemanusiaan yang se­ Opa mengurus dengan baik soal kesempatan menelepon ter­ mengabaikan situasi darurat. Mereka pasti diajari menangani sebut. Setelah memastikan semua siap, Opa mulai terbatuk-ba­ level kewaspadaan seseorang berkurang. ring kali membuat situasi emergency, dan jelas itu panggilan kemanusiaan yang se­ baik soal kesempatan menelepon ter­ mengabaikan situasi darurat. Mereka pasti diajari menangani level kewaspadaan seseorang berkurang. ring kali membuat sebut. Setelah memastikan semua siap, Opa mulai terbatuk-ba­ pura jatuh pingsan di atas meja. tuk panjang, berseru kesakitan dengan suara serak, lantas purasituasi emergency, dan jelas itu panggilan kemanusiaan yang se­ Opa mengurus dengan baik soal kesempatan menelepon ter­ kesakitan dengan suara serak, lantas puramengabaikan situasi darurat. Mereka pasti diajari menangani level kewaspadaan seseorang berkurang. ring kali membuat sebut. Setelah memastikan semua siap, Opa mulai terbatuk-ba­ pura jatuh pingsan di atas meja. situasi emergency, dan jelas itu panggilan kemanusiaan yang se­ Opa mengurus dengan baik soal kesempatan menelepon ter­ tuk panjang, berseru kesakitan dengan suara serak, lantas puralevel kewaspadaan seseorang berkurang. ring kali membuat sebut. Setelah memastikan semua siap, Opa mulai terbatuk-ba­ pura jatuh pingsan di atas meja. situasi emergency, dan jelas itu panggilan kemanusiaan yang se­ Opa mengurus dengan baik soal kesempatan menelepon ter­ tuk panjang, berseru kesakitan dengan suara serak, lantas purapura jatuh pingsan di atas meja. level kewaspadaan seseorang berkurang. ring kali membuat sebut. Setelah memastikan semua siap, Opa mulai terbatuk-ba­ situasi emergency, dan jelas itu panggilan kemanusiaan yang se­ tuk panjang, berseru kesakitan dengan suara serak, lantas puraOpa mengurus dengan baik soal kesempatan menelepon ter­ level kewaspadaan seseorang berkurang. ring kali membuat semua siap, Opa mulai terbatuk-ba­ situasi emergency, dan jelas itu panggilan kemanusiaan yang se­ Opa mengurus dengan baik soal kesempatan menelepon ter­ tuk panjang, berseru kesakitan dengan suara serak, lantas puraAku memukul pintu ruangan, berteriak panik, menjelaskan pura jatuh pingsan di atas meja. level kewaspadaan seseorang berkurang. ring kali membuat sebut. Setelah memastikan semua siap, Opa mulai terbatuk-ba­ meja. situasi emergency, dan jelas itu panggilan kemanusiaan yang se­ Opa mengurus dengan baik soal kesempatan menelepon ter­ tuk panjang, berseru kesakitan dengan suara serak, lantas puraAku memukul pintu ruangan, berteriak panik, menjelaskan level kewaspadaan seseorang berkurang. ring kali membuat sebut. Setelah memastikan semua siap, Opa mulai terbatuk-ba­ pura jatuh pingsan di atas meja. Opa mengurus dengan baik soal kesempatan menelepon ter­ tuk panjang, berseru kesakitan dengan suara serak, lantas puraAku memukul pintu ruangan, berteriak panik, menjelaskan level kewaspadaan seseorang berkurang. ring kali membuat sebut. Setelah memastikan semua siap, Opa mulai terbatuk-ba­ pura jatuh pingsan di atas meja. Aku memukul pintu ruangan, berteriak panik, menjelaskan Opa mengurus dengan baik soal kesempatan menelepon ter­ tuk panjang, berseru kesakitan dengan suara serak, lantas puralevel kewaspadaan seseorang berkurang. ring kali membuat pura jatuh pingsan di atas meja. sebut. Setelah memastikan semua siap, Opa mulai terbatuk-ba­ Opa mengurus dengan baik soal kesempatan menelepon ter­ tuk panjang, berseru kesakitan dengan suara serak, lantas puralevel kewaspadaan seseorang berkurang. ring kali membuat sebut. Setelah memastikan semua siap, Opa mulai terbatuk-ba­ pura jatuh pingsan di atas meja. situasi. Aku memukul pintu ruangan, berteriak panik, menjelaskan Opa mengurus dengan baik soal kesempatan menelepon ter­ tuk panjang, berseru kesakitan dengan suara serak, lantas puraruangan, berteriak panik, menjelaskan level kewaspadaan seseorang berkurang. ring kali membuat sebut. Setelah memastikan semua siap, Opa mulai terbatuk-ba­ pura jatuh pingsan di atas meja. situasi. Opa mengurus dengan baik soalsiap, kesempatan menelepon ter­ tuk panjang, berseru kesakitan dengan suara serak, lantas purapuraAku memukul pintu ruangan, berteriak panik, menjelaskan sebut. Setelah memastikan semua siap, Opa panik, mulai terbatuk-ba­ pura jatuh pingsan dikesakitan atas meja. situasi. Opa mengurus dengan baik soal kesempatan menelepon ter­ tuk panjang, berseru dengan suara serak, lantas Aku memukul pintu ruangan, berteriak menjelaskan situasi. sebut. Setelah memastikan semua Opa mulai terbatuk-ba­ pura jatuh pingsan di atas meja. Opa mengurus dengan baik soal kesempatan menelepon ter­ Aku memukul pintu ruangan, berteriak panik, menjelaskan tuk panjang, berseru kesakitan dengan suara serak, lantas purasebut. Setelah memastikan semua siap, Opa mulai terbatuk-ba­ pura jatuh pingsan di atas meja. Opa mengurus dengan baik soal kesempatan menelepon ter­ tuk panjang, berseru kesakitan dengan suara serak, lantas puraAku memukul pintu ruangan, berteriak panik, menjelaskan Pintu ruangan akhirnya dibuka, tiga petugas berseragam tak­ situasi. sebut. Setelah memastikan semua siap, Opa mulai terbatuk-ba­ pura jatuh pingsan di atas meja. Opa mengurus dengan baik soal kesempatan menelepon ter­ tuk panjang, berseru kesakitan dengan suara serak, lantas puraAku memukul pintu ruangan, berteriak panik, menjelaskan Pintu ruangan akhirnya dibuka, tiga petugas berseragam tak­ sebut. Setelah memastikan semua siap, Opa mulai terbatuk-ba­ pura jatuh pingsan di atas meja. situasi. tuk panjang, berseru kesakitan dengan suara serak, lantas puraAku memukul pintu ruangan, berteriak panik, menjelaskan Pintu ruangan akhirnya dibuka, tiga petugas berseragam tak­ sebut. Setelah memastikan semua siap, Opa mulai terbatuk-ba­ pura jatuh pingsan di atas meja. situasi. tuk panjang, berseru kesakitan dengan suara serak, lantas puraPintu ruangan akhirnya dibuka, tiga petugas berseragam tak­ Aku memukul pintu ruangan, berteriak panik, menjelaskan sebut. Setelah memastikan semua siap, Opa mulai terbatuk-ba­ situasi. pura jatuh pingsan di atas meja. tuk panjang, berseru kesakitan dengan suara serak, lantas puraAku memukul pintu ruangan, berteriak panik, menjelaskan sebut. Setelah memastikan semua siap, Opa mulai terbatuk-ba­ pura jatuh pingsan di atas meja. situasi. menodongkan laras senjata. Aku segera me­ tis masuk sambil Pintu ruangan akhirnya dibuka, tiga petugas berseragam tak­ tuk panjang, berseru kesakitan dengan suara serak, lantas puraAku memukul pintu ruangan, berteriak panik, menjelaskan dibuka, tiga petugas berseragam tak­ sebut. Setelah memastikan semua siap, Opa mulai terbatuk-ba­ pura jatuh pingsan di atas meja. situasi. menodongkan laras senjata. Aku segera me­ tis masuk sambil tuk panjang, berseru kesakitan dengan suara serak, lantas puraAku memukul pintu ruangan, berteriak panik, menjelaskan Pintu ruangan akhirnya dibuka, tiga senjata. petugas berseragam tak­ pura jatuh pingsan dikesakitan atas meja.dengan situasi. menodongkan laras Aku segera me­ tis masuk sambil tuk panjang, berseru suara serak, lantas puraAku memukul pintu ruangan, berteriak panik, menjelaskan Pintu ruangan akhirnya dibuka, tiga petugas berseragam tak­ pura jatuh pingsan di atas meja. menodongkan laras senjata. Aku segera me­ tis masuk sambil situasi. tuk panjang, berseru dengan suara serak, lantas puraPintu ruangan akhirnya dibuka, tiga petugas berseragam tak­ Aku memukul pintu ruangan, berteriak panik, menjelaskan pura jatuh pingsan dikesakitan atas meja. situasi. tuk panjang, berseru kesakitan dengan suara serak, lantas puraAku memukul pintu ruangan, berteriak panik, menjelaskan menodongkan laras senjata. Aku segera me­ tis masuk sambil Pintu ruangan akhirnya dibuka, tiga petugas berseragam tak­ nunjuk Opa yang terkulai di atas meja, berseru setengah marah, pura jatuh pingsan di atas meja. situasi. menodongkan laras senjata. Aku segera me­ tuk panjang, berseru kesakitan dengan suara serak, lantas puraAku memukul pintu ruangan, berteriak panik, menjelaskan Pintu ruangan akhirnya dibuka, tiga petugas berseragam tak­ nunjuk Opa yang terkulai di atas meja, berseru setengah marah, pura jatuh pingsan di atas meja. situasi. menodongkan laras senjata. Aku segera me­ tis masuk sambil Aku memukul pintu ruangan, berteriak panik, menjelaskan Pintu ruangan akhirnya dibuka, tiga petugas berseragam tak­ nunjuk Opa yang terkulai di atas meja, berseru setengah marah, pura jatuh pingsan di atas meja. situasi. menodongkan laras senjata. Aku segera me­ tis masuk sambil Aku memukul pintu ruangan, berteriak panik, menjelaskan nunjuk Opa yang terkulai di atas meja, berseru setengah marah, Pintu ruangan akhirnya dibuka, tiga petugas berseragam tak­ pura jatuh pingsan di atas meja. situasi. menodongkan laras senjata. Aku segera me­ tis masuk sambil Aku memukul pintu ruangan, berteriak panik, menjelaskan Pintu ruangan akhirnya dibuka, tiga petugas berseragam tak­ nunjuk Opa yang terkulai di atas meja, berseru setengah marah, pura jatuh pingsan di atas meja. situasi. menodongkan laras senjata. Aku segera me­ tis masuk sambil setengah amat cemas, ”Kalian seharusnya membawa obat-obatan Aku memukul pintu ruangan, berteriak panik, menjelaskan Pintu ruangan akhirnya dibuka, tiga petugas berseragam tak­ atas meja, berseru setengah marah, pura jatuh pingsan di atas meja. situasi. menodongkan laras senjata. Aku segera me­ tis masuk sambil setengah amat cemas, ”Kalian seharusnya membawa obat-obatan Aku memukul pintu ruangan, berteriak panik, menjelaskan Pintu ruangan akhirnya dibuka, tiga petugas berseragam tak­ nunjuk Opa yang terkulai di atas meja, berseru setengah marah, situasi. menodongkan laras senjata. Aku segera me­ tis masuk sambil setengah amat cemas, ”Kalian seharusnya membawa obat-obatan Aku memukul pintu ruangan, berteriak panik, menjelaskan Pintu ruangan akhirnya dibuka, tiga petugas berseragam tak­ nunjuk Opa yang terkulai di atas meja, berseru setengah marah, situasi. setengah amat cemas, ”Kalian seharusnya membawa obat-obatan menodongkan laras senjata. Aku segera me­ tis masuk sambil Pintu ruangan akhirnya dibuka, tiga petugas berseragam tak­ Aku memukul pintu ruangan, berteriak panik, menjelaskan nunjuk Opa yang terkulai di atas meja, berseru setengah marah, situasi. menodongkan laras senjata. Aku segera me­ tis masuk sambil setengah amat cemas, ”Kalian seharusnya membawa obat-obatan Aku memukul pintu ruangan, berteriak panik, menjelaskan Pintu ruangan akhirnya dibuka, tiga petugas berseragam tak­ nunjuk Opa yang terkulai di atas meja, berseru setengah marah, di kapal pesiar.” situasi. menodongkan laras senjata. Aku segera me­ tis masuk sambil ”Kalian seharusnya membawa obat-obatan Aku memukul pintu ruangan, berteriak panik, menjelaskan Pintu ruangan akhirnya dibuka, tiga petugas berseragam tak­ nunjuk Opa yang terkulai di atas meja, berseru setengah marah, di kapal pesiar.” situasi. menodongkan laras senjata. Aku segera me­ tis masuk sambil setengah amat cemas, ”Kalian seharusnya membawa obat-obatan Pintu ruangan akhirnya dibuka, tiga petugas berseragam tak­ nunjuk Opa yang terkulai di atas meja, berseru setengah marah, di kapal pesiar.” situasi. menodongkan laras senjata. Aku segera me­ tis masuk sambil setengah amat cemas, ”Kalian seharusnya membawa obat-obatan Pintu ruangan akhirnya dibuka, tiga petugas berseragam tak­ di kapal pesiar.” nunjuk Opa yang terkulai di atas meja, berseru setengah marah, menodongkan laras senjata. Aku segera me­ tis masuk sambil situasi. setengah amat cemas, ”Kalian seharusnya membawa obat-obatan Pintu ruangan akhirnya dibuka, tiga petugas berseragam tak­ nunjuk Opa yang terkulai di atas meja, berseru setengah marah, di kapal pesiar.” situasi. menodongkan laras senjata. Aku segera me­ tis masuk sambil setengah amat cemas, ”Kalian seharusnya membawa obat-obatan Tiga petugas itu saling tatap bingung. Pintu ruangan akhirnya dibuka, tiga petugas berseragam tak­ nunjuk Opa yang terkulai di atas meja, berseru setengah marah, di kapal pesiar.” situasi. menodongkan laras senjata. Aku segera me­ tis masuk sambil setengah amat cemas, ”Kalian seharusnya membawa obat-obatan Tiga petugas itu saling tatap bingung. Pintu ruangan akhirnya dibuka, tiga petugas berseragam tak­ nunjuk Opa yang terkulai di atas meja, berseru setengah marah, di kapal pesiar.” menodongkan laras senjata. Aku segera me­ tis masuk sambil setengah amat cemas, ”Kalian seharusnya membawa obat-obatan Tiga petugas itu saling tatap bingung. Pintu ruangan akhirnya dibuka, tiga petugas berseragam tak­ nunjuk Opa yang terkulai di atas meja, berseru setengah marah, di kapal pesiar.” menodongkan laras senjata. Aku segera me­ tis masuk sambil Tiga petugas itu saling tatap bingung. setengah amat cemas, ”Kalian seharusnya membawa obat-obatan nunjuk Opa yang terkulai di atas meja, berseru setengah marah, Pintu ruangan akhirnya dibuka, tiga petugas berseragam tak­ di kapal pesiar.” menodongkan laras senjata. Aku segera me­ tis masuk sambil setengah amat cemas, ”Kalian seharusnya membawa obat-obatan Tiga petugas itu saling tatap bingung. Pintu ruangan akhirnya dibuka, tiga petugas berseragam tak­ nunjuk Opa yang terkulai di atas meja, berseru setengah marah, di kapal pesiar.” ”Tidak ada waktu. Kalian harus menelepon dokter, petugas menodongkan laras senjata. Aku segera me­ tis masuk sambil setengah amat cemas, ”Kalian seharusnya membawa obat-obatan Tiga petugas itu saling tatap bingung. Pintu ruangan akhirnya dibuka, tiga petugas berseragam tak­ nunjuk Opa yang terkulai di atas meja, berseru setengah marah, di kapal pesiar.” ”Tidak ada waktu. Kalian harus menelepon dokter, petugas menodongkan laras senjata. Aku segera me­ tis masuk sambil setengah amat cemas, ”Kalian seharusnya membawa obat-obatan Tiga petugas itu saling tatap bingung. nunjuk Opa yang terkulai di atas meja, berseru setengah marah, di kapal pesiar.” ”Tidak ada waktu. Kalian harus menelepon dokter, petugas menodongkan laras senjata. Aku segera me­ tis masuk sambil setengah amat cemas, ”Kalian seharusnya membawa obat-obatan Tiga petugas itu saling tatap bingung. nunjuk Opa yang terkulai di atas meja, berseru setengah marah, ”Tidak ada waktu. Kalian harus menelepon dokter, petugas di kapal pesiar.” setengah amat cemas, ”Kalian seharusnya membawa obat-obatan menodongkan laras senjata. Aku segera me­ tis masuk sambil Tiga petugas itu saling tatap bingung. nunjuk Opa yang terkulai di atas meja, berseru setengah marah, di kapal pesiar.” ”Tidak ada waktu. Kalian harus menelepon dokter, petugas menodongkan laras senjata. Aku segera me­ tis masuk sambil setengah amat cemas, ”Kalian seharusnya membawa obat-obatan Tiga petugas itu saling tatap bingung. medis, siapalah. Ini darurat!” aku berseru, berusaha memenga­ nunjuk Opa yang terkulai di atas meja, berseru setengah marah, di kapal pesiar.” ”Tidak ada waktu. Kalian harus menelepon dokter, petugas menodongkan laras senjata. Aku segera me­ tis masuk sambil setengah amat cemas, ”Kalian seharusnya membawa obat-obatan Tiga petugas itu saling tatap bingung. medis, siapalah. Ini darurat!” aku berseru, berusaha memenga­ nunjuk Opa yang terkulai di atas meja, berseru setengah marah, di kapal pesiar.” ”Tidak ada waktu. Kalian harus menelepon dokter, petugas setengah amat cemas, ”Kalian seharusnya membawa obat-obatan Tiga petugas itu saling tatap bingung. medis, siapalah. Ini darurat!” aku berseru, berusaha memenga­ nunjuk Opa yang terkulai di atas meja, berseru setengah marah, di kapal pesiar.” ”Tidak ada waktu. Kalian harus menelepon dokter, petugas setengah amat cemas, ”Kalian seharusnya membawa obat-obatan Tiga petugas itu saling tatap bingung. medis, siapalah. Ini darurat!” aku berseru, berusaha memenga­ di kapal pesiar.” nunjuk Opa yang terkulai di atas meja, berseru setengah marah, ”Tidak ada waktu. Kalian harus menelepon dokter, petugas setengah amat cemas, ”Kalian seharusnya membawa obat-obatan Tiga petugas itu saling tatap bingung. medis, siapalah. Ini darurat!” aku berseru, berusaha memenga­ nunjuk Opa yang terkulai di atas meja, berseru setengah marah, di kapal pesiar.” ”Tidak ada waktu. Kalian harus menelepon dokter, petugas ruhi kendali keputusan di kepala mereka bertiga. setengah amat cemas, ”Kalian seharusnya membawa obat-obatan Tiga petugas itu saling tatap bingung. medis, siapalah. Ini darurat!” aku berseru, berusaha memenga­ nunjuk Opa yang terkulai di atas meja, berseru setengah marah, di kapal pesiar.” ”Tidak adakeputusan waktu. Kalian harus menelepon dokter, petugas ruhi kendali keputusan di tatap kepala mereka bertiga. setengah amat cemas, ”Kalian seharusnya membawa obat-obatan Tiga petugas itu saling bingung. medis, siapalah. Ini darurat!” aku berseru, berusaha memenga­ di kapal pesiar.” ”Tidak ada waktu. Kalian harus menelepon dokter, petugas ruhi kendali di kepala mereka bertiga. setengah amat cemas, ”Kalian seharusnya membawa obat-obatan Tiga petugas itu saling tatap bingung. medis, siapalah. Ini darurat!” aku berseru, berusaha memenga­ di kapal pesiar.” ”Tidak ada waktu. Kalian harus menelepon dokter, petugas ruhi kendali keputusan ditatap kepala mereka bertiga. Tiga petugas itu saling bingung. setengah amat cemas, ”Kalian seharusnya membawa obat-obatan medis, siapalah. Ini darurat!” aku berseru, berusaha memenga­ di kapal pesiar.” ”Tidak ada waktu. Kalian harus menelepon dokter, petugas ruhi kendali keputusan di kepala mereka bertiga. setengah amat cemas, ”Kalian seharusnya membawa obat-obatan Tiga petugas itu saling tatap bingung. medis, siapalah. Ini darurat!” aku berseru, berusaha memenga­ Salah seorang dari mereka memeriksa tubuh Opa, meletakkan di kapal pesiar.” ”Tidak ada waktu. Kalian harus menelepon dokter, petugas ruhi kendali keputusan di kepala mereka bertiga. setengah amat cemas, ”Kalian seharusnya membawa obat-obatan Tiga petugas itu saling tatap bingung. medis, siapalah. Ini darurat!” aku berseru, berusaha memenga­ Salah seorang dari mereka memeriksa tubuh Opa, meletakkan di kapal pesiar.” ”Tidak ada waktu. Kalian harus menelepon dokter, petugas ruhi kendali keputusan di kepala mereka bertiga. Tiga petugas itu saling tatap bingung. medis, siapalah. Ini darurat!” aku berseru, berusaha memenga­ Salah seorang dari mereka memeriksa tubuh Opa, meletakkan di kapal pesiar.” ”Tidak adakeputusan waktu. Kalian harus menelepon dokter, petugas ruhi kendali di kepala mereka bertiga. Tiga petugas itu saling tatap bingung. medis, siapalah. Ini darurat!” aku berseru, berusaha memenga­ Salah seorang dari mereka memeriksa tubuh Opa, meletakkan ”Tidak ada waktu. Kalian harus menelepon dokter, petugas di kapal pesiar.” ruhi kendali keputusan di kepala mereka bertiga. Tiga petugas itu saling tatap bingung. medis, siapalah. Ini darurat!” aku berseru, berusaha memenga­ Salah seorang dari mereka memeriksa tubuh Opa, meletakkan di kapal pesiar.” ”Tidak ada waktu. Kalian harus menelepon dokter, petugas ruhi kendali keputusan di kepala mereka bertiga. senjata otomatis di atas meja. Kadek melirikku. Aku meng­ Tiga petugas itu saling tatap bingung. medis, siapalah. Ini darurat!” aku berseru, berusaha memenga­ Salah seorang dari mereka memeriksa tubuh Opa, meletakkan di kapal pesiar.” ”Tidak ada waktu. Kalian harus menelepon dokter, petugas ruhi kendali keputusan di kepala mereka bertiga. senjata otomatis di atas meja. Kadek melirikku. Aku meng­ Tiga petugas itu saling tatap bingung. medis, siapalah. Ini darurat!” aku berseru, berusaha memenga­ Salah seorang dari mereka memeriksa tubuh Opa, meletakkan ”Tidak ada waktu. Kalian harus menelepon dokter, petugas ruhi kendali keputusan di kepala mereka bertiga. senjata otomatis di atas meja. Kadek melirikku. Aku meng­ Tiga petugas itu saling tatap bingung. medis, siapalah. Ini darurat!” aku berseru, berusaha memenga­ Salah seorang dari mereka memeriksa tubuh Opa, meletakkan ”Tidak ada waktu. Kalian harus menelepon dokter, petugas ruhi kendali keputusan di kepala mereka bertiga. senjata otomatis disaling atas meja. Kadek melirikku. Aku meng­ medis, siapalah. Ini darurat!” aku berseru, berusaha memenga­ Tiga petugas itu tatap bingung. Salah seorang dari mereka memeriksa tubuh Opa, meletakkan ”Tidak ada waktu. Kalian harus menelepon dokter, petugas ruhi kendali keputusan di kepala mereka bertiga. senjata otomatis di atas meja. Kadek melirikku. Aku meng­ Tiga petugas itu saling tatap bingung. medis, siapalah. Ini darurat!” aku berseru, berusaha memenga­ Salah seorang dari mereka memeriksa tubuh Opa, meletakkan geleng. Belum sekarang, aku membutuhkan panggilan telepon ”Tidak ada waktu. Kalian harus menelepon dokter, petugas ruhi kendali keputusan di kepala mereka bertiga. senjata otomatis di atas meja. Kadek melirikku. Aku meng­ Tiga petugas itu saling tatap bingung. medis, siapalah. Ini darurat!” aku berseru, berusaha memenga­ Salah seorang dari mereka memeriksa tubuh Opa, meletakkan geleng. Belum sekarang, aku membutuhkan panggilan telepon ”Tidak ada waktu. Kalian harus menelepon dokter, petugas ruhi kendali keputusan di kepala mereka bertiga. senjata otomatis di atas meja. Kadek melirikku. Aku meng­ darurat!” aku berseru, berusaha memenga­ Salah seorang dari mereka memeriksa tubuh Opa, meletakkan geleng. Belum sekarang, aku membutuhkan panggilan telepon ”Tidak ada waktu. Kalian harus menelepon dokter, petugas ruhi kendali keputusan di kepala mereka bertiga. senjata otomatis di atas meja. Kadek melirikku. Aku meng­ medis, siapalah. Ini darurat!” aku berseru, berusaha memenga­ Salah seorang dari mereka memeriksa tubuh Opa, meletakkan geleng. Belum sekarang, aku membutuhkan panggilan telepon ruhi kendali keputusan di kepala mereka bertiga. ”Tidak ada waktu. Kalian harus menelepon dokter, petugas senjata otomatis di atas meja. Kadek melirikku. Aku meng­ medis, siapalah. Ini darurat!” aku berseru, berusaha memenga­ Salah seorang dari mereka memeriksa tubuh Opa, meletakkan geleng. Belum sekarang, aku membutuhkan panggilan telepon ”Tidak ada waktu. Kalian harus menelepon dokter, petugas ruhi kendali keputusan di kepala mereka bertiga. senjata otomatis di atas meja. Kadek melirikku. Aku meng­ terlebih dulu sebelum melumpuhkan mereka. Opa lebih dari medis, siapalah. Ini darurat!” aku berseru, berusaha memenga­ Salah seorang dari mereka memeriksa tubuh Opa, meletakkan geleng. Belum sekarang, aku membutuhkan panggilan telepon ”Tidak ada waktu. Kalian harus menelepon dokter, petugas ruhi kendali keputusan di kepala mereka bertiga. senjata otomatis di atas meja. Kadek melirikku. Aku meng­ terlebih dulu sebelum melumpuhkan mereka. Opa lebih dari medis, siapalah. Ini darurat!” aku berseru, berusaha memenga­ Salah seorang dari mereka memeriksa tubuh Opa, meletakkan geleng. Belum sekarang, aku membutuhkan panggilan telepon ruhi kendali keputusan di kepala mereka bertiga. senjata otomatis di atas meja. Kadek melirikku. Aku meng­ terlebih dulu sebelum melumpuhkan mereka. Opa lebih dari medis, siapalah. Ini darurat!” aku berseru, berusaha memenga­ Salah seorang dari mereka memeriksa tubuh Opa, meletakkan kepala mereka bertiga. geleng. Belum sekarang, aku membutuhkan panggilan telepon senjata otomatis di atas meja. Kadek melirikku. Aku meng­ terlebih dulu sebelum melumpuhkan mereka. Opa lebih dari Salah seorang dari mereka memeriksa tubuh Opa, meletakkan medis, siapalah. Ini darurat!” aku berseru, berusaha memenga­ geleng. Belum sekarang, aku membutuhkan panggilan telepon ruhi kendali keputusan di kepala mereka bertiga. senjata otomatis di atas meja. Kadek melirikku. Aku meng­ terlebih dulu sebelum melumpuhkan mereka. Opa lebih dari medis, siapalah. Ini darurat!” aku berseru, berusaha memenga­ Salah seorang dari mereka memeriksa tubuh Opa, meletakkan geleng. Belum sekarang, aku membutuhkan panggilan telepon pandai kalau sekadar berpura-pura sekarat. Wajah tuanya hanya ruhi kendali keputusan di kepala mereka bertiga. senjata otomatis di atas meja. Kadek melirikku. Aku meng­ terlebih dulu sebelum melumpuhkan mereka. Opa lebih dari medis, siapalah. Ini darurat!” aku berseru, berusaha memenga­ Salah seorang dari mereka memeriksa tubuh Opa, meletakkan geleng. Belum sekarang, aku membutuhkan panggilan telepon pandai kalau sekadar berpura-pura sekarat. Wajah tuanya hanya ruhi kendali keputusan di kepala mereka bertiga. senjata otomatis di atas meja. Kadek melirikku. Aku meng­ terlebih dulu sebelum melumpuhkan mereka. Opa lebih dari memeriksa tubuh Opa, meletakkan geleng. Belum sekarang, aku membutuhkan panggilan telepon pandai kalau sekadar berpura-pura sekarat. Wajah tuanya hanya ruhi kendali keputusan di kepala mereka bertiga. Salah seorang dari mereka memeriksa tubuh Opa, meletakkan meja. Kadek melirikku. Aku meng­ terlebih dulu sebelum melumpuhkan mereka. Opa lebih dari geleng. Belum sekarang, aku membutuhkan panggilan telepon pandai kalau sekadar berpura-pura sekarat. Wajah tuanya hanya senjata otomatis di atas meja. Kadek melirikku. Aku meng­ ruhi kendali keputusan di kepala mereka bertiga. terlebih dulu sebelum melumpuhkan mereka. Opa lebih dari Salah seorang dari mereka memeriksa tubuh Opa, meletakkan geleng. Belum sekarang, aku membutuhkan panggilan telepon pandai kalau sekadar berpura-pura sekarat. Wajah tuanya hanya ruhi kendali keputusan di kepala mereka bertiga. senjata otomatis di atas meja. Kadek melirikku. Aku meng­ terlebih dulu sebelum melumpuhkan mereka. Opa lebih dari perlu sedikit bumbu mengerang kesakitan. Itu lebih dari cukup. Salah seorang dari mereka memeriksa tubuh Opa, meletakkan geleng. Belum sekarang, aku membutuhkan panggilan telepon pandai kalau sekadar berpura-pura sekarat. Wajah tuanya hanya ruhi kendali keputusan di kepala mereka bertiga. senjata otomatis di atas meja. Kadek melirikku. Aku meng­ terlebih dulu sebelum melumpuhkan mereka. Opa lebih dari perlu sedikit bumbu mengerang kesakitan. Itu lebih dari cukup. Salah seorang dari mereka memeriksa tubuh Opa, meletakkan geleng. Belum sekarang, aku membutuhkan panggilan telepon pandai kalau sekadar berpura-pura sekarat. Wajah tuanya hanya meja. Kadek melirikku. Aku meng­ terlebih dulu sebelum melumpuhkan mereka. Opa lebih dari perlu sedikit bumbu mengerang kesakitan. Itu lebih dari cukup. senjata otomatis di atas meja. Kadek melirikku. Aku meng­ Salah seorang dari mereka memeriksa tubuh Opa, meletakkan geleng. Belum sekarang, aku membutuhkan panggilan telepon pandai kalau sekadar berpura-pura sekarat. Wajah tuanya hanya terlebih dulu sebelum melumpuhkan mereka. Opa lebih dari aku membutuhkan panggilan telepon perlu sedikit bumbu mengerang kesakitan. Itu lebih dari cukup. Salah seorang dari mereka memeriksa tubuh Opa, meletakkan pandai kalau sekadar berpura-pura sekarat. Wajah tuanya hanya senjata otomatis di atas meja. Kadek melirikku. Aku meng­ perlu sedikit bumbu mengerang kesakitan. Itu lebih dari cukup. terlebih dulu sebelum melumpuhkan mereka. Opa lebih dari Salah seorang dari mereka memeriksa tubuh Opa, meletakkan geleng. Belum sekarang, aku membutuhkan panggilan telepon pandai kalau sekadar berpura-pura sekarat. Wajah tuanya hanya Petugas itu bangkit, berbicara cepat dengan dua rekannya dalam senjata otomatis di atas meja. Kadek melirikku. Aku meng­ terlebih dulu sebelum melumpuhkan mereka. Opa lebih dari perlu sedikit bumbu mengerang kesakitan. Itu lebih dari cukup. Salah seorang dari mereka memeriksa tubuh Opa, meletakkan geleng. Belum sekarang, aku membutuhkan panggilan telepon pandai kalau sekadar berpura-pura sekarat. Wajah tuanya hanya Petugas itu bangkit, berbicara cepat dengan dua rekannya dalam senjata otomatis di atas meja. Kadek melirikku. Aku meng­ terlebih dulu sebelum melumpuhkan mereka. Opa lebih dari perlu sedikit bumbu mengerang kesakitan. Itu lebih dari cukup. aku membutuhkan panggilan telepon pandai kalau sekadar berpura-pura sekarat. Wajah tuanya hanya Petugas itu bangkit, berbicara cepat dengan dua rekannya dalam geleng. Belum sekarang, aku membutuhkan panggilan telepon senjata otomatis di atas meja. Kadek melirikku. Aku meng­ melumpuhkan mereka. Opa lebih dari perlu sedikit bumbu mengerang kesakitan. Itu lebih dari cukup. pandai kalau sekadar berpura-pura sekarat. Wajah tuanya hanya terlebih dulu sebelum melumpuhkan mereka. Opa lebih dari Petugas itu bangkit, berbicara cepat dengan dua rekannya dalam senjata otomatis di atas meja. Kadek melirikku. Aku meng­ perlu sedikit bumbu mengerang kesakitan. Itu lebih dari cukup. Petugas itu bangkit, berbicara cepat dengan dua rekannya dalam geleng. Belum sekarang, aku membutuhkan panggilan telepon pandai kalau sekadar berpura-pura sekarat. Wajah tuanya hanya senjata otomatis di atas meja. Kadek melirikku. Aku meng­ terlebih dulu sebelum melumpuhkan mereka. Opa lebih dari perlu sedikit bumbu mengerang kesakitan. Itu lebih dari cukup. bahasa Kanton. Salah satu rekannya menggeleng, bilang tidak geleng. Belum sekarang, aku membutuhkan panggilan telepon pandai kalau sekadar berpura-pura sekarat. Wajah tuanya hanya Petugas itu bangkit, berbicara cepat dengan dua rekannya dalam senjata otomatis di atas meja. Kadek melirikku. Aku meng­ terlebih dulu sebelum melumpuhkan mereka. Opa lebih dari perlu sedikit bumbu mengerang kesakitan. Itu lebih dari cukup. bahasa Kanton. Salah satu rekannya menggeleng, bilang tidak geleng. Belum sekarang, aku membutuhkan panggilan telepon pandai kalau sekadar berpura-pura sekarat. Wajah tuanya hanya Petugas itu bangkit, berbicara cepat dengan dua rekannya dalam melumpuhkan mereka. Opa lebih dari perlu sedikit bumbu mengerang kesakitan. Itu lebih dari cukup. bahasa Kanton. Salah satu rekannya menggeleng, bilang tidak terlebih dulu sebelum melumpuhkan mereka. Opa lebih dari geleng. Belum sekarang, aku membutuhkan panggilan telepon pandai kalau sekadar berpura-pura sekarat. Wajah tuanya hanya Petugas itu bangkit, berbicara cepat dengan dua rekannya dalam perlu sedikit bumbu mengerang kesakitan. Itu lebih dari cukup. berpura-pura sekarat. Wajah tuanya hanya bahasa Kanton. Salah satu rekannya menggeleng, bilang tidak geleng. Belum sekarang, aku membutuhkan panggilan telepon Petugas itu bangkit, berbicara cepat dengan dua rekannya dalam bahasa Kanton. Salah satu menggeleng, bilang tidak terlebih dulu sebelum melumpuhkan mereka. Opa lebih dari perlu sedikit bumbu mengerang kesakitan. Itu lebih dari cukup. geleng. Belum sekarang, akurekannya membutuhkan panggilan telepon pandai kalau sekadar berpura-pura sekarat. Wajah tuanya hanya Petugas itu bangkit, berbicara cepat dengan dua rekannya dalam terlebih dulu sebelum melumpuhkan mereka. Opa lebih dari



”Astaga!” aku memotong percakapan mereka, berseru dalam petugas yang pergi liburan. ada unit medis di bangunan tersebut. Long weekend, banyak polisi? Instansi pemerintah? Bagaimana mungkin tidak ada ba­ harus segera memanggil dokter mana pun. Bukankah ini kantor bahasa Kanton, ”Dia segera membutuhkan pertolongan, kalian ”Astaga!” aku memotong percakapan mereka, berseru dalam petugas yang pergi liburan. ada unit medis di bangunan tersebut. Long weekend, banyak polisi? Instansi pemerintah? Bagaimana mungkin tidak ada ba­ harus segera memanggil dokter mana pun. Bukankah ini kantor bahasa Kanton, ”Dia segera membutuhkan pertolongan, kalian ”Astaga!” aku memotong percakapan mereka, berseru dalam petugas yang pergi ada unit medis di bangunan tersebut. Long weekend, banyak polisi? Instansi pemerintah? Bagaimana mungkin tidak ada ba­ harus segera memanggil dokter mana pun. Bukankah ini kantor bahasa Kanton, ”Dia segera membutuhkan pertolongan, kalian ”Astaga!” aku memotong percakapan mereka, berseru dalam petugas yang pergi liburan. ada unit medis di liburan. bangunan tersebut. Long weekend, banyak polisi? Instansi pemerintah? Bagaimana mungkin tidak ada ba­ harus segera memanggil dokter mana pun. Bukankah ini kantor bahasa Kanton, ”Dia segera membutuhkan pertolongan, kalian ”Astaga!” aku memotong percakapan mereka, berseru dalam petugas yang pergi liburan. gian medis yang siaga?” polisi? Instansi pemerintah? Bagaimana mungkin tidak ada ba­ harus segera memanggil dokter mana pun. Bukankah ini kantor bahasa Kanton, ”Dia segera membutuhkan pertolongan, kalian ”Astaga!” aku memotong percakapan mereka, berseru dalam petugas yang pergi liburan. gian medis yang siaga?” polisi? Instansi pemerintah? Bagaimana mungkin tidak ada ba­ harus segera memanggil dokter mana pun. Bukankah ini kantor bahasa Kanton, ”Dia segera membutuhkan pertolongan, kalian ”Astaga!” aku memotong percakapan mereka, berseru dalam petugas yang pergi liburan. gian medis yang siaga?” polisi? Instansi pemerintah? Bagaimana mungkin tidak ada ba­ harus segera memanggil dokter mana pun. Bukankah ini kantor bahasa Kanton, ”Dia segera membutuhkan pertolongan, kalian ”Astaga!” aku memotong percakapan mereka, berseru dalam petugas yang pergi liburan. gian medis yang siaga?” polisi? Instansi pemerintah? Bagaimana mungkin tidak ada ba­ harus segera memanggil dokter mana pun. Bukankah ini kantor bahasa Kanton, ”Dia segera membutuhkan pertolongan, kalian ”Astaga!” aku memotong percakapan mereka, berseru dalam petugas yang pergi liburan. gian medis yang siaga?” polisi? Instansi pemerintah? Bagaimana mungkin tidak ada ba­ harus segera memanggil dokter mana pun. Bukankah ini kantor bahasa Kanton, ”Dia segera membutuhkan pertolongan, kalian ”Astaga!” aku memotong percakapan mereka, berseru dalam Itu pertanyaan retoris. Gelengan mereka menjelaskan banyak gian medis yang siaga?” polisi? Instansi pemerintah? Bagaimana mungkin tidak ada ba­ harus segera memanggil dokter mana pun. Bukankah ini kantor bahasa Kanton, ”Dia segera membutuhkan pertolongan, kalian ”Astaga!” aku memotong percakapan mereka, berseru dalam Itu pertanyaan retoris. Gelengan mereka menjelaskan banyak gian medis yang siaga?” polisi? Instansi pemerintah? Bagaimana mungkin tidak ada ba­ harus segera memanggil dokter mana pun. Bukankah ini kantor bahasa Kanton, ”Dia segera membutuhkan pertolongan, kalian ”Astaga!” aku memotong percakapan mereka, berseru dalam Itu pertanyaan retoris. Gelengan mereka menjelaskan banyak gian medis yang siaga?” polisi? Instansi pemerintah? Bagaimana mungkin tidak ada ba­ harus segera memanggil dokter mana pun. Bukankah ini kantor bahasa Kanton, ”Dia segera membutuhkan pertolongan, kalian ”Astaga!” aku memotong percakapan mereka, berseru dalam Itu pertanyaan retoris. Gelengan mereka menjelaskan banyak gian medis yang siaga?” polisi? Instansi pemerintah? Bagaimana mungkin tidak ada ba­ harus segera memanggil dokter mana pun. Bukankah ini kantor bahasa Kanton, ”Dia segera membutuhkan pertolongan, kalian ”Astaga!” aku memotong percakapan mereka, berseru dalam Itu pertanyaan retoris. Gelengan mereka menjelaskan banyak gian medis yang siaga?” polisi? Instansi pemerintah? Bagaimana mungkin tidak ada ba­ harus segera memanggil dokter mana pun. Bukankah ini kantor bahasa Kanton, ”Dia segera membutuhkan pertolongan, kalian hal. Salah satu dari mereka beranjak menuju lorong, ke arah Itu pertanyaan retoris. Gelengan mereka menjelaskan banyak gian medis yang siaga?” polisi? Instansi pemerintah? Bagaimana mungkin tidak ada ba­ harus segera memanggil dokter mana pun. Bukankah ini kantor bahasa Kanton, ”Dia segera membutuhkan pertolongan, kalian hal. Salah satu dari mereka beranjak menuju lorong, ke arah Itu pertanyaan retoris. Gelengan mereka menjelaskan banyak gian medis yang siaga?” polisi? Instansi pemerintah? Bagaimana mungkin tidak ada ba­ harus segera memanggil dokter mana pun. Bukankah ini kantor bahasa Kanton, ”Dia segera membutuhkan pertolongan, kalian hal. Salah satu dari mereka beranjak menuju lorong, ke arah Itu pertanyaan retoris. Gelengan mereka menjelaskan banyak gian medis yang siaga?” polisi? Instansi pemerintah? Bagaimana mungkin tidak ada ba­ harus segera memanggil dokter mana pun. Bukankah ini kantor bahasa Kanton, ”Dia segera membutuhkan pertolongan, kalian hal. Salah satu dari mereka beranjak menuju lorong, ke arah Itu pertanyaan retoris. Gelengan mereka menjelaskan banyak gian medis yang siaga?” polisi? Instansi pemerintah? Bagaimana mungkin tidak ada ba­ harus segera memanggil dokter mana pun. Bukankah ini kantor bahasa Kanton, ”Dia segera membutuhkan pertolongan, kalian hal. Salah satu dari mereka beranjak menuju lorong, ke arah Itu pertanyaan retoris. Gelengan mereka menjelaskan banyak gian medis yang siaga?” polisi? Instansi pemerintah? Bagaimana mungkin tidak ada ba­ harus segera memanggil dokter mana pun. Bukankah ini kantor meja kecil yang di atasnya ada telepon. Hendak melaporkan si­ hal. Salah satu dari mereka beranjak menuju lorong, ke arah Itu pertanyaan retoris. Gelengan mereka menjelaskan banyak gian medis yang siaga?” polisi? Instansi pemerintah? Bagaimana mungkin tidak ada ba­ harus segera memanggil dokter mana pun. Bukankah ini kantor meja kecil yang di atasnya ada telepon. Hendak melaporkan si­ hal. Salah satu dari mereka beranjak menuju lorong, ke arah Itu pertanyaan retoris. Gelengan mereka menjelaskan banyak gian medis yang siaga?” polisi? Instansi pemerintah? Bagaimana mungkin tidak ada ba­ harus segera memanggil dokter mana pun. Bukankah ini kantor meja kecil yang di atasnya ada telepon. Hendak melaporkan si­ hal. Salah satu dari mereka beranjak menuju lorong, ke arah Itu pertanyaan retoris. Gelengan mereka menjelaskan banyak gian medis yang siaga?” polisi? Instansi pemerintah? Bagaimana mungkin tidak ada ba­ harus segera memanggil dokter mana pun. Bukankah ini kantor meja kecil yang di atasnya ada telepon. Hendak melaporkan si­ hal. Salah satu dari mereka beranjak menuju lorong, ke arah Itu pertanyaan retoris. Gelengan mereka menjelaskan banyak gian medis yang siaga?” polisi? Instansi pemerintah? Bagaimana mungkin tidak ada ba­ harus segera memanggil dokter mana pun. Bukankah ini kantor meja kecil yang di atasnya ada telepon. Hendak melaporkan si­ hal. Salah satu dari mereka beranjak menuju lorong, ke arah Itu pertanyaan retoris. Gelengan mereka menjelaskan banyak gian medis yang siaga?” polisi? Instansi pemerintah? Bagaimana mungkin tidak ada ba­ tuasi ke atasan mereka, orang berpakaian sipil sebelumnya. meja kecil yang di atasnya ada telepon. Hendak melaporkan si­ hal. Salah satu dari mereka beranjak menuju lorong, ke arah Itu pertanyaan retoris. Gelengan mereka menjelaskan banyak gian medis yang siaga?” polisi? Instansi pemerintah? Bagaimana mungkin tidak ada ba­ tuasi ke atasan mereka, orang berpakaian sipil sebelumnya. meja kecil yang di atasnya ada telepon. Hendak melaporkan si­ hal. Salah satu dari mereka beranjak menuju lorong, ke arah Itu pertanyaan retoris. Gelengan mereka menjelaskan banyak gian medis yang siaga?” polisi? Instansi pemerintah? Bagaimana mungkin tidak ada ba­ tuasi ke atasan mereka, orang berpakaian sipil sebelumnya. meja kecil yang di atasnya ada telepon. Hendak melaporkan si­ hal. Salah satu dari mereka beranjak menuju lorong, ke arah Itu pertanyaan retoris. Gelengan mereka menjelaskan banyak gian medis yang siaga?” polisi? Instansi pemerintah? Bagaimana mungkin tidak ada ba­ tuasi ke atasan mereka, orang berpakaian sipil sebelumnya. meja kecil yang di atasnya ada telepon. Hendak melaporkan si­ hal. Salah satu dari mereka beranjak menuju lorong, ke arah Itu pertanyaan retoris. Gelengan mereka menjelaskan banyak gian medis yang siaga?” polisi? Instansi pemerintah? Bagaimana mungkin tidak ada ba­ tuasi ke atasan mereka, orang berpakaian sipil sebelumnya. meja kecil yang di atasnya ada telepon. Hendak melaporkan si­ hal. Salah satu dari mereka beranjak menuju lorong, ke arah Itu pertanyaan retoris. Gelengan mereka menjelaskan banyak gian medis yang siaga?” ”Tidak. Tidak!” aku berseru, menahan gerakan mereka. Ini tuasi ke atasan mereka, orang berpakaian sipil sebelumnya. meja kecil yang di atasnya ada telepon. Hendak melaporkan si­ hal. Salah satu dari mereka beranjak menuju lorong, ke arah Itu pertanyaan retoris. Gelengan mereka menjelaskan banyak gian medis yang siaga?” ”Tidak. Tidak!” aku berseru, menahan gerakan mereka. Ini tuasi ke atasan mereka, orang berpakaian sipil sebelumnya. meja kecil yang di atasnya ada telepon. Hendak melaporkan si­ hal. Salah satu dari mereka beranjak menuju lorong, ke arah Itu pertanyaan retoris. Gelengan mereka menjelaskan banyak gian medis yang siaga?” ”Tidak. Tidak!” aku berseru, menahan gerakan mereka. Ini tuasi ke atasan mereka, orang berpakaian sipil sebelumnya. meja kecil yang di atasnya ada telepon. Hendak melaporkan si­ hal. Salah satu dari mereka beranjak menuju lorong, ke arah Itu pertanyaan retoris. Gelengan mereka menjelaskan banyak gian medis yang siaga?” ”Tidak. Tidak!” aku berseru, menahan gerakan mereka. Ini tuasi ke atasan mereka, orang berpakaian sipil sebelumnya. meja kecil yang di atasnya ada telepon. Hendak melaporkan si­ hal. Salah satu dari mereka beranjak menuju lorong, ke arah Itu pertanyaan retoris. Gelengan mereka menjelaskan banyak gian medis yang siaga?” ”Tidak. Tidak!” aku berseru, menahan gerakan mereka. Ini tuasi ke atasan mereka, orang berpakaian sipil sebelumnya. meja kecil yang di atasnya ada telepon. Hendak melaporkan si­ hal. Salah satu dari mereka beranjak menuju lorong, ke arah Itu pertanyaan retoris. Gelengan mereka menjelaskan banyak fase paling genting dari seluruh skenarioku. Aku harus men­ ”Tidak. Tidak!” aku berseru, menahan gerakan mereka. Ini tuasi ke atasan mereka, orang berpakaian sipil sebelumnya. meja kecil yang di atasnya ada telepon. Hendak melaporkan si­ hal. Salah satu dari mereka beranjak menuju lorong, ke arah Itu pertanyaan retoris. Gelengan mereka menjelaskan banyak fase paling genting dari seluruh skenarioku. Aku harus men­ ”Tidak. Tidak!” aku berseru, menahan gerakan mereka. Ini tuasi ke atasan mereka, orang berpakaian sipil sebelumnya. meja kecil yang di atasnya ada telepon. Hendak melaporkan si­ hal. Salah satu dari mereka beranjak menuju lorong, ke arah Itu pertanyaan retoris. Gelengan mereka menjelaskan banyak fase paling genting dari seluruh skenarioku. Aku harus men­ ”Tidak. Tidak!” aku berseru, menahan gerakan mereka. Ini tuasi ke atasan mereka, orang berpakaian sipil sebelumnya. meja kecil yang di atasnya ada telepon. Hendak melaporkan si­ hal. Salah satu dari mereka beranjak menuju lorong, ke arah Itu pertanyaan retoris. Gelengan mereka menjelaskan banyak fase paling genting dari seluruh skenarioku. Aku harus men­ ”Tidak. Tidak!” aku berseru, menahan gerakan mereka. Ini tuasi ke atasan mereka, orang berpakaian sipil sebelumnya. meja kecil yang di atasnya ada telepon. Hendak melaporkan si­ hal. Salah satu dari mereka beranjak menuju lorong, ke arah Itu pertanyaan retoris. Gelengan mereka menjelaskan banyak fase paling genting dari seluruh skenarioku. Aku harus men­ ”Tidak. Tidak!” aku berseru, menahan gerakan mereka. Ini tuasi ke atasan mereka, orang berpakaian sipil sebelumnya. meja kecil yang di atasnya ada telepon. Hendak melaporkan si­ hal. Salah satu dari mereka beranjak menuju lorong, ke arah telepon itu. Jika mereka berkonsultasi le­ dapatkan kesempatan fase paling genting dari seluruh skenarioku. Aku harus men­ ”Tidak. Tidak!” aku berseru, menahan gerakan mereka. Ini tuasi ke atasan mereka, orang berpakaian sipil sebelumnya. meja kecil yang di atasnya ada telepon. Hendak melaporkan si­ hal. Salah satu dari mereka beranjak menuju lorong, ke arah telepon itu. Jika mereka berkonsultasi le­ dapatkan kesempatan fase paling genting dari seluruh skenarioku. Aku harus men­ ”Tidak. Tidak!” aku berseru, menahan gerakan mereka. Ini tuasi ke atasan mereka, orang berpakaian sipil sebelumnya. meja kecil yang di atasnya ada telepon. Hendak melaporkan si­ hal. Salah satu dari mereka beranjak menuju lorong, ke arah telepon itu. Jika mereka berkonsultasi le­ dapatkan kesempatan fase paling genting dari seluruh skenarioku. Aku harus men­ ”Tidak. Tidak!” aku berseru, menahan gerakan mereka. Ini tuasi ke atasan mereka, orang berpakaian sipil sebelumnya. meja kecil yang di atasnya ada telepon. Hendak melaporkan si­ hal. Salah satu dari mereka beranjak menuju lorong, ke arah telepon itu. Jika mereka berkonsultasi le­ dapatkan kesempatan fase paling genting dari seluruh skenarioku. Aku harus men­ ”Tidak. Tidak!” aku berseru, menahan gerakan mereka. Ini tuasi ke atasan mereka, orang berpakaian sipil sebelumnya. meja kecil yang di atasnya ada telepon. Hendak melaporkan si­ hal. Salah satu dari mereka beranjak menuju lorong, ke arah telepon itu. Jika mereka berkonsultasi le­ dapatkan kesempatan fase paling genting dari seluruh skenarioku. Aku harus men­ ”Tidak. Tidak!” aku berseru, menahan gerakan mereka. Ini tuasi ke atasan mereka, orang berpakaian sipil sebelumnya. meja kecil yang di atasnya ada telepon. Hendak melaporkan si­ bih dulu ke atasan mereka, semua rencana gagal total. ”Kalian telepon itu. Jika mereka berkonsultasi le­ dapatkan kesempatan fase paling genting dari seluruh skenarioku. Aku harus men­ ”Tidak. Tidak!” aku berseru, menahan gerakan mereka. Ini tuasi ke atasan mereka, orang berpakaian sipil sebelumnya. meja kecil yang di atasnya ada telepon. Hendak melaporkan si­ bih dulu ke atasan mereka, semua rencana gagal total. ”Kalian telepon itu. Jika mereka berkonsultasi le­ dapatkan kesempatan fase paling genting dari seluruh skenarioku. Aku harus men­ ”Tidak. Tidak!” aku berseru, menahan gerakan mereka. Ini tuasi ke atasan mereka, orang berpakaian sipil sebelumnya. meja kecil yang di atasnya ada telepon. Hendak melaporkan si­ bih dulu ke atasan mereka, semua rencana gagal total. ”Kalian telepon itu. Jika mereka berkonsultasi le­ dapatkan kesempatan fase paling genting dari seluruh skenarioku. Aku harus men­ ”Tidak. Tidak!” aku berseru, menahan gerakan mereka. Ini tuasi ke atasan mereka, orang berpakaian sipil sebelumnya. meja kecil yang di atasnya ada telepon. Hendak melaporkan si­ bih dulu ke atasan mereka, semua rencana gagal total. ”Kalian telepon itu. Jika mereka berkonsultasi le­ dapatkan kesempatan fase paling genting dari seluruh skenarioku. Aku harus men­ ”Tidak. Tidak!” aku berseru, menahan gerakan mereka. Ini tuasi ke atasan mereka, orang berpakaian sipil sebelumnya. meja kecil yang di atasnya ada telepon. Hendak melaporkan si­ bih dulu ke atasan mereka, semua rencana gagal total. ”Kalian telepon itu. Jika mereka berkonsultasi le­ dapatkan kesempatan fase paling genting dari seluruh skenarioku. Aku harus men­ ”Tidak. Tidak!” aku berseru, menahan gerakan mereka. Ini tuasi ke atasan mereka, orang berpakaian sipil sebelumnya. keliru. Orang pertama yang harus kalian telepon adalah dokter. bih dulu ke atasan mereka, semua rencana gagal total. ”Kalian telepon itu. Jika mereka berkonsultasi le­ dapatkan kesempatan fase paling genting dari seluruh skenarioku. Aku harus men­ ”Tidak. Tidak!” aku berseru, menahan gerakan mereka. Ini tuasi ke atasan mereka, orang berpakaian sipil sebelumnya. keliru. Orang pertama yang harus kalian telepon adalah dokter. bih dulu ke atasan mereka, semua rencana gagal total. ”Kalian telepon itu. Jika mereka berkonsultasi le­ dapatkan kesempatan fase paling genting dari seluruh skenarioku. Aku harus men­ ”Tidak. Tidak!” aku berseru, menahan gerakan mereka. Ini tuasi ke atasan mereka, orang berpakaian sipil sebelumnya. keliru. Orang pertama yang harus kalian telepon adalah dokter. bih dulu ke atasan mereka, semua rencana gagal total. ”Kalian telepon itu. Jika mereka berkonsultasi le­ dapatkan kesempatan fase paling genting dari seluruh skenarioku. Aku harus men­ ”Tidak. Tidak!” aku berseru, menahan gerakan mereka. Ini tuasi ke atasan mereka, orang berpakaian sipil sebelumnya. keliru. Orang pertama yang harus kalian telepon adalah dokter. bih dulu ke atasan mereka, semua rencana gagal total. ”Kalian telepon itu. Jika mereka berkonsultasi le­ dapatkan kesempatan fase paling genting dari seluruh skenarioku. Aku harus men­ ”Tidak. Tidak!” aku berseru, menahan gerakan mereka. Ini tuasi keOrang atasan mereka, orang berpakaian sipil sebelumnya. keliru. pertama yang harus kalian telepon adalah dokter. bih dulu ke atasan mereka, semua rencana gagal total. ”Kalian telepon itu. Jika mereka berkonsultasi le­ dapatkan kesempatan fase paling genting dari seluruh skenarioku. Aku harus men­ ”Tidak. Tidak!” aku berseru, gerakan mereka. Ini Kalian akan terlambat jika harus bertanya dulu. Beberapa menit keliru. Orang pertama yang harus kalian telepon adalah dokter. bih dulu ke atasan mereka, semua rencana gagal total. ”Kalian telepon itu. Jika mereka berkonsultasi le­ dapatkan kesempatan fase paling genting dari seluruh skenarioku. Aku harus men­ ”Tidak. Tidak!” aku berseru, menahan gerakan mereka. Ini Kalian akan terlambat jika harus bertanya dulu. Beberapa menit keliru. Orang pertama yang harus kalian telepon adalah dokter. bih dulu ke atasan mereka, semua rencana gagal total. ”Kalian telepon itu.menahan Jika mereka berkonsultasi le­ dapatkan kesempatan fase paling genting dari seluruh skenarioku. Aku harus men­ ”Tidak. Tidak!” aku berseru, menahan gerakan mereka. Ini Kalian akan terlambat jika harus bertanya dulu. Beberapa menit keliru. Orang pertama yang harus kalian telepon adalah dokter. bih dulu ke atasan mereka, semua rencana gagal total. ”Kalian telepon itu. Jika mereka berkonsultasi le­ dapatkan kesempatan fase paling genting dari seluruh skenarioku. Aku harus men­ ”Tidak. Tidak!” aku berseru, menahan gerakan mereka. Ini Kalian akan terlambat jika harus bertanya dulu. Beberapa menit keliru. Orang pertama yang harus kalian telepon adalah dokter. bih dulu ke atasan mereka, semua rencana gagal total. ”Kalian telepon itu. Jika mereka berkonsultasi le­ dapatkan kesempatan fase paling genting dari seluruh skenarioku. Aku harus men­ ”Tidak. Tidak!” aku berseru, menahan gerakan mereka. Ini Kalian akan terlambat jika harus bertanya dulu. Beberapa menit keliru. Orang pertama yang harus kalian telepon adalah dokter. bih dulu ke atasan mereka, semua rencana gagal total. ”Kalian telepon itu. Jika mereka berkonsultasi le­ dapatkan kesempatan fase paling genting dari seluruh skenarioku. Aku harus men­ akan fatal sekali.” Aku menunjuk Opa yang secara dramatis se­ Kalian akan terlambat jika harus bertanya dulu. Beberapa menit keliru. Orang pertama yang harus kalian telepon adalah dokter. bih dulu ke atasan mereka, semua rencana gagal total. ”Kalian telepon itu. Jika mereka berkonsultasi le­ dapatkan kesempatan fase paling genting dari seluruh skenarioku. Aku harus men­ akan fatal sekali.” Aku menunjuk Opa yang secara dramatis se­ Kalian akan terlambat jika harus bertanya dulu. Beberapa menit keliru. Orang pertama yang harus kalian telepon adalah dokter. bih dulu ke atasan mereka, semua rencana gagal total. ”Kalian telepon itu. Jika mereka berkonsultasi le­ dapatkan kesempatan fase paling genting dari seluruh skenarioku. Aku harus men­ akan fatal sekali.” Aku menunjuk Opa yang secara dramatis se­ Kalian akan terlambat jika harus bertanya dulu. Beberapa menit keliru. Orang pertama yang harus kalian telepon adalah dokter. bih dulu ke atasan mereka, semua rencana gagal total. ”Kalian telepon itu. Jika mereka berkonsultasi le­ dapatkan kesempatan fase paling genting dari seluruh skenarioku. Aku harus men­ akan fatal sekali.” Aku menunjuk Opa yang secara dramatis se­ Kalian akan terlambat jika harus bertanya dulu. Beberapa menit keliru. Orang pertama yang harus kalian telepon adalah dokter. bih dulu ke atasan mereka, semua rencana gagal total. ”Kalian telepon itu. Jika mereka berkonsultasi le­ dapatkan kesempatan fase paling genting dari seluruh skenarioku. Aku harus men­ akan fatal sekali.” Aku menunjuk Opa yang secara dramatis se­ Kalian akan terlambat jika harus bertanya dulu. Beberapa menit keliru. Orang pertama yang harus kalian telepon adalah dokter. bih dulu ke atasan mereka, semua rencana gagal total. ”Kalian telepon itu. Jika mereka berkonsultasi le­ dapatkan kesempatan karang terjatuh dari kursinya, tergeletak di lantai. Bahkan Kadek akan fatal sekali.” Aku menunjuk Opa yang secara dramatis se­ Kalian akan terlambat jika harus bertanya dulu. Beberapa menit keliru. Orang pertama yang harus kalian telepon adalah dokter. bih dulu ke atasan mereka, semua rencana gagal total. ”Kalian telepon itu. Jika mereka berkonsultasi le­ dapatkan kesempatan karang terjatuh dari kursinya, tergeletak di lantai. Bahkan Kadek akan fatal sekali.” Aku menunjuk Opa yang secara dramatis se­ Kalian akan terlambat jika harus bertanya dulu. Beberapa menit keliru. Orang pertama yang harus kalian telepon adalah dokter. bih dulu ke atasan mereka, semua rencana gagal total. ”Kalian telepon itu. Jika mereka berkonsultasi le­ dapatkan kesempatan karang terjatuh dari kursinya, tergeletak di lantai. Bahkan Kadek akan fatal sekali.” Aku menunjuk Opa yang secara dramatis se­ Kalian akan terlambat jika harus bertanya dulu. Beberapa menit keliru. Orang pertama yang harus kalian telepon adalah dokter. bih dulu ke atasan mereka, semua rencana gagal total. ”Kalian telepon itu. Jika mereka berkonsultasi le­ dapatkan kesempatan karang terjatuh dari kursinya, tergeletak di lantai. Bahkan Kadek akan fatal sekali.” Aku menunjuk Opa yang secara dramatis se­ Kalian akan terlambat jika harus bertanya dulu. Beberapa menit keliru. Orang pertama yang harus kalian telepon adalah dokter. bih dulu ke atasan mereka, semua rencana gagal total. ”Kalian telepon itu. Jika mereka berkonsultasi le­ dapatkan kesempatan karang terjatuh dari kursinya, tergeletak di lantai. Bahkan Kadek akan fatal sekali.” Aku menunjuk Opa yang secara dramatis se­ Kalian akan terlambat jika harus bertanya dulu. Beberapa menit keliru. Orang pertama yang harus kalian telepon adalah dokter. bih dulu ke atasan mereka, semua rencana gagal total. ”Kalian yang tahu itu pura-pura, berseru panik sungguhan, berusaha karang terjatuh dari kursinya, tergeletak di lantai. Bahkan Kadek akan fatal sekali.” Aku menunjuk Opa yang secara dramatis se­ Kalian akan terlambat jika harus bertanya dulu. Beberapa menit keliru. Orang pertama yang harus kalian telepon adalah dokter. bih dulu ke atasan mereka, semua rencana gagal total. ”Kalian yang tahu itu pura-pura, berseru panik sungguhan, berusaha karang terjatuh dari kursinya, tergeletak di lantai. Bahkan Kadek akan fatal sekali.” Aku menunjuk Opa yang secara dramatis se­ Kalian akan terlambat jika harus bertanya dulu. Beberapa menit keliru. Orang pertama yang harus kalian telepon adalah dokter. bih dulu ke atasan mereka, semua rencana gagal total. ”Kalian yang tahu itu pura-pura, berseru panik sungguhan, berusaha karang terjatuh dari kursinya, tergeletak di lantai. Bahkan Kadek akan fatal sekali.” Aku menunjuk Opa yang secara dramatis se­ Kalian akan terlambat jika harus bertanya dulu. Beberapa menit keliru. Orang pertama yang harus kalian telepon adalah dokter. bih dulu ke atasan mereka, semua rencana gagal total. ”Kalian yang tahu itu pura-pura, berseru panik sungguhan, berusaha karang terjatuh dari kursinya, tergeletak di lantai. Bahkan Kadek akan fatal sekali.” Aku menunjuk Opa yang secara dramatis se­ Kalian akan terlambat jika harus bertanya dulu. Beberapa menit keliru. Orang pertama yang harus kalian telepon adalah dokter. bih dulu kesekali.” atasan mereka, semua rencana gagal total. ”Kalian yang tahu itu pura-pura, berseru panik sungguhan, berusaha karang terjatuh dari kursinya, tergeletak di lantai. Bahkan Kadek akan fatal Aku menunjuk Opa yang secara dramatis se­ Kalian akan terlambat jika harus bertanya dulu. Beberapa menit keliru. Orang pertama yang harus kalian telepon adalah dokter. membantunya. Maryam ikut duduk jongkok membantu. yang tahu itu pura-pura, berseru panik sungguhan, berusaha karang terjatuh dari kursinya, tergeletak di lantai. Bahkan Kadek akan fatal sekali.” Aku menunjuk Opa yang secara dramatis se­ Kalian akan terlambat jika harus bertanya dulu. Beberapa menit keliru. Orang pertama yang harus kalian telepon adalah dokter. membantunya. Maryam ikut duduk jongkok membantu. yang tahu itu pura-pura, berseru panik sungguhan, berusaha karang terjatuh dari kursinya, tergeletak di lantai. Bahkan Kadek akan fatal sekali.” Aku menunjuk Opa yang secara dramatis se­ Kalian akan terlambat jika harus bertanya dulu. Beberapa menit keliru. Orang pertama yang harus kalian telepon adalah dokter. membantunya. Maryam ikut duduk jongkok membantu. yang tahu itu pura-pura, berseru panik sungguhan, berusaha karang terjatuh dari kursinya, tergeletak di lantai. Bahkan Kadek akan fatal sekali.” Aku menunjuk Opa yang secara dramatis se­ Kalian akan terlambat jika harus bertanya dulu. Beberapa menit keliru. Orang pertama yang harus kalian telepon adalah dokter. membantunya. Maryam ikut duduk jongkok membantu. yang tahu itu pura-pura, berseru panik sungguhan, berusaha karang terjatuh dari kursinya, tergeletak di lantai. Bahkan Kadek akan fatal sekali.” Aku menunjuk Opa yang secara dramatis se­ Kalian akan terlambat jika harus bertanya dulu. Beberapa menit keliru. Orang pertama yang harus kalian telepon adalah dokter. membantunya. Maryam ikut duduk jongkok membantu. yang tahu itu pura-pura, berseru panik sungguhan, berusaha karang terjatuh dari kursinya, tergeletak di lantai. Bahkan Kadek akan fatal sekali.” Aku menunjuk Opa yang secara dramatis se­ Kalian akan terlambat jika harus bertanya dulu. Beberapa menit ”Aku mengenal dokter dari rumah sakit pemerintah Hong membantunya. Maryam ikut duduk jongkok membantu. yang tahu itu pura-pura, berseru panik sungguhan, berusaha karang terjatuh dari kursinya, tergeletak di lantai. Bahkan Kadek akan fatal sekali.” Aku menunjuk Opa yang secara dramatis se­ Kalian akan terlambat jika harus bertanya dulu. Beberapa menit ”Aku mengenal dokter dari rumah sakit pemerintah Hong membantunya. Maryam ikut duduk jongkok membantu. yang tahu itu pura-pura, berseru panik sungguhan, berusaha karang terjatuh dari kursinya, tergeletak di lantai. Bahkan Kadek akan fatal sekali.” Aku menunjuk Opa yang secara dramatis se­ Kalian akan terlambat jika harus bertanya dulu. Beberapa menit ”Aku mengenal dokter dari rumah sakit pemerintah Hong membantunya. Maryam ikut duduk jongkok membantu. yang tahu itu pura-pura, berseru panik sungguhan, berusaha karang terjatuh dari kursinya, tergeletak di lantai. Bahkan Kadek akan fatal sekali.” Aku menunjuk Opa yang secara dramatis se­ Kalian akan terlambat jika harus bertanya dulu. Beberapa menit ”Aku mengenal dokter dari rumah sakit pemerintah Hong membantunya. Maryam ikut duduk jongkok membantu. yang tahu itu pura-pura, berseru panik sungguhan, berusaha karang terjatuh dari kursinya, tergeletak di lantai. Bahkan Kadek akan fatal sekali.” Aku menunjuk Opa yang secara dramatis se­ Kalian akan terlambat jika harus bertanya dulu. Beberapa menit ”Aku mengenal dokter dari rumah sakit pemerintah Hong membantunya. Maryam ikut duduk jongkok membantu. yang tahu itu pura-pura, berseru panik sungguhan, berusaha karang terjatuh dari kursinya, tergeletak di lantai. Bahkan Kadek akan fatal sekali.” Aku menunjuk Opa yang secara dramatis se­ Kong. Dia pernah merawat orang tua itu. Izinkan aku meng­ ”Aku mengenal dokter dari rumah sakit pemerintah Hong membantunya. Maryam ikut duduk jongkok membantu. yang tahu itu pura-pura, berseru panik sungguhan, berusaha karang terjatuh dari kursinya, tergeletak di lantai. Bahkan Kadek akan fatal sekali.” Aku menunjuk Opa yang secara dramatis se­ Kong. Dia pernah merawat orang tua itu. Izinkan aku meng­ ”Aku mengenal dokter dari rumah sakit pemerintah Hong membantunya. Maryam ikut duduk jongkok membantu. yang tahu itu pura-pura, berseru panik sungguhan, berusaha karang terjatuh dari kursinya, tergeletak di lantai. Bahkan Kadek akan fatal sekali.” Aku menunjuk Opa yang secara dramatis se­ Kong. Dia pernah merawat orang tua itu. Izinkan aku meng­ ”Aku mengenal dokter dari rumah sakit pemerintah Hong membantunya. Maryam ikut duduk jongkok membantu. yang tahu itu pura-pura, berseru panik sungguhan, berusaha karang terjatuh dari kursinya, tergeletak di lantai. Bahkan Kadek akan fatal sekali.” Aku menunjuk Opa yang secara dramatis se­ Kong. Dia pernah merawat orang tua itu. Izinkan aku meng­ ”Aku mengenal dokter dari rumah sakit pemerintah Hong membantunya. Maryam ikut duduk jongkok membantu. yang tahu itu pura-pura, berseru panik sungguhan, berusaha karang terjatuh dari kursinya, tergeletak di lantai. Bahkan Kadek akan fatal sekali.” Aku menunjuk Opa yang secara dramatis se­ Kong. Dia pernah merawat orang tua itu. Izinkan aku meng­ ”Aku mengenal dokter dari rumah sakit pemerintah Hong membantunya. Maryam ikut duduk jongkok membantu. yang tahu itu pura-pura, berseru panik sungguhan, berusaha karang terjatuh dari kursinya, tergeletak di lantai. Bahkan Kadek hubunginya agar segera tahu apa yang harus dilakukan sebelum Kong. Dia pernah merawat orang tua itu. Izinkan aku meng­ ”Aku mengenal dokter dari rumah sakit pemerintah Hong membantunya. Maryam ikut duduk jongkok membantu. yang tahu itu pura-pura, berseru panik sungguhan, berusaha karang terjatuh dari kursinya, tergeletak di lantai. Bahkan Kadek hubunginya agar segera tahu apa yang harus dilakukan sebelum Kong. Dia pernah merawat orang tua itu. Izinkan aku meng­ ”Aku mengenal dokter dari rumah sakit pemerintah Hong membantunya. Maryam ikut duduk jongkok membantu. yang tahu itu pura-pura, berseru panik sungguhan, berusaha karang terjatuh dari kursinya, tergeletak di lantai. Bahkan Kadek hubunginya agar segera tahu apa yang harus dilakukan sebelum Kong. Dia pernah merawat orang tua itu. Izinkan aku meng­ ”Aku mengenal dokter dari rumah sakit pemerintah Hong membantunya. Maryam ikut duduk jongkok membantu. yang tahu itu pura-pura, berseru panik sungguhan, berusaha karang terjatuh dari kursinya, tergeletak di lantai. Bahkan Kadek hubunginya agar segera tahu apa yang harus dilakukan sebelum Kong. Dia pernah merawat orang tua itu. Izinkan aku meng­ ”Aku mengenal dokter dari rumah sakit pemerintah Hong membantunya. Maryam ikut duduk jongkok membantu. yang tahu itu pura-pura, berseru panik sungguhan, berusaha karang terjatuh dari kursinya, tergeletak di lantai. Bahkan Kadek hubunginya agar segera tahu apa yang harus dilakukan sebelum Kong. Dia pernah merawat orang tua itu. Izinkan aku meng­ ”Aku mengenal dokter dari rumah sakit pemerintah Hong membantunya. Maryam ikut duduk jongkok membantu. yang tahu itu pura-pura, berseru panik sungguhan, berusaha dokter kalian tiba!” aku berseru, memasang wajah panik sebisa hubunginya agar segera tahu apa yang harus dilakukan sebelum Kong. Dia pernah merawat orang tua itu. Izinkan aku meng­ ”Aku mengenal dokter dari rumah sakit pemerintah Hong membantunya. Maryam ikut duduk jongkok membantu. yang tahu itu pura-pura, berseru panik sungguhan, berusaha dokter kalian tiba!” aku berseru, memasang wajah panik sebisa hubunginya agar segera tahu apa yang harus dilakukan sebelum Kong. Dia pernah merawat orang tua itu. Izinkan aku meng­ ”Aku mengenal dokter dari rumah sakit pemerintah Hong membantunya. Maryam ikut duduk jongkok membantu. yang tahu itu pura-pura, berseru panik sungguhan, berusaha dokter kalian tiba!” aku berseru, memasang wajah panik sebisa hubunginya agar segera tahu apa yang harus dilakukan sebelum Kong. Dia pernah merawat orang tua itu. Izinkan aku meng­ ”Aku mengenal dokter dari rumah sakit pemerintah Hong membantunya. Maryam ikut duduk jongkok membantu. yang tahu itu pura-pura, berseru panik sungguhan, berusaha dokter kalian tiba!” aku berseru, memasang wajah panik sebisa hubunginya agar segera tahu apa yang harus dilakukan sebelum Kong. Dia pernah merawat orang tua itu. Izinkan aku meng­ ”Aku mengenal dokter dari rumah sakit pemerintah Hong membantunya. Maryam ikut duduk jongkok membantu. yang tahu itu pura-pura, berseru panik sungguhan, berusaha dokter kalian tiba!” aku berseru, memasang wajah panik sebisa hubunginya agar segera tahu apa yang harus dilakukan sebelum Kong. Dia pernah merawat orang tua itu. Izinkan aku meng­ ”Aku mengenal dokter dari rumah sakit pemerintah Hong membantunya. Maryam ikut duduk jongkok membantu. mungkin. dokter kalian tiba!” aku berseru, memasang wajah panik sebisa hubunginya agar segera tahu apa yang harus dilakukan sebelum Kong. Dia pernah merawat orang tua itu. Izinkan aku meng­ ”Aku mengenal dokter dari rumah sakit pemerintah Hong membantunya. Maryam ikut duduk jongkok membantu. mungkin. dokter kalian tiba!” aku berseru, memasang wajah panik sebisa hubunginya agar segera tahu apa yang harus dilakukan sebelum Kong. Dia pernah merawat orang tua itu. Izinkan aku meng­ ”Aku mengenal dokter dari rumah sakit pemerintah Hong membantunya. Maryam ikut duduk jongkok membantu. mungkin. dokter kalian tiba!” aku berseru, memasang wajah panik sebisa hubunginya agar segera tahu apa yang harus dilakukan sebelum Kong. Dia pernah merawat orang tua itu. Izinkan aku meng­ ”Aku mengenal dokter dari rumah sakit pemerintah Hong membantunya. Maryam ikut duduk jongkok membantu. mungkin. dokter kalian tiba!” aku berseru, memasang wajah panik sebisa hubunginya agar segera tahu apa yang harus dilakukan sebelum Kong. Dia pernah merawat orang tua itu. Izinkan aku meng­ ”Aku mengenal dokter dari rumah sakit pemerintah Hong membantunya. Maryam ikut duduk jongkok membantu. mungkin. dokter kalian tiba!” aku berseru, memasang wajah panik sebisa hubunginya agar segera tahu apa yang harus dilakukan sebelum Kong. Dia pernah merawat orang tua itu. Izinkan aku meng­ ”Aku mengenal dokter dari rumah sakit pemerintah Hong Tiga petugas itu saling tatap. mungkin. dokter kalian tiba!” aku berseru, memasang wajah panik sebisa hubunginya agar segera tahu apa yang harus dilakukan sebelum Kong. Dia pernah merawat orang tua itu. Izinkan aku meng­ ”Aku mengenal dokter dari rumah sakit pemerintah Hong Tiga petugas itu saling tatap. mungkin. dokter kalian tiba!” aku berseru, memasang wajah panik sebisa hubunginya agar segera tahu apa yang harus dilakukan sebelum Kong. Dia pernah merawat orang tua itu. Izinkan aku meng­ ”Aku mengenal dokter dari rumah sakit pemerintah Hong Tiga petugas itu saling tatap. mungkin. dokter kalian tiba!” aku berseru, memasang wajah panik sebisa hubunginya agar segera tahu apa yang harus dilakukan sebelum Kong. Dia pernah merawat orang tua itu. Izinkan aku meng­ ”Aku mengenal dokter dari rumah sakit pemerintah Hong Tiga petugas itu saling tatap. mungkin. dokter kalian tiba!” aku berseru, memasang wajah panik sebisa hubunginya agar segera tahu apa yang harus dilakukan sebelum Kong. Dia pernah merawat orang tua itu. Izinkan aku meng­ ”Aku mengenal dokter dari rumah sakit pemerintah Hong Tiga petugas itu saling tatap. mungkin. dokter kalian tiba!” aku berseru, memasang wajah panik sebisa hubunginya agar segera tahu apa yang harus dilakukan sebelum Kong. Dia pernah merawat orang tua itu. Izinkan aku meng­ ”Astaga! Hanya telepon konsultasi sebentar ke doker, apa sa­ Tiga petugas itu saling tatap. mungkin. dokter kalian tiba!” aku berseru, memasang wajah panik sebisa hubunginya agar segera tahu apa yang harus dilakukan sebelum Kong. Dia pernah merawat orang tua itu. Izinkan aku meng­ ”Astaga! Hanya telepon konsultasi sebentar ke doker, apa sa­ Tiga petugas itu saling tatap. mungkin. dokter kalian tiba!” aku berseru, memasang wajah panik sebisa hubunginya agar segera tahu apa yang harus dilakukan sebelum Kong. Dia pernah merawat orang tua itu. Izinkan aku meng­ ”Astaga! Hanya telepon konsultasi sebentar ke doker, apa sa­ Tiga petugas itu saling tatap. mungkin. dokter kalian tiba!” aku berseru, memasang wajah panik sebisa hubunginya agar segera tahu apa yang harus dilakukan sebelum Kong. Dia pernah merawat orang tua itu. Izinkan aku meng­ ”Astaga! Hanya telepon konsultasi sebentar ke doker, apa sa­ Tiga petugas itu saling tatap. mungkin. dokter kalian tiba!” aku berseru, memasang wajah panik sebisa hubunginya agar segera tahu apa yang harus dilakukan sebelum Kong. Dia pernah merawat orang tua itu. Izinkan aku meng­ ”Astaga! Hanya telepon konsultasi sebentar ke doker, apa sa­ Tiga petugas itu saling tatap. mungkin. dokter kalian tiba!” aku berseru, memasang wajah panik sebisa hubunginya agar segera tahu apa yang harus dilakukan sebelum lahnya?” ”Astaga! Hanya telepon konsultasi sebentar ke doker, apa sa­ Tiga petugas itu saling tatap. mungkin. dokter kalian tiba!” aku berseru, memasang wajah panik sebisa hubunginya agar segera tahu apa yang harus dilakukan sebelum lahnya?” ”Astaga! Hanya telepon konsultasi sebentar ke doker, apa sa­ Tiga petugas itu saling tatap. mungkin. dokter kalian tiba!” aku tahu berseru, memasang wajah panik sebisa hubunginya agar segera apa yang harus wajah dilakukan sebelum lahnya?” ”Astaga! Hanya telepon konsultasi sebentar ke doker, apa sa­ Tiga petugas itu saling tatap. mungkin. dokter kalian tiba!” aku berseru, memasang panik sebisa



akhirnya mengangguk. Aku bergegas melangkah keluar dari pin­ Tiga petugas itu terdiam sejenak. Salah seorang dari mereka berubah pikiran, sebelum mereka menyadari sesuatu, dengan tu ruangan, menuju meja kecil tempat telepon. Sebelum tangan masih terborgol, aku sudah menekan tombol telepon yang kuterima tadi malam. Nomor telepon itu pendek dan mu­ yang paling penting, tersambung langsung ke dah dihafal, dan Tiga petugas itu terdiam sejenak. Salah seorang dari mereka akhirnya mengangguk. Aku bergegas melangkah keluar pin­ berubah pikiran, sebelum mereka menyadari sesuatu, dengan tu ruangan, menuju meja kecil tempat telepon. Sebelum tangan masih terborgol, aku sudah menekan tombol telepon yang kuterima tadi malam. Nomor telepon itu pendek dan mu­ yang paling penting, tersambung langsung ke dah dihafal, dan Tiga petugas itu terdiam sejenak. Salah seorang daridari mereka akhirnya mengangguk. Aku bergegas melangkah keluar dari pin­ berubah pikiran, sebelum mereka menyadari sesuatu, dengan tu ruangan, menuju meja kecil tempat telepon. Sebelum tangan masih terborgol, aku sudah menekan tombol telepon yang paling penting, tersambung langsung ke dah dihafal, dan yang kuterima tadi malam. Nomor telepon itu pendek dan mu­ akhirnya mengangguk. Aku bergegas melangkah keluar dari pin­ tangan masih terborgol, aku sudah menekan tombol telepon berubah pikiran, sebelum mereka menyadari sesuatu, dengan yang kuterima tadi malam. Nomor telepon itu pendek dan mu­ tu ruangan, menuju meja kecil tempat telepon. Sebelum mereka yang paling penting, tersambung langsung ke dah dihafal, dan seseorang. Lee! tu ruangan, menuju meja kecil tempat telepon. Sebelum mereka akhirnya mengangguk. Aku bergegas melangkah keluar dari pin­ tangan masih terborgol, aku sudah menekan tombol telepon berubah pikiran, sebelum mereka menyadari sesuatu, dengan yang kuterima tadi malam. Nomor telepon itu pendek dan mu­ yang paling penting, tersambung langsung ke dah dihafal, dan seseorang. Lee! akhirnya mengangguk. Aku bergegas melangkah keluar dari pin­ tu ruangan, menuju meja kecil tempat telepon. Sebelum mereka tangan masih terborgol, aku sudah menekan tombol telepon berubah pikiran, sebelum mereka menyadari sesuatu, dengan yang kuterima tadi malam. Nomor telepon itu pendek dan mu­ yang paling penting, tersambung langsung ke dah dihafal, dan seseorang. Lee! akhirnya mengangguk. Aku bergegas melangkah keluar dari pin­ tu ruangan, menuju meja kecil tempat telepon. Sebelum mereka tangan masih terborgol, aku sudah menekan tombol telepon berubah pikiran, sebelum mereka menyadari sesuatu, dengan yang kuterima tadi malam. Nomor telepon itu pendek dan mu­ seseorang. Lee! yang paling penting, tersambung langsung ke dah dihafal, dan tu ruangan, menuju meja kecil tempat telepon. Sebelum mereka yang kuterima tadi malam. Nomor telepon itu pendek dan mu­ tangan masih terborgol, aku sudah menekan tombol telepon yang paling penting, tersambung langsung ke dah dihafal, dan berubah pikiran, sebelum mereka menyadari sesuatu, dengan seseorang. Lee! Dialah orang yang tidak bisa menolak permintaanku. Juara berubah pikiran, sebelum mereka menyadari sesuatu, dengan tu ruangan, menuju meja kecil tempat telepon. Sebelum mereka yang kuterima tadi malam. Nomor telepon itu pendek dan mu­ tangan masih terborgol, aku sudah menekan tombol telepon yang paling penting, tersambung langsung ke dah dihafal, dan seseorang. Lee! Dialah orang yang tidak bisa menolak permintaanku. Juara tu ruangan, menuju meja kecil tempat telepon. Sebelum mereka berubah pikiran, sebelum mereka menyadari sesuatu, dengan yang kuterima tadi malam. Nomor telepon itu pendek dan mu­ tangan masih terborgol, aku sudah menekan tombol telepon yang paling penting, tersambung langsung ke dah dihafal, dan seseorang. Lee! Dialah orang yang tidak bisa menolak permintaanku. Juara tu ruangan, menuju meja kecil tempat telepon. Sebelum mereka berubah pikiran, sebelum mereka menyadari sesuatu, dengan yang kuterima tadi malam. Nomor telepon itu pendek dan mu­ tangan masih terborgol, aku sudah menekan tombol telepon yang paling penting, tersambung langsung ke dah dihafal, dan Dialah orang yang tidak bisa menolak permintaanku. Juara seseorang. Lee! berubah pikiran, sebelum mereka menyadari sesuatu, dengan yang paling penting, tersambung langsung ke dah dihafal, dan yang kuterima tadi malam. Nomor telepon itu pendek dan mu­ seseorang. Lee! tangan masih terborgol, aku sudah menekan tombol telepon Dialah orang yang tidak bisa menolak permintaanku. Juara bertahan klub petarung Makau yang kuhadapi tadi malam. Aku tangan masih terborgol, aku sudah menekan tombol telepon berubah pikiran, sebelum mereka menyadari sesuatu, dengan yang paling penting, tersambung langsung ke dah dihafal, dan yang kuterima tadi malam. Nomor telepon itu pendek dan mu­ seseorang. Lee! Dialah orang yang tidak bisa menolak permintaanku. Juara bertahan klub petarung Makau yang kuhadapi tadi malam. Aku berubah pikiran, sebelum mereka menyadari sesuatu, dengan tangan masih terborgol, aku sudah menekan tombol telepon yang paling penting, tersambung langsung ke dah dihafal, dan yang kuterima tadi malam. Nomor telepon itu pendek dan mu­ seseorang. Lee! Dialah orang yang tidak bisa menolak permintaanku. Juara bertahan klub petarung Makau yang kuhadapi tadi malam. Aku berubah pikiran, sebelum mereka menyadari sesuatu, dengan tangan masih terborgol, aku sudah menekan tombol telepon yang paling penting, tersambung langsung ke dah dihafal, dan yang kuterima tadi malam. Nomor telepon itu pendek dan mu­ seseorang. Lee! bertahan klub petarung Makau yang kuhadapi tadi malam. Aku Dialah orang yang tidak bisa menolak permintaanku. Juara tangan masih terborgol, aku sudah menekan tombol telepon seseorang. Lee! yang paling penting, tersambung langsung ke dah dihafal, dan Dialah orang yang tidak bisa menolak permintaanku. Juara yang kuterima tadi malam. Nomor telepon itu pendek dan mu­ bertahan klub petarung Makau yang kuhadapi tadi malam. Aku berhasil mengalahkannya, dan dia berutang sebuah janji me­ yang kuterima tadi malam. Nomor telepon itu pendek dan mu­ tangan masih terborgol, aku sudah menekan tombol telepon seseorang. Lee! yang paling penting, tersambung langsung ke dah dihafal, dan Dialah orang yang tidak bisa menolak permintaanku. Juara bertahan klub petarung Makau yang kuhadapi tadi malam. Aku berhasil mengalahkannya, dan dia berutang sebuah janji me­ tangan masih terborgol, aku sudah menekan tombol telepon yang kuterima tadi malam. Nomor telepon itu pendek dan mu­ seseorang. Lee! yang paling penting, tersambung langsung ke dah dihafal, dan Dialah orang yang tidak bisa menolak permintaanku. Juara bertahan klub petarung Makau yang kuhadapi tadi malam. Aku berhasil mengalahkannya, dan dia berutang sebuah janji me­ tangan masih terborgol, aku sudah menekan tombol telepon yang kuterima tadi malam. Nomor telepon itu pendek dan mu­ seseorang. Lee! yang paling penting, tersambung langsung ke dah dihafal, dan Dialah orang yang tidak bisa menolak permintaanku. Juara berhasil mengalahkannya, dan dia berutang sebuah janji me­ bertahan klub petarung Makau yang kuhadapi tadi malam. Aku yang kuterima tadi malam. Nomor telepon itu pendek dan mu­ Dialah orang yang tidak bisa menolak permintaanku. Juara seseorang. Lee! bertahan klub petarung Makau yang kuhadapi tadi malam. Aku yang paling penting, tersambung langsung ke dah dihafal, dan berhasil mengalahkannya, dan dia berutang sebuah janji me­ menuhi permintaan apa pun dariku. Keluarganya pemilik ke­ yang paling penting, tersambung langsung ke dah dihafal, dan yang kuterima tadi malam. Nomor telepon itu pendek dan mu­ Dialah orang yang tidak bisa menolak permintaanku. Juara seseorang. Lee! bertahan klub petarung Makau yang kuhadapi tadi malam. Aku berhasil mengalahkannya, dan dia berutang sebuah janji me­ menuhi permintaan apa pun dariku. Keluarganya pemilik ke­ yang kuterima tadi malam. Nomor telepon itu pendek dan mu­ yang paling penting, tersambung langsung ke dah dihafal, dan Dialah orang yang tidak bisa menolak permintaanku. Juara seseorang. Lee! bertahan klub petarung Makau yang kuhadapi tadi malam. Aku berhasil mengalahkannya, dan dia berutang sebuah janji me­ menuhi permintaan apa pun dariku. Keluarganya pemilik ke­ yang kuterima tadi malam. Nomor telepon itu pendek dan mu­ yang paling penting, tersambung langsung ke dah dihafal, dan Dialah orang yang tidak bisa menolak permintaanku. Juara seseorang. Lee! bertahan klub petarung Makau yang kuhadapi tadi malam. Aku menuhi permintaan apa pun dariku. Keluarganya pemilik ke­ berhasil mengalahkannya, dan dia berutang sebuah janji me­ yang paling penting, tersambung langsung ke dah dihafal, dan bertahan klub petarung Makau yang kuhadapi tadi malam. Aku Dialah orang yang tidak bisa menolak permintaanku. Juara berhasil mengalahkannya, dan dia berutang sebuah janji me­ seseorang. Lee! menuhi permintaan apa pun dariku. Keluarganya pemilik ke­ properti di Hong Kong. Crane di seberang ba­ rajaan bisnis seseorang. Lee! yang paling penting, tersambung langsung ke dah dihafal, dan bertahan klub petarung Makau yang kuhadapi tadi malam. Aku Dialah orang yang tidak bisa menolak permintaanku. Juara berhasil mengalahkannya, dan dia berutang sebuah janji me­ menuhi permintaan apa pun dariku. Keluarganya pemilik ke­ properti di Hong Kong. Crane di seberang ba­ rajaan bisnis yang paling penting, tersambung langsung ke dah dihafal, dan seseorang. Lee! bertahan klub petarung Makau yang kuhadapi tadi malam. Aku Dialah orang yang tidak bisa menolak permintaanku. Juara berhasil mengalahkannya, dan dia berutang sebuah janji me­ menuhi permintaan apa pun dariku. Keluarganya pemilik ke­ properti di Hong Kong. Crane di seberang ba­ rajaan bisnis yang paling penting, tersambung langsung ke dah dihafal, dan seseorang. Lee! bertahan klub petarung Makau yang kuhadapi tadi malam. Aku Dialah orang yang tidak bisa menolak permintaanku. Juara berhasil mengalahkannya, dan dia berutang sebuah janji me­ properti di Hong Kong. Crane di seberang ba­ rajaan bisnis menuhi permintaan apa pun dariku. Keluarganya pemilik ke­ seseorang. Lee! berhasil mengalahkannya, dan dia berutang sebuah janji me­ bertahan klub petarung Makau yang kuhadapi tadi malam. Aku menuhi permintaan apa pun dariku. Keluarganya pemilik ke­ Dialah orang yang tidak bisa menolak permintaanku. Juara properti diMakau Hong Kong. Crane diperusahaannya. seberang ba­ rajaan bisnis ngunan tempat kami ditahan adalah milik perusahaannya. Dialah orang yang tidak bisa menolak permintaanku. Juara seseorang. Lee! berhasil mengalahkannya, dan dia berutang sebuah janji me­ bertahan klub petarung yang kuhadapi tadi malam. Aku menuhi permintaan apa pun dariku. Keluarganya pemilik ke­ properti di Hong Kong. Crane di seberang ba­ rajaan bisnis ngunan tempat kami ditahan adalah milik seseorang. Lee! Dialah orang yang tidak bisa menolak permintaanku. Juara berhasil mengalahkannya, dan dia berutang sebuah janji me­ bertahan klub petarung Makau yang kuhadapi tadi malam. Aku menuhi permintaan apa pun dariku. Keluarganya pemilik ke­ properti di Hong Kong. Crane di seberang ba­ rajaan bisnis ngunan tempat kami ditahan adalah milik perusahaannya. seseorang. Lee! Dialah orang yang tidak bisa menolak permintaanku. Juara berhasil mengalahkannya, dan dia berutang sebuah janji me­ bertahan klub petarung Makau yang kuhadapi tadi malam. Aku menuhi permintaan apa pun dariku. Keluarganya pemilik ke­ ngunan tempat kami ditahan adalah milik perusahaannya. properti di Hong Kong. Crane di seberang ba­ rajaan bisnis Dialah orang yang tidak bisa menolak permintaanku. Juara menuhi permintaan apa pun dariku. Keluarganya pemilik ke­ berhasil mengalahkannya, dan dia berutang sebuah janji me­ properti di Hong Kong. Crane di seberang ba­ rajaan bisnis bertahan klub petarung Makau yang kuhadapi tadi malam. Aku ngunan tempat kami ditahan adalah milik perusahaannya. Dengan menggunakan bahasa Portugis—karena tiga petugas ini bertahan klub petarung Makau yang kuhadapi tadi malam. Aku Dialah orang yang tidak bisa menolak permintaanku. Juara menuhi permintaan apa pun dariku. Keluarganya pemilik ke­ berhasil mengalahkannya, dan dia berutang sebuah janji me­ properti di Hong Kong. Crane di seberang ba­ rajaan bisnis ngunan tempat kami ditahan adalah milik perusahaannya. Dengan menggunakan bahasa Portugis—karena tiga petugas ini Dialah orang yang tidak bisa menolak permintaanku. Juara bertahan klub petarung Makau yang kuhadapi tadi malam. Aku menuhi permintaan apa pun dariku. Keluarganya pemilik ke­ berhasil mengalahkannya, dan dia berutang sebuah janji me­ properti di Hong Kong. Crane di seberang ba­ rajaan bisnis ngunan tempat kami ditahan adalah milik perusahaannya. Dengan menggunakan bahasa Portugis—karena tiga petugas ini Dialah orang yang tidak bisa menolak permintaanku. Juara bertahan klub petarung Makau yang kuhadapi tadi malam. Aku menuhi permintaan apa pun dariku. Keluarganya pemilik ke­ berhasil mengalahkannya, dan dia berutang sebuah janji me­ properti di Hong Kong. Crane di seberang ba­ rajaan bisnis Dengan menggunakan bahasa Portugis—karena tiga petugas ini ngunan tempat kami ditahan adalah milik perusahaannya. bertahan klub petarung Makau yang kuhadapi tadi malam. Aku properti di Hong Kong. Crane di seberang ba­ rajaan bisnis menuhi permintaan apa pun dariku. Keluarganya pemilik ke­ ngunan tempat kami ditahan adalah milik perusahaannya. berhasil mengalahkannya, dan dia berutang sebuah janji me­ Dengan menggunakan bahasa Portugis—karena tiga petugas ini pasti paham jika percakapan kulakukan dengan bahasa Inggris berhasil mengalahkannya, dan dia berutang sebuah janji me­ bertahan klub petarung Makau yang kuhadapi tadi malam. Aku properti di Hong Kong. Crane di seberang ba­ rajaan bisnis menuhi permintaan apa pun dariku. Keluarganya pemilik ke­ ngunan tempat kami ditahan adalah milik perusahaannya. Dengan menggunakan bahasa Portugis—karena tiga petugas ini pasti paham jika percakapan kulakukan dengan bahasa Inggris bertahan klub petarung Makau yang kuhadapi tadi malam. Aku berhasil mengalahkannya, dan dia berutang sebuah janji me­ properti di Hong Kong. Crane di seberang ba­ rajaan bisnis menuhi permintaan apa pun dariku. Keluarganya pemilik ke­ ngunan tempat kami ditahan adalah milik perusahaannya. Dengan menggunakan bahasa Portugis—karena tiga petugas ini pasti paham jika percakapan kulakukan dengan bahasa Inggris bertahan klub petarung Makau yang kuhadapi tadi malam. Aku berhasil mengalahkannya, dan dia berutang sebuah janji me­ properti di Hong Kong. Crane di seberang ba­ rajaan bisnis menuhi permintaan apa pun dariku. Keluarganya pemilik ke­ ngunan tempat kami ditahan adalah milik perusahaannya. pasti paham jika percakapan kulakukan dengan bahasa Inggris Dengan menggunakan bahasa Portugis—karena tiga petugas ini berhasil mengalahkannya, dan dia berutang sebuah janji me­ ngunan tempat kami ditahan adalah milik perusahaannya. properti di Hong Kong. Crane di seberang ba­ rajaan bisnis Dengan menggunakan bahasa Portugis—karena tiga petugas ini menuhi permintaan apa pun dariku. Keluarganya pemilik ke­ pasti paham jika percakapan kulakukan dengan bahasa Inggris atau Kanton—aku menjelaskan situasi dengan cepat, menyebut­ menuhi permintaan apa pun dariku. Keluarganya pemilik ke­ berhasil mengalahkannya, dan dia berutang sebuah janji me­ ngunan tempat kami ditahan adalah milik perusahaannya. properti di Hong Kong. Crane di seberang ba­ rajaan bisnis Dengan menggunakan bahasa Portugis—karena tiga petugas ini pasti paham jika percakapan kulakukan dengan bahasa Inggris atau Kanton—aku menjelaskan situasi dengan cepat, menyebut­ berhasil mengalahkannya, dan dia berutang sebuah janji me­ menuhi permintaan apa pun dariku. Keluarganya pemilik ke­ ngunan tempat kami ditahan adalah milik perusahaannya. properti di Hong Kong. Crane di seberang ba­ rajaan bisnis Dengan menggunakan bahasa Portugis—karena tiga petugas ini pasti paham jika percakapan kulakukan dengan bahasa Inggris atau Kanton—aku menjelaskan situasi dengan cepat, menyebut­ berhasil mengalahkannya, dan dia berutang sebuah janji me­ menuhi permintaan apa pun dariku. Keluarganya pemilik ke­ ngunan tempat kami ditahan adalah milik perusahaannya. properti di Hong Kong. Crane di seberang ba­ rajaan bisnis Dengan menggunakan bahasa Portugis—karena tiga petugas ini atau Kanton—aku menjelaskan situasi dengan cepat, menyebut­ pasti paham jika percakapan kulakukan dengan bahasa Inggris menuhi permintaan apa pun dariku. Keluarganya pemilik ke­ Dengan menggunakan bahasa Portugis—karena tiga petugas ini ngunan tempat kami ditahan adalah milik perusahaannya. pasti paham jika percakapan kulakukan dengan bahasa Inggris properti di Hong Kong. Crane di seberang ba­ rajaan bisnis atau Kanton—aku menjelaskan situasi dengan cepat, menyebut­ kan nomor register crane, yang sekaligus otomatis menjelaskan properti di Hong Kong. Crane di seberang ba­ rajaan bisnis menuhi permintaan apa pun dariku. Keluarganya pemilik ke­ Dengan menggunakan bahasa Portugis—karena tiga petugas ini ngunan tempat kami ditahan adalah milik perusahaannya. pasti paham jika percakapan kulakukan dengan bahasa Inggris atau Kanton—aku menjelaskan situasi dengan cepat, menyebut­ kan nomor register crane, yang sekaligus otomatis menjelaskan menuhi permintaan apa pun dariku. Keluarganya pemilik ke­ properti di Hong Kong. Crane di seberang ba­ rajaan bisnis Dengan menggunakan bahasa Portugis—karena tiga petugas ini ngunan tempat kami ditahan adalah milik perusahaannya. pasti paham jika percakapan kulakukan dengan bahasa Inggris atau Kanton—aku menjelaskan situasi dengan cepat, menyebut­ kan nomor register crane, yang sekaligus otomatis menjelaskan menuhi permintaan apa pun dariku. Keluarganya pemilik ke­ properti di Hong Kong. Crane di seberang ba­ rajaan bisnis Dengan menggunakan bahasa Portugis—karena tiga petugas ini ngunan tempat kami ditahan adalah milik perusahaannya. pasti paham jika percakapan kulakukan dengan bahasa Inggris kan nomor register crane, yang sekaligus otomatis menjelaskan atau Kanton—aku menjelaskan situasi dengan cepat, menyebut­ properti di Hong Kong. Crane di seberang ba­ rajaan bisnis pasti paham jika percakapan kulakukan dengan bahasa Inggris Dengan menggunakan bahasa Portugis—karena tiga petugas ini atau Kanton—aku menjelaskan situasi dengan cepat, menyebut­ ngunan tempat kami ditahan adalahdengan milik perusahaannya. kan nomor register crane, yang sekaligus otomatis menjelaskan lokasi kami. ngunan tempat kami ditahan adalah milik perusahaannya. properti di Hong Kong. Crane di seberang ba­ rajaan bisnis pasti paham jika percakapan kulakukan dengan bahasa Inggris Dengan menggunakan bahasa Portugis—karena tiga petugas ini atau Kanton—aku menjelaskan situasi cepat, menyebut­ kan nomor register crane, yang sekaligus otomatis menjelaskan lokasi kami. properti di Hong Kong. Crane di seberang ba­ rajaan bisnis ngunan tempat kami ditahan adalah milik perusahaannya. pasti paham jika percakapan kulakukan dengan bahasa Inggris Dengan menggunakan bahasa Portugis—karena tiga petugas ini atau Kanton—aku menjelaskan situasi dengan cepat, menyebut­ kan nomor register crane, yang sekaligus otomatis menjelaskan lokasi kami. properti di Hong Kong. Crane di seberang ba­ rajaan bisnis ngunan tempat kami ditahan adalah milik perusahaannya. pasti paham jika percakapan kulakukan dengan bahasa Inggris Dengan menggunakan bahasa Portugis—karena tiga petugas ini atau Kanton—aku menjelaskan situasi dengan cepat, menyebut­ lokasi kami. kan nomor register crane, yang sekaligus otomatis menjelaskan ngunan tempat kami ditahan adalah milik perusahaannya. atau Kanton—aku menjelaskan situasi dengan cepat, menyebut­ pasti paham jika percakapan kulakukan dengan bahasa Inggris kan nomor register crane, yang sekaligus otomatis menjelaskan Dengan menggunakan bahasa Portugis—karena tiga petugas ini lokasi kami. ”Esta é uma chamada de emergência, Lee. Eu não posso explicar Dengan menggunakan bahasa Portugis—karena tiga petugas ini ngunan tempat kami ditahan adalah milik perusahaannya. atau Kanton—aku menjelaskan situasi dengan cepat, menyebut­ pasti paham jika percakapan kulakukan dengan bahasa Inggris kan nomor register crane, yang sekaligus otomatis menjelaskan lokasi kami. ”Esta é uma chamada de emergência, Lee. Eu não posso explicar ngunan tempat kami ditahan adalah milik perusahaannya. Dengan menggunakan bahasa Portugis—karena tiga petugas ini atau Kanton—aku menjelaskan situasi dengan cepat, menyebut­ pasti paham jika percakapan kulakukan dengan bahasa Inggris kan nomor register crane, yang sekaligus otomatis menjelaskan lokasi kami. ”Esta é uma chamada de emergência, Lee. Eu não posso explicar ngunan tempat kami ditahan adalah milik perusahaannya. Dengan menggunakan bahasa Portugis—karena tiga petugas ini atau Kanton—aku menjelaskan situasi dengan cepat, menyebut­ pasti paham jika percakapan kulakukan dengan bahasa Inggris kan nomor register crane, yang sekaligus otomatis menjelaskan ”Esta é uma chamada de emergência, Lee. Eu não posso explicar lokasi kami. Dengan menggunakan bahasa Portugis—karena tiga petugas ini kan nomor register crane, yang sekaligus otomatis menjelaskan atau Kanton—aku menjelaskan situasi dengan cepat, menyebut­ lokasi kami. pasti paham jika percakapan kulakukan dengan bahasa Inggris ”Esta é uma chamada de emergência, Lee. Eu não posso explicar mais em pormenor, eles assistiram com o fuzil na mão. Eu chamo pasti paham jika percakapan kulakukan dengan bahasa Inggris Dengan menggunakan bahasa Portugis—karena tiga petugas ini kan nomor register crane, yang sekaligus otomatis menjelaskan atau Kanton—aku menjelaskan situasi dengan cepat, menyebut­ lokasi kami. ”Esta é uma chamada de emergência, Lee. Eu não posso explicar mais em pormenor, eles assistiram com o fuzil na mão. Eu chamo Dengan menggunakan bahasa Portugis—karena tiga petugas ini pasti paham jika percakapan kulakukan dengan bahasa Inggris kan nomor register crane, yang sekaligus otomatis menjelaskan atau Kanton—aku menjelaskan situasi dengan cepat, menyebut­ lokasi kami. ”Esta émenggunakan uma chamada de yang emergência, Lee. Euna não posso explicar mais em pormenor, eles assistiram com ooLee. fuzil nanão mão. Euexplicar chamo Dengan bahasa Portugis—karena tiga petugas ini pasti paham jika percakapan kulakukan dengan bahasa Inggris kan nomor register crane, sekaligus otomatis menjelaskan atau Kanton—aku menjelaskan situasi dengan cepat, menyebut­ lokasi kami. mais em pormenor, eles assistiram com fuzil mão. Eu chamo ”Esta é uma chamada de emergência, Eu posso pasti paham jika percakapan kulakukan dengan bahasa Inggris lokasi kami. kan nomor register crane, yang sekaligus otomatis menjelaskan ”Esta é uma chamada de emergência, Lee. Eu não posso explicar atau Kanton—aku menjelaskan situasi dengan cepat, menyebut­ em pormenor, eles assistiram com o fuzil na mão. Eu chamo amais promessa de um lutador!” aku berseru dengan intonasi suara atau Kanton—aku menjelaskan situasi dengan cepat, menyebut­ pasti paham jika percakapan kulakukan dengan bahasa Inggris lokasi kami. kan nomor register crane, yang sekaligus otomatis menjelaskan ”Esta é uma chamada de emergência, Lee. Eu não posso explicar em pormenor, eles assistiram com o fuzil na mão. Eu chamo amais promessa de um lutador!” aku berseru dengan intonasi suara pasti paham jika percakapan kulakukan dengan bahasa Inggris atau Kanton—aku menjelaskan situasi dengan cepat, menyebut­ lokasi kami. kan nomor register crane, yang sekaligus otomatis menjelaskan ”Esta é uma chamada de emergência, Lee. Eu não posso explicar em pormenor, eles assistiram com o fuzil na mão. Eu chamo amais promessa de um lutador!” aku berseru dengan intonasi suara pasti paham jika percakapan kulakukan dengan bahasa Inggris atau Kanton—aku menjelaskan situasi dengan cepat, menyebut­ lokasi kami. kan nomor register crane, yang sekaligus otomatis menjelaskan ”Esta éépormenor, uma chamada de emergência, Eu não posso explicar amais promessa de um lutador!” aku berseru dengan intonasi suara em eles assistiram com ooLee. fuzil na mão. Eu chamo atau Kanton—aku menjelaskan situasi dengan cepat, menyebut­ ”Esta uma chamada de emergência, Eu não posso explicar lokasi kami. em eles assistiram com fuzil na mão. Eu chamo kan nomor register crane, yang sekaligus otomatis menjelaskan amais promessa de um lutador!” aku berseru dengan intonasi suara bergetar. Aku memanggil janji seorang petarung sejati, yang rela kan nomor register crane, yang sekaligus otomatis menjelaskan atau Kanton—aku menjelaskan situasi dengan cepat, menyebut­ ”Esta éépormenor, uma chamada de emergência, Lee. Eu não posso explicar lokasi kami. em pormenor, eles assistiram com ooLee. fuzil na mão. Eu chamo amais promessa de um lutador!” aku berseru dengan intonasi suara bergetar. Aku memanggil janji seorang petarung sejati, yang rela atau Kanton—aku menjelaskan situasi dengan cepat, menyebut­ kan nomor register crane, yang sekaligus otomatis menjelaskan ”Esta uma chamada de emergência, Lee. Eu não posso explicar lokasi kami. em pormenor, eles assistiram com fuzil na mão. Eu chamo amais promessa de um lutador!” aku berseru dengan intonasi suara bergetar. Aku memanggil janji seorang petarung sejati, yang rela atau Kanton—aku menjelaskan situasi dengan cepat, menyebut­ kan nomor register crane, yang sekaligus otomatis menjelaskan ”Esta é uma chamada de emergência, Lee. Eu não posso explicar lokasi kami. em pormenor, eles assistiram com o fuzil na mão. Eu chamo bergetar. Aku memanggil janji seorang petarung sejati, yang rela amais promessa de um lutador!” aku berseru dengan intonasi suara kan nomor register crane, yang sekaligus otomatis menjelaskan mais em pormenor, eles assistiram com o fuzil na mão. Eu chamo ”Esta é uma chamada de emergência, Lee. Eu não posso explicar alokasi promessa de um lutador!” lutador!” akuseorang berseru dengan intonasi suara lokasi kami. bergetar. Aku memanggil janji seorang petarung sejati, yang rela menebus nyawanya demi memenuhi sebuah janji. kami. kan nomor register crane, yang sekaligus otomatis menjelaskan em pormenor, eles assistiram com o fuzil na mão. Eu chamo ”Esta é uma chamada de emergência, Lee. Eu não posso explicar amais promessa de um aku berseru dengan intonasi suara bergetar. Aku memanggil janji petarung sejati, yang rela menebus nyawanya demi memenuhi sebuah janji. kan nomor register crane, yang sekaligus otomatis menjelaskan lokasi kami. em pormenor, eles assistiram com o fuzil na mão. Eu chamo ”Esta é uma chamada de emergência, Lee. Eu não posso explicar amais promessa de um lutador!” aku berseru dengan intonasi suara bergetar. Aku memanggil janji seorang petarung sejati, yang rela menebus nyawanya demi memenuhi sebuah janji. kan nomor register crane, yang sekaligus otomatis menjelaskan lokasi kami. em pormenor, eles assistiram com o fuzil na mão. Eu chamo ”Esta é uma chamada de emergência, Lee. Eu não posso explicar amais promessa de um lutador!” aku berseru dengan intonasi suara menebus nyawanya demi memenuhi sebuah janji. bergetar. Aku memanggil janji seorang petarung sejati, yang rela lokasi kami. amais promessa de um lutador!” aku berseru dengan intonasi suara em pormenor, eles assistiram com o fuzil na mão. Eu chamo bergetar. Aku memanggil janji seorang petarung sejati, yang rela ”Esta é uma chamada de emergência, Lee. Eu não posso explicar menebus nyawanya demi memenuhi sebuah janji. Hening sejenak, terdengar helaan napas Lee. ”Esta é uma chamada de emergência, Lee. Eu não posso explicar lokasi kami. amais promessa de um lutador!” aku berseru dengan intonasi suara em pormenor, eles assistiram com o fuzil na mão. Eu chamo bergetar. Aku memanggil janji seorang petarung sejati, yang rela menebus nyawanya demi memenuhi sebuah janji. Hening sejenak, terdengar helaan napas Lee. lokasi kami. ”Esta é uma chamada de emergência, Lee. Eu não posso explicar amais promessa de um lutador!” aku berseru dengan intonasi suara em pormenor, eles assistiram com o fuzil na mão. Eu chamo bergetar. Aku memanggil janji seorang petarung sejati, yang rela menebus nyawanya demi memenuhi sebuah janji. Hening sejenak, terdengar helaan napas Lee. lokasi kami. ”Esta é uma chamada de emergência, Lee. Eu não posso explicar amais promessa de um lutador!” aku berseru dengan intonasi suara em pormenor, eles assistiram com o fuzil na mão. Eu chamo bergetar. Aku memanggil janji seorang petarung sejati, yang rela Hening sejenak, terdengar helaan napas Lee. menebus nyawanya demi memenuhi sebuah janji. ”Esta é uma chamada de emergência, Lee. Eu não posso explicar bergetar. Aku memanggil janji seorang petarung sejati, yang rela amais promessa de um lutador!” aku berseru dengan intonasi suara menebus nyawanya demi memenuhi sebuah janji. em pormenor, eles assistiram com o fuzil na mão. Eu chamo Hening sejenak, terdengar helaan napas Lee. ”Vou enchê-lo, Thomas. A promessa de um lutador.” Suara Lee em pormenor, eles assistiram com o fuzil na mão. Eu chamo ”Esta é uma chamada de emergência, Lee. Eu não posso explicar bergetar. Aku memanggil janji seorang petarung sejati, yang rela aamais promessa de um lutador!” aku berseru dengan intonasi suara menebus nyawanya demi memenuhi sebuah janji. Hening sejenak, terdengar helaan napas Lee. ”Vou enchê-lo, Thomas. A promessa de um lutador.” Suara Lee ”Esta é uma chamada de emergência, Lee. Eu não posso explicar mais em pormenor, eles assistiram com o fuzil na mão. Eu chamo bergetar. Aku memanggil janji seorang petarung sejati, yang rela promessa de um lutador!” aku berseru dengan intonasi suara menebus nyawanya demi memenuhi sebuah janji. Hening sejenak, terdengar helaan napas Lee. ”Vou enchê-lo, Thomas. A promessa de um lutador.” Suara Lee ”Esta é uma chamada de emergência, Lee. Eu não posso explicar mais em pormenor, eles assistiram com o fuzil na mão. Eu chamo bergetar. Aku memanggil janji seorang petarung sejati, yang rela aterdengar promessa de um lutador!” aku berseru dengan intonasi suara menebus nyawanya demi memenuhi sebuah janji. ”Vou enchê-lo, Thomas. A promessa de um lutador.” Suara Lee Hening sejenak, terdengar helaan napas Lee. mais em pormenor, eles assistiram com o fuzil na mão. Eu chamo menebus nyawanya demi memenuhi sebuah janji. bergetar. Aku memanggil janji seorang petarung sejati, yang rela Hening sejenak, terdengar helaan napas Lee. aterdengar promessa de um lutador!” aku berseru dengan intonasi suara ”Vou enchê-lo, Thomas. A promessa de um lutador.” Suara Lee dalam dan bertenaga. Adalah kehormatan baginya aterdengar promessa de um lutador!” aku berseru dengan intonasi suara mais em pormenor, eles assistiram com o fuzil na mão. Eu chamo menebus nyawanya demi memenuhi sebuah janji. bergetar. Aku memanggil janji seorang petarung sejati, yang rela Hening sejenak, terdengar helaan napas Lee. ”Vou enchê-lo, Thomas. A promessa de um lutador.” Suara Lee dalam dan bertenaga. Adalah kehormatan baginya mais em pormenor, eles assistiram com o fuzil na mão. Eu chamo aterdengar promessa de um lutador!” aku berseru dengan intonasi suara menebus nyawanya demi memenuhi sebuah janji. bergetar. Aku memanggil janji seorang petarung sejati, yang rela Hening sejenak, terdengar helaan napas Lee. ”Vou enchê-lo, Thomas. A promessa de um lutador.” Suara Lee dalam dan bertenaga. Adalah kehormatan baginya mais em pormenor, eles assistiram com o fuzil na mão. Eu chamo amemenuhi promessa de um lutador!” aku berseru dengan intonasi suara menebus nyawanya demi memenuhi sebuah janji. bergetar. Aku memanggil janji seorang petarung sejati, yang rela Hening sejenak, terdengar helaan napas Lee. dalam dan bertenaga. Adalah kehormatan baginya ”Vou enchê-lo, Thomas. A promessa de um lutador.” Suara Lee amemenuhi promessa de um lutador!” aku berseru dengan intonasi suara Hening sejenak, terdengar helaan napas Lee. menebus nyawanya demi memenuhi sebuah janji. ”Vou enchê-lo, Thomas. A promessa de um lutador.” Suara Lee bergetar. Aku memanggil janji seorang petarung sejati, yang rela terdengar dalam dan bertenaga. Adalah kehormatan baginya janji tersebut. bergetar. Aku memanggil janji seorang petarung sejati, yang rela amemenuhi promessa de um lutador!” aku berseru dengan intonasi suara Hening sejenak, terdengar helaan napas Lee. menebus nyawanya demi memenuhi sebuah janji. ”Vou enchê-lo, Thomas. A promessa de um lutador.” Suara Lee terdengar dalam dan bertenaga. Adalah kehormatan baginya janji tersebut. amemenuhi promessa de um lutador!” aku berseru dengan intonasi suara bergetar. Aku memanggil janji seorang petarung sejati, yang rela Hening sejenak, terdengar helaan napas Lee. menebus nyawanya demi memenuhi sebuah janji. ”Vou enchê-lo, Thomas. A promessa de um lutador.” Suara Lee terdengar dalam dan bertenaga. Adalah kehormatan baginya janji tersebut. amemenuhi promessa de um lutador!” aku berseru dengan intonasi suara bergetar. Aku memanggil janji seorang petarung sejati, yang rela Hening sejenak, terdengar helaan napas Lee. menebus nyawanya demi memenuhi sebuah janji. ”Vou enchê-lo, Thomas. A promessa de um lutador.” Suara Lee janji tersebut. terdengar dalam dan bertenaga. Adalah kehormatan baginya bergetar. Aku memanggil janji seorang petarung sejati, yang rela ”Vou enchê-lo, Thomas. A promessa de um lutador.” Suara Lee Hening sejenak, terdengar helaan napas Lee. terdengar dalam dan bertenaga. Adalah kehormatan baginya menebus nyawanya demi memenuhi sebuah janji. janjimemanggil tersebut. menebus nyawanya demi memenuhi sebuah janji. bergetar. Aku janji seorang petarung sejati, yang rela ”Vou enchê-lo, Thomas. A promessa de um lutador.” Suara Lee Hening sejenak, terdengar helaan napas Lee. terdengar dalam dan bertenaga. Adalah kehormatan baginya memenuhi janji tersebut. 88 bergetar. Aku memanggil janji seorang petarung sejati, yang rela menebus nyawanya demi memenuhi sebuah janji. ”Vou enchê-lo, Thomas. A promessa de um lutador.” Suara Lee Hening sejenak, terdengar helaan napas Lee. terdengar dalam dan bertenaga. Adalah kehormatan baginya memenuhi janji tersebut. 88 bergetar. Aku janji seorang petarung sejati,Suara yang rela menebus nyawanya demi memenuhi sebuah janji. ”Vou enchê-lo, Thomas. A promessa de um lutador.” Lee Hening sejenak, terdengar helaan napas Lee. terdengar dalam dan bertenaga. Adalah kehormatan baginya memenuhi janjimemanggil tersebut.



Dua petugas segera menodongkan laras senjata, dengan kasar dari cukup. Cukup. Aku meletakkan gagang telepon. Kalimat Lee lebih digunakan lawan politik klienku saat ini. Aku kuatan apa yang besar akan segera tiba. Aku tidak tahu ke­ salah. Pertolongan menyuruhku kembali ke ruangan. Aku mengangguk, ma­ Dua petugas segera menodongkan laras senjata, dengan dari cukup. digunakan lawan politik klienku saattidak ini.kasar Aku kuatan apa yang Cukup. Aku meletakkan gagang telepon. Kalimat Lee lebih besar akan segera tiba. Aku tidak tahu ke­ salah. Pertolongan menyuruhku kembali ke ruangan. Aku mengangguk, tidak ma­ Dua petugas segera menodongkan laras senjata, dengan kasar dari cukup. Cukup. Aku meletakkan gagang telepon. Kalimat Lee lebih besar akan segera tiba. Aku tidak tahu ke­ salah. Pertolongan menyuruhku kembali ke ruangan. Aku mengangguk, tidak ma­ Dua petugas segera menodongkan laras senjata, dengan kasar dari cukup. digunakan lawan politik klienku saat ini. Aku apa yang Cukup. Aku meletakkan gagang telepon. Kalimat Lee lebih lawan politik klienku saat ini. Aku kuatan besar akan segera tiba. Aku tidak tahu ke­ salah. Pertolongan menyuruhku kembali ke ruangan. Aku mengangguk, tidak ma­ Dua petugas segera menodongkan laras senjata, dengan kasar belum punya ide sama sekali. Akses dan koneksi level apa yang dari cukup. digunakan lawan politik klienku saat ini. Aku kuatan apa yang besar akan segera tiba. Aku tidak tahu ke­ salah. Pertolongan menyuruhku kembali ke ruangan. Aku mengangguk, tidak ma­ Dua petugas segera menodongkan laras senjata, dengan kasar dari cukup. belum punya ide sama sekali. Akses dan koneksi level apa yang digunakan lawan politik klienku saat ini. Aku kuatan apa yang besar akan segera tiba. Aku tidak tahu ke­ salah. Pertolongan menyuruhku kembali ke ruangan. Aku mengangguk, tidak ma­ Dua petugas segera menodongkan laras senjata, dengan kasar belum punya ide sama sekali. Akses dan koneksi level apa yang dari cukup. digunakan lawan politik klienku saat ini. Aku kuatan apa yang besar akan segera tiba. Aku tidak tahu ke­ salah. Pertolongan menyuruhku kembali ke ruangan. Aku mengangguk, tidak ma­ Dua petugas segera menodongkan laras senjata, dengan kasar dari cukup. digunakan lawan politik klienku saat ini. Aku kuatan apa yang besar akan segera tiba. Aku tidak tahu ke­ salah. Pertolongan menyuruhku kembali ke ruangan. Aku mengangguk, tidak ma­ Dua petugas segera menodongkan laras senjata, dengan kasar belum punya ide sama sekali. Akses dan koneksi level apa yang dari cukup. sekali. Akses dan koneksi level apa yang digunakan lawan politik klienku saat ini. Aku kuatan apa yang besar akan segera tiba. Aku tidak tahu ke­ salah. Pertolongan menyuruhku kembali ke ruangan. Aku mengangguk, tidak ma­ mereka miliki hingga bisa menyuruh pasukan antiteror Hong Dua petugas segera menodongkan laras senjata, dengan kasar belum punya ide sama sekali. Akses dan koneksi level apa yang digunakan lawan politik klienku saat ini. Aku kuatan apa yang besar akan segera tiba. Aku tidak tahu ke­ salah. Pertolongan menyuruhku kembali ke ruangan. Aku mengangguk, tidak ma­ Dua petugas segera menodongkan laras senjata, dengan kasar mereka miliki hingga bisa menyuruh pasukan antiteror Hong belum punya ide sama sekali. Akses dan koneksi level apa yang digunakan lawan politik klienku saat ini. Aku kuatan apa yang besar akan segera tiba. Aku tidak tahu ke­ salah. Pertolongan menyuruhku kembali ke ruangan. Aku mengangguk, tidak ma­ mereka miliki hingga bisa menyuruh pasukan antiteror Hong Dua petugas segera menodongkan laras senjata, dengan kasar belum punya ide sama sekali. Akses dan koneksi level apa yang digunakan lawan politik klienku saat ini. Aku kuatan apa yang besar akan segera tiba. Aku tidak tahu ke­ salah. Pertolongan menyuruhku kembali ke ruangan. Aku mengangguk, tidak ma­ Dua petugas segera menodongkan laras senjata, dengan kasar belum punya ide sama sekali. Akses dan koneksi level apa yang digunakan lawan politik klienku saat ini. Aku kuatan apa yang besar akan segera tiba. Aku tidak tahu ke­ salah. Pertolongan miliki hingga bisa menyuruh pasukan antiteror Hong menyuruhku kembali ke ruangan. Aku mengangguk, tidak ma­ Dua petugas segera menodongkan laras senjata, dengan kasar mereka menyuruh pasukan antiteror Hong belum punya ide sama sekali. Akses dan koneksi level apa yang digunakan lawan politik klienku saat ini. Aku kuatan apa yang besar akan segera tiba. Aku tidak tahu ke­ salah. Pertolongan Kong menyergap kapal pesiar, lengkap bersama barang bukti dan menyuruhku kembali ke ruangan. Aku mengangguk, tidak ma­ mereka miliki hingga bisa menyuruh pasukan antiteror Hong belum punya ide sama sekali. Akses dan koneksi level apa yang digunakan lawan politik klienku saat ini. Aku kuatan apa yang besar akan segera tiba. Aku tidak tahu ke­ salah. Pertolongan menyuruhku kembali ke ruangan. Aku mengangguk, tidak ma­ Kong menyergap kapal pesiar, lengkap bersama barang bukti dan mereka miliki hingga bisa menyuruh pasukan antiteror Hong belum punya ide sama sekali. Akses dan koneksi level apa yang digunakan lawan politik klienku saat ini. Aku kuatan apa yang besar akan segera tiba. Aku tidak tahu ke­ salah. Pertolongan Kong menyergap kapal pesiar, lengkap bersama barang bukti dan menyuruhku kembali ke ruangan. Aku mengangguk, tidak ma­ mereka miliki hingga bisa menyuruh pasukan antiteror Hong belum punya ide sama sekali. Akses dan koneksi level apa yang digunakan lawan politik klienku saat ini. Aku kuatan apa yang besar akan segera tiba. Aku tidak tahu ke­ salah. Pertolongan menyuruhku kembali ke ruangan. Aku mengangguk, tidak ma­ mereka miliki hingga bisa menyuruh pasukan antiteror Hong belum punya ide sama sekali. Akses dan koneksi level apa yang digunakan lawan politik klienku saat ini. Aku kuatan apa yang menyergap kapal pesiar, lengkap bersama barang bukti dan besar akan segera tiba. Aku tidak tahu ke­ salah. Pertolongan menyuruhku kembali ke ruangan. Aku mengangguk, tidak ma­ Kong pesiar, lengkap bersama barang bukti dan mereka miliki hingga bisa menyuruh pasukan antiteror Hong belum punya ide sama sekali. Akses dan koneksi level apa yang digunakan lawan politik klienku saat ini. Aku kuatan apa yang tuduhan serius. Tapi mereka akan segera tahu, aku bukanlah besar akan segera tiba. Aku tidak tahu ke­ salah. Pertolongan Kong menyergap kapal pesiar, lengkap bersama barang bukti dan mereka miliki hingga bisa menyuruh pasukan antiteror Hong belum punya ide sama sekali. Akses dan koneksi level apa yang digunakan lawan politik klienku saat ini. Aku kuatan apa yang besar akan segera tiba. Aku tidak tahu ke­ salah. Pertolongan tuduhan serius. Tapi mereka akan segera tahu, aku bukanlah Kong menyergap kapal pesiar, lengkap bersama barang bukti dan mereka miliki hingga bisa menyuruh pasukan antiteror Hong belum punya ide sama sekali. Akses dan koneksi level apa yang digunakan lawan politik klienku saat ini. Aku kuatan apa yang tuduhan serius. Tapi mereka akan segera tahu, aku bukanlah besar akan segera tiba. Aku tidak tahu ke­ salah. Pertolongan Kong menyergap kapal pesiar, lengkap bersama barang bukti dan mereka miliki hingga bisa menyuruh pasukan antiteror Hong belum punya ide sama sekali. Akses dan koneksi level apa yang digunakan lawan politik klienku saat ini. Aku kuatan apa yang besar akan segera tiba. Aku tidak tahu ke­ salah. Pertolongan Kong menyergap kapal pesiar, lengkap bersama barang bukti dan mereka miliki hingga bisa menyuruh pasukan antiteror Hong belum punya ide sama sekali. Akses dan koneksi level apa yang serius. Tapi mereka akan segera tahu, aku bukanlah digunakan lawan politik klienku saat ini. Aku kuatan apa yang besar akan segera tiba. Aku tidak tahu ke­ salah. Pertolongan tuduhan mereka akan segera tahu, aku bukanlah Kong menyergap kapal pesiar, lengkap bersama barang bukti dan mereka miliki hingga bisa menyuruh pasukan antiteror Hong belum punya ide sama sekali. Akses dan koneksi level apa yang sekadar konsultan politik kemarin sore yang bisa ditakut-takuti. digunakan lawan politik klienku saat ini. Aku kuatan apa yang tuduhan serius. Tapi mereka akan segera tahu, aku bukanlah Kong menyergap kapal pesiar, lengkap bersama barang bukti dan mereka miliki hingga bisa menyuruh pasukan antiteror Hong belum punya ide sama sekali. Akses dan koneksi level apa yang digunakan lawan politik klienku saat ini. Aku kuatan apa yang sekadar konsultan politik kemarin sore yang bisa ditakut-takuti. tuduhan serius. Tapi mereka akan segera tahu, aku bukanlah Kong menyergap kapal pesiar, lengkap bersama barang bukti dan mereka miliki hingga bisa menyuruh pasukan antiteror Hong belum punya ide sama sekali. Akses dan koneksi level apa yang sekadar konsultan politik kemarin sore yang bisa ditakut-takuti. digunakan lawan politik klienku saat ini. Aku kuatan apa yang tuduhan serius. Tapi mereka akan segera tahu, aku bukanlah Kong menyergap kapal pesiar, lengkap bersama barang bukti dan mereka miliki hingga bisa menyuruh pasukan antiteror Hong belum punya ide sama sekali. Akses dan koneksi level apa yang digunakan lawan politik klienku saat ini. Aku kuatan apa yang tuduhan serius. Tapi mereka akan segera tahu, aku bukanlah Kong menyergap kapal pesiar, lengkap bersama barang bukti dan mereka miliki hingga bisa menyuruh pasukan antiteror Hong konsultan politik kemarin sore yang bisa ditakut-takuti. belum punya ide sama sekali. Akses dan koneksi level apa yang digunakan lawan politik klienku saat ini. Aku kuatan apa yang sekadar kemarin sore yang bisa ditakut-takuti. tuduhan serius. Tapi mereka akan segera tahu, aku bukanlah Kong menyergap kapal pesiar, lengkap bersama barang bukti dan mereka miliki hingga bisa menyuruh pasukan antiteror Mereka telah memilih lawan tangguh. belum punya ide sama sekali. Akses dan koneksi level apa yang sekadar konsultan politik kemarin sore yang bisa ditakut-takuti. tuduhan serius. Tapi mereka akan segera tahu, aku bukanlah Kong menyergap kapal pesiar, lengkap bersama barang bukti dan mereka miliki hingga bisa menyuruh pasukan antiteror Hong belum punya ide sama sekali. Akses dan koneksi level apaHong yang Mereka telah memilih lawan tangguh. sekadar konsultan politik kemarin yang bisa ditakut-takuti. tuduhan serius. Tapi mereka akan segera tahu, aku bukanlah Kong menyergap kapal pesiar, lengkap bersama barang dan mereka miliki hingga bisa menyuruh pasukan antiteror Hong Mereka telah memilih lawan tangguh. belum punya ide sama sekali. Akses dan koneksi level apa yang sekadar konsultan politik kemarin sore yang bisa ditakut-takuti. tuduhan serius. Tapi mereka akansore segera tahu, aku bukti bukanlah Kong menyergap kapal pesiar, lengkap bersama barang bukti dan mereka miliki hingga bisa menyuruh pasukan antiteror Hong belum punya ide sama sekali. Akses dan koneksi level apa yang sekadar konsultan politik kemarin sore yang bisa ditakut-takuti. tuduhan serius. Tapi mereka akan segera tahu, aku bukanlah telah memilih lawan tangguh. Kong menyergap kapal pesiar, lengkap bersama barang bukti dan mereka miliki hingga bisa menyuruh pasukan antiteror Hong belum punya ide sama sekali. Akses dan koneksi level apa yang Mereka lawan tangguh. sekadar konsultan politik kemarin sore yang bisa ditakut-takuti. tuduhan serius. Tapi mereka akan segera tahu, aku bukanlah Kong menyergap kapal pesiar, lengkap bersama barang bukti dan Lima menit kemudian, Opa masih pura-pura sekarat di lantai. mereka miliki hingga bisa menyuruh pasukan antiteror Hong Mereka telah memilih lawan tangguh. sekadar konsultan politik kemarin sore yang bisa ditakut-takuti. tuduhan serius. Tapi mereka akan segera tahu, aku bukanlah Kong menyergap kapal pesiar, lengkap bersama barang bukti dan mereka miliki hingga bisa menyuruh pasukan antiteror Hong Lima menit kemudian, Opa masih pura-pura sekarat di lantai. Mereka telah memilih lawan tangguh. sekadar konsultan politik kemarin sore yang bisa ditakut-takuti. tuduhan serius. Tapi mereka akan segera tahu, aku bukanlah Kong menyergap kapal pesiar, lengkap bersama barang bukti dan Lima menit kemudian, Opa masih pura-pura sekarat di lantai. mereka miliki hingga bisa menyuruh pasukan antiteror Hong Mereka telah memilih lawan tangguh. sekadar konsultan politik kemarin sore yang bisa ditakut-takuti. tuduhan serius. Tapi mereka akan segera tahu, aku bukanlah Kong menyergap kapal pesiar, lengkap bersama barang bukti dan mereka miliki hingga bisa menyuruh pasukan antiteror Hong Mereka telah memilih lawan tangguh. sekadar konsultan politik kemarin sore yang bisa ditakut-takuti. Lima menit kemudian, Opa masih pura-pura sekarat di lantai. tuduhan serius. Tapi mereka akan segera tahu, aku bukanlah Kong menyergap kapal pesiar, lengkap bersama barang bukti dan mereka miliki hingga bisa menyuruh pasukan antiteror Hong Opa masih pura-pura sekarat di lantai. Mereka telah memilih lawan tangguh. sekadar konsultan politik kemarin sore yang bisa ditakut-takuti. tuduhan serius. Tapi mereka akan segera tahu, aku bukanlah Dua petugas masih berjaga dengan waspada, satu petugas yang Kong menyergap kapal pesiar, lengkap bersama barang bukti dan Lima menit kemudian, Opa masih pura-pura sekarat di lantai. Mereka telah memilih lawan tangguh. sekadar konsultan politik kemarin sore yang bisa ditakut-takuti. tuduhan serius. Tapi mereka akan segera tahu, aku bukanlah Kong menyergap kapal pesiar, lengkap bersama barang bukti dan Dua petugas masih berjaga dengan waspada, satu petugas yang Lima menit kemudian, Opa masih pura-pura sekarat di lantai. Mereka telah memilih lawan tangguh. sekadar konsultan politik kemarin sore yang bisa ditakut-takuti. tuduhan serius. Tapi mereka akan segera tahu, aku bukanlah Dua petugas masih berjaga dengan waspada, satu petugas yang Kong menyergap kapal pesiar, lengkap bersama barang bukti dan Lima menit kemudian, Opa masih pura-pura sekarat di lantai. Mereka telah memilih lawan tangguh. sekadar konsultan politik kemarin sore yang bisa ditakut-takuti. tuduhan serius. Tapi mereka akan segera tahu, aku bukanlah Kong menyergap kapal pesiar, lengkap bersama barang bukti dan Lima menit kemudian, Opa masih pura-pura sekarat di lantai. Mereka telah memilih lawan tangguh. Dua petugas masih berjaga dengan waspada, satu petugas yang sekadar konsultan politik kemarin sore yang bisa ditakut-takuti. tuduhan serius. Tapi mereka akan segera tahu, aku bukanlah Kong menyergap kapal pesiar, lengkap bersama barang bukti dan dengan waspada, satu petugas yang Lima menit kemudian, Opa masih pura-pura sekarat di lantai. Mereka telah memilih lawan tangguh. sekadar konsultan politik kemarin sore yang bisa ditakut-takuti. lain bergabung setelah menelepon atasannya, melaporkan situasi. tuduhan serius. Tapi mereka akan segera tahu, aku bukanlah Dua petugas masih berjaga dengan waspada, satu petugas yang Lima menit kemudian, Opa masih pura-pura sekarat di lantai. Mereka telah memilih lawan tangguh. sekadar konsultan politik kemarin sore yang bisa ditakut-takuti. tuduhan serius. Tapi mereka akan segera tahu, aku bukanlah lain bergabung setelah menelepon atasannya, melaporkan situasi. Dua petugas masih berjaga dengan waspada, satu petugas yang Lima menit kemudian, Opa masih pura-pura sekarat di lantai. Mereka telah memilih lawan tangguh. sekadar konsultan politik kemarin sore yang bisa ditakut-takuti. lain bergabung setelah menelepon atasannya, melaporkan situasi. tuduhan serius. Tapi mereka akan segera tahu, aku bukanlah Dua petugas masih berjaga dengan waspada, satu petugas yang Lima menit kemudian, Opa masih pura-pura sekarat di lantai. Mereka telah memilih lawan tangguh. sekadar konsultan politik kemarin sore yang bisa ditakut-takuti. tuduhan serius. Tapi mereka akan segera tahu, aku bukanlah Dua petugas masih berjaga dengan waspada, satu petugas yang Lima menit kemudian, Opa masih pura-pura sekarat di lantai. bergabung setelah menelepon atasannya, melaporkan situasi. Mereka telah memilih lawan tangguh. sekadar konsultan politik kemarin sore yang bisa ditakut-takuti. tuduhan serius. Tapi mereka akan segera tahu, aku bukanlah lain menelepon atasannya, melaporkan situasi. Dua petugas masih berjaga dengan waspada, satu petugas yang Lima menit kemudian, Opa masih pura-pura sekarat di lantai. Mereka telah memilih lawan tangguh. Maryam masih membungkuk di sebelahku, ikut memeriksa Opa. sekadar konsultan politik kemarin sore yang bisa ditakut-takuti. lain bergabung setelah menelepon atasannya, melaporkan situasi. Dua petugas berjaga dengan waspada, satu petugas yang Lima menit kemudian, Opa pura-pura sekarat di lantai. Mereka telah memilih lawan tangguh. sekadar konsultan politik kemarin sore yang bisa ditakut-takuti. Maryam masih membungkuk di sebelahku, ikut memeriksa Opa. lain bergabung setelah menelepon atasannya, melaporkan situasi. Dua petugas masih berjaga dengan waspada, satu petugas yang Lima menit kemudian, Opa masih pura-pura sekarat di lantai. Mereka telah memilih lawan tangguh. Maryam masihmasih membungkuk dimasih sebelahku, ikut memeriksa Opa. sekadar konsultan politik kemarin sore yang bisa ditakut-takuti. lain bergabung setelah menelepon atasannya, melaporkan situasi. Dua petugas masih berjaga dengan waspada, satu petugas yang Lima menit kemudian, Opa masih pura-pura sekarat di lantai. Mereka telah memilih lawan tangguh. sekadar konsultan politik kemarin sore yang bisa ditakut-takuti. lain bergabung setelah menelepon atasannya, melaporkan situasi. Maryam masih membungkuk di sebelahku, ikut memeriksa Opa. Dua petugas masih berjaga dengan waspada, satu petugas yang Lima menit kemudian, Opa masih pura-pura sekarat di lantai. Mereka telah memilih lawan tangguh. sekadar konsultan politik kemarin sore yang bisa ditakut-takuti. membungkuk di sebelahku, ikut memeriksa Opa. lain bergabung setelah menelepon atasannya, melaporkan situasi. Dua petugas masih berjaga dengan waspada, satu petugas yang Lima menit kemudian, Opa masih pura-pura sekarat di lantai. Kadek melirik moncong senjata, memperhitungkan segala se­ Mereka telah memilih lawan tangguh. Maryam masih membungkuk di sebelahku, ikut memeriksa Opa. lain bergabung setelah menelepon atasannya, melaporkan situasi. Dua petugas masih berjaga dengan waspada, satu petugas yang Lima menit kemudian, Opa masih pura-pura sekarat di lantai. Mereka telah memilih lawan tangguh. Kadek melirik moncong senjata, memperhitungkan segala se­ Maryam masih membungkuk di sebelahku, ikut memeriksa Opa. lain bergabung setelah menelepon atasannya, melaporkan situasi. Dua petugas masih berjaga dengan waspada, satu petugas yang Lima menit kemudian, Opa masih pura-pura sekarat di lantai. Kadek melirik moncong senjata, memperhitungkan segala se­ Mereka telah memilih lawan tangguh. Maryam masih membungkuk di sebelahku, ikut memeriksa Opa. lain bergabung setelah menelepon atasannya, melaporkan situasi. Dua petugas masih berjaga dengan waspada, satu petugas yang Lima menit kemudian, Opa masih pura-pura sekarat di lantai. Mereka telah memilih lawan tangguh. Maryam masih membungkuk di sebelahku, ikut memeriksa Opa. Kadek melirik moncong senjata, memperhitungkan segala se­ lain bergabung setelah menelepon atasannya, melaporkan situasi. Dua petugas masih berjaga dengan waspada, satu petugas yang Lima menit kemudian, Opa masih pura-pura sekarat di lantai. Mereka telah memilih lawan tangguh. Kadek melirik moncong senjata, memperhitungkan segala se­ Maryam masih membungkuk di sebelahku, ikut memeriksa Opa. lain bergabung setelah menelepon atasannya, melaporkan situasi. Dua petugas masih berjaga dengan waspada, satu petugas yang suatu. Aku berbisik pelan, tunggu waktunya, tidak akan lama. Lima menit kemudian, Opa masih pura-pura sekarat di lantai. Kadek melirik moncong senjata, memperhitungkan segala se­ Maryam masih membungkuk di sebelahku, ikut memeriksa Opa. lain bergabung setelah menelepon atasannya, melaporkan situasi. Dua petugas masih berjaga dengan waspada, satu petugas yang Lima menit kemudian, Opa masih pura-pura sekarat di lantai. suatu. Aku berbisik pelan, tunggu waktunya, tidak akan lama. Kadek melirik moncong senjata, memperhitungkan segala se­ Maryam masih membungkuk di sebelahku, ikut memeriksa Opa. lain bergabung setelah menelepon atasannya, melaporkan situasi. Dua petugas masih berjaga dengan waspada, satu petugas yang suatu. Aku berbisik pelan, tunggu waktunya, tidak akan lama. Lima menit kemudian, Opa masih pura-pura sekarat di lantai. Kadek melirik moncong senjata, memperhitungkan segala se­ Maryam masih membungkuk di sebelahku, ikut memeriksa Opa. lain bergabung setelah menelepon atasannya, melaporkan situasi. Dua petugas masih berjaga dengan waspada, satu petugas yang Lima menit kemudian, Opa masih pura-pura sekarat di lantai. Kadek melirik moncong senjata, memperhitungkan segala se­ suatu. Aku berbisik pelan, tunggu waktunya, tidak akan lama. Maryam masih membungkuk di sebelahku, ikut memeriksa Opa. lain bergabung setelah menelepon atasannya, melaporkan situasi. Dua petugas masih berjaga dengan waspada, satu petugas yang Lima menit kemudian, Opa masih pura-pura sekarat di lantai. suatu. Aku berbisik pelan, tunggu waktunya, tidak akan lama. Kadek melirik moncong senjata, memperhitungkan segala se­ Maryam masih membungkuk di sebelahku, ikut memeriksa Opa. lain bergabung setelah menelepon atasannya, melaporkan situasi. Saat terdengar derap langkah kaki di lorong, 18 meter dari Dua petugas masih berjaga dengan waspada, satu petugas yang suatu. Aku berbisik pelan, tunggu waktunya, tidak akan lama. Kadek melirik moncong senjata, memperhitungkan segala se­ Maryam masih membungkuk di sebelahku, ikut memeriksa Opa. lain bergabung setelah menelepon atasannya, melaporkan situasi. Dua petugas masih berjaga dengan waspada, satu petugas yang Saat terdengar derap langkah kaki di lorong, 18 meter dari suatu. Aku berbisik pelan, tunggu waktunya, tidak akan lama. Kadek melirik moncong senjata, memperhitungkan segala se­ Maryam masih membungkuk di sebelahku, ikut memeriksa Opa. lain bergabung setelah menelepon atasannya, melaporkan situasi. Saat terdengar derap langkah kaki di lorong, 18 meter dari Dua petugas masih berjaga dengan waspada, satu petugas yang suatu. Aku berbisik pelan, tunggu waktunya, tidak akan lama. Kadek melirik moncong senjata, memperhitungkan segala se­ Maryam masih membungkuk di sebelahku, ikut memeriksa Opa. lain bergabung setelah menelepon atasannya, melaporkan situasi. Dua petugas masih berjaga dengan waspada, satu petugas yang suatu. Aku berbisik pelan, tunggu waktunya, tidak akan lama. Saat terdengar derap langkah kaki di lorong, 18 meter dari Kadek melirik moncong senjata, memperhitungkan segala se­ Maryam masih membungkuk di sebelahku, ikut memeriksa Opa. lain bergabung setelah menelepon atasannya, melaporkan situasi. Dua petugas masih berjaga dengan waspada, satu petugas yang Saat terdengar derap langkah kaki di lorong, 18 meter dari suatu. Aku berbisik pelan, tunggu waktunya, tidak akan lama. Kadek melirik moncong senjata, memperhitungkan segala se­ Maryam masih membungkuk di sebelahku, ikut memeriksa Opa. ruangan, petugas lain datang, mungkin bersama dokter, saat itu­ lain bergabung setelah menelepon atasannya, melaporkan situasi. Saat terdengar derap langkah kaki di lorong, 18 meter dari suatu. Aku berbisik pelan, tunggu waktunya, tidak akan lama. Kadek melirik moncong senjata, memperhitungkan segala se­ Maryam masih membungkuk di sebelahku, ikut memeriksa Opa. lain bergabung setelah menelepon atasannya, melaporkan situasi. ruangan, petugas lain datang, mungkin bersama dokter, saat itu­ Saat terdengar derap langkah kaki di lorong, 18 meter dari suatu. Aku berbisik pelan, tunggu waktunya, tidak akan lama. Kadek melirik moncong senjata, memperhitungkan segala se­ Maryam masih membungkuk di sebelahku, ikut memeriksa Opa. ruangan, petugas lain datang, mungkin bersama dokter, saat itu­ lain bergabung setelah menelepon atasannya, melaporkan situasi. Saat terdengar derap langkah kaki di lorong, 18 meter dari suatu. Aku berbisik pelan, tunggu waktunya, tidak akan lama. Kadek melirik moncong senjata, memperhitungkan segala se­ Maryam masih membungkuk di sebelahku, ikut memeriksa Opa. lain bergabung setelah menelepon atasannya, melaporkan situasi. Saat terdengar derap langkah kaki di lorong, 18 meter dari ruangan, petugas lain datang, mungkin bersama dokter, saat itu­ suatu. Aku berbisik pelan, tunggu waktunya, tidak akan lama. Kadek melirik moncong senjata, memperhitungkan segala se­ Maryam masih membungkuk di sebelahku, ikut memeriksa Opa. lain bergabung setelah menelepon atasannya, melaporkan situasi. ruangan, petugas lain datang, mungkin bersama dokter, saat itu­ Saat terdengar derap langkah kaki di lorong, 18 meter dari suatu. Aku berbisik pelan, tunggu waktunya, tidak akan lama. Kadek melirik moncong senjata, memperhitungkan segala se­ lah bola baja yang disangkutkan di crane raksasa, dari proyek Maryam masih membungkuk di sebelahku, ikut memeriksa Opa. ruangan, petugas lain datang, mungkin bersama dokter, saat itu­ Saat terdengar derap langkah kaki di lorong, 18 meter dari suatu. Aku berbisik pelan, tunggu waktunya, tidak akan lama. Kadek melirik moncong senjata, memperhitungkan segala se­ Maryam masih membungkuk di sebelahku, ikut memeriksa Opa. lah bola baja yang disangkutkan di crane raksasa, dari proyek ruangan, petugas lain datang, mungkin bersama dokter, saat itu­ Saat terdengar derap langkah kaki di lorong, 18 meter dari suatu. Aku berbisik pelan, tunggu waktunya, tidak akan lama. Kadek melirik moncong senjata, memperhitungkan segala se­ lah bola baja yang disangkutkan di crane raksasa, dari proyek Maryam masih membungkuk di sebelahku, ikut memeriksa Opa. ruangan, petugas lain datang, mungkin bersama dokter, saat itu­ Saat terdengar derap langkah kaki di lorong, 18 meter dari suatu. Aku berbisik pelan, tunggu waktunya, tidak akan lama. Kadek melirik moncong senjata, memperhitungkan segala se­ Maryam masih membungkuk di sebelahku, ikut memeriksa Opa. lah bola baja yang disangkutkan di crane raksasa, dari proyek ruangan, petugas lain datang, mungkin bersama dokter, saat itu­ Saat terdengar derap langkah kaki di lorong, 18 meter dari suatu. Aku berbisik pelan, tunggu waktunya, tidak akan lama. Kadek melirik moncong senjata, memperhitungkan segala se­ Maryam masih membungkuk di sebelahku, ikut memeriksa Opa. lah bola baja yang disangkutkan di crane raksasa, dari proyek ruangan, petugas lain datang, mungkin bersama dokter, saat itu­ Saat terdengar derap langkah kaki di lorong, 18 meter dari suatu. Aku berbisik pelan, tunggu waktunya, tidak akan lama. properti seberang jalan menghantam dinding lantai tempatku Kadek melirik moncong senjata, memperhitungkan segala se­ lah bola baja yang disangkutkan di crane raksasa, dari proyek ruangan, petugas lain datang, mungkin bersama dokter, saat itu­ Saat terdengar derap langkah kaki di lorong, 18 meter dari suatu. Aku berbisik pelan, tunggu waktunya, tidak akan lama. Kadek melirik moncong senjata, memperhitungkan segala se­ properti seberang jalan menghantam dinding lantai tempatku lah bola baja yang disangkutkan di crane raksasa, dari proyek ruangan, petugas lain datang, mungkin bersama dokter, saat itu­ Saat terdengar derap langkah kaki di lorong, 18 meter dari suatu. Aku berbisik pelan, tunggu waktunya, tidak akan lama. properti seberang jalan menghantam dinding lantai tempatku Kadek melirik moncong senjata, memperhitungkan segala se­ lah bola baja yang disangkutkan di crane raksasa, dari proyek ruangan, petugas lain datang, mungkin bersama dokter, saat itu­ Saat terdengar derap langkah kaki di lorong, 18 meter dari suatu. Aku berbisik pelan, tunggu waktunya, tidak akan lama. Kadek melirik moncong senjata, memperhitungkan segala se­ properti seberang jalan menghantam dinding lantai tempatku lah bola baja yang disangkutkan di crane raksasa, dari proyek ruangan, petugas lain datang, mungkin bersama dokter, saat itu­ Saat terdengar derap langkah kaki di lorong, 18 meter dari suatu. Aku berbisik pelan, tunggu waktunya, tidak akan lama. Kadek melirik moncong senjata, memperhitungkan segala se­ properti seberang jalan menghantam dinding lantai tempatku lah bola baja yang disangkutkan di crane raksasa, dari proyek ruangan, petugas lain datang, mungkin bersama dokter, saat itu­ Saat terdengar derap langkah kaki di lorong, 18 meter dari ditahan. suatu. Aku berbisik pelan, tunggu waktunya, tidak akan lama. properti seberang jalan menghantam dinding lantai tempatku lah bola baja yang disangkutkan di crane raksasa, dari proyek ruangan, petugas lain datang, mungkin bersama dokter, saat itu­ Saat terdengar derap langkah kaki di lorong, 18 meter dari suatu. Aku berbisik pelan, tunggu waktunya, tidak akan lama. ditahan. properti seberang jalan menghantam dinding lantai tempatku lah bola baja yang disangkutkan di crane raksasa, dari proyek ruangan, petugas lain datang, mungkin bersama dokter, saat itu­ Saat terdengar derap langkah kaki di lorong, 18 meter dari ditahan. suatu. Aku berbisik pelan, tunggu waktunya, tidak akan lama. properti seberang jalan menghantam dinding lantai tempatku lah bola baja yang disangkutkan di crane raksasa, dari proyek ruangan, petugas lain datang, mungkin bersama dokter, saat itu­ Saat terdengar derap langkah kaki di lorong, 18 meter dari suatu. Aku berbisik pelan, tunggu waktunya, tidak akan lama. ditahan. properti seberang jalan menghantam dinding lantai tempatku lah bola baja yang disangkutkan di crane raksasa, dari proyek ruangan, petugas lain datang, mungkin bersama dokter, saat itu­ Saat terdengar derap langkah kaki di lorong, 18 meter dari suatu. Aku berbisik pelan, tunggu waktunya, tidak akan lama. ditahan. properti seberang jalan menghantam dinding lantai tempatku lah bola baja yang disangkutkan di crane raksasa, dari proyek ruangan, petugas lain datang, mungkin bersama dokter, saat itu­ Berdentum keras! Membuat lantai bergetar kencang seperti Saat terdengar derap langkah kaki di lorong, 18 meter dari ditahan. properti seberang jalan menghantam dinding lantai tempatku lah bola baja yang disangkutkan di crane raksasa, dari proyek ruangan, petugas lain datang, mungkin bersama dokter, saat itu­ Saat derap langkah kaki di lorong, 18 meter dari Berdentum keras! Membuat lantai bergetar kencang seperti ditahan. properti seberang jalan menghantam dinding lantai tempatku lah bola baja disangkutkan di raksasa, dari proyek ruangan, petugas lain datang, mungkin bersama dokter, saat itu­ Berdentum keras! Membuat lantai bergetar kencang seperti Saat terdengar derap langkah kaki di lorong, 18 meter dari ditahan. properti seberang jalan menghantam dinding lantai tempatku lah bolaterdengar baja yang yang disangkutkan di crane crane raksasa, dari proyek ruangan, petugas lain datang, mungkin bersama dokter, saat itu­ Saat terdengar derap langkah kaki di lorong, 18 meter dari Berdentum keras! Membuat lantai bergetar kencang seperti ditahan. properti seberang jalan menghantam dinding lantai tempatku lah bola baja yang disangkutkan di crane raksasa, dari proyek ruangan, petugas lain datang, mungkin bersama dokter, saat itu­ Saat terdengar derap langkah kaki di lorong, 18 meter dari Berdentum keras! Membuat lantai bergetar kencang seperti ditahan. properti seberang jalan menghantam dinding lantai tempatku lah bola baja yang disangkutkan di crane raksasa, dari proyek gempa. Potongan batu bata, bongkahan semen mental ke segala ruangan, petugas lain datang, mungkin bersama dokter, saat itu­ Berdentum keras! Membuat lantai bergetar kencang seperti ditahan. properti seberang jalan menghantam dinding lantai tempatku lah bola baja yang disangkutkan di crane raksasa, dari proyek ruangan, petugas lain datang, mungkin bersama dokter, saat itu­ gempa. Potongan batu bata, bongkahan semen mental ke segala Berdentum keras! Membuat lantai bergetar kencang seperti ditahan. properti seberang jalan menghantam dinding lantai tempatku lah bola baja yang disangkutkan di crane raksasa, dari proyek gempa. Potongan batu bata, bongkahan semen mental ke segala ruangan, petugas lain datang, mungkin bersama dokter, saat itu­ Berdentum keras! Membuat lantai bergetar kencang seperti ditahan. properti seberang jalan menghantam dinding lantai tempatku lah bola baja yang disangkutkan di crane raksasa, dari proyek gempa. Potongan batu bata, bongkahan semen mental ke segala ruangan, petugas lain datang, mungkin bersama dokter, saat itu­ Berdentum keras! Membuat lantai bergetar kencang seperti ditahan. properti seberang jalan menghantam dinding lantai tempatku lah bola baja yang disangkutkan di crane raksasa, dari proyek ruangan, petugas lain datang, mungkin bersama dokter, saat itu­ gempa. Potongan batu bata, bongkahan semen mental ke segala Berdentum keras! Membuat lantai bergetar kencang seperti ditahan. properti seberang jalan menghantam dinding lantai tempatku arah, juga pecahan kaca, tirai. Aku refleks menarik tubuh lah bola baja yang disangkutkan di crane raksasa, dari proyek gempa. Potongan batu bata, bongkahan semen mental ke segala Berdentum keras! Membuat lantai bergetar kencang seperti ditahan. properti seberang jalan menghantam dinding lantai tempatku lah bola baja yang disangkutkan di crane raksasa, dari proyek arah, juga pecahan kaca, tirai. Aku refleks menarik tubuh gempa. Potongan batu bata, bongkahan semen mental ke segala Berdentum keras! Membuat lantai bergetar kencang seperti ditahan. properti seberang jalan menghantam dinding lantai tempatku arah, juga pecahan kaca, tirai. Aku refleks menarik tubuh lah bola baja yang disangkutkan di crane raksasa, dari proyek gempa. Potongan batu bata, bongkahan semen mental ke segala Berdentum keras! Membuat lantai bergetar kencang seperti ditahan. properti seberang jalan menghantam dinding lantai tempatku arah, juga pecahan kaca, tirai. Aku refleks menarik tubuh lah bola baja yang disangkutkan di crane raksasa, dari proyek gempa. Potongan batu bata, bongkahan semen mental ke segala Berdentum keras! Membuat lantai bergetar kencang seperti ditahan. properti seberang jalan menghantam dinding lantai tempatku lah bola bajapecahan yang disangkutkan di crane raksasa, dari proyek arah, juga kaca, tirai. Aku refleks menarik tubuh gempa. Potongan batu bata, bongkahan semen mental ke segala Berdentum keras! Membuat lantai bergetar kencang seperti ditahan. Maryam yang menjerit kaget, menghindar. Kadek juga sigap me­ properti seberang jalan menghantam dinding lantai tempatku arah, juga pecahan kaca, tirai. Aku refleks menarik tubuh gempa. Potongan batu bata, bongkahan semen mental ke segala Berdentum keras! Membuat lantai bergetar kencang seperti ditahan. properti seberang jalan menghantam dinding lantai tempatku Maryam yang menjerit kaget, menghindar. Kadek juga sigap me­ arah, juga pecahan kaca, tirai. Aku refleks menarik tubuh gempa. Potongan batu bata, bongkahan semen mental ke segala Berdentum keras! Membuat lantai bergetar kencang seperti ditahan. Maryam yang menjerit kaget, menghindar. Kadek juga sigap sigap me­ properti seberang jalan menghantam dinding lantai tempatku arah, juga pecahan kaca, tirai. Aku refleks menarik tubuh gempa. Potongan batu bata, bongkahan semen mental ke segala Berdentum keras! Membuat lantai bergetar kencang seperti ditahan. Maryam yang menjerit kaget, menghindar. Kadek juga me­ properti seberang jalan menghantam dinding lantai tempatku arah, juga pecahan kaca, tirai. Aku refleks menarik tubuh gempa. Potongan batu bata, bongkahan semen mental ke segala Berdentum keras! Membuat lantai bergetar kencang seperti ditahan. properti seberang jalan menghantam dinding lantai tempatku Maryam yang menjerit kaget, menghindar. Kadek juga sigap me­ arah, juga pecahan kaca, tirai. Aku refleks menarik tubuh gempa. Potongan batu bata, bongkahan semen mental ke segala Berdentum keras! Membuat lantai bergetar kencang seperti masang badannya, menutupi tubuh Opa agar tidak terkena pe­ ditahan. Maryam yang menjerit kaget, menghindar. Kadek juga sigap me­ arah, juga pecahan kaca, tirai. Aku refleks menarik tubuh gempa. Potongan batu bata, bongkahan semen mental ke segala Berdentum keras! Membuat lantai bergetar kencang seperti ditahan. menutupi tubuh Opa agar tidak terkena pe­ masang badannya, Maryam yang menjerit kaget, menghindar. Kadek juga sigap me­ arah, juga pecahan kaca, tirai. Aku refleks menarik tubuh gempa. Potongan batu bata, bongkahan semen mental ke segala Berdentum keras! Membuat lantai bergetar kencang seperti menutupi tubuh Opa agar tidak terkena pe­ masang badannya, ditahan. Maryam yang menjerit kaget, menghindar. Kadek juga sigap me­ arah, juga pecahan kaca, tirai. Aku refleks menarik tubuh gempa. Potongan batu bata, bongkahan semen mental ke segala Berdentum keras! Membuat lantai bergetar kencang seperti masang badannya, menutupi tubuh Opa agar tidak terkena pe­ ditahan. Maryam yang menjerit kaget, menghindar. Kadek juga sigap me­ arah, juga pecahan kaca, tirai. Aku refleks menarik tubuh gempa. Potongan batu bata, bongkahan semen mental ke segala Berdentum keras! Membuat lantai bergetar kencang seperti ditahan. masang badannya, menutupi tubuh Opa agar tidak terkena pe­ Maryam yang menjerit kaget, menghindar. Kadek juga sigap me­ arah, juga pecahan kaca, tirai. Aku refleks menarik tubuh gempa. Potongan batu bata, bongkahan semen mental ke segala cahan benda. Opa ikut terbangun, lupa kalau dia sedang ber­ Berdentum keras! Membuat lantai bergetar kencang seperti menutupi tubuh Opa agar tidak terkena pe­ masang badannya, Maryam yang menjerit kaget, menghindar. Kadek juga sigap me­ arah, juga pecahan kaca, tirai. Aku refleks menarik tubuh gempa. Potongan batu bata, bongkahan semen mental ke segala Berdentum keras! Membuat lantai bergetar kencang seperti cahan benda. Opa ikut terbangun, lupa kalau dia sedang ber­ menutupi tubuh Opa agar tidak terkena pe­ masang badannya, Maryam yang menjerit kaget, menghindar. Kadek juga sigap me­ arah, juga pecahan kaca, tirai. Aku refleks menarik tubuh gempa. Potongan batu bata, bongkahan semen mental keseperti segala cahan benda. Opa ikut terbangun, lupa kalau dia sedang ber­ Berdentum keras! Membuat lantai bergetar kencang masang badannya, menutupi tubuh Opa agar tidak terkena pe­ Maryam yang menjerit kaget, menghindar. Kadek juga sigap me­ arah, juga pecahan kaca, tirai. Aku refleks menarik tubuh gempa. Potongan batu bata, bongkahan semen mental ke segala cahan benda. Opa ikut terbangun, lupa kalau dia sedang ber­



Itubergerak waktu yang amat berharga. Detik yang tidak ternilai. main sandiwara. Tiga petugas yang memegang senjata berseru, Aku loncat, mengurus dua petugas lain. Tinjuku menghantam Demi melihat tiga petugas lengah, Kadek berdiri cepat. Tangan­ menoleh ke arah dinding yang somplak, membuat lubang besar. gesit. Dia memukul leher salah satu petugas, jatuh. nya Itu waktu yang amat berharga. Detik yang tidak ternilai. main sandiwara. Tiga petugas yang memegang senjata berseru, Aku loncat, mengurus dua petugas lain. Tinjuku menghantam Demi melihat tiga petugas lengah, Kadek berdiri cepat. Tangan­ menoleh ke arah dinding yang somplak, membuat lubang besar. dagu salah satu dari mereka. Dan segera menyusul gesit. Dia memukul leher salah satu petugas, jatuh. nya bergerak Itu waktu yang amat berharga. Detik yang tidak ternilai. main sandiwara. Tiga petugas yang memegang senjata berseru, Aku loncat, mengurus dua petugas lain. Tinjuku menghantam Demi melihat tiga petugas lengah, Kadek berdiri cepat. Tangan­ menoleh ke arah dinding yang somplak, membuat lubang besar. dagu salah satu dari mereka. Dan segera menyusul gesit. Dia memukul leher salah satu petugas, jatuh. nya bergerak Itu waktu yang amat berharga. Detik yang tidak ternilai. main sandiwara. Tiga petugas yang memegang senjata berseru, Aku loncat, mengurus dua petugas lain. Tinjuku menghantam Demi melihat tiga petugas lengah, Kadek berdiri cepat. Tangan­ menoleh ke arah dinding yang somplak, membuat lubang besar. dagu salah satu dari mereka. Dan segera menyusul gesit. Dia memukul leher salah satu petugas, jatuh. nya bergerak Itu waktu yang amat berharga. Detik yang tidak ternilai. Aku loncat, mengurus dua petugas lain. Tinjuku menghantam Demi melihat tiga petugas lengah, Kadek berdiri cepat. Tangan­ menoleh ke arah dinding yang somplak, membuat lubang besar. dagu salah satu dari mereka. Dan segera menyusul gesit. Dia memukul leher salah satu petugas, jatuh. nya bergerak Itu waktu yang amat berharga. Detik yang tidak ternilai. Aku loncat, mengurus dua petugas lain. Tinjuku menghantam Demi melihat tiga petugas lengah, Kadek berdiri cepat. Tangan­ menoleh ke arah dinding yang somplak, membuat lubang besar. dagu salah satu dari mereka. Dan segera menyusul gesit. Dia memukul leher salah satu petugas, jatuh. nya bergerak Itu waktu yang amat berharga. Detik yang tidak ternilai. pelipis yang satunya lagi. Petugas ketiga terjatuh sambil tidak Aku loncat, mengurus dua petugas lain. Tinjuku menghantam Demi melihat tiga petugas lengah, Kadek berdiri cepat. Tangan­ menoleh ke arah dinding yang somplak, membuat lubang besar. dagu salah satu dari mereka. Dan segera menyusul gesit. Dia memukul leher salah satu petugas, jatuh. nya bergerak Itu waktu yang amat berharga. Detik yang tidak ternilai. pelipis yang satunya lagi. Petugas ketiga terjatuh sambil tidak Aku loncat, mengurus dua petugas lain. Tinjuku menghantam Demi melihat tiga petugas lengah, Kadek berdiri cepat. Tangan­ menoleh ke arah dinding yang somplak, membuat lubang besar. dagu salah satu dari mereka. Dan segera menyusul gesit. Dia memukul leher salah satu petugas, jatuh. nya bergerak Itu waktu yang amat berharga. Detik yang tidak ternilai. pelipis yang satunya lagi. Petugas ketiga terjatuh sambil tidak Aku loncat, mengurus dua petugas lain. Tinjuku menghantam Demi melihat tiga petugas lengah, Kadek berdiri cepat. Tangan­ dagu salah satu dari mereka. Dan segera menyusul gesit. Dia memukul leher salah satu petugas, jatuh. nya bergerak Itu waktu yang amat berharga. Detik yang tidak ternilai. pelipis yang satunya lagi. Petugas ketiga terjatuh sambil tidak Aku loncat, mengurus dua petugas lain. Tinjuku menghantam Demi melihat tiga petugas lengah, Kadek berdiri cepat. Tangan­ dagu salah satu dari mereka. Dan segera menyusul gesit. Dia memukul leher salah satu petugas, jatuh. nya bergerak Itu waktu yang amat berharga. Detik yang tidak ternilai. pelipis yang satunya lagi. Petugas ketiga terjatuh sambil tidak Aku loncat, mengurus dua petugas lain. Tinjuku menghantam Demi melihat tiga petugas lengah, Kadek berdiri cepat. Tangan­ sengaja menarik pelatuk senjata otomatis, membuat peluru dagu salah satu dari mereka. Dan segera menyusul gesit. Dia memukul leher salah satu petugas, jatuh. nya bergerak Itu waktu yang amat berharga. Detik yang tidak ternilai. pelipis yang satunya lagi. Petugas ketiga terjatuh sambil tidak Aku loncat, mengurus dua petugas lain. Tinjuku menghantam Demi melihat tiga petugas lengah, Kadek berdiri cepat. Tangan­ sengaja menarik pelatuk senjata otomatis, membuat peluru dagu salah satu dari mereka. Dan segera menyusul gesit. Dia memukul leher salah satu petugas, jatuh. nya bergerak Itu waktu yang amat berharga. Detik yang tidak ternilai. pelipis yang satunya lagi. Petugas ketiga terjatuh sambil tidak Aku loncat, mengurus dua petugas lain. Tinjuku menghantam Demi melihat tiga petugas lengah, Kadek berdiri cepat. Tangan­ sengaja menarik pelatuk senjata otomatis, membuat peluru dagu salah satu dari mereka. Dan segera menyusul gesit. Dia memukul leher salah satu petugas, jatuh. nya bergerak pelipis yang satunya lagi. Petugas ketiga terjatuh sambil tidak Aku loncat, mengurus dua petugas lain. Tinjuku menghantam Demi melihat tiga petugas lengah, Kadek berdiri cepat. Tangan­ sengaja menarik pelatuk senjata otomatis, membuat peluru dagu salah satu dari mereka. Dan segera menyusul gesit. Dia memukul leher salah satu petugas, jatuh. nya bergerak pelipis yang satunya lagi. Petugas ketiga terjatuh sambil tidak Aku loncat, mengurus dua petugas lain. Tinjuku menghantam Demi melihat tiga petugas lengah, Kadek berdiri cepat. Tangan­ sengaja menarik pelatuk senjata otomatis, membuat peluru dagu salah satu dari mereka. Dan segera menyusul gesit. Dia memukul leher salah satu petugas, jatuh. nya bergerak mengukir langit-langit ruangan. Suara rentetan senapan otomatis pelipis yang satunya lagi. Petugas ketiga terjatuh sambil tidak Aku loncat, mengurus dua petugas lain. Tinjuku menghantam Demi melihat tiga petugas lengah, Kadek berdiri cepat. Tangan­ sengaja menarik pelatuk senjata otomatis, membuat peluru dagu salah satu dari mereka. Dan segera menyusul gesit. Dia memukul leher salah satu petugas, jatuh. nya bergerak mengukir langit-langit ruangan. Suara rentetan senapan otomatis pelipis yang satunya lagi. Petugas ketiga terjatuh sambil tidak Aku loncat, mengurus dua petugas lain. Tinjuku menghantam Demi melihat tiga petugas lengah, Kadek berdiri cepat. Tangan­ sengaja menarik pelatuk senjata otomatis, membuat peluru dagu salah satu dari mereka. Dan segera menyusul gesit. Dia memukul leher salah satu petugas, jatuh. nya bergerak mengukir langit-langit ruangan. Suara rentetan senapan otomatis pelipis yang satunya lagi. Petugas ketiga terjatuh sambil tidak Aku loncat, mengurus dua petugas lain. Tinjuku menghantam sengaja menarik pelatuk senjata otomatis, membuat peluru dagu salah satu dari mereka. Dan segera menyusul gesit. Dia memukul leher salah satu petugas, jatuh. nya bergerak mengukir langit-langit ruangan. Suara rentetan senapan otomatis pelipis yang satunya lagi. Petugas ketiga terjatuh sambil tidak Aku loncat, mengurus dua petugas lain. Tinjuku menghantam sengaja menarik pelatuk senjata otomatis, membuat peluru dagu salah satu dari mereka. Dan segera menyusul gesit. Dia memukul leher salah satu petugas, jatuh. nya bergerak mengukir langit-langit ruangan. Suara rentetan senapan otomatis pelipis yang satunya lagi. Petugas ketiga terjatuh sambil tidak Aku loncat, mengurus dua petugas lain. Tinjuku menghantam yang memekakkan telinga bercampur dengan kepulan debu baru sengaja menarik pelatuk senjata otomatis, membuat peluru dagu salah satu dari mereka. Dan segera menyusul gesit. Dia memukul leher salah satu petugas, jatuh. nya bergerak mengukir langit-langit ruangan. Suara rentetan senapan otomatis pelipis yang satunya lagi. Petugas ketiga terjatuh sambil tidak Aku loncat, mengurus dua petugas lain. Tinjuku menghantam yang memekakkan telinga bercampur dengan kepulan debu baru sengaja menarik pelatuk senjata otomatis, membuat peluru dagu salah satu dari mereka. Dan segera menyusul gesit. Dia memukul leher salah satu petugas, jatuh. nya bergerak mengukir langit-langit ruangan. Suara rentetan senapan otomatis pelipis yang satunya lagi. Petugas ketiga terjatuh sambil tidak Aku loncat, mengurus dua petugas lain. Tinjuku menghantam yang memekakkan telinga bercampur dengan kepulan debu baru sengaja menarik pelatuk senjata otomatis, membuat peluru dagu salah satu dari mereka. Dan segera menyusul mengukir langit-langit ruangan. Suara rentetan senapan otomatis pelipis yang satunya lagi. Petugas ketiga terjatuh sambil tidak Aku loncat, mengurus dua petugas lain. Tinjuku menghantam yang memekakkan telinga bercampur dengan kepulan debu baru sengaja menarik pelatuk senjata otomatis, membuat peluru dagu salah satu dari mereka. Dan segera menyusul mengukir langit-langit ruangan. Suara rentetan senapan otomatis pelipis yang satunya lagi. Petugas ketiga terjatuh sambil tidak Aku loncat, mengurus dua petugas lain. Tinjuku menghantam yang memekakkan telinga bercampur dengan kepulan debu baru sengaja menarik pelatuk senjata otomatis, membuat peluru dagu salah satu dari mereka. Dan segera menyusul berhenti saat dia sudah tergeletak pingsan. mengukir langit-langit ruangan. Suara rentetan senapan otomatis pelipis yang satunya lagi. Petugas ketiga terjatuh sambil tidak Aku loncat, mengurus dua petugas lain. Tinjuku menghantam yang memekakkan telinga bercampur dengan kepulan debu baru sengaja menarik pelatuk senjata otomatis, membuat peluru dagu salah satu dari mereka. Dan segera menyusul berhenti saat dia sudah tergeletak pingsan. mengukir langit-langit ruangan. Suara rentetan senapan otomatis pelipis yang satunya lagi. Petugas ketiga terjatuh sambil tidak Aku loncat, mengurus dua petugas lain. Tinjuku menghantam yang memekakkan telinga bercampur dengan kepulan debu baru sengaja menarik pelatuk senjata otomatis, membuat peluru dagu salah satu dari mereka. Dan segera menyusul berhenti saat dia sudah tergeletak pingsan. mengukir langit-langit ruangan. Suara rentetan senapan otomatis pelipis yang satunya lagi. Petugas ketiga terjatuh sambil tidak yang memekakkan telinga bercampur dengan kepulan debu baru sengaja menarik pelatuk senjata otomatis, membuat peluru dagu salah satu dari mereka. Dan segera menyusul menghantam berhenti saat dia sudah tergeletak pingsan. mengukir langit-langit ruangan. Suara rentetan senapan otomatis pelipis yang satunya lagi. Petugas ketiga terjatuh sambil tidak yang memekakkan telinga bercampur dengan kepulan debu baru sengaja menarik pelatuk senjata otomatis, membuat peluru dagu salah satu dari mereka. Dan segera menyusul menghantam berhenti saat dia sudah tergeletak pingsan. mengukir langit-langit ruangan. Suara rentetan senapan otomatis pelipis yang satunya lagi. Petugas ketiga terjatuh sambil tidak ”Bantu Opa berdiri, Kadek!” aku berseru di antara debu dan yang memekakkan telinga bercampur dengan kepulan debu baru sengaja menarik pelatuk senjata otomatis, membuat peluru dagu salah satu dari mereka. Dan segera menyusul menghantam berhenti saat dia sudah tergeletak pingsan. mengukir langit-langit ruangan. Suara rentetan senapan otomatis pelipis yang satunya lagi. Petugas ketiga terjatuh sambil tidak ”Bantu Opa berdiri, Kadek!” aku berseru di antara debu dan yang memekakkan telinga bercampur dengan kepulan debu baru sengaja menarik pelatuk senjata otomatis, membuat peluru dagu salah satu dari mereka. Dan segera menyusul menghantam berhenti saat dia sudah tergeletak pingsan. mengukir langit-langit ruangan. Suara rentetan senapan otomatis pelipis yang satunya lagi. Petugas ketiga terjatuh sambil tidak ”Bantu Opa berdiri, Kadek!” aku berseru di antara debu dan yang memekakkan telinga bercampur dengan kepulan debu baru sengaja menarik pelatuk senjata otomatis, membuat peluru berhenti saat dia sudah tergeletak pingsan. mengukir langit-langit ruangan. Suara rentetan senapan otomatis pelipis yang satunya lagi. Petugas ketiga terjatuh sambil tidak ”Bantu Opa berdiri, Kadek!” aku berseru di antara debu dan yang memekakkan telinga bercampur dengan kepulan debu baru sengaja menarik pelatuk senjata otomatis, membuat peluru berhenti saat dia sudah tergeletak pingsan. mengukir langit-langit ruangan. Suara rentetan senapan otomatis pelipis yang satunya lagi. Petugas ketiga terjatuh sambil tidak ”Bantu Opa berdiri, Kadek!” aku berseru di antara debu dan yang memekakkan telinga bercampur dengan kepulan debu baru sengaja menarik pelatuk senjata otomatis, membuat peluru serakan reruntuhan dinding yang robek lebar oleh bola baja. berhenti saat dia sudah tergeletak pingsan. mengukir langit-langit ruangan. Suara rentetan senapan otomatis pelipis yang satunya lagi. Petugas ketiga terjatuh sambil tidak ”Bantu Opa berdiri, Kadek!” aku berseru di antara debu dan yang memekakkan telinga bercampur dengan kepulan debu baru sengaja menarik pelatuk senjata otomatis, membuat peluru serakan reruntuhan dinding yang robek lebar oleh bola baja. berhenti saat dia sudah tergeletak pingsan. mengukir langit-langit ruangan. Suara rentetan senapan otomatis pelipis yang satunya lagi. Petugas ketiga terjatuh sambil tidak ”Bantu Opa berdiri, Kadek!” aku berseru di antara debu dan yang memekakkan telinga bercampur dengan kepulan debu baru sengaja menarik pelatuk senjata otomatis, membuat peluru serakan reruntuhan dinding yang robek lebar oleh bola baja. berhenti saat dia sudah tergeletak pingsan. mengukir langit-langit ruangan. Suara rentetan senapan otomatis ”Bantu Opa berdiri, Kadek!” aku berseru di antara debu dan yang memekakkan telinga bercampur dengan kepulan debu baru sengaja menarik pelatuk senjata otomatis, membuat peluru serakan reruntuhan dinding yang robek lebar oleh bola baja. berhenti saat dia sudah tergeletak pingsan. mengukir langit-langit ruangan. Suara rentetan senapan otomatis ”Bantu Opa berdiri, Kadek!” aku berseru di antara debu dan yang memekakkan telinga bercampur dengan kepulan debu baru sengaja menarik pelatuk senjata otomatis, membuat peluru serakan reruntuhan dinding yang robek lebar oleh bola baja. berhenti saat dia sudah tergeletak pingsan. mengukir langit-langit ruangan. Suara rentetan senapan otomatis ”Bergegas, Kadek! Waktu kita sempit.” ”Bantu Opa berdiri, Kadek!” aku berseru di antara debu dan yang memekakkan telinga bercampur dengan kepulan debu baru sengaja menarik pelatuk senjata otomatis, membuat peluru serakan reruntuhan dinding yang robek lebar oleh bola baja. berhenti saat dia sudah tergeletak pingsan. mengukir langit-langit ruangan. Suara rentetan senapan otomatis ”Bergegas, Kadek! Waktu kita sempit.” ”Bantu Opa berdiri, Kadek!” aku berseru di antara debu dan yang memekakkan telinga bercampur dengan kepulan debu baru sengaja menarik pelatuk senjata otomatis, membuat peluru serakan reruntuhan dinding yang robek lebar oleh bola baja. berhenti saat dia sudah tergeletak pingsan. mengukir langit-langit ruangan. Suara rentetan senapan otomatis ”Bergegas, Kadek! Waktu kita sempit.” ”Bantu Opa berdiri, Kadek!” aku berseru di antara debu dan yang memekakkan telinga bercampur dengan kepulan debu baru serakan reruntuhan dinding yang robek lebar oleh bola baja. berhenti saat dia sudah tergeletak pingsan. mengukir langit-langit ruangan. Suara rentetan senapan otomatis ”Bergegas, Kadek! Waktu kita sempit.” ”Bantu Opa berdiri, Kadek!” aku berseru di antara debu dan yang memekakkan telinga bercampur dengan kepulan debu baru serakan reruntuhan dinding yang robek lebar oleh bola baja. berhenti saat dia sudah tergeletak pingsan. mengukir langit-langit ruangan. Suara rentetan senapan otomatis ”Bergegas, Kadek! Waktu kita sempit.” ”Bantu Opa berdiri, Kadek!” aku berseru di antara debu dan yang memekakkan telinga bercampur dengan kepulan debu baru Kadek mengangguk, menarik tubuh Opa. serakan reruntuhan dinding yang robek lebar oleh bola baja. berhenti saat dia sudah tergeletak pingsan. mengukir langit-langit ruangan. Suara rentetan senapan otomatis ”Bergegas, Kadek! Waktu kita sempit.” ”Bantu Opa berdiri, Kadek!” aku berseru di antara debu dan yang memekakkan telinga bercampur dengan kepulan debu baru Kadek mengangguk, menarik tubuh Opa. serakan reruntuhan dinding yang robek lebar oleh bola baja. berhenti saat dia sudah tergeletak pingsan. mengukir langit-langit ruangan. Suara rentetan senapan otomatis ”Bergegas, Kadek! Waktu kita sempit.” ”Bantu Opa berdiri, Kadek!” aku berseru di antara debu dan yang memekakkan telinga bercampur dengan kepulan debu baru Kadek mengangguk, menarik tubuh Opa. serakan reruntuhan dinding yang robek lebar oleh bola baja. berhenti saat dia sudah tergeletak pingsan. ”Bergegas, Kadek! Waktu kita sempit.” ”Bantu Opa berdiri, Kadek!” aku berseru di antara debu dan yang memekakkan telinga bercampur dengan kepulan debu baru Kadek mengangguk, menarik tubuh Opa. serakan reruntuhan dinding yang robek lebar oleh bola baja. berhenti saat dia sudah tergeletak pingsan. ”Bergegas, Kadek! Waktu kita sempit.” ”Bantu Opa berdiri, Kadek!” aku berseru di antara debu dan yang memekakkan telinga bercampur dengan kepulan debu baru Kadek mengangguk, menarik tubuh Opa. serakan reruntuhan dinding yang robek lebar oleh bola baja. berhenti saat dia sudah tergeletak pingsan. Belalai crane sekali lagi kembali ke lantai tempatku ditahan, ”Bergegas, Kadek! Waktu kita sempit.” ”Bantu Opa berdiri, Kadek!” aku berseru di antara debu dan yang memekakkan telinga bercampur dengan kepulan debu baru Kadek mengangguk, menarik tubuh Opa. serakan reruntuhan dinding yang robek lebar oleh bola baja. berhenti saat dia sudah tergeletak pingsan. Belalai crane sekali lagi kembali ke lantai tempatku ditahan, ”Bergegas, Kadek! Waktu kita sempit.” ”Bantu Opa berdiri, Kadek!” aku berseru di antara debu dan yang memekakkan telinga bercampur dengan kepulan debu baru Kadek mengangguk, menarik tubuh Opa. serakan reruntuhan dinding yang robek lebar oleh bola baja. berhenti saat dia sudah tergeletak pingsan. Belalai crane sekali lagi kembali ke lantai tempatku ditahan, ”Bergegas, Kadek! Waktu kita sempit.” ”Bantu Opa berdiri, Kadek!” aku berseru di antara debu dan Kadek mengangguk, menarik tubuh Opa. serakan reruntuhan dinding yang robek lebar oleh bola baja. berhenti saat dia sudah tergeletak pingsan. Belalai crane sekali lagi kembali ke lantai tempatku ditahan, ”Bergegas, Kadek! Waktu kita sempit.” ”Bantu Opa berdiri, Kadek!” aku berseru di antara debu dan Kadek mengangguk, menarik tubuh Opa. serakan reruntuhan dinding yang robek lebar oleh bola baja. berhenti saat dia sudah tergeletak pingsan. Belalai crane sekali lagi kembali ke lantai tempatku ditahan, ”Bergegas, Kadek! Waktu kita sempit.” ”Bantu Opa berdiri, Kadek!” aku berseru di antara debu dan kali ini bergerak pelan maju, bukan pukulan menghantam din­ Kadek mengangguk, menarik tubuh Opa. serakan reruntuhan dinding yang robek lebar oleh bola baja. berhenti saat dia sudah tergeletak pingsan. Belalai crane sekali lagi kembali ke lantai tempatku ditahan, ”Bergegas, Kadek! Waktu kita sempit.” ”Bantu Opa berdiri, Kadek!” aku berseru di antara debu dan kali ini bergerak pelan maju, bukan pukulan menghantam din­ Kadek mengangguk, menarik tubuh Opa. serakan reruntuhan dinding yang robek lebar oleh bola baja. berhenti saat dia sudah tergeletak pingsan. Belalai crane sekali lagi kembali ke lantai tempatku ditahan, ”Bergegas, Kadek! Waktu kita sempit.” ”Bantu Opa berdiri, Kadek!” aku berseru di antara debu dan kali ini bergerak pelan maju, bukan pukulan menghantam din­ Kadek mengangguk, menarik tubuh Opa. serakan reruntuhan dinding yang robek lebar oleh bola baja. Belalai crane sekali lagi kembali ke lantai tempatku ditahan, ”Bergegas, Kadek! Waktu kita sempit.” ”Bantu Opa berdiri, Kadek!” aku berseru di antara debu dan kali ini bergerak pelan maju, bukan pukulan menghantam din­ Kadek mengangguk, menarik tubuh Opa. serakan reruntuhan dinding yang robek lebar oleh bola baja. Belalai crane sekali lagi kembali ke lantai tempatku ditahan, ”Bergegas, Kadek! Waktu kita sempit.” ”Bantu Opa berdiri, Kadek!” aku berseru di antara debu dan kali ini bergerak pelan maju, bukan pukulan menghantam din­ Kadek mengangguk, menarik tubuh Opa. serakan reruntuhan dinding yang robek lebar oleh bola baja. ding, tapi menjulurkan belalainya lurus langsung masuk ke da­ Belalai crane sekali lagi kembali ke lantai tempatku ditahan, ”Bergegas, Kadek! Waktu kita sempit.” ”Bantu Opa berdiri, Kadek!” aku berseru di antara debu dan kali ini bergerak pelan maju, bukan pukulan menghantam din­ Kadek mengangguk, menarik tubuh Opa. serakan reruntuhan dinding yang robek lebar oleh bola baja. ding, tapi menjulurkan belalainya lurus langsung masuk ke da­ Belalai crane sekali lagi kembali ke lantai tempatku ditahan, ”Bergegas, Kadek! Waktu kita sempit.” ”Bantu Opa berdiri, Kadek!” aku berseru di antara debu dan kali ini bergerak pelan maju, bukan pukulan menghantam din­ Kadek mengangguk, menarik tubuh Opa. serakan reruntuhan dinding yang robek lebar oleh bola baja. ding, tapi menjulurkan belalainya lurus langsung masuk ke da­ Belalai crane sekali lagi kembali ke lantai tempatku ditahan, ”Bergegas, Kadek! Waktu kita sempit.” kali ini bergerak pelan maju, bukan pukulan menghantam din­ Kadek mengangguk, menarik tubuh Opa. serakan reruntuhan dinding yang robek lebar oleh bola baja. ding, tapi menjulurkan belalainya lurus langsung masuk ke da­ Belalai crane sekali lagi kembali ke lantai tempatku ditahan, ”Bergegas, Kadek! Waktu kita sempit.” kali ini bergerak pelan maju, bukan pukulan menghantam din­ Kadek mengangguk, menarik tubuh Opa. serakan reruntuhan dinding yang robek lebar oleh bola baja. ding, tapi menjulurkan belalainya lurus langsung masuk ke da­ Belalai crane sekali lagi kembali ke lantai tempatku ditahan, ”Bergegas, Kadek! Waktu kita sempit.” lam ruangan yang sudah berlubang. Seperti tangan raksasa yang kali ini bergerak pelan maju, bukan pukulan menghantam din­ Kadek mengangguk, menarik tubuh Opa. serakan reruntuhan dinding yang robek lebar oleh bola baja. ding, tapi menjulurkan belalainya lurus langsung masuk ke da­ Belalai crane sekali lagi kembali ke lantai tempatku ditahan, ”Bergegas, Kadek! Waktu kita sempit.” lam ruangan yang sudah berlubang. Seperti tangan raksasa yang kali ini bergerak pelan maju, bukan pukulan menghantam din­ Kadek mengangguk, menarik tubuh Opa. serakan reruntuhan dinding yang robek lebar oleh bola baja. ding, tapi menjulurkan belalainya lurus langsung masuk ke da­ Belalai crane sekali lagi kembali ke lantai tempatku ditahan, ”Bergegas, Kadek! Waktu kita sempit.” lam ruangan yang sudah berlubang. Seperti tangan raksasa yang kali ini bergerak pelan maju, bukan pukulan menghantam din­ Kadek mengangguk, menarik tubuh Opa. ding, tapi menjulurkan belalainya lurus langsung masuk ke da­ Belalai crane sekali lagi kembali ke lantai tempatku ditahan, ”Bergegas, Kadek! Waktu kita sempit.” lam ruangan yang sudah berlubang. Seperti tangan raksasa yang kali ini bergerak pelan maju, bukan pukulan menghantam din­ Kadek mengangguk, menarik tubuh Opa. ding, tapi menjulurkan belalainya lurus langsung masuk ke da­ Belalai crane sekali lagi kembali ke lantai tempatku ditahan, ”Bergegas, Kadek! Waktu kita sempit.” lam ruangan yang sudah berlubang. Seperti tangan raksasa yang kali ini bergerak pelan maju, bukan pukulan menghantam din­ Kadek mengangguk, menarik tubuh Opa. menghampiri. ding, tapi menjulurkan belalainya lurus langsung masuk ke da­ Belalai crane sekali lagi kembali ke lantai tempatku ditahan, ”Bergegas, Kadek! Waktu kita sempit.” lam ruangan yang sudah berlubang. Seperti tangan raksasa yang kali ini bergerak pelan maju, bukan pukulan menghantam din­ Kadek mengangguk, menarik tubuh Opa. menghampiri. ding, tapi menjulurkan belalainya lurus langsung masuk ke da­ Belalai crane sekali lagi kembali ke lantai tempatku ditahan, ”Bergegas, Kadek! Waktu kita sempit.” lam ruangan yang sudah berlubang. Seperti tangan raksasa yang kali ini bergerak pelan maju, bukan pukulan menghantam din­ Kadek mengangguk, menarik tubuh Opa. menghampiri. ding, tapi menjulurkan belalainya lurus langsung masuk ke da­ Belalai crane sekali lagi kembali ke lantai tempatku ditahan, lam ruangan yang sudah berlubang. Seperti tangan raksasa yang kali ini bergerak pelan maju, bukan pukulan menghantam din­ Kadek mengangguk, menarik tubuh Opa. menghampiri. ding, tapi menjulurkan belalainya lurus langsung masuk ke da­ Belalai crane sekali lagi kembali ke lantai tempatku ditahan, lam ruangan yang sudah berlubang. Seperti tangan raksasa yang kali ini bergerak pelan maju, bukan pukulan menghantam din­ Kadek mengangguk, menarik tubuh Opa. menghampiri. ding, tapi menjulurkan belalainya lurus langsung masuk ke da­ Belalai crane sekali lagi kembali ke lantai tempatku ditahan, ”Bangun, Maryam. Segera naik ke atas ujung crane.” Aku me­ lam ruangan yang sudah berlubang. Seperti tangan raksasa yang kali ini bergerak pelan maju, bukan pukulan menghantam din­ Kadek mengangguk, menarik tubuh Opa. menghampiri. ding, tapi menjulurkan belalainya lurus langsung masuk ke da­ Belalai crane sekali lagi kembali ke lantai tempatku ditahan, ”Bangun, Maryam. Segera naik ke atas ujung crane.” Aku me­ lam ruangan yang sudah berlubang. Seperti tangan raksasa yang kali ini bergerak pelan maju, bukan pukulan menghantam din­ Kadek mengangguk, menarik tubuh Opa. menghampiri. ding, tapi menjulurkan belalainya lurus langsung masuk ke da­ Belalai crane sekali lagi kembali ke lantai tempatku ditahan, ”Bangun, Maryam. Segera naik ke atas ujung crane.” Aku me­ lam ruangan yang sudah berlubang. Seperti tangan raksasa yang kali ini bergerak pelan maju, bukan pukulan menghantam din­ menghampiri. ding, tapi menjulurkan belalainya lurus langsung masuk ke da­ Belalai crane sekali lagi kembali ke lantai tempatku ditahan, ”Bangun, Maryam. Segera naik ke atas ujung crane.” Aku me­ lam ruangan yang sudah berlubang. Seperti tangan raksasa yang kali ini bergerak pelan maju, bukan pukulan menghantam din­ menghampiri. ding, tapi menjulurkan belalainya lurus langsung masuk ke da­ Belalai crane sekali lagi kembali ke lantai tempatku ditahan, ”Bangun, Maryam. Segera naik ke atas ujung crane.” Aku me­ lam ruangan yang sudah berlubang. Seperti tangan raksasa yang kali ini bergerak pelan maju, bukan pukulan menghantam din­ narik Maryam yang masih bersimpuh, terbatuk oleh kepulan menghampiri. ding, tapi menjulurkan belalainya lurus langsung masuk ke da­ Belalai crane sekali lagi kembali ke lantai tempatku ditahan, ”Bangun, Maryam. Segera naik ke atas ujung crane.” Aku me­ lam ruangan yang sudah berlubang. Seperti tangan raksasa yang kali ini bergerak pelan maju, bukan pukulan menghantam din­ narik Maryam yang masih bersimpuh, terbatuk oleh kepulan menghampiri. ding, tapi menjulurkan belalainya lurus langsung masuk ke da­ Belalai crane sekali lagi kembali ke lantai tempatku ditahan, ”Bangun, Maryam. Segera naik ke atas ujung crane.” Aku me­ lam ruangan yang sudah berlubang. Seperti tangan raksasa yang kali ini bergerak pelan maju, bukan pukulan menghantam din­ narik Maryam yang masih bersimpuh, terbatuk oleh kepulan menghampiri. ding, tapi menjulurkan belalainya lurus langsung masuk ke da­ ”Bangun, Maryam. Segera naik ke atas ujung crane.” Aku me­ lam ruangan yang sudah berlubang. Seperti tangan raksasa yang kali ini bergerak pelan maju, bukan pukulan menghantam din­ narik Maryam yang masih bersimpuh, terbatuk oleh kepulan menghampiri. ding, tapi menjulurkan belalainya lurus langsung masuk ke da­ ”Bangun, Maryam. Segera naik ke atas ujung crane.” Aku me­ lam ruangan yang sudah berlubang. Seperti tangan raksasa yang kali ini bergerak pelan maju, bukan pukulan menghantam din­ narik Maryam yang masih bersimpuh, terbatuk oleh kepulan menghampiri. ding, tapi menjulurkan belalainya lurus langsung masuk ke da­ debu. ”Bangun, Maryam. Segera naik ke atas ujung crane.” Aku me­ lam ruangan yang sudah berlubang. Seperti tangan raksasa yang kali ini bergerak pelan maju, bukan pukulan menghantam din­ narik Maryam yang masih bersimpuh, terbatuk oleh kepulan menghampiri. ding, tapi menjulurkan belalainya lurus langsung masuk ke da­ debu. ”Bangun, Maryam. Segera naik ke atas ujung crane.” Aku me­ lam ruangan yang sudah berlubang. Seperti tangan raksasa yang kali ini bergerak pelan maju, bukan pukulan menghantam din­ narik Maryam yang masih bersimpuh, terbatuk oleh kepulan menghampiri. ding, tapi menjulurkan belalainya lurus langsung masuk ke da­ debu. ”Bangun, Maryam. Segera naik ke atas ujung crane.” Aku me­ lam ruangan yang sudah berlubang. Seperti tangan raksasa yang narik Maryam yang masih bersimpuh, terbatuk oleh kepulan menghampiri. ding, tapi menjulurkan belalainya lurus langsung masuk ke da­ debu. ”Bangun, Maryam. Segera naik ke atas ujung crane.” Aku me­ lam ruangan yang sudah berlubang. Seperti tangan raksasa yang narik Maryam yang masih bersimpuh, terbatuk oleh kepulan menghampiri. ding, tapi menjulurkan belalainya lurus langsung masuk ke da­ debu. ”Bangun, Maryam. Segera naik ke atas ujung crane.” Aku me­ lam ruangan yang sudah berlubang. Seperti tangan raksasa yang Maryam terlihat ragu-ragu. Aku sudah menariknya paksa, narik Maryam yang masih bersimpuh, terbatuk oleh kepulan menghampiri. ding, tapi menjulurkan belalainya lurus langsung masuk ke da­ debu. ”Bangun, Maryam. Segera naik ke atas ujung crane.” Aku me­ lam ruangan yang sudah berlubang. Seperti tangan raksasa yang Maryam terlihat ragu-ragu. Aku sudah menariknya paksa, narik Maryam yang masih bersimpuh, terbatuk oleh kepulan menghampiri. ding, tapi menjulurkan belalainya lurus langsung masuk ke da­ debu. ”Bangun, Maryam. Segera naik ke atas ujung crane.” Aku me­ lam ruangan yang sudah berlubang. Seperti tangan raksasa yang Maryam terlihat ragu-ragu. Aku sudah menariknya paksa, narik Maryam yang masih bersimpuh, terbatuk oleh kepulan menghampiri. debu. ”Bangun, Maryam. Segera naik ke atas ujung crane.” Aku me­ lam ruangan yang sudah berlubang. Seperti tangan raksasa yang Maryam terlihat ragu-ragu. Aku sudah menariknya paksa, narik Maryam yang masih bersimpuh, terbatuk oleh kepulan menghampiri. debu. ”Bangun, Maryam. Segera naik ke atas ujung crane.” Aku me­ lam ruangan yang sudah berlubang. Seperti tangan raksasa yang Maryam terlihat ragu-ragu. Aku sudah menariknya paksa, narik Maryam yang masih bersimpuh, terbatuk oleh kepulan menghampiri. menyeret tangan Maryam. Dari ujung lorong terdengar seruandebu. ”Bangun, Maryam. Segera naik ke atas ujung crane.” Aku me­ lam ruangan yang sudah berlubang. Seperti tangan raksasa yang Maryam terlihat ragu-ragu. Aku sudah menariknya paksa, narik Maryam yang masih bersimpuh, terbatuk oleh kepulan menghampiri. menyeret tangan Maryam. Dari ujung lorong terdengar seruandebu. ”Bangun, Maryam. Segera naik ke atas ujung crane.” Aku me­ lam ruangan yang sudah berlubang. Seperti tangan raksasa yang Maryam terlihat ragu-ragu. Aku sudah menariknya paksa, narik Maryam yang masih bersimpuh, terbatuk oleh kepulan menghampiri. menyeret tangan Maryam. ujung lorong terdengar seruandebu. ”Bangun, Maryam. Segera naik ke ujung crane.” Aku me­ Maryam terlihat ragu-ragu. Aku sudah menariknya paksa, narik Maryam yang masih bersimpuh, terbatuk oleh kepulan menghampiri. menyeret tangan Maryam. Dari ujung lorong terdengar seruandebu. ”Bangun, Maryam. SegeraDari naik ke atas atas ujung crane.” Aku me­ Maryam terlihat ragu-ragu. Aku sudah menariknya paksa, narik Maryam yang masih bersimpuh, terbatuk oleh kepulan menghampiri. menyeret tangan Maryam. Dari ujung lorong terdengar seruandebu. ”Bangun, Maryam. Segera naik ke atas ujung crane.” Aku me­ seruan. Sepertinya penghuni bangunan ini telah menyadari apa Maryam terlihat ragu-ragu. Aku sudah menariknya paksa, narik Maryam yang masih bersimpuh, terbatuk oleh kepulan menghampiri. menyeret tangan Maryam. Dari ujung lorong terdengar seruandebu. ”Bangun, Maryam. Segera naik ke atas ujung crane.” Aku me­ seruan. Sepertinya penghuni bangunan ini telah menyadari apa Maryam terlihat ragu-ragu. Aku sudah menariknya paksa, narik Maryam yang masih bersimpuh, terbatuk oleh kepulan menghampiri. menyeret tangan Maryam. Dari ujung lorong terdengar seruandebu. ”Bangun, Maryam. Segera naik ke atas ujung crane.” Aku me­ seruan. Sepertinya penghuni bangunan ini telah menyadari apa Maryam terlihat ragu-ragu. Aku sudah menariknya paksa, narik Maryam yang masih bersimpuh, terbatuk oleh kepulan menyeret tangan Maryam. Dari ujung lorong terdengar seruandebu. ”Bangun, Maryam. Segera naik ke atas ujung crane.” Aku me­ seruan. Sepertinya penghuni bangunan ini telah menyadari apa Maryam terlihat ragu-ragu. Aku sudah menariknya paksa, narik Maryam yang masih bersimpuh, terbatuk oleh kepulan menyeret tangan Maryam. Dari ujung lorong terdengar seruandebu. ”Bangun, Maryam. Segera naik ke atas ujung crane.” Aku me­ seruan. Sepertinya penghuni bangunan ini telah menyadari apa Maryam terlihat ragu-ragu. Aku sudah menariknya paksa, narik Maryam yang masih bersimpuh, terbatuk oleh kepulan yang sedang terjadi. Itu bukan gempa, atau gedung roboh, se­ menyeret tangan Maryam. Dari ujung lorong terdengar seruandebu. ”Bangun, Maryam. Segera naik ke atas ujung crane.” Aku me­ seruan. Sepertinya penghuni bangunan ini telah menyadari apa Maryam terlihat ragu-ragu. Aku sudah menariknya paksa, narik Maryam yang masih bersimpuh, terbatuk oleh kepulan yang sedang terjadi. Itu bukan gempa, atau gedung roboh, se­ menyeret tangan Maryam. Dari ujung lorong terdengar seruandebu. ”Bangun, Maryam. Segera naik ke atas ujung crane.” Aku me­ seruan. Sepertinya penghuni bangunan ini telah menyadari apa Maryam terlihat ragu-ragu. Aku sudah menariknya paksa, narik Maryam yang masih bersimpuh, terbatuk oleh kepulan yang sedang terjadi. Itu bukan gempa, atau gedung roboh, se­ menyeret tangan Maryam. Dari ujung lorong terdengar seruandebu. seruan. Sepertinya penghuni bangunan ini telah menyadari apa Maryam terlihat ragu-ragu. Aku sudah menariknya paksa, narik Maryam yang masih bersimpuh, terbatuk oleh kepulan yang sedang terjadi. Itu bukan gempa, atau gedung roboh, se­ menyeret tangan Maryam. Dari ujung lorong terdengar seruandebu. seruan. Sepertinya penghuni bangunan ini telah menyadari apa Maryam terlihat ragu-ragu. Aku sudah menariknya paksa, narik Maryam yang masih bersimpuh, terbatuk oleh kepulan yang sedang terjadi. Itu bukan gempa, atau gedung roboh, se­ menyeret tangan Maryam. Dari ujung lorong terdengar seruandebu. suatu serius sedang terjadi. Opa sudah di atas belalai crane, seruan. Sepertinya penghuni bangunan ini telah menyadari apa Maryam terlihat ragu-ragu. Aku sudah menariknya paksa, narik Maryam yang masih bersimpuh, terbatuk oleh kepulan yang sedang terjadi. Itu bukan gempa, atau gedung roboh, se­ menyeret tangan Maryam. Dari ujung lorong terdengar seruandebu. suatu serius sedang terjadi. Opa sudah di atas belalai crane, seruan. Sepertinya penghuni bangunan ini telah menyadari apa Maryam terlihat ragu-ragu. Aku sudah menariknya paksa, narik Maryam yang masih bersimpuh, terbatuk oleh kepulan yang sedang terjadi. Itu bukan gempa, atau gedung roboh, se­ menyeret tangan Maryam. Dari ujung lorong terdengar seruandebu. suatu serius sedang terjadi. Opa sudah di atas belalai crane, seruan. Sepertinya penghuni bangunan ini telah menyadari apa Maryam terlihat ragu-ragu. Aku sudah menariknya paksa, yang sedang terjadi. Itu bukan gempa, atau gedung roboh, se­ menyeret tangan Maryam. Dari ujung lorong terdengar seruandebu. suatu serius sedang terjadi. Opa sudah di atas belalai crane, seruan. Sepertinya penghuni bangunan ini telah menyadari apa Maryam terlihat ragu-ragu. Aku sudah menariknya paksa, yang sedang terjadi. Itu bukan gempa, atau gedung roboh, se­ menyeret tangan Maryam. Dari ujung lorong terdengar seruandebu. suatu serius sedang terjadi. Opa sudah ditelah atas belalai crane, seruan. Sepertinya penghuni bangunan ini menyadari apa Maryam terlihat ragu-ragu. Aku sudah menariknya paksa, yang sedang terjadi. Itu bukan gempa, atau gedung roboh, se­ menyeret tangan Maryam. Dari ujung lorong terdengar seruandebu.



nya memeluk salah satu pipa baja. usaha naik, dua kali tergelincir, aku mendorongnya, menyuruh­ dipegang kokoh oleh Kadek. Maryam dengan wajah pucat ber­ di punggung, memegang yang lain. Tanpa pirkan satu senjata yang tergeletak. Lantas meloncat ke atas ujung crane, menyam­ Aku kembali ke lantai ruangan, meraih dua senjata otomatis nya memeluk salah satu pipa baja. usaha naik, dua kali tergelincir, aku mendorongnya, menyuruh­ dipegang kokoh oleh Kadek. Maryam dengan wajah pucat ber­ di punggung, memegang yang lain. Tanpa pirkan satu senjata yang tergeletak. Lantas meloncat ke atas ujung crane, menyam­ Aku kembali ke lantai ruangan, meraih dua senjata otomatis nya memeluk salah satu pipa baja. usaha naik, dua kali tergelincir, aku mendorongnya, menyuruh­ dipegang kokoh oleh Kadek. Maryam dengan wajah pucat ber­ di punggung, memegang yang lain. Tanpa pirkan satu senjata yang tergeletak. Lantas meloncat ke atas ujung crane, menyam­ Aku kembali ke lantai ruangan, meraih dua senjata otomatis nya memeluk salah satu pipa baja. usaha naik, dua kali tergelincir, aku mendorongnya, menyuruh­ dipegang kokoh oleh Kadek. Maryam dengan wajah pucat ber­ di punggung, memegang yang lain. Tanpa pirkan satu senjata yang tergeletak. Lantas meloncat ke atas ujung crane, menyam­ Aku kembali ke lantai ruangan, meraih dua senjata otomatis nya memeluk salah satu pipa baja. usaha naik, dua kali tergelincir, aku mendorongnya, menyuruh­ berpikir dua kali, aku menarik pelatuk senjata otomatis itu, me­ di punggung, memegang yang lain. Tanpa pirkan satu senjata yang tergeletak. Lantas meloncat ke atas ujung crane, menyam­ Aku kembali ke lantai ruangan, meraih dua senjata otomatis nya memeluk salah satu pipa baja. usaha naik, dua kali tergelincir, aku mendorongnya, menyuruh­ berpikir dua kali, aku menarik pelatuk senjata otomatis itu, me­ di punggung, memegang yang lain. Tanpa pirkan satu senjata yang tergeletak. Lantas meloncat ke atas ujung crane, menyam­ Aku kembali ke lantai ruangan, meraih dua senjata otomatis nya memeluk salah satu pipa baja. usaha naik, dua kali tergelincir, aku mendorongnya, menyuruh­ berpikir dua kali, aku menarik pelatuk senjata otomatis itu, me­ di punggung, memegang yang lain. Tanpa pirkan satu senjata yang tergeletak. Lantas meloncat ke atas ujung crane, menyam­ Aku kembali ke lantai ruangan, meraih dua senjata otomatis nya memeluk salah satu pipa baja. usaha naik, dua kali tergelincir, aku mendorongnya, menyuruh­ berpikir dua kali, aku menarik pelatuk senjata otomatis itu, me­ di punggung, memegang yang lain. Tanpa pirkan satu senjata yang tergeletak. Lantas meloncat ke atas ujung crane, menyam­ Aku kembali ke lantai ruangan, meraih dua senjata otomatis nya memeluk salah satu pipa baja. usaha naik, dua kali tergelincir, aku mendorongnya, menyuruh­ berpikir dua kali, aku menarik pelatuk senjata otomatis itu, me­ di punggung, memegang yang lain. Tanpa pirkan satu senjata yang tergeletak. Lantas meloncat ke atas ujung crane, menyam­ Aku kembali ke lantai ruangan, meraih dua senjata otomatis nya memeluk salah satu pipa baja. muntahkan puluhan peluru ke dalam lorong, tempat muncul berpikir dua kali, aku menarik pelatuk senjata otomatis itu, me­ di punggung, memegang yang lain. Tanpa pirkan satu senjata yang tergeletak. Lantas meloncat ke atas ujung crane, menyam­ Aku kembali ke lantai ruangan, meraih dua senjata otomatis nya memeluk salah satu pipa baja. muntahkan puluhan peluru ke dalam lorong, tempat muncul berpikir dua kali, aku menarik pelatuk senjata otomatis itu, me­ di punggung, memegang yang lain. Tanpa pirkan satu senjata yang tergeletak. Lantas meloncat ke atas ujung crane, menyam­ Aku kembali ke lantai ruangan, meraih dua senjata otomatis nya memeluk salah satu pipa baja. muntahkan puluhan peluru ke dalam lorong, tempat muncul berpikir dua kali, aku menarik pelatuk senjata otomatis itu, me­ di punggung, memegang yang lain. Tanpa pirkan satu senjata yang tergeletak. Lantas meloncat ke atas ujung crane, menyam­ Aku kembali ke lantai ruangan, meraih dua senjata otomatis nya memeluk salah satu pipa baja. muntahkan puluhan peluru ke dalam lorong, tempat muncul berpikir dua kali, aku menarik pelatuk senjata otomatis itu, me­ di punggung, memegang yang lain. Tanpa pirkan satu senjata yang tergeletak. Lantas meloncat ke atas ujung crane, menyam­ Aku kembali ke lantai ruangan, meraih dua senjata otomatis nya memeluk salah satu pipa baja. muntahkan puluhan peluru ke dalam lorong, tempat muncul berpikir dua kali, aku menarik pelatuk senjata otomatis itu, me­ di punggung, memegang yang lain. Tanpa pirkan satu senjata yang tergeletak. Lantas meloncat ke atas ujung crane, menyam­ Aku kembali ke lantai ruangan, meraih dua senjata otomatis setengah lusin orang dengan seragam taktis, beberapa petugas muntahkan puluhan peluru ke dalam lorong, tempat muncul berpikir dua kali, aku menarik pelatuk senjata otomatis itu, me­ di punggung, memegang yang lain. Tanpa pirkan satu senjata yang tergeletak. Lantas meloncat ke atas ujung crane, menyam­ Aku kembali ke lantai ruangan, meraih dua senjata otomatis setengah lusin orang dengan seragam taktis, beberapa petugas muntahkan puluhan peluru ke dalam lorong, tempat muncul berpikir dua kali, aku menarik pelatuk senjata otomatis itu, me­ di punggung, memegang yang lain. Tanpa pirkan satu senjata yang tergeletak. Lantas meloncat ke atas ujung crane, menyam­ Aku kembali ke lantai ruangan, meraih dua senjata otomatis setengah lusin orang dengan seragam taktis, beberapa petugas muntahkan puluhan peluru ke dalam lorong, tempat muncul berpikir dua kali, aku menarik pelatuk senjata otomatis itu, me­ di punggung, memegang yang lain. Tanpa pirkan satu senjata yang tergeletak. Lantas meloncat ke atas ujung crane, menyam­ Aku kembali ke lantai ruangan, meraih dua senjata otomatis setengah lusin orang dengan seragam taktis, beberapa petugas muntahkan puluhan peluru ke dalam lorong, tempat muncul berpikir dua kali, aku menarik pelatuk senjata otomatis itu, me­ di punggung, memegang yang lain. Tanpa pirkan satu senjata yang tergeletak. Lantas meloncat ke atas ujung crane, menyam­ Aku kembali ke lantai ruangan, meraih dua senjata otomatis setengah lusin orang dengan seragam taktis, beberapa petugas muntahkan puluhan peluru ke dalam lorong, tempat muncul berpikir dua kali, aku menarik pelatuk senjata otomatis itu, me­ di punggung, memegang yang lain. Tanpa pirkan satu senjata yang tergeletak. Lantas meloncat ke atas ujung crane, menyam­ medis, dan Detektif Liu yang memimpin mereka. setengah lusin orang dengan seragam taktis, beberapa petugas muntahkan puluhan peluru ke dalam lorong, tempat muncul berpikir dua kali, aku menarik pelatuk senjata otomatis itu, me­ di punggung, memegang yang lain. Tanpa pirkan satu senjata yang tergeletak. Lantas meloncat ke atas ujung crane, menyam­ medis, dan Detektif Liu yang memimpin mereka. setengah lusin orang dengan seragam taktis, beberapa petugas muntahkan puluhan peluru ke dalam lorong, tempat muncul berpikir dua kali, aku menarik pelatuk senjata otomatis itu, me­ di punggung, memegang yang lain. Tanpa pirkan satu senjata yang tergeletak. Lantas meloncat ke atas ujung crane, menyam­ medis, dan Detektif Liu yang memimpin mereka. setengah lusin orang dengan seragam taktis, beberapa petugas muntahkan puluhan peluru ke dalam lorong, tempat muncul berpikir dua kali, aku menarik pelatuk senjata otomatis itu, me­ di punggung, memegang yang lain. Tanpa pirkan satu senjata yang tergeletak. Lantas meloncat ke atas ujung crane, menyam­ medis, dan Detektif Liu yang memimpin mereka. setengah lusin orang dengan seragam taktis, beberapa petugas muntahkan puluhan peluru ke dalam lorong, tempat muncul berpikir dua kali, aku menarik pelatuk senjata otomatis itu, me­ di punggung, memegang yang lain. Tanpa pirkan satu senjata yang tergeletak. Lantas meloncat ke atas ujung crane, menyam­ medis, dan Detektif Liu yang memimpin mereka. setengah lusin orang dengan seragam taktis, beberapa petugas muntahkan puluhan peluru ke dalam lorong, tempat muncul berpikir dua kali, aku menarik pelatuk senjata otomatis itu, me­ di punggung, memegang yang lain. Tanpa pirkan satu senjata Tidak ada waktu untuk berpikir, aku memutuskan menembak medis, dan Detektif Liu yang memimpin mereka. setengah lusin orang dengan seragam taktis, beberapa petugas muntahkan puluhan peluru ke dalam lorong, tempat muncul berpikir dua kali, aku menarik pelatuk senjata otomatis itu, me­ di punggung, memegang yang lain. Tanpa pirkan satu senjata Tidak ada waktu untuk berpikir, aku memutuskan menembak medis, dan Detektif Liu yang memimpin mereka. setengah lusin orang dengan seragam taktis, beberapa petugas muntahkan puluhan peluru ke dalam lorong, tempat muncul berpikir dua kali, aku menarik pelatuk senjata otomatis itu, me­ di punggung, memegang yang lain. Tanpa pirkan satu senjata Tidak ada waktu untuk berpikir, aku memutuskan menembak medis, dan Detektif Liu yang memimpin mereka. setengah lusin orang dengan seragam taktis, beberapa petugas muntahkan puluhan peluru ke dalam lorong, tempat muncul berpikir dua kali, aku menarik pelatuk senjata otomatis itu, me­ di punggung, memegang yang lain. Tanpa pirkan satu senjata Tidak ada waktu untuk berpikir, aku memutuskan menembak medis, dan Detektif Liu yang memimpin mereka. setengah lusin orang dengan seragam taktis, beberapa petugas muntahkan puluhan peluru ke dalam lorong, tempat muncul berpikir dua kali, aku menarik pelatuk senjata otomatis itu, me­ di punggung, memegang yang lain. Tanpa pirkan satu senjata Tidak ada waktu untuk berpikir, aku memutuskan menembak medis, dan Detektif Liu yang memimpin mereka. setengah lusin orang dengan seragam taktis, beberapa petugas muntahkan puluhan peluru ke dalam lorong, tempat muncul berpikir dua kali, aku menarik pelatuk senjata otomatis itu, me­ sebelum mereka menembaki kami. Melihat kami berempat su­ Tidak ada waktu untuk berpikir, aku memutuskan menembak medis, dan Detektif Liu yang memimpin mereka. setengah lusin orang dengan seragam taktis, beberapa petugas muntahkan puluhan peluru ke dalam lorong, tempat muncul berpikir dua kali, aku menarik pelatuk senjata otomatis itu, me­ sebelum mereka menembaki kami. Melihat kami berempat su­ Tidak ada waktu untuk berpikir, aku memutuskan menembak medis, dan Detektif Liu yang memimpin mereka. setengah lusin orang dengan seragam taktis, beberapa petugas muntahkan puluhan peluru ke dalam lorong, tempat muncul berpikir dua kali, aku menarik pelatuk senjata otomatis itu, me­ sebelum mereka menembaki kami. Melihat kami berempat su­ Tidak ada waktu untuk berpikir, aku memutuskan menembak medis, dan Detektif Liu yang memimpin mereka. setengah lusin orang dengan seragam taktis, beberapa petugas muntahkan puluhan peluru ke dalam lorong, tempat muncul berpikir dua kali, aku menarik pelatuk senjata otomatis itu, me­ sebelum mereka menembaki kami. Melihat kami berempat su­ Tidak ada waktu untuk berpikir, aku memutuskan menembak medis, dan Detektif Liu yang memimpin mereka. setengah lusin orang dengan seragam taktis, beberapa petugas muntahkan puluhan peluru ke dalam lorong, tempat muncul berpikir dua kali, aku menarik pelatuk senjata otomatis itu, me­ sebelum mereka menembaki kami. Melihat kami berempat su­ Tidak ada waktu untuk berpikir, aku memutuskan menembak medis, dan Detektif Liu yang memimpin mereka. setengah lusin orang dengan seragam taktis, beberapa petugas muntahkan puluhan peluru ke dalam lorong, tempat muncul dah naik, belalai crane bergerak mundur. Kami keluar dari sebelum mereka menembaki kami. Melihat kami berempat su­ Tidak ada waktu untuk berpikir, aku memutuskan menembak medis, dan Detektif Liu yang memimpin mereka. setengah lusin orang dengan seragam taktis, beberapa petugas muntahkan puluhan peluru ke dalam lorong, tempat muncul dah naik, belalai crane bergerak mundur. Kami keluar dari sebelum mereka menembaki kami. Melihat kami berempat su­ Tidak ada waktu untuk berpikir, aku memutuskan menembak medis, dan Detektif Liu yang memimpin mereka. setengah lusin orang dengan seragam taktis, beberapa petugas muntahkan puluhan peluru ke dalam lorong, tempat muncul dah naik, belalai crane bergerak mundur. Kami keluar dari sebelum mereka menembaki kami. Melihat kami berempat su­ Tidak ada waktu untuk berpikir, aku memutuskan menembak medis, dan Detektif Liu yang memimpin mereka. setengah lusin orang dengan seragam taktis, beberapa petugas muntahkan puluhan peluru ke dalam lorong, tempat muncul dah naik, belalai crane bergerak mundur. Kami keluar dari sebelum mereka menembaki kami. Melihat kami berempat su­ Tidak ada waktu untuk berpikir, aku memutuskan menembak medis, dan Detektif Liu yang memimpin mereka. setengah lusin orang dengan seragam taktis, beberapa petugas muntahkan puluhan peluru ke dalam lorong, tempat muncul dah naik, belalai crane bergerak mundur. Kami keluar dari sebelum mereka menembaki kami. Melihat kami berempat su­ Tidak ada waktu untuk berpikir, aku memutuskan menembak medis, dan Detektif Liu yang memimpin mereka. setengah lusin orang dengan seragam taktis, beberapa petugas ruangan tersebut, langsung disambut gerimis yang membungkus dah naik, belalai crane bergerak mundur. Kami keluar dari sebelum mereka menembaki kami. Melihat kami berempat su­ Tidak ada waktu untuk berpikir, aku memutuskan menembak medis, dan Detektif Liu yang memimpin mereka. setengah lusin orang dengan seragam taktis, beberapa petugas ruangan tersebut, langsung disambut gerimis yang membungkus dah naik, belalai crane bergerak mundur. Kami keluar dari sebelum mereka menembaki kami. Melihat kami berempat su­ Tidak ada waktu untuk berpikir, aku memutuskan menembak medis, dan Detektif Liu yang memimpin mereka. setengah lusin orang dengan seragam taktis, beberapa petugas ruangan tersebut, langsung disambut gerimis yang membungkus dah naik, belalai crane bergerak mundur. Kami keluar dari sebelum mereka menembaki kami. Melihat kami berempat su­ Tidak ada waktu untuk berpikir, aku memutuskan menembak medis, dan Detektif Liu yang memimpin mereka. setengah lusin orang dengan seragam taktis, beberapa petugas ruangan tersebut, langsung disambut gerimis yang membungkus dah naik, belalai crane bergerak mundur. Kami keluar dari sebelum mereka menembaki kami. Melihat kami berempat su­ Tidak ada waktu untuk berpikir, aku memutuskan menembak medis, dan Detektif Liu yang memimpin mereka. setengah lusin orang dengan seragam taktis, beberapa petugas ruangan tersebut, langsung disambut gerimis yang membungkus dah naik, belalai crane bergerak mundur. Kami keluar dari sebelum mereka menembaki kami. Melihat kami berempat su­ Tidak ada waktu untuk berpikir, aku memutuskan menembak medis, dan Detektif Liu yang memimpin mereka. kota Hong Kong. Maryam menjerit melihat jalanan di bawah ruangan tersebut, langsung disambut gerimis yang membungkus dah naik, belalai crane bergerak mundur. Kami keluar dari sebelum mereka menembaki kami. Melihat kami berempat su­ Tidak ada waktu untuk berpikir, aku memutuskan menembak medis, dan Detektif Liu yang memimpin mereka. kota Hong Kong. Maryam menjerit melihat jalanan di bawah ruangan tersebut, langsung disambut gerimis yang membungkus dah naik, belalai crane bergerak mundur. Kami keluar dari sebelum mereka menembaki kami. Melihat kami berempat su­ Tidak ada waktu untuk berpikir, aku memutuskan menembak medis, dan Detektif Liu yang memimpin mereka. kota Hong Kong. Maryam menjerit melihat jalanan di bawah ruangan tersebut, langsung disambut gerimis yang membungkus dah naik, belalai crane bergerak mundur. Kami keluar dari sebelum mereka menembaki kami. Melihat kami berempat su­ Tidak ada waktu untuk berpikir, aku memutuskan menembak medis, dan Detektif Liu yang memimpin mereka. kota Hong Kong. Maryam menjerit melihat jalanan di bawah ruangan tersebut, langsung disambut gerimis yang membungkus dah naik, belalai crane bergerak mundur. Kami keluar dari sebelum mereka menembaki kami. Melihat kami berempat su­ Tidak ada waktu untuk berpikir, aku memutuskan menembak medis, dan Detektif Liu yang memimpin mereka. kota Hong Kong. Maryam menjerit melihat jalanan di bawah ruangan tersebut, langsung disambut gerimis yang membungkus dah naik, belalai crane bergerak mundur. Kami keluar dari sebelum mereka menembaki kami. Melihat kami berempat su­ Tidak ada waktu untuk berpikir, aku memutuskan menembak kami. Tinggi kami tidak kurang empat puluh meter. Dengan kota Hong Kong. Maryam menjerit melihat jalanan di bawah ruangan tersebut, langsung disambut gerimis yang membungkus dah naik, belalai crane bergerak mundur. Kami keluar dari sebelum mereka menembaki kami. Melihat kami berempat su­ Tidak ada waktu untuk berpikir, aku memutuskan menembak kami. Tinggi kami tidak kurang empat puluh meter. Dengan kota Hong Kong. Maryam menjerit melihat jalanan di bawah ruangan tersebut, langsung disambut gerimis yang membungkus dah naik, belalai crane bergerak mundur. Kami keluar dari sebelum mereka menembaki kami. Melihat kami berempat su­ Tidak ada waktu untuk berpikir, aku memutuskan menembak kami. Tinggi kami tidak kurang empat puluh meter. Dengan kota Hong Kong. Maryam menjerit melihat jalanan di bawah ruangan tersebut, langsung disambut gerimis yang membungkus dah naik, belalai crane bergerak mundur. Kami keluar dari sebelum mereka menembaki kami. Melihat kami berempat su­ Tidak ada waktu untuk berpikir, aku memutuskan menembak kami. Tinggi kami tidak kurang empat puluh meter. Dengan kota Hong Kong. Maryam menjerit melihat jalanan di bawah ruangan tersebut, langsung disambut gerimis yang membungkus dah naik, belalai crane bergerak mundur. Kami keluar dari sebelum mereka menembaki kami. Melihat kami berempat su­ Tidak ada waktu untuk berpikir, aku memutuskan menembak kami. Tinggi kami tidak kurang empat puluh meter. Dengan kota Hong Kong. Maryam menjerit melihat jalanan di bawah ruangan tersebut, langsung disambut gerimis yang membungkus dah naik, belalai crane bergerak mundur. Kami keluar dari sebelum mereka menembaki kami. Melihat kami berempat su­ hanya berpegangan pipa-pipa crane, jalanan di bawah terlihat kami. Tinggi kami tidak kurang empat puluh meter. Dengan kota Hong Kong. Maryam menjerit melihat jalanan di bawah ruangan tersebut, langsung disambut gerimis yang membungkus dah naik, belalai crane bergerak mundur. Kami keluar dari sebelum mereka menembaki kami. Melihat kami berempat su­ hanya berpegangan pipa-pipa crane, jalanan di bawah terlihat kami. Tinggi kami tidak kurang empat puluh meter. Dengan kota Hong Kong. Maryam menjerit melihat jalanan di bawah ruangan tersebut, langsung disambut gerimis yang membungkus dah naik, belalai crane bergerak mundur. Kami keluar dari sebelum mereka menembaki kami. Melihat kami berempat su­ hanya berpegangan pipa-pipa crane, jalanan di bawah terlihat kami. Tinggi kami tidak kurang empat puluh meter. Dengan kota Hong Kong. Maryam menjerit melihat jalanan di bawah ruangan tersebut, langsung disambut gerimis yang membungkus dah naik, belalai crane bergerak mundur. Kami keluar dari sebelum mereka menembaki kami. Melihat kami berempat su­ hanya berpegangan pipa-pipa crane, jalanan di bawah terlihat kami. Tinggi kami tidak kurang empat puluh meter. Dengan kota Hong Kong. Maryam menjerit melihat jalanan di bawah ruangan tersebut, langsung disambut gerimis yang membungkus dah naik, belalai crane bergerak mundur. Kami keluar dari sebelum mereka menembaki kami. Melihat kami berempat su­ hanya berpegangan pipa-pipa crane, jalanan di bawah terlihat kami. Tinggi kami tidak kurang empat puluh meter. Dengan kota Hong Kong. Maryam menjerit melihat jalanan di bawah ruangan tersebut, langsung disambut gerimis yang membungkus dah naik, belalai crane bergerak mundur. Kami keluar dari mengerikan. hanya berpegangan pipa-pipa crane, jalanan di bawah terlihat kami. Tinggi kami tidak kurang empat puluh meter. Dengan kota Hong Kong. Maryam menjerit melihat jalanan di bawah ruangan tersebut, langsung disambut gerimis yang membungkus dah naik, belalai crane bergerak mundur. Kami keluar dari mengerikan. hanya berpegangan pipa-pipa crane, jalanan di bawah terlihat kami. Tinggi kami tidak kurang empat puluh meter. Dengan kota Hong Kong. Maryam menjerit melihat jalanan di bawah ruangan tersebut, langsung disambut gerimis yang membungkus dah naik, belalai crane bergerak mundur. Kami keluar dari mengerikan. hanya berpegangan pipa-pipa crane, jalanan di bawah terlihat kami. Tinggi kami tidak kurang empat puluh meter. Dengan kota Hong Kong. Maryam menjerit melihat jalanan di bawah ruangan tersebut, langsung disambut gerimis yang membungkus dah naik, belalai crane bergerak mundur. Kami keluar dari mengerikan. hanya berpegangan pipa-pipa crane, jalanan di bawah terlihat kami. Tinggi kami tidak kurang empat puluh meter. Dengan kota Hong Kong. Maryam menjerit melihat jalanan di bawah ruangan tersebut, langsung disambut gerimis yang membungkus dah naik, belalai crane bergerak mundur. Kami keluar dari mengerikan. hanya berpegangan pipa-pipa crane, jalanan di bawah terlihat kami. Tinggi kami tidak kurang empat puluh meter. Dengan kota Hong Kong. Maryam menjerit melihat jalanan di bawah ruangan tersebut, langsung disambut gerimis yang membungkus ”Berhenti melihat ke bawah, Maryam!” aku berseru, masih mengerikan. hanya berpegangan pipa-pipa crane, jalanan di bawah terlihat kami. Tinggi kami tidak kurang empat puluh meter. Dengan kota Hong Kong. Maryam menjerit melihat jalanan di bawah ruangan tersebut, langsung disambut gerimis yang membungkus ”Berhenti melihat ke bawah, Maryam!” aku berseru, masih mengerikan. hanya berpegangan pipa-pipa crane, jalanan di bawah terlihat kami. Tinggi kami tidak kurang empat puluh meter. Dengan kota Hong Kong. Maryam menjerit melihat jalanan di bawah ruangan tersebut, langsung disambut gerimis yang membungkus ”Berhenti melihat ke bawah, Maryam!” aku berseru, masih mengerikan. hanya berpegangan pipa-pipa crane, jalanan di bawah terlihat kami. Tinggi kami tidak kurang empat puluh meter. Dengan kota Hong Kong. Maryam menjerit melihat jalanan di bawah ruangan tersebut, langsung disambut gerimis yang membungkus ”Berhenti melihat ke bawah, Maryam!” aku berseru, masih mengerikan. hanya berpegangan pipa-pipa crane, jalanan di bawah terlihat kami. Tinggi kami tidak kurang empat puluh meter. Dengan kota Hong Kong. Maryam menjerit melihat jalanan di bawah ruangan tersebut, langsung disambut gerimis yang membungkus ”Berhenti melihat ke bawah, Maryam!” aku berseru, masih mengerikan. hanya berpegangan pipa-pipa crane, jalanan di bawahdi terlihat kami. Tinggi kami tidak kurang empat puluh meter. Dengan kota Hong Kong. Maryam menjerit melihat jalanan bawah melepas rentetan tembakan, menahan gerakan pengejar kami di ”Berhenti melihat ke bawah, Maryam!” aku berseru, masih mengerikan. hanya berpegangan pipa-pipa crane, jalanan di bawah terlihat kami. Tinggi kami tidak kurang empat puluh meter. Dengan kota Hong Kong. Maryam menjerit melihat jalanan di bawah melepas rentetan tembakan, menahan gerakan pengejar kami di ”Berhenti melihat ke bawah, Maryam!” aku berseru, masih mengerikan. hanya berpegangan pipa-pipa crane, jalanan di bawah terlihat kami. Tinggi kami tidak kurang empat puluh meter. Dengan kota Hong Kong. Maryam menjerit melihat jalanan di bawah melepas rentetan tembakan, menahan gerakan pengejar kami di ”Berhenti melihat ke bawah, Maryam!” aku berseru, masih mengerikan. hanya berpegangan pipa-pipa crane, jalanan di bawah terlihat kami. Tinggi kami tidak kurang empat puluh meter. Dengan kota Hong Kong. Maryam menjerit melihat jalanan di bawah melepas rentetan tembakan, menahan gerakan pengejar kami di ”Berhenti melihat ke bawah, Maryam!” aku berseru, masih mengerikan. hanya berpegangan pipa-pipa crane, jalanan di bawah terlihat kami. Tinggi kami tidak kurang empat puluh meter. Dengan kota Hong Kong. Maryam menjerit melihat jalanan di bawah melepas rentetan tembakan, menahan gerakan pengejar kami di ”Berhenti melihat ke bawah, Maryam!” aku berseru, masih mengerikan. hanya berpegangan pipa-pipa crane, jalanan di bawah terlihat kami. Tinggi kami tidak kurang empat puluh meter. Dengan lorong. melepas rentetan tembakan, menahan gerakan pengejar kami di ”Berhenti melihat ke bawah, Maryam!” aku berseru, masih mengerikan. hanya berpegangan pipa-pipa crane, jalanan di bawah terlihat kami. Tinggi kami tidak kurang empat puluh meter. Dengan lorong. melepas rentetan tembakan, menahan gerakan pengejar kami di ”Berhenti melihat ke bawah, Maryam!” aku berseru, masih mengerikan. hanya berpegangan pipa-pipa crane, jalanan di bawah terlihat kami. Tinggi kami tidak kurang empat puluh meter. Dengan lorong. melepas rentetan tembakan, menahan gerakan pengejar kami di ”Berhenti melihat ke bawah, Maryam!” aku berseru, masih mengerikan. hanya berpegangan pipa-pipa crane, jalanan di bawah terlihat kami. Tinggi kami tidak kurang empat puluh meter. Dengan lorong. melepas rentetan tembakan, menahan gerakan pengejar kami di ”Berhenti melihat ke bawah, Maryam!” aku berseru, masih mengerikan. hanya berpegangan pipa-pipa crane, jalanan di bawah terlihat kami. Tinggi kami tidak kurang empat puluh meter. Dengan lorong. melepas rentetan tembakan, menahan gerakan pengejar kami di ”Berhenti melihat ke bawah, Maryam!” aku berseru, masih mengerikan. hanya berpegangan pipa-pipa crane, jalanan di bawah terlihat Gadis wartawan itu malah semakin panik, menjerit, dan kaki­ lorong. melepas rentetan tembakan, menahan gerakan pengejar kami di ”Berhenti melihat ke bawah, Maryam!” aku berseru, masih mengerikan. hanya berpegangan pipa-pipa crane, jalanan di bawah terlihat Gadis wartawan itu malah semakin panik, menjerit, dan kaki­ lorong. melepas rentetan tembakan, menahan gerakan pengejar kami di ”Berhenti melihat ke bawah, Maryam!” aku berseru, masih mengerikan. hanya berpegangan pipa-pipa crane, jalanan di bawah terlihat Gadis wartawan itu malah semakin panik, menjerit, dan kaki­ lorong. melepas rentetan tembakan, menahan gerakan pengejar kami di ”Berhenti melihat ke bawah, Maryam!” aku berseru, masih mengerikan. hanya berpegangan pipa-pipa crane, jalanan di bawah terlihat Gadis wartawan itu malah semakin panik, menjerit, dan kaki­ lorong. melepas rentetan tembakan, menahan gerakan pengejar kami di ”Berhenti melihat ke bawah, Maryam!” aku berseru, masih mengerikan. hanya berpegangan pipa-pipa crane, jalanan di bawah terlihat Gadis wartawan itu malah semakin panik, menjerit, dan kaki­ lorong. melepas rentetan tembakan, menahan gerakan pengejar kami di ”Berhenti melihat ke bawah, Maryam!” aku berseru, masih mengerikan. nya tergelincir. Tubuh Maryam meluncur ke bawah, beruntung Gadis wartawan itu malah semakin panik, menjerit, dan kaki­ lorong. melepas rentetan tembakan, menahan gerakan pengejar kami di ”Berhenti melihat ke bawah, Maryam!” aku berseru, masih mengerikan. nya tergelincir. Tubuh Maryam meluncur ke bawah, beruntung Gadis wartawan itu malah semakin panik, menjerit, dan kaki­ lorong. melepas rentetan tembakan, menahan gerakan pengejar kami di ”Berhenti melihat ke bawah, Maryam!” aku berseru, masih mengerikan. nya tergelincir. Tubuh Maryam meluncur ke bawah, beruntung Gadis wartawan itu malah semakin panik, menjerit, dan kaki­ lorong. melepas rentetan tembakan, menahan gerakan pengejar kami di ”Berhenti melihat ke bawah, Maryam!” aku berseru, masih mengerikan. nya tergelincir. Tubuh Maryam meluncur ke bawah, beruntung Gadis wartawan itu malah semakin panik, menjerit, dan kaki­ lorong. melepas rentetan tembakan, menahan gerakan pengejar kami di ”Berhenti melihat ke bawah, Maryam!” aku berseru, masih mengerikan. nya tergelincir. Tubuh Maryam meluncur ke bawah, beruntung Gadis wartawan itu malah semakin panik, menjerit, dan kaki­ lorong. melepas rentetan tembakan, menahan gerakan pengejar kami di ”Berhenti melihat ke bawah, Maryam!” aku berseru, masih Kadek menyambar tangannya sebelum dia jatuh bebas. nya tergelincir. Tubuh Maryam meluncur ke bawah, beruntung Gadis wartawan itu malah semakin panik, menjerit, dan kaki­ lorong. melepas rentetan tembakan, menahan gerakan pengejar kami di ”Berhenti melihat ke bawah, Maryam!” aku berseru, masih Kadek menyambar tangannya sebelum dia jatuh bebas. nya tergelincir. Tubuh Maryam meluncur ke bawah, beruntung Gadis wartawan itu malah semakin panik, menjerit, dan kaki­ lorong. melepas rentetan tembakan, menahan gerakan pengejar kami di ”Berhenti melihat ke bawah, Maryam!” aku berseru, masih Kadek menyambar tangannya sebelum dia jatuh bebas. nya tergelincir. Tubuh Maryam meluncur ke bawah, beruntung Gadis wartawan itu malah semakin panik, menjerit, dan kaki­ lorong. melepas rentetan tembakan, menahan gerakan pengejar kami di ”Berhenti melihat ke bawah, Maryam!” aku berseru, masih Kadek menyambar tangannya sebelum dia jatuh bebas. nya tergelincir. Tubuh Maryam meluncur ke bawah, beruntung Gadis wartawan itu malah semakin panik, menjerit, dan kaki­ lorong. melepas rentetan tembakan, menahan gerakan pengejar kami di ”Berhenti melihat ke bawah, Maryam!” aku berseru, masih Kadek menyambar tangannya sebelum dia jatuh bebas. nya tergelincir. Tubuh Maryam meluncur ke bawah, beruntung Gadis wartawan itu malah semakin panik, menjerit, dan kaki­ lorong. melepas rentetan tembakan, menahan gerakan pengejar kami di ”Bertahanlah, Maryam!” aku berseru, melemparkan senjata Kadek menyambar tangannya sebelum dia jatuh bebas. nya tergelincir. Tubuh Maryam meluncur ke bawah, beruntung Gadis wartawan itu malah semakin panik, menjerit, dan kaki­ lorong. melepas rentetan tembakan, menahan gerakan pengejar kami di ”Bertahanlah, Maryam!” aku berseru, melemparkan senjata Kadek menyambar tangannya sebelum dia jatuh bebas. nya tergelincir. Tubuh Maryam meluncur ke bawah, beruntung Gadis wartawan itu malah semakin panik, menjerit, dan kaki­ lorong. melepas rentetan tembakan, menahan gerakan pengejar kami di ”Bertahanlah, Maryam!” aku berseru, melemparkan senjata Kadek menyambar tangannya sebelum dia jatuh bebas. nya tergelincir. Tubuh Maryam meluncur ke bawah, beruntung Gadis wartawan itu malah semakin panik, menjerit, dan kaki­ lorong. melepas rentetan tembakan, menahan gerakan pengejar kami di ”Bertahanlah, Maryam!” aku berseru, melemparkan senjata Kadek menyambar tangannya sebelum dia jatuh bebas. nya tergelincir. Tubuh Maryam meluncur ke bawah, beruntung Gadis wartawan itu malah semakin panik, menjerit, dan kaki­ lorong. melepas rentetan tembakan, menahan gerakan pengejar kami di ”Bertahanlah, Maryam!” aku berseru, melemparkan senjata Kadek menyambar tangannya sebelum dia jatuh bebas. nya tergelincir. Tubuh Maryam meluncur ke bawah, beruntung Gadis wartawan itu malah semakin panik, menjerit, dan kaki­ lorong. otomatis yang telah habis pelurunya ke bawah, bergerak di ”Bertahanlah, Maryam!” aku berseru, melemparkan senjata Kadek menyambar tangannya sebelum dia jatuh bebas. nya tergelincir. Tubuh Maryam meluncur ke bawah, beruntung Gadis wartawan itu malah semakin panik, menjerit, dan kaki­ lorong. otomatis yang telah habis pelurunya ke bawah, bergerak di ”Bertahanlah, Maryam!” aku berseru, melemparkan senjata Kadek menyambar tangannya sebelum dia jatuh bebas. nya tergelincir. Tubuh Maryam meluncur ke bawah, beruntung Gadis wartawan itu malah semakin panik, menjerit, dan kaki­ lorong. otomatis yang telah habis pelurunya ke bawah, bergerak di ”Bertahanlah, Maryam!” aku berseru, melemparkan senjata Kadek menyambar tangannya sebelum dia jatuh bebas. nya tergelincir. Tubuh Maryam meluncur ke bawah, beruntung Gadis wartawan itu malah semakin panik, menjerit, dan kaki­ lorong. otomatis yang telah habis pelurunya ke bawah, bergerak di ”Bertahanlah, Maryam!” aku berseru, melemparkan senjata Kadek menyambar tangannya sebelum dia jatuh bebas. nya tergelincir. Tubuh Maryam meluncur ke bawah, beruntung Gadis wartawan itu malah semakin panik, menjerit, dan kaki­ lorong. otomatis yang telah habis pelurunya ke bawah, bergerak di ”Bertahanlah, Maryam!” aku berseru, melemparkan senjata Kadek menyambar tangannya sebelum dia jatuh bebas. nya tergelincir. Tubuh Maryam meluncur ke bawah, beruntung Gadis wartawan itu malah semakin panik, menjerit, dan kaki­ antara pipa-pipa belalai crane, berusaha membantu Maryam. otomatis yang telah habis pelurunya ke bawah, bergerak di ”Bertahanlah, Maryam!” aku berseru, melemparkan senjata Kadek menyambar tangannya sebelum dia jatuh bebas. nya tergelincir. Tubuh Maryam meluncur ke bawah, beruntung Gadis wartawan itu malah semakin panik, menjerit, dan kaki­ antara pipa-pipa belalai crane, berusaha membantu Maryam. otomatis yang telah habis pelurunya ke bawah, bergerak di ”Bertahanlah, Maryam!” aku berseru, melemparkan senjata Kadek menyambar tangannya sebelum dia jatuh bebas. nya tergelincir. Tubuh Maryam meluncur ke bawah, beruntung Gadis wartawan itu malah semakin panik, menjerit, dan kaki­ antara pipa-pipa belalai crane, berusaha membantu Maryam. otomatis yang telah habis pelurunya ke bawah, bergerak di ”Bertahanlah, Maryam!” aku berseru, melemparkan senjata Kadek menyambar tangannya sebelum dia jatuh bebas. nya tergelincir. Tubuh Maryam meluncur ke bawah, beruntung Gadis wartawan itu malah semakin panik, menjerit, dan kaki­ antara pipa-pipa belalai crane, berusaha membantu Maryam. otomatis yang telah habis pelurunya ke bawah, bergerak di ”Bertahanlah, Maryam!” aku berseru, melemparkan senjata Kadek menyambar tangannya sebelum dia jatuh bebas. nya tergelincir. Tubuh Maryam meluncur ke bawah, beruntung Gadis wartawan itu malah semakin panik, menjerit, dan kaki­ antara pipa-pipa belalai crane, berusaha membantu Maryam. otomatis yang telah habis pelurunya ke bawah, bergerak di ”Bertahanlah, Maryam!” aku berseru, melemparkan senjata Kadek menyambar tangannya sebelum dia jatuh bebas. nya tergelincir. Tubuh Maryam meluncur ke bawah, beruntung Para pengejar kami sudah berdiri di lubang dinding yang menga­ antara pipa-pipa belalai crane, berusaha membantu Maryam. otomatis yang telah habis pelurunya ke bawah, bergerak di ”Bertahanlah, Maryam!” aku berseru, melemparkan senjata Kadek menyambar tangannya sebelum dia jatuh bebas. nya tergelincir. Tubuh Maryam meluncur ke bawah, beruntung Para pengejar kami sudah berdiri di lubang dinding yang menga­ antara pipa-pipa belalai crane, berusaha membantu Maryam. otomatis yang telah habis pelurunya ke bawah, bergerak di ”Bertahanlah, Maryam!” aku berseru, melemparkan senjata Kadek menyambar tangannya sebelum dia jatuh bebas. nya tergelincir. Tubuh Maryam meluncur ke bawah, beruntung Para pengejar kami sudah berdiri di lubang dinding yang menga­ antara pipa-pipa belalai crane, berusaha membantu Maryam. otomatis yang telah habis pelurunya ke bawah, bergerak di ”Bertahanlah, Maryam!” aku berseru, melemparkan senjata Kadek menyambar tangannya sebelum dia jatuh bebas. nya tergelincir. Tubuh Maryam meluncur ke bawah, beruntung Para pengejar kami sudah berdiri di lubang dinding yang menga­ antara pipa-pipa belalai crane, berusaha membantu Maryam. otomatis yang telah habis pelurunya ke bawah, bergerak di ”Bertahanlah, Maryam!” aku berseru, melemparkan senjata Kadek menyambar tangannya sebelum dia jatuh bebas. nya tergelincir. Tubuh Maryam meluncur ke bawah, beruntung Para pengejar kami sudah berdiri di lubang dinding yang menga­ antara pipa-pipa belalai crane, berusaha membantu Maryam. otomatis yang telah habis pelurunya ke bawah, bergerak di ”Bertahanlah, Maryam!” aku berseru, melemparkan senjata Kadek menyambar tangannya sebelum dia jatuh bebas. nga, melepas tembakan balasan di antara kepulan debu. Di Para pengejar kami sudah berdiri di lubang dinding yang menga­ antara pipa-pipa belalai crane, berusaha membantu Maryam. otomatis yang telah habis pelurunya ke bawah, bergerak di ”Bertahanlah, Maryam!” aku berseru, melemparkan senjata Kadek menyambar tangannya sebelum dia jatuh bebas. nga, melepas tembakan balasan di antara kepulan debu. Di Para pengejar kami sudah berdiri di lubang dinding yang menga­ antara pipa-pipa belalai crane, berusaha membantu Maryam. otomatis yang telah habis pelurunya ke bawah, bergerak di ”Bertahanlah, Maryam!” aku berseru, senjata Kadek menyambar tangannya sebelum dia jatuh bebas. nga, melepas tembakan balasan antara kepulan debu. Di Para pengejar sudah berdiri didilubang dinding yang menga­ antara pipa-pipa belalai crane, berusaha membantu Maryam. otomatis yangkami telah habis pelurunya ke melemparkan bawah, bergerak di ”Bertahanlah, Maryam!” aku berseru, melemparkan senjata



Akubanyak memaki dalam hati. Teriakan panik Maryam yang ber­ peluru sekarang, berlarik-larik, menghantam crane. antara butir gerimis air hujan, sekeliling kami dipenuhi desing rumit. Aku membentaknya, ”Berhenti berteriak, Maryam, mulai­ dalam situasi ini, justru membuat semua semakin bantu berpegangan tangan pada Kadek jelas tidak mem­ gelantungan, Aku memaki dalam hati. Teriakan panik Maryam yang ber­ peluru sekarang, berlarik-larik, menghantam crane. antara butir gerimis air hujan, sekeliling kami dipenuhi desing rumit. Aku membentaknya, ”Berhenti berteriak, Maryam, mulai­ dalam situasi ini, justru membuat semua semakin bantu banyak berpegangan tangan pada Kadek jelas tidak mem­ gelantungan, Aku memaki dalam Teriakan panik Maryam yang ber­ peluru sekarang, berlarik-larik, menghantam crane. antara butir gerimis air hujan, sekeliling kami dipenuhi desing rumit. Aku membentaknya, ”Berhenti berteriak, Maryam, mulai­ dalam situasi ini, justru membuat semua semakin bantu banyak berpegangan tangan pada Kadek jelas tidak mem­ gelantungan, Aku memaki dalam hati. Teriakan panik Maryam yang ber­ peluru sekarang, berlarik-larik, menghantam crane. antara butir gerimis airhati. hujan, sekeliling kami dipenuhi desing rumit. Aku membentaknya, ”Berhenti berteriak, Maryam, mulai­ dalam situasi ini, justru membuat semua semakin bantu banyak berpegangan tangan pada Kadek jelas tidak mem­ gelantungan, Aku memaki dalam hati. Teriakan panik Maryam yang ber­ peluru sekarang, berlarik-larik, menghantam crane. lah berpegangan erat-erat.” rumit. Aku membentaknya, ”Berhenti berteriak, Maryam, mulai­ dalam situasi ini, justru membuat semua semakin bantu banyak berpegangan tangan pada Kadek jelas tidak mem­ gelantungan, Aku memaki dalam hati. Teriakan panik Maryam yang ber­ peluru sekarang, berlarik-larik, menghantam crane. lah berpegangan erat-erat.” rumit. Aku membentaknya, ”Berhenti berteriak, Maryam, mulai­ dalam situasi ini, justru membuat semua semakin bantu banyak berpegangan tangan pada Kadek jelas tidak mem­ gelantungan, Aku memaki dalam hati. Teriakan panik Maryam yang ber­ peluru sekarang, berlarik-larik, menghantam crane. lah berpegangan erat-erat.” rumit. Aku membentaknya, ”Berhenti berteriak, Maryam, mulai­ dalam situasi ini, justru membuat semua semakin bantu banyak berpegangan tangan pada Kadek jelas tidak mem­ gelantungan, Aku memaki dalam hati. Teriakan panik Maryam yang ber­ peluru sekarang, berlarik-larik, menghantam crane. lah berpegangan erat-erat.” rumit. Aku membentaknya, ”Berhenti berteriak, Maryam, mulai­ dalam situasi ini, justru membuat semua semakin bantu banyak berpegangan tangan pada Kadek jelas tidak mem­ gelantungan, Aku memaki dalam hati. Teriakan panik Maryam yang ber­ peluru sekarang, berlarik-larik, menghantam crane. lah berpegangan erat-erat.” rumit. Aku membentaknya, ”Berhenti berteriak, Maryam, mulai­ dalam situasi ini, justru membuat semua semakin bantu banyak berpegangan tangan pada Kadek jelas tidak mem­ gelantungan, Aku memaki dalam hati. Teriakan panik Maryam yang ber­ Maryam hendak menangis. Wajahnya pucat pasi. lah berpegangan erat-erat.” rumit. Aku membentaknya, ”Berhenti berteriak, Maryam, mulai­ dalam situasi ini, justru membuat semua semakin bantu banyak berpegangan tangan pada Kadek jelas tidak mem­ gelantungan, Aku memaki dalam hati. Teriakan panik Maryam yang ber­ Maryam hendak menangis. Wajahnya pucat pasi. lah berpegangan erat-erat.” rumit. Aku membentaknya, ”Berhenti berteriak, Maryam, mulai­ dalam situasi ini, justru membuat semua semakin bantu banyak berpegangan tangan pada Kadek jelas tidak mem­ gelantungan, Aku memaki dalam hati. Teriakan panik Maryam yang ber­ Maryam hendak menangis. Wajahnya pucat pasi. lah berpegangan erat-erat.” rumit. Aku membentaknya, ”Berhenti berteriak, Maryam, mulai­ dalam situasi ini, justru membuat semua semakin bantu banyak berpegangan tangan pada Kadek jelas tidak mem­ gelantungan, Aku memaki dalam hati. Teriakan panik Maryam yang ber­ Maryam hendak menangis. Wajahnya pucat pasi. lah berpegangan erat-erat.” rumit. Aku membentaknya, ”Berhenti berteriak, Maryam, mulai­ dalam situasi ini, justru membuat semua semakin bantu banyak berpegangan tangan pada Kadek jelas tidak mem­ gelantungan, Aku memaki dalam hati. Teriakan panik Maryam yang ber­ Maryam hendak menangis. Wajahnya pucat pasi. lah berpegangan erat-erat.” rumit. Aku membentaknya, ”Berhenti berteriak, Maryam, mulai­ dalam situasi ini, justru membuat semua semakin bantu banyak berpegangan tangan pada Kadek jelas tidak mem­ gelantungan, Kabar baiknya, belalai crane bergerak semakin jauh, berputar Maryam hendak menangis. Wajahnya pucat pasi. lah berpegangan erat-erat.” rumit. Aku membentaknya, ”Berhenti berteriak, Maryam, mulai­ dalam situasi ini, justru membuat semua semakin bantu banyak berpegangan tangan pada Kadek jelas tidak mem­ gelantungan, Kabar baiknya, belalai crane bergerak semakin jauh, berputar Maryam hendak menangis. Wajahnya pucat pasi. lah berpegangan erat-erat.” rumit. Aku membentaknya, ”Berhenti berteriak, Maryam, mulai­ dalam situasi ini, justru membuat semua semakin bantu banyak berpegangan tangan pada Kadek jelas tidak mem­ gelantungan, Kabar baiknya, belalai crane bergerak semakin jauh, berputar Maryam hendak menangis. Wajahnya pucat pasi. lah berpegangan erat-erat.” rumit. Aku membentaknya, ”Berhenti berteriak, Maryam, mulai­ dalam situasi ini, justru membuat semua semakin bantu banyak berpegangan tangan pada Kadek jelas tidak mem­ gelantungan, Kabar baiknya, belalai crane bergerak semakin jauh, berputar Maryam hendak menangis. Wajahnya pucat pasi. lah berpegangan erat-erat.” rumit. Aku membentaknya, ”Berhenti berteriak, Maryam, mulai­ dalam situasi ini, justru membuat semua semakin bantu banyak berpegangan tangan pada Kadek jelas tidak mem­ gelantungan, Kabar baiknya, belalai crane bergerak semakin jauh, berputar Maryam hendak menangis. pucat pasi. lah berpegangan erat-erat.” rumit. Aku membentaknya, ”Berhenti berteriak, Maryam, mulai­ dalam situasi ini, justru membuat semua semakin bantu banyak sembilan puluh derajat dari posisi gedung di Sudut Kabar baiknya, belalai crane bergerak semakin jauh, berputar Maryam hendak menangis. Wajahnya pucat pasi. lah berpegangan erat-erat.” rumit. Aku membentaknya, ”Berhenti berteriak, Maryam, mulai­ dalam situasi ini,Wajahnya justru membuat semua semakin bantu banyak sembilan puluh derajat dari posisi gedung di seberangnya. seberangnya. Sudut Kabar baiknya, belalai crane bergerak semakin jauh, Maryam hendak menangis. Wajahnya pucat pasi. lah berpegangan erat-erat.” rumit. Aku membentaknya, ”Berhenti berteriak, Maryam, mulai­ dalam situasi ini, justru membuat semua semakin bantu banyak sembilan puluh derajat dari posisi gedung di seberangnya. Sudut Kabar baiknya, belalai crane bergerak semakin jauh, berputar berputar Maryam hendak menangis. Wajahnya pucat pasi. lah berpegangan erat-erat.” rumit. Aku membentaknya, ”Berhenti berteriak, Maryam, mulai­ dalam situasi ini, justru membuat semua semakin bantu banyak sembilan puluh derajat dari posisi gedung di seberangnya. Sudut Kabar baiknya, belalai crane bergerak semakin jauh, berputar Maryam hendak menangis. Wajahnya pucat pasi. lah berpegangan erat-erat.” rumit. Aku membentaknya, ”Berhenti berteriak, Maryam, mulai­ dalam situasi ini, justru membuat semua semakin bantu banyak sembilan puluh derajat dari posisi gedung di seberangnya. Sudut Kabar baiknya, belalai crane bergerak semakin jauh, berputar Maryam hendak menangis. Wajahnya pucat pasi. lah berpegangan erat-erat.” rumit. Aku membentaknya, ”Berhenti berteriak, Maryam, mulai­ posisi kami tidak bisa lagi dijangkau peluru dari seberang. Crane sembilan puluh derajat dari posisi gedung di seberangnya. Sudut Kabar baiknya, belalai crane bergerak semakin jauh, berputar Maryam hendak menangis. Wajahnya pucat pasi. lah berpegangan erat-erat.” rumit. Aku membentaknya, ”Berhenti berteriak, Maryam, mulai­ posisi kami tidak bisa lagi dijangkau peluru dari seberang. Crane sembilan puluh derajat dari posisi gedung di seberangnya. Sudut Kabar baiknya, belalai crane bergerak semakin jauh, berputar Maryam hendak menangis. Wajahnya pucat pasi. lah berpegangan erat-erat.” rumit. Aku membentaknya, ”Berhenti berteriak, Maryam, mulai­ posisi kami tidak bisa lagi dijangkau peluru dari seberang. Crane sembilan puluh derajat dari posisi gedung di seberangnya. Sudut Kabar baiknya, belalai crane bergerak semakin jauh, berputar Maryam hendak menangis. Wajahnya pucat pasi. lah berpegangan erat-erat.” rumit. Aku membentaknya, ”Berhenti berteriak, Maryam, mulai­ posisi kami tidak bisa lagi dijangkau peluru dari seberang. Crane sembilan puluh derajat dari posisi gedung di seberangnya. Sudut Kabar baiknya, belalai crane bergerak semakin jauh, berputar Maryam hendak menangis. Wajahnya pucat pasi. lah berpegangan erat-erat.” rumit. Aku membentaknya, ”Berhenti berteriak, Maryam, mulai­ posisi kami tidak bisa lagi dijangkau peluru dari seberang. Crane sembilan puluh derajat dari posisi gedung di seberangnya. Sudut Kabar baiknya, belalai crane bergerak semakin jauh, berputar Maryam hendak menangis. Wajahnya pucat pasi. lah berpegangan erat-erat.” terus bergerak ke kanan, menjulurkan kami ke salah satu lantai posisi kami tidak bisa lagi dijangkau peluru dari seberang. Crane sembilan puluh derajat dari posisi gedung di seberangnya. Sudut Kabar baiknya, belalai crane bergerak semakin jauh, berputar Maryam hendak menangis. Wajahnya pucat pasi. lah berpegangan erat-erat.” terus bergerak ke kanan, menjulurkan kami ke salah satu lantai posisi kami tidak bisa lagi dijangkau peluru dari seberang. Crane sembilan puluh derajat dari posisi gedung di seberangnya. Sudut Kabar baiknya, belalai crane bergerak semakin jauh, berputar Maryam hendak menangis. Wajahnya pucat pasi. lah berpegangan erat-erat.” terus bergerak ke kanan, menjulurkan kami ke salah satu lantai posisi kami tidak bisa lagi dijangkau peluru dari seberang. Crane sembilan puluh derajat dari posisi gedung di seberangnya. Sudut Kabar baiknya, belalai crane bergerak semakin jauh, berputar Maryam hendak menangis. Wajahnya pucat pasi. lah berpegangan erat-erat.” terus bergerak ke kanan, menjulurkan kami ke salah satu lantai posisi kami tidak bisa lagi dijangkau peluru dari seberang. Crane sembilan puluh derajat dari posisi gedung di seberangnya. Sudut Kabar baiknya, belalai crane bergerak semakin jauh, berputar Maryam hendak menangis. Wajahnya pucat pasi. lah berpegangan erat-erat.” terus bergerak ke kanan, menjulurkan kami ke salah satu lantai posisi kami tidak bisa lagi dijangkau peluru dari seberang. Crane sembilan puluh derajat dari posisi gedung di seberangnya. Sudut Kabar baiknya, belalai crane bergerak semakin jauh, berputar Maryam hendak menangis. Wajahnya pucat pasi. gedung tua yang akan dihancurkan. Ujung crane masuk ke lantai terus bergerak ke kanan, menjulurkan kami ke salah satu posisi kami tidak bisa lagi dijangkau peluru dari seberang. Crane sembilan puluh derajat dari posisi gedung di seberangnya. Sudut Kabar baiknya, belalai crane bergerak semakin jauh, berputar Maryam hendak menangis. Wajahnya pucat pasi. gedung tua yang akan dihancurkan. Ujung crane masuk ke terus bergerak ke kanan, menjulurkan kami ke salah satu lantai posisi kami tidak bisa lagi dijangkau peluru dari seberang. Crane sembilan puluh derajat dari posisi gedung di seberangnya. Sudut Kabar baiknya, belalai crane bergerak semakin jauh, berputar Maryam hendak menangis. Wajahnya pucat pasi. gedung tua yang akan dihancurkan. Ujung crane masuk ke terus bergerak ke kanan, menjulurkan kami ke salah satu lantai posisi kami tidak bisa lagi dijangkau peluru dari seberang. Crane sembilan puluh derajat dari posisi gedung di seberangnya. Sudut Kabar baiknya, belalai crane bergerak semakin jauh, berputar Maryam hendak menangis. Wajahnya pucat pasi. gedung tua yang akan dihancurkan. Ujung crane masuk ke terus bergerak ke kanan, menjulurkan kami ke salah satu lantai posisi kami tidak bisa lagi dijangkau peluru dari seberang. Crane sembilan puluh derajat dari posisi gedung di seberangnya. Sudut Kabar baiknya, belalai crane bergerak semakin jauh, berputar Maryam hendak menangis. Wajahnya pucat pasi. gedung tua yang akan dihancurkan. Ujung crane masuk ke lantai terus bergerak ke kanan, menjulurkan kami ke salah posisi kami tidak bisa lagi dijangkau peluru dari seberang. Crane sembilan puluh derajat dari posisi gedung di seberangnya. Sudut Kabar baiknya, belalai crane bergerak semakin jauh, berputar yang dindingnya sudah dikelupas, persis saat Maryam tidak kuat gedung tua yang akan dihancurkan. Ujung crane masuk ke terus bergerak ke kanan, menjulurkan kami ke salah satu lantai posisi kami tidak bisa lagi dijangkau peluru dari seberang. Crane sembilan puluh derajat dari posisi gedung di seberangnya. Sudut Kabar baiknya, belalai crane bergerak semakin jauh,satu berputar yang dindingnya sudah dikelupas, persis saat Maryam tidak kuat gedung tua yang akan dihancurkan. Ujung crane masuk ke terus bergerak ke kanan, menjulurkan kami ke salah satu lantai posisi kami tidak bisa lagi dijangkau peluru dari seberang. Crane sembilan puluh derajat dari posisi gedung di seberangnya. Sudut Kabar baiknya, belalai crane bergerak semakin jauh, berputar yang dindingnya sudah dikelupas, persis saat Maryam tidak kuat gedung tua yang akan dihancurkan. Ujung crane masuk ke terus bergerak ke kanan, menjulurkan kami ke salah satu lantai posisi kami tidak bisa lagi dijangkau peluru dari seberang. Crane sembilan puluh derajat dari posisi gedung di seberangnya. Sudut Kabar baiknya, belalai crane bergerak semakin jauh, berputar yang dindingnya sudah dikelupas, persis saat Maryam tidak kuat gedung tua yang akan dihancurkan. Ujung crane masuk ke terus bergerak ke kanan, menjulurkan kami ke salah satu lantai posisi kami tidak bisa lagi dijangkau peluru dari seberang. Crane sembilan puluh derajat dari posisi gedung di seberangnya. Sudut Kabar baiknya, belalai crane bergerak semakin jauh, berputar yang dindingnya sudah dikelupas, persis saat Maryam tidak kuat gedung tua yang akan dihancurkan. Ujung crane masuk ke terus bergerak ke kanan, menjulurkan kami ke salah satu lantai posisi kami tidak bisa lagi dijangkau peluru dari seberang. Crane sembilan puluh derajat dari posisi gedung di seberangnya. Sudut lagi berpegangan. Tubuh Maryam jatuh ke lantai setinggi satu yang dindingnya sudah dikelupas, persis saat Maryam tidak kuat gedung tua yang akan dihancurkan. Ujung crane masuk ke terus bergerak ke kanan, menjulurkan kami ke salah satu lantai posisi kami tidak bisa lagi dijangkau peluru dari seberang. Crane sembilan puluh derajat dari posisi gedung di seberangnya. Sudut lagi berpegangan. Tubuh Maryam jatuh ke lantai setinggi satu yang dindingnya sudah dikelupas, persis saat Maryam tidak kuat gedung tua yang akan dihancurkan. Ujung crane masuk ke lantai terus bergerak ke kanan, menjulurkan kami ke salah satu posisi kami tidak bisa lagi dijangkau peluru dari seberang. Crane sembilan puluh derajat dari posisi gedung di seberangnya. Sudut lagi berpegangan. Tubuh Maryam jatuh ke lantai setinggi satu yang dindingnya sudah dikelupas, persis saat Maryam tidak kuat gedung tua yang akan dihancurkan. Ujung crane masuk ke terus bergerak ke kanan, menjulurkan kami ke salah satu lantai posisi kami tidak bisa lagi dijangkau peluru dari seberang. Crane sembilan puluh derajat dari posisi gedung di seberangnya. Sudut lagi berpegangan. Tubuh Maryam jatuh ke lantai setinggi satu yang dindingnya sudah dikelupas, persis saat Maryam tidak kuat gedung tua yang akan dihancurkan. Ujung crane masuk ke terus bergerak ke kanan, menjulurkan kami ke salah satu lantai posisi kami tidak bisa lagi dijangkau peluru dari seberang. Crane sembilan puluh derajat dari posisi gedung di seberangnya. Sudut lagi berpegangan. Tubuh Maryam jatuh ke lantai setinggi satu yang dindingnya sudah dikelupas, persis saat Maryam tidak kuat gedung tua yang akan dihancurkan. Ujung crane masuk ke terus bergerak ke kanan, menjulurkan kami ke salah satu lantai posisi kami tidak bisa lagi dijangkau peluru dari seberang. Crane meter. Dia mengaduh, tapi tidak terluka serius. Belalai crane tu­ lagi berpegangan. Tubuh Maryam jatuh ke lantai setinggi satu yang dindingnya sudah dikelupas, persis saat Maryam tidak kuat gedung tua yang akan dihancurkan. Ujung crane masuk ke lantai terus bergerak ke kanan, menjulurkan kami ke salah satu posisi kami tidak bisa lagi dijangkau peluru dari seberang. Crane meter. Dia mengaduh, tapi tidak terluka serius. Belalai crane tu­ lagi berpegangan. Tubuh Maryam jatuh ke lantai setinggi satu yang dindingnya sudah dikelupas, persis saat Maryam tidak kuat gedung tua yang akan dihancurkan. Ujung crane masuk ke terus bergerak ke kanan, menjulurkan kami ke salah satu lantai posisi kami tidak bisa lagi dijangkau peluru dari seberang. Crane meter. Dia mengaduh, tapi tidak terluka serius. Belalai crane tu­ lagi berpegangan. Tubuh Maryam jatuh ke lantai setinggi satu yang dindingnya sudah dikelupas, persis saat Maryam tidak kuat gedung tua yang akan dihancurkan. Ujung crane masuk ke terus bergerak ke kanan, menjulurkan kami ke salah satu lantai posisi kami tidak bisa lagi dijangkau peluru dari seberang. Crane meter. Dia mengaduh, tapi tidak terluka serius. Belalai crane tu­ lagi berpegangan. Tubuh Maryam jatuh ke lantai setinggi satu yang dindingnya sudah dikelupas, persis saat Maryam tidak kuat gedung tua yang akan dihancurkan. Ujung crane masuk ke terus bergerak ke kanan, menjulurkan kami ke salah satu lantai posisi kami tidak bisa lagi dijangkau peluru dari seberang. Crane meter. Dia mengaduh, tapi tidak terluka serius. Belalai crane tu­ lagi berpegangan. Tubuh Maryam jatuh ke lantai setinggi satu yang dindingnya sudah dikelupas, persis saat Maryam tidak kuat gedung tua yang akan dihancurkan. Ujung crane masuk ke terus bergerak ke kanan, menjulurkan kami ke salah satu lantai Kadek meloncat kemudian membantu Opa turun. run ke lantai. meter. Dia mengaduh, tapi tidak terluka serius. Belalai crane tu­ lagi berpegangan. Tubuh Maryam jatuh ke lantai setinggi satu yang dindingnya sudah dikelupas, persis saat Maryam tidak kuat gedung tua yang akan dihancurkan. Ujung crane masuk ke terus bergerak ke kanan, menjulurkan kami ke salah satu lantai Kadek meloncat kemudian membantu Opa turun. run ke lantai. meter. Dia mengaduh, tapi tidak terluka serius. Belalai crane tu­ lagi berpegangan. Tubuh Maryam jatuh ke lantai setinggi satu yang dindingnya sudah dikelupas, persis saat Maryam tidak kuat gedung tua yang akan dihancurkan. Ujung crane masuk ke terus bergerak ke kanan, menjulurkan kami ke salah satu lantai Kadek meloncat kemudian membantu Opa turun. run ke lantai. meter. Dia mengaduh, tapi tidak terluka serius. Belalai crane tu­ lagi berpegangan. Tubuh Maryam jatuh ke lantai setinggi satu yang dindingnya sudah dikelupas, persis saat Maryam tidak kuat gedung tua yang akan dihancurkan. Ujung crane masuk ke lantai terus bergerak ke kanan, menjulurkan kami ke salah satu Kadek meloncat kemudian membantu Opa turun. run ke lantai. meter. Dia mengaduh, tapi tidak terluka serius. Belalai crane tu­ lagi berpegangan. Tubuh Maryam jatuh ke lantai setinggi satu yang dindingnya sudah dikelupas, persis saat Maryam tidak kuat gedung tua yang akan dihancurkan. Ujung crane masuk ke terus bergerak ke kanan, menjulurkan kami ke salah satu lantai Kadek meloncat kemudian membantu Opa turun. run ke lantai. meter. Dia mengaduh, tapi tidak terluka serius. Belalai crane tu­ lagi berpegangan. Tubuh Maryam jatuh ke lantai setinggi satu yang dindingnya sudah dikelupas, persis saat Maryam tidak kuat gedung tua yang akan dihancurkan. Ujung crane masuk ke lantai Aku ikut meloncat turun. Entah siapa pun yang telah menge­ Kadek meloncat kemudian membantu Opa turun. run ke lantai. meter. Dia mengaduh, tapi tidak terluka serius. Belalai crane tu­ lagi berpegangan. Tubuh Maryam jatuh ke lantai setinggi satu yang dindingnya sudah dikelupas, persis saat Maryam tidak kuat gedung tua yang akan dihancurkan. Ujung crane masuk ke lantai Aku ikut meloncat turun. Entah siapa pun yang telah menge­ Kadek meloncat kemudian membantu Opa turun. run ke lantai. meter. Dia mengaduh, tapi tidak terluka serius. Belalai crane tu­ lagi berpegangan. Tubuh Maryam jatuh ke lantai setinggi satu yang dindingnya sudah dikelupas, persis saat Maryam tidak kuat gedung tua yang akan dihancurkan. Ujung crane masuk ke lantai Aku ikut meloncat turun. Entah siapa pun yang telah menge­ Kadek meloncat kemudian membantu Opa turun. run ke lantai. meter. Dia mengaduh, tapi tidak terluka serius. Belalai crane tu­ lagi berpegangan. Tubuh Maryam jatuh ke lantai setinggi satu yang dindingnya sudah dikelupas, persis saat Maryam tidak kuat gedung tua yang akan dihancurkan. Ujung crane masuk ke lantai Aku ikut meloncat turun. Entah siapa pun yang telah menge­ Kadek meloncat kemudian membantu Opa turun. run ke lantai. meter. Dia mengaduh, tapi tidak terluka serius. Belalai crane tu­ lagi berpegangan. Tubuh Maryam jatuh ke lantai setinggi satu yang dindingnya sudah dikelupas, persis saat Maryam tidak kuat gedung tua yang akan dihancurkan. Ujung crane masuk ke lantai Aku ikut meloncat turun. Entah siapa pun yang telah menge­ Kadek meloncat kemudian membantu Opa turun. run ke lantai. meter. Dia mengaduh, tapi tidak terluka serius. Belalai crane tu­ lagi berpegangan. Tubuh Maryam jatuh ke lantai setinggi satu yang dindingnya sudah dikelupas, persis saat Maryam tidak kuat mudikan crane di ruangan operatornya, aku tidak bisa melihat­ Aku ikut meloncat turun. Entah siapa pun yang telah menge­ Kadek meloncat kemudian membantu Opa turun. run ke lantai. meter. Dia mengaduh, tapi tidak terluka serius. Belalai crane tu­ lagi berpegangan. Tubuh Maryam jatuh ke lantai setinggi satu yang dindingnya sudah dikelupas, persis saat Maryam tidak kuat mudikan crane di ruangan operatornya, aku tidak bisa melihat­ Aku ikut meloncat turun. Entah siapa pun yang telah menge­ Kadek meloncat kemudian membantu Opa turun. run ke lantai. meter. Dia mengaduh, tapi tidak terluka serius. Belalai crane tu­ lagi berpegangan. Tubuh Maryam jatuh ke lantai setinggi satu yang dindingnya sudah dikelupas, persis saat Maryam tidak kuat mudikan crane di ruangan operatornya, aku tidak bisa melihat­ Aku ikut meloncat turun. Entah siapa pun yang telah menge­ Kadek meloncat kemudian membantu Opa turun. run ke lantai. meter. Dia mengaduh, tapi tidak terluka serius. Belalai crane tu­ lagi berpegangan. Tubuh Maryam jatuh ke lantai setinggi satu yang dindingnya sudah dikelupas, persis saat Maryam tidak kuat mudikan crane di ruangan operatornya, aku tidak bisa melihat­ Aku ikut meloncat turun. Entah siapa pun yang telah menge­ Kadek meloncat kemudian membantu Opa turun. run ke lantai. meter. Dia mengaduh, tapi tidak terluka serius. Belalai crane tu­ lagi berpegangan. Tubuh Maryam jatuh ke lantai setinggi satu yang dindingnya sudah dikelupas, persis saat Maryam tidak kuat mudikan crane di ruangan operatornya, aku tidak bisa melihat­ Aku ikut meloncat turun. Entah siapa pun yang telah menge­ Kadek meloncat kemudian membantu Opa turun. run ke lantai. meter. Dia mengaduh, tapi tidak terluka serius. Belalai crane tu­ lagi berpegangan. Tubuh Maryam jatuh ke lantai setinggi satu nya dari jarak belalai lima puluh meter. Belalai crane itu berge­ mudikan crane di ruangan operatornya, aku tidak bisa melihat­ Aku ikut meloncat turun. Entah siapa pun yang telah menge­ Kadek meloncat kemudian membantu Opa turun. run ke lantai. meter. Dia mengaduh, tapi tidak terluka serius. Belalai crane tu­ lagi berpegangan. Tubuh Maryam jatuh ke lantai setinggi satu nya dari jarak belalai lima puluh meter. Belalai crane itu berge­ mudikan crane di ruangan operatornya, aku tidak bisa melihat­ Aku ikut meloncat turun. Entah siapa pun yang telah menge­ Kadek meloncat kemudian membantu Opa turun. run ke lantai. meter. Dia mengaduh, tapi tidak terluka serius. Belalai crane tu­ lagi berpegangan. Tubuh Maryam jatuh ke lantai setinggi satu nya dari jarak belalai lima puluh meter. Belalai crane itu berge­ mudikan crane di ruangan operatornya, aku tidak bisa melihat­ Aku ikut meloncat turun. Entah siapa pun yang telah menge­ Kadek meloncat kemudian membantu Opa turun. run ke lantai. meter. Dia mengaduh, tapi tidak terluka serius. Belalai crane tu­ lagi berpegangan. Tubuh Maryam jatuh ke lantai setinggi satu nya dari jarak belalai lima puluh meter. Belalai crane itu berge­ mudikan crane di ruangan operatornya, aku tidak bisa melihat­ Aku ikut meloncat turun. Entah siapa pun yang telah menge­ Kadek meloncat kemudian membantu Opa turun. run ke lantai. meter. Dia mengaduh, tapi tidak terluka serius. Belalai crane tu­ lagi berpegangan. Tubuh Maryam jatuh ke lantai setinggi satu nya dari jarak belalai lima puluh meter. Belalai crane itu berge­ mudikan crane di ruangan operatornya, aku tidak bisa melihat­ Aku ikut meloncat turun. Entah siapa pun yang telah menge­ Kadek meloncat kemudian membantu Opa turun. run ke lantai. meter. Dia mengaduh, tapi tidak terluka serius. Belalai crane tu­ rak mundur saat memastikan kami sudah turun semua. Kembali nya dari jarak belalai lima puluh meter. Belalai crane itu berge­ mudikan crane di ruangan operatornya, aku tidak bisa melihat­ Aku ikut meloncat turun. Entah siapa pun yang telah menge­ Kadek meloncat kemudian membantu Opa turun. run ke lantai. meter. Dia mengaduh, tapi tidak terluka serius. Belalai crane tu­ rak mundur saat memastikan kami sudah turun semua. Kembali nya dari jarak belalai lima puluh meter. Belalai crane itu berge­ mudikan crane di ruangan operatornya, aku tidak bisa melihat­ Aku ikut meloncat turun. Entah siapa pun yang telah menge­ Kadek meloncat kemudian membantu Opa turun. run ke lantai. meter. Dia mengaduh, tapi tidak terluka serius. Belalai crane tu­ rak mundur saat memastikan kami sudah turun semua. Kembali nya dari jarak belalai lima puluh meter. Belalai crane itu berge­ mudikan crane di ruangan operatornya, aku tidak bisa melihat­ Aku ikut meloncat turun. Entah siapa pun yang telah menge­ Kadek meloncat kemudian membantu Opa turun. run ke lantai. meter. Dia mengaduh, tapi tidak terluka serius. Belalai crane tu­ rak mundur saat memastikan kami sudah turun semua. Kembali nya dari jarak belalai lima puluh meter. Belalai crane itu berge­ mudikan crane di ruangan operatornya, aku tidak bisa melihat­ Aku ikut meloncat turun. Entah siapa pun yang telah menge­ Kadek meloncat kemudian membantu Opa turun. run ke lantai. meter. Dia mengaduh, tapi tidak terluka serius. Belalai crane tu­ rak mundur saat memastikan kami sudah turun semua. Kembali nya dari jarak belalai lima puluh meter. Belalai crane itu berge­ mudikan crane di ruangan operatornya, aku tidak bisa melihat­ Aku ikut meloncat turun. Entah siapa pun yang telah menge­ Kadek meloncat kemudian membantu Opa turun. run ke lantai. ke posisinya semula. rak mundur saat memastikan kami sudah turun semua. Kembali nya dari jarak belalai lima puluh meter. Belalai crane itu berge­ mudikan crane di ruangan operatornya, aku tidak bisa melihat­ Aku ikut meloncat turun. Entah siapa pun yang telah menge­ Kadek meloncat kemudian membantu Opa turun. run ke lantai. ke posisinya semula. rak mundur saat memastikan kami sudah turun semua. Kembali nya dari jarak belalai lima puluh meter. Belalai crane itu berge­ mudikan crane di ruangan operatornya, aku tidak bisa melihat­ Aku ikut meloncat turun. Entah siapa pun yang telah menge­ Kadek meloncat kemudian membantu Opa turun. run ke lantai. ke posisinya semula. rak mundur saat memastikan kami sudah turun semua. Kembali nya dari jarak belalai lima puluh meter. Belalai crane itu berge­ mudikan crane di ruangan operatornya, aku tidak bisa melihat­ Aku ikut meloncat turun. Entah siapa pun yang telah menge­ Kadek meloncat kemudian membantu Opa turun. run ke lantai. ke posisinya semula. rak mundur saat memastikan kami sudah turun semua. Kembali nya dari jarak belalai lima puluh meter. Belalai crane itu berge­ mudikan crane di ruangan operatornya, aku tidak bisa melihat­ Aku ikut meloncat turun. Entah siapa pun yang telah menge­ Kadek meloncat kemudian membantu Opa turun. run ke lantai. ke posisinya semula. rak mundur saat memastikan kami sudah turun semua. Kembali nya dari jarak belalai lima puluh meter. Belalai crane itumelihat­ berge­ mudikan crane di ruangan operatornya, aku tidak bisa Aku ikut meloncat turun. Entah siapa pun yang telah menge­ ”Opa baik-baik saja?” Aku memeriksa Opa. ke posisinya semula. rak mundur saat kami sudah turun semua. Kembali nya dari jarak belalai lima puluh meter. Belalai crane berge­ mudikan crane di ruangan operatornya, aku tidak bisa melihat­ Aku ikut meloncat turun. Entah siapa pun yang telah menge­ ”Opa baik-baik saja?” Aku memeriksa Opa. ke posisinya semula. rak mundur saat memastikan kami sudah turun semua. Kembali nya dari jarak belalai lima puluh meter. Belalai crane itu berge­ mudikan crane dimemastikan ruangan operatornya, aku tidak bisaitu melihat­ Aku ikut meloncat turun. Entah siapa pun yang telah menge­ ”Opa baik-baik saja?” Aku memeriksa Opa. ke posisinya semula. rak mundur saat memastikan kami sudah turun semua. Kembali nya dari jarak belalai lima puluh meter. Belalai crane itu berge­ mudikan crane di ruangan operatornya, aku tidak bisa melihat­ Aku ikut meloncat turun. Entah siapa pun yang telah menge­ ”Opa baik-baik saja?” Aku memeriksa Opa. ke posisinya semula. rak mundur saat memastikan kami sudah turun semua. Kembali nya dari jarak belalai lima puluh meter. Belalai crane itu berge­ mudikan crane di ruangan operatornya, aku tidak bisa melihat­ Aku ikut meloncat turun. Entah siapa pun yang telah menge­ ”Opa baik-baik saja?” Aku memeriksa Opa. ke posisinya semula. rak mundur saat memastikan kami sudah turun semua. Kembali nya dari jarak belalai lima puluh meter. Belalai crane itu berge­ mudikan crane di ruangan operatornya, aku tidak bisa melihat­ Opa mengangguk. Dia bisa berdiri sendiri. ”Opa baik-baik saja?” Aku memeriksa Opa. ke posisinya semula. rak mundur saat memastikan kami sudah turun semua. Kembali nya dari jarak belalai lima puluh meter. Belalai crane itu berge­ mudikan crane di ruangan operatornya, aku tidak bisa melihat­ Opa mengangguk. Dia bisa berdiri sendiri. ”Opa baik-baik saja?” Aku memeriksa Opa. ke posisinya semula. rak mundur saat memastikan kami sudah turun semua. Kembali nya dari jarak belalai lima puluh meter. Belalai crane itu berge­ mudikan crane di ruangan operatornya, aku tidak bisa melihat­ Opa mengangguk. Dia bisa berdiri sendiri. ”Opa baik-baik saja?” Aku memeriksa Opa. ke posisinya semula. rak mundur saat memastikan kami sudah turun semua. Kembali nya dari jarak belalai lima puluh meter. Belalai crane itu berge­ mudikan crane di ruangan operatornya, aku tidak bisa melihat­ Opa mengangguk. Dia bisa berdiri sendiri. ”Opa baik-baik saja?” Aku memeriksa Opa. ke posisinya semula. rak mundur saat memastikan kami sudah turun semua. Kembali nya dari jarak belalai lima puluh meter. Belalai crane itu berge­ mudikan crane di ruangan operatornya, aku tidak bisa melihat­ Opa mengangguk. Dia bisa berdiri sendiri. ”Opa baik-baik saja?” Aku memeriksa Opa. ke posisinya semula. rak mundur saat memastikan kami sudah turun semua. Kembali nya dari jarak belalai lima puluh meter. Belalai crane itu berge­ ”Kau bisa jalan, Maryam?” Opa mengangguk. Dia bisa berdiri sendiri. ”Opa baik-baik saja?” Aku memeriksa Opa. ke posisinya semula. rak mundur saat memastikan kami sudah turun semua. Kembali nya dari jarak belalai lima puluh meter. Belalai crane itu berge­ ”Kau bisa jalan, Maryam?” Opa mengangguk. Dia bisa berdiri sendiri. ”Opa baik-baik saja?” Aku memeriksa Opa. ke posisinya semula. rak mundur saat memastikan kami sudah turun semua. Kembali nya dari jarak belalai lima puluh meter. Belalai crane itu berge­ ”Kau bisa jalan, Maryam?” Opa mengangguk. Dia bisa berdiri sendiri. ”Opa baik-baik saja?” Aku memeriksa Opa. ke posisinya semula. rak mundur saat memastikan kami sudah turun semua. Kembali nya dari jarak belalai lima puluh meter. Belalai crane itu berge­ ”Kau bisa jalan, Maryam?” Opa mengangguk. Dia bisa berdiri sendiri. ”Opa baik-baik saja?” Aku memeriksa Opa. ke posisinya semula. rak mundur saat memastikan kami sudah turun semua. Kembali nya dari jarak belalai lima puluh meter. Belalai crane itu berge­ ”Kau bisa jalan, Maryam?” Opa mengangguk. Dia bisa berdiri sendiri. ”Opa baik-baik saja?” Aku memeriksa Opa. ke posisinya semula. rak mundur saat memastikan kami sudah turun semua. Kembali Gadis itu amat berantakan. Rambutnya penuh debu, kusut ”Kau bisa jalan, Maryam?” Opa mengangguk. Dia bisa berdiri sendiri. ”Opa baik-baik saja?” Aku memeriksa Opa. ke posisinya semula. rak mundur saat memastikan kami sudah turun semua. Kembali Gadis itu amat berantakan. Rambutnya penuh debu, kusut ”Kau bisa jalan, Maryam?” Opa mengangguk. Dia bisa berdiri sendiri. ”Opa baik-baik saja?” Aku memeriksa Opa. ke posisinya semula. rak mundur saat memastikan kami sudah turun semua. Kembali Gadis itu amat berantakan. Rambutnya penuh debu, kusut ”Kau bisa jalan, Maryam?” Opa mengangguk. Dia bisa berdiri sendiri. ”Opa baik-baik saja?” Aku memeriksa Opa. ke posisinya semula. rak mundur saat memastikan kami sudah turun semua. Kembali Gadis itu amat berantakan. Rambutnya penuh debu, kusut ”Kau bisa jalan, Maryam?” Opa mengangguk. Dia bisa berdiri sendiri. ”Opa baik-baik saja?” Aku memeriksa Opa. ke posisinya semula. rakGadis mundur saat memastikan kami sudah turun semua. Kembali itu amat berantakan. Rambutnya penuh debu, kusut ”Kau bisa jalan, Maryam?” Opa mengangguk. Dia bisa berdiri sendiri. ”Opa baik-baik saja?” Aku memeriksa Opa. ke posisinya semula. masai, pakaiannya apalagi, kotor dan basah oleh hujan gerimis. Gadis itu amat berantakan. Rambutnya penuh debu, kusut ”Kau bisa jalan, Maryam?” Opa mengangguk. Dia bisa berdiri sendiri. ”Opa baik-baik saja?” Aku memeriksa Opa. ke posisinya semula. masai, pakaiannya apalagi, kotor dan basah oleh hujan gerimis. Gadis itu amat berantakan. Rambutnya penuh debu, kusut ”Kau bisa jalan, Maryam?” Opa mengangguk. Dia bisa berdiri sendiri. ”Opa baik-baik saja?” Aku memeriksa Opa. ke ”Kau posisinya semula. masai, pakaiannya apalagi, kotor dan basah oleh hujan gerimis. Gadis itu amat berantakan. Rambutnya penuh debu, kusut bisa jalan, Maryam?” Opa mengangguk. Dia bisa berdiri sendiri. ”Opa baik-baik saja?” Aku memeriksa Opa. ke posisinya semula. masai, pakaiannya apalagi, kotor dan basah oleh hujan gerimis. Gadis itu amat berantakan. Rambutnya penuh debu, kusut ”Kau bisa jalan, Maryam?” Opa mengangguk. Dia bisa berdiri sendiri. ”Opa baik-baik saja?” Aku memeriksa Opa. ke posisinya semula. masai, pakaiannya apalagi, kotor dan basah oleh hujan gerimis. Gadis itu amat berantakan. Rambutnya penuh debu, kusut ”Kau bisa jalan, Maryam?” Opa mengangguk. Dia bisa berdiri sendiri. ”Opa baik-baik saja?” Aku memeriksa Opa. Dia mengangguk. Tangannya sedikit gemetar, berusaha berdiri masai, pakaiannya apalagi, kotor dan basah oleh hujan gerimis. Gadis itu amat berantakan. Rambutnya penuh debu, kusut ”Kau bisa jalan, Maryam?” Opa mengangguk. Dia bisa berdiri sendiri. ”Opa baik-baik saja?” Aku memeriksa Opa. Dia mengangguk. Tangannya sedikit gemetar, berusaha berdiri masai, pakaiannya apalagi, kotor dan basah oleh hujan gerimis. Gadis itu amat berantakan. Rambutnya penuh debu, kusut ”Kau bisa jalan, Maryam?” Opa mengangguk. Dia bisa berdiri sendiri. ”Opa baik-baik saja?” Aku memeriksa Opa. Dia mengangguk. Tangannya sedikit gemetar, berusaha berdiri masai, pakaiannya apalagi, kotor dan basah oleh hujan gerimis. Gadis itu amat berantakan. Rambutnya penuh debu, kusut ”Kau bisa jalan, Maryam?” Opa mengangguk. Dia bisa berdiri sendiri. ”Opa baik-baik saja?” Aku memeriksa Opa. Dia mengangguk. Tangannya sedikit gemetar, berusaha berdiri masai, pakaiannya apalagi, kotor dan basah oleh hujan gerimis. Gadis itu amat berantakan. Rambutnya penuh debu, kusut ”Kau bisa jalan, Maryam?” Opa mengangguk. Dia bisa berdiri sendiri. ”Opa baik-baik saja?” Aku memeriksa Opa. Dia mengangguk. Tangannya sedikit gemetar, berusaha berdiri masai, pakaiannya apalagi, kotor dan basah oleh hujan gerimis. Gadis itu amat berantakan. Rambutnya penuh debu, kusut ”Kau bisa jalan, Maryam?” Opa mengangguk. Dia bisa berdiri sendiri. dengan kedua kakinya. Dia mengangguk. Tangannya sedikit gemetar, berusaha berdiri masai, pakaiannya apalagi, kotor dan basah oleh hujan gerimis. Gadis itu amat berantakan. Rambutnya penuh debu, kusut ”Kau bisa jalan, Maryam?” Opa mengangguk. Dia bisa berdiri sendiri. dengan kedua kakinya. Dia mengangguk. Tangannya sedikit gemetar, berusaha berdiri masai, pakaiannya apalagi, kotor dan basah oleh hujan gerimis. Gadis itu amat berantakan. Rambutnya penuh debu, kusut ”Kau bisa jalan, Maryam?” Opa mengangguk. Dia bisa berdiri sendiri.penuh dengan kedua kakinya. Dia mengangguk. Tangannya sedikit berusaha berdiri masai, pakaiannya apalagi, kotor dan gemetar, basah oleh hujan Gadis itu jalan, amat berantakan. Rambutnya debu,gerimis. kusut ”Kau bisa Maryam?”



”Cepat, Kadek. Bantu Opa. Opa. Aku Aku akan akan membantu membantu Maryam. Maryam. ”Cepat, Kadek. Bantu ”Cepat, Kadek. Bantu Opa. Aku akan membantu Maryam. ”Cepat, Kadek. Bantu Opa. Aku akan membantu Maryam. Kita harus bergerak segera. Kita jauh dari aman. Mereka pasti Kita harus bergerak segera. Kita jauh dari aman. Mereka pasti Kita harus bergerak segera. Kita jauh dari aman. Mereka pasti Kita harus bergerak segera. Kita jauh dari aman. Mereka pasti Kita harus bergerak segera. Kita jauh dari aman. Mereka pasti segera mengirim unit pemburu.” Aku segera menyambar tangan segera mengirim mengirim unit unit pemburu.” pemburu.” Aku Aku segera segera menyambar menyambar tangan tangan segera segera mengirim unit pemburu.” Aku segera menyambar tangan segera mengirim unitwaktu pemburu.” Aku segera menyambar tangan Maryam. Tidak ada untuk beristirahat sejenak. Maryam. Tidak ada waktu untuk beristirahat sejenak. Maryam. Tidak ada waktu untuk beristirahat sejenak. Maryam. Tidak ada waktu untuk beristirahat sejenak. Maryam. Tidak ada waktu untuk beristirahat sejenak. Kisah ini baru saja dimulai. Kisah ini Kisah ini baru baru saja saja dimulai. dimulai. Kisah Kisah ini ini baru baru saja saja dimulai. dimulai.



R R R R R R R R



Episode 10 Kembali ke Jakarta



ANGKAIAN lift di gedung tua itu sudah dicopot bebera­ ANGKAIAN lift di gedung tua itu sudah dicopot bebera­ ANGKAIAN lift di gedung tua itu sudah dicopot bebera­ ANGKAIAN lift di gedung tua itu sudah dicopot bebera­ ANGKAIAN lift di gedung tua itu sudah dicopot bebera­ pa minggu lalu, bagian persiapan penghancuran gedung. Kami ANGKAIAN lift di gedung tua itu sudah dicopot bebera­ pa minggu lalu, bagian persiapan penghancuran gedung. Kami ANGKAIAN lift di gedung tua itu sudah dicopot bebera­ pa minggu lalu, bagian persiapan penghancuran gedung. Kami ANGKAIAN lift di gedung tua itu sudah dicopot bebera­ pa minggu lalu, bagian persiapan penghancuran gedung. Kami ANGKAIAN lift di gedung tua itu sudah dicopot bebera­ pa minggu lalu, bagian persiapan penghancuran gedung. Kami ANGKAIAN lift di gedung tua itu sudah dicopot bebera­ harus berlarian melewati anak tangga, yang juga dinding-din­ pa minggu lalu, bagian persiapan penghancuran gedung. Kami ANGKAIAN lift di gedung tua itu sudah dicopot bebera­ harus berlarian melewati anak tangga, yang juga dinding-din­ pa minggu minggu lalu, bagian persiapan penghancuran gedung. Kami ANGKAIAN lift di gedung tua itu sudah dicopot bebera­ harus berlarian melewati anak tangga, yang juga dinding-din­ pa lalu, bagian persiapan penghancuran gedung. Kami ANGKAIAN lift di gedung tua itu sudah dicopot bebera­ harus berlarian melewati anak tangga, yang juga dinding-din­ pa minggu lalu, bagian persiapan penghancuran gedung. Kami ANGKAIAN lift di gedung tua itu sudah dicopot bebera­ harus berlarian melewati anak tangga, yang juga dinding-din­ pa minggu lalu, bagian persiapan penghancuran gedung. Kami ANGKAIAN lift di gedung tua itu sudah dicopot bebera­ dingnya sudah terkelupas. Aku bergumam tidak sabaran, me­ harus berlarian melewati anak tangga, yang juga dinding-din­ pa minggu lalu, bagian persiapan penghancuran gedung. Kami ANGKAIAN lift di gedung tua itu sudah dicopot bebera­ dingnya sudah terkelupas. Aku bergumam tidak sabaran, me­ harus berlarian melewati anak tangga, yang juga dinding-din­ pa minggu lalu, bagian persiapan penghancuran gedung. Kami dingnya sudah terkelupas. Aku bergumam tidak sabaran, me­ harus berlarian melewati anak tangga, yang juga dinding-din­ pa minggu lalu, bagian persiapan penghancuran gedung. Kami dingnya sudah terkelupas. Aku bergumam tidak sabaran, me­ harus berlarian melewati anak tangga, yang juga dinding-din­ pa minggu lalu, bagian persiapan penghancuran gedung. Kami dingnya sudah terkelupas. Aku bergumam tidak sabaran, me­ harus berlarian melewati anak tangga, yang juga dinding-din­ pa minggu lalu, bagian persiapan penghancuran gedung. Kami maksa Maryam agar bergerak lebih cepat. Kadek sudah meng­ dingnya sudah terkelupas. Aku bergumam tidak sabaran, me­ harus berlarian melewati anak tangga, yang juga dinding-din­ pa minggu lalu, bagian persiapan penghancuran gedung. Kami maksa Maryam agar bergerak lebih cepat. Kadek sudah meng­ dingnya sudah terkelupas. Aku bergumam tidak sabaran, me­ harus berlarian melewati anak tangga, yang juga dinding-din­ maksa Maryam agar bergerak lebih cepat. Kadek sudah meng­ dingnya sudah terkelupas. Aku bergumam tidak sabaran, me­ harus berlarian melewati anak tangga, yang juga dinding-din­ maksa Maryam agar bergerak lebih cepat. Kadek sudah meng­ dingnya sudah terkelupas. Aku bergumam tidak sabaran, me­ harus berlarian melewati anak tangga, yang juga dinding-din­ maksa Maryam agar bergerak lebih cepat. Kadek sudah meng­ dingnya sudah terkelupas. Aku bergumam tidak sabaran, me­ harus berlarian melewati anak tangga, yang juga dinding-din­ gendong Opa sejak lantai delapan belas. Setidaknya tubuh tua maksa Maryam agar bergerak lebih cepat. Kadek sudah meng­ dingnya sudah terkelupas. Aku bergumam tidak sabaran, me­ harus berlarian melewati anak tangga, yang juga dinding-din­ gendong Opa sejak lantai delapan belas. Setidaknya tubuh tua maksa Maryam agar bergerak lebih cepat. Kadek sudah meng­ dingnya sudah terkelupas. Aku bergumam tidak sabaran, me­ gendong Opa sejak lantai delapan belas. Setidaknya tubuh tua maksa Maryam agar bergerak lebih cepat. Kadek sudah meng­ dingnya sudah terkelupas. Aku bergumam tidak sabaran, me­ gendong Opa sejak lantai delapan belas. Setidaknya tubuh tua maksa Maryam agar bergerak lebih cepat. Kadek sudah meng­ dingnya sudah terkelupas. Aku bergumam tidak sabaran, me­ gendong Opa sejak lantai delapan belas. Setidaknya tubuh tua maksa Maryam agar bergerak lebih cepat. Kadek sudah meng­ dingnya sudah terkelupas. Aku bergumam tidak sabaran, me­ Opa tidak terlalu berat bagi tubuh tinggi besar Kadek. Mereka gendong Opa sejak lantai delapan belas. Setidaknya tubuh tua maksa Maryam agar bergerak lebih cepat. Kadek sudah meng­ dingnya sudah terkelupas. Aku bergumam tidak sabaran, me­ Opa tidak terlalu berat bagi tubuh tinggi besar Kadek. Mereka gendong Opa sejak lantai delapan belas. Setidaknya tubuh tua maksa Maryam agar bergerak lebih cepat. Kadek sudah meng­ Opa tidak terlalu berat bagi tubuh tinggi besar Kadek. Mereka gendong Opa sejak lantai delapan belas. Setidaknya tubuh tua maksa Maryam agar bergerak lebih cepat. Kadek sudah meng­ Opa tidak terlalu berat bagi tubuh tinggi besar Kadek. Mereka gendong Opa sejak lantai delapan belas. Setidaknya tubuh tua maksa Maryam agar bergerak lebih cepat. Kadek sudah meng­ Opa tidak terlalu berat bagi tubuh tinggi besar Kadek. Mereka gendong Opa sejak lantai delapan belas. Setidaknya tubuh tua maksa Maryam agar bergerak lebih cepat. Kadek sudah meng­ bergerak lebih cepat dibanding aku dan Maryam. Kami harus Opa tidak terlalu berat bagi tubuh tinggi besar Kadek. Mereka gendong Opa sejak lantai delapan belas. Setidaknya tubuh tua maksa Maryam agar bergerak lebih cepat. Kadek sudah meng­ bergerak lebih cepat dibanding aku dan Maryam. Kami harus Opa tidak terlalu berat bagi tubuh tinggi besar Kadek. Mereka gendong Opa sejak lantai delapan belas. Setidaknya tubuh tua bergerak lebih cepat dibanding aku dan Maryam. Kami harus Opa tidak terlalu berat bagi tubuh tinggi besar Kadek. Mereka gendong Opa sejak lantai delapan belas. Setidaknya tubuh tua bergerak lebih cepat dibanding aku dan Maryam. Kami harus Opa tidak terlalu berat bagi tubuh tinggi besar Kadek. Mereka gendong Opa sejak lantai delapan belas. Setidaknya tubuh tua bergerak lebih cepat dibanding aku dan Maryam. Kami harus Opa tidak terlalu berat bagi tubuh tinggi besar Kadek. Mereka gendong Opa sejak lantai delapan belas. Setidaknya tubuh tua bergegas. Tidak lebih dari lima menit, satu pasukan penuh su­ bergerak lebih cepat dibanding aku dan Maryam. Kami harus Opa tidak terlalu berat bagi tubuh tinggi besar Kadek. Mereka gendong Opa sejak lantai delapan belas. Setidaknya tubuh tua bergegas. Tidak lebih dari lima menit, satu pasukan penuh su­ bergerak lebih cepat dibanding akutinggi dansatu Maryam. Kami harus Opa tidak terlalu berat bagi tubuh tinggi besar Kadek. Mereka bergegas. Tidak lebih dari lima menit, pasukan penuh su­ bergerak lebih cepat dibanding aku dan Maryam. Kami harus Opa tidak terlalu berat bagi tubuh besar Kadek. Mereka bergegas. Tidak lebih dari lima menit, satu pasukan penuh su­ bergerak lebih cepat dibanding aku dan Maryam. Kami harus Opa tidak terlalu berat bagi tubuh tinggi besar Kadek. Mereka bergegas. Tidak lebih dari lima menit, satu pasukan penuh su­ bergerak lebih cepat dibanding aku dan Maryam. Kami harus Opa tidak terlalu berat bagi tubuh tinggi besar Kadek. Mereka dah keluar mengejar dari lobi gedung di seberang, tempat kami bergegas. Tidak lebih dari lima menit, satu pasukan penuh su­ bergerak lebih cepat dibanding aku dan Maryam. Kami harus Opa tidak terlalu berat bagi tubuh tinggi besar Kadek. Mereka dah keluar mengejar dari lobi gedung di seberang, tempat kami bergegas. Tidak lebih dari lima menit, satu pasukan penuh su­ bergerak lebih cepat dibanding aku dan Maryam. Kami harus dah keluar mengejar dari lobi gedung di seberang, tempat kami bergegas. Tidak lebih dari lima menit, satu pasukan penuh su­ bergerak lebih cepat dibanding aku dan Maryam. Kami harus dah keluar mengejar dari lobi gedung di seberang, tempat kami bergegas. Tidak lebih dari lima menit, satu pasukan penuh su­ bergerak lebih cepat dibanding aku dan Maryam. Kami harus dah keluar mengejar dari lobi gedung di seberang, tempat kami bergegas. Tidak lebih dari lima menit, satu pasukan penuh su­ bergerak lebih cepat dibanding aku dan Maryam. Kami harus ditahan. dah keluar mengejar dari lobi gedung di seberang, tempat kami bergegas. Tidak lebih dari lima menit, satu pasukan penuh su­ bergerak lebih cepat dibanding aku dan Maryam. Kami harus ditahan. dah keluarTidak mengejar dari lobi gedung disatu seberang, tempat kami bergegas. Tidak lebih dari lima menit, satu pasukan penuh su­ ditahan. dah keluar mengejar dari lobi gedung di seberang, tempat kami bergegas. lebih dari lima menit, pasukan penuh su­ ditahan. dah keluar mengejar dari lobi gedung di seberang, tempat kami bergegas. Tidak lebih dari lima menit, satu pasukan penuh su­ ditahan. dah keluar mengejar dari lobi gedung di seberang, tempat kami bergegas. Tidak lebih dari lima menit, satu pasukan penuh su­ Aku mengeluh, teringat sesuatu, berusaha berpikir cepat. Ada ditahan. dah keluar mengejar dari lobi gedung di seberang, tempat kami bergegas. Tidak lebih dari lima menit, satu pasukan penuh su­ Aku mengeluh, teringat sesuatu, berusaha berpikir cepat. Ada ditahan. dah keluar mengejar dari lobi gedung di seberang, tempat kami Aku mengeluh, teringat sesuatu, berusaha berpikir cepat. Ada ditahan. dah keluar mengejar dari lobi gedung di seberang, tempat kami Aku mengeluh, teringat sesuatu, berusaha berpikir cepat. Ada ditahan. dah keluar mengejar dari lobi gedung di seberang, tempat kami ANGKAIAN lift di gedung tua itu sudah dicopot beb Aku mengeluh, teringat sesuatu, berusaha berpikir cepat. Ada ditahan. dah keluar mengejar dari lobi gedung di seberang, tempat kami masalah baru sekarang. Kalaupun kami tiba lebih dulu di bawah Aku mengeluh, teringat sesuatu, berusaha berpikir cepat. Ada ditahan. dah keluar mengejar dari lobi gedung di seberang, tempat kami masalah baru sekarang. Kalaupun kami tiba lebih dulu di bawah Aku mengeluh, teringat sesuatu, berusaha berpikir cepat. Ada ditahan. masalah baru sekarang. Kalaupun kami tiba lebih dulu di bawah Aku mengeluh, teringat sesuatu, berusaha berpikir cepat. Ada ditahan. masalah baru sekarang. Kalaupun kami tiba lebih dulu di bawah Aku mengeluh, teringat sesuatu, berusaha berpikir cepat. Ada ditahan. masalah baru sekarang. Kalaupun kami tiba lebih lebih dulu di bawah bawah Aku mengeluh, mengeluh, teringat sesuatu, berusaha berpikir cepat. AdaK minggu lalu, bagian persiapan penghancuran gedung. ditahan. dibanding mereka keluar dari gedung seberang, di tengah belan­ masalah baru sekarang. Kalaupun kami tiba dulu di Aku teringat sesuatu, berusaha berpikir cepat. Ada ditahan. dibanding mereka keluar dari gedung seberang, di tengah belan­ masalah baru sekarang. Kalaupun kami tiba lebih dulu di bawah Aku mengeluh, teringat sesuatu, berusaha berpikir cepat. Ada dibanding mereka keluar dari gedung seberang, di tengah belan­ masalah baru sekarang. Kalaupun kami tiba lebih dulu di bawah Aku mengeluh, teringat sesuatu, berusaha berpikir cepat. Ada dibanding mereka keluar dari gedung seberang, di tengah belan­ masalah baru sekarang. Kalaupun kami tiba lebih dulu di bawah Aku mengeluh, teringat sesuatu, berusaha berpikir cepat. Ada dibanding mereka keluar dari gedung seberang, di tengah belan­ masalah baru sekarang. Kalaupun kami tiba lebih dulu di bawah Aku mengeluh, teringat sesuatu, berusaha berpikir cepat. Ada gedung tinggi kota Hong Kong, dan jalanan sibuknya, aku dibanding mereka keluar dari gedung seberang, di tengah belan­ ustara berlarian melewati anak tangga, yang juga dindingmasalah baru sekarang. Kalaupun kami tiba lebih dulu di bawah Aku mengeluh, teringat sesuatu, berusaha berpikir cepat. Ada tara gedung tinggi kota Hong Kong, dan jalanan sibuknya, aku dibanding mereka keluar dari gedung seberang, di tengah belan­ masalah baru sekarang. Kalaupun kami tiba lebih dulu di bawah tara gedung tinggi kota Hong Kong, dan jalanan sibuknya, aku dibanding mereka keluar dari gedung seberang, di tengah belan­ masalah baru sekarang. Kalaupun kami tiba lebih dulu di bawah tara gedung tinggi kota Hong Kong, dan jalanan sibuknya, aku dibanding mereka keluar dari gedung seberang, di tengah belan­ masalah baru sekarang. Kalaupun kami tiba lebih dulu di bawah tara gedung tinggi kota Hong Kong, dan jalanan sibuknya, aku dibanding mereka keluar dari gedung seberang, di tengah belan­ masalah baru sekarang. Kalaupun kami tiba lebih dulu di bawah harus menaiki mobil apa agar bisa segera melarikan diri? Taksi? tara gedung tinggi kota Hong Kong, dan jalanan sibuknya, aku dibanding mereka keluar dari gedung seberang, di tengah belan­ masalah baru sekarang. Kalaupun kami tiba lebih dulu di bawah harus menaiki mobil apa agar bisa segera melarikan diri? Taksi? nya sudah terkelupas. Aku bergumam tidak sabaran, tara gedung tinggi kota Hong Kong, dan jalanan sibuknya, aku dibanding mereka keluar dari gedung seberang, di tengah belan­ harus menaiki mobil apa agar bisa segera melarikan diri? Taksi? tara gedung tinggi kota Hong Kong, dan jalanan sibuknya, aku dibanding mereka keluar dari gedung seberang, di tengah belan­ harus menaiki mobil apa agar bisa segera melarikan diri? Taksi? tara gedung tinggi kota Hong Kong, dan jalanan sibuknya, aku dibanding mereka keluar dari gedung seberang, di tengah belan­ harus menaiki mobil apa agar bisa segera melarikan diri? Taksi? tara gedung tinggi kota Hong Kong, dan jalanan sibuknya, aku dibanding mereka keluar dari gedung seberang, di tengah belan­ harus menaiki mobil apa agar bisa segera melarikan diri? Taksi? tara gedung tinggi kota Hong Kong, dan jalanan sibuknya, aku dibanding mereka keluar dari gedung seberang, di tengah belan­ harus menaiki mobil apa agar bisa segera melarikan diri? Taksi? tara gedung tinggi kota Hong Kong, dan jalanan sibuknya, aku sa Maryam agar bergerak lebih cepat. Kadek sudah m harus menaiki mobil apa agar bisa segera melarikan diri? Taksi? tara gedung tinggi kota Hong Kong, dan jalanan sibuknya, aku 94 harus menaiki mobil apa agar bisa segera melarikan diri? Taksi? tara gedung tinggi kota Hong Kong, dan jalanan sibuknya, aku 94 harus menaiki mobil apa agar bisa segera melarikan diri? Taksi? tara gedung tinggi kota Hong Kong, dan jalanan sibuknya, aku 94 harus menaiki mobil apa agar bisa segera melarikan diri? Taksi? tara gedung tinggi kota Hong Kong, dan melarikan jalanan sibuknya, aku 94 harus menaiki mobil apa agar bisa segera diri? Taksi? 94 harus menaiki mobil apa bisa segera diri? dong Opa sejak lantai delapan belas.melarikan Setidaknya tubuh 94 harus menaiki mobil apa agar agar bisa segera melarikan diri? Taksi? Taksi? 94 harus segera 94 harus menaiki menaiki mobil mobil apa apa agar agar bisa bisa segera melarikan melarikan diri? diri? Taksi? Taksi? 94 94 94 tidak terlalu berat bagi tubuh 94 tinggi besar Kadek. Me 94 jung Tanduk.indd 94 3/6/20 94



R



dirobohkan, kosong, tidak ada yang tersisa di gedung itu, hanya Menyetop sembarang mobil? Merampasnya? Aku menelan ludah. hampir terjatuh. Aku tiba di lantai dasar gedung tua yang akan Aku meloncat di anak tangga terakhir, membuat Maryam dua. Kami sudah di lantai tiga. Kadek Opa sudah tiba di lantai dirobohkan, kosong, tidak ada yang tersisa di gedung itu, hanya Menyetop sembarang mobil? Merampasnya? Aku menelan ludah. hampir terjatuh. Aku tiba di lantai dasar gedung tua yang akan Aku meloncat di anak tangga terakhir, membuat Maryam dua. Kami sudah di lantai tiga. Kadek dan Opa sudah tiba di lantai dirobohkan, kosong, tidak ada yangdan tersisa di gedung itu, hanya Menyetop sembarang mobil? Merampasnya? Aku menelan ludah. hampir terjatuh. Aku tiba di lantai dasar gedung tua yang akan Aku meloncat di anak tangga terakhir, membuat Maryam dua. Kami sudah di lantai tiga. Kadek dan Opa sudah tiba di lantai Menyetop sembarang mobil? Merampasnya? Aku menelan ludah. hampir terjatuh. Aku tiba di lantai dasar gedung tua yang akan Aku meloncat di anak tangga terakhir, membuat Maryam dua. dirobohkan, kosong, tidak ada yang tersisa di gedung itu, hanya pagar tinggi dari seng berwarna oranye yang sempurna menutupi Kami sudah di lantai tiga. Kadek dan Opa sudah tiba di lantai ada yang tersisa di gedung itu, hanya hampir terjatuh. Aku tiba di lantai dasar gedung tua yang akan Aku meloncat di anak tangga terakhir, membuat Maryam dua. pagar tinggi dari seng berwarna oranye yang sempurna menutupi Kami sudah di lantai tiga. Kadek dan Opa sudah tiba di lantai dirobohkan, kosong, tidak ada yang tersisa di gedung itu, hanya hampir terjatuh. Aku tiba di lantai dasar gedung tua yang akan Aku meloncat di anak tangga terakhir, membuat Maryam dua. pagar tinggi dari seng berwarna oranye yang sempurna menutupi Kami sudah di lantai tiga. Kadek dan Opa sudah tiba di lantai dirobohkan, kosong, tidak ada yang tersisa di gedung itu, hanya hampir terjatuh. Aku tiba di lantai dasar gedung tua yang akan Aku meloncat di anak tangga terakhir, membuat Maryam dua. pagar tinggi dari seng berwarna oranye yang sempurna menutupi Kami sudah di lantai tiga. Kadek dan Opa sudah tiba di lantai dirobohkan, kosong, tidak ada yang tersisa di gedung itu, hanya hampir terjatuh. Aku tiba di lantai dasar gedung tua yang akan Aku meloncat di anak tangga terakhir, membuat Maryam dua. Kami sudah di lantai tiga. Kadek dan Opa sudah tiba di lantai dirobohkan, kosong, tidak ada yang tersisa di gedung itu, hanya hampir terjatuh. Aku tiba di lantai dasar gedung tua yang akan Aku meloncat di anak tangga terakhir, membuat Maryam pagar tinggi dari seng berwarna oranye yang sempurna menutupi wilayah proyek properti, agar tidak sembarang orang bisa masuk. dua. berwarna oranye yang sempurna menutupi dirobohkan, kosong, tidak ada yang tersisa di gedung itu, hanya hampir terjatuh. Aku tiba di lantai dasar gedung tua yang akan Aku meloncat di anak tangga terakhir, membuat Maryam wilayah proyek properti, agar tidak sembarang orang bisa masuk. dua. pagar tinggi dari seng berwarna oranye yang sempurna menutupi dirobohkan, kosong, tidak ada yang tersisa di gedung itu, hanya hampir terjatuh. Aku tiba di lantai dasar gedung tua yang akan Aku meloncat di anak tangga terakhir, membuat Maryam wilayah proyek properti, agar tidak sembarang orang bisa masuk. dua. pagar tinggi dari seng berwarna oranye yang sempurna menutupi dirobohkan, kosong, tidak ada yang tersisa di gedung itu, hanya hampir terjatuh. Aku tiba di lantai dasar gedung tua yang akan Aku meloncat di anak tangga terakhir, membuat Maryam wilayah proyek properti, agar tidak sembarang orang bisa masuk. dua. pagar tinggi dari seng berwarna oranye yang sempurna menutupi dirobohkan, kosong, tidak ada yang tersisa di gedung itu, hanya hampir terjatuh. Aku tiba di lantai dasar gedung tua yang akan Aku meloncat di anak tangga terakhir, membuat Maryam dua. pagar tinggi dari seng berwarna oranye yang sempurna menutupi dirobohkan, kosong, tidak ada yang tersisa di gedung itu, hanya hampir terjatuh. Aku tiba di lantai dasar gedung tua yang akan wilayah proyek properti, agar tidak sembarang orang bisa masuk. Saat aku menyapu setiap jengkal pagar, berusaha mencari pintu Aku meloncat di anak tangga terakhir, membuat Maryam tidak sembarang orang bisa masuk. pagar tinggi dari seng berwarna oranye yang sempurna menutupi dirobohkan, kosong, tidak ada yang tersisa di gedung itu, hanya hampir terjatuh. Aku tiba di lantai dasar gedung tua yang akan Saat aku menyapu setiap jengkal pagar, berusaha mencari pintu Aku meloncat di anak tangga terakhir, membuat Maryam wilayah proyek properti, agar tidak sembarang orang bisa masuk. pagar tinggi dari seng berwarna oranye yang sempurna menutupi dirobohkan, kosong, tidak ada yang tersisa di gedung itu, hanya hampir terjatuh. Aku tiba di lantai dasar gedung tua yang akan Saat aku menyapu setiap jengkal pagar, berusaha mencari pintu Aku meloncat di anak tangga terakhir, membuat Maryam wilayah proyek properti, agar tidak sembarang orang bisa masuk. pagar tinggi dari seng berwarna oranye yang sempurna menutupi dirobohkan, kosong, tidak ada yang tersisa di gedung itu, hanya hampir terjatuh. Aku tiba di lantai dasar gedung tua yang akan Saat aku menyapu setiap jengkal pagar, berusaha mencari pintu Aku meloncat di anak tangga terakhir, membuat Maryam wilayah proyek properti, agar tidak sembarang orang bisa masuk. pagar tinggi dari seng berwarna oranye yang sempurna menutupi dirobohkan, kosong, tidak ada yang tersisa di gedung itu, hanya hampir terjatuh. Aku tiba di lantai dasar gedung tua yang akan Aku meloncat di anak tangga terakhir, membuat Maryam wilayah proyek properti, agar tidak sembarang orang bisa masuk. pagar tinggi dari seng berwarna oranye yang sempurna menutupi dirobohkan, kosong, tidak ada yang tersisa di gedung itu, hanya Saat aku menyapu setiap jengkal pagar, berusaha mencari pintu keluar dari dinding-dinding oranye itu, meluncur dengan ke­ hampir terjatuh. Aku tiba di lantai dasar gedung tua yang akan jengkal pagar, berusaha mencari pintu wilayah proyek properti, agar tidak sembarang orang bisa masuk. pagar tinggi dari seng berwarna oranye yang sempurna menutupi dirobohkan, kosong, tidak ada yang tersisa di gedung itu, hanya keluar dari dinding-dinding oranye itu, meluncur dengan ke­ hampir terjatuh. Aku tiba di lantai dasar gedung tua yang akan Saat aku menyapu setiap jengkal pagar, berusaha mencari pintu wilayah proyek properti, agar tidak sembarang orang bisa masuk. pagar tinggi dari seng berwarna oranye yang sempurna menutupi dirobohkan, kosong, tidak ada yang tersisa di gedung itu, hanya keluar dari dinding-dinding oranye itu, meluncur dengan ke­ hampir terjatuh. Aku tiba di lantai dasar gedung tua yang akan Saat aku menyapu setiap jengkal pagar, berusaha mencari pintu wilayah proyek properti, agar tidak sembarang orang bisa masuk. pagar tinggi dari seng berwarna oranye yang sempurna menutupi dirobohkan, kosong, tidak ada yang tersisa di gedung itu, hanya keluar dari dinding-dinding oranye itu, meluncur dengan ke­ hampir terjatuh. Aku tiba di lantai dasar gedung tua yang akan Saat aku menyapu setiap jengkal pagar, berusaha mencari pintu wilayah proyek properti, agar tidak sembarang orang bisa masuk. pagar tinggi dari seng berwarna oranye yang sempurna menutupi dirobohkan, kosong, tidak ada yang tersisa di gedung itu, hanya hampir terjatuh. Aku tiba di lantai dasar gedung tua yang akan Saat aku menyapu setiap jengkal pagar, berusaha mencari pintu wilayah proyek properti, agar tidak sembarang orang bisa masuk. pagar tinggi dari seng berwarna oranye yang sempurna menutupi keluar dari dinding-dinding oranye itu, meluncur dengan ke­ mobil SUV berwarna hitam. Suara rodanya di­ cepatan tinggi dirobohkan, kosong, tidak ada yang tersisa di gedung itu, hanya oranye itu, meluncur dengan ke­ Saat aku menyapu setiap jengkal pagar, berusaha mencari pintu wilayah proyek properti, agar tidak sembarang orang bisa masuk. pagar tinggi dari seng berwarna oranye yang sempurna menutupi mobil SUV berwarna hitam. Suara rodanya di­ cepatan tinggi dirobohkan, kosong, tidak ada yang tersisa di gedung itu, hanya keluar dari dinding-dinding oranye itu, meluncur dengan ke­ Saat aku menyapu setiap jengkal pagar, berusaha mencari pintu wilayah proyek properti, agar tidak sembarang orang bisa masuk. pagar tinggi dari seng berwarna oranye yang sempurna menutupi mobil SUV berwarna hitam. Suara rodanya di­ cepatan tinggi dirobohkan, kosong, tidak ada yang tersisa di gedung itu, hanya keluar dari dinding-dinding oranye itu, meluncur dengan ke­ Saat aku menyapu setiap jengkal pagar, berusaha mencari pintu wilayah proyek properti, agar tidak sembarang orang bisa masuk. pagar tinggi dari seng berwarna oranye yang sempurna menutupi mobil SUV berwarna hitam. Suara rodanya di­ cepatan tinggi dirobohkan, kosong, tidak ada yang tersisa di gedung itu, hanya keluar dari dinding-dinding oranye itu, meluncur dengan ke­ Saat aku menyapu setiap jengkal pagar, berusaha mencari pintu wilayah proyek properti, agar tidak sembarang orang bisa masuk. pagar tinggi dari seng berwarna oranye yang sempurna menutupi dirobohkan, kosong, tidak ada yang tersisa di gedung itu, hanya keluar dari dinding-dinding oranye itu, meluncur dengan ke­ Saat aku menyapu setiap jengkal pagar, berusaha mencari pintu wilayah proyek properti, agar tidak sembarang orang bisa masuk. mobil SUV berwarna hitam. Suara rodanya di­ cepatan tinggi Mobil berhenti persis di depan kami. rem mendecit panjang. pagar tinggi dari seng berwarna oranye yang sempurna menutupi berwarna hitam. Suara rodanya di­ keluar dari dinding-dinding oranye itu, meluncur dengan ke­ Saat aku menyapu setiap jengkal pagar, berusaha mencari pintu wilayah proyek properti, agar tidak sembarang orang bisa masuk. Mobil berhenti persis di depan kami. rem mendecit panjang. pagar tinggi dari seng berwarna oranye yang sempurna menutupi mobil SUV berwarna hitam. Suara rodanya di­ cepatan tinggi keluar dari dinding-dinding oranye itu, meluncur dengan ke­ Saat aku menyapu setiap jengkal pagar, berusaha mencari pintu wilayah proyek properti, agar tidak sembarang orang bisa masuk. Mobil berhenti persis di depan kami. rem mendecit panjang. pagar tinggi dari seng berwarna oranye yang sempurna menutupi mobil SUV berwarna hitam. Suara rodanya di­ cepatan tinggi keluar dari dinding-dinding oranye itu, meluncur dengan ke­ Saat aku menyapu setiap jengkal pagar, berusaha mencari pintu wilayah proyek properti, agar tidak sembarang orang bisa masuk. Mobil berhenti persis di depan kami. rem mendecit panjang. pagar tinggi dari seng berwarna oranye yang sempurna menutupi mobil SUV berwarna hitam. Suara rodanya di­ cepatan tinggi keluar dari dinding-dinding oranye itu, meluncur dengan ke­ Saat aku menyapu setiap jengkal pagar, berusaha mencari pintu wilayah proyek properti, agar tidak sembarang orang bisa masuk. pagar tinggi dari seng berwarna oranye yang sempurna menutupi mobil SUV berwarna hitam. Suara rodanya di­ cepatan tinggi keluar dari dinding-dinding oranye itu, meluncur dengan ke­ Saat aku menyapu setiap jengkal pagar, berusaha mencari pintu Mobil berhenti persis di depan kami. rem mendecit panjang. Pintu dibuka dan aku tercengang. wilayah proyek properti, agar tidak sembarang orang bisa masuk. Mobil berhenti persis di depan kami. mobil SUV berwarna hitam. Suara rodanya di­ cepatan tinggi keluar dari dinding-dinding oranye itu, meluncur dengan ke­ Saat aku menyapu setiap jengkal pagar, berusaha mencari pintu Pintu dibuka dan aku tercengang. wilayah proyek properti, agar tidak sembarang orang bisa masuk. Mobil berhenti persis di depan kami. rem mendecit panjang. mobil SUV berwarna hitam. Suara rodanya di­ cepatan tinggi keluar dari dinding-dinding oranye itu, meluncur dengan ke­ Saat aku menyapu setiap jengkal pagar, berusaha mencari pintu Pintu dibuka dan aku tercengang. wilayah proyek properti, agar tidak sembarang orang bisa masuk. Mobil berhenti persis di depan kami. rem mendecit panjang. mobil SUV berwarna hitam. Suara rodanya di­ cepatan tinggi keluar dari dinding-dinding oranye itu, meluncur dengan ke­ Saat aku menyapu setiap jengkal pagar, berusaha mencari pintu Pintu dibuka dan aku tercengang. wilayah proyek properti, agar tidak sembarang orang bisa masuk. Mobil berhenti persis di depan kami. rem mendecit panjang. mobil SUV berwarna hitam. Suara rodanya di­ cepatan tinggi keluar dari dinding-dinding oranye itu, meluncur dengan ke­ Saat aku menyapu setiap jengkal pagar, berusaha mencari pintu wilayah proyek properti, agar tidak sembarang orang bisa masuk. Mobil berhenti persis di depan kami. rem mendecit panjang. mobil SUV berwarna hitam. Suara rodanya di­ cepatan tinggi keluar dari dinding-dinding oranye itu, meluncur dengan ke­ Pintu dibuka dan aku tercengang. ”Masuk, Thomas. Segera!” Saat aku menyapu setiap jengkal pagar, berusaha mencari pintu tercengang. Mobil berhenti persis di depan kami. rem mendecit panjang. mobil SUV berwarna hitam. Suara rodanya di­ cepatan tinggi keluar dari dinding-dinding oranye itu, meluncur dengan ke­ ”Masuk, Thomas. Segera!” Saat aku menyapu setiap jengkal pagar, berusaha mencari pintu Pintu dibuka dan aku tercengang. Mobil berhenti persis di depan kami. rem mendecit panjang. mobil SUV berwarna hitam. Suara rodanya di­ cepatan tinggi keluar dari dinding-dinding oranye itu, meluncur dengan ke­ ”Masuk, Thomas. Segera!” Saat aku menyapu setiap jengkal pagar, berusaha mencari pintu Pintu dibuka dan aku tercengang. Mobil berhenti persis di depan kami. rem mendecit panjang. mobil SUV berwarna hitam. Suara rodanya di­ cepatan tinggi keluar dari dinding-dinding oranye itu, meluncur dengan ke­ ”Masuk, Thomas. Segera!” Saat aku menyapu setiap jengkal pagar, berusaha mencari pintu Pintu dibuka dan aku tercengang. Mobil berhenti persis di depan kami. rem mendecit panjang. mobil SUV berwarna hitam. Suara rodanya di­ cepatan tinggi keluar dari dinding-dinding oranye itu, meluncur dengan ke­ Saat aku menyapu setiap jengkal pagar, berusaha mencari pintu Pintu dibuka dan aku tercengang. Mobil berhenti persis di depan kami. rem mendecit panjang. mobil SUV berwarna hitam. Suara rodanya di­ cepatan tinggi ”Masuk, Thomas. Segera!” Lee? Aku menelan ludah. keluar dari dinding-dinding oranye itu, meluncur dengan ke­ Segera!” Pintu dibuka dan aku tercengang. Mobil berhenti persis di depan kami. rem mendecit panjang. mobil SUV berwarna hitam. Suara rodanya di­ cepatan tinggi Lee? Aku menelan ludah. keluar dari dinding-dinding oranye itu, meluncur dengan ke­ ”Masuk, Thomas. Segera!” Pintu dibuka dan aku tercengang. Mobil berhenti persis di depan kami. rem mendecit panjang. mobil SUV berwarna hitam. Suara rodanya di­ cepatan tinggi Lee? Aku menelan ludah. keluar dari dinding-dinding oranye itu, meluncur dengan ke­ ”Masuk, Thomas. Segera!” Pintu dibuka dan aku tercengang. Mobil berhenti persis di depan kami. rem mendecit panjang. mobil SUV berwarna hitam. Suara rodanya di­ cepatan tinggi Lee? Aku menelan ludah. keluar dari dinding-dinding oranye itu, meluncur dengan ke­ ”Masuk, Thomas. Segera!” Pintu dibuka dan aku tercengang. Mobil berhenti persis di depan kami. rem mendecit panjang. mobil SUV berwarna hitam. Suara rodanya di­ cepatan tinggi keluar dari dinding-dinding oranye itu, meluncur dengan ke­ ”Masuk, Thomas. Segera!” Pintu dibuka dan aku tercengang. Mobil berhenti persis di depan kami. rem mendecit panjang. Lee? Aku menelan ludah. ”Hei, kau tidak akan berdiri di sini menunggu mereka datang, mobil SUV berwarna hitam. Suara rodanya di­ cepatan tinggi ”Masuk, Thomas. Segera!” Pintu dibuka dan aku tercengang. Mobil berhenti persis di depan kami. rem mendecit panjang. ”Hei, kau tidak akan berdiri di sini menunggu mereka datang, mobil SUV berwarna hitam. Suara rodanya di­ cepatan tinggi Lee? Aku menelan ludah. ”Masuk, Thomas. Segera!” Pintu dibuka dan aku tercengang. Mobil berhenti persis di depan kami. rem mendecit panjang. ”Hei, kau tidak akan berdiri di sini menunggu mereka datang, mobil SUV berwarna hitam. Suara rodanya di­ cepatan tinggi Lee? Aku menelan ludah. ”Masuk, Thomas. Segera!” Pintu dibuka dan aku tercengang. Mobil berhenti persis di depan kami. rem mendecit panjang. ”Hei, kau tidak akan berdiri di sini menunggu mereka datang, mobil SUV berwarna hitam. Suara rodanya di­ cepatan tinggi Lee? Aku menelan ludah. ”Masuk, Thomas. Segera!” Pintu dibuka dan aku tercengang. Mobil berhenti persis di depan kami. rem mendecit panjang. mobil SUV berwarna hitam. Suara rodanya di­ cepatan tinggi Lee? Aku menelan ludah. ”Masuk, Thomas. Segera!” Pintu dibuka dan aku tercengang. ”Hei, kau tidak akan berdiri di sini menunggu mereka datang, bukan? Dan asal kau tahu, ada yang harus lebih dicemaskan Mobil berhenti persis di depan kami. rem mendecit panjang. berdiri di sini menunggu mereka datang, Lee? Aku menelan ludah. ”Masuk, Thomas. Segera!” Pintu dibuka dan aku tercengang. bukan? Dan asal kau tahu, ada yang harus lebih dicemaskan Mobil berhenti persis di depan kami. rem mendecit panjang. ”Hei, kau tidak akan berdiri di sini menunggu mereka datang, Lee? Aku menelan ludah. ”Masuk, Thomas. Segera!” Pintu dibuka dan aku tercengang. bukan? Dan asal kau tahu, ada yang harus lebih dicemaskan Mobil berhenti persis di depan kami. rem mendecit panjang. ”Hei, kau tidak akan berdiri di sini menunggu mereka datang, Lee? Aku menelan ludah. ”Masuk, Thomas. Segera!” Pintu dibuka dan aku tercengang. bukan? Dan asal kau tahu, ada yang harus lebih dicemaskan Mobil berhenti persis di depan kami. rem mendecit panjang. ”Hei, kau tidak akan berdiri di sini menunggu mereka datang, Lee? Aku menelan ludah. ”Masuk, Thomas. Segera!” Pintu dibuka dan aku tercengang. Mobil berhenti persis di depan kami. rem mendecit panjang. ”Hei, kau tidak akan berdiri di sini menunggu mereka datang, Lee? Aku menelan ludah. ”Masuk, Thomas. Segera!” bukan? Dan asal kau tahu, ada yang harus lebih dicemaskan dibanding pasukan khusus itu.ada Tiga ratus dinamit yang siap me­ Pintu dibuka dan aku tercengang. bukan? Dan asal kau tahu, yang harus lebih dicemaskan ”Hei, kau tidak akan berdiri di sini menunggu mereka datang, Lee? Aku menelan ludah. ”Masuk, Thomas. Segera!” dibanding pasukan khusus itu. Tiga ratus dinamit yang siap me­ Pintu dibuka dan aku tercengang. bukan? Dan asal kau tahu, ada yang harus lebih dicemaskan ”Hei, kau tidak akan berdiri di sini menunggu mereka datang, Lee? Aku menelan ludah. ”Masuk, Thomas. Segera!” dibanding pasukan khusus itu. Tiga ratus dinamit yang siap me­ Pintu dibuka dan aku tercengang. bukan? Dan asal kau tahu, yang harus lebih dicemaskan ”Hei, kau tidak akan berdiri di sini menunggu mereka datang, Lee? Aku menelan ludah. ”Masuk, Thomas. Segera!” dibanding pasukan khusus itu.ada Tiga ratus dinamit yang siap me­ Pintu dibuka dan aku tercengang. bukan? Dan asal kau tahu, ada yang harus lebih dicemaskan ”Hei, kau tidak akan berdiri di sini menunggu mereka datang, Lee? Aku menelan ludah. ”Masuk, Thomas. Segera!” Pintu dibuka dan aku tercengang. bukan? Dan asal kau tahu, ada yang harus lebih dicemaskan ”Hei, kau tidak akan berdiri di sini menunggu mereka datang, dibanding pasukan khusus itu. Tiga ratus dinamit yang siap me­ Lee? Aku menelan ludah. ledak.” Lee meneriakiku dari belakang setir. ”Masuk, Thomas. Segera!” dibanding pasukan khusus itu. Tiga ratus dinamit yang siap me­ bukan? Dan asal kau tahu, ada yang harus lebih dicemaskan ”Hei, kau tidak akan berdiri di sini menunggu mereka datang, Lee? Aku menelan ludah. ledak.” Lee meneriakiku dari belakang setir. ”Masuk, Thomas. Segera!” dibanding pasukan khusus itu. Tiga ratus dinamit yang siap me­ bukan? Dan asal kau tahu, ada yang harus lebih dicemaskan ”Hei, kau tidak akan berdiri di sini menunggu mereka datang, Lee? Aku menelan ludah. ledak.” Lee meneriakiku dari belakang setir. ”Masuk, Thomas. Segera!” dibanding pasukan khusus itu. Tiga ratus dinamit yang siap me­ bukan? Dan asal kau tahu, ada yang harus lebih dicemaskan ”Hei, kau tidak akan berdiri di sini menunggu mereka datang, Lee? Aku menelan ludah. ledak.” Lee meneriakiku dari belakang setir. ”Masuk, Thomas. Segera!” dibanding pasukan khusus itu. Tiga ratus dinamit yang siap me­ bukan? Dan asal kau tahu, ada yang harus lebih dicemaskan ”Hei, kau tidak akan berdiri di sini menunggu mereka datang, Lee? Aku menelan ludah. ”Masuk, Thomas. Segera!” dibanding pasukan khusus itu. Tiga ratus dinamit yang siap me­ bukan? Dan asal kau tahu, ada yang harus lebih dicemaskan ledak.” Lee meneriakiku dari belakang setir. ”Hei, kau tidak akan berdiri di sini menunggu mereka datang, Baik. Aku menyimpan dulu pertanyaan kenapa Lee tiba-tiba Lee? Aku menelan ludah. ledak.” Lee meneriakiku dari belakang setir. dibanding pasukan khusus itu. Tiga ratus dinamit yang siap me­ bukan? Dan asal kau tahu, ada yang harus lebih dicemaskan ”Hei, kau tidak akan berdiri di sini menunggu mereka datang, Baik. Aku menyimpan dulu pertanyaan kenapa Lee tiba-tiba Lee? Aku menelan ludah. ledak.” Lee meneriakiku dari belakang setir. dibanding pasukan khusus itu. Tiga ratus dinamit yang siap me­ bukan? Dan asal kau tahu, ada yang harus lebih dicemaskan ”Hei, kau tidak akan berdiri di sini menunggu mereka datang, Baik. Aku menyimpan dulu pertanyaan kenapa Lee tiba-tiba Lee? Aku menelan ludah. ledak.” Lee meneriakiku dari belakang setir. dibanding pasukan khusus itu. Tiga ratus dinamit yang siap me­ bukan? Dan asal kau tahu, ada yang harus lebih dicemaskan ”Hei, kau tidak akan berdiri di sini menunggu mereka datang, Baik. Aku menyimpan dulu pertanyaan kenapa Lee tiba-tiba Lee? Aku menelan ludah. ledak.” Lee meneriakiku dari belakang setir. dibanding pasukan khusus itu. Tiga ratus dinamit yang siap me­ bukan? Dan asal kau tahu, ada yang harus lebih dicemaskan ”Hei, kau tidak akan berdiri di sini menunggu mereka datang, Lee? Lee Aku menelan ludah. ledak.” Lee meneriakiku dari belakang setir. Baik. Aku menyimpan dulu pertanyaan kenapa Lee tiba-tiba dibanding pasukan khusus itu. Tiga ratus dinamit yang siap me­ bukan? Dan asal kau tahu, ada yang harus lebih dicemaskan muncul di sini, mengangguk, meski tidak paham benar dengan ”Hei, kau tidak akan berdiri di sini menunggu mereka datang, Baik. Aku menyimpan dulu pertanyaan kenapa Lee tiba-tiba ledak.” meneriakiku dari belakang setir. dibanding pasukan khusus itu. Tiga ratus dinamit yang siap me­ bukan? Dan asal kau tahu, ada yang harus lebih dicemaskan muncul di sini, mengangguk, meski tidak paham benar dengan ”Hei, kau tidak akan berdiri di sini menunggu mereka datang, Baik. Aku menyimpan dulu pertanyaan kenapa Lee tiba-tiba ledak.” Lee meneriakiku dari belakang setir. dibanding pasukan khusus itu. Tiga ratus dinamit yang siap me­ bukan? Dan asal kau tahu, ada yang harus lebih dicemaskan muncul di sini, mengangguk, meski tidak paham benar dengan ”Hei, kau tidak akan berdiri di sini menunggu mereka datang, Baik. Aku menyimpan dulu pertanyaan kenapa Lee tiba-tiba ledak.” Lee meneriakiku dari belakang setir. dibanding pasukan khusus itu. Tiga ratus dinamit yang siap me­ bukan? Dan asal kau tahu, ada yang harus lebih dicemaskan muncul di sini, mengangguk, meski tidak paham benar dengan ”Hei, kau tidak akan berdiri di sini menunggu mereka datang, Baik. Aku menyimpan dulu pertanyaan kenapa Lee tiba-tiba ledak.” Lee meneriakiku dari belakang setir. dibanding pasukan khusus itu. Tiga ratus dinamit yang siap me­ bukan? Dan asal kau tahu, ada yang harus lebih dicemaskan ”Hei, kau tidak akan berdiri di sini menunggu mereka datang, Baik. Aku menyimpan dulu pertanyaan kenapa Lee tiba-tiba muncul di sini, mengangguk, meski tidak paham benar dengan ledak.” Lee meneriakiku dari belakang setir. dibanding pasukan khusus itu. Tiga ratus dinamit yang siap me­ ujung kalimat Lee. Aku bergegas menyuruh Maryam naik lebih bukan? Dan asal kau tahu, ada yang harus lebih dicemaskan muncul di sini, mengangguk, meski tidak paham benar dengan Baik. Aku menyimpan dulu pertanyaan kenapa Lee tiba-tiba ledak.” Lee meneriakiku dari belakang setir. dibanding pasukan khusus itu. Tiga ratus dinamit yang siap me­ ujung kalimat Lee. Aku bergegas menyuruh Maryam naik lebih bukan? Dan asal kau tahu, ada yang harus lebih dicemaskan muncul di sini, mengangguk, meski tidak paham benar dengan Baik. Aku menyimpan dulu pertanyaan kenapa Lee tiba-tiba ledak.” Lee meneriakiku dari belakang setir. dibanding pasukan khusus itu. Tiga ratus dinamit yang siap me­ ujung kalimat Lee. Aku bergegas menyuruh Maryam naik lebih bukan? Dan asal kau tahu, ada yang harus lebih dicemaskan muncul di sini, mengangguk, meski tidak paham benar dengan Baik. Aku menyimpan dulu pertanyaan kenapa Lee tiba-tiba ledak.” Lee meneriakiku dari belakang setir. dibanding pasukan khusus itu. Tiga ratus dinamit yang siap me­ ujung kalimat Lee. Aku bergegas menyuruh Maryam naik lebih bukan? Dan asal kau tahu, ada yang harus lebih dicemaskan muncul di sini, mengangguk, meski tidak paham benar dengan Baik. Aku menyimpan dulu pertanyaan kenapa Lee tiba-tiba ledak.” Lee meneriakiku dari belakang setir. dibanding pasukan khusus itu. Tiga ratus dinamit yang siap me­ bukan? Dan asal kau tahu, ada yang harus lebih dicemaskan ujung kalimat Lee. Aku bergegas menyuruh Maryam naik lebih muncul di sini, mengangguk, meski tidak paham benar dengan Baik. Aku menyimpan dulu pertanyaan kenapa Lee tiba-tiba ledak.” Lee meneriakiku dari belakang setir. dulu, membantunya. Kadek tanpa disuruh sudah membantu dibanding pasukan khusus itu. Tiga ratus dinamit yang siap me­ ujung kalimat Lee. Aku bergegas menyuruh Maryam naik lebih muncul di sini, mengangguk, meski tidak paham benar dengan Baik. Aku menyimpan dulu pertanyaan kenapa Lee tiba-tiba ledak.” Lee meneriakiku dari belakang setir. dulu, membantunya. Kadek tanpa disuruh sudah membantu dibanding pasukan khusus itu. Tiga ratus dinamit yang siap me­ ujung kalimat Lee. Aku bergegas menyuruh Maryam naik lebih muncul di sini, mengangguk, meski tidak paham benar dengan Baik. Aku menyimpan dulu pertanyaan kenapa Lee tiba-tiba ledak.” Lee meneriakiku dari belakang setir. dulu, membantunya. Kadek tanpa disuruh sudah membantu dibanding pasukan khusus itu. Tiga ratus dinamit yang siap me­ ujung kalimat Lee. Aku bergegas menyuruh Maryam naik lebih muncul di sini, mengangguk, meski tidak paham benar dengan Baik. Aku menyimpan dulu pertanyaan kenapa Lee tiba-tiba ledak.” Lee meneriakiku dari belakang setir. dulu, membantunya. Kadek tanpa disuruh sudah membantu dibanding pasukan khusus itu. Tiga ratus dinamit yang siap me­ ujung kalimat Lee. Aku bergegas menyuruh Maryam naik lebih muncul di sini, mengangguk, meski tidak paham benar dengan Baik. Aku menyimpan dulu pertanyaan kenapa Lee tiba-tiba ledak.” Lee meneriakiku dari belakang setir. dibanding pasukan khusus itu. Tiga ratus dinamit yang siap me­ dulu, membantunya. Kadek tanpa disuruh sudah membantu ujung kalimat Lee. Aku bergegas menyuruh Maryam naik lebih muncul di sini, mengangguk, meski tidak paham benar dengan Baik. Aku menyimpan dulu pertanyaan kenapa Lee tiba-tiba Opa naik dari pintu satunya. Belum genap aku menutup pintu ledak.” Lee meneriakiku dari belakang setir. dulu, membantunya. Kadek tanpa disuruh sudah membantu ujung kalimat Lee. Aku bergegas menyuruh Maryam naik lebih muncul di sini, mengangguk, meski tidak paham benar dengan Baik. Aku menyimpan dulu pertanyaan kenapa Lee tiba-tiba Opa naik dari pintu satunya. Belum genap aku menutup pintu ledak.” Lee meneriakiku dari belakang setir. dulu, membantunya. Kadek tanpa disuruh sudah membantu ujung kalimat Lee. Aku bergegas menyuruh Maryam naik lebih muncul di sini, mengangguk, meski tidak paham benar dengan Baik. Aku menyimpan dulu pertanyaan kenapa Lee tiba-tiba Opa naik dari pintu satunya. Belum genap aku menutup pintu ledak.” Lee meneriakiku dari belakang setir. dulu, membantunya. Kadek tanpa disuruh sudah membantu ujung kalimat Lee. Aku bergegas menyuruh Maryam naik lebih muncul di sini, mengangguk, meski tidak paham benar dengan Baik. Aku menyimpan dulu pertanyaan kenapa Lee tiba-tiba Opa naik dari pintu satunya. Belum genap aku menutup pintu ledak.” Lee meneriakiku dari belakang setir. dulu, membantunya. Kadek tanpa disuruh sudah membantu ujung kalimat Lee. Aku bergegas menyuruh Maryam naik lebih muncul di sini, mengangguk, meski tidak paham benar dengan Baik. Aku menyimpan dulu pertanyaan kenapa Lee tiba-tiba Opa naik dari pintu satunya. Belum genap aku menutup pintu ledak.” Lee meneriakiku dari belakang setir. dulu, membantunya. Kadek tanpa disuruh sudah membantu ujung kalimat Lee. Aku bergegas menyuruh Maryam naik lebih muncul di sini, mengangguk, meski tidak paham benar dengan depan, belum rapi posisi dudukku, Lee sudah menekan pedal Baik. Aku menyimpan dulu pertanyaan kenapa Lee tiba-tiba Opa naik dari pintu satunya. Belum genap aku menutup pintu dulu, membantunya. Kadek tanpa disuruh sudah membantu ujung kalimat Lee. Aku bergegas menyuruh Maryam naik lebih muncul di sini, mengangguk, meski tidak paham benar dengan depan, belum rapi posisi dudukku, Lee sudah menekan pedal Baik. Aku menyimpan dulu pertanyaan kenapa Lee tiba-tiba Opa naik dari pintu satunya. Belum genap aku menutup pintu dulu, membantunya. Kadek tanpa disuruh sudah membantu ujung kalimat Lee. Aku bergegas menyuruh Maryam naik lebih muncul di sini, mengangguk, meski tidak paham benar dengan depan, belum rapi posisi dudukku, Lee sudah menekan pedal Baik. Aku menyimpan dulu pertanyaan kenapa Lee tiba-tiba Opa naik dari pintu satunya. Belum genap aku menutup pintu dulu, membantunya. Kadek tanpa disuruh sudah membantu ujung kalimat Lee. Aku bergegas menyuruh Maryam naik lebih muncul di sini, mengangguk, meski tidak paham benar dengan depan, belum rapi posisi dudukku, Lee sudah menekan pedal Baik. Aku menyimpan dulu pertanyaan kenapa Lee tiba-tiba Opa naik dari pintu satunya. Belum genap aku menutup pintu dulu, membantunya. Kadek tanpa disuruh sudah membantu ujung kalimat Lee. Aku bergegas menyuruh Maryam naik lebih muncul di sini, mengangguk, meski tidak paham benar dengan depan, belum rapi posisi dudukku, Lee sudah menekan pedal Baik. Aku menyimpan dulu pertanyaan kenapa Lee tiba-tiba Opa naik dari pintu satunya. Belum genap aku menutup pintu dulu, membantunya. Kadek tanpa disuruh sudah membantu ujung kalimat Lee. Aku bergegas menyuruh Maryam naik lebih gas, membuatku terbanting ke kursi, mengaduh karena kaget. muncul di sini, mengangguk, meski tidak paham benar dengan depan, belum rapi posisi dudukku, Lee sudah menekan pedal Opa naik dari pintu satunya. Belum genap aku menutup pintu dulu, membantunya. Kadek tanpa disuruh sudah membantu ujung kalimat Lee. Aku bergegas menyuruh Maryam naik lebih gas, membuatku terbanting ke kursi, mengaduh karena kaget. muncul di sini, mengangguk, meski tidak paham benar dengan depan, belum rapi posisi dudukku, Lee sudah menekan pedal Opa naik dari pintu satunya. Belum genap aku menutup pintu dulu, membantunya. Kadek tanpa disuruh sudah membantu ujung kalimat Lee. Aku bergegas menyuruh Maryam naik lebih gas, membuatku terbanting ke kursi, mengaduh karena kaget. muncul di sini, mengangguk, meski tidak paham benar dengan depan, belum rapi posisi dudukku, Lee sudah menekan pedal Opa naik dari pintu satunya. Belum genap aku menutup pintu dulu, membantunya. Kadek tanpa disuruh sudah membantu ujung kalimat Lee. Aku bergegas menyuruh Maryam naik lebih gas, membuatku terbanting ke kursi, mengaduh karena kaget. muncul di sini, mengangguk, meski tidak paham benar dengan depan, belum rapi posisi dudukku, Lee sudah menekan pedal Opa naik dari pintu satunya. Belum genap aku menutup pintu dulu, membantunya. Kadek tanpa disuruh sudah membantu gas, membuatku terbanting ke kursi, mengaduh karena kaget. ujung kalimat Lee. Aku bergegas menyuruh Maryam naik lebih muncul di sini, mengangguk, meski tidak paham benar dengan depan, belum rapi posisi dudukku, Lee sudah menekan pedal Opa naik dari pintu satunya. Belum genap aku menutup pintu dulu, membantunya. Kadek tanpa disuruh sudah membantu Mobil SUV mahal itu bagai peluru ditembakkan melesat menu­ ujung kalimat Lee. Aku bergegas menyuruh Maryam naik lebih gas, membuatku terbanting ke kursi, mengaduh karena kaget. depan, belum rapi posisi dudukku, Lee sudah menekan pedal Opa naik dari pintu satunya. Belum genap aku menutup pintu dulu, membantunya. Kadek tanpa disuruh sudah membantu Mobil SUV mahal itu bagai peluru ditembakkan melesat menu­ ujung kalimat Lee. Aku bergegas menyuruh Maryam naik lebih gas, membuatku terbanting ke kursi, mengaduh karena kaget. depan, belum rapi posisi dudukku, Lee sudah menekan pedal Opa naik dari pintu satunya. Belum genap aku menutup pintu dulu, membantunya. Kadek tanpa disuruh sudah membantu Mobil SUV mahal itu bagai peluru ditembakkan melesat menu­ ujung kalimat Lee. Aku bergegas menyuruh Maryam naik lebih gas, membuatku terbanting ke kursi, mengaduh karena kaget. depan, belum rapi posisi dudukku, Lee sudah menekan pedal Opa naik dari pintu satunya. Belum genap aku menutup pintu dulu, membantunya. Kadek tanpa disuruh sudah membantu Mobil SUV mahal itu bagai peluru ditembakkan melesat menu­ ujung kalimat Lee. Aku bergegas menyuruh Maryam naik lebih gas, membuatku terbanting ke kursi, mengaduh karena kaget. depan, belum rapi posisi dudukku, Lee sudah menekan pedal Opa naik dari pintu satunya. Belum genap aku menutup pintu Mobil SUV mahal itu bagai peluru ditembakkan melesat menu­ dulu, membantunya. Kadek tanpa disuruh sudah membantu ujung kalimat Lee. Aku bergegas menyuruh Maryam naik lebih gas, membuatku terbanting ke kursi, mengaduh karena kaget. depan, belum rapi posisi dudukku, Lee sudah menekan pedal Opa naik dari pintu satunya. Belum genap aku menutup pintu ju pagar seng oranye yang salah satu sisinya sekarang dibuka dulu, membantunya. Kadek tanpa disuruh sudah membantu Mobil SUV mahal itu bagai peluru ditembakkan melesat menu­ gas, membuatku terbanting ke kursi, mengaduh karena kaget. depan, belum rapi posisi dudukku, Lee sudah menekan pedal Opa naik dari pintu satunya. Belum genap aku menutup pintu ju pagar seng oranye yang salah satu sisinya sekarang dibuka dulu, membantunya. Kadek tanpa disuruh sudah membantu Mobil SUV mahal itu bagai peluru ditembakkan melesat menu­ gas, membuatku terbanting ke kursi, mengaduh karena kaget. depan, belum rapi posisi dudukku, Lee sudah menekan pedal Opa naik dari pintu satunya. Belum genap aku menutup pintu ju pagar seng oranye yang salah satu sisinya sekarang dibuka dulu, membantunya. Kadek tanpa disuruh sudah membantu Mobil SUV mahal itu bagai peluru ditembakkan melesat menu­ gas, membuatku terbanting ke kursi, mengaduh karena kaget. depan, belum rapi posisi dudukku, Lee sudah menekan pedal Opa naik dari pintu satunya. Belum genap aku menutup pintu ju pagar seng oranye yang salah satu sisinya sekarang dibuka dulu, membantunya. Kadek tanpa disuruh sudah membantu Mobil SUV mahal itu bagai peluru ditembakkan melesat menu­ gas, membuatku terbanting ke kursi, mengaduh karena kaget. depan, belum rapi posisi dudukku, Lee sudah menekan pedal oranye yang salah satu sisinya sekarang dibuka ju pagar seng Opa naik dari pintu satunya. Belum genap aku menutup pintu dulu, membantunya. Kadek tanpa disuruh sudah membantu Mobil SUV mahal itu bagai peluru ditembakkan melesat menu­ gas, membuatku terbanting ke kursi, mengaduh karena kaget. depan, belum rapi posisi dudukku, Lee sudah menekan pedal lebar oleh staf proyek properti. Opa naik dari pintu satunya. Belum genap aku menutup pintu ju pagar seng oranye yang salah satu sisinya sekarang dibuka Mobil SUV mahal itu bagai peluru ditembakkan melesat menu­ gas, membuatku terbanting ke kursi, mengaduh karena kaget. depan, belum rapi posisi dudukku, Lee sudah menekan pedal lebar oleh staf proyek properti. Opa naik dari pintu satunya. Belum genap aku menutup pintu ju pagar seng oranye yang salah satu sisinya sekarang dibuka Mobil SUV mahal itu bagai peluru ditembakkan melesat menu­ gas, membuatku terbanting ke kursi, mengaduh karena kaget. depan, belum rapi posisi dudukku, Lee sudah menekan pedal lebar oleh staf proyek properti. Opa naik dari pintu satunya. genap aku menutup pintu ju pagar seng oranye yang salah satu sisinya Mobil SUV mahal itu bagai peluru ditembakkan melesat menu­ gas, membuatku terbanting ke kursi, mengaduh karena kaget. depan, belum rapi posisi dudukku, Lee sudah menekan pedal lebar oleh staf proyek properti. Opa naik dari pintu satunya. Belum genap akusekarang menutup pintu ju pagar seng oranye yang salah satu sisinya sekarang dibuka Mobil SUV mahal itu bagai peluru ditembakkan melesat menu­ gas, membuatku terbanting keBelum kursi, mengaduh karenadibuka kaget.



bih”Ayolah....” dalam, mobil menggerung kencang, semakin cepat. tua setinggi empat puluh lantai, Tho­ pukan material gedung Rahang Lee mengeras. Dia menekan pedal gas le­ ”Terlambat satu detik saja, kita semua terkubur dalam tum­ khawatirkan? Aku menoleh. Kenapa Lee terlihat cemas sekali? Apa yang dia bih dalam, mobil menggerung kencang, semakin cepat. tua setinggi empat puluh lantai, Tho­ pukan material gedung ”Ayolah....” Rahang Lee mengeras. Dia menekan pedal gas le­ ”Terlambat satu detik saja, kita semua terkubur dalam tum­ khawatirkan? Aku menoleh. Kenapa Lee terlihat cemas sekali? Apa yang dia bih dalam, mobil menggerung kencang, semakin cepat. setinggi empat puluh lantai, Tho­ pukan material gedung ”Ayolah....” Rahang Lee mengeras. Dia menekan pedal gas le­ ”Terlambat satu detik saja, kita semua terkubur dalam tum­ khawatirkan? Aku menoleh. Kenapa Lee terlihat cemas sekali? Apa yang dia bih dalam, mobil menggerung kencang, semakin cepat. tua setinggi empat puluh lantai, Tho­ pukan material gedung ”Ayolah....” Rahang Leetua mengeras. Dia menekan pedal gas le­ ”Terlambat satu detik saja, kita semua terkubur dalam tum­ khawatirkan? Aku menoleh. Kenapa Lee terlihat cemas sekali? Apa yang dia bih dalam, mobil menggerung kencang, semakin cepat. mas,” Lee menjawab ekspresi wajahku, tetap konsentrasi penuh tua setinggi empat puluh lantai, Tho­ pukan material gedung ”Terlambat satu detik saja, kita semua terkubur dalam tum­ khawatirkan? Aku menoleh. Kenapa Lee terlihat cemas sekali? Apa yang dia mas,” Lee menjawab ekspresi wajahku, tetap konsentrasi penuh bih dalam, mobil menggerung kencang, semakin cepat. tua setinggi empat puluh lantai, Tho­ pukan material gedung ”Terlambat satu detik saja, kita semua terkubur dalam tum­ khawatirkan? Aku menoleh. Kenapa Lee terlihat cemas sekali? Apa yang dia mas,” Lee menjawab ekspresi wajahku, tetap konsentrasi penuh bih dalam, mobil menggerung kencang, semakin cepat. tua setinggi empat puluh lantai, Tho­ pukan material gedung ”Terlambat satu detik saja, kita semua terkubur dalam tum­ khawatirkan? Aku menoleh. Kenapa Lee terlihat cemas sekali? Apa yang dia mas,” Lee menjawab ekspresi wajahku, tetap konsentrasi penuh bih dalam, mobil menggerung kencang, semakin cepat. tua setinggi empat puluh lantai, Tho­ pukan material gedung ”Terlambat satu detik saja, kita semua terkubur dalam tum­ khawatirkan? Aku menoleh. Kenapa Lee terlihat cemas sekali? Apa yang dia mas,” Lee menjawab ekspresi wajahku, tetap konsentrasi penuh bih dalam, mobil menggerung kencang, semakin cepat. tua setinggi empat puluh lantai, Tho­ pukan material gedung ”Terlambat satu detik saja, kita semua terkubur dalam tum­ khawatirkan? Aku menoleh. Kenapa Lee terlihat cemas sekali? Apa yang dia memacu mobilnya melintasi gerbang dinding. mas,” Lee menjawab ekspresi wajahku, tetap konsentrasi penuh tua setinggi empat puluh lantai, Tho­ pukan material gedung ”Terlambat satu detik saja, kita semua terkubur dalam tum­ khawatirkan? memacu mobilnya melintasi gerbang dinding. Aku menoleh. Kenapa Lee terlihat cemas sekali? Apa yang dia mas,” Lee menjawab ekspresi wajahku, tetap konsentrasi penuh tua setinggi empat puluh lantai, Tho­ pukan material gedung ”Terlambat satu detik saja, kita semua terkubur dalam tum­ khawatirkan? memacu mobilnya melintasi gerbang dinding. Aku menoleh. Kenapa Lee terlihat cemas sekali? Apa yang dia mas,” Lee menjawab ekspresi wajahku, tetap konsentrasi penuh tua setinggi empat puluh lantai, Tho­ pukan material gedung ”Terlambat satu detik saja, kita semua terkubur dalam tum­ khawatirkan? memacu mobilnya melintasi gerbang dinding. Aku menoleh. Kenapa Lee terlihat cemas sekali? Apa yang dia mas,” Lee menjawab ekspresi wajahku, tetap konsentrasi penuh tua setinggi empat puluh lantai, Tho­ pukan material gedung ”Terlambat satu detik saja, kita semua terkubur dalam tum­ khawatirkan? memacu mobilnya melintasi gerbang dinding. Aku menoleh. Kenapa Lee terlihat cemas sekali? Apa yang dia mas,” Lee menjawab ekspresi wajahku, tetap konsentrasi penuh tua setinggi empat puluh lantai, Tho­ pukan material gedung ”Terlambat satu detik saja, kita semua terkubur dalam tum­ khawatirkan? Dua detik berlalu, mobil melompat melewati dinding oranye. memacu mobilnya melintasi gerbang dinding. mas,” Lee menjawab ekspresi wajahku, tetap konsentrasi penuh tua setinggi empat puluh lantai, Tho­ pukan material gedung ”Terlambat satu detik saja, kita semua terkubur dalam tum­ khawatirkan? Dua detik berlalu, mobil melompat melewati dinding oranye. memacu mobilnya melintasi gerbang dinding. mas,” Lee menjawab ekspresi wajahku, tetap konsentrasi penuh tua setinggi empat puluh lantai, Tho­ pukan material gedung ”Terlambat satu detik saja, kita semua terkubur dalam tum­ Dua detik berlalu, mobil melompat melewati dinding oranye. khawatirkan? memacu mobilnya melintasi gerbang dinding. mas,” Lee menjawab ekspresi wajahku, tetap konsentrasi penuh tua setinggi empat puluh lantai, Tho­ pukan material gedung ”Terlambat satu detik saja, kita semua terkubur dalam tum­ Dua detik berlalu, mobil melompat melewati dinding oranye. khawatirkan? memacu mobilnya melintasi gerbang dinding. mas,” Lee menjawab ekspresi wajahku, tetap konsentrasi penuh tua setinggi empat puluh lantai, Tho­ pukan material gedung ”Terlambat satu detik saja, kita semua terkubur dalam tum­ Dua detik berlalu, mobil melompat melewati dinding oranye. khawatirkan? memacu mobilnya melintasi gerbang dinding. mas,” Lee menjawab ekspresi wajahku, tetap konsentrasi penuh tua setinggi empat puluh lantai, Tho­ pukan material gedung ”Terlambat satu detik saja, kita semua terkubur dalamoranye. tum­ Tangan Lee mengacung keluar dari jendela mobil, entah mem­ Dua detik berlalu, mobil melompat melewati dinding memacu mobilnya melintasi gerbang dinding. mas,” menjawab ekspresi wajahku, tetap konsentrasi penuh tua setinggi empat puluh lantai, Tho­ pukan material gedung ”Terlambat satu detik saja, kita terkubur dalam tum­ Tangan Lee mengacung keluar darisemua jendela mobil, entah mem­ Dua detik berlalu, mobil melompat melewati dinding oranye. memacu mobilnya melintasi gerbang dinding. mas,” Lee menjawab ekspresi wajahku, tetap konsentrasi penuh tua setinggi empat puluh lantai, Tho­ pukan material gedung Tangan Lee mengacung keluar dari jendela mobil, entah mem­ ”Terlambat satu detik saja, kita semua terkubur dalam tum­ DuaLee detik berlalu, mobil melompat melewati dinding oranye. memacu mobilnya melintasi gerbang dinding. mas,” Lee menjawab ekspresi wajahku, tetap konsentrasi penuh tua setinggi empat puluh lantai, Tho­ pukan material gedung Tangan Lee mengacung keluar dari jendela mobil, entah mem­ ”Terlambat satu detik saja, kita semua terkubur dalam tum­ Dua detik berlalu, mobil melompat melewati dinding oranye. memacu mobilnya melintasi gerbang dinding. mas,” Lee menjawab ekspresi wajahku, tetap konsentrasi penuh tua setinggi empat puluh lantai, Tho­ pukan material gedung Tangan Lee mengacung keluar dari jendela mobil, entah mem­ ”Terlambat satu detik saja, kita semua terkubur dalam tum­ Dua detik berlalu, mobil melompat melewati dinding oranye. memacu mobilnya melintasi gerbang dinding. mas,” Lee menjawab ekspresi wajahku, tetap konsentrasi penuh tua setinggi empat puluh lantai, Tho­ pukan material gedung Beberapa staf proyek properti itu dengan berikan kode apa. Tangan Lee mengacung keluar dari jendela mobil, entah mem­ Dua detik berlalu, mobil melompat melewati dinding oranye. memacu mobilnya melintasi gerbang dinding. mas,” Lee menjawab ekspresi wajahku, tetap konsentrasi penuh tua setinggi empat puluh lantai, Tho­ pukan material gedung Beberapa staf proyek properti itu dengan berikan kode apa. Tangan Lee mengacung keluar dari jendela mobil, entah mem­ Dua detik berlalu, mobil melompat melewati dinding oranye. memacu mobilnya melintasi gerbang dinding. mas,” Lee menjawab ekspresi wajahku, tetap konsentrasi penuh Beberapa staf proyek properti itu dengan berikan kode apa. tua setinggi empat puluh lantai, Tho­ pukan material gedung Tangan Lee mengacung keluar dari jendela mobil, entah mem­ Dua detik berlalu, mobil melompat melewati dinding oranye. memacu mobilnya melintasi gerbang dinding. mas,” Lee menjawab ekspresi wajahku, tetap konsentrasi penuh Beberapa staf proyek properti itu dengan berikan kode apa. tua setinggi empat puluh lantai, Tho­ pukan material gedung Tangan Lee mengacung keluar dari jendela mobil, entah mem­ Dua detik berlalu, mobil melompat melewati dinding oranye. memacu mobilnya melintasi gerbang dinding. mas,” Lee menjawab ekspresi wajahku, tetap konsentrasi penuh Beberapa staf proyek properti itu dengan berikan kode apa. tua setinggi empat puluh lantai, Tho­ pukan material gedung Tangan Lee mengacung keluar dari jendela mobil, entah mem­ Dua detik berlalu, mobil melompat melewati dinding oranye. memacu mobilnya melintasi gerbang dinding. mas,” Lee menjawab ekspresi wajahku, tetapproperti konsentrasi penuh seragam lapangan terlihat balas melambaikan tangan di sisi-sisi Beberapa staf proyek itu berikan kode apa. Tangan Lee mengacung keluar dari jendela mobil, entah mem­ Dua detik berlalu, mobil melompat melewati dinding oranye. memacu mobilnya melintasi gerbang dinding. mas,” Lee menjawab ekspresi wajahku, tetap konsentrasi penuh seragam lapangan terlihat balas melambaikan tangan di dengan sisi-sisi Beberapa staf proyek properti itu dengan berikan kode apa. Tangan Lee mengacung keluar dari jendela mobil, entah mem­ Dua detik berlalu, mobil melompat melewati dinding oranye. memacu mobilnya melintasi gerbang dinding. seragam lapangan balas melambaikan tangan di sisi-sisi mas,” Lee menjawab ekspresi wajahku, tetap konsentrasi penuh Beberapa staf proyek properti itu dengan berikan kode apa.terlihat Tangan Lee mengacung keluar dari jendela mobil, entah mem­ Dua detik berlalu, mobil melompat melewati dinding oranye. memacu mobilnya melintasi gerbang dinding. seragam lapangan terlihat balas melambaikan tangan di sisi-sisi mas,” Lee menjawab ekspresi wajahku, tetap konsentrasi penuh Beberapa staf proyek properti itu dengan berikan kode apa. Tangan Lee mengacung keluar dari jendela mobil, entah mem­ Dua detik berlalu, mobil melompat melewati dinding oranye. memacu mobilnya melintasi gerbang dinding. seragam lapangan terlihat balas melambaikan tangan di sisi-sisi mas,” Lee menjawab ekspresi wajahku, tetap konsentrasi penuh Beberapa staf proyek properti itu dengan berikan kode apa. Tangan Lee mengacung keluar dari jendela mobil, entah mem­ Dua detik berlalu, mobil melompat melewati dinding oranye. memacu mobilnya melintasi gerbang dinding. lebih jauh, seperti bersembunyi dari sesuatu. Bersembunyi? Se­ seragam lapangan terlihat balas melambaikan tangan di sisi-sisi Beberapa staf proyek properti itu dengan berikan kode apa. Tangan Lee mengacung keluar dari jendela mobil, entah mem­ Dua detik berlalu, mobil melompat melewati dinding oranye. memacu mobilnya melintasi gerbang dinding. lebih jauh, seperti bersembunyi dari sesuatu. Bersembunyi? Se­ seragam lapangan terlihat balas melambaikan tangan di sisi-sisi Beberapa staf proyek properti itu dengan berikan kode apa. Tangan Lee mengacung keluar dari jendela mobil, entah mem­ Dua detik berlalu, mobil melompat melewati dinding oranye. lebih jauh, seperti bersembunyi dari sesuatu. Bersembunyi? Se­ memacu mobilnya melintasi gerbang dinding. seragam lapangan terlihat balas melambaikan tangan di sisi-sisi Beberapa staf proyek properti itu dengan berikan kode apa. Tangan Lee mengacung keluar dari jendela mobil, entah mem­ Dua detik berlalu, mobil melompat melewati dinding oranye. lebih jauh, seperti bersembunyi dari sesuatu. Bersembunyi? Se­ memacu mobilnya melintasi gerbang dinding. seragam lapangan terlihat balas melambaikan tangan di sisi-sisi Beberapa staf proyek properti itu dengan berikan kode apa. Tangan Lee mengacung keluar dari jendela mobil, entah mem­ Dua detik berlalu, mobil melompat melewati dinding oranye. lebih jauh, seperti bersembunyi dari sesuatu. Bersembunyi? Se­ memacu mobilnya melintasi gerbang dinding. seragam lapangan terlihat balas melambaikan tangan di sisi-sisi Beberapa staf proyek properti itu dengan berikan kode apa. Tangan Lee mengacung keluar dari jendela mobil, entah mem­ Dua detik berlalu, mobil melompat melewati dinding oranye. belum aku tahu jawabannya kenapa mereka bersembunyi, persis lebih jauh, seperti bersembunyi dari sesuatu. Bersembunyi? Se­ seragam lapangan terlihat balas melambaikan tangan di sisi-sisi Beberapa staf proyek properti itu dengan berikan kode apa. Dua detik berlalu, mobil melompat melewati dinding oranye. Tangan Lee mengacung keluar dari jendela mobil, entah mem­ belum aku tahu jawabannya kenapa mereka bersembunyi, persis lebih jauh, seperti bersembunyi dari sesuatu. Bersembunyi? Se­ seragam lapangan terlihat balas melambaikan tangan di sisi-sisi Beberapa staf proyek properti itu dengan berikan kode apa. Tangan Lee mengacung keluar dari jendela mobil, entah mem­ belum aku tahu jawabannya kenapa mereka bersembunyi, persis Dua detik berlalu, mobil melompat melewati dinding oranye. lebih jauh, seperti bersembunyi dari sesuatu. Bersembunyi? Se­ seragam lapangan terlihat balas melambaikan tangan di sisi-sisi Beberapa staf proyek properti itu dengan berikan kode apa. Tangan Lee mengacung keluar dari jendela mobil, entah mem­ belum aku tahu jawabannya kenapa mereka bersembunyi, persis Dua detik berlalu, mobil melompat melewati dinding oranye. lebih jauh, seperti bersembunyi dari sesuatu. Bersembunyi? Se­ seragam lapangan terlihat balas melambaikan tangan di sisi-sisi Beberapa staf proyek properti itu dengan berikan kode apa. Tangan Lee mengacung keluar dari jendela mobil, entah mem­ belum aku tahu jawabannya kenapa mereka bersembunyi, persis Dua detik berlalu, mobil melompat melewati dinding oranye. lebih jauh, seperti bersembunyi dari sesuatu. Bersembunyi? Se­ seragam lapangan terlihat balas melambaikan tangan di sisi-sisi Beberapa staf proyek properti itu dengan berikan kode apa. Tangan Lee mengacung keluar dari jendela mobil, entah mem­ ketika mobil baru berjarak lima belas meter dari gedung tua, belum aku tahu jawabannya kenapa mereka bersembunyi, persis lebih jauh, seperti bersembunyi dari sesuatu. Bersembunyi? Se­ seragam lapangan terlihat balas melambaikan tangan di sisi-sisi Tangan Lee mengacung keluar dari jendela mobil, entah mem­ Beberapa staf proyek properti itu dengan berikan kode apa. ketika mobil baru berjarak lima belas meter dari gedung tua, belum aku tahu jawabannya kenapa mereka bersembunyi, persis lebih jauh, seperti bersembunyi dari sesuatu. Bersembunyi? Se­ seragam lapangan terlihat balas melambaikan tangan di sisi-sisi Beberapa staf proyek properti itu dengan berikan kode apa. ketika mobil baru berjarak lima belas meter dari gedung tua, Tangan Lee mengacung keluar dari jendela mobil, entah mem­ belum aku tahu jawabannya kenapa mereka bersembunyi, persis lebih jauh, seperti bersembunyi dari sesuatu. Bersembunyi? Se­ seragam lapangan terlihat balas melambaikan tangan di sisi-sisi Beberapa staf proyek properti itu dengan berikan kode apa. ketika mobil baru berjarak lima belas meter dari gedung tua, Tangan Lee mengacung keluar dari jendela mobil, entah mem­ belum aku tahu jawabannya kenapa mereka bersembunyi, persis lebih jauh, seperti bersembunyi dari sesuatu. Bersembunyi? Se­ seragam lapangan terlihat balas melambaikan tangan di sisi-sisi Beberapa staf proyek properti itu dengan berikan kode apa. ketika mobil baru berjarak lima belas meter dari gedung tua, Tangan Lee mengacung keluar dari jendela mobil, entah mem­ belum aku tahu jawabannya kenapa mereka bersembunyi, persis lebih jauh, seperti bersembunyi dari sesuatu. Bersembunyi? Se­ seragam lapangan terlihat balas melambaikan tangan di sisi-sisi Beberapa staf proyek properti itu dengan berikan kode apa. suara berdentum kencang terdengar memekakkan telinga. Aku ketika mobil baru berjarak lima belas meter dari gedung tua, belum aku tahu jawabannya kenapa mereka bersembunyi, persis lebih jauh, seperti bersembunyi dari sesuatu. Bersembunyi? Se­ berikan kode apa. Beberapa staf proyek properti itu dengan seragam lapangan terlihat balas melambaikan tangan di sisi-sisi suara berdentum kencang terdengar memekakkan telinga. Aku ketika mobil baru berjarak lima belas meter dari gedung tua, belum aku tahu jawabannya kenapa mereka bersembunyi, persis lebih jauh, seperti bersembunyi dari sesuatu. Bersembunyi? Se­ seragam lapangan terlihat balas melambaikan tangan di sisi-sisi suara berdentum kencang terdengar memekakkan telinga. Aku Beberapa staf proyek properti itu dengan berikan kode apa. ketika mobil baru berjarak lima belas meter dari gedung tua, belum aku tahu jawabannya kenapa mereka bersembunyi, persis lebih jauh, seperti bersembunyi dari sesuatu. Bersembunyi? Se­ seragam lapangan terlihat balas melambaikan tangan di sisi-sisi suara berdentum kencang terdengar memekakkan telinga. Aku Beberapa staf proyek properti itu dengan berikan kode apa. ketika mobil baru berjarak lima belas meter dari gedung tua, belum aku tahu jawabannya kenapa mereka bersembunyi, persis lebih jauh, seperti bersembunyi dari sesuatu. Bersembunyi? Se­ seragam lapangan terlihat balas melambaikan tangan di sisi-sisi suara berdentum kencang terdengar memekakkan telinga. Aku Beberapa staf proyek properti itu dengan berikan kode apa. ketika mobil baru berjarak lima belas meter dari gedung tua, belum aku tahu jawabannya kenapa mereka bersembunyi, persis lebih jauh, seperti bersembunyi dari sesuatu. Bersembunyi? Se­ seragam lapangan terlihat balas melambaikan tangan di sisi-sisi dan Kadek menoleh kaget. Apakah ada roket yang ditembakkan? suara berdentum kencang terdengar memekakkan telinga. Aku ketika mobil baru berjarak lima belas meter dari gedung tua, terlihat balas melambaikan tangan di sisi-sisi belum aku tahu jawabannya kenapa mereka bersembunyi, persis lebih jauh, seperti bersembunyi dari sesuatu. Bersembunyi? Se­ dan Kadek menoleh kaget. Apakah ada roket yang ditembakkan? suara berdentum kencang terdengar memekakkan telinga. Aku ketika mobil baru berjarak lima belas meter dari gedung tua, belum aku tahu jawabannya kenapa mereka bersembunyi, persis lebih jauh, seperti bersembunyi dari sesuatu. Bersembunyi? Se­ dan Kadek menoleh kaget. Apakah ada roket yang ditembakkan? seragam lapangan terlihat balas melambaikan tangan di sisi-sisi suara berdentum kencang terdengar memekakkan telinga. Aku ketika mobil baru berjarak lima belas meter dari gedung tua, belum aku tahu jawabannya kenapa mereka bersembunyi, persis lebih jauh, seperti bersembunyi dari sesuatu. Bersembunyi? Se­ dan Kadek menoleh kaget. Apakah ada roket yang ditembakkan? seragam lapangan terlihat balas melambaikan tangan di sisi-sisi suara berdentum kencang terdengar memekakkan telinga. Aku ketika mobil baru berjarak lima belas meter dari gedung tua, belum aku tahu jawabannya kenapa mereka bersembunyi, persis lebih jauh, seperti bersembunyi dari sesuatu. Bersembunyi? Se­ dan Kadek menoleh kaget. Apakah ada roket yang ditembakkan? seragam lapangan terlihat balas melambaikan tangan di sisi-sisi suara berdentum kencang terdengar memekakkan telinga. Aku ketika mobil baru berjarak lima belas meter dari gedung tua, belum aku tahu jawabannya kenapa mereka bersembunyi, persis lebih bersembunyi dari sesuatu. Bersembunyi? Se­ Atau pasukan khusus itu menembak kami dengan pelontar gra­ dan Kadek menoleh kaget. Apakah ada roket yang ditembakkan? suara berdentum kencang terdengar memekakkan telinga. Aku jauh, seperti bersembunyi dari sesuatu. Bersembunyi? Se­ ketika mobil baru berjarak lima belas meter dari gedung tua, belum aku tahu jawabannya kenapa mereka bersembunyi, persis Atau pasukan khusus itu menembak kami dengan pelontar gra­ dan Kadek menoleh kaget. Apakah ada roket yang ditembakkan? suara berdentum kencang terdengar memekakkan telinga. Aku ketika mobil baru berjarak lima belas meter dari gedung tua, belum aku tahu jawabannya kenapa mereka bersembunyi, persis Atau pasukan khusus itu menembak kami dengan pelontar gra­ lebih jauh, seperti bersembunyi dari sesuatu. Bersembunyi? Se­ dan Kadek menoleh kaget. Apakah ada roket yang ditembakkan? suara berdentum kencang terdengar memekakkan telinga. Aku ketika mobil baru berjarak lima belas meter dari gedung tua, belum aku tahu jawabannya kenapa mereka bersembunyi, persis Atau pasukan khusus itu menembak kami dengan pelontar gra­ lebih jauh, seperti bersembunyi dari sesuatu. Bersembunyi? Se­ dan Kadek menoleh kaget. Apakah ada roket yang ditembakkan? suara berdentum kencang terdengar memekakkan telinga. Aku ketika mobil baru berjarak lima belas meter dari gedung tua, belum aku tahu jawabannya kenapa mereka bersembunyi, persis Atau pasukan khusus itu menembak kami dengan pelontar gra­ lebih jauh, seperti bersembunyi dari sesuatu. Bersembunyi? Se­ dan Kadek menoleh kaget. Apakah ada roket yang ditembakkan? suara berdentum kencang terdengar memekakkan telinga. Aku ketika mobil baru berjarak lima belas meter dari gedung tua, belum aku tahu jawabannya kenapa mereka bersembunyi, persis nat? Maryam menutup wajahnya yang pucat dengan telapak Atau pasukan khusus itu menembak kami dengan pelontar gra­ dan Kadek menoleh kaget. Apakah ada roket yang ditembakkan? jawabannya kenapa mereka bersembunyi, persis suara berdentum kencang terdengar memekakkan telinga. Aku ketika mobil baru berjarak lima belas meter dari gedung tua, nat? Maryam menutup wajahnya yang pucat dengan telapak Atau pasukan khusus itu menembak kami dengan pelontar gra­ dan Kadek menoleh kaget. Apakah ada roket yang ditembakkan? suara berdentum kencang terdengar memekakkan telinga. Aku ketika mobil baru berjarak lima belas meter dari gedung tua, nat? Maryam menutup wajahnya yang pucat dengan telapak belum aku tahu jawabannya kenapa mereka bersembunyi, persis Atau pasukan khusus itu menembak kami dengan pelontar gra­ dan Kadek menoleh kaget. Apakah ada roket yang ditembakkan? suara berdentum kencang terdengar memekakkan telinga. Aku ketika mobil baru berjarak lima belas meter dari gedung tua, nat? Maryam menutup wajahnya yang pucat dengan telapak belum aku tahu jawabannya kenapa mereka bersembunyi, persis Atau pasukan khusus itu menembak kami dengan pelontar gra­ dan Kadek menoleh kaget. Apakah ada roket yang ditembakkan? suara berdentum kencang terdengar memekakkan telinga. Aku ketika mobil baru berjarak lima belas meter dari gedung tua, nat? Maryam menutup wajahnya yang pucat dengan telapak belum aku tahu jawabannya kenapa mereka bersembunyi, persis Atau pasukan khusus itu menembak kami dengan pelontar gra­ dan Kadek menoleh kaget. Apakah ada roket yang ditembakkan? suara berdentum kencang terdengar memekakkan telinga. Aku ketika berjarak lima belas meter dari gedung tua, tangan. Opa menghela napas pelan, terlihat mengurut dadanya nat? Maryam menutup wajahnya yang pucat dengan telapak Atau pasukan khusus itu menembak kami dengan pelontar gra­ mobil baru berjarak lima belas meter dari gedung tua, dan Kadek menoleh kaget. Apakah ada roket yang ditembakkan? suara berdentum kencang terdengar memekakkan telinga. Aku tangan. Opa menghela napas pelan, terlihat mengurut dadanya nat? Maryam menutup wajahnya yang pucat dengan telapak Atau pasukan khusus itu menembak kami dengan pelontar gra­ dan Kadek menoleh kaget. Apakah ada roket yang ditembakkan? suara berdentum kencang terdengar memekakkan telinga. Aku tangan. Opa menghela napas pelan, terlihat mengurut dadanya ketika mobil baru berjarak lima belas meter dari gedung tua, nat? Maryam menutup wajahnya yang pucat dengan telapak Atau pasukan khusus itu menembak kami dengan pelontar gra­ dan Kadek menoleh kaget. Apakah ada roket yang ditembakkan? suara berdentum kencang terdengar memekakkan telinga. Aku tangan. Opa menghela napas pelan, terlihat mengurut dadanya ketika mobil baru berjarak lima belas meter dari gedung tua, nat? Maryam menutup wajahnya yang pucat dengan telapak Atau pasukan khusus itu menembak kami dengan pelontar gra­ dan Kadek menoleh kaget. Apakah ada roket yang ditembakkan? suara berdentum kencang terdengar memekakkan telinga. Aku tangan. Opa menghela napas pelan, terlihat mengurut dadanya ketika mobil baru berjarak lima belas meter dari gedung tua, nat? Maryam menutup wajahnya yang pucat dengan telapak Atau pasukan khusus itu menembak kami dengan pelontar gra­ dan Kadek menoleh kaget. Apakah ada roket yang ditembakkan? suara berdentum kencang terdengar memekakkan telinga. Aku karena terkejut. tangan. Opa menghela napas pelan, terlihat mengurut dadanya kencang terdengar memekakkan telinga. Aku nat? Maryam menutup wajahnya yang pucat dengan telapak Atau pasukan khusus itu menembak kami dengan pelontar gra­ dan Kadek menoleh kaget. Apakah ada roket yang ditembakkan? karena terkejut. tangan. Opa menghela napas pelan, terlihat mengurut dadanya nat? Maryam menutup wajahnya yang pucat dengan telapak Atau pasukan khusus itu menembak kami dengan pelontar gra­ dan Kadek menoleh kaget. Apakah ada roket yang ditembakkan? karena terkejut. suara berdentum kencang terdengar memekakkan telinga. Aku tangan. Opa menghela napas pelan, terlihat mengurut dadanya nat? Maryam menutup wajahnya yang pucat dengan telapak Atau pasukan khusus itu menembak kami dengan pelontar gra­ dan Kadek menoleh kaget. Apakah ada roket yang ditembakkan? karena terkejut. suara berdentum kencang terdengar memekakkan telinga. Aku tangan. Opa menghela napas pelan, terlihat mengurut dadanya nat? Maryam menutup wajahnya yang pucat dengan telapak Atau pasukan khusus itu menembak kami dengan pelontar gra­ dan Kadek menoleh kaget. Apakah ada roket yang ditembakkan? karena terkejut. suara berdentum kencang terdengar memekakkan telinga. Aku tangan. Opa menghela napas pelan, terlihat mengurut dadanya nat? Maryam menutup wajahnya yang pucat dengan telapak Atau pasukan khusus itu menembak kami dengan pelontar gra­ dan kaget. Apakah ada roket yang ditembakkan? Saking kerasnya dentuman itu, tanah yang dilewati mobil karena terkejut. Kadek menoleh kaget. Apakah roket yang ditembakkan? tangan. Opa menghela napas pelan, terlihat mengurut dadanya nat? Maryam menutup wajahnya yang pucat dengan telapak Atau pasukan khusus itu menembak kami dengan pelontar gra­ Saking kerasnya dentuman itu,ada tanah yang dilewati mobil karena terkejut. tangan. Opa menghela napas pelan, terlihat mengurut dadanya nat? Maryam menutup wajahnya yang pucat dengan telapak Atau pasukan khusus itu menembak kami dengan pelontar gra­ Saking kerasnya dentuman itu, tanah yang dilewati mobil dan Kadek menoleh kaget. Apakah ada roket yang ditembakkan? karena terkejut. tangan. Opa menghela napas pelan, terlihat mengurut dadanya nat? Maryam menutup wajahnya yang pucat dengan telapak Atau pasukan khusus itu menembak kami dengan pelontar gra­ Saking kerasnya dentuman itu, tanah yang dilewati mobil dan Kadek menoleh kaget. Apakah ada roket yang ditembakkan? karena terkejut. tangan. Opa menghela napas pelan, terlihat mengurut dadanya nat? Maryam menutup wajahnya yang pucat dengan telapak Atau pasukan khusus itu menembak kami dengan pelontar gra­ Saking kerasnya dentuman itu, tanah yang dilewati mobil dan Kadek menoleh kaget. Apakah ada roket yang ditembakkan? karena terkejut. tangan. Opa menghela napas pelan, terlihat mengurut dadanya nat? Maryam menutup wajahnya yang pucat dengan telapak Atau itu menembak kami dengan pelontar gra­ bergetar. Mobil sedikit oleng. Lee berusaha mati-matian mem­ Saking kerasnya dentuman itu, tanah yang dilewati mobil pasukan khusus itu menembak kami dengan pelontar gra­ karena terkejut. tangan. Opa menghela napas pelan, terlihat mengurut dadanya nat? Maryam menutup wajahnya yang pucat dengan telapak bergetar. Mobil sedikit oleng. Lee berusaha mati-matian mem­ Saking kerasnya dentuman itu, tanah yang dilewati mobil karena terkejut. tangan. Opa menghela napas pelan, terlihat mengurut dadanya nat? Maryam menutup wajahnya yang pucat dengan telapak bergetar. Mobil sedikit oleng. Lee berusaha mati-matian mem­ Atau pasukan khusus itu menembak kami dengan pelontar gra­ Saking kerasnya dentuman itu, tanah yang dilewati mobil karena terkejut. tangan. Opa menghela napas pelan, terlihat mengurut dadanya nat? Maryam menutup wajahnya yang pucat dengan telapak bergetar. Mobil sedikit oleng. Lee berusaha mati-matian mem­ Atau pasukan khusus itu menembak kami dengan pelontar gra­ Saking kerasnya dentuman itu, tanah yang dilewati mobil karena terkejut. tangan. Opa menghela napas pelan, terlihat mengurut dadanya nat? Maryam menutup wajahnya yang pucat dengan telapak bergetar. Mobil sedikit oleng. Lee berusaha mati-matian mem­ Atau pasukan khusus itu menembak kami dengan pelontar gra­ Saking kerasnya dentuman itu, tanah yang dilewati mobil karena terkejut. tangan. Opa menghela napas pelan, terlihat mengurut dadanya nat? menutup wajahnya yang pucat dengan telapak banting setir agar mobil tidak terbalik. bergetar. Mobil sedikit oleng. Lee berusaha mati-matian mem­ Maryam menutup wajahnya yang pucat dengan telapak Saking kerasnya dentuman itu, tanah yang dilewati mobil karena terkejut. tangan. Opa menghela napas pelan, terlihat mengurut dadanya banting setir agar mobil tidak terbalik. bergetar. Mobil sedikit oleng. Lee berusaha mati-matian mem­ Saking kerasnya dentuman itu, tanah yang dilewati mobil karena terkejut. tangan. Opa menghela napas pelan, terlihat mengurut dadanya banting setir agar mobil tidak terbalik. nat? Maryam menutup wajahnya yang pucat dengan telapak bergetar. Mobil sedikit oleng. Lee berusaha mati-matian mem­ Saking kerasnya dentuman itu, tanah yang dilewati mobil karena terkejut. tangan. Opa menghela napas pelan, terlihat mengurut dadanya banting setir agar mobil tidak terbalik. nat? Maryam menutup wajahnya yang pucat dengan telapak bergetar. Mobil sedikit oleng. Lee berusaha mati-matian mem­ Saking kerasnya dentuman itu, tanah yang dilewati mobil karena terkejut. tangan. Opa menghela napas pelan, terlihat mengurut dadanya banting setir agar mobil tidak terbalik. nat? Maryam menutup wajahnya yang pucat dengan telapak bergetar. Mobil sedikit oleng. Lee berusaha mati-matian mem­ Saking kerasnya dentuman itu, tanah yang dilewati mobil karena terkejut. tangan. napas pelan, terlihat mengurut dadanya Menyusul dentuman kencang itu, terdengar rentetan den­ Opa menghela napas pelan, terlihat mengurut dadanya banting setir agar mobil tidak terbalik. bergetar. Mobil sedikit oleng. Lee berusaha mati-matian mem­ Saking kerasnya dentuman itu, tanah yang dilewati mobil karena terkejut. Menyusul dentuman kencang itu, terdengar rentetan den­ banting setir agar mobil tidak terbalik. bergetar. Mobil sedikit oleng. Lee berusaha mati-matian mem­ Saking kerasnya dentuman itu, tanah yang dilewati mobil karena terkejut. Menyusul dentuman kencang itu, terdengar rentetan den­ tangan. Opa menghela napas pelan, terlihat mengurut dadanya banting setir agar mobil tidak terbalik. bergetar. Mobil sedikit oleng. Lee berusaha mati-matian mem­ Saking kerasnya dentuman itu, tanah yang dilewati mobil karena terkejut. Menyusul dentuman kencang itu, terdengar rentetan den­ tangan. Opa menghela napas pelan, terlihat mengurut dadanya banting setir agar mobil tidak terbalik. bergetar. Mobil sedikit oleng. Lee berusaha mati-matian mem­ Saking kerasnya dentuman itu, tanah yang dilewati mobil karena terkejut. Menyusul dentuman kencang itu, terdengar rentetan den­ tangan. Opa menghela napas pelan, terlihat mengurut dadanya banting setir agar mobil tidak terbalik. bergetar. Mobil sedikit oleng. Lee berusaha mati-matian mem­ Saking kerasnya dentuman itu, tanah yang dilewati mobil karena tuman lain, banyak jumlahnya, ratusan, lebih kecil. Semua lantai terkejut. Menyusul dentuman kencang itu, terdengar rentetan den­ banting setir agar mobil tidak terbalik. bergetar. Mobil sedikit oleng. Lee berusaha mati-matian mem­ Saking kerasnya dentuman itu, tanah yang dilewati mobil tuman lain, banyak jumlahnya, ratusan, lebih kecil. Semua lantai Menyusul dentuman kencang itu, terdengar rentetan den­ banting setir agar mobil tidak terbalik. bergetar. Mobil sedikit oleng. Lee berusaha mati-matian mem­ Saking kerasnya dentuman itu, tanah yang dilewati mobil tuman lain, banyak jumlahnya, ratusan, lebih kecil. Semua lantai karena terkejut. Menyusul dentuman kencang itu, terdengar rentetan den­ banting setir agar mobil tidak terbalik. bergetar. Mobil sedikit oleng. Lee berusaha mati-matian mem­ Saking kerasnya dentuman itu, tanah yang dilewati mobil tuman lain, banyak jumlahnya, ratusan, lebih kecil. Semua lantai karena terkejut. Menyusul dentuman kencang itu, terdengar rentetan den­ banting setir agar mobil tidak terbalik. bergetar. Mobil sedikit oleng. Lee berusaha mati-matian mem­ Saking kerasnya dentuman itu, tanah yang dilewati mobil tuman lain, banyak jumlahnya, ratusan, lebih kecil. Semua lantai karena terkejut. Menyusul dentuman kencang itu, terdengar rentetan den­ banting setir agar mobil tidak terbalik. bergetar. Mobil sedikit oleng. Lee berusaha mati-matian mem­ dentuman itu, tanah yang dilewati mobil gedung tua itu terlihat meledak dalam irama tertentu, mengepul­ Saking kerasnya dentuman itu, tanah yang dilewati mobil tuman lain, banyak jumlahnya, ratusan, lebih kecil. Semua lantai Menyusul dentuman kencang itu, terdengar rentetan den­ banting setir agar mobil tidak terbalik. bergetar. Mobil sedikit oleng. Lee berusaha mati-matian mem­ gedung tua itu terlihat meledak dalam irama tertentu, mengepul­ tuman lain, banyak jumlahnya, ratusan, lebih kecil. Semua lantai Menyusul dentuman kencang itu, terdengar rentetan den­ banting setir agar mobil tidak terbalik. bergetar. Mobil sedikit oleng. Lee berusaha mati-matian mem­ gedung tua itu terlihat meledak dalam irama tertentu, mengepul­ Saking kerasnya dentuman itu, tanah yang dilewati mobil tuman lain, banyak jumlahnya, ratusan, lebih kecil. Semua lantai Menyusul dentuman kencang itu, terdengar rentetan den­ banting setir agar mobil tidak terbalik. bergetar. Mobil sedikit oleng. Lee berusaha mati-matian mem­ gedung tua itu terlihat meledak dalam irama tertentu, mengepul­ Saking kerasnya dentuman itu, tanah yang dilewati mobil tuman lain, banyak jumlahnya, ratusan, lebih kecil. Semua lantai Menyusul dentuman kencang itu, terdengar rentetan den­ banting setir agar mobil tidak terbalik. bergetar. Mobil sedikit oleng. Lee berusaha mati-matian mem­ gedung tua itu terlihat meledak dalam irama tertentu, mengepul­ Saking kerasnya dentuman itu, tanah yang dilewati mobil tuman lain, banyak jumlahnya, ratusan, lebih kecil. Semua lantai Menyusul dentuman kencang itu, terdengar rentetan den­ banting setir agar mobil tidak terbalik. bergetar. sedikit oleng. Lee berusaha mati-matian mem­ Mobil sedikit oleng. Lee berusaha mati-matian mem­ kan asap hitam. Lantas satu detik kemudian, seluruh gedung tua gedung tua itu terlihat meledak dalam irama tertentu, mengepul­ tuman lain, banyak jumlahnya, ratusan, lebih kecil. Semua lantai Menyusul dentuman kencang itu, terdengar rentetan den­ banting setir agar mobil tidak terbalik. kan asap hitam. Lantas satu detik kemudian, seluruh gedung tua gedung tua itu terlihat meledak dalam irama tertentu, mengepul­ tuman lain, banyak jumlahnya, ratusan, lebih kecil. Semua lantai Menyusul dentuman kencang itu, terdengar rentetan den­ banting setir agar mobil tidak terbalik. kan asap hitam. Lantas satu detik kemudian, seluruh gedung tua bergetar. Mobil sedikit oleng. Lee berusaha mati-matian mem­ gedung tua itu terlihat meledak dalam irama tertentu, mengepul­ tuman lain, banyak jumlahnya, ratusan, lebih kecil. Semua lantai Menyusul dentuman kencang itu, terdengar rentetan den­ banting setir agar mobil tidak terbalik. kan asap hitam. Lantas satu detik kemudian, seluruh gedung tua bergetar. Mobil sedikit oleng. Lee berusaha mati-matian mem­ gedung tua itu terlihat meledak dalam irama tertentu, mengepul­ tuman lain, banyak jumlahnya, ratusan, lebih kecil. Semua lantai Menyusul dentuman kencang itu, terdengar rentetan den­ banting setir agar mobil tidak terbalik. kan asap hitam. Lantas satu detik kemudian, seluruh gedung tua bergetar. Mobil sedikit oleng. Lee berusaha mati-matian mem­ gedung tua itu terlihat meledak dalam irama tertentu, mengepul­ tuman lain, banyak jumlahnya, ratusan, lebih kecil. Semua lantai Menyusul dentuman kencang itu, terdengar rentetan den­ setir agar mobil tidak terbalik. banting mobil tidak terbalik. itu runtuh vertikal ke bawah dalam sekali tarikan. Dengan me­ kan asap hitam. Lantas satu detik kemudian, seluruh gedung tua gedung tua itu terlihat meledak dalam irama tertentu, mengepul­ tuman lain, banyak jumlahnya, ratusan, lebih kecil. Semua lantai Menyusul dentuman kencang itu, terdengar rentetan den­ itu runtuh vertikal ke bawah dalam sekali tarikan. Dengan me­ kan asap hitam. Lantas satu detik kemudian, seluruh gedung tua gedung tua itu terlihat meledak dalam irama tertentu, mengepul­ tuman lain, banyak jumlahnya, ratusan, lebih kecil. Semua lantai Menyusul dentuman kencang itu, terdengar rentetan den­ itu runtuh vertikal ke bawah dalam tarikan. Dengan me­ banting setir agar mobil tidak terbalik. kan asap hitam. Lantas satu detik kemudian, seluruh gedung tua gedung tua itu terlihat meledak dalam irama tertentu, mengepul­ tuman lain, banyak jumlahnya, ratusan, lebih kecil.rentetan Semua lantai Menyusul dentuman kencang itu,sekali terdengar den­



ngeluarkan suara lebih kencang, debu mengepul tinggi, bong­ meninggalkan lokasi proyek. ”Kalian tahu, kalian baru saja melewati tiga ratus dinamit kahan material mengejar mobil yang terus bergerak Aku baru mengerti semua maksud kalimat Lee barusan. yang dipasang dibeterbangan, setiap tiang gedung itu, Kawan. Kita baru saja ngeluarkan suara lebih kencang, debu mengepul tinggi, bong­ meninggalkan lokasi proyek. ”Kalian tahu, kalian baru saja melewati tiga ratus dinamit kahan material beterbangan, mengejar mobil yang terus bergerak ngeluarkan suara lebih kencang, debu mengepul tinggi, bong­ meninggalkan lokasi proyek. ”Kalian tahu, kalian baru saja melewati tiga ratus dinamit selamat dari reruntuhan seberat lima ribu ton lebih.” Lee ter­ Aku baru mengerti semua maksud kalimat Lee barusan. kahan material beterbangan, mengejar mobil yang terus bergerak semua maksud kalimat Lee barusan. setiap tiang gedung itu, Kawan. Kita baru saja yang dipasang di setiap tiang gedung itu, Kawan. Kita baru saja ngeluarkan suara lebih kencang, debu mengepul tinggi, bong­ meninggalkan lokasi proyek. ”Kalian tahu, kalian baru saja melewati tiga ratus dinamit selamat dari reruntuhan seberat lima ribu ton lebih.” Lee ter­ kahan material beterbangan, mengejar mobil yang terus bergerak Aku baru mengerti semua maksud kalimat Lee barusan. yang dipasang di setiap tiang gedung itu, Kawan. Kita baru saja meninggalkan lokasi proyek. ”Kalian tahu, kalian baru saja melewati tiga ratus dinamit selamat dari reruntuhan seberat lima ribu ton lebih.” Lee ter­ kahan material beterbangan, mengejar mobil yang terus bergerak Aku baru mengerti semua maksud kalimat Lee barusan. yang dipasang di setiap tiang gedung itu, Kawan. Kita baru saja meninggalkan lokasi proyek. ”Kalian tahu, kalian baru saja melewati tiga ratus dinamit selamat dari reruntuhan seberat lima ribu ton lebih.” Lee ter­ kahan material beterbangan, mengejar mobil yang terus bergerak Aku baru mengerti semua maksud kalimat Lee barusan. yang dipasang di setiap tiang gedung itu, Kawan. Kita baru saja meninggalkan lokasi proyek. kahan material beterbangan, mengejar mobil yang terus bergerak ”Kalian tahu, kalian baru saja melewati tiga ratus dinamit Aku baru mengerti semua maksud kalimat Lee barusan. yang dipasang di setiap tiang gedung itu, Kawan. Kita baru saja tawa. Mobil yang dikendarainya keluar dari kepulan asap, lang­ meninggalkan lokasi proyek. baru saja melewati tiga ratus dinamit reruntuhan seberat lima ribu ton lebih.” Lee ter­ selamat dari reruntuhan seberat lima ribu ton lebih.” Lee ter­ kahan material beterbangan, mengejar mobil yang terus bergerak Aku baru mengerti semua maksud kalimat Lee barusan. yang dipasang di setiap tiang gedung itu, Kawan. Kita baru saja tawa. Mobil yang dikendarainya keluar dari kepulan asap, lang­ meninggalkan lokasi proyek. ”Kalian tahu, kalian baru saja melewati tiga ratus dinamit selamat dari reruntuhan seberat lima ribu ton lebih.” Lee ter­ Aku baru mengerti semua maksud kalimat Lee barusan. yang dipasang di setiap tiang gedung itu, Kawan. Kita baru saja tawa. Mobil yang dikendarainya keluar dari kepulan asap, lang­ meninggalkan lokasi proyek. ”Kalian tahu, kalian baru saja melewati tiga ratus dinamit selamat dari reruntuhan seberat lima ribu ton lebih.” Lee ter­ Aku baru mengerti semua maksud kalimat Lee barusan. yang dipasang di setiap tiang gedung itu, Kawan. Kita baru saja tawa. Mobil yang dikendarainya keluar dari kepulan asap, lang­ meninggalkan lokasi proyek. ”Kalian tahu, kalian baru saja melewati tiga ratus dinamit selamat dari reruntuhan seberat lima ribu ton lebih.” Lee ter­ Aku baru mengerti semua maksud kalimat Lee barusan. meninggalkan lokasi proyek. yang dipasang di setiap tiang gedung itu, Kawan. Kita baru saja ”Kalian tahu, kalian baru saja melewati tiga ratus dinamit selamat dari reruntuhan seberat lima ribu ton lebih.” Lee ter­ jalanan kota Hong Kong. Meluncur deras, me­ sung masuk ke Aku baru mengerti semua maksud kalimat Lee barusan. tiang gedung itu, Kawan. Kita baru saja dikendarainya keluar dari kepulan asap, lang­ tawa. Mobil yang dikendarainya keluar dari kepulan asap, lang­ meninggalkan lokasi proyek. ”Kalian tahu, kalian baru saja melewati tiga ratus dinamit selamat dari reruntuhan seberat lima ribu ton lebih.” Lee ter­ jalanan kota Hong Kong. Meluncur deras, me­ sung masuk ke Aku baru mengerti semua maksud kalimat Lee barusan. yang dipasang di setiap tiang gedung itu, Kawan. Kita baru saja tawa. Mobil yang dikendarainya keluar dari kepulan asap, lang­ ”Kalian tahu, kalian baru saja melewati tiga ratus dinamit selamat dari reruntuhan seberat lima ribu ton lebih.” Lee ter­ jalanan kota Hong Kong. Meluncur deras, me­ sung masuk ke Aku baru mengerti semua maksud kalimat Lee barusan. yang dipasang di setiap tiang gedung itu, Kawan. Kita baru saja tawa. Mobil yang dikendarainya keluar dari kepulan asap, lang­ ”Kalian tahu, kalian baru saja melewati tiga ratus dinamit selamat dari reruntuhan seberat lima ribu ton lebih.” Lee ter­ jalanan kota Hong Kong. Meluncur deras, me­ sung masuk ke Aku baru mengerti semua maksud kalimat Lee barusan. yang dipasang di setiap tiang gedung itu, Kawan. Kita baru saja tawa. Mobil yang dikendarainya keluar dari kepulan asap, lang­ ”Kalian tahu, kalian baru saja melewati tiga ratus dinamit selamat dari reruntuhan seberat lima ribu ton lebih.” Lee ter­ Aku baru mengerti semua maksud kalimat Lee barusan. yang dipasang di setiap tiang gedung itu, Kawan. Kita baru saja tawa. Mobil yang dikendarainya keluar dari kepulan asap, lang­ nyalip banyak mobil. ”Kalian tahu, kalian baru saja melewati tiga ratus dinamit seberat lima ribu ton lebih.” Lee ter­ jalanan kota Hong Kong. Meluncur deras, me­ sung masuk ke jalanan kota Hong Kong. Meluncur deras, me­ Aku baru mengerti semua maksud kalimat Lee barusan. yang dipasang di setiap tiang gedung itu, Kawan. Kita baru saja tawa. Mobil yang dikendarainya keluar dari kepulan asap, lang­ nyalip banyak mobil. ”Kalian tahu, kalian baru saja melewati tiga ratus dinamit selamat dari reruntuhan seberat lima ribu ton lebih.” Lee ter­ jalanan kota Hong Kong. Meluncur deras, me­ sung masuk ke yang dipasang di setiap tiang gedung itu, Kawan. Kita baru saja tawa. Mobil yang dikendarainya keluar dari kepulan asap, lang­ nyalip banyak mobil. ”Kalian tahu, kalian baru saja melewati tiga ratus dinamit selamat dari reruntuhan seberat lima ribu ton lebih.” Lee ter­ jalanan kota Hong Kong. Meluncur deras, me­ sung masuk ke yang dipasang di setiap tiang gedung itu, Kawan. Kita baru saja tawa. Mobil yang dikendarainya keluar dari kepulan asap, lang­ nyalip banyak mobil. ”Kalian tahu, kalian baru saja melewati tiga ratus dinamit selamat dari reruntuhan seberat lima ribu ton lebih.” Lee ter­ jalanan kota Hong Kong. Meluncur deras, me­ sung masuk ke yang dipasang di setiap tiang gedung itu, Kawan. Kita baru saja tawa. Mobil yang dikendarainya keluar dari kepulan asap, lang­ ”Kalian tahu, kalian baru saja melewati tiga ratus dinamit selamat dari reruntuhan seberat lima ribu ton lebih.” Lee ter­ jalanan kota Hong Kong. Meluncur deras, me­ sung masuk ke Aku mengusap wajah yang kebas karena kaget. Menoleh ke yang dipasang di setiap tiang gedung itu, Kawan. Kita baru saja nyalip banyak mobil. tawa. Mobil yang dikendarainya keluar dari kepulan asap, lang­ mobil. ”Kalian tahu, kalian baru saja melewati tiga ratus dinamit selamat dari reruntuhan seberat lima ribu ton lebih.” Lee ter­ jalanan kota Hong Kong. Meluncur deras, me­ sung masuk ke Aku mengusap wajah yang kebas karena kaget. Menoleh ke yang dipasang di setiap tiang gedung itu, Kawan. Kita baru saja tawa. Mobil yang dikendarainya keluar dari kepulan asap, lang­ nyalip banyak mobil. selamat dari reruntuhan seberat lima ribu ton lebih.” Lee ter­ jalanan kota Hong Kong. Meluncur deras, me­ sung masuk ke Aku mengusap wajah yang kebas karena kaget. Menoleh ke yang dipasang di setiap tiang gedung itu, Kawan. Kita baru saja tawa. Mobil yang dikendarainya keluar dari kepulan asap, lang­ nyalip banyak mobil. selamat dari reruntuhan seberat lima ribu ton lebih.” Lee ter­ jalanan kota Hong Kong. Meluncur deras, me­ sung masuk ke Aku mengusap wajah yang kebas karena kaget. Menoleh ke yang dipasang di setiap tiang gedung itu, Kawan. Kita baru saja tawa. Mobil yang dikendarainya keluar dari kepulan asap, lang­ nyalip banyak mobil. selamat dari reruntuhan seberat lima ribu ton lebih.” Lee ter­ sung masuk ke jalanan kota Hong Kong. Meluncur deras, me­ yang dipasang di setiap tiang gedung itu, Kawan. Kita baru saja tawa. Mobil yang dikendarainya keluar dari kepulan asap, lang­ nyalip banyak mobil. belakang, ke lokasi gedung tua tinggi yang baru saja diruntuhkan Aku mengusap wajah yang kebas karena kaget. Menoleh ke selamat dari reruntuhan seberat lima ribu ton lebih.” Lee ter­ jalanan kota Hong Kong. Meluncur deras, me­ sung masuk ke wajah yang kebas karena kaget. Menoleh ke yang dipasang di setiap tiang gedung itu, Kawan. Kita baru saja tawa. Mobil yang dikendarainya keluar dari kepulan asap, lang­ nyalip banyak mobil. belakang, ke lokasi gedung tua tinggi yang baru saja diruntuhkan selamat dari reruntuhan seberat lima ribu ton lebih.” Lee ter­ jalanan kota Hong Kong. Meluncur deras, me­ sung masuk ke Aku mengusap wajah yang kebas karena kaget. Menoleh ke tawa. Mobil yang dikendarainya keluar dari kepulan asap, lang­ nyalip banyak mobil. belakang, ke lokasi gedung tua tinggi yang baru saja diruntuhkan selamat dari reruntuhan seberat lima ribu ton lebih.” Lee ter­ jalanan kota Hong Kong. Meluncur deras, me­ sung masuk ke Aku mengusap wajah yang kebas karena kaget. Menoleh ke tawa. Mobil yang dikendarainya keluar dari kepulan asap, lang­ nyalip banyak mobil. belakang, ke properti. lokasi gedung tuamasih tinggi yang baru saja diruntuhkan selamat dari reruntuhan seberat lima ribu ton lebih.” Lee ter­ jalanan kota Hong Kong. Meluncur deras, me­ sung masuk ke Aku mengusap wajah yang kebas karena kaget. Menoleh ke tawa. Mobil yang dikendarainya keluar dari kepulan asap, lang­ nyalip banyak mobil. selamat dari reruntuhan seberat lima ribu ton lebih.” Lee ter­ jalanan kota Hong Kong. Meluncur deras, me­ sung masuk ke Aku mengusap wajah yang kebas karena kaget. Menoleh ke tim proyek Debu membubung tinggi, disiram belakang, ke lokasi gedung tua tinggi yang baru saja diruntuhkan tawa. Mobil yang dikendarainya keluar dari kepulan asap, lang­ nyalip banyak mobil. gedung tua tinggi yang baru saja diruntuhkan selamat dari reruntuhan seberat lima ribu ton lebih.” Lee ter­ jalanan kota Hong Kong. Meluncur deras, me­ sung masuk ke Aku mengusap wajah yang kebas karena kaget. Menoleh ke tim proyek properti. Debu masih membubung tinggi, disiram tawa. Mobil yang dikendarainya keluar dari kepulan asap, lang­ nyalip banyak mobil. belakang, ke lokasi gedung tua tinggi yang baru saja diruntuhkan jalanan kota Hong Kong. Meluncur deras, me­ sung masuk ke Aku mengusap wajah yang kebas karena kaget. Menoleh ke tim proyek properti. Debu masih membubung tinggi, disiram tawa. Mobil yang dikendarainya keluar dari kepulan asap, lang­ nyalip banyak mobil. belakang, ke lokasi gedung tua tinggi yang baru saja diruntuhkan jalanan kota Hong Kong. Meluncur deras, me­ sung masuk ke Aku mengusap wajah yang kebas karena kaget. Menoleh ke tim proyek properti. Debu masih membubung tinggi, disiram tawa. Mobil yang dikendarainya keluar dari kepulan asap, lang­ nyalip banyak mobil. belakang, ke lokasi gedung tua tinggi yang baru saja diruntuhkan jalanan kota Hong Kong. Meluncur deras, me­ sung masuk ke Aku mengusap wajah yang kebas karena kaget. Menoleh ke tawa. Mobil yang dikendarainya keluar dari kepulan asap, lang­ nyalip banyak mobil. belakang, ke lokasi gedung tua tinggi yang baru saja diruntuhkan hujan gerimis dan semburan hidran dari para petugas lapangan. tim proyek properti. Debu masih membubung tinggi, disiram jalanan kota Hong Kong. Meluncur deras, me­ sung masuk ke Aku mengusap wajah yang kebas karena kaget. Menoleh ke properti. Debu masih membubung tinggi, disiram tawa. Mobil yang dikendarainya keluar dari kepulan asap, lang­ nyalip banyak mobil. belakang, ke lokasi gedung tua tinggi yang baru saja diruntuhkan hujan gerimis dan semburan hidran dari para petugas lapangan. jalanan kota Hong Kong. Meluncur deras, me­ sung masuk kedan Aku mengusap wajah yang kebas karena kaget. Menoleh ke tim proyek properti. Debu masih membubung tinggi, disiram nyalip banyak mobil. belakang, ke lokasi gedung tua tinggi yang baru saja diruntuhkan hujan gerimis semburan hidran dari para petugas lapangan. jalanan kota Hong Kong. Meluncur deras, me­ sung masuk ke Aku mengusap wajah yang kebas karena kaget. Menoleh ke tim proyek properti. Debu masih membubung tinggi, disiram nyalip banyak mobil. belakang, kelagi lokasi gedung tuamasih tinggi yang baru saja diruntuhkan hujan gerimis dan semburan hidran dari para petugas lapangan. jalanan kota Hong Kong. Meluncur deras, me­ sung masuk ke Aku mengusap wajah yang kebas karena kaget. Menoleh ke tim proyek properti. Debu membubung tinggi, disiram nyalip banyak mobil. belakang, ke lokasi gedung tua tinggi yang baru saja diruntuhkan jalanan kota Hong Kong. Meluncur deras, me­ sung masuk ke Aku mengusap wajah yang kebas karena kaget. Menoleh ke tim proyek properti. Debu masih membubung tinggi, disiram Tidak ada bangunan besar 40 lantai, hanya tumpukan ma­ hujan gerimis dan semburan hidran dari para petugas lapangan. nyalip banyak mobil. belakang, ke lokasi gedung tua tinggi yang baru saja diruntuhkan semburan hidran dari para petugas lapangan. jalanan kota Hong Kong. Meluncur deras, me­ sung masuk ke Aku mengusap wajah yang kebas karena kaget. Menoleh ke tim proyek properti. Debu masih membubung tinggi, disiram Tidak ada lagi bangunan besar 40 lantai, hanya tumpukan ma­ nyalip banyak mobil. belakang, ke lokasi gedung tua tinggi yang baru saja diruntuhkan hujan gerimis dan semburan hidran dari para petugas lapangan. Aku mengusap wajah yang kebas karena kaget. Menoleh ke tim proyek properti. Debu masih membubung tinggi, disiram Tidak ada lagi bangunan besar 40 lantai, hanya tumpukan ma­ nyalip banyak mobil. belakang, ke lokasi gedung tua tinggi yang baru saja diruntuhkan hujan gerimis dan semburan hidran dari para petugas lapangan. Aku mengusap wajah yang kebas karena kaget. Menoleh ke tim proyek properti. Debu masih membubung tinggi, disiram Tidak ada lagi bangunan besar 40 lantai, hanya tumpukan ma­ nyalip banyak mobil. belakang, ke lokasi gedung tua tinggi yang baru saja diruntuhkan hujan gerimis dan semburan hidran dari para petugas lapangan. Aku mengusap wajah yang kebas karena kaget. Menoleh ke tim proyek properti. Debu masih membubung tinggi, disiram nyalip banyak mobil. belakang, ke lokasi gedung tua tinggi yang baru saja diruntuhkan hujan gerimis dan semburan hidran dari para petugas lapangan. terial yang tersisa. Tidak ada lagi bangunan besar 40 lantai, hanya tumpukan ma­ Aku mengusap wajah yang kebas karena kaget. Menoleh ke tim proyek properti. Debu masih membubung tinggi, disiram bangunan besar 40 lantai, hanya tumpukan ma­ nyalip banyak mobil. belakang, ke lokasi gedung tua tinggi yang baru saja diruntuhkan hujan gerimis dan semburan hidran dari para petugas lapangan. terial yang tersisa. Aku mengusap wajah yang kebas karena kaget. Menoleh ke tim proyek properti. Debu masih membubung tinggi, disiram Tidak ada lagi bangunan besar 40 lantai, hanya tumpukan ma­ belakang, ke lokasi gedung tua tinggi yang baru saja diruntuhkan hujan gerimis dan semburan hidran dari para petugas lapangan. terial yang tersisa. Aku mengusap wajah yang kebas karena kaget. Menoleh ke tim proyek properti. Debu masih membubung tinggi, disiram Tidak ada lagi bangunan besar 40 lantai, hanya tumpukan ma­ belakang, ke lokasi gedung tua tinggi yang baru saja diruntuhkan hujan gerimis dan semburan hidran dari para petugas lapangan. terial yang tersisa. Aku mengusap wajah yang kebas karena kaget. Menoleh ke tim proyek properti. Debu masih membubung tinggi, disiram Tidak ada lagi bangunan besar 40 lantai, hanya tumpukan ma­ belakang, ke lokasi gedung tua tinggi yang baru saja diruntuhkan hujan gerimis dan semburan hidran dari para petugas lapangan. Aku mengusap wajah yang kebas karena kaget. Menoleh ke tim proyek properti. Debu masih membubung tinggi, disiram Tidak ada lagi bangunan besar 40 lantai, hanya tumpukan ma­ ”Tenang saja, Thomas. Kau tidak perlu sering-sering menoleh terial yang tersisa. belakang, ke lokasi gedung tua tinggi yang baru saja diruntuhkan hujan gerimis dan semburan hidran dari para petugas lapangan. Aku mengusap wajah yang kebas karena kaget. Menoleh ke tim proyek properti. Debu masih membubung tinggi, disiram Tidak ada lagi bangunan besar 40 lantai, hanya tumpukan ma­ ”Tenang saja, Thomas. Kau tidak perlu sering-sering menoleh belakang, ke lokasi gedung tua tinggi yang baru saja diruntuhkan hujan gerimis dan semburan hidran dari para petugas lapangan. terial yang tersisa. tim proyek properti. Debu masih membubung tinggi, disiram Tidak ada lagi bangunan besar 40 lantai, hanya tumpukan ma­ ”Tenang saja, Thomas. Kau tidak perlu sering-sering menoleh belakang, ke lokasi gedung tua tinggi yang baru saja diruntuhkan hujan gerimis dan semburan hidran dari para petugas lapangan. terial yang tersisa. tim proyek properti. Debu masih membubung tinggi, disiram Tidak ada lagi bangunan besar 40 lantai, hanya tumpukan ma­ ”Tenang saja, Thomas. Kau tidak perlu sering-sering menoleh belakang, ke lokasi gedung tua tinggi yang baru saja diruntuhkan hujan gerimis dan semburan hidran dari para petugas lapangan. terial yang tersisa. tim proyek properti. Debu masih membubung tinggi, disiram Tidak ada lagi bangunan besar 40 lantai, hanya tumpukan ma­ belakang, ke lokasi gedung tua tinggi yang baru saja diruntuhkan hujan gerimis dan semburan hidran dari para petugas lapangan. terial yang tersisa. ke belakang. Pasukan khusus itu tidak bisa mengejar. Demi ”Tenang saja, Thomas. Kau tidak perlu sering-sering menoleh tim proyek properti. Debu masih membubung tinggi, disiram Tidak ada lagi bangunan besar 40 lantai, hanya tumpukan ma­ Thomas. Kau tidak perlu sering-sering menoleh belakang, ke lokasi gedung tua tinggi yang baru saja diruntuhkan hujan gerimis dan semburan hidran dari para petugas lapangan. terial yang tersisa. ke belakang. Pasukan khusus itu tidak bisa mengejar. Demi tim proyek properti. Debu masih membubung tinggi, disiram Tidak ada lagi bangunan besar 40 hanya tumpukan ma­ ”Tenang saja, Thomas. Kau tidak perlu sering-sering menoleh hujan gerimis dan semburan hidran dari para petugas lapangan. terial yang tersisa. ke belakang. Pasukan khusus itu tidak bisa mengejar. Demi tim proyek properti. Debu masih membubung tinggi, disiram Tidak ada lagi bangunan besar 40 lantai, hanya tumpukan ma­ ”Tenang saja, Thomas. Kau tidak perlu sering-sering menoleh hujan gerimis dan semburan hidran dari para petugas lapangan. terial yang tersisa. ke belakang. Pasukan khusus itu lantai, tidak bisa mengejar. Demi tim proyek properti. Debu masih membubung tinggi, disiram Tidak ada lagi bangunan besar 40 lantai, hanya tumpukan ma­ ”Tenang saja, Thomas. Kau tidak perlu sering-sering menoleh hujan gerimis dan semburan hidran dari para petugas lapangan. terial yang tersisa. tim proyek properti. Debu masih membubung tinggi, disiram ke belakang. Pasukan khusus itu tidak bisa mengejar. Demi Tidak ada lagi bangunan besar 40 lantai, hanya tumpukan ma­ ”Tenang saja, Thomas. Kau tidak perlu sering-sering menoleh alasan keselamatan proses penghancuran gedung, selama satu hujan gerimis dan semburan hidran dari para petugas lapangan. terial yang tersisa. Pasukan khusus itu tidak bisa mengejar. Demi tim proyek properti. Debu masih membubung tinggi, disiram Tidak ada lagi bangunan besar 40 lantai, hanya tumpukan ma­ ”Tenang saja, Thomas. Kau tidak perlu sering-sering menoleh alasan keselamatan proses penghancuran gedung, selama satu hujan gerimis dan semburan hidran dari para petugas lapangan. terial yang tersisa. ke belakang. Pasukan khusus itu tidak bisa mengejar. Demi Tidak ada lagi bangunan besar 40 lantai, hanya tumpukan ma­ ”Tenang saja, Thomas. Kau tidak perlu sering-sering menoleh alasan keselamatan proses penghancuran gedung, selama satu hujan gerimis dan semburan hidran dari para petugas lapangan. terial yang tersisa. ke belakang. Pasukan khusus itu tidak bisa mengejar. Demi Tidak ada lagi bangunan besar 40 lantai, hanya tumpukan ma­ ”Tenang saja, Thomas. Kau tidak perlu sering-sering menoleh alasan keselamatan proses penghancuran gedung, selama satu hujan gerimis dan semburan hidran dari para petugas lapangan. terial yang tersisa. ke belakang. Pasukan khusus itu tidak bisa mengejar. Demi ”Tenang saja, Thomas. Kau tidak perlu sering-sering menoleh Tidak ada lagi bangunan besar 40 lantai, hanya tumpukan ma­ alasan keselamatan proses penghancuran gedung, selama satu hujan gerimis dan semburan hidran dari para petugas lapangan. terial yang tersisa. ke belakang. Pasukan khusus itu tidak bisa mengejar. Demi jam ke depan, semua jalanan di sekitar gedung tua itu ditutup Tidak ada lagi bangunan besar 40 lantai, hanya tumpukan ma­ ”Tenang saja, Thomas. Kau tidak perlu sering-sering menoleh keselamatan proses penghancuran gedung, selama satu hujan gerimis dan semburan hidran dari para petugas lapangan. terial yang tersisa. ke belakang. Pasukan khusus itu tidak bisa mengejar. Demi jam ke depan, semua jalanan di sekitar gedung tua itu ditutup Tidak ada lagi bangunan besar 40 lantai, hanya tumpukan ma­ ”Tenang saja, Thomas. Kau tidak perlu sering-sering menoleh alasan keselamatan proses penghancuran gedung, selama satu terial yang tersisa. ke belakang. Pasukan khusus itu tidak bisa mengejar. Demi jam ke depan, semua jalanan di sekitar gedung tua itu ditutup Tidak ada lagi bangunan besar 40 lantai, hanya tumpukan ma­ ”Tenang saja, Thomas. Kau tidak perlu sering-sering menoleh alasan keselamatan proses penghancuran gedung, selama satu terial yang tersisa. ke belakang. Pasukan khusus itu tidak bisa mengejar. Demi jam ke depan, semua jalanan di sekitar gedung tua itu ditutup Tidak ada lagi bangunan besar 40 lantai, hanya tumpukan ma­ ”Tenang saja, Thomas. Kau tidak perlu sering-sering menoleh alasan keselamatan proses penghancuran gedung, selama satu ke belakang. Pasukan khusus itu tidak bisa mengejar. Demi terial yang tersisa. jam ke depan, semua jalanan di sekitar gedung tua itu ditutup Tidak ada lagi bangunan besar 40 lantai, hanya tumpukan ma­ ”Tenang saja, Thomas. Kau tidak perlu sering-sering menoleh alasan keselamatan proses penghancuran gedung, selama satu dinas taman kota Hong Kong radius lima ratus meter. Zona terial yang tersisa. ke belakang. Pasukan khusus itu tidak bisa mengejar. Demi jam ke depan, semua jalanan di sekitar gedung tua itu ditutup Tidak ada lagi bangunan besar 40 lantai, hanya tumpukan ma­ ”Tenang saja, Thomas. Kau tidak perlu sering-sering menoleh alasan keselamatan proses penghancuran gedung, selama satu dinas taman kota Hong Kong radius lima ratus meter. Zona terial yang tersisa. ke belakang. Pasukan khusus itu tidak bisa mengejar. Demi jam ke depan, semua jalanan di sekitar gedung tua itu ditutup ”Tenang saja, Thomas. Kau tidak perlu sering-sering menoleh alasan keselamatan proses penghancuran gedung, selama satu dinas taman kota Hong Kong radius lima ratus meter. Zona terial yang tersisa. ke belakang. Pasukan khusus itu tidak bisa mengejar. Demi jam ke depan, semua jalanan di sekitar gedung tua itu ditutup ”Tenang saja, Thomas. Kau tidak perlu sering-sering menoleh alasan keselamatan proses penghancuran gedung, selama satu dinas taman kota Hong Kong radius lima ratus meter. Zona terial yang tersisa. ke belakang. Pasukan khusus itu tidak bisa mengejar. Demi jam ke depan, semua jalanan di sekitar gedung tua itu ditutup alasan keselamatan proses penghancuran gedung, selama satu ”Tenang saja, Thomas. Kau tidak perlu sering-sering menoleh dinas taman kota Hong Kong radius lima ratus meter. Zona terial yang tersisa. ke belakang. Pasukan khusus itu tidak bisa mengejar. Demi jam ke depan, semua jalanan di sekitar gedung tua itu ditutup amannya diperluas setelah tadi pagi hanya dua blok. Pasukan ”Tenang saja, Thomas. Kau tidak perlu sering-sering menoleh alasan keselamatan proses penghancuran gedung, selama satu dinas taman kota Hong Kong radius lima ratus meter. Zona terial yang tersisa. ke belakang. Pasukan khusus itu tidak bisa mengejar. Demi jam ke depan, semua jalanan di sekitar gedung tua itu ditutup amannya diperluas setelah tadi pagi hanya dua blok. Pasukan ”Tenang saja, Thomas. Kau tidak perlu sering-sering menoleh alasan keselamatan proses penghancuran gedung, selama satu dinas kota Hong Kong radius lima ratus meter. Zona ke belakang. Pasukan khusus itu tidak bisa mengejar. Demi jam ke depan, semua jalanan di sekitar gedung tua itu ditutup amannya diperluas setelah tadi pagi hanya dua blok. Pasukan ”Tenang saja, Thomas. Kau tidak perlu sering-sering menoleh alasan keselamatan proses penghancuran gedung, selama satu dinas taman kota Hong Kong radius lima ratus meter. Zona ke belakang. Pasukan khusus itu tidak bisa mengejar. Demi jam ketaman depan, semua jalanan di sekitar gedung tua ituPasukan ditutup amannya diperluas setelah tadi pagi hanya dua blok. Pasukan ”Tenang saja, Thomas. Kau tidak perlu sering-sering menoleh alasan keselamatan proses penghancuran gedung, selama satu dinas taman kota Hong Kong radius lima ratus meter. Zona jam ke depan, semua jalanan di sekitar gedung tua itu ditutup ke belakang. Pasukan khusus itu tidak bisa mengejar. Demi amannya diperluas setelah tadi pagi hanya dua blok. ”Tenang saja, Thomas. Kau tidak perlu sering-sering menoleh alasan keselamatan proses penghancuran gedung, selama satu dinas taman kota Hong Kong radius lima ratus meter. Zona khusus tidak bisa keluar dari gedungnya dengan kendaraan, ke­ ke belakang. Pasukan khusus itu tidak bisa mengejar. Demi jam ke depan, semua jalanan di sekitar gedung tua itu ditutup amannya diperluas setelah tadi pagi hanya dua blok. Pasukan ”Tenang saja, Thomas. Kau tidak perlu sering-sering menoleh alasan keselamatan proses penghancuran gedung, selama satu dinas taman kota Hong Kong radius lima ratus meter. Zona khusus tidak bisa keluar dari gedungnya dengan kendaraan, ke­ ke belakang. Pasukan khusus itu tidak bisa mengejar. Demi jam ke depan, semua jalanan di sekitar gedung tua itu ditutup amannya diperluas setelah tadi pagi hanya dua blok. Pasukan alasan keselamatan proses penghancuran gedung, selama satu dinas taman kota Hong Kong radius lima ratus meter. Zona khusus tidak bisa keluar dari gedungnya dengan kendaraan, ke­ ke belakang. Pasukan khusus itu tidak bisa mengejar. Demi jam ke depan, semua jalanan di sekitar gedung tua itu ditutup amannya diperluas setelah tadi pagi hanya dua blok. Pasukan alasan keselamatan proses penghancuran gedung, selama satu dinas taman kota Hong Kong radius lima ratus meter. Zona khusus tidak bisa keluar dari gedungnya dengan kendaraan, ke­ ke belakang. Pasukan khusus itu tidak bisa mengejar. Demi jam ke depan, semua jalanan di sekitar gedung tua itu ditutup amannya diperluas setelah tadi pagi hanya dua blok. Pasukan dinas taman kota Hong Kong radius lima ratus meter. Zona alasan keselamatan proses penghancuran gedung, selama satu khusus tidak bisa keluar dari gedungnya dengan kendaraan, ke­ ke belakang. Pasukan khusus itu tidak bisa mengejar. Demi jam ke depan, semua jalanan di sekitar gedung tua itu ditutup amannya diperluas setelah tadi pagi hanya dua blok. Pasukan cuali mereka mengejar dengan jalan kaki, berlari,” Lee berkata alasan keselamatan proses penghancuran gedung, selama satu dinas taman kota Hong Kong radius lima ratus meter. Zona khusus tidak bisa keluar dari gedungnya dengan kendaraan, ke­ ke belakang. Pasukan khusus itu tidak bisa mengejar. Demi jam ke depan, semua jalanan di sekitar gedung tua itu ditutup amannya diperluas setelah tadi pagi hanya dua blok. Pasukan cuali mereka mengejar dengan jalan kaki, berlari,” Lee berkata alasan keselamatan proses penghancuran gedung, selama satu dinas taman kota Hong Kong radius lima ratus meter. Zona khusus tidak bisa keluar dari gedungnya dengan kendaraan, ke­ jam ke depan, semua jalanan di sekitar gedung tua itu ditutup amannya diperluas setelah tadi pagi hanya dua blok. Pasukan cuali mereka mengejar dengan jalan kaki, berlari,” Lee berkata alasan keselamatan proses penghancuran gedung, selama satu dinas taman kota Hong Kong radius lima ratus meter. Zona khusus tidak bisa keluar dari gedungnya dengan kendaraan, ke­ jam kemereka depan, semua jalanan dijalan sekitar gedung tua ituPasukan ditutup amannya diperluas setelah tadi pagi hanya dua blok. Pasukan cuali mereka mengejar dengan jalan kaki, berlari,” Lee berkata alasan keselamatan proses penghancuran gedung, selama satu dinas taman kota Hong Kong radius lima ratus meter. Zona khusus tidak bisa keluar dari gedungnya dengan kendaraan, ke­ amannya diperluas setelah tadi pagi hanya dua blok. jam ke depan, semua jalanan di sekitar gedung tua itu ditutup cuali mengejar dengan kaki, berlari,” Lee berkata alasan keselamatan proses penghancuran gedung, selama satu dinas taman kota Hong Kong radius lima ratus meter. Zona khusus tidak bisa keluar dari gedungnya dengan kendaraan, ke­ lebih rileks, masih tertawa. jam ke depan, semua jalanan di sekitar gedung tua itu ditutup amannya diperluas setelah tadi pagi hanya dua blok. Pasukan cuali mereka mengejar dengan jalan kaki, berlari,” Lee berkata alasan keselamatan proses penghancuran gedung, selama satu dinas taman kota Hong Kong radius lima ratus meter. Zona khusus tidak bisa keluar dari gedungnya dengan kendaraan, ke­ lebih rileks, masih tertawa. jam ke depan, semua jalanan di sekitar gedung tua itu ditutup amannya diperluas setelah tadi pagi hanya dua blok. Pasukan cuali mereka mengejar dengan jalan kaki, berlari,” Lee berkata dinas taman kota Hong Kong radius lima ratus meter. Zona khusus tidak bisa keluar dari gedungnya dengan kendaraan, ke­ lebih rileks, masih tertawa. jam ke depan, semua jalanan di sekitar gedung tua itu ditutup amannya diperluas setelah tadi pagi hanya dua blok. Pasukan cuali mereka mengejar dengan jalan kaki, berlari,” Lee berkata dinas taman kota Hong Kong radius lima ratus meter. Zona khusus tidak bisa keluar dari gedungnya dengan kendaraan, ke­ lebih rileks, masih tertawa. jam ke depan, semua jalanan di sekitar gedung tua itu ditutup amannya diperluas setelah tadi pagi hanya dua blok. Pasukan cuali mereka mengejar dengan jalan kaki, berlari,” Lee berkata khusus tidak bisa keluar dari gedungnya dengan kendaraan, ke­ dinas taman kota Hong Kong radius lima ratus meter. Zona lebih rileks, masih tertawa. jam ke depan, semua jalanan di sekitar gedung tua itu ditutup amannya diperluas setelah tadi pagi hanya dua blok. Pasukan cuali mereka mengejar dengan jalan kaki, berlari,” Lee berkata Lee terlihat amat terampil mengendarai mobilnya, sambil bi­ dinas taman kota Hong Kong radius lima ratus meter. Zona khusus tidak bisa keluar dari gedungnya dengan kendaraan, ke­ lebih rileks, masih tertawa. jam ke depan, semua jalanan di sekitar gedung tua itu ditutup amannya diperluas setelah tadi pagi hanya dua blok. Pasukan cuali mereka mengejar dengan jalan kaki, berlari,” Lee berkata Lee terlihat amat terampil mengendarai mobilnya, sambil bi­ dinas taman kota Hong Kong radius lima ratus meter. Zona khusus tidak bisa keluar dari gedungnya dengan kendaraan, ke­ lebih rileks, masih tertawa. amannya diperluas setelah tadi pagi hanya dua blok. Pasukan cuali mereka mengejar dengan jalan kaki, berlari,” Lee berkata Lee terlihat amat terampil mengendarai mobilnya, sambil bi­ dinas taman kota Hong Kong radius lima ratus meter. Zona khusus tidak bisa keluar dari gedungnya dengan kendaraan, ke­ lebih rileks, masih tertawa. amannya diperluas setelah tadi pagi hanya dua blok. Pasukan cuali mereka mengejar dengan jalan kaki, berlari,” Lee berkata Lee terlihat amat terampil mengendarai mobilnya, sambil bi­ dinas taman kota Hong Kong radius lima ratus meter. Zona khusus tidak bisa keluar dari gedungnya dengan kendaraan, ke­ lebih rileks, masih tertawa. cuali mereka mengejar dengan jalan kaki, berlari,” Lee berkata amannya diperluas setelah tadi pagi hanya dua blok. Pasukan Lee terlihat amat terampil mengendarai mobilnya, sambil bi­ dinas taman kota Hong Kong radius lima ratus meter. Zona khusus tidak bisa keluar dari gedungnya dengan kendaraan, ke­ lebih rileks, masih tertawa. cara menjelaskan, menyelinap di antara mobil-mobil lain dengan amannya diperluas setelah tadi pagi hanya dua blok. Pasukan cuali mereka mengejar dengan jalan kaki, berlari,” Lee berkata Lee terlihat amat terampil mengendarai mobilnya, sambil bi­ dinas taman kota Hong Kong radius lima ratus meter. Zona khusus tidak bisa keluar dari gedungnya dengan kendaraan, ke­ lebih rileks, masih tertawa. cara menjelaskan, menyelinap di antara mobil-mobil lain dengan amannya diperluas setelah tadi pagi hanya dua blok. Pasukan cuali mereka mengejar dengan jalan kaki, berlari,” Lee berkata Lee terlihat amat terampil mengendarai mobilnya, sambil bi­ khusus tidak bisa keluar dari gedungnya dengan kendaraan, ke­ lebih rileks, masih tertawa. cara menjelaskan, menyelinap di antara mobil-mobil lain dengan amannya diperluas setelah tadi pagi hanya dua blok. Pasukan cuali mereka mengejar dengan jalan kaki, berlari,” Lee berkata Lee terlihat amat terampil mengendarai mobilnya, sambil bi­ khusus tidak bisa keluar dari gedungnya dengan kendaraan, ke­ lebih rileks, masih tertawa. cara menjelaskan, menyelinap di antara mobil-mobil lain dengan amannya diperluas setelah tadi pagi hanya dua blok. Pasukan cuali mereka mengejar dengan jalan kaki, berlari,” Lee berkata Lee terlihat amat terampil mengendarai mobilnya, sambil bi­ lebih rileks, masih tertawa. cara menjelaskan, menyelinap di antara mobil-mobil lain dengan khusus tidak bisa keluar dari gedungnya dengan kendaraan, ke­ amannya diperluas setelah tadi pagi hanya dua blok. Pasukan cuali mereka mengejar dengan jalan kaki, berlari,” Lee berkata Lee terlihat amat terampil mengendarai mobilnya, sambil bi­ kecepatan tinggi. khusus tidak bisa keluar dari gedungnya dengan kendaraan, ke­ lebih rileks, masih tertawa. cara menjelaskan, menyelinap di antara mobil-mobil lain dengan amannya diperluas setelah tadi pagi hanya dua blok. Pasukan cuali mereka mengejar dengan jalan kaki, berlari,” Lee berkata Lee terlihat amat terampil mengendarai mobilnya, sambil bi­ kecepatan tinggi. khusus tidak bisa keluar dari gedungnya dengan kendaraan, ke­ lebih rileks, masih tertawa. cara menjelaskan, menyelinap di antara mobil-mobil lain dengan cuali mereka mengejar dengan jalan kaki, berlari,” Lee berkata Lee terlihat amat terampil mengendarai mobilnya, sambil bi­ kecepatan tinggi. khusus tidak bisa keluar dari gedungnya dengan kendaraan, ke­ lebih rileks, masih tertawa. cara menjelaskan, menyelinap di antara mobil-mobil lain dengan cuali mereka mengejar dengan jalan kaki, berlari,” Lee berkata Lee terlihat amat terampil mengendarai mobilnya, sambil bi­ kecepatan tinggi. khusus tidak bisa keluar dari gedungnya dengan kendaraan, ke­ lebih rileks, masih tertawa. cara menjelaskan, menyelinap di antara mobil-mobil lain dengan terampil mengendarai mobilnya, sambil bi­ kecepatan tinggi. cuali mereka mengejar dengan jalan kaki, berlari,” Lee berkata khusus tidak bisa keluar dari gedungnya dengan kendaraan, ke­ lebih rileks, masih tertawa. cara menjelaskan, menyelinap di antara mobil-mobil lain dengan ”Kalian amat beruntung, bukan karena tidak terlambat satu cuali mereka mengejar dengan jalan kaki, berlari,” Lee berkata Lee terlihat amat terampil mengendarai mobilnya, sambil bi­ kecepatan tinggi. khusus tidak bisa keluar dari gedungnya dengan kendaraan, ke­ lebih rileks, masih tertawa. cara menjelaskan, menyelinap di antara mobil-mobil lain dengan ”Kalian amat beruntung, bukan karena tidak terlambat satu cuali mereka mengejar dengan jalan kaki, berlari,” Lee berkata Lee terlihat amat terampil mengendarai mobilnya, sambil bi­ kecepatan tinggi. lebih rileks, masih tertawa. cara menjelaskan, menyelinap di antara mobil-mobil lain dengan ”Kalian amat beruntung, bukan karena tidak terlambat satu cuali mereka mengejar dengan jalan kaki, berlari,” Lee berkata Lee terlihat amat terampil mengendarai mobilnya, sambil bi­ kecepatan tinggi. lebih rileks, masih tertawa. menyelinap di jalan antara mobil-mobil lain dengan ”Kalian amat beruntung, bukan karena tidak terlambat satu cuali mereka mengejar dengan kaki, berlari,” Lee berkata Lee terlihat amat terampil mengendarai mobilnya, sambil bi­ kecepatan tinggi. cara menjelaskan, menyelinap di antara mobil-mobil lain dengan ”Kalian amat beruntung, bukan karena tidak terlambat satu lebih rileks, masih tertawa. cuali mereka mengejar dengan jalan kaki, berlari,” Lee berkata Lee terlihat amat terampil mengendarai mobilnya, sambil bi­ kecepatan tinggi.



pada hari meruntuhkan gedung tua. Ini peristiwa langka. Ada detik pun dari Juga jadwal dinamit diledakkan insinyur proyek, tapi mengabadikan. petinggi kota Hong Kong SAR. Itu gedung ratusan wartawan yang memotret dari kejauhan, merekam, dan kantor administrasi lama, akan diganti dengan gedung yang lebih kalian beruntung memilih hari ini untuk kabur dari sana, persis detik pun dari jadwal dinamit diledakkan insinyur proyek, tapi pada hari meruntuhkan gedung tua. Ini peristiwa langka. Ada mengabadikan. Juga petinggi kota Hong Kong SAR. Itu gedung ratusan wartawan yang memotret dari kejauhan, merekam, dan kalian beruntung memilih hari ini untuk kabur dari sana, persis kantor administrasi lama, akan diganti dengan gedung yang lebih detik pun dari jadwal dinamit diledakkan insinyur proyek, tapi pada hari meruntuhkan gedung tua. Ini peristiwa langka. Ada mengabadikan. Juga petinggi kota Hong Kong SAR. Itu gedung tinggi dan megah. Nah, semoga tidak ada yang melihat mobil ratusan wartawan yang memotret dari kejauhan, merekam, dan kantor administrasi lama, akan diganti dengan gedung yang lebih kalian beruntung memilih hari ini untuk kabur dari sana, persis detik pun dari jadwal dinamit diledakkan insinyur proyek, tapi mengabadikan. Juga petinggi kota Hong Kong SAR. Itu gedung pada hari meruntuhkan gedung tua. Ini peristiwa langka. Ada tinggi dan megah. Nah, semoga tidak ada yang melihat mobil ratusan wartawan yang memotret dari kejauhan, merekam, dan kantor administrasi lama, akan diganti dengan gedung yang lebih kalian beruntung memilih hari ini untuk kabur dari sana, persis mengabadikan. Juga petinggi kota Hong Kong SAR. Itu gedung tinggi dan megah. Nah, semoga tidak ada yang melihat mobil pada hari meruntuhkan gedung tua. Ini peristiwa langka. Ada ratusan wartawan yang memotret dari kejauhan, merekam, dan kalian beruntung memilih hari ini untuk kabur dari sana, persis kantor administrasi lama, akan diganti dengan gedung yang lebih mengabadikan. Juga petinggi kota Hong Kong SAR. Itu gedung tinggi dan megah. Nah, semoga tidak ada yang melihat mobil pada hari meruntuhkan gedung tua. Ini peristiwa langka. Ada kalian beruntung memilih hari ini untuk kabur dari sana, persis ratusan wartawan yang memotret dari kejauhan, merekam, dan kantor administrasi lama, akan diganti dengan gedung yang lebih mengabadikan. Juga petinggi kota Hong Kong SAR. Itu gedung pada hari meruntuhkan gedung tua. Ini peristiwa langka. Ada tinggi dan megah. Nah, semoga tidak ada yang melihat mobil kalian beruntung memilih hari ini untuk kabur dari sana, persis ratusan wartawan yang memotret dari kejauhan, merekam, dan kantor administrasi lama, akan diganti dengan gedung yang lebih ini menyelinap keluar-masuk pada detik-detik penting tadi, atau mengabadikan. Juga petinggi kota Hong Kong SAR. Itu gedung tinggi dan megah. Nah, semoga tidak ada yang melihat mobil pada hari meruntuhkan gedung tua. Ini peristiwa langka. Ada kalian beruntung memilih hari ini untuk kabur dari sana, persis kantor administrasi lama, akan diganti dengan gedung yang lebih ratusan wartawan yang memotret dari kejauhan, merekam, dan ini menyelinap keluar-masuk pada detik-detik penting tadi, atau mengabadikan. Juga petinggi kota Hong Kong SAR. Itu gedung tinggi dan megah. Nah, semoga tidak ada yang melihat mobil pada hari meruntuhkan gedung tua. Ini peristiwa langka. Ada kantor administrasi lama, akan diganti dengan gedung yang lebih ini menyelinap keluar-masuk pada detik-detik penting tadi, atau ratusan wartawan yang memotret dari kejauhan, merekam, dan mengabadikan. Juga petinggi kota Hong Kong SAR. Itu gedung pada hari meruntuhkan gedung tua. Ini peristiwa langka. Ada tinggi dan megah. Nah, semoga tidak ada yang melihat mobil kantor administrasi lama, akan diganti dengan gedung yang lebih ini menyelinap keluar-masuk pada detik-detik penting tadi, atau ratusan wartawan yang memotret dari kejauhan, merekam, dan pada hari meruntuhkan gedung tua. Ini peristiwa langka. Ada mengabadikan. Juga petinggi kota Hong Kong SAR. Itu gedung tinggi dan megah. Nah, semoga tidak ada yang melihat mobil kantor administrasi lama, akan diganti dengan gedung yang lebih ratusan wartawan yang memotret dari kejauhan, merekam, dan ini menyelinap keluar-masuk pada detik-detik penting tadi, atau pada hari meruntuhkan gedung tua. Ini peristiwa langka. Ada mengabadikan. Juga petinggi kota Hong Kong SAR. Itu gedung tinggi dan megah. Nah, semoga tidak ada yang melihat mobil kami harus mengarang alasan seperti bola baja crane itu.” kantor administrasi lama, akan diganti dengan gedung yang lebih ini menyelinap keluar-masuk pada detik-detik penting tadi, atau ratusan wartawan yang memotret dari kejauhan, merekam, dan pada hari meruntuhkan gedung tua. Ini peristiwa langka. Ada tinggi dan megah. Nah, semoga tidak ada yang melihat mobil mengabadikan. Juga petinggi kota Hong Kong SAR. Itu gedung kami harus mengarang alasan seperti bola baja crane itu.” kantor administrasi lama, akan diganti dengan gedung yang lebih ini menyelinap keluar-masuk pada detik-detik penting tadi, atau ratusan wartawan yang memotret dari kejauhan, merekam, dan tinggi dan megah. Nah, semoga tidak ada yang melihat mobil kami harus mengarang alasan seperti bola baja crane itu.” mengabadikan. Juga petinggi kota Hong Kong SAR. Itu gedung kantor administrasi lama, akan diganti dengan gedung yang lebih ratusan wartawan yang memotret dari kejauhan, merekam, dan ini menyelinap keluar-masuk pada detik-detik penting tadi, atau tinggi dan megah. Nah, semoga tidak ada yang melihat mobil kami harus mengarang alasan seperti bola baja crane itu.” mengabadikan. Juga petinggi kota Hong Kong SAR. Itu gedung ratusan wartawan yang memotret dari kejauhan, merekam, dan kantor administrasi lama, akan diganti dengan gedung yang lebih ini menyelinap keluar-masuk pada detik-detik penting tadi, atau tinggi dan megah. Nah, semoga tidak ada yang melihat mobil mengabadikan. Juga petinggi kota Hong Kong SAR. Itu gedung kami harus mengarang alasan seperti bola baja crane itu.” ratusan wartawan yang memotret dari kejauhan, merekam, dan kantor administrasi lama, akan diganti dengan gedung yang lebih ini menyelinap keluar-masuk pada detik-detik penting tadi, atau Aku mengangguk, masih belum bisa berkomentar apa pun. tinggi dan megah. Nah, semoga tidak ada yang melihat mobil kami harus mengarang alasan seperti bola baja crane itu.” mengabadikan. Juga petinggi kota Hong Kong SAR. Itu gedung ratusan wartawan yang memotret dari kejauhan, merekam, dan ini menyelinap keluar-masuk pada detik-detik penting tadi, atau kantor administrasi lama, akan diganti dengan gedung yang lebih Aku mengangguk, masih belum bisa berkomentar apa pun. tinggi dan megah. Nah, semoga tidak ada yang melihat mobil kami harus mengarang alasan seperti bola baja crane itu.” mengabadikan. Juga petinggi kota Hong Kong SAR. Itu gedung ini menyelinap keluar-masuk pada detik-detik penting tadi, atau Aku mengangguk, masih belum bisa berkomentar apa pun. kantor administrasi lama, akan diganti dengan gedung yang lebih tinggi dan megah. Nah, semoga tidak ada yang melihat mobil mengabadikan. Juga petinggi kota Hong Kong SAR. Itu gedung kami harus mengarang alasan seperti bola baja crane itu.” ini menyelinap keluar-masuk pada detik-detik penting tadi, atau Aku mengangguk, masih belum bisa berkomentar apa pun. kantor administrasi lama, akan diganti dengan gedung yang lebih mengabadikan. Juga petinggi kota Hong Kong SAR. Itu gedung tinggi dan megah. Nah, semoga tidak ada yang melihat mobil kami harus mengarang alasan seperti bola baja crane itu.” ini menyelinap keluar-masuk pada detik-detik penting tadi, atau kantor administrasi lama, akan diganti dengan gedung yang lebih Aku mengangguk, masih belum bisa berkomentar apa pun. mengabadikan. Juga petinggi kota Hong Kong SAR. Itu gedung tinggi dan megah. Nah, semoga tidak ada yang melihat mobil kami harus mengarang alasan seperti bola baja crane itu.” ”Soal bola baja crane yang tiba-tiba menghantam gedung pe­ ini menyelinap keluar-masuk pada detik-detik penting tadi, atau Aku mengangguk, masih belum bisa berkomentar apa pun. kantor administrasi lama, akan diganti dengan gedung yang lebih mengabadikan. Jugacrane petinggi kota Hong Kong SAR. Itu gedung kami harus mengarang alasan seperti bola baja crane itu.” tinggi dan megah. Nah, semoga tidak ada yang melihat mobil ”Soal bola baja yang tiba-tiba menghantam gedung pe­ ini menyelinap keluar-masuk pada detik-detik penting tadi, atau Aku mengangguk, masih belum bisa berkomentar apa pun. kantor administrasi lama, akan diganti dengan gedung yang lebih kami harus mengarang alasan seperti bola baja crane itu.” ”Soal bola baja crane yang tiba-tiba menghantam gedung pe­ tinggi dan megah. Nah, semoga tidak ada yang melihat mobil ini menyelinap keluar-masuk pada detik-detik penting tadi, atau kantor administrasi lama, akan diganti dengan gedung yang lebih Aku mengangguk, masih belum bisa berkomentar apa pun. kami harus mengarang alasan seperti bola baja crane itu.” ”Soal bola baja crane yang tiba-tiba menghantam gedung pe­ tinggi dan megah. Nah, semoga tidak ada yang melihat mobil kantor administrasi lama, akan diganti dengan gedung yang lebih ini menyelinap keluar-masuk pada detik-detik penting tadi, atau Aku mengangguk, masih belum bisa berkomentar apa pun. kami harus mengarang alasan seperti bola baja crane itu.” tinggi dan megah. Nah, semoga tidak ada yang melihat mobil ”Soal bola baja crane yang tiba-tiba menghantam gedung pe­ kantor administrasi lama, akan diganti dengan gedung yang lebih ini menyelinap keluar-masuk pada detik-detik penting tadi, atau Aku mengangguk, masih belum bisa berkomentar apa pun. kami bisa mengarang banyak alasan. merintah di seberangnya, kami harus mengarang alasan seperti bola baja crane itu.” ”Soal bola baja crane yang tiba-tiba menghantam gedung pe­ tinggi dan megah. Nah, semoga tidak ada yang melihat mobil kantor administrasi lama, akan diganti dengan gedung yang lebih Aku mengangguk, masih belum bisa berkomentar apa pun. ini menyelinap keluar-masuk pada detik-detik penting tadi, atau kami bisa mengarang banyak alasan. merintah di seberangnya, kami harus mengarang alasan seperti bola baja crane itu.” ”Soal bola baja crane yang tiba-tiba menghantam gedung pe­ tinggi dan megah. Nah, semoga tidak ada yang melihat mobil Aku mengangguk, masih belum bisa berkomentar apa pun. kami bisa mengarang banyak alasan. merintah di seberangnya, ini menyelinap keluar-masuk pada detik-detik penting tadi, atau kami harus mengarang alasan seperti bola baja crane itu.” tinggi dan megah. Nah, semoga tidak ada yang melihat mobil ”Soal bola baja crane yang tiba-tiba menghantam gedung pe­ Aku mengangguk, masih belum bisa berkomentar apa pun. kami bisa mengarang banyak alasan. merintah di seberangnya, ini menyelinap keluar-masuk pada detik-detik penting tadi, atau tinggi dan megah. Nah, semoga tidak ada yang melihat mobil kami harus mengarang alasan seperti bola baja crane itu.” ”Soal bola baja crane yang tiba-tiba menghantam gedung pe­ Aku mengangguk, masih belum bisa berkomentar apa pun. ini menyelinap keluar-masuk pada detik-detik penting tadi, atau kami bisa mengarang banyak alasan. merintah di seberangnya, tinggi dan megah. Nah, semoga tidak ada yang melihat mobil kami harus mengarang alasan seperti bola baja crane itu.” ”Soal bola baja crane yang tiba-tiba menghantam gedung pe­ Itu mudah. Seperti kendali otomatisnya rusak karena pengaruh Aku mengangguk, masih belum bisa berkomentar apa pun. kami bisa mengarang banyak alasan. merintah di seberangnya, ini menyelinap keluar-masuk pada detik-detik penting tadi, atau tinggi dan megah. Nah, semoga tidak ada yang melihat mobil ”Soal bola baja crane yang tiba-tiba menghantam gedung pe­ kami harus mengarang alasan seperti bola baja crane itu.” Itu mudah. Seperti kendali otomatisnya rusak karena pengaruh Aku mengangguk, masih belum bisa berkomentar apa pun. kami bisa mengarang banyak alasan. merintah di seberangnya, ini menyelinap keluar-masuk pada detik-detik penting tadi, atau ”Soal bola baja crane yang tiba-tiba menghantam gedung pe­ Itu mudah. Seperti kendali otomatisnya rusak karena pengaruh kami harus mengarang alasan seperti bola baja crane itu.” Aku mengangguk, masih belum bisa berkomentar apa pun. ini menyelinap keluar-masuk pada detik-detik penting tadi, atau kami bisa mengarang banyak alasan. merintah di seberangnya, ”Soal bola baja crane yang tiba-tiba menghantam gedung pe­ Itu mudah. Seperti kendali otomatisnya rusak karena pengaruh kami harus mengarang alasan seperti bola baja crane itu.” ini menyelinap keluar-masuk pada detik-detik penting tadi, atau Aku mengangguk, masih belum bisa berkomentar apa pun. kami bisa mengarang banyak alasan. merintah di seberangnya, ”Soal bola baja crane yang tiba-tiba menghantam gedung pe­ kami harus mengarang alasan seperti bola baja crane itu.” Itu mudah. Seperti kendali otomatisnya rusak karena pengaruh ini menyelinap keluar-masuk pada detik-detik penting tadi, atau Aku mengangguk, masih belum bisa berkomentar apa pun. kami bisa mengarang banyak alasan. merintah di seberangnya, persiapan penghancuran gedung, atau ada kesalahpahaman kar­ ”Soal bola baja crane yang tiba-tiba menghantam gedung pe­ Itu mudah. Seperti kendali otomatisnya rusak karena pengaruh kami harus mengarang alasan seperti bola baja crane itu.” ini menyelinap keluar-masuk pada detik-detik penting tadi, atau kami bisa mengarang banyak alasan. merintah di seberangnya, Aku mengangguk, masih belum bisa berkomentar apa pun. persiapan penghancuran gedung, atau ada kesalahpahaman kar­ ”Soal bola baja crane yang tiba-tiba menghantam gedung pe­ Itu mudah. Seperti kendali otomatisnya rusak karena pengaruh kami harus mengarang alasan seperti bola baja crane itu.” kami bisa mengarang banyak alasan. merintah di seberangnya, persiapan penghancuran gedung, atau ada kesalahpahaman kar­ Aku mengangguk, masih belum bisa berkomentar apa pun. ”Soal bola baja crane yang tiba-tiba menghantam gedung pe­ kami harus mengarang alasan seperti bola baja crane itu.” Itu mudah. Seperti kendali otomatisnya rusak karena pengaruh kami bisa mengarang banyak alasan. merintah di seberangnya, persiapan penghancuran gedung, atau ada kesalahpahaman kar­ Aku mengangguk, masih belum bisa berkomentar apa pun. kami harus mengarang alasan seperti bola baja crane itu.” ”Soal bola baja crane yang tiba-tiba menghantam gedung pe­ Itu mudah. Seperti kendali otomatisnya rusak karena pengaruh kami bisa mengarang banyak alasan. merintah di seberangnya, Aku mengangguk, masih belum bisa berkomentar apa pun. persiapan penghancuran gedung, atau ada kesalahpahaman kar­ kami harus mengarang alasan seperti bola baja crane itu.” ”Soal bola baja crane yang tiba-tiba menghantam gedung pe­ Itu mudah. Seperti kendali otomatisnya rusak karena pengaruh yawan proyek, terjadi kecelakaan serius. Kami bisa memperbaiki­ kami bisa mengarang banyak alasan. merintah di seberangnya, persiapan penghancuran gedung, atau ada kesalahpahaman kar­ Aku mengangguk, masih belum bisa berkomentar apa pun. kami harus mengarang alasan seperti bola baja crane itu.” Itu mudah. Seperti kendali otomatisnya rusak karena pengaruh ”Soal bola baja crane yang tiba-tiba menghantam gedung pe­ yawan proyek, terjadi kecelakaan serius. Kami bisa memperbaiki­ kami bisa mengarang banyak alasan. merintah di seberangnya, persiapan penghancuran gedung, atau ada kesalahpahaman kar­ Aku mengangguk, masih belum bisa berkomentar apa pun. Itu mudah. Seperti kendali otomatisnya rusak karena pengaruh yawan proyek, terjadi kecelakaan serius. Kami bisa memperbaiki­ ”Soal bola baja crane yang tiba-tiba menghantam gedung pe­ kami bisa mengarang banyak alasan. merintah di seberangnya, Aku mengangguk, masih belum bisa berkomentar apa pun. persiapan penghancuran gedung, atau ada kesalahpahaman kar­ Itu mudah. Seperti kendali otomatisnya rusak karena pengaruh yawan proyek, terjadi kecelakaan serius. Kami bisa memperbaiki­ ”Soal bola baja crane yang tiba-tiba menghantam gedung pe­ Aku mengangguk, masih belum bisa berkomentar apa pun. kami bisa mengarang banyak alasan. merintah di seberangnya, persiapan penghancuran gedung, atau ada kesalahpahaman kar­ Itu mudah. Seperti kendali otomatisnya rusak karena pengaruh ”Soal bola baja crane yang tiba-tiba menghantam gedung pe­ yawan proyek, terjadi kecelakaan serius. Kami bisa memperbaiki­ Aku mengangguk, masih belum bisa berkomentar apa pun. kami bisa mengarang banyak alasan. merintah di seberangnya, persiapan penghancuran gedung, atau ada kesalahpahaman kar­ bila perlu membayar ganti rugi. Kebetulan nya dengan cepat, Itu mudah. Seperti kendali otomatisnya rusak karena pengaruh yawan proyek, terjadi kecelakaan serius. Kami bisa memperbaiki­ ”Soal bola baja crane yang tiba-tiba menghantam gedung pe­ Aku mengangguk, masih belum bisa berkomentar apa pun. persiapan penghancuran gedung, atau ada kesalahpahaman kar­ kami bisa mengarang banyak alasan. merintah di seberangnya, bila perlu membayar ganti rugi. Kebetulan nya dengan cepat, Itu mudah. Seperti kendali otomatisnya rusak karena pengaruh yawan proyek, terjadi kecelakaan serius. Kami bisa memperbaiki­ ”Soal bola baja crane yang tiba-tiba menghantam gedung pe­ persiapan penghancuran gedung, atau ada kesalahpahaman kar­ bila perlu membayar ganti rugi. Kebetulan nya dengan cepat, kami bisa mengarang banyak alasan. merintah di seberangnya, Itu mudah. Seperti kendali otomatisnya rusak karena pengaruh ”Soal bola baja crane yang tiba-tiba menghantam gedung pe­ yawan proyek, terjadi kecelakaan serius. Kami bisa memperbaiki­ persiapan penghancuran gedung, atau ada kesalahpahaman kar­ bila perlu membayar ganti rugi. Kebetulan nya dengan cepat, kami bisa mengarang banyak alasan. merintah di seberangnya, ”Soal bola baja crane yang tiba-tiba menghantam gedung pe­ Itu mudah. Seperti kendali otomatisnya rusak karena pengaruh yawan proyek, terjadi kecelakaan serius. Kami bisa memperbaiki­ persiapan penghancuran gedung, atau ada kesalahpahaman kar­ kami bisa mengarang banyak alasan. merintah di seberangnya, bila perlu membayar ganti rugi. Kebetulan nya dengan cepat, ”Soal bola baja crane yang tiba-tiba menghantam gedung pe­ Itu mudah. Seperti kendali otomatisnya rusak karena pengaruh yawan proyek, terjadi kecelakaan serius. Kami bisa memperbaiki­ saja kalian ada di lantai itu, memanfaatkan kejadian tersebut persiapan penghancuran gedung, atau ada kesalahpahaman kar­ bila perlu membayar ganti rugi. Kebetulan nya dengan cepat, kami bisa mengarang banyak alasan. merintah di seberangnya, ”Soal bola baja crane yang tiba-tiba menghantam gedung pe­ yawan proyek, terjadi kecelakaan serius. Kami bisa memperbaiki­ Itu mudah. Seperti kendali otomatisnya rusak karena pengaruh saja kalian ada di lantai itu, memanfaatkan kejadian tersebut persiapan penghancuran gedung, atau ada kesalahpahaman kar­ bila perlu membayar ganti rugi. Kebetulan nya dengan cepat, kami bisa mengarang banyak alasan. merintah di seberangnya, yawan proyek, terjadi kecelakaan serius. Kami bisa memperbaiki­ saja kalian ada di lantai itu, memanfaatkan kejadian tersebut Itu mudah. Seperti kendali otomatisnya rusak karena pengaruh persiapan penghancuran gedung, atau ada kesalahpahaman kar­ kami bisa mengarang banyak alasan. merintah di seberangnya, bila perlu membayar ganti rugi. Kebetulan nya dengan cepat, yawan proyek, terjadi kecelakaan serius. Kami bisa memperbaiki­ saja kalian ada di lantai itu, memanfaatkan kejadian tersebut Itu mudah. Seperti kendali otomatisnya rusak karena pengaruh kami bisa mengarang banyak alasan. merintah di seberangnya, persiapan penghancuran gedung, atau ada kesalahpahaman kar­ bila perlu membayar ganti rugi. Kebetulan nya dengan cepat, yawan proyek, terjadi kecelakaan serius. Kami bisa memperbaiki­ Itu mudah. Seperti kendali otomatisnya rusak karena pengaruh saja kalian ada di lantai itu, memanfaatkan kejadian tersebut kami bisa mengarang banyak alasan. merintah di seberangnya, persiapan penghancuran gedung, atau ada kesalahpahaman kar­ bila perlu membayar ganti rugi. Kebetulan nya dengan cepat, untuk kabur.” yawan proyek, terjadi kecelakaan serius. Kami bisa memperbaiki­ saja kalian ada di lantai itu, memanfaatkan kejadian tersebut Itu mudah. Seperti kendali otomatisnya rusak karena pengaruh kami bisa mengarang banyak alasan. merintah di seberangnya, bila perlu membayar ganti rugi. Kebetulan nya dengan cepat, persiapan penghancuran gedung, atau ada kesalahpahaman kar­ untuk kabur.” yawan proyek, terjadi kecelakaan serius. Kami bisa memperbaiki­ saja kalian ada di lantai itu, memanfaatkan kejadian tersebut Itu mudah. Seperti kendali otomatisnya rusak karena pengaruh bila perlu membayar ganti rugi. Kebetulan nya dengan cepat, untuk kabur.” persiapan penghancuran gedung, atau ada kesalahpahaman kar­ yawan proyek, terjadi kecelakaan serius. Kami bisa memperbaiki­ Itu mudah. Seperti kendali otomatisnya rusak karena pengaruh saja kalian ada di lantai itu, memanfaatkan kejadian tersebut bila perlu membayar ganti rugi. Kebetulan nya dengan cepat, untuk kabur.” persiapan penghancuran gedung, atau ada kesalahpahaman kar­ Itu mudah. Seperti kendali otomatisnya rusak karena pengaruh yawan proyek, terjadi kecelakaan serius. Kami bisa memperbaiki­ saja kalian ada di lantai itu, memanfaatkan kejadian tersebut bila perlu membayar ganti rugi. Kebetulan nya dengan cepat, persiapan penghancuran gedung, atau ada kesalahpahaman kar­ untuk kabur.” Itu mudah. Seperti kendali otomatisnya rusak karena pengaruh yawan proyek, terjadi kecelakaan serius. Kami bisa memperbaiki­ saja kalian ada di lantai itu, memanfaatkan kejadian tersebut Lee menatapku dari spion di atas kepalanya, tersenyum bersa­ bila perlu membayar ganti rugi. Kebetulan nya dengan cepat, untuk kabur.” persiapan penghancuran gedung, atau ada kesalahpahaman kar­ Itu mudah. Seperti kendali otomatisnya rusak karena pengaruh saja kalian ada di lantai itu, memanfaatkan kejadian tersebut yawan proyek, terjadi kecelakaan serius. Kami bisa memperbaiki­ Lee menatapku dari spion di atas kepalanya, tersenyum bersa­ bila perlu membayar ganti rugi. Kebetulan nya dengan cepat, untuk kabur.” persiapan penghancuran gedung, atau ada kesalahpahaman kar­ saja kalian ada di lantai itu, memanfaatkan kejadian tersebut Lee menatapku dari spion di atas kepalanya, tersenyum bersa­ yawan proyek, terjadi kecelakaan serius. Kami bisa memperbaiki­ bila perlu membayar ganti rugi. Kebetulan nya dengan cepat, persiapan penghancuran gedung, atau ada kesalahpahaman kar­ untuk kabur.” saja kalian ada di lantai itu, memanfaatkan kejadian tersebut Lee menatapku dari spion di atas kepalanya, tersenyum bersa­ yawan proyek, terjadi kecelakaan serius. Kami bisa memperbaiki­ persiapan penghancuran gedung, atau ada kesalahpahaman kar­ bila perlu membayar ganti rugi. Kebetulan nya dengan cepat, untuk kabur.” saja kalian ada di lantai itu, memanfaatkan kejadian tersebut yawan proyek, terjadi kecelakaan serius. Kami bisa memperbaiki­ Lee menatapku dari spion di atas kepalanya, tersenyum bersa­ persiapan penghancuran gedung, atau ada kesalahpahaman kar­ bila perlu membayar ganti rugi. Kebetulan nya dengan cepat, untuk kabur.” habat. saja kalian ada di lantai itu, memanfaatkan kejadian tersebut Lee menatapku dari spion di atas kepalanya, tersenyum bersa­ yawan proyek, terjadi kecelakaan serius. Kami bisa memperbaiki­ persiapan penghancuran gedung, atau ada kesalahpahaman kar­ untuk kabur.” bila perlu membayar ganti rugi. Kebetulan nya dengan cepat, habat. saja kalian ada di lantai itu, memanfaatkan kejadian tersebut Lee menatapku dari spion di atas kepalanya, tersenyum bersa­ yawan proyek, terjadi kecelakaan serius. Kami bisa memperbaiki­ untuk kabur.” habat. bila perlu membayar ganti rugi. Kebetulan nya dengan cepat, saja kalian ada di lantai itu, memanfaatkan kejadian tersebut yawan proyek, terjadi kecelakaan serius. Kami bisa memperbaiki­ Lee menatapku dari spion di atas kepalanya, tersenyum bersa­ untuk kabur.” habat. bila perlu membayar ganti rugi. Kebetulan nya dengan cepat, yawan proyek, terjadi kecelakaan serius. Kami bisa memperbaiki­ saja kalian ada di lantai itu, memanfaatkan kejadian tersebut Lee menatapku dari spion di atas kepalanya, tersenyum bersa­ untuk kabur.” bila perlu membayar ganti rugi. Kebetulan nya dengan cepat, habat. yawan proyek, terjadi kecelakaan serius. Kami bisa memperbaiki­ saja kalian ada di lantai itu, memanfaatkan kejadian tersebut Lee menatapku dari spion di atas kepalanya, tersenyum bersa­ ”Terima kasih, Lee,” aku berkata pelan. untuk kabur.” habat. bila perlu membayar ganti rugi. Kebetulan nya dengan cepat, yawan proyek, terjadi kecelakaan serius. Kami bisa memperbaiki­ Lee menatapku dari spion di atas kepalanya, tersenyum bersa­ saja kalian ada di lantai itu, memanfaatkan kejadian tersebut ”Terima kasih, aku berkata pelan. untuk kabur.” habat. bila perlu ganti rugi. Kebetulan nya dengan cepat, Lee menatapku dari spion dimembayar atas kepalanya, tersenyum bersa­ ”Terima kasih, Lee,” aku berkata pelan. saja kalian ada diLee,” lantai itu, memanfaatkan kejadian tersebut untuk kabur.” bila perlu membayar ganti rugi. Kebetulan nya dengan cepat, habat. Lee menatapku dari spion di atas kepalanya, tersenyum bersa­ ”Terima kasih, Lee,” aku berkata pelan. saja kalian ada di lantai itu, memanfaatkan tersebut bila perlu membayar gantikejadian rugi.masih Kebetulan nya dengan cepat, untuk kabur.” habat. Lee menatapku dari spion di atas kepalanya, tersenyum bersa­ saja kalian ada di lantai itu, memanfaatkan kejadian tersebut ”Terima kasih, Lee,” aku berkata pelan. bila perlu membayar ganti rugi. Kebetulan nya dengan cepat, untuk kabur.” habat. ”Hei, ini belum selesai, Thomas. Percayalah, kau akan Lee menatapku dari spion di atas kepalanya, tersenyum bersa­ ”Terima kasih, Lee,” aku berkata pelan. saja kalian ada di lantai itu, memanfaatkan kejadian tersebut bila perlu membayar ganti rugi. Kebetulan nya dengan cepat, habat. untuk kabur.” ”Hei, ini belum selesai, Thomas. Percayalah, kau masih akan Lee menatapku dari spion di atas kepalanya, tersenyum bersa­ ”Terima kasih, Lee,” aku berkata pelan. saja kalian ada di lantai itu, memanfaatkan kejadian tersebut habat. ”Hei, ini belum selesai, Thomas. Percayalah, kau masih akan untuk kabur.” Lee menatapku dari spion di atas kepalanya, tersenyum bersa­ saja kalian ada di lantai itu, memanfaatkan kejadian tersebut ”Terima kasih, Lee,” aku berkata pelan. habat. ”Hei, ini belum selesai, Thomas. Percayalah, kau masih akan untuk kabur.” saja kalian ada di lantai itu, memanfaatkan kejadian tersebut Lee menatapku dari spion di atas kepalanya, tersenyum bersa­ ”Terima kasih, Lee,” aku berkata pelan. habat. untuk kabur.” ”Hei, ini belum selesai, Thomas. Percayalah, kau masih akan saja kalian ada di lantai itu, memanfaatkan kejadian tersebut Lee menatapku dari spion di atas kepalanya, tersenyum bersa­ ”Terima kasih, Lee,” aku berkata pelan. berutang banyak hal padaku.” Lee mengangkat bahu, tertawa. habat. ”Hei, ini belum selesai, Thomas. Percayalah, kau masih akan untuk kabur.” saja kalian ada di lantai itu, memanfaatkan kejadian tersebut ”Terima kasih, Lee,” aku berkata pelan. Lee menatapku dari spion di atas kepalanya, tersenyum bersa­ berutang banyak hal padaku.” Lee mengangkat bahu, tertawa. habat. ”Hei, ini belum selesai, Thomas. Percayalah, kau masih akan untuk kabur.” ”Terima kasih, Lee,” aku berkata pelan. berutang banyak hal padaku.” Lee mengangkat bahu, tertawa. Lee menatapku dari spion di atas kepalanya, tersenyum bersa­ habat. untuk kabur.” ”Hei, ini belum selesai, Thomas. Percayalah, kau masih akan ”Terima kasih, Lee,” aku berkata pelan. berutang banyak hal padaku.” Lee mengangkat bahu, tertawa. Lee menatapku dari spion di atas kepalanya, tersenyum bersa­ untuk kabur.” habat. ”Hei, ini belum selesai, Thomas. Percayalah, kau masih akan ”Terima kasih, Lee,” aku berkata pelan. Lee menatapku dari spion di atas kepalanya, tersenyum bersa­ berutang banyak hal padaku.” Lee mengangkat bahu, tertawa. untuk kabur.” habat. ”Hei, ini belum selesai, Thomas. Percayalah, kau masih akan ”Nah, sekarang pertanyaannya adalah mau ke mana kalian seka­ ”Terima kasih, Lee,” aku berkata pelan. berutang banyak hal padaku.” Lee mengangkat bahu, tertawa. Lee menatapku dari spion di atas kepalanya, tersenyum bersa­ untuk kabur.” ”Hei, ini belum selesai, Thomas. Percayalah, kau masih akan habat. ”Nah, sekarang pertanyaannya adalah mau ke mana kalian seka­ ”Terima kasih, Lee,” aku berkata pelan. berutang banyak hal padaku.” Lee mengangkat bahu, tertawa. Lee menatapku dari spion di atas kepalanya, tersenyum bersa­ ”Hei, ini belum selesai, Thomas. Percayalah, kau masih akan ”Nah, sekarang pertanyaannya adalah mau ke mana kalian seka­ habat. ”Terima kasih, Lee,” aku berkata pelan. Lee menatapku dari spion di atas kepalanya, tersenyum bersa­ berutang banyak hal padaku.” Lee mengangkat bahu, tertawa. ”Hei, ini belum selesai, Thomas. Percayalah, kau masih akan ”Nah, sekarang pertanyaannya adalah mau ke mana kalian seka­ habat. Lee menatapku dari spion di atas kepalanya, tersenyum bersa­ ”Terima kasih, Lee,” aku berkata pelan. berutang banyak hal padaku.” Lee mengangkat bahu, tertawa. ”Hei, ini belum selesai, Thomas. Percayalah, kau masih akan habat. ”Nah, sekarang pertanyaannya adalah mau ke mana kalian seka­ Lee menatapku dari spion di atas kepalanya, tersenyum bersa­ ”Terima kasih, Lee,” aku berkata pelan. berutang banyak hal padaku.” Lee mengangkat bahu, tertawa. rang? Segera kembali ke Jakarta? Atau rencana lain? Menuju ”Hei, ini belum selesai, Thomas. Percayalah, kau masih akan ”Nah, sekarang pertanyaannya adalah mau ke mana kalian seka­ habat. Lee menatapku dari spion di atas kepalanya, tersenyum bersa­ berutang banyak hal padaku.” Lee mengangkat bahu, tertawa. ”Terima kasih, Lee,” aku berkata pelan. rang? Segera kembali ke Jakarta? Atau rencana lain? Menuju ”Hei, ini belum selesai, Thomas. Percayalah, kau masih akan ”Nah, sekarang pertanyaannya adalah mau ke mana kalian seka­ habat. berutang banyak hal padaku.” Lee mengangkat bahu, tertawa. rang? Segera kembali ke Jakarta? Atau rencana lain? Menuju ”Terima kasih, Lee,” aku berkata pelan. ”Hei, ini belum selesai, Thomas. Percayalah, kau masih akan habat. ”Nah, sekarang pertanyaannya adalah mau ke mana kalian seka­ berutang banyak hal padaku.” Lee mengangkat bahu, tertawa. rang? Segera kembali ke Jakarta? Atau rencana lain? Menuju ”Terima kasih, Lee,” aku berkata pelan. habat. ”Hei, ini belum selesai, Thomas. Percayalah, kau masih akan ”Nah, sekarang pertanyaannya adalah mau ke mana kalian seka­ berutang banyak hal padaku.” Lee mengangkat bahu, tertawa. ”Terima kasih, Lee,” aku berkata pelan. rang? Segera kembali ke Jakarta? Atau rencana lain? Menuju habat. ”Hei, ini belum selesai, Thomas. Percayalah, kau masih akan ”Nah, sekarang pertanyaannya adalah mau ke mana kalian seka­ kota lain? Mungkin yang tidak memiliki perjanjian ekstradisi berutang banyak hal padaku.” Lee mengangkat bahu, tertawa. rang? Segera kembali ke Jakarta? Atau rencana lain? Menuju ”Terima kasih, Lee,” aku berkata pelan. habat. ”Nah, sekarang pertanyaannya adalah mau ke mana kalian seka­ ”Hei, ini belum selesai, Thomas. Percayalah, kau masih akan kota lain? Mungkin yang tidak memiliki perjanjian ekstradisi berutang banyak hal padaku.” Lee mengangkat bahu, tertawa. rang? Segera kembali ke Jakarta? Atau rencana lain? Menuju ”Terima kasih, Lee,” aku berkata pelan. ”Nah, sekarang pertanyaannya adalah mau ke mana kalian seka­ kota lain? Mungkin yang tidak memiliki perjanjian ekstradisi ”Hei, ini belum selesai, Thomas. Percayalah, kau masih akan berutang banyak hal padaku.” Lee mengangkat bahu, tertawa. ”Terima kasih, Lee,” aku berkata pelan. rang? Segera kembali ke Jakarta? Atau rencana lain? Menuju ”Nah, sekarang pertanyaannya adalah mau ke mana kalian seka­ kota lain? Mungkin yang tidak memiliki perjanjian ekstradisi ”Hei, ini belum selesai, Thomas. Percayalah, kau masih akan ”Terima kasih, Lee,” aku berkata pelan. berutang banyak hal padaku.” Lee mengangkat bahu, tertawa. rang? Segera kembali ke Jakarta? Atau rencana lain? Menuju ”Nah, sekarang pertanyaannya adalah mau ke mana kalian seka­ ”Hei, ini belum selesai, Thomas. Percayalah, kau masih akan kota lain? Mungkin yang tidak memiliki perjanjian ekstradisi ”Terima kasih, Lee,” aku berkata pelan. berutang banyak hal padaku.” Lee mengangkat bahu, tertawa. rang? Segera kembali ke Jakarta? Atau rencana lain? Menuju dengan Hong Kong misalnya?” ”Nah, sekarang pertanyaannya adalah mau ke mana kalian seka­ kota lain? Mungkin yang tidak memiliki perjanjian ekstradisi ”Hei, ini belum selesai, Thomas. Percayalah, kau masih akan ”Terima kasih, Lee,” aku berkata pelan. rang? Segera kembali ke Jakarta? Atau rencana lain? Menuju berutang banyak hal padaku.” Lee mengangkat bahu, tertawa. dengan Hong Kong misalnya?” ”Nah, sekarang pertanyaannya adalah mau ke mana kalian seka­ kota lain? Mungkin yang tidak memiliki perjanjian ekstradisi ”Hei, ini belum selesai, Thomas. Percayalah, kau masih akan rang? Segera kembali ke Jakarta? Atau rencana lain? Menuju dengan Hong Kong misalnya?” berutang banyak hal padaku.” Lee mengangkat bahu, tertawa. ”Nah, sekarang pertanyaannya adalah mau ke mana kalian seka­ ”Hei, ini belum selesai, Thomas. Percayalah, kau masih akan kota lain? Mungkin yang tidak memiliki perjanjian ekstradisi rang? Segera kembali ke Jakarta? Atau rencana lain? Menuju dengan Hong Kong misalnya?” berutang banyak hal padaku.” Lee mengangkat bahu, tertawa. ”Hei, ini belum selesai, Thomas. Percayalah, kau masih akan ”Nah, sekarang pertanyaannya adalah mau ke mana kalian seka­ kota lain? Mungkin yang tidak memiliki perjanjian ekstradisi rang? Segera kembali ke Jakarta? Atau rencana lain? Menuju berutang banyak hal padaku.” Lee mengangkat bahu, tertawa. dengan Hong Kong misalnya?” ”Hei, ini belum selesai, Thomas. Percayalah, kau masih akan ”Nah, sekarang pertanyaannya adalah mau ke mana kalian seka­ kota lain? Mungkin yang tidak memiliki perjanjian ekstradisi Pertanyaan simpel dari Lee membuatku menoleh ke Opa dan rang? Segera kembali ke Jakarta? Atau rencana lain? Menuju dengan Hong Kong misalnya?” berutang banyak hal padaku.” Lee mengangkat bahu, tertawa. ”Hei, ini belum selesai, Thomas. Percayalah, kau masih akan kota lain? Mungkin yang tidak memiliki perjanjian ekstradisi ”Nah, sekarang pertanyaannya adalah mau ke mana kalian seka­ Pertanyaan simpel dari Lee membuatku menoleh ke Opa dan rang? Segera kembali ke Jakarta? Atau rencana lain? Menuju dengan Hong Kong misalnya?” berutang banyak hal padaku.” Lee mengangkat bahu, tertawa. kota lain? Mungkin yang tidak memiliki perjanjian ekstradisi Pertanyaan simpel dari Lee membuatku menoleh ke Opa dan ”Nah, sekarang pertanyaannya adalah mau ke mana kalian seka­ rang? Segera kembali ke Jakarta? Atau rencana lain? Menuju berutang banyak hal padaku.” Lee mengangkat bahu, tertawa. dengan Hong Kong misalnya?” kota lain? Mungkin yang tidak memiliki perjanjian ekstradisi Pertanyaan simpel dari Lee membuatku menoleh ke Opa dan ”Nah, sekarang pertanyaannya adalah mau ke mana kalian seka­ berutang banyak hal padaku.” Lee mengangkat bahu, tertawa. rang? Segera kembali ke Jakarta? Atau rencana lain? Menuju dengan Hong Kong misalnya?” kota lain? Mungkin yang tidak memiliki perjanjian ekstradisi ”Nah, sekarang pertanyaannya adalah mau ke mana kalian seka­ Pertanyaan simpel dari Lee membuatku menoleh ke Opa dan berutang banyak hal padaku.” Lee mengangkat bahu, tertawa. rang? Segera kembali ke Jakarta? Atau rencana lain? Menuju dengan Hong Kong misalnya?” Kadek. kota lain? Mungkin yang tidak memiliki perjanjian ekstradisi Pertanyaan simpel dari Lee membuatku menoleh ke Opa dan ”Nah, sekarang pertanyaannya adalah mau ke mana kalian seka­ berutang banyak hal padaku.” Lee mengangkat bahu, tertawa. dengan Hong Kong misalnya?” rang? Segera kembali ke Jakarta? Atau rencana lain? Menuju Kadek. kota lain? Mungkin yang tidak memiliki perjanjian ekstradisi Pertanyaan simpel dari Lee membuatku menoleh ke Opa dan ”Nah, sekarang pertanyaannya adalah mau ke mana kalian seka­ dengan Hong Kong misalnya?” Kadek. rang? Segera kembali ke Jakarta? Atau rencana lain? Menuju kota lain? Mungkin yang tidak memiliki perjanjian ekstradisi ”Nah, sekarang pertanyaannya adalah mau ke mana kalian seka­ Pertanyaan simpel dari Lee membuatku menoleh ke Opa dan dengan Hong Kong misalnya?” Kadek. rang? Segera kembali ke Jakarta? Atau rencana lain? Menuju ”Nah, sekarang pertanyaannya adalah mau ke mana kalian seka­ kota lain? Mungkin yang tidak memiliki perjanjian ekstradisi Pertanyaan simpel dari membuatku menoleh ke Opa dan dengan Hong Kong misalnya?” rang? Segera kembali ke Lee Jakarta? Atau Menuju Kadek. ”Nah, sekarang pertanyaannya adalah maurencana ke manalain? kalian seka­



*** detektif satuan antiteroris Hong Kong itu. Hanya pegang oleh Percuma. Semua identitas, paspor, dan dokumen kami di­ Aku tidak akan melarikan diri dari kasus ini. *** detektif satuan antiteroris Hong Kong itu. Hanya pegang oleh Percuma. Semua identitas, paspor, dan dokumen kami di­ Aku tidak akan melarikan diri dari kasus ini. *** detektif satuan antiteroris Hong Kong itu. Hanya pegang oleh Percuma. Semua identitas, paspor, dan dokumen kami di­ Aku tidak akan melarikan diri dari kasus ini. *** detektif satuan antiteroris Hong Kong itu. Hanya pegang oleh Percuma. Semua identitas, paspor, dan dokumen kami di­ Aku tidak akan melarikan diri dari kasus ini. *** butuh paling lama 48 jam, notifikasi tentang pelarian kami akan detektif satuan antiteroris Hong Kong itu. Hanya pegang oleh Percuma. Semua identitas, paspor, dan dokumen kami di­ Aku tidak akan melarikan diri dari kasus ini. *** butuh paling lama 48 jam, notifikasi tentang pelarian kami akan detektif satuan antiteroris Hong Kong itu. Hanya pegang oleh Percuma. Semua identitas, paspor, dan dokumen kami di­ Aku tidak akan melarikan diri dari kasus ini. butuh paling lama 48 jam, notifikasi tentang pelarian kami akan detektif satuan antiteroris Hong Kong itu. Hanya pegang oleh Percuma. Semua identitas, paspor, dan dokumen kami di­ Aku tidak akan melarikan diri dari kasus ini. butuh paling lama 48 jam, notifikasi tentang pelarian kami akan detektif satuan antiteroris Hong Kong itu. Hanya pegang oleh Percuma. Semua identitas, paspor, dan dokumen kami di­ Aku tidak akan melarikan diri dari kasus ini. butuh paling lama 48 jam, notifikasi tentang pelarian kami akan detektif satuan antiteroris Hong Kong itu. Hanya pegang oleh *** Percuma. Semua identitas, paspor, dan dokumen kami di­ Aku tidak akan melarikan diri dari kasus ini. segera menyebar ke seluruh jaringan interpol dunia dan kami butuh paling lama 48 jam, notifikasi tentang pelarian kami akan detektif satuan antiteroris Hong Kong itu. Hanya pegang oleh Percuma. Semua identitas, paspor, dan dokumen kami di­ Aku tidak akan melarikan diri dari kasus ini. segera menyebar ke seluruh jaringan interpol dunia dan kami butuh paling lama 48 jam, notifikasi tentang pelarian kami akan detektif satuan antiteroris Hong Kong itu. Hanya pegang oleh Percuma. Semua identitas, paspor, dan dokumen kami di­ Aku tidak akan melarikan diri dari kasus ini. segera menyebar ke seluruh jaringan interpol dunia dan kami butuh paling lama 48 jam, notifikasi tentang pelarian kami akan detektif satuan antiteroris Hong Kong itu. Hanya pegang oleh Percuma. Semua identitas, paspor, dan dokumen kami di­ Aku tidak akan melarikan diri dari kasus ini. segera menyebar ke seluruh jaringan interpol dunia dan kami butuh paling lama 48 jam, notifikasi tentang pelarian kami akan detektif satuan antiteroris Hong Kong itu. Hanya pegang oleh Percuma. Semua identitas, paspor, dan dokumen kami di­ Aku tidak akan melarikan diri dari kasus ini. segera menyebar ke seluruh jaringan interpol dunia dan kami butuh paling lama 48 jam, notifikasi tentang pelarian kami akan detektif satuan antiteroris Hong Kong itu. Hanya pegang oleh Percuma. Semua identitas, paspor, dan dokumen kami di­ Aku tidak akan melarikan diri dari kasus ini. berempat resmi menjadi buronan internasional. Tetapi aku be­ segera menyebar ke seluruh jaringan interpol dunia dan kami butuh paling lama 48 jam, notifikasi tentang pelarian kami akan detektif satuan antiteroris Hong Kong itu. Hanya pegang oleh Percuma. Semua identitas, paspor, dan dokumen kami di­ Aku tidak akan melarikan diri dari kasus ini. berempat resmi menjadi buronan internasional. Tetapi aku be­ segera menyebar ke seluruh jaringan interpol dunia dan kami butuh paling lama 48 jam, notifikasi tentang pelarian kami akan detektif satuan antiteroris Hong Kong itu. Hanya pegang oleh Percuma. Semua identitas, paspor, dan dokumen kami di­ berempat resmi menjadi buronan internasional. Tetapi aku be­ segera menyebar ke seluruh jaringan interpol dunia dan kami butuh paling lama 48 jam, notifikasi tentang pelarian kami akan detektif satuan antiteroris Hong Kong itu. Hanya pegang oleh Percuma. Semua identitas, paspor, dan dokumen kami di­ berempat resmi menjadi buronan internasional. Tetapi aku be­ segera menyebar ke seluruh jaringan interpol dunia dan kami butuh paling lama 48 jam, notifikasi tentang pelarian kami akan detektif satuan antiteroris Hong Kong itu. Hanya pegang oleh Percuma. Semua identitas, paspor, dan dokumen kami di­ berempat resmi menjadi buronan internasional. Tetapi aku be­ segera menyebar ke seluruh jaringan interpol dunia dan kami butuh paling lama 48 jam, notifikasi tentang pelarian kami akan detektif satuan antiteroris Hong Kong itu. Hanya pegang oleh Percuma. Semua identitas, paspor, dan dokumen kami di­ kejaran agen interpol. Ada hal lain yang lum bisa menghadapi berempat resmi menjadi buronan internasional. Tetapi aku be­ segera menyebar ke seluruh jaringan interpol dunia dan kami butuh paling lama 48 jam, notifikasi tentang pelarian kami akan detektif satuan antiteroris Hong Kong itu. Hanya pegang oleh Percuma. Semua identitas, paspor, dan dokumen kami di­ kejaran agen interpol. Ada hal lain yang lum bisa menghadapi tidak akan melarikan diri dari kasus ini. berempat resmi menjadi buronan internasional. Tetapi aku be­ segera menyebar ke seluruh jaringan interpol dunia dan kami butuh paling lama 48 jam, notifikasi tentang pelarian kami akan detektif satuan antiteroris Hong Kong itu. Hanya pegang oleh kejaran agen interpol. Ada hal lain yang lum bisa menghadapi berempat resmi menjadi buronan internasional. Tetapi aku be­ segera menyebar ke seluruh jaringan interpol dunia dan kami butuh paling lama 48 jam, notifikasi tentang pelarian kami akan detektif satuan antiteroris Hong Kong itu. Hanya pegang oleh kejaran agen interpol. Ada hal lain yang lum bisa menghadapi berempat resmi menjadi buronan internasional. Tetapi aku be­ segera menyebar ke seluruh jaringan interpol dunia dan kami butuh paling lama 48 jam, notifikasi tentang pelarian kami akan detektif satuan antiteroris Hong Kong itu. Hanya pegang oleh kejaran agen interpol. Ada hal lain yang lum bisa menghadapi berempat resmi menjadi buronan internasional. Tetapi aku be­ segera menyebar ke seluruh jaringan interpol dunia dan kami butuh paling lama 48 jam, notifikasi tentang pelarian kami akan detektif satuan antiteroris Hong Kong itu. Hanya pegang oleh harus kuselesaikan, dan boleh jadi itu justru bisa memberikan kejaran agen interpol. Ada hal lain yang lum bisa menghadapi berempat resmi menjadi buronan internasional. Tetapi aku be­ segera menyebar ke seluruh jaringan interpol dunia dan kami butuh paling lama 48 jam, notifikasi tentang pelarian kami akan detektif satuan antiteroris Hong Kong itu. Hanya pegang oleh harus kuselesaikan, dan boleh jadi itu justru bisa memberikan kejaran agen interpol. Ada hal lain yang lum bisa menghadapi berempat resmi menjadi buronan internasional. Tetapi akukami be­ segera menyebar ke48 seluruh jaringan interpol dunia dan kami butuh paling lama jam, notifikasi tentang kami akan harus kuselesaikan, dan boleh jadi itu justru bisa memberikan ercuma. Semua identitas, paspor, danpelarian dokumen kami kejaran agen interpol. Ada hal lain yang lum bisa menghadapi berempat resmi menjadi buronan internasional. Tetapi aku be­ segera menyebar ke seluruh jaringan interpol dunia dan butuh paling lama 48 jam, notifikasi tentang pelarian kami akan harus kuselesaikan, dan boleh jadi itu justru bisa memberikan kejaran agen interpol. Ada hal lain yang lum bisa menghadapi berempat resmi menjadi buronan internasional. Tetapi aku be­ segera menyebar ke seluruh jaringan interpol dunia dan kami butuh paling lama 48 jam, notifikasi tentang pelarian kami akan harus kuselesaikan, dan boleh jadi itu justru bisa memberikan kejaran agen interpol. Ada hal lain yang lum bisa menghadapi berempat resmi menjadi buronan internasional. Tetapi aku be­ segera menyebar ke seluruh jaringan interpol dunia dan kami butuh paling lama 48 jam, notifikasi tentang pelarian kami akan penjelasan atas kasus ini. harus kuselesaikan, dan boleh jadi itu justru bisa memberikan kejaran agen interpol. Ada hal lain yang lum bisa menghadapi berempat resmi menjadi buronan internasional. Tetapi aku be­ segera menyebar ke seluruh jaringan interpol dunia dan kami butuh paling lama 48 jam, notifikasi tentang pelarian kami akan penjelasan atas kasus ini. harus kuselesaikan, dan boleh jadi itu justru bisa memberikan kejaran agen interpol. Ada hal lain yang lum bisa menghadapi berempat resmi menjadi buronan internasional. Tetapi aku be­ segera menyebar ke seluruh jaringan interpol dunia dan kami penjelasan atas kasus ini. harus kuselesaikan, dan boleh jadi itu justru bisa memberikan kejaran agen interpol. Ada hal lain yang lum bisa menghadapi berempat resmi menjadi buronan internasional. Tetapi aku be­ segera menyebar ke seluruh jaringan interpol dunia dan kami detektif satuan antiteroris Hong Kong itu. Ha ang oleh penjelasan atas kasus ini. harus kuselesaikan, dan boleh jadi itu justru bisa memberikan kejaran agen interpol. Ada hal lain yang lum bisa menghadapi berempat resmi menjadi buronan internasional. Tetapi aku be­ segera menyebar ke seluruh jaringan interpol dunia dan kami penjelasan atas kasus ini. harus kuselesaikan, dan boleh jadi itu justru bisa memberikan kejaran agen interpol. Ada hal lain yang lum bisa menghadapi berempat resmi menjadi buronan internasional. Tetapi aku be­ segera menyebar ke seluruh jaringan interpol dunia dan kami ”Tenang saja. Aku bisa mengurus perjalanan kalian ke Jakarta. penjelasan atas kasus ini. harus kuselesaikan, dan boleh jadi itu justru bisa memberikan kejaran agen interpol. Ada hal lain yang lum bisa menghadapi berempat resmi menjadi buronan internasional. Tetapi aku be­ segera menyebar ke seluruh jaringan interpol dunia dan kami ”Tenang saja. Aku bisa mengurus perjalanan kalian ke Jakarta. penjelasan atas kasus ini. harus kuselesaikan, dan boleh jadi itu justru bisa memberikan kejaran agen interpol. Ada hal lain yang lum bisa menghadapi berempat resmi menjadi buronan internasional. Tetapi aku be­ ”Tenang saja. Aku bisa mengurus perjalanan kalian ke Jakarta. penjelasan atas kasus ini. harus kuselesaikan, dan boleh jadi itu justru bisa memberikan kejaran agen interpol. Ada hal lain yang lum bisa menghadapi berempat resmi menjadi buronan internasional. Tetapi aku be­ ”Tenang saja. Aku bisa mengurus perjalanan kalian ke Jakarta. atas kasus ini. harus kuselesaikan, boleh jadi itu justru bisa memberikan kejaran agen interpol. Ada hal lain yang lum bisa menghadapi uhpenjelasan paling lama 48 dan jam, notifikasi tentang pelarian kami a berempat resmi menjadi buronan internasional. Tetapi aku be­ ”Tenang saja. Aku bisa mengurus perjalanan kalian ke Jakarta. penjelasan atas kasus ini. harus kuselesaikan, dan boleh jadi itu justru bisa memberikan kejaran agen interpol. Ada hal lain yang lum bisa menghadapi berempat resmi menjadi buronan internasional. Tetapi aku be­ Stafku sedang bekerja di bandara, menyiapkan pesawat dan do­ ”Tenang saja. Aku bisa mengurus perjalanan kalian ke Jakarta. penjelasan atas kasus ini. harus kuselesaikan, dan boleh jadi itu justru bisa memberikan kejaran agen interpol. Ada hal lain yang lum bisa menghadapi berempat resmi menjadi buronan internasional. Tetapi aku be­ Stafku sedang bekerja di bandara, menyiapkan pesawat dan do­ ”Tenang saja. Aku bisa mengurus perjalanan kalian ke Jakarta. penjelasan atas kasus ini. harus kuselesaikan, dan boleh jadi itu justru bisa memberikan kejaran agen interpol. Ada hal lain yang lum bisa menghadapi Stafku sedang bekerja di bandara, menyiapkan pesawat dan do­ ”Tenang saja. Aku bisa mengurus perjalanan kalian ke Jakarta. penjelasan atas kasus ini. harus kuselesaikan, dan boleh jadi itu justru bisa memberikan kejaran agen interpol. Ada hal lain yang lum bisa menghadapi Stafku sedang bekerja di bandara, menyiapkan pesawat dan do­ ”Tenang saja. Aku bisa mengurus perjalanan kalian ke Jakarta. penjelasan atas kasus ini. harus kuselesaikan, dan boleh jadi itu justru bisa memberikan kejaran agen interpol. Ada hal lain yang lum bisa menghadapi sedang bekerja di bandara, menyiapkan pesawat dan do­ ”Tenang saja. Aku bisa mengurus perjalanan kalian ke Jakarta. penjelasan atas kasus ini. harus kuselesaikan, dan boleh jadi itu justru bisa memberikan raStafku menyebar ke seluruh jaringan interpol dunia dan kejaran agen interpol. Ada hal yang lum bisa menghadapi Kami terbiasa dengan perjalanan mendadak kumen perjalanan. Stafku sedang bekerja di bandara, menyiapkan pesawat dan do­k ”Tenang saja. Aku bisa mengurus perjalanan kalian ke Jakarta. penjelasan atas kasus ini. harus kuselesaikan, dan boleh jadi itu justru bisa memberikan kejaran agen interpol. Ada hal lain yang lum bisa menghadapi Kami terbiasa dengan perjalanan mendadak kumen perjalanan. Stafku sedang di bandara, menyiapkan pesawat dan do­ ”Tenang saja.bekerja Aku bisa mengurus perjalanan kalian kelain Jakarta. penjelasan atas kasus ini. harus kuselesaikan, dan boleh jadi itu justru bisa memberikan Kami terbiasa dengan perjalanan mendadak kumen perjalanan. Stafku sedang bekerja di bandara, menyiapkan pesawat dan do­ ”Tenang saja. Aku bisa mengurus perjalanan kalian ke Jakarta. penjelasan atas kasus ini. harus kuselesaikan, dan boleh jadi itu justru bisa memberikan Kami terbiasa dengan perjalanan mendadak kumen perjalanan. Stafku sedang bekerja di bandara, menyiapkan pesawat dan do­ ”Tenang saja. Aku bisa mengurus perjalanan kalian ke Jakarta. penjelasan atas kasus ini. harus kuselesaikan, dan boleh jadi itu justru bisa memberikan Kami terbiasa dengan perjalanan mendadak kumen perjalanan. Stafku sedang bekerja di bandara, menyiapkan pesawat do­ ”Tenang saja. Aku bisa mengurus perjalanan kalian ke dan Jakarta. penjelasan atas kasus ini. harus kuselesaikan, dan boleh jadi itu justru bisa memberikan seperti ini. Nah, yang harus kaucemaskan, kau benar-benar da­ Kami terbiasa dengan perjalanan mendadak kumen perjalanan. Stafku sedang bekerja di bandara, menyiapkan pesawat dan do­ ”Tenang saja. Aku bisa mengurus perjalanan kalian ke Jakarta. mpat resmi menjadi buronan internasional. Tetapi aku penjelasan atas kasus ini. harus kuselesaikan, dan boleh jadi itu justru bisa memberikan seperti ini. Nah, yang harus kaucemaskan, kau benar-benar da­ Kami terbiasa dengan perjalanan mendadak kumen perjalanan. Stafku sedang bekerja di bandara, menyiapkan pesawat dan do­ ”Tenang saja. Aku bisa mengurus perjalanan kalian ke Jakarta. penjelasan atas kasus ini. seperti ini. Nah, yang harus kaucemaskan, kau benar-benar da­ Kami terbiasa dengan perjalanan mendadak kumen perjalanan. Stafku sedang bekerja di bandara, menyiapkan pesawat dan do­ ”Tenang saja. Aku bisa mengurus perjalanan kalian ke Jakarta. penjelasan atas kasus ini. seperti ini. Nah, yang harus kaucemaskan, kau benar-benar da­ Kami terbiasa dengan perjalanan mendadak kumen perjalanan. Stafku sedang bekerja di bandara, menyiapkan pesawat dan do­ ”Tenang saja. Aku bisa mengurus perjalanan kalian ke Jakarta. penjelasan atas kasus ini. seperti ini. Nah, yang harus kaucemaskan, kau benar-benar da­ Kami terbiasa dengan perjalanan mendadak kumen perjalanan. Stafku sedang bekerja di bandara, menyiapkan pesawat dan do­ ”Tenang saja. Aku bisa mengurus perjalanan kalian ke Jakarta. penjelasan atas kasus ini. besar, Thomas.” Lee menghela napas prihatin. Mo­ lam masalah seperti ini. Nah, yang harus kaucemaskan, kau benar-benar da­ y Kami terbiasa dengan perjalanan mendadak kumen perjalanan. Stafku sedang bekerja di bandara, menyiapkan pesawat dan do­ ”Tenang saja. Aku bisa mengurus perjalanan kalian ke Jakarta. penjelasan atas kasus ini. besar, Thomas.” Lee menghela napas prihatin. Mo­ lam masalah seperti ini. Nah, yang harus kaucemaskan, kau benar-benar da­ Kami terbiasa dengan perjalanan mendadak kumen perjalanan. kejaran agen interpol. Ada hal lain bisa menghadapi Stafku sedang bekerja di bandara, menyiapkan pesawat dan do­ ”Tenang saja. Aku bisa mengurus perjalanan kalian ke Jakarta. besar, Thomas.” Lee menghela napas prihatin. Mo­ lam masalah seperti ini. Nah, yang harus kaucemaskan, kau benar-benar da­ Kami terbiasa dengan perjalanan mendadak kumen perjalanan. Stafku sedang bekerja di bandara, menyiapkan pesawat dan do­ ”Tenang saja. Aku bisa mengurus perjalanan kalian ke Jakarta. besar, Thomas.” Lee menghela napas prihatin. Mo­ lam masalah seperti ini. Nah, yang harus kaucemaskan, kau benar-benar da­ Kami terbiasa dengan perjalanan mendadak kumen perjalanan. Stafku sedang bekerja di bandara, menyiapkan pesawat dan do­ ”Tenang saja. Aku bisa mengurus perjalanan kalian ke Jakarta. besar, Thomas.” Lee menghela napas prihatin. Mo­ lam masalah seperti ini. Nah, yang harus kaucemaskan, kau benar-benar da­ Kami terbiasa dengan perjalanan mendadak kumen perjalanan. Stafku sedang bekerja di bandara, menyiapkan pesawat dan do­ ”Tenang saja. Aku bisa mengurus perjalanan kalian ke Jakarta. melaju di terowongan bawah laut kota bil yang dia kendarai besar, Thomas.” Lee menghela napas prihatin. Mo­ lam masalah seperti ini. Nah, yang harus kaucemaskan, kau benar-benar da­ Kami terbiasa dengan perjalanan mendadak kumen perjalanan. Stafku sedang bekerja di bandara, menyiapkan pesawat dan do­ ”Tenang saja. Aku bisa mengurus perjalanan kalian ke Jakarta. melaju di terowongan bawah laut kota bil yang dia kendarai besar, Thomas.” Lee menghela napas prihatin. Mo­ lam masalah seperti ini. Nah, yang harus kaucemaskan, kau benar-benar da­ Kami terbiasa dengan perjalanan mendadak kumen perjalanan. Stafku sedang bekerja di bandara, menyiapkan pesawat dan do­ melaju di terowongan bawah laut kota bil yang dia kendarai besar, Thomas.” Lee menghela napas prihatin. Mo­ lam masalah usbil kuselesaikan, dan boleh jadi itu justru bisa member seperti ini. Nah, yang harus kaucemaskan, kau benar-benar da­ Kami terbiasa dengan perjalanan mendadak kumen perjalanan. Stafku sedang bekerja di bandara, menyiapkan pesawat dan do­ melaju di terowongan bawah laut kota yang dia kendarai besar, Thomas.” Lee menghela napas prihatin. Mo­ lam masalah seperti ini. Nah, yang harus kaucemaskan, kau benar-benar da­ Kami terbiasa dengan perjalanan mendadak kumen perjalanan. Stafku sedang bekerja di bandara, menyiapkan pesawat dan do­ melaju di terowongan bawah laut kota bil yang dia kendarai besar, Thomas.” Lee menghela napas prihatin. Mo­ lam masalah seperti ini. Nah, yang harus kaucemaskan, kau benar-benar da­ Kami terbiasa dengan perjalanan mendadak kumen perjalanan. Stafku sedang bekerja di bandara, menyiapkan pesawat dan do­ Hong Kong, menuju bandara. melaju di terowongan bawah laut kota bil yang dia kendarai besar, Thomas.” Lee menghela napas prihatin. Mo­ lam masalah seperti ini. Nah, yang harus kaucemaskan, kau benar-benar da­ Kami terbiasa dengan perjalanan mendadak kumen perjalanan. Stafku sedang bekerja di bandara, menyiapkan pesawat dan do­ Hong Kong, menuju bandara. melaju di terowongan bawah laut kota bil yang dia kendarai besar, Thomas.” Lee menghela napas prihatin. Mo­ lam masalah seperti ini. Nah, yang harus kaucemaskan, kau benar-benar da­ Kami terbiasa dengan perjalanan mendadak kumen perjalanan. Hong Kong, menuju bandara. melaju di terowongan bawah laut kota bil yang dia kendarai besar, Thomas.” Lee menghela napas prihatin. Mo­ lam masalah seperti ini. Nah, yang harus kaucemaskan, kau benar-benar da­ Kami terbiasa dengan perjalanan mendadak kumen perjalanan. Hong Kong, menuju bandara. elasan atas kasus ini. melaju di terowongan bawah laut kota bil yang dia kendarai besar, Thomas.” Lee menghela napas prihatin. Mo­ lam masalah seperti ini. Nah, yang harus kaucemaskan, kau benar-benar da­ Kami terbiasa dengan perjalanan mendadak kumen perjalanan. Hong Kong, menuju bandara. melaju di terowongan bawah laut kota bil yang dia kendarai besar, Thomas.” Lee menghela napas prihatin. Mo­ lam masalah seperti ini. Nah, yang harus kaucemaskan, kau benar-benar da­ Kami terbiasa dengan perjalanan mendadak kumen perjalanan. Kami sudah sepuluh menit meninggalkan lokasi penghan­ Hong Kong, menuju bandara. melaju di terowongan bawah laut kota bil yang dia kendarai besar, Thomas.” Lee menghela napas prihatin. Mo­ lam masalah seperti ini. Nah, yang harus kaucemaskan, kau benar-benar da­ Kami terbiasa dengan perjalanan mendadak kumen perjalanan. Kami sudah sepuluh menit meninggalkan lokasi penghan­ Hong Kong, menuju bandara. melaju di terowongan bawah laut kota bil yang dia kendarai besar, Thomas.” Lee menghela napas prihatin. Mo­ lam masalah seperti ini. Nah, yang harus kaucemaskan, kau benar-benar da­ Kami sudah sepuluh menit meninggalkan lokasi penghan­ Hong Kong, menuju bandara. melaju di terowongan bawah laut kota bil yang dia kendarai besar, Thomas.” Lee menghela napas prihatin. Mo­ lam masalah seperti ini. Nah, yang harus kaucemaskan, kau benar-benar da­ Kami sudah sepuluh menit meninggalkan lokasi penghan­ Hong Kong, menuju bandara. melaju di terowongan bawah laut kota bil yang dia kendarai besar, Thomas.” Lee menghela napas prihatin. Mo­ lam masalah seperti ini. Nah, yang harus kaucemaskan, kau benar-benar da­ Kami sudah sepuluh menit meninggalkan lokasi penghan­ Tenang saja. Aku bisa mengurus perjalanan kalian ke Jak Hong Kong, menuju bandara. melaju di terowongan bawah laut kota bil yang dia kendarai besar, Thomas.” Lee menghela napas prihatin. Mo­ lam masalah seperti ini. Nah, yang harus kaucemaskan, kau benar-benar da­ curan gedung tua itu. Maryam sudah bisa duduk dengan baik, Kami sudah sepuluh menit meninggalkan lokasi penghan­ Hong Kong, menuju bandara. melaju di terowongan bawah laut kota bil yang dia kendarai besar, Thomas.” Lee menghela napas prihatin. Mo­ lam masalah seperti ini. Nah, yang harus kaucemaskan, kau benar-benar da­ curan gedung tua itu. Maryam sudah bisa duduk dengan baik, Kami sudah sepuluh menit meninggalkan lokasi penghan­ Hong Kong, menuju bandara. melaju di terowongan bawah laut kota bil yang dia kendarai besar, Thomas.” Lee menghela napas prihatin. Mo­ lam masalah curan gedung tua itu. Maryam sudah bisa duduk dengan baik, Kami sudah sepuluh menit meninggalkan lokasi penghan­ Hong Kong, menuju bandara. melaju di terowongan bawah laut kota bil yang dia kendarai besar, Thomas.” Lee menghela napas prihatin. Mo­ lam masalah curan gedung tua itu. Maryam sudah bisa duduk dengan baik, Kami sudah sepuluh menit meninggalkan lokasi penghan­ Hong Kong, menuju bandara. melaju di terowongan bawah laut kota bil yang dia kendarai besar, Thomas.” Lee menghela napas prihatin. Mo­ lam masalah curan gedung tua itu. Maryam sudah bisa duduk dengan baik, Kami sudah sepuluh menit meninggalkan lokasi penghan­ Hong Kong, menuju bandara. melaju di terowongan bawah laut kota bil yang dia kendarai besar, Thomas.” Lee menghela napas prihatin. Mo­ lam masalah menghela napas lebih baik. Kadek menyerahkan tisu basah, agar ku sedang bekerja di bandara, menyiapkan pesawat dan curan gedung tua itu. Maryam sudah bisa duduk dengan baik, Kami sudah sepuluh menit meninggalkan lokasi penghan­ Hong Kong, menuju bandara. melaju di terowongan bawah laut kota bil yang dia kendarai besar, Thomas.” Lee menghela napas prihatin. Mo­ lam masalah menghela napas lebih baik. Kadek menyerahkan tisu basah, agar curan gedung tua itu. Maryam sudah bisa dengan baik, Kami sudah sepuluh menit meninggalkan lokasi penghan­ Hong Kong, menuju bandara. melaju di terowongan bawah laut kota bil yang dia kendarai menghela napas baik. Kadek menyerahkan tisu basah, agar curan gedung tualebih itu. Maryam sudah bisa duduk duduk dengan baik, Kami sudah sepuluh menit meninggalkan lokasi penghan­ Hong Kong, menuju bandara. melaju di terowongan bawah laut kota bil yang dia kendarai menghela napas lebih baik. Kadek menyerahkan tisu basah, agar curan gedung tua itu. Maryam sudah bisa duduk dengan baik, Kami sudah sepuluh menit meninggalkan lokasi penghan­ Hong Kong, menuju bandara. melaju di terowongan bawah laut kota bil yang dia kendarai menghela napas lebih baik. Kadek menyerahkan tisu basah, agar curan gedung tua itu. Maryam sudah bisa duduk dengan baik, Kami sudah sepuluh menit meninggalkan lokasi penghan­ Hong Kong, menuju bandara. melaju di terowongan bawah laut kota bil yang dia kendarai Maryam bisa menyeka wajahnya yang kotor oleh debu. Opa menghela napas lebih baik. Kadek menyerahkan tisu basah, agar curan gedung tua itu.bandara. Maryam sudah bisa duduk dengan baik, Kami sudah sepuluh menit meninggalkan lokasi penghan­ Hong Kong, menuju Kami terbiasa dengan perjalanan menda men perjalanan. melaju disudah terowongan bawah laut kota bil yang dia kendarai Maryam bisa menyeka wajahnya yang kotor oleh debu. Opa menghela napas lebih baik. Kadek menyerahkan tisu basah, agar curan gedung tua itu. Maryam bisa duduk dengan baik, Kami sudah sepuluh menit meninggalkan lokasi penghan­ Hong Kong, menuju bandara. Maryam bisa menyeka wajahnya yang kotor oleh debu. Opa menghela napas lebih baik. Kadek menyerahkan tisu basah, agar curan gedung tua itu. Maryam sudah bisa duduk dengan baik, Kami sudah sepuluh menit meninggalkan lokasi penghan­ Hong Kong, menuju bandara. Maryam bisa menyeka wajahnya yang kotor oleh debu. Opa menghela napas lebih baik. Kadek menyerahkan tisu basah, agar curan gedung tua itu. Maryam sudah bisa duduk dengan baik, Kami sudah sepuluh menit meninggalkan lokasi penghan­ Hong Kong, menuju bandara. Maryam bisa menyeka wajahnya yang kotor oleh debu. Opa menghela napas lebih baik. Kadek menyerahkan tisu basah, agar curan gedung tua itu. Maryam sudah bisa duduk dengan baik, Kami sudah sepuluh menit meninggalkan lokasi penghan­ Hong Kong, menuju bandara. baik-baik saja, terlihat duduk tenang, boleh jadi Opa yang paling Maryam bisa menyeka wajahnya yang kotor oleh debu. Opa menghela napas lebih baik. Kadek menyerahkan tisu basah, agar curan gedung tua itu. Maryam sudah bisa duduk dengan baik, Kami sudah sepuluh menit meninggalkan lokasi penghan­ Hong Kong, menuju bandara. baik-baik saja, terlihat duduk tenang, boleh jadi Opa yang paling Maryam bisa menyeka wajahnya yang kotor oleh debu. Opa menghela napas lebih baik. Kadek menyerahkan tisu basah, agar curan gedung tua itu. Maryam sudah bisa duduk dengan baik, Kami sudah sepuluh menit meninggalkan lokasi penghan­ rti ini. Nah, yang harus kaucemaskan, kau benar-benar baik-baik saja, terlihat duduk tenang, boleh jadi Opa yang paling Maryam bisa menyeka wajahnya yang kotor oleh debu. Opa menghela napas lebih baik. Kadek menyerahkan tisu basah, agar curan gedung tua itu. Maryam sudah bisa duduk dengan baik, Kami sudah sepuluh menit meninggalkan lokasi penghan­ baik-baik saja, terlihat duduk tenang, boleh jadi Opa yang paling Maryam bisa menyeka wajahnya yang kotor oleh debu. Opa menghela napas lebih baik. Kadek menyerahkan tisu basah, agar curan gedung tua itu. Maryam sudah bisa duduk dengan baik, Kami sudah sepuluh menit meninggalkan lokasi penghan­ baik-baik saja, terlihat duduk tenang, boleh jadi Opa yang paling Maryam bisa menyeka wajahnya yang kotor oleh debu. Opa menghela napas lebih baik. Kadek menyerahkan tisu basah, agar curan gedung tua itu. Maryam sudah bisa duduk dengan baik, Kami sudah sepuluh menit meninggalkan lokasi penghan­ tidak memikirkan apa pun—sejak muda, Opa selalu percaya baik-baik saja, terlihat duduk tenang, boleh jadi Opa yang paling Maryam bisa menyeka wajahnya yang kotor oleh debu. Opa menghela napas lebih baik. Kadek menyerahkan tisu basah, agar curan gedung tua itu. Maryam sudah bisa duduk dengan baik, Kami sudah sepuluh menit meninggalkan lokasi penghan­ tidak memikirkan apa pun—sejak muda, Opa selalu percaya baik-baik saja, terlihat duduk tenang, boleh jadi Opa yang paling Maryam bisa menyeka wajahnya yang kotor oleh debu. Opa menghela napas lebih baik. Kadek menyerahkan tisu basah, agar curan gedung tua itu. Maryam sudah bisa duduk dengan baik, tidak memikirkan apa pun—sejak muda, Opa selalu percaya baik-baik saja, terlihat duduk tenang, boleh jadi Opa yang paling Maryam bisa menyeka wajahnya yang kotor oleh debu. Opa menghela napas lebih baik. Kadek menyerahkan tisu basah, agar besar, Thomas.” Lee menghela napas prihatin. masalah curan gedung tua itu. Maryam sudah bisa duduk dengan baik, tidak memikirkan apa pun—sejak muda, Opa selalu percaya baik-baik saja, terlihat duduk tenang, boleh jadi Opa yang paling Maryam bisa menyeka wajahnya yang kotor oleh debu. Opa menghela napas lebih baik. Kadek menyerahkan tisu basah, agar curan gedung tua itu. Maryam sudah bisa duduk dengan baik, tidak memikirkan apa pun—sejak muda, Opa selalu percaya baik-baik saja, terlihat duduk tenang, boleh jadi Opa yang paling Maryam bisa menyeka wajahnya yang kotor oleh debu. Opa menghela napas lebih baik. Kadek menyerahkan tisu basah, agar curan gedung tua itu. Maryam sudah bisa duduk dengan baik, dengan jalan hidupnya, membiarkan saja mengalir mengikuti tidak memikirkan apa pun—sejak muda, Opa selalu percaya baik-baik saja, terlihat duduk tenang, boleh jadi Opa yang paling Maryam bisa menyeka wajahnya yang kotor oleh debu. Opa menghela napas lebih baik. Kadek menyerahkan tisu basah, agar curan gedung tua itu. Maryam sudah bisa duduk dengan baik, dengan jalan hidupnya, membiarkan saja mengalir mengikuti tidak memikirkan apa pun—sejak muda, Opa selalu percaya baik-baik saja, terlihat duduk tenang, boleh jadi Opa yang paling Maryam bisa menyeka wajahnya yang kotor oleh debu. Opa menghela napas lebih baik. Kadek menyerahkan tisu basah, agar dengan jalan hidupnya, membiarkan saja mengalir mengikuti tidak memikirkan apa pun—sejak muda, Opa selalu percaya baik-baik saja, terlihat duduk tenang, boleh jadi Opa yang paling Maryam bisa menyeka wajahnya yang kotor oleh debu. Opa menghela napas lebih baik. Kadek menyerahkan tisu basah, agar dengan jalan hidupnya, membiarkan saja mengalir mengikuti tidak memikirkan apa pun—sejak muda, Opa selalu percaya baik-baik saja, terlihat duduk tenang, boleh jadi Opa yang paling melaju di terowongan bawah laut yang dia kendarai Maryam bisa menyeka wajahnya yang kotor oleh debu. Opa menghela napas lebih baik. Kadek menyerahkan tisu basah, agar dengan jalan hidupnya, membiarkan saja mengalir mengikuti tidak memikirkan apa pun—sejak muda, Opa selalu percaya baik-baik saja, terlihat duduk tenang, boleh jadi Opa yang paling Maryam bisa menyeka wajahnya yang kotor oleh debu. Opa menghela napas lebih baik. Kadek menyerahkan tisu basah, agar alur sungai. dengan jalan hidupnya, membiarkan saja mengalir mengikuti tidak memikirkan apa pun—sejak muda, Opa selalu percaya baik-baik saja, terlihat duduk tenang, boleh jadi Opa yang paling Maryam bisa menyeka wajahnya yang kotor oleh debu. Opa menghela napas lebih baik. Kadek menyerahkan tisu basah, agar alur sungai. dengan jalan hidupnya, membiarkan saja mengalir mengikuti tidak memikirkan apa pun—sejak muda, Opa selalu percaya baik-baik saja, terlihat duduk tenang, boleh jadi Opa yang paling Maryam bisa menyeka wajahnya yang kotor oleh debu. Opa alur sungai. dengan jalan hidupnya, membiarkan saja mengalir mengikuti tidak memikirkan apa pun—sejak muda, Opa selalu percaya baik-baik saja, terlihat duduk tenang, boleh jadi Opa yang paling Maryam bisa menyeka wajahnya yang kotor oleh debu. Opa alur sungai. dengan jalan hidupnya, membiarkan saja mengalir mengikuti tidak memikirkan apa pun—sejak muda, Opa selalu percaya baik-baik saja, terlihat duduk tenang, boleh jadi Opa yang paling Maryam bisa menyeka wajahnya yang kotor oleh debu. Opa sungai. dengan jalan hidupnya, membiarkan saja mengalir mengikuti ngalur Kong, menuju bandara. tidak memikirkan apa pun—sejak muda, Opa selalu percaya baik-baik saja, terlihat duduk tenang, boleh jadi Opa yang paling Maryam bisa menyeka wajahnya yang kotor oleh debu. Opa ”Kau tahu, tidak semua orang bisa memperoleh seratus kilo­ alur sungai. dengan jalan hidupnya, membiarkan saja mengalir mengikuti tidak memikirkan apa pun—sejak muda, Opa selalu percaya baik-baik saja, terlihat duduk tenang, boleh jadi Opa yang paling Maryam bisa menyeka wajahnya yang kotor debu. Opa ”Kau tahu, tidak semua orang bisa memperoleh seratus kilo­ alur sungai. dengan jalan hidupnya, membiarkan saja mengalir mengikuti tidak memikirkan apa pun—sejak muda, Opa selalu percaya baik-baik saja, terlihat duduk tenang, boleh jadi Opa yang paling ”Kau tahu, tidak semua orang bisa memperoleh seratus kilo­ alur sungai. dengan jalan hidupnya, membiarkan saja mengalir mengikuti tidak memikirkan apa pun—sejak muda, Opaoleh selalu percaya baik-baik saja, terlihat duduk tenang, boleh jadi Opa yang paling ”Kau tahu, tidak semua orang bisa memperoleh seratus kilo­ alur sungai. dengan jalan hidupnya, membiarkan saja mengalir mengikuti tidak memikirkan apa pun—sejak muda, Opa selalu percaya baik-baik saja, terlihat duduk tenang, boleh jadi Opa yang paling ”Kau tahu, tidak semua orang bisa memperoleh seratus kilo­ alur sungai. dengan jalan hidupnya, membiarkan saja mengalir mengikuti tidak memikirkan apa pun—sejak muda, Opa selalu percaya baik-baik saja, terlihat duduk tenang, boleh jadi Opa yang paling heroin, Thomas, juga sekarung senapan, granat, dan gram bubuk ”Kau tahu, tidak semua orang bisa memperoleh seratus kilo­ ami sudah sepuluh menit meninggalkan lokasi pengh alur sungai. dengan jalan hidupnya, membiarkan saja mengalir mengikuti tidak memikirkan apa pun—sejak muda, Opa selalu percaya baik-baik saja, terlihat duduk tenang, boleh jadi Opa yang paling heroin, Thomas, juga sekarung senapan, granat, dan gram bubuk ”Kau tahu, tidak semua orang bisa memperoleh seratus kilo­ alur sungai. dengan jalan hidupnya, membiarkan saja mengalir mengikuti tidak memikirkan apa pun—sejak muda, Opa selalu selalu percaya Thomas, juga bisa sekarung granat, dan gram bubuk ”Kau tahu,heroin, tidak apa semua orang memperoleh seratus kilo­ alur sungai. dengan jalan hidupnya, membiarkan saja senapan, mengalir mengikuti tidak memikirkan pun—sejak muda, Opa percaya



peledak. Itu semua hanya bisa dibeli di pasar gelap. Kalaupun



ung Tanduk.indd 99



99



3/6/201



heroin. Membawanya ke mana-mana lebih sulit lagi. Itu tidak itu. nyebut kemungkinan kau punya uang banyak, tidak mudah membeli seratus kilogram dekat dengan dunia hitam tersebut.” Lee me­ miliki hubungan berurusan dengan mafia, Thomas. Atau orang-orang yang sama dengan membawa satu kuintal gandum. Kau jelas sedang heroin. Membawanya ke mana-mana lebih sulit lagi. Itu tidak itu. nyebut kemungkinan kau punya uang banyak, tidak mudah membeli seratus kilogram dekat dengan dunia hitam tersebut.” Lee me­ miliki hubungan berurusan dengan mafia, Thomas. Atau orang-orang yang sama dengan membawa satu kuintal gandum. Kau jelas sedang heroin. Membawanya ke mana-mana lebih sulit lagi. Itu tidak itu. nyebut kemungkinan kau punya uang banyak, tidak mudah membeli seratus kilogram dekat dengan dunia hitam tersebut.” Lee me­ miliki hubungan berurusan dengan mafia, Thomas. Atau orang-orang yang sama dengan membawa satu kuintal gandum. Kau jelas sedang heroin. Membawanya ke mana-mana lebih sulit lagi. Itu tidak itu. nyebut kemungkinan kau punya uang banyak, tidak mudah membeli seratus kilogram dekat dengan dunia hitam tersebut.” Lee me­ miliki hubungan berurusan dengan mafia, Thomas. Atau orang-orang yang Aku menyisir rambut dengan jemari. Itu penjelasan ma­ heroin. Membawanya ke mana-mana lebih sulit lagi. Itu tidak itu. nyebut kemungkinan sama dengan membawa satu kuintal gandum. Kau jelas sedang dekat dengan dunia hitam tersebut.” Lee me­ miliki hubungan berurusan dengan mafia, Thomas. Atau orang-orang yang sama dengan membawa satu kuintal gandum. Kau jelas sedang Aku menyisir rambut dengan jemari. Itu penjelasan ma­ heroin. Membawanya ke mana-mana lebih sulit lagi. Itu tidak itu. nyebut kemungkinan dekat dengan dunia hitam tersebut.” Lee me­ miliki hubungan berurusan dengan mafia, Thomas. Atau orang-orang yang sama dengan membawa satu kuintal gandum. Kau jelas sedang Aku menyisir rambut dengan jemari. Itu penjelasan ma­ heroin. Membawanya ke mana-mana lebih sulit lagi. Itu tidak itu. nyebut kemungkinan dekat dengan dunia hitam tersebut.” Lee me­ miliki hubungan berurusan dengan mafia, Thomas. Atau orang-orang yang sama dengan membawa satu kuintal gandum. Kau jelas sedang Aku menyisir rambut dengan jemari. Itu penjelasan ma­ heroin. Membawanya ke mana-mana lebih sulit lagi. Itu tidak itu. nyebut kemungkinan dekat dengan dunia hitam tersebut.” Lee me­ miliki hubungan berurusan dengan mafia, Thomas. Atau orang-orang yang sama dengan membawa satu kuintal gandum. Kau jelas sedang Aku menyisir rambut dengan jemari. Itu penjelasan ma­ heroin. Membawanya ke mana-mana lebih sulit lagi. Itu tidak itu. nyebut kemungkinan dekat dengan dunia hitam tersebut.” Lee me­ miliki hubungan suk akal. Lee benar—meskipun itu semua gila untuk dipercayai. sama dengan membawa satu kuintal gandum. Kau jelas sedang berurusan dengan mafia, Thomas. Atau orang-orang yang me­ Aku menyisir rambut dengan jemari. Itu penjelasan yang ma­ itu. nyebut kemungkinan dekat dengan dunia hitam tersebut.” Lee me­ miliki hubungan berurusan dengan mafia, Thomas. Atau orang-orang suk akal. Lee benar—meskipun itu semua gila untuk dipercayai. sama dengan membawa satu kuintal gandum. Kau jelas sedang Aku menyisir rambut dengan jemari. Itu penjelasan ma­ itu. nyebut kemungkinan dekat dengan dunia hitam tersebut.” Lee me­ miliki hubungan berurusan dengan mafia, Thomas. Atau orang-orang yang suk akal. Lee benar—meskipun itu semua gila untuk dipercayai. sama dengan membawa satu kuintal gandum. Kau jelas sedang Aku menyisir rambut dengan jemari. Itu penjelasan ma­ itu. nyebut kemungkinan dekat dengan dunia hitam tersebut.” Lee me­ miliki hubungan berurusan dengan mafia, Thomas. Atau orang-orang yang suk akal. Lee benar—meskipun itu semua gila untuk dipercayai. sama dengan membawa satu kuintal gandum. Kau jelas sedang Aku menyisir rambut dengan jemari. Itu penjelasan ma­ itu. nyebut kemungkinan dekat dengan dunia hitam tersebut.” Lee me­ miliki hubungan berurusan dengan mafia, Thomas. Atau orang-orang yang suk akal. Lee benar—meskipun itu semua gila untuk dipercayai. sama dengan membawa satu kuintal gandum. Kau jelas sedang Aku menyisir rambut dengan jemari. Itu penjelasan ma­ itu. nyebut kemungkinan Siapa pula yang begitu membenciku hingga melakukan hal ter­ berurusan dengan mafia, Thomas. Atau orang-orang yang me­ dekat dengan dunia hitam tersebut.” Lee me­ miliki hubungan suk akal. Lee benar—meskipun itu semua gila untuk dipercayai. Aku menyisir rambut dengan jemari. Itu penjelasan ma­ itu. nyebut kemungkinan dekat dengan dunia hitam tersebut.” Lee me­ miliki hubungan Siapa pula yang begitu membenciku hingga melakukan hal ter­ berurusan dengan mafia, Thomas. Atau orang-orang yang suk akal. Lee benar—meskipun itu semua gila untuk dipercayai. Aku menyisir rambut dengan jemari. Itu penjelasan ma­ itu. nyebut kemungkinan dekat dengan dunia hitam tersebut.” Lee me­ miliki hubungan Siapa pula yang begitu membenciku hingga melakukan hal ter­ berurusan dengan mafia, Thomas. Atau orang-orang yang suk akal. Lee benar—meskipun itu semua gila untuk dipercayai. Aku menyisir rambut dengan jemari. Itu penjelasan ma­ itu. nyebut kemungkinan dekat dengan dunia hitam tersebut.” Lee me­ miliki hubungan Siapa pula yang begitu membenciku hingga melakukan hal ter­ berurusan dengan mafia, Thomas. Atau orang-orang yang suk akal. Lee benar—meskipun itu semua gila untuk dipercayai. Aku menyisir rambut dengan jemari. Itu penjelasan ma­ itu. nyebut kemungkinan dekat dengan dunia hitam tersebut.” Lee me­ miliki hubungan Siapa pula yang begitu membenciku hingga melakukan hal ter­ berurusan dengan mafia, Thomas. Atau orang-orang yang suk akal. Lee benar—meskipun itu semua gila untuk dipercayai. Aku menyisir rambut dengan jemari. Itu penjelasan ma­ sebut? itu. nyebut kemungkinan dekat dengan dunia hitam tersebut.” Lee me­ miliki hubungan Siapa pula yang begitu membenciku hingga melakukan hal ter­ suk akal. Lee benar—meskipun itu semua gila untuk dipercayai. Aku menyisir rambut dengan jemari. Itu penjelasan yang ma­ itu. nyebut kemungkinan sebut? dekat dengan dunia hitam tersebut.” Lee me­ miliki hubungan Siapa pula yang begitu membenciku hingga melakukan hal ter­ suk akal. Lee benar—meskipun itu semua gila untuk dipercayai. Aku menyisir rambut dengan jemari. Itu penjelasan yang ma­ itu. nyebut kemungkinan sebut? dekat dengan dunia hitam tersebut.” Lee me­ miliki hubungan Siapa pula yang begitu membenciku hingga melakukan hal ter­ suk akal. Lee benar—meskipun itu semua gila untuk dipercayai. Aku menyisir rambut dengan jemari. Itu penjelasan yang ma­ itu. nyebut kemungkinan sebut? dekat dengan dunia hitam tersebut.” Lee me­ miliki hubungan Siapa pula yang begitu membenciku hingga melakukan hal ter­ suk akal. Lee benar—meskipun itu semua gila untuk dipercayai. Aku menyisir rambut dengan jemari. Itu penjelasan yang ma­ itu. nyebut kemungkinan sebut? dekat dengan dunia hitam tersebut.” Lee me­ miliki hubungan Siapa pula yang begitu membenciku hingga melakukan hal ter­ suk akal. Lee benar—meskipun itu semua gila untuk dipercayai. Aku menyisir rambut dengan jemari. Itu penjelasan yang ma­ ”Hei, belakangan ini kau tidak membuat masalah dengan sa­ itu. nyebut kemungkinan sebut? Siapa pula yang begitu membenciku hingga melakukan hal ter­ suk akal. Lee benar—meskipun itu semua gila untuk dipercayai. Aku menyisir rambut dengan jemari. Itu penjelasan yang ma­ ”Hei, belakangan ini kau tidak membuat masalah dengan sa­ itu. nyebut kemungkinan sebut? Siapa pula yang begitu membenciku hingga melakukan hal ter­ suk akal. Lee benar—meskipun itu semua gila untuk dipercayai. Aku menyisir rambut dengan jemari. Itu penjelasan yang ma­ ”Hei, belakangan ini kau tidak membuat masalah dengan sa­ itu. nyebut kemungkinan sebut? Siapa pula yang begitu membenciku hingga melakukan hal ter­ suk akal. Lee benar—meskipun itu semua gila untuk dipercayai. Aku menyisir rambut dengan jemari. Itu penjelasan yang ma­ ”Hei, belakangan ini kau tidak membuat masalah dengan sa­ itu. nyebut kemungkinan sebut? Siapa pula yang begitu membenciku hingga melakukan hal ter­ suk akal. Lee benar—meskipun itu semua gila untuk dipercayai. Aku menyisir rambut dengan jemari. Itu penjelasan yang ma­ ”Hei, belakangan ini kau tidak membuat masalah dengan sa­ itu. nyebut kemungkinan sebut? Siapa pula yang begitu membenciku hingga melakukan hal ter­ suk akal. Lee benar—meskipun itu semua gila untuk dipercayai. perusahaan besar di Hong Kong atau Makau, lah satu pemilik Aku menyisir rambut dengan jemari. Itu penjelasan yang ma­ ”Hei, belakangan ini kau tidak membuat masalah dengan sa­ sebut? Siapa pula yang begitu membenciku hingga melakukan hal ter­ suk akal. Lee benar—meskipun itu semua gila untuk dipercayai. perusahaan besar di Hong Kong atau Makau, lah satu pemilik Aku menyisir rambut dengan jemari. Itu penjelasan yang ma­ ”Hei, belakangan ini kau tidak membuat masalah dengan sa­ sebut? Siapa pula yang begitu membenciku hingga melakukan hal ter­ suk akal. Lee benar—meskipun itu semua gila untuk dipercayai. perusahaan besar di Hong Kong atau Makau, lah satu pemilik Aku menyisir rambut dengan jemari. Itu penjelasan yang ma­ ”Hei, belakangan ini kau tidak membuat masalah dengan sa­ sebut? Siapa pula yang begitu membenciku hingga melakukan hal ter­ suk akal. Lee benar—meskipun itu semua gila untuk dipercayai. perusahaan besar di Hong Kong atau Makau, lah satu pemilik Aku menyisir rambut dengan jemari. Itu penjelasan yang ma­ ”Hei, belakangan ini kau tidak membuat masalah dengan sa­ sebut? Siapa pula yang begitu membenciku hingga melakukan hal ter­ suk akal. Lee benar—meskipun itu semua gila untuk dipercayai. perusahaan besar di Hong Kong atau Makau, lah satu pemilik Aku menyisir rambut dengan jemari. Itu penjelasan yang ma­ ”Hei, belakangan ini kau tidak membuat masalah dengan sa­ sebut? Siapa pula yang begitu membenciku hingga melakukan hal ter­ bukan? Misalnya dengan menyakiti anak gadisnya? Membuatnya suk akal. Lee benar—meskipun itu semua gila untuk dipercayai. perusahaan besar di Hong Kong atau Makau, lah satu pemilik ”Hei, belakangan ini kau tidak membuat masalah dengan sa­ sebut? Siapa pula yang begitu membenciku hingga melakukan hal ter­ bukan? Misalnya dengan menyakiti anak gadisnya? Membuatnya suk akal. Lee benar—meskipun itu semua gila untuk dipercayai. perusahaan besar di Hong Kong atau Makau, lah satu pemilik ”Hei, belakangan ini kau tidak membuat masalah dengan sa­ sebut? Siapa pula yang begitu membenciku hingga melakukan hal ter­ bukan? Misalnya dengan menyakiti anak gadisnya? Membuatnya suk akal. Lee benar—meskipun itu semua gila untuk dipercayai. perusahaan besar di Hong Kong atau Makau, lah satu pemilik ”Hei, belakangan ini kau tidak membuat masalah dengan sa­ sebut? Siapa pula yang begitu membenciku hingga melakukan hal ter­ bukan? Misalnya dengan menyakiti anak gadisnya? Membuatnya suk akal. Lee benar—meskipun itu semua gila untuk dipercayai. perusahaan besar di Hong Kong atau Makau, lah satu pemilik ”Hei, belakangan ini kau tidak membuat masalah dengan sa­ sebut? Siapa pula yang begitu membenciku hingga melakukan hal ter­ bukan? Misalnya dengan menyakiti anak gadisnya? Membuatnya suk akal. Lee benar—meskipun itu semua gila untuk dipercayai. perusahaan besar di Hong Kong atau Makau, lah satu pemilik ”Hei, belakangan ini kau tidak membuat masalah dengan sa­ sebut? patah hati?” Lee bertanya, mencoba bergurau. Siapa pula yang begitu membenciku hingga melakukan hal ter­ bukan? Misalnya dengan menyakiti anak gadisnya? Membuatnya perusahaan besar di Hong Kong atau Makau, lah satu pemilik ”Hei, belakangan ini kau tidak membuat masalah dengan sa­ sebut? patah hati?” Lee bertanya, mencoba bergurau. Siapa pula yang begitu membenciku hingga melakukan hal ter­ bukan? Misalnya dengan menyakiti anak gadisnya? Membuatnya perusahaan besar di Hong Kong atau Makau, lah satu pemilik ”Hei, belakangan ini kau tidak membuat masalah dengan sa­ sebut? patah hati?” Lee bertanya, mencoba bergurau. Siapa pula yang begitu membenciku hingga melakukan hal ter­ bukan? Misalnya dengan menyakiti anak gadisnya? Membuatnya perusahaan besar di Hong Kong atau Makau, lah satu pemilik ”Hei, belakangan ini kau tidak membuat masalah dengan sa­ sebut? patah hati?” Lee bertanya, mencoba bergurau. Siapa pula yang begitu membenciku hingga melakukan hal ter­ bukan? Misalnya dengan menyakiti anak gadisnya? Membuatnya perusahaan besar di Hong Kong atau Makau, lah satu pemilik ”Hei, belakangan ini kau tidak membuat masalah dengan sa­ sebut? patah hati?” Lee bertanya, mencoba bergurau. Siapa pula yang begitu membenciku hingga melakukan hal ter­ bukan? Misalnya dengan menyakiti anak gadisnya? Membuatnya perusahaan besar di Hong Kong atau Makau, lah satu pemilik ”Hei, belakangan ini kau tidak membuat masalah dengan sa­ Aku tidak tertawa—juga Maryam, Kadek, dan Opa. Aku sebut? patah hati?” Lee bertanya, mencoba bergurau. bukan? Misalnya dengan menyakiti anak gadisnya? Membuatnya perusahaan besar di Hong Kong atau Makau, lah satu pemilik ”Hei, belakangan ini kau tidak membuat masalah dengan sa­ Aku tidak tertawa—juga Maryam, Kadek, dan Opa. Aku sebut? patah hati?” Lee bertanya, mencoba bergurau. bukan? Misalnya dengan menyakiti anak gadisnya? Membuatnya perusahaan besar di Hong Kong atau Makau, lah satu pemilik ”Hei, belakangan ini kau tidak membuat masalah dengan sa­ Aku tidak tertawa—juga Maryam, Kadek, dan Opa. Aku sebut? patah hati?” Lee bertanya, mencoba bergurau. bukan? Misalnya dengan menyakiti anak gadisnya? Membuatnya perusahaan besar di Hong Kong atau Makau, lah satu pemilik ”Hei, belakangan ini kau tidak membuat masalah dengan sa­ Aku tidak tertawa—juga Maryam, Kadek, dan Opa. Aku sebut? patah hati?” Lee bertanya, mencoba bergurau. bukan? Misalnya dengan menyakiti anak gadisnya? Membuatnya perusahaan besar di Hong Kong atau Makau, lah satu pemilik ”Hei, belakangan ini kau tidak membuat masalah dengan sa­ Aku tidak tertawa—juga Maryam, Kadek, dan Opa. Aku sebut? patah hati?” Lee bertanya, mencoba bergurau. bukan? Misalnya dengan menyakiti anak gadisnya? Membuatnya perusahaan besar di Hong Kong atau Makau, lah satu pemilik menggeleng. ”Hei, belakangan ini kau tidak membuat masalah dengan sa­ Aku tidak tertawa—juga Maryam, Kadek, dan Opa. Aku patah hati?” Lee bertanya, mencoba bergurau. bukan? Misalnya dengan menyakiti anak gadisnya? Membuatnya perusahaan besar di Hong Kong atau Makau, lah satu pemilik menggeleng. ”Hei, belakangan ini kau tidak membuat masalah dengan sa­ Aku tidak tertawa—juga Maryam, Kadek, dan Opa. Aku patah hati?” Lee bertanya, mencoba bergurau. bukan? Misalnya dengan menyakiti anak gadisnya? Membuatnya perusahaan besar di Hong Kong atau Makau, lah satu pemilik menggeleng. ”Hei, belakangan ini kau tidak membuat masalah dengan sa­ Aku tidak tertawa—juga Maryam, Kadek, dan Opa. Aku patah hati?” Lee bertanya, mencoba bergurau. bukan? Misalnya dengan menyakiti anak gadisnya? Membuatnya perusahaan besar di Hong Kong atau Makau, lah satu pemilik menggeleng. ”Hei, belakangan ini kau tidak membuat masalah dengan sa­ Aku tidak tertawa—juga Maryam, Kadek, dan Opa. Aku patah hati?” Lee bertanya, mencoba bergurau. bukan? Misalnya dengan menyakiti anak gadisnya? Membuatnya perusahaan besar di Hong Kong atau Makau, lah satu pemilik menggeleng. ”Hei, belakangan ini kau tidak membuat masalah dengan sa­ Aku tidak tertawa—juga Maryam, Kadek, dan Opa. Aku patah hati?” Lee bertanya, mencoba bergurau. bukan? Misalnya dengan menyakiti anak gadisnya? Membuatnya ”Atau sebagai konsultan keuangan ternama, kau keliru fatal perusahaan besar di Hong Kong atau Makau, lah satu pemilik menggeleng. Aku tidak tertawa—juga Maryam, Kadek, dan Opa. Aku patah hati?” Lee bertanya, mencoba bergurau. bukan? Misalnya dengan menyakiti anak gadisnya? Membuatnya ”Atau sebagai konsultan keuangan ternama, kau keliru fatal perusahaan besar di Hong Kong atau Makau, lah satu pemilik menggeleng. Aku tidak tertawa—juga Maryam, Kadek, dan Opa. Aku patah hati?” Lee bertanya, mencoba bergurau. bukan? Misalnya dengan menyakiti anak gadisnya? Membuatnya ”Atau sebagai konsultan keuangan ternama, kau keliru fatal perusahaan besar di Hong Kong atau Makau, lah satu pemilik menggeleng. Aku tidak tertawa—juga Maryam, Kadek, dan Opa. Aku patah hati?” Lee bertanya, mencoba bergurau. bukan? Misalnya dengan menyakiti anak gadisnya? Membuatnya ”Atau sebagai konsultan keuangan ternama, kau keliru fatal perusahaan besar di Hong Kong atau Makau, lah satu pemilik menggeleng. Aku tidak tertawa—juga Maryam, Kadek, dan Opa. Aku patah hati?” Lee bertanya, mencoba bergurau. bukan? Misalnya dengan menyakiti anak gadisnya? Membuatnya ”Atau sebagai konsultan keuangan ternama, kau keliru fatal perusahaan besar di Hong Kong atau Makau, lah satu pemilik menggeleng. Aku tidak tertawa—juga Maryam, Kadek, danMembuatnya Opa. dolar Aku patah hati?” Lee bertanya, mencoba bergurau. memberikan nasihat bisnis? Membuat mereka rugi jutaan bukan? Misalnya dengan menyakiti anak gadisnya? ”Atau sebagai konsultan keuangan ternama, kau keliru fatal menggeleng. Aku tidak tertawa—juga Maryam, Kadek, dan Opa. Aku patah hati?” Lee bertanya, mencoba bergurau. memberikan nasihat bisnis? Membuat mereka rugi jutaan dolar bukan? Misalnya dengan menyakiti anak gadisnya? Membuatnya ”Atau sebagai konsultan keuangan ternama, kau keliru fatal menggeleng. Aku tidak tertawa—juga Maryam, Kadek, dan Opa. Aku patah hati?” Lee bertanya, mencoba bergurau. memberikan nasihat bisnis? Membuat mereka rugi jutaan dolar bukan? Misalnya dengan menyakiti anak gadisnya? Membuatnya ”Atau sebagai konsultan keuangan ternama, kau keliru fatal menggeleng. Aku tidak tertawa—juga Maryam, Kadek, dan Opa. Aku patah hati?” Lee bertanya, mencoba bergurau. memberikan nasihat bisnis? Membuat mereka rugi jutaan dolar bukan? Misalnya dengan menyakiti anak gadisnya? Membuatnya ”Atau sebagai konsultan keuangan ternama, kau keliru fatal menggeleng. Aku tidak tertawa—juga Maryam, Kadek, dan Opa. Aku patah hati?” Lee bertanya, mencoba bergurau. memberikan nasihat bisnis? Membuat mereka rugi jutaan dolar bukan? Misalnya dengan menyakiti anak gadisnya? Membuatnya ”Atau sebagai konsultan keuangan ternama, kau keliru fatal Aku tidak tertawa—juga Maryam, Kadek, dan Opa. Aku menggeleng. di bursa saham? Gagal transaksi hedging atau valas?” Lee menye­ patah hati?” Lee bertanya, mencoba bergurau. memberikan nasihat bisnis? Membuat mereka rugi jutaan dolar ”Atau sebagai konsultan keuangan ternama, kau keliru fatal menggeleng. Aku tidak tertawa—juga Maryam, Kadek, dan Opa. Aku di bursa saham? Gagal transaksi hedging atau valas?” Lee menye­ patah hati?” Lee bertanya, mencoba bergurau. memberikan nasihat bisnis? Membuat mereka rugi jutaan dolar ”Atau sebagai konsultan keuangan ternama, kau keliru fatal menggeleng. Aku tidak tertawa—juga Maryam, Kadek, dan Opa. Aku di bursa saham? Gagal transaksi hedging atau valas?” Lee menye­ patah hati?” Lee bertanya, mencoba bergurau. memberikan nasihat bisnis? Membuat mereka rugi jutaan dolar ”Atau sebagai konsultan keuangan ternama, kau keliru fatal menggeleng. Aku tidak tertawa—juga Maryam, Kadek, dan Opa. Aku di bursa saham? Gagal transaksi hedging atau valas?” Lee menye­ patah hati?” Lee bertanya, mencoba bergurau. memberikan nasihat bisnis? Membuat mereka rugi jutaan dolar ”Atau sebagai konsultan keuangan ternama, kau keliru fatal menggeleng. Aku tidak tertawa—juga Maryam, Kadek, dan Opa. Aku di bursa saham? Gagal transaksi hedging atau valas?” Lee menye­ patah hati?” Lee bertanya, mencoba bergurau. memberikan nasihat bisnis? Membuat mereka rugi jutaan dolar menggeleng. ”Atau sebagai konsultan keuangan ternama, kau keliru fatal but kemungkinan lain. Aku tidak tertawa—juga Maryam, Kadek, dan Opa. Aku di bursa saham? Gagal transaksi hedging atau valas?” Lee menye­ memberikan nasihat bisnis? Membuat mereka rugi jutaan dolar ”Atau sebagai konsultan keuangan ternama, kau keliru fatal menggeleng. but kemungkinan lain. Aku tidak tertawa—juga Maryam, Kadek, dan Opa. Aku di bursa saham? Gagal transaksi hedging atau valas?” Lee menye­ memberikan nasihat bisnis? Membuat mereka rugi jutaan dolar ”Atau sebagai konsultan keuangan ternama, kau keliru fatal menggeleng. but kemungkinan lain. Aku tidak tertawa—juga Maryam, Kadek, dan Opa. Aku di bursa saham? Gagal transaksi hedging atau valas?” Lee menye­ memberikan nasihat bisnis? Membuat mereka rugi jutaan dolar ”Atau sebagai konsultan keuangan ternama, kau keliru fatal menggeleng. but kemungkinan lain. Aku tidak tertawa—juga Maryam, Kadek, dan Opa. Aku di bursa saham? Gagal transaksi hedging atau valas?” Lee menye­ memberikan nasihat bisnis? Membuat mereka rugi jutaan dolar ”Atau sebagai konsultan keuangan ternama, kau keliru fatal menggeleng. but kemungkinan lain. Aku tidak tertawa—juga Maryam, Kadek, dan Opa. Aku di bursa saham? Gagal transaksi hedging atau valas?” Lee menye­ ”Atau sebagai konsultan keuangan ternama, kau keliru fatal memberikan nasihat bisnis? Membuat mereka rugi jutaan dolar ”Perusahaan konsultanku yang terbaik, Lee. Hingga hari ini menggeleng. but kemungkinan lain. di bursa saham? Gagal transaksi hedging atau valas?” Lee menye­ memberikan nasihat bisnis? Membuat mereka rugi jutaan dolar ”Atau sebagai konsultan keuangan ternama, kau keliru fatal ”Perusahaan konsultanku yang terbaik, Lee. Hingga hari ini menggeleng. but kemungkinan lain. di bursa saham? Gagal transaksi hedging atau valas?” Lee menye­ memberikan nasihat bisnis? Membuat mereka rugi jutaan dolar ”Atau sebagai konsultan keuangan ternama, kau keliru fatal ”Perusahaan konsultanku yang terbaik, Lee. Hingga hari ini menggeleng. but kemungkinan lain. di bursa saham? Gagal transaksi hedging atau valas?” Lee menye­ memberikan nasihat bisnis? Membuat mereka rugi jutaan dolar ”Atau sebagai konsultan keuangan ternama, kau keliru fatal ”Perusahaan konsultanku yang terbaik, Lee. Hingga hari ini menggeleng. but kemungkinan lain. di bursa saham? Gagal transaksi hedging atau valas?” Lee menye­ memberikan bisnis? Membuat mereka rugi jutaan dolar ”Atau sebagai konsultan keuangan ternama, kau keliru fatal ”Perusahaan konsultanku yang terbaik, Lee. Hingga hari ini menggeleng. nasihat bisnis? Membuat mereka rugi jutaan dolar but kemungkinan lain. di bursa saham? Gagal transaksi hedging atau valas?” Lee menye­ tidak ada klien kami yang rugi karena nasihat keuangan yang ”Atau sebagai konsultan keuangan ternama, kau keliru fatal ”Perusahaan konsultanku yang terbaik, Lee. Hingga hari ini but kemungkinan lain. di bursa saham? Gagal transaksi hedging atau valas?” Lee menye­ memberikan nasihat bisnis? Membuat mereka rugi jutaan dolar tidak ada klien kami yang rugi karena nasihat keuangan yang ”Atau sebagai konsultan keuangan ternama, kau keliru fatal ”Perusahaan konsultanku yang terbaik, Lee. Hingga hari ini but kemungkinan lain. di bursa saham? Gagal transaksi hedging atau valas?” Lee menye­ memberikan nasihat bisnis? Membuat mereka rugi jutaan dolar tidak ada klien kami yang rugi karena nasihat keuangan yang ”Atau sebagai konsultan keuangan ternama, kau keliru fatal ”Perusahaan konsultanku yang terbaik, Lee. Hingga hari ini but kemungkinan lain. di bursa saham? Gagal transaksi hedging atau valas?” Lee menye­ memberikan nasihat bisnis? Membuat mereka rugi jutaan dolar tidak ada klien kami yang rugi karena nasihat keuangan yang ”Atau sebagai konsultan keuangan ternama, kau keliru fatal ”Perusahaan konsultanku yang terbaik, Lee. Hingga hari ini but kemungkinan lain. di bursa saham? Gagal transaksi hedging atau valas?” Lee menye­ memberikan nasihat bisnis? Membuat mereka rugi jutaan dolar tidak ada klien kami yang rugi karena nasihat keuangan yang ”Atau sebagai konsultan keuangan ternama, kau keliru fatal transaksi hedging atau valas?” Lee menye­ ”Perusahaan konsultanku yang terbaik, Lee. Hingga hari ini but kemungkinan lain. buruk,” aku menjawab pelan. memberikan nasihat bisnis? Membuat mereka rugi jutaan dolar tidak ada klien kami yang rugi karena nasihat keuangan yang ”Perusahaan konsultanku yang terbaik, Lee. Hingga hari ini but kemungkinan lain. di bursa saham? Gagal transaksi hedging atau valas?” Lee menye­ buruk,” aku menjawab pelan. memberikan nasihat bisnis? Membuat mereka rugi jutaan dolar tidak ada klien kami yang rugi karena nasihat keuangan yang ”Perusahaan konsultanku yang terbaik, Lee. Hingga hari ini but kemungkinan lain. di bursa saham? Gagal transaksi hedging atau valas?” Lee menye­ buruk,” aku menjawab pelan. memberikan nasihat bisnis? Membuat mereka rugi jutaan dolar tidak ada klien kami yang rugi karena nasihat keuangan yang ”Perusahaan konsultanku yang terbaik, Lee. Hingga hari ini but kemungkinan lain. di bursa saham? Gagal transaksi hedging atau valas?” Lee menye­ buruk,” aku menjawab pelan. memberikan nasihat bisnis? Membuat mereka rugi jutaan dolar tidak ada klien kami yang rugi karena nasihat keuangan yang ”Perusahaan konsultanku yang terbaik, Lee. Hingga hari ini but di bursa saham? Gagal transaksi hedging atau valas?” Lee menye­ buruk,” aku menjawab pelan. memberikan nasihat bisnis? Membuat mereka rugi jutaan dolar kemungkinan lain. tidak ada klien kami yang rugi karena nasihat keuangan yang ”Perusahaan konsultanku yang terbaik, Lee. Hingga hari ini ”Oh, aku lupa itu. Tentu saja demikian, Kawan.” Lee tertawa. di bursa saham? Gagal transaksi hedging atau valas?” Lee menye­ buruk,” menjawab pelan. tidak ada klien kami yang rugi karena nasihat keuangan yang ”Perusahaan konsultanku yang terbaik, Lee. Hingga hari ini but kemungkinan lain. ”Oh, aku lupa itu. Tentu saja demikian, Kawan.” Lee tertawa. di bursa saham? Gagal transaksi hedging atau valas?” Lee menye­ buruk,” menjawab pelan. tidak ada klien kami yang rugi karena nasihat keuangan yang ”Perusahaan konsultanku yang terbaik, Lee. Hingga hari ini but kemungkinan lain. ”Oh, aku lupa itu. Tentu saja demikian, Kawan.” Lee tertawa. di bursa saham? Gagal transaksi hedging atau valas?” Lee menye­ buruk,” menjawab pelan. tidak ada klien kami yang rugi karena nasihat keuangan yang ”Perusahaan konsultanku yang terbaik, Lee. Hingga hari ini but kemungkinan lain. ”Oh, aku lupa itu. Tentu saja demikian, Kawan.” Lee tertawa. di bursa saham? Gagal transaksi hedging atau valas?” Lee menye­ buruk,” menjawab pelan. tidak ada klien kami yang rugi karena nasihat keuangan yang ”Perusahaan konsultanku yang terbaik, Lee. Hingga hari ini but kemungkinan lain. ”Oh, aku lupa itu. Tentu saja demikian, Kawan.” Lee tertawa. konsultanku yang terbaik, Lee. Hingga hari ini di bursa saham? Gagal transaksi hedging atau valas?” Lee menye­ buruk,” menjawab pelan. tidak ada klien kami yang rugi karena nasihat keuangan yang ”Tapi kau juga tidak bisa mengabaikan kemungkinan ada peng­ but kemungkinan lain. ”Oh, aku lupa itu. Tentu saja demikian, Kawan.” Lee tertawa. buruk,” menjawab pelan. tidak ada klien kami yang rugi karena nasihat keuangan yang ”Perusahaan konsultanku yang terbaik, Lee. Hingga hari ini ”Tapi kau juga tidak bisa mengabaikan kemungkinan ada peng­ but kemungkinan lain. ”Oh, aku lupa itu. Tentu saja demikian, Kawan.” Lee tertawa. buruk,” menjawab pelan. tidak ada klien kami yang rugi karena nasihat keuangan yang ”Perusahaan konsultanku yang terbaik, Lee. Hingga hari ini ”Tapi kau juga tidak bisa mengabaikan kemungkinan ada peng­ but kemungkinan lain. ”Oh, aku lupa itu. Tentu saja demikian, Kawan.” Lee tertawa. buruk,” menjawab pelan. tidak ada klien kami yang rugi karena nasihat keuangan yang ”Perusahaan konsultanku yang terbaik, Lee. Hingga hari ini ”Tapi kau juga tidak bisa mengabaikan kemungkinan ada peng­ but kemungkinan lain. ”Oh, aku lupa itu. Tentu saja demikian, Kawan.” Lee tertawa. buruk,” menjawab pelan. tidak yang rugi karena nasihat keuangan yang ”Perusahaan konsultanku yang terbaik, Lee. Hingga hari ini ada klien kami yang rugi karena nasihat keuangan yang ”Tapi kau juga tidak bisa mengabaikan kemungkinan ada peng­ but kemungkinan lain. ”Oh, aku lupa itu. Tentu saja demikian, Kawan.” Lee tertawa. buruk,” menjawab pelan. usaha yang dirugikan karena perusahaan lain, yang menjadi klien­ ”Perusahaan konsultanku yang terbaik, Lee. Hingga hari ini ”Tapi kau juga tidak bisa mengabaikan kemungkinan ada peng­ ”Oh, aku lupa itu. Tentu saja demikian, Kawan.” Lee tertawa. buruk,” menjawab pelan. tidak ada klien kami yang rugi karena nasihat keuangan yang usaha yang dirugikan karena perusahaan lain, yang menjadi klien­ ”Perusahaan konsultanku yang terbaik, Lee. Hingga hari ini ”Tapi kau juga tidak bisa mengabaikan kemungkinan ada peng­ ”Oh, aku lupa itu. Tentu saja demikian, Kawan.” Lee tertawa. buruk,” menjawab pelan. tidak ada klien kami yang rugi karena nasihat keuangan yang usaha yang dirugikan karena perusahaan lain, yang menjadi klien­ ”Perusahaan konsultanku yang terbaik, Lee. Hingga hari ini ”Tapi kau juga tidak bisa mengabaikan kemungkinan ada peng­ ”Oh, aku lupa itu. Tentu saja demikian, Kawan.” Lee tertawa. buruk,” menjawab pelan. tidak ada klien kami yang rugi karena nasihat keuangan yang usaha yang dirugikan karena perusahaan lain, yang menjadi klien­ ”Perusahaan konsultanku yang terbaik, Lee. Hingga hari ini ”Tapi kau juga tidak bisa mengabaikan kemungkinan ada peng­ ”Oh, aku lupa itu. Tentu saja demikian, Kawan.” Lee tertawa. buruk,” menjawab pelan. tidak ada klien kami yang rugi karena nasihat keuangan yang pelan. usaha yang dirugikan karena perusahaan lain, yang menjadi klien­ ”Perusahaan konsultanku yang terbaik, Lee. Hingga hari ini ”Tapi kau juga tidak bisa mengabaikan kemungkinan ada peng­ ”Oh, aku lupa itu. Tentu saja demikian, Kawan.” Lee tertawa. mu untung besar atas nasihat brilian yang kauberikan, bukan? tidak ada klien kami yang rugi karena nasihat keuangan yang usaha yang dirugikan karena perusahaan lain, yang menjadi klien­ ”Tapi kau juga tidak bisa mengabaikan kemungkinan ada peng­ ”Oh, aku lupa itu. Tentu saja demikian, Kawan.” Lee tertawa. buruk,” menjawab pelan. mu untung besar atas nasihat brilian yang kauberikan, bukan? tidak ada klien kami yang rugi karena nasihat keuangan yang usaha yang dirugikan karena perusahaan lain, yang menjadi klien­ ”Tapi kau juga tidak bisa mengabaikan kemungkinan ada peng­ ”Oh, aku lupa itu. Tentu saja demikian, Kawan.” Lee tertawa. buruk,” menjawab pelan. mu untung besar atas nasihat brilian yang kauberikan, bukan? tidak ada klien kami yang rugi karena nasihat keuangan yang usaha yang dirugikan karena perusahaan lain, yang menjadi klien­ ”Tapi kau juga tidak bisa mengabaikan kemungkinan ada peng­ ”Oh, aku lupa itu. Tentu saja demikian, Kawan.” Lee tertawa. buruk,” menjawab pelan. mu untung besar atas nasihat brilian yang kauberikan, bukan? tidak ada klien kami yang rugi karena nasihat keuangan yang usaha yang dirugikan karena perusahaan lain, yang menjadi klien­ ”Tapi kau juga tidak bisa mengabaikan kemungkinan ada peng­ Tentu saja demikian, Kawan.” Lee tertawa. buruk,” menjawab pelan. ”Oh, aku lupa itu. Tentu saja demikian, Kawan.” Lee tertawa. mu untung besar atas nasihat brilian yang kauberikan, bukan? tidak ada klien kami yang rugi karena nasihat keuangan yang usaha yang dirugikan karena perusahaan lain, yang menjadi klien­ ”Tapi kau juga tidak bisa mengabaikan kemungkinan ada peng­ Mereka marah, memutuskan menyerang konsultan keuangannya.” buruk,” aku menjawab pelan. mu untung besar atas nasihat brilian yang kauberikan, bukan? usaha yang dirugikan karena perusahaan lain, yang menjadi klien­ ”Tapi kau juga tidak bisa mengabaikan kemungkinan ada peng­ ”Oh, aku lupa itu. Tentu saja demikian, Kawan.” Lee tertawa. Mereka marah, memutuskan menyerang konsultan keuangannya.” buruk,” menjawab pelan. mu untung besar atas nasihat brilian yang kauberikan, bukan? usaha yang dirugikan karena perusahaan lain, yang menjadi klien­ ”Tapi kau juga tidak bisa mengabaikan kemungkinan ada peng­ ”Oh, aku lupa itu. Tentu saja demikian, Kawan.” Lee tertawa. Mereka marah, memutuskan menyerang konsultan keuangannya.” buruk,” menjawab pelan. mu untung besar atas nasihat brilian yang kauberikan, bukan? usaha yang dirugikan karena perusahaan lain, yang menjadi klien­ ”Tapi kau juga tidak bisa mengabaikan kemungkinan ada peng­ ”Oh, aku lupa itu. Tentu saja demikian, Kawan.” Lee tertawa. Mereka marah, memutuskan menyerang konsultan keuangannya.” buruk,” menjawab pelan. mu untung besar atas nasihat brilian yang kauberikan, bukan? usaha yang dirugikan karena perusahaan lain, yang menjadi klien­ ”Tapi bisa mengabaikan kemungkinan ada peng­ kau juga tidak bisa mengabaikan kemungkinan ada peng­ ”Oh, aku lupa itu. Tentu saja demikian, Kawan.” Lee tertawa. Mereka marah, memutuskan menyerang konsultan keuangannya.” buruk,” menjawab pelan. mu untung besar atas nasihat brilian yang kauberikan, bukan? usaha yang dirugikan karena perusahaan lain, yang menjadi klien­ Aku menggeleng, menyeka pelipis. ”Mereka tidak akan me­ ”Oh, aku lupa itu. Tentu saja demikian, Kawan.” Lee tertawa. Mereka marah, memutuskan menyerang konsultan keuangannya.” mu untung besar atas nasihat brilian yang kauberikan, bukan? usaha yang dirugikan karena perusahaan lain, yang menjadi klien­ ”Tapi kau juga tidak bisa mengabaikan kemungkinan ada peng­ Aku menggeleng, menyeka pelipis. ”Mereka tidak akan me­ ”Oh, aku lupa itu. Tentu saja demikian, Kawan.” Lee tertawa. Mereka marah, memutuskan menyerang konsultan keuangannya.” mu untung besar atas nasihat brilian yang kauberikan, bukan? usaha yang dirugikan karena perusahaan lain, yang menjadi klien­ ”Tapi kau juga tidak bisa mengabaikan kemungkinan peng­ Aku menggeleng, pelipis. ”Mereka akan me­ ”Oh, aku lupamemutuskan itu. Tentu saja demikian, Kawan.” Leeada tertawa. Mereka marah, menyerang konsultan keuangannya.” mu untung besar atasmenyeka nasihat brilian yang kauberikan, bukan? usaha yang dirugikan karena perusahaan lain, yangtidak menjadi klien­ ”Tapi kau juga tidak bisa mengabaikan kemungkinan ada peng­



letakkan seratus kilogram heroin sebagai Itu membuat ”Masuk akal.” Lee mengangguk, tangannya gesit membanting jalan tol, meninggalkan terowongan bawah laut. masalah lebih rumit, bahkan bagi mereka sendiri.” setir. Sekarang kami melaju di jalan lebarbalasan. dan lengang, seperti



letakkan seratus kilogram heroin sebagai balasan. Itu membuat ”Masuk akal.” Lee mengangguk, tangannya gesit membanting jalan meninggalkan terowongan bawah laut. setir. Sekarang kami melaju di jalan lebar dan lengang, seperti masalah lebih rumit, bahkan bagi mereka sendiri.” letakkan seratus kilogram heroin sebagai balasan. Itu membuat ”Masuk akal.” Lee mengangguk, tangannya gesit membanting jalan tol, meninggalkan terowongan bawah laut. masalah lebih rumit, bahkan bagi mereka sendiri.” setir. Sekarang kami melaju di jalan lebar dan lengang, seperti mobil dengan sebuah percakapan. gan ditol, dalam ”Atau mungkin ada petarung yang sakit hati karena kaukalah­ kan?” letakkan seratus kilogram heroin sebagai balasan. Itu membuat ”Masuk akal.” Lee mengangguk, tangannya gesit membanting jalan tol, meninggalkan terowongan bawah laut. masalah lebih rumit, bahkan bagi mereka sendiri.” setir. Sekarang kami melaju di jalan lebar dan lengang, seperti ”Atau mungkin ada petarung yang sakit hati karena kaukalah­ kan?” ”Masuk akal.” Lee mengangguk, tangannya gesit membanting jalan tol, meninggalkan terowongan bawah laut. masalah lebih rumit, bahkan bagi mereka sendiri.” setir. Sekarang kami melaju di jalan lebar dan lengang, seperti ”Atau mungkin ada petarung yang sakit hati karena kaukalah­ ”Masuk akal.” Lee mengangguk, tangannya gesit membanting jalan tol, meninggalkan terowongan bawah laut. masalah lebih rumit, bahkan bagi mereka sendiri.” setir. Sekarang kami melaju di jalan lebar dan lengang, seperti ”Atau mungkin ada petarung yang sakit hati karena kaukalah­ jalan tol, meninggalkan terowongan bawah laut. ”Masuk akal.” Lee mengangguk, tangannya gesit membanting masalah lebih rumit, bahkan bagi mereka sendiri.” setir. Sekarang kami melaju di jalan lebar dan lengang, seperti ”Atau mungkin ada petarung yang sakit hati karena kaukalah­ ”Masuk akal.” Lee mengangguk, tangannya gesit membanting jalan tol, meninggalkan terowongan bawah laut. kan?” Aku tahu, sejak tadi Lee berusaha menurunkan tensi kete­ masalah lebih rumit, bahkan bagi mereka sendiri.” setir. Sekarang kami melaju di jalan lebar dan lengang, seperti ”Atau mungkin ada petarung yang sakit hati karena kaukalah­ Aku baru mengenalnya 12 jam terakhir, tapi sebuah ”Masuk akal.” Lee mengangguk, tangannya gesit membanting jalan tol, meninggalkan terowongan bawah laut. kan?” Aku tahu, sejak tadi Lee berusaha menurunkan tensi kete­pe setir. Sekarang kami melaju di jalan lebar dan lengang, seperti ”Atau mungkin ada petarung yang sakit hati karena kaukalah­ ”Masuk akal.” Lee mengangguk, tangannya gesit membanting jalan tol, meninggalkan terowongan bawah laut. kan?” setir. Sekarang kami melaju di jalan lebar dan lengang, seperti ”Atau mungkin ada petarung yang sakit hati karena kaukalah­ ”Masuk akal.” Lee mengangguk, tangannya gesit membanting jalan tol, meninggalkan terowongan bawah laut. kan?” ”Atau mungkin ada petarung yang sakit hati karena kaukalah­ setir. Sekarang kami melaju di jalan lebar dan lengang, seperti ”Masuk akal.” Lee mengangguk, tangannya gesit membanting jalan tol, meninggalkan terowongan bawah laut. kan?” setir. Sekarang kami melaju di jalan lebar dan lengang, seperti ”Atau mungkin ada petarung yang sakit hati karena kaukalah­ Aku tahu, sejak tadi Lee berusaha menurunkan tensi kete­ mobil dengan sebuah percakapan. gangan di dalam ”Masuk akal.” Lee mengangguk, tangannya gesit membanting jalan tol, meninggalkan terowongan bawah laut. kan?” setir. Sekarang kami melaju di jalan lebar dan lengang, seperti ”Atau mungkin ada petarung yang sakit hati karena kaukalah­ Aku tahu, sejak tadi Lee berusaha menurunkan tensi kete­ mobil dengan sebuah percakapan. gangan di dalam jalan tol, meninggalkan terowongan bawah laut. kan?” jujur dan terhormat akan membuat kita meng gan yang setir. Sekarang kami melaju di jalan lebar dan lengang, seperti ”Atau mungkin ada petarung yang sakit hati kaukalah­ Aku tahu, sejak tadi Lee berusaha menurunkan tensi kete­ jalan tol, meninggalkan terowongan bawah laut.karena kan?” setir. Sekarang kami melaju di jalan lebar dan lengang, seperti ”Atau mungkin ada petarung yang sakit hati karena kaukalah­ Aku tahu, sejak tadi Lee berusaha menurunkan tensi kete­ kan?” jalan tol, meninggalkan terowongan bawah laut. setir. Sekarang kami melaju di jalan lebar dan lengang, seperti ”Atau mungkin ada petarung yang sakit hati karena kaukalah­ Aku tahu, sejak tadi Lee berusaha menurunkan tensi kete­ jalan tol, meninggalkan terowongan bawah laut. kan?” mobil dengan sebuah percakapan. gangan di dalam Aku baru mengenalnya 12 jam terakhir, tapi sebuah perta­ setir. Sekarang kami melaju di jalan lebar dan lengang, seperti ”Atau mungkin ada petarung yang sakit hati karena kaukalah­ Aku tahu, sejak tadi Lee berusaha menurunkan tensi kete­ jalan tol, meninggalkan terowongan bawah laut. kan?” mobil dengan sebuah percakapan. gangan di dalam Aku baru mengenalnya 12 jam terakhir, tapi sebuah perta­ ”Atau mungkin ada petarung yang sakit hati karena kaukalah­ Aku tahu, sejak tadi Lee berusaha menurunkan tensi kete­ jalan tol, meninggalkan terowongan bawah laut. kan?” mobil dengan sebuah percakapan. di dalam nggangan lain dengan cepat secara lengkap. Aku seperti sudah ”Atau mungkin ada petarung yang sakit hati karena kaukalah­ Aku tahu, sejak tadi Lee berusaha menurunkan tensi kete­ jalan tol, meninggalkan terowongan bawah laut. kan?” mobil dengan sebuah percakapan. gangan di dalam Aku tahu, sejak tadi Lee berusaha menurunkan tensi kete­ ”Atau mungkin ada petarung yang sakit hati karena kaukalah­ jalan tol, meninggalkan terowongan bawah laut. kan?” mobil dengan sebuah percakapan. gangan di dalam ”Atau mungkin ada petarung yang sakit hati karena kaukalah­ Aku tahu, sejak tadi Lee berusaha menurunkan tensi kete­ baru mengenalnya 12 jam terakhir, tapi sebuah perta­ rungan yang jujur dan terhormat akan membuat kita mengenal jalan tol, meninggalkan terowongan bawah laut. kan?” mobil dengan sebuah percakapan. gangan di dalam ”Atau mungkin ada petarung yang sakit hati karena kaukalah­ Aku tahu, sejak tadi Lee berusaha menurunkan tensi kete­ baru mengenalnya 12 jam terakhir, tapi sebuah perta­ rungan yang jujur dan terhormat akan membuat kita mengenal kan?” mobil dengan sebuah percakapan. gangan di dalam ”Atau mungkin ada petarung yang sakit hati karena kaukalah­ Aku tahu, sejak tadi Lee berusaha menurunkan tensi kete­ baru mengenalnya 12 jam terakhir, tapi sebuah perta­ kan?” mobil dengan sebuah percakapan. gangan di dalam ”Atau mungkin ada petarung yang sakit hati karena kaukalah­ Aku tahu, sejak tadi Lee berusaha menurunkan tensi kete­ baru mengenalnya 12 jam terakhir, tapi sebuah perta­ nalnya bertahun-tahun dan bisa memahami tabiatnya. mobil dengan sebuah percakapan. gangan di dalam kan?” ”Atau mungkin ada petarung yang sakit hati karena kaukalah­ Aku tahu, sejak tadi Lee berusaha menurunkan tensi kete­ baru mengenalnya 12 jam terakhir, tapi sebuah perta­ kan?” mobil dengan sebuah percakapan. gangan di dalam rungan yang jujur dan terhormat akan membuat kita mengenal orang lain dengan cepat secara lengkap. Aku seperti sudah me­ ”Atau mungkin ada petarung yang sakit hati karena kaukalah­ Aku tahu, sejak tadi Lee berusaha menurunkan tensi kete­ baru mengenalnya 12 jam terakhir, tapi sebuah perta­ kan?” mobil dengan sebuah percakapan. gangan di dalam rungan yang jujur dan terhormat akan membuat kita mengenal orang lain dengan cepat secara lengkap. Aku seperti sudah me­ Aku tahu, sejak tadi Lee berusaha menurunkan tensi kete­ baru mengenalnya 12 jam terakhir, tapi sebuah perta­ kan?” mobil dengan sebuah percakapan. gangan di dalam rungan yang jujur dan terhormat akan membuat kita mengenal Aku tahu, sejak tadi Lee berusaha menurunkan tensi kete­ baru mengenalnya 12 jam terakhir, tapi sebuah perta­ kan?” mobil dengan sebuah percakapan. gangan di dalam rungan yang jujur dan terhormat akan membuat kita mengenal sejak tadi Lee berusaha menurunkan tensi kete­ Aku tahu, baru mengenalnya 12 jam terakhir, tapi sebuah perta­ kan?” mobil dengan sebuah percakapan. gangan di dalam rungan yang jujur dan terhormat akan membuat kita mengenal am apa yang sedang dilakukan Lee. Dia memang sama s Aku tahu, sejak tadi Lee berusaha menurunkan tensi kete­ baru mengenalnya 12 jam terakhir, tapi sebuah perta­ orang lain dengan cepat secara lengkap. Aku seperti sudah me­ ngenalnya bertahun-tahun dan bisa memahami tabiatnya. Aku kan?” mobil dengan sebuah percakapan. gangan di dalam rungan yang jujur dan terhormat akan membuat kita mengenal Aku tahu, sejak tadi Lee berusaha menurunkan tensi kete­ baru mengenalnya 12 jam terakhir, tapi sebuah perta­ orang lain dengan cepat secara lengkap. Aku seperti sudah me­ ngenalnya bertahun-tahun dan bisa memahami tabiatnya. Aku mobil dengan sebuah percakapan. gangan di dalam rungan yang jujur dan terhormat akan membuat kita mengenal Aku tahu, sejak tadi Lee berusaha menurunkan tensi kete­ baru mengenalnya 12 jam terakhir, tapi sebuah perta­ orang lain dengan cepat secara lengkap. Aku seperti sudah me­ mobil dengan sebuah percakapan. gangan di dalam rungan yang jujur dan terhormat akan membuat kita mengenal Aku tahu, sejak tadi Lee berusaha menurunkan tensi kete­ baru mengenalnya 12 jam terakhir, tapi sebuah perta­ orang lain dengan cepat secara lengkap. Aku seperti sudah me­ mobil dengan sebuah percakapan. gangan di dalam rungan yang jujur dan terhormat akan membuat kita mengenal Aku tahu, sejak tadi Lee berusaha menurunkan tensi kete­ baru mengenalnya 12 jam terakhir, tapi sebuah perta­ orang lain dengan cepat secara lengkap. Aku seperti sudah me­ mobil dengan sebuah percakapan. gangan di dalam rungan yang jujur dan akan membuat kita mengenal ngenalnya bertahun-tahun dan bisa memahami tabiatnya. Aku apa yang sedang dilakukan Lee. Dia memang sama sekali kpaham mengenal Maryam, tapi gadis wartawan itu beran Aku tahu, sejak taditerhormat Lee berusaha menurunkan tensi kete­ baru mengenalnya 12 jam terakhir, tapi sebuah perta­ orang lain dengan cepat secara lengkap. Aku seperti sudah me­ mobil dengan sebuah percakapan. gangan di dalam rungan yang jujur dan terhormat akan membuat kita mengenal ngenalnya bertahun-tahun dan bisa memahami tabiatnya. Aku paham apa yang sedang dilakukan Lee. Dia memang sama sekali Aku baru mengenalnya 12 jam terakhir, tapi sebuah perta­ orang dengan cepat secara lengkap. Aku seperti sudah me­ mobil dengan sebuah percakapan. gangan di dalam rungan yang jujur dan terhormat akan membuat kita mengenal ngenalnya bertahun-tahun dan bisa memahami tabiatnya. Aku Akulain baru mengenalnya 12 jam jam terakhir, tapi sebuah perta­ orang lain dengan cepat secara lengkap. Aku seperti sudah me­ mobil dengan sebuah percakapan. gangan di dalam rungan yang jujur dan terhormat akan membuat kita mengenal ngenalnya bertahun-tahun dan bisa memahami tabiatnya. Aku Aku baru mengenalnya 12 terakhir, tapi sebuah perta­ orang lain dengan cepat secara lengkap. Aku seperti sudah me­ mobil dengan sebuah percakapan. gangan di dalam rungan yang jujur dan terhormat akan membuat kita mengenal ngenalnya bertahun-tahun dan bisa memahami tabiatnya. Aku Aku baru mengenalnya 12 jam terakhir, tapi sebuah perta­ orang lain dengan cepat secara lengkap. Aku seperti sudah me­ paham apa yang sedang dilakukan Lee. Dia memang sama sekali tidak mengenal Maryam, tapi gadis wartawan itu berangsur mobil dengan sebuah percakapan. gangan di dalam rungan yang jujur dan terhormat akan membuat kita mengenal ngenalnya bertahun-tahun dan bisa memahami tabiatnya. Aku Aku baru mengenalnya 12 jam terakhir, tapi sebuah perta­ orang lain dengan cepat secara lengkap. Aku seperti sudah me­ paham apa yang sedang dilakukan Lee. Dia memang sama sekali mbaik kondisinya. Mendengar percakapan kami memba tidak mengenal Maryam, tapi gadis wartawan itu berangsur rungan yang jujur dan terhormat akan membuat kita mengenal ngenalnya bertahun-tahun dan bisa memahami tabiatnya. Aku Aku baru mengenalnya 12 jam terakhir, tapi sebuah perta­ orang lain dengan cepat secara lengkap. Aku seperti sudah me­ paham apa yang sedang dilakukan Lee. Dia memang sama sekali rungan yang jujur dan terhormat akan membuat kita mengenal ngenalnya bertahun-tahun dan bisa memahami tabiatnya. Aku Aku baru mengenalnya 12 jam terakhir, tapi sebuah perta­ orang lain dengan cepat secara lengkap. Aku seperti sudah me­ paham apa yang sedang dilakukan Lee. Dia memang sama sekali rungan yang jujur dan terhormat akan membuat kita mengenal ngenalnya bertahun-tahun dan bisa memahami tabiatnya. Aku Aku baru mengenalnya 12 jam terakhir, tapi sebuah perta­ orang lain dengan cepat secara lengkap. Aku seperti sudah me­ paham apa yang sedang dilakukan Lee. Dia memang sama sekali rungan yang jujur dan terhormat akan membuat kita mengenal ngenalnya bertahun-tahun dan bisa memahami tabiatnya. Aku tidak mengenal Maryam, tapi gadis wartawan itu berangsur membaik kondisinya. Mendengar percakapan kami membantu­ Aku baru mengenalnya 12 jam terakhir, tapi sebuah perta­ orang lain dengan cepat secara lengkap. Aku seperti sudah me­ paham apa yang sedang dilakukan Lee. Dia memang sama sekali rungan yang jujur dan terhormat akan membuat kita mengenal ngenalnya bertahun-tahun dan bisa memahami tabiatnya. Aku tidak mengenal Maryam, tapi gadis wartawan itu berangsur membaik kondisinya. Mendengar percakapan kami membantu­ orang lain dengan cepat secara lengkap. Aku seperti sudah me­ paham apa yang sedang dilakukan Lee. Dia memang sama sekali rungan yang jujur dan terhormat akan membuat kita mengenal ngenalnya bertahun-tahun dan bisa memahami tabiatnya. Aku Semua baik-baik saja sejauh ini, juga kondisi Opa pulih. tidak mengenal Maryam, tapi gadis wartawan itu berangsur orang lain dengan cepat secara lengkap. Aku seperti sudah me­ paham apa yang sedang dilakukan Lee. Dia memang sama sekali rungan yang jujur dan terhormat akan membuat kita mengenal ngenalnya bertahun-tahun dan bisa memahami tabiatnya. Aku tidak mengenal Maryam, tapi gadis wartawan itu berangsur orang lain dengan cepat secara lengkap. Aku seperti sudah me­ paham apa yang sedang dilakukan Lee. Dia memang sama sekali rungan yang jujur dan terhormat akan membuat kita mengenal ngenalnya bertahun-tahun dan bisa memahami tabiatnya. Aku tidak mengenal Maryam, tapi gadis wartawan itu berangsur orang lain dengan cepat secara lengkap. Aku seperti sudah me­ paham apa yang sedang dilakukan Lee. Dia memang sama sekali membaik kondisinya. Mendengar percakapan kami membantu­ rungan yang jujur dan terhormat akan membuat kita mengenal Semua baik-baik saja sejauh ini, juga kondisi Opa dan nya pulih. ngenalnya bertahun-tahun dan bisa memahami tabiatnya. Aku tidak mengenal Maryam, tapi gadis wartawan itu berangsur orang lain dengan cepat secara lengkap. Aku seperti sudah me­ paham apa yang sedang dilakukan Lee. Dia memang sama sekali membaik kondisinya. Mendengar percakapan kami membantu­ ngenalnya bertahun-tahun dan bisa memahami tabiatnya. Aku Semua baik-baik saja sejauh ini, juga kondisi Opa dan nya pulih. tidak mengenal Maryam, tapi gadis wartawan itu berangsur orang lain dengan cepat secara lengkap. Aku seperti sudah me­ paham apa yang sedang dilakukan Lee. Dia memang sama sekali membaik kondisinya. Mendengar percakapan kami membantu­ ngenalnya bertahun-tahun dan bisa memahami tabiatnya. Aku tidak mengenal Maryam, tapi gadis wartawan itu berangsur ek. orang lain dengan cepat secara lengkap. Aku seperti sudah me­ paham apa yang sedang dilakukan Lee. Dia memang sama sekali membaik kondisinya. Mendengar percakapan kami membantu­ ngenalnya bertahun-tahun dan bisa memahami tabiatnya. Aku tidak mengenal Maryam, tapi gadis wartawan itu berangsur orang lain dengan cepat secara lengkap. Aku seperti sudah me­ paham apa yang sedang dilakukan Lee. Dia memang sama sekali membaik kondisinya. Mendengar percakapan kami membantu­ ngenalnya bertahun-tahun dan bisa memahami tabiatnya. Aku tidak mengenal Maryam, tapi gadis wartawan itu berangsur Semua baik-baik saja sejauh ini, juga kondisi Opa dan nya pulih. orang lain dengan cepat secara lengkap. Aku seperti sudah me­ paham apa yang sedang dilakukan Lee. Dia memang sama sekali Kadek. membaik kondisinya. Mendengar percakapan kami membantu­ ngenalnya bertahun-tahun dan bisa memahami tabiatnya. Aku tidak mengenal Maryam, tapi gadis wartawan itu berangsur Semua baik-baik saja sejauh ini, juga kondisi Opa dan nya pulih. paham apa yang sedang dilakukan Lee. Dia memang sama sekali Kadek. membaik Mendengar percakapan kami membantu­ ngenalnya bertahun-tahun dan bisa memahami tabiatnya. Aku tidak mengenal Maryam, tapi gadis wartawan itu berangsur Semua baik-baik saja sejauh ini, juga kondisi Opa dan nya pulih. paham apakondisinya. yangkau sedang dilakukan Lee. Dia memang sama sekali membaik kondisinya. Mendengar percakapan kami membantu­ ngenalnya bertahun-tahun dan bisa memahami tabiatnya. Aku tidak mengenal Maryam, tapi gadis wartawan itu berangsur Semua baik-baik saja sejauh ini, juga kondisi Opa dan nya pulih. paham apa yang sedang dilakukan Lee. Dia memang sama sekali membaik kondisinya. Mendengar percakapan kami membantu­ Kalau begitu, salah satu orang yang bisa dicurigai, ngenalnya bertahun-tahun dan bisa memahami tabiatnya. Aku tidak mengenal Maryam, tapi gadis wartawan itu berangsur Semua baik-baik saja sejauh ini, juga kondisi Opa dan nya pulih. paham apa yang sedang dilakukan Lee. Dia memang sama sekali membaik kondisinya. Mendengar percakapan kami membantu­ Kadek. ngenalnya bertahun-tahun dan bisa memahami tabiatnya. Aku tidak mengenal Maryam, tapi gadis wartawan itu berangsur ”Kalau begitu, kau salah satu orang yang bisa dicurigai, Lee. Semua baik-baik saja sejauh ini, juga kondisi Opa dan nya pulih. paham apa yang sedang dilakukan Lee. Dia memang sama sekali membaik kondisinya. Mendengar percakapan kami membantu­ Kadek. tidak mengenal Maryam, tapi gadis wartawan itu berangsur ”Kalau begitu, kau salah satu orang yang bisa dicurigai, Lee. Semua baik-baik saja sejauh ini, juga kondisi Opa dan nya pulih. paham apa yang sedang dilakukan Lee. Dia memang sama sekali membaik kondisinya. Mendengar percakapan kami membantu­ Kadek. tidak mengenal Maryam, tapi gadis wartawan itu berangsur Semua baik-baik saja sejauh ini, juga kondisi Opa dan nya pulih. paham apa yang sedang dilakukan Lee. Dia memang sama sekali membaik kondisinya. Mendengar percakapan kami membantu­ Kadek. tidak mengenal Maryam, tapi gadis wartawan itu berangsur Semua baik-baik saja sejauh ini, juga kondisi Opa dan nya pulih. paham apa yang sedang dilakukan Lee. Dia memang sama sekali membaik kondisinya. Mendengar percakapan kami membantu­ Kadek. tidak mengenal Maryam, tapi gadis wartawan itu berangsur u Aku mengalahkanmu tadi malam,” aku bergumam pelan. Semua baik-baik saja sejauh ini, juga kondisi Opa dan nya pulih. ”Kalau begitu, kau salah satu orang yang bisa dicurigai, Lee. paham apa yang sedang dilakukan Lee. Dia memang sama sekali membaik kondisinya. Mendengar percakapan kami membantu­ mengalahkanmu tadi malam,” aku bergumam pelan. Kadek. tidak mengenal Maryam, tapi gadis wartawan itu berangsur Semua baik-baik saja sejauh ini, juga kondisi Opa dan nya pulih. ”Kalau begitu, kau salah satu orang yang bisa dicurigai, Lee. membaik kondisinya. Mendengar percakapan kami membantu­ Aku mengalahkanmu tadi malam,” aku bergumam pelan. Kadek. tidak mengenal Maryam, tapi gadis wartawan itu berangsur Semua baik-baik saja sejauh ini, juga kondisi Opa dan nya pulih. ”Kalau begitu, kau salah satu orang yang bisa dicurigai, Lee. membaik kondisinya. Mendengar percakapan kami membantu­ Kadek. tidak mengenal Maryam, tapi gadis wartawan itu berangsur Semua baik-baik saja sejauh ini, juga kondisi Opa dan nya pulih. ”Kalau begitu, kau salah satu orang yang bisa dicurigai, Lee. membaik kondisinya. Mendengar percakapan kami membantu­ Kadek. tidak mengenal Maryam, tapi gadis wartawan itu berangsur Semua baik-baik saja sejauh ini, juga kondisi Opa dan nya pulih. ”Kalau begitu, kau salah satu orang yang bisa dicurigai, Lee. membaik kondisinya. Mendengar percakapan kami membantu­ Kadek. Aku mengalahkanmu tadi malam,” aku bergumam pelan. tidak mengenal Maryam, tapi gadis wartawan itu berangsur Semua baik-baik saja sejauh ini, juga kondisi Opa dan nya pulih. Lee tertawa lagi. ”Hei, kau hanya memenangi satu perta­ ”Kalau begitu, kau salah satu orang yang bisa dicurigai, Lee. eeAku tertawa lagi. ”Hei, kau hanya memenangi satu pe membaik kondisinya. Mendengar percakapan kami membantu­ Kadek. mengalahkanmu tadi malam,” aku bergumam pelan. Semua baik-baik saja sejauh ini, juga kondisi Opa dan nya pulih. ”Kalau begitu, kau salah satu orang yang bisa dicurigai, Lee. Lee tertawa lagi. ”Hei, kau hanya memenangi satu perta­ membaik kondisinya. Mendengar percakapan kami membantu­ Kadek. Aku mengalahkanmu tadi malam,” aku bergumam pelan. Semua baik-baik saja sejauh ini, juga kondisi Opa dan nya pulih. ”Kalau begitu, kau salah satu orang yang bisa dicurigai, Lee. membaik kondisinya. Mendengar percakapan kami membantu­ Kadek. Aku mengalahkanmu tadi malam,” aku bergumam pelan. Semua baik-baik saja sejauh ini, juga kondisi Opa dan nya pulih. ”Kalau begitu, kau salah satu orang yang bisa dicurigai, Lee. membaik kondisinya. Mendengar percakapan kami membantu­ Kadek. Aku mengalahkanmu tadi malam,” aku bergumam pelan. Semua baik-baik saja sejauh ini, juga kondisi Opa dan nya pulih. ”Kalau begitu, kau salah satu orang yang bisa dicurigai, Lee. Lee tertawa lagi. ”Hei, kau hanya memenangi satu perta­ membaik kondisinya. Mendengar percakapan kami membantu­ Kadek. rungan, Thomas. Itu tidak bisa disimpulkan kau telah mengalah­ Aku mengalahkanmu tadi malam,” aku bergumam pelan. Semua baik-baik saja sejauh ini, juga kondisi Opa dan nya pulih. ”Kalau begitu, kau salah satu orang yang bisa dicurigai, Lee. Lee tertawa lagi. ”Hei, kau hanya memenangi satu perta­ Kadek. Aku mengalahkanmu tadi malam,” aku bergumam pelan. gan, Thomas. Itu tidak disimpulkan kau telah menga rungan, Thomas. Itu tidak bisa disimpulkan kau telah mengalah­ Semua baik-baik saja sejauh juga kondisi Opa dan nya pulih. ”Kalau begitu, kau salah satu orang yang bisa dicurigai, Lee. Lee tertawa lagi. ”Hei, kau hanya memenangi satu perta­ Kadek. Aku mengalahkanmu tadibisa malam,” akuini, bergumam pelan. Semua baik-baik saja sejauh ini, juga kondisi Opa dan nya pulih. ”Kalau begitu, kau salah satu orang yang bisa dicurigai, Lee. Lee tertawa lagi. ”Hei, kau hanya memenangi satu perta­ Kadek. Aku mengalahkanmu tadi malam,” aku bergumam pelan. Semua baik-baik saja sejauh ini, juga kondisi Opa dan nya pulih. ”Kalau begitu, kau salah satu orang yang bisa dicurigai, Lee. Lee tertawa lagi. ”Hei, kau hanya memenangi satu perta­ Kadek. Aku mengalahkanmu tadi malam,” aku bergumam pelan. rungan, Thomas. Itu tidak bisa disimpulkan kau telah mengalah­ Semua baik-baik saja sejauh ini, juga kondisi Opa dan nya pulih. ”Kalau begitu, kau salah satu orang yang bisa dicurigai, Lee. Lee tertawa lagi. ”Hei, kau hanya memenangi satu perta­ kanku. Hanya satu pertarungan, Kawan.” Kadek. Aku mengalahkanmu tadi malam,” aku bergumam pelan. rungan, Thomas. Itu tidak bisa disimpulkan kau telah mengalah­ ”Kalau begitu, kau salah satu orang yang bisa dicurigai, Lee. Lee tertawa lagi. ”Hei, kau hanya memenangi satu perta­ kanku. Hanya satu pertarungan, Kawan.” Kadek. Aku mengalahkanmu tadi malam,” aku bergumam pelan. rungan, Thomas. Itu tidak bisa disimpulkan kau telah mengalah­ ku. Hanya satu pertarungan, Kawan.” ”Kalau begitu, kau salah satu orang yang bisa dicurigai, Lee. Lee tertawa lagi. ”Hei, kau hanya memenangi satu perta­ Kadek. Aku mengalahkanmu tadi malam,” aku bergumam pelan. rungan, Thomas. Itu tidak bisa disimpulkan kau telah mengalah­ ”Kalau begitu, kau salah satu orang yang bisa dicurigai, Lee. Lee tertawa lagi. ”Hei, kau hanya memenangi satu perta­ Kadek. Aku mengalahkanmu tadi malam,” aku bergumam pelan. rungan, Thomas. Itu tidak bisa disimpulkan kau telah mengalah­ ”Kalau begitu, kau salah satu orang yang bisa dicurigai, Lee. Lee tertawa lagi. ”Hei, kau hanya memenangi satu perta­ kanku. Hanya satu pertarungan, Kawan.” Kadek. Aku mengalahkanmu tadi malam,” aku bergumam pelan. rungan, Thomas. Itu tidak bisa disimpulkan kau telah mengalah­ Aku kali ini ikut tertawa, mengangguk setuju. ”Kalau begitu, kau salah satu orang bisa dicurigai, Lee. Lee tertawa lagi. ”Hei, kau hanya memenangi satu perta­ kanku. Hanya satu pertarungan, Kawan.” Aku mengalahkanmu tadi malam,” aku bergumam pelan. rungan, Thomas. Itu tidak disimpulkan kau telah mengalah­ Aku kali ini ikut tertawa, mengangguk setuju. ”Kalau kau salah satu orang yang bisa dicurigai, Lee. Lee tertawa lagi. ”Hei, kau hanya memenangi satu perta­ kanku. Hanya satu pertarungan, Kawan.” Aku mengalahkanmu tadi bisa malam,” aku yang bergumam pelan. rungan, Thomas. Itu tidak bisa disimpulkan kau telah mengalah­ ”Kalau begitu, kau salah satu orang bisa dicurigai, Lee. Lee tertawa lagi. ”Hei, kau hanya memenangi satu perta­ kanku. Hanya satu pertarungan, Kawan.” aku bergumam pelan. Aku kali inibegitu, ikut tertawa, mengangguk setuju. rungan, Thomas. Itu tidak disimpulkan kau mengalah­ ”Kalau begitu, kau salah satu orang yang bisa dicurigai, Lee. Lee tertawa lagi. ”Hei, kau hanya memenangi satu perta­ kanku. Hanya satu pertarungan, Kawan.” Aku mengalahkanmu tadi bisa malam,” aku yang bergumam pelan. rungan, Thomas. Itu tidak bisa disimpulkan kau telah mengalah­ Aku kali ini ikut tertawa, mengangguk setuju. ”Kalau begitu, kau salah satu orang yang bisatelah dicurigai, Lee. Lee tertawa lagi. ”Hei, kau hanya memenangi satu perta­ kanku. Hanya satu pertarungan, Kawan.”



Aku mengalahkanmu tadi malam,” aku bergumam pelan. rungan, Thomas. Itu tidak bisa disimpulkan kau telah mengalah­ Aku kali ini ikut tertawa, mengangguk setuju. Lee tertawa lagi. ”Hei, kau hanya memenangi satu perta­ kanku. Hanya satu pertarungan, Kawan.” Aku mengalahkanmu tadi malam,” aku bergumam pelan. rungan, Thomas. Itu tidak bisa disimpulkan kau telah mengalah­ Aku kali ini ikut tertawa, mengangguk setuju. hanya memenangi satu perta­ kanku. Hanya satu pertarungan, Kawan.” Aku mengalahkanmu tadi malam,” aku bergumam pelan. rungan, Thomas. Itu tidak bisa disimpulkan kau telah mengalah­ Aku kali ini ikut tertawa, mengangguk setuju. Lee tertawa lagi. ”Hei, kau hanya memenangi satu perta­ kanku. Hanya satu pertarungan, Kawan.” Aku mengalahkanmu tadi malam,” aku bergumam pelan. rungan, Thomas. Itu tidak bisa disimpulkan kau telah mengalah­ Aku kali ini ikut tertawa, mengangguk setuju. Lee tertawa lagi. ”Hei, kau hanya memenangi satu perta­ kanku. Hanya satu pertarungan, Kawan.” Aku mengalahkanmu tadi malam,” aku bergumam pelan. rungan, Thomas. Itu tidak bisa disimpulkan kau telah mengalah­ Aku kali ini ikut tertawa, mengangguk setuju. *** Lee tertawa lagi. ”Hei, kau hanya memenangi satu perta­ kanku. Hanya satu pertarungan, Kawan.” rungan, Thomas. Itu tidak bisa disimpulkan kau telah mengalah­ Aku kali ini ikut tertawa, mengangguk setuju. *** Lee tertawa lagi. ”Hei, kau hanya memenangi satu perta­ kanku. Hanya satu pertarungan, Kawan.” rungan, Thomas. Itu tidak bisa disimpulkan kau telah mengalah­ Aku kali ini ikut tertawa, mengangguk setuju. Lee tertawa lagi. ”Hei, kau hanya memenangi satu perta­ kanku. Hanya satu pertarungan, Kawan.” disimpulkan kau telah mengalah­ Aku kali ini ikut tertawa, mengangguk setuju. Lee tertawa lagi. ”Hei, kau hanya memenangi satu perta­ kanku. Hanya satu pertarungan, Kawan.” rungan, Thomas. Itu tidak bisa disimpulkan kau telah mengalah­ Aku kali ini ikut tertawa, mengangguk setuju. *** Lee tertawa lagi. ”Hei, kau hanya memenangi satu perta­ kanku. Hanya satu pertarungan, Kawan.” rungan, Thomas. Itupertarungan, tidak bisa bisamengangguk disimpulkan kau telah mengalah­ Aku Hanya kali ini satu ikut tertawa, mengangguk setuju. *** kanku. Kawan.” rungan, Thomas. Itu tidak disimpulkan kau telah mengalah­ Aku kali ini ikut tertawa, setuju. *** Kawan.” rungan, Thomas. Itu tidak bisa disimpulkan kau telah mengalah­ Aku kali ini ikut tertawa, mengangguk setuju. kanku. Hanya satu pertarungan, Kawan.” *** rungan, Thomas. Itu tidak bisa disimpulkan kau telah mengalah­ Aku kali ini ikut tertawa, mengangguk setuju. *** kanku. Hanya satu pertarungan, Kawan.” rungan, Thomas. Itupertarungan, tidak bisamengangguk disimpulkan kau telah mengalah­ Aku kali ini ikut tertawa, setuju. *** Lima lagi berlalu cepat. kanku. Hanya Kawan.” Akumenit kali ini ikut tertawa, mengangguk setuju. *** Lima menit lagisatu berlalu cepat. kanku. Hanya satu pertarungan, Kawan.” Aku kali ini ikut tertawa, mengangguk setuju. *** mengangguk setuju. kanku. Hanya satu pertarungan, Kawan.” *** kanku. Hanya satu pertarungan, Kawan.” Aku kali ini ikut tertawa, mengangguk setuju. *** Lima menit lagi berlalu cepat. kanku. Hanya satu pertarungan, Kawan.” Mobil SUV hitam itu akhirnya tiba di gerbang Akumenit kali ini ikut tertawa, mengangguk setuju. bandara *** tiba di gerbang lagi berlalu cepat. Mobil SUV hitam itucepat. akhirnya bandara Hong Hong Aku kali ikut tertawa, mengangguk setuju. *** aLima menit lagiini berlalu Lima menit lagi berlalu cepat. Aku kali tertawa, setuju. *** Lima lagi berlalu cepat. Akumenit kali ini ini ikut tertawa, mengangguk setuju. *** Lima menit lagiikut berlalu cepat.mengangguk



”Kalian akan menumpang jet pribadi, Thomas. Dokumen per­ kembali Kong. Seperti yang dijelaskan Lee sebelumnya, dia akan hitam mem­ ke Jakarta. yang parkir langsung di hanggar, berhenti persis di depan anak bantuku kembali ke Jakarta. ”Kalian akan menumpang jet pribadi, Thomas. Dokumen per­ kembali ke Jakarta. Kong. Seperti yang dijelaskan Lee sebelumnya, dia akan mem­ Aku mengangguk. Kami sudah turun dari mobil SUV diurus stafku, segera menyusul ke bandara.” jalanan sedang yang parkir langsung di hanggar, berhenti persis di depan anak sudah turun dari mobil SUV hitam stafku, segera menyusul ke bandara.” ”Kalian akan menumpang jet pribadi, Thomas. Dokumen per­ bantuku kembali ke Jakarta. Kong. Seperti yang dijelaskan Lee sebelumnya, akan yang parkir langsung di hanggar, berhenti persis di depan anak Aku mengangguk. Kami sudah turun dari mobil SUV hitam diurus stafku, segera menyusul kedia bandara.” jalanan sedang ”Kalian akan menumpang jet pribadi, Thomas. Dokumen per­ bantuku kembali ke Jakarta. Kong. Seperti yang dijelaskan Lee sebelumnya, dia akan mem­ mem­ yang parkir langsung di hanggar, berhenti persis di depan anak Aku mengangguk. Kami sudah turun dari mobil SUV hitam ”Kalian akan menumpang jet pribadi, Thomas. Dokumen per­ bantuku kembali ke Jakarta. diurus stafku, segera menyusul ke bandara.” jalanan sedang yang parkir langsung di hanggar, berhenti persis di depan anak Aku mengangguk. Kami sudah turun dari mobil SUV hitam stafku, segera menyusul ke bandara.” ”Kalian akan menumpang jet pribadi, Thomas. Dokumen per­ bantuku kembali ke Jakarta. tangga pesawat jet yang parkir rapi. Pilot dan pramugari sudah menumpang jet pribadi, Thomas. Dokumen per­ diurus stafku, segera menyusul ke bandara.” jalanan sedang ”Kalian akan menumpang jet pribadi, Thomas. Dokumen per­ bantuku kembali ke Jakarta. yang parkir langsung di hanggar, berhenti persis di depan anak Aku mengangguk. Kami sudah turun dari mobil SUV hitam tangga pesawat jet yang parkir rapi. Pilot dan pramugari sudah hanggar, berhenti persis di depan anak sudah turun dari mobil SUV hitam diurus stafku, segera menyusul ke bandara.” jalanan sedang ”Kalian akan menumpang jet pribadi, Thomas. Dokumen per­ bantuku kembali ke Jakarta. tangga pesawat jet yang parkir rapi. Pilot dan pramugari sudah yang parkir langsung di hanggar, berhenti persis di depan anak Aku mengangguk. Kami sudah turun dari mobil SUV hitam diurus stafku, segera menyusul ke bandara.” jalanan sedang ”Kalian akan menumpang jet pribadi, Thomas. Dokumen per­ bantuku kembali ke Jakarta. tangga pesawat jet parkir rapi. Pilot dan pramugari sudah yang parkir langsung di hanggar, berhenti persis di depan anak diurus stafku, segera menyusul ke bandara.” jalanan sedang ”Kalian akan menumpang jet pribadi, Thomas. Dokumen per­ Aku mengangguk. Kami sudah turun dari mobil SUV hitam tangga pesawat jet yang yang parkir rapi. Pilot dan pramugari sudah yang parkir langsung di hanggar, berhenti persis di depan anak sudah turun dari mobil SUV hitam diurus stafku, segera menyusul ke bandara.” ”Kalian akan menumpang jet pribadi, Thomas. Dokumen per­ menunggu. ”Terima kasih banyak, Lee. Aku mengalahkanmu diurus stafku, segera menyusul ke bandara.” jalanan sedang Aku mengangguk. Kami sudah turun dari mobil SUV hitam diurus stafku, segera menyusul ke bandara.” ”Kalian akan menumpang jet pribadi, Thomas. Dokumen per­ tangga pesawat jet yang parkir rapi. Pilot dan pramugari sudah yang parkir langsung di hanggar, berhenti persis di depan anak menunggu. ”Terima kasih banyak, Lee. Aku mengalahkanmu parkir rapi. Pilot dan pramugari sudah hanggar, berhenti persis di depan anak Aku mengangguk. Kami sudah turun dari mobil SUV hitam diurus stafku, segera menyusul ke bandara.” jalanan sedang ”Kalian akan menumpang jet pribadi, Thomas. Dokumen per­ menunggu. ”Terima kasih banyak, Lee. Aku mengalahkanmu tangga pesawat jet yang parkir rapi. Pilot dan pramugari sudah yang parkir langsung di hanggar, berhenti persis di depan anak Aku mengangguk. Kami sudah turun dari mobil SUV hitam diurus stafku, segera menyusul ke bandara.” jalanan sedang ”Kalian akan menumpang jet pribadi, Thomas. Dokumen per­ menunggu. ”Terima kasih banyak, Lee. Aku mengalahkanmu tangga pesawat jet yang parkir rapi. Pilot dan pramugari sudah Aku mengangguk. Kami sudah turun dari mobil SUV hitam diurus stafku, segera menyusul ke bandara.” jalanan sedang yang parkir langsung di hanggar, berhenti persis di depan anak menunggu. ”Terima kasih banyak, Lee. Aku mengalahkanmu tangga pesawat jet yang parkir rapi. Pilot dan pramugari sudah hanggar, berhenti persis di depan anak mengangguk. Kami sudah turun dari mobil SUV hitam diurus stafku, segera menyusul ke bandara.” jalanan sedang tadi malam, tapi pagi ini kau justru banyak memberikan ban­ Aku mengangguk. Kami sudah turun dari mobil SUV hitam yang parkir langsung distafku, hanggar, berhenti persis dibandara.” depansudah anak mengangguk. Kami sudah turun dari mobil SUV hitam diurus stafku, segera menyusul ke bandara.” jalanan sedang menunggu. ”Terima kasih banyak, Lee. Aku mengalahkanmu tangga pesawat jet yang parkir rapi. Pilot dan pramugari tadi malam, tapi pagi ini kau justru banyak memberikan ban­ banyak, Lee. Aku mengalahkanmu parkir rapi. Pilot dan pramugari sudah yang parkir langsung di hanggar, berhenti persis di depan anak Aku mengangguk. Kami sudah turun dari mobil SUV hitam diurus segera menyusul ke jalanan sedang tadi malam, tapi pagi ini kau justru banyak memberikan ban­ menunggu. ”Terima kasih banyak, Lee. Aku mengalahkanmu tangga pesawat jet yang parkir rapi. Pilot dan pramugari sudah yang parkir langsung di hanggar, berhenti persis di depan anak Aku mengangguk. Kami sudah turun dari mobil SUV hitam diurus stafku, segera menyusul ke bandara.” jalanan sedang tadi malam, tapi pagi ini kau justru banyak memberikan ban­ menunggu. ”Terima kasih banyak, Lee. Aku mengalahkanmu yang parkir langsung diinihanggar, hanggar, berhenti persis di depan depansudah anak Aku mengangguk. Kami sudah turun dari mobil SUV hitam tangga pesawat yang parkir rapi. Pilot dan pramugari tadi malam, tapijet pagi kau justru banyak memberikan ban­ menunggu. ”Terima kasih banyak, Lee. Aku mengalahkanmu parkir rapi. Pilot dan pramugari sudah langsung di hanggar, berhenti persis depan anak Aku mengangguk. Kami sudah turun dari mobil SUV hitam yang parkir langsung di berhenti persis didi anak tuan.” tangga pesawat jet yang parkir rapi. Pilot dan pramugari sudah yang parkir langsung di hanggar, berhenti persis di depan anak Aku mengangguk. Kami sudah turun dari mobil SUV hitam tadi malam, tapi pagi ini kau justru banyak memberikan ban­ menunggu. ”Terima kasih banyak, Lee. Aku mengalahkanmu tuan.” kau justru banyak memberikan ban­ banyak, Lee. Aku mengalahkanmu tangga pesawat jet yang parkir rapi. Pilot dan pramugari sudah yang parkir langsung di hanggar, berhenti persis di depan anak Aku mengangguk. Kami sudah turun dari mobil SUV hitam tuan.” tadi malam, tapi pagi ini kau justru banyak memberikan ban­ menunggu. ”Terima kasih banyak, Lee. Aku mengalahkanmu tangga pesawat jet yang parkir rapi. Pilot dan pramugari sudah yang parkir langsung di hanggar, berhenti persis di depan anak Aku mengangguk. Kami sudah turun dari mobil SUV hitam tuan.” tadi malam, tapi pagi ini kau justru banyak memberikan ban­ tangga pesawat jet yang parkir rapi. Pilot dan pramugari sudah yang parkir langsung di hanggar, berhenti persis di depan anak menunggu. ”Terima kasih banyak, Lee. Aku mengalahkanmu tuan.” tadi malam, tapijet pagi iniparkir kau justru banyak memberikan ban­ menunggu. ”Terima kasih banyak, Lee. Aku mengalahkanmu jet yang parkir rapi. Pilot dan pramugari sudah yang parkir langsung di hanggar, berhenti persis di depan tangga pesawat yang rapi. Pilot dan pramugari sudah Lee mengangguk. ”Terlepas dari janji seorang petarung, se­ bbanak uah menunggu. ”Terima kasih banyak, Lee. Aku mengalahkanmu tangga pesawat jet yang parkir rapi. Pilot dan pramugari sudah tuan.” tadi malam, tapi pagi ini kau justru banyak memberikan ban­ yang parkir langsung di hanggar, berhenti persis di depan anak Lee mengangguk. ”Terlepas dari janji seorang petarung, se­ uah kau justru banyak memberikan ban­ menunggu. ”Terima kasih banyak, Lee. Aku mengalahkanmu tangga pesawat jet yang parkir rapi. Pilot dan pramugari sudah yang parkir langsung di hanggar, berhenti persis di depan anak Lee mengangguk. ”Terlepas dari janji seorang petarung, se­ b uah tuan.” tadi malam, tapi pagi ini kau justru banyak memberikan ban­ menunggu. ”Terima kasih banyak, Lee. Aku mengalahkanmu tangga pesawat jet yang parkir rapi. Pilot dan pramugari sudah yang parkir langsung di hanggar, berhenti persis di depan anak Lee mengangguk. ”Terlepas dari janji seorang petarung, se­ b uah tuan.” menunggu. ”Terima kasih banyak, Lee. Aku mengalahkanmu tangga pesawat jet yang parkir rapi. Pilot dan pramugari sudah tadi malam, tapi pagi ini kau justru banyak memberikan ban­ Lee mengangguk. ”Terlepas dari janji seorang petarung, se­ b uah tuan.” tadi malam, tapi pagi ini kau justru banyak memberikan ban­ ”Terima kasih banyak, Lee. Aku mengalahkanmu tangga pesawat jet yang parkir rapi. Pilot dan pramugari sudah menunggu. ”Terima kasih banyak, Lee. Aku mengalahkanmu bisa membantumu, Thomas. Aku sejak tadi pagi kehormatan tadi malam, tapi pagi ini kau justru banyak memberikan ban­ menunggu. ”Terima kasih banyak, Lee. Aku mengalahkanmu Lee mengangguk. ”Terlepas dari janji seorang petarung, se­ b uah tuan.” tangga pesawat jet yang parkir rapi. Pilot dan pramugari sudah bisa membantumu, Thomas. Aku sejak tadi pagi kehormatan ”Terlepas dari janji seorang petarung, se­ b uah tadi malam, tapi pagi ini kau justru banyak memberikan ban­ menunggu. ”Terima kasih banyak, Lee. Aku mengalahkanmu tangga pesawat jet yang parkir rapi. Pilot dan pramugari sudah bisa membantumu, Thomas. Aku sejak tadi pagi kehormatan Lee mengangguk. ”Terlepas dari janji seorang petarung, se­ b uah tuan.” tadi malam, tapi pagi ini kau justru banyak memberikan ban­ menunggu. ”Terima kasih banyak, Lee. Aku mengalahkanmu tangga pesawat jet yang parkir rapi. Pilot dan pramugari sudah bisa membantumu, Thomas. Aku sejak tadi pagi kehormatan Lee mengangguk. ”Terlepas dari janji seorang petarung, se­ b uah tadi malam, tapi pagi ini kau justru banyak memberikan ban­ menunggu. ”Terima kasih banyak, Lee. Aku mengalahkanmu tuan.” bisaproyek membantumu, Thomas. Aku sejak tadi pagi kehormatan Lee mengangguk. ”Terlepas dari janji seorang petarung, se­bban­ bpagi uah tuan.” tapi pagi ini kau justru banyak memberikan ban­ tadi malam, tapi pagi ini kau justru banyak memberikan menunggu. ”Terima kasih banyak, Lee. Aku mengalahkanmu berada di lokasi penghancuran gedung tua itu, lang­ ssban­ ung tuan.” bisa membantumu, Thomas. Aku sejak tadi kehormatan Lee mengangguk. ”Terlepas dari janji seorang petarung, se­ uah tadi malam, tapi pagi ini kau justru banyak memberikan ban­ menunggu. ”Terima kasih banyak, Lee. Aku mengalahkanmu berada di lokasi proyek penghancuran gedung tua itu, lang­ ung membantumu, Thomas. Aku sejak tadi pagi Lee mengangguk. ”Terlepas dari janji seorang petarung, se­ b uah tuan.” tadi malam, tapi pagi ini kau justru banyak memberikan menunggu. ”Terima kasih banyak, Lee. Aku mengalahkanmu berada di lokasi proyek penghancuran gedung tua itu, lang­ s ung bisa membantumu, Thomas. Aku sejak tadi pagi kehormatan Lee mengangguk. ”Terlepas dari janji seorang petarung, se­ b uah tuan.” tadi malam, tapi pagi ini kau justru banyak memberikan ban­ menunggu. ”Terima kasih banyak, Lee. Aku mengalahkanmu berada di lokasi proyek penghancuran gedung tua itu, lang­ s ung bisa membantumu, Thomas. Aku sejak tadi pagi kehormatan tuan.” Lee mengangguk. ”Terlepas dari janji seorang petarung, se­ b uah tadi malam, tapi pagi ini kau justru banyak memberikan ban­ berada di lokasi proyek penghancuran gedung tua itu, lang­ s ung bisa membantumu, Thomas. Aku sejak tadi pagi kehormatan Lee mengangguk. ”Terlepas dari janji seorang petarung, se­ b uah tuan.” tadi malam, tapi pagi ini kau justru banyak memberikan ban­ berangkat dari Makau setelah pertarungan. Aku sedang meng­ Lee mengangguk. ”Terlepas dari janji seorang petarung, se­ b uah berada di lokasi proyek penghancuran gedung tua itu, lang­ s ung bisa membantumu, Thomas. Aku sejak tadi pagi kehormatan tuan.” tadi malam, tapi pagi ini kau justru banyak memberikan ban­ berangkat dari Makau setelah pertarungan. Aku sedang meng­ penghancuran gedung tua itu, lang­ s ung bisa membantumu, Thomas. Aku sejak tadi pagi kehormatan Lee mengangguk. ”Terlepas dari janji seorang petarung, se­ b uah tuan.” tadi malam, tapi pagi ini kau justru banyak memberikan ban­ berangkat dari Makau setelah pertarungan. Aku sedang meng­ berada di lokasi proyek penghancuran gedung tua itu, lang­ s ung bisa membantumu, Thomas. Aku sejak tadi pagi kehormatan Lee mengangguk. ”Terlepas dari janji seorang petarung, se­ b uah tuan.” tadi malam, tapi pagi ini kau justru banyak memberikan ban­ berangkat dari Makau setelah pertarungan. Aku sedang meng­ berada di lokasi proyek penghancuran gedung tua itu, lang­ s ung Lee mengangguk. ”Terlepas dari janji seorang petarung, se­ b uah bisa membantumu, Thomas. Aku sejak tadi pagi kehormatan tuan.” berangkat dari Makau setelah pertarungan. Aku sedang meng­ berada di lokasi proyek penghancuran gedung tua itu, lang­ s ung bisa membantumu, Thomas. Aku sejak tadi pagi kehormatan Lee mengangguk. ”Terlepas dari janji seorang petarung, se­ b uah mengangguk. ”Terlepas dari janji seorang petarung, se­ b uah tuan.” awasi insinyur melakukan persiapan akhir, bersiap meledakkan berangkat dari Makau setelah pertarungan. Aku sedang meng­ bisa membantumu, Thomas. Aku sejak tadi pagi kehormatan berada di lokasi proyek penghancuran gedung tua itu, lang­ s ung Lee mengangguk. ”Terlepas dari janji seorang petarung, se­ b uah tuan.” awasi insinyur melakukan persiapan akhir, bersiap meledakkan setelah pertarungan. Aku sedang meng­ berada di lokasi proyek penghancuran gedung tua itu, lang­ s ung bisa membantumu, Thomas. Aku sejak tadi pagi kehormatan Lee mengangguk. ”Terlepas dari janji seorang petarung, se­ b uah tuan.” awasi insinyur melakukan persiapan akhir, bersiap meledakkan berangkat dari Makau setelah pertarungan. Aku sedang meng­ berada di lokasi proyek penghancuran gedung tua itu, lang­ s ung bisa membantumu, Thomas. Aku sejak tadi pagi kehormatan Lee mengangguk. ”Terlepas dari janji seorang petarung, se­ b uah tuan.” awasi insinyur melakukan persiapan akhir, bersiap meledakkan berangkat dari Makau setelah pertarungan. Aku sedang meng­ berada di lokasi proyek penghancuran gedung tua itu, lang­ spagi bisa membantumu, Thomas. Aku sejak tadi pagi kehormatan Lee insinyur mengangguk. ”Terlepas dari janjiakhir, seorang petarung, se­ bsung uah awasi melakukan persiapan bersiap meledakkan berangkat dari Makau setelah pertarungan. Aku sedang meng­ bisa membantumu, Thomas. Aku sejak tadi kehormatan berada di lokasi proyek penghancuran gedung tua itu, lang­ ung membantumu, Thomas. Aku sejak tadi pagi bisa Lee mengangguk. ”Terlepas dari janji seorang petarung, se­ b uah dinamit saat kau meneleponku. Jadi semua hal bisa dilakukan awasi insinyur melakukan persiapan akhir, bersiap meledakkan berangkat dari Makau setelah pertarungan. Aku sedang meng­ berada di lokasi proyek penghancuran gedung tua itu, lang­ s ung bisa membantumu, Thomas. Aku sejak tadi pagi kehormatan Lee mengangguk. ”Terlepas dari janji seorang petarung, se­ b uah dinamit saat kau meneleponku. Jadi semua hal bisa dilakukan persiapan akhir, bersiap meledakkan berangkat dari Makau setelah pertarungan. Aku sedang meng­ berada di lokasi proyek penghancuran gedung tua itu, lang­ s ung bisa membantumu, Thomas. Aku sejak tadi pagi kehormatan Lee mengangguk. ”Terlepas dari janji seorang petarung, se­ b uah dinamit saat kau meneleponku. Jadi semua hal bisa dilakukan awasi insinyur melakukan persiapan akhir, bersiap meledakkan berangkat dari Makau setelah pertarungan. Aku sedang meng­ berada di lokasi proyek penghancuran gedung tua itu, lang­ s ung bisa membantumu, Thomas. Aku sejak tadi pagi kehormatan Lee mengangguk. ”Terlepas dari janji seorang petarung, se­ b uah dinamit saat kau meneleponku. Jadi semua hal bisa dilakukan awasi insinyur melakukan persiapan akhir, bersiap meledakkan berangkat dari Makau setelah pertarungan. Aku sedang meng­ berada di lokasi proyek penghancuran gedung tua itu, lang­ s ung bisa membantumu, Thomas. Aku sejak tadi pagi kehormatan dinamit saat kau meneleponku. Jadi semua hal bisa dilakukan awasi insinyur melakukan persiapan akhir, bersiap meledakkan berada di lokasi proyek penghancuran gedung tua itu, lang­ s ung berangkat dari Makau setelah pertarungan. Aku sedang meng­ proyek penghancuran gedung tua itu, lang­ s ung bisa membantumu, Thomas. Aku sejak tadi pagi kehormatan dengan mudah, termasuk mengurus crane dengan bola baja itu.” dinamit saat kau meneleponku. Jadi semua hal bisa dilakukan awasi insinyur melakukan persiapan akhir, bersiap meledakkan berangkat dari Makau setelah pertarungan. Aku sedang meng­ berada di lokasi proyek penghancuran gedung tua itu, lang­ ssitu.” ung bisa membantumu, Thomas. Aku sejak tadi pagi kehormatan dengan mudah, termasuk mengurus crane dengan bola baja dinamit saat kau meneleponku. Jadi semua hal bisa dilakukan awasi insinyur melakukan persiapan akhir, bersiap meledakkan berangkat dari Makau setelah pertarungan. Aku sedang meng­ berada di lokasi proyek penghancuran gedung tua itu, lang­ ung bisa membantumu, Thomas. Aku sejak tadi pagi kehormatan dengan mudah, termasuk mengurus crane dengan bola baja itu.” dinamit saat kau meneleponku. Jadi semua hal bisa dilakukan awasi insinyur melakukan persiapan akhir, bersiap meledakkan berangkat dari Makau setelah pertarungan. Aku sedang meng­ berada di lokasi proyek penghancuran gedung tua itu, lang­ s ung bisa membantumu, Thomas. Aku sejak tadi pagi kehormatan dengan mudah, termasuk mengurus crane dengan bola baja itu.” dinamit saat kau meneleponku. Jadi semua hal bisa dilakukan awasi insinyur melakukan persiapan akhir, bersiap meledakkan berangkat dari Makau setelah pertarungan. Aku sedang meng­ berada di lokasi proyek penghancuran gedung tua itu, lang­ ung dengan mudah, termasuk mengurus crane dengan bola baja dinamit saat kau meneleponku. Jadiini semua haltua bisa dilakukan berangkat dari Makau setelah pertarungan. Aku sedang meng­ awasi insinyur melakukan persiapan akhir, bersiap meledakkan Makau setelah pertarungan. Aku sedang meng­ berada di lokasi proyek penghancuran gedung itu, lang­ ssitu.” ung ”Terima kasih banyak, Lee.” Kali Opa yang bilang kalimat dengan mudah, termasuk mengurus crane dengan bola baja itu.” dinamit saat kau meneleponku. Jadi semua hal bisa dilakukan awasi insinyur melakukan persiapan akhir, bersiap meledakkan berangkat dari Makau setelah pertarungan. Aku sedang meng­ berada di lokasi proyek penghancuran gedung tua itu, lang­ ung ”Terima kasih banyak, Lee.” Kali Opa yang bilang kalimat dengan mudah, termasuk mengurus crane dengan bola baja dinamit saat kau meneleponku. Jadi semua hal bisa dilakukan awasi insinyur melakukan persiapan akhir, bersiap meledakkan berangkat dari Makau setelah pertarungan. Aku sedang meng­ berada di lokasi proyek penghancuran gedung itu, lang­ sssitu.” ung ”Terima kasih banyak, Lee.” Kali ini Opa yang bilang kalimat dengan mudah, termasuk mengurus crane dengan bola baja itu.” dinamit saat kau meneleponku. Jadiini semua haltua bisa dilakukan awasi insinyur melakukan persiapan akhir, bersiap meledakkan berangkat dari Makau setelah pertarungan. Aku sedang meng­ berada di lokasi proyek penghancuran gedung tua itu, lang­ ung ”Terima kasih banyak, Lee.” Kali ini Opa yang bilang kalimat dengan mudah, termasuk mengurus crane dengan bola baja itu.” dinamit saat kau meneleponku. Jadi semua hal bisa dilakukan awasi insinyur melakukan persiapan akhir, bersiap meledakkan berangkat dari Makau setelah pertarungan. Aku sedang meng­ ”Terima kasih banyak, Lee.” Kali ini Opa yang bilang kalimat melakukan persiapan akhir, bersiap meledakkan dengan mudah, termasuk mengurus crane dengan bola baja itu.” dinamit saat kau meneleponku. Jadi semua hal bisa dilakukan awasi insinyur melakukan persiapan akhir, bersiap meledakkan berangkat dari Makau setelah pertarungan. Aku sedang meng­ itu. ”Terima kasih banyak, Lee.” Kali ini Opa yang bilang kalimat dengan mudah, termasuk mengurus crane dengan bola baja itu.” dinamit saat kau meneleponku. Jadi semua hal bisa dilakukan awasi insinyur melakukan persiapan akhir, bersiap meledakkan berangkat dari Makau setelah pertarungan. Aku sedang meng­ itu. ”Terima kasih banyak, Lee.” Kali ini Opa yang bilang kalimat dengan mudah, termasuk mengurus crane dengan bola baja itu.” dinamit saat kau meneleponku. Jadi semua hal bisa dilakukan awasi insinyur melakukan persiapan akhir, bersiap meledakkan berangkat dari Makau setelah pertarungan. Aku sedang meng­ itu. ”Terima kasih banyak, Lee.” Kali ini Opa yang bilang kalimat dengan mudah, termasuk mengurus crane dengan bola baja itu.” dinamit saat kau meneleponku. Jadi semua hal bisa dilakukan awasi insinyur melakukan persiapan akhir, bersiap meledakkan berangkat dari Makau setelah pertarungan. Aku sedang meng­ itu. ”Terima kasih banyak, Lee.” Kali ini Opa yang bilang kalimat dengan mudah, termasuk mengurus crane dengan bola baja itu.” kau meneleponku. Jadiini semua halOpa bisa dilakukan awasi insinyur melakukan persiapan akhir, bersiap meledakkan itu. dinamit saat kau meneleponku. Jadi semua hal bisa dilakukan ”Terima kasih banyak, Lee.” Kali ini Opa yang bilang kalimat dengan mudah, termasuk mengurus crane dengan bola baja itu.” meneleponku. Jadi semua hal bisa dilakukan kau awasi insinyur melakukan persiapan akhir, bersiap meledakkan Entah kenapa Lee justru menjabat tangan lebih lama, itu. ”Terima kasih banyak, Lee.” Kali Opa yang bilang kalimat dengan mudah, termasuk mengurus crane dengan bola baja itu.” dinamit saat kau meneleponku. Jadi semua hal bisa dilakukan awasi insinyur melakukan persiapan akhir, bersiap meledakkan Entah kenapa Lee justru menjabat tangan lebih lama, itu. ”Terima kasih banyak, Lee.” Kali ini Opa yang bilang kalimat dengan mudah, termasuk mengurus crane dengan bola baja itu.” dinamit saat kau meneleponku. Jadiini semua halOpa bisa dilakukan awasi insinyur melakukan persiapan akhir, bersiap meledakkan Entah kenapa Lee justru menjabat tangan Opa lebih lama, itu. ”Terima kasih banyak, Lee.” Kali ini Opa yang bilang kalimat dengan mudah, termasuk mengurus crane dengan bola baja itu.” dinamit saat kau meneleponku. Jadi semua hal bisa dilakukan awasi insinyur melakukan persiapan akhir, bersiap meledakkan Entah kenapa Lee justru menjabat tangan Opa lebih lama, itu. ”Terima kasih banyak, Lee.” Kali Opa yang bilang kalimat termasuk mengurus crane dengan bola baja itu.” dinamit saat kau meneleponku. Jadi semua hal bisa dilakukan Entah kenapa Lee justru menjabat tangan Opa lebih lama, dengan mudah, termasuk mengurus crane dengan bola baja itu.” itu. ”Terima kasih banyak, Lee.” Kali ini Opa yang bilang kalimat termasuk mengurus crane dengan bola baja itu.” dinamit saat kau meneleponku. Jadi semua hal bisa dilakukan dengan kedua belah tangannya. Dia menatap Opa penuh peng­ Entah kenapa Lee justru menjabat tangan Opa lebih lama, itu. ”Terima kasih banyak, Lee.” Kali ini Opa yang bilang kalimat mudah, termasuk mengurus crane dengan bola baja itu.” dinamit saat kau meneleponku. Jadi semua hal bisa dilakukan dengan kedua belah tangannya. Dia menatap Opa penuh peng­ Entah kenapa Lee justru menjabat tangan Opa lebih lama, itu. ”Terima kasih banyak, Lee.” Kali ini Opa yang bilang kalimat mudah, termasuk mengurus crane dengan bola baja itu.” dinamit saat kau meneleponku. Jadi semua hal bisa dilakukan dengan kedua belah tangannya. Dia menatap Opa penuh peng­ Entahmudah, kenapa Lee justru menjabat tangan Opa lebih lama, itu. ”Terima kasih banyak, Lee.” Kali ini Opa yang bilang kalimat termasuk mengurus crane dengan bola baja itu.” dinamit saat kau meneleponku. Jadi semua hal bisa dilakukan dengan kedua belah tangannya. Dia menatap Opa penuh peng­ Entah kenapa Lee justru menjabat tangan Opa lebih lama, itu. kasih banyak, Lee.” Kali ini Opa yang bilang kalimat mudah, termasuk mengurus crane dengan bola baja itu.” ”Terima kasih banyak, Lee.” Kali ini Opa yang bilang kalimat dengan kedua belah tangannya. Dia menatap Opa penuh peng­ Entah kenapa Lee justru menjabat tangan Opa lebih lama, itu. banyak, Lee.” Kali ini Opa yang bilang kalimat kasih mudah, termasuk mengurus crane dengan bola baja itu.” hargaan. Lantas dia berkata dengan bahasa Kanton yang paling dengan kedua belah tangannya. Dia menatap Opa penuh peng­ Entah kenapa Lee justru menjabat tangan Opa lebih lama, itu. ”Terima kasih banyak, Lee.” Kali ini Opa yang bilang kalimat mudah, termasuk mengurus crane dengan bola baja itu.” hargaan. Lantas dia berkata dengan bahasa Kanton yang paling dengan kedua belah tangannya. Dia menatap Opa penuh peng­ Entah kenapa Lee justru menjabat tangan Opa lebih lama, itu. ”Terima kasih banyak, Lee.” Kali ini Opa yang bilang kalimat mudah, termasuk mengurus crane dengan bola baja itu.” hargaan. Lantas dia berkata dengan bahasa Kanton yang paling dengan kedua belah tangannya. Dia menatap Opa penuh peng­ Entah kenapa Lee justru menjabat tangan Opa lebih lama, itu. ”Terima kasih banyak, Lee.” Kali ini Opa yang bilang kalimat mudah, termasuk mengurus crane dengan bola baja itu.” hargaan. Lantas dia berkata dengan bahasa Kanton yang paling dengan kedua belah tangannya. Dia menatap Opa penuh peng­ Entah kenapa Lee justru menjabat tangan Opa lebih lama, ”Terima kasih banyak, Lee.” Kali ini Opa yang bilang kalimat itu. hargaan. Lantas dia berkata dengan bahasa Kanton yang paling dengan kedua belah tangannya. Dia menatap Opa penuh peng­ Entah kenapa Lee justru menjabat tangan Opa lebih lama, itu. ”Terima kasih banyak, Lee.” Kali ini Opa yang bilang kalimat halus dan sopan, ”Opa Chan, sungguh kamilah yang berutang hargaan. Lantas dia berkata dengan bahasa Kanton yang paling dengan kedua belah tangannya. Dia menatap Opa penuh peng­ Entah kenapa Lee justru menjabat tangan Opa lebih lama, itu. ”Terima kasih banyak, Lee.” Kali ini Opa yang bilang kalimat halus dan sopan, ”Opa Chan, sungguh kamilah yang berutang hargaan. Lantas dia berkata dengan bahasa Kanton yang paling dengan kedua belah tangannya. Dia menatap Opa penuh peng­ Entah kenapa Lee justru menjabat tangan Opa lebih lama, itu. ”Terima kasih banyak, Lee.” Kali ini Opa yang bilang kalimat halus dan sopan, ”Opa Chan, sungguh kamilah yang berutang hargaan. Lantas dia berkata dengan bahasa Kanton yang paling dengan kedua belah tangannya. Diaini menatap Opa penuh peng­ Entah kenapa Lee justru menjabat tangan Opa lebih lama, itu. ”Terima kasih banyak, Lee.” Kali Opa yang bilang kalimat halus dan sopan, ”Opa Chan, sungguh kamilah yang berutang hargaan. Lantas dia berkata dengan bahasa Kanton yang paling dengan kedua belah tangannya. Dia menatap Opa penuh peng­ Entah kenapa Lee justru menjabat tangan Opa lebih lama, itu. Lee justru menjabat tangan Opa lebih lama, halus dan sopan, ”Opa Chan, sungguh kamilah yang berutang hargaan. Lantas dia berkata dengan bahasa Kanton yang paling dengan kedua belah tangannya. Dia menatap Opa penuh peng­ Entah kenapa Lee justru menjabat tangan Opa lebih lama, itu. terima kasih, bukan Opa Chan. Ada salam dari kakekku, Chai halus dan sopan, ”Opa Chan, sungguh kamilah yang berutang hargaan. Lantas dia berkata dengan bahasa Kanton yang paling dengan kedua belah tangannya. Dia menatap Opa penuh peng­ Entah kenapa Lee justru menjabat tangan Opa lebih lama, itu. terima kasih, bukan Opa Chan. Ada salam dari kakekku, Chai halus dan sopan, ”Opa Chan, sungguh kamilah yang berutang hargaan. Lantas dia berkata dengan bahasa Kanton yang paling dengan kedua belah tangannya. Dia menatap Opa penuh peng­ Entah kenapa Lee justru menjabat tangan Opa lebih lama, itu. terima kasih, bukan Opa Chan. Ada salam dari kakekku, Chai halus dan sopan, ”Opa Chan, sungguh kamilah yang berutang hargaan. Lantas dia berkata dengan bahasa Kanton yang paling dengan kedua belah tangannya. Dia menatap Opa penuh peng­ Entah kenapa Lee justru menjabat tangan Opa lebih lama, itu. terima kasih, bukan Opa Chan. Ada salam dari kakekku, Chai halus dan sopan, ”Opa Chan, sungguh kamilah yang berutang hargaan. Lantas dia berkata dengan bahasa Kanton yang paling belah tangannya. Dia menatap Opa penuh peng­ Entah kenapa Lee justru menjabat tangan Opa lebih lama, dengan kedua belah tangannya. Dia menatap Opa penuh peng­ terima kasih, bukan Opa Chan. Ada salam dari kakekku, Chai halus dan sopan, ”Opa Chan, sungguh kamilah yang berutang hargaan. Lantas dia berkata dengan bahasa Kanton yang paling dengan kedua belah tangannya. Dia menatap Opa penuh peng­ Entah kenapa Lee justru menjabat tangan Opa lebih lama, Ten dari Ghuangzhou. Opa mungkin tidak mengenalku, juga terima kasih, bukan Opa Chan. Ada salam dari kakekku, Chai halus dan sopan, ”Opa Chan, sungguh kamilah yang berutang hargaan. Lantas dia berkata dengan bahasa Kanton yang paling dengan kedua belah tangannya. Dia menatap Opa penuh peng­ Entah kenapa Lee justru menjabat tangan Opa lebih lama, Ten dari Ghuangzhou. Opa mungkin tidak mengenalku, juga terima kasih, bukan Opa Chan. Ada salam dari kakekku, Chai halus dan sopan, ”Opa Chan, sungguh kamilah yang berutang hargaan. Lantas dia berkata dengan bahasa Kanton yang paling dengan kedua belah tangannya. Dia menatap Opa penuh peng­ Entah kenapa Lee justru menjabat tangan Opa lebih lama, Ten dari Ghuangzhou. Opa mungkin tidak mengenalku, juga terima kasih, bukan Opa Chan. Ada salam dari kakekku, Chai halus dan sopan, ”Opa Chan, sungguh kamilah yang berutang hargaan. Lantas dia berkata dengan bahasa Kanton yang paling dengan kedua belah tangannya. Dia menatap Opa penuh peng­ Entah kenapa Lee justru menjabat tangan Opa lebih lama, Ten dari Ghuangzhou. Opa mungkin tidak mengenalku, juga halus dan sopan, ”Opa Chan, sungguh kamilah yang berutang terima kasih, bukan Opa Chan. Ada salam dari kakekku, Chai dia berkata dengan bahasa Kanton yang paling hargaan. Lantas dia berkata dengan bahasa Kanton yang paling dengan kedua belah tangannya. Dia menatap Opa penuh peng­ Ten dari Ghuangzhou. Opa mungkin tidak mengenalku, juga terima kasih, bukan Opa Chan. Ada salam dari kakekku, Chai hargaan. Lantas dia berkata dengan bahasa Kanton yang paling halus dan sopan, ”Opa Chan, sungguh kamilah yang berutang dengan kedua belah tangannya. Dia menatap Opa penuh peng­ tidak mengenal sebagian besar keluarga kami, tapi kami semua Ten dari Ghuangzhou. Opa mungkin tidak mengenalku, juga terima kasih, bukan Opa Chan. Ada salam dari kakekku, Chai halus dan sopan, ”Opa Chan, sungguh kamilah yang berutang hargaan. Lantas dia berkata dengan bahasa Kanton yang paling dengan kedua belah tangannya. Dia menatap Opa penuh peng­ tidak mengenal sebagian besar keluarga kami, tapi kami semua Ten dari Ghuangzhou. Opa mungkin tidak mengenalku, juga terima kasih, bukan Opa Chan. Ada salam dari kakekku, Chai halus dan sopan, ”Opa Chan, sungguh kamilah yang berutang hargaan. Lantas dia berkata dengan bahasa Kanton yang paling dengan kedua belah tangannya. Dia menatap Opa penuh peng­ tidak mengenal sebagian besar keluarga kami, tapi kami semua Ten dari Ghuangzhou. Opa mungkin tidak mengenalku, juga terima kasih, bukan Opa Chan. Ada salam dari kakekku, Chai halus dan sopan, ”Opa Chan, sungguh kamilah yang berutang hargaan. Lantas dia berkata dengan bahasa Kanton yang paling dengan kedua belah tangannya. Dia menatap Opa penuh peng­ tidak mengenal sebagian besar keluarga kami, tapi kami semua terima kasih, bukan Opa Chan. Ada salam dari kakekku, Chai Ten dari Ghuangzhou. Opa mungkin tidak mengenalku, juga sopan, ”Opa Chan, sungguh kamilah yang berutang halus dan sopan, ”Opa Chan, sungguh kamilah yang berutang hargaan. Lantas dia berkata dengan bahasa Kanton yang paling tidak mengenal sebagian besar keluarga kami, tapi kami semua Ten dari Ghuangzhou. Opa mungkin tidak mengenalku, juga halus dan sopan, ”Opa Chan, sungguh kamilah yang berutang terima kasih, bukan Opa Chan. Ada salam dari kakekku, Chai hargaan. Lantas dia berkata dengan bahasa Kanton yang paling mengenal Opa dari cerita Kakek Chai. Sejak seminggu lalu aku tidak mengenal sebagian besar keluarga kami, tapi kami semua Ten dari Ghuangzhou. Opa mungkin tidak mengenalku, juga terima kasih, bukan Opa Chan. Ada salam dari kakekku, Chai halus dan sopan, ”Opa Chan, sungguh kamilah yang berutang hargaan. Lantas dia berkata dengan bahasa Kanton yang paling mengenal Opa dari cerita Kakek Chai. Sejak seminggu lalu aku tidak mengenal sebagian besar keluarga kami, tapi kami semua Ten dari Ghuangzhou. Opa mungkin tidak mengenalku, juga terima kasih, bukan Opa Chan. Ada salam dari kakekku, Chai hargaan. Lantas dia berkata dengan bahasa Kanton yang paling halus dan sopan, ”Opa Chan, sungguh kamilah yang berutang mengenal Opa dari cerita Kakek Chai. Sejak seminggu lalu aku tidak mengenal sebagian besar keluarga kami, tapi kami semua Ten dari Ghuangzhou. Opa mungkin tidak mengenalku, juga terima kasih, bukan Opa Chan. Ada salam dari kakekku, Chai halus dan sopan, ”Opa Chan, sungguh kamilah yang berutang hargaan. Lantas dia berkata dengan bahasa Kanton yang paling mengenal Opa dari cerita Kakek Chai. Sejak seminggu lalu aku Ten dari Ghuangzhou. Opa mungkin tidak mengenalku, juga tidak mengenal sebagian besar keluarga kami, tapi kami semua terima kasih, bukan Opa Chan. Ada salam dari kakekku, Chai bukan Opa Chan. Ada salam dari kakekku, Chai halus dan sopan, ”Opa Chan, sungguh kamilah yang berutang mengenal Opa dari cerita Kakek Chai. Sejak seminggu lalu aku tidak mengenal sebagian besar keluarga kami, tapi kami semua terima kasih, bukan Opa Chan. Ada salam dari kakekku, Chai Ten dari Ghuangzhou. Opa mungkin tidak mengenalku, juga halus dan sopan, ”Opa Chan, sungguh kamilah yang berutang tahu wajah Opa Chan, dan tadi malam, bertemu Thomas di mengenal Opa dari cerita Kakek Chai. Sejak seminggu lalu aku tidak mengenal sebagian besar keluarga kami, tapi kami semua Ten dari Ghuangzhou. Opa mungkin tidak mengenalku, juga terima kasih, bukan Opa Chan. Ada salam dari kakekku, Chai halus dan sopan, ”Opa Chan, sungguh kamilah yang berutang tahu wajah Opa Chan, dan tadi malam, bertemu Thomas di mengenal Opa dari cerita Kakek Chai. Sejak seminggu lalu aku tidak mengenal sebagian besar keluarga kami, tapi kami semua Ten dari Ghuangzhou. Opa mungkin tidak mengenalku, juga halus dan sopan, ”Opa Chan, sungguh kamilah yang berutang terima kasih, bukan Opa Chan. Ada salam dari kakekku, Chai tahu wajah Opa Chan, dan tadi malam, bertemu Thomas di mengenal Opa dari cerita Kakek Chai. Sejak seminggu lalu aku besar keluarga kami, tapi kami semua Ten dari Ghuangzhou. Opa mungkin tidak mengenalku, juga terima kasih, bukan Opa Chan. Ada salam dari kakekku, Chai halus dan sopan, ”Opa Chan, sungguh kamilah yang berutang tahu wajah Opa Chan, dan tadi malam, bertemu Thomas di tidak mengenal sebagian besar keluarga kami, tapi kami semua mengenal Opa dari cerita Kakek Chai. Sejak seminggu lalu aku Ten dari Ghuangzhou. Opa mungkin tidak mengenalku, juga Ghuangzhou. Opa mungkin tidak mengenalku, juga terima kasih, bukan Opa Chan. Ada salam dari kakekku, Chai tahu wajah Opa Chan, dan tadi malam, bertemu Thomas di mengenal Opa dari cerita Kakek Chai. Sejak seminggu lalu aku Ten dari Ghuangzhou. Opa mungkin tidak mengenalku, juga tidak mengenal sebagian besar keluarga kami, tapi kami semua terima kasih, bukan Opa Chan. Ada salam dari kakekku, Chai tahu wajah Opa Chan, dan tadi malam, bertemu Thomas di mengenal Opa dari cerita Kakek Chai. Sejak seminggu lalu aku Makau membuatku tahu lebih banyak lagi.” tidak mengenal sebagian besar keluarga kami, tapi kami semua Ten dari Ghuangzhou. Opa mungkin tidak mengenalku, juga terima kasih, bukan Opa Chan. Ada salam dari kakekku, Chai Makau membuatku tahu lebih banyak lagi.” tahu wajah Opa Chan, dan tadi malam, bertemu Thomas di mengenal Opa dari cerita Kakek Chai. Sejak seminggu lalu aku tidak mengenal sebagian besar keluarga kami, tapi kami semua terima kasih, bukan OpaOpa Chan. Ada salam dari kakekku, Chai Ten dari Ghuangzhou. mungkin tidak mengenalku, juga Makau membuatku tahu lebih banyak lagi.” tahu wajah Opa Chan, dan tadi malam, bertemu Thomas di



”Astaga? Demi Dewa Bumi! Chai Ten? Kau... kau cucu Chai tadi? Chai Ten dari Guangzhou?” Lee yang masih lembut memegang tangannya. ”Kau bilang apa Opa terdiam. Mata sipitnya membesar, mendongak menatap Lee tersenyum, mengangguk. Ten?” ”Astaga? Demi Dewa Bumi! Chai Ten? Kau... kau cucu Chai tadi? Chai Ten dari Guangzhou?” Lee yang masih lembut memegang tangannya. ”Kau bilang apa Opa terdiam. Mata sipitnya membesar, mendongak menatap Lee tersenyum, mengangguk. Ten?” ”Astaga? Demi Dewa Bumi! Chai Ten? Kau... kau cucu Chai tadi? Chai Ten dari Guangzhou?” mengangguk. Opa terdiam. Mata sipitnya membesar, mendongak menatap Lee yang masih lembut memegang tangannya. ”Kau bilang apa Ten?” ”Astaga? Demi Dewa Bumi! Chai Ten? Kau... kau cucu Chai tadi? Chai Ten dari Guangzhou?” Lee tersenyum, mengangguk. Lee yang masih lembut memegang tangannya. ”Kau bilang apa Opa terdiam. Mata sipitnya membesar, mendongak menatap Ten?” ”Astaga? Demi Dewa Bumi! Chai Ten? Kau... kau cucu Chai tadi? Chai Ten dari Guangzhou?” Lee tersenyum, mengangguk. Lee yang masih lembut memegang tangannya. ”Kau bilang apa Ten?” Lee tersenyum, mengangguk. tadi? Chai Ten dari Guangzhou?” Lee yang masih lembut memegang tangannya. ”Kau bilang apa ”Astaga? Demi Dewa Bumi! Chai Ten? Kau... kau cucu Chai mengangguk sekali lagi, lalu bertanya sopan, ”Boleh aku Ten?” tersenyum, mengangguk. tadi? Chai Ten dari Guangzhou?” Lee yang masih lembut memegang tangannya. ”Kau bilang apa ”Astaga? Demi Dewa Bumi! Chai Ten? Kau... kau cucu Chai Lee mengangguk sekali lagi, lalu bertanya sopan, ”Boleh aku Ten?” tersenyum, mengangguk. Bumi! Chai Ten? Kau... kau cucu Chai Lee yang masih lembut memegang tangannya. ”Kau bilang apa tadi? Chai Ten dari Guangzhou?” Lee mengangguk sekali lagi, lalu bertanya sopan, ”Boleh aku Ten?” tersenyum, mengangguk. ”Astaga? Demi Dewa Bumi! Chai Ten? Kau... kau cucu Chai tadi? Chai Ten dari Guangzhou?” Lee yang masih lembut memegang tangannya. ”Kau bilang apa Lee mengangguk sekali lagi, lalu bertanya sopan, ”Boleh aku Ten?” tersenyum, mengangguk. ”Astaga? Demi Dewa Bumi! Chai Ten? Kau... kau cucu Chai tadi? Chai Ten dari Guangzhou?” Lee mengangguk sekali lagi, lalu bertanya sopan, ”Boleh aku ”Astaga? Demi Dewa Bumi! Chai Ten? Kau... kau cucu Chai tersenyum, mengangguk. tadi? Chai Ten dari Guangzhou?” Ten?” memeluk Opa Chan?” Lee mengangguk sekali lagi, lalu bertanya sopan, ”Boleh aku ”Astaga? Demi Dewa Bumi! Chai Ten? Kau... kau cucu Chai tersenyum, mengangguk. tadi? Chai Ten dari Guangzhou?” Ten?” memeluk Opa Chan?” mengangguk sekali lagi, lalu bertanya sopan, ”Boleh aku ”Astaga? Demi Dewa Bumi! Chai Ten? Kau... kau cucu Chai tadi? Chai Ten dari Guangzhou?” Lee tersenyum, mengangguk. memeluk Opa Chan?” mengangguk sekali lagi, Chai lalu bertanya bertanya sopan, ”Boleh aku ”Astaga? Demi Dewa Bumi! Chai Ten? Kau... Kau... kau”Boleh cucu Chai Chai Ten?” tersenyum, mengangguk. tadi? Chai Ten dari Guangzhou?” memeluk Opa Chan?” Lee mengangguk sekali lagi, lalu sopan, aku ”Astaga? Demi Dewa Bumi! Ten? kau cucu Ten?” tersenyum, mengangguk. memeluk Opa Chan?” Ten?” ”Astaga? Demi Dewa Bumi! Chai Ten? Kau... kau cucu Chai tersenyum, mengangguk. Lee mengangguk sekali lagi, lalu bertanya sopan, aku Opa yang lebih dulu memeluknya. Erat sekali. memeluk Opa Chan?” Ten?” ”Astaga? Demi Dewa Bumi! Chai Ten? Kau... kau”Boleh cucu Chai Chai tersenyum, mengangguk. Lee mengangguk sekali lagi, lalu bertanya sopan, ”Boleh aku Opa yang lebih dulu memeluknya. Erat sekali. memeluk Opa Chan?” Ten?” lagi, lalu bertanya sopan, ”Boleh aku ”Astaga? Demi Dewa Bumi! Chai Ten? Kau... kau cucu Lee tersenyum, mengangguk. Opa yang lebih dulu memeluknya. Erat sekali. memeluk Opa Chan?” Ten?” mengangguk sekali lagi, lalu bertanya sopan, ”Boleh aku ”Astaga? Demi Dewa Bumi! Chai Ten? Kau... kau cucu Chai Lee tersenyum, mengangguk. Opa yang lebih dulu memeluknya. Erat sekali. memeluk Opa Chan?” Ten?” Lee mengangguk sekali lagi, lalu bertanya sopan, ”Boleh aku ”Astaga? Demi Dewa Bumi! Chai Ten? Kau... kau cucu Chai Opa yang lebih dulu memeluknya. Erat sekali. Lee mengangguk sekali lagi, lalu bertanya sopan, ”Boleh aku Ten?” ”Astaga? Demi Dewa Bumi! Chai Ten? Kau... kau cucu Chai memeluk Opa Chan?” Aku terpana, tidak mengerti apa yang sedang terjadi di ha­ Opa yang lebih dulu memeluknya. Erat sekali. Lee mengangguk sekali lagi, lalu bertanya sopan, ”Boleh aku Ten?” ”Astaga? Demi Dewa Bumi! Chai Ten? Kau... kau cucu Chai memeluk Opa Chan?” Aku terpana, tidak mengerti apa yang sedang terjadi di ha­ Opa yang lebih dulu memeluknya. Erat sekali. Lee mengangguk sekali lagi, lalu bertanya sopan, ”Boleh aku Ten?” ”Astaga? Demi Dewa Bumi! Chai Ten? Kau... kau cucu Chai Aku terpana, tidak mengerti apa yang sedang terjadi di ha­ Opa yang lebih dulu memeluknya. Erat Kau... sekali. Lee mengangguk sekali lagi, lalu bertanya sopan, ”Boleh aku memeluk Opa Chan?” Ten?” ”Astaga? Demi Dewa Bumi! Chai Ten? kau cucu Chai Aku terpana, tidak mengerti apa yang sedang terjadi di ha­ Opa yang lebih dulu memeluknya. Erat sekali. Lee mengangguk sekali lagi, lalu bertanya sopan, ”Boleh aku memeluk Opa Chan?” Ten?” Aku terpana, tidak mengerti apa yang sedang terjadi di ha­ memeluk Opa Chan?” Lee mengangguk sekali lagi, lalu bertanya sopan, ”Boleh aku Ten?” Opa yang lebih dulu memeluknya. Erat sekali. melirikku, bertanya. Mana aku tahu? Aku dapanku. Kadek Aku terpana, tidak mengerti apa yang sedang terjadi di ha­ memeluk Opa Chan?” Lee mengangguk sekali lagi, lalu bertanya sopan, ”Boleh aku Ten?” Opa yang lebih dulu memeluknya. Erat sekali. melirikku, bertanya. Mana aku tahu? Aku dapanku. Kadek Aku terpana, tidak mengerti apa yang sedang terjadi di ha­ memeluk Opa Chan?” memeluknya. Erat sekali. Lee mengangguk sekali lagi, lalu bertanya sopan, ”Boleh aku Ten?” melirikku, bertanya. Mana aku tahu? Aku dapanku. Kadek Aku terpana, tidak mengerti apa yang sedang terjadi di ha­ memeluk Opa Chan?” Opa yang lebih dulu memeluknya. Erat sekali. Lee mengangguk sekali lagi, lalu bertanya sopan, ”Boleh aku Ten?” melirikku, bertanya. Mana aku tahu? Aku dapanku. Kadek Aku terpana, tidak mengerti apa yang sedang terjadi di ha­ memeluk Opa Chan?” Opa yang lebih dulu memeluknya. Erat sekali. Lee mengangguk sekali lagi, lalu bertanya sopan, ”Boleh aku melirikku, bertanya. Mana aku tahu? Aku dapanku. Kadek Opa yang lebih dulu memeluknya. Erat sekali. memeluk Opa Chan?” Lee mengangguk sekali lagi, lalu bertanya sopan, ”Boleh aku Aku terpana, tidak mengerti apa yang sedang terjadi di ha­ mengangkat bahu. Maryam hanya menonton, diam. melirikku, bertanya. Mana aku tahu? Aku dapanku. Kadek Opa yang lebih dulu memeluknya. Erat sekali. memeluk Opa Chan?” Lee mengangguk sekali lagi, lalu bertanya sopan, ”Boleh aku Aku terpana, tidak mengerti apa yang sedang terjadi di ha­ mengangkat bahu. Maryam hanya menonton, diam. melirikku, bertanya. Mana aku tahu? Aku dapanku. Kadek Opa yang lebih dulu memeluknya. Erat sekali. mengerti apa yang sedang terjadi di ha­ memeluk Opa Chan?” Lee mengangguk sekali lagi, lalu bertanya sopan, ”Boleh aku mengangkat bahu. Maryam hanya menonton, diam. melirikku, bertanya. Mana aku tahu? Aku dapanku. Kadek Opa yang lebih dulu memeluknya. Erat sekali. Aku terpana, tidak mengerti apa yang sedang terjadi di ha­ memeluk Opa Chan?” Lee mengangguk sekali lagi, lalu bertanya sopan, ”Boleh aku mengangkat bahu. Maryam hanya menonton, diam. melirikku, bertanya. Mana aku tahu? Aku dapanku. Kadek Opa yang lebih dulu memeluknya. Erat sekali. Aku terpana, tidak mengerti apa yang sedang terjadi di ha­ memeluk Opa Chan?” mengangkat bahu. Maryam hanya menonton, diam. Aku terpana, tidak mengerti apa yang sedang terjadi di ha­ Opa yang lebih dulu memeluknya. Erat sekali. memeluk Opa Chan?” melirikku, bertanya. Mana aku tahu? Aku dapanku. Kadek ”Aku berjanji, Opa, demi semua kebaikan yang pernah Opa mengangkat bahu. Maryam hanya menonton, diam. Aku terpana, tidak mengerti apa yang sedang terjadi di ha­ Opa yang lebih dulu memeluknya. Erat sekali. memeluk Opa Chan?” melirikku, bertanya. Mana aku tahu? Aku dapanku. Kadek ”Aku berjanji, Opa, demi semua kebaikan yang pernah Opa mengangkat bahu. Maryam hanya menonton, diam. Aku terpana, tidak mengerti apa yang sedang terjadi di ha­ melirikku, bertanya. Mana aku tahu? Aku dapanku. Kadek Opa yang lebih dulu memeluknya. Erat sekali. memeluk Opa Chan?” ”Aku berjanji, Opa, demi semua kebaikan yang pernah Opa mengangkat bahu. Maryam hanya menonton, diam. Aku terpana, tidak mengerti apa yang sedang terjadi di ha­ melirikku, bertanya. Mana aku tahu? Aku dapanku. Kadek Opa yang lebih dulu memeluknya. Erat sekali. memeluk Opa Chan?” ”Aku berjanji, Opa, demi semua kebaikan yang pernah Opa mengangkat bahu. Maryam hanya menonton, diam. Aku terpana, tidak mengerti apa yang sedang terjadi di ha­ melirikku, bertanya. Mana aku tahu? Aku dapanku. Kadek Opa yang lebih dulu memeluknya. Erat sekali. ”Aku berjanji, Opa, demi semua kebaikan yang pernah Opa melirikku, bertanya. Mana aku tahu? Aku dapanku. Kadek Aku terpana, tidak mengerti apa yang sedang terjadi di ha­ Opa yang lebih dulu memeluknya. Erat sekali. mengangkat bahu. Maryam hanya menonton, diam. berikan kepada keluarga besar kami, aku akan membantu ”Aku berjanji, Opa, demi semua kebaikan yang pernah Opa melirikku, bertanya. Mana aku tahu? Aku dapanku. Kadek Aku terpana, tidak mengerti apa yang sedang terjadi di ha­ Opa yang lebih dulu memeluknya. Erat sekali. mengangkat bahu. Maryam hanya menonton, diam. berikan kepada keluarga besar kami, aku akan membantu ”Aku berjanji, Opa, demi semua kebaikan yang pernah Opa melirikku, bertanya. Mana aku tahu? Aku dapanku. Kadek mengangkat bahu. Maryam hanya menonton, diam. Aku terpana, tidak mengerti apa yang sedang terjadi di ha­ Opa yang lebih dulu memeluknya. Erat sekali. berikan kepada keluarga besar kami, aku akan membantu ”Aku berjanji, Opa, demi semua kebaikan yang pernah Opa melirikku, bertanya. Mana aku tahu? Aku dapanku. Kadek mengangkat bahu. Maryam hanya menonton, diam. Aku terpana, tidak mengerti apa yang sedang terjadi di ha­ Opa yang lebih dulu memeluknya. Erat sekali. berikan kepada keluarga besar kami, aku akan membantu ”Aku berjanji, Opa, demi semua kebaikan yang pernah Opa melirikku, bertanya. Mana aku tahu? Aku dapanku. Kadek mengangkat bahu. Maryam hanya menonton, diam. Aku terpana, tidak mengerti apa yang sedang terjadi di ha­ berikan kepada keluarga besar kami, aku akan membantu mengangkat bahu. Maryam hanya menonton, diam. melirikku, bertanya. Mana aku tahu? Aku dapanku. Kadek ”Aku berjanji, Opa, demi semua kebaikan yang pernah Opa Aku terpana, tidak mengerti apa yang sedang terjadi di ha­ Thomas, apa pun yang dia butuhkan. Kami akan mengirim ba­ berikan kepada keluarga besar kami, aku akan membantu mengangkat bahu. Maryam hanya menonton, diam. melirikku, bertanya. Mana akumengirim tahu? Aku dapanku. Kadek Aku terpana, terpana, tidak mengerti apa yang sedang terjadi diOpa ha­ ”Aku berjanji, Opa, demi semua kebaikan yang pernah Thomas, apa pun yang dia butuhkan. Kami akan ba­ berikan kepada keluarga besar kami, aku akan membantu mengangkat bahu. Maryam hanya menonton, diam. melirikku, bertanya. Mana aku tahu? Aku dapanku. Kadek ”Aku berjanji, Opa, demi semua kebaikan yang pernah Opa Aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi di ha­ Thomas, apa pun yang dia butuhkan. Kami akan mengirim ba­ berikan kepada keluarga besar kami, aku akan membantu mengangkat bahu. Maryam hanya menonton, diam. ”Aku berjanji, Opa, demi semua kebaikan yang pernah Opa melirikku, bertanya. Mana aku tahu? Aku dapanku. Kadek Aku terpana, tidak mengerti apa yang sedang terjadi di ha­ Thomas, apa pun yang dia butuhkan. Kami akan mengirim ba­ berikan kepada keluarga besar kami, aku akan membantu mengangkat bahu. Maryam hanya menonton, diam. ”Aku berjanji, Opa, demi semua kebaikan yang pernah Opa melirikku, bertanya. Mana aku tahu? Aku dapanku. Kadek Thomas, apa pun yang dia butuhkan. Kami akan mengirim ba­ ”Aku berjanji, Opa, demi semua kebaikan yang pernah Opa mengangkat bahu. Maryam hanya menonton, diam. berikan kepada keluarga besar kami, aku akan membantu melirikku, bertanya. Mana aku tahu? Aku dapanku. Kadek mencari informasi apa yang sebenarnya sedang ter­ nyak orang, Thomas, apa pun yang dia butuhkan. Kami akan mengirim ba­ ”Aku berjanji, Opa, demi semua kebaikan yang pernah Opa mengangkat bahu. Maryam hanya menonton, diam. berikan kepada keluarga besar kami, aku akan membantu melirikku, bertanya. Mana aku tahu? Aku dapanku. Kadek mencari informasi apa yang sebenarnya sedang ter­ nyak orang, Thomas, apa pun yang dia butuhkan. Kami akan mengirim ba­ ”Aku berjanji, Opa, demi semua kebaikan yang pernah Opa mengangkat bahu. Maryam hanya menonton, diam. berikan kepada keluarga besar kami, aku akan membantu melirikku, bertanya. Mana aku tahu? Aku dapanku. Kadek mencari informasi apa yang sebenarnya sedang ter­ nyak orang, Thomas, apa pun yang dia butuhkan. Kami akan mengirim ba­ ”Aku berjanji, Opa, demi semua kebaikan yang pernah Opa berikan kepada keluarga besar kami, aku akan membantu mengangkat bahu. Maryam hanya menonton, diam. melirikku, bertanya. Mana aku tahu? Aku dapanku. Kadek mencari informasi apa yang sebenarnya sedang ter­ nyak orang, Thomas, apa pun yang dia butuhkan. Kami akan mengirim ba­ ”Aku berjanji, Opa, demi semua kebaikan yang pernah Opa berikan kepada keluarga besar kami, aku akan membantu mengangkat bahu. Maryam hanya menonton, diam. mencari informasi apa yang sebenarnya sedang ter­ nyak orang, berikan kepada keluarga besar kami, aku akan membantu ”Aku berjanji, Opa, demi semua kebaikan yang pernah Opa Thomas, apa pun yang dia butuhkan. Kami akan mengirim ba­ mengangkat bahu. Maryam hanya menonton, diam. Kong. Aku berjanji, tidak ada, bahkan satu orang jadi di Hong mencari informasi apa yang sebenarnya sedang ter­ nyak orang, berikan kepada keluarga besar kami, aku akan membantu ”Aku berjanji, Opa, demi semua kebaikan yang pernah Opa Thomas, apa pun yang dia butuhkan. Kami akan mengirim ba­ mengangkat bahu. Maryam hanya menonton, diam. Kong. Aku berjanji, tidak ada, bahkan satu orang jadi di Hong mencari informasi apa yang sebenarnya sedang ter­ nyak orang, ”Aku berjanji, Opa, demi semua kebaikan yang pernah Opa berikan kepada keluarga besar kami, aku akan membantu Thomas, apa pun yang dia butuhkan. Kami akan mengirim ba­ mengangkat bahu. Maryam hanya menonton, diam. Kong. Aku berjanji, tidak ada, bahkan satu orang jadi di Hong mencari informasi apa yang sebenarnya sedang ter­ nyak orang, berikan kepada keluarga besar kami, aku akan membantu Thomas, apa pun yang dia butuhkan. Kami akan mengirim ba­ ”Aku berjanji, Opa, demi semua kebaikan yang pernah Opa mengangkat bahu. Maryam hanya menonton, diam. Kong. Aku berjanji, tidak ada, bahkan satu orang jadi di Hong mencari informasi apa yang sebenarnya sedang ter­ nyak orang, berikan kepada keluarga besar kami, aku akan membantu Thomas, apa pun yang dia butuhkan. Kami akan mengirim ba­ ”Aku berjanji, Opa, demi semua kebaikan yang pernah Opa Kong. Aku berjanji, tidak ada, bahkan satu orang jadi di Hong Thomas, apa pun yang dia butuhkan. Kami akan mengirim ba­ berikan kepada keluarga besar kami, aku akan membantu mencari informasi apa yang sebenarnya sedang ter­ nyak orang, ”Aku berjanji, Opa, demi semua kebaikan yang pernah Opa pun, yang bisa menyakiti keluarga Opa Chan di Hong Kong, Kong. Aku berjanji, tidak ada, bahkan satu orang jadi di Hong Thomas, apa pun yang dia butuhkan. Kami akan mengirim ba­ berikan kepada keluarga besar kami, aku akan membantu mencari informasi apa yang sebenarnya sedang ter­ nyak orang, ”Aku berjanji, Opa, demi semua kebaikan yang pernah Opa pun, yang bisa menyakiti keluarga Opa Chan di Hong Kong, Kong. Aku berjanji, tidak ada, bahkan satu orang jadi di Hong berikan kepada keluarga besar kami, aku akan membantu Thomas, apa pun yang dia butuhkan. Kami akan mengirim ba­ mencari informasi apa yang sebenarnya sedang ter­ nyak orang, ”Aku berjanji, Opa, demi semua kebaikan yang pernah Opa pun, yang bisa menyakiti keluarga Opa Chan di Hong Kong, Kong. Aku berjanji, tidak ada, bahkan satu orang jadi di Hong Thomas, apa pun yang dia butuhkan. Kami akan mengirim ba­ mencari informasi apa yang sebenarnya sedang ter­ nyak orang, berikan kepada keluarga besar kami, aku akan membantu ”Aku berjanji, Opa, demi semua kebaikan yang pernah Opa pun, yang bisa menyakiti keluarga Opa Chan di Hong Kong, Kong. Aku berjanji, tidak ada, bahkan satu orang jadi di Hong Thomas, apa pun yang dia butuhkan. Kami akan mengirim ba­ mencari informasi apa yang sebenarnya sedang ter­ nyak orang, berikan kepada keluarga besar kami, aku akan membantu pun, yang bisa menyakiti keluarga Opa Chan di Hong Kong, mencari informasi apa yang sebenarnya sedang ter­ nyak orang, Kong. Aku berjanji, tidak ada, bahkan satu orang jadi di Hong Thomas, apa pun yang dia butuhkan. Kami akan mengirim ba­ berikan kepada keluarga besar kami, aku akan membantu Makau, dan Cina daratan. Tidak peduli kalaupun mereka ke­ pun, yang bisa menyakiti keluarga Opa Chan di Hong Kong, mencari informasi apa yang sebenarnya sedang ter­ nyak orang, Thomas, apa pun yang dia butuhkan. Kami akan mengirim ba­ Kong. Aku berjanji, tidak ada, bahkan satu orang jadi di Hong berikan kepada keluarga besar kami, aku akan membantu Makau, dan Cina daratan. Tidak peduli kalaupun mereka ke­ pun, yang bisa menyakiti keluarga Opa Chan di Hong Kong, Thomas, apa pun yang dia butuhkan. Kami akan mengirim ba­ mencari informasi apa yang sebenarnya sedang ter­ nyak orang, Kong. Aku berjanji, tidak ada, bahkan satu orang jadi di Hong berikan kepada keluarga besar kami, aku akan membantu Makau, dan Cina daratan. Tidak peduli kalaupun mereka ke­ pun, yang bisa menyakiti keluarga Opa Chan di Hong Kong, mencari informasi apa yang sebenarnya sedang ter­ nyak orang, Kong. Aku berjanji, tidak ada, bahkan satu orang jadi di Hong Thomas, apa pun yang dia butuhkan. Kami akan mengirim ba­ berikan kepada keluarga besar kami, aku akan membantu Makau, dan Cina daratan. Tidak peduli kalaupun mereka ke­ pun, yang bisa menyakiti keluarga Opa Chan di Hong Kong, mencari informasi apa yang sebenarnya sedang ter­ nyak orang, Kong. Aku berjanji, tidak ada, bahkan satu orang jadi di Hong Thomas, apa pun yang dia butuhkan. Kami akan mengirim ba­ Makau, dan Cina daratan. Tidak peduli kalaupun mereka ke­ Kong. Aku berjanji, tidak ada, bahkan satu orang jadi di Hong pun, yang bisa menyakiti keluarga Opa Chan di Hong Kong, mencari informasi apa yang sebenarnya sedang ter­ nyak orang, Thomas, apa pun yang dia butuhkan. Kami akan mengirim ba­ lompok mafia besar,” Lee berkata pelan. Makau, dan Cina daratan. Tidak peduli kalaupun mereka ke­ Kong. Aku berjanji, tidak ada, bahkan satu orang jadi di Hong pun, yang bisa menyakiti keluarga Opa Chan di Hong Kong, mencari informasi apa yang sebenarnya sedang ter­ nyak orang, Thomas, apa pun yang dia butuhkan. Kami akan mengirim ba­ lompok mafia besar,” Lee berkata pelan. Makau, dan Cina daratan. Tidak peduli kalaupun mereka ke­ mencari informasi apa yang sebenarnya sedang ter­ nyak orang, Kong. Aku berjanji, tidak ada, bahkan satu orang jadi di Hong pun, yang bisa menyakiti keluarga Opa Chan di Hong Kong, Thomas, apa pun yang dia butuhkan. Kami akan mengirim ba­ lompok mafia besar,” Lee berkata pelan. Makau, dan Cina daratan. Tidak peduli kalaupun mereka ke­ Kong. Aku berjanji, tidak ada, bahkan satu orang jadi di Hong pun, yang bisa menyakiti keluarga Opa Chan di Hong Kong, mencari informasi apa yang sebenarnya sedang ter­ nyak orang, Thomas, apa pun yang dia butuhkan. Kami akan mengirim ba­ lompok mafia besar,” Lee berkata pelan. Makau, dan Cina daratan. Tidak peduli kalaupun mereka ke­ Kong. Aku berjanji, tidak ada, bahkan satu orang jadi di Hong pun, yang bisa menyakiti keluarga Opa Chan di Hong Kong, mencari informasi apa yang sebenarnya sedang ter­ nyak orang, lompok mafia besar,” Lee berkata pelan. Makau, dan Cina daratan. Tidak peduli kalaupun mereka ke­ pun, yang bisa menyakiti keluarga Opa Chan di Hong Kong, Kong. Aku berjanji, tidak ada, bahkan satu orang jadi di Hong mencari informasi apa yang sebenarnya sedang ter­ nyak orang, Opa mengangguk. Senyumnya mengembang. Itu salah satu lompok mafia besar,” Lee berkata pelan. pun, yang bisa menyakiti keluarga Opa Chan di Hong Kong, Makau, dan Cina daratan. Tidak peduli kalaupun mereka ke­ Kong. Aku berjanji, tidak ada, bahkan satu orang jadi di Hong mencari informasi apa yang sebenarnya sedang ter­ nyak orang, Opa mengangguk. Senyumnya mengembang. Itu salah satu Kong. Aku berjanji, tidak ada, bahkan satu orang jadi di Hong lompok mafia besar,” Lee berkata pelan. pun, yang bisa menyakiti keluarga Opa Chan di Hong Kong, Makau, dan Cina daratan. Tidak peduli kalaupun mereka ke­ mencari informasi apa yang sebenarnya sedang ter­ nyak orang, Opa mengangguk. Senyumnya mengembang. Itu salah satu lompok mafia besar,” Lee berkata pelan. pun, yang bisa menyakiti keluarga Opa Chan di Hong Kong, Makau, dan Cina daratan. Tidak peduli kalaupun mereka ke­ Kong. Aku berjanji, tidak ada, bahkan satu orang jadi di Hong mencari informasi apa yang sebenarnya sedang ter­ nyak orang, Opa mengangguk. Senyumnya mengembang. Itu salah satu lompok mafia besar,” Lee berkata pelan. pun, yang bisa menyakiti keluarga Opa Chan di Hong Kong, Makau, dan Cina daratan. Tidak peduli kalaupun mereka ke­ Kong. Aku berjanji, tidak ada, bahkan satu orang jadi di Hong Opa mengangguk. Senyumnya mengembang. Itu salah satu lompok mafia besar,” Lee berkata pelan. Makau, dan Cina daratan. Tidak peduli kalaupun mereka ke­ pun, yang bisa menyakiti keluarga Opa Chan di Hong Kong, Kong. Aku berjanji, tidak ada, bahkan satu orang jadi di Hong senyum bahagia Opa yang pernah kulihat. ”Salam kembali untuk Opa mengangguk. Senyumnya mengembang. Itu salah satu lompok mafia besar,” Lee berkata pelan. Makau, dan Cina daratan. Tidak peduli kalaupun mereka ke­ keluarga Opa Chan di Hong Kong, Kong. Aku berjanji, tidak ada, bahkan satu orang jadi di Hong senyum bahagia Opa yang pernah kulihat. ”Salam kembali untuk pun, yang bisa menyakiti keluarga Opa Chan di Hong Kong, Opa mengangguk. Senyumnya mengembang. Itu salah satu Makau, dan Cina daratan. Tidak peduli kalaupun mereka ke­ lompok mafia besar,” Lee berkata pelan. Kong. Aku berjanji, tidak ada, bahkan satu orang jadi di Hong senyum bahagia Opa yang pernah kulihat. ”Salam kembali untuk Opa mengangguk. Senyumnya mengembang. Itu salah satu Makau, dan Cina daratan. Tidak peduli kalaupun mereka ke­ lompok mafia besar,” Lee berkata pelan. pun, yang bisa menyakiti keluarga Opa Chan di Hong Kong, Kong. Aku berjanji, tidak ada, bahkan satu orang jadi di Hong senyum bahagia Opa yang pernah kulihat. ”Salam kembali untuk Opa mengangguk. Senyumnya mengembang. Itu salah satu Makau, dan Cina daratan. Tidak peduli kalaupun mereka ke­ lompok mafia besar,” Lee berkata pelan. pun, yang bisa menyakiti keluarga Opa Chan di Hong Kong, senyum bahagia Opa yang pernah kulihat. ”Salam kembali untuk Opa mengangguk. Senyumnya mengembang. Itu salah satu lompok mafia besar,” Lee berkata pelan. Makau, dan Cina daratan. Tidak peduli kalaupun mereka ke­ pun, yang bisa menyakiti keluarga Opa Chan di Hong Kong, Chai Ten. Kalau saja situasinya lebih baik, aku akan mengun­ senyum bahagia Opa yang pernah kulihat. ”Salam kembali untuk Opa mengangguk. Senyumnya mengembang. Itu salah satu lompok mafia besar,” Lee berkata pelan. Makau, dan Cina daratan. Tidak peduli kalaupun mereka ke­ pun, yang bisa menyakiti keluarga Opa Chan di Hong Kong, Tidak peduli kalaupun mereka ke­ Chai Ten. Kalau saja situasinya lebih baik, aku akan mengun­ senyum bahagia Opa yang pernah kulihat. ”Salam kembali untuk lompok mafia besar,” Lee berkata pelan. Opa mengangguk. Senyumnya mengembang. Itu salah satu pun, yang bisa menyakiti keluarga Opa Chan di Hong Kong, Chai Ten. Kalau saja situasinya lebih baik, aku akan mengun­ senyum bahagia Opa yang pernah kulihat. ”Salam kembali untuk lompok mafia besar,” Lee berkata pelan. Opa mengangguk. Senyumnya mengembang. Itu salah satu Makau, dan Cina daratan. Tidak peduli kalaupun mereka ke­ pun, yang bisa menyakiti keluarga Opa Chan di Hong Kong, Chai Ten. Kalau saja situasinya lebih baik, aku akan mengun­ senyum bahagia Opa yang pernah kulihat. ”Salam kembali untuk lompok mafia besar,” Lee berkata pelan. Opa mengangguk. Senyumnya mengembang. Itu salah satu Makau, dan Cina daratan. Tidak peduli kalaupun mereka ke­ Chai Ten. Kalau saja situasinya lebih baik, aku akan mengun­ senyum bahagia Opa yang pernah kulihat. ”Salam kembali untuk Opa mengangguk. Senyumnya mengembang. Itu salah satu lompok mafia besar,” Lee berkata pelan. Makau, dan Cina daratan. Tidak peduli kalaupun mereka ke­ junginya diKalau Guangzhou. Astaga! Aku tidak pernah menduga dia Chai Ten. Kalau saja situasinya lebih baik, aku kembali akan mengun­ senyum bahagia Opa yang pernah kulihat. ”Salam untuk OpaTen. mengangguk. Senyumnya mengembang. Itu salah satu berkata pelan. Makau, dan Cina daratan. Tidak peduli kalaupun mereka ke­ lompok mafia besar,” Lee berkata pelan. junginya di Guangzhou. Astaga! Aku tidak pernah menduga dia Chai saja situasinya lebih baik, aku akan mengun­ Opa mengangguk. Senyumnya mengembang. Itu salah satu senyum bahagia Opa yang pernah kulihat. ”Salam kembali untuk Makau, dan Cina daratan. Tidak peduli kalaupun mereka ke­ junginya di Guangzhou. Astaga! Aku tidak pernah menduga dia Chai Ten. Kalau saja situasinya lebih baik, aku akan mengun­ Opa mengangguk. Senyumnya mengembang. Itu salah satu senyum bahagia Opa yang pernah kulihat. ”Salam kembali untuk lompok mafia besar,” Lee berkata pelan. Makau, dan Cina daratan. Tidak peduli kalaupun mereka ke­ junginya di Guangzhou. Astaga! Aku tidak pernah menduga dia Chai Ten. Kalau saja situasinya lebih baik, aku akan mengun­ Opa mengangguk. Senyumnya mengembang. Itu salah satu senyum bahagia Opa yang pernah kulihat. ”Salam kembali untuk lompok mafia besar,” Lee berkata pelan. junginya di Guangzhou. Astaga! Aku tidak pernah menduga dia Chai Ten. Kalau saja situasinya lebih baik, aku akan mengun­ senyum bahagia Opa yang pernah kulihat. ”Salam kembali untuk Opa mengangguk. Senyumnya mengembang. Itu salah satu lompok mafia besar,” Lee berkata pelan. masih hidup? Memiliki begitu banyak kebaikan dari kehidupan junginya di Guangzhou. Astaga! Aku tidak pernah menduga dia Chai Ten. Kalau saja situasinya lebih baik, aku akan mengun­ senyum bahagia Opa yang pernah kulihat. ”Salam kembali untuk Opa mengangguk. Senyumnya mengembang. Itu salah satu lompok mafia besar,” Lee berkata pelan. Senyumnya mengembang. Itu salah satu masih hidup? Memiliki begitu banyak kebaikan dari kehidupan junginya di Guangzhou. Astaga! Aku tidak pernah menduga dia senyum bahagia Opa yang pernah kulihat. ”Salam kembali untuk Chai Ten. Kalau saja situasinya lebih baik, aku akan mengun­ lompok mafia besar,” Lee berkata pelan. masih hidup? Memiliki begitu banyak kebaikan dari kehidupan junginya di Guangzhou. Astaga! Aku tidak pernah menduga dia senyum bahagia Opa yang pernah kulihat. ”Salam kembali untuk Chai Ten. Kalau saja situasinya lebih baik, aku akan mengun­ Opa mengangguk. Senyumnya mengembang. Itu salah satu lompok mafia besar,” Lee berkata pelan. masih hidup? Memiliki begitu banyak kebaikan dari kehidupan junginya di Guangzhou. Astaga! Aku tidak pernah menduga dia senyum bahagia Opa yang pernah kulihat. ”Salam kembali untuk Chai Ten. Kalau saja situasinya lebih baik, aku akan mengun­ Opa mengangguk. Senyumnya mengembang. Itu salah satu junginya di Guangzhou. Astaga! Aku tidak pernah menduga dia masih hidup? Memiliki begitu banyak kebaikan dari kehidupan Chai Ten. Kalau saja situasinya lebih baik, aku akan mengun­ senyum bahagia Opa yang pernah kulihat. ”Salam kembali untuk Opa mengangguk. Senyumnya mengembang. Itu salah satu ini. Memiliki cucu yang gagah. Kapal bocor. Kapal bocor itu masih hidup? Memiliki begitu banyak kebaikan dari kehidupan junginya di Guangzhou. Astaga! Aku tidak pernah menduga dia Chai Ten. Kalau saja situasinya lebih baik, aku akan mengun­ pernah kulihat. ”Salam kembali untuk Opa mengangguk. Senyumnya mengembang. Itu salah satu senyum bahagia Opa yang pernah kulihat. ”Salam kembali untuk ini. Memiliki cucu yang gagah. Kapal bocor. Kapal bocor itu masih hidup? Memiliki begitu banyak kebaikan dari kehidupan Chai Ten. Kalau saja situasinya lebih baik, aku akan mengun­ junginya di Guangzhou. Astaga! Aku tidak pernah menduga dia Opa mengangguk. Senyumnya mengembang. Itu salah satu ini. Memiliki cucu yang gagah. Kapal bocor. Kapal bocor itu masih hidup? Memiliki begitu banyak kebaikan dari kehidupan Chai Ten. Kalau saja situasinya lebih baik, aku akan mengun­ junginya di Guangzhou. Astaga! Aku tidak pernah menduga dia senyum bahagia Opa yang pernah kulihat. ”Salam kembali untuk Opa mengangguk. Senyumnya mengembang. Itu salah satu ini. Memiliki cucu yang gagah. Kapal bocor. Kapal bocor itu masih hidup? Memiliki begitu banyak kebaikan dari kehidupan Chai Ten. Kalau saja situasinya lebih baik, aku akan mengun­ junginya di Guangzhou. Astaga! Aku tidak pernah menduga dia senyum bahagia Opa yang pernah kulihat. ”Salam kembali untuk masih hidup? Memiliki begitu banyak kebaikan dari kehidupan ini. Memiliki cucu yang gagah. Kapal bocor. Kapal bocor itu junginya di Guangzhou. Astaga! Aku tidak pernah menduga dia Chai Ten. Kalau saja situasinya lebih baik, aku akan mengun­ senyum bahagia Opa yang pernah kulihat. ”Salam kembali untuk ternyata mewariskan begitu banyak kebijaksanaan hidup.” ini. Memiliki cucu yang gagah. Kapal bocor. Kapal bocor itu masih hidup? Memiliki begitu banyak kebaikan dari kehidupan junginya di Guangzhou. Astaga! Aku tidak pernah menduga dia Chai Ten. Kalau saja situasinya lebih baik, aku akan mengun­ senyum bahagia Opa yang pernah kulihat. ”Salam kembali untuk situasinya lebih baik, aku akan mengun­ ternyata mewariskan begitu banyak kebijaksanaan hidup.” ini. Memiliki cucu yang gagah. Kapal bocor. Kapal bocor itu junginya di Guangzhou. Astaga! Aku tidak pernah menduga dia masih hidup? Memiliki begitu banyak kebaikan dari kehidupan senyum bahagia Opa yang pernah kulihat. ”Salam kembali untuk ternyata mewariskan begitu banyak kebijaksanaan hidup.” ini. Memiliki cucu yang gagah. Kapal bocor. Kapal bocor itu junginya di Guangzhou. Astaga! Aku tidak pernah menduga dia masih hidup? Memiliki begitu banyak kebaikan dari kehidupan Chai Ten. Kalau saja situasinya lebih baik, aku akan mengun­ senyum bahagia Opa yang pernah kulihat. ”Salam kembali untuk ternyata mewariskan begitu banyak kebijaksanaan hidup.” ini. Memiliki cucu yang gagah. Kapal bocor. Kapal bocor itu junginya di Guangzhou. Astaga! Aku tidak pernah menduga dia masih hidup? Memiliki begitu banyak kebaikan dari kehidupan Chai Ten. Kalau saja situasinya lebih baik, aku akan mengun­ ini. Memiliki cucu yang gagah. Kapal bocor. Kapal bocor itu ternyata mewariskan begitu banyak kebijaksanaan hidup.” masih hidup? Memiliki begitu banyak kebaikan dari kehidupan junginya di Guangzhou. Astaga! Aku tidak pernah menduga dia Chai Ten. Kalau saja situasinya lebih baik, aku akan mengun­ Lee mengangguk. ini. Memiliki cucu yang gagah. Kapal bocor. Kapal bocor itu ternyata mewariskan begitu banyak kebijaksanaan hidup.” masih hidup? Memiliki begitu banyak kebaikan dari kehidupan Astaga! Aku tidak pernah menduga dia Chai Ten. Kalau saja situasinya lebih baik, aku akan mengun­ junginya di Guangzhou. Astaga! Aku tidak pernah menduga dia Lee mengangguk. ternyata mewariskan begitu banyak kebijaksanaan hidup.” masih hidup? Memiliki begitu banyak kebaikan dari kehidupan ini. Memiliki cucu yang gagah. Kapal bocor. Kapal bocor itu Chai Ten. Kalau saja situasinya lebih baik, aku akan mengun­ Lee mengangguk. ternyata mewariskan begitu banyak kebijaksanaan hidup.” masih hidup? Memiliki begitu banyak kebaikan dari kehidupan ini. Memiliki cucu yang gagah. Kapal bocor. Kapal bocor itu junginya di Guangzhou. Astaga! Aku tidak pernah menduga dia Chai Ten. Kalau saja situasinya lebih baik, aku akan mengun­ Lee mengangguk. ternyata mewariskan begitu banyak kebijaksanaan hidup.” masih hidup? Memiliki begitu banyak kebaikan dari kehidupan ini. Memiliki cucu yang gagah. Kapal bocor. Kapal bocor itu junginya di Guangzhou. Astaga! Aku tidak pernah menduga dia ternyata mewariskan begitu banyak kebijaksanaan hidup.” Lee mengangguk. ini. Memiliki cucu yang gagah. Kapal bocor. Kapal bocor itu masih hidup? Memiliki begitu banyak kebaikan dari kehidupan junginya di Guangzhou. Astaga! Aku tidak pernah menduga dia Dua menit lagi berlalu. Maryam, Kadek, Opa dan aku akhir­ ternyata mewariskan begitu banyak kebijaksanaan hidup.” Lee mengangguk. ini. Memiliki cucu yang gagah. Kapal bocor. Kapal bocor itu begitu banyak kebaikan dari kehidupan junginya di Guangzhou. Astaga! Aku tidak pernah menduga dia masih hidup? Memiliki begitu banyak kebaikan dari kehidupan Dua menit lagi berlalu. Maryam, Kadek, OpaKapal dan aku akhir­ Lee mengangguk. ini. Memiliki cucuberlalu. yang gagah. Kapal bocor. bocor itu ternyata mewariskan begitu banyak kebijaksanaan hidup.” junginya di Guangzhou. Astaga! Aku tidak pernah menduga dia Dua menit lagi Maryam, Kadek, Opa dan aku akhir­



nya menaiki pesawat jet pribadi tersebut. Staf Lee sudah tiba. mentara, dengan menggunakan kewarganegaraan negara lain. Dia menyerahkan empat surat perjalanan pengganti paspor se­ Lee berseru dari bawah, ”Kau berutang pertarungan ulang mentara, dengan menggunakan kewarganegaraan negara lain. nya menaiki pesawat jet tersebut. Staf Lee sudah tiba. Dia menyerahkan empat surat perjalanan pengganti paspor se­ Lee berseru dari bawah, ”Kau berutang pertarungan ulang mentara, dengan menggunakan kewarganegaraan negara lain. nya menaiki pesawat jet pribadi pribadi tersebut. Staf Lee sudah tiba. Dia menyerahkan empat surat perjalanan pengganti paspor se­ Lee berseru dari bawah, ”Kau berutang pertarungan ulang mentara, dengan menggunakan kewarganegaraan negara lain. Dia menyerahkan empat surat perjalanan pengganti paspor se­ Lee berseru dari bawah, ”Kau berutang pertarungan ulang Dia menyerahkan empat surat perjalanan pengganti paspor se­ Lee berseru dari bawah, ”Kau berutang pertarungan ulang mentara, dengan menggunakan kewarganegaraan negara lain. denganku, Thomas!” Lee berseru dari bawah, ”Kau berutang pertarungan ulang Dia menyerahkan empat surat perjalanan pengganti paspor se­ mentara, dengan menggunakan kewarganegaraan negara lain. denganku, Thomas!” Lee berseru dari bawah, ”Kau berutang pertarungan ulang Dia menyerahkan empat surat perjalanan pengganti paspor se­ mentara, dengan menggunakan kewarganegaraan negara lain. denganku, Thomas!” Lee berseru dari bawah, ”Kau berutang pertarungan ulang mentara, dengan menggunakan kewarganegaraan negara lain. denganku, Thomas!” mentara, dengan menggunakan kewarganegaraan negara lain. denganku, Thomas!” Lee berseru dari bawah, ”Kau berutang pertarungan ulang Aku tertawa. ”Kapan saja kau siap.” denganku, Thomas!” mentara, dengan menggunakan kewarganegaraan negara lain. Lee berseru dari bawah, ”Kau berutang pertarungan ulang Aku tertawa. ”Kapan saja kau siap.” denganku, Thomas!” mentara, dengan menggunakan kewarganegaraan negara lain. Lee berseru dari bawah, ”Kau berutang pertarungan ulang Aku tertawa. ”Kapan saja kau siap.” denganku, Thomas!” Lee berseru dari bawah, berutang pertarungan ulang Aku tertawa. ”Kapan saja kau siap.” Lee berseru dari bawah, ”Kau berutang pertarungan ulang Aku tertawa. ”Kapan saja ”Kau kauikut siap.” denganku, Thomas!” Lee tangannya, tertawa. Pintu di­ Aku tertawa. ”Kapan saja kau siap.” berseru dari bawah, ”Kau berutang pertarungan ulang denganku, Thomas!” Lee mengepalkan mengepalkan tangannya, ikut tertawa.pertarungan Pintu pesawat pesawat di­ Aku tertawa. ”Kapan saja kau siap.” berseru dari bawah, ”Kau berutang ulang denganku, Thomas!” Lee mengepalkan tangannya, ikut tertawa. Pintu pesawat di­ Aku tertawa. ”Kapan saja kau siap.” denganku, Thomas!” Lee mengepalkan tangannya, ikut tertawa. Pintu pesawat di­ denganku, Thomas!” Lee mengepalkan tangannya, ikut tertawa. Pintu pesawat di­ Aku tertawa. ”Kapan saja kau siap.” tutup. Lee mengepalkan tangannya, ikut tertawa. Pintu pesawat di­ denganku, Thomas!” Aku tertawa. ”Kapan saja kau siap.” tutup. Lee mengepalkan tangannya, ikut tertawa. Pintu pesawat di­ denganku, Thomas!” Aku tertawa. ”Kapan saja kau siap.” tutup. Lee mengepalkan tangannya, ikut tertawa. Pintu pesawat di­ Aku tertawa. ”Kapan saja kau siap.” tutup. Aku tertawa. ”Kapan saja kau siap.” tutup. Lee mengepalkan tangannya, ikut tertawa. Pintu pesawat di­ Pramugari mempersilakan kami duduk. Pilot mulai meng­ tutup. Akumengepalkan tertawa. ”Kapan saja kau kau siap.” Lee mengepalkan tangannya, ikut tertawa.Pilot Pintumulai pesawat di­ Pramugari mempersilakan kami duduk. Pilot mulai meng­ tutup. Aku tertawa. ”Kapan saja siap.” Lee tangannya, ikut tertawa. Pintu pesawat di­ Pramugari mempersilakan kami duduk. meng­ tutup. Lee mengepalkan tangannya, ikut tertawa. Pintu pesawat di­ Pramugari mempersilakan kami duduk. Pilot mulai meng­ Lee mengepalkan tangannya, ikut tertawa. Pintu pesawat di­ Pramugari mempersilakan kami duduk. Pilot mulai meng­ tutup. gerakkan pesawat, moncongnya perlahan keluar dari hanggar, Pramugari mempersilakan kami duduk. Pilot mulai meng­ Lee mengepalkan tangannya, ikut tertawa. Pintu pesawat di­ tutup. gerakkan pesawat, moncongnya perlahan keluar dari hanggar, Pramugari mempersilakan kami duduk. Pilot mulai meng­ Lee mengepalkan tangannya, ikut tertawa. Pintu pesawat di­ tutup. gerakkan pesawat, moncongnya perlahan keluar dari hanggar, Pramugari mempersilakan kami duduk. Pilot mulai meng­ tutup. gerakkan pesawat, moncongnya perlahan keluar dari hanggar, tutup. gerakkan pesawat, moncongnya perlahan keluar dari hanggar, Pramugari mempersilakan kami duduk. Pilot mulai meng­ menuju landasan pacu. Dengan dokumen perjalanan sementara gerakkan pesawat, moncongnya perlahan keluar dari hanggar, tutup. Pramugari mempersilakan kami duduk.perjalanan Pilot dari mulai meng­ menuju landasan pacu. Dengan dokumen perjalanan sementara gerakkan pesawat, moncongnya perlahan keluar hanggar, tutup. Pramugari mempersilakan kami duduk. Pilot mulai meng­ menuju landasan pacu. Dengan dokumen sementara gerakkan pesawat, moncongnya perlahan keluar dari hanggar, Pramugari mempersilakan kami duduk. Pilot mulai meng­ menuju landasan pacu. Dengan dokumen perjalanan sementara mempersilakan kami duduk. Pilot mulai meng­ menuju landasan pacu. Dengan dokumen perjalanan sementara gerakkan pesawat, moncongnya perlahan keluar dari hanggar, danPramugari memotong begitu banyak jalur imigrasi—yang entah bagai­ menuju landasan pacu. Dengan dokumen perjalanan sementara Pramugari mempersilakan kami duduk. Pilot mulai meng­ gerakkan pesawat, moncongnya perlahan keluar dari hanggar, dan memotong begitu banyak jalur imigrasi—yang entah bagai­ menuju landasan pacu. Dengan dokumen perjalanan sementara Pramugari mempersilakan kami duduk. Pilot mulai meng­ gerakkan pesawat, moncongnya perlahan keluar dari hanggar, dan memotong begitu banyak jalur imigrasi—yang entah bagai­ menuju landasan pacu. Dengan dokumen perjalanan sementara gerakkan pesawat, moncongnya perlahan keluar dari hanggar, dan memotong begitu banyak jalur imigrasi—yang entah bagai­ gerakkan pesawat, moncongnya perlahan keluar dari hanggar, dan memotong begitu banyak jalur imigrasi—yang entah bagai­ menuju landasan pacu. Dengan dokumen perjalanan sementara mana Lee bisa melakukannya—pesawat itu segera melesat ke dan memotong begitu banyak jalur imigrasi—yang entah bagai­ gerakkan pesawat, moncongnya perlahan keluar dari hanggar, menuju landasan pacu. Dengan dokumen perjalanan sementara mana Lee bisa melakukannya—pesawat itu segera melesat ke dan memotong begitu banyak jalur imigrasi—yang entah bagai­ gerakkan pesawat, moncongnya perlahan keluar dari hanggar, menuju landasan pacu. Dengan dokumen perjalanan sementara mana Lee bisa melakukannya—pesawat itu segera melesat ke dan memotong begitu banyak jalur imigrasi—yang entah bagai­ menuju landasan pacu. Dengan dokumen perjalanan sementara mana Lee bisa melakukannya—pesawat itu segera melesat ke menuju landasan pacu. Dengan dokumen perjalanan sementara mana Lee bisa melakukannya—pesawat itu segera melesat ke dan memotong begitu banyak jalur imigrasi—yang entah bagai­ langit, meninggalkan Hong Kong, tanpa masalah sedikit pun. mana Lee bisa melakukannya—pesawat itu segera melesat ke menuju landasan pacu. Dengan dokumen perjalanan sementara dan memotong begitu banyak jalur imigrasi—yang entah bagai­ langit, meninggalkan Hong Kong, tanpa masalah sedikit pun. mana Lee bisa melakukannya—pesawat itu segera melesat ke menuju landasan pacu. Dengan dokumen perjalanan sementara dan memotong begitu banyak jalur imigrasi—yang entah bagai­ langit, meninggalkan Hong Kong, tanpa masalah sedikit pun. mana Lee bisa melakukannya—pesawat itu segera melesat ke dan memotong begitu banyak jalur imigrasi—yang entah bagai­ langit, meninggalkan Hong Kong, tanpa masalah sedikit pun. dan memotong begitu banyak jalur imigrasi—yang entah bagai­ langit, meninggalkan Hong Kong, tanpa masalah sedikit pun. mana Lee bisa melakukannya—pesawat itu segera melesat ke Aku kembali ke Jakarta. langit, meninggalkan Hong Kong, tanpa masalah sedikit pun. dan memotong begitu banyak jalur imigrasi—yang entah bagai­ mana Lee bisa melakukannya—pesawat itu segera melesat ke Aku kembali ke Jakarta. langit, meninggalkan Hong Kong, tanpa masalah sedikit pun. dan memotong begitu banyak jalur imigrasi—yang entah bagai­ mana Lee bisa melakukannya—pesawat itu segera melesat Aku kembali ke Jakarta. langit, meninggalkan Hong Kong, tanpa masalah sedikit pun. ke mana Lee bisa melakukannya—pesawat itu segera melesat ke Aku kembali ke Jakarta. mana Lee bisa melakukannya—pesawat itu segera melesat ke Aku kembali ke Jakarta. langit, meninggalkan Hong Kong, tanpa masalah sedikit pun. Aku kembali ke Jakarta. mana Lee bisa melakukannya—pesawat itu segera melesat ke langit, meninggalkan Hong Kong, tanpa masalah sedikit pun. Aku kembali ke Jakarta. mana Lee bisa melakukannya—pesawat itu segera melesat ke langit, meninggalkan Hong Kong, tanpa masalah sedikit pun. Aku kembali ke Jakarta. langit, meninggalkan Hong Kong, tanpa masalah sedikit pun. langit, meninggalkan Hong Kong, tanpa masalah sedikit pun. Aku kembali ke Jakarta. langit, meninggalkan Hong Kong, tanpa masalah sedikit pun. Aku kembali ke Jakarta. langit, meninggalkan Hong Kong, tanpa masalah sedikit pun. Aku kembali ke Jakarta. Aku kembali Aku kembali ke ke Jakarta. Jakarta. Aku Aku kembali kembali ke ke Jakarta. Jakarta.



Pantas Pantas Dibela? Dibela?



Episode 11



P P P P P P P P



Siapa Orang yang Pantas Dibela?



ESAWAT jet pribadi itu mendaki ketinggian dengan kece­ ESAWAT jet pribadi itu mendaki ketinggian dengan kece­ ESAWAT jet pribadi itu mendaki ketinggian dengan kece­ ESAWAT jet pribadi itu mendaki ketinggian dengan kece­ ESAWAT jet pribadi itu mendaki ketinggian dengan kece­ patan penuh, melewati gumpalan awan lembut. Hamparan hutan ESAWAT jet pribadi itu mendaki ketinggian dengan kece­ patan penuh, melewati gumpalan awan lembut. Hamparan hutan ESAWAT jet pribadi itu mendaki ketinggian dengan kece­ patan penuh, melewati gumpalan awan lembut. Hamparan hutan ESAWAT jet pribadi itu mendaki ketinggian dengan kece­ patan penuh, melewati gumpalan awan lembut. Hamparan hutan ESAWAT jet pribadi itu mendaki ketinggian dengan kece­ patan penuh, melewati gumpalan awan lembut. Hamparan hutan ESAWAT jet pribadi itu mendaki ketinggian dengan kece­ beton kota Hong Kong tertinggal di belakang. Dalam hitungan patan penuh, melewati gumpalan awan lembut. Hamparan hutan ESAWAT jet pribadi itu mendaki ketinggian dengan kece­ beton kota Hong Kong tertinggal di belakang. Dalam hitungan patanESAWAT penuh, melewati gumpalan awan lembut. Hamparan hutan jet pribadi itu mendaki ketinggian dengan kece­ beton kota Hong Kong tertinggal di belakang. Dalam hitungan patan penuh, melewati gumpalan awan lembut. Hamparan hutan ESAWAT jet pribadi itu mendaki ketinggian dengan kece­ beton kota Hong Kong tertinggal di belakang. Dalam hitungan patan penuh, melewati gumpalan awan lembut. Hamparan hutan ESAWAT jet pribadi itu mendaki ketinggian dengan kece­ beton kota Hong Kong tertinggal di belakang. Dalam hitungan patan penuh, melewati gumpalan awan lembut. Hamparan hutan ESAWAT jet pribadi itu mendaki ketinggian dengan kece­ menit, lampu sabuk pengaman telah dipadamkan. beton kota Hong Kong tertinggal di belakang. Dalam hitungan patan penuh, melewati gumpalan awan lembut. Hamparan hutan ESAWAT jet pribadi itu mendaki ketinggian dengan kece­ menit, lampu sabuk pengaman telah dipadamkan. beton kota Hong Kong tertinggal di belakang. Dalam hitungan patan penuh, melewati gumpalan awan lembut. Hamparan hutan menit, lampu sabuk pengaman telah dipadamkan. beton kota Hong Kong tertinggal di belakang. Dalam hitungan patan penuh, melewati gumpalan awan lembut. Hamparan hutan menit, lampu sabuk pengaman telah dipadamkan. beton kota Hong Kong tertinggal di belakang. Dalam hitungan patan penuh, melewati gumpalan awan lembut. Hamparan hutan menit, lampu sabuk pengaman telah dipadamkan. beton kota Hong Kong tertinggal di belakang. Dalam hitungan patan penuh, melewati gumpalan awan lembut. Hamparan hutan Aku berseru memanggil salah satu pramugari. menit, lampu sabuk pengaman telah dipadamkan. beton kota Hong Kong tertinggal di belakang. Dalam hitungan patan penuh, melewati gumpalan awan lembut. Hamparan hutan Aku berseru memanggil salah satu pramugari. menit, lampu sabuk pengaman telah dipadamkan. beton kota Hong Kong tertinggal di dipadamkan. belakang. Dalam hitungan hitungan Aku berseru memanggil salah satu pramugari. menit, lampu sabuk pengaman telah beton kota Hong Kong tertinggal di belakang. Dalam Aku berseru memanggil salah satu pramugari. menit, lampu sabuk pengaman telah dipadamkan. beton kota Hong Kong tertinggal di belakang. Dalam hitungan Aku berseru memanggil salah satu pramugari. menit, lampu sabuk pengaman telah dipadamkan. beton kota Hong Kong tertinggal di belakang. Dalam hitungan ”Coffee or tea, Sir?” Pramugari tersenyum. Aku berseru memanggil salah satu pramugari. menit, lampu sabuk pengaman telah dipadamkan. beton kota Hong Kong tertinggal di belakang. Dalam hitungan ”Coffee or tea, Sir?” Pramugari tersenyum. Aku berseru memanggil salah satu pramugari. menit, lampu sabuk pengaman telah dipadamkan. ”Coffee or tea, Sir?” Pramugari tersenyum. Aku berseru memanggil salah satu pramugari. menit, lampu sabuk pengaman telah dipadamkan. ”Coffee or tea, Sir?” Pramugari tersenyum. Aku berseru memanggil salah satu pramugari. menit, lampu sabuk pengaman telah dipadamkan. ”Coffee or tea, Sir?” Pramugari tersenyum. Aku berseru memanggil salah satu pramugari. menit, lampu sabuk pengaman telah dipadamkan. menggeleng, bukan minuman yang kubutuhkan sekarang. ”Coffee or tea, Sir?” Pramugari tersenyum. berseru memanggil salah satu pramugari. menit, lampu sabuk pengaman telah dipadamkan. Aku menggeleng, bukan minuman yang kubutuhkan sekarang. ”Coffee or tea, tea,memanggil Sir?”bukan Pramugari tersenyum. berseru memanggil salah tersenyum. satuyang pramugari. Aku menggeleng, minuman kubutuhkan sekarang. ”Coffee or Sir?” Pramugari berseru salah satu pramugari. Aku menggeleng, bukan minuman yang kubutuhkan sekarang. ”Coffee or tea, Sir?” Pramugari tersenyum. berseru memanggil salah satu pramugari. Aku menggeleng, bukan minuman yang kubutuhkan sekarang. ”Coffee or tea, Sir?” Pramugari tersenyum. berseru memanggil salah satu pramugari. Aku bertanya pendek apakah mereka punya jalur telepon ke­ Aku menggeleng, bukan minuman yang kubutuhkan sekarang. ”Coffee or tea, Sir?” Pramugari tersenyum. berseru memanggil salah satu pramugari. Aku bertanya pendek apakah mereka punya jalur telepon ke­ Aku menggeleng, bukan minuman yang kubutuhkan sekarang. ”Coffee or tea, Sir?” Pramugari tersenyum. Aku bertanya pendek apakah mereka punya jalur telepon ke­ Aku menggeleng, bukan minuman yang kubutuhkan sekarang. ”Coffee or tea, Sir?” Pramugari tersenyum. Aku bertanya pendek apakah mereka punya jalur telepon ke­ Aku menggeleng, bukan minuman yang kubutuhkan sekarang. ”Coffee or tea, Sir?” Pramugari tersenyum. Aku bertanya pendek apakah mereka punya jalur telepon ke­ Aku menggeleng, bukan minuman yang kubutuhkan sekarang. ”Coffee or tea, Sir?” Pramugari tersenyum. luar—ada banyak orang yang harus kuhubungi segera. Pramu­ Aku bertanya pendek apakah mereka punya jalur telepon ke­ Aku menggeleng, bukan minuman yang kubutuhkan sekarang. ”Coffee or tea, Sir?” Pramugari tersenyum. luar—ada banyak orang yang harus kuhubungi segera. Pramu­ Aku bertanya pendek apakah mereka punya jalur telepon ke­ Aku menggeleng, bukan minuman yang kubutuhkan sekarang. luar—ada banyak orang yang harus kuhubungi segera. Pramu­ Aku bertanya pendek apakah mereka punya jalur telepon ke­ Aku menggeleng, bukan minuman yang kubutuhkan sekarang. luar—ada banyak orang yang harus kuhubungi segera. Pramu­ Aku bertanya pendek apakah mereka punya jalur telepon ke­ Aku menggeleng, bukan minuman yang kubutuhkan sekarang. luar—ada banyak orang yang harus kuhubungi segera. Pramu­ Aku bertanya pendek apakah mereka punya jalur telepon ke­ Aku menggeleng, bukan minuman yang kubutuhkan sekarang. gari mengangguk, mengambil sesuatu di belakang pesawat. Saat luar—ada banyak orang yang harus kuhubungi segera. Pramu­ Aku bertanya pendek apakah mereka punya jalur telepon ke­ Aku menggeleng, bukan minuman yang kubutuhkan sekarang. gari mengangguk, mengambil sesuatu di belakang pesawat. Saat luar—ada banyak orang yang harus kuhubungi segera. Pramu­ Aku bertanya pendek apakah mereka punya jalur telepon ke­ gari mengangguk, mengambil sesuatu di belakang pesawat. Saat luar—ada banyak orang yang harus kuhubungi segera. Pramu­ Aku bertanya pendek apakah mereka punya jalur telepon ke­ gari mengangguk, mengambil sesuatu di belakang pesawat. Saat luar—ada banyak orang yang harus kuhubungi segera. Pramu­ Aku bertanya pendek apakah mereka punya jalur telepon ke­ gari mengangguk, mengambil sesuatu di belakang pesawat. Saat luar—ada banyak orang yang harus kuhubungi segera. Pramu­ Aku bertanya pendek apakah mereka punya jalur telepon ke­ kembali, dia menyerahkan kotak karton berisi telepon genggam gari mengangguk, mengambil sesuatu di belakang pesawat. Saat luar—ada banyak orang yang harus kuhubungi segera. Pramu­ Aku bertanya pendek apakah mereka punya jalur telepon ke­k kembali, dia menyerahkan kotak karton berisi telepon genggam gari mengangguk, mengambil sesuatu di berisi belakang pesawat. Saat ESAWAT jet pribadi itu mendaki ketinggian dengan luar—ada banyak orang yang harus kuhubungi segera. Pramu­ kembali, dia menyerahkan kotak karton telepon genggam gari mengangguk, mengambil sesuatu di belakang pesawat. Saat luar—ada banyak orang yang harus kuhubungi segera. Pramu­ kembali, dia menyerahkan kotak karton berisi telepon genggam gari mengangguk, mengambil sesuatu di belakang pesawat. Saat luar—ada banyak orang yang harus kuhubungi segera. Pramu­ kembali, dia menyerahkan kotak karton berisi telepon genggam gari mengangguk, mengambil sesuatu di belakang pesawat. Saat luar—ada banyak orang yang harus kuhubungi segera. Pramu­ baru. kembali, dia menyerahkan kotak karton berisi telepon genggam gari mengangguk, mengambil sesuatu di belakang pesawat. Saat luar—ada banyak orang yang harus kuhubungi segera. Pramu­ kembali, dia menyerahkan kotak karton berisi telepon genggam gari mengangguk, mengambil sesuatu di belakang pesawat. Saat baru. nbaru. penuh, melewati gumpalan awan lembut. Hamparan h kembali, dia menyerahkan kotak karton berisi telepon genggam gari mengangguk, mengambil sesuatu di belakang pesawat. Saat baru. kembali, dia menyerahkan kotak karton berisi telepon genggam gari mengangguk, mengambil sesuatu di belakang pesawat. Saat baru. kembali, dia menyerahkan kotak karton berisi telepon genggam gari mengangguk, mengambil sesuatu di belakang pesawat. Saat ”Anda bebas menggunakannya, Tuan. Pesawat ini sudah di­ baru. kembali, dia menyerahkan kotak karton berisi telepon genggam gari mengangguk, mengambil sesuatu di belakang pesawat. Saat ”Anda bebas menggunakannya, Tuan. Pesawat ini sudah di­ baru. kembali, dia menyerahkan kotak karton berisi telepon genggam ”Anda bebas menggunakannya, Tuan. Pesawat ini sudah di­ baru. kembali, dia menyerahkan kotak karton berisi telepon genggam nbaru. kota Hong Kong tertinggal di belakang. Dalam hitun ”Anda bebas menggunakannya, Tuan. Pesawat ini sudah di­ kembali, dia menyerahkan kotak karton berisi telepon genggam ”Anda bebas menggunakannya, Tuan. Pesawat ini sudah di­ baru. kembali, dia menyerahkan kotak berisi telepon genggam lengkapi dengan sistem navigasi canggih yang memungkinkan ”Anda bebas menggunakannya, Tuan. Pesawat ini sudah di­ baru. kembali, dia menyerahkan kotak karton karton berisi telepon genggam lengkapi dengan sistem navigasi canggih yang memungkinkan ”Anda bebas menggunakannya, Tuan. Pesawat ini sudah di­ baru. lengkapi dengan sistem navigasi canggih yang memungkinkan ”Anda bebas menggunakannya, Tuan. Pesawat ini sudah di­ baru. lengkapi dengan sistem navigasi canggih yang memungkinkan ”Anda bebas menggunakannya, Tuan. Pesawat ini sudah di­ baru. it, lampu sabuk pengaman telah dipadamkan. lengkapi dengan sistem navigasi canggih yang memungkinkan ”Anda bebas menggunakannya, Tuan. Pesawat ini sudah di­ baru. telepon genggam aman digunakan.” lengkapi dengan sistem navigasi canggih yang memungkinkan ”Anda bebas menggunakannya, Tuan. Pesawat ini sudah di­ baru. telepon genggam aman digunakan.” lengkapi dengan sistem navigasi canggih yang memungkinkan ”Anda bebas menggunakannya, Tuan. Pesawat ini sudah di­ telepon genggam aman digunakan.” lengkapi dengan sistem navigasi canggih yang memungkinkan ”Anda bebas menggunakannya, Tuan. Pesawat ini sudah di­ telepon genggam aman digunakan.” lengkapi dengan sistem navigasi canggih yang memungkinkan ”Anda bebas menggunakannya, Tuan. Pesawat ini sudah di­ telepon genggam aman digunakan.” lengkapi dengan sistem navigasi canggih yang memungkinkan ”Anda bebas menggunakannya, Tuan. Pesawat ini sudah di­ ku berseru memanggil salah satu pramugari. Itu lebih baik lagi. Aku bisa menelepon dari kursi, tidak perlu telepon genggam aman digunakan.” lengkapi dengan sistem navigasi canggih yang memungkinkan ”Anda bebas menggunakannya, Tuan. Pesawat ini sudah di­ Itu lebih baik lagi. Aku bisa menelepon dari kursi, tidak perlu telepon genggam aman digunakan.” lengkapi dengan sistem navigasi canggih yang memungkinkan Itu lebih baik lagi. Aku bisa menelepon dari kursi, tidak perlu telepon genggam aman digunakan.” lengkapi dengan sistem navigasi canggih yang memungkinkan Itu lebih baik lagi. Aku bisa menelepon dari kursi, tidak perlu telepon genggam aman digunakan.” lengkapi dengan sistem navigasi canggih yang memungkinkan Itu lebih baik lagi. Aku bisa menelepon dari kursi, tidak perlu telepon genggam aman digunakan.” lengkapi dengan sistem navigasi canggih yang memungkinkan Itu lebih baik lagi. Aku bisa menelepon dari kursi, tidak perlu telepon genggam aman digunakan.” lengkapi dengan sistem navigasi canggih yang memungkinkan Coffee or tea, Sir?” Pramugari tersenyum. Itu lebih baik lagi. Aku bisa menelepon dari kursi, tidak perlu telepon genggam aman digunakan.” Itu lebih baik lagi. Aku bisa menelepon dari kursi, tidak perlu telepon genggam aman digunakan.” Itu baik Aku bisa menelepon telepon genggam aman digunakan.” 105 Itu lebih lebih baik lagi. lagi. Aku bisa105 menelepon dari dari kursi, kursi, tidak tidak perlu perlu telepon genggam aman digunakan.” 105 Itu lebih baik lagi. Aku bisa menelepon dari kursi, tidak perlu telepon genggam aman digunakan.” 105 Itu lebih baik lagi. Aku bisa menelepon dari kursi, tidak ku menggeleng, bukan minuman yang kubutuhkan sekar 105 Itu lebih baik lagi. Aku bisa menelepon dari kursi, tidak perlu perlu 105 Itu menelepon Itu lebih lebih baik baik lagi. lagi. Aku Aku bisa bisa105 menelepon dari dari kursi, kursi, tidak tidak perlu perlu



P



menggunakan telepon pesawat. Aku menatap sekilas jam di layar aku bergumam. Untuk ketiga kalinya memaksakan mencoba, telepon genggam, sudah pukul sebelas siang, lalu menekan no­ coba, nada tunggu lama, tetap tidak diangkat. Ayolah, diangkat, tetap menunggu lama. Aku mendesah cemas, mulai menduga hal mor tujuan. Nada tunggu lama, tidak diangkat. Sekali lagi men­ menggunakan telepon pesawat. Aku menatap sekilas jam di layar tetap tidak diangkat. Ayolah, diangkat, aku bergumam. Untuk ketiga kalinya memaksakan mencoba, telepon genggam, sudah pukul sebelas siang, lalu menekan no­ tetap menunggu lama. Aku mendesah cemas, mulai menduga hal mor tujuan. Nada tunggu lama, tidak diangkat. Sekali lagi menggunakan telepon pesawat. Aku menatap sekilas jam di layar buruk telah terjadi, ketika akhirnya telepon itu tersambung. coba, nada tunggu lama, tetap tidak diangkat. Ayolah, diangkat, aku bergumam. Untuk ketiga kalinya memaksakan telepon genggam, sudah pukul sebelas siang, lalu menekan no­ tetap menunggu lama. Aku mendesah cemas, mulai menduga hal mor tujuan. Nada tunggu lama, tidak diangkat. Sekali lagi men­ menggunakan telepon pesawat. Aku menatap sekilas jammencoba, di men­ layar buruk telah terjadi, ketika akhirnya telepon itu tersambung. coba, nada tunggu lama, tetap tidak diangkat. Ayolah, diangkat, aku bergumam. Untuk ketiga kalinya memaksakan mencoba, telepon genggam, sudah pukul sebelas siang, lalu menekan no­ tetap menunggu lama. Aku mendesah cemas, mulai menduga hal mor tujuan. Nada tunggu lama, tidak diangkat. Sekali lagi men­ buruk telah terjadi, ketika akhirnya telepon itu tersambung. coba, nada tunggu lama, tetap tidak diangkat. Ayolah, diangkat, telepon genggam, sudah pukul sebelas siang, lalu menekan no­ tetap menunggu lama. Aku mendesah cemas, mulai menduga hal mor tujuan. Nada tunggu lama, tidak diangkat. Sekali lagi men­ aku bergumam. Untuk ketiga kalinya memaksakan mencoba, buruk telah terjadi, ketika akhirnya telepon itu tersambung. coba, nada tunggu lama, tetap tidak diangkat. Ayolah, diangkat, telepon genggam, sudah pukul sebelas siang, lalu menekan no­ ketiga kalinya memaksakan mencoba, tetap menunggu lama. Aku mendesah cemas, mulai menduga hal mor tujuan. Nada tunggu lama, tidak diangkat. Sekali lagi men­ buruk telah terjadi, ketika akhirnya telepon itu tersambung. coba, nada tunggu lama, tetap tidak diangkat. Ayolah, diangkat, telepon genggam, sudah pukul sebelas siang, lalu menekan no­ ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih cepat. aku bergumam. Untuk ketiga kalinya memaksakan mencoba, tetap menunggu lama. Aku mendesah cemas, mulai menduga hal mor tujuan. Nada tunggu lama, tidak diangkat. Sekali lagi men­ buruk telah terjadi, ketika akhirnya telepon itu tersambung. coba, nada tunggu lama, tetap tidak diangkat. Ayolah, diangkat, telepon genggam, sudah pukul sebelas siang, lalu menekan no­ ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih cepat. aku bergumam. Untuk ketiga kalinya memaksakan mencoba, tetap menunggu lama. Aku mendesah cemas, mulai menduga hal mor tujuan. Nada tunggu lama, tidak diangkat. Sekali lagi men­ buruk telah terjadi, ketika akhirnya telepon itu tersambung. coba, nada tunggu lama, tetap tidak diangkat. Ayolah, diangkat, ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih cepat. aku bergumam. Untuk ketiga kalinya memaksakan mencoba, mor tujuan. Nada tunggu lama, tidak diangkat. Sekali lagi men­ buruk telah terjadi, ketika akhirnya telepon itu tersambung. coba, nada tunggu lama, tetap tidak diangkat. Ayolah, diangkat, tetap menunggu lama. Aku mendesah cemas, mulai menduga hal ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih cepat. aku bergumam. Untuk ketiga kalinya memaksakan mencoba, mor tujuan. Nada tunggu lama, tidak diangkat. Sekali lagi men­ tetap menunggu lama. Aku mendesah cemas, mulai menduga hal buruk telah terjadi, ketika akhirnya telepon itu tersambung. coba, nada tunggu lama, tetap tidak diangkat. Ayolah, diangkat, ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih cepat. aku bergumam. Untuk ketiga kalinya memaksakan mencoba, mor tujuan. Nada tunggu lama, tidak diangkat. Sekali lagi men­ ”Thomas?” Suara di seberang memastikan. tetap menunggu lama. Aku mendesah cemas, mulai menduga hal buruk telah terjadi, ketika akhirnya telepon itu tersambung. coba, nada tunggu lama, tetap tidak diangkat. Ayolah, diangkat, ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih cepat. aku bergumam. Untuk ketiga kalinya memaksakan mencoba, mor tujuan. Nada tunggu lama, tidak diangkat. Sekali lagi men­ ”Thomas?” Suara di seberang memastikan. tetap menunggu lama. Aku mendesah cemas, mulai menduga hal buruk telah terjadi, ketika akhirnya telepon itu tersambung. coba, nada tunggu lama, tetap tidak diangkat. Ayolah, diangkat, ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih cepat. aku bergumam. Untuk ketiga kalinya memaksakan mencoba, ”Thomas?” Suara di seberang memastikan. tetap menunggu lama. Aku mendesah cemas, mulai menduga hal coba, nada tunggu lama, tetap tidak diangkat. Ayolah, diangkat, ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih cepat. aku bergumam. Untuk ketiga kalinya memaksakan mencoba, buruk telah terjadi, ketika akhirnya telepon itu tersambung. ”Thomas?” Suara di seberang memastikan. tetap menunggu lama. Aku mendesah cemas, mulai menduga hal coba, nada tunggu lama, tetap tidak diangkat. Ayolah, diangkat, buruk telah terjadi, ketika akhirnya telepon itu tersambung. ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih cepat. aku bergumam. Untuk ketiga kalinya memaksakan mencoba, ”Thomas?” Suara di seberang memastikan. tetap menunggu lama. Aku mendesah cemas, mulai menduga hal coba, nada tunggu lama, tetap tidak diangkat. Ayolah, diangkat, Telepon itu tidak cepat diangkat karena dia ragu-ragu. Sepan­ buruk telah terjadi, ketika akhirnya telepon itu tersambung. ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih cepat. aku bergumam. Untuk ketiga kalinya memaksakan mencoba, ”Thomas?” Suara di seberang memastikan. tetap menunggu lama. Aku mendesah cemas, mulai menduga hal coba, nada tunggu lama, tetap tidak diangkat. Ayolah, diangkat, Telepon itu tidak cepat diangkat karena dia ragu-ragu. Sepan­ buruk telah terjadi, ketika akhirnya telepon itu tersambung. ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih cepat. aku bergumam. Untuk ketiga kalinya memaksakan mencoba, ”Thomas?” Suara di seberang memastikan. tetap menunggu lama. Aku mendesah cemas, mulai menduga hal Telepon itu tidak cepat diangkat karena dia ragu-ragu. Sepan­ buruk telah terjadi, ketika akhirnya telepon itu tersambung. aku bergumam. Untuk ketiga kalinya memaksakan mencoba, ”Thomas?” Suara di seberang memastikan. tetap menunggu lama. Aku mendesah cemas, mulai menduga hal ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih cepat. Telepon itu tidak cepat diangkat karena dia ragu-ragu. Sepan­ buruk telah terjadi, ketika akhirnya telepon itu tersambung. aku bergumam. Untuk ketiga kalinya memaksakan mencoba, ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih cepat. ”Thomas?” Suara di seberang memastikan. tetap menunggu lama. Aku mendesah cemas, mulai menduga hal Telepon itu tidak cepat diangkat karena dia ragu-ragu. Sepan­ buruk telah terjadi, ketika akhirnya telepon itu tersambung. aku bergumam. Untuk ketiga kalinya memaksakan mencoba, menerima telepon yang berisi nada ancaman. jang pagi dia ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih cepat. ”Thomas?” Suara di seberang memastikan. tetap menunggu lama. Aku mendesah cemas, mulai menduga hal Telepon itu tidak cepat diangkat karena dia ragu-ragu. Sepan­ buruk telah terjadi, ketika akhirnya telepon itu tersambung. aku bergumam. Untuk ketiga kalinya memaksakan mencoba, menerima telepon yang berisi nada ancaman. jang pagi dia ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih cepat. ”Thomas?” Suara di seberang memastikan. tetap menunggu lama. Aku mendesah cemas, mulai menduga hal Telepon itu tidak cepat diangkat karena dia ragu-ragu. Sepan­ buruk telah terjadi, ketika akhirnya telepon itu tersambung. menerima telepon yang berisi nada ancaman. jang pagi dia ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih cepat. tetap menunggu lama. Aku mendesah cemas, mulai menduga hal Telepon itu tidak cepat diangkat karena dia ragu-ragu. Sepan­ ”Thomas?” Suara di seberang memastikan. buruk telah terjadi, ketika akhirnya telepon itu tersambung. menerima telepon yang berisi nada ancaman. jang pagi dia ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih cepat. tetap menunggu lama. Aku mendesah cemas, mulai menduga hal ”Thomas?” Suara di seberang memastikan. Telepon itu tidak cepat diangkat karena dia ragu-ragu. Sepan­ buruk telah terjadi, ketika akhirnya telepon itu tersambung. menerima telepon yang berisi nada ancaman. jang pagi dia ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih cepat. tetap menunggu lama. Aku mendesah cemas, mulai menduga hal ”Maaf kau harus menunggu lama, Thomas. Tetapi ini situasi ”Thomas?” Suara di seberang memastikan. Telepon itu tidak cepat diangkat karena dia ragu-ragu. Sepan­ buruk telah terjadi, ketika akhirnya telepon itu tersambung. menerima telepon yang berisi nada ancaman. jang pagi dia ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih cepat. tetap menunggu lama. Aku mendesah cemas, mulai menduga hal ”Maaf kau harus menunggu lama, Thomas. Tetapi ini situasi ”Thomas?” Suara di seberang memastikan. Telepon itu tidak cepat diangkat karena dia ragu-ragu. Sepan­ buruk telah terjadi, ketika akhirnya telepon itu tersambung. menerima telepon yang berisi nada ancaman. jang pagi dia ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih cepat. ”Maaf kau harus menunggu lama, Thomas. Tetapi ini situasi ”Thomas?” Suara di seberang memastikan. buruk telah terjadi, ketika akhirnya telepon itu tersambung. Telepon itu tidak cepat diangkat karena dia ragu-ragu. Sepan­ menerima telepon yang berisi nada ancaman. jang pagi dia ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih cepat. ”Maaf kau harus menunggu lama, Thomas. Tetapi ini situasi ”Thomas?” Suara di seberang memastikan. buruk telah terjadi, ketika akhirnya telepon itu tersambung. Telepon itu tidak cepat diangkat karena dia ragu-ragu. Sepan­ menerima telepon yang berisi nada ancaman. jang pagi dia ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih cepat. ”Maaf kau harus menunggu lama, Thomas. Tetapi ini situasi ”Thomas?” Suara di seberang memastikan. buruk telah terjadi, ketika akhirnya telepon itu tersambung. menyebalkan. Aku sampai memutuskan untuk mengabaikan Telepon itu tidak cepat diangkat karena dia ragu-ragu. Sepan­ menerima telepon yang berisi nada ancaman. jang pagi dia ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih cepat. ”Maaf kau harus menunggu lama, Thomas. Tetapi ini situasi ”Thomas?” Suara di seberang memastikan. buruk telah terjadi, ketika akhirnya telepon itu tersambung. menyebalkan. Aku sampai memutuskan untuk mengabaikan Telepon itu tidak cepat diangkat karena dia ragu-ragu. Sepan­ menerima telepon yang berisi nada ancaman. jang pagi dia ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih cepat. ”Maaf kau harus menunggu lama, Thomas. Tetapi ini situasi ”Thomas?” Suara di seberang memastikan. menyebalkan. Aku sampai memutuskan untuk mengabaikan Telepon itu tidak cepat diangkat karena dia ragu-ragu. Sepan­ ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih cepat. menerima telepon yang berisi nada ancaman. jang pagi dia ”Maaf kau harus menunggu lama, Thomas. Tetapi ini situasi ”Thomas?” Suara di seberang memastikan. menyebalkan. Aku sampai memutuskan untuk mengabaikan Telepon itu tidak cepat diangkat karena dia ragu-ragu. Sepan­ ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih cepat. menerima telepon yang berisi nada ancaman. jang pagi dia ”Maaf kau harus menunggu lama, Thomas. Tetapi ini situasi ”Thomas?” Suara di seberang memastikan. menyebalkan. Aku sampai memutuskan untuk mengabaikan Telepon itu tidak cepat diangkat karena dia ragu-ragu. Sepan­ ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih cepat. telepon yang tidak kukenali. Kupikir panggilanmu ini salah satu­ menerima telepon yang berisi nada ancaman. jang pagi dia ”Maaf kau harus menunggu lama, Thomas. Tetapi ini situasi ”Thomas?” Suara di seberang memastikan. menyebalkan. Aku sampai memutuskan untuk mengabaikan Telepon itu tidak cepat diangkat karena dia ragu-ragu. Sepan­ ”Halo, Bapak Presiden,” aku menyapa lebih cepat. telepon yang tidak kukenali. Kupikir panggilanmu ini salah satu­ menerima telepon yang berisi nada ancaman. jang pagi dia ”Maaf kau harus menunggu lama, Thomas. Tetapi ini situasi ”Thomas?” Suara di seberang memastikan. menyebalkan. Aku sampai memutuskan untuk mengabaikan Telepon itu tidak cepat diangkat karena dia ragu-ragu. Sepan­ telepon yang tidak kukenali. Kupikir panggilanmu ini salah satu­ menerima telepon yang berisi nada ancaman. jang pagi dia ”Thomas?” Suara di seberang memastikan. ”Maaf kau harus menunggu lama, Thomas. Tetapi ini situasi menyebalkan. Aku sampai memutuskan untuk mengabaikan Telepon itu tidak cepat diangkat karena dia ragu-ragu. Sepan­ telepon yang tidak kukenali. Kupikir panggilanmu ini salah satu­ menerima telepon yang berisi nada ancaman. jang pagi dia ”Thomas?” Suara di seberang memastikan. ”Maaf kau harus menunggu lama, Thomas. Tetapi ini situasi menyebalkan. Aku sampai memutuskan untuk mengabaikan Telepon itu tidak cepat diangkat karena dia ragu-ragu. Sepan­ telepon yang tidak kukenali. Kupikir panggilanmu ini salah satu­ menerima telepon yang berisi nada ancaman. jang pagi dia ”Thomas?” Suara di seberang memastikan. nya, karena bahkan aku tidak mengenali kode negaranya. Ini ”Maaf kau harus menunggu lama, Thomas. Tetapi ini situasi menyebalkan. Aku sampai memutuskan untuk mengabaikan Telepon itu tidak cepat diangkat karena dia ragu-ragu. Sepan­ telepon yang tidak kukenali. Kupikir panggilanmu ini salah satu­ menerima telepon yang berisi nada ancaman. jang pagi dia ”Thomas?” Suara di seberang memastikan. nya, karena bahkan aku tidak mengenali kode negaranya. Ini ”Maaf kau harus menunggu lama, Thomas. Tetapi ini situasi menyebalkan. Aku sampai memutuskan untuk mengabaikan Telepon itu tidak cepat diangkat karena dia ragu-ragu. Sepan­ telepon yang tidak kukenali. Kupikir panggilanmu ini salah satu­ menerima telepon yang berisi nada ancaman. jang pagi dia nya, karena bahkan aku tidak mengenali kode negaranya. Ini ”Maaf kau harus menunggu lama, Thomas. Tetapi ini situasi Telepon itu tidak cepat diangkat karena dia ragu-ragu. Sepan­ menyebalkan. Aku sampai memutuskan untuk mengabaikan telepon yang tidak kukenali. Kupikir panggilanmu ini salah satu­ menerima telepon yang berisi nada ancaman. jang pagi dia nya, karena bahkan aku tidak mengenali kode negaranya. Ini ”Maaf kau harus menunggu lama, Thomas. Tetapi ini situasi Telepon itu tidak cepat diangkat karena dia ragu-ragu. Sepan­ menyebalkan. Aku sampai memutuskan untuk mengabaikan telepon yang tidak kukenali. Kupikir panggilanmu ini salah satu­ menerima telepon yang berisi nada ancaman. jang pagi dia nya, karena bahkan aku tidak mengenali kode negaranya. Ini ”Maaf kau harus menunggu lama, Thomas. Tetapi ini situasi Telepon itu tidak cepat diangkat karena dia ragu-ragu. Sepan­ bukan kode negara Hong Kong. Kau ada di mana, Thomas?” menyebalkan. Aku sampai memutuskan untuk mengabaikan telepon yang tidak kukenali. Kupikir panggilanmu ini salah satu­ menerima telepon yang berisi nada ancaman. jang pagi dia nya, karena bahkan aku tidak mengenali kode negaranya. Ini ”Maaf kau harus menunggu lama, Thomas. Tetapi ini situasi Telepon itu tidak cepat diangkat karena dia ragu-ragu. Sepan­ bukan kode negara Hong Kong. Kau ada di mana, Thomas?” menyebalkan. Aku sampai memutuskan untuk mengabaikan telepon yang tidak kukenali. Kupikir panggilanmu ini salah satu­ menerima telepon yang berisi nada ancaman. jang pagi dia nya, karena bahkan aku tidak mengenali kode negaranya. Ini ”Maaf kau harus menunggu lama, Thomas. Tetapi ini situasi bukan kode negara Hong Kong. Kau ada di mana, Thomas?” menyebalkan. Aku sampai memutuskan untuk mengabaikan menerima telepon yang berisi nada ancaman. jang pagi dia telepon yang tidak kukenali. Kupikir panggilanmu ini salah satu­ nya, karena bahkan aku tidak mengenali kode negaranya. Ini ”Maaf kau harus menunggu lama, Thomas. Tetapi ini situasi bukan kode negara Hong Kong. Kau ada di mana, Thomas?” menyebalkan. Aku sampai memutuskan untuk mengabaikan menerima telepon yang berisi nada ancaman. jang pagi dia telepon yang tidak kukenali. Kupikir panggilanmu ini salah satu­ nya, karena bahkan aku tidak mengenali kode negaranya. Ini ”Maaf kau harus menunggu lama, Thomas. Tetapi ini situasi bukan kode negara Hong Kong. Kau ada di mana, Thomas?” menyebalkan. Aku sampai memutuskan untuk mengabaikan menerima telepon yang berisi nada ancaman. jang pagi dia ”Aku menelepon dari atas pesawat, Bapak Presiden. Kode ne­ telepon yang tidak kukenali. Kupikir panggilanmu ini salah satu­ nya, karena bahkan aku tidak mengenali kode negaranya. Ini ”Maaf kau harus menunggu lama, Thomas. Tetapi ini situasi bukan kode negara Hong Kong. Kau ada di mana, Thomas?” menyebalkan. Aku sampai memutuskan untuk mengabaikan menerima telepon yang berisi nada ancaman. jang pagi dia ”Aku menelepon dari atas pesawat, Bapak Presiden. Kode ne­ telepon yang tidak kukenali. Kupikir panggilanmu ini salah satu­ nya, karena bahkan aku tidak mengenali kode negaranya. Ini ”Maaf kau harus menunggu lama, Thomas. Tetapi ini situasi bukan kode negara Hong Kong. Kau ada di mana, Thomas?” menyebalkan. Aku sampai memutuskan untuk mengabaikan ”Aku menelepon dari atas pesawat, Bapak Presiden. Kode ne­ telepon yang tidak kukenali. Kupikir panggilanmu ini salah satu­ ”Maaf kau harus menunggu lama, Thomas. Tetapi ini situasi nya, karena bahkan aku tidak mengenali kode negaranya. Ini bukan kode negara Hong Kong. Kau ada di mana, Thomas?” menyebalkan. Aku sampai memutuskan untuk mengabaikan ”Aku menelepon dari atas pesawat, Bapak Presiden. Kode ne­ telepon yang tidak kukenali. Kupikir panggilanmu ini salah satu­ ”Maaf kau harus menunggu lama, Thomas. Tetapi ini situasi nya, karena bahkan aku tidak mengenali kode negaranya. Ini bukan kode negara Hong Kong. Kau ada di mana, Thomas?” menyebalkan. Aku sampai memutuskan untuk mengabaikan ”Aku menelepon dari atas pesawat, Bapak Presiden. Kode ne­ telepon yang tidak kukenali. Kupikir panggilanmu ini salah satu­ ”Maaf kau harus menunggu lama, Thomas. Tetapi ini situasi gara tidak relevan lagi dengan posisi panggilan. Aku sudah be­ nya, karena bahkan aku tidak mengenali kode negaranya. Ini bukan kode negara Hong Kong. Kau ada di mana, Thomas?” menyebalkan. Aku sampai memutuskan untuk mengabaikan ”Aku menelepon dari atas pesawat, Bapak Presiden. Kode ne­ telepon yang tidak kukenali. Kupikir panggilanmu ini salah satu­ ”Maaf kau harus menunggu lama, Thomas. Tetapi ini situasi gara tidak relevan lagi dengan posisi panggilan. Aku sudah be­ nya, karena bahkan aku tidak mengenali kode negaranya. Ini bukan kode negara Hong Kong. Kaupanggilanmu ada di diuntuk mana, Thomas?” menyebalkan. Aku sampai memutuskan mengabaikan ”Aku menelepon dari atas pesawat, Bapak Presiden. Kode ne­ telepon yang tidak kukenali. Kupikir ini salah satu­ gara tidak relevan lagi dengan posisi panggilan. Aku sudah be­ nya, karena bahkan aku tidak mengenali kode negaranya. Ini menyebalkan. Aku sampai memutuskan untuk mengabaikan bukan kode negara Hong Kong. Kau ada mana, Thomas?” ”Aku menelepon dari atas pesawat, Bapak Presiden. Kode ne­ telepon yang tidak kukenali. Kupikir panggilanmu ini salah satu­ gara tidak relevan lagi dengan posisi panggilan. Aku sudah be­ nya, karena bahkan aku tidak mengenali kode negaranya. Ini menyebalkan. Aku sampai memutuskan untuk mengabaikan bukan kode negara Hong Kong. Kau ada di mana, Thomas?” ”Aku menelepon dari atas pesawat, Bapak Presiden. Kode ne­ telepon yang tidak kukenali. Kupikir panggilanmu ini salah satu­ gara tidak relevan lagi dengan posisi panggilan. Aku sudah be­ nya, karena bahkan aku tidak mengenali kode negaranya. Ini menyebalkan. Aku sampai memutuskan untuk mengabaikan rangkat menuju Jakarta. Tiga jam lagi tiba.” bukan kode negara Hong Kong. Kau ada di mana, Thomas?” ”Aku menelepon dari atas pesawat, Bapak Presiden. Kode ne­ telepon yang tidak kukenali. Kupikir panggilanmu ini salah satu­ gara tidak relevan lagi dengan posisi panggilan. Aku sudah be­ nya, karena bahkan aku tidak mengenali kode negaranya. Ini menyebalkan. Aku sampai memutuskan untuk mengabaikan rangkat menuju Jakarta. Tiga jam lagi tiba.” bukan kode negara Hong Kong. Kau ada di mana, Thomas?” ”Aku menelepon dari atas pesawat, Bapak Presiden. Kode ne­ telepon yang tidak kukenali. Kupikir panggilanmu ini salah satu­ gara tidak relevan lagi dengan posisi panggilan. Aku sudah be­ nya, karena bahkan aku tidak mengenali kode negaranya. Ini rangkat menuju Jakarta. Tiga jam lagi tiba.” bukan kode negara Hong Kong. Kau ada di mana, Thomas?” telepon yang tidak kukenali. Kupikir panggilanmu ini salah satu­ ”Aku menelepon dari atas pesawat, Bapak Presiden. Kode ne­ gara tidak relevan lagi dengan posisi panggilan. Aku sudah be­ nya, karena bahkan aku tidak mengenali kode negaranya. Ini rangkat menuju Jakarta. Tiga jam lagi tiba.” bukan kode negara Hong Kong. Kau ada di mana, Thomas?” telepon yang tidak kukenali. Kupikir panggilanmu ini salah satu­ ”Aku menelepon dari atas pesawat, Bapak Presiden. Kode ne­ gara tidak relevan lagi dengan posisi panggilan. Aku sudah be­ nya, karena bahkan aku tidak mengenali kode negaranya. Ini rangkat menuju Jakarta. Tiga jam lagi tiba.” bukan kode negara Hong Kong. Kau ada di mana, Thomas?” telepon yang tidak kukenali. Kupikir panggilanmu ini salah satu­ ”Syukurlah, Thomas. Semakin cepat kau kembali, semakin ”Aku menelepon dari atas pesawat, Bapak Presiden. Kode ne­ gara tidak relevan lagi dengan posisi panggilan. Aku sudah be­ nya, karena bahkan aku tidak mengenali kode negaranya. Ini rangkat menuju Jakarta. Tiga jam lagi tiba.” bukan kode negara Hong Kong. Kau ada di mana, Thomas?” telepon yang tidak kukenali. Kupikir panggilanmu ini salah satu­ ”Syukurlah, Thomas. Semakin cepat kau kembali, semakin ”Aku menelepon dari atas pesawat, Bapak Presiden. Kode ne­ gara tidak relevan lagi dengan posisi panggilan. Aku sudah be­ nya, karena bahkan aku tidak mengenali kode negaranya. Ini rangkat menuju Jakarta. Tiga jam lagi tiba.” bukan kode negara Hong Kong. Kau ada di mana, Thomas?” ”Syukurlah, Thomas. Semakin cepat kau kembali, semakin ”Aku menelepon dari atas pesawat, Bapak Presiden. Kode ne­ gara tidak relevan lagi dengan posisi panggilan. Aku sudah be­ nya, karena bahkan aku tidak mengenali kode negaranya. Ini rangkat menuju Jakarta. Tiga jam lagi tiba.” bukan kode negara Hong Kong. Kau ada di mana, Thomas?” ”Syukurlah, Thomas. Semakin cepat kau kembali, semakin ”Aku menelepon dari atas pesawat, Bapak Presiden. Kode ne­ nya, karena bahkan aku tidak mengenali kode negaranya. Ini gara tidak relevan lagi dengan posisi panggilan. Aku sudah be­ rangkat menuju Jakarta. Tiga jam lagi tiba.” bukan kode negara Hong Kong. Kau ada di mana, Thomas?” ”Syukurlah, Thomas. Semakin cepat kau kembali, semakin ”Aku menelepon dari atas pesawat, Bapak Presiden. Kode ne­ nya, karena bahkan aku tidak mengenali kode negaranya. Ini baik. Salah satu anggota tim siang ini akan melaporkan berbagai gara tidak relevan lagi dengan posisi panggilan. Aku sudah be­ rangkat menuju Jakarta. Tiga jam lagi tiba.” bukan kode negara Hong Kong. Kau ada di mana, Thomas?” ”Syukurlah, Thomas. Semakin cepat kau kembali, semakin ”Aku menelepon dari atas pesawat, Bapak Presiden. Kode ne­ nya, karena bahkan aku tidak mengenali kode negaranya. Ini baik. Salah satu anggota tim siang ini akan melaporkan berbagai gara tidak relevan lagi dengan posisi panggilan. Aku sudah be­ rangkat menuju Jakarta. Tiga jam lagi tiba.” bukan kode negara Hong Kong. Kau ada di mana, Thomas?” ”Syukurlah, Thomas. Semakin cepat kau kembali, semakin ”Aku menelepon dari atas pesawat, Bapak Presiden. Kode ne­ baik. Salah satu anggota tim siang ini akan melaporkan berbagai gara tidak relevan lagi dengan posisi panggilan. Aku sudah be­ rangkat menuju Jakarta. Tiga jam lagi tiba.” bukan kode negara Hong Kong. Kau ada di mana, Thomas?” ”Syukurlah, Thomas. Semakin cepat kau kembali, semakin ”Aku menelepon dari atas pesawat, Bapak Presiden. Kode ne­ baik. Salah satu anggota tim siang ini akan melaporkan berbagai gara tidak relevan lagi dengan posisi panggilan. Aku sudah be­ bukan kode negara Hong Kong. Kau ada di mana, Thomas?” rangkat menuju Jakarta. Tiga jam lagi tiba.” ”Syukurlah, Thomas. Semakin cepat kau kembali, semakin ”Aku menelepon dari atas pesawat, Bapak Presiden. Kode ne­ baik. Salah satu anggota tim siang ini akan melaporkan berbagai gara tidak relevan lagi dengan posisi panggilan. Aku sudah be­ bukan kode negara Hong Kong. Kau ada di mana, Thomas?” telepon gangguan dan ancaman itu ke pihak kepolisian. Ini su­ rangkat menuju Jakarta. Tiga jam lagi tiba.” ”Syukurlah, Thomas. Semakin cepat kau kembali, semakin ”Aku menelepon dari atas pesawat, Bapak Presiden. Kode ne­ baik. Salah satu anggota tim siang ini akan melaporkan berbagai gara tidak relevan lagi dengan posisi panggilan. Aku sudah be­ bukan kode negara Hong Kong. Kau ada dimelaporkan mana, Thomas?” telepon gangguan dan ancaman itu ke pihak kepolisian. Ini su­ rangkat menuju Jakarta. Tiga jam lagi tiba.” ”Syukurlah, Thomas. Semakin cepat kau kembali, semakin ”Aku menelepon dari atas pesawat, Bapak Presiden. Kode baik. Salah satu anggota tim siang ini akan berbagai gara tidak relevan lagi dengan posisi Aku sudah be­ telepon gangguan dan ancaman itu kepanggilan. pihak kepolisian. Ini ne­ su­ rangkat menuju Jakarta. Tiga jam lagi tiba.” ”Syukurlah, Thomas. Semakin cepat kau kembali, semakin ”Aku menelepon dari atas pesawat, Bapak Presiden. Kode ne­ baik. Salah satu anggota tim siang ini akan melaporkan berbagai gara tidak relevan lagi dengan posisi panggilan. Aku sudah be­ telepon gangguan dan ancaman itu ke pihak kepolisian. Ini su­ rangkat menuju Jakarta. Tiga jam lagi tiba.” ”Aku menelepon dari atas pesawat, Bapak Presiden. Kode ne­ ”Syukurlah, Thomas. Semakin cepat kau kembali, semakin baik. Salah satu anggota tim siang ini akan melaporkan berbagai gara tidak relevan lagi dengan posisi panggilan. Aku sudah be­ telepon gangguan dan ancaman itu ke pihak kepolisian. Ini su­ rangkat menuju Jakarta. Tiga jam lagi tiba.” ”Aku menelepon dari atas pesawat, Bapak Presiden. Kode ne­ dah berlebihan, Thomas. Kita harus mengambil langkah....” ”Syukurlah, Thomas. Semakin cepat kau kembali, semakin baik. Salah satu anggota tim siang ini akan melaporkan berbagai gara tidak relevan lagi dengan posisi panggilan. Aku sudah be­ telepon gangguan dan ancaman itu ke pihak kepolisian. Ini su­ rangkat menuju Jakarta. Tiga jam lagi tiba.” ”Aku menelepon dari atas pesawat, Bapak Presiden. Kode ne­ dah berlebihan, Thomas. Kita harus mengambil langkah....” ”Syukurlah, Thomas. Semakin cepat kau kembali, semakin baik. Salah satu anggota tim siang ini akan melaporkan berbagai gara tidak relevan lagi dengan posisi panggilan. Aku sudah be­ telepon gangguan dan ancaman itu ke pihak kepolisian. Ini su­ rangkat menuju Jakarta. Tiga jam lagi tiba.” dah berlebihan, Thomas. Kita harus mengambil langkah....” ”Syukurlah, Thomas. Semakin cepat kau kembali, semakin baik. Salah satu anggota tim siang ini akan melaporkan berbagai gara tidak relevan lagi dengan posisi panggilan. Aku sudah be­ telepon gangguan dan ancaman itu ke pihak kepolisian. Ini su­ rangkat menuju Jakarta. Tiga jam lagi tiba.” dah berlebihan, Thomas. Kita harus mengambil langkah....” ”Syukurlah, Thomas. Semakin cepat kau kembali, semakin gara tidak relevan lagi dengan posisi panggilan. Aku sudah be­ baik. Salah satu anggota tim siang ini akan melaporkan berbagai telepon gangguan dan ancaman itu ke pihak kepolisian. Ini su­ rangkat menuju Jakarta. Tiga jam lagi tiba.” dah berlebihan, Thomas. Kita harus mengambil langkah....” ”Syukurlah, Thomas. Semakin cepat kau kembali, semakin gara tidak relevan lagi dengan posisi panggilan. Aku sudah be­ ”Jangan, Bapak Presiden,” aku segera memotong. baik. Salah satu anggota tim siang ini akan melaporkan berbagai telepon gangguan dan ancaman itu ke pihak kepolisian. Ini su­ rangkat menuju Jakarta. Tiga jam lagi tiba.” dah berlebihan, Thomas. Kita harus mengambil langkah....” ”Syukurlah, Thomas. Semakin cepat kau kembali, semakin gara tidak relevan lagi dengan posisi panggilan. Aku sudah be­ ”Jangan, Bapak Presiden,” aku segera memotong. baik. Salah satu anggota tim siang ini akan melaporkan berbagai telepon gangguan dan ancaman itu ke pihak kepolisian. Ini su­ rangkat menuju Jakarta. Tiga jam lagi tiba.” dah berlebihan, Thomas. Kita harus mengambil langkah....” ”Syukurlah, Thomas. Semakin cepat kau kembali, semakin ”Jangan, Bapak Presiden,” aku segera memotong. baik. Salah satu anggota tim siang ini akan melaporkan berbagai telepon gangguan dan ancaman itu ke pihak kepolisian. Ini su­ rangkat menuju Jakarta. Tiga jam lagi tiba.” dah berlebihan, Thomas. Kita harus mengambil langkah....” ”Syukurlah, Thomas. Semakin cepat kau kembali, semakin ”Jangan, Bapak Presiden,” aku segera memotong. baik. Salah satu anggota tim siang ini akan melaporkan berbagai rangkat menuju Jakarta. Tiga jam lagi tiba.” telepon gangguan dan ancaman itu ke pihak kepolisian. Ini su­ dah berlebihan, Thomas. Kita harus mengambil langkah....” ”Syukurlah, Thomas. Semakin cepat kau kembali, semakin ”Jangan, Bapak Presiden,” aku segera memotong. baik. Salah satu anggota tim siang ini akan melaporkan berbagai rangkat menuju Jakarta. Tiga jam lagi tiba.” Itu jelas langkah yang sia-sia. Dalam situasi serba tidak jelas, telepon gangguan dan ancaman itu ke pihak kepolisian. Ini su­ dah berlebihan, Thomas. Kita harus mengambil langkah....” ”Syukurlah, Thomas. Semakin cepat kau kembali, semakin ”Jangan, Bapak Presiden,” aku segera memotong. baik. Salah satu anggota tim siang ini akan melaporkan berbagai rangkat menuju Jakarta. Tiga jam lagi tiba.” Ituberlebihan, jelas langkah yang sia-sia. Dalam situasi serba tidak jelas, telepon gangguan dan ancaman itu ke pihak kepolisian. Inijelas, su­ dah”Syukurlah, berlebihan, Thomas. Kitaaku harus mengambil langkah....” Thomas. Semakin cepat kau kembali, semakin ”Jangan, Bapak Presiden,” segera memotong. baik. Salah satu anggota tim siang ini akan melaporkan berbagai Itu jelas langkah yang sia-sia. Dalam situasi serba tidak telepon gangguan dan ancaman itu ke pihak kepolisian. Ini su­ dah Thomas. Kita harus mengambil langkah....” ”Syukurlah, Thomas. Semakin cepat kau kembali, semakin ”Jangan, Bapak Presiden,” aku segera memotong. baik. Salah satu anggota tim siang ini akan melaporkan berbagai Itu jelas langkah yang sia-sia. Dalam situasi serba tidak jelas, telepon gangguan dan ancaman itu ke pihak kepolisian. Ini su­ ”Syukurlah, Thomas. Semakin cepat kau kembali, semakin dah berlebihan, Thomas. Kita harus mengambil langkah....” ”Jangan, Bapak Presiden,” aku segera memotong. baik. Salah satu anggota tim siang ini akan melaporkan berbagai Itu jelas langkah yang sia-sia. Dalam situasi serba tidak jelas, telepon gangguan dan ancaman itu ke pihak kepolisian. Ini su­ ”Syukurlah, Thomas. Semakin cepat kau kembali, semakin kabut mengambang di sekitar menutupi pemandangan, membuat dah berlebihan, Thomas. Kita harus mengambil langkah....” ”Jangan, Bapak Presiden,” aku segera memotong. baik. Salah satu anggota tim siang ini akan melaporkan berbagai Itu jelas langkah yang sia-sia. Dalam situasi serba tidak jelas, telepon gangguan dan ancaman itu ke pihak kepolisian. Ini su­ ”Syukurlah, Thomas. Semakin cepat kau kembali, semakin kabut mengambang di sekitar menutupi pemandangan, membuat dah berlebihan, Thomas. Kita harus mengambil langkah....” ”Jangan, Bapak Presiden,” aku segera memotong. baik. Salah satu anggota tim siang ini akan melaporkan berbagai Itu jelas langkah yang sia-sia. Dalam situasi serba tidak jelas, telepon gangguan dan ancaman itu ke pihak kepolisian. Ini su­ kabut mengambang di sekitar menutupi pemandangan, membuat dah berlebihan, Thomas. Kita harus mengambil langkah....” ”Jangan, Bapak Presiden,” aku segera memotong. baik. Salah satu anggota tim siang ini akan melaporkan berbagai Itu jelas langkah yang sia-sia. Dalam situasi serba tidak jelas, telepon gangguan dan ancaman itu ke pihak kepolisian. Ini su­ kabut mengambang di sekitar menutupi pemandangan, membuat dah berlebihan, Thomas. Kita harus mengambil langkah....” baik. Salah satu anggota tim siang ini akan melaporkan berbagai ”Jangan, Bapak Presiden,” aku segera memotong. Itu jelas langkah yang sia-sia. Dalam situasi serba tidak jelas, telepon gangguan dan ancaman itu ke pihak kepolisian. Ini su­ kabut mengambang di sekitar menutupi pemandangan, membuat dah berlebihan, Thomas. Kita harus mengambil langkah....” baik. Salah satu anggota tim siang ini akan melaporkan berbagai siapa lawan, siapa teman tidak jelas benar, maka terlalu terbuka ”Jangan, Bapak Presiden,” aku segera memotong. Itu jelas langkah yang sia-sia. Dalam situasi serba tidak jelas, telepon gangguan dan ancaman itu ke pihak kepolisian. Ini su­ kabut mengambang di sekitar menutupi pemandangan, membuat dah berlebihan, Thomas. Kita harus mengambil langkah....” baik. Salah satu anggota tim siang ini akan melaporkan berbagai siapa lawan, siapa teman tidak jelas benar, maka terlalu terbuka ”Jangan, Bapak Presiden,” aku segera memotong. Itu jelas langkah yang sia-sia. Dalam situasi serba tidak jelas, telepon gangguan dan ancaman itu ke pihak kepolisian. Ini su­ kabut mengambang di sekitar menutupi pemandangan, membuat dah berlebihan, Thomas. Kita harus mengambil langkah....” siapa lawan, siapa teman tidak jelas benar, maka terlalu terbuka ”Jangan, Bapak Presiden,” aku segera memotong. Itu jelas langkah yang sia-sia. Dalam situasi serba tidak jelas, telepon gangguan dan ancaman itu ke pihak kepolisian. Ini su­ kabut mengambang di sekitar menutupi pemandangan, membuat dah berlebihan, Thomas. Kita harus mengambil langkah....” siapa lawan, siapa teman tidak jelas benar, maka terlalu terbuka ”Jangan, Bapak Presiden,” aku segera memotong. telepon gangguan dan ancaman itu ke pihak kepolisian. Ini su­ Itu jelas langkah yang sia-sia. Dalam situasi serba tidak jelas, kabut mengambang di sekitar menutupi pemandangan, membuat dah berlebihan, Thomas. Kita harus mengambil langkah....” siapa lawan, siapa teman tidak jelas benar, maka terlalu terbuka ”Jangan, Bapak Presiden,” aku segera memotong. telepon gangguan dan ancaman itu ke pihak kepolisian. Ini su­ memperlihatkan reaksi akan menunjukkan posisi sekaligus kele­ Itu jelas langkah yang sia-sia. Dalam situasi serba tidak jelas, kabut mengambang di sekitar menutupi pemandangan, membuat dah berlebihan, Thomas. Kita harus mengambil langkah....” siapa lawan, siapa teman tidak jelas benar, maka terlalu terbuka ”Jangan, Bapak Presiden,” aku segera memotong. telepon gangguan dan ancaman itu ke pihak kepolisian. Ini su­ memperlihatkan reaksi akan menunjukkan posisi sekaligus kele­ Itu jelas langkah yang sia-sia. Dalam situasi serba tidak jelas, kabut mengambang di sekitar menutupi pemandangan, membuat dah berlebihan, Thomas. Kita harus mengambil langkah....” siapa lawan, siapa teman tidak jelas benar, maka terlalu terbuka ”Jangan, Bapak Presiden,” aku segera memotong. memperlihatkan reaksi akan menunjukkan posisi sekaligus kele­ kabut mengambang di sekitar menutupi pemandangan, membuat Itu jelas langkah yang sia-sia. Dalam situasi serba tidak jelas, dah berlebihan, Thomas. Kita harus mengambil langkah....” siapa lawan, siapa teman tidak jelas benar, maka terlalu terbuka ”Jangan, Bapak Presiden,” aku segera memotong. memperlihatkan reaksi akan menunjukkan posisi sekaligus kele­ Itu jelas langkah yang sia-sia. Dalam situasi serba tidak jelas, dah berlebihan, Thomas. Kita harus mengambil langkah....” kabut mengambang di sekitar menutupi pemandangan, membuat siapa lawan, siapa teman tidak jelas benar, maka terlalu terbuka ”Jangan, Bapak Presiden,” aku segera memotong. memperlihatkan reaksi akan menunjukkan posisi sekaligus kele­ Itu jelas langkah yang sia-sia. Dalam situasi serba tidak jelas, dah berlebihan, Thomas. Kita harus mengambil langkah....” kabut mengambang di sekitar menutupi pemandangan, membuat siapa lawan, siapa teman tidak jelas benar, maka terlalu terbuka ”Jangan, Bapak Presiden,” aku segera memotong. memperlihatkan reaksi akan menunjukkan posisi sekaligus kele­ Ituberlebihan, jelas Bapak langkah yang sia-sia. Dalam situasi serba tidak jelas, dah Thomas. Kitaaku harus mengambil langkah....” kabut mengambang di sekitar menutupi pemandangan, membuat siapa lawan, siapa teman tidak jelas benar, maka terlalu terbuka ”Jangan, Presiden,” segera memotong.



Akupolitikku menceritakan dengan cepat kejadian di Hong Kong. Se­ nya. mahan, membuat lawan tahu harus mengambil langkah berikut­ Klien tidak perlu tahu soal itu—ada banyak hal me­ per­ bagian Lee yang membantu menyelamatkanku. muanya, kecuali Aku menceritakan dengan cepat kejadian di Hong Kong. Se­ nya. mahan, membuat lawan tahutahu harus mengambil langkah berikut­ Cukup dengan bilang kami berhasil me­ sonal Cukup dengan bilang kami berhasil di dalamnya. bagian Lee yang membantu menyelamatkanku. muanya, kecuali Aku menceritakan dengan cepat kejadian di Hong Kong. Se­ nya. Cukup dengan bilang kami berhasil me­ sonal di dalamnya. Klien politikku tidak perlu soal itu—ada banyak hal per­ tidak perlu tahu soal itu—ada banyak hal per­ bagian Lee yang membantu menyelamatkanku. muanya, kecuali Aku menceritakan dengan cepat kejadian di Hong Kong. Se­ loloskan diri dari tahanan Hong Kong. Kami baik-baik nya. mahan, membuat lawan tahupolisi harus mengambil langkah berikut­ Cukup dengan bilang kami berhasil me­ sonal di dalamnya. Klien politikku tidak perlu tahu soal itu—ada banyak hal per­ bagian Lee yang membantu menyelamatkanku. muanya, kecuali Aku menceritakan dengan cepat kejadian di Hong Kong. Se­ loloskan diri dari tahanan polisi Hong Kong. Kami baik-baik nya. Cukup dengan bilang kami berhasil me­ sonal di dalamnya. Klien politikku tidak perlu tahu soal itu—ada banyak hal per­ bagian Lee yang membantu menyelamatkanku. muanya, kecuali Aku menceritakan dengan cepat kejadian di Hong Kong. Se­ nya. Cukup dengan bilang kami berhasil me­ sonal di dalamnya. Klien politikku tidak perlu tahu soal itu—ada banyak hal per­ bagian Lee yang membantu menyelamatkanku. muanya, kecuali Aku menceritakan dengan cepat kejadian di Hong Kong. Se­ nya. loloskan tahanan polisi Hong Kong. Kami baik-baik diri dari tahanan polisi Hong Kong. Kami baik-baik Klien politikku tidak perlu tahu soal itu—ada banyak hal per­ bagian Lee yang membantu menyelamatkanku. muanya, kecuali Aku menceritakan dengan cepat kejadian di Hong Kong. Se­ loloskan diri dari tahanan polisi Hong Kong. Kami baik-baik Cukup dengan bilang kami berhasil me­ di dalamnya. Cukup dengan bilang kami berhasil me­ sonal Klien politikku tidak perlu tahu soal itu—ada banyak hal per­ bagian Lee yang membantu menyelamatkanku. muanya, kecuali saja, sekarang menuju Jakarta. Aku menceritakan dengan cepat kejadian di Hong Kong. Se­ nya. loloskan diri dari tahanan polisi Hong Kong. Kami baik-baik Cukup dengan bilang kami berhasil me­ sonal di dalamnya. Klien politikku tidak perlu tahu soal itu—ada banyak hal per­ bagian Lee yang membantu menyelamatkanku. muanya, kecuali saja, sekarang menuju Jakarta. Aku menceritakan dengan cepat kejadian di Hong Kong. Se­ loloskan diri dari tahanan polisi Hong Kong. Kami baik-baik Cukup dengan bilang kami berhasil me­ sonal di dalamnya. Klien politikku tidak perlu tahu soal itu—ada banyak hal per­ bagian Lee yang membantu menyelamatkanku. muanya, kecuali Aku menceritakan dengan cepat kejadian di Hong Kong. Se­ loloskan diri dari tahanan polisi Hong Kong. Kami baik-baik Cukup dengan bilang kami berhasil me­ sonal di dalamnya. Klien politikku tidak perlu tahu soal itu—ada banyak hal per­ bagian Lee yang membantu menyelamatkanku. muanya, kecuali Aku menceritakan dengan cepat kejadian di Hong Kong. Se­ saja, menuju Jakarta. sekarang menuju Jakarta. Cukup dengan bilang kami berhasil me­ sonal di dalamnya. Klien politikku tidak perlu tahu soal itu—ada banyak hal per­ bagian Lee yang membantu menyelamatkanku. muanya, kecuali saja, sekarang menuju Jakarta. diri dari tahanan polisi Hong Kong. Kami baik-baik loloskan tahanan polisi Hong Kong. Kami baik-baik Cukup dengan bilang kami berhasil me­ sonal di dalamnya. Klien politikku tidak perlu tahu soal itu—ada banyak hal per­ ”Menurut hematku, kita harus mencari informasi sebelum bagian Lee yang membantu menyelamatkanku. muanya, kecuali Aku menceritakan dengan cepat kejadian di Hong Kong. Se­ saja, sekarang menuju Jakarta. loloskan diri dari tahanan polisi Hong Kong. Kami baik-baik Cukup dengan bilang kami berhasil me­ sonal di dalamnya. Klien politikku tidak perlu tahu soal itu—ada banyak hal per­ ”Menurut hematku, kita harus mencari informasi sebelum bagian Lee yang membantu menyelamatkanku. muanya, kecuali saja, sekarang menuju Jakarta. loloskan diri dari tahanan polisi Hong Kong. Kami baik-baik Cukup dengan bilang kami berhasil me­ sonal di dalamnya. Klien politikku tidak perlu tahu soal itu—ada banyak hal per­ bagian Lee yang membantu menyelamatkanku. muanya, kecuali saja, sekarang menuju Jakarta. loloskan diri dari tahanan polisi Hong Kong. Kami baik-baik Cukup dengan bilang kami berhasil me­ sonal di dalamnya. Klien politikku tidak perlu tahu soal itu—ada banyak hal per­ bagian Lee yang membantu menyelamatkanku. muanya, kecuali hematku, kita harus mencari informasi sebelum ”Menurut hematku, kita harus mencari informasi sebelum loloskan diri dari tahanan polisi Hong Kong. Kami baik-baik Cukup dengan bilang kami berhasil me­ sonal di dalamnya. Klien politikku tidak perlu tahu soal itu—ada banyak hal per­ sekarang menuju Jakarta. ”Menurut hematku, kita harus mencari informasi sebelum saja, menuju Jakarta. loloskan diri dari tahanan polisi Hong Kong. Kami baik-baik Cukup dengan bilang kami berhasil me­ sonal di dalamnya. melakukan sesuatu, Bapak Presiden. Aku sedang menyusun ba­ Klien politikku tidak perlu tahu soal itu—ada banyak hal per­ bagian Lee yang membantu menyelamatkanku. muanya, kecuali ”Menurut hematku, kita harus mencari informasi sebelum saja, sekarang menuju Jakarta. loloskan dari tahanan polisi Hong Kong. Kami baik-baik Cukup dengan bilang kami berhasil me­ sonal di dalamnya. melakukan sesuatu, Bapak Presiden. Aku sedang menyusun ba­ Klien politikku tidak perlu tahu itu—ada banyak hal per­ ”Menurut hematku, kita harus mencari informasi sebelum saja, sekarang menuju Jakarta. loloskan diri dari tahanan polisi Hong Kong. Kami baik-baik Cukup dengan bilang kami berhasil me­ sonal di diri dalamnya. Klien politikku tidak perlu tahu soal itu—ada banyak hal per­ ”Menurut hematku, kitaPresiden. harussoal mencari informasi sebelum saja, sekarang menuju Jakarta. loloskan diri dari tahanan polisi Hong Kong. Kami baik-baik Cukup dengan bilang kami berhasil me­ sonal di dalamnya. sesuatu, Bapak Aku sedang menyusun ba­ Klien politikku tidak perlu tahu soal itu—ada banyak hal per­ melakukan Bapak Presiden. Aku sedang menyusun ba­ saja, sekarang menuju Jakarta. loloskan diri dari tahanan polisi Hong Kong. Kami baik-baik Cukup dengan bilang kami berhasil me­ sonal di dalamnya. ”Menurut hematku, kita harus mencari informasi sebelum melakukan sesuatu, Bapak Presiden. Aku sedang menyusun ba­ hematku, kita harus mencari informasi sebelum saja, sekarang menuju Jakarta. loloskan diri dari tahanan polisi Hong Kong. Kami baik-baik nyak rencana. Jangan melakukan hal gegabah. Melaporkan tele­ Cukup dengan bilang kami berhasil me­ sonal di dalamnya. Klien politikku tidak perlu tahu soal itu—ada banyak hal per­ melakukan sesuatu, Bapak Presiden. Aku sedang menyusun ba­ ”Menurut hematku, kita harus mencari informasi sebelum saja, sekarang menuju Jakarta. loloskan diri dari tahanan polisi Hong Kong. Kami baik-baik nyak rencana. Jangan melakukan hal gegabah. Melaporkan tele­ Cukup dengan bilang kami berhasil me­ sonal di dalamnya. melakukan sesuatu, Bapak Presiden. Aku sedang menyusun ba­ ”Menurut hematku, kita harus mencari informasi sebelum saja, sekarang menuju Jakarta. loloskan diri dari tahanan polisi Hong Kong. Kami baik-baik Cukup dengan bilang kami berhasil me­ sonal di dalamnya. melakukan sesuatu, Bapak Presiden. Aku sedang menyusun ba­ ”Menurut hematku, kita harus mencari informasi sebelum saja, sekarang menuju Jakarta. loloskan diri dari tahanan polisi Hong Kong. Kami baik-baik Jangan melakukan hal gegabah. Melaporkan tele­ rencana. Cukup dengan bilang kami berhasil me­ sonal di dalamnya. nyak Jangan melakukan hal gegabah. Melaporkan tele­ ”Menurut hematku, kita harus mencari informasi sebelum saja, sekarang menuju Jakarta. loloskan diri dari tahanan polisi Hong Kong. Kami baik-baik sesuatu, Bapak Presiden. Aku sedang menyusun ba­ nyak rencana. Jangan melakukan hal gegabah. Melaporkan tele­ melakukan Bapak Presiden. Aku sedang menyusun ba­ ”Menurut hematku, kita harus mencari informasi sebelum saja, sekarang menuju Jakarta. tidak akan membuat situasi menjadi lebih pon berisi ancaman loloskan diri dari tahanan polisi Hong Kong. Kami baik-baik Cukup dengan bilang kami berhasil me­ sonal di dalamnya. nyak rencana. Jangan melakukan hal gegabah. Melaporkan tele­ melakukan sesuatu, Bapak Presiden. Aku sedang menyusun ba­ ”Menurut hematku, kita harus mencari informasi sebelum saja, sekarang menuju Jakarta. tidak akan membuat situasi menjadi lebih pon berisi ancaman loloskan diri dari tahanan polisi Hong Kong. Kami baik-baik nyak rencana. Jangan melakukan hal gegabah. Melaporkan tele­ melakukan sesuatu, Bapak Presiden. Aku sedang menyusun ba­ ”Menurut hematku, kita harus mencari informasi sebelum saja, sekarang menuju Jakarta. loloskan diri dari tahanan polisi Hong Kong. Kami baik-baik nyak rencana. Jangan melakukan hal gegabah. Melaporkan tele­ melakukan sesuatu, Bapak Presiden. Aku sedang menyusun ba­ ”Menurut hematku, kita harus mencari informasi sebelum saja, sekarang menuju Jakarta. tidak akan membuat situasi menjadi lebih pon berisi ancaman loloskan diri dari tahanan polisi Hong Kong. Kami baik-baik tidak akan membuat situasi menjadi lebih melakukan sesuatu, Bapak Presiden. Aku sedang menyusun ba­ ”Menurut hematku, kita harus mencari informasi sebelum saja, sekarang menuju Jakarta. Jangan melakukan hal gegabah. Melaporkan tele­ rencana. tidak akan membuat situasi menjadi lebih pon berisi ancaman nyak Jangan melakukan hal gegabah. Melaporkan tele­ melakukan sesuatu, Bapak Presiden. Aku sedang menyusun ba­ ”Menurut hematku, kita harus mencari informasi sebelum baik. Itu hanya telepon. Tidak ada yang tahu apakah polisi akan saja, sekarang menuju Jakarta. loloskan diri dari tahanan polisi Hong Kong. Kami baik-baik tidak akan membuat situasi menjadi lebih pon berisi ancaman nyak rencana. Jangan melakukan hal gegabah. Melaporkan tele­ melakukan sesuatu, Bapak Presiden. Aku sedang menyusun ba­ ”Menurut hematku, kita harus mencari informasi sebelum baik. Itu hanya telepon. Tidak ada yang tahu apakah polisi akan saja, sekarang menuju Jakarta. tidak akan membuat situasi menjadi lebih pon berisi ancaman nyak rencana. Jangan melakukan hal gegabah. Melaporkan tele­ melakukan sesuatu, Bapak Presiden. Aku sedang menyusun ba­ ”Menurut hematku, kita harus mencari informasi sebelum saja, sekarang menuju Jakarta. tidak akan membuat situasi menjadi lebih pon berisi ancaman nyak rencana. Jangan melakukan hal gegabah. Melaporkan tele­ melakukan sesuatu, Bapak Presiden. Aku sedang menyusun ba­ ”Menurut hematku, kita harus mencari informasi sebelum Itu hanya telepon. Tidak ada yang tahu apakah polisi akan saja, sekarang menuju Jakarta. baik. telepon. Tidak ada yang tahu apakah polisi akan nyak rencana. Jangan melakukan hal gegabah. Melaporkan tele­ melakukan sesuatu, Bapak Presiden. Aku sedang menyusun ba­ tidak akan membuat situasi menjadi lebih berisi ancaman ”Menurut hematku, kita harus mencari informasi sebelum baik. Itu hanya telepon. Tidak ada yang tahu apakah polisi akan tidak akan membuat situasi menjadi lebih pon nyak rencana. Jangan melakukan hal gegabah. Melaporkan tele­ melakukan sesuatu, Bapak Presiden. Aku sedang menyusun ba­ menindaklanjuti serius laporan tersebut. Media jelas akan senang ”Menurut hematku, kita harus mencari informasi sebelum saja, sekarang menuju Jakarta. baik. Itu hanya telepon. Tidak ada yang tahu apakah polisi akan tidak akan membuat situasi menjadi lebih pon berisi ancaman nyak rencana. Jangan melakukan hal gegabah. Melaporkan tele­ melakukan sesuatu, Bapak Presiden. Aku sedang menyusun ba­ menindaklanjuti serius laporan tersebut. Media jelas akan senang ”Menurut hematku, kita harus mencari informasi sebelum baik. Itu hanya telepon. Tidak ada yang tahu apakah polisi akan tidak akan membuat situasi menjadi lebih pon berisi ancaman nyak rencana. Jangan melakukan hal gegabah. Melaporkan tele­ melakukan sesuatu, Bapak Presiden. Aku sedang menyusun ba­ ”Menurut hematku, kita harus mencari informasi sebelum baik. Itu hanya telepon. Tidak ada yang tahu apakah polisi akan tidak akan membuat situasi menjadi lebih pon berisi ancaman nyak rencana. Jangan melakukan hal gegabah. Melaporkan tele­ serius laporan tersebut. Media jelas akan senang melakukan sesuatu, Bapak Presiden. Aku sedang menyusun ba­ ”Menurut hematku, kita harus mencari informasi sebelum menindaklanjuti serius laporan tersebut. Media jelas akan senang tidak akan membuat situasi menjadi lebih pon berisi ancaman nyak rencana. Jangan melakukan hal gegabah. Melaporkan tele­ Itu hanya telepon. Tidak ada yang tahu apakah polisi akan melakukan sesuatu, Bapak Presiden. Aku sedang menyusun ba­ menindaklanjuti serius laporan tersebut. Media jelas akan senang baik. telepon. Tidak ada yang tahu apakah polisi akan tidak akan membuat situasi menjadi lebih pon berisi ancaman nyak rencana. Jangan melakukan hal gegabah. Melaporkan tele­ mengunyah kabar itu. Tapi di atas segalanya aku mencemaskan melakukan sesuatu, Bapak Presiden. Aku sedang menyusun ba­ ”Menurut hematku, kita harus mencari informasi sebelum menindaklanjuti serius laporan tersebut. Media jelas akan senang baik. Itu hanya telepon. Tidak ada yang tahu apakah polisi akan tidak akan membuat situasi menjadi lebih pon berisi ancaman nyak rencana. Jangan melakukan hal gegabah. Melaporkan tele­ mengunyah kabar itu. Tapi di atas segalanya aku mencemaskan melakukan sesuatu, Bapak Presiden. Aku sedang menyusun ba­ menindaklanjuti serius laporan tersebut. Media jelas akan senang baik. Itu hanya telepon. Tidak ada yang tahu apakah polisi akan tidak akan membuat situasi menjadi lebih pon berisi ancaman nyak rencana. Jangan melakukan hal gegabah. Melaporkan tele­ melakukan sesuatu, Bapak Presiden. Aku sedang menyusun ba­ menindaklanjuti serius laporan tersebut. Media jelas akan senang baik. Itu hanya telepon. Tidak ada yang tahu apakah polisi akan tidak akan membuat situasi menjadi lebih pon berisi ancaman kabar itu. Tapi di atas segalanya aku mencemaskan nyak rencana. Jangan melakukan hal gegabah. Melaporkan tele­ melakukan sesuatu, Bapak Presiden. Aku sedang menyusun ba­ mengunyah itu. Tapi di atas segalanya aku mencemaskan baik. Itu hanya telepon. Tidak ada yang tahu apakah polisi akan tidak akan membuat situasi menjadi lebih pon berisi ancaman menindaklanjuti serius laporan tersebut. Media jelas akan senang nyak rencana. Jangan melakukan hal gegabah. Melaporkan tele­ mengunyah kabar itu. Tapi di atas segalanya aku mencemaskan serius laporan tersebut. Media jelas akan senang baik. Itu hanya telepon. Tidak ada yang tahu apakah polisi akan tidak akan membuat situasi menjadi lebih pon berisi ancaman hal yang lebih besar dari sekadar ancaman melalui telepon, Ba­ nyak rencana. Jangan melakukan hal gegabah. Melaporkan tele­ melakukan sesuatu, Bapak Presiden. Aku sedang menyusun ba­ mengunyah kabar itu. Tapi di atas segalanya aku mencemaskan menindaklanjuti serius laporan tersebut. Media jelas akan senang baik. Itu hanya telepon. Tidak ada yang tahu apakah polisi akan tidak akan membuat situasi menjadi lebih pon berisi ancaman hal yang lebih besar dari sekadar ancaman melalui telepon, Ba­ nyak rencana. Jangan melakukan hal gegabah. Melaporkan tele­ mengunyah kabar itu. Tapi di atas segalanya aku mencemaskan menindaklanjuti serius laporan tersebut. Media jelas akan senang baik. Itu hanya telepon. Tidak ada yang tahu apakah polisi akan tidak akan membuat situasi menjadi lebih pon berisi ancaman nyak rencana. Jangan melakukan hal gegabah. Melaporkan tele­ mengunyah kabar itu. Tapi di atas segalanya aku mencemaskan menindaklanjuti serius laporan tersebut. Media jelas akan senang baik. Itu hanya telepon. Tidak ada yang tahu apakah polisi akan yang lebih besar dari sekadar ancaman melalui telepon, Ba­ tidak akan membuat situasi menjadi lebih pon berisi ancaman nyak rencana. Jangan melakukan hal gegabah. Melaporkan tele­ hal dari sekadar ancaman melalui telepon, Ba­ menindaklanjuti serius laporan tersebut. Media jelas akan senang mengunyah kabar itu. Tapi di atas segalanya aku mencemaskan baik. Itu hanya telepon. Tidak ada yang tahu apakah polisi akan tidak akan membuat situasi menjadi lebih pon berisi ancaman hal yang lebih besar dari sekadar ancaman melalui telepon, Ba­ mengunyah kabar itu. Tapi di atas segalanya aku mencemaskan menindaklanjuti serius laporan tersebut. Media jelas akan senang baik. Itu hanya telepon. Tidak ada yang tahu apakah polisi akan Aku menelan ludah, diam sejenak. pak Presiden.” tidak akan membuat situasi menjadi lebih pon berisi ancaman nyak rencana. Jangan melakukan hal gegabah. Melaporkan tele­ hal yang lebih besar dari sekadar ancaman melalui telepon, Ba­ mengunyah kabar itu. Tapi di atas segalanya aku mencemaskan menindaklanjuti serius laporan tersebut. Media jelas akan senang baik. Itu hanya telepon. Tidak ada yang tahu apakah polisi akan Aku menelan ludah, diam sejenak. pak Presiden.” tidak akan membuat situasi menjadi lebih pon berisi ancaman hal yang lebih besar dari sekadar ancaman melalui telepon, Ba­ mengunyah kabar itu. Tapi di atas segalanya aku mencemaskan menindaklanjuti serius laporan tersebut. Media jelas akan senang baik. Itu hanya telepon. Tidak ada yang tahu apakah polisi akan tidak akan membuat situasi menjadi lebih pon berisi ancaman hal yang lebih besar dari sekadar ancaman melalui telepon, Ba­ mengunyah kabar itu. Tapi di atas segalanya aku mencemaskan Aku menelan ludah, diam sejenak. Presiden.” menindaklanjuti serius laporan tersebut. Media jelas akan senang baik. Itu hanya telepon. Tidak ada yang tahu apakah polisi akan tidak akan membuat situasi menjadi lebih pon berisi ancaman menelan ludah, diam sejenak. pak mengunyah kabar itu. Tapi di atas segalanya aku mencemaskan hal”Apa yang lebih besar dari sekadar ancaman melalui telepon, Ba­ menindaklanjuti serius laporan tersebut. Media jelas akan senang baik. Itu hanya telepon. Tidak ada yang tahu apakah polisi akan Aku menelan ludah, diam sejenak. pak Presiden.” hal yang lebih besar dari sekadar ancaman melalui telepon, Ba­ mengunyah kabar itu. Tapi di atas segalanya aku mencemaskan menindaklanjuti serius laporan tersebut. Media jelas akan senang yang kaucemaskan, Thomas?” baik. Itu hanya telepon. Tidak ada yang tahu apakah polisi akan tidak akan membuat situasi menjadi lebih pon berisi ancaman Aku menelan ludah, diam sejenak. pak Presiden.” hal yang lebih besar dari sekadar ancaman melalui telepon, Ba­ mengunyah kabar itu. Tapi di atas segalanya aku mencemaskan menindaklanjuti serius laporan tersebut. Media jelas akan senang ”Apa yang kaucemaskan, Thomas?” baik. Itu hanya telepon. Tidak ada yang tahu apakah polisi akan Aku menelan ludah, diam sejenak. pak Presiden.” hal yang lebih besar dari sekadar ancaman melalui telepon, Ba­ mengunyah kabar itu. Tapi di atas segalanya aku mencemaskan menindaklanjuti serius laporan tersebut. jelas akan senang baik. Itu hanya telepon. Tidak ada yang tahu apakah polisi akan Aku menelan ludah, diamMedia sejenak. pak Presiden.” hal yang lebih besar dari sekadar ancaman melalui telepon, Ba­ ”Apa yang kaucemaskan, Thomas?” mengunyah kabar itu. Tapi di atas segalanya aku mencemaskan menindaklanjuti serius laporan tersebut. Media jelas akan senang baik. Itu hanya telepon. Tidak ada yang tahu apakah polisi akan kaucemaskan, Thomas?” hal yang lebih besar dari sekadar ancaman melalui telepon, Ba­ Aku menelan ludah, diam sejenak. pak Presiden.” mengunyah kabar itu. Tapi di atas segalanya aku mencemaskan menindaklanjuti serius laporan tersebut. Media jelas akan senang ”Apa yang kaucemaskan, Thomas?” Aku menelan ludah, diam sejenak. pak Presiden.” hal yang lebih besar dari sekadar ancaman melalui telepon, Ba­ mengunyah kabar itu. Tapi di atas segalanya aku mencemaskan ”Aku mencemaskan manuver raksasa ini melibatkan banyak menindaklanjuti serius laporan tersebut. Media jelas akan senang baik. Itu hanya telepon. Tidak ada yang tahu apakah polisi akan ”Apa yang kaucemaskan, Thomas?” Aku menelan ludah, diam sejenak. pak Presiden.” hal yang lebih besar dari sekadar ancaman melalui telepon, Ba­ mengunyah kabar itu. Tapi di atas segalanya aku mencemaskan ”Aku mencemaskan manuver raksasa ini melibatkan banyak menindaklanjuti serius laporan tersebut. Media jelas akan senang ”Apa yang kaucemaskan, Thomas?” Aku menelan ludah, diam sejenak. pak Presiden.” hal yang lebih besar dari sekadar ancaman melalui telepon, Ba­ mengunyah kabar itu. Tapi di atas segalanya aku mencemaskan menindaklanjuti serius laporan tersebut. Media jelas akan senang ”Apa yang kaucemaskan, Thomas?” ”Aku mencemaskan manuver raksasa ini melibatkan banyak Aku menelan ludah, diam sejenak. pak Presiden.” hal yang lebih besar dari sekadar ancaman melalui telepon, Ba­ mengunyah kabar itu. Tapi di atas segalanya aku mencemaskan menindaklanjuti serius laporan tersebut. Media jelas akan senang mencemaskan manuver raksasa ini melibatkan banyak ”Apa yang kaucemaskan, Thomas?” Aku menelan ludah, diam sejenak. pak Presiden.” hal yang lebih besar dari sekadar ancaman melalui telepon, Ba­ mengunyah kabar itu. Tapi di atas segalanya aku mencemaskan ”Aku mencemaskan manuver raksasa ini melibatkan banyak ”Apa yang kaucemaskan, Thomas?” Aku menelan ludah, diam sejenak. pak Presiden.” hal yang lebih besar dari sekadar ancaman melalui telepon, Ba­ pihak, Bapak Presiden, bahkan termasuk orang-orang penting di mengunyah kabar itu. Tapi di atas segalanya aku mencemaskan menindaklanjuti serius laporan tersebut. Media jelas akan senang ”Aku mencemaskan manuver raksasa ini melibatkan banyak ”Apa yang kaucemaskan, Thomas?” Aku menelan ludah, diam sejenak. pak Presiden.” hal yang lebih besar dari sekadar ancaman melalui telepon, Ba­ pihak, Bapak Presiden, bahkan termasuk orang-orang penting mengunyah kabar itu. Tapi di atas segalanya aku mencemaskan ”Aku mencemaskan manuver raksasa ini melibatkan banyak ”Apa yang kaucemaskan, Thomas?” Aku menelan ludah, diam sejenak. pak Presiden.” hal yang lebih besar dari sekadar ancaman melalui telepon, Ba­ mengunyah kabar itu. Tapi di atas segalanya aku mencemaskan ”Aku mencemaskan manuver raksasa ini melibatkan banyak Bapak Presiden, bahkan termasuk orang-orang penting didi ”Apa yang kaucemaskan, Thomas?” Aku menelan ludah, diam sejenak. pak Presiden.” hal yang lebih besar dari sekadar ancaman melalui telepon, Ba­ mengunyah kabar itu. Tapi di atas segalanya aku mencemaskan pihak, Presiden, bahkan termasuk orang-orang penting di ”Aku mencemaskan manuver raksasa ini melibatkan banyak ”Apa yang kaucemaskan, Thomas?” Aku menelan ludah, diam sejenak. pak Presiden.” hal yang lebih besar dari sekadar ancaman melalui telepon, Ba­ pihak, Bapak Presiden, bahkan termasuk orang-orang penting di ”Aku mencemaskan manuver raksasa ini melibatkan banyak ”Apa yang kaucemaskan, Thomas?” Aku menelan ludah, diam ini sejenak. pak Presiden.” kepolisian.” hal yang lebih besar dari sekadar ancaman melalui telepon, Ba­ mengunyah kabar itu. Tapi diludah, atas segalanya aku mencemaskan pihak, Bapak Presiden, bahkan termasuk orang-orang penting di ”Aku mencemaskan manuver raksasa melibatkan banyak ”Apa yang kaucemaskan, Thomas?” Aku menelan diam sejenak. pak Presiden.” kepolisian.” hal yang lebih besar dari sekadar ancaman melalui telepon, Ba­ pihak, Bapak Presiden, bahkan termasuk orang-orang penting di ”Aku mencemaskan manuver raksasa ini melibatkan banyak ”Apa yang kaucemaskan, Thomas?” Aku menelan ludah, diam sejenak. pak Presiden.” hal yang lebih besar dari sekadar ancaman melalui telepon, Ba­ pihak, Bapak Presiden, bahkan termasuk orang-orang penting di kepolisian.” ”Aku mencemaskan manuver raksasa ini melibatkan banyak ”Apa yang kaucemaskan, Thomas?” Aku menelan ludah, diam sejenak. pak Presiden.” hal yang lebih besar dari sekadar ancaman melalui telepon, Ba­ kepolisian.” pihak, Bapak Presiden, bahkan termasuk orang-orang penting di ”Aku mencemaskan manuver raksasa ini melibatkan banyak ”Apa yang kaucemaskan, Thomas?” Aku menelan ludah, diam sejenak. pak Presiden.” kepolisian.” pihak, Bapak Presiden, bahkan termasuk orang-orang penting di ”Aku mencemaskan manuver raksasa ini melibatkan banyak ”Apa yang kaucemaskan, Thomas?” Lengang sejenak. Aku menelan ludah, diam sejenak. pak Presiden.” hal yang lebih besar dari sekadar ancaman melalui telepon, Ba­ kepolisian.” pihak, Bapak Presiden, bahkan termasuk orang-orang penting di ”Aku mencemaskan manuver raksasa ini melibatkan banyak ”Apa yang kaucemaskan, Thomas?” Lengang sejenak. Aku menelan ludah, diam sejenak. pak Presiden.” kepolisian.” pihak, Bapak Presiden, bahkan termasuk orang-orang penting di ”Aku mencemaskan manuver raksasa ini melibatkan banyak ”Apa yang kaucemaskan, Thomas?” Aku ludah, diam sejenak. pak Presiden.” kepolisian.” Lengang sejenak. pihak, Bapak Presiden, bahkan termasuk orang-orang penting di ”Aku mencemaskan manuver raksasa melibatkan banyak ”Apa yang kaucemaskan, Thomas?” Aku menelan menelan ludah, diam ini sejenak. pak Presiden.” Lengang sejenak. kepolisian.” pihak, Bapak Presiden, bahkan termasuk orang-orang penting di ”Aku mencemaskan manuver raksasa ini melibatkan banyak ”Apa yang kaucemaskan, Thomas?” Lengang sejenak. kepolisian.” pihak, Bapak Presiden, bahkan termasuk orang-orang penting di ”Aku mencemaskan manuver raksasa ini melibatkan banyak ”Selama ini, selama menjadi konsultan politikku, hampir selu­ ”Apa yang kaucemaskan, Thomas?” Aku menelan ludah, diam sejenak. pak Presiden.” Lengang sejenak. kepolisian.” pihak, Bapak Presiden, bahkan termasuk orang-orang penting di ”Aku mencemaskan manuver raksasa ini melibatkan banyak ”Selama ini, selama menjadi konsultan politikku, hampir selu­ ”Apa yang kaucemaskan, Thomas?” Lengang sejenak. kepolisian.” pihak, Bapak Presiden, bahkan termasuk orang-orang penting di ”Aku mencemaskan manuver raksasa ini melibatkan banyak ”Apa yang kaucemaskan, Thomas?” Lengang sejenak. ”Selama ini, selama menjadi konsultan politikku, hampir selu­ kepolisian.” pihak, Bapak Presiden, bahkan termasuk orang-orang penting di ”Aku mencemaskan manuver raksasa ini melibatkan banyak ”Apa yang kaucemaskan, Thomas?” ”Selama ini, selama menjadi konsultan politikku, hampir selu­ Lengang sejenak. kepolisian.” pihak, Bapak Presiden, bahkan termasuk orang-orang penting di ”Aku mencemaskan manuver raksasa ini melibatkan banyak ”Selama ini, selama menjadi konsultan politikku, hampir selu­ Lengang sejenak. kepolisian.” pihak, Bapak Presiden, bahkan termasuk orang-orang penting di ruh hipotesis yang kauberikan benar, Thomas.” Klien politikku ”Aku mencemaskan manuver raksasa ini melibatkan banyak ”Apa yang kaucemaskan, Thomas?” ”Selama ini, selama menjadi konsultan politikku, hampir selu­ Lengang sejenak. kepolisian.” pihak, Bapak Presiden, bahkan termasuk orang-orang penting di ruh hipotesis yang kauberikan benar, Thomas.” Klien politikku ”Aku mencemaskan manuver raksasa ini melibatkan banyak ”Selama ini, selama menjadi konsultan politikku, hampir selu­ Lengang sejenak. kepolisian.” pihak, Bapak Presiden, bahkan termasuk orang-orang penting di ”Aku mencemaskan manuver raksasa ini melibatkan banyak ruh hipotesis yang kauberikan benar, Thomas.” Klien politikku ”Selama ini, selama menjadi konsultan politikku, hampir selu­ Lengang sejenak. kepolisian.” pihak, Bapak Presiden, bahkan termasuk orang-orang penting di ”Aku mencemaskan manuver raksasa ini melibatkan banyak ruh hipotesis yang kauberikan benar, Thomas.” Klien politikku ”Selama ini, selama menjadi konsultan politikku, hampir selu­ Lengang sejenak. kepolisian.” pihak, Bapak Presiden, bahkan termasuk orang-orang penting di ruh hipotesis yang kauberikan benar, Thomas.” Klien politikku ”Selama ini, selama menjadi konsultan politikku, hampir selu­ Lengang sejenak. kepolisian.” bicara setelah terdengar helaan napas panjang. ”Maka akan benar pihak, Bapak Presiden, bahkan termasuk orang-orang penting di ”Aku mencemaskan manuver raksasa ini melibatkan banyak ruh hipotesis yang kauberikan benar, Thomas.” Klien politikku ”Selama ini, selama menjadi konsultan politikku, hampir selu­ Lengang sejenak. kepolisian.” bicara setelah terdengar helaan napas panjang. ”Maka akan benar pihak, Bapak Presiden, bahkan termasuk orang-orang penting di ruh hipotesis yang kauberikan benar, Thomas.” Klien politikku ”Selama ini, selama menjadi konsultan politikku, hampir selu­ Lengang sejenak. kepolisian.” pihak, Bapak Presiden, bahkan termasuk orang-orang penting di bicara setelah terdengar helaan napas panjang. ”Maka akan benar ruh hipotesis yang kauberikan benar, Thomas.” Klien politikku ”Selama ini, selama menjadi konsultan politikku, hampir selu­ Lengang sejenak. kepolisian.” pihak, Bapak Presiden, bahkan termasuk orang-orang penting di bicara setelah terdengar helaan napas panjang. ”Maka akan benar ruh hipotesis yang kauberikan benar, Thomas.” Klien politikku ”Selama ini, selama menjadi konsultan politikku, hampir selu­ Lengang sejenak. kepolisian.” bicara setelah terdengar helaan napas panjang. ”Maka akan benar ruh hipotesis yang kauberikan benar, Thomas.” Klien politikku ”Selama ini, selama menjadi konsultan politikku, hampir selu­ Lengang sejenak. pula yang satu ini. Baik, sementara waktu aku akan membiarkan kepolisian.” pihak, Bapak Presiden, bahkan termasuk orang-orang penting di bicara setelah terdengar helaan napas panjang. ”Maka akan benar ruh hipotesis yang kauberikan benar, Thomas.” Klien politikku ”Selama ini, selama menjadi konsultan politikku, hampir selu­ Lengang sejenak. pula yang satu ini. Baik, sementara waktu aku akan membiarkan kepolisian.” bicara setelah terdengar helaan napas panjang. ”Maka akan benar ruh hipotesis yang kauberikan benar, Thomas.” Klien politikku ”Selama ini, selama menjadi konsultan politikku, hampir selu­ Lengang sejenak. kepolisian.” pula yang satu ini. Baik, sementara waktu aku akan membiarkan bicara setelah terdengar helaan napas panjang. ”Maka akan benar ruh hipotesis yang kauberikan benar, Thomas.” Klien politikku ”Selama ini, selama menjadi konsultan politikku, hampir selu­ Lengang sejenak. bicara setelah terdengar helaan napas panjang. ”Maka akan benar kepolisian.” pula yang satu ini. Baik, sementara waktu aku akan membiarkan ruh hipotesis yang kauberikan benar, Thomas.” Klien politikku ”Selama ini, selama menjadi konsultan politikku, hampir selu­ Lengang sejenak. pula yang satu ini. Baik, sementara waktu aku akan membiarkan bicara setelah terdengar helaan napas panjang. ”Maka akan benar ruh hipotesis yang kauberikan benar, Thomas.” Klien politikku ”Selama ini, selama menjadi konsultan politikku, hampir selu­ teror telepon tersebut.” Lengang sejenak. kepolisian.” pula yang satu ini. Baik, sementara waktu aku ”Maka akan membiarkan bicara setelah terdengar helaan napas panjang. akan benar ruh hipotesis yang kauberikan benar, Thomas.” Klien politikku ”Selama ini, selama menjadi konsultan politikku, hampir selu­ teror telepon tersebut.” Lengang sejenak. pula yang satu ini. Baik, sementara waktu aku akan membiarkan bicara setelah terdengar helaan napas panjang. ”Maka akan benar ruh hipotesis yang kauberikan benar, Thomas.” Klien politikku ”Selama ini, selama menjadi konsultan politikku, hampir selu­ teror telepon tersebut.” Lengang sejenak. pula yang satu ini. Baik, sementara waktu aku akan akan membiarkan bicara setelah terdengar helaan napas panjang. ”Maka akan benar ruh hipotesis yang kauberikan benar, Thomas.” Klien politikku ”Selama ini, selama menjadi konsultan politikku, hampir selu­ pula yang satu ini. Baik, sementara waktu aku membiarkan Lengang sejenak. teror telepon tersebut.” bicara setelah terdengar helaan napas panjang. ”Maka akan benar ruh hipotesis yang kauberikan benar, Thomas.” Klien politikku ”Selama ini, selama menjadi konsultan politikku, hampir selu­ teror telepon tersebut.” pula yang satu ini. Baik, sementara waktu aku akan membiarkan bicara setelah terdengar helaan napas panjang. ”Maka akan benar ruh hipotesis yang kauberikan benar, Thomas.” Klien politikku ”Itu keputusan yang bijak, Bapak Presiden.” Aku mengangguk. ”Selama ini, selama menjadi konsultan politikku, hampir selu­ Lengang sejenak. teror telepon tersebut.” pula yang satu ini. Baik, sementara waktu aku akan membiarkan bicara setelah terdengar helaan napas panjang. ”Maka akan benar ruh hipotesis yang kauberikan benar, Thomas.” Klien politikku ”Itu keputusan yang bijak, Bapak Presiden.” Aku mengangguk. ”Selama ini, selama menjadi konsultan politikku, hampir selu­ teror telepon tersebut.” pula yang satu ini. Baik, sementara waktu aku akan membiarkan bicara setelah terdengar helaan napas panjang. ”Maka akan benar ruh hipotesis yang kauberikan benar, Thomas.” Klien politikku ”Itu keputusan yang bijak, Bapak Presiden.” Aku mengangguk. ”Selama ini, selama menjadi konsultan politikku, hampir selu­ teror telepon tersebut.” pula yang satu ini. Baik, sementara waktu aku akan membiarkan bicara setelah terdengar helaan napas panjang. ”Maka akan benar ruh hipotesis yang kauberikan benar, Thomas.” Klien politikku teror telepon tersebut.” ”Selama ini, selama menjadi konsultan politikku, hampir selu­ ”Itu keputusan yang bijak, Bapak Presiden.” Aku mengangguk. pula yang satu ini. Baik, sementara waktu aku akan membiarkan bicara setelah terdengar helaan napas panjang. ”Maka akan benar ruh hipotesis yang kauberikan benar, Thomas.” Klien politikku ”Itu keputusan yang bijak, Bapak Presiden.” Aku mengangguk. teror telepon tersebut.” pula yang satu ini. Baik, sementara waktu aku akan membiarkan bicara setelah terdengar helaan napas panjang. ”Maka akan benar ”Lantas apa yang akan kaulakukan setiba di Jakarta, Thomas? ruh hipotesis yang kauberikan benar, Thomas.” Klien politikku ”Selama ini, selama menjadi konsultan politikku, hampir selu­ ”Itu keputusan yang bijak, Bapak Presiden.” Aku mengangguk. teror telepon tersebut.” pula yang satu ini. Baik, sementara waktu aku akan membiarkan bicara setelah terdengar helaan napas panjang. ”Maka akan benar ”Lantas apa yang akan kaulakukan setiba di Jakarta, Thomas? ruh hipotesis yang kauberikan benar, Thomas.” Klien politikku ”Itu keputusan yang bijak, Bapak Presiden.” Aku mengangguk. teror telepon tersebut.” pula yang satu ini. Baik, sementara waktu aku akan membiarkan bicara setelah terdengar helaan napas panjang. ”Maka akan benar ”Lantas apa yang akan kaulakukan setiba di Jakarta, Thomas? ruh hipotesis yang kauberikan benar, Thomas.” Klien politikku ”Itu keputusan yang bijak, Bapak Presiden.” Aku mengangguk. teror telepon tersebut.” pula yang satu ini. Baik, sementara waktu aku akan membiarkan bicara setelah terdengar helaan napas panjang. ”Maka akan benar bijak, Bapak Presiden.” mengangguk. ruh”Lantas hipotesis yang kauberikan benar, Thomas.” Klien politikku apatersebut.” yang akan kaulakukan setiba diAku Jakarta, Thomas? teror telepon pula yang satu ini.yang Baik, sementara waktu aku akan membiarkan bicara setelah terdengar helaan napas panjang. ”Maka akan benar



waktu. Bukankah mereka akan segera mengirim penyidik kekau Ja­ menghindar dari sorotan banyak pihak. Bersembunyi sementara Dengan segala kejadian di Hong Kong, mungkin lebih baik berseru, menjawab saran klien politikku, tapi segera mengubah Bersembunyi? Itu tidak ada dalam kamusku. Aku hendak tahanan mereka yang kabur?” karta? Mengejar waktu. Bukankah mereka akan segera mengirim penyidik ke Ja­ menghindar dari sorotan banyak pihak. Bersembunyi sementara Dengan segala kejadian di Hong Kong, mungkin lebih baik kau berseru, menjawab saran klien politikku, tapi segera mengubah Bersembunyi? Itu tidak ada dalam kamusku. Aku hendak tahanan mereka yang kabur?” karta? Mengejar waktu. Bukankah mereka akan segera mengirim penyidik ke Ja­ menghindar dari sorotan pihak. Bersembunyi sementara Dengan segala kejadian di Hong Kong, mungkin lebih baik kau berseru, menjawab saran klien politikku, tapi segera mengubah Bersembunyi? Itu tidak ada dalam kamusku. Aku hendak tahanan mereka yang kabur?” karta? Mengejar waktu. Bukankah mereka akan segera mengirim penyidik ke Ja­ menghindar dari sorotan banyak pihak. Bersembunyi sementara Dengan segala kejadian dibanyak Hong Kong, mungkin lebih baik kau berseru, menjawab saran klien politikku, tapi segera mengubah Bersembunyi? Itu tidak ada dalam kamusku. Aku hendak tahanan mereka yang kabur?” karta? Mengejar waktu. Bukankah mereka akan segera mengirim penyidik ke Ja­ menghindar dari sorotan banyak pihak. Bersembunyi sementara intonasi suara. Aku menghormatinya. berseru, menjawab saran klien politikku, tapi segera mengubah Bersembunyi? Itu tidak ada dalam kamusku. Aku hendak tahanan mereka yang kabur?” karta? Mengejar waktu. Bukankah mereka akan segera mengirim penyidik ke Ja­ menghindar dari sorotan banyak pihak. Bersembunyi sementara intonasi suara. Aku menghormatinya. berseru, menjawab saran klien politikku, tapi segera mengubah Bersembunyi? Itu tidak ada dalam kamusku. Aku hendak tahanan mereka yang kabur?” karta? Mengejar waktu. Bukankah mereka akan segera mengirim penyidik ke Ja­ menghindar dari sorotan banyak pihak. Bersembunyi sementara intonasi suara. Aku menghormatinya. berseru, menjawab saran klien politikku, tapi segera mengubah Bersembunyi? Itu tidak ada dalam kamusku. Aku hendak tahanan mereka yang kabur?” karta? Mengejar waktu. Bukankah mereka akan segera mengirim penyidik ke Ja­ menghindar dari sorotan banyak pihak. Bersembunyi sementara intonasi suara. Aku menghormatinya. berseru, menjawab saran klien politikku, tapi segera mengubah Bersembunyi? Itu tidak ada dalam kamusku. Aku hendak tahanan mereka yang kabur?” karta? Mengejar waktu. Bukankah mereka akan segera mengirim penyidik ke Ja­ menghindar dari sorotan banyak pihak. Bersembunyi sementara intonasi suara. Aku menghormatinya. berseru, menjawab saran klien politikku, tapi segera mengubah Bersembunyi? Itu tidak ada dalam kamusku. Aku hendak tahanan mereka yang kabur?” karta? Mengejar waktu. Bukankah mereka akan segera mengirim penyidik ke Ja­ ”Tidak, Bapak Presiden. Aku tidak akan bersembunyi,” aku intonasi suara. Aku menghormatinya. berseru, menjawab saran klien politikku, tapi segera mengubah Bersembunyi? Itu tidak ada dalam kamusku. Aku hendak tahanan mereka yang kabur?” karta? Mengejar waktu. Bukankah mereka akan segera mengirim penyidik ke Ja­ ”Tidak, Bapak Presiden. Aku tidak akan bersembunyi,” aku intonasi suara. Aku menghormatinya. berseru, menjawab saran klien politikku, tapi segera mengubah Bersembunyi? Itu tidak ada dalam kamusku. Aku hendak tahanan mereka yang kabur?” karta? Mengejar waktu. Bukankah mereka akan segera mengirim penyidik ke Ja­ ”Tidak, Bapak Presiden. Aku tidak akan bersembunyi,” aku intonasi suara. Aku menghormatinya. berseru, menjawab saran klien politikku, tapi segera mengubah Bersembunyi? Itu tidak ada dalam kamusku. Aku hendak tahanan mereka yang kabur?” karta? Mengejar waktu. Bukankah mereka akan segera mengirim penyidik ke Ja­ ”Tidak, Bapak Presiden. Aku tidak akan bersembunyi,” aku intonasi suara. Aku menghormatinya. berseru, menjawab saran klien politikku, tapi segera mengubah Bersembunyi? Itu tidak ada dalam kamusku. Aku hendak tahanan mereka yang kabur?” karta? Mengejar waktu. Bukankah mereka akan segera mengirim penyidik ke Ja­ ”Tidak, Bapak Presiden. Aku tidak akan bersembunyi,” aku intonasi suara. Aku menghormatinya. berseru, menjawab saran klien politikku, tapi segera mengubah Bersembunyi? Itu tidak ada dalam kamusku. Aku hendak tahanan mereka yang kabur?” karta? Mengejar menjawab tegas, menggeleng. ”Aku justru akan tampil di arena. ”Tidak, Bapak Presiden. Aku tidak akan bersembunyi,” aku intonasi suara. Aku menghormatinya. berseru, menjawab saran klien politikku, tapi segera mengubah Bersembunyi? Itu tidak ada dalam kamusku. Aku hendak tahanan mereka yang kabur?” karta? Mengejar menjawab tegas, menggeleng. ”Aku justru akan tampil di arena. ”Tidak, Bapak Presiden. Aku tidak akan bersembunyi,” aku intonasi suara. Aku menghormatinya. berseru, menjawab saran klien politikku, tapi segera mengubah Bersembunyi? Itu tidak ada dalam kamusku. Aku hendak tahanan mereka yang kabur?” karta? Mengejar menjawab tegas, menggeleng. ”Aku justru akan tampil di arena. ”Tidak, Bapak Presiden. Aku tidak akan bersembunyi,” aku intonasi suara. Aku menghormatinya. berseru, menjawab saran klien politikku, tapi segera mengubah Bersembunyi? Itu tidak ada dalam kamusku. Aku hendak tahanan mereka yang kabur?” karta? Mengejar menjawab tegas, menggeleng. ”Aku justru akan tampil di arena. ”Tidak, Bapak Presiden. Aku tidak akan bersembunyi,” aku intonasi suara. Aku menghormatinya. berseru, menjawab saran klien politikku, tapi segera mengubah Bersembunyi? Itu tidak ada dalam kamusku. Aku hendak tahanan mereka yang kabur?” karta? Mengejar menjawab tegas, menggeleng. ”Aku justru akan tampil di arena. ”Tidak, Bapak Presiden. Aku tidak akan bersembunyi,” aku intonasi suara. menghormatinya. berseru, menjawab saran klien politikku, tapi segera mengubah Bersembunyi? Itu tidak ada dalam kamusku. Aku hendak Tidak ada yang perlu dicemaskan. Notifikasi interpol butuh menjawab tegas, menggeleng. ”Aku justru akan tampil di arena. ”Tidak, Bapak Presiden. Aku tidak akan bersembunyi,” aku intonasi suara. Aku menghormatinya. berseru, menjawab saran klien politikku, tapi segera mengubah Bersembunyi? Itu tidak ada dalam kamusku. Aku hendak Tidak ada yangAku perlu dicemaskan. Notifikasi interpol butuh menjawab tegas, menggeleng. ”Aku justru akan tampil di arena. ”Tidak, Bapak Presiden. Aku tidak akan bersembunyi,” aku intonasi suara. Aku menghormatinya. berseru, menjawab saran klien politikku, tapi segera mengubah Bersembunyi? Itu tidak ada dalam kamusku. Aku Tidak ada yang perlu dicemaskan. Notifikasi interpol butuh menjawab tegas, menggeleng. ”Aku justru akan tampil dihendak arena. ”Tidak, Bapak Presiden. Aku tidak akan bersembunyi,” aku intonasi suara. Aku menghormatinya. berseru, menjawab saran klien politikku, tapi segera mengubah Bersembunyi? Itu tidak ada dalam kamusku. Aku hendak Tidak ada yang perlu dicemaskan. Notifikasi interpol butuh menjawab tegas, menggeleng. ”Aku justru akan tampil di arena. ”Tidak, Bapak Presiden. Aku tidak akan bersembunyi,” aku intonasi suara. Aku menghormatinya. berseru, menjawab saran klien politikku, tapi segera mengubah Bersembunyi? Itu tidak ada dalam kamusku. Aku hendak Tidak ada yang perlu dicemaskan. Notifikasi interpol butuh menjawab tegas, menggeleng. ”Aku justru akan tampil di arena. ”Tidak, Bapak Presiden. Aku tidak akan bersembunyi,” aku intonasi suara. Aku menghormatinya. berseru, menjawab saran klien politikku, tapi segera mengubah waktu. Mereka harus mengolah lokasi kejadian, melakukan pe­ Tidak ada yang perlu dicemaskan. Notifikasi interpol butuh menjawab tegas, menggeleng. ”Aku justru akan tampil di arena. ”Tidak, Bapak Presiden. Aku tidak akan bersembunyi,” aku intonasi suara. Aku menghormatinya. berseru, menjawab saran klien politikku, tapi segera mengubah waktu. Mereka harus mengolah lokasi kejadian, melakukan pe­ Tidak ada yang perlu dicemaskan. Notifikasi interpol butuh menjawab tegas, menggeleng. ”Aku justru akan tampil di arena. ”Tidak, Bapak Presiden. Aku tidak akan bersembunyi,” aku intonasi suara. Aku menghormatinya. berseru, menjawab saran klien politikku, tapi segera mengubah waktu. Mereka harus mengolah lokasi kejadian, melakukan pe­ Tidak ada yang perlu dicemaskan. Notifikasi interpol butuh menjawab tegas, menggeleng. ”Aku justru akan tampil di arena. ”Tidak, Bapak Presiden. Aku tidak akan bersembunyi,” aku intonasi suara. Aku menghormatinya. berseru, menjawab saran klien politikku, tapi segera mengubah waktu. Mereka harus mengolah lokasi kejadian, melakukan pe­ Tidak ada yang perlu dicemaskan. Notifikasi interpol butuh menjawab tegas, menggeleng. ”Aku justru akan tampil di arena. ”Tidak, Bapak Presiden. Aku tidak akan bersembunyi,” aku intonasi suara. Aku menghormatinya. berseru, menjawab saran klien politikku, tapi segera mengubah waktu. Mereka harus mengolah lokasi kejadian, melakukan pe­ Tidak ada yang perlu dicemaskan. Notifikasi interpol butuh menjawab tegas, menggeleng. ”Aku justru akan tampil di arena. ”Tidak, Bapak Presiden. Aku tidak akan bersembunyi,” aku intonasi suara. Aku menghormatinya. atas alat bukti, mengonfirmasi banyak hal meriksaan forensik waktu. Mereka harus mengolah lokasi kejadian, melakukan pe­ Tidak ada yang perlu dicemaskan. Notifikasi interpol butuh menjawab tegas, menggeleng. ”Aku justru akan tampil di arena. ”Tidak, Bapak Presiden. Aku tidak akan bersembunyi,” aku intonasi suara. Aku menghormatinya. atas alat bukti, mengonfirmasi banyak hal meriksaan forensik waktu. Mereka harus mengolah lokasi kejadian, melakukan pe­ Tidak ada yang perlu dicemaskan. Notifikasi interpol butuh menjawab tegas, menggeleng. ”Aku justru akan tampil di arena. ”Tidak, Bapak Presiden. Aku tidak akan bersembunyi,” aku intonasi suara. Aku menghormatinya. atas alat bukti, mengonfirmasi banyak hal meriksaan forensik waktu. Mereka harus mengolah lokasi kejadian, melakukan pe­ Tidak ada yang perlu dicemaskan. Notifikasi interpol butuh menjawab tegas, menggeleng. ”Aku justru akan tampil di arena. ”Tidak, Bapak Presiden. Aku tidak akan bersembunyi,” aku intonasi suara. Aku menghormatinya. atas alat bukti, mengonfirmasi banyak hal meriksaan forensik waktu. Mereka harus mengolah lokasi kejadian, melakukan pe­ Tidak ada yang perlu dicemaskan. Notifikasi interpol butuh menjawab tegas, menggeleng. ”Aku justru akan tampil di arena. ”Tidak, Bapak Presiden. Aku tidak akan bersembunyi,” aku intonasi suara. Aku menghormatinya. atas alat bukti, mengonfirmasi banyak hal meriksaan forensik waktu. Mereka harus mengolah lokasi kejadian, melakukan pe­ Tidak ada yang perlu dicemaskan. Notifikasi interpol butuh menjawab tegas, menggeleng. ”Aku justru akan tampil di arena. ”Tidak, Bapak Presiden. Aku tidak akan bersembunyi,” aku sebelum merilis foto buronan, setidaknya 48 jam. Itu berarti atas alat bukti, mengonfirmasi banyak hal meriksaan forensik waktu. Mereka harus mengolah lokasi kejadian, melakukan pe­ Tidak ada yang perlu dicemaskan. Notifikasi interpol butuh menjawab tegas, menggeleng. ”Aku justru akan tampil di arena. ”Tidak, Bapak Presiden. Aku tidak akan bersembunyi,” aku sebelum merilis foto buronan, setidaknya 48 jam. Itu berarti atas alat bukti, mengonfirmasi banyak hal meriksaan forensik waktu. Mereka harus mengolah lokasi kejadian, melakukan pe­ Tidak ada yang perlu dicemaskan. Notifikasi interpol butuh menjawab tegas, menggeleng. ”Aku justru akan tampil di arena. ”Tidak, Bapak Presiden. Aku tidak akan bersembunyi,” aku sebelum merilis foto buronan, setidaknya 48 jam. Itu berarti atas alat bukti, mengonfirmasi banyak hal meriksaan forensik waktu. Mereka harus mengolah lokasi kejadian, melakukan pe­ Tidak ada yang perlu dicemaskan. Notifikasi interpol butuh menjawab tegas, menggeleng. ”Aku justru akan tampil di arena. ”Tidak, Bapak Presiden. Aku tidak akan bersembunyi,” aku sebelum merilis foto buronan, setidaknya 48 jam. Itu berarti atas alat bukti, mengonfirmasi banyak hal meriksaan forensik waktu. Mereka harus mengolah lokasi kejadian, melakukan pe­ Tidak ada yang perlu dicemaskan. Notifikasi interpol butuh menjawab tegas, menggeleng. ”Aku justru akan tampil di arena. ”Tidak, Bapak Presiden. Aku tidak akan bersembunyi,” aku sebelum merilis foto buronan, setidaknya 48 jam. Itu berarti atas alat bukti, mengonfirmasi banyak hal meriksaan forensik waktu. Mereka harus mengolah lokasi kejadian, melakukan pe­ Tidak ada yang perlu dicemaskan. Notifikasi interpol butuh menjawab tegas, menggeleng. ”Aku justru akan tampil di arena. hingga Minggu siang. Itu pun jika kepolisian Hong Kong merasa sebelum merilis foto buronan, setidaknya 48 jam. Itu berarti atas alat bukti, mengonfirmasi banyak hal meriksaan forensik waktu. Mereka harus mengolah lokasi kejadian, melakukan pe­ Tidak ada yang perlu dicemaskan. Notifikasi interpol butuh menjawab tegas, menggeleng. ”Aku justru akan tampil di arena. hingga Minggu siang. Itu pun jika kepolisian Hong Kong merasa sebelum merilis foto buronan, setidaknya 48 jam. Itu berarti atas alat bukti, mengonfirmasi banyak hal meriksaan forensik waktu. Mereka harus mengolah lokasi kejadian, melakukan pe­ Tidak ada yang perlu dicemaskan. Notifikasi interpol butuh menjawab tegas, menggeleng. ”Aku justru akan tampil di arena. hingga Minggu siang. Itu pun jika kepolisian Hong Kong merasa sebelum merilis foto buronan, setidaknya 48 jam. Itu berarti atas alat bukti, mengonfirmasi banyak hal meriksaan forensik waktu. Mereka harus mengolah lokasi kejadian, melakukan pe­ Tidak ada yang perlu dicemaskan. Notifikasi interpol butuh menjawab tegas, menggeleng. ”Aku justru akan tampil di arena. hingga Minggu siang. Itu pun jika kepolisian Hong Kong merasa sebelum merilis foto buronan, setidaknya 48 jam. Itu berarti atas alat bukti, mengonfirmasi banyak hal meriksaan forensik waktu. Mereka harus mengolah lokasi kejadian, melakukan pe­ Tidak ada yang perlu dicemaskan. Notifikasi interpol butuh menjawab tegas, menggeleng. ”Aku justru akan tampil di arena. hingga Minggu siang. Itu pun jika kepolisian Hong Kong merasa sebelum merilis foto buronan, setidaknya 48 jam. Itu berarti atas alat bukti, mengonfirmasi banyak hal meriksaan forensik waktu. Mereka harus mengolah lokasi kejadian, melakukan pe­ Tidak ada yang perlu dicemaskan. Notifikasi interpol butuh perlu meminta bantuan. Jika jebakan tadi pagi dilakukan terbatas, hingga Minggu siang. Itu pun jika kepolisian Hong Kong merasa sebelum merilis foto buronan, setidaknya 48 jam. Itu berarti atas alat bukti, mengonfirmasi banyak hal meriksaan forensik waktu. Mereka harus mengolah lokasi kejadian, melakukan pe­ Tidak ada yang perlu dicemaskan. Notifikasi interpol butuh perlu meminta bantuan. Jika jebakan tadi pagi dilakukan terbatas, hingga Minggu siang. Itu pun jika kepolisian Hong Kong merasa sebelum merilis foto buronan, setidaknya 48 jam. Itu berarti atas alat bukti, mengonfirmasi banyak hal meriksaan forensik waktu. Mereka harus mengolah lokasi kejadian, melakukan pe­ Tidak ada yang perlu dicemaskan. Notifikasi interpol butuh perlu meminta bantuan. Jika jebakan tadi pagi dilakukan terbatas, hingga Minggu siang. Itu pun jika kepolisian Hong Kong merasa sebelum merilis foto buronan, setidaknya 48 jam. Itu berarti atas alat bukti, mengonfirmasi banyak hal meriksaan forensik waktu. Mereka harus mengolah lokasi kejadian, melakukan pe­ Tidak ada yang perlu dicemaskan. Notifikasi interpol butuh perlu meminta bantuan. Jika jebakan tadi pagi dilakukan terbatas, hingga Minggu siang. Itu pun jika kepolisian Hong Kong merasa sebelum merilis foto buronan, setidaknya 48 jam. Itu berarti atas alat bukti, mengonfirmasi banyak hal meriksaan forensik waktu. Mereka harus mengolah lokasi kejadian, melakukan pe­ Tidak ada yang perlu dicemaskan. Notifikasi interpol butuh perlu meminta bantuan. Jika jebakan tadi pagi dilakukan terbatas, hingga Minggu siang. Itu pun jika kepolisian Hong Kong merasa sebelum merilis foto buronan, setidaknya 48 jam. Itu berarti atas alat bukti, mengonfirmasi banyak hal meriksaan forensik waktu. Mereka harus mengolah lokasi kejadian, melakukan pe­ dan penugasan pasukan khusus antiteror di luar prosedur resmi, perlu meminta bantuan. Jika jebakan tadi pagi dilakukan terbatas, hingga Minggu siang. Itu pun jika kepolisian Hong Kong merasa sebelum merilis foto buronan, setidaknya 48 jam. Itu berarti atas alat bukti, mengonfirmasi banyak hal meriksaan forensik waktu. Mereka harus mengolah lokasi kejadian, melakukan pe­ dan penugasan pasukan khusus antiteror di luar prosedur resmi, perlu meminta bantuan. Jika jebakan tadi pagi dilakukan terbatas, hingga Minggu siang. Itu pun jika kepolisian Hong Kong merasa sebelum merilis foto buronan, setidaknya 48 jam. Itu berarti atas alat bukti, mengonfirmasi banyak hal meriksaan forensik waktu. Mereka harus mengolah lokasi kejadian, melakukan pe­ dan penugasan pasukan khusus antiteror di luar prosedur resmi, perlu meminta bantuan. Jika jebakan tadi pagi dilakukan terbatas, hingga Minggu siang. Itu pun jika kepolisian Hong Kong merasa sebelum merilis foto buronan, setidaknya 48 jam. Itu berarti atas alat bukti, mengonfirmasi banyak hal meriksaan forensik waktu. Mereka harus mengolah lokasi kejadian, melakukan pe­ dan penugasan pasukan khusus antiteror di luar prosedur resmi, perlu meminta bantuan. Jika jebakan tadi pagi dilakukan terbatas, hingga Minggu siang. Itu pun jika kepolisian Hong Kong merasa sebelum merilis foto buronan, setidaknya 48 jam. Itu berarti atas alat bukti, mengonfirmasi banyak hal meriksaan forensik waktu. Mereka harus mengolah lokasi kejadian, melakukan pe­ dan penugasan pasukan khusus antiteror di luar prosedur resmi, perlu meminta bantuan. Jika jebakan tadi pagi dilakukan terbatas, hingga Minggu siang. Itu pun jika kepolisian Hong Kong merasa sebelum merilis foto buronan, setidaknya 48 jam. Itu berarti atas alat bukti, mengonfirmasi banyak hal meriksaan forensik aku yakin mereka memilih mengurus kasus ini diam-diam.” dan penugasan pasukan khusus antiteror di luar prosedur resmi, perlu meminta bantuan. Jika jebakan tadi pagi dilakukan terbatas, hingga Minggu siang. Itu pun jika kepolisian Hong Kong merasa sebelum merilis foto buronan, setidaknya 48 jam. Itu berarti atas alat bukti, mengonfirmasi banyak hal meriksaan forensik aku yakin mereka memilih mengurus kasus ini diam-diam.” dan penugasan pasukan khusus antiteror di luar prosedur resmi, perlu meminta bantuan. Jika jebakan tadi pagi dilakukan terbatas, hingga Minggu siang. Itu pun jika kepolisian Hong Kong merasa sebelum merilis foto buronan, setidaknya 48 jam. Itu berarti atas alat bukti, mengonfirmasi banyak hal meriksaan forensik aku yakin mereka memilih mengurus kasus ini diam-diam.” dan penugasan pasukan khusus antiteror di luar prosedur resmi, perlu meminta bantuan. Jika jebakan tadi pagi dilakukan terbatas, hingga Minggu siang. Itu pun jika kepolisian Hong Kong merasa sebelum merilis foto buronan, setidaknya 48 jam. Itu berarti atas alat bukti, mengonfirmasi banyak hal meriksaan forensik aku yakin mereka memilih mengurus kasus ini diam-diam.” dan penugasan pasukan khusus antiteror di luar prosedur resmi, perlu meminta bantuan. Jika jebakan tadi pagi dilakukan terbatas, hingga Minggu siang. Itu pun jika kepolisian Hong Kong merasa sebelum merilis foto buronan, setidaknya 48 jam. Itu berarti atas alat bukti, mengonfirmasi banyak hal meriksaan forensik aku yakin mereka memilih mengurus kasus ini diam-diam.” dan penugasan pasukan khusus antiteror di luar prosedur resmi, perlu meminta bantuan. Jika jebakan tadi pagi dilakukan terbatas, hingga Minggu siang. Itu pun jika kepolisian Hong Kong merasa sebelum merilis foto buronan, setidaknya 48 jam. Itu berarti ”Kau harus bersembunyi, Thomas. Kau salah satu sasaran aku yakin mereka memilih mengurus kasus ini diam-diam.” dan penugasan pasukan khusus antiteror di luar prosedur resmi, perlu meminta bantuan. Jika jebakan tadi pagi dilakukan terbatas, hingga Minggu siang. Itu pun jika kepolisian Hong Kong merasa sebelum merilis foto buronan, setidaknya 48 jam. Itu berarti ”Kau harus bersembunyi, Thomas. Kau salah satu sasaran aku yakin mereka memilih mengurus kasus ini diam-diam.” dan penugasan pasukan khusus antiteror di luar prosedur resmi, perlu meminta bantuan. Jika jebakan tadi pagi dilakukan terbatas, hingga Minggu siang. Itu pun jika kepolisian Hong Kong merasa sebelum merilis foto buronan, setidaknya 48 jam. Itu berarti ”Kau harus bersembunyi, Thomas. Kau salah satu sasaran aku yakin mereka memilih mengurus kasus ini diam-diam.” dan penugasan pasukan khusus antiteror di luar prosedur resmi, perlu meminta bantuan. Jika jebakan tadi pagi dilakukan terbatas, hingga Minggu siang. Itu pun jika kepolisian Hong Kong merasa sebelum merilis foto buronan, setidaknya 48 jam. Itu berarti ”Kau harus bersembunyi, Thomas. Kau salah satu sasaran aku yakin mereka memilih mengurus kasus ini diam-diam.” dan penugasan pasukan khusus antiteror di luar prosedur resmi, perlu meminta bantuan. Jika jebakan tadi pagi dilakukan terbatas, hingga Minggu siang. Itu pun jika kepolisian Hong Kong merasa sebelum merilis foto buronan, setidaknya 48 jam. Ituterbatas, berarti ”Kau harus bersembunyi, Thomas. Kau salah satu sasaran aku yakin mereka memilih mengurus kasus ini diam-diam.” dan penugasan pasukan khusus antiteror di luar prosedur resmi, perlu meminta bantuan. Jika jebakan tadi pagi dilakukan hingga Minggu siang. Itu pun jika kepolisian Hong Kong merasa tembak. Bagaimana mungkin kau justru diri ke ”Kau harus bersembunyi, Thomas. Kau salah satu sasaran aku yakin mereka memilih mengurus kasus ini diam-diam.” dan penugasan pasukan khusus antiteror di luar prosedur resmi, perlu meminta bantuan. Jika jebakan tadi pagi dilakukan terbatas, hingga Minggu siang. Itu pun jika kepolisian Hong Kong merasa tembak. Bagaimana mungkin kau justru menunjukkan diri ke ”Kau harus bersembunyi, Thomas. Kau salah satu sasaran aku yakin mereka memilih mengurus kasus ini diam-diam.” dan penugasan pasukan khusus antiteror dimenunjukkan luar prosedur resmi, perlu meminta bantuan. Jika jebakan tadi pagi dilakukan terbatas, hingga Minggu siang. Itu pun jika kepolisian Hong Kong merasa tembak. Bagaimana mungkin kau justru menunjukkan diri ke ”Kau harus bersembunyi, Thomas. Kau salah satu sasaran aku yakin mereka memilih mengurus kasus ini diam-diam.” dan penugasan pasukan khusus antiteror di luar prosedur resmi, perlu meminta bantuan. Jika jebakan tadi pagi dilakukan terbatas, hingga Minggu siang. Itu pun jika kepolisian Hong Kong merasa tembak. Bagaimana mungkin kau justru menunjukkan diri ke ”Kau harus bersembunyi, Thomas. Kau salah satu sasaran aku yakin mereka memilih mengurus kasus ini diam-diam.” dan penugasan pasukan khusus antiteror di luar prosedur resmi, perlu meminta bantuan. Jika jebakan tadi pagi dilakukan terbatas, hingga Minggu siang. Itu pun jika kepolisian Hong Kong merasa tembak. Bagaimana mungkin kau justru menunjukkan diri ke ”Kau harus bersembunyi, Thomas. Kau salah satu sasaran aku yakin mereka memilih mengurus kasus ini diam-diam.” dan penugasan pasukan khusus antiteror di luar prosedur resmi, perlu meminta bantuan. Jika jebakan tadi pagi dilakukan terbatas, mana-mana? Seperti menantang balik?” tembak. Bagaimana mungkin kau justru menunjukkan diri ke ”Kau harus bersembunyi, Thomas. Kau salah satu sasaran aku yakin mereka memilih mengurus kasus ini diam-diam.” dan penugasan pasukan khusus antiteror di luar prosedur resmi, perlu meminta bantuan. Jika jebakan tadi pagi dilakukan terbatas, mana-mana? Seperti menantang balik?” tembak. Bagaimana mungkin kau justru menunjukkan diri ke ”Kau harus bersembunyi, Thomas. Kau salah satu sasaran aku yakin mereka memilih mengurus kasus ini diam-diam.” dan penugasan pasukan khusus antiteror di luar prosedur resmi, perlu meminta bantuan. Jika jebakan tadi pagi dilakukan terbatas, mana-mana? Seperti menantang balik?” tembak. Bagaimana mungkin kau justru menunjukkan diri ke ”Kau harus bersembunyi, Thomas. Kau salah satu sasaran aku yakin mereka memilih mengurus kasus ini diam-diam.” dan penugasan pasukan khusus antiteror di luar prosedur resmi, perlu meminta bantuan. Jika jebakan tadi pagi dilakukan terbatas, mana-mana? Seperti menantang balik?” tembak. Bagaimana mungkin kau justru menunjukkan diri ke ”Kau harus bersembunyi, Thomas. Kau salah satu sasaran aku yakin mereka memilih mengurus kasus ini diam-diam.” dan penugasan pasukan khusus antiteror di luar prosedur resmi, perlu meminta bantuan. Jika jebakan tadi pagi dilakukan terbatas, mana-mana? Seperti menantang balik?” tembak. Bagaimana mungkin kau justru menunjukkan diri ke ”Kau harus bersembunyi, Thomas. Kau salah satu sasaran aku yakin mereka memilih mengurus kasus ini diam-diam.” dan penugasan pasukan khusus antiteror di luar prosedur resmi, ”Itulah poin paling pentingnya, Bapak Presiden. Selama dua mana-mana? Seperti menantang balik?” tembak. Bagaimana mungkin kau justru menunjukkan diri ke ”Kau harus bersembunyi, Thomas. Kau salah satu sasaran aku yakin mereka memilih mengurus kasus ini diam-diam.” dan penugasan pasukan khusus antiteror di luar prosedur resmi, ”Itulah poin paling pentingnya, Bapak Presiden. Selama dua mana-mana? Seperti menantang balik?” tembak. Bagaimana mungkin kau justru menunjukkan diri ke ”Kau harus bersembunyi, Thomas. Kau salah satu sasaran aku yakin mereka memilih mengurus kasus ini diam-diam.” dan penugasan pasukan khusus antiteror di luar prosedur resmi, ”Itulah poin paling pentingnya, Bapak Presiden. Selama dua mana-mana? Seperti menantang balik?” tembak. Bagaimana mungkin kau justru menunjukkan diri ke ”Kau harus bersembunyi, Thomas. Kau salah satu sasaran aku yakin mereka memilih mengurus kasus ini diam-diam.” dan penugasan pasukan khusus antiteror di luar prosedur resmi, ”Itulah poin paling pentingnya, Bapak Presiden. Selama dua mana-mana? Seperti menantang balik?” tembak. Bagaimana mungkin kau justru menunjukkan diri ke ”Kau harus bersembunyi, Thomas. Kau salah satu sasaran aku yakin mereka memilih mengurus kasus ini diam-diam.” dan penugasan pasukan khusus antiteror di luar prosedur resmi, ”Itulah poin paling pentingnya, Bapak Presiden. Selama dua mana-mana? Seperti menantang balik?” tembak. Bagaimana mungkin kau justru menunjukkan diri ke ”Kau harus bersembunyi, Thomas. Kau salah satu sasaran aku yakin mereka memilih mengurus kasus ini diam-diam.” hari ke depan, hingga konvensi berakhir, apa pun ending semua ”Itulah poin paling pentingnya, Bapak Presiden. Selama dua mana-mana? Seperti menantang balik?” tembak. Bagaimana mungkin kau justru menunjukkan diri ke ”Kau harus bersembunyi, Thomas. Kau salah satu sasaran aku yakin mereka memilih mengurus kasus ini diam-diam.” hari ke depan, hingga konvensi berakhir, apa pun ending semua ”Itulah poin paling pentingnya, Bapak Presiden. Selama dua mana-mana? Seperti menantang balik?” tembak. Bagaimana mungkin kau justru menunjukkan diri ke ”Kau harus bersembunyi, Thomas. Kau salah satu sasaran aku yakin mereka memilih mengurus kasus ini diam-diam.” hari ke depan, hingga konvensi berakhir, apa pun ending semua ”Itulah poin paling pentingnya, Bapak Presiden. Selama dua mana-mana? Seperti menantang balik?” tembak. Bagaimana mungkin kau justru menunjukkan diri ke ”Kau harus bersembunyi, Thomas. Kau salah satu sasaran aku yakin mereka memilih mengurus kasus ini diam-diam.” hari ke depan, hingga konvensi berakhir, apa pun ending semua ”Itulah poin paling pentingnya, Bapak Presiden. Selama dua mana-mana? Seperti menantang balik?” tembak. Bagaimana mungkin kau justru menunjukkan diri ke ”Kau harus bersembunyi, Thomas. Kau salah satu sasaran aku yakin mereka memilih mengurus kasus ini diam-diam.” hari ke depan, hingga konvensi berakhir, apa pun ending semua ”Itulah poin paling pentingnya, Bapak Presiden. Selama dua mana-mana? Seperti menantang balik?” tembak. Bagaimana mungkin kau justru menunjukkan diri ke ”Kau harus bersembunyi, Thomas. Kau salah satu sasaran skenario, harus ada yang mengirimkan pesan bahwa kita tidak hari ke depan, hingga konvensi berakhir, apa pun ending semua ”Itulah poin paling pentingnya, Bapak Presiden. Selama dua mana-mana? Seperti menantang balik?” tembak. Bagaimana mungkin kau justru menunjukkan diri ke ”Kau harus bersembunyi, Thomas. Kau salah satu sasaran skenario, harus ada yang mengirimkan pesan bahwa kita tidak hari ke depan, hingga konvensi berakhir, apa pun ending semua ”Itulah poin paling pentingnya, Bapak Presiden. Selama dua mana-mana? Seperti menantang balik?” tembak. Bagaimana mungkin kau justru menunjukkan diri ke ”Kau harus bersembunyi, Thomas. Kau salah satu sasaran skenario, harus ada yang mengirimkan pesan bahwa kita tidak hari ke depan, hingga konvensi berakhir, apa pun ending semua ”Itulah poin paling pentingnya, Bapak Presiden. Selama dua mana-mana? Seperti menantang balik?” tembak. Bagaimana mungkin kau justru menunjukkan diri ke ”Kau harus bersembunyi, Thomas. Kau salah satu sasaran skenario, harus ada yang mengirimkan pesan bahwa kita tidak hari ke depan, hingga konvensi berakhir, apa pun ending semua ”Itulah poin paling pentingnya, Bapak Presiden. Selama dua mana-mana? Seperti menantang balik?” tembak. Bagaimana mungkin kau justru menunjukkan diri ke ”Kau harus bersembunyi, Thomas. Kau salah satu sasaran skenario, harus ada yang mengirimkan pesan bahwa kita tidak hari ke depan, hingga konvensi berakhir, apa pun ending semua ”Itulah poin paling pentingnya, Bapak Presiden. Selama dua mana-mana? Seperti menantang balik?” tembak. Bagaimana mungkin kau justru menunjukkan diri ke takut. Biarkan aku yang melakukannya. Biarkan perhatian me­ skenario, harus ada yang mengirimkan pesan bahwa kita tidak hari ke depan, hingga konvensi berakhir, apa pun ending semua ”Itulah poin paling pentingnya, Bapak Presiden. Selama dua mana-mana? Seperti menantang balik?” tembak. Bagaimana mungkin kau justru menunjukkan diri ke takut. Biarkan aku yang melakukannya. Biarkan perhatian me­ skenario, harus ada yang mengirimkan pesan bahwa kita tidak hari ke depan, hingga konvensi berakhir, apa pun ending semua ”Itulah poin paling pentingnya, Bapak Presiden. Selama dua mana-mana? Seperti menantang balik?” tembak. Bagaimana mungkin kau justru menunjukkan diri ke takut. Biarkan aku yang melakukannya. Biarkan perhatian me­ skenario, harus ada yang mengirimkan pesan bahwa kita tidak hari ke depan, hingga konvensi berakhir, apa pun ending semua ”Itulah poin paling pentingnya, Bapak Presiden. Selama dua mana-mana? Seperti menantang balik?” tembak. Bagaimana mungkin kau justru menunjukkan diri ke takut. Biarkan aku yang melakukannya. Biarkan perhatian me­ skenario, harus ada yang mengirimkan pesan bahwa kita tidak hari ke depan, hingga konvensi berakhir, apa pun ending semua ”Itulah poin paling pentingnya, Bapak Presiden. Selama dua mana-mana? Seperti menantang balik?” tembak. Bagaimana mungkin kau justru menunjukkan diri ke takut. Biarkan aku yang melakukannya. Biarkan perhatian me­ skenario, harus ada yang mengirimkan pesan bahwa kita tidak hari ke depan, hingga konvensi berakhir, apa pun ending semua ”Itulah poin paling pentingnya, Bapak Presiden. Selama dua mana-mana? Seperti menantang balik?” reka tertuju padaku.” takut. Biarkan aku yang melakukannya. Biarkan perhatian me­ skenario, harus ada yang mengirimkan pesan bahwa kita tidak hari ke depan, hingga konvensi berakhir, apa pun ending semua ”Itulah poin paling pentingnya, Bapak Presiden. Selama dua mana-mana? Seperti menantang balik?” reka tertuju padaku.” takut. Biarkan aku yang melakukannya. Biarkan perhatian me­ skenario, harus ada yang mengirimkan pesan bahwa kita tidak hari ke depan, hingga konvensi berakhir, apa pun ending semua ”Itulah poin paling pentingnya, Bapak Presiden. Selama dua mana-mana? Seperti menantang balik?” reka tertuju padaku.” takut. Biarkan aku yang melakukannya. Biarkan perhatian me­ skenario, harus ada yang mengirimkan pesan bahwa kita tidak hari ke depan, hingga konvensi berakhir, apa pun ending semua ”Itulah poin paling pentingnya, Bapak Presiden. Selama dua mana-mana? Seperti menantang balik?” reka tertuju padaku.” takut. Biarkan aku yang melakukannya. Biarkan perhatian me­ skenario, harus ada yang mengirimkan pesan bahwa kita tidak hari ke depan, hingga konvensi berakhir, apa pun ending semua ”Itulah poin paling pentingnya, Bapak Presiden. Selama dua mana-mana? Seperti menantang balik?” reka tertuju padaku.” takut. Biarkan aku yang melakukannya. Biarkan perhatian me­ skenario, harus ada yang mengirimkan pesan bahwa kita tidak hari ke depan, hingga konvensi berakhir, apa pun ending semua ”Itulah poin paling pentingnya, Bapakpesan Presiden. Selama dua ”Astaga, Thomas, kau membahayakan diri sendiri. Kau justru reka tertuju padaku.” takut. Biarkan aku yang melakukannya. Biarkan perhatian me­ skenario, harus ada yang mengirimkan bahwa kita tidak hari ke depan, hingga konvensi berakhir, apa pun ending semua ”Itulah poin paling pentingnya, Bapak Presiden. Selama dua ”Astaga, Thomas, kau membahayakan diri sendiri. Kau justru reka tertuju padaku.” takut. Biarkan aku melakukannya. Biarkan perhatian me­ skenario, harus ada yang mengirimkan pesan bahwa kita tidak hari ke depan, hingga konvensi berakhir, apa pun ending ”Itulah poin paling pentingnya, Bapak Presiden. Selama dua ”Astaga, Thomas, kau membahayakan diri sendiri. Kau justru reka tertuju padaku.” takut. Biarkan aku yang melakukannya. Biarkan perhatian me­ skenario, harus ada yang yang mengirimkan pesan bahwa kitasemua tidak hari ke depan, hingga konvensi berakhir, apa pun ending semua ”Itulah poin paling pentingnya, Bapak Presiden. Selama dua ”Astaga, Thomas, kau membahayakan diri sendiri. Kau justru reka tertuju padaku.” takut. Biarkan aku yang melakukannya. Biarkan perhatian me­ skenario, harus ada yang mengirimkan pesan bahwa kita tidak hari ke depan, hingga konvensi berakhir, apa pun ending semua ”Itulah poin paling pentingnya, Bapak Presiden. Selama dua ”Astaga, Thomas, kau membahayakan diri sendiri. Kau justru reka tertuju padaku.” takut. Biarkan aku yang melakukannya. Biarkan perhatian me­ skenario, harus ada yang mengirimkan pesan bahwa kita tidak hari ke depan, hingga konvensi berakhir, apa pun ending semua melangkah dengan sukarela ke sekumpulan buaya ganas. Kau ”Astaga, Thomas, kau membahayakan diri sendiri. Kau justru reka tertuju padaku.” takut. Biarkan aku yang melakukannya. Biarkan perhatian me­ skenario, harus ada yang mengirimkan pesan bahwa kita tidak hari ke depan, hingga konvensi berakhir, apa pun ending semua melangkah dengan sukarela ke sekumpulan buaya ganas. Kau ”Astaga, Thomas, kau membahayakan diri sendiri. Kau justru reka tertuju padaku.” takut. Biarkan aku yang melakukannya. Biarkan perhatian me­ skenario, harus ada yang mengirimkan pesan bahwa kita tidak hari ke depan, hingga konvensi berakhir, apa pun ending semua melangkah dengan sukarela ke sekumpulan buaya ganas. Kau ”Astaga, Thomas, kau membahayakan diri sendiri. Kau justru reka tertuju padaku.” takut. Biarkan aku yang melakukannya. Biarkan perhatian me­ skenario, harus ada yang mengirimkan pesan bahwa kita tidak hari ke depan, hingga konvensi berakhir, apa pun ending semua melangkah dengan sukarela ke sekumpulan buaya ganas. Kau ”Astaga, Thomas, kau membahayakan diri sendiri. Kau justru reka tertuju padaku.” takut. Biarkan aku yang melakukannya. Biarkan perhatian me­ skenario, harus ada yang mengirimkan pesan bahwa kita tidak hari ke depan, hingga konvensi berakhir, apa pun ending semua melangkah dengan sukarela ke sekumpulan buaya ganas. Kau ”Astaga, Thomas, kau membahayakan diri sendiri. Kau justru reka tertuju padaku.” takut. Biarkan aku yang melakukannya. Biarkan perhatian me­ skenario, harus ada yang yang mengirimkan pesan bahwa kita tidak dengar aku, Thomas, aku tidak mencemaskan diriku. Itu sudah melangkah dengan sukarela ke sekumpulan buaya ganas. Kau ”Astaga, Thomas, kau membahayakan diri sendiri. Kau justru reka tertuju padaku.” takut. Biarkan aku melakukannya. Biarkan perhatian me­ skenario, harus ada yang mengirimkan pesan bahwa kita tidak dengar aku, Thomas, aku tidak mencemaskan diriku. Itu sudah melangkah dengan sukarela ke sekumpulan buaya ganas. Kau ”Astaga, Thomas, kau membahayakan diri sendiri. Kau justru reka tertuju padaku.” takut. Biarkan aku yang melakukannya. Biarkan perhatian me­ skenario, harus ada yang mengirimkan pesan bahwa kita tidak dengar aku, Thomas, aku tidak mencemaskan diriku. Itu sudah melangkah dengan sukarela ke sekumpulan buaya ganas. Kau ”Astaga, Thomas, kau membahayakan diri sendiri. Kau justru reka tertuju padaku.” takut. Biarkan aku yang melakukannya. Biarkan perhatian me­ skenario, harus ada yang mengirimkan pesan bahwa kita tidak dengar aku, Thomas, aku tidak mencemaskan diriku. Itu sudah melangkah dengan sukarela ke sekumpulan buaya ganas. Kau ”Astaga, Thomas, kau membahayakan diri sendiri. Kau justru reka tertuju padaku.” takut. Biarkan aku yang melakukannya. Biarkan perhatian me­ skenario, harus ada yang mengirimkan pesan bahwa kita tidak dengar aku, Thomas, aku tidak mencemaskan diriku. Itu sudah melangkah dengan sukarela ke sekumpulan buaya ganas. Kau ”Astaga, Thomas, kau membahayakan diri sendiri. Kau justru reka tertuju padaku.” takut. Biarkan aku yang melakukannya. Biarkan perhatian me­ risiko. Istri dan anak-anakku sudah merelakan apa pun yang dengar aku, Thomas, aku tidak mencemaskan diriku. Itu sudah melangkah dengan sukarela ke sekumpulan buaya ganas. Kau ”Astaga, Thomas, kau membahayakan diri sendiri. Kau justru reka tertuju padaku.” takut. Biarkan aku yang melakukannya. Biarkan perhatian me­ risiko. Istri dan anak-anakku sudah merelakan apa pun yang dengar aku, Thomas, aku tidak mencemaskan diriku. Itu sudah melangkah dengan sukarela ke sekumpulan buaya ganas. Kau ”Astaga, Thomas, kau membahayakan diri sendiri. Kau justru reka tertuju padaku.” takut. Biarkan aku yang melakukannya. Biarkan perhatian me­ risiko. Istri dan anak-anakku merelakan apa punsudah yang dengar aku,Thomas, Thomas, akumembahayakan tidak mencemaskan diriku. Itu melangkah dengan sukarela kesudah sekumpulan buaya ganas. Kau ”Astaga, kau diri sendiri. Kau justru reka tertuju padaku.”



ini, Thomas.” perlu membahayakan diri sendiri. Cukup. Tidak ada diskusi soal apa saja, memilih masa depan apa pun yang kauinginkan tanpa berbeda, Thomas. Kau anak muda cemerlang yang bisa menjadi terjadi sejak aku memilih jalan politik belasan tahun lalu. Kau ”Maka aku akan memilih bertarung menghadapi mereka, Ba­ ini, Thomas.” perlu membahayakan diri sendiri. Cukup. Tidak ada diskusi soal apa saja, memilih masa depan apa pun yang kauinginkan tanpa berbeda, Thomas. Kau anak muda cemerlang yang bisa menjadi terjadi sejak aku memilih jalan politik belasan tahun lalu. Kau ”Maka aku akan memilih bertarung menghadapi mereka, Ba­ ini, Thomas.” perlu membahayakan diri sendiri. Cukup. Tidak ada diskusi soal apa saja, memilih masa depan apa pun yang kauinginkan tanpa terjadi sejak aku memilih jalan politik belasan tahun lalu. Kau berbeda, Thomas. Kau anak muda cemerlang yang bisa menjadi ”Maka aku akan memilih bertarung menghadapi mereka, Ba­ ini, Thomas.” perlu membahayakan diri sendiri. Cukup. Tidak ada diskusi soal apa saja, memilih masa depan apa pun yang kauinginkan tanpa berbeda, Thomas. Kau anak muda cemerlang yang bisa menjadi terjadi sejak aku memilih jalan politik belasan tahun lalu. Kau ”Maka aku akan memilih bertarung menghadapi mereka, Ba­ ini, Thomas.” perlu membahayakan diri sendiri. Cukup. Tidak ada diskusi soal apa saja, memilih masa depan apa pun yang kauinginkan tanpa berbeda, Thomas. Kau anak muda cemerlang yang bisa menjadi pak Presiden.” ”Maka aku akan memilih bertarung menghadapi mereka, Ba­ ini, Thomas.” perlu membahayakan diri sendiri. Cukup. Tidak ada diskusi soal apa saja, memilih masa depan apa pun yang kauinginkan tanpa berbeda, Thomas. Kau anak muda cemerlang yang bisa menjadi pak Presiden.” ”Maka aku akan memilih bertarung menghadapi mereka, Ba­ ini, Thomas.” perlu membahayakan diri sendiri. Cukup. Tidak ada diskusi soal apa saja, memilih masa depan apa pun yang kauinginkan tanpa berbeda, Thomas. Kau anak muda cemerlang yang bisa menjadi pak Presiden.” ”Maka aku akan memilih bertarung menghadapi mereka, Ba­ ini, Thomas.” perlu membahayakan diri sendiri. Cukup. Tidak adabisa diskusi soal apa saja, memilih masa depan apa pun yang kauinginkan tanpa berbeda, Thomas. Kau anak muda cemerlang yang bisa menjadi pak Presiden.” ”Maka aku akan memilih bertarung menghadapi mereka, Ba­ ini, Thomas.” perlu membahayakan diri sendiri. Cukup. Tidak ada diskusi soal apa saja, memilih masa depan apa pun yang kauinginkan tanpa berbeda, Thomas. Kau anak muda cemerlang yang menjadi pak Presiden.” ”Maka aku akan memilih bertarung menghadapi mereka, Ba­ ini, Thomas.” perlu membahayakan diri sendiri. Cukup. Tidak ada diskusi soal apa saja, memilih masa depan apa pun yang kauinginkan tanpa seruan jengkel dari seberang telepon, ”Kau jangan Terdengar pak Presiden.” ”Maka aku akan memilih bertarung menghadapi mereka, Ba­ ini, Thomas.” perlu membahayakan diri sendiri. Cukup. Tidak ada diskusi soal apa saja, memilih masa depan apa pun yang kauinginkan tanpa seruan jengkel dari seberang telepon, ”Kau jangan Terdengar pak Presiden.” ”Maka aku akan memilih bertarung menghadapi mereka, Ba­ ini, Thomas.” perlu membahayakan diri sendiri. Cukup. Tidak ada diskusi soal apa saja, memilih masa depan apa pun yang kauinginkan tanpa seruan jengkel dari seberang telepon, ”Kau jangan Terdengar pak Presiden.” ”Maka aku akan memilih bertarung menghadapi mereka, Ba­ ini, Thomas.” perlu membahayakan diri sendiri. Cukup. Tidak ada diskusi soal apa saja, memilih masa depan apa pun yang kauinginkan tanpa seruan jengkel dari seberang telepon, ”Kau jangan Terdengar pak Presiden.” ”Maka aku akan memilih bertarung menghadapi mereka, Ba­ ini, Thomas.” perlu membahayakan diri sendiri. Cukup. Tidak ada diskusi soal apa saja, memilih masa depan apa pun yang kauinginkan tanpa seruan jengkel dari seberang telepon, ”Kau jangan Terdengar pak Presiden.” ”Maka aku akan memilih bertarung menghadapi mereka, Ba­ ini, Thomas.” perlu membahayakan diri sendiri. Cukup. Tidak ada diskusi soal bertindak gila, Thomas. Aku tidak akan mempertaruhkan nyawa seruan jengkel dari seberang telepon, ”Kau jangan Terdengar pak Presiden.” ”Maka aku akan memilih bertarung menghadapi mereka, Ba­ ini, Thomas.” perlu membahayakan diri sendiri. Cukup. Tidak ada diskusi soal bertindak gila, Thomas. Aku tidak akan mempertaruhkan nyawa seruan jengkel dari seberang telepon, ”Kau jangan Terdengar pak Presiden.” ”Maka aku akan memilih bertarung menghadapi mereka, Ba­ ini, Thomas.” perlu membahayakan diri sendiri. Cukup. Tidak ada diskusi soal bertindak gila, Thomas. Aku tidak akan mempertaruhkan nyawa seruan jengkel dari seberang telepon, ”Kau jangan Terdengar pak Presiden.” ”Maka aku akan memilih bertarung menghadapi mereka, Ba­ ini, Thomas.” perlu membahayakan diri sendiri. Cukup. Tidak ada diskusi soal bertindak gila, Thomas. Aku tidak akan mempertaruhkan nyawa seruan jengkel dari seberang telepon, ”Kau jangan Terdengar pak Presiden.” ”Maka aku akan memilih bertarung menghadapi mereka, Ba­ ini, Thomas.” perlu membahayakan diri sendiri. Cukup. Tidak ada diskusi soal bertindak gila, Thomas. Aku tidak akan mempertaruhkan nyawa seruan jengkel dari seberang telepon, ”Kau jangan Terdengar pak Presiden.” ”Maka aku akan memilih bertarung menghadapi mereka, Ba­ ini, Thomas.” rekan kerjaku, konsultan politikku, orang yang paling kupercaya bertindak gila, Thomas. Aku tidak akan mempertaruhkan nyawa seruan jengkel dari seberang telepon, ”Kau jangan Terdengar pak Presiden.” ”Maka aku akan memilih bertarung menghadapi mereka, Ba­ ini, Thomas.” rekan kerjaku, konsultan politikku, orang yang paling kupercaya bertindak gila, Thomas. Aku tidak akan mempertaruhkan nyawa seruan jengkel dari seberang telepon, ”Kau jangan Terdengar pak Presiden.” ”Maka aku akan memilih bertarung menghadapi mereka, Ba­ ini, Thomas.” rekan kerjaku, konsultan politikku, orang yang paling kupercaya bertindak gila, Thomas. Aku tidak akan mempertaruhkan nyawa seruan jengkel dari seberang telepon, ”Kau jangan Terdengar pak Presiden.” ”Maka aku akan memilih bertarung menghadapi mereka, Ba­ ini, Thomas.” rekan kerjaku, konsultan politikku, orang yang paling kupercaya bertindak gila, Thomas. Aku tidak akan mempertaruhkan nyawa seruan jengkel dari seberang telepon, ”Kau jangan Terdengar pak Presiden.” ”Maka aku akan memilih bertarung menghadapi mereka, Ba­ ini, Thomas.” rekan kerjaku, konsultan politikku, orang yang paling kupercaya bertindak gila, Thomas. Aku tidak akan mempertaruhkan nyawa seruan jengkel dari seberang telepon, ”Kau jangan Terdengar pak Presiden.” ”Maka aku akan memilih bertarung menghadapi mereka, Ba­ hanya demi memenangkan konvensi partai, bahkan demi kursi rekan kerjaku, konsultan politikku, orang yang paling kupercaya bertindak gila, Thomas. Aku tidak akan mempertaruhkan nyawa seruan jengkel dari seberang telepon, ”Kau jangan Terdengar pak Presiden.” ”Maka aku akan memilih bertarung menghadapi mereka, Ba­ hanya demi memenangkan konvensi partai, bahkan demi kursi rekan kerjaku, konsultan politikku, orang yang paling kupercaya bertindak gila, Thomas. Aku tidak akan mempertaruhkan nyawa seruan jengkel dari seberang telepon, ”Kau jangan Terdengar pak Presiden.” ”Maka aku akan memilih bertarung menghadapi mereka, Ba­ hanya demi memenangkan konvensi partai, bahkan demi kursi rekan kerjaku, konsultan politikku, orang yang paling kupercaya bertindak gila, Thomas. Aku tidak akan mempertaruhkan nyawa seruan jengkel dari seberang telepon, ”Kau jangan Terdengar pak Presiden.” ”Maka aku akan memilih bertarung menghadapi mereka, Ba­ hanya demi memenangkan konvensi partai, bahkan demi kursi rekan kerjaku, konsultan politikku, orang yang paling kupercaya bertindak gila, Thomas. Aku tidak akan mempertaruhkan nyawa seruan jengkel dari seberang telepon, ”Kau jangan Terdengar pak Presiden.” ”Maka aku akan memilih bertarung menghadapi mereka, Ba­ hanya demi memenangkan konvensi partai, bahkan demi kursi rekan kerjaku, konsultan politikku, orang yang paling kupercaya bertindak gila, Thomas. Aku tidak akan mempertaruhkan nyawa seruan jengkel dari seberang telepon, ”Kau jangan Terdengar pak Presiden.” presiden sekalipun. Omong kosong semua janji-janji kehidupan hanya demi memenangkan konvensi partai, bahkan demi kursi rekan kerjaku, konsultan politikku, orang yang paling kupercaya bertindak gila, Thomas. Aku tidak akan mempertaruhkan nyawa seruan jengkel dari seberang telepon, ”Kau jangan Terdengar pak Presiden.” presiden sekalipun. Omong kosong semua janji-janji kehidupan hanya demi memenangkan konvensi partai, bahkan demi kursi rekan kerjaku, konsultan politikku, orang yang paling kupercaya bertindak gila, Thomas. Aku tidak akan mempertaruhkan nyawa seruan jengkel dari seberang telepon, ”Kau jangan Terdengar pak Presiden.” presiden sekalipun. Omong kosong semua janji-janji kehidupan hanya demi memenangkan konvensi partai, bahkan demi kursi rekan kerjaku, konsultan politikku, orang yang paling kupercaya bertindak gila, Thomas. Aku tidak akan mempertaruhkan nyawa seruan jengkel dari seberang telepon, ”Kau jangan Terdengar pak Presiden.” presiden sekalipun. Omong kosong semua janji-janji kehidupan hanya demi memenangkan konvensi partai, bahkan demi kursi rekan kerjaku, konsultan politikku, orang yang paling kupercaya bertindak gila, Thomas. Aku tidakseberang akan mempertaruhkan nyawa seruan jengkel dari seberang telepon, ”Kau jangan Terdengar pak Presiden.” presiden sekalipun. Omong kosong semua janji-janji kehidupan hanya demi memenangkan konvensi partai, bahkan demi kursi rekan kerjaku, konsultan politikku, orang yang paling kupercaya bertindak gila, Thomas. Aku tidak akan mempertaruhkan nyawa seruan jengkel dari telepon, ”Kau jangan Terdengar yang lebih baik yang kita dengungkan dalam banyak kampanye presiden sekalipun. Omong kosong semua janji-janji kehidupan hanya demi memenangkan konvensi partai, bahkan demi kursi rekan kerjaku, konsultan politikku, orang yang paling kupercaya bertindak gila, Thomas. Aku tidak akan mempertaruhkan nyawa seruan jengkel dari telepon, ”Kau jangan Terdengar yang lebih baik yang kita dengungkan dalam banyak kampanye presiden sekalipun. Omong kosong semua janji-janji kehidupan hanya demi memenangkan konvensi partai, bahkan demi kursi rekan kerjaku, konsultan politikku, orang yang paling kupercaya bertindak gila, Thomas. Aku tidakseberang akan mempertaruhkan nyawa seruan jengkel dari seberang telepon, ”Kau jangan Terdengar yang lebih baik yang kita dengungkan dalam banyak kampanye presiden sekalipun. Omong kosong semua janji-janji kehidupan hanya demi memenangkan konvensi partai, bahkan demi kursi rekan kerjaku, konsultan politikku, orang yang paling kupercaya bertindak gila, Thomas. Aku tidak akan mempertaruhkan nyawa seruan jengkel dari seberang telepon, ”Kau jangan Terdengar yang lebih baik yang kita dengungkan dalam banyak kampanye presiden sekalipun. Omong kosong semua janji-janji kehidupan hanya demi memenangkan konvensi partai, bahkan demi kursi rekan kerjaku, konsultan politikku, orang yang paling kupercaya bertindak gila, Thomas. Aku tidak akan mempertaruhkan nyawa seruan jengkel dari seberang telepon, ”Kau jangan Terdengar yang lebih baik yang kita dengungkan dalam banyak kampanye presiden sekalipun. Omong kosong semua janji-janji kehidupan hanya demi memenangkan konvensi partai, bahkan demi kursi rekan kerjaku, konsultan politikku, orang yang paling kupercaya bertindak gila, Thomas. Aku tidak akan mempertaruhkan nyawa jika aku harus membahayakan orang di sekitarku.” yang lebih baik yang kita dengungkan dalam banyak kampanye presiden sekalipun. Omong kosong semua janji-janji kehidupan hanya demi memenangkan konvensi partai, bahkan demi kursi rekan kerjaku, konsultan politikku, orang yang paling kupercaya bertindak gila, Thomas. Aku tidak akan mempertaruhkan nyawa jika aku harus membahayakan orang di sekitarku.” yang lebih baik yang kita dengungkan dalam banyak kampanye presiden sekalipun. Omong kosong semua janji-janji kehidupan hanya demi memenangkan konvensi partai, bahkan demi kursi rekan kerjaku, konsultan politikku, orang yang paling kupercaya bertindak gila, Thomas. Aku tidak akan mempertaruhkan nyawa jika aku harus membahayakan orang di sekitarku.” yang lebih baik yang kita dengungkan dalam banyak kampanye presiden sekalipun. Omong kosong semua janji-janji kehidupan hanya demi memenangkan konvensi partai, bahkan demi kursi rekan kerjaku, konsultan politikku, orang yang paling kupercaya bertindak gila, Thomas. Aku tidak akan mempertaruhkan nyawa jika aku harus membahayakan orang di sekitarku.” yang lebih baik yang kita dengungkan dalam banyak kampanye presiden sekalipun. Omong kosong semua janji-janji kehidupan hanya demi memenangkan konvensi partai, bahkan demi kursi rekan kerjaku, konsultan politikku, orang yang paling kupercaya bertindak gila, Thomas. Aku tidak akan mempertaruhkan nyawa jika aku harus membahayakan orang di sekitarku.” yang lebih baik yang kita dengungkan dalam banyak kampanye presiden sekalipun. Omong kosong semua janji-janji kehidupan hanya demi memenangkan konvensi partai, bahkan demi kursi rekan kerjaku, konsultan politikku, orang yang paling kupercaya Aku segera memotong kalimatnya, ”Maka adalah omong ko­ jika aku harus membahayakan orang di sekitarku.” yang lebih baik yang kita dengungkan dalam banyak kampanye presiden sekalipun. Omong kosong semua janji-janji kehidupan hanya demi memenangkan konvensi partai, bahkan demi kursi rekan kerjaku, konsultan politikku, orang yang paling kupercaya Aku segera memotong kalimatnya, ”Maka adalah omong ko­ jika aku harus membahayakan orang di sekitarku.” yang lebih baik yang kita dengungkan dalam banyak kampanye presiden sekalipun. Omong kosong semua janji-janji kehidupan hanya demi memenangkan konvensi partai, bahkan demi kursi rekan kerjaku, konsultan politikku, orang yang paling kupercaya Aku segera memotong kalimatnya, ”Maka adalah omong ko­ jika aku harus membahayakan orang di sekitarku.” yang lebih baik yang kita dengungkan dalam banyak kampanye hanya demi memenangkan konvensi partai, bahkan demi kursi presiden sekalipun. Omong kosong semua janji-janji kehidupan rekan kerjaku, konsultan politikku, orang yang paling kupercaya Aku segera memotong kalimatnya, ”Maka adalah omong ko­ jika aku harus membahayakan orang di sekitarku.” yang lebih baik yang kita dengungkan dalam banyak kampanye presiden sekalipun. Omong kosong semua janji-janji kehidupan hanya demi memenangkan konvensi partai, bahkan demi kursi rekan kerjaku, konsultan politikku, orang yang paling kupercaya Aku segera memotong kalimatnya, ”Maka adalah omong ko­ jika aku harus membahayakan orang di sekitarku.” yang lebih baik yang kita dengungkan dalam banyak kampanye presiden sekalipun. Omong kosong semua janji-janji kehidupan hanya demi memenangkan konvensi partai, bahkan demi kursi semua janji-janji kehidupan yang lebih baik yang Anda song juga Aku segera memotong kalimatnya, ”Maka adalah omong ko­ jika aku harus membahayakan orang di sekitarku.” yang lebih baik yang kita dengungkan dalam banyak kampanye presiden sekalipun. Omong kosong semua janji-janji kehidupan hanya demi memenangkan konvensi partai, bahkan demi kursi semua janji-janji kehidupan yang lebih baik yang Anda song juga Aku segera memotong kalimatnya, ”Maka adalah omong ko­ jika aku harus membahayakan orang di sekitarku.” yang lebih baik yang kita dengungkan dalam banyak kampanye presiden sekalipun. Omong kosong semua janji-janji kehidupan hanya demi memenangkan konvensi partai, bahkan demi kursi semua janji-janji kehidupan yang lebih baik yang Anda song juga Aku segera memotong kalimatnya, ”Maka adalah omong ko­ jika aku harus membahayakan orang di sekitarku.” presiden sekalipun. Omong kosong semua janji-janji kehidupan yang lebih baik yang kita dengungkan dalam banyak kampanye hanya demi memenangkan konvensi partai, bahkan demi kursi semua janji-janji kehidupan yang lebih baik yang Anda song juga Aku segera memotong kalimatnya, ”Maka adalah omong ko­ jika aku harus membahayakan orang di sekitarku.” yang lebih baik yang kita dengungkan dalam banyak kampanye presiden sekalipun. Omong kosong semua janji-janji kehidupan hanya demi memenangkan konvensi partai, bahkan demi kursi semua janji-janji kehidupan yang lebih baik yang Anda song juga Aku segera memotong kalimatnya, ”Maka adalah omong ko­ jika aku harus membahayakan orang di sekitarku.” yang lebih baik yang kita dengungkan dalam banyak kampanye presiden sekalipun. Omong kosong semua janji-janji kehidupan ceramahkan di mana-mana jika kita tidak memenangi konvensi semua janji-janji kehidupan yang lebih baik yang Anda song juga Aku segera memotong kalimatnya, ”Maka adalah omong ko­ jika aku harus membahayakan orang di sekitarku.” yang lebih baik yang kita dengungkan dalam banyak kampanye presiden sekalipun. Omong kosong semua janji-janji kehidupan ceramahkan di mana-mana jika kita tidak memenangi konvensi semua janji-janji kehidupan yang lebih baik yang Anda song juga Aku segera memotong kalimatnya, ”Maka adalah omong ko­ jika aku harus membahayakan orang di sekitarku.” yang lebih baik yang kita dengungkan dalam banyak kampanye presiden sekalipun. Omong kosong semua janji-janji kehidupan ceramahkan di mana-mana jika kita tidak memenangi konvensi semua janji-janji kehidupan yang lebih baik yang Anda song juga yang lebih baik yang kita dengungkan dalam banyak kampanye Aku segera memotong kalimatnya, ”Maka adalah omong ko­ jika aku harus membahayakan orang di sekitarku.” presiden sekalipun. Omong kosong semua janji-janji kehidupan ceramahkan di mana-mana jika kita tidak memenangi konvensi semua janji-janji kehidupan yang lebih baik yang Anda song juga Aku segera memotong kalimatnya, ”Maka adalah omong ko­ jika aku harus membahayakan orang di sekitarku.” yang lebih baik yang kita dengungkan dalam banyak kampanye presiden sekalipun. Omong kosong semua janji-janji kehidupan ceramahkan di mana-mana jika kita tidak memenangi konvensi semua janji-janji kehidupan yang lebih baik yang Anda song juga Aku segera memotong kalimatnya, ”Maka adalah omong ko­ jika aku harus membahayakan orang di sekitarku.” yang lebih baik yang kita dengungkan dalam banyak kampanye partai, mengambil alih kursi kekuasaan negeri ini. Itu jelas lebih ceramahkan di mana-mana jika kita tidak memenangi konvensi semua janji-janji kehidupan yang lebih baik yang Anda song juga Aku segera memotong kalimatnya, ”Maka adalah omong ko­ jika aku harus membahayakan orang di sekitarku.” yang lebih baik yang kita dengungkan dalam banyak kampanye partai, mengambil alih kursi kekuasaan negeri ini. Itu jelas lebih ceramahkan di mana-mana jika kita tidak memenangi konvensi semua janji-janji kehidupan yang lebih baik yang Anda song juga Aku segera memotong kalimatnya, ”Maka adalah omong ko­ jika aku harus membahayakan orang di sekitarku.” yang lebih baik yang kita dengungkan dalam banyak kampanye partai, mengambil alih kursi kekuasaan negeri ini. Itu jelas lebih ceramahkan di mana-mana jika kita tidak memenangi konvensi jika aku harus membahayakan orang di sekitarku.” semua janji-janji kehidupan yang lebih baik yang Anda song juga Aku segera memotong kalimatnya, ”Maka adalah omong ko­ yang lebih baik yang kita dengungkan dalam banyak kampanye partai, mengambil alih kursi kekuasaan negeri ini. Itu jelas lebih ceramahkan di mana-mana jika kita tidak memenangi konvensi semua janji-janji kehidupan yang lebih baik yang Anda song juga Aku segera memotong kalimatnya, ”Maka adalah omong ko­ jika aku harus membahayakan orang di sekitarku.” yang lebih baik yang kita dengungkan dalam banyak kampanye partai, mengambil alih kursi kekuasaan negeri ini. Itu jelas lebih ceramahkan di mana-mana jika kita tidak memenangi konvensi semua janji-janji kehidupan yang lebih baik yang Anda song juga Aku segera memotong kalimatnya, ”Maka adalah omong ko­ jika aku harus membahayakan orang di sekitarku.” dari omong kosong. Tergeletak di kertas sekadar tulisan. partai, mengambil alih kursi kekuasaan negeri ini. Itu jelas lebih ceramahkan di mana-mana jika kita tidak memenangi konvensi semua janji-janji kehidupan yang lebih baik yang Anda song juga Aku segera memotong kalimatnya, ”Maka adalah omong ko­ jika aku harus membahayakan orang di sekitarku.” dari omong kosong. Tergeletak di kertas sekadar tulisan. partai, mengambil alih kursi kekuasaan negeri ini. Itu jelas lebih ceramahkan di mana-mana jika kita tidak memenangi konvensi semua janji-janji kehidupan yang lebih baik yang Anda song juga Aku segera memotong kalimatnya, ”Maka adalah omong ko­ jika aku harus membahayakan orang di sekitarku.” dari omong kosong. Tergeletak di kertas sekadar tulisan. Aku segera memotong kalimatnya, ”Maka adalah omong ko­ partai, mengambil alih kursi kekuasaan negeri ini. Itu jelas lebih ceramahkan di mana-mana jika kita tidak memenangi konvensi semua janji-janji kehidupan yang lebih baik yang Anda song juga jika aku harus membahayakan orang di sekitarku.” dari omong kosong. Tergeletak di kertas sekadar tulisan. partai, mengambil alih kursi kekuasaan negeri ini. Itu jelas lebih ceramahkan di mana-mana jika kita tidak memenangi konvensi semua janji-janji kehidupan yang lebih baik yang Anda song juga Aku segera memotong kalimatnya, ”Maka adalah omong ko­ jika aku harus membahayakan orang di sekitarku.” dari omong kosong. Tergeletak di kertas sekadar tulisan. partai, mengambil alih kursi kekuasaan negeri ini. Itu jelas lebih ceramahkan di mana-mana jika kita tidak memenangi konvensi semua janji-janji kehidupan yang lebih baik yang Anda song juga Aku segera memotong kalimatnya, ”Maka adalah omong ko­ Mengambang di udara hanya ucapan. dari omong kosong. Tergeletak di kertas sekadar tulisan. partai, mengambil alih kursi kekuasaan negeri ini. Itu jelas lebih ceramahkan di mana-mana jika kita tidak memenangi konvensi semua janji-janji kehidupan yang lebih baik yang Anda song juga Aku segera memotong kalimatnya, ”Maka adalah omong ko­ Mengambang di udara hanya ucapan. dari omong kosong. Tergeletak di kertas sekadar tulisan. partai, mengambil alih kursi kekuasaan negeri ini. Itu jelas lebih ceramahkan di mana-mana jika kita tidak memenangi konvensi kehidupan yang lebih baik yang Anda Aku segera memotong kalimatnya, ”Maka adalah omong ko­ Mengambang di udara hanya ucapan. semua janji-janji kehidupan yang lebih baik yang Anda song juga dari omong kosong. Tergeletak di kertas sekadar tulisan. partai, mengambil alih kursi kekuasaan negeri ini. Itu jelas lebih ceramahkan di mana-mana jika kita tidak memenangi konvensi Aku segera memotong kalimatnya, ”Maka adalah omong ko­ Mengambang di udara hanya ucapan. dari omong kosong. Tergeletak di kertas sekadar tulisan. partai, mengambil alih kursi kekuasaan negeri ini. Itu jelas lebih ceramahkan di mana-mana jika kita tidak memenangi konvensi semua janji-janji kehidupan yang lebih baik yang Anda song juga Aku segera memotong kalimatnya, ”Maka adalah omong ko­ Mengambang di udara hanya ucapan. dari omong kosong. Tergeletak di kertas sekadar tulisan. partai, mengambil alih kursi kekuasaan negeri ini. Itu jelas lebih ceramahkan di mana-mana jika kita tidak memenangi konvensi semua janji-janji kehidupan yang lebih baik yang Anda song juga ”Aku tidak datang secara sukarela menawarkan diri membantu Mengambang di udara hanya ucapan. dari omong kosong. Tergeletak di kertas sekadar tulisan. partai, mengambil alih kursi kekuasaan negeri ini. Itu jelas lebih ceramahkan di mana-mana jika kita tidak memenangi konvensi semua janji-janji kehidupan yang lebih baik yang Anda song juga ”Aku tidak datang secara sukarela menawarkan diri membantu Mengambang di udara hanya ucapan. dari omong kosong. Tergeletak di kertas sekadar tulisan. partai, mengambil alih kursi kekuasaan negeri ini. Itu jelas lebih ceramahkan di mana-mana jika kita tidak memenangi konvensi semua janji-janji kehidupan yang lebih baik yang Anda song juga ”Aku tidak datang secara sukarela menawarkan diri membantu jika kita tidak memenangi konvensi Mengambang di udara hanya ucapan. dari omong kosong. Tergeletak di kertas sekadar tulisan. partai, mengambil alih kursi kekuasaan negeri ini. Itu jelas lebih semua janji-janji kehidupan yang lebih baik yang Anda song juga ”Aku tidak datang secara sukarela menawarkan diri membantu Mengambang di udara hanya ucapan. dari omong kosong. Tergeletak di kertas sekadar tulisan. partai, mengambil alih kursi kekuasaan negeri ini. Itu jelas lebih ceramahkan di mana-mana jika kita tidak memenangi konvensi semua janji-janji kehidupan yang lebih baik yang Anda song juga ”Aku tidak datang secara sukarela menawarkan diri membantu Mengambang di udara hanya ucapan. dari omong kosong. Tergeletak di kertas sekadar tulisan. partai, mengambil alih kursi kekuasaan negeri ini. Itu jelas lebih ceramahkan mana-mana jika kita tidak memenangi konvensi Anda dalam kompetisi konvensi partai hanya karena sepen­ ”Aku tidak datang sukarela menawarkan diri membantu Mengambang di udara hanya ucapan. dari omong kosong. Tergeletak di kertas sekadar tulisan. partai, mengambil alihsecara kursi kekuasaan negeri ini. Itu jelas lebih ceramahkan di mana-mana jika kita tidak memenangi konvensi Anda dalam kompetisi konvensi partai hanya karena aku sepen­ ”Aku tidakdi datang secara sukarela menawarkan diri membantu Mengambang di udara hanya ucapan. dari omong kosong. Tergeletak di kertas sekadar tulisan. kekuasaan negeri ini. Ituaku jelas lebih ceramahkan di mana-mana jika kita tidak memenangi konvensi partai, mengambil alih kursi kekuasaan negeri ini. Itu jelas lebih Anda dalam kompetisi konvensi partai hanya karena aku sepen­ ”Aku tidak datang secara sukarela menawarkan diri membantu Mengambang di udara hanya ucapan. dari omong kosong. Tergeletak di kertas sekadar tulisan. ceramahkan di mana-mana jika kita tidak memenangi konvensi Anda dalam kompetisi konvensi partai hanya karena aku sepen­ ”Aku tidak datang secara sukarela menawarkan diri membantu Mengambang di udara hanya ucapan. dari omong kosong. Tergeletak di kertas sekadar tulisan. partai, mengambil alih kursi kekuasaan negeri ini. Itu jelas lebih ceramahkan di mana-mana jika kita tidak memenangi konvensi Anda dalam kompetisi konvensi partai hanya karena aku sepen­ ”Aku tidak datang secara sukarela menawarkan diri membantu Mengambang di udara hanya ucapan. dari omong kosong. Tergeletak di kertas sekadar tulisan. partai, mengambil alih kursi kekuasaan negeri ini. Itu jelas lebih dapat dan mendukung semua omong kosong itu. Aku datang, Anda dalam kompetisi konvensi partai hanya karena aku sepen­ ”Aku tidak datang secara sukarela menawarkan diri membantu Mengambang di udara hanya ucapan. dari omong kosong. Tergeletak di kertas sekadar tulisan. partai, mengambil alih kursi kekuasaan negeri ini. Itu jelas lebih dapat dan mendukung semua omong kosong itu. Aku datang, Anda dalam kompetisi konvensi partai hanya karena aku sepen­ ”Aku tidak datang secara sukarela menawarkan diri membantu Mengambang di udara hanya ucapan. dari omong kosong. Tergeletak di kertas sekadar tulisan. partai, mengambil alih kursi kekuasaan negeri ini. Itu jelas lebih Tergeletak di kertas sekadar tulisan. dapat dan mendukung semua omong kosong itu. Aku datang, Anda dalam kompetisi konvensi partai hanya karena aku sepen­ ”Aku tidak datang secara sukarela menawarkan diri membantu Mengambang di udara hanya ucapan. partai, mengambil alih kursi kekuasaan negeri ini. Itu jelas lebih dapat dan mendukung semua omong kosong itu. Aku datang, Anda dalam kompetisi konvensi partai hanya karena aku sepen­ ”Aku tidak datang secara sukarela menawarkan diri membantu Mengambang di udara hanya ucapan. dari omong kosong. Tergeletak di kertas sekadar tulisan. partai, mengambil alih kursi kekuasaan negeri ini. Itu jelas lebih dapat dan mendukung semua omong kosong itu. Aku datang, Anda dalam kompetisi konvensi partai hanya karena aku sepen­ ”Aku tidak datang secara sukarela menawarkan diri membantu Mengambang di udara hanya ucapan. dari omong kosong. Tergeletak di kertas sekadar tulisan. karena ingin meletakkan semua omong kosong itu di tangan dapat dan mendukung semua omong kosong itu. Aku datang, Anda dalam kompetisi konvensi partai hanya karena aku sepen­ ”Aku tidak datang secara sukarela menawarkan diri membantu Mengambang di udara hanya ucapan. dari omong kosong. Tergeletak di kertas sekadar tulisan. karena ingin meletakkan semua omong kosong itu di tangan dapat dan mendukung semua omong kosong itu. Aku datang, Anda dalam kompetisi konvensi partai hanya karena aku sepen­ ”Aku tidak datang secara sukarela menawarkan diri membantu ucapan. dari omong kosong. Tergeletak di kertas sekadar tulisan. Mengambang di udara hanya ucapan. karena ingin meletakkan semua omong kosong itu di tangan dapat dan mendukung semua omong kosong itu. Aku datang, Anda dalam kompetisi konvensi partai hanya karena aku sepen­ ”Aku tidak datang secara sukarela menawarkan diri membantu dari omong kosong. Tergeletak di kertas sekadar tulisan. karena ingin meletakkan semua omong kosong itu di tangan dapat dan mendukung semua omong kosong itu. Aku datang, Anda dalam kompetisi konvensi partai hanya karena aku sepen­ ”Aku tidak datang secara sukarela menawarkan diri membantu Mengambang di udara hanya ucapan. dari omong kosong. Tergeletak di kertas sekadar tulisan. karena ingin meletakkan semua omong kosong itu di tangan dapat dan mendukung semua omong kosong itu. Aku datang, Anda kompetisi konvensi partai hanya karena aku sepen­ ”Aku tidak datang secara sukarela menawarkan diri membantu Mengambang di udara hanya ucapan. seseorang yang menjadikannya nyata. Anda akan meme­ karena ingin meletakkan semua omong kosong itu di tangan dapat dan mendukung semua omong kosong itu. Aku datang, Anda dalam kompetisi konvensi partai hanya karena aku sepen­ ”Akudalam tidak datang secara sukarela menawarkan diri membantu Mengambang di bisa udara hanya ucapan. seseorang yang bisa menjadikannya nyata. Anda akan meme­ karena ingin meletakkan semua omong kosong itu di tangan dapat dan mendukung semua omong kosong itu. Aku datang, Anda dalam kompetisi konvensi partai hanya karena aku sepen­ ”Aku tidak datang secara sukarela menawarkan diri membantu Mengambang di udara hanya ucapan. sukarela menawarkan diri membantu seseorang yang bisa menjadikannya nyata. Anda akan meme­ karena ingin meletakkan semua omong kosong itu di tangan dapat dan mendukung semua omong kosong itu. Aku datang, Anda dalam kompetisi konvensi partai hanya karena aku sepen­ Mengambang di udara hanya ucapan. seseorang yang bisa menjadikannya nyata. Anda akan meme­ karena ingin meletakkan semua omong kosong itu di tangan dapat dan mendukung semua omong kosong itu. Aku datang, Anda dalam kompetisi konvensi partai hanya karena aku sepen­ ”Aku tidak datang secara sukarela menawarkan diri membantu Mengambang di udara hanya ucapan. seseorang yang bisa menjadikannya nyata. Anda akan meme­ karena ingin meletakkan semua omong kosong itu di tangan dapat dan mendukung semua omong kosong itu. Aku datang, Anda dalam kompetisi konvensi partai hanya karena aku sepen­ ”Aku tidak datang secara sukarela menawarkan diri membantu nangi konvensi partai, dan tahun depan, seluruh rakyat akan seseorang yang bisa menjadikannya nyata. Anda akan meme­ karena ingin meletakkan semua omong kosong itu di tangan dapat dan mendukung semua omong kosong itu. Aku datang, Anda dalam kompetisi konvensi partai hanya karena aku sepen­ ”Aku tidak datang secara sukarela menawarkan diri membantu nangi konvensi partai, dan tahun depan, seluruh rakyat akan seseorang yang bisa menjadikannya nyata. Anda akan meme­ karena ingin meletakkan semua omong kosong itu di tangan dapat dan mendukung semua omong kosong itu. Aku datang, konvensi partai hanya karena aku sepen­ ”Aku tidak datang secara sukarela menawarkan diri membantu Anda dalam kompetisi konvensi partai hanya karena aku sepen­ nangi konvensi partai, dan tahun depan, seluruh rakyat akan seseorang yang bisa menjadikannya nyata. Anda akan meme­ karena ingin meletakkan semua omong kosong itu di tangan dapat dan mendukung semua omong kosong itu. Aku datang, ”Aku tidak datang secara sukarela menawarkan diri membantu nangi konvensi partai, dan tahun depan, seluruh rakyat akan seseorang yang bisa menjadikannya nyata. Anda akan meme­ karena ingin meletakkan semua omong kosong itu di tangan dapat dan mendukung semua omong kosong itu. Aku datang, Anda dalam kompetisi konvensi partai hanya karena aku sepen­ ”Aku tidak datang secara sukarela menawarkan diri membantu nangi konvensi partai, dan tahun depan, seluruh rakyat akan seseorang yang bisa menjadikannya nyata. Anda akan meme­ karena ingin meletakkan semua omong kosong itu di tangan dapat dan mendukung semua omong kosong itu. Aku datang, Anda dalam kompetisi konvensi partai hanya karena aku sepen­ menyaksikan Anda memenangi pemilihan presiden. Semua nangi konvensi partai, dan tahun depan, seluruh rakyat akan seseorang yang bisa menjadikannya nyata. Anda akan meme­ karena ingin meletakkan semua omong kosong itu di tangan dapat dan mendukung semua omong kosong itu. Aku datang, Anda dalam kompetisi konvensi partai hanya karena aku sepen­ menyaksikan Anda memenangi pemilihan presiden. Semua nangi konvensi partai, dan tahun depan, seluruh rakyat akan seseorang yang bisa menjadikannya nyata. Anda akan meme­ karena ingin meletakkan semua omong kosong itu di tangan dapat dan mendukung semua omong kosong itu. Aku datang, Anda dalam kompetisi konvensi partai hanya karena aku sepen­ omong kosong itu. Aku datang, menyaksikan Anda memenangi pemilihan presiden. Semua nangi konvensi partai, dan tahun depan, seluruh rakyat akan seseorang yang bisa menjadikannya nyata. Anda akan meme­ karena ingin meletakkan semua omong kosong itu di tangan Anda dalam kompetisi konvensi partai hanya karena aku sepen­ menyaksikan Anda memenangi pemilihan presiden. Semua nangi konvensi partai, dan tahun depan, seluruh rakyat akan seseorang yang bisa menjadikannya nyata. Anda akan meme­ karena ingin meletakkan semua omong kosong itu di tangan dapat dan mendukung semua omong kosong itu. Aku datang, Anda dalam kompetisi konvensi partai hanya karena aku sepen­ menyaksikan Anda memenangi pemilihan presiden. Semua nangi konvensi partai, dan tahun depan, seluruh rakyat akan seseorang yang bisa menjadikannya nyata. Anda akan meme­ karena ingin meletakkan semua omong kosong itu di tangan dapat dan mendukung semua omong kosong itu. Aku datang, orang yang mendukung Anda bersedia melakukan apa pun. Cu­ menyaksikan Anda memenangi pemilihan presiden. Semua nangi konvensi partai, dan tahun depan, seluruh rakyat akan seseorang yang bisa menjadikannya nyata. Anda akan meme­ karena ingin meletakkan semua omong kosong itu di tangan dapat dan mendukung semua omong kosong itu. Aku datang, orang yang mendukung Anda bersedia melakukan apa pun. Cu­ menyaksikan Anda memenangi pemilihan presiden. Semua nangi konvensi partai, dan tahun depan, seluruh rakyat akan seseorang yang bisa menjadikannya nyata. Anda akan meme­ semua omong kosong itu di tangan dapat dan mendukung semua omong kosong itu. Aku datang, karena ingin meletakkan semua omong kosong itu di tangan orang yang mendukung Anda bersedia melakukan apa pun. Cu­ menyaksikan Anda memenangi pemilihan presiden. Semua nangi konvensi partai, dan tahun depan, seluruh rakyat akan seseorang yang bisa menjadikannya nyata. Anda akan meme­ dapat dan mendukung semua omong kosong itu. Aku datang, orang yang mendukung Anda bersedia melakukan apa pun. Cu­ menyaksikan Anda memenangi pemilihan presiden. Semua nangi konvensi partai, dan tahun depan, seluruh rakyat akan seseorang yang bisa menjadikannya nyata. Anda akan meme­ karena ingin meletakkan semua omong kosong itu di tangan dapat dan mendukung semua omong kosong itu. Aku datang, orang yang mendukung Anda bersedia melakukan apa pun. Cu­ menyaksikan Anda memenangi pemilihan presiden. Semua nangi konvensi partai, dan tahun depan, seluruh rakyat akan seseorang yang bisa menjadikannya nyata. Anda akan meme­ karena ingin meletakkan semua omong kosong itu di tangan kup. Tidak ada diskusi juga soal ini.” orang yang mendukung Anda bersedia melakukan apa pun. Cu­ menyaksikan Anda memenangi pemilihan presiden. Semua nangi konvensi partai, dan tahun depan, seluruh rakyat akan seseorang yang bisa menjadikannya nyata. Anda akan meme­ karena ingin meletakkan semua omong kosong itu di tangan kup. Tidak ada diskusi juga soal ini.” orang yang mendukung Anda bersedia melakukan apa pun. Cu­ menyaksikan Anda memenangi pemilihan presiden. Semua nangi konvensi partai, dan tahun depan, seluruh rakyat akan menjadikannya nyata. Anda akan meme­ karena ingin meletakkan semua omong kosong itu di tangan seseorang yang bisa menjadikannya nyata. Anda akan meme­ kup. Tidak adameletakkan diskusi juga soal ini.” orang yang Anda bersedia melakukan apa Cu­ menyaksikan Anda pemilihan presiden. Semua nangi konvensi partai,memenangi dan tahun depan, seluruh rakyat akan karena inginmendukung semua omong kosong itu dipun. tangan kup. Tidak ada diskusi juga soal ini.”



Bersembunyi? Menghindar mencari aman? Itu bukan tabiatku. gagah berani, siapa pun mereka. Aku tidak menyadari kalau aku berseru-seru menjawab ka­ duduknya, menoleh. Juga Kadek yang berusaha perbaiki posisi Aku petarung. Aku akan menghadapi semua masalah dengan politikku, membuat Opa yang berusaha tidur mem­ limat klien Bersembunyi? Menghindar mencari aman? Itu bukan tabiatku. gagah berani, siapa pun mereka. Aku petarung. Aku akan menghadapi semua dengan politikku, membuat Opa yang berusaha tidur mem­ limat klien membaca koleksi majalah milik pesawat, menjulurkan kepala ke Aku tidak menyadari kalau aku berseru-seru menjawab ka­ duduknya, menoleh. Juga Kadek yang berusaha perbaiki posisi Bersembunyi? Menghindar mencari aman? Itu bukan tabiatku. gagah berani, siapa pun mereka. kalau aku berseru-seru menjawab ka­ menoleh. Juga Kadek yang berusaha Aku petarung. Aku akan menghadapi semua masalah dengan politikku, membuat Opa yang berusaha tidur mem­ limat klien membaca koleksi majalah milik pesawat, menjulurkan kepala ke Bersembunyi? Menghindar mencari aman? Itumasalah bukan tabiatku. gagah berani, siapa pun mereka. duduknya, menoleh. Juga Kadek yang berusaha perbaiki posisi Aku tidak menyadari kalau aku berseru-seru menjawab ka­ Aku petarung. Aku akan menghadapi semua masalah dengan membaca koleksi majalah milik pesawat, menjulurkan kepala ke gagah berani, siapa pun mereka. duduknya, menoleh. Juga Kadek yang berusaha perbaiki posisi politikku, membuat Opa yang berusaha tidur mem­ limat klien Aku petarung. Aku akan menghadapi semua masalah dengan Aku tidak menyadari kalau aku berseru-seru menjawab ka­ membuat Opa yang berusaha tidur mem­ membaca koleksi majalah milik pesawat, menjulurkan kepala ke gagah berani, siapa pun mereka. duduknya, menoleh. Juga Kadek yang berusaha perbaiki posisi Aku petarung. Aku akan menghadapi semua masalah dengan Aku tidak menyadari kalau aku berseru-seru menjawab ka­ gagah berani, siapa pun mereka. politikku, membuat Opa yang berusaha tidur mem­ limat klien duduknya, menoleh. Juga Kadek yang berusaha perbaiki posisi depan. Hanya Maryam yang tidak bereaksi banyak, diam men­ membaca koleksi majalah milik pesawat, menjulurkan kepala ke Aku petarung. Aku akan menghadapi semua masalah dengan Aku tidak menyadari kalau aku berseru-seru menjawab ka­ membuat Opa yang berusaha tidur mem­ milik pesawat, menjulurkan kepala ke gagah berani, siapa pun mereka. duduknya, menoleh. Juga Kadek yang berusaha perbaiki posisi depan. Hanya Maryam yang tidak bereaksi banyak, diam men­ Aku petarung. Aku akan menghadapi semua masalah dengan Aku tidak menyadari kalau aku berseru-seru menjawab ka­ membaca koleksi majalah milik pesawat, menjulurkan kepala ke politikku, membuat Opa yang berusaha tidur mem­ limat klien gagah berani, siapa pun mereka. depan. Hanya Maryam yang tidak bereaksi banyak, diam men­ Aku tidak menyadari kalau aku berseru-seru menjawab ka­ duduknya, menoleh. Juga Kadek yang berusaha perbaiki posisi membaca koleksi majalah milik pesawat, menjulurkan kepala ke gagah berani, siapa pun mereka. politikku, membuat Opa yang berusaha tidur mem­ limat klien menoleh. Juga Kadek yang berusaha depan. Hanya Maryam yang tidak bereaksi banyak, diam men­ Aku tidak menyadari kalau aku berseru-seru menjawab ka­ membaca koleksi majalah milik pesawat, menjulurkan kepala ke gagah berani, siapa pun mereka. politikku, membuat Opa yang berusaha tidur mem­ limat klien Aku tidak menyadari kalau aku berseru-seru menjawab ka­ duduknya, menoleh. Juga Kadek yang berusaha perbaiki posisi membaca koleksi majalah milik pesawat, menjulurkan kepala ke dengarkan. Dua pramugari yang bertugas tidak memperhati­ depan. Hanya Maryam yang tidak bereaksi banyak, diam men­ gagah berani, siapa pun mereka. politikku, membuat Opa yang berusaha tidur mem­ limat klien menoleh. Juga Kadek yang berusaha tidak bereaksi banyak, diam men­ Aku tidak menyadari kalau aku berseru-seru menjawab ka­ membaca koleksi majalah milik pesawat, menjulurkan kepala ke dengarkan. Dua pramugari yang bertugas tidak memperhati­ gagah berani, siapa pun mereka. politikku, membuat Opa yang berusaha tidur mem­ limat klien depan. Hanya Maryam yang tidak bereaksi banyak, diam men­ duduknya, menoleh. Juga Kadek yang berusaha perbaiki posisi Aku tidak menyadari kalau aku berseru-seru menjawab ka­ dengarkan. Dua pramugari yang bertugas tidak memperhati­ politikku, membuat Opa yang berusaha tidur mem­ limat klien membaca koleksi majalah milik pesawat, menjulurkan kepala ke depan. Hanya Maryam yang tidak bereaksi banyak, diam men­ Aku tidak menyadari kalau aku berseru-seru menjawab ka­ duduknya, menoleh. Juga Kadek yang berusaha perbaiki posisi milik pesawat, menjulurkan kepala ke dengarkan. Dua pramugari yang bertugas tidak memperhati­ politikku, membuat Opa yang berusaha tidur mem­ limat klien depan. Hanya Maryam yang tidak bereaksi banyak, diam men­ Aku tidak menyadari kalau aku berseru-seru menjawab ka­ duduknya, menoleh. Juga Kadek yang berusaha perbaiki posisi membaca koleksi majalah milik pesawat, menjulurkan kepala ke politikku, membuat Opa yang berusaha tidur mem­ limat klien depan. Hanya Maryam yang tidak bereaksi banyak, diam men­ kan—mungkin mereka sudah terbiasa dengan orang berteriak dengarkan. Dua pramugari yang bertugas tidak memperhati­ Aku tidak menyadari kalau aku berseru-seru menjawab ka­ duduknya, menoleh. Juga Kadek yang berusaha perbaiki posisi milik pesawat, menjulurkan kepala ke yang bertugas tidak memperhati­ politikku, membuat Opa yang berusaha tidur mem­ limat klien depan. Hanya Maryam yang tidak bereaksi banyak, diam men­ kan—mungkin mereka sudah terbiasa dengan orang berteriak Aku tidak menyadari kalau aku berseru-seru menjawab ka­ duduknya, menoleh. Juga Kadek yang berusaha perbaiki posisi dengarkan. Dua pramugari yang bertugas tidak memperhati­ membaca koleksi majalah milik pesawat, menjulurkan kepala ke politikku, membuat Opa yang berusaha tidur mem­ limat klien kan—mungkin mereka sudah terbiasa dengan orang berteriak depan. Hanya Maryam yang tidak bereaksi banyak, diam men­ duduknya, menoleh. Juga Kadek yang berusaha perbaiki posisi dengarkan. Dua pramugari yang bertugas tidak memperhati­ politikku, membuat Opa yang berusaha tidur mem­ limat klien membaca koleksi majalah milik pesawat, menjulurkan kepala ke tidak bereaksi banyak, diam men­ kan—mungkin mereka sudah terbiasa dengan orang berteriak duduknya, menoleh. Juga Kadek yang berusaha perbaiki posisi dengarkan. Dua pramugari yang bertugas tidak memperhati­ politikku, membuat Opa yang berusaha tidur mem­ limat klien membaca koleksi majalah milik pesawat, menjulurkan kepala ke depan. Hanya Maryam yang tidak bereaksi banyak, diam men­ duduknya, menoleh. Juga Kadek yang berusaha perbaiki posisi dengarkan. Dua pramugari yang bertugas tidak memperhati­ saat menelepon dari pesawatnya, toh mereka juga tidak paham kan—mungkin mereka sudah terbiasa dengan orang berteriak politikku, membuat Opa yang berusaha tidur mem­ limat klien membaca koleksi majalah milik pesawat, menjulurkan kepala ke depan. Hanya Maryam yang tidak bereaksi banyak, diam men­ sudah terbiasa dengan orang berteriak duduknya, menoleh. Juga Kadek yang berusaha perbaiki posisi dengarkan. Dua pramugari yang bertugas tidak memperhati­ saat menelepon dari pesawatnya, toh mereka juga tidak paham politikku, membuat Opa yang berusaha tidur mem­ limat klien membaca koleksi majalah milik pesawat, menjulurkan kepala ke kan—mungkin mereka sudah terbiasa dengan orang berteriak depan. Hanya Maryam yang tidak bereaksi banyak, diam men­ duduknya, menoleh. Juga Kadek yang berusaha perbaiki posisi saat menelepon dari pesawatnya, toh mereka juga tidak paham dengarkan. Dua pramugari yang bertugas tidak memperhati­ membaca koleksi majalah milik pesawat, menjulurkan kepala ke kan—mungkin mereka sudah terbiasa dengan orang berteriak duduknya, menoleh. Juga Kadek yang berusaha perbaiki posisi depan. Hanya Maryam yang tidak bereaksi banyak, diam men­ yang bertugas tidak memperhati­ saat menelepon dari pesawatnya, toh mereka juga tidak paham membaca koleksi majalah milik pesawat, menjulurkan kepala ke kan—mungkin mereka sudah terbiasa dengan orang berteriak duduknya, menoleh. Juga Kadek yang berusaha perbaiki posisi depan. Hanya Maryam yang tidak bereaksi banyak, diam men­ dengarkan. Dua pramugari yang bertugas tidak memperhati­ membaca koleksi majalah milik pesawat, menjulurkan kepala ke kan—mungkin mereka sudah terbiasa dengan orang berteriak bahasa yang kugunakan. saat menelepon dari pesawatnya, toh mereka juga tidak paham duduknya, menoleh. Juga Kadek yang berusaha perbaiki posisi depan. Hanya Maryam yang tidak bereaksi banyak, diam men­ dengarkan. Dua pramugari yang bertugas tidak memperhati­ pesawatnya, toh mereka juga tidak paham membaca koleksi majalah milik pesawat, menjulurkan kepala ke kan—mungkin mereka sudah terbiasa dengan orang berteriak bahasa yang kugunakan. duduknya, menoleh. Juga Kadek yang berusaha perbaiki posisi depan. Hanya Maryam yang tidak bereaksi banyak, diam men­ saat menelepon dari pesawatnya, toh mereka juga tidak paham dengarkan. Dua pramugari yang bertugas tidak memperhati­ membaca koleksi majalah milik pesawat, menjulurkan kepala ke bahasa yang kugunakan. kan—mungkin mereka sudah terbiasa dengan orang berteriak depan. Hanya Maryam yang tidak bereaksi banyak, diam men­ saat menelepon dari pesawatnya, toh mereka juga tidak paham membaca koleksi majalah milik pesawat, menjulurkan kepala ke dengarkan. Dua pramugari yang bertugas tidak memperhati­ kan—mungkin mereka sudah terbiasa dengan orang berteriak bahasa yang kugunakan. depan. Hanya Maryam yang tidak bereaksi banyak, diam men­ saat menelepon dari pesawatnya, toh mereka juga tidak paham membaca koleksi majalah milik pesawat, menjulurkan kepala ke dengarkan. Dua pramugari yang bertugas tidak memperhati­ kan—mungkin mereka sudah terbiasa dengan orang berteriak depan. Hanya Maryam yang tidak bereaksi banyak, diam men­ saat menelepon dari pesawatnya, toh mereka juga tidak paham Lengang sejenak di telepon genggam, menyisakan derum ha­ bahasa yang kugunakan. membaca koleksi majalah milik pesawat, menjulurkan kepala ke dengarkan. Dua pramugari yang bertugas tidak memperhati­ kan—mungkin mereka sudah terbiasa dengan orang berteriak depan. Hanya Maryam yang tidak bereaksi banyak, diam men­ saat menelepon dari pesawatnya, toh mereka juga tidak paham Lengang sejenak di telepon genggam, menyisakan derum ha­ membaca koleksi majalah milik pesawat, menjulurkan kepala ke dengarkan. Dua pramugari yang bertugas tidak memperhati­ bahasa yang kugunakan. kan—mungkin mereka sudah terbiasa dengan orang berteriak depan. Hanya Maryam yang tidak bereaksi banyak, diam men­ Lengang sejenak di telepon genggam, menyisakan derum ha­ saat menelepon dari pesawatnya, toh mereka juga tidak paham dengarkan. Dua pramugari yang bertugas tidak memperhati­ bahasa yang kugunakan. depan. Hanya Maryam yang tidak bereaksi banyak, diam men­ kan—mungkin mereka sudah terbiasa dengan orang berteriak saat menelepon dari pesawatnya, toh mereka juga tidak paham Lengang sejenak di telepon genggam, menyisakan derum ha­ dengarkan. Dua pramugari yang bertugas tidak memperhati­ bahasa yang kugunakan. depan. Hanya Maryam yang tidak bereaksi banyak, diam men­ kan—mungkin mereka sudah terbiasa dengan orang berteriak saat menelepon dari pesawatnya, toh mereka juga tidak paham dengarkan. Dua pramugari yang bertugas tidak memperhati­ bahasa yang kugunakan. lus mesin pesawat. Lengang sejenak di telepon genggam, menyisakan derum ha­ depan. Hanya Maryam yang tidak bereaksi banyak, diam men­ kan—mungkin mereka sudah terbiasa dengan orang berteriak saat menelepon dari pesawatnya, toh mereka juga tidak paham telepon genggam, menyisakan derum ha­ dengarkan. Dua pramugari yang bertugas tidak memperhati­ bahasa yang kugunakan. lus mesin pesawat. depan. Hanya Maryam yang tidak bereaksi banyak, diam men­ kan—mungkin mereka sudah terbiasa dengan orang berteriak Lengang sejenak di telepon genggam, menyisakan derum ha­ saat menelepon dari pesawatnya, toh mereka juga tidak paham dengarkan. Dua pramugari yang bertugas tidak memperhati­ lus mesin pesawat. bahasa yang kugunakan. kan—mungkin mereka sudah terbiasa dengan orang berteriak Lengang sejenak di telepon genggam, menyisakan derum ha­ dengarkan. Dua pramugari bertugas tidak memperhati­ saat menelepon dari pesawatnya, toh mereka juga tidak paham bahasa yang kugunakan. lus mesin pesawat. kan—mungkin mereka sudah terbiasa dengan orang berteriak Lengang sejenak di telepon genggam, menyisakan derum ha­ dengarkan. Dua pramugari yang bertugas memperhati­ saat menelepon dari pesawatnya, toh mereka juga tidak paham bahasa yang kugunakan. kan—mungkin mereka sudahyang terbiasa dengan orang berteriak lus mesin pesawat. Lengang sejenak diberlebihan, telepon genggam, menyisakan derum ha­ ”Kau, kau jangan berlebihan, Thomas. Ini tidak hanya sebuah kon­ dengarkan. Dua pramugari yang bertugas tidak memperhati­ saat menelepon dari pesawatnya, toh mereka juga tidak paham bahasa yang kugunakan. kan—mungkin mereka sudah terbiasa dengan orang berteriak Lengang sejenak di telepon genggam, menyisakan derum ha­ ”Kau, kau jangan Thomas. Ini hanya sebuah kon­ dengarkan. Dua pramugari yang bertugas tidak memperhati­ saat menelepon dari pesawatnya, toh mereka juga tidak paham lus mesin pesawat. bahasa yang kugunakan. kan—mungkin mereka sudah terbiasa dengan orang berteriak ”Kau, kau jangan berlebihan, Thomas. Ini hanya sebuah kon­ Lengang sejenak di telepon genggam, menyisakan derum ha­ saat menelepon dari pesawatnya, toh mereka juga tidak paham lus mesin pesawat. kan—mungkin mereka sudah terbiasa dengan orang berteriak bahasa yang kugunakan. Lengang sejenak di telepon genggam, menyisakan derum ha­ ”Kau, kau jangan berlebihan, Thomas. Ini hanya sebuah kon­ saat menelepon dari pesawatnya, toh mereka juga tidak paham lus mesin pesawat. kan—mungkin mereka sudah terbiasa dengan orang berteriak bahasa yang kugunakan. Lengang sejenak di telepon genggam, menyisakan derum ha­ saat menelepon dari pesawatnya, toh mereka juga tidak paham ”Kau, kau jangan berlebihan, Thomas. Ini hanya sebuah kon­ lus mesin pesawat. hidup-mati,” klien politikku berkata vensi. Bukan pertempuran kan—mungkin mereka sudah terbiasa dengan orang berteriak bahasa yang kugunakan. Lengang sejenak di telepon genggam, menyisakan derum ha­ berlebihan, Thomas. Ini hanya sebuah kon­ saat menelepon dari pesawatnya, toh mereka juga tidak paham lus mesin pesawat. hidup-mati,” klien politikku berkata vensi. Bukan pertempuran kan—mungkin mereka sudah terbiasa dengan orang berteriak bahasa yang kugunakan. ”Kau, kau jangan berlebihan, Thomas. Ini hanya sebuah kon­ Lengang sejenak di telepon genggam, menyisakan derum ha­ saat menelepon dari pesawatnya, toh mereka juga tidak paham hidup-mati,” klien politikku berkata vensi. Bukan pertempuran lus mesin pesawat. bahasa yang kugunakan. ”Kau, kau jangan berlebihan, Thomas. Ini hanya sebuah kon­ saat menelepon dari pesawatnya, toh mereka juga tidak paham Lengang sejenak di telepon genggam, menyisakan derum ha­ lus mesin pesawat. hidup-mati,” klien politikku berkata vensi. Bukan pertempuran bahasa yang kugunakan. ”Kau, kau jangan berlebihan, Thomas. Ini hanya sebuah kon­ saat menelepon dari pesawatnya, toh mereka juga tidak paham Lengang sejenak di telepon genggam, menyisakan derum ha­ lus mesin pesawat. bahasa yang kugunakan. hidup-mati,” klien politikku berkata vensi. Bukan pertempuran ”Kau, kau jangan berlebihan, Thomas. Ini hanya sebuah kon­ pelan, suaranya bahkan terdengar serak, ”Atau entahlah, memang saat menelepon dari pesawatnya, toh mereka juga tidak paham Lengang sejenak di telepon genggam, menyisakan derum ha­ lus mesin pesawat. hidup-mati,” klien politikku berkata bahasa yang kugunakan. ”Kau, kau jangan berlebihan, Thomas. Ini hanya sebuah kon­ pelan, suaranya bahkan terdengar serak, ”Atau entahlah, memang saat menelepon dari pesawatnya, toh mereka juga tidak paham Lengang sejenak di telepon genggam, menyisakan derum ha­ hidup-mati,” klien politikku berkata vensi. Bukan pertempuran lus mesin pesawat. bahasa yang kugunakan. pelan, suaranya bahkan terdengar serak, ”Atau entahlah, memang ”Kau, kau jangan berlebihan, Thomas. Ini hanya sebuah kon­ Lengang sejenak di telepon genggam, menyisakan derum ha­ hidup-mati,” klien politikku berkata vensi. Bukan pertempuran bahasa yang kugunakan. lus mesin pesawat. ”Kau, kau jangan berlebihan, Thomas. Ini hanya sebuah kon­ pelan, suaranya bahkan terdengar serak, ”Atau entahlah, memang Lengang sejenak di telepon genggam, menyisakan derum ha­ hidup-mati,” klien politikku berkata vensi. Bukan pertempuran bahasa yang kugunakan. lus mesin pesawat. ”Kau, kau jangan berlebihan, Thomas. Ini hanya sebuah kon­ pelan, suaranya bahkan terdengar serak, ”Atau entahlah, memang Lengang sejenak di telepon genggam, menyisakan derum ha­ hidup-mati,” klien politikku berkata vensi. Bukan pertempuran sebuah pertempuran.” bahasa yang kugunakan. lus mesin pesawat. ”Kau, kau jangan berlebihan, Thomas. Ini hanya sebuah kon­ pelan, suaranya bahkan terdengar serak, ”Atau entahlah, memang Lengang sejenak di telepon genggam, menyisakan derum ha­ hidup-mati,” klien politikku berkata vensi. Bukan pertempuran sebuah pertempuran.” bahasa yang kugunakan. lus mesin pesawat. pelan, suaranya bahkan terdengar serak, ”Atau entahlah, memang ”Kau, kau jangan berlebihan, Thomas. Ini hanya sebuah kon­ Lengang sejenak di telepon genggam, menyisakan derum ha­ sebuah pertempuran.” hidup-mati,” klien politikku berkata vensi. Bukan pertempuran lus mesin pesawat. pelan, suaranya bahkan terdengar serak, ”Atau entahlah, memang Lengang sejenak di telepon genggam, menyisakan derum ha­ ”Kau, kau jangan berlebihan, Thomas. Ini hanya sebuah kon­ hidup-mati,” klien politikku berkata vensi. Bukan pertempuran sebuah pertempuran.” lus mesin pesawat. pelan, suaranya bahkan terdengar serak, ”Atau entahlah, memang Lengang sejenak di telepon genggam, menyisakan derum ha­ ”Kau, kau jangan berlebihan, Thomas. Ini hanya sebuah kon­ hidup-mati,” klien politikku berkata vensi. Bukan pertempuran sebuah pertempuran.” lus mesin pesawat. pelan, suaranya bahkan terdengar serak, ”Atau entahlah, memang Aku diam, mendengarkan. Lengang sejenak di telepon genggam, menyisakan derum ha­ ”Kau, kau jangan berlebihan, Thomas. Ini hanya sebuah kon­ hidup-mati,” klien politikku berkata vensi. Bukan pertempuran sebuah pertempuran.” lus mesin pesawat. pelan, suaranya bahkan terdengar serak, ”Atau entahlah, memang Aku diam, mendengarkan. Lengang sejenak di telepon genggam, menyisakan derum ha­ ”Kau, kau jangan berlebihan, Thomas. Ini hanya sebuah kon­ sebuah pertempuran.” hidup-mati,” klien politikku berkata vensi. Bukan pertempuran lus mesin pesawat. Aku diam, mendengarkan. pelan, suaranya bahkan terdengar serak, ”Atau entahlah, memang ”Kau, kau jangan berlebihan, Thomas. Ini hanya sebuah kon­ sebuah pertempuran.” lus mesin pesawat. hidup-mati,” klien politikku berkata vensi. Bukan pertempuran pelan, suaranya bahkan terdengar serak, ”Atau entahlah, memang Aku diam, mendengarkan. ”Kau, kau jangan berlebihan, Thomas. Ini hanya sebuah kon­ sebuah pertempuran.” lus mesin pesawat. hidup-mati,” klien politikku berkata vensi. Bukan pertempuran pelan, suaranya bahkan terdengar serak, ”Atau entahlah, memang Aku diam, mendengarkan. ”Kau, kau jangan berlebihan, Thomas. Ini hanya sebuah kon­ sebuah pertempuran.” ”Inilah yang selalu kukhawatirkan. Orang-orang terbaik, lus mesin pesawat. hidup-mati,” klien politikku berkata vensi. Bukan pertempuran pelan, suaranya bahkan terdengar serak, ”Atau entahlah, memang Aku diam, mendengarkan. ”Kau, kau jangan berlebihan, Thomas. Ini hanya sebuah kon­ sebuah pertempuran.” ”Inilah yang selalu kukhawatirkan. Orang-orang terbaik, lus mesin pesawat. hidup-mati,” klien politikku berkata vensi. Bukan pertempuran Aku diam, mendengarkan. pelan, suaranya bahkan terdengar serak, ”Atau entahlah, memang ”Kau, kau jangan berlebihan, Thomas. Ini hanya sebuah kon­ ”Inilah yang selalu kukhawatirkan. Orang-orang terbaik, sebuah pertempuran.” hidup-mati,” klien politikku berkata vensi. Bukan pertempuran Aku diam, mendengarkan. ”Kau, kau jangan berlebihan, Thomas. Ini hanya sebuah kon­ pelan, suaranya bahkan terdengar serak, ”Atau entahlah, memang sebuah pertempuran.” ”Inilah yang selalu kukhawatirkan. Orang-orang terbaik, hidup-mati,” klien politikku berkata vensi. Bukan pertempuran Aku diam, mendengarkan. ”Kau, kau jangan berlebihan, Thomas. Ini hanya sebuah kon­ pelan, suaranya bahkan terdengar serak, entahlah, memang sebuah pertempuran.” ”Inilah yang selalu kukhawatirkan. Orang-orang terbaik, hidup-mati,” klien politikku berkata vensi. Bukan pertempuran Aku diam, mendengarkan. orang-orang terdekatku, dan itu adalah kau Thomas, memutus­ ”Kau, kau jangan berlebihan, Thomas. Ini hanya sebuah kon­ pelan, suaranya bahkan terdengar serak, ”Atau ”Atau entahlah, memang sebuah pertempuran.” ”Inilah yang selalu kukhawatirkan. Orang-orang terbaik, hidup-mati,” klien politikku berkata vensi. Bukan pertempuran Aku diam, mendengarkan. orang-orang terdekatku, dan itu adalah kau Thomas, memutus­ ”Kau, kau jangan berlebihan, Thomas. Ini hanya sebuah kon­ pelan, suaranya bahkan terdengar serak, ”Atau entahlah, memang ”Inilah yang selalu kukhawatirkan. Orang-orang terbaik, sebuah pertempuran.” hidup-mati,” klien politikku berkata vensi. Bukan pertempuran Aku diam, mendengarkan. orang-orang terdekatku, dan itu adalah kau Thomas, memutus­ pelan, suaranya bahkan terdengar serak, ”Atau entahlah, memang ”Inilah yang selalu kukhawatirkan. Orang-orang terbaik, hidup-mati,” klien politikku berkata vensi. Bukan pertempuran sebuah pertempuran.” Aku diam, mendengarkan. orang-orang terdekatku, dan itu adalah kau Thomas, memutus­ pelan, suaranya bahkan terdengar serak, ”Atau entahlah, memang ”Inilah yang selalu kukhawatirkan. Orang-orang terbaik, hidup-mati,” klien politikku berkata vensi. Bukan pertempuran Aku diam, mendengarkan. sebuah pertempuran.” orang-orang terdekatku, dan itu adalah kau Thomas, memutus­ pelan, suaranya bahkan terdengar serak, ”Atau entahlah, memang ”Inilah yang selalu kukhawatirkan. Orang-orang terbaik, kan mengangkat senjata, berperang demi seseorang yang boleh hidup-mati,” klien politikku berkata vensi. Bukan pertempuran sebuah pertempuran.” Aku diam, mendengarkan. orang-orang terdekatku, dan itu adalah kau Thomas, memutus­ pelan, suaranya bahkan terdengar serak, ”Atau entahlah, memang ”Inilah yang selalu kukhawatirkan. Orang-orang terbaik, kan mengangkat senjata, berperang demi seseorang yang boleh hidup-mati,” klien politikku berkata vensi. Bukan pertempuran sebuah pertempuran.” orang-orang terdekatku, dan itu adalah kau Thomas, memutus­ Aku diam, mendengarkan. pelan, suaranya bahkan serak, ”Atau entahlah, memang ”Inilah yang selalu kukhawatirkan. Orang-orang terbaik, kan mengangkat senjata, berperang demi seseorang yang boleh sebuah pertempuran.” orang-orang terdekatku, dan itu kau Thomas, memutus­ pelan, suaranya bahkan terdengar serak, ”Atau entahlah, memang Aku diam, mendengarkan. ”Inilah yang selalu kukhawatirkan. Orang-orang terbaik, kan mengangkat senjata,terdengar berperang demi seseorang yang boleh sebuah pertempuran.” orang-orang terdekatku, dan itu adalah adalah kau Thomas, memutus­ ”Inilah yang selalu kukhawatirkan. Orang-orang terbaik, pelan, suaranya bahkan terdengar serak, ”Atau entahlah, memang Aku diam, mendengarkan. kan mengangkat senjata, berperang demi seseorang yang boleh sebuah pertempuran.” orang-orang terdekatku, dan itu adalah kau Thomas, memutus­ jadi tidak layak didukung. Seseorang yang bahkan tidak berhak pelan, suaranya bahkan terdengar serak, ”Atau entahlah, memang Aku diam, mendengarkan. ”Inilah yang selalu kukhawatirkan. Orang-orang terbaik, kan mengangkat senjata, berperang demi seseorang yang boleh sebuah pertempuran.” orang-orang terdekatku, dan itu adalah kau Thomas, memutus­ jadi tidak layak didukung. Seseorang yang bahkan tidak berhak pelan, suaranya bahkan terdengar serak, ”Atau entahlah, memang Aku diam, mendengarkan. kan mengangkat senjata, berperang demi seseorang yang boleh ”Inilah yang selalu kukhawatirkan. Orang-orang terbaik, orang-orang terdekatku, dan itu adalah kau Thomas, memutus­ sebuah pertempuran.” jadi tidak layak didukung. Seseorang yang bahkan tidak berhak Aku diam, mendengarkan. kan mengangkat senjata, berperang demi seseorang yang boleh sebuah pertempuran.” ”Inilah yang selalu kukhawatirkan. Orang-orang terbaik, orang-orang terdekatku, dan itu adalah adalah kau Thomas, memutus­ jadi tidak layak didukung. Seseorang yang bahkan tidak berhak Aku diam, mendengarkan. kan mengangkat senjata, berperang demi seseorang yang boleh orang-orang terdekatku, dan itu kau Thomas, memutus­ sebuah pertempuran.” ”Inilah yang selalu kukhawatirkan. Orang-orang terbaik, jadi tidak layak didukung. Seseorang yang bahkan tidak berhak Aku diam, mendengarkan. kan mengangkat senjata, berperang demi seseorang yang boleh dibela. Ya Tuhan, ini kadang terlalu berat bahkan untuk dipikir­ sebuah pertempuran.” ”Inilah yang selalu kukhawatirkan. Orang-orang terbaik, orang-orang terdekatku, dan itu adalah kau Thomas, memutus­ jadi tidak layak didukung. Seseorang yang bahkan tidak berhak Aku diam, mendengarkan. kan mengangkat senjata, berperang demi seseorang yang boleh dibela. Ya Tuhan, ini kadang terlalu berat bahkan untuk dipikir­ sebuah pertempuran.” ”Inilah yang selalu kukhawatirkan. Orang-orang terbaik, jadi tidak layak didukung. Seseorang yang bahkan tidak berhak orang-orang terdekatku, dan itu adalah kau Thomas, memutus­ kan mengangkat senjata, berperang demi seseorang yang boleh Aku diam, mendengarkan. dibela. Ya Tuhan, ini kadang terlalu berat bahkan untuk dipikir­ ”Inilah yang selalu kukhawatirkan. Orang-orang terbaik, jadi tidak layak didukung. Seseorang yang bahkan tidak berhak Aku diam, mendengarkan. orang-orang terdekatku, dan itu adalah kau Thomas, memutus­ kan mengangkat senjata, berperang demi seseorang yang boleh dibela. Ya Tuhan, ini kadang terlalu berat bahkan untuk dipikir­ ”Inilah yang selalu kukhawatirkan. Orang-orang terbaik, jadi tidak layak didukung. Seseorang yang bahkan tidak berhak kan mengangkat senjata, berperang demi seseorang yang boleh Aku diam, mendengarkan. orang-orang terdekatku, dan itu adalah kau Thomas, memutus­ dibela. Ya Tuhan, ini kadang terlalu berat bahkan untuk dipikir­ ”Inilah yang selalu kukhawatirkan. Orang-orang terbaik, jadi tidak layak didukung. Seseorang yang bahkan tidak berhak kan. Harapan. Mimpi-mimpi. Cita-cita. Semua niat mulia itu, Aku diam, mendengarkan. orang-orang terdekatku, dan itu adalah kau Thomas, memutus­ kan mengangkat senjata, berperang demi seseorang yang boleh dibela. Ya Tuhan, ini kadang terlalu berat bahkan untuk dipikir­ ”Inilah yang selalu kukhawatirkan. Orang-orang terbaik, jadi tidak layak didukung. Seseorang yang bahkan tidak berhak kan. Harapan. Mimpi-mimpi. Cita-cita. Semua niat mulia itu, Aku diam, mendengarkan. orang-orang terdekatku, dan itu adalah kau Thomas, memutus­ dibela. Ya Tuhan, ini kadang terlalu berat bahkan untuk dipikir­ kan mengangkat senjata, berperang demi seseorang yang boleh jadi tidak layak didukung. Seseorang yang bahkan tidak berhak ”Inilah yang selalu kukhawatirkan. Orang-orang terbaik, kan. Harapan. Mimpi-mimpi. Cita-cita. Semua niat mulia itu, orang-orang terdekatku, dan itu adalah kau Thomas, memutus­ dibela. Ya Tuhan, ini kadang terlalu berat bahkan untuk dipikir­ ”Inilah yang selalu kukhawatirkan. Orang-orang terbaik, kan mengangkat senjata, berperang demi seseorang yang boleh jadi tidak layak didukung. Seseorang yang bahkan tidak berhak kan. Harapan. Mimpi-mimpi. Cita-cita. Semua niat mulia itu, orang-orang terdekatku, dan itu adalah kau Thomas, memutus­ dibela. Ya Tuhan, ini kadang terlalu berat bahkan untuk dipikir­ jadi tidak layak didukung. Seseorang yang bahkan tidak berhak ”Inilah yang selalu kukhawatirkan. Orang-orang terbaik, kan mengangkat senjata, berperang demi seseorang yang boleh kan. Harapan. Mimpi-mimpi. Cita-cita. Semua niat mulia itu, orang-orang terdekatku, dan itu adalah kau Thomas, memutus­ dibela. Ya Tuhan, ini kadang terlalu berat bahkan untuk dipikir­ semua keinginan baik itu. Aku boleh jadi orang pertama yang ”Inilah yang selalu kukhawatirkan. Orang-orang terbaik, kan mengangkat senjata, berperang demi seseorang yang boleh jadi tidak layak didukung. Seseorang yang bahkan tidak berhak kan. Harapan. Mimpi-mimpi. Cita-cita. Semua niat mulia itu, orang-orang terdekatku, dan itu adalah kau Thomas, memutus­ dibela. Ya Tuhan, ini kadang terlalu berat bahkan untuk dipikir­ semua keinginan baik itu. Aku boleh jadi orang pertama yang ”Inilah yang selalu kukhawatirkan. Orang-orang terbaik, kan mengangkat senjata, berperang demi seseorang yang boleh kan. Harapan. Mimpi-mimpi. Cita-cita. Semua niat mulia itu, jadi tidak layak didukung. Seseorang yang bahkan tidak berhak dibela. Ya Tuhan, ini kadang terlalu berat bahkan untuk dipikir­ orang-orang terdekatku, dan itu adalah kau Thomas, memutus­ semua keinginan baik itu. Aku boleh jadi orang pertama yang kan mengangkat senjata, berperang demi seseorang yang boleh kan. Harapan. Mimpi-mimpi. Cita-cita. Semua niat mulia itu, orang-orang terdekatku, dan itu adalah kau Thomas, memutus­ jadi tidak layak didukung. Seseorang yang bahkan tidak berhak dibela. Ya Tuhan, ini kadang terlalu berat bahkan untuk dipikir­ semua keinginan baik itu. Aku boleh jadi orang pertama yang kan mengangkat senjata, berperang demi seseorang yang boleh kan. Harapan. Mimpi-mimpi. Cita-cita. Semua niat mulia itu, dibela. Ya Tuhan, ini kadang terlalu berat bahkan untuk dipikir­ orang-orang terdekatku, dan itu adalah kau Thomas, memutus­ jadi tidak layak didukung. Seseorang yang bahkan tidak berhak semua keinginan baik itu. Aku boleh jadi orang pertama yang kan mengangkat senjata, berperang demi seseorang yang boleh kan. Harapan. Mimpi-mimpi. Cita-cita. Semua niat mulia itu, akan mengotori itu semua, Thomas. Dengan tanganku sendiri. orang-orang terdekatku, dan itu adalah kau Thomas, memutus­ jadi tidak layak didukung. Seseorang yang bahkan tidak berhak dibela. Ya Tuhan, ini kadang terlalu berat bahkan untuk dipikir­ semua keinginan baik itu. Aku boleh jadi orang pertama yang kan mengangkat senjata, berperang demi seseorang yang boleh kan. Harapan. Mimpi-mimpi. Cita-cita. Semua niat mulia itu, akan mengotori itu semua, Thomas. Dengan tanganku sendiri. orang-orang terdekatku, dan itu adalah kau Thomas, memutus­ jadi tidak layak didukung. Seseorang yang bahkan tidak berhak semua keinginan baik itu. Aku boleh jadi orang pertama yang dibela. Ya Tuhan, ini kadang terlalu berat bahkan untuk dipikir­ kan. Harapan. Mimpi-mimpi. Cita-cita. Semua niat mulia itu, kan mengangkat senjata, berperang demi seseorang yang boleh akan mengotori itu semua, Thomas. Dengan tanganku sendiri. jadi tidak layak didukung. Seseorang yang bahkan tidak berhak semua keinginan baik itu. Aku boleh jadi orang pertama yang kan mengangkat senjata, berperang demi seseorang yang boleh dibela. Ya Tuhan, ini kadang terlalu berat bahkan untuk dipikir­ kan. Harapan. Mimpi-mimpi. Cita-cita. Semua niat mulia itu, akan mengotori itu semua, Thomas. Dengan tanganku sendiri. jadi tidak layak didukung. Seseorang yang bahkan tidak berhak semua keinginan baik itu. Aku boleh jadi orang pertama yang kan. Harapan. Mimpi-mimpi. Cita-cita. Semua niat mulia itu, kan mengangkat senjata, berperang demi seseorang yang boleh dibela. Ya Tuhan, ini kadang terlalu berat bahkan untuk dipikir­ akan mengotori itu semua, Thomas. Dengan tanganku sendiri. jadi tidak layak didukung. Seseorang yang bahkan tidak berhak semua keinginan baik itu. Aku boleh jadi orang pertama yang Aku boleh jadi tidak pernah layak untuk dibela.” Suara di sebe­ kan mengangkat senjata, berperang demi seseorang yang boleh dibela. Ya Tuhan, ini kadang terlalu berat bahkan untuk dipikir­ kan. Harapan. Mimpi-mimpi. Cita-cita. Semua niat mulia itu, akan mengotori itu semua, Thomas. Dengan tanganku sendiri. jadi tidak layak didukung. Seseorang yang bahkan tidak berhak semua keinginan baik itu. Aku boleh jadi orang pertama yang Aku boleh jadi tidak pernah layak untuk dibela.” Suara di sebe­ kan mengangkat senjata, berperang demi seseorang yang boleh dibela. Ya Tuhan, ini kadang terlalu berat bahkan untuk dipikir­ akan mengotori itu semua, Thomas. Dengan tanganku sendiri. kan. Harapan. Mimpi-mimpi. Cita-cita. Semua niat mulia itu, semua keinginan baik itu. Aku boleh jadi orang pertama yang jadi tidak layak didukung. Seseorang yang bahkan tidak berhak Aku boleh jadi tidak pernah layak untuk dibela.” Suara di sebe­ dibela. Ya Tuhan, ini kadang terlalu berat bahkan untuk dipikir­ akan mengotori itu semua, Thomas. Dengan tanganku sendiri. jadi tidak layak didukung. Seseorang yang bahkan tidak berhak kan. Harapan. Mimpi-mimpi. Cita-cita. Semua niat mulia itu, semua keinginan baik itu. Aku boleh jadi orang pertama yang Aku boleh jadi tidak pernah layak untuk dibela.” Suara di sebe­ dibela. Ya Tuhan, ini kadang terlalu berat bahkan untuk dipikir­ akan mengotori itu semua, Thomas. Dengan tanganku sendiri. semua keinginan baik itu. Aku boleh jadi orang pertama yang jadi tidak layak didukung. Seseorang yang bahkan tidak berhak kan. Harapan. Mimpi-mimpi. Cita-cita. Semua niat mulia itu, Aku boleh jadi tidak pernah layak untuk dibela.” Suara di sebe­ dibela. Ya Tuhan, ini kadang terlalu berat bahkan untuk dipikir­ akan mengotori itu semua, Thomas. Dengan tanganku sendiri. rang telepon semakin serak. jadi tidak layak didukung. Seseorang yang bahkan tidak berhak kan. Harapan. Mimpi-mimpi. Cita-cita. Semua niat mulia itu, semua keinginan baik itu. Aku boleh jadi orang pertama yang Aku boleh jadi tidak pernah layak untuk dibela.” Suara di sebe­ dibela. Ya Tuhan, ini kadang terlalu berat bahkan untuk dipikir­ akan mengotori itu semua, Thomas. Dengan tanganku sendiri. rang telepon semakin serak. jadi tidak layak didukung. Seseorang yang bahkan tidak berhak kan. Harapan. Mimpi-mimpi. Cita-cita. Semua niat mulia itu, Aku boleh jadi tidak pernah layak untuk dibela.” Suara di sebe­ semua keinginan baik itu. Aku boleh jadi orang pertama yang akan mengotori itu semua, Thomas. Dengan tanganku sendiri. dibela. Ya Tuhan, ini kadang terlalu berat bahkan untuk dipikir­ rang telepon semakin serak. kan. Harapan. Mimpi-mimpi. Cita-cita. Semua niat mulia itu, Aku boleh jadi tidak pernah layak untuk dibela.” Suara di sebe­ dibela. Ya Tuhan, ini kadang terlalu berat bahkan untuk dipikir­ semua keinginan baik itu. Aku boleh jadi orang pertama yang akan mengotori itu semua, Thomas. Dengan tanganku sendiri. rang telepon semakin serak. kan. Harapan. Mimpi-mimpi. Cita-cita. Semua niat mulia itu, Aku boleh jadi tidak pernah layak untuk dibela.” Suara di sebe­ akan mengotori itu semua, Thomas. Dengan tanganku sendiri. rang telepon semakin serak. dibela. Ya Tuhan, ini kadang terlalu berat bahkan untuk dipikir­ semua keinginan baik itu. Aku boleh jadi orang pertama yang kan. Harapan. Mimpi-mimpi. Cita-cita. niat mulia itu, Aku boleh jadi tidak pernah layak untuk dibela.” Suara di sebe­ dibela. Ya Tuhan, inisemua, kadang terlalu berat bahkan untuk dipikir­ semua keinginan baik itu. Aku boleh jadiSemua orang pertama yang akan mengotori itu Thomas. Dengan tanganku sendiri. rang telepon semakin serak. kan. Harapan. Mimpi-mimpi. Cita-cita. Semua niat mulia itu,



Apakah ada diApakah dunia inimasih seorang politikus dengan hati mulia Gumpalan awan putih terlihat sejauh mata memandang. Aku diam, menelan ludah, menatap keluar jendela pesawat. lantas semua orang berdiri rapat di belakangnya, nyak orang, Nelson Mandela? Yang berteriak tentang moralitas di depan ba­ dan niat lurus? ada seorang Gandhi? Seorang Apakah ada di dunia ini seorang politikus dengan hati mulia Gumpalan awan putih terlihat sejauh mata memandang. Aku diam, menelan ludah, menatap keluar jendela pesawat. lantas semua orang berdiri rapat di belakangnya, nyak orang, Nelson Mandela? Yang berteriak tentang moralitas di depan ba­ dan niat lurus? Apakah masih ada seorang Gandhi? Seorang Apakah ada di dunia ini seorang politikus dengan hati mulia Gumpalan awan putih terlihat sejauh mata memandang. Aku diam, menelan ludah, menatap keluar jendela pesawat. lantas semua orang berdiri rapat di belakangnya, nyak orang, Nelson Mandela? Yang berteriak tentang moralitas di depan ba­ dan niat lurus? Apakah masih ada seorang Gandhi? Seorang Apakah ada di dunia ini seorang politikus dengan hati mulia Gumpalan awan putih terlihat sejauh mata memandang. Aku diam, menelan ludah, menatap keluar jendela pesawat. lantas semua orang berdiri rapat di belakangnya, nyak orang, Nelson Mandela? Yang berteriak tentang moralitas di depan ba­ dan niat lurus? Apakah masih ada seorang Gandhi? Seorang Apakah ada di dunia ini seorang politikus dengan hati mulia Gumpalan awan putih terlihat sejauh mata memandang. rela mati mendukung semua prinsip itu terwujud? Apakah ma­ lantas semua orang berdiri rapat di belakangnya, nyak orang, Nelson Mandela? Yang berteriak tentang moralitas di depan ba­ dan niat lurus? Apakah masih ada seorang Gandhi? Seorang Apakah ada di dunia ini seorang politikus dengan hati mulia Gumpalan awan putih terlihat sejauh mata memandang. rela mati mendukung semua prinsip itu terwujud? Apakah ma­ lantas semua orang berdiri rapat di belakangnya, nyak orang, Nelson Mandela? Yang berteriak tentang moralitas di depan ba­ dan niat lurus? Apakah masih ada seorang Gandhi? Seorang Apakah ada di dunia ini seorang politikus dengan hati mulia Gumpalan awan putih terlihat sejauh mata memandang. rela mati mendukung semua prinsip itu terwujud? Apakah ma­ lantas semua orang berdiri rapat di belakangnya, nyak orang, Nelson Mandela? Yang berteriak tentang moralitas di depan ba­ dan niat lurus? Apakah masih ada seorang Gandhi? Seorang Apakah ada di dunia ini seorang politikus dengan hati mulia Gumpalan awan putih terlihat sejauh mata memandang. rela mati mendukung semua prinsip itu terwujud? Apakah ma­ lantas semua orang berdiri rapat di belakangnya, nyak orang, Nelson Mandela? Yang berteriak tentang moralitas di depan ba­ dan niat lurus? Apakah masih ada seorang Gandhi? Seorang Apakah ada di dunia ini seorang politikus dengan hati mulia Gumpalan awan putih terlihat sejauh mata memandang. rela mati mendukung semua prinsip itu terwujud? Apakah ma­ lantas semua orang berdiri rapat di belakangnya, nyak orang, Nelson Mandela? Yang berteriak tentang moralitas di depan ba­ dan niat lurus? Apakah masih ada seorang Gandhi? Seorang Apakah ada di dunia ini seorang politikus dengan hati mulia sih ada? rela mati mendukung semua prinsip itu terwujud? Apakah ma­ lantas semua orang berdiri rapat di belakangnya, nyak orang, Nelson Mandela? Yang berteriak tentang moralitas di depan ba­ dan niat lurus? Apakah masih ada seorang Gandhi? Seorang Apakah ada di dunia ini seorang politikus dengan hati mulia sih ada? rela mati mendukung semua prinsip itu terwujud? Apakah ma­ lantas semua orang berdiri rapat di belakangnya, nyak orang, Nelson Mandela? Yang berteriak tentang moralitas di depan ba­ dan niat lurus? Apakah masih ada seorang Gandhi? Seorang Apakah ada di dunia ini seorang politikus dengan hati mulia sih ada? rela mati mendukung semua prinsip itu terwujud? Apakah ma­ lantas semua orang berdiri rapat di belakangnya, nyak orang, Nelson Mandela? Yang berteriak tentang moralitas di depan ba­ dan niat lurus? Apakah masih ada seorang Gandhi? Seorang Apakah ada di dunia ini seorang politikus dengan hati mulia sih ada? rela mati mendukung semua prinsip itu terwujud? Apakah ma­ lantas semua orang berdiri rapat di belakangnya, nyak orang, Nelson Mandela? Yang berteriak tentang moralitas di depan ba­ dan niat lurus? Apakah masih ada seorang Gandhi? Seorang Apakah ada di dunia ini seorang politikus dengan hati mulia sih ada? rela mati mendukung semua prinsip itu terwujud? Apakah ma­ lantas semua orang berdiri rapat di belakangnya, nyak orang, Nelson Mandela? Yang berteriak tentang moralitas di depan ba­ dan niat lurus? Apakah masih ada seorang Gandhi? Seorang Maka jawabannya: selalu ada. Aku mengenal klien politik pa­ sih ada? rela mati mendukung semua prinsip itu terwujud? Apakah ma­ lantas semua orang berdiri rapat di belakangnya, nyak orang, Nelson Mandela? Yang berteriak tentang moralitas di depan ba­ dan niat lurus? Apakah masih ada seorang Gandhi? Seorang Maka jawabannya: selalu ada. Aku mengenal klien politik pa­ sih ada? rela mati mendukung semua prinsip itu terwujud? Apakah ma­ lantas semua orang berdiri rapat di belakangnya, nyak orang, Nelson Mandela? Yang berteriak tentang moralitas di depan ba­ dan niat lurus? Apakah masih ada seorang Gandhi? Seorang Maka jawabannya: selalu ada. Aku mengenal klien politik pa­ sih ada? rela mati mendukung semua prinsip itu terwujud? Apakah ma­ lantas semua orang berdiri rapat di belakangnya, nyak orang, Nelson Mandela? Yang berteriak tentang moralitas di depan ba­ dan niat lurus? Apakah masih ada seorang Gandhi? Seorang Maka jawabannya: selalu ada. Aku mengenal klien politik pa­ sih ada? rela mati mendukung semua prinsip itu terwujud? Apakah ma­ lantas semua orang berdiri rapat di belakangnya, nyak orang, Nelson Mandela? Yang berteriak tentang moralitas di depan ba­ dan niat lurus? Apakah masih ada seorang Gandhi? Seorang Maka jawabannya: selalu ada. Aku mengenal klien politik pa­ sih ada? rela mati mendukung semua prinsip itu terwujud? Apakah ma­ lantas semua orang berdiri rapat di belakangnya, nyak orang, Nelson Mandela? Yang berteriak tentang moralitas di depan ba­ ling pentingku ini setahun lalu setelah kejadian besar tersebut. Maka jawabannya: selalu ada. Aku mengenal klien politik pa­ sih ada? rela mati mendukung semua prinsip itu terwujud? Apakah ma­ lantas semua orang berdiri rapat di belakangnya, nyak orang, Nelson Mandela? Yang berteriak tentang moralitas di depan ba­ ling pentingku ini setahun lalu setelah kejadian besar tersebut. Maka jawabannya: selalu ada. Aku mengenal klien politik pa­ sih ada? rela mati mendukung semua prinsip itu terwujud? Apakah ma­ lantas semua orang berdiri rapat di belakangnya, nyak orang, Nelson Mandela? Yang berteriak tentang moralitas di depan ba­ ling pentingku ini setahun lalu setelah kejadian besar tersebut. Maka jawabannya: selalu ada. Aku mengenal klien politik pa­ sih ada? rela mati mendukung semua prinsip itu terwujud? Apakah ma­ lantas semua orang berdiri rapat di belakangnya, nyak orang, Nelson Mandela? Yang berteriak tentang moralitas di depan ba­ ling pentingku ini setahun lalu setelah kejadian besar tersebut. Maka jawabannya: selalu ada. Aku mengenal klien politik pa­ sih ada? rela mati mendukung semua prinsip itu terwujud? Apakah ma­ lantas semua orang berdiri rapat di belakangnya, nyak orang, Nelson Mandela? Yang berteriak tentang moralitas di depan ba­ ling pentingku ini setahun lalu setelah kejadian besar tersebut. Maka jawabannya: selalu ada. Aku mengenal klien politik pa­ sih ada? rela mati mendukung semua prinsip itu terwujud? Apakah ma­ lantas semua orang berdiri rapat di belakangnya, nyak orang, Kapal pesiarku, Pasifik, hilang. Om Liem masuk penjara. Jaksa ling pentingku ini setahun lalu setelah kejadian besar tersebut. Maka jawabannya: selalu ada. Aku mengenal klien politik pa­ sih ada? rela mati mendukung semua prinsip itu terwujud? Apakah ma­ lantas semua orang berdiri rapat di belakangnya, nyak orang, Kapal pesiarku, Pasifik, hilang. Om Liem masuk penjara. Jaksa ling pentingku ini setahun lalu setelah kejadian besar tersebut. Maka jawabannya: selalu ada. Aku mengenal klien politik pa­ sih ada? rela mati mendukung semua prinsip itu terwujud? Apakah ma­ lantas semua orang berdiri rapat di belakangnya, nyak orang, Kapal pesiarku, Pasifik, hilang. Om Liem masuk penjara. Jaksa ling pentingku ini setahun lalu setelah kejadian besar tersebut. Maka jawabannya: selalu ada. Aku mengenal klien politik pa­ sih ada? rela mati mendukung semua prinsip itu terwujud? Apakah ma­ lantas semua orang berdiri rapat di belakangnya, nyak orang, Kapal pesiarku, Pasifik, hilang. Om Liem masuk penjara. Jaksa ling pentingku ini setahun lalu setelah kejadian besar tersebut. Maka jawabannya: selalu ada. Aku mengenal klien politik pa­ sih ada? rela mati mendukung semua prinsip itu terwujud? Apakah ma­ lantas semua orang berdiri rapat di belakangnya, nyak orang, Kapal pesiarku, Pasifik, hilang. Om Liem masuk penjara. Jaksa ling pentingku ini setahun lalu setelah kejadian besar tersebut. Maka jawabannya: selalu ada. Aku mengenal klien politik pa­ sih ada? rela mati mendukung semua prinsip itu terwujud? Apakah ma­ menuntutnya dua puluh tahun penjara. Hakim menghukumnya Kapal pesiarku, Pasifik, hilang. Om Liem masuk penjara. Jaksa ling pentingku ini setahun lalu setelah kejadian besar tersebut. Maka jawabannya: selalu ada. Aku mengenal klien politik pa­ sih ada? rela mati mendukung semua prinsip itu terwujud? Apakah ma­ menuntutnya dua puluh tahun penjara. Hakim menghukumnya Kapal pesiarku, Pasifik, hilang. Om Liem masuk penjara. Jaksa ling pentingku ini setahun lalu setelah kejadian besar tersebut. Maka jawabannya: selalu ada. Aku mengenal klien politik pa­ sih ada? rela mati mendukung semua prinsip itu terwujud? Apakah ma­ menuntutnya dua puluh tahun penjara. Hakim menghukumnya Kapal pesiarku, Pasifik, hilang. Om Liem masuk penjara. Jaksa ling pentingku ini setahun lalu setelah kejadian besar tersebut. Maka jawabannya: selalu ada. Aku mengenal klien politik pa­ sih ada? rela mati mendukung semua prinsip itu terwujud? Apakah ma­ menuntutnya dua puluh tahun penjara. Hakim menghukumnya Kapal pesiarku, Pasifik, hilang. Om Liem masuk penjara. Jaksa ling pentingku ini setahun lalu setelah kejadian besar tersebut. Maka jawabannya: selalu ada. Aku mengenal klien politik pa­ sih ada? rela mati mendukung semua prinsip itu terwujud? Apakah ma­ menuntutnya dua puluh tahun penjara. Hakim menghukumnya Kapal pesiarku, Pasifik, hilang. Om Liem masuk penjara. Jaksa ling pentingku ini setahun lalu setelah kejadian besar tersebut. Maka jawabannya: selalu ada. Aku mengenal klien politik pa­ sih ada? empat tahun. Petinggi kepolisian dan kejaksaan itu tewas di­ menuntutnya dua puluh tahun penjara. Hakim menghukumnya Kapal pesiarku, Pasifik, hilang. Om Liem masuk penjara. Jaksa ling pentingku ini setahun lalu setelah kejadian besar tersebut. Maka jawabannya: selalu ada. Aku mengenal klien politik pa­ sih ada? empat tahun. Petinggi kepolisian dan kejaksaan itu tewas di­ menuntutnya dua puluh tahun penjara. Hakim menghukumnya Kapal pesiarku, Pasifik, hilang. Om Liem masuk penjara. Jaksa ling pentingku ini setahun lalu setelah kejadian besar tersebut. Maka jawabannya: selalu ada. Aku mengenal klien politik pa­ sih ada? empat tahun. Petinggi kepolisian dan kejaksaan itu tewas di­ menuntutnya dua puluh tahun penjara. Hakim menghukumnya Kapal pesiarku, Pasifik, hilang. Om Liem masuk penjara. Jaksa ling pentingku ini setahun lalu setelah kejadian besar tersebut. Maka jawabannya: selalu ada. Aku mengenal klien politik pa­ sih ada? empat tahun. Petinggi kepolisian dan kejaksaan itu tewas di­ menuntutnya dua puluh tahun penjara. Hakim menghukumnya Kapal pesiarku, Pasifik, hilang. Om Liem masuk penjara. Jaksa ling pentingku ini setahun lalu setelah kejadian besar tersebut. Maka jawabannya: selalu ada. Aku mengenal klien politik pa­ sih ada? empat tahun. Petinggi kepolisian dan kejaksaan itu tewas di­ menuntutnya dua puluh tahun penjara. Hakim menghukumnya Kapal pesiarku, Pasifik, hilang. Om Liem masuk penjara. Jaksa ling pentingku ini setahun lalu setelah kejadian besar tersebut. Maka jawabannya: selalu ada. Aku mengenal klien politik pa­ Ram, pengkhianat dalam keluarga racun teman sekongkolnya. empat tahun. Petinggi kepolisian dan kejaksaan itu tewas di­ menuntutnya dua puluh tahun penjara. Hakim menghukumnya Kapal pesiarku, Pasifik, hilang. Om Liem masuk penjara. Jaksa ling pentingku ini setahun lalu setelah kejadian besar tersebut. Maka jawabannya: selalu ada. Aku mengenal klien politik pa­ Ram, pengkhianat dalam keluarga racun teman sekongkolnya. empat tahun. Petinggi kepolisian dan kejaksaan itu tewas di­ menuntutnya dua puluh tahun penjara. Hakim menghukumnya Kapal pesiarku, Pasifik, hilang. Om Liem masuk penjara. Jaksa ling pentingku ini setahun lalu setelah kejadian besar tersebut. Maka jawabannya: selalu ada. Aku mengenal klien politik pa­ Ram, pengkhianat dalam keluarga racun teman sekongkolnya. empat tahun. Petinggi kepolisian dan kejaksaan itu tewas di­ menuntutnya dua puluh tahun penjara. Hakim menghukumnya Kapal pesiarku, Pasifik, hilang. Om Liem masuk penjara. Jaksa ling pentingku ini setahun lalu setelah kejadian besar tersebut. Maka jawabannya: selalu ada. Aku mengenal klien politik pa­ Ram, pengkhianat dalam keluarga racun teman sekongkolnya. empat tahun. Petinggi kepolisian dan kejaksaan itu tewas di­ menuntutnya dua puluh tahun penjara. Hakim menghukumnya Kapal pesiarku, Pasifik, hilang. Om Liem masuk penjara. Jaksa ling pentingku ini setahun lalu setelah kejadian besar tersebut. Maka jawabannya: selalu ada. Aku mengenal klien politik pa­ Ram, pengkhianat dalam keluarga racun teman sekongkolnya. empat tahun. Petinggi kepolisian dan kejaksaan itu tewas di­ menuntutnya dua puluh tahun penjara. Hakim menghukumnya Kapal pesiarku, Pasifik, hilang. Om Liem masuk penjara. Jaksa ling pentingku ini setahun lalu setelah kejadian besar tersebut. kami, menerima balasannya. Banyak orang jahat yang menerima Ram, pengkhianat dalam keluarga racun teman sekongkolnya. empat tahun. Petinggi kepolisian dan kejaksaan itu tewas di­ menuntutnya dua puluh tahun penjara. Hakim menghukumnya Kapal pesiarku, Pasifik, hilang. Om Liem masuk penjara. Jaksa ling pentingku ini setahun lalu setelah kejadian besar tersebut. kami, menerima balasannya. Banyak orang jahat yang menerima Ram, pengkhianat dalam keluarga racun teman sekongkolnya. empat tahun. Petinggi kepolisian dan kejaksaan itu tewas di­ menuntutnya dua puluh tahun penjara. Hakim menghukumnya Kapal pesiarku, Pasifik, hilang. Om Liem masuk penjara. Jaksa ling pentingku ini setahun lalu setelah kejadian besar tersebut. kami, menerima balasannya. Banyak orang jahat yang menerima Ram, pengkhianat dalam keluarga racun teman sekongkolnya. empat tahun. Petinggi kepolisian dan kejaksaan itu tewas di­ menuntutnya dua puluh tahun penjara. Hakim menghukumnya Kapal pesiarku, Pasifik, hilang. Om Liem masuk penjara. Jaksa ling pentingku ini setahun lalu setelah kejadian besar tersebut. kami, menerima balasannya. Banyak orang jahat yang menerima Ram, pengkhianat dalam keluarga racun teman sekongkolnya. empat tahun. Petinggi kepolisian dan kejaksaan itu tewas di­ menuntutnya dua puluh tahun penjara. Hakim menghukumnya Kapal pesiarku, Pasifik, hilang. Om Liem masuk penjara. Jaksa ling pentingku ini setahun lalu setelah kejadian besar tersebut. kami, menerima balasannya. Banyak orang jahat yang menerima Ram, pengkhianat dalam keluarga racun teman sekongkolnya. empat tahun. Petinggi kepolisian dan kejaksaan itu tewas di­ menuntutnya dua puluh tahun penjara. Hakim menghukumnya Kapal pesiarku, Pasifik, hilang. Om Liem masuk penjara. Jaksa balasan langsung di dunia ini, tapi lebih banyak lagi yang tidak, kami, menerima balasannya. Banyak orang jahat yang menerima Ram, pengkhianat dalam keluarga racun teman sekongkolnya. empat tahun. Petinggi kepolisian dan kejaksaan itu tewas di­ menuntutnya dua puluh tahun penjara. Hakim menghukumnya Kapal pesiarku, Pasifik, hilang. Om Liem masuk penjara. Jaksa balasan langsung di dunia ini, tapi lebih banyak lagi yang tidak, kami, menerima balasannya. Banyak orang jahat yang menerima Ram, pengkhianat dalam keluarga racun teman sekongkolnya. empat tahun. Petinggi kepolisian dan kejaksaan itu tewas di­ menuntutnya dua puluh tahun penjara. Hakim menghukumnya Kapal pesiarku, Pasifik, hilang. Om Liem masuk penjara. Jaksa balasan langsung di dunia ini, tapi lebih banyak lagi yang tidak, kami, menerima balasannya. Banyak orang jahat yang menerima Ram, pengkhianat dalam keluarga racun teman sekongkolnya. empat tahun. Petinggi kepolisian dan kejaksaan itu tewas di­ menuntutnya dua puluh tahun penjara. Hakim menghukumnya Kapal pesiarku, Pasifik, hilang. Om Liem masuk penjara. Jaksa balasan langsung di dunia ini, tapi lebih banyak lagi yang tidak, kami, menerima balasannya. Banyak orang jahat yang menerima Ram, pengkhianat dalam keluarga racun teman sekongkolnya. empat tahun. Petinggi kepolisian dan kejaksaan itu tewas di­ menuntutnya dua puluh tahun penjara. Hakim menghukumnya Kapal pesiarku, Pasifik, hilang. Om Liem masuk penjara. Jaksa balasan langsung di dunia ini, tapi lebih banyak lagi yang tidak, kami, menerima balasannya. Banyak orang jahat yang menerima Ram, pengkhianat dalam keluarga racun teman sekongkolnya. empat tahun. Petinggi kepolisian dan kejaksaan itu tewas di­ menuntutnya dua puluh tahun penjara. Hakim menghukumnya bahkan bebas berpesta di atas penderitaan orang lain. Sebalik­ balasan langsung di dunia ini, tapi lebih banyak lagi yang tidak, kami, menerima balasannya. Banyak orang jahat yang menerima Ram, pengkhianat dalam keluarga racun teman sekongkolnya. empat tahun. Petinggi kepolisian dan kejaksaan itu tewas di­ menuntutnya dua puluh tahun penjara. Hakim menghukumnya bahkan bebas berpesta di atas penderitaan orang lain. Sebalik­ balasan langsung di dunia ini, tapi lebih banyak lagi yang tidak, kami, menerima balasannya. Banyak orang jahat yang menerima Ram, pengkhianat dalam keluarga racun teman sekongkolnya. empat tahun. Petinggi kepolisian dan kejaksaan itu tewas di­ menuntutnya dua puluh tahun penjara. Hakim menghukumnya bahkan bebas berpesta di atas penderitaan orang lain. Sebalik­ balasan langsung di dunia ini, tapi lebih banyak lagi yang tidak, kami, menerima balasannya. Banyak orang jahat yang menerima Ram, pengkhianat dalam keluarga racun teman sekongkolnya. empat tahun. Petinggi kepolisian dan kejaksaan itu tewas di­ menuntutnya dua puluh tahun penjara. Hakim menghukumnya bahkan bebas berpesta di atas penderitaan orang lain. Sebalik­ balasan langsung di dunia ini, tapi lebih banyak lagi yang tidak, kami, menerima balasannya. Banyak orang jahat yang menerima Ram, pengkhianat dalam keluarga racun teman sekongkolnya. empat tahun. Petinggi kepolisian dan kejaksaan itu tewas di­ menuntutnya dua puluh tahun penjara. Hakim menghukumnya bahkan bebas berpesta di atas penderitaan orang lain. Sebalik­ balasan langsung di dunia ini, tapi lebih banyak lagi yang tidak, kami, menerima balasannya. Banyak orang jahat yang menerima Ram, pengkhianat dalam keluarga racun teman sekongkolnya. empat tahun. Petinggi kepolisian dan kejaksaan itu tewas di­ nya, banyak orang baik yang justru tersingkirkan dari dunia ini. bahkan bebas berpesta di atas penderitaan orang lain. Sebalik­ balasan langsung di dunia ini, tapi lebih banyak lagi yang tidak, kami, menerima balasannya. Banyak orang jahat yang menerima Ram, pengkhianat dalam keluarga racun teman sekongkolnya. empat tahun. Petinggi kepolisian dan kejaksaan itu tewas di­ nya, banyak orang baik yang justru tersingkirkan dari dunia ini. bahkan bebas berpesta di atas penderitaan orang lain. Sebalik­ balasan langsung di dunia ini, tapi lebih banyak lagi yang tidak, kami, menerima balasannya. Banyak orang jahat yang menerima Ram, pengkhianat dalam keluarga racun teman sekongkolnya. empat tahun. Petinggi kepolisian dan kejaksaan itu tewas di­ nya, banyak orang baik yang justru tersingkirkan dari dunia ini. bahkan bebas berpesta di atas penderitaan orang lain. Sebalik­ balasan langsung di dunia ini, tapi lebih banyak lagi yang tidak, kami, menerima balasannya. Banyak orang jahat yang menerima Ram, pengkhianat dalam keluarga racun teman sekongkolnya. empat tahun. Petinggi kepolisian dan kejaksaan itu tewas di­ nya, banyak orang baik yang justru tersingkirkan dari dunia ini. bahkan bebas berpesta di atas penderitaan orang lain. Sebalik­ balasan langsung di dunia ini, tapi lebih banyak lagi yang tidak, kami, menerima balasannya. Banyak orang jahat yang menerima Ram, pengkhianat dalam keluarga racun teman sekongkolnya. empat tahun. Petinggi kepolisian dan kejaksaan itu tewas di­ nya, banyak orang baik yang justru tersingkirkan dari dunia ini. bahkan bebas berpesta di atas penderitaan orang lain. Sebalik­ balasan langsung di dunia ini, tapi lebih banyak lagi yang tidak, kami, menerima balasannya. Banyak orang jahat yang menerima Ram, pengkhianat dalam keluarga racun teman sekongkolnya. Aku bertemu dengannya dalam penerbangan ke London. Dia nya, banyak orang baik yang justru tersingkirkan dari dunia ini. bahkan bebas berpesta di atas penderitaan orang lain. Sebalik­ balasan langsung di dunia ini, tapi lebih banyak lagi yang tidak, kami, menerima balasannya. Banyak orang jahat yang menerima Ram, pengkhianat dalam keluarga racun teman sekongkolnya. Aku bertemu dengannya dalam penerbangan ke London. Dia nya, banyak orang baik yang justru tersingkirkan dari dunia ini. bahkan bebas berpesta di atas penderitaan orang lain. Sebalik­ balasan langsung di dunia ini, tapi lebih banyak lagi yang tidak, kami, menerima balasannya. Banyak orang jahat yang menerima Ram, pengkhianat dalam keluarga racun teman sekongkolnya. Aku bertemu dengannya dalam penerbangan ke London. Dia nya, banyak orang baik yang justru tersingkirkan dari dunia ini. bahkan bebas berpesta di atas penderitaan orang lain. Sebalik­ balasan langsung di dunia ini, tapi lebih banyak lagi yang tidak, kami, menerima balasannya. Banyak orang jahat yang menerima Ram, pengkhianat dalam keluarga racun teman sekongkolnya. Aku bertemu dengannya dalam penerbangan ke London. Dia nya, banyak orang baik yang justru tersingkirkan dari dunia ini. bahkan bebas berpesta di atas penderitaan orang lain. Sebalik­ balasan langsung di dunia ini, tapi lebih banyak lagi yang tidak, kami, menerima balasannya. Banyak orang jahat yang menerima Ram, pengkhianat dalam keluarga racun teman sekongkolnya. Aku bertemu dengannya dalam penerbangan ke London. Dia nya, banyak orang baik yang justru tersingkirkan dari dunia ini. bahkan bebas berpesta di atas penderitaan orang lain. Sebalik­ balasan langsung dibaik dunia ini, tapi lebih banyak lagi yang tidak, kami, menerima balasannya. Banyak orang jahat yang menerima diundang salah satu lembaga donor internasional yang mengurus Aku bertemu dengannya dalam penerbangan ke London. Dia nya, banyak orang yang justru tersingkirkan dari dunia ini. bahkan bebas berpesta di atas penderitaan orang lain. Sebalik­ balasan langsung di dunia ini, tapi lebih banyak lagi yang tidak, kami, menerima balasannya. Banyak orang jahat yang menerima diundang salah satu lembaga donor internasional yang mengurus Aku bertemu dengannya dalam penerbangan ke London. Dia nya, banyak orang baik yang justru tersingkirkan dari dunia ini. bahkan bebas berpesta di atas penderitaan orang lain. Sebalik­ balasan langsung di dunia ini, tapi lebih banyak lagi yang tidak, kami, menerima balasannya. Banyak orang jahat yang menerima diundang salah satu lembaga donor internasional yang mengurus Aku bertemu dengannya dalam penerbangan ke London. Dia nya, banyak orang baik yang justru tersingkirkan dari dunia ini. bahkan bebas berpesta di atas penderitaan orang lain. Sebalik­ balasan langsung di dunia ini, tapi lebih banyak lagi yang tidak, kami, menerima balasannya. Banyak orang jahat yang menerima diundang salah satu lembaga donor internasional yang mengurus Aku bertemu dengannya dalam penerbangan ke London. Dia nya, banyak orang baik yang justru tersingkirkan dari dunia ini. bahkan bebas berpesta di atas penderitaan orang lain. Sebalik­ balasan langsung di dunia ini, tapi lebih banyak lagi yang tidak, kami, menerima balasannya. Banyak orang jahat yang menerima diundang salah satu lembaga donor internasional yang mengurus Aku bertemu dengannya dalam penerbangan ke London. Dia nya, banyak orang baik yang justru tersingkirkan dari dunia ini. bahkan bebas berpesta di atas penderitaan orang lain. Sebalik­ balasan langsung di dunia ini, tapi lebih banyak lagi yang tidak, kampanye civil society. Dia dinobatkan sebagai gubernur terbaik diundang salah satu lembaga donor internasional yang mengurus Aku bertemu dengannya dalam penerbangan ke London. Dia nya, banyak orang baik yang justru tersingkirkan dari dunia ini. bahkan bebas berpesta di atas penderitaan orang lain. Sebalik­ balasan langsung di dunia ini, tapi lebih banyak lagi yang tidak, kampanye civil society. Dia dinobatkan sebagai gubernur terbaik diundang salah satu lembaga donor internasional yang mengurus Aku bertemu dengannya dalam penerbangan ke London. Dia nya, banyak orang baik yang justru tersingkirkan dari dunia ini. bahkan bebas berpesta di atas penderitaan orang lain. Sebalik­ balasan langsung di dunia ini, tapi lebih banyak lagi yang tidak, kampanye civil society. Dia dinobatkan sebagai gubernur terbaik diundang salah satu lembaga donor internasional yang mengurus Aku bertemu dengannya dalam penerbangan ke London. Dia nya, banyak orang baik yang justru tersingkirkan dari dunia ini. bahkan bebas berpesta di atas penderitaan orang lain. Sebalik­ balasan langsung di dunia ini, tapi lebih banyak lagi yang tidak, kampanye civil society. Dia dinobatkan sebagai gubernur terbaik diundang salah satu lembaga donor internasional yang mengurus Aku bertemu dengannya dalam penerbangan ke London. Dia nya, banyak orang baik yang justru tersingkirkan dari dunia ini. bahkan bebas berpesta di atas penderitaan orang lain. Sebalik­ balasan langsung di dunia ini, tapi lebih banyak lagi yang tidak, kampanye civil society. Dia dinobatkan sebagai gubernur terbaik diundang salah satu lembaga donor internasional yang mengurus Aku bertemu dengannya dalam penerbangan ke London. Dia nya, banyak orang baik yang justru tersingkirkan dari dunia ini. bahkan bebas berpesta di atas penderitaan orang lain. Sebalik­ seluruh dunia. Lima tahun memimpin, begitu banyak kebijakan kampanye civil society. Dia dinobatkan sebagai gubernur terbaik diundang salah satu lembaga donor internasional yang mengurus Aku bertemu dengannya dalam penerbangan ke London. Dia nya, banyak orang baik yang justru tersingkirkan dari dunia ini. bahkan bebas berpesta di atas penderitaan orang lain. Sebalik­ seluruh dunia. Lima tahun memimpin, begitu banyak kebijakan kampanye civil society. Dia dinobatkan sebagai gubernur terbaik diundang salah satu lembaga donor internasional yang mengurus Aku bertemu dengannya dalam penerbangan ke London. Dia nya, banyak orang baik yang justru tersingkirkan dari dunia ini. bahkan bebas berpesta di atas penderitaan orang lain. Sebalik­ seluruh dunia. Lima tahun memimpin, begitu banyak kebijakan kampanye civil society. Dia dinobatkan sebagai gubernur terbaik diundang salah satu lembaga donor internasional yang mengurus Aku bertemu dengannya dalam penerbangan ke London. Dia nya, banyak orang baik yang justru tersingkirkan dari dunia ini. bahkan bebas berpesta di atas penderitaan orang lain. Sebalik­ seluruh dunia. Lima tahun memimpin, begitu banyak kebijakan kampanye civil society. Dia dinobatkan sebagai gubernur terbaik diundang salah satu lembaga donor internasional yang mengurus Aku bertemu dengannya dalam penerbangan ke London. Dia nya, banyak orang baik yang justru tersingkirkan dari dunia ini. bahkan bebas berpesta di atas penderitaan orang lain. Sebalik­ seluruh dunia. Lima tahun memimpin, begitu banyak kebijakan kampanye civil society. Dia dinobatkan sebagai gubernur terbaik diundang salah satu lembaga donor internasional yang mengurus Aku bertemu dengannya dalam penerbangan ke London. Dia nya, banyak orang baik yang justru tersingkirkan dari dunia ini. yang mendukung rakyat kecil, memajukan pendidikan, memberi­ seluruh dunia. Lima tahun memimpin, begitu banyak kebijakan kampanye civil society. Dia dinobatkan sebagai gubernur terbaik diundang salah satu lembaga donor internasional yang mengurus Aku bertemu dengannya dalam penerbangan ke London. Dia nya, banyak orang baik yang justru tersingkirkan dari dunia ini. yang mendukung rakyat kecil, memajukan pendidikan, memberi­ seluruh dunia. Lima tahun memimpin, begitu banyak kebijakan kampanye civil society. Dia dinobatkan sebagai gubernur terbaik diundang salah satu lembaga donor internasional yang mengurus Aku bertemu dengannya dalam penerbangan ke London. Dia nya, banyak orang baik yang justru tersingkirkan dari dunia ini. yang mendukung rakyat kecil, memajukan pendidikan, memberi­ seluruh dunia. Lima tahun memimpin, begitu banyak kebijakan kampanye civil society. Dia dinobatkan sebagai gubernur terbaik diundang salah satu lembaga donor internasional yang mengurus Aku bertemu dengannya dalam penerbangan ke London. Dia nya, banyak orang baik yang justru tersingkirkan dari dunia ini. yang mendukung rakyat kecil, memajukan pendidikan, memberi­ seluruh dunia. Lima tahun memimpin, begitu banyak kebijakan kampanye civil society. Dia dinobatkan sebagai gubernur terbaik diundang salah satu lembaga donor internasional yang mengurus Aku bertemu dengannya dalam penerbangan ke London. Dia nya, banyak orang baik yang justru tersingkirkan dari dunia ini. yang mendukung rakyat kecil, memajukan pendidikan, memberi­ seluruh dunia. Lima tahun memimpin, begitu banyak kebijakan kampanye civil society. Dia dinobatkan sebagai gubernur terbaik diundang salah satu lembaga donor internasional yang mengurus Aku bertemu dengannya dalam penerbangan ke London. Dia kan perlindungan kesehatan, dan menyejahterakan masyarakat yang mendukung rakyat kecil, memajukan pendidikan, memberi­ seluruh dunia. Lima tahun memimpin, begitu banyak kebijakan kampanye civil society. Dia dinobatkan sebagai gubernur terbaik diundang salah satu lembaga donor internasional yang mengurus Aku bertemu dengannya dalam penerbangan ke London. Dia kan perlindungan kesehatan, dan menyejahterakan masyarakat yang mendukung rakyat kecil, memajukan pendidikan, memberi­ seluruh dunia. Lima tahun memimpin, begitu banyak kebijakan kampanye civil society. Dia dinobatkan sebagai gubernur terbaik diundang salah satu lembaga donor internasional yang mengurus Aku bertemu dengannya dalam penerbangan ke London. Dia kan perlindungan kesehatan, dan menyejahterakan masyarakat yang mendukung rakyat kecil, memajukan pendidikan, memberi­ seluruh dunia. Lima tahun memimpin, begitu banyak kebijakan kampanye civil society. Dia dinobatkan sebagai gubernur terbaik diundang salah satu lembaga donor internasional yang mengurus Aku bertemu dengannya dalam penerbangan ke London. Dia kan perlindungan kesehatan, dan menyejahterakan masyarakat yang mendukung rakyat kecil, memajukan pendidikan, memberi­ seluruh dunia. Lima tahun memimpin, begitu banyak kebijakan kampanye civil society. Dia dinobatkan sebagai gubernur terbaik diundang salah satu lembaga donor internasional yang mengurus Aku bertemu dengannya dalam penerbangan ke London. Dia kan perlindungan kesehatan, dan menyejahterakan masyarakat yang mendukung rakyat kecil, memajukan pendidikan, memberi­ seluruh dunia. Lima tahun memimpin, begitu banyak kebijakan kampanye civil society. Dia dinobatkan sebagai gubernur terbaik diundang salah satu lembaga donor internasional yang mengurus banyak. Sepanjang penerbangan delapan jam Jakarta-London, kan perlindungan kesehatan, dan menyejahterakan masyarakat yang mendukung rakyat kecil, memajukan pendidikan, memberi­ seluruh dunia. Lima tahun memimpin, begitu banyak kebijakan kampanye civil society. Dia dinobatkan sebagai gubernur terbaik diundang salah satu lembaga donor internasional yang mengurus banyak. Sepanjang penerbangan delapan jam Jakarta-London, kan perlindungan kesehatan, dan menyejahterakan yang mendukung rakyat kecil, memajukan pendidikan, memberi­ seluruh dunia. tahun memimpin, begitu kebijakan kampanye civil Lima society. Dia dinobatkan sebagai gubernur terbaik diundang salah satu lembaga donor internasional yangmasyarakat mengurus banyak. Sepanjang penerbangan delapan jam banyak Jakarta-London, kan perlindungan kesehatan, dan menyejahterakan masyarakat yang mendukung rakyat kecil, memajukan pendidikan, memberi­ seluruh dunia. Lima tahun memimpin, begitu banyak kebijakan kampanye civil society. Dia dinobatkan sebagai gubernur terbaik diundang salah satu lembaga donor internasional yang mengurus banyak. Sepanjang penerbangan delapan jam Jakarta-London, kan perlindungan kesehatan, dan menyejahterakan masyarakat yang mendukung rakyat kecil, memajukan pendidikan, memberi­ seluruh dunia. Lima tahun memimpin, begitu banyak kebijakan kampanye civil society. Dia dinobatkan sebagai gubernur terbaik diundang salah satu lembaga donor internasional yang mengurus banyak. Sepanjang penerbangan delapan jam Jakarta-London, kan perlindungan kesehatan, dan menyejahterakan masyarakat yang mendukung rakyat kecil, memajukan pendidikan, memberi­ seluruh dunia. Lima tahun memimpin, begitu banyak kebijakan kampanye civil society. Dia dinobatkan sebagai gubernur terbaik aku duduk di Kami berkenalan. tersenyum ra­ banyak. Sepanjang penerbangan delapan jam Jakarta-London, kan perlindungan kesehatan, dan menyejahterakan masyarakat yang mendukung rakyat kecil, memajukan pendidikan, memberi­ seluruh dunia. Lima tahun memimpin, begitu banyak kebijakan kampanye civil society. Dia dinobatkan sebagai gubernur terbaik aku duduk di sebelahnya. sebelahnya. Kami berkenalan. Dia tersenyum ra­ banyak. Sepanjang penerbangan delapan jamDia Jakarta-London, kan perlindungan kesehatan, dan menyejahterakan masyarakat yang mendukung rakyat kecil, memajukan pendidikan, memberi­ seluruh dunia. Lima tahun memimpin, begitu banyak kebijakan kampanye civil society. Dia dinobatkan sebagai gubernur terbaik aku duduk di sebelahnya. Kami berkenalan. Dia tersenyum ra­ banyak. Sepanjang penerbangan delapan jam Jakarta-London, kan perlindungan kesehatan, dan menyejahterakan masyarakat yang mendukung rakyat kecil, memajukan pendidikan, memberi­ seluruh dunia. Lima tahun memimpin, begitu banyak kebijakan kampanye civil society. Dia dinobatkan sebagai gubernur terbaik aku duduk di sebelahnya. Kami berkenalan. Dia tersenyum ra­ banyak. Sepanjang penerbangan delapan jam Jakarta-London, kan perlindungan kesehatan, dan menyejahterakan masyarakat yang mendukung rakyat kecil, memajukan pendidikan, memberi­ seluruh dunia. Lima tahun memimpin, begitu banyak kebijakan kampanye civil society. Dia dinobatkan sebagai gubernur terbaik aku duduk di sebelahnya. Kami berkenalan. Dia tersenyum ra­ banyak. Sepanjang penerbangan delapan jam Jakarta-London, kan perlindungan kesehatan, dan menyejahterakan masyarakat yang mendukung rakyat kecil, memajukan pendidikan, memberi­ seluruh dunia. Lima tahun memimpin, begitu banyak kebijakan mah, tidak keberatan berbicara banyak hal, dan aku baru menya­ aku duduk di sebelahnya. Kami berkenalan. Dia tersenyum ra­ banyak. Sepanjang penerbangan delapan jam Jakarta-London, kan perlindungan kesehatan, dan menyejahterakan masyarakat yang mendukung rakyat kecil, memajukan pendidikan, memberi­ seluruh dunia. Lima tahun memimpin, begitu banyak kebijakan mah, tidak keberatan berbicara banyak hal, dan aku baru menya­ aku duduk di sebelahnya. Kami berkenalan. Dia tersenyum ra­ banyak. Sepanjang penerbangan delapan jam Jakarta-London, kan perlindungan kesehatan, dan menyejahterakan masyarakat yang mendukung rakyat kecil, memajukan pendidikan, memberi­ seluruh dunia. Lima tahun memimpin, begitu banyak kebijakan mah, tidak keberatan berbicara banyak hal, dan aku baru menya­ aku duduk di sebelahnya. Kami berkenalan. Dia tersenyum ra­ banyak. Sepanjang penerbangan delapan jam Jakarta-London, kan perlindungan kesehatan, dan menyejahterakan masyarakat yang mendukung rakyat kecil, memajukan pendidikan, memberi­ seluruh dunia. Lima tahun memimpin, begitu banyak kebijakan mah, tidak keberatan berbicara banyak hal, dan aku baru menya­ aku duduk di sebelahnya. Kami berkenalan. Dia tersenyum ra­ banyak. Sepanjang penerbangan delapan jam Jakarta-London, kan perlindungan kesehatan, dan menyejahterakan masyarakat yang mendukung rakyat kecil, memajukan pendidikan, memberi­ seluruh dunia. Lima tahun memimpin, begitu banyak kebijakan mah, tidak keberatan berbicara banyak hal, dan aku baru menya­ aku duduk di sebelahnya. Kami berkenalan. Dia tersenyum ra­ banyak. Sepanjang penerbangan delapan jam Jakarta-London, kan perlindungan kesehatan, dan menyejahterakan masyarakat yang mendukung rakyat kecil, memajukan pendidikan, memberi­ dari kalau dia selalu menggunakan uang pribadi saat melakukan mah, tidak keberatan berbicara banyak hal, dan aku baru menya­ aku duduk di sebelahnya. Kami berkenalan. Dia tersenyum ra­ banyak. Sepanjang penerbangan delapan jam Jakarta-London, kan perlindungan kesehatan, dan menyejahterakan masyarakat yang mendukung rakyat kecil, memajukan pendidikan, memberi­ dia selalu menggunakan uang pribadi saat melakukan dari kalau mah, tidak keberatan berbicara banyak hal, dan aku baru menya­ aku duduk di sebelahnya. Kami berkenalan. Dia tersenyum ra­ banyak. Sepanjang penerbangan delapan jam Jakarta-London, kan perlindungan kesehatan, dan menyejahterakan masyarakat yang mendukung rakyat kecil, memajukan pendidikan, memberi­ dari kalau dia selalu menggunakan uang pribadi saat melakukan mah, tidak keberatan berbicara banyak hal, dan aku baru menya­ aku duduk di sebelahnya. Kami berkenalan. Dia tersenyum ra­ banyak. Sepanjang penerbangan delapan jam Jakarta-London, kan perlindungan kesehatan, dan menyejahterakan masyarakat yang mendukung rakyat kecil, memajukan pendidikan, memberi­ dia selalu menggunakan uang pribadi saat melakukan dari kalau mah, tidak keberatan berbicara banyak hal, dan aku baru menya­ aku duduk di sebelahnya. Kami berkenalan. Dia tersenyum ra­ banyak. Sepanjang penerbangan delapan jam Jakarta-London, kan perlindungan kesehatan, dan menyejahterakan masyarakat yang mendukung rakyat kecil, memajukan pendidikan, memberi­ dari kalau dia selalu menggunakan uang pribadi saat melakukan mah, tidak keberatan berbicara banyak hal, dan aku baru menya­ aku duduk di sebelahnya. Kami berkenalan. Dia tersenyum ra­ banyak. Sepanjang penerbangan delapan jam Jakarta-London, kan perlindungan kesehatan, dan menyejahterakan masyarakat perjalanan. dia selalu menggunakan uang pribadi saat melakukan dari kalau mah, tidak keberatan berbicara banyak hal, dan aku baru menya­ aku duduk di sebelahnya. Kami berkenalan. Dia tersenyum ra­ banyak. Sepanjang penerbangan delapan jam Jakarta-London, kan perlindungan kesehatan, dan menyejahterakan masyarakat perjalanan. dia selalu menggunakan uang pribadi saat melakukan dari kalau mah, tidak keberatan berbicara banyak hal, dan aku baru menya­ aku duduk di sebelahnya. Kami berkenalan. Dia tersenyum ra­ banyak. Sepanjang penerbangan delapan jamDia Jakarta-London, kan duduk perlindungan kesehatan, dan menyejahterakan masyarakat perjalanan. dari kalau dia menggunakan uang pribadi saat melakukan mah, tidak keberatan berbicara banyak hal, dan aku baru menya­ aku di selalu sebelahnya. Kami berkenalan. tersenyum ra­ banyak. Sepanjang penerbangan delapan jam Jakarta-London,



sekali-sekali bolehlah bepergian. Jadi ini tidak pantas memakai hormati orang yang mengundang, kebetulan sudah lebih dari anggaran perjalanan dinas.” Dia menjelaskan dengan suara ber­ Thomas. Apalah arti sebuah piala, piagam. Aku hanya meng­ setahun tidak mengambil jatah libur Sabtu-Minggu, mungkin ”Tidak ada rakyat kecil yang diuntungkan atas perjalanan ini, sekali-sekali bolehlah bepergian. Jadi ini tidak pantas memakai hormati orang yang mengundang, kebetulan sudah lebih dari anggaran perjalanan dinas.” Dia menjelaskan dengan suara ber­ Thomas. Apalah arti sebuah piala, piagam. Aku hanya meng­ setahun mengambil jatah libur Sabtu-Minggu, mungkin sahabat, tatapan sederhana. Seolah tidak ada sedikit pun isti­ ”Tidak ada rakyat kecil yang diuntungkan atas perjalanan ini, sekali-sekali bepergian. Jadi ini tidak pantas memakai hormati orang yang mengundang, kebetulan sudah lebih dari Thomas. Apalah arti sebuah piala, piagam. Aku hanya meng­ anggaran perjalanan dinas.” Dia menjelaskan dengan suara ber­ setahun tidak mengambil jatah libur Sabtu-Minggu, mungkin sahabat, tatapan sederhana. Seolah tidak ada sedikit pun isti­ ”Tidaktidak adabolehlah rakyat kecil yang diuntungkan atas perjalanan ini, sekali-sekali bolehlah bepergian. Jadi ini tidak pantas memakai hormati orang yang mengundang, kebetulan sudah lebih dari Thomas. Apalah arti sebuah piala, piagam. Aku hanya meng­ anggaran perjalanan dinas.” Dia menjelaskan dengan suara ber­ setahun tidak mengambil jatah libur Sabtu-Minggu, mungkin sahabat, tatapan sederhana. Seolah tidak ada sedikit pun isti­ sekali-sekali bolehlah bepergian. Jadi ini tidak pantas memakai hormati orang yang mengundang, kebetulan sudah lebih dari Thomas. Apalah arti sebuah piala, piagam. Aku hanya meng­ anggaran perjalanan dinas.” Dia menjelaskan dengan suara ber­ setahun tidak mengambil jatah libur Sabtu-Minggu, mungkin sahabat, tatapan sederhana. Seolah tidak ada sedikit pun isti­ hormati orang yang mengundang, kebetulan sudah lebih dari sekali-sekali bolehlah bepergian. Jadi ini tidak pantas memakai Thomas. Apalah arti sebuah piala, piagam. Aku hanya meng­ anggaran perjalanan dinas.” Dia menjelaskan dengan suara ber­ setahun tidak mengambil jatah libur Sabtu-Minggu, mungkin sahabat, tatapan sederhana. Seolah tidak ada sedikit pun isti­ hormati orang yang mengundang, kebetulan sudah lebih dari sekali-sekali bolehlah bepergian. Jadi ini tidak pantas memakai mewanya fakta tersebut. Thomas. Apalah arti sebuah piala, piagam. Aku hanya meng­ anggaran perjalanan dinas.” Dia menjelaskan dengan suara ber­ setahun tidak mengambil jatah libur Sabtu-Minggu, mungkin hormati orang yang mengundang, kebetulan sudah lebih dari sahabat, tatapan sederhana. Seolah tidak ada sedikit pun isti­ sekali-sekali bolehlah bepergian. Jadi ini tidak pantas memakai mewanya fakta tersebut. Thomas. Apalah arti sebuah piala, piagam. Aku hanya meng­ anggaran perjalanan dinas.” Dia menjelaskan dengan suara ber­ setahun tidak mengambil jatah libur Sabtu-Minggu, mungkin hormati orang yang mengundang, sudah lebih dari sahabat, tatapan sederhana. Seolah tidak ada sedikit pun isti­ sekali-sekali bolehlah bepergian. Jadi ini tidak pantas memakai mewanya fakta tersebut. anggaran perjalanan dinas.” Dia menjelaskan dengan ber­ setahun tidak mengambil jatah libur Sabtu-Minggu, mungkin hormati orang yang mengundang, kebetulan sudah lebih dari sahabat, tatapan sederhana. Seolah tidak ada sedikit pun isti­ sekali-sekali bolehlah bepergian. Jadikebetulan ini tidak pantassuara memakai mewanya fakta tersebut. setahun tidak mengambil jatah libur Sabtu-Minggu, mungkin anggaran perjalanan dinas.” Dia menjelaskan dengan suara ber­ hormati orang yang mengundang, kebetulan sudah lebih dari sahabat, tatapan sederhana. Seolah tidak ada sedikit pun isti­ sekali-sekali bolehlah bepergian. Jadi ini tidak pantas memakai mewanya fakta tersebut. setahun tidak mengambil jatah libur Sabtu-Minggu, mungkin anggaran perjalanan dinas.” Dia menjelaskan dengan suara ber­ Aku terdiam lama. Itu salah satu momen spesial dalam hi­ hormati orang yang mengundang, kebetulan sudah lebih dari sahabat, tatapan sederhana. Seolah tidak ada sedikit pun isti­ sekali-sekali bolehlah bepergian. Jadi ini tidak pantas memakai setahun tidak mengambil jatah libur Sabtu-Minggu, mungkin mewanya fakta tersebut. anggaran perjalanan dinas.” Dia menjelaskan dengan suara ber­ Aku terdiam lama. Itu salah satu momen spesial dalam hi­ hormati orang yang mengundang, kebetulan sudah lebih dari sahabat, tatapan sederhana. Seolah tidak ada sedikit pun isti­ sekali-sekali bolehlah bepergian. Jadi ini tidak pantas memakai setahun tidak mengambil jatah libur Sabtu-Minggu, mungkin mewanya fakta tersebut. anggaran perjalanan dinas.” Dia menjelaskan dengan suara ber­ Aku terdiam lama. Itu salah satu momen spesial dalam hi­ sahabat, tatapan sederhana. Seolah tidak ada sedikit pun isti­ sekali-sekali bolehlah bepergian. Jadi ini tidak pantas memakai setahun tidak mengambil jatah libur Sabtu-Minggu, mungkin mewanya fakta tersebut. anggaran perjalanan dinas.” Dia menjelaskan dengan suara ber­ Aku terdiam lama. Itu salah satu momen spesial dalam hi­ sekali-sekali bolehlah bepergian. Jadi ini tidak pantas memakai sahabat, tatapan sederhana. Seolah tidak ada sedikit pun isti­ setahun tidak mengambil jatah libur Sabtu-Minggu, mungkin mewanya fakta tersebut. anggaran perjalanan dinas.” Dia menjelaskan dengan suara ber­ Aku terdiam lama. Itu salah satu momen spesial dalam hi­ sekali-sekali bolehlah bepergian. Jadi ini tidak pantas memakai sahabat, tatapan sederhana. Seolah tidak ada sedikit pun isti­ dupku. setahun tidak mengambil jatah libur Sabtu-Minggu, mungkin mewanya fakta tersebut. anggaran perjalanan dinas.” Dia menjelaskan dengan suara ber­ sekali-sekali bolehlah bepergian. Jadi ini tidak pantas memakai Aku terdiam lama. Itu salah satu momen spesial dalam hi­ sahabat, tatapan sederhana. Seolah tidak ada sedikit pun isti­ dupku. setahun tidak mengambil jatah libur Sabtu-Minggu, mungkin mewanya fakta tersebut. anggaran perjalanan dinas.” Dia menjelaskan dengan suara ber­ sekali-sekali bolehlah bepergian. Jadi ini tidak pantas memakai Aku terdiam lama. Itu salah satu momen spesial dalam hi­ sahabat, tatapan sederhana. Seolah tidak ada sedikit pun isti­ dupku. mewanya fakta tersebut. anggaran perjalanan dinas.” Dia menjelaskan dengan suara ber­ sekali-sekali bolehlah bepergian. Jadi ini tidak pantas memakai Aku terdiam lama. Itu salah satu momen spesial dalam hi­ sahabat, tatapan sederhana. Seolah tidak ada sedikit pun isti­ dupku. anggaran perjalanan dinas.” Dia menjelaskan dengan suara ber­ mewanya fakta tersebut. sekali-sekali bolehlah bepergian. Jadi ini tidak pantas memakai Aku terdiam lama. Itu salah satu momen spesial dalam hi­ sahabat, tatapan sederhana. Seolah tidak ada sedikit pun isti­ dupku. anggaran perjalanan dinas.” Dia menjelaskan dengan suara ber­ mewanya fakta tersebut. Pertemuan yang mengesankan, dengan seseorang yang me­ sekali-sekali bolehlah bepergian. Jadi ini tidak pantas memakai Aku terdiam lama. Itu salah satu momen spesial dalam hi­ sahabat, tatapan sederhana. Seolah tidak ada sedikit pun isti­ anggaran perjalanan dinas.” Dia menjelaskan dengan suara ber­ dupku. mewanya fakta tersebut. Pertemuan yang mengesankan, dengan seseorang yang me­ sekali-sekali bolehlah bepergian. Jadi ini tidak pantas memakai Aku terdiam lama. Itu salah satu momen spesial dalam hi­ sahabat, tatapan sederhana. Seolah tidak ada sedikit pun isti­ anggaran perjalanan dinas.” Dia menjelaskan dengan suara ber­ dupku. mewanya fakta tersebut. Pertemuan yang mengesankan, dengan seseorang yang me­ Aku terdiam lama. Itu salah satu momen spesial dalam hi­ sahabat, tatapan sederhana. Seolah tidak ada sedikit pun isti­ anggaran perjalanan dinas.” Dia menjelaskan dengan suara ber­ dupku. mewanya fakta tersebut. Pertemuan yang mengesankan, dengan seseorang yang me­ sahabat, tatapan sederhana. Seolah tidak ada sedikit pun isti­ Aku terdiam lama. Itu salah satu momen spesial dalam hi­ anggaran perjalanan dinas.” Dia menjelaskan dengan suara ber­ dupku. mewanya fakta tersebut. Pertemuan yang mengesankan, dengan seseorang yang me­ sahabat, tatapan sederhana. Seolah tidak ada sedikit pun isti­ Aku terdiam lama. Itu salah satu momen spesial dalam hi­ nakjubkan. anggaran perjalanan dinas.” Dia menjelaskan dengan suara ber­ dupku. mewanya fakta tersebut. sahabat, tatapan sederhana. Seolah tidak ada sedikit pun isti­ Pertemuan yang mengesankan, dengan seseorang yang me­ Aku terdiam lama. Itu salah satu momen spesial dalam hi­ nakjubkan. anggaran perjalanan dinas.” Dia menjelaskan dengan suara ber­ dupku. mewanya fakta tersebut. sahabat, tatapan sederhana. Seolah tidak ada sedikit pun isti­ Pertemuan yang mengesankan, dengan seseorang yang me­ Aku terdiam lama. Itu salah satu momen spesial dalam hi­ nakjubkan. dupku. mewanya fakta tersebut. sahabat, tatapan sederhana. Seolah tidak ada sedikit pun isti­ Pertemuan yang mengesankan, dengan seseorang yang me­ Aku terdiam lama. Itu salah satu momen spesial dalam hi­ nakjubkan. mewanya fakta tersebut. dupku. sahabat, tatapan sederhana. Seolah tidak ada sedikit pun isti­ Pertemuan yang mengesankan, dengan seseorang yang me­ Aku terdiam lama. Itu salah satu momen spesial dalam hi­ nakjubkan. mewanya fakta tersebut. dupku. semua politikus itu jahat? Menjual omong kosong Apakah sahabat, tatapan sederhana. Seolah tidak ada sedikit pun isti­ Pertemuan yang mengesankan, dengan seseorang yang me­ Aku terdiam lama. Itu salah satu momen spesial dalam hi­ mewanya fakta tersebut. nakjubkan. dupku. semua politikus itu jahat? Menjual omong kosong Apakah sahabat, tatapan sederhana. Seolah tidak ada sedikit pun isti­ Pertemuan yang mengesankan, dengan seseorang yang me­ Aku terdiam lama. Itu salah satu momen spesial dalam hi­ mewanya fakta tersebut. nakjubkan. dupku. semua politikus itu jahat? Menjual omong kosong Apakah Pertemuan yang mengesankan, dengan seseorang yang me­ Aku terdiam lama. Itu salah satu momen spesial dalam hi­ mewanya fakta tersebut. nakjubkan. dupku. semua politikus itu jahat? Menjual omong kosong Apakah Aku terdiam lama. Itu salah satu momen spesial dalam hi­ Pertemuan yang mengesankan, dengan seseorang yang me­ mewanya fakta tersebut. nakjubkan. dupku. semua politikus itu jahat? Menjual omong kosong Apakah Aku terdiam lama. Itu salah satu momen spesial dalam hi­ Pertemuan yang mengesankan, dengan seseorang yang me­ seperti yang aku bicarakan dalam konferensi kemarin siang di mewanya fakta tersebut. nakjubkan. dupku. Aku terdiam lama. Itu salah satu momen spesial dalam hi­ semua politikus itu jahat? Menjual omong kosong Apakah Pertemuan yang mengesankan, dengan seseorang yang me­ seperti yang aku bicarakan dalam konferensi kemarin siang di mewanya fakta tersebut. nakjubkan. dupku. Aku terdiam lama. Itu salah satu momen spesial dalam hi­ semua politikus itu jahat? Menjual omong kosong Apakah Pertemuan yang mengesankan, dengan seseorang yang me­ seperti yang aku bicarakan dalam konferensi kemarin siang di nakjubkan. dupku. Aku terdiam lama. Itu salah satu momen spesial dalam hi­ semua politikus itu jahat? Menjual omong kosong Apakah Pertemuan yang mengesankan, dengan seseorang yang me­ seperti yang aku bicarakan dalam konferensi kemarin siang di dupku. nakjubkan. Aku terdiam lama. Itu salah satu momen spesial dalam hi­ semua politikus itu jahat? Menjual omong kosong Apakah Pertemuan yang mengesankan, dengan seseorang yang me­ seperti yang aku bicarakan dalam konferensi kemarin siang di dupku. nakjubkan. Hong Kong? Terus terang aku tidak tahu pasti jawabannya. Bo­ Aku terdiam lama. Itu salah satu momen spesial dalam hi­ semua politikus itu jahat? Menjual omong kosong Apakah Pertemuan yang mengesankan, dengan seseorang yang me­ dupku. seperti yang aku bicarakan dalam konferensi kemarin siang di nakjubkan. Hong Kong? Terus terang aku tidak tahu pasti jawabannya. Bo­ Aku terdiam lama. Itu salah satu momen spesial dalam hi­ semua politikus itu jahat? Menjual omong kosong Apakah Pertemuan yang mengesankan, dengan seseorang yang me­ dupku. seperti yang aku bicarakan dalam konferensi kemarin siang di nakjubkan. Hong Kong? Terus terang aku tidak tahu pasti jawabannya. Bo­ semua politikus itu jahat? Menjual omong kosong Apakah Pertemuan yang mengesankan, dengan seseorang yang me­ dupku. seperti yang aku bicarakan dalam konferensi kemarin siang di nakjubkan. Hong Kong? Terus terang aku tidak tahu pasti jawabannya. Bo­ Pertemuan yang mengesankan, dengan seseorang yang me­ semua politikus itu jahat? Menjual omong kosong Apakah dupku. seperti yang aku bicarakan dalam konferensi kemarin siang di nakjubkan. Hong Kong? Terus terang aku tidak tahu pasti jawabannya. Bo­ Pertemuan yang mengesankan, dengan seseorang yang me­ semua politikus itu jahat? Menjual omong kosong Apakah motivasi terbesarku mendirikan unit baru di perusahaan leh jadi, dupku. seperti yang aku bicarakan dalam konferensi kemarin siang di nakjubkan. Pertemuan yang mengesankan, dengan seseorang yang me­ Hong Kong? Terus terang aku tidak tahu pasti jawabannya. Bo­ semua politikus itu jahat? Menjual omong kosong Apakah motivasi terbesarku mendirikan unit baru di perusahaan leh jadi, dupku. seperti yang aku bicarakan dalam konferensi kemarin siang di nakjubkan. Pertemuan yang mengesankan, dengan seseorang yang me­ Hong Kong? Terus terang aku tidak tahu pasti jawabannya. Bo­ semua politikus itu jahat? Menjual omong kosong Apakah motivasi terbesarku mendirikan unit baru di perusahaan leh jadi, seperti yang aku bicarakan dalam konferensi kemarin siang di nakjubkan. Pertemuan yang mengesankan, dengan seseorang yang me­ Hong Kong? Terus terang aku tidak tahu pasti jawabannya. Bo­ semua politikus itu jahat? Menjual omong kosong Apakah motivasi terbesarku mendirikan unit baru di perusahaan leh jadi, nakjubkan. seperti yang aku bicarakan dalam konferensi kemarin siang di Pertemuan yang mengesankan, dengan seseorang yang me­ Hong Kong? Terus terang aku tidak tahu pasti jawabannya. Bo­ semua politikus itu jahat? Menjual omong kosong Apakah motivasi terbesarku mendirikan unit baru di perusahaan leh jadi, nakjubkan. seperti yang aku bicarakan dalam konferensi kemarin siang di konsultanku justru untuk membuktikan sebaliknya. Apa kata Pertemuan yang mengesankan, dengan seseorang yang me­ Hong Kong? Terus terang aku tidak tahu pasti jawabannya. Bo­ semua politikus itu jahat? Menjual omong kosong Apakah nakjubkan. motivasi terbesarku mendirikan unit baru di perusahaan leh jadi, seperti yang aku bicarakan dalam konferensi kemarin siang di konsultanku justru untuk membuktikan sebaliknya. Apa kata Pertemuan yang mengesankan, dengan seseorang yang me­ Hong Kong? Terus terang aku tidak tahu pasti jawabannya. Bo­ semua politikus itu jahat? Menjual omong kosong Apakah nakjubkan. motivasi terbesarku mendirikan unit baru di perusahaan leh jadi, seperti yang aku bicarakan dalam konferensi kemarin siang di konsultanku justru untuk membuktikan sebaliknya. Apa kata Hong Kong? Terus terang aku tidak tahu pasti jawabannya. Bo­ semua politikus itu jahat? Menjual omong kosong Apakah nakjubkan. motivasi terbesarku mendirikan unit baru di perusahaan leh jadi, seperti yang aku bicarakan dalam konferensi kemarin siang di konsultanku justru untuk membuktikan sebaliknya. Apa kata semua politikus itu jahat? Menjual omong kosong Apakah Hong Kong? Terus terang aku tidak tahu pasti jawabannya. Bo­ nakjubkan. motivasi terbesarku mendirikan unit baru di perusahaan leh jadi, seperti yang aku bicarakan dalam konferensi kemarin siang di konsultanku justru untuk membuktikan sebaliknya. Apa kata semua politikus itu jahat? Menjual omong kosong Apakah Hong Kong? Terus terang aku tidak tahu pasti jawabannya. Bo­ Om Liem dulu tentangku, ”Aku keliru. Kau ternyata selama ini nakjubkan. motivasi terbesarku mendirikan unit baru di perusahaan leh jadi, seperti yang aku bicarakan dalam konferensi kemarin siang di semua politikus itu jahat? Menjual omong kosong Apakah konsultanku justru untuk membuktikan sebaliknya. Apa kata Hong Kong? Terus terang aku tidak tahu pasti jawabannya. Bo­ Om Liem dulu tentangku, ”Aku keliru. Kau ternyata selama ini nakjubkan. motivasi terbesarku mendirikan unit baru di perusahaan leh jadi, seperti yang aku bicarakan dalam konferensi kemarin siang di semua politikus itu jahat? Menjual omong kosong Apakah konsultanku justru untuk membuktikan sebaliknya. Apa kata Hong Kong? Terus terang aku tidak tahu pasti jawabannya. Bo­ Om Liem dulu tentangku, ”Aku keliru. Kau ternyata selama ini motivasi terbesarku mendirikan unit baru di perusahaan leh jadi, seperti yang aku bicarakan dalam konferensi kemarin siang di semua politikus itu jahat? Menjual omong kosong Apakah konsultanku justru untuk membuktikan sebaliknya. Apa kata Hong Kong? Terus terang aku tidak tahu pasti jawabannya. Bo­ Om Liem dulu tentangku, ”Aku keliru. Kau ternyata selama ini seperti yang aku bicarakan dalam konferensi kemarin siang di motivasi terbesarku mendirikan unit baru di perusahaan leh jadi, semua politikus itu jahat? Menjual omong kosong Apakah konsultanku justru untuk membuktikan sebaliknya. Apa kata Hong Kong? Terus terang aku tidak tahu pasti jawabannya. Bo­ Om Liem dulu tentangku, ”Aku keliru. Kau ternyata selama ini seperti yang aku bicarakan dalam konferensi kemarin siang di motivasi terbesarku mendirikan unit baru di perusahaan leh jadi, sebenarnya sedang membenci dirimu sendiri, Thomas. Kau tidak semua politikus itu jahat? Menjual omong kosong Apakah konsultanku justru untuk membuktikan sebaliknya. Apa kata Hong Kong? Terus terang aku tidak tahu pasti jawabannya. Bo­ seperti yang aku bicarakan dalam konferensi kemarin siang di Om Liem dulu tentangku, ”Aku keliru. Kau ternyata selama ini motivasi terbesarku mendirikan unit baru di perusahaan leh jadi, sebenarnya sedang membenci dirimu sendiri, Thomas. Kau tidak semua politikus itu jahat? Menjual omong kosong Apakah konsultanku justru untuk membuktikan sebaliknya. Apa kata Hong Kong? Terus terang aku tidak tahu pasti jawabannya. Bo­ seperti yang aku bicarakan dalam konferensi kemarin siang di Om Liem dulu tentangku, ”Aku keliru. Kau ternyata selama ini motivasi terbesarku mendirikan unit baru di perusahaan leh jadi, sebenarnya sedang membenci dirimu sendiri, Thomas. Kau tidak konsultanku justru untuk membuktikan sebaliknya. Apa kata Hong Kong? Terus terang aku tidak tahu pasti jawabannya. Bo­ seperti yang aku bicarakan dalam konferensi kemarin siang di Om Liem dulu tentangku, ”Aku keliru. Kau ternyata selama ini motivasi terbesarku mendirikan unit baru di perusahaan leh jadi, sebenarnya sedang membenci dirimu sendiri, Thomas. Kau tidak Hong Kong? Terus terang aku tidak tahu pasti jawabannya. Bo­ konsultanku justru untuk membuktikan sebaliknya. Apa kata seperti yang aku bicarakan dalam konferensi kemarin siang di Om Liem dulu tentangku, ”Aku keliru. Kau ternyata selama ini motivasi terbesarku mendirikan unit baru di perusahaan leh jadi, sebenarnya sedang membenci dirimu sendiri, Thomas. Kau tidak Hong Kong? Terus terang aku tidak tahu pasti jawabannya. Bo­ konsultanku justru untuk membuktikan sebaliknya. Apa kata pernah membenci orang tua ini. Kau tidak membenci sistem seperti yang aku bicarakan dalam konferensi kemarin siang di Om Liem dulu tentangku, ”Aku keliru. Kau ternyata selama ini motivasi terbesarku mendirikan unit baru di perusahaan leh jadi, Hong Kong? Terus terang aku tidak tahu pasti jawabannya. Bo­ sebenarnya sedang membenci dirimu sendiri, Thomas. Kau tidak konsultanku justru untuk membuktikan sebaliknya. Apa kata pernah membenci orang tua ini. Kau tidak membenci sistem seperti yang aku bicarakan dalam konferensi kemarin siang di Om Liem dulu tentangku, ”Aku keliru. Kau ternyata selama ini motivasi terbesarku mendirikan unit baru di perusahaan leh jadi, Hong Kong? Terus terang aku tidak tahu pasti jawabannya. Bo­ sebenarnya sedang membenci dirimu sendiri, Thomas. Kau tidak konsultanku justru untuk membuktikan sebaliknya. Apa kata pernah membenci orang tua ini. Kau tidak membenci sistem Om Liem dulu tentangku, ”Aku keliru. Kau ternyata selama ini motivasi terbesarku mendirikan unit baru di perusahaan leh jadi, Hong Kong? Terus terang aku tidak tahu pasti jawabannya. Bo­ sebenarnya sedang membenci dirimu sendiri, Thomas. Kau tidak konsultanku justru untuk membuktikan sebaliknya. Apa kata pernah membenci orang tua ini. Kau tidak membenci sistem motivasi terbesarku mendirikan unit baru di perusahaan leh jadi, Om Liem dulu tentangku, ”Aku keliru. Kau ternyata selama ini Hong Kong? Terus terang aku tidak tahu pasti jawabannya. Bo­ sebenarnya sedang membenci dirimu sendiri, Thomas. Kau tidak konsultanku justru untuk membuktikan sebaliknya. Apa kata pernah membenci orang tua ini. Kau tidak membenci sistem motivasi terbesarku mendirikan unit baru di perusahaan leh jadi, Om Liem dulu tentangku, ”Aku keliru. Kau ternyata selama ini dunia yang rusak. Kau tidak membenci orang-orang jahat yang Hong Kong? Terus terang aku tidak tahu pasti jawabannya. Bo­ sebenarnya sedang membenci dirimu sendiri, Thomas. Kau tidak konsultanku justru untuk membuktikan sebaliknya. Apa kata motivasi terbesarku mendirikan unit baru di perusahaan leh jadi, pernah membenci orang tua ini. Kau tidak membenci sistem Om Liem dulu tentangku, ”Aku keliru. Kau ternyata selama ini dunia yang rusak. Kau tidak membenci orang-orang jahat yang Hong Kong? Terus terang aku tidak tahu pasti jawabannya. Bo­ sebenarnya sedang membenci dirimu sendiri, Thomas. Kau tidak konsultanku justru untuk membuktikan sebaliknya. Apasistem kata motivasi terbesarku mendirikan unit baru di perusahaan leh jadi, pernah membenci orang tua ini. Kau tidak membenci Om Liem dulu tentangku, ”Aku keliru. Kau ternyata selama ini dunia yang rusak. Kau tidak membenci orang-orang jahat yang sebenarnya sedang membenci dirimu sendiri, Thomas. Kau tidak konsultanku justru untuk membuktikan sebaliknya. Apa kata motivasi terbesarku mendirikan unit baru di perusahaan leh jadi, pernah membenci orang tua ini. Kau tidak membenci sistem Om Liem dulu tentangku, ”Aku keliru. Kau ternyata selama ini dunia yang rusak. Kau tidak membenci orang-orang jahat yang konsultanku justru untuk membuktikan sebaliknya. Apa kata sebenarnya sedang membenci dirimu sendiri, Thomas. Kau tidak motivasi terbesarku mendirikan unit baru di perusahaan leh jadi, pernah membenci orang tua ini. Kau tidak membenci sistem Om Liem dulu tentangku, ”Aku keliru. Kau ternyata selama ini dunia yang rusak. Kau tidak membenci orang-orang jahat yang konsultanku justru untuk membuktikan sebaliknya. Apa kata sebenarnya sedang membenci dirimu sendiri, Thomas. Kau tidak membakar orangtuamu. Ya, kau justru sedang membenci diri motivasi terbesarku mendirikan unit baru di perusahaan leh jadi, pernah membenci orang tua ini. Kau tidak membenci sistem Om Liem dulu tentangku, ”Aku keliru. Kau ternyata selama ini konsultanku justru untuk membuktikan sebaliknya. Apa kata dunia yang rusak. Kau tidak membenci orang-orang jahat yang sebenarnya sedang membenci dirimu sendiri, Thomas. Kau tidak membakar orangtuamu. Ya, kau justru sedang membenci diri motivasi terbesarku mendirikan unit baru di perusahaan leh jadi, pernah membenci orang tua ini. Kau tidak membenci sistem Om Liem dulu tentangku, ”Aku keliru. Kau ternyata selama ini konsultanku justru untuk membuktikan sebaliknya. Apa kata dunia yang rusak. Kau tidak membenci orang-orang jahat yang sebenarnya sedang membenci dirimu sendiri, Thomas. Kau tidak membakar orangtuamu. Ya, kau justru sedang membenci diri pernah membenci orang tua ini. Kau tidak membenci sistem Om Liem dulu tentangku, ”Aku keliru. Kau ternyata selama ini konsultanku justru untuk membuktikan sebaliknya. Apa kata dunia yang rusak. Kau tidak membenci orang-orang jahat yang sebenarnya sedang membenci dirimu sendiri, Thomas. Kau tidak membakar orangtuamu. Ya, kau justru sedang membenci diri Om Liem dulu tentangku, ”Aku keliru. Kau ternyata selama ini pernah membenci orang tua ini. Kau tidak membenci sistem konsultanku justru untuk membuktikan sebaliknya. Apa kata dunia yang rusak. Kau tidak membenci orang-orang jahat yang sebenarnya sedang membenci dirimu sendiri, Thomas. Kau tidak membakar orangtuamu. Ya, kau justru sedang membenci diri Om Liem dulu tentangku, ”Aku keliru. Kau ternyata selama ini pernah membenci orang tua ini. Kau tidak membenci sistem sendiri. Semua yang ada di kepalamu berubah jadi paradoks. konsultanku justru untuk membuktikan sebaliknya. Apa kata dunia yang rusak. Kau tidak membenci orang-orang jahat yang sebenarnya sedang membenci dirimu sendiri, Thomas. Kau tidak Om Liem dulu tentangku, ”Aku keliru. Kau ternyata selama ini membakar orangtuamu. Ya, kau justru sedang membenci diri pernah membenci orang tua ini. Kau tidak membenci sistem sendiri. Semua yang ada di kepalamu berubah jadi paradoks. konsultanku justru untuk membuktikan sebaliknya. Apa kata dunia yang rusak. Kau tidak membenci orang-orang jahat yang sebenarnya sedang membenci dirimu sendiri, Thomas. Kau tidak Om Liem dulu tentangku, ”Aku keliru. Kau ternyata selama ini membakar orangtuamu. Ya, kau justru sedang membenci diri pernah membenci orang tua ini. Kau tidak membenci sistem sendiri. Semua yang ada di kepalamu berubah jadi paradoks. dunia yang rusak. Kau tidak membenci orang-orang jahat yang sebenarnya sedang membenci dirimu sendiri, Thomas. Kau tidak Om Liem dulu tentangku, ”Aku keliru. Kau ternyata selama ini membakar orangtuamu. Ya, kau justru sedang membenci diri pernah membenci orang tua ini. Kau tidak membenci sistem sendiri. Semua yang ada di kepalamu berubah jadi paradoks. sebenarnya sedang membenci dirimu sendiri, Thomas. Kau tidak dunia yang rusak. Kau tidak membenci orang-orang jahat yang Om Liem dulu tentangku, ”Aku keliru. Kau ternyata selama ini membakar orangtuamu. Ya, kau justru sedang membenci diri pernah membenci orang tua ini. Kau tidak membenci sistem sendiri. Semua yang ada di kepalamu berubah jadi paradoks. sebenarnya sedang membenci dirimu sendiri, Thomas. Kau tidak dunia yang rusak. Kau tidak membenci orang-orang jahat yang Semua yang kauucapkan, yang kautunjukkan adalah keterbalikan Om Liem dulu tentangku, ”Aku keliru. Kau ternyata selama ini membakar orangtuamu. Ya, kau justru sedang membenci diri pernah membenci orang tua ini. Kau tidak membenci sistem sebenarnya sedang membenci dirimu sendiri, Thomas. Kau tidak sendiri. Semua yang ada di kepalamu berubah jadi paradoks. dunia yang rusak. Kau tidak membenci orang-orang jahat yang Semua yang kauucapkan, yang kautunjukkan adalah keterbalikan Om Liem dulu tentangku, ”Aku keliru. Kau ternyata selama ini membakar orangtuamu. Ya, kau justru sedang membenci diri pernah membenci orang tua ini. Kau tidak membenci sistem sebenarnya sedang membenci dirimu sendiri, Thomas. Kau tidak sendiri. Semua yang ada di kepalamu berubah jadi paradoks. dunia yang rusak. Kau tidak membenci orang-orang jahat yang Semua yang kauucapkan, yang kautunjukkan adalah keterbalikan membakar orangtuamu. Ya, kau justru sedang membenci diri pernah membenci orang tua ini. Kau tidak membenci sistem sebenarnya sedang membenci dirimu sendiri, Thomas. Kau tidak sendiri. Semua yang ada di kepalamu berubah jadi paradoks. dunia yang rusak. Kau tidak membenci orang-orang jahat yang Semua yang kauucapkan, yang kautunjukkan adalah keterbalikan pernah membenci orang tua ini. Kau tidak membenci sistem membakar orangtuamu. Ya, kau justru sedang membenci diri sebenarnya sedang membenci dirimu sendiri, Thomas. Kau tidak sendiri. Semua yang ada di kepalamu berubah jadi paradoks. dunia yang rusak. Kau tidak membenci orang-orang jahat yang Semua yang kauucapkan, yang kautunjukkan adalah keterbalikan pernah membenci orang tua ini. Kau tidak membenci sistem membakar orangtuamu. Ya, kau justru sedang membenci diri sempurna dari hatimu. Seorang anak muda yang pintar, kaya, sebenarnya sedang membenci dirimu sendiri, Thomas. Kau tidak sendiri. Semua yang ada di kepalamu berubah jadi paradoks. dunia yang rusak. Kau tidak membenci orang-orang jahat yang pernah membenci orang tua ini. Kau tidak membenci sistem Semua yang kauucapkan, yang kautunjukkan adalah keterbalikan membakar orangtuamu. Ya, kau justru sedang membenci diri sempurna dari hatimu. Seorang anak muda yang pintar, kaya, sebenarnya sedang membenci dirimu sendiri, Thomas. Kau tidak sendiri. Semua yang ada di kau kepalamu berubah jadi paradoks. dunia yang rusak. Kau tidak membenci orang-orang jahat yang pernah membenci orang tua ini. Kau tidak membenci sistem Semua yang kauucapkan, yang kautunjukkan adalah keterbalikan membakar orangtuamu. Ya, justru sedang membenci diri sempurna dari hatimu. Seorang anak muda yang pintar, kaya, sendiri. Semua yang ada di kepalamu berubah jadi paradoks. dunia yang rusak. Kau tidak membenci orang-orang jahat yang pernah membenci orang tua ini. Kau tidak membenci sistem Semua yang kauucapkan, yang kautunjukkan adalah keterbalikan membakar orangtuamu. Ya, kau justru sedang membenci diri sempurna dari hatimu. Seorang anak muda yang pintar, kaya, dunia yang rusak. Kau tidak membenci orang-orang jahat yang sendiri. Semua yang ada di kepalamu berubah jadi paradoks. pernah membenci orang tua ini. Kau tidak membenci sistem Semua yang kauucapkan, yang kautunjukkan adalah keterbalikan membakar orangtuamu. Ya, kau justru sedang membenci diri sempurna dari hatimu. Seorang anak muda yang pintar, kaya, dunia yang rusak. Kau tidak membenci orang-orang jahat yang sendiri. Semua yang ada di kepalamu berubah jadi paradoks. memiliki akses besar, dikelilingi orang-orang terbaik, penuh de­ pernah membenci orang tua ini. Kau tidak membenci sistem Semua yang kauucapkan, yang kautunjukkan adalah keterbalikan membakar orangtuamu. Ya, kau justru sedang membenci diri dunia yang rusak. Kau tidak membenci orang-orang jahat yang sempurna dari hatimu. Seorang anak muda yang pintar, kaya, sendiri. Semua yang ada di kepalamu berubah jadi paradoks. memiliki akses besar, dikelilingi orang-orang terbaik, penuh de­ pernah membenci orang tua ini. Kau tidak membenci sistem Semua yang kauucapkan, yang kautunjukkan adalah keterbalikan membakar orangtuamu. Ya, kau justru sedang membenci diri dunia yang rusak. Kau tidak membenci orang-orang jahat yang sempurna dari hatimu. Seorang anak muda yang pintar, kaya, sendiri. Semua yang ada di kepalamu berubah jadi paradoks. memiliki akses besar, dikelilingi orang-orang terbaik, penuh de­ Semua yang kauucapkan, yang kautunjukkan adalah keterbalikan membakar orangtuamu. Ya, kau justru sedang membenci diri dunia yang rusak. Kau tidak membenci orang-orang jahat yang sempurna dari hatimu. Seorang anak muda yang pintar, kaya, sendiri. Semua yang ada di kepalamu berubah jadi paradoks. memiliki akses besar, dikelilingi orang-orang terbaik, penuh de­ membakar orangtuamu. Ya, kau justru sedang membenci diri Semua yang kauucapkan, yang kautunjukkan adalah keterbalikan dunia yang rusak. Kau tidak membenci orang-orang jahat yang sempurna dari hatimu. Seorang anak muda yang pintar, kaya, sendiri. Semua yang ada di kepalamu berubah jadi paradoks. memiliki akses besar, dikelilingi orang-orang terbaik, penuh de­ membakar orangtuamu. Ya, kau justru sedang membenci diri Semua yang kauucapkan, yang kautunjukkan adalah keterbalikan ngan kesedihan hidup, ternyata setiap hari berusaha melawan dunia yang rusak. Kau tidak membenci orang-orang jahat yang sempurna dari hatimu. Seorang anak muda yang pintar, kaya, sendiri. Semua yang ada di kepalamu berubah jadi paradoks. membakar orangtuamu. Ya, kau justru sedang membenci diri memiliki akses besar, dikelilingi orang-orang terbaik, penuh de­ Semua yang kauucapkan, yang kautunjukkan adalah keterbalikan ngan kesedihan hidup, ternyata setiap hari berusaha melawan dunia yang rusak. Kau tidak membenci orang-orang jahat yang sempurna dari hatimu. Seorang anak muda yang pintar, kaya, sendiri. Semua yang ada di kepalamu berubah jadi paradoks. membakar orangtuamu. Ya, kau justru sedang membenci diri memiliki akses besar, dikelilingi orang-orang terbaik, penuh de­ Semua yang kauucapkan, yang kautunjukkan adalah keterbalikan ngan kesedihan hidup, ternyata setiap hari berusaha melawan sempurna dari hatimu. Seorang anak muda yang pintar, kaya, sendiri. Semua yang ada di kepalamu berubah jadi paradoks. membakar orangtuamu. Ya, kau justru sedang membenci diri memiliki akses besar, dikelilingi orang-orang terbaik, penuh de­ Semua yang kauucapkan, yang kautunjukkan adalah keterbalikan ngan kesedihan hidup, ternyata setiap hari berusaha melawan sendiri. Semua yang ada di kepalamu berubah jadi paradoks. sempurna dari hatimu. Seorang anak muda yang pintar, kaya, membakar orangtuamu. Ya, kau justru sedang membenci diri memiliki akses besar, dikelilingi orang-orang terbaik, penuh de­ Semua yang kauucapkan, yang kautunjukkan adalah keterbalikan ngan kesedihan hidup, ternyata setiap hari berusaha melawan sendiri. Semua yang ada di kepalamu berubah jadi paradoks. sempurna dari hatimu. Seorang anak muda yang pintar, kaya, dirinya sendiri. Dia membenci dirinya sendiri. Kenapa? Karena membakar orangtuamu. Ya, kau justru sedang membenci diri memiliki akses besar, dikelilingi orang-orang terbaik, penuh de­ Semua yang kauucapkan, yang kautunjukkan adalah keterbalikan sendiri. Semua yang ada di kepalamu berubah jadi paradoks. ngan kesedihan hidup, ternyata setiap hari berusaha melawan sempurna dari hatimu. Seorang anak muda yang pintar, kaya, dirinya sendiri. Dia membenci dirinya sendiri. Kenapa? Karena membakar orangtuamu. Ya, kau justru sedang membenci diri memiliki akses besar, dikelilingi orang-orang terbaik, penuh de­ Semua yang kauucapkan, yang kautunjukkan adalah keterbalikan sendiri. Semua yang ada di kepalamu berubah jadi paradoks. ngan kesedihan hidup, ternyata setiap hari berusaha melawan sempurna dari hatimu. Seorang anak muda yang pintar, kaya, dirinya sendiri. Dia membenci dirinya sendiri. Kenapa? Karena memiliki akses besar, dikelilingi orang-orang terbaik, penuh de­ Semua yang kauucapkan, yang kautunjukkan adalah keterbalikan sendiri. Semua yang ada di kepalamu berubah jadi paradoks. ngan kesedihan hidup, ternyata setiap hari berusaha melawan sempurna dari hatimu. Seorang anak muda yang pintar, kaya, dirinya sendiri. Dia membenci dirinya sendiri. Kenapa? Karena Semua yang kauucapkan, yang kautunjukkan adalah keterbalikan memiliki akses besar, dikelilingi orang-orang terbaik, penuh de­ sendiri. Semua yang ada di kepalamu berubah jadi paradoks. ngan kesedihan hidup, ternyata setiap hari berusaha melawan sempurna dari hatimu. Seorang anak muda yang pintar, kaya, dirinya sendiri. Dia membenci dirinya sendiri. Kenapa? Karena Semua yang kauucapkan, yang kautunjukkan adalah keterbalikan memiliki akses besar, dikelilingi orang-orang terbaik, penuh de­ merasa tidak bisa melakukan apa pun untuk mengubah banyak sendiri. Semua yang ada di kepalamu berubah jadi paradoks. ngan kesedihan hidup, ternyata setiap hari berusaha melawan sempurna dari hatimu. Seorang anak muda yang pintar, kaya, Semua yang kauucapkan, yang kautunjukkan adalah keterbalikan dirinya sendiri. Dia membenci dirinya sendiri. Kenapa? Karena memiliki akses besar, dikelilingi orang-orang terbaik, penuh de­ merasa tidak bisa melakukan apa pun untuk mengubah banyak sendiri. Semua yang ada di kepalamu berubah jadi paradoks. ngan kesedihan hidup, ternyata setiap hari berusaha melawan sempurna dari hatimu. Seorang anak muda yang pintar, kaya, Semua yang kauucapkan, yang kautunjukkan adalah keterbalikan dirinya sendiri. Dia membenci dirinya sendiri. Kenapa? Karena memiliki akses besar, dikelilingi orang-orang terbaik, penuh de­ merasa tidak bisa melakukan apa pun untuk mengubah banyak ngan kesedihan hidup, ternyata setiap hari berusaha melawan sempurna dari hatimu. Seorang anak muda yang pintar, kaya, Semua yang kauucapkan, yang kautunjukkan adalah keterbalikan dirinya sendiri. Dia membenci dirinya sendiri. Kenapa? Karena memiliki akses besar, dikelilingi orang-orang terbaik, penuh de­ merasa tidak bisa melakukan apa pun untuk mengubah banyak sempurna dari hatimu. Seorang anak muda yang pintar, kaya, ngan kesedihan hidup, ternyata setiap hari berusaha melawan Semua yang kauucapkan, yang kautunjukkan adalah keterbalikan dirinya sendiri. Dia membenci dirinya sendiri. Kenapa? Karena memiliki akses besar, dikelilingi orang-orang terbaik, penuh de­ merasa tidak bisa melakukan pun untuk mengubah banyak sempurna dari hatimu. Seorang anak muda yang pintar, kaya, ngan hidup, ternyata setiap hari adalah berusaha melawan Semuakesedihan yang kauucapkan, yangapa kautunjukkan keterbalikan dirinya sendiri. Dia membenci dirinya sendiri. Kenapa? Karena memiliki akses besar, dikelilingi orang-orang terbaik, penuh de­



hal. Hanya bisa menonton, menangis meraup abu orangtuanya, tidak bisa melakukan apa pun. Lantas saat sudah tumbuh de­ paradoks dalam hidupku. boleh jadi benar. Terlalu banyak kian, Thomas?” Om Liem juga tidak bisa melakukan apa pun. Bukankah demi­ kin rusak, wasa, justru tertawa tidak peduli di atas kehidupan yang sema­ tidak bisa melakukan apa pun. Lantas saat sudah tumbuh de­ hal. Hanya bisa menonton, menangis meraup abu orangtuanya, paradoks dalam hidupku. boleh benar. Terlalu banyak kian, Thomas?” Om Liem juga tidak bisa melakukan apa pun. Bukankah demi­ kin rusak, wasa, justru tertawa tidak peduli di atas kehidupan yang sema­ tidak bisa melakukan apa pun. Lantas saat sudah tumbuh de­ hal. Hanya bisa menonton, menangis meraup abu orangtuanya, paradoks dalam hidupku. boleh jadi benar. Terlalu banyak kian, Thomas?” Om Liem juga tidak bisa melakukan apa pun. Bukankah demi­ kin rusak, wasa, justru tertawa tidak peduli di jadi atas kehidupan yangmomen sema­ tidak bisa melakukan apa pun. Lantas saat sudah tumbuh de­ hal. Hanya bisa menonton, menangis meraup abu orangtuanya, paradoks dalam hidupku. boleh jadi benar. Terlalu banyak kian, Thomas?” Om Liem juga tidak bisa melakukan apa pun. Bukankah demi­ kin rusak, wasa, justru tertawa tidak peduli di atas kehidupan yang sema­ tidak bisa melakukan apa pun. Lantas saat sudah tumbuh de­ Perjalanan delapan jam Jakarta-London itu menjadi paradoks dalam hidupku. boleh jadi benar. Terlalu banyak kian, Thomas?” Om Liem juga tidak bisa melakukan apa pun. Bukankah demi­ kin rusak, tidak bisa melakukan apa pun. Lantas saat sudah tumbuh de­ wasa, justru tertawa tidak peduli di atas kehidupan yang sema­ Perjalanan delapan jam Jakarta-London itu menjadi momen paradoks dalam hidupku. boleh jadi benar. Terlalu banyak kian, Thomas?” Om Liem juga tidak bisa melakukan apa pun. Bukankah demi­ kin rusak, wasa, justru tertawa tidak peduli di atas kehidupan yang sema­ tidak bisa melakukan apa pun. Lantas saat sudah tumbuh de­ Perjalanan delapan jam Jakarta-London itu menjadi momen paradoks dalam hidupku. boleh jadi benar. Terlalu banyak kian, Thomas?” Om Liem juga tidak bisa melakukan apa pun. Bukankah demi­ kin rusak, wasa, justru tertawa tidak peduli di jadi atas kehidupan yangmomen sema­ tidak bisa melakukan apa pun. Lantas saat sudah tumbuh de­ Perjalanan delapan jam Jakarta-London itu menjadi paradoks dalam hidupku. boleh benar. Terlalu banyak kian, Thomas?” Om Liem juga tidak bisa melakukan apa pun. Bukankah demi­ kin rusak, wasa, justru tertawa tidak peduli di atas kehidupan yang sema­ tidak bisa melakukan apa pun. Lantas saat sudah tumbuh de­ Perjalanan delapan jam Jakarta-London itu menjadi momen paradoks dalam hidupku. boleh jadi benar. Terlalu banyak kian, Thomas?” Om Liem juga tidak bisa melakukan apa pun. Bukankah demi­ kin rusak, wasa, justru tertawa tidak peduli di atas kehidupan yang sema­ penting dalam hidupku setelah kasus penyelamatan Bank Se­ Perjalanan delapan jam Jakarta-London itu menjadi momen paradoks dalam hidupku. boleh jadi benar. Terlalu banyak kian, Thomas?” Om Liem juga tidak bisa melakukan apa pun. Bukankah demi­ kin rusak, wasa, justru tertawa tidak peduli di atas kehidupan yang sema­ penting dalam hidupku setelah kasus penyelamatan Bank Se­ Perjalanan delapan jam Jakarta-London itu menjadi momen paradoks dalam hidupku. boleh jadi benar. Terlalu banyak kian, Thomas?” Om Liem juga tidak bisa melakukan apa pun. Bukankah demi­ kin rusak, wasa, justru tertawa tidak peduli di atas kehidupan yang sema­ penting dalam hidupku setelah kasus penyelamatan Bank Se­ Perjalanan delapan jam Jakarta-London itu menjadi momen paradoks dalam hidupku. boleh jadi benar. Terlalu banyak kian, Thomas?” Om Liem juga tidak bisa melakukan apa pun. Bukankah demi­ kin rusak, wasa, justru tertawa tidak peduli di atas kehidupan yang sema­ penting dalam hidupku setelah kasus penyelamatan Bank Se­ Perjalanan delapan jam Jakarta-London itu menjadi momen paradoks dalam hidupku. boleh jadi benar. Terlalu banyak kian, Thomas?” Om Liem juga tidak bisa melakukan apa pun. Bukankah demi­ kin rusak, wasa, justru tertawa peduli diinspirasi. atas kehidupan yang sema­ penting dalam hidupku setelah kasus penyelamatan Bank Se­ Perjalanan delapan jam Jakarta-London itu menjadi momen paradoks dalam hidupku. boleh jadi benar. Terlalu banyak kian, Thomas?” Om Liem juga tidak bisa melakukan apa pun. Bukankah demi­ kin rusak, mesta. Percakapan itutidak memberikan Aku memilih mem­ penting dalam hidupku setelah kasus penyelamatan Bank Se­ Perjalanan jam Jakarta-London itu menjadi momen paradoks dalam hidupku. boleh jadi benar. Terlalu banyak kian, Thomas?” Om Liem juga tidak bisa melakukan apa pun. Bukankah demi­ kin rusak, mesta. Percakapan itu memberikan inspirasi. Aku memilih mem­ penting dalam hidupku setelah kasus penyelamatan Bank Se­ Perjalanan delapan jam Jakarta-London itu menjadi momen paradoks dalam hidupku. boleh jadi benar. Terlalu banyak kian, Thomas?” Om Liem jugadelapan tidak bisa melakukan apa pun. Bukankah demi­ kin rusak, mesta. Percakapan itu memberikan inspirasi. Aku memilih mem­ penting dalam hidupku setelah kasus penyelamatan Bank Se­ Perjalanan delapan jam Jakarta-London itu menjadi momen paradoks dalam hidupku. boleh jadi benar. Terlalu banyak kian, Thomas?” Om Liem juga tidak bisa melakukan apa pun. Bukankah demi­ kin rusak, mesta. Percakapan itu memberikan inspirasi. Aku memilih mem­ penting dalam hidupku setelah kasus penyelamatan Bank Se­ Perjalanan delapan jam Jakarta-London itu menjadi momen paradoks dalam hidupku. boleh jadi benar. Terlalu banyak kian, Thomas?” Om Liem juga tidak bisa melakukan apa pun. Bukankah demi­ kin rusak, mesta. Percakapan itu memberikan inspirasi. Aku memilih mem­ penting dalam hidupku setelah kasus penyelamatan Bank Se­ Perjalanan delapan jam Jakarta-London itu menjadi momen paradoks dalam hidupku. boleh jadi benar. Terlalu banyak kian, Thomas?” Om Liem belokkan kehidupanku, terlibat di dunia politik. mesta. Percakapan itu memberikan inspirasi. Aku memilih mem­ penting dalam hidupku setelah kasus penyelamatan Bank Se­ Perjalanan delapan jam Jakarta-London itu menjadi momen paradoks dalam hidupku. boleh jadi benar. Terlalu banyak kian, Thomas?” Om Liem belokkan kehidupanku, terlibat di dunia politik. mesta. Percakapan itu memberikan inspirasi. Aku memilih mem­ penting dalam hidupku setelah kasus penyelamatan Bank Se­ Perjalanan delapan jam Jakarta-London itu menjadi momen paradoks dalam hidupku. boleh jadi benar. Terlalu banyak kian, Thomas?” Om Liem belokkan kehidupanku, terlibat di dunia politik. mesta. Percakapan itu memberikan inspirasi. Aku memilih mem­ penting dalam hidupku setelah kasus penyelamatan Bank Se­ Perjalanan delapan jam Jakarta-London itu menjadi momen paradoks dalam hidupku. boleh jadi benar. Terlalu banyak kian, Thomas?” Om Liem belokkan kehidupanku, terlibat di dunia politik. mesta. Percakapan itu memberikan inspirasi. Aku memilih mem­ penting dalam hidupku setelah kasus penyelamatan Bank Se­ Perjalanan delapan jam Jakarta-London itu menjadi momen paradoks dalam hidupku. boleh jadi benar. Terlalu banyak kian, Thomas?” Om Liem belokkan kehidupanku, terlibat di dunia politik. mesta. Percakapan itu memberikan inspirasi. Aku memilih mem­ penting dalam hidupku setelah kasus penyelamatan Bank Se­ Perjalanan delapan jam Jakarta-London itu menjadi momen paradoks dalam hidupku. ”Kau tahu, Thomas, masalah terbesar bangsa kita adalah: pe­ belokkan kehidupanku, terlibat di dunia politik. mesta. Percakapan itu memberikan inspirasi. Aku memilih mem­ penting dalam hidupku setelah kasus penyelamatan Bank Se­ Perjalanan delapan jam Jakarta-London itu menjadi momen paradoks dalam hidupku. ”Kau tahu, Thomas, masalah terbesar bangsa kita adalah: pe­ belokkan kehidupanku, terlibat di dunia politik. mesta. Percakapan itu memberikan inspirasi. Aku memilih mem­ penting dalam hidupku setelah kasus penyelamatan Bank Se­ Perjalanan delapan jam Jakarta-London itu menjadi momen paradoks dalam hidupku. ”Kau tahu, Thomas, masalah terbesar bangsa kita adalah: pe­ belokkan kehidupanku, terlibat di dunia politik. mesta. Percakapan itu memberikan inspirasi. Aku memilih mem­ penting dalam hidupku setelah kasus penyelamatan Bank Se­ Perjalanan delapan jam Jakarta-London itu menjadi momen paradoks dalam hidupku. ”Kau tahu, Thomas, masalah terbesar bangsa kita adalah: pe­ belokkan kehidupanku, terlibat di dunia politik. mesta. Percakapan itu memberikan inspirasi. Aku memilih mem­ penting dalam hidupku setelah kasus penyelamatan Bank Se­ Perjalanan delapan jam Jakarta-London itu menjadi momen paradoks dalam hidupku. ”Kau tahu, Thomas, masalah terbesar bangsa kita adalah: pe­ belokkan kehidupanku, terlibat di dunia politik. mesta. Percakapan itu memberikan inspirasi. Aku memilih mem­ penting dalam hidupku setelah kasus penyelamatan Bank Se­ Perjalanan delapan jam Jakarta-London itu menjadi momen negakan hukum. Hanya itu. Sesederhana itu.” Beliau berbaik hati ”Kau tahu, Thomas, masalah terbesar bangsa kita adalah: pe­ belokkan kehidupanku, terlibat di dunia politik. mesta. Percakapan itu memberikan inspirasi. Aku memilih mem­ penting dalam hidupku setelah kasus penyelamatan Bank Se­ Perjalanan delapan jam Jakarta-London itu menjadi momen negakan hukum. Hanya itu. Sesederhana itu.” Beliau berbaik hati ”Kau tahu, Thomas, masalah terbesar bangsa kita adalah: pe­ belokkan kehidupanku, terlibat di dunia politik. mesta. Percakapan itu memberikan inspirasi. Aku memilih mem­ penting dalam hidupku setelah kasus penyelamatan Bank Se­ Perjalanan delapan jam Jakarta-London itu menjadi momen negakan hukum. Hanya itu. Sesederhana itu.” Beliau berbaik hati ”Kau tahu, Thomas, masalah terbesar bangsa kita adalah: pe­ belokkan kehidupanku, terlibat di dunia politik. mesta. Percakapan itu memberikan inspirasi. Aku memilih mem­ penting dalam hidupku setelah kasus penyelamatan Bank Se­ Perjalanan delapan jam Jakarta-London itu menjadi momen negakan hukum. Hanya itu. Sesederhana itu.” Beliau berbaik hati ”Kau tahu, Thomas, masalah terbesar bangsa kita adalah: pe­ belokkan kehidupanku, terlibat di dunia politik. mesta. Percakapan itu memberikan inspirasi. Aku memilih mem­ penting dalam hidupku setelah kasus penyelamatan Bank Se­ Perjalanan delapan jam Jakarta-London itu menjadi momen negakan hukum. Hanya itu. Sesederhana itu.” Beliau berbaik hati ”Kau tahu, Thomas, masalah terbesar bangsa kita adalah: pe­ belokkan kehidupanku, terlibat di dunia politik. mesta. Percakapan itu memberikan inspirasi. Aku memilih mem­ penting dalam hidupku setelah kasus penyelamatan Bank Se­ menjelaskan prinsip yang diyakininya, di ketinggian 40.000 kaki, negakan hukum. Hanya itu. Sesederhana itu.” Beliau berbaik hati ”Kau tahu, Thomas, masalah terbesar bangsa kita adalah: pe­ belokkan kehidupanku, terlibat di dunia politik. mesta. Percakapan itu memberikan inspirasi. Aku memilih mem­ penting dalam hidupku setelah kasus penyelamatan Bank Se­ menjelaskan prinsip yang diyakininya, di ketinggian 40.000 kaki, negakan hukum. Hanya itu. Sesederhana itu.” Beliau berbaik hati ”Kau tahu, Thomas, masalah terbesar bangsa kita adalah: pe­ belokkan kehidupanku, terlibat di dunia politik. mesta. Percakapan itu memberikan inspirasi. Aku memilih mem­ penting dalam hidupku setelah kasus penyelamatan Bank Se­ menjelaskan prinsip yang diyakininya, di ketinggian 40.000 kaki, negakan hukum. Hanya itu. Sesederhana itu.” Beliau berbaik hati ”Kau tahu, Thomas, masalah terbesar bangsa kita adalah: pe­ belokkan kehidupanku, terlibat di dunia politik. mesta. Percakapan itu memberikan inspirasi. Aku memilih mem­ penting dalam hidupku setelah kasus penyelamatan Bank Se­ menjelaskan prinsip yang diyakininya, di ketinggian 40.000 kaki, negakan hukum. Hanya itu. Sesederhana itu.” Beliau berbaik hati ”Kau tahu, Thomas, masalah terbesar bangsa kita adalah: pe­ belokkan kehidupanku, terlibat di dunia politik. mesta. Percakapan itu memberikan inspirasi. Aku memilih mem­ penting dalam hidupku setelah kasus penyelamatan Bank Se­ menjelaskan prinsip yang diyakininya, di ketinggian 40.000 kaki, negakan hukum. Hanya itu. Sesederhana itu.” Beliau berbaik hati ”Kau tahu, Thomas, masalah terbesar bangsa kita adalah: pe­ belokkan kehidupanku, terlibat di dunia politik. mesta. Percakapan itu memberikan inspirasi. Aku memilih mem­ di atas hamparan awan putih. ”Kita tidak hanya bicara soal hu­ menjelaskan prinsip yang diyakininya, di ketinggian 40.000 kaki, negakan hukum. Hanya itu. Sesederhana itu.” Beliau berbaik hati ”Kau tahu, Thomas, masalah terbesar bangsa kita adalah: pe­ belokkan kehidupanku, terlibat di dunia politik. mesta. Percakapan itu memberikan inspirasi. Aku memilih mem­ di atas hamparan awan putih. ”Kita tidak hanya bicara soal hu­ menjelaskan prinsip yang diyakininya, di ketinggian 40.000 kaki, negakan hukum. Hanya itu. Sesederhana itu.” Beliau berbaik hati ”Kau tahu, Thomas, masalah terbesar bangsa kita adalah: pe­ belokkan kehidupanku, terlibat di dunia politik. mesta. Percakapan itu memberikan inspirasi. Aku memilih mem­ di atas hamparan awan putih. ”Kita tidak hanya bicara soal hu­ menjelaskan prinsip yang diyakininya, di ketinggian 40.000 kaki, negakan hukum. Hanya itu. Sesederhana itu.” Beliau berbaik hati ”Kau tahu, Thomas, masalah terbesar bangsa kita adalah: pe­ mesta. Percakapan itu memberikan inspirasi. Aku memilih mem­ belokkan kehidupanku, terlibat di dunia politik. di atas hamparan awan putih. ”Kita tidak hanya bicara soal hu­ menjelaskan prinsip yang diyakininya, di ketinggian 40.000 kaki, negakan hukum. Hanya itu. Sesederhana itu.” Beliau berbaik hati ”Kau tahu, Thomas, masalah terbesar bangsa kita adalah: pe­ belokkan kehidupanku, terlibat di dunia politik. mesta. Percakapan itu memberikan inspirasi. Aku memilih mem­ di atas hamparan awan putih. ”Kita tidak hanya bicara soal hu­ menjelaskan prinsip yang diyakininya, di ketinggian 40.000 kaki, negakan hukum. Hanya itu. Sesederhana itu.” Beliau berbaik hati ”Kau tahu, Thomas, masalah terbesar bangsa kita adalah: pe­ belokkan kehidupanku, terlibat di dunia politik. kum dalam artian sempit, seperti menangkap orang-orang jahat. di atas hamparan awan putih. ”Kita tidak hanya bicara soal hu­ menjelaskan prinsip yang diyakininya, di ketinggian 40.000 kaki, negakan hukum. Hanya itu. Sesederhana itu.” Beliau berbaik hati ”Kau tahu, Thomas, masalah terbesar bangsa kita adalah: pe­ belokkan kehidupanku, terlibat di dunia politik. kum dalam artian sempit, seperti menangkap orang-orang jahat. di atas hamparan awan putih. ”Kita tidak hanya bicara soal hu­ menjelaskan prinsip yang diyakininya, di ketinggian 40.000 kaki, negakan hukum. Hanya itu. Sesederhana itu.” Beliau berbaik hati ”Kau tahu, Thomas, masalah terbesar bangsa kita adalah: pe­ belokkan kehidupanku, terlibat di dunia politik. kum dalam artian sempit, seperti menangkap orang-orang jahat. di atas hamparan awan putih. ”Kita tidak hanya bicara soal hu­ menjelaskan prinsip yang diyakininya, di ketinggian 40.000 kaki, negakan hukum. Hanya itu. Sesederhana itu.” Beliau berbaik hati belokkan kehidupanku, terlibat di dunia politik. ”Kau tahu, Thomas, masalah terbesar bangsa kita adalah: pe­ kum dalam artian sempit, seperti menangkap orang-orang jahat. di atas hamparan awan putih. ”Kita tidak hanya bicara soal hu­ menjelaskan prinsip yang diyakininya, di ketinggian 40.000 kaki, negakan hukum. Hanya itu. Sesederhana itu.” Beliau berbaik hati ”Kau tahu, Thomas, masalah terbesar bangsa kita adalah: pe­ belokkan kehidupanku, terlibat di dunia politik. kum dalam artian sempit, seperti menangkap orang-orang jahat. di atas hamparan awan putih. ”Kita tidak hanya bicara soal hu­ menjelaskan prinsip yang diyakininya, di ketinggian 40.000 kaki, negakan hukum. Hanya itu. Sesederhana itu.” Beliau berbaik hati ”Kau tahu, Thomas, masalah terbesar bangsa kita adalah: pe­ Melainkan hukum secara luas, yang mengunci sistem agar ber­ kum dalam artian sempit, seperti menangkap orang-orang jahat. di atas hamparan awan putih. ”Kita tidak hanya bicara soal hu­ menjelaskan prinsip yang diyakininya, di ketinggian 40.000 kaki, negakan hukum. Hanya itu. Sesederhana itu.” Beliau berbaik hati ”Kau tahu, Thomas, masalah terbesar bangsa kita adalah: pe­ Melainkan hukum secara luas, yang mengunci sistem agar ber­ kum dalam artian sempit, seperti menangkap orang-orang jahat. di atas hamparan awan putih. ”Kita tidak hanya bicara soal hu­ menjelaskan prinsip yang diyakininya, di ketinggian 40.000 kaki, negakan hukum. Hanya itu. Sesederhana itu.” Beliau berbaik hati ”Kau tahu, Thomas, masalah terbesar bangsa kita adalah: pe­ Melainkan hukum secara luas, yang mengunci sistem agar ber­ kum dalam artian sempit, seperti menangkap orang-orang jahat. di atas hamparan awan putih. ”Kita tidak hanya bicara soal hu­ menjelaskan prinsip yang diyakininya, di ketinggian 40.000 kaki, ”Kau tahu, Thomas, masalah terbesar bangsa kita adalah: pe­ negakan hukum. Hanya itu. Sesederhana itu.” Beliau berbaik hati Melainkan hukum secara luas, yang mengunci sistem agar ber­ kum dalam artian sempit, seperti menangkap orang-orang jahat. di atas hamparan awan putih. ”Kita tidak hanya bicara soal hu­ menjelaskan prinsip yang diyakininya, di itu.” ketinggian 40.000 kaki, negakan hukum. Hanya itu. Sesederhana Beliau berbaik hati ”Kau tahu, Thomas, masalah terbesar bangsa kita adalah: pe­ Melainkan hukum secara luas, yang mengunci sistem agar ber­ kum dalam artian sempit, seperti menangkap orang-orang jahat. di atas hamparan awan putih. ”Kita tidak hanya bicara soal hu­ menjelaskan prinsip yang diyakininya, di ketinggian 40.000 kaki, negakan hukum. Hanya itu. Sesederhana itu.” Beliau berbaik hati membuat semua orang merasa nyaman dan jalan lebih baik, Melainkan hukum secara luas, yang mengunci sistem agar ber­ kum dalam artian sempit, seperti menangkap orang-orang jahat. di atas hamparan awan putih. ”Kita tidak hanya bicara soal hu­ menjelaskan prinsip yang diyakininya, di ketinggian 40.000 kaki, negakan hukum. Hanya itu. Sesederhana itu.” Beliau berbaik hati membuat semua orang merasa nyaman dan jalan lebih baik, Melainkan hukum secara luas, yang mengunci sistem agar ber­ kum dalam artian sempit, seperti menangkap orang-orang jahat. di atas hamparan awan putih. ”Kita tidak hanya bicara soal hu­ menjelaskan prinsip yang diyakininya, di ketinggian 40.000 kaki, Sesederhana itu.” Beliau berbaik hati membuat semua orang merasa nyaman dan jalan lebih baik, Melainkan hukum secara luas, yang mengunci sistem agar ber­ kum dalam artian sempit, seperti menangkap orang-orang jahat. di atas hamparan awan putih. ”Kita tidak hanya bicara soal hu­ negakan hukum. Hanya itu. Sesederhana Beliau berbaik hati menjelaskan prinsip yang diyakininya, di itu.” ketinggian 40.000 kaki, membuat semua orang merasa nyaman dan jalan lebih baik, Melainkan hukum secara luas, yang mengunci sistem agar ber­ kum dalam artian sempit, seperti menangkap orang-orang jahat. di atas hamparan awan putih. ”Kita tidak hanya bicara soal hu­ menjelaskan prinsip yang diyakininya, di ketinggian 40.000 kaki, negakan hukum. Hanya itu. Sesederhana itu.” Beliau berbaik hati membuat semua orang merasa nyaman dan jalan lebih baik, Melainkan hukum secara luas, yang mengunci sistem agar ber­ di atas hamparan awan putih. ”Kita tidak hanya bicara soal hu­ kum dalam artian sempit, seperti menangkap orang-orang jahat. menjelaskan prinsip yang diyakininya, di ketinggian 40.000 kaki, aman. Jika hukum benar-benar ditegakkan di muka bumi negeri membuat semua orang merasa nyaman dan jalan lebih baik, Melainkan hukum secara luas, yang mengunci sistem agar ber­ kum dalam artian sempit, seperti menangkap orang-orang jahat. di atas hamparan awan ”Kita tidak hanya bicara soal hu­ menjelaskan prinsip yang diyakininya, di ketinggian 40.000 kaki, aman. Jika hukum benar-benar ditegakkan di muka bumi negeri membuat semua orang merasa nyaman dan jalan lebih baik, Melainkan hukum secara luas, yang mengunci sistem agar ber­ kum dalam artian sempit, seperti menangkap orang-orang jahat. di atas hamparan awan putih. ”Kita tidak hanya bicara soal hu­ menjelaskan prinsip yangputih. diyakininya, di ketinggian ketinggian 40.000 kaki, aman. Jika hukum benar-benar ditegakkan di muka bumi negeri membuat semua orang merasa nyaman dan jalan lebih baik, Melainkan hukum secara luas, yang mengunci sistem agar ber­ kum dalam artian sempit, seperti menangkap orang-orang jahat. diyakininya, di 40.000 kaki, di atas hamparan awan putih. ”Kita tidak hanya bicara soal hu­ aman. Jika hukum benar-benar ditegakkan di muka bumi negeri membuat semua orang merasa nyaman dan jalan lebih baik, Melainkan hukum secara luas, yang mengunci sistem agar ber­ di atas hamparan awan putih. ”Kita tidak hanya bicara soal hu­ kum dalam artian sempit, seperti menangkap orang-orang jahat. menjelaskan prinsip yang diyakininya, di ketinggian 40.000 kaki, aman. Jika hukum benar-benar ditegakkan di muka bumi negeri membuat semua orang merasa nyaman dan jalan lebih baik, kum dalam artian sempit, seperti menangkap orang-orang jahat. Melainkan hukum secara luas, yang mengunci sistem agar ber­ di atas hamparan awan putih. ”Kita tidak hanya bicara soal hu­ ini, banyak masalah bisa selesai dengan sendirinya. aman. Jika hukum benar-benar ditegakkan di muka bumi negeri membuat semua orang merasa nyaman dan jalan lebih baik, kum dalam artian sempit, seperti menangkap orang-orang jahat. Melainkan hukum secara luas, yang mengunci sistem agar ber­ di atas hamparan awan putih. ”Kita tidak hanya bicara soal hu­ ini, banyak masalah bisa selesai dengan sendirinya. aman. Jika hukum benar-benar ditegakkan di muka bumi negeri membuat semua orang merasa nyaman dan jalan lebih baik, Melainkan hukum secara luas, yang mengunci sistem agar ber­ kum dalam artian sempit, seperti menangkap orang-orang jahat. putih. ”Kita tidak hanya bicara soal hu­ ini, banyak masalah bisa selesai dengan sendirinya. aman. Jika hukum benar-benar ditegakkan di muka bumi negeri membuat semua orang merasa nyaman dan jalan lebih baik, Melainkan hukum secara luas, yang mengunci sistem agar ber­ di atas hamparan awan putih. ”Kita tidak hanya bicara soal hu­ kum dalam artian sempit, seperti menangkap orang-orang jahat. ini, banyak masalah bisa selesai dengan sendirinya. aman. Jika hukum benar-benar ditegakkan di muka bumi negeri membuat semua orang merasa nyaman dan jalan lebih baik, kum dalam artian sempit, seperti menangkap orang-orang jahat. Melainkan hukum secara luas, yang mengunci sistem agar ber­ di atas hamparan awan putih. ”Kita tidak hanya bicara soal hu­ ini, banyak masalah bisa selesai dengan sendirinya. Melainkan hukum secara luas, yang mengunci sistem agar ber­ aman. Jika hukum benar-benar ditegakkan di muka bumi negeri membuat semua orang merasa nyaman dan jalan lebih baik, kum dalam artian sempit, seperti menangkap orang-orang jahat. ”Korupsi misalnya, ketika hukum ditegakkan tanpa tawarini, banyak masalah bisa selesai dengan sendirinya. aman. Jika hukum benar-benar ditegakkan di muka bumi negeri Melainkan hukum secara luas, yang mengunci sistem agar ber­ membuat semua orang merasa nyaman dan jalan lebih baik, kum dalam artian sempit, seperti menangkap orang-orang jahat. ”Korupsi misalnya, ketika hukum ditegakkan tanpa tawarini, banyak masalah bisa selesai dengan sendirinya. aman. Jika hukum hukum benar-benar ditegakkan di muka bumi negeri membuat semua orang merasa nyaman dan jalan lebih baik, Melainkan hukum secara luas, yang mengunci sistem agar ber­ seperti menangkap orang-orang jahat. ”Korupsi misalnya, ketika hukum ditegakkan tanpa tawarini, banyak masalah bisa selesai dengan sendirinya. aman. Jika benar-benar ditegakkan di muka bumi negeri kum dalam artian sempit, seperti menangkap orang-orang jahat. membuat semua orang merasa nyaman dan jalan lebih baik, luas, yang mengunci sistem agar ber­ ”Korupsi misalnya, ketika hukum ditegakkan tanpa tawarini, banyak masalah bisa selesai dengan sendirinya. Melainkan hukum secara luas, yang mengunci sistem agar ber­ aman. Jika hukum benar-benar ditegakkan di muka bumi negeri membuat semua orang merasa nyaman dan jalan lebih baik, kum dalam artian sempit, seperti menangkap orang-orang jahat. ”Korupsi misalnya, ketika hukum ditegakkan tanpa tawarmembuat semua orang merasa nyaman dan jalan lebih baik, ini, banyak masalah bisa selesai dengan sendirinya. aman. Jika hukum benar-benar ditegakkan di muka bumi negeri Melainkan hukum secara luas, yang mengunci sistem agar ber­ menawar, pelaku korupsi dengan sendirinya akan tumbang ”Korupsi misalnya, ketika hukum ditegakkan tanpa tawarmembuat semua orang merasa nyaman dan jalan lebih baik, ini, banyak masalah bisa selesai dengan sendirinya. aman. Jika hukum benar-benar ditegakkan di muka bumi negeri Melainkan hukum secara luas, yang mengunci sistem agar ber­ menawar, pelaku korupsi dengan sendirinya akan tumbang ”Korupsi misalnya, ketika hukum ditegakkan tanpa tawarini, banyak masalah bisa selesai dengan sendirinya. aman. Jika hukum benar-benar ditegakkan di muka bumi negeri membuat semua orang merasa nyaman dan jalan lebih baik, luas, yang mengunci sistem agar ber­ menawar, pelaku korupsi dengan sendirinya akan tumbang ”Korupsi misalnya, ketika hukum ditegakkan tanpa tawarini, banyak masalah bisa selesai dengan sendirinya. Melainkan hukum secara luas, yang mengunci sistem agar ber­ aman. Jika hukum benar-benar ditegakkan di muka bumi negeri membuat semua orang merasa nyaman dan jalan lebih baik, menawar, pelaku korupsi dengan sendirinya akan tumbang ber­ ”Korupsi misalnya, ketika hukum ditegakkan tanpa tawarsemua orang merasa nyaman dan ini, banyak masalah bisa selesai dengan sendirinya. aman. Jika hukum benar-benar ditegakkan di muka bumi negeri Melainkan hukum secara luas, yang mengunci sistem agar ber­ aman. Jika hukum benar-benar ditegakkan di muka bumi negeri menawar, pelaku korupsi dengan sendirinya akan tumbang ”Korupsi misalnya, ketika hukum ditegakkan tanpa tawarini, banyak masalah bisa selesai dengan sendirinya. membuat semua orang merasa nyaman dan jalan lebih baik, jatuhan. Pisau hukum menebas mereka dengan hukuman berat menawar, pelaku korupsi dengan sendirinya akan tumbang ber­ aman. Jika hukum benar-benar ditegakkan di muka bumi negeri ”Korupsi misalnya, ketika hukum ditegakkan tanpa tawarini, banyak masalah bisa selesai dengan sendirinya. membuat semua orang merasa nyaman dan jalan lebih baik, jatuhan. Pisau hukum menebas mereka dengan hukuman berat menawar, pelaku korupsi dengan sendirinya akan tumbang ber­ ”Korupsi misalnya, ketika hukum ditegakkan tanpa tawarini, banyak masalah bisa selesai dengan sendirinya. aman. Jika hukum benar-benar ditegakkan di muka bumi negeri semua orang merasa nyaman dan jatuhan. Pisau hukum menebas mereka dengan hukuman berat menawar, pelaku korupsi dengan sendirinya akan tumbang ber­ membuat semua orang merasa nyaman dan jalan lebih baik, ”Korupsi misalnya, ketika hukum ditegakkan tanpa tawarini, banyak masalah bisa selesai dengan sendirinya. benar-benar ditegakkan diakan muka bumi negeri negeri jatuhan. Pisau hukum menebas mereka dengan hukuman berat menawar, pelaku korupsi dengan sendirinya tumbang ber­ aman. Jika hukum benar-benar ditegakkan di muka bumi ”Korupsi misalnya, ketika hukum ditegakkan tanpa tawarini, banyak masalah bisa selesai dengan sendirinya. membuat semua orang merasa nyaman dan jalan lebih baik, selesai dengan sendirinya. jatuhan. Pisau hukum menebas mereka dengan hukuman berat menawar, pelaku korupsi dengan sendirinya akan tumbang ber­ ”Korupsi misalnya, ketika hukum ditegakkan tanpa tawaraman. Jika hukum benar-benar ditegakkan di muka bumi negeri dan serius. Penegak hukum juga akan mengejar hingga ke akarjatuhan. Pisau hukum menebas mereka dengan hukuman berat ini, banyak masalah bisa selesai dengan sendirinya. menawar, pelaku korupsi dengan sendirinya akan tumbang ber­ ”Korupsi misalnya, ketika hukum ditegakkan tanpa tawaraman. Jika hukum benar-benar ditegakkan di muka bumi negeri dan serius. Penegak hukum juga akan mengejar hingga ke akarjatuhan. Pisau hukum menebas mereka dengan hukuman berat menawar, pelaku korupsi dengan sendirinya akan tumbang ber­ ”Korupsi misalnya, ketika hukum ditegakkan tanpa tawarini, banyak masalah bisa selesai dengan sendirinya. aman. Jika hukum benar-benar ditegakkan di muka bumi negeri dan serius. Penegak hukum juga akan mengejar hingga ke akarjatuhan. Pisau hukum menebas mereka dengan hukuman berat benar-benar ditegakkan di muka bumi negeri menawar, pelaku korupsi dengan sendirinya akan tumbang ber­ ”Korupsi misalnya, ketika hukum ditegakkan tanpa tawarselesai dengan sendirinya. dan serius. Penegak hukum juga akan mengejar hingga ke akarini, banyak masalah bisa selesai dengan sendirinya. jatuhan. Pisau hukum menebas mereka dengan hukuman berat menawar, pelaku korupsi dengan sendirinya akan tumbang ber­ ketika hukum ditegakkan tanpa tawaraman. Jika hukum benar-benar ditegakkan diakan muka bumi negeri ”Korupsi misalnya, ketika hukum ditegakkan tanpa tawardan serius. Penegak hukum juga akan mengejar hingga ke akarjatuhan. Pisau hukum menebas mereka dengan hukuman berat menawar, pelaku korupsi dengan sendirinya tumbang ber­ ini, banyak masalah bisa selesai dengan sendirinya. akarnya, tidak peduli siapa pun yang mencuri uang rakyat. Pem­ ”Korupsi misalnya, ketika hukum ditegakkan tanpa tawardan serius. Penegak hukum juga akan mengejar hingga ke akarjatuhan. Pisau hukum menebas mereka dengan hukuman berat menawar, pelaku korupsi dengan sendirinya akan tumbang ber­ ini, banyak masalah bisa selesai dengan sendirinya. akarnya, tidak peduli siapa pun yang mencuri uang rakyat. Pem­ dan serius. Penegak hukum juga akan mengejar hingga ke akarjatuhan. Pisau hukum menebas mereka dengan hukuman berat menawar, pelaku korupsi dengan sendirinya akan tumbang ber­ ”Korupsi misalnya, ketika hukum ditegakkan tanpa tawarselesai dengan sendirinya. akarnya, tidak peduli siapa pun yang mencuri uang rakyat. Pem­ ini, banyak masalah bisa selesai dengan sendirinya. dan serius. Penegak hukum juga akan mengejar hingga ke akarjatuhan. Pisau hukum menebas mereka dengan hukuman berat menawar, pelaku korupsi dengan sendirinya akan tumbang ber­ ketika hukum ditegakkan tanpa tawarakarnya, tidak peduli siapa pun yang mencuri uang rakyat. Pem­ ”Korupsi misalnya, ketika hukum ditegakkan tanpa tawardan serius. Penegak hukum juga akan mengejar hingga ke akarjatuhan. Pisau hukum menebas mereka dengan hukuman berat dengan sendirinya akan tumbang ber­ ini, banyak masalah bisa selesai dengan sendirinya. menawar, pelaku korupsi dengan sendirinya akan tumbang ber­ akarnya, tidak peduli siapa pun yang mencuri uang rakyat. Pem­ dan serius. Penegak hukum juga akan mengejar hingga ke akarjatuhan. Pisau hukum menebas mereka dengan hukuman berat ”Korupsi misalnya, ketika hukum ditegakkan tanpa tawarbuktian terbalik dipakai, orang-orang yang tidak bisa membukti­ menawar, pelaku korupsi dengan sendirinya akan tumbang ber­ akarnya, tidak peduli siapa pun yang mencuri uang rakyat. Pem­ dan serius. Penegak hukum juga akan mengejar hingga ke akarjatuhan. Pisau hukum menebas mereka dengan hukuman berat ”Korupsi misalnya, ketika hukum ditegakkan tanpa tawarbuktian terbalik dipakai, orang-orang yang tidak bisa membukti­ akarnya, tidak peduli siapa pun yang mencuri uang rakyat. Pem­ dan serius. Penegak hukum juga akan mengejar hingga ke akarjatuhan. Pisau hukum menebas mereka dengan hukuman berat menawar, pelaku korupsi dengan sendirinya akan tumbang ber­ ”Korupsi misalnya, ketika hukum ditegakkan tanpa tawarbuktian terbalik dipakai, orang-orang yang tidak bisa membukti­ ketika hukum ditegakkan tanpa tawarakarnya, tidak peduli siapa pun yang mencuri uang rakyat. Pem­ dan serius. Penegak hukum juga akan mengejar hingga ke akarjatuhan. Pisau hukum menebas mereka dengan hukuman berat dengan sendirinya akan tumbang ber­ menawar, pelaku korupsi dengan sendirinya akan tumbang ber­ buktian terbalik dipakai, orang-orang yang tidak bisa membukti­ akarnya, tidak peduli siapa pun yang mencuri uang rakyat. Pem­ dan serius. Penegak hukum juga akan mengejar hingga ke akarmenebas mereka dengan hukuman berat jatuhan. Pisau hukum menebas mereka dengan hukuman berat ”Korupsi misalnya, ketika hukum ditegakkan tanpa tawarbuktian terbalik dipakai, orang-orang yang tidak bisa membukti­ akarnya, tidak peduli siapa pun yang mencuri uang rakyat. Pem­ dan serius. Penegak hukum juga akan mengejar hingga ke akarmenawar, pelaku korupsi dengan sendirinya akan tumbang ber­ jatuhan. Pisau hukum menebas mereka dengan hukuman berat kan dari mana semua kekayaannya berasal akan dihukum. buktian terbalik dipakai, orang-orang yang tidak bisa membukti­ akarnya, tidak peduli siapa pun yang mencuri uang rakyat. Pem­ dan serius. Penegak hukum juga akan mengejar hingga ke akarmenawar, pelaku korupsi dengan sendirinya akan tumbang ber­ kan dari mana semua kekayaannya berasal akan dihukum. buktian terbalik dipakai, orang-orang yang tidak bisa membukti­ akarnya, tidak peduli siapa pun yang mencuri uang rakyat. Pem­ dan serius. Penegak hukum juga akan mengejar hingga ke akarjatuhan. Pisau hukum menebas mereka dengan hukuman berat dengan sendirinya akan tumbang ber­ kan dari mana semua kekayaannya berasal akan dihukum. menawar, pelaku korupsi dengan sendirinya akan tumbang ber­ buktian terbalik dipakai, orang-orang yang tidak bisa membukti­ akarnya, tidak peduli siapa pun yang mencuri uang rakyat. Pem­ dan serius. Penegak hukum juga akan mengejar hingga ke akarjatuhan. Pisau hukum menebas mereka dengan hukuman berat menebas mereka dengan hukuman berat kan dari mana semua kekayaannya berasal akan dihukum. buktian terbalik dipakai, orang-orang yang tidak bisa membukti­ akarnya, tidak peduli siapa pun yang mencuri uang rakyat. Pem­ juga akan mengejar hingga ke akardan serius. Penegak hukum juga akan mengejar hingga ke akarmenawar, pelaku korupsi dengan sendirinya akan tumbang ber­ kan dari mana semua kekayaannya berasal akan dihukum. buktian terbalik dipakai, orang-orang yang tidak bisa membukti­ akarnya, tidak peduli siapa pun yang mencuri uang rakyat. Pem­ jatuhan. Pisau hukum menebas mereka dengan hukuman berat dan serius. Penegak hukum juga akan mengejar hingga ke akar”Saat masyarakat menerima pesan yang kuat bahwa pemerin­ kan dari mana semua kekayaannya berasal akan dihukum. buktian terbalik dipakai, orang-orang tidak bisa membukti­ akarnya, tidak peduli siapa pun yang mencuri uang rakyat. Pem­ jatuhan. Pisau hukum menebas mereka dengan hukuman berat ”Saat masyarakat menerima pesan yang kuat bahwa pemerin­ kan dari mana semua kekayaannya berasal akan dihukum. buktian terbalik dipakai, orang-orang tidak bisa membukti­ akarnya, tidak peduli siapa pun yang mencuri uang rakyat. Pem­ dan serius. Penegak hukum juga akan mengejar hingga ke akarmenebas mereka dengan hukuman berat jatuhan. Pisau hukum menebas mereka dengan hukuman berat ”Saat masyarakat menerima pesan yang kuat bahwa pemerin­ kan dariterbalik mana semua kekayaannya berasal akan dihukum. buktian terbalik dipakai, orang-orang tidak bisa membukti­ akarnya, tidak peduli siapa pun yang mencuri uang rakyat. Pem­ juga akan mengejar hingga ke akardan serius. Penegak hukum juga akan mengejar hingga ke akar”Saat masyarakat menerima pesan yang kuat bahwa pemerin­ kan dari mana semua kekayaannya berasal akan dihukum. buktian dipakai, orang-orang tidak bisa membukti­ akarnya, tidak peduli siapa pun yang mencuri uang rakyat. Pem­ pun yang mencuri uang rakyat. Pem­ jatuhan. Pisau hukum menebas mereka dengan hukuman berat ”Saat masyarakat menerima pesan yang kuat bahwa pemerin­ kan dari mana semua kekayaannya berasal akan dihukum. buktian terbalik dipakai, orang-orang tidak bisa membukti­ dan serius. Penegak hukum juga akan mengejar hingga ke akarakarnya, tidak peduli siapa pun yang mencuri uang rakyat. Pem­ tah tidak main-main dalam menegakkan hukum, hingga level ”Saat masyarakat menerima pesan yang kuat bahwa pemerin­ kan dari mana semua kekayaannya berasal akan dihukum. buktian terbalik dipakai, orang-orang tidak bisa membukti­ dan serius. Penegak hukum juga akan mengejar hingga ke akartah tidak main-main dalam menegakkan hukum, hingga level ”Saat masyarakat menerima pesan yang kuat bahwa pemerin­ kan dari mana semua kekayaannya berasal akan dihukum. buktian terbalik dipakai, orang-orang tidak bisa membukti­ akarnya, tidak peduli siapa pun yang mencuri uang rakyat. Pem­ juga akan mengejar hingga ke Pem­ akardan serius. Penegak hukum juga akan mengejar hingga ke akartah tidak main-main dalam menegakkan hukum, hingga level ”Saat masyarakat menerima pesan yang kuat bahwa pemerin­ kan dari mana semua kekayaannya berasal akan dihukum. buktian terbalik dipakai, orang-orang tidak bisa membukti­ akarnya, tidak peduli siapa pun yang mencuri uang rakyat. Pem­ pun yang mencuri uang rakyat. tah tidak main-main dalam menegakkan hukum, hingga level ”Saat masyarakat menerima pesan yang kuat bahwa pemerin­ kan dari mana semua kekayaannya berasal akan dihukum. orang-orang tidak bisa membukti­ buktian terbalik dipakai, orang-orang yang tidak bisa membukti­ dan serius. Penegak hukum juga akan mengejar hingga ke akartah tidak main-main dalam menegakkan hukum, hingga level ”Saat masyarakat menerima pesan yang kuat bahwa pemerin­ kan dari mana semua kekayaannya berasal akan dihukum. akarnya, tidak peduli siapa pun yang mencuri uang rakyat. Pem­ buktian terbalik dipakai, orang-orang yang tidak bisa membukti­ paling rendah, orang-orang akan takut melakukannya. Pungutan tah tidak main-main dalam menegakkan hukum, hingga level ”Saat masyarakat menerima pesan yang kuat bahwa pemerin­ kan dari mana semua kekayaannya berasal akan dihukum. akarnya, tidak peduli siapa pun yang mencuri uang rakyat. Pem­ paling rendah, orang-orang akan takut melakukannya. Pungutan tah tidak main-main dalam menegakkan hukum, hingga level ”Saat masyarakat menerima pesan yang kuat bahwa pemerin­ kan dari mana semua kekayaannya berasal akan dihukum. buktian terbalik dipakai, orang-orang tidak bisa membukti­ pun yang mencuri uang rakyat. Pem­ akarnya, tidak peduli siapa pun yang mencuri uang rakyat. Pem­ paling rendah, orang-orang akan takut melakukannya. Pungutan tah tidak main-main dalam menegakkan hukum, hingga level masyarakat menerima pesan yang kuat pemerin­ kan”Saat dari mana semua kekayaannya berasal akanbahwa dihukum. orang-orang tidak bisa membukti­ buktian terbalik dipakai, orang-orang yang tidak bisa membukti­ paling rendah, orang-orang akan takut melakukannya. Pungutan tah tidak main-main dalam menegakkan hukum, hingga level ”Saat masyarakat menerima pesan yang kuat bahwa pemerin­



liar di kantor kelurahan, pungli di Kantor Urusan Agama saat kum. tahu, pemerintah akan memburu mereka demi penegakan hu­ menyakiti rakyat. Mereka akan gentar, takut, karena mereka patan jalan, bahkan tukang parkir ilegal, pemalak, apa pun yang kau hendak mengurus pernikahan, polisi lalu lintas di perem­ kum. liar di kantor kelurahan, pungli di Kantor Urusan Agama saat tahu, pemerintah akan memburu mereka demi penegakan hu­ menyakiti rakyat. Mereka akan gentar, takut, karena mereka patan jalan, bahkan tukang parkir ilegal, pemalak, apa pun yang kau hendak mengurus pernikahan, polisi lalu lintas di perem­ kum. liar di kantor kelurahan, pungli di Kantor Urusan Agama saat tahu, pemerintah akan memburu mereka demi penegakan hu­ menyakiti rakyat. Mereka akan takut, karena mereka patan jalan, bahkan tukang parkir ilegal, pemalak, apa pun yang kau hendak mengurus pernikahan, polisi lalu lintas di perem­ liar di kantor kelurahan, pungli digentar, Kantor Urusan Agama saat kum. tahu, pemerintah akan memburu mereka demi penegakan hu­ menyakiti rakyat. Mereka akan gentar, takut, karena mereka patan jalan, bahkan tukang parkir ilegal, pemalak, apa pun yang ”Penegakan hukum yang sungguh-sungguh ini juga akan me­ kau hendak mengurus pernikahan, polisi lalu lintas di perem­ kum. tahu, pemerintah akan memburu mereka demi penegakan hu­ menyakiti rakyat. Mereka akan gentar, takut, karena mereka patan jalan, bahkan tukang parkir ilegal, pemalak, apa pun yang kau hendak mengurus pernikahan, polisi lalu lintas di perem­ ”Penegakan hukum yang sungguh-sungguh ini juga akan me­ kum. tahu, pemerintah akan memburu mereka demi penegakan hu­ menyakiti rakyat. Mereka akan gentar, takut, karena mereka patan jalan, bahkan tukang parkir ilegal, pemalak, apa pun yang ”Penegakan hukum yang sungguh-sungguh ini juga akan me­ kau hendak mengurus pernikahan, polisi lalu lintas di perem­ kum. tahu, pemerintah akan memburu mereka demi penegakan hu­ menyakiti rakyat. Mereka akan gentar, takut, karena mereka patan jalan, bahkan tukang parkir ilegal, pemalak, apa pun yang ”Penegakan hukum yang sungguh-sungguh ini juga akan me­ kau hendak mengurus pernikahan, polisi lalu lintas di perem­ kum. tahu, pemerintah akan memburu mereka demi penegakan hu­ menyakiti rakyat. Mereka akan gentar, takut, karena mereka patan jalan, bahkan tukang parkir ilegal, pemalak, apa pun yang kau hendak mengurus pernikahan, polisi lalu lintas di perem­ ”Penegakan hukum yang sungguh-sungguh ini juga akan me­ kum. tahu, pemerintah akan memburu mereka demi penegakan hu­ menyakiti rakyat. Mereka akan gentar, takut, karena mereka nyentuh banyak sisi yang kita abaikan selama ini. Tidak akan patan jalan, bahkan tukang parkir ilegal, pemalak, apa pun yang ”Penegakan hukum yang sungguh-sungguh ini juga akan me­ kum. tahu, pemerintah akan memburu mereka demi penegakan hu­ menyakiti rakyat. Mereka akan gentar, takut, karena mereka patan jalan, bahkan tukang parkir ilegal, pemalak, apa pun yang nyentuh banyak sisi yang kita abaikan selama ini. Tidak akan ”Penegakan hukum yang sungguh-sungguh ini juga akan me­ kum. tahu, pemerintah akan memburu mereka demi penegakan hu­ menyakiti rakyat. Mereka akan gentar, takut, karena mereka nyentuh banyak sisi yang kita abaikan selama ini. Tidak akan patan jalan, bahkan tukang parkir ilegal, pemalak, apa pun yang ”Penegakan hukum yang sungguh-sungguh iniini. juga akan me­ kum. tahu, pemerintah akan memburu mereka demi penegakan hu­ menyakiti rakyat. Mereka akan gentar, takut, karena mereka nyentuh banyak sisi yang kita abaikan selama Tidak akan patan jalan, bahkan tukang parkir ilegal, pemalak, apa pun yang ”Penegakan hukum yang sungguh-sungguh ini juga akan me­ kum. tahu, pemerintah akan memburu mereka demi penegakan hu­ menyakiti rakyat. Mereka akan gentar, takut, karena mereka patan jalan, bahkan tukang parkir ilegal, pemalak, apa pun yang nyentuh banyak sisi yang kita abaikan selama ini. Tidak akan ”Penegakan hukum yang sungguh-sungguh ini juga akan me­ kum. tahu, pemerintah akan memburu mereka demi penegakan hu­ ada perusahaan atau orang-orang kaya berani mengemplang pa­ menyakiti rakyat. Mereka akan gentar, takut, karena mereka nyentuh banyak sisi yang kita abaikan selama ini. Tidak akan ”Penegakan hukum yang sungguh-sungguh ini juga akan me­ kum. tahu, pemerintah akan memburu mereka demi penegakan hu­ menyakiti rakyat. Mereka akan gentar, takut, karena mereka ada perusahaan atau orang-orang kaya berani mengemplang pa­ nyentuh banyak sisi yang kita abaikan selama ini. Tidak akan ”Penegakan hukum yang sungguh-sungguh ini juga akan me­ kum. tahu, pemerintah akan memburu mereka demi penegakan hu­ ada perusahaan atau orang-orang kaya berani mengemplang pa­ menyakiti rakyat. Mereka akan gentar, takut, karena mereka nyentuh banyak sisi yang kita abaikan selama ini. Tidak akan ”Penegakan hukum yang sungguh-sungguh ini juga akan me­ kum. tahu, pemerintah akan memburu mereka demi penegakan hu­ ada perusahaan atau orang-orang kaya berani mengemplang pa­ menyakiti rakyat. Mereka akan gentar, takut, karena mereka nyentuh banyak sisi yang kita abaikan selama ini. Tidak akan ”Penegakan hukum yang sungguh-sungguh ini juga akan me­ kum. tahu, pemerintah akan memburu mereka demi penegakan hu­ menyakiti rakyat. Mereka akan gentar, takut, karena mereka ada perusahaan atau orang-orang kaya berani mengemplang pa­ nyentuh banyak sisi yang kita abaikan selama ini. Tidak akan ”Penegakan hukum yang sungguh-sungguh ini juga akan me­ kum. jak, karena mereka tahu pemerintah akan merampas kekayaan tahu, pemerintah akan memburu mereka demi penegakan hu­ ada perusahaan atau orang-orang kaya berani mengemplang pa­ nyentuh banyak sisi yang kita abaikan selama ini. Tidak akan ”Penegakan hukum yang sungguh-sungguh ini juga akan me­ kum. tahu, pemerintah akan memburu mereka demi penegakan hu­ jak, karena mereka tahu pemerintah akan merampas kekayaan ada perusahaan atau orang-orang kaya berani mengemplang pa­ nyentuh banyak sisi yang kita abaikan selama ini. Tidak akan ”Penegakan hukum yang sungguh-sungguh ini juga akan me­ kum. jak, karena mereka tahu pemerintah akan merampas kekayaan tahu, pemerintah akan memburu mereka demi penegakan hu­ ada perusahaan atau orang-orang kaya berani mengemplang pa­ nyentuh banyak sisi yang kita abaikan selama ini. Tidak akan ”Penegakan hukum yang sungguh-sungguh ini juga akan me­ kum. jak, karena mereka tahu pemerintah akan merampas kekayaan tahu, pemerintah akan memburu mereka demi penegakan hu­ ada perusahaan atau orang-orang kaya berani mengemplang pa­ nyentuh banyak sisi yang kita abaikan selama ini. Tidak akan ”Penegakan hukum yang sungguh-sungguh ini juga akan me­ kum. tahu, pemerintah akan memburu mereka demi penegakan hu­ jak, karena mereka tahu pemerintah akan merampas kekayaan ada perusahaan atau orang-orang kaya berani mengemplang pa­ nyentuh banyak sisi yang kita abaikan selama ini. Tidak akan ”Penegakan hukum yang sungguh-sungguh ini juga akan me­ mereka. Tidak akan ada sekolah, guru-guru yang berani meme­ kum. jak, karena mereka tahu pemerintah akan merampas kekayaan ada perusahaan atau orang-orang kaya berani mengemplang pa­ nyentuh banyak sisi yang kita abaikan selama ini. Tidak akan ”Penegakan hukum yang sungguh-sungguh ini juga akan me­ kum. mereka. Tidak akan ada sekolah, guru-guru yang berani meme­ jak, karena mereka tahu pemerintah akan merampas kekayaan ada perusahaan atau orang-orang kaya berani mengemplang pa­ nyentuh banyak sisi yang kita abaikan selama ini. Tidak akan ”Penegakan hukum yang sungguh-sungguh ini juga akan me­ mereka. Tidak akan ada sekolah, guru-guru yang berani meme­ kum. jak, karena mereka tahu pemerintah akan merampas kekayaan ada perusahaan atau orang-orang kaya berani mengemplang pa­ nyentuh banyak sisi yang kita abaikan selama ini. Tidak akan ”Penegakan hukum yang sungguh-sungguh ini juga akan me­ mereka. Tidak akan ada sekolah, guru-guru yang berani meme­ kum. jak, karena mereka tahu pemerintah akan merampas kekayaan ada perusahaan atau orang-orang kaya berani mengemplang pa­ nyentuh banyak sisi yang kita abaikan selama ini. Tidak akan ”Penegakan hukum yang sungguh-sungguh ini juga akan me­ kum. mereka. Tidak akan ada sekolah, guru-guru yang berani meme­ jak, karena mereka tahu pemerintah akan merampas kekayaan ada perusahaan atau orang-orang kaya berani mengemplang pa­ nyentuh banyak sisi yang kita abaikan selama ini. Tidak akan dengan dalih karya wisata, uang seragam, buku wajib, ras murid ”Penegakan hukum yang sungguh-sungguh ini juga akan me­ mereka. Tidak akan ada sekolah, guru-guru yang berani meme­ jak, karena mereka tahu pemerintah akan merampas kekayaan ada perusahaan atau orang-orang kaya berani mengemplang pa­ nyentuh banyak sisi yang kita abaikan selama ini. Tidak akan ”Penegakan hukum yang sungguh-sungguh ini juga akan me­ dengan dalih karya wisata, uang seragam, buku wajib, ras murid mereka. Tidak akan ada sekolah, guru-guru yang berani meme­ jak, karena mereka tahu pemerintah akan merampas kekayaan ada perusahaan atau orang-orang kaya berani mengemplang pa­ nyentuh banyak sisi yang kita abaikan selama ini. Tidak akan dengan dalih karya wisata, uang seragam, buku wajib, ras murid ”Penegakan hukum yang sungguh-sungguh ini juga akan me­ mereka. Tidak akan ada sekolah, guru-guru yang berani meme­ jak, karena mereka tahu pemerintah akan merampas kekayaan ada perusahaan atau orang-orang kaya berani mengemplang pa­ nyentuh banyak sisi yang kita abaikan selama ini. Tidak akan dengan dalih karya wisata, uang seragam, buku wajib, ras murid ”Penegakan hukum yang sungguh-sungguh ini juga akan me­ mereka. Tidak akan ada sekolah, guru-guru yang berani meme­ jak, karena mereka tahu pemerintah akan merampas kekayaan ada perusahaan atau orang-orang kaya berani mengemplang pa­ nyentuh banyak sisi yang kita abaikan selama ini. Tidak akan ”Penegakan hukum yang sungguh-sungguh ini juga akan me­ dengan dalih karya wisata, uang seragam, buku wajib, ras murid mereka. Tidak akan ada sekolah, guru-guru yang berani meme­ jak, karena mereka tahu pemerintah akan merampas kekayaan ada perusahaan atau orang-orang kaya berani mengemplang pa­ LKS, karena mata penegak hukum terarah ke semua bidang. nyentuh banyak sisi yang kita abaikan selama ini. Tidak akan dengan dalih karya wisata, uang seragam, buku wajib, ras murid mereka. Tidak akan ada sekolah, guru-guru yang berani meme­ jak, karena mereka tahu pemerintah akan merampas kekayaan ada perusahaan atau orang-orang kaya berani mengemplang pa­ nyentuh banyak sisi yang kita abaikan selama ini. Tidak akan LKS, karena mata penegak hukum terarah ke semua bidang. dengan dalih karya wisata, uang seragam, buku wajib, ras murid mereka. Tidak akan ada sekolah, guru-guru yang berani meme­ jak, karena mereka tahu pemerintah akan merampas kekayaan ada perusahaan atau orang-orang kaya berani mengemplang pa­ LKS, karena mata penegak hukum terarah ke semua bidang. nyentuh banyak sisi yang kita abaikan selama ini. Tidak akan dengan dalih karya wisata, uang seragam, buku wajib, ras murid mereka. Tidak akan ada sekolah, guru-guru yang berani meme­ jak, karena mereka tahu pemerintah akan merampas kekayaan ada perusahaan atau orang-orang kaya berani mengemplang pa­ LKS, karena mata penegak hukum terarah ke semua bidang. nyentuh banyak sisi yang kita abaikan selama ini. Tidak akan dengan dalih karya wisata, uang seragam, buku wajib, ras murid mereka. Tidak akan ada sekolah, guru-guru yang berani meme­ jak, karena mereka tahu pemerintah akan merampas kekayaan ada perusahaan atau orang-orang kaya berani mengemplang pa­ nyentuh banyak sisi yang kita abaikan selama ini. Tidak akan LKS, karena mata penegak hukum terarah ke semua bidang. dengan dalih karya wisata, uang seragam, buku wajib, ras murid mereka. Tidak akan ada sekolah, guru-guru yang berani meme­ jak, karena mereka tahu pemerintah akan merampas kekayaan Tidak akan ada penjarahan hutan, illegal logging, apalagi konsesi ada perusahaan atau orang-orang kaya berani mengemplang pa­ LKS, karena mata penegak hukum terarah ke semua bidang. dengan dalih karya wisata, uang seragam, buku wajib, ras murid mereka. Tidak akan ada sekolah, guru-guru yang berani meme­ jak, karena mereka tahu pemerintah akan merampas kekayaan ada perusahaan atau orang-orang kaya berani mengemplang pa­ Tidak akan ada penjarahan hutan, illegal logging, apalagi konsesi LKS, karena mata penegak hukum terarah ke semua bidang. dengan dalih karya wisata, uang seragam, buku wajib, ras murid mereka. Tidak akan ada sekolah, guru-guru yang berani meme­ jak, karena mereka tahu pemerintah akan merampas kekayaan Tidak akan ada penjarahan hutan, illegal logging, apalagi konsesi ada perusahaan atau orang-orang kaya berani mengemplang pa­ LKS, karena mata penegak hukum terarah ke semua bidang. dengan dalih karya wisata, uang seragam, buku wajib, ras murid mereka. Tidak akan ada sekolah, guru-guru yang berani meme­ jak, karena mereka tahu pemerintah akan merampas kekayaan Tidak akan ada penjarahan hutan, illegal logging, apalagi konsesi ada perusahaan atau orang-orang kaya berani mengemplang pa­ LKS, karena mata penegak hukum terarah ke semua bidang. dengan dalih karya wisata, uang seragam, buku wajib, ras murid mereka. Tidak akan ada sekolah, guru-guru yang berani meme­ jak, karena mereka tahu pemerintah akan merampas kekayaan ada perusahaan atau orang-orang kaya berani mengemplang pa­ Tidak akan ada penjarahan hutan, illegal logging, apalagi konsesi LKS, karena mata penegak hukum terarah ke semua bidang. dengan dalih karya wisata, uang seragam, buku wajib, ras murid mereka. Tidak akan ada sekolah, guru-guru yang berani meme­ tambang yang main-main dengan konservasi alam, karena pe­ jak, karena mereka tahu pemerintah akan merampas kekayaan Tidak akan ada penjarahan hutan, illegal logging, apalagi konsesi LKS, karena mata penegak hukum terarah ke semua bidang. dengan dalih karya wisata, uang seragam, buku wajib, ras murid mereka. Tidak akan ada sekolah, guru-guru yang berani meme­ jak, karena mereka tahu pemerintah akan merampas kekayaan tambang yang main-main dengan konservasi alam, karena pe­ Tidak akan ada penjarahan hutan, illegal logging, apalagi konsesi LKS, karena mata penegak hukum terarah ke semua bidang. dengan dalih karya wisata, uang seragam, buku wajib, ras murid mereka. Tidak akan ada sekolah, guru-guru yang berani meme­ tambang yang main-main dengan konservasi alam, karena pe­ jak, karena mereka tahu pemerintah akan merampas kekayaan Tidak akan ada penjarahan hutan, illegal logging, apalagi konsesi LKS, karena mata penegak hukum terarah ke semua bidang. dengan dalih karya wisata, uang seragam, buku wajib, ras murid mereka. Tidak akan ada sekolah, guru-guru yang berani meme­ tambang yang main-main dengan konservasi alam, karena pe­ jak, karena mereka tahu pemerintah akan merampas kekayaan Tidak akan ada penjarahan hutan, illegal logging, apalagi konsesi LKS, karena mata penegak hukum terarah ke semua bidang. dengan dalih karya wisata, uang seragam, buku wajib, ras murid mereka. Tidak akan ada sekolah, guru-guru yang berani meme­ jak, karena mereka tahu pemerintah akan merampas kekayaan tambang yang main-main dengan konservasi alam, karena pe­ Tidak akan ada penjarahan hutan, illegal logging, apalagi konsesi LKS, karena mata penegak hukum terarah ke semua bidang. dengan dalih karya wisata, uang seragam, buku wajib, ras murid mengambil tindakan serius sekali atas pelang­ merintah akan mereka. Tidak akan ada sekolah, guru-guru yang berani meme­ tambang yang main-main dengan konservasi alam, karena pe­ Tidak akan ada penjarahan hutan, illegal logging, apalagi konsesi LKS, karena mata penegak hukum terarah ke semua bidang. dengan dalih wisata, uang seragam, buku wajib, ras murid mereka. Tidak akan adakarya sekolah, guru-guru yang berani meme­ mengambil tindakan serius sekali atas pelang­ merintah akan tambang yang main-main dengan konservasi alam, karena pe­ Tidak akan ada penjarahan hutan, illegal logging, apalagi konsesi LKS, karena mata penegak hukum terarah ke semua bidang. dengan dalih karya wisata, uang seragam, buku wajib, ras murid mengambil tindakan serius sekali atas pelang­ merintah akan mereka. Tidak akan ada sekolah, guru-guru yang berani meme­ tambang yang main-main dengan konservasi alam, karena pe­ Tidak akan ada penjarahan hutan, illegal logging, apalagi konsesi LKS, karena mata penegak hukum terarah ke semua bidang. dengan dalih karya wisata, uang seragam, buku wajib, ras murid mengambil tindakan serius sekali atas pelang­ merintah akan mereka. Tidak akan ada sekolah, guru-guru yang berani meme­ tambang yang main-main dengan konservasi alam, karena pe­ Tidak akan ada penjarahan hutan, illegal logging, apalagi konsesi LKS, karena mata penegak hukum terarah ke semua bidang. dengan dalih karya wisata, uang seragam, buku wajib, ras murid mereka. Tidak akan ada sekolah, guru-guru yang berani meme­ mengambil tindakan serius sekali atas pelang­ merintah akan tambang yang main-main dengan konservasi alam, karena pe­ Tidak akan ada penjarahan hutan, illegal logging, apalagi konsesi LKS, karena mata penegak hukum terarah ke semua bidang. tersebut. garan hukum dengan dalih karya wisata, uang seragam, buku wajib, ras murid mengambil tindakan serius sekali atas pelang­ merintah akan tambang yang main-main dengan konservasi alam, karena pe­ Tidak akan ada penjarahan hutan, illegal logging, apalagi konsesi LKS, karena mata penegak hukum terarah ke semua bidang. dengan dalih karya wisata, uang seragam, buku wajib, ras murid tersebut. garan hukum mengambil tindakan serius sekali atas pelang­ merintah akan tambang yang main-main dengan konservasi alam, karena pe­ Tidak akan ada penjarahan hutan, illegal logging, apalagi konsesi LKS, karena mata penegak hukum terarah ke semua bidang. tersebut. garan hukum dengan dalih karya wisata, uang seragam, buku wajib, ras murid mengambil tindakan serius sekali atas pelang­ merintah akan tambang yang main-main dengan konservasi alam, karena pe­ Tidak akan ada penjarahan hutan, illegal logging, apalagi konsesi LKS, karena mata penegak hukum terarah ke semua bidang. tersebut. garan hukum dengan dalih karya wisata, uang seragam, buku wajib, ras murid mengambil tindakan serius sekali atas pelang­ merintah akan tambang yang main-main dengan konservasi alam, karena pe­ Tidak akan ada penjarahan hutan, illegal logging, apalagi konsesi LKS, karena mata penegak hukum terarah ke semua bidang. dengan dalih karya wisata, uang seragam, buku wajib, ras murid tersebut. garan hukum mengambil tindakan serius sekali atas pelang­ merintah akan tambang yang main-main dengan konservasi alam, karena pe­ Tidak akan ada penjarahan hutan, illegal logging, apalagi konsesi ”Kaubayangkan apa yang akan terjadi, Thomas, jika hukum LKS, karena mata penegak hukum terarah ke semua bidang. tersebut. garan hukum mengambil tindakan serius sekali atas pelang­ merintah akan tambang yang main-main dengan konservasi alam, karena pe­ Tidak akan ada penjarahan hutan, illegal logging, apalagi konsesi LKS, karena mata penegak hukum terarah ke semua bidang. ”Kaubayangkan apa yang akan terjadi, Thomas, jika hukum tersebut. garan hukum mengambil tindakan serius sekali atas pelang­ merintah akan tambang yang main-main dengan konservasi alam, karena pe­ Tidak akan ada penjarahan hutan, illegal logging, apalagi konsesi ”Kaubayangkan apa yang akan terjadi, Thomas, jika hukum LKS, karena mata penegak hukum terarah ke semua bidang. tersebut. garan hukum mengambil tindakan serius sekali atas pelang­ merintah akan tambang yang main-main dengan konservasi alam, karena pe­ Tidak akan ada penjarahan hutan, illegal logging, apalagi konsesi ”Kaubayangkan apa yang akan terjadi, Thomas, jika hukum LKS, karena mata penegak hukum terarah ke semua bidang. tersebut. garan hukum mengambil tindakan serius sekali atas pelang­ merintah akan tambang yang main-main dengan konservasi alam, karena pe­ Tidak akan ada penjarahan hutan, illegal logging, apalagi konsesi LKS, karena mata penegak hukum terarah ke semua bidang. ”Kaubayangkan apa yang akan terjadi, Thomas, jika hukum tersebut. garan hukum mengambil tindakan serius sekali atas pelang­ merintah akan tambang yang main-main dengan konservasi alam, karena pe­ ditegakkan kokoh di negeri ini. Menjulang tinggi tanpa tawarTidak akan ada penjarahan hutan, illegal logging, apalagi konsesi ”Kaubayangkan apa yang akan terjadi, Thomas, jika hukum tersebut. garan hukum mengambil tindakan serius sekali atas pelang­ merintah akan tambang yang main-main dengan konservasi alam, karena pe­ Tidak akan ada penjarahan hutan, illegal logging, apalagi konsesi ditegakkan kokoh di negeri ini. Menjulang tinggi tanpa tawar”Kaubayangkan apa yang akan terjadi, Thomas, jika hukum tersebut. garan hukum mengambil tindakan serius sekali atas pelang­ merintah akan tambang yang main-main dengan konservasi alam, karena pe­ ditegakkan kokoh di negeri ini. Menjulang tinggi tanpa tawarTidak akan ada penjarahan hutan, illegal logging, apalagi konsesi ”Kaubayangkan apa yang akan terjadi, Thomas, jika hukum tersebut. garan hukum mengambil tindakan serius sekali atas pelang­ merintah akan tambang yang main-main dengan konservasi alam, karena pe­ ditegakkan kokoh di negeri ini. Menjulang tinggi tanpa tawarTidak akan ada penjarahan hutan, illegal logging, apalagi konsesi ”Kaubayangkan apa yang akan terjadi, Thomas, jika hukum tersebut. garan hukum mengambil tindakan serius sekali atas pelang­ merintah akan tambang yang main-main dengan konservasi alam, karena pe­ Tidak akan ada penjarahan hutan, illegal logging, apalagi konsesi ditegakkan kokoh di negeri ini. Menjulang tinggi tanpa tawar”Kaubayangkan apa yang akan terjadi, Thomas, jika hukum tersebut. garan hukum mengambil tindakan serius sekali atas pelang­ merintah akan menawar, tanpa pandang bulu, tanpa tunggu nanti, besok, esok tambang yang main-main dengan konservasi alam,tanpa karena pe­ ditegakkan kokoh di negeri ini. Menjulang tinggi tanpa tawar”Kaubayangkan apa yang akan terjadi, Thomas, jika hukum tersebut. garan hukum mengambil tindakan serius sekali atas pelang­ merintah akan tambang yang main-main dengan konservasi alam, karena pe­ menawar, tanpa pandang bulu, tanpa tunggu nanti, besok, esok ditegakkan kokoh di negeri ini. Menjulang tinggi tawar”Kaubayangkan apa yang akan terjadi, Thomas, jika hukum tersebut. garan hukum mengambil tindakan serius sekali atas pelang­ merintah akan menawar, tanpa pandang bulu, tanpa tunggu nanti, besok, esok tambang yang main-main dengan konservasi alam, karena pe­ ditegakkan kokoh di negeri ini. Menjulang tinggi tanpa tawar”Kaubayangkan apa yang akan terjadi, Thomas, jika hukum tersebut. garan hukum mengambil tindakan serius sekali atas pelang­ merintah akan menawar, tanpa pandang bulu, tanpa tunggu nanti, besok, esok tambang yang main-main dengan konservasi alam, karena pe­ ditegakkan kokoh di negeri ini. Menjulang tinggi tanpa tawar”Kaubayangkan apa yang akan terjadi, Thomas, jika hukum tersebut. garan hukum mengambil tindakan serius sekali atas pelang­ merintah akan tambang yang main-main dengan konservasi alam, karena pe­ menawar, tanpa pandang bulu, tanpa tunggu nanti, besok, esok ditegakkan kokoh di negeri ini. Menjulang tinggi tanpa tawar”Kaubayangkan apa yang akan terjadi, Thomas, jika hukum tersebut. garan hukum lusa. Tegak demi kebenaran dan keadilan, berapa pun harganya. mengambil tindakan serius sekali atas pelang­ merintah akan menawar, tanpa pandang bulu, tanpa tunggu nanti, besok, esok ditegakkan kokoh di negeri ini. Menjulang tinggi tanpa tawar”Kaubayangkan apa yang akan terjadi, Thomas, jika hukum tersebut. garan hukum mengambil tindakan serius sekali atas pelang­ merintah akan lusa. Tegak demi kebenaran dan keadilan, berapa pun harganya. menawar, tanpa pandang bulu, tanpa tunggu nanti, besok, esok ditegakkan kokoh di negeri ini. Menjulang tinggi tanpa tawar”Kaubayangkan apa yang akan terjadi, Thomas, jika hukum tersebut. garan hukum lusa. Tegak demi kebenaran dan keadilan, berapa pun harganya. mengambil tindakan serius sekali atas pelang­ merintah akan menawar, tanpa pandang bulu, tanpa tunggu nanti, besok, esok ditegakkan kokoh di negeri ini. Menjulang tinggi tanpa tawar”Kaubayangkan apa yang akan terjadi, Thomas, jika hukum tersebut. garan hukum lusa. Tegak demi kebenaran dan keadilan, berapa pun harganya. mengambil tindakan serius sekali atas pelang­ merintah akan menawar, tanpa pandang bulu, tanpa tunggu nanti, besok, esok ditegakkan kokoh di negeri ini. Menjulang tinggi tanpa tawar”Kaubayangkan apa yang akan terjadi, Thomas, jika hukum tersebut. garan hukum mengambil tindakan serius sekali atas pelang­ merintah akan lusa. Tegak demi kebenaran dan keadilan, berapa pun harganya. menawar, tanpa pandang bulu, tanpa tunggu nanti, besok, esok ditegakkan kokoh di negeri ini. Menjulang tinggi tanpa tawar”Kaubayangkan apa yang akan terjadi, Thomas, jika hukum Maka seluruh sistem yang ada diMenjulang negeri ini dengan sendirinya tersebut. garan hukum lusa. Tegak demi kebenaran dan keadilan, berapa pun harganya. menawar, tanpa pandang bulu, tanpa tunggu nanti, besok, esok ditegakkan kokoh di negeri ini. tinggi tanpa tawar”Kaubayangkan apa yang akan terjadi, Thomas, jika hukum tersebut. garan hukum Maka seluruh sistem yang ada di negeri ini dengan sendirinya lusa. Tegak demi kebenaran dan keadilan, berapa pun harganya. menawar, tanpa pandang bulu, tanpa tunggu nanti, besok, esok ditegakkan kokoh di negeri ini. Menjulang tinggi tanpa tawar”Kaubayangkan apa yang akan terjadi, Thomas, jika hukum Maka seluruh sistem yang ada di negeri ini dengan sendirinya tersebut. garan hukum lusa. Tegak demi kebenaran dan keadilan, berapa pun harganya. menawar, tanpa pandang bulu, tanpa tunggu nanti, besok, esok ditegakkan kokoh di negeri ini. Menjulang tinggi tanpa tawar”Kaubayangkan apa yang akan terjadi, Thomas, jika hukum Maka seluruh sistem yang ada di negeri ini dengan sendirinya tersebut. garan hukum lusa. Tegak demi kebenaran dan keadilan, berapa pun harganya. menawar, tanpa pandang bulu, tanpa tunggu nanti, besok, esok ditegakkan kokoh di negeri ini. Menjulang tinggi tanpa tawar”Kaubayangkan apa yang akan terjadi, Thomas, jika hukum tersebut. garan hukum Maka seluruh sistem yang ada di negeri ini dengan sendirinya lusa. Tegak demi kebenaran dan keadilan, berapa pun harganya. menawar, tanpa pandang bulu, tanpa tunggu nanti, besok, esok ditegakkan kokoh di negeri ini. Menjulang tinggi tanpa tawarakan sembuh. Ajaib membayangkannya, apalagi jika kita bisa ”Kaubayangkan apa yang akan terjadi, Thomas, jika hukum Maka seluruh sistem yang ada di negeri ini dengan sendirinya lusa. Tegak demi kebenaran dan keadilan, berapa pun harganya. menawar, tanpa pandang bulu, tanpa tunggu nanti, besok, esok ditegakkan kokoh di negeri ini. Menjulang tinggi tanpa tawar”Kaubayangkan apa yang akan terjadi, Thomas, jika hukum akan sembuh. Ajaib membayangkannya, apalagi jika kita bisa Maka seluruh sistem yang ada di negeri ini dengan sendirinya lusa. Tegak demi kebenaran dan keadilan, berapa pun harganya. menawar, tanpa pandang bulu, tanpa tunggu nanti, besok, esok ditegakkan kokoh di negeri ini. Menjulang tinggi tanpa tawarakan sembuh. Ajaib membayangkannya, apalagi jika kita bisa ”Kaubayangkan apa yang akan terjadi, Thomas, jika hukum Maka seluruh sistem yang ada di negeri ini dengan sendirinya lusa. Tegak demi kebenaran dan keadilan, berapa pun harganya. menawar, tanpa pandang bulu, tanpa tunggu nanti, besok, esok ditegakkan kokoh di negeri ini. Menjulang tinggi tanpa tawarakan sembuh. Ajaib membayangkannya, apalagi jika kita bisa ”Kaubayangkan apa yang akan terjadi, Thomas, jika hukum Maka seluruh sistem yang ada di negeri ini dengan sendirinya lusa. Tegak demi kebenaran dan keadilan, berapa pun harganya. menawar, tanpa pandang bulu, tanpa tunggu nanti, besok, esok ditegakkan kokoh di negeri ini. Menjulang tinggi tanpa tawar”Kaubayangkan apa yang akan terjadi, Thomas, jika hukum akan sembuh. Ajaib membayangkannya, apalagi jika kita bisa Maka seluruh sistem yang ada di negeri ini dengan sendirinya lusa. Tegak demi kebenaran dan keadilan, berapa pun harganya. menawar, tanpa pandang bulu, tanpa tunggu nanti, besok, esok menyaksikannya langsung. Penegakan hukum adalah obat paling ditegakkan kokoh di membayangkannya, negeri ini.tanpa Menjulang tinggi tanpa tawarakan sembuh. Ajaib membayangkannya, apalagi jika kitatawarbisa Maka seluruh sistem yang ada di negeri ini dengan sendirinya lusa. Tegak demi kebenaran dan keadilan, berapa pun harganya. menawar, tanpa pandang bulu, tunggu nanti, besok, esok ditegakkan kokoh di negeri ini. Menjulang tinggi tanpa menyaksikannya langsung. Penegakan hukum adalah obat paling akan sembuh. Ajaib apalagi jika kita bisa Maka seluruh sistem yang ada di negeri ini dengan sendirinya lusa. Tegak demi kebenaran dan keadilan, berapa pun harganya. menawar, tanpa pandang bulu, tanpa tunggu nanti, besok, esok menyaksikannya langsung. Penegakan hukum adalah obat paling ditegakkan kokoh di negeri ini. Menjulang tinggi tanpa tawarakan sembuh. Ajaib membayangkannya, apalagi jika kita bisa Maka seluruh sistem yang ada di negeri ini dengan sendirinya lusa. Tegak demi kebenaran dan keadilan, berapa pun harganya. menawar, tanpa pandang bulu, tanpa tunggu nanti, besok, esok menyaksikannya langsung. Penegakan hukum adalah obat paling ditegakkan kokoh di negeri ini. Menjulang tinggi tanpa tawarakan sembuh. Ajaib membayangkannya, apalagi jika kita bisa Maka seluruh sistem yang ada di negeri ini dengan sendirinya lusa. Tegak demi kebenaran dan keadilan, berapa pun harganya. menawar, tanpa pandang bulu, tanpa tunggu nanti, besok, esok ditegakkan kokoh di negeri ini. Menjulang tinggi tanpa tawarmenyaksikannya langsung. Penegakan hukum adalah obat paling akan sembuh. Ajaib membayangkannya, apalagi jika kita bisa Maka seluruh sistem yang ada di negeri ini dengan sendirinya lusa. Tegak demi kebenaran dan keadilan, berapa pun harganya. mujarab mendidik masyarakat yang rusak, apatis, dan tidak menawar, tanpa pandang bulu, tanpa tunggu nanti, besok, esok menyaksikannya langsung. Penegakan hukum adalah obat paling akan sembuh. Ajaib membayangkannya, apalagi jika kita bisa Maka seluruh sistem yang ada di negeri ini dengan sendirinya lusa. Tegak demi kebenaran dan keadilan, berapa pun harganya. menawar, tanpa pandang bulu, tanpa tunggu nanti, besok, esok mujarab mendidik masyarakat yang rusak, apatis, dan tidak menyaksikannya langsung. Penegakan hukum adalah obat paling akan sembuh. Ajaib membayangkannya, apalagi jika kita bisa Maka seluruh sistem yang ada di negeri ini dengan sendirinya lusa. Tegak demi kebenaran dan keadilan, berapa pun harganya. mujarab mendidik masyarakat yang rusak, apatis, dan tidak menawar, tanpa pandang bulu, tanpa tunggu nanti, besok, esok menyaksikannya langsung. Penegakan hukum adalah obat paling akan sembuh. Ajaib membayangkannya, apalagi jika kita bisa Maka seluruh sistem yang ada di negeri ini dengan sendirinya lusa. Tegak demi kebenaran dan keadilan, berapa pun harganya. mujarab mendidik masyarakat yang rusak, apatis, dan tidak menawar, tanpa pandang bulu, tanpa tunggu nanti, besok, esok menyaksikannya langsung. Penegakan hukum adalah obat paling akan sembuh. Ajaib membayangkannya, apalagi jika kita bisa Maka seluruh sistem yang ada di negeri ini dengan sendirinya lusa. Tegak demi kebenaran dan keadilan, berapa pun harganya. menawar, tanpa pandang bulu, tanpa tunggu nanti, besok, esok mujarab mendidik masyarakat yang rusak, apatis, dan tidak menyaksikannya langsung. Penegakan hukum adalah obat paling akan sembuh. Ajaib membayangkannya, apalagi jika kita bisa Maka seluruh sistem yang ada di negeri ini dengan sendirinya peduli lagi. Kau bisa membayangkannya, bukan?” lusa. Tegak demi kebenaran dan keadilan, berapa pun harganya. mujarab mendidik masyarakat yang rusak, apatis, dan tidak menyaksikannya langsung. Penegakan hukum adalah obat paling akan sembuh. Ajaib apalagi jika kita bisa Maka seluruh sistem yang ada di negeri ini dengan sendirinya lusa. Tegak demi kebenaran dan keadilan, berapa pun harganya. peduli lagi. Kau bisa membayangkannya, bukan?” mujarab mendidik masyarakat yang rusak, apatis, dan tidak menyaksikannya langsung. Penegakan hukum adalah obat paling akan sembuh. Ajaib apalagi jika kita bisa Maka seluruh sistem yang ada di negeri ini dengan sendirinya peduli lagi. Kau bisa membayangkannya, bukan?” lusa. Tegak demi kebenaran dan keadilan, berapa pun harganya. mujarab mendidik masyarakat yang rusak, apatis, dan tidak menyaksikannya langsung. Penegakan hukum adalah obat paling akan sembuh. Ajaib apalagi jika kita bisa Maka seluruh sistem yang ada di negeri ini dengan sendirinya peduli lagi. Kau bisa membayangkannya, bukan?” lusa. Tegak demi kebenaran dan keadilan, berapa pun harganya. mujarab mendidik masyarakat yang rusak, apatis, dan tidak menyaksikannya langsung. Penegakan hukum adalah obat paling akan sembuh. Ajaib apalagi jika kita bisa Maka seluruh sistem yang ada di negeri ini dengan sendirinya lusa. Tegak demi kebenaran dan keadilan, berapa pun harganya. peduli lagi. Kau bisa membayangkannya, bukan?” mujarab mendidik masyarakat yang rusak, apatis, dan tidak menyaksikannya langsung. Penegakan hukum adalah obat paling akan sembuh. Ajaib apalagi jika kita bisa Aku benar-benar terdiam. Itu juga menjadi topik percakapan Maka seluruh sistem yang ada di negeri ini dengan sendirinya peduli lagi. Kau bisa membayangkannya, bukan?” mujarab mendidik masyarakat yang rusak, apatis, dan tidak menyaksikannya langsung. Penegakan hukum adalah obat paling akan sembuh. Ajaib apalagi jika kita bisa Maka seluruh sistem yang ada di negeri ini dengan sendirinya Aku benar-benar terdiam. Itu juga menjadi topik percakapan peduli lagi. Kau bisa membayangkannya, bukan?” mujarab mendidik masyarakat yang rusak, apatis, dan tidak menyaksikannya langsung. Penegakan hukum adalah obat paling akan sembuh. Ajaib apalagi jika kita bisa Aku benar-benar terdiam. Itu juga menjadi topik percakapan Maka seluruh sistem yang ada di negeri ini dengan sendirinya peduli lagi. Kau bisa membayangkannya, bukan?” mujarab mendidik masyarakat yang rusak, apatis, dan tidak menyaksikannya langsung. Penegakan hukum adalah obat paling akan sembuh. Ajaib apalagi jika kita bisa Aku benar-benar terdiam. Itu juga menjadi topik percakapan Maka seluruh sistem yang ada di negeri ini dengan sendirinya peduli lagi. Kau bisa membayangkannya, bukan?” mujarab mendidik masyarakat yang rusak, apatis, dan tidak menyaksikannya langsung. Penegakan hukum adalah obat paling akan sembuh. Ajaib apalagi jika kita bisa Maka seluruh sistem yang ada di negeri ini dengan sendirinya Aku benar-benar terdiam. Itu juga menjadi topik percakapan peduli lagi. Kau bisa membayangkannya, bukan?” mujarab mendidik masyarakat yang rusak, apatis, dan tidak menyaksikannya langsung. Penegakan hukum adalah obat paling dalam pertemuan kedua kami, di ruangan kerjanya yang kecil— akan sembuh. Ajaib membayangkannya, apalagi jika kita bisa Aku benar-benar terdiam. Itu juga menjadi topik percakapan peduli lagi. Kau bisa bukan?” mujarab mendidik masyarakat yang rusak, apatis, dan tidak menyaksikannya langsung. Penegakan hukum adalah obat paling akan sembuh. Ajaib apalagi jika kita bisa dalam pertemuan kedua kami, di ruangan kerjanya yang kecil— Aku benar-benar terdiam. Itu juga menjadi topik percakapan peduli lagi. Kau bisa membayangkannya, bukan?” mujarab mendidik masyarakat yang rusak, apatis, dan tidak menyaksikannya langsung. Penegakan hukum adalah obat paling dalam pertemuan kedua kami, di ruangan kerjanya yang kecil— akan sembuh. Ajaib apalagi jika kita bisa Aku benar-benar terdiam. Itu juga menjadi topik percakapan peduli lagi. Kau bisa membayangkannya, bukan?” mujarab mendidik masyarakat yang rusak, apatis, dan tidak menyaksikannya langsung. Penegakan hukum adalah obat paling dalam pertemuan kedua kami, di ruangan kerjanya yang kecil— akan sembuh. Ajaib apalagi jika kita bisa Aku benar-benar terdiam. Itu juga menjadi topik percakapan peduli lagi. Kau bisa membayangkannya, bukan?” mujarab mendidik masyarakat yang rusak, apatis, dan tidak menyaksikannya langsung. Penegakan hukum adalah obat paling akan sembuh. Ajaib apalagi jika kita bisa dalam pertemuan kedua kami, di ruangan kerjanya yang kecil— Aku benar-benar terdiam. Itu juga menjadi topik percakapan peduli lagi. Kau bisa membayangkannya, bukan?” mujarab mendidik masyarakat yang rusak, apatis, dan tidak bahkan lebih sederhana dibanding ruang kerja anak buahnya. menyaksikannya langsung. Penegakan hukum adalah obat paling dalam pertemuan kedua kami, di ruangan kerjanya yang kecil— Aku benar-benar terdiam. Itu juga menjadi topik percakapan peduli lagi. Kau bisa membayangkannya, bukan?” mujarab mendidik masyarakat yang rusak, apatis, dan tidak menyaksikannya langsung. Penegakan hukum adalah obat paling bahkan lebih sederhana dibanding ruang kerja anak buahnya. dalam pertemuan kedua kami, di ruangan kerjanya yang kecil— Aku benar-benar terdiam. Itu juga menjadi topik percakapan peduli lagi. Kau bisa membayangkannya, bukan?” mujarab mendidik masyarakat yang rusak, apatis, dan tidak bahkan lebih sederhana dibanding ruang kerja anak buahnya. menyaksikannya langsung. Penegakan hukum adalah obat paling dalam pertemuan kedua kami, di ruangan kerjanya yang kecil— Aku benar-benar terdiam. Itu juga menjadi topik percakapan peduli lagi. Kau bisa membayangkannya, bukan?” mujarab mendidik masyarakat rusak, apatis, dan tidak bahkan lebih sederhana dibanding ruang kerja anak buahnya. menyaksikannya langsung. Penegakan hukum adalah obat paling dalam kedua kami, diyang ruangan kerjanya yang kecil— Akupertemuan benar-benar terdiam. Itu juga menjadi topik percakapan peduli lagi. Kau bisa membayangkannya, bukan?”



Tidak ada yang menarik ditentang ruangan itu.menyentuhnya Sesuatu yang dengan mahal, begitu mengesankan. Begitu sederhana, begitu terang prinsip kota. Kami membicarakan tentang situasi politikterang terkini. Aku yang dimilikinya, hingga aku seolah bisa bertanya tentang cita-cita dan mimpi. Dia menjawabnya sesuatu yang dipajang tidak ada, padahal beliau gubernur ibu tangan. Tidak ada yang menarik di ruangan itu. Sesuatu yang mahal, begitu mengesankan. Begitu sederhana, begitu prinsip kota. Kami membicarakan situasi politik terkini. Aku yang dimilikinya, hingga aku seolah bisa bertanya tentang cita-cita dan mimpi. Dia menjawabnya tangan. Tidak ada yang menarik di ruangan itu. Sesuatu yang mahal, kota. Kami membicarakan situasi politik terkini. Aku begitu mengesankan. Begitu sederhana, begitu terang prinsip sesuatu yang dipajang tidak ada, padahal beliau gubernur ibu yang dimilikinya, hingga aku seolah bisa menyentuhnya dengan bertanya tentang cita-cita dan mimpi. Dia menjawabnya tangan. Tidak ada yang menarik ditentang ruangan itu.menyentuhnya Sesuatu yang dengan mahal, begitu mengesankan. Begitu sederhana, begitu terang prinsip kota. Kami membicarakan tentang situasi politik terkini. Aku sesuatu yang dipajang tidak ada, padahal beliau gubernur ibu yang dimilikinya, hingga aku seolah bisa menyentuhnya dengan bertanya tentang cita-cita dan mimpi. Dia menjawabnya tangan. begitu mengesankan. Begitu sederhana, begitu terang prinsip kota. Kami membicarakan tentang situasi politik terkini. Aku sesuatu yang dipajang tidak ada, padahal beliau gubernur ibu yang dimilikinya, hingga aku seolah bisa menyentuhnya dengan bertanya tentang cita-cita dan mimpi. Dia menjawabnya tangan. begitu mengesankan. Begitu sederhana, begitu terang prinsip kota. Kami membicarakan tentang situasi politik terkini. Aku ”Nah, sebagai walikota, atau kemudian sebagai gubernur, aku sesuatu yang dipajang tidak ada, padahal beliau gubernur ibu yang dimilikinya, hingga aku seolah bisa menyentuhnya dengan bertanya tentang cita-cita dan mimpi. Dia menjawabnya tangan. begitu mengesankan. Begitu sederhana, begitu terang prinsip ”Nah, sebagai walikota, atau kemudian sebagai gubernur, aku sesuatu yang dipajang tidak ada, padahal beliau gubernur ibu bertanya tentang cita-cita dan mimpi. Dia menjawabnya yang dimilikinya, hingga aku seolah bisa menyentuhnya dengan kota. Kami membicarakan tentang situasi politik terkini. Aku tangan. begitu mengesankan. Begitu sederhana, begitu terang prinsip ”Nah, sebagai walikota, atau kemudian sebagai gubernur, aku sesuatu yang dipajang tidak ada, padahal beliau gubernur ibu yang dimilikinya, hingga aku seolah bisa menyentuhnya dengan bertanya tentang cita-cita dan mimpi. Dia menjawabnya kota. Kami membicarakan tentang situasi politik terkini. Aku tangan. begitu mengesankan. Begitu sederhana, begitu terang prinsip ”Nah, sebagai walikota, atau kemudian sebagai gubernur, aku yang dimilikinya, hingga aku seolah bisa menyentuhnya dengan bertanya tentang cita-cita dan mimpi. Dia menjawabnya kota. Kami membicarakan tentang situasi politik terkini. Aku tangan. begitu mengesankan. Begitu sederhana, begitu terang prinsip ”Nah, sebagai walikota, atau kemudian sebagai gubernur, aku yang dimilikinya, hingga aku seolah bisa menyentuhnya dengan bertanya tentang cita-cita dan mimpi. Dia menjawabnya tidak memiliki kekuatan melakukan itu, Thomas. Tugas dan ke­ kota. Kami membicarakan tentang situasi politik terkini. Aku tangan. begitu mengesankan. Begitu sederhana, begitu terang prinsip ”Nah, sebagai walikota, atau kemudian sebagai gubernur, aku yang dimilikinya, hingga aku seolah bisa menyentuhnya dengan tidak memiliki kekuatan melakukan itu, Thomas. Tugas dan ke­ kota. Kami membicarakan tentang situasi politik terkini. Aku begitu mengesankan. Begitu sederhana, begitu terang prinsip tangan. bertanya tentang cita-cita dan mimpi. Dia menjawabnya dengan ”Nah, sebagai walikota, atau kemudian sebagai gubernur, aku yang dimilikinya, hingga aku seolah bisa menyentuhnya tidak memiliki kekuatan melakukan itu, Thomas. Tugas dan ke­ kota. Kami membicarakan tentang situasi politikterang terkini. Aku tangan. begitu mengesankan. Begitu sederhana, begitu prinsip bertanya tentang cita-cita dan mimpi. Dia menjawabnya ”Nah, sebagai walikota, atau kemudian sebagai gubernur, aku yang dimilikinya, hingga aku seolah bisa menyentuhnya dengan tidak memiliki kekuatan melakukan itu, Thomas. Tugas dan ke­ tangan. begitu mengesankan. Begitu sederhana, begitu terang prinsip bertanya tentang cita-cita dan mimpi. Dia menjawabnya ”Nah, sebagai walikota, atau kemudian sebagai gubernur, aku yang dimilikinya, hingga aku seolah bisa menyentuhnya dengan tidak memiliki kekuatan melakukan itu, Thomas. Tugas dan ke­ tangan. begitu mengesankan. Begitu sederhana, begitu terang prinsip wajiban kepala daerah terbatas. bertanya tentang cita-cita dan mimpi. Dia menjawabnya ”Nah, sebagai walikota, atau kemudian sebagai gubernur, aku yang dimilikinya, hingga aku seolah bisa menyentuhnya dengan tidak memiliki kekuatan melakukan itu, Thomas. Tugas dan ke­ tangan. wajiban kepala daerah terbatas. bertanya tentang cita-cita dan mimpi. Dia menjawabnya yang dimilikinya, hingga aku seolah bisa menyentuhnya dengan ”Nah, sebagai walikota, atau kemudian sebagai gubernur, aku begitu mengesankan. Begitu sederhana, begitu terang prinsip tidak memiliki kekuatan melakukan itu, Thomas. Tugas dan ke­ tangan. wajiban kepala daerah terbatas. bertanya tentang cita-cita dan mimpi. Dia menjawabnya ”Nah, sebagai walikota, atau kemudian sebagai gubernur, aku yang dimilikinya, hingga aku seolah bisa menyentuhnya dengan begitu mengesankan. Begitu sederhana, begitu terang prinsip tidak memiliki kekuatan melakukan itu, Thomas. Tugas dan ke­ tangan. wajiban kepala daerah terbatas. ”Nah, sebagai walikota, atau kemudian sebagai gubernur, aku yang dimilikinya, hingga aku seolah bisa menyentuhnya dengan begitu mengesankan. Begitu sederhana, begitu terang prinsip tidak memiliki kekuatan melakukan itu, Thomas. Tugas dan ke­ tangan. wajiban kepala daerah terbatas. ”Nah, sebagai walikota, atau kemudian sebagai gubernur, aku yang dimilikinya, hingga aku seolah bisa menyentuhnya dengan ”Lantas siapa yang memiliki kekuatan itu? Presiden negeri ini. begitu mengesankan. Begitu sederhana, begitu terang prinsip tidak memiliki kekuatan melakukan itu, Thomas. Tugas dan ke­ tangan. wajiban kepala daerah terbatas. ”Nah, sebagai walikota, atau kemudian sebagai gubernur, aku ”Lantas siapa yang memiliki kekuatan itu? Presiden negeri ini. begitu mengesankan. Begitu sederhana, begitu terang prinsip tangan. tidak memiliki kekuatan melakukan itu, Thomas. Tugas dan ke­ yang dimilikinya, hingga aku seolah bisa menyentuhnya dengan wajiban kepala daerah terbatas. ”Nah, sebagai walikota, atau kemudian sebagai gubernur, aku ”Lantas siapa yang memiliki kekuatan itu? Presiden negeri ini. begitu mengesankan. Begitu sederhana, begitu terang prinsip tidak memiliki kekuatan melakukan itu, Thomas. Tugas dan ke­ tangan. yang dimilikinya, hingga aku seolah bisa menyentuhnya dengan wajiban kepala daerah terbatas. ”Nah, sebagai walikota, atau kemudian sebagai gubernur, aku ”Lantas siapa yang memiliki kekuatan itu? Presiden negeri ini. tidak memiliki kekuatan melakukan itu, Thomas. Tugas dan ke­ tangan. yang dimilikinya, hingga aku seolah bisa menyentuhnya dengan wajiban kepala daerah terbatas. ”Nah, sebagai walikota, atau kemudian sebagai gubernur, aku ”Lantas siapa yang memiliki kekuatan itu? Presiden negeri ini. tidak memiliki kekuatan melakukan itu, Thomas. Tugas dan ke­ tangan. Beliaulah pemilik komando tertinggi dalam jihad mulia me­ yang dimilikinya, hingga aku seolah bisa menyentuhnya dengan wajiban kepala daerah terbatas. ”Nah, sebagai walikota, atau kemudian sebagai gubernur, aku ”Lantas siapa yang memiliki kekuatan itu? Presiden negeri ini. tidak memiliki kekuatan melakukan itu, Thomas. Tugas dan ke­ Beliaulah pemilik komando tertinggi dalam jihad mulia me­ yang dimilikinya, hingga aku seolah bisa menyentuhnya dengan ”Nah, sebagai walikota, atau kemudian sebagai gubernur, aku wajiban kepala daerah terbatas. tangan. ”Lantas siapa yang memiliki kekuatan itu? Presiden negeri ini. tidak memiliki kekuatan melakukan itu, Thomas. Tugas dan ke­ Beliaulah pemilik komando tertinggi dalam jihad mulia me­ yang dimilikinya, hingga aku seolah bisa menyentuhnya dengan wajiban kepala daerah terbatas. ”Nah, sebagai walikota, atau kemudian sebagai gubernur, aku tangan. ”Lantas siapa yang memiliki kekuatan itu? Presiden negeri ini. tidak memiliki kekuatan melakukan itu, Thomas. Tugas dan ke­ Beliaulah pemilik komando tertinggi dalam jihad mulia me­ wajiban kepala daerah terbatas. ”Nah, sebagai walikota, atau kemudian sebagai gubernur, aku tangan. ”Lantas siapa yang memiliki kekuatan itu? Presiden negeri ini. tidak memiliki kekuatan melakukan itu, Thomas. Tugas dan ke­ Beliaulah pemilik komando tertinggi dalam jihad mulia me­ wajiban kepala daerah terbatas. ”Nah, sebagai walikota, atau kemudian sebagai gubernur, aku negakkan hukum. Mengacu pada konstitusi, presidenlah pen­ tangan. ”Lantas siapa yang memiliki kekuatan itu? Presiden negeri ini. tidak memiliki kekuatan melakukan itu, Thomas. Tugas dan ke­ Beliaulah pemilik komando tertinggi dalam jihad mulia me­ wajiban kepala daerah terbatas. negakkan hukum. Mengacu pada konstitusi, presidenlah pen­ tangan. tidak memiliki kekuatan melakukan itu, Thomas. Tugas dan ke­ ”Lantas siapa yang memiliki kekuatan itu? Presiden negeri ini. ”Nah, sebagai walikota, atau kemudian sebagai gubernur, aku Beliaulah pemilik komando tertinggi dalam jihad mulia me­ wajiban kepala daerah terbatas. negakkan hukum. Mengacu pada konstitusi, presidenlah pen­ tangan. ”Lantas siapa yang memiliki kekuatan itu? Presiden negeri ini. tidak memiliki kekuatan melakukan itu, Thomas. Tugas dan ke­ ”Nah, sebagai walikota, atau kemudian sebagai gubernur, aku Beliaulah pemilik komando tertinggi dalam jihad mulia me­ wajiban kepala daerah terbatas. negakkan hukum. Mengacu pada konstitusi, presidenlah pen­ ”Lantas siapa yang memiliki kekuatan itu? Presiden negeri ini. tidak memiliki kekuatan melakukan itu, Thomas. Tugas dan ke­ ”Nah, sebagai walikota, atau kemudian sebagai gubernur, aku Beliaulah pemilik komando tertinggi dalam jihad mulia me­ wajiban kepala daerah terbatas. negakkan hukum. Mengacu pada konstitusi, presidenlah pen­ ”Lantas siapa yang memiliki kekuatan itu? Presiden negeri ini. tidak memiliki kekuatan melakukan itu, Thomas. Tugas dan ke­ sakti, paling berkuasa, dan paling menentukan ke dekar paling ”Nah, sebagai walikota, atau kemudian sebagai gubernur, aku Beliaulah pemilik komando tertinggi dalam jihad mulia me­ wajiban kepala daerah terbatas. negakkan hukum. Mengacu pada konstitusi, presidenlah pen­ ”Lantas siapa yang memiliki kekuatan itu? Presiden negeri ini. sakti, paling berkuasa, dan paling menentukan ke dekar paling ”Nah, sebagai walikota, atau kemudian sebagai gubernur, aku wajiban kepala daerah terbatas. Beliaulah pemilik komando tertinggi dalam jihad mulia me­ tidak memiliki kekuatan melakukan itu, Thomas. Tugas dan ke­ negakkan hukum. Mengacu pada konstitusi, presidenlah pen­ ”Lantas siapa yang memiliki kekuatan itu? Presiden negeri ini. sakti, paling berkuasa, dan paling menentukan ke dekar paling ”Nah, sebagai walikota, atau kemudian sebagai gubernur, aku Beliaulah pemilik komando tertinggi dalam jihad mulia me­ wajiban kepala daerah terbatas. tidak memiliki kekuatan melakukan itu, Thomas. Tugas dan ke­ negakkan hukum. Mengacu pada konstitusi, presidenlah pen­ ”Lantas siapa yang memiliki kekuatan itu? Presiden negeri ini. sakti, paling berkuasa, dan paling menentukan ke dekar paling Beliaulah pemilik komando tertinggi dalam jihad mulia me­ wajiban kepala daerah terbatas. tidak memiliki kekuatan melakukan itu, Thomas. Tugas dan ke­ negakkan hukum. Mengacu pada konstitusi, presidenlah pen­ ”Lantas siapa yang memiliki kekuatan itu? Presiden negeri ini. sakti, paling berkuasa, dan paling menentukan ke dekar paling Beliaulah pemilik komando tertinggi dalam jihad mulia me­ wajiban kepala daerah terbatas. arah mana hukum akan dijalankan. Ribuan polisi korup, pre­ tidak memiliki kekuatan melakukan itu, Thomas. Tugas dan ke­ negakkan hukum. Mengacu pada konstitusi, presidenlah pen­ ”Lantas siapa yang memiliki kekuatan itu? Presiden negeri ini. sakti, paling berkuasa, dan paling menentukan ke dekar paling Beliaulah pemilik komando tertinggi dalam jihad mulia me­ arah mana hukum akan dijalankan. Ribuan polisi korup, pre­ tidak memiliki kekuatan melakukan itu, Thomas. Tugas dan ke­ ”Lantas siapa yang memiliki kekuatan itu? Presiden negeri ini. negakkan hukum. Mengacu pada konstitusi, presidenlah pen­ wajiban kepala daerah terbatas. sakti, paling berkuasa, dan paling menentukan ke dekar paling Beliaulah pemilik komando tertinggi dalam jihad mulia me­ arah mana hukum akan dijalankan. Ribuan polisi korup, pre­ tidak memiliki kekuatan melakukan itu, Thomas. Tugas dan ke­ negakkan hukum. Mengacu pada konstitusi, presidenlah pen­ ”Lantas siapa yang memiliki kekuatan itu? Presiden negeri ini. wajiban kepala daerah terbatas. sakti, paling berkuasa, dan paling menentukan ke dekar paling Beliaulah pemilik komando tertinggi dalam jihad mulia me­ arah mana hukum akan dijalankan. Ribuan polisi korup, pre­ negakkan hukum. Mengacu pada konstitusi, presidenlah pen­ ”Lantas siapa yang memiliki kekuatan itu? Presiden negeri ini. wajiban kepala daerah terbatas. sakti, paling berkuasa, dan paling menentukan ke dekar paling Beliaulah pemilik komando tertinggi dalam jihad mulia me­ arah mana hukum akan dijalankan. Ribuan polisi korup, pre­ negakkan hukum. Mengacu pada konstitusi, presidenlah pen­ ”Lantas siapa yang memiliki kekuatan itu? Presiden negeri ini. penuh mengurusnya. Mengganti seluruh pucuk siden berwenang wajiban kepala daerah terbatas. sakti, paling berkuasa, dan paling menentukan ke dekar paling Beliaulah pemilik komando tertinggi dalam jihad mulia me­ arah mana hukum akan dijalankan. Ribuan polisi korup, pre­ negakkan hukum. Mengacu pada konstitusi, presidenlah pen­ penuh mengurusnya. Mengganti seluruh pucuk siden berwenang wajiban kepala daerah terbatas. Beliaulah pemilik komando tertinggi dalam jihad mulia me­ sakti, paling berkuasa, dan paling menentukan ke dekar paling ”Lantas siapa yang memiliki kekuatan itu? Presiden negeri ini. arah mana hukum akan dijalankan. Ribuan polisi korup, pre­ negakkan hukum. Mengacu pada konstitusi, presidenlah pen­ penuh mengurusnya. Mengganti seluruh pucuk siden berwenang wajiban kepala daerah terbatas. sakti, paling berkuasa, dan paling menentukan ke dekar paling Beliaulah pemilik komando tertinggi dalam jihad mulia me­ ”Lantas siapa yang memiliki kekuatan itu? Presiden negeri ini. arah mana hukum akan dijalankan. Ribuan polisi korup, pre­ negakkan hukum. Mengacu pada konstitusi, presidenlah pen­ penuh mengurusnya. Mengganti seluruh pucuk siden berwenang sakti, paling berkuasa, dan paling menentukan ke dekar paling Beliaulah pemilik komando tertinggi dalam jihad mulia me­ ”Lantas siapa yang memiliki kekuatan itu? Presiden negeri ini. arah mana hukum akan dijalankan. Ribuan polisi korup, pre­ negakkan hukum. Mengacu pada konstitusi, presidenlah pen­ penuh mengurusnya. Mengganti seluruh pucuk siden berwenang sakti, paling berkuasa, dan paling menentukan ke dekar paling Beliaulah pemilik komando tertinggi dalam jihad mulia me­ pimpinan kepolisian itu mudah, sepanjang ada niat dan berani. ”Lantas siapa yang memiliki kekuatan itu? Presiden negeri ini. arah mana hukum akan dijalankan. Ribuan polisi korup, pre­ negakkan hukum. Mengacu pada konstitusi, presidenlah pen­ penuh mengurusnya. Mengganti seluruh pucuk siden berwenang sakti, paling berkuasa, dan paling menentukan ke dekar paling pimpinan kepolisian itu mudah, sepanjang ada niat dan berani. ”Lantas siapa yang memiliki kekuatan itu? Presiden negeri ini. negakkan hukum. Mengacu pada konstitusi, presidenlah pen­ arah mana hukum akan dijalankan. Ribuan polisi korup, pre­ Beliaulah pemilik komando tertinggi dalam jihad mulia me­ penuh mengurusnya. Mengganti seluruh pucuk siden berwenang sakti, paling berkuasa, dan paling menentukan ke dekar paling pimpinan kepolisian itu mudah, sepanjang ada niat dan berani. ”Lantas siapa yang memiliki kekuatan itu? Presiden negeri ini. arah mana hukum akan dijalankan. Ribuan polisi korup, pre­ negakkan hukum. Mengacu pada konstitusi, presidenlah pen­ Beliaulah pemilik komando tertinggi dalam jihad mulia me­ penuh mengurusnya. Mengganti seluruh pucuk siden berwenang sakti, paling berkuasa, dan paling menentukan ke dekar paling pimpinan kepolisian itu mudah, sepanjang ada niat dan berani. arah mana hukum akan dijalankan. Ribuan polisi korup, pre­ negakkan hukum. Mengacu pada konstitusi, presidenlah pen­ Beliaulah pemilik komando tertinggi dalam jihad mulia me­ penuh mengurusnya. Mengganti seluruh pucuk siden berwenang sakti, paling berkuasa, dan paling menentukan ke dekar paling pimpinan kepolisian itu mudah, sepanjang ada niat dan berani. arah mana hukum akan dijalankan. Ribuan polisi korup, pre­ negakkan hukum. Mengacu pada konstitusi, presidenlah pen­ Ribuan hakim berkhianat atas amanah yang diberikan, juga mu­ Beliaulah pemilik komando tertinggi dalam jihad mulia me­ penuh mengurusnya. Mengganti seluruh pucuk siden berwenang sakti, paling berkuasa, dan paling menentukan ke dekar paling pimpinan kepolisian itu mudah, sepanjang ada niat dan berani. arah mana hukum akan dijalankan. Ribuan polisi korup, pre­ Ribuan hakim berkhianat atas amanah yang diberikan, juga mu­ Beliaulah pemilik komando tertinggi dalam jihad mulia me­ sakti, paling berkuasa, dan paling menentukan ke dekar paling penuh mengurusnya. Mengganti seluruh pucuk siden berwenang negakkan hukum. Mengacu pada konstitusi, presidenlah pen­ pimpinan kepolisian itu mudah, sepanjang ada niat dan berani. arah mana hukum akan dijalankan. Ribuan polisi korup, pre­ Ribuan hakim berkhianat atas amanah yang diberikan, juga mu­ Beliaulah pemilik komando tertinggi dalam jihad mulia me­ penuh mengurusnya. Mengganti seluruh pucuk siden berwenang sakti, paling berkuasa, dan paling menentukan ke dekar paling negakkan hukum. Mengacu pada konstitusi, presidenlah pen­ pimpinan kepolisian itu mudah, sepanjang ada niat dan berani. arah mana hukum akan dijalankan. Ribuan polisi korup, pre­ Ribuan hakim berkhianat atas amanah yang diberikan, juga mu­ penuh mengurusnya. Mengganti seluruh pucuk siden berwenang sakti, paling berkuasa, dan paling menentukan ke dekar paling negakkan hukum. Mengacu pada konstitusi, presidenlah pen­ pimpinan kepolisian itu mudah, sepanjang ada niat dan berani. arah mana hukum akan dijalankan. Ribuan polisi korup, pre­ Ribuan hakim berkhianat atas amanah yang diberikan, juga mu­ penuh mengurusnya. Mengganti seluruh pucuk siden berwenang sakti, paling berkuasa, dan paling menentukan ke dekar paling dah, mereka ada di bawah rantai komando presiden. Pun ter­ negakkan hukum. Mengacu pada konstitusi, presidenlah pen­ pimpinan kepolisian itu mudah, sepanjang ada niat dan berani. arah mana hukum akan dijalankan. Ribuan polisi korup, pre­ Ribuan hakim berkhianat atas amanah yang diberikan, juga mu­ penuh mengurusnya. Mengganti seluruh pucuk siden berwenang dah, mereka ada di bawah rantai komando presiden. Pun ter­ negakkan hukum. Mengacu pada konstitusi, presidenlah pen­ arah mana hukum akan dijalankan. Ribuan polisi korup, pre­ pimpinan kepolisian itu mudah, sepanjang ada niat dan berani. sakti, paling berkuasa, dan paling menentukan ke dekar paling Ribuan hakim berkhianat atas amanah yang diberikan, juga mu­ penuh mengurusnya. Mengganti seluruh pucuk siden berwenang dah, mereka ada di bawah rantai komando presiden. Pun ter­ negakkan hukum. Mengacu pada konstitusi, presidenlah pen­ pimpinan kepolisian itu mudah, sepanjang ada niat dan berani. arah mana hukum akan dijalankan. Ribuan polisi korup, pre­ sakti, paling berkuasa, dan paling menentukan ke dekar paling Ribuan hakim berkhianat atas amanah yang diberikan, juga mu­ penuh mengurusnya. Mengganti seluruh pucuk siden berwenang dah, mereka ada di bawah rantai komando presiden. Pun ter­ pimpinan kepolisian itu mudah, sepanjang ada niat dan berani. arah mana hukum akan dijalankan. Ribuan polisi korup, pre­ sakti, paling berkuasa, dan paling menentukan ke dekar paling Ribuan hakim berkhianat atas amanah yang diberikan, juga mu­ penuh mengurusnya. Mengganti seluruh pucuk siden berwenang dah, mereka ada di bawah rantai komando presiden. Pun ter­ pimpinan kepolisian itu mudah, sepanjang ada niat dan berani. arah mana hukum akan dijalankan. Ribuan polisi korup, pre­ masuk kejaksaan, jaksa-jaksa yang bermain-main dengan hukum. sakti, paling berkuasa, dan paling menentukan ke dekar paling Ribuan hakim berkhianat atas amanah yang diberikan, juga mu­ penuh mengurusnya. Mengganti seluruh pucuk siden berwenang dah, mereka ada di bawah rantai komando presiden. Pun ter­ pimpinan kepolisian itu mudah, sepanjang ada niat dan berani. masuk kejaksaan, jaksa-jaksa yang bermain-main dengan hukum. sakti, paling berkuasa, dan paling menentukan ke dekar paling penuh mengurusnya. Mengganti seluruh pucuk siden berwenang Ribuan hakim berkhianat atas amanah yang diberikan, juga mu­ arah mana hukum akan dijalankan. Ribuan polisi korup, pre­ dah, mereka ada di bawah rantai komando presiden. Pun ter­ pimpinan kepolisian itu mudah, sepanjang ada niat dan berani. masuk kejaksaan, jaksa-jaksa yang bermain-main dengan hukum. sakti, paling berkuasa, dan paling menentukan ke dekar paling Ribuan hakim berkhianat atas amanah yang diberikan, juga mu­ penuh mengurusnya. Mengganti seluruh pucuk siden berwenang arah mana hukum akan dijalankan. Ribuan polisi korup, pre­ dah, mereka ada di bawah rantai komando presiden. Pun ter­ pimpinan kepolisian itu mudah, sepanjang ada niat dan berani. masuk kejaksaan, jaksa-jaksa yang bermain-main dengan hukum. Ribuan hakim berkhianat atas amanah yang diberikan, juga mu­ penuh mengurusnya. Mengganti seluruh pucuk siden berwenang arah mana hukum akan dijalankan. Ribuan polisi korup, pre­ dah, mereka ada di bawah rantai komando presiden. Pun ter­ pimpinan kepolisian itu mudah, sepanjang ada niat dan berani. masuk kejaksaan, jaksa-jaksa yang bermain-main dengan hukum. Ribuan hakim berkhianat atas amanah yang diberikan, juga mu­ penuh mengurusnya. Mengganti seluruh pucuk siden berwenang Pun birokrat, hingga kepala desa yang curang, mengurus KTP arah mana hukum akan dijalankan. Ribuan polisi korup, pre­ dah, mereka ada di bawah rantai komando presiden. Pun ter­ pimpinan kepolisian itu mudah, sepanjang ada niat dan berani. masuk kejaksaan, jaksa-jaksa yang bermain-main dengan hukum. Ribuan hakim berkhianat atas amanah yang diberikan, juga mu­ Pun birokrat, hingga kepala desa yang curang, mengurus KTP arah mana hukum akan dijalankan. Ribuan polisi korup, pre­ pimpinan kepolisian itu mudah, sepanjang ada niat dan berani. dah, mereka ada di bawah rantai komando presiden. Pun ter­ penuh mengurusnya. Mengganti seluruh pucuk siden berwenang masuk kejaksaan, jaksa-jaksa yang bermain-main dengan hukum. Ribuan hakim berkhianat atas amanah yang diberikan, juga mu­ Pun birokrat, hingga kepala desa yang curang, mengurus KTP arah mana hukum dijalankan. Ribuan polisi korup, pre­ dah, mereka ada di akan bawah rantai komando presiden. Pun ter­ pimpinan kepolisian itu mudah, sepanjang ada niat dan berani. penuh mengurusnya. Mengganti seluruh pucuk siden berwenang masuk kejaksaan, jaksa-jaksa yang bermain-main dengan hukum. Ribuan hakim berkhianat atas amanah yang diberikan, mu­ Pun birokrat, hingga kepala desa yang curang, mengurus KTP dah, mereka ada di bawah rantai komando presiden. Pun ter­ pimpinan kepolisian itu mudah, sepanjang ada niat danjuga berani. penuh mengurusnya. Mengganti seluruh pucuk siden berwenang masuk kejaksaan, jaksa-jaksa yang bermain-main dengan hukum. Ribuan hakim berkhianat atas amanah yang diberikan, juga mu­ Pun birokrat, hingga kepala desa yang curang, mengurus KTP dah, mereka ada di bawah rantai komando presiden. Pun ter­ pimpinan kepolisian itu mudah, sepanjang ada niat dan berani. harus membayar, apa pun itu. Presiden bisa memimpin perang penuh mengurusnya. Mengganti seluruh pucuk siden berwenang masuk kejaksaan, jaksa-jaksa yang bermain-main dengan hukum. Ribuan hakim berkhianat atas amanah yang diberikan, juga mu­ Pun birokrat, hingga kepala desa yang curang, mengurus KTP dah, mereka ada di bawah rantai komando presiden. Pun ter­ harus membayar, apa pun itu. Presiden bisa memimpin perang penuh mengurusnya. Mengganti seluruh pucuk siden berwenang Ribuan hakim berkhianat atas amanah yang diberikan, juga mu­ masuk kejaksaan, jaksa-jaksa yang bermain-main dengan hukum. pimpinan kepolisian itu mudah, sepanjang ada niat dan berani. Pun birokrat, hingga kepala desa yang curang, mengurus KTP dah, mereka ada di bawah rantai komando presiden. Pun ter­ harus membayar, apa pun itu. Presiden bisa memimpin perang penuh mengurusnya. Mengganti seluruh pucuk siden berwenang masuk kejaksaan, jaksa-jaksa yang bermain-main dengan hukum. Ribuan hakim berkhianat atas amanah yang diberikan, juga mu­ pimpinan kepolisian itu mudah, sepanjang ada niat dan berani. Pun birokrat, hingga kepala desa yang curang, mengurus KTP dah, mereka ada di bawah rantai komando presiden. Pun ter­ harus membayar, apa pun itu. Presiden bisa memimpin perang masuk kejaksaan, jaksa-jaksa yang bermain-main dengan hukum. Ribuan hakim berkhianat atas amanah yang diberikan, juga mu­ pimpinan kepolisian itu mudah, sepanjang ada niat dan berani. Pun birokrat, hingga kepala desa yang curang, mengurus KTP dah, mereka ada di bawah rantai komando presiden. Pun ter­ harus membayar, apa pun itu. Presiden bisa memimpin perang masuk kejaksaan, jaksa-jaksa yang bermain-main dengan hukum. Ribuan hakim berkhianat atas amanah yang diberikan, juga mu­ besar-besaran terhadap orang-orang yang bukan saja melanggar pimpinan kepolisian itu mudah, sepanjang ada niat dan berani. Pun birokrat, hingga kepala desa yang curang, mengurus KTP dah, mereka ada di bawah rantai komando presiden. Pun ter­ harus membayar, apa pun itu. Presiden bisa memimpin perang masuk kejaksaan, jaksa-jaksa yang bermain-main dengan hukum. besar-besaran terhadap orang-orang yang bukan saja melanggar pimpinan kepolisian itu mudah, sepanjang ada niat dan berani. dah, mereka ada di bawah rantai komando presiden. Pun ter­ Pun birokrat, hingga kepala desa yang curang, mengurus KTP Ribuan hakim berkhianat atas amanah yang diberikan, juga mu­ harus membayar, apa pun itu. Presiden bisa memimpin perang masuk kejaksaan, jaksa-jaksa yang bermain-main dengan hukum. besar-besaran terhadap orang-orang yang bukan saja melanggar pimpinan kepolisian itu mudah, sepanjang ada niat dan berani. Pun birokrat, hingga kepala desa yang curang, mengurus KTP dah, mereka ada di bawah rantai komando presiden. Pun ter­ Ribuan hakim berkhianat atas amanah yang diberikan, juga mu­ harus membayar, apa pun itu. Presiden bisa memimpin perang masuk kejaksaan, jaksa-jaksa yang bermain-main dengan hukum. besar-besaran terhadap orang-orang yang bukan saja melanggar Pun birokrat, hingga kepala desa yang curang, mengurus KTP dah, mereka ada di bawah rantai komando presiden. Pun ter­ Ribuan hakim berkhianat atas amanah yang diberikan, juga mu­ harus membayar, apa pun itu. Presiden bisa memimpin perang masuk kejaksaan, jaksa-jaksa yang bermain-main dengan hukum. besar-besaran terhadap orang-orang yang bukan saja melanggar Pun birokrat, hingga kepala desa yang curang, mengurus KTP dah, mereka ada di bawah rantai komando presiden. Pun ter­ hukum tapi sedang menghina hukum negeri ini. Ribuan hakim berkhianat atas amanah yang diberikan, juga mu­ harus membayar, apa pun itu. Presiden bisa memimpin perang masuk kejaksaan, jaksa-jaksa yang bermain-main dengan hukum. besar-besaran terhadap orang-orang yang bukan saja melanggar Pun birokrat, hingga kepala desa yang curang, mengurus KTP hukum tapi sedang menghina hukum negeri ini. Ribuan hakim berkhianat atas amanah yang diberikan, juga mu­ masuk kejaksaan, jaksa-jaksa yang bermain-main dengan hukum. harus membayar, apa pun itu. Presiden bisa memimpin perang dah, mereka ada di bawah rantai komando presiden. Pun ter­ besar-besaran terhadap orang-orang yang bukan saja melanggar Pun birokrat, hingga kepala desa yang curang, mengurus KTP hukum tapi sedang menghina hukum negeri ini. Ribuan hakim berkhianat atas amanah yang diberikan, juga mu­ harus membayar, apa pun itu. Presiden bisa memimpin perang masuk kejaksaan, jaksa-jaksa yang bermain-main dengan hukum. dah, mereka ada di bawah rantai komando presiden. Pun ter­ besar-besaran terhadap orang-orang yang bukan saja melanggar Pun birokrat, hingga kepala desa yang curang, mengurus KTP hukum tapi sedang menghina hukum negeri ini. harus membayar, apa pun itu. Presiden bisa memimpin perang masuk kejaksaan, jaksa-jaksa yang bermain-main dengan hukum. dah, mereka ada di bawah rantai komando presiden. Pun ter­ besar-besaran terhadap orang-orang yang bukan saja melanggar Pun birokrat, hingga kepala desa yang curang, mengurus KTP hukum tapi sedang menghina hukum negeri ini. harus membayar, apa pun itu. Presiden bisa memimpin perang masuk kejaksaan, jaksa-jaksa yang bermain-main dengan hukum. ”Maka akan berbeda saat aku menjadi wali kota atau guber­ dah, mereka ada di bawah rantai komando presiden. Pun ter­ besar-besaran terhadap orang-orang yang bukan saja melanggar Pun birokrat, hingga kepala desa yang curang, mengurus KTP hukum tapi sedang menghina hukum negeri ini. harus membayar, apa pun itu. Presiden bisa memimpin perang ”Maka akan berbeda saat aku menjadi wali kota atau guber­ dah, mereka ada di bawah rantai komando presiden. Pun ter­ Pun birokrat, hingga kepala desa yang curang, mengurus KTP besar-besaran terhadap orang-orang yang bukan saja melanggar masuk kejaksaan, jaksa-jaksa yang bermain-main dengan hukum. hukum tapi sedang menghina hukum negeri ini. harus membayar, apa pun itu. Presiden bisa memimpin perang ”Maka akan berbeda saat aku menjadi wali kota atau guber­ dah, mereka ada di bawah rantai komando presiden. Pun ter­ besar-besaran terhadap orang-orang yang bukan saja melanggar Pun birokrat, hingga kepala desa yang curang, mengurus KTP masuk kejaksaan, jaksa-jaksa yang bermain-main dengan hukum. hukum tapi sedang menghina hukum negeri ini. harus membayar, apa pun itu. Presiden bisa memimpin perang ”Maka akan berbeda saat aku menjadi wali kota atau guber­ besar-besaran terhadap orang-orang yang bukan saja melanggar Pun birokrat, hingga kepala desa yang curang, mengurus KTP masuk kejaksaan, jaksa-jaksa yang bermain-main dengan hukum. hukum tapi sedang menghina hukum negeri ini. harus membayar, apa pun itu. Presiden bisa memimpin perang ”Maka akan berbeda saat aku menjadi wali kota atau guber­ besar-besaran terhadap orang-orang yang bukan saja melanggar Pun birokrat, hingga kepala desa yang curang, mengurus KTP nur, yang lebih fokus terhadap kesejahteraan rakyat, pendidikan, masuk kejaksaan, jaksa-jaksa yang bermain-main dengan hukum. hukum tapi sedang menghina hukum negeri ini. harus membayar, apa pun itu. Presiden bisa memimpin perang ”Maka akan berbeda saat aku menjadi wali kota atau guber­ besar-besaran terhadap orang-orang yang bukan saja melanggar nur, yang lebih fokus terhadap kesejahteraan rakyat, pendidikan, masuk kejaksaan, jaksa-jaksa yang bermain-main dengan hukum. harus membayar, apa pun itu. Presiden bisa memimpin perang hukum tapi sedang menghina hukum negeri ini. Pun birokrat, hingga kepala desa yang curang, mengurus KTP ”Maka akan berbeda saat aku menjadi wali kota atau guber­ besar-besaran terhadap orang-orang yang bukan saja melanggar nur, yang lebih fokus terhadap kesejahteraan rakyat, pendidikan, masuk kejaksaan, jaksa-jaksa yang bermain-main dengan hukum. hukum tapi sedang menghina hukum negeri ini. harus membayar, apa pun itu. Presiden bisa memimpin perang Pun birokrat, hingga kepala desa yang curang, mengurus KTP ”Maka akan berbeda saat aku menjadi wali kota atau guber­ besar-besaran terhadap orang-orang yang bukan saja melanggar nur, yang lebih fokus terhadap kesejahteraan rakyat, pendidikan, hukum tapi sedang hukum negeri ini. harus membayar, apa pun itu. Presiden bisa memimpin perang Pun birokrat, hingga kepala desa yang curang, mengurus KTP ”Maka akan berbeda saat aku menjadi wali kota atau guber­ besar-besaran terhadap orang-orang yang bukan saja melanggar nur, yang lebih fokus terhadap kesejahteraan rakyat, pendidikan, hukum tapi sedang menghina hukum negeri ini. harus membayar, apamenghina pun itu. Presiden bisa memimpin perang dan kesehatan mereka. Membuat mereka nyaman, tidak meng­ Pun birokrat, hingga kepala desa yang curang, mengurus KTP ”Maka akan berbeda saat aku menjadi wali kota atau guber­ besar-besaran terhadap orang-orang yang bukan saja melanggar nur, yang lebih fokus terhadap kesejahteraan rakyat, pendidikan, hukum tapi sedang menghina hukum negeri ini. dan kesehatan mereka. Membuat mereka nyaman, tidak meng­ Pun birokrat, hingga kepala desa yang curang, mengurus KTP besar-besaran terhadap orang-orang yang bukan saja melanggar ”Maka akan berbeda saat aku menjadi wali kota atau guber­ harus membayar, apa pun itu. Presiden bisa memimpin perang nur, yang lebih fokus terhadap kesejahteraan rakyat, pendidikan, hukum tapi sedang menghina hukum negeri ini. dan kesehatan mereka. Membuat mereka nyaman, tidak meng­ Pun birokrat, hingga kepala desa yang curang, mengurus KTP ”Maka akan berbeda saat aku menjadi wali kota atau guber­ besar-besaran terhadap orang-orang yang bukan saja melanggar harus membayar, apa pun itu. Presiden bisa memimpin perang nur, yang lebih fokus terhadap kesejahteraan rakyat, pendidikan, hukum tapi sedang menghina hukum negeri ini. dan kesehatan mereka. Membuat mereka nyaman, tidak meng­ ”Maka akan berbeda saat aku menjadi wali kota atau guber­ besar-besaran terhadap orang-orang yang bukan saja melanggar harus membayar, apa pun itu. Presiden bisa memimpin perang nur, yang lebih fokus terhadap kesejahteraan rakyat, pendidikan, hukum tapi sedang menghina hukum negeri ini. dan kesehatan mereka. Membuat mereka nyaman, tidak meng­ ”Maka akan berbeda saat aku menjadi wali kota atau guber­ besar-besaran terhadap orang-orang yang bukan saja melanggar alami kemacetan, tidak menderita kebanjiran, bisa mendapatkan harus membayar, apa pun itu. Presiden bisa memimpin perang nur, yang lebih fokus terhadap kesejahteraan rakyat, pendidikan, hukum tapi sedang menghina hukum negeri ini. dan kesehatan mereka. Membuat mereka nyaman, tidak meng­ ”Maka akan berbeda saat aku menjadi wali kota atau guber­ tidak menderita kebanjiran, bisa mendapatkan alami kemacetan, harus membayar, apa pun itu. Presiden bisa memimpin perang hukum tapi sedang menghina hukum negeri ini. nur, yang lebih fokus terhadap kesejahteraan rakyat, pendidikan, besar-besaran terhadap orang-orang yang bukan saja melanggar dan kesehatan mereka. Membuat mereka nyaman, tidak meng­ ”Maka akan berbeda saat aku menjadi wali kota atau guber­ alami kemacetan, tidak menderita kebanjiran, bisa mendapatkan harus membayar, apa pun itu. Presiden bisa memimpin perang nur, yang lebih fokus terhadap kesejahteraan rakyat, pendidikan, hukum tapi sedang menghina hukum negeri ini. besar-besaran terhadap orang-orang yang bukan saja melanggar dan kesehatan mereka. Membuat mereka nyaman, tidak meng­ ”Maka akan berbeda saat aku menjadi wali kota atau guber­ alami kemacetan, tidak menderita kebanjiran, bisa mendapatkan nur, yang lebih fokus terhadap kesejahteraan rakyat, pendidikan, hukum tapi sedang menghina hukum negeri ini. besar-besaran terhadap orang-orang yang bukan saja melanggar dan kesehatan mereka. Membuat mereka nyaman, tidak meng­ ”Maka akan berbeda saat aku menjadi wali kota atau guber­ tidak menderita kebanjiran, bisa mendapatkan alami kemacetan, nur, yang lebih fokus terhadap kesejahteraan rakyat, pendidikan, hukum tapi sedang menghina hukum negeri ini. upah minimum, dan bisa memenuhi kebutuhan minimalnya. besar-besaran terhadap orang-orang yang bukan saja melanggar dan kesehatan mereka. Membuat mereka nyaman, tidak meng­ ”Maka akan berbeda saat aku menjadi wali kota atau guber­ alami kemacetan, tidak menderita kebanjiran, bisa mendapatkan nur, yang lebih fokus terhadap kesejahteraan rakyat, pendidikan, upah minimum, dan bisa memenuhi kebutuhan minimalnya. besar-besaran terhadap orang-orang yang bukan saja melanggar ”Maka akan berbeda saat aku menjadi wali kota atau guber­ dan kesehatan mereka. Membuat mereka nyaman, tidak meng­ hukum tapi sedang menghina hukum negeri ini. tidak menderita kebanjiran, bisa mendapatkan alami kemacetan, nur, yang lebih fokus terhadap kesejahteraan rakyat, pendidikan, upah minimum, dan bisa memenuhi kebutuhan minimalnya. besar-besaran terhadap orang-orang yang bukan saja melanggar dan kesehatan mereka. Membuat mereka nyaman, tidak meng­ ”Maka akan berbeda saat aku menjadi wali kota atau guber­ hukum tapi sedang menghina hukum negeri ini. tidak menderita kebanjiran, bisa mendapatkan alami kemacetan, nur, yang lebih fokus terhadap kesejahteraan rakyat, pendidikan, upah minimum, dan bisa memenuhi kebutuhan minimalnya. dan kesehatan mereka. Membuat mereka nyaman, tidak meng­ ”Maka akan berbeda saat aku menjadi wali kota atau guber­ hukum tapi sedang menghina hukum negeri ini. tidak menderita kebanjiran, bisa mendapatkan alami kemacetan, nur, yang lebih fokus terhadap kesejahteraan rakyat, pendidikan, upah minimum, dan bisa memenuhi kebutuhan minimalnya. dan kesehatan mereka. Membuat mereka nyaman, tidak meng­ ”Maka akan berbeda saat aku menjadi wali kota atau guber­ hukum tapi sedang menghina hukum negeri ini. tidak menderita kebanjiran, bisa mendapatkan alami kemacetan, nur, kesehatan yang lebih fokus terhadap kesejahteraan rakyat, pendidikan, upah minimum, dan bisa memenuhi kebutuhan minimalnya. dan mereka. Membuat mereka nyaman, tidak meng­ hukum tapi sedang menghina hukum negeri ini.



Tuhan, penegakan hukum adalah kunci semua masalah. Kita atau sumber daya. Jika kita memilih tidak tahuan, kekuasaan, Sebagai presiden, prioritas itu berubah. Penegakan hukum, demi sekitar kita yang mengambil keuntungan karena memiliki penge­ yang dilakukan kita sendiri dan orang-orang di lawan kezaliman harus menyadari hal ini. Kita sebenarnya sedang berperang me­ Tuhan, penegakan hukum adalah kunci semua masalah. Kita atau sumber daya. Jika kita memilih tidak tahuan, kekuasaan, Sebagai presiden, prioritas itu berubah. Penegakan hukum, demi sekitar kita yang mengambil keuntungan karena memiliki penge­ yang dilakukan kita sendiri dan orang-orang di lawan kezaliman harus menyadari hal ini. Kita sebenarnya sedang berperang me­ Tuhan, penegakan hukum adalah kunci semua masalah. Kita atau sumber daya. Jika kita memilih tidak tahuan, kekuasaan, Sebagai presiden, prioritas itu berubah. Penegakan hukum, demi sekitar kita yang mengambil keuntungan karena memiliki penge­ yang dilakukan kita sendiri dan orang-orang di lawan kezaliman harus menyadari hal ini. Kita sebenarnya sedang berperang me­ Tuhan, penegakan hukum adalah kunci semua masalah. Kita atau sumber daya. Jika kita memilih tidak tahuan, kekuasaan, Sebagai presiden, prioritas itu berubah. Penegakan hukum, demi sekitar kita yang mengambil keuntungan karena memiliki penge­ yang dilakukan kita sendiri dan orang-orang di lawan kezaliman peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri Tuhan, penegakan hukum adalah kunci semua masalah. Kita harus menyadari hal ini. Kita sebenarnya sedang berperang me­ atau sumber daya. Jika kita memilih tidak tahuan, kekuasaan, sekitar kita yang mengambil keuntungan karena memiliki penge­ yang dilakukan kita sendiri dan orang-orang di lawan kezaliman harus menyadari hal ini. Kita sebenarnya sedang berperang me­ peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri Tuhan, penegakan hukum adalah kunci semua masalah. Kita atau sumber daya. Jika kita memilih tidak tahuan, kekuasaan, sekitar kita yang mengambil keuntungan karena memiliki penge­ yang dilakukan kita sendiri dan orang-orang di lawan kezaliman harus menyadari hal ini. Kita sebenarnya sedang berperang me­ peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri Tuhan, penegakan hukum adalah kunci semua masalah. Kita atau sumber daya. Jika kita memilih tidak tahuan, kekuasaan, sekitar kita yang mengambil keuntungan karena memiliki penge­ yang dilakukan kita sendiri dan orang-orang di lawan kezaliman harus menyadari hal ini. Kita sebenarnya sedang berperang me­ peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri Tuhan, penegakan hukum adalah kunci semua masalah. Kita atau sumber daya. Jika kita memilih tidak tahuan, kekuasaan, sekitar kita yang mengambil keuntungan karena memiliki penge­ yang dilakukan kita sendiri dan orang-orang di lawan kezaliman harus menyadari hal ini. Kita sebenarnya sedang berperang me­ peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri Tuhan, penegakan hukum adalah kunci semua masalah. Kita atau sumber daya. Jika kita memilih tidak tahuan, kekuasaan, sekitar kita yang mengambil keuntungan karena memiliki penge­ ini persis seperti sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal harus menyadari hal ini. Kita sebenarnya sedang berperang me­ yang dilakukan kita sendiri dan orang-orang di lawan kezaliman peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri atau sumber daya. Jika kita memilih tidak tahuan, kekuasaan, sekitar kita yang mengambil keuntungan karena memiliki penge­ yang dilakukan kita sendiri dan orang-orang di lawan kezaliman ini persis seperti sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal harus menyadari hal ini. Kita sebenarnya sedang berperang me­ peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri atau sumber daya. Jika kita memilih tidak tahuan, kekuasaan, sekitar kita yang mengambil keuntungan karena memiliki penge­ yang dilakukan kita sendiri dan orang-orang di lawan kezaliman ini persis seperti sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal harus menyadari hal ini. Kita sebenarnya sedang berperang me­ peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri atau sumber daya. Jika kita memilih tidak tahuan, kekuasaan, sekitar kita yang mengambil keuntungan karena memiliki penge­ yang dilakukan kita sendiri dan orang-orang di lawan kezaliman ini persis seperti sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal harus menyadari hal ini. Kita sebenarnya sedang berperang me­ peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri atau sumber daya. Jika kita memilih tidak tahuan, kekuasaan, sekitar kita yang mengambil keuntungan karena memiliki penge­ yang dilakukan kita sendiri dan orang-orang di lawan kezaliman ini persis seperti sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal harus menyadari hal ini. Kita sebenarnya sedang berperang me­ peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri atau sumber daya. Jika kita memilih tidak tahuan, kekuasaan, waktu akan pecah berantakan. Ini negeri di ujung tanduk, sekitar kita yang mengambil keuntungan karena memiliki penge­ yang dilakukan kita sendiri dan orang-orang di lawan kezaliman ini persis seperti sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri atau sumber daya. Jika kita memilih tidak tahuan, kekuasaan, sekitar kita yang mengambil keuntungan karena memiliki penge­ waktu akan pecah berantakan. Ini negeri di ujung tanduk, yang dilakukan kita sendiri dan orang-orang di lawan kezaliman ini persis seperti sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri atau sumber daya. Jika kita memilih tidak tahuan, kekuasaan, sekitar kita yang mengambil keuntungan karena memiliki penge­ waktu akan pecah berantakan. Ini negeri di ujung tanduk, yang dilakukan kita sendiri dan orang-orang di lawan kezaliman ini persis seperti sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri atau sumber daya. Jika kita memilih tidak tahuan, kekuasaan, sekitar kita yang mengambil keuntungan karena memiliki penge­ waktu akan pecah berantakan. Ini negeri di ujung tanduk, yang dilakukan kita sendiri dan orang-orang di lawan kezaliman ini persis seperti sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri atau sumber daya. Jika kita memilih tidak tahuan, kekuasaan, sekitar kita yang mengambil keuntungan karena memiliki penge­ waktu akan pecah berantakan. Ini negeri di ujung tanduk, yang dilakukan kita sendiri dan orang-orang di lawan kezaliman ini persis seperti sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri atau sumber daya. Jika kita memilih tidak tahuan, kekuasaan, Thomas.” sekitar kita yang mengambil keuntungan karena memiliki penge­ waktu akan pecah berantakan. Ini negeri di ujung tanduk, ini persis seperti sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri atau sumber daya. Jika kita memilih tidak tahuan, kekuasaan, Thomas.” sekitar kita yang mengambil keuntungan karena memiliki penge­ waktu akan pecah berantakan. Ini negeri di ujung tanduk, ini persis seperti sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri atau sumber daya. Jika kita memilih tidak tahuan, kekuasaan, Thomas.” sekitar kita yang mengambil keuntungan karena memiliki penge­ waktu akan pecah berantakan. Ini negeri di ujung tanduk, ini persis seperti sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri atau sumber daya. Jika kita memilih tidak tahuan, kekuasaan, Thomas.” sekitar kita yang mengambil keuntungan karena memiliki penge­ waktu akan pecah berantakan. Ini negeri di ujung tanduk, ini persis seperti sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri atau sumber daya. Jika kita memilih tidak tahuan, kekuasaan, Thomas.” sekitar kita yang mengambil keuntungan karena penge­ waktu akan pecah berantakan. Ini negeri di ujung tanduk, ini persis seperti sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri Aku mencerna seluruh kalimatnya. atau sumber daya. Jika kita memilih tidak tahuan, kekuasaan, Thomas.” waktu akan pecah berantakan. Ini negeri di memiliki ujung tanduk, ini persis seperti sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri Aku mencerna seluruh kalimatnya. atau sumber daya. Jika kita memilih tidak tahuan, kekuasaan, Thomas.” waktu akan pecah berantakan. Ini negeri di ujung tanduk, ini persis seperti sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri Aku mencerna seluruh kalimatnya. atau sumber daya. Jika kita memilih tidak tahuan, kekuasaan, Thomas.” waktu akan pecah berantakan. Ini negeri di ujung tanduk, ini persis seperti sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri Aku mencerna seluruh kalimatnya. atau sumber daya. Jika kita memilih tidak tahuan, kekuasaan, Thomas.” waktu akan pecah berantakan. Ini negeri di ujung tanduk, ini persis seperti sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri Aku mencerna seluruh kalimatnya. atau sumber daya. Jika kita memilih tidak tahuan, kekuasaan, Thomas.” waktu akan pecah berantakan. Ini negeri di ujung tanduk, ini persis seperti sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal Aku bahkan ingat kalimat-kalimatnya. Itu sungguh ”omong peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri mencerna seluruh kalimatnya. Thomas.” waktu akan pecah berantakan. Ini negeri di ujung tanduk, ini persis seperti sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal Aku bahkan ingat kalimat-kalimatnya. Itu sungguh ”omong peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri mencerna seluruh kalimatnya. Thomas.” waktu akan pecah berantakan. Ini negeri di ujung tanduk, ini persis seperti sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal Aku bahkan ingat kalimat-kalimatnya. Itu sungguh ”omong peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri mencerna seluruh kalimatnya. Thomas.” waktu akan pecah berantakan. Ini negeri di ujung tanduk, ini persis seperti sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal Aku bahkan ingat kalimat-kalimatnya. Itu sungguh ”omong peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri mencerna seluruh kalimatnya. Thomas.” waktu akan pecah berantakan. Ini negeri disungguh ujung tanduk, ini persis seperti sekeranjang telurIni di negeri ujungkudengar. tanduk, hanya soal Aku bahkan ingat kalimat-kalimatnya. Itu ”omong peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri mencerna seluruh kalimatnya. Thomas.” waktu akan pecah berantakan. di ujung tanduk, kosong” paling meyakinkan yang pernah Itu komo­ ini persis seperti sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal Aku bahkan ingat kalimat-kalimatnya. Itu sungguh ”omong mencerna seluruh kalimatnya. Thomas.” waktu akan pecah berantakan. Ini negeri di ujung tanduk, kosong” paling meyakinkan yang pernah kudengar. Itu komo­ ini persis seperti sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal Aku bahkan ingat kalimat-kalimatnya. Itu sungguh ”omong mencerna seluruh kalimatnya. Thomas.” waktu akan pecah berantakan. Ini negeri di ujung tanduk, kosong” paling meyakinkan yang pernah kudengar. Itu komo­ ini persis seperti sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal Aku bahkan ingat kalimat-kalimatnya. Itu sungguh ”omong mencerna seluruh kalimatnya. Thomas.” waktu akan pecah berantakan. Ini negeri di ujung tanduk, kosong” paling meyakinkan yang pernah kudengar. Itu komo­ ini persis seperti sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal Aku bahkan ingat kalimat-kalimatnya. Itu sungguh ”omong mencerna seluruh kalimatnya. Thomas.” waktu akan pecah berantakan. Ini negeri di ujung tanduk, kosong” paling meyakinkan yang pernah kudengar. Itu komo­ ini persis seperti sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal Aku bahkan ingat kalimat-kalimatnya. Itu sungguh ”omong mencerna seluruh kalimatnya. Thomas.” ditas politik yang paling menarik untuk dibungkus, dikemas, waktu akan pecah berantakan. Ini negeri di ujung tanduk, kosong” paling meyakinkan yang pernah kudengar. Itu komo­ Aku bahkan ingat kalimat-kalimatnya. Itu sungguh ”omong mencerna seluruh kalimatnya. Thomas.” ditas politik yang paling menarik untuk dibungkus, dikemas, waktu akan pecah berantakan. Ini negeri di ujung tanduk, kosong” paling meyakinkan yang pernah kudengar. Itu komo­ Aku bahkan ingat kalimat-kalimatnya. Itu sungguh ”omong mencerna seluruh kalimatnya. Thomas.” ditas politik yang paling menarik untuk dibungkus, dikemas, waktu akan pecah berantakan. Ini negeri di ujung tanduk, kosong” paling meyakinkan yang pernah kudengar. Itu komo­ Aku bahkan ingat kalimat-kalimatnya. Itu sungguh ”omong mencerna seluruh kalimatnya. Thomas.” ditas politik yang paling menarik untuk dibungkus, dikemas, waktu akan pecah berantakan. Ini negeri di ujung tanduk, kosong” paling meyakinkan yang pernah kudengar. Itu komo­ Aku bahkan ingat kalimat-kalimatnya. Itu sungguh ”omong mencerna seluruh kalimatnya. Thomas.” ditas politik yang paling menarik untuk dibungkus, dikemas, waktu akan pecah berantakan. Ini negeri disungguh ujung tanduk, kosong” paling meyakinkan yang pernah kudengar. Itu komo­ bahkan ingat kalimat-kalimatnya. Itu ”omong Aku mencerna seluruh kalimatnya. lantas dijual kepada pemilih. Itu moralitas” terbaik yang bisa Thomas.” ditas politik yang paling menarik untuk dibungkus, dikemas, kosong” paling meyakinkan yang”isu pernah kudengar. Itu komo­ Aku bahkan ingat kalimat-kalimatnya. Itu sungguh ”omong mencerna seluruh kalimatnya. lantas dijual kepada pemilih. Itu ”isu moralitas” terbaik yang bisa Thomas.” ditas politik yang paling menarik untuk dibungkus, dikemas, kosong” paling meyakinkan yang pernah kudengar. Itu komo­ Aku bahkan ingat kalimat-kalimatnya. Itu sungguh ”omong mencerna seluruh kalimatnya. lantas dijual kepada pemilih. Itu ”isu moralitas” terbaik yang bisa Thomas.” ditas politik yang paling menarik untuk dibungkus, dikemas, kosong” paling meyakinkan yang pernah kudengar. Itu komo­ Aku bahkan ingat kalimat-kalimatnya. Itu sungguh ”omong mencerna seluruh kalimatnya. lantas dijual kepada pemilih. Itu ”isu moralitas” terbaik yang bisa Thomas.” ditas politik yang paling menarik untuk dibungkus, dikemas, kosong” paling meyakinkan yang pernah kudengar. Itu komo­ Aku bahkan ingat kalimat-kalimatnya. Itu sungguh ”omong mencerna seluruh kalimatnya. lantas dijual kepada pemilih. Itu ”isu moralitas” terbaik yang bisa Thomas.” ditas politik yang paling menarik untuk dibungkus, dikemas, kosong” paling meyakinkan yang pernah kudengar. Itu komo­ Aku bahkan ingat kalimat-kalimatnya. Itu sungguh ”omong diangkat di negeri ini. Penegakan hukum. Menatap wajahnya mencerna seluruh kalimatnya. lantas dijual kepada pemilih. Itu ”isu moralitas” terbaik yang bisa ditas politik yang paling menarik untuk dibungkus, dikemas, kosong” paling meyakinkan yang pernah kudengar. Itu komo­ Aku bahkan ingat kalimat-kalimatnya. Itu sungguh ”omong diangkat di negeri ini. Penegakan hukum. Menatap wajahnya mencerna seluruh kalimatnya. lantas dijual kepada pemilih. Itu ”isu moralitas” terbaik yang bisa ditas politik yang paling menarik untuk dibungkus, dikemas, kosong” paling meyakinkan yang pernah kudengar. Itu komo­ Aku bahkan ingat kalimat-kalimatnya. Itu sungguh ”omong diangkat di negeri ini. Penegakan hukum. Menatap wajahnya mencerna seluruh kalimatnya. lantas dijual kepada pemilih. Itu ”isu moralitas” terbaik yang bisa ditas politik yang paling menarik untuk dibungkus, dikemas, kosong” paling meyakinkan yang pernah kudengar. Itu komo­ Aku bahkan ingat kalimat-kalimatnya. Itu sungguh ”omong diangkat di negeri ini. Penegakan hukum. Menatap wajahnya mencerna seluruh kalimatnya. lantas dijual kepada pemilih. Itu ”isu moralitas” terbaik yang bisa ditas politik yang paling menarik untuk dibungkus, dikemas, kosong” paling meyakinkan yang pernah kudengar. Itu komo­ Aku bahkan ingat kalimat-kalimatnya. Itu sungguh ”omong diangkat di negeri ini. Penegakan hukum. Menatap wajahnya mencerna seluruh kalimatnya. lantas dijual kepada pemilih. Itu ”isu moralitas” terbaik yang bisa ditas politik yang paling menarik untuk dibungkus, dikemas, kosong” paling meyakinkan yang pernah kudengar. Itu komo­ yang tulus saat bicara, bahkan berkaca-kaca ketika tiba di ka­ Aku bahkan ingat kalimat-kalimatnya. Itu sungguh ”omong diangkat di negeri ini. Penegakan hukum. Menatap wajahnya lantas dijual kepada pemilih. Itu ”isu moralitas” terbaik yang bisa ditas politik yang paling menarik untuk dibungkus, dikemas, kosong” paling meyakinkan yang pernah kudengar. Itu komo­ yang tulus saat bicara, bahkan berkaca-kaca ketika tiba di ka­ Aku bahkan ingat kalimat-kalimatnya. Itu sungguh ”omong diangkat di negeri ini. Penegakan hukum. Menatap wajahnya lantas dijual kepada pemilih. Itu ”isu moralitas” terbaik yang bisa ditas politik yang paling menarik untuk dibungkus, dikemas, kosong” paling meyakinkan yang pernah kudengar. Itu komo­ yang tulus saat bicara, bahkan berkaca-kaca ketika tiba di ka­ Aku bahkan ingat kalimat-kalimatnya. Itu sungguh ”omong diangkat di negeri ini. Penegakan hukum. Menatap wajahnya lantas dijual kepada pemilih. Itu ”isu moralitas” terbaik yang bisa ditas politik yang paling menarik untuk dibungkus, dikemas, kosong” paling meyakinkan yang pernah kudengar. Itu komo­ yang tulus saat bicara, bahkan berkaca-kaca ketika tiba di ka­ Aku bahkan ingat kalimat-kalimatnya. Itu sungguh ”omong diangkat di negeri ini. Penegakan hukum. Menatap wajahnya lantas dijual kepada pemilih. Itu ”isu moralitas” terbaik yang bisa ditas politik yang paling menarik untuk dibungkus, dikemas, kosong” paling meyakinkan yang pernah kudengar. Itu komo­ yang tulus saat bicara, bahkan berkaca-kaca ketika tiba di ka­ Aku bahkan ingat kalimat-kalimatnya. Itu sungguh ”omong diangkat di negeri ini. Penegakan hukum. Menatap wajahnya yang paling menarik untuk dibungkus, dikemas, ditas politik lantas dijual kepada pemilih. Itu ”isu moralitas” terbaik yang bisa limat yang penuh semangat, terharu dan antusias menjelaskan­ kosong” paling meyakinkan yang pernah kudengar. Itu komo­ yang tulus saat bicara, bahkan berkaca-kaca ketika tiba di ka­ diangkat di negeri ini. Penegakan hukum. Menatap wajahnya lantas dijual kepada pemilih. Itu ”isu moralitas” terbaik yang bisa ditas politik yang paling menarik untuk dibungkus, dikemas, limat yang penuh semangat, terharu dan antusias menjelaskan­ kosong” paling meyakinkan yang pernah kudengar. Itu komo­ yang tulus saat bicara, bahkan berkaca-kaca ketika tiba di ka­ diangkat di negeri ini. Penegakan hukum. Menatap wajahnya lantas dijual kepada pemilih. Itu ”isu moralitas” terbaik yang bisa ditas politik yang paling menarik untuk dibungkus, dikemas, limat yang penuh semangat, terharu dan antusias menjelaskan­ kosong” paling meyakinkan yang pernah kudengar. Itu komo­ yang tulus saat bicara, bahkan berkaca-kaca ketika tiba di ka­ diangkat di negeri ini. Penegakan hukum. Menatap wajahnya lantas dijual kepada pemilih. Itu ”isu moralitas” terbaik yang bisa ditas politik yang paling menarik untuk dibungkus, dikemas, limat yang penuh semangat, terharu dan antusias menjelaskan­ kosong” paling meyakinkan yang pernah kudengar. Itu komo­ yang tulus saat bicara, bahkan berkaca-kaca ketika tiba di ka­ diangkat di negeri ini. Penegakan hukum. Menatap wajahnya lantas dijual kepada pemilih. Itu ”isu moralitas” terbaik yang bisa ditas politik yang paling menarik untuk dibungkus, dikemas, limat yang penuh semangat, terharu dan antusias menjelaskan­ kosong” paling meyakinkan yang pernah kudengar. Itu komo­ yang tulus saat bicara, bahkan berkaca-kaca ketika tiba di ka­ lantas dijual kepada pemilih. Itu ”isu moralitas” terbaik yang bisa diangkat di negeri ini. Penegakan hukum. Menatap wajahnya nya karena begitu kuat menggigit cita-cita itu. Aku memutuskan ditas politik yang paling menarik untuk dibungkus, dikemas, limat yang penuh semangat, terharu dan antusias menjelaskan­ yang tulus saat bicara, bahkan berkaca-kaca ketika tiba di ka­ diangkat di negeri ini. Penegakan hukum. Menatap wajahnya lantas dijual kepada pemilih. Itu ”isu moralitas” terbaik yang bisa nya karena begitu kuat menggigit cita-cita itu. Aku memutuskan ditas politik yang paling menarik untuk dibungkus, dikemas, limat yang penuh semangat, terharu dan antusias menjelaskan­ yang tulus saat bicara, bahkan berkaca-kaca ketika tiba di ka­ diangkat di negeri ini. Penegakan hukum. Menatap wajahnya lantas dijual kepada pemilih. Itu ”isu moralitas” terbaik yang bisa nya karena begitu kuat menggigit cita-cita itu. Aku memutuskan ditas politik yang paling menarik untuk dibungkus, dikemas, limat yang penuh semangat, terharu dan antusias menjelaskan­ yang tulus saat bicara, bahkan berkaca-kaca ketika tiba di ka­ diangkat di negeri ini. Penegakan hukum. Menatap wajahnya lantas dijual kepada pemilih. Itu ”isu moralitas” terbaik yang bisa nya karena begitu kuat menggigit cita-cita itu. Aku memutuskan ditas politik yang paling menarik untuk dibungkus, dikemas, limat yang penuh semangat, terharu dan antusias menjelaskan­ yang tulus saat bicara, bahkan berkaca-kaca ketika tiba di ka­ diangkat di negeri ini. Penegakan hukum. Menatap wajahnya lantas dijual kepada pemilih. Itu ”isu moralitas” terbaik yang bisa nya karena begitu kuat menggigit cita-cita itu. Aku memutuskan ditas politik yang paling menarik untuk dibungkus, dikemas, limat yang penuh semangat, terharu dan antusias menjelaskan­ diangkat di negeri ini. Penegakan hukum. Menatap wajahnya yang tulus saat bicara, bahkan berkaca-kaca ketika tiba di ka­ akan berada di belakangnya, menjadi orang pertama yang akan lantas dijual kepada pemilih. Itu ”isu moralitas” terbaik yang bisa nya karena begitu kuat menggigit cita-cita itu. Aku memutuskan limat yang penuh semangat, terharu dan antusias menjelaskan­ yang tulus saat bicara, bahkan berkaca-kaca ketika tiba di ka­ diangkat di negeri ini. Penegakan hukum. Menatap wajahnya akan berada di belakangnya, menjadi orang pertama yang akan lantas dijual kepada pemilih. Itu ”isu moralitas” terbaik yang bisa nya karena begitu kuat menggigit cita-cita itu. Aku memutuskan limat yang penuh semangat, terharu dan antusias menjelaskan­ yang tulus saat bicara, bahkan berkaca-kaca ketika tiba di ka­ diangkat di negeri ini. Penegakan hukum. Menatap wajahnya akan berada di belakangnya, menjadi orang pertama yang akan lantas dijual kepada pemilih. Itu ”isu moralitas” terbaik yang bisa nya karena begitu kuat menggigit cita-cita itu. Aku memutuskan limat yang penuh semangat, terharu dan antusias menjelaskan­ yang tulus saat bicara, bahkan berkaca-kaca ketika tiba di ka­ diangkat di negeri ini. Penegakan hukum. Menatap wajahnya akan berada di belakangnya, menjadi orang pertama yang akan lantas dijual kepada pemilih. Itu ”isu moralitas” terbaik yang bisa nya karena begitu kuat menggigit cita-cita itu. Aku memutuskan limat yang penuh semangat, terharu dan antusias menjelaskan­ yang tulus saat bicara, bahkan berkaca-kaca ketika tiba di ka­ diangkat di negeri ini. Penegakan hukum. Menatap wajahnya akan berada di belakangnya, menjadi orang pertama yang akan lantas dijual kepada pemilih. Itu ”isu moralitas” terbaik yang bisa nya karena begitu kuat menggigit cita-cita itu. Aku memutuskan bahkan berkaca-kaca ketika tiba di ka­ limat yang penuh semangat, terharu dan antusias menjelaskan­ menjadikan semua itu nyata. Aku menawarkan bantuan politik diangkat di negeri ini. Penegakan hukum. Menatap wajahnya akan berada di belakangnya, menjadi orang pertama yang akan nya karena begitu kuat menggigit cita-cita itu. Aku memutuskan limat yang penuh semangat, terharu dan antusias menjelaskan­ yang tulus saat bicara, bahkan berkaca-kaca ketika tiba di ka­ menjadikan semua itu nyata. Aku menawarkan bantuan politik diangkat di negeri ini. Penegakan hukum. Menatap wajahnya akan berada di belakangnya, menjadi orang pertama yang akan nya karena begitu kuat menggigit cita-cita itu. Aku memutuskan limat yang penuh semangat, terharu dan antusias menjelaskan­ yang tulus saat bicara, bahkan berkaca-kaca ketika tiba di ka­ menjadikan semua itu nyata. Aku menawarkan bantuan politik diangkat di negeri ini. Penegakan hukum. Menatap wajahnya akan berada di belakangnya, menjadi orang pertama yang akan nya karena begitu kuat menggigit cita-cita itu. Aku memutuskan limat yang penuh semangat, terharu dan antusias menjelaskan­ yang tulus saat bicara, bahkan berkaca-kaca ketika tiba di ka­ menjadikan semua itu nyata. Aku menawarkan bantuan politik diangkat di negeri ini. Penegakan hukum. Menatap wajahnya akan berada di belakangnya, menjadi orang yang akan nya karena begitu kuat menggigit cita-cita itu.pertama Aku memutuskan limat semangat, terharu dan antusias menjelaskan­ yang tulus saat bicara, bahkan berkaca-kaca ketika tiba di ka­ menjadikan semua itu Aku menawarkan bantuan politik diangkat dipenuh negeri ini.nyata. Penegakan hukum. Menatap wajahnya yang semangat, terharu dan antusias menjelaskan­ akan berada di belakangnya, menjadi orang pertama yang akan nya karena begitu kuat menggigit cita-cita itu. Aku memutuskan sebagai konsultan strategi. Dia tertawa riang, menerimanya de­ yang tulus saat bicara, bahkan berkaca-kaca ketika tiba di ka­ menjadikan semua itu nyata. Aku menawarkan bantuan politik akan berada di belakangnya, menjadi orang pertama yang akan nya karena begitu kuat menggigit cita-cita itu. Aku memutuskan limat yang penuh semangat, terharu dan antusias menjelaskan­ sebagai konsultan strategi. Dia tertawa riang, menerimanya de­ yang tulus saat bicara, bahkan berkaca-kaca ketika tiba di ka­ menjadikan semua itu nyata. Aku menawarkan bantuan politik akan berada di belakangnya, menjadi orang pertama yang akan nya karena begitu kuat menggigit cita-cita itu. Aku memutuskan limat yang penuh semangat, terharu dan antusias menjelaskan­ sebagai konsultan strategi. Dia tertawa riang, menerimanya de­ yang tulus saat bicara, bahkan berkaca-kaca ketika tiba di ka­ menjadikan semua itu nyata. Aku menawarkan bantuan politik akan berada di belakangnya, menjadi orang pertama yang akan nya karena begitu kuat menggigit cita-cita itu. Aku memutuskan limat yang penuh semangat, terharu dan antusias menjelaskan­ sebagai konsultan strategi. Dia tertawa riang, menerimanya de­ yang tulus saat bicara, bahkan berkaca-kaca ketika tiba di ka­ menjadikan semua itu nyata. Aku menawarkan bantuan politik akan berada di belakangnya, menjadi orang pertama yang akan nya karena begitu kuat menggigit cita-cita itu. Aku memutuskan limat yang penuh semangat, terharu dan antusias menjelaskan­ sebagai konsultan strategi. Dia tertawa riang, menerimanya de­ yang tulus saat bicara, bahkan berkaca-kaca ketika tiba di ka­ menggigit cita-cita itu. Aku memutuskan menjadikan semua itu nyata. Aku menawarkan bantuan politik akan berada di belakangnya, menjadi orang pertama yang akan ngan senang hati. Kami segera membentuk tim. Beliau tidak limat yang penuh semangat, terharu dan antusias menjelaskan­ sebagai konsultan strategi. Dia tertawa riang, menerimanya de­ menjadikan semua itu nyata. Aku menawarkan bantuan politik akan berada di belakangnya, menjadi orang pertama yang akan nya karena begitu kuat menggigit cita-cita itu. Aku memutuskan ngan senang hati. Kami segera membentuk tim. Beliau tidak limat yang penuh semangat, terharu dan antusias menjelaskan­ sebagai konsultan strategi. Dia tertawa riang, menerimanya de­ menjadikan semua itu nyata. Aku menawarkan bantuan politik akan berada di belakangnya, menjadi orang pertama yang akan nya karena begitu kuat menggigit cita-cita itu. Aku memutuskan ngan senang hati. Kami segera membentuk tim. Beliau tidak limat yang penuh semangat, terharu dan antusias menjelaskan­ sebagai konsultan strategi. Dia tertawa riang, menerimanya de­ menjadikan semua itu nyata. Aku menawarkan bantuan politik akan berada di belakangnya, menjadi orang pertama yang akan nya karena begitu kuat menggigit cita-cita itu. Aku memutuskan ngan senang hati. Kami segera membentuk tim. Beliau tidak limat yang penuh semangat, terharu dan antusias menjelaskan­ sebagai konsultan strategi. Dia tertawa riang, menerimanya de­ menjadikan semua itu nyata. Aku menawarkan bantuan politik akan belakangnya, menjadi orang pertama yang akan nya karena begitu kuat menggigit cita-cita itu. Aku memutuskan ngan senang hati. Kami segera membentuk tim. Beliau tidak limat yang penuh semangat, terharu dan antusias menjelaskan­ berada di belakangnya, menjadi orang pertama yang akan sebagai konsultan strategi. Dia tertawa riang, menerimanya de­ menjadikan semua itu nyata. Aku menawarkan bantuan politik mengambil kesempatan periode kedua sebagai gubernur ibu kota nya karena begitu kuat menggigit cita-cita itu. Aku memutuskan ngan senang hati. Kami segera membentuk tim. Beliau tidak sebagai konsultan strategi. Dia tertawa riang, menerimanya de­ menjadikan semua itu nyata. Aku menawarkan bantuan politik akan berada di belakangnya, menjadi orang yang akan mengambil kesempatan periode kedua sebagai gubernur ibu kota nya karena begitu kuat menggigit cita-cita itu.pertama Aku memutuskan ngan senang hati. Kami segera membentuk tim. Beliau tidak sebagai konsultan strategi. Dia tertawa riang, menerimanya de­ menjadikan semua itu nyata. Aku menawarkan bantuan politik akan berada di belakangnya, menjadi orang pertama yang akan mengambil kesempatan periode kedua sebagai gubernur ibu kota nya karena begitu kuat menggigit cita-cita itu. Aku memutuskan ngan senang hati. Kami segera membentuk tim. Beliau tidak sebagai konsultan strategi. Dia tertawa riang, menerimanya de­ menjadikan semua itu nyata. Aku menawarkan bantuan politik akan berada di belakangnya, menjadi orang pertama yang akan mengambil kesempatan periode kedua sebagai gubernur ibu kota nya karena begitu kuat menggigit cita-cita itu. Aku memutuskan ngan senang hati. Kami segera membentuk tim. Beliau tidak sebagai konsultan strategi. Dia tertawa riang, menerimanya de­ menjadikan semua itu nyata. Aku menawarkan bantuan politik akan berada di belakangnya, menjadi orang pertama yang akan nyata. Aku menawarkan bantuan politik mengambil kesempatan periode kedua sebagai gubernur ibu kota nya karena begitu kuat menggigit cita-cita itu. Aku memutuskan ngan senang hati. Kami segera membentuk tim. Beliau tidak sebagai konsultan strategi. Dia tertawa riang, menerimanya de­ agar bisa fokus menjalankan kampanye besar itu. akan berada di belakangnya, menjadi orang pertama yang akan mengambil kesempatan periode kedua sebagai gubernur ibu kota ngan senang hati. Kami segera membentuk tim. Beliau tidak sebagai konsultan strategi. Dia tertawa riang, menerimanya de­ menjadikan semua itu nyata. Aku menawarkan bantuan politik agar bisa fokus menjalankan kampanye besar itu. akan berada di belakangnya, menjadi orang pertama yang akan mengambil kesempatan periode kedua sebagai gubernur ibu kota ngan senang hati. Kami segera membentuk tim. Beliau tidak sebagai konsultan strategi. Dia tertawa riang, menerimanya de­ menjadikan semua itu nyata. Aku menawarkan bantuan politik agar bisa fokus menjalankan kampanye besar itu. akan berada di belakangnya, menjadi orang pertama yang akan mengambil kesempatan periode kedua sebagai gubernur ibu kota ngan senang hati. Kami segera membentuk tim. Beliau tidak sebagai konsultan strategi. Dia tertawa riang, menerimanya de­ menjadikan semua itu nyata. Aku menawarkan bantuan politik agar bisa fokus menjalankan kampanye besar itu. akan berada di belakangnya, menjadi orang pertama yang akan mengambil kesempatan periode kedua sebagai gubernur ibu kota ngan senang hati. Kami segera membentuk tim. Beliau tidak sebagai strategi. Dia tertawa riang, menerimanya de­ menjadikan semua itu nyata. Aku menawarkan bantuan politik konsultan strategi. Dia tertawa riang, menerimanya de­ agar bisa fokus menjalankan kampanye besar itu. akan berada di belakangnya, menjadi orang pertama yang akan mengambil kesempatan periode kedua sebagai gubernur ibu kota ngan senang hati. Kami segera membentuk tim. Beliau tidak Percakapan itu lengang beberapa detik. Masih tidak ada suara menjadikan semua itu nyata. Aku menawarkan bantuan politik agar bisa fokus menjalankan kampanye besar itu. mengambil kesempatan periode kedua sebagai gubernur ibu kota ngan senang hati. Kami segera membentuk tim. Beliau tidak sebagai konsultan strategi. Dia tertawa riang, menerimanya de­ Percakapan itu lengang beberapa detik. Masih tidak ada suara menjadikan semua itu nyata. Aku menawarkan bantuan politik agar bisa fokus menjalankan kampanye besar itu. mengambil kesempatan periode kedua sebagai gubernur ibu kota ngan senang hati. Kami segera membentuk tim. Beliau tidak sebagai konsultan strategi. Dia tertawa riang, menerimanya de­ Percakapan itu lengang beberapa detik. Masih tidak ada suara menjadikan semua itu nyata. Aku menawarkan bantuan politik agar bisa fokus menjalankan kampanye besar itu. mengambil kesempatan periode kedua sebagai gubernur ibu kota ngan senang hati. Kami segera membentuk tim. Beliau tidak sebagai konsultan strategi. Dia tertawa riang, menerimanya de­ Percakapan itu lengang beberapa detik. Masih tidak ada suara menjadikan semua itu nyata. Aku menawarkan bantuan politik agar bisa fokus menjalankan kampanye besar itu. mengambil kesempatan periode kedua sebagai gubernur ibu kota ngan senang hati. Kami segera membentuk tim. Beliau tidak sebagai konsultan strategi. Dia tertawa riang, menerimanya de­ Kami segera membentuk tim. Beliau tidak Percakapan itu lengang beberapa detik. Masih tidak ada suara menjadikan semua itu nyata. Aku menawarkan bantuan politik agar bisa fokus menjalankan kampanye besar itu. mengambil kesempatan periode kedua sebagai gubernur ibu kota di seberang telepon. Aku juga terdiam, menghela napas pelan. sebagai konsultan strategi. Dia tertawa riang, menerimanya de­ Percakapan itu lengang beberapa detik. Masih tidak ada suara agar bisa fokus menjalankan kampanye besar itu. mengambil kesempatan periode kedua sebagai gubernur ibu kota ngan senang hati. Kami segera membentuk tim. Beliau tidak di seberang telepon. Aku juga terdiam, menghela napas pelan. sebagai konsultan strategi. Dia tertawa riang, menerimanya de­ Percakapan itu lengang beberapa detik. Masih tidak ada suara agar bisa fokus menjalankan kampanye besar itu. mengambil kesempatan periode kedua sebagai gubernur ibu kota ngan senang hati. Kami segera membentuk tim. Beliau tidak di seberang telepon. Aku juga terdiam, menghela napas pelan. sebagai konsultan strategi. Dia tertawa riang, menerimanya de­ Percakapan itu lengang beberapa detik. Masih tidak ada suara agar bisa fokus menjalankan kampanye besar itu. mengambil kesempatan periode kedua sebagai gubernur ibu kota ngan senang hati. Kami segera membentuk tim. Beliau tidak di seberang telepon. Aku juga terdiam, menghela napas pelan. sebagai konsultan strategi. Dia tertawa riang, menerimanya de­ Percakapan itu lengang beberapa detik. Masih tidak ada suara agar bisa fokus menjalankan kampanye besar itu. mengambil kesempatan periode kedua sebagai gubernur ibu kota kesempatan periode kedua sebagai gubernur ibu kota ngan senang hati. Kami segera membentuk tim. Beliau tidak di seberang telepon. Aku juga terdiam, menghela napas pelan. sebagai konsultan strategi. Dia tertawa riang, menerimanya de­ Percakapan itu lengang beberapa detik. Masih tidak ada suara agar bisa fokus menjalankan kampanye besar itu. Hanya derum pesawat jet yang terdengar. ngan senang hati. Kami segera membentuk tim. Beliau tidak di seberang telepon. Aku juga terdiam, menghela napas pelan. Percakapan itu lengang beberapa detik. Masih tidak ada suara agar bisa fokus menjalankan kampanye besar itu. mengambil kesempatan periode kedua sebagai gubernur ibu kota Hanya derum pesawat jet yang terdengar. ngan senang hati. Kami segera membentuk tim. Beliau tidak di seberang telepon. Aku juga terdiam, menghela napas pelan. Percakapan itu lengang beberapa detik. Masih tidak ada suara agar bisa fokus menjalankan kampanye besar itu. mengambil kesempatan periode kedua sebagai gubernur ibu kota Hanya derum pesawat jet yang terdengar. ngan senang hati. Kami segera membentuk tim. Beliau tidak di seberang telepon. Aku juga terdiam, menghela napas pelan. Percakapan itu lengang beberapa detik. Masih tidak ada suara agar bisa fokus menjalankan kampanye besar itu. mengambil kesempatan periode kedua sebagai gubernur ibu kota Hanya derum pesawat jet yang terdengar. ngan senang hati. Kami segera membentuk tim. Beliau tidak di seberang telepon. Aku juga terdiam, menghela napas pelan. Percakapan itu lengang beberapa detik. Masih tidak ada suara agar menjalankan kampanye besar itu. bisa fokus menjalankan kampanye besar itu. mengambil kesempatan periode kedua sebagai gubernur ibupelan. kota Hanya derum pesawat jet yang terdengar. ngan senang hati. Kami segera membentuk tim. Beliau tidak di seberang telepon. Aku juga terdiam, menghela napas pelan. Percakapan itu lengang beberapa detik. Masih tidak ada suara ”Maafkan aku, Bapak Presiden, tapi aku tidak akan diam ber­ mengambil kesempatan periode kedua sebagai gubernur ibu kota Hanya derum pesawat jet yang terdengar. di seberang telepon. Aku juga terdiam, menghela napas Percakapan itu lengang beberapa detik. Masih tidak ada suara agar bisa fokus menjalankan kampanye besar itu. ”Maafkan aku, Bapak Presiden, tapi aku tidak akan diam ber­ mengambil kesempatan periode kedua sebagai gubernur ibu kota Hanya derum pesawat jet yang terdengar. di seberang telepon. Aku juga terdiam, menghela napas Percakapan itu lengang beberapa detik. Masih ada suara agar bisa fokus menjalankan kampanye besar itu. ”Maafkan aku, Bapak Presiden, tapi aku tidak akan diam ber­ mengambil kesempatan periode kedua sebagai gubernur ibupelan. kota Hanya derum pesawat jet yang terdengar. di seberang telepon. Aku juga terdiam, menghela napas pelan. Percakapan itu lengang beberapa detik. Masih tidak ada suara agar bisa fokus menjalankan kampanye besar itu.tidak



balik, agar mereka paham kita akan memenangi rim serangan ngirim pesan kita tidak takut, dan jika sedikit beruntung, mengi­ banyak rencana. Aku akan memilih tampil setiba di Jakarta. Me­ sembunyi. Aku tidak bisa melakukan saran itu. memiliki kampanye besar ini. Risikonya boleh jadi besar, tapi itu harga balik, agar mereka paham kita akan memenangi rim serangan ngirim pesan kita tidak takut, dan jika sedikit beruntung, mengi­ banyak rencana. Aku akan memilih tampil setiba diAku Jakarta. Me­ sembunyi. Aku tidak bisa melakukan saran itu. Aku memiliki kampanye besar ini. Risikonya boleh jadi besar, tapi itu harga balik, agar mereka paham kita akan memenangi rim serangan ngirim pesan kita tidak takut, dan jika sedikit beruntung, mengi­ sembunyi. Aku tidak bisa melakukan saran itu. Aku memiliki banyak rencana. Aku akan memilih tampil setiba di Jakarta. Me­ yang sepadan.” kampanye besar ini. Risikonya boleh jadi besar, tapi itu harga balik, agar mereka paham kita akan memenangi rim serangan ngirim pesan kita tidak takut, dan jika sedikit beruntung, mengi­ banyak rencana. Aku akan memilih tampil setiba di Jakarta. Me­ sembunyi. Aku tidak bisa melakukan saran itu. Aku memiliki yang sepadan.” kampanye besar ini. Risikonya boleh jadi besar, tapi itu harga ngirim pesan kita tidak takut, dan jika sedikit beruntung, mengi­ banyak rencana. Aku akan memilih tampil setiba di Jakarta. Me­ balik, agar mereka paham kita akan memenangi rim serangan yang sepadan.” kampanye besar ini. Risikonya boleh jadi besar, tapi itu harga agar mereka paham kita akan memenangi ngirim pesan kita tidak takut, dan jika sedikit beruntung, mengi­ banyak rencana. Aku akan memilih tampil setiba di Jakarta. Me­ yang sepadan.” kampanye besar ini. Risikonya boleh jadi besar, tapi itu harga balik, agar mereka paham kita akan memenangi rim serangan ngirim pesan kita tidak takut, dan jika sedikit beruntung, mengi­ banyak rencana. Aku akan memilih tampil setiba di Jakarta. Me­ yang sepadan.” kampanye besar ini. Risikonya boleh jadi besar, tapi itu harga balik, agar mereka paham kita akan memenangi rim serangan ngirim pesan kita tidak takut, dan jika sedikit beruntung, mengi­ banyak rencana. Aku akan memilih tampil setiba di Jakarta. Me­ ”Baiklah, Thomas. Baik.” Suara klien politikku kembali ter­ yang sepadan.” kampanye besar ini. Risikonya boleh jadi besar, tapi itu harga balik, agar mereka paham kita akan memenangi rim serangan ngirim pesan kita tidak takut, dan jika sedikit beruntung, mengi­ banyak rencana. Aku akan memilih tampil setiba di Jakarta. Me­ ”Baiklah, Thomas. Baik.” Suara klien politikku kembali ter­ yang sepadan.” balik, agar mereka paham kita akan memenangi rim serangan ngirim pesan kita tidak takut, dan jika sedikit beruntung, mengi­ kampanye besar ini. Risikonya boleh jadi besar, tapi itu harga ”Baiklah, Thomas. Baik.” Suara klien politikku kembali ter­ yang sepadan.” Risikonya boleh jadi besar, tapi itu harga balik, agar mereka paham kita akan memenangi rim serangan ngirim pesan kita tidak takut, dan jika sedikit beruntung, mengi­ ”Baiklah, Thomas. Baik.” Suara klien politikku kembali ter­ yang sepadan.” kampanye besar ini. Risikonya boleh jadi besar, tapi itu harga balik, agar mereka paham kita akan memenangi rim serangan ngirim pesan kita tidak takut, dan jika sedikit beruntung, mengi­ ”Baiklah, Thomas. Baik.” Suara klien politikku kembali ter­ yang sepadan.” kampanye besar ini. Risikonya boleh jadi besar, tapi itu harga balik, agar mereka paham kita akan memenangi rim serangan ngirim pesan kita tidak takut, dan jika sedikit beruntung, mengi­ dengar. Dia berusaha berkata dengan intonasi terkendali setelah ”Baiklah, Thomas. Baik.” Suara klien politikku kembali ter­ yang sepadan.” kampanye besar ini. Risikonya boleh jadi besar, tapi itu harga balik, agar mereka paham kita akan memenangi rim serangan ngirim pesan kita tidak takut, dan jika sedikit beruntung, mengi­ dengar. Dia berusaha berkata dengan intonasi terkendali setelah ”Baiklah, Thomas. Baik.” Suara klien politikku kembali ter­ kampanye besar ini. Risikonya boleh jadi besar, tapi itu harga balik, agar mereka paham kita akan memenangi rim serangan yang sepadan.” dengar. Dia berusaha berkata dengan intonasi terkendali setelah ”Baiklah, Thomas. Baik.” Suara klien politikku kembali ter­ kampanye besar ini. Risikonya boleh jadi besar, tapi itu harga balik, agar mereka paham kita akan memenangi rim serangan dengar. Dia berusaha berkata dengan intonasi terkendali setelah ”Baiklah, Thomas. Baik.” Suara klien politikku kembali ter­ yang sepadan.” kampanye besar ini. Risikonya boleh jadi besar, tapi itu harga balik, agar mereka paham kita akan memenangi rim serangan dengar. Dia berusaha berkata dengan intonasi terkendali setelah ”Baiklah, Thomas. Baik.” Suara klien politikku kembali ter­ yang sepadan.” kampanye besar ini. Risikonya boleh jadi besar, tapi itu harga balik, agar mereka paham kita akan memenangi rim serangan sebelumnya tersendat. ”Aku selalu percaya padamu. Tidak sepan­ dengar. Dia berusaha berkata dengan intonasi terkendali setelah ”Baiklah, Thomas. Baik.” Suara klien politikku kembali ter­ yang sepadan.” kampanye besar ini. Risikonya boleh jadi besar, tapi itu harga balik, agar mereka paham kita akan memenangi rim serangan sebelumnya tersendat. ”Aku selalu percaya padamu. Tidak sepan­ dengar. Dia berusaha berkata dengan intonasi terkendali setelah yang sepadan.” kampanye besar ini. Risikonya boleh jadi besar, tapi itu harga ”Baiklah, Thomas. Baik.” Suara klien politikku kembali ter­ sebelumnya tersendat. ”Aku selalu percaya padamu. Tidak sepan­ dengar. Dia berusaha berkata dengan intonasi terkendali setelah Thomas. Baik.” Suara klien politikku kembali ter­ yang sepadan.” kampanye besar ini. Risikonya boleh jadi besar, tapi itu harga sebelumnya tersendat. ”Aku selalu percaya padamu. Tidak sepan­ dengar. Dia berusaha berkata dengan intonasi terkendali setelah ”Baiklah, Thomas. Baik.” Suara klien politikku kembali ter­ yang sepadan.” kampanye besar ini. Risikonya boleh jadi besar, tapi itu harga sebelumnya tersendat. ”Aku selalu percaya padamu. Tidak sepan­ dengar. Dia berusaha berkata dengan intonasi terkendali setelah ”Baiklah, Thomas. Baik.” Suara klien politikku kembali ter­ yang sepadan.” kampanye besar ini. Risikonya boleh jadi besar, tapi itu harga tasnya aku menganggapmu tidak bisa menjaga diri sendiri. Hatisebelumnya tersendat. ”Aku selalu percaya padamu. Tidak sepan­ dengar. Diabesar berusaha berkata dengan intonasi terkendali setelah ”Baiklah, Thomas. Baik.” Suara klien kembali ter­ yang sepadan.” kampanye ini. Risikonya boleh jadipolitikku besar, tapi itusetelah harga tasnya aku menganggapmu tidak bisa menjaga diri sendiri. Hatisebelumnya tersendat. ”Aku selalu percaya padamu. Tidak sepan­ ”Baiklah, Thomas. Baik.” Suara klien politikku kembali ter­ yang sepadan.” dengar. Dia berusaha berkata dengan intonasi terkendali tasnya aku menganggapmu tidak bisa menjaga diri sendiri. Hatisebelumnya tersendat. ”Aku selalu percaya padamu. Tidak sepan­ berusaha berkata dengan intonasi terkendali setelah ”Baiklah, Thomas. Baik.” Suara klien politikku kembali ter­ yang sepadan.” tasnya aku menganggapmu tidak bisa menjaga diri sendiri. Hatisebelumnya tersendat. ”Aku selalu percaya padamu. Tidak sepan­ dengar. Dia berusaha berkata dengan intonasi terkendali setelah ”Baiklah, Thomas. Baik.” Suara klien politikku kembali ter­ yang sepadan.” tasnya aku menganggapmu tidak bisa menjaga diri sendiri. Hatisebelumnya tersendat. ”Aku selalu percaya padamu. Tidak sepan­ dengar. Dia berusaha berkata dengan intonasi terkendali setelah ”Baiklah, Thomas. Baik.” Suara klien politikku kembali ter­ yang sepadan.” hati, Nak. Lakukan apa yang hendak kaulakukan. Kau benar, tasnya aku menganggapmu tidak bisa menjaga diri sendiri. Hatisebelumnya tersendat. ”Aku selalu percaya padamu. Tidak sepan­ dengar. Dia berusaha berkata dengan intonasi terkendali setelah ”Baiklah, Thomas. Baik.” Suara klien politikku kembali ter­ yang sepadan.” hati, Nak. Lakukan apa yang hendak kaulakukan. Kau benar, tasnya aku menganggapmu tidak bisa menjaga diri sendiri. Hatidengar. Dia berusaha berkata dengan intonasi terkendali setelah ”Baiklah, Thomas. Baik.” Suara klien politikku kembali ter­ sebelumnya tersendat. ”Aku selalu percaya padamu. Tidak sepan­ hati, Nak. Lakukan apa yang hendak kaulakukan. Kau benar, tasnya aku menganggapmu tidak bisa menjaga diri sendiri. Hatisebelumnya tersendat. ”Aku selalu percaya padamu. Tidak sepan­ dengar. Dia berusaha berkata dengan intonasi terkendali setelah ”Baiklah, Thomas. Baik.” Suara klien politikku kembali ter­ hati, Nak. Lakukan apa yang hendak kaulakukan. Kau benar, tasnya aku menganggapmu tidak bisa menjaga diri sendiri. Hatisebelumnya tersendat. ”Aku selalu percaya padamu. Tidak sepan­ dengar. Dia berusaha berkata dengan intonasi terkendali setelah ”Baiklah, Thomas. Baik.” Suara klien politikku kembali ter­ hati, Nak. Lakukan apa yang hendak kaulakukan. Kau benar, tasnya aku menganggapmu tidak bisa menjaga diri sendiri. Hatisebelumnya tersendat. ”Aku selalu percaya padamu. Tidak sepan­ dengar. Dia berusaha berkata dengan intonasi terkendali setelah ”Baiklah, Thomas. Baik.” Suara klien politikku kembali ter­ kita akan memenangi konvensi partai itu. Aku akan berdiri ga­ hati, Nak. Lakukan apa yang hendak kaulakukan. Kau benar, tasnya aku menganggapmu tidak bisa menjaga diri sendiri. Hatisebelumnya tersendat. ”Aku selalu percaya padamu. Tidak sepan­ dengar. Dia berusaha berkata dengan intonasi terkendali setelah ”Baiklah, Thomas. Baik.” Suara klien politikku kembali ter­ kita akan memenangi konvensi partai itu. Aku akan berdiri ga­ hati, Nak. Lakukan apa yang hendak kaulakukan. Kau benar, sebelumnya tersendat. ”Aku selalu percaya padamu. Tidak sepan­ tasnya aku menganggapmu tidak bisa menjaga diri sendiri. Hatidengar. Dia berusaha berkata dengan intonasi terkendali setelah kita akan memenangi konvensi partai itu. Aku akan berdiri ga­ hati, Nak. Lakukan apa yang hendak kaulakukan. Kau benar, tasnya aku menganggapmu tidak bisa menjaga diri sendiri. Hatisebelumnya tersendat. ”Aku selalu percaya padamu. Tidak sepan­ dengar. Dia berusaha berkata dengan intonasi terkendali setelah kita akan memenangi konvensi partai itu. Aku akan berdiri ga­ hati, Nak. Lakukan apa yang hendak kaulakukan. Kau benar, tasnya aku menganggapmu tidak bisa menjaga diri sendiri. Hatisebelumnya tersendat. ”Aku selalu percaya padamu. Tidak sepan­ dengar. Dia berusaha berkata dengan intonasi terkendali setelah kita akan memenangi konvensi partai itu. Aku akan berdiri ga­ hati, Nak. Lakukan apa yang hendak kaulakukan. Kau benar, tasnya aku menganggapmu tidak bisa menjaga diri sendiri. Hatisebelumnya tersendat. ”Aku selalu percaya padamu. Tidak sepan­ dengar. Dia berusaha berkata dengan intonasi terkendali setelah gah menghadapi semua kejadian, apa pun manuver yang terjadi kita akan memenangi konvensi partai itu. Aku akan berdiri ga­ hati, Nak. Lakukan apa yang hendak kaulakukan. Kau benar, tasnya aku menganggapmu tidak bisa menjaga diri sendiri. Hatisebelumnya tersendat. ”Aku selalu percaya padamu. Tidak sepan­ dengar. Dia berusaha berkata dengan intonasi terkendali setelah gah menghadapi semua kejadian, apa pun manuver yang terjadi kita akan memenangi konvensi partai itu. Aku akan berdiri ga­ tasnya aku menganggapmu tidak bisa menjaga diri sendiri. Hatihati, Nak. Lakukan apa yang hendak kaulakukan. Kau benar, sebelumnya tersendat. ”Aku selalu percaya padamu. Tidak sepan­ gah menghadapi semua kejadian, apa pun manuver yang terjadi kita akan memenangi konvensi partai itu. Aku akan berdiri ga­ hati, Nak. Lakukan apa yang hendak kaulakukan. Kau benar, tasnya aku menganggapmu tidak bisa menjaga diri sendiri. Hatisebelumnya tersendat. ”Aku selalu percaya padamu. Tidak sepan­ gah menghadapi semua kejadian, apa pun manuver yang terjadi kita akan memenangi konvensi partai itu. Aku akan berdiri ga­ hati, Nak. Lakukan apa yang hendak kaulakukan. Kau benar, tasnya aku menganggapmu tidak bisa menjaga diri sendiri. Hatisebelumnya tersendat. ”Aku selalu percaya padamu. Tidak sepan­ gah menghadapi semua kejadian, apa pun manuver yang terjadi kita akan memenangi konvensi partai itu. Aku akan berdiri ga­ hati, Nak. Lakukan apa yang hendak kaulakukan. Kau benar, tasnya aku menganggapmu tidak bisa menjaga diri sendiri. Hatisebelumnya tersendat. ”Aku selalu percaya padamu. Tidak sepan­ di sekitar. Apa pun harga yang harus kita bayar. Kau telah gah menghadapi semua kejadian, apa pun manuver yang terjadi kita akan memenangi konvensi partai itu. Aku akan berdiri ga­ hati, Nak. Lakukan apa yang hendak kaulakukan. Kau benar, tasnya aku menganggapmu tidak bisa menjaga diri sendiri. Hatisebelumnya tersendat. ”Aku selalu percaya padamu. Tidak sepan­ di sekitar. Apa pun harga yang harus kita bayar. Kau telah gah menghadapi semua kejadian, apa pun manuver yang terjadi hati, Nak. Lakukan apa yang hendak kaulakukan. Kau benar, kita akan memenangi konvensi partai itu. Aku akan berdiri ga­ tasnya aku menganggapmu tidak bisa menjaga diri sendiri. Hatidi sekitar. Apa pun harga yang harus kita bayar. Kau telah gah menghadapi semua kejadian, apa pun manuver yang terjadi kita akan memenangi konvensi partai itu. Aku akan berdiri ga­ hati, Nak. Lakukan apa yang hendak kaulakukan. Kau benar, tasnya aku menganggapmu tidak bisa menjaga diri sendiri. Hatidi sekitar. Apa pun harga yang harus kita bayar. Kau telah gah menghadapi semua kejadian, apa pun manuver yang terjadi kita akan memenangi konvensi partai itu. Aku akan berdiri ga­ hati, Nak. Lakukan apa yang hendak kaulakukan. Kau benar, tasnya aku menganggapmu tidak bisa menjaga diri sendiri. Hatidi sekitar. Apa pun harga yang harus kita bayar. Kau telah gah menghadapi semua kejadian, apa pun manuver yang terjadi hati, Nak. Lakukan apa yang hendak kaulakukan. Kau benar, kita akan memenangi konvensi partai itu. Aku akan berdiri ga­ tasnya aku menganggapmu tidak bisa menjaga diri sendiri. Hatimembuatku lebih berani, Nak.” di sekitar. Apa pun harga yang harus kita bayar. Kau telah gah menghadapi semua kejadian, apa pun manuver yang terjadi kita akan konvensi partai itu. Aku akan berdiri ga­ hati, Nak. Lakukan apa yang hendak kaulakukan. Kau benar, tasnya akumemenangi menganggapmu tidak bisa menjaga diri sendiri. Hatimembuatku lebih berani, Nak.” di sekitar. Apa pun harga yang harus kita bayar. Kau telah gah menghadapi semua kejadian, apa pun manuver yang terjadi kita akan memenangi konvensi partai itu. Aku akan berdiri ga­ hati, Nak. Lakukan apa yang hendak kaulakukan. Kau benar, membuatku lebih berani, Nak.” di sekitar. Apa pun harga yang harus kita bayar. Kau telah gah menghadapi semua kejadian, apa pun manuver yang terjadi kita akan memenangi konvensi partai itu. Aku akan berdiri ga­ hati, Nak. Lakukan apa yang hendak kaulakukan. Kau benar, membuatku lebih berani, Nak.” di sekitar. Apa pun harga yang harus kita bayar. Kau telah gah menghadapi semua kejadian, apa pun manuver yang terjadi kita akan memenangi konvensi partai itu. Aku akan berdiri ga­ hati, Nak. Lakukan apa yang hendak kaulakukan. Kau benar, membuatku lebih berani, Nak.” di sekitar. Apa pun harga yang harus kita bayar. Kau telah kita akan memenangi konvensi partai itu. Aku akan berdiri ga­ gah menghadapi semua kejadian, apa pun manuver yang terjadi hati, Nak. Lakukan apa yang hendak kaulakukan. Kau benar, Percakapan itu berakhir setelah dua-tiga kalimat lagi. membuatku lebih berani, Nak.” di sekitar. Apa pun harga yang harus kita bayar. Kau telah gah menghadapi semua kejadian, apa pun manuver yang terjadi kita akan memenangi konvensi partai itu. Aku akan berdiri ga­ hati, Nak. Lakukan apa yang hendak kaulakukan. Kau benar, Percakapan itu berakhir setelah dua-tiga kalimat lagi. membuatku lebih berani, Nak.” di sekitar. Apa pun harga yang harus kita bayar. telah gah menghadapi semua kejadian, apa pun manuver yang terjadi kita akan memenangi konvensi partai itu. Aku akan berdiri ga­ Percakapan itu berakhir setelah dua-tiga kalimat lagi. membuatku lebih berani, Nak.” di sekitar. Apa pun harga yang harus kita bayar. Kau telah gah menghadapi semua kejadian, apa pun manuver yang terjadi kita akan memenangi konvensi partai itu. Aku akan berdiri ga­ Percakapan itu berakhir setelah dua-tiga kalimat lagi. membuatku lebih berani, Nak.” di sekitar. Apa pun harga yang harus kita bayar. Kau telah gah menghadapi semua kejadian, apa pun manuver yang terjadi kita akan memenangi konvensi partai itu.kita Aku akan berdiri ga­ Percakapan itu berakhir setelah dua-tiga kalimat lagi. membuatku lebih berani, Nak.” gah menghadapi semua kejadian, apa pun manuver yang terjadi di sekitar. Apa pun harga yang harus bayar. Kau telah kita akan memenangi konvensi partai itu. Aku akan berdiri ga­ Aku menutup telepon, perlahan menyandarkan punggung ke Percakapan itu berakhir setelah dua-tiga kalimat lagi. membuatku lebih berani, Nak.” di sekitar. Apa pun harga yang harus kita bayar. Kau telah gah menghadapi semua kejadian, apa pun manuver yang terjadi kita akan memenangi konvensi partai itu. Aku akan berdiri ga­ Aku menutup telepon, perlahan menyandarkan punggung ke Percakapan itu berakhir setelah dua-tiga kalimat lagi. membuatku lebih berani, Nak.” di sekitar. Apa pun harga yang harus kita bayar. Kau telah gah menghadapi semua kejadian, apa pun manuver yang terjadi Aku menutup telepon, perlahan menyandarkan punggung ke Percakapan itu berakhir setelah dua-tiga kalimat lagi. membuatku lebih berani, Nak.” di sekitar. Apa pun harga yang harus kita bayar. Kau telah gah menghadapi semua kejadian, apa pun manuver yang terjadi Aku menutup telepon, perlahan menyandarkan punggung ke Percakapan itu berakhir setelah dua-tiga kalimat lagi. membuatku lebih berani, Nak.” di sekitar. Apa pun harga yang harus kita bayar. Kau telah gah menghadapi semua kejadian, apa pun manuver yang terjadi Aku menutup telepon, perlahan menyandarkan punggung ke Percakapan itu berakhir setelah dua-tiga kalimat lagi. di sekitar. Apa pun harga yang harus kita bayar. Kau telah membuatku lebih berani, Nak.” gah menghadapi semua kejadian, apa pun manuver yang terjadi sofa pesawat yang empuk, mengembuskan napas. Siapa orang Aku menutup telepon, perlahan menyandarkan punggung ke Percakapan itu berakhir setelah dua-tiga kalimat lagi. membuatku lebih berani, Nak.” di sekitar. Apa pun harga yang harus kita bayar. Kau telah gah menghadapi semua kejadian, apa pun manuver yang terjadi sofa pesawat yang empuk, mengembuskan napas. Siapa orang Aku menutup telepon, perlahan menyandarkan punggung ke Percakapan itu berakhir setelah dua-tiga kalimat lagi. membuatku lebih berani, Nak.” di sekitar. Apa pun harga yang harus kita bayar. Kau telah sofa pesawat yang empuk, mengembuskan napas. Siapa orang Aku menutup telepon, perlahan menyandarkan punggung ke Percakapan itu berakhir setelah dua-tiga kalimat lagi. membuatku lebih berani, Nak.” di sekitar. Apa pun harga yang harus kita bayar. Kau telah sofa pesawat yang empuk, mengembuskan napas. Siapa orang Aku menutup telepon, perlahan menyandarkan punggung ke Percakapan itu berakhir setelah dua-tiga kalimat lagi. membuatku lebih berani, Nak.” di sekitar. Apa pun harga yang harus kita bayar. Kau telah sofa pesawat yang empuk, mengembuskan napas. Siapa orang membuatku lebih berani, Nak.” Aku menutup telepon, perlahan menyandarkan punggung ke Percakapan itu berakhir setelah dua-tiga kalimat lagi. di sekitar. Apa pun harga yang harus kita bayar. Kau telah yang pantas dibela dengan nyawa sekalipun? Aku tidak tahu sofa pesawat yang empuk, mengembuskan napas. Siapa orang Aku menutup telepon, perlahan menyandarkan punggung ke Percakapan itu berakhir setelah dua-tiga kalimat lagi. membuatku lebih berani, Nak.” di sekitar. Apa pun harga yang harus kita bayar. Kau telah yang pantas dibela dengan nyawa sekalipun? Aku tidak tahu sofa pesawat yang empuk, mengembuskan napas. Siapa orang Aku menutup telepon, perlahan menyandarkan punggung ke Percakapan itu berakhir setelah dua-tiga kalimat lagi. membuatku lebih berani, Nak.” yang pantas dibela dengan nyawa sekalipun? Aku tidak tahu sofa pesawat yang empuk, mengembuskan napas. Siapa orang Aku menutup telepon, perlahan menyandarkan punggung ke Percakapan itu berakhir setelah dua-tiga kalimat lagi. membuatku lebih berani, Nak.” yang pantas dibela dengan nyawa sekalipun? Aku tidak tahu sofa pesawat yang empuk, mengembuskan napas. Siapa orang Aku menutup telepon, perlahan menyandarkan punggung ke setelah dua-tiga kalimat lagi. membuatku lebih berani, Nak.” yang pantas dibela dengan nyawa sekalipun? Aku tidak tahu Percakapan itu berakhir setelah dua-tiga kalimat lagi. sofa pesawat yang empuk, mengembuskan napas. Siapa orang Aku menutup telepon, perlahan menyandarkan punggung ke membuatku lebih berani, Nak.” jawabannya. Karena sesungguhnya, dalam semua rangkaian ke­ yang pantas dibela dengan nyawa sekalipun? Aku tidak tahu sofa pesawat yang empuk, mengembuskan napas. Siapa orang Aku menutup telepon, perlahan menyandarkan punggung ke Percakapan itu berakhir setelah dua-tiga kalimat lagi. membuatku lebih berani, Nak.” jawabannya. Karena sesungguhnya, dalam semua rangkaian ke­ sofa pesawat yang empuk, mengembuskan napas. Siapa orang yang pantas dibela dengan nyawa sekalipun? Aku tidak tahu Aku menutup telepon, perlahan menyandarkan punggung ke Percakapan itu berakhir setelah dua-tiga kalimat lagi. jawabannya. Karena sesungguhnya, dalam semua rangkaian ke­ yang pantas dibela dengan nyawa sekalipun? Aku tidak tahu sofa pesawat yang empuk, mengembuskan napas. Siapa orang Aku menutup telepon, perlahan menyandarkan punggung ke Percakapan itu berakhir setelah dua-tiga kalimat lagi. jawabannya. Karena sesungguhnya, dalam semua rangkaian ke­ yang pantas dibela dengan nyawa sekalipun? Aku tidak tahu sofa pesawat yang empuk, mengembuskan napas. Siapa orang Aku menutup telepon, perlahan menyandarkan punggung ke Percakapan itu berakhir setelah dua-tiga kalimat lagi. perlahan menyandarkan punggung ke jawabannya. Karena sesungguhnya, dalam semua rangkaian ke­ yang pantas dibela dengan nyawa sekalipun? Aku tidak tahu sofa pesawat yang empuk, mengembuskan napas. Siapa orang Percakapan itu berakhir setelah dua-tiga kalimat lagi. jadian yang baru saja dimulai puncak ketegangannya ini, aku jawabannya. Karena sesungguhnya, dalam semua rangkaian ke­ yang pantas dibela dengan nyawa sekalipun? Aku tidak tahu sofa pesawat yang empuk, mengembuskan napas. Siapa orang Aku menutup telepon, perlahan menyandarkan punggung ke Percakapan itu berakhir setelah dua-tiga kalimat lagi. yang pantas dibela dengan nyawa sekalipun? Aku tidak tahu jadian yang baru saja dimulai puncak ketegangannya ini, aku jawabannya. Karena sesungguhnya, dalam semua rangkaian ke­ sofa pesawat yang empuk, mengembuskan napas. Siapa orang Aku menutup telepon, perlahan menyandarkan punggung ke jadian yang baru saja dimulai puncak ketegangannya ini, aku jawabannya. Karena sesungguhnya, dalam semua rangkaian ke­ yang pantas dibela dengan nyawa sekalipun? Aku tidak tahu sofa pesawat yang empuk, mengembuskan napas. Siapa orang Aku menutup telepon, perlahan menyandarkan punggung ke jadian yang baru saja dimulai puncak ketegangannya ini, aku jawabannya. Karena sesungguhnya, dalam semua rangkaian ke­ yang pantas dibela dengan nyawa sekalipun? Aku tidak tahu mengembuskan napas. Siapa orang Aku menutup telepon, perlahan menyandarkan punggung ke sofa pesawat yang empuk, mengembuskan napas. Siapa orang jadian yang baru saja dimulai puncak ketegangannya ini, aku jawabannya. Karena sesungguhnya, dalam semua rangkaian ke­ yang pantas dibela dengan nyawa sekalipun? Aku tidak tahu Aku menutup telepon, perlahan menyandarkan punggung ke memegang agenda tersembunyi sejak setahun lalu. jadian yang baru saja dimulai puncak ketegangannya ini, aku jawabannya. Karena sesungguhnya, dalam semua rangkaian ke­ yang pantas dibela dengan nyawa sekalipun? Aku tidak tahu sofa pesawat yang empuk, mengembuskan napas. Siapa orang Aku menutup telepon, perlahan menyandarkan punggung ke jawabannya. Karena sesungguhnya, dalam semua rangkaian ke­ memegang agenda tersembunyi sejak setahun lalu. jadian yang baru saja dimulai puncak ketegangannya ini, aku yang pantas dibela dengan nyawa sekalipun? Aku tidak tahu sofa pesawat yang empuk, mengembuskan napas. Siapa orang memegang agenda tersembunyi sejak setahun lalu. jadian yang baru saja dimulai puncak ketegangannya ini, aku jawabannya. Karena sesungguhnya, dalam semua rangkaian ke­ yang pantas dibela dengan nyawa sekalipun? Aku tidak tahu sofa pesawat yang empuk, mengembuskan napas. Siapa orang memegang agenda tersembunyi sejak setahun lalu. jadian yang baru saja dimulai puncak ketegangannya ini, aku jawabannya. Karena sesungguhnya, dalam semua rangkaian ke­ yang pantas dibela dengan nyawa sekalipun? Aku tidak tahu sofa pesawat yang empuk, mengembuskan napas. Siapa orang nyawa sekalipun? Aku tidak tahu memegang agenda tersembunyi sejak setahun lalu. jadian yang baru saja dimulai puncak ketegangannya ini, aku jawabannya. Karena sesungguhnya, dalam semua rangkaian ke­ sofa pesawat yang empuk, mengembuskan napas. Siapa orang Masih ada beberapa orang lagi yang harus kutelepon. memegang agenda tersembunyi sejak setahun lalu. jadian yang baru saja dimulai puncak ketegangannya ini,orang aku jawabannya. Karena sesungguhnya, dalam semua rangkaian ke­ yang pantas dibela dengan nyawa sekalipun? Aku tidak tahu sofa pesawat yangsaja empuk, mengembuskan napas. Siapa jadian yang baru dimulai puncak ketegangannya ini, aku Masih ada beberapa orang lagi yang harus kutelepon. memegang agenda tersembunyi sejak setahun lalu. jawabannya. Karena sesungguhnya, dalam semua rangkaian ke­ yang pantas dibela dengan nyawa sekalipun? Aku tidak tahu Masih ada beberapa orang lagi yang harus kutelepon. memegang agenda tersembunyi sejak setahun lalu. jadian yang baru saja dimulai puncak ketegangannya ini, aku jawabannya. Karena sesungguhnya, dalam semua rangkaian ke­ yang pantas dibela dengan nyawa sekalipun? Aku tidak tahu Masih ada beberapa orang lagi yang harus kutelepon. memegang agenda tersembunyi sejak setahun lalu. jadian yang baru saja dimulai puncak ketegangannya ini, aku sesungguhnya, dalam semua rangkaian ke­ yang pantas dibela dengan nyawa sekalipun? Aku tidak tahu jawabannya. Karena sesungguhnya, dalam semua rangkaian ke­ Masih ada beberapa orang lagi yang harus kutelepon. memegang agenda tersembunyi sejak setahun lalu. jadian yang baru saja dimulai puncak ketegangannya ini, aku yang pantas dibela dengan nyawa sekalipun? Aku tidak tahu Orang pertama berikutnya yang paling penting adalah: Masih ada beberapa orang lagi yang harus kutelepon. tersembunyi sejak setahun lalu. jadian yang baru saja dimulai puncak ketegangannya ini, aku jawabannya. Karena sesungguhnya, dalam semua rangkaian ke­ yang pantas dibela dengan nyawa sekalipun? Aku tidak tahu memegang agenda tersembunyi sejak setahun lalu. Orang pertama berikutnya yang paling penting adalah: Masih ada beberapa orang lagi yang harus kutelepon. jadian yang baru saja dimulai puncak ketegangannya ini, aku jawabannya. Karena sesungguhnya, dalam semua rangkaian ke­ Orang pertama berikutnya yang paling penting adalah: Masih ada beberapa orang lagi yang harus kutelepon. memegang agenda tersembunyi sejak setahun lalu. jadian yang baru saja dimulai puncak ketegangannya ini, aku jawabannya. Karena sesungguhnya, dalam semua rangkaian ke­ Orang pertama berikutnya yang paling penting adalah: Masih ada beberapa orang lagi yang harus kutelepon. memegang agenda tersembunyi sejak setahun lalu. jadian yang baru saja dimulai puncak ketegangannya ini, aku jawabannya. Karena sesungguhnya, dalam semua rangkaian ke­ dimulai puncak ketegangannya ini, aku Orang pertama berikutnya yang paling penting adalah: Masih ada beberapa orang lagi yang harus kutelepon. memegang agenda tersembunyi sejak setahun lalu. jawabannya. Karena sesungguhnya, dalam semua rangkaian ke­ Maggie, staf khususku yang selalu menawan hati. Aku harus Orang pertama berikutnya yang paling penting adalah: beberapa orang lagi yang harus kutelepon. memegang agenda tersembunyi sejak setahun lalu. jadian yang baru saja dimulai puncak ketegangannya ini, aku jawabannya. Karena sesungguhnya, dalam semua rangkaian ke­ Masih ada beberapa orang lagi yang harus kutelepon. Maggie, staf khususku yang selalu menawan hati. Aku harus Orang pertama berikutnya yang paling penting adalah: memegang agenda tersembunyi sejak setahun lalu. jadian yang baru saja dimulai puncak ketegangannya ini, aku Maggie, staf khususku yang selalu menawan hati. Aku harus Orang pertama berikutnya yang paling penting adalah: Masih ada beberapa orang lagi yang harus kutelepon. memegang agenda tersembunyi sejak setahun lalu. jadian yang baru saja dimulai puncak ketegangannya ini, aku Maggie, staf khususku yang selalu menawan hati. Aku harus Orang pertama berikutnya yang paling penting adalah: Masih ada beberapa orang lagi yang harus kutelepon. tersembunyi sejak setahun lalu. jadian yang baru saja dimulai puncak ketegangannya ini, aku memegang agenda tersembunyi sejak setahun lalu. Maggie, staf khususku yang selalu menawan hati. Aku harus Orang pertama berikutnya yang paling penting adalah: Masih ada beberapa orang lagi yang harus kutelepon. jadian yang baru saja dimulai puncak ketegangannya ini, aku segera mengaktifkan komando tempur. Maggie, staf khususku yang selalu menawan hati. Aku harus berikutnya yang paling penting adalah: Masih ada beberapa orang lagi yang harus kutelepon. memegang agenda tersembunyi sejak setahun lalu. jadian yang baru saja dimulai puncak ketegangannya ini, aku Orang pertama berikutnya yang paling penting adalah: segera mengaktifkan komando tempur. Maggie, staf khususku yang selalu menawan hati. Aku harus Masih ada beberapa orang lagi yang harus kutelepon. memegang agenda tersembunyi sejak setahun lalu. segera mengaktifkan komando tempur. Maggie, staf khususku yang selalu menawan hati. Aku harus Orang pertama berikutnya yang paling penting adalah: Masih ada beberapa orang lagi yang harus kutelepon. kutelepon. memegang agenda tersembunyi sejak setahun lalu. segera mengaktifkan komando tempur. Maggie, staf khususku yang selalu menawan hati. Aku harus Orang pertama berikutnya yang paling penting Masih ada beberapa orang lagi yang harus kutelepon. memegang agenda tersembunyi sejak setahun lalu. lagi yang harus segera mengaktifkan komando tempur. Maggie, staf khususku yang selalu selalu menawan hati. Aku Akuadalah: harus Orang pertama berikutnya yang paling penting adalah: memegang agenda tersembunyi sejak setahun lalu. segera mengaktifkan komando tempur. Maggie, staf khususku yang selalu menawan hati. Aku harus Orang pertama berikutnya yang paling penting adalah: Masih ada beberapa orang lagi yang harus kutelepon. khususku yang menawan hati. harus memegang agenda tersembunyi sejak setahun lalu. segera mengaktifkan komando tempur. Orang pertama berikutnya yang paling penting adalah: Masih ada beberapa orang lagi yang harus kutelepon. segera mengaktifkan komando tempur. Maggie, staf khususku yang selalu menawan hati. Aku harus Orang pertama berikutnya yang paling penting adalah: Masih ada beberapa orang lagi yang harus kutelepon. segera mengaktifkan komando tempur. Maggie, staf khususku yang selalu menawan hati. Aku harus berikutnya yang paling penting adalah: Masih ada beberapa orang lagi yang harus kutelepon. Orang pertama berikutnya yang paling penting adalah: segera mengaktifkan komando tempur. Maggie, staf khususku yang selalu menawan hati. Aku harus Masih ada beberapa orang lagi yang harus komando tempur. Maggie, staf khususku yang selalu menawan hati. Aku harus segera mengaktifkan komando tempur. Orang pertama berikutnya yang paling penting adalah: Masih ada beberapa orang lagi yang harus kutelepon. kutelepon. Maggie, staf khususku yang selalu menawan hati. Aku harus Orang pertama berikutnya yang paling penting adalah: segera mengaktifkan komando tempur. Maggie, staf khususku yang selalu menawan hati. Aku harus Orang pertama berikutnya yang paling penting adalah: segera mengaktifkan komando tempur. selalu menawan hati. Aku harus Orang pertama berikutnya yang paling penting adalah: Maggie, staf khususku yang selalu menawan hati. Aku harus segera mengaktifkan komando tempur. Orang pertama berikutnya yang paling penting adalah:



”K ”K Riset ”K ”K ”K ”K ”K ”K



Episode 12 Adalah Segalanya



AU pasti akan mengganggu libur panjangku, Thomas.” AU pasti akan mengganggu libur panjangku, Thomas.” AU pasti akan mengganggu libur panjangku, Thomas.” AU pasti akan mengganggu libur panjangku, Thomas.” AU pasti akan mengganggu libur panjangku, Thomas.” Itu reaksi pertama Maggie saat tahu tahu libur aku meneleponnya. SuaraAU pasti akan akan mengganggu panjangku, Thomas.” Itu reaksi pertama Maggie saat aku meneleponnya. SuaraAU pasti mengganggu libur panjangku, Thomas.” Itu reaksi pertama Maggie saat tahu aku meneleponnya. SuaraAU pasti akan mengganggu libur panjangku, Thomas.” Itu reaksi pertama Maggie saat tahu aku meneleponnya. SuaraAU pasti akan mengganggu libur panjangku, Thomas.” Itu reaksi pertama Maggie saat tahu aku meneleponnya. SuaraAU pasti akan mengganggu libur panjangku, Thomas.” nya bersungut-sungut. Itu reaksi pertama Maggie saat tahu aku meneleponnya. SuaraAU pasti akan mengganggu libur panjangku, Thomas.” nya bersungut-sungut. Itu reaksi pertama Maggie saat tahu aku meneleponnya. SuaraAU pasti akan mengganggu libur panjangku, Thomas.” nya bersungut-sungut. Itu reaksi pertama Maggie saat tahu aku meneleponnya. SuaraAU pasti akan mengganggu libur panjangku, Thomas.” nya bersungut-sungut. Itu reaksi pertama Maggie saat tahu aku meneleponnya. SuaraAU pasti akan mengganggu libur panjangku, Thomas.” nya bersungut-sungut. Itu reaksi pertama Maggie saat tahu aku meneleponnya. Suara”Memangnya kau sekarang sedang berlibur di mana, Meg? Di AU pasti akan mengganggu libur panjangku, Thomas.” nya bersungut-sungut. Itu reaksi pertama Maggie saat tahu aku meneleponnya. Suara”Memangnya kau sekarang sedang berlibur di mana, Meg? Di AU pasti akan mengganggu libur panjangku, Thomas.” nya bersungut-sungut. Itu reaksi pertama Maggie saat tahu aku meneleponnya. Suara”Memangnya kau sekarang sedang berlibur di mana, Meg? Di nya bersungut-sungut. Itu reaksi pertama Maggie saat tahu aku meneleponnya. Suara”Memangnya kau sekarang sedang berlibur di mana, Meg? Di nya bersungut-sungut. Itu reaksi pertama Maggie saat tahu aku meneleponnya. Suara”Memangnya kau sekarang sedang berlibur di mana, Meg? Di nya bersungut-sungut. salah satu pantai di Bali? Di pusat mode Paris? Atau mal terItu reaksi pertama Maggie saat tahu aku meneleponnya. Suara”Memangnya kau sekarang sedang berlibur di mana, Meg? Di nya bersungut-sungut. salah satu pantai di Bali? Di pusat mode Paris? Atau mal terItu reaksi pertama Maggie saat tahu aku meneleponnya. Suara”Memangnya kau sekarang sedang berlibur di mana, Meg? Di nya bersungut-sungut. salah satu pantai di Bali? Di pusat mode Paris? Atau mal ter”Memangnya kau sekarang sedang berlibur di mana, Meg? Di nya bersungut-sungut. salah satu pantai di Bali? Di pusat mode Paris? Atau mal ter”Memangnya kau sekarang sedang berlibur di mana, Meg? Di nya bersungut-sungut. salah satu pantai di Bali? Di pusat mode Paris? Atau mal ter”Memangnya kau sekarang sedang berlibur di mana, Meg? Di besar Singapura, paling dekat dari Jakarta?” nya”Memangnya bersungut-sungut. salah satu pantai di Bali? Di pusat mode Paris? Atau mal terkau sekarang sedang berlibur di mana, Meg? Di besar Singapura, paling dekat dari Jakarta?” nya bersungut-sungut. salah satu pantai di Bali? Di pusat mode Paris? Atau mal ter”Memangnya kau sekarang sedang berlibur di mana, Meg? Di besar Singapura, paling dekat dari Jakarta?” salah satu pantai di Bali? Di pusat mode Paris? Atau mal ter”Memangnya kau sekarang sedang berlibur di mana, Meg? Di besar Singapura, paling dekat dari Jakarta?” salah satu pantai di Bali? Di pusat mode Paris? Atau mal ter”Memangnya kau sekarang sedang berlibur di mana, Meg? Di besar Singapura, paling dekat dari Jakarta?” salah satu pantai di Bali? Di pusat mode Paris? Atau mal ter”Eh,” Maggie diam sebentar, mungkin sedang menyengir lebar ”Memangnya kau sekarang sedang berlibur di mana, Meg? Di besar Singapura, paling dekat dari Jakarta?” salah satu pantai di Bali? Di pusat mode Paris? Atau mal ter”Eh,” Maggie diam sebentar, mungkin sedang menyengir lebar ”Memangnya kau sekarang sedang berlibur di mana, Meg? Di besar Singapura, paling dekat dari Jakarta?” salah satu pantai di Bali? Di pusat mode Paris? Atau mal ter”Eh,” Maggie diam sebentar, mungkin sedang menyengir lebar besar Singapura, paling dekat dari Jakarta?” salah satu pantai di Bali? Di pusat mode Paris? Atau mal ter”Eh,” Maggie diam sebentar, mungkin sedang menyengir lebar besar Singapura, paling dekat dari Jakarta?” salah satu pantai di Bali? Di pusat mode Paris? Atau mal ter”Eh,” Maggie diam sebentar, mungkin sedang menyengir lebar besar Singapura, paling dekat dari Jakarta?” di rumah sih. Tapi itu tetap lidi seberang telepon sana, ”aku salah satu pantai di Bali? Di pusat mode Paris? Atau mal ter”Eh,” Maggie diam sebentar, mungkin sedang menyengir lebar besar Singapura, paling dekat dari Jakarta?” di rumah sih. Tapi itu tetap lidi seberang telepon sana, ”aku salah satu pantai di Bali? Di pusat mode Paris? Atau mal ter”Eh,” Maggie diam sebentar, mungkin sedang menyengir lebar besar Singapura, paling dekat dari Jakarta?” di rumah sih. Tapi itu tetap lidi seberang telepon sana, ”aku ”Eh,” Maggie diam sebentar, mungkin sedang menyengir lebar besar Singapura, paling dekat dari Jakarta?” di rumah sih. Tapi itu tetap lidi seberang telepon sana, ”aku ”Eh,” Maggie diam sebentar, mungkin sedang menyengir lebar besar Singapura, paling dekat dari Jakarta?” di rumah sih. Tapi itu tetap lidi seberang telepon sana, ”aku ”Eh,” Maggie diam sebentar, mungkin sedang menyengir lebar buran, Thomas. Bahkan boleh jadi lebih berharga dibanding ke besar Singapura, paling dekat dari Jakarta?” di rumah sih. Tapi itu tetap lidi seberang telepon sana, ”aku ”Eh,” Maggie diam sebentar, mungkin sedang menyengir lebar buran, Thomas. Bahkan boleh jadi lebih berharga dibanding ke besar Singapura, paling dekat dari Jakarta?” di rumah sih. Tapi itu tetap lidi seberang telepon sana, ”aku ”Eh,” Maggie diam sebentar, mungkin sedang menyengir lebar buran, Thomas. Bahkan boleh jadi lebih berharga dibanding ke di rumah sih. Tapi itu tetap lidi seberang telepon sana, ”aku ”Eh,” Maggie diam sebentar, mungkin sedang menyengir lebar buran, Thomas. Bahkan boleh jadi lebih berharga dibanding ke di rumah sih. Tapi itu tetap lidi seberang telepon sana, ”aku ”Eh,” Maggie diam sebentar, mungkin sedang menyengir lebar buran, Thomas. Bahkan boleh jadi lebih berharga dibanding ke di rumah sih. Tapi itu tetap lidi seberang telepon sana, ”aku pantai, pusat perbelanjaan atau Hong Kong dan Makau sekali”Eh,” Maggie diam sebentar, mungkin sedang menyengir lebar buran, Thomas. Bahkan boleh jadi lebih berharga dibanding ke di rumah sih. Tapi itu tetap lidi seberang telepon sana, ”aku pantai, pusat perbelanjaan atau Hong Kong dan Makau sekali”Eh,” Maggie diam sebentar, mungkin sedang menyengir lebar buran, Thomas. Bahkan boleh jadi lebih berharga dibanding ke di rumah sih. Tapi itu tetap lidi seberang telepon sana, ”aku pantai, pusat perbelanjaan atau Hong Kong dan Makau sekaliburan, Thomas. Bahkan boleh jadi lebih berharga dibanding ke di rumah sih. Tapi itu tetap lidi seberang telepon sana, ”aku pantai, pusat perbelanjaan atau Hong Kong dan Makau sekaliburan, Thomas. Bahkan boleh jadi lebih berharga dibanding ke di rumah sih. Tapi itu tetap lidi seberang telepon sana, ”aku pantai, pusat perbelanjaan atau Hong Kong dan Makau sekaliburan, Thomas. Bahkan boleh jadi lebih berharga dibanding ke pun seperti yang sedang kaulakukan. Aku di rumah dan bisa di rumah sih. Tapi itu tetap lidi seberang telepon sana, ”aku pantai, pusat perbelanjaan atau Hong Kong dan Makau sekaliburan, Thomas. Bahkan boleh jadi lebih berharga dibanding ke pun seperti yang sedang kaulakukan. Aku di rumah dan bisa di rumah sih. Tapi itu tetap lidi seberang telepon sana, ”aku pantai, pusat perbelanjaan atau Hong Kong dan Makau sekaliburan, Thomas. Bahkan boleh jadi lebih berharga dibanding ke pun seperti yang sedang kaulakukan. Aku di rumah dan bisa pantai, pusat perbelanjaan atau Hong Kong dan Makau sekaliburan, Thomas. Bahkan boleh jadi lebih berharga dibanding ke pun seperti yang sedang kaulakukan. Aku di rumah dan bisa pantai, pusat perbelanjaan atau Hong Kong dan Makau sekaliburan, Thomas. Bahkan boleh jadi lebih berharga dibanding ke pun seperti yang sedang kaulakukan. Aku di rumah dan bisa pantai, pusat perbelanjaan atau Hong Kong dan Makau sekalimenghabiskan waktu bersama keluarga.” buran, Thomas. Bahkan boleh jadi lebih berharga dibanding ke pun seperti seperti yang sedang kaulakukan. Aku di rumah dan bisa pantai, pusat perbelanjaan atau Hong Kong dan Makau sekalimenghabiskan waktu bersama keluarga.” buran, Thomas. Bahkan boleh jadi lebih berharga dibanding ke pun yang sedang kaulakukan. Aku di rumah dan bisa pantai, pusat perbelanjaan atau Hong Kong dan Makau sekalimenghabiskan waktu bersama keluarga.” pun seperti yang sedang kaulakukan. Aku di rumah dan bisa pantai, pusat perbelanjaan atau Hong Kong dan Makau sekaliAU pasti akan mengganggu libur panjangku, Thom menghabiskan waktu bersama keluarga.” pun seperti yang sedang kaulakukan. Aku rumah dan bisa pantai, pusat perbelanjaan atau Hong Kong dan Makau sekalimenghabiskan waktu bersama keluarga.” pun seperti yang sedang kaulakukan. Aku di di rumah dan bisa Aku tertawa lagi. ”Memangnya kau punya keluarga di rumah, pantai, pusat perbelanjaan atau Hong Kong dan Makau sekalimenghabiskan waktu bersama keluarga.” pun seperti yang sedang kaulakukan. Aku di rumah dan bisa Aku tertawa lagi. ”Memangnya kau punya keluarga di rumah, pantai, pusat perbelanjaan atau Hong Kong dan Makau sekalimenghabiskan waktu bersama keluarga.” pun seperti yang sedang kaulakukan. Aku di rumah dan bisa Aku tertawa lagi. ”Memangnya kau punya keluarga di rumah, menghabiskan waktu bersama keluarga.” pun seperti yang sedang kaulakukan. Aku di rumah dan bisa Aku tertawa lagi. ”Memangnya kau punya keluarga di rumah, menghabiskan waktu bersama keluarga.” pun seperti yang sedang kaulakukan. Aku di rumah dan bisa reaksi pertama Maggie saat tahu aku meneleponnya. Su Aku tertawa lagi. ”Memangnya kau punya keluarga di rumah, menghabiskan waktu bersama keluarga.” Meg? Bukankah orangtuamu ada di kota lain? Kau sendirian pun seperti yang sedang kaulakukan. Aku di rumah dan bisa Aku tertawa lagi. ”Memangnya kau punya keluarga di rumah, menghabiskan waktu bersama keluarga.” Meg? Bukankah orangtuamu ada di kota lain? Kau sendirian pun seperti yang sedang kaulakukan. Aku di rumah dan bisa Aku tertawa lagi. ”Memangnya kau punya keluarga di rumah, menghabiskan waktu bersama keluarga.” Meg? Bukankah orangtuamu ada di kota lain? Kau sendirian Aku tertawa lagi. ”Memangnya kau punya keluarga di rumah, menghabiskan waktu bersama keluarga.” Meg? Bukankah orangtuamu ada di kota lain? Kau sendirian Aku tertawa lagi. ”Memangnya kau punya keluarga di rumah, menghabiskan waktu bersama keluarga.” Meg? Bukankah orangtuamu ada di kota lain? Kau sendirian Aku tertawa lagi. ”Memangnya kau punya keluarga di rumah, bersungut-sungut. tinggal di Jakarta, bukan?” menghabiskan waktu bersama keluarga.” Meg? Bukankah orangtuamu di kota lain? Kau sendirian Aku tertawa lagi. ”Memangnya kau punya keluarga di rumah, tinggal di Jakarta, bukan?” menghabiskan waktu bersama ada keluarga.” Meg? Bukankah orangtuamu ada di kota lain? Kau sendirian Aku tertawa lagi. ”Memangnya kau punya keluarga di rumah, tinggal di Jakarta, bukan?” Meg? Bukankah orangtuamu ada di kota lain? Kau sendirian Aku tertawa lagi. ”Memangnya kau punya keluarga di rumah, tinggal di Jakarta, bukan?” Meg? Bukankah orangtuamu ada di kota lain? Kau sendirian Aku tertawa lagi. ”Memangnya kau punya keluarga di rumah, tinggal di Jakarta, bukan?” Meg? Bukankah orangtuamu ada di kota lain? Kau sendirian ”Kau memang perusak suasana yang efektif, Thom.” Suara Aku tertawa lagi. ”Memangnya kau punya keluarga di rumah, tinggal di Jakarta, bukan?” Meg? Bukankah orangtuamu ada di kota lain? Kau sendirian Memangnya kau sekarang sedang berlibur di mana, Meg ”Kau memang perusak suasana yang efektif, Thom.” Suara Aku tertawa lagi. ”Memangnya kau punya keluarga di rumah, tinggal di Jakarta, bukan?” Meg? Bukankah orangtuamu ada di kota lain? Kau sendirian ”Kau memang perusak suasana yang efektif, Thom.” Suara tinggal di Jakarta, bukan?” Meg? Bukankah orangtuamu ada di kota lain? Kau sendirian ”Kau memang perusak suasana yang efektif, Thom.” Suara tinggal di Jakarta, bukan?” Meg? Bukankah orangtuamu ada di kota lain? Kau sendirian ”Kau memang perusak suasana yang efektif, Thom.” Suara tinggal di Jakarta, bukan?” Meg? Bukankah orangtuamu ada di kota lain? Kau sendirian ”Kau memang perusak suasana yang efektif, Thom.” Suara tinggal di Jakarta, bukan?” Bukankah ada diyang kotaefektif, lain? Kau sendirian ”Kau memang perusak Thom.” Suara tinggal di Jakarta, bukan?” hMeg? satu pantai diorangtuamu Bali? Disuasana pusat mode Paris? Atau mal ”Kau perusak suasana efektif, Thom.” Suara tinggal di Jakarta, bukan?” 118 ”Kau memang perusak suasana yang efektif, Thom.” Suara tinggal dimemang Jakarta, bukan?” 118 yang ”Kau memang perusak suasana yang efektif, Thom.” Suara 118 tinggal Jakarta, bukan?” ”Kaudi memang perusak suasana yang efektif, Thom.” Suara 118 tinggal di Jakarta, bukan?” ”Kau memang perusak suasana yang efektif, Thom.” Suara 118 r Singapura, paling dekat dari Jakarta?” ”Kau memang perusak suasana yang efektif, 118 ”Kau memang perusak suasana yang efektif, Thom.” Thom.” Suara Suara 118 ”Kau yang 118 ”Kau memang memang perusak perusak suasana suasana yang efektif, efektif, Thom.” Thom.” Suara Suara 118 118 Eh,” Maggie diam sebentar,118 mungkin sedang menyengir l 118 118 jung Tanduk.indd 118 3/6/20 118



K



Maggie terdengar ketus. ”Setidaknya aku bisa liburan dengan tung liburan yang menyenangkan. Gratis.” liburan. Aku minta maaf harus bilang itu. Situasinya berubah tidur sepanjang hari selama long weekend. Itu juga tetap terhi­ Maggie terdengar ketus. ”Setidaknya bisa liburan dengan tung liburan yang menyenangkan. Gratis.” liburan. Aku minta maaf harus bilang itu. Situasinya berubah ”Tidak lagi, Meg,” aku mulai berkata serius, ”tidak ada lagi tidur sepanjang hari selama long weekend. Itu juga tetap terhi­ mulai berkata serius, ”tidak ada lagi sekarang persis berada diaku pesawat menuju Jakarta, darurat. Aku sekarang persis berada di pesawat menuju Jakarta, Maggie terdengar ketus. ”Setidaknya aku bisa liburan dengan tung liburan yang menyenangkan. Gratis.” liburan. minta maaf harus bilang itu. Situasinya berubah tidur sepanjang hari selama long weekend. Itu juga tetap terhi­ ”Tidak lagi, Meg,” aku mulai berkata serius, ”tidak ada lagi Maggie terdengar ketus. ”Setidaknya aku bisa liburan dengan tung liburan yang menyenangkan. Gratis.” liburan. minta maaf harus bilang itu. Situasinya berubah darurat. Aku sekarang persis berada di pesawat menuju Jakarta, tidur sepanjang hari selama long weekend. Itu juga tetap terhi­ ”Tidak lagi, Meg,” aku mulai berkata serius, ”tidak ada lagi berada di pesawat menuju Jakarta, serius, ”tidak ada lagi tung liburan yang menyenangkan. Gratis.” meneleponmu di atas ketinggian 35.000 kaki, melaju dengan liburan. minta maaf harus bilang itu. Situasinya berubah ketinggian 35.000 kaki, melaju dengan tidur sepanjang hari selama long weekend. Itu juga tetap terhi­ ”Tidak lagi, Meg,” aku mulai berkata serius, ”tidak ada lagi darurat. Aku sekarang persis berada di pesawat menuju Jakarta, tung liburan yang menyenangkan. Gratis.” tidur sepanjang hari selama long weekend. Itu juga tetap terhi­ ”Tidak lagi, Meg,” aku mulai berkata serius, ”tidak ada lagi liburan. Aku minta maaf harus bilang itu. Situasinya berubah darurat. sekarang persis berada di pesawat menuju Jakarta, tung liburan yang menyenangkan. Gratis.” harus bilang itu. Situasinya berubah atas ketinggian 35.000 kaki, melaju dengan meneleponmu di atas ketinggian 35.000 kaki, melaju dengan tidur sepanjang hari selama long weekend. Itu juga tetap terhi­ ”Tidak lagi, Meg,” aku mulai berkata serius, ”tidak ada lagi darurat. Aku sekarang persis berada di pesawat menuju Jakarta, tung liburan yang menyenangkan. Gratis.” liburan. minta maaf harus bilang itu. Situasinya berubah tidur sepanjang hari selama long weekend. Itu juga tetap terhi­ ”Tidak lagi, Meg,” aku mulai berkata serius, ”tidak ada lagi darurat. Aku sekarang persis berada di pesawat menuju Jakarta, meneleponmu di atas ketinggian 35.000 kaki, melaju dengan tung liburan yang menyenangkan. Gratis.” itu. Situasinya berubah ketinggian 35.000 kaki, melaju dengan liburan. Aku minta maaf harus bilang itu. Situasinya berubah ”Tidak lagi, Meg,” aku mulai berkata serius, ”tidak ada lagi kecepatan 800 km/jam. Aku membutuhkanmu segera ada di darurat. sekarang persis berada di pesawat menuju Jakarta, membutuhkanmu segera ada di tung liburan yang menyenangkan. Gratis.” liburan. Aku minta maaf harus bilang itu. Situasinya berubah meneleponmu di atas ketinggian 35.000 kaki, melaju dengan ”Tidak lagi, Meg,” aku mulai berkata serius, ”tidak ada lagi tung liburan yang menyenangkan. Gratis.” liburan. minta maaf harus bilang itu. Situasinya berubah darurat. Aku sekarang persis berada di pesawat menuju Jakarta, meneleponmu di atas ketinggian 35.000 kaki, melaju dengan ”Tidak lagi, Meg,” aku mulai berkata serius, ”tidak ada lagi berada di pesawat menuju Jakarta, km/jam. Aku membutuhkanmu segera ada kecepatan 800 km/jam. Aku membutuhkanmu segera ada didi tung liburan yang menyenangkan. Gratis.” liburan. Aku minta maaf harus bilang itu. Situasinya berubah meneleponmu di atas ketinggian 35.000 kaki, melaju dengan ”Tidak lagi, Meg,” aku mulai berkata serius, ”tidak ada lagi darurat. sekarang persis berada di pesawat menuju Jakarta, tung liburan yang menyenangkan. Gratis.” liburan. minta maaf harus bilang itu. Situasinya berubah meneleponmu di atas ketinggian 35.000 kaki, melaju dengan kecepatan 800 km/jam. Aku membutuhkanmu segera ada di ”Tidak lagi, Meg,” aku mulai berkata serius, ”tidak ada lagi darurat. Aku sekarang persis berada di pesawat menuju Jakarta, membutuhkanmu segera ada di pesawat menuju Jakarta, kantor, Meg. Kau harus membantuku melakukan banyak hal. liburan. minta maaf harus bilang itu. Situasinya berubah meneleponmu di atas ketinggian 35.000 kaki, melaju dengan membantuku melakukan banyak hal. ”Tidak lagi, Meg,” aku mulai berkata serius, ”tidak ada lagi darurat. Aku sekarang persis berada di pesawat menuju Jakarta, kecepatan 800 km/jam. Aku membutuhkanmu segera ada di liburan. minta maaf harus bilang itu. Situasinya berubah ”Tidak lagi, Meg,” aku mulai berkata serius, ”tidak ada lagi meneleponmu di atas ketinggian 35.000 kaki, melaju dengan darurat. Aku sekarang persis berada di pesawat menuju Jakarta, kecepatan 800 km/jam. Aku membutuhkanmu segera ada di liburan. minta maaf harus bilang itu. Situasinya berubah ketinggian 35.000 kaki, melaju dengan harus membantuku melakukan banyak hal. kantor, Meg. Kau harus membantuku melakukan banyak hal. ”Tidak lagi, Meg,” aku mulai berkata serius, ”tidak ada lagi darurat. Aku sekarang persis berada di pesawat menuju Jakarta, kecepatan 800 km/jam. Aku membutuhkanmu segera ada di liburan. minta maaf harus bilang itu. Situasinya berubah meneleponmu di atas ketinggian 35.000 kaki, melaju dengan ”Tidak lagi, Meg,” aku mulai berkata serius, ”tidak ada lagi darurat. Aku sekarang persis berada di pesawat menuju Jakarta, kecepatan 800 km/jam. Aku membutuhkanmu segera ada di kantor, Meg. Kau harus membantuku melakukan banyak hal. liburan. minta maaf harus bilang itu. Situasinya berubah 35.000 kaki, melaju dengan membantuku melakukan banyak hal. meneleponmu di atas ketinggian 35.000 kaki, melaju dengan Dalam kondisi ini, hanya kau orang yang paling kupercaya, dan darurat. Aku sekarang persis berada di pesawat menuju Jakarta, kecepatan 800 km/jam. Aku membutuhkanmu segera ada di orang yang paling kupercaya, dan liburan. minta maaf harus bilang itu. Situasinya berubah meneleponmu di atas ketinggian 35.000 kaki, melaju dengan kantor, Meg. Kau harus membantuku melakukan banyak hal. darurat. Aku sekarang persis berada di pesawat menuju Jakarta, liburan. minta maaf harus bilang itu. Situasinya berubah kecepatan 800 km/jam. Aku membutuhkanmu segera ada di meneleponmu di atas ketinggian 35.000 kaki, melaju dengan kantor, Meg. Kau harus membantuku melakukan banyak hal. darurat. Aku sekarang persis berada di pesawat menuju Jakarta, Dalam kondisi ini, hanya kau orang yang paling kupercaya, dan membutuhkanmu segera ada di hanya kau orang yang paling kupercaya, dan liburan. minta maaf harus bilang itu. Situasinya berubah meneleponmu di atas ketinggian 35.000 kaki, melaju dengan kantor, Meg. Kau harus membantuku melakukan banyak hal. darurat. Aku sekarang persis berada di pesawat menuju Jakarta, kecepatan 800 km/jam. Aku membutuhkanmu segera ada di liburan. minta maaf harus bilang itu. Situasinya berubah meneleponmu di atas ketinggian 35.000 kaki, melaju dengan kantor, Meg. Kau harus membantuku melakukan banyak hal. Dalam kondisi ini, hanya kau orang yang paling kupercaya, dan darurat. Aku sekarang persis berada di pesawat menuju Jakarta, membutuhkanmu segera ada di orang yang paling kupercaya, dan kecepatan 800 km/jam. Aku membutuhkanmu segera ada di jelas, hanya kau orang yang paling efektif mengerjakan permin­ meneleponmu di atas ketinggian 35.000 kaki, melaju dengan kantor, Meg. Kau harus membantuku melakukan banyak hal. paling efektif mengerjakan permin­ darurat. Aku sekarang persis berada di pesawat menuju Jakarta, kecepatan 800 km/jam. Aku membutuhkanmu segera ada di Dalam kondisi ini, hanya kau orang yang paling kupercaya, dan meneleponmu di atas ketinggian 35.000 kaki, melaju dengan darurat. Aku sekarang persis berada di pesawat menuju Jakarta, kantor, Meg. Kau harus membantuku melakukan banyak hal. kecepatan 800 km/jam. Aku membutuhkanmu segera ada di Dalam kondisi ini, hanya kau orang yang paling kupercaya, dan meneleponmu di atas ketinggian 35.000 kaki, melaju dengan jelas, hanya kau orang yang paling efektif mengerjakan permin­ kantor, Meg. Kau harus membantuku melakukan banyak hal. orang yang paling efektif mengerjakan permin­ darurat. Aku sekarang persis berada di pesawat menuju Jakarta, kecepatan 800 km/jam. Aku membutuhkanmu segera ada di Dalam kondisi ini, hanya kau orang yang paling kupercaya, dan meneleponmu di atas ketinggian 35.000 kaki, melaju dengan kantor, Meg. Kau harus membantuku melakukan banyak hal. darurat. Aku sekarang persis berada di pesawat menuju Jakarta, kecepatan 800 km/jam. Aku membutuhkanmu segera ada di Dalam kondisi ini, hanya kau orang yang paling kupercaya, dan jelas, hanya kau orang yang paling efektif mengerjakan permin­ meneleponmu di atas ketinggian 35.000 kaki, melaju dengan melakukan banyak hal. paling efektif mengerjakan permin­ kantor, Meg. Kau harus membantuku melakukan banyak hal. taanku.” kecepatan 800 km/jam. Aku membutuhkanmu segera ada di Dalam kondisi ini, hanya kau orang yang paling kupercaya, dan meneleponmu di atas ketinggian 35.000 kaki, melaju dengan kantor, Meg. Kau harus membantuku melakukan banyak hal. jelas, hanya kau orang yang paling efektif mengerjakan permin­ kecepatan 800 km/jam. Aku membutuhkanmu segera ada di Dalam kondisi ini, hanya kau orang yang paling kupercaya, dan meneleponmu di atas ketinggian 35.000 kaki, melaju dengan kantor, Meg. Kau harus membantuku melakukan banyak hal. jelas, hanya kau orang yang paling efektif mengerjakan permin­ kecepatan 800 km/jam. Aku membutuhkanmu segera ada di taanku.” Dalam kondisi ini, hanya kau orang yang paling kupercaya, dan meneleponmu di atas ketinggian 35.000 kaki, melaju dengan kantor, Meg. Kau harus membantuku melakukan banyak hal. jelas, hanya kau orang yang paling efektif mengerjakan permin­ kecepatan 800 km/jam. Aku membutuhkanmu segera ada di Dalam kondisi ini, hanya kau orang yang paling kupercaya, dan meneleponmu di atas ketinggian 35.000 kaki, melaju dengan kantor, Meg. Kau harus membantuku melakukan banyak hal. jelas, hanya kau orang yang paling efektif mengerjakan permin­ taanku.” kecepatan 800 km/jam. Aku membutuhkanmu segera ada di yang paling kupercaya, dan Dalam kondisi ini, hanya kau orang yang paling kupercaya, dan hendak mengomel protes, tapi mendengar nada suara­ Maggie kantor, Meg. Kau harus membantuku melakukan banyak hal. jelas, hanya kau orang yang paling efektif mengerjakan permin­ protes, tapi mendengar nada suara­ kecepatan 800 km/jam. Aku membutuhkanmu segera ada di Dalam kondisi ini, hanya kau orang yang paling kupercaya, dan taanku.” kantor, Meg. Kau harus membantuku melakukan banyak hal. jelas, hanya kau orang yang paling efektif mengerjakan permin­ kecepatan 800 km/jam. Aku membutuhkanmu segera ada di Dalam kondisi ini, hanya kau orang yang paling kupercaya, dan taanku.” hendak mengomel protes, tapi mendengar nada suara­ Maggie kantor, Meg. Kau harus membantuku melakukan banyak hal. jelas, hanya kau orang yang paling efektif mengerjakan permin­ mengomel protes, tapi mendengar nada suara­ kecepatan 800 km/jam. Aku membutuhkanmu segera ada di Dalam kondisi ini, hanya kau orang yang paling kupercaya, dan taanku.” kantor, Meg. Kau harus membantuku melakukan banyak hal. jelas, hanya kau orang yang paling efektif mengerjakan permin­ kecepatan 800 km/jam. Aku membutuhkanmu segera ada di Dalam kondisi ini, hanya kau orang yang paling kupercaya, dan taanku.” hendak mengomel protes, tapi mendengar nada suara­ Maggie kantor, Meg. Kau harus membantuku melakukan banyak hal. efektif mengerjakan permin­ protes, tapi mendengar nada suara­ jelas, hanya kau orang yang paling efektif mengerjakan permin­ pikiran, hanya menjawab pendek, ”Kau bosnya, ku dia berubah Dalam kondisi ini, hanya kau orang yang paling kupercaya, dan taanku.” hanya menjawab pendek, ”Kau bosnya, kantor, Meg. Kau harus membantuku melakukan banyak hal. jelas, hanya kau orang yang paling efektif mengerjakan permin­ hendak mengomel protes, tapi mendengar nada suara­ Maggie Dalam kondisi ini, hanya kau orang yang paling kupercaya, dan taanku.” kantor, Meg. Kau harus membantuku melakukan banyak hal. jelas, hanya kau orang yang paling efektif mengerjakan permin­ hendak mengomel protes, tapi mendengar nada suara­ Maggie pikiran, hanya menjawab pendek, ”Kau bosnya, ku dia berubah Dalam kondisi ini, hanya kau orang yang paling kupercaya, dan taanku.” pikiran, hanya menjawab pendek, ”Kau bosnya, kantor, Meg. Kau harus membantuku melakukan banyak hal. jelas, hanya kau orang yang paling efektif mengerjakan permin­ hendak mengomel protes, tapi mendengar nada suara­ Maggie Dalam kondisi ini, hanya kau orang yang paling kupercaya, dan taanku.” kantor, Meg. Kau harus membantuku melakukan banyak hal. jelas, hanya kau orang yang paling efektif mengerjakan permin­ pikiran, hanya menjawab pendek, ”Kau bosnya, ku dia berubah hendak mengomel protes, tapi mendengar nada suara­ Maggie Dalam kondisi ini, hanya kau orang yang paling kupercaya, dan hanya menjawab pendek, ”Kau bosnya, taanku.” Thom.” jelas, hanya kau orang yang efektif mengerjakan permin­ hendak mengomel protes, tapi mendengar nada suara­ Maggie Dalam kondisi ini, hanya kau orang yang paling kupercaya, dan taanku.” pikiran, hanya menjawab pendek, ”Kau bosnya, ku dia berubah jelas, kau orang yang paling efektif mengerjakan permin­ hendak mengomel protes, tapi nada suara­ Maggie Dalam kondisi ini, hanya kaupaling orang yangmendengar paling kupercaya, dan taanku.” pikiran, hanya menjawab pendek, ”Kau bosnya, ku diahanya berubah Thom.” jelas, hanya kau orang yang paling efektif mengerjakan permin­ hendak mengomel protes, tapi mendengar nada suara­ Maggie Dalam kondisi ini, hanya kau orang yang paling kupercaya, dan taanku.” pikiran, hanya menjawab pendek, ”Kau bosnya, ku dia berubah jelas, hanya kau orang yang paling efektif mengerjakan permin­ hendak mengomel protes, tapi mendengar nada suara­ Maggie Dalam kondisi ini, hanya kau orang yang paling kupercaya, dan taanku.” Thom.” pikiran, hanya menjawab pendek, ”Kau bosnya, ku dia berubah jelas, kau orang yang paling efektif mengerjakan permin­ mendengar nada suara­ hendak mengomel protes, tapi mendengar nada suara­ Maggie ”Nah, itu baru Maggie yang kukenal. Segera berangkat ke taanku.” pikiran, hanya menjawab pendek, ”Kau bosnya, ku diahanya berubah yang kukenal. Segera ”Kau berangkat ke jelas, hanya kau orang yang paling efektif mengerjakan permin­ hendak mengomel protes, tapi mendengar nada suara­ Maggie Thom.” taanku.” pikiran, hanya menjawab pendek, bosnya, ku dia berubah jelas, hanya kau orang yang paling efektif mengerjakan permin­ hendak mengomel protes, tapi mendengar nada suara­ Maggie Thom.” ”Nah, itu baru Maggie yang kukenal. Segera ke taanku.” pikiran, hanya menjawab pendek, ”Kau bosnya, ku dia berubah Maggie yang kukenal. Segera berangkat berangkat ke jelas, kau orang yang paling efektif mengerjakan permin­ hendak mengomel protes, tapi mendengar nada suara­ Maggie Thom.” taanku.” pikiran, hanya menjawab pendek, ”Kau bosnya, ku diahanya berubah jelas, hanya kau orang yang paling efektif mengerjakan permin­ hendak mengomel protes, tapi mendengar nada suara­ Maggie ”Nah, itu baru Maggie yang kukenal. Segera berangkat ke Thom.” taanku.” pendek, ”Kau bosnya, yang kukenal. Segera berangkat ke pikiran, hanya menjawab pendek, ”Kau bosnya, ku dia berubah kantor. Setiba di sana, gunakan semua akses yang dimiliki hendak mengomel protes, tapi mendengar nada suara­ Maggie Thom.” gunakan semua akses yang yang dimiliki taanku.” pikiran, hanya menjawab pendek, ”Kau bosnya, ku dia berubah ”Nah, itu baru Maggie yang kukenal. Segera berangkat ke hendak mengomel protes, tapi mendengar nada suara­ Maggie Thom.” taanku.” pikiran, hanya menjawab pendek, ”Kau bosnya, ku dia berubah ”Nah, itu baru Maggie yang kukenal. Segera berangkat ke kantor. Setiba di sana, gunakan semua akses dimiliki hendak mengomel protes, tapi mendengar nada suara­ Maggie Thom.” sana, gunakan semua akses yang dimiliki taanku.” pikiran, hanya menjawab pendek, ”Kau bosnya, ku dia berubah ”Nah, itu baru Maggie yang kukenal. Segera berangkat ke hendak mengomel protes, tapi mendengar nada suara­ Maggie Thom.” taanku.” pikiran, hanya menjawab pendek, ”Kau bosnya, ku dia berubah kantor. Setiba di sana, gunakan semua akses yang dimiliki ”Nah, itu baru Maggie yang kukenal. Segera berangkat ke hendak mengomel protes, tapi mendengar nada suara­ Maggie Thom.” perusahaan untuk mencari informasi. Aku membutuhkan semua kantor. Setiba di sana, gunakan semua akses yang dimiliki pikiran, hanya menjawab pendek, ”Kau bosnya, ku dia berubah ”Nah, itu baru Maggie yang kukenal. Segera berangkat ke informasi. Aku membutuhkan semua hendak mengomel protes, tapi mendengar nada suara­ Maggie Thom.” kantor. Setiba di sana, gunakan semua akses yang dimiliki pikiran, hanya menjawab pendek, ”Kau bosnya, ku dia berubah ”Nah, itu baru Maggie yang kukenal. Segera berangkat ke hendak mengomel protes, tapi mendengar nada suara­ Maggie Thom.” kantor. Setiba di sana, gunakan semua akses yang dimiliki perusahaan untuk mencari informasi. Aku membutuhkan semua pikiran, hanya menjawab pendek, ”Kau bosnya, ku dia berubah ”Nah, itu baru Maggie yang kukenal. Segera berangkat ke mencari informasi. Aku membutuhkan semua hendak mengomel protes, tapi mendengar nada suara­ Maggie Thom.” kantor. Setiba di sana, gunakan semua akses yang dimiliki pikiran, hanya menjawab pendek, ”Kau bosnya, ku dia berubah ”Nah, itu baru Maggie yang kukenal. Segera berangkat ke hendak mengomel protes, tapi mendengar nada suara­ Maggie perusahaan untuk mencari informasi. Aku membutuhkan semua Thom.” kantor. Setiba di sana, gunakan semua akses yang dimiliki pikiran, hanya menjawab pendek, ”Kau bosnya, ku dia berubah kasus hukum yang melibatkan partai besar yang akan melakukan ”Nah, itu baru Maggie yang kukenal. Segera berangkat ke kukenal. Segera berangkat ke perusahaan untuk mencari informasi. Aku membutuhkan semua Thom.” kantor. Setiba di sana, gunakan semua akses yang dimiliki partai besar yang akan melakukan pikiran, hanya menjawab pendek, ”Kau bosnya, ku dia berubah ”Nah, itu baru Maggie yang kukenal. Segera berangkat ke perusahaan untuk mencari informasi. Aku membutuhkan semua Thom.” kantor. Setiba di sana, gunakan semua akses yang dimiliki pikiran, hanya menjawab pendek, ”Kau bosnya, ku dia berubah ”Nah, itu baru Maggie yang kukenal. Segera berangkat ke kasus hukum yang melibatkan partai besar yang akan melakukan perusahaan untuk mencari informasi. Aku membutuhkan semua Thom.” kantor. Setiba di sana, gunakan semua akses yang dimiliki melibatkan partai besar yang akan melakukan pikiran, hanya menjawab pendek, ”Kau bosnya, ku dia berubah ”Nah, itu baru Maggie yang kukenal. Segera berangkat ke perusahaan untuk mencari informasi. Aku membutuhkan semua Thom.” kantor. Setiba di sana, gunakan semua akses yang dimiliki kasus hukum yang melibatkan partai besar yang akan melakukan pikiran, hanya menjawab pendek, ”Kau bosnya, ku dia berubah ”Nah, itu baru Maggie yang kukenal. Segera berangkat ke perusahaan untuk mencari informasi. Aku membutuhkan semua Thom.” konvensi besok. Kumpulkan semuanya, bahkan meskipun itu kantor. Setiba di sana, gunakan semua akses yang dimiliki semua akses yang dimiliki kasus hukum yang melibatkan partai besar yang akan melakukan ”Nah, itu baru Maggie yang kukenal. Segera berangkat ke perusahaan untuk mencari informasi. Aku membutuhkan semua konvensi besok. Kumpulkan semuanya, bahkan meskipun itu Thom.” kantor. Setiba di sana, gunakan semua akses yang dimiliki kasus hukum yang melibatkan partai besar yang akan melakukan ”Nah, itu baru Maggie yang kukenal. Segera berangkat ke perusahaan untuk mencari informasi. Aku membutuhkan semua Thom.” konvensi besok. Kumpulkan semuanya, bahkan meskipun itu kantor. Setiba di sana, gunakan semua akses yang dimiliki kasus hukum yang melibatkan partai besar yang akan melakukan ”Nah, itu baru Maggie yang kukenal. Segera berangkat ke perusahaan untuk mencari informasi. Aku membutuhkan semua Kumpulkan semuanya, bahkan meskipun itu Thom.” kantor. Setiba di sana, gunakan semua akses yang dimiliki kasus hukum yang melibatkan partai besar yang akan melakukan ”Nah, itu baru Maggie yang kukenal. Segera berangkat ke perusahaan untuk mencari informasi. Aku membutuhkan semua konvensi besok. Kumpulkan semuanya, bahkan meskipun itu Thom.” kantor. Setiba di sana, gunakan semua akses yang dimiliki kasus hukum yang melibatkan partai besar yang akan melakukan ”Nah, itu baru Maggie yang kukenal. Segera berangkat ke termasuk kecelakaan motor salah satu anak pengurus partai, perusahaan untuk mencari informasi. Aku membutuhkan semua Aku membutuhkan semua konvensi besok. Kumpulkan semuanya, bahkan meskipun itu kantor. Setiba di sana, gunakan semua akses yang dimiliki kasus hukum yang melibatkan partai besar yang akan melakukan termasuk kecelakaan motor salah satu anak pengurus partai, ”Nah, itu baru Maggie yang kukenal. Segera berangkat ke perusahaan untuk mencari informasi. Aku membutuhkan semua konvensi besok. Kumpulkan semuanya, bahkan meskipun itu kantor. Setiba di sana, gunakan semua akses yang dimiliki kasus hukum yang melibatkan partai besar yang akan melakukan ”Nah, itu baru Maggie yang kukenal. Segera berangkat ke termasuk kecelakaan motor salah satu anak pengurus partai, perusahaan untuk mencari informasi. Aku membutuhkan semua konvensi besok. Kumpulkan semuanya, bahkan meskipun itu kantor. Setiba di sana, gunakan semua akses yang dimiliki kasus hukum yang melibatkan partai besar yang akan melakukan termasuk kecelakaan motor salah satu anak pengurus partai, ”Nah, itu baru Maggie yang kukenal. Segera berangkat ke perusahaan untuk mencari informasi. Aku membutuhkan semua konvensi besok. Kumpulkan semuanya, bahkan meskipun itu kantor. Setiba di sana, gunakan semua akses yang dimiliki kasus hukum yang melibatkan partai besar yang akan melakukan termasuk kecelakaan motor salah satu anak pengurus partai, ”Nah, itu baru Maggie yang kukenal. Segera berangkat ke perusahaan untuk mencari informasi. Aku membutuhkan semua konvensi besok. Kumpulkan semuanya, bahkan meskipun itu atau kasus pencurian sandal jepit yang melibatkan tetangga kantor. Setiba di sana, gunakan semua akses yang dimiliki kasus hukum yang melibatkan partai besar yang akan melakukan besar yang akan melakukan termasuk kecelakaan motor salah satu anak pengurus partai, perusahaan untuk mencari informasi. Aku membutuhkan semua konvensi besok. Kumpulkan semuanya, bahkan meskipun itu atau kasus pencurian sandal jepit yang melibatkan tetangga kantor. Setiba di sana, gunakan semua akses yang dimiliki kasus hukum yang melibatkan partai besar yang akan melakukan termasuk kecelakaan motor salah satu anak pengurus partai, perusahaan untuk mencari informasi. Aku membutuhkan semua konvensi besok. Kumpulkan semuanya, bahkan meskipun itu atau kasus pencurian sandal jepit yang melibatkan tetangga kantor. Setiba di sana, gunakan semua akses yang dimiliki kasus hukum yang melibatkan partai besar yang akan melakukan termasuk kecelakaan motor salah satu anak pengurus partai, perusahaan untuk mencari informasi. Aku membutuhkan semua konvensi besok. Kumpulkan semuanya, bahkan meskipun itu atau kasus pencurian sandal jepit yang melibatkan tetangga kantor. Setiba di sana, gunakan semua akses yang dimiliki kasus hukum yang melibatkan partai besar yang akan melakukan termasuk kecelakaan motor salah satu anak pengurus partai, perusahaan untuk mencari informasi. Aku membutuhkan semua konvensi besok. Kumpulkan semuanya, bahkan meskipun itu atau kasus pencurian sandal jepit yang melibatkan tetangga kantor. Setiba di sana, gunakan semua akses yang dimiliki kasus hukum yang melibatkan partai besar yang akan melakukan termasuk kecelakaan motor salah satu anak pengurus partai, pengurus partai. Apa pun kata kunci yang merujuk ke partai konvensi besok. Kumpulkan semuanya, bahkan meskipun itu perusahaan untuk mencari informasi. Aku membutuhkan semua bahkan meskipun itu atau kasus pencurian sandal jepit yang melibatkan tetangga kasus hukum yang melibatkan partai besar yang akan melakukan termasuk kecelakaan motor salah satu anak pengurus partai, pengurus partai. Apa pun kata kunci yang merujuk ke partai perusahaan untuk mencari informasi. Aku membutuhkan semua konvensi besok. Kumpulkan semuanya, bahkan meskipun itu atau kasus pencurian sandal jepit yang melibatkan tetangga kasus hukum yang melibatkan partai besar yang akan melakukan termasuk kecelakaan motor salah satu anak pengurus partai, pengurus partai. Apa pun kata kunci yang merujuk ke partai perusahaan untuk mencari informasi. Aku membutuhkan semua konvensi besok. Kumpulkan semuanya, bahkan meskipun itu atau kasus pencurian sandal jepit yang melibatkan tetangga kasus hukum yang melibatkan partai besar yang akan melakukan termasuk kecelakaan motor salah satu anak pengurus partai, pengurus partai. Apa pun kata kunci yang merujuk ke partai perusahaan untuk mencari informasi. Aku membutuhkan semua konvensi besok. Kumpulkan semuanya, bahkan meskipun itu atau kasus pencurian sandal jepit yang melibatkan tetangga kasus hukum yang melibatkan partai besar yang akan melakukan termasuk kecelakaan motor salah satu anak pengurus partai, pengurus partai. Apa pun kata kunci yang merujuk ke partai perusahaan untuk mencari informasi. Aku membutuhkan semua konvensi besok. Kumpulkan semuanya, bahkan meskipun itu atau kasus pencurian sandal jepit yang melibatkan tetangga tersebut, walaupun hanya satu nama, satu kata, apalagi satu ka­ termasuk kecelakaan motor salah satu anak pengurus partai, kasus hukum yang melibatkan partai besar yang akan melakukan anak pengurus partai, pengurus partai. Apa pun kata kunci yang merujuk ke partai konvensi besok. Kumpulkan semuanya, bahkan meskipun itu atau kasus pencurian sandal jepit yang melibatkan tetangga tersebut, walaupun hanya satu nama, satu kata, apalagi satu ka­ kasus hukum yang melibatkan partai besar yang akan melakukan termasuk kecelakaan motor salah satu anak pengurus partai, pengurus partai. Apa pun kata kunci yang merujuk ke partai konvensi besok. Kumpulkan semuanya, bahkan meskipun itu atau kasus pencurian sandal jepit yang melibatkan tetangga tersebut, walaupun hanya satu nama, satu kata, apalagi satu ka­ kasus hukum yang melibatkan partai besar yang akan melakukan termasuk kecelakaan motor salah satu anak pengurus partai, pengurus partai. Apa pun kata kunci yang merujuk ke partai konvensi besok. Kumpulkan semuanya, bahkan meskipun itu atau kasus pencurian sandal jepit yang melibatkan tetangga tersebut, walaupun hanya satu nama, satu kata, apalagi satu ka­ kasus hukum yang melibatkan partai besar yang akan melakukan termasuk kecelakaan motor salah satu anak pengurus partai, pengurus partai. Apa pun kata kunci yang merujuk ke partai konvensi besok. Kumpulkan semuanya, bahkan meskipun itu atau kasus pencurian sandal jepit yang melibatkan tetangga tersebut, walaupun hanya satu nama, satu kata, apalagi satu ka­ kasus hukum yang melibatkan partai besar yang akan melakukan termasuk kecelakaan motor salah satu anak pengurus partai, pengurus partai. Apa pun kata kunci yang merujuk ke partai limat, kumpulkan. Mulai kumpulkan dari data dua puluh tahun atau kasus pencurian sandal jepit yang melibatkan tetangga konvensi besok. Kumpulkan semuanya, bahkan meskipun itu yang melibatkan tetangga tersebut, walaupun hanya satu nama, satu kata, apalagi satu ka­ termasuk kecelakaan motor salah satu anak pengurus partai, pengurus partai. Apa pun kata kunci yang merujuk ke partai limat, kumpulkan. Mulai kumpulkan dari data dua puluh tahun konvensi besok. Kumpulkan semuanya, bahkan meskipun itu atau kasus pencurian sandal jepit yang melibatkan tetangga tersebut, walaupun hanya satu nama, satu kata, apalagi satu ka­ pengurus partai. Apa pun kata kunci yang merujuk ke partai termasuk kecelakaan motor salah satu anak pengurus partai, limat, kumpulkan. Mulai kumpulkan dari data dua puluh tahun konvensi besok. Kumpulkan semuanya, bahkan meskipun itu atau kasus pencurian sandal jepit yang melibatkan tetangga tersebut, walaupun hanya satu nama, satu kata, apalagi satu ka­ termasuk kecelakaan motor salah satu anak pengurus partai, pengurus partai. Apa pun kata kunci yang merujuk ke partai limat, kumpulkan. Mulai kumpulkan dari data dua puluh tahun konvensi besok. Kumpulkan semuanya, bahkan meskipun itu atau kasus pencurian sandal jepit yang melibatkan tetangga tersebut, walaupun hanya satu nama, satu kata, apalagi satu ka­ termasuk kecelakaan motor salah satu anak pengurus partai, pengurus partai. Apa pun kata kunci yang merujuk ke partai limat, kumpulkan. Mulai kumpulkan dari data dua puluh tahun konvensi besok. Kumpulkan semuanya, bahkan meskipun itu atau kasus pencurian sandal jepit yang melibatkan tetangga tersebut, walaupun hanya satu nama, satu kata, apalagi satu ka­ lalu, hingga hari ini, apa pun sumber datanya, entah itu dari pengurus partai. Apa pun kata kunci yang merujuk ke partai termasuk kecelakaan motor salah satu anak pengurus partai, yang merujuk ke partai limat, kumpulkan. Mulai kumpulkan dari data dua puluh tahun atau kasus pencurian sandal jepit yang melibatkan tetangga tersebut, walaupun hanya satu nama, satu kata, apalagi satu ka­ lalu, hingga hari ini, apa pun sumber datanya, entah itu dari termasuk kecelakaan motor salah satu anak pengurus partai, pengurus partai. Apa pun kata kunci yang merujuk ke partai limat, kumpulkan. Mulai kumpulkan dari data dua puluh tahun tersebut, walaupun hanya satu nama, satu kata, apalagi satu ka­ atau kasus pencurian sandal jepit yang melibatkan tetangga lalu, hingga hari ini, apa pun sumber datanya, entah itu dari termasuk kecelakaan motor salah satu anak pengurus partai, pengurus partai. Apa pun kata kunci yang merujuk ke partai limat, kumpulkan. Mulai kumpulkan dari data dua puluh tahun atau kasus pencurian sandal jepit yang melibatkan tetangga tersebut, walaupun hanya satu nama, satu kata, apalagi satu ka­ lalu, hingga hari ini, apa pun sumber datanya, entah itu dari termasuk kecelakaan motor salah satu anak pengurus partai, pengurus partai. Apa pun kata kunci yang merujuk ke partai limat, kumpulkan. Mulai kumpulkan dari data dua puluh tahun atau kasus pencurian sandal jepit yang melibatkan tetangga tersebut, walaupun hanya satu nama, satu kata, apalagi satu ka­ lalu, hingga hari ini, apa pun sumber datanya, entah itu dari termasuk kecelakaan motor salah satu anak pengurus partai, pengurus partai. Apa pun kata kunci yang merujuk ke partai limat, kumpulkan. Mulai kumpulkan dari data dua puluh tahun media massa, koran, televisi, radio, materi konferensi, seminar, tersebut, walaupun hanya satu nama, satu kata, apalagi satu ka­ atau kasus pencurian sandal jepit yang melibatkan tetangga satu kata, apalagi satu ka­ lalu, hingga hari ini, apa pun sumber datanya, entah itu dari pengurus partai. Apa pun kata kunci yang merujuk ke partai limat, kumpulkan. Mulai kumpulkan dari data dua puluh tahun media massa, koran, televisi, radio, materi konferensi, seminar, atau kasus pencurian sandal jepit yang melibatkan tetangga tersebut, walaupun hanya satu nama, satu kata, apalagi satu ka­ lalu, hingga hari ini, apa pun sumber datanya, entah itu dari limat, kumpulkan. Mulai kumpulkan dari data dua puluh tahun pengurus partai. Apa pun kata kunci yang merujuk ke partai media massa, koran, televisi, radio, materi konferensi, seminar, atau kasus pencurian sandal jepit yang melibatkan tetangga tersebut, walaupun hanya satu nama, satu kata, apalagi satu ka­ lalu, hingga hari ini, apa pun sumber datanya, entah itu dari pengurus partai. Apa pun kata kunci yang merujuk ke partai limat, kumpulkan. Mulai kumpulkan dari data dua puluh tahun media massa, koran, televisi, radio, materi konferensi, seminar, atau kasus pencurian sandal jepit yang melibatkan tetangga tersebut, walaupun hanya satu nama, satu kata, apalagi satu ka­ lalu, hingga hari ini, apa pun sumber datanya, entah itu dari pengurus partai. Apa pun kata kunci yang merujuk ke partai media massa, koran, televisi, radio, materi konferensi, seminar, limat, kumpulkan. Mulai kumpulkan dari data dua puluh tahun atau kasus pencurian sandal jepit yang melibatkan tetangga tersebut, walaupun hanya satu nama, satu kata, apalagi satu ka­ lalu, hingga hari ini, apa pun sumber datanya, entah itu dari celetukan di jejaring sosial, status, twit, tulisan di blog, semuanya limat, kumpulkan. Mulai kumpulkan dari data dua puluh tahun pengurus partai. Apa pun kata kunci yang merujuk ke partai dari data dua puluh tahun media massa, koran, televisi, radio, materi konferensi, seminar, tersebut, walaupun hanya satu nama, satu kata, apalagi satu ka­ lalu, hingga hari ini, apa pun sumber datanya, entah itu dari celetukan di jejaring sosial, status, twit, tulisan di blog, semuanya pengurus partai. Apa pun kata kunci yang merujuk ke partai limat, kumpulkan. Mulai kumpulkan dari data dua puluh tahun media massa, koran, televisi, radio, materi konferensi, seminar, lalu, hingga hari ini, apa pun sumber datanya, entah itu dari tersebut, walaupun hanya satu nama, satu kata, apalagi satu ka­ celetukan di jejaring sosial, status, twit, tulisan di blog, semuanya pengurus partai. Apa pun kata kunci yang merujuk ke partai limat, kumpulkan. Mulai kumpulkan dari data dua puluh tahun media massa, koran, televisi, radio, materi konferensi, seminar, tersebut, walaupun hanya satu nama, satu kata, apalagi satu ka­ lalu, hingga hari ini, apa pun sumber datanya, entah itu dari celetukan di jejaring sosial, status, twit, tulisan di blog, semuanya pengurus partai. Apa pun kata kunci yang merujuk ke partai limat, kumpulkan. Mulai kumpulkan dari data dua puluh tahun media massa, koran, televisi, radio, materi konferensi, seminar, tersebut, walaupun hanya satu nama, satu kata, apalagi satu ka­ celetukan di jejaring sosial, status, twit, tulisan di blog, semuanya lalu, hingga hari ini, apa pun sumber datanya, entah itu dari pengurus partai. Apa pun kata kunci yang merujuk ke partai limat, kumpulkan. Mulai kumpulkan dari data dua puluh tahun media massa, koran, televisi, radio, materi konferensi, seminar, kumpulkan. lalu, hingga hari ini, apa pun sumber datanya, entah itu dari tersebut, walaupun hanya satu nama, satu kata, apalagi satu ka­ datanya, entah itu dari celetukan di jejaring sosial, status, twit, tulisan di blog, semuanya limat, kumpulkan. Mulai kumpulkan dari data dua puluh tahun media massa, koran, televisi, radio, materi konferensi, seminar, kumpulkan. tersebut, walaupun hanya satu nama, satu kata, apalagi satu ka­ lalu, hingga hari ini, apa pun sumber datanya, entah itu dari celetukan di jejaring sosial, status, twit, tulisan di blog, semuanya media massa, koran, televisi, radio, materi konferensi, seminar, limat, kumpulkan. Mulai kumpulkan dari data dua puluh tahun kumpulkan. tersebut, walaupun hanya satu nama, satu kata, apalagi satu ka­ lalu, hingga hari ini, apa pun sumber datanya, entah itu dari celetukan di jejaring sosial, status, twit, tulisan di blog, semuanya limat, kumpulkan. Mulai kumpulkan dari data dua puluh tahun media massa, koran, televisi, radio, materi konferensi, seminar, kumpulkan. tersebut, walaupun hanya satu nama, satu kata, apalagi satu ka­ lalu, hingga hari ini, apakumpulkan pun sumber datanya, entah itutahun dari celetukan di jejaring sosial, status, twit, tulisan didua blog, semuanya limat, kumpulkan. Mulai dari data puluh



Aku yakin Kris segera paham apa yang harus mereka kerjakan. Kris dan stafnya membantu, termasuk mengolah semua data. ”Hubungi bagian teknologi informasi perusahaan kita, minta pekerjaan analisis data pemilihan umum yang sedang mereka aku yang menyuruh. Abaikan dulu sementara waktu bur. Bilang Suruh mereka masuk kantor hari ini. Semua orang harus lem­ Aku yakin Kris segera paham apa yang harus mereka kerjakan. Kris dan stafnya membantu, termasuk mengolah semua data. ”Hubungi bagian teknologi informasi perusahaan kita, minta pekerjaan analisis data pemilihan umum yang sedang mereka aku yang menyuruh. Abaikan dulu sementara waktu bur. Bilang Suruh mereka masuk kantor hari ini. Semua orang harus lem­ Aku yakin Kris segera paham apa yang harus mereka kerjakan. Kris dan stafnya membantu, termasuk mengolah semua data. ”Hubungi bagian teknologi informasi perusahaan kita, minta pekerjaan analisis data pemilihan umum yang sedang mereka aku yang menyuruh. Abaikan dulu sementara waktu bur. Bilang Suruh mereka masuk kantor hari ini. Semua orang harus lem­ Aku yakin Kris segera paham apa yang harus mereka kerjakan. Kris dan stafnya membantu, termasuk mengolah semua data. ”Hubungi bagian teknologi informasi perusahaan kita, minta pekerjaan analisis data pemilihan umum yang sedang mereka aku yang menyuruh. Abaikan dulu sementara waktu bur. Bilang Suruh mereka masuk kantor hari ini. Semua orang harus lem­ Aku yakin Kris segera paham apa yang harus mereka kerjakan. Kris dan stafnya membantu, termasuk mengolah semua data. pekerjaan analisis data pemilihan umum yang sedang mereka aku yang menyuruh. Abaikan dulu sementara waktu bur. Bilang Suruh mereka masuk kantor hari ini. Semua orang harus lem­ Aku yakin Kris segera paham apa yang harus mereka kerjakan. Kris dan stafnya membantu, termasuk mengolah semua data. kerjakan, fokus ke tugas baru ini. Mereka punya teknologinya pekerjaan analisis data pemilihan umum yang sedang mereka aku yang menyuruh. Abaikan dulu sementara waktu bur. Bilang Suruh mereka masuk kantor hari ini. Semua orang harus lem­ Aku yakin Kris segera paham apa yang harus mereka kerjakan. Kris dan stafnya membantu, termasuk mengolah semua data. kerjakan, fokus ke tugas baru ini. Mereka punya teknologinya pekerjaan analisis data pemilihan umum yang sedang mereka aku yang menyuruh. Abaikan dulu sementara waktu bur. Bilang Suruh mereka masuk kantor hari ini. Semua orang harus lem­ Aku yakin Kris segera paham apa yang harus mereka kerjakan. Kris dan stafnya membantu, termasuk mengolah semua data. kerjakan, fokus ke tugas baru ini. Mereka punya teknologinya pekerjaan analisis data pemilihan umum yang sedang mereka aku yang menyuruh. Abaikan dulu sementara waktu bur. Bilang Suruh mereka masuk kantor hari ini. Semua orang harus lem­ Aku yakin Kris segera paham apa yang harus mereka kerjakan. Kris dan stafnya membantu, termasuk mengolah semua data. kerjakan, fokus ke tugas baru ini. Mereka punya teknologinya pekerjaan analisis data pemilihan umum yang sedang mereka aku yang menyuruh. Abaikan dulu sementara waktu bur. Bilang Suruh mereka masuk kantor hari ini. Semua orang harus lem­ Aku yakin Kris segera paham apa yang harus mereka kerjakan. kerjakan, fokus ke tugas baru ini. Mereka punya teknologinya pekerjaan analisis data pemilihan umum yang sedang mereka aku yang menyuruh. Abaikan dulu sementara waktu bur. Bilang Suruh mereka masuk kantor hari ini. Semua orang harus lem­ Aku yakin Kris segera paham apa yang harus mereka kerjakan. untuk mencari pola semua berita, informasi, liputan, artikel, atau kerjakan, fokus ke tugas baru ini. Mereka punya teknologinya pekerjaan analisis data pemilihan umum yang sedang mereka aku yang menyuruh. Abaikan dulu sementara waktu bur. Bilang Suruh mereka masuk kantor hari ini. Semua orang harus lem­ Aku yakin Kris segera paham apa yang harus mereka kerjakan. untuk mencari pola semua berita, informasi, liputan, artikel, atau kerjakan, fokus ke tugas baru ini. Mereka punya teknologinya pekerjaan analisis data pemilihan umum yang sedang mereka aku yang menyuruh. Abaikan dulu sementara waktu bur. Bilang Suruh mereka masuk kantor hari ini. Semua orang harus lem­ Aku yakin Kris segera paham apa yang harus mereka kerjakan. untuk mencari pola semua berita, informasi, liputan, artikel, atau kerjakan, fokus ke tugas baru ini. Mereka punya teknologinya pekerjaan analisis data pemilihan umum yang sedang mereka aku yang menyuruh. Abaikan dulu sementara waktu bur. Bilang Suruh mereka masuk kantor hari ini. Semua orang harus lem­ Aku yakin Kris segera paham apa yang harus mereka kerjakan. untuk mencari pola semua berita, informasi, liputan, artikel, atau kerjakan, fokus ke tugas baru ini. Mereka punya teknologinya pekerjaan analisis data pemilihan umum yang sedang mereka aku yang menyuruh. Abaikan dulu sementara waktu bur. Bilang Suruh mereka masuk kantor hari ini. Semua orang harus lem­ untuk mencari pola semua berita, informasi, liputan, artikel, atau kerjakan, fokus ke tugas baru ini. Mereka punya teknologinya pekerjaan analisis data pemilihan umum yang sedang mereka aku yang menyuruh. Abaikan dulu sementara waktu bur. Bilang Suruh mereka masuk kantor hari ini. Semua orang harus lem­ apa pun yang berhasil kaukumpulkan. Kau punya wewenang untuk mencari pola semua berita, informasi, liputan, artikel, atau kerjakan, fokus ke tugas baru ini. Mereka punya teknologinya pekerjaan analisis data pemilihan umum yang sedang mereka aku yang menyuruh. Abaikan dulu sementara waktu bur. Bilang Suruh mereka masuk kantor hari ini. Semua orang harus lem­ apa pun yang berhasil kaukumpulkan. Kau punya wewenang untuk mencari pola semua berita, informasi, liputan, artikel, atau kerjakan, fokus ke tugas baru ini. Mereka punya teknologinya pekerjaan analisis data pemilihan umum yang sedang mereka aku yang menyuruh. Abaikan dulu sementara waktu bur. Bilang Suruh mereka masuk kantor hari ini. Semua orang harus lem­ apa pun yang berhasil kaukumpulkan. Kau punya wewenang untuk mencari pola semua berita, informasi, liputan, artikel, atau kerjakan, fokus ke tugas baru ini. Mereka punya teknologinya pekerjaan analisis data pemilihan umum yang sedang mereka aku yang menyuruh. Abaikan dulu sementara waktu bur. Bilang Suruh mereka masuk kantor hari ini. Semua orang harus lem­ apa pun yang berhasil kaukumpulkan. Kau punya wewenang untuk mencari pola semua berita, informasi, liputan, artikel, atau kerjakan, fokus ke tugas baru ini. Mereka punya teknologinya pekerjaan analisis data pemilihan umum yang sedang mereka aku yang menyuruh. Abaikan dulu sementara waktu bur. Bilang apa pun yang berhasil kaukumpulkan. Kau punya wewenang untuk mencari pola semua berita, informasi, liputan, artikel, atau kerjakan, fokus ke tugas baru ini. Mereka punya teknologinya pekerjaan analisis data pemilihan umum yang sedang mereka aku yang menyuruh. Abaikan dulu sementara waktu bur. Bilang penuh meminta bantuan siapa pun di perusahaan. Kau paham, apa pun yang berhasil kaukumpulkan. Kau punya wewenang untuk mencari pola semua berita, informasi, liputan, artikel, atau kerjakan, fokus ke tugas baru ini. Mereka punya teknologinya pekerjaan analisis data pemilihan umum yang sedang mereka aku yang menyuruh. Abaikan dulu sementara waktu bur. Bilang penuh meminta bantuan siapa pun di perusahaan. Kau paham, apa pun yang berhasil kaukumpulkan. Kau punya wewenang untuk mencari pola semua berita, informasi, liputan, artikel, atau kerjakan, fokus ke tugas baru ini. Mereka punya teknologinya pekerjaan analisis data pemilihan umum yang sedang mereka aku yang menyuruh. Abaikan dulu sementara waktu bur. Bilang penuh meminta bantuan siapa pun di perusahaan. Kau paham, apa pun yang berhasil kaukumpulkan. Kau punya wewenang untuk mencari pola semua berita, informasi, liputan, artikel, atau kerjakan, fokus ke tugas baru ini. Mereka punya teknologinya pekerjaan analisis data pemilihan umum yang sedang mereka aku yang menyuruh. Abaikan dulu sementara waktu bur. Bilang penuh meminta bantuan siapa pun di perusahaan. Kau paham, apa pun yang berhasil kaukumpulkan. Kau punya wewenang untuk mencari pola semua berita, informasi, liputan, artikel, atau kerjakan, fokus ke tugas baru ini. Mereka punya teknologinya pekerjaan analisis data pemilihan umum yang sedang mereka penuh meminta bantuan siapa pun di perusahaan. Kau paham, apa pun yang berhasil kaukumpulkan. Kau punya wewenang untuk mencari pola semua berita, informasi, liputan, artikel, atau kerjakan, fokus ke tugas baru ini. Mereka punya teknologinya pekerjaan analisis data pemilihan umum yang sedang mereka Meg?” penuh meminta bantuan siapa pun di perusahaan. Kau paham, apa pun yang berhasil kaukumpulkan. Kau punya wewenang untuk mencari pola semua berita, informasi, liputan, artikel, atau kerjakan, fokus ke tugas baru ini. Mereka punya teknologinya pekerjaan analisis data pemilihan umum yang sedang mereka Meg?” penuh meminta bantuan siapa pun di perusahaan. Kau paham, apa pun yang berhasil kaukumpulkan. Kau punya wewenang untuk mencari pola semua berita, informasi, liputan, artikel, atau kerjakan, fokus ke tugas baru ini. Mereka punya teknologinya pekerjaan analisis data pemilihan umum yang sedang mereka Meg?” penuh meminta bantuan siapa pun di perusahaan. Kau paham, apa pun yang berhasil kaukumpulkan. Kau punya wewenang untuk mencari pola semua berita, informasi, liputan, artikel, atau kerjakan, fokus ke tugas baru ini. Mereka punya teknologinya pekerjaan analisis data pemilihan umum yang sedang mereka Meg?” penuh meminta bantuan siapa pun di perusahaan. Kau paham, apa pun yang berhasil kaukumpulkan. Kau punya wewenang untuk mencari pola semua berita, informasi, liputan, artikel, atau kerjakan, fokus ke tugas baru ini. Mereka punya teknologinya Meg?” penuh meminta bantuan siapa pun di perusahaan. Kau paham, apa pun yang berhasil kaukumpulkan. Kau punya wewenang untuk mencari pola semua berita, informasi, liputan, artikel, atau kerjakan, fokus ke tugas baru ini. Mereka punya teknologinya ”Iya,” Maggie menjawab pendek. Stafku yang paling gesit itu Meg?” penuh meminta bantuan siapa pun di perusahaan. Kau paham, apa pun yang berhasil kaukumpulkan. Kau punya wewenang untuk mencari pola semua berita, informasi, liputan, artikel, atau kerjakan, fokus ke tugas baru ini. Mereka punya teknologinya ”Iya,” Maggie menjawab pendek. Stafku yang paling gesit itu Meg?” penuh meminta bantuan siapa pun di perusahaan. Kau paham, apa pun yang berhasil kaukumpulkan. Kau punya wewenang untuk mencari pola semua berita, informasi, liputan, artikel, atau kerjakan, fokus ke tugas baru ini. Mereka punya teknologinya ”Iya,” Maggie menjawab pendek. Stafku yang paling gesit itu Meg?” penuh meminta bantuan siapa pun di perusahaan. Kau paham, apa pun yang berhasil kaukumpulkan. Kau punya wewenang untuk mencari pola semua berita, informasi, liputan, artikel, atau kerjakan, fokus ke tugas baru ini. Mereka punya teknologinya ”Iya,” Maggie menjawab pendek. Stafku yang paling gesit itu Meg?” penuh meminta bantuan siapa pun di perusahaan. Kau paham, apa pun yang berhasil kaukumpulkan. Kau punya wewenang untuk mencari pola semua berita, informasi, liputan, artikel, atau ”Iya,” Maggie menjawab pendek. Stafku yang paling gesit itu Meg?” penuh meminta bantuan siapa pun di perusahaan. Kau paham, apa pun yang berhasil kaukumpulkan. Kau punya wewenang untuk mencari pola semua berita, informasi, liputan, artikel, atau pasti telah meraih kertas dan pulpen beberapa detik lalu, men­ ”Iya,” Maggie menjawab pendek. Stafku yang paling gesit itu Meg?” penuh meminta bantuan siapa pun di perusahaan. Kau paham, apa pun yang berhasil kaukumpulkan. Kau punya wewenang untuk mencari pola semua berita, informasi, liputan, artikel, atau pasti telah meraih kertas dan pulpen beberapa detik lalu, men­ ”Iya,” Maggie menjawab pendek. Stafku yang paling gesit itu Meg?” penuh meminta bantuan siapa pun di perusahaan. Kau paham, apa pun yang berhasil kaukumpulkan. Kau punya wewenang untuk mencari pola semua berita, informasi, liputan, artikel, atau pasti telah meraih kertas dan pulpen beberapa detik lalu, men­ ”Iya,” Maggie menjawab pendek. Stafku yang paling gesit itu Meg?” penuh meminta bantuan siapa pun di perusahaan. Kau paham, apa pun yang berhasil kaukumpulkan. Kau punya wewenang untuk mencari pola semua berita, informasi, liputan, artikel, atau pasti telah meraih kertas dan pulpen beberapa detik lalu, men­ ”Iya,” Maggie menjawab pendek. Stafku yang paling gesit itu Meg?” penuh meminta bantuan siapa pun di perusahaan. Kau paham, apa pun yang berhasil kaukumpulkan. Kau punya wewenang pasti telah meraih kertas dan pulpen beberapa detik lalu, men­ ”Iya,” Maggie menjawab pendek. Stafku yang paling gesit itu Meg?” penuh meminta bantuan siapa pun di perusahaan. Kau paham, apa pun yang berhasil kaukumpulkan. Kau punya wewenang catat cepat semua kalimatku dengan huruf steno. pasti telah meraih kertas dan pulpen beberapa detik lalu, men­ ”Iya,” Maggie menjawab pendek. Stafku yang paling gesit itu Meg?” penuh meminta bantuan siapa pun di perusahaan. Kau paham, apa pun yang berhasil kaukumpulkan. Kau punya wewenang catat cepat semua kalimatku dengan huruf steno. pasti telah meraih kertas dan pulpen beberapa detik lalu, men­ ”Iya,” Maggie menjawab pendek. Stafku yang paling gesit itu Meg?” penuh meminta bantuan siapa pun di perusahaan. Kau paham, apa pun yang berhasil kaukumpulkan. Kau punya wewenang catat cepat semua kalimatku dengan huruf steno. pasti telah meraih kertas dan pulpen beberapa detik lalu, men­ ”Iya,” Maggie menjawab pendek. Stafku yang paling gesit itu Meg?” penuh meminta bantuan siapa pun di perusahaan. Kau paham, apa pun yang berhasil kaukumpulkan. Kau punya wewenang catat cepat semua kalimatku dengan huruf steno. pasti telah meraih kertas dan pulpen beberapa detik lalu, men­ ”Iya,” Maggie menjawab pendek. Stafku yang paling gesit itu Meg?” penuh meminta bantuan siapa pun di perusahaan. Kau paham, catat cepat semua kalimatku dengan huruf steno. pasti telah meraih kertas dan pulpen beberapa detik lalu, men­ ”Iya,” Maggie menjawab pendek. Stafku yang paling gesit itu Meg?” penuh meminta bantuan siapa pun di perusahaan. Kau paham, ”Nah, kabar buruknya, waktu kita terbatas, Meg. Aku ber­ catat cepat semua kalimatku dengan huruf steno. pasti telah meraih kertas dan pulpen beberapa detik lalu, men­ ”Iya,” Maggie menjawab pendek. Stafku yang paling gesit itu Meg?” penuh meminta bantuan siapa pun di perusahaan. Kau paham, ”Nah, kabar buruknya, waktu kita terbatas, Meg. Aku ber­ catat cepat semua kalimatku dengan huruf steno. pasti telah meraih kertas dan pulpen beberapa detik lalu, men­ ”Iya,” Maggie menjawab pendek. Stafku yang paling gesit itu Meg?” penuh meminta bantuan siapa pun di perusahaan. Kau paham, ”Nah, kabar buruknya, waktu kita terbatas, Meg. Aku ber­ catat cepat semua kalimatku dengan huruf steno. pasti telah meraih kertas dan pulpen beberapa detik lalu, men­ ”Iya,” Maggie menjawab pendek. Stafku yang paling gesit itu Meg?” penuh meminta bantuan siapa pun di perusahaan. Kau paham, ”Nah, kabar buruknya, waktu kita terbatas, Meg. Aku ber­ catat cepat semua kalimatku dengan huruf steno. pasti telah meraih kertas dan pulpen beberapa detik lalu, men­ ”Iya,” Maggie menjawab pendek. Stafku yang paling gesit itu Meg?” ”Nah, kabar buruknya, waktu kita terbatas, Meg. Aku ber­ catat cepat semua kalimatku dengan huruf steno. pasti telah meraih kertas dan pulpen beberapa detik lalu, men­ ”Iya,” Maggie menjawab pendek. Stafku yang paling gesit itu Meg?” yang kaukumpulkan sudah bisa mulai harap semua informasi ”Nah, kabar buruknya, waktu kita terbatas, Meg. Aku ber­ catat cepat semua kalimatku dengan huruf steno. pasti telah meraih kertas dan pulpen beberapa detik lalu, men­ ”Iya,” Maggie menjawab pendek. Stafku yang paling gesit itu Meg?” yang kaukumpulkan sudah bisa mulai harap semua informasi ”Nah, kabar buruknya, waktu kita terbatas, Meg. Aku ber­ catat cepat semua kalimatku dengan huruf steno. pasti telah meraih kertas dan pulpen beberapa detik lalu, men­ ”Iya,” Maggie menjawab pendek. Stafku yang paling gesit itu Meg?” yang kaukumpulkan sudah bisa mulai harap semua informasi ”Nah, kabar buruknya, waktu kita terbatas, Meg. Aku ber­ catat cepat semua kalimatku dengan huruf steno. pasti telah meraih kertas dan pulpen beberapa detik lalu, men­ ”Iya,” Maggie menjawab pendek. Stafku yang paling gesit itu Meg?” yang kaukumpulkan sudah bisa mulai harap semua informasi ”Nah, kabar buruknya, waktu kita terbatas, Meg. Aku ber­ catat cepat semua kalimatku dengan huruf steno. pasti telah meraih kertas dan pulpen beberapa detik lalu, men­ ”Iya,” Maggie menjawab pendek. Stafku yang paling gesit itu yang kaukumpulkan sudah bisa mulai harap semua informasi ”Nah, kabar buruknya, waktu kita terbatas, Meg. Aku ber­ catat cepat semua kalimatku dengan huruf steno. pasti telah meraih kertas dan pulpen beberapa detik lalu, men­ ”Iya,” Maggie menjawab pendek. Stafku yang paling gesit itu dianalisis sore ini, dan hipotesis awal sudah bisa kudengar besok yang kaukumpulkan sudah bisa mulai harap semua informasi ”Nah, kabar buruknya, waktu kita terbatas, Meg. Aku ber­ catat cepat semua kalimatku dengan huruf steno. pasti telah meraih kertas dan pulpen beberapa detik lalu, men­ ”Iya,” Maggie menjawab pendek. Stafku yang paling gesit itu dianalisis sore ini, dan hipotesis awal sudah bisa kudengar besok yang kaukumpulkan sudah bisa mulai harap semua informasi ”Nah, kabar buruknya, waktu kita terbatas, Meg. Aku ber­ catat cepat semua kalimatku dengan huruf steno. pasti telah meraih kertas dan pulpen beberapa detik lalu, men­ ”Iya,” Maggie menjawab pendek. Stafku yang paling gesit itu dianalisis sore ini, dan hipotesis awal sudah bisa kudengar besok yang kaukumpulkan sudah bisa mulai harap semua informasi ”Nah, kabar buruknya, waktu kita terbatas, Meg. Aku ber­ catat cepat semua kalimatku dengan huruf steno. pasti telah meraih kertas dan pulpen beberapa detik lalu, men­ ”Iya,” Maggie menjawab pendek. Stafku yang paling gesit itu dianalisis sore ini, dan hipotesis awal sudah bisa kudengar besok yang kaukumpulkan sudah bisa mulai harap semua informasi ”Nah, kabar buruknya, waktu kita terbatas, Meg. Aku ber­ catat cepat semua kalimatku dengan huruf steno. pasti telah meraih kertas dan pulpen beberapa detik lalu, men­ dianalisis sore ini, dan hipotesis awal sudah bisa kudengar besok yang kaukumpulkan sudah bisa mulai harap semua informasi ”Nah, kabar buruknya, waktu kita terbatas, Meg. Aku ber­ catat cepat semua kalimatku dengan huruf steno. pasti telah meraih kertas dan pulpen beberapa detik lalu, men­ pagi, sebelum pembukaan konvensi.” Aku diam sejenak, meng­ dianalisis sore ini, dan hipotesis awal sudah bisa kudengar besok yang kaukumpulkan sudah bisa mulai harap semua informasi ”Nah, kabar buruknya, waktu kita terbatas, Meg. Aku ber­ catat cepat semua kalimatku dengan huruf steno. pasti telah meraih kertas dan pulpen beberapa detik lalu, men­ pagi, sebelum pembukaan konvensi.” Aku diam sejenak, meng­ dianalisis sore ini, dan hipotesis awal sudah bisa kudengar besok yang kaukumpulkan sudah bisa mulai harap semua informasi ”Nah, kabar buruknya, waktu kita terbatas, Meg. Aku ber­ catat cepat semua kalimatku dengan huruf steno. pasti telah meraih kertas dan pulpen beberapa detik lalu, men­ pagi, sebelum pembukaan konvensi.” Aku diam sejenak, meng­ dianalisis sore ini, dan hipotesis awal sudah bisa kudengar besok yang kaukumpulkan sudah bisa mulai harap semua informasi ”Nah, kabar buruknya, waktu kita terbatas, Meg. Aku ber­ catat cepat semua kalimatku dengan huruf steno. pasti telah meraih kertas dan pulpen beberapa detik lalu, men­ pagi, sebelum pembukaan konvensi.” Aku diam sejenak, meng­ dianalisis sore ini, dan hipotesis awal sudah bisa kudengar besok yang kaukumpulkan sudah bisa mulai harap semua informasi ”Nah, kabar buruknya, waktu kita terbatas, Meg. Aku ber­ catat cepat semua kalimatku dengan huruf steno. pagi, sebelum pembukaan konvensi.” Aku diam sejenak, meng­ dianalisis sore ini, dan hipotesis awal sudah bisa kudengar besok yang kaukumpulkan sudah bisa mulai harap semua informasi ”Nah, kabar buruknya, waktu kita terbatas, Meg. Aku ber­ catat cepat semua kalimatku dengan huruf steno. usap wajah. ”Kita seharusnya melakukan ini sejak dulu, agar pagi, sebelum pembukaan konvensi.” Aku diam sejenak, dianalisis sore ini, dan hipotesis awal bisa kudengar besok yang kaukumpulkan sudah bisa mulai harap semua informasi ”Nah, kabar buruknya, waktu kitasudah terbatas, Meg. Akumeng­ ber­ catat cepat semua kalimatku dengan huruf steno. usap wajah. ”Kita seharusnya melakukan ini sejak dulu, agar pagi, sebelum pembukaan konvensi.” Aku diam sejenak, meng­ dianalisis sore ini, dan hipotesis awal sudah bisa kudengar besok yang kaukumpulkan sudah bisa mulai harap semua informasi ”Nah, kabar buruknya, waktu kita terbatas, Meg. Aku ber­ catat cepat semua kalimatku dengan huruf steno. usap wajah. ”Kita seharusnya melakukan ini sejak dulu, agar pagi, sebelum pembukaan konvensi.” Aku diam sejenak, meng­ dianalisis sore ini, dan hipotesis awal sudah bisa kudengar besok yang kaukumpulkan sudah bisa mulai harap semua informasi ”Nah, kabar buruknya, waktu kita terbatas, Meg. Aku ber­ catat cepat semua kalimatku dengan huruf steno. usap wajah. ”Kita seharusnya melakukan ini sejak dulu, agar pagi, sebelum pembukaan konvensi.” Aku diam sejenak, meng­ dianalisis sore ini, dan hipotesis awal sudah bisa kudengar besok yang kaukumpulkan sudah bisa mulai harap semua informasi ”Nah, kabar buruknya, waktu kita terbatas, Meg. Aku ber­ usap wajah. ”Kita seharusnya melakukan ini sejak dulu, agar pagi, sebelum pembukaan konvensi.” Aku diam sejenak, meng­ dianalisis sore ini, dan hipotesis awal sudah bisa kudengar besok yang kaukumpulkan sudah bisa mulai harap semua informasi ”Nah, kabar buruknya, waktu kita terbatas, Meg. Aku ber­ tahu persis lawan yang kita hadapi. Aku terlalu menganggap re­ usap wajah. ”Kita seharusnya melakukan ini sejak dulu, agar pagi, sebelum pembukaan konvensi.” Aku diam sejenak, meng­ dianalisis sore ini, dan hipotesis awal sudah bisa kudengar besok yang kaukumpulkan sudah bisa mulai harap semua informasi ”Nah, kabar buruknya, waktu kita terbatas, Meg. Aku ber­ tahu persis lawan yang kita hadapi. Aku terlalu menganggap re­ usap wajah. ”Kita seharusnya melakukan ini sejak dulu, agar pagi, sebelum pembukaan konvensi.” Aku diam sejenak, meng­ dianalisis sore ini, dan hipotesis awal sudah bisa kudengar besok yang kaukumpulkan sudah bisa mulai harap semua informasi ”Nah, kabar buruknya, waktu kita terbatas, Meg. Aku ber­ tahu persis lawan yang kita hadapi. Aku terlalu menganggap re­ usap wajah. ”Kita seharusnya melakukan ini sejak dulu, agar pagi, sebelum pembukaan konvensi.” Aku diam sejenak, meng­ dianalisis sore ini, dan hipotesis awal sudah bisa kudengar besok yang kaukumpulkan sudah bisa mulai harap semua informasi ”Nah, kabar buruknya, waktu kita terbatas, Meg. Aku ber­ tahu persis lawan yang kita hadapi. Aku terlalu menganggap re­ usap wajah. ”Kita seharusnya melakukan ini sejak dulu, agar pagi, sebelum pembukaan konvensi.” Aku diam sejenak, meng­ dianalisis sore ini, dan hipotesis awal sudah bisa kudengar besok yang kaukumpulkan sudah bisa mulai harap semua informasi tahu persis lawan yang kita hadapi. Aku terlalu menganggap re­ usap wajah. ”Kita seharusnya melakukan ini sejak dulu, agar pagi, sebelum pembukaan konvensi.” Aku diam sejenak, meng­ dianalisis sore ini, dan hipotesis awal sudah bisa kudengar besok yang kaukumpulkan sudah bisa mulai harap semua informasi meh mereka. Riset seperti ini bisa membantu menunjukkan tahu persis lawan yang kita hadapi. Aku terlalu menganggap re­ usap wajah. ”Kita seharusnya melakukan ini sejak dulu, agar pagi, sebelum pembukaan konvensi.” Aku diam sejenak, meng­ dianalisis sore ini, dan hipotesis awal sudah bisa kudengar besok yang kaukumpulkan sudah bisa mulai harap semua informasi meh mereka. Riset seperti ini bisa membantu menunjukkan tahu persis lawan yang kita hadapi. Aku terlalu menganggap re­ usap wajah. ”Kita seharusnya melakukan ini sejak dulu, agar pagi, sebelum pembukaan konvensi.” Aku diam sejenak, meng­ dianalisis sore ini, dan hipotesis awal sudah bisa kudengar besok yang kaukumpulkan sudah bisa mulai harap semua informasi meh mereka. Riset seperti ini bisa membantu menunjukkan tahu persis lawan yang kita hadapi. Aku terlalu menganggap re­ usap wajah. ”Kita seharusnya melakukan ini sejak dulu, agar pagi, sebelum pembukaan konvensi.” Aku diam sejenak, meng­ dianalisis sore ini, dan hipotesis awal sudah bisa kudengar besok yang kaukumpulkan sudah bisa mulai harap semua informasi meh mereka. Riset seperti ini bisa membantu menunjukkan tahu persis lawan yang kita hadapi. Aku terlalu menganggap re­ usap wajah. ”Kita seharusnya melakukan ini sejak dulu, agar pagi, sebelum pembukaan konvensi.” Aku diam sejenak, meng­ dianalisis sore ini, dan hipotesis awal sudah bisa kudengar besok meh mereka. Riset seperti ini bisa membantu menunjukkan tahu persis lawan yang kita hadapi. Aku terlalu menganggap re­ usap wajah. ”Kita seharusnya melakukan ini sejak dulu, agar pagi, sebelum pembukaan konvensi.” Aku diam sejenak, meng­ dianalisis sore ini, dan hipotesis awal sudah bisa kudengar besok lingkaran-lingkaran kekuasaan yang dimiliki lawan klien politik meh mereka. Riset seperti ini bisa membantu menunjukkan tahu persis lawan yang kita hadapi. Aku terlalu menganggap re­ usap wajah. ”Kita seharusnya melakukan ini sejak dulu, agar pagi, sebelum pembukaan konvensi.” Aku diam sejenak, meng­ dianalisis sore ini, dan hipotesis awal sudah bisa kudengar besok lingkaran-lingkaran kekuasaan yang dimiliki lawan klien politik meh mereka. Riset seperti ini bisa membantu menunjukkan tahu persis lawan yang kita hadapi. Aku terlalu menganggap re­ usap wajah. ”Kita seharusnya melakukan ini sejak dulu, agar pagi, sebelum pembukaan konvensi.” Aku diam sejenak, meng­ dianalisis sore ini, dan hipotesis awal sudah bisa kudengar besok lingkaran-lingkaran kekuasaan yang dimiliki lawan klien politik meh mereka. Riset seperti ini bisa membantu menunjukkan tahu persis lawan yang kita hadapi. Aku terlalu menganggap re­ usap wajah. ”Kita seharusnya melakukan ini sejak dulu, agar pagi, sebelum pembukaan konvensi.” Aku diam sejenak, meng­ dianalisis sore ini, dan hipotesis awal sudah bisa kudengar besok lingkaran-lingkaran kekuasaan yang dimiliki lawan klien politik meh mereka. Riset seperti ini bisa membantu menunjukkan tahu persis lawan yang kita hadapi. Aku terlalu menganggap re­ usap wajah. ”Kita seharusnya melakukan ini sejak dulu, agar pagi, sebelum pembukaan konvensi.” Aku diam sejenak, meng­ lingkaran-lingkaran kekuasaan yang dimiliki lawan klien politik meh mereka. Riset seperti ini bisa membantu menunjukkan tahu persis lawan yang kita hadapi. Aku terlalu menganggap re­ usap wajah. ”Kita seharusnya melakukan ini sejak dulu, agar pagi, sebelum pembukaan konvensi.” Aku diam sejenak, meng­ kita. Membuat kita seperti melihat sebuah akuarium jernih, me­ lingkaran-lingkaran kekuasaan yang dimiliki lawan klien politik meh mereka. Riset seperti ini bisa membantu menunjukkan tahu persis lawan yang kita hadapi. Aku terlalu menganggap re­ usap wajah. ”Kita seharusnya melakukan ini sejak dulu, agar pagi, sebelum pembukaan konvensi.” Aku diam sejenak, meng­ kita. Membuat kita seperti melihat sebuah akuarium jernih, me­ lingkaran-lingkaran kekuasaan yang dimiliki lawan klien politik meh mereka. Riset seperti ini bisa membantu menunjukkan tahu persis lawan yang kita hadapi. Aku terlalu menganggap re­ usap wajah. ”Kita seharusnya melakukan ini sejak dulu, agar pagi, sebelum pembukaan konvensi.” Aku diam sejenak, meng­ kita. Membuat kita seperti melihat sebuah akuarium jernih, me­ lingkaran-lingkaran kekuasaan yang dimiliki lawan klien politik meh mereka. Riset seperti ini bisa membantu menunjukkan tahu persis lawan yang kita hadapi. Aku terlalu menganggap re­ usap wajah. ”Kita seharusnya melakukan ini sejak dulu, agar pagi, sebelum pembukaan konvensi.” Aku diam sejenak, meng­ kita. Membuat kita seperti melihat sebuah akuarium jernih, me­ lingkaran-lingkaran kekuasaan yang dimiliki lawan klien politik meh mereka. Riset seperti ini bisa membantu menunjukkan tahu persis lawan yang kita hadapi. Aku terlalu menganggap re­ usap wajah. ”Kita seharusnya melakukan ini sejak dulu, agar kita. Membuat kita seperti melihat sebuah akuarium jernih, me­ lingkaran-lingkaran kekuasaan yang dimiliki lawan klien politik meh mereka. Riset seperti ini bisa membantu menunjukkan tahu persis lawan yang kita hadapi. Aku terlalu menganggap re­ usap wajah. ”Kita seharusnya melakukan ini sejak dulu, agar lihat dengan jelas kerumunan ikan di dalamnya, arah mereka kita. Membuat kita seperti melihat sebuah akuarium jernih, me­ lingkaran-lingkaran kekuasaan yang dimiliki lawan klien politik meh mereka. Riset seperti ini bisa membantu menunjukkan tahu persis lawan yang kita hadapi. Aku terlalu menganggap re­ usap wajah. ”Kita seharusnya melakukan ini sejak dulu, agar lihat dengan jelas kerumunan ikan di dalamnya, arah mereka kita. Membuat kita seperti melihat sebuah akuarium jernih, me­ lingkaran-lingkaran kekuasaan yang dimiliki lawan klien politik meh mereka. Riset seperti ini bisa membantu menunjukkan tahu persis lawan yang kita hadapi. Aku terlalu menganggap re­ usap wajah. ”Kita seharusnya melakukan ini sejak dulu, agar lihat dengan jelas kerumunan ikan di dalamnya, arah mereka kita. Membuat kita seperti melihat sebuah akuarium jernih, me­ lingkaran-lingkaran kekuasaan yang dimiliki lawan klien politik meh mereka. Riset seperti ini bisa membantu menunjukkan tahu persis lawan yang kita hadapi. Aku terlalu menganggap re­ usap wajah. ”Kita seharusnya melakukan ini sejak dulu, agar lihat dengan jelas kerumunan ikan di dalamnya, arah mereka kita. Membuat kita seperti melihat sebuah akuarium jernih, me­ lingkaran-lingkaran kekuasaan yang dimiliki lawan klien politik meh mereka. Riset seperti ini bisa membantu menunjukkan tahu persis lawan yang kita hadapi. Aku terlalu menganggap re­ lihat dengan jelas kerumunan ikan di dalamnya, arah mereka kita. Membuat kita seperti melihat sebuah akuarium jernih, me­ lingkaran-lingkaran kekuasaan yang dimiliki lawan klien politik meh mereka. Riset seperti ini bisa membantu menunjukkan tahu persis lawan yang kita hadapi. Aku terlalu menganggap re­ bergerak, berkelompok. Tapi terlambat lebih baik daripada tidak lihat dengan jelas kerumunan ikan di dalamnya, arah mereka kita. Membuat kita seperti melihat sebuah akuarium jernih, me­ lingkaran-lingkaran kekuasaan yang dimiliki lawan klien politik meh mereka. Riset seperti ini bisa membantu menunjukkan tahu persis lawan yang kita hadapi. Aku terlalu menganggap re­ bergerak, berkelompok. Tapi terlambat lebih baik daripada tidak lihat dengan jelas kerumunan ikan di dalamnya, arah mereka kita. Membuat kita seperti melihat sebuah akuarium jernih, me­ lingkaran-lingkaran kekuasaan yang dimiliki lawan klien politik meh mereka. Riset seperti ini bisa membantu menunjukkan tahu persis lawan yang kita hadapi. Aku terlalu menganggap re­ bergerak, berkelompok. Tapi terlambat lebih baik daripada tidak lihat dengan jelas kerumunan ikan di dalamnya, arah mereka kita. Membuat kita seperti melihat sebuah akuarium jernih, me­ lingkaran-lingkaran kekuasaan yang dimiliki lawan klien politik meh mereka. Riset seperti ini bisa membantu menunjukkan tahu persis lawan yang kita hadapi. Aku terlalu menganggap re­ bergerak, berkelompok. Tapi terlambat lebih baik daripada tidak lihat dengan jelas kerumunan ikan di dalamnya, arah mereka kita. Membuat kita seperti melihat sebuah akuarium jernih, me­ lingkaran-lingkaran kekuasaan yang dimiliki lawan klien politik meh mereka. Riset seperti ini bisa membantu menunjukkan bergerak, berkelompok. Tapi terlambat lebih baik daripada tidak lihat dengan jelas kerumunan ikan di dalamnya, arah mereka kita. Membuat kita seperti melihat sebuah akuarium jernih, me­ lingkaran-lingkaran kekuasaan yang dimiliki lawan klien politik meh mereka. Riset seperti ini bisa membantu menunjukkan sama sekali.” bergerak, berkelompok. Tapi terlambat lebih baik daripada tidak lihat dengan jelas kerumunan ikan di dalamnya, arah mereka kita. Membuat kita seperti melihat sebuah akuarium jernih, me­ lingkaran-lingkaran kekuasaan yang dimiliki lawan klien politik meh mereka. Riset seperti ini bisa membantu menunjukkan sama sekali.” bergerak, berkelompok. Tapi terlambat lebih baik daripada tidak lihat dengan jelas kerumunan ikan di dalamnya, arah mereka kita. Membuat kita seperti melihat sebuah akuarium jernih, me­ lingkaran-lingkaran kekuasaan yang dimiliki lawan klien politik meh mereka. Riset seperti ini bisa membantu menunjukkan sama sekali.” bergerak, berkelompok. Tapi terlambat lebih baik daripada tidak lihat dengan jelas kerumunan ikan di dalamnya, arah mereka kita. Membuat kita seperti melihat sebuah akuarium jernih, me­ lingkaran-lingkaran kekuasaan dimiliki lawan klien politik meh mereka. Riset seperti iniyang bisa menunjukkan sama sekali.” bergerak, berkelompok. Tapi terlambat lebih baik daripada tidak lihat dengan jelas kerumunan ikan di dalamnya, arah mereka kita. Membuat kita seperti sebuah akuarium jernih, me­ lingkaran-lingkaran kekuasaan yang dimiliki lawan klien politik sama sekali.” bergerak, berkelompok. Tapimelihat terlambat lebih baik daripada tidak lihat dengan jelas kerumunan ikan dimembantu dalamnya, arah mereka kita. Membuat kita seperti melihat sebuah akuarium jernih, me­ lingkaran-lingkaran kekuasaan yang dimiliki lawan klien politik Dua pramugari pesawat jet pribadi itu mendorong troli di sama sekali.” bergerak, berkelompok. Tapi terlambat lebih baik tidak lihat dengan jelas ikan di dalamnya, arah mereka kita. Membuat kitakerumunan seperti melihat sebuah akuarium jernih, me­ lingkaran-lingkaran kekuasaan yang dimiliki lawandaripada klien politik Dua pramugari pesawat jet pribadi itu mendorong troli di sama sekali.” bergerak, berkelompok. Tapi terlambat lebih baik daripada tidak lihat dengan jelas kerumunan ikan di dalamnya, arah mereka kita. Membuat kita seperti melihat sebuah akuarium jernih, me­ lingkaran-lingkaran kekuasaan yang dimiliki lawan klien politik Dua pramugari pesawat jet pribadi itu mendorong troli di sama sekali.” bergerak, berkelompok. Tapi terlambat lebih baik daripada tidak lihat dengan jelas kerumunan ikan di dalamnya, arah mereka kita. Membuat kita seperti melihat sebuah akuarium jernih, me­ lingkaran-lingkaran kekuasaan yang dimiliki lawan klien politik Dua pramugari pesawat jet pribadi itu mendorong troli di sama sekali.” bergerak, berkelompok. Tapi terlambat lebih baik daripada tidak lihat dengan jelas kerumunan ikan di dalamnya, arah mereka kita. Membuat kita seperti melihat sebuah akuarium jernih, me­ Dua pramugari pesawat jet pribadi itu mendorong troli di sama sekali.” bergerak, berkelompok. Tapi terlambat lebih baik daripada tidak lihat dengan jelas kerumunan ikan di dalamnya, arah mereka kita. Membuat kita seperti melihat sebuah akuarium jernih, me­ lorong, menawarkan makan siang. Mereka membawa menu yang Dua pramugari pesawat jet pribadi itu mendorong troli di sama sekali.” bergerak, berkelompok. Tapi terlambat lebih baik daripada tidak lihat dengan jelas kerumunan ikan di dalamnya, arah mereka kita. Membuat kita seperti melihat sebuah akuarium jernih, me­ lorong, menawarkan makan siang. Mereka membawa menu yang Dua pramugari pesawat jet pribadi itu mendorong troli di sama sekali.” bergerak, berkelompok. Tapi terlambat lebih baik daripada tidak lihat dengan jelas kerumunan ikan di dalamnya, arah mereka kita. Membuat kita seperti melihat sebuah akuarium jernih, me­ lorong, menawarkan makan siang. Mereka membawa menu yang Dua pramugari pesawat jet pribadi itu mendorong troli di sama sekali.” bergerak, berkelompok. Tapi terlambat lebih baik daripada tidak lihat dengan jelas kerumunan ikan di dalamnya, arah mereka kita. Membuat kita seperti melihat sebuah akuarium jernih, me­ lorong, menawarkan makan siang. Mereka membawa menu yang Dua pramugari pesawat jet pribadi itu mendorong troli di sama sekali.” bergerak, berkelompok. Tapi terlambat lebih baik daripada tidak lihat dengan jelas kerumunan ikan di dalamnya, arah mereka lorong, menawarkan makan siang. Mereka membawa menu yang Dua pramugari pesawat jet pribadi itu mendorong troli di sama sekali.” bergerak, berkelompok. Tapi terlambat lebih baik daripada tidak lihat dengan jelas kerumunan ikan di dalamnya, arah mereka mengundang selera. Sayangnya dalam situasi seperti ini, selera lorong, menawarkan makan siang. Mereka membawa menu yang Dua pramugari pesawat jet pribadi itu mendorong troli di sama sekali.” bergerak, berkelompok. Tapi terlambat baik daripada tidak lihat dengan jelas kerumunan ikan di lebih dalamnya, arah mereka mengundang selera. Sayangnya dalam situasi seperti ini,troli selera lorong, menawarkan makan Mereka menu yang Dua pramugari pesawat jet pribadi itumembawa mendorong di sama sekali.” bergerak, berkelompok. Tapisiang. terlambat lebih baik daripada tidak



”Pekerjaan kedua, kauhubungi segera wartawan dan redaktur yang meminta porsi makanan lengkap. ku. Hanya Kadek mugari mengangguk, membantu menyiapkan meja lipat ditelinga, kursi­ aku hanya menunjuk sepotong roti dan botol airlengkap. mineral. Pra­ makanku berkurang drastis. Dengan telepon genggam di media massa besar. Bilang kita punya press release penting ten­ ”Pekerjaan kedua, kauhubungi segera wartawan dan redaktur yang meminta porsi makanan ku. Hanya Kadek mugari mengangguk, membantu menyiapkan meja lipat di kursi­ aku hanya menunjuk sepotong roti dan botol air mineral. Pra­ makanku berkurang drastis. Dengan telepon genggam di telinga, media massa besar. Bilang kita punya press release penting ten­ ”Pekerjaan kedua, kauhubungi segera wartawan dan yang meminta porsi makanan lengkap. ku. Hanya Kadek mugari mengangguk, membantu menyiapkan meja lipat di kursi­ aku hanya menunjuk sepotong roti dan botol air mineral. Pra­ makanku berkurang drastis. Dengan telepon genggam di telinga, media massa besar. Bilang kita punya press release penting ten­ ”Pekerjaan kedua, kauhubungi segera wartawan dan redaktur yang meminta porsi makanan lengkap. ku. Hanya Kadek mugari mengangguk, membantu menyiapkan meja lipat di kursi­ aku hanya menunjuk sepotong roti dan botol air mineral. Pra­ makanku berkurang drastis. Dengan telepon genggam diredaktur telinga, media massa besar. Bilang kita punya press release penting ten­ ”Pekerjaan kedua, kauhubungi segera wartawan dan redaktur yang meminta porsi makanan lengkap. ku. Hanya Kadek mugari mengangguk, membantu menyiapkan meja lipat di kursi­ aku hanya menunjuk sepotong roti dan botol air mineral. Pra­ tang pembukaan konvensi partai besok. Kumpulkan mereka di media massa besar. Bilang kita punya press release penting ten­ ”Pekerjaan kedua, kauhubungi segera wartawan dan redaktur yang meminta porsi makanan lengkap. ku. Hanya Kadek mugari mengangguk, membantu menyiapkan meja lipat di kursi­ aku hanya menunjuk sepotong roti dan botol air mineral. Pra­ tang pembukaan konvensi partai besok. Kumpulkan mereka di media massa besar. Bilang kita punya press release penting ten­ ”Pekerjaan kedua, kauhubungi segera wartawan dan redaktur yang meminta porsi makanan lengkap. ku. Hanya Kadek mugari mengangguk, membantu menyiapkan meja lipat di kursi­ aku hanya menunjuk sepotong roti dan botol air mineral. Pra­ tang pembukaan konvensi partai besok. Kumpulkan mereka di media massa besar. Bilang kita punya press release penting ten­ ”Pekerjaan kedua, kauhubungi segera wartawan dan redaktur yang meminta porsi makanan lengkap. ku. Hanya Kadek mugari mengangguk, membantu menyiapkan meja lipat di kursi­ aku hanya menunjuk sepotong roti dan botol air mineral. Pra­ tang pembukaan konvensi partai besok. Kumpulkan mereka di media massa besar. Bilang kita punya press release penting ten­ ”Pekerjaan kedua, kauhubungi segera wartawan dan redaktur yang meminta porsi makanan lengkap. ku. Hanya Kadek mugari mengangguk, membantu menyiapkan meja lipat di kursi­ aku hanya menunjuk sepotong roti dan botol air mineral. Pra­ tang pembukaan konvensi partai besok. Kumpulkan mereka di media massa besar. Bilang kita punya press release penting ten­ ”Pekerjaan kedua, kauhubungi segera wartawan dan redaktur yang meminta porsi makanan lengkap. ku. Hanya Kadek mugari mengangguk, membantu menyiapkan meja lipat di kursi­ salah satu restoran atau kafe tiga jam lagi, pukul 15.00. Aku tang pembukaan konvensi partai besok. Kumpulkan mereka di media massa besar. Bilang kita punya press release penting ten­ ”Pekerjaan kedua, kauhubungi segera wartawan dan redaktur yang meminta porsi makanan lengkap. ku. Hanya Kadek mugari mengangguk, membantu menyiapkan meja lipat di kursi­ salah satu restoran atau kafe tiga jam lagi, pukul 15.00. Aku tang pembukaan konvensi partai besok. Kumpulkan mereka di media massa besar. Bilang kita punya press release penting ten­ ”Pekerjaan kedua, kauhubungi segera wartawan dan redaktur yang meminta porsi makanan lengkap. ku. Hanya Kadek mugari mengangguk, membantu menyiapkan meja lipat di kursi­ salah satu restoran atau kafe tiga jam lagi, pukul 15.00. Aku tang pembukaan konvensi partai besok. Kumpulkan mereka di media massa besar. Bilang kita punya press release penting ten­ ”Pekerjaan kedua, kauhubungi segera wartawan dan redaktur yang meminta porsi makanan lengkap. ku. Hanya Kadek mugari mengangguk, membantu menyiapkan meja lipat di kursi­ salah satu restoran atau kafe tiga jam lagi, pukul 15.00. Aku tang pembukaan konvensi partai besok. Kumpulkan mereka di media massa besar. Bilang kita punya press release penting ten­ ”Pekerjaan kedua, kauhubungi segera wartawan dan redaktur yang meminta porsi makanan lengkap. ku. Hanya Kadek mugari mengangguk, membantu menyiapkan meja lipat di kursi­ salah satu restoran atau kafe tiga jam lagi, pukul 15.00. Aku tang pembukaan konvensi partai besok. Kumpulkan mereka di media massa besar. Bilang kita punya press release penting ten­ ”Pekerjaan kedua, kauhubungi segera wartawan dan redaktur yang meminta porsi makanan lengkap. ku. Hanya Kadek akan segera tiba di Jakarta dua jam lagi, langsung bergabung ke salah satu restoran atau kafe tiga jam lagi, pukul 15.00. Aku tang pembukaan konvensi partai besok. Kumpulkan mereka di media massa besar. Bilang kita punya press release penting ten­ ”Pekerjaan kedua, kauhubungi segera wartawan dan redaktur yang meminta porsi makanan lengkap. ku. Hanya Kadek akan segera tiba di Jakarta dua jam lagi, langsung bergabung ke salah satu restoran atau kafe tiga jam lagi, pukul 15.00. Aku tang pembukaan konvensi partai besok. Kumpulkan mereka di media massa besar. Bilang kita punya press release penting ten­ ”Pekerjaan kedua, kauhubungi segera wartawan dan redaktur yang meminta porsi makanan lengkap. ku. Hanya Kadek akan segera tiba di Jakarta dua jam lagi, langsung bergabung ke salah satu restoran atau kafe tiga jam lagi, pukul 15.00. Aku tang pembukaan konvensi partai besok. Kumpulkan mereka di media massa besar. Bilang kitatiga punya press release penting ten­ ”Pekerjaan kedua, kauhubungi segera wartawan dan redaktur yang meminta porsi makanan lengkap. ku. Hanya Kadek akan segera tiba di Jakarta dua jam lagi, langsung bergabung ke salah satu restoran atau kafe jam lagi, pukul 15.00. Aku tang pembukaan konvensi partai besok. Kumpulkan mereka di media massa besar. Bilang kita punya press release penting ten­ ”Pekerjaan kedua, kauhubungi segera wartawan dan redaktur yang meminta porsi makanan lengkap. ku. Hanya Kadek akan segera tiba di Jakarta dua jam lagi, langsung bergabung ke salah satu restoran atau kafe tiga jam lagi, pukul 15.00. Aku tang pembukaan konvensi partai besok. Kumpulkan mereka di media massa besar. Bilang kita punya press release penting ten­ ”Pekerjaan kedua, kauhubungi segera wartawan dan redaktur tempatmu mengumpulkan mereka.” akan segera tiba di Jakarta dua jam lagi, langsung bergabung ke salah satu restoran atau kafe tiga jam lagi, pukul 15.00. Aku tang pembukaan konvensi partai besok. Kumpulkan mereka di media massa besar. Bilang kita punya press release penting ten­ ”Pekerjaan kedua, kauhubungi segera wartawan dan redaktur tempatmu mengumpulkan mereka.” akan segera tiba di Jakarta dua jam lagi, langsung bergabung ke salah satu restoran atau kafe tiga jam lagi, pukul 15.00. Aku tang pembukaan konvensi partai besok. Kumpulkan mereka di media massa besar. Bilang kita punya press release penting ten­ ”Pekerjaan kedua, kauhubungi segera wartawan dan redaktur tempatmu mengumpulkan mereka.” akan segera tiba di Jakarta dua jam lagi, langsung bergabung ke salah satu restoran atau kafe tiga jam lagi, pukul 15.00. Aku tang pembukaan konvensi partai besok. Kumpulkan mereka di media massa besar. Bilang kita punya press release penting ten­ ”Pekerjaan kedua, kauhubungi segera wartawan dan redaktur tempatmu mengumpulkan mereka.” akan segera tiba di Jakarta dua jam lagi, langsung bergabung ke salah satu restoran atau kafe tiga jam lagi, pukul 15.00. Aku tang pembukaan konvensi partai besok. Kumpulkan mereka di media massa besar. Bilang kita punya press release penting ten­ ”Pekerjaan kedua, kauhubungi segera wartawan dan redaktur tempatmu mengumpulkan mereka.” akan segera tiba di Jakarta dua jam lagi, langsung bergabung ke salah satu restoran atau kafe tiga jam lagi, pukul 15.00. Aku tang pembukaan konvensi partai besok. Kumpulkan mereka di media massa besar. Bilang kita punya press release penting ten­ ”Kau perlu berapa orang, Thom?” tempatmu mengumpulkan mereka.” akan segera tiba di Jakarta dua jam lagi, langsung bergabung ke salah satu restoran atau kafe tiga jam lagi, pukul 15.00. Aku tang pembukaan konvensi partai besok. Kumpulkan mereka di media massa besar. Bilang kita punya press release penting ten­ ”Kau perlu berapa orang, Thom?” tempatmu mengumpulkan mereka.” akan segera tiba di Jakarta dua jam lagi, langsung bergabung ke salah satu restoran atau kafe tiga jam lagi, pukul 15.00. Aku tang pembukaan konvensi partai besok. Kumpulkan mereka di media massa besar. Bilang kita punya press release penting ten­ ”Kau perlu berapa orang, Thom?” tempatmu mengumpulkan mereka.” akan segera tiba di Jakarta dua jam lagi, langsung bergabung ke salah satu restoran atau kafe tiga jam lagi, pukul 15.00. Aku tang pembukaan konvensi partai besok. Kumpulkan mereka di media massa besar. Bilang kita punya press release penting ten­ ”Kau perlu berapa orang, Thom?” tempatmu mengumpulkan mereka.” akan segera tiba di Jakarta dua jam lagi, langsung bergabung ke salah satu restoran atau kafe tiga jam lagi, pukul 15.00. Aku tang pembukaan konvensi partai besok. Kumpulkan mereka di media massa besar. Bilang kita punya press release penting ten­ ”Kau perlu berapa orang, Thom?” tempatmu mengumpulkan mereka.” akan segera tiba di Jakarta dua jam lagi, langsung bergabung ke salah satu restoran atau kafe tiga jam lagi, pukul 15.00. Aku tang pembukaan konvensi partai besok. Kumpulkan mereka di ”Mana aku tahu, Meg,” aku berseru. ”Sebanyak mungkin, ”Kau perlu berapa orang, Thom?” tempatmu mengumpulkan mereka.” akan segera tiba di Jakarta dua jam lagi, langsung bergabung ke salah satu restoran atau kafe tiga jam lagi, pukul 15.00. Aku tang pembukaan konvensi partai besok. Kumpulkan mereka di ”Mana aku tahu, Meg,” aku berseru. ”Sebanyak mungkin, ”Kau perlu berapa orang, Thom?” tempatmu mengumpulkan mereka.” akan segera tiba di Jakarta dua jam lagi, langsung bergabung ke salah satu restoran atau kafe tiga jam lagi, pukul 15.00. Aku tang pembukaan konvensi partai besok. Kumpulkan mereka di ”Mana aku tahu, Meg,” aku berseru. ”Sebanyak mungkin, ”Kau perlu berapa orang, Thom?” tempatmu mengumpulkan mereka.” akan segera tiba di Jakarta dua jam lagi, langsung bergabung ke salah satu restoran atau kafe tiga jam lagi, pukul 15.00. Aku tang pembukaan konvensi partai besok. Kumpulkan mereka di ”Mana aku tahu, Meg,” aku berseru. ”Sebanyak mungkin, ”Kau perlu berapa orang, Thom?” tempatmu mengumpulkan mereka.” akan segera tiba di Jakarta dua jam lagi, langsung bergabung ke salah satu restoran atau kafe tiga jam lagi, pukul 15.00. Aku tang pembukaan konvensi partai besok. Kumpulkan mereka di ”Mana aku tahu, Meg,” aku berseru. ”Sebanyak mungkin, ”Kau perlu berapa orang, Thom?” tempatmu mengumpulkan mereka.” akan segera tiba di Jakarta dua jam lagi, langsung bergabung ke salah satu restoran atau kafe tiga jam lagi, pukul 15.00. Aku berapa pun yang berhasil kauundang, sepuluh, dua puluh. Kau­ ”Mana aku tahu, Meg,” aku berseru. ”Sebanyak mungkin, ”Kau perlu berapa orang, Thom?” tempatmu mengumpulkan mereka.” akan segera tiba di Jakarta dua jam lagi, langsung bergabung ke salah satu restoran atau kafe tiga jam lagi, pukul 15.00. Aku berapa pun yang berhasil kauundang, sepuluh, dua puluh. Kau­ ”Mana aku tahu, Meg,” aku berseru. ”Sebanyak mungkin, ”Kau perlu berapa orang, Thom?” tempatmu mengumpulkan mereka.” akan segera tiba di Jakarta dua jam lagi, langsung bergabung ke salah satu restoran atau kafe tiga jam lagi, pukul 15.00. Aku berapa pun yang berhasil kauundang, sepuluh, dua puluh. Kau­ ”Mana aku tahu, Meg,” aku berseru. ”Sebanyak mungkin, ”Kau perlu berapa orang, Thom?” tempatmu mengumpulkan mereka.” akan segera tiba di Jakarta dua jam lagi, langsung bergabung ke salah satu restoran atau kafe tiga jam lagi, pukul 15.00. Aku berapa pun yang berhasil kauundang, sepuluh, dua puluh. Kau­ ”Mana aku tahu, Meg,” aku berseru. ”Sebanyak mungkin, ”Kau perlu berapa orang, Thom?” tempatmu mengumpulkan mereka.” akan segera tiba di Jakarta dua jam lagi, langsung bergabung ke salah satu restoran atau kafe tiga jam lagi, pukul 15.00. Aku berapa pun yang berhasil kauundang, sepuluh, dua puluh. Kau­ ”Mana aku tahu, Meg,” aku berseru. ”Sebanyak mungkin, ”Kau perlu berapa orang, Thom?” tempatmu mengumpulkan mereka.” akan segera tiba di Jakarta dua jam lagi, langsung bergabung ke ruang dengan jumlah mereka agar nyaman. sesuaikan kapasitas berapa pun yang berhasil kauundang, sepuluh, dua puluh. Kau­ ”Mana aku tahu, Meg,” aku berseru. ”Sebanyak mungkin, ”Kau perlu berapa orang, Thom?” tempatmu mengumpulkan mereka.” akan segera tiba di Jakarta dua jam lagi, langsung bergabung ke ruang dengan jumlah mereka agar nyaman. sesuaikan kapasitas berapa pun yang berhasil kauundang, sepuluh, dua puluh. Kau­ ”Mana aku tahu, Meg,” aku berseru. ”Sebanyak mungkin, ”Kau perlu berapa orang, Thom?” tempatmu mengumpulkan mereka.” akan segera tiba di Jakarta dua jam lagi, langsung bergabung ke ruang dengan jumlah mereka agar nyaman. sesuaikan kapasitas berapa pun yang berhasil kauundang, sepuluh, dua puluh. Kau­ ”Mana aku tahu, Meg,” aku berseru. ”Sebanyak mungkin, ”Kau perlu berapa orang, Thom?” tempatmu mengumpulkan mereka.” akan segera tiba di Jakarta dua jam lagi, langsung bergabung ke ruang dengan jumlah mereka agar nyaman. sesuaikan kapasitas berapa pun yang berhasil kauundang, sepuluh, dua puluh. Kau­ ”Mana aku tahu, Meg,” aku berseru. ”Sebanyak mungkin, ”Kau perlu berapa orang, Thom?” tempatmu mengumpulkan mereka.” akan segera tiba di Jakarta dua jam lagi, langsung bergabung ke ruang dengan jumlah mereka agar nyaman. sesuaikan kapasitas berapa pun yang berhasil kauundang, sepuluh, dua puluh. Kau­ ”Mana aku tahu, Meg,” aku berseru. ”Sebanyak mungkin, ”Kau perlu berapa orang, Thom?” tempatmu mengumpulkan mereka.” Mereka pasti tertarik dengan kabar update konvensi partai. Jika ruang dengan jumlah mereka agar nyaman. sesuaikan kapasitas berapa pun yang berhasil kauundang, sepuluh, dua puluh. Kau­ ”Mana aku tahu, Meg,” aku berseru. ”Sebanyak mungkin, ”Kau perlu berapa orang, Thom?” tempatmu mengumpulkan mereka.” Mereka pasti tertarik dengan kabar update konvensi partai. Jika ruang dengan jumlah mereka agar nyaman. sesuaikan kapasitas berapa pun yang berhasil kauundang, sepuluh, duaagar puluh. Kau­ ”Mana aku tahu, Meg,” aku berseru. ”Sebanyak mungkin, ”Kau perlu berapa orang, Thom?” tempatmu mengumpulkan mereka.” Mereka pasti tertarik dengan kabar update konvensi partai. Jika ruang dengan jumlah mereka nyaman. sesuaikan kapasitas berapa pun yang berhasil kauundang, sepuluh, dua puluh. Kau­ ”Mana aku tahu, Meg,” aku berseru. ”Sebanyak mungkin, ”Kau perlu berapa orang, Thom?” tempatmu mengumpulkan mereka.” Mereka pasti tertarik dengan kabar update konvensi partai. Jika ruang dengan jumlah mereka agar nyaman. sesuaikan kapasitas berapa pun yang berhasil kauundang, sepuluh, dua puluh. Kau­ ”Mana aku tahu, Meg,” aku berseru. ”Sebanyak mungkin, ”Kau perlu berapa orang, Thom?” tempatmu mengumpulkan mereka.” Mereka pasti tertarik dengan kabar update konvensi partai. Jika ruang dengan jumlah mereka agar nyaman. sesuaikan kapasitas berapa pun yang berhasil kauundang, sepuluh, dua puluh. Kau­ ”Mana aku tahu, Meg,” aku berseru. ”Sebanyak mungkin, ”Kau perlu berapa orang, Thom?” itu tidak cukup, tambahkan sweetener. Bilang aku akan menjelas­ Mereka pasti tertarik dengan kabar update konvensi partai. Jika ruang dengan jumlah mereka agar nyaman. sesuaikan kapasitas berapa yang berhasil kauundang, sepuluh, puluh. Kau­ ”Mana aku tahu, Meg,” aku berseru. ”Sebanyak mungkin, ”Kau perlu berapa orang, Thom?” itu tidak cukup, tambahkan sweetener. Bilang aku akan menjelas­ Mereka pasti tertarik dengan kabar update konvensi partai. Jika ruang dengan jumlah mereka agar nyaman. sesuaikan kapasitas berapa pun yang berhasil kauundang, sepuluh, dua puluh. Kau­ ”Mana aku tahu, Meg,” aku berseru. ”Sebanyak mungkin, ”Kau perlu berapa orang, Thom?” itu tidakpun cukup, tambahkan sweetener. Bilang akudua akan menjelas­ Mereka pasti tertarik dengan kabar update konvensi partai. Jika ruang dengan jumlah mereka agar nyaman. sesuaikan kapasitas berapa pun yang berhasil kauundang, sepuluh, dua puluh. Kau­ ”Mana aku tahu, Meg,” aku berseru. ”Sebanyak mungkin, ”Kau perlu berapa orang, Thom?” itu tidak cukup, tambahkan sweetener. Bilang aku akan menjelas­ Mereka pasti tertarik dengan kabar update konvensi partai. Jika ruang dengan jumlah mereka agar nyaman. sesuaikan kapasitas berapa pun yang berhasil kauundang, sepuluh, dua puluh. Kau­ ”Mana aku tahu, Meg,” aku berseru. ”Sebanyak mungkin, ”Kau perlu berapa orang, Thom?” itu tidak cukup, tambahkan sweetener. Bilang aku akan menjelas­ Mereka pasti tertarik dengan kabar update konvensi partai. Jika ruang dengan jumlah mereka agar nyaman. sesuaikan kapasitas berapa pun yang berhasil kauundang, sepuluh, dua puluh. Kau­ ”Mana aku tahu, Meg,” aku berseru. ”Sebanyak mungkin, persekongkolan besar. Ah iya, kauundang kan sebuah dugaan itu tidak cukup, tambahkan sweetener. Bilang aku akan menjelas­ Mereka pasti tertarik dengan kabar update konvensi partai. Jika ruang dengan jumlah mereka agar nyaman. sesuaikan kapasitas berapa pun yang berhasil kauundang, sepuluh, dua puluh. Kau­ ”Mana aku tahu, Meg,” aku berseru. ”Sebanyak mungkin, persekongkolan besar. Ah iya, kauundang kan sebuah dugaan itu tidak cukup, tambahkan sweetener. Bilang aku akan menjelas­ Mereka pasti tertarik dengan kabar update konvensi partai. Jika ruang dengan jumlah mereka agar nyaman. sesuaikan kapasitas berapa pun yang berhasil kauundang, sepuluh, dua puluh. Kau­ ”Mana aku tahu, Meg,” aku berseru. ”Sebanyak mungkin, persekongkolan besar. Ah iya, kauundang kan sebuah dugaan itu tidak cukup, tambahkan sweetener. Bilang aku akan menjelas­ Mereka pasti tertarik dengan kabar update konvensi partai. Jika ruang dengan jumlah mereka agar nyaman. sesuaikan kapasitas berapa pun yang berhasil kauundang, sepuluh, dua puluh. Kau­ ”Mana aku tahu, Meg,” aku berseru. ”Sebanyak mungkin, persekongkolan besar. Ah iya, kauundang kan sebuah dugaan itu tidak cukup, tambahkan sweetener. Bilang aku akan menjelas­ Mereka pasti tertarik dengan kabar update konvensi partai. Jika ruang dengan jumlah mereka agar nyaman. sesuaikan kapasitas berapa pun yang berhasil kauundang, sepuluh, dua puluh. Kau­ ”Mana aku tahu, Meg,” aku berseru. ”Sebanyak mungkin, persekongkolan besar. Ah iya, kauundang kan sebuah dugaan itu tidak cukup, tambahkan sweetener. Bilang aku akan menjelas­ Mereka pasti tertarik dengan kabar update konvensi partai. Jika ruang dengan jumlah mereka agar nyaman. sesuaikan kapasitas berapa pun yang berhasil kauundang, sepuluh, dua puluh. Kau­ juga beberapa pengamat politik yang aktif muncul di televisi, persekongkolan besar. Ah iya, kauundang kan sebuah dugaan itu tidak cukup, tambahkan sweetener. Bilang aku akan menjelas­ Mereka pasti tertarik dengan kabar update konvensi partai. Jika ruang dengan jumlah mereka agar nyaman. sesuaikan kapasitas berapa pun yang berhasil kauundang, sepuluh, dua puluh. Kau­ juga beberapa pengamat politik yang aktif muncul di televisi, persekongkolan besar. Ah iya, kauundang kan sebuah dugaan itu tidak cukup, tambahkan sweetener. Bilang aku akan menjelas­ Mereka pasti tertarik dengan kabar update konvensi partai. Jika ruang dengan jumlah mereka agar nyaman. sesuaikan kapasitas berapa pun yang berhasil kauundang, sepuluh, dua puluh. Kau­ juga beberapa pengamat politik yang aktif muncul di televisi, persekongkolan besar. Ah iya, kauundang kan sebuah dugaan itu tidak cukup, tambahkan sweetener. Bilang aku akan menjelas­ Mereka pasti tertarik dengan kabar update konvensi partai. Jika ruang dengan jumlah mereka agar nyaman. sesuaikan kapasitas berapa pun yang berhasil kauundang, sepuluh, dua puluh. Kau­ juga beberapa pengamat politik yang aktif muncul di televisi, persekongkolan besar. Ah iya, kauundang kan sebuah dugaan itu tidak cukup, tambahkan sweetener. Bilang aku akan menjelas­ Mereka pasti tertarik dengan kabar update konvensi partai. Jika ruang dengan jumlah mereka agar nyaman. sesuaikan kapasitas berapa pun yang berhasil kauundang, sepuluh, dua puluh. Kau­ juga beberapa pengamat politik yang aktif muncul di televisi, persekongkolan besar. Ah iya, kauundang kan sebuah dugaan itu tidak cukup, tambahkan sweetener. Bilang aku akan menjelas­ Mereka pasti tertarik dengan kabar update konvensi partai. Jika ruang dengan jumlah mereka agar nyaman. sesuaikan kapasitas koran, internet, dan narasumber lainnya.” juga beberapa pengamat politik yang aktif muncul di televisi, persekongkolan besar. Ah iya, kauundang kan sebuah dugaan itu tidak cukup, tambahkan sweetener. Bilang aku akan menjelas­ Mereka pasti tertarik dengan kabar update konvensi partai. Jika ruang dengan jumlah mereka agar nyaman. sesuaikan kapasitas koran, internet, dan narasumber lainnya.” juga beberapa pengamat politik yang aktif muncul di televisi, persekongkolan besar. Ah iya, kauundang kan sebuah dugaan itu tidak cukup, tambahkan sweetener. Bilang aku akan menjelas­ Mereka pasti tertarik dengan kabar update konvensi partai. Jika ruang dengan jumlah mereka agar nyaman. sesuaikan kapasitas koran, internet, dan narasumber lainnya.” juga beberapa pengamat politik yang aktif muncul di televisi, persekongkolan besar. Ah iya, kauundang kan sebuah dugaan itu tidak cukup, tambahkan sweetener. Bilang aku akan menjelas­ Mereka pasti tertarik dengan kabar update konvensi partai. Jika ruang dengan jumlah mereka agar nyaman. sesuaikan kapasitas koran, internet, dan narasumber lainnya.” juga beberapa pengamat politik yang aktif muncul di televisi, persekongkolan besar. Ah iya, kauundang kan sebuah dugaan itu tidak cukup, tambahkan sweetener. Bilang aku akan menjelas­ Mereka pasti tertarik dengan kabar update konvensi partai. Jika ruang dengan jumlah mereka agar nyaman. sesuaikan kapasitas koran, internet, dan narasumber lainnya.” juga beberapa pengamat politik yang aktif muncul di televisi, persekongkolan besar. Ah iya, kauundang kan sebuah dugaan itu tidak cukup, tambahkan sweetener. Bilang aku akan menjelas­ Mereka pasti tertarik dengan kabar update konvensi partai. Jika ”Baik, Thom.” Maggie terus mencatat. Dari nada suaranya, koran, internet, dan narasumber lainnya.” juga beberapa pengamat politik yang aktif muncul di televisi, persekongkolan besar. Ah iya, kauundang kan sebuah dugaan itu tidak cukup, tambahkan sweetener. Bilang aku akan menjelas­ Mereka pasti tertarik dengan kabar update konvensi partai. Jika ”Baik, Thom.” Maggie terus mencatat. Dari nada suaranya, koran, internet, dan narasumber lainnya.” juga beberapa pengamat politik yang aktif muncul di televisi, persekongkolan besar. Ah iya, kauundang kan sebuah dugaan itu tidak cukup, tambahkan sweetener. Bilang aku akan menjelas­ Mereka pasti tertarik dengan kabar update konvensi partai. Jika ”Baik, Thom.” Maggie terus mencatat. Dari nada suaranya, koran, internet, dan narasumber lainnya.” juga beberapa pengamat politik yang aktif muncul di televisi, persekongkolan besar. Ah iya, kauundang kan sebuah dugaan itu tidak cukup, tambahkan sweetener. Bilang aku akan menjelas­ Mereka pasti tertarik dengan kabar update konvensi partai. Jika ”Baik, Thom.” Maggie terus mencatat. Dari nada suaranya, koran, internet, dan narasumber lainnya.” juga beberapa pengamat politik yang aktif muncul di televisi, persekongkolan besar. Ah iya, kauundang kan sebuah dugaan itu tidak cukup, tambahkan sweetener. Bilang aku akan menjelas­ Mereka pasti tertarik dengan kabar update konvensi partai. Jika ”Baik, Thom.” Maggie terus mencatat. Dari nada suaranya, koran, internet, dan narasumber lainnya.” juga beberapa pengamat politik yang aktif muncul di televisi, persekongkolan besar. Ah iya, kauundang kan sebuah dugaan itu tidak cukup, tambahkan sweetener. Bilang aku akan menjelas­ sepertinya dia sekarang malah berjalan cepat sambil mendengar­ ”Baik, Thom.” Maggie terus mencatat. Dari nada suaranya, koran, internet, dan narasumber lainnya.” juga beberapa pengamat politik yang aktif muncul di televisi, persekongkolan besar. Ah iya, kauundang kan sebuah dugaan itu tidak cukup, tambahkan sweetener. Bilang aku akan menjelas­ sepertinya dia sekarang malah berjalan cepat sambil mendengar­ ”Baik, Thom.” Maggie terus mencatat. Dari nada suaranya, koran, internet, dan narasumber lainnya.” juga beberapa pengamat politik yang aktif muncul di televisi, persekongkolan besar. Ah iya, kauundang kan sebuah dugaan itu tidak cukup, tambahkan sweetener. Bilang aku akan menjelas­ sepertinya dia sekarang malah berjalan cepat sambil mendengar­ ”Baik, Thom.” Maggie terus mencatat. Dari nada suaranya, koran, internet, dan narasumber lainnya.” juga beberapa pengamat politik yang aktif muncul di televisi, persekongkolan besar. Ah iya, kauundang kan sebuah dugaan itu tidak cukup, tambahkan sweetener. Bilang aku akan menjelas­ sepertinya dia sekarang malah berjalan cepat sambil mendengar­ ”Baik, Thom.” Maggie terus mencatat. Dari nada suaranya, koran, internet, dan narasumber lainnya.” juga beberapa pengamat politik yang aktif muncul di televisi, persekongkolan besar. Ah iya, kauundang kan sebuah dugaan itu tidak cukup, tambahkan sweetener. Bilang aku akan menjelas­ sepertinya dia sekarang malah berjalan cepat sambil mendengar­ ”Baik, Thom.” Maggie terus mencatat. Dari nada suaranya, koran, internet, dan narasumber lainnya.” juga beberapa pengamat politik yang aktif muncul di televisi, persekongkolan besar. Ah iya, kauundang sebuah kan telepon. ”Ada lagi?” sepertinya dia sekarang malah berjalan cepat sambil mendengar­ ”Baik, Thom.” Maggie terus mencatat. Dari nada suaranya, koran, internet, dan narasumber lainnya.” juga beberapa pengamat politik yang aktif muncul di televisi, persekongkolan besar. Ah iya, kauundang sebuah dugaan kan telepon. ”Ada lagi?” sepertinya diadugaan sekarang malah berjalan cepat sambil mendengar­ ”Baik, Thom.” Maggie terus mencatat. nada koran, internet, dan narasumber lainnya.” juga beberapa pengamat politik yang aktif muncul di televisi, persekongkolan Ah iya, kauundang sebuah dugaan kan telepon. ”Ada lagi?” sepertinya dia sekarang malah cepat sambil mendengar­ ”Baik, Thom.” Maggie terusberjalan mencatat. Dari nada suaranya, koran, internet, dan narasumber lainnya.” juga beberapa pengamat politik yangbesar. aktifDari muncul disuaranya, televisi, persekongkolan besar. Ah iya, kauundang sebuah dugaan telepon. ”Ada lagi?” sepertinya dia sekarang malah berjalan cepat sambil mendengar­ ”Baik, Thom.” Maggie terus mencatat. Dari nada suaranya, koran, internet, dan narasumber lainnya.” juga beberapa pengamat politik yang aktif muncul di televisi, persekongkolan besar. Ah iya, kauundang kan sebuah dugaan telepon. ”Ada lagi?” sepertinya dia sekarang malah berjalan cepat sambil mendengar­ ”Baik, Thom.” Maggie terus mencatat. Dari nada suaranya, koran, internet, dan narasumber lainnya.” juga beberapa pengamat politik yang aktif muncul di televisi, ”Sementara dua pekerjaan itu.” Aku menghela napas perlahan. kan telepon. ”Ada lagi?” sepertinya dia sekarang malah berjalan cepat sambil mendengar­ ”Baik, Thom.” Maggie terus mencatat. Dari nada suaranya, koran, internet, dan narasumber lainnya.” juga beberapa pengamat politik yang aktif muncul di televisi, ”Sementara dua pekerjaan itu.” Aku menghela napas perlahan. kan telepon. ”Ada lagi?” sepertinya dia sekarang malah berjalan cepat sambil mendengar­ ”Baik, Thom.” Maggie terus mencatat. Dari nada suaranya, koran, internet, dan narasumber lainnya.” juga beberapa pengamat politik yang aktif muncul di televisi, ”Sementara dua pekerjaan itu.” Aku menghela napas perlahan. kan telepon. ”Ada lagi?” sepertinya dia sekarang malah berjalan cepat sambil mendengar­ ”Baik, Thom.” Maggie terus mencatat. Dari nada suaranya, koran, internet, dan narasumber lainnya.” juga beberapa pengamat politik yang aktif muncul di televisi, ”Sementara dua pekerjaan itu.” Aku menghela napas perlahan. kan telepon. ”Ada lagi?” sepertinya dia sekarang malah berjalan cepat sambil mendengar­ ”Baik, Thom.” Maggie terus mencatat. Dari nada suaranya, koran, internet, dan narasumber lainnya.” juga beberapa pengamat politik yang aktif muncul di televisi, ”Sementara dua pekerjaan itu.” Aku menghela napas perlahan. kan telepon. ”Ada lagi?” sepertinya dia sekarang malah berjalan cepat sambil mendengar­ ”Baik, Thom.” Maggie terus mencatat. Dari nada suaranya, koran, internet, dan narasumber lainnya.” ”Pastikan kau baik-baik saja, Meg. Minta security gedung ber­ ”Sementara dua pekerjaan itu.” Aku menghela napas perlahan. kan telepon. ”Ada lagi?” sepertinya dia sekarang malah berjalan cepat sambil mendengar­ ”Baik, Thom.” Maggie terus mencatat. Dari nada suaranya, koran, internet, dan narasumber lainnya.” ”Pastikan kau baik-baik saja, Meg. Minta security gedung ber­ ”Sementara dua pekerjaan itu.” Aku menghela napas perlahan. kan telepon. ”Ada lagi?” sepertinya dia sekarang malah berjalan cepat sambil mendengar­ ”Baik, Thom.” Maggie terus mencatat. Dari nada suaranya, koran, internet, dan narasumber lainnya.” ”Pastikan kau baik-baik saja, Meg. Minta security gedung ber­ ”Sementara dua pekerjaan itu.” Aku menghela napas perlahan. kan telepon. ”Ada lagi?” sepertinya dia”Ada sekarang malah berjalan cepatDari sambil mendengar­ ”Baik, Thom.” Maggie terus mencatat. Dari nada suaranya, koran, internet, dan narasumber lainnya.” ”Pastikan kau baik-baik saja, Meg. Minta security gedung ber­ ”Sementara dua pekerjaan itu.” Aku menghela napas perlahan. kan telepon. lagi?” sepertinya dia sekarang malah berjalan cepat sambil mendengar­ ”Baik, Thom.” Maggie terus mencatat. nada suaranya, koran, internet, dan narasumber lainnya.” ”Pastikan kau baik-baik saja, Meg. Minta security gedung ber­ ”Sementara dua pekerjaan itu.” Aku menghela napas perlahan. kan telepon. ”Ada lagi?” sepertinya dia sekarang malah berjalan cepat sambil mendengar­ ”Baik, Thom.” Maggie terus mencatat. Dari nada suaranya, jaga-jaga atas segala kemungkinan. Minta mereka mengawasi dan ”Pastikan kau baik-baik saja, Meg. Minta security gedung ber­ ”Sementara dua pekerjaan itu.” Aku menghela napas perlahan. kan telepon. ”Ada lagi?” sepertinya dia sekarang malah berjalan cepat sambil mendengar­ ”Baik, Thom.” Maggie terus mencatat. Dari nada suaranya, jaga-jaga atas segala kemungkinan. Minta mereka mengawasi dan ”Pastikan kau baik-baik saja, Meg. Minta security gedung ber­ ”Sementara dua pekerjaan itu.” Aku menghela napas perlahan. kan telepon. ”Ada lagi?” sepertinya dia sekarang malah berjalan cepat sambil mendengar­ ”Baik, Thom.” Maggie terus mencatat. Dari nada suaranya, jaga-jaga atas segala kemungkinan. Minta mereka mengawasi dan ”Pastikan kau baik-baik saja, Meg. Minta security gedung ber­ ”Sementara dua pekerjaan itu.” Aku menghela napas perlahan. kan telepon. ”Ada lagi?” sepertinya dia sekarang malah berjalan cepat sambil mendengar­ ”Baik, Thom.” Maggie terus mencatat. Dari nada suaranya, jaga-jaga atas segala kemungkinan. Minta mereka mengawasi dan ”Pastikan kau baik-baik saja, Meg. Minta security gedung ber­ ”Sementara dua pekerjaan itu.” Aku menghela napas perlahan. kan telepon. ”Ada lagi?” sepertinya dia sekarang malah berjalan cepat sambil mendengar­ ”Baik, Thom.” Maggie terus mencatat. Dari nada suaranya, jaga-jaga atas segala kemungkinan. Minta mereka mengawasi dan ”Pastikan kau baik-baik saja, Meg. Minta security gedung ber­ ”Sementara dua pekerjaan itu.” Aku menghela napas perlahan. kan telepon. ”Ada lagi?” sepertinya dia sekarang malah berjalan cepat sambil mendengar­ melaporkan ke atas jika ada sesuatu. Jika ada yang mencuriga­ jaga-jaga atas segala kemungkinan. Minta mereka mengawasi dan ”Pastikan kau baik-baik saja, Meg. Minta security gedung ber­ ”Sementara dua pekerjaan itu.” Aku menghela napas perlahan. kan telepon. ”Ada lagi?” sepertinya dia sekarang malah berjalan cepat sambil mendengar­ melaporkan ke atas jika ada sesuatu. Jika ada yang mencuriga­ jaga-jaga atas segala kemungkinan. Minta mereka mengawasi dan ”Pastikan kau baik-baik saja, Meg. Minta security gedung ber­ ”Sementara dua pekerjaan itu.” Aku menghela napas perlahan. kan telepon. ”Ada lagi?” sepertinya dia sekarang malah berjalan cepat sambil mendengar­ melaporkan ke atas jika ada sesuatu. Jika ada yang mencuriga­ jaga-jaga atas segala kemungkinan. Minta mereka mengawasi dan ”Pastikan kau baik-baik saja, Meg. Minta security gedung ber­ ”Sementara dua pekerjaan itu.” Aku menghela napas perlahan. kan telepon. ”Ada lagi?” sepertinya dia sekarang malah berjalan cepat sambil mendengar­ melaporkan ke atas jika ada sesuatu. Jika ada yang mencuriga­ jaga-jaga atas segala kemungkinan. Minta mereka mengawasi dan ”Pastikan kau baik-baik saja, Meg. Minta security gedung ber­ ”Sementara dua pekerjaan itu.” Aku menghela napas perlahan. kan telepon. ”Ada lagi?” sepertinya dia sekarang malah berjalan cepat sambil mendengar­ melaporkan ke atas jika ada sesuatu. Jika ada yang mencuriga­ jaga-jaga atas segala kemungkinan. Minta mereka mengawasi dan ”Pastikan kau baik-baik saja, Meg. Minta security gedung ber­ ”Sementara dua pekerjaan itu.” Aku menghela napas perlahan. kan telepon. ”Ada lagi?” kan, kautinggalkan segera kantor. Bawa semua dokumen dan alat melaporkan ke atas jika ada sesuatu. Jika ada yang mencuriga­ jaga-jaga atas segala kemungkinan. Minta mereka mengawasi dan ”Pastikan kau baik-baik saja, Meg. Minta security gedung ber­ ”Sementara dua pekerjaan itu.” Aku menghela napas perlahan. kan telepon. ”Ada lagi?” kan, kautinggalkan segera kantor. Bawa semua dokumen dan alat melaporkan ke atas jika ada sesuatu. Jika ada yang mencuriga­ jaga-jaga atas segala kemungkinan. Minta mereka mengawasi dan ”Pastikan kau baik-baik saja, Meg. Minta security gedung ber­ ”Sementara dua pekerjaan itu.” Aku menghela napas perlahan. kan telepon. ”Ada lagi?” kan, kautinggalkan segera kantor. Bawa semua dokumen dan alat melaporkan ke atas jika ada sesuatu. Jika ada yang mencuriga­ jaga-jaga atas segala kemungkinan. Minta mereka mengawasi dan ”Pastikan kau baik-baik saja, Meg. Minta security gedung ber­ ”Sementara dua pekerjaan itu.” Aku menghela napas perlahan. kan telepon. ”Ada lagi?” kan, kautinggalkan segera kantor. Bawa semua dokumen dan alat melaporkan ke atas jika ada sesuatu. Jika ada yang mencuriga­ jaga-jaga atas segala kemungkinan. Minta mereka mengawasi dan ”Pastikan kau baik-baik saja, Meg. Minta security gedung ber­ ”Sementara dua pekerjaan itu.” Aku menghela napas perlahan. kan telepon. ”Ada lagi?” kan, kautinggalkan segera kantor. Bawa semua dokumen dan alat melaporkan ke atas jika ada sesuatu. Jika ada yang mencuriga­ jaga-jaga atas segala kemungkinan. Minta mereka mengawasi dan ”Pastikan kau baik-baik saja, Meg. Minta security gedung ber­ ”Sementara dua pekerjaan itu.” Aku menghela napas perlahan. kerja. Kau bisa berpindah ke kantor darurat, ruangan kerja Kris kan, kautinggalkan segera kantor. Bawa semua dokumen dan alat melaporkan ke atas jika ada sesuatu. Jika ada yang mencuriga­ jaga-jaga atas segala kemungkinan. Minta mereka mengawasi dan ”Pastikan kau baik-baik saja, Meg. Minta security gedung ber­ ”Sementara dua pekerjaan itu.” Aku menghela napas perlahan. kerja. Kau bisa berpindah ke kantor darurat, ruangan kerja Kris kan, kautinggalkan segera kantor. Bawa semua dokumen dan alat melaporkan ke atas jika ada sesuatu. Jika ada yang mencuriga­ jaga-jaga atas segala kemungkinan. Minta mereka mengawasi dan ”Pastikan kau baik-baik saja, Meg. Minta security gedung ber­ ”Sementara dua pekerjaan itu.” Aku menghela napas perlahan. kerja. Kau bisa berpindah ke kantor darurat, ruangan kerja Kris kan, kautinggalkan segera kantor. Bawa semua dokumen dan alat melaporkan ke atas jika ada sesuatu. Jika ada yang mencuriga­ jaga-jaga atas segala kemungkinan. Minta mereka mengawasi dan ”Pastikan kau baik-baik saja, Meg. Minta security gedung ber­ ”Sementara dua pekerjaan itu.” Aku menghela napas perlahan. kerja. Kau bisa berpindah ke kantor darurat, ruangan kerja Kris kan, kautinggalkan segera kantor. Bawa semua dokumen dan alat melaporkan ke atas jika ada sesuatu. Jika ada yang mencuriga­ jaga-jaga atas segala kemungkinan. Minta mereka mengawasi dan ”Pastikan kau baik-baik saja, Meg. Minta security gedung ber­ ”Sementara dua pekerjaan itu.” Aku menghela napas perlahan. kerja. Kau bisa berpindah ke kantor darurat, ruangan kerja Kris kan, kautinggalkan segera kantor. Bawa semua dokumen dan alat melaporkan ke atas jika ada sesuatu. Jika ada yang mencuriga­ jaga-jaga atas segala kemungkinan. Minta mereka mengawasi dan ”Pastikan kau baik-baik saja, Meg. Minta security gedung ber­ dan stafnya.” kerja. Kau bisa berpindah ke kantor darurat, ruangan kerja Kris kan, kautinggalkan segera kantor. Bawa semua dokumen dan alat melaporkan ke atas jika ada sesuatu. Jika ada yang mencuriga­ jaga-jaga atas segala kemungkinan. Minta mereka mengawasi dan ”Pastikan kau baik-baik saja, Meg. Minta security gedung ber­ dan stafnya.” kerja. Kau bisa berpindah ke kantor darurat, ruangan kerja Kris kan, kautinggalkan segera kantor. Bawa semua dokumen dan alat melaporkan ke atas jika ada sesuatu. Jika ada yang mencuriga­ jaga-jaga atas segala kemungkinan. Minta mereka mengawasi dan ”Pastikan kau baik-baik saja, Meg. Minta security gedung ber­ dan stafnya.” kerja. Kauatas bisa berpindah ke sesuatu. kantor darurat, ruangan kerja kan, kautinggalkan kantor. Bawa semua dokumen danKris alat melaporkan kesegala atassegera jika ada Jika ada yang mencuriga­ jaga-jaga kemungkinan. Minta mereka mengawasi dan ”Pastikan kau baik-baik saja, Meg. Minta security gedung ber­



dibanding level pendidikan dan nilai akademis.” Aku tertawa Maggie berubah. sebenarnya seberapa serius, Thomas?” Intonasi suara atau ditangkap. Tapi tenang, kabar baiknya, kau baki, ”Ini sama seriusnya seperti tahun lalu, Meg. Kau bisa ditem­ sudah berpengalaman, bukan? Pengalaman selalu lebih penting dibanding level pendidikan dan nilai akademis.” Aku tertawa Maggie berubah. ”Inidikejar, sebenarnya seberapa serius, Thomas?” Intonasi suara atau ditangkap. Tapi tenang, kabar baiknya, kau baki, dikejar, sudah berpengalaman, bukan? Pengalaman selalu lebih penting ”Ini sama seriusnya seperti tahun lalu, Meg. Kau bisa ditem­ dibanding level pendidikan dan nilai akademis.” Aku tertawa Maggie berubah. sebenarnya seberapa serius, Thomas?” Intonasi suara Pengalaman selalu lebih penting atau ditangkap. Tapi tenang, kabar baiknya, kau baki, dikejar, ”Ini sama seriusnya seperti tahun lalu, Meg. Kau bisa ditem­ dibanding level pendidikan dan nilai akademis.” Aku tertawa Maggie berubah. sebenarnya seberapa serius, Thomas?” Intonasi suara sudah berpengalaman, bukan? Pengalaman selalu lebih penting atau ditangkap. Tapi tenang, kabar baiknya, kau baki, dikejar, kecil, mencoba bergurau. ”Ini sama seriusnya seperti tahun lalu, Meg. Kau bisa ditem­ dibanding level pendidikan dan nilai akademis.” Aku tertawa Maggie berubah. sudah berpengalaman, bukan? Pengalaman selalu lebih penting atau ditangkap. Tapi tenang, kabar baiknya, kau baki, dikejar, kecil, mencoba bergurau. ”Ini sama seriusnya seperti tahun lalu, Meg. Kau bisa ditem­ Maggie berubah. sudah berpengalaman, bukan? Pengalaman selalu lebih penting atau ditangkap. Tapi tenang, kabar baiknya, kau baki, dikejar, dibanding level pendidikan dan nilai akademis.” Aku tertawa kecil, mencoba bergurau. ”Ini sama seriusnya seperti tahun lalu, Meg. Kau bisa ditem­ Maggie berubah. sudah berpengalaman, bukan? Pengalaman selalu lebih penting dibanding level pendidikan dan nilai akademis.” Aku tertawa atau ditangkap. Tapi tenang, kabar baiknya, kau baki, dikejar, kecil, mencoba bergurau. ”Ini sama seriusnya seperti tahun lalu, Meg. Kau bisa ditem­ Maggie berubah. akademis.” Aku tertawa sudah berpengalaman, bukan? Pengalaman selalu lebih penting atau ditangkap. Tapi tenang, kabar baiknya, kau baki, dikejar, kecil, mencoba bergurau. ”Ini sama seriusnya seperti tahun lalu, Meg. Kau bisa ditem­ Maggie berubah. dibanding level pendidikan dan nilai akademis.” Aku tertawa sudah berpengalaman, bukan? Pengalaman selalu lebih penting ”Tidak lucu, Thom. Aku seharusnya meminta kenaikan gaji atau ditangkap. Tapi tenang, kabar baiknya, kau baki, dikejar, kecil, mencoba bergurau. ”Ini sama seriusnya seperti tahun lalu, Meg. Kau bisa ditem­ dibanding level pendidikan dan nilai akademis.” Aku tertawa sudah berpengalaman, bukan? Pengalaman selalu lebih penting ”Tidak lucu, Thom. Aku seharusnya meminta kenaikan gaji atau ditangkap. Tapi tenang, kabar baiknya, kau baki, dikejar, ”Ini sama seriusnya seperti tahun lalu, Meg. Kau bisa ditem­ dibanding level pendidikan dan nilai akademis.” Aku tertawa sudah berpengalaman, bukan? Pengalaman selalu lebih penting kecil, mencoba bergurau. ”Tidak lucu, Thom. Aku seharusnya meminta kenaikan gaji atau ditangkap. Tapi tenang, kabar baiknya, kau baki, dikejar, ”Ini sama seriusnya seperti tahun lalu, Meg. Kau bisa ditem­ dibanding level pendidikan dan nilai akademis.” Aku tertawa kecil, mencoba bergurau. sudah berpengalaman, bukan? Pengalaman selalu lebih penting ”Tidak lucu, Thom. Aku seharusnya meminta kenaikan gaji atau ditangkap. Tapi tenang, kabar baiknya, kau baki, dikejar, ”Ini sama seriusnya seperti tahun lalu, Meg. Kau bisa ditem­ dibanding level pendidikan dan nilai akademis.” Aku tertawa sudah berpengalaman, bukan? Pengalaman selalu lebih penting ”Tidak lucu, Thom. Aku seharusnya meminta kenaikan gaji atau ditangkap. Tapi tenang, kabar baiknya, kau baki, dikejar, ”Ini sama seriusnya seperti tahun lalu, Meg. Kau bisa ditem­ kecil, mencoba bergurau. dibanding level pendidikan dan nilai akademis.” Aku tertawa dua kali lipat untuk semua ini. Tidak ada dalam job desc-ku ter­ sudah berpengalaman, bukan? Pengalaman selalu lebih penting ”Tidak lucu, Thom. Aku seharusnya meminta kenaikan gaji atau ditangkap. Tapi tenang, kabar baiknya, kau baki, dikejar, kecil, mencoba bergurau. dibanding level pendidikan dan nilai akademis.” Aku tertawa dua kali lipat untuk semua ini. Tidak ada dalam job desc-ku ter­ sudah berpengalaman, bukan? Pengalaman selalu lebih penting atau ditangkap. Tapi tenang, kabar baiknya, kau baki, dikejar, kecil, mencoba bergurau. dibanding level pendidikan dan nilai akademis.” Aku tertawa ”Tidak lucu, Thom. Aku seharusnya meminta kenaikan gaji dua kali lipat untuk semua ini. Tidak ada dalam job desc-ku ter­ sudah berpengalaman, bukan? Pengalaman selalu lebih penting atau ditangkap. Tapi tenang, kabar baiknya, kau baki, dikejar, kecil, mencoba bergurau. ”Tidak lucu, Thom. Aku seharusnya meminta kenaikan gaji dibanding level pendidikan dan nilai akademis.” Aku tertawa dua kali lipat untuk semua ini. Tidak ada dalam job desc-ku ter­ sudah berpengalaman, bukan? Pengalaman selalu lebih penting atau ditangkap. Tapi tenang, kabar baiknya, kau baki, dikejar, meminta kenaikan gaji kecil, mencoba bergurau. dibanding level pendidikan dan nilai akademis.” Aku tertawa dua kali lipat untuk semua ini. Tidak ada dalam job desc-ku ter­ sudah berpengalaman, bukan? Pengalaman selalu lebih penting atau ditangkap. Tapi tenang, kabar baiknya, kau baki, dikejar, ”Tidak lucu, Thom. Aku seharusnya meminta kenaikan gaji kecil, mencoba bergurau. tulis bekerja lembur saat long weekend,” Maggie menjawab datar dibanding level pendidikan dan nilai akademis.” Aku tertawa dua kali lipat untuk semua ini. Tidak ada dalam joblebih desc-ku ter­ sudah berpengalaman, bukan? Pengalaman selalu penting ”Tidak lucu, Thom. Aku seharusnya meminta kenaikan gaji kecil, mencoba bergurau. tulis bekerja lembur saat long weekend,” Maggie menjawab datar dibanding level pendidikan dan nilaiada akademis.” Aku tertawa sudah berpengalaman, bukan? Pengalaman selalu lebih penting ”Tidak lucu, Thom. Aku seharusnya meminta kenaikan gaji kecil, mencoba bergurau. dua kali lipat untuk semua ini. Tidak dalam job desc-ku ter­ tulis bekerja lembur saat long weekend,” Maggie menjawab datar dibanding level pendidikan dan nilai akademis.” Aku tertawa sudah berpengalaman, bukan? Pengalaman selalu lebih penting ”Tidak lucu, Thom. Aku seharusnya meminta kenaikan gaji dua kali lipat untuk semua ini. Tidak ada dalam job desc-ku ter­ kecil, mencoba bergurau. tulis bekerja lembur saat long weekend,” Maggie menjawab datar dibanding level pendidikan dan nilai akademis.” Aku tertawa sudah berpengalaman, bukan? Pengalaman selalu lebih penting ada dalam job desc-ku ter­ ”Tidak lucu, Thom. Aku seharusnya meminta kenaikan gaji kecil, mencoba bergurau. tulis bekerja lembur saat long weekend,” Maggie menjawab datar dibanding level pendidikan dan nilai akademis.” Aku tertawa sudah berpengalaman, bukan? Pengalaman selalu lebih penting dua kali lipat untuk semua ini. Tidak ada dalam job desc-ku ter­ ”Tidak lucu, Thom. Aku seharusnya meminta kenaikan gaji gurauanku. Dari speaker telepon terdengar samar suara pintu kecil, mencoba bergurau. tulis bekerja lembur saat long weekend,” Maggie menjawab datar dibanding level pendidikan dan nilai akademis.” Aku tertawa dua kali lipat untuk semua ini. Tidak ada dalam job desc-ku ter­ ”Tidak lucu, Thom. Aku seharusnya meminta kenaikan gaji gurauanku. Dari speaker telepon terdengar samar suara pintu kecil, mencoba bergurau. dibanding level pendidikan dan nilai akademis.” Aku tertawa dua kali lipat untuk semua ini. Tidak ada dalam job desc-ku ter­ ”Tidak lucu, Thom. Aku seharusnya meminta kenaikan gaji tulis bekerja lembur saat long weekend,” Maggie menjawab datar gurauanku. Dari speaker telepon terdengar samar suara pintu kecil, mencoba bergurau. dibanding level pendidikan dan nilai akademis.” Aku tertawa dua kali lipat untuk semua ini. Tidak ada dalam job desc-ku ter­ tulis bekerja lembur saat long weekend,” Maggie menjawab datar ”Tidak lucu, Thom. Aku seharusnya meminta kenaikan gaji gurauanku. Dari speaker telepon terdengar samar suara pintu kecil, mencoba bergurau. dibanding level pendidikan dan nilai akademis.” Aku tertawa tulis bekerja lembur saat long weekend,” Maggie menjawab datar dua kali lipat untuk semua ini. Tidak ada dalam job desc-ku ter­ ”Tidak lucu, Thom. Aku seharusnya meminta kenaikan gaji gurauanku. Dari speaker telepon terdengar samar suara pintu kecil, mencoba bergurau. dibanding level pendidikan dan nilai akademis.” Aku tertawa tulis bekerja lembur saat long weekend,” Maggie menjawab datar dua kali lipat untuk semua ini. Tidak ada dalam job desc-ku ter­ ditutup, sepertinya dia naik ke kendaraan, dia bicara selintas ”Tidak lucu, Thom. Aku seharusnya meminta kenaikan gaji gurauanku. Dari speaker telepon terdengar samar suara pintu kecil, mencoba bergurau. tulis bekerja lembur saat long weekend,” Maggie menjawab datar dua kali lipat untuk semua ini. Tidak ada dalam job desc-ku ter­ ditutup, sepertinya dia naik ke kendaraan, dia bicara selintas ”Tidak lucu, Thom. Aku seharusnya meminta kenaikan gaji kecil, mencoba bergurau. tulis bekerja lembur saat long weekend,” Maggie menjawab datar dua kali lipat untuk semua ini. Tidak ada dalam job desc-ku ter­ gurauanku. Dari speaker telepon terdengar samar suara pintu ditutup, sepertinya dia naik ke kendaraan, dia bicara selintas ”Tidak lucu, Thom. Aku seharusnya meminta kenaikan gaji kecil, mencoba bergurau. tulis bekerja lembur saat long weekend,” Maggie menjawab datar gurauanku. Dari speaker telepon terdengar samar suara pintu dua kali lipat untuk semua ini. Tidak ada dalam job desc-ku ter­ ditutup, sepertinya dia naik ke kendaraan, dia bicara selintas ”Tidak lucu, Thom. Aku seharusnya meminta kenaikan gaji kecil, mencoba bergurau. gurauanku. Dari speaker telepon terdengar samar suara pintu tulis bekerja lembur saat long weekend,” Maggie menjawab datar dua kali lipat untuk semua ini. Tidak ada dalam job desc-ku ter­ ditutup, sepertinya dia naik ke kendaraan, dia bicara selintas ”Tidak lucu, Thom. Aku seharusnya meminta kenaikan gaji kecil, mencoba bergurau. gurauanku. Dari speaker telepon terdengar samar suara pintu tulis bekerja lembur saat long weekend,” Maggie menjawab datar dengan seseorang. dua kali lipat untuk semua ini. Tidak ada dalam job desc-ku ter­ ditutup, sepertinya dia naik ke kendaraan, dia bicara selintas ”Tidak lucu, Thom. Aku seharusnya meminta kenaikan gaji gurauanku. Dari speaker telepon terdengar samar suara pintu tulis bekerja lembur saat long weekend,” Maggie menjawab datar dengan seseorang. dua kali lipat untuk semua ini. Tidak ada dalam job desc-ku ter­ ”Tidak lucu, Thom. Aku seharusnya meminta kenaikan gaji gurauanku. Dari speaker telepon terdengar samar suara pintu tulis bekerja lembur saat long weekend,” Maggie menjawab datar ditutup, sepertinya dia naik ke kendaraan, dia bicara selintas dengan seseorang. dua kali lipat untuk semua ini. Tidak ada dalam job desc-ku ter­ ”Tidak lucu, Thom. Aku seharusnya meminta kenaikan gaji gurauanku. Dari speaker telepon terdengar samar suara pintu ditutup, sepertinya dia naik ke kendaraan, dia bicara selintas tulis bekerja lembur saat long weekend,” Maggie menjawab datar dengan seseorang. dua kali lipat untuk semua ini. Tidak ada dalam job desc-ku ter­ ”Tidak lucu, Thom. Aku seharusnya meminta kenaikan gaji ditutup, sepertinya dia naik ke kendaraan, dia bicara selintas gurauanku. Dari speaker telepon terdengar samar suara pintu tulis bekerja lembur saat long weekend,” Maggie menjawab datar dengan seseorang. dua kali lipat untuk semua ini. Tidak ada dalam job desc-ku ter­ ”Tidak lucu, Thom. Aku seharusnya meminta kenaikan gaji ditutup, sepertinya dia naik ke kendaraan, dia bicara selintas gurauanku. Dari speaker telepon terdengar samar suara pintu ”Itu mudah. Akan kunaikkan gajimu, termasuk bonus per­ tulis bekerja lembur saat long weekend,” Maggie menjawab datar dengan seseorang. dua kali lipat untuk semua ini. Tidak ada dalam job desc-ku ter­ ditutup, sepertinya dia naik ke kendaraan, dia bicara selintas gurauanku. Dari speaker telepon terdengar samar suara pintu ”Itu mudah. Akan kunaikkan gajimu, termasuk bonus per­ tulis bekerja lembur saat long weekend,” Maggie menjawab datar dua kali lipat untuk semua ini. Tidak ada dalam job desc-ku ter­ ditutup, sepertinya dia naik ke kendaraan, dia bicara selintas gurauanku. Dari speaker telepon terdengar samar suara pintu dengan seseorang. ”Itu mudah. Akan kunaikkan gajimu, termasuk bonus per­ tulis bekerja lembur saat long weekend,” Maggie menjawab datar dua kali lipat untuk semua ini. Tidak ada dalam job desc-ku ter­ ditutup, sepertinya dia naik ke kendaraan, dia bicara selintas dengan seseorang. gurauanku. Dari speaker telepon terdengar samar suara pintu ”Itu mudah. Akan kunaikkan gajimu, termasuk bonus per­ tulis bekerja lembur saat long weekend,” Maggie menjawab datar dua kali lipat untuk semua ini. Tidak ada dalam job desc-ku ter­ dengan seseorang. ditutup, sepertinya dia naik ke kendaraan, dia bicara selintas gurauanku. Dari speaker telepon terdengar samar suara pintu mudah. Akan kunaikkan gajimu, termasuk bonus per­ tulis bekerja lembur saat long weekend,” Maggie menjawab datar dua”Itu kali lipat untuk semua ini.Madrid, Tidak ada dalam job desc-ku ter­ dengan seseorang. ditutup, sepertinya dia naik ke kendaraan, dia bicara selintas jalanan liburan. Dua tiket ke misalnya. Setidaknya kau gurauanku. Dari speaker telepon terdengar samar suara pintu ”Itu mudah. Akan kunaikkan gajimu, termasuk bonus per­ tulis bekerja lembur saat long weekend,” Maggie menjawab datar dengan seseorang. ditutup, sepertinya dia naik ke kendaraan, dia bicara selintas jalanan liburan. Dua tiket ke misalnya. Setidaknya kau gurauanku. Dari speaker telepon terdengar samar suara pintu tulis bekerja lembur saat long weekend,” Maggie menjawab datar dengan seseorang. ditutup, sepertinya dia naik ke kendaraan, dia bicara selintas ”Itu mudah. Akan kunaikkan gajimu, termasuk bonus per­ jalanan liburan. Dua tiket ke Madrid, Madrid, misalnya. Setidaknya kau gurauanku. Dari speaker telepon terdengar samar suara pintu tulis bekerja lembur saat long weekend,” Maggie menjawab datar dengan seseorang. ”Itu mudah. Akan kunaikkan gajimu, termasuk bonus per­ ditutup, sepertinya dia naik ke kendaraan, dia bicara selintas jalanan liburan. Dua tiket ke Madrid, misalnya. Setidaknya kau gurauanku. Dari speaker telepon terdengar samar suara pintu tulis bekerja lembur saat long weekend,” Maggie menjawab datar ”Itu mudah. Akan kunaikkan gajimu, termasuk bonus per­ dengan seseorang. ditutup, sepertinya dia naik ke kendaraan, dia bicara selintas jalanan liburan. Dua tiket ke Madrid, misalnya. Setidaknya kau gurauanku. Dari speaker telepon terdengar samar suara pintu tulis bekerja lembur saat long weekend,” Maggie menjawab datar ”Itu mudah. Akan kunaikkan gajimu, termasuk bonus per­ dengan seseorang. tidak harus berpura-pura liburan, nyatanya sedang tiduran se­ ditutup, sepertinya dia naik ke kendaraan, kendaraan, diaSetidaknya bicara selintas jalanan liburan. Dua tiket ke Madrid, misalnya. Setidaknya kau gurauanku. Dari speaker telepon terdengar samar suara pintu ”Itu mudah. Akan kunaikkan gajimu, termasuk bonus per­ dengan seseorang. tidak berpura-pura liburan, nyatanya sedang tiduran se­ ditutup, sepertinya dia naik ke dia bicara selintas gurauanku. Dari speaker telepon terdengar samar suara pintu ”Ituharus mudah. Akan kunaikkan gajimu, termasuk bonus per­ dengan seseorang. jalanan liburan. Dua tiket ke Madrid, misalnya. kau tidak harus berpura-pura liburan, nyatanya sedang tiduran se­ ditutup, sepertinya dia naik ke kendaraan, dia bicara selintas gurauanku. Dari speaker telepon terdengar samar suara pintu ”Itu mudah. Akan kunaikkan gajimu, termasuk bonus per­ jalanan liburan. Dua tiket ke Madrid, misalnya. Setidaknya kau dengan seseorang. tidak harus berpura-pura liburan, nyatanya sedang tiduran se­ ditutup, sepertinya dia naik ke kendaraan, dia bicara selintas gurauanku. Dari speaker telepon terdengar samar suara pintu jalanan liburan. Dua tiket ke Madrid, misalnya. Setidaknya kau ”Itu mudah. Akan kunaikkan gajimu, termasuk bonus per­ dengan seseorang. tidak harus berpura-pura liburan, nyatanya sedang tiduran se­ ditutup, sepertinya dia naik ke kendaraan, dia bicara selintas gurauanku. Dari speaker telepon terdengar samar suara pintu jalanan liburan. Dua tiket ke Madrid, misalnya. Setidaknya kau ”Itu mudah. Akan kunaikkan gajimu, termasuk bonus per­ di kamar.” panjang hari dengan seseorang. tidak harus berpura-pura liburan, nyatanya sedang tiduran se­ ditutup, sepertinya dia naik ke kendaraan, dia bicara selintas jalanan liburan. Dua tiket ke Madrid, misalnya. Setidaknya kau ”Itu mudah. Akan kunaikkan gajimu, termasuk bonus per­ di kamar.” panjang hari dengan seseorang. ditutup, sepertinya dia naik ke kendaraan, dia bicara selintas jalanan liburan. Dua tiket ke Madrid, misalnya. Setidaknya kau tidak harus berpura-pura liburan, nyatanya sedang tiduran se­ ”Itu mudah. Akan kunaikkan gajimu, termasuk bonus per­ di kamar.” panjang hari dengan seseorang. ditutup, sepertinya dia naik ke kendaraan, dia bicara selintas jalanan liburan. Dua tiket ke Madrid, misalnya. Setidaknya kau tidak harus berpura-pura liburan, nyatanya sedang tiduran se­ ”Itu mudah. Akan kunaikkan gajimu, termasuk bonus per­ di kamar.” panjang hari dengan seseorang. ditutup, sepertinya dia naik ke kendaraan, dia bicara selintas tidak harus berpura-pura liburan, nyatanya sedang tiduran se­ jalanan liburan. Dua tiket ke Madrid, misalnya. Setidaknya kau ”Itu mudah. Akan kunaikkan gajimu, termasuk bonus per­ di kamar.” panjang hari dengan seseorang. ditutup, sepertinya dia naik ke kendaraan, dia bicara selintas tidak harus berpura-pura liburan, nyatanya sedang tiduran se­ jalanan liburan. Dua tiket ke Madrid, misalnya. Setidaknya kau Maggie mendengus, kalike iniMadrid, tidak menjawab. ”Ituharus mudah. Akan kunaikkan gajimu, termasuk bonus per­ di kamar.” kamar.” panjang hari dengan seseorang. tidak berpura-pura liburan, nyatanya sedang tiduran se­ jalanan liburan. Dua tiket misalnya. Setidaknya kau Maggie mendengus, kali ini tidak menjawab. ”Itu mudah. Akan kunaikkan gajimu, termasuk bonus per­ dengan seseorang. tidak harus berpura-pura liburan, nyatanya sedang tiduran se­ di panjang hari jalanan liburan. Dua tiket ke Madrid, misalnya. Setidaknya kau Maggie mendengus, kali ini tidak menjawab. ”Itu mudah. Akan kunaikkan gajimu, termasuk bonus per­ dengan seseorang. di kamar.” panjang hari tidak harus berpura-pura liburan, nyatanya sedang tiduran se­ jalanan liburan. Dua tiket ke Madrid, misalnya. Setidaknya kau Maggie mendengus, kali ini tidak menjawab. ”Itu mudah. Akan kunaikkan gajimu, termasuk bonus per­ dengan seseorang. di kamar.” panjang hari tidak harus berpura-pura liburan, nyatanya sedang tiduran se­ jalanan liburan. Dua tiket ke Madrid, misalnya. Setidaknya kau Maggie mendengus, kali ini tidak menjawab. ”Itu mudah. Akan kunaikkan gajimu, termasuk bonus per­ dengan seseorang. di kamar.” panjang hari tidak harus berpura-pura liburan, nyatanya sedang tiduran se­ ”Nah, setengah jam lagi semoga kau sudah di kantor, Meg. jalanan liburan. Dua tiket ke Madrid, misalnya. Setidaknya kau Maggie mendengus, kali ini tidak menjawab. ”Itu mudah. Akan kunaikkan gajimu, termasuk bonus per­ di kamar.” panjang hari tidak harus berpura-pura liburan, nyatanya sedang tiduran se­ ”Nah, setengah jam lagi semoga kau sudah di kantor, Meg. jalanan liburan. Dua tiket ke Madrid, misalnya. Setidaknya kau ”Itu mudah. Akan kunaikkan gajimu, termasuk bonus per­ Maggie mendengus, kali ini tidak menjawab. di kamar.” panjang hari tidak harus berpura-pura liburan, nyatanya sedang tiduran se­ ”Nah, setengah jam lagi semoga kau sudah di kantor, Meg. jalanan liburan. Dua tiket ke Madrid, misalnya. Setidaknya kau ”Itu mudah. Akan kunaikkan gajimu, termasuk bonus per­ Maggie mendengus, kali ini tidak menjawab. di kamar.” panjang hari tidak harus berpura-pura liburan, nyatanya sedang tiduran se­ ”Nah, setengah jam lagi semoga kau sudah di kantor, Meg. jalanan liburan. Dua tiket ke Madrid, misalnya. Setidaknya kau ”Itu mudah. Akan kunaikkan gajimu, termasuk bonus per­ Maggie mendengus, kali ini tidak menjawab. di kamar.” panjang hari tidak harus berpura-pura liburan, nyatanya sedang tiduran se­ ”Nah, setengah jam lagi semoga kau sudah di kantor, Meg. jalanan liburan. Dua tiket ke Madrid, misalnya. Setidaknya kau ”Itu mudah. Akan kunaikkan gajimu, termasuk bonus per­ Maggie mendengus, kali ini tidak menjawab. di kamar.” panjang hari Kita membutuhkan seluruh waktu yang ada. Dua jam lagi saat tidak harus berpura-pura liburan, nyatanya sedang tiduran se­ ”Nah, setengah jam lagi semoga kau sudah di kantor, Meg. jalanan liburan. Dua tiket ke Madrid, misalnya. Setidaknya kau Maggie mendengus, kali ini tidak menjawab. di kamar.” panjang hari Kita membutuhkan seluruh waktu yang ada. Dua jam lagi saat tidak harus berpura-pura liburan, nyatanya sedang tiduran se­ jalanan liburan. Dua tiket ke Madrid, misalnya. Setidaknya kau ”Nah, setengah jam lagi semoga kau sudah di kantor, Meg. Maggie mendengus, kali ini tidak menjawab. di kamar.” panjang hari Kita membutuhkan seluruh waktu yang ada. Dua jam lagi saat tidak harus berpura-pura liburan, nyatanya sedang tiduran se­ jalanan liburan. Dua tiket ke Madrid, misalnya. Setidaknya kau ”Nah, setengah jam lagi semoga kau sudah di kantor, Meg. Maggie mendengus, kali ini tidak menjawab. di kamar.” panjang hari Kita membutuhkan seluruh waktu yang ada. Dua jam lagi saat tidak harus berpura-pura liburan, nyatanya sedang tiduran se­ jalanan liburan. Dua tiket ke Madrid, misalnya. Setidaknya kau ”Nah, setengah jam lagi semoga kau sudah di kantor, Meg. Maggie mendengus, kali ini tidak menjawab. di kamar.” panjang hari Kita membutuhkan seluruh waktu yang ada. Dua jam lagi saat tidak harus berpura-pura liburan, nyatanya sedang tiduran se­ jalanan liburan. Dua tiket ke Madrid, misalnya. Setidaknya kau ”Nah, setengah jam lagi semoga kau sudah di kantor, Meg. Maggie mendengus, kali ini tidak menjawab. tiba di Jakarta, aku harap kau sudah mengirimkan lokasi per­ di kamar.” panjang hari Kita membutuhkan seluruh waktu yang ada. Dua jam lagi saat tidak harus berpura-pura liburan, nyatanya sedang tiduran se­ ”Nah, setengah jam lagi semoga kau sudah di kantor, Meg. Maggie mendengus, kali ini tidak menjawab. tiba di Jakarta, aku harap kau sudah mengirimkan lokasi per­ di kamar.” panjang hari tidak harus berpura-pura liburan, nyatanya sedang tiduran se­ Kita membutuhkan seluruh waktu yang ada. Dua jam lagi saat ”Nah, setengah jam lagi semoga kau sudah di kantor, Meg. Maggie mendengus, kali ini tidak menjawab. tiba di Jakarta, aku harap kau sudah mengirimkan lokasi per­ di kamar.” panjang hari tidak harus berpura-pura liburan, nyatanya sedang tiduran se­ Kita membutuhkan seluruh waktu yang ada. Dua jam lagi saat ”Nah, setengah jam lagi semoga kau sudah di kantor, Meg. Maggie mendengus, kali ini tidak menjawab. tiba di Jakarta, aku harap kau sudah mengirimkan lokasi per­ di kamar.” panjang hari tidak harus berpura-pura liburan, nyatanya sedang tiduran se­ Kita membutuhkan seluruh waktu yang ada. Dua jam lagi saat ”Nah, setengah jam lagi semoga kau sudah di kantor, Meg. Maggie mendengus, kali ini tidak menjawab. tiba di Jakarta, aku harap kau sudah mengirimkan lokasi per­ di kamar.” panjang hari tidak harus berpura-pura liburan, nyatanya sedang tiduran se­ Kita membutuhkan seluruh waktu yang ada. Dua jam lagi saat ”Nah, setengah jam lagi semoga kau sudah di kantor, Meg. temuan itu.” Maggie mendengus, kali ini tidak menjawab. tiba di Jakarta, aku harap kau sudah mengirimkan lokasi per­ di kamar.” panjang hari Kita membutuhkan seluruh waktu yang ada. Dua jam lagi saat ”Nah, setengah jam lagi semoga kau sudah di kantor, Meg. temuan itu.” Maggie mendengus, kali ini tidak menjawab. di kamar.” panjang hari tiba di Jakarta, aku harap kau sudah mengirimkan lokasi per­ Kita membutuhkan seluruh waktu yang ada. Dua jam lagi saat ”Nah, setengah jam lagi semoga kau sudah di kantor, Meg. temuan itu.” Maggie mendengus, kali ini tidak menjawab. di kamar.” panjang hari tiba di Jakarta, aku harap kau sudah mengirimkan lokasi per­ Kita membutuhkan seluruh waktu yang ada. Dua jam lagi saat ”Nah, setengah jam lagi semoga kau sudah di kantor, Meg. temuan itu.” Maggie mendengus, kali ini tidak menjawab. di kamar.” panjang hari tiba di Jakarta, aku harap kau sudah mengirimkan lokasi per­ Kita membutuhkan seluruh waktu yang ada. Dua jam lagi saat ”Nah, setengah jam lagi semoga kau sudah di kantor, Meg. temuan itu.” Maggie mendengus, kali ini tidak menjawab. di kamar.” panjang hari tiba di Jakarta, aku harap kau sudah mengirimkan lokasi per­ Kita membutuhkan seluruh waktu yang ada. detik Dua jam lagi saat ”Aku bahkan sudah di taksi beberapa lalu, Thom.” ”Nah, setengah jam lagi semoga kau sudah di Meg. temuan itu.” Maggie mendengus, kali ini tidak menjawab. tiba di Jakarta, aku harap kau sudah mengirimkan lokasi per­ Kita membutuhkan seluruh waktu yang ada. Dua jam lagi saat ”Aku bahkan sudah di atas taksi beberapa detik lalu, Thom.” ”Nah, setengah jam lagiatas semoga kau sudah di kantor, kantor, Meg. Maggie mendengus, kali ini tidak menjawab. temuan itu.” tiba di Jakarta, aku harap kau sudah mengirimkan lokasi per­ Kita membutuhkan seluruh waktu yang ada. Dua jam lagi saat ”Aku bahkan sudah di atas taksi beberapa detik lalu, Thom.” ”Nah, setengah jam lagi semoga kau sudah di kantor, Meg. Maggie mendengus, kali ini tidak menjawab. temuan itu.” tiba di Jakarta, aku harap kau sudah mengirimkan lokasi per­ Kita membutuhkan seluruh waktu yang ada. Dua jam lagi saat ”Aku bahkan sudah di atas taksi beberapa detik lalu, Thom.” ”Nah, setengah jam lagi semoga kau sudah di kantor, Meg. Maggie mendengus, kali ini tidak menjawab. temuan itu.” tiba di Jakarta, aku harap kau sudah mengirimkan lokasi per­ Kita membutuhkan seluruh waktu yang ada. Dua jam lagi saat ”Aku bahkan sudah di atas taksi beberapa detik lalu, Thom.” ”Nah, setengah jam lagi semoga kau sudah di kantor, Meg. Maggie mendengus, kali ini tidak menjawab. temuan itu.” tiba di Jakarta, aku harap kau sudah mengirimkan lokasi per­ Itu benar, Maggie selalu bisa kuandalkan. Dia sama gesitnya, Kita membutuhkan seluruh waktu yang ada. Dua jam lagi saat ”Aku bahkan sudah di atas taksi beberapa detik lalu, Thom.” ”Nah, setengah jam lagi semoga kaumengirimkan sudah disama kantor, Meg. temuan itu.” tiba di Jakarta, aku harap kau sudah mengirimkan lokasi per­ Itu benar, Maggie selalu bisa kuandalkan. Dia gesitnya, Kita membutuhkan seluruh waktu yang ada. Dua jam lagi saat ”Aku bahkan sudah di atas taksi beberapa detik lalu, Thom.” ”Nah, setengah jam lagi semoga kau sudah di kantor, Meg. temuan itu.” tiba di Jakarta, aku harap kau sudah lokasi per­ Itu benar, Maggie selalu bisa kuandalkan. Dia sama gesitnya, Kita membutuhkan seluruh waktu yang ada. Dua jam lagi saat ”Nah, setengah jam lagi semoga kau sudah di kantor, Meg. ”Aku bahkan sudah di atas taksi beberapa detik lalu, Thom.” temuan itu.” tiba di Jakarta, aku harap kau sudah mengirimkan lokasi per­ Itu benar, Maggie selalu bisa kuandalkan. Dia sama gesitnya, Kita membutuhkan seluruh waktu yang ada. Dua jam lagi saat ”Nah, setengah jam lagi semoga kau sudah di kantor, Meg. ”Aku bahkan sudah di atas taksi beberapa detik lalu, Thom.” temuan itu.” tiba di Jakarta, aku harap kau sudah mengirimkan lokasi per­ Itu benar, Maggie selalu bisa kuandalkan. Dia sama gesitnya, Kita membutuhkan seluruh waktu yang ada. Dua jam lagi saat ”Nah, setengah jam lagi semoga kau sudah di kantor, Meg. ”Aku bahkan sudah di atas taksi beberapa detik lalu, Thom.” temuan itu.” berpikir beberapa langkah ke depan sepertiku. Enam tahun tiba di Jakarta, aku harap kau sudah mengirimkan lokasi per­ Itu benar, Maggie selalu bisa kuandalkan. Dia sama gesitnya, Kita membutuhkan seluruh waktu yang ada. Dua jam lagi saat ”Aku bahkan sudah di atas taksi beberapa detik lalu, Thom.” temuan itu.” berpikir beberapa langkah ke depan sepertiku. Enam tahun tiba di Jakarta, aku harap kau sudah mengirimkan lokasi per­ Itu benar, Maggie selalu bisa kuandalkan. Dia sama gesitnya, Kita membutuhkan seluruh waktu yang ada. Dua jam lagi saat ”Aku bahkan sudah di atas taksi beberapa detik lalu, Thom.” temuan itu.” berpikir beberapa langkah ke depan sepertiku. Enam tahun tiba di Jakarta, aku harap kau sudah mengirimkan lokasi per­ Itu benar, Maggie selalu bisa kuandalkan. Dia sama gesitnya, Kita membutuhkan seluruh waktu yang ada. Dua jam lagi saat ”Aku bahkan sudah di atas taksi beberapa detik lalu, Thom.” temuan itu.” berpikir beberapa langkah ke depan sepertiku. Enam tahun tiba di Jakarta, aku harap kau sudah mengirimkan lokasi per­ Kita membutuhkan seluruh waktu yang ada. Dua jam lagi saat Itu benar, Maggie selalu bisa kuandalkan. Dia sama gesitnya, ”Aku bahkan sudah di atas taksi beberapa detik lalu, Thom.” temuan itu.” berpikir beberapa langkah ke depan sepertiku. Enam tahun tiba di Jakarta, aku harap kau sudah mengirimkan lokasi per­ Kita membutuhkan seluruh waktu yang ada. Dua jam lagi saat Itu benar, Maggie selalu bisa kuandalkan. Dia sama gesitnya, ”Aku bahkan sudah di atas taksi beberapa detik lalu, Thom.” menjadi staf merangkap sekretaris, Maggie berkembang dengan temuan itu.” berpikir beberapa langkah ke depan sepertiku. Enam tahun tibaItu dibenar, Jakarta, aku harap kau sudah mengirimkan lokasi per­ Itu benar, Maggie selalu bisa kuandalkan. Dia sama gesitnya, ”Aku bahkan sudah di atas taksi beberapa detik lalu, Thom.” menjadi staf merangkap sekretaris, Maggie berkembang dengan berpikir beberapa langkah ke depan sepertiku. Enam tahun temuan itu.” tiba di Jakarta, aku harap kau sudah mengirimkan lokasi per­ Maggie selalu bisa kuandalkan. Dia sama gesitnya, ”Aku bahkan sudah di atas taksi beberapa detik lalu, Thom.” menjadi staf merangkap sekretaris, Maggie berkembang dengan temuan itu.” berpikir beberapa langkah ke depan sepertiku. Enam tahun tiba di Jakarta, aku harap kau sudah mengirimkan lokasi per­ Itu benar, Maggie selalu bisa kuandalkan. Dia sama gesitnya, ”Aku bahkan sudah di atas taksi beberapa detik lalu, Thom.” menjadi staf merangkap sekretaris, Maggie berkembang dengan temuan itu.” tiba di Jakarta, aku harap kau sudah mengirimkan lokasi per­ berpikir beberapa langkah ke depan sepertiku. Enam tahun Itu benar, Maggie selalu bisa kuandalkan. Dia sama gesitnya, ”Aku bahkan sudah di atas taksi beberapa detik lalu, Thom.” menjadi staf merangkap sekretaris, Maggie berkembang dengan temuan itu.” tiba di Jakarta, aku harap kau sudah mengirimkan lokasi per­ berpikir beberapa langkah ke depan sepertiku. Enam tahun Itu benar, Maggie selalu bisa kuandalkan. Dia sama gesitnya, baik. Dia bisa melakukan banyak hal secara simultan, termasuk ”Aku bahkan sudah di atas taksi beberapa detik lalu, Thom.” menjadi staf merangkap sekretaris, Maggie berkembang dengan temuan itu.” berpikir beberapa langkah ke depan sepertiku. Enam tahun Itu benar, Maggie selalu bisa kuandalkan. Dia sama gesitnya, baik. Dia bisa melakukan banyak hal secara simultan, termasuk menjadi staf merangkap sekretaris, Maggie berkembang dengan ”Aku bahkan sudah di atas taksi beberapa detik lalu, Thom.” temuan itu.” berpikir beberapa langkah ke depan sepertiku. Enam tahun Itu benar, Maggie selalu bisa kuandalkan. Dia sama gesitnya, baik. Dia bisa melakukan banyak hal secara simultan, termasuk ”Aku bahkan sudah di atas taksi beberapa detik lalu, Thom.” menjadi staf merangkap sekretaris, Maggie berkembang dengan temuan itu.” berpikir beberapa langkah ke depan sepertiku. Enam tahun Itu benar, Maggie selalu bisa kuandalkan. Dia sama gesitnya, baik. Dia bisa melakukan banyak hal secara simultan, termasuk ”Aku bahkan sudah di atas taksi beberapa detik lalu, Thom.” temuan itu.” menjadi staf merangkap sekretaris, Maggie berkembang dengan berpikir beberapa langkah ke depan sepertiku. Enam tahun Itu benar, Maggie selalu bisa kuandalkan. Dia sama gesitnya, baik. Dia bisa melakukan banyak hal secara simultan, termasuk ”Aku bahkan sudah di atas taksi beberapa detik lalu, Thom.” temuan itu.” menjadi staf merangkap sekretaris, Maggie berkembang dengan berpikir beberapa langkah ke depan sepertiku. Enam tahun seperti barusan: dia menerima telepon dengan head speaker, Itu benar, Maggie selalu bisa kuandalkan. Dia sama gesitnya, baik. Dia bisa melakukan banyak hal secara simultan, termasuk ”Aku bahkan sudah di atas taksi beberapa detik lalu, Thom.” menjadi staf merangkap sekretaris, Maggie berkembang dengan berpikir beberapa langkah ke depan sepertiku. Enam tahun baik. Dia bisa melakukan banyak hal secara simultan, termasuk seperti barusan: dia menerima telepon dengan head speaker, Itu benar, Maggie selalu bisa kuandalkan. Dia sama gesitnya, ”Aku bahkan sudah di atas taksi beberapa detik lalu, Thom.” menjadi staf merangkap sekretaris, Maggie berkembang dengan berpikir beberapa langkah ke depan sepertiku. Enam tahun seperti barusan: dia menerima telepon dengan head speaker, baik. Dia bisa melakukan banyak hal secara simultan, termasuk Itu benar, Maggie selalu bisa kuandalkan. Dia sama gesitnya, ”Aku bahkan sudah di atas taksi beberapa detik lalu, Thom.” menjadi staf merangkap sekretaris, Maggie berkembang dengan berpikir beberapa langkah ke depan sepertiku. Enam tahun seperti barusan: dia menerima telepon dengan head speaker, Itu benar, Maggie selalu bisa kuandalkan. Dia sama gesitnya, ”Aku bahkan sudah di atas taksi beberapa detik lalu, Thom.” baik. Dia bisa melakukan banyak hal secara simultan, termasuk menjadi staf merangkap sekretaris, Maggie berkembang dengan berpikir beberapa langkah ke depan sepertiku. Enam tahun seperti barusan: dia menerima telepon dengan head speaker, Itu benar, Maggie selalu bisa kuandalkan. Dia sama gesitnya, ”Aku bahkan sudah di atas taksi beberapa detik lalu, Thom.” baik. Dia bisa melakukan banyak hal secara simultan, termasuk menjadi staf merangkap sekretaris, Maggie berkembang dengan mencatat perintahku, mengambil tas kerja, meraih sweter dan berpikir beberapa langkah ke depan sepertiku. Enam tahun seperti barusan: dia menerima telepon dengan head speaker, Itu benar, Maggie selalu bisa kuandalkan. Dia sama gesitnya, baik. Dia bisa melakukan banyak hal secara simultan, termasuk menjadi staf merangkap sekretaris, Maggie berkembang dengan seperti barusan: dia menerima telepon dengan head speaker, mencatat perintahku, mengambil tas kerja, meraih sweter dan berpikir beberapa langkah ke depan sepertiku. Enam tahun Itu benar, Maggie selalu bisa kuandalkan. Dia sama gesitnya, baik. Dia bisa melakukan banyak hal secara simultan, termasuk menjadi staf merangkap sekretaris, Maggie berkembang dengan mencatat perintahku, mengambil tas kerja, meraih sweter dan seperti barusan: dia menerima telepon dengan head speaker, berpikir beberapa langkah ke depan sepertiku. Enam tahun Itu benar, Maggie selalu bisa kuandalkan. Dia sama gesitnya, baik. Dia bisa melakukan banyak hal secara simultan, termasuk menjadi staf merangkap sekretaris, Maggie berkembang dengan mencatat perintahku, mengambil tas kerja, meraih sweter dan berpikir beberapa ke kuandalkan. depan sepertiku. Enam tahun Itu Dia benar, selalu bisa Dia sama gesitnya, seperti barusan: dialangkah menerima telepon dengan head speaker, baik. bisaMaggie melakukan banyak hal secara simultan, termasuk



sopir tujuan perjalanan, menutup percakapan dengan kalimat lambaikan tangan ketelepon taksi yang melintas, naik taksi, berseru ke kemenutup kursi pesawat. Melirik jam di layar nyandarkan punggung syal, memasang sepatu, lantas berjalan cepat ke luar rumah, me­ Aku meletakkan genggam di atas meja. Kembali meyakinkan. sopir tujuan perjalanan, percakapan dengan kalimat lambaikan tangan ke taksi yang melintas, naik taksi, berseru ke ke kursi pesawat. Melirik jam di layar nyandarkan punggung syal, memasang sepatu, lantas berjalan cepat ke luar rumah, me­ Aku meletakkan telepon genggam di atas meja. Kembali meyakinkan. sopir tujuan perjalanan, menutup percakapan dengan kalimat lambaikan tangan ke taksi yang melintas, naik taksi, berseru ke ke kursi pesawat. Melirik jam di layar nyandarkan punggung syal, memasang sepatu, lantas berjalan cepat ke luar rumah, me­ Aku meletakkan telepon genggam di atas meja. Kembali sopir tujuan perjalanan, menutup percakapan dengan kalimat lambaikan tangan ke taksi yang melintas, naik taksi, berseru ke ke kursi pesawat. Melirik jam di layar nyandarkan punggung syal, memasang sepatu, lantas berjalan cepat ke luar rumah, me­ Aku meletakkan telepon genggam di atas meja. Kembali meyakinkan. sopir tujuan perjalanan, menutup percakapan dengan kalimat telepon, tengah hari persis, pukul 12.00. Itu berarti tidak lebih lambaikan tangan ke taksi yang melintas, naik taksi, berseru ke ke kursi pesawat. Melirik jam di layar nyandarkan punggung Aku meletakkan telepon genggam di atas meja. Kembali me­ meyakinkan. sopir tujuan perjalanan, menutup percakapan dengan kalimat telepon, tengah hari persis, pukul 12.00. Itu berarti tidak lebih lambaikan tangan ke taksi yang melintas, naik taksi, berseru ke ke kursi pesawat. Melirik jam di layar nyandarkan punggung Aku meletakkan telepon genggam di atas meja. Kembali me­ meyakinkan. sopir tujuan perjalanan, menutup percakapan dengan kalimat telepon, tengah hari persis, pukul 12.00. Itu berarti tidak lebih lambaikan tangan ke taksi yang melintas, naik taksi, berseru ke ke kursi pesawat. Melirik jam di layar nyandarkan punggung Aku meletakkan telepon genggam di atas meja. Kembali me­ meyakinkan. sopir tujuan perjalanan, menutup percakapan dengan kalimat telepon, tengah hari persis, pukul 12.00. Itu berarti tidak lebih lambaikan tangan ke taksi yang melintas, naik taksi, berseru ke ke kursi pesawat. Melirik jam di layar nyandarkan punggung meyakinkan. sopir tujuan perjalanan, menutup percakapan dengan kalimat Aku meletakkan telepon genggam di atas meja. Kembali me­ telepon, tengah hari persis, pukul 12.00. Itu berarti tidak lebih lambaikan tangan ke taksi yang melintas, naik taksi, berseru ke ke kursi pesawat. Melirik jam di layar nyandarkan punggung telepon genggam di atas meja. Kembali me­ meyakinkan. dari 48 jam lagi waktuku tersisa. Sesuai rencana, besok pagi ra­ sopir tujuan perjalanan, menutup percakapan dengan kalimat telepon, tengah hari persis, pukul 12.00. Itu berarti tidak lebih ke kursi pesawat. Melirik jam di layar nyandarkan punggung Aku meletakkan telepon genggam di atas meja. Kembali me­ meyakinkan. dari 48 jam lagi waktuku tersisa. Sesuai rencana, besok pagi ra­ sopir tujuan perjalanan, menutup percakapan dengan kalimat telepon, tengah hari persis, pukul 12.00. Itu berarti tidak lebih ke kursi pesawat. Melirik jam di layar nyandarkan punggung Aku meletakkan telepon genggam di atas meja. Kembali me­ meyakinkan. dari 48 jam lagi waktuku tersisa. Sesuai rencana, besok pagi ra­ sopir tujuan perjalanan, menutup percakapan dengan kalimat telepon, tengah hari persis, pukul 12.00. Itu berarti tidak lebih ke kursi pesawat. Melirik jam di layar nyandarkan punggung Aku meletakkan telepon genggam di atas meja. Kembali me­ meyakinkan. dari 48 jam lagi waktuku tersisa. Sesuai rencana, besok pagi ra­ sopir tujuan perjalanan, menutup percakapan dengan kalimat telepon, tengah hari persis, pukul 12.00. Itu berarti tidak lebih Aku meletakkan telepon genggam di atas meja. Kembali me­ meyakinkan. ke kursi pesawat. Melirik jam di layar punggung dari 48 jam lagi waktuku tersisa. Sesuai rencana, besok pagi ra­ sopir tujuan perjalanan, menutup percakapan dengan kalimat telepon, tengah hari persis, pukul 12.00. Itu berarti tidak lebih ke kursi pesawat. Melirik jam di layar nyandarkan Aku meletakkan telepon genggam di atas meja. Kembali me­ resmi dibuka dengan agenda tunggal, konvensi pat partai itu meyakinkan. dari 48 jam lagi waktuku tersisa. Sesuai rencana, besok pagi ra­ telepon, tengah hari persis, pukul 12.00. Itu berarti tidak lebih ke kursi pesawat. Melirik jam di layar nyandarkan punggung Aku meletakkan telepon genggam di atas meja. Kembali me­ resmi dibuka dengan agenda tunggal, konvensi pat partai itu meyakinkan. dari 48 jam lagi waktuku tersisa. Sesuai rencana, besok pagi ra­ telepon, tengah hari persis, pukul 12.00. Itu berarti tidak lebih ke kursi pesawat. Melirik jam di layar nyandarkan punggung Aku meletakkan telepon genggam di atas meja. Kembali me­ resmi dibuka dengan agenda tunggal, konvensi pat partai itu meyakinkan. dari 48 jam lagi waktuku tersisa. Sesuai rencana, besok pagi ra­ telepon, tengah hari persis, pukul 12.00. Itu berarti tidak lebih ke kursi pesawat. Melirik jam di layar nyandarkan punggung Aku meletakkan telepon genggam di atas meja. Kembali me­ resmi dibuka dengan agenda tunggal, konvensi pat partai itu meyakinkan. dari 48 jam lagi waktuku tersisa. Sesuai rencana, besok pagi ra­ ke kursi pesawat. Melirik jam di layar nyandarkan punggung Aku meletakkan telepon genggam di atas meja. Kembali me­ telepon, tengah hari persis, pukul 12.00. Itu berarti tidak lebih resmi dibuka dengan agenda tunggal, konvensi pat partai itu meyakinkan. dari 48 jam lagi waktuku tersisa. Sesuai rencana, besok pagi ra­ persis, pukul 12.00. Itu berarti tidak lebih ke kursi pesawat. Melirik jam di layar nyandarkan punggung calon presiden. Sehari kemudian, minggu siang, pimpinan partai Aku meletakkan telepon genggam di atas meja. Kembali me­ resmi dibuka dengan agenda tunggal, konvensi pat partai itu dari 48 jam lagi waktuku tersisa. Sesuai rencana, besok pagi ra­ telepon, tengah hari persis, pukul 12.00. Itu berarti tidak lebih ke kursi pesawat. Melirik jam di layar nyandarkan punggung calon presiden. Sehari kemudian, minggu siang, pimpinan partai Aku meletakkan telepon genggam di atas meja. Kembali me­ resmi dibuka dengan agenda tunggal, konvensi pat partai itu dari 48 jam lagi waktuku tersisa. Sesuai rencana, besok pagi ra­ telepon, tengah hari persis, pukul 12.00. Itu berarti tidak lebih ke kursi pesawat. Melirik jam di layar nyandarkan punggung calon presiden. Sehari kemudian, minggu siang, pimpinan partai Aku meletakkan telepon genggam di atas meja. Kembali me­ resmi dibuka dengan agenda tunggal, konvensi pat partai itu dari 48 jam lagi waktuku tersisa. Sesuai rencana, besok pagi ra­ telepon, tengah hari persis, pukul 12.00. Itu berarti tidak lebih ke kursi pesawat. Melirik jam di layar nyandarkan punggung calon presiden. Sehari kemudian, minggu siang, pimpinan partai Aku meletakkan telepon genggam di atas meja. Kembali me­ resmi dibuka dengan agenda tunggal, konvensi pat partai itu telepon, tengah hari persis, pukul 12.00. Itu berarti tidak lebih 48 jam lagi waktuku tersisa. Sesuai rencana, besok pagi ra­ ke kursi pesawat. Melirik jam di layar nyandarkan punggung calon presiden. Sehari kemudian, minggu siang, pimpinan partai Aku meletakkan telepon genggam di atas meja. Kembali me­ resmi dibuka dengan agenda tunggal, konvensi pat partai itu dari waktuku tersisa. Sesuai rencana, besok pagi ra­ telepon, tengah hari persis, pukul 12.00. Itu berarti tidak lebih besar itu, melalui beberapa jaringan televisi, live dari arena kon­ ke kursi pesawat. Melirik jam di layar nyandarkan punggung calon presiden. Sehari kemudian, minggu siang, pimpinan partai resmi dibuka dengan agenda tunggal, konvensi pat partai itu dari 48 jam lagi waktuku tersisa. Sesuai rencana, besok pagi ra­ telepon, tengah hari persis, pukul 12.00. Itu berarti tidak lebih besar itu, melalui beberapa jaringan televisi, live dari arena kon­ ke kursi pesawat. Melirik jam di layar nyandarkan punggung calon presiden. Sehari kemudian, minggu siang, pimpinan partai resmi dibuka dengan agenda tunggal, konvensi pat partai itu dari 48 jam lagi waktuku tersisa. Sesuai rencana, besok pagi ra­ telepon, tengah hari persis, pukul 12.00. Itu berarti tidak lebih besar itu, melalui beberapa jaringan televisi, live dari arena kon­ ke kursi pesawat. Melirik jam di layar nyandarkan punggung calon presiden. Sehari kemudian, minggu siang, pimpinan partai resmi dibuka dengan agenda tunggal, konvensi pat partai itu dari 48 jam lagi waktuku tersisa. Sesuai rencana, besok pagi ra­ telepon, tengah hari persis, pukul 12.00. Itu berarti tidak lebih besar itu, melalui beberapa jaringan televisi, live dari arena kon­ ke kursi pesawat. Melirik jam di layar nyandarkan punggung calon presiden. Sehari kemudian, minggu siang, pimpinan partai dari 48 jam lagi waktuku tersisa. Sesuai rencana, besok pagi ra­ resmi dibuka dengan agenda tunggal, konvensi pat partai itu telepon, tengah hari persis, pukul 12.00. Itu berarti tidak lebih besar itu, melalui beberapa jaringan televisi, live dari arena kon­ ke kursi pesawat. Melirik jam di layar nyandarkan punggung calon presiden. Sehari kemudian, minggu siang, pimpinan partai resmi dibuka dengan agenda tunggal, konvensi pat partai itu dari 48 jam lagi waktuku tersisa. Sesuai rencana, besok pagi ra­ kandidat presiden hasil konvensi. vensi, akan mengumumkan telepon, tengah hari persis, pukul 12.00. Itu berarti tidak lebih besar itu, melalui beberapa jaringan televisi, live dari arena kon­ calon presiden. Sehari kemudian, minggu siang, pimpinan partai resmi dibuka dengan agenda tunggal, konvensi pat partai itu dari 48 jam lagi waktuku tersisa. Sesuai rencana, besok pagi ra­ kandidat presiden hasil konvensi. vensi, akan mengumumkan telepon, tengah hari persis, pukul 12.00. Itu berarti tidak lebih besar itu, melalui beberapa jaringan televisi, live dari arena kon­ calon presiden. Sehari kemudian, minggu siang, pimpinan partai resmi dibuka dengan agenda tunggal, konvensi pat partai itu dari 48 jam lagi waktuku tersisa. Sesuai rencana, besok pagi ra­ kandidat presiden hasil konvensi. vensi, akan mengumumkan telepon, tengah hari persis, pukul 12.00. Itu berarti tidak lebih besar itu, melalui beberapa jaringan televisi, live dari arena kon­ calon presiden. Sehari kemudian, minggu siang, pimpinan partai resmi dibuka dengan agenda tunggal, konvensi pat partai itu dari 48 jam lagi waktuku tersisa. Sesuai rencana, besok pagi ra­ kandidat presiden hasil konvensi. vensi, akan mengumumkan telepon, tengah hari persis, pukul 12.00. Itu berarti tidak lebih besar itu, melalui beberapa jaringan televisi, live dari arena kon­ resmi dibuka dengan agenda tunggal, konvensi pat partai itu calon presiden. Sehari kemudian, minggu siang, pimpinan partai dari 48 jam lagi waktuku tersisa. Sesuai rencana, besok pagi ra­ kandidat presiden hasil konvensi. vensi, akan mengumumkan telepon, tengah hari persis, pukul 12.00. Itu berarti tidak lebih besar itu, melalui beberapa jaringan televisi, live dari arena kon­ calon presiden. Sehari kemudian, minggu siang, pimpinan partai resmi dibuka dengan agenda tunggal, konvensi pat partai itu Aku mengembuskan napas untuk kesekian kali. Terlepas dari dari 48 jam lagi waktuku tersisa. Sesuai rencana, besok pagi ra­ kandidat presiden hasil konvensi. vensi, akan mengumumkan besar itu, melalui beberapa jaringan televisi, live dari arena kon­ calon presiden. Sehari kemudian, minggu siang, pimpinan partai resmi dibuka dengan agenda tunggal, konvensi pat partai itu Aku mengembuskan napas untuk kesekian kali. Terlepas dari dari 48 jam lagi waktuku tersisa. Sesuai rencana, besok pagi ra­ kandidat presiden hasil konvensi. vensi, akan mengumumkan besar itu, melalui beberapa jaringan televisi, live dari arena kon­ calon presiden. Sehari kemudian, minggu siang, pimpinan partai resmi dibuka dengan agenda tunggal, konvensi pat partai itu Aku mengembuskan napas untuk kesekian kali. Terlepas dari dari 48 jam lagi waktuku tersisa. Sesuai rencana, besok pagi ra­ kandidat presiden hasil konvensi. vensi, akan mengumumkan besar itu, melalui beberapa jaringan televisi, live dari arena kon­ calon presiden. Sehari kemudian, minggu siang, pimpinan partai resmi dibuka dengan agenda tunggal, konvensi pat partai itu Aku mengembuskan napas untuk kesekian kali. Terlepas dari dari 48 jam lagi waktuku tersisa. Sesuai rencana, besok pagi ra­ kandidat presiden hasil konvensi. vensi, akan mengumumkan calon presiden. Sehari kemudian, minggu siang, pimpinan partai besar itu, melalui beberapa jaringan televisi, live dari arena kon­ resmi dibuka dengan agenda tunggal, konvensi pat partai itu Aku mengembuskan napas untuk kesekian kali. Terlepas dari dari 48 jam lagi waktuku tersisa. Sesuai rencana, besok pagi ra­ kandidat presiden hasil konvensi. vensi, akan mengumumkan besar itu, melalui beberapa jaringan televisi, live dari arena kon­ calon presiden. Sehari kemudian, minggu siang, pimpinan partai deadline konvensi tersebut, jika notifikasi interpol segera dikirim resmi dibuka dengan agenda tunggal, konvensi pat partai itu Aku mengembuskan napas untuk kesekian kali. Terlepas dari kandidat presiden hasil konvensi. vensi, akan mengumumkan besar itu, melalui beberapa jaringan televisi, live dari arena kon­ calon presiden. Sehari kemudian, minggu siang, pimpinan partai deadline konvensi tersebut, jika notifikasi interpol segera dikirim resmi dibuka dengan agenda tunggal, konvensi pat partai itu Aku mengembuskan napas untuk kesekian kali. Terlepas dari kandidat presiden hasil konvensi. vensi, akan mengumumkan besar itu, melalui beberapa jaringan televisi, live dari arena kon­ calon presiden. Sehari kemudian, minggu siang, pimpinan partai deadline konvensi tersebut, jika notifikasi interpol segera dikirim resmi dibuka dengan agenda tunggal, konvensi pat partai itu Aku mengembuskan napas untuk kesekian kali. Terlepas dari kandidat presiden hasil konvensi. vensi, akan mengumumkan besar itu, melalui beberapa jaringan televisi, live dari arena kon­ calon presiden. Sehari kemudian, minggu siang, pimpinan partai deadline konvensi tersebut, jika notifikasi interpol segera dikirim resmi dibuka dengan agenda tunggal, konvensi pat partai itu Aku mengembuskan napas untuk kesekian kali. Terlepas dari kandidat presiden hasil konvensi. vensi,partai akan mengumumkan besar itu, melalui beberapa jaringan televisi, live dari arena kon­ calon presiden. Sehari kemudian, minggu siang, pimpinan partai deadline konvensi tersebut, jika notifikasi interpol segera dikirim resmi dibuka dengan agenda tunggal, konvensi pat itu Aku mengembuskan napas untuk kesekian kali. Terlepas kandidat presiden hasil konvensi. vensi, akan mengumumkan besar itu, melalui beberapa jaringan televisi, live dari arena kon­ luas ke seluruh kepolisian dunia, waktuku bahkan kurang dari calon presiden. Sehari kemudian, minggu siang, pimpinan partai deadline konvensi tersebut, jika notifikasi interpol segera dikirim Aku mengembuskan napas untuk kesekian kali. Terlepas kandidat presiden hasil konvensi. vensi, akan mengumumkan besar itu, melalui beberapa jaringan televisi, live dari arena kon­ luas ke seluruh kepolisian dunia, waktuku bahkan kurang dari calon presiden. Sehari kemudian, minggu siang, pimpinan partai deadline konvensi tersebut, jika notifikasi interpol segera dikirim Aku mengembuskan napas untuk kesekian kali. Terlepas kandidat presiden hasil konvensi. vensi, akan mengumumkan besar itu, melalui beberapa jaringan televisi, live dari arena kon­ luas ke seluruh kepolisian dunia, waktuku bahkan kurang dari calon presiden. Sehari kemudian, minggu siang, pimpinan partai deadline konvensi tersebut, jika notifikasi interpol segera dikirim Aku mengembuskan napas untuk kesekian kali. Terlepas kandidat presiden hasil konvensi. vensi, akan mengumumkan besar itu, melalui beberapa jaringan televisi, live dari arena kon­ luas ke seluruh kepolisian dunia, waktuku bahkan kurang dari calon presiden. Sehari kemudian, minggu siang, pimpinan partai deadline konvensi tersebut, jika notifikasi interpol segera dikirim Aku mengembuskan napas untuk kesekian kali. Terlepas dari kandidat presiden hasil konvensi. vensi, akan mengumumkan besar itu, melalui beberapa jaringan televisi, live dari arena kon­ luas ke seluruh kepolisian dunia, waktuku bahkan kurang dari calon presiden. Sehari kemudian, minggu siang, pimpinan partai deadline konvensi tersebut, jika notifikasi interpol segera dikirim Aku mengembuskan napas untuk kesekian kali. Terlepas kandidat presiden hasil konvensi. vensi, akan mengumumkan 48 jam. besar itu, melalui beberapa jaringan televisi, live dari arena kon­ luas ke seluruh kepolisian dunia, waktuku bahkan kurang dari deadline konvensi tersebut, jika notifikasi interpol segera dikirim Aku mengembuskan napas untuk kesekian kali. Terlepas kandidat presiden hasil konvensi. vensi, akan mengumumkan 48 jam. besar itu, melalui beberapa jaringan televisi, live dari arena kon­ luas ke seluruh kepolisian dunia, waktuku bahkan kurang dari deadline konvensi tersebut, jika notifikasi interpol segera dikirim Aku mengembuskan napas untuk kesekian kali. Terlepas kandidat presiden hasil konvensi. vensi, akan mengumumkan 48 jam. besar itu, melalui beberapa jaringan televisi, live dari arena kon­ luas ke seluruh kepolisian dunia, waktuku bahkan kurang dari deadline konvensi tersebut, jika notifikasi interpol segera dikirim Aku mengembuskan napas untuk kesekian kali. Terlepas kandidat presiden hasil konvensi. vensi, akan mengumumkan 48 jam. besar itu, melalui beberapa jaringan televisi, live dari arena kon­ luas ke seluruh kepolisian dunia, waktuku bahkan kurang dari deadline konvensi tersebut, jika notifikasi interpol segera dikirim Aku mengembuskan napas untuk kesekian kali. Terlepas kandidat presiden hasil konvensi. vensi, akan mengumumkan 48 jam. besar itu, melalui beberapa jaringan televisi, live dari arena kon­ luas ke seluruh kepolisian dunia, waktuku bahkan kurang dari deadline konvensi tersebut, jika notifikasi interpol segera dikirim Aku mengembuskan napas untuk kesekian kali. Terlepas ”Kau sepertinya sibuk sekali, Tommi?” Opa yang duduk di kandidat presiden hasil konvensi. vensi, akan mengumumkan 48 jam. luas ke seluruh kepolisian dunia, waktuku bahkan kurang dari deadline konvensi tersebut, jika notifikasi interpol segera dikirim Aku mengembuskan napas untuk kesekian kali. Terlepas ”Kau sepertinya sibuk sekali, Tommi?” Opa yang duduk di kandidat presiden hasil konvensi. vensi, akan mengumumkan 48 jam. luas ke seluruh kepolisian dunia, waktuku bahkan kurang dari deadline konvensi tersebut, jika notifikasi interpol segera dikirim Aku mengembuskan napas untuk kesekian kali. Terlepas ”Kau sepertinya sibuk sekali, Tommi?” Opa yang duduk di kandidat presiden hasil konvensi. vensi, akan mengumumkan 48 jam. luas ke seluruh kepolisian dunia, waktuku bahkan kurang dari deadline konvensi tersebut, jika notifikasi interpol segera dikirim Aku mengembuskan napas untuk kesekian kali. Terlepas ”Kau sepertinya sibuk sekali, Tommi?” Opa yang duduk di kandidat presiden hasil konvensi. vensi, akan mengumumkan 48 jam. luas ke seluruh kepolisian dunia, waktuku bahkan kurang dari deadline konvensi tersebut, jika notifikasi interpol segera dikirim Aku mengembuskan napas untuk kesekian kali. Terlepas dari ”Kau sepertinya sibuk sekali, Tommi?” Opa yang duduk di kandidat presiden hasil konvensi. vensi, akan mengumumkan 48 jam. luas ke seluruh kepolisian dunia, waktuku bahkan kurang deadline konvensi tersebut, jika notifikasi interpol segera dikirim sebelahku berkata pelan. Mata sipitnya menatap takzim. Aku mengembuskan napas untuk kesekian kali. Terlepas ”Kau sepertinya sibuk sekali, Tommi?” Opa yang duduk di 48 jam. luas ke seluruh kepolisian dunia, waktuku bahkan kurang dari deadline konvensi tersebut, jika notifikasi interpol segera dikirim sebelahku berkata pelan. Mata sipitnya menatap takzim. Aku mengembuskan napas untuk kesekian kali. Terlepas ”Kau sepertinya sibuk sekali, Tommi?” Opa yang duduk di 48 jam. luas ke seluruh kepolisian dunia, waktuku bahkan kurang dari deadline konvensi tersebut, jika notifikasi interpol segera dikirim sebelahku berkata pelan. Mata sipitnya menatap takzim. Aku mengembuskan napas untuk kesekian kali. Terlepas ”Kau sepertinya sibuk sekali, Tommi?” Opa yang duduk di 48 jam. luas ke seluruh kepolisian dunia, waktuku bahkan kurang dari deadline konvensi tersebut, jika notifikasi interpol segera dikirim sebelahku berkata pelan. Mata sipitnya menatap takzim. Aku mengembuskan napas untuk kesekian kali. Terlepas ”Kau sepertinya sibuk sekali, Tommi?” Opa yang duduk di 48 jam. luas ke seluruh kepolisian dunia, waktuku bahkan kurang dari deadline konvensi tersebut, jika notifikasi interpol segera dikirim sebelahku berkata pelan. Mata sipitnya menatap takzim. Aku mengembuskan napas untuk kesekian kali. Terlepas ”Kau sepertinya sibuk sekali, Tommi?” Opa yang duduk di 48 jam. luas ke seluruh kepolisian dunia, waktuku bahkan kurang dari ”Opa tidak tidur? Beristirahat?” aku balik bertanya. deadline konvensi tersebut, jika notifikasi interpol segera dikirim sebelahku berkata pelan. Mata sipitnya menatap takzim. ”Kau sepertinya sibuk sekali, Tommi?” Opa yang duduk di 48 jam. luas ke seluruh kepolisian dunia, waktuku bahkan kurang dari ”Opa tidak tidur? Beristirahat?” aku balik bertanya. deadline konvensi tersebut, jika notifikasi interpol segera dikirim sebelahku berkata pelan. Mata sipitnya menatap takzim. ”Kau sepertinya sibuk sekali, Tommi?” Opa yang duduk di 48 jam. luas ke seluruh kepolisian dunia, waktuku bahkan kurang dari ”Opa tidak tidur? Beristirahat?” aku balik bertanya. deadline konvensi tersebut, jika notifikasi interpol segera dikirim sebelahku berkata pelan. Mata sipitnya menatap takzim. ”Kau sepertinya sibuk sekali, Tommi?” Opa yang duduk di 48 jam. luas ke seluruh kepolisian dunia, waktuku bahkan kurang dari ”Opa tidak tidur? Beristirahat?” aku balik bertanya. deadline konvensi tersebut, jika notifikasi interpol segera dikirim sebelahku berkata pelan. Mata sipitnya menatap takzim. ”Kau sepertinya sibuk sekali, Tommi?” Opa yang duduk di 48 jam. luas ke seluruh kepolisian dunia, waktuku bahkan kurang dari ”Opa tidak tidur? Beristirahat?” aku balik bertanya. deadline konvensi tersebut, jika notifikasi interpol segera dikirim sebelahku berkata pelan. Mata sipitnya menatap takzim. ”Kau sepertinya sibuk sekali, Tommi?” Opa yang duduk 48 jam. ”Bagaimana aku bisa tidur, Tommi? Kau terus menelepon di luas ke seluruh kepolisian dunia, waktuku bahkan kurang dari ”Opa tidak tidur? Beristirahat?” aku balik bertanya. sebelahku berkata pelan. Mata sipitnya menatap takzim. ”Kau sepertinya sibuk sekali, Tommi?” Opa yang duduk 48 jam. ”Bagaimana aku bisa tidur, Tommi? Kau terus menelepon di luas ke seluruh kepolisian dunia, waktuku bahkan kurang dari ”Opa tidak tidur? Beristirahat?” aku balik bertanya. sebelahku berkata pelan. Mata sipitnya menatap takzim. ”Kau sepertinya sibuk sekali, Tommi?” Opa yang duduk 48 jam. ”Bagaimana aku bisa tidur, Tommi? Kau terus menelepon di luas ke seluruh kepolisian dunia, waktuku bahkan kurang dari ”Opa tidak tidur? Beristirahat?” aku balik bertanya. sebelahku berkata pelan. Mata sipitnya menatap takzim. ”Kau sepertinya sibuk sekali, Tommi?” Opa yang dudukdari 48 jam. ”Bagaimana aku bisa tidur, Tommi? Kau terus menelepon di luas ke kepolisian dunia, waktuku bahkan kurang ”Opa tidak tidur? Beristirahat?” aku balik bertanya. sebelahku berkata pelan. Mata sipitnya menatap takzim. ”Kau sepertinya sibuk sekali, Tommi?” Opa yang duduk 48 jam. ”Bagaimana aku bisa tidur, Tommi? terus menelepon di luas ke seluruh seluruh kepolisian dunia, waktuku bahkan kurang dari ”Opa tidak tidur? Beristirahat?” aku balik bertanya. sebelahku berkata pelan. Mata sipitnya menatap takzim. ”Kau sepertinya sibuk sekali, Tommi?” Opa yang duduk sebelahku, berseru-seru.” Opa tertawa sambil mengangkat ta­ 48 jam. ”Bagaimana aku bisa tidur, Tommi? Kau terus menelepon di ”Opa tidak tidur? Beristirahat?” aku Kau balik bertanya. sebelahku berkata pelan. Mata sipitnya menatap takzim. ”Kau sepertinya sibuk sekali, Tommi?” Opa yang duduk sebelahku, berseru-seru.” Opa tertawa sambil mengangkat ta­ 48 jam. ”Bagaimana aku bisa tidur, Tommi? Kau terus menelepon di ”Opa tidak tidur? Beristirahat?” aku balik bertanya. sebelahku berkata pelan. Mata sipitnya menatap takzim. ”Kau sepertinya sibuk sekali, Tommi?” Opa yang duduk sebelahku, berseru-seru.” Opa tertawa sambil mengangkat ta­ 48 jam. ”Bagaimana aku bisa tidur, Tommi? Kau terus menelepon di ”Opa tidak tidur? Beristirahat?” aku balik bertanya. sebelahku berkata pelan. Mata sipitnya menatap takzim. ”Kau sepertinya sibuk sekali, Tommi?” Opa yang duduk sebelahku, berseru-seru.” Opa tertawa sambil mengangkat ta­ 48 jam. ”Bagaimana aku bisa tidur, Tommi? Kau terus menelepon di ”Opa tidak tidur? Beristirahat?” aku balik bertanya. sebelahku berkata pelan. Mata sipitnya menatap takzim. ”Kau sepertinya sibuk sekali, Tommi?” Opa yang duduk sebelahku, berseru-seru.” Opa tertawa sambil mengangkat ta­ 48 jam. ”Bagaimana aku bisa tidur, Tommi? Kau terus menelepon di ”Opa tidak tidur? Beristirahat?” aku balik bertanya. sebelahku berkata pelan. Mata sipitnya menatap takzim. ngan. ”Orang tua ini telah tidur lebih lama dibanding banyak ”Kau sepertinya sibuk sekali, Tommi?” Opa yang duduk sebelahku, berseru-seru.” Opa tertawa sambil mengangkat ta­ ”Bagaimana aku bisa tidur, Tommi? Kau terus menelepon di ”Opa tidak tidur? Beristirahat?” aku balik bertanya. sebelahku berkata pelan. Mata sipitnya menatap takzim. ngan. ”Orang tua ini telah tidur lebih lama dibanding banyak ”Kau sepertinya sibuk sekali, Tommi?” Opa yang duduk sebelahku, berseru-seru.” Opa tertawa sambil mengangkat ta­ ”Bagaimana aku bisa tidur, Tommi? Kau terus menelepon di ”Opa tidak tidur? Beristirahat?” aku balik bertanya. sebelahku berkata pelan. Mata sipitnya menatap takzim. ngan. ”Orang tua ini telah tidur lebih lama dibanding banyak ”Kau sepertinya sibuk sekali, Tommi?” Opa yang duduk sebelahku, berseru-seru.” Opa tertawa sambil mengangkat ta­ ”Bagaimana aku bisa tidur, Tommi? Kau terus menelepon di ”Opa tidak tidur? Beristirahat?” aku balik bertanya. sebelahku berkata pelan. Mata sipitnya menatap takzim. ngan. ”Orang tua ini telah tidur lebih lama dibanding banyak ”Kau sepertinya sibuk sekali, Tommi?” Opa yang duduk sebelahku, berseru-seru.” Opa tertawa sambil mengangkat ta­ ”Bagaimana aku bisa tidur, Tommi? Kau terus menelepon di ”Opa tidak tidur? Beristirahat?” aku balik bertanya. sebelahku berkata pelan. Mata sipitnya menatap takzim. ngan. ”Orang tua ini telah tidur lebih lama dibanding banyak ”Kau sepertinya sibuk sekali, Tommi?” Opa yang duduk sebelahku, berseru-seru.” Opa tertawa sambil mengangkat ta­ ”Bagaimana aku bisa tidur, Tommi? Kau terus menelepon di ”Opa tidak tidur? Beristirahat?” aku balik bertanya. orang. Kau tahu, usiaku tujuh puluh lima tahun. Jika dalam se­ sebelahku berkata pelan. Mata sipitnya menatap takzim. ngan. ”Orang tua ini telah tidur lebih lama dibanding banyak sebelahku, berseru-seru.” Opa tertawa sambil mengangkat ta­ ”Bagaimana aku bisa tidur, Tommi? Kau terus menelepon di ”Opa tidak tidur? Beristirahat?” aku balik bertanya. orang. Kau tahu, usiaku tujuh puluh lima tahun. Jika dalam se­ sebelahku berkata pelan. Mata sipitnya menatap takzim. ngan. ”Orang tua ini telah tidur lebih lama dibanding banyak sebelahku, berseru-seru.” Opa tertawa sambil mengangkat ta­ ”Bagaimana aku bisa tidur, Tommi? Kau terus menelepon di ”Opa tidak tidur? Beristirahat?” aku balik bertanya. orang. Kau tahu, usiaku tujuh puluh lima tahun. Jika dalam se­ sebelahku berkata pelan. Mata sipitnya menatap takzim. ngan. ”Orang tua ini telah tidur lebih lama dibanding banyak sebelahku, berseru-seru.” Opa tertawa sambil mengangkat ta­ ”Bagaimana aku bisa tidur, Tommi? Kau terus menelepon di ”Opa tidak tidur? Beristirahat?” aku balik bertanya. orang. Kau tahu, usiaku tujuh puluh lima tahun. Jika dalam se­ sebelahku berkata pelan. Mata sipitnya menatap takzim. sebelahku, berseru-seru.” Opa tertawa sambil mengangkat ta­ ngan. ”Orang tua ini telah tidur lebih lama dibanding banyak ”Bagaimana aku bisa tidur, Tommi? Kau terus menelepon di ”Opa tidak tidur? Beristirahat?” aku balik bertanya. orang. Kau tahu, usiaku tujuh puluh lima tahun. Jika dalam se­ sebelahku berkata pelan. Mata sipitnya menatap takzim. ngan. ”Orang tua ini telah tidur lebih lama dibanding banyak sebelahku, berseru-seru.” Opa tertawa sambil mengangkat ta­ ”Bagaimana aku bisa tidur, Tommi? Kau terus menelepon di hari, sepertiga waktuku dihabiskan untuk tidur, itu berarti aku ”Opa tidak tidur? Beristirahat?” aku balik bertanya. orang. Kau tahu, usiaku tujuh puluh lima tahun. Jika dalam se­ ngan. ”Orang tua ini telah tidur lebih lama dibanding banyak sebelahku, berseru-seru.” Opa tertawa sambil mengangkat ta­ ”Bagaimana aku bisa tidur, Tommi? Kau terus menelepon di hari, sepertiga waktuku dihabiskan untuk tidur, itu berarti aku ”Opa tidak tidur? Beristirahat?” aku balik bertanya. orang. Kau tahu, usiaku tujuh puluh lima tahun. Jika dalam se­ ngan. ”Orang tua ini telah tidur lebih lama dibanding banyak sebelahku, berseru-seru.” Opa tertawa sambil mengangkat ta­ ”Bagaimana aku bisa tidur, Tommi? Kau terus menelepon di hari, sepertiga waktuku dihabiskan untuk tidur, itu berarti aku ”Opa tidak tidur? Beristirahat?” aku balik bertanya. orang. Kau tahu, usiaku tujuh puluh lima tahun. Jika dalam se­ ngan. ”Orang tua ini telah tidur lebih lama dibanding banyak sebelahku, berseru-seru.” Opa tertawa sambil mengangkat ta­ ”Bagaimana aku bisa tidur, Tommi? Kau terus menelepon di hari, sepertiga waktuku dihabiskan untuk tidur, itu berarti aku ”Opa tidak tidur? Beristirahat?” aku balik bertanya. ngan. ”Orang tua ini telah tidur lebih lama dibanding banyak orang. Kau tahu, usiaku tujuh puluh lima tahun. Jika dalam se­ sebelahku, berseru-seru.” Opa tertawa sambil mengangkat ta­ ”Bagaimana aku bisa tidur, Tommi? Kau terus menelepon di hari, sepertiga waktuku dihabiskan untuk tidur, itu berarti aku ”Opa tidak tidur? Beristirahat?” aku balik bertanya. orang. Kau tahu, usiaku tujuh puluh lima tahun. Jika dalam se­ ngan. ”Orang tua ini telah tidur lebih lama dibanding banyak sebelahku, berseru-seru.” Opa tertawa sambil mengangkat ta­ telah tidur selama dua puluh lima tahun sepanjang umurku. ”Bagaimana aku bisa tidur, Tommi? Kau terus menelepon di hari, sepertiga waktuku dihabiskan untuk tidur, itu berarti aku orang. Kau tahu, usiaku tujuh puluh lima tahun. Jika dalam se­ ngan. ”Orang tua ini telah tidur lebih lama dibanding banyak sebelahku, berseru-seru.” Opa tertawa sambil mengangkat ta­ telah tidur selama dua puluh lima tahun sepanjang umurku. ”Bagaimana aku bisa tidur, Tommi? Kau terus menelepon di hari, sepertiga waktuku dihabiskan untuk tidur, itu berarti aku orang. Kau tahu, usiaku tujuh puluh lima tahun. Jika dalam se­ ngan. ”Orang tua ini telah tidur lebih lama dibanding banyak sebelahku, berseru-seru.” Opa tertawa sambil mengangkat ta­ telah tidur selama dua puluh lima tahun sepanjang umurku. ”Bagaimana aku bisa tidur, Tommi? Kau terus menelepon di hari, sepertiga waktuku dihabiskan untuk tidur, itu berarti aku orang. Kau tahu, usiaku tujuh puluh lima tahun. Jika dalam se­ ngan. ”Orang tua ini telah tidur lebih lama dibanding banyak sebelahku, berseru-seru.” Opa tertawa sambil mengangkat ta­ telah tidur selama dua puluh lima tahun sepanjang umurku. orang. Kau tahu, usiaku tujuh puluh lima tahun. Jika dalam se­ ”Bagaimana aku bisa tidur, Tommi? Kau terus menelepon di hari, sepertiga waktuku dihabiskan untuk tidur, itu berarti aku ngan. ”Orang tua ini telah tidur lebih lama dibanding banyak sebelahku, berseru-seru.” Opa tertawa sambil mengangkat ta­ telah tidur selama dua puluh lima tahun sepanjang umurku. ”Bagaimana aku bisa tidur, Tommi? Kau terus menelepon di hari, sepertiga waktuku dihabiskan untuk tidur, itu berarti aku orang. Kau tahu, usiaku tujuh puluh lima tahun. Jika dalam se­ ngan. ”Orang tua ini telah tidur lebih lama dibanding banyak Nah, usia kau baru tiga empat tahun, bukan, itu berarti sebelahku, berseru-seru.” Opa tertawa sambil mengangkat ta­ telah tidur selama dua puluh lima tahun sepanjang umurku. hari, sepertiga waktuku dihabiskan untuk tidur, itu berarti aku orang. Kau tahu, usiaku tujuh puluh lima tahun. Jika dalam se­ ngan. ”Orang tua ini telah tidur lebih lama dibanding banyak Nah, usia kau baru tiga puluh empat tahun, bukan, itu berarti sebelahku, berseru-seru.” Opa tertawa sambil mengangkat ta­ telah tidur selama dua lima tahun sepanjang umurku. hari, sepertiga waktuku dihabiskan untuk tidur, itu berarti aku orang. Kau tahu, usiaku tujuh puluh lima tahun. Jika dalam se­ ngan. ”Orang tua ini telah tidur lebih lama dibanding banyak Nah, usia kau baru tiga empat tahun, bukan, itu berarti sebelahku, berseru-seru.” Opa tertawa sambil mengangkat ta­ telah tidur selama dua puluh lima tahun sepanjang umurku. hari, sepertiga waktuku dihabiskan untuk tidur, itu berarti aku orang. Kau tahu, usiaku tujuh puluh lima tahun. Jika dalam se­ ngan. ”Orang tua ini telah tidur lebih lama dibanding banyak dihabiskan untuk tidur, itu berarti aku Nah, usia kau baru tiga empat tahun, bukan, itu berarti sebelahku, berseru-seru.” Opa tertawa sambil mengangkat ta­ telah tidur selama dua puluh lima tahun sepanjang umurku. orang. Kau tahu, usiaku tujuh puluh lima tahun. Jika dalam se­ ngan. ”Orang tua ini telah tidur lebih lama dibanding banyak Nah, usia kau baru tiga empat tahun, bukan, itu berarti sebelahku, berseru-seru.” Opa tertawa sambil mengangkat ta­ telah tidur selama dua puluh lima tahun sepanjang umurku. hari, sepertiga waktuku dihabiskan untuk tidur, itu berarti aku orang. Kau tahu, usiaku tujuh puluh lima tahun. Jika dalam se­ hanya lebih tua sedikit dibanding waktu yang aku habiskan un­ ngan. ”Orang tua ini telah tidur lebih lama dibanding banyak Nah, usia baru tiga puluh empat tahun, bukan, itu berarti telah tidur selama dua lima tahun sepanjang umurku. hari, sepertiga waktuku dihabiskan untuk tidur, itu berarti aku orang. Kau tahu, usiaku tujuh puluh lima tahun. Jika dalam se­ hanya lebih tua sedikit dibanding waktu yang aku habiskan un­ ngan. ”Orang ini telah tidur lebih lama dibanding banyak Nah, usia kau baru tiga empat tahun, bukan, itu berarti telah tidur selama dua puluh lima tahun sepanjang umurku. hari, sepertiga waktuku dihabiskan untuk tidur, berarti aku orang. Kaukau tahu, usiaku tujuh puluh lima tahun. Jika dalam se­ hanya lebih tuatua sedikit dibanding waktu yang akuitu habiskan un­ ngan. ”Orang tua ini telah tidur lebih lama dibanding banyak Nah, usia kau baru tiga empat tahun, bukan, itu berarti telah dua puluh lima tahun sepanjang umurku. hari, sepertiga waktuku dihabiskan untuk tidur, itu berarti aku orang. Kau tahu, usiaku tujuh puluh lima tahun. Jika dalam se­ tidur selama dua puluh lima tahun sepanjang umurku. hanya lebih tua sedikit dibanding waktu yang aku habiskan un­ ngan. ”Orang tua ini telah tidur lebih lama dibanding banyak Nah, usia kau baru tiga puluh empat tahun, bukan, itu berarti hari, sepertiga waktuku dihabiskan untuk tidur, itu berarti aku orang. Kau tahu, usiaku tujuh puluh lima tahun. Jika dalam se­ hanya lebih tua sedikit dibanding waktu yang aku habiskan un­ ngan. ”Orang tua ini telah tidur lebih lama dibanding banyak Nah, usia kau baru tiga empat tahun, bukan, itu berarti telah tidur selama dua puluh lima tahun sepanjang umurku. hari, sepertiga waktuku dihabiskan untuk tidur, itu berarti aku tuk tidur.” orang. Kau tahu, usiaku tujuh puluh lima tahun. Jika dalam se­ hanya lebih tua sedikit dibanding waktu yang aku habiskan un­ Nah, usia kau baru tiga empat tahun, bukan, itu berarti telah tidur selama dua puluh lima tahun sepanjang umurku. hari, sepertiga waktuku dihabiskan untuk tidur, itu berarti aku tuk tidur.” orang. Kau tahu, usiaku tujuh lima tahun. Jika dalam se­ hanya lebih tua sedikit waktu yang aku habiskan un­ Nah, usia kau baru tiga empat tahun, bukan, itu berarti telah tidur selama dua puluh lima tahun sepanjang umurku. hari, sepertiga waktuku dihabiskan untuk tidur, itu berarti aku tuk tidur.” orang. Kau tahu, usiaku tujuh puluh lima tahun. Jika dalam se­ hanya lebih tua sedikit dibanding waktu yang aku habiskan un­ Nah, usia kau baru tigadibanding puluhpuluh empat tahun, bukan, itu berarti telah tidur selama dua lima tahun sepanjang umurku. hari, sepertiga waktuku dihabiskan untuk tidur, itu berarti aku tiga puluh empat tahun, bukan, itu berarti tuk tidur.” orang. Kau tahu, usiaku tujuh puluh lima tahun. Jika dalam se­ hanya lebih tua sedikit dibanding waktu yang aku habiskan un­ telah tidur selama dua puluh lima tahun sepanjang umurku. hari, sepertiga waktuku dihabiskan untuk tidur, itu berarti aku tuk tidur.” orang. Kau tahu, usiaku tujuh puluh lima tahun. Jika dalam se­ hanya lebih tua sedikit dibanding waktu yang aku habiskan un­ Nah, usia kau baru tiga empat tahun, bukan, itu berarti telah tidur selama dua puluh lima tahun sepanjang umurku. Aku ikut tertawa kecil. Opa selalu punya sudut pandang ber­ hari, sepertiga waktuku dihabiskan untuk tidur, itu berarti aku tuk tidur.” hanya lebih tua sedikit dibanding waktu yang aku habiskan un­ Nah, usia kau baru tiga empat tahun, bukan, itu berarti telah tidur selama dua puluh lima tahun sepanjang umurku. Aku ikut tertawa kecil. Opa selalu punya sudut pandang ber­ hari, sepertiga waktuku dihabiskan untuk tidur, itu berarti aku tuk tidur.” hanya lebih tua sedikit dibanding waktu yang aku habiskan un­ Nah, usia kau baru tiga puluh empat tahun, bukan, itu berarti telah tidur selama dua lima tahun sepanjang umurku. Aku ikutkau tertawa kecil. Opa selalu punya sudut pandang ber­ hari, sepertiga waktuku dihabiskan untuk tidur, berarti aku tuk tidur.” hanya dibanding waktu yang akuitu habiskan un­ Nah, usia baru tigadibanding empat tahun, bukan, ituumurku. berarti lebih tua sedikit waktu yang aku habiskan un­ telah tidur selama dua puluh lima tahun sepanjang



lagi sebelum mendarat di Jakarta. Kita tidak tahu apakah bisa Tapi setidaknya Opa bisa bisa istirahat sejenak. Kita masih dua jam beda dalam menyikapi topik percakapan. ”Ya, itu masuk akal. ”Kau selalu melupakan bagian itu dalam ceritaku, Tommi.” kejadian tadi pagi.” tidur beberapa jam atau beberapa hari ke depan setelah lagi sebelum mendarat di Jakarta. Kita tidak tahu apakah bisa Tapi setidaknya Opa istirahat sejenak. Kita masih dua jam beda dalam menyikapi topik percakapan. ”Ya, itu masuk akal. ”Kau selalu melupakan bagian itu dalam ceritaku, Tommi.” kejadian tadi pagi.” tidur beberapa jam atau beberapa hari ke depan setelah lagi sebelum mendarat di Jakarta. Kita tidak tahu apakah bisa Tapi setidaknya Opa bisa istirahat sejenak. Kita masih dua jam beda dalam menyikapi topik percakapan. ”Ya, itu masuk akal. ”Kau selalu melupakan bagian itu dalam ceritaku, Tommi.” kejadian tadi pagi.” tidur beberapa jam atau beberapa hari ke depan setelah lagi sebelum mendarat di Jakarta. Kita tidak tahu apakah bisa Tapi setidaknya Opa bisa istirahat sejenak. Kita masih dua jam beda dalam menyikapi topik percakapan. ”Ya, itu masuk akal. ”Kau selalu melupakan bagian itu dalam ceritaku, Tommi.” kejadian tadi pagi.” tidur beberapa jam atau beberapa hari ke depan setelah lagi sebelum mendarat di Jakarta. Kita tidak tahu apakah bisa Tapi setidaknya Opa bisa istirahat sejenak. Kita masih dua jam Opa menggeleng, menjawab takzim. ”Aku pernah terjaga selama ”Kau selalu melupakan bagian itu dalam ceritaku, Tommi.” kejadian tadi pagi.” tidur dalam beberapa jam atau beberapa hari ke depan setelah lagi sebelum mendarat di Jakarta. Kita tidak tahu apakah bisa Tapi setidaknya Opa bisa istirahat sejenak. Kita masih dua jam Opa menggeleng, menjawab takzim. ”Aku pernah terjaga selama ”Kau selalu melupakan bagian itu dalam ceritaku, Tommi.” kejadian tadi pagi.” tidur dalam beberapa jam atau beberapa hari ke depan setelah lagi sebelum mendarat di Jakarta. Kita tidak tahu apakah bisa Tapi setidaknya Opa bisa istirahat sejenak. Kita masih dua jam Opa menggeleng, menjawab takzim. ”Aku pernah terjaga selama ”Kau selalu melupakan bagian itu dalam ceritaku, Tommi.” kejadian tadi pagi.” tidur dalam beberapa jam atau beberapa hari ke depan setelah lagi sebelum mendarat di Jakarta. Kita tidak tahu apakah bisa Tapi setidaknya Opa bisa istirahat sejenak. Kita masih dua jam Opa menggeleng, menjawab takzim. ”Aku pernah terjaga selama ”Kau selalu melupakan bagian itu dalam ceritaku, Tommi.” kejadian tadi pagi.” tidur dalam beberapa jam atau beberapa hari ke depan setelah lagi sebelum mendarat di Jakarta. Kita tidak tahu apakah bisa Tapi setidaknya Opa bisa istirahat sejenak. Kita masih dua jam Opa menggeleng, menjawab takzim. ”Aku pernah terjaga selama ”Kau selalu melupakan bagian itu dalam ceritaku, Tommi.” kejadian tadi pagi.” tidur dalam beberapa jam atau beberapa hari ke depan setelah lagi sebelum mendarat di Jakarta. Kita tidak tahu apakah bisa tiga hari tiga malam di kapal nelayan yang bocor itu, tujuh pu­ Opa menggeleng, menjawab takzim. ”Aku pernah terjaga selama ”Kau selalu melupakan bagian itu dalam ceritaku, Tommi.” kejadian tadi pagi.” tidur dalam beberapa jam atau beberapa hari ke depan setelah lagi sebelum mendarat di Jakarta. Kita tidak tahu apakah bisa tiga hari tiga malam di kapal nelayan yang bocor itu, tujuh pu­ Opa menggeleng, menjawab takzim. ”Aku pernah terjaga selama ”Kau selalu melupakan bagian itu dalam ceritaku, Tommi.” kejadian tadi pagi.” tidur dalam beberapa jam atau beberapa hari ke depan setelah lagi sebelum mendarat di Jakarta. Kita tidak tahu apakah bisa tiga hari tiga malam di kapal nelayan yang bocor itu, tujuh pu­ Opa menggeleng, menjawab takzim. ”Aku pernah terjaga selama ”Kau selalu melupakan bagian itu dalam ceritaku, Tommi.” kejadian tadi pagi.” tidur dalam beberapa jam atau beberapa hari ke depan setelah lagi sebelum mendarat di Jakarta. Kita tidak tahu apakah bisa tiga hari tiga malam di kapal nelayan yang bocor itu, tujuh pu­ Opa menggeleng, menjawab takzim. ”Aku pernah terjaga selama ”Kau selalu melupakan bagian itu dalam ceritaku, Tommi.” kejadian tadi pagi.” tidur dalam beberapa jam atau beberapa hari ke depan setelah lagi sebelum mendarat di Jakarta. Kita tidak tahu apakah bisa tiga hari tiga malam di kapal nelayan yang bocor itu, tujuh pu­ Opa menggeleng, menjawab takzim. ”Aku pernah terjaga selama ”Kau selalu melupakan bagian itu dalam ceritaku, Tommi.” kejadian tadi pagi.” tidur dalam beberapa jam atau beberapa hari ke depan setelah orang tua ini baik-baik saja. Meninggalkan luh dua jam, dan tiga hari tiga malam di kapal nelayan yang bocor itu, tujuh pu­ Opa menggeleng, menjawab takzim. ”Aku pernah terjaga selama ”Kau selalu melupakan bagian itu dalam ceritaku, Tommi.” kejadian tadi pagi.” tidur dalam beberapa jam atau beberapa hari ke depan setelah orang tua ini baik-baik saja. Meninggalkan luh dua jam, dan tiga hari tiga malam di kapal nelayan yang bocor itu, tujuh pu­ Opa menggeleng, menjawab takzim. ”Aku pernah terjaga selama ”Kau selalu melupakan bagian itu dalam ceritaku, Tommi.” kejadian tadi pagi.” tidur dalam beberapa jam atau beberapa hari ke depan setelah orang tua ini baik-baik saja. Meninggalkan luh dua jam, dan tiga hari tiga malam di kapal nelayan yang bocor itu, tujuh pu­ Opa menggeleng, menjawab takzim. ”Aku pernah terjaga selama ”Kau selalu melupakan bagian itu dalam ceritaku, Tommi.” kejadian tadi pagi.” tidur dalam beberapa jam atau beberapa hari ke depan setelah orang tua ini baik-baik saja. Meninggalkan luh dua jam, dan tiga hari tiga malam di kapal nelayan yang bocor itu, tujuh pu­ Opa menggeleng, menjawab takzim. ”Aku pernah terjaga selama ”Kau selalu melupakan bagian itu dalam ceritaku, Tommi.” kejadian tadi pagi.” tidur dalam beberapa jam atau beberapa hari ke depan setelah orang tua ini baik-baik saja. Meninggalkan luh dua jam, dan tiga hari tiga malam di kapal nelayan yang bocor itu, tujuh pu­ Opa menggeleng, menjawab takzim. ”Aku pernah terjaga selama ”Kau selalu melupakan bagian itu dalam ceritaku, Tommi.” kejadian tadi pagi.” tanah kelahiran karena perang saudara dan wabah penyakit. Ha­ orang tua ini baik-baik saja. Meninggalkan luh dua jam, dan tiga hari tiga malam di kapal nelayan yang bocor itu, tujuh pu­ Opa menggeleng, menjawab takzim. ”Aku pernah terjaga selama ”Kau selalu melupakan bagian itu dalam ceritaku, Tommi.” kejadian tadi pagi.” tanah kelahiran karena perang saudara dan wabah penyakit. Ha­ orang tua ini baik-baik saja. Meninggalkan luh dua jam, dan tiga hari tiga malam di kapal nelayan yang bocor itu, tujuh pu­ Opa menggeleng, menjawab takzim. ”Aku pernah terjaga selama ”Kau selalu melupakan bagian itu dalam ceritaku, Tommi.” kejadian tadi pagi.” tanah kelahiran karena perang saudara dan wabah penyakit. Ha­ orang tua ini baik-baik saja. Meninggalkan luh dua jam, dan tiga hari tiga malam di kapal nelayan yang bocor itu, tujuh pu­ Opa menggeleng, menjawab takzim. ”Aku pernah terjaga selama ”Kau selalu melupakan bagian itu dalam ceritaku, Tommi.” kejadian tadi pagi.” tanah kelahiran karena perang saudara dan wabah penyakit. Ha­ orang tua ini baik-baik saja. Meninggalkan luh dua jam, dan tiga hari tiga malam di kapal nelayan yang bocor itu, tujuh pu­ Opa menggeleng, menjawab takzim. ”Aku pernah terjaga selama ”Kau selalu melupakan bagian itu dalam ceritaku, Tommi.” kejadian tadi pagi.” tanah kelahiran karena perang saudara dan wabah penyakit. Ha­ orang tua ini baik-baik saja. Meninggalkan luh dua jam, dan tiga hari tiga malam di kapal nelayan yang bocor itu, tujuh pu­ Opa menggeleng, menjawab takzim. ”Aku pernah terjaga selama ”Kau selalu melupakan bagian itu dalam ceritaku, Tommi.” nya membawa pakaian di badan, menumpang kapal nelayan, tanah kelahiran karena perang saudara dan wabah penyakit. Ha­ orang tua ini baik-baik saja. Meninggalkan luh dua jam, dan tiga hari tiga malam di kapal nelayan yang bocor itu, tujuh pu­ Opa menggeleng, menjawab takzim. ”Aku pernah terjaga selama ”Kau selalu melupakan bagian itu dalam ceritaku, Tommi.” nya membawa pakaian di badan, menumpang kapal nelayan, tanah kelahiran karena perang saudara dan wabah penyakit. Ha­ orang tua ini baik-baik saja. Meninggalkan luh dua jam, dan tiga hari tiga malam di kapal nelayan yang bocor itu, tujuh pu­ Opa menggeleng, menjawab takzim. ”Aku pernah terjaga selama ”Kau selalu melupakan bagian itu dalam ceritaku, Tommi.” nya membawa pakaian di badan, menumpang kapal nelayan, tanah kelahiran karena perang saudara dan wabah penyakit. Ha­ orang tua ini baik-baik saja. Meninggalkan luh dua jam, dan tiga hari tiga malam di kapal nelayan yang bocor itu, tujuh pu­ Opa menggeleng, menjawab takzim. ”Aku pernah terjaga selama ”Kau selalu melupakan bagian itu dalam ceritaku, Tommi.” nya membawa pakaian di badan, menumpang kapal nelayan, tanah kelahiran karena perang saudara dan wabah penyakit. Ha­ orang tua ini baik-baik saja. Meninggalkan luh dua jam, dan tiga hari tiga malam di kapal nelayan yang bocor itu, tujuh pu­ Opa menggeleng, menjawab takzim. ”Aku pernah terjaga selama ”Kau selalu melupakan bagian itu dalam ceritaku, Tommi.” nya membawa pakaian di badan, menumpang kapal nelayan, tanah kelahiran karena perang saudara dan wabah penyakit. Ha­ orang tua ini baik-baik saja. Meninggalkan luh dua jam, dan tiga hari tiga malam di kapal nelayan yang bocor itu, tujuh pu­ Opa menggeleng, menjawab takzim. ”Aku pernah terjaga selama berlayar meninggalkan daratan Cina, mengungsi ke mana arah nya membawa pakaian di badan, menumpang kapal nelayan, tanah kelahiran karena perang saudara dan wabah penyakit. Ha­ orang tua ini baik-baik saja. Meninggalkan luh dua jam, dan tiga hari tiga malam di kapal nelayan yang bocor itu, tujuh pu­ Opa menggeleng, menjawab takzim. ”Aku pernah terjaga selama berlayar meninggalkan daratan Cina, mengungsi ke mana arah nya membawa pakaian di badan, menumpang kapal nelayan, tanah kelahiran karena perang saudara dan wabah penyakit. Ha­ orang tua ini baik-baik saja. Meninggalkan luh dua jam, dan tiga hari tiga malam di kapal nelayan yang bocor itu, tujuh pu­ Opa menggeleng, menjawab takzim. ”Aku pernah terjaga selama berlayar meninggalkan daratan Cina, mengungsi ke mana arah nya membawa pakaian di badan, menumpang kapal nelayan, tanah kelahiran karena perang saudara dan wabah penyakit. Ha­ orang tua ini baik-baik saja. Meninggalkan luh dua jam, dan tiga hari tiga malam di kapal nelayan yang bocor itu, tujuh pu­ Opa menggeleng, menjawab takzim. ”Aku pernah terjaga selama berlayar meninggalkan daratan Cina, mengungsi ke mana arah nya membawa pakaian di badan, menumpang kapal nelayan, tanah kelahiran karena perang saudara dan wabah penyakit. Ha­ orang tua ini baik-baik saja. Meninggalkan luh dua jam, dan tiga hari tiga malam di kapal nelayan yang bocor itu, tujuh pu­ Opa menggeleng, menjawab takzim. ”Aku pernah terjaga selama berlayar meninggalkan daratan Cina, mengungsi ke mana arah nya membawa pakaian di badan, menumpang kapal nelayan, tanah kelahiran karena perang saudara dan wabah penyakit. Ha­ orang tua ini baik-baik saja. Meninggalkan luh dua jam, dan tiga hari tiga malam di kapal nelayan yang bocor itu, tujuh pu­ angin laut membawa. Tiga hari tiga malam....” berlayar meninggalkan daratan Cina, mengungsi ke mana arah nya membawa pakaian di badan, menumpang kapal nelayan, tanah kelahiran karena perang saudara dan wabah penyakit. Ha­ orang tua ini baik-baik saja. Meninggalkan luh dua jam, dan tiga hari tiga malam di kapal nelayan yang bocor itu, tujuh pu­ angin laut membawa. Tiga hari tiga malam....” berlayar meninggalkan daratan Cina, mengungsi ke mana arah nya membawa pakaian di badan, menumpang kapal nelayan, tanah kelahiran karena perang saudara dan wabah penyakit. Ha­ orang tua ini baik-baik saja. Meninggalkan luh dua jam, dan tiga hari tiga malam di kapal nelayan yang bocor itu, tujuh pu­ angin laut membawa. Tiga hari tiga malam....” berlayar meninggalkan daratan Cina, mengungsi ke mana arah nya membawa pakaian di badan, menumpang kapal nelayan, tanah kelahiran karena perang saudara dan wabah penyakit. Ha­ orang tua ini baik-baik saja. Meninggalkan luh dua jam, dan tiga hari tiga malam di kapal nelayan yang bocor itu, tujuh pu­ angin laut membawa. Tiga hari tiga malam....” berlayar meninggalkan daratan Cina, mengungsi ke mana arah nya membawa pakaian di badan, menumpang kapal nelayan, tanah kelahiran karena perang saudara dan wabah penyakit. Ha­ orang tua ini baik-baik saja. Meninggalkan luh dua jam, dan tiga hari tiga malam di kapal nelayan yang bocor itu, tujuh pu­ angin laut membawa. Tiga hari tiga malam....” berlayar meninggalkan daratan Cina, mengungsi ke mana arah nya membawa pakaian di badan, menumpang kapal nelayan, tanah kelahiran karena perang saudara dan wabah penyakit. Ha­ orang tua ini baik-baik saja. Meninggalkan luh dua jam, dan ”Opa mengenal kakek Lee dalam perjalanan itu?” aku me­ angin laut membawa. Tiga hari tiga malam....” berlayar meninggalkan daratan Cina, mengungsi ke mana arah nya membawa pakaian di badan, menumpang kapal nelayan, tanah kelahiran karena perang saudara dan wabah penyakit. Ha­ orang tua ini baik-baik saja. Meninggalkan luh dua jam, dan ”Opa mengenal kakek Lee dalam perjalanan itu?” aku me­ angin laut membawa. Tiga hari tiga malam....” berlayar meninggalkan daratan Cina, mengungsi ke mana arah nya membawa pakaian di badan, menumpang kapal nelayan, tanah kelahiran karena perang saudara dan wabah penyakit. Ha­ orang tua ini baik-baik saja. Meninggalkan luh dua jam, dan ”Opa mengenal kakek Lee dalam perjalanan itu?” aku me­ angin laut membawa. Tiga hari tiga malam....” berlayar meninggalkan daratan Cina, mengungsi ke mana arah nya membawa pakaian di badan, menumpang kapal nelayan, tanah kelahiran karena perang saudara dan wabah penyakit. Ha­ orang tua ini baik-baik saja. Meninggalkan luh dua jam, dan ”Opa mengenal kakek Lee dalam perjalanan itu?” aku me­ angin laut membawa. Tiga hari tiga malam....” berlayar meninggalkan daratan Cina, mengungsi ke mana arah nya membawa pakaian ditua badan, menumpang kapal nelayan, tanah kelahiran karena perang saudara dan wabah penyakit. Ha­ orang ini baik-baik saja. kapal Meninggalkan luh dua jam, dan ”Opa mengenal kakek Lee dalam perjalanan itu?” aku me­ angin laut membawa. Tiga hari tiga malam....” berlayar meninggalkan daratan Cina, mengungsi ke mana arah nya membawa pakaian di badan, menumpang nelayan, tanah kelahiran karena perang saudara dan wabah penyakit. Ha­ motong cerita lama Opa. ”Opa mengenal kakek dalam perjalanan itu?” aku me­ angin laut membawa. Tiga hari tiga malam....” berlayar meninggalkan daratan Cina, mengungsi ke mana arah nya membawa pakaian di badan, menumpang kapal nelayan, tanah kelahiran karena perang saudara dan wabah penyakit. Ha­ motong cerita lama Opa. ”Opa mengenal kakek Lee dalam perjalanan itu?” aku me­ angin laut membawa. Tiga hari tiga malam....” berlayar meninggalkan daratan Cina, mengungsi ke mana arah nya membawa pakaian diLee badan, menumpang kapal nelayan, tanah kelahiran karena perang saudara dan wabah penyakit. Ha­ motong cerita lama Opa. ”Opa mengenal kakek Lee dalam perjalanan itu?” aku me­ angin laut membawa. Tiga hari tiga malam....” berlayar meninggalkan daratan Cina, mengungsi ke mana arah nya membawa pakaian di badan, menumpang kapal nelayan, tanah kelahiran karena perang saudara dan wabah penyakit. Ha­ motong cerita lama Opa. ”Opa mengenal kakek Lee dalam perjalanan itu?” aku me­ angin laut membawa. Tiga hari tiga malam....” berlayar meninggalkan daratan Cina, mengungsi ke mana arah nya membawa pakaian di badan, menumpang kapal nelayan, tanah kelahiran karena perang saudara dan wabah penyakit. Ha­ motong cerita lama Opa. ”Opa mengenal kakek Lee dalam perjalanan itu?” aku me­ angin laut membawa. Tiga hari tiga malam....” berlayar meninggalkan daratan Cina, mengungsi ke mana arah nya membawa pakaian di badan, menumpang kapal nelayan, Aku senang dengan ide yang baru saja kutemukan. Aku tidak motong cerita lama Opa. ”Opa mengenal kakek Lee dalam perjalanan itu?” aku me­ angin laut membawa. Tiga hari tiga malam....” berlayar meninggalkan daratan Cina, mengungsi ke mana arah nya membawa pakaian di badan, menumpang kapal nelayan, Aku senang dengan ide yang baru saja kutemukan. Aku tidak motong cerita lama Opa. ”Opa mengenal kakek Lee dalam perjalanan itu?” aku me­ angin laut membawa. Tiga hari tiga malam....” berlayar meninggalkan daratan Cina, mengungsi ke mana arah nya membawa pakaian di badan, menumpang kapal nelayan, Aku senang dengan ide yang baru saja kutemukan. Aku tidak motong cerita lama Opa. ”Opa mengenal kakek Lee dalam perjalanan itu?” aku me­ angin laut membawa. Tiga hari tiga malam....” berlayar meninggalkan daratan Cina, mengungsi ke mana arah nya membawa pakaian di badan, menumpang kapal nelayan, Aku senang dengan ide yang baru saja kutemukan. Aku tidak motong cerita lama Opa. ”Opa mengenal kakek Lee dalam perjalanan itu?” aku me­ angin laut membawa. Tiga hari tiga malam....” berlayar meninggalkan daratan Cina, mengungsi ke mana arah nya membawa pakaian di badan, menumpang kapal nelayan, Aku senang dengan ide yang baru saja kutemukan. Aku tidak motong cerita lama Opa. ”Opa mengenal kakek Lee dalam perjalanan itu?” aku me­ angin laut membawa. Tiga hari tiga malam....” berlayar meninggalkan daratan Cina, mengungsi ke mana arah akan menghabiskan waktu di atas pesawat mendengar kisah Aku senang dengan ide yang baru saja kutemukan. Aku tidak motong cerita lama Opa. ”Opa mengenal kakek Lee dalam perjalanan itu?” aku me­ angin laut membawa. Tiga hari tiga malam....” berlayar meninggalkan daratan Cina, mengungsi ke mana arah akan menghabiskan waktu di atas pesawat mendengar kisah Aku senang dengan ide yang baru saja kutemukan. Aku tidak motong cerita lama Opa. ”Opa mengenal kakek Lee dalam perjalanan itu?” aku me­ angin laut membawa. Tiga hari tiga malam....” berlayar meninggalkan daratan Cina, mengungsi ke mana arah akan menghabiskan waktu di atas pesawat mendengar kisah Aku senang dengan ide yang baru saja kutemukan. Aku tidak motong cerita lama Opa. ”Opa mengenal kakek Lee dalam perjalanan itu?” aku me­ angin laut membawa. Tiga hari tiga malam....” berlayar meninggalkan daratan Cina, mengungsi ke mana arah akan menghabiskan waktu di atas pesawat mendengar kisah Aku senang dengan ide yang baru saja kutemukan. Aku tidak motong cerita lama Opa. ”Opa mengenal kakek Lee dalam perjalanan itu?” aku me­ angin laut membawa. Tiga hari tiga malam....” berlayar meninggalkan daratan Cina, mengungsi ke mana arah akan menghabiskan waktu di atas pesawat mendengar kisah Aku senang dengan ide yang baru saja kutemukan. Aku tidak motong cerita lama Opa. ”Opa mengenal kakek Lee dalam perjalanan itu?” aku me­ angin laut membawa. Tiga hari tiga malam....” heroik pengungsian Opa enam puluh tahun silam. Bukan karena akan menghabiskan waktu di atas pesawat mendengar kisah Aku senang dengan ide yang baru saja kutemukan. Aku tidak motong cerita lama Opa. ”Opa mengenal kakek Lee dalam perjalanan itu?” aku me­ angin laut membawa. Tiga hari tiga malam....” heroik pengungsian Opa enam puluh tahun silam. Bukan karena akan menghabiskan waktu di atas pesawat mendengar kisah Aku senang dengan ide yang baru saja kutemukan. Aku tidak motong cerita lama Opa. ”Opa mengenal kakek Lee dalam perjalanan itu?” aku me­ angin laut membawa. Tiga hari tiga malam....” heroik pengungsian Opa enam puluh tahun silam. Bukan karena akan menghabiskan waktu di atas pesawat mendengar kisah Aku senang dengan ide yang baru saja kutemukan. Aku tidak motong cerita lama Opa. ”Opa mengenal kakek Lee dalam perjalanan itu?” aku me­ angin laut membawa. Tiga hari tiga malam....” heroik pengungsian Opa enam puluh tahun silam. Bukan karena akan menghabiskan waktu di atas pesawat mendengar kisah Aku senang dengan ide yang baru saja kutemukan. Aku tidak motong cerita lama Opa. ”Opa mengenal kakek Lee dalam perjalanan itu?” aku me­ angin laut membawa. Tiga hari tiga malam....” heroik pengungsian Opa enam puluh tahun silam. Bukan karena akan menghabiskan waktu di atas pesawat mendengar kisah Aku senang dengan ide yang baru saja kutemukan. Aku tidak motong cerita lama Opa. ”Opa mengenal kakek Lee dalam perjalanan itu?” aku me­ itu tidak penting atau tidak menarik, tapi ayolah, aku bahkan heroik pengungsian Opa enam puluh tahun silam. Bukan karena akan menghabiskan waktu di atas pesawat mendengar kisah Aku senang dengan ide yang baru saja kutemukan. Aku tidak motong cerita lama Opa. ”Opa mengenal kakek Lee dalam perjalanan itu?” aku me­ itu tidak penting atau tidak menarik, tapi ayolah, aku bahkan heroik pengungsian Opa enam puluh tahun silam. Bukan karena akan menghabiskan waktu di atas pesawat mendengar kisah Aku senang dengan ide yang baru saja kutemukan. Aku tidak motong cerita lama Opa. ”Opa mengenal kakek Lee dalam perjalanan itu?” aku me­ itu tidak penting atau tidak menarik, tapi ayolah, aku bahkan heroik pengungsian Opa enam puluh tahun silam. Bukan karena akan menghabiskan waktu di atas pesawat mendengar kisah Aku senang dengan ide yang baru saja kutemukan. Aku tidak motong cerita lama Opa. ”Opa mengenal kakek Lee dalam perjalanan itu?” aku me­ itu tidak penting atau tidak menarik, tapi ayolah, aku bahkan heroik pengungsian Opa enam puluh tahun silam. Bukan karena akan menghabiskan waktu di atas pesawat mendengar kisah Aku senang dengan ide yang baru saja kutemukan. Aku tidak motong cerita lama Opa. ”Opa mengenal kakek Lee dalam perjalanan itu?” aku me­ itu tidak penting atau tidak menarik, tapi ayolah, aku bahkan heroik pengungsian Opa enam puluh tahun silam. Bukan karena akan menghabiskan waktu di atas pesawat mendengar kisah Aku senang dengan ide yang baru saja kutemukan. Aku tidak motong cerita lama Opa. hafal kalimat-kalimatnya. Jadi sebelum Opa semakin semangat itu tidak penting atau tidak menarik, tapi ayolah, aku bahkan heroik pengungsian Opa enam puluh tahun silam. Bukan karena akan menghabiskan waktu di atas pesawat mendengar kisah Aku senang dengan ide yang baru saja kutemukan. Aku tidak motong cerita lama Opa. hafal kalimat-kalimatnya. Jadi sebelum Opa semakin semangat itu tidak penting atau tidak menarik, tapi ayolah, aku bahkan heroik pengungsian Opa enam puluh tahun silam. Bukan karena akan menghabiskan waktu di atas pesawat mendengar kisah Aku senang dengan ide yang baru saja kutemukan. Aku tidak motong cerita lama Opa. hafal kalimat-kalimatnya. Jadi sebelum Opa semakin semangat itu tidak penting atau tidak menarik, tapi ayolah, aku bahkan heroik pengungsian Opa enam puluh tahun silam. Bukan karena akan menghabiskan waktu di atas pesawat mendengar kisah Aku senang dengan ide yang baru saja kutemukan. Aku tidak motong cerita lama Opa. hafal kalimat-kalimatnya. Jadi sebelum Opa semakin semangat itu tidak penting atau tidak menarik, tapi ayolah, aku bahkan heroik pengungsian Opa enam puluh tahun silam. Bukan karena akan menghabiskan waktu di atas pesawat mendengar kisah Aku senang dengan ide yang baru saja kutemukan. Aku tidak motong cerita lama Opa. hafal kalimat-kalimatnya. Jadi sebelum Opa semakin semangat itu tidak penting atau tidak menarik, tapi ayolah, aku bahkan heroik pengungsian Opa enam puluh tahun silam. Bukan karena akan menghabiskan waktu di atas pesawat mendengar kisah Aku senang dengan ide yang baru saja kutemukan. Aku tidak bercerita, hingga pesawat ini mendarat, sebaiknya segera dibelok­ hafal kalimat-kalimatnya. Jadi sebelum Opa semakin semangat itu tidak penting atau tidak menarik, tapi ayolah, aku bahkan heroik pengungsian Opa enam puluh tahun silam. Bukan karena akan menghabiskan waktu di atas pesawat mendengar kisah Aku senang dengan ide yang baru saja kutemukan. Aku tidak bercerita, hingga pesawat ini mendarat, sebaiknya segera dibelok­ hafal kalimat-kalimatnya. Jadi sebelum Opa semakin semangat itu tidak penting atau tidak menarik, tapi ayolah, aku bahkan heroik pengungsian Opa enam puluh tahun silam. Bukan karena akan menghabiskan waktu di atas pesawat mendengar kisah Aku senang dengan ide yang baru saja kutemukan. Aku tidak bercerita, hingga pesawat ini mendarat, sebaiknya segera dibelok­ hafal kalimat-kalimatnya. Jadi sebelum Opa semakin semangat itu tidak penting atau tidak menarik, tapi ayolah, aku bahkan heroik pengungsian Opa enam puluh tahun silam. Bukan karena akan menghabiskan waktu di atas pesawat mendengar kisah Aku senang dengan ide yang baru saja kutemukan. Aku tidak bercerita, hingga pesawat ini mendarat, sebaiknya segera dibelok­ hafal kalimat-kalimatnya. Jadi sebelum Opa semakin semangat itu tidak penting atau tidak menarik, tapi ayolah, aku bahkan heroik pengungsian Opa enam puluh tahun silam. Bukan karena akan menghabiskan waktu di atas pesawat mendengar kisah Aku senang dengan ide yang baru saja kutemukan. Aku tidak bercerita, hingga pesawat ini mendarat, sebaiknya segera dibelok­ hafal kalimat-kalimatnya. Jadi sebelum Opa semakin semangat itu tidak penting atau tidak menarik, tapi ayolah, aku bahkan heroik pengungsian Opa enam puluh tahun silam. Bukan karena akan menghabiskan waktu di atas pesawat mendengar kisah kan, dan Lee mungkin lebih bermanfaat sebagai topik percakapan. bercerita, hingga pesawat ini mendarat, sebaiknya segera dibelok­ hafal kalimat-kalimatnya. Jadi sebelum Opa semakin semangat itu tidak penting atau tidak menarik, tapi ayolah, aku bahkan heroik pengungsian Opa enam puluh tahun silam. Bukan karena akan menghabiskan waktu di atas pesawat mendengar kisah kan, dan Lee mungkin lebih bermanfaat sebagai topik percakapan. bercerita, hingga pesawat ini mendarat, sebaiknya segera dibelok­ hafal kalimat-kalimatnya. Jadi sebelum Opa semakin semangat itu tidak penting atau tidak menarik, tapi ayolah, aku bahkan heroik pengungsian Opa enam puluh tahun silam. Bukan karena akan menghabiskan waktu di atas pesawat mendengar kisah kan, dan Lee mungkin lebih bermanfaat sebagai topik percakapan. bercerita, hingga pesawat ini mendarat, sebaiknya segera dibelok­ hafal kalimat-kalimatnya. Jadi sebelum Opa semakin semangat itu tidak penting atau tidak menarik, tapi ayolah, aku bahkan heroik pengungsian Opa enam puluh tahun silam. Bukan karena akan menghabiskan waktu di atas pesawat mendengar kisah kan, dan Lee mungkin lebih bermanfaat sebagai topik percakapan. bercerita, hingga pesawat ini mendarat, sebaiknya segera dibelok­ hafal kalimat-kalimatnya. Jadi sebelum Opa semakin semangat itu tidak penting atau tidak menarik, tapi ayolah, aku bahkan heroik pengungsian Opa enam puluh tahun silam. Bukan karena akan menghabiskan waktu dimenarik, atas pesawat mendengar kisah kan, dan Lee mungkin lebih bermanfaat sebagai topik percakapan. bercerita, hingga pesawat ini mendarat, sebaiknya segera dibelok­ hafal kalimat-kalimatnya. Jadi sebelum Opa semakin semangat itu tidak penting atau tidak tapi ayolah, aku bahkan heroik pengungsian Opa enam puluh tahun silam. Bukan karena ”Kau jangan memotong kalimatku, Tommi.” Suara Opa ter­ kan, dan Lee mungkin lebih bermanfaat sebagai topik percakapan. bercerita, hingga pesawat ini mendarat, sebaiknya segera dibelok­ hafal kalimat-kalimatnya. Jadi sebelum Opa semakin semangat itu tidak penting atau tidak menarik, tapi ayolah, aku bahkan heroik pengungsian Opa enam puluh tahun silam. Bukan karena ”Kau jangan memotong kalimatku, Tommi.” Suara Opa ter­ kan, dan Lee mungkin lebih bermanfaat sebagai topik percakapan. bercerita, hingga pesawat ini mendarat, sebaiknya segera dibelok­ hafal kalimat-kalimatnya. Jadi sebelum Opa semakin semangat itu tidak penting atau tidak menarik, tapi ayolah, aku bahkan heroik pengungsian Opa enam puluh tahun silam. Bukan karena ”Kau jangan memotong kalimatku, Tommi.” Suara Opa ter­ kan, dan Lee mungkin lebih bermanfaat sebagai topik percakapan. bercerita, hingga pesawat ini mendarat, sebaiknya segera dibelok­ hafal kalimat-kalimatnya. Jadi sebelum Opa semakin semangat itu tidak penting atau tidak menarik, tapi ayolah, aku bahkan heroik pengungsian Opa enam puluh tahun silam. Bukan karena ”Kau jangan memotong kalimatku, Tommi.” Suara Opa ter­ kan, dan Lee mungkin lebih bermanfaat sebagai topik percakapan. bercerita, hingga pesawat ini mendarat, sebaiknya segera dibelok­ hafal kalimat-kalimatnya. Jadi sebelum Opa semakin semangat itu tidak penting atau tidak menarik, tapi ayolah, aku bahkan heroik pengungsian Opa enam puluh tahun silam. Bukan karena ”Kau jangan memotong kalimatku, Tommi.” Suara Opa ter­ kan, dan Lee mungkin lebih bermanfaat sebagai topik percakapan. bercerita, hingga pesawat ini mendarat, sebaiknya segera dibelok­ hafal kalimat-kalimatnya. Jadi sebelum Opa semakin semangat itu tidak penting atau tidak menarik, tapi ayolah, aku bahkan dengar sedikit sebal. ”Aku justru hendak menceritakan kakek ”Kau jangan memotong kalimatku, Tommi.” Suara Opa ter­ kan, dan Lee mungkin lebih bermanfaat sebagai topik percakapan. bercerita, hingga pesawat ini mendarat, sebaiknya segera dibelok­ hafal kalimat-kalimatnya. Jadi sebelum Opa semakin semangat itu tidak penting atau tidak menarik, tapi ayolah, aku bahkan dengar sedikit sebal. ”Aku justru hendak menceritakan kakek ”Kau jangan memotong kalimatku, Tommi.” Suara Opa ter­ kan, dan Lee mungkin lebih bermanfaat sebagai topik percakapan. bercerita, hingga pesawat ini mendarat, sebaiknya segera dibelok­ hafal kalimat-kalimatnya. Jadi sebelum Opa semakin semangat itu tidak penting atau tidak menarik, tapi ayolah, aku bahkan dengar sedikit sebal. ”Aku justru hendak menceritakan kakek ”Kau jangan memotong kalimatku, Tommi.” Suara Opa ter­ kan, dan Lee mungkin lebih bermanfaat sebagai topik percakapan. bercerita, hingga pesawat ini mendarat, sebaiknya segera dibelok­ hafal kalimat-kalimatnya. Jadi sebelum Opa semakin semangat itu tidak penting atau tidak menarik, tapi ayolah, aku bahkan dengar sedikit sebal. ”Aku justru hendak menceritakan kakek ”Kau jangan memotong kalimatku, Tommi.” Suara Opa ter­ kan, dan Lee mungkin lebih bermanfaat sebagai topik percakapan. bercerita, hingga pesawat ini mendarat, sebaiknya segera dibelok­ hafal kalimat-kalimatnya. Jadi sebelum Opa semakin semangat itu tidak penting atau tidak menarik, tapi ayolah, aku bahkan dengar sedikit sebal. ”Aku justru hendak menceritakan kakek ”Kau jangan memotong kalimatku, Tommi.” Suara Opa ter­ kan, dan Lee mungkin lebih bermanfaat sebagai topik percakapan. bercerita, hingga pesawat ini mendarat, sebaiknya segera dibelok­ hafal kalimat-kalimatnya. Jadi sebelum Opa semakin semangat Lee dalam kisah ini.” dengar sedikit sebal. ”Aku justru hendak menceritakan kakek ”Kau jangan memotong kalimatku, Tommi.” Suara Opa ter­ kan, dan Lee mungkin lebih bermanfaat sebagai topik percakapan. bercerita, hingga pesawat ini mendarat, sebaiknya segera dibelok­ hafal kalimat-kalimatnya. Jadi sebelum Opa semakin semangat Lee dalam kisah ini.” dengar sedikit sebal. ”Aku justru hendak menceritakan kakek ”Kau jangan memotong kalimatku, Tommi.” Suara Opa ter­ kan, dan Lee mungkin lebih bermanfaat sebagai topik percakapan. bercerita, hingga pesawat ini mendarat, sebaiknya segera dibelok­ hafal kalimat-kalimatnya. Jadi sebelum Opa semakin semangat Lee dalam kisah ini.” dengar sedikit sebal. ”Aku justru hendak menceritakan kakek ”Kau jangan memotong kalimatku, Tommi.” Suara Opa ter­ kan, dan Lee mungkin lebih bermanfaat sebagai topik percakapan. bercerita, hingga pesawat ini mendarat, sebaiknya segera dibelok­ hafal kalimat-kalimatnya. Jadi sebelum Opa semakin semangat Lee dalam kisah ini.” dengar sedikit sebal. ”Aku justru hendak menceritakan kakek ”Kau jangan memotong kalimatku, Tommi.” Suara Opa ter­ kan, dan Lee mungkin lebih bermanfaat sebagai topik percakapan. bercerita, hingga pesawat ini mendarat, sebaiknya segera dibelok­ hafal kalimat-kalimatnya. Jadi sebelum Opa semakin semangat Lee dalam kisah ini.” dengar sedikit sebal. ”Aku justru hendak menceritakan kakek ”Kau jangan memotong kalimatku, Tommi.” Suara Opa ter­ kan, dan Lee mungkin lebih bermanfaat sebagai topik percakapan. bercerita, hingga pesawat ini mendarat, sebaiknya segera dibelok­ ”Tapi bisa langsung loncat saja ke bagian itu, Opa? Tanpa Lee dalam kisah ini.” dengar sedikit sebal. ”Aku justru hendak menceritakan kakek ”Kau jangan memotong kalimatku, Tommi.” Suara Opa ter­ kan, dan Lee mungkin lebih bermanfaat sebagai topik percakapan. bercerita, hingga pesawat ini mendarat, sebaiknya segera dibelok­ ”Tapi bisa langsung loncat saja ke bagian itu, Opa? Tanpa Lee dalam kisah ini.” dengar sedikit sebal. ”Aku justru hendak menceritakan kakek ”Kau jangan memotong kalimatku, Tommi.” Suara Opa ter­ kan, dan Lee mungkin lebih bermanfaat sebagai topik percakapan. bercerita, hingga pesawat ini mendarat, sebaiknya segera dibelok­ ”Tapi bisa langsung loncat saja ke bagian itu, Opa? Tanpa Lee dalam kisah ini.” dengar sedikit sebal. ”Aku justru hendak menceritakan kakek ”Kau jangan memotong kalimatku, Tommi.” Suara Opa ter­ kan, dan Lee mungkin lebih bermanfaat sebagai topik percakapan. bercerita, hingga pesawat ini mendarat, sebaiknya segera dibelok­ ”Tapi bisa langsung loncat saja ke bagian itu, Opa? Tanpa Lee dalam kisah ini.” dengar sedikit sebal. ”Aku justru hendak menceritakan kakek ”Kau jangan memotong kalimatku, Tommi.” Suara Opa ter­ kan, dan Lee mungkin lebih bermanfaat sebagai topik percakapan. bercerita, hingga pesawat ini mendarat, sebaiknya segera dibelok­ ”Tapi bisa langsung loncat saja ke bagian itu, Opa? Tanpa Lee dalam kisah ini.” dengar sedikit sebal. ”Aku justru hendak menceritakan kakek ”Kau jangan memotong kalimatku, Tommi.” Suara Opa ter­ kan, dan Lee mungkin lebih bermanfaat sebagai topik percakapan. prolog.” ”Tapi bisa langsung loncat saja ke bagian itu, Opa? Tanpa Lee dalam kisah ini.” dengar sedikit sebal. ”Aku justru hendak menceritakan kakek ”Kau jangan memotong kalimatku, Tommi.” Suara Opa ter­ kan, dan Lee mungkin lebih bermanfaat sebagai topik percakapan. prolog.” ”Tapi bisa langsung loncat saja ke bagian itu, Opa? Tanpa Lee dalam kisah ini.” dengar sedikit sebal. ”Aku justru hendak menceritakan kakek ”Kau jangan memotong kalimatku, Tommi.” Suara Opa ter­ kan, dan Lee mungkin lebih bermanfaat sebagai topik percakapan. prolog.” ”Tapi bisa langsung loncat saja ke bagian itu, Opa? Tanpa Lee dalam kisah ini.” dengar sedikit sebal. ”Aku justru hendak menceritakan kakek ”Kau jangan memotong kalimatku, Tommi.” Suara Opa ter­ kan, dan Lee mungkin lebih bermanfaat sebagai topik percakapan. prolog.” ”Tapi bisa langsung loncat saja ke bagian itu, Opa? Tanpa Lee dalam kisah ini.” dengar sedikit sebal. ”Aku justru hendak menceritakan kakek ”Kau jangan memotong kalimatku, Tommi.” Suara Opa ter­ kan, dan Lee mungkin lebih bermanfaat sebagai topik percakapan. prolog.” ”Tapi bisa langsung loncat saja ke bagian itu, Opa? Tanpa Lee dalam kisah ini.” dengar sedikit sebal. ”Aku justru hendak menceritakan kakek ”Kau jangan memotong kalimatku, Tommi.” Suara Opa ter­ Opa menatapku kesal. ”Aku lebih suka Tommi yang masih prolog.” ”Tapi bisa langsung loncat saja ke bagian itu, Opa? Tanpa Lee dalam kisah ini.” dengar sedikit sebal. ”Aku justru hendak menceritakan kakek ”Kau jangan memotong kalimatku, Tommi.” Suara Opa ter­ Opa menatapku kesal. ”Aku lebih suka Tommi yang masih prolog.” ”Tapi bisa langsung loncat saja ke bagian itu, Opa? Tanpa Lee dalam kisah ini.” dengar sedikit sebal. ”Aku justru hendak menceritakan kakek ”Kau jangan memotong kalimatku, Tommi.” Suara Opa ter­ Opa menatapku kesal. ”Aku lebih suka Tommi yang masih prolog.” ”Tapi bisa langsung loncat saja ke bagian itu, Opa? Tanpa Lee dalam kisah ini.” dengar sedikit sebal. ”Aku justru hendak menceritakan kakek ”Kau jangan memotong kalimatku, Tommi.” Suara Opa ter­ Opa menatapku kesal. ”Aku lebih suka Tommi yang masih prolog.” ”Tapi bisa langsung loncat saja ke bagian itu, Opa? Tanpa Lee dalam kisah ini.” dengar sedikit sebal. ”Aku justru hendak menceritakan kakek ”Kau jangan memotong kalimatku, Tommi.” Suara Opa ter­ Opa menatapku kesal. ”Aku lebih suka Tommi yang masih prolog.” ”Tapi bisa langsung loncat saja ke bagian itu, Opa? Tanpa Lee dalam kisah ini.” dengar sedikit sebal. ”Aku justru hendak menceritakan kakek usia belasan tahun. Tommi yang satu itu selalu mendengarkan Opa menatapku kesal. ”Aku lebih suka Tommi yang masih prolog.” ”Tapi bisa langsung loncat saja ke bagian itu, Opa? Tanpa Lee dalam kisah ini.” dengar sedikit sebal. ”Aku justru hendak menceritakan kakek usia belasan tahun. Tommi yang satu itu selalu mendengarkan Opa menatapku kesal. ”Aku lebih suka Tommi yang masih prolog.” ”Tapi bisa langsung loncat saja ke bagian itu, Opa? Tanpa Lee dalam kisah ini.” dengar sedikit sebal. ”Aku justru hendak menceritakan kakek usia belasan tahun. Tommi yang satu itu selalu Opa menatapku ”Aku lebih Tommi yang Tanpa masih prolog.” ”Tapi bisa langsung loncat saja ke suka bagian itu,mendengarkan Opa? Lee dalam kisah ini.”kesal.



Kadek yang duduk ditidak belakangku bahkan terbatuk kecil men­ ”Ya, kau benar. Aku bertemu dengan Chai Ten, kakek Lee di lalu tidak sabaran danBerbeda tidak sopan menghindar.” ceritaku, duduk rapi. dengan Tommi sekarang, dia se­ jengkel Opa—sepertinya Kadek menahan tawa. dengar kalimat Kadek yang duduk di belakangku bahkan terbatuk kecil men­ lalu tidak sabaran dan sopan menghindar.” ceritaku, duduk rapi. Berbeda dengan Tommi sekarang, dia se­ ”Ya, kau benar. Aku bertemu dengan Chai Ten, kakek Lee di Aku menoleh, mengacungkan kepal tinju ke belakang kursi. jengkel Opa—sepertinya Kadek menahan tawa. dengar kalimat Kadek yang duduk di belakangku bahkan terbatuk kecil men­ lalu tidak sabaran dan tidak sopan menghindar.” ceritaku, duduk rapi. Berbeda dengan Tommi sekarang, dia se­ ”Ya, kau benar. Aku bertemu dengan Chai Ten, kakek Lee di Aku menoleh, mengacungkan kepal tinju ke belakang kursi. jengkel Opa—sepertinya Kadek menahan tawa. dengar kalimat atas kapal nelayan bocor itu. Waktu itu usianya sama denganku, Kadek yang duduk di belakangku bahkan terbatuk kecil men­ lalu tidak sabaran dan tidak sopan menghindar.” ceritaku, duduk rapi. Berbeda dengan Tommi sekarang, dia se­ ”Ya, kau benar. Aku bertemu dengan Chai Ten, kakek Lee di Aku menoleh, mengacungkan kepal tinju ke belakang kursi. jengkel Opa—sepertinya Kadek menahan tawa. dengar kalimat atas kapal nelayan bocor itu. Waktu itu usianya sama denganku, Kadek yang duduk di belakangku bahkan terbatuk kecil men­ lalu tidak sabaran dan tidak sopan menghindar.” ”Ya, kau benar. Aku bertemu dengan Chai Ten, kakek Lee di Aku menoleh, mengacungkan kepal tinju ke belakang kursi. jengkel Opa—sepertinya Kadek menahan tawa. dengar kalimat atas kapal nelayan bocor itu. Waktu itu usianya sama denganku, Kadek yang duduk di belakangku bahkan terbatuk kecil men­ lalu tidak sabaran dan tidak sopan menghindar.” Aku menoleh, mengacungkan kepal tinju ke belakang kursi. jengkel Opa—sepertinya Kadek menahan tawa. dengar kalimat Kadek yang duduk di belakangku bahkan terbatuk kecil men­ lalu tidak sabaran dan tidak sopan menghindar.” atas kapal nelayan bocor itu. Waktu itu usianya sama denganku, ”Ya, kau benar. Aku bertemu dengan Chai Ten, kakek Lee di Aku menoleh, mengacungkan kepal tinju ke belakang kursi. jengkel Opa—sepertinya Kadek menahan tawa. dengar kalimat Kadek yang duduk di belakangku bahkan terbatuk kecil men­ lalu tidak sabaran dan tidak sopan menghindar.” atas kapal nelayan bocor itu. Waktu itu usianya sama denganku, ”Ya, kau benar. Aku bertemu dengan Chai Ten, kakek Lee di Aku menoleh, mengacungkan kepal tinju ke belakang kursi. enam belas tahun. Kami sama-sama kurus, kurang gizi, ber­ jengkel Opa—sepertinya Kadek menahan tawa. dengar kalimat Kadek yang duduk di belakangku bahkan terbatuk kecil men­ lalu tidak sabaran dan tidak sopan menghindar.” atas kapal nelayan bocor itu. Waktu itu usianya sama denganku, ”Ya, kau benar. Aku bertemu dengan Chai Ten, kakek Lee di Aku menoleh, mengacungkan kepal tinju ke belakang kursi. enam belas tahun. Kami sama-sama kurus, kurang gizi, ber­ jengkel Opa—sepertinya Kadek menahan tawa. dengar kalimat Kadek yang duduk di belakangku bahkan terbatuk kecil men­ atas kapal nelayan bocor itu. Waktu itu usianya sama denganku, ”Ya, kau benar. Aku bertemu dengan Chai Ten, kakek Lee di Aku menoleh, mengacungkan kepal tinju ke belakang kursi. enam belas tahun. Kami sama-sama kurus, kurang gizi, ber­ jengkel Opa—sepertinya Kadek menahan tawa. dengar kalimat Kadek yang duduk di belakangku bahkan terbatuk kecil men­ ”Ya, kau benar. Aku bertemu dengan Chai Ten, kakek Lee di Aku menoleh, mengacungkan kepal tinju ke belakang kursi. jengkel Opa—sepertinya Kadek menahan tawa. dengar kalimat Kadek yang duduk di belakangku bahkan terbatuk kecil men­ enam belas tahun. Kami sama-sama kurus, kurang gizi, ber­ atas kapal nelayan bocor itu. Waktu itu usianya sama denganku, ”Ya, kau benar. Aku bertemu dengan Chai Ten, kakek Lee di Aku menoleh, mengacungkan kepal tinju ke belakang kursi. jengkel Opa—sepertinya Kadek menahan tawa. dengar kalimat Kadek yang duduk di belakangku bahkan terbatuk kecil men­ enam belas tahun. Kami sama-sama kurus, kurang gizi, ber­ atas kapal nelayan bocor itu. Waktu itu usianya sama denganku, ”Ya, kau benar. Aku bertemu dengan Chai Ten, kakek Lee di dekil, terlihat kusam, cocok sekali dengan pe­ pakaian kumal, Aku menoleh, mengacungkan kepal tinju ke belakang kursi. jengkel Opa—sepertinya Kadek menahan tawa. dengar kalimat Kadek yang duduk di belakangku bahkan terbatuk kecil men­ enam belas tahun. Kami sama-sama kurus, kurang gizi, ber­ atas kapal nelayan bocor itu. Waktu itu usianya sama denganku, ”Ya, kau benar. Aku bertemu dengan Chai Ten, kakek Lee di dekil, terlihat kusam, cocok sekali dengan pe­ pakaian kumal, Aku menoleh, mengacungkan kepal tinju ke belakang kursi. jengkel Opa—sepertinya Kadek menahan tawa. dengar kalimat enam belas tahun. Kami sama-sama kurus, kurang gizi, ber­ atas kapal nelayan bocor itu. Waktu itu usianya sama denganku, ”Ya, kau benar. Aku bertemu dengan Chai Ten, kakek Lee di dekil, terlihat kusam, cocok sekali dengan pe­ pakaian kumal, Aku menoleh, mengacungkan kepal tinju ke belakang kursi. jengkel Opa—sepertinya Kadek menahan tawa. dengar kalimat atas kapal nelayan bocor itu. Waktu itu usianya sama denganku, ”Ya, kau benar. Aku bertemu dengan Chai Ten, kakek Lee di Aku menoleh, mengacungkan kepal tinju ke belakang kursi. jengkel Opa—sepertinya Kadek menahan tawa. dengar kalimat dekil, terlihat kusam, cocok sekali dengan pe­ pakaian kumal, enam belas tahun. Kami sama-sama kurus, kurang gizi, ber­ atas kapal nelayan bocor itu. Waktu itu usianya sama denganku, ”Ya, kau benar. Aku bertemu dengan Chai Ten, kakek Lee di Aku menoleh, mengacungkan kepal tinju ke belakang kursi. jengkel Opa—sepertinya Kadek menahan tawa. dengar kalimat dekil, terlihat kusam, cocok sekali dengan pe­ pakaian kumal, enam belas tahun. Kami sama-sama kurus, kurang gizi, ber­ atas kapal nelayan bocor itu. Waktu itu usianya sama denganku, nampilan pengungsi. Aku dan Chai Ten berasal dari wilayah ”Ya, kau benar. Aku bertemu dengan Chai Ten, kakek Lee di Aku menoleh, mengacungkan kepal tinju ke belakang kursi. jengkel Opa—sepertinya Kadek menahan tawa. dengar kalimat dekil, terlihat kusam, cocok sekali dengan pe­ pakaian kumal, enam belas tahun. Kami sama-sama kurus, kurang gizi, ber­ atas kapal nelayan bocor itu. Waktu itu usianya sama denganku, nampilan pengungsi. Aku dan Chai Ten berasal dari wilayah ”Ya, kau benar. Aku bertemu dengan Chai Ten, kakek Lee di Aku menoleh, mengacungkan kepal tinju ke belakang kursi. dekil, terlihat kusam, cocok sekali dengan pe­ pakaian kumal, enam belas tahun. Kami sama-sama kurus, kurang gizi, ber­ atas kapal nelayan bocor itu. Waktu itu usianya sama denganku, nampilan pengungsi. Aku dan Chai Ten berasal dari wilayah ”Ya, kau benar. Aku bertemu dengan Chai Ten, kakek Lee di Aku menoleh, mengacungkan kepal tinju ke belakang kursi. enam belas tahun. Kami sama-sama kurus, kurang gizi, ber­ atas kapal nelayan bocor itu. Waktu itu usianya sama denganku, ”Ya, kau benar. Aku bertemu dengan Chai Ten, kakek Lee di Aku menoleh, mengacungkan kepal tinju ke belakang kursi. nampilan pengungsi. Aku dan Chai Ten berasal dari wilayah dekil, terlihat kusam, cocok sekali dengan pe­ pakaian kumal, enam belas tahun. Kami sama-sama kurus, kurang gizi, ber­ atas kapal nelayan bocor itu. Waktu itu usianya sama denganku, ”Ya, kau benar. Aku bertemu dengan Chai Ten, kakek Lee di Aku menoleh, mengacungkan kepal tinju ke belakang kursi. nampilan pengungsi. Aku dan Chai Ten berasal dari wilayah dekil, terlihat kusam, cocok sekali dengan pe­ pakaian kumal, enam belas tahun. Kami sama-sama kurus, kurang gizi, ber­ daratan Cina yang sama, Guangzhou. Namun, kami baru saling atas kapal nelayan bocor itu. Waktu itu usianya sama denganku, ”Ya, kau benar. Aku bertemu dengan Chai Ten, kakek Lee di Aku menoleh, mengacungkan kepal tinju ke belakang kursi. nampilan pengungsi. Aku dan Chai Ten berasal dari wilayah dekil, terlihat kusam, cocok sekali dengan pe­ pakaian kumal, enam belas tahun. Kami sama-sama kurus, kurang gizi, ber­ daratan Cina yang sama, Guangzhou. Namun, kami baru saling atas kapal nelayan bocor itu. Waktu itu usianya sama denganku, ”Ya, kau benar. Aku bertemu dengan Chai Ten, kakek Lee di nampilan pengungsi. Aku dan Chai Ten berasal dari wilayah dekil, terlihat kusam, cocok sekali dengan pe­ pakaian kumal, enam belas tahun. Kami sama-sama kurus, kurang gizi, ber­ daratan Cina yang sama, Guangzhou. Namun, kami baru saling atas kapal nelayan bocor itu. Waktu itu usianya sama denganku, ”Ya, kau benar. Aku bertemu dengan Chai Ten, kakek Lee di dekil, terlihat kusam, cocok sekali dengan pe­ pakaian kumal, enam belas tahun. Kami sama-sama kurus, kurang gizi, ber­ atas kapal nelayan bocor itu. Waktu itu usianya sama denganku, ”Ya, kau benar. Aku bertemu dengan Chai Ten, kakek Lee di daratan Cina yang sama, Guangzhou. Namun, kami baru saling nampilan pengungsi. Aku dan Chai Ten berasal dari wilayah dekil, terlihat kusam, cocok sekali dengan pe­ pakaian kumal, enam belas tahun. Kami sama-sama kurus, kurang gizi, ber­ atas kapal nelayan bocor itu. Waktu itu usianya sama denganku, ”Ya, kau benar. Aku bertemu dengan Chai Ten, kakek Lee di daratan Cina yang sama, Guangzhou. Namun, kami baru saling nampilan pengungsi. Aku dan Chai Ten berasal dari wilayah dekil, terlihat kusam, cocok sekali dengan pe­ pakaian kumal, di atas kapal. me­ n genal setelah enam belas tahun. Kami sama-sama kurus, kurang gizi, ber­ atas kapal nelayan bocor itu. Waktu itu usianya sama denganku, ”Ya, kau benar. Aku bertemu dengan Chai Ten, kakek Lee di daratan Cina yang sama, Guangzhou. Namun, kami baru saling nampilan pengungsi. Aku dan Chai Ten berasal dari wilayah dekil, terlihat kusam, cocok sekali dengan pe­ pakaian kumal, di atas kapal. me­ n genal setelah enam belas tahun. Kami sama-sama kurus, kurang gizi, ber­ atas kapal nelayan bocor itu. Waktu itu usianya sama denganku, daratan Cina yang sama, Guangzhou. Namun, kami baru saling nampilan pengungsi. Aku dan Chai Ten berasal dari wilayah dekil, terlihat kusam, cocok sekali dengan pe­ pakaian kumal, di atas kapal. me­ n genal setelah enam belas tahun. Kami sama-sama kurus, kurang gizi, ber­ atas kapal nelayan bocor itu. Waktu itu usianya sama denganku, nampilan pengungsi. Aku dan Chai Ten berasal dari wilayah dekil, terlihat kusam, cocok sekali dengan pe­ pakaian kumal, enam belas tahun. Kami sama-sama kurus, kurang gizi, ber­ atas kapal nelayan bocor itu. Waktu itu usianya sama denganku, di atas kapal. me­ n genal setelah daratan Cina yang sama, Guangzhou. Namun, kami baru saling nampilan pengungsi. Aku dan Chai Ten berasal dari wilayah dekil, terlihat kusam, cocok sekali dengan pe­ pakaian kumal, enam belas tahun. Kami sama-sama kurus, kurang gizi, ber­ atas kapal nelayan bocor itu. Waktu itu usianya sama denganku, di atas kapal. me­ n genal setelah daratan Cina yang sama, Guangzhou. Namun, kami baru saling nampilan pengungsi. Aku dan Chai Ten berasal dari wilayah Setelah berminggu-minggu di atas kapal, kami dekat satu dekil, terlihat kusam, cocok sekali dengan pe­ pakaian kumal, enam belas tahun. Kami sama-sama kurus, kurang gizi, ber­ atas kapal nelayan itu. Waktu ituTen usianya sama denganku, di atas kapal. me­ n setelah daratan Cina yang sama, Guangzhou. Namun, kami baru saling nampilan pengungsi. Aku dan Chai berasal dari wilayah Setelah berminggu-minggu di atas kapal, kami dekat satu dekil, terlihat kusam, cocok sekali dengan pe­ pakaian kumal, enam belas tahun. Kami sama-sama kurus, kurang gizi, ber­ dibocor atas kapal. me­ ngenal genal setelah daratan Cina yang sama, Guangzhou. Namun, kami baru saling nampilan pengungsi. Aku dan Chai Ten berasal wilayah Setelah berminggu-minggu di atas kapal, kami dekat satu dekil, terlihat cocok sekali dengan pe­ pakaian kumal, enam belas tahun. Kami sama-sama kurus, kurang gizi, ber­ daratan Cina yang sama, Guangzhou. Namun, kamidari baru saling nampilan pengungsi. Aku dankusam, Chai Ten berasal dari wilayah dekil, terlihat kusam, cocok sekali dengan pe­ pakaian kumal, enam belas tahun. Kami sama-sama kurus, kurang gizi, ber­ Setelah berminggu-minggu di atas kapal, kami dekat satu di atas kapal. me­ n genal setelah daratan Cina yang sama, Guangzhou. Namun, kami baru saling nampilan pengungsi. Aku dan Chai Ten berasal dari wilayah dekil, terlihat kusam, cocok sekali dengan pe­ pakaian kumal, enam belas tahun. Kami sama-sama kurus, kurang gizi, ber­ Setelah berminggu-minggu di atas kapal, kami dekat satu di atas kapal. me­ n genal setelah daratan Cina yang sama, Guangzhou. Namun, kami baru saling sama lain. Berbagi cerita, berbagi makanan, berbagi apa pun, nampilan pengungsi. Aku dan Chai Ten berasal dari wilayah dekil, terlihat kusam, cocok sekali dengan pe­ pakaian kumal, enam belas tahun. Kami sama-sama kurus, kurang gizi, ber­ Setelah berminggu-minggu di atas kapal, kami dekat satu di atas kapal. me­ n genal setelah daratan Cina yang sama, Guangzhou. Namun, kami baru saling sama lain. Berbagi cerita, berbagi makanan, berbagi apa pun, nampilan pengungsi. Aku dan Chai Ten berasal dari wilayah dekil, terlihat kusam, cocok sekali dengan pe­ pakaian kumal, Setelah berminggu-minggu di atas kapal, kami dekat satu di atas kapal. me­ n genal setelah daratan Cina yang sama, Guangzhou. Namun, kami baru saling sama lain. Berbagi cerita, berbagi makanan, berbagi apa pun, nampilan pengungsi. Aku dan Chai Ten berasal dari wilayah dekil, terlihat kusam, cocok sekali dengan pe­ pakaian kumal, di atas kapal. me­ n genal setelah daratan Cina yang sama, Guangzhou. Namun, kami baru saling nampilan pengungsi. Aku dan Chai Ten berasal dari wilayah dekil, terlihat kusam, cocok sekali dengan pe­ pakaian kumal, sama lain. Berbagi cerita, berbagi makanan, berbagi apa pun, Setelah berminggu-minggu di atas kapal, kami dekat satu di atas kapal. me­ n genal setelah daratan Cina yang sama, Guangzhou. Namun, kami baru saling nampilan pengungsi. Aku dan Chai Ten berasal dari wilayah dekil, terlihat kusam, cocok sekali dengan pe­ pakaian kumal, sama lain. Berbagi cerita, berbagi makanan, berbagi apa pun, Setelah berminggu-minggu di atas kapal, kami dekat satu di atas kapal. me­ n genal setelah termasuk berbagi tugas yang disuruh oleh pemilik kapal. Itu daratan Cina yang sama, Guangzhou. Namun, kami baru saling nampilan pengungsi. Aku dan Chai Ten berasal dari wilayah dekil, terlihat kusam, cocok sekali dengan pe­ pakaian kumal, sama lain. Berbagi cerita, berbagi makanan, berbagi apa pun, Setelah berminggu-minggu di atas kapal, kami dekat satu di atas kapal. me­ n genal setelah termasuk berbagi tugas yang disuruh oleh pemilik kapal. Itu daratan Cina yang sama, Guangzhou. Namun, kami baru saling nampilan pengungsi. Aku dan Chai Ten berasal dari wilayah sama lain. Berbagi cerita, berbagi makanan, berbagi apa pun, Setelah berminggu-minggu di atas kapal, kami dekat satu di atas kapal. me­ n genal setelah termasuk berbagi tugas yang disuruh oleh pemilik kapal. Itu daratan Cina yang sama, Guangzhou. Namun, kami baru saling nampilan pengungsi. Aku dan Chai Ten berasal dari wilayah Setelah berminggu-minggu di atas kapal, kami dekat satu di atas kapal. me­ n genal setelah daratan Cina yang sama, Guangzhou. Namun, kami baru saling nampilan pengungsi. Aku dan Chai Ten berasal dari wilayah termasuk berbagi tugas yang disuruh oleh pemilik kapal. Itu sama lain. Berbagi cerita, berbagi makanan, berbagi apa pun, Setelah berminggu-minggu di atas kapal, kami dekat satu di atas kapal. me­ n genal setelah daratan Cina yang sama, Guangzhou. Namun, kami baru saling nampilan pengungsi. Aku dan Chai Ten berasal dari wilayah termasuk berbagi tugas yang disuruh oleh pemilik kapal. Itu sama lain. Berbagi cerita, berbagi makanan, berbagi apa pun, Setelah berminggu-minggu di atas kapal, kami dekat satu perjalanan hidup-mati, melintasi ribuan mil, melewati badai. di atas kapal. me­ n genal setelah daratan Cina yang sama, Guangzhou. Namun, kami baru saling nampilan pengungsi. Aku dan Chai Ten berasal dari wilayah termasuk berbagi tugas yang disuruh oleh pemilik kapal. Itu sama lain. Berbagi cerita, berbagi makanan, berbagi apa pun, Setelah berminggu-minggu di atas kapal, kami dekat satu perjalanan hidup-mati, melintasi ribuan mil, melewati badai. di atas kapal. me­ n genal setelah daratan Cina yang sama, Guangzhou. Namun, kami baru saling termasuk berbagi tugas yang disuruh oleh pemilik kapal. Itu sama lain. Berbagi cerita, berbagi makanan, berbagi apa pun, Setelah berminggu-minggu di atas kapal, kami dekat satu perjalanan hidup-mati, melintasi ribuan mil, melewati badai. di atas kapal. me­ n genal setelah daratan Cina yang sama, Guangzhou. Namun, kami baru saling sama lain. Berbagi cerita, berbagi makanan, berbagi apa pun, Setelah berminggu-minggu di atas kapal, kami dekat satu di atas kapal. me­ n genal setelah daratan Cina yang sama, Guangzhou. Namun, kami baru saling perjalanan hidup-mati, melintasi ribuan mil, melewati badai. termasuk berbagi tugas yang disuruh oleh pemilik kapal. Itu sama lain. Berbagi cerita, berbagi makanan, berbagi apa pun, Setelah berminggu-minggu di atas kapal, kami dekat satu di atas kapal. me­ n genal setelah daratan Cina yang sama, Guangzhou. Namun, kami baru saling perjalanan hidup-mati, melintasi ribuan mil, melewati badai. termasuk berbagi tugas yang disuruh oleh pemilik kapal. Itu sama lain. Berbagi cerita, berbagi makanan, berbagi apa pun, Tanpa teman karib yang saling menjaga, kau tidak akan ber­ Setelah berminggu-minggu di atas kapal, kami dekat satu di atas kapal. me­ n genal setelah daratan Cina yang sama, Guangzhou. Namun, kami baru saling perjalanan hidup-mati, melintasi ribuan mil, melewati badai. termasuk berbagi tugas yang disuruh oleh pemilik kapal. Itu sama lain. Berbagi cerita, berbagi makanan, berbagi apa pun, Tanpa teman karib yang saling menjaga, kau tidak akan ber­ Setelah berminggu-minggu di atas kapal, kami dekat satu di atas kapal. me­ n genal setelah perjalanan hidup-mati, melintasi ribuan mil, melewati badai. termasuk berbagi tugas yang disuruh oleh pemilik kapal. Itu sama lain. Berbagi cerita, berbagi makanan, berbagi apa pun, Tanpa teman karib yang saling menjaga, kau tidak akan ber­ Setelah berminggu-minggu di atas kapal, kami dekat satu di atas kapal. me­ n genal setelah termasuk berbagi tugas yang disuruh oleh pemilik kapal. Itu sama lain. Berbagi cerita, berbagi makanan, berbagi apa pun, Setelah berminggu-minggu di atas kapal, kami dekat satu di atas kapal. me­ n genal setelah Tanpa teman karib yang saling menjaga, kau tidak akan ber­ perjalanan hidup-mati, melintasi ribuan mil, melewati badai. termasuk berbagi tugas yang disuruh oleh pemilik kapal. Itu sama lain. Berbagi cerita, berbagi makanan, berbagi apa pun, Setelah berminggu-minggu di atas kapal, kami dekat satu di atas kapal. me­ n genal setelah Tanpa teman karib yang saling menjaga, kau tidak akan ber­ perjalanan hidup-mati, melintasi ribuan mil, melewati badai. termasuk berbagi tugas yang disuruh oleh pemilik kapal. Itu tahan lama.” Opa mendongak, menatap langit-langit pesawat jet, sama lain. Berbagi cerita, berbagi makanan, berbagi apa pun, Setelah berminggu-minggu di atas kapal, kami dekat satu di atas kapal. me­ n genal setelah Tanpa teman karib yang saling menjaga, kau tidak akan ber­ perjalanan hidup-mati, melintasi ribuan mil, melewati badai. termasuk berbagi tugas yang disuruh oleh pemilik kapal. Itu tahan lama.” Opa mendongak, menatap langit-langit pesawat jet, sama lain. Berbagi cerita, berbagi makanan, berbagi apa pun, Setelah berminggu-minggu di atas kapal, kami dekat satu Tanpa teman karib yang saling menjaga, kau tidak akan ber­ perjalanan hidup-mati, melintasi ribuan mil, melewati badai. termasuk berbagi tugas yang disuruh oleh pemilik kapal. Itu tahan lama.” Opa mendongak, menatap langit-langit pesawat jet, sama lain. Berbagi cerita, berbagi makanan, berbagi apa pun, Setelah berminggu-minggu di atas kapal, kami dekat satu perjalanan hidup-mati, melintasi ribuan mil, melewati badai. termasuk berbagi tugas yang disuruh oleh pemilik kapal. Itu sama lain. Berbagi cerita, berbagi makanan, berbagi apa pun, Setelah berminggu-minggu di atas kapal, kami dekat satu tahan lama.” Opa mendongak, menatap langit-langit pesawat jet, Tanpa teman karib yang saling menjaga, kau tidak akan ber­ perjalanan hidup-mati, melintasi ribuan mil, melewati badai. termasuk berbagi tugas yang disuruh oleh pemilik kapal. Itu sama lain. Berbagi cerita, berbagi makanan, berbagi apa pun, Setelah berminggu-minggu di atas kapal, kami dekat satu tahan lama.” Opa mendongak, menatap langit-langit pesawat jet, Tanpa teman karib yang saling menjaga, kau tidak akan ber­ perjalanan hidup-mati, melintasi ribuan mil, melewati badai. diam sejenak. termasuk berbagi tugas yang disuruh oleh pemilik kapal. Itu sama lain. Berbagi cerita, berbagi makanan, berbagi apa pun, Setelah berminggu-minggu di atas kapal, kami dekat satu tahan lama.” Opa mendongak, menatap langit-langit pesawat jet, Tanpa teman karib yang saling menjaga, kau tidak akan ber­ perjalanan hidup-mati, melintasi ribuan mil, melewati badai. diam sejenak. termasuk berbagi tugas yang disuruh oleh pemilik kapal. Itu sama lain. Berbagi cerita, berbagi makanan, berbagi apa pun, tahan lama.” Opa mendongak, menatap langit-langit pesawat jet, Tanpa teman karib yang saling menjaga, kau tidak akan ber­ perjalanan hidup-mati, melintasi ribuan mil, melewati badai. diam sejenak. termasuk berbagi tugas yang disuruh oleh pemilik kapal. Itu sama lain. Berbagi cerita, berbagi makanan, berbagi apa pun, Tanpa teman karib yang saling menjaga, kau tidak akan ber­ perjalanan hidup-mati, melintasi ribuan mil, melewati badai. termasuk berbagi tugas yang disuruh oleh pemilik kapal. Itu sama lain. Berbagi cerita, berbagi makanan, berbagi apa pun, diam sejenak. tahan lama.” Opa mendongak, menatap langit-langit pesawat jet, Tanpa teman karib yang saling menjaga, kau tidak akan ber­ perjalanan hidup-mati, melintasi ribuan mil, melewati badai. termasuk berbagi tugas yang disuruh oleh pemilik kapal. Itu sama lain. Berbagi cerita, berbagi makanan, berbagi apa pun, diam sejenak. tahan lama.” Opa mendongak, menatap langit-langit pesawat jet, Tanpa teman karib yang saling menjaga, kau tidak akan ber­ ”Lee tadi pagi bilang kalau keluarganya yang seharusnya perjalanan hidup-mati, melintasi ribuan mil, melewati badai. termasuk berbagi tugas yang disuruh oleh pemilik kapal. Itu sama lain. Berbagi cerita, berbagi makanan, berbagi apa pun, diam sejenak. tahan lama.” Opa mendongak, menatap langit-langit pesawat jet, Tanpa teman karib yang saling menjaga, kau tidak akan ber­ ”Lee tadi pagi bilang kalau keluarganya yang seharusnya perjalanan hidup-mati, melintasi ribuan mil, melewati badai. termasuk berbagi tugas yang disuruh oleh pemilik kapal. Itu diam sejenak. tahan lama.” Opa mendongak, menatap langit-langit pesawat jet, Tanpa teman karib yang saling menjaga, kau tidak akan ber­ ”Lee tadi pagi bilang kalau keluarganya yang seharusnya perjalanan hidup-mati, melintasi ribuan mil, melewati badai. termasuk berbagi tugas yang disuruh oleh pemilik kapal. Itu tahan lama.” Opa mendongak, menatap langit-langit pesawat jet, Tanpa teman karib yang saling menjaga, kau tidak akan ber­ perjalanan hidup-mati, melintasi ribuan mil, melewati badai. termasuk berbagi tugas yang disuruh oleh pemilik kapal. Itu ”Lee tadi pagi bilang kalau keluarganya yang seharusnya diam sejenak. tahan lama.” Opa mendongak, menatap langit-langit pesawat jet, Tanpa teman karib yang saling menjaga, kau tidak akan ber­ perjalanan hidup-mati, melintasi ribuan mil, melewati badai. termasuk berbagi tugas yang disuruh oleh pemilik kapal. Itu ”Lee tadi pagi bilang kalau keluarganya yang seharusnya diam sejenak. tahan lama.” Opa mendongak, menatap langit-langit pesawat jet, berterima kasih kepada Opa? Apa yang sebenarnya terjadi di Tanpa teman karib yang saling menjaga, kau tidak akan ber­ perjalanan hidup-mati, melintasi ribuan mil, melewati badai. termasuk berbagi tugas yang disuruh oleh pemilik kapal. Itu ”Lee tadi pagi bilang kalau keluarganya yang seharusnya diam sejenak. tahan lama.” Opa mendongak, menatap langit-langit pesawat jet, berterima kasih kepada Opa? Apa yang sebenarnya terjadi di Tanpa teman karib yang saling menjaga, kau tidak akan ber­ perjalanan hidup-mati, melintasi ribuan mil, melewati badai. ”Lee tadi pagi bilang kalau keluarganya yang seharusnya diam sejenak. tahan lama.” Opa mendongak, menatap langit-langit pesawat jet, berterima kasih kepada Opa? Apa yang sebenarnya terjadi di Tanpa teman karib yang saling menjaga, kau tidak akan ber­ perjalanan hidup-mati, melintasi ribuan mil, melewati badai. diam sejenak. tahan lama.” Opa mendongak, menatap langit-langit pesawat jet, Tanpa teman karib yang saling menjaga, kau tidak akan ber­ perjalanan hidup-mati, melintasi ribuan mil, melewati badai. berterima kasih kepada Opa? Apa yang sebenarnya terjadi di ”Lee tadi pagi bilang kalau keluarganya yang seharusnya diam sejenak. tahan lama.” Opa mendongak, menatap langit-langit pesawat jet, Tanpa teman karib yang saling menjaga, kau tidak akan ber­ perjalanan hidup-mati, melintasi ribuan mil, melewati badai. berterima kasih kepada Opa? Apa yang sebenarnya terjadi di ”Lee tadi pagi bilang kalau keluarganya yang seharusnya diam sejenak. atas kapal itu?” Aku memotong lagi cerita Opa, tidak sabaran tahan lama.” Opa mendongak, menatap langit-langit pesawat jet, Tanpa teman karib yang saling menjaga, kau tidak akan ber­ perjalanan hidup-mati, melintasi ribuan mil, melewati badai. berterima kasih kepada Opa? Apa yang sebenarnya terjadi di ”Lee tadi pagi bilang kalau keluarganya yang seharusnya diam sejenak. atas kapal itu?” Aku memotong lagi cerita Opa, tidak sabaran tahan lama.” Opa mendongak, menatap langit-langit pesawat jet, Tanpa teman karib yang saling menjaga, kau tidak akan ber­ berterima kasih kepada Opa? Apa yang sebenarnya terjadi di ”Lee tadi pagi bilang kalau keluarganya yang seharusnya diam sejenak. atas kapal itu?” Aku memotong lagi cerita Opa, tidak sabaran tahan lama.” Opa mendongak, menatap langit-langit pesawat jet, Tanpa teman karib yang saling menjaga, kau tidak akan ber­ ”Lee tadi pagi bilang kalau keluarganya yang seharusnya diam sejenak. tahan lama.” Opa mendongak, menatap langit-langit pesawat jet, Tanpa teman karib yang saling menjaga, kau tidak akan ber­ atas kapal itu?” Aku memotong lagi cerita Opa, tidak sabaran berterima kasih kepada Opa? Apa yang sebenarnya terjadi di ”Lee tadi pagi bilang kalau keluarganya yang seharusnya diam sejenak. tahan lama.” Opa mendongak, menatap langit-langit pesawat jet, Tanpa teman karib yang saling menjaga, kau tidak akan ber­ atas kapal itu?” Aku memotong lagi cerita Opa, tidak sabaran berterima kasih kepada Opa? Apa yang sebenarnya terjadi di ”Lee tadi pagi bilang kalau keluarganya yang seharusnya menunggu. diam sejenak. tahan lama.” Opa mendongak, menatap langit-langit pesawat jet, Tanpa teman karib yang saling menjaga, kau tidak akan ber­ atas kapal itu?” Aku memotong lagi cerita Opa, tidak sabaran berterima kasih kepada Opa? Apa yang sebenarnya terjadi di ”Lee tadi pagi bilang kalau keluarganya yang seharusnya menunggu. diam sejenak. tahan lama.” Opa mendongak, menatap langit-langit pesawat jet, atas kapal itu?” Aku memotong lagi cerita Opa, tidak sabaran berterima kasih kepada Opa? Apa yang sebenarnya terjadi di ”Lee tadi pagi bilang kalau keluarganya yang seharusnya menunggu. diam sejenak. tahan lama.” Opa mendongak, menatap langit-langit pesawat jet, berterima kasih kepada Opa? Apa yang sebenarnya terjadi di ”Lee tadi pagi bilang kalau keluarganya yang seharusnya diam sejenak. tahan lama.” Opa mendongak, menatap langit-langit pesawat jet, menunggu. atas kapal itu?” Aku memotong lagi cerita Opa, tidak sabaran berterima kasih kepada Opa? Apa yang sebenarnya terjadi di ”Lee tadi pagi bilang kalau keluarganya yang seharusnya diam sejenak. tahan lama.” Opa mendongak, menatap langit-langit pesawat jet, menunggu. atas kapal itu?” Aku memotong lagi cerita Opa, tidak sabaran berterima kasih kepada Opa? Apa yang sebenarnya terjadi di Opa menatapku semakin jengkel. ”Baik, Tommi. Dengan me­ ”Lee tadi pagi bilang kalau keluarganya yang seharusnya diam sejenak. tahan lama.” Opa mendongak, menatap langit-langit pesawat jet, menunggu. atas kapal itu?” Aku memotong lagi cerita Opa, tidak sabaran berterima kasih kepada Opa? Apa yang sebenarnya terjadi di Opa menatapku semakin jengkel. ”Baik, Tommi. Dengan me­ ”Lee tadi pagi bilang kalau keluarganya yang seharusnya diam sejenak. menunggu. atas kapal itu?” Aku memotong lagi cerita Opa, tidak sabaran berterima kasih kepada Opa? Apa yang sebenarnya terjadi di Opa menatapku semakin jengkel. ”Baik, Tommi. Dengan me­ ”Lee tadi pagi bilang kalau keluarganya yang seharusnya diam sejenak. atas kapal itu?” Aku memotong lagi cerita Opa, tidak sabaran berterima kasih kepada Opa? Apa yang sebenarnya terjadi di ”Lee tadi pagi bilang kalau keluarganya yang seharusnya diam sejenak. Opa menatapku semakin jengkel. ”Baik, Tommi. Dengan me­ menunggu. atas kapal itu?” Aku memotong lagi cerita Opa, tidak sabaran berterima kasih kepada Opa? Apa yang sebenarnya terjadi di ”Lee tadi pagi bilang kalau keluarganya yang seharusnya diam sejenak. Opa menatapku semakin jengkel. ”Baik, Tommi. Dengan me­ menunggu. atas kapal itu?” Aku memotong lagi cerita Opa, tidak sabaran nyela dan bertanya lagi, kau benar-benar membuat cerita ini berterima kasih kepada Opa? Apa yang sebenarnya terjadi di ”Lee tadi pagi bilang kalau keluarganya yang seharusnya diam sejenak. Opa menatapku semakin jengkel. ”Baik, Tommi. Dengan me­ menunggu. atas kapal itu?” Aku memotong lagi cerita Opa, tidak sabaran nyela dan bertanya lagi, kau benar-benar membuat cerita ini berterima kasih kepada Opa? Apa yang sebenarnya terjadi di ”Lee tadi pagi bilang kalau keluarganya yang seharusnya Opa menatapku semakin jengkel. ”Baik, Tommi. Dengan me­ menunggu. atas kapal itu?” Aku memotong lagi cerita Opa, tidak sabaran nyela dan bertanya lagi, kau benar-benar membuat cerita ini berterima kasih kepada Opa? Apa yang sebenarnya terjadi di ”Lee tadi pagi bilang kalau keluarganya yang seharusnya menunggu. atas kapal itu?” Aku memotong lagi cerita Opa, tidak sabaran berterima kasih kepada Opa? Apa yang sebenarnya terjadi di ”Lee tadi pagi bilang kalau keluarganya yang seharusnya nyela dan bertanya lagi, kau benar-benar membuat cerita ini Opa menatapku semakin jengkel. ”Baik, Tommi. Dengan me­ menunggu. atas kapal itu?” Aku memotong lagi cerita Opa, tidak sabaran berterima kasih kepada Opa? Apa yang sebenarnya terjadi di ”Lee tadi pagi bilang kalau keluarganya yang seharusnya nyela dan bertanya lagi, kau benar-benar membuat cerita ini Opa menatapku semakin jengkel. ”Baik, Tommi. Dengan menunggu. kehilangan sisi drama kemanusiaannya. Tidak bisakah kau me­ atas kapal itu?” Aku memotong lagi cerita Opa, tidak sabaran berterima kasih kepada Opa? Apa yang sebenarnya terjadi di ”Lee tadi pagi bilang kalau keluarganya yang seharusnya nyela dan bertanya lagi, kau benar-benar membuat cerita ini Opa menatapku semakin jengkel. ”Baik, Tommi. Dengan me­ menunggu. kehilangan sisi drama kemanusiaannya. Tidak bisakah kau atas kapal itu?” Aku memotong lagi cerita Opa, tidak sabaran berterima kasih kepada Opa? Apa yang sebenarnya terjadi di nyela dan bertanya lagi, kau benar-benar membuat cerita ini Opa menatapku semakin jengkel. ”Baik, Tommi. Dengan menunggu. kehilangan sisi drama kemanusiaannya. Tidak bisakah kau me­ atas kapal itu?” Aku memotong lagi cerita Opa, tidak sabaran berterima kasih kepada Opa? Apa yang sebenarnya terjadi di Opa menatapku semakin jengkel. ”Baik, Tommi. Dengan me­ menunggu. atas kapal itu?” Aku memotong lagi cerita Opa, tidak sabaran berterima kasih kepada Opa? Apa yang sebenarnya terjadi di kehilangan sisi drama kemanusiaannya. Tidak bisakah kau me­ nyela dan bertanya lagi, kau benar-benar membuat cerita ini Opa menatapku semakin jengkel. ”Baik, Tommi. Dengan menunggu. atas kapal itu?” Aku memotong lagi cerita Opa, tidak sabaran berterima kasih kepada Opa? Apa yang sebenarnya terjadi di kehilangan sisi drama kemanusiaannya. Tidak bisakah kau me­ nyela dan bertanya lagi, kau benar-benar membuat cerita ini Opa menatapku semakin jengkel. ”Baik, Tommi. Dengan nunggu sebentar, memberikan orang tua ini momen mengenang menunggu. atas kapal itu?” Aku memotong lagi cerita Opa, tidak sabaran berterima kasih kepada Opa? Apa yang sebenarnya terjadi di kehilangan sisi drama kemanusiaannya. Tidak bisakah kau me­ nyela dan bertanya lagi, kau benar-benar membuat cerita ini Opa menatapku semakin jengkel. ”Baik, Tommi. Dengan nunggu sebentar, memberikan orang tua ini momen mengenang menunggu. atas kapal itu?” Aku memotong lagi cerita Opa, tidak sabaran kehilangan sisi drama kemanusiaannya. Tidak bisakah kau me­ nyela dan bertanya lagi, kau benar-benar membuat cerita ini Opa menatapku semakin jengkel. ”Baik, Tommi. Dengan nunggu sebentar, memberikan orang tua ini momen mengenang menunggu. atas kapal itu?” Aku memotong lagi cerita Opa, tidak sabaran nyela dan bertanya lagi, kau benar-benar membuat cerita ini Opa menatapku semakin jengkel. ”Baik, Tommi. Dengan me­ menunggu. atas kapal itu?” Aku memotong lagi cerita Opa, tidak sabaran nunggu sebentar, memberikan orang tua ini momen mengenang kehilangan sisi drama kemanusiaannya. Tidak bisakah kau nyela dan bertanya lagi, kau benar-benar membuat cerita ini Opa menatapku semakin jengkel. ”Baik, Tommi. Dengan me­ menunggu. atas kapal itu?” Aku memotong lagi cerita Opa, tidak sabaran nunggu sebentar, memberikan orang tua ini momen mengenang kehilangan sisi drama kemanusiaannya. Tidak bisakah kau nyela dan bertanya lagi, kau benar-benar membuat cerita ini kejadian itu, lantas menceritakannya kembali dengan kalimat Opa menatapku semakin jengkel. ”Baik, Tommi. Dengan menunggu. atas kapal itu?” Aku memotong lagi cerita Opa, tidak sabaran nunggu sebentar, memberikan orang tua ini momen mengenang kehilangan sisi drama kemanusiaannya. Tidak bisakah kau me­ nyela dan bertanya lagi, kau benar-benar membuat cerita ini kejadian itu, lantas menceritakannya kembali dengan kalimat Opadan menatapku semakin jengkel. ”Baik, Tommi. Dengan menunggu. nunggu sebentar, memberikan orang tuakembali iniTommi. momen mengenang kehilangan sisi drama kemanusiaannya. Tidak bisakah kau me­ nyela bertanya lagi, kau benar-benar membuat cerita ini kejadian itu, lantas menceritakannya dengan kalimat Opa menatapku semakin jengkel. ”Baik, Dengan menunggu. kehilangan sisi drama kemanusiaannya. Tidak bisakah kau me­ nyela bertanya lagi, kau benar-benar membuat cerita ini Opa menatapku semakin jengkel. ”Baik, Tommi. Dengan menunggu. kejadian itu, lantas menceritakannya kembali dengan kalimat nunggu sebentar, memberikan orang tua ini momen mengenang kehilangan sisi drama kemanusiaannya. Tidak bisakah kau me­ nyela dan bertanya lagi, kau benar-benar membuat cerita ini Opadan menatapku semakin jengkel. ”Baik, Tommi. Dengan menunggu. kejadian itu, lantas menceritakannya kembali dengan kalimat nunggu sebentar, memberikan orang tua ini momen mengenang kehilangan sisi drama kemanusiaannya. Tidak bisakah kau me­ terbaik. Tapi baiklah, apa yang terjadi? nyela dan bertanya lagi, kau benar-benar membuat cerita ini Opa menatapku semakin jengkel. ”Baik, Tommi. Dengan menunggu. kejadian itu, lantas menceritakannya kembali dengan kalimat nunggu sebentar, memberikan orang tua ini momen mengenang kehilangan sisi drama kemanusiaannya. Tidak bisakah kau me­ terbaik. Tapi baiklah, apa yang terjadi? nyela dan bertanya lagi, kau benar-benar membuat cerita ini Opa menatapku semakin jengkel. ”Baik, Tommi. Dengan kejadian itu, lantas menceritakannya kembali dengan kalimat nunggu sebentar, memberikan orang tua ini momen mengenang kehilangan sisi drama kemanusiaannya. Tidak bisakah kau me­ terbaik. Tapi baiklah, apa yang terjadi? nyela dan bertanya lagi, kau benar-benar membuat cerita ini Opa menatapku semakin jengkel. ”Baik, Tommi. Dengan nunggu sebentar, memberikan orang tua ini momen mengenang kehilangan sisi drama kemanusiaannya. Tidak bisakah kau me­ nyela bertanya lagi, kau benar-benar membuat cerita ini Opadan menatapku semakin jengkel. ”Baik, Dengan terbaik. Tapi apa yang terjadi? kejadian itu, lantas menceritakannya dengan kalimat nunggu sebentar, memberikan orang tuakembali iniTommi. momen mengenang kehilangan sisibaiklah, drama kemanusiaannya. Tidak bisakah kau me­ nyela dan bertanya lagi, kau benar-benar membuat cerita ini



”Lepas dari kawasan Laut Cina Selatan, Chai Ten jatuh sakit. perjalanan berat, dilakukan tanpa persiapan, tanpa dokter atau Sebenarnya itu tidak spesial, separuh lebih pengungsi di kapal mulai berjatuhan sakit. Dan tanpa perawatan yang memadai, tabib yang menyertai, tidak ada obat-obatan. Para pengungsi nelayan itu jatuh sakit, dan hampir semuanya tidak bertahan. Itu ”Lepas dari kawasan Laut Cina Selatan, Chai Ten jatuh sakit. anak-anak kecil yang lebih dulu meninggal, disusul kemudian perjalanan berat, dilakukan tanpa persiapan, tanpa dokter atau Sebenarnya itu tidak spesial, separuh lebih pengungsi di kapal mulai berjatuhan sakit. Dan tanpa perawatan yang memadai, tabib yang menyertai, tidak ada obat-obatan. Para pengungsi nelayan itu jatuh sakit, dan hampir semuanya tidak bertahan. Itu ”Lepas dari kawasan Laut Cina Selatan, Chai Ten jatuh sakit. anak-anak kecil yang lebih dulu meninggal, disusul kemudian perjalanan berat, dilakukan tanpa persiapan, tanpa dokter atau Sebenarnya itu tidak spesial, separuh lebih pengungsi di kapal tabib yang menyertai, tidak ada obat-obatan. Para pengungsi nelayan itu jatuh sakit, dan hampir semuanya tidak bertahan. Itu ”Lepas dari kawasan Laut Cina Selatan, Chai Ten jatuh sakit. anak-anak kecil yang lebih dulu meninggal, disusul kemudian mulai berjatuhan sakit. Dan tanpa perawatan yang memadai, perjalanan berat, dilakukan tanpa persiapan, tanpa dokter atau Sebenarnya itu tidak spesial, separuh lebih pengungsi di kapal tabib yang menyertai, tidak ada obat-obatan. Para pengungsi nelayan itu jatuh sakit, dan hampir semuanya tidak bertahan. Itu anak-anak kecil yang lebih dulu meninggal, disusul kemudian mulai berjatuhan sakit. Dan tanpa perawatan yang memadai, perjalanan berat, dilakukan tanpa persiapan, tanpa dokter atau Sebenarnya itu tidak spesial, separuh lebih pengungsi di kapal tabib yang menyertai, tidak ada obat-obatan. Para pengungsi nelayan itu jatuh sakit, dan hampir semuanya tidak bertahan. Itu anak-anak kecil yang lebih dulu meninggal, disusul kemudian mulai berjatuhan sakit. Dan tanpa perawatan yang memadai, perjalanan berat, dilakukan tanpa persiapan, tanpa dokter atau Sebenarnya itu tidak spesial, separuh lebih pengungsi di kapal orang tua yang fisiknya lemah. Pemilik kapal melemparkan ma­ tabib yang menyertai, tidak ada obat-obatan. Para pengungsi nelayan itu jatuh sakit, dan hampir semuanya tidak bertahan. Itu anak-anak kecil yang lebih dulu meninggal, disusul kemudian mulai berjatuhan sakit. Dan tanpa perawatan yang memadai, perjalanan berat, dilakukan tanpa persiapan, tanpa dokter atau Sebenarnya itu tidak spesial, separuh lebih pengungsi di kapal orang tua yang fisiknya lemah. Pemilik kapal melemparkan ma­ tabib yang menyertai, tidak ada obat-obatan. Para pengungsi nelayan itu jatuh sakit, dan hampir semuanya tidak bertahan. Itu mulai berjatuhan sakit. Dan tanpa perawatan yang memadai, perjalanan berat, dilakukan tanpa persiapan, tanpa dokter atau Sebenarnya itu tidak spesial, separuh lebih pengungsi di kapal orang tua yang fisiknya lemah. Pemilik kapal melemparkan ma­ anak-anak kecil yang lebih dulu meninggal, disusul kemudian tabib yang menyertai, tidak ada obat-obatan. Para pengungsi nelayan itu jatuh sakit, dan hampir semuanya tidak bertahan. Itu mulai berjatuhan sakit. Dan tanpa perawatan yang memadai, perjalanan berat, dilakukan tanpa persiapan, tanpa dokter atau orang tua yang fisiknya lemah. Pemilik kapal melemparkan ma­ anak-anak kecil yang lebih dulu meninggal, disusul kemudian tabib yang menyertai, tidak ada obat-obatan. Para pengungsi nelayan itu jatuh sakit, dan hampir semuanya tidak bertahan. Itu mulai berjatuhan sakit. Dan tanpa perawatan yang memadai, perjalanan berat, dilakukan tanpa persiapan, tanpa dokter atau orang tua yang fisiknya lemah. Pemilik kapal melemparkan ma­ anak-anak kecil yang lebih dulu meninggal, disusul kemudian tabib yang menyertai, tidak ada obat-obatan. Para pengungsi nelayan itu jatuh sakit, dan hampir semuanya tidak bertahan. Itu tidak sempat memberikan penghormatan yat-mayat ke lautan, mulai berjatuhan sakit. Dan tanpa perawatan yang memadai, perjalanan berat, dilakukan tanpa persiapan, tanpa dokter atau orang tua yang fisiknya lemah. Pemilik kapal melemparkan ma­ anak-anak kecil yang lebih dulu meninggal, disusul kemudian tabib yang menyertai, tidak ada obat-obatan. Para pengungsi nelayan itu jatuh sakit, dan hampir semuanya tidak bertahan. Itu tidak sempat memberikan penghormatan yat-mayat ke lautan, mulai berjatuhan sakit. Dan tanpa perawatan yang memadai, perjalanan berat, dilakukan tanpa persiapan, tanpa dokter atau anak-anak kecil yang lebih dulu meninggal, disusul kemudian tabib yang menyertai, tidak ada obat-obatan. Para pengungsi nelayan itu jatuh sakit, dan hampir semuanya tidak bertahan. Itu tidak sempat memberikan penghormatan yat-mayat ke lautan, orang tua yang fisiknya lemah. Pemilik kapal melemparkan ma­ mulai berjatuhan sakit. Dan tanpa perawatan yang memadai, perjalanan berat, dilakukan tanpa persiapan, tanpa dokter atau anak-anak kecil yang lebih dulu meninggal, disusul kemudian tabib yang menyertai, tidak ada obat-obatan. Para pengungsi tidak sempat memberikan penghormatan yat-mayat ke lautan, orang tua yang fisiknya lemah. Pemilik kapal melemparkan ma­ mulai berjatuhan sakit. Dan tanpa perawatan yang memadai, perjalanan berat, dilakukan tanpa persiapan, tanpa dokter atau anak-anak kecil yang lebih dulu meninggal, disusul kemudian tabib yang menyertai, tidak ada obat-obatan. Para pengungsi tidak sempat memberikan penghormatan yat-mayat ke lautan, orang tua yang fisiknya lemah. Pemilik kapal melemparkan ma­ mulai berjatuhan sakit. Dan tanpa perawatan yang memadai, perjalanan berat, dilakukan tanpa persiapan, tanpa dokter atau yang layak. Menunggu kapal merapat ke daratan, mayat itu anak-anak kecil yang lebih dulu meninggal, disusul kemudian tabib yang menyertai, tidak ada obat-obatan. Para pengungsi tidak sempat memberikan penghormatan yat-mayat ke lautan, orang tua yang fisiknya lemah. Pemilik kapal melemparkan ma­ mulai berjatuhan sakit. Dan tanpa perawatan yang memadai, perjalanan berat, dilakukan tanpa persiapan, tanpa dokter atau yang layak. Menunggu kapal merapat ke daratan, mayat itu anak-anak kecil yang lebih dulu meninggal, disusul kemudian tabib yang menyertai, tidak ada obat-obatan. Para pengungsi orang tua yang fisiknya lemah. Pemilik kapal melemparkan ma­ mulai berjatuhan sakit. Dan tanpa perawatan yang memadai, perjalanan berat, dilakukan tanpa persiapan, tanpa dokter atau yang layak. Menunggu kapal merapat ke daratan, mayat itu tidak sempat memberikan penghormatan yat-mayat ke lautan, anak-anak kecil yang lebih dulu meninggal, disusul kemudian tabib yang menyertai, tidak ada obat-obatan. Para pengungsi orang tua yang fisiknya lemah. Pemilik kapal melemparkan ma­ mulai berjatuhan sakit. Dan tanpa perawatan yang memadai, yang layak. Menunggu kapal merapat ke daratan, mayat itu tidak sempat memberikan penghormatan yat-mayat ke lautan, anak-anak kecil yang lebih dulu meninggal, disusul kemudian tabib yang menyertai, tidak ada obat-obatan. Para pengungsi orang tua yang fisiknya lemah. Pemilik kapal melemparkan ma­ mulai berjatuhan sakit. Dan tanpa perawatan yang memadai, yang layak. Menunggu kapal merapat ke daratan, mayat itu tidak sempat memberikan penghormatan yat-mayat ke lautan, anak-anak kecil yang lebih dulu meninggal, disusul kemudian tabib yang menyertai, tidak ada obat-obatan. Para pengungsi telanjur busuk, bisa menyebarkan wabah penyakit yang lebih orang tua yang fisiknya lemah. Pemilik kapal melemparkan ma­ mulai berjatuhan sakit. Dan tanpa perawatan yang memadai, yang layak. Menunggu kapal merapat ke daratan, mayat itu tidak sempat memberikan penghormatan yat-mayat ke lautan, anak-anak kecil yang lebih dulu meninggal, disusul kemudian tabib yang menyertai, tidak ada obat-obatan. Para pengungsi telanjur busuk, bisa menyebarkan wabah penyakit yang lebih orang tua yang fisiknya lemah. Pemilik kapal melemparkan ma­ mulai berjatuhan sakit. Dan tanpa perawatan yang memadai, tidak sempat memberikan penghormatan yat-mayat ke lautan, anak-anak kecil yang lebih dulu meninggal, disusul kemudian tabib yang menyertai, tidak ada obat-obatan. Para pengungsi telanjur busuk, bisa menyebarkan wabah penyakit yang lebih yang layak. Menunggu kapal merapat ke daratan, mayat itu orang tua yang fisiknya lemah. Pemilik kapal melemparkan ma­ mulai berjatuhan sakit. Dan tanpa perawatan yang memadai, tidak sempat memberikan penghormatan yat-mayat ke lautan, anak-anak kecil yang lebih dulu meninggal, disusul kemudian telanjur busuk, bisa menyebarkan wabah penyakit yang lebih yang layak. Menunggu kapal merapat ke daratan, mayat itu orang tua yang fisiknya lemah. Pemilik kapal melemparkan ma­ mulai berjatuhan sakit. Dan tanpa perawatan yang memadai, tidak sempat memberikan penghormatan yat-mayat ke lautan, anak-anak kecil yang lebih dulu meninggal, disusul kemudian telanjur busuk, bisa menyebarkan wabah penyakit yang lebih yang layak. Menunggu kapal merapat ke daratan, mayat itu orang tua yang fisiknya lemah. Pemilik kapal melemparkan ma­ mulai berjatuhan sakit. Dan tanpa perawatan yang memadai, serius, membahayakan seluruh isi kapal. tidak sempat memberikan penghormatan yat-mayat ke lautan, anak-anak kecil yang lebih dulu meninggal, disusul kemudian telanjur busuk, bisa menyebarkan wabah penyakit yang lebih yang layak. Menunggu kapal merapat ke daratan, mayat itu orang tua yang fisiknya lemah. Pemilik kapal melemparkan ma­ mulai berjatuhan sakit. Dan tanpa perawatan yang memadai, serius, membahayakan seluruh isi kapal. tidak sempat memberikan penghormatan yat-mayat ke lautan, anak-anak kecil yang lebih dulu meninggal, disusul kemudian yang layak. Menunggu kapal merapat ke daratan, mayat itu orang tua yang fisiknya lemah. Pemilik kapal melemparkan ma­ mulai berjatuhan sakit. Dan tanpa perawatan yang memadai, serius, membahayakan seluruh isi kapal. telanjur busuk, bisa menyebarkan wabah penyakit yang lebih tidak sempat memberikan penghormatan yat-mayat ke lautan, anak-anak kecil yang lebih dulu meninggal, disusul kemudian yang layak. Menunggu kapal merapat ke daratan, mayat itu orang tua yang fisiknya lemah. Pemilik kapal melemparkan ma­ serius, membahayakan seluruh isi kapal. telanjur busuk, bisa menyebarkan wabah penyakit yang lebih tidak sempat memberikan penghormatan yat-mayat ke lautan, anak-anak kecil yang lebih dulu meninggal, disusul kemudian yang layak. Menunggu kapal merapat ke daratan, mayat itu orang tua yang fisiknya lemah. Pemilik kapal melemparkan ma­ serius, membahayakan seluruh isi kapal. telanjur busuk, bisa menyebarkan wabah penyakit yang lebih tidak sempat memberikan penghormatan yat-mayat ke lautan, anak-anak kecil yang lebih dulu meninggal, disusul kemudian ”Di minggu kedua perjalanan, Chai Ten sakit parah. Tubuh­ yang layak. Menunggu kapal merapat ke daratan, mayat itu orang tua yang fisiknya lemah. Pemilik kapal melemparkan ma­ serius, membahayakan seluruh isi kapal. telanjur busuk, bisa menyebarkan wabah penyakit yang lebih tidak sempat memberikan penghormatan yat-mayat ke lautan, anak-anak kecil yang lebih dulu meninggal, disusul kemudian ”Di minggu kedua perjalanan, Chai Ten sakit parah. Tubuh­ yang layak. Menunggu kapal merapat ke daratan, mayat itu orang tua yang fisiknya lemah. Pemilik kapal melemparkan ma­ telanjur busuk, bisa menyebarkan wabah penyakit yang lebih tidak sempat memberikan penghormatan yat-mayat ke lautan, anak-anak kecil yang lebih dulu meninggal, disusul kemudian ”Di minggu kedua perjalanan, Chai Ten sakit parah. Tubuh­ serius, membahayakan seluruh isi kapal. yang layak. Menunggu kapal merapat ke daratan, mayat itu orang tua yang fisiknya lemah. Pemilik kapal melemparkan ma­ telanjur busuk, bisa menyebarkan wabah penyakit yang lebih tidak sempat memberikan penghormatan yat-mayat ke lautan, ”Di minggu kedua perjalanan, Chai Ten sakit parah. Tubuh­ serius, membahayakan seluruh isi kapal. yang layak. Menunggu kapal merapat ke daratan, mayat itu orang tua yang fisiknya lemah. Pemilik kapal melemparkan ma­ telanjur busuk, bisa menyebarkan wabah penyakit yang lebih tidak sempat memberikan penghormatan yat-mayat ke lautan, ”Di minggu kedua perjalanan, Chai Ten sakit parah. Tubuh­ serius, membahayakan seluruh isi kapal. yang layak. Menunggu kapal merapat ke daratan, mayat itu orang tua yang fisiknya lemah. Pemilik kapal melemparkan ma­ nya yang kurus dan makanan yang terbatas membuat sakitnya telanjur busuk, bisa menyebarkan wabah penyakit yang lebih tidak sempat memberikan penghormatan yat-mayat ke lautan, ”Di minggu kedua perjalanan, Chai Ten sakit parah. Tubuh­ serius, membahayakan seluruh isi kapal. yang layak. Menunggu kapal merapat ke daratan, mayat itu orang tua yang fisiknya lemah. Pemilik kapal melemparkan ma­ nya yang kurus dan makanan yang terbatas membuat sakitnya telanjur busuk, bisa menyebarkan wabah penyakit yang lebih tidak sempat memberikan penghormatan yat-mayat ke lautan, serius, membahayakan seluruh isi kapal. yang layak. Menunggu kapal merapat ke daratan, mayat itu orang tua yang fisiknya lemah. Pemilik kapal melemparkan ma­ nya yang kurus dan makanan yang terbatas membuat sakitnya ”Di minggu kedua perjalanan, Chai Ten sakit parah. Tubuh­ telanjur busuk, bisa menyebarkan wabah penyakit yang lebih tidak sempat memberikan penghormatan yat-mayat ke lautan, serius, membahayakan seluruh isi kapal. yang layak. Menunggu kapal merapat ke daratan, mayat itu nya yang kurus dan makanan yang terbatas membuat sakitnya ”Di minggu kedua perjalanan, Chai Ten sakit parah. Tubuh­ telanjur busuk, bisa menyebarkan wabah penyakit yang lebih tidak sempat memberikan penghormatan yat-mayat ke lautan, serius, membahayakan seluruh isi kapal. yang layak. Menunggu kapal merapat ke daratan, mayat itu nya yang kurus dan makanan yang terbatas membuat sakitnya ”Di minggu kedua perjalanan, Chai Ten sakit parah. Tubuh­ telanjur busuk, bisa menyebarkan wabah penyakit yang lebih tidak sempat memberikan penghormatan yat-mayat ke lautan, semakin serius. Dia demam, menggigil, dan muntah. Semua pe­ serius, membahayakan seluruh isi kapal. yang layak. Menunggu kapal merapat ke daratan, mayat itu nya yang kurus dan makanan yang terbatas membuat sakitnya ”Di minggu kedua perjalanan, Chai Ten sakit parah. Tubuh­ telanjur busuk, bisa menyebarkan wabah penyakit yang lebih tidak sempat memberikan penghormatan yat-mayat ke lautan, semakin serius. Dia demam, menggigil, dan muntah. Semua pe­ serius, membahayakan seluruh isi kapal. yang layak. Menunggu kapal merapat ke daratan, mayat itu ”Di minggu kedua perjalanan, Chai Ten sakit parah. Tubuh­ telanjur busuk, bisa menyebarkan wabah penyakit yang lebih tidak sempat memberikan penghormatan yat-mayat ke lautan, semakin serius. Dia demam, menggigil, dan muntah. Semua pe­ nya yang kurus dan makanan yang terbatas membuat sakitnya serius, membahayakan seluruh isi kapal. yang layak. Menunggu kapal merapat ke daratan, mayat itu ”Di minggu kedua perjalanan, Chai Ten sakit parah. Tubuh­ telanjur busuk, bisa menyebarkan wabah penyakit yang lebih semakin serius. Dia demam, menggigil, dan muntah. Semua pe­ nya yang kurus dan makanan yang terbatas membuat sakitnya serius, membahayakan seluruh isi kapal. yang layak. Menunggu kapal merapat ke daratan, mayat itu ”Di minggu kedua perjalanan, Chai Ten sakit parah. Tubuh­ telanjur busuk, bisa menyebarkan wabah penyakit yang lebih semakin serius. Dia demam, menggigil, dan muntah. Semua pe­ nya yang kurus dan makanan yang terbatas membuat sakitnya serius, membahayakan seluruh isi kapal. yang layak. Menunggu kapal merapat ke daratan, mayat itu serempak datang. Kasihan sekali melihatnya me­ nyakit seperti ”Di minggu kedua perjalanan, Chai Ten sakit parah. Tubuh­ telanjur busuk, bisa menyebarkan wabah penyakit yang lebih semakin serius. Dia demam, menggigil, dan muntah. Semua pe­ nya yang kurus dan makanan yang terbatas membuat sakitnya serius, membahayakan seluruh isi kapal. yang layak. Menunggu kapal merapat ke daratan, mayat itu serempak datang. Kasihan sekali melihatnya me­ nyakit seperti ”Di minggu kedua perjalanan, Chai Ten sakit parah. Tubuh­ telanjur busuk, bisa menyebarkan wabah penyakit yang lebih nya yang kurus dan makanan yang terbatas membuat sakitnya serius, membahayakan seluruh isi kapal. yang layak. Menunggu kapal merapat ke daratan, mayat itu serempak datang. Kasihan sekali melihatnya me­ nyakit seperti semakin serius. Dia demam, menggigil, dan muntah. Semua pe­ ”Di minggu kedua perjalanan, Chai Ten sakit parah. Tubuh­ telanjur busuk, bisa menyebarkan wabah penyakit yang lebih nya yang kurus dan makanan yang terbatas membuat sakitnya serius, membahayakan seluruh isi kapal. serempak datang. Kasihan sekali melihatnya me­ nyakit seperti semakin serius. Dia demam, menggigil, dan muntah. Semua pe­ ”Di minggu kedua perjalanan, Chai Ten sakit parah. Tubuh­ telanjur busuk, bisa menyebarkan wabah penyakit yang lebih nya yang kurus dan makanan yang terbatas membuat sakitnya serius, membahayakan seluruh isi kapal. serempak datang. Kasihan sekali melihatnya me­ nyakit seperti semakin serius. Dia demam, menggigil, dan muntah. Semua pe­ ”Di minggu kedua perjalanan, Chai Ten sakit parah. Tubuh­ telanjur busuk, bisa menyebarkan wabah penyakit yang lebih palka, di bawah atap kapal yang tempias saat ringkuk di sudut nya yang kurus dan makanan yang terbatas membuat sakitnya serius, membahayakan seluruh isi kapal. serempak datang. Kasihan sekali melihatnya me­ nyakit seperti semakin serius. Dia demam, menggigil, dan muntah. Semua pe­ ”Di minggu kedua perjalanan, Chai Ten sakit parah. Tubuh­ telanjur busuk, bisa menyebarkan wabah penyakit yang lebih palka, di bawah atap kapal yang tempias saat ringkuk di sudut nya yang kurus dan makanan yang terbatas membuat sakitnya serius, membahayakan seluruh isi kapal. semakin serius. Dia demam, menggigil, dan muntah. Semua pe­ ”Di minggu kedua perjalanan, Chai Ten sakit parah. Tubuh­ telanjur busuk, bisa menyebarkan wabah penyakit yang lebih palka, di bawah atap kapal yang tempias saat ringkuk di sudut serempak datang. Kasihan sekali melihatnya me­ nyakit seperti nya yang kurus dan makanan yang terbatas membuat sakitnya serius, membahayakan seluruh isi kapal. semakin serius. Dia demam, menggigil, dan muntah. Semua pe­ ”Di minggu kedua perjalanan, Chai Ten sakit parah. Tubuh­ palka, di bawah atap kapal yang tempias saat ringkuk di sudut serempak datang. Kasihan sekali melihatnya me­ nyakit seperti nya yang kurus dan makanan yang terbatas membuat sakitnya serius, membahayakan seluruh isi kapal. semakin serius. Dia demam, menggigil, dan muntah. Semua pe­ ”Di minggu kedua perjalanan, Chai Ten sakit parah. Tubuh­ palka, di bawah atap kapal yang tempias saat ringkuk di sudut serempak datang. sekali melihatnya me­ nyakit seperti nya yang kurus dan makanan yang terbatas membuat sakitnya serius, membahayakan seluruh isiKasihan kapal. hujan deras. Dia menggigil kedinginan. Wajahnya pucat pasi, semakin serius. Dia demam, menggigil, dan muntah. Semua pe­ ”Di minggu kedua perjalanan, Chai Ten sakit parah. Tubuh­ palka, di bawah atap kapal yang tempias saat ringkuk di sudut serempak datang. Kasihan sekali melihatnya me­ nyakit seperti nya yang kurus dan makanan yang terbatas membuat sakitnya serius, membahayakan seluruh isi kapal. hujan deras. Dia menggigil kedinginan. Wajahnya pucat pasi, semakin serius. Dia demam, menggigil, dan muntah. Semua pe­ ”Di minggu kedua perjalanan, Chai Ten sakit parah. Tubuh­ serempak datang. Kasihan sekali melihatnya me­ nyakit seperti nya yang kurus dan makanan yang terbatas membuat sakitnya serius, membahayakan seluruh isi kapal. hujan deras. Dia menggigil kedinginan. Wajahnya pucat pasi, palka, di bawah atap kapal yang tempias saat ringkuk di sudut semakin serius. Dia demam, menggigil, dan muntah. Semua pe­ ”Di minggu kedua perjalanan, Chai Ten sakit parah. Tubuh­ serempak datang. Kasihan sekali melihatnya me­ nyakit seperti nya yang kurus dan makanan yang terbatas membuat sakitnya hujan deras. Dia menggigil kedinginan. Wajahnya pucat pasi, palka, di bawah atap kapal yang tempias saat ringkuk di sudut semakin serius. Dia demam, menggigil, dan muntah. Semua pe­ ”Di minggu kedua perjalanan, Chai Ten sakit parah. Tubuh­ serempak datang. Kasihan sekali melihatnya me­ nyakit seperti nya yang kurus dan makanan yang terbatas membuat sakitnya hujan deras. Dia menggigil kedinginan. Wajahnya pucat pasi, palka, di bawah atap kapal yang tempias saat ringkuk di sudut semakin serius. Dia demam, menggigil, dan muntah. Semua pe­ ”Di minggu kedua perjalanan, Chai Ten sakit parah. Tubuh­ bibirnya biru, perutnya terkuras oleh muntah. Tidak ada yang serempak datang. Kasihan sekali melihatnya me­ nyakit seperti nya yang kurus dan makanan yang terbatas membuat sakitnya hujan deras. Dia menggigil kedinginan. Wajahnya pucat pasi, palka, di bawah atap kapal yang tempias saat ringkuk di sudut semakin serius. Dia demam, menggigil, dan muntah. Semua pe­ ”Di minggu kedua perjalanan, Chai Ten sakit parah. Tubuh­ bibirnya biru, perutnya terkuras oleh muntah. Tidak ada yang serempak datang. Kasihan sekali melihatnya me­ nyakit seperti nya yang kurus dan makanan yang terbatas membuat sakitnya palka, di bawah atap kapal yang tempias saat ringkuk di sudut semakin serius. Dia demam, menggigil, dan muntah. Semua pe­ ”Di minggu kedua perjalanan, Chai Ten sakit parah. Tubuh­ bibirnya biru, perutnya terkuras oleh muntah. Tidak ada yang hujan deras. Dia menggigil kedinginan. Wajahnya pucat pasi, serempak datang. Kasihan sekali melihatnya me­ nyakit seperti nya yang kurus dan makanan yang terbatas membuat sakitnya palka, di bawah atap kapal yang tempias saat ringkuk di sudut semakin serius. Dia demam, menggigil, dan muntah. Semua pe­ bibirnya biru, perutnya terkuras oleh muntah. Tidak ada yang hujan deras. Dia menggigil kedinginan. Wajahnya pucat pasi, serempak datang. Kasihan sekali melihatnya me­ nyakit seperti nya yang kurus dan makanan yang terbatas membuat sakitnya palka, di bawah atap kapal yang tempias saat ringkuk di sudut semakin serius. Dia demam, menggigil, dan muntah. Semua pe­ bibirnya biru, perutnya terkuras oleh muntah. Tidak ada yang hujan deras. Dia menggigil kedinginan. Wajahnya pucat pasi, serempak datang. Kasihan sekali melihatnya me­ nyakit seperti nya yang kurus dan makanan yang terbatas membuat sakitnya peduli, tidak ada yang mau memberikan pertolongan, karena palka, di bawah atap kapal yang tempias saat ringkuk di sudut semakin serius. Dia demam, menggigil, dan muntah. Semua pe­ bibirnya biru, perutnya terkuras oleh muntah. Tidak ada yang hujan deras. Dia menggigil kedinginan. Wajahnya pucat pasi, serempak datang. Kasihan sekali melihatnya me­ nyakit seperti nya yang kurus dan makanan yang terbatas membuat sakitnya peduli, tidak ada yang mau memberikan pertolongan, karena palka, di bawah atap kapal yang tempias saat ringkuk di sudut semakin serius. Dia demam, menggigil, dan muntah. Semua pe­ hujan deras. Dia menggigil kedinginan. Wajahnya pucat pasi, serempak datang. Kasihan sekali melihatnya me­ nyakit seperti nya yang kurus dan makanan yang terbatas membuat sakitnya peduli, tidak ada yang mau memberikan pertolongan, karena bibirnya biru, perutnya terkuras oleh muntah. Tidak ada yang palka, di bawah atap kapal yang tempias saat ringkuk di sudut semakin serius. Dia demam, menggigil, dan muntah. Semua pe­ hujan deras. Dia menggigil kedinginan. Wajahnya pucat pasi, serempak datang. Kasihan sekali melihatnya me­ nyakit seperti peduli, tidak ada yang mau memberikan pertolongan, karena bibirnya biru, perutnya terkuras oleh muntah. Tidak ada yang palka, di bawah atap kapal yang tempias saat ringkuk di sudut semakin serius. Dia demam, menggigil, dan muntah. Semua pe­ hujan deras. Dia menggigil kedinginan. Wajahnya pucat pasi, serempak datang. Kasihan sekali melihatnya me­ nyakit seperti peduli, tidak ada yang mau memberikan pertolongan, karena bibirnya biru, perutnya terkuras oleh muntah. Tidak ada yang palka, di bawah atap kapal yang tempias saat ringkuk di sudut semakin serius. Dia demam, menggigil, dan muntah. Semua pe­ semua orang sibuk dengan masalahnya sendiri.” hujan deras. Dia menggigil kedinginan. Wajahnya pucat pasi, serempak datang. Kasihan sekali melihatnya me­ nyakit seperti peduli, tidak ada yang mau memberikan pertolongan, karena bibirnya biru, perutnya terkuras oleh muntah. Tidak ada yang palka, di bawah atap kapal yang tempias saat ringkuk di sudut semakin serius. Dia demam, menggigil, dan muntah. Semua pe­ semua orang sibuk dengan masalahnya sendiri.” hujan deras. Dia menggigil kedinginan. Wajahnya pucat pasi, serempak datang. Kasihan sekali melihatnya me­ nyakit seperti bibirnya biru, perutnya terkuras oleh muntah. Tidak ada yang palka, di bawah atap kapal yang tempias saat ringkuk di sudut semakin serius. Dia demam, menggigil, dan muntah. Semua pe­ semua orang sibuk dengan masalahnya sendiri.” peduli, tidak ada yang mau memberikan pertolongan, karena hujan deras. Dia menggigil kedinginan. Wajahnya pucat pasi, serempak datang. Kasihan sekali melihatnya me­ nyakit seperti bibirnya biru, perutnya terkuras oleh muntah. Tidak ada yang palka, di bawah atap kapal yang tempias saat ringkuk di sudut semua orang sibuk dengan masalahnya sendiri.” peduli, tidak ada yang mau memberikan pertolongan, karena hujan deras. Dia menggigil kedinginan. Wajahnya pucat pasi, serempak datang. Kasihan sekali melihatnya me­ nyakit seperti bibirnya biru, perutnya terkuras oleh muntah. Tidak ada yang palka, di bawah atap kapal yang tempias saat ringkuk di sudut semua orang sibuk dengan masalahnya sendiri.” peduli, tidak ada yang mau memberikan pertolongan, karena hujan deras. Dia menggigil kedinginan. Wajahnya pucat pasi, serempak datang. Kasihan sekali melihatnya me­ nyakit seperti Opa diam sejenak, kembali mendongak menatap langit-langit bibirnya biru, perutnya terkuras oleh muntah. Tidak ada yang palka, di bawah atap kapal yang tempias saat ringkuk di sudut semua orang sibuk dengan masalahnya sendiri.” peduli, tidak ada yang mau memberikan pertolongan, karena hujan deras. Dia menggigil kedinginan. Wajahnya pucat pasi, serempak datang. Kasihan sekali melihatnya me­ nyakit seperti Opa diam sejenak, kembali mendongak menatap langit-langit bibirnya biru, perutnya terkuras oleh muntah. Tidak ada yang palka, di bawah atap kapal yang tempias saat ringkuk di sudut peduli, tidak ada yang mau memberikan pertolongan, karena hujan deras. Dia menggigil kedinginan. Wajahnya pucat pasi, serempak datang. Kasihan sekali melihatnya me­ nyakit seperti Opa diam sejenak, kembali mendongak menatap langit-langit semua orang sibuk dengan masalahnya sendiri.” bibirnya biru, perutnya terkuras oleh muntah. Tidak ada yang palka, di bawah atap kapal yang tempias saat ringkuk di sudut peduli, tidak ada yang mau memberikan pertolongan, karena hujan deras. Dia menggigil kedinginan. Wajahnya pucat pasi, Opa diam sejenak, kembali mendongak menatap langit-langit semua orang sibuk dengan masalahnya sendiri.” bibirnya biru, perutnya terkuras oleh muntah. Tidak ada yang palka, di bawah atap kapal yang tempias saat ringkuk di sudut peduli, tidak ada yang mau memberikan pertolongan, karena hujan Dia menggigil kedinginan. Wajahnya pucat pasi, Opa diam sejenak, kembali mendongak menatap langit-langit semua orang sibuk dengan masalahnya sendiri.” bibirnya biru, perutnya terkuras oleh muntah. Tidak ada yang palka, di bawah atap kapal yang tempias saat ringkuk di sudut pesawat, menghela napas. Kali ini aku memutuskan tidak me­ peduli, tidak ada yang mau memberikan pertolongan, karena hujan deras. Dia menggigil kedinginan. Wajahnya pucat pasi, Opaderas. diam sejenak, kembali mendongak menatap langit-langit semua orang sibuk dengan masalahnya sendiri.” bibirnya biru, perutnya terkuras oleh muntah. Tidak ada yang palka, di bawah atap kapal yang tempias saat ringkuk di sudut pesawat, menghela napas. Kali ini aku memutuskan tidak me­ peduli, tidak ada yang mau memberikan pertolongan, karena hujan deras. Dia menggigil kedinginan. Wajahnya pucat pasi, semua orang sibuk dengan masalahnya sendiri.” bibirnya biru, perutnya terkuras oleh muntah. Tidak ada yang palka, di bawah atap kapal yang tempias saat ringkuk di sudut pesawat, menghela napas. Kali ini aku memutuskan tidak me­ Opa diam sejenak, kembali mendongak menatap langit-langit peduli, tidak ada yang mau memberikan pertolongan, karena hujan deras. Dia menggigil kedinginan. Wajahnya pucat pasi, semua orang sibuk dengan masalahnya sendiri.” bibirnya biru, perutnya terkuras oleh muntah. Tidak ada yang pesawat, menghela napas. Kali ini aku memutuskan tidak me­ Opa diam sejenak, kembali mendongak menatap langit-langit peduli, tidak ada yang mau memberikan pertolongan, karena hujan deras. Dia menggigil kedinginan. Wajahnya pucat pasi, semua orang sibuk dengan masalahnya sendiri.” bibirnya biru, perutnya terkuras oleh muntah. Tidak ada yang pesawat, menghela napas. Kali ini aku memutuskan tidak me­ Opa diam sejenak, kembali mendongak menatap langit-langit peduli, tidak ada yang mau memberikan pertolongan, karena hujan deras. Dia menggigil kedinginan. Wajahnya pucat pasi, motong ceritanya, menunggu. semua orang sibuk dengan masalahnya sendiri.” bibirnya biru, perutnya terkuras oleh muntah. Tidak ada yang pesawat, menghela napas. Kali ini aku memutuskan tidak me­ Opa diam sejenak, kembali mendongak menatap langit-langit peduli, tidak ada yang mau memberikan pertolongan, karena hujan deras. Dia menggigil kedinginan. Wajahnya pucat pasi, motong ceritanya, menunggu. semua orang sibuk dengan masalahnya sendiri.” bibirnya biru, perutnya terkuras oleh muntah. Tidak ada yang Opa diam sejenak, kembali mendongak menatap langit-langit peduli, tidak ada yang mau memberikan pertolongan, karena hujan deras. Dia menggigil kedinginan. Wajahnya pucat pasi, motong ceritanya, menunggu. pesawat, menghela napas. Kali ini aku memutuskan tidak me­ semua orang sibuk dengan masalahnya sendiri.” bibirnya biru, perutnya terkuras oleh muntah. Tidak ada yang Opa diam sejenak, kembali mendongak menatap langit-langit peduli, tidak ada yang mau memberikan pertolongan, karena motong ceritanya, menunggu. pesawat, menghela napas. Kali ini aku memutuskan tidak me­ semua orang sibuk dengan masalahnya sendiri.” bibirnya biru, perutnya terkuras oleh muntah. Tidak ada yang Opa diam sejenak, kembali mendongak menatap langit-langit peduli, tidak ada yang mau memberikan pertolongan, karena motong ceritanya, menunggu. pesawat, menghela napas. Kali ini aku memutuskan tidak me­ semua orang sibuk dengan masalahnya sendiri.” bibirnya biru, perutnya terkuras Tidak ada yang ”Orang tua ini tidak melakukan apa pun, Tommi. Hanya Opa diam sejenak, kembali mendongak menatap langit-langit peduli, tidak ada yang mau memberikan pertolongan, karena motong ceritanya, menunggu. pesawat, menghela napas. Kali inioleh akumuntah. memutuskan tidak me­ semua orang sibuk dengan masalahnya sendiri.” bibirnya biru, perutnya terkuras oleh muntah. Tidak ada yang ”Orang tua ini tidak melakukan apa pun, Tommi. Hanya Opa diam sejenak, kembali mendongak menatap langit-langit peduli, tidak ada yang mau memberikan pertolongan, karena pesawat, menghela napas. Kali ini aku memutuskan tidak me­ semua orang sibuk dengan masalahnya sendiri.” bibirnya biru, perutnya terkuras oleh muntah. Tidak ada yang ”Orang tua ini tidak melakukan apa pun, Tommi. Hanya motong ceritanya, menunggu. Opa diam sejenak, kembali mendongak menatap langit-langit peduli, tidak ada yang mau memberikan pertolongan, karena pesawat, menghela napas. Kali ini aku memutuskan tidak me­ semua orang sibuk dengan masalahnya sendiri.” ”Orang tua ini tidak melakukan apa pun, Tommi. Hanya motong ceritanya, menunggu. Opa diam sejenak, kembali mendongak menatap langit-langit peduli, tidak ada yang mau memberikan pertolongan, karena pesawat, menghela napas. Kali ini aku memutuskan tidak me­ semua orang sibuk dengan masalahnya sendiri.” ”Orang tua ini tidak melakukan apa pun, Tommi. Hanya motong ceritanya, menunggu. Opa diam sejenak, kembali mendongak menatap langit-langit peduli, tidak ada yang mau memberikan pertolongan, karena nunaikan kewajiban sebagai seorang teman. Kau tidak mungkin pesawat, menghela napas. Kali ini aku memutuskan tidak me­ semua orang sibuk dengan masalahnya sendiri.” ”Orang tua ini tidak melakukan apa pun, Tommi. Hanya motong ceritanya, menunggu. Opa diam sejenak, kembali mendongak menatap langit-langit peduli, tidak ada yang mau memberikan pertolongan, karena nunaikan kewajiban sebagai seorang teman. Kau tidak mungkin pesawat, menghela napas. Kali ini aku memutuskan tidak me­ semua orang sibuk dengan masalahnya sendiri.” motong ceritanya, menunggu. Opa diam sejenak, kembali mendongak menatap langit-langit peduli, tidak ada yang mau memberikan pertolongan, karena nunaikan kewajiban sebagai seorang teman. Kau tidak mungkin ”Orang tua ini tidak melakukan apa pun, Tommi. Hanya pesawat, menghela napas. Kali ini aku memutuskan tidak me­ semua orang sibuk dengan masalahnya sendiri.” motong ceritanya, menunggu. Opa diam sejenak, kembali mendongak menatap langit-langit nunaikan kewajiban sebagai seorang teman. Kau tidak mungkin ”Orang tua ini tidak melakukan apa pun, Tommi. Hanya pesawat, menghela napas. Kali ini aku memutuskan tidak me­ semua orang sibuk dengan masalahnya sendiri.” motong ceritanya, menunggu. Opa diam sejenak, kembali mendongak menatap langit-langit nunaikan kewajiban sebagai seorang teman. Kau tidak mungkin ”Orang tua ini tidak melakukan apa pun, Tommi. Hanya pesawat, menghela napas. Kali ini aku memutuskan tidak me­ semua orang sibuk dengan masalahnya sendiri.” membiarkan teman senasib menderita sendirian. Maka aku motong ceritanya, menunggu. Opa diam sejenak, kembali mendongak menatap langit-langit nunaikan kewajiban sebagai seorang teman. Kau tidak mungkin ”Orang tua ini tidak melakukan apa pun, Tommi. Hanya pesawat, menghela napas. Kali ini aku memutuskan tidak me­ semua orang sibuk dengan masalahnya sendiri.” membiarkan teman senasib menderita sendirian. Maka aku motong ceritanya, menunggu. Opa diam sejenak, kembali mendongak menatap langit-langit ”Orang tua ini tidak melakukan apa pun, Tommi. Hanya me­ pesawat, menghela napas. Kali ini aku memutuskan tidak semua orang sibuk dengan masalahnya sendiri.” membiarkan teman senasib menderita sendirian. Maka aku nunaikan kewajiban sebagai seorang teman. Kau tidak mungkin motong ceritanya, menunggu. Opa diam sejenak, kembali mendongak menatap langit-langit ”Orang tua ini tidak melakukan apa pun, Tommi. Hanya pesawat, menghela napas. Kali ini aku memutuskan tidak me­ membiarkan teman senasib menderita sendirian. Maka aku nunaikan kewajiban sebagai seorang teman. Kau tidak mungkin motong ceritanya, menunggu. Opa diam sejenak, kembali mendongak menatap langit-langit ”Orang tua ini tidak melakukan apa pun, Tommi. Hanya pesawat, menghela napas. Kali ini aku memutuskan tidak me­ membiarkan teman senasib menderita sendirian. Maka aku nunaikan kewajiban sebagai seorang teman. Kau tidak mungkin motong ceritanya, menunggu. Opa diam sejenak, kembali mendongak menatap langit-langit rawat Chai Ten. Mencarikan selimut dari karung goni tebal yang ”Orang tua ini tidak melakukan apa pun, Tommi. Hanya pesawat, menghela napas. Kali ini aku memutuskan tidak me­ membiarkan teman senasib menderita sendirian. Maka aku nunaikan kewajiban sebagai seorang teman. Kau tidak mungkin motong ceritanya, menunggu. Opa diam sejenak, kembali mendongak menatap langit-langit rawat Chai Ten. Mencarikan selimut dari karung goni tebal yang ”Orang tua iniMencarikan tidak melakukan apa pun, Tommi. Hanya pesawat, menghela napas. Kali ini apa aku memutuskan tidak me­ nunaikan kewajiban sebagai seorang teman. Kau tidak mungkin motong ceritanya, menunggu. Opa diam sejenak, kembali mendongak menatap langit-langit rawat Chai Ten. selimut dari karung goni tebal yang membiarkan teman senasib menderita sendirian. Maka aku ”Orang tua ini tidak melakukan pun, Tommi. Hanya pesawat, menghela napas. Kali ini aku memutuskan tidak me­ nunaikan kewajiban sebagai seorang teman. Kau tidak mungkin motong ceritanya, menunggu. rawat Chai Ten. Mencarikan selimut dari karung goni tebal yang membiarkan teman senasib menderita sendirian. Maka aku ”Orang tua ini tidak melakukan apa pun, Tommi. Hanya pesawat, menghela napas. Kali ini aku memutuskan tidak me­ nunaikan kewajiban sebagai seorang teman. Kau tidak mungkin motong ceritanya, menunggu. rawat Chai Ten. Mencarikan selimut dari karung goni tebal yang membiarkan teman senasib menderita sendirian. Maka aku ”Orang tua ini tidak melakukan apa pun, Tommi. Hanya pesawat, menghela napas. Kali ini aku memutuskan tidak me­ bau dan kotor. Memberikan jatah makananku kepadanya. Mem­ nunaikan kewajiban sebagai seorang teman. Kau tidak mungkin motong ceritanya, menunggu. rawat Chai Ten. Mencarikan selimut dari karung goni tebal yang membiarkan teman senasib menderita sendirian. Maka aku ”Orang tua ini tidak melakukan apa pun, Tommi. Hanya pesawat, menghela napas. Kali ini aku memutuskan tidak me­ bau dan kotor. Memberikan jatah makananku kepadanya. Mem­ nunaikan kewajiban sebagai seorang teman. Kau tidak mungkin motong ceritanya, menunggu. membiarkan teman senasib menderita sendirian. Maka aku me­ ”Orang tua ini tidak melakukan apa pun, Tommi. Hanya pesawat, menghela napas. Kali ini aku memutuskan tidak bau dan kotor. Memberikan jatah makananku kepadanya. Mem­ rawat Chai Ten. Mencarikan selimut dari karung goni tebal yang nunaikan kewajiban sebagai seorang teman. Kau tidak mungkin motong ceritanya, menunggu. membiarkan teman senasib menderita sendirian. Maka aku me­ ”Orang tua ini tidak melakukan apa pun, Tommi. Hanya bau dan kotor. Memberikan jatah makananku kepadanya. Mem­ rawat Chai Ten. Mencarikan selimut dari karung goni tebal yang nunaikan kewajiban sebagai seorang teman. Kau tidak mungkin motong ceritanya, menunggu. membiarkan teman senasib menderita sendirian. Maka aku me­ ”Orang tua ini tidak melakukan apa pun, Tommi. Hanya bau dan kotor. Memberikan jatah makananku kepadanya. Mem­ rawat Chai Ten. Mencarikan selimut dari karung goni tebal yang nunaikan kewajiban sebagai seorang teman. Kau tidak mungkin motong ceritanya, menunggu. membiarkan teman senasib menderita sendirian. Maka aku me­ ”Orang tua ini tidak melakukan apa pun, Tommi. Hanya bau dan kotor. Memberikan jatah makananku kepadanya. Mem­ rawat Chai Ten. Mencarikan selimut dari karung goni tebal yang nunaikan kewajiban sebagai seorang teman. Kau tidak mungkin motong ceritanya, menunggu.



sulit tersebut, tiba di negeri yang lebih baik. semangat kami berdua akan melalui hari-hari nya, memberikan lik kapal nelayan. Menemaninya siang dan malam, menghibur­ Membuat ramuan obat semampuku dari sisa-sisa logistik pemi­ berikan air tawar yang susah payah didapat dari hujan turun. ”Seminggu lamanya Chai Ten menderita oleh sakitnya, malam sulit tersebut, tiba di negeri yang lebih baik. semangat kami berdua akan melalui hari-hari nya, memberikan lik kapal nelayan. Menemaninya siang dan malam, menghibur­ Membuat ramuan obat semampuku dari sisa-sisa logistik pemi­ berikan air tawar yang susah payah didapat dari hujan turun. ”Seminggu lamanya Chai Ten menderita oleh sakitnya, malam sulit tersebut, tiba di negeri yang lebih baik. kami berdua akan melalui hari-hari nya, memberikan lik kapal nelayan. Menemaninya siang dan malam, menghibur­ Membuat ramuan obat semampuku dari sisa-sisa logistik pemi­ berikan air tawar yang susah payah didapat dari hujan turun. ”Seminggu lamanya Chai Ten menderita oleh sakitnya, malam sulit tersebut, tibasemangat di negeri negeri yang lebih baik. semangat kami berdua akan melalui hari-hari nya, memberikan lik kapal nelayan. Menemaninya siang dan malam, menghibur­ Membuat ramuan obat semampuku dari sisa-sisa logistik pemi­ berikan air tawar yang susah payah didapat dari hujan turun. ”Seminggu lamanya Chai Ten menderita oleh sakitnya, malam semangat kami berdua akan melalui hari-hari nya, memberikan lik kapal nelayan. Menemaninya siang dan malam, menghibur­ Membuat ramuan obat semampuku dari sisa-sisa logistik pemi­ sulit tersebut, tiba di yang lebih baik. menggigil, siang meringkuk kesakitan, ajaib, dia bertahan. ”Seminggu lamanya Chai Ten menderita oleh sakitnya, malam yang lebih baik. semangat kami berdua akan melalui hari-hari nya, memberikan lik kapal nelayan. Menemaninya siang dan malam, menghibur­ Membuat ramuan obat semampuku dari sisa-sisa logistik pemi­ menggigil, siang meringkuk kesakitan, ajaib, dia bertahan. ”Seminggu lamanya Chai Ten menderita oleh sakitnya, malam sulit tersebut, tiba di negeri yang lebih baik. semangat kami berdua akan melalui hari-hari nya, memberikan lik kapal nelayan. Menemaninya siang dan malam, menghibur­ Membuat ramuan obat semampuku dari sisa-sisa logistik pemi­ menggigil, siang meringkuk kesakitan, ajaib, dia bertahan. ”Seminggu lamanya Chai Ten menderita oleh sakitnya, malam sulit tersebut, tiba di negeri yang lebih baik. semangat kami berdua akan melalui hari-hari nya, memberikan lik kapal nelayan. Menemaninya siang dan malam, menghibur­ Membuat ramuan obat semampuku dari sisa-sisa logistik pemi­ menggigil, siang meringkuk kesakitan, ajaib, dia bertahan. ”Seminggu lamanya Chai Ten menderita oleh sakitnya, malam sulit tersebut, tiba di negeri yang lebih baik. semangat kami berdua akan melalui hari-hari nya, memberikan lik kapal nelayan. Menemaninya siang dan malam, menghibur­ Membuat ramuan obat semampuku dari sisa-sisa logistik pemi­ menggigil, siang meringkuk kesakitan, ajaib, dia bertahan. sulit tersebut, tiba di negeri yang lebih baik. semangat kami berdua akan melalui hari-hari nya, memberikan lik kapal nelayan. Menemaninya siang dan malam, menghibur­ ”Seminggu lamanya Chai Ten menderita oleh sakitnya, malam Dia satu-satunya penumpang sakit yang selamat. Beberapa hari menggigil, siang meringkuk kesakitan, ajaib, dia bertahan. menderita oleh sakitnya, malam sulit tersebut, tiba di negeri yang lebih baik. semangat kami berdua akan melalui hari-hari nya, memberikan lik kapal nelayan. Menemaninya siang dan malam, menghibur­ Dia satu-satunya penumpang sakit yang selamat. Beberapa hari menggigil, siang meringkuk kesakitan, ajaib, dia bertahan. ”Seminggu lamanya Chai Ten menderita oleh sakitnya, malam sulit tersebut, tiba di negeri yang lebih baik. semangat kami berdua akan melalui hari-hari nya, memberikan lik kapal nelayan. Menemaninya siang dan malam, menghibur­ Dia satu-satunya penumpang sakit yang selamat. Beberapa hari menggigil, siang meringkuk kesakitan, ajaib, dia bertahan. ”Seminggu lamanya Chai Ten menderita oleh sakitnya, malam sulit tersebut, tiba di negeri yang lebih baik. semangat kami berdua akan melalui hari-hari nya, memberikan lik kapal nelayan. Menemaninya siang dan malam, menghibur­ Dia satu-satunya penumpang sakit yang selamat. Beberapa hari menggigil, siang meringkuk kesakitan, ajaib, dia bertahan. ”Seminggu lamanya Chai Ten menderita oleh sakitnya, malam sulit tersebut, tiba di negeri yang lebih baik. semangat kami berdua akan melalui hari-hari nya, memberikan lik kapal nelayan. Menemaninya siang dan malam, menghibur­ Dia satu-satunya penumpang sakit yang selamat. Beberapa hari ”Seminggu lamanya Chai Ten menderita oleh sakitnya, malam sulit tersebut, tiba di negeri yang lebih baik. semangat kami berdua akan melalui hari-hari nya, memberikan menggigil, siang meringkuk kesakitan, dan ajaib, dia bertahan. setelah kondisinya membaik, kapal nelayan tiba di bandar besar, Dia satu-satunya penumpang sakit yang selamat. Beberapa hari kesakitan, dan ajaib, dia bertahan. ”Seminggu lamanya Chai Ten menderita oleh sakitnya, malam sulit tersebut, tiba di negeri yang lebih baik. semangat kami berdua akan melalui hari-hari nya, memberikan setelah kondisinya membaik, kapal nelayan tiba di bandar besar, Dia satu-satunya penumpang sakit yang selamat. Beberapa hari menggigil, siang meringkuk kesakitan, dan ajaib, dia bertahan. ”Seminggu lamanya Chai Ten menderita oleh sakitnya, malam sulit tersebut, tiba di negeri yang lebih baik. semangat kami berdua akan melalui hari-hari nya, memberikan setelah kondisinya membaik, kapal nelayan tiba di bandar besar, Dia satu-satunya penumpang sakit yang selamat. Beberapa hari menggigil, siang meringkuk kesakitan, dan ajaib, dia bertahan. ”Seminggu lamanya Chai Ten menderita oleh sakitnya, malam sulit tersebut, tiba di negeri yang lebih baik. semangat kami berdua akan melalui hari-hari nya, memberikan setelah kondisinya membaik, kapal nelayan tiba di bandar besar, Dia satu-satunya penumpang sakit yang selamat. Beberapa hari menggigil, siang meringkuk kesakitan, dan ajaib, dia bertahan. ”Seminggu lamanya Chai Ten menderita oleh sakitnya, malam sulit tersebut, tiba di negeri yang lebih baik. semangat kami berdua akan melalui hari-hari nya, memberikan setelah kondisinya membaik, kapal nelayan tiba di bandar besar, menggigil, siang meringkuk kesakitan, dan ajaib, dia bertahan. ”Seminggu lamanya Chai Ten menderita oleh sakitnya, malam sulit tersebut, tiba di negeri yang lebih baik. Dia satu-satunya penumpang sakit yang selamat. Beberapa hari Singapura. Chai Ten turun di sana, memutuskan mencari per­ setelah kondisinya membaik, kapal nelayan tiba di bandar besar, sakit yang selamat. Beberapa hari menggigil, siang meringkuk kesakitan, dan ajaib, dia bertahan. ”Seminggu lamanya Chai Ten menderita oleh sakitnya, malam sulit tersebut, tiba di negeri yang lebih baik. Singapura. Chai Ten turun di sana, memutuskan mencari per­ setelah kondisinya membaik, kapal nelayan tiba di bandar besar, Dia satu-satunya penumpang sakit yang selamat. Beberapa hari menggigil, siang meringkuk kesakitan, dan ajaib, dia bertahan. ”Seminggu lamanya Chai Ten menderita oleh sakitnya, malam sulit tersebut, tiba di negeri yang lebih baik. Singapura. Chai Ten turun di sana, memutuskan mencari per­ setelah kondisinya membaik, kapal nelayan tiba di bandar besar, Dia satu-satunya penumpang sakit yang selamat. Beberapa hari menggigil, siang meringkuk kesakitan, dan ajaib, dia bertahan. ”Seminggu lamanya Chai Ten menderita oleh sakitnya, malam sulit tersebut, tiba di negeri yang lebih baik. Singapura. Chai Ten turun di sana, memutuskan mencari per­ setelah kondisinya membaik, kapal nelayan tiba di bandar besar, Dia satu-satunya penumpang sakit yang selamat. Beberapa hari menggigil, siang kesakitan, dan ajaib, dia bertahan. ”Seminggu lamanya Chai Ten menderita oleh sakitnya, malam sulit tersebut, tibameringkuk di negeri yang lebih baik. Singapura. Chai Ten turun di sana, memutuskan mencari per­ Dia satu-satunya penumpang sakit yang selamat. Beberapa hari menggigil, siang meringkuk kesakitan, dan ajaib, dia bertahan. ”Seminggu lamanya Chai Ten menderita oleh sakitnya, malam setelah kondisinya membaik, kapal nelayan tiba di bandar besar, bandar itu. Aku memilih terus mengikuti per­ untungan di Singapura. Chai Ten turun di sana, memutuskan mencari kapal nelayan tiba di bandar besar, Dia satu-satunya penumpang sakit yang selamat. Beberapa hari menggigil, siang meringkuk kesakitan, dan ajaib, dia bertahan. ”Seminggu lamanya Chai Ten menderita oleh sakitnya, malam bandar itu. Aku memilih terus mengikuti per­ untungan di Singapura. Chai Ten turun di sana, memutuskan mencari setelah kondisinya membaik, kapal nelayan tiba di bandar besar, Dia satu-satunya penumpang sakit yang selamat. Beberapa hari menggigil, siang meringkuk kesakitan, dan ajaib, dia bertahan. ”Seminggu lamanya Chai Ten menderita oleh sakitnya, malam bandar itu. Aku memilih terus mengikuti per­ untungan di Singapura. Chai Ten turun di sana, memutuskan mencari setelah kondisinya membaik, kapal nelayan tiba di bandar besar, Dia satu-satunya penumpang sakit yang selamat. Beberapa hari menggigil, siang meringkuk kesakitan, dan ajaib, dia bertahan. ”Seminggu lamanya Chai Ten menderita oleh sakitnya, malam bandar itu. Aku memilih terus mengikuti per­ untungan di Singapura. Chai Ten turun di sana, memutuskan mencari setelah kondisinya membaik, kapal nelayan tiba di bandar besar, Dia satu-satunya penumpang sakit yang selamat. Beberapa hari menggigil, siang meringkuk kesakitan, dan ajaib, dia bertahan. ”Seminggu lamanya Chai Ten menderita oleh sakitnya, malam bandar itu. Aku memilih terus mengikuti per­ untungan di setelah kondisinya membaik, kapal nelayan tiba di bandar besar, Dia satu-satunya penumpang sakit yang selamat. Beberapa hari menggigil, siang meringkuk kesakitan, dan ajaib, dia bertahan. Singapura. Chai Ten turun di sana, memutuskan mencari per­ hingga tiba di Surabaya. jalanan kapal nelayan bandar itu. Aku memilih terus mengikuti per­ untungan di sana, memutuskan mencari setelah kondisinya membaik, kapal nelayan tiba di bandar besar, Dia satu-satunya penumpang sakit yang selamat. Beberapa hari menggigil, siang meringkuk kesakitan, dan ajaib, dia bertahan. hingga tiba di Surabaya. jalanan kapal nelayan bandar itu. Aku memilih terus mengikuti per­ untungan di Singapura. Chai Ten turun di sana, memutuskan mencari setelah kondisinya membaik, kapal nelayan tiba di bandar besar, Dia satu-satunya penumpang sakit yang selamat. Beberapa hari menggigil, siang meringkuk kesakitan, dan ajaib, dia bertahan. hingga tiba di Surabaya. jalanan kapal nelayan bandar itu. Aku memilih terus mengikuti per­ untungan di Singapura. Chai Ten turun di sana, memutuskan mencari setelah kondisinya membaik, kapal nelayan tiba di bandar besar, Dia satu-satunya penumpang sakit yang selamat. Beberapa hari menggigil, siang meringkuk kesakitan, dan ajaib, dia bertahan. hingga tiba di Surabaya. jalanan kapal nelayan bandar itu. Aku memilih terus mengikuti per­ untungan di Singapura. Chai Ten turun di sana, memutuskan mencari setelah kondisinya membaik, kapal nelayan tiba di bandar besar, Dia satu-satunya penumpang sakit yang selamat. Beberapa hari menggigil, siang meringkuk kesakitan, dan ajaib, dia bertahan. hingga tiba di Surabaya. jalanan kapal nelayan Singapura. Chai Ten turun di sana, memutuskan mencari per­ setelah kondisinya membaik, kapal nelayan tiba di bandar besar, Dia satu-satunya penumpang sakit yang selamat. Beberapa hari bandar itu. Aku memilih terus mengikuti per­ untungan di ”Kami berpisah. Dia menangis memelukku, bilang tidak akan hingga tiba di Surabaya. jalanan kapal nelayan bandar itu. Aku memilih terus mengikuti per­ untungan di Singapura. Chai Ten turun di sana, memutuskan mencari setelah kondisinya membaik, kapal nelayan tiba di bandar besar, Dia satu-satunya penumpang sakit yang selamat. Beberapa hari ”Kami berpisah. Dia menangis memelukku, bilang tidak akan hingga tiba di Surabaya. jalanan kapal nelayan bandar itu. Aku memilih terus mengikuti per­ untungan di Singapura. Chai Ten turun di sana, memutuskan mencari setelah kondisinya membaik, kapal nelayan tiba di bandar besar, Dia satu-satunya penumpang sakit yang selamat. Beberapa hari ”Kami berpisah. Dia menangis memelukku, bilang tidak akan hingga tiba di Surabaya. jalanan kapal nelayan bandar itu. Aku memilih terus mengikuti per­ untungan di Singapura. Chai Ten turun di sana, memutuskan mencari setelah kondisinya membaik, kapal nelayan tiba di bandar besar, Dia satu-satunya penumpang sakit yang selamat. Beberapa hari ”Kami berpisah. Dia menangis memelukku, bilang tidak akan hingga tiba di Surabaya. jalanan kapal nelayan bandar itu. Aku memilih terus mengikuti per­ untungan di Singapura. Chai Ten turun di sana, memutuskan mencari setelah kondisinya membaik, kapal nelayan tiba di bandar besar, Dia satu-satunya penumpang sakit yang selamat. Beberapa hari ”Kami berpisah. Dia menangis memelukku, bilang tidak akan bandar itu. Aku memilih terus mengikuti per­ untungan di Singapura. Chai Ten turun di sana, memutuskan mencari hingga tiba di Surabaya. jalanan kapal nelayan setelah kondisinya membaik, kapal nelayan tiba di bandar besar, pernah melupakan kejadian di kapal nelayan. Ah, kejadian enam ”Kami berpisah. Dia menangis memelukku, bilang tidak akan hingga tiba di Surabaya. jalanan kapal nelayan bandar itu. Aku memilih terus mengikuti per­ untungan di Singapura. Chai Ten turun di sana, memutuskan mencari setelah kondisinya membaik, kapal nelayan tiba di bandar besar, pernah melupakan kejadian di kapal nelayan. Ah, kejadian enam ”Kami berpisah. Dia menangis memelukku, bilang tidak akan hingga tiba di Surabaya. jalanan kapal nelayan bandar itu. Aku memilih terus mengikuti per­ untungan di Singapura. Chai Ten turun di sana, memutuskan mencari setelah kondisinya membaik, kapal nelayan tiba di bandar besar, pernah melupakan kejadian di kapal nelayan. Ah, kejadian enam ”Kami berpisah. Dia menangis memelukku, bilang tidak akan hingga tiba di Surabaya. jalanan kapal nelayan bandar itu. Aku memilih terus mengikuti per­ untungan di Singapura. Chai Ten turun di sana, memutuskan mencari setelah kondisinya membaik, kapal nelayan tiba di bandar besar, pernah melupakan kejadian di kapal nelayan. Ah, kejadian enam ”Kami berpisah. Dia menangis memelukku, bilang tidak akan hingga tiba di Surabaya. jalanan kapal nelayan bandar itu. Aku memilih terus mengikuti per­ untungan di Singapura. Chai Ten turun di sana, memutuskan mencari setelah kondisinya membaik, kapal nelayan tiba di bandar pernah melupakan kejadian di kapal nelayan. Ah, kejadian enam hingga tiba di Surabaya. jalanan kapal nelayan bandar itu. Aku memilih terus mengikuti per­ untungan di ”Kami berpisah. Dia menangis memelukku, bilang tidak akan Singapura. Chai Ten di sana, memutuskan mencari puluh tahun itu masih segar sekali di ingatan ingatan orang tuabesar, ini, pernah melupakan kejadian di kapal nelayan. Ah, kejadian enam ”Kami berpisah. Dia menangis memelukku, bilang tidak akan hingga di Surabaya. jalanan kapal nelayan bandar itu. Aku memilih terus mengikuti per­ untungan di Singapura. Ten turun di sana, memutuskan mencari puluh tahun itu masih segar sekali di orang tua ini, pernah melupakan kejadian di kapal Ah, kejadian enam ”Kami berpisah. Diaturun menangis memelukku, bilang tidak akan hingga tiba di nelayan. Surabaya. jalanan kapal nelayan bandar itu. Aku memilih terus mengikuti per­ untungan diChai Singapura. Chai Ten turun ditiba sana, memutuskan mencari puluh tahun itu masih segar sekali di ingatan orang tua ini, pernah melupakan kejadian di kapal nelayan. Ah, kejadian enam ”Kami berpisah. Dia menangis memelukku, bilang tidak akan hingga tiba di Surabaya. jalanan kapal nelayan bandar itu. Aku memilih terus mengikuti per­ untungan di Singapura. Chai Ten turun di sana, memutuskan mencari puluh tahun itu masih segar sekali di ingatan orang tua ini, pernah melupakan kejadian di kapal nelayan. Ah, kejadian enam ”Kami berpisah. Dia menangis memelukku, bilang tidak akan hingga tiba di Surabaya. jalanan kapal nelayan bandar itu. Aku memilih terus mengikuti per­ untungan di Singapura. Chai Ten turun di sana, memutuskan mencari puluh tahun itu masih segar sekali di ingatan orang tua ini, ”Kami berpisah. Dia menangis memelukku, bilang tidak akan hingga tiba di Surabaya. jalanan kapal nelayan pernah melupakan kejadian di kapal nelayan. Ah, kejadian enam bandar itu. Aku memilih terus mengikuti per­ untungan di Tommi. Wajah Chai Ten, tubuhnya yang kurus, senyumnya yang puluh tahun itu masih segar sekali di ingatan orang tua ini, pernah melupakan kejadian di kapal nelayan. Ah, kejadian enam ”Kami berpisah. Dia menangis memelukku, bilang tidak akan hingga tiba di Surabaya. jalanan kapal nelayan bandar itu. Aku memilih terus mengikuti per­ untungan di Tommi. Wajah Chai Ten, tubuhnya yang kurus, senyumnya yang puluh tahun itu masih segar sekali di ingatan orang tua ini, pernah melupakan kejadian di kapal nelayan. Ah, kejadian enam ”Kami berpisah. Dia menangis memelukku, bilang tidak akan hingga tiba di Surabaya. jalanan kapal nelayan bandar itu. Aku memilih terus mengikuti per­ untungan di Tommi. Wajah Chai Ten, tubuhnya yang kurus, senyumnya yang puluh tahun itu masih segar sekali di ingatan orang tua ini, pernah melupakan kejadian di kapal nelayan. Ah, kejadian enam ”Kami berpisah. Dia menangis memelukku, bilang tidak akan hingga tiba di Surabaya. jalanan kapal nelayan bandar itu. Aku memilih terus mengikuti per­ untungan di Tommi. Wajah Chai Ten, tubuhnya yang kurus, senyumnya yang puluh tahun itu masih segar sekali di ingatan orang tua ini, pernah melupakan kejadian di kapal nelayan. Ah, kejadian enam ”Kami berpisah. Dia menangis memelukku, bilang tidak akan hingga tiba di Surabaya. jalanan kapal nelayan bandar itu. Aku memilih terus mengikuti per­ untungan di Tommi. Wajah Chai Ten, tubuhnya yang kurus, senyumnya yang pernah melupakan kejadian di kapal nelayan. Ah, kejadian enam puluh tahun itu masih segar sekali di ingatan orang tua ini, ”Kami berpisah. Dia menangis memelukku, bilang tidak akan hingga tiba di Surabaya. jalanan kapal nelayan mengembang. Kami semua senasib, orang-orang yang berusaha Tommi. Wajah Chai Ten, tubuhnya yang kurus, senyumnya yang puluh tahun itu masih segar sekali di ingatan orang tua ini, pernah melupakan kejadian di kapal nelayan. Ah, kejadian enam ”Kami berpisah. Dia menangis memelukku, bilang tidak akan hingga tiba di Surabaya. jalanan kapal nelayan mengembang. Kami semua senasib, orang-orang yang berusaha Tommi. Wajah Chai Ten, tubuhnya yang kurus, senyumnya yang puluh tahun itu masih segar sekali di ingatan orang tua ini, pernah melupakan kejadian di kapal nelayan. Ah, kejadian enam ”Kami berpisah. Dia menangis memelukku, bilang tidak akan hingga tiba di Surabaya. jalanan kapal nelayan mengembang. Kami semua senasib, orang-orang yang berusaha Tommi. Wajah Chai Ten, tubuhnya yang kurus, senyumnya yang puluh tahun itu masih segar sekali di ingatan orang tua ini, pernah melupakan kejadian di kapal nelayan. Ah, kejadian enam ”Kami berpisah. Dia menangis memelukku, bilang tidak akan hingga tiba di Surabaya. jalanan kapal nelayan mengembang. Kami semua senasib, orang-orang yang berusaha Tommi. Wajah Chai Ten, tubuhnya yang kurus, senyumnya yang puluh tahun itu masih segar sekali di ingatan orang tua ini, pernah melupakan kejadian di kapal nelayan. Ah, kejadian enam ”Kami berpisah. Dia menangis memelukku, bilang tidak akan hingga tiba diyang Surabaya. jalanan kapal nelayan mengembang. Kami semua senasib, orang-orang yang berusaha puluh tahun itu masih segar sekali di ingatan orang tua ini, Tommi. Wajah Chai Ten, tubuhnya kurus, senyumnya yang pernah melupakan kejadian di kapal nelayan. Ah, kejadian enam ”Kami berpisah. Dia menangis memelukku, bilang tidak akan mencari kehidupan lebih baik. Aku bahkan masih ingat semua mengembang. Kami semua senasib, orang-orang yang berusaha Tommi. Wajah Chai Ten, tubuhnya yang kurus, senyumnya yang puluh tahun itu masih segar sekali di ingatan orang tua ini, pernah melupakan kejadian di kapal nelayan. Ah, kejadian enam ”Kami berpisah. Dia menangis memelukku, bilang tidak akan mencari kehidupan lebih baik. Aku bahkan masih ingat semua mengembang. Kami semua senasib, orang-orang yang berusaha Tommi. Wajah Chai Ten, tubuhnya yang kurus, senyumnya yang puluh tahun itu masih segar sekali di ingatan orang tua ini, pernah melupakan kejadian di kapal nelayan. Ah, kejadian enam ”Kami berpisah. Dia menangis memelukku, bilang tidak akan mencari kehidupan lebih baik. Aku bahkan masih ingat semua mengembang. Kami semua senasib, orang-orang yang berusaha Tommi. Wajah Chai Ten, tubuhnya yang kurus, senyumnya yang puluh tahun itu masih segar sekali di ingatan orang tua ini, pernah melupakan kejadian di kapal nelayan. Ah, kejadian enam ”Kami berpisah. Dia menangis memelukku, bilang tidak akan mencari kehidupan lebih baik. Aku bahkan masih ingat semua mengembang. Kami semua senasib, orang-orang yang berusaha Tommi. Wajah Chai Ten, tubuhnya yang kurus, senyumnya yang puluh tahun itu masih segar sekali di ingatan orang tua ini, pernah melupakan kejadian di kapal nelayan. Ah, kejadian enam ”Kami berpisah. Dia menangis memelukku, bilang tidak akan mencari kehidupan lebih baik. Aku bahkan masih ingat semua mengembang. Kami semua senasib, orang-orang yang berusaha Tommi. Wajah Chai Ten, tubuhnya yang kurus, senyumnya yang puluh tahun itu masih segar sekali di ingatan orang tua ini, pernah melupakan kejadian di kapal nelayan. Ah, kejadian enam awak kapal. Keluarga-keluarga pengungsi, wajah-wajah mereka, mencari kehidupan lebih baik. Aku bahkan masih ingat semua mengembang. Kami semua senasib, orang-orang yang berusaha Tommi. Wajah Chai Ten, tubuhnya yang kurus, senyumnya yang puluh tahun itu masih segar sekali di ingatan orang tua ini, pernah melupakan kejadian di kapal nelayan. Ah, kejadian enam awak kapal. Keluarga-keluarga pengungsi, wajah-wajah mereka, mencari kehidupan lebih baik. Aku bahkan masih ingat semua mengembang. Kami semua senasib, orang-orang yang berusaha Tommi. Wajah Chai Ten, tubuhnya yang kurus, senyumnya yang puluh tahun itu masih segar sekali di ingatan orang tua ini, pernah melupakan kejadian di kapal nelayan. Ah, kejadian enam awak kapal. Keluarga-keluarga pengungsi, wajah-wajah mereka, mencari kehidupan lebih baik. Aku bahkan masih ingat semua mengembang. Kami semua senasib, orang-orang yang berusaha Tommi. Wajah Chai Ten, tubuhnya yang kurus, senyumnya yang puluh tahun itu masih segar sekali di ingatan orang tua ini, pernah melupakan kejadian di kapal nelayan. Ah, kejadian enam awak kapal. Keluarga-keluarga pengungsi, wajah-wajah mereka, mencari kehidupan lebih baik. Aku bahkan masih ingat semua mengembang. Kami semua senasib, orang-orang yang berusaha Tommi. Wajah Chai Ten, tubuhnya yang kurus, senyumnya yang puluh tahun itu masih segar sekali di ingatan orang tua ini, pernah melupakan kejadian di kapal nelayan. Ah, kejadian enam awak kapal. Keluarga-keluarga pengungsi, wajah-wajah mereka, mencari kehidupan lebih baik. Aku bahkan masih ingat semua mengembang. Kami semua senasib, orang-orang yang berusaha Tommi. Wajah Chai Ten, tubuhnya yang kurus, senyumnya yang puluh tahun itu masih segar sekali di ingatan orang tua ini, nama-nama mereka. Tetapi semua sudah tercerai berai, tidak ada awak kapal. Keluarga-keluarga pengungsi, wajah-wajah mereka, mencari kehidupan lebih baik. Aku bahkan masih ingat semua mengembang. Kami semua senasib, orang-orang yang berusaha Tommi. Wajah Chai Ten, tubuhnya yang kurus, senyumnya yang puluh tahun itu masih segar sekali di ingatan orang tua ini, nama-nama mereka. Tetapi semua sudah tercerai berai, tidak ada awak kapal. Keluarga-keluarga pengungsi, wajah-wajah mereka, mencari kehidupan lebih baik. Aku bahkan masih ingat semua mengembang. Kami semua senasib, orang-orang yang berusaha Tommi. Wajah Chai Ten, tubuhnya yang kurus, senyumnya yang puluh tahun itu masih segar sekali di ingatan orang tua ini, nama-nama mereka. Tetapi semua sudah tercerai berai, tidak ada awak kapal. Keluarga-keluarga pengungsi, wajah-wajah mereka, mencari kehidupan lebih baik. Aku bahkan masih ingat semua mengembang. Kami semua senasib, orang-orang yang berusaha Tommi. Wajah Chai Ten, tubuhnya yang kurus, senyumnya yang puluh tahun itu masih segar sekali di ingatan orang tua ini, nama-nama mereka. Tetapi semua sudah tercerai berai, tidak ada awak kapal. Keluarga-keluarga pengungsi, wajah-wajah mereka, mencari kehidupan lebih baik. Aku bahkan masih ingat semua mengembang. Kami semua senasib, orang-orang yang berusaha Tommi. Wajah Chai Ten, tubuhnya yang kurus, senyumnya yang puluh tahun itu masih segar sekali di ingatan orang tua ini, nama-nama mereka. Tetapi semua sudah tercerai berai, tidak ada awak kapal. Keluarga-keluarga pengungsi, wajah-wajah mereka, mencari kehidupan lebih baik. Aku bahkan masih ingat semua mengembang. Kami semua senasib, orang-orang yang berusaha Tommi. Wajah Chai Ten, tubuhnya yang kurus, senyumnya yang kabar. Setiba di tanah baru, kami harus bekerja keras, mencoba nama-nama mereka. Tetapi semua sudah tercerai berai, tidak ada awak kapal. Keluarga-keluarga pengungsi, wajah-wajah mereka, mencari kehidupan lebih baik. Aku bahkan masih ingat semua mengembang. Kami semua senasib, orang-orang yang berusaha Tommi. Wajah Chai Ten, tubuhnya yang kurus, senyumnya yang kabar. Setiba di tanah baru, kami harus bekerja keras, mencoba nama-nama mereka. Tetapi semua sudah tercerai berai, tidak ada awak kapal. Keluarga-keluarga pengungsi, wajah-wajah mereka, mencari kehidupan lebih baik. Aku bahkan masih ingat semua mengembang. Kami semua senasib, orang-orang yang berusaha Tommi. Wajah Chai Ten, tubuhnya yang kurus, senyumnya yang kabar. Setiba di tanah baru, kami harus bekerja keras, mencoba nama-nama mereka. Tetapi semua sudah tercerai berai, tidak ada awak kapal. Keluarga-keluarga pengungsi, wajah-wajah mereka, mencari kehidupan lebih baik. Aku bahkan masih ingat semua mengembang. Kami semua senasib, orang-orang yang berusaha Tommi. Wajah Chai Ten, tubuhnya yang kurus, senyumnya yang kabar. Setiba di tanah baru, kami harus bekerja keras, mencoba nama-nama mereka. Tetapi semua sudah tercerai berai, tidak ada awak kapal. Keluarga-keluarga pengungsi, wajah-wajah mereka, mencari kehidupan lebih baik. Aku bahkan masih ingat semua mengembang. Kami semua senasib, orang-orang yang berusaha Tommi. Wajah Chai Ten, tubuhnya yang kurus, senyumnya yang kabar. Setiba di tanah baru, kami harus bekerja keras, mencoba nama-nama mereka. Tetapi semua sudah tercerai berai, tidak ada awak kapal. Keluarga-keluarga pengungsi, wajah-wajah mereka, mencari kehidupan lebih baik. Aku bahkan masih ingat semua mengembang. Kami semua senasib, orang-orang yang berusaha bertahan hidup, mana sempat mengingat yang lain. Juga Chai kabar. Setiba di tanah baru, kami harus bekerja keras, mencoba nama-nama mereka. Tetapi semua sudah tercerai berai, tidak ada awak kapal. Keluarga-keluarga pengungsi, wajah-wajah mereka, mencari kehidupan lebih baik. Aku bahkan masih ingat semua mengembang. semua senasib, orang-orang yang berusaha bertahan hidup, mana sempat mengingat yang lain. Juga Chai kabar. Setiba diKami tanah baru, kami harus bekerja keras, mencoba nama-nama mereka. Tetapi semua sudah tercerai berai, tidak ada awak kapal. Keluarga-keluarga pengungsi, wajah-wajah mereka, mencari kehidupan lebih baik. Aku bahkan masih ingat semua mengembang. Kami semua senasib, orang-orang yang berusaha bertahan hidup, mana sempat mengingat yang lain. Juga Chai kabar. Setiba di tanah baru, kami harus bekerja keras, mencoba nama-nama mereka. Tetapi semua sudah tercerai berai, tidak ada awak kapal. Keluarga-keluarga pengungsi, wajah-wajah mereka, mencari kehidupan lebih baik. Aku bahkan masih ingat semua mengembang. Kami semua senasib, orang-orang yang berusaha bertahan hidup, mana sempat mengingat yang lain. Juga Chai kabar. Setiba di tanah baru, kami harus bekerja keras, mencoba nama-nama mereka. Tetapi semua sudah tercerai berai, tidak ada awak kapal. Keluarga-keluarga pengungsi, wajah-wajah mereka, mencari kehidupan lebih baik. Aku bahkan masih ingat semua mengembang. Kami semua senasib, orang-orang yang berusaha bertahan hidup, mana sempat mengingat yang lain. Juga Chai kabar. Setiba di tanah baru, kami harus bekerja keras, mencoba nama-nama mereka. Tetapi semua sudah tercerai berai, tidak ada awak kapal. Keluarga-keluarga pengungsi, wajah-wajah mereka, mencari kehidupan lebih baik. Aku bahkan masih ingat semua Ten, aku tidak pernah mendengar kabarnya hingga tadi pagi, bertahan hidup, mana sempat mengingat yang lain. Juga Chai kabar. Setiba di tanah baru, kami harus bekerja keras, mencoba nama-nama mereka. Tetapi semua sudah tercerai berai, tidak ada awak kapal. Keluarga-keluarga pengungsi, wajah-wajah mereka, mencari kehidupan lebih baik. Aku bahkan masih ingat semua Ten, aku tidak pernah mendengar kabarnya hingga tadi pagi, bertahan hidup, mana sempat mengingat yang lain. Juga Chai kabar. Setiba di tanah baru, kami harus bekerja keras, mencoba nama-nama mereka. Tetapi semua sudah tercerai berai, tidak ada awak kapal. Keluarga-keluarga pengungsi, wajah-wajah mereka, mencari kehidupan lebih baik. Aku bahkan masih ingat semua Ten, aku tidak pernah mendengar kabarnya hingga tadi pagi, bertahan hidup, mana sempat mengingat yang lain. Juga Chai kabar. Setiba di tanah baru, kami harus bekerja keras, mencoba nama-nama mereka. Tetapi semua sudah tercerai berai, tidak ada awak kapal. Keluarga-keluarga pengungsi, wajah-wajah mereka, mencari kehidupan lebih baik. Aku bahkan masih ingat semua Ten, aku tidak pernah mendengar kabarnya hingga tadi pagi, bertahan hidup, mana sempat mengingat yang lain. Juga Chai kabar. Setiba di tanah baru, kami harus bekerja keras, mencoba nama-nama mereka. Tetapi semua sudah tercerai berai, tidak ada awak kapal. Keluarga-keluarga pengungsi, wajah-wajah mereka, mencari kehidupan lebih baik. Aku bahkan masih ingat semua Ten, aku tidak pernah mendengar kabarnya hingga tadi pagi, bertahan hidup, mana sempat mengingat yang lain. Juga Chai kabar. Setiba di tanah baru, kami harus bekerja keras, mencoba nama-nama mereka. Tetapi semua sudah tercerai berai, tidak ada awak kapal. Keluarga-keluarga pengungsi, wajah-wajah mereka, saat Lee memberitahu. Ini sungguh rahasia langit. Aku tidak Ten, aku tidak pernah mendengar kabarnya hingga tadi pagi, bertahan hidup, mana sempat mengingat yang lain. Juga Chai kabar. Setiba di tanah baru, kami harus bekerja keras, mencoba nama-nama mereka. Tetapi semua sudah tercerai berai, tidak ada awak kapal. Keluarga-keluarga pengungsi, wajah-wajah mereka, saat Lee memberitahu. Ini sungguh rahasia langit. Aku tidak Ten, aku tidak pernah mendengar kabarnya hingga tadi pagi, bertahan hidup, mana sempat mengingat yang lain. Juga Chai kabar. Setiba di tanah baru, kami harus bekerja keras, mencoba nama-nama mereka. Tetapi semua sudah tercerai berai, tidak ada awak kapal. Keluarga-keluarga pengungsi, wajah-wajah mereka, saat Lee memberitahu. Ini sungguh rahasia langit. Aku tidak Ten, aku tidak pernah mendengar kabarnya hingga tadi pagi, bertahan hidup, mana sempat mengingat yang lain. Juga Chai kabar. Setiba di tanah baru, kami harus bekerja keras, mencoba nama-nama mereka. Tetapi semua sudah tercerai berai, tidak ada awak kapal. Keluarga-keluarga pengungsi, wajah-wajah mereka, saat Lee memberitahu. Ini sungguh rahasia langit. Aku tidak Ten, aku tidak pernah mendengar kabarnya hingga tadi pagi, bertahan hidup, mana sempat mengingat yang lain. Juga Chai kabar. Setiba di tanah baru, kami harus bekerja keras, mencoba nama-nama mereka. Tetapi semua sudah tercerai berai, tidak ada awak kapal. Keluarga-keluarga pengungsi, wajah-wajah mereka, saat Lee memberitahu. Ini sungguh rahasia langit. Aku tidak Ten, aku tidak pernah mendengar kabarnya hingga tadi pagi, bertahan hidup, mana sempat mengingat yang lain. Juga Chai kabar. Setiba di tanah baru, kami harus bekerja keras, mencoba nama-nama mereka. Tetapi semua sudah tercerai berai, tidak ada tahu Chai Ten telah menjadi orang berkecukupan, memiliki ke­ saat Lee memberitahu. Ini sungguh rahasia langit. Aku tidak Ten, aku tidak pernah mendengar kabarnya hingga tadi pagi, bertahan hidup, mana sempat mengingat yang lain. Juga Chai kabar. Setiba di tanah baru, kami harus bekerja keras, mencoba nama-nama mereka. Tetapi semua sudah tercerai berai, tidak ada tahu Chai Ten telah menjadi orang berkecukupan, memiliki ke­ saat Lee memberitahu. Ini sungguh rahasia langit. Aku tidak Ten, aku tidak pernah mendengar kabarnya hingga tadi pagi, bertahan hidup, mana sempat mengingat yang lain. Juga Chai kabar. Setiba di tanah baru, kami harus bekerja keras, mencoba nama-nama mereka. Tetapi semua sudah tercerai berai, tidak ada tahu Chai Ten telah menjadi orang berkecukupan, memiliki ke­ saat Lee memberitahu. Ini sungguh rahasia langit. Aku tidak Ten, aku tidak pernah mendengar kabarnya hingga tadi pagi, bertahan hidup, mana sempat mengingat yang lain. Juga Chai kabar. Setiba di tanah baru, kami harus bekerja keras, mencoba nama-nama mereka. Tetapi semua sudah tercerai berai, tidak ada tahu Chai Ten telah menjadi orang berkecukupan, memiliki ke­ saat Lee memberitahu. Inisemua sungguh rahasia langit. Aku tidak Ten, aku tidak pernah mendengar kabarnya hingga tadi pagi, bertahan hidup, mana sempat mengingat yang lain. Juga Chai kabar. Setiba di tanah baru, kami harus bekerja keras, mencoba nama-nama mereka. Tetapi sudah tercerai berai, tidak ada saat Lee memberitahu. Ini sungguh rahasia langit. Aku tidak tahu Chai Ten telah menjadi orang berkecukupan, memiliki ke­ Ten, aku tidak pernah mendengar kabarnya hingga tadi pagi, bertahan hidup, mana sempat mengingat yang lain. Juga Chai kabar. Setiba di tanah baru, kami harus bekerja keras, mencoba luarga, memiliki cucu seperti Lee, begitu diberkahi bumi. Kapal tahu Chai Ten telah menjadi orang berkecukupan, memiliki ke­ saat Lee memberitahu. Ini sungguh rahasia langit. Aku tidak Ten, aku tidak pernah mendengar kabarnya hingga tadi pagi, bertahan hidup, mana sempat mengingat yang lain. Juga Chai kabar. Setiba di tanah baru, kami harus bekerja keras, mencoba luarga, memiliki cucu seperti Lee, begitu diberkahi bumi. Kapal tahu Chai Ten telah menjadi orang berkecukupan, memiliki ke­ saat Lee memberitahu. Ini sungguh rahasia langit. Aku tidak Ten, aku tidak pernah mendengar kabarnya hingga tadi pagi, bertahan hidup, mana sempat mengingat yang lain. Juga Chai kabar. Setiba di tanah baru, kami harus bekerja keras, mencoba luarga, memiliki cucu seperti Lee, begitu diberkahi bumi. Kapal tahu Chai Ten telah menjadi orang berkecukupan, memiliki ke­ saat Lee memberitahu. Ini sungguh rahasia langit. Aku tidak Ten, aku tidak pernah mendengar kabarnya hingga tadi pagi, bertahan hidup, mana sempat mengingat yang lain. Juga Chai kabar. Setiba di tanah baru, kami harus bekerja keras, mencoba luarga, memiliki cucu seperti Lee, begitu diberkahi bumi. Kapal tahu Chai Ten telah menjadi orang berkecukupan, memiliki ke­ saat Lee memberitahu. Ini sungguh rahasia langit. Aku tidak Ten, aku tidak pernah mendengar kabarnya hingga tadi pagi, bertahan hidup, mana sempat mengingat yang lain. Juga Chai kabar. Setiba di tanah baru, kami harus bekerja keras, mencoba tahu Chai Ten telah menjadi orang berkecukupan, memiliki ke­ luarga, memiliki cucu seperti Lee, begitu diberkahi bumi. Kapal saat Lee memberitahu. Ini sungguh rahasia langit. Aku tidak Ten, aku tidak pernah mendengar kabarnya hingga tadi pagi, bertahan hidup, mana sempat mengingat yang lain. Juga Chai nelayan bocor itu ternyata memberikan nasihat hidup yang ba­ luarga, memiliki cucu seperti Lee, begitu diberkahi bumi. Kapal tahu Chai Ten telah menjadi orang berkecukupan, memiliki ke­ saat Lee memberitahu. Ini sungguh rahasia langit. Aku tidak Ten, aku tidak pernah mendengar kabarnya hingga tadi pagi, bertahan hidup, mana sempat mengingat yang lain. Juga Chai nelayan bocor itu ternyata memberikan nasihat hidup yang ba­ luarga, memiliki cucu seperti Lee, begitu diberkahi bumi. Kapal tahu Chai Ten telah menjadi orang berkecukupan, memiliki ke­ saat Lee memberitahu. Ini sungguh rahasia langit. Aku tidak Ten, aku tidak pernah mendengar kabarnya hingga tadi pagi, bertahan hidup, mana sempat mengingat yang lain. Juga Chai nelayan bocor itu ternyata memberikan nasihat hidup yang ba­ luarga, memiliki cucu seperti Lee, begitu diberkahi bumi. Kapal tahu Chai Ten telah menjadi orang berkecukupan, memiliki ke­ saat Lee memberitahu. Ini sungguh rahasia langit. Aku tidak Ten, aku tidak pernah mendengar kabarnya hingga tadi pagi, bertahan hidup, mana sempat mengingat yang lain. Juga Chai nelayan bocor itu ternyata memberikan nasihat hidup yang ba­ luarga, memiliki cucu seperti Lee, begitu diberkahi bumi. Kapal tahu Chai Ten telah menjadi orang berkecukupan, memiliki ke­ saat Lee memberitahu. Ini sungguh rahasia langit. Aku tidak Ten, aku tidak pernah mendengar kabarnya hingga tadi pagi, bertahan hidup, mana sempat mengingat yang lain. Juga Chai luarga, memiliki cucu seperti Lee, begitu diberkahi bumi. Kapal nelayan bocor itu ternyata memberikan nasihat hidup yang ba­ tahu Chai Ten telah menjadi orang berkecukupan, memiliki ke­ saat Lee memberitahu. Ini sungguh rahasia langit. Aku tidak Ten, aku tidak pernah mendengar kabarnya hingga tadi pagi, Opa menghela napas panjang. Wajah tuanya terlihat nyak sekali.” nelayan bocor itu ternyata memberikan nasihat hidup yang ba­ luarga, memiliki cucu seperti Lee, begitu diberkahi bumi. Kapal tahu Chai Ten telah menjadi orang berkecukupan, memiliki ke­ saat Lee memberitahu. Ini sungguh rahasia langit. Aku tidak Ten, aku tidak pernah mendengar kabarnya hingga tadi pagi, Opa menghela napas panjang. Wajah tuanya terlihat nyak sekali.” nelayan bocor itu ternyata memberikan nasihat hidup yang ba­ luarga, memiliki cucu seperti Lee, begitu diberkahi bumi. Kapal tahu Chai Ten telah menjadi orang berkecukupan, memiliki ke­ saat Lee memberitahu. Ini sungguh rahasia langit. Aku tidak Ten, aku tidak pernah mendengar kabarnya hingga tadi pagi, nyak sekali.” Opa menghela napas panjang. Wajah tuanya terlihat nelayan bocor itu ternyata memberikan nasihat hidup yang ba­ luarga, memiliki cucu seperti Lee, begitu diberkahi bumi. Kapal tahu Chai Ten telah menjadi orang berkecukupan, memiliki ke­ saat Lee memberitahu. Ini sungguh rahasia langit. Aku tidak Ten, aku tidak pernah mendengar kabarnya hingga tadi pagi, Opa menghela napas panjang. Wajah tuanya terlihat nyak sekali.” nelayan bocor itu ternyata memberikan nasihat hidup yang ba­ luarga, memiliki cucu seperti Lee, begitu diberkahi bumi. Kapal tahu Chai Ten telah menjadi orang berkecukupan, memiliki ke­ saat Lee memberitahu. Ini sungguh rahasia langit. Aku tidak Ten, aku tidak pernah mendengar kabarnya hingga tadi pagi, nelayan bocor itu ternyata memberikan nasihat hidup yang ba­ nyak sekali.” Opa menghela napas panjang. Wajah tuanya terlihat luarga, memiliki cucu seperti Lee, begitu diberkahi bumi. Kapal tahu Chai Ten telah menjadi orang berkecukupan, memiliki ke­ saat Lee memberitahu. Ini sungguh rahasia langit. Aku tidak khidmat, senyum lapang terbit dari sudut mulutnya. nyak sekali.” Opa menghela napas panjang. Wajah tuanya terlihat nelayan bocor itu ternyata memberikan nasihat hidup yang ba­ luarga, memiliki cucu seperti Lee, begitu diberkahi bumi. Kapal tahu Chai Ten telah menjadi orang berkecukupan, memiliki ke­ saat Lee memberitahu. Ini sungguh rahasia langit. Aku tidak khidmat, senyum lapang terbit dari sudut mulutnya. nyak sekali.” Opa menghela napas panjang. Wajah tuanya terlihat nelayan bocor itu ternyata memberikan nasihat hidup yang ba­ luarga, memiliki cucu seperti Lee, begitu diberkahi bumi. Kapal tahu Chai Ten telah menjadi orang berkecukupan, memiliki ke­ saat Lee memberitahu. Ini sungguh rahasia langit. Aku tidak khidmat, senyum lapang terbit dari sudut mulutnya. Opa menghela napas panjang. Wajah tuanya terlihat nyak sekali.” nelayan bocor itu ternyata memberikan nasihat hidup yang ba­ luarga, memiliki cucu seperti Lee, begitu diberkahi bumi. Kapal tahu Chai Ten telah menjadi orang berkecukupan, memiliki ke­ saat Lee memberitahu. Ini sungguh rahasia langit. Aku tidak khidmat, senyum lapang terbit dari sudut mulutnya.



kejadian. Aku mengangkat bahu, begitulah. Aku mengalahkannya. mengangguk, memberikan Opa waktu mengenang semua lengang. Bertinju?” Opa menoleh, bertanya, beberapa detik setelah hah? Opa menoleh, bertanya, beberapa detik setelah ”Kau tadi malam mengalahkan Lee di hobi aneh kalian itu, kejadian. Aku mengangkat bahu, begitulah. Aku mengalahkannya. mengangguk, memberikan Opa waktu mengenang semua lengang. hah? Bertinju?” Opa menoleh, bertanya, beberapa detik setelah ”Kau tadi malam mengalahkan Lee di hobi aneh kalian itu, kejadian. Aku mengangkat bahu, begitulah. Aku mengalahkannya. mengangguk, memberikan Opa waktu mengenang semua lengang. hah? Bertinju?” Opa menoleh, bertanya, beberapa detik setelah ”Kau tadi malam mengalahkan Lee di hobi aneh kalian itu, kejadian. Aku mengangkat bahu, begitulah. Aku mengalahkannya. mengangguk, memberikan Opa waktu mengenang semua lengang. hah? Bertinju?” Opa menoleh, bertanya, beberapa detik setelah ”Kau tadi malam mengalahkan Lee di hobi aneh kalian itu, ”Sepertinya, kalau menilik sikap tadi pagi, kau tidak per­ Aku mengangkat bahu, begitulah. Aku mengalahkannya. kejadian. hah? Bertinju?” Opa menoleh, bertanya, beberapa detik setelah ”Kau tadi malam mengalahkan Lee di hobi aneh kalian itu, ”Sepertinya, kalau menilik sikap tadi pagi, kau tidak per­ kejadian. Aku mengangkat bahu, begitulah. Aku mengalahkannya. lengang. hah? Bertinju?” Opa menoleh, bertanya, beberapa detik setelah ”Kau tadi malam mengalahkan Lee di hobi aneh kalian itu, ”Sepertinya, kalau menilik sikap tadi pagi, kau tidak per­ kejadian. Aku mengangkat bahu, begitulah. Aku mengalahkannya. lengang. hah? Bertinju?” Opa menoleh, bertanya, beberapa detik setelah ”Kau tadi malam mengalahkan Lee di hobi aneh kalian itu, ”Sepertinya, kalau menilik sikap tadi pagi, kau tidak per­ kejadian. Aku mengangkat bahu, begitulah. Aku mengalahkannya. lengang. hah? Bertinju?” Opa menoleh, bertanya, beberapa detik setelah ”Kau tadi malam mengalahkan Lee di hobi aneh kalian itu, ”Sepertinya, kalau menilik sikap tadi pagi, kau tidak per­ kejadian. Aku mengangkat bahu, begitulah. Aku mengalahkannya. lengang. hah? Bertinju?” Opa menoleh, bertanya, beberapa detik setelah nah memenangi pertarungan itu, Thomas,” Opa menatapku, ”Kau tadi malam mengalahkan Lee di hobi aneh kalian itu, ”Sepertinya, kalau menilik sikap Lee tadi pagi, kau tidak per­ lengang. hah? Bertinju?” Opa menoleh, bertanya, beberapa detik setelah nah memenangi pertarungan itu, Thomas,” Opa menatapku, ”Kau tadi malam mengalahkan Lee di hobi aneh kalian itu, ”Sepertinya, kalau menilik sikap tadi pagi, kau tidak per­ Aku mengangkat bahu, begitulah. Aku mengalahkannya. bahu, begitulah. Aku mengalahkannya. lengang. hah? Bertinju?” Opa menoleh, bertanya, beberapa detik setelah nah memenangi pertarungan itu, Thomas,” Opa menatapku, ”Kau tadi malam mengalahkan Lee di hobi aneh kalian itu, ”Sepertinya, kalau menilik sikap tadi pagi, kau tidak per­ Aku mengangkat bahu, begitulah. Aku mengalahkannya. lengang. hah? Bertinju?” Opa menoleh, bertanya, beberapa detik setelah nah memenangi pertarungan itu, Thomas,” Opa menatapku, ”Kau tadi malam mengalahkan Lee di hobi aneh kalian itu, ”Sepertinya, kalau menilik sikap tadi pagi, kau tidak per­ Aku mengangkat bahu, begitulah. Aku mengalahkannya. lengang. hah? Bertinju?” Opa menoleh, bertanya, beberapa detik setelah nah memenangi pertarungan itu, Thomas,” Opa menatapku, ”Kau tadi malam mengalahkan Lee di hobi aneh kalian itu, ”Sepertinya, kalau menilik sikap tadi pagi, kau tidak per­ Aku mengangkat bahu, begitulah. Aku mengalahkannya. lengang. berkata santai. hah? Bertinju?” Opa menoleh, bertanya, beberapa detik setelah nah memenangi pertarungan itu, Thomas,” Opa menatapku, Aku mengangkat bahu, begitulah. Aku mengalahkannya. lengang. berkata santai. hah? Bertinju?” Opa menoleh, bertanya, beberapa detik setelah ”Sepertinya, kalau menilik sikap Lee tadi pagi, kau tidak per­ nah memenangi pertarungan itu, Thomas,” Opa menatapku, kalau menilik sikap Lee tadi pagi, kau tidak per­ Aku mengangkat bahu, begitulah. Aku mengalahkannya. lengang. berkata santai. hah? Bertinju?” Opa menoleh, bertanya, beberapa detik setelah nah memenangi pertarungan itu, Thomas,” Opa menatapku, ”Sepertinya, kalau menilik sikap Lee tadi pagi, kau tidak per­ Aku mengangkat bahu, begitulah. Aku mengalahkannya. lengang. berkata santai. hah? Bertinju?” Opa menoleh, bertanya, beberapa detik setelah nah memenangi pertarungan itu, Thomas,” Opa menatapku, ”Sepertinya, kalau menilik sikap Lee tadi pagi, kau tidak per­ Aku mengangkat bahu, begitulah. Aku mengalahkannya. lengang. berkata santai. hah? Bertinju?” Opa menoleh, bertanya, beberapa detik setelah nah memenangi pertarungan itu, Lee Thomas,” Opakau menatapku, ”Sepertinya, kalau menilik sikap tadi pagi, tidak per­ Aku mengangkat bahu, begitulah. Aku mengalahkannya. lengang. Hei, Opa bilang apa? Enak saja. Aku mengalahkannya dalam berkata santai. ”Sepertinya, kalau menilik sikap Lee tadi pagi, kau tidak per­ Aku mengangkat bahu, begitulah. Aku mengalahkannya. Hei, Opa bilang apa? Enak saja. Aku mengalahkannya dalam lengang. memenangi pertarungan itu, Thomas,” Opa menatapku, berkata santai. nah pertarungan itu, Thomas,” Opa menatapku, ”Sepertinya, kalau menilik sikap tadi pagi, tidak per­ Aku mengangkat bahu, begitulah. Aku mengalahkannya. Hei, Opa bilang apa? Enak saja. Aku mengalahkannya dalam lengang. berkata santai. nah memenangi pertarungan itu, Lee Thomas,” Opakau menatapku, ”Sepertinya, kalau menilik sikap Lee tadi pagi, kau tidak per­ Aku mengangkat bahu, begitulah. Aku mengalahkannya. Hei, Opa bilang apa? Enak saja. Aku mengalahkannya dalam lengang. berkata santai. nah memenangi pertarungan itu, Thomas,” Opa menatapku, ”Sepertinya, kalau menilik sikap Lee tadi pagi, kau tidak per­ Aku mengangkat bahu, begitulah. Aku mengalahkannya. Hei, Opa bilang apa? Enak saja. Aku mengalahkannya dalam lengang. berkata santai. nah memenangi pertarungan itu, Thomas,” Opa menatapku, ”Sepertinya, kalau menilik sikap Lee tadi pagi, kau tidak per­ Aku mengangkat bahu, begitulah. Aku mengalahkannya. pertandingan lima ronde. Dia menyerah di ronde kelima, me­ Hei, Opa bilang apa? Enak saja. Aku mengalahkannya dalam nah memenangi pertarungan itu, Thomas,” Opa menatapku, ”Sepertinya, kalau menilik sikap Lee tadi pagi, kau tidak per­ pertandingan lima ronde. Dia menyerah di ronde kelima, me­ santai. Aku mengangkat bahu, begitulah. Aku mengalahkannya. Hei, Opa bilang apa? Enak saja. Aku mengalahkannya dalam berkata nah memenangi pertarungan itu, Thomas,” Opa menatapku, ”Sepertinya, kalau menilik sikap Lee tadi pagi, kau tidak per­ pertandingan lima ronde. Dia menyerah di ronde kelima, me­ Aku mengangkat bahu, begitulah. Aku mengalahkannya. Hei, Opa bilang apa? Enak saja. Aku mengalahkannya dalam berkata santai. nah memenangi pertarungan itu, Thomas,” Opa menatapku, ”Sepertinya, kalau menilik sikap Lee tadi pagi, kau tidak per­ pertandingan lima ronde. Dia menyerah di ronde kelima, me­ Aku mengangkat bahu, begitulah. Aku mengalahkannya. Hei, Opa bilang apa? Enak saja. Aku mengalahkannya dalam berkata santai. nah memenangi pertarungan itu, Thomas,” Opa menatapku, ”Sepertinya, kalau menilik sikap Lee tadi pagi, kau tidak per­ pertandingan lima ronde. Dia menyerah di ronde kelima, me­ Aku mengangkat bahu, begitulah. Aku mengalahkannya. Hei, Opa bilang apa? Enak saja. Aku mengalahkannya dalam berkata santai. nah memenangi pertarungan itu, Thomas,” Opa menatapku, ”Sepertinya, kalau menilik sikap Lee tadi pagi, kau tidak per­ menghentikan pertandingan. Dia tidak bisa minta inspektur pertandingan lima ronde. Dia menyerah di ronde kelima, me­ berkata santai. nah memenangi pertarungan itu, Thomas,” Opa menatapku, Hei, Opa bilang apa? Enak saja. Aku mengalahkannya dalam menghentikan pertandingan. Dia tidak bisa minta inspektur ”Sepertinya, kalau menilik sikap Lee tadi pagi, kau tidak per­ pertandingan lima ronde. Dia menyerah di ronde kelima, me­ apa? Enak saja. Aku mengalahkannya dalam berkata santai. nah memenangi pertarungan itu, Thomas,” Opa menatapku, menghentikan pertandingan. Dia tidak bisa minta inspektur ”Sepertinya, kalau menilik sikap Lee tadi pagi, kau tidak per­ pertandingan lima ronde. Dia menyerah di ronde kelima, me­ Hei, Opa bilang apa? Enak saja. Aku mengalahkannya dalam berkata santai. nah memenangi pertarungan itu, Thomas,” Opa menatapku, menghentikan pertandingan. Dia tidak bisa minta inspektur ”Sepertinya, kalau menilik sikap Lee tadi pagi, kau tidak per­ pertandingan lima ronde. Dia menyerah di ronde kelima, me­ Hei, Opa bilang apa? Enak saja. Aku mengalahkannya dalam berkata santai. nah memenangi pertarungan itu, Thomas,” Opa menatapku, menghentikan pertandingan. Dia tidak bisa minta inspektur ”Sepertinya, kalau menilik sikap Lee tadi pagi, kau tidak per­ pertandingan lima ronde. Dia menyerah di ronde kelima, me­ Hei, Opa bilang apa? Enak saja. Aku mengalahkannya dalam berkata santai. nah memenangi pertarungan itu, Thomas,” Opa menatapku, meneruskan pertandingan karena berkali-kali telak menerima menghentikan pertandingan. Dia tidak bisa minta inspektur Hei, Opa bilang apa? Enak saja. Aku mengalahkannya dalam berkata santai. lima ronde. Dia menyerah di ronde kelima, me­ meneruskan pertandingan karena berkali-kali telak menerima nah memenangi pertarungan itu, Thomas,” Opa menatapku, menghentikan pertandingan. Dia tidak bisa minta inspektur pertandingan ronde. Dia menyerah di ronde kelima, me­ Hei, Opa bilang apa? Enak saja. Aku mengalahkannya dalam berkata santai. meneruskan pertandingan karena berkali-kali telak menerima nah memenangi pertarungan itu, Thomas,” Opa menatapku, menghentikan pertandingan. Dia tidak bisa minta inspektur pertandingan lima ronde. Dia menyerah di ronde kelima, me­ Hei, Opa bilang apa? Enak saja. Aku mengalahkannya dalam berkata santai. meneruskan pertandingan karena berkali-kali telak menerima nah memenangi pertarungan itu, Thomas,” Opa menatapku, menghentikan pertandingan. Dia tidak bisa minta inspektur pertandingan lima ronde. Dia menyerah di ronde kelima, me­ Hei, Opa bilang apa? Enak saja. Aku mengalahkannya dalam berkata santai. meneruskan pertandingan karena berkali-kali telak menerima nah memenangi pertarungan itu, Thomas,” Opa menatapku, menghentikan pertandingan. Dia tidak bisa minta inspektur pertandingan lima ronde. Dia menyerah di ronde kelima, me­ berkata santai. Hei, Opa bilang apa? Enak saja. Aku mengalahkannya dalam pukulan tinjuku. meneruskan pertandingan karena berkali-kali telak menerima pertandingan lima ronde. Dia menyerah di ronde kelima, me­ Hei, Opa bilang apa? Enak saja. Aku mengalahkannya dalam menghentikan pertandingan. Dia tidak bisa inspektur pukulan tinjuku. berkata santai. meneruskan pertandingan karena berkali-kali telak menerima menghentikan pertandingan. Dia tidak bisa minta pertandingan lima ronde. Dia menyerah di ronde kelima, me­ Hei, Opa bilang apa? Enak saja. Aku mengalahkannya dalam pukulan tinjuku. berkata santai. meneruskan pertandingan karena berkali-kali telak menerima menghentikan pertandingan. Dia tidak bisa minta inspektur pertandingan lima ronde. Dia menyerah di ronde kelima, me­ Hei, Opa bilang apa? Enak saja. Aku mengalahkannya dalam pukulan tinjuku. berkata santai. meneruskan pertandingan karena berkali-kali telak menerima menghentikan pertandingan. Dia tidak bisa minta inspektur pertandingan lima ronde. Dia menyerah di ronde kelima, me­ Hei, Opa bilang apa? Enak saja. Aku mengalahkannya dalam pukulan tinjuku. berkata santai. meneruskan pertandingan karena berkali-kali telak menerima menghentikan pertandingan. Dia tidak bisa minta inspektur Hei, Opa bilang apa? Enak saja. Aku mengalahkannya dalam pertandingan lima ronde. Dia menyerah di ronde kelima, me­ ”Jelas sekali, bukan?” Opa mengedipkan mata. pukulan tinjuku. menghentikan pertandingan. Dia tidak bisa minta inspektur pertandingan karena berkali-kali telak menerima pertandingan lima ronde. Dia menyerah di ronde kelima, me­ ”Jelas sekali, bukan?” Opa mengedipkan mata. Hei, Opa bilang apa? Enak saja. Aku mengalahkannya dalam pukulan tinjuku. meneruskan pertandingan karena berkali-kali telak menerima menghentikan pertandingan. Dia tidak bisa minta inspektur pertandingan lima ronde. Dia menyerah di ronde kelima, me­ ”Jelas sekali, bukan?” Opa mengedipkan mata. Hei, Opa bilang apa? Enak saja. Aku mengalahkannya dalam pukulan tinjuku. meneruskan pertandingan karena berkali-kali telak menerima menghentikan pertandingan. Dia tidak bisa minta inspektur pertandingan lima ronde. Dia menyerah di ronde kelima, me­ ”Jelas sekali, bukan?” Opa mengedipkan mata. Hei, Opa bilang apa? Enak saja. Aku mengalahkannya dalam pukulan tinjuku. meneruskan pertandingan karena berkali-kali telak menerima menghentikan pertandingan. Dia tidak bisa minta inspektur pertandingan lima ronde. Dia menyerah di ronde kelima, me­ ”Jelas sekali, bukan?” Opa mengedipkan mata. Hei, Opa bilang apa? Enak saja. Aku mengalahkannya dalam pukulan tinjuku. meneruskan pertandingan karena berkali-kali telak menerima pertandingan lima ronde. Dia menyerah di ronde kelima, me­ menghentikan pertandingan. Dia tidak bisa minta inspektur ”Jelas apanya?” aku bertanya balik pada Opa. sekali, bukan?” Opa mengedipkan mata. meneruskan pertandingan karena berkali-kali telak menerima pukulan tinjuku. menghentikan pertandingan. Dia tidak bisa minta inspektur apanya?” aku bertanya balik pada Opa. pertandingan lima ronde. Dia menyerah di ronde kelima, me­ ”Jelas sekali, bukan?” Opa mengedipkan mata. pukulan tinjuku. meneruskan pertandingan karena berkali-kali telak menerima menghentikan pertandingan. Dia tidak bisa minta inspektur ”Jelas apanya?” aku bertanya balik pada Opa. pertandingan lima ronde. Dia menyerah di ronde kelima, me­ sekali, bukan?” Opa mengedipkan mata. pukulan tinjuku. meneruskan pertandingan karena berkali-kali telak menerima menghentikan pertandingan. Dia tidak bisa minta inspektur ”Jelas apanya?” aku bertanya balik pada Opa. pertandingan lima ronde. Dia menyerah di ronde kelima, me­ sekali, bukan?” Opa mengedipkan mata. pukulan tinjuku. meneruskan pertandingan karena berkali-kali telak menerima menghentikan pertandingan. Diakelima, tidak bisa minta ”Jelas apanya?” aku bertanya balik pada Opa. pertandingan lima ronde. Dia menyerah dimata. ronde me­ sekali, bukan?” Opa mengedipkan mata. menghentikan pertandingan. Dia tidak bisa inspektur pukulan tinjuku. meneruskan pertandingan karena berkali-kali telak menerima ”Dia mengalah, Tommi.” Opa tertawa kecil. ”Jelas apanya?” aku bertanya balik pada Opa. pukulan tinjuku. sekali, bukan?” Opa mengedipkan meneruskan pertandingan karena berkali-kali telak menerima ”Dia mengalah, Tommi.” Opa tertawa kecil. menghentikan pertandingan. Dia tidak bisa minta inspektur apanya?” aku bertanya balik pada Opa. ”Jelas sekali, bukan?” Opa mengedipkan mata. pukulan tinjuku. meneruskan pertandingan karena berkali-kali telak menerima ”Dia mengalah, Tommi.” Opa tertawa kecil. menghentikan pertandingan. Dia tidak bisa minta inspektur ”Jelas apanya?” aku bertanya balik pada Opa. sekali, bukan?” Opa mengedipkan mata. pukulan tinjuku. meneruskan pertandingan karena berkali-kali telak menerima ”Dia mengalah, Tommi.” Opa tertawa kecil. menghentikan pertandingan. Dia tidak bisa minta inspektur ”Jelas apanya?” aku bertanya balik pada Opa. sekali, bukan?” Opa mengedipkan mata. pukulan tinjuku. meneruskan pertandingan karena berkali-kali telak menerima ”Dia mengalah, Tommi.” Opa tertawa kecil. menghentikan pertandingan. Dia tidak bisa minta inspektur ”Jelas apanya?” aku bertanya balik pada Opa. pertandingan karena berkali-kali telak menerima sekali, bukan?” Opa mengedipkan mata. pukulan tinjuku. Aku melotot. Enak saja, aku jelas-jelas mengalahkannya. ”Dia mengalah, Tommi.” Opa tertawa kecil. ”Jelas apanya?” aku bertanya balik pada Opa. sekali, bukan?” Opa mengedipkan mata. pukulan tinjuku. Aku melotot. Enak saja, aku jelas-jelas mengalahkannya. meneruskan pertandingan karena berkali-kali telak menerima menerima ”Dia mengalah, Tommi.” Opa tertawa kecil. ”Jelas apanya?” aku bertanya balik pada Opa. sekali, bukan?” Opa mengedipkan mata. pukulan tinjuku. Aku melotot. Enak saja, aku jelas-jelas mengalahkannya. meneruskan pertandingan berkali-kali ”Dia mengalah, Tommi.” Opa tertawa ”Jelas apanya?” aku bertanya balik padakecil. Opa. sekali, bukan?” Opakarena mengedipkan mata.telak pukulan tinjuku. Aku melotot. Enak saja, aku jelas-jelas mengalahkannya. meneruskan pertandingan karena berkali-kali telak menerima ”Dia mengalah, Tommi.” Opa tertawa kecil. ”Jelas apanya?” aku bertanya balik pada Opa. sekali, bukan?” Opa mengedipkan mata. pukulan Aku melotot. Enak saja, aku jelas-jelas mengalahkannya. meneruskan pertandingan karena berkali-kali telak menerima ”Dia mengalah, Tommi.” Opa tertawa kecil. tinjuku. ”Jelas apanya?” aku bertanya balik pada Opa. sekali, bukan?” Opa mengedipkan mata. ”Lee pasti tahu kau cucuku. Sebelum kau tiba di Makau, ber­ Aku melotot. Enak saja, aku jelas-jelas mengalahkannya. ”Dia mengalah, Tommi.” Opa tertawa kecil. ”Jelas apanya?” aku bertanya balik pada Opa. sekali, bukan?” Opa mengedipkan mata. ”Lee pasti tahu kau cucuku. Sebelum kau tiba di Makau, ber­ pukulan tinjuku. Aku melotot. Enak saja, aku jelas-jelas mengalahkannya. ”Dia mengalah, Tommi.” Opa tertawa kecil. ”Jelas apanya?” aku bertanya balik pada Opa. sekali, bukan?” Opa mengedipkan mata. ”Lee pasti tahu kau cucuku. Sebelum kau tiba di Makau, ber­ pukulan tinjuku. Aku melotot. Enak saja, aku jelas-jelas mengalahkannya. ”Dia mengalah, Tommi.” Opa tertawa kecil. apanya?” aku bertanya balik pada Opa. ”Jelas sekali, bukan?” Opa mengedipkan mata. ”Lee pasti tahu kau cucuku. Sebelum kau tiba di Makau, ber­ pukulan tinjuku. Aku melotot. Enak saja, aku jelas-jelas mengalahkannya. ”Dia mengalah, Tommi.” Opa tertawa kecil. apanya?” aku bertanya balik pada Opa. bukan?” Opa mengedipkan mata. ”Lee pasti tahu kau cucuku. Sebelum kau tiba di Makau, ber­ pukulan tinjuku. Aku melotot. Enak saja, aku jelas-jelas mengalahkannya. ”Jelas sekali, bukan?” Opa mengedipkan mata. ”Dia mengalah, Tommi.” Opa tertawa kecil. apanya?” aku bertanya balik pada Opa. tarung dengannya, dia pasti telah mencari tahu siapa orang yang ”Lee pasti tahu kau cucuku. Sebelum kau tiba di Makau, ber­ Aku melotot. Enak saja, aku jelas-jelas mengalahkannya. ”Dia mengalah, Tommi.” Opa tertawa kecil. ”Jelas apanya?” aku bertanya balik pada Opa. tarung dengannya, dia pasti telah mencari tahu siapa orang yang sekali, bukan?” Opa mengedipkan mata. ”Lee pasti tahu kau cucuku. Sebelum kau tiba di Makau, ber­ Aku melotot. Enak saja, aku jelas-jelas mengalahkannya. ”Dia mengalah, Tommi.” Opa tertawa kecil. ”Jelas apanya?” aku bertanya balik pada Opa. tarung dengannya, dia pasti telah mencari tahu siapa orang yang sekali, bukan?” Opa mengedipkan mata. ”Lee pasti tahu kau cucuku. Sebelum kau tiba di Makau, ber­ Aku melotot. Enak saja, aku jelas-jelas mengalahkannya. ”Dia mengalah, Tommi.” Opa tertawa kecil. apanya?” aku bertanya balik pada Opa. tarung dengannya, dia pasti telah mencari tahu siapa orang yang ”Jelas sekali, bukan?” Opa mengedipkan mata. ”Lee pasti tahu kau cucuku. Sebelum kau tiba di Makau, ber­ Aku melotot. Enak saja, aku jelas-jelas mengalahkannya. ”Dia mengalah, Tommi.” Opa tertawa kecil. aku bertanya balik pada Opa. tarung dengannya, dia pasti telah mencari tahu siapa orang yang sekali, bukan?” Opa mengedipkan mata. ”Jelas apanya?” aku bertanya balik pada Opa. ”Lee pasti tahu kau cucuku. Sebelum kau tiba di Makau, ber­ Aku melotot. Enak saja, aku jelas-jelas mengalahkannya. ”Dia mengalah, Tommi.” Opa tertawa kecil. akan dihadapinya, apa pekerjaannya, keluarganya, semuanya. tarung dengannya, dia pasti telah mencari tahu siapa orang yang ”Lee pasti tahu kau cucuku. Sebelum kau tiba di Makau, ber­ Aku melotot. Enak saja, aku jelas-jelas mengalahkannya. ”Dia mengalah, Tommi.” Opa tertawa kecil. akan dihadapinya, apa pekerjaannya, keluarganya, semuanya. ”Jelas apanya?” aku bertanya balik pada Opa. tarung dengannya, dia pasti telah mencari tahu siapa orang yang ”Lee pasti tahu kau cucuku. Sebelum kau tiba di Makau, ber­ Aku melotot. Enak saja, aku jelas-jelas mengalahkannya. ”Dia mengalah, Tommi.” Opa tertawa kecil. akan dihadapinya, apa pekerjaannya, keluarganya, semuanya. ”Jelas apanya?” aku bertanya balik pada Opa. tarung dengannya, dia pasti telah mencari tahu siapa orang yang ”Lee pasti tahu kau cucuku. Sebelum kau tiba di Makau, ber­ Aku melotot. Enak saja, aku jelas-jelas mengalahkannya. ”Dia mengalah, Tommi.” Opa tertawa kecil. akan dihadapinya, apa pekerjaannya, keluarganya, semuanya. ”Jelas apanya?” aku bertanya balik pada Opa. tarung dengannya, dia pasti telah mencari tahu siapa orang yang ”Lee pasti tahu kau cucuku. Sebelum kau tiba di Makau, ber­ Aku melotot. Enak saja, aku jelas-jelas mengalahkannya. Tommi.” Opa tertawa kecil. akan dihadapinya, apa pekerjaannya, keluarganya, semuanya. ”Jelas apanya?” aku bertanya balik pada Opa. ”Dia mengalah, Tommi.” Opa tertawa kecil. tarung dengannya, dia pasti telah mencari tahu siapa orang yang ”Lee pasti tahu kau cucuku. Sebelum kau tiba di Makau, ber­ Aku melotot. Enak saja, aku jelas-jelas mengalahkannya. Sama seperti yang sering kaulakukan di kantor. Apa kalian me­ akan dihadapinya, apa pekerjaannya, keluarganya, semuanya. tarung dengannya, dia pasti telah mencari tahu siapa orang yang ”Lee pasti tahu kau cucuku. Sebelum kau tiba di Makau, ber­ Aku melotot. Enak saja, aku jelas-jelas mengalahkannya. Sama seperti yang sering kaulakukan di kantor. Apa kalian me­ ”Dia mengalah, Tommi.” Opa tertawa kecil. akan dihadapinya, apa pekerjaannya, keluarganya, semuanya. tarung dengannya, dia pasti telah mencari tahu siapa orang yang ”Lee pasti tahu kau cucuku. Sebelum kau tiba di Makau, ber­ Aku melotot. Enak saja, aku jelas-jelas mengalahkannya. Sama seperti yang sering kaulakukan di kantor. Apa kalian me­ ”Dia mengalah, Tommi.” Opa tertawa kecil. akan dihadapinya, apa pekerjaannya, keluarganya, semuanya. tarung dengannya, dia pasti telah mencari tahu siapa orang yang ”Lee pasti tahu kau cucuku. Sebelum kau tiba di Makau, ber­ Aku melotot. Enak saja, aku jelas-jelas mengalahkannya. Sama seperti yang sering kaulakukan di kantor. Apa kalian me­ ”Dia mengalah, Tommi.” Opa tertawa kecil. akan dihadapinya, apa pekerjaannya, keluarganya, semuanya. tarung dengannya, dia pasti telah mencari tahu siapa orang yang ”Lee pasti tahu kau cucuku. Sebelum kau tiba di Makau, ber­ Aku melotot. Enak saja, aku jelas-jelas mengalahkannya. Sama seperti yang sering kaulakukan di kantor. Apa kalian me­ Enak saja, aku jelas-jelas mengalahkannya. ”Dia mengalah, Tommi.” Opa tertawa kecil. akan dihadapinya, apa pekerjaannya, keluarganya, semuanya. tarung dengannya, dia pasti telah mencari tahu siapa orang yang ”Lee pasti tahu kau cucuku. Sebelum kau tiba di Makau, ber­ nyebutnya? Ah iya, riset. Riset adalah segalanya, bukan? Nah, Sama seperti yang sering kaulakukan di kantor. Apa kalian me­ akan dihadapinya, apa pekerjaannya, keluarganya, semuanya. tarung dengannya, dia pasti telah mencari tahu siapa orang yang ”Lee pasti tahu kau cucuku. Sebelum kau tiba di Makau, ber­ nyebutnya? Ah iya, riset. Riset adalah segalanya, bukan? Nah, Aku melotot. Enak saja, aku jelas-jelas mengalahkannya. Sama seperti yang sering kaulakukan di kantor. Apa kalian me­ akan dihadapinya, apa pekerjaannya, keluarganya, semuanya. tarung dengannya, dia pasti telah mencari tahu siapa orang yang ”Lee pasti tahu kau cucuku. Sebelum kau tiba di Makau, ber­ nyebutnya? Ah iya, riset. Riset adalah segalanya, bukan? Nah, Aku melotot. Enak saja, aku jelas-jelas mengalahkannya. Sama seperti yang sering kaulakukan di kantor. Apa kalian me­ akan dihadapinya, apa pekerjaannya, keluarganya, semuanya. tarung dengannya, dia pasti telah mencari tahu siapa orang yang ”Lee pasti tahu kau cucuku. Sebelum kau tiba di Makau, ber­ nyebutnya? Ah iya, riset. Riset adalah segalanya, bukan? Nah, Aku melotot. Enak saja, aku jelas-jelas mengalahkannya. Sama seperti yang sering kaulakukan di kantor. Apa kalian me­ akan dihadapinya, apa pekerjaannya, keluarganya, semuanya. tarung dengannya, dia pasti telah mencari tahu siapa orang yang kau cucuku. Sebelum kau tiba di Makau, ber­ ”Lee pasti tahu kau cucuku. Sebelum kau tiba di Makau, ber­ nyebutnya? Ah iya, riset. Riset adalah segalanya, bukan? Nah, Aku melotot. Enak saja, aku jelas-jelas mengalahkannya. Sama seperti yang sering kaulakukan di kantor. Apa kalian me­ akan dihadapinya, apa pekerjaannya, keluarganya, semuanya. tarung dengannya, dia pasti telah mencari tahu siapa orang yang boleh jadi amat mengejutkan bagi Lee ketika memeriksa riwayat nyebutnya? Ah iya, riset. Riset adalah segalanya, bukan? Nah, Sama seperti yang sering kaulakukan di kantor. Apa kalian me­ akan dihadapinya, apa pekerjaannya, keluarganya, semuanya. tarung dengannya, dia pasti telah mencari tahu siapa orang yang boleh jadi amat mengejutkan bagi Lee ketika memeriksa riwayat ”Lee pasti tahu kau cucuku. Sebelum kau tiba di Makau, ber­ nyebutnya? Ah iya, riset. Riset adalah segalanya, bukan? Nah, Sama seperti yang sering kaulakukan di kantor. Apa kalian me­ akan dihadapinya, apa pekerjaannya, keluarganya, semuanya. tarung dengannya, dia pasti telah mencari tahu siapa orang yang boleh jadi amat mengejutkan bagi Lee ketika memeriksa riwayat ”Lee pasti tahu kau cucuku. Sebelum kau tiba di Makau, ber­ nyebutnya? Ah iya, riset. Riset adalah segalanya, bukan? Nah, Sama seperti yang sering kaulakukan di kantor. Apa kalian me­ akan dihadapinya, apa pekerjaannya, keluarganya, semuanya. tarung dengannya, dia pasti telah mencari tahu siapa orang yang boleh jadi amat mengejutkan bagi Lee ketika memeriksa riwayat ”Lee pasti tahu kau cucuku. Sebelum kau tiba di Makau, ber­ nyebutnya? Ah iya, riset. Riset adalah segalanya, bukan? Nah, Sama seperti yang sering kaulakukan di kantor. Apa kalian me­ akan dihadapinya, apa pekerjaannya, keluarganya, semuanya. tarung dengannya, dia pasti telah mencari tahu siapa orang yang dia pasti telah mencari tahu siapa orang yang boleh jadi amat mengejutkan bagi Lee ketika memeriksa riwayat ”Leedihadapinya, pasti tahu kau cucuku. Sebelum kau tiba di Makau, ber­ nyebutnya? Ah iya, riset. Riset adalah segalanya, bukan? Nah, Sama seperti yang sering kaulakukan di kantor. Apa kalian me­ akan apa pekerjaannya, keluarganya, semuanya. keluarga, dia mengetahui kalau calon lawannya yang bernama boleh jadi amat mengejutkan bagi Lee ketika memeriksa riwayat nyebutnya? Ah iya, riset. Riset adalah segalanya, bukan? Nah, Sama seperti yang sering kaulakukan di kantor. Apa kalian me­ akan dihadapinya, apa pekerjaannya, keluarganya, semuanya. keluarga, dia mengetahui kalau calon lawannya yang bernama tarung dengannya, dia pasti telah mencari tahu siapa orang yang boleh jadi amat mengejutkan bagi Lee ketika memeriksa riwayat nyebutnya? Ah iya, riset. Riset adalah segalanya, bukan? Nah, Sama seperti yang sering kaulakukan di kantor. Apa kalian me­ akan dihadapinya, apa pekerjaannya, keluarganya, semuanya. keluarga, dia mengetahui kalau calon lawannya yang bernama tarung dengannya, dia pasti telah mencari tahu siapa orang yang boleh jadi amat mengejutkan bagi Lee ketika memeriksa riwayat nyebutnya? Ah iya, riset. Riset adalah segalanya, bukan? Nah, Sama seperti yang sering kaulakukan di kantor. Apa kalian me­ akan dihadapinya, apa pekerjaannya, keluarganya, semuanya. keluarga, dia mengetahui kalau calon lawannya yang bernama tarung dengannya, dia pasti telah mencari tahu siapa orang yang boleh jadi amat mengejutkan bagi Lee ketika memeriksa riwayat nyebutnya? Ah iya, riset. Riset adalah segalanya, bukan? Nah, Sama seperti yang sering kaulakukan di kantor. Apa kalian me­ akan apa pekerjaannya, keluarganya, semuanya. dihadapinya, apa pekerjaannya, keluarganya, semuanya. keluarga, dia mengetahui kalau calon lawannya yang bernama tarung dengannya, dia pasti telah mencari tahu siapa orang yang boleh jadi amat mengejutkan bagi Lee ketika memeriksa riwayat nyebutnya? Ah iya, riset. Riset adalah segalanya, bukan? Nah, Sama seperti yang sering kaulakukan di kantor. Apa kalian me­ Thomas itu adalah cucu sahabat dekat kakeknya. boleh jadi amat mengejutkan bagi Lee ketika memeriksa riwayat keluarga, dia mengetahui kalau calon lawannya yang bernama nyebutnya? Ah iya, riset. Riset adalah segalanya, bukan? Nah, Sama seperti yang sering kaulakukan di kantor. Apa kalian me­ Thomas itu adalah cucu sahabat dekat kakeknya. akan dihadapinya, apa pekerjaannya, keluarganya, semuanya. keluarga, dia mengetahui kalau calon lawannya yang bernama boleh jadi amat mengejutkan bagi Lee ketika memeriksa riwayat nyebutnya? Ah iya, riset. Riset adalah segalanya, bukan? Nah, Sama seperti yang sering kaulakukan di kantor. Apa kalian me­ Thomas itu adalah cucu sahabat dekat kakeknya. akan dihadapinya, apa pekerjaannya, keluarganya, semuanya. keluarga, dia mengetahui kalau calon lawannya yang bernama boleh jadi amat mengejutkan bagi Lee ketika memeriksa riwayat nyebutnya? Ah iya, riset. Riset adalah segalanya, bukan? Nah, Sama seperti yang sering kaulakukan di kantor. Apa kalian me­ Thomas itu adalah cucu sahabat dekat kakeknya. akan dihadapinya, apa pekerjaannya, keluarganya, semuanya. keluarga, dia mengetahui kalau calon lawannya yang bernama boleh jadi amat mengejutkan bagi Lee ketika memeriksa riwayat nyebutnya? Ah iya, riset. Riset adalah segalanya, bukan? Nah, seperti yang sering kaulakukan di kantor. Apa kalian me­ Sama sering kaulakukan di kantor. Apa kalian me­ Thomas itu adalah cucu sahabat dekat kakeknya. akan dihadapinya, apa pekerjaannya, keluarganya, semuanya. keluarga, dia mengetahui kalau calon lawannya yang bernama boleh jadi amat mengejutkan bagi Lee ketika memeriksa riwayat nyebutnya? Ah iya, riset. Riset adalah segalanya, bukan? Nah, ”Tentu saja Lee tahu tentangku, meski tidak pernah bertemu. keluarga, dia mengetahui kalau calon lawannya yang bernama Thomas itu adalah cucu sahabat dekat kakeknya. boleh jadi amat mengejutkan bagi Lee ketika memeriksa riwayat nyebutnya? Ah iya, riset. Riset adalah segalanya, bukan? Nah, ”Tentu saja Lee tahu tentangku, meski tidak pernah bertemu. Sama seperti yang sering kaulakukan di kantor. Apa kalian me­ Thomas itu adalah cucu sahabat dekat kakeknya. keluarga, dia mengetahui kalau calon lawannya yang bernama boleh jadi amat mengejutkan bagi Lee ketika memeriksa riwayat nyebutnya? Ah iya, riset. Riset adalah segalanya, bukan? Nah, ”Tentu saja Lee tahu tentangku, meski tidak pernah bertemu. Sama seperti yang sering kaulakukan di kantor. Apa kalian me­ Thomas itu adalah cucu sahabat dekat kakeknya. keluarga, dia mengetahui kalau calon lawannya yang bernama boleh jadi amat mengejutkan bagi Lee ketika memeriksa riwayat nyebutnya? Ah iya, riset. Riset adalah segalanya, bukan? Nah, ”Tentu saja Lee tahu tentangku, meski tidak pernah bertemu. Sama seperti yang sering kaulakukan di kantor. Apa kalian me­ Thomas itu adalah cucu sahabat dekat kakeknya. keluarga, dia mengetahui kalau calon lawannya yang bernama boleh jadi amat mengejutkan bagi Lee ketika memeriksa riwayat Ah iya, riset. Riset adalah segalanya, bukan? Nah, nyebutnya? riset. Riset adalah segalanya, bukan? Nah, ”Tentu saja Lee tahu tentangku, meski tidak pernah bertemu. Sama seperti yang sering kaulakukan di kantor. Apa kalian me­ Thomas itu adalah cucu sahabat dekat kakeknya. keluarga, dia mengetahui kalau calon lawannya yang bernama boleh jadi amat mengejutkan bagi Lee ketika memeriksa riwayat cucu sahabat dekat kakeknya. Chai Ten menganggap kejadian di kapal nelayan itu kenangan ”Tentu saja Lee tahu tentangku, meski tidak pernah bertemu. keluarga, dia mengetahui kalau calon lawannya yang bernama boleh jadi amat mengejutkan bagi Lee ketika memeriksa riwayat Chai Ten menganggap kejadian di kapal nelayan itu kenangan nyebutnya? Ah iya, riset. Riset adalah segalanya, bukan? Nah, ”Tentu saja Lee tahu tentangku, meski tidak pernah bertemu. Thomas itu adalah cucu sahabat dekat kakeknya. keluarga, dia mengetahui kalau calon lawannya yang bernama boleh jadi amat mengejutkan bagi Lee ketika memeriksa riwayat Chai Ten menganggap kejadian di kapal nelayan itu kenangan nyebutnya? Ah iya, riset. Riset adalah segalanya, bukan? Nah, ”Tentu saja Lee tahu tentangku, meski tidak pernah bertemu. Thomas itu adalah cucu sahabat dekat kakeknya. keluarga, dia mengetahui kalau calon lawannya yang bernama boleh jadi amat mengejutkan bagi Lee ketika memeriksa riwayat Chai Ten menganggap kejadian di kapal nelayan itu kenangan nyebutnya? Ah iya, riset. Riset adalah segalanya, bukan? Nah, ”Tentu saja Lee tahu tentangku, meski tidak pernah bertemu. Thomas itu adalah cucu sahabat dekat kakeknya. keluarga, dia mengetahui kalau calon lawannya yang bernama jadi amat mengejutkan bagi Lee ketika memeriksa riwayat boleh mengejutkan bagi Lee ketika memeriksa riwayat Chai Ten menganggap kejadian di kapal nelayan itu kenangan nyebutnya? Ah iya, riset. Riset adalah segalanya, bukan? Nah, tahu tentangku, meski tidak pernah bertemu. Thomas itu adalah cucu sahabat dekat kakeknya. keluarga, dia mengetahui kalau calon lawannya yang bernama ”Tentu saja Lee tahu tentangku, meski tidak pernah bertemu. tidak terlupakan, sama denganku. Dia mewajibkan anak-anak­ Chai Ten menganggap kejadian di kapal nelayan itu kenangan Thomas itu adalah cucu sahabat dekat kakeknya. keluarga, dia mengetahui kalau calon lawannya yang bernama tidak terlupakan, sama denganku. Dia mewajibkan boleh jadi amat mengejutkan bagi Lee ketika memeriksa riwayat Chai Ten menganggap di kapal nelayan itu kenangan ”Tentu saja Lee tahu tentangku, meski tidak pernah bertemu. Thomas adalah cucu sahabat dekat kakeknya. keluarga, dia mengetahui kalau lawannya yang bernama tidak terlupakan, sama denganku. Dia mewajibkan anak-anak­ boleh jadiitu amat mengejutkan bagicalon Lee ketika memeriksa riwayat Chai Ten menganggap kejadian di kapal nelayan ituanak-anak­ kenangan ”Tentu saja Lee tahu tentangku, meski tidak pernah bertemu. Thomas itu adalah cucukejadian sahabat dekat kakeknya. keluarga, dia mengetahui kalau calon lawannya yang bernama tidak terlupakan, sama denganku. Dia mewajibkan anak-anak­



nya, cucu-cucunya mendengar cerita tersebut. Lee berkenalan tarungan tadi malam, dia segera mengenal banyak nama lain, dengan namaku bahkan sejak masih kecil. Lewat kebetulan per­ tarungan tadi malam, dia segera mengenal banyak nama lain, nya, cucu-cucunya mendengar cerita tersebut. Lee berkenalan dengan namaku bahkan sejak masih kecil. Lewat kebetulan per­ tarungan tadi malam, dia segera mengenal banyak nama lain, nya, cucu-cucunya mendengar cerita tersebut. Lee berkenalan dengan namaku bahkan sejak masih kecil. Lewat kebetulan per­ termasuk Edward papamu. Juga Liem, pamanmu yang dipenjara.” tarungan tadi malam, dia segera mengenal banyak nama lain, nya, cucu-cucunya mendengar cerita tersebut. Lee berkenalan dengan namaku bahkan sejak masih kecil. Lewat kebetulan per­ termasuk Edward papamu. Juga Liem, pamanmu yang dipenjara.” tarungan tadi malam, dia segera mengenal banyak nama lain, dengan namaku bahkan sejak masih kecil. Lewat kebetulan per­ termasuk Edward papamu. Juga Liem, pamanmu yang dipenjara.” tarungan tadi malam, dia segera mengenal banyak nama lain, termasuk Edward papamu. Juga Liem, pamanmu yang dipenjara.” dengan namaku bahkan sejak masih kecil. Lewat kebetulan per­ tarungan tadi malam, dia segera mengenal banyak nama lain, termasuk Edward papamu. Juga Liem, pamanmu yang dipenjara.” dengan namaku bahkan sejak masih kecil. Lewat kebetulan per­ tarungan tadi malam, dia segera mengenal banyak nama lain, ”Apakah kau memenangi pertarungan semalam? Menurut termasuk Edward papamu. Juga Liem, pamanmu yang dipenjara.” dengan namaku bahkan sejak masih kecil. Lewat kebetulan per­ tarungan tadi malam, dia segera mengenal banyak nama lain, ”Apakah kau memenangi pertarungan semalam? Menurut termasuk Edward papamu. Juga Liem, pamanmu yang dipenjara.” tarungan tadi malam, dia segera mengenal banyak nama lain, ”Apakah kau memenangi pertarungan semalam? Menurut termasuk Edward papamu. Juga Liem, pamanmu yang dipenjara.” ”Apakah kau memenangi pertarungan semalam? Menurut tarungan tadi malam, dia segera mengenal banyak nama lain, termasuk Edward papamu. Juga Liem, pamanmu yang dipenjara.” ”Apakah kau memenangi pertarungan semalam? Menurut tarungan tadi malam, dia segera mengenal banyak nama lain, termasuk Edward papamu. Juga Liem, pamanmu yang dipenjara.” orang tua ini, mengalah padamu, Tommi, demi masa lalu ”Apakah kau memenangi pertarungan semalam? Menurut tarungan tadi malam, dia Juga segera mengenal banyak nama lain, termasuk Edward papamu. Liem, pamanmu yang dipenjara.” orang tua ini, Lee mengalah padamu, Tommi, demi masa lalu ”Apakah kauLee memenangi pertarungan semalam? Menurut termasuk Edward papamu. Juga Liem, pamanmu yang dipenjara.” orang tua ini, Lee mengalah padamu, Tommi, demi masa lalu ”Apakah kau memenangi pertarungan semalam? Menurut orang tua ini, Lee mengalah padamu, Tommi, demi masa lalu termasuk Edward papamu. Juga Liem, pamanmu yang dipenjara.” ”Apakah kau memenangi pertarungan semalam? Menurut orang tua ini, Lee mengalah padamu, Tommi, demi masa lalu termasuk Edward papamu. Juga Liem, pamanmu yang dipenjara.” ”Apakah kau memenangi pertarungan semalam? Menurut itu.” Opa terkekeh. orang tua ini, Lee mengalah padamu, Tommi, demi masa lalu termasuk Edward papamu. Juga Liem, pamanmu yang dipenjara.” ”Apakah kau memenangi pertarungan semalam? Menurut itu.” Opa terkekeh. orang tua ini, Lee mengalah padamu, Tommi, demi masa lalu ”Apakah kau memenangi pertarungan semalam? Menurut itu.” Opa terkekeh. orang tua ini, Lee mengalah padamu, Tommi, demi masa lalu itu.” Opa terkekeh. ”Apakah kau memenangi pertarungan semalam? Menurut orang tua ini, Lee mengalah padamu, Tommi, demi masa lalu itu.” Opa terkekeh. ”Apakah kau memenangi pertarungan semalam? Menurut orang tua ini, Lee mengalah padamu, Tommi, demi masa lalu Aku mendengus kesal, Opa jelas sedang mengolokku. itu.” Opa terkekeh. ”Apakah kau memenangi pertarungan semalam? Menurut orang tua ini, Lee mengalah padamu, Tommi, demi masa lalu Aku mendengus kesal, Opa jelas sedang mengolokku. itu.” Opa terkekeh. orang tua ini, Lee mengalah padamu, Tommi, demi masa lalu Aku mendengus kesal, Opa jelas sedang mengolokku. itu.” Opa terkekeh. Aku mendengus kesal, Opa jelas sedang mengolokku. orang tua ini, Lee mengalah padamu, Tommi, demi masa lalu itu.” Opa terkekeh. Aku mendengus kesal, Opa jelas sedang mengolokku. orang tua ini, Lee mengalah padamu, Tommi, demi masa itu.” Opa terkekeh. ”Anak muda yang tidak bisa mendengarkan cerita lalu Aku mendengus kesal, Opa jelas sedang mengolokku. orang tua ini, Lee mengalah padamu, Tommi, demi masa itu.” Opa terkekeh. ”Anak muda yang tidak bisa mendengarkan cerita lalu Aku mendengus kesal, Opa jelas sedang mengolokku. itu.” Opa terkekeh. ”Anak muda yang tidak bisa mendengarkan cerita masa lalu Aku mendengus kesal, Opa jelas sedang mengolokku. ”Anak muda yang tidak bisa mendengarkan cerita masa lalu itu.” Opa terkekeh. Aku mendengus kesal, Opa jelas sedang mengolokku. ”Anak muda yang tidak bisa mendengarkan cerita masa lalu itu.” Opa terkekeh. Aku kesal, Opa jelas sedang mengolokku. leluhurnya, seperti ini Tommi, tidak sabaran, suka memo­ ”Anak muda yang tidak bisa mendengarkan cerita masa lalu itu.” Opamendengus terkekeh. Aku mendengus kesal, Opa jelas sedang mengolokku. leluhurnya, seperti kau ini Tommi, tidak sabaran, suka memo­ ”Anak muda yangkau tidak bisa mendengarkan cerita masa lalu Aku mendengus kesal, Opa jelas sedang mengolokku. leluhurnya, seperti kau ini Tommi, tidak sabaran, suka memo­ ”Anak muda yang tidak bisa mendengarkan cerita masa lalu leluhurnya, seperti kau ini Tommi, tidak sabaran, suka memo­ Aku mendengus kesal, Opa jelas sedang mengolokku. ”Anak muda yang tidak bisa mendengarkan cerita masa lalu leluhurnya, seperti kau ini Tommi, tidak sabaran, suka memo­ Aku mendengus kesal, Opa jelas sedang mengolokku. ”Anak muda yang tidak bisa mendengarkan cerita masa lalu maka tidak akan pernah menang bertarung dengan tong kalimat, leluhurnya, seperti kau ini Tommi, tidak sabaran, suka memo­ Aku mendengus kesal, Opa jelas sedang mengolokku. ”Anak muda yang tidak bisa mendengarkan cerita masa lalu maka tidak akan pernah menang bertarung dengan tong kalimat, leluhurnya, seperti kau ini Tommi, tidak sabaran, suka memo­ ”Anak muda yang tidak bisa mendengarkan cerita masa lalu maka tidak akan pernah menang bertarung dengan tong kalimat, leluhurnya, seperti kau ini Tommi, tidak sabaran, suka memo­ maka tidak akan pernah menang bertarung dengan tong kalimat, ”Anak muda yang tidak bisa mendengarkan cerita masa lalu leluhurnya, seperti kau ini Tommi, tidak sabaran, suka memo­ maka tidak akan pernah menang bertarung dengan tong kalimat, ”Anak muda yang tidak bisa mendengarkan cerita masa lalu leluhurnya, seperti kau ini Tommi, tidak sabaran, suka memo­ anak muda lain begitu menghargai masa lalu orang tuanya, maka tidak akan pernah menang bertarung dengan tong kalimat, ”Anak muda yang tidak bisa mendengarkan cerita masa lalu leluhurnya, seperti kau ini Tommi, tidak sabaran, suka memo­ anak muda lain begitu menghargai masa lalu orang tuanya, maka tidak akan pernah menang bertarung dengan tong kalimat, leluhurnya, seperti kau ini Tommi, tidak sabaran, suka memo­ anak muda lain yang begitu menghargai masa lalu orang tuanya, maka tidak akan pernah menang bertarung dengan tong kalimat, anak muda lain yang begitu menghargai masa lalu orang tuanya, leluhurnya, seperti kau ini Tommi, tidak sabaran, suka memo­ maka tidak akan pernah menang bertarung dengan tong kalimat, anak muda lain yang begitu menghargai masa lalu orang tuanya, leluhurnya, seperti kau ini Tommi, tidak sabaran, suka memo­ maka tidak akan pernah menang bertarung dengan tong kalimat, seperti Lee, cucu Chai Ten itu.” Opa bersedekap takzim, mem­ anak muda lain yang begitu menghargai masa lalu orang tuanya, leluhurnya, seperti kau ini Tommi, tidak sabaran, suka memo­ maka tidak akan pernah menang bertarung dengan tong kalimat, seperti Lee, lain cucu Chai Ten itu.” Opa bersedekap bersedekap takzim, mem­ anak muda yang begitu menghargai masa lalu orang tuanya, maka tidak akan pernah menang bertarung dengan tong kalimat, seperti Lee, cucu Chai Ten itu.” Opa takzim, mem­ anak muda lain yang begitu menghargai masa lalu orang tuanya, seperti Lee, cucu Chai Ten itu.” Opa bersedekap takzim, mem­ maka tidak akan pernah menang bertarung dengan tong kalimat, anak muda lain yang begitu menghargai masa lalu orang tuanya, seperti Lee, cucu Chai Ten itu.” Opa bersedekap takzim, mem­ maka tidak akan pernah menang bertarung dengan tong kalimat, anak muda lain yang begitu menghargai masa lalu orang tuanya, berikan kesimpulan. seperti Lee, cucu Chai Ten itu.” Opa bersedekap takzim, mem­ maka tidak akan pernah menang bertarung dengan tong kalimat, anak muda lain yang begitu menghargai masa lalu orang tuanya, berikan kesimpulan. seperti Lee, cucu Chai Ten itu.” Opa bersedekap takzim, mem­ anak muda lain yang begitu menghargai masa lalu orang tuanya, berikan kesimpulan. seperti Lee, cucu Chai Ten itu.” Opa bersedekap takzim, mem­ berikan kesimpulan. anak muda lain yang begitu menghargai masa lalu orang tuanya, seperti Lee, cucu Chai Ten itu.” Opa bersedekap takzim, mem­ berikan kesimpulan. anak muda lain yang begitu menghargai masa lalu orang tuanya, seperti Lee, cucu Chai Ten itu.” Opa bersedekap takzim, mem­ Aku memutuskan tidak berkomentar lagi. berikan kesimpulan. anak muda lain yang begitu menghargai masa lalu orang tuanya, seperti Lee, cucu Chai Ten itu.” Opa bersedekap takzim, mem­ Aku memutuskan tidak berkomentar lagi. berikan kesimpulan. seperti Lee, cucu Chai Ten itu.” Opa bersedekap takzim, mem­ Aku memutuskan tidak berkomentar lagi. berikan kesimpulan. Aku memutuskan tidak berkomentar lagi. seperti Lee, cucu Chai Ten itu.” Opa bersedekap takzim, mem­ berikan kesimpulan. Aku memutuskan tidak berkomentar lagi. seperti Lee, cucu Chai Ten itu.” Opa bersedekap takzim, mem­ berikan kesimpulan. Aku memutuskan tidak berkomentar lagi. seperti Lee, cucu Chai Ten itu.” Opa bersedekap takzim, mem­ berikan kesimpulan. Aku memutuskan tidak berkomentar lagi. berikan kesimpulan. Aku memutuskan tidak berkomentar lagi. berikan kesimpulan. Aku memutuskan tidak berkomentar lagi. berikan kesimpulan. Aku memutuskan tidak berkomentar lagi. berikan kesimpulan. Aku memutuskan tidak berkomentar lagi. Aku memutuskan Aku memutuskan tidak tidak berkomentar berkomentar lagi. lagi. Aku Aku memutuskan memutuskan tidak tidak berkomentar berkomentar lagi. lagi.



Episode Episode 13 13 A KU selalu terkesan dengan pekerjaan Maggie. Impresif. KU selalu terkesan dengan pekerjaan Maggie. Impresif. Impresif. A KU selalu terkesan dengan pekerjaan Maggie. KU selalu terkesan dengan pekerjaan Maggie. Impresif. Mafia Hukum A KU selalu terkesan dengan pekerjaan Maggie. Impresif. Termasuk yang satu ini. Setengah jam sebelum pesawat men­ KU selalu terkesan dengan pekerjaan Maggie. Impresif. yang satu ini.dengan Setengah jam sebelum men­ ATermasuk KU selalu terkesan pekerjaan Maggie.pesawat Impresif. Mafia Hukum



A A A A



Termasuk yang satu ini. Setengah jam sebelum pesawat men­ KU selalu terkesan dengan pekerjaan Maggie. Impresif. Termasuk yang satu ini. Setengah jam sebelum pesawat men­ KU selalu terkesan dengan pekerjaan Maggie. Impresif. Termasuk yang satu ini. Setengah jam sebelum men­ darat, Maggie meneleponku, memberitahukan dia sudah meng­ KU selalu terkesan dengan pekerjaan Maggie. Impresif. Termasuk yang satu ini. Setengah jam sebelum pesawat men­ darat, Maggie meneleponku, memberitahukan dia pesawat sudah meng­ KU selalu terkesan dengan pekerjaan Maggie. Impresif. Termasuk yang satu ini. Setengah jam sebelum pesawat men­ darat, Maggie meneleponku, memberitahukan dia sudah meng­ KU selalu terkesan dengan pekerjaan Maggie. Impresif. Termasuk yang satu ini. Setengah jam sebelum pesawat men­ darat, Maggie meneleponku, memberitahukan dia sudah meng­ KU selalu terkesan dengan pekerjaan Maggie. Impresif. Termasuk yang satu ini. Setengah jam sebelum pesawat men­ darat, Maggie meneleponku, memberitahukan dia sudah meng­ KU selalu terkesan dengan pekerjaan Maggie. Impresif. undang sebanyak mungkin wartawan dan redaktur media massa, Termasuk yang satu ini. Setengah jam sebelum pesawat men­ darat, Maggie meneleponku, memberitahukan dia sudah meng­ KU selalu terkesan dengan pekerjaan Maggie. Impresif. undang sebanyak mungkin wartawan dan redaktur media massa, Termasuk yang satu ini. Setengah jam sebelum pesawat men­ darat, Maggie meneleponku, memberitahukan dia sudah meng­ undang sebanyak mungkin wartawan dan redaktur media massa, Termasuk yang satu ini. Setengah jam sebelum pesawat men­ darat, Maggie meneleponku, memberitahukan dia sudah meng­ undang sebanyak mungkin wartawan dan redaktur media massa, Termasuk yang satu ini. Setengah jam sebelum pesawat men­ darat, Maggie meneleponku, memberitahukan dia sudah meng­ undang sebanyak mungkin wartawan dan redaktur media massa, Termasuk yang satu ini. Setengah jam sebelum pesawat men­ juga pengamat politik. Maggie tidak mengundang mereka ber­ darat, Maggie meneleponku, memberitahukan dia sudah meng­ undang sebanyak mungkin wartawan dan redaktur media massa, Termasuk yang satu ini. Setengah jam sebelum pesawat men­ juga pengamat politik. Maggie tidak mengundang mereka ber­ darat,pengamat Maggie meneleponku, memberitahukan dia media sudah meng­ undang sebanyak mungkin wartawan dan redaktur media massa, juga politik. Maggie tidak mengundang mereka ber­ darat, Maggie meneleponku, memberitahukan dia sudah meng­ undang sebanyak mungkin wartawan dan redaktur massa, juga pengamat politik. Maggie tidak mengundang mereka ber­ darat, Maggie meneleponku, memberitahukan dia sudah meng­ undang sebanyak mungkin wartawan dan redaktur media massa, juga pengamat politik. Maggie tidak mengundang mereka ber­ darat, Maggie meneleponku, memberitahukan dia sudah meng­ kumpul di restoran atau kafe bilangan pusat kota Jakarta. undang sebanyak mungkin wartawan dan redaktur media massa, juga pengamat politik. Maggie tidak mengundang mereka ber­ darat, Maggie meneleponku, memberitahukan dia kota sudah meng­ kumpul di restoran restoran atau kafe bilangan pusat kota Jakarta. undang sebanyak mungkin wartawan dan redaktur media massa, juga pengamat politik. Maggie tidak mengundang mereka ber­ kumpul di atau kafe bilangan pusat Jakarta. undang sebanyak mungkin wartawan dan redaktur media massa, juga pengamat politik. Maggie tidak mengundang mereka ber­ kumpul di restoran atau kafe bilangan pusat kota Jakarta. undang sebanyak mungkin wartawan dan redaktur media massa, juga pengamat politik. Maggie tidak mengundang mereka ber­ kumpul di restoran atau kafe bilangan pusat kota Jakarta. undang sebanyak mungkin wartawan dan redaktur media massa, Meeting point yang dipilih Maggie adalah ruang tunggu bandara juga pengamat politik. Maggie tidak mengundang mereka ber­ kumpul di restoran atau kafe bilangan pusat kota Jakarta. undang sebanyak mungkin wartawan dan redaktur media massa, Meeting point yang dipilih Maggie adalah ruang tunggu bandara juga pengamat politik. Maggie tidak mengundang mereka ber­ kumpul di restoran atau kafe bilangan pusat kota Jakarta. Meeting point yang dipilih Maggie adalah ruang tunggu bandara juga pengamat politik. Maggie tidak mengundang mereka ber­ kumpul di restoran atau kafe bilangan pusat kota Jakarta. Meeting point yang dipilih Maggie adalah ruang tunggu bandara juga pengamat politik. Maggie tidak mengundang mereka ber­ kumpul di restoran atau kafe bilangan pusat kota Jakarta. Meeting point yang dipilih Maggie adalah ruang tunggu bandara juga pengamat politik. Maggie tidak mengundang mereka ber­ tempat pesawat mendarat. kumpul di restoran atau kafe bilangan pusat kota Jakarta. Meeting point yang dipilih Maggie adalah ruang tunggu bandara juga pengamat politik. Maggie tidak mengundang mereka ber­ tempat pesawat mendarat. kumpul di restoran atau kafe bilangan pusat kota Jakarta. Meeting point yang dipilih Maggie adalah ruang tunggu bandara tempat pesawat mendarat. kumpul di restoran atau kafe bilangan pusat kota Jakarta. Meeting point yang dipilih Maggie adalah ruang tunggu bandara tempat pesawat mendarat. kumpul di restoran atau kafe bilangan pusat kota Jakarta. Meeting point yang dipilih Maggie adalah ruang tunggu bandara tempat pesawat mendarat. kumpul di restoran atau kafe bilangan pusat kota Jakarta. Pesawat jet pribadi milik Lee tidak mendarat di SoekarnoMeeting point yang dipilih Maggie adalahmendarat ruang tunggu bandara tempat pesawat mendarat. kumpul di restoran atau kafe bilangan pusat kota Jakarta. Pesawat jet pribadi milik Lee tidak di SoekarnoMeeting point yang dipilih Maggie adalah ruang tunggu bandara tempat pesawat mendarat. Pesawat jet pribadi milik Lee tidak mendarat di SoekarnoMeeting point yang dipilih Maggie adalah ruang tunggu bandara tempat pesawat mendarat. Pesawat jet pribadi milik Lee tidak mendarat di SoekarnoMeeting point yang dipilih Maggie adalah ruang tunggu bandara tempat pesawat mendarat. Pesawat jet pribadi milik Lee tidak mendarat di SoekarnoMeeting point yang dipilih Maggie adalah ruang tunggu bandara Hatta, melainkan di bandara satunya yang sering digunakan tempat pesawat mendarat. Pesawat jet pribadi milik Lee tidak mendarat di SoekarnoMeeting point yang dipilih Maggie adalah ruang tunggu bandara Hatta, melainkan di bandara satunya yang sering digunakan tempat pesawat mendarat. Pesawat jet pribadi milik Lee tidak mendarat di SoekarnoHatta, melainkan di bandara satunya yang sering digunakan tempat pesawat mendarat. Pesawat jet pribadi milik Lee tidak mendarat di SoekarnoHatta, melainkan di bandara satunya yang sering digunakan tempat pesawat mendarat. Pesawat jet pribadi milik Lee tidak mendarat di SoekarnoHatta, melainkan di bandara satunya yang sering digunakan tempat pesawat mendarat. pejabat atau tamu negara bepergian. Dengan surat perjalanan Pesawat jettamu pribadi milikbepergian. Leesatunya tidakDengan mendarat di perjalanan SoekarnoHatta, melainkan di bandara satunya yang sering sering digunakan tempat pesawat mendarat. pejabat ataujet tamu negara bepergian. Dengan surat perjalanan Pesawat pribadi milik Lee tidak mendarat di SoekarnoHatta, melainkan di bandara yang digunakan pejabat atau negara surat Pesawat jet pribadi milik Lee tidak mendarat di SoekarnoHatta, melainkan di bandara satunya yang sering digunakan pejabat atau tamu negara bepergian. Dengan surat perjalanan Pesawat jet pribadi milik Lee tidak mendarat di SoekarnoHatta, melainkan di bandara satunya yang sering digunakan pejabat atau tamu negara bepergian. Dengan surat perjalanan Pesawat jet pribadi milik Lee tidak mendarat di Soekarnosementara pengganti paspor (aku baru menyadari kalau Lee Hatta, melainkan di bandara satunya yang sering digunakan pejabat atau tamu negara bepergian. Dengan surat perjalanan Pesawat jet pribadi milik Lee tidak mendarat di Soekarnosementara pengganti paspor (aku baru menyadari kalau Lee Lee Hatta, melainkan bandara satunya yang sering digunakan pejabat ataupengganti tamu di negara bepergian. Dengan surat perjalanan perjalanan sementara paspor (aku baru menyadari kalau pejabat atau tamu negara bepergian. Dengan surat Hatta, melainkan di bandara satunya yang sering digunakan sementara pengganti paspor (aku baru menyadari kalau Lee Hatta, melainkan di bandara satunya yang sering digunakan pejabat atau tamu negara bepergian. Dengan surat perjalanan sementara pengganti paspor (aku baru menyadari kalau Lee Hatta, melainkan di bandara satunya yang sering digunakan memberikan kewarganegaraan Malaysia) kami lancar melewati pejabat ataupengganti tamu di negara bepergian. Dengan surat perjalanan sementara pengganti paspor (aku baru menyadari kalau Lee Hatta, melainkan bandara satunya yang digunakan memberikan kewarganegaraan Malaysia) kamisering lancarkalau melewati pejabat atau tamu negara bepergian. Dengan surat perjalanan sementara paspor (aku baru menyadari kalau Lee memberikan kewarganegaraan Malaysia) kami lancar melewati sementara pengganti paspor (aku baru menyadari Lee pejabat atau tamu negara bepergian. Dengan surat perjalanan memberikan kewarganegaraan Malaysia) kami lancar melewati pejabat atau tamu negara bepergian. Dengan surat perjalanan sementara pengganti paspor (aku baru menyadari kalau Lee memberikan kewarganegaraan Malaysia) kami lancar melewati pejabat atau tamu negara bepergian. Dengan surat perjalanan petugas imigrasi. Petugasnya menyapa dengan, ”Selamat datang, sementara pengganti paspor (aku baru menyadari kalau Lee memberikan kewarganegaraan Malaysia) kami lancar melewati pejabat atau tamu negara bepergian. Dengan surat perjalanan petugas imigrasi. Petugasnya menyapa dengan, ”Selamat datang, sementara pengganti paspor (aku baru menyadari Lee memberikan kewarganegaraan Malaysia) kami lancarkalau melewati KU selalu terkesan dengan pekerjaan Maggie. Impresi petugas imigrasi. Petugasnya menyapa dengan, ”Selamat datang, memberikan kewarganegaraan Malaysia) kami lancar melewati sementara pengganti paspor (aku baru menyadari kalau Lee petugas imigrasi. Petugasnya menyapa dengan, ”Selamat datang, sementara pengganti paspor (aku baru menyadari kalau Lee memberikan kewarganegaraan Malaysia) kami lancar melewati petugas imigrasi. Petugasnya menyapa dengan, ”Selamat datang, sementara pengganti paspor (aku baru menyadari kalau Lee KU selalu terkesan dengan pekerjaan Maggie. Impresi Pak Cik Thomas.” Membuatku melihat dokumen imigrasiku le­ memberikan kewarganegaraan Malaysia) kami lancar melewati petugas imigrasi. Petugasnya menyapa dengan, ”Selamat datang, sementara pengganti paspor (aku baru menyadari kalau Lee Pak Cik Thomas.” Membuatku melihat dokumen imigrasiku le­m memberikan kewarganegaraan Malaysia) kami lancar melewati petugas imigrasi. Petugasnya menyapa dengan, ”Selamat datang, Pak Cik Thomas.” Membuatku melihat dokumen imigrasiku le­ petugas imigrasi. Petugasnya menyapa dengan, ”Selamat datang, memberikan kewarganegaraan Malaysia) kami lancar melewati Termasuk yang satu ini. Setengah jam sebelum pesawat Pak Cik Thomas.” Membuatku melihat dokumen imigrasiku le­ memberikan kewarganegaraan Malaysia) kami lancar melewati petugas imigrasi. Petugasnya menyapa dengan, ”Selamat datang, Pak Cik Thomas.” Membuatku melihat dokumen imigrasiku le­ memberikan kewarganegaraan Malaysia) kami lancar melewati petugas imigrasi. Petugasnya menyapa dengan, ”Selamat datang, Pak Cik Thomas.” Membuatku melihat dokumen imigrasiku le­ Termasuk yang satu ini. Setengah jam sebelum pesawat memberikan kewarganegaraan Malaysia) kami lancar melewati petugas imigrasi. Petugasnya menyapa dengan, ”Selamat datang, Pak Cik imigrasi. Thomas.”Petugasnya Membuatku melihatdengan, dokumen imigrasiku le­m 130 Cik Thomas.” Membuatku melihat dokumen imigrasiku le­ petugas menyapa ”Selamat datang, 130 t,Pak Maggie meneleponku, memberitahukan dia sudah m petugas imigrasi. Petugasnya menyapa dengan, ”Selamat datang, Pak Cik Thomas.” Membuatku melihat dokumen imigrasiku le­ 130 petugas imigrasi. Petugasnya menyapa dengan, ”Selamat datang, Pak Cik Thomas.” Membuatku melihat dokumen imigrasiku le­ 130 petugas imigrasi. Petugasnya menyapa dengan, ”Selamat datang, Cik Thomas.” Membuatku melihat dokumen imigrasiku le­ t,Pak Maggie meneleponku, memberitahukan dia sudah m 130 Pak Cik Thomas.” Membuatku melihat dokumen imigrasiku le­ 130 Paksebanyak Cik Thomas.” Thomas.” Membuatku melihatdan dokumen imigrasiku le­ 130 ang mungkin wartawan redaktur media le­ m 130 Pak Cik Membuatku melihat dokumen imigrasiku Pak Cik Thomas.” Membuatku melihat dokumen imigrasiku le­ 130 ang sebanyak mungkin wartawan dan redaktur media m 130 130 130 pengamat tidak mengundang mereka Ujung Tanduk.indd 130 politik. Maggie 3/6/20 130 Ujung Tanduk.indd 130 3/6/20 130 Ujung Tanduk.indd 130 politik. Maggie 3/6/20 130 pengamat tidak mengundang mereka Ujung Tanduk.indd 130 3/6/20 Ujung Tanduk.indd 130 3/6/20



A A



Ujung Tanduk.indd 130 3/6/20 mpul di restoran atau kafe bilangan pusat kota 3/6/201 Jak Ujung Tanduk.indd 130 130 3/6/20 Ujung Tanduk.indd mpul di restoran atau kafe bilangan pusat kota Jak Ujung Tanduk.indd 130 3/6/20 Ujung Tanduk.indd 130 3/6/20



Beberapa wartawan menyambutku di lobi kedatangan. Salah kami berempat didaulat ”menjadi” warga negara Afrika Barat. bih detail, hendak tertawa. Setidaknya itu masuk akal, daripada konferensi pers salah seorang menteri.” memang penting, Thom. Aku bahkan membatalkan menghadiri seorang yang kukenali mengulurkan tangan, Najwa. ”Semoga ini Beberapa wartawan menyambutku di lobi kedatangan. Salah kami berempat didaulat ”menjadi” warga negara Afrika Barat. bih detail, hendak tertawa. Setidaknya itu masuk akal, daripada konferensi pers salah seorang menteri.” memang penting, Thom. Aku bahkan membatalkan menghadiri seorang yang kukenali mengulurkan tangan, Najwa. ”Semoga ini Beberapa wartawan menyambutku di lobi kedatangan. Salah kami berempat didaulat ”menjadi” warga negara Afrika Barat. bih detail, hendak tertawa. Setidaknya itu masuk akal, daripada konferensi pers salah seorang menteri.” memang penting, Thom. Aku bahkan membatalkan menghadiri seorang yang kukenali mengulurkan tangan, Najwa. ”Semoga ini Beberapa wartawan menyambutku di lobi kedatangan. Salah kami berempat didaulat ”menjadi” warga negara Afrika Barat. bih detail, hendak tertawa. Setidaknya itu masuk akal, daripada konferensi pers salah seorang menteri.” memang penting, Thom. Aku bahkan membatalkan menghadiri seorang yang kukenali mengulurkan tangan, Najwa. ”Semoga ini Beberapa wartawan menyambutku di lobi kedatangan. Salah kami berempat didaulat ”menjadi” warga negara Afrika Barat. Aku mengangguk. Ini lebih penting daripada itu. konferensi pers salah seorang menteri.” memang penting, Thom. Aku bahkan membatalkan menghadiri seorang yang kukenali mengulurkan tangan, Najwa. ”Semoga ini Beberapa wartawan menyambutku di lobi kedatangan. Salah kami berempat didaulat ”menjadi” warga negara Afrika Barat. Aku mengangguk. Ini lebih penting daripada itu. konferensi pers salah seorang menteri.” memang penting, Thom. Aku bahkan membatalkan menghadiri seorang yang kukenali mengulurkan tangan, Najwa. ”Semoga ini Beberapa wartawan menyambutku di lobi kedatangan. Salah kami berempat didaulat ”menjadi” warga negara Afrika Barat. Aku mengangguk. Ini lebih penting daripada itu. konferensi pers salah seorang menteri.” memang penting, Thom. Aku bahkan membatalkan menghadiri seorang yang kukenali mengulurkan tangan, Najwa. ”Semoga ini Beberapa wartawan menyambutku di lobi kedatangan. Salah kami berempat didaulat ”menjadi” warga negara Afrika Barat. Aku mengangguk. Ini lebih penting daripada itu. konferensi pers salah seorang menteri.” memang penting, Thom. Aku bahkan membatalkan menghadiri seorang yang kukenali mengulurkan tangan, Najwa. ”Semoga ini Beberapa wartawan menyambutku di lobi kedatangan. Salah kami berempat didaulat ”menjadi” warga negara Afrika Barat. Aku mengangguk. Ini lebih penting daripada itu. konferensi pers salah seorang menteri.” memang penting, Thom. Aku bahkan membatalkan menghadiri seorang yang kukenali mengulurkan tangan, Najwa. ”Semoga ini Beberapa wartawan menyambutku di lobi kedatangan. Salah ”Sejak kapan kau punya pesawat jet pribadi, Thomas?” Suara Aku mengangguk. Ini lebih penting daripada itu. konferensi pers salah seorang menteri.” memang penting, Thom. Aku bahkan membatalkan menghadiri seorang yang kukenali mengulurkan tangan, Najwa. ”Semoga ini Beberapa wartawan menyambutku di lobi kedatangan. Salah ”Sejak kapan kau punya pesawat jet pribadi, Thomas?” Suara Aku mengangguk. Ini lebih penting daripada itu. konferensi pers salah seorang menteri.” memang penting, Thom. Aku bahkan membatalkan menghadiri seorang yang kukenali mengulurkan tangan, Najwa. ”Semoga ini Beberapa wartawan menyambutku di lobi kedatangan. Salah ”Sejak kapan kau punya pesawat jet pribadi, Thomas?” Suara Aku mengangguk. Ini lebih penting daripada itu. konferensi pers salah seorang menteri.” memang penting, Thom. Aku bahkan membatalkan menghadiri seorang yang kukenali mengulurkan tangan, Najwa. ”Semoga ini Beberapa wartawan menyambutku di lobi kedatangan. Salah ”Sejak kapan kau punya pesawat jet pribadi, Thomas?” Suara Aku mengangguk. Ini lebih penting daripada itu. konferensi pers salah seorang menteri.” memang penting, Thom. Aku bahkan membatalkan menghadiri seorang yang kukenali mengulurkan tangan, Najwa. ”Semoga ini Beberapa wartawan menyambutku di lobi kedatangan. Salah ”Sejak kapan kau punya pesawat jet pribadi, Thomas?” Suara Aku mengangguk. Ini lebih penting daripada itu. konferensi pers salah seorang menteri.” memang penting, Thom. Aku bahkan membatalkan menghadiri seorang yang kukenali mengulurkan tangan, Najwa. ”Semoga ini berat khas itu menegurku, Sambas, redaktur senior koran na­ ”Sejak kapan kau punya pesawat jet pribadi, Thomas?” Suara Aku mengangguk. Ini lebih penting daripada itu. konferensi pers salah seorang menteri.” memang penting, Thom. Aku bahkan membatalkan menghadiri seorang yang kukenali mengulurkan tangan, Najwa. ”Semoga ini berat khas itu menegurku, Sambas, redaktur senior koran na­ ”Sejak kapan kau punya pesawat jet pribadi, Thomas?” Suara Aku mengangguk. Ini lebih penting daripada itu. konferensi pers salah seorang menteri.” memang penting, Thom. Aku bahkan membatalkan menghadiri seorang yang kukenali mengulurkan tangan, Najwa. ”Semoga ini berat khas itu menegurku, Sambas, redaktur senior koran na­ ”Sejak kapan kau punya pesawat jet pribadi, Thomas?” Suara Aku mengangguk. Ini lebih penting daripada itu. konferensi pers salah seorang menteri.” memang penting, Thom. Aku bahkan membatalkan menghadiri seorang yang kukenali mengulurkan tangan, Najwa. ”Semoga ini berat khas itu menegurku, Sambas, redaktur senior koran na­ ”Sejak kapan kau punya pesawat jet pribadi, Thomas?” Suara Aku mengangguk. Ini lebih penting daripada itu. konferensi pers salah seorang menteri.” memang penting, Thom. Aku bahkan membatalkan menghadiri seorang yang kukenali mengulurkan tangan, Najwa. ”Semoga ini berat khas itu menegurku, Sambas, redaktur senior koran na­ ”Sejak kapan kau punya pesawat jet pribadi, Thomas?” Suara Aku mengangguk. Ini lebih penting daripada itu. konferensi pers salah seorang menteri.” memang penting, Thom. Aku bahkan membatalkan menghadiri sional. Dia tertawa, mengajakku bersalaman. berat khas itu menegurku, Sambas, redaktur senior koran na­ ”Sejak kapan kau punya pesawat jet pribadi, Thomas?” Suara Aku mengangguk. Ini lebih penting daripada itu. konferensi pers salah seorang menteri.” memang penting, Thom. Aku bahkan membatalkan menghadiri sional. Dia tertawa, mengajakku bersalaman. berat khas itu menegurku, Sambas, redaktur senior koran na­ ”Sejak kapan kau punya pesawat jet pribadi, Thomas?” Suara Aku mengangguk. Ini lebih penting daripada itu. konferensi pers salah seorang menteri.” memang penting, Thom. Aku bahkan membatalkan menghadiri sional. Dia tertawa, mengajakku bersalaman. berat khas itu menegurku, Sambas, redaktur senior koran na­ ”Sejak kapan kau punya pesawat jet pribadi, Thomas?” Suara Aku mengangguk. Ini lebih penting daripada itu. konferensi pers salah seorang menteri.” memang penting, Thom. Aku bahkan membatalkan menghadiri sional. Dia tertawa, mengajakku bersalaman. berat khas itu menegurku, Sambas, redaktur senior koran na­ ”Sejak kapan kau punya pesawat jet pribadi, Thomas?” Suara Aku mengangguk. Ini lebih penting daripada itu. konferensi pers salah seorang menteri.” memang penting, Thom. Aku bahkan membatalkan menghadiri sional. Dia tertawa, mengajakku bersalaman. berat khas itu menegurku, Sambas, redaktur senior koran na­ ”Sejak kapan kau punya pesawat jet pribadi, Thomas?” Suara Aku mengangguk. Ini lebih penting daripada itu. konferensi pers salah seorang menteri.” ikut tertawa. ”Itu bukan milikku, Kawan.” sional. Dia tertawa, mengajakku bersalaman. berat khas itu menegurku, Sambas, redaktur senior koran na­ ”Sejak kapan kau punya pesawat jet pribadi, Thomas?” Suara mengangguk. Ini lebih penting daripada itu. konferensi pers salah seorang menteri.” Aku ikut tertawa. ”Itu bukan milikku, Kawan.” sional. Dia tertawa, mengajakku bersalaman. berat khas itu menegurku, Sambas, redaktur senior koran na­ ”Sejak kapan kau punya pesawat jet pribadi, Thomas?” Suara mengangguk. Ini lebih penting daripada itu. konferensi pers salah seorang menteri.” Aku ikut tertawa. ”Itu bukan milikku, Kawan.” sional. Dia tertawa, mengajakku bersalaman. berat khas itu menegurku, Sambas, redaktur senior koran na­ ”Sejak kapan kau punya pesawat jet pribadi, Thomas?” Suara mengangguk. Ini lebih penting daripada itu. konferensi pers salah seorang menteri.” Aku ikut tertawa. ”Itu bukan milikku, Kawan.” sional. Dia tertawa, mengajakku bersalaman. berat khas itu menegurku, Sambas, redaktur senior koran na­ ”Sejak kapan kau punya pesawat jet pribadi, Thomas?” Suara mengangguk. Ini lebih penting daripada itu. konferensi pers salah seorang menteri.” Aku ikut tertawa. ”Itu bukan milikku, Kawan.” sional. Dia tertawa, mengajakku bersalaman. berat khas itu menegurku, Sambas, redaktur senior koran na­ ”Sejak kapan kau punya pesawat jet pribadi, Thomas?” Suara mengangguk. Ini lebih penting daripada itu. ”Bukan main, Thomas. Baru tadi pagi aku membaca berita Aku ikut tertawa. ”Itu bukan milikku, Kawan.” sional. Dia tertawa, mengajakku bersalaman. berat khas itu menegurku, Sambas, redaktur senior koran na­ ”Sejak kapan kau punya pesawat jet pribadi, Thomas?” Suara mengangguk. Ini lebih penting daripada itu. ”Bukan main, Thomas. Baru tadi pagi aku membaca berita Aku ikut tertawa. ”Itu bukan milikku, Kawan.” sional. Dia tertawa, mengajakku bersalaman. berat khas itu menegurku, Sambas, redaktur senior koran na­ ”Sejak kapan kau punya pesawat jet pribadi, Thomas?” Suara Aku mengangguk. Ini lebih penting daripada itu. ”Bukan main, Thomas. Baru tadi pagi aku membaca berita ikut tertawa. ”Itu bukan milikku, Kawan.” sional. Dia tertawa, mengajakku bersalaman. berat khas itu menegurku, Sambas, redaktur senior koran na­ ”Sejak kapan kau punya pesawat jet pribadi, Thomas?” Suara mengangguk. Ini lebih penting daripada itu. ”Bukan main, Thomas. Baru tadi pagi aku membaca berita Aku ikut tertawa. ”Itu bukan milikku, Kawan.” sional. Dia tertawa, mengajakku bersalaman. berat khas itu menegurku, Sambas, redaktur senior koran na­ ”Sejak kapan kau punya pesawat jet pribadi, Thomas?” Suara mengangguk. Ini lebih penting daripada itu. ”Bukan main, Thomas. Baru tadi pagi aku membaca berita Aku ikut tertawa. ”Itu bukan milikku, Kawan.” sional. Dia tertawa, mengajakku bersalaman. berat khas itu menegurku, Sambas, redaktur senior koran na­ ”Sejak kapan kau punya pesawat jet pribadi, Thomas?” Suara tentang konferensi politik itu di portal surak kabar online dunia ”Bukan main, Thomas. Baru tadi pagi aku membaca berita Aku ikut tertawa. ”Itu bukan milikku, Kawan.” sional. Dia tertawa, mengajakku bersalaman. berat khas itu menegurku, Sambas, redaktur senior koran na­ ”Sejak kapan kau punya pesawat jet pribadi, Thomas?” Suara tentang konferensi politik itu di portal surak kabar online dunia ”Bukan main, Thomas. Baru tadi pagi aku membaca berita Aku ikut tertawa. ”Itu bukan milikku, Kawan.” sional. Dia tertawa, mengajakku bersalaman. berat khas itu menegurku, Sambas, redaktur senior koran na­ ”Sejak kapan kau punya pesawat jet pribadi, Thomas?” Suara tentang konferensi politik itu di portal surak kabar online dunia ”Bukan main, Thomas. Baru tadi pagi aku membaca berita Aku ikut tertawa. ”Itu bukan milikku, Kawan.” sional. Dia tertawa, mengajakku bersalaman. berat khas itu menegurku, Sambas, redaktur senior koran na­ ”Sejak kapan kau punya pesawat jet pribadi, Thomas?” Suara tentang konferensi politik itu di portal surak kabar online dunia ”Bukan main, Thomas. Baru tadi pagi aku membaca berita Aku ikut tertawa. ”Itu bukan milikku, Kawan.” sional. Dia tertawa, mengajakku bersalaman. berat khas itu menegurku, Sambas, redaktur senior koran na­ ”Sejak kapan kau punya pesawat jet pribadi, Thomas?” Suara tentang konferensi politik itu di portal surak kabar online dunia ”Bukan main, Thomas. Baru tadi pagi aku membaca berita Aku ikut tertawa. ”Itu bukan milikku, Kawan.” sional. Dia tertawa, mengajakku bersalaman. berat khas itu menegurku, Sambas, redaktur senior koran na­ Herald Tribune. Mereka memuji partisipasi beberapa pembicara tentang konferensi politik itu di portal surak kabar online dunia ”Bukan main, Thomas. Baru tadi pagi aku membaca berita Aku ikut tertawa. ”Itu bukan milikku, Kawan.” sional. Dia tertawa, mengajakku bersalaman. berat khas itu menegurku, Sambas, redaktur senior koran na­ Herald Tribune. Mereka memuji partisipasi beberapa pembicara tentang konferensi politik itu di portal surak kabar online dunia ”Bukan main, Thomas. Baru tadi pagi aku membaca berita Aku ikut tertawa. ”Itu bukan milikku, Kawan.” sional. Dia tertawa, mengajakku bersalaman. berat khas itu menegurku, Sambas, redaktur senior koran na­ Herald Tribune. Mereka memuji partisipasi beberapa pembicara tentang konferensi politik itu di portal surak kabar online dunia ”Bukan main, Thomas. Baru tadi pagi aku membaca berita Aku ikut tertawa. ”Itu bukan milikku, Kawan.” sional. Dia tertawa, mengajakku bersalaman. berat khas itu menegurku, Sambas, redaktur senior koran na­ Herald Tribune. Mereka memuji partisipasi beberapa pembicara tentang konferensi politik itu di portal surak kabar online dunia ”Bukan main, Thomas. Baru tadi pagi aku membaca berita Aku ikut tertawa. ”Itu bukan milikku, Kawan.” sional. Dia tertawa, mengajakku bersalaman. berat khas itu menegurku, Sambas, redaktur senior koran na­ Herald Tribune. Mereka memuji partisipasi beberapa pembicara tentang konferensi politik itu di portal surak kabar online dunia ”Bukan main, Thomas. Baru tadi pagi aku membaca berita Aku ikut tertawa. ”Itu bukan milikku, Kawan.” sional. Dia tertawa, mengajakku bersalaman. dalam mengembangkan isu pendidikan demokrasi, salah satunya Herald Tribune. Mereka memuji partisipasi beberapa pembicara tentang konferensi politik itu di portal surak kabar online dunia ”Bukan main, Thomas. Baru tadi pagi aku membaca berita Aku ikut tertawa. ”Itu bukan milikku, Kawan.” sional. Dia tertawa, mengajakku bersalaman. dalam mengembangkan isu pendidikan demokrasi, salah satunya Herald Tribune. Mereka memuji partisipasi beberapa pembicara tentang konferensi politik itu di portal surak kabar online dunia ”Bukan main, Thomas. Baru tadi pagi aku membaca berita Aku ikut tertawa. ”Itu bukan milikku, Kawan.” sional. Dia tertawa, mengajakku bersalaman. dalam mengembangkan isu pendidikan demokrasi, salah satunya Herald Tribune. Mereka memuji partisipasi beberapa pembicara tentang konferensi politik itu di portal surak kabar online dunia ”Bukan main, Thomas. Baru tadi pagi aku membaca berita Aku ikut tertawa. ”Itu bukan milikku, Kawan.” sional. Dia tertawa, mengajakku bersalaman. dalam mengembangkan isu pendidikan demokrasi, salah satunya Herald Tribune. Mereka memuji partisipasi beberapa pembicara tentang konferensi politik itu di portal surak kabar online dunia ”Bukan main, Thomas. Baru tadi pagi aku membaca berita Aku ikut tertawa. ”Itu bukan milikku, Kawan.” sional. Dia tertawa, mengajakku bersalaman. dalam mengembangkan isu pendidikan demokrasi, salah satunya Herald Tribune. Mereka memuji partisipasi beberapa pembicara tentang konferensi politik itu di portal surak kabar online dunia ”Bukan main, Thomas. Baru tadi pagi aku membaca berita Aku ikut tertawa. ”Itu bukan milikku, Kawan.” memujimu. Sekarang kau sudah di Jakarta.” Itu suara Faisal, sa­ dalam isu pendidikan demokrasi, salah satunya Herald Tribune. Mereka memuji partisipasi beberapa pembicara tentang konferensi politik itu di portal surak kabar online dunia ”Bukan main, Thomas. Baru tadi pagi aku membaca berita Akumengembangkan ikut tertawa. ”Itu bukan milikku, Kawan.” memujimu. Sekarang kau sudah di Jakarta.” Itu suara Faisal, sa­ dalam mengembangkan isu pendidikan demokrasi, salah satunya Herald Tribune. Mereka memuji partisipasi beberapa pembicara tentang konferensi politik itu di portal surak kabar online dunia ”Bukan main, Thomas. Baru tadi pagi aku membaca berita Aku ikut tertawa. ”Itu bukan milikku, Kawan.” memujimu. Sekarang kau sudah di Jakarta.” Itu suara Faisal, sa­ dalam mengembangkan isu pendidikan demokrasi, salah satunya Herald Tribune. Mereka memuji partisipasi beberapa pembicara tentang konferensi politik itu di portal surak kabar online dunia ”Bukan main, Thomas. Baru tadi pagi aku membaca berita Aku ikut tertawa. ”Itu bukan milikku, Kawan.” memujimu. Sekarang kau sudah di Jakarta.” Itu suara Faisal, sa­ dalam mengembangkan isu pendidikan demokrasi, salah satunya Herald Tribune. Mereka memuji partisipasi beberapa pembicara tentang konferensi politik itu di portal surak kabar online dunia ”Bukan main, Thomas. Baru tadi pagi aku membaca berita Aku ikut tertawa. ”Itu bukan milikku, Kawan.” memujimu. Sekarang kau sudah di Jakarta.” Itu suara Faisal, sa­ dalam mengembangkan isu pendidikan demokrasi, salah satunya Herald Tribune. Mereka memuji partisipasi beberapa pembicara tentang konferensi politik itu di portal surak kabar online dunia ”Bukan main, Thomas. Baru tadi pagi aku membaca berita politik yang rajin memberikan pendapat lah seorang pengamat memujimu. Sekarang kau sudah di Jakarta.” Itu suara Faisal, sa­ dalam mengembangkan isu pendidikan demokrasi, salah satunya Herald Tribune. Mereka memuji partisipasi beberapa pembicara tentang konferensi politik itu di portal surak kabar online dunia ”Bukan main, Thomas. Baru tadi pagi aku membaca berita politik yang rajin memberikan pendapat lah seorang pengamat memujimu. Sekarang kau sudah di Jakarta.” Itu suara Faisal, sa­ dalam mengembangkan isu pendidikan demokrasi, salah satunya Herald Tribune. Mereka memuji partisipasi beberapa pembicara tentang konferensi politik itu di portal surak kabar online dunia ”Bukan main, Thomas. Baru tadi pagi aku membaca berita politik yang rajin memberikan pendapat lah seorang pengamat memujimu. Sekarang kau sudah di Jakarta.” Itu suara Faisal, sa­ dalam mengembangkan isu pendidikan demokrasi, salah satunya Herald Tribune. Mereka memuji partisipasi beberapa pembicara tentang konferensi politik itu di portal surak kabar online dunia ”Bukan main, Thomas. Baru tadi pagi aku membaca berita politik yang rajin memberikan pendapat lah seorang pengamat memujimu. Sekarang kau sudah di Jakarta.” Itu suara Faisal, sa­ dalam mengembangkan isu pendidikan demokrasi, salah satunya Herald Tribune. Mereka memuji partisipasi beberapa pembicara tentang konferensi politik itu di portal surak kabar online dunia ”Bukan main, Thomas. Baru tadi pagi aku membaca berita politik yang rajin memberikan pendapat lah seorang pengamat memujimu. Sekarang kau sudah di Jakarta.” Itu suara Faisal, sa­ dalam mengembangkan isu pendidikan demokrasi, salah satunya Herald Tribune. Mereka memuji partisipasi beberapa pembicara tentang konferensi politik itu di portal surak kabar online dunia di acara televisi, sekaligus penulis kolom tetap berbagai media. politik yang rajin memberikan pendapat lah seorang pengamat memujimu. Sekarang kau sudah di Jakarta.” Itu suara Faisal, sa­ dalam mengembangkan isu pendidikan demokrasi, salah satunya Herald Tribune. Mereka memuji partisipasi beberapa pembicara tentang konferensi politik itu di portal surak kabar online dunia di acara televisi, sekaligus penulis kolom tetap berbagai media. politik yang rajin memberikan pendapat lah seorang pengamat memujimu. Sekarang kau sudah di Jakarta.” Itu suara Faisal, sa­ dalam mengembangkan isu pendidikan demokrasi, salah satunya Herald Tribune. Mereka memuji partisipasi beberapa pembicara tentang konferensi politik itu di portal surak kabar online dunia di acara televisi, sekaligus penulis kolom tetap berbagai media. politik yang rajin memberikan pendapat lah seorang pengamat memujimu. Sekarang kau sudah di Jakarta.” Itu suara Faisal, sa­ dalam mengembangkan isu pendidikan demokrasi, salah satunya Herald Tribune. Mereka memuji partisipasi beberapa pembicara tentang konferensi politik itu di portal surak kabar online dunia di acara televisi, sekaligus penulis kolom tetap berbagai media. politik yang rajin memberikan pendapat lah seorang pengamat memujimu. Sekarang kau sudah di Jakarta.” Itu suara Faisal, sa­ dalam mengembangkan isu pendidikan demokrasi, salah satunya Herald Tribune. Mereka memuji partisipasi beberapa pembicara tentang konferensi politik itu di portal surak kabar online dunia di acara televisi, sekaligus penulis kolom tetap berbagai media. politik yang rajin memberikan pendapat lah seorang pengamat memujimu. Sekarang kau sudah di Jakarta.” Itu suara Faisal, sa­ dalam mengembangkan isu pendidikan demokrasi, salah satunya Herald Tribune. Mereka memuji partisipasi beberapa pembicara ”Tahun berikutnya aku menyarankan panitia agar mengun­ di acara televisi, sekaligus penulis kolom tetap berbagai media. politik yang rajin memberikan pendapat lah seorang pengamat memujimu. Sekarang kau sudah di Jakarta.” Itu suara Faisal, sa­ dalam mengembangkan isu pendidikan demokrasi, salah satunya Herald Tribune. Mereka memuji partisipasi beberapa pembicara ”Tahun berikutnya aku menyarankan panitia agar mengun­ di acara televisi, sekaligus penulis kolom tetap berbagai media. politik yang rajin memberikan pendapat lah seorang pengamat memujimu. Sekarang kau sudah di Jakarta.” Itu suara Faisal, sa­ dalam mengembangkan isu pendidikan demokrasi, salah satunya Herald Tribune. Mereka memuji partisipasi beberapa pembicara ”Tahun berikutnya aku menyarankan panitia agar mengun­ di acara televisi, sekaligus penulis kolom tetap berbagai media. politik yang rajin memberikan pendapat lah seorang pengamat memujimu. Sekarang kau sudah di Jakarta.” Itu suara Faisal, sa­ dalam mengembangkan isu pendidikan demokrasi, salah satunya Herald Tribune. Mereka memuji partisipasi beberapa pembicara ”Tahun berikutnya aku menyarankan panitia agar mengun­ di acara televisi, sekaligus penulis kolom tetap berbagai media. politik yang rajin memberikan pendapat lah seorang pengamat memujimu. Sekarang kau sudah di Jakarta.” Itu suara Faisal, sa­ dalam mengembangkan isu pendidikan demokrasi, salah satunya Herald Tribune. Mereka memuji partisipasi beberapa pembicara ”Tahun berikutnya aku menyarankan panitia agar mengun­ di acara televisi, sekaligus penulis kolom tetap berbagai media. politik yang rajin memberikan pendapat lah seorang pengamat memujimu. Sekarang kau sudah di Jakarta.” Itu suara Faisal, sa­ dalam mengembangkan isu pendidikan demokrasi, salah satunya dangmu, Faisal. Mereka akan mendengarkan pembicara dengan ”Tahun berikutnya aku menyarankan panitia agar mengun­ di acara televisi, sekaligus penulis kolom tetap berbagai media. politik yang rajin memberikan pendapat lah seorang pengamat memujimu. Sekarang kau sudah di Jakarta.” Itu suara Faisal, sa­ dalam mengembangkan isu pendidikan demokrasi, salah satunya dangmu, Faisal. Mereka akan mendengarkan pembicara dengan ”Tahun berikutnya aku menyarankan panitia agar mengun­ di acara televisi, sekaligus penulis kolom tetap berbagai media. politik yang rajin memberikan pendapat lah seorang pengamat memujimu. Sekarang kau sudah di Jakarta.” Itu suara Faisal, sa­ dalam mengembangkan isu pendidikan demokrasi, salah satunya dangmu, Faisal. Mereka akan mendengarkan pembicara dengan ”Tahun berikutnya aku menyarankan panitia agar mengun­ di acara televisi, sekaligus penulis kolom tetap berbagai media. politik yang rajin memberikan pendapat lah seorang pengamat memujimu. Sekarang kau sudah di Jakarta.” Itu suara Faisal, sa­ dalam mengembangkan isu pendidikan demokrasi, salah satunya dangmu, Faisal. Mereka akan mendengarkan pembicara dengan ”Tahun berikutnya aku menyarankan panitia agar mengun­ di acara televisi, sekaligus penulis kolom tetap berbagai media. politik yang rajin memberikan pendapat lah seorang pengamat memujimu. Sekarang kau sudah di Jakarta.” Itu suara Faisal, sa­ dalam mengembangkan isu pendidikan demokrasi, salah satunya dangmu, Faisal. Mereka akan mendengarkan pembicara dengan ”Tahun berikutnya aku menyarankan panitia agar mengun­ di acara televisi, sekaligus penulis kolom tetap berbagai media. politik yang rajin memberikan pendapat lah seorang pengamat memujimu. Sekarang kau sudah di Jakarta.” Itu suara Faisal, sa­ pengetahuan dan pengalaman politik lebih luas, yang lebih baik dangmu, Faisal. Mereka akan mendengarkan pembicara dengan ”Tahun berikutnya aku menyarankan panitia agar mengun­ di acara televisi, sekaligus penulis kolom tetap berbagai media. politik yang rajin memberikan pendapat lah seorang pengamat memujimu. Sekarang kau sudah di Jakarta.” Itu suara Faisal, sa­ pengetahuan dan pengalaman politik lebih luas, yang lebih baik dangmu, Faisal. Mereka akan mendengarkan pembicara dengan ”Tahun berikutnya aku menyarankan panitia agar mengun­ di acara televisi, sekaligus penulis kolom tetap berbagai media. politik yang rajin memberikan pendapat lah seorang pengamat memujimu. Sekarang kau sudah di Jakarta.” Itu suara Faisal, sa­ pengetahuan dan pengalaman politik lebih luas, yang lebih baik dangmu, Faisal. Mereka akan mendengarkan pembicara dengan ”Tahun berikutnya aku menyarankan panitia agar mengun­ di acara televisi, sekaligus penulis kolom tetap berbagai media. politik yang rajin memberikan pendapat lah seorang pengamat memujimu. Sekarang kau sudah di Jakarta.” Itu suara Faisal, sa­ pengetahuan dan pengalaman politik lebih luas, yang lebih baik dangmu, Faisal. Mereka akan mendengarkan pembicara dengan ”Tahun berikutnya aku menyarankan panitia agar mengun­ di acara televisi, sekaligus penulis kolom tetap berbagai media. politik yang rajin memberikan pendapat lah seorang pengamat memujimu. Sekarang kau sudah di Jakarta.” Itu suara Faisal, sa­ pengetahuan dan pengalaman politik lebih luas, yang lebih baik dangmu, Faisal. Mereka akan mendengarkan pembicara dengan ”Tahun berikutnya aku menyarankan panitia agar mengun­ di acara televisi, sekaligus penulis kolom tetap berbagai media. politik yang rajin memberikan pendapat lah seorang pengamat dan lebih pantas dipuji dibanding aku.” Aku menjabat tangannya pengetahuan dan pengalaman politik lebih luas, yang lebih baik dangmu, Faisal. Mereka akan mendengarkan pembicara dengan ”Tahun berikutnya aku menyarankan panitia agar mengun­ di acara televisi, sekaligus penulis kolom tetap berbagai media. politik yang rajin memberikan pendapat lah seorang pengamat dan lebih pantas dipuji dibanding aku.” Aku menjabat tangannya pengetahuan dan pengalaman politik lebih luas, yang lebih baik dangmu, Faisal. Mereka akan mendengarkan pembicara dengan ”Tahun berikutnya aku menyarankan panitia agar mengun­ di acara televisi, sekaligus penulis kolom tetap berbagai media. politik yang rajin memberikan pendapat lah seorang pengamat dan lebih pantas dipuji dibanding aku.” Aku menjabat tangannya pengetahuan dan pengalaman politik lebih luas, yang lebih baik dangmu, Faisal. Mereka akan mendengarkan pembicara dengan ”Tahun berikutnya aku menyarankan panitia agar mengun­ di acara televisi, sekaligus penulis kolom tetap berbagai media. politik yang rajin memberikan pendapat lah seorang pengamat dan lebih pantas dipuji dibanding aku.” Aku menjabat tangannya pengetahuan dan pengalaman politik lebih luas, yang lebih baik dangmu, Faisal. Mereka akan mendengarkan pembicara dengan ”Tahun berikutnya aku menyarankan panitia agar mengun­ di acara televisi, sekaligus penulis kolom tetap berbagai media. politik yang rajin memberikan pendapat lah seorang pengamat dan lebih pantas dipuji dibanding aku.” Aku menjabat tangannya pengetahuan dan pengalaman politik lebih luas, yang lebih baik dangmu, Faisal. Mereka akan mendengarkan pembicara dengan ”Tahun berikutnya aku menyarankan panitia agar mengun­ di acara televisi, sekaligus penulis kolom tetap berbagai media. erat-erat, berterima kasih atas kehadirannya. dan lebih pantas dipuji dibanding aku.” Aku menjabat pengetahuan dan pengalaman politik lebih luas, yang lebih baik dangmu, Faisal. Mereka akan mendengarkan pembicara dengan ”Tahun berikutnya aku menyarankan panitia agar mengun­ di acara televisi, sekaligus penulis kolom tetap berbagai media. erat-erat, berterima kasih atas kehadirannya. dan lebih pantas dipuji dibanding aku.” Aku menjabat tangannya pengetahuan dan pengalaman politik lebih luas, yang lebih baik dangmu, Faisal. Mereka akan mendengarkan pembicara dengan ”Tahun berikutnya aku menyarankan panitia agartangannya mengun­ di acara televisi, sekaligus penulis kolom tetap berbagai media. erat-erat, berterima kasih atas kehadirannya. dan lebih pantas dipuji dibanding aku.” Aku menjabat tangannya pengetahuan dan pengalaman politik lebih luas, yang lebih baik dangmu, Faisal. Mereka akan mendengarkan pembicara dengan ”Tahun berikutnya aku menyarankan panitia agar mengun­ di acara televisi, sekaligus penulis kolom tetap berbagai media. erat-erat, berterima kasih atas kehadirannya. dan lebih pantas dipuji dibanding aku.” Aku menjabat tangannya pengetahuan dan pengalaman politik lebih luas, yang lebih baik dangmu, Faisal. Mereka akan mendengarkan pembicara dengan ”Tahun berikutnya aku menyarankan panitia agar mengun­ di acara televisi, sekaligus penulis kolom tetap berbagai media. erat-erat, berterima kasih atas kehadirannya. dan lebih pantas dipuji dibanding aku.” Aku menjabat tangannya pengetahuan dan pengalaman politik lebih luas, yang lebih baik dangmu, Faisal. Mereka akan mendengarkan pembicara dengan ”Tahun berikutnya aku menyarankan panitia agar mengun­ ”Kau jangan bergurau, Thomas.” erat-erat, berterima kasih atas kehadirannya. dan lebih pantas dipuji dibanding aku.” Aku menjabat tangannya pengetahuan dan pengalaman politik lebih luas, yang lebih baik dangmu, Faisal. Mereka akan mendengarkan pembicara dengan ”Tahun berikutnya aku menyarankan panitia agar mengun­ ”Kau jangan bergurau, Thomas.” erat-erat, berterima kasih atas kehadirannya. dan lebih pantas dipuji dibanding aku.” Aku menjabat tangannya pengetahuan dan pengalaman politik lebih luas, yang lebih baik dangmu, Faisal. Mereka akan mendengarkan pembicara dengan ”Tahun berikutnya aku menyarankan panitia agar mengun­ ”Kau jangan bergurau, Thomas.” erat-erat, berterima kasih atas kehadirannya. dan lebih pantas dipuji dibanding aku.” Aku menjabat tangannya pengetahuan dan pengalaman politik lebih luas, yang lebih baik dangmu, Faisal. Mereka akan mendengarkan pembicara dengan ”Tahun berikutnya aku menyarankan panitia agar mengun­ ”Kau jangan bergurau, Thomas.” erat-erat, berterima kasih atas kehadirannya. dan lebih pantas dipuji dibanding aku.” Aku menjabat tangannya pengetahuan dan pengalaman politik lebih luas, yang lebih baik dangmu, Faisal. Mereka akan mendengarkan pembicara dengan ”Tahun berikutnya aku menyarankan panitia agar mengun­ ”Kau jangan bergurau, Thomas.” erat-erat, berterima kasih atas kehadirannya. dan lebih pantas dipuji dibanding aku.” Aku menjabat tangannya pengetahuan dan pengalaman politik lebih luas, yang lebih baik dangmu, Faisal. Mereka akan mendengarkan pembicara dengan ”Aku tidak bergurau. Aku bahkan telah merekomendasikanmu ”Kau jangan bergurau, Thomas.” erat-erat, berterima kasih atas kehadirannya. dan lebih pantas dipuji dibanding aku.” Aku menjabat tangannya pengetahuan dan pengalaman politik lebih luas, yang lebih baik dangmu, Faisal. Mereka akan mendengarkan pembicara dengan ”Aku tidak bergurau. Aku bahkan telah merekomendasikanmu ”Kau jangan bergurau, Thomas.” erat-erat, berterima kasih atas kehadirannya. dan lebih pantas dipuji dibanding aku.” Aku menjabat tangannya pengetahuan dan pengalaman politik lebih luas, yang lebih baik dangmu, Faisal. Mereka akan mendengarkan pembicara dengan ”Aku tidak bergurau. Aku bahkan telah merekomendasikanmu ”Kau jangan bergurau, Thomas.” erat-erat, berterima kasih atas kehadirannya. dan lebih pantas dipuji dibanding aku.” Aku menjabat tangannya pengetahuan dan pengalaman politik lebih luas, yang lebih baik dangmu, Faisal. Mereka akan mendengarkan pembicara dengan ”Aku tidak bergurau. Aku bahkan telah merekomendasikanmu ”Kau jangan bergurau, Thomas.” erat-erat, berterima kasih atas kehadirannya. dan lebih pantas dipuji dibanding aku.” Aku menjabat tangannya pengetahuan dan pengalaman politik lebih luas, yang lebih baik dangmu, Faisal. Mereka akan mendengarkan pembicara dengan ”Aku tidak bergurau. Aku bahkan telah merekomendasikanmu ”Kau jangan bergurau, Thomas.” erat-erat, berterima kasih atas kehadirannya. dan lebih pantas dipuji dibanding aku.” Aku menjabat tangannya pengetahuan dan pengalaman politik lebih luas, yang lebih baik hadir di sesi diskusi terbatas bulan depan,” aku berkata sungguh”Aku tidak bergurau. Aku bahkan telah merekomendasikanmu ”Kau jangan bergurau, Thomas.” erat-erat, berterima kasih atas kehadirannya. dan lebih pantas dipuji dibanding aku.” Aku menjabat tangannya pengetahuan dan pengalaman politik lebih luas, yang lebih baik hadir di sesi diskusi terbatas bulan depan,” aku berkata sungguh”Aku tidak bergurau. Aku bahkan telah merekomendasikanmu ”Kau jangan bergurau, Thomas.” erat-erat, berterima kasih atas kehadirannya. dan lebih pantas dipuji dibanding aku.” Aku menjabat tangannya pengetahuan dan pengalaman politik lebih luas, yang lebih baik hadir di sesi diskusi terbatas bulan depan,” aku berkata sungguh”Aku tidak bergurau. Aku bahkan telah merekomendasikanmu ”Kau jangan bergurau, Thomas.” erat-erat, berterima kasih atas kehadirannya. dan lebih pantas dipuji dibanding aku.” Aku menjabat tangannya pengetahuan dan pengalaman politik lebih luas, yang lebih baik hadir di sesi diskusi terbatas bulan depan,” aku berkata sungguh”Aku tidak bergurau. Aku bahkan telah merekomendasikanmu ”Kau jangan bergurau, Thomas.” erat-erat, berterima kasih atas kehadirannya. dan lebih pantas dipuji dibanding aku.” Aku menjabat tangannya pengetahuan dan pengalaman politik lebih luas, yang lebih baik hadir di sesi diskusi terbatas bulan depan,” aku berkata sungguh”Aku tidak bergurau. Aku bahkan telah merekomendasikanmu ”Kau jangan bergurau, Thomas.” erat-erat, berterima kasih atas kehadirannya. dan lebih pantas dipuji dibanding aku.” Aku menjabat tangannya sungguh sambil menatap sekelilingku. hadir di sesi diskusi terbatas bulan depan,” aku berkata sungguh”Aku tidak bergurau. Aku bahkan telah merekomendasikanmu ”Kau jangan bergurau, Thomas.” erat-erat, berterima kasih atas kehadirannya. dan lebih pantas dipuji dibanding aku.” Aku menjabat tangannya sungguh sambil menatap sekelilingku. hadir di sesi diskusi terbatas bulan depan,” aku berkata sungguh”Aku tidak bergurau. Aku bahkan telah merekomendasikanmu ”Kau jangan bergurau, Thomas.” erat-erat, berterima kasih atas kehadirannya. dan lebih pantas dipuji dibanding aku.” Aku menjabat tangannya sungguh sambil menatap sekelilingku. hadir di sesi diskusi terbatas bulan depan,” aku berkata sungguh”Aku tidak bergurau. Aku bahkan telah merekomendasikanmu ”Kau jangan bergurau, Thomas.” erat-erat, berterima kasih atas kehadirannya. dan lebih pantas dipuji dibanding aku.” Aku menjabat tangannya sungguh sambil menatap sekelilingku. hadir di sesi diskusi terbatas bulan depan,” aku berkata sungguh”Aku tidak bergurau. Aku bahkan telah merekomendasikanmu ”Kau jangan bergurau, Thomas.” erat-erat, berterima kasih atas kehadirannya. dan lebih pantas dipuji dibanding aku.” Aku menjabat tangannya sungguh sambil menatap sekelilingku. hadir di sesi diskusi terbatas bulan depan,” aku berkata sungguh”Aku tidak bergurau. Aku bahkan telah merekomendasikanmu ”Kau jangan bergurau, Thomas.” erat-erat, berterima kasih atas kehadirannya. Maggie mengerjakan tugasnya dengan baik. Ada sekitar dua sungguh sambil menatap sekelilingku. hadir di sesi diskusi terbatas bulan depan,” aku berkata sungguh”Aku tidak bergurau. Aku bahkan telah merekomendasikanmu ”Kau jangan bergurau, Thomas.” erat-erat, berterima kasih atas kehadirannya. Maggie mengerjakan tugasnya dengan Ada sekitar dua sungguh sambil menatap sekelilingku. hadir di sesi diskusi terbatas bulan depan,” aku berkata sungguh”Aku tidak bergurau. Aku bahkan telah merekomendasikanmu ”Kau jangan bergurau, Thomas.” erat-erat, berterima kasih atas kehadirannya. Maggie mengerjakan tugasnya dengan baik. Ada sekitar dua sungguh sambil menatap sekelilingku. hadir di sesi diskusi terbatas bulan depan,” aku berkata sungguh”Aku tidak bergurau. Aku bahkan telah baik. merekomendasikanmu ”Kau jangan bergurau, Thomas.” erat-erat, berterima kasih atas kehadirannya. Maggie mengerjakan tugasnya dengan baik. Ada sekitar dua sungguh sambil menatap sekelilingku. hadir di sesi diskusi terbatas bulan depan,” aku berkata sungguh”Aku tidak bergurau. Aku bahkan telah merekomendasikanmu ”Kau jangan bergurau, Thomas.” erat-erat, berterima kasih atas kehadirannya. Maggie mengerjakan tugasnya dengan baik. Ada sekitar dua sungguh sambil menatap sekelilingku. hadir di sesi diskusi terbatas bulan depan,” aku berkata sungguh”Aku tidak bergurau. Aku bahkan telah merekomendasikanmu ”Kau jangan bergurau, Thomas.” belas wartawan dari media besar, seperti televisi, koran, dan Maggie mengerjakan tugasnya dengan baik. Ada sekitar dua sungguh sambil menatap sekelilingku. hadir di sesi diskusi terbatas bulan depan,” aku berkata sungguh”Aku tidak bergurau. Aku bahkan telah merekomendasikanmu ”Kau jangan bergurau, Thomas.” belas wartawan dari media besar, seperti televisi, koran, dan Maggie mengerjakan tugasnya dengan baik. Ada sekitar dua sungguh sambil menatap sekelilingku. hadir di sesi diskusi terbatas bulan depan,” aku berkata sungguh”Aku tidak bergurau. Aku bahkan telah merekomendasikanmu ”Kau jangan bergurau, Thomas.” belas wartawan dariterbatas media besar,dengan seperti televisi, koran, dan Maggie mengerjakan tugasnya Ada sekitar dua sungguh sambil menatap sekelilingku. hadir di sesi diskusi bulan depan,” aku berkata sungguh”Aku tidak bergurau. Aku bahkan telah baik. merekomendasikanmu



internet. Juga hadir empat pengamat politik dengan reputasi dari pesawat jet pribadi. Momen itu sudah sedemikian rupa kenegaraan sebelum naik pesawat. Itu ruangan yang represen­ baik. Lebih dari itu tempat yang dipilih Maggie. Dia memesan dengan melakukan pertemuan segera setelah turun tatif, apalagi ruang tunggu bandara yang sering digunakan pejabat atau tamu internet. Juga hadir empat pengamat politik dengan reputasi dari pesawat jet pribadi. Momen itu sudah sedemikian rupa kenegaraan sebelum naik pesawat. Itu ruangan yang represen­ baik. Lebih dari itu tempat yang dipilih Maggie. Dia memesan dengan melakukan pertemuan segera setelah turun tatif, apalagi menjadi penting dengan sendirinya. ruang tunggu bandara yang sering digunakan pejabat atau tamu internet. Juga hadir empat pengamat politik dengan reputasi dari pesawat jet pribadi. Momen itu sudah sedemikian rupa kenegaraan sebelum naik pesawat. Itu ruangan yang represen­ baik. Lebih dari itu tempat yang dipilih Maggie. Dia memesan dengan melakukan pertemuan segera setelah turun tatif, apalagi menjadi penting dengan sendirinya. ruang tunggu bandara yang sering digunakan pejabat atau tamu internet. Juga hadir empat pengamat politik dengan reputasi dari pesawat jet pribadi. Momen itu sudah sedemikian rupa kenegaraan sebelum naik pesawat. Itu ruangan yang represen­ baik. Lebih dari itu tempat yang dipilih Maggie. Dia memesan menjadi penting dengan sendirinya. dengan melakukan pertemuan segera setelah turun tatif, apalagi ruang tunggu bandara yang sering digunakan pejabat atau tamu kenegaraan sebelum naik pesawat. Itu ruangan yang represen­ dari pesawat jet pribadi. Momen itu sudah sedemikian rupa baik. Lebih dari itu tempat yang dipilih Maggie. Dia memesan menjadi penting dengan sendirinya. dengan melakukan pertemuan segera setelah turun tatif, apalagi ruang tunggu bandara yang sering digunakan pejabat atau tamu dari pesawat jet pribadi. Momen itu sudah sedemikian rupa kenegaraan sebelum naik pesawat. Itu ruangan yang represen­ baik. Lebih dari itu tempat yang dipilih Maggie. Dia memesan menjadi penting dengan sendirinya. dengan melakukan pertemuan segera setelah turun tatif, apalagi ruang tunggu bandara yang sering digunakan pejabat atau tamu dari pesawat jet pribadi. Momen itu sudah sedemikian rupa Aku mempersilakan para undangan masuk ke ruangan, meng­ kenegaraan sebelum naik pesawat. Itu ruangan yang represen­ baik. Lebih dari itu tempat yang dipilih Maggie. Dia memesan menjadi penting dengan sendirinya. dengan melakukan pertemuan segera setelah turun tatif, apalagi ruang tunggu bandara yang sering digunakan pejabat atau tamu dari pesawat jet pribadi. Momen itu sudah sedemikian rupa Aku mempersilakan para undangan masuk ke ruangan, meng­ kenegaraan sebelum naik pesawat. Itu ruangan yang represen­ baik. Lebih dari itu tempat yang dipilih Maggie. Dia memesan menjadi penting dengan sendirinya. dengan melakukan pertemuan segera setelah turun tatif, apalagi ruang tunggu bandara yang sering digunakan pejabat atau tamu Aku mempersilakan para undangan masuk ke ruangan, meng­ dari pesawat jet pribadi. Momen itu sudah sedemikian rupa kenegaraan sebelum naik pesawat. Itu ruangan yang represen­ dengan melakukan pertemuan segera setelah turun tatif, apalagi menjadi penting dengan sendirinya. ruang tunggu bandara yang sering digunakan pejabat atau tamu Aku mempersilakan para undangan masuk ke ruangan, meng­ dari pesawat jet pribadi. Momen itu sudah sedemikian rupa kenegaraan sebelum naik pesawat. Itu ruangan yang represen­ menjadi penting dengan sendirinya. dengan melakukan pertemuan segera setelah turun tatif, apalagi ruang tunggu bandara yang sering digunakan pejabat atau tamu Aku mempersilakan para undangan masuk ke ruangan, meng­ dari pesawat jet pribadi. Momen itu sudah sedemikian rupa kenegaraan sebelum naik pesawat. Itu ruangan yang represen­ menjadi penting dengan sendirinya. duduk di sofa. Gadget canggih dengan fasilitas ambil posisi dengan melakukan pertemuan segera setelah turun tatif, apalagi ruang tunggu bandara yang sering digunakan pejabat atau tamu Aku mempersilakan para undangan masuk ke ruangan, meng­ dari pesawat jet pribadi. Momen itu sudah sedemikian rupa kenegaraan sebelum naik pesawat. Itu ruangan yang represen­ menjadi penting dengan sendirinya. duduk di sofa. Gadget canggih dengan fasilitas ambil posisi dengan melakukan pertemuan segera setelah turun tatif, apalagi ruang tunggu bandara yang sering digunakan pejabat atau tamu Aku mempersilakan para undangan masuk ke ruangan, meng­ dari pesawat jet pribadi. Momen itu sudah sedemikian rupa kenegaraan sebelum naik pesawat. Itu ruangan yang represen­ duduk di sofa. Gadget canggih dengan fasilitas ambil posisi menjadi penting dengan sendirinya. dengan melakukan pertemuan segera setelah turun tatif, apalagi dari pesawat jet pribadi. Momen itu sudah sedemikian rupa Aku mempersilakan para undangan masuk ke ruangan, meng­ kenegaraan sebelum naik pesawat. Itu ruangan yang represen­ duduk di sofa. Gadget canggih dengan fasilitas ambil posisi menjadi penting dengan sendirinya. dengan melakukan pertemuan segera setelah turun tatif, apalagi Aku mempersilakan para undangan masuk ke ruangan, meng­ dari pesawat jet pribadi. Momen itu sudah sedemikian rupa kenegaraan sebelum naik pesawat. Itu ruangan yang represen­ duduk di sofa. Gadget canggih dengan fasilitas ambil posisi menjadi penting dengan sendirinya. dengan melakukan pertemuan segera setelah turun tatif, apalagi Aku mempersilakan para undangan masuk ke ruangan, meng­ perekam suara dinyalakan, notes dan pulpen tergenggam, wajahdari pesawat jet pribadi. Momen itu sudah sedemikian rupa kenegaraan sebelum naik pesawat. Itu ruangan yang represen­ duduk di sofa. Gadget canggih dengan fasilitas ambil posisi menjadi penting dengan sendirinya. dengan melakukan pertemuan segera setelah turun tatif, apalagi Aku mempersilakan para undangan masuk ke ruangan, meng­ perekam suara dinyalakan, notes dan pulpen tergenggam, wajahdari pesawat jet pribadi. Momen itu sudah sedemikian rupa kenegaraan sebelum naik pesawat. Itu ruangan yang represen­ duduk di sofa. Gadget canggih dengan fasilitas ambil posisi menjadi penting dengan sendirinya. dengan melakukan pertemuan segera setelah turun tatif, apalagi perekam suara dinyalakan, notes dan pulpen tergenggam, wajahAku mempersilakan para undangan masuk ke ruangan, meng­ dari pesawat jet pribadi. Momen itu sudah sedemikian rupa menjadi penting dengan sendirinya. duduk di sofa. Gadget canggih dengan fasilitas ambil posisi dengan melakukan pertemuan segera setelah turun tatif, apalagi perekam suara dinyalakan, notes dan pulpen tergenggam, wajahAku mempersilakan para undangan masuk ke ruangan, meng­ dari pesawat jet pribadi. Momen itu sudah sedemikian rupa duduk di sofa. Gadget canggih dengan fasilitas ambil posisi menjadi penting dengan sendirinya. dengan melakukan pertemuan segera setelah turun tatif, apalagi perekam suara dinyalakan, notes dan pulpen tergenggam, wajahAku mempersilakan para undangan masuk ke ruangan, meng­ dari pesawat jet pribadi. Momen itu sudah sedemikian rupa duduk di sofa. Gadget canggih dengan fasilitas ambil posisi wajah serius menatapku. Opa dan Kadek kuminta menunggu di menjadi penting dengan sendirinya. dengan melakukan pertemuan segera setelah turun tatif, apalagi perekam suara dinyalakan, notes dan pulpen tergenggam, wajahAku mempersilakan para undangan masuk ke ruangan, meng­ dari pesawat jet pribadi. Momen itu sudah sedemikian rupa duduk di sofa. Gadget canggih dengan fasilitas ambil posisi wajah serius menatapku. Opa dan Kadek kuminta menunggu di menjadi penting dengan sendirinya. dengan melakukan pertemuan segera setelah turun tatif, apalagi perekam suara dinyalakan, notes dan pulpen tergenggam, wajahAku mempersilakan para undangan masuk ke ruangan, meng­ dari pesawat jet pribadi. Momen itu sudah sedemikian rupa wajah serius menatapku. Opa dan Kadek kuminta menunggu di duduk di sofa. Gadget canggih dengan fasilitas ambil posisi menjadi penting dengan sendirinya. Aku mempersilakan para undangan masuk ke ruangan, meng­ perekam suara dinyalakan, notes dan pulpen tergenggam, wajahdari pesawat jet pribadi. Momen itu sudah sedemikian rupa wajah serius menatapku. Opa dan Kadek kuminta menunggu di duduk di sofa. Gadget canggih dengan fasilitas ambil posisi menjadi penting dengan sendirinya. perekam suara dinyalakan, notes dan pulpen tergenggam, wajahAku mempersilakan para undangan masuk ke ruangan, meng­ dari pesawat jet pribadi. Momen itu sudah sedemikian rupa wajah serius menatapku. Opa dan Kadek kuminta menunggu di duduk di sofa. Gadget canggih dengan fasilitas ambil posisi menjadi penting dengan sendirinya. perekam suara dinyalakan, notes dan pulpen tergenggam, wajahruangan tunggu lebih kecil. Maryam ikut dalam pertemuan. Aku mempersilakan para undangan masuk ke ruangan, meng­ dari pesawat jet pribadi. Momen itu sudah sedemikian rupa wajah serius menatapku. Opa dan Kadek kuminta menunggu di duduk di sofa. Gadget canggih dengan fasilitas ambil posisi menjadi penting dengan sendirinya. perekam suara dinyalakan, notes dan pulpen tergenggam, wajahruangan tunggu lebih kecil. Maryam ikut dalam pertemuan. Aku mempersilakan para undangan masuk ke ruangan, meng­ dari pesawat jet pribadi. Momen itu sudah sedemikian rupa wajah serius menatapku. Opa dan Kadek kuminta menunggu di duduk di sofa. Gadget canggih dengan fasilitas ambil posisi menjadi penting dengan sendirinya. ruangan tunggu lebih kecil. Maryam ikut dalam pertemuan. perekam suara dinyalakan, notes dan pulpen tergenggam, wajahAku mempersilakan para undangan masuk ke ruangan, meng­ duduk di sofa. Gadget canggih dengan fasilitas ambil posisi wajah serius menatapku. Opa dan Kadek kuminta menunggu di menjadi penting dengan sendirinya. ruangan tunggu lebih kecil. Maryam ikut dalam pertemuan. perekam suara dinyalakan, notes dan pulpen tergenggam, wajahAku mempersilakan para undangan masuk ke ruangan, meng­ wajah serius menatapku. Opa dan Kadek kuminta menunggu di duduk di sofa. Gadget canggih dengan fasilitas ambil posisi menjadi penting dengan sendirinya. ruangan tunggu lebih kecil. Maryam ikut dalam pertemuan. perekam suara dinyalakan, notes dan pulpen tergenggam, wajahAku mempersilakan para undangan masuk ke ruangan, meng­ wajah serius menatapku. Opa dan Kadek kuminta menunggu di ”Nah, Thomas, berita apa yang hendak kausampaikan?” Sam­ duduk di sofa. Gadget canggih dengan fasilitas ambil posisi menjadi penting dengan sendirinya. ruangan tunggu lebih kecil. Maryam ikut dalam pertemuan. perekam suara dinyalakan, notes dan pulpen tergenggam, wajahAku mempersilakan para undangan masuk ke ruangan, meng­ wajah serius menatapku. Opa dan Kadek kuminta menunggu di ”Nah, Thomas, berita apa yang hendak kausampaikan?” Sam­ duduk di sofa. Gadget canggih dengan fasilitas ambil posisi menjadi penting dengan sendirinya. ruangan tunggu lebih kecil. Maryam ikut dalam pertemuan. perekam suara dinyalakan, notes dan pulpen tergenggam, wajahAku mempersilakan para undangan masuk ke ruangan, meng­ ”Nah, Thomas, berita apa yang hendak kausampaikan?” Sam­ wajah serius menatapku. Opa dan Kadek kuminta menunggu di duduk di sofa. Gadget canggih dengan fasilitas ambil posisi perekam suara dinyalakan, notes dan pulpen tergenggam, wajahruangan tunggu lebih kecil. Maryam ikut dalam pertemuan. Aku mempersilakan para undangan masuk ke ruangan, meng­ ”Nah, Thomas, berita apa yang hendak kausampaikan?” Sam­ wajah serius menatapku. Opa dan Kadek kuminta menunggu di duduk di sofa. Gadget canggih dengan fasilitas ambil posisi ruangan tunggu lebih kecil. Maryam ikut dalam pertemuan. perekam suara dinyalakan, notes dan pulpen tergenggam, wajahAku mempersilakan para undangan masuk ke ruangan, meng­ ”Nah, Thomas, berita apa yang hendak kausampaikan?” Sam­ wajah serius menatapku. Opa dan Kadek kuminta menunggu di duduk di sofa. Gadget canggih dengan fasilitas ambil posisi ruangan tunggu lebih kecil. Maryam ikut dalam pertemuan. bertanya ke pokok masalah. Wajahnya antusias bas langsung perekam suara dinyalakan, notes dan pulpen tergenggam, wajahAku mempersilakan para undangan masuk ke ruangan, meng­ ”Nah, Thomas, berita apa yang hendak kausampaikan?” Sam­ wajah serius menatapku. Opa dan Kadek kuminta menunggu di duduk di sofa. Gadget canggih dengan fasilitas ambil posisi ruangan tunggu lebih kecil. Maryam ikut dalam pertemuan. bertanya ke pokok masalah. Wajahnya antusias bas langsung perekam suara dinyalakan, notes dan pulpen tergenggam, wajahAku mempersilakan para undangan masuk ke ruangan, meng­ ”Nah, Thomas, berita apa yang hendak kausampaikan?” Sam­ wajah serius menatapku. Opa dan Kadek kuminta menunggu di duduk di sofa. Gadget canggih dengan fasilitas ambil posisi bertanya ke pokok masalah. Wajahnya antusias bas langsung ruangan tunggu lebih kecil. Maryam ikut dalam pertemuan. perekam suara dinyalakan, notes dan pulpen tergenggam, wajahwajah serius menatapku. Opa dan Kadek kuminta menunggu di ”Nah, Thomas, berita apa yang hendak kausampaikan?” Sam­ duduk di sofa. Gadget canggih dengan fasilitas ambil posisi bertanya ke pokok masalah. Wajahnya antusias bas langsung ruangan tunggu lebih kecil. Maryam ikut dalam pertemuan. perekam suara dinyalakan, notes dan pulpen tergenggam, wajah”Nah, Thomas, berita apa yang hendak kausampaikan?” Sam­ wajah serius menatapku. Opa dan Kadek kuminta menunggu di duduk di sofa. Gadget canggih dengan fasilitas ambil posisi bertanya ke pokok masalah. Wajahnya antusias bas langsung ruangan tunggu lebih kecil. Maryam ikut dalam pertemuan. perekam suara dinyalakan, notes dan pulpen tergenggam, wajah”Nah, Thomas, berita apa yang hendak kausampaikan?” Sam­ seperti biasa. ”Kau tidak akan bilang kalau klien politikmu, kan­ wajah serius menatapku. Opa dan Kadek kuminta menunggu di duduk di sofa. Gadget canggih dengan fasilitas ambil posisi bertanya ke pokok masalah. Wajahnya antusias bas langsung ruangan tunggu lebih kecil. Maryam ikut dalam pertemuan. perekam suara dinyalakan, notes dan pulpen tergenggam, wajah”Nah, Thomas, berita apa yang hendak kausampaikan?” Sam­ seperti biasa. ”Kau tidak akan bilang kalau klien politikmu, kan­ wajah serius menatapku. Opa dan Kadek kuminta menunggu di duduk di sofa. Gadget canggih dengan fasilitas ambil posisi bertanya ke pokok masalah. Wajahnya antusias bas langsung ruangan tunggu lebih kecil. Maryam ikut dalam pertemuan. perekam suara dinyalakan, notes dan pulpen tergenggam, wajahseperti biasa. ”Kau tidak akan bilang kalau klien politikmu, kan­ ”Nah, Thomas, berita apa yang hendak kausampaikan?” Sam­ wajah serius menatapku. Opa dan Kadek kuminta menunggu di ruangan tunggu lebih kecil. Maryam ikut dalam pertemuan. bertanya ke pokok masalah. Wajahnya antusias bas langsung perekam suara dinyalakan, notes dan pulpen tergenggam, wajahseperti biasa. ”Kau tidak akan bilang kalau klien politikmu, kan­ ”Nah, Thomas, berita apa yang hendak kausampaikan?” Sam­ wajah serius menatapku. Opa dan Kadek kuminta menunggu di bertanya ke pokok masalah. Wajahnya antusias bas langsung ruangan tunggu lebih kecil. Maryam ikut dalam pertemuan. perekam suara dinyalakan, notes dan pulpen tergenggam, wajahseperti biasa. ”Kau tidak akan bilang kalau klien politikmu, kan­ ”Nah, Thomas, berita apa yang hendak kausampaikan?” Sam­ wajah serius menatapku. Opa dan Kadek kuminta menunggu di bertanya ke pokok masalah. Wajahnya antusias bas langsung serius konvensi partai besar, calon presiden paling didat paling ruangan tunggu lebih kecil. Maryam ikut dalam pertemuan. perekam suara dinyalakan, notes dan pulpen tergenggam, wajahseperti biasa. ”Kau tidak akan bilang kalau klien politikmu, kan­ ”Nah, Thomas, berita apa yang hendak kausampaikan?” Sam­ wajah serius menatapku. Opa dan Kadek kuminta menunggu di bertanya ke pokok masalah. Wajahnya antusias bas langsung serius konvensi partai besar, calon presiden paling didat paling ruangan tunggu lebih kecil. Maryam ikut dalam pertemuan. perekam suara dinyalakan, notes dan pulpen tergenggam, wajahseperti biasa. ”Kau tidak akan bilang kalau klien politikmu, kan­ ”Nah, Thomas, berita apa yang hendak kausampaikan?” Sam­ wajah serius menatapku. Opa dan Kadek kuminta menunggu di serius konvensi partai besar, calon presiden paling didat paling bertanya ke pokok masalah. Wajahnya antusias bas langsung ruangan tunggu lebih kecil. Maryam ikut dalam pertemuan. ”Nah, Thomas, berita apa yang hendak kausampaikan?” Sam­ seperti biasa. ”Kau tidak akan bilang kalau klien politikmu, kan­ wajah serius menatapku. Opa dan Kadek kuminta menunggu di serius konvensi partai besar, calon presiden paling didat paling bertanya ke pokok masalah. Wajahnya antusias bas langsung ruangan tunggu lebih kecil. Maryam ikut dalam pertemuan. seperti biasa. ”Kau tidak akan bilang kalau klien politikmu, kan­ ”Nah, Thomas, berita apa yang hendak kausampaikan?” Sam­ wajah serius menatapku. Opa dan Kadek kuminta menunggu di serius konvensi partai besar, calon presiden paling didat paling bertanya ke pokok masalah. Wajahnya antusias bas langsung ruangan tunggu lebih kecil. Maryam ikut dalam pertemuan. seperti biasa. ”Kau tidak akan bilang kalau klien politikmu, kan­ populer, tiba-tiba mengundurkan diri, bukan?” Sambas tertawa, ”Nah, Thomas, berita apa yang hendak kausampaikan?” Sam­ wajah serius menatapku. Opa dan Kadek kuminta menunggu di serius konvensi partai besar, calon presiden paling didat paling bertanya ke pokok masalah. Wajahnya antusias bas langsung ruangan tunggu lebih kecil. Maryam ikut dalam pertemuan. seperti biasa. ”Kau tidak akan bilang kalau klien politikmu, kan­ populer, tiba-tiba mengundurkan diri, bukan?” Sambas tertawa, ”Nah, Thomas, berita apa yang hendak kausampaikan?” Sam­ wajah serius menatapku. Opa dan Kadek kuminta menunggu di serius konvensi partai besar, calon presiden paling didat paling bertanya ke pokok masalah. Wajahnya antusias bas langsung ruangan tunggu lebih kecil. Maryam ikut dalam pertemuan. populer, tiba-tiba mengundurkan diri, bukan?” Sambas tertawa, seperti biasa. ”Kau tidak akan bilang kalau klien politikmu, kan­ ”Nah, Thomas, berita apa yang hendak kausampaikan?” Sam­ bertanya ke pokok masalah. Wajahnya antusias bas langsung serius konvensi partai besar, calon presiden paling didat paling ruangan tunggu lebih kecil. Maryam ikut dalam pertemuan. populer, tiba-tiba mengundurkan diri, bukan?” Sambas tertawa, seperti biasa. ”Kau tidak akan bilang kalau klien politikmu, kan­ ”Nah, Thomas, berita apa yang hendak kausampaikan?” Sam­ serius konvensi partai besar, calon presiden paling didat paling bertanya ke pokok masalah. Wajahnya antusias bas langsung ruangan tunggu lebih kecil. Maryam ikut dalam pertemuan. populer, tiba-tiba mengundurkan diri, bukan?” Sambas tertawa, seperti biasa. ”Kau tidak akan bilang kalau klien politikmu, kan­ ”Nah, Thomas, berita apa yang hendak kausampaikan?” Sam­ serius konvensi partai besar, calon presiden paling didat paling mencoba bergurau. bertanya ke pokok masalah. Wajahnya antusias bas langsung ruangan tunggu lebih kecil. Maryam ikut dalam pertemuan. populer, tiba-tiba mengundurkan diri, bukan?” Sambas tertawa, seperti biasa. ”Kau tidak akan bilang kalau klien politikmu, kan­ ”Nah, Thomas, berita apa yang hendak kausampaikan?” Sam­ serius konvensi partai besar, calon presiden paling didat paling mencoba bergurau. bertanya ke pokok masalah. Wajahnya antusias bas langsung ruangan tunggu lebih kecil. Maryam ikut dalam pertemuan. populer, tiba-tiba mengundurkan diri, bukan?” Sambas tertawa, seperti biasa. ”Kau tidak akan bilang kalau klien politikmu, kan­ ”Nah, Thomas, berita apa yang hendak kausampaikan?” Sam­ mencoba bergurau. serius konvensi partai besar, calon presiden paling didat paling bertanya ke pokok masalah. Wajahnya antusias bas langsung seperti biasa. ”Kau tidak akan bilang kalau klien politikmu, kan­ populer, tiba-tiba mengundurkan diri, bukan?” Sambas tertawa, ”Nah, Thomas, berita apa yang hendak kausampaikan?” Sam­ mencoba bergurau. serius konvensi partai besar, calon presiden paling didat paling bertanya ke pokok masalah. Wajahnya antusias bas langsung populer, tiba-tiba mengundurkan diri, bukan?” Sambas tertawa, seperti biasa. ”Kau tidak akan bilang kalau klien politikmu, kan­ ”Nah, Thomas, berita apa yang hendak kausampaikan?” Sam­ mencoba bergurau. serius konvensi partai besar, calon presiden paling didat paling bertanya ke pokok masalah. Wajahnya antusias bas langsung populer, tiba-tiba mengundurkan diri, bukan?” Sambas tertawa, Undangan lain ikut tertawa. seperti biasa. ”Kau tidak akan bilang kalau klien politikmu, kan­ ”Nah, Thomas, berita apa yang hendak kausampaikan?” Sam­ mencoba bergurau. serius konvensi partai besar, calon presiden paling didat paling bertanya ke pokok masalah. Wajahnya antusias bas langsung populer, tiba-tiba mengundurkan diri, bukan?” Sambas tertawa, Undangan lain ikut tertawa. seperti biasa. ”Kau tidak akan bilang kalau klien politikmu, kan­ ”Nah, Thomas, berita apa yang hendak kausampaikan?” Sam­ mencoba bergurau. serius konvensi partai besar, calon presiden paling didat paling bertanya ke pokok masalah. Wajahnya antusias bas langsung Undangan lain ikut tertawa. populer, tiba-tiba mengundurkan diri, bukan?” Sambas tertawa, seperti biasa. ”Kau tidak akan bilang kalau klien politikmu, kan­ serius konvensi partai besar, calon presiden paling didat paling mencoba bergurau. bertanya ke pokok masalah. Wajahnya antusias bas langsung Undangan lain ikut tertawa. populer, tiba-tiba mengundurkan diri, bukan?” Sambas tertawa, seperti biasa. ”Kau tidak akan bilang kalau klien politikmu, kan­ mencoba bergurau. serius konvensi partai besar, calon presiden paling didat paling bertanya ke pokok masalah. Wajahnya antusias bas langsung Undangan lain ikut tertawa. populer, tiba-tiba mengundurkan diri, bukan?” Sambas tertawa, seperti biasa. ”Kau tidak akan bilang kalau klien politikmu, kan­ mencoba bergurau. Aku menggeleng perlahan, demi sopan santun ikut tertawa. serius konvensi partai besar, calon presiden paling didat paling bertanya ke pokok masalah. Wajahnya antusias bas langsung Undangan lain ikut tertawa. populer, tiba-tiba mengundurkan diri, bukan?” Sambas tertawa, seperti biasa. ”Kau tidak akan bilang kalau klien politikmu, kan­ mencoba bergurau. Aku menggeleng perlahan, demi sopan santun ikut tertawa. serius konvensi partai besar, calon presiden paling didat paling bertanya ke pokok masalah. Wajahnya antusias bas langsung Undangan lain ikut tertawa. populer, tiba-tiba mengundurkan diri, bukan?” Sambas tertawa, seperti biasa. ”Kau tidak akan bilang kalau klien politikmu, kan­ Aku menggeleng perlahan, demi sopan santun ikut tertawa. mencoba bergurau. serius konvensi partai besar, calon presiden paling didat paling populer, tiba-tiba mengundurkan diri, bukan?” Sambas tertawa, Undangan lain ikut tertawa. seperti biasa. ”Kau tidak akan bilang kalau klien politikmu, kan­ Aku menggeleng perlahan, demi sopan santun ikut tertawa. mencoba bergurau. serius konvensi partai besar, calon presiden paling didat paling Undangan lain ikut tertawa. populer, tiba-tiba mengundurkan diri, bukan?” Sambas tertawa, seperti biasa. ”Kau tidak akan bilang kalau klien politikmu, kan­ Aku menggeleng perlahan, demi sopan santun ikut tertawa. mencoba bergurau. serius konvensi partai besar, calon presiden paling didat paling Undangan lain ikut tertawa. Aku sedang mengambil tempo bicara, menyusun kalimat pem­ populer, tiba-tiba mengundurkan diri, bukan?” Sambas tertawa, seperti biasa. ”Kau tidak akan bilang kalau klien politikmu, kan­ Aku menggeleng perlahan, demi sopan santun ikut tertawa. mencoba bergurau. serius konvensi partai besar, calon presiden paling didat paling Undangan lain ikut tertawa. Aku sedang mengambil tempo bicara, menyusun kalimat pem­ populer, tiba-tiba mengundurkan diri, bukan?” Sambas tertawa, seperti biasa. ”Kau tidak akan bilang kalau klien politikmu, kan­ Aku menggeleng perlahan, demi sopan santun ikut tertawa. mencoba bergurau. serius konvensi partai besar, calon presiden paling didat paling Aku sedang mengambil tempo bicara, menyusun kalimat pem­ Undangan lain ikut tertawa. populer, tiba-tiba mengundurkan diri, bukan?” Sambas tertawa, mencoba bergurau. Aku menggeleng perlahan, demi sopan santun ikut tertawa. serius konvensi partai besar, calon presiden paling didat paling Aku sedang mengambil tempo bicara, menyusun kalimat pem­ Undangan lain ikut tertawa. populer, tiba-tiba mengundurkan diri, bukan?” Sambas tertawa, Aku menggeleng perlahan, demi sopan santun ikut tertawa. mencoba bergurau. serius konvensi partai besar, calon presiden paling didat paling Aku sedang mengambil tempo bicara, menyusun kalimat pem­ Undangan lain ikut tertawa. populer, tiba-tiba mengundurkan diri, bukan?” Sambas tertawa, Aku menggeleng perlahan, demi sopan santun ikut tertawa. buka. mencoba bergurau. serius konvensi partai besar, calon presiden paling didat paling Aku sedang mengambil tempo bicara, menyusun kalimat pem­ Undangan lain ikut tertawa. populer, tiba-tiba mengundurkan diri, bukan?” Sambas tertawa, Aku menggeleng perlahan, demi sopan santun ikut tertawa. buka. mencoba bergurau. serius konvensi partai besar, calon presiden paling didat paling Aku sedang mengambil tempo bicara, menyusun kalimat pem­ Undangan lain ikut tertawa. populer, tiba-tiba mengundurkan diri, bukan?” Sambas tertawa, buka. Aku menggeleng perlahan, demi sopan santun ikut tertawa. mencoba bergurau. Undangan lain ikut tertawa. Aku sedang mengambil tempo bicara, menyusun kalimat pem­ populer, tiba-tiba mengundurkan diri, bukan?” Sambas tertawa, buka. Aku menggeleng perlahan, demi sopan santun ikut tertawa. mencoba bergurau. Aku sedang mengambil tempo bicara, menyusun kalimat pem­ Undangan lain ikut tertawa. populer, tiba-tiba mengundurkan diri, bukan?” Sambas tertawa, buka. Aku menggeleng perlahan, demi sopan santun ikut tertawa. mencoba bergurau. Aku sedang mengambil tempopersis bicara, menyusun kalimat pem­ Sebenarnya aku tidak tahu apa yang harus kubicarakan. Undangan lain ikut tertawa. populer, tiba-tiba mengundurkan diri, bukan?” Sambas tertawa, buka. Aku menggeleng perlahan, demi sopan santun ikut tertawa. mencoba bergurau. Aku sedang mengambil tempo bicara, menyusun kalimat pem­ Sebenarnya aku tidak tahu persis apa yang harus kubicarakan. Undangan lain ikut tertawa. populer, tiba-tiba mengundurkan diri, bukan?” Sambas tertawa, buka. Aku menggeleng perlahan, demi sopan santun ikut tertawa. mencoba bergurau. Sebenarnya aku tidak tahu persis apa yang harus kubicarakan. Aku sedang mengambil tempo bicara, menyusun kalimat pem­ Undangan lain ikut tertawa. Aku menggeleng perlahan, demi sopan santun ikut tertawa. buka. mencoba bergurau. Sebenarnya aku tidak tahu persis apa yang harus kubicarakan. Aku sedang mengambil tempo bicara, menyusun kalimat pem­ Undangan lain ikut tertawa. buka. Aku menggeleng perlahan, demi sopan santun ikut tertawa. mencoba bergurau. Sebenarnya aku tidak tahu persis apa yang harus kubicarakan. Aku sedang mengambil tempo bicara, menyusun kalimat pem­ Undangan lain ikut tertawa. buka. Ini semua masih hipotesis, dugaan. Jika aku tidak hati-hati me­ Aku menggeleng perlahan, demi sopan santun ikut tertawa. mencoba bergurau. Sebenarnya aku tidak tahu persis apa yang harus kubicarakan. Aku sedang mengambil tempo bicara, menyusun kalimat pem­ Undangan lain ikut tertawa. buka. Ini semua masih hipotesis, dugaan. Jika aku tidak hati-hati me­ Aku menggeleng perlahan, demi sopan santun ikut tertawa. mencoba bergurau. Sebenarnya aku tidak tahu persis apa yang harus kubicarakan. Aku sedang mengambil tempo bicara, menyusun kalimat pem­ Undangan lain ikut tertawa. Ini semua masih hipotesis, dugaan. Jika aku tidak hati-hati me­ buka. Aku menggeleng perlahan, demi sopan santun ikut tertawa. Aku sedang mengambil tempo bicara, menyusun kalimat pem­ Sebenarnya aku tidak tahu persis apa yang harus kubicarakan. Undangan lain ikut tertawa. Ini semua masih hipotesis, dugaan. Jika aku tidak hati-hati me­ buka. Aku menggeleng perlahan, demi sopan santun ikut tertawa. Sebenarnya aku tidak tahu persis apa yang harus kubicarakan. Aku sedang mengambil tempo bicara, menyusun kalimat pem­ Undangan lain ikut tertawa. Ini semua masih hipotesis, dugaan. Jika aku tidak hati-hati me­ buka. Aku menggeleng perlahan, demi sopan santun ikut tertawa. Sebenarnya aku tidak tahu persis apa yang harus kubicarakan. nyampaikannya, pendapatku tinggal ocehan level warung kopi. Aku sedang mengambil tempo bicara, menyusun kalimat pem­ Undangan lain ikut tertawa. Ini semua masih hipotesis, dugaan. Jika aku tidak hati-hati me­ buka. Aku menggeleng perlahan, demi sopan santun ikut tertawa. Sebenarnya aku tidak tahu persis apa yang harus kubicarakan. nyampaikannya, pendapatku tinggal ocehan level warung kopi. Aku sedang mengambil tempo bicara, menyusun kalimat pem­ Undangan lain ikut tertawa. Ini semua masih hipotesis, dugaan. Jika aku tidak hati-hati me­ buka. Aku menggeleng perlahan, demi sopan santun ikut tertawa. nyampaikannya, pendapatku tinggal ocehan level warung kopi. Sebenarnya aku tidak tahu persis apa yang harus kubicarakan. Aku sedang mengambil tempo bicara, menyusun kalimat pem­ buka. Ini semua masih hipotesis, dugaan. Jika aku tidak hati-hati me­ Aku menggeleng perlahan, demi sopan santun ikut tertawa. nyampaikannya, pendapatku tinggal ocehan level warung kopi. Sebenarnya aku tidak tahu persis apa yang harus kubicarakan. Aku sedang mengambil tempo bicara, menyusun kalimat pem­ Ini semua masih hipotesis, dugaan. Jika aku tidak hati-hati me­ buka. Aku menggeleng perlahan, demi sopan santun ikut tertawa. nyampaikannya, pendapatku tinggal ocehan level warung kopi. Sebenarnya aku tidak tahu persis apa yang harus kubicarakan. Aku sedang mengambil tempo bicara, menyusun kalimat pem­ Ini semua masih hipotesis, dugaan. Jika aku tidak hati-hati me­ Tidak berharga, tidak penting. Bahkan bisa berimplikasi serius, buka. Aku menggeleng perlahan, demi sopan santun ikut tertawa. nyampaikannya, pendapatku tinggal ocehan level warung kopi. Sebenarnya aku tidak tahu persis apa yang harus kubicarakan. Aku sedang mengambil tempo bicara, menyusun kalimat pem­ Ini semua masih hipotesis, dugaan. Jika aku tidak hati-hati me­ Tidak berharga, tidak penting. Bahkan bisa berimplikasi serius, buka. Aku menggeleng perlahan, demi sopan santun ikut tertawa. nyampaikannya, pendapatku tinggal ocehan level warung kopi. Sebenarnya aku tidak tahu persis apa yang harus kubicarakan. Aku sedang mengambil tempo bicara, menyusun kalimat pem­ Tidak berharga, tidak penting. Bahkan bisa berimplikasi serius, Ini semua masih hipotesis, dugaan. Jika aku tidak hati-hati me­ buka. Sebenarnya aku tidak tahu persis apa yang harus kubicarakan. nyampaikannya, pendapatku tinggal ocehan level warung kopi. Aku sedang mengambil tempo bicara, menyusun kalimat pem­ Tidak berharga, tidak penting. Bahkan bisa berimplikasi serius, Ini semua masih hipotesis, dugaan. Jika aku tidak hati-hati me­ buka. nyampaikannya, pendapatku tinggal ocehan level warung kopi. Sebenarnya aku tidak tahu persis apa yang harus kubicarakan. Aku sedang mengambil tempo bicara, menyusun kalimat pem­ Tidak berharga, tidak penting. Bahkan bisa berimplikasi serius, Ini semua masih hipotesis, dugaan. Jika aku tidak hati-hati me­ buka. nyampaikannya, pendapatku tinggal ocehan level warung kopi. tuduhan tanpa bukti. Apa sebenarnya yang ingin kukatakan? Sebenarnya aku tidak tahu persis apa yang harus kubicarakan. Aku sedang mengambil tempo bicara, menyusun kalimat pem­ Tidak berharga, tidak penting. Bahkan bisa berimplikasi serius, Ini semua masih hipotesis, dugaan. Jika aku tidak hati-hati me­ buka. nyampaikannya, pendapatku tinggal ocehan level warung kopi. tuduhan tanpa bukti. Apa sebenarnya yang ingin kukatakan? Sebenarnya aku tidak tahu persis apa yang harus kubicarakan. Aku sedang mengambil tempo bicara, menyusun kalimat pem­ Tidak berharga, tidak penting. Bahkan bisa berimplikasi serius, Ini semua masih hipotesis, dugaan. Jika aku tidak hati-hati me­ buka. tuduhan tanpa bukti. Apa sebenarnya yang ingin kukatakan? nyampaikannya, pendapatku tinggal ocehan level warung kopi. Sebenarnya aku tidak tahu persis apa yang harus kubicarakan. Ini semua masih hipotesis, dugaan. Jika aku tidak hati-hati me­ Tidak berharga, tidak penting. Bahkan bisa berimplikasi serius, buka. tuduhan tanpa bukti. Apa sebenarnya yang ingin kukatakan? nyampaikannya, pendapatku tinggal ocehan level warung kopi. Sebenarnya aku tidak tahu persis apa yang harus kubicarakan. Tidak berharga, tidak penting. Bahkan bisa berimplikasi serius, Ini semua masih hipotesis, dugaan. Jika aku tidak hati-hati me­ buka. tuduhan tanpa bukti. Apa sebenarnya yang ingin kukatakan? nyampaikannya, pendapatku tinggal ocehan level warung kopi. Sebenarnya aku tidak tahu persis apa yang harus kubicarakan. Tidak berharga, tidak penting. Bahkan bisa berimplikasi serius, Ada ancaman serius terhadap klien politikku? Ada manuver licik Ini semua masih hipotesis, dugaan. Jika aku tidak hati-hati me­ buka. tuduhan tanpa bukti. Apa sebenarnya yang ingin kukatakan? nyampaikannya, pendapatku tinggal ocehan level warung kopi. Sebenarnya aku tidak tahu persis apa yang harus kubicarakan. Tidak berharga, tidak penting. Bahkan bisa berimplikasi serius, Ada ancaman serius terhadap klien politikku? Ada manuver licik Ini semua masih hipotesis, dugaan. Jika aku tidak hati-hati me­ buka. tuduhan tanpa bukti. Apa sebenarnya yang ingin kukatakan? nyampaikannya, pendapatku tinggal ocehan level warung kopi. Sebenarnya aku tidak tahu persis apa yang harus kubicarakan. Ada ancaman serius terhadap klien politikku? Ada manuver licik Tidak berharga, tidak penting. Bahkan bisa berimplikasi serius, Ini semua masih hipotesis, dugaan. Jika aku tidak hati-hati me­ nyampaikannya, pendapatku tinggal ocehan level warung kopi. tuduhan tanpa bukti. Apa sebenarnya yang ingin kukatakan? Sebenarnya aku tidak tahu persis apa yang harus kubicarakan. Ada ancaman serius terhadap klien politikku? Ada manuver licik Tidak berharga, tidak penting. Bahkan bisa berimplikasi serius, Ini semua masih hipotesis, dugaan. Jika aku tidak hati-hati me­ tuduhan tanpa bukti. Apa sebenarnya yang ingin kukatakan? nyampaikannya, pendapatku tinggal ocehan level warung kopi. Sebenarnya aku tidak tahu persis apa yang harus kubicarakan. Ada ancaman serius terhadap klien politikku? Ada manuver licik Tidak berharga, tidak penting. Bahkan bisa berimplikasi serius, Ini semua masih hipotesis, dugaan. Jika aku tidak hati-hati me­ tuduhan tanpa bukti. Apa sebenarnya yang ingin kukatakan? dari lawan politik kami? Itu menarik untuk jadi percakapan ri­ nyampaikannya, pendapatku tinggal ocehan level warung kopi. Sebenarnya aku tidak tahu persis apa yang harus kubicarakan. Ada ancaman serius terhadap klien politikku? Ada manuver licik Tidak berharga, tidak penting. Bahkan bisa berimplikasi serius, Ini semua masih hipotesis, dugaan. Jika aku tidak hati-hati me­ tuduhan tanpa bukti. Apa sebenarnya yang ingin kukatakan? dari lawan politik kami? Itu menarik untuk jadi percakapan ri­ nyampaikannya, pendapatku tinggal ocehan level warung kopi. Sebenarnya aku tidak tahu persis apa yang harus kubicarakan. Ada ancaman serius terhadap klien politikku? Ada manuver licik Tidak berharga, tidak penting. Bahkan bisa berimplikasi serius, Ini semua masih hipotesis, dugaan. Jika aku tidak hati-hati me­ dari lawan politik kami? Itu menarik untuk jadi percakapan ri­ tuduhan tanpa bukti. Apa sebenarnya yang ingin kukatakan? nyampaikannya, pendapatku tinggal ocehan level warung kopi. Tidak berharga, tidak penting. Bahkan bisa berimplikasi serius, Ada ancaman serius terhadap klien politikku? Ada manuver licik Ini semua masih hipotesis, dugaan. Jika aku tidak hati-hati me­ dari lawan politik kami? Itu menarik untuk jadi percakapan ri­ tuduhan tanpa bukti. Apa sebenarnya yang ingin kukatakan? nyampaikannya, pendapatku tinggal ocehan level warung kopi. Ada ancaman serius terhadap klien politikku? Ada manuver licik Tidak berharga, tidak penting. Bahkan bisa berimplikasi serius, Ini semua masih hipotesis, dugaan. Jika aku tidak hati-hati me­ dari lawan politik kami? Itudugaan. menarik untuk jadi percakapan ri­ tuduhan tanpa bukti. Apa sebenarnya yangberimplikasi ingin kukatakan? nyampaikannya, pendapatku tinggal ocehan level warung kopi. Ada ancaman serius terhadap klien politikku? Ada manuver licik Tidak berharga, tidak penting. Bahkan bisa serius, Ini semua masih hipotesis, Jika aku tidak hati-hati me­



fondasi berpikir yang kokoh, dan argumen yang tidak terbantah­ ”Kau tidak akan membuat kami terus menunggu penasaran pembaca dengan judul bombastis, tapi tanpa bukti memadai, konsumsi berita media yang memiliki reputasi. kan. Itu bukan ngan atau headline koran kuning, koran sampah yang menarik setengah mati kan, Thomas?” Najwa, wartawan dari televisi be­ fondasi berpikir yang kokoh, dan argumen yang tidak terbantah­ ”Kau tidak akan membuat kami terus menunggu penasaran pembaca dengan judul bombastis, tapi tanpa bukti memadai, konsumsi berita media yang memiliki reputasi. kan. Itu bukan ngan atau headline koran kuning, koran sampah yang menarik fondasi berpikir yang kokoh, dan argumen yang tidak terbantah­ ”Kau tidak akan membuat kami terus menunggu penasaran pembaca dengan judul bombastis, tapi tanpa bukti memadai, ngan atau headline koran kuning, koran sampah yang menarik konsumsi berita media yang memiliki reputasi. kan. Itu bukan setengah Thomas?” Najwa, wartawan dari televisi be­ mati kan, Thomas?” Najwa, wartawan dari televisi be­ fondasi berpikir yang kokoh, dan argumen yang tidak terbantah­ ”Kau tidak akan membuat kami terus menunggu penasaran pembaca dengan judul bombastis, tapi tanpa bukti memadai, ngan atau headline koran kuning, koran sampah yang menarik rita yang memiliki program talkshow sendiri menyela, tidak sa­ konsumsi berita media yang memiliki reputasi. kan. Itu bukan setengah mati kan, Thomas?” Najwa, wartawan dari televisi be­ fondasi berpikir yang kokoh, dan argumen yang tidak terbantah­ ”Kau tidak akan membuat kami terus menunggu penasaran pembaca dengan judul bombastis, tapi tanpa bukti memadai, rita yang memiliki program talkshow sendiri menyela, tidak sa­ konsumsi berita media yang memiliki reputasi. kan. Itu bukan setengah mati kan, Thomas?” Najwa, wartawan dari televisi fondasi berpikir yang kokoh, dan argumen yang tidak terbantah­ ”Kau tidak akan membuat kami terus menunggu penasaran pembaca dengan judul bombastis, tapi tanpa bukti memadai, rita yang memiliki program talkshow sendiri menyela, tidak be­ sa­ konsumsi berita media yang memiliki reputasi. kan. Ituberpikir bukan setengah mati kan, Thomas?” Najwa, wartawan dari televisi be­ fondasi yang kokoh, dan argumen yang tidak terbantah­ ”Kau tidak akan membuat kami terus menunggu penasaran pembaca dengan judul bombastis, tapi tanpa bukti memadai, konsumsi berita media yang memiliki reputasi. kan. Itu bukan setengah mati kan, Thomas?” Najwa, wartawan dari televisi be­ fondasi berpikir yang kokoh, dan argumen yang tidak terbantah­ pembaca dengan judul bombastis, tapi tanpa bukti memadai, ”Kau tidak akan membuat kami terus menunggu penasaran yang memiliki program talkshow sendiri menyela, tidak sa­ rita program talkshow sendiri menyela, tidak sa­ konsumsi berita media yang memiliki reputasi. kan. Itu bukan setengah mati kan, Thomas?” Najwa, wartawan dari televisi be­ fondasi berpikir yang kokoh, dan argumen yang tidak terbantah­ pembaca dengan judul bombastis, tapi tanpa bukti memadai, baran menungguku mulai bicara. ”Lihat, juru kameraku sudah ”Kau tidak akan membuat kami terus menunggu penasaran rita yang memiliki program talkshow sendiri menyela, tidak sa­ konsumsi berita media yang memiliki reputasi. kan. Itu bukan setengah mati kan, Thomas?” Najwa, wartawan dari televisi be­ fondasi berpikir yang kokoh, dan argumen yang tidak terbantah­ baran menungguku mulai bicara. ”Lihat, juru kameraku sudah ”Kau tidak akan membuat kami terus menunggu penasaran rita yang memiliki program talkshow sendiri menyela, tidak sa­ konsumsi berita media yang memiliki reputasi. kan. Itumenungguku bukan setengah mati kan, Thomas?” Najwa, wartawan dari televisi televisi be­ fondasi berpikir yang kokoh, dan argumen yang tidak terbantah­ baran mulai bicara. ”Lihat, juru kameraku sudah ”Kau tidak akan membuat kami terus menunggu penasaran rita yang memiliki program talkshow sendiri menyela, tidak sa­ konsumsi berita media yang memiliki reputasi. kan. Itu bukan setengah mati kan, Thomas?” Najwa, wartawan dari be­ fondasi berpikir yang kokoh, dan argumen yang tidak terbantah­ ”Kau tidak akan membuat kami terus menunggu penasaran rita yang memiliki program talkshow sendiri menyela, tidak sa­ konsumsi berita media yang memiliki reputasi. kan. Itu bukan fondasi berpikir yang kokoh, dan argumen yang tidak terbantah­ setengah mati kan, Thomas?” Najwa, wartawan dari televisi be­ menungguku mulai bicara. ”Lihat, juru kameraku sudah baran mulai bicara. ”Lihat, juru kameraku sudah ”Kau tidak akan membuat kami terus menunggu penasaran rita yang memiliki program talkshow sendiri menyela, tidak sa­ konsumsi berita media yang memiliki reputasi. kan. Itu bukan fondasi berpikir yang kokoh, dan argumen yang tidak terbantah­ kering bibirnya, menunggu kau bicara. Sebentar lagi dia akan setengah mati kan, Thomas?” Najwa, wartawan dari televisi be­ baran menungguku mulai bicara. ”Lihat, juru kameraku sudah ”Kau tidak akan membuat kami terus menunggu penasaran rita yang memiliki program talkshow sendiri menyela, tidak sa­ konsumsi berita media yang memiliki reputasi. kan. Itu bukan kering bibirnya, menunggu kau bicara. Sebentar lagi dia akan setengah mati kan, Thomas?” Najwa, wartawan dari televisi be­ baran menungguku mulai bicara. ”Lihat, juru kameraku sudah ”Kau tidak akan membuat kami terus menunggu penasaran rita yang memiliki program talkshow sendiri menyela, tidak sa­ konsumsi berita media yang memiliki reputasi. kan. Itu bukan kering bibirnya, menunggu kau bicara. Sebentar lagi dia akan setengah mati kan, Thomas?” Najwa, wartawan dari televisi be­ baran menungguku mulai bicara. ”Lihat, juru kameraku sudah ”Kau tidak akan membuat kami terus menunggu penasaran rita yang memiliki program talkshow sendiri menyela, tidak sa­ konsumsi berita media yang memiliki reputasi. kan. Itu bukan setengah mati kan, Thomas?” Najwa, wartawan dari televisi be­ baran menungguku mulai bicara. ”Lihat, juru kameraku sudah ”Kau tidak akan membuat kami terus menunggu penasaran konsumsi berita media yang memiliki reputasi. kan. Itu bukan bibirnya, menunggu kau bicara. Sebentar lagi dia akan rita yang memiliki program talkshow sendiri menyela, tidak sa­ kering menunggu kau bicara. Sebentar lagi dia akan setengah mati kan, Thomas?” Najwa, wartawan dari televisi be­ baran menungguku mulai bicara. ”Lihat, juru kameraku sudah ”Kau tidak akan membuat kami terus menunggu penasaran konsumsi berita media yang memiliki reputasi. kan. Itu bukan meletakkan kamera di atas meja.” rita yang memiliki program talkshow sendiri menyela, tidak sa­ kering bibirnya, menunggu kau bicara. Sebentar lagi dia akan setengah mati kan, Thomas?” Najwa, wartawan dari televisi be­ baran menungguku mulai bicara. ”Lihat, juru kameraku sudah ”Kau tidak akan membuat kami terus menunggu penasaran meletakkan kamera di atas meja.” rita yang memiliki program talkshow sendiri menyela, tidak sa­ kering bibirnya, menunggu kau bicara. Sebentar lagitelevisi diasudah akan setengah mati kan, Thomas?” Najwa, wartawan dari televisi be­ baran menungguku mulai bicara. ”Lihat, juru kameraku sudah ”Kau tidak akan membuat kami terus menunggu penasaran meletakkan kamera di atas meja.” rita yang memiliki program talkshow sendiri menyela, tidak sa­ kering bibirnya, menunggu kau bicara. Sebentar lagi dia akan setengah mati kan, Thomas?” Najwa, wartawan dari be­ baran menungguku mulai bicara. ”Lihat, juru kameraku ”Kau tidak akan membuat kami terus menunggu penasaran rita yang memiliki program talkshow sendiri menyela, tidak sa­ kering bibirnya, menunggu kau bicara. Sebentar lagi dia akan setengah mati kan, Thomas?” Najwa, wartawan dari televisi be­ ”Kau tidak akan membuat kami terus menunggu penasaran meletakkan kamera di atas meja.” baran menungguku mulai bicara. ”Lihat, juru kameraku sudah atas meja.” rita yang memiliki program talkshow sendiri menyela, tidak sa­ kering bibirnya, menunggu kau bicara. Sebentar lagi dia akan setengah mati kan, Thomas?” Najwa, wartawan dari televisi be­ ”Kau tidak akan membuat kami terus menunggu penasaran Ruangan itu ramai lagi oleh tawa. baran menungguku mulai bicara. ”Lihat, juru kameraku sudah meletakkan kamera di atas meja.” rita yang memiliki program talkshow sendiri menyela, tidak sa­ kering bibirnya, menunggu kau bicara. Sebentar lagi dia akan setengah mati kan, Thomas?” Najwa, wartawan dari televisi be­ Ruangan itu ramai lagi oleh tawa. baran menungguku mulai bicara. ”Lihat, juru kameraku sudah meletakkan kamera di atas meja.” rita yang memiliki program talkshow sendiri menyela, tidak sa­ kering bibirnya, menunggu kau bicara. Sebentar lagi dia akan setengah mati kan, Thomas?” Najwa, wartawan dari televisi be­ Ruangan itu ramai lagi oleh tawa. baran menungguku mulai bicara. ”Lihat, juru kameraku sudah meletakkan kamera di atas meja.” rita yang memiliki program talkshow sendiri menyela, tidak sa­ kering bibirnya, menunggu kau bicara. Sebentar lagi dia akan setengah mati kan, Thomas?” Najwa, wartawan dari televisi be­ baran menungguku mulai bicara. ”Lihat, juru kameraku sudah meletakkan kamera di atas meja.” rita yang memiliki program talkshow sendiri menyela, tidak sa­ setengah mati kan, Thomas?” Najwa, wartawan dari televisi be­ Ruangan itu ramai lagi oleh tawa. kering bibirnya, menunggu kau bicara. Sebentar lagi dia akan lagi oleh tawa. baran menungguku mulai bicara. ”Lihat, juru kameraku sudah meletakkan kamera di atas meja.” rita yang memiliki program talkshow sendiri menyela, tidak sa­ setengah mati kan, Thomas?” Najwa, wartawan dari televisi be­ Aku ikut tertawa, mengangguk, baiklah. Ini pembicaraan pen­ kering bibirnya, menunggu kau bicara. Sebentar lagi dia akan Ruangan itu ramai lagi oleh tawa. baran menungguku mulai bicara. ”Lihat, juru kameraku sudah meletakkan kamera di atas meja.” rita yang memiliki program talkshow sendiri menyela, tidak sa­ Aku ikut tertawa, mengangguk, baiklah. Ini pembicaraan pen­ kering bibirnya, menunggu kau bicara. Sebentar lagi dia akan Ruangan itu ramai lagi oleh tawa. baran menungguku mulai bicara. ”Lihat, juru kameraku sudah meletakkan kamera di atasoleh meja.” rita yang memiliki program talkshow sendiri menyela, tidak sa­ Aku ikut tertawa, mengangguk, baiklah. Ini pembicaraan pen­ kering bibirnya, menunggu kau bicara. Sebentar lagi dia akan Ruangan itu ramai lagi tawa. baran menungguku mulai bicara. ”Lihat, juru kameraku sudah meletakkan kamera di atas meja.” rita yang memiliki program talkshow sendiri menyela, tidak sa­ kering bibirnya, menunggu kau bicara. Sebentar lagi dia akan Ruangan itu ramai lagi oleh tawa. baran menungguku mulai bicara. ”Lihat, juru kameraku sudah rita yang memiliki program talkshow sendiri menyela, tidak sa­ Aku ikut tertawa, mengangguk, baiklah. Ini pembicaraan pen­ meletakkan kamera di atas meja.” mengangguk, baiklah. Ini pembicaraan pen­ kering bibirnya, menunggu kau bicara. Sebentar lagi dia akan Ruangan itu ramai lagi oleh tawa. baran menungguku mulai bicara. ”Lihat, juru kameraku sudah rita yang memiliki program talkshow sendiri menyela, tidak sa­ ting, maka sudah saatnya aku menggunakan seluruh kemampuan meletakkan kamera di atas meja.” Aku ikut tertawa, mengangguk, baiklah. Ini pembicaraan pen­ kering bibirnya, menunggu kau bicara. Sebentar lagi dia akan Ruangan itu ramai lagi oleh tawa. baran menungguku mulai bicara. ”Lihat, juru kameraku sudah ting, maka sudah saatnya aku menggunakan seluruh kemampuan meletakkan kamera di atas meja.” Aku ikut tertawa, mengangguk, baiklah. Ini pembicaraan pen­ kering bibirnya, menunggu kau bicara. Sebentar lagi dia akan Ruangan itu ramai lagi oleh tawa. baran menungguku mulai bicara. ”Lihat, juru kameraku sudah ting, maka sudah saatnya aku menggunakan seluruh kemampuan meletakkan kamera di atas meja.” Aku ikut tertawa, mengangguk, baiklah. Ini pembicaraan pen­ kering bibirnya, menunggu kau bicara. Sebentar lagi dia akan Ruangan itu ramai lagi oleh tawa. baran menungguku mulai bicara. ”Lihat, juru kameraku sudah meletakkan kamera di atas meja.” Aku ikut tertawa, mengangguk, baiklah. Ini pembicaraan pen­ kering bibirnya, menunggu kau bicara. Sebentar lagi dia akan baran menungguku mulai bicara. ”Lihat, juru kameraku sudah maka sudah saatnya aku menggunakan seluruh kemampuan Ruangan itu ramai lagi oleh tawa. ting, saatnya aku menggunakan seluruh kemampuan meletakkan kamera di atas meja.” Aku ikut tertawa, mengangguk, baiklah. Ini pembicaraan pen­ kering bibirnya, menunggu kau bicara. Sebentar lagi dia akan baran menungguku mulai bicara. ”Lihat, juru kameraku sudah memengaruhi orang. Tapi sebelum aku membuka mulut, Ruangan itu ramai lagi oleh tawa. ting, maka saatnya aku menggunakan seluruh kemampuan meletakkan kamera di atas meja.” Aku ikut tertawa, mengangguk, baiklah. Ini pembicaraan pen­ kering bibirnya, menunggu kau bicara. Sebentar lagi dia akan memengaruhi orang. Tapi sebelum aku membuka mulut, Ruangan itu ramai lagi oleh tawa. ting, maka sudah saatnya aku menggunakan seluruh kemampuan meletakkan kamera di atas meja.” Aku ikutsudah tertawa, mengangguk, baiklah. Ini pembicaraan pen­ kering bibirnya, menunggu kau bicara. Sebentar lagi dia akan memengaruhi orang. Tapi sebelum aku membuka mulut, Ruangan itu ramai lagi oleh tawa. ting, maka sudah saatnya aku menggunakan seluruh kemampuan meletakkan kamera di atas meja.” Aku ikut tertawa, mengangguk, baiklah. Ini pembicaraan pen­ kering bibirnya, menunggu kau bicara. Sebentar lagi dia akan Ruangan itu ramai lagi oleh tawa. ting, maka sudah saatnya aku menggunakan seluruh kemampuan meletakkan kamera di atas meja.” kering bibirnya, menunggu kau bicara. Sebentar lagi dia akan memengaruhi orang. Tapi sebelum aku membuka mulut, Aku ikut tertawa, mengangguk, baiklah. Ini pembicaraan pen­ Tapi sebelum aku membuka mulut, Ruangan itu ramai lagi oleh tawa. ting, maka sudah saatnya aku menggunakan seluruh kemampuan meletakkan kamera di atas meja.” kering bibirnya, menunggu kau bicara. Sebentar lagi dia akan Maryam tiba-tiba menyentuh lenganku, berbisik. Aku ikut tertawa, mengangguk, baiklah. Ini pembicaraan pen­ memengaruhi orang. Tapi sebelum aku membuka mulut, Ruangan itu ramai lagi oleh tawa. ting, maka sudah saatnya aku menggunakan seluruh kemampuan meletakkan kamera di atas meja.” Maryam tiba-tiba menyentuh lenganku, berbisik. Aku ikut tertawa, mengangguk, baiklah. Ini pembicaraan pen­ memengaruhi orang. Tapi sebelum aku membuka mulut, Ruangan itu ramai lagi oleh tawa. ting, maka sudah saatnya aku menggunakan seluruh kemampuan meletakkan kamera di atas meja.” Maryam tiba-tiba menyentuh lenganku, berbisik. Aku ikut tertawa, mengangguk, baiklah. Ini pembicaraan pen­ memengaruhi orang. Tapi sebelum aku membuka mulut, Ruangan itu ramai lagi oleh tawa. ting, maka sudah saatnya aku menggunakan seluruh kemampuan meletakkan kamera di atas meja.” Aku ikut tertawa, mengangguk, baiklah. Ini pembicaraan pen­ memengaruhi orang. Tapi sebelum aku membuka mulut, Ruangan itu ramai lagi oleh tawa. meletakkan kamera di atas meja.” tiba-tiba menyentuh lenganku, berbisik. ting, maka sudah saatnya aku menggunakan seluruh kemampuan Maryam menyentuh lenganku, berbisik. Aku ikut tertawa, mengangguk, baiklah. Ini pembicaraan pen­ memengaruhi orang. Tapi sebelum aku membuka mulut, Ruangan itu ramai lagi oleh tawa. meletakkan kamera di atas meja.” ”Kau tidak bergurau?” aku bertanya, memastikan, membuat ting, maka sudah saatnya aku menggunakan seluruh kemampuan Maryam tiba-tiba menyentuh lenganku, berbisik. Aku ikut tertawa, mengangguk, baiklah. Ini pembicaraan pen­ memengaruhi orang. Tapi sebelum aku membuka mulut, Ruangan itu ramai lagi oleh tawa. ”Kau tidak bergurau?” aku bertanya, memastikan, membuat ting, maka sudah saatnya aku menggunakan seluruh kemampuan Maryam tiba-tiba menyentuh lenganku, berbisik. Aku ikut tertawa, mengangguk, baiklah. Ini pembicaraan pen­ memengaruhi orang. Tapi sebelum aku membuka mulut, Ruangan itu ramai lagi oleh tawa. ”Kau tidak bergurau?” aku bertanya, memastikan, membuat ting, maka sudah saatnya aku menggunakan seluruh kemampuan Maryam tiba-tiba menyentuh lenganku, berbisik. Aku ikut tertawa, mengangguk, baiklah. Ini pembicaraan pen­ memengaruhi orang. Tapi sebelum aku membuka mulut, Ruangan itu ramai lagi oleh tawa. ting, maka sudah saatnya aku menggunakan seluruh kemampuan Maryam tiba-tiba menyentuh lenganku, berbisik. Aku ikut tertawa, mengangguk, baiklah. Ini pembicaraan pen­ ”Kau tidak bergurau?” aku bertanya, memastikan, membuat Ruangan itu ramai lagi oleh tawa. memengaruhi orang. Tapi sebelum aku membuka mulut, bergurau?” aku bertanya, memastikan, membuat ting, maka sudah saatnya aku menggunakan seluruh kemampuan Maryam tiba-tiba menyentuh lenganku, berbisik. Aku ikut tertawa, mengangguk, baiklah. Ini pembicaraan pen­ Ruangan itu ramai lagi oleh tawa. peserta pertemuan menatap bingung, penasaran, apa yang se­ memengaruhi orang. Tapi sebelum aku membuka mulut, ”Kau tidak bergurau?” aku bertanya, memastikan, membuat ting, maka sudah saatnya aku menggunakan seluruh kemampuan Maryam tiba-tiba menyentuh lenganku, berbisik. Aku ikut tertawa, mengangguk, baiklah. Ini pembicaraan pen­ peserta pertemuan menatap bingung, penasaran, apa yang se­ memengaruhi orang. Tapi sebelum aku membuka mulut, ”Kau tidak bergurau?” aku bertanya, memastikan, membuat ting, maka sudah saatnya aku menggunakan seluruh kemampuan Maryam tiba-tiba menyentuh lenganku, berbisik. Aku ikut tertawa, mengangguk, baiklah. Ini pembicaraan pen­ peserta pertemuan menatap bingung, penasaran, apa yang se­ memengaruhi orang. Tapi sebelum aku membuka mulut, ”Kau tidak bergurau?” aku bertanya, memastikan, membuat ting, maka sudah saatnya aku menggunakan seluruh kemampuan Maryam tiba-tiba menyentuh lenganku, berbisik. Aku ikut tertawa, mengangguk, baiklah. Ini pembicaraan pen­ memengaruhi orang. Tapi sebelum aku membuka mulut, ”Kau tidak bergurau?” aku bertanya, memastikan, membuat ting, maka sudah saatnya aku menggunakan seluruh kemampuan pertemuan menatap bingung, penasaran, apa yang se­ Aku ikut tertawa, mengangguk, baiklah. Ini pembicaraan pen­ Maryam tiba-tiba menyentuh lenganku, berbisik. peserta menatap bingung, penasaran, apa yang se­ memengaruhi orang. Tapi sebelum aku membuka mulut, ”Kau tidak bergurau?” aku bertanya, memastikan, membuat ting, maka sudah saatnya aku menggunakan seluruh kemampuan Aku ikut tertawa, mengangguk, baiklah. Ini pembicaraan pen­ benarnya sedang terjadi? Maryam menunjukkan layar telepon Maryam tiba-tiba menyentuh lenganku, berbisik. peserta pertemuan menatap bingung, penasaran, apa yang se­ memengaruhi orang. Tapi sebelum aku membuka mulut, ”Kau tidak bergurau?” aku bertanya, memastikan, membuat ting, maka sudah saatnya aku menggunakan seluruh kemampuan benarnya sedang terjadi? Maryam menunjukkan layar telepon Maryam tiba-tiba menyentuh lenganku, berbisik. peserta pertemuan menatap bingung, penasaran, apa yang se­ memengaruhi orang. Tapi sebelum aku membuka mulut, ”Kau tidak bergurau?” aku bertanya, memastikan, membuat ting, maka sudah saatnya aku menggunakan seluruh kemampuan benarnya sedang terjadi? Maryam menunjukkan layar telepon Maryam tiba-tiba menyentuh lenganku, berbisik. peserta pertemuan menatap bingung, penasaran, apa yang se­ memengaruhi orang. Tapi sebelum aku membuka mulut, ”Kau tidak bergurau?” aku bertanya, memastikan, membuat ting, maka sudah saatnya aku menggunakan seluruh kemampuan Maryam tiba-tiba menyentuh lenganku, berbisik. peserta pertemuan menatap bingung, penasaran, apa yang se­ memengaruhi orang. Tapi sebelum aku membuka mulut, sedang terjadi? Maryam menunjukkan layar telepon ting, maka sudah saatnya aku menggunakan seluruh kemampuan ”Kau tidak bergurau?” aku bertanya, memastikan, membuat benarnya terjadi? Maryam menunjukkan layar telepon Maryam tiba-tiba menyentuh lenganku, berbisik. peserta pertemuan menatap bingung, penasaran, apa yang se­ memengaruhi orang. Tapi sebelum aku membuka mulut, ting, maka sudah saatnya aku menggunakan seluruh kemampuan genggam, memperlihatkan sebuah pesan singkat berisi dua po­ ”Kau tidak bergurau?” aku bertanya, memastikan, membuat benarnya sedang terjadi? Maryam menunjukkan layar telepon Maryam tiba-tiba menyentuh lenganku, berbisik. peserta pertemuan menatap bingung, penasaran, apa yang se­ memengaruhi orang. Tapi sebelum aku membuka mulut, genggam, memperlihatkan sebuah pesan singkat berisi dua po­ ”Kau tidak bergurau?” aku bertanya, memastikan, membuat benarnya sedang terjadi? Maryam menunjukkan layar telepon Maryam tiba-tiba menyentuh lenganku, berbisik. peserta pertemuan menatap bingung, penasaran, apa yang se­ memengaruhi orang. Tapi sebelum aku membuka mulut, genggam, memperlihatkan sebuah pesan singkat berisi dua po­ ”Kau tidak bergurau?” aku bertanya, memastikan, membuat benarnya sedang terjadi? Maryam menunjukkan layar telepon Maryam tiba-tiba menyentuh lenganku, berbisik. peserta pertemuan menatap bingung, penasaran, apa yang se­ memengaruhi orang. Tapi sebelum aku membuka mulut, ”Kau tidak bergurau?” aku bertanya, memastikan, membuat benarnya sedang terjadi? Maryam menunjukkan layar telepon Maryam tiba-tiba menyentuh lenganku, berbisik. genggam, memperlihatkan sebuah pesan singkat berisi dua po­ memengaruhi orang. Tapi sebelum aku membuka mulut, peserta pertemuan menatap bingung, penasaran, apa yang se­ genggam, memperlihatkan sebuah pesan singkat berisi dua po­ ”Kau tidak bergurau?” aku bertanya, memastikan, membuat benarnya sedang terjadi? Maryam menunjukkan layar telepon Maryam tiba-tiba menyentuh lenganku, berbisik. memengaruhi orang. Tapi sebelum aku membuka mulut, tong kalimat yang baru saja dia terima. peserta pertemuan menatap bingung, penasaran, apa yang se­ genggam, memperlihatkan sebuah pesan singkat berisi dua po­ ”Kau tidak bergurau?” aku bertanya, memastikan, membuat benarnya sedang terjadi? Maryam menunjukkan layar telepon Maryam tiba-tiba menyentuh lenganku, berbisik. tong kalimat yang baru saja dia terima. peserta pertemuan menatap bingung, penasaran, apa yang se­ genggam, memperlihatkan sebuah pesan singkat berisi dua po­ ”Kau tidak bergurau?” aku bertanya, memastikan, membuat benarnya sedang terjadi? Maryam menunjukkan layar telepon Maryam tiba-tiba menyentuh lenganku, berbisik. tong kalimat yang baru saja dia terima. peserta pertemuan menatap bingung, penasaran, apa yang se­ genggam, memperlihatkan sebuah pesan singkat berisi dua po­ ”Kau tidak bergurau?” aku bertanya, memastikan, membuat benarnya sedang terjadi? Maryam menunjukkan layar telepon Maryam tiba-tiba menyentuh lenganku, berbisik. peserta pertemuan menatap bingung, penasaran, apa yang se­ genggam, memperlihatkan sebuah pesan singkat berisi dua po­ ”Kau tidak bergurau?” aku bertanya, memastikan, membuat tong kalimat yang baru saja dia terima. Maryam tiba-tiba menyentuh lenganku, berbisik. benarnya sedang terjadi? Maryam menunjukkan layar telepon tong kalimat yang baru saja dia terima. peserta pertemuan menatap bingung, penasaran, apa yang se­ genggam, memperlihatkan sebuah pesan singkat berisi dua po­ ”Kau tidak bergurau?” aku bertanya, memastikan, membuat Maryam tiba-tiba menyentuh lenganku, berbisik. ”Remote?” Demi membaca dua kali SMS itu, aku segera ber­ benarnya sedang terjadi? Maryam menunjukkan layar telepon tong kalimat yang baru saja dia terima. peserta pertemuan menatap bingung, penasaran, apa yang se­ genggam, memperlihatkan sebuah pesan singkat berisi dua po­ ”Kau tidak bergurau?” aku bertanya, memastikan, membuat ”Remote?” Demi membaca dua kali SMS itu, aku segera ber­ benarnya sedang terjadi? Maryam menunjukkan layar telepon tong kalimat yang baru saja dia terima. peserta pertemuan menatap bingung, penasaran, apa yang se­ genggam, memperlihatkan sebuah pesan singkat berisi dua po­ ”Kau tidak bergurau?” aku bertanya, memastikan, membuat ”Remote?” Demi membaca dua kali SMS itu, aku segera ber­ benarnya sedang terjadi? Maryam menunjukkan layar telepon tong kalimat yang baru saja dia terima. peserta pertemuan menatap bingung, penasaran, apa yang se­ genggam, memperlihatkan sebuah pesan singkat berisi dua po­ ”Kau tidak bergurau?” aku bertanya, memastikan, membuat benarnya sedang terjadi? Maryam menunjukkan layar telepon tong kalimat yang baru saja dia terima. ”Remote?” Demi membaca dua kali SMS itu, aku segera ber­ peserta pertemuan menatap bingung, penasaran, apa yang se­ ”Kau tidak bergurau?” aku bertanya, memastikan, membuat genggam, memperlihatkan sebuah pesan singkat berisi dua po­ ”Remote?” Demi membaca dua kali SMS itu, aku segera ber­ benarnya sedang terjadi? Maryam menunjukkan layar telepon tong kalimat yang baru saja dia terima. peserta pertemuan menatap bingung, penasaran, apa yang se­ ”Kau tidak bergurau?” aku bertanya, memastikan, membuat diri. ”Di mana remote televisi?” genggam, memperlihatkan sebuah pesan singkat berisi dua po­ ”Remote?” Demi membaca dua kali SMS itu, aku segera ber­ benarnya sedang terjadi? Maryam menunjukkan layar telepon tong kalimat yang baru saja dia terima. peserta pertemuan menatap bingung, penasaran, apa yang se­ diri. ”Di mana remote televisi?” genggam, memperlihatkan sebuah pesan singkat berisi dua po­ ”Remote?” Demi membaca dua kali SMS itu, aku segera ber­ benarnya sedang terjadi? Maryam menunjukkan layar telepon tong kalimat yang baru saja dia terima. peserta pertemuan menatap bingung, penasaran, apa yang se­ diri. ”Di mana remote televisi?” genggam, memperlihatkan sebuah pesan singkat berisi dua po­ ”Remote?” Demi membaca dua kali SMS itu, aku segera ber­ benarnya sedang terjadi? Maryam menunjukkan layar telepon tong kalimat yang baru saja dia terima. peserta pertemuan menatap bingung, penasaran, apa yang se­ genggam, memperlihatkan sebuah pesan singkat berisi dua po­ diri. ”Di mana remote televisi?” ”Remote?” Demi membaca dua kali SMS itu, aku segera ber­ benarnya sedang terjadi? Maryam menunjukkan layar telepon peserta pertemuan menatap bingung, penasaran, apa yang se­ tong kalimat yang baru saja dia terima. diri. ”Di mana remote televisi?” genggam, memperlihatkan sebuah pesan singkat berisi dua po­ ”Remote?” Demi membaca dua kali SMS itu, aku segera ber­ benarnya sedang terjadi? Maryam menunjukkan layar telepon peserta pertemuan menatap bingung, penasaran, apa yang se­ ”Ada apa, Thomas?” Sambas bertanya. tong kalimat yang baru saja dia terima. diri. ”Di mana remote televisi?” genggam, memperlihatkan sebuah pesan singkat berisi dua po­ ”Remote?” Demi membaca dua kali SMS itu, aku segera ber­ benarnya sedang terjadi? Maryam menunjukkan layar telepon ”Ada apa, Thomas?” Sambas bertanya. tong kalimat yang baru saja dia terima. diri. ”Di mana remote televisi?” genggam, memperlihatkan sebuah pesan singkat berisi dua po­ ”Remote?” Demi membaca dua kali SMS itu, aku segera ber­ benarnya sedang terjadi? Maryam menunjukkan layar telepon ”Ada apa, Thomas?” Sambas bertanya. tong kalimat yang baru saja dia terima. diri. ”Di mana remote televisi?” genggam, memperlihatkan sebuah pesan singkat berisi dua po­ ”Remote?” Demi membaca dua kali SMS itu, aku segera ber­ benarnya sedang terjadi? Maryam menunjukkan layar telepon tong kalimat yang baru saja dia terima. ”Ada apa, Thomas?” Sambas bertanya. diri. ”Di mana remote televisi?” genggam, memperlihatkan sebuah pesan singkat berisi dua po­ benarnya sedang terjadi? Maryam menunjukkan layar telepon ”Remote?” Demi membaca dua kali SMS itu, aku segera ber­ ”Ada apa, Thomas?” Sambas bertanya. tong kalimat yang baru saja dia terima. diri. ”Di mana remote televisi?” genggam, memperlihatkan sebuah pesan singkat berisi dua po­ benarnya sedang terjadi? Maryam menunjukkan layar telepon ”Nyalakan segera televisi.” Aku menunjuk televisi besar yang ”Remote?” Demi membaca dua kali SMS itu, aku segera ber­ ”Ada apa, Thomas?” Sambas bertanya. tong kalimat yang baru sajasebuah dia terima. diri. ”Di mana remote televisi?” genggam, memperlihatkan pesan singkat berisi dua po­ ”Nyalakan segera televisi.” Aku menunjuk televisi besar yang ”Remote?” Demi membaca dua kali SMS itu, aku segera ber­ ”Ada apa, Thomas?” Sambas bertanya. tong kalimat yang baru saja dia terima. diri. ”Di mana remote televisi?” genggam, memperlihatkan sebuah pesan singkat berisi dua po­ ”Nyalakan segera televisi.” Aku menunjuk televisi besar yang ”Remote?” Demi membaca dua kali SMS itu, aku segera ber­ ”Ada apa, Thomas?” Sambas bertanya. tong kalimat yang baru saja dia terima. diri. ”Di mana remote televisi?” genggam, memperlihatkan sebuah pesan singkat berisi dua po­ ”Nyalakan segera televisi.” Aku menunjuk televisi besar yang ”Remote?” Demi membaca dua kali SMS itu, aku segera ber­ ”Ada apa, Thomas?” Sambas bertanya. tong kalimat yang baru saja dia terima. genggam, memperlihatkan sebuah pesan singkat berisi dua po­ diri. ”Di mana remote televisi?” ”Nyalakan segera televisi.” Aku menunjuk televisi besar yang ”Remote?” Demi membaca dua kali SMS itu, aku segera ber­ ”Ada apa, Thomas?” Sambas bertanya. tong kalimat yang baru saja dia terima. genggam, memperlihatkan sebuah pesan singkat berisi dua po­ ada di ruangan tunggu tersebut, berusaha memeriksa meja, men­ diri. ”Di mana remote televisi?” ”Nyalakan segera televisi.” Aku menunjuk televisi besar yang ”Remote?” Demi membaca dua kali SMS itu, aku segera ber­ ”Ada apa, Thomas?” Sambas bertanya. tong kalimat yang baru saja dia terima. ada di ruangan tunggu tersebut, berusaha memeriksa meja, men­ diri. ”Di mana remote televisi?” ”Nyalakan segera televisi.” Aku menunjuk televisi besar yang ”Remote?” Demi membaca dua kali SMS itu, aku segera ber­ ”Ada apa, Thomas?” Sambas bertanya. tong kalimat yang baru saja dia terima. ada di ruangan tunggu tersebut, berusaha memeriksa meja, men­ diri. ”Di mana remote televisi?” ”Nyalakan segera televisi.” Aku menunjuk televisi besar yang ”Remote?” Demi membaca dua kali SMS itu, aku segera ber­ ”Ada apa, Thomas?” Sambas bertanya. tong kalimat yang baru saja dia terima. ada di ruangan tunggu tersebut, berusaha memeriksa meja, men­ diri. ”Di mana remote televisi?” ”Nyalakan segera televisi.” Aku menunjuk televisi besar yang ”Remote?” Demi membaca dua kali SMS itu, aku segera ber­ tong kalimat yang baru saja dia terima. ”Ada apa, Thomas?” Sambas bertanya. ada di ruangan tunggu tersebut, berusaha memeriksa meja, men­ diri. ”Di mana remote televisi?” ”Nyalakan segera televisi.” Aku menunjuk televisi besar yang ”Remote?” Demi membaca dua kali SMS itu, aku segera ber­ tong kalimat yang baru saja dia terima. cari remote televisi. ”Ada apa, Thomas?” Sambas bertanya. ada di ruangan tunggu tersebut, berusaha memeriksa meja, men­ diri. ”Di mana remote televisi?” ”Nyalakan segera televisi.” Aku menunjuk televisi besar men­ yang ”Remote?” Demi membaca dua kali SMS itu, aku meja, segera ber­ cari remote televisi. ”Ada apa, Thomas?” Sambas bertanya. ada di ruangan tunggu tersebut, berusaha memeriksa diri. ”Di mana remote televisi?” segera televisi.” Aku menunjuk televisi besar yang ”Remote?” Demi membaca dua kali SMS itu, aku segera ber­ cari remote televisi. ”Ada apa, Thomas?” Sambas bertanya. ada di ruangan tunggu tersebut, berusaha memeriksa meja, men­ diri. ”Di mana remote televisi?” ”Nyalakan segera televisi.” Aku menunjuk televisi besar yang ”Remote?” Demi membaca dua kali SMS itu, aku segera ber­ cari”Nyalakan remote televisi. ”Ada apa, Thomas?” Sambas bertanya. ada di ruangan tunggu tersebut, berusaha memeriksa meja, men­ diri. ”Di mana remote televisi?” ”Remote?” Demi membaca dua kali SMS itu, aku segera ber­ ”Nyalakan segera televisi.” Aku menunjuk televisi besar yang cari remote televisi. ”Ada apa, Thomas?” Sambas bertanya. ada di ruangan tunggu tersebut, berusaha memeriksa meja, men­ diri. ”Di mana remote televisi?” ”Remote?” Demi membaca dua kali SMS itu, aku segera ber­ Salah satu wartawan menemukan remote lebih dulu. Dia ”Nyalakan segera televisi.” Aku menunjuk televisi besar yang cari remote televisi. ”Ada apa, Thomas?” Sambas bertanya. ada di ruangan tunggu tersebut, berusaha memeriksa meja, men­ diri. ”Di mana remote televisi?” Salah satu wartawan menemukan remote lebih dulu. Dia ber­ ”Nyalakan segera televisi.” Aku menunjuk televisi besar yang cari remote televisi. ”Ada apa, Thomas?” Sambas bertanya. ada di ruangan tunggu tersebut, berusaha memeriksa meja, men­ diri. ”Di mana remote televisi?” Salah satu wartawan menemukan remote lebih dulu. Dia ber­ ”Nyalakan segera televisi.” Aku menunjuk televisi besar yang cari remote televisi. ”Ada apa, Thomas?” Sambas bertanya. ada di ruangan tunggu tersebut, berusaha memeriksa meja, men­ diri. ”Di mana remote televisi?” Salah satu wartawan menemukan remote lebih dulu. Dia ber­ ”Nyalakan segera televisi.” Aku menunjuk televisi besar yang cari remote televisi. ”Ada apa, Thomas?” Sambas bertanya. diri. ”Di mana remote televisi?” ada di ruangan tunggu tersebut, berusaha memeriksa meja, men­ Salah satu wartawan menemukan remote lebih dulu. Dia ber­ ”Nyalakan segera televisi.” Aku menunjuk televisi besar yang cari remote televisi. ”Ada apa, Thomas?” Sambas bertanya. diri. ”Di mana remote televisi?” gegas menyalakan televisi. Sekejap layar LED menyala, tidak ada di ruangan tunggu tersebut, berusaha memeriksa meja, men­ Salah satutelevisi. wartawan menemukan remote lebih dulu. Diatidak ber­ ”Nyalakan segera televisi.” Aku menunjuk televisi besar yang cari remote televisi. ”Ada apa, Thomas?” Sambas bertanya. gegas menyalakan televisi. Sekejap layar LED menyala, ada di ruangan tunggu tersebut, berusaha memeriksa meja, men­ Salah satu wartawan menemukan remote lebih dulu. Dia ber­ ”Nyalakan segera televisi.” Aku menunjuk televisi besar yang cari remote ”Ada apa, Thomas?” Sambas bertanya. gegas menyalakan televisi. Sekejap layar LED menyala, tidak ada di ruangan tunggu tersebut, berusaha memeriksa meja, men­ Salah satu wartawan menemukan remote lebih dulu. Dia ber­ ”Nyalakan segera televisi.” Aku menunjuk televisi besar yang cari remote televisi. ”Ada apa, Thomas?” Sambas bertanya. gegas menyalakan televisi. Sekejap layar LED menyala, tidak ada di ruangan tunggu tersebut, berusaha memeriksa meja, men­ Salah satu wartawan menemukan remote lebih dulu. Dia ber­ ”Nyalakan segera televisi.” Aku menunjuk televisi besar yang ”Ada apa, Thomas?” Sambas bertanya. cari remote televisi. gegas menyalakan televisi. Sekejap layar LED menyala, tidak ada di ruangan tunggu tersebut, berusaha memeriksa meja, men­ Salah satu wartawan menemukan remote lebih dulu. Dia ber­ ”Nyalakan segera televisi.” Aku menunjuk televisi besar yang ”Ada apa, Thomas?” Sambas bertanya. perlu memilih saluran—karena seluruh saluran menyiarkan ke­ cari remote televisi. gegas menyalakan televisi. Sekejap layar LED menyala, tidak ada di ruangan tunggu tersebut, berusaha memeriksa meja, men­ Salah satu wartawan menemukan remote lebih dulu. Dia ber­ ”Nyalakan segera televisi.” Aku menunjuk televisi besar yang perlu memilih saluran—karena seluruh saluran menyiarkan ke­ cari remote televisi. gegas menyalakan televisi. Sekejap layar LED menyala, tidak ada di ruangan tunggu tersebut, berusaha memeriksa meja, men­ Salah satu wartawan menemukan remote lebih dulu. Dia ber­ ”Nyalakan segera televisi.” Aku menunjuk televisi besar yang perlu memilih saluran—karena seluruh saluran menyiarkan ke­ cari remote televisi. gegas menyalakan televisi. Sekejap layar LED menyala, ada di ruangan tunggu tersebut, berusaha memeriksa meja, men­ satutelevisi. wartawan menemukan remote lebih dulu. Diatidak ber­ ”Nyalakan segera televisi.” Aku menunjuk televisi besar yang perlu memilih saluran—karena seluruh saluran menyiarkan ke­ cariSalah remote gegas menyalakan televisi. Sekejap layar LED menyala, tidak ada di ruangan tunggu tersebut, berusaha memeriksa meja, men­



Siaran langsung penangkapan JD, kandidat presiden konvensi nyergap kepalaku. Isi SMS itu pendek saja: ”Sekarang di televisi. menatap layar tatapan kosong. Segenap emosi itu me­ jadian tersebut. Adegan mencengangkan itu segera terlihat. Aku Ruang tunggu itu ikut lengang seketika, menyisakan karutpartai besar. ” dengan Siaran langsung penangkapan JD, kandidat presiden konvensi nyergap kepalaku. Isi SMS itu pendek saja: ”Sekarang di televisi. menatap layar dengan tatapan kosong. Segenap emosi itu me­ jadian tersebut. Adegan mencengangkan itu segera terlihat. Aku Ruang tunggu itu ikut lengang seketika, menyisakan karutpartai besar. Siaran langsung penangkapan JD, kandidat presiden konvensi nyergap kepalaku. Isi SMS itu pendek saja: di televisi. menatap layar dengan tatapan kosong. Segenap emosi itu me­ jadian tersebut. Adegan mencengangkan itu segera terlihat. Aku Ruang tunggu itu ikut lengang seketika, menyisakan karutSiaran langsung penangkapan JD, kandidat presiden konvensi nyergap kepalaku. Isi SMS itu pendek saja: ”Sekarang di televisi. partai besar. ”” dengan menatap layar dengan tatapan kosong. Segenap emosi itu me­ jadian tersebut. Adegan mencengangkan itu ”Sekarang segera terlihat. Aku Ruang tunggu itu ikut lengang seketika, menyisakan karutnyergap kepalaku. Isi SMS itu pendek saja: ”Sekarang di televisi. menatap layar tatapan kosong. Segenap emosi itu me­ partai besar. ” marut gambar bergoyang di televisi, seruan-seruan, dan suara Siaran langsung penangkapan JD, kandidat presiden konvensi Ruang tunggu itu ikut lengang seketika, menyisakan karutpenangkapan JD, kandidat presiden konvensi nyergap kepalaku. Isi SMS itu pendek saja: ”Sekarang di televisi. menatap layar dengan tatapan kosong. Segenap emosi itu me­ marut gambar bergoyang di televisi, seruan-seruan, dan suara Ruang tunggu itu ikut lengang seketika, menyisakan karutpartai besar. ” Siaran langsung penangkapan JD, kandidat presiden konvensi nyergap kepalaku. Isi SMS itu pendek saja: ”Sekarang di televisi. menatap layar dengan tatapan kosong. Segenap emosi itu me­ marut gambar bergoyang di televisi, seruan-seruan, dan suara Ruang tunggu itu ikut lengang seketika, menyisakan karutpartai besar. ” Siaran langsung penangkapan JD, kandidat presiden konvensi nyergap kepalaku. Isi SMS itu pendek saja: ”Sekarang di televisi. menatap layar dengan tatapan kosong. Segenap emosi itu me­ marut gambar bergoyang di televisi, seruan-seruan, dan suara partai besar. ” Siaran langsung penangkapan JD, kandidat presiden konvensi Ruang tunggu itu ikut lengang seketika, menyisakan karutnyergap kepalaku. Isi SMS itu pendek saja: ”Sekarang di televisi. menatap layar dengan tatapan kosong. Segenap emosi itu me­ marut gambar bergoyang di televisi, seruan-seruan, dan suara Siaran langsung penangkapan JD, kandidat presiden konvensi nyergap kepalaku. Isi SMS itu pendek saja: ”Sekarang di televisi. Ruang tunggu itu ikut lengang seketika, menyisakan karutpartai besar. ” anchor. Pembawa acara melaporkan dengan semangat, bahkan marut gambar bergoyang di televisi, seruan-seruan, dan suara lengang seketika, menyisakan karutSiaran langsung penangkapan JD, kandidat presiden konvensi nyergap kepalaku. Isi SMS itu pendek saja: ”Sekarang di televisi. anchor. Pembawa acara melaporkan dengan semangat, bahkan marut gambar bergoyang di televisi, seruan-seruan, dan suara Ruang tunggu itu ikut lengang seketika, menyisakan karutpartai besar. ” Siaran langsung penangkapan JD, kandidat presiden konvensi nyergap kepalaku. Isi SMS itu pendek saja: ”Sekarang di televisi. anchor. Pembawa acara melaporkan dengan semangat, bahkan marut gambar bergoyang di televisi, seruan-seruan, dan suara Ruang tunggu itu ikut lengang seketika, menyisakan karutpartai besar. ” Siaran langsung penangkapan JD, kandidat presiden konvensi nyergap kepalaku. Isi SMS itu pendek saja: ”Sekarang di televisi. anchor. Pembawa acara melaporkan dengan semangat, bahkan Ruang tunggu itu ikutmelaporkan lengang seketika, menyisakan karutmarut gambar bergoyang di televisi, seruan-seruan, dan suara partai besar. ”” kalau Siaran langsung penangkapan JD, kandidat presidendan konvensi nyergap kepalaku. Isikalimatnya SMS itutelevisi, pendek saja: ”Sekarang dikonvensi televisi. anchor. Pembawa acara dengan semangat, bahkan partai besar. Siaran langsung penangkapan JD, kandidat presiden marut gambar bergoyang di seruan-seruan, suara Ruang tunggu itu ikut lengang seketika, menyisakan karuttidak peduli berantakan, patah-patah. Klien anchor. Pembawa acara melaporkan dengan semangat, bahkan di televisi, seruan-seruan, dan suara lengang seketika, menyisakan karutpartai besar. ”” kalau Siaran langsung penangkapan JD, kandidat presiden konvensi tidak peduli kalimatnya berantakan, patah-patah. Klien anchor. Pembawa acara dengan semangat, bahkan marut gambar bergoyang di televisi, seruan-seruan, dan suara Ruang tunggu itu ikutmelaporkan lengang seketika, menyisakan karutpartai besar. Siaran langsung penangkapan JD, kandidat presiden konvensi tidak peduli kalimatnya berantakan, patah-patah. Klien anchor. Pembawa acara melaporkan dengan semangat, bahkan marut gambar bergoyang di televisi, seruan-seruan, dan suara Ruang tunggu itu ikut lengang seketika, menyisakan karutpartai besar. ”” kalau Siaran langsung penangkapan JD, kandidat presiden konvensi tidak peduli kalau kalimatnya berantakan, patah-patah. Klien marut gambar bergoyang di televisi, seruan-seruan, dan suara anchor. Pembawa acara melaporkan dengan semangat, bahkan Ruang tunggu itu ikut lengang seketika, menyisakan karutpartai besar. Siaran langsung penangkapan JD, kandidat presiden konvensi tidak peduli kalau kalimatnya berantakan, patah-patah. Klien Ruang tunggu itu ikut lengang seketika, menyisakan karutpartai besar. ” anchor. Pembawa acara melaporkan dengan semangat, bahkan marut gambar bergoyang di televisi, seruan-seruan, dan suara politikku tampak diborgol tangannya. Teriakan anak-anaknya tidak peduli kalau kalimatnya berantakan, patah-patah. Klien melaporkan dengan semangat, bahkan marut gambar bergoyang di televisi, seruan-seruan, dan suara Ruang tunggu itu ikut lengang seketika, menyisakan karutpartai besar. ” politikku tampak diborgol tangannya. Teriakan anak-anaknya tidak peduli kalau kalimatnya berantakan, patah-patah. Klien anchor. Pembawa acara melaporkan dengan semangat, bahkan marut gambar bergoyang di televisi, seruan-seruan, dan suara Ruang tunggu itu ikut lengang seketika, menyisakan karutpartai besar. ” politikku tampak diborgol tangannya. Teriakan anak-anaknya tidak peduli kalau kalimatnya berantakan, patah-patah. Klien anchor. Pembawa acara melaporkan dengan semangat, bahkan marut gambar bergoyang di televisi, seruan-seruan, dan suara Ruang tunggu itu ikut lengang seketika, menyisakan karutpartai besar. ” politikku tampak diborgol tangannya. Teriakan anak-anaknya anchor. Pembawa acara melaporkan dengan semangat, bahkan tidak peduli kalau kalimatnya berantakan, patah-patah. Klien marut gambar bergoyang di televisi, seruan-seruan, dan suara Ruang tunggu itu ikut lengang seketika, menyisakan karutpartai besar. ” remaja politikku tampak diborgol tangannya. Teriakan anak-anaknya marut gambar bergoyang di televisi, seruan-seruan, dan suara Ruang tunggu itu ikut lengang seketika, menyisakan karuttidak peduli kalau kalimatnya berantakan, patah-patah. Klien anchor. Pembawa acara melaporkan dengan semangat, bahkan yang masih berlarian hendak memeluk. Belasan polisi politikku tampak diborgol tangannya. Teriakan anak-anaknya kalimatnya berantakan, patah-patah. Klien anchor. Pembawa acara melaporkan dengan semangat, bahkan marut gambar bergoyang di televisi, seruan-seruan, dan suara Ruang tunggu itu ikut lengang seketika, menyisakan karutyang masih remaja berlarian hendak memeluk. Belasan polisi politikku tampak diborgol tangannya. Teriakan anak-anaknya tidak peduli kalau kalimatnya berantakan, patah-patah. Klien anchor. Pembawa acara melaporkan dengan semangat, bahkan marut gambar bergoyang di televisi, seruan-seruan, dan suara Ruang tunggu itu ikut lengang seketika, menyisakan karutyang masih remaja berlarian hendak memeluk. Belasan polisi politikku tampak diborgol tangannya. Teriakan anak-anaknya tidak peduli kalau kalimatnya berantakan, patah-patah. Klien anchor. Pembawa acara melaporkan dengan semangat, bahkan marut gambar bergoyang di televisi, seruan-seruan, dan suara Ruang tunggu itu ikut lengang seketika, menyisakan karutyang masih remaja berlarian hendak memeluk. Belasan polisi tidak peduli kalau kalimatnya berantakan, patah-patah. Klien politikku tampak diborgol tangannya. Teriakan anak-anaknya anchor. Pembawa acara melaporkan dengan semangat, bahkan marut gambar bergoyang di televisi, seruan-seruan, dan suara Ruang tunggu itu ikut lengang seketika, menyisakan karutyang masih remaja berlarian hendak memeluk. Belasan polisi anchor. Pembawa acara melaporkan dengan semangat, bahkan marut gambar bergoyang di televisi, seruan-seruan, dan suara politikku tampak diborgol tangannya. Teriakan anak-anaknya tidak peduli kalau kalimatnya berantakan, patah-patah. Klien dengan seragam taktis, belasan polisi lain dengan seragam biasa yang masih remaja berlarian hendak memeluk. Belasan polisi tangannya. Teriakan anak-anaknya tidak peduli kalau kalimatnya berantakan, patah-patah. Klien anchor. Pembawa acara melaporkan dengan semangat, bahkan marut gambar bergoyang di televisi, seruan-seruan, dan suara dengan seragam taktis, belasan polisi lain dengan seragam biasa yang masih remaja berlarian hendak memeluk. Belasan polisi politikku tampak diborgol tangannya. Teriakan anak-anaknya tidak peduli kalau kalimatnya berantakan, patah-patah. Klien anchor. Pembawa acara melaporkan dengan semangat, bahkan marut gambar bergoyang di televisi, seruan-seruan, dan suara dengan seragam taktis, belasan polisi lain dengan seragam biasa yang masih remaja berlarian hendak memeluk. Belasan polisi politikku tampak diborgol tangannya. Teriakan anak-anaknya tidak peduli kalau kalimatnya berantakan, patah-patah. Klien anchor. Pembawa acara melaporkan dengan semangat, bahkan marut gambar bergoyang di televisi, seruan-seruan, dan suara dengan seragam taktis, belasan polisi lain dengan seragam biasa politikku tampak diborgol tangannya. Teriakan anak-anaknya yang masih remaja berlarian hendak memeluk. Belasan polisi tidak peduli kalau kalimatnya berantakan, patah-patah. Klien anchor. Pembawa acara melaporkan dengan semangat, bahkan marut gambar bergoyang di televisi, seruan-seruan, dan suara dengan seragam taktis, belasan polisi lain dengan seragam biasa tidak peduli kalau kalimatnya berantakan, patah-patah. Klien anchor. Pembawa acara melaporkan dengan semangat, bahkan yang masih remaja berlarian hendak memeluk. Belasan polisi politikku tampak diborgol tangannya. Teriakan anak-anaknya berusaha membubarkan kerumunan, menahan gerakan dengan seragam taktis, belasan polisi lain dengan seragam biasa berlarian hendak memeluk. Belasan polisi politikku tampak diborgol tangannya. Teriakan anak-anaknya tidak peduli kalau kalimatnya berantakan, patah-patah. Klien anchor. Pembawa acara melaporkan dengan semangat, bahkan yang berusaha membubarkan kerumunan, menahan gerakan dengan seragam taktis, belasan polisi lain dengan seragam biasa masih remaja berlarian hendak memeluk. Belasan polisi politikku tampak diborgol tangannya. Teriakan anak-anaknya tidak peduli kalau kalimatnya berantakan, patah-patah. Klien anchor. Pembawa acara melaporkan dengan semangat, bahkan yang berusaha membubarkan kerumunan, menahan gerakan dengan seragam taktis, belasan polisi lain dengan seragam biasa masih remaja berlarian hendak memeluk. Belasan polisi politikku tampak diborgol tangannya. Teriakan anak-anaknya tidak peduli kalau kalimatnya berantakan, patah-patah. Klien anchor. Pembawa acara melaporkan dengan semangat, bahkan yang berusaha membubarkan kerumunan, menahan gerakan masih remaja berlarian hendak memeluk. Belasan polisi dengan seragam taktis, belasan polisi lain dengan seragam biasa politikku tampak diborgol tangannya. Teriakan anak-anaknya tidak peduli kalau kalimatnya berantakan, patah-patah. Klien anchor. Pembawa acara melaporkan dengan semangat, bahkan yang berusaha membubarkan kerumunan, menahan gerakan politikku tampak diborgol tangannya. Teriakan anak-anaknya tidak peduli kalau kalimatnya berantakan, patah-patah. Klien dengan seragam taktis, belasan polisi lain dengan seragam biasa masih remaja berlarian hendak memeluk. Belasan polisi orang-orang yang semakin ramai berkumpul di rumah klien berusaha membubarkan kerumunan, menahan gerakan dengan seragam taktis, belasan polisi lain dengan seragam biasa yang masih remaja berlarian hendak memeluk. Belasan polisi politikku tampak diborgol tangannya. Teriakan anak-anaknya tidak peduli kalau kalimatnya berantakan, patah-patah. Klien orang-orang yang semakin ramai berkumpul di rumah klien berusaha membubarkan kerumunan, menahan gerakan dengan seragam taktis, belasan polisi lain dengan seragam biasa masih remaja berlarian hendak memeluk. Belasan polisi politikku tampak diborgol tangannya. Teriakan anak-anaknya tidak peduli kalau kalimatnya berantakan, patah-patah. Klien orang-orang yang semakin ramai berkumpul di rumah klien yang berusaha membubarkan kerumunan, menahan gerakan dengan seragam taktis, belasan polisi lain dengan seragam biasa masih remaja berlarian hendak memeluk. Belasan polisi politikku tampak diborgol tangannya. Teriakan anak-anaknya tidak peduli kalau kalimatnya berantakan, patah-patah. Klien orang-orang yang semakin ramai berkumpul di rumah klien yang berusaha membubarkan kerumunan, menahan gerakan dengan seragam taktis, belasan polisi lain dengan seragam biasa masih remaja berlarian hendak memeluk. Belasan polisi politikku tampak diborgol tangannya. Teriakan anak-anaknya tidak peduli kalau kalimatnya berantakan, patah-patah. Klien orang-orang yang semakin ramai berkumpul di rumah klien politikku tampak diborgol tangannya. Teriakan anak-anaknya yang berusaha membubarkan kerumunan, menahan gerakan dengan seragam taktis, belasan polisi lain dengan seragam biasa masih remaja berlarian hendak memeluk. Belasan polisi tersebut. orang-orang yang semakin ramai berkumpul di rumah klien yang berusaha membubarkan kerumunan, menahan gerakan dengan seragam taktis, belasan polisi lain dengan seragam biasa masih remaja berlarian hendak memeluk. Belasan polisi tampak diborgol tangannya. Teriakan anak-anaknya politikku tersebut. orang-orang yang semakin ramai berkumpul di rumah klien yang berusaha membubarkan kerumunan, menahan gerakan dengan seragam taktis, belasan polisi lain dengan seragam biasa masih remaja berlarian hendak memeluk. Belasan polisi tampak diborgol tangannya. Teriakan anak-anaknya politikku tersebut. orang-orang yang semakin ramai berkumpul di rumah klien yang berusaha membubarkan kerumunan, menahan gerakan dengan seragam taktis, belasan polisi lain dengan seragam biasa masih remaja berlarian hendak memeluk. Belasan polisi politikku tampak diborgol tangannya. Teriakan anak-anaknya tersebut. orang-orang yang semakin ramai berkumpul di rumah klien yang berusaha membubarkan kerumunan, menahan gerakan dengan seragam taktis, belasan polisi lain dengan seragam biasa masih remaja berlarian hendak memeluk. Belasan polisi tampak diborgol tangannya. Teriakan anak-anaknya politikku tersebut. masih remaja berlarian hendak memeluk. Belasan polisi orang-orang yang semakin ramai berkumpul di rumah klien yang berusaha membubarkan kerumunan, menahan gerakan dengan seragam taktis, belasan polisi lain dengan seragam biasa Aku menggigit bibir. Astaga! Klien politikku ditangkap? Apa politikku tersebut. orang-orang yang semakin ramai berkumpul di rumah klien yang berusaha membubarkan kerumunan, menahan gerakan dengan seragam taktis, belasan polisi lain dengan seragam biasa masih remaja berlarian hendak memeluk. Belasan polisi Aku menggigit bibir. Astaga! Klien politikku ditangkap? Apa politikku tersebut. orang-orang yang semakin ramai berkumpul di rumah klien berusaha membubarkan kerumunan, menahan gerakan dengan seragam taktis, belasan polisi lain dengan seragam biasa yang masih remaja berlarian hendak memeluk. Belasan polisi Aku menggigit bibir. Astaga! Klien politikku ditangkap? Apa politikku tersebut. orang-orang yang semakin ramai berkumpul di rumah klien yang berusaha membubarkan kerumunan, menahan gerakan dengan seragam taktis, belasan polisi lain dengan seragam biasa masih remaja berlarian hendak memeluk. Belasan polisi Aku menggigit bibir. Astaga! Klien politikku ditangkap? Apa politikku tersebut. orang-orang yang semakin ramai berkumpul di rumah klien yang berusaha membubarkan kerumunan, menahan gerakan dengan seragam taktis, belasan polisi lain dengan seragam biasa masih remaja berlarian hendak memeluk. Belasan polisi Aku menggigit bibir. Astaga! Klien politikku ditangkap? Apa dengan seragam taktis, belasan polisi lain dengan seragam biasa politikku tersebut. orang-orang yang semakin ramai berkumpul di rumah klien yang berusaha membubarkan kerumunan, menahan gerakan tuduhan mereka? Ini jebakan seperti yang terjadi di Hong Kong Aku menggigit bibir. Astaga! Klien politikku ditangkap? Apa politikku tersebut. orang-orang yang semakin ramai berkumpul di rumah klien yang berusaha membubarkan kerumunan, menahan gerakan dengan seragam taktis, belasan polisi lain dengan seragam biasa tuduhan mereka? Ini jebakan seperti yang terjadi di Hong Kong Aku menggigit bibir. Astaga! Klien politikku ditangkap? Apa politikku tersebut. orang-orang yang semakin ramai berkumpul di rumah klien yang berusaha membubarkan kerumunan, menahan gerakan dengan seragam taktis, belasan polisi lain dengan seragam biasa tuduhan mereka? Ini jebakan seperti yang terjadi di Hong Kong Aku menggigit bibir. Astaga! Klien politikku ditangkap? Apa politikku tersebut. orang-orang yang semakin ramai berkumpul di rumah klien yang berusaha membubarkan kerumunan, menahan gerakan dengan seragam taktis, belasan polisi lain dengan seragam biasa tuduhan mereka? Ini jebakan seperti yang terjadi di Hong Kong Aku menggigit bibir. Astaga! Klien politikku ditangkap? Apa politikku tersebut. orang-orang yang semakin ramai berkumpul di rumah klien yang berusaha membubarkan kerumunan, menahan gerakan dengan seragam taktis, belasan polisi lain dengan seragam biasa tuduhan mereka? Ini jebakan seperti yang terjadi di Hong Kong yang berusaha membubarkan kerumunan, menahan gerakan Aku menggigit bibir. Astaga! Klien politikku ditangkap? Apa politikku tersebut. orang-orang yang semakin ramai berkumpul di rumah klien tadi pagi. Aku mengusap rambut. Ini sebuah pertempuran. Ini tuduhan mereka? Ini jebakan seperti yang terjadi di Hong Kong Aku menggigit bibir. Astaga! Klien politikku ditangkap? Apa politikku tersebut. orang-orang yang semakin ramai berkumpul di rumah klien yang berusaha membubarkan kerumunan, menahan gerakan tadi pagi. Aku mengusap rambut. Ini sebuah pertempuran. Ini tuduhan mereka? Ini jebakan seperti yang terjadi di Hong Kong Aku menggigit bibir. Astaga! Klien politikku ditangkap? Apa politikku tersebut. orang-orang yang semakin ramai berkumpul di rumah klien yang berusaha membubarkan kerumunan, menahan gerakan tadi pagi. Aku mengusap rambut. Ini sebuah pertempuran. Ini tuduhan mereka? Ini jebakan seperti yang terjadi di Hong Kong Aku menggigit bibir. Astaga! Klien politikku ditangkap? Apa politikku tersebut. orang-orang yang semakin ramai berkumpul di rumah klien yang berusaha membubarkan kerumunan, menahan tadi pagi. Aku mengusap rambut. Ini sebuah pertempuran. Ini tuduhan mereka? Ini jebakan seperti yang terjadi di Honggerakan Kong Aku menggigit bibir. Astaga! Klien politikku ditangkap? Apa politikku tersebut. orang-orang yang semakin ramai berkumpul di rumah klien yang berusaha membubarkan kerumunan, menahan gerakan tadi pagi. Aku mengusap rambut. Ini sebuah pertempuran. Ini orang-orang yang semakin ramai berkumpul di rumah klien tuduhan mereka? Ini jebakan seperti yang terjadi di Hong Kong Aku menggigit bibir. Astaga! Klien politikku ditangkap? Apa politikku tersebut. bukan lagi intrik politik biasa. Serangan mereka datang laksana tadi pagi. Aku mengusap rambut. Ini sebuah pertempuran. Ini tuduhan mereka? Ini jebakan seperti yang terjadi di Hong Kong Aku menggigit bibir. Astaga! Klien politikku ditangkap? Apa politikku tersebut. orang-orang yang semakin ramai berkumpul di rumah klien bukan lagi intrik politik biasa. Serangan mereka datang laksana tadi pagi. Aku mengusap rambut. Ini sebuah pertempuran. Ini tuduhan mereka? Ini jebakan seperti yang terjadi di Hong Kong Aku menggigit bibir. Astaga! Klien politikku ditangkap? Apa politikku tersebut. orang-orang yang semakin ramai berkumpul di rumah klien bukan lagi intrik politik biasa. Serangan mereka datang laksana tadi pagi. Aku mengusap rambut. Ini sebuah pertempuran. Ini tuduhan mereka? Ini jebakan seperti yang terjadi di Hong Kong Aku menggigit bibir. Astaga! Klien politikku ditangkap? Apa politikku tersebut. orang-orang yang semakin ramai berkumpul di rumah klien bukan lagi intrik politik biasa. Serangan mereka datang laksana tadi pagi. Aku mengusap rambut. Ini sebuah pertempuran. Ini tuduhan mereka? Ini jebakan seperti yang terjadi di Hong Kong Aku menggigit bibir. Astaga! Klien politikku ditangkap? Apa orang-orang yang semakin ramai berkumpul di rumah klien bukan lagi intrik politik biasa. Serangan mereka datang laksana politikku tersebut. tadi pagi. Aku mengusap rambut. Ini sebuah pertempuran. Ini tuduhan mereka? Ini jebakan seperti yang terjadi di Hong Kong Aku menggigit bibir. Astaga! Klien politikku ditangkap? Apa roket, ditembakkan berkali-kali untuk meruntuhkan pertahanan bukan lagi intrik politik biasa. Serangan mereka datang laksana tadi pagi. Aku mengusap rambut. Ini sebuah pertempuran. Ini tuduhan mereka? Ini jebakan seperti yang terjadi di Hong Kong Aku menggigit bibir. Astaga! Klien politikku ditangkap? Apa politikku tersebut. roket, ditembakkan berkali-kali untuk meruntuhkan pertahanan bukan lagi intrik politik biasa. Serangan mereka datang laksana tadi pagi. Aku mengusap rambut. Ini sebuah pertempuran. Ini tuduhan mereka? Ini jebakan seperti yang terjadi di Hong Kong Aku menggigit bibir. Astaga! Klien politikku ditangkap? Apa politikku tersebut. roket, ditembakkan berkali-kali untuk meruntuhkan pertahanan bukan lagi intrik politik biasa. Serangan mereka datang laksana tadi pagi. Aku mengusap rambut. Ini sebuah pertempuran. Ini tuduhan mereka? Ini jebakan seperti terjadi di Hong Kong Aku menggigit bibir. Astaga! Klien politikku ditangkap? Apa politikku tersebut. roket, ditembakkan berkali-kali untuk meruntuhkan pertahanan bukan lagi intrikmengusap politik biasa. Serangan mereka datang laksana tadi pagi. Aku mengusap rambut. Iniyang sebuah pertempuran. Ini tuduhan mereka? Ini jebakan seperti yang terjadi di Hong Kong Aku menggigit bibir. Astaga! Klien politikku ditangkap? Apa politikku tersebut. roket, ditembakkan berkali-kali untuk meruntuhkan pertahanan Astaga! Klien politikku ditangkap? Apa bukan lagi intrik politik biasa. Serangan mereka datang laksana tadi pagi. Aku rambut. Ini sebuah pertempuran. Ini tuduhan mereka? Ini jebakan seperti yang terjadi di Hong Kong lawan. roket, ditembakkan berkali-kali untuk meruntuhkan pertahanan bukan lagi intrik politik biasa. Serangan mereka datang laksana tadi pagi. Aku mengusap rambut. Ini sebuah pertempuran. Ini tuduhan mereka? Ini jebakan seperti yang terjadi di Hong Kong Aku menggigit bibir. Astaga! Klien politikku ditangkap? Apa lawan. roket, ditembakkan berkali-kali untuk meruntuhkan pertahanan bukan lagi intrik politik biasa. Serangan mereka datang laksana tadi pagi. Aku mengusap rambut. Ini sebuah pertempuran. Ini tuduhan mereka? Ini jebakan seperti yang terjadi di Hong Kong Aku menggigit bibir. Astaga! Klien politikku ditangkap? Apa lawan. roket, ditembakkan berkali-kali untuk meruntuhkan pertahanan bukan lagi intrik politik biasa. Serangan mereka datang laksana tadi pagi. Aku mengusap rambut. Ini sebuah pertempuran. Ini tuduhan mereka? Ini jebakan seperti yang terjadi di Hong Kong Aku menggigit bibir. Astaga! Klien politikku ditangkap? Apa lawan. roket, ditembakkan berkali-kali untuk meruntuhkan pertahanan bukan lagi intrik politik biasa. Serangan mereka datang laksana tadi pagi. Aku mengusap rambut. Ini sebuah pertempuran. Ini jebakan seperti yang terjadi di Hong Hong Kong Aku menggigit bibir. Astaga! Klien politikku ditangkap? Apa lawan. tuduhan mereka? Ini jebakan seperti yang terjadi di Kong roket, ditembakkan berkali-kali untuk meruntuhkan pertahanan bukan lagi intrik politik biasa. Serangan mereka datang laksana tadi pagi. Aku mengusap rambut. Ini sebuah pertempuran. Ini ”Pemirsa, dari lokasi penangkapan, kami mengabarkan bahwa lawan. roket, ditembakkan berkali-kali untuk meruntuhkan pertahanan bukan lagi intrik politik biasa. Serangan mereka datang laksana tadi pagi. Aku mengusap rambut. Ini sebuah pertempuran. Ini tuduhan mereka? Ini jebakan seperti yang terjadi di Hong Kong ”Pemirsa, dari lokasi penangkapan, kami mengabarkan bahwa lawan. roket, ditembakkan berkali-kali untuk meruntuhkan pertahanan bukan lagi intrik politik biasa. Serangan mereka datang laksana tadi pagi. Aku mengusap rambut. Ini sebuah pertempuran. Ini tuduhan mereka? Ini jebakan seperti yang terjadi di Hong Kong ”Pemirsa, dari lokasi penangkapan, kami mengabarkan bahwa lawan. roket, ditembakkan berkali-kali untuk meruntuhkan pertahanan bukan lagi intrik politik biasa. Serangan mereka datang laksana tadi pagi. Aku mengusap rambut. Ini sebuah pertempuran. Ini tuduhan mereka? Ini jebakan seperti yang terjadi di Hong Kong ”Pemirsa, dari lokasi penangkapan, kami mengabarkan bahwa lawan. roket, ditembakkan berkali-kali untuk meruntuhkan pertahanan bukan lagi intrik politik biasa. Serangan mereka datang laksana tadi pagi. Aku mengusap rambut. Ini sebuah pertempuran. Ini tuduhan mereka? Ini jebakan seperti yang terjadi di Hong Kong ”Pemirsa, dari lokasi penangkapan, kami mengabarkan bahwa rambut. Ini sebuah pertempuran. Ini lawan. roket, ditembakkan berkali-kali untuk meruntuhkan pertahanan bukan lagi intrik politik biasa. Serangan mereka datang laksana pihak kepolisian menyatakan efektif hari ini JD dijadikan ter­ ”Pemirsa, dari lokasi penangkapan, kami mengabarkan bahwa lawan. roket, ditembakkan berkali-kali untuk meruntuhkan pertahanan bukan lagi intrik politik biasa. Serangan mereka datang laksana tadi pagi. Aku mengusap rambut. Ini sebuah pertempuran. Ini pihak kepolisian menyatakan efektif hari ini JD dijadikan ter­ ”Pemirsa, dari lokasi penangkapan, kami mengabarkan bahwa lawan. roket, ditembakkan berkali-kali untuk meruntuhkan pertahanan bukan lagi intrik politik biasa. Serangan mereka datang laksana tadi pagi. Aku mengusap rambut. Ini sebuah pertempuran. Ini pihak kepolisian menyatakan efektif hari ini JD dijadikan ter­ ”Pemirsa, dari lokasi penangkapan, kami mengabarkan bahwa lawan. roket, ditembakkan berkali-kali untuk meruntuhkan pertahanan bukan lagi intrik politik biasa. Serangan mereka datang laksana tadi pagi. Aku mengusap rambut. Ini sebuah pertempuran. Ini pihak kepolisian menyatakan efektif hari ini JD dijadikan ter­ ”Pemirsa, dari lokasi penangkapan, kami mengabarkan bahwa lawan. roket, ditembakkan berkali-kali untuk meruntuhkan pertahanan biasa. Serangan mereka datang laksana tadi pagi. Aku mengusap rambut. Ini sebuah pertempuran. Ini pihak kepolisian menyatakan efektif hari ini JD dijadikan ter­ bukan lagi intrik politik biasa. Serangan mereka datang laksana ”Pemirsa, dari lokasi penangkapan, kami mengabarkan bahwa lawan. roket, ditembakkan berkali-kali untuk meruntuhkan pertahanan sangka korupsi megaproyek tunnel raksasa selama menjadi gu­ pihak kepolisian menyatakan efektif hari ini JD dijadikan ter­ ”Pemirsa, dari lokasi penangkapan, kami mengabarkan bahwa lawan. roket, ditembakkan berkali-kali untuk meruntuhkan pertahanan bukan lagi intrik politik biasa. Serangan mereka datang laksana sangka korupsi megaproyek tunnel raksasa selama menjadi gu­ pihak kepolisian menyatakan efektif hari ini JD dijadikan ter­ ”Pemirsa, dari lokasi penangkapan, kami mengabarkan bahwa lawan. roket, ditembakkan berkali-kali untuk meruntuhkan pertahanan bukan lagi intrik politik biasa. Serangan mereka datang laksana sangka korupsi megaproyek tunnel raksasa selama menjadi gu­ pihak kepolisian menyatakan efektif hari ini JD dijadikan ter­ ”Pemirsa, dari lokasi penangkapan, kami mengabarkan bahwa lawan. roket, ditembakkan berkali-kali untuk meruntuhkan pertahanan bukan lagi intrik politik biasa. Serangan mereka datang laksana sangka korupsi megaproyek tunnel raksasa selama menjadi gu­ pihak kepolisian menyatakan efektif hari ini JD dijadikan ter­ ”Pemirsa, dari lokasi penangkapan, kami mengabarkan bahwa lawan. roket, ditembakkan berkali-kali untuk meruntuhkan pertahanan bukan lagi intrik politik biasa. Serangan mereka datang laksana sangka korupsi megaproyek tunnel raksasa selama menjadi gu­ berkali-kali untuk meruntuhkan pertahanan pihak kepolisian menyatakan efektif hari ini JD dijadikan ter­ ”Pemirsa, dari lokasi penangkapan, kami mengabarkan bahwa lawan. bernur ibu kota. Seperti yang kita ketahui, nilai proyek yang sangka korupsi tunnel raksasa selama menjadi gu­ pihak kepolisian menyatakan efektif hari ini JD dijadikan ter­ ”Pemirsa, darimegaproyek lokasi penangkapan, kami mengabarkan bahwa lawan. roket, ditembakkan berkali-kali untuk meruntuhkan pertahanan bernur ibu kota. Seperti yang kita ketahui, nilai proyek yang sangka korupsi megaproyek tunnel raksasa selama menjadi gu­ pihak kepolisian menyatakan efektif hari ini JD dijadikan ter­ ”Pemirsa, dari lokasi penangkapan, kami mengabarkan bahwa lawan. roket, ditembakkan berkali-kali untuk meruntuhkan pertahanan bernur ibu kota. Seperti yang kita ketahui, nilai proyek yang sangka korupsi megaproyek tunnel raksasa selama menjadi gu­ pihak kepolisian menyatakan efektif hari ini JD dijadikan ter­ ”Pemirsa, dari lokasi penangkapan, kami mengabarkan bahwa lawan. roket, ditembakkan berkali-kali untuk meruntuhkan pertahanan bernur ibu kota. Seperti yang kita ketahui, nilai proyek yang sangka korupsi megaproyek tunnel raksasa selama menjadi gu­ pihak kepolisian menyatakan efektif hari ini JD dijadikan ter­ ”Pemirsa, dari lokasi penangkapan, kami mengabarkan bahwa roket, ditembakkan berkali-kali untuk meruntuhkan pertahanan bernur ibu kota. Seperti yang kita ketahui, nilai proyek yang lawan. sangka korupsi megaproyek tunnel raksasa selama menjadi gu­ pihak kepolisian menyatakan efektif hari ini JD dijadikan ter­ ”Pemirsa, dari lokasi penangkapan, kami mengabarkan bahwa digagas beberapa tahun lalu itu dilaporkan 16 triliun, dan saat bernur ibu kota. Seperti yang kita ketahui, nilai proyek yang sangka korupsi megaproyek tunnel raksasa selama menjadi gu­ pihak kepolisian menyatakan efektif hari ini JD dijadikan ter­ ”Pemirsa, dari lokasi penangkapan, kami mengabarkan bahwa lawan. digagas beberapa tahun lalu itu dilaporkan 16 triliun, dan saat bernur ibu kota. Seperti yang kita ketahui, nilai proyek yang sangka korupsi megaproyek tunnel raksasa selama menjadi gu­ pihak kepolisian menyatakan efektif hari ini JD dijadikan ter­ ”Pemirsa, dari lokasi penangkapan, kami mengabarkan bahwa lawan. digagas beberapa tahun lalu itu dilaporkan 16 triliun, dan saat bernur ibu kota. Seperti yang kita ketahui, nilai proyek yang sangka korupsi megaproyek tunnel raksasa selama menjadi gu­ pihak kepolisian menyatakan efektif hari ini JD dijadikan ter­ ”Pemirsa, darimegaproyek lokasi penangkapan, kamiini mengabarkan bahwa lawan. bernur ibu kota. Seperti yang kita ketahui, nilai proyek yang digagas beberapa tahun lalu itu dilaporkan 16nilai triliun, dan saat tunnel raksasa selama menjadi gu­ pihak kepolisian menyatakan efektif hari JD dijadikan ter­ penangkapan, kami mengabarkan bahwa lawan. ”Pemirsa, dari lokasi penangkapan, kami mengabarkan bahwa digagas beberapa tahun lalu itu dilaporkan 16 triliun, dan saat bernur ibu kota. Seperti yang kita ketahui, proyek yang sangka korupsi tunnel raksasa selama menjadi gu­ pihak kepolisian menyatakan efektif hari ini JD dijadikan ter­ selesai pembangunnya setahun lalu membengkak menjadi 24 digagas beberapa tahun lalu itu dilaporkan 16 triliun, dan saat bernur ibu kota. Seperti yang kita ketahui, nilai proyek yang sangka korupsi megaproyek tunnel raksasa selama menjadi gu­ pihak kepolisian menyatakan efektif hari ini JD dijadikan ter­ ”Pemirsa, dari lokasi penangkapan, kami mengabarkan bahwa selesai pembangunnya setahun lalu membengkak menjadi 24 digagas beberapa tahun lalu itu dilaporkan 16 triliun, dan saat bernur ibu kota. Seperti yang kita ketahui, nilai proyek yang sangka korupsi megaproyek tunnel raksasa selama menjadi gu­ pihak kepolisian menyatakan efektif hari ini JD dijadikan ter­ ”Pemirsa, dari lokasi penangkapan, kami mengabarkan bahwa selesai pembangunnya setahun lalu membengkak menjadi 24 digagas beberapa tahun lalu itu dilaporkan 16 triliun, dan saat bernur ibu kota. Seperti yang kita ketahui, nilai proyek yang sangka korupsi megaproyek tunnel raksasa selama menjadi gu­ pihak kepolisian menyatakan efektif hari ini JD dijadikan ter­ ”Pemirsa, dari lokasi penangkapan, kami mengabarkan bahwa digagas beberapa tahun lalu itu dilaporkan 16 triliun, dan saat selesai pembangunnya setahun lalu membengkak menjadi 24 bernur ibu kota. Seperti yang kita ketahui, nilai proyek yang sangka korupsi megaproyek tunnel raksasa selama menjadi gu­ menyatakan efektif hari ini JD dijadikan ter­ ”Pemirsa, dari lokasi penangkapan, kami mengabarkan bahwa pihak kepolisian menyatakan efektif hari ini JD dijadikan ter­ digagas beberapa tahun lalu itu dilaporkan 16 triliun, dan saat yang kita ketahui, nilai proyek yang selesai pembangunnya setahun lalu membengkak menjadi 24 sangka korupsi megaproyek tunnel raksasa selama menjadi gu­ triliun karena perubahan spesifikasi terowongan raksasa dan selesai pembangunnya setahun lalu membengkak menjadi 24 digagas beberapa tahun lalu itu dilaporkan 16 triliun, dan saat bernur ibu kota. Seperti yang kita ketahui, nilai proyek yang sangka korupsi megaproyek tunnel raksasa selama menjadi gu­ pihak kepolisian menyatakan efektif hari ini JD dijadikan ter­ triliun karena perubahan spesifikasi terowongan raksasa dan selesai pembangunnya setahun lalu membengkak menjadi 24 digagas beberapa tahun lalu itu dilaporkan 16 triliun, dan saat bernur ibu kota. Seperti yang kita ketahui, nilai proyek yang sangka korupsi megaproyek tunnel raksasa selama menjadi gu­ pihak kepolisian menyatakan efektif hari ini JD dijadikan ter­ triliun karena perubahan spesifikasi terowongan raksasa dan selesai pembangunnya setahun lalu membengkak menjadi 24 digagas beberapa tahun lalu itu dilaporkan 16 triliun, dan saat bernur ibu kota. Seperti yang kita ketahui, nilai proyek yang sangka korupsi megaproyek tunnel raksasa selama menjadi gu­ pihak kepolisian menyatakan efektif hari ini JD dijadikan ter­ selesai pembangunnya setahun lalu membengkak 24 triliun karena perubahan spesifikasi terowongan raksasa dan itu dilaporkan 16 triliun, dan saat bernur ibu kota. Seperti yang kita ketahui, nilai proyek yang tunnel raksasa selama gu­ pihak kepolisian menyatakan efektif hari ini JD dijadikan ter­ sangka korupsi megaproyek tunnel raksasa selama menjadi gu­ selesai pembangunnya setahun lalu membengkak menjadi 24 digagas beberapa tahun lalu itu dilaporkan 16 triliun, dan saat triliun karena perubahan spesifikasi terowongan raksasa dan bernur ibu kota. Seperti yang kita ketahui, nilai proyek yang alasan teknis lainnya. Pihak kepolisian akan melakukan press triliun karena perubahan spesifikasi terowongan raksasa dan selesai pembangunnya setahun lalu membengkak menjadi 24 digagas beberapa tahun lalu itu dilaporkan 16 triliun, dan saat bernur ibu kota. Seperti yang kita ketahui, nilai proyek yang sangka korupsi megaproyek tunnel raksasa selama menjadi gu­ alasan teknis lainnya. Pihak kepolisian akan melakukan press triliun karena perubahan spesifikasi terowongan raksasa dan selesai pembangunnya setahun lalu membengkak menjadi 24 digagas beberapa tahun lalu itu dilaporkan 16 triliun, dan saat bernur ibu kota. Seperti yang kita ketahui, nilai proyek yang sangka korupsi megaproyek tunnel raksasa selama menjadi gu­ alasan teknis lainnya. Pihak kepolisian akan melakukan press triliun karena perubahan spesifikasi terowongan raksasa dan selesai pembangunnya setahun laluraksasa membengkak menjadi 24 digagas beberapa tahun lalu itu dilaporkan 16nilai triliun, dan yang saat bernur ibu kota. Seperti yang kita ketahui, proyek triliun karena perubahan spesifikasi terowongan raksasa dan sangka teknis korupsi megaproyek tunnel selama menjadi gu­ alasan lainnya. Pihak kepolisian akan melakukan press



pembukaan konvensi partai besar besok pagi di di Denpasar, dan ”Dengan penangkapan ini, JD dipastikan batal menghadiri conference nanti malam pukul sembilan, memberikan keterangan lengkap atas penangkapan yang amat mengejutkan ini. calon presiden atau beliau terpaksa didiskualifikasi karena kasus kami belum bisa memastikan apakah JD tetap menjadi kandidat pembukaan konvensi partai besar besok pagi Denpasar, dan ”Dengan penangkapan ini, JD dipastikan batal menghadiri lengkap atas penangkapan yang amat mengejutkan ini. conference nanti malam pukul sembilan, memberikan keterangan calon presiden atau beliau terpaksa didiskualifikasi karena kasus kami belum bisa memastikan apakah JD tetap menjadi kandidat pembukaan konvensi partai besar besok pagi di Denpasar, dan ”Dengan penangkapan ini, JD dipastikan batal menghadiri lengkap atas penangkapan yang amat mengejutkan ini. conference nanti malam pukul sembilan, memberikan keterangan calon presiden atau beliau terpaksa didiskualifikasi karena kasus kami belum bisa memastikan apakah JD tetap menjadi kandidat pembukaan konvensi partai besar besok pagi di Denpasar, dan ”Dengan penangkapan ini, JD dipastikan batal menghadiri conference nanti malam pukul sembilan, memberikan keterangan lengkap atas penangkapan yang amat mengejutkan ini. calon presiden atau beliau terpaksa didiskualifikasi karena kasus kami belum bisa memastikan apakah JD tetap menjadi kandidat pembukaan konvensi partai besar besok pagi di Denpasar, dan ”Dengan penangkapan ini, JD dipastikan batal menghadiri lengkap atas penangkapan yang amat mengejutkan ini. ini. Beberapa pengurus partai berwarna lembayung itu belum calon presiden atau beliau terpaksa didiskualifikasi karena kasus kami belum bisa memastikan apakah JD tetap menjadi kandidat pembukaan konvensi partai besar besok pagi di Denpasar, dan lengkap atas penangkapan yang amat mengejutkan ini. ”Dengan penangkapan ini, JD dipastikan batal menghadiri ini. Beberapa pengurus partai berwarna lembayung itu belum calon presiden atau beliau terpaksa didiskualifikasi karena kasus kami belum bisa memastikan apakah JD tetap menjadi kandidat pembukaan konvensi partai besar besok pagi di Denpasar, dan ”Dengan penangkapan ini, JD dipastikan batal menghadiri lengkap atas penangkapan yang amat mengejutkan ini. ini. Beberapa pengurus partai berwarna lembayung itu belum calon presiden atau beliau terpaksa didiskualifikasi karena kasus kami belum bisa memastikan apakah JD tetap menjadi kandidat pembukaan konvensi partai besar besok pagi di Denpasar, dan ”Dengan penangkapan ini, JD dipastikan batal menghadiri lengkap atas penangkapan yang amat mengejutkan ini. ini. Beberapa pengurus partai berwarna lembayung itu belum calon presiden atau beliau terpaksa didiskualifikasi karena kasus kami belum bisa memastikan apakah JD tetap menjadi kandidat pembukaan konvensi partai besar besok pagi di Denpasar, dan ”Dengan penangkapan ini, JD dipastikan batal menghadiri lengkap atas penangkapan yang amat mengejutkan ini. ini. Beberapa pengurus partai berwarna lembayung itu belum calon presiden atau beliau terpaksa didiskualifikasi karena kasus kami belum bisa memastikan apakah JD tetap menjadi kandidat pembukaan konvensi partai besar besok pagi di Denpasar, dan ”Dengan penangkapan ini, JD dipastikan batal menghadiri bisa memberikan konfirmasi, masih menunggu pertemuan ter­ ini. Beberapa pengurus partai berwarna lembayung itu belum calon presiden atau beliau terpaksa didiskualifikasi karena kasus kami belum bisa memastikan apakah JD tetap menjadi kandidat pembukaan konvensi partai besar besok pagi di Denpasar, dan ”Dengan penangkapan ini, JD dipastikan batal menghadiri bisa memberikan konfirmasi, masih menunggu pertemuan ter­ ini. Beberapa pengurus partai berwarna lembayung itu belum calon presiden atau beliau terpaksa didiskualifikasi karena kasus kami belum bisa memastikan apakah JD tetap menjadi kandidat pembukaan konvensi partai besar besok pagi di Denpasar, dan ”Dengan penangkapan ini, JD dipastikan batal menghadiri bisa memberikan konfirmasi, masih menunggu pertemuan ter­ ini. Beberapa pengurus partai berwarna lembayung itu belum calon presiden atau beliau terpaksa didiskualifikasi karena kasus kami belum bisa memastikan apakah JD tetap menjadi kandidat pembukaan konvensi partai besar besok pagi di Denpasar, dan ”Dengan penangkapan ini, JD dipastikan batal menghadiri bisa memberikan konfirmasi, masih menunggu pertemuan ter­ ini. Beberapa pengurus partai berwarna lembayung itu belum calon presiden atau beliau terpaksa didiskualifikasi karena kasus kami belum bisa memastikan apakah JD tetap menjadi kandidat pembukaan konvensi partai besar besok pagi di Denpasar, dan ”Dengan penangkapan ini, JD dipastikan batal menghadiri bisa memberikan konfirmasi, masih menunggu pertemuan ter­ ini. Beberapa pengurus partai berwarna lembayung itu belum calon presiden atau beliau terpaksa didiskualifikasi karena kasus kami belum bisa memastikan apakah JD tetap menjadi kandidat pembukaan konvensi partai besar besok pagi di Denpasar, dan batas antar pemimpin partai untuk membahas hal ini, dan boleh bisa memberikan konfirmasi, masih menunggu pertemuan ter­ ini. Beberapa pengurus partai berwarna lembayung itu belum calon presiden atau beliau terpaksa didiskualifikasi karena kasus kami belum bisa memastikan apakah JD tetap menjadi kandidat pembukaan konvensi partai besar besok pagi di Denpasar, dan batas antar pemimpin partai untuk membahas hal ini, dan boleh bisa memberikan konfirmasi, masih menunggu pertemuan ter­ ini. Beberapa pengurus partai berwarna lembayung itu belum calon presiden atau beliau terpaksa didiskualifikasi karena kasus kami belum bisa memastikan apakah JD tetap menjadi kandidat pembukaan konvensi partai besar besok pagi di Denpasar, dan batas antar pemimpin partai untuk membahas hal ini, dan boleh bisa memberikan konfirmasi, masih menunggu pertemuan ter­ ini. Beberapa pengurus partai berwarna lembayung itu belum calon presiden atau beliau terpaksa didiskualifikasi karena kasus kami belum bisa memastikan apakah JD tetap menjadi kandidat pembukaan konvensi partai besar besok pagi di Denpasar, dan batas antar pemimpin partai untuk membahas hal ini, dan boleh bisa memberikan konfirmasi, masih menunggu pertemuan ter­ ini. Beberapa pengurus partai berwarna lembayung itu belum calon presiden atau beliau terpaksa didiskualifikasi karena kasus kami belum bisa memastikan apakah JD tetap menjadi kandidat pembukaan konvensi partai besar besok pagi di Denpasar, dan batas antar pemimpin partai untuk membahas hal ini, dan boleh bisa memberikan konfirmasi, masih menunggu pertemuan ter­ ini. Beberapa pengurus partai berwarna lembayung itu belum calon presiden atau beliau terpaksa didiskualifikasi karena kasus kami belum bisa memastikan apakah JD tetap menjadi kandidat jadi baru bisa diputuskan saat pembukaan konvensi besok pagi. batas antar pemimpin partai untuk membahas hal ini, dan boleh bisa memberikan konfirmasi, masih menunggu pertemuan ter­ ini. Beberapa pengurus partai berwarna lembayung itu belum calon presiden atau beliau terpaksa didiskualifikasi karena kasus kami belum bisa memastikan apakah JD tetap menjadi kandidat jadi baru bisa diputuskan saat pembukaan konvensi besok pagi. batas antar pemimpin partai untuk membahas hal ini, dan boleh bisa memberikan konfirmasi, masih menunggu pertemuan ter­ ini. Beberapa pengurus partai berwarna lembayung itu belum calon presiden atau beliau terpaksa didiskualifikasi karena kasus kami belum bisa memastikan apakah JD tetap menjadi kandidat jadi baru bisa diputuskan saat pembukaan konvensi besok pagi. batas antar pemimpin partai untuk membahas hal ini, dan boleh bisa memberikan konfirmasi, masih menunggu pertemuan ter­ ini. Beberapa pengurus partai berwarna lembayung itu belum calon presiden atau beliau terpaksa didiskualifikasi karena kasus kami belum bisa memastikan apakah JD tetap menjadi kandidat jadi baru bisa diputuskan saat pembukaan konvensi besok pagi. batas antar pemimpin partai untuk membahas hal ini, dan boleh bisa memberikan konfirmasi, masih menunggu pertemuan ter­ ini. Beberapa pengurus partai berwarna lembayung itu belum calon presiden atau beliau terpaksa didiskualifikasi karena kasus kami belum bisa memastikan apakah JD tetap menjadi kandidat jadi baru bisa diputuskan saat pembukaan konvensi besok pagi. batas antar pemimpin partai untuk membahas hal ini, dan boleh bisa memberikan konfirmasi, masih menunggu pertemuan ter­ ini. Beberapa pengurus partai berwarna lembayung itu belum calon presiden atau beliau terpaksa didiskualifikasi karena kasus ”Mantan gubernur ibu kota yang masa tugasnya berakhir se­ jadi baru bisa diputuskan saat pembukaan konvensi besok pagi. batas antar pemimpin partai untuk membahas hal ini, dan boleh bisa memberikan konfirmasi, masih menunggu pertemuan ter­ ini. Beberapa pengurus partai berwarna lembayung itu belum calon presiden atau beliau terpaksa didiskualifikasi karena kasus ”Mantan gubernur ibu kota yang masa tugasnya berakhir se­ jadi baru bisa diputuskan saat pembukaan konvensi besok pagi. batas antar pemimpin partai untuk membahas hal ini, dan boleh bisa memberikan konfirmasi, masih menunggu pertemuan ter­ ini. Beberapa pengurus partai berwarna lembayung itu belum calon presiden atau beliau terpaksa didiskualifikasi karena kasus ”Mantan gubernur ibu kota yang masa tugasnya berakhir se­ jadi baru bisa diputuskan saat pembukaan konvensi besok pagi. batas antar pemimpin partai untuk membahas hal ini, dan boleh bisa memberikan konfirmasi, masih menunggu pertemuan ter­ ini. Beberapa pengurus partai berwarna lembayung itu belum calon presiden atau beliau terpaksa didiskualifikasi karena kasus ”Mantan gubernur ibu kota yang masa tugasnya berakhir se­ jadi baru bisa diputuskan saat pembukaan konvensi besok pagi. batas antar pemimpin partai untuk membahas hal ini, dan boleh bisa memberikan konfirmasi, masih menunggu pertemuan ter­ ini. Beberapa pengurus partai berwarna lembayung itu belum calon presiden atau beliau terpaksa didiskualifikasi karena kasus ”Mantan gubernur ibu kota yang masa tugasnya berakhir se­ jadi baru bisa diputuskan saat pembukaan konvensi besok pagi. batas antar pemimpin partai untuk membahas hal ini, dan boleh bisa memberikan konfirmasi, masih menunggu pertemuan ter­ ini. Beberapa pengurus partai berwarna lembayung itu belum dan memutuskan tidak ikut pemilihan gubernur tahun lalu, ”Mantan gubernur ibu kota yang masa tugasnya berakhir se­ jadi baru bisa diputuskan saat pembukaan konvensi besok pagi. batas antar pemimpin partai untuk membahas hal ini, dan boleh bisa memberikan konfirmasi, masih menunggu pertemuan ter­ ini. Beberapa pengurus partai berwarna lembayung itu belum dan memutuskan tidak ikut pemilihan gubernur tahun lalu, ”Mantan gubernur ibu kota yang masa tugasnya berakhir se­ jadi baru bisa diputuskan saat pembukaan konvensi besok pagi. batas antar pemimpin partai untuk membahas hal ini, dan boleh bisa memberikan konfirmasi, masih menunggu pertemuan ter­ ini. Beberapa pengurus partai berwarna lembayung itu belum dan memutuskan tidak ikut pemilihan gubernur tahun lalu, ”Mantan gubernur ibu kota yang masa tugasnya berakhir se­ jadi baru bisa diputuskan saat pembukaan konvensi besok pagi. batas antar pemimpin partai untuk membahas hal ini, dan boleh bisa memberikan konfirmasi, masih menunggu pertemuan ter­ ini. Beberapa pengurus partai berwarna lembayung itu belum dan memutuskan tidak ikut pemilihan gubernur tahun lalu, ”Mantan gubernur ibu kota yang masa tugasnya berakhir se­ jadi baru bisa diputuskan saat pembukaan konvensi besok pagi. batas antar pemimpin partai untuk membahas hal ini, dan boleh bisa memberikan konfirmasi, masih menunggu pertemuan ter­ ini. Beberapa pengurus partai berwarna lembayung itu belum dan memutuskan tidak ikut pemilihan gubernur tahun lalu, ”Mantan gubernur ibu kota yang masa tugasnya berakhir se­ jadi baru bisa diputuskan saat pembukaan konvensi besok pagi. batas antar pemimpin partai untuk membahas hal ini, dan boleh bisa memberikan konfirmasi, masih menunggu pertemuan ter­ untuk periode kedua kalinya meskipun fakta survei 90 persen dan memutuskan tidak ikut pemilihan gubernur tahun lalu, ”Mantan gubernur ibu kota yang masa tugasnya berakhir se­ jadi baru bisa diputuskan saat pembukaan konvensi besok pagi. batas antar pemimpin partai untuk membahas hal ini, dan boleh bisa memberikan konfirmasi, masih menunggu pertemuan ter­ untuk periode kedua kalinya meskipun fakta survei 90 persen dan memutuskan tidak ikut pemilihan gubernur tahun lalu, ”Mantan gubernur ibu kota yang masa tugasnya berakhir se­ jadi baru bisa diputuskan saat pembukaan konvensi besok pagi. batas antar pemimpin partai untuk membahas hal ini, dan boleh bisa memberikan konfirmasi, masih menunggu pertemuan ter­ untuk periode kedua kalinya meskipun fakta survei 90 persen dan memutuskan tidak ikut pemilihan gubernur tahun lalu, ”Mantan gubernur ibu kota yang masa tugasnya berakhir se­ jadi baru bisa diputuskan saat pembukaan konvensi besok pagi. batas antar pemimpin partai untuk membahas hal ini, dan boleh bisa memberikan konfirmasi, masih menunggu pertemuan ter­ untuk periode kedua kalinya meskipun fakta survei 90 persen dan memutuskan tidak ikut pemilihan gubernur tahun lalu, ”Mantan gubernur ibu kota yang masa tugasnya berakhir se­ jadi baru bisa diputuskan saat pembukaan konvensi besok pagi. batas antar pemimpin partai untuk membahas hal ini, dan boleh bisa memberikan konfirmasi, masih menunggu pertemuan ter­ untuk periode kedua kalinya meskipun fakta survei 90 persen dan memutuskan tidak ikut pemilihan gubernur tahun lalu, ”Mantan gubernur ibu kota yang masa tugasnya berakhir se­ jadi baru bisa diputuskan saat pembukaan konvensi besok pagi. batas antar pemimpin partai untuk membahas hal ini, dan boleh lebih penduduk Jakarta akan memilihnya kembali, adalah kan­ untuk periode kedua kalinya meskipun fakta survei 90 persen dan memutuskan tidak ikut pemilihan gubernur tahun lalu, ”Mantan gubernur ibu kota yang masa tugasnya berakhir se­ jadi baru bisa diputuskan saat pembukaan konvensi besok pagi. batas antar pemimpin partai untuk membahas hal ini, dan boleh lebih penduduk Jakarta akan memilihnya kembali, adalah kan­ untuk periode kedua kalinya meskipun fakta survei 90 persen dan memutuskan tidak ikut pemilihan gubernur tahun lalu, ”Mantan gubernur ibu kota yang masa tugasnya berakhir se­ jadi baru bisa diputuskan saat pembukaan konvensi besok pagi. batas antar pemimpin partai untuk membahas hal ini, dan boleh lebih penduduk Jakarta akan memilihnya kembali, adalah kan­ untuk periode kedua kalinya meskipun fakta survei 90 persen dan memutuskan tidak ikut pemilihan gubernur tahun lalu, ”Mantan gubernur ibu kota yang masa tugasnya berakhir se­ jadi baru bisa diputuskan saat pembukaan konvensi besok pagi. batas antar pemimpin partai untuk membahas hal ini, dan boleh lebih penduduk Jakarta akan memilihnya kembali, adalah kan­ untuk periode kedua kalinya meskipun fakta survei 90 persen dan memutuskan tidak ikut pemilihan gubernur tahun lalu, ”Mantan gubernur ibu kota yang masa tugasnya berakhir se­ jadi baru bisa diputuskan saat pembukaan konvensi besok pagi. batas antar pemimpin partai untuk membahas hal ini, dan boleh lebih penduduk Jakarta akan memilihnya kembali, adalah kan­ untuk periode kedua kalinya meskipun fakta survei 90 persen dan memutuskan tidak ikut pemilihan gubernur tahun lalu, ”Mantan gubernur ibu kota yang masa tugasnya berakhir se­ jadi baru bisa diputuskan saat pembukaan konvensi besok pagi. didat paling serius konvensi partai tersebut. JD adalah salah satu lebih penduduk Jakarta akan memilihnya kembali, adalah kan­ untuk periode kedua kalinya meskipun fakta survei 90 persen dan memutuskan tidak ikut pemilihan gubernur tahun lalu, ”Mantan gubernur ibu kota yang masa tugasnya berakhir se­ jadi baru bisa diputuskan saat pembukaan konvensi besok pagi. didat paling serius konvensi partai tersebut. JD adalah salah satu lebih penduduk Jakarta akan memilihnya kembali, adalah kan­ untuk periode kedua kalinya meskipun fakta survei 90 persen dan memutuskan tidak ikut pemilihan gubernur tahun lalu, ”Mantan gubernur ibu kota yang masa tugasnya berakhir se­ jadi baru bisa diputuskan saat pembukaan konvensi besok pagi. didat paling serius konvensi partai tersebut. JD adalah salah satu lebih penduduk Jakarta akan memilihnya kembali, adalah kan­ untuk periode kedua kalinya meskipun fakta survei 90 persen dan memutuskan tidak ikut pemilihan gubernur tahun lalu, ”Mantan gubernur ibu kota yang masa tugasnya berakhir se­ jadi baru bisa diputuskan saat pembukaan konvensi besok pagi. didat paling serius konvensi partai tersebut. JD adalah salah satu lebih penduduk Jakarta akan memilihnya kembali, adalah kan­ untuk periode kedua kalinya meskipun fakta survei 90 persen dan memutuskan tidak ikut pemilihan gubernur tahun lalu, ”Mantan gubernur ibu kota yang masa tugasnya berakhir se­ jadi baru bisa diputuskan saat pembukaan konvensi besok pagi. didat paling serius konvensi partai tersebut. JD adalah salah satu lebih penduduk Jakarta akan memilihnya kembali, adalah kan­ untuk periode kalinya meskipun survei 90 persen dankedua memutuskan tidak ikutfakta pemilihan gubernur tahun lalu, ”Mantan gubernur ibu kota yang masa tugasnya berakhir se­ pejabat pemerintahan paling populer, dikenal dekat dengan rak­ didat paling serius konvensi partai tersebut. JD adalah salah satu lebih penduduk Jakarta akan memilihnya kembali, adalah kan­ untuk periode kedua kalinya meskipun fakta survei 90 persen dan memutuskan tidak ikut pemilihan gubernur tahun lalu, ”Mantan gubernur ibu kota yang masa tugasnya berakhir se­ pejabat pemerintahan paling populer, dikenal dekat dengan rak­ didat paling serius konvensi partai tersebut. JD adalah salah satu lebih penduduk Jakarta akan memilihnya kembali, adalah kan­ untuk periode kedua kalinya meskipun fakta survei 90 persen dan memutuskan tidak ikut pemilihan gubernur tahun lalu, ”Mantan gubernur ibu kota yang masa tugasnya berakhir se­ pejabat pemerintahan paling populer, dikenal dekat dengan rak­ didat paling serius konvensi partai tersebut. JD adalah salah satu lebih penduduk Jakarta akan memilihnya kembali, adalah kan­ untuk periode kalinya meskipun survei 90 persen dankedua memutuskan tidak ikutfakta pemilihan gubernur tahun lalu, ”Mantan gubernur ibu kota yang masa tugasnya berakhir se­ pejabat pemerintahan paling populer, dikenal dekat dengan rak­ didat paling serius konvensi partai tersebut. JD adalah salah satu lebih penduduk Jakarta akan memilihnya kembali, adalah kan­ dan memutuskan tidak ikut pemilihan gubernur tahun lalu, untuk periode kedua kalinya meskipun fakta survei 90 persen ”Mantan gubernur ibu kota yang masa tugasnya berakhir se­ pejabat pemerintahan paling populer, dikenal dekat dengan rak­ didat paling serius konvensi partai tersebut. JD adalah salah satu lebih penduduk Jakarta akan memilihnya kembali, adalah kan­ untuk periode kedua kalinya meskipun fakta survei 90 persen dan memutuskan tidak ikut pemilihan gubernur tahun lalu, telah membentuk tim solid setahun lalu untuk yat kecil. JD pejabat pemerintahan paling populer, dikenal dekat dengan rak­ didat paling serius konvensi partai tersebut. JD adalah salah satu untuk periode kedua kalinya meskipun fakta survei 90 persen lebih penduduk Jakarta akan memilihnya kembali, adalah kan­ dan memutuskan tidak ikut pemilihan gubernur tahun lalu, telah membentuk tim solid setahun lalu untuk yat kecil. JD pejabat pemerintahan paling populer, dikenal dekat dengan rak­ didat paling serius konvensi partai tersebut. JD adalah salah satu lebih penduduk Jakarta akan memilihnya kembali, adalah kan­ untuk periode kedua kalinya meskipun fakta survei 90 persen dan memutuskan tidak ikut pemilihan gubernur tahun lalu, telah membentuk tim solid setahun lalu untuk yat kecil. JD pejabat pemerintahan paling populer, dikenal dekat dengan rak­ didat paling serius konvensi partai tersebut. JD adalah salah satu lebih penduduk Jakarta akan memilihnya kembali, adalah kan­ untuk periode kedua kalinya meskipun fakta survei 90 persen dan memutuskan tidak ikut pemilihan gubernur tahun lalu, telah membentuk tim solid setahun lalu untuk yat kecil. JD pejabat pemerintahan paling populer, dikenal dekat dengan rak­ didat paling serius konvensi partai tersebut. JD adalah salah satu untuk periode kedua kalinya meskipun fakta survei 90 persen lebih penduduk Jakarta akan memilihnya kembali, adalah kan­ dan memutuskan tidak ikut pemilihan gubernur tahun lalu, telah membentuk tim solid setahun lalu untuk yat kecil. JD pejabat pemerintahan paling populer, dikenal dekat dengan rak­ didat paling serius konvensi partai tersebut. JD adalah salah satu lebih penduduk Jakarta akanpartai memilihnya kembali, adalah kan­ untuk periode kedua kalinya meskipun fakta survei 90 persen mengejar target lebih tinggi, tampuk kekuasaan di negeri ini, telah membentuk tim solid setahun lalu untuk yat kecil. JD pejabat pemerintahan paling populer, dikenal dekat dengan rak­ lebih penduduk Jakarta akan memilihnya kembali, adalah kan­ didat paling serius konvensi tersebut. JD adalah salah satu untuk periode kedua kalinya meskipun fakta survei 90 persen mengejar target lebih tinggi, tampuk kekuasaan di negeri ini, telah membentuk tim solid setahun lalu untuk yat kecil. JD pejabat pemerintahan paling populer, dikenal dekat dengan rak­ didat paling serius konvensi tersebut. JD adalah salah satu lebih penduduk Jakarta akan memilihnya kembali, adalah kan­ untuk periode kedua kalinya meskipun fakta survei 90 persen mengejar target lebih tinggi, tampuk kekuasaan di negeri ini, telah membentuk tim solid setahun lalu untuk yat kecil. JD pejabat pemerintahan paling populer, dikenal dekat dengan rak­ didat paling serius konvensi partai tersebut. JD adalah salah satu lebih penduduk Jakarta akanpartai memilihnya kembali, adalah kan­ untuk periode kedua kalinya meskipun fakta survei 90 persen mengejar target lebih tinggi, tampuk kekuasaan di negeri ini, telah membentuk tim solid setahun lalu untuk yat kecil. JD lebih penduduk Jakarta akan memilihnya kembali, adalah kan­ pejabat pemerintahan paling populer, dikenal dekat dengan rak­ didat paling serius konvensi partai tersebut. JD adalah salah satu untuk periode kedua kalinya meskipun fakta survei 90 persen mengejar target lebih tinggi, tampuk kekuasaan di negeri ini, telah membentuk tim solid setahun lalu untuk yat kecil. JD pejabat pemerintahan paling populer, dikenal dekat dengan rak­ didat paling serius konvensi partai tersebut. JD adalah salah satu lebih penduduk Jakarta akan memilihnya kembali, adalah kan­ pemilihan presiden tahun depan. Dengan kasus ini, belum ada mengejar target lebih tinggi, tampuk kekuasaan di negeri ini, didat paling serius konvensi partai tersebut. JD adalah salah satu telah membentuk tim solid setahun lalu untuk yat kecil. JD pejabat pemerintahan paling populer, dikenal dekat dengan rak­ lebih penduduk Jakarta akan memilihnya kembali, adalah kan­ pemilihan presiden tahun depan. Dengan kasus ini, belum ada mengejar target lebih tinggi, tampuk kekuasaan di negeri ini, telah membentuk tim solid setahun lalu untuk yat kecil. JD pejabat pemerintahan paling populer, dikenal dekat dengan rak­ didat paling serius konvensi partai tersebut. JD adalah salah satu lebih penduduk Jakarta akan memilihnya kembali, adalah kan­ pemilihan presiden tahun depan. Dengan kasus ini, belum ada mengejar target lebih tinggi, tampuk kekuasaan di negeri ini, telah membentuk tim solid setahun lalu untuk yat kecil. JD pejabat pemerintahan paling populer, dikenal dekat dengan rak­ didat paling serius konvensi partai tersebut. JD adalah salah satu lebih penduduk Jakarta akan memilihnya kembali, adalah kan­ pemilihan presiden tahun depan. Dengan kasus ini, belum ada mengejar target lebih tinggi, tampuk kekuasaan di negeri ini, didat paling serius konvensi partai tersebut. JD adalah salah satu telah membentuk tim solid setahun lalu untuk yat kecil. JD pejabat pemerintahan paling populer, dikenal dekat dengan rak­ lebih penduduk Jakarta akan memilihnya kembali, adalah kan­ pemilihan presiden tahun depan. Dengan kasus ini, belum ada mengejar target lebih tinggi, tampuk kekuasaan di negeri ini, telah membentuk tim solid setahun lalu untuk yat kecil. JD pejabat pemerintahan paling populer, dikenal dekat dengan rak­ didat paling serius konvensi partai tersebut. JD adalah salah satu pihak yang bisa....” pemilihan presiden tahun depan. Dengan kasus ini, belum ada pejabat pemerintahan paling populer, dikenal dekat dengan rak­ mengejar target lebih tinggi, tampuk kekuasaan di negeri ini, telah membentuk tim solid setahun lalu untuk yat kecil. JD didat paling serius konvensi partai tersebut. JD adalah salah satu pihak yang bisa....” pemilihan presiden tahun depan. Dengan kasus ini, belum ada mengejar target lebih tinggi, tampuk kekuasaan di negeri ini, telah membentuk tim solid setahun lalu untuk yat kecil. JD pejabat pemerintahan paling populer, dikenal dekat dengan rak­ didat paling serius konvensi partai tersebut. JD adalah salah satu pihak yang bisa....” pemilihan presiden tahun depan. Dengan kasus ini, belum ada mengejar target lebih tinggi, tampuk kekuasaan di negeri ini, telah membentuk tim solid setahun lalu untuk yat kecil. JD populer, dikenal dekat dengan rak­ didat paling serius konvensi partai tersebut. JD adalah salah satu pihak yang bisa....” pemilihan presiden tahun depan. Dengan kasus ini, belum ada pejabat pemerintahan paling populer, dikenal dekat dengan rak­ mengejar target lebih tinggi, tampuk kekuasaan di negeri ini, telah membentuk tim solid setahun lalu untuk yat kecil. JD didat paling serius konvensi partai tersebut. JD adalah salah satu pihak yang bisa....” pemilihan presiden tahun depan. Dengan kasus ini, belum ada mengejar target lebih tinggi, tampuk kekuasaan di negeri ini, telah membentuk tim solid setahun lalu untuk yat kecil. JD pejabat pemerintahan paling populer, dikenal dekat dengan rak­ Aku tidak mendengarkan lagi kalimat pembawa acara siaran pihak yang bisa....” telah membentuk tim solid setahun lalu untuk yat kecil. JD pemilihan presiden tahun depan. Dengan kasus ini, belum ada mengejar target lebih tinggi, tampuk kekuasaan di negeri ini, pejabat pemerintahan paling populer, dikenal dekat dengan rak­ Aku tidak mendengarkan lagi kalimat pembawa acara siaran pihak yang bisa....” pemilihan presiden tahun depan. Dengan kasus ini, belum ada mengejar target lebih tinggi, tampuk kekuasaan di negeri ini, telah membentuk tim solid setahun lalu untuk yat kecil. JD pejabat pemerintahan paling populer, dikenal dekat dengan rak­ Aku tidak mendengarkan lagi kalimat pembawa acara siaran pihak yang bisa....” pemilihan presiden tahun depan. Dengan kasus ini, belum ada mengejar target lebih tinggi, tampuk kekuasaan di negeri ini, telah membentuk tim solid setahun lalu untuk yat kecil. JD pejabat pemerintahan paling populer, dikenal dekat dengan rak­ Aku tidak mendengarkan lagi kalimat pembawa acara siaran membentuk tim solid setahun lalu untuk pihak yang bisa....” pemilihan presiden tahun depan. Dengan kasus ini, belum ada mengejar target lebih tinggi, tampuk kekuasaan di negeri ini, pejabat pemerintahan paling populer, dikenal dekat dengan rak­ Aku tidak mendengarkan lagi kalimat pembawa acara siaran pihak yang bisa....” pemilihan presiden tahun depan. Dengan kasus ini, belum ada mengejar target lebih tinggi, tampuk kekuasaan di negeri ini, telah membentuk tim solid setahun lalu untuk yat kecil. JD langsung tersebut. Aku melihat potongan gambar klien politikku mengejar target lebih tinggi, tampuk kekuasaan di negeri ini, Aku tidak mendengarkan lagi kalimat pembawa acara siaran pihak yang bisa....” pemilihan presiden tahun depan. Dengan kasus ini, belum ada telah membentuk tim solid setahun lalu untuk yat kecil. JD langsung tersebut. Aku melihat potongan gambar klien politikku Aku tidak mendengarkan lagi kalimat pembawa acara siaran pihak yang bisa....” pemilihan presiden tahun depan. Dengan kasus ini, belum ada mengejar target lebih tinggi, tampuk kekuasaan di negeri ini, telah membentuk tim solid setahun lalu untuk yat kecil. JD langsung tersebut. Aku melihat potongan gambar klien politikku Aku tidak mendengarkan lagi kalimat pembawa acara siaran pihak yang bisa....” pemilihan presiden tahun depan. Dengan kasus ini, belum ada tinggi, tampuk kekuasaan di negeri ini, telah membentuk tim solid setahun lalu untuk yat kecil. JD langsung tersebut. Aku melihat potongan gambar klien politikku mengejar target lebih tinggi, tampuk kekuasaan di negeri ini, Aku tidak mendengarkan lagi kalimat pembawa acara siaran pihak yang bisa....” pemilihan presiden tahun depan. Dengan kasus ini, belum ada telah membentuk tim solid setahun lalu untuk yat kecil. JD langsung tersebut. Aku melihat potongan gambar klien politikku Akuyang tidak mendengarkan lagi kalimat pembawa acara siaran pihak bisa....” depan. Dengan kasus ini, belum ada mengejar target lebih tinggi, tampuk kekuasaan di negeri ini, dengan tangan terborgol dinaikkan paksa ke atas mobil tahanan. pemilihan presiden tahun depan. Dengan kasus ini, belum ada langsung tersebut. Aku melihat potongan gambar klien politikku Aku tidak mendengarkan lagi kalimat pembawa acara siaran pihak yang bisa....” mengejar target lebih tinggi, tampuk kekuasaan di negeri ini, dengan tangan terborgol dinaikkan paksa ke atas mobil tahanan. langsung tersebut. Aku melihat potongan gambar klien politikku Aku tidak mendengarkan lagi kalimat pembawa acara siaran pihak yang bisa....” pemilihan presiden tahun depan. Dengan kasus ini, belum ada mengejar target lebih tinggi, tampuk kekuasaan di negeri ini, dengan tangan terborgol dinaikkan paksa ke atas mobil tahanan. langsung tersebut. Aku melihat potongan gambar klien politikku Aku tidak mendengarkan lagi kalimat pembawa acara siaran pihak yang bisa....” depan. Dengan kasus ini, belum ada mengejar target lebih tinggi, tampuk kekuasaan di negeri ini, pemilihan presiden tahun depan. Dengan kasus ini, belum ada dengan tangan terborgol dinaikkan paksa ke atas mobil tahanan. langsung tersebut. Aku melihat potongan gambar klien politikku Aku tidak mendengarkan lagi kalimat pembawa acara siaran pihak yang bisa....” mengejar target lebih tinggi, tampuk kekuasaan di negeri ini, dengan tangan terborgol dinaikkan paksa ke atas mobil tahanan. langsung tersebut. Aku melihat potongan gambar klien politikku Aku tidak mendengarkan lagi kalimat pembawa acara siaran pihak yang bisa....” pemilihan presiden tahun depan. Dengan kasus ini, belum ada Laras senjata yang teracung, kerumunan massa semakin banyak, dengan tangan terborgol dinaikkan paksa ke atas mobil tahanan. langsung tersebut. Aku melihat potongan gambar klien politikku Aku tidak mendengarkan lagi kalimat pembawa acara siaran pemilihan presiden tahun depan. Dengan kasus ini, belum ada Laras senjata yang teracung, kerumunan massa semakin banyak, dengan tangan terborgol dinaikkan paksa ke atas mobil tahanan. langsung tersebut. Aku melihat potongan gambar klien politikku Aku tidak mendengarkan lagi kalimat pembawa acara siaran pihak yang bisa....” pemilihan presiden tahun depan. Dengan kasus ini, belum ada Laras senjata yang teracung, kerumunan massa semakin banyak, dengan tangan terborgol dinaikkan paksa ke atas mobil tahanan. langsung tersebut. Aku melihat potongan gambar klien politikku Aku tidak mendengarkan lagi kalimat pembawa acara siaran pemilihan presiden tahun depan. Dengan kasus ini, belum ada pihak yang bisa....” Laras senjata yang teracung, kerumunan massa semakin banyak, dengan tangan terborgol dinaikkan paksa ke atas mobil tahanan. langsung tersebut. Aku melihat potongan gambar klien politikku Aku tidak mendengarkan lagi kalimat pembawa acara siaran pemilihan presiden tahun depan. Dengan kasus ini, belum ada Laras senjata yang teracung, kerumunan massa semakin banyak, dengan tangan terborgol dinaikkan paksa ke atas mobil tahanan. langsung tersebut. Aku melihat gambar klien politikku lagipotongan kalimat pembawa acara siaran pihak yang bisa....” Aku tidak mendengarkan lagi kalimat pembawa acara siaran teriakan-teriakan protes, dan marah. Satu-dua pendukung berani Laras yang teracung, kerumunan massa semakin banyak, dengan tangan terborgol dinaikkan paksa ke atas mobil tahanan. langsung tersebut. Aku melihat potongan gambar klien politikku pihak yang bisa....” teriakan-teriakan protes, dan marah. Satu-dua pendukung berani Laras senjata yang teracung, kerumunan massa semakin banyak, dengan tangan terborgol dinaikkan paksa ke atas mobil tahanan. langsung tersebut. Aku melihat gambar klien politikku Akusenjata tidak mendengarkan lagi kalimat pembawa acara siaran pihak yang bisa....” teriakan-teriakan protes, dan marah. Satu-dua pendukung berani Laras senjata yang teracung, kerumunan massa semakin banyak, dengan tangan terborgol dinaikkan paksa ke atas mobil tahanan. langsung tersebut. Aku melihat potongan gambar klien politikku lagipotongan kalimat pembawa acara siaran pihak yang bisa....” Aku tidak mendengarkan lagi kalimat pembawa acara siaran teriakan-teriakan protes, dan marah. Satu-dua pendukung berani Laras senjata yang teracung, kerumunan massa semakin banyak, dengan tangan terborgol dinaikkan paksa ke atas mobil tahanan. langsung tersebut. Aku melihat potongan gambar klien politikku pihak yang bisa....” teriakan-teriakan protes, dan marah. Satu-dua pendukung berani Laras senjata yang teracung, kerumunan massa semakin banyak, dengan tangan terborgol dinaikkan paksa ke atas mobil tahanan. langsung tersebut. Aku melihat potongan gambar klien politikku Aku tidak mendengarkan lagi kalimat pembawa acara siaran melihat potongan gambar klien politikku merangsek mendekat yang segera dilumpuhkan polisi. Sebelum teriakan-teriakan protes, dan marah. Satu-dua pendukung berani Laras senjata yang teracung, kerumunan massa semakin banyak, dengan tangan terborgol dinaikkan paksa ke atas mobil tahanan. Aku tidak mendengarkan lagi kalimat pembawa acara siaran merangsek mendekat yang segera dilumpuhkan polisi. Sebelum teriakan-teriakan protes, dan marah. Satu-dua pendukung berani Laras senjata yang teracung, kerumunan massa semakin banyak, dengan tangan terborgol dinaikkan paksa ke atas mobil tahanan. langsung tersebut. Aku melihat potongan gambar klien politikku Aku tidak mendengarkan lagi kalimat pembawa acara siaran merangsek mendekat yang segera dilumpuhkan polisi. Sebelum teriakan-teriakan protes, dan marah. Satu-dua pendukung berani Laras senjata yang teracung, kerumunan massa semakin banyak, dengan tangan terborgol dinaikkan paksa ke atas mobil tahanan. melihat potongan gambar klien politikku Akusenjata tidak mendengarkan lagi kalimat pembawa acara siaran langsung tersebut. Aku melihat potongan gambar klien politikku merangsek mendekat yang segera dilumpuhkan polisi. Sebelum teriakan-teriakan protes, dan marah. Satu-dua pendukung berani Laras yang teracung, kerumunan massa semakin banyak, dengan tangan terborgol dinaikkan paksa ke atas mobil tahanan. Aku tidak mendengarkan lagi kalimat pembawa acara siaran merangsek mendekat yang segera dilumpuhkan polisi. Sebelum teriakan-teriakan protes, dan marah. Satu-dua pendukung berani Laras senjata yang teracung, kerumunan massa semakin banyak, dinaikkan paksa ke atas mobil tahanan. langsung tersebut. Aku melihat potongan gambar klien politikku dengan tangan terborgol dinaikkan paksa ke atas mobil tahanan. situasi menjadi tidak terkendali, mobil tahanan itu telah mening­ merangsek mendekat yang segera dilumpuhkan polisi. Sebelum teriakan-teriakan protes, dan marah. Satu-dua pendukung berani Laras senjata yang teracung, kerumunan massa semakin banyak, langsung tersebut. Aku melihat potongan gambar klien politikku situasi menjadi tidak terkendali, mobil tahanan itu telah mening­ merangsek mendekat yang segera dilumpuhkan polisi. Sebelum teriakan-teriakan protes, dan marah. Satu-dua pendukung berani Laras senjata yang teracung, kerumunan massa semakin banyak, dengan tangan terborgol dinaikkan paksa ke atas mobil tahanan. langsung tersebut. Aku melihat potongan gambar klien politikku situasi menjadi tidak terkendali, mobil tahanan itu telah mening­ merangsek mendekat yang segera dilumpuhkan polisi. Sebelum teriakan-teriakan protes, dan marah. Satu-dua pendukung berani Laras senjata yang teracung, kerumunan massa semakin banyak, dinaikkan paksa ke atas mobil tahanan. langsung tersebut. Aku melihat potongan gambar klien politikku dengan tangan terborgol dinaikkan paksa ke atas mobil tahanan. situasi menjadi tidak terkendali, mobil tahanan itu telah mening­ merangsek mendekat yang segera dilumpuhkan polisi. Sebelum teriakan-teriakan protes, dan marah. Satu-dua pendukung berani Laras senjata yang teracung, kerumunan massa semakin banyak, langsung tersebut. Aku melihat potongan gambar klien politikku situasi menjadi tidak terkendali, mobil tahanan itu telah mening­ merangsek mendekat yang segera dilumpuhkan polisi. Sebelum teriakan-teriakan protes, dan marah. Satu-dua pendukung berani Laras senjata yang teracung, kerumunan massa semakin banyak, dengan tangan terborgol dinaikkan paksa ke atas mobil tahanan. kerumunan massa semakin banyak, galkan lokasi dengan sirene meraung kencang. Menyisakan begi­ situasi menjadi tidak terkendali, mobil tahanan itu telah mening­ merangsek mendekat yang segera dilumpuhkan polisi. Sebelum teriakan-teriakan protes, dan marah. Satu-dua pendukung berani dengan tangan terborgol dinaikkan paksa ke atas mobil tahanan. galkan lokasi dengan sirene meraung kencang. Menyisakan begi­ situasi menjadi tidak terkendali, mobil tahanan itu telah mening­ merangsek mendekat yang segera dilumpuhkan polisi. Sebelum teriakan-teriakan protes, dan marah. Satu-dua pendukung berani Laras senjata yang teracung, kerumunan massa semakin banyak, dengan tangan terborgol dinaikkan paksa ke atas mobil tahanan. galkan lokasi dengan sirene meraung kencang. Menyisakan begi­ situasi menjadi tidak terkendali, mobil tahanan itu telah mening­ merangsek mendekat yang segera dilumpuhkan polisi. Sebelum teriakan-teriakan protes, dan marah. Satu-dua pendukung berani Laras senjata yang teracung, kerumunan massa semakin banyak, dengan tangan terborgol dinaikkan paksa ke atas mobil tahanan. kerumunan massa semakin banyak, galkan lokasi dengan sirene meraung kencang. Menyisakan begi­ situasi menjadi tidak terkendali, mobil tahanan itu telah mening­ merangsek mendekat yang segera dilumpuhkan polisi. Sebelum teriakan-teriakan protes, dan marah. Satu-dua pendukung berani dengan tangan terborgol dinaikkan paksa ke atas mobil tahanan. galkan lokasi dengan sirene meraung kencang. Menyisakan begi­ situasi menjadi tidak terkendali, mobil tahanan itu telah mening­ merangsek mendekat yang segera dilumpuhkan polisi. Sebelum marah. Satu-dua pendukung berani Laras senjata yang teracung, kerumunan massa semakin banyak, teriakan-teriakan protes, dan marah. Satu-dua pendukung berani tu banyak pertanyaan. galkan lokasi dengan sirene meraung kencang. Menyisakan begi­ situasi menjadi tidak terkendali, mobil tahanan itu telah mening­ merangsek mendekat yang segera dilumpuhkan polisi. Sebelum Laras senjata yang teracung, kerumunan massa semakin banyak, tu banyak pertanyaan. galkan lokasi dengan sirene meraung kencang. Menyisakan begi­ situasi menjadi tidak terkendali, mobil tahanan itu telah mening­ merangsek mendekat yang segera dilumpuhkan polisi. Sebelum teriakan-teriakan protes, dan marah. Satu-dua pendukung berani Laras senjata yang teracung, kerumunan massa semakin banyak, tu banyak pertanyaan. galkan lokasi dengan sirene meraung kencang. Menyisakan begi­ situasi menjadi tidak terkendali, mobil tahanan itu telah Sebelum mening­ merangsek mendekat yang dilumpuhkan polisi. marah. Satu-dua pendukung berani Laras senjata yang teracung, kerumunan massapendukung semakin banyak, teriakan-teriakan protes, dansegera marah. Satu-dua berani tu banyak pertanyaan. galkan lokasi dengan sirene meraung kencang. Menyisakan begi­



menggigit bibir, menoleh padaku. Aku menggeleng, kin? Maryam Yang lainnya memegang kepala, bergumam, ini sungguh me­ Beberapa wartawan perempuan di ruang tunggu bandara aku sungguh tidak tahu akan begini ada angin, tidak adajadinya. kabar, bagaimana mung­ ngagetkan. Tidak nutup wajahnya dengan telapak tangan, berseru tidak percaya. menggigit bibir, menoleh padaku. Aku menggeleng, kin? Maryam Beberapa wartawan perempuan di ruang tunggu bandara Yang lainnya memegang kepala, bergumam, ini sungguh me­



aku sungguh tidak tahu akan begini jadinya. ada angin, tidak ada kabar, bagaimana mung­ ngagetkan. Tidak nutup wajahnya dengan telapak tangan, berseru tidak percaya. menggigit bibir, menoleh padaku. Aku menggeleng, kin? Maryam Beberapa wartawan perempuan di ruang tunggu bandara me­ aku sungguh tidak tahu akan begini jadinya. ada angin, tidak ada kabar, bagaimana mung­ ngagetkan. Tidak nutup wajahnya dengan telapak tangan, berseru tidak percaya. Beberapa wartawan perempuan di ruang tunggu bandara me­ ”Apakah ini yang hendak kausampaikan, Thomas?” Sambas, menggigit bibir, menoleh padaku. Aku menggeleng, kin? Maryam ada angin, tidak ada kabar, bagaimana mu getkan. Tidak aku sungguh tidak tahu akan begini jadinya. ada angin, tidak ada kabar, bagaimana mung­ ngagetkan. Tidak nutup wajahnya dengan telapak tangan, berseru tidak percaya. Yang lainnya memegang kepala, bergumam, ini sungguh me­ ”Apakah ini yang hendak kausampaikan, Thomas?” Sambas, menggigit bibir, menoleh padaku. Aku menggeleng, kin? Maryam aku sungguh tidak tahu akan begini jadinya. ada angin, tidak ada kabar, bagaimana mung­ ngagetkan. Tidak nutup wajahnya dengan telapak tangan, berseru tidak percaya. ”Apakah ini yang hendak kausampaikan, Thomas?” Sambas, menggigit bibir, menoleh padaku. Aku menggeleng, kin? Maryam Yang lainnya memegang kepala, bergumam, ini sungguh me­ aku sungguh tidak tahu akan begini jadinya. nutup wajahnya dengan telapak tangan, berseru tidak percaya. ada angin, tidak ada kabar, bagaimana mung­ ngagetkan. Tidak ”Apakah ini yang hendak kausampaikan, Thomas?” Sambas, menggigit bibir, menoleh padaku. Aku menggeleng, kin? Maryam Yang lainnya memegang kepala, bergumam, ini sungguh me­ aku sungguh tidak tahu akan begini jadinya. nutup wajahnya dengan telapak tangan, berseru tidak percaya. ”Apakah ini yang hendak kausampaikan, Thomas?” Sambas, menggigit bibir, menoleh padaku. Aku menggeleng, kin? Maryam Yang lainnya memegang kepala, bergumam, ini sungguh me­ nutup wajahnya dengan telapak tangan, berseru tidak percaya. redaktur senior koran terbesar nasional menepuk bahuku pelan, aku sungguh tidak tahu akan begini jadinya. ”Apakah ini yang hendak kausampaikan, Thomas?” Sambas, menggigit bibir, menoleh padaku. Aku menggeleng, kin? Maryam Yang lainnya memegang kepala, bergumam, ini sungguh me­ ada angin, tidak ada kabar, bagaimana mung­ ngagetkan. Tidak redaktur senior koran terbesar nasional menepuk bahuku pelan, menggigit bibir, menoleh padaku. Aku mengge Maryam aku sungguh tidak tahu akan begini ”Apakah ini yang hendak kausampaikan, Thomas?” Sambas, menggigit bibir, menoleh padaku. Aku menggeleng, kin? Maryam Yang lainnya memegang kepala, bergumam, ini sungguh me­ redaktur senior koran terbesar nasional menepuk bahuku pelan, aku sungguh tidak tahu akan begini jadinya. ada angin, tidak adajadinya. kabar, bagaimana mung­ ngagetkan. Tidak ”Apakah ini yang hendak kausampaikan, Thomas?” Sambas, Yang lainnya memegang kepala, bergumam, ini sungguh me­ menggigit bibir, menoleh padaku. Aku menggeleng, kin? Maryam redaktur senior koran terbesar nasional menepuk bahuku pelan, aku sungguh tidak tahu akan begini jadinya. ada angin, tidak ada kabar, bagaimana mung­ ngagetkan. Tidak ”Apakah ini yang hendak kausampaikan, Thomas?” Sambas, Yang lainnya memegang kepala, bergumam, ini sungguh me­ redaktur senior koran terbesar nasional menepuk bahuku pelan, aku sungguh tidak tahu akan begini jadinya. ada angin, tidak ada kabar, bagaimana mung­ ngagetkan. Tidak Yang lainnya memegang kepala, bergumam, ini sungguh me­ suaranya amat prihatin, memecah lengang di ruang tunggu. ”Apakah ini yang hendak kausampaikan, Thomas?” Sambas, redaktur senior koran terbesar nasional menepuk bahuku pelan, aku sungguh tidak tahu akan begini jadinya. ada angin, tidak ada kabar, bagaimana mung­ ngagetkan. Tidak menggigit bibir, menoleh padaku. Aku menggeleng, kin? Maryam suaranya amat prihatin, memecah lengang di ruang tunggu. ”Apakah ini yang hendak kausampaikan, Thomas?” Sambas, redaktur senior koran terbesar nasional menepuk bahuku pelan, aku sungguh tidak tahu akan begini jadinya. ada angin, tidak ada kabar, bagaimana mung­ ngagetkan. Tidak sungguh tidak tahu akan begini jadinya. suaranya amat prihatin, memecah lengang di ruang tunggu. ”Apakah ini yang hendak kausampaikan, Thomas?” Sambas, menggigit bibir, menoleh padaku. Aku menggeleng, kin? Maryam redaktur senior koran terbesar nasional menepuk bahuku pelan, ada angin, tidak ada kabar, bagaimana mung­ ngagetkan. Tidak aku sungguh tidak tahu akan begini jadinya. suaranya amat prihatin, memecah lengang di ruang tunggu. ”Apakah ini yang hendak kausampaikan, Thomas?” Sambas, menggigit bibir, menoleh padaku. Aku menggeleng, kin? Maryam redaktur senior koran terbesar nasional menepuk bahuku pelan, ada angin, tidak ada kabar, bagaimana mung­ ngagetkan. Tidak suaranya amat prihatin, memecah lengang di ruang tunggu. ”Apakah ini yang hendak kausampaikan, Thomas?” Sambas, menggigit bibir, menoleh padaku. Aku menggeleng, kin? Maryam ada angin, tidak ada kabar, bagaimana mung­ ngagetkan. Tidak redaktur senior koran terbesar nasional menepuk bahuku pelan, suaranya amat prihatin, memecah lengang di ruang tunggu. ”Apakah ini yang hendak kausampaikan, Thomas?” Sambas, menggigit bibir, menoleh padaku. Aku menggeleng, kin? Maryam aku sungguh tidak tahu akan begini jadinya. redaktur senior koran terbesar nasional menepuk bahuku pelan, suaranya amat prihatin, memecah lengang di ruang tunggu. ”Apakah ini yang hendak kausampaikan, Thomas?” Sambas, menggigit bibir, menoleh padaku. Aku menggeleng, kin? Maryam redaktur senior koran terbesar nasional menepuk bahuku pelan, aku sungguh tidak tahu akankausampaikan, begini jadinya. suaranya amat prihatin, memecah lengang di ruang tunggu. ”Apakah ini yang hendak kausampaikan, Thomas?” Sambas, menggigit bibir, menoleh padaku. Aku menggeleng, kin? Maryam Apakah ini yang hendak Thomas?” Sam redaktur senior koran terbesar nasional menepuk bahuku pelan, aku sungguh tidak tahu akan begini jadinya. suaranya amat prihatin, memecah lengang di ruang tunggu. menggigit bibir, menoleh padaku. Aku menggeleng, kin? Maryam redaktur senior koran terbesar nasional menepuk bahuku pelan, aku sungguh tidak tahu akan begini jadinya. *** menggigit bibir, menoleh padaku. Aku menggeleng, kin? Maryam suaranya amat prihatin, memecah lengang di ruang tunggu. redaktur senior koran terbesar nasional menepuk bahuku pelan, aku sungguh tidak tahu akan begini jadinya. ”Apakah ini yang hendak kausampaikan, Thomas?” Sambas, *** suaranya amat prihatin, memecah lengang di ruang tunggu. redaktur senior koran terbesar nasional menepuk bahuku pelan, aku sungguh tidak tahu akan begini jadinya. *** suaranya amat prihatin, memecah lengang di ruang tunggu. ”Apakah inikoran yang hendak kausampaikan, Thomas?” Sambas, redaktur senior koran terbesar nasional menepuk bahuku pelan,pe aku sungguh tidak tahu akan begini jadinya. *** suaranya amat prihatin, memecah lengang di ruang tunggu. ”Apakah ini yang hendak Thomas?” Sambas, ktur senior terbesar nasional menepuk bahuku aku sungguh tidak tahu akan begini jadinya. *** suaranya amat prihatin, memecah lengang di ruang tunggu. ”Apakah ini yang hendak kausampaikan, Thomas?” Sambas, aku sungguh tidak tahu akankausampaikan, begini jadinya. *** suaranya amat prihatin, memecah lengang di ruang tunggu. ”Apakah ini yang hendak kausampaikan, Thomas?” Sambas, redaktur senior koran terbesar nasional menepuk bahuku pelan, *** suaranya amat prihatin, memecah lengang di ruang tunggu. ”Apakah ini yang hendak kausampaikan, Thomas?” Sambas, redaktur senior koran terbesar nasional menepuk bahuku pelan, *** suaranya amat prihatin, memecah lengang di ruang tunggu. ”Apakah ini yang hendak kausampaikan, Thomas?” Sambas, redaktur senior koran terbesar nasional menepuk bahuku pelan, *** ”Apakah ini yang hendak kausampaikan, Thomas?” Sambas, anya amat prihatin, memecah lengang di ruang tunggu. redaktur senior koran terbesar nasional menepuk bahuku pelan, Lima menit setelah siaran langsung breaking news itu. ”Apakah ini yang hendak kausampaikan, Thomas?” Sambas, *** redaktur senior koran terbesar nasional menepuk bahuku pelan, Lima menit setelah siaran langsung breaking suaranya amat prihatin, memecah di news ruangitu. tunggu. *** lengang



redaktur senior koran terbesar nasional menepuk bahuku pelan, Lima menit setelah siaran langsung breaking itu. *** suaranya amat prihatin, memecah lengang di news ruang tunggu. redaktur senior koran terbesar nasional menepuk bahuku pelan, Lima menit setelah siaran langsung breaking news itu. *** suaranya amat prihatin, memecah lengang di ruang tunggu. redaktur senior koran terbesar nasional menepuk bahuku pelan, Lima menit setelah siaran langsung breaking news itu. *** suaranya amat prihatin, memecah lengang di ruang tunggu. Akulah yang memulai menyebut istilah itu. Istilah yang ber­ redaktur senior koran terbesar nasional menepuk bahuku pelan, Lima menit setelah siaran langsung breaking news itu. *** suaranya amat prihatin, memecah lengang di ruang tunggu. Akulah yang memulai menyebut istilah itu. Istilah yang ber­ Lima menit setelah siaran langsung breaking news itu. *** suaranya amat prihatin, memecah lengang di ruang tunggu. Akulah yang memulai menyebut istilah itu. Istilah yang ber­ Lima menit setelah siaran langsung breaking news itu. *** suaranya amat prihatin, memecah lengang di ruang tunggu. Akulah yang memulai menyebut istilah itu. Istilah yang ber­ Lima menit setelah siaran langsung breaking news itu. suaranya amat prihatin, memecah lengang di ruang tunggu. Akulah yang memulai menyebut istilah itu. Istilah yang ber­ tahun-tahun ke depan marak dipakai wartawan, pengamat po­ suaranya amat prihatin, memecah lengang di ruang tunggu. Lima menit setelah siaran langsung breaking news itu. Akulah yang memulai menyebut istilah itu. Istilah yang ber­ tahun-tahun ke depan marak dipakai wartawan, pengamat po­ Lima menit setelah siaran langsung breaking news itu. *** Akulah yang memulai menyebut istilah itu. Istilah yang ber­ tahun-tahun ke depan marak dipakai wartawan, pengamat po­ Lima menit setelah siaran langsung breaking news itu. *** Akulah yang memulai menyebut istilah itu. Istilah yang ber­ tahun-tahun ke depan marak dipakai wartawan, pengamat po­ Lima menit setelah siaran langsung breaking news itu. *** Akulah yang memulai menyebut istilah itu. Istilah yang ber­ tahun-tahun ke depan marak dipakai wartawan, pengamat po­ Lima menit setelah siaran langsung breaking news itu. *** hukum, hingga orang awam. Istilah yang kemu­ litik, komentator Akulah yang memulai menyebut istilah itu. Istilah yang ber­ tahun-tahun ke depan marak dipakai wartawan, pengamat po­ Lima menit setelah siaran langsung breaking news itu. *** hukum, hingga orang awam. Istilah yang kemu­ litik, komentator Akulah yang memulai menyebut istilah itu. Istilah yang ber­ tahun-tahun ke depan marak dipakai wartawan, pengamat po­ Lima menit setelah siaran langsung breaking news itu. *** hukum, hingga orang awam. Istilah yang kemu­ litik, komentator Akulah yang memulai menyebut istilah itu. Istilah yang ber­ tahun-tahun ke depan marak dipakai wartawan, pengamat po­ Lima menit setelah siaran langsung breaking news itu. *** hukum, hingga orang awam. Istilah yang kemu­ litik, komentator Akulah yang memulai menyebut istilah itu. Istilah yang ber­ tahun-tahun ke depan marak dipakai wartawan, pengamat po­ *** hukum, hingga orang awam. Istilah yang kemu­ litik, komentator Akulah yang memulai menyebut istilah itu. Istilah yang ber­ mulai dari percakapan ringan di kedai dian populer digunakan *** tahun-tahun ke depan marak dipakai wartawan, pengamat po­ hukum, hingga orang awam. Istilah yang kemu­ litik, komentator Akulah yang memulai menyebut istilah itu. Istilah yang ber­ mulai dari percakapan ringan di kedai dian populer digunakan Lima menit setelah siaran langsung breaking news itu. tahun-tahun ke depan marak dipakai wartawan, pengamat po­ hukum, hingga orang awam. Istilah yang kemu­ litik, komentator Akulah yang memulai menyebut istilah itu. Istilah yang ber­ mulai dari percakapan ringan di kedai dian populer digunakan tahun-tahun ke depan marak dipakai wartawan, pengamat po­ Lima menit setelah siaran langsung breaking news itu. hukum, hingga orang awam. Istilah yang kemu­ litik, komentator Akulah yang memulai menyebut istilah itu. Istilah yang ber­ aLima menit setelah siaran langsung breaking news itu. mulai dari percakapan ringan di kedai dian populer digunakan tahun-tahun ke depan marak dipakai wartawan, pengamat po­ menit setelah siaran langsung breaking news itu. hukum, hingga orang awam. Istilah yang kemu­ litik, komentator mulai dari percakapan ringan di kedai dian populer digunakan tahun-tahun ke depan marak dipakai wartawan, pengamat po­ Lima menit setelah siaran langsung breaking news itu. kopi, hingga debat hangat di ruangan mewah berpendingin wakil hukum, hingga orang awam. Istilah yang kemu­ litik, komentator mulai dari percakapan ringan di kedai dian populer digunakan tahun-tahun ke depan marak dipakai wartawan, pengamat po­ Lima menit setelah siaran langsung breaking news itu. kopi, hingga debat hangat di ruangan mewah berpendingin wakil Akulah yang memulai menyebut istilah itu. Istilah yang ber­ hukum, hingga orang awam. Istilah yang kemu­ litik, komentator mulai dari percakapan ringan di kedai dian populer digunakan tahun-tahun ke depan marak dipakai wartawan, pengamat po­ Lima menit setelah siaran langsung breaking news itu. kopi, hingga debat hangat di ruangan mewah berpendingin wakil hukum, hingga orang awam. Istilah yang kemu­ litik, komentator Akulah yang memulai menyebut istilah itu. Istilah yang ber­ mulai dari percakapan ringan di kedai dian populer digunakan tahun-tahun ke depan marak dipakai wartawan, pengamat po­ Lima menit setelah siaran langsung breaking news itu. kopi, hingga debat hangat di ruangan mewah berpendingin wakil hukum, hingga orang awam. Istilah yang kemu­ litik, komentator Akulah yang memulai menyebut istilah itu. Istilah yang ber­ mulai dari percakapan ringan di kedai dian populer digunakan Lima menit setelah siaran langsung breaking news itu. kulah yang memulai menyebut istilah itu. Istilah yang kopi, hingga debat hangat di ruangan mewah berpendingin wakil hukum, hingga orang awam. Istilah yang kemu­ litik, komentator Akulah yang memulai menyebut istilah itu. Istilah yang ber­ rakyat. Belasan wartawan dan pengamat politik yang diundang Lima menit setelah siaran langsung breaking news itu. mulai dari percakapan ringan di kedai dian populer digunakan kopi, hingga debat hangat di ruangan mewah berpendingin wakil hukum, hingga orang awam. Istilah yang kemu­ litik, komentator Akulah yang memulai menyebut istilah itu. Istilah yang ber­ rakyat. Belasan wartawan dan pengamat politik yang diundang tahun-tahun ke depan marak dipakai wartawan, pengamat po­ mulai dari percakapan ringan di kedai dian populer digunakan kopi, hingga debat hangat di ruangan mewah berpendingin wakil hukum, hingga orang awam. Istilah yang kemu­ litik, komentator Akulah yang memulai menyebut istilah itu. Istilah yang ber­ rakyat. Belasan wartawan dan pengamat politik yang diundang mulai dari percakapan ringan di kedai dian populer digunakan tahun-tahun ke depan marak dipakai wartawan, pengamat po­ kopi, hingga debat hangat di ruangan mewah berpendingin wakil hukum, hingga orang awam. Istilah yang kemu­ litik, komentator Akulah yang memulai menyebut istilah itu. Istilah yang ber­ rakyat. Belasan wartawan dan pengamat politik yang diundang mulai dari percakapan ringan di kedai dian populer digunakan tahun-tahun ke depan marak dipakai wartawan, pengamat po­ kopi, hingga debat hangat di ruangan mewah berpendingin wakil Akulah yang memulai menyebut istilah itu. Istilah yang ber­ rakyat. Belasan wartawan dan pengamat politik yang diundang mulai dari percakapan ringan di kedai dian populer digunakan tahun-tahun ke depan marak dipakai wartawan, pengamat po­ n-tahun ke depan marak dipakai wartawan, pengamat Maggie sempurna menatapku ingin tahu. Salah satu wartawan Akulah yang memulai menyebut istilah itu. Istilah yang ber­ kopi, hingga debat hangat di ruangan mewah berpendingin wakil rakyat. Belasan wartawan dan pengamat politik yang diundang mulai dari percakapan ringan di kedai dian populer digunakan tahun-tahun ke depan marak dipakai wartawan, pengamat po­ Maggie sempurna menatapku ingin tahu. Salah satu wartawan hukum, hingga orang awam. Istilah yang kemu­ litik, komentator kopi, hingga debat hangat di ruangan mewah berpendingin wakil rakyat. Belasan wartawan dan pengamat politik yang diundang mulai dari percakapan ringan di kedai dian populer digunakan tahun-tahun ke depan marak dipakai wartawan, pengamat po­ Maggie sempurna menatapku ingin tahu. Salah satu wartawan kopi, hingga debat hangat di ruangan mewah berpendingin wakil hukum, hingga orang awam. Istilah yang kemu­ litik, komentator rakyat. Belasan wartawan dan pengamat politik yang diundang mulai dari percakapan ringan di kedai dian populer digunakan tahun-tahun ke depan marak dipakai wartawan, pengamat po­ Maggie sempurna menatapku ingin tahu. Salah satu wartawan kopi, hingga debat hangat di ruangan mewah berpendingin wakil hukum, hingga orang awam. Istilah yang kemu­ litik, komentator rakyat. Belasan wartawan dan pengamat politik yang diundang tahun-tahun ke depan marak dipakai wartawan, pengamat po­ Maggie sempurna menatapku ingin tahu. Salah satu wartawan kopi, hingga debat hangat di ruangan mewah berpendingin wakil hukum, hingga orang awam. Istilah yang kemu­ litik, komentator sengaja mematikan televisi, agar pertemuan berjalan lebih te­ rakyat. Belasan wartawan dan pengamat politik yang diundang tahun-tahun ke depan marak dipakai wartawan, pengamat po­ Maggie sempurna menatapku ingin tahu. Salah satu wartawan kopi, hingga debat hangat di ruangan mewah berpendingin wakil hukum, hingga orang awam. Istilah yang ke komentator hukum, hingga orang awam. Istilah yang kemu­ litik, komentator sengaja mematikan televisi, agar pertemuan berjalan lebih te­ mulai dari percakapan ringan di kedai dian populer digunakan rakyat. Belasan wartawan dan pengamat politik yang diundang Maggie sempurna menatapku ingin tahu. Salah satu wartawan kopi, hingga debat hangat di ruangan mewah berpendingin wakil hukum, hingga orang awam. Istilah yang kemu­ litik, komentator sengaja mematikan televisi, agar pertemuan berjalan lebih te­ rakyat. Belasan wartawan dan pengamat politik yang diundang mulai dari percakapan ringan di kedai dian populer digunakan Maggie sempurna menatapku ingin tahu. Salah satu wartawan kopi, hingga debat hangat di ruangan mewah berpendingin wakil hukum, hingga orang awam. Istilah yang kemu­ litik, komentator sengaja mematikan televisi, agar pertemuan berjalan lebih te­ rakyat. Belasan wartawan dan pengamat politik yang diundang mulai dari percakapan ringan di kedai dian populer digunakan Maggie sempurna menatapku ingin tahu. Salah satu wartawan hukum, hingga orang awam. Istilah yang kemu­ litik, komentator sengaja mematikan televisi, agar pertemuan berjalan lebih te­ rakyat. Belasan wartawan dan pengamat politik yang diundang mulai dari percakapan ringan di kedai dian populer digunakan nang. Aku menjadi pusat perhatian tunggal. Maggie sempurna menatapku ingin tahu. Salah satu wartawan hukum, hingga orang awam. Istilah yang kemu­ litik, komentator sengaja mematikan televisi, agar pertemuan berjalan lebih te­k rakyat. Belasan wartawan dan pengamat politik yang diundang mulai dari percakapan ringan di kedai dian populer digunakan nang. Aku menjadi pusat perhatian tunggal. Maggie sempurna menatapku ingin tahu. Salah satu wartawan kopi, hingga debat hangat di ruangan mewah berpendingin wakil sengaja mematikan televisi, agar pertemuan berjalan lebih mulai dari percakapan ringan dite­ populer digunakan rakyat. Belasan wartawan dan pengamat politik yang diundang mulai dari percakapan ringan di kedai dian populer digunakan nang. Aku menjadi pusat perhatian tunggal. Maggie sempurna menatapku ingin tahu. Salah satu wartawan sengaja mematikan televisi, agar pertemuan berjalan lebih te­ kopi, hingga debat hangat di ruangan mewah berpendingin wakil rakyat. Belasan wartawan dan pengamat politik yang diundang mulai dari percakapan ringan di kedai dian populer digunakan nang. Aku menjadi pusat perhatian tunggal. Maggie sempurna menatapku ingin tahu. Salah satu wartawan kopi, hingga debat hangat di ruangan mewah berpendingin wakil sengaja mematikan televisi, agar pertemuan berjalan lebih te­ mulai dari percakapan ringan di kedai dian populer digunakan nang. Aku menjadi pusat perhatian tunggal. Maggie sempurna menatapku ingin tahu. Salah satu wartawan kopi, hingga debat hangat di ruangan mewah berpendingin wakil Ruangan tunggu bandara yang pernah digunakan puluhan sengaja mematikan televisi, agar pertemuan berjalan lebih te­ mulai dari percakapan ringan di kedai dian populer digunakan nang. Aku menjadi pusat perhatian tunggal. Maggie sempurna menatapku ingin tahu. Salah satu wartawan kopi, hingga debat hangat di ruangan mewah berpendingin wakil Ruangan tunggu bandara yang pernah digunakan puluhan sengaja mematikan televisi, agar pertemuan berjalan lebih te­ rakyat. Belasan wartawan dan pengamat politik yang diundang nang. Aku menjadi pusat perhatian tunggal. Maggie sempurna menatapku ingin tahu. Salah satu wartawan kopi, hingga debat hangat di ruangan mewah berpendingin wakil Ruangan tunggu bandara yang pernah digunakan puluhan sengaja mematikan televisi, agar pertemuan berjalan lebih te­ ,rakyat. hingga debat hangat di ruangan mewah berpendingin w nang. Aku menjadi pusat perhatian tunggal. rakyat. Belasan wartawan dan pengamat politik yang diundang Maggie sempurna menatapku ingin tahu. Salah satu wartawan kopi, hingga debat hangat di ruangan mewah berpendingin wakil Ruangan tunggu bandara yang pernah digunakan puluhan sengaja mematikan televisi, agar pertemuan berjalan lebih te­ Belasan wartawan dan pengamat politik yang diundang nang. Aku menjadi pusat perhatian tunggal. kopi, hingga debat hangat di ruangan mewah berpendingin wakil Ruangan tunggu bandara yang pernah digunakan puluhan sengaja mematikan televisi, agar pertemuan berjalan lebih te­ rakyat. Belasan wartawan dan pengamat politik yang diundang tamu negara, termasuk Presiden Amerika Serikat sebelum naik nang. Aku menjadi pusat perhatian tunggal. kopi, hingga debat hangat di ruangan mewah berpendingin wakil Ruangan tunggu bandara yang pernah digunakan puluhan sengaja mematikan televisi, agar pertemuan berjalan lebih te­ rakyat. Belasan wartawan dan pengamat politik yang diundang tamu negara, termasuk Presiden Amerika Serikat sebelum naik nang. Aku menjadi pusat perhatian tunggal. Maggie sempurna menatapku ingin tahu. Salah satu wartawan Ruangan tunggu bandara yang pernah digunakan puluhan sengaja mematikan televisi, agar pertemuan berjalan lebih te­ rakyat. Belasan wartawan dan pengamat politik yang diundang tamu negara, termasuk Presiden Amerika Serikat sebelum naik nang. Aku menjadi pusat perhatian tunggal. Ruangan tunggu bandara yang pernah digunakan puluhan Maggie sempurna menatapku ingin tahu. Salah satu wartawan sengaja mematikan televisi, agar pertemuan berjalan lebih te­ rakyat. Belasan wartawan dan pengamat politik yang diundang tamu negara, termasuk Presiden Amerika Serikat sebelum naik nang. Aku menjadi pusat perhatian tunggal. at. Belasan wartawan dan pengamat politik yang diund Maggie sempurna menatapku ingin tahu. Salah satu wartawan Ruangan tunggu bandara yang pernah digunakan puluhan rakyat. Belasan wartawan dan pengamat yang diundang tamu negara, termasuk Presiden Amerika Serikat sebelum naik nang. Aku menjadi pusat perhatian tunggal. Maggie sempurna menatapku ingin tahu.politik Salah satu wartawan pesawat itu, lengang. Kesibukan pesawat di landas pacu dan Ruangan tunggu bandara yang pernah digunakan puluhan rakyat. Belasan wartawan danagar pengamat politik yang diundang tamu negara, termasuk Presiden Amerika Serikat sebelum naik nang. Aku menjadi pusat perhatian tunggal. Maggie sempurna menatapku ingin tahu. Salah satu wartawan pesawat itu, lengang. Kesibukan pesawat di landas pacu dan Ruangan tunggu bandara yang pernah digunakan puluhan sengaja mematikan televisi, pertemuan berjalan lebih te­ tamu negara, termasuk Presiden Amerika Serikat sebelum naik nang. Aku menjadi pusat perhatian tunggal. Maggie sempurna menatapku ingin tahu. Salah satu wartawan pesawat itu, lengang. Kesibukan pesawat di landas pacu dan Ruangan tunggu bandara yang pernah digunakan puluhan tamu negara, termasuk Presiden Amerika Serikat sebelum naik sengaja mematikan televisi, agar pertemuan berjalan lebih te­ nang. Aku menjadi pusat perhatian tunggal. Maggie sempurna menatapku ingin tahu. Salah satu wartawan pesawat itu, lengang. Kesibukan pesawat di landas pacu dan Ruangan tunggu bandara yang pernah digunakan puluhan sengaja mematikan televisi, agar pertemuan berjalan lebih te­ tamu negara, termasuk Presiden Amerika Serikat sebelum naik Maggie sempurna menatapku ingin tahu. Salah satu wartawan gie sempurna menatapku ingin tahu. Salah satu warta pesawat itu, lengang. Kesibukan pesawat di landas pacu dan Ruangan tunggu bandara yang pernah digunakan puluhan sengaja mematikan televisi, agar pertemuan berjalan lebih te­ tempat parkir tidak terdengar, terhalang dinding kaca yang ke­ tamu negara, termasuk Presiden Amerika Serikat sebelum naik Maggie sempurna menatapku ingin tahu. Salah satu wartawan pesawat itu, lengang. Kesibukan pesawat di landas pacu dan Ruangan tunggu bandara yang pernah digunakan puluhan sengaja mematikan televisi, agar pertemuan berjalan lebih te­ tempat parkir tidak terdengar, terhalang dinding kaca yang ke­ tamu negara, termasuk Presiden Amerika Serikat sebelum naik nang. Aku menjadi pusat perhatian tunggal. pesawat itu, lengang. Kesibukan pesawat di landas pacu dan Ruangan tunggu bandara yang pernah digunakan puluhan sengaja mematikan televisi, agar pertemuan berjalan lebih te­ tempat parkir tidak terdengar, terhalang dinding kaca yang ke­ tamu negara, termasuk Presiden Amerika Serikat sebelum naik pesawat itu, lengang. Kesibukan pesawat di landas pacu dan nang. Aku menjadi pusat perhatian tunggal. Ruangan tunggu bandara yang pernah digunakan puluhan sengaja mematikan televisi, agar pertemuan berjalan lebih te­ tempat parkir tidak terdengar, terhalang dinding kaca yang ke­ tamu negara, termasuk Presiden Amerika Serikat sebelum naik nang. Aku menjadi pusat perhatian tunggal. pesawat itu, lengang. Kesibukan pesawat di landas pacu dan sengaja mematikan televisi, agar pertemuan berjalan lebih te­ tempat parkir tidak terdengar, terhalang dinding kaca yang ke­ tamu negara, termasuk Presiden Amerika Serikat sebelum naik nang. Aku menjadi pusat perhatian tunggal. dap suara. pesawat itu, lengang. Kesibukan pesawat di landas pacu dan sengaja mematikan televisi, agar pertemuan berjalan lebih te­ aja mematikan televisi, agar pertemuan berjalan lebih tempat parkir tidak terdengar, terhalang dinding kaca yang ke­ tamu negara, termasuk Presiden Amerika Serikat sebelum naik nang. Aku menjadi pusat perhatian tunggal. dap suara. pesawat itu, lengang. Kesibukan pesawat di landas pacu dan Ruangan tunggu bandara yang pernah digunakan puluhan tempat parkir tidak terdengar, terhalang dinding kaca yang ke­ tamu negara, termasuk Presiden Amerika Serikat sebelum naik nang. Aku menjadi pusat perhatian tunggal. dap suara. pesawat itu, lengang. Kesibukan pesawat di landas pacu dan tempat parkir tidak terdengar, terhalang dinding kaca yang ke­ Ruangan tunggu bandara yang pernah digunakan puluhan tamu negara, termasuk Presiden Amerika Serikat sebelum naik nang. Aku menjadi pusat perhatian tunggal. dap suara. pesawat itu, lengang. Kesibukan pesawat di landas pacu dan Ruangan tunggu bandara yang pernah digunakan puluhan tempat parkir tidak terdengar, terhalang dinding kaca yang ke­ nang. Aku menjadi pusat perhatian tunggal. dap suara. pesawat itu, lengang. Kesibukan pesawat di landas pacu dan Ruangan tunggu bandara yang pernah digunakan puluhan Aku balas menatap wajah-wajah di sekelilingku, menggeleng. tempat parkir tidak terdengar, terhalang dinding kaca yang ke­ nang. Aku menjadi pusat perhatian tunggal. dap suara. pesawat itu, lengang. Kesibukan pesawat di landas pacu dan Ruangan tunggu bandara yang pernah digunakan puluhan Aku balas menatap wajah-wajah di sekelilingku, menggeleng. g.tamu Aku menjadi pusat perhatian tempat parkir tidak terdengar, terhalang dinding kaca yang ke­ negara, termasuk Presiden Amerika Serikat sebelum naik dap suara. pesawat itu, lengang. Kesibukan pesawat di landas pacu dan Ruangan bandara yang pernah digunakan puluhan Aku balas menatap wajah-wajah ditunggal. sekelilingku, menggeleng. tempat parkir tidak terhalang dinding kaca yang ke­ dap suara. tamu negara, termasuk Presiden Amerika Serikat sebelum naik pesawat itu, tunggu lengang. Kesibukan pesawat di landas pacu dan Ruangan tunggu bandara yang pernah digunakan puluhan Aku balas menatap wajah-wajah di sekelilingku, menggeleng. tempat parkir tidak terdengar, terdengar, terhalang dinding kaca yang ke­ tamu negara, termasuk Presiden Amerika Serikat sebelum naik dap suara. Ruangan tunggu bandara yang pernah digunakan puluhan Aku balas menatap wajah-wajah di sekelilingku, menggeleng. tempat parkir tidak terdengar, terhalang dinding kaca yang ke­ tamu negara, termasuk Presiden Amerika Serikat sebelum naik ”Apa yang sebenarnya terjadi, Kawan?” Sambas bertanya. dap suara. Ruangan tunggu bandara yang pernah digunakan puluhan Aku balas menatap wajah-wajah di sekelilingku, menggeleng. tempat parkir tidak terdengar, terhalang dinding kaca yang ke­ tamu negara, termasuk Presiden Amerika Serikat sebelum naik ”Apa yang sebenarnya terjadi, Kawan?” Sambas bertanya. dap suara. pesawat itu, lengang. Kesibukan pesawat di landas pacu dan Aku balas menatap wajah-wajah di sekelilingku, menggeleng. tempat parkir tidak terdengar, terhalang dinding kaca yang ke­ tamu negara, termasuk Presiden Amerika Serikat sebelum naik uangan tunggu bandara yang pernah digunakan pulu ”Apa yang sebenarnya terjadi, Kawan?” Sambas bertanya. dap suara. Aku balas menatap wajah-wajah di sekelilingku, menggeleng. pesawat itu, sebenarnya lengang. Kesibukan pesawat di landas landas pacu dan tempat parkir tidak terdengar, dinding kaca yangnaik ke­ tamu negara, termasuk Presiden Amerika Serikat sebelum ”Apa yang terjadi,terhalang Kawan?” Sambas bertanya. dap suara. pesawat itu, lengang. Kesibukan pesawat di pacu dan



benar-benar tidak menduganya, baru dua jamtentang lalu akuperkem­ bicara ”Apakah beliau tahu akan ditangkap? Maksud saya apakah ”Sebenarnya aku tidak menduga akan seperti ini jadinya. Aku ditangkap? Maksud saya apakah kabar terbaru soal konvensi.” bangan situasi, dengan klien politik kami. Mendiskusikan benar-benar tidak menduganya, baru dua jam lalu aku bicara tidak tahu apa yang sedang terjadi.” Suaraku tercekat. ”Aku ”Sebenarnya aku tidak menduga akan seperti ini jadinya. Aku ”Apakah beliau tahu akan ditangkap? Maksud saya apakah kabar terbaru konvensi.” bangan situasi, dengan klien politik kami. Mendiskusikan tentang perkem­ benar-benar tidak menduganya, baru dua jam lalu aku bicara tidak tahu apa yang sedang terjadi.” Suaraku tercekat. ”Aku ”Sebenarnya aku tidak menduga akan seperti ini jadinya. Aku ”Apakah beliau tahu akan ditangkap? Maksud saya apakah kabar terbaru soal konvensi.” bangan situasi, dengan klien politik kami. Mendiskusikan tentang perkem­ benar-benar tidak menduganya, baru dua jam lalu aku bicara dalam percakapan Anda duasoal jam lalu beliau bercerita ke­ tidak tahu apa yang sedang terjadi.” Suaraku tercekat. ”Aku ”Sebenarnya aku tidak menduga akan seperti ini jadinya. Aku ”Apakah beliau tahu akan ditangkap? Maksud saya apakah kabar terbaru soal konvensi.” bangan situasi, dengan klien politik kami. Mendiskusikan tentang perkem­ tidak tahu apa yang sedang terjadi.” Suaraku tercekat. ”Aku ”Apakah beliau tahu akan ditangkap? Maksud saya apakah benar-benar tidak menduganya, baru dua jam lalu aku bicara kabar terbaru soal konvensi.” bangan situasi, dengan klien politik kami. Mendiskusikan tentang perkem­ percakapan Anda dua jam lalu beliau bercerita ke­ tidak tahu apa yang sedang terjadi.” Suaraku tercekat. ”Aku dalam lalu beliau bercerita ke­ ”Apakah beliau tahu akan ditangkap? Maksud saya apakah kabar terbaru soal konvensi.” bangan situasi, dengan klien politik kami. Mendiskusikan tentang perkem­ benar-benar tidak menduganya, baru dua jam lalu aku bicara tidak tahu apa yang sedang terjadi.” Suaraku tercekat. ”Aku dalam percakapan Anda dua jam lalu beliau bercerita ke­ ”Apakah beliau tahu akan ditangkap? Maksud saya apakah kabar terbaru soal konvensi.” bangan situasi, dengan klien politik kami. Mendiskusikan tentang perkem­ benar-benar tidak menduganya, baru dua jam lalu aku bicara tidak tahu apa yang sedang terjadi.” Suaraku tercekat. ”Aku dalam percakapan Anda dua jam lalu beliau bercerita ke­ ”Apakah beliau tahu akan ditangkap? Maksud saya apakah kabar terbaru soal konvensi.” bangan situasi, dengan klien politik kami. Mendiskusikan tentang perkem­ mungkinan itu? Insting seorang politisi berpengalaman?” Salah benar-benar tidak menduganya, baru dua jam lalu aku bicara tidak tahu apa yang sedang terjadi.” Suaraku tercekat. ”Aku dalam percakapan Anda dua jam lalu beliau bercerita ke­ ”Apakah beliau tahu akan ditangkap? Maksud saya apakah kabar terbaru soal konvensi.” bangan situasi, benar-benar tidak menduganya, baru dua jam lalu aku bicara dalam percakapan Anda dua jam lalu beliau bercerita ke­ dengan klien politik kami. Mendiskusikan tentang perkem­ ”Apakah beliau tahu akan ditangkap? Maksud saya apakah kabar terbaru soal konvensi.” bangan situasi, itu? Insting seorang politisi berpengalaman?” Salah benar-benar tidak menduganya, baru dua jam lalu aku bicara mungkinan politisi berpengalaman?” Salah dalam percakapan Anda dua jam lalu beliau bercerita ke­ ”Apakah beliau tahu akan ditangkap? Maksud saya apakah kabar terbaru soal konvensi.” bangan situasi, dengan klien politik kami. Mendiskusikan tentang perkem­ benar-benar tidak menduganya, baru dua jam lalu aku bicara mungkinan itu? Insting seorang politisi berpengalaman?” Salah dalam percakapan Anda dua jam lalu beliau bercerita ke­ ”Apakah beliau tahu akan ditangkap? Maksud saya apakah kabar terbaru soal konvensi.” bangan situasi, dengan klien politik kami. Mendiskusikan tentang perkem­ benar-benar tidak menduganya, baru dua jam lalu aku bicara mungkinan itu? Insting seorang politisi berpengalaman?” Salah dalam percakapan Anda dua jam lalu beliau bercerita ke­ ”Apakah beliau tahu akan ditangkap? Maksud saya apakah kabar terbaru soal konvensi.” bangan situasi, satu wartawan dari media online mengangkat tangannya, memo­ dengan klien politik kami. Mendiskusikan tentang perkem­ benar-benar tidak menduganya, baru dua jam lalu aku bicara mungkinan itu? Insting seorang politisi berpengalaman?” Salah dalam percakapan Anda dua jam lalu beliau bercerita ke­ ”Apakah beliau tahu akan ditangkap? Maksud saya apakah dengan klien politik kami. Mendiskusikan tentang perkem­ mungkinan itu? Insting seorang politisi berpengalaman?” Salah kabar terbaru soal konvensi.” bangan situasi, dalam percakapan Anda dua jam lalu beliau bercerita ke­ ”Apakah beliau tahu akan ditangkap? Maksud saya apakah wartawan dari media online mengangkat tangannya, memo­ dengan klien politik kami. Mendiskusikan tentang perkem­ satu mengangkat tangannya, memo­ mungkinan itu? Insting seorang politisi berpengalaman?” Salah dalam percakapan Anda dua jam lalu beliau bercerita ke­ ”Apakah beliau tahu akan ditangkap? Maksud saya apakah kabar terbaru soal konvensi.” bangan situasi, dengan klien politik kami. Mendiskusikan tentang perkem­ satu wartawan dari media online mengangkat tangannya, memo­ mungkinan itu? Insting seorang politisi berpengalaman?” Salah dalam percakapan Anda dua jam lalu beliau bercerita ke­ ”Apakah beliau tahu akan ditangkap? Maksud saya apakah kabar terbaru soal konvensi.” bangan situasi, dengan klien politik kami. Mendiskusikan tentang perkem­ satu wartawan dari media online mengangkat tangannya, memo­ mungkinan itu? Insting seorang politisi berpengalaman?” Salah dalam percakapan Anda dua jam lalu beliau bercerita ke­ ”Apakah beliau tahu akan ditangkap? Maksud saya apakah tong, bertanya. kabar terbaru soal konvensi.” bangan situasi, dengan klien politik kami. Mendiskusikan tentang perkem­ satu wartawan dari media online mengangkat tangannya, memo­ mungkinan itu? Insting seorang politisi berpengalaman?” Salah dalam percakapan Anda dua jam lalu beliau bercerita ke­ kabar terbaru soal konvensi.” bangan situasi, satu wartawan dari media online mengangkat tangannya, memo­ ”Apakah beliau tahu akan ditangkap? Maksud saya apakah mungkinan itu? Insting seorang politisi berpengalaman?” Salah dalam percakapan Anda dua jam lalu beliau bercerita ke­ tong, bertanya. kabar terbaru soal konvensi.” bangan situasi, satu wartawan dari media online mengangkat tangannya, memo­ mungkinan itu? Insting seorang politisi berpengalaman?” Salah dalam percakapan Anda dua jam lalu beliau bercerita ke­ ”Apakah beliau tahu akan ditangkap? Maksud saya apakah kabar terbaru soal konvensi.” bangan situasi, tong, bertanya. satu wartawan dari media online mengangkat tangannya, memo­ mungkinan itu? Insting seorang politisi berpengalaman?” Salah dalam percakapan Anda dua jam lalu beliau bercerita ke­ ”Apakah beliau tahu akan ditangkap? Maksud saya apakah kabar terbaru soal konvensi.” bangan situasi, tong, bertanya. satu wartawan dari media online mengangkat tangannya, memo­ mungkinan itu? Insting seorang politisi berpengalaman?” Salah dalam percakapan Anda dua jam lalu beliau bercerita ke­ Aku diam sejenak, menggeleng lagi, ”Kalau soal ditangkap? ”Apakah beliau tahu akan ditangkap? Maksud saya apakah kabar terbaru soal konvensi.” bangan situasi, tong, bertanya. satu wartawan dari media online mengangkat tangannya, memo­ mungkinan itu? Insting seorang politisi berpengalaman?” Salah ”Apakah beliau tahu akan ditangkap? Maksud saya apakah tong, bertanya. dalam percakapan Anda dua jam lalu beliau bercerita ke­ satu wartawan dari media online mengangkat tangannya, memo­ Aku diam sejenak, menggeleng lagi, ”Kalau soal ditangkap? mungkinan itu? Insting seorang politisi berpengalaman?” Salah ”Apakah beliau tahu akan ditangkap? Maksud saya apakah lagi, ”Kalau soal ditangkap? tong, bertanya. satu wartawan dari media online mengangkat tangannya, memo­ mungkinan itu? Insting seorang politisi berpengalaman?” Salah dalam percakapan Anda dua jam lalu beliau bercerita ke­ ”Apakah beliau tahu akan ditangkap? Maksud saya apakah Aku diam sejenak, menggeleng lagi, ”Kalau soal ditangkap? tong, bertanya. satu wartawan dari media online mengangkat tangannya, memo­ mungkinan itu? Insting seorang politisi berpengalaman?” Salah dalam percakapan Anda dua jam lalu beliau bercerita ke­ ”Apakah beliau tahu akan ditangkap? Maksud saya apakah Aku diam sejenak, menggeleng lagi, ”Kalau soal ditangkap? tong, bertanya. satu wartawan dari media online mengangkat tangannya, memo­ mungkinan itu? Insting seorang politisi berpengalaman?” Salah Sama sekali tidak. Astaga, siapa pula yang akan berpikir klien dalam percakapan Anda dua jam lalu beliau bercerita ke­ ”Apakah beliau tahu akan ditangkap? Maksud saya apakah Aku diam sejenak, menggeleng lagi, ”Kalau soal ditangkap? tong, bertanya. satu wartawan dari media online mengangkat tangannya, memo­ dalam percakapan Anda dua jam lalu beliau bercerita ke­ Aku diam sejenak, menggeleng lagi, ”Kalau soal ditangkap? mungkinan itu? Insting seorang politisi berpengalaman?” Salah tong, bertanya. Sama sekali tidak. Astaga, siapa pula yang akan berpikir klien satu wartawan dari media online mengangkat tangannya, memo­ dalam percakapan Anda dua jam lalu beliau bercerita ke­ yang akan berpikir klien Aku diam sejenak, menggeleng lagi, ”Kalau soal ditangkap? tong, bertanya. satu wartawan dari media online mengangkat tangannya, memo­ mungkinan itu? Insting seorang politisi berpengalaman?” Salah dalam percakapan Anda dua jam lalu beliau bercerita ke­ Sama sekali tidak. Astaga, siapa pula yang akan berpikir klien Aku diam sejenak, menggeleng lagi, ”Kalau soal ditangkap? tong, bertanya. satu wartawan dari media online mengangkat tangannya, memo­ mungkinan itu? Insting seorang politisi berpengalaman?” Salah dalam percakapan Anda dua jam lalu beliau bercerita ke­ Sama sekali tidak. Astaga, siapa pula yang akan berpikir klien Aku diam sejenak, menggeleng lagi, ”Kalau soal ditangkap? tong, bertanya. satu wartawan dari media online mengangkat tangannya, memo­ politik kami akan ditangkap? Ditangkap satu hari menjelang mungkinan itu? Insting seorang politisi berpengalaman?” Salah dalam percakapan Anda dua jam lalu beliau bercerita ke­ Sama sekali tidak. Astaga, siapa pula yang akan berpikir klien Aku diam sejenak, menggeleng lagi, ”Kalau soal ditangkap? tong, bertanya. mungkinan itu? Insting seorang politisi berpengalaman?” Salah Sama sekali tidak. Astaga, siapa pula yang akan berpikir klien satu wartawan dari media online mengangkat tangannya, memo­ Aku diam sejenak, menggeleng lagi, ”Kalau soal ditangkap? politik kami akan ditangkap? Ditangkap satu hari menjelang tong, bertanya. mungkinan itu? Insting seorang politisi berpengalaman?” Salah Ditangkap satu hari menjelang Sama sekali tidak. Astaga, siapa pula yang akan berpikir klien Aku diam sejenak, menggeleng lagi, ”Kalau soal ditangkap? tong, bertanya. satu wartawan dari media online mengangkat tangannya, memo­ mungkinan itu? Insting seorang politisi berpengalaman?” Salah politik kami akan ditangkap? Ditangkap satu hari menjelang Sama sekali tidak. Astaga, siapa pula yang akan berpikir klien Aku diam sejenak, menggeleng lagi, ”Kalau soal ditangkap? tong, bertanya. satu wartawan dari media online mengangkat tangannya, memo­ mungkinan itu? Insting seorang politisi berpengalaman?” Salah politik kami akan ditangkap? Ditangkap satu hari menjelang Sama sekali tidak. Astaga, siapa pula yang akan berpikir klien Aku diam sejenak, menggeleng lagi, ”Kalau soal ditangkap? tong, bertanya. konvensi partai. Itu pemikiran paling gila, tebersit pun tidak satu wartawan dari media online mengangkat tangannya, memo­ mungkinan itu? Insting seorang politisi berpengalaman?” Salah politik kami akan ditangkap? Ditangkap satu hari menjelang Sama sekali tidak. Astaga, siapa pula yang akan berpikir klien Aku diam sejenak, menggeleng lagi, ”Kalau soal ditangkap? satu wartawan dari media online mengangkat tangannya, memo­ politik kami akan ditangkap? Ditangkap satu hari menjelang tong, bertanya. Sama sekali tidak. Astaga, siapa pula yang akan berpikir klien konvensi partai. Itu pemikiran paling gila, tebersit pun tidak Aku diam sejenak, menggeleng lagi, ”Kalau soal ditangkap? satu wartawan dari media online mengangkat tangannya, memo­ paling gila, tebersit pun tidak politik kami akan ditangkap? satu hari menjelang Sama sekali tidak. Astaga, siapa pula yang akan berpikir klien Aku diam sejenak, menggeleng lagi, ”Kalau soal ditangkap? tong, bertanya. satu wartawan dari media online mengangkat tangannya, memo­ konvensi partai. Itu pemikiran paling gila, tebersit pun tidak politik kami akan ditangkap? Ditangkap satu hari menjelang Sama sekali tidak. Astaga, siapaDitangkap pula yang akan berpikir klien Aku diam sejenak, menggeleng lagi, ”Kalau soal ditangkap? tong, bertanya. satu wartawan dari media online mengangkat tangannya, memo­ konvensi partai. Itu pemikiran paling gila, tebersit pun tidak politik kami akan ditangkap? Ditangkap satu hari menjelang Sama sekali tidak. Astaga, siapa pula yang akan berpikir klien Aku diam sejenak, menggeleng lagi, ”Kalau soal ditangkap? kemungkinannya. tong, bertanya. satu wartawan dari media online mengangkat tangannya, memo­ konvensi partai. Itu pemikiran paling gila, tebersit pun tidak politik kami akan ditangkap? Ditangkap satu hari menjelang Sama sekali tidak. Astaga, siapa pula yang akan berpikir klien tong, bertanya. konvensi partai. Itu pemikiran paling gila, tebersit pun tidak Aku diam sejenak, menggeleng lagi, ”Kalau soal ditangkap? politik kami akan ditangkap? Ditangkap satu hari menjelang kemungkinannya. Sama sekali tidak. Astaga, siapa pula yang akan berpikir klien tong, bertanya. konvensi partai. Itu pemikiran paling gila, tebersit pun tidak politik kami akan ditangkap? Ditangkap satu hari menjelang Sama sekali tidak. Astaga, siapa pula yang akan berpikir klien Aku diam sejenak, menggeleng lagi, ”Kalau soal ditangkap? tong, bertanya. kemungkinannya. konvensi partai. Itu pemikiran paling gila, tebersit pun tidak politik kami akan ditangkap? Ditangkap satu hari menjelang Sama sekali tidak. Astaga, siapa pula yang akan berpikir klien Aku diam sejenak, menggeleng lagi, ”Kalau soal ditangkap? tong, bertanya. kemungkinannya. konvensi partai. Itu pemikiran paling gila, tebersit pun tidak politik kami akan ditangkap? Ditangkap satu hari menjelang Sama sekali tidak. Astaga, siapa pula yang akan berpikir klien ”Kita semua tahu, tidak ada satu pun penyidik di kepolisian Aku diam sejenak, menggeleng lagi, ”Kalau soal ditangkap? tong, bertanya. kemungkinannya. konvensi partai. Itu pemikiran paling gila, tebersit pun tidak politik kami akan ditangkap? Ditangkap satu hari menjelang Aku diam sejenak, menggeleng lagi, ”Kalau soal ditangkap? kemungkinannya. Sama sekali tidak. Astaga, siapa pula yang akan berpikir klien ”Kita semua tahu, tidak ada satu pun penyidik di kepolisian konvensi partai. Itu pemikiran paling gila, tebersit pun tidak politik kami akan ditangkap? Ditangkap satu hari menjelang Aku diam sejenak, menggeleng lagi, ”Kalau soal ditangkap? pun penyidik di kepolisian kemungkinannya. konvensi partai. Itu pemikiran paling gila, tebersit pun tidak politik kami akan ditangkap? Ditangkap satu hari menjelang Sama sekali tidak. Astaga, siapa pula yang akan berpikir klien Aku diam sejenak, menggeleng lagi, ”Kalau soal ditangkap? ”Kita semua tahu, tidak ada satu pun penyidik di kepolisian kemungkinannya. konvensi partai. Itu pemikiran paling gila, tebersit pun tidak politik kami akan ditangkap? Ditangkap satu hari menjelang Sama sekali tidak. Astaga, siapa pula yang akan berpikir klien Aku diam sejenak, menggeleng lagi, ”Kalau soal ditangkap? ”Kita semua tahu, tidak ada satu pun penyidik di kepolisian kemungkinannya. konvensi partai. Itu pemikiran paling gila, tebersit pun tidak politik kami akan ditangkap? Ditangkap satu hari menjelang yang pernah mengonfirmasi sedang menyelidiki kasus tersebut. Sama sekali tidak. Astaga, siapa pula yang akan berpikir klien Aku diam sejenak, menggeleng lagi, ”Kalau soal ditangkap? ”Kita semua tahu, tidak ada satu pun penyidik di kepolisian kemungkinannya. konvensi partai. Itu pemikiran paling gila, tebersit pun tidak Sama sekali tidak. Astaga, siapa pula yang akan berpikir klien ”Kita semua tahu, tidak ada satu pun penyidik di kepolisian politik kami akan ditangkap? Ditangkap satu hari menjelang yang pernah mengonfirmasi sedang menyelidiki kasus tersebut. kemungkinannya. konvensi partai. Itu pemikiran paling gila, tebersit pun tidak Sama sekali tidak. Astaga, siapa pula yang akan berpikir klien menyelidiki kasus tersebut. ”Kita semua tahu, tidak ada satu pun penyidik di kepolisian kemungkinannya. konvensi partai. Itu pemikiran paling gila, tebersit pun tidak politik kami akan ditangkap? Ditangkap satu hari menjelang Sama sekali tidak. Astaga, siapa pula yang akan berpikir klien yang pernah mengonfirmasi sedang menyelidiki kasus tersebut. ”Kita semua tahu, tidak ada satu pun penyidik di kepolisian kemungkinannya. konvensi partai. Itu pemikiran paling gila, tebersit pun tidak politik kami akan ditangkap? Ditangkap satu hari menjelang Sama sekali tidak. Astaga, siapa pula yang akan berpikir klien yang pernah mengonfirmasi sedang menyelidiki kasus tersebut. ”Kita semua tahu, tidak ada satu pun penyidik di kepolisian kemungkinannya. konvensi partai. Itu pemikiran paling gila, tebersit pun tidak Tidak ada kabar beritanya. Apa mereka bilang? Korupsi mega­ politik kami akan ditangkap? Ditangkap satu hari menjelang Sama sekali tidak. Astaga, siapa pula yang akan berpikir klien yang pernah mengonfirmasi sedang menyelidiki kasus tersebut. ”Kita semua tahu, tidak ada satu pun penyidik di kepolisian kemungkinannya. politik kami akan ditangkap? Ditangkap satu hari menjelang yang pernah mengonfirmasi sedang menyelidiki kasus tersebut. konvensi partai. Itu pemikiran paling gila, tebersit pun tidak Tidak ada kabar beritanya. Apa mereka bilang? Korupsi mega­ ”Kita semua tahu, tidak ada satu pun penyidik di kepolisian kemungkinannya. politik kami akan ditangkap? Ditangkap satu hari menjelang Tidak ada kabar beritanya. Apa mereka bilang? Korupsi mega­ yang pernah mengonfirmasi sedang menyelidiki kasus tersebut. ”Kita semua tahu, tidak ada satu pun penyidik di kepolisian kemungkinannya. konvensi partai. Itu pemikiran paling gila, tebersit pun tidak politik kami akan ditangkap? Ditangkap satu hari menjelang Tidak ada kabar beritanya. Apa mereka bilang? Korupsi mega­ yang pernah mengonfirmasi sedang menyelidiki kasus tersebut. ”Kita semua tahu, tidak ada satu pun penyidik di kepolisian kemungkinannya. konvensi partai. Itu pemikiran paling gila, tebersit pun tidak politik kami akan ditangkap? Ditangkap satu hari menjelang Tidak ada kabar beritanya. Apa mereka bilang? Korupsi mega­ yang pernah mengonfirmasi sedang menyelidiki kasus tersebut. ”Kita semua tahu, tidak ada satu pun penyidik di kepolisian kemungkinannya. proyek tunnel raksasa ibu ada kota? Omong kosong. Ayolah, apa konvensi partai. Itu pemikiran paling gila, tebersit pun tidak politik kami akan ditangkap? Ditangkap satu hari menjelang Tidak ada kabar beritanya. Apa mereka bilang? Korupsi mega­ yang pernah mengonfirmasi sedang menyelidiki kasus tersebut. ”Kita semua tahu, tidak satu pun penyidik di kepolisian konvensi partai. Itu pemikiran paling gila, tebersit pun tidak Tidak ada kabar beritanya. Apa mereka bilang? Korupsi mega­ kemungkinannya. proyek tunnel raksasa ibu kota? Omong kosong. Ayolah, apa yang pernah mengonfirmasi sedang menyelidiki kasus tersebut. ”Kita semua tahu, tidak ada satu pun penyidik di kepolisian konvensi partai. Itu pemikiran paling gila, tebersit pun tidak proyek tunnel raksasa ibu kota? Omong kosong. Ayolah, apa Tidak ada kabar beritanya. Apa mereka bilang? Korupsi mega­ yang pernah mengonfirmasi sedang menyelidiki kasus tersebut. ”Kita semua tahu, tidak ada satu pun penyidik di kepolisian kemungkinannya. konvensi partai. Itu pemikiran paling gila, tebersit pun tidak proyek tunnel raksasa ibu kota? Omong kosong. Ayolah, apa Tidak ada kabar beritanya. Apa mereka bilang? Korupsi mega­ yang pernah mengonfirmasi sedang menyelidiki kasus tersebut. ”Kita semua tahu, tidak ada satu pun penyidik di kepolisian kemungkinannya. konvensi partai. Itu pemikiran paling gila, tebersit pun tidak proyek tunnel raksasa ibu kota? Omong kosong. Ayolah, apa Tidak ada kabar beritanya. Apa mereka bilang? Korupsi mega­ yang pernah mengonfirmasi sedang menyelidiki kasus tersebut. ”Kita semua tahu, tidak ada satu pun penyidik di kepolisian kalian pernah mendengar selentingan ada tindak korupsi di pro­ kemungkinannya. konvensi partai. Itu pemikiran paling gila, tebersit pun tidak proyek tunnel raksasa ibu kota? Omong kosong. Ayolah, apa Tidak ada kabar beritanya. Apa mereka bilang? Korupsi mega­ yang pernah mengonfirmasi sedang menyelidiki kasus tersebut. kemungkinannya. proyek tunnel raksasa ibu kota? Omong kosong. Ayolah, apa kalian pernah mendengar selentingan ada tindak korupsi di pro­ ”Kita semua tahu, tidak ada satu pun penyidik di kepolisian Tidak ada kabar beritanya. Apa mereka bilang? Korupsi mega­ yang pernah mengonfirmasi sedang menyelidiki kasus tersebut. kemungkinannya. kalian pernah mendengar selentingan ada tindak korupsi di pro­ proyek tunnel raksasa ibu kota? Omong kosong. Ayolah, apa Tidak ada kabar beritanya. Apa mereka bilang? Korupsi mega­ yang pernah mengonfirmasi sedang menyelidiki kasus tersebut. ”Kita semua tahu, tidak ada satu pun penyidik di kepolisian kemungkinannya. kalian pernah mendengar selentingan ada tindak korupsi di pro­ proyek tunnel raksasa ibu kota? Omong kosong. Ayolah, apa Tidak ada kabar beritanya. Apa mereka bilang? Korupsi mega­ yang pernah mengonfirmasi sedang menyelidiki kasus tersebut. ”Kita semua tahu, tidak ada satu pun penyidik di kepolisian kemungkinannya. kalian pernah mendengar selentingan ada tindak korupsi di pro­ proyek tunnel raksasa ibu kota? Omong kosong. Ayolah, apa Tidak ada kabar beritanya. Apa mereka bilang? Korupsi mega­ yang pernah mengonfirmasi sedang menyelidiki kasus tersebut. yek itu selama ini? Nihil. Proyek itu dibiayai dana swasta dan ”Kita semua tahu, tidak ada satu pun penyidik di kepolisian kemungkinannya. kalian pernah mendengar selentingan ada tindak korupsi di pro­ proyek tunnel raksasa ibu kota? Omong kosong. Ayolah, apa Tidak ada kabar beritanya. Apa mereka bilang? Korupsi mega­ ”Kita semua tahu, tidak ada satu pun penyidik di kepolisian kalian pernah mendengar selentingan ada tindak korupsi di pro­ yek itu selama ini? Nihil. Proyek itu dibiayai dana swasta dan yang pernah mengonfirmasi sedang menyelidiki kasus tersebut. proyek tunnel raksasa ibu kota? Omong kosong. Ayolah, apa Tidak ada kabar beritanya. Apa mereka bilang? Korupsi mega­ ”Kita semua tahu, tidak ada satu pun penyidik di kepolisian yek itu selama ini? Nihil. Proyek itu dibiayai dana swasta dan kalian pernah mendengar selentingan ada tindak korupsi di pro­ proyek tunnel raksasa ibu kota? Omong kosong. Ayolah, apa Tidak ada kabar beritanya. Apa mereka bilang? Korupsi mega­ yang pernah mengonfirmasi sedang menyelidiki kasus tersebut. ”Kita semua tahu, tidak ada satu pun penyidik di kepolisian yek itu selama ini? Nihil. Proyek itu dibiayai dana swasta dan kalian pernah mendengar selentingan ada tindak korupsi di pro­ proyek tunnel raksasa ibu kota? Omong kosong. Ayolah, apa Tidak ada kabar beritanya. Apa mereka bilang? Korupsi mega­ yang pernah mengonfirmasi sedang menyelidiki kasus tersebut. ”Kita semua tahu, tidak ada satu pun penyidik di kepolisian yek itu selama ini? Nihil. Proyek itu dibiayai dana swasta dan kalian pernah mendengar selentingan ada tindak korupsi di pro­ proyek tunnel raksasa ibu kota? Omong kosong. Ayolah, apa Tidak ada kabar beritanya. Apa mereka bilang? Korupsi mega­ dianggap salah satu proyek paling efektif mengurangi banjir di yang pernah mengonfirmasi sedang menyelidiki kasus tersebut. ”Kita semua tahu, tidak ada satu pun penyidik di kepolisian yek itu selama ini? Nihil. Proyek itu dibiayai dana swasta dan kalian pernah mendengar selentingan ada tindak korupsi di pro­ proyek tunnel raksasa ibu kota? Omong kosong. Ayolah, apa yang pernah mengonfirmasi sedang menyelidiki kasus tersebut. dianggap salah satu proyek paling efektif mengurangi banjir di yek itu selama ini? Nihil. Proyek itu dibiayai dana swasta dan Tidak ada kabar beritanya. Apa mereka bilang? Korupsi mega­ kalian pernah mendengar selentingan ada tindak korupsi di pro­ proyek tunnel raksasa ibu kota? Omong kosong. Ayolah, apa yang pernah mengonfirmasi sedang menyelidiki kasus tersebut. dianggap salah satu proyek paling efektif mengurangi banjir di yek itu selama ini? Nihil. Proyek itu dibiayai dana swasta dan kalian pernah mendengar selentingan ada tindak korupsi di pro­ proyek tunnel raksasa ibu kota? Omong kosong. Ayolah, apa Tidak ada kabar beritanya. Apa mereka bilang? Korupsi mega­ yang pernah mengonfirmasi sedang menyelidiki kasus tersebut. dianggap salah satu proyek paling efektif mengurangi banjir di yek itu selama ini? Nihil. Proyek itu dibiayai dana swasta dan kalian pernah mendengar selentingan ada tindak korupsi di pro­ proyek tunnel raksasa ibu kota? Omong kosong. Ayolah, apa Tidak ada kabar beritanya. Apa mereka bilang? Korupsi mega­ yang pernah mengonfirmasi sedang menyelidiki kasus tersebut. dianggap salah satu proyek paling efektif mengurangi banjir di yek itu selama ini? Nihil. Proyek itu dibiayai dana swasta dan kalian pernah mendengar selentingan ada tindak korupsi di pro­ proyek tunnel raksasa ibu kota? Omong kosong. Ayolah, apa ibu kota sejak pembangunan kanal oleh VOC seabad silam.” Tidak ada kabar beritanya. Apa mereka bilang? Korupsi mega­ yang pernah mengonfirmasi sedang menyelidiki kasus tersebut. dianggap salah satu proyek paling efektif mengurangi banjir di yek itu selama ini? Nihil. Proyek itu dibiayai dana swasta dan kalian pernah mendengar selentingan ada tindak korupsi di pro­ Tidak ada kabar beritanya. Apa mereka bilang? Korupsi mega­ ibu kota sejak pembangunan kanal oleh VOC seabad silam.” dianggap salah satu proyek paling efektif mengurangi banjir di proyek tunnel raksasa ibu kota? Omong kosong. Ayolah, apa yek itu selama ini? Nihil. Proyek itu dibiayai dana swasta dan kalian pernah mendengar selentingan ada tindak korupsi di pro­ Tidak ada kabar beritanya. Apa mereka bilang? Korupsi mega­ ibu kota sejak pembangunan kanal oleh VOC seabad silam.” dianggap salah satu proyek paling efektif mengurangi banjir di yek itu selama ini? Nihil. Proyek itu dibiayai dana swasta dan kalian pernah mendengar selentingan ada tindak korupsi di pro­ proyek tunnel raksasa ibu kota? Omong kosong. Ayolah, apa Tidak ada kabar beritanya. Apa mereka bilang? Korupsi mega­ ibu kota sejak pembangunan kanal oleh VOC seabad silam.” dianggap salah satu proyek paling efektif mengurangi banjir di yek itu selama ini? Nihil. Proyek itu dibiayai dana swasta dan kalian pernah mendengar selentingan ada tindak korupsi di pro­ proyek tunnel raksasa ibu kota? Omong kosong. Ayolah, apa Tidak ada kabar beritanya. Apa mereka bilang? Korupsi mega­ ibu kota sejak pembangunan kanal oleh VOC seabad silam.” dianggap salah satu proyek paling efektif mengurangi banjir di yek itu selama ini? Nihil. Proyek itu dibiayai dana swasta dan kalian pernah mendengar selentingan ada tindak korupsi di pro­ ”Kau benar. Ini mengejutkan, tapi kita sama-sama tidak tahu, proyek tunnel raksasa ibu kota? Omong kosong. Ayolah, apa Tidak ada kabar beritanya. Apa mereka bilang? Korupsi mega­ ibu kota sejak pembangunan kanal oleh VOC seabad silam.” dianggap salah satu proyek paling efektif mengurangi banjir di yek itu selama ini? Nihil. Proyek itu dibiayai dana swasta dan proyek tunnel raksasa ibu kota? Omong kosong. Ayolah, apa ”Kau benar. Ini mengejutkan, tapi kita sama-sama tidak tahu, ibu kota sejak pembangunan kanal oleh VOC seabad silam.” kalian pernah mendengar selentingan ada tindak korupsi di pro­ dianggap salah satu proyek paling efektif mengurangi banjir di yek itu selama ini? Nihil. Proyek itu dibiayai dana swasta dan proyek tunnel raksasa ibu kota? Omong kosong. Ayolah, apa ”Kau benar. Ini mengejutkan, tapi kita sama-sama tidak tahu, ibu kota sejak pembangunan kanal oleh VOC seabad silam.” dianggap salah satu proyek paling efektif mengurangi banjir di yek itu selama ini? Nihil. Proyek itu dibiayai dana swasta dan kalian pernah mendengar selentingan ada tindak korupsi di pro­ proyek tunnel raksasa ibu kota? Omong kosong. Ayolah, apa ”Kau benar. Ini mengejutkan, tapi kita sama-sama tidak tahu, ibu kota sejak pembangunan kanal oleh VOC seabad silam.” dianggap salah satu proyek paling efektif mengurangi banjir di yek itu selama ini? Nihil. Proyek itu dibiayai dana swasta dan kalian pernah mendengar selentingan ada tindak korupsi di pro­ proyek tunnel raksasa ibu kota? Omong kosong. Ayolah, apa ”Kau benar. Ini mengejutkan, tapi kita sama-sama tidak tahu, ibu kota sejak pembangunan kanal oleh VOC seabad silam.” dianggap salah satu proyek paling efektif mengurangi banjir di yek itu selama ini? Nihil. Proyek itu dibiayai dana swasta dan Thomas. Boleh jadi polisi memiliki penjelasan lain? Bukti-bukti kalian pernah mendengar selentingan ada tindak korupsi di pro­ proyek tunnel raksasa ibu kota? Omong kosong. Ayolah, apa ”Kau benar. Ini mengejutkan, tapi kita sama-sama tidak tahu, ibu kota sejak pembangunan kanal oleh VOC seabad silam.” dianggap salah satu proyek paling efektif mengurangi banjir di kalian pernah mendengar selentingan ada tindak korupsi di pro­ Thomas. Boleh jadi polisi memiliki penjelasan lain? Bukti-bukti ”Kau benar. Ini mengejutkan, tapi kita sama-sama tidak tahu, yek itu selama ini? Nihil. Proyek itu dibiayai dana swasta dan ibu kota sejak pembangunan kanal oleh VOC seabad silam.” dianggap salah satu proyek paling efektif mengurangi banjir di kalian pernah mendengar selentingan ada tindak korupsi di pro­ Thomas. Boleh jadi polisi memiliki penjelasan lain? Bukti-bukti ”Kau benar. Ini mengejutkan, tapi kita sama-sama tidak tahu, ibu kota sejak pembangunan kanal oleh VOC seabad silam.” dianggap salah satu proyek paling efektif mengurangi banjir di yek itu selama ini? Nihil. Proyek itu dibiayai dana swasta dan kalian pernah mendengar selentingan ada tindak korupsi di pro­ Thomas. Boleh jadi polisi memiliki penjelasan lain? Bukti-bukti ”Kau benar. Ini mengejutkan, tapi kita sama-sama tidak tahu, ibu kota sejak pembangunan kanal oleh VOC seabad silam.” dianggap salah satu proyek paling efektif mengurangi banjir di yek itu selama ini? Nihil. Proyek itu dibiayai dana swasta dan kalian pernah mendengar selentingan ada tindak korupsi di pro­ Thomas. Boleh jadi polisi memiliki penjelasan lain? Bukti-bukti ”Kau benar. Ini mengejutkan, tapi kita sama-sama tidak tahu, ibu kota sejak pembangunan kanal oleh VOC seabad silam.” dianggap salah satu proyek paling efektif mengurangi banjir di atau sesuatu yang memang tidak mereka buka hingga hari ini? yek itu selama ini? Nihil. Proyek itu dibiayai dana swasta dan kalian pernah mendengar selentingan ada tindak korupsi di pro­ Thomas. Boleh jadi polisi memiliki penjelasan lain? Bukti-bukti ”Kau benar. Ini mengejutkan, tapi kita sama-sama tidak tahu, ibu kota sejak pembangunan kanal oleh VOC seabad silam.” yek itu selama ini? Nihil. Proyek itu dibiayai dana swasta dan atau sesuatu yang memang tidak mereka buka hingga hari ini? Thomas. Boleh jadi polisi memiliki penjelasan lain? Bukti-bukti dianggap salah satu proyek paling efektif mengurangi banjir di ”Kau benar. Ini mengejutkan, tapi kita sama-sama tidak tahu, ibu kota sejak pembangunan kanal oleh VOC seabad silam.” yek itu selama ini? Nihil. Proyek itu dibiayai dana swasta dan atau sesuatu yang memang tidak mereka buka hingga hari ini? Thomas. Boleh jadi polisi memiliki penjelasan lain? Bukti-bukti ”Kau benar. Ini mengejutkan, tapi kita sama-sama tidak tahu, ibu kota sejak pembangunan kanal oleh VOC seabad silam.” dianggap salah satu proyek paling efektif mengurangi banjir di yek itu selama ini? Nihil. Proyek itu dibiayai dana swasta dan atau sesuatu yang memang tidak mereka buka hingga hari ini? Thomas. Boleh jadi polisi memiliki penjelasan lain? Bukti-bukti ”Kau benar. Ini mengejutkan, tapi kita sama-sama tidak tahu, ibu kota sejak pembangunan kanal oleh VOC seabad silam.” dianggap salah satu proyek paling efektif mengurangi banjir di yek itu selama ini? Nihil. Proyek itu dibiayai dana swasta dan atau sesuatu yang memang tidak mereka buka hingga hari ini? Thomas. Boleh jadi polisi memiliki penjelasan lain? Bukti-bukti ”Kau benar. Ini mengejutkan, tapi kita sama-sama tidak tahu, ibu kota sejak pembangunan kanal oleh VOC seabad silam.” Mungkin ada sesuatu yang menjadi petunjuk? Kau adalah orang dianggap salah satu proyek paling efektif mengurangi banjir di yek itu selama ini? Nihil. Proyek itu dibiayai dana swasta dan atau sesuatu yang memang tidak mereka buka hingga hari ini? Thomas. Boleh jadi polisi memiliki penjelasan lain? Bukti-bukti ”Kau benar. Ini mengejutkan, tapi kita sama-sama tidak tahu, dianggap salah satu proyek paling efektif mengurangi banjir di Mungkin ada sesuatu yang menjadi petunjuk? Kau adalah orang atau sesuatu yang memang tidak mereka buka hingga hari ini? ibu kota sejak pembangunan kanal oleh VOC seabad silam.” Thomas. Boleh jadi polisi memiliki penjelasan lain? Bukti-bukti ”Kau benar. Ini mengejutkan, tapi kita sama-sama tidak tahu, dianggap salah satu proyek paling efektif mengurangi banjir di Mungkin ada sesuatu yang menjadi petunjuk? Kau adalah orang atau sesuatu yang memang tidak mereka buka hingga hari ini? Thomas. Boleh jadi polisi memiliki penjelasan lain? Bukti-bukti ”Kau benar. Ini mengejutkan, tapi kita sama-sama tidak tahu, ibu kota sejak pembangunan kanal oleh VOC seabad silam.” dianggap salah satu proyek paling efektif mengurangi banjir di Mungkin ada sesuatu yang menjadi petunjuk? Kau adalah orang atau sesuatu yang memang tidak mereka buka hingga hari ini? Thomas. Boleh jadi polisi memiliki penjelasan lain? Bukti-bukti ”Kau benar. Ini mengejutkan, tapi kita sama-sama tidak tahu, ibu kota sejak pembangunan kanal oleh VOC seabad silam.” dianggap salah satu proyek paling efektif mengurangi banjir di Mungkin ada sesuatu yang menjadi petunjuk? Kau adalah orang atau sesuatu yang memang tidak mereka buka hingga hari ini? Thomas. Boleh jadi polisi memiliki penjelasan lain? Bukti-bukti ”Kau benar. Ini mengejutkan, tapi kita sama-sama tidak tahu, terdekat JD setahun terakhir.” Sambas mencoba membuka ke­ ibu kota sejak pembangunan kanal oleh VOC seabad silam.” dianggap salah satu proyek paling efektif mengurangi banjir di Mungkin ada sesuatu yang menjadi petunjuk? Kau adalah orang atau sesuatu yang memang tidak mereka buka hingga hari ini? Thomas. Boleh jadi polisi memiliki penjelasan lain? Bukti-bukti ibu kota sejak pembangunan kanal oleh VOC seabad silam.” terdekat JD setahun terakhir.” Sambas mencoba membuka ke­ Mungkin ada sesuatu yang menjadi petunjuk? Kau adalah orang ”Kau benar. Ini mengejutkan, tapi kita sama-sama tidak tahu, atau sesuatu yang memang tidak mereka buka hingga hari ini? Thomas. Boleh jadi polisi memiliki penjelasan lain? Bukti-bukti ibu kota sejak pembangunan kanal oleh VOC seabad silam.” terdekat JD setahun terakhir.” Sambas mencoba membuka ke­ Mungkin ada sesuatu yang menjadi petunjuk? Kau adalah orang atau sesuatu yang memang tidak mereka buka hingga hari ini? Thomas. Boleh jadi polisi memiliki penjelasan lain? Bukti-bukti ”Kau benar. Ini mengejutkan, tapi kita sama-sama tidak tahu, ibu kota sejak pembangunan kanal oleh VOC seabad silam.” terdekat JD setahun terakhir.” Sambas mencoba membuka ke­ Mungkin ada sesuatu yang menjadi petunjuk? Kau adalah orang atau sesuatu yang memang tidak mereka buka hingga hari ini? Thomas. Boleh jadi polisi memiliki penjelasan lain? Bukti-bukti ”Kau benar. Ini mengejutkan, tapi kita sama-sama tidak tahu, ibu kota sejak pembangunan kanal oleh VOC seabad silam.” terdekat JD setahun terakhir.” Sambas mencoba membuka ke­ Mungkin ada sesuatu yang menjadi petunjuk? Kau adalah orang atau sesuatu yang memang tidak mereka buka hingga hari ini? Thomas. Boleh jadi polisi memiliki penjelasan lain? Bukti-bukti mungkinan lain. ”Kau benar. Ini mengejutkan, tapi kitamencoba sama-sama tidak tahu, ibu kota sejak pembangunan kanal oleh VOC seabad silam.” terdekat JD setahun terakhir.” Sambas mencoba membuka ke­ Mungkin ada sesuatu yang menjadi petunjuk? adalah atau sesuatu yang memang tidak mereka buka hingga hari ini? mungkinan ”Kau benar. Ini mengejutkan, tapi kita sama-sama tidak tahu, terdekat JD setahun terakhir.” Sambas membuka ke­ Thomas. Boleh jadi polisi penjelasan lain? Bukti-bukti Mungkin adalain. sesuatu yangmemiliki menjadi petunjuk? Kau adalah orang atau sesuatu yang memang tidak mereka bukaKau hingga hariorang ini? ”Kau benar. Ini mengejutkan, tapi kita sama-sama tidak tahu, mungkinan terdekat JD setahun terakhir.” Sambas membuka ke­ Mungkin ada sesuatu yang menjadi petunjuk? adalah atau sesuatu yang memang tidak mereka buka hingga hari ini? Thomas. Boleh jadi polisi penjelasan lain? Bukti-bukti ”Kau benar. Ini tapi kitamencoba sama-sama tidak tahu, mungkinan lain. terdekat JD setahun terakhir.” Sambas mencoba membuka ke­ Mungkin adalain. sesuatu yangmemiliki menjadi petunjuk? Kau adalah orang atau sesuatu yang memang tidak mereka bukaKau hingga hariorang ini? Thomas. Boleh jadimengejutkan, polisi memiliki penjelasan lain? Bukti-bukti



pon denganku, klien politik kami mencemaskan ada eskalasi juga sama sekali tidak tahu. Dua jam lalu, saat bicara lewat tele­ ”Kami tidak tahu, Sambas. Bahkan bisa kupastikan beliau menggelar operasi kilat, melakukan manuver politik tingkat pon denganku, klien politik kami mencemaskan ada eskalasi juga sama sekali tidak tahu. Dua jam lalu, saat bicara lewat tele­ ”Kami tidak tahu, Sambas. Bahkan bisa kupastikan beliau melakukannya, apa tujuannya. Beliau meyakini ada yang sedang besar-besaran dalam konvensi partai besok. Entah siapa yang menggelar operasi kilat, melakukan manuver politik tingkat Beliau meyakini ada yang sedang konvensi partai besok. Entah siapa yang pon denganku, klien politik kami mencemaskan ada eskalasi juga sama sekali tidak tahu. Dua jam lalu, saat bicara lewat tele­ ”Kami tidak tahu, Sambas. Bahkan bisa kupastikan beliau menggelar operasi kilat, melakukan manuver politik tingkat melakukannya, apa tujuannya. Beliau meyakini ada yang sedang besar-besaran dalam konvensi partai besok. Entah siapa yang juga sama sekali tidak tahu. Dua jam lalu, saat bicara lewat tele­ pon denganku, klien politik kami mencemaskan ada eskalasi ”Kami tidak tahu, Sambas. Bahkan bisa kupastikan beliau melakukannya, apa tujuannya. Beliau meyakini ada yang sedang besar-besaran dalam konvensi partai besok. Entah siapa yang pon denganku, klien politik kami mencemaskan ada eskalasi juga sama sekali tidak tahu. Dua jam lalu, saat bicara lewat tele­ menggelar operasi kilat, melakukan manuver politik tingkat tinggi, penuh intrik dan rekayasa. melakukan manuver politik tingkat melakukannya, apa tujuannya. Beliau meyakini ada yang sedang besar-besaran dalam konvensi partai besok. Entah siapa yang pon denganku, klien politik kami mencemaskan ada eskalasi juga sama sekali tidak tahu. Dua jam lalu, saat bicara lewat tele­ tinggi, penuh intrik dan rekayasa. besar-besaran dalam konvensi partai besok. Entah siapa yang pon denganku, klien politik kami mencemaskan ada eskalasi juga sama sekali tidak tahu. Dua jam lalu, saat bicara lewat tele­ menggelar operasi kilat, melakukan manuver politik tingkat melakukannya, apa tujuannya. Beliau meyakini ada yang sedang tinggi, penuh intrik dan rekayasa. melakukan manuver politik tingkat Beliau meyakini ada yang sedang besar-besaran dalam konvensi partai besok. Entah siapa yang pon denganku, klien politik kami mencemaskan ada eskalasi juga sama sekali tidak tahu. Dua jam lalu, saat bicara lewat tele­ tinggi, penuh intrik dan rekayasa. menggelar operasi kilat, melakukan manuver politik tingkat melakukannya, apa tujuannya. Beliau meyakini ada yang sedang besar-besaran dalam konvensi partai besok. Entah siapa yang pon denganku, klien politik kami mencemaskan ada eskalasi juga sama sekali tidak tahu. Dua jam lalu, saat bicara lewat tele­ menggelar operasi kilat, melakukan manuver politik tingkat melakukannya, apa tujuannya. Beliau meyakini ada yang sedang besar-besaran dalam konvensi partai besok. Entah siapa yang pon denganku, klien politik kami mencemaskan ada eskalasi tinggi, penuh intrik dan rekayasa. ”Aku sebenarnya mengundang kalian datang untuk membi­ rekayasa. menggelar operasi kilat, melakukan manuver politik tingkat melakukannya, apa tujuannya. Beliau meyakini ada yang sedang besar-besaran dalam konvensi partai besok. Entah siapa yang pon denganku, klien politik kami mencemaskan ada eskalasi ”Aku sebenarnya mengundang kalian datang untuk membi­ melakukannya, apa tujuannya. Beliau meyakini ada yang sedang besar-besaran dalam konvensi partai besok. Entah siapa yang pon denganku, klien politik kami mencemaskan ada eskalasi tinggi, penuh intrik dan rekayasa. menggelar operasi kilat, melakukan manuver politik tingkat ”Aku sebenarnya mengundang kalian datang untuk membi­ rekayasa. melakukan manuver politik tingkat melakukannya, apa tujuannya. Beliau meyakini ada yang sedang besar-besaran dalam konvensi partai besok. Entah siapa yang pon denganku, klien politik kami mencemaskan ada eskalasi ”Aku sebenarnya mengundang kalian datang untuk membi­ tinggi, penuh intrik dan rekayasa. menggelar operasi kilat, melakukan manuver politik tingkat melakukannya, apa tujuannya. Beliau meyakini ada yang sedang besar-besaran dalam konvensi partai besok. Entah siapa yang pon denganku, klien politik kami mencemaskan ada eskalasi tinggi, penuh intrik dan rekayasa. menggelar operasi kilat, melakukan manuver politik tingkat melakukannya, apa tujuannya. Beliau meyakini ada yang sedang besar-besaran dalam konvensi partai besok. Entah siapa yang ”Aku sebenarnya mengundang kalian datang untuk membi­ itu, kalian memiliki kuping yang lebih carakan kemungkinan mengundang kalian datang untuk membi­ tinggi, penuh intrik dan rekayasa. menggelar operasi kilat, melakukan manuver politik tingkat melakukannya, apa tujuannya. Beliau meyakini ada yang sedang besar-besaran dalam konvensi partai besok. Entah siapa yang itu, kalian memiliki kuping yang lebih carakan kemungkinan menggelar operasi kilat, melakukan manuver politik tingkat melakukannya, apa tujuannya. Beliau meyakini ada yang sedang besar-besaran dalam konvensi partai besok. Entah siapa yang ”Aku sebenarnya mengundang kalian datang untuk membi­ tinggi, penuh intrik dan rekayasa. itu, kalian memiliki kuping yang lebih carakan kemungkinan mengundang kalian datang untuk membi­ rekayasa. menggelar operasi kilat, melakukan manuver politik tingkat melakukannya, apa tujuannya. Beliau meyakini ada yang sedang besar-besaran dalam konvensi partai besok. Entah siapa yang itu, kalian memiliki kuping yang lebih carakan kemungkinan ”Aku sebenarnya mengundang kalian datang untuk membi­ tinggi, penuh intrik dan rekayasa. menggelar operasi kilat, melakukan manuver politik tingkat melakukannya, apa tujuannya. Beliau meyakini ada yang sedang besar-besaran dalam konvensi partai besok. Entah siapa yang ”Aku sebenarnya mengundang kalian datang untuk membi­ tinggi, penuh intrik dan rekayasa. menggelar operasi kilat, melakukan manuver politik tingkat carakan kemungkinan itu, kalian memiliki kuping yang lebih melakukannya, apa tujuannya. Beliau meyakini ada yang sedang peka, memiliki banyak narasumber yang tidak diketahui masya­ kalian memiliki kuping yang lebih ”Aku sebenarnya mengundang kalian datang untuk membi­ tinggi, penuh intrik dan rekayasa. menggelar operasi kilat, melakukan manuver politik tingkat melakukannya, apa tujuannya. Beliau meyakini ada yang sedang peka, memiliki banyak narasumber yang tidak diketahui masya­ tinggi, penuh intrik dan rekayasa. menggelar operasi kilat, melakukan manuver politik tingkat carakan kemungkinan itu, kalian memiliki kuping yang lebih ”Aku sebenarnya mengundang kalian datang untuk membi­ melakukannya, apa tujuannya. Beliau meyakini ada yang sedang peka, memiliki banyak narasumber yang tidak diketahui masya­ kalian memiliki kuping yang lebih mengundang kalian datang untuk membi­ tinggi, penuh intrik dan rekayasa. menggelar operasi kilat, melakukan manuver politik tingkat melakukannya, apa tujuannya. Beliau meyakini ada yang sedang peka, memiliki banyak narasumber yang tidak diketahui masya­ itu, kalian memiliki kuping yang lebih carakan kemungkinan ”Aku sebenarnya mengundang kalian datang untuk membi­ tinggi, penuh intrik dan rekayasa. melakukannya, apa fleksibel tujuannya. Beliau meyakini ada yang sedang menggelar operasi kilat, melakukan manuver politik tingkat itu, kalian memiliki kuping yang lebih carakan kemungkinan ”Aku sebenarnya mengundang kalian datang untuk membi­ tinggi, penuh intrik dan rekayasa. peka, memiliki banyak narasumber yang tidak diketahui masya­ menggelar operasi kilat, melakukan manuver politik tingkat rakat luas, kalian dan netral bergaul dengan banyak narasumber yang tidak diketahui masya­ itu, kalian memiliki kuping yang lebih carakan kemungkinan ”Aku sebenarnya mengundang kalian datang untuk membi­ tinggi, penuh intrik dan rekayasa. menggelar operasi kilat, melakukan manuver politik tingkat rakat luas, kalian fleksibel dan netral bergaul dengan banyak ”Aku sebenarnya mengundang kalian datang untuk membi­ tinggi, penuh intrik dan rekayasa. peka, memiliki banyak narasumber yang tidak diketahui masya­ carakan kemungkinan itu, kalian memiliki kuping yang lebih menggelar operasi kilat, melakukan manuver politik tingkat rakat luas, kalian fleksibel dan netral bergaul dengan banyak narasumber yang tidak diketahui masya­ itu, kalian memiliki kuping yang lebih carakan kemungkinan ”Aku sebenarnya mengundang kalian datang untuk membi­ tinggi, penuh intrik dan rekayasa. menggelar operasi kilat, melakukan manuver politik tingkat rakat luas, kalian fleksibel dan netral bergaul dengan banyak peka, memiliki banyak narasumber yang tidak diketahui masya­ itu, kalian memiliki kuping yang lebih carakan kemungkinan ”Aku sebenarnya mengundang kalian datang untuk membi­ menggelar operasi kilat, melakukan manuver politik tingkat tinggi, penuh intrik dan rekayasa. peka, memiliki banyak narasumber yang tidak diketahui masya­ itu, kalian memiliki kuping yang lebih carakan kemungkinan ”Aku sebenarnya mengundang kalian datang untuk membi­ fleksibel dan netral bergaul dengan banyak rakat luas, kalian tinggi, penuh intrik dan rekayasa. pihak. Aku mengundang kalian untuk berdiskusi kemungkinan dan netral bergaul dengan banyak peka, memiliki banyak narasumber yang tidak diketahui masya­ itu, kalian memiliki kuping yang lebih carakan kemungkinan ”Aku sebenarnya mengundang kalian datang untuk membi­ tinggi, penuh intrik dan rekayasa. pihak. Aku mengundang kalian untuk berdiskusi kemungkinan itu, kalian memiliki kuping yang lebih carakan kemungkinan fleksibel dan netral bergaul dengan banyak rakat luas, kalian peka, memiliki banyak narasumber yang tidak diketahui masya­ ”Aku sebenarnya mengundang kalian datang untuk membi­ tinggi, penuh intrik dan rekayasa. pihak. Aku mengundang kalian untuk berdiskusi kemungkinan dan netral bergaul dengan banyak peka, memiliki banyak narasumber yang tidak diketahui masya­ itu, kalian memiliki kuping yang lebih carakan kemungkinan ”Aku sebenarnya mengundang kalian datang untuk membi­ tinggi, penuh intrik dan rekayasa. pihak. Aku mengundang kalian untuk berdiskusi kemungkinan rakat luas, kalian fleksibel dan netral bergaul dengan banyak peka, memiliki banyak narasumber yang tidak diketahui masya­ itu, kalian memiliki kuping yang lebih carakan kemungkinan tinggi, penuh intrik dan rekayasa. ”Aku sebenarnya mengundang kalian datang untuk membi­ rakat luas, kalian fleksibel dan netral bergaul dengan banyak peka, memiliki banyak narasumber yang tidak diketahui masya­ pihak. Aku mengundang kalian untuk berdiskusi kemungkinan itu, kalian memiliki kuping yang lebih carakan kemungkinan ”Aku sebenarnya mengundang kalian datang untuk membi­ serius tersebut. Nah, kejadian barusan membuat diskusi ini kalian untuk berdiskusi kemungkinan rakat luas, kalian fleksibel dan netral bergaul dengan banyak peka, memiliki banyak narasumber yang tidak diketahui masya­ itu, kalian memiliki kuping yang lebih carakan kemungkinan ”Aku sebenarnya mengundang kalian datang untuk membi­ serius tersebut. Nah, kejadian barusan membuat diskusi ini peka, memiliki banyak narasumber yang tidak diketahui masya­ pihak. Aku mengundang kalian untuk berdiskusi kemungkinan fleksibel dan netral bergaul dengan banyak rakat luas, kalian itu, kalian memiliki kuping yang lebih carakan kemungkinan ”Aku sebenarnya mengundang kalian datang untuk membi­ serius tersebut. Nah, kejadian barusan membuat diskusi ini kalian untuk berdiskusi kemungkinan rakat luas, kalian fleksibel dan netral bergaul dengan banyak peka, memiliki banyak narasumber yang tidak diketahui masya­ itu, kalian memiliki kuping yang lebih carakan kemungkinan ”Aku sebenarnya mengundang kalian datang untuk membi­ serius tersebut. Nah, kejadian barusan membuat diskusi ini pihak. Aku mengundang kalian untuk berdiskusi kemungkinan rakat luas, kalian fleksibel dan netral bergaul dengan banyak ”Aku sebenarnya mengundang kalian datang untuk membi­ peka, memiliki banyak narasumber yang tidak diketahui masya­ itu, kalian memiliki kuping yang lebih carakan kemungkinan pihak. Aku mengundang kalian untuk berdiskusi kemungkinan rakat luas, kalian fleksibel dan netral bergaul dengan banyak serius tersebut. Nah, kejadian barusan membuat diskusi ini peka, memiliki banyak narasumber yang tidak diketahui masya­ itu, kalian memiliki kuping yang lebih carakan kemungkinan menjadi semakin relevan. Frankly speaking, meski masih dalam kejadian barusan membuat diskusi ini pihak. Aku mengundang kalian untuk berdiskusi kemungkinan rakat luas, kalian fleksibel dan netral bergaul dengan banyak peka, memiliki banyak narasumber yang tidak diketahui masya­ itu, kalian memiliki kuping yang lebih carakan kemungkinan menjadi semakin relevan. Frankly speaking, meski masih dalam rakat luas, kalian fleksibel dan netral bergaul dengan banyak serius tersebut. Nah, kejadian barusan membuat diskusi ini pihak. Aku mengundang kalian untuk berdiskusi kemungkinan peka, memiliki banyak narasumber yang tidak diketahui masya­ itu, kalian memiliki kuping yang lebih carakan kemungkinan menjadi semakin relevan. Frankly speaking, meski masih dalam kejadian barusan membuat diskusi ini pihak. Aku mengundang kalian untuk berdiskusi kemungkinan rakat luas, kalian fleksibel dan netral bergaul dengan banyak peka, memiliki banyak narasumber yang tidak diketahui masya­ itu, kalian memiliki kuping yang lebih carakan kemungkinan menjadi semakin relevan. Frankly speaking, meski masih dalam serius tersebut. Nah, kejadian barusan membuat diskusi ini pihak. Aku mengundang kalian untuk berdiskusi kemungkinan carakan kemungkinan itu, kalian memiliki kuping yang lebih fleksibel dan netral bergaul dengan banyak rakat luas, kalian peka, memiliki banyak narasumber yang tidak diketahui masya­ serius tersebut. Nah, kejadian barusan membuat diskusi ini pihak. Aku mengundang kalian untuk berdiskusi kemungkinan menjadi semakin relevan. Frankly speaking, meski masih dalam rakat luas, kalian fleksibel dan netral bergaul dengan banyak peka, memiliki banyak narasumber yang tidak diketahui masya­ level hipotesis, aku meyakini penangkapan klien politik kami ada Frankly speaking, meski masih dalam serius tersebut. Nah, kejadian barusan membuat diskusi ini pihak. Aku mengundang kalian untuk berdiskusi kemungkinan rakat luas, kalian fleksibel dan netral bergaul dengan banyak peka, memiliki banyak narasumber yang tidak diketahui masya­ level hipotesis, aku meyakini penangkapan klien politik kami ada pihak. Aku mengundang kalian untuk berdiskusi kemungkinan menjadi semakin relevan. Frankly speaking, meski masih dalam serius tersebut. Nah, kejadian barusan membuat diskusi ini rakat luas, kalian fleksibel dan netral bergaul dengan banyak peka, memiliki banyak narasumber yang tidak diketahui masya­ level hipotesis, aku meyakini penangkapan klien politik kami ada menjadi semakin relevan. Frankly speaking, meski masih dalam serius tersebut. Nah, kejadian barusan membuat diskusi ini pihak. Aku mengundang kalian untuk berdiskusi kemungkinan rakat luas, kalian fleksibel dan netral bergaul dengan banyak peka, memiliki banyak narasumber yang tidak diketahui masya­ level hipotesis, aku meyakini penangkapan klien politik kami ada menjadi semakin relevan. Frankly speaking, meski masih dalam serius tersebut. Nah, kejadian barusan membuat diskusi ini narasumber yang tidak diketahui masya­ pihak. Aku mengundang kalian untuk berdiskusi kemungkinan rakat luas, kalian fleksibel dan netral bergaul dengan banyak menjadi semakin relevan. Frankly speaking, meski masih dalam serius tersebut. Nah, kejadian barusan membuat diskusi ini level hipotesis, aku meyakini penangkapan klien politik kami ada pihak. Aku mengundang kalian untuk berdiskusi kemungkinan rakat luas, kalian fleksibel dan netral bergaul dengan banyak hubungannya dengan konvensi partai yang dibuka besok pagi. penangkapan klien politik kami ada menjadi semakin relevan. Frankly speaking, meski masih dalam serius tersebut. Nah, kejadian barusan membuat diskusi ini pihak. Aku mengundang kalian untuk berdiskusi kemungkinan rakat luas, kalian fleksibel dan netral bergaul dengan banyak hubungannya dengan konvensi partai yang dibuka besok pagi. serius tersebut. Nah, kejadian barusan membuat diskusi ini level hipotesis, aku meyakini penangkapan klien politik kami ada menjadi semakin relevan. Frankly speaking, meski masih dalam pihak. Aku mengundang kalian untuk berdiskusi kemungkinan rakat luas, kalian fleksibel dan netral bergaul dengan banyak hubungannya dengan konvensi partai yang dibuka besok pagi. level hipotesis, aku meyakini penangkapan klien politik kami ada menjadi semakin relevan. Frankly speaking, meski masih dalam serius tersebut. Nah, kejadian barusan membuat diskusi ini pihak. Aku mengundang kalian untuk berdiskusi kemungkinan dan netral bergaul dengan banyak hubungannya dengan konvensi partai yang dibuka besok pagi. level hipotesis, aku meyakini penangkapan klien politik kami ada fleksibel dan netral bergaul dengan banyak rakat luas, kalian menjadi semakin relevan. Frankly speaking, meski masih dalam serius tersebut. Nah, kejadian barusan membuat diskusi ini pihak. Aku mengundang kalian untuk berdiskusi kemungkinan level hipotesis, aku meyakini penangkapan klien politik kami ada hubungannya dengan konvensi partai yang dibuka besok pagi. menjadi semakin relevan. Frankly speaking, meski masih dalam serius tersebut. Nah, kejadian barusan membuat diskusi ini pihak. Aku mengundang kalian untuk berdiskusi kemungkinan Itu jelas, terang benderang.” konvensi partai yang dibuka besok pagi. level hipotesis, aku meyakini penangkapan klien politik kami ada menjadi semakin relevan. Frankly speaking, meski masih dalam serius tersebut. Nah, kejadian barusan membuat diskusi ini pihak. Aku mengundang kalian untuk berdiskusi kemungkinan Itu jelas, terang benderang.” hubungannya dengan konvensi partai yang dibuka besok pagi. level hipotesis, aku meyakini penangkapan klien politik kami ada menjadi semakin relevan. Frankly speaking, meski masih dalam serius tersebut. Nah, kejadian barusan membuat diskusi ini pihak. Aku mengundang kalian untuk berdiskusi kemungkinan Itu jelas, terang benderang.” hubungannya dengan konvensi partai yang dibuka besok pagi. level hipotesis, aku meyakini penangkapan klien politik kami ada menjadi semakin relevan. Frankly speaking, meski masih dalam serius tersebut. Nah, kejadian barusan membuat diskusi ini pihak. Aku mengundang kalian untuk berdiskusi kemungkinan Itu jelas, terang benderang.” hubungannya dengan konvensi partai yang dibuka besok pagi. kalian untuk berdiskusi kemungkinan level hipotesis, aku meyakini penangkapan klien politik kami ada menjadi semakin relevan. Frankly speaking, meski masih dalam serius tersebut. Nah, kejadian barusan membuat diskusi ini hubungannya dengan konvensi partai yang dibuka besok pagi. Itu jelas, terang benderang.” level hipotesis, aku meyakini penangkapan klien politik kami ada menjadi semakin relevan. Frankly speaking, meski masih dalam serius tersebut. Nah, kejadian barusan membuat diskusi ini ”Itu harus dibuktikan, Thomas,” Sambas berkata pelan. ”Pem­ Itu jelas, terang benderang.” hubungannya dengan konvensi partai yang dibuka besok pagi. level hipotesis, aku meyakini penangkapan klien politik kami ada menjadi semakin relevan. Frankly speaking, meski masih dalam serius tersebut. Nah, kejadian barusan membuat diskusi ini ”Itu harus dibuktikan, Thomas,” Sambas berkata pelan. ”Pem­ Itu jelas, terang benderang.” hubungannya dengan konvensi partai yang dibuka besok pagi. level hipotesis, aku meyakini penangkapan klien politik kami ada menjadi semakin relevan. Frankly speaking, meski masih dalam serius tersebut. Nah, kejadian barusan membuat diskusi ini ”Itu harus dibuktikan, Thomas,” Sambas berkata pelan. ”Pem­ Itu jelas, terang benderang.” hubungannya dengan konvensi partai yang dibuka besok pagi. level hipotesis, aku meyakini penangkapan klien politik kami ada menjadi semakin relevan. Frankly speaking, meski masih dalam kejadian barusan membuat diskusi ini ”Itu harus dibuktikan, Thomas,” Sambas berkata pelan. ”Pem­ Itu jelas, terang benderang.” serius tersebut. Nah, kejadian barusan membuat diskusi ini hubungannya dengan konvensi partai yang dibuka besok pagi. level hipotesis, aku meyakini penangkapan klien politik kami ada menjadi semakin relevan. Frankly speaking, meski masih dalam Itu jelas, terang benderang.” ”Itu harus dibuktikan, Thomas,” Sambas berkata pelan. ”Pem­ hubungannya dengan konvensi partai yang dibuka besok pagi. level hipotesis, aku meyakini penangkapan klien politik kami ada menjadi semakin relevan. Frankly speaking, meski masih dalam baca atau orang banyak akan tertarik dengan hipotesis yang ”Itu harus dibuktikan, Thomas,” Sambas berkata pelan. ”Pem­ Itu jelas, terang benderang.” hubungannya dengan konvensi partai yang dibuka besok pagi. level hipotesis, aku meyakini penangkapan klien politik kami ada menjadi semakin relevan. Frankly speaking, meski masih dalam baca atau orang banyak akan tertarik dengan hipotesis yang ”Itu harus dibuktikan, Thomas,” Sambas berkata pelan. ”Pem­ Itu jelas, terang benderang.” hubungannya dengan konvensi partai yang dibuka besok pagi. level hipotesis, aku meyakini penangkapan klien politik kami ada menjadi semakin relevan. Frankly speaking, meski masih dalam baca atau orang banyak akan tertarik dengan hipotesis yang ”Itu harus dibuktikan, Thomas,” Sambas berkata pelan. ”Pem­ Itu jelas, terang benderang.” hubungannya dengan konvensi partai yang dibuka besok pagi. level hipotesis, aku meyakini penangkapan klien politik kami ada menjadi semakin relevan. Frankly speaking, meski masih dalam baca atau orang banyak akan tertarik dengan hipotesis yang ”Itu harus dibuktikan, Thomas,” Sambas berkata pelan. ”Pem­ Frankly speaking, meski masih dalam hubungannya dengan konvensi partai yang dibuka besok pagi. Itu jelas, terang benderang.” level hipotesis, aku meyakini penangkapan klien politik kami ada ”Itu harus dibuktikan, Thomas,” Sambas berkata pelan. ”Pem­ baca atau orang banyak akan tertarik dengan hipotesis yang Itu jelas, terang benderang.” hubungannya dengan konvensi partai yang dibuka besok pagi. level hipotesis, aku meyakini penangkapan klien politik kami ada kausampaikan, teori konspirasi selalu menjadi favorit, tapi media baca atau orang banyak akan tertarik dengan hipotesis yang ”Itu harus dibuktikan, Thomas,” Sambas berkata pelan. ”Pem­ Itu jelas, terang benderang.” hubungannya dengan konvensi partai yang dibuka besok pagi. level hipotesis, aku meyakini penangkapan klien politik kami ada kausampaikan, teori konspirasi selalu menjadi favorit, tapi media baca atau orang banyak akan tertarik dengan hipotesis yang ”Itu harus dibuktikan, Thomas,” Sambas berkata pelan. ”Pem­ Itu jelas, terang benderang.” hubungannya dengan konvensi partai yang dibuka besok pagi. level hipotesis, aku meyakini penangkapan klien politik kami ada kausampaikan, teori konspirasi selalu menjadi favorit, tapi media baca atau orang banyak akan tertarik dengan hipotesis yang ”Itu harus dibuktikan, Thomas,” Sambas berkata pelan. ”Pem­ Itu jelas, terang benderang.” hubungannya dengan konvensi partai yang dibuka besok pagi. penangkapan klien politik kami ada kausampaikan, teori konspirasi selalu menjadi favorit, tapi media baca atau orang banyak akan tertarik dengan hipotesis yang level hipotesis, aku meyakini penangkapan klien politik kami ada Itu jelas, terang benderang.” ”Itu harus dibuktikan, Thomas,” Sambas berkata pelan. ”Pem­ hubungannya dengan konvensi partai yang dibuka besok pagi. kausampaikan, teori konspirasi selalu menjadi favorit, tapi media baca atau orang banyak akan tertarik dengan hipotesis yang ”Itu harus dibuktikan, Thomas,” Sambas berkata pelan. ”Pem­ Itu jelas, terang benderang.” hubungannya dengan konvensi partai yang dibuka besok pagi. tidak memuat berita berdasarkan pendapat seorang konsultan kausampaikan, teori konspirasi selalu menjadi favorit, tapi media baca atau orang banyak akan tertarik dengan hipotesis yang ”Itu harus dibuktikan, Thomas,” Sambas berkata pelan. ”Pem­ Itu jelas, terang benderang.” hubungannya dengan konvensi partai yang dibuka besok pagi. tidak memuat berita berdasarkan pendapat seorang konsultan kausampaikan, teori konspirasi selalu menjadi favorit, tapi media baca atau orang banyak akan tertarik dengan hipotesis yang ”Itu harus dibuktikan, Thomas,” Sambas berkata pelan. ”Pem­ Itu jelas, terang benderang.” hubungannya dengan konvensi partai yang dibuka besok pagi. tidak memuat berita berdasarkan pendapat seorang konsultan kausampaikan, teori konspirasi selalu menjadi favorit, tapi media baca atau orang banyak akan tertarik dengan hipotesis yang ”Itu harus dibuktikan, Thomas,” Sambas berkata pelan. ”Pem­ Itu jelas, terang benderang.” hubungannya dengan konvensi partai yang dibuka besok pagi. tidak memuat berita berdasarkan pendapat seorang konsultan konvensi partai yang dibuka besok pagi. kausampaikan, teori konspirasi selalu menjadi favorit, tapi media ”Itu harus dibuktikan, Thomas,” Sambas berkata pelan. ”Pem­ baca atau orang banyak akan selalu tertarik dengan hipotesis yang Itu jelas, terang benderang.” tidak memuat berita berdasarkan pendapat seorang konsultan kausampaikan, teori konspirasi menjadi favorit, tapi media baca atau orang banyak akan tertarik dengan hipotesis yang ”Itu harus dibuktikan, Thomas,” Sambas berkata pelan. ”Pem­ Itu jelas, terang benderang.” politik yang kliennya ditangkap.” tidak memuat berita berdasarkan pendapat seorang konsultan kausampaikan, teori konspirasi selalu menjadi favorit, tapi media baca atau orang banyak akan tertarik dengan hipotesis yang ”Itu harus dibuktikan, Thomas,” Sambas berkata pelan. ”Pem­ Itu jelas, terang benderang.” politik yang kliennya ditangkap.” tidak memuat berita berdasarkan pendapat seorang konsultan kausampaikan, teori konspirasi menjadi favorit, tapi media baca atau orang banyak akanselalu tertarik dengan hipotesis yang ”Itu harus dibuktikan, Thomas,” Sambas berkata pelan. ”Pem­ Itu jelas, terang benderang.” politik yang kliennya ditangkap.” tidak memuat berita berdasarkan pendapat seorang konsultan kausampaikan, teori konspirasi selalu menjadi favorit, tapi media baca atau orang banyak akan tertarik dengan hipotesis yang ”Itu harus dibuktikan, Thomas,” Sambas berkata pelan. ”Pem­ politik yang kliennya ditangkap.” Itu jelas, terang benderang.” tidak memuat berita berdasarkan pendapat seorang konsultan baca atau orang banyak akan tertarik dengan hipotesis yang kausampaikan, teori konspirasi selalu menjadi favorit, tapi media ”Itu harus dibuktikan, Thomas,” Sambas berkata pelan. ”Pem­ politik yang kliennya ditangkap.” tidak memuat berita berdasarkan pendapat seorang konsultan kausampaikan, teori konspirasi selalu menjadi favorit, tapi media baca atau orang banyak akan tertarik dengan hipotesis yang ”Itu harus dibuktikan, Thomas,” Sambas berkata pelan. ”Pem­ ”Lantas apa pendapatmu, Sambas? Ini murni kriminal? Se­ politik yang kliennya ditangkap.” tidak memuat berita berdasarkan pendapat seorang konsultan kausampaikan, teori konspirasi selalu menjadi favorit, tapi media baca atau orang banyak akan tertarik dengan hipotesis yang ”Itu harus dibuktikan, Thomas,” Sambas berkata pelan. ”Pem­ ”Lantas apa pendapatmu, Sambas? Ini murni kriminal? Se­ politik yang kliennya ditangkap.” tidak memuat berita berdasarkan pendapat seorang konsultan kausampaikan, teori konspirasi selalu menjadi favorit, tapi media baca atau orang banyak akan tertarik dengan hipotesis yang ”Itu harus dibuktikan, Thomas,” Sambas berkata pelan. ”Pem­ ”Lantas apa pendapatmu, Sambas? Inidengan murni kriminal? Se­ politik yangorang kliennya ditangkap.” tidak memuat berita berdasarkan pendapat seorang konsultan kausampaikan, teori konspirasi selalu menjadi favorit, tapi media baca atau banyak akan tertarik hipotesis yang Thomas,” Sambas berkata pelan. ”Pem­ ”Lantas apa pendapatmu, Sambas? Ini murni kriminal? Se­ ”Itu harus dibuktikan, Thomas,” Sambas berkata pelan. ”Pem­ politik yang kliennya ditangkap.” kausampaikan, teori konspirasi selalu menjadi favorit, tapi media tidak memuat berita berdasarkan pendapat seorang konsultan baca atau orang banyak akan tertarik dengan hipotesis yang ”Lantas apa pendapatmu, Sambas? Ini murni kriminal? Se­ politik yang kliennya ditangkap.” tidak memuat berita berdasarkan pendapat seorang konsultan kausampaikan, teori konspirasi selalu menjadi favorit, tapi media baca atau orang banyak akan tertarik dengan hipotesis yang mata-mata kasus korupsi biasa? Klien politikku memang benar ”Lantas apa pendapatmu, Sambas? Ini murni kriminal? Se­ politik yang kliennya ditangkap.” tidak memuat berita berdasarkan pendapat seorang konsultan kausampaikan, teori konspirasi selalu menjadi favorit, tapi media baca atau orang banyak akan tertarik dengan hipotesis yang mata-mata kasus korupsi biasa? Klien politikku memang benar ”Lantas apa pendapatmu, Sambas? Ini murni kriminal? Se­ politik yang kliennya ditangkap.” tidak memuat berita berdasarkan pendapat seorang konsultan kausampaikan, teori konspirasi selalu menjadi favorit, tapi media baca atau orang banyak akan tertarik dengan hipotesis yang mata-mata kasus korupsi biasa? Klien politikku memang benar ”Lantas apa pendapatmu, Sambas? Ini murni kriminal? Se­ politik yang kliennya ditangkap.” tidak memuat berita berdasarkan pendapat seorang konsultan kausampaikan, teori konspirasi selalu menjadi favorit, tapi media akan tertarik dengan hipotesis yang mata-mata kasus korupsi biasa? Klien politikku memang benar baca atau orang banyak akan tertarik dengan hipotesis yang ”Lantas apa pendapatmu, Sambas? Ini murni kriminal? Se­ tidak memuat berita berdasarkan pendapat seorang konsultan politik yang kliennya ditangkap.” kausampaikan, teori konspirasi selalu menjadi favorit, tapi media mata-mata kasus korupsi biasa? Klien politikku memang benar ”Lantas apa pendapatmu, Sambas? Ini murni kriminal? Se­ politik yang kliennya ditangkap.” tidak memuat berita berdasarkan pendapat seorang konsultan kausampaikan, teori konspirasi selalu menjadi favorit, tapi media telah melakukan tindak korupsi? Hei, bertahun-tahun dia men­ mata-mata kasus korupsi biasa? Klien politikku memang benar ”Lantas apa pendapatmu, Sambas? Ini murni kriminal? Se­ politik yang kliennya ditangkap.” tidak memuat berita berdasarkan pendapat seorang konsultan kausampaikan, teori konspirasi selalu menjadi favorit, tapi media telah melakukan tindak korupsi? Hei, bertahun-tahun dia men­ mata-mata kasus korupsi biasa? Klien politikku memang benar ”Lantas apa pendapatmu, Sambas? Ini murni kriminal? Se­ politik yang kliennya ditangkap.” tidak memuat berita berdasarkan pendapat seorang konsultan kausampaikan, teori konspirasi selalu menjadi favorit, tapi media telah melakukan tindak korupsi? Hei, bertahun-tahun dia men­ mata-mata kasus korupsi biasa? Klien politikku memang benar ”Lantas apa pendapatmu, Sambas? Ini murni kriminal? Se­ politik yang kliennya ditangkap.” tidak memuat berita berdasarkan pendapat seorang konsultan konspirasi selalu menjadi favorit, tapi media telah melakukan tindak korupsi? Hei, bertahun-tahun dia men­ kausampaikan, teori konspirasi selalu menjadi favorit, tapi media mata-mata kasus korupsi biasa? Klien politikku memang benar politik yang kliennya ditangkap.” ”Lantas apa pendapatmu, Sambas? Ini murni kriminal? Se­ tidak memuat berita berdasarkan pendapat seorang konsultan telah melakukan tindak korupsi? Hei, bertahun-tahun dia men­ mata-mata kasus korupsi biasa? Klien politikku memang benar ”Lantas apa pendapatmu, Sambas? Ini murni kriminal? Se­ politik yang kliennya ditangkap.” tidak memuat berita berdasarkan pendapat seorang konsultan jabat sebagai wali kota, kemudian gubernur, tidak sepeser pun telah melakukan tindak korupsi? Hei, bertahun-tahun diabenar men­ mata-mata kasus korupsi biasa? Klien politikku memang benar ”Lantas apa pendapatmu, Sambas? Ini murni kriminal? Se­ politik yang kliennya ditangkap.” tidak memuat berita berdasarkan pendapat seorang konsultan jabat sebagai wali kota, kemudian gubernur, tidak sepeser pun telah melakukan tindak korupsi? Hei, bertahun-tahun dia men­ mata-mata kasus korupsi biasa? Klien politikku memang ”Lantas apa pendapatmu, Sambas? Ini murni kriminal? Se­ politik yang kliennya ditangkap.” tidak memuat berita berdasarkan pendapat seorang konsultan jabat sebagai wali kota, kemudian gubernur, tidak sepeser pun telah melakukan tindak korupsi? Hei, bertahun-tahun dia men­ mata-mata kasus korupsi biasa? Klien politikku memang benar ”Lantas apa pendapatmu, Sambas? Ini murni kriminal? Se­ politik yang kliennya ditangkap.” berdasarkan pendapat seorang konsultan jabat sebagai wali kota, kemudian gubernur, tidak sepeser pun tidak memuat berita berdasarkan pendapat seorang konsultan telah melakukan tindak korupsi? Hei, bertahun-tahun dia men­ ”Lantas apa pendapatmu, Sambas? Ini murni kriminal? Se­ mata-mata kasus korupsi biasa? Klien politikku memang benar politik yang kliennya ditangkap.” jabat sebagai wali kota, kemudian gubernur, tidak sepeser pun telah melakukan tindak korupsi? Hei, bertahun-tahun dia men­ mata-mata kasus korupsi biasa? Klien politikku memang benar ”Lantas apa pendapatmu, Sambas? Ini murni kriminal? Se­ politik yang kliennya ditangkap.” dia mengambil gajinya. Kalian tahu persis soal itu. Kalian tahu jabat sebagai wali kota, kemudian gubernur, tidak sepeser pun telah melakukan tindak korupsi? Hei, bertahun-tahun dia men­ mata-mata kasus korupsi biasa? Klien politikku memang benar ”Lantas apa pendapatmu, Sambas? Ini murni kriminal? Se­ politik yang kliennya ditangkap.” dia mengambil gajinya. Kalian tahu persis soal itu. Kalian tahu jabat sebagai wali kota, kemudian gubernur, tidak sepeser pun telah melakukan tindak korupsi? Hei, bertahun-tahun dia men­ mata-mata kasus korupsi biasa? Klien politikku memang benar ”Lantas apa pendapatmu, Sambas? Ini murni kriminal? Se­ politik yang kliennya ditangkap.” dia mengambil gajinya. Kalian tahu persis soal itu. Kalian tahu jabat sebagai wali kota, kemudian gubernur, tidak sepeser pun telah melakukan tindak korupsi? Hei, bertahun-tahun dia men­ mata-mata kasus korupsi biasa? Klien politikku memang benar ”Lantas pendapatmu, Sambas? Ini murni kriminal? Se­ ditangkap.” politik yangapa kliennya ditangkap.” dia mengambil gajinya. Kalian tahu persis soaltidak itu. Kalian tahu jabat sebagai wali kota, kemudian gubernur, sepeser pun mata-mata kasus korupsi biasa? Klien politikku memang benar telah melakukan tindak korupsi? Hei, bertahun-tahun dia men­ ”Lantas apa pendapatmu, Sambas? Ini murni kriminal? Se­ dia mengambil gajinya. Kalian tahu persis soal itu. Kalian tahu jabat sebagai wali kota, kemudian gubernur, tidak sepeser pun telah melakukan tindak korupsi? Hei, bertahun-tahun dia men­ mata-mata kasus korupsi biasa? Klien politikku memang benar ”Lantas apa pendapatmu, Sambas? Ini murni kriminal? Se­ gaya hidupnya selama menjadi gubernur. Setiap hari kalian me­ dia mengambil gajinya. Kalian tahu persis soal itu. Kalian tahu jabat sebagai wali kota, kemudian gubernur, tidak sepeser pun telah melakukan tindak korupsi? Hei, bertahun-tahun dia men­ mata-mata kasus korupsi biasa? Klien politikku memang benar ”Lantas apa pendapatmu, Sambas? Ini murni kriminal? Se­ gaya hidupnya selama menjadi gubernur. Setiap hari kalian me­ dia mengambil gajinya. Kalian tahu persis soal itu. Kalian tahu jabat sebagai wali kota, kemudian gubernur, tidak sepeser pun telah melakukan tindak korupsi? Hei, bertahun-tahun dia men­ mata-mata kasus korupsi biasa? Klien politikku memang benar ”Lantas apa pendapatmu, Sambas? Ini murni kriminal? Se­ gaya hidupnya selama menjadi gubernur. Setiap hari kalian me­ dia mengambil gajinya. Kalian tahu persis soal itu. Kalian tahu jabat sebagai wali kota, kemudian gubernur, tidak sepeser pun telah melakukan tindak korupsi? Hei, bertahun-tahun dia men­ mata-mata kasus korupsi biasa? Klien politikku memang benar Sambas? Ini murni kriminal? Se­ ”Lantas apa pendapatmu, Sambas? Ini murni kriminal? Se­ gaya hidupnya selama menjadi gubernur. Setiap hari kalian me­ dia mengambil gajinya. Kalian tahu persis soal itu. Kalian tahu telah melakukan tindak korupsi? Hei, bertahun-tahun dia men­ jabat sebagai wali kota, kemudian gubernur, tidak sepeser pun mata-mata kasus korupsi biasa? Klien politikku memang benar gaya hidupnya selama menjadi gubernur. Setiap hari kalian me­ dia mengambil gajinya. Kalian tahu persis soal itu. Kalian tahu jabat sebagai wali kota, kemudian gubernur, tidak sepeser pun telah melakukan tindak korupsi? Hei, bertahun-tahun dia men­ mata-mata kasus korupsi biasa? Klien politikku memang benar nunggui rumahnya, mengejar berita. Apakah selama itu terbetik gaya hidupnya selama menjadi gubernur. Setiap hari kalian me­ dia mengambil gajinya. Kalian tahu persis soal itu. Kalian tahu jabat sebagai wali kota, kemudian gubernur, tidak sepeser pun telah melakukan tindak korupsi? Hei, bertahun-tahun dia men­ mata-mata kasus korupsi biasa? Klien politikku memang benar nunggui rumahnya, mengejar berita. Apakah selama itu terbetik gaya hidupnya selama menjadi gubernur. Setiap hari kalian me­ tahu persis soal itu. Kalian tahu jabat sebagai wali kota, kemudian gubernur, tidak sepeser pun telah melakukan tindak korupsi? Hei, bertahun-tahun dia men­ mata-mata kasus korupsi biasa? Klien politikku memang benar nunggui rumahnya, mengejar berita. Apakah selama itu terbetik gaya hidupnya selama menjadi gubernur. Setiap hari kalian me­ dia gajinya. Kalian tahu persis soal itu. Kalian tahu jabat sebagai wali kota, kemudian gubernur, tidak sepeser pun telahmengambil melakukan tindak korupsi? Hei, bertahun-tahun dia men­ biasa? Klien politikku memang benar mata-mata kasus korupsi biasa? Klien politikku memang benar nunggui rumahnya, mengejar berita. Apakah selama itu terbetik jabat sebagai wali kota, kemudian gubernur, tidak sepeser pun gaya hidupnya selama menjadi gubernur. Setiap hari kalian me­



tahu penangkapan ini serangan politik yang menggunakan alat ini.” cayai kabar? Tebersit kecurigaan? Gunakan akal sehat. Kita segera Sambas terdiam, mengangguk. ”Iya, aku jelas tidak memer­ melibatkan penegak hukum.” Aku menatap Sambas, bertanya balik. hukum, penegak hukum.” Aku menatap Sambas, tahu penangkapan ini serangan politik yang menggunakan alat ini.” cayai kabar? Tebersit kecurigaan? Gunakan akal sehat. Kita segera Sambas terdiam, mengangguk. ”Iya, aku jelas tidak memer­ bertanya balik. hukum, melibatkan penegak hukum.” Aku menatap Sambas, tahu penangkapan ini serangan politik yang menggunakan alat ini.” cayai kabar? Tebersit kecurigaan? Gunakan akal sehat. Kita segera Sambas terdiam, mengangguk. ”Iya, aku jelas tidak memer­ bertanya balik. hukum, melibatkan penegak hukum.” Aku menatap Sambas, tahu penangkapan ini serangan politik yang menggunakan alat ini.” cayai kabar? Tebersit kecurigaan? Gunakan akal sehat. Kita segera Sambas terdiam, mengangguk. ”Iya, aku jelas tidak memer­ ”Nah, siapa di sini yang percaya klien politikku melakukan bertanya balik. hukum, melibatkan penegak hukum.” Aku menatap Sambas, tahu penangkapan ini serangan politik yang menggunakan alat ini.” cayai Sambas terdiam, mengangguk. ”Iya, aku jelas tidak memer­ hukum, melibatkan penegak hukum.” Aku menatap Sambas, ”Nah, siapa di sini yang percaya klien politikku melakukan tahu penangkapan ini serangan politik yang menggunakan alat bertanya balik. ini.” cayai Sambas terdiam, mengangguk. ”Iya, aku jelas tidak memer­ hukum, melibatkan penegak hukum.” Aku menatap Sambas, ”Nah, siapa di sini yang percaya klien politikku melakukan tahu penangkapan ini serangan politik yang menggunakan alat ini.” cayai Sambas terdiam, mengangguk. ”Iya, aku jelas tidak memer­ bertanya balik. hukum, melibatkan penegak hukum.” Aku menatap Sambas, ”Nah, siapa di sini yang percaya klien politikku melakukan tahu penangkapan ini serangan politik yang menggunakan alat ini.” cayai Sambas terdiam, mengangguk. ”Iya, aku jelas tidak memer­ bertanya balik. hukum, melibatkan penegak hukum.” Aku menatap Sambas, ”Nah, siapa di sini yang percaya klien politikku melakukan tahu penangkapan ini serangan politik yang menggunakan alat ini.” cayai korupsi?” Aku menyapu seluruh ruang tunggu. Sebagian besar Sambas terdiam, mengangguk. ”Iya, aku jelas tidak memer­ bertanya balik. hukum, melibatkan penegak hukum.” Aku menatap Sambas, ”Nah, siapa di sini yang percaya klien politikku melakukan ini.” cayai penangkapan bertanya balik. korupsi?” Aku menyapu seluruh ruang tunggu. Sebagian besar hukum, melibatkan penegak hukum.” Aku menatap Sambas, Sambas terdiam, mengangguk. ”Iya, aku jelas tidak memer­ ”Nah, siapa di sini yang percaya klien politikku melakukan ini.” cayai penangkapan mengangguk. ”Iya, aku jelas tidak memer­ bertanya balik. korupsi?” Aku menyapu seluruh ruang tunggu. Sebagian besar hukum, melibatkan penegak hukum.” Aku menatap Sambas, ”Nah, siapa di sini yang percaya klien politikku melakukan ini.” cayai penangkapan Sambas terdiam, mengangguk. ”Iya, aku jelas tidak memer­ bertanya balik. korupsi?” Aku menyapu seluruh ruang tunggu. Sebagian besar hukum, melibatkan penegak hukum.” Aku menatap Sambas, ”Nah, siapa di sini yang percaya klien politikku melakukan ini.” cayai penangkapan Sambas terdiam, mengangguk. ”Iya, aku jelas tidak memer­ bertanya balik. korupsi?” Aku menyapu seluruh ruang tunggu. Sebagian besar hukum, melibatkan penegak hukum.” Aku menatap Sambas, ”Nah, siapa di yang percaya klien politikku melakukan mengangkat bahu, menggeleng. ini.” cayai penangkapan Sambas terdiam, mengangguk. ”Iya, aku jelas tidak memer­ bertanya balik. korupsi?” Aku menyapu seluruh ruang tunggu. Sebagian besar ”Nah, siapa di sini sini yang percaya klien politikku melakukan Sambas terdiam, mengangguk. ”Iya, aku jelas tidak memer­ mengangkat bahu, menggeleng. ini.” cayai penangkapan bertanya balik. korupsi?” Aku menyapu seluruh ruang tunggu. Sebagian besar ”Nah, siapa di sini yang percaya klien politikku melakukan ini.” Sambas terdiam, mengangguk. ”Iya, aku jelas tidak memer­ mengangkat bahu, menggeleng. bertanya balik. korupsi?” Aku menyapu seluruh ruang tunggu. Sebagian besar ”Nah, siapa di sini yang percaya klien politikku melakukan ini.” cayai penangkapan Sambas terdiam, mengangguk. ”Iya, aku jelas tidak memer­ mengangkat bahu, menggeleng. bertanya balik. korupsi?” Aku menyapu seluruh ruang tunggu. Sebagian besar ”Nah, siapa di sini yang percaya klien politikku melakukan ini.” cayai penangkapan Sambas terdiam, mengangguk. ”Iya, aku jelas tidak memer­ mengangkat bahu, menggeleng. bertanya balik. korupsi?” Aku menyapu seluruh ruang tunggu. Sebagian besar ”Baik, Thomas. Andaikata benar apa yang kausampaikan, lan­ ”Nah, siapa di sini yang percaya klien politikku melakukan ini.” cayai penangkapan Sambas terdiam, mengangguk. ”Iya, aku jelas tidak memer­ mengangkat bahu, menggeleng. korupsi?” Aku menyapu seluruh ruang tunggu. Sebagian besar ini.” cayai penangkapan ”Nah, siapa di sini yang percaya klien politikku melakukan ”Baik, Thomas. Andaikata benar apa yang kausampaikan, lan­ Sambas terdiam, mengangguk. ”Iya, aku jelas tidak memer­ mengangkat bahu, menggeleng. korupsi?” Aku menyapu seluruh ruang tunggu. Sebagian besar ”Nah, siapa di sini yang percaya klien politikku melakukan ini.” cayai penangkapan ”Baik, Thomas. Andaikata benar apa yang kausampaikan, lan­ Sambas terdiam, mengangguk. ”Iya, aku jelas tidak memer­ mengangkat bahu, menggeleng. korupsi?” Aku menyapu seluruh ruang tunggu. Sebagian besar ”Nah, siapa di sini yang percaya klien politikku melakukan ini.” cayai penangkapan ”Baik, Thomas. Andaikata benar apa yang kausampaikan, lan­ Sambas terdiam, mengangguk. ”Iya, aku jelas tidak memer­ mengangkat bahu, menggeleng. korupsi?” Aku menyapu seluruh ruang tunggu. Sebagian besar ”Nah, siapa di sini yang percaya klien politikku melakukan ini.” cayai penangkapan ”Baik, Thomas. Andaikata benar apa yang kausampaikan, lan­ Sambas terdiam, mengangguk. ”Iya, aku jelas tidak memer­ mengangkat bahu, menggeleng. menyusun serangan politik ini? Kau tidak bisa tas siapa yang korupsi?” Aku menyapu seluruh ruang tunggu. Sebagian besar ”Nah, siapa di sini yang percaya klien politikku melakukan ini.” cayai penangkapan ”Baik, Thomas. Andaikata benar apa yang kausampaikan, lan­ mengangkat bahu, menggeleng. ”Nah, siapa di sini yang percaya klien politikku melakukan korupsi?” Aku menyapu seluruh ruang tunggu. Sebagian besar menyusun serangan politik ini? Kau tidak bisa tas siapa yang ini.” cayai penangkapan ”Baik, Thomas. Andaikata benar apa yang kausampaikan, lan­ mengangkat bahu, menggeleng. korupsi?” Aku menyapu seluruh ruang tunggu. Sebagian besar ”Nah, siapa di sini yang percaya klien politikku melakukan menyusun serangan politik ini? Kau tidak bisa tas siapa yang ini.” cayai penangkapan ”Baik, Thomas. Andaikata benar apa yang kausampaikan, lan­ mengangkat bahu, menggeleng. korupsi?” Aku menyapu seluruh ruang tunggu. Sebagian besar ”Nah, siapa di sini yang percaya klien politikku melakukan menyusun serangan politik ini? Kau tidak bisa tas siapa yang ini.” cayai penangkapan ”Baik, Thomas. Andaikata benar apa yang kausampaikan, lan­ mengangkat bahu, menggeleng. korupsi?” Aku menyapu seluruh ruang tunggu. Sebagian besar ”Nah, siapa di sini yang percaya klien politikku melakukan menyusun serangan politik ini? Kau tidak bisa tas siapa yang ini.” cayai penangkapan ”Baik, Thomas. Andaikata benar apa yang kausampaikan, lan­ menuduh semua pihak, melempar dugaan ke kompetitor kon­ mengangkat bahu, menggeleng. korupsi?” Aku menyapu seluruh ruang tunggu. Sebagian besar ”Nah, siapa di sini yang percaya klien politikku melakukan menyusun serangan politik ini? Kau tidak bisa tas siapa yang ”Baik, Thomas. Andaikata benar apa yang kausampaikan, lan­ korupsi?” Aku menyapu seluruh ruang tunggu. Sebagian besar mengangkat bahu, menggeleng. menuduh semua pihak, melempar dugaan ke kompetitor kon­ ”Nah, siapa di sini yang percaya klien politikku melakukan menyusun serangan politik ini? Kau tidak bisa tas siapa yang ”Baik, Thomas. Andaikata benar apa yang kausampaikan, lan­ mengangkat bahu, menggeleng. korupsi?” Aku menyapu seluruh ruang tunggu. Sebagian besar menuduh semua pihak, melempar dugaan ke kompetitor kon­ ”Nah, siapa di sini yang percaya klien politikku melakukan menyusun serangan politik ini? Kau tidak bisa tas siapa yang ”Baik, Thomas. Andaikata benar apa yang kausampaikan, lan­ mengangkat bahu, menggeleng. korupsi?” Aku menyapu seluruh ruang tunggu. Sebagian besar menuduh semua pihak, melempar dugaan ke kompetitor kon­ ”Nah, siapa di sini yang percaya klien politikku melakukan menyusun serangan politik ini? Kau tidak bisa tas siapa yang ”Baik, Thomas. Andaikata benar apa yang kausampaikan, lan­ mengangkat bahu, menggeleng. korupsi?” Aku menyapu seluruh ruang tunggu. Sebagian besar menuduh semua pihak, melempar dugaan ke kompetitor kon­ ”Nah, siapa di sini yang percaya klien politikku melakukan menyusun serangan politik ini? Kau tidak bisa tas siapa yang vensi partai tersebut. Ada tiga calon lain dalam konvensi itu, ”Baik, Thomas. Andaikata benar apa yang kausampaikan, lan­ mengangkat bahu, menggeleng. korupsi?” Aku menyapu seluruh ruang tunggu. Sebagian besar menuduh semua pihak, melempar dugaan ke kompetitor kon­ menyusun serangan politik ini? Kau tidak bisa tas siapa yang ”Baik, Thomas. Andaikata benar apa yang kausampaikan, lan­ mengangkat bahu, menggeleng. vensi partai tersebut. Ada tiga calon lain dalam konvensi itu, korupsi?” Aku menyapu seluruh ruang tunggu. Sebagian besar menuduh semua pihak, melempar dugaan ke kompetitor kon­ menyusun serangan politik ini? Kau tidak bisa tas siapa yang ”Baik, Thomas. Andaikata benar apa yang kausampaikan, lan­ mengangkat bahu, menggeleng. vensi partai tersebut. Ada tiga calon lain dalam konvensi itu, korupsi?” Aku menyapu seluruh ruang tunggu. Sebagian besar menuduh semua pihak, melempar dugaan ke kompetitor kon­ menyusun serangan politik ini? Kau tidak bisa tas siapa yang ”Baik, Thomas. Andaikata benar apa yang kausampaikan, lan­ mengangkat bahu, menggeleng. vensi partai tersebut. Ada tiga calon lain dalam konvensi itu, korupsi?” Aku menyapu seluruh ruang tunggu. Sebagian besar menuduh semua pihak, melempar dugaan ke kompetitor kon­ menyusun serangan politik ini? Kau tidak bisa tas siapa yang ”Baik, Thomas. Andaikata benar apa yang kausampaikan, lan­ mengangkat bahu, menggeleng. vensi partai tersebut. Ada tiga calon lain dalam konvensi itu, korupsi?” Aku menyapu seluruh ruang tunggu. Sebagian besar menuduh semua pihak, melempar dugaan ke kompetitor kon­ Thomas.” menyusun serangan politik ini? Kau tidak bisa tas siapa yang ”Baik, Thomas. Andaikata benar apa yang kausampaikan, lan­ mengangkat bahu, menggeleng. vensi partai tersebut. Ada tiga calon lain dalam konvensi itu, menuduh semua pihak, melempar dugaan ke kompetitor kon­ tas siapa yang menyusun serangan politik ini? Kau tidak bisa ”Baik, Thomas. Andaikata benar apa yang kausampaikan, lan­ Thomas.” mengangkat bahu, menggeleng. vensi partai tersebut. Ada tiga calon lain dalam konvensi itu, menuduh semua pihak, melempar dugaan ke kompetitor kon­ menyusun serangan politik ini? Kau tidak bisa tas siapa yang ”Baik, Thomas. Andaikata benar apa yang kausampaikan, lan­ Thomas.” mengangkat bahu, menggeleng. vensi partai tersebut. Ada tiga calon lain dalam konvensi itu, menuduh semua pihak, melempar dugaan ke kompetitor kon­ menyusun serangan politik ini? Kau tidak bisa tas siapa yang ”Baik, Thomas. Andaikata benar apa yang kausampaikan, lan­ Thomas.” mengangkat bahu, menggeleng. vensi partai tersebut. Ada tiga calon lain dalam konvensi itu, menuduh semua pihak, melempar dugaan ke kompetitor kon­ menyusun serangan politik ini? Kau tidak bisa tas siapa yang ”Baik, Thomas. Andaikata benar apa yang kausampaikan, lan­ Thomas.” mengangkat bahu, menggeleng. vensi partai tersebut. Ada tiga calon lain dalam konvensi itu, ”Aku tidak bilang tiga calon lain yang melakukannya, Sambas.” menuduh semua pihak, melempar dugaan ke kompetitor kon­ menyusun serangan politik ini? Kau tidak bisa tas siapa yang ”Baik, Thomas. Andaikata benar apa yang kausampaikan, lan­ Thomas.” vensi partai tersebut. Ada tiga calon lain dalam konvensi itu, menuduh semua pihak, melempar dugaan ke kompetitor kon­ menyusun serangan politik ini? Kau tidak bisa tas siapa yang ”Aku tidak bilang tiga calon lain yang melakukannya, Sambas.” ”Baik, Thomas. Andaikata benar apa yang kausampaikan, lan­ Thomas.” vensi partai tersebut. Ada tiga calon lain dalam konvensi itu, menuduh semua pihak, melempar dugaan ke kompetitor kon­ menyusun serangan politik ini? Kau tidak bisa tas siapa yang ”Aku tidak bilang tiga calon lain yang melakukannya, Sambas.” ”Baik, Thomas. Andaikata benar apa yang kausampaikan, lan­ Thomas.” vensi partai tersebut. Ada tiga calon lain dalam konvensi itu, menuduh semua pihak, melempar dugaan ke kompetitor kon­ menyusun serangan politik ini? Kau tidak bisa tas siapa yang ”Aku tidak bilang tiga calon lain yang melakukannya, Sambas.” ”Baik, Thomas. Andaikata benar apa yang kausampaikan, lan­ Thomas.” vensi partai tersebut. Ada tiga calon lain dalam konvensi itu, menuduh semua pihak, melempar dugaan ke kompetitor kon­ menyusun serangan politik ini? Kau tidak bisa tas siapa yang ”Aku tidak bilang tiga calon lain yang melakukannya, Sambas.” ”Baik, Thomas. Andaikata benar apa yang kausampaikan, lan­ Thomas.” Aku menggeleng tegas. ”Jika klien politik kami ditangkap sehari vensi partai tersebut. Ada tiga calon lain dalam konvensi itu, menuduh semua pihak, melempar dugaan ke kompetitor kon­ menyusun serangan politik ini? Kau tidak bisa tas siapa yang ”Aku tidak bilang tiga calon lain yang melakukannya, Sambas.” Thomas.” vensi partai tersebut. Ada tiga calon lain dalam konvensi itu, menuduh semua pihak, melempar dugaan ke kompetitor kon­ Aku menggeleng tegas. ”Jika klien politik kami ditangkap sehari menyusun serangan politik ini? Kau tidak bisa tas siapa yang ”Aku tidak bilang tiga calon lain yang melakukannya, Sambas.” Thomas.” vensi partai tersebut. Ada tiga calon lain dalam konvensi itu, menuduh semua pihak, melempar dugaan ke kompetitor kon­ Aku menggeleng tegas. ”Jika klien politik kami ditangkap sehari menyusun serangan politik ini? Kau tidak bisa tas siapa yang ”Aku tidak bilang tiga calon lain yang melakukannya, Sambas.” Thomas.” vensi partai tersebut. Ada tiga calon lain dalam konvensi itu, menuduh semua pihak, melempar dugaan ke kompetitor kon­ Aku menggeleng tegas. ”Jika klien politik kami ditangkap sehari menyusun serangan politik ini? Kau tidak bisa tas siapa yang ”Aku tidak bilang tiga calon lain yang melakukannya, Sambas.” Thomas.” vensi partai tersebut. Ada tiga calon lain dalam konvensi itu, menuduh semua pihak, melempar dugaan ke kompetitor kon­ Aku menggeleng tegas. ”Jika klien politik kami ditangkap sehari menyusun serangan politik ini? Kau tidak bisa tas siapa yang ”Aku tidak bilang tiga calon lain yang melakukannya, Sambas.” sebelum konvensi, tujuannya simpel, gagalkan dia mengikuti Thomas.” vensi partai tersebut. Ada tiga calon lain dalam konvensi itu, menuduh semua pihak, melempar dugaan ke kompetitor kon­ Aku menggeleng tegas. ”Jika klien politik kami ditangkap sehari ”Aku tidak bilang tiga calon lain yang melakukannya, Sambas.” Thomas.” vensi partai tersebut. Ada tiga calon lain dalam konvensi itu, sebelum konvensi, tujuannya simpel, gagalkan dia mengikuti menuduh semua pihak, melempar dugaan ke kompetitor kon­ Aku menggeleng tegas. ”Jika klien politik kami ditangkap sehari ”Aku tidak bilang tiga calon lain yang melakukannya, Sambas.” Thomas.” vensi partai tersebut. Ada tiga calon lain dalam konvensi itu, sebelum konvensi, tujuannya simpel, gagalkan dia mengikuti menuduh semua pihak, melempar dugaan ke kompetitor kon­ Aku menggeleng tegas. ”Jika klien politik kami ditangkap sehari ”Aku tidak bilang tiga calon lain yang melakukannya, Sambas.” Thomas.” vensi partai tersebut. Ada tiga calon lain dalam konvensi itu, sebelum konvensi, tujuannya simpel, gagalkan dia mengikuti menuduh semua pihak, melempar dugaan ke kompetitor kon­ Aku menggeleng tegas. ”Jika klien politik kami ditangkap sehari ”Aku tidak bilang tiga calon lain yang melakukannya, Sambas.” Thomas.” vensi partai tersebut. Ada tiga calon lain dalam konvensi itu, sebelum konvensi, tujuannya simpel, gagalkan dia mengikuti menuduh semua pihak, melempar dugaan ke kompetitor kon­ Aku menggeleng tegas. ”Jika klien politik kami ditangkap sehari konvensi besok. Mereka tidak peduli siapa yang akan menang, ”Aku tidak bilang tiga calon lain yang melakukannya, Sambas.” Thomas.” vensi partai tersebut. Ada tiga calon lain dalam konvensi itu, sebelum konvensi, tujuannya simpel, gagalkan dia mengikuti Aku menggeleng tegas. ”Jika klien politik kami ditangkap sehari ”Aku tidak bilang tiga calon lain yang melakukannya, Sambas.” Thomas.” konvensi besok. Mereka tidak peduli siapa yang akan menang, vensi partai tersebut. Ada tiga calon lain dalam konvensi itu, sebelum konvensi, tujuannya simpel, gagalkan dia mengikuti Aku menggeleng tegas. ”Jika klien politik kami ditangkap sehari ”Aku tidak bilang tiga calon lain yang melakukannya, Sambas.” Thomas.” konvensi besok. Mereka tidak peduli siapa yang akan menang, vensi partai tersebut. Ada tiga calon lain dalam konvensi itu, sebelum konvensi, tujuannya simpel, gagalkan dia mengikuti Aku menggeleng tegas. ”Jika klien politik kami ditangkap sehari ”Aku tidak bilang tiga calon lain yang melakukannya, Sambas.” Thomas.” konvensi besok. Mereka tidak peduli siapa yang akan menang, vensi partai tersebut. Ada tiga calon lain dalam konvensi itu, sebelum konvensi, tujuannya simpel, gagalkan dia mengikuti Aku menggeleng tegas. ”Jika klien politik kami ditangkap sehari ”Aku tidak bilang tiga calon lain yang melakukannya, Sambas.” Thomas.” konvensi besok. Mereka tidak peduli siapa yang akan menang, vensi partai tersebut. Ada tiga calon lain dalam konvensi itu, sebelum konvensi, tujuannya simpel, gagalkan dia mengikuti Sambas, sepanjang bukan klien politik kami. Jadi bisa siapa saja Aku menggeleng tegas. ”Jika klien politik kami ditangkap sehari ”Aku tidak bilang tiga calon lain yang melakukannya, Sambas.” Thomas.” konvensi besok. Mereka tidak peduli siapa yang akan menang, sebelum konvensi, tujuannya simpel, gagalkan dia mengikuti Aku menggeleng tegas. ”Jika klien politik kami ditangkap sehari ”Aku tidak bilang tiga calon lain yang melakukannya, Sambas.” Sambas, sepanjang bukan klien politik kami. Jadi bisa siapa saja Thomas.” konvensi besok. Mereka tidak peduli siapa yang akan menang, sebelum konvensi, tujuannya simpel, gagalkan dia mengikuti Aku menggeleng tegas. ”Jika klien politik kami ditangkap sehari ”Aku tidak bilang tiga calon lain yang melakukannya, Sambas.” Sambas, sepanjang bukan klien politik kami. Jadi bisa siapa saja Thomas.” konvensi besok. Mereka tidak peduli siapa yang akan menang, sebelum konvensi, tujuannya simpel, gagalkan dia mengikuti Aku menggeleng tegas. ”Jika klien politik kami ditangkap sehari ”Aku tidak bilang tiga calon lain yang melakukannya, Sambas.” Sambas, sepanjang bukan klien politik kami. Jadi bisa siapa saja Thomas.” konvensi besok. Mereka tidak peduli siapa yang akan menang, sebelum konvensi, tujuannya simpel, gagalkan dia mengikuti Aku menggeleng tegas. ”Jika klien politik kami ditangkap sehari ”Aku tidak bilang tiga calon lain yang melakukannya, Sambas.” Sambas, sepanjang bukan klien politik kami. Jadi bisa siapa saja Thomas.” konvensi besok. Mereka tidak peduli siapa yang akan menang, yang melakukan ini. Bahkan bisa pihak tertentu yang sama sebelum konvensi, tujuannya simpel, gagalkan dia mengikuti Aku menggeleng tegas. ”Jika klien politik kami ditangkap sehari ”Aku tidak bilang tiga calon lain yang melakukannya, Sambas.” Sambas, sepanjang bukan klien politik kami. Jadi bisa siapa saja konvensi besok. Mereka tidak peduli siapa yang akan menang, sebelum konvensi, tujuannya simpel, gagalkan dia mengikuti Aku menggeleng tegas. ”Jika klien politik kami ditangkap sehari yang melakukan ini. Bahkan bisa pihak tertentu yang sama ”Aku tidak bilang tiga calon lain yang melakukannya, Sambas.” Sambas, sepanjang bukan klien politik kami. Jadi bisa siapa saja konvensi besok. Mereka tidak peduli siapa yang akan menang, sebelum konvensi, tujuannya simpel, gagalkan dia mengikuti Aku menggeleng tegas. ”Jika klien politik kami ditangkap sehari yang melakukan ini. Bahkan bisa pihak tertentu yang sama ”Aku tidak bilang tiga calon lain yang melakukannya, Sambas.” Sambas, sepanjang bukan klien politik kami. Jadi bisa siapa saja konvensi besok. Mereka tidak peduli siapa yang akan menang, sebelum konvensi, tujuannya simpel, gagalkan dia mengikuti Aku menggeleng tegas. ”Jika klien politik kami ditangkap sehari yang melakukan ini. Bahkan bisa pihak tertentu yang sama ”Aku tidak bilang tiga calon lain yang melakukannya, Sambas.” Sambas, sepanjang bukan klien politik kami. Jadi bisa siapa saja konvensi besok. Mereka tidak peduli siapa yang akan menang, sebelum konvensi, tujuannya simpel, gagalkan dia mengikuti Aku menggeleng tegas. ”Jika klien politik kami ditangkap sehari yang melakukan ini. Bahkan bisa pihak tertentu yang sama ”Aku tidak bilang tiga calon lain yang melakukannya, Sambas.” Sambas, sepanjang bukan klien politik kami. Jadi bisa siapa saja sekali tidak terlibat dalam partai besar itu, tidak terlibat dalam konvensi besok. Mereka tidak peduli siapa yang akan menang, sebelum konvensi, tujuannya simpel, gagalkan dia mengikuti Aku menggeleng tegas. ”Jika klien politik kami ditangkap sehari yang melakukan ini. Bahkan bisa pihak tertentu yang sama konvensi besok. Mereka tidak peduli siapa yang akan menang, Sambas, sepanjang bukan klien politik kami. Jadi bisa siapa saja sebelum konvensi, tujuannya simpel, gagalkan dia mengikuti sekali tidak terlibat dalam partai besar itu, tidak terlibat dalam Aku menggeleng tegas. ”Jika klien politik kami ditangkap sehari yang melakukan ini. Bahkan bisa pihak tertentu yang sama Sambas, sepanjang bukan klien politik kami. Jadi bisa siapa saja konvensi besok. Mereka tidak peduli siapa yang akan menang, sebelum konvensi, tujuannya simpel, gagalkan dia mengikuti sekali tidak terlibat dalam partai besar itu, tidak terlibat dalam Aku menggeleng tegas. ”Jika klien politik kami ditangkap sehari yang melakukan ini. Bahkan bisa pihak tertentu yang sama Sambas, sepanjang bukan klien politik kami. Jadi bisa siapa saja konvensi besok. Mereka tidak peduli siapa yang akan menang, sebelum konvensi, tujuannya simpel, gagalkan dia mengikuti sekali tidak terlibat dalam partai besar itu, tidak terlibat dalam Aku menggeleng tegas. ”Jika klien politik kami ditangkap sehari yang melakukan ini. Bahkan bisa pihak tertentu yang sama Sambas, sepanjang bukan klien politik kami. Jadi bisa siapa saja konvensi besok. Mereka tidak peduli siapa yang akan menang, sebelum konvensi, tujuannya simpel, gagalkan dia mengikuti sekali tidak terlibat dalam partai besar itu, tidak terlibat dalam Aku menggeleng tegas. ”Jika klien politik kami ditangkap sehari yang melakukan ini. Bahkan bisa pihak tertentu yang sama pemerintahan, cukup dengan memiliki kepentingan, merasa ter­ Sambas, sepanjang bukan klien politik kami. Jadi bisa siapa saja konvensi besok. Mereka tidak peduli siapa yang akan menang, sebelum konvensi, tujuannya simpel, gagalkan dia mengikuti sekali tidak terlibat dalam partai besar itu, tidak terlibat dalam Sambas, sepanjang bukan klien politik kami. Jadi bisa siapa saja yang melakukan ini. Bahkan bisa pihak tertentu yang sama konvensi besok. Mereka tidak peduli siapa yang akan menang, pemerintahan, cukup dengan memiliki kepentingan, merasa ter­ sebelum konvensi, tujuannya simpel, gagalkan dia mengikuti sekali tidak terlibat dalam partai besar itu, tidak terlibat dalam yang melakukan ini. Bahkan bisa pihak tertentu yang sama Sambas, sepanjang bukan klien politik kami. Jadi bisa siapa saja konvensi besok. Mereka tidak peduli siapa yang akan menang, pemerintahan, cukup dengan memiliki kepentingan, merasa ter­ sebelum konvensi, tujuannya simpel, gagalkan dia mengikuti sekali tidak terlibat dalam partai besar itu, tidak terlibat dalam yang melakukan ini. Bahkan bisa pihak tertentu yang sama Sambas, sepanjang bukan klien politik kami. Jadi bisa siapa saja konvensi besok. Mereka tidak peduli siapa yang akan menang, pemerintahan, cukup dengan memiliki kepentingan, merasa ter­ sebelum konvensi, tujuannya simpel, gagalkan dia mengikuti sekali tidak terlibat dalam partai besar itu, tidak terlibat dalam yang melakukan ini. Bahkan bisa pihak tertentu yang sama Sambas, sepanjang bukan klien politik kami. Jadi bisa siapa saja konvensi besok. Mereka tidak peduli siapa yang akan menang, pemerintahan, cukup dengan memiliki kepentingan, merasa ter­ sebelum konvensi, tujuannya simpel, gagalkan dia mengikuti sekali tidak terlibat dalam partai besar itu, tidak terlibat dalam ganggu dengan kemungkinan kemenangan klien politik kami.” yang melakukan ini. Bahkan bisa pihak tertentu yang sama Sambas, sepanjang bukan klien politik kami. Jadi bisa siapa saja konvensi besok. Mereka tidak peduli siapa yang akan menang, pemerintahan, cukup dengan memiliki kepentingan, merasa ter­ yang melakukan ini. Bahkan bisa pihak tertentu yang sama sekali tidak terlibat dalam partai besar itu, tidak terlibat dalam Sambas, sepanjang bukan klien politik kami. Jadi bisa siapa saja ganggu dengan kemungkinan kemenangan klien politik kami.” konvensi besok. Mereka tidak peduli siapa yang akan menang, pemerintahan, cukup dengan memiliki kepentingan, merasa ter­ sekali tidak terlibat dalam partai besar itu, tidak terlibat dalam yang melakukan ini. Bahkan bisa pihak tertentu yang sama Sambas, sepanjang bukan klien politik kami. Jadi bisa siapa saja ganggu dengan kemungkinan kemenangan klien politik kami.” konvensi besok. Mereka tidak peduli siapa yang akan menang, pemerintahan, cukup dengan memiliki kepentingan, merasa ter­ sekali tidak terlibat dalam partai besar itu, tidak terlibat dalam yang melakukan ini. Bahkan bisa pihak tertentu yang sama Sambas, sepanjang bukan klien politik kami. Jadi bisa siapa saja ganggu dengan kemungkinan kemenangan klien politik kami.” konvensi besok. Mereka tidak peduli siapa yang akan menang, pemerintahan, cukup dengan memiliki kepentingan, merasa ter­ sekali tidak terlibat dalam partai besar itu, tidak terlibat dalam yang melakukan ini. Bahkan bisa pihak tertentu yang sama Sambas, sepanjang bukan klien politik kami. Jadi bisa siapa saja ganggu dengan kemungkinan kemenangan klien politik kami.” konvensi besok. Mereka tidak peduli siapa yang akan menang, pemerintahan, cukup dengan memiliki kepentingan, merasa ter­ Aku diam sejenak, sekali lagi balas menyapu wajah-wajah sekali tidak terlibat dalam partai besar itu, tidak terlibat dalam yang melakukan ini. Bahkan bisa pihak tertentu yang sama Sambas, sepanjang bukan klien politik kami. Jadi bisa siapa saja ganggu dengan kemungkinan kemenangan klien politik kami.” sekali tidak terlibat dalam partai besar itu, tidak terlibat dalam pemerintahan, cukup dengan memiliki kepentingan, merasa ter­ yang melakukan ini. Bahkan bisa pihak tertentu yang sama Aku diam sejenak, sekali lagi balas menyapu wajah-wajah Sambas, sepanjang bukan klien politik kami. Jadi bisa siapa saja ganggu dengan kemungkinan kemenangan klien politik kami.” pemerintahan, cukup dengan memiliki kepentingan, merasa ter­ sekali tidak terlibat dalam partai besar itu, tidak terlibat dalam yang melakukan ini. Bahkan bisa pihak tertentu yang sama Aku diam sejenak, sekali lagi balas menyapu wajah-wajah Sambas, sepanjang bukan klien politik kami. Jadi bisa siapa saja ganggu dengan kemungkinan kemenangan klien politik kami.” pemerintahan, cukup dengan memiliki kepentingan, merasa ter­ sekali tidak terlibat dalam partai besar itu, tidak terlibat dalam yang melakukan ini. Bahkan bisa pihak tertentu yang sama Aku diam sejenak, sekali lagi balas menyapu wajah-wajah Sambas, sepanjang bukan klien politik kami. Jadi bisa siapa saja ganggu dengan kemungkinan kemenangan klien politik kami.” pemerintahan, cukup dengan memiliki kepentingan, merasa ter­ sekali tidak terlibat dalam partai besar itu, tidak terlibat dalam yang melakukan ini. Bahkan bisa pihak tertentu yang sama Aku diam sejenak, sekali lagi balas menyapu wajah-wajah Sambas, sepanjang bukan klien politik kami. Jadi bisa siapa saja ganggu dengan kemungkinan kemenangan klien politik kami.” wartawan lain yang menunggu kalimatku berikutnya. ”Lantas pemerintahan, dengan memiliki kepentingan, merasa ter­ sekali tidak terlibat dalam partai besar itu, tidak terlibat dalam yang melakukan ini. Bahkan bisa pihak tertentu yang sama cukup dengan memiliki kepentingan, merasa ter­ Aku diam sejenak, sekali lagi balas menyapu wajah-wajah ganggu dengan kemungkinan kemenangan klien politik kami.” sekali tidak terlibat dalam partai besar itu, tidak terlibat dalam wartawan lain yang menunggu kalimatku berikutnya. ”Lantas yang melakukan ini. Bahkan bisa pihak tertentu yang sama Aku diam sejenak, sekali lagi balas menyapu wajah-wajah ganggu dengan kemungkinan kemenangan klien politik kami.” pemerintahan, cukup dengan memiliki kepentingan, merasa ter­ sekali tidak terlibat dalam partai besar itu, tidak terlibat dalam wartawan lain yang menunggu kalimatku berikutnya. ”Lantas yang melakukan ini. Bahkan bisa pihak tertentu yang sama Aku diam sejenak, sekali lagi balas menyapu wajah-wajah ganggu dengan kemungkinan kemenangan klien politik kami.” pemerintahan, cukup dengan memiliki kepentingan, merasa ter­ sekali tidak terlibat dalam partai besar itu, tidak terlibat dalam wartawan lain yang menunggu kalimatku berikutnya. ”Lantas yang melakukan ini. Bahkan bisa pihak tertentu yang sama Aku diam sejenak, sekali lagi balas menyapu wajah-wajah ganggu dengan kemungkinan kemenangan klien politik kami.” pemerintahan, cukup dengan memiliki kepentingan, merasa ter­ sekali tidak terlibat dalam partai besar itu, tidak terlibat dalam wartawan lain yang menunggu kalimatku berikutnya. ”Lantas yang melakukan ini. Bahkan bisa pihak tertentu yang sama Aku diam sejenak, sekali lagi balas menyapu wajah-wajah siapa yang melakukannya? Setidaknya ada tiga fakta penting ganggu dengan kemungkinan kemenangan klien politik kami.” pemerintahan, cukup dengan memiliki kepentingan, merasa ter­ sekali tidak terlibat dalam partai besar itu, tidak terlibat dalam kemungkinan kemenangan klien politik kami.” wartawan lain yang menunggu kalimatku berikutnya. ”Lantas Aku diam sejenak, sekali lagi balas menyapu wajah-wajah pemerintahan, cukup dengan memiliki kepentingan, merasa ter­ siapa yang melakukannya? Setidaknya ada tiga fakta penting sekali tidak terlibat dalam partai besar itu, tidak terlibat dalam wartawan lain yang menunggu kalimatku berikutnya. ”Lantas Aku diam sejenak, sekali lagi balas menyapu wajah-wajah ganggu dengan kemungkinan kemenangan klien politik kami.” pemerintahan, cukup dengan memiliki kepentingan, merasa ter­ siapa yang melakukannya? Setidaknya ada tiga fakta penting sekali tidak terlibat dalam partai besar itu, tidak terlibat dalam wartawan lain yang menunggu kalimatku berikutnya. ”Lantas Aku diam sejenak, sekali lagi balas menyapu wajah-wajah ganggu dengan kemungkinan kemenangan klien politik kami.” pemerintahan, cukup dengan memiliki kepentingan, merasa ter­ siapa yang melakukannya? Setidaknya ada tiga fakta penting sekali tidak terlibat dalam partai besar itu, tidak terlibat dalam wartawan lain yang menunggu kalimatku berikutnya. ”Lantas Aku diam sejenak, sekali lagi balas menyapu wajah-wajah ganggu dengan kemungkinan kemenangan klien politik kami.” pemerintahan, cukup dengan memiliki kepentingan, merasa ter­ siapa yang melakukannya? Setidaknya ada tiga fakta penting sekali tidak terlibat dalam partai besar itu, tidak terlibat dalam wartawan lain yang menunggu kalimatku berikutnya. ”Lantas yang layak dipikirkan. Pertama, kita tidak bisa dengan mudahnya sekali lagi balas menyapu wajah-wajah ganggu dengan kemungkinan kemenangan klien politik kami.” pemerintahan, cukup dengan memiliki kepentingan, merasa ter­ Aku diam sejenak, sekali lagi balas menyapu wajah-wajah siapa yang melakukannya? Setidaknya ada tiga fakta penting wartawan lain yang menunggu kalimatku berikutnya. ”Lantas ganggu dengan kemungkinan kemenangan klien politik kami.” yang layak dipikirkan. Pertama, kita tidak bisa dengan mudahnya pemerintahan, cukup dengan memiliki kepentingan, merasa ter­ siapa yang melakukannya? Setidaknya ada tiga fakta penting wartawan lain yang menunggu kalimatku berikutnya. ”Lantas Aku diam sejenak, sekali lagi balas menyapu wajah-wajah ganggu dengan kemungkinan kemenangan klien politik kami.” yang layak dipikirkan. Pertama, kita tidak bisa dengan mudahnya pemerintahan, cukup dengan memiliki kepentingan, merasa ter­ siapa yang melakukannya? Setidaknya ada tiga fakta penting wartawan lain yang menunggu kalimatku berikutnya. ”Lantas Aku diam sejenak, sekali lagi balas menyapu wajah-wajah ganggu dengan kemungkinan kemenangan klien politik kami.” yang layak dipikirkan. Pertama, kita tidak bisa dengan mudahnya pemerintahan, cukup dengan memiliki kepentingan, merasa ter­ siapa yang melakukannya? Setidaknya ada tiga fakta penting wartawan lain yang menunggu kalimatku berikutnya. ”Lantas Aku diam sejenak, sekali lagi balas menyapu wajah-wajah ganggu dengan kemungkinan kemenangan klien politik kami.” yang layak dipikirkan. Pertama, kita tidak bisa dengan mudahnya pemerintahan, cukup dengan memiliki kepentingan, merasa ter­ siapa yang melakukannya? Setidaknya ada tiga fakta penting menangkap seseorang dengan tuduhan seserius tersebut, apalagi wartawan lain yang menunggu kalimatku berikutnya. ”Lantas Aku diam sejenak, sekali lagi balas menyapu wajah-wajah menunggu kalimatku berikutnya. ”Lantas ganggu dengan kemungkinan kemenangan klien politik kami.” yang layak dipikirkan. Pertama, kita tidak bisa dengan mudahnya siapa yang melakukannya? Setidaknya ada tiga fakta penting Aku diam sejenak, sekali lagi balas menyapu wajah-wajah menangkap seseorang dengan tuduhan seserius tersebut, apalagi ganggu dengan kemungkinan kemenangan klien politik kami.” yang layak dipikirkan. Pertama, kita tidak bisa dengan mudahnya siapa yang melakukannya? Setidaknya ada tiga fakta penting wartawan lain yang menunggu kalimatku berikutnya. ”Lantas Aku diam sejenak, sekali lagi balas menyapu wajah-wajah menangkap seseorang dengan tuduhan seserius tersebut, apalagi ganggu dengan kemungkinan kemenangan klien politik kami.” yang layak dipikirkan. Pertama, kita tidak bisa dengan mudahnya siapa yang melakukannya? Setidaknya ada tiga fakta penting wartawan lain yang menunggu kalimatku berikutnya. ”Lantas Aku diam sejenak, sekali lagi balas menyapu wajah-wajah menangkap seseorang dengan tuduhan seserius tersebut, apalagi ganggu dengan kemungkinan kemenangan klien politik kami.” yang layak dipikirkan. Pertama, kita tidak bisa dengan mudahnya siapa yang melakukannya? Setidaknya ada tiga fakta penting wartawan lain yang menunggu kalimatku berikutnya. ”Lantas Aku diam sejenak, sekali lagi balas menyapu wajah-wajah menangkap seseorang dengan tuduhan seserius tersebut, apalagi ganggu dengan kemungkinan kemenangan klien politik kami.” yang layak dipikirkan. Pertama, kita tidak bisa dengan mudahnya sempat-sempatnya memanggil wartawan televisi agar berita pe­ siapa melakukannya? Setidaknya ada tiga fakta penting wartawan lain yang menunggu kalimatku berikutnya. ”Lantas yang melakukannya? Setidaknya ada tiga fakta penting Aku diam sejenak, sekali lagi balas menyapu wajah-wajah menangkap seseorang dengan tuduhan seserius tersebut, apalagi yang layak dipikirkan. Pertama, kita tidak bisa dengan mudahnya wartawan lain yang menunggu kalimatku ”Lantas sempat-sempatnya wartawan televisi agar berita pe­ Aku diam sejenak, sekali lagi balas menyapu wajah-wajah menangkap seseorang dengan tuduhan tersebut, apalagi yang layak dipikirkan. Pertama, kita tidak bisa dengan mudahnya siapa yang melakukannya? ada tiga fakta penting wartawan lain yangmemanggil menunggu kalimatku berikutnya. ”Lantas sempat-sempatnya memanggil wartawan televisi agar berita pe­ Aku diam sejenak, sekaliSetidaknya lagi balas menyapu wajah-wajah menangkap seseorang dengan tuduhan seserius tersebut, apalagi yang layak dipikirkan. Pertama, kita tidakseserius bisaberikutnya. dengan mudahnya siapa yang melakukannya? Setidaknya ada tiga fakta penting wartawan lain yang menunggu kalimatku berikutnya. ”Lantas



perhatian orang banyak, menjadi berita paling menarik bahkan telah menguasai banyak pihak. Penangkapan inimenarik segera menjadi bil risiko melakukan penangkapan ini,partai dia merasa yakin sekali untuk melancarkan operasi ini. Kedua, siapa pun yang mengam­ nangkapan disiarkan live, jelas sekali diperlukan banyak pihak mengalahkan berita tentang konvensi itu sendiri. perhatian orang banyak, menjadi berita paling bahkan telah menguasai banyak pihak. Penangkapan ini segera menjadi bil risiko melakukan penangkapan ini, dia merasa yakin sekali untuk melancarkan operasi ini. Kedua, siapa pun yang mengam­ nangkapan disiarkan live, jelas sekali diperlukan banyak pihak mengalahkan berita tentang konvensi partai itu sendiri. perhatian orang banyak, menjadi berita paling menarik bahkan telah menguasai banyak pihak. Penangkapan ini segera menjadi bil risiko melakukan penangkapan ini, dia merasa yakin sekali untuk melancarkan operasi ini. Kedua, siapa pun yang mengam­ nangkapan disiarkan live, jelas sekali diperlukan banyak pihak mengalahkan berita tentang konvensi partai itu sendiri. perhatian orang banyak, menjadi berita paling menarik bahkan telah menguasai banyak pihak. Penangkapan ini segera menjadi bil risiko melakukan penangkapan ini, dia merasa yakin sekali untuk melancarkan operasi ini. Kedua, siapa pun yang mengam­ nangkapan disiarkan live, jelas sekali diperlukan banyak pihak mengalahkan berita tentang konvensi partai itu sendiri. perhatian orang banyak, menjadi berita paling menarik bahkan telah menguasai banyak pihak. Penangkapan ini segera menjadi bil risiko melakukan penangkapan ini, dia merasa yakin sekali untuk melancarkan operasi ini. Kedua, siapa pun yang mengam­ ”Ketiga, sekaligus fakta paling penting, kita semua tahu, bah­ mengalahkan berita tentang konvensi partai itu sendiri. perhatian orang banyak, menjadi berita paling menarik bahkan telah menguasai banyak pihak. Penangkapan ini segera menjadi bil risiko melakukan penangkapan ini, dia merasa yakin sekali untuk melancarkan operasi ini. Kedua, siapa pun yang mengam­ ”Ketiga, sekaligus fakta paling penting, kita semua tahu, bah­ mengalahkan berita tentang konvensi partai itu sendiri. perhatian orang banyak, menjadi berita paling menarik bahkan telah menguasai banyak pihak. Penangkapan ini segera menjadi bil risiko melakukan penangkapan ini, dia merasa yakin sekali untuk melancarkan operasi ini. Kedua, siapa pun yang mengam­ ”Ketiga, sekaligus fakta paling penting, kita semua tahu, bah­ mengalahkan berita tentang konvensi partai itu sendiri. perhatian orang banyak, menjadi berita paling menarik bahkan telah menguasai banyak pihak. Penangkapan ini segera menjadi bil risiko melakukan penangkapan ini, dia merasa yakin sekali untuk melancarkan operasi ini. Kedua, siapa pun yang mengam­ ”Ketiga, sekaligus fakta paling penting, kita semua tahu, bah­ mengalahkan berita tentang konvensi partai itu sendiri. perhatian orang banyak, menjadi berita paling menarik bahkan telah menguasai banyak pihak. Penangkapan ini segera menjadi bil risiko melakukan penangkapan ini, dia merasa yakin sekali untuk melancarkan operasi ini. Kedua, siapa pun yang mengam­ ”Ketiga, sekaligus fakta paling penting, kita semua tahu, bah­ mengalahkan berita tentang konvensi partai itu sendiri. perhatian orang banyak, menjadi berita paling menarik bahkan telah menguasai banyak pihak. Penangkapan ini segera menjadi bil risiko melakukan penangkapan ini, dia merasa yakin sekali wa prinsip mendasar seluruh kampanye politik klien kami ada­ ”Ketiga, sekaligus fakta paling penting, kita semua tahu, bah­ mengalahkan berita tentang konvensi partai itu sendiri. perhatian orang banyak, menjadi berita paling menarik bahkan telah menguasai banyak pihak. Penangkapan ini segera menjadi bil risiko melakukan penangkapan ini, dia merasa yakin sekali wa prinsip mendasar seluruh kampanye politik klien kami ada­ ”Ketiga, sekaligus fakta paling penting, kita semua tahu, bah­ mengalahkan berita tentang konvensi partai itu sendiri. perhatian orang banyak, menjadi berita paling menarik bahkan telah menguasai banyak pihak. Penangkapan ini segera menjadi bil risiko melakukan penangkapan ini, dia merasa yakin sekali wa prinsip mendasar seluruh kampanye politik klien kami ada­ ”Ketiga, sekaligus fakta paling penting, kita semua tahu, bah­ mengalahkan berita tentang konvensi partai itu sendiri. perhatian orang banyak, menjadi berita paling menarik bahkan telah menguasai banyak pihak. Penangkapan ini segera menjadi bil risiko melakukan penangkapan ini, dia merasa yakin sekali wa prinsip mendasar seluruh kampanye politik klien kami ada­ ”Ketiga, sekaligus fakta paling penting, kita semua tahu, bah­ mengalahkan berita tentang konvensi partai itu sendiri. perhatian orang banyak, menjadi berita paling menarik bahkan telah menguasai banyak pihak. Penangkapan ini segera menjadi bil risiko melakukan penangkapan ini, dia merasa yakin sekali wa prinsip mendasar seluruh kampanye politik klien kami ada­ ”Ketiga, sekaligus fakta paling penting, kita semua tahu, bah­ mengalahkan berita tentang konvensi partai itu sendiri. perhatian orang banyak, menjadi berita paling menarik bahkan telah menguasai banyak pihak. Penangkapan ini segera menjadi lah penegakan hukum. Dia berjanji akan menegakkan hukum di wa prinsip mendasar seluruh kampanye politik klien kami ada­ ”Ketiga, sekaligus fakta paling penting, kita semua tahu, bah­ mengalahkan berita tentang konvensi partai itu sendiri. perhatian orang banyak, menjadi berita paling menarik bahkan telah menguasai banyak pihak. Penangkapan ini segera menjadi lah penegakan hukum. Dia berjanji akan menegakkan hukum di wa prinsip mendasar seluruh kampanye politik klien kami ada­ ”Ketiga, sekaligus fakta paling penting, kita semua tahu, bah­ mengalahkan berita tentang konvensi partai itu sendiri. perhatian orang banyak, menjadi berita paling menarik bahkan telah menguasai banyak pihak. Penangkapan ini segera menjadi lah penegakan hukum. Dia berjanji akan menegakkan hukum di wa prinsip mendasar seluruh kampanye politik klien kami ada­ ”Ketiga, sekaligus fakta paling penting, kita semua tahu, bah­ mengalahkan berita tentang konvensi partai itu sendiri. perhatian orang banyak, menjadi berita paling menarik bahkan telah menguasai banyak pihak. Penangkapan ini segera menjadi lah penegakan hukum. Dia berjanji akan menegakkan hukum di wa prinsip mendasar seluruh kampanye politik klien kami ada­ ”Ketiga, sekaligus fakta paling penting, kita semua tahu, bah­ mengalahkan berita tentang konvensi partai itu sendiri. perhatian orang banyak, menjadi berita paling menarik bahkan telah menguasai banyak pihak. Penangkapan ini segera menjadi lah penegakan hukum. Dia berjanji akan menegakkan hukum di wa prinsip mendasar seluruh kampanye politik klien kami ada­ ”Ketiga, sekaligus fakta paling penting, kita semua tahu, bah­ mengalahkan berita tentang konvensi partai itu sendiri. perhatian orang banyak, menjadi berita paling menarik bahkan negeri ini. Dia bersumpah akan memberantas hingga ke akarlah penegakan hukum. Dia berjanji akan menegakkan hukum di wa prinsip mendasar seluruh kampanye politik klien kami ada­ ”Ketiga, sekaligus fakta paling penting, kita semua tahu, bah­ mengalahkan berita tentang konvensi partai itu sendiri. perhatian orang banyak, menjadi berita paling menarik bahkan negeri ini. Dia bersumpah akan memberantas hingga ke akarlah penegakan hukum. Dia berjanji akan menegakkan hukum di wa prinsip mendasar seluruh kampanye politik klien kami ada­ ”Ketiga, sekaligus fakta paling penting, kita semua tahu, bah­ mengalahkan berita tentang konvensi partai itu sendiri. perhatian orang banyak, menjadi berita paling menarik bahkan negeri ini. Dia bersumpah akan memberantas hingga ke akarlah penegakan hukum. Dia berjanji akan menegakkan hukum di wa prinsip mendasar seluruh kampanye politik klien kami ada­ ”Ketiga, sekaligus fakta paling penting, kita semua tahu, bah­ mengalahkan berita tentang konvensi partai itu sendiri. perhatian orang banyak, menjadi berita paling menarik bahkan negeri ini. Dia bersumpah akan memberantas hingga ke akarlah penegakan hukum. Dia berjanji akan menegakkan hukum di wa prinsip mendasar seluruh kampanye politik klien kami ada­ ”Ketiga, sekaligus fakta paling penting, kita semua tahu, bah­ mengalahkan berita tentang konvensi partai itu sendiri. perhatian orang banyak, menjadi berita paling menarik bahkan negeri ini. Dia bersumpah akan memberantas hingga ke akarlah penegakan hukum. Dia berjanji akan menegakkan hukum di wa prinsip mendasar seluruh kampanye politik klien kami ada­ ”Ketiga, sekaligus fakta paling penting, kita semua tahu, bah­ mengalahkan berita tentang konvensi partai itu sendiri. akarnya parasit hukum di negeri ini, orang-orang yang memper­ negeri ini. Dia bersumpah akan memberantas hingga ke akarlah penegakan hukum. Dia berjanji akan menegakkan hukum di wa prinsip mendasar seluruh kampanye politik klien kami ada­ ”Ketiga, sekaligus fakta paling penting, kita semua tahu, bah­ mengalahkan berita tentang konvensi partai itu sendiri. akarnya parasit hukum di negeri ini, orang-orang yang memper­ negeri ini. Dia bersumpah akan memberantas hingga ke akarlah penegakan hukum. Dia berjanji akan menegakkan hukum di wa prinsip mendasar seluruh kampanye politik klien kami ada­ ”Ketiga, sekaligus fakta paling penting, kita semua tahu, bah­ mengalahkan berita tentang konvensi partai itu sendiri. akarnya parasit hukum di negeri ini, orang-orang yang memper­ negeri ini. Dia bersumpah akan memberantas hingga ke akarlah penegakan hukum. Dia berjanji akan menegakkan hukum di wa prinsip mendasar seluruh kampanye politik klien kami ada­ ”Ketiga, sekaligus fakta paling penting, kita semua tahu, bah­ mengalahkan berita tentang konvensi partai itu sendiri. akarnya parasit hukum di negeri ini, orang-orang yang memper­ negeri ini. Dia bersumpah akan memberantas hingga ke akarlah penegakan hukum. Dia berjanji akan menegakkan hukum di wa prinsip mendasar seluruh kampanye politik klien kami ada­ ”Ketiga, sekaligus fakta paling penting, kita semua tahu, bah­ mengalahkan berita tentang konvensi partai itu sendiri. akarnya parasit hukum di negeri ini, orang-orang yang memper­ negeri ini. Dia bersumpah akan memberantas hingga ke akarlah penegakan hukum. Dia berjanji akan menegakkan hukum di wa prinsip mendasar seluruh kampanye politik klien kami ada­ ”Ketiga, sekaligus fakta paling penting, kita semua tahu, bah­ mengolok-olok hukum itu sendiri. Itu ide besar mainkan bahkan akarnya parasit hukum di negeri ini, orang-orang yang memper­ negeri ini. Dia bersumpah akan memberantas hingga ke akarlah penegakan hukum. Dia berjanji akan menegakkan hukum di wa prinsip mendasar seluruh kampanye politik klien kami ada­ ”Ketiga, sekaligus fakta paling penting, kita semua tahu, bah­ mengolok-olok hukum itu sendiri. Itu ide besar mainkan bahkan akarnya parasit hukum di negeri ini, orang-orang yang memper­ negeri ini. Dia bersumpah akan memberantas hingga ke akarlah penegakan hukum. Dia berjanji akan menegakkan hukum di wa prinsip mendasar seluruh kampanye politik klien kami ada­ ”Ketiga, sekaligus fakta paling penting, kita semua tahu, bah­ mengolok-olok hukum itu sendiri. Itu ide besar mainkan bahkan akarnya parasit hukum di negeri ini, orang-orang yang memper­ negeri ini. Dia bersumpah akan memberantas hingga ke akarlah penegakan hukum. Dia berjanji akan menegakkan hukum di wa prinsip mendasar seluruh kampanye politik klien kami ada­ ”Ketiga, sekaligus fakta paling penting, kita semua tahu, bah­ mengolok-olok hukum itu sendiri. Itu ide besar mainkan bahkan akarnya parasit hukum di negeri ini, orang-orang yang memper­ negeri ini. Dia bersumpah akan memberantas hingga ke akarlah penegakan hukum. Dia berjanji akan menegakkan hukum di wa prinsip mendasar seluruh kampanye politik klien kami ada­ ”Ketiga, sekaligus fakta paling penting, kita semua tahu, bah­ mengolok-olok hukum itu sendiri. Itu ide besar mainkan bahkan akarnya parasit hukum di negeri ini, orang-orang yang memper­ negeri ini. Dia bersumpah akan memberantas hingga ke akarlah penegakan hukum. Dia berjanji akan menegakkan hukum di wa prinsip mendasar seluruh kampanye politik klien kami ada­ yang disukai banyak orang, sekaligus dibenci banyak pihak. mengolok-olok hukum itu sendiri. Itu ide besar mainkan bahkan akarnya parasit hukum di negeri ini, orang-orang yang memper­ negeri ini. Dia bersumpah akan memberantas hingga ke akarlah penegakan hukum. Dia berjanji akan menegakkan hukum di wa prinsip mendasar seluruh kampanye politik klien kami ada­ yang disukai banyak orang, sekaligus dibenci banyak pihak. mengolok-olok hukum itu sendiri. Itu ide besar mainkan bahkan akarnya parasit hukum di negeri ini, orang-orang yang memper­ negeri ini. Dia bersumpah akan memberantas hingga ke akarlah penegakan hukum. Dia berjanji akan menegakkan hukum di wa prinsip mendasar seluruh kampanye politik klien kami ada­ yang disukai banyak orang, sekaligus dibenci banyak pihak. mengolok-olok hukum itu sendiri. Itu ide besar mainkan bahkan akarnya parasit hukum di negeri ini, orang-orang yang memper­ negeri ini. Dia bersumpah akan memberantas hingga ke akarlah penegakan hukum. Dia berjanji akan menegakkan hukum di wa prinsip mendasar seluruh kampanye politik klien kami ada­ yang disukai banyak orang, sekaligus dibenci banyak pihak. mengolok-olok hukum itu sendiri. Itu ide besar mainkan bahkan akarnya parasit hukum di negeri ini, orang-orang yang memper­ negeri ini. Dia bersumpah akan memberantas hingga ke akarlah penegakan hukum. Dia berjanji akan menegakkan hukum di wa prinsip mendasar seluruh kampanye politik klien kami ada­ yang disukai banyak orang, sekaligus dibenci banyak pihak. mengolok-olok hukum itu sendiri. Itu ide besar mainkan bahkan akarnya parasit hukum di negeri ini, orang-orang yang memper­ negeri ini. Dia bersumpah akan memberantas hingga ke akarlah penegakan hukum. Dia berjanji akan menegakkan hukum di ”Dari ketiga fakta itu, siapa yang melakukan serangan politik yang disukai banyak orang, sekaligus dibenci banyak pihak. mengolok-olok hukum itu sendiri. Itu ide besar mainkan bahkan akarnya parasit hukum di negeri ini, orang-orang yang memper­ negeri ini. Dia bersumpah akan memberantas hingga ke akarlah penegakan hukum. Dia berjanji akan menegakkan hukum di ”Dari ketiga fakta itu, siapa yang melakukan serangan politik yang disukai banyak orang, sekaligus dibenci banyak pihak. mengolok-olok hukum itu sendiri. Itu ide besar mainkan bahkan akarnya parasit hukum di negeri ini, orang-orang yang memper­ negeri ini. Dia bersumpah akan memberantas hingga ke akarlah penegakan hukum. Dia berjanji akan menegakkan hukum di ”Dari ketiga fakta itu, siapa yang melakukan serangan politik yang disukai banyak orang, sekaligus dibenci banyak pihak. mengolok-olok hukum itu sendiri. Itu ide besar mainkan bahkan akarnya parasit hukum di negeri ini, orang-orang yang memper­ negeri ini. Dia bersumpah akan memberantas hingga ke akarlah penegakan hukum. Dia berjanji akan menegakkan hukum di ”Dari ketiga fakta itu, siapa yang melakukan serangan politik yang disukai banyak orang, sekaligus dibenci banyak pihak. mengolok-olok hukum itu sendiri. Itu ide besar mainkan bahkan akarnya parasit hukum di negeri ini, orang-orang yang memper­ negeri ini. Dia bersumpah akan memberantas hingga ke akarlah penegakan hukum. Dia berjanji akan menegakkan hukum di ”Dari ketiga fakta itu, siapa yang melakukan serangan politik yang disukai banyak orang, sekaligus dibenci banyak pihak. mengolok-olok hukum itu sendiri. Itu ide besar mainkan bahkan akarnya parasit hukum di negeri ini, orang-orang yang memper­ negeri ini. Dia bersumpah akan memberantas hingga ke akarini? Membunuh karakter klien kami? Jawabannya adalah ke­ ”Dari ketiga fakta itu, siapa yang melakukan serangan politik yang disukai banyak orang, sekaligus dibenci banyak pihak. mengolok-olok hukum itu sendiri. Itu ide besar mainkan bahkan akarnya parasit hukum di negeri ini, orang-orang yang memper­ negeri ini. Dia bersumpah akan memberantas hingga ke akarini? Membunuh karakter klien kami? Jawabannya adalah ke­ ”Dari ketiga fakta itu, siapa yang melakukan serangan politik yang disukai banyak orang, sekaligus dibenci banyak pihak. mengolok-olok hukum itu sendiri. Itu ide besar mainkan bahkan akarnya parasit hukum di negeri ini, orang-orang yang memper­ negeri ini. Dia bersumpah akan memberantas hingga ke akarini? Membunuh karakter klien kami? Jawabannya adalah ke­ ”Dari ketiga fakta itu, siapa yang melakukan serangan politik yang disukai banyak orang, sekaligus dibenci banyak pihak. mengolok-olok hukum itu sendiri. Itu ide besar mainkan bahkan akarnya parasit hukum di negeri ini, orang-orang yang memper­ negeri ini. Dia bersumpah akan memberantas hingga ke akarini? Membunuh karakter klien kami? Jawabannya adalah ke­ ”Dari ketiga fakta itu, siapa yang melakukan serangan politik yang disukai banyak orang, sekaligus dibenci banyak pihak. mengolok-olok hukum itu sendiri. Itu ide besar mainkan bahkan akarnya parasit hukum di negeri ini, orang-orang yang memper­ negeri ini. Dia bersumpah akan memberantas hingga ke akarini? Membunuh karakter klien kami? Jawabannya adalah ke­ ”Dari ketiga fakta itu, yang melakukan serangan politik yang disukai banyak orang, sekaligus dibenci banyak pihak. mengolok-olok hukum itu sendiri. Itu ide besar mainkan bahkan akarnya parasit hukum disiapa negeri ini, orang-orang yang memper­ melibatkan konspirasi besar dari banyak pihak, jadian ini jelas ini? Membunuh karakter klien kami? Jawabannya adalah ke­ ”Dari ketiga fakta itu, siapa yang melakukan serangan politik yang disukai banyak orang, sekaligus dibenci banyak pihak. mengolok-olok hukum itu sendiri. Itu ide besar mainkan bahkan akarnya hukum negeri ini, orang-orang yang memper­ melibatkan konspirasi besar dari banyak pihak, jadian ini jelas ini? Membunuh karakter klien kami? Jawabannya adalah ke­ ”Dari ketiga fakta itu, siapa yang melakukan serangan politik yang disukai banyak orang, sekaligus dibenci banyak pihak. mengolok-olok hukum itu sendiri. Itu ide besar mainkan bahkan akarnya parasit hukum di negeri ini, orang-orang yang memper­ melibatkan konspirasi besar dari banyak pihak, jadian iniparasit jelas ini? Membunuh karakter klien kami? Jawabannya adalah ke­ ”Dari ketiga fakta itu,di siapa yang melakukan serangan politik yang disukai banyak orang, sekaligus dibenci banyak pihak. mengolok-olok hukum itu sendiri. Itu ide besar mainkan bahkan akarnya parasit hukum di negeri ini, orang-orang yang memper­ melibatkan konspirasi besar dari banyak pihak, jadian ini jelas ini? Membunuh karakter klien kami? Jawabannya adalah ke­ ”Dari ketiga fakta itu, siapa yang melakukan serangan politik yang disukai banyak orang, sekaligus dibenci banyak pihak. mengolok-olok hukum itu sendiri. Itu ide besar mainkan bahkan akarnya parasit hukum di negeri ini, orang-orang yang memper­ melibatkan konspirasi besar dari banyak pihak, jadian ini jelas ini? Membunuh karakter klien kami? Jawabannya adalah ke­ ”Dari ketiga fakta itu, siapa yang melakukan serangan politik yang disukai banyak orang, sekaligus dibenci banyak pihak. mengolok-olok hukum itu sendiri. Itu ide besar mainkan bahkan orang-orang yang terganggu jika klien kami menjadi presiden. melibatkan konspirasi besar dari banyak pihak, jadian ini jelas ini? Membunuh karakter klien kami? Jawabannya adalah ke­ ”Dari ketiga fakta itu, siapa yang melakukan serangan politik yang disukai banyak orang, sekaligus dibenci banyak pihak. mengolok-olok hukum itu sendiri. Itu ide besar mainkan bahkan orang-orang yang terganggu jika klien kami menjadi presiden. melibatkan konspirasi besar dari banyak pihak, jadian ini jelas ini? Membunuh karakter klien kami? Jawabannya adalah ke­ ”Dari ketiga fakta itu, siapa yang melakukan serangan politik yang disukai banyak orang, sekaligus dibenci banyak pihak. mengolok-olok hukum itu sendiri. Itu ide besar mainkan bahkan orang-orang yang terganggu jika klien kami menjadi presiden. melibatkan konspirasi besar dari banyak pihak, jadian ini jelas ini? Membunuh karakter klien kami? Jawabannya adalah ke­ ”Dari ketiga fakta itu, siapa yang melakukan serangan politik yang disukai banyak orang, sekaligus dibenci banyak pihak. mengolok-olok hukum itu sendiri. Itu ide besar mainkan bahkan orang-orang yang terganggu jika klien kami menjadi presiden. melibatkan konspirasi besar dari banyak pihak, jadian ini jelas ini? Membunuh karakter klien kami? Jawabannya adalah ke­ ”Dari ketiga fakta itu, siapa yang melakukan serangan politik yang disukai banyak orang, sekaligus dibenci banyak pihak. mengolok-olok hukum itu sendiri. Itu ide besar mainkan bahkan orang-orang yang terganggu jika klien kami menjadi presiden. melibatkan konspirasi besar dari banyak pihak, jadian ini jelas ini? Membunuh karakter klien kami? Jawabannya adalah ke­ ”Dari ketiga fakta itu, siapa yang melakukan serangan politik yang disukai banyak orang, sekaligus dibenci banyak pihak. Aku akan menyebutnya dengan istilah mafia hukum. Ya, mafia orang-orang yang terganggu jika klien kami menjadi presiden. melibatkan konspirasi besar dari banyak pihak, jadian ini jelas ini? Membunuh karakter klien kami? Jawabannya adalah ke­ ”Dari ketiga fakta itu, siapa yang melakukan serangan politik yang disukai banyak orang, sekaligus dibenci banyak pihak. Aku akan menyebutnya dengan istilah mafia hukum. Ya, mafia orang-orang yang terganggu jika klien kami menjadi presiden. melibatkan konspirasi besar dari banyak pihak, jadian ini jelas ini? Membunuh karakter klien kami? Jawabannya adalah ke­ ”Dari ketiga fakta itu, siapa yang melakukan serangan politik yang disukai banyak orang, sekaligus dibenci banyak pihak. Aku akan menyebutnya dengan istilah mafia hukum. Ya, mafia orang-orang yang terganggu jika klien kami menjadi presiden. melibatkan konspirasi besar dari banyak pihak, jadian ini jelas ini? Membunuh karakter klien kami? Jawabannya adalah ke­ ”Dari ketiga fakta itu, siapa yang melakukan serangan politik yang disukai banyak orang, sekaligus dibenci banyak pihak. Aku akan menyebutnya dengan istilah mafia hukum. Ya, mafia orang-orang yang terganggu jika klien kami menjadi presiden. melibatkan konspirasi besar dari banyak pihak, jadian ini jelas ini? Membunuh karakter klien kami? Jawabannya adalah ke­ ”Dari ketiga fakta itu, siapa yang melakukan serangan politik yang disukai banyak orang, sekaligus dibenci banyak pihak. Aku akan menyebutnya dengan istilah mafia hukum. Ya, mafia orang-orang yang terganggu jika klien kami menjadi presiden. melibatkan konspirasi besar dari banyak pihak, jadian ini jelas ini? Membunuh karakter klien kami? Jawabannya adalah ke­ ”Dari ketiga fakta itu, siapa yang melakukan serangan politik adalah padanan kata terbaik untuk menjelaskan banyak hal. Me­ Aku akan menyebutnya dengan istilah mafia hukum. Ya, mafia orang-orang yang terganggu jika klien kami menjadi presiden. melibatkan konspirasi besar dari banyak pihak, jadian ini jelas ini? Membunuh karakter klien kami? Jawabannya adalah ke­ ”Dari ketiga fakta itu, siapa yang melakukan serangan politik adalah padanan kata terbaik untuk menjelaskan banyak hal. Me­ Aku akan menyebutnya dengan istilah mafia hukum. Ya, mafia orang-orang yang terganggu jika klien kami menjadi presiden. melibatkan konspirasi besar dari banyak pihak, jadian ini jelas ini? Membunuh karakter klien kami? Jawabannya adalah ke­ ”Dari ketiga fakta itu, siapa yang melakukan serangan politik adalah padanan kata terbaik untuk menjelaskan banyak hal. Me­ Aku akan menyebutnya dengan istilah mafia hukum. Ya, mafia orang-orang yang terganggu jika klien kami menjadi presiden. melibatkan konspirasi besar dari banyak pihak, jadian ini jelas ini? Membunuh karakter klien kami? Jawabannya adalah ke­ ”Dari ketiga fakta itu, siapa yang melakukan serangan politik adalah padanan kata terbaik untuk menjelaskan banyak hal. Me­ Aku akan menyebutnya dengan istilah mafia hukum. Ya, mafia orang-orang yang terganggu jika klien kami menjadi presiden. melibatkan konspirasi besar dari banyak pihak, jadian ini jelas ini? Membunuh karakter klien kami? Jawabannya adalah ke­ ”Dari ketiga fakta itu, siapa yang melakukan serangan politik adalah padanan kata terbaik untuk menjelaskan banyak hal. Me­ Aku akan menyebutnya dengan istilah mafia hukum. Ya, mafia orang-orang yang terganggu jika klien kami menjadi presiden. melibatkan konspirasi besar dari banyak pihak, jadian ini jelas ini? Membunuh karakter klien kami? Jawabannya adalah ke­ rekalah yang melakukannya. Mereka bergerak dalam jaringan adalah padanan kata terbaik untuk menjelaskan banyak hal. Me­ Aku akan menyebutnya dengan istilah mafia hukum. Ya, mafia orang-orang yang terganggu jika klien kami menjadi presiden. melibatkan konspirasi besar dari banyak pihak, jadian ini jelas ini? Membunuh karakter klien kami? Jawabannya adalah ke­ rekalah yang melakukannya. Mereka bergerak dalam jaringan adalah padanan kata terbaik untuk menjelaskan banyak hal. Me­ Aku akan menyebutnya dengan istilah mafia hukum. Ya, mafia orang-orang yang terganggu jika klien kami menjadi presiden. melibatkan konspirasi besar dari banyak pihak, jadian ini jelas ini? Membunuh karakter klien kami? Jawabannya adalah ke­ rekalah yang melakukannya. Mereka bergerak dalam jaringan adalah padanan kata terbaik untuk menjelaskan banyak hal. Me­ Aku akan menyebutnya dengan istilah mafia hukum. Ya, mafia orang-orang yang terganggu jika klien kami menjadi presiden. melibatkan konspirasi besar dari banyak pihak, jadian ini jelas ini? Membunuh karakter klien kami? Jawabannya adalah ke­ rekalah yang melakukannya. Mereka bergerak dalam jaringan adalah padanan kata terbaik untuk menjelaskan banyak hal. Me­ Aku akan menyebutnya dengan istilah mafia hukum. Ya, mafia orang-orang yang terganggu jika klien kami menjadi presiden. melibatkan konspirasi besar dari banyak pihak, jadian ini jelas ini? Membunuh karakter klien kami? Jawabannya adalah ke­ rekalah yang melakukannya. Mereka bergerak dalam jaringan adalah padanan kata terbaik untuk menjelaskan banyak hal. Me­ Aku akan menyebutnya dengan istilah mafia hukum. Ya, mafia orang-orang yang terganggu jika klien kami menjadi presiden. melibatkan konspirasi besar dari banyak pihak, jadian ini jelas rahasia. Anggotanya petinggi banyak institusi, mulai dari pene­ rekalah yang melakukannya. Mereka bergerak dalam jaringan adalah padanan kata terbaik untuk menjelaskan banyak hal. Me­ Aku akan menyebutnya dengan istilah mafia hukum. Ya, mafia orang-orang yang terganggu jika klien kami menjadi presiden. melibatkan konspirasi besar dari banyak pihak, jadian ini jelas rahasia. Anggotanya petinggi banyak institusi, mulai dari pene­ rekalah yang melakukannya. Mereka bergerak dalam jaringan adalah padanan kata terbaik untuk menjelaskan banyak hal. Me­ Aku akan menyebutnya dengan istilah mafia hukum. Ya, mafia orang-orang yang terganggu jika klien kami menjadi presiden. melibatkan konspirasi besar dari banyak pihak, jadian ini jelas rahasia. Anggotanya petinggi banyak institusi, mulai dari pene­ rekalah yang melakukannya. Mereka bergerak dalam jaringan adalah padanan kata terbaik untuk menjelaskan banyak hal. Me­ Aku akan menyebutnya dengan istilah mafia hukum. Ya, mafia orang-orang yang terganggu jika klien kami menjadi presiden. melibatkan konspirasi besar dari banyak pihak, jadian ini jelas rahasia. Anggotanya petinggi banyak institusi, mulai dari pene­ rekalah yang melakukannya. Mereka bergerak dalam jaringan adalah padanan kata terbaik untuk menjelaskan banyak hal. Me­ Aku akan menyebutnya dengan istilah mafia hukum. Ya, mafia orang-orang yang terganggu jika klien kami menjadi presiden. melibatkan konspirasi besar dari banyak pihak, jadian ini jelas rahasia. Anggotanya petinggi banyak institusi, mulai dari pene­ rekalah yang melakukannya. Mereka bergerak dalam jaringan adalah padanan kata terbaik untuk menjelaskan banyak hal. Me­ Aku akan menyebutnya dengan istilah mafia hukum. Ya, mafia orang-orang yang terganggu jika klien kami menjadi presiden. gak hukum itu sendiri, birokrat, legislatif, pengusaha, siapa pun rahasia. Anggotanya petinggi banyak institusi, mulai dari pene­ rekalah yang melakukannya. Mereka bergerak dalam jaringan adalah padanan kata terbaik untuk menjelaskan banyak hal. Me­ Aku akan menyebutnya dengan istilah mafia hukum. Ya, mafia orang-orang yang terganggu jika klien kami menjadi presiden. gak hukum itu sendiri, birokrat, legislatif, pengusaha, siapa pun rahasia. Anggotanya petinggi banyak institusi, mulai dari pene­ rekalah yang melakukannya. Mereka bergerak dalam jaringan adalah padanan kata terbaik untuk menjelaskan banyak hal. Me­ Aku akan menyebutnya dengan istilah mafia hukum. Ya, mafia orang-orang yang terganggu jika klien kami menjadi presiden. gak hukum itu sendiri, birokrat, legislatif, pengusaha, siapa pun rahasia. Anggotanya petinggi banyak institusi, mulai pene­ rekalah yang melakukannya. Mereka bergerak dalamdari jaringan adalah padanan kata terbaik untuk menjelaskan banyak hal. Me­ Aku akan menyebutnya dengan istilah mafia hukum. Ya, mafia orang-orang yang terganggu jika klien kami menjadi presiden. gak hukum itu sendiri, birokrat, legislatif, pengusaha, siapa pun rahasia. Anggotanya petinggi banyak institusi, mulai dari pene­ rekalah yang melakukannya. Mereka bergerak dalam jaringan adalah padanan kata terbaik untuk menjelaskan banyak hal. Me­ Aku akan menyebutnya dengan istilah mafia hukum. Ya, mafia orang-orang yang terganggu jika klien kami menjadi presiden. gak hukum itu sendiri, birokrat, legislatif, pengusaha, siapa pun rahasia. Anggotanya petinggi banyak institusi, mulai dari pene­ rekalah yang melakukannya. Mereka bergerak dalam jaringan adalah padanan kata terbaik untuk menjelaskan banyak hal. Me­ Aku akan menyebutnya dengan istilah mafia hukum. Ya, mafia yang merasa berkepentingan dengan hukum di negeri ini. Politik gak hukum itu sendiri, birokrat, legislatif, pengusaha, siapa pun rahasia. Anggotanya petinggi banyak institusi, mulai dari pene­ rekalah yang melakukannya. Mereka bergerak dalam jaringan adalah padanan kata terbaik untuk menjelaskan banyak hal. Me­ Aku akan menyebutnya dengan istilah mafia hukum. Ya, mafia yang merasa berkepentingan dengan hukum di negeri ini. Politik gak hukum itu sendiri, birokrat, legislatif, pengusaha, siapa pun rahasia. Anggotanya petinggi banyak institusi, mulai dari pene­ rekalah yang melakukannya. Mereka bergerak dalam jaringan adalah padanan kata terbaik untuk menjelaskan banyak hal. Me­ Aku akan menyebutnya dengan istilah mafia hukum. Ya, mafia yang merasa berkepentingan dengan hukum di negeri ini. Politik gak hukum itu sendiri, birokrat, legislatif, pengusaha, siapa pun rahasia. Anggotanya petinggi banyak institusi, mulai dari pene­ rekalah yang melakukannya. Mereka bergerak dalam jaringan adalah padanan kata terbaik untuk menjelaskan banyak hal. Me­ Aku akan menyebutnya dengan istilah mafia hukum. Ya, mafia yang merasa berkepentingan dengan hukum di negeri ini. Politik gak hukum itu sendiri, birokrat, legislatif, pengusaha, siapa pun rahasia. Anggotanya petinggi banyak institusi, mulai dari pene­ rekalah yang melakukannya. Mereka bergerak dalam jaringan adalah padanan kata terbaik untuk menjelaskan banyak hal. Me­ Aku akan menyebutnya dengan istilah mafia hukum. Ya, mafia yang merasa berkepentingan dengan hukum di negeri ini. Politik gak hukum itu sendiri, birokrat, legislatif, pengusaha, siapa pun rahasia. Anggotanya petinggi banyak institusi, mulai dari pene­ rekalah yang melakukannya. Mereka bergerak dalam jaringan adalah padanan kata terbaik untuk menjelaskan banyak hal. Me­ hanya salah satu alat mereka. Hukum adalah bisnis besar me­ yang merasa berkepentingan dengan hukum di negeri ini. Politik gak hukum itu sendiri, birokrat, legislatif, pengusaha, siapa pun rahasia. Anggotanya petinggi banyak institusi, mulai dari pene­ rekalah yang melakukannya. Mereka bergerak dalam jaringan adalah padanan kata terbaik untuk menjelaskan banyak hal. Me­ hanya salah satu alat mereka. Hukum adalah bisnis besar me­ yang merasa berkepentingan dengan hukum di negeri ini. Politik gak hukum itu sendiri, birokrat, legislatif, pengusaha, siapa pun rahasia. Anggotanya petinggi banyak institusi, mulai dari pene­ rekalah yang melakukannya. Mereka bergerak dalam jaringan adalah padanan kata terbaik untuk menjelaskan banyak hal. Me­ hanya salah satu alat mereka. Hukum adalah bisnis besar me­ yang merasa berkepentingan dengan hukum di negeri ini. Politik gak hukum itu sendiri, birokrat, legislatif, pengusaha, siapa pun rahasia. Anggotanya petinggi banyak institusi, mulai dari pene­ rekalah yang melakukannya. Mereka bergerak dalam jaringan adalah padanan kata terbaik untuk menjelaskan banyak hal. Me­ hanya salah satu alat mereka. Hukum adalah bisnis besar me­ yang merasa berkepentingan dengan hukum di negeri ini. Politik gak hukum itu sendiri, birokrat, legislatif, pengusaha, siapa pun rahasia. Anggotanya petinggi banyak institusi, mulai dari pene­ rekalah yang melakukannya. Mereka bergerak dalam jaringan adalah padanan kata terbaik untuk menjelaskan banyak hal. Me­ hanya salah satu alat mereka. Hukum adalah bisnis besar me­ yang merasa berkepentingan dengan hukum di negeri ini. Politik gak hukum itu sendiri, birokrat, legislatif, pengusaha, siapa pun rahasia. Anggotanya petinggi banyak institusi, mulai dari pene­ rekalah yang melakukannya. Mereka bergerak dalam jaringan reka. Kita tidak pernah tahu siapa saja anggota mafia ini, ang­ hanya salah satu alat mereka. Hukum adalah bisnis besar me­ yang merasa berkepentingan dengan hukum di negeri ini. Politik gak hukum itu sendiri, birokrat, legislatif, pengusaha, siapa pun rahasia. Anggotanya petinggi banyak institusi, mulai dari pene­ rekalah yang melakukannya. Mereka bergerak dalam jaringan reka. Kita tidak pernah tahu siapa saja anggota mafia ini, ang­ hanya salah satu alat mereka. Hukum adalah bisnis besar me­ yang merasa berkepentingan dengan hukum di negeri ini. Politik gak hukum itu sendiri, birokrat, legislatif, pengusaha, siapa pun rahasia. Anggotanya petinggi banyak institusi, mulai dari pene­ rekalah yang melakukannya. Mereka bergerak dalam jaringan reka. Kita tidak pernah tahu siapa saja anggota mafia ini, ang­ hanya salah satu alat mereka. Hukum adalah bisnis besar me­ yang merasa berkepentingan dengan hukum di negeri ini. Politik gak hukum itu sendiri, birokrat, legislatif, pengusaha, siapa pun rahasia. Anggotanya petinggi banyak institusi, mulai dari pene­ rekalah yang melakukannya. Mereka bergerak dalam jaringan reka. Kita tidak pernah tahu siapa saja anggota mafia ini, ang­ hanya salah satu alat mereka. Hukum adalah bisnis besar me­ yang merasa berkepentingan dengan hukum di negeri ini. Politik gak hukum itu sendiri, birokrat, legislatif, pengusaha, siapa pun rahasia. Anggotanya petinggi banyak institusi, mulai dari pene­ rekalah yang melakukannya. Mereka bergerak dalam jaringan reka. Kita tidak pernah tahu siapa saja anggota mafia ini, ang­ hanya salah satu alat mereka. Hukum adalah bisnis besar me­ yang merasa berkepentingan dengan hukum di negeri ini. Politik gak hukum itu sendiri, birokrat, legislatif, pengusaha, siapa pun rahasia. Anggotanya petinggi banyak institusi, mulai dari pene­ gota persekongkolan raksasa yang ada di negeri ini. Klien politik reka. Kita tidak pernah tahu siapa saja anggota mafia ini, ang­ hanya salah satu alat mereka. Hukum adalah bisnis besar me­ yang merasa berkepentingan dengan hukum di negeri ini. Politik gak hukum itu sendiri, birokrat, legislatif, pengusaha, siapa pun rahasia. Anggotanya petinggi banyak institusi, mulai dari pene­ gota persekongkolan raksasa yang ada di negeri ini. Klien politik reka. Kita tidak pernah tahu siapa saja anggota mafia ini, ang­ hanya salah satu alat mereka. Hukum adalah bisnis besar me­ yang merasa berkepentingan dengan hukum di negeri ini. Politik gak hukum itu sendiri, birokrat, legislatif, pengusaha, siapa pun rahasia. Anggotanya petinggi banyak institusi, mulai dari pene­ gota persekongkolan raksasa yang ada di negeri ini. Klien politik reka. Kita tidak pernah tahu siapa saja anggota mafia ini, ang­ hanya salah satu alat mereka. Hukum adalah bisnis besar me­ yang merasa berkepentingan dengan hukum di negeri ini. Politik gak hukum itu sendiri, birokrat, legislatif, pengusaha, siapa pun rahasia. Anggotanya petinggi banyak institusi, mulai dari pene­ gota persekongkolan raksasa yang ada di negeri ini. Klien politik reka. Kita tidak pernah tahu siapa saja anggota mafia ini, ang­ hanya salah satu alat mereka. Hukum adalah bisnis besar me­ yang merasa berkepentingan dengan hukum di negeri ini. Politik gak hukum itu sendiri, birokrat, legislatif, pengusaha, siapa pun rahasia. Anggotanya petinggi banyak institusi, mulai dari pene­ gota persekongkolan raksasa yang ada di negeri ini. Klien politik reka. Kita tidak pernah tahu siapa saja anggota mafia ini, ang­ hanya salah satu alat mereka. Hukum adalah bisnis besar me­ yang merasa berkepentingan dengan hukum di negeri ini. Politik gak hukum itu sendiri, birokrat, legislatif, pengusaha, siapa pun kami jelas bukan korban pertama, dan juga bukan korban ter­ gota persekongkolan raksasa yang ada di negeri ini. Klien politik reka. Kita tidak pernah tahu siapa saja anggota mafia ini, ang­ hanya salah satu alat mereka. Hukum adalah bisnis besar me­ yang merasa berkepentingan dengan hukum di negeri ini. Politik gak hukum itu sendiri, birokrat, legislatif, pengusaha, siapa pun kami jelas bukan korban pertama, dan juga bukan korban ter­ gota persekongkolan raksasa yang ada di negeri ini. Klien politik reka. Kita tidak pernah tahu siapa saja anggota mafia ini, ang­ hanya salah satu alat mereka. Hukum adalah bisnis besar me­ yang merasa berkepentingan dengan hukum di negeri ini. Politik gak hukum itu sendiri, birokrat, legislatif, pengusaha, siapa pun kami jelas bukan korban pertama, dan juga bukan korban ter­ gota persekongkolan raksasa yang ada di negeri ini. Klien politik reka. Kita tidak pernah tahu siapa saja anggota mafia ini, ang­ hanya salah satu alat mereka. Hukum adalah bisnis besar me­ yang merasa berkepentingan dengan hukum di negeri ini. Politik gak hukum itu sendiri, birokrat, legislatif, pengusaha, siapa pun kami jelas bukan korban pertama, dan juga bukan korban ter­ gota persekongkolan raksasa yang ada di negeri ini. Klien politik reka. Kita tidak pernah tahu siapa saja anggota mafia ini, ang­ hanya salah satu alat mereka. Hukum adalah bisnis besar me­ yang merasa berkepentingan dengan hukum di negeri ini. Politik gak hukum itu sendiri, birokrat, legislatif, pengusaha, siapa pun kami jelas bukan korban pertama, dan juga bukan korban ter­ gota persekongkolan raksasa yang ada di negeri ini. Klien politik reka. Kita tidak pernah tahu siapa saja anggota mafia ini, ang­ hanya salah satu alat mereka. Hukum adalah bisnis besar me­ yang merasa berkepentingan dengan hukum di negeri ini. Politik akhir jika tidak ada yang berani menghentikan jaringan ini. kami jelas bukan korban pertama, dan juga bukan korban ter­ gota persekongkolan raksasa yang ada di negeri ini. Klien politik reka. Kita tidak pernah tahu siapa saja anggota mafia ini, ang­ hanya salah satu alat mereka. Hukum adalah bisnis besar me­ yang merasa berkepentingan dengan hukum di negeri ini. Politik akhir jika tidak ada yang berani menghentikan jaringan ini. kami jelas bukan korban pertama, dan juga bukan korban ter­ gota persekongkolan raksasa yang ada di negeri ini. Klien politik reka. Kita tidak pernah tahu siapa saja anggota mafia ini, ang­ hanya salah satu alat mereka. Hukum adalah bisnis besar me­ yang merasa berkepentingan dengan hukum di negeri ini. Politik akhir jika tidak ada yang berani menghentikan jaringan ini. kami jelas bukan korban pertama, dan juga bukan korban ter­ gota persekongkolan raksasa yang ada di negeri ini. Klien politik reka. Kita tidak pernah tahu siapa saja anggota mafia ini, ang­ hanya salah satu alat mereka. Hukum adalah bisnis besar me­ yang merasa berkepentingan dengan hukum di negeri ini. Politik akhir jika tidak ada yang berani menghentikan jaringan ini. kami jelas bukan korban pertama, dan juga bukan korban ter­ gota persekongkolan raksasa yang ada di negeri ini. Klien politik reka. Kita tidak pernah tahu siapa saja anggota mafia ini, ang­ hanya salah satu alat mereka. Hukum adalah bisnis besar me­ yang merasa berkepentingan dengan hukum di negeri ini. Politik akhir jika tidak ada yang berani menghentikan jaringan ini. kami jelas bukan korban pertama, dan juga bukan korban ter­ gota persekongkolan raksasa yang ada di negeri ini. Klien politik reka. Kita tidak pernah tahu siapa saja anggota mafia ini, ang­ hanya salah satu alat mereka. Hukum adalah bisnis besar me­ ”Kalian memiliki masalah hukum? Hubungi mafia ini, bayar akhir jika tidak ada yang berani menghentikan jaringan ini. kami jelas bukan korban pertama, dan juga bukan korban ter­ gota persekongkolan raksasa yang ada di negeri ini. Klien politik reka. Kita tidak pernah tahu siapa saja anggota mafia ini, ang­ hanya salah satu alat mereka. Hukum adalah bisnis besar me­ ”Kalian memiliki masalah hukum? Hubungi mafia ini, bayar akhir jika tidak ada yang berani menghentikan jaringan ini. kami jelas bukan korban pertama, dan juga bukan korban ter­ gota persekongkolan raksasa yang ada di negeri ini. Klien politik reka. Kita tidak pernah tahu siapa saja anggota mafia ini, ang­ hanya salah satu alat mereka. Hukum adalah bisnis besar me­ ”Kalian memiliki masalah hukum? Hubungi mafia ini, bayar akhir jika tidak yang berani menghentikan jaringan ini. kami jelas bukan korban pertama, dan juga bukan korban ter­ gota persekongkolan raksasa yang ada di negeri ini. Klien politik reka. Kita tidak pernah tahu siapa saja anggota mafia ini, ang­ hanya salah satuada alat mereka. Hukum adalah bisnis besar me­



boleh jadi ada teman profesi kalian yang menjadi anggota mafia miliki masalah dengan pesaing bisnis, hubungi mafia ini, serah­ sesuai harga, biarkan mereka yang membereskannya. Kalian me­ tidak terlihat oleh siapa pun, bahkan oleh gerak diam-diam, boleh jadi ada teman profesi kalian yang menjadi anggota mafia miliki masalah dengan pesaing bisnis, hubungi mafia ini, serah­ sesuai harga, biarkan mereka yang membereskannya. Kalian me­ wartawan kalian. Bahkan yang lebih mengerikan lagi, seperti kalian. Bahkan yang lebih mengerikan lagi, upeti, biarkan mereka yang menyelesaikannya. Mereka ber­ tidak terlihat oleh siapa pun, bahkan oleh gerak diam-diam, kan mereka yang menyelesaikannya. Mereka ber­ boleh jadi ada teman profesi kalian yang menjadi anggota mafia miliki masalah dengan pesaing bisnis, hubungi mafia ini, serah­ sesuai harga, biarkan mereka yang membereskannya. Kalian me­ wartawan seperti kalian. Bahkan yang lebih mengerikan lagi, tidak terlihat oleh siapa pun, bahkan oleh gerak diam-diam, kan upeti, biarkan mereka yang menyelesaikannya. Mereka ber­ boleh jadi ada teman profesi kalian yang menjadi anggota mafia miliki masalah dengan pesaing bisnis, hubungi mafia ini, serah­ sesuai harga, biarkan mereka yang membereskannya. Kalian me­ tidak terlihat oleh siapa pun, bahkan oleh gerak diam-diam, ini. Boleh jadi teman duduk di sebelah kita sekarang adalah ang­ boleh jadi ada teman profesi kalian yang menjadi anggota mafia miliki masalah dengan pesaing bisnis, hubungi mafia ini, serah­ kan upeti, biarkan mereka yang menyelesaikannya. Mereka ber­ seperti kalian. Bahkan yang lebih mengerikan lagi, wartawan kalian. Bahkan yang lebih mengerikan lagi, tidak terlihat oleh siapa pun, bahkan oleh gerak diam-diam, ini. Boleh jadi teman duduk di sebelah kita sekarang adalah ang­ kan upeti, biarkan mereka yang menyelesaikannya. Mereka ber­ miliki masalah dengan pesaing bisnis, hubungi mafia ini, serah­ wartawan seperti kalian. Bahkan yang lebih mengerikan lagi, ini. Boleh jadi teman duduk di sebelah kita sekarang adalah ang­ kan upeti, biarkan mereka yang menyelesaikannya. Mereka ber­ miliki masalah dengan pesaing bisnis, hubungi mafia ini, serah­ jadi ada profesi kalian yang menjadi anggota mafia tidak terlihat oleh siapa pun, bahkan oleh diam-diam, boleh teman profesi kalian yang menjadi anggota mafia wartawan seperti kalian. Bahkan yang lebih mengerikan lagi, tidak terlihat oleh siapa pun, bahkan oleh gerak ini. Boleh jadi teman duduk di sebelah kita sekarang adalah ang­ kan upeti, biarkan mereka yang menyelesaikannya. Mereka ber­ miliki masalah dengan pesaing bisnis, hubungi mafia ini, serah­ boleh jadi ada teman profesi kalian yang menjadi anggota mafia wartawan seperti kalian. Bahkan yang lebih mengerikan lagi, tidak terlihat oleh siapa pun, bahkan oleh gerak diam-diam, ini. Boleh jadi teman duduk di sebelah kita sekarang adalah ang­ kan upeti, biarkan mereka yang menyelesaikannya. Mereka ber­ miliki masalah dengan pesaing bisnis, hubungi mafia ini, serah­ wartawan seperti kalian. Bahkan yang lebih mengerikan lagi, gota mafia ini.” ini. Boleh jadi teman duduk di sebelah kita sekarang adalahmafia ang­ tidak terlihat oleh siapa pun, bahkan oleh gerak diam-diam, kan upeti, biarkan mereka yang menyelesaikannya. Mereka ber­ jadi ada profesi kalian yang menjadi anggota boleh teman profesi kalian yang menjadi anggota mafia wartawan seperti kalian. Bahkan yang lebih mengerikan lagi, gota mafia ini.” tidak terlihat oleh siapa pun, bahkan oleh gerak diam-diam, kan upeti, biarkan mereka yang menyelesaikannya. Mereka ber­ boleh jadi ada teman profesi yang menjadi anggota gota mafia ini.” tidak terlihat oleh siapa pun, bahkan oleh gerak diam-diam, ini. Boleh jadi teman duduk di sebelah kita sekarang adalah ang­ wartawan seperti kalian. Bahkan yang lebih mengerikan lagi, kan upeti, biarkan mereka yang menyelesaikannya. Mereka ber­ duduk dikalian sebelah kita sekarang adalahmafia ang­ boleh jadi ada teman profesi kalian yang menjadi anggota mafia kalian. Bahkan yang lebih mengerikan lagi, gota mafia ini.” tidak terlihat oleh siapa pun, bahkan oleh gerak diam-diam, kan upeti, biarkan mereka yang menyelesaikannya. Mereka ber­ ini. Boleh jadi teman duduk di sebelah kita sekarang adalah ang­ boleh jadi ada teman profesi kalian yang menjadi anggota mafia wartawan seperti kalian. Bahkan yang lebih mengerikan lagi, gota mafia ini.” tidak terlihat oleh siapa pun, bahkan oleh gerak diam-diam, kan upeti, biarkan mereka yang menyelesaikannya. Mereka ber­ boleh jadi ada teman profesi kalian yang menjadi anggota mafia Aku diam sejenak, menatap isi ruangan satu per satu—yang wartawan seperti kalian. Bahkan yang lebih mengerikan lagi, gota mafia ini.” tidak terlihat oleh siapa pun, bahkan oleh gerak diam-diam, Boleh jadi teman duduk di sebelah kita sekarang adalah ang­ ini. duduk di sebelah kita sekarang adalah ang­ boleh jadi ada teman profesi kalian yang menjadi anggota mafia Aku diam sejenak, menatap isi ruangan satu per satu—yang wartawan seperti kalian. Bahkan yang lebih mengerikan lagi, tidak terlihat oleh siapa pun, bahkan oleh gerak diam-diam, ini. Boleh jadi teman duduk di sebelah kita sekarang adalah ang­ Aku diam sejenak, menatap isi ruangan satu per satu—yang wartawan seperti kalian. Bahkan yang lebih mengerikan lagi, mafia ini.” jadi ada profesi kalian yang menjadi anggota mafia tidak terlihat oleh siapa pun, bahkan oleh gerak diam-diam, gota ini. Boleh jadi teman duduk di sebelah kita sekarang adalah ang­ boleh teman profesi kalian yang menjadi anggota mafia Aku diam sejenak, menatap isi ruangan satu per satu—yang wartawan seperti kalian. Bahkan yang lebih mengerikan lagi, tidak terlihat oleh siapa pun, bahkan oleh gerak diam-diam, gota mafia ini.” ini. Boleh jadi teman duduk di sebelah kita sekarang adalah ang­ boleh jadi ada teman profesi kalian yang menjadi anggota mafia Aku diam sejenak, menatap isi ruangan satu per satu—yang wartawan seperti kalian. Bahkan yang lebih mengerikan lagi, tidak terlihat oleh siapa pun, bahkan oleh gerak diam-diam, ini. Boleh jadi teman duduk di sebelah kita sekarang adalah ang­ refleks ikut melirik sebelahnya. boleh jadi ada teman profesi kalian yang menjadi anggota mafia Aku diam sejenak, menatap isi ruangan satu per satu—yang mafia ini.” wartawan seperti kalian. Bahkan yang lebih mengerikan lagi, gota ini. Boleh jadi teman duduk di sebelah kita sekarang adalah ang­ refleks ikut melirik sebelahnya. boleh jadi ada teman profesi kalian yang menjadi anggota mafia wartawan seperti kalian. Bahkan yang lebih mengerikan lagi, gota mafia ini.” refleks ikut melirik sebelahnya. boleh jadi ada teman profesi kalian yang menjadi anggota mafia Aku diam sejenak, menatap isi ruangan satu per satu—yang ini. Boleh jadi teman duduk di sebelah kita sekarang adalah ang­ wartawan seperti kalian. Bahkan yang lebih mengerikan lagi, sejenak, menatap isi ruangan satu per satu—yang gota mafia ini.” ini. Boleh jadi teman duduk di sebelah kita sekarang adalah ang­ refleks ikut melirik sebelahnya. boleh jadi ada teman profesi kalian yang menjadi anggota mafia wartawan seperti kalian. Bahkan yang lebih mengerikan lagi, Aku diam sejenak, menatap isi ruangan satu per satu—yang gota mafia ini.” ini. Boleh jadi teman duduk di sebelah kita sekarang adalah ang­ refleks ikut melirik sebelahnya. boleh jadi ada teman profesi kalian yang menjadi anggota mafia wartawan seperti kalian. Bahkan yang lebih mengerikan lagi, gota mafia ini.” baru saja membuat sebuah teori konspirasi yang serius. ini. Boleh jadi teman duduk di sebelah kita sekarang adalah ang­ Aku diam sejenak, menatap isi ruangan satu per satu—yang refleks ikut melirik sebelahnya. boleh jadi ada teman profesi kalian yang menjadi anggota mafia sejenak, menatap isi ruangan satu per satu—yang gota mafia ini.” baru saja membuat sebuah teori konspirasi yang serius. ini. Boleh jadi teman duduk di sebelah kita sekarang adalah ang­ boleh jadi ada teman profesi kalian yang menjadi anggota mafia Aku diam sejenak, menatap isi ruangan satu per satu—yang ikut melirik sebelahnya. baru saja membuat sebuah teori konspirasi yang serius. gota mafia ini.” ini. Boleh jadi teman duduk di sebelah kita sekarang adalah ang­ boleh jadi ada teman profesi kalian yang menjadi anggota mafia refleks sebelahnya. Aku diam sejenak, menatap isi ruangan satu per satu—yang gota mafia ini.” baru saja membuat sebuah teori konspirasi yang serius. ini. Boleh jadi teman duduk di sebelah kita sekarang adalah ang­ boleh jadi ada teman profesi kalian yang menjadi anggota mafia refleks ikut melirik sebelahnya. diam sejenak, menatap isi ruangan satu per satu—yang gota mafia ini.” Aku baru saja membuat sebuah teori konspirasi yang serius. ini. Boleh jadi teman duduk di sebelah kita sekarang adalah ang­ boleh jadi ada teman profesi kalian yang menjadi anggota mafia diam sejenak, menatap isi ruangan satu per satu—yang Tetapi aku tidak punya pilihan lain menjelaskannya. Mafia gota mafia ini.” ikut melirik sebelahnya. Aku baru saja membuat sebuah teori konspirasi yang serius. ini. Boleh jadi teman duduk di sebelah kita sekarang adalah ang­ refleks sebelahnya. diam sejenak, menatap isi ruangan ruangan satu per peryang satu—yang Tetapi aku tidak punya pilihan lain menjelaskannya. Mafia gota mafia ini.” ini. Boleh jadi teman duduk di sebelah kita sekarang adalah ang­ refleks ikut melirik sebelahnya. Aku baru saja membuat sebuah teori konspirasi serius. diam sejenak, menatap isi satu satu—yang Tetapi aku tidak punya pilihan lain menjelaskannya. Mafia gota mafia ini.” ini. Boleh jadi teman duduk di sebelah kita sekarang adalah ang­ membuat sebuah teori konspirasi yang serius. refleks ikut melirik sebelahnya. diam sejenak, menatap isi ruangan satu per satu—yang Tetapi aku tidak punya pilihan lain menjelaskannya. Mafia gota mafia ini.” ini. Boleh jadi teman duduk di sebelah kita sekarang adalah ang­ Aku baru saja membuat sebuah teori konspirasi yang serius. refleks ikut melirik sebelahnya. diam sejenak, menatap isi ruangan satu per satu—yang Tetapi aku tidak punya pilihan lain menjelaskannya. Mafia gota mafia ini.” ini. Boleh jadi teman duduk di sebelah kita sekarang adalah ang­ refleks ikut melirik sebelahnya. diam sejenak, menatap isi ruangan satu per satu—yang hukum. Dalam pertemuan itulah pertama kali istilah itu disebut­ Aku baru saja membuat sebuah teori konspirasi yang serius. Tetapi aku tidak punya pilihan lain menjelaskannya. Mafia gota mafia ini.” membuat sebuah teori konspirasi yang serius. refleks ikut melirik sebelahnya. hukum. Dalam pertemuan itulah pertama kali istilah itu disebut­ diam sejenak, menatap isi ruangan satu per satu—yang gota mafia ini.” Aku baru saja membuat sebuah teori konspirasi yang serius. aku tidak punya pilihan lain menjelaskannya. Mafia refleks ikut melirik sebelahnya. hukum. Dalam pertemuan itulah pertama kali istilah itu disebut­ diam sejenak, menatap isi ruangan satu per satu—yang gota mafia ini.” Tetapi punya pilihan lain menjelaskannya. Mafia Aku baru saja membuat sebuah teori konspirasi yang serius. refleks ikut melirik sebelahnya. hukum. Dalam pertemuan itulah pertama kali istilah itu disebut­ diam sejenak, menatap isi ruangan satu per satu—yang gota mafia ini.” Tetapi aku tidak punya pilihan lain menjelaskannya. Mafia Aku baru saja membuat sebuah teori konspirasi yang serius. refleks ikut melirik sebelahnya. hukum. Dalam pertemuan itulah pertama kali istilah itu disebut­ diam sejenak, menatap isi ruangan satu per satu—yang gota mafia ini.” Aku barulusa, saja membuat sebuah teorimenjelaskannya. konspirasi yang serius. refleks ikut melirik sebelahnya. aku tidak punya pilihan lain Mafia para wartawan menggunakan istilah itu untuk kan. Besok hukum. Dalam pertemuan itulah pertama kali istilah itu disebut­ diam sejenak, menatap isi ruangan satu per satu—yang Tetapi punya pilihan lain menjelaskannya. Mafia Aku baru saja membuat sebuah teori konspirasi yang serius. para wartawan menggunakan istilah itu untuk kan. Besok refleks ikut melirik sebelahnya. diam sejenak, menatap isi ruangan satu per satu—yang Tetapi aku tidak punya pilihan lain menjelaskannya. Mafia Dalam pertemuan itulah pertama kali istilah itu disebut­ Aku baru saja membuat sebuah teori konspirasi yang serius. para wartawan menggunakan istilah itu untuk kan. Besok lusa, refleks ikut melirik sebelahnya. diam sejenak, menatap isi ruangan satu per satu—yang hukum. pertemuan itulah pertama kali istilah itu disebut­ Tetapi aku lusa, tidak punya pilihan lain menjelaskannya. Mafia Aku baru saja membuat sebuah teori konspirasi yang serius. para wartawan menggunakan istilah itu untuk kan. Besok lusa, refleks ikut melirik sebelahnya. diam sejenak, menatap isi ruangan satu per satu—yang hukum. Dalam pertemuan itulah pertama kali istilah itu disebut­ Tetapi aku tidak punya pilihan lain menjelaskannya. Mafia Aku baru saja membuat sebuah teori konspirasi yang serius. para wartawan menggunakan istilah itu untuk kan. Besok lusa, refleks ikut melirik sebelahnya. diam sejenak, menatap isi ruangan satu per satu—yang Tetapi aku tidak punya pilihan lain menjelaskannya. Mafia Aku baru saja membuat sebuah teori konspirasi yang serius. hukum. Dalam pertemuan itulah pertama kali istilah itu disebut­ merujuk situasi tersebut. Lantas secara berantai semua orang para wartawan menggunakan istilah itu untuk kan. Besok lusa, refleks ikut melirik sebelahnya. pertemuan itulah pertama kali istilah itu disebut­ Tetapi aku tidak punya pilihan lain menjelaskannya. Mafia merujuk situasi tersebut. Lantas secara berantai semua orang Aku baru saja membuat sebuah teori konspirasi yang serius. refleks ikut melirik sebelahnya. hukum. Dalam pertemuan itulah pertama kali istilah itu disebut­ para wartawan menggunakan istilah itu untuk Besok lusa, Tetapi aku tidak punya pilihan lain menjelaskannya. Mafia merujuk situasi tersebut. Lantas secara berantai semua orang Aku baru saja membuat sebuah teori konspirasi yang serius. refleks ikut melirik sebelahnya. para wartawan menggunakan istilah itu untuk kan. hukum. Dalam pertemuan itulah pertama kali istilah itu disebut­ Tetapi aku tidak punya pilihan lain menjelaskannya. Mafia merujuk situasi tersebut. Lantas secara berantai semua orang Aku baru saja membuat sebuah teori konspirasi yang serius. refleks ikut melirik sebelahnya. para wartawan menggunakan istilah itu untuk kan. Besok lusa, hukum. Dalam pertemuan itulah pertama kali istilah itu disebut­ Tetapi aku tidak punya pilihan lain menjelaskannya. Mafia merujuk situasi tersebut. Lantas secara berantai semua orang Aku baru saja membuat sebuah teori konspirasi yang serius. refleks ikut melirik sebelahnya. hukum. Dalam pertemuan itulah pertama kali istilah itu disebut­ para wartawan menggunakan istilah itu untuk kan. Besok lusa, Tetapi aku tidak punya pilihan lain menjelaskannya. Mafia memakai istilah tersebut. merujuk situasi tersebut. Lantas secara berantai semua orang Aku baru saja membuat sebuah teori konspirasi yang serius. para wartawan menggunakan istilah itu untuk kan. Besok lusa, hukum. Dalam pertemuan itulah pertama kali istilah itu disebut­ memakai istilah tersebut. Tetapi aku tidak punya pilihan lain menjelaskannya. Mafia Aku baru saja membuat sebuah teori konspirasi yang serius. para wartawan menggunakan istilah itu untuk kan. Besok lusa, situasi Lantas secara berantai semua orang hukum. Dalam pertemuan itulah pertama kali istilah itu disebut­ memakai istilah tersebut. Tetapi aku tidak punya pilihan lain menjelaskannya. Mafia Aku baru saja membuat sebuah teori konspirasi yang serius. merujuk tersebut. Lantas secara berantai semua orang para wartawan menggunakan istilah itu untuk kan. Besok lusa, hukum. Dalam pertemuan itulah pertama kali istilah itu disebut­ memakai istilah tersebut. Tetapi aku tidak punya pilihan lain menjelaskannya. Mafia Aku baru saja membuat sebuah teori konspirasi yang serius. merujuk situasi tersebut. Lantas secara berantai semua orang para wartawan menggunakan istilah itu untuk kan. Besok lusa, hukum. Dalam pertemuan itulah pertama kali istilah itu disebut­ memakai istilah tersebut. Tetapi aku tidak punya pilihan lain menjelaskannya. Mafia Aku baru saja membuat sebuah teori konspirasi yang serius. para wartawan menggunakan istilah itu untuk kan. Besok lusa, merujuk situasi Lantas secara berantai semua orang hukum. Dalam pertemuan itulah pertama kali istilah itu disebut­ ”Kita tahu masalah ini, bukan? Tahu persis. Ada jaringan atau memakai istilah tersebut. Tetapi aku tidak punya pilihan lain menjelaskannya. Mafia merujuk situasi tersebut. Lantas secara berantai semua orang para wartawan menggunakan istilah itu untuk kan. Besok lusa, ”Kita tahu masalah ini, bukan? Tahu persis. Ada jaringan atau hukum. Dalam pertemuan itulah pertama kali istilah itu disebut­ Tetapi aku tidak punya pilihan lain menjelaskannya. Mafia merujuk situasi tersebut. Lantas secara berantai semua orang memakai istilah tersebut. para wartawan menggunakan istilah itu untuk kan. Besok lusa, ”Kita tahu masalah ini, bukan? Tahu persis. Ada jaringan atau hukum. Dalam pertemuan itulah pertama kali istilah itu disebut­ Tetapi aku tidak punya pilihan lain menjelaskannya. Mafia tersebut. merujuk situasi tersebut. Lantas secara berantai semua orang para wartawan menggunakan istilah itu untuk kan. Besok lusa, ”Kita tahu masalah ini, bukan? Tahu persis. Ada jaringan atau hukum. Dalam pertemuan itulah pertama kali istilah itu disebut­ Tetapi aku tidak punya pilihan lain menjelaskannya. Mafia memakai istilah tersebut. merujuk situasi tersebut. Lantas secara berantai semua orang para wartawan menggunakan istilah itu untuk kan. Besok lusa, ”Kita tahu masalah ini, bukan? Tahu persis. Ada jaringan atau hukum. Dalam pertemuan itulah pertama kali istilah itu disebut­ Tetapi aku tidak punya pilihan lain menjelaskannya. Mafia merujuk situasi tersebut. Lantas secara berantai semua orang memakai istilah tersebut. para wartawan meng