NI - Makalah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Kata Pengantar



Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami



dapat menyelesaikan



penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam kebutuhan untuk mencari sumber – sumber dengan topik penyembuhan dengan ritual tradisional. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.



Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua



pihak



yang



telah



berperan



serta



dalam



penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.



Malang, 15 Oktober 2012



Penulis



BAB I PENDAHULUAN



Latar Belakang



Indonesia merupakan negara yang plural, negara ini terdiri dari berbagai suku, agama, ras. Berbagai suku yang ada di Indonesia tersebar di segala penjuru Indonesia mulai dari ujung aceh sampai dengan ujung papua terdapat tak kurang dari 1.128 suku bangsa menurut BPS (Badan Pusat Statistik). Suku yang banyak tersebut jelaslah memiliki budaya yang berbeda – beda. Perbedaan inilah yang membuat kita semua saling menghargai budaya antar suku dan yang tak kalah pentingnya dengan adanya berbagai suku yang ada di Indonesia kita dapat belajar dari satu suku ke suku yang lain. Dengan begitu kita dapat mengetahui bagaimana kehidupan berbagai suku yang ada di Indonesia. Salah satu suku yang ada di Indonesia adalah Suku Kaili yang bermukim di wilayah Paltu, Donggala dan Parigi di Sulawesi Tengah. Salah satu ritual budaya yang masih dipertahankan di dunia modern oleh suku



tersebut adalah ritual Balia. Ritual balia merupakan ritual yang digunakan sebagai media pengobatan etnis kaili. Oleh karena itu, tim kami ingin mengkaji tari balia sebagai ritual untuk mengobati dan merawat orang sakit di masyarakat daerahnya.



Rumusan Masalah



1. Apa itu tari balia? 2. Bagaimana sejarah Tari Balia? 3. Apa saja tingkatan dalam Tari Balia? 4. Apa saja nilai-nilai yang terkandung dalam Tari Balia? 5. Apa prospek nilai yang perlu dilestarikan?



Tujuan dan Manfaat



1. Menambah pengetahuan tentang budaya di Indonesia. 2. Mengetahui bagaimana masyarakat suku Kaili mengobati orang–orang yang sakit dengan menggunakan cara tradisional mereka.



3. Mengetahui prosesi ritual Balia yang digunakan masyarakat Suku Kaili untuk mengusir roh jahat yang



diyakini



sebagai



penyebab



sakitnya



masyarakat.



Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode tinjauan pustaka yang diperoleh dari sumber kepustakaan internet.



BAB II PEMBAHASAN



1. Pengertian Balia



Balia berasal dari daerah Sulawesi Tengah. Tepatnya tari Balia ini dilakukan oleh suku Kaili. Pengertian Balia sendiri ialah TANTANG DIA (Bali = tantang, ia/iya = dia), yang artinya melawan setan yang telah membawa penyakit dalam tubuh manusia. Balia dipandang sebagai prajurit kesehatan yang



mampu



untuk



memberantas



atau



menyembuhkan penyakit baik itu penyakit berat maupun ringan melalui upacara tertentu. Peserta atau orang-orang yang terlibat dalam upacara (pesakitan) disebut memperata dengan pengertian bahwa memperata adalah proses awal untuk menyiapkan diri dan menerima kehadiran makhlukmakhluk halus kedalam tubuhnya. Masuk atau tidaknya makhluk-makhluk tersebut ditentukan oleh irama pukulan gimba (gendang), lalove (seruling) yang mengiringi jalannya upacara ini. Karena itu,



agar semua peserta balia bisa kesurupan maka irama gimba, lalove dan gong itu harus berubah-ubah dan bersemangat hingga nantinya peserta balia tersebut akan melakukan gerak-gerak tarian yang kasar, cepat dan tak beraturan dalam kondisi kesurupan. Pemimpin upacara ini ialah seorang dukun yang biasa disebut Tina Nu Balia yang berpakaian seragam terdiri atas buya (sarung), siga (destar) dan halili (baju dari kain kulit kayu), namun saat ini pemimpin upacara balia lebih sering menggunakan baju model kebaya.



2.



Sejarah Balia Berdasarkan keterangan - keterangan dari tokohtokoh pelaku upacara ritual Balia, bahwa yang pertama-tama



mempertunjukan



Sawerigading.



Balia



yang



Balia dilakukan



adalah oleh



Sawerigading berupa gerak-gerak tari seperti orang yang kesurupan sampai mengalami trance. Kala itu banyak termasuk



orang orang



yang yang



datang menonton sakit.



Anehnya



Balia, ketika



menyaksikan Balia, orang-orang yang sakit ketika sampai dirumahnya pulang menonton Balia, ia menjadi sembuh. Dari peristiwa itulah, Balia mulai dilakukan oleh orang Kaili. Namun diyakini bahwa penyakit yang diderita tentu ada penyebabnya, hal ini sangat erat kaitannya dengan keyakinan dan kepercayaan kepada kekuatan gaib dan penghuni/penjaga alam semesta. 3. Macam-macam Upacara Balia Upacara Balia ini terdiri atas 3 macam dengan tingkatan prosesi yang berbeda-beda : 1. Balia Bone Balia bone merupakan tingkatan terendah dalam rangkaian upacara balia yang diibaratkan sebagai prajurit kesehatan yang besar dan banyak seperti tumpukan pasir yang sanggup memadamkan api. Dalam upacara ini



tidak terlalu banyak



memerlukan peralatan upacara adat dan prosesi penyembuhannya pun tidak memakan waktu yang



lama. Balia ini biasanya diperuntukkan bagi kalangan bawah atau yang penyakitnya tidak terlalu berat serta tidak merisaukan masyarakat setempat. Pemimpin upacaranya pun hanya terdiri atas satu orang saja.



2. Balia Jinja Balia jinja diidentikkan dengan gerakan atau posisi melingkar yang melibatkan para pengunjung atau orang-orang yang sedang menyaksikan upacara balia tersebut turut terlibat dalam upacara ini yang dibarengi dengan nyanyian dari si pesakitan atau penderita. Walaupun yang memimpin upacara ini hanya satu orang saja, namun yang terlibat dalam prosesi upacara ini sudah lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan balia bone.



3. Balia Tampilangi Balia tampilangi diartikan sebagai pasukan yang bergerak turun secara cepat dari kayangan. Balia ini merupakan tingkatan tertinggi dari upacara keseluruhan upacara Balia, dianggap paling sakral dan bernilai magis karena didalamnya termuat keseluruhan gerak dari balia bone dan balia jinja serta



memiliki tahapan khusus dalam proses penyembuhan. Tahapan



tersebut



dibagi



atas



dua



yang



bisa



dilaksanakan bersamaan secara bergantian atau bisa pula dilaksanakan salah satunya saja. a. Moraro Moraro adalah salah satu bagian dari upacara Balia Tampilangi, suatu upacara adat penyembuhan bagi masyarakat Kaili dengan cara menombak tumbal (Noraro). Dalam rangkaian Upacara Adat Moraro ini dibagi dalam 9 tahapan yaitu : 1. Pamulana, atau awal dari keseluruhan upacara ini dimana semua penari mendekati pesakitan yang akan diupacarakan. 2. Mendopi, artinya menghibur pesakitan. 3. Nosive, yakni memercikkan air kepada pesakitan agar diberi kekuatan dan mampu mengikuti jalannya upacara Moraro. 4. Notaro, yaitu gerakan kasar dengan mengehentak-hentakkan parang (guma) untuk mengusir



penyakit



dari



dalam



tubuh



pesakitan. 5. Noparemba, yakni proses sando (dukun) dan para penari memanggil para roh.



6. Neronde, artinya menyambut para roh yang menyebar penyakit. 7.



Noraro,



artinya



menombak



tumbal.



Bermakna bahwa penyakit telah dibunuh dan akan pergi jauh dari tubuh si pesakitan. Harapan yang terkandung di dalamnya bahwa sang pesakitan akan pulih dari penyakitnya dan kembali sehat seperti semula. 8. Norumuta, dimana para penari membuat lingkaran kecil mengeremuni tumbal yang telah ditombak. 9.



Mouramo,



bermakna



mengembalikan



penyakit kepada para roh sekaligus sebagai penutup dari upacara Moraro.



Namun sebelum memasuki proses penyembuhan dalam 9 tahapan tadi maka dilaksanakan terlebih dahulu upacara Moragi. Moragi adalah salah satu bagian dari upacara Moraro, dimana para gadis-gadis membawakan beras kuning, hitam, merah dan hijau yang dibentuk seperti bintang, pelangi maupun tombak yang kemudian diletakan dihadapan si pesakitan dan nantinya sando pun bisa menentukan penyakit apakah yang diderita oleh si pesakitan tersebut. Beras-beras tersebut memiliki makna sebagai permohonan petunjuk



kepada To Manuru atau penguasa bumi dan langit. Setelah sando memilih beras mana yang dipilih, maka gadis-gadis tersebut mulai menari dengan memakai kipas yang diringi oleh gendang dan lalove. Pemimpin (sando) dalam upacara ini disebut Bayasa yang berfungsi sebagai pengobatan dan penyembuhan orang sakit. Bayasa atau bisa diistilahkan sebagai gender ketiga (transgender), dimana kaum lelaki berperilaku dan berpakaian seperti wanita. Upacara adat Moragi ini untuk menentukan penyakit apa yang diderita oleh pesakitan dan yang berperan penting disini adalah Bayasa tersebut dimana merekalah yang dapat mengetahui penyakit apa yang sedang diderita oleh pesakitan dan dapat menyembuhkannya. Bayasa ini terdiri atas 6 orang yang menari bergerak lincah mengelilingi si pesakitan tersebut.



b. Salonde Salonde merupakan salah satu bagian dari upacara Balia Tampilangi dan kedua jenis balia lainnya. Salonde bagian yang selalu terikat dan tak pernah lepas dari upacara ini. Karena dengan adanya Salonde ini maka prosesi penyembuhan lebih terlihat sakral. Salonde berasal dari bahasa Kaili Kuno yang artinya ragam tari-tarian. Disebut ragam tari-tarian karena didalamnya termuat begitu banyak unsur gerak yang ritmis, lincah, dinamis dan memiliki makna



yang besar. Gerak-gerak tersebut memiliki nilai estetis yang sangat menarik, dibagi dalam 7 (tujuh) bagian yang tidak boleh ditinggalkan dalam upacara balia namun boleh ditarikan secara terpisah ;



1. Kabiondo : artinya petikan sendu. Gerakannya pelan, lemah gemulai, penuh perasaan, proses awal dimana Tina Nu Balia mulai membuka selendang yang menutupi wajahnya dan wajah si pesakitan. 2. Kancara : artinya melambai, bisa juga diartikan sebagai perahu yang tertiup angin. Gerakannya sangat cepat sesuai dengan irama gimba (gendang) sambil memainkan selendang. 3. Saramapede : artinya melenting. Gerakannya dominan dibagian kaki dengan membanting-bantingkan kaki secara cepat dan dinamis. 4. Sarondayo : artinya lincah. Gerakannya lincah, cepat dan energik, proses dimana pesakitan sudah mulai dimasuki roh. Gerakan awal bagi pesakitan untuk memainkan kipasnya. 5. Torodae-dae : artinya berputar. Gerakannya cepat, berputar-putar secara tak beraturan, berayun-ayun dari mulai duduk sampai ia dalam posisi berdiri . 6. Tambilugi : artinya rata. Gerakannya datar, tidak cepat tetapi juga tidak lambat, proses dimana ia kembali pada posisi duduk.



7. Tutupendo : artinya penutup. Gerakan sudah sangat pelan, dimana pesakitan yang kesurupan tadi bergerak sangat pelan dan langsung terdiam. Ia dianggap telah sembuh dari penyakitnya karena telah berhasil mengusir roh-roh jahat dalam tubuhnya.



4. Nilai Multikultural 4.1.Nilai Sosial Jika dilihat dari segi nilai sosial ritual balia merupakan sarana komunikasi yang baik antara warga suku Kaili. Hal tersebut dikarenakan setiap diadakannya ritual balia pasti banyak warga yang datang. Ritual ini menjadi tempat bertemu dan berkumpulnya warga dari segala usia dan strata, selain itu pada saat ritual ini digelar pun banyak warga



yang memaanfaatkanya sebagai sarana



mencari rejeki. Ini dilakukan dengan cara membuka stan kecil–kecilan saat diadakanya ritual ini. Ini menunjukan bahwa ritual balia tak hanya sebagai upara



adat



saja



tetapi



juga



sudah



penghubung antar masyarakat suku Kaili.



menjadi



4.2.Nilai Budaya Jika dilihat dari segi budaya ritual Balia merupakan budaya yang unik. Di Indonesia banyak jenis pengobatan alternatif, ada yang menggunakan tanaman obat dan ada juga yang menggunakan jampi–jampi. Di Sulawesi Tengah ini Ritual Balia merupakan kebiasaan masyarakat suku Kaili untuk mengobati warganya yang sedang sakit. Ritual ini dilakukan dalam bentuk tarian. Selain tari–tarian di dalam ritualnya juga terdapat dukun yang bertugas untuk menarik dan mengeluarkan roh–roh yang merasuki para penari. 4.3.Nilai Agama Nilai agama yang ada dalam upacara ritual Balia adalah adanya kepercayaan etnis



kaili



kekuatan gerakan dan pujian-pujian kepada Tuhan yang mampu menyembuhkan orang sakit. Etnis kaili masih percaya bahwa roh-roh gaib mampu murka dan dapat menyebabkan penyakit.



5. Prospek Nilai yang Perlu Dilestarikan Tari



Balia



sebagai



tari



tradisional



yang



berorientasi pada pengobatan memiliki prospek nilai yang



perlu



dilestarikan



yaitu



sebagai



suatu



keragaman budaya daerah khususnya dari daerah Sulawesi Tengah sekaligus sebagai pemersatu masyarakat Sulawesi Tengah khususnya etnis Kaili. Karena pada saat ritual diadakan, akan banyak masyarakat yang datang.



BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Tari Balia adalah tari tradisional dari daerah Sulawesi Tengah khususnya dari Etnis Kaili yang berperan



sebagai



masyarakat



media



daerahnya.



pengobatan



Tari



Balia



bagi sendiri



memiliki beberapa jenis yang terbagi menjadi beberapa tingkatan dan dalam pelaksanaannya, Tari Balia memiliki tahapan-tahapan yang harus dilalui



sebagai



pemenuhan



syarat



upacara



tradisional. Dibalik fungsinya sebagai upacara pengobatan tradisional masyarakat Kaili, Tari Balia juga kini mulai dijadikan suatu tarian yang bernilai estetik atau keindahan dimana Tari Balia ini juga ditarikan sebagai tarian selamat datang untuk menyambut wisatawan atau tamu-tamu daerah.



2. Saran & Rekomendasi Dengan dibuatnya



makalah tentang tari



tradisional yang berfungsi sebagai upacara pengobatan



ini,



diharapkan



semoga



dapat



menumbuhkan rasa memiliki dan rasa cinta terhadap keragaman budaya Negeri Indonesia dan di tengah perkembangan pengobatan yang semakin canggih diharapkan masyarakat tidak melupakan budaya ini. Meskipun penggunaannya terhadap pengobatan sudah tidak begitu banyak digunakan, namun diharapkan masyarakat masih tetap menghargai tari ini sebagai suatu tarian yang memiliki nilai estetika untuk dinikmati keindahannya. 3. Refleksi & Rencana Tindak Lanjut Untuk rencana tindak lanjut dari makalah ini, penulis harap tidak sebatas pada makalah ini saja tetapi penulis mengharapkan adanya aksi yang jelas untuk melestarikan tarian ini baik sebagai tarian yang berorientasi pengobatan maupun sebagai tarian daerah yang merupakan kekayaan



dari budaya Indonesia yang memiliki nilai keindahan untuk dinikmati.



Daftar Isi Lawiide, Iin. 2012. BALIA : Memaknai Sebuah Estetika Tubuh Dalam Konsep Tari. ( online) , (http://iinainarlawide.blogspot.com/2010/10/baliamemaknai-sebuah-estetika-tubuh.html, diakses tanggal 15 Oktober 2012). Palloe, Kahar. 2010. Ritual Penyembuhan Etnis Kaili di Sulawesi Tengah. (on line), (http://sosbud.kompasiana.com/2010/02/02/ritualpenyembuhan-etnis-kaili-di-sulawesi-tengah/, diakses tanggal 15 Oktober 2012).