7 0 335 KB
LAPORAN ILMIAH ASUHAN KEBIDANAN NIFAS FISIOLOGIS KUNJUNGAN KE SATU PADA NY. U UMUR 21 TAHUN P2A0 6 JAM POSTPARTUM DI RUMAH SAKIT TUGUREJO KOTA SEMARANG
DISUSUN OLEH NISMA NUR OKTAVIANA P1337424417048 SARJANA TERAPAN KEBIDANAN SEMESTER V
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN SEMARANG JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN Laporan Asuhan Kebidanan Nifas Fisiologis Kunjungan Ke satu Pada Ny. U Umur 21 Tahun P2A0 6 jam Postpartum Di Rumah Sakit Tugurejo Kota Semarang Laporan ini disusun oleh : Nama
: Nisma Nur Oktaviana
NIM
: P13374244171048
Disetujui dan disahkan pada : Semarang,
November 2019
Mengetahui
Pembimbing Lahan
Woro I, SST NIP.
Mahasiswa
Nisma Nur Oktaviana NIM. P1337424417048
Pembimbing Institusi
Agustin Setianingsih,S.SiT.M.Kes NIP. 19790820200212203
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dan Menyusui. Penulisan makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana di Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Semarang Poltekkes Kemenkes Semarang semester V. Dalam penulisan makalah ini, tidak lepas dari adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada: 1. Ibu Woro I, SST di Rumah Sakit Tugurejo sebagai pembimbing klinik pada Praktik Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. 2. Ibu Agustin Setianingsih, S.SiT.M.Kes selaku dosen pembimbing institusi pada praktik klinik Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui 3. Keluarga dan teman-teman yang selalu mendukung penulis 4. Semua pihak yang ikut membantu penulisan laporan ataupun pihak yang membantu saat praktik klinik yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Semarang,
November 2019
Penulis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa nifas (puerperineum) adalah masa dimulainya setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa ini berlangsung selama 6-8 minggu. (Saifuddin,2010). Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi 24 jam pertama (Prawirohardjo, 2016). Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dnegan SDKI tahun 1992, yaitu sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup. Target pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) Tahun 2015 dalam menurunkan Angka Kematian
Ibu
(AKI) menjadi prioritas utama dalam
pembangunan kesehatan. Dari target MDGs 102 per 100.000 kelahiran hidup (KH), pada tahun 2007 AKI telah mengalami penurunan 228 per 100.000 menjadi 118 per 100.000 KH. Mengacu dari kondidi saat ini artinya diperlukan kerja keras dan sungguh-sungguh untuk mencapainya (deppkes RI,2013). Menurut, Wheeler, 2003. Morbiditas pada minggu pertama postpartum biasanya disebabkan karena endometritis, mastitis, infeksi pada episiotomi atau laserasi, infeksi traktus urinerius dan penyakit lainnya. Pemeriksaan pada masa nifas tidak banyak mendapat perhatian ibu, karena sudah dirasa baik dan selanjutnya semua berjalan lancar. Pemeriksaan kala nifas sebenarnya sangat penting dilakukan untuk mendapatkan penjelasan yang berharga dari dokter/bidan yang menolong persalinan itu. Diantara masalah penting tersebut adalah melakukan evaluasi secara menyeluruh tentang alat kelamin dan mulut rahim yang mungkin masih luka akibat proses persalinan. Mengingat masa nifas adalah masa transisi dimana ibu mengalami perubahanperubahan sehingga diperlukan dukungan baik dari petugas maupun keluarga segera setelah kelahiran, pengalaman dramatis wanita berhubungan dengan perubahan anatomi dan
psikologi sebagai transisi ke keadaan sebelum hamil. Secara psikologis wanita mengalami proses menuju tercapainya menjadi seorang ibu yang dipengaruhi oleh kepercayaan individu dan kebudayaan. Pelayanann kesehatan professional yang baik mendukung wanta melewati
masa
ini
dengan
mngembalikan
kemampuan
wanita
untuk merawat
bayinya.Pengaruh kebudayaan yang baik sangat penting untuk wanita dan keluarganya, dapat meningkatkan konseling dan penilaian fisik dan psikologis.
B. Rumusan Masalah Bagaimanakah aplikasi asuhan kebidanan ibu nifas dan menyusui di Puskesmas Bulu Lor?
C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui aplikasi asuhan kebidanan ibu nifas dan Menyusui di Puskesmas Bulu Lor 2. Tujuan Khusus Penulis diharapkan mampu : a. Melaksanakan pengkajian data subyektif melalui anamnesa b. Melaksanakan pengkajian data obyektif melalui pemeriksaan fikik dan pemeriksaan penunjang c. Mengidentifikasi diagnosa dari hasil pengkajian data subyektif dan obyektif d. Melakukan penatalaksanaan sesuai dengan diagnosa
D. Manfaat 1. Bagi Klien dan Keluarga Agar klien mengetahui dan memahami proses nifas dan asuhan yang diberikan merupakan asuhan sayang ibu. 2. Bagi masyarakat Dengan adanya karya tulis ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan mengenai asuhan kebidanan pada ibu nifas bagi masyarakat 3. Bagi Penulis Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung pada ibu sehingga dapat digunakan sebagai berkas penulis di dalam melaksanakan tugas sebagai bidan. 4. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan pada asuhan kebidanan pada ibu nifas. 5. Bagi Puskesmas/Tempat PKL Dengan adanya karya tulis ini diharapkan puskesmas atau temapat PKL dapat menjadikan referensi ilmu terbaru dalam memeberikan asuhan kepada klien.
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Masa nifas adalah masa keluarnya darah dari jalan lahir setelah hasil konsepsi dilahirkan yaitu antara 40-60 hari (Poerwadarminta, 2017). Masa nifas atau puerperium adalah masa yang dimulai dari beberapa jam setelah plasenta lahir dan selesai selama kira-kira 6 minggu saat alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Saifuddin, 2010). Dengan demikian dapat diartikan bahwa masa nifas adalah masa yang dilalui oleh seorang perempuan dimulai setelah melahirkan hasil konsepsi (bayi dan plasenta) dan berakhir hingga 6 minggu setelah melahirkan.
B. Tahapan dalam Masa Nifas Tahapan pada masa nifas (Kebidanan teori dan asuhan, 2018) terbagi atas 3 tahap berikut. a. Tahap immediate postpartum yaitu tahapan yang terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan. b. Tahap early postpartum yaitu tahapan yang terjadi setelah 24 jam setelah persalinan sampai akhir minggu pertama postpartum. c. Tahap late postpartum yaitu tahapan yang terjadi pada minggu kedua sampai minggu keenam setelah persalinan. Pada tahap immediate postpartum dan early postpartum perlu dilakukan pengawasan yang ketat karena berpotensi sering terjadi bahaya komplikasi postpartum antara lain risiko terjadinya perdarahan dan syok hipovolemia. Pada tahap late postpartum terjadi perubahan secara beratahap pada sistem reproduksi.
C. Tujuan Asuhan Masa Nifas Semua kegiatan yang dilakukan, baik dalam bidangkebidanan maupun di bidang lain selalu mempunyai tujuan agar kegiatan tersebut terarah dan diadakan evaluasi dan penilaian. Asuhan masa nifas diperlukan karena pada periode nifas merupakan masa kritis baik bagi ibu yang terjadi setelah persalinan dan 50% kematian nifas terjadi pada 24 jam pertama. Tujuan dari perawatan nifas ini adalah: (Kebidanan teori dan asuhan, 2018) 1. Memulihkan kesehatan klien a. Menyediakan nutrisi sesuai kebutuhan. b. Mengatasi anemia. c. Mencegah infeksi dengan memperhatikan kebersihan dan sterilisasi. d. Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot(senam nifas) untuk memperlancar peredran darah. 2. Mempertahankan kesehatan fisik dan psikologis. 3. Mencegah infeksi dan komplikasi. 4. Memperlancar pembentukan dan pemberian ASI. 5. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapatmengalami pertumbuhan da perkembangan yang optimal. 6. Memberikan pendidikan kesehatan dan memastikan pemahaman sert kepentingan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehat pada ibu dan keluarganya melalui KIE. Tata Laksana/Prosedur Asuhan Ibu NIfas meliputi: 1. Periksa 6-8 jam setelah persalinan (sebelum pulang) 2. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. 3. Pemantauan keadaan umum ibu. 4. Melakukan hubungan antara bayi dan ibu(Bounding Attachment). 5. ASI Eksklusif
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah hipotermi.
D. Peran dan Tanggung Jawab Bidan pada Masa Nifas Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain: (Kebidanan teori dan asuhan, 2018) 1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas. 2. Sebagai promotor yang memfasilitasi hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga. 3. Mendorong ibu untuk menyusui serta meningkatkan rasa nyaman ibu dan bayi. 4. Mendeteksi penyulit maupun komplikasi selama masa nifas dan menyusui sertamelaksanakan rujukan secara aman dan tepat waktu sesuai dengan indikasi. 5. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegahperdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya pada masa nifas dan menyusui,pemenuhan nutrisi yang baik, serta mempraktekkan personal higiene yang baik. 6. Melakukan manajemen asuhan dengan langkah-langkah; pengkajian, melakukaninterpretasi data serta menetapkan diagnosa, antisipasi tindakan segera terhadappermasalahan potensial, menyusun rencana asuhan serta melakukan penatalaksanaandan evaluasi untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi, serta untukmemenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas 7. Memberikan asuhan kebidanan nifas dan menyusui secara etis profesional.
E. Kunjungan Masa Nifas (Kebidanan teori dan asuhan, 2018) Kunjungan I
Waktu 6 jam-3 hari postpartum
Tujuan 1. mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri 2. mendeteksi
dan
penyebab
lain
merawat perdarahan
dan rujuk jika perdarahan berlanjut 3. member konseling pada ibu atau
salah
keluarga
satu
anggota
mengenai
cara
mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri 4. pemberian asi awal 5. melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir 6. menjaga bayi agar tetap sehat dengan mencegah hipotermia 7. petugas
kesehatan
yang
menolong persalinan harus mendampingi ibu dan bayi baru lahir selama 2 jam pertama
setelah
kelahiran
atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil II
4-28 hari postpartum
1. memastikan involusi uterus berjalan
normal,
uterus
berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus
tidak
ada
perdarahana bnormal, tidak ada bau 2. menilai adanya demam 3. memastkan
agar
mendapatkan
ibu cukup
makanan, cairan 4. memastikan ibu menyusui dengan
baik
dan
memperlihatkan
tidak tanda
penyulit 5. member konseliing pada ibu tentang asuhan pada bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi
tetap
hangat,
dan
perawatan bayi sehari-hari III
29 -42 hari postpartum
1. mengkaji tentang kemungkinan penyulit pada ibu 2. member konseling keluarga berencana (KB secara dini)
F. Perubahan Fisiologis Masa Nifas (Kebidanan teori dan asuhan, 2018) 1. Perubahan Sistem Reproduksi a. Perubahan Pada Uterus Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil sebelum hamil.
Proses involusi terjadi karena adanya: 1) Autolysis Yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal
yang menyebabkan ibu
mengalami beser kencing setelah melahirkan. 2) Aktifitas otot-otot Yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot- otot setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan retraksi menyebabkan
terganggunya
peredaran
darah
uterus
yang
mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil. 3) Involusi tempat plasenta Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka. Segera setelah kelahiran, tempat melekatnya plasenta kira – kira berukuran sebesar telapak tangan, tetapi dengan cepat ukurannya mengecil. Pada akhir minggu kedua, diameternya hanya 3 sampai 4 cm. Dalam waktu beberapa jam setelah kelahiran, tempat melekatnya plasenta biasanya terdiri
atas banyak pembuluh darah yang mengalami thrombosis yang selanjutnya mengalami organisasi thrombus secara khusus. 4) Perubahan pembuluh darah rahim Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas. Lokhea pada masa awal nifas, peluruhan jaringan desidua menyebabkan keluarnya discharge vagina dalam jumlah bervariasi yang disebut lokhia. Secara mikroskopis, lokhia terdiri atas eritrosit, serpihan desidua, sel – sel epitel, dan bakteri. Mikroorganisme ditemukan pada lokhia yang menumpuk di vagina dan pada sebagian besar kasus juga ditemukan bahkan bila discharge diambil dari rongga uterus. Jenis – jenis Lochea : a) Lochea rubra ( cruenta): berisi darah segar dan sisa- sisa selaput ketuban, sel- sel desidua, vernik caseosa, lanugo dan mekonium, selama dua hari pascapersalinan. b) Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke-3 sampai ke-7 pasca persalinan. c) Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berubah lagi, pada hari ke-7 sampai ke-14 pasca persalinan. d) Lochea alba: cairan putih setelah 2 minggu. e) Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk. f) Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya
5) Regenerasi Endometrium Dalam waktu 2 atau 3 hari setelah melahirkan, sisa desidua berdiferensiasi menjadi dua lapisan. Stratum superficial menjadi nekrotik, dan terkelupas bersama lokhia. Stratum basal yang bersebelahan dengan miometrium tetap utuh dan merupakan sumber pembentukan endometrium baru. Endometrium terbentuk dari proliferasi sisa – sisa kelenjar endometrium dan stroma jaringan ikat antar kelenjar tersebut. Proses regenerasi endometrium berlangsung cepat, kecuali pada tempat melekatnya plasenta. Dalam satu minggu atau lebih, permukaan bebas menjadi tertutup oleh epitel dan seluruh endometrium pulih kembali dalam minggu ketiga. 6) Sub Involusi Istilah ini menggambarkan suatu keadaan menetapnya atau terjadinya retardasi involusi, proses yang normalnya menyebabkan uterus nifas kembali ke bentuk semula. Proses ini disertai pemanjangan masa pengeluaran lokhia dan perdarahan uterus yang berlebihan atau irregular dan terkadang juga disertai perdarahan hebat. Pada pemeriksaan bimanual, uterus teraba lebih besar dan lebih lunak dibanding normal untuk periode nifas tertentu. Penyebab subinvolusi yang telah diketahui antara lain retensi potongan plasenta dan infeksi pamggul.
Involusi
Setelah
Berat
Tfu
Uterus
Diameter
Keadaan
Bekas Melekat
Serviks
Plasenta
Sepusat
1000 gr
12,5 cm
Lembek
1
Pertengahan
500 gr
7,5 cm
Dapat dilalui
minggu
pusat
plasenta lahir
2 jari
symphysis 2
Tak teraba
350 gr
5 cm
minggu
Dapat dimasuki jari
6
Sebesar
minggu
hamil
50 gr
2,5 cm
-
30 gr
-
-
2
minggu 8
Normal
minggu
b. Perubahan Pada Vulva Dan Vagina 1) Vulva dan Vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia manjadi lebih menonjol.
1
2) Perineum Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.
2.
Perubahan Sistem Pencernaan Kerapkali diperlukan waktu 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat menghalangi keinginan ke kamar mandi.
3.
Perubahan Sistem Musculoskeletal/Diastasis Rectie Abdominis Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung secara terbalik padsa masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat gravitasi ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke-6 sampai minggu ke-8 setelah wanita melahirkan. Akan tetapi, walaupun semua sendi lain kembali normal sebelum hamil, kaki wanita tidak mengalami perubahan setelah melahirkan. a. Dinding perut dan peritoneum Setelah persalinan, dinding perut longgar karena diregang begitu lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu. Kadang- kadang pada wanita yang asthenis terjadi diastasis dari otot-otot rectus
abdominis sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fascia tipis dan kulit. Tempat yang lemah ini menonjol kalau berdiri atau mengejan. b. Kulit abdomen Kulit abdomen yang melebar selama masa kehamilan tampak melonggar dan mengendur sampai berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan yang dinamakan strie. Melalui latihan postnatal, otototot dari dinding abdomen seharusnya dapat normal kembali dalam beberapa minggu c. Striae Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna melainkan membentuk garis lurus yang samar. Ibu postpartum memiliki tingkat diastasis sehingga terjadi pemisahan muskulus rektus abdominishal tersebut dapat dilihat dari pengkajian keadaan umum, aktivitas, paritas, jarak kehamilan yang dapat menentukan berapa lama tonus otot kembali normal. d. Perubahan Ligamen Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retroflexi. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan oleh karena ligament, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor e. Simpisis pubis Meskipun relatif jarang, tetapi simpisis pubis yang terpisah ini merupakan penyebab utama morbiditas maternal dan kadang-kadang penyebab ketidakmampuan jangka panjang. Hal ini biasanya ditandai oleh nyeri tekan signifikan pada pubis disertai peningkatan nyeri saat
bergerak ditempat tidur atau saat berjalan. Pemisahan simpisis dapat dipalpasi.
Sering kali klien tidak mampu berjalan tanpa bantuan.
Sementara pada kebanyakan wanita gejala menghilang setelah beberapa minggu atau bulan, pada beberapa wanita lain gejala dapat menetap sehingga diperlukan kursi roda.
4.
Perubahan Sistem Endokrin Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum. Progesteron turun pada hari ke 3 post partum. Kadar prolaktin dalam darah berangsur- angsur hilang.
5.
Perubahan Sistem Kardiovaskuler Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali normal pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi
meningkat.
Pembekuan
darah
harus
dicegah
dengan
penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.
6.
Perubahan Tanda-Tanda Vital PARAMETER
PENEMUAN
PENEMUAN
NORMAL
ABNORMAL
Tekanan darah 140/90 Tanda – tanda vital
mmHg,
mungkin
bisa mmHg
naik dari tingkat disaat persalinan
1-3
hari
postpartum Suhu tubuh < 38˚C Denyut
nadi
Suhu > 38˚C 60- Denyut nadi > 100x/menit
100x/menit
G. Perubahan Psikis Masa Nifas Kelahiran anggota baru bagi suatu keluarga memerlukan penyesuaian bagi ibu. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani, perubahan tersebut berupa perubahan emosi dan sosial. Adaptasi psikologis ini menjadi periode kerentanan pada ibu postpartum, karena periode ini membutuhkan peran professional kesehatan dan keluarga.Tanggung jawab ibu postpartum bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Proses penyesuaian ibu atas perubahan yang dialaminya terdiri atas tiga fase yaitu: 1. Fase taking in Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ibu perlu bicara tentang dirinya sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti rasa mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Hal tersebut membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gangguan psikologis yang mungkin dialami, seperti mudah tersinggung, menangis. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif. Pada fase ini petugas kesehatan harus menggunakan pendekatan yang empatik agar ibu dapat melewati fase ini dengan baik.
2. Fase taking hold Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah. Kita perlu berhati-hati menjaga komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu. 3. Fase letting go Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada fase ini. Ibu akan lebih percaya diri dalam menjalani peran barunya. Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga masih terus diperlukan oleh ibu. Suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi, mengerjakan urusan rumah tangga sehingga ibu tidak telalu terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang cukup, sehingga mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk dapat merawat bayinya.
H. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas 1. Nutrisi dan Cairan Nutrisi yang dikonsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori. Kalori bagus untuk proses metabolism tubuh, kerja organ tubuh, proses pembentukan ASI. Wanita dewasa membutuhkan 2.200 kalori. Ibu menyusui
memerlukan kalori yang sama dengan wanita dewasa + 700 kalori pada 6 bulan pertama kemudian + 500 kalori bulan selanjutnya. Gizi Ibu Menyusui a. Mengkonsumsi tanbahan 500 kalori tiap hari. b. Makan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup. c. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui) d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin. e. Minum vitamin A (200.000 unit) agar bias memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya. Adapun manfaat nutrisi dan cairan untuk ibu nifas: a. Memberi tenaga atau energi b. Membangun, memelihara dan mengganti jaringan tubuh yang rusak. c. Mengatur dan mengkoordinir pekerjaan tubuh. d. Menjaga kecukupan ASI Anjuran pemenuhan nutrisi dan cairan untuk ibu nifas: a. Makan 5 – 6 kali sehari, yaitu 3 kali makanan utama dan 2 – 3 kali makanan selingan. b. Menu berpedoman pada menu seimbang. c. Memilih makanan dan minuman yang berkhasiat dan memberi efek positif bagi produksi ASI. Radharismawati, N; Kundre, R & Pondang, L (2017 ) Terdapat hubungan pemenuhan kebutuhan gizi ibu dengan kelancaran air susu ibu (ASI) pada ibu menyusui di Puskesmas Bahu Kota Manado Pujiastuti, N (2010) Ibu menyusui dengan gizi buruk akan mempengaruhi kecukupan ASI karena tubuh membutuhkan zat gizi yang cukup untuk memproduksi ASI, tetapi tubuh tidak dapat memenuhi sehingga zat gizi
tersebut diambil dari tubuh ibu dan berakibat makin lama ibu akan mengalami gizi yang bertambah buruk. d. Menghindari makanan yang pedas, yang merangsang kembung dan yang terlalu manis dan berlemak (pantangan). Tarwiyah, L (2010) disebutkan dalam penelitiannya bahwa ata-rata masyarakat biasa masih belum tahu tentang pentingnya gizi bagi ibu nifas. Pengetahuan ibu nifas tentang nutrisi ibu
ifas di Desa Mojodowo
Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto dalam Kategori kurang yaitu sebnayak 9 Responden atau 47,4%. Mayasari, S & Jayanti, N (2019) Model Edukasi Family Centered Maternity Care (FCMC) bisa menjadi alternative pilihan yang tepat bagi petugas kesehatan untuk menyiapkan ibu nifas dalam beradaptasi menjalankan tugastugas perkembangan yang akan dijalaninya. Melalui model ini titik strategi yang diambil oleh petugas kesehatan adalah dengan melibatkan keluarga secara aktif dalam proses pemberian edukasi. Keterlibatan keluarga ini dipandang sangat penting karena keluarga adalah social support utama bagi ibu saat melalui periode perinatal yang salah satunya adalah masa nifas. Dengan demikian akan memininalkan terjadinya masalah atau komplikasi yang terjadi selama periode masa nifas, sehingga ibu dapat melewati masa nifas dengan aman dan nyaman. 2. Ambulasi Setelah bersalin, ibu akan merasa lelah. Oleh karena itu, ibu harus sehat. Mobilisasi yang dilakukan tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka. Ambulasi dini (early ambulation) adalah mobilisasi segera setelah ibu melahirkan dengan membimbing ibu untuk bangun dari tempat tidurnya. Ibu postpartum diperbolehkan bangun dari tempat tidurnya 24 – 48 jam setelah melahirkan. Anjurkan ibu untuk memulai mobilisasi dengan miring kanan/kiri, duduk kemudian berjalan.
Keuntungan ambulasi dini adalah: a. Ibu merasa lebih sehat dan kuat. b. Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan lebih baik. c. Memungkinkan kita mengajrkan ibu cara merawat anakanya selama ibu masih dirumah sakit. Misalnya memandikan, mengganti pakaian, dan memberi makan. d. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (social ekonomis). 3. Eliminasi a. BAK/ Miksi Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya. Miksi normal bila BAK spontan setiap 3-4 jam. Kesulitan BAK dapat disebabkan karena springter uretra tertekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulo spingter ani selama persalinan, atau dikarenakan oedem kandung kemih selama persalinan. Lakukan kateterisasi apabila kandung kemih penuh dan sulit berkemih. b. Defekasi / BAB Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari postpartum. Apabila mengalami kesuliatan BAB atau obstipasi, lakukan diet teratur ; cukup cairan : konsumsi makanan berserat; olahraga; berikan obat rangsangan per oral atau per rektal atau lakukan klisma bilamana perlu 4. Kebersihan diri Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman. Kebersihan diri meliputi kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur maupun lingkungan. Beberapa hal yang dapat dilakukan ibu postpartum dalam menjaga kebersihan diri, adalah sebagai berikut: a. Mandi teratur minimal 2 kali sehari b. Mengganti pakaian dan alas tempat tidur c. Menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal
d. Melakukan perawatan perineum e. Mengganti pembalut minimal 2 kali sehari f. Mencuci tangan setiap membersihkan daerah genitalia. Berikut mengenai cara membersihkan vagina yang benar : a. Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali BAK dan BAB. Air yang dipergunakan tak perlu matang asalkan bersih. Basuh dari arah depan ke belakang hingga tidak adda sisa-sisa kotoran yang menempel disekitar vagina baik itu dari air seni maupun feses yang mengandung kuman dan bisa menimbulkan infeksi pada luka jahitan. b. Vagina boleh dicuci menggunakan sabun maupun cairan antiseptic karena dapat berfungsi sebagai penghilang kuman. Yang penting jangan takut memegang daerah tersebut dengan saksama. c. Bila ibu benar-benar takut menyentuh luka jahitan, upaya menjaga kebersihan vagina dapat dilakukan dengan cara duduk berendam dalam cairan antiseptic selama 10 menit. Lakukan setelah BAK atau BAB. d. Yang kadang terlupakan, setelah vagina dibersihkan, pembalutnya tidak diganti. Bila seperti itu caraya maka akan percuma saja. Bukankah pembalut tersebut sudah dinodai darah dan kotoran? Berarti bila pembalut tidak diganti, maka vagina akan tetap lembab dan kotor. e. Setelah dibasuh, keringkan perineum dengan handuk lembut, lalu kenakan pembalut baru. Ingat pembalut harus diganti setiap habis BAK atau BAB atau minimal 3 jam sekali atau bila sudah dirasa tidak nyaman. f. Setelah semua langkah tadi dilakukan, perineum dapat diolesi salep antibiotic yang diresepkan oleh dokter. 5. Istirahat Istirahat yang memuaskan bagi ibu yang baru merupakan masalah yang sangat penting sekalipun kadang-kadang tidak mudah dicapai. Keharusan ibu untuk beristirahat sesudah melahirkan memang tidak diragukan lagi, kehamilan dengan beban kandungan yang berat dan banyak keadaan yang
menganggu lainnya, plus pekerjaan bersalin. Dengan tubuh yang letih dan mungkin pula pikiran yang sangat aktif, ibu sering perlu diingatkan dan dibantu agar mendapat istirahat yang cukup. Hal – hal yang dapat dilakukan ibu dalam memenuhi kebutuhan istirahatnya antara lain: a. Anjurkan ibu untuk cukup istirahat. b. Sarankan ibu untuk melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan. c. Tidur siang atau istirahat saat bayi tidur. Kurang istirahat dapat menyebabkan: a. Jumlah ASI berkurang. b. Memperlambat proses involusio uteri. c. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan dalam merawat bayi. 6. Aktivitas seksual Secara fisik aman memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. Banyak buadaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan yang bersangkutan. Hal yang dapat menyebabkan pola seksual selama nifas berkurang antara lain: a. Gangguan/ ketidaknyamanan fisik. b. Kelelahan. c. Ketidakseimbangan hormone. d. Kecemasan berlebihan.
7. SENAM NIFAS Senam Nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu setelah persalinan, setelah keadaan ibu normal ( pulih kembali ) . senam nifas merupakan latihan yang tepat untuk memulihkan kondisi tubuh ibu dan keadaan ibu secara pisiologis maupun psikologis. Wanita yang setelah persalina seringkali mengeluhkan bentuk tubuhnya yang melar. Hal ini dapat dimaklumi karena merupakan akibat membesarnya otot rahim karena pembesaran selama kehamilan dan otot perut jadi memanjang sesuai usai kehamilan yang terus bertambah . setelah persalinan, otot otot tersebut akan mengendur. Selain itu, peredaran darah dan pernafasan belum kembali normal. Hingga untuk mengembalikan tubuh ke bentuk dan kondisi semula salah satunya dengan melakukan senam nifas yang teratur di samping anjuran-anjuran lainnya. Beberapa factor yang menentukan kesiapan ibu untuk memulai senam nifas antara lain : a. Tingkat kebugaran tubuh ibu b. Riwayat persalinan c. Kemudahan bayi dalam pemberian asuhan d. Kesulitan adaptasi postpartum. Manfaat senam nifas a. Membantu memperbaiki sirkulasi darah b. Memperbaiki sikap tubuh dan punggung pasca persalinan. c. Memperbaiki otot tonus, pelvis dan peregangan otot abdomen. d. Memperbaiki dan memperkuat otot panggul. e. Membantu ibu lebih relaks dan segar pasca persalinan. Latihan senam nifas yang dapat dilakukan antara lain : a. Senam otot dasar panggul (dapat dilakukan setelah 3 hari pasca persalinan)
Langkah-langkah senam otot dasar panggul : kerutkan atau kencangkan otot sekitar vagina, seperti kita menahan BAK selama 5 detik, kemudian kendorkan selama 3 detik, selajutnya kencangkan lagi. Mulailah dengan 10 kali 5 detik pengencangan otot 3 kali sehari, secara bertahap lakukan senam, ini sampai mencapai 30-50 kali 5 detik dalam sehari. b. Senam otot perut (dilakukan setelah 1 minggu nifas) Senam dilakukan dengan posisi berbaring dan lutut tertekuk pada alas yang datar dank eras. Mulailah dengan melakukan 5 kali per hari untuk setiap jenis senam di bawah ini. Setiap minggu tambahkan frekuensinya dengan 5 kali lagi, maka pada akhir masa nifas setiap jenis senam ini dilakukan 30 kali.
BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN NIFAS FISIOLOGIS KUNJUNGAN KE SATU PADA NY. U UMUR 21 TAHUN P2A0 6 JAM POSTPARTUM DI RUMAH SAKIT TUGUREJO
A. PENGKAJIAN Tanggal
: 02 Desember 2019
Waktu
: 10.30 WIB
Tempat
: Ruang Bougenvile Rumah Sakit Tugurejo
Biodata
:
Identitas pasien
Penanggung jawab: Suami
1. Nama ibu
: Ny. U
1. Nama suami
: Tn. K
2. Umur
: 21 tahun
2. Umur
: 25 tahun
3. Suku bangsa : Jawa
3. Suku bangsa : Jawa
4. Agama
: Islam
4. Agama
: Islam
5. Pendidikan
: SMA
5. Pendidikan
: S1
6. Pekerjaan
: IRT
6. Pekerjaan
7. Alama
: Purwoyoso 7/12,
8. Alamat
Ngaliyan
: Swasta : Purwoyoso
7/12, Ngaliyan
B. DATA SUBYEKTIF 1. ALASAN DATANG: Ibu mengatakan sedang berada pada pengawasan pasca melahirkan 2. KELUHAN UTAMA: Ibu mengatakan perutnya terasa mules
Uraian Keluhan Utama : Ibu mengatakan perutnya terasa mules dan kencengkenceng 3. Riwayat obstetri: a. Riwayat Haid: Menarche
: 13 tahun
Nyeri Haid
: tidak ada
Siklus
: 28 hari
Lama
: 7-8 hari
Warna darah Leukhorea
: merah kemudian kecoklatan : tidak ada
Banyaknya : 3 – 4 kali ganti pembalut b. Riwayat Persalinan dan Nifas yang lalu Persalinan Tahun
2015
Nifas
UK
Jenis Penolong JK/ BB Penyulit IMD Penyulit
39
S
Bidan P/2500 gr
-
-
Ya
-
Asi eksklusif Ya
Kead anak sekarang Sehat
mgg ppontan
c. Riwayat persalinan Sekarang Paritas
:2
Abortus
:0
Tempat Persalinan
: Rumah Sakit
Ditolong Oleh
: Dokter dan bidan
Jenis Persalinan
: Spontan
Masalah Dalam Persalinan Keadaan Plasenta Keadaan Tali Pusat
: Tidak Ada
: Kulit Ketuban Lengkap, Kotiledon Lengkap : 50 Cm
Keadaan Bayi
: Normal, Sehat
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tanggal/ Jam Lahir
: 2 Desember 2019 / 17.00 WIB
Apgar Score
: 9.10.10
BB : 2955 gr
PB : 49 cm
LK: 34 cm
LD: 32 cm LILA: 9
cm Kelainan Bawaan
: Tidak Ada
d. Riwayat Kesehatan: Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita : Ibu mengatakan tidak pernah atau tidak sedang menderita penyakit menular seperti: 1. TBC, cirinya yaitu batuk lebih dari satu bulan disertai darah, berkeringat dimalam hari saat tidak melakukan aktivitas, BB turun drastis. 2. Hepatitis B, cirinya yaitu nyeri pada sendi dan otot, menjadi sering tidur, kulit menjadi kuning. 3. HIV/AIDS, cirinya yaitu diare berkepanjangan, sariawan didaerah mulut, berat badan turun drastis. 4. IMS, cirinya yaitu mengeluarkan keputihan yang berbau dan gatal, berwarna kuning kehijauan. 5. Kencing manis, cirinya yaitu luka yang tidak sembuh-sembuh, sering merasa haus, sering BAK, BB turun drastic. 6. Tekanan darah tinggi, cirinya yaitu tekanan darah tetap tinggi walaupun tidur dan tidak banyak pikiran, pusing. 7. Jantung, cirinya yaitu tidak dapat beraktifitas berat, mudah Lelah, nyeri dada pada bagian kiri. 8. Asma, cirinya yaitu sulit bernafas, cepat lelah, lesu, sulit tidur, tidak mudah dalam beraktifitas. Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) : Ibu mengatakan baik dikeluarganya maupun suaminya tidak pernah atau tidak sedang menderita penyakit menular seperti:
1. TBC, cirinya yaitu batuk lebih dari satu bulan disertai darah, berkeringat dimalam hari saat tidak melakukan aktivitas, BB turun drastis. 2. Hepatitis B, cirinya yaitu nyeri pada sendi dan otot, menjadi sering tidur, kulit menjadi kuning. 3. HIV/AIDS, cirinya yaitu diare berkepanjangan, sariawan didaerah mulut, berat badan turun drastis. 4. IMS, cirinya yaitu mengeluarkan keputihan yang berbau dan gatal, berwarna kuning kehijauan. 5. Kencing manis, cirinya yaitu luka yang tidak sembuh-sembuh, sering merasa haus, sering BAK, BB turun drastis. 6. Tekanan darah tinggi, cirinya yaitu tekanan darah tetap tinggi walaupun tidur dan tidak banyak pikiran, pusing. 7. Jantung, cirinya yaitu tidak dapat beraktifitas berat, mudah Lelah, nyeri dada pada bagian kiri. 8. Asma, cirinya yaitu sulit bernafas, cepat lelah, lesu, sulit tidur, tidak mudah dalam beraktifitas. e. Riwayat KB : Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan KB Jenis KB
Lama Penggunaan
Keluhan
Alasan Berhenti
-
-
-
-
Rencana KB
: ibu mengatakan ingin KB Suntik 3 bulanan supaya tidak
mempengaruhi dalam pemberian asi eksklusif pada bayinya f. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari: a. Nutrisi a) Makan Frekuensi makan pokok : 3 x perhari Komposisi Nasi
:
: 3 x @ 1 piring sedang
Lauk : 3 x @ 1 potong sedang, jenisnya : tahu/ tempe/ ayam/ bakso/ daging ikan (secara bergantian) Sayur : 3 x @ 1 mangkuk sayur ; jenis : kangkung/ sup/ bayam/ sawi/ kubis/ daun singkong (secara bergantian) Buah : 1 x sehari, jenisnya pisang/ apel/ mangga/ pir/ pepaya (secara bergantian) Camilan: keripik tempe/ keripik singkong/ roti kering (secara bergantian) Pantangan : ibu mengatakan tidak boleh makan telor oleh ibunya dengan alasan nanti jahitannya akan gatal b) Minum Jumlah total 8-9 gelas , Jenis : air putih/ teh manis (teh biasanya dipagi hari) Susu : 1 gelas (tidak rutin) b. Eliminasi a) Buang Air Kecil : Frekuensi perhari : 4-5 x perhari ; warna : kuning jernih, khas urine Keluhan/masalah : Tidak ada keluhan b) Buang Air Besar : Frekuensi perhari : 1 x perhari ; warna : kuning kecoklatan dengan konsistensi lembek Keluhan/masalah : Tidak ada keluhan c. Personal hygiene Mandi
: 2 x sehari
Keramas : 3 x seminggu Gosok gigi
: 2 x sehari
Ganti pakaian 3 x sehari; celana dalam 3-4 x sehari d. Kebiasaan memakai alas kaki : ibu mengatakan selalu memakai sandal
e. Hubungan seksual ( ibu belum melakukan hubungan seksual ) Frekuensi : - x seminggu Keluhan lain
:-
f. Istirahat/tidur Tidur malam
: 4-5 jam, menyesuaikan waktu tidur bayi
Tidur siang
: 1-2 jam menyesuaikan waktu tidur
bayi Keluhan/masalah : Tidak ada keluhan g. Aktivitas fisik dan olah raga Aktivitas fisik (beban pekerjaan) :ibu mengatakan masih belum bisa untuk melakukan pekerjaan rumah sendiri melainkan harus dibantu. h. Olah raga
: jalan-jalan disekitar lingkungan rumah
i. Kebiasaan yang merugikan kesehatan Merokok : ibu mengatakan tidak pernah merokok Minuman beralkohol : ibu mengatakan tidak pernah minum minuman beralkohol Obat-obatan : ibu mengatakan tidak pernah mengonsumsi obatobatan selain dari bidan atau dokter Jamu : ibu mengatakan tidak pernah minum jamu mulai dari kehamilannya j. Pola menyusui Bayi selalu menyusu setiap 2 jam sekali atau ketika bayi menangis karena lapar serta daya hisap bayi sudah namun produksi ASI hanya sedikit k. Riwayat Psikososial-spiritual a) Riwayat perkawinan : Status perkawinan : menikah , umur waktu menikah : 20 th Pernikahan ini yang ke 1 sah lamanya 2 th
Hubungan dengan suami : baik Kehamilan ini diharapkan oleh ibu, suami, keluarga; Respon & dukungan keluarga terhadap nifas ini: suami dan keluarga sangat senang dan mendukung ibu dalam melewati masa nifasnya. Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) : keluarga berdiskusi jika ada masalah Ibu tinggal serumah dengan : suami, dan orang tua ibu Pengambil keputusan utama dalam keluarga : suami Dalam kondisi emergensi, ibu dapat mengambil keputusan sendiri. Orang terdekat ibu : suami Yang menemani ibu untuk kunjungan PNC : ibu datang sendiri Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan Nifas : tidak ada Penghasilan perbulan: Rp. 2. 500.000 Cukup Praktik agama yang berhubungan dengan nifas : tidak ada Keyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan : ibu dapat menerima segala bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan oleh nakes wanita maupun pria; b) Tingkat Pengetahuan Ibu : Hal-hal yang sudah diketahui ibu : ibu mengatakan sudah mengetahui mengenai cara merawat luka jahitan SC, menjaga kebersihan daerah kemaluan, perawatan pada bayi. Hal-hal yang belum diketahui ibu : ibu mengatakan masih belum tahu apakah sebenarnya ada pantangan makanan untuk ibu nifas post SC Hal-hal yang ingin diketahui ibu
: ibu ingin mengetahui
mengenai makanan pantangan untuk ibu nifas post SC
C. DATA OBYEKTIF 1. PEMERIKSAAN FISIK: a. Pemeriksaan Umum: 1) Keadaan umum: Baik 2) Kesadaran
: Composmentis
3) Tensi
: 110/ 60 mmHg
4) Suhu /T
: 36,8 C
5) Nadi
: 80 x / menit
6) RR
: 20 x / menit
7) BB
: 67,1 kg
8) TB
: 154 cm
b. Status present
Kepala
: simetris, rambut warna hitam dan tidak mudah
dicabut, tidak ada benjolan abnormal
Muka
: tidak pembengkakan, tampak segar, tidak ada bekas
luka, simetris, tidak ada sianosis.
Mata
: simetris, konjungtiva anemis, sklera putih, tidak ada
kelainan
Hidung
: simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret, tidak ada
gangguan pernafasan
Mulut
: bibir lembab, tidak ada karies gigi, tidak ada gigi
berlubang, tidak ada sariawan.
Telinga
: tidak ada penumpukan serumen, simetris, tidak ada
gangguan pendengaran.
Leher
: tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar limfe
dan vena jugularis , tidak ada nyeri telan
Ketiak benjolan.
: tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada
Dada
: simetris, tidak ada tarikan dinding dada, tidak ada
suara wheezing, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan abnormal
Abdomen : terdapat bekas luka operasi, tidak ada pembesaran limpa dan hepar
Lipat paha : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada nyeri tekan.
Vulva
: tidak oedem, tidak ada varises, jahitan perineum sudah
kering
Ekstremitas
: tidak oedem, turgor kulit baik, pergerakan
normal, kuku jari bersih
Punggung : tidak ada kelainan pada tulang punggung, tidak ada benjolan Abnormal
Anus
: tidak ada pembesaran kelenjar, bersih.
c. Status Obstetrik
Muka
: tidak ada pembengkakan, tampak segar, tidak anemis
Mamae
: payudara membesar, simetris, putting susu menonjol,
asi keluar, kedua puting susu lecet
Abdomen : ada linea nigra, tidak ada bekas luka operasi, kontraksi uterus baik, VU kosong.
Genetalia : tidak ada oedem, tidak ada varises, ada luka jahitan perinium
2. Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukan pemeriksaan
D. ANALISA Ny. U umur 21 tahun P2A0 6 jam post partum normal
E. PELAKSANAAN 1.
Tanggal : 02 Desember 2019
Jam : 22.40 WIB
Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu sehat Hasil : ibu merasa lega dengan hasil pemeriksaan.
2.
Memjelaskan kepada ibu mengenai kebutuhan gizi ibu nifas Hasil : ibu mengerti dan dapat mengulang kembali penjelasan mengenai kebutuhan gizi untuk ibu nifas
3.
Memberitahu ibu cara menjaga kebersihan vulva (alat genital) yaitu dengan cara menggunakan air dingin, dibersihkan dari atas ke bawah, pembalut diganti setiap kali BAK agar tidak lembab dan menjelaskan kepada ibu bahwa sebenarnya tidak ada dampak terhadap jahitan ibu jika ibu makan telur, bahkan telur sangat bagus untuk penyembuhan jaringan luka dan pembentukan ASI Hasil : ibu mengerti mengenai cara membersihkan alat genitalia dan sekarang tidak akan berpantangan makan telur lagi
4.
Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar yaitu dengan menyusui bayi sesering mungkin, semau bayi, paling sedikit 8x/hari, jika bayi tidur >3 jam, bangunkan lalu susui, susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindah ke payudara sisi yang lain. Hasil : ibu mengerti cara menyusui yang benar yaitu dengan menyusui bayi sesering mungkin, semau bayi, paling sedikit 8x/hari, jika bayi tidur dibangunkan lalu susui, susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindah ke payudara sisi yang lain.
5.
Mendokumentasikan semua kegiatan yang sudah dilakukan Hasil : semua kegiatan telah terdokumentasi
BAB IV PEMBAHASAN Setelah melakukan asuhan ibu nifas kepada Ny. U dengan nifas normal di Rumah Sakit Tugurejo maka ada beberapa hal yang ingin penulis uraikan mengenai penanganan masa nifas ini, pengkajian, analisa, dan planning yang telah penulis lakukan antara lain: Pengkajian dilakukan oleh penulis dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan umum, sehingga kebutuhan penulis akan data klien lengkap sehingga mendukung penetapan diagnosa. Persamaan dan perbedaan pengkajian antara teori dan praktek yaitu PENGKAJIAN DS
Identitas
pasien
TEORI dan
penanggung jawab
Nama,
PRAKTEK
Umur,
Agama,
Sama dengan teori
Pendidikan,Pekerjaan, Suku, Alamat
Alasan datang
Ada alasan datang dan
Sama dengan teori
keluhan utama pasien Riwayat kesehatan
Kesehatan
sekarang,
Sama dengan teori
dahulu, dan keluarga Riwayat obstetrik
Riwayat
haid,
riwayat
Sama dengan teori
kehamilan, persalinan dan nifas
lalu,riwayat
perkawinan,
kehamilan
sekarang, dan KB Pola
pemenuhan
kebutuhan sehari – hari
Pola
nutrisi,istirahat,
Hanya
ada
aktivitas,eliminasi,
nutrisi,
personal
dan eliminasi
pola
aktivitas,
hygiene,psico,sosial, cultural,tingkat pengetahuan DO
KU,Tanda- tanda vital
Kesadaran, TD, N, RR, TD
Sama dengan teori
Pemeriksaan fisik
Head to toe
Hanya
sebagian
yaitu muka, dada, perut, genetalia Pemeriksaan obstetri
Muka, payudara, abdomen,
Muka,
payudara,
genetalia
abdomen, genetalia,
TFU, PPV, VU, Kontraksi
TFU,
uterus
Kontraksi uterus
PPV,
VU,
Analisa yang ada pada praktek umumnya sudah sesuai dan sama dengan teori asuhan nifas. Asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. U sudah menggunakan asuhan masa nifas normal. Asuhan yang diberikan pada Ny. U yaitu pemantauan keadaan umum ibu, tanda tanda vital, pengeluaran darah, kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri. Tindakan lain yang telah diberikan pada Ny. U yaitu pendidikan pendkes mengenai gizi ibu nifas, cara membersihkan vulva (alat genitalia), dan cara menyusui yang benar. Hal yang penting diperhatikan adalah kondisi psikologis dan tingkat pengetahuan seseorang. Jaelani, A; Putri, M & Lubis, N (2017) Semakin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki dan sebaliknya bila pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan. Dari semua langkah yang dilakukan ditemui kesenjangan pada saat pengkajian data obyektif. Pengkajian data obyektif dilakukan dengan singkat, hanya menekankan
pada hal-hal yang berfokus pada ibu nifas saja. Hal tersebut dikarenakan situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan.
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Masa nifas adalah masa keluarnya darah dari jalan lahir setelah hasil konsepsi dilahirkan yaitu antara 40-60 hari (Poerwadarminta, 2017). Masa nifas atau puerperium adalah masa yang dimulai dari beberapa jam setelah plasenta lahir dan selesai selama kira-kira 6 minggu saat alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Saifuddin, 2009). Dengan demikian dapat diartikan bahwa masa nifas adalah masa yang dilalui oleh seorang perempuan dimulai setelah melahirkan hasil konsepsi (bayi dan plasenta) dan berakhir hingga 6 minggu setelah melahirkan. Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain: 1) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas. 2) Sebagai promotor yang memfasilitasi hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga. 3) Mendorong ibu untuk menyusui serta meningkatkan rasa nyaman ibu dan bayi. 4) Mendeteksi penyulit maupun komplikasi selama masa nifas dan menyusui sertamelaksanakan rujukan secara aman dan tepat waktu sesuai dengan indikasi. 5) Memberikan
konseling
untuk
ibu
dan
keluarganya
mengenai
cara
mencegahperdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya pada masa nifas dan menyusui,pemenuhan nutrisi yang baik, serta mempraktekkan personal higiene yang baik.
6) Melakukan
manajemen
asuhan
dengan
langkah-langkah;
pengkajian,
melakukaninterpretasi data serta menetapkan diagnosa, antisipasi tindakan segera terhadappermasalahan potensial, menyusun rencana asuhan serta melakukan
penatalaksanaandan
evaluasi
untuk
mempercepat
proses
pemulihan, mencegah komplikasi, serta untukmemenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas 7) Memberikan asuhan kebidanan nifas dan menyusui secara etis profesional. Dengan dilakukannya pengkajian serta pemantauan nifas KN 1-KN 3, maka sebagai tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan yang sesuai dengan keadaan tersebut.
B. Saran. 1. Untuk ibu dan keluarga diharapkan dapat mengikuti apa yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan demi kesehatan ibu nifas 2. Bagi masyarakat Dengan adanya karya tulis ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan mengenai asuhan kebidanan pada ibu nifas bagi masyarakat 3. Bagi Penulis Penulis diharapkan selalu menerapkan ilmu yang telah diperoleh dalam melaksanakan tugas sebagai bidan. 4. Bagi Institusi Pendidikan Dengan adanya karya tulis ini diharapkan dapat dijadikan referensi pembelajaran untuk selanjutnya. 5. Bagi Rumah Sakit/Tempat PKL Dengan adanya karya tulis ini diharapkan rumah sakit atau temapat PKL dapat menjadikan referensi ilmu terbaru dalam memberikan asuhan kepada klien.
DAFTAR PUSTAKA
Bidan dan dosen kebidanan Indonesia. 2018.Kebidanan : Teori dan Asuhan. Jakarta : EGC Jaelani, A; Putri, M & Lubis, N. 2017. Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Makanan Gizi Seimbang dengan Penyembuhan Luka Perineum. Juornal endurance Vol 2 No 1 Mayasari, S & Jayanti, N. 2019. Penerapan Edukasi Family Centered MoNITORY Care (FCMC) Terhadap Keluhan Ibu Postpartum Melalui Asuhan Home Care. Jurnal Ners dan Kebidanan. Poerwadinata. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Menyusui. Jakarta : EGC Prawirohardjo, S. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Pujiastuti, N. 2010. Korelasi Antara Status Gizi Ibu Dengan Kecukupan ASI si Posyandu Desa Karang Kedawang Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto. Jurnal Keperawatan Radharismawati, N; Kundre, R & Pondaag, L. 2017. Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Gizi Ibu dengan Kelancaran Air Susu Ibu (ASI) pada Ibu Menyusui di Puskesmas Bahu Kota Manado. E-journal Keperawatan Vol 5 No 1 Saiffudin. A. B. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina
Tarwiyah, L. 2010. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Nutrisi Ibu Nifas Terghadap Mobilisasi Dini Pada Masa Nifas DI Desa Mojodowo Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto.Jurnal STIKES Bina Sehat PPNI